Pencarian

Irama Seruling Menggemparkan 1

Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diceritakan oleh OPA DJVU : Kiriman Langsung Lavilla untuk Tiraikasih Website (AXD002)
Di upload di http://ecersildejavu.wordpress.com/ Jilid 1-9
Ebook by Dewi KZ Jilid 10-30 dilanjutkan keroyokan oleh :
Gun gun, Sumahan, Raharga di Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ http://dewikz.byethost22.com/
http://cerita-silat.co.cc/ http://ebook-dewikz.com
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 1 Bab 1 PADA SUATU malam yang sunyi, bulan sabit memancarkan
sinarnya yang lemah dari balik gumpalan awan, angin malam meniup kencang sehingga daun pohon tertiup rontok.
Sebuah kuil tua yang terletak di sebuah tempat sunyi
keadaannya terang benderang dengan sinar api lilin merah, empat orang tua yang warna pakaiannya berlainan, duduk bersila berpencaran di empat sudut dalam pendopo kuil itu.
Wajah empat orang tua itu, nampaknya sangat serius,
mereka duduk dengan tenang bagaikan patung yang tidak bergerak dan tidak bersuara.
Angin malam membawa hembusan bau harum kembang
cempaka, juga menggoyangkan api lilin yang berada di atas meja sembahyang, sehingga sinarnya sebentar nampak terang sebentar nampak suram.
Dalam keadaan demikian, dalam sekejap, tengah pendopo itu sudah tambah seorang tua berpakaian baju panjang
berwarna hijau dengan jenggotnya yang putih panjang
menutupi dadanya. Ia mengawasi keadaan dalam pendopo itu sejenak, lalu
mengangkat tangan untuk memberi hormat seraya berkata,
"Saudara-saudara berempat tentunya sudah lama menunggu kedatanganku."
Tetapi empat orang tua itu masih tetap dalam keadaan
semula agaknya tidak mendengar ucapan orang tua
berjenggot putih itu. Melihat keadaan demikian orang tua berjenggot putih itu lalu berkata kepada dirinya sendiri, "Persoalan yang lalu sudah menjadi lalu apakah saudara-saudara selama tiga puluh tahun ini masih tidak dapat melupakan kejadian itu" Oleh karena kesalahanku yang tidak disengaja, telah membuat kita lima Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersaudara saling bermusuhan, meskipun belum sampai saling bunuh, tetapi sudah seperti orang asing. Selama tiga puluh tahun ini, aku merasa tidak enak, hampir setiap hari
memikirkan nasib kita berlima, tetapi karena saudara-saudara tidak ketentuan tempat tinggalnya sehingga tidak mudah dicari, dan setelah aku mengetahui jejak saudara-saudara, lalu aku meninggalkan surat dan minta saudara-saudara
berkumpul disini, tetapi sungguh tidak kuduga saudara-saudara ternyata masih belum mau memahami kesulitanku selama ini."
Sekian lama ia berkata seorang diri, tetapi empat orang tua yang duduk bersila itu masih tetap dalam keadaan tidak bergerak.
Selagi ia hendak melanjutkan kata-katanya, sekonyong-
konyong terdengar tindakan kaki orang berjalan, sebentar nampak duabelas pemuda yang masing-masing membawa
senjata, masuk ke dalam ruangan pendopo dan kemudian
berdiri berbaris di ambang pintu.
Orang tua berjenggot putih itu nampak terperanjat, ia mengawasi duabelas pemuda itu, ternyata semuanya nampak sangat gagah, sehingga di wajahnya terkilas suatu senyuman, kemudian ia berkata sendiri, "Anak-anak ini nampaknya sangat gagah, mungkin mereka adalah murid-murid empat saudaraku ini."
Tetapi empat orang tua duduk bersila itu tiada satupun yang memberikan jawaban.
Keduabelas pemuda itu meski semuanya berpakaian
ringkas, tetapi masing-masing berlainan warnanya, setiap tiga orang sewarna pakaiannya, dan warna itu terbagi dengan warna biru muda, kuning telur, putih dan lila, tepat
keadaannya dengan warna-warna pakaian yang dipakai oleh empat orang tua yang duduk bersila itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang berjenggot putih itu meski mengharap empat
saudaranya itu ada yang mau membuka mulut, supaya ia
dapat menjelaskan duduk persoalannya, tetapi empat orang itu ternyata tidak mau membuka mulut dan membiarkan orang tua berjenggot putih itu se-akan2 mengoceh sendiri.
Sudah tentu orang tua berjenggot putih itu agak marah, lalu berkata dengan suara keras, "Saudara-saudara sekalian, kalian tidak mau memaafkan kesalahanku setidak-tidaknya harus menerangkan apa yang kalian inginkan, dengan cara kalian seperti ini, sesungguhnya membuat aku sulit untuk mengendalikan perasaan."
Tetapi empat orang tua itu masih tetap tidak bergerak.
Timbullah rasa curiga dalam hatinya orang tua berjenggot putih itu, dengan tindakan perlahan ia berjalan menghampiri orang tua berpakaian warna biru muda yang duduk disudut kiri.
Sekonyong-konyong terdengar suara "tahan!" dan tiga
pemuda berpakaian warna biru muda melompat keluar
menghadang di depan orang tua berjenggot putih seraya berkata, "Kalau Locianpwe ingin berbicara, mohon beritahukan kepada kami, karena suhu masih bersemedi tidaklah pantas kalau diganggu."
Orang tua berjenggot putih itu nampak tidak senang, tetapi sebentar sudah pulih kembali dengan sikapnya yang tenang dan ramah, katanya sambil tertawa, "Tahukah kalian siapa aku ini?"
Tiga pemuda itu menjawab dengan berbareng, "Tidak
perduli siapa, semuanya tidak boleh mengganggu suhu yang sedang bersemedi."
"Benarkah Suhu kalian sedang bersemedi?"
Seorang dari tiga pemuda itu berpaling dan memandang
Suhunya sejenak baru menjawab, "Suhu kalau bersemedi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kadang-kadang sampai satu hari satu malam, tidak makan tidak minum dan tidak bergerak, sekarang masih belum cukup satu malam, tidak ada yang perlu diherankan, bukan?"
Orang tua berjenggot putih itu menatap wajah orang tua berbaju biru muda itu sebentar, lalu membalikkan badannya dengan tindakan lambat-lambat berjalan menuju ke lain sudut menghampiri seorang tua lain yang mengenakan pakaian
warna kuning. Sekali ini tiga orang pemuda berpakaian warna kuning telur yang merintanginya.
Orang tua berjenggot putih itu menarik napas perlahan, menggelengkan kepala kembali berjalan ke arah itu orang tua yang mengenakan pakaian warna lila.
Disini kembali mendapat rintangan dari tiga pemuda yang berpakaian warna lila.
Nyatalah sudah bahwa empat orang tua yang duduk bersila di empat sudut itu, masing-masing membawa tiga orang
murid yang berpakaian sama warnanya dengan pakaiannya sendiri. Orang tua berjenggot putih itu kemana saja hendak berjalan selalu dirintangi oleh tiga pemuda.
Ia agaknya tidak suka meladeni pemuda itu, dengan
tindakan lambat-lambat ia balik ke tengah-tengah pendopo dengan sinar mata tajam menyapu kemuka duabelas pemuda itu kemudian bertanya, "Apakah kalian semuanya dapat
memastikan bahwa Suhu kalian sedang bersemedi, dan tidak terjadi sesuatu di luar dugaan kalian?"
Pertanyaan secara mendadak ini, sesungguhnya
mengejutkan duabelas pemuda tersebut sehingga masing-
masing, serentak mengawasi keempat Suhu mereka.
Tetapi empat orang tua itu masih tetap dengan keadaan semula, sedikitpun tidak menunjukkan tanda-tanda aneh, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka lalu menjawab bersama, "Benar memang Suhu sedang bersemedi?".."
Orang tua berjenggot putih itu berkata sambil
menganggukkan kepala, "Mudah-mudahan apa yang kalian
katakan itu tidak salah?".." dan ia sendiri lalu juga duduk bersila dan pejamkan matanya.
Duabelas pemuda itu, masing-masing mundur dan duduk di belakang Suhu masing-masing, suasana dalam ruangan itu kembali menjadi sunyi.
Angin malam dari luar menghembuskan bau bunga
cempaka yang harum, dan membuat api lilin yang sebentar menyala sebentar suram.
Dalam sekejap kemudian, terdengar suara yang halus
merdu samar-samar di dalam ruangan pendopo itu.
Suara itu aneh sekali, halus merdu sebentar nyata sebentar lenyap agaknya berputaran merayu di samping telinga, tetapi kalau didengar dengan seksama, lalu melenyap dan tidak terdengar pula. Duabelas pemuda itu semuanya mendengar suara tersebut, akan tetapi tiada satupun yang berani membuka mulut, sebab mereka merasa sangsi apakah orang lain juga mendengar suara itu, karena masing-masing
khawatir sedang melamun, sehingga kalau ditanyakan akan membuat tertawaan orang, maka meskipun duabelas pemuda itu semua mendengar, tetapi semua berlagak seperti tidak ada kejadian apa-apa.
Suara aneh itu sekonyong-konyong berubah menjadi suara berat, dan duabelas pemuda itu dengan berbareng timbul semacam perasaan aneh, mereka seolah-olah didorong ke dalam jurang yang dalam tidak berdaya dan tidak berani bersuara hanya pejamkan mata masing-masing dalam
keadaan putus harapan?"..
Tatkala duabelas pemuda itu sadar kembali, hari sudah terang api lilin juga sudah padam. Orang tua berjenggot putih Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang duduk di tengah-tengah pendopo ternyata sudah berlalu.
Mereka saling memandang sebentar, masing-masing lalu
menatap wajah Suhunya. Empat orang tua yang duduk di
empat sudut masih tetap dalam keadaan tidak berobah.
Mungkin dikarenakan hendak menjaga nama baik
perguruan masing-masing, duabelas pemuda itu meski satu sama lain tidak saling bermusuhan, tetapi di antara mereka tidak satupun yang membuka suara lebih dahulu.
Terhadap perginya orang tua berjenggot putih secara
mendadak itu dalam hati mereka semua timbul perasaan
khawatir, sehingga sinar mata mereka ditujukan ke tempat bekas duduk orang tua jenggot putih itu, agaknya ingin dari tempat duduk itu, dapat menemukan tanda-tanda yang
mencurigakan?".. Benar-benar merupakan suatu gejala yang aneh, duabelas pemuda itu walaupun merasakan gelagat tidak baik, tetapi tidak satupun yang berani memanggil Suhunya hingga satu sama lain saling berpandangan dengan hati cemas.
Kiranya duabelas pemuda itu sejak mengikuti Suhunya
masing-masing masuk ke ruangan pendopo kuil tua itu, empat orang tua itu masing-masing lalu memilih tempat di empat sudut untuk bersemedi. satu sama lain tidak saling bicara dan setelah bersemedi masing-masing pejamkan mata belum
pernah dibukanya lagi. Kejadian serupa itu memang jarang terdengar, duabelas pemuda itu meski semuanya mengikuti Suhu masing-masing, tetapi belum pernah mengalami kejadian serupa itu, maka mereka tidak tahu bagaimana harus berbuat, mereka hanya khawatirkan bahwa empat orang tua itu sedang mengadu
kekuatan ilmu masing-masing, mereka tidak satu yang berani mengganggu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Satu hari kembali berlalu dengan cepat, empat orang tua yang berlainan pakaian itu masih tetap duduk bersila di tempat masing-masing, tak satupun pernah bergerak.
Duabelas pemuda itu sangat gelisah, mereka berjalan
mondar-mandir di ruangan pendopo itu, tapi tidak berani mengganggu Suhunya.
Seorang pemuda berbaju putih tiba-tiba berkata dengan suara perlahan, "Di dalam rimba persilatan belum pernah terdengar ada orang mengadu ilmu secara duduk bersemedi seperti ini. Sudah satu hari Suhu tidak makan dan tidak minum entah apa gunanya duduk semedi demikian itu?"
Seorang pemuda yang usianya lebih tua menjawab, "Suhu sering duduk bersemedi sambil pejamkan mata kadang-kadang sampai beberapa hari berapa malam dan tidak makan dan tidak minum, kalau baru satu hari satu malam saja, mana bisa mengganggunya."
Ucapan itu agak nyaring, ia memang sengaja supaya dapat didengar oleh empat orang tua itu.
Tapi heran empat orang tua itu ternyata seperti tidak mendengar hingga tidak menunjukkan reaksi apa-apa.
Dengan tidak terasa hari sudah berganti malam lagi,
keadaan dalam ruangan pendopo itu mulai gelap.
Duabelas pemuda itu menjaga di samping masing-masing
Suhunya, meliwati hati itu dengan tanpa makan dan minum juga, untunglah kuil tua itu letaknya di suatu tempat yang sunyi dan terpencil sekali, jarang orang datang, maka juga tidak ada orang yang mengganggu mereka.
Malam mulai gelap rembulan mulai menampakkan diri,
duabelas pemuda itu perlahan-lahan, mulai merasakan gelagat tidak beres hingga hati mereka masing-masing menjadi
gelisah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar suara seorang pemuda berpakaian
warna biru muda berkata, "Jikalau kita terus menunggu secara begini, entah harus menunggu sampai kapan" Menurut
pikiranku yang kerdil ini sebaiknya kita bangunkan Suhu secara bersama?"..
Seorang pemuda berpakaian warna lila lalu berkata,
"Ucapanmu itu benar, sekalipun kita mempunyai kesabaran hati untuk menunggu terus tetapi kita khawatir akibatnya, dengan kepandaian yang dipunyai oleh Suhu, walaupun
sedang bersemedi tetapi telinganya dan pendengarannya masih tetap tajam sekali, sangat mustahil pembicaraan kita yang demikian keras tidak dapat didengarnya?"
Duabelas orang itu mengeluarkan pendapat masing-masing barulah bersepakat untuk membangunkan suhu mereka.
Selanjutnya mereka itu masing-masing menghampiri
Suhunya masing-masing, sambil berlutut di hadapan Suhu masing-masing mereka memanggil, "Suhu?".."
Empat orang tua yang bersemedi itu masih tetap tidak
bergerak, seolah-olah tidak dapat mendengar suara panggilan muridnya.
Duabelas pemuda itu nampak semakin gelisah, pandangan mata mereka ditujukan kepada masing-masing Suhunya.
