Pencarian

Irama Seruling Menggemparkan 5

Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 5


Ia turun dari pembaringan, jalan beberapa langkah, ia masih merasa tidak ada perobahan apa-apa, pikirannya lalu tergerak, sambil menepuk kepalanya ia berkata kepada dirinya sendiri, "Apakah ia sengaja supaya aku bergulingan" Apakah cara bergulingan ini juga merupakan suatu cara untuk
menyembuhkan luka?" Ia berkata seorang diri, sehingga Wan Hauw dan ibunya yang tidak dapat menangkap arti perkataannya itu,
dianggapnya sedang menggigau. Selagi hendak bertanya, tiba-tiba terdengar suara bentakan Siang-koan Kie, kemudian disusul dengan kelakuannya yang aneh, setelah
menggerakkan kedua tangannya ia lari keluar dari kamar.
Kiranya waktu ia mengatur penapasannya tadi, ia merasa bahwa jalan darah Hian-kia-hiat dan Beng-bun-hiat sudah normal seperti biasa, dalam girangnya, maka ia lalu lari lompat keluar.
Setelah berada di ambang pintu, ia baru dapat lihat babwa rumah panggung itu terpisah dengan tanah setinggi dua tombak lebih, sehingga diam-diam berpikir, "Lukaku baru sembuh, bagaimana bisa lompat turun dari tempat setinggi ini?"
Tetapi karena hatinyat terlalu girang yang baru semhuh dari lukanya, agaknya sudah kehilangan ketenangannya, meskipun dalam hati memikirkan bahaya, tetapi toh masih meloncat turun juga.
Selagi mulai turun, tiba-tiba teringat bahayanya, ia coba mengerahkan kekuatannnya untuk menahan lajunya
gerakannya, tetapi tak tesrangka begitu ia mengerahkan kekuatannya, tubuhnya yang melayang turun itu, tiba-tiba melesat lagi ke atas, sebentar kemudian ia sudah berada di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dekat pintu rumah lagi, tangannya lalu menyambar tiang pohon dan melompat balik lagi ke dalam rumah.
Perempuan setengah tua itu mengawasi Siang-koan Kie
dengan perasaan terheran-heran, lama ia baru berkata sambil tertawa, "Aku haturkan selamat kepada Siangkong, badanmu sudah pulih kembali."
Siang-koan Kie tidak dapat mengendalikan perasaan
girangnya, ia tertawa terbahak-bahak dan menjawab, "Selama dua bulan ini aku sudah banyak mengganggu diri nyonya, di sini kuucapkan banyak-banyak terima kasih."
Nyonya itu tiba-tiba menghela napas panjang, katanya
kemudian, "Luka Siangkong sudah sembuh, rasanya tidak bisa tinggal lama lagi di tempat ini, biarlah aku membuat api dan sedikit hidangan, sekedar sebagai perasaan girangku terhadap siangkong."
Siang-koan Kie yang sebetulnya sudah ingin pamitan
dengan nyonya itu tiba-tiba hatinya tergerak, ia lalu berkata,
"Nyonya tidak perlu tergesa-gesa, sejak aku terjatuh ke dalam jurang itu, lukaku terlalu berat, sekarang meskipun sudah sembuh, tetapi aku masih ingin tinggal beberapa hari lagi, hendak menikmati pemandangan di tempat ini."
Tiba-tiba ia teringat soal perkelahian antara orang hutan berbulu mas dan orang hutan berbulu hitam itu, yang ia beranggapan perlu diselidiki sebabnya, dan ia harus berdaya untuk mendamaikan mereka untuk supaya jangan saling
bertengkar lagi. Nyonya itu agaknya sudah dapat menebak isi hati Siangkoan Kie, ia berkata sambil tersenyum, "Apakah siangkong ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyelidiki
persoalan yang mengganggu pikiran siangkong?"
Siang-koan Kie terkejut ditanya demikian, ia lalu menjawab,
"Aku tidak berani membohongi nyonya, memang aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermaksud hendak menyelidiki beberapa soal yang selama ini mengganggu pikiranku."
"Jikalau siangkong memerlukan apa-apa, perintahkanlah saja kepadanya," berkata nyonya itu sambil menunjuk Wan Hauw.
"Aku rasa untuk menyelidiki soal itu, sudah cukup
kulakukan seorang diri saja."
Nyonya itu agaknya masih ingin menyatakan sesuatu,
tetapi diurungkan. Siang-koan Kie lalu mengangkat tangan memberi hormat
dan berkata sambil tertawa, "Dalam waktu dua hari, aka pasti akan kembali, aku ingin minta saudara Wan sebagai penunjuk jalan."
Jelaslah sudah bahwa dua hari setelah ia kembali, baru akan mengajak Wan Hauw meninggalkan tempat ini.
Aku akan menantikan kedatanganmu, harap siangkong
jangan salah." "Nyonya tidak usah khawatir."
Setelah itu ia lalu keluar dari kamar.
Saat itu matahari sudah naik tinggi, ia coba mencari
arahnya, kemudian berjalan ke gua batu tempat tinggalnya beberapa orang hutan berbulu mas itu.
Keluar dari dalam rimba, tampak olehnya lamping gunung yang menjulang tinggi ke langit, setelah mencari-cari sejenak ia segera menemukan gua batu yang luas itu, dua ekor orang hutan kecil berbulu mas, sedang berdiri dimulut gua, waktu pertama melihat Siaug-koan Kie, orang hutan itu nampaknya sangat takut sehingga lari masuk, tetapi sebentar kemudian, setelah melongok sebentar lalu lari keluar menyambut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie mementang kedua tangannya, menyambut
kedatangan dua ekor binatang kecil itu lalu menanya, "Apakah ibumu berada di dalam gua?"..?"
Tiba-tiba ia teringat bahwa dua ekor binatang itu
bagaimana mengerti pertanyaannya maka lantas diam.
Dua ekor orang hutan kecil itu berbunyi cecuitan, sambil menggerak-gerakkan tangannya agaknya hendak
memberitahukan soal penting, Siang-koan Kie meskipun
memperhatikan gerak gerik dua binatang itu tetapi masih belum dapat menangkap artinya, ia lalu teringat kepada nyonya setengah tua itu, apabila ia berada di sini, mungkin dapat mengerti apa yang dikatakan oleh dua binatang kecil itu.
Selama berpikir, kakinya sudah bergerak memasuki gua, seekor kera kecil agaknya menyambut kedatangan mereka dari dalam gua, kembali nampak seekor orang hutan kecil lari menghampiri.
Tiga ekor orang hutan kecil, mengurung Siang-koan Kie sambil lompat-lompat dan cecuitan. Siang-koan Kie mengira mereka sangat gembira berjumpa lagi dengan dirinya, tetapi ternyata dugaannya itu keliru, karena suara orang hutan kecil itu nampaknya mengandung kedukaan.
Tatkala ia mengawasi dengan seksama, benar saja di
matanya tiga ekor binatang kecil itu tergenang air mata.
Satu di antaranya tiba-tiba berlutut di hadapan Siang-koan Kie dan menangis dengan sedihnya sambil menarik-narik baju Siang-koan Kie, perbuatan itu segera ditiru oleh yang lainnya.
Siang-koan Kie sangat bingung, karena tidak mengerti
bahasanya, meskipun hati merasa cemas juga tidak dapat menghibur binatang kecil itu. Tiba-tiba hatinya tergerak, ia berpikir apabila tidak ada kejadian yang menyedihkan, tidak nanti binatang kecil itu berbuat demikian, apakah ada terjadi apa-apa dengan orang hutan besar itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena menganggap berada di situ tidak ada gunanya,
maka ia berpikir hendak masuk ke dalam gua hendak
menyelidiki sebabnya. Selagi hendak bergerak masuk tiba-tiba terdengar suara geraman nyaring yang menggetarkan hati. Siang-koan Kie segera dapat mengenali bahwa suara itu adalah suaranya Wan Hauw, maka ia segera bergerak lari keluar lagi.
