Pencarian

Irama Seruling Menggemparkan 2

Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 2


Ia memilih suatu tempat di tengah-tengah, lalu
membersihkan debunya, kemudian merebahkan dirinya,
pikirnya, "Mati demikian tenang, biarlah kitab2 ini mengawani bangkaiku.
Ia lalu memejamkan matanya, karena dianggapnya sudah
waktunya harus mati, maka tidak antara lama lalu
tertidur?".. Ketika ia terbangun, hari sudah malam, keadaan dalam
kamar gelap gulita, ia yang memang sudah menganggap
dirinya sudah mati, waktu sadar dalam keadaan gelap lalu mengira dirinya betul2 sudah mati, perlahan-lahan ia duduk dan bertanya-tanya kepada diri sendiri, "Sekarang ini aku manusia ataukah setan?"..
Desiran angin malam tiba-tiba meniup dimukanya,
membawa bau harum dari bunga cempaka. Ia yang sudah
pernah mencium bau harum serupa itu maka kali ini ketika dapat mencium lagi, otaknya tiba-tiba menjadi terang, ia mengulurkan jari tangannya untuk digigit sendiri.
Rasa sakit telah menyadarkan seluruh ingatannya, kiranya ia masih hidup, maka ia lalu berdiri dan berjalan menuju ke jendela.
Diluar keadaan gelap, di langit nampak bertebaran sinar bintang, angin malam yang membawa bau harum bunga
cempaka, semakin keras menutup hidungnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini ia sudah dapat kepastian bahwa dirinya masih hidup, diam-diam ia merasa heran mengapa semua orang yang
sudah terkena racun Ang Thian Gie, kecuali itu empat pemuda yang bertindak sebagai mata-mata, seluruhnya sudah mati, mengapa ia sendiri tidak"
Sekonyong-konyong ia mendengar orang menarik napas
panjang yang datang dari atas kepala.
Suara itu datangnya secara tiba-tiba dalam kuil yang
keadaannya yang sangat sunyi dan seram itu, sekalipun orang yang keberanian besar, juga akan timbul rasa takutnya.
Ia telah dikejutkan oleh suara tarikan napas itu, untuk sesaat bulu romanya berdiri, ia mencoba meraba ke belakang punggungnya, ia baru ingat bahwa pedangnya sudah
tertinggal dalam kuil. Suara tarikan napas itu kedengarannya sangat berat.
Setelah ia menenangkan pikiran ia masih dapat ingat dengan jelas bahwa suara itu bukanlah timbul karena sedang
melamun, tiba-tiba saja ia tertarik pula oleh perasaan herannya, pikirnya, "Dekat tempat ini kalau benar tumbuh bunga cempaka, mengapa waktu aku tadi naik ke menara ini tidak pernah menciumnya, apakah bau harum bunga ini
dibawa oleh tiupan angin dari tempat jauh?"
Dia lalu teringat pula setiap kali setelah hembusan harum bunga cempaka itu, lalu disusul oleh suara seruling yang sangat aneh. Hatinya mendadak tergerak, ia lalu melompat melalui jendela menuju ke atas atap.
Ia mulai memasang mata mengamati keadaan sekitarnya.
Di bawah sinar bintang, matanya dapat melihat satu kepala manusia aneh yang rambut dan jenggotnya sudah putih
semua, muncul di sebuah daun jendela.
Ternyata menara itu mempunyai dua kamar yang serupa,
karena kamar kitab itu sangat luas, maka kamar lainnya itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibangun di atas kamar kitab tadi. Jikalau orang tidak naik ke atas atap tidak akan dapat melihatnya.
Orang itu agaknya duduk di pinggir jendela, badannya, pakaian bawah tertutup oleh dinding seluruhnya sehingga cuma kelihatan kepalanya yang putih seluruhnya.
Pada waktu dan tempat seperti itu, tiba-tiba saja mendapat penglihatan pemandangan yang sangat aneh itu, betapapun besar beraninya Siang-Koan Kie juga terkejut dan ketakutan, ia lalu menjerit dan memejamkan matanya.
Ketika pikirannya tenang kembali dan ia mulai membuka matanya, kepala aneh yang terdapat di mulut jendela itu ternyata sudah lenyap.
Ia memeriksa keadaan di situ dengan teliti, ternyata semua jendela terbuka, bau bunga cempaka yang harum itu tersiar keluar dari dalam ruangan tersebut, tetapi karena keadaan sangat gelap, tidak dapat melihat barang-barang di dalamnya.
Perlahan-lahan ia berjalan ke ruangan itu, mengawasi
keadaan di dalamnya. Ia memang sudah mempunyai kepandaian dapat
membedakan benda2 dalam keadaan gelap, maka setelah
memandang dengan saksama, segera dapat lihat dengan
tegas benda yang ada dalam kamar.
Kepala aneh yang terdapat di mulut jendela ternyata
berada di tengah-tengah kamar itu.
-odwo- Bab 4 SETELAH berpikir sejenak, Siang-Koan Kie segera mengerti, bahwa orang itu mengenakan pakaian berwarna hitam, karena berada di dalam kamar yang gelap gulita, maka yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertampak hanya kepalanya saja yang seolah-olah diletakkan di atas meja.
Siang-Koan Kie setelah memandang sejenak, dalam hatinya lalu berpikir, "Orang ini bukan saja aneh dandanannya tetapi juga memilih tempat yang begini menyeramkan sebagai
tempat tinggalnya, mungkin ia bukan seorang baik, sebaiknya aku jangan mengganggunya."
Selagi hendak berlalu, tiba-tiba terdengar suara yang keluar dari mulut orang aneh itu, "Hem dalam hati kau berani memaki aku?"
Siang-Koan Kie terperanjat, ia lalu menyahut, "Bagaimana kau tahu?"
"Aku melihat sikap diwajahamu, aku segera dapat tahu kau sedang memaki aku, kalau hal itu terjadi dimasa mudaku, siang-siang niscaya sudah kuhajar mampus kau?".. tetapi sekarang usiaku sudah lanjut, adat juga tidak keras lagi.
Dalam hatimu memaki aku, juga tidak apa-apa."
Siang-Koan Kie lalu berpikir, "Meski aku tidak memaki padanya, tetapi memang agak jemu terhadapnya, dalam
keadaan begini gelap ia dapat melihat sikap jiwa jago, tajam pandangan matanya sesungguhnya sangat luar biasa?".."
Terdengar pula ucapannya orang aneh itu, "Di tempat
penjuru ruangan ini, jendela terbuka, kalau kau ingin melihat-lihat silahkan masuk saja."
Siang-Koan Kie maju lagi dua langkah seraya menanya,
"Locianpwee, andakah yang meniup seruling?"
Orang aneh itu agaknya merasa girang mendapat pujian, seketika menjawab, "Benar-benar baguskah tiupanku itu?"
Siang-Koan Kie diam-diam terkejut, dalam hatinya berpikir,
"Kalau benar seruling itu dia yang meniup, maka kekuatan tenaga dalam orang ini benar-benar sudah tidak ada taranya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang aneh itu ketika menyaksikan Siang-Koaa Kie
melongo memandangnya dan tidak menjawab, dalam hatinya agaknya merasa kurang senang, maka ia menanya pula
dengan suara keras, "Katakan suara itu bagus atau tidak?"
Ditanya demikian Siang-Koan Kie segera menjawab, "Irama seruling Locianpwee sesungguhnya bagus sekali."
Orang aneh itu agaknya tidak percaya jawaban itu, kembali ia bertanya, "Benarkah ucapanmu itu" Atau kau sengaja membohongi aku?"
"Semua ucapanku adalah sejujurnya, bagaimana aku
membohongi Locianpwee" Cobalah Locianpwee pikir sendiri, jikalau tidak karena tertarik oleh irama seruling yang sangat indah itu, bagaimana aku dapat mencari kemari, dan
bagaimana pula aku dapat menjumpai Locianpwee?"
Orang aneh itu ketika mendengar ucapan Siang-Koan Kie nampaknya sangat gembira sekali sehingga ia bersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala seraya berkata,
"Keteranganmu ini agaknya memang benar, rasanya bukan ingin mengkecapi diriku?"..
Orang aneh itu menatap wajah Siang-Koan Kie sejenak, lalu dengan bangga berkata pula, "Tidak kusangka hari ini dapat berjumpa dengan seorang yang mengenal irama.
"Woan pwee adalah seorang bodoh kalau dikatakan
mengenal suara, sesungguhnya tidak berani, tetapi irama yang keluar dari seruling, benar-benar suara dewa,
menyebabkan orang yang mendengarkan menjadi
bersemangat, ini memang sesungguh-sungguhnya?".."
Orang aneh itu tertawa terbahak-bahak, lalu berkata,
"Suara dewa, gampang kau berkata, cuma di atas seruling ini aku memang benar pernah menggunakan waktu untuk
mempelajarinya?".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba ia teringat bahwa mereka berbicara terpisah oleh jendela, ia lalu tertawa pula dan berkata, "Selama beberapa tahun ini, kaulah satu-satunya tamuku disini, mari-mari, silahkan masuk jika kita berbicara dalam keadaan semacam ini bukankah itu berarti aku tidak mengindahkan tetamu."
Siang-Koan Kie sebetulnya tidak ingin mengobrol dengan orang aneh itu, tetapi kesatu karena merasa suka dengan irama serulingnya, dan kedua, orang itu kadang-kadang masih menunjukkan sikap kekanak-kanakan, maka waktu diundang masuk ia segera menerima baik undangan tersebut.
Orang aneh itu berkata pula, "Oh ja, kali ini kita berjumpa juga boleh dikatakan jodoh, kau sudah datang sudah tentu harus duduk dulu."
Sementara itu Siang-Koan Kie sudah berada dihadapannya.
Orang yang aneh itu mengangkat kepala mengamat-amati
Siang-Koan Kie, lalu mengangguk-anggukkan kepala dan
berkata, "Hem, gerakanmu boleh juga, pantas kau berani menempuh bahaya."
Orang itu menggerakkan kepalanya menoleh ke samping
seolah-olah memberi tanda kepada Siang-Koan Kie lalu
berkata pula, "Duduklah, mari kita mengobrol."
Siang-Koan Kie mengawasi keadaan di sekitarnya, di
samping meja kayu ada sebuah kursi, ia lalu duduk di atasnya.
Orang yang aneh itu menantikan setelah Siang-Koan Kie duduk baru bertanya lagi, "Benarkah kau karena ingin mencari suara seruling sehingga datang kemari?"
"Benar, suara seruling locianpwee sesungguhnya luar biasa, sehingga Boanpwee mencarinya sampai kemari?".."
Orang yang aneh itu mendengar kata Siang-Koan Kie
nampaknya sangat bergirang lagi, ia berkata, "Kalau begitu, kau tentunya bisa memahami irama serulingku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Boanpwee meskipun tidak berani mengatakan faham,
tetapi perasaan sedih dan gembira yang timbul karena
pengaruh irama seruling itu, Boanpwee masih juga dapat merasakan?".."
"Itu memang, jangankan manusia sekalipun binatang, juga dapat mengenali bagus atau jeleknya suara?".. hanya saja setelah mendengarkan, perasaan yang timbul kepada mereka berbeda-beda."
Dalam hati Siang-Koan Kie diam-diam berpikir, "Orang tua ini sungguhpun aneh kelakuannya tetapi perkataannya masih masuk diakal."
Orang yang aneh itu tiba-tiba nampak sangat gembira, ia berkata, "Malam-malam aku kedatangan tamu yang mengenal irama musik, baiklah kutiup lagi beberapa lagu untuk kau dengarkan, bagaimana?"
"Kalau Locianpwee senang, suka sekali Boanpwee dengar."
Orang tua itu lalu mengambil sepotong kain dari atas meja, dengan sikapnya yang hati2 diletakkan dihadapannya,
kemudian dengan sikapnya yang sangat menghormat sekali ia mengeluarkan serulingnya yang diletakkan di atas kain itu.
Siang-Koan Kie dengan matanya yang tajam dapat
menyaksikan seruling tembaga yang diletakkan di atas kain itu, bentuknya sangat berlainan dengan seruling tembaga umumnya, seruling itu panjangnya hanya satu kaki lebih, warnanya hitam cengat, entah terbuat dari bahan apa, di bagian ujung terdapat sebuah gumpalan sepotong.
Orang tua itu memejamkan matanya, merangkapkan kedua
tangannya di atas dada, lebih dulu ia mendoa, kemudian membuka matanya dan memandang seruling itu dengan sikap sangat menghormat, ia mengangkat seruling itu, kemudian badannya mendadak melesat ke atas dengan sikap yang tidak berobah, lalu melajang turun di depan jendela.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-Koan Kie terkejut dan keheranan, entah semacam
gerakan apa yang dilakukan oleh orang tua itu, karena dengan tanpa menggerakkan kaki dan tangannya, hanya dengan
mengandalkan satu tangan kiri yang digunakan untuk
menekan tanah, orangnya sudah melajang ketengah udara dengan sikap yang tidak berobah.
Setelah berada di pinggir jendela, mulailah orang tua itu meniup serulingnya.
Tetapi sudah sekian lam ia meniup, tiada terdengar suara irama keluar dari seruling itu, hal ini mengherankan SiangKoan Kie, tapi orang tua itu nampaknya memang sedang
benar-benar meniup dengan sungguh-sungguh nampak
mengeluarkan banyak tenaga.
Selagi hendak membuka mulut untuk menanya, sekonyong-
konyong terdengar irama seruling sayup-sayup terbawa oleh tiupan angin?".
Mula2 irama seruling itu kedengarannya halus lembut,
sebentar2 terputus, tetapi kemudian perlahan-lahan berubah nyaring.
Siang-Koan Kie berdiri menghampiri orang tua itu, ia
pasang matanya sungguh-sungguh untuk menyaksikan
caranya orang tua itu meniup seruling.
Kini ia telah menyaksikan suatu pemandangan yang ajaib, dibagian ekor seruling itu seperti ada gelombang asap putih bagaikan kabut melajang ke udara?"..
Setelah menyaksikan lama, Siang-Koan Kie baru tersadar ternyata orang tua itu benar-benar sudah menggunakan
kekuatan tenaga dalamnya yang sudah sempurna,
menghembus keluar semacam gelombang suara, setelah
gelombang itu menemukan rintangan lalu mengeluarkan suara seruling yang memantul balik?".. sehingga orang tua itu nampaknya harus menggunakan banyak tenaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu agaknya dapat melihat perhatian Siang-Koan Kie terhadap dirinya sekonyong-konyong ia berhenti meniup, dan bertanya dengan nada suara dingin, "Perlu apa kau melihat aku?"