Namun empat orang tua itu sikapnya masih biasa tidak
menunjukkan tanda aneh hanya mata mereka yang
dipejamkan, itu memang suatu tanda bagi orang berilmu tinggi yang sedang bersemedi, duabelas pemuda itu masing-masing mempunyai keyakinan yang kuat bahwa kepandaian Suhu mereka sangat tinggi, tidak mungkin bisa terjadi hal-hal di luar dugaan semasa bersemedi?"..
Mereka semua telah menyaksikan Suhu mereka setelah
memasuki ruangan pendopo itu lalu duduk bersemedi, kecuali itu orang tua berjenggot putih berpakaian hijau, sudah tidak ada orang lagi yang masuk ke dalam kuil itu, andaikata orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berkepandaian tinggi sekali bisa terjadi apa-apa selagi dalam keadaan semedi, itulah adalah suatu kejadian yang sangat mustahil dan rasanya juga tidak mungkin. Satu-satunya hal yang mencurigakan, ialah empat orang tua itu sejak awal sampai akhir belum pernah membuka
matanya?".. Duabelas pemuda itu agaknya belum pernah mengalami
kejadian aneh serupa itu, hingga mereka semua merasa
bingung, dengan pikiran gelisah memandang masing-masing Suhunya?"..
Tiba-tiba terdengar suara seorang pemuda berpakaian
kuning telur berseru, "Supo"
Air matanya mengalir turun tanpa terkendali.
Yang lainnya telah dikejutkan oleh kejadian yang mendadak itu, dengan hati berdebar-debar berpaling ke arahnya.
Seorang pemuda lain yang juga berpakaian kuning telur menanya dengan suara perlahan, "Ciu Sute, apa kau sudah gila?"
Pemuda She Ciu itu mengusap air mata di kedua pipinya dan berkata, "Supo?".. telah menutup mata?".."
Dengan keluarnya ucapan itu, suasana menjadi tegang.
Pemuda baju kuning yang usianya agak tua itu lalu berkata dengan suara gusar, "Suhu sedang duduk bersemedi,
bagaimana dengan tanpa sebab bisa meninggal dunia kau mengigau."
Namun demikian dalam hatinya juga agak tergoncang
kecurigaannya makin besar, mungkin karena mengingat nama besar Suhunya di dalam rimba persilatan, hingga ia tidak berani memeriksa dengan teliti, untuk membuktikan ucapan suteenya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda She Ciu itu lalu berkata dengan perasaan duka,
"Kematian supo, memang sebenar-benarnya, karena kedua tangannya sudah kaku dan dingin."
Pemuda yang usianya agak tua itu perlahan-lahan meraba tangan suponya, tetapi selagi hendak menyentuh tangan orang tua itu, sekonyong-konyong, ditarik kembali dan berkata, "Kepandaiannya sungguh tinggi sekali, bagaimana bisa mati mendadak?"..?"
Pemuda itu yakin benar kepandaian Suhunya, meskipun ia tahu bahwa ucapan sutenya tidak bohong, tetapi ia tidak berani mengakuinya.
Pemuda She Ciu itu ketika melihat Suhengnya diam lalu berkata lagi, "Aku lihat karena supo duduk tanpa bergerak hatiku merasa curiga, diam aku ulur tangan meraba kedua tangan supo, baru tahu kalau ia sudah meninggal sekian lama, kedua tangannya itu sudah kaku dan dingin.
Sebelas pemuda lain lalu perdengarkan suara jeritan,
semua tangan diulurkan untuk meraba tangan Suhu masing-masing.
Empat orang tua itu, sikap duduknya semua serupa dalam keadaan bersila dan merangkapkan kedua tangan ke depan dadanya.
Sebelas pemuda itu sewaktu tangan mereka hendak
menyentuh tangan orang tua, dengan serentak berhenti dan saling berpandangan, lalu perlahan-lahan menarik kembali tangan mereka?"..
Sebelas pemuda itu agaknya mempunyai perasaan serupa, semua takut bahwa perkataan yang diucapkan oleh pemuda she Ciu itu adalah benar, hingga kematian Suhu mereka menjadi suatu kenyataan?"..
Pada saat itu di luar kuil cuaca sangat gelap hingga
keadaan ruangan dalam pendopo itu semakin gelap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kesunyian dalam kegelapan, nampaknya sangat
menyeramkan hanya suara napas saja yang terdengar dalam suasana gelap itu.
Entah siapa, sekonyong-konyong terdengar suara jeritan nyaring, "Supo!" lalu menangis dengan suar keras.
Dalam suasana gelap itu agaknya menambah keberanian
beberapa orang, dengan serentak mengulurkan lagi tangannya untuk meraba tangan Suhu masing-masing.
Setelah kematian suhu masing-masing itu sudah menjadi kenyataan, terdengarlah suara tangisan ramai, sebab apa yang dikatakan oleh pemuda She Ciu itu ternyata tidak salah, empat orang tua itu sudah mati dan mereka sudah kaku dan dingin.
Di luar angin malam meniup, membawa harum yang
disiarkan oleh bunga cempaka, samar-samar terdengar pula suara halus merdu di dalam suasana yang menyedihkan itu.
Suara itu meskipun sangat lemah dan sebentar terdengar sebentar lenyap, tetapi setiap orang dapat mendengarnya.
Entah siapa dari antara duabelas pemuda itu yang berkata secara sekonyong-konyong, "Dengar! Suara apakah itu?"
Seorang lain menyambung, "Benar kemarin aku juga sudah mendengar suara itu."
Karena dalam ruangan itu keadaan gelap gulita, hingga cuma dengar suaranya, tetapi tidak kelihatan orangnya yang berbicara.
Terdengar pula suara seorang lain yang berkata, "Suara itu seperti suara seruling?".."
Suara tangisan lantas berhenti lalu terdengar suara orang yang membantah, "Mana mungkin itu irama seruling, sudah sepuluh tahun lebih aku meniup seruling, aku yakin dalam hal Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu sudah merupakan suatu ahli bagaimana kita tidak dapat membedakan suara seruling atau bukan."
Tiba-tiba, terdengar suara nyaring dan agak kasar, "Suara itu meskipun halus dan merdu tetapi membikin orang yang mendengarkannya ingin tidur."
Perkataan orang itu, telah mengingatkan semua orang
pada kejadian semalam, yang setelah mendengarkan suara aneh itu, lalu mempengaruhi perasaan mereka sehingga
dengan tanpa terasa telah tertidur semuanya sampaipun berlalunya orang tua berjenggot putih baju hijau itu, tidak seorang pun yang tahu.
Saat itu suara yang merdu halus itu mendadak berubah
menjadi suara tinggi, seolah-olah suara tambur dalam medan pertempuran, hingga duabelas pemuda itu dengan serentak seperti berada di dalam kurungan musuh?"..
Untung suara itu dengan cepat lantas lenyap.
Entah siapa mendadak berdiri dan mengeluarkan suara
bentakan keras dan kemudian lari keluar.
Saat itu keadaan di luar nampak remang-remang, sehingga samar-samar dapat dilihat bahwa orang yang lari keluar itu ada mengenakan pakaian warna putih.
Terdengar suara seorang yang menegur dengan suara yang keras:
"Ong sute kau hendak kemana" Lekas balik?".."
Tetapi orang yang lari keluar itu bahkan semakin cepat, agaknya tidak menghiraukan panggilan suhengnya, sehingga sebentar saja sudah menghilang di luar kuil.
Terdengar pula lain orang berbicara dengan suara agak gusar, "Supo baru saja menutup mata, dia sudah tidak
mendengar kata suhengnya, biarlah aku kejar ia dan
membawanya pulang." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang meski berbicara dengan sutenya tetapi menarik
perhatian semua orang yang ada disitu.
Dalam keadaan demikian, semua pemuda itu sebetulnya
boleh mengadakan perundingan untuk menghadapi orang
yang hendak kabur itu, tetapi oleh karena sejak mereka mengikuti empat orang tua masuk ke dalam kuil tua itu satu sama lain tak pernah mengadakan pembicaraan, sehingga di antara murid-murid itu seolah-olah terpisah satu sama lain, mereka agaknya beranggapan siapa yang membuka mulut
lebih dahulu akan menodai nama baik Suhunya.
Dengan mendadak dalam ruangan itu timbul sinar terang, orang tua berjenggot putih yang tadi malam telah berlalu kini nampak muncul kembali di dalam ruangan itu.
Kedatangan orang tua yang tanpa bersuara itu, membuat semua orang yang ada disitu tidak tahu sejak kapan ia masuk ke dalam ruangan itu.
Sinar api lilin menyinari wajah dan jenggot orang tua itu, sebelas pemuda itu dengan serentak berdiri dan mengurung orang tua di-tengah2 mereka.
Dengan sinar mata yang tajam orang itu menatap muka
satu persatu sebelas pemuda yang mengurung dirinya, lantas menanya dengan suara keren, "Masih ada seorang lagi
kemana ?" Dua pemuda baju putih berkata berbareng dengan suara
gusar, "Kau siapa" Mengapa berani?".."
Orang tua berjenggot putih itu nampaknya hendak marah, tetapi setelah berpikir sebentar ia nampak sabar kembali lalu berkata, "Kalau aku tidak beritahukan pada kalian, kalian tentunya juga tidak tahu aku ini siapa" Apakah kalian pernah mendengar suhu kalian menyebutkan nama Yap It Peng?"
Sebelas pemuda itu semua terkejut, lalu menjawab dengan berbarang, "Apa kau adalah toasupek?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan serentak sebelas pemuda itu berlutut di tanah.
Sepasang mata Yap It Peng berkaca-kaca, lalu berkata
sambil menghela napas, "Empat saudaraku ternyata masih belum melupakanku?".."
Ia mengucapkan perasaan demikian entah merasa gembira atau berduka hanya air matanya yang mengalir deras
membasahi kedua pipinya. Dua pemuda berbaju putih berkata berbareng, "Suhu sering menyebut nama supek. Tidak disangka hari ini kita bertemu disini, sayang kedatangan supek sudah terlambat, karena Suhu telah menutup mata?".."
Sekonyong-konyong mereka ingat bahwa orang itu tadi
malam juga berada di dalam ruangan itu maka tidak
melanjutkan kata-katanya.
Yap It Peng menarik napas dan berkata, "Jikalau aku tidak mengatur lebih dahulu, empat saudaraku ini mungkin benar-benar sudah mengantarkan jiwa di tangan orang itu."
Sebelas pemuda itu saling berpandangan dengan perasaan heran, mereka bertanya dengan serentak, "Apa" Apakah
supo?".." Yap It Peng berkata sambil menganggukkan kepala,
"Mereka semua tidak mati hanya pada saat ini masih belum boleh sadar, musuh kita itu terlalu licin sekali, jika ia tahu Suhu kalian belum mati, pasti akan balik kembali, musuh itu kepandaiannya tinggi sekali, tangannya juga kejam dan ganas, kita tidak berdaya terhadapnya, maka bagi kita cuma?".."
Saat itu tiba-tiba terdengar suara desiran angin, dari luar kuil melompat masuk seorang pemuda tampan berpakaian
warna hitam, dibawah ketiak tangan kanannya mengempit seorang muda berpakaian ringkas berwarna putih, tiba di dalam ruangan lalu memberi hormat kepada orang tua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjenggot putih seraya berkata, "Teece sudah totok jalan darahnya, dan menangkapnya hidup-hidup."
Yap It Peng mengawasi pemuda berbaju putih sebentar,
lalu berkata, "Bagus, kau letakkan saja dia, jaga pintu kuil, tidak peduli siapa saja asal hendak keluar dari sini, bunuh saja!"
Pemuda baju hitam itu menyahut baik, lalu menghunus
pedang pusakanya dan berdiri menjaga di depan pintu.
Yap It Peng kembali mengawasi sebelas pemuda itu
kemudian berkata, "Diantara kalian, siapa yang berguru dengan sudah membawa kepandaian silahkan maju di
depanku." Ia bertanya berulang-ulang, tetapi tidak seorang yang menjawab.
Dari dalam sakunya ia mengeluarkan sejilid kitab kecil, lalu berkata lagi sambil tertawa:
"Dalam soal ini sudah lama aku mengadakan penyelidikan, apa yang kalian telah lakukan aku telah catat dalam kitab ini, maka janganlah kalian berpikir hendak melarikan diri."
Ia lalu membuka lembaran kitab kecil itu diperiksanya dengan teliti.
Tiba-tiba seorang pemuda berpakaian warna lila berkata,
"Jangan dengar perkataan tidak keruan orang ini, sudah terang dialah sendiri yang menurunkan tangan jahat


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membinasakan Suhu kita, dan sekarang telah berlagak
demikian, tentang kematian Suhu, kita semua sudah
menyaksikan sendiri cobalah pikir orang yang sudah mati mana bisa hidup kembali?"
Ucapan orang itu seketika menimbulkan rasa curiga semua orang, sepuluh pemuda dengan serentak mufakat pendapat demikian, sehingga dalam ruangan itu keadaan menjadi riuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tanpa pedulikan reaksi orang banyak itu Yap It Peng perintahkan pemuda baju hitam yang menjaga di depan pintu, ia berkata, "Tangkap dulu orang yang coba membakar emosi orang banyak itu!"
Pemuda baju hitam itu menyahut baik, segera menerjang ke dalam rombongan sepuluh pemuda itu dengan tangan yang menyerang pemuda berbaju lila yang membuka suara tadi.
Tindakan pemuda baju hitam itu seketika menimbulkan
amarah sepuluh pemuda lainnya dengan serentak mereka
melancarkan serangan bersama kepadanya.
Pemuda baju hitam itu mengeluarkan suara tertawa dingin, tangan kanan yang tadi digunakan untuk menyerang, dengan kecepatan bagaikan kilat telah menyambar pergelangan
tangan kiri pemuda berbaju lila itu, kemudian ditariknya keluar.
Karena gerakannya cepat dan hebat itu, sehingga orang-orang yang mencoba merintanginya menyingkir tidak satupun yang berani menghalangi maksudnya.
Yap It Peng dengan sinar mata tajam mengawasi mereka
kemudian mengeluarkan suara bentakan keras, "Tahan."
Semua pemuda itu berhenti bergerak dan berdiri di tempat masing-masing.
Yap It Peng memandang pemuda berbaju lila yang telah
tertangkap itu, lalu berkata dengan suara perlahan, "Kiejie, totok dulu jalan darahnya."
Pemuda berbaju hitam itu lalu melakukan apa yang
diperintahkan oleh Suhunya.