Tiga ekor orang hutan kecil itu agaknya juga dikejutkan oleh suara itu, mereka berhenti menangis dan berjalan mengikuti Siang-koan K ie.
Suara itu sebentar2 terdengar, tercampur oleh suara
binatang srigala dan singa, sehingga membangunkan bulu roma orang yang mendengarkannya.
Siang-koan Kie tiba-tiba merasa bahwa suara itu seperti pernah didengarnya, tidak sempat baginya untuk berpikir banyak-banyak, segera mempercepat gerak kakinya lari
menuju ke arah suara itu.
Karena kepandaiannya sudah pulih kembali maka gerak
larinya pesat sekali, sebentar kemudian sudah masuk ke dalam rimba.
Dalam rimba itu terdengar suara ribut dengan patahnya pohon2 dan suara geraman binatang, agaknya pertarungan hebat sedang berlangsung.
Ia segera teringat kepada diri Wan Hauw, apakah ia sedang berkelahi dengan binatang buas lagi"
Ia lalu pentang kedua tangannya, mencegah tiga ekor
orang hutan kecil itu, supaya jangan mengikuti dirinya, kemudian ia sendiri lompat melesat ke atas pohon.
Ia lalu memasang mata, dari situ ternyata dapat melihat di bawah pohon besar yang di atasnya dibangun rumah
panggung itu, Wan Hauw sedang berkelahi dengan seekor Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
singa besar, Keduanya saling menerkam dan saling meloncat, pertempuran itu agaknya sengit sekali.
Singa itu agaknya lebih buas daripada yang dibinasakan oleh Wan Hauw tadi malam, terkamannya dan serangannya sangat hebat. Wan Hauw agaknya tidak berani adu tenaga dengan binatang itu. Dengan mengandalkan gerak badannya yang gesit dan cekatan, ia melesat ke sana ke mari, bila ada kesempatan baru balas menyerang.
Siang-koan Kie memotong sebatang ranting pohon
sepanjang tiga kaki, diam-diam mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, kemudian lompat melesat dari pohon, beberapa kali lompatan lagi, ia sudah tiba di dekat tempat Wan Hauw berkelahi.
Ia lalu mengeluarkan suara bentakan keras, tangkai pohon di tangannya digunakan sebagai senjata pedang, menyerang binatang singa itu.
Karena baru sembuh dari lukanya, ia masih belum
mempunyai keyakinan terhadap kekuatannya sendiri.
Serangan itu ia menggunakan kekuatan tenaga penuh;
binatang singa yang sedang meloncat ke tengah udara
menerkam Wan Hauw, tidak menduga akan diserang oleh
Siang-koan Kie dengan senjata tangkai pohon itu. Karena sudah tidak keburu menyingkir, maka tangkai pohon itu menancap di tulang iganya. Binatang singa itu mengeluarkan suara geraman hebat, tubuhnya yang besar terpelanting dari tengah udara.
Wan Hauw menggunakan kesempatan itu, segera maju
menyerang. Ia mengangkat tubuh singa yang besar itu,
dilemparkan dan dibanting ke tanah.
Binatang singa yang sudah terluka karena serangan Siangkoan Kie tadi, bagaimana bisa melawan Wan Hauw lagi"
Tidak ampun lagi, badannya kebentur sebuah pohon besar, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pohon itu rubuh, binatang singa itu juga binasa seketika itu juga.
Wan Hauw setelah membinasakan musuhnya, lalu
menghampiri Siang-koan Kie dengan sikap berterima kasih, lalu berkata kepadanya, "Terima kasih atas pertolongan Siangkong."
Mendengar ucapan itu Siang-koan Kie terkejut, ia berkata,
"Bicaramu bukan saja sudah mendapat banyak kemajuan,
logatnya juga sudah tidak kaku lagi."
Wan Hauw agaknya mengerti dirinya dipuji, tidak hentinya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Siang-koan Kie tiba-tiba teringat kepada diri tiga ekor orang hutan kecil berbulu emas yang ditinggalkan itu, ia segera berpaling, tetapi tiga ekor binatang kecil itu sudah tidak tahu kemana perginya, ia menjadi cemas, lalu berkata kepada Wan Hauw, "Lekas tengok ibumu, terkejut atau tidak " Aku akan kembali."
Dengan cepat ia membalikkan badannya dan lari menuju
gua. Sebentar ia sudah berada di mulut gua, tetapi sudah tidak menemukan jajak binatang kecil itu lagi.
Selagi dalam keadaan gelisah, tiba-tiba terdengar suara seruling, mengalun di udara.
Sejak ia menyembuhkan luka2nya dengan bantuan irama
seruling itu, suara seruling itu selalu terdengar di waktu tengah malam; selama dua bulan itu, belum pernah terdengar suara seruling itu di waktu siang hari, maka ia merasa terheran-heran.
Ia mendengarkan dengan penuh perhatian, suara seruling itu seolah-olah sedang memanggil namanya, yang meminta kepadanya supaya lekas kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie berdiri menyandar di lamping gunung,
dalam hatinya berpikir, "Orang tua itu terpisah sedemikian jauh denganku, bukan saja dapat menyembuhkan lukaku
dengan pertolongan suara serulingnya, bahkan seperti sudah tahu batas sembuhku. Kejadian semacam ini, sebetulnya merupakan suatu kejadian yang sangat ajaib. Sekarang ia memanggil aku dengan perantaraan suara serulingnya, pasti ada kejadian yang sangat penting sekali."
Suara seruling itu berbunyi kira-kira setengah jam lamanya, tiba-tiba berhenti.
Suara seruling itu agaknya sudah membangkitkan perasaan ingin pulang Siang-koan Kie, ibarat seorang perantauan yang sudah ingin pulang ke tanah airnya.
Perasaan yang timbulnya secara mendadak itu, membuat
lenyap semua tujuannya yang hendak melakukan penyelidikan ke dalam gua itu.
Dengan tindakan lambat2 ia keluar dari dalam gua itu.
Ia berjalan menyusuri lamping gunung dengan menuruti
kehendak kakinya, ia hanya merasakan tanah yang diinjak itu agaknya tidak rata, namun ia tidak memperhatikan sama sekali.
Selagi enak berjalan, tiba-tiba merasakan semburan air dingin di mukanya, sehingga sesaat itu tergugah dari
lamunannya. Telinganya lalu mendengar suara mancurnya air dari atas, ketika ia mendongakkan kepala, kabut tebal menutupi depan matanya, di sekitarnya menjulang puncak2 gunung, di tengah-tengah terdapat satu tempat rendah bagaikan danau seluas kira-kira dua bau, ia sendiri sedang berdiri di bawah bukit, sebuah air mancur mengalir turun dari sela2 batu gunung, sehingga menimbulkan pericikan air bagaikan kabut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie membersihkan bekas air di mukanya, ia
memperhatikan keadaan di tempat itu, air gunung itu mengalir ke sebuah sungai kecil yang terus mengalir ke tempat rendah itu. Di atas tempat bagaikan danau itu tertutup kabut putih yang tebal, barang-barang sejarak dua atau tiga tombak, semua tertutup oleh kabut, hingga tidak diketahui air itu terus mengalir ke mana.