Melihat sikapnya orang tua itu yang kembali telah
menunjukkan adat sifat-sifatnya yang aneh dalam hati SiangKoan Kie berpikir, "Orang tua ini sifat-sifat dan sikapnya tidak mudah dilayani, sebaiknya aku berusaha supaya lekas berlalu dari sini.
Karena berpikir demikian, maka ia kemudian menjawab,
"Karena menyaksikan sikap Locianpwee meniup seruling yang agaknya menggunakan banyak tenaga tadi, dengan tanpa
sadar Boanpwee sangat tertarik sehingga mencoba untuk memperhatikan.
Sementara itu, irama seruling itu masih terdengar sangat nyata.
Orang itu meskipun berhenti meniup, tetapi suara dari serulingnya masih tetap mengalun sampai beberapa saat lamanya baru berhenti.
"Anak kau masih terlalu muda, sudah tentu tidak mengerti keajaiban ini?".. demikian orang tua itu berkata.
Siang-Koan Kie adalah seorang yang beradat keras, ketika mendengar perkataan orang tua itu, mengatakan kepadanya tidak mengerti, dalam hati merasa tidak puas, maka ia lalu berkata sambil tertawa dingin, "Meskipun usia Boanpwee masih terlalu muda, tetapi terhadap irama masih sedikit banyak mengerti juga, terhadap berbagai macam alat musik meski belum mempelajari semua tetapi tidak sedikit juga yang Boanpwee kenal baik?".."
Orang tua itu setelah mendengar ucapan Siang-Koan Kie segera mengerti bahwa pemuda itu tidak puas, lalu berkata sambil tertawa dingin, "Mendengar keteranganmu ini agaknya kau mengerti tidak sedikit, sekarang aku bertanya padamu, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau lihat apakah tiupan serulingku ini sama dengan orang biasa?"
"Kalau Locianpwee hendak dibandingkan dengan orang
lain, memang tidak sama."
Orang tua itu buka matanya lebar-lebar, di wajahnya
nampak sikap keheran-heranan, tiba-tiba ia bersenyum dan berkata, "Dimana letak perbedaannya" Coba
ceritakanlah?".."
Setelah berpikir sejenak, Siang-Koan Kie berkata, "Alat-alat musik sebetulnya digunakan untuk mencari hiburan, orang yang meniup atau menabung pada waktu itu, meskipun
perasaannya senang atau sedih, tetapi ia tetap meniup atau membunyikannya menurut lagu yang ditentukan, terutama orang yang meniup seruling harus berpikiran tenang haru dapat mengeluarkan iramanya yang enak."
"Tetapi Locianpwee jauh berbeda dengan orang biasa, apa yang ditiup tidak menurut lagu yang tertentu bahkan?".."
Sekonyong-konyong ia ingat bahwa orang tua
dihadapannya itu adalah seorang tua beradat aneh kalau ia berkata sejujurnya malah kurang baik.
Orang tua itu berulang-ulang menganggukkan kepalanya
sikapnya nampak sangat girang sekali saat itu Siang-Koan Kie sudah menutup mulut maka ia lalu bertanya, "Lekaslah kau katakana?".."
Melihat sikapnya itu, Siang-Koan Kie tahu apa bila ia tidak mengatakannya pasti akan menimbulkan kemarahan orang
tua itu. Maka ia lalu berkata, "Bahkan sewaktu Locianpwee sedang meniup mengerahkan seluruh perhatian dan kekuatan, sehingga nampaknya seperti menggunakan banyak tenaga, menurut pandangan Boanpwee tiupan seruling Locianpwee ini, seperti juga sedang melatih ilmu kekuatan tenaga dalam."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu mendadak tertawa terbahak-bahak, "Sungguh tidak diduga, usiamu yang masih begini muda, tetapi terhadap irama dan kepandaian ilmu silat ternyata mempunyai
pengetahuan yang tidak sedikit?".."
Ia lalu berpaling dan mengawasi anak muda itu, kemudian berkata pula, "Selama beberapa puluh tahun ini, orang yang mendengarkan irama serulingku ini, sudah tentu tidak sedikit jumlahnya, tetapi yang dapat mengikuti suara itu dan
mencarinya sampai kemari, hanyalah kau seorang saja, terus terang kukatakan kepadamu caraku meniup ini memang
berlainan dengan orang biasa, kalau orang biasa meniup seruling untuk menghibur diri atau melampiaskan perasaan, tetapi bagiku, kecuali itu juga mengandung wasiat semacam ilmu kekuatan tenaga dalam yang sangat tinggi, maka kalau aku meniup seruling, harus mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalam, cara demikian dapat melukai orang tanpa kelihatan?".."
"Boanpwee meski seorang bodoh, tetapi dari irama seruling itu sudah dapat menduga bahwa Locianpwee adalah seorang yang berkepandaian tinggi dalam rimba persilatan."
Orang tua itu dipuji oleh Siang-Koan Kie hatinya semakin girang, ia tertawa ber-gelak2, kemudian berkata, "Dalam rimba persilatan dewasa ini, orang yang mampu menandingi aku, jumlahnya dapat dihitung dengan jari, sayang meski kepandaianku tinggi sekali, tetapi belum menemukan
seseorang yang dapat mewarisi kepandaianku itu?".."
Diluar jendela mendadak berkelibat bayangan hitam, orang tua itu cepat mengulur tangannya kemudian ditarik kembali, gerakan mendadak itu mengejutkan Siang-Koan Kie, saat itu orang tua itu berkata pula kepadanya sambil ketawa, "Kau lihat bagaimana keahlianku ini."
Ia lalu menentang tangannya, dalam telapakan tangannya ternyata ada seekor burung kelawar hitam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Burung kelelawar itu berdiam di dalam telapakan
tangannya, sayapnya bergerak-gerak agaknya ingin terbang, tetapi tidak berdaya.
Orang tua itu mengawasi gerakan kelelawar yang berada dalam telapakan tangannya, wajahnya nampak sangat
gembira, lalu berkata pula kepada Siang-Koan Kie, "Aku senang dengan keberanianmu dan kecerdikanmu, mulai
besok, aku hendak menurunkan kepandaianku kepadamu."
Siang-Koan Kie diam-diam berpikir, "Kepandaiannya orang tua ini memang luar biasa, hanya dalam satu lambaian
tangan, ia dapat menangkap burung terbang, sesungguhnya bukan setiap orang mampu melakukan, tetapi dalam rimba persilatan ada mengutamakan dan menjunjung tinggi
peraturan perguruan, aku yang sudah berguru dari orang lain bagaimana boleh berguru padanya lagi.
Maka iapun, lalu berkata dengan tegas, "Locianpwee suka menurunkan kepandaianmu kepadaku meski dengan
bermaksud baik, tetapi menyesal sekali aku tidak dapat menganggap kau sebagai guru."
Orang tua itu nampak berpikir, kemudian berkata sambil ketawa, "Dalam dunia pada dewasa ini entah ada berapa banyak orang yang ingin berguru padaku tetapi semuanya telah kutolak, kau tidak mau menganggap aku sebagai guru, sebaliknya ingin mempelajari kepandaianku, bagaimana itu bisa terjadi?"
"Jang mengatakan hendak menurunkan kepandaiannya,
adalah Locianpwee sendiri, aku belum pernah mempunyai pikiran itu, kalau Locianpwee tidak suka menurunkan sudah saja?".."
Ia lalu balikkan badannya berjalan menuju keluar.
Tiba-tiba ia merasakan suatu kekuatan hebat menyerang dirinya, dengan sendirinya ia mengerahkan kekuatannya untuk melawan, tetapi kekuatan itu dirasakan menindih semakin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hebat, ia mulai tidak mampu menahan, apalagi sepasang kakinya agaknya juga sudah tidak mau dengan perintahnya lagi.
Kiranya kekuatan tenaganya yang dikerahkan olehnya tadi, dipusatkan untuk melawan serangan kekuatan kepada dirinya, maka ketika kekuatan lain bagian terserang ia sudah tidak berdaya sama sekali.
Kekuatan yang menyerang dirinya itu mendadak berhenti sendiri, di belakangnya terdengar suara orang tua itu yang berkata sambil ketawa dingin, "Sudah beberapa puluh tahun aku berdiam di tempat ini, belum pernah ada orang yang menginjak kemari, kau bocah ini sudah masuk kemari,
bagaimana bisa keluar dengan sesukamu?""..
Dalam hati Siang-Koan Kie berpikir, "Adalah kau sendiri yang menyuruhku kemari, bagaimana kau dapat menyalahkan aku?"..
Meskipun dalam hatinya ingin membantah, tetapi sudah
tidak mempunyai kekuatan untuk bicara.
Terdengar pula suaranya orang tua itu yang berkata, "Kau sekarang harus tahu perkataanku itu tidak salah dalam dunia pada dewasa ini orang yang mampu melawan kepandaianku, barangkali cuma dua atau tiga orang saja, tetapi selama beberapa puluh tahun ini sejak aku berdiam disini, siang malam aku melatih ilmuku, maka kepandaianku dengan
sendirinya pasti mendapat banyak kemajuan, jika kau suka menjadi muridku dan mewarisi kepandaianku, sepuluh tahun kemudian kau pasti akan menjadi seorang kuat nomor
satu?".. Siang-Koan Kie dapat merasakan bahwa kekuatan
tenaganya yang digunakan untuk melawan serangan tadi
perlahan-lahan berkurang, dahinya sudah mandi air peluh, sehingga tiada kesempatan untuk mendengarkan perkataan orang tua itu, tidak jelas baginya apa yang diucapkan tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi orang tua itu ketika menyaksikan Siang-Koan Kie berdiri saja tanpa menjawab perkataannya hatinya menjadi murka, ia berkata puladengan suara keras, "Apa yang
kukatakan tadi, kau dengar atau tidak?"..?"
Sementara itu tenaga perlawanan Siang-Koan Kie tiba-tiba lenyap, badannya jatuh rubuh ditanah.
Orang tua itu mulutnya memaki, "Bocah yang tidak ada
guna!" Tangan kirinya lalu menekan tanah dan badannya melajang ke udara menghampiri turun didekat Siang-Koan Kie,
kemudian ia mengulur tangan dan menotok tiga bagian jalan darah dibadan Siang-Koan Kie.
Siang-Koan Kie sebetulnya sudah hampir melajang
nyawanya, tetapi setelah ditepuk tiga jalan darahnya, ia mengeluarkan suara tarikan napas panjang, lalu melompat bangun dengan tiba-tiba dari mulutnya menyemburkan
banyak darah, sambil mengawasi orang tua itu ia berkata dengan suara gusar, "Sekalipun kepandaianmu sudah tidak ada tandingannya, aku juga tidak sudi menganggap kau
sebagai guru untuk mempelajari kepandaianmu."
Kembali ia berdiri dan berjalan keluar.
Orang tua itu agaknya terpesona oleh kekerasan sikap
Siang-Koan Kie itu, dengan mendadak ia menarik napas
panjang dan berkata, "Baik kau tidak mau menganggapku sebagai guru, ya sudah asal kau mau menyanggupi melakukan beberapa hal bagiku, aku juga boleh menurunkan
kepandaianku kepadamu."
Siang-Koan Kie berpaling dan berkata, "Apakah yang kau inginkan dariku."
Ia sangat tertarik akan kepandaian orang tua itu, tetapi karena sipatnya yang keras dan rasa hormatnya kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gurunya yang lama, ia tidak mau menyerah terhadap orang tua itu.
Orang tua itu matanya mengawasi ke atas, mulutnya
menghitung: satu, dua, tiga, empat?".. tiba-tiba ia berpaling dan berkata kepada Siang-Koan Kie, "Persoalan ini sangat mudah sekali asal kau mau menyanggupi, setelah kau nanti berhasil mempelajari kepandaianku, kau melakukan
pembunuhan atas diri duapuluh delapan orang untukku,
hitung-hitung sebagai pembalasan budimu terhadap aku."
Siang-Koan Kie menanyakan, "Orang macam apakah ke
duapuluh delapan orang itu" Locianpwee harus memberi
penjelasan lebih dahulu supaya aku dapat menimbangnya."
Orang tua itu mendadak menepuk tangannya di tanah
sehingga menimbulkan suara gemuruh lalu berkata dengan suara gusar, "Kau bertanya begitu teliti, adakah itu cara seorang yang hendak belajar ilmu dariku. malah lebih mirip aku yang hendak belajar darimu."
Siang-Koan Kie berkata dengan nada suara dingin, "Meski kepandaianku biasa saja, tetapi dalam hatiku dapat
membedakan yang baik dan yang jahat, jika orang-orang yang kau pinta aku bunuh itu adalah orang jahat semuanya, jangan hanya duapuluh delapan orang, sekalipun duaratus delapan puluh atau duaribu delapan ratus jiwa aku juga akan lakukan, tetapi jika mereka orang-orang baik dan jujur sekalipun hanya satu saja aku juga tidak sudi membunuhnya?".."
Sehabis berkata ia hendak berpaling dan hendak berjalan lagi.
Orang tua itu berkata, Diam, masuk ke dalam tempatku ini mudah, tetapi kalau hendak keluar, Hem, apakah kau kira begitu gampang?"
Siang-Koan Kie berhenti memandang orang tua itu sejenak lalu berkata sambil tertawa, "Kepandaian Locianpwee tinggi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali, tidak susah bagi Locianpwee membunuh mati aku, aku bukan seorang yang takut mati?".."
Mendadak ia keluarkan perkataan keras, "Locianpwee kalau ingin bunuh aku bunuhlah, aku tahu kepandaianku tidak dapat melawan kepandaianmu, tidak nanti aku akan melawan."
Ia lalu berdiri sambil melembungkan dada dan pejamkan mata.
Suasana dalam menara itu mendadak sunyi, lama tidak
terdengar suara jawaban orang tua itu.
Siang-Koan Kie merasa heran, ia membuka matanya,
ternyata orang tua itu sudah menghilang. Selagi hendak memalingkan badan, tiba-tiba terdengar suara tarikan napas panjang yang keluar dari satu sudut dalam ruangan itu.
Siang-Koan Kie menengok, ia lihat di tangan orang tua itu memeluk sebuah kotak warna hitam berukuran kira-kira satu kaki persegi, sepasang matanya tergenang air?"..
Siang-Koan Kie mendadak merasa bahwa nasib orang tua


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu patut dikasihani, dengan tanpa berasa timbullah perasaan kasihannya?"..
Dalam keadaan sunyi itu tetesan air mata terdengar nyata jatuh di atas kotak itu, terang bahwa hati orang tua itu tengah dirundung kedukaan yang hebat.