Yap It Peng berkata pula sambil mengelus jenggotnya yang putih, "Dalam waktu tidak lama lagi, di antara kalian ada empat orang yang akan binasa di dalam ruangan?".." Ia lalu berpaling mengawasi dua pemuda yang sudah tertawan itu kemudian berkata pula dengan suara keras, "Kecuali mereka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdua, masih ada dua orang lagi. Lekas maju ke depan, aku tidak akan menyusahkan kalian, tetapi jika kalian mencoba main gila di hadapanku, jangan sesalkan kalau aku bertindak kejam."
Sepuluh pemuda itu saling berpandangan, mereka agaknya tidak mengerti maksud ucapan orang tua itu.
Salah seorang di antaranya, sekonyong-konyong maju ke depan lalu menghunus pedang panjangnya dan berkata
dengan suara keras sambil menunjuk orang tua itu, "Apakah artinya ini" Kau sengaja dengan sikapmu yang aneh ini, apakah maksudmu yang sebetulnya?"
Yap It Peng dengan tenang mengawasi pemuda itu
sebentar, lalu berkata, "Apakah kau mencurigaiku?"
Ketika pemuda itu hendak menjawab, dari belakang meja patung sekonyong-konyong terdengar orang tertawa dan
berkata, "Yap It Peng, kau sendiri juga terjebak olehku, sehingga tidak bisa hidup lagi dalam waktu duabelas jam."
Yap It Peng berpaling. Segera dapat lihat seorang tua berbadan tinggi kurus, mengenakan baju putih, dengan
tangan membawa tongkat bambu perlahan-lahan keluar dari tempat persembunyiannya.
Mungkin tadi orang tua itu bersembunyi di belakang meja sembahyang, dan kini telah muncul secara tiba-tiba.
Dengan wajah berobah Yap It Peng berkata, "Ang Thian
Gie?".. apakah ucapanmu masih boleh dipercaya?"
Orang tua kurus kering itu menjawab sambil tertawa,
"Sepatah ucapanku tidak boleh dipercaya?"
"Kalau begitu mengapa pula kau menjebakku?"
"Aku hanya sanggup membantumu supaya mereka
berempat itu tidak mati, tetapi toch tidak pernah menyanggupi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap dirimu sendiri bahwa mereka tetap hidup, betul tidak?"
Yap It Peng berpaling dan mengawasi pemuda berbaju
hitam itu sebentar, berkata pula dengan nada suara dingin,
"Apakah muridku ini, juga kemasukan racun?"
Ang Thian Gie yang nampak bergerak bibirnya agaknya
ingin tertawa tetapi ia tidak menunjukkan ketawanya, lalu berkata, "Semua orang yang berada disini semuanya sudah kemasukan racun."
"Dan racun yang bersarang di dalam badanku kapankah
bekerjanya?" Ang Thian Gie menengadahkan kepala melongok keluar
untuk melihat keadaan cuaca, keniudian berkata, "Masih terlalu pagi, besok kira-kira jam satu tengah hari."
"Kalau begitu aku masih dapat hidup lima jam lagi?"
"Tetapi jika kau suka merobah maksudmu, sedikitnya masih dapat hidup tiga tahun lagi."
Yap It Peng diam, nampaknya sedang berpikir keras.
Pemuda baju hitam itu mendadak mengeluarkan suara
bentakan keras, lalu menerjang sambil merentang pedangnya.
Ang Thian Gie memukulkan tongkatnya ke tanah, ia
membentak, "Diam, dengan kepandaianmu yang tidak berarti ini, bukan tandinganku."
Yap It Peng berkata sambil menghalangi majunya pemuda itu, "Kie-jie jangan bertindak gegabah, lekas mundur."
Ang Thian Gie mengawasi orang-orang yang berada di
dalam kuil itu, lalu berkata dengan suara dingin, "Orang-orang yang berada disini, semua sudah terluka oleh jarum
beracunku, dalam waktu duabelas jam semua akan mati,
dalam dunia ini tidak semacam obatpun yang dapat menolong jiwa kalian, satu-satunya kesempatan hidup bagi kalian, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah makan obat pel buatanku sendiri, setiap tiga hari makan satu butir, jika terlambat, racunnya akan bekerja sehingga sukar ditolong lagi."
Sebelas pemuda itu menjadi bingung oleh rangkaian
kejadian aneh itu, satu sama lain saling memandang, tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Seorang pemuda berbaju kuning telur yang berdiri di sudut paling kiri tiba-tiba berkata, "Harap Locianpwee menghidupkan dulu Suhu kita, nanti bicara soal yang lain lagi."
Ang Thian Gie berkata sambil geleng2kan kepala, "Mereka berempat sudah kuberi makan obat untuk dimakan, tiga hari kemudian mereka bisa sadar lagi tanpa pertolongan orang."
Ia berhenti sejenak, tiba-tiba berkata pula dengan suara nyaring, "Apakah kalian ingin mati di dalam kuil ini ataukah masih ingin hidup?"
Ia bertanya berulang-ulang, tetapi tidak seorangpun yang menjawab. Kiranya orang-orang yang ada disitu, kecuali Yap It Peng yang mengetahui siapa orang tua itu, yang lain tidak tahu siapa orang tua kurus kering itu, maka perkataannya tidak ada yang mau percaya.
Ang Thian Gie agaknya sudah merasa bahwa orang-orang
itu tidak percaya padanya, maka lalu berkata pula sambil tertawa dingin, "Aku seumur hidupku belum pernah
membohong, jikalau kalian tidak percaya silakan memeriksa lengan tangan kiri kalian nanti, kalian pasti tahu sendiri bahwa ucapanku ini bukanlah semacam gertakan saja."
Sepuluh pemuda itu menurut dan masing-masing
menggulung lengan bajunya, benar saja, di lengan masing-masing terdapat tanda titik hitam sebesar biji kacang, seketika mereka terperanjat, karena masing-masing merasa heran entah kapan mereka terkena jarum beracun itu, dan yang mengherankan ialah tanpa menimbulkan rasa sakit sama
sekali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ang Thian Gie dengan sikap tenang berkata pula, "Kalian berada di dalam kuil yang sunyi ini sudah melalui waktu dua hari dan satu malam mungkin dalam pengalaman hidup kalian ini, telah merasa bahwa pengalaman yang kalian alami selama tiga hari ini sangatlah aneh sebetulnya tokoh-tokoh kuat dari golongan hitam dan putih selama dua hari dan satu malam ini, sudah melakukan suatu pertarungan mengadu kecerdasan
otak dan kekuatan tenaga, yang jarang ada dalam sejarah rimba persilatan, bahkan sudah tidak sedikit dari mereka yang mundur dalam keadaan terluka?".."
Berbicara sampai disitu api lilin yang berada di tangan Yap It Peng telah padam.
Dalam kegelapan itu entah siapa yang bertanya dengan
suara nyaring, "Maksud dari perkataan Locianpwee ini, kami tidak mengerti, bolehkah kiranya Locianpwee memberitahukan sebab-sebabnya kepada kamu?"
Suasana dalam ruangan itu untuk sesaat nampak sunyi,
tidak berapa lama baru terdengar pula suara yang keras bertanya, "Mengenai pertempuran mengadu otak dan
mengadu tenaga dari tokoh2 golongan hitam dan putih
apakah hubungannya dengan Suhu kita yang mengadakan
pertemuan dalam kuil tua ini?".."
Tiba-tiba terdengar suara orang tertawa besar, yang
memotong pembicaraan orang itu tadi lalu terdengar kata-katanya, "Yap It Peng, kau dengan sembarangan telah
menggunakan kekuatan tenaga murnimu, ini berarti akan membuat racun yang mengeram dalam badanmu bekerja lebih cepat dari pada waktunya, lekaslah duduk dengan tenang dan mengatur pernapasan, jikalau kau hendak berkeras kepala, racun itu barang kali akan bekerja dengan segera."
Saat itu keadaan tiba-tiba menjadi terang kembali, Ang Thian Gie dengan api obor ditangannya, berjalan menuju kemeja sembahyang, menyalakan sebuah lilin besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keadaan dalam ruangan kuil itu kini menjadi terang
benderang, sementara itu, orang tua berjenggot putih itu nampak duduk bersila ditanah, dengan wajah seperti orang menahan rasa sakit, matanya memandang kepada Ang Thian Gie dan berkata sambil tertawa dingin, "Jika aku Yap It Peng belum terluka terkena racun, tidak nanti akan kalah
ditanganmu." Ang Thian Gie tertawa terbahak-bahak dan berkata,
"Sahabat-sahabat dalam rimba persilatan, siapakah yang tidak tahu bahwa aku Ang Thian Gie pandai menggunakan racun?"
-odwo- Bab 2 YAP IT PENG tidak berkata lagi, ia memejamkan kedua
matanya untuk mengatur pernapasannya.
Ternyata dua orang tua itu tadi selama keadaan gelap, diam-diam sudah mengadu kekuatan tenaga dalam sampai
tiga jurus, oleh karena luka dalam Yap It Peng masih belum sembuh, lagi pula badannya terkena jarum beracun, maka tidak dapat menahan lagi, dan akhirnya kalah ditangan lawannya.
Pemuda berbaju hitam itu, ketika menyaksikan keadaan
Suhunya, dalam hati merasa marah, dengan tanpa
menghiraukan jarum beracun di badannya sendiri, ia sudah melompat dan menikam dengan pedangnya ke arah Ang Thian Gie.
Ang Thian Gie mengangkat tongkat bambunya untuk
menangkis serangan tersebut, kemudian berkata sambil
tertawa dingin, "Untuk sementara Suhumu tidak akan mati, hentikanlah gerakanmu, kalau kau berani berlaku kurangajar lagi terhadapku, jangan sesalkan kalau aku nanti bertindak kejam."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap It Peng sekonyong-konyong membuka matanya dan
membuka suaranya, "Kie-jie, kau tidak mampu melawan dia.
Lekas mundur." Pemuda baju hitam itu menghela napas panjang, ia
menarik kembali pedangnya dan mundur kesamping.
Dengan sinar mata tajam Ang Thian Gie mengawasi
keadaan disitu sebentar, kemudian berkata, "Aku bekerja selamanya suka cepat dan tegas, sekarang apakah kalian suka kutolong atau tidak terserah kepada kalian sendiri aku tidak akan memaksa?".. cuma, aku harus menjelaskan lebih
dahulu, jarum beracun itu kecuali sifat-sifat racunnya yang keras sekali, bentuknya jarumnya juga halus, setelah masuk ke dalam badan orang, dalam waktu enam jam, kalau jarum itu tidak dikeluarkan ia terus akan menyusup ke dalam melalui mengalirnya darah dan terus masuk ke dalam jantung.
Meskipun racun di dalam badan kalian itu besok malam baru bekerja, tetapi kalau kalian hendak melindungi jiwa kalian sendiri tidak menunggu lagi sampai besok."
Sehabis berkata demikian ia berjalan perlahan keluar kuil.
Yap It Peng tiba-tiba berseru, "Ang Thian Gie, balik! Marilah kita berunding lagi."
Ang Thian Gie bersenyum, ia balik dan berkata, "Sekarang ini bukan waktunya untuk berlagak dan berlaku keras kepala, saudara Yap harus lekas mengambil keputusan, jikalau aku nanti benar-benar pergi dan tidak mau ambil perduli, bukan saja kalian akan mati semua karena bekerjanya racun itu, juga empat saudara angkatmu itu, karena tidak ada orang yang melindungi tidak akan hidup lagi."
Yap It Peng berkata, "Mereka berempat meskipun sudah
mengangkat saudara denganku, tetapi antara kita sudah tiga puluh tahun lamanya tidak pernah bertemu dan berkumpul maka aku juga tidak berani mengambil keputusan bagi mereka untuk sekarang, hanya satu jalan ialah kau mengeluarkan dulu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jarum yang mengeram dalam badan duabelas anak muridnya itu, lalu sadarkan empat saudara angkatku itu, kemudian berunding dengan mereka, tidak peduli mereka akan terima baik atau tidak, tetap aku akan menjamin, tidak akan
menyusahkannya." Ang Thian Gie nampak berpikir, matanya menyapu semua
orang yang berada di tempat itu kemudian berkata sambil tertawa, "Jikalau aku tidak menerima baik permintaanmu barangkali masih ada orang yang akan menganggapku hanya main gila dan menggertak saja."
Yap It Peng menengadahkan kepala melongok keadaan
cuaca di luar kuil, katanya pula, "Waktu sudah tidak pagi lagi jikalau kau menerima baik permintaanku ini seharusnya segera bertindak."
Ang Thian Gie menganggukkan kepala, ia berjalan ke
depan meja sembahyang lalu berkata, "Siapa yang ingin kuambil jarumnya lebih dulu?"
Pemuda berbaju hitam itu menghampirinya dengan langkah lebar lalu berkata, "Aku akan mencoba dulu perkataanmu ini benar atau bohong?"
Ang Thian Gie mengawasinya sebentar kemudian berkata
sambil tertawa, "Bagus, buka bajumu."
Pemuda berbaju hitam itu sejenak nampak sangsi, ia
bertanya, "Bagian yang mana aku terkena racun?"
"Di atas lengan kirimu."
Pemuda berbaju hitam itu membuka lengan bajunya dan
berkata, "Kalau kubuka lengan bajuku secara demikian
bolehkah kau mengambilnya?"
Ang Thian Gie tidak menjawab, dari dalam sakunya ia
mengeluarkan sepotong besi semberani yang berbentuk
telapak kaki kuda, lalu meletakkan tongkat di tangannya, kemudian dengan tangan kiri memegang erat lengan kiri Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu, dan besi seberani itu ditempelkan kebagian yang terluka, lalu digerak-gerakkan maju-mundur, sebentar
kemudian lengan tangan yang putih pemuda itu telah berubah menjadi merah.
Pemuda yang lain pada maju mengerumun untuk
menyaksikannya. Tiba-tiba terdengar suara batuk-batuk Ang Thian Gie, besi di tangannya diangkat dan berkata, "Meskipun jarumnya sudah keluar, tetapi racunnya sudah masuk ke dalam
darahmu. Jika kau tidak memakan obatku, besok malam
sebelum jam ini, racun itu akan bekerja dan matilah kau."
Ketika semua orang menatapkan matanya ke arah besi itu, benar saja di atas besi itu menempel sebuah jarum yang halus sekali dengan warnanya yang kebiru-biruan.
Keadaan itu menyebabkan semua orang yang
menyaksikannya terkejut dan ketakutan, dengan serentak menggulung lengan baju masing-masing untuk melihat luka di tangannya.