Ia bersangsi sejenak, lalu dongakkan kepala mengeluarkan suara siulan panjang, kemudian berjalan ke tempat yang tertutup oleh kabut tebal.
Berjalan kira-kira dua tombak, kakinya tiba-tiba lemas, tempat yang tertutup oleh kabut tebal itu, agaknya tumbuh banyak tanaman semacam rumput, tetapi bukan rumput,
semacam pohon tetapi bukan pohon, tangkainya berdiri tegak ke atas, sekitarnya tumbuh daun, di ujung daun terdapat semacam buah berwarna merah.
Siang-koan Kie memetik sebuah, ia segera dapat mengenali bahwa buah itu adalah buah yang pernah diberikan oleh Wan Hauw, hanya buah yang ia baru petik itu masih terdapat banyak tanah kuning di atasnya.
Tiba-tiba terdengar suara patahnya pohon kering dan suara beradunya dua tangan yang sangat perlahan, ia terkejut, segera memasang matanya, dalam keadaan gelap yang
tertutup oleh kabut tebal itu, samar-samar ia dapat melihat dua bayangan yang sedang bergulat. Karena kabut terlalu tebal, pandangan mata terhalang oleh kabut itu, sehingga tidak dapat melihat dengan tegas, ia tidak tahu bagaimana rupanya dua orang yang sedang bergulat itu. Ia segera menggerakkan kakinya menuju ke tempat itu.
Waktu ia sudah berada sangat dekat, seketika berdiri
terpaku. Kiranya dua bayangan yang sedang bergulat itu, adalah orang hutan berbulu hitam dan orang hutan berbulu emas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua binatang itu agaknya sedang berkelahi mati-matian, mereka saling menggigit, saling menyerang, satu sama lain sudah terluka parah, sekujur badannya sudah penuh darah, tetapi masih belum ada yang mau lepas tangan, agaknya menunggu sampai ada salah satu yang mati baru mau
berhenti. Rupa2nya kedua binatang itu sedang berkelahi sengit,
sehingga tidak tahu kedatangan Siang-koan Kie, mereka masih saling menghantam dan saling menggigit?"..
-ooodwooo- Jilid 4 Bab 13 Siang-koan Kie lari menghampiri, mengerahkan seluruh
kekuatan tenaganya ke kedua tangannya, memisah dua ekor orang hutan yang sedang bergumul itu.
Dua ekor orang hutan itu telah merasakan terdorong oleh semacam kekuatan yang amat dahsyat, masing-masing
mundur dua langkah dan mengawasi Siang-koan Kie,
kemudian ke-dua2nya perlahan-lahan jatuh roboh di tanah.
Kiranya dua orang hutan itu bergulat sudah sekian
lamanya, masing-masing kehabisan tenaga, hanya karena satu sama lain tidak ada yang man menyerah, sehingga bertahan mati2an; dalam keadaan demikian, terdorong oleh Siang-koan Kie yang menggunakan kekuatan tenaga dalam, sehingga
seketika itu juga habislah tenaga mereka dan tidak mampu bertahan lebih lama lagi.
Kejadian itu merepotkan Siang-koan Kie, ia harus berusaha menolong dua ekor orang hutan yang sudah amat pajah itu, meskipun orang hutan itu mirip manusia, tetapi keadaan urat2
dan jalan darah agak berlainan dengan manusia, setelah repot Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hampir setengah harian, ia masih belum berhasil menyadarkan dua ekor orang hutan itu.
Terdorong oleh perasaan perikemanusian, sekalipun ia
sendiri harus mengejar waktu untuk pulang ke loteng kuil tua, tetapt ia tidak dapat membiarkan dua orang hutan itu tinggal dalam keadaan demikian. Maka ia terus berusaha sekuat tenaga, achirnya dua ekor orang hutan itu perlahan-lahan bisa bangun tetapi setelah masing-masing bisa berdiri, segera lari pulang masing-masing ke tempatnya tanpa menengok kepada Siang-koan Kie lagi.
Dalan hati Siang-koan Kie merasa heran, apakah kedua
ekor orang hutan itu harus bertarung sampai ada salah satu yang binasa"
Tertarik oleh perasaan ingin tahu, diam-diam ia mengikuti ke mana larinya dua orang hutan itu.
Pada saat itu tanah pegunungan timbul kabut putih,
semakin lama semakin tebal, kabut itu ternyata sudah
membasahkan muka dan baju Siang-koan Kie, meskipun
dalam hati Siang-koan Kie rnerasa heran takut, tetapi karena melihat dua ekor orang hutan itu yang lari terbirit2 setelah roboh dalam keadaan pajah, membuat ia tiada berkesempatan untuk berpikir lagi, perasaan aneh yang ingin tahu membuat ia melupakan bahaya.
Tanah yang keadaannya mirip dengan waskom itu, luasnya hanya kira-kira dua bau saja, dua ekor orang hutan itu meskipun sudah luka parah dan tidak bisa lari cepat, tetapi dalam waktu sebentar saja sudah tiba ke satu sudut
penghabisan, di antara kabut putih yang tebal, samar2 tampak lamping gunung yang berdiri menjulang ke langit.
Dalam keadaan tidak jelas bagi pandangan mata, telinga Siang-koan Kie tiba-tiba mendengar suara dua ekor orang hutan yang kecebur kedalam air, tatkala Siang-koan Kie mengawasi ke tempat itu ia hanya mendapatkan suatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemandangan putih bagaikan asap mengepul ke atas, jikalau bukan karena dua ekor orang hutan itu ke cebur ke dalam air, sehingga membuyarkan kabut putih itu, Siang-koan Kie juga tidak dapat melihat bahwa di hadapannya itu adalah
permukaan sungai, nampaknja kabut putih yang mengarungi tempat bagaikan waskom ini, timbul dari dalam air sungai itu.
Selagi otaknya masih memikirkan soal itu, dua ekor orang hutan itu sudah tertutup lagi sekujur badannya oleh kabut yang tebal itu, kalau bukan karena suara air yang terbit karena dibuat mandi oleh dua ekor orang hutan itu, ia tidak dapat menemukan dua ekor orang hutan tersebut.
Kabut sedemikian tebal, adalah pertama kali ini Siang-koan Kie menjumpainya, walaupun daya pandangan matanya cukup tajam, tetapi juga tidak berhasil menembusi kabut itu sampai sejarak tiga kaki.
Tanpa banyak berpikir lagi, Siang-koan Kie berjalan dengan tindakan lebar, sehingga dengan demkian ia juga kecebur ke dalam air sungai itu.
Berada dalam air, sekujur badannya terasa panas kiranya air sungai itu adalah yang mengeluarkan mata air panas.
Pada saat itu, ia sudah tiada mempunyai kesempatan
menikmari kesegaran mandi dengan air hangat itu, dengan cepat ia naik lagi untuk melanjutkan perjalanannya mencari dua ekor orang hutan itu.
Berjalan baru beberapa langkah, tiba-tiba kakinya
terperosok ke tempat yang lebih dalam sehingga badannja turut tenggelam. Dengan cepat ia mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya berusaha mengembang ke atas, kiranya air sungai itu masih terdapat bagian jang dalam sekali.
Ketika ia berada di permakaan air lagi, sudah tidak dapat melihat jejak dua ekor orang hutan itu. Dalam cemasnya, ia menggunakan kedua tangannya untuk mengayun maju ke
depan tetapi akhirnya membentur sebuah batu besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiranya sungai itu hanya seluas tiga kaki saja, begitu membentur batu ia segera melompat naik ke atas.