Siang-Koan Kie dengan tanpa berasa menghampirinya,
orang tua itu Nampak mendongakkan kepala mengawasi ke atas, mulutnya bergerak-gerak tetapi tiada terdengar sepatah katapun keluar dari mulutnya, hanya air matanya yang
mengalir deras membasahi kotaknya.
Ia agaknya sudah lupa bahwa dalam ruangan itu masih ada Siang-Koan Kie, ia tetap dalam keadaan tanpa bergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-Koan Kie berdiri di sampingnya berkata dengan suara perlahan, "Locianpwee sedang memikirkan apakah" Mengapa kau demikian berduka?"..?"
Orang tua itu menoleh, ia meletakkan peti dari tangannya, lalu berkata, "Mengapa kau ingin tahu, jangan katakan aku tidak berduka, sekalipun ada, apakah gunama aku beritahukan kepadamu?".."
Jawaban itu, kedengarannya sangat menggelikan.
Dengan menahan rasa geli Siang-Koan Kie berkata pula
dengan suara rendah, "Jikalau Locianpwee memerlukan aku, perintahkan saja asal aku mampu, pasti tidak akan menolak."
"Seumur hidupku tidak suka meminta bantuan orang."
Siang-Koan Kie berpikir, "Ucapannya itu memang benar, kepandaiannya yang begitu hebat sekalipun minta bantuan, aku juga tidak dapat membantu apa-apa?".."
Setelah berpikir demikian ia berjalan lagi ke dekat jendela, selagi hendak lompat keluar tiba-tiba terdengar suara orang tua itu memanggil padanya, "Tunggu dulu, aku justru ingin memintamu melakukan satu hal."
Siang-Koan Kie membalikkan badannya dan menjawab,
"Locianpwee perintahkan saja, boanpwee nanti akan
melakukannya sedapat mungkin."
Orang tua itu menarik napas panjang dan berkata, "Aku minta kau suka belajar ilmu silatku, sukakah kau?"
Siang-Koan Kie berpikir sebentar lalu menjawab, "Maksud Locianpwee hendak memberi pelajaran ilmu silat kepadaku, ialah untuk kemudian menyuruhku membunuh orang
untukmu, dalam hal ini aku tidak dapat menerima."
Orang tua itu nampak berpikir dan berkata, "Kalau begitu kukurangi jumlahnya menjadi separuhnya saja."
"Separoh berarti empat belas?".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar-benar, separuh dari duapuluh delapan orang
memang empat belas."
Siang-Koan Kie geleng-gelengkan kepala dan berkata,
"Tidak, aku tidak suka membunuh empat belas orang yang tidak ada permusuhan dengan aku?".."
Orang tua itu tidak menantikan Siang-Koan Kie melanjutkan kata-katanya sudah memotong, "Kalau begitu kukurangi lagi separuhnya, jadi tinggal tujuh orang, bagaimana?"
"Membunuh seorang saja yang tidak berdosa, sudah tidak seharusnya, apalagi tujuh jiwa.
"Kalau begitu kukurangi lagi separuh, kau tinggal
membunuh tiga orang saja."
Siang-Koan Kie melihat orang tua itu agaknya menantikan jawabannya dengan penuh pengharapan, tetapi ia hanya
menarik napas perlahan tidak menjawab.
Orang tua itu tangan kirinya tiba-tiba menekan ke tanah, dengan sikap tidak berubah dia melajang dan turun dihadapan Siang-Koan Kie lalu berkata, "Asal kau menganggukkan
kepala, aku segera pelajari ilmu silat padamu?".."
Siang-Koan Kie mendadak mengangkat muka dan berkata,
"Tidak." Lalu ia melompat keluar dari jendela.
Orang tua itu mengulurkan tangan kanannya, dengan
kecepatan luar biasa menyambar lengan kiri Siang-Koan Kie, dengan secara paksa menarik kembali badan Siang-Koan Kie dan kemudian dilempar ke lantai.
Siang-Koan Kie sebetulnya ingin bangun lagi tapi orang tua itu tiba-tiba mengulurkan tangan kanannya dan menekan pundak kirinya, semacam kekuatan yang hebat menindih
badannya sehingga ia tidak bisa bergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu berkata sambil mengawasi Siang-Koan Kie,
"Bocah, apakah kau percaya bisa kabur dari sini" Kau
sesungguhnya tidak tahu, dalam dunia ini banyak orang yang ingin berguru padaku tetapi semuanya tidak kupandang
sebelah mata. Sekarang begitu merendah aku minta kau, dengan rela hati aku ingin menurunkan seluruh kepandaianku kepadamu, tidak kusangka kau begitu sombong dan keras kepala, apapun yang aku kata, sedikitpun kau tidak abaikan.
Katakanlah, dengan demikian kau perlakukan aku" Bagaimana aku tidak membencimu?".."
Siang-Koan Kie yang sudah tidak berdaya, dalam hati diam lalu berpikir, "Kepandaian orang tua ini terlalu tinggi sekali, rasanya tidak mungkin bagiku untuk lari keluar dari sini.
Sekarang orang tua ini sudah begitu membenciku, pasti tidak mengandung maksud baik, dari pada terhina, lebih baik aku mati saja."
Setelah mengambil keputusan demikian ia lalu berpaling dan berkata kepada siorang tua, "Perkara belajar kepandaian, sudah tentu harus kedua pihak sama suka, tetapi kini
Locianpwee dengan mengandalkan kepandaian yang tinggi, hendak memaksaku, tidak ubahnya bagaikan satu hinaan, aku Siang-Koan Kie meski hanya seorang tingkatan muda dalam rimba persilatan namun juga tidak suka dihina orang,
sekarang sudah berada di dalam tanganmu, terserah padamu apa yang kau hendak lakukan, kalau kau inginkan aku
mengangkat guru kepadamu, itu tidak bias?".."
Orang tua itu membuka lebar matanya, ia memandang
Siang-Koan Kie sekian lama lalu berkata, "Bocah kau salah hitung, kau ingin menentang aku dan ingin aku supaya
membunuhmu agar kau dapat mati secara enak, tetapi ha ha ha?".." Orang tua itu habis tertawa lalu berkata pula,
"Seumur hidupku aku suka berbuat menurut kehendakku,
orang ingin belajar kepandaian kepadaku aku malah tidak sudi menerimanya, kau tidak ingin mempelajari kepandaianku, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebaliknya aku harus akan dapatkan kau, jikalau ada orang yang tidak mau mendengarkan perkataanku, maka aku akan menggunakan cara yang paling kejam dalam dunia, untuk menotok urat2 nadinya supaya ia menderita seumur
hidupnya?".. bocah, aku justru suka dengan
kesombonganmu sekarang aku berikan kesempatan terakhir, jika kau terima baik permintaanku aku tidak akan tarik panjang persoalan yang sudah-sudah dan kuturunkan
pelajaranku kepadamu. Siang-Koan Kie melihat sikap yang sangat sombong dari orang tua itu, hawa amarahnya naik seketika maka lalu memotong pembicaraannya, dan membentak dengan suara
keras, "Jangan kata lagi, apa kau kira Siang-Koan Kie seorang yang takut mati, kau akan membunuhku atau akan bagaimana terserah, tidak nanti aku akan menyesal?"..
Orang tua itu mengeluarkan suara ketawanya yang aneh
lalu berkata, "Bagus-bagus, ini adalah kau yang mencari penyakit sendiri, jangan sesalkan aku berlaku kejam, sekarang aku hendak beritahukan kepadamu, siksaan ini akan membikin kau menderita hebat?".."
Siang-Koan Kie meski dalam hati merasa sedih, tetapi ia adalah seorang keras kepala, tidak suka menyerah begitu saja, dalam gusarnya lalu berkata, "Kau jangan merasa bangga, Siang-Koan Kie belum tentu takut siksaanmu, jangan banyak bicara lagi lekaslah turun tangan?".."
Orang tua itu kembali memperdengarkan suara katawanya yang aneh, berkata, "Bocah yang keras kepala, aku tidak percaya kau adalah manusia yang terbikin dari besi atau baja."
Setelah itu tangan kanannya mendadak menepuk badan
Siang-Koan Kie. Siang-Koan Kie merasakan tempat dimana yang ditepuk itu, semua jalan darah dan urat nadinya seperti terserang hebat, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga separuh badannya seketika menjadi kaku, tangan dan kakinya tidak bisa bergerak.
Orang tua itu berkata pula sambil tertawa dingin, "Siksaan yang kejam dalam dunia adalah membiarkan orang itu hidup tidak matipun tidak, sepuluh tahun lebih aku berdiam di dalam menara ini meliwati hari hidupku yang sepi dan sunyi, selama itu tiada seorangpun yang mengawani aku, sekarang aku hendak membikin jalan darahmu dalam badanmu berbalik
mengalir, lebih dulu akan membuat kau mengalami
penderitaan tiga hari tiga malam, setelah itu aku akan membikin rusak tangan dan kakimu, supaya kau mengawani aku seumur hidup dalam menara ini."
Perkataannya itu diucapkan dengan nada yang
menyeramkan, sehingga membikin berdiri bulu roma.
Siang-Koan Kie mengangkat muka mengawasi orang tua itu dalam hati ia berpikir, "Orang tua ini sudah sepuluh tahun lebih berdiam di tempat ini, maka sekarang kesunyian
kebencian selama itu telah dikeluarkan, sudah tentu ia dapat melakukan apa yang dikatakan, dari pada harus mengalami siksaan begitu hebat lebih baik aku cari jalan untuk mati saja?".."
Ia diam-diam lalu keraskan tenaganya, ia ingin bunuh diri dengan memukul kepalanya sendiri.
Tetapi tiba-tiba ia merasakan bahwa urat dan jalan
darahnya seperti tertutup, rasa sakit sangat hebat membuat dia tidak mampu bergerak lagi.
Orang tua itu menyaksikan dengan sikap dingin semua
gerak gerik Siang-Koan Kie itu, diperhatikannya dengan seksama, lalu berkata dengan nada suara dingin, "Lukamu sebetulnya dua tiga jam lagi baru mulai bekerja, tetapi sekarang kau telah menggunakan tenaga sehingga darah
dalam badanmu mengalir dengan cepat, dengan demikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka itu berarti kau akan lebih cepat menderita siksaan, kau coba rasakan dulu bagaimana rasanya."
Siang-Koan Kie yang merasakan gejala tidak baik, lekas-lekas tenangkan pikirannya dan memikirkan bagaimana
supaya dapat lekas mati. Orang tua itu dalam sejenak, mendadak mengangkat
tangan kirinya kembali menotok bagian jalan darah di badan Siang-Koan Kie.
Setiap kali tangan itu menyentuh badannya, Sianq-Koan Kie segera merasakan tulang-tulangnya seolah-olah terlepas dari tempatnya, kecuali sedikit rasa sakit tidak menimbulkan reaksi lebih hebat, satu-satunya perasaan, bagian yang ditotok itu seolah-olah bukan kepunyaannya sendiri sehingga tidak dapat digerakkan menurut keinginannya sendiri?"..
Perlahan-lahan ia mengawasi wajah orang tua itu, dalam hatinya berpikir kita satu sama lain tidak bermusuhan kau perlakukan aku demikian rupa"
Sifat-sifatnya yang keras kepala, membuat ia tidak ingin mengeluarkan apa yang dipikir dalam hatinya, ia hanya menelan napas panjang sambil pejamkan matanya.
Terdengar suaranya orang tua itu yang menanya padanya,
"Kau menyesal?"
Dengan sekuat tenaga Siang-Koan Kie baru dapat
menggelengkan kepalanya, ia menjawab dengan suara tegas,
"Tidak, selamanya aku tidak akan menyesal!"
Jawabannya itu singkat tegas bahkan tanpa dipikirkan lagi.
Orang tua itu berkata dengan nada suara dingin, "Inilah kesempatanmu yang terakhir, sebentar lagi kau akan
menderita siksaan hebat, kau tidak akan sanggup menderita siksaan ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkataannya terakhir itu kedengarannya lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Siang-Koan Kie tertawa hambar, ia berkata, "Perkara mati atau hidup sudah tidak kupikirkan lagi, tetapi ada suatu hal, yang aku masih belum jelas bolehkah Locianpwee
memberitahukan kepadaku?"
Orang tua itu merasa heran mendengar nada suara SiangKoan Kie yang tidak mengandung rasa dendam sakit hati kepadanya, setelah berpikir sejenak lalu berkata, "Soal apa, tanyalah saja."
"Kepandaian Locianpwee dalam dunia ini sudah tidak ada tandingannya, entah apakah sebabnya harus berdiam dalam menara ini, meniup seruling untuk menghibur diri dan tidak muncul ke dunia Kang-ouw lagi?"
"Hem, dunia Kang-ouw banyak manusia palsu tetapi
manusia susah diduga, dunia ini masih lebar, tetapi tidak begitu tenang dan tenteram seperti dalam menara ini."
"Manusia yang mempunyai kepandaian luar biasa dalam
dunia ini kebanyakan suka memang mempunyai sifat-sifat menyendiri, kepandaian Locianpwee merupakan satu-satunya orang yang Boanpwee pernah ketemukan, terutama seruling itu iramanya merupakan tersendiri, kepandaian yang semacam ini pasti tidak didapatkan dengan secara mudah. Mungkin karena perhatian Locianpwee dalam seruling itu sehingga membuat sifat-sifat Locianpwee jauh berbeda dengan orang biasa, hal ini memang tidak mengherankan, tetapi apakah yang Boanpwee tidak harus mengerti ialah mengapa
Locianpwee timbul pikiran membunuh orang, bahkan sudah ditetapkan duapuluh delapan jiwa."
Orang tua itu berpikir sejenak baru menjawab, "Sebab
duapuluh delapan orang itu semua bermusuhan denganku, kalau tidak dapat membunuh mereka dendam dalam hatiku ini, sulit dimusnahkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-Koan Kie mendadak membuka matanya, ia menanya
pula. "Tetapi mengapa Locianpwee tidak mau bertindak sendiri untuk mencari musuh itu" sebaliknya bersembunyi di dalam menara ini, dengan irama seruling kau memancing orang datang kemari, lalu minta orang lain mati untukmu, sedang sendirinya berada diluar garis sambil menonton, apakah Locianpwee sengaja hendak menguji kepandaianmu?"..?"
Suara Siang-Koan Kie makin keras bahkan yang terakhir diucapkan dengan sikap bengis, maka orang tua itu lantas membentak dengan suara keras, "Tutup mulut!"