Pemuda berbaju hitam itu telah mengundurkan diri, Ang Thian Gie mulai mengambil jarum dari lengan orang yang kedua, dan begitulah seterusnya.
Dalam waktu tidak seberapa lama semua jarum beracun
janq ada dilengan keduabelas pemuda itu sudah dikeluarkan semuanya. Ang Thian Gie memasukkan lagi besi itu ke dalam sakunya lalu berkata kepada mereka, Meski jarum beracun sudah kuambil dari dalam badan kalian, tetapi racunnya sudah masuk ke dalam darah, tidak seorangpun bisa hidup sampai duabelas jam lagi."
Semua orang itu, karena sudah menyaksikan sendiri jarum-jarum yang dikeluarkan dari badan mereka maka tidak lagi yang merasa curiga terhadap keterangannya, satu sama lain memandang dengan tanpa banyak bicara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap It Peng menarik napas perlahan dan berkata, "Waktu sudah tidak pagi lagi kau sadarkan dulu mereka, nanti kita bicara lagi."
Ang Thian Gie berkata sambil tersenyum, "Untuk
menyadarkan mereka, sangat mudah sekali, tetapi sebelum aku menyadarkan mereka lebih dulu aku perlu memberi
makan racun yang keras kepada mereka, karena nama besar dari lima orang jago daerah Tiong-goan pada tiga puluh tahun yang lalu, sudah menggemparkan dunia rimba persilatan, dan hari ini tiga puluh tahun kemudian kurasa kepandaian dan kekuatan kalian, pastilah lebih tinggi dan lebih hebat, aku tahu bahwa kekuatanku sendiri tidak mampu melawan kekuatan kalian berlima, tetapi kalau mereka sudah termakan racunku, maka aku tidak merasa perlu khawatir lagi.
Yap It Peng mengawasi pemuda-pemuda itu sejenak, lalu diam.
Sudah tiga puluh tahun lamanya ia tidak pernah bertemu muka dengan empat saudara angkatnya itu sehingga tidak tahu sama sekali penghidupan mereka selama ini, untuk sementara agak sulit untuk mengambil keputusan, ia menatap wajah keempat saudara angkatnya seolah-olah ingin mencari keterangan darinya.
Sebaliknya dengan sebelas pemuda itu, setiap orang
menantikan dengan sikap serius tetapi tidak menunjukkan sesuatu reaksi yang mereka itu ada setuju atau tidak terhadap usul Ang Thian Gie tadi.
Sementara itu Yap It Peng diam-diam telah berpikir, "Ang Thian Gie adalah seorang ahli berbagai jenis racun sehingga di kalangan Kang-ouw mendapat gelar orang tua beracun tangan seribu, siapapun yang mendengar nama itu akan lari jauh-jauh, empat saudara angkatku ini sudah makan obatnya, mati atau hidupnya sudah ditangannya, maka sebaiknya aku
menerima baik usulnya, biar ia hidupkan dulu mereka, nanti kita bicarakan lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah itu ia pun berkata, "Biarlah aku yang memutuskan untuk menerima baik usulmu, tetapi kau harus menyerahkan lebih dulu obat pemunah racunnya kepadaku?".."
Ang Thian Gie bersenyum lalu berkata, "Aku selamanya
tidak pernah mengingkari janjiku sendiri, apa yang pernah kusanggupi tidak nanti aku tidak tepati, saudara Yap kau begitu tidak percaya kepadaku, sesungguhnya terlalu
memandang rendah kepribadianku."
"Aku sudah terkena racunmu, dan empat saudara angkatku itu juga sudah makan obatmu jikalau aku tidak percaya dan memandang kedudukanmu di kalangan Kang-ouw, bagaimana aku menerima baik usulmu tadi itu?"
"Tentang empat orang saudara angkatmu makan obatku
toch kau sudah menerima baik lebih dahulu apakah kau masih perlu menyesalkan aku?"
"Tetapi saudara Ang, perbuatanmu memasukkan racun ke
dalam badanku mengapa tidak kau beritahukan lebih dahulu?"
"Saudara Yap toch sudah tahu bahwa aku sudah lama
terkenal sebagal ahli racun, menurut peraturan rimba
persilatan sebelum menggunakan racun, tidak perlu
memberitahukan lebih dahulu, apakah dalam hal ini kau juga hendak menyalahkan aku?"
"Bukan maksudku hendak menuduh, tetapi dengan
kedudukan saudara Ang, di kalangan Kang-ouw, perbuatan semacam ini seolah-olah kau hendak menggunakan keahlian itu untuk menekan orang, dan sekarang kau bahkan merasa bangga dengan keahlianmu ini, tetapi bagi aku orang
sep?".." Ang Thian Gie yang mendengar ucapan itu mukanya
menjadi berubah, ia lalu berkata sambil tertawa terbahak-bahak, "Menurut logikamu ini, maka nama julukan orang tua beracun tangan seribu yang diberikan kepadaku itu
seharusnya dihapus" Hem! orang-orang di kalangan Kang-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ouw, siapakah yang tidak tahu bahwa aku orang yang pandai menggunakan racun?"
"Itu memang benar namamu terkenal karena keahlianmu
dalam berbagai racun, selama beberapa puluh tahun, kau telah menjagoi rimba persilatan, sehingga mendapat julukan itu, dan sahabat2 dari rimba persilatan yang mendengar namamu harus lari jauh-jauh?".. Tetapi kau kecuali,
menggunakan racun, dalam hal ilmu kepandaian lainnya, barangkali sangat terbatas kepandaianmu, jikalau tidak demikian sudah tentu tidak perlu khawatir terhadap
kami?".." Ang Thian Gie kibaskan tongkat bambunya dengan suara
gusar ia berkata, "Apakah saudara Yap menghina kepandaian ilmu silatku" Mari kita coba2 beberapa jurus, aku ingin lihat berapa tingginya kepandaianmu."
Yap it Peng berkata sambil tertawa terbahak-bahak,
"Saudara Ang ingin bertanding dengan menggunakan
kepandaian ilmu silat, ini sebetulnya merupakan sesuatu kejadian yang jarang tampak di kalangan Kang-ouw, cuma sebelum kita bertindak, lebih dulu kau harus menyadarkan dulu empat orang saudara angkatku itu kemudian kita boleh mengadu kekuatan?".."
Ang Thian Gie memperdengarkan suara tertawanya yang
aneh, tiba-tiba membelalakkan matanya, sambil mengetukkan tongkatnya di tanah ia berkata, "Kau ingin aku tidak
menggunakan racun, bukankah itu suatu impian gila, hari ini perbuatanku terhadap kalian berlima sudah merupakan
kekecualian dalam kebiasaanku, jikalau kau dalam segala hal ingin menggunakan peraturan terhadapku, maka aku tidak mau perdulikan lagi?".."
Wajah Yap It Peng berubah, diam-diam ia berpikir, jikalau orang tua itu pergi, bukan saja empat orang saudaranya tidak dapat disadarkan untuk selama-lamanya, tetapi anak muridnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
empat saudara itu yang juga sudah terkena racun akan
membawa akibat hebat bagi mereka.
Setelah agak sangsi sejenak tiba-tiba ia berkata dengan suara nyaring, "Bagainiana aku berani berlaku tidak aturan terhadapmu, hanya di dalam kalangan rimba persilatan kita harus mengutamakan kepercayaan dan kekesatriaan, jikalau saudara Ang tetap ingin menggunakan racun, maka jiwa ke empat orang saudara angkatku ini berarti semua berada di dalam tanganmu?".."
"Jikalau demikian ini berarti aku tidak mentaati peraturan dunia Kang-ouw lagi, saudara ingin menguji kepandaian ilmu silatku, dewasa ini barangkali waktunya kurang tepat, maaf aku tidak sanggup melajani."
Yap It Peng sengaja berbicara sekian lama dengannya,
maksudnya ialah hendak mengulur waktu untuk memberikan kesempatan bagi murid empat saudaranya berpikir, tetapi ketika menyaksikan semua anak murid itu masih diam saja ia lalu mengambil keputusan sendiri dan berkata, "Baiklah, berbuatlah menurut pikiranmu, tetapi ada suatu hal perlu aku menerangkan lebih dahulu, ialah setelah kau nanti
menyadarkan empat saudaraku itu, usahakan supaya mereka tersadar benar-benar agar di antara kita lima semua saudara mempunyai waktu untuk berbicara secara sadar benar-benar."
"Ini sudah tentu, kecuali itu masih ada perlu apa lagi?"
"Jikalau lima saudara sudah menerima baik permintaanmu, apakah kau akan segera memberikan obat pemunah kepada kita?"
Ang Thian Gie nampak berpikir sebentar, lalu berkata, "Aku juga ,mempunyai sebuah syarat, jikalau saudara Yap sungguh-sungguh jujur, lebih dulu kau harus memberitahukan
kepadaku hafalannya ilmu silat itu, supaya aku mendapat kesempatan untuk membedakan hafalan itu tulen atau palsu, baru aku akan memberikan obat pemunah padamu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah kita tetapkan secara demikian."
Ang Thian Gie meletakkan tongkatnya, ia mengeluarkan
dua buah botol kecil, sebuah berwarna hijau sebuah lagi berwarna putih.
Ia mengangkat botol yang berwarna hijau dan berkata,
"Botol ini dalamnya berisi obat bubuk paling berbisa yang pernah kugunakan, bagi orang biasa setelah makan racun ini dalam waktu seratus langkah orang berjalan, lalu mati dan mengeluarkan darah dari tujuh lobang anggota badan, tetapi saudara Yap, dan empat orang saudara angkatmu itu
mempunyai ilmu kepandaian tinggi sekali, sudah tentu
keadaannya lain asal kau bisa menutup sendiri jalan darahmu, supaya racun itu tidak sampai menyelinap dan merasuk ke dalam badan tidak akan menjadi halangan. Dan obat pel dalam botol putih ini, khasiatnya ialah khusus untuk
memusnahkan racun itu tadi, setelah saudara Yap
memberitahukan hafalan kepadaku, aku segera memberikan obat pemunahnya."
Yap It Peng terkejut mendengar keterangan itu, ia berkata,
"Sebelum empat orang saudaraku itu tersadar, kalau makan obat racun ini sudah tentu tidak tahu bagaimana harus menutup jalan darahnya sendiri, bukankah akan menjadi celaka?"
Ang Thian Gie tertawa terbahak-bahak dan berkata,
"Tentang hal ini, harap saudara Yap jangan khawatir, siang-siang aku sudah bersedia, obat bubuk ini aku masukkan ke dalam lapisan tipis, empat orang saudaramu itu setelah makan obatku asal mau mendengar perkataanku, jangan asal marah saja, dalam waktu setengah jam lapisan tipis itu tidak akan hancur, sehingga racunnya tidak bisa bekerja, akan tetapi jikalau bergerak sembarangan atau marah, ini berarti akan mendesak lebih cepat bekerjanya racun itu, jadi kalau ada apa-apa janganlah salahkan padaku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, ternyata saudara Ang sudah lama
merencanakan untuk menghadapi kita lima bersaudara?"
"Harap saudara Yap pikir dahulu masak-masak, aku tidak akan memaksa."
"Biarlah aku yang mengaku kalah."
Ang Thian Gie berjalan kesatu sudut di dalam ruangan kuil tua itu, menghampiri ke depan orang tua yang mengenakan pakaian berwarna lila, ia membuka botol warna putih,
mengeluarkan sebutir pel lalu membuka mulut orang tua itu dan memasukkan pel itu ke dalam mulutnya, tangan kanannya meraba-raba ke duabelas bagian jalan darah di sekujur badan orang tua itu.
Ia bekerja cepat sekali, dalam waktu sebentaran saja, empat orang tua yang duduk berpencaran di empat sudut itu masing-masing sudah diberi pel dan ditutup jalan darahnya, kemudian ia berjalan ke depan Yap It Peng, lalu duduk ber-hadap2an untuk mengatur pernapasannya.
Ia sudah mengeluarkan banyak tenaga kepada empat
orang tua itu hingga mukanya sudah menunjukkan tanda-
tanda kelelahan. Keadaan dalam ruangan kembali menjadi sepi sunyi,
meskipun disitu ada sembilan belas orang yang duduk tetapi tidak terdengar suara apa-apa.
Kira beberapa waktu kemudian, empat orang yang duduk
diempat sudut itu, badannya nampak mendadak bergerak
kemudian membuka mulut dan menarik napas panjang.
Beberapa puluh pasang mata, semua ditujukan kepada
orang tua itu, tetapi orang itu setelah menarik napas, kembali duduk ke dalam seperti biasa.
Ang Thian Gie kemudian bangkit dan berkata, "Sebentar lagi obat yang kuberikan kepada mereka akan hilang
kekuatannya." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah itu kembali ia mengeluarkan empat rupa butir pel dari botol warna hijau, lalu dimasukkan ke mulut empat orang tua itu, setelah itu ia balik ke depan Yap It Peng dan berkata padanya sambil tertawa, "Sebentar saudara Yap juga makan sebutir."
Yap It Peng berkata sambil tertawa, "Aku sudah terkena racunmu, apakah masih perlu makan racun lagi?"


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Racun yang berada dalam badanmu, memerlukan waktu
beberapa jam lagi baru bekerja, kalau dibanding dengan racun ini bedanya jauh sekali, jikalau empat orang saudaramu itu nanti sadar, saudara Yap lalu memaksa aku memberikan obat pemunah, maka aku nanti akan sulit untuk memberi
perlawanan, ini akan berakibat besar bagiku."
Yap It Peng menyambut obat dari tangan Ang Thian Gie, lalu berkata sambil tertawa, "Begini saudara Ang baru merasa lega bukan?"
Ang Thian Gie berkata sambil tersenyum, "Jikalau saudara Yap menyembunyikan obat itu ke dalam mulut dan tidak
ditelan, maka lapisannya akan menjadi lamer dengan cepat, hal ini bagi saudara Yap sendiri ada jahatnya dan tidak ada baiknya, aku terangkan lebih dahulu, kau mau percaya atau tidak, itu bukan urusanku lagi."
Yap It Peng menjawab sambil tersenyum, "Terima kasih
atas petunjukmu." Diam-diam ia menggunakan lidahnya untuk menjilat pel
yang berada dalam mulutnya, benar saja ada rasa manisnya, hingga ia tahu bahwa ucapan orang tua itu tidaklah bohong.