Air sungai itu sangat aneh, bagian tempat yang dalam
sangat dalam sekali, tetapi bagian tempat yang dangkal hanya sebatas lutut saja, berjalan kira-kira lima langkah sudah berada di tepinya. Siang-koan Kie dengan keadaan basah kuyup, dengan sangat hati-hati berjalan menuju ke depan.
Oleh karena kabut itu terlalu tebal, orang berjalan seperti orang buta, ia tidak berani berjalan sembarangan, sehingga dua ekor orang hutan itu sudah tidak diketahui lagi ke mana larinya.
Berjalan kira-kira limabelas langkah, tiba di bawah lamping gunung ketika ia mendongak ke atas, hanya tampak kabut putih yang tebal, tidak dapat melihat benda di lamping gunung itu, ia hanya dapat meraba2 dengan tangannya,
ternyata lamping itu keadaannya sangat licin, pikirnja dalam keadaan yang begin licin tidaklah mungkin dua ekor orang hutan itu dapat naik ke atas, tetapi andaikata rnereka balik pasti melalui sungai itu lagi, sekalipun tidak kelihatan tetapi kedengaran suara airnja?"..
Ia berjalan sambil berpikir, tiba-tiba badannya terjerumus ke dalam suatu jalanan ke lembah pada saat itu samar2
terdengar suara orang hutan.
Kabut dalam lembah itu agak tipis, matanja dapat melihat keadaan sejarak satu tombak lebih.
Jalanan lembah itu dalamnya tidak cukup empat kaki,
luasnya hanja cukup untuk dua orang dengan jalan bersama, di bagian yang dekat sungai, diputari oleh batu karang yang menonjol, sehingga memegat mengalirnya air sungai.
Siang-koan Kie diam-diam merasa heran, karena keadaan di tanah jang keadaannya mirip dengan waskom terdapat kabut demikian tebal, tetapi jalan yang menuju ke lembah ini sedemikian tipis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selagi otaknya berpikir, tubuhnya tiba-tiba merasa dingin, sehingga badarnya menggigil kedinginan, ini agaknya ia baru tersadar kiranya dalam keadaan di dalam gua di atas gunung yang tinggi dengan sendirinya hawanya sangat dingin, dan kabut putih itu sebetulnya timbul dari hawa yang terlalu dingin itu.
Takala ia menengok ke bawah, di sana terdapat banyak batu putih yang bentuknya bagaikan telur, pamandangan itu ada sama dengan apa yang sudah pernah dialaminya sewaktu pertama kali ia tiba di tempat tersebut.
Suara otang hutan itu kedengarannja semakin lama
semakin jauh dan akhirnya tidak terdengar lagi, hatinya mulai cemas, maka ia segera lari menuju ke dalam gua.
Begitu masuk ke mulut gua, di situ tidak terdapat kabut sama sekali, meski cuaca nampaknya agak gelap, tetapi daya pandangan mata Siang-koan Kie yang melebibi pandangan mata manusia biasa, dapat melihat keadaan di situ dengan nyata.
Dari dalam gua menghembas keluar angin dingin, meskipun keadaannya gelap, tetapi tidak basah.
Siang-koan Kie terus masuk ke dalam, sebentar kemudian matanya sudah dapat melihat bayangan dua ekor orang
hutan. Entah apa sebabnya dua ekor orang hutan itu bermusuhan demikian hebat, mereka berjalan sambil berkelahi, mereka saling cakar dan saling menggigit sehingga sekujur badannya penuh darah.
Siang-koan Kie tidak tega hati, maka ia segera berseru untuk mencegahnja supaya mereka jangan berkelahi lagi, tetapi dua ekor orang hutan itu sama sekali tidak mengerti ucapannya, mereka masih terus berkelahi tanpa menghiraukan seruan Siang-koan Kie.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam keadaan demikian, Siang-koan Kie tidak bisa tinggal diam, dengan cepat ia lari memburu, tangannya menyambar badan orang hutan yang berbulu hitam.
Orang hutan berbulu kuning mas itu ketika menampak
musuhnya ditarik oleh Siang-koan Kie tiba-tiba melompat dan lari ke dalam gua.
Orang hutan berbulu hitam itu ketika melihat musuhnya lari, nampaknya sangat cemas, dengan tanpa menghiraukan luka badannja sendiri tiba-tiba merontak dengan sekuat tenaga.
Tetapi karena Siang-koan Kie menggunakan kekuatan
tenaga yang cukup besar, hingga orang hutan berbulu hitam itu untuk melepaskan diri tidak berhasil sama sekali.
Di dalam keadaan putus asa orang hutan itu membuka
mulut hendak menggigit lengan Siang-koan Kie.
Perbuatan itu di luar dugaan Siang-koan Kie maka terpaksa ia melepaskan tangannya.
Karena saat itu kekuatan dan kepandaian Siang-koan Kie sudah pulih kembali, sebetulnya dapat menundukan orang hutan itu dengan mudah, tetapi sebelum bertindak tiba-tiba pikirannya tergerak, sebab dua ekor orang hutan yang
bertarung sedemikian sengit tanpa menghiraukan luka
badannya sendiri, pasti bukan tidak ada sebabnya. Untuk mengetahui sebab2nya ia harus berusaha mengintip gerak gerik mereka.
Oleh sebenarnya, maka ia melepaskan orang hutan hitam itu, begitu terlepas dari tangannya orang hutan hitam itu segera lari mengejar musuhnja. Siang-koan Kir juga lalu melompat mengikuti jejaknya.
Melalui dua tikungan, jalanan dalam goa itu mendadak
nampak sangat rendah, dan orang hutan berbulu kuning mas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu sudah tidak tampak lagi, sedangkan orang hutan berbulu hitam sedang tengkurap berjalan merankak.
Siang-koan Kie yang menyaksikan keadaan yang demikian diam-diam berpikir, jalanan ini begini sempit mau tidak mau aku harus menelat perbuatan orang hutan hitam itu, berjalan dengan merangkak baru bisa melalui jalanan ini.
Orang hutan hitam itu ternyata dapat berjalan dengan
secara demikian dengan cepat sekali, bahkan tidak
menghiraukan rasa sakit pada lukanya, sehingga jalanan yang dilaluinya itu banyak bekas tanda darahnya.
Sebetulnya Siang-koan Kie masih ragu2, tetapi karena
melihat perbuatan orang hutan hitam itu yang sedemikian nekad, ia juga terpaksa berlaku nekad.
Jalanan pendek dan sempit itu ternyata dingin sekali karena angin dingin menghembus dari dalam.
Jalan rnerangkak kira-kira tiga tombak, tibalah di tempat yang agak luas, di situ terdengar pula suara berteriaknya orang hutan.
Siang-koan Kie hatinya merasa cemas lagi, pikirnya, "Dua ekor orang hutan itu sudah terluka parah, kalau melanjutkan pertarungannya lagi, keduanya barangkali tidak bisa hidup lagi.
Ia segera mengerahkan kekuatannya melesat keluar dari jalanan sempit itu."
Di depan rnatanya, adalah sebuah kamar batu seluas satu tombak persegi, tingginya kira-kira tiga tombak, di tengah2
kamar itu ada sebuah kolam seluas tiga kaki persegi, tiga buah saluran air mancur terdapat di atasnya sela2 batu, yang mengalirkan air ke dalam kolam itu.
Kolam itu tidak dalam, sehingga keadaan di dasar kolam tampak dengan nyata, dalam kolam itu ada tiga ekor ikan aneh yang bersisik merah, bentuk badannya kira-kira
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepanjang satu kaki, sedang berdiam di dalam tanpa
bergerak, di sekitar dalam kolam itu terdapat banyak lobang2
kecil, sehingga air yang kelebihan dari kolam mengalir mengalir melalui lobang2 kecil itu, dengan demikian maka air dalam kolam itu selalu tidak bias penuh.