Kemudian ia membuka bayu panjang yang menutupi
bagian kakinya. Siang-Koan Kie mengawasi dengan saksama kedua kaki
orang tua itu ternyata sudah terpotong semuanya maka ia lalu berkata sambil menghela napas, "Kiranya Locianpwee adalah orang yang bercacat pantas?".."
Mendadak darah dalam dadanya terasa bergolak, urat2nya seperti mau putus, sehingga ia tidak bisa melanjutkan perkataannya.
Orang tua itu tiba-tiba sikapnya berubah dengan penuh kasish sayang ia berkata dengan suara rendah, "Lekas
pejamkan matamu, tenangkan pikiranmu, buang segala
pikiran yang bukan-bukan.
Siang-Koan Kie berkata, "Boanpwee ingin siang-siang?".."
Orang tua itu berkata, "Anak jangan kau keras kepala, menurut apa yang aku tahu, tiada seorang yang sanggup menahan penderitaan semacam ini, kau lebih dulu harus mempunyai persiapan yang sempurna dalam hatimu, setiap kali mukamu akan terasa kau sanggup menahan dan
menghadapinya dengan tenang?".
-ooodwooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 2 Bab 5 Sewaktu Siang-Koan Kie hendak membuka mulut lagi orang itu terus goyang-goyangkan kepala memberi tanda supaya ia jangan berbicara terus, lalu ia berkata, "Lukamu barangkali akan mulai, meski aku mempunyai kepandaian menotok jalan darahmu tetapi aku tidak berdaya mencegah lukamu yang hendak mulai bekerja itu."
Dalam hati Siang-Koan Kie bertanya-tanya apakah reaksi luka dalam badanku ini, adalah sedemikian hebat seperti apa yang ia katakan?".."
Sebelum lenyap pikirannya itu, benar saja darah dalam badannya dirasakan bergolak, sehingga terkejutlah ia.
Tetapi darah yang bergolak itu, agaknya tertahan oleh sesuatu barang yang kuat sehingga tak dapat menerobos keluar dan menimbulkan perasaan yang tidak enak dalam dirinya?"..
Ia mulai merasakan penderitaan siksaan dalam badannya, dalam tubuhnya itu seperti ada gelombang yang menggolak, sehingga menimbulkan rasa muak dan beberapa kali ingin muntah, sakit diotaknya lebih hebat, kepalanya dirasakan seperti akan pecah. Saat itu ia baru tahu bahwa yang
dikatakan oleh orang itu, bahwa benarlah penderitaan
semacam itu bukan setiap orang yang sanggup menahan.
Orang tua itu dengan seksama mengawasi perobahan
muka Siang-Koan Kie, saat itu ia sudah menyaksikan dahinya yang penuh peluh, sehingga ia mengetahui bahwa lukanya sedang mulai, lalu berkata sambil menganggukkan kepala,
"Anak, siksaan semacam ini benar-benar tidak enak, lekas dengar nasihatku, pejamkan matamu, hilangkan semua pikiran yang bukan-bukan dalam hatimu, mungkin ada gunanya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jikalau kau menuruti kehendak hatimu dan mencoba melawan dengan kekerasan jangan kata cuma kepandaianmu seperti sekarang ini, sekalipun lebih tinggi kepandaianmu juga tidak mampu menahan?"..
Siang-Koan Kie tahu bahwa ucapan orang itu tidaklah
bohong, maka ia segera menurut dan benar saja perasaan sakit itu perlahan-lahan mulai berkurang.
Orang tua itu melihat Siang-Koan Kie berbuat seperti apa yang dikatakan, mukanya menunjukkan perasaan girang, ia berkata, "Orang muda yang pernting adalah mau
mendengarkan nasihat orang tua, apakah sakarang merasa agak enak?"
"Enak sedikit, terima kasih?".."
"Aku juga tidak menghendaki terima kasihmu, sekarang
meski kau merasa sedikit enak, tetapi luka itu untuk
selanjutnya setiap hari tiga jam sekali pasti akan tambah, dan setiap kalinya lebih hebat dari yang sudah-sudah."
"Semua ini adalah kesalahan sendiri, karena kau tidak mau mendengar permintaanku, sebaliknya ingin berlagak sebagai orang gagah. Meskipun aku dapat melakukan tetapi tidak dapat menyembuhkan luka itu, ah sekarang aku menyaksikan penderitaanmu itu, benar-benar aku merasa menyesal?".."
Dalam hati Siang-Koan Kie meskipun tergerak oleh
perkataan orang tua itu, tetapi ia tidak sudi membuka mulut untuk meminta maaf, namun demikian ia juga tidak dapat merobah perkataan orang tua itu tadi bahwa setiap empat jam ia harus menerima penderitaan semacam itu. Dian2 ia berpikir jika luka itu benar seperti apa yang dikatakannya, siksaan ini rupanya tidak sanggup aku tahan lebih lama, rasanya lebih baik aku mati saja?"..
Karena kupikir bahwa kematian dapat melenyapkan segala penderitaan, hatinya merasa agak tenang, ia lalu berkata sambil tertawa hambar, "Locianpwee juga tidak perlu merasa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesal, soal mati hidup sudah tidak kupikirkan lagi, ketika aku menolak permintaanmu tadi, sudah memikirkan akibatnya yang tidak dapat dimengerti oleh Locianpwee?".."
Ia berhenti sejenak, dibibirnya terbayang senyuman pahit, lalu berkata pula, "Boanpwee merasa terima kasih terhadap pelajaranmu untuk menahan penderitaan ini, ingin kudengan sejujurnya untuk menyatakan sedikit gembira kepada
Locianpwee, dengan badan cacat Locianpwee semacam ini, susah pergi sendiri untuk mencari musuhmu, sehingga
Locianpwee perlu mewariskan ilmu kepandaianmu kepada
orang supaya dapat menuntutkan balas untukmu, dalam hal ini sebetulnya tidaklah susah, menurut apa yang Boanpwee tahu, orang-orang dalam rimba persilatan kebanyakan tergila-gila dan tertarik oleh suatu kepandaian ilmu silat yang luar biasa. Locianpwee boleh menunggu lagi dengan sabar dalam waktu setengah atau setahun, dengan menggunakan irama serulingmu yang mengiurkan, daya penarik semacam ini
tidaklah susah untuk menarik perhatian orang-orang rimba persilatan, orang bodoh semacam Boanpwee ini, dalam dunia ini, jumlahnya barangkali sedikit sekali, asal Locianpwee suka menurunkan pelajaran yang luar biasa ini, jangan kata menyuruhnya untuk membunuh duapuluh delapan orang itu, sekalipun lebih banyak lagi jumlahnya, mereka juga tidak akan menolaki?".."
Orang tua itu tertawa dingin, lalu berkata, "Aku sudah begini tua, apakah dalam soal serupa itu juga perlu
mendengarkan nasihatmu?"
Siang-Koan Kie mendadak membuka matanya, katanya
dengan sungguh, "Ucapan Boanpwee tadi setiap kata keluar dari hati yang jujur, kuharap Locianpwee jangan banyak pikiran."
Orang tua itu berkata sambil menghela napas, "Ae jika urusan ini begitu sederhana seperti yang kau katakan, aku juga tidak perlu berdiam dalam menara ini untuk menunggu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampai sepuluh tahun lebih lama?".. kau harus tahu bahwa kepandaian yang luar biasa, bukanlah setiap orang dapat mempelajarinya, guru sudah tentu mengambil tempat sangat penting dalam menurunkan pelajarannya, tetapi yang lebih penting adalah bakat dari orang yang diberi pelajaran.
Kepandaian yang hendak ku wariskan ini, semua bukanlah kepandaian biasa, sudah tentu pula tidak dapat dipahami oleh orang biasa. Selama sepuluh tahun lehih ini, setiap kali aku duduk dipinggir jendela, tidak sedikit jumlah orang yang kulihat, tetapi orang-orang yang pernah kulihat selama itu hanya kau seoranglah yang mempunyai bakat untuk mewarisi semua kepandaian, akan tetapi kau tidak suka mengangkatku sebagai guru dan mempelajari kepandaianku?".."
Berkata sampai disini air matanya mengalir keluar.
Siang-Koan Kie berkata sambil menghela napas, "Boanpwee bukan tidak suka mempelajari kepandaian ilmu silat
Locianpwee, sebab terlehih dahulu harus minta ijin kepada gurunya yang pertama, tidak dapat berguru lagi pada
Locianpwee?".."
"Satu orang berguru kepada beberapa orang guru, itu
merupakan soal biasa, apakah sulitnya?"
"Seseorang yang mempunyai beberapa macam kepandaian
ilmu silat dan berbareng berguru beberapa guru, didalam rimba persilatan memang sudahlah lumrah, tetapi biar
bagaimana terlebih dahulu aku sudah mempunyai guru,
dengan sendirinya harus minta ijin guru pertama, setelah diijinkan baru boleh mengangkat guru baru lagi, ini adalah peraturan mutlak bagi setiap orang yang belajar ilmu silat, bagaimana Boanpwee berani berlaku lancang?"
"Aku hendak memberi pelajaran ilmu silat kepadamu,
semata-mata karena melihat bakatmu yang luar biasa,
sedikitpun tiada bermaksud merebut murid orang lain. Kau ingin mengangkat guru atau tidak, itu bukan merupakan soal Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penting, segala kebiasaan orang didunia semacam ini, aku tidak suka, sebaiknya kita hapuskan saja."
"Meskipun Locianpwee tidak berkeras hati memintaku
mengangkat guru kepadamu akan tetapi setidak-tidaknya mengandung maksud melepas budi yang ingin mendapat
balas, kau menurunkan kepandaianmu yang tidak ada taranya, tetapi kau telah minta aku menggunakan kepandaian tersebut untuk membunuh musuh-musuhmu. Jikalau musuh-musuhmu
itu semua adalah orang-orang jahat atau buas, maka meski aku membunuhnya juga tidak merasa berdosa, tetapi
sebaliknya jikalau orang-orang baik dan tidak berdosa, maka hal itu akan menyulitkan kedudukanku, karena aku tidak boleh mengingkari janjiku dan melupakan budiku terhadap kau, akan tetapi sebaliknya aku juga tidak dapat membunuh orang baik secara membabi-buta, maka telah kupikir masak2
sebaiknya aku tidak mempelajari kepandaiananu?".."
"Tetapi sekarang aku sudah melukai urat-urat nadi dalam badanmu, jika kau tidak menerima baik permintaanku dalam soal belajar kepandaian itu maka selanjutnya kau akan lewatkan sisa hidupmu didalam menara ini, kecuali tiap hari empat kali harus menerima penderitaan itu, kau masih akan menerima penghinaan dan ejekanku, itu berarti kau hidup tidak, matipun tidak, dalam waktu tiga bulan saja, urat-uratmu yang terluka itu akan mulai membeku, pada saat itu sekalipun hatimu merasa menyesal, tetapi juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Menurut apa yang kutahu, tabib yang bagaimanapun pandainya juga tidak mampu menyembuhkan penyakit serupa itu, sekarang kau masih mempunyai waktu cukup banyak
cobalah dulu dalam waktu tiga hari, benar atau bohong perkataan itu, dalam waktu tiga hari kalau kau bisa berubah pikiran, maka sekalipun mengingat bakatmu yang susah dicari itu, aku tidak sayang menghamburkan kekuatan murni itu untuk menyembuhkan lukamu, jikalau kau masih tetap
membandel itu terserah padamu sendiri biarlah kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghabiskan masa remajamu didalam menara ini untuk
mengawani aku seumur hidup!"
"Aku tidak perlu menggunakan waktu tiga hari untuk
berpikir sekarang boleh memberi jawaban tegas padamu, selamanya aku tidak akan menyesal!"
Orang tua itu mengawasi kepadanya sejenak, sekonyong-
konyong memejamkan matanya dan menggumam sendiri,
"Satu bocah yang keras kepala."
Suasana dalam kamar itu menjadi sunyi, beberapa pot
bunga cempaka menyiarkan baunya yang harum semerbak,
tetapi bau harum dan indahnya warna bunga itu merupakan suatu kontras yang menyolok dan pemandangan yang
menyeramkan keadaan tempat itu.
Siang-Koan Kie berusaha keras untuk melupakan segaIa-
galanya supaya hatinya tenang kembali, akhirnya dengan tiada terasa ia telah tertidur pulas.
Waktu ia tersadar lagi, matahari sudah naik tinggi, sinarnya menyinari kedalam ruangan melalui lubang jendela.
Orang tua itu duduk dipinggir jendela sambil memeluk peti hitamnya, matanya memandang keangkasa, sikapnya
menunjukkan ketenangan pikiran dan kesunyian hatinya.
Siang-Koan Kie diam-diam menarik napas, hatinya berpikir,
"Ia berdiam dimenara seperti ini, ternyata sudah sepuluh tahun lebih lamanya?".."
Dalam otaknya mendadak terlintas suatu pikiran, "Orang yang berkepandaian tinggi seperti dia ini, sekalipun sudah kehilangan dua buah kakinya, rasanya juga tidak mungkin untuk mengurung padanya dalam menara ini, entah apa
sebabnya selama sekian tahun lamanya tidal mau berlalu dari sini?".. dalam kuil tua ini jarang ada manusia yang datang, dan siapa pula orangnya yang tulang-tulangnya disimpan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam guci diruangan bawah itu" Apakah yang dimakan oleh orang tua ini selama sepuluh tahun lebih?"
Semua pertanyaan itu telah mengganggu otaknya, ia
semakin bingung memikirkan keadaan orang itu.
Sekonyong-konyong darahnya dirasakan menggolak, ia
tahu bahwa lukanya mulai kambuh, maka dengan buru-buru ia menenangkan hatinya untuk menghadapi siksaan dirinya.
Penderitaan kali ini dirasakan lebih hebat dari yang
pertama, tetapi ia tahan sambil menggertakkan giginya, sedikitpun tidak mengeluh.
Orang tua itu duduk sambil mengawasinya dengan mata
tidak beralih, sikap diwajahnya sangat aneh, entah apa yang dipikirkan dalam otaknya"
Siang-Koan Kie menengok ke arah orang tua itu, lalu
melengoskan kepalanya memandang ke arah lain.
Adatnya yang keras lebih suka dirinya menderita, tetapi tidak suka menunjukkan rasa sakitnya kepada orang lain.
Orang tua itu berkata sambil tertawa dingin, "Sekarang ini lukamu baru saja mulai, nanti kalau darah yang tertimbun itu mulai cair dan urat-urat yang kontak mulai kempes, maka dalam darahmu seperti ada binatang yang merayap,
penderitaan yang semacam itu, jangan kata bagi kau yang begitu masih muda usiamu, sekalipun aku yang sudah
mengalami banyak penderitaan hidup juga tidak sanggup menahan?".. dewasa ini, hanya ada satu jalan yang dapat menologmu?".."