Sementara itu Ang Thian Gie menatap mukanya dengan
tanpa berkesip, sehingga sulit baginya untuk mengeluarkan pel itu dari mulutnya.
Selagi berada dalam kesulitan, dari antara anak murid empat orang saudaranya itu mendadak terdengar suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulan nyaring, kemudian disusul oleh suara orang memaki,
"Kenapa kau memukul orang?"
Terdengar pula suara jawaban orang, "Apakah matamu
buta, di waktu kau menyelonjorkan kaki, kenapa matamu tidak melihat sehingga menendang badanku?"
Ang Thian Gie dengan tanpa sadar berpaling ke arah suara ribut2 itu, kesempatan baik itu digunakan oleh Yap It Peng, cepat sekali ia muntahkan pel yang berada dalam mulutnya lalu disimpan ke dalam sakunya, setelah itu ia baru dapat melihat bahwa orang yang bertindak memukul orang tadi adalah muridnya sendiri, Siang-koan Kie, kini ia baru tahu bahwa murid itu memang sengaja menimbulkan kacau, untuk mengalihkan perhatian Ang Thian Gie, sehingga dalam hatinya dia memuji kecerdikannya murid itu?"..
Saat itu tiba-tiba terdengar suara tarikan napas panjang dari orang tua yang mengenakan pakaian warna lila, yang kemudian membuka matanya.
Setelah berada dalam keadaan tidak ingat diri selama satu hari satu malam, ketika tersadar ingatannya masih belum pulih kembali, ia terkejut waktu membuka mata dan menyaksikan di hadapannya duduk begitu banyak orang.
Yap It Peng kemudian berkata sambil tersenyum, "Apakah jietee masih mengenal saudaramu ini" Dahulu oleh karena suatu kesalahan kecil telah menyebabkan kita lima orang bersaudara selama tiga puluh tahun seperti orang lain, untuk ini aku terus merasa tidak tenang, juga pernah mencari jejak kalian, tetapi pertama sebab tempat kediaman kalian tidak menentu, sehingga tidak mudah diketemukan, dan kedua
kalian masing-masing sudah berhasil dalam usaha sendiri-sendiri, sehingga semua sudah berhasil mendapat kedudukan baik, hanya saudaramu ini?".."
Saat itu terdengar pula suara tarikan napas panjang,
seorang tua dilain sudut berkata, "Kejadian pada tiga puluh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahun yang lalu bagaikan impian, kalau diingat kita semua masih merasa sedih, kita berempat sejak memutuskan
hubungan persaudaraan dengan toako, selama itu tidak satu saat tidak memikirkan diri toako, waktu itu meskipun karena sedikit salah faham, sehingga tali persaudaraan kita telah putus, tetapi setahun kemudian, dalam hati kita timbullah rasa penyesalan kita berempat lalu pergi ketempat dimana kita dulu mengikat persaudaraan itu, kita saling berjanji, sebelum kita bertemu muka dengan toako diantara kita berempat, juga tidak akan saling berhubungan, siapa tahu jejak toako susah dicari, sehingga kesalahan faham itu telah menciptakan suatu kesedihan antara kita selama tiga puluh tahun. Kita masih ingat tatkala kita berpisah dengan toako kita semua masih merupakan anak-anak muda, tetapi sekarang rambut kita sudah putih semua, sekalipun saudara kita yang kelima juga sudah lanjut usianya."
Dari lain sudut dua orang tua yang masing-masing
berpakaian kuning telur dan biru muda berkata, "Apakah toako selama ini baik-baik saja?"
Keduanya lalu mengangkat tangan memberi hormat kepada Yap It Peng.
Yap It Peng membalas hormat dan berkata dengan suara
rendah, "Selama tiga puluh tahun ini saudaramu ini selalu merasa tidak tenang dan merasa malu terhadap saudara
sekalian, kalau mengingat keadaan sewaktu kita sama-sama belajar ilmu silat dari orang tua itu, sikap orang tua itu sengaja mengatur berbagai cara yang sangat misteri
maksudnya sedikit banyak menimbulkan kecurigaan. Sayang waktu itu aku agak lalai sehingga tertipu olehnya dan kemudian bersumpah tidak akan membocorkan rahasia ilmu kepandaian yang kupelajari, hal ini telah mengakibatkan kita lima saudara saling curiga dan akhirnya memutuskan
perhubungan?".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ang Thian Gie mendadak berkata sambil tertawa dingin,
"Waktu sudah akan sampai kelapisan tipis untuk pembungkus racun itu, sudah akan lumer."
Wajah Yap It Peng nampak sedikit berubah, tetapi sebentar kemudian sudah pulih seperti biasa, ia bersenyum hambar dan berkata, "Tadi aku sudah berkata kepadamu setelah empat orang saudaraku ini tersadar, harus memberikan waktu
kepada kita untuk berbicara."
"Saudara Yap kau lebih baik menceritakan kepada empat orang saudaramu apa yang telah kita janjikan, beritahukan dulu kepadaku hafal ilmu silatnya, dan aku nanti akan memberikan obat pemunah racunnya, setelah kalian makan obat pemunah itu, kita boleh bicara tanpa khawatir lagi."
Empat orang tua itu dengan serentak berpaling ke arah Ang Thian Gie, orang tua berbaju lila yang sadar paling dahulu berkata dengan nada suara dingin, "Aku kira siapa, ternyata adalah orang tua beracun tangan seribu Ang Thian Gie yang kenamaan itu?".."
Ang Thian Gie lalu berkata, "Bisa saja kau, hari ini aku merasa beruntung dapat bertemu dengan lima jago daerah Tiong-goan yang namanya menggemparkan dunia rimba
persilatan, aku merasa sangat gembira sekali?".. cuma, julukan siaotee orang tua beracun tangan seribu juga tidak sia-sia diberikan orang padaku, tuan-tuan sekalian yang ada disini, semua sudah makan racunku yang akan mengakibatkan kematian dalam waktu seratus langkah, kecuali obat
pemunahku, dalam dunia persilatan pada dewasa ini,
barangkali sudah tidak ada bandingnya yang bisa
memunahkan racun itu."
Seorang tua berbaju putih berkata dengan suara gusar.
"Jangan berkata akan mati dalam seratus langkah,
sekalipun sepuluh langkah, apakah yang takutkan" Apakah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau kira lima orang jago daerah Tiong-goan semua adalah orang-orang yang takut mati?"
Sehabis berbicara demikian kemudian ia lantas bangun
berdiri. Tiga orang tua yang masing-masing duduk dilain sudut, juga marah semua, mereka berdiri sambil mengawasi Ang Thian Gie, agaknya sudah ingin segera bertindak.
Ang Thian Gie khawatir bahwa empat orang itu benar-
benar akan bertindak terhadap dirinya, sehingga diam-diam sudah siap sedia sambil mengawasi Yap It Peng ia berkata dengan suara rendah, "Jika mereka bertindak menyerangku maka jangan sesalkan kalau aku tidak menepati janjiku."
Yap It Peng dengan bergiliran mengawasi empat
saudaranya, lalu berkata, "Saudara-saudara silakan duduk dulu untuk mengatur pernapasan, jikalau merasakan apa-apa yang tidak beres, lekaslah tutup jalan darahmu."
Empat orang tua itu semua mengawasi diri Ang Thian Gie dan berkata, "Ang Thian Gie kau harus hati2, jikalau kita merasakan adanya racun di dalam tubuh kita jangan harap kau bisa keluar dari sini dalam keadaan hidup."
Yap It Peng menarik napas panjang, perlahan-lahan
mengangkat tangan kanannya lalu mengulurkan satu jari tangannya seraya berkata, "Ang Thian Gie, lihatlah jurus pertama dari ilmu silat Hiang-mo-sip-sam-ciang dinamakan pena melajang menggapai sukma?""."
Semua mata orang yang ada disitu, ditujukan kepada diri Yap It Peng untuk menyaksikan sikapnya.
Ang Thian Gie perdengarkan suara batuk-batuk, sinar
matanya menyapu kesemua sudut dalam ruangan itu.
Yap It Peng mendengar suara batuk-batuk Ang Thian Gie, segera mengerti apa maksudnya, maka lalu berkata, "Saudara Ang silahkan kemari untuk mendengarkan hafalannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ang Thian Gie berpaling mengawasi empat orang tua itu sejenak, lalu berjalan menghampiri Yap It Peng, kemudian duduk disampingnya sambil memasang telinga.
Cepat sekali Yap It Peng sudah membacakan tiga jurus
hafalan ilmu silat itu. Ang Thian Gie yang mendengarkan terus angguk-anggukkan kepalanya.
Ang Thian Gie sudah mempunyai kepandaian ilmu silat
yang cukup tinggi, setelah mendengarkan hafalan itu, segera dapat merasakan bahwa ilmu silat ini sesungguhnya jauh berbeda dengan ilmu silat lainnya.
Yap It Peng setelah mernbacakan tiga hafalan itu lalu berkata, "Ilmu silat Hong-mo-ciang-hoat ini kita lima orang bersaudara setiap orang cuma belajar beberapa jurus saja, apa yang kuketahui dan kupelajari hanya cuma tiga jurus ini, jikalau kau merasa bahwa hafalan ini bukanlah bikinanku sendiri, harap kau suka menyerahkan obat pemunah biar empat saudaraku itu makan dulu obat pemunah itu barulah aku nanti akan meminta mereka mengajarkan hafalannya
kepadamu." Ang Thian Gie diam-diam berkata kepada diri sendiri
memang benar, Chungcu juga pernah berkata bahwa ilmu
silat ini adalah warisan dari seorang tua yang tidak tahu namanya, sebab orang tua itu tidak bisa berdiam lebih lama di kediaman lima orang jago itu, maka lima orang jago itu dipanggil kehadapannya, lebih dulu ia sendiri
mempertunjukkan dua jurus kepada lima diago itu, dan
kemudian menanyakan kepada mereka ingin mempelajarinya atau tidak.
Waktu itu nama lima orang jago itu sudah menggemparkan dunia Kang-ouw, kepandaian mereka itu semuanya sudah
termasuk kepandaian orang-orang kelas satu dalam rimba persilatan, tetapi ketika menyaksikan dua jurus ilmu pukulan yang dimainkan oleh orang tua tak bernama itu, lalu merasa tertarik sehingga masing-masing menyatakan ingin belajar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu setelah mengetahui mereka ingin belajar, ia sendiri lalu bersembunyi ke dalam sebuah kamar, agar lima orang itu satu persatu untuk diberi pelajaran ilmu silat itu secara terpisah.
Itu disebabkan karena ilmu silat terlalu aneh, siapa saja tidak dapat mempelajari seluruhnya dalam waktu yang
pendek, justru ia sendiri karena masih ada urusan penting tidak dapat berdiam lebih lama, maka diturunkan pelajaran itu secara terpisah kepada lima saudara itu?"..
Ang Thian Gie setelah lama berpikir baru berkata lagi,
"Saudara Yap kau sudah menepati janjimu, sudah tentu aku percaya perkataanmu."
Setelah itu dia lalu memberikan botol warna putih kepada Yap It Peng.
Yap It Peng sebaliknya malah tidak menduga bahwa Ang
Thian Gie berlaku begitu royal maka ia lalu menyambuti botol yang diberikan kepadanya itu.
Ia baru saja menyaksikan dengan mata kepala sendiri
bagaimana Ang Thian Gie memasukkan obat racun kepada
empat saudaranya sehingga mereka tersadar dari tidurnya, maka ia tak sedikitpun merasa curiga terhadap obat yang diberikannya kepadanya itu.
Ia mengambil empat butir pel dari dalam botol itu diberikan kepada empat saudaranya seraya berkata. Saudara Ang ini di dalam rimba persilatan adalah seorang yang mempunyai
kedudukan baik dalam soal obat pemunah ini, aku juga
menyaksikan kalian makan dalam pel ini. Sudah tentu tidak ada yang mencurigakan, kuharap saudara-saudara lekas
makan supaya aku juga boleh merasa lega?"..
Empat orang tua itu mengawasi Yap It Peng sambil
tersenyum lalu menelan obat yang diberikannya tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap It Peng menutup botol dan bertanya, "Saudara Ang, apakah pel ini benar-benar dapat memunahkan racun dalam diri mereka?"
Meskipun ia sendiri baru saja menyaksikan Ang Thian Gie menggunakan obat ini untuk menyadarkan keempat orang
saudaranya, tetapi ia masih merasa agak sangsi, maka
mengajukan pertanyaan demikian.
Ang Thian Gie lalu berkata, "Kalau saudara Yap masih
merasa curiga terhadapku, itu apa boleh buat?"..
Yap It Peng berkata, "Bukan aku merasa curiga, tetapi sesungguhnya karena urusan ini sangat penting, aku belum merasa lega sebelum mendapat kepastian."
Tetapi ketika ia mengawasi wajah empat orang saudaranya nampaknya mulai segar sehingga hatinya merasa lega.
Ang Thian Gie berkata dengan nada suara tinggi,
"Persoalan saudara Yap, yang ingin aku lakukan telah selesai dan ilmu silat Hiang-mo-sip-sam-ciang, juga seharusnya kau turunkan semuanya padaku."
Yap It Peng berkata, "Saat ini obat mereka belum berjalan, barangkali masih susah memberi pelajaran. Lima orang jago daerah Tiong-goan, selamanya belum pernah mengingkari janji. Aku sudah menerima baik permintaanmu, tidak nanti kuingkari."
Orang yang berbaju putih tiba-tiba membuka mata dan
bertanya, "Toako, obat apakah yang diberikan oleh orang tua beracun itu tadi, agaknya sedikit tidak beres?"
Yap It Peng menjawab sambil tertawa, "Jietee jangan
khawatir, aku tadi sudah menyaksikan sendiri ia telah menyadarkan saudara berempat dengan obat ini, mungkin obat yang manjur rasanya agak pahit, sebab selama obat itu sedang berjalan bisa menimbulkan rasa tidak enak"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua berbaju putih itu agaknya percaya benar kepada Yap It Peng maka ia kemudian tersenyum dan kemudian
memejamkan matanya tidak berkata apa-apa lagi.
Tiga orang tua yang lainnya masing-masing membuka mata mengawasi Yap It Peng sejenak kemudian memejamkan lagi matanya.
Ang Thian Gie agaknya merasa tidak sabar berkata dengan suara keras, "Yap It Peng ucapanmu masih berlaku atau tidak?"