Meskipun airnya tidak banyak, tetapi dingin sekali, hawa dingin menghembus keluar dari kolam itu.
Kedua ekor orang hutan itu sudah bertarung lagi, mereka saling menggigit saling mencakar dan bergumulan di tanah, sehingga tanah di dalam kamar itu penuh dengan darah.
Siang-koan Kie diam-diam menghela napas, ia tidak tahu apa sebabnya bertarung begitu mati2an.
Terpaksa ia bertindak lagi untuk rnemisahkan kedua
makhluk yang sedang bermusuhan itu.
Dua ekor orang hutan itu setelah dipisahkan oleh Siangkoan Kie, walaupun tadi begitu galak tetapi kini rnendadak menjadi jinak, dua pasang mata mangawasi Siang-koan Kie sejenak, lalu dipejamkan.
Siang-koan Kie tahu bahwa dua ekor orang, hutan itu
sudah terlalu letih, juga terlaju banyak mengeluarkan darah, sehingga nampaknya sudah tidak sanggup mempertahankan dirinya lagi.
Dalam hati Siang-koan Kie diam-diam berpikir, "Dua ekor orang hutan ini, semuanya aku telah berhutang budi kepada mereka, maka aku tidak boleh memilih kasih, harus kutolong semuanya.
Ia segera menolong orang hutan berbulu kuning mas
diletakkan ke satu sudut, kemudian diurut badannya perlahan-lahan."
Orang hutan itu setelah diurut sebentar, perlahan-lahan membuka matanya mengawasi Siang-koan Kie sejenak
kemudian dipejamkan lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie setelah menyadarkan orang hutan berbulu kuning mas, lalu pergi menolong orang hutan berbulu hitam, begitu juga keadaannya dengan orang hutan berbulu hitam ini, setelah membuka matanya mengawasi Siang-koan Kie sejenak, lalu dipejamkan lagi.


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selesai menolong dua ekor orang hutan itu, Siang-koan Kie berjalan ke kolam untuk membersihkan tangannya yang
penuh dengan darah. Air kolam itu menimbulkan hawa sangat dingin, yang
mengherankan hawa air itu meskipun dingin tetapi tidak meresap ke tulang.
Sedangkan tiga ekor ikan aneh bersisik merah masih tetap berdiam di tempatnya, agaknya tidak pernah bergerak.
Siang-koan Kie merasa heran, mengapa tiga ekor ikan itu tidak bergerak sama sekali, sehingga dianggapnya ikannja sudah mati, tetapi tiga ekor ikan itu mulutnya nampak bergerak-gerak dan terbuka mengeluarkan buih berwarna putih.
Bentuk tiga ekor ikan itu, sesungguhnya sangat aneh, jauh berbeda dengan ikan biasa kecuali mulutnya yang bergerak, kepala dan ekornya belum pernah bergerak samasekali, Siangkoan Kie yang merasa heran itu, lalu memasukan tangannya ke dalam air, selain untuk mencuci tanganaja, juga ingin mencoba apakah perbuatannya itu dapat menghalau tiga ekor ikan yang tidak bergerak sama sekali itu.
Air itu dingin sekali, tetapi tidak menimbulkan rasa tidak enak bagi Siang-koan Kie, meskipun air itu bergolak, tetapi tiga ekor ikan itu tetap tidak bergerak.
Kejadian luar biasa ini sangat menarik perhatian Siang-koan Kie. Selagi hendak menepok air kolam itu lagi, tiba-tiba terdengar suara tindakan kaki yang lari mendatanginya, kiranya orang hutan berbulu kuning mas itu sudah merayap bangun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu tiba di kolam, dengan tanpa ragu2 ia segera
melompat dan menyebur ke dalam kolam.
Meskipun sekujur badannja penuh darah dan luka2, tetapi ternyata masih berani maju dalam air kolam yang sangat dingin itu.
Sebentar saja air kolam yang jernih itu sudah berubah menjadi merah semuanya.
Dengan pikiran terheran2 Siang-koan Kie mengawasi orang hutan yang sedang mandi di dalam air kolam, berbagai
pertanyaan timbul dalam otaknya, pikirnya, "Air ini sedemikian dingin sekalipun bagi orang yang tidak terluka juga tidak anggup bertahan tetapi orang hutan yang sekujur badannja penuh dengan luka2nya itu, bagaimana nampaknya sedikitpun tidak merasa menderita apa-apa."
Orang hutan itu setelah membersihkan darah di sekujur badannya, lalu merayap naik ke tepi kolam, sepasang matanja mengawasi Siang-koan Kie, lalu duduk lagi di pinggir dinding kamar.
Siang-koan Kie khawatir dua orang hutan itu akan
bertempur lagi, ia berdiri di-tengah2 mereka, sementara matanya mengawasi ke dalam kolam, air kolam yang tadinya penuh darah itu, dengan cepat mengalir keluar melalui lubang2 kecil di sekitar kolam itu hingga sebentar saja kotoran darah itu sudah tersapu bersih, kejadian ini sangat
mengherankan, ketika matanya ditujukan kepada tiga ekor ikan aneh itu, semuanya sedang mengangapkan mulutnya, dari mulut mereka itu mengeluarkan buih berwarna putih, buih yang keluar dari mulutnya itu nampaknya mengandung
kekuatan yang amat besar, sebab kotoran darah yang
rnemenuhi air kolam itu, semua telah terdorong, hingga dengan cepat keluar melalui lubang2 di sekitar kolam itu.
Siang-koan Kie yang menyaksikan semua itu semakin
heran, setelah bekas tanda darah itu tersapu bersih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semuanya, tiga ekor ikan aneh itu kembali menutup mulutnya rapat2.
Suatu hal yang membuat Siang-koan Kie tak habis mengerti ialah tiga ekor ikan aneh itu sedikitpun tak bergetak dari tempatnya, sekalipun air kolam tadi bekas dipakai mandi oleh orang hutan berbulu kuning itu.
Ketika ia metihat keadaan orang hutan berbulu kuning itu, badannya yang bekas terluka tadi ternyata sudah mulai rapat kembali, ia segera tersadar, kiranya dua ekor orang hutan itu setelah bertarung sengit dan luka2, mereka lalu lari kemari untuk mandi, dan luka itu segera sembuh kembali.
Karena berpikir demikian maka ia segera mengangkat
dirinya orang hutan hitam dan diceburkan ke dalam kolam itu.
Orang hutan hitam itu nampaknya sudah sangat parah, ia sudah tidak bisa bergerak, nampaknya juga sudah sangat susah, tetapi setelah diceburkan ke dalam kolam oleh Siangkoan Kie, segera sadar kembali, kepalanya di-gojang2kan, kemudian dimasukkan ke dalam air, sebentar kemudian ia sudah bisa merayap bangun dan duduk di lain sudut untuk beristirahat.
Siang-koan Kie benar-benar sangat heran, karena air kolam itu ternyata dapat menyembuhkan binatang yang sudah
hampir mati itu, entah itu kekuatan air kolam ataukah khasiatnya tiga ekor ikan itu"
Ia adalah seorang jujur dan berbudi, sekalipun dalam hati ingin menangkap tiga ekor ikan aneh itu untuk diperiksanya, tetapi ia takut akan mengganggu khasiat ikan itu, maka ia tak berani menjamahnja.
Tiba-tiba orang hutan berbulu kuning mas itu
mengeluarkan suara perlahan dan berjalan menghampirinya, kemudian menarik bajunya, setelah ditariknya berjalan mengitari kolam lalu menuju ke suatu sudut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Luka2 orang hutan berbulu hitam itu belum sembuh sama sekali, tetapi ketika menyaksikan orang hutan berbulu kuning itu menarik Siang-koan Kie berjalan ke suatu sudut ia segera mengejar tanpa menghiraukan lukanja sendiri.