Berkata sampai disitu mendadak diam.
Hening sekian lama, ia baru berkata pu1a, "Itu adalah waktu darahmu mulai cair nanti, segera menotok tiga jalan darahmu, supaya kau pingsan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-Koan Kie dengan menahan rasa sakitnya, ia berpaling dan menjawab:
"Kebaikan Locianpwee, Boanpwee terima dalam hati?".."
Orang tua itu tercengang dan berkata, "Apa" penderitaan semacam itu bukanlah manusia yang sanggup tahan. Anak, sekalipun kau berurat kawat dan bertulang besi juga tidak sanggup bertahan."
"Kalau benar-benar Boanpwee tidak sanggup menahan,
sudah tentu nanti kita akan mengambil keputusan sendiri, tidak perlu Locianpwee ikut memikirkan."
"Dalam seumur hidupku belum pernah menemukan
seorang tidak tahu diri seperti kau ini, nanti kalau kau sudah tidak sanggup tahan, jangan minta pertolongganku."
Siang-Koan Kie lalu memejamkan matanya.
Sekonyong-konyong ia merasa bahwa darah yang
tertimbun dalam beberapa tempat jalan darahnya perlahan-perlahan mulai cair, urat-uratnya yang tadinya melembung, telah menjadi kendur, penderitaan sakitnya mendadak
berkurang hatinya merasa lega.
Tetapi ia tahu bahwa perkataan oranq tua tadi itu bukanlah merupakan suatu gertakan saja, rasa enak untuk sementara ini, pasti akan disusul oleh penderitaan yang lebih hebat, selagi merasa keenakan itu dia mengerahkan seluruh
tenaganya menggelinding ketempat lain.
Siang-Koan Kie meski sudah merasakan hebatnya


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penderitaan itu, tetapi ia merasa bahwa waktunya tidak lama, asal ia sanggup menahan mungkin dapat dilewatkan, andai sudath tidak sanggup, ia akan pikirkan lagi caranya bunuh diri tetapi ia tidak suka penderitaannya itu disaksikan oleh orang tua itu, maka selagi badannya merasa sedikit enak, ia menggelinding kelain sudut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu agaknya sudah putus harapan terhadap
Siang-Koan Kie sehingga ia tidak mengawasi segala tingkah lakunya, ia hanya membuka kotaknya yang berwarna hitam, air matanya mengucur ngalir keluar.
Sebaliknya dengan Siang-Koan Kie dia nampaknya
memperhatikan setiap gerak-gerik orang tua itu, ketika menyaksikan orang tua itu membuka kotak dan mengucurkan air mata, dalam hatinya merasa heran, pikirnya, "Apakah isinya kotak itu" Mengapa orang yang sifatnya yang aneh ganjil ini, setiap membukanya lalu menangis?".."
Belum lenyap pikirannya luka didadanya merasa sakit, lalu disusul dengan perasaan ngeri dan kacau, seolah-olah ada kutu merambat dalam darahnya, bahkan semakin lama
semakin hebat. Ia mencoba menahan sampai gertak gigi, sedikitpun tidak nmengeluh.
Tetapi penderitaan secara demikian sekalipun orang
bagaimana keras kepalanya, juga tidak sanggup bertahan, badan Siang-Koan Kie sudah penuh peluh akhirnya ia
mengeluarkan keluhan juga?"..
Orang tua itu berpaling dan mengawasinya sejenak,
kemudian menutup kotaknya, lalu mendongakkan kepala dan tertawa ter-bahak2.
Setelah merasa puas dia tertawa, baru menengok lagi
kepada Siang-Koan Kie lalu berkata kepadanya dengan nada suara dingin, "Aku kira kau benar-benar seorang berurat kawat bertulang besi, kiranya juga masih tidak tahan."
Penderitaan Siang-Koan Kie saat itu sedang dipuncaknya, sehingga tidak dengar apa yang diucapkan oleh orang tua itu.
Orang tua itu sekonyong-konyong melayang kesampingnya, tangan kanannya bergerak beberapa kali menotok empat
bagian jalan darah Siang-Koan Kie supaya ia pingsan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar saja Siang-Koan Kie lalu pingsan, tidak terdengar pula suara keluhannya.
Ia tidak tahu lagi apa yang dilakukan oleh orang tua itu kepada dirinya, sewaktu ia tersadar, hari sudah malam.
Tatkala ia membuka mata, melihat orang tua itu duduk
disampingnya dengan tenang, sinar mata tajam mengawasi dirinya.
Perlahan-lahan ia mengangkat tangannya menekap atas
dadanya, agaknya masih merasa ngeri terhadap siksaan yang dideritanya tadi, dengan mata sayupnya memandang wajah orang itu, lalu berkata padanya, "Kita satu sama lain tidak bermusuhan, apakah gunanya kau menyiksa diriku sedemikian rupa"
Diwajah dingin orang tua itu, tiba-tiba terkilas suatu senyuman, ia berkata, "Asal kau mau belajar ilmu silatku dan menolong membinasakan dua musuhku, aku akan
menyembuhkan kamu." Siang-Koan Kie menggelengkan kepala, ia menjawab sambil berpaling ke arah lain, "Satu hari satu malam, sebahagian besar waktuku tidak diganggu oleh penderitaan yang
semecam ini, sekalipun penjagaanmu keras sekali, tetapi juga tidak sanggup menjagaku terus-menerus."
Orang tua itu berkata dengan suara rendah, "Usiaku sudah sangat lanjut, entah hari apa aku harus memenuhi panggilan Tuhan, jikalau aku tidak bisa mewariskan kepandaianku ini kepada orang yang berbakat baik sesunggulinya sayang
sekali?".." "Dalani dunia ini banyak sekali orang yang berbakat baik, tidak susah kau mendapatkannya, mengapa kau hanya
menginginkan diriku saja?"
"Tidak boleh tidak kuharus mewariskan kepandaianku
kepadamu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menyuruhku untuk membunuh orang sehabis mempelajari
ilmu silatmu, biar bagaimanapun aneh aku tidak mau."
"Seumur hidupku belum pernah aku membuka mulut minta
pertolongan orang, hari ini ada perkecualian aku minta kepadamu sekali saja."
"Locianpwee ingin minta pertolongan apa dariku?"
"Aku minta kau menerima baik permintaanku untuk
mempelajari ilmu silatku, kau suka menganggapku sebagai guru atau tidak, tidak menjadi soal, asalkan kau menerima baik permintaanku untuk membunuh seorang saja, sudah
cukup." Siang-Koan Kie menyaksikan sikap orang tua itu yang
nampaknya sangat sedih, hatinya merasa tidak tega, diam-diam ia berkata kepada dirinya sendiri, "Didalam dunia dimana ada satu guru yang minta orang mempelajari kepandaiannya demikian keras permintaan orang ini kepadaku, entah apa maksudnya" Apakah benar seperti apa yang dinyatakan, bakat seorang untuk melatih pelajaran ilmu silat luar biasa, susah didapat dan apakah benar aku mempunyai bakat demikian?"
Setelah itu ia berkata, "Apakah kepandaian Locianpwee itu, kecuali Boanpwee, benar-benar sudah tidak dapat dicari orang yang dapat mewariskan?"
Orang itu kembali menarik napas, lalu berkata, "Orang yang berbakat seperti kau ini, meski tidak mudah dicari tetapi juga bukan susah untuk dapatkan?".. hanya, kecuali bakat yang paling susah dicari ialah kejujuran hatinya dan kebesaran jiwanya, orang yang mempunyai bakat semacam kau serta mempunyai kejujuran dan keagungan jiwa sesungguhnya
susah sekali didapatkan, kau harus tahu bahwa orang yang mempunyai bakat dan kepintaran luar biasa, tetapi jikalau tidak mempunyai hati jujur putih bersih dan jiwa besar, maka semakin tinggi kepandaian orang itu, semakin besar
bahayanya bagi dunia, aku juga pernah menyaksikan orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semacam itu bahkan sudah pernah mengalami sendiri
penderitaannya?".."
Berkata sampai disitu sekonyong-konyong dia diam, air mata mengalir turun dari matanya.
"Orang yang Locianpwee ingin aku membunuhnya itu
apakah itu orang yang mencelakan diri Locianpwee itu?"
Pengalamanku ini, aku tidak suka menceritakannya kepada orang lain, akan tetapi aku dapat beritahukan kepadamu bahwa orang itu bukanlah orang baik-baik."
"Bolehkah Locianpwee beritahukan nama orang itu
kepadaku?" "Tidak" "Jikalau Boanpwee terima baik permintaanmu, tidak nanti akan menginkari janji, setelah itu nanti Locianpwee akan menurunkan pelajaran kepadaku dan memberitahukan nama orang itu, andaikata nanti hal itu menyulitkan Boanpwee, bukankah lebih baik aku mati sekarang saja?"
Karena ia melihat bahwa kepandaiannya orang tua itu luar biasa tingginya, maka musuhnya pasti juga orang yang
kenamaan, kalau sekarang ia menerima baik bukan saja
berarti menanggung kewajiban berat tetapi juga harus
dipikirkan apabila musuh itu dari orang golongan baik, hal itu akan menyulitkan baginya, maka ia tidak mau menerima baik permintaan orang tua itu.
Orang tua itu tiba-tiba berkata, "Baiklah! tidak perduli kau mau menuntutkan balas untuk aku atau tidak, aku juga akan menyembuhkan lukamu dan menurunkan kepandaianku."
"Boanpwee tidak suka tanpa sebab menerima budi orang."
Orang tua itu mengangkat tangannya menotok jalan darah dibadan Siang-Koan Kie dan berkata, "Aku hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurunkan pelajaranku kepadamu, hasrat ini tidak berobah lagi. Apa kau kira kau dapat menentangnya?"
Karena Siang-Koan Kie sudah ditotok jalan darah yang
membuat ia gagap sehingga mulutnya tidak dapat bicara, lagi pula badannya sedang terluka parah maka tidak bisa berbuat apa-apa, ia cuma bisa mengawasi dengan sepasang matanya, membiarkan orang tua itu memperlakukan dirinya menurut sesuka hatinya.
Ia cuma merasa dirinya seperti diurut dan di bolak-balikkan oleh orang tua itu hampir kira-kira setengah hari lamanya ia baru merasa satu tangan orang tua itu seperti ditempelkan diulu hatinya, kemudian hawa panas terasa mengalir masuk kedalam tubuhnya.
Kekuatan tenaga dalam orang tua itu sudah sangat
sempurna, hawa panas itu mengalir masuk tidak berhenti-henti, tetapi bahwa panas itu sebegitu dekat bagian yang terluka seperti terhalang mengalirnya.
Tetapi aliran hawa panas itu kuat sekali kira-kira satu menit baru dapat melalui rintangan itu.
Ia merasakan aliran panas yang mengalir dalam badannya itu telah melalui rintangan bagian yang terluka mendadak lenyap, kemudian terdengar suara tarikan napas orang itu.
Setelah orang tua itu menarik napas dan menempelkan lagi telapak tangannya diulu-hatinya, hawa panas itu dirasakan mengalir masuk kembali dalam badannya.
Kalau lukanya mulai terasa lagi, orang tua itu lalu menotok dirinya sehingga pingsan, supaya daya perasaannya hilang dan melupakan sakitnya, setelah penderitaan itu berlalu ia membuka pula totokannya dan melanjutkan usahanya untuk mengobati padanya.
Orang tua itu menggunakan waktu tiga hari tiga malam, baru menyembuhkan luka dalam badan Siang-Koan Kie, ia lalu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuka totokannya dan berkata padanya, Aku sudah
berkeputusan hendak menurunkan seluruh kepandaianku
kepadamu, satu-satunya permintaanku, setiap hari kau harus rmeninggalkan menara ini tiga jam lamanya, dalam waktu tiga jam ini, kau boleh mencari barang makanan untuk kau bawa pulang, tetapi kau harus dengar serulingku dulu baru boleh naik keatas menara ini?".."
Siang-Koan Kie mengawasi orang tua itu sejenak, perlahan-lahan berbangkit dan menggerak-gerakkan kaki tangannya, kemudian lompat keluar melalui jendela.
Angin meniup ke arahnya, semangatnya terbangun, ia
berpaling dan mengawasi dalam menara, tampak olehnya
orang tua itu sedang duduk dipinggir jendela dengan tangan memegang seruling dan kotak hitam itu dipangkuannya,
kepalanya mendongak keatas mengawasi angkasa, entah apa yang sedang dipikirkan dalam hatinya, terhadap kepergian Siang-Koan Kie agaknya tidak mau memperdulikannya.
Siang-Koan Kie menarik napas pula, ia memikirkan semua pengalamannya didalam menara selama beberapa hari ini benar-benar bagaikan impian?"..
Sekonyong-konyong ia teringat kepada jenasah para susiok dan suhenynya yang berada didalam kuil, apakah tidak
diganggu oleh binatang buas. Ia segera lari menuju kekuil tua itu.
Masih beberapa tombak jauhnya terpisah dengan kuil itu, hidungnya sudah mencium bau busuk yang amat tajam, ia lalu mempercepat gerak kakinya.
Didalam ruangan diluar kuil itu terdapat banyak bangkai burung, ia merasa heran, dengan cepat lalu masuk kedalam ruangan.
Karena tindakannya yang tergesa-gesa, dengan tanpa
sadar kakinya menginjak benda lunak yang hampir saja
membuat ia jatuh terpeleset.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tatkala ia menengok kebawah ia baru dapat melihat
didepan pintu ada menggeletak seekor harimau matanya
sudah tertutup, agaknya sudah lama mati, dan benda lunak yang terinjak kakinya tadi ternyata adalah bangkai harimau tersebut.
Kecuali itu seekor harimau, dalam ruangan pendopo itu masih terdapat banyak bangkai binatang serigala, semua bangkai2 binatang buas itu tidak terdapat tanda luka
sedikitpun juga, badannya masih dalam keadaan utuh tetapi telah kaku semuanya.
Dibagian lain empat atau lima jenazah para saudaranya nampak berserakan ditanah dalam keadaan hancur, bau busuk tersiar dimana-mana.
Ia adalah seorang cerdik, menyaksikan keadaan demikian, segera tersadar bahwa ahli racun itu benar-benar hebat, semua burung dan binatang buas itu pasti mati setelah makan bangkai manusia yang dalam tubuhnya beracun.