Orang tua yang berpakaian putih itu sekonyong-konyong membuka matanya dan berkata dengan suara gusar, "Ang
Thian Gie, kau lancang mulut, apakah ingin mencari penyakit"
Hem! apakah Yap It Peng boleh kau panggil begitu saja" Lima orang jago dari daerah Tiong-goan seumur hidupnya belum pernah membohong, bagaimana mau menjual
kepercayaannya kepada dirimu?"
Ang Thian Gie berkata dengan suara dingin, "Aku tadi
sudah berjanji dengan saudaramu, dia akan menurunkan
pelajaran ilmu Hiang-mo-sip-sam-ciang kepadaku dan aku akan memberikan pel penawar racun kepadanya untuk
menghilangkan racun dalam tubuh kalian berempat, sekarang aku sudah berikannya kepadanya, tetapi saudara Yap hendak mengulur waktu, tidak mau menurunkan pelajaran itu
kepadaku, apakah ini bukan berarti suatu penipuan terhadap diriku?"
Orang tua berbaju putih itu tercengang, ia berpaling dan berkata kepada Yap It Peng, "Toako apa ucapannya itu
benar?" Yap It Peng menarik napas panjang dan berkata, "Untuk
,menolong jiwa saudara berempat, aku telah terima baik permintaannya dengan memberikan pelajaran silat Hiang-mo-sip-sam-ciang untuk ditukar dengan pelnya penawar
racun?".." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau toako sudah menerima baik permintaannya, sudah tentu kita tidak dapat mengingkari janji.
"Ada suatu rahasia yang kusimpan di dalam hati selama beberapa puluh tahun, belum kuceritakan kepada kalian?".."
Orang tua berbaju lila menyela, "Persoalan yang sudah lalu, sebaiknya jangan dibicarakan lagi."
Yap It Peng berkata sambil tersenyum, "Aku merasa sangat girang mendapat tahu bahwa kalian berempat telah mengerti keadaanku, tentang urusan ini jika tidak kukatakan aku tetap merasa tidak tenang walaupun aku harus melanggar
sumpahku sendiri. Tetapi rasanya adalah lebih baik kalau hal itu kujelaskan?".."
Ia berhenti sejenak kemudian berkata, "Pada tiga puluh tahun berselang ketika orang tua tak bernama yang sengaja memisahkan kita berlima dengan maksud hendak
mengajarkan ilmu silatnya yang luar biasa kepada kita, waktu itu meski dalam hatiku merasa heran tetapi karena tertarik oleh perasaan ingin tahu, kuterima baik permintaannya, kupikir dengan nama besar yang dikenal pada kala itu, sudah tentu tidak dapat dibandingkan dengan segala manusia
rendah dalam kalangan Kang-ouw, kiranya ia juga tidak berani menipu kita, apalagi persoalan semacam ini dapat segera diketahui ilmu silat itu benar-benar atau palsu, siapa tahu yang telah mengusulkan suatu cara yang memberikan
pelajaran secara satu persatu dengan gerak tipunya yang berlainan, menurut keterangan ilmu silat itu adalah suatu kepandaian paling hebat dalam rimba persilatan dengan tenaga seorang saja ilmu silat yang terdiri dari tigabe1as jurus itu tidak mungkin dipelajari seluruhnya dalam waktu beberapa tahun yang sangat singkat, maka barulah ia mencari kepada kita dan ilmu silat itu diturunkan kepada kita lima orang secara berlainan. Waktu itu aku tertarik oleh teorinya itu, dengan tanpa berunding dengan kalian berempat lebih dulu aku sudah menerima baik permintaannya. Lebih dulu aku yang dipanggil Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masuk ke dalam kamar, setelah menurunkan pelajarannya satu jurus, tiba-tiba saja ia berhenti dan menyuruhku melakukan sumpah berat, berjanji selama hidupku tidak boleh mengatakan kepada orang lain tentang dirinya yang memberi pelajaran ilmu silat kepadaku. Sebab gerak tipu itu terlalu ampuh, dan aku tertarik oleh keanehannya itu, maka itu aku bersumpah tanpa pikir lagi, sehingga tanpa sengaja menanam bibit percideraan diantara kita lima saudara sendiri."
Keempat orang tua itu mendengarkan penuturan tersebut dengan mata terbuka lebar, kemudian mereka berkata
serentak, "Ketika orang tua tanpa nama itu memberi pelajaran kepada kita, keadaannya juga serupa seperti apa yang toako ceritakan tadi, hanya?".."
Entah apa sebabnya empat orang itu menutup mulut
dengan serentak. Jap It Peng rnenghela papas dan berkata, "Entah pelajaran apa yang diturunkan kepada kalian berempat itu" Tetapi yang diturunkan kepadaku hanya?"?"
Tiba-tiba terdengar suara jeritan dari mulutnya orang tua yang mengenakan baju kuning telur, kemudian muntahkan darah di hidung.
Yap It Peng lalu bertanya kepada Ang Thian Gie sambil mengerutkan keningnya, "Apakah obat penawar ini tidak salah?"
"Obat penawar racunku ini adalah obat yang sangat
manjur?".." jawab Ang Thian Cie sambil menggelengkan
kepala. Sementara itu terdengar pula beruntun-runtun suara jeritan orang tua berbaju biru muda, lila dan putih, masing-masing sudah menyemburkan darah dari mulutnya.
Wajah Ang Thian Cie berubah seketika, ia segara melompat bangun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua yang mengenakan baju putih mendekap
dadanya seraya berkata, "Toako kita semua telah tertipu oleh Ang Thian Gie?"?"
Yap It Peng gusar sekali, sambil mengeluarkan bentakan keras ia melompat melesat dan menyerang Ang Thin Gie.
Bersamaan pada saat Yap It Peng lompat menyerang Ang
Thian Gie, duabelas pemuda itu juga berdiri semuanya, hendak merintangi berlalunya Ang Thian Gie.
Dengan tongkat bambunya Ang Thian Gie mengadakan
perlawanan, setelah berhasil mendesak mundur empat orang pemuda itu, dengan cepat ia lari keluar.
Siang-koan Kie telah ,menyaksikan semua orang sudah
bertindak, ketika hendak berdiri tiba-tiba terdengar suara gedebukan, duabelas pemuda itu hampir serentak roboh di tanah.
Ia adalah seorang cerdik ketika menyaksikan keadaan
demikian, tidak berani lagi mengerahkan tenaganya, lalu merebahkan diri di antara orang banyak.
Empat orang tua yang duduk di empat sudut, dengan
mendadak semua berdiri, sambil mendekap perut dengan
kedua tangannya dan mata terbuka lebar mereka lari keluar, tetapi baru berjalan empat lima langkah, bersama roboh di tanah, darah menyembur keluar dari mulut masing-masing.
Yap It Peng yang tidak berhasil menyerang Ang Thian Gie, selagi hendak mengejar keluar, telah dikejutkan oleh kejadian yang mengerikan itu sehingga ia berdiri tertegun bagaikan patung.
-odwo- Bab 3 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
MENYAKSIKAN empat saudara angkatnya beserta duabelas
muridnya dan muridnya sendiri yang tersayang Siang-Koan Kie, semua telah roboh dalam ruangan kuil tua itu, Yap It Peng merasa ditusuk oleh pedang tajam. Walaupun ia sudah lama berkelana di dunia Kang-ouw dan mempunyai keteguhan hati bagaikan baja, tak terasa juga masih mengeluarkan air mata.
Ia lalu berkata kepada dirinya sendiri, "Empat saudaraku beristirahatlah dulu, sebelum racunku bekerja aku hendak menggunakan sisa tenagaku untuk mengejar dan membunuh Ang Thian Gie, aku nanti akan sodorkan bangkai Ang Thian Gie di hadapan arwah kalian, setelah itu aku nanti akan bunuh diri untuk menyusul kalian berempat."
Sehabis berkata demikian ia lalu keluar.
Kekacauan telah berlalu, dalam ruangan itu kembali
menjadi sunyi. Angin malam menutup sinar lilin dalam ruangan, menyinari tujuh belas bangkai manusia yang berserakan di tanah.
Sementara itu Siang-Koan Kie diam-diam mengeluarkan
napas lega, dalam hatinya berpikir duabelas pemuda ini, berbareng terkena jarum racun dengan aku, mengapa racun dalam tubuhku tidak bekerja sedang mereka sudah rubuh semua" Apa barangkali karena mereka gusar dan
mengerahkan tenaganya, sehingga racun itu bekerja lebih cepat?"
Selagi pikirannya masih bekerja matanya tiba-tiba dapat melihat seorang pemuda yang berbaju lila yang berada
beberapa kaki depannya, kaki dan tangannya bergerak-gerak, dalam herannya diam-diam lalu berpikir: apakah mereka semua seperti aku masih belum mati"
Ia lalu berdiam tidak bergerak untuk menyaksikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak berapa lama pemuda yang menggerakkan kaki
tangannya itu mendadak bangun dan duduk, kedua tangannya menepuk tiga kali.
Mendengar tepukan tangan itu tiga pemuda lain yang
berlainan warna pakaiannya, telah bangun dan duduk.
Siang-Koan Kie diam-diam berkata sambil menghela napas,
"Benar saja di antara anak murid empat susiok, ada yang bertindak sebagai mata-mata?".."
Keempat pemuda itu masing-masing mengucapkan kata-
kata rahasia yang hanya dimengerti oleh mereka, kemudian pemuda yang berpakaian warna putih lalu bangkit dan berkata dengan suara perlahan, "Apakah suheng bertiga semua
datang dari Heng-hoa-po?"
Tiga pemuda berpakaian warna lila, kuning dan biru, juga bangkit dan menjawab, "Benar, apakah suheng orang she Tan?"
Pemuda baju putih itu dengan sinar matanya yang tajam menyapu bangkai orang-orang itu sejenak, kemudian
menjawab sambil tertawa, "Siaotee Tan It Cie, apa kau sutee bertiga sudah berhasil mempelajari ilmu silat Hiang-mo-sip-sam-ciang?"
Tiga pemuda itu menjawab dengan sikapnya yang
menghormat, "Kita telah berusaha segenap tenaga dan
menggunakan waktu tiga tahun, tetapi hanya dapat mencari belajar tiga jurus saja?".."
Tan It Cie bersenyum lalu berkata, "Jurus pertama dari ilmu silat Hiang-mo-sip-sam-ciang itu apakah bukan bernama pena melajang menggapai sukma?"
Tiga pemuda itu nampak berpikir sejenak lalu menjawab,
"Benar." "Im dan Yang bersatu, bukankah itu nama jurus kedua?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga pemuda itu berpikir agak lama, baru menjawab
dengan serentak juga "betul".
"Dan jurus ketiga bukankah bernama kuda terbang di
angkasa?" Tiga orang itu menjawab sambil serentak, "Kepandaian
suheng tinggi sekali, tiga jurus yang kau sebutkan itu, tidak satupun yang salah."
"Kecuali tiga jurus itu, apa sutee bertiga pernah melihat jurus keempat?"
Tiga pemuda itu menjawab dengan serentak, "Sudah tiga tahun lamanya kita mencoba mengintai, tetapi Supoh belum pernah melatih jurus keempat, tetapi tiga jurus yang suheng sebutkan di atas tadi, sering melihatnya."
Tan It Cie tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Lantaran tiga jurus gerak tipu suatu ilmu silat, kita empat orang telah menghamburkan waktu sampai empat tahun, kalau bukan
lantaran supoh setahun yang lalu diam-diam memanggil, dan mengatakan bahwa ilmu silat Hiang-mo-sip-sam-ciang itu mungkin cuma mempunyai tiga jurus gerak tipu, yang
diturunkan kepada lima jago daerah Tiong-goan, maka aku sendiri juga terpedaya oleh lima jago itu, bahkan aku masih mengira bahwa perbuatanku yang mengintai itu telah
diketahui, sehingga tidak mau melatih jurus keempat?".."
Tiga pemuda baju lila, biru dan kuning itu saling
memandang sejenak, lalu berkata, "Tindak tanduk supoh, selalu dirahasiakan, kita berempat meski sama-sama diutus pura-pura menjadi muridnya lima orang jago daerah Tionggoan, untuk mempelajari ilmu silat Hiang-mo-sip-sam-ciang, sehingga empat tahun lamanya, tapi satu sama lain tidak saling mengenal. Jangankan lima jago itu, sedangkan kita sendiri, juga tidak tahu siapa di antara muridnya yang menjadi utusan oleh supoh untuk mencuri belajar ilmu silat tersebut.
Kata-kata rahasia yang diberikan kepada kita, ternyata telah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berguna dalam kuil tua ini, maka untuk dewasa ini, dalam dunia Kang-ouw mungkin tidak ada seorangpun yang
demikian rapi rencananya."
Tan It Cie berkata sambil ketawa, "Kepandaian supoh
bukan cuma itu saja, dari tempat ribuan lie jauhnya, beliau dapat melihat setiap gerak gerik kita, bahkan dapat tahu bahwa ilmu silat tersebut cuma ada tiga jurus gerak tipu; ini telah terbukti dari ucapan tiga sutee tadi sendiri, serta apa yang kita berempat telah saksikan, ternyata tiga jurus gerak tipu itu adalah bersamaan. Dengan demikian, hingga ucapan supoh itu sedikitpun tidak salah."
Pemuda berbaju lila itu menanya, "Benarkah ucapan
suheng ini?" Pemuda itu meskipun tidak percaya seluruh keterangan Tan It Cie tadi, tetapi ia tidak berani membantah, sehingga perlu mengajukan pertanyaan demikian.
"Tadi ketika Yap It Peng memberi pelajaran hafalan kepada Ang Thian Gie, jurus pertama diucapkannya dengan suara nyaring, ternyata juga Pena melajang menggapai sukma, dan hafalan ini kita semua sudah sangat hafal sekali, sudah tentu tidak bisa salah lagi!" berkata Tan It Cie.
"Benar! ucapan itu aku juga mendengar nyata." berkata pemuda baju lila itu.
Tan It Cie bersenyum, katanya pula, "Tetapi Yap It Peng tadi telah berkata bahwa orang tua tak bernama itu dulu waktu memberi pelajaran kepada lima jago itu, diberikannya secara bergiliran di dalam kamar, tetapi kini ternyata bahwa jurus pertama yang dipelajari oleh lima jago itu, sebetulnya adalah serupa, kalau orang tua tak bernama itu tidak
bermaksud sengaja hendak menyesatkan lima orang jago agar mereka saling cakar sendiri, tentunya ia sendiri juga belum berhasil mempelajari seluruh ilmu silat Hiang-mo-sip-sam-ciang yang terdiri dari tigabelas jurus itu. Kalau ia memang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar menganggap kekuatan lima orang jago itu tidak mampu mempelajari ilmu silat tersebut seluruhnya dalam waktu singkat, sehingga perlu diberikan pelajaran secara terpisah, maka setiap orang yang dipelajarinya seharusnya berlainan.