Siang-koan Kie khawatir dua orang hutan itu akan berkelahi lagi, maka buru-buru mundur dua langkah untuk mencegah terjadinya perkelahian.
Orang hutan berbulu hitam itu mengeluarkan suara
perlahan sambil menggoyang2kan kepalanya, meskipun Siangkoan Kie tidak mengerti apa yang dikatakan olehnya tetapi agaknya tidak mengandung maksud jahat.
Dua orang hutan itu berjalan satu di muka dan satu di belakang, sedangkan Siang-koan Kie berada di tengah2
mereka. Begitu tiba di tempat yang dituju, orang hutan berbulu hitam itu mengulurkan kedua tangannya mendorong dinding kamar, mungkin tenaganya belum pulih kembali, beberapa kali ia mendorong dinding itu tidak bergerak.
Siang-koan Kie lalu mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya, membantunya mendorong dinding itu.
Setelah mendengar suara bergeraknya dinding itu, dinding yang tadinja rapat itu tiba-tiba terbuka.
Kiranya tempat itu adalah merupakan pintu batu dari
sebuah jalanan. Begitu pintu itu terbuka, hawa dingin segera menghembus keluar, hawa itu dingin sekali, sekalipun Siang-koan Kie berkepandaian cukup tinggi, juga masih merasa menggigil.
Orang hutan berbulu kuning mas yang memimpin jalan
tadi, ketika melihat pintu terbuka, ia nerobos masuk lebih dulu, selagi Siang-koan Kie merasa sangsi, orang hutan berbulu hitam itu sudah nerobos masuk melalui sampingnya, dan berjalan mengikuti orang hutan berbulu kuning mas itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie tidak ragu2 lagi, dengan tindakan lebar ia berjalan masuk ke dalam gua itu.
Jalanan itu meskipun sangat dingin tetapi rata, dua ekor orang hutan itu berjalan cepat sekali.
Berjalan kira-kira tigapuluh tombak, tiba di bagian yang sangat dalam, jalanan itu tiba-tiba membelok ke samping.
Setelah melalui jalan tikungan itu, keadaan tiba-tiba menjadi terang benderang, kiranya di ruangan dalam gua itu terdapat banyak batu kristal atau mutiara yang tergantung sehingga mengeluarkan sinar terang bagaikan sinar pelita.
Dua ekor orang hutan itu tiba-tiba berhenti, mereka
berpaling mengawasi Siang-koan Kie.
Bau obat2an yang sangat tajam menusuk hidung Siang-
koan Kie, sehingga menimbulkan keheranannya, suatu
pertanyaan timbul dalam hatinya, mengapa dua ekor orang hutan itu mendadak berhenti" Dan dari mana bau obat2an itu"
Meskipun pikirannja bekerja tetapi kakinya berhenti, ia berjalan melampaui dua ekor orang hutan itu terus menuju ke depan.
Bau obat2an semakin merangsang, jalanan kembali
membelok ke suatu arah lain.
Melalui beberapa tikungan, keadaan tempat itu nampak
lebih luas, beberapa batu kristal jang besar bertumpuk bagaikan batu bata, merupakan batu dapur, di atas tumpukan batu tumpukan kristal itu ada sebuah kuali penggorengan, di bawah kuali ada kaju bakar tetapi sudah tidak ada apinya, di dalam kuali itu terdapat benda hitam bagaikan lilin, bau obat tadi keluar dari benda hitam itu.
Jalanan di dalam goa itu sampai di situ telah berakhir, dinding di sekitar ruangan itu bersih licin bagaikan belahan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
batu kumala, dinding itu memancarkan sinar biru sehingga keadaan di sekitar itu terang karena sinar itu.
Dua ekor orang hutan itu mengikuti Siang-koan Kie, setelah berada di dalam kamar itu permusuhan mereka agaknya
sudah lenyap satu sama lain menunjukkan perasaan duka, mereka berdiri diam sambil menyandar ke dinding.
Siang-koan Kie mengawisi keadaan di sekitarnya, tiba-tiba ia dapat melihat di suatu sudut ada terbuka satu lubang, tertarik oleh perasaan heran ia berjalan ke sudut itu.
Dua ekor orang hutan itu tiba-tiba mengeluarkan suara perlahan, perlahan-lahan menghampirinya.
Siang-koaa Kie berpaling dan mengawasi dua ekor orang hutan itu sejenak, ia dapat kenyataan mereka sedang
mengawasi dirinya dengan sikap sangat aneh, maka ia harus berlaku sangat hati-hati untuk melanjutkan tindakannya.
Ia mendorong ke bagian itu, benar saja dinding itu lalu terbuka.
Ketika Siang-koan Kie memandang ke dalam, bukan
kepalang terkejutnya, sekalipun ia seorang pemberani, tetapi juga segera mundur beberapa langkah, dalam keadaan gugup, tangannya menekan dinding itu lagi, dan pintu itu mendadak tertutup lagi.
Ternyata pintu batu itu adalah sebuah pintu hidup yang dapat didorong dari kedua pihak, sewaktu Siang-koan Kie mundur karena dalam keadaan gugup tangannya menoel
sehingga pintu itu tertutup kembali.
Dua ekor orang hutan itu mengikuti di belakang Siang-koan Kie, ketika Siang-koan Kie mundur, kakinya sudah menginjak kaki orang hutan berbulu kuning, sehingga menyakitkan orang hutan itu.
Siang-koan Kie setelah menenangkan pikirannya kembali, baru dapat memikirkan apa jang dilihatnya dalam kamar itu, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kiranya dalam kamar itu terdapat dua mayat manusia, entah sudah beberapa banyak tahun berada di dalam gua ini, dan entah bagaimana dua ekor orang hutan itu bisa datang
kemari?".. Ketika ia berpaling dan mengawasi kedua ekor orang hutan itu, ternyata dua ekor orang hutan itu sedang duduk di satu sudut, kepalanya mendekam ke tanah, mata mereka ditujukan ke lobang pintu.
Siang-koan Kie tiba-tiba mendapat suatu pikiran, "Apakah mungkin mayat dua orang dalam kamar aneh ini ada
hubungannya dengan dua orang hutan ini?"
Setelah berpikir demikian, ia berjalan menghampiri pintu dinding itu lagi.
Kali ini ia mendorong dengan perlahan-lahan.
Dua mayat manusia itu, yang berambut panjang dan
mengenakan pakaian berwarna merah berdiri membelakangi pintu, tiba-tiba ia nampak di belakang punggung mayat orang itu, tertancap sebuah golok mas.
Sebuah tangan yang memegang gagang golok mas itu
adalah tangan berbulu hitam, lengan tangannya sudah kering dan beku, orang itu ternyata seorang tinggi besar yang mengenakan pakaian berwarna biru, mukanya menghadap
dinding sebelah kiri, lengan tangan kanan terulur keluar, sedang golok mas yang tergenggam oleh tangannya tepat menunjukkan gaya menikam ulu hati orang berambut panjang yang mengenakan pakaian berwarna merah itu.
Yang mengherankan ialah kedua orang itu mukanya
menghadap ke dinding, sehingga tidak dapat dilihat
bagaimana macamnya. Sekitar kamar dinding itu, semua bagaikan 1apisan batu kumala yang mengeluarkan sinar ke-biru2an, semua keadaan di situ dapat dilihat dengan nyata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Warna pakaian yang dipakai oleh dua orang itu semua
masih nampak seperti baru, pakaian itu agaknya yang terbuat dari bahan istimewa.