Ia menghitung jumlah jenazah sambil menutup hidung,
bangkai itu ternyata cuma tinggal delapan buah saja, sehingga dalam hatinya berpiikir, "Empat susiok dan duabelas suheng dan sutee, kecuali empat orang yang bertindak selaku mata-mata, seharusnya masih tinggal duabelas buah.
Ia memeriksa lagi dengan seksama, bangkai itu meski ada yang sudah rusak, tetapi masih dapat dikenali, keadaan delapan bangkai itu serupa, empat yang lainnya, tidak mungkin ditelan bulat2 oleh binatang buas itu.
Karena hatinya merasa curiga, sekali lagi ia memeriksa satu persatu dengan seksama, benar saja ia segera dapat
kenyataan bahwa di antara bangkai2 itu sudah tidak terdapat satupun yang berjenggot putih sehingga dalam hatinya diam-diam berpikir, "Apakah karena kekuatan tenaga dalam empat susiok yang sudah sempurna sehingga berhasil mengeluarkan racun dari dalam tubuhnya dan kemudian berlalu dari sini?"..
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekonyong-konyong terdengar suara seruling, kali ini
sangat aneh dan tidak enak.
Ketika pikirannya merasa heran, tiba-tiba hidungnya dapat mencium bau amis yang terbawa oleh angin, telinganya
mendengar suara orang tua itu, "Bocah lekaslah tinggalkan ruangan kuil?".."
Suara itu kemudian disusul oleh suara menderunya angin yang meniup kencang.
Dalam hati Siang-Koan Kie lalu timbul perasaan siap siaga, sebab suara angin itu sangat aneh, dengan cepat ia melompat melesat meninggalkan ruangan itu.
Sebentar kemudian, matanya sudah dapat melihat seekor ular raksasa sedang menggoyangkan kepala dan mementang mulutnya yang lebar, sementara itu semua bangkai2 burung yang menggeletak diluar kuil nampak beterbangan, tersedot masuk kedalam mulut ular raksasa itu.
Dalam waktu sekejapan mata saja, bangkai burung yang
jumlahnya ratusan ekor itu, sudah masuk kedalam perut semuanya.
Siang-Koan Kie meski seorang yang mempunyai
kepandaian cukup tinggi, tetapi ketika menyaksikan bentuknya ular raksasa itu, juga merasa ngeri, tetapi tertarik oleh perasaan heran, ia menyaksikan ini tidak ingin berlalu.
Ditelinganya kembali mendengar suaranya orang tua, "Ular raksasa itu bukan saja seluruh badannya mengandung racun, tetapi juga mulutnya dapat menyemburkan kebut beracun yang dapat membikin badan orang terluka, kalau kau dapat dilihat olehnya, sulit untuk lolos dari mulut ular itu."
Sementara itu, ular raksasa itu sudah menutup mulutnya dan kepalanya sudah melosok masuk kedalam kuil.
Siang-Koan Kie tidak dapat melihat lagi. Ia melompat naik keatas atap kuil, terus lari menuju kemenara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu nampak duduk dipinggir jendela begitu dapat lihat Siang-Koan Kie sudah balik, nampaknya sangat girang.
Dalam hati Siang-Koan Kie sebetulnya ada banyak hal yang ingin ditanyakan pada orang itu, tetapi heran, begitu berada dihadapan orang tua itu, sepatahpun tidak ada yang
ditanyakan. Orang itu berpaling dan mengawasi Siang-Koan Kie
sejenak, sebentar kemudian, ia mulai meniup serulingnya lagi, di antara mengalunnya suara seruling itu, ular raksasa mendadak tertampak, ular raksasa itu lari ter-gesa2 keluar dari kuil.
Bukan kepalang terkejut Siang-Koan Kie. Dalam hatinya berpikir, "Kiranya ular raksasa itu tadi dipanggil oleh suara seruling ini?"..
Setelah ular raksasa itu berlalu, orang itu menghentikan serulingnya, lalu berpaling dan berkata kepada Siang-Koan Kie, "Anak, hari ini tanggal berapa?"
Siang-Koan Kie berpikir sejenak lalu berkata, "Barangkali tanggal sebelas bulan delapan."
"Tanggal sebelas, duabelas dan tigabelas malam, ada
keramaian akan kita saksikan."
"Keramaian apa?"
Orang tua itu berpaling dan mengawasi Siang-Koan Kie
sejenak, lalu menjawab dengan perkataan yang menyimpang dari pertanyaannya, "Kau beberapa kali keluar masuk ditempat ini, dibawah maupun diatas sekitar tempat ini, sudah
meninggalkan banyak bekas, lekas kau hapus semua bekas itu, lalu pergi cari lagi buah-buahan untuk hidangan, mulai besok kita harus bersembunyi dalam menara ini tidak boleh keluar sembarangan, supaya jangan sampai jejak kita
diketahui oleh orang lain."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan perasaan heran Siang-Koan Kie mengawasi orang
tua itu, kemudian ia keluar dari menara. Meskipun dalam hatinya ingin dengar ucapan orang itu selanjutnya, tetapi tindakannya dengan tanpa disadari sudah berlawanan dengan keinginannya. Ia menghapus dulu bekas2 kakinya disekitar tempat itu lalu berangkat untuk mencari makanan.
Sejak lukanya disembuhlcan oleh orang tua itu ia kadang2
merasa otaknya seperti kosong melompong, adakalanya
sekalipun otak yang merasa jernih, tetapi dengan cepat pikiran jernih itu sudah lenyap lagi. Dalam hatinya sebetulnya ingin lehih siang meninggalkan tempat tersebut, tetapi dengan tanpa sadar ia sudah melakukan apa yang diperintah oleh orang tua itu.
Ia lari sejauh kira-kira lima pal, jangankan perkampungan, sedangkan satu manusiapun juga tidak dijumpai.
Diam-diarn hatinya merasa cemas. Ditempat belukar
semacam itu, kemana harus mencari makanan" Tiba-tiba
terdengar suara bunyi binatang, ketika ia memasang matanya, disuatu tempat yang tidak jauh darinya ada beberapa ekor binatang monyet besar, ia lalu lari ke arah binatang itu.
Binatang2 monyet itu, ketika melihat kedatangannya,
mendadak berpencar dan berbaris menjadi satu baris untuk merintangi Siang-Koan Kie. Tempat dimana monyet-monyet itu berdiri merupakan satu mulut dari sebuah lembah yang lebarnya tidak lebih dari satu tombak, maka ketika monyet2
itu berpencar dan berbaris dihadapannya, mulut lembah itu segera penuh dikawal oleh monyet-monyet.
Siang-Koan Kie berhenti, ia mendapatkan kenyataan bahwa kawanan binatang monyet itu mengawasinya dengan sinar mata buas, beberapa ekor di antaranya ada yang
menunjukkan gigi, agaknya ingin maju menerkam.
Selagi hendak meninggalkan tempat tersebut, tiba-tiba hidungnya dapat mencium bau wangi yang tertiup angin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kawanan monyet itu ketika melihat bahwa ia tidak pergi, lalu memperdengarkan suara riuh dan maju menerkam,
gerakan kawanan monyet itu lincah dan gesit sekali dibanding dengan orang Kang-ouw biasa mungkin lebih gesit.
Siang-Koan Kie melesat tinggi, menyambuti seranqan
kewanan monyet itu, dua ekor monyet dapat terluka, lainnya menjadi kalut, Siang-Koan Kie menggunakan kesempatan itu lari masuk kedalam rimba.
Dalam lembah itu ternyata penuh dengan tanaman buah
apel, yang masak-masak harum wangi, dari jauh sudah
menusuk hidungnya. Sudah beberapa hari Siang-Koan Kie tidak pernah makan dan minum maka ketika menghadapi buah-buah yang segar, sudah tentu menelan air liur. Ia lalu memetik dua buah, dan dimakan dengan lahapnya.
Setelah menghabiskan dua buah apel besar itu badannya nampak segar lagi karena dianggapnya ditempat itu tidak ada barang lain yang dapat dicari maka ia lalu memetik lagi sebanyak mungkin dibawa pulang kedalam menara.
Dalam anggapannya, orang tua yang berdiam didalam
menara selama sepuluh tahun barangkali belum pernah
makan buah apel sesegar ini, tentunya ia akan merasa girang sekali, siapa menduga orang tua itu hanya mengawasi saja buah2 apel itu kemudian berkata padanya dengan nada suara dingin, "Sejak hari ini, aku akan mulai menurunkan pelajaran kepadamu?".."
Perlahan-lahan ia menggerakkan matanya memandang
dengan seksama seluruh bagian tubuh Siang Koan Kie, lalu ia berkata pula, "Meskipun kau sudah pernah belajar ilmu silat tetapi sayang apa yang kau pelajari jauh berlainan dengan ilmu silat yang akan aku ajarkan padamu, sekarang terpaksa harus dimulai dari awal lebih dulu harus mempelajari cara2nya mengatur pernafasan dan bersemedi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sudah belajar itu semua, jika harus mengulangi
lagi?".." "Soal kekuatan tenaga dalam, sesungguhnya tidak habisnya kita pelajari apalagi pelajaran yang akan kuturUnkan
kepadamu, adalah salah satu rahasia besar dalam rimba persilatan, lekas kau atur pernafasanmu, dengarkan syarat2
awalan yang akan kupelajarkan padamu."
-odwo- Bab 6 Meskipun dalam hati Siang-Koan Kie penuh rasa curiga, tetapi dengan tanpa menyadari ia sudah menurut perintah orang tua itu. Ia duduk bersila dan mulai mengatur
pernapasannya. Sementara itu di telinganya mendengar suara orang tua itu yang berkata kepadanya, "Pejamkan matamu, bersihkanlah pikiranmu, tujukan perhatianmu kedalam, hati, lima pusar menghadap keluar."
Siang-Koan Kie menurut apa yang dikatakan tetapi ketika mendengar perkataan terakhir, mendadak membuka matanya, dan bertanya, "Apa artinya lima pusar?"
Orang tua itu menjawab sambil tersenyurn, "Lima pusar artinya?".."
Mendadak ia tutup mulut dan membuka telinganya.
Siang-Koan Kie yang menyaksikan kelakuan orang tua itu, juga segera memasang telinga, tetapi kecuali suara
meniupnya angin dari gunung, tidak terdengar suara apalagi.
Ketika hendak bertanya, tiba-tiba orang tua itu berkata pu1a, "Sudah tidak bisa belajar?".. lekas tutup semua jendela."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyaksikan sikap orang tua yang sangat serius, ia
terpaksa bangkit dan menutup semua daun jendela.
Orang tua itu berkata pula sambil menujuk dalam sebelah kirinya, "Kau boleh menyembunyikan diri dibawah jendela itu untuk menyaksikan keramaian, tidak perduli melihat kejadian apa saja yang menakutkan atau mengejutkan, kau tidak boleh mengeluarkan suara."
Siang-Koan Kie mengawasi orang tua itu sejenak, baru
melongok keluar sedang dalam hatinya berpikir entah apa yang dilakukan oleh orang tua itu.
Belum lenyap pikirannya kembali terdengar suaranya orang tua itu, "Orang yang datang itu adalah seorang kuat dari golongan Bit-cong-pai di Tibet, kau harus perhatikan
kepandaian ilmu silatnya, apa bedanya dengan ilmu silat dari daerah Tiong-goan?"..?"
Belum lagi menutup mulutnya, dari jauh tampak suatu titik bayangan merah yang lari menuju kemari.
Siang-Koan Kie mengawasi dengan seksama orang yang
datang itu berperawakan tinggi sekali menggunakan serupa benda mas untuk mengikat rambutnya, badannya
mengenakan jubah padri warna merah, diatas batok
kepalanya ada bekas cacat sebesar telur bebek, orang itu berdiri diatas atap, melongok kebawa memandang keadaan sekitarnya. Mendadak ia melayang melesat tinggi tiga tombak, ditengah udara ia jungkir balik dengan kepala dibawah dan kaki diatas, bagaikan peluru yang meluncur kebawah.
Ilmu meringankan tubuh yang jarang tertampak dalam
dunia ini, membuat terpesona Siang-Koan Kie.
Didalam tempat yang sunyi seperti itu, dengan tiba-tiba kedatangan seorang tokoh kuat dari daerah barat, benar-benar merupakan suatu hal yang sangat aneh, meski SiangKoan Kie dapat menduga akan terjadinya hal-hal yang luar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biasa tetapi ia tidak dapat menduga sebab musababnya.
Namun demikian ia juga tidak berani menanyakan kepada orang tua itu, semua pertanyaan cuma disimpan dalam
hatinya sendiri. Tiba-tiba dari bawah menara terdergar satu suara tiupan aneh, kemudian disusul oleh suara tindakan kaki yang berat, lalu terdengar pula suara orang bicara, entah dengan
menggunakan bahasa apa, segera datang seseorang lagi
tetapi apa yang dibicarakan oleh dua orang itu ia tidak dapat mengerti samasekali.
Ia berpaling dan mengawasi siorang tua, nampaknya
sedang pasang telinga memperhatikan pembicaraan kedua orang itu, hal itu mengherankannya karena dua orang yang bercakap-cakap itu, kalau bukan menggunakan bahasa Utgul tentunya bahasa Tibet. Buat orang2 daerah Tiong-goan yang mengerti bahasa itu jumlahnya sedikit sekali, tepi orang tua itu mendengarkan dengan seksamna, mungkinkah dia
memahami bahasa itu"
Kedua orang itu setelah bercakap-cakap sebentar kembali terdengar suara tindakan kakinya yang berat agaknya sedang berjalan menuruni tangga.
Dalam hati Siang-Koan Kie meski ada banyak hal yang ingin ditanyakan kepada orang tua itu, tapi ketika ia ingat sikap bangga sewaktu ia menanyakan tentang lima pusar, terpaksa ia urungkan maskudnya.
Nampak hening cukup lama, orang tua itu tiba-tiba
menanya Siang-Roan Kie sambil ketawa, "Apakah kau
mengerti apa yang dibicarakan oleh dua padri dari tibet itu tadi?"
"Boan-pwee tidak paham bahasa Tibet."
"Meski mereka padri Tibet tetapi dalam pembicaraannya tadi mereka menggunakan bahasa Utgul."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benarkah Locian-pwee paham bahasa Utgul?"
"Apakah aku perlu membohongi kau?"
"Locianpwee mengerti petnbicaraan mereka, apakah yang mereka bicarakan?"
"Apakah kau meninggalkan sesuatu bekas diatas menara?"