Tetapi apa yang mereka pelajari ternyata sama, maka aku berani pastikan, bahwa lima orang jago itu hanya mendapat pelajaran tiga jurus yang serupa itu saja."
Pemuda berbaju kuning itu tiba-tiba menyela, "Entah apa sebabnya supoh tidak memerintahkan aku untuk tidak
mempelajari ilmu silat lainnya, kecuali ilmu silat Hiang-mo-sip-sam-ciang itu saja?"
Tan It Cie berpikir sejenak, barti berkata, "Tentang ini aku belum pernah mendengar keterangan dari supoh, tetapi aku menduga tentunya mengandung maksud tertentu, mungkin
ilmu silat Hiang-mo-sip-sam-ciang itu merupakan satu ilmu silat yang dapat menundukkan ilmu silat supoh sendiri!"
Siang-koan Kie yang pura-pura rebah di tanah, dapat
mendengar dengan jelas pembicaraan empat orang pemuda itu, dalam hatinya diam-diam lalu berpikir, "Entah siapa orang yang mereka sebut sebagai supohnya itu?"
Pada saat itu, terdengar pula suara pemuda berbaju biru berkata, "Dalam surat perintah suhu itu, kita diminta melakukan pekerjaan apa lagi?"
Jawab Tan It Cie, "Dalam surat perintah supoh itu, kita disuruh lekas pulang setelah lima orang jago Tiong-goan itu meninggal dunia."
Pemuda berbaju lila itu berkata, "Keadaan sekitar kuil tua ini meskipun sepi sunyi, tetapi kalau tigabelas bangkai manusia dibiarkan begitu saja, apalagi yang mati adalah lima orang jago Tiong-goan yang namanya masjhur di dalam rimba persilatan, pasti akan menerbitkan kegemparan; sebaiknya kita mencari rumput kering dan sebagainya, ditumpuk dalam kuil ini, lalu kita bakar sampai tidak meninggalkan bekas?".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan It Cie berkata sambil meng-geleng2kan kepala, "Dalam surat supoh itu, juga pernah menyebut soal ini, beliau menyuruh kita setelah menyaksikan kematian lima orang jago Tiong-goan itu, lalu berusaha memindahkan jenazah mereka kelain tempat yang ada orangnya, supaya kejadian yang menggemparkan dunia Kang-ouw ini, lekas tersiar luas di kalangan Kang-ouw. Tindakan supoh ini sudah tentu ada maksudnya, hanya, beliau adalah seorang luar biasa, kita tidak dapat menduga apa maksudnya."
Pemuda berbaju kuning itu berkata sambil mengawasi
bangkai-bangkai yang berserakan di lantai, "Entah orang-orang ini benar-benar sudah mati semuanya atau tidak"


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apakah kita perlu melakukan pemeriksaan yang seksama lebih dulu, baru pergi?"
"Ucapan ini memang benar." kata Tan It Cie yang
kemudian memeriksa semua bangkai itu dengan sangat teliti.
Orang-orang yang sudah menjadi bangkai itu, kecuali
Siang-koan Kie, semua mempunyai hubungan perguruan
dengan empat pemuda itu. Diperiksanya satu persatu muka orang-orang yang sudah tidak bernyawa itu, semuanya pucat kuning, agaknya sudah lama mati, sedangkan empat orang tua yang berlainan warna pakaiannya itu, juga sudah tidak bernyawa lagi.
Siang-koan Kie menutup semua jalan darahnya, supaya
tubuhnya dingin. Dalam keadaan demikian, tiba-tiba pipinya dirasakan dua tamparan keras, lalu terdengar suara seorang memakinya,
"Bocah ini adalah murid Yap It Peng."
Kembali satu tamparan keras melajang di pipinya.
Terdengar pula suara seorang lain, "Bocah ini agaknya sudah mendapat warisan dari Yap It Peng?".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang lagi berkata, "Dia sudah mampus, sekalipun
mendapat warisan kepandaiannya Yap It Peng, apa gunanya"
Mari kita lekas pergi?".."
Lalu terdengar suara gerakan kaki, empat pemuda itu
sudah pergi. Siang-koan Kie meski merasakan tamparan pipinya, tetapi ia masih menahan napas, tidak berani membuka mata. Ia mengerti apabila mereka mengetahui bahwa dirinya masih hidup, pasti tidak mau melepaskannya begitu saja.
Setelah mendapatkan kepastian bahwa empat pemuda itu
sudah pergi, ia baru berani membuka mata.
Suasana di dalam ruangan masih sunyi, kecuali beberapa sosok bangkai, tidak terdengar suara apa-apa lagi.
Ia duduk dan menarik napas panjang, lalu mengamat-amati bangkai setiap orang, dengan pengharapan dapat menemukan salah satu yang masih hidup seperti dirinya sendiri?"..
Dalam pikirannya, ia sendiri sudah terkena racun seperti juga para saudaranya dalam perguruan itu, walaupun pada saat itu ia masih belum binasa, tetapi juga tidak dapat hidup dua jam lagi. Karena berpikir demikian, terhadap soal kematiannya malah dianggap sepi.
Pelahan-lahan ia bangkit, lalu mengadakan pemeriksaan sekali lagi kepada setiap bangkai?"..
Selesai melakukan pemeriksaan, ia telah mendapat
kenyataan bahwa setiap orang benar-benar sudah tidak
bernyawa, satu-satunya yang masih hidup, hanyalah ia
sendiri. Dengan mata sayu ia mengawasi keadaan di sekitarnya
sejenak, keadaan dalam ruangan itu ternyata masih tidak berbeda dengan keadaan beberapa jam berselang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi selama beberapa jam itu, dalam ruangan kuil itu telah terjadi suatu perubahan besar, orang-orang yang tadi masih bernyawa, kini sudah menjadi bangkai semua?"..
Meski ia beradat keras, tetapi berperasaan sedih
menyaksikan kematian orang-orang yang pernah menjadi
saudara atau para susiok dalam perguruan, perasaan duka memenuhi dadanya, airmata mengalir deras tak terkendalikan lagi.
Angin lembut meniup masuk, tubuhnya merasakan sedikit dingin, ketika ia menengok keluar pintu, dari ufuk Timur tertampak sinar kuning emas, ia tahu fajar telah menyingsing.
Diwaktu biasanya, pemuda yang penuh energi itu, setiap waktu menjelang pagi hari itu, pasti melakukan latihan penuh semangat, tetapi pagi itu, ia hanya dapat memandang arah ke timur sambil menarik napas panjang.
Cuaca mulai terang, di tempat yang agak jauh, tampak
puncak gunung berwarna hijau. Ia masih berdiri tegak, memandangnya dengan mata sayu. Entah sejak kapan, sinar matahari yang menembus dari balik awan di sebelah timur, memancarkan sinarnya yang pertama, menyinari tangga batu kuil, sehingga tangga yang sudah mesum itu nampak berubah warnanya menjadi keemas-emasan.
Tetapi sinar matahari itu sedikitpun tidak menimbulkan perubahan perasaannya, sebab meski yang dihadapinya itu adalah sinar matahari pagi yang gilang gemilang, tetapi di belakang dirinya tangan maut melambai-lambai, setiap saat dapat merenggut jiwanya.
Ia tidak tahu apa yang harus diperbuat saat itu, juga tidak tahu ia bisa berbuat apa. Pikirnya, "Jenazah2 ini sebaiknya kukubur dahulu, supaya tidak terlantar."
Ia balik kembali, selagi hendak mengangkat salah satu di antaranya dari jenazah bekas persaudaraan dalam
perguruannya itu, dengan tiba-tiba, suara seruling samar-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
samar terdengar dari tempat jauh, kemudian disusul oleh bau harum bunga cempaka yang menusuk hidung.
Suara seruling itu sangat aneh, agaknya tertiup dari tempat jauh, suaranya tidak besar, tetapi iramanya terdengar tegas dan menyebabkan yang mendengarkan merasa tenang dalam menghadapi kematian.
Siang-koan Kie tergugah semangatnya oleh irama seruling itu, ketika hendak lari keluar untuk mencari dari mama datangnya irama seruling itu, suara seruling itu tiba-tiba terputus, seolah-olah menghilang tertiup angin.
Bau harum bunga cempaka yang sangat pekat, juga lenyap seketika.
Dalam hati Siang-Koan Kie sudah mempunyai perasaan
bahwa dalam tubuhnya mengeram racun, dalam waktu satu dua jam pasti mati, sekonyong-konyong dia dapat suatu pikiran apabila semua jenazah orang-orang itu dikubur dan ia sendiri juga kemudian mati, maka kuburan semua orang itu mungkin akan menjadi rahasia terpendam untuk selama-lamanya. Maka sebaiknya dibiarkan di dalam ruangan, supaya mudah dilihat orang?"..
Karena berpikiran demikian, ia tiada berniat untuk
mengubur semua jenazah orang itu, perLahan ia
meninggalkan kuil tua itu.
Timbul pula suatu pikiran aneh dalam otaknya. Andaikata ia sendiri bisa mati di pinggir jalan, bukan saja mudah dilihat oleh orang yang lewat dijalan tetapi juga mungkin sebelum ia mati bisa berjumpa dengan yang hendak pesiar ke tempat itu, sehingga dia dapat menceritakan peristiwa yang terjadi di dalam kuil itu?".. supaya oleh orang itu disiarkan kepada dunia kang ouw, baik orang dari rakyat atau orang-orang Pemerintah, asal dapat menyiarkan peristiwa itu sudah cukup.
Diluar kuil terbentang luas tanah belukar, angin di musim kemarau meniup kencang, daun-daun pohon yang kering pada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rontok, cuma beberapa tangkai pohon bunga seruni yang tumbuh di antara rumput hutan itu masih tetap memekarkan bunganya yang indah.
Ia sudah tidak mempunyai hati dan pikiran untuk
menikmati pemandangan alam itu, keinginan satu-satunya ialah supaya lekas-lekas berjumpa dengan seseorang supaya ia dapat menceritakan peristiwa di dalam kuil itu.
Mendadak ia rasakan kakinya sangat berat, seolah-olah dibanduli oleh barang berat.
Ia berjalan menuju ke depan, tanpa tujuan juga tanpa
arah, apa yang dipikir dalam hatinya ialah lekas menjumpai seorang hidup, karena ia tahu bahwa ia sendiri sudah tidak mempunyai kekuatan untuk menyiarkan kejadian tersebut.
Dalam gunung dan tempat belukar itu, di pagi buta seperti itu bagaimana ada orang datang" Maka ia berjalan sudah hampir tiga pal jauhnya masih belum menjumpai seorangpun juga.
Tiba-tiba ia merasakan goncangan jantung semakin keras sehingga dipikirnya racun dalam tubuhnya sudah mulai
bekerja. Sepasang kakinya mendadak juga merasa lemas, racun
yang keras itu agaknya sudah menjalar kesekujur
badannya?".. Godaan pada pikirannya sendiri itu, telah membuat runtuh semangatnya sendiri, perlahan-lahan ia duduk di pinggir jalan dan memejamkan matanya?"..
Tiba-tiba ia merasakan darahnya menggolak, dengan tanpa sadar rebahkan diri dan kemudian tidur pules.
Entah berapa lama berlalu telinganya sayup-sayup
terdengar suara seruling, ia mengucak-ucak matanya, lalu mendengarkan dengan saksama, didengarnya irama seruling Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu seperti mengandung perasaan gembira, sehingga
membangunkan semangat siapa yang mendengarkannya.
Perasaan ingin hidup telah timbul secara mendadak, lalu bangkit dan menggerak-gerakkan kakinya sebentar, kemudian berjalan menuju ke arah seruling itu dengan langkah lebar.
Irama seruling yang menggembirakan, membuatnya untuk
sementara melupakan dirinya yang sudah kemasukan racun.
Ia mencari suara seruling itu, dengan tanpa disadarinya tindakan kakinya dipercepat. Sebentar kemudian ia bergerak bagaikan terbang, kiranya dalam keadaan demikian dengan tanpa disadarinya ia sudah mengeluarkan ilmunya
meringankan tubuh. Suara seruling itu makin lama kedengarannya makin
nyaring, agaknya terpisah tidak jauh dengan dirinya, iramanya yang mengalun-alun didengarnya sangat menawan hati?"..
Sebentar kemudian ia sudah tiba di bawah tebing gunung yang tinggi.
Itu adalah sebuah puncak gunung yang tingginya seratus tombak lebih, tebingnya licin tajam, suara seruling itu datangnya dari tengah-tengah lamping gunung itu.
Siang-Koan Kie kerahkan pandangan matanya mengawasi
ke tebing tinggi itu, tetapi ia memandang sekian lamanya, hanya tampak tebing gunung yang menjulang tinggi dan licin, tidak terdapat sesuatu gua atau lobang yang kiranya dapat digunakan untuk kediaman orang, sehingga dalam hati diam-diam merasa heran.
Meskipun ia adalah seorang yang cerdik, tetapi berhadapan dengan suatu kejadian ganjil ini juga tidak berdaya.
Ia mulai memasang telinganya 1agi, didengar pula irama seruling yang lembut dan merayu, keluar dari celah-celah tebing gunung itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Entah berapa saat irama seruling itu dari suatu irama yang menggembirakan, sudah berubah menjadi suara lembut halus dan merayu-rayu.
Irama itu sedikitpun tidak mengandung irama sedih,
seolah-olah rayuan dari sepasang gase yang lama berpisah baru berjumpa lagi?"..
Irama setiap alat musik, memang mengandung kekuatan
yang dapat pengaruhi perasaan manusia, tetapi irama yang keluar dari seruling itu lain dari pada yang lain,
kedengarannya tidak mempunyai noot tertentu, akan tetapi bisa membawa banyak macam perobahan sebentar tinggi
sebentar rendah, sebentar tegang dan sebentar lembut?"..
Siang-Koan Kie telah tertarik seluruh perhatiannya oleh suara seruling yang aneh itu sehingga melupakan tujuannya yang hendak mencari suara itu tadi, ia berdiri dibawah tebing gunung untuk menikmati irama seruling itu.
Tiba-tiba irama seruling itu berubah pula, Siang-Koan Kie dengan tanpa sadar mendongakkan kepala ke atas.