Waktu Siang-koan Kie masuk ke dalam kamar itu, dua ekor orang hutan itu juga mengikuti.
Pada saat itu pikiran Siang-koan Kie sudah tenang kembali, ia dapat memeriksa keadaan di sekitar tempat itu dengan setenang-tenangnya.
Dua mayat manusia dalam keadaan berdiri itu, dagingnya sudah kering semua, nampaknja sudah mati lama sekali, tetapi sudah tidak diketahui entah berapa tahun lamanya.
Mayat yang tinggi besar, tangan kiri dan kepalanya
menempel dinding batu, sedang golok mas di tangan kanan menusuk belakang punggung orang yang memakai pakaian
yang berwarna merah, dengan demikian seolah-olah menahan robohnya orang itu, maka dua mayat orang tersebut sekian tahun lamanya semua tidak roboh di tanah.
Orang yang berpakaian warna biru tubuhnya tinggi besar, sebaliknja dengan orang yang berpakaian warna merah
tubuhnya kecil langsing, dari keadaan kedua mayat itu sudah dapat diketahui bahwa mayat orang jang berpakaian merah ini adalah mayat seorang perempuan.
Golok mas yang menancap di belakang punggungnya itu,
memancarkan sinar gemerlapan yang menyilaukan mata.
Di atas tanah batu yang putih bersih, terdapat bekas tanda darah yang sudah kering.
Beberapa saat Siang-koan Kie memeriksa keadaan rnayat itu, dalam hati mulai mengerti, bahwa sepasang lelaki dan wanita ini, mungkin sama2 berdiam di tempat ini, entah apa sebabnya mereka saling bunuh sendiri, orang jang berpakaian biru itu agaknya terluka lebih dahulu, dan kemudian setelah perempuan itu agak lengah tiba-tiba ditikam oleh goloknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu ia memeriksa keadaan di bawah laki2 berpakaian
biru itu, benar saja di bawah lantai terdapat tanda darah yang sudah kering, darah itu agaknya keluar dari mulutnya.
Waktu ia memeriksa keadaan luka orang itu kulitnya
ternyata sudah kering, mulutnya masih setengah terbuka, hingga tampak giginya, keadaan itu sangat menakutkan.
Siang-koan Kie mengukur jarak dua mayat itu untuk
menafsir keadaannya di waktu mereka bertempur, dalam hati merasa aneh, sebab kalau ditinjau dari keadaan dan letak berdirinya dua mayat itu kedua orang itu di masa hidupnja tentu mengenal satu sama lain, sedang pakaian kedua orang itu, juga menunjukkan, agaknya bukan orang datang dari tempat jauh yang mencari atau membalas dendam, seorang lelaki dan seorang perempuan yang hidup dua2an di dalam gua yang tersembunyi ini, tidaklah mungkin kalau satu sama lain tidak ada hubungannya, maka kedua orang ini kalau bukan sepasang kekasih, tentunya sepasang saudara.
Ia agaknya merasa bahwa dugaannya itu tidak keliru,
sambil mendongak ke atas ia berkata kepada dirinya sendiri,
"Dua orang ini kalau bukan merupakan sepasang kekasih, tentunya kakak beradik, tetapi mengapa saling bunuh di tempat yang sangat tersembunyi ini?"
Ini merupakan suatu pertanyaan yang sulit untuk dijawab, di tempat yang jarang didatangi oleh rnanusia ini, bagaimana rasa sunyinya berdiam di dalam goa ini?"..
Matanya kembali menyusuri setiap sudut di dalam kamar itu.
Kamar yang luasnya tidak lebih dari dua tombak persegi itu, dikelilingi oleh dinding batu kumala jang petih dan memancarkan sinar ke-biru2an, sedikit tanda dapat dilihat dengan nyata tetapi ia mencari beberapa lama, tidak terdapat tandaiyang mencurigakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semula ia menduga pertikaian sehingga saling bunuh
kedua orang itu, mungkin menemukan semacam benda yang sangat berharga, siapa tahu setelah dicarinya ke setiap pelosok ternyata tidak menemukan barang yang
mencurigakan. Ketika ia menengok ke arah dua ekor orang hutan itu,
ternyata dua ekor orang hutan itu masing-masing berlutut di hadapan kedua mayat itu, orang hutan berbulu kuning mas berlutut di hadapan mayat orang perempuan berpakatan
merah, sedangkan orang hutan berbulu hitam berlutut di hadapan mayat orang lelaki berpakaian biru.
Mata kedua orang hutan itu semua mengucurkan air mata.
Kini sadarlah Siang-koan Kie apa sebabnya dua orang
hutan bermusuhan begitu hebat, kiranya masing-masing ada majikannya, karena melihat majikan mereka saling bunuh sendiri sehingga timbullah demdam permusuhan antara
mereka sendiri, perbuatan dua ekor orang hutan itu memang sangat goblok tetapi kesetiaan hati terhadap majikan mereka sesungguhnya patut dipuji.
Ia mengamat-amati perempuan berbaju merah itu, ternyata sudah menempel kepada dinding batu, sehingga tidak dapat dilihat dengan nyata. Selagi hendak mengulurkan tangannya meraba badan mayat perempuan itu, tiba-tiba terdengar suara bunyi orang hutan, kemudian menubruk padanja. Siang-koan Kie melompat ke samping. Orang hutan yang menubruknya tadi, ternyata adalah orang hutan berbulu kuning mas itu, dengan air mata bercucuran orang hutan itu menghadang di hadapan mayat perempuan itu.
Jelaslah sudah bahwa perbuatannya itu hendak melarang Siang-koan Kie menjamah badan majikannya, setelah tidak berhasil merintangnya, ia terpaksa melindungi dan
menghadang di hadapannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie diam-diam menganggukkan kepala, dalam
hatinya berpikir, "Orang ini entah sudah meninggal beberapa tahun lamanya, tetapi kesetiaan hati binatang ini kepada majikannya masih tetap tidak berobah, nampaknya sekalipun hanya binatang saja tetapi kesetiaannya lebih tebal dari pada manusia."
Kini ia mengarahkan perhatiannya kepada mayat laki2 yang berpakaian biru itu.
Orang hutan berbulu hitam itu, begitu melihat perhatian Siang-koan Kie ditujukan kepada mayat orang laki2 itu, telah mengira akan berlaku tidak baik terhadap majikannya, maka ia segera bangkit dan rnenghalang di hadapan mayat laki2 itu.
Dalam hati Siang-koan Kie diam-diam berpikir, "Jikalau tidak diperiksa dengan teliti keadaan kedua mayat ini susah untuk mengetahui asal usulnya kedua orang ini, tetapi hendak melakukan pemeriksaan itu lebih dulu harus rnenundukkan dua orang hutan ini. Jika mengandalkan kepandaianku, untuk menundukkan dua binatang ini, sekalipun tidak susah, tetapi mereka begitu setia terhadap majikan masing-masing jikalau mereka timbul salah paham dan mengira aku hendak
mengambil barang dari badan mereka, mereka pasti akan menghalangi terus usahanya, hal ini sesungguhnya sangat berabe."
Lama ia memikirkan suatu cara untuk menghadapi dua
binatang itu sehingga terpaksa diam berdiri saja.