Siang-Kuan Kie meng-angguk2kan kepala, sebelum yang
dijawab orang tua itu sudah mendahuluinya, "Seorang Padri menemukan bekas yang kau tinggalkan, ia berkata bahwa dalam menara pasti ada orang yang bersembunyi, sehingga mengusulkan supaya diadakan penyelidikan. Satunya lagi mengatakan bahwa bekas itu belum tentu orang yang
meninggalkan, andaikata benar ada orang bersembunyi dalam menara ini, juga tidak perlu ditakuti. Dua orang itu setelah saling tukar pikiran sekian lama lalu berlalu?".."
Setelah berkata sekian banyak, orang tua itu mendadak teringat hal yang penting sehingga sekonyong2 berhenti dan melesat kesatu sudut, ia membuka kotak warna hitam itu dan mengambil sebutir pel warna merah, setelah menutup kembali kotak itu, ia melesat balik dan berkata, "Kau telan dulu pel ini."
Orang tua itu segera melakukan apa yang telah dipikir, belum pernah menceritakan alasannya.
Siang-Kuan Kie sangsi sejenak lalu menyambuti pel itu ditelannya demikian ia bertanya, "Dua padre dari Tibet itu jauh2 datang kedaerah Tiong-goan, entah apa maksudnya mencari kekuil tua ini?"
Orang tua itu mendadak membuka lebar matanya, dengan
sinar mata tajam menatap wajah Siang-Kuan Kie dan berkata,
"Ini adalah suatu pertandingan ilmu silat yang
menggemparkan dunia rimba persilatan, kedua pihak
mengelurkan turunannya yang tidak dapat dinilai, ah! sayang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali bahwa kejadian besar yang sangat menggemparkan ini, sedikit sekali jumlahnya orang yang tahu?".."
Perkataan itu diucapkan dengan suara agak nyaring
sehingga Siang-Koan Kie yang mendengarkan sampai berdiri termangu, lama baru bertanya, "Dalam dunia Kang-ouw soal pertandingan ilmu silat memang sering terjadi tetapi paling2
yuga hanyalah seorang atau beberapa orang yang
bersangkutan, yang terluka, atau binasa, dengan bertarungan yang tidak ternilai, benar-benar membuat Boanpwee tidak mengerti."
Orang tua itu membuka daun jendela disampingnya seraya berkata, "Sebelum sepasang kakiku terpotong, aku pernah menjelajahi seluruh Negeri, banyak sudah pertandingan2 ilmu silat yang aku pernah saksikan, hal serupa itu memang tidak mengherankan, tetapi kali ini yang mengherankan adalah pertaruhan dari kedua pihak yang sangat luar biasa itu, ah!
jikalau mereka benar-benar segan memenuhi janji mereka, sesungguhnya akan menimbulkan akibat yang tidak dapat diduga oleh semua orang."
"Entah apa yang digunakan untuk pertarungan bagi orang kedua belah pihak?"
"Pihak yang satu mempertaruhkan dirinya sebagai budak untuk seumur hidupnya berikut semua orang2 dari daerah barat. Pihak yang lain mempertaruhkan hendak membunuh semua tokoh-tokoh kuat rimba persilatan daerah Tiong-goan, kemudian musnahkan kepandaiannya sendiri, mengundurkan diri dari dunia Kang-ouw dan menyerahkan seluruh daerah kekuasaannya kepada yang menang."
"Apa" adakah kedua pihak yang bertanding itu raja pada dewasa ini?"
"Bukan." "Kalau bukan raja, ia hendak menyerahkan daerah
kekuasaannya kepada yang menang, ini bukankah merupakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suatu kejadian yang lucu, sekalipun ia berani mengucapkan demikian, apakah padri Tibet itu mau percaya?"


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa yang aku dengar hanya itu saja, soal ini dimulai lima tahun berselang, mereka telah mengadakan perjanjian
pertaruhan itu didalam menara penyimpan kitab, aku waktu itu belum dapat melihat bagaimana mukanya orang2 yang mengadakan pertaruhan itu?"". di antara daerah-daerah barat. Dua orang dari suku Hwee dan Tibet banyak yang mempunyai kepandaian tinggi, tidak mustahil ada yang timbul keinginan untuk membentangkan sayapnya kedaerah Tionggoan."
Perlahan-lahan matanya menatap Siang-Koan Kie kemudian berkata pula, "Tetapi orang-orang kuat yang benar-benar dari golongan Bit-cong, jarang sekali mau diperalat oleh orang lain, maka bagaimana keadaan yang sebenarnya, aku juga tidak mengerti, kini masih ada waktu beberapa hari, setelah mereka datang tidak susah bagi kita untuk mengetahui?".. ya, walaupun mengetahui rahasia mereka, tetapi aku juga sudah tidak bisa campur tangan, untuk mengeluarkan tenaga bagi nasib sesama manusia yang tidak berdosa itu."
Tatkala mengucapkan perkataan yang terakhir ini, orang tua itu menunjukkan sikapnya yang sangat sedih.
Siang-Koan Kie merasakan bahwa orang tua ini tidak begitu jahat sebagai apa yang dibayangkan, bahkan sebaliknya merupakan seorang tua yang berjiwa kesatria, dan mengingat kepentingan sesama manusia, maka timbullah perasaan
simpatih dalam kalbunya, ia berkata, "Kepandaian ilmu silat Locianpwee sudah mencapai kesuatu taraf yang tidak ada taranya, hal ini sudah Boanpwee saksikan dengan mata kepala sendiri, walaupun kehilangan dua kaki juga tidak menjadi halangan besar, jikalau salah satu dari orang2 itu benar-benar bermaksud hendak mencelakakan nasib rakyat dan Negara, Boanpwee menyediakan tenaga membantu Locianpwee?".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba ia ingat kepandaiannya sendiri yang masih belum berarti jika dibandingkan dengan orang2 kuat itu, bagaimana dapat membantu, maka untuk sesaat ia terdiam, kemudian berkata pula, "Boanpwee tahu kepandaian sendiri masih terlalu rendah, sehingga tidak dapat membantu Locianpwee, tetapi Boanpwee rela sekali mengikuti jejak Locianpwee, sekalipun akan hancur lebur badanku juga tidak kupikirkan lagi."
Orang tua itu mendongakkan kepala dan berpikir, barulah berkata, "Kalau sudah tiba saatnya nanti kita bicarakan lagi, jikalau keadaan dan kekuatan kita mengijinkan, sudah tentu kita harus mengeluarkan tenaga untuk menolong nasib
sesama manusia?".."
Setelah berpikir agak lama tiba-tiba ia herkata lagi dengan nada suara dingin, "Tidak perduli kau melihat kejadian apa saja, sebelum aku bertindak kau jangan sembarangan
bergerak." Siang-Koan Kie baru saja menyaksikan sikap orang tua itu yang sangat ramah, tetapi dengan tiba-tiba telah berobah dingin, dalam hati ia merasa tidak enak.
Pikirnya, "Orang tua ini meski bukan orang jahat, tetapi sikapnya sebentar hangat sehentar dingin, benar-benar sulit sekali diikuti."
Ketika sedang berpikir tiba-tiba terdengar suara orang tua itu yang berkata dengan nada rendah, "Lekas tutup daun jendela yang terbuka itu, ada orang datang lagi."
Karena sudah ada pengalaman yang pertama, Siang-Koan
Kie tahu bahwa daya pendengaran orang tua itu tajam sekali sudah tentu tidak bisa salah dengar, maka ia cepat2 menutup jendela, lalu menyembunyikan dirinya dibawahnya.
Tidak lama kemudian, benar saja terdapat dua bayangan orang muncul diatas atap rumah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang itu berpakaian ringkas semuanya, dibelakang punggung mereka masing2 membawa senjata. Begitu melihat, ia sudah dapat mengenali bahwa mereka itu bukanlah orang2
dari daerah perbatasan. Kedatangan kedua orang itu jauh berbeda dengan
kedatangan dua padri dari Tibet itu tadi, kedatangan mereka agaknya memakai benda untuk menyembunyikan dirinya,
maka setelah berada diatas atap rumah baru kelihatan.
Dalam hati Siang-Koan Kie lalu berpikir; "Orang2 dari daerah Tiong-goan, memang sifatnya lebih licik dari orang2
daerah luar perbatasan?".."
Belum lagi lenyap pikirannya, dua orang yang berada diatas rumah itu mendadak memencarkan diri menuju kemenara
dengan mengambil jalan masing2.
Jalan yang diambil oleh dua orang itu sudah berlainan dengan jalan yang ditempuh oleh padri Tibet tadi, mereka berjalan secara sembunyi tidak berani terus terang
menunjukkan dirinya. Siang-Koan Kie sedang mencurahkan seluruh perhatiannya kepada dua orang itu, tiba-tiba diatas atap sebelah kirinya mendadak tampak berkelebatnya bayangan orang, ketika ia berpaling disana ternyata juga ada berdiri dua orang lagi.
Ia terkejut dan cepat2 menyembunyikan dirinya dibawah jendela.
Ia merayap perlahan-lahan kejendela sebelah kiri, benar saja segera dapat lihat dua orang berpakaian ringkas dengan membawa senjata dipunggungnya berdiri diatas atap sebelah kanan.
Satu di antaranya berkata sambil menunjuk kemenara,
"Diatas atap rumah ini, ada sebuah renggon kecil yang menonjol baik untuk tempat menyembunyikan diri, dari situ dapat melihat pemandangan keseluruhan sekitar kuil apalagi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempatnya sangat tersembunyi, kalau kita tidak berada diatas atap rumah tidak akan dapat melihatnya."
Siang-Koan Kie terperanjat, dalatn hatinya berpikir, "Jikalau mereka hendak mengadakan penyelidikan didalam menara ini, sesungguhnya sangat berbahaya."
Terdengar suara seorang lagi berkata, "Dalam hal ini
bagaimana kita dapat bertindak sendiri, tunggu setelah pemimpin kita datang biar beliau yang mengambil keputusan sendiri."
Orang yang pertama bicara tadi berkata pula, "Kalau begitu kita periksa dulu keadaan dalam menara, toch tidak ada halangan."
Setelah itu ia menggerakkan tangannya, barangkali
memanggil kawan2nya supaya datang berkumpul.
Hati Siang-Koan Kie mulai cemas, pikirnya, "Celaka menara ini tidak seberapa, jikalau mereka hendak memeriksa dimana ada tempat lagi untuk menyembunyikan diri?"
Tetapi ketika ia menoleh ke arah orang tua, ternyata
sikapnya masih tenang-tenang saja seperti tidak terjadi apa-apa.
Genting atap diluar jendela tiba-tiba terdengar suara tindakan kaki sangat perlahan.
Siang-Koan Kie tahu bahwa sudah ada orang diluar jendela maka ia menarik kepalanya dan ia cepat menyembunyikan badannya dibawah jendela.
Ia diam-diam siap siaga untuk menghadapi segala
kemungkinan. Diluar jendela tiba-tiba terdengar suara orang berkata sambil tertawa besar, "Saudara2 harus jaga diluar, aku hendak masuk untuk periksa keadaan dalam menara ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-Koan Kie cepat2 berdiri bersembunyi dibelakang
jendela, ia sudah siap apabila ada orang mendorong pintu jendela, ia segera menyerang dengan kecepatan bagaikan kilat.
Pada saat itu jalan darah Ciok-tie-hiat, seperti disentuh oleh sebuah benda, meskipun tidak sakit tetapi tangannya tiba-tiba merasa kesemutan.
Tatkala ia menengok, segara tampak olehnya bahwa wajah orang tua itu sudah berobah dengan tiba-tiba, seluruh muka orang tua itu nampak kuning seperti mas, duduk dekat
tembok disatu sudut, jikalau orang tua itu tidak menggerakkan tangan kepadanya sesungguhnya sulit untuk mengenalnya.
Bukan kepalang terkejut Siang-Koan Kie tetapi ia segera tersadar, karena melihat orang tua itu memakai kedok, ia mengetahui bahwa orang tua itu mempunyai siasat untuk menghadapi musuhnya, cepat2 ia lari menghampiri dan
sembunyi dibelakang dirinya.
Orang tua itu bentangkan kedua tangannya, baju
panjangnya yang kerowongan tiba-tiba melembung untuk
menutupi diri Siang-Koan Kie, sekitar pinggir baju, kecuali bagian lobangnya, semua nampak rapat bagaikan dinding.
Siang-Koan Kie yang berlindung didalam baju itu,
sedikitpun tidak merasakan sempit, ia dapat bergerak dengan leluasa.
Tiba-tiba telinganya dapat mendengar suara terbukanya daun jendela, Siang-Koan Kie mengintip dari celah2 lobang baju, ia dapat melihat seorang lelaki kira-kira berumur empat puluhan, badannya tegap romannya galak.
Orang itu agaknya dikejutkan oleh orang tua yang mukanya bagaikan patung, sejenak nampak terperanjat, baru perlahan-lahan menghampiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian, disusul oleh munculnya tiga orang kawannya, yang semuanya maju menghampiri orang itu.
Terdengar suara laki2 yang pertama datang tadi berkata,
"Saudara Thio, lihatlah, ini patung apa" Budha tidak mirip dengan budha, agak mirip dengan patungnya satu dewa, yang menjadi pengawalnya Tuhan Allah, tetapi dibawah kaki ini tidak terdapat patung harimau, tangannya tidak membawa pecut, sudah banyak aku melihat bentuknya patung2, tetapi belum pernah menyaksikan patung serupa ini."
Sementara itu semua kawannya sudah berada disekitar
orang tua karena jaraknya dekat sekali, ia malah tidak dapat melihat tegas muka tiga orang itu, hanya terdengar suara jawabannya saja, "Patung ini memang aneh bentuknya, bukan terbuat dari kayu ukiran, juga bukan dari tanah liat."
Siang-Koan Kie yang mendengarkan pembicaraan itu belum juga terkejut sebab ia khawatir penyamaran orang tua itu nanti akan diketahui oleh orang itu, sekalipun orang tua itu sudah sempurna kekuatan tenaga dalamnya, tetapi untuk menghadapi empat orang yang menyerang secara tiba-tiba mungkin jupa berat.
Tetapi secara tidak disengaja tangannya menyentuh badan orang tua itu, tangan itu dirasakan seperti menyentuh barang keras sehingga diam-diam ia terperanjat, orang yang
mempunyai kekuatan tenaga dalam demikian sempurna
sebetulnya jarang terdapat.
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara orang bicara,
"Patung ini mungkin terbuat dari kayu garu?".."
Terdengar suara orang lain, "Tidak mirip, kayu garu pasti ada bau harumnya?".."