Ia merasa suara itu seolah-olah memanjat ke atas melalui tebing tinggi itu, dan setelah tiba di atas dan mendadak berhenti, suaranya masih mengalun di tengah udara.
Siang-Koan Kie seperti baru tersadar dari mimpinya. Ia mendongakkan kepala memandang keangkasa, lalu memaki
dirinya sendiri sambil menepuk kepalanya, benar-benar gila aku sebetulnya hendak mencari suara seruling itu, bagaimana kini telah terpengaruh olehnya?"..
Ia memang seorang yang mempunyai kemauan keras dan
pikiran teguh, meskipun suara seruling itu sudah berhenti, tetapi keinginannya untuk mencari masih tetap kuat, maka ia lalu mengerahkan ilmunya meringankan tubuh, memanjat ke atas tebing gunung itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia pikir suara seruling itu datang dari atas tebinq, orang yang meniup pasti berdiam dalam lubang atau gua dipuncak gunung, tetapi ia mencari sekian lama masih tidak
menemukan apa-apa. Sementara itu keringat sudah mulai membasahi sekujur badannya.
Tebing itu memang sangat licin, maka ia harus
menggunakan seluruh kepandaiannya agar supaya badannya tidak merosot kebawah, meskipun ia mempunyai kepandaian sangat tinggi tetapi merambat di tempat licin semacam itu sulit mendapat kesempatan untuk berhenti, karena sudah tidak dapat bertahan lagi terpaksa ia merosot turun ke bawah.
Tiba-tiba ia teringat dirinya sendiri yang terkena racun, mengapa sampai saat itu masih belum binasa?"..
Irama seruling yang menghilang tadi tiba-tiba terdengar pula, tetapi kali ini iramanya berlainan, tinggi dan penuh semangat, seolah-olah para pejuang yang hendak menuju ke medan laga.
Siang-Koan Kie mendengarkan itu tertarik pula
perasaannya. Ia lalu melompat bangun dan tatkala
mendengarkan lagi dengan saksama, suara itu datang dari sebelah kirinya.
Ia sudah tertarik sekali seluruh perhatiannya oleh irama seruling yang ganjil itu sehingga ingin sekali menemui orang yang meniupnya, dengan tanpa dirasa ia perlahan-lahan berjalan ke arah sebelah kiri.
Ketika tiba di suatu tikungan, saat itu ia lalu berdiri termangu sebab puncak gunung menjulang tinggi itu serupa dengan keadaan yang pertama dengan tebingnya yang tinggi licin dan suara seruling itu datangnya dari celah-celah tebing tinggi itu?"..
Ia lalu memeriksa keadaannya, ternyata itu adalah dua buah puncak gunung yang tidak bersambungan, kecuali
adanya sebuah jalan yang menghubungkan antara kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puncak gunung itu maka orang yang meniup seruling tadi dengan gerak badannya yang gesit dapat pindahkan diri dari satu puncak ke lain puncak, selain itu juga tidak ada lain jalan lagi yang dapat memindahkan suara dari satu ke puncak lainnya.
Ia coba mengukur letak kedua puncak gunung itu semua
itu tidaklah mungkin, sebab diantara dua puncak gunung itu terpisah satu jurang yang dalam, tidak mungkin dapat dilalui oleh tenaga manusia.
Ini memang merupakan suatu kejadian ajaib. Sing-Koan Kie meski seorang cerdik juga tidak mampu memecahkan
persoalan itu. Ia mendengarkan sekian lama, kembali berusaha untuk
memanjat ke atas. Tetapi baru saja tiba di tengah-tengahnya suara seruling itu mendadak lenyap pula.
Ia sudah dengar betul bahwa suara seruling itu tersiar di antara tebing puncak gunung itu yang tidak dapat dicari dari mana asalnya tetapi ia tetap hendak mencarinya.
Sampai ia sudah merasa lelah dan tidak sanggup naik lagi, baru merosot turun dan duduk bersila untuk mengatur
pernapasannya. Suara seruling yang aneh itu benar-benar sudah menarik perhatiannya, ia melupakan dirinya sendiri yang sudah hampir mati, menantikan suara seruling itu lagi.
Siapa tahu sudah hampir setengah jam ia menunggu,
seruling itu tidak terdengar lagi suaranya.
Ia membuka matanya, ternyata sudah hampir tengah hari hingga kekawatirannya akan mati timbul pula dalam
hatinya?".. Kejadian semalam terbayang pula dalam otaknya,
sekonyong-konyong ia teringat bahwa semalam di dalam kuil, ia juga pernah mendengar suara seruling yang sangat aneh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, tempat ini terpisah sejauh lima pal dengan kuil itu, andaikata orang yang meniup seruling itu benar-benar berada di puncak gunung itu tidak mungkin suara seruling itu bisa sampai ke dalam kuil.
Selagi masih berpikir, irama seruling itu kembali mengalun ke udara, kali ini ia sudah siap sedia memasang telinga, ingin mencari tahu dari mana datangnya suara itu"
Siapa tahu terjadinya perobahan diluar dugaan, rama
seruling itu agaknya ditiup dari tempat yang sangat jauh, meski suaranya tidak besar tetapi kedengarannya sangat nyata.
Ia sebetulnya ingin mencari suara itu, tetapi setelah dipikir masak2 ia lupa rencananya, kini ia duduk lagi sambil bersila dan memejamkan mata.
Tetapi irama seruling yang disiarkan kali ini berlainan pula dengan yang duluan, sehingga dalam hatinya diam-diam
berpikir, "Orang yang meniup seruling itu entah dapat meniup berapa macam irama, yang setiap kali agaknya sangat
berlainan." Tiba-tiba irama itu berubah menjadi tinggi, orang yang meniup agaknya juga dari tempat jauh telah berpindah ke tebing gunung sebelah kiri ini.
Suara seruling yang aneh dan sulit diduga dari mana
asalnya itu telah membangkitkan sifat-sifat dan kemauan keras Siang-Koan Kie untuk mencari sampai dapat dimana suara itu.
Pada saat itu, ia tidak akan mencari lagi ke arah tinggi puncak gunung itu, sebaliknya ia memanjat ke atas pohon besar yang tingginya kira-kira enam tombak lebih.
Ia berada di atas pohon dan mendengarkan dengan
saksama, tetapi usahanya itu ternyata sia-sia saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena ia telah merasa bahwa suara seruling itu agaknya berasal dari lain tempat dan setelah tiba di tebing gunung itu mengeluarkan suara pantulannya.
Hanya, irama itu sangat lemah, tetapi suara memantul
yang balik keluar kedengarannya lebih nyaring.
Pikiran aneh timbul dalam otak, mungkinlah ada seseorang yang berdiri di tempat jauh dengan kekuatan tenaga dalamnya yang sangat sempurna meniup seruling, dan suara seruling itu setelah membentur dinding puncak gunung lalu memantulkan suara yang lebih nyaring.
Hal itu adalah semacam pikiran aneh yang ia sendiri belum yakin sedalam-dalamnya, apakah dalam dunia ini ada kejadian serupa ini.
Tetapi kecuali teori ini sudah tidak ada lain jalan untuk menjelaskan apa sebabnya suara seruling itu bisa keluar dari tebing gunung itu.
Ia mendongakkan kepala, ternyata matahari sudah berada di tengah-tengah, ia mulai putus harapan, dalam hatinya diam-diam berpikir andaikata aku masih bisa hidup dua hari lagi, aku pasti dapat menemukan asal suara seruling itu, tetapi kini sudah tengah hari, racun dalam tubuhku sudah waktunya harus bekerja.
Karen Ang Thian Gie adalah seorang ahli racun kenamaan, Siang-Koan Kie yang menganggap dirinya sudah kemasukan racun, maka ia selalu ingat ucapan Ang Thian Gie yang mengatakan bahwa racun itu akan bekerja sebelum matahari terbenam?"..
Penderitaan bathin ini, menyebabkan ia kehilangan
kepercayaan terhadap diri sendiri, seorang yang akan
meninggal dunia, hendak menghamburkan tenaganya untuk mencari asal-usul suara seruling yang aneh itu, sebetulnya memang tidak mungkin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perasaan Sing-Koan Kie berada dalam keadaan berlawanan, sifat-sifat keras hati pembawaannya selamanya membuat ia menjadi seorang yang berkemauan keras, apa yang dipikir segera dilakukan tanpa menghiraukan segala rintangan dan kesulitan, tetapi kalau ia memikirkan jiwanya sendiri biar bagaimana tidak mampu menyelesaikan usahanya itu,
sekalipun andaikata saat itu ia sudah tahu benar, bahwa irama seruling itu ditiup oleh orang yang berada di tempat jauh dengan menggunakan tenaga dalamnya yang sudah
sempurna?".. tetapi waktunya hidup yang sudah tidak
seberapa itu, barangkali tidak mungkin dapat menemukan dimana orang tersebut berada.
Perlahan-lahan ia merayap turun dari atas pohon, lalu duduk di bawahnya sambil menyandarkan badannya, ia
mengenangkan semua pengalamannya, hatinya merasa
sangat duka, jerih pajah Suhunya yang menurunkan
kepandaian kepadanya sampai sembilan tahun, akhirnya
tersia-sia semuanya sebab sebelum berhasil melakukan
pekerjaan yang bermanfaat bagi sesamanya, ia harus mati karena racun.
Tiba-tiba ia teringat peristiwa menyedihkan yang terjadi kemarin malam, empat susioknya mati seketika begitu pula murid-muridnya, hanya empat pemuda yang bertindak sebagai mata-mata musuh bisa berlalu dengan selamat. Sedangkan suhunya sendiri dengan racun dibadannya coba mengejar Ang Thian Gie sehingga kini tak ketahuan kabar beritanya.
Perbuatan keji yang sekali gus menumpas lima orang jago daerah Tiong-goan bersama anak muridnya, sehingga tidak ada satupun yang hidup untuk menuntut balas, mereka mati konyol, sampaipun siapa sebenarnya yang merencanakan
pembunuhan itu juga tidak jelas?"..
Tiba-tiba terdengar pula suara seruling aneh itu dan kali ini iramanya berubah pula agaknya mengandung rasa kasih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sayang seolah-olah timbul dari mulut ibu yang memanggil anaknya?"..
Dengan tanpa sadar Siang-Koan Kie bangkit dan berjalan menuju ke arah suara seruling itu. Saat itu perasaannya sudah terpengaruh benar-benar oleh irama seruling itu, seluruhnya sudah dikendalikan oleh suara itu, hingga seperti seorang yang sudah tidak bersukma.
Suara seruling kali ini agaknya sengaja memancing dirinya supaya tidak bimbang seperti tadi, suara itu mengalun tegas datang dari arah tertentu.
Siang-Koan Kie mempercepat pindah kakinya, sebentar
kemudian sudah tiba kembali di depan pintu kuil tua itu.
Saat itu ia sudah dikendalikan oleh irama seruling dengan tanpa ragu-ragu, bertindak masuk ke dalam dan menuju ke belakang.
Kuil tua itu keadaannya memang sudah bobrok, dinding
disana sini sudah banyak yang runtuh, dimana-mana terdapat galagasi yang memenuhi ruangan dalam kuil.
Ketika ia tiba di sebuah menara tua yang berada di
belakang kuil itu, suara seruling itu tiba-tiba berhenti. Ia menengadahkan kepala, di bagian atas menara itu samar-samar dapat terlihat tulisan dua huruf penyimpan kitab.
Kuil tua itu meskipun keadaannya sudah banyak yang
rusak, tetapi bentuknya masih meninggalkan bekasnya yang megah namun tiada seorang padripun yang mengurusnya,
apalagi sekitar lima pal kuil itu tidak terdapat sebuah rumahpun.
Begitu suara seruling itu berhenti, pikiran Siang-Koan Kie jernih kembali, ia memeriksa keadaan sekitar tempat itu, tetapi kalau ia melihat sinar matahari, tiba-tiba teringat pula racun yang mengeram dalam dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perlahan-lahan ia menghela napas dan mendorong pintu
menara yang tertutup rapat itu.
Pintu itu entah sudah berapa tahun lamanya belum pernah bergerak, ketika didorong oleh Siang Koan Kie lantas terbuka, dari dalam menara menghembuskan banyak debu sehingga
Siang Koan Kie harus mundur beberapa langkah, untuk
menunggu sampai debu itu habis.
Ruangan dalam menara itu terdapat beberapa buah guci
tanah jg berbaris sangat rapihnya namun di atasnya juga terdapat debu yang tebal. Guci tanah untuk menyimpan
tulang-tulang manusia itu entah sudah berapa tahun lamanya tidak dibersihkan.
Siang-Koan Kie perlahan-lahan bertindak ke dalam
ruangan, matanya memeriksa keadaan di sekitarnya tetapi dalam ruangan itu kecuali guci tanah tersebut tidak terdapat barang apa-apa lagi.
Ia dulu sering mengikuti suhunya berkelana di dunia Kangouw, sehingga sedikit banyak sudah mendapat pengalaman, maka ia segera tahu bahwa guci itu adalah benda untuk menyimpan tulang-tulang manusia.
Di sudut kiri dalam ruangan tersebut terdapat sebuah
tangga. Dengan tanpa ragu-ragu Siang-Koan Kie mendaki tangga
itu, sedapat mungkin ia hendak mengejar waktu agar sebelum putus jiwanya ia dapat menemukan orang yang dicari,
sekalipun ia tahun bahwa tangga itu adalah suatu jebakan, tetapi ia tidak memperdulikannya 1agi.
Tangga itu rupanya terbuat dari kayu yang kuat
keadaannya ternyata masih belum ada yang lapuk.
Ia mendaki sampai ke tingkat limabelas. Di depan matanya terbentang sebuah ruangan kitab yang luas, disitu terdapat banyak lemari kayu yang tertutup pintunya, kecuali debu-debu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang terdapat di atasnya, tetapi tiada satupun yang rusak.
Perlahan-lahan ia berjalan mengitari ruangan itu sekali, kecuali lemari-lemari kitab, tidak ada tanda apa-apa lagi, entah dari mana suara seruling tadi.
Ia membuka sebuah daun jendela, untuk melihat cuaca,
hatinya lalu berpikir saatnya sudah hampir tiba, tempat ini begini tenteram, baik sekali untuk mengubur diriku?"..
Riwayat Lie Bouw Pek 5 Mestika Burung Hong Kemala Karya Kho Ping Hoo Kisah Pedang Di Sungai Es 17
^