Terdengar pula suara orang yang pertarna, "Kalau bukan dari kayu garu, apakah dia terdiri dari daging manusia yang telah membeku, coba kau raba lengannya, kecuali kayu garu, tidak mungkin dari tanah liat atau batu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-Koan Kie merasa tertarik hatinya ia mengulurkan tangan meraba tangan si orang tua, benar saja tangan itu keras seperti batu.
Terdengar pula suara seorang berkata:
"Kalian jangan rebut, baik terbikin dari kayu maupun dari tanah liat atau daging manusia yang membeku, biar
bagaimana toch sebuah patung?".."
Seorang lain berkata, "Saudara Go terkenal sebagai
seorang cerdik, biasanya kau sangat mengagumkan, tetapi kali ini aku tidak dapat menyetujui pendapatmu."
Terdengar suara orang itu tadi, "Saudara Lo pasti dapat melihat bahwa debu tanah dalam menara ini sudah
dibersihkan, juga ada bekas2 peninggalan orang yang makan buah apel, kau lalu menganggap bahwa didalam menara ini pasti ada orangnya, betul tidak?"
Orang yang dipanggil Lo, itu berkata, "Benar, bagaimana pendapatmu tentang ini?"
Siang-Koan Kie terkejut, pikirnya, "Celaka jikalau mereka dapat menebak jejak kita karena biji buah apel itu benar-benar aku patut disesalkan.
Terdengar suara orang yang dipanggil saudara Go itu,
"Setitik pelita, juga berani mengadu penerangan dengan sinarnya rembulan dan matahari, apakah kau kira kau sendiri yang cukup pintar, ketahuilah olehmu, didalam menara ini bukan saja memang ada orangnya, bahkan bukan hanya
seorang saja?".."
Siang-Koan Kie sangat khawatir, diam-diam menyiapkan
tenaganya. Terdengar pula suara orang itu, "Cuma orang yang berada didalam menara ini, sudah lama pergi, aku baru saja
memperhatikan keadaan diatas rumah dan ruangan kuil,
semua ada tanda2 banyak bekas jejak kaki manusia, ini berarti Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelum kita tiba, sudah ada orang lain yang datang lebih dulu, bekas kaki itu ada yang besar dan kecil, ini suatu bukti bahwa orang yang datang bukan cuma satu, jikalau dugaanku tidak keliru, mungkin sudah ada berapa padri Tibet, yang sudah datang lebih dulu memeriksa keadaan disini, masih ada lagi seorang dari golongan rimba hijau di daerah Tiong-goan yang bawa mereka kemari, padri Tibet itu berperawakan tinggi besar, maka bekas kakinya lebih besar, nampaknya mereka berdiam didalam menera ini dalam waktu yang cukup lama, biji apel itu sudah tentu mereka yang meninggalkannya."
Siang-Koan Kie yang mendengar keterangan orang itu
diam-diam juga memuji kecerdikan orang tersebut, sayang karena menganggap dirirya sendiri terlalu pintar sehingga akhirnya menjadi tergelincir.
Orang she-Lou itu terdengar pula suaranya, "Keterangan saudara Go ini benar-benar sudah membuka pikiranku, kau mendapat julukan sebagai seorang cerdik pandai benar-benar tidak sia2, kita sudah didahului oleh orang lain, besar kemungkinan bahwa musuh kita sudah mempunyai siasat lain, sebaiknya kita lekas pulang memberitahukan kepada
pemimpin kita supaya selekas mungkin mengadakan
persiapan." Seorang yang bicaranya agak kasar, saat itu tiba-tiba mengeluarkan suaranya, "Tidak disangka padri dari Tibet yang kelihatannya tolol dan bodoh, ternyata juga banyak akalnya."
Setelah itu suara empat orang itu perlahan-lahan
kedengarannya sangat jauh dan akhirnya lenyap sama sekali.
Siang-Koan Kie menunggu sekian lama lagi, setelah
menduga orang2 itu sudah pergi jauh, baru mengulur
tangannya untuk menyingkap baju orang tua tetapi ternyata tidak bergerak sama sekali.
Perasaan ingin tahu telah membangkitkan keberaniannya untuk mencoba mendorong dengan tenaga sekuatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi segera merasakan ada kekuatan tenaga yang
membentur balik dirinya sehingga ia hampir terjatuh.
Dalam pada saat itu tiba-tiba terdengar suara orang tua itu berkata, "Pusar dua telapak tangan, pusar dua telapak kaki, dan pusar diatas kepala, itulah yang dinamakan lima pusar.
Lima pusar itu menghadap keatas untuk menampung semua kekuatan tenaga murni ini adalah cara melatih kekuatan dalam yang tertinggi."
Siang-Koan Kie berpikir cukup lama lalu berkata, "Boanpwee adalah seorang dungu sehingga hanya mengerti satu dua bagian saja."
Orang tua itu berkata, "Inilah salah satu rahasia terbesar dalam kepandaian ilmu silat, kalau kau sudah dapat
memahami satu dua bahagian saja, sudah cukup kau gunakan untuk seumur hidupmu sekarang duduklah bersila dan
pejamkan matamu." Siang-Koan Kie menurut, ia berbuat seperti apa yang
dikatakan oleh si orang tua itu.
Ia merasa bahwa tenaga murni dalam tubuhnya yang biasa mengalir dengan leluasa, kali ini mendadak seperti terhalang oleh semacam kekuatan hebat sehingga kecepatan
mengalirnya darah dalam tubuhnya banyak berkurang, diatas dadanya seperti tertindih oleh barang berat, semua isi perutnya seperti hendak terlepas dari tempatnya. Dalam waktu sangat singkat saja keringat sudah membasahi sekujur badannya, menimbulkan semacam perasaan yang tidak enak.
Tetapi ia adalah seorang keras kepala, semakin hebat
penderitaannya, semakin tidak mau menyerah, dengan sekuat tenaga ia mencoba menahan semua penderitaan itu.
Entah berapa lama sudah berlalu, mendadak ia merasakan kekuatan tenaga murni dalam tubuhnya perlahan-lahan
mengalir kebahagiaan yang belum pernah dilalui, tindasan diatas dadanya mulai berkurang, mengalirnya darah mulai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
teratur, tetapi ia merasakan sangat letih, dengan tanpa dirasa telah tertidur.
Ketika ia sadar dan membuka matanya, hari sudah hampir gelap.
Orang tua itu sedang duduk dipinggir jendela, matanya mengawasi dirinya setelah nampak ia telah sadar, orang tua itu tersenyum dan berkata, "Didalam daerah pegunungan yang sunyi ini, kecuali buah-buahan, hanya daging burung dan binatang terbang yang dapat digunakan untuk pengisi perut, sudah lama kau makan nasi, barangkali tidak biasa dengan hidangan semacam ini."
"Boan-pwee sering mengikuti Suhu melakukan perjalanan kedaerah pegunungan yang jarang didatangi oleh manusia, tidur dibawah langit terbuka dan makan buah-buahan
sudahlah biasa. Locianpwee tidak perlu memikirkan diri Boanpwee."
"Itu bagus, aku juga tidak perlu bersusah hati."
Tiba-tiba ia mengambil serulingnya dan mulai meniup lagi.
Siang-Koan Kie yang berada disampingnya, dapat
mendengar suara seruling itu sangat lemah, tetapi samar-samar seperti memanggil-manggil seorang.
Tidak berapa lama, orang tua itu berhenti meniup, dan berkata kepadanya sambil tertawa, "Hati manusia banyak yang palsu, bersahabat dengan manusia adalah lebih baik bersahabat dengan binatang."
Siang-Koan Kie tiba-tiba teringat bahwa orang tua itu pernah menggunakan serulingnya untuk memanggil ular
raksasa, maka ia lalu berkata, "Apakah Locian-pwee hendak memanggil ular raksasa itu lagi?"
"Semua binatang buas atau burung terbang disekitar
gunung ini, ada kenal baik dengan aku tetapi yang suka bersahabat dengan aku jumlahnya tidak banyak. Dulu kalau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku yang tinggal seorang diri dalam menara ini merasa kesepian, aku sering menggunakan seruling ini memanggil mereka datang kemari sebagai kawan mengobrol."
Siang-Koan Kie heran. Ia bertanya, "Apa" apakah Locianpwee dapat memanggil mereka?"
"Benar." "Di antara manusia dengan hinatang, bahasanya sangat
berlainan apakah Locian-pwee paham bahasa binatang?"
Orang tua itu mendongakkan kepala melihat cuaca
kemudian berkata, "Malam ini rembulan terang, kalau bukan karena mereka sedang bertaruh aku boleh memanggil semua sahabat2ku yang terdiri dari harimau, ular raksasa, lutung dan burung garuda untuk kuperlihatkan kepadamu. Meski bentuk mereka buruk dan buas tetapi jujur, tidak banyak akal, kalau mereka sedang marah cukup dengan membuka mulutnya
menunjukkan giginya atau mementang kukunya, begitu kita melihat sudah tahu, mereka itu dalam keadaan senang atau marah, jauh lebih baik kalau dibanding dengan itu manusia-manusia yang diluarnya kelihatan ramah dan sopan tetapi hatinya lebih kejam dari pada binatang."
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara geraman harimau.
Orang tua itu nampak gembira, ia berkata, "Ah! Si kuning itu sudah kembali, setengah tahun berselang entah apa sebab ia pergi dari sini, berkali-kali kupanggil dengan seruling belum pernah lihat ia datang."
"Si kuning itu bukankah seekor harimau besar?"
Orang tua itu mengawasi Siang-Koan Kie sejenak selagi hendak menjawab, seekor burung besar mendadak melayang turun dan hinggap diatap rumah didepan jendela.
Burung itu besar sekali bentuknya sehingga diatap rumah tingginya dua kaki lebih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu mendadak mengulurkan tangannya dan
berkata sambil tertawa, "Oh, burung elang sudah lama kita tidak ketemu."
Burung besar itu menonjolkan kepalanya, paruhnya tajam bagaikan pedang, matanya bersinar tajam dengan sikapnya yang ramah sekali, menonjolkan kepalanya kedepan dada orang tua itu.
Menyaksikan bentuknya yang besar dan gekar Siang-Koan Kie lalu bertanya, "Burung ini begini cerdik, didalam dunia jarang ada, apakah ini bukan burung elang rajawali raksasa?"
"Benar, ia sebetulnya bukan penghuni didalam gunung ini, pada tiga tahun berselang kebetulan liwat disini dan
bersahabat dengan aku, tidak disangka tiga tahun kemudian ia masih datang menengok aku, nampaknya rasa persahabatan dari binatang dan burung, rasanya jauh lebih baik dari pada manusia."
Siang-Koan Kie tertarik oleh perasaan heran, ia mengusap-usap badan burung besar itu. Bulunya ternyata sangat licin dan lemas.
Pada saat itu dihadapannya kembali tampak seekor
harimau besar yang lompat masuk dari jendela.
Siang-Koan Kie dikejutkan oleh bentuk badan harimau itu yang besar sekali itu.
Sementara itu burung rajawali itu tiba-tiba membentangkan sayapnya, dengan kecepatan bagaikan kilat menerkam
harimau. Terdengar suaranya orang tua itu berkata, "Rayawali, si kuning ini juga sahabatku."
Tetapi burung itu ternyata belum paham bahasa manusia, mereka bertempur diatas atap rumah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertempuran antara burung dan harimau ini tampaknya
ramai sekali. Orang tua itu berulang kali berteriak-teriak memanggilnya tetapi tiada satupun yang mau mendengarkan perkataannya.
Setelah kedua pihak masing2 terdapat luka, orang tua itu agaknya baru ingat bahwa burung dan harimau itu tidak mengerti perkataannya, maka cepat2 ia meniup serulingnya untuk menghentikan pertempuran tersebut.
Benar saja, pertempuran dahsyat itu lalu berhenti. Burung rajawali itu lebih dulu terbang kembali kemudian disusul oleh harimau si kuning, ke-dua2nya berada dihadapan si orang tua.
Orang tua itu berhenti meniup lalu mengulurkan kedua
tangannya untuk meng-elus2 kedua binatang itu.
Orang tua itu lalu berpaling dan berkata kepada Siang-Koan Kie, "Kau lihat kedua sahabatku bagaimana kalau dibanding dengan rnanusia?"
Siang-Koan Kie nampak sangsi sejenak lalu menjawab,
"Belum tentu semua begitu,, sekalipun binatang yang sangat sempit juga tidak sempat membedakan yang baik dengan
yang jahat?".."
Pada saat itu burung rajawali itu mendadak menonjolkan kepalanya keluar jendela dan harimau itu juga menunjukkan sikap hendak menerkam.
Orang tua itu agaknya terpengaruh oleh perasaan yang
sangat girang sehingga daya pendengarannya yang tajam telah hilang, setelah menyaksikan gerakan kadua binatang itu, baru tersadar, ia lalu memasang telinganya kemudian berkata kepada Siang-Koan Kie, "Ada orang datang!"
Baru saja ia mengeluarkan ucapannya mendadak tampak
satu bayangan merah diatas atap rumah didepan jendela, berdiri seorang wanita muda berbaju merah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hebat sekali kepandaian meringankan tubuh wanita muda itu. Kedatangannya itu tidak menimbulkan suara sedikitpun juga, tahu-tahu sudah muncul diatas atap rumah.
Mata burung rajawali dan harimau itu semua ditujukan
kepada diri wanita muda itu, agaknya sedang mengawasi segala gerak-geriknya, juga seperti menantikan perintah si orang tua.
Siang-Koan Kie kini baru dapat kenyataan bahwa wanita muda itu cantik sekali tetapi dandanannya agak aneh,
rambutnya diikat dengan selendang sutera warna merah
terurai kebelakang pundaknya, lengan bajunya cuma sampai dibahagian sikut, sehingga tampak tegas kedua lengan
tangannya yang putih, sepuluh jari tangannya, kecuali dua jari kepala, semua mengenakan cincin mas, sedang dilehernya ada serenceng kalung mutiara yang mengeluarkan sinar
gemerlapan, gaun pendeknya cuma sampai dibagian lutut, sehingga tertampak nyata paha kecilnya yang putih, sepasang kakinya mengenakan sepatu sok yang terbuat dari kulit binatang rusa.
Dari dandanannya itu sudah dapat diketahui bahwa
perempuan muda itu bukanlah orang dari daerah Tiong-goan, namun romannya cantik sekali.
Perempuan cantik itu agaknya dikejutkan olen kedua
binatang yang luar biasa besarnya itu, tetapi sejenak kemudian ia tenang kembali, dengan tindakan perlahan ia berjalan menuju kedalam menara.
Eng Djiauw Ong 29 Kemelut Blambangan Seri Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Badai Laut Selatan 4
^