Dua binatang itu masing-masing menjaga dan melindungi majikannya, matanya mengawasi Siang-koan Kie tanpa
berkedip, mulutnya sebentar2 mengeluarkan geraman
perlahan-lahan. Lama dalam keadaan demikian, orang hutan berbulu
kuning mas itu sekonyong2 melompat menubruk orang hutan berbulu hitam, sehingga dua binatang itu mulai bergumulan lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie berpikir hendak memisah lagi, tetapi ia berpikir lain, karena air dalam kolam itu dapat menyembuhkan luka, sekalipun dua binatang itu terluka parah, asal mencebur ke dalam air segera sembuh kembali, maka ia membiarkan dua binatang itu bergumulan terus, bahkan memancing
mereka keluar dari kamar, supaya ia mendapat kesempatan untuk memeriksa keadaan kedua mayat itu.
Kedua orang hutan itu meskipun cerdik, tetapi biar
bagaimana tidak secerdik manusia, mereka sedang bertarung sengit, sudah tentu tidak dapat memikirkan soal lainnya.
Siang-koan Kie menggunakan kesempatan balik lagi ke
dalam kamar, ia tutup pintunya kemudian menghormat
terhadap dua mayat itu, sedang mulutnya mendoa,
"Boanpwee Siang-koan Kie, ingin memindahkan jenazah kedua locianpwee untuk mengetahui riwayat dan asal usul
locianpwee berdua. Selesai mendoa, dengan tindakan sangat hati-hati ia
memindahkan mayat laki2 berbaju biru itu.
Dua mayat itu meski tidak rusak karena hawa dingin dalam gua itu, tetapi karena sudah terlalu lama meninggal, kulit dan daging sekujur tubuhnya sudah menjadi kering, maka begitu dipindah, dengan sendirinya tidak dapat berdiri lagi seperti semula, golok mas di tangannya terjatuh di tanah.
Mayat perempuan itu karena tertunjang oleh golok mas itu, sehingga masih dalam keadaan berdiri, tetapi ini setelah golok mas jatuh, kekuatannya menunjang telah lenyap, dengan sendirinya mayatnya juga jatuh.
Tetapi Siang-koan Kie bertindak gesit, dengan tangan kiri ia menunjang mayat lelaki itu sedang tangan kanan dengan cepat menyanggap mayat perempuan itu supaya jangan jatuh.
Kedua mayat itu diletakkan di tanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keadaan dua mayat, ternyata sudah sukar dikenalnya,
hanya alis dan rambutnya yang utuh. Siang-koan Kie meraba pakaian dua mayat itu, bukan saja masih belum hancur
bahkan masih tetap seperti keadaan baru, hal ini sangat mengherankan Siang-koan Kie.
Karena dalam kamar itu kecuali dua mayat manusia, hanya terdapat sebilah golok mas, kalau ingin mengetahui riwayat kedua mayat itu, mau tidak mau harus memeriksa kedua
mayat itu. Ia memungut golok mas yang jatuh di tanah dan
diperiksanya dengan seksama.
Golok mas itu panjang kira-kira hampir dua kaki sinarnya gemerlapan, gagangnya juga terbuat dari mas. Golok itu lebar dan tebal, tetapi bagian ujungnya tajam sekali.
Siang-koan Kie memeriksa beberapa lama masih tidak
dapat menemukan tanda apa-apa, ia letakkan golok di
samping, ia mengawasi mayat lelaki.
Laki2 itu di masa hidupnja pasti berperawakkan tegap dan tinggi besar, sekalipun kulit dan kakinya sudah kering, tetapi dari tulangnya dapat dibuktikan jauh lebih tinggi dan besar dari Siang-koan Kie sendiri.
Siang-koan Kie megulur tangannya perlahan-lahan
membuka pakaian, di bagian pinggangnya ada terdapat kulit bersisik hitam, agaknya digunakan sebagai tempat golok mas itu.
Kecuali itu, tidak terdapat apa-apa lagi.
-odwo- Bab 14 KULIT tempat golok itu melekat erat di pinggang mayat laki2 itu, kecuali dipotong dengan pisau tajam harus ditarik Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secara paksa, tetapi dengan demikian tentu akan merusak tulang mayat itu.
Ia memeriksa sejenak, perlahan-lahan meletakkan mayat itu di tanah lagi, ia jongkok di dekat mayat perempuan, selagi hendak membukakan baju bagian atasnya, tiba-tiba berpikir,
"Meskipun hanya satu rangka mayat saja, tetapi biar
bagaimana antara laki2 dan perempuan ada perbedaanya
bagaimana aku boleh membuka pakaiannya?"
Tetapi apabila ia melepaskan niatnya, tidak akan
melakukan penyelidikkan, hatinya merasa penasaran sehingga sesaat lamanya hatinya bimbang.
Di dalam kamar ia dengar suara cecuitan dari dua ekor orang hutan itu yang agaknya sedang bertarung sengit sekali.
Beberapa saat lamanya Siang-koan Kie berdiam, ia tetah mengambil keputusan tidak akan memeriksa mayat
perempuan itu, selagi hendak meninggalkan mayat itu,
matanya telah dapat melihat badan mayat perempuan itu ada sebuah bungkusan yang menonjol tinggi pada badannya.
Penemuan ini sangat merarik perhatian Siang-koan Kie, meski ia tadi sudah berkeputusan tidak akan memeriksa mayat perempuan itu, tetapi perasaan ingin tahu menggoda
pikirannya, sehingga hatinya menjadi bimbang lagi.
Lama ia berputar dengan pikiran sendiri, beberapa kali hendak meraba badan mayat perempuan itu tapi setiap
menyentuh badan mayat itu, ia menarik kembali tangannya.
Akhirnya ia mendapat satu pikiran, ia hendak mengambil bungkusan di badan mayat itu sambil melengoskan kepala, setelah diperiksanya akan dikembalikan lagi.
Ia segera melakukan perbuatannya itu dan berhasil
mengambil bungkusan yang ternyata merupakan satu kantong yang terbuat dari benang sutera mas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kantong itu tidak cukup satu kaki lebarnya, di dalamnya terisi barang yang menonjol, entah barang apa.
Ia membulak balik kantong itu tetapi tidak terdapat di mana letak alat untuk membukanya, ia merasa heran, karena kantong yang tak ada bagian mulutnya, dengan cara
bagaimana memasukkan barang ke dalamnya.
Ia hanya dapat meraba2 dari luar, benda2 dalam kantong itu ada yang keras dan juga ada yang lunak, benda2 itu agaknya tak sedikit jumlahnya.
Ia membuat main kantong yang sangat menarik itu, tetapi ia tidak berdaya untuk membukanya, karena bentuk kantong yang sangat indah itu ia sangat sayang merusaknya.
Akhirnya ia hendak membuat sedikit lubang pada kantong itu, ia coba mengorek dengan jari tangannya, tetapi kantong itu kuat sekali, ia tidak berhasil melubanginya.
Ia mencoba beberapa kali, tetapi usahanya itu selalu gagal, kantong itu sedikitpun tak terdapat tanda2 rusak ataupun cacat.
Sebagai seorang jujur, sekalipun hatinya merasa tertarik oleh benda itu, tetapi ia tak tega hati merusak barang yang indah itu, maka akhirnya ia hanya bisa menghela napas mengawasi kantong itu, kemudian meletakkan lagi ke samping mayat perempuan itu.
Warna mas kantong kecil itu ternyata serupa benar dengan warna pakaian yang dipakai oleh mayat perempuan itu.
Pikiran lain terlintas dalam pikiran Siang-koan Kie, ia agak heran bahan pakaian yang demikian ulet, bagaimana dapat ditembusi oleh golok mas itu"
Tertarik oleh pikiran itu, ia lalu memungut lagi golok mas yang terletak di tanah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini ia memeriksanya dengan seksama, di bagian gagang golok itu ternyata terdapat ukiran huruf kecil yang berbunyi,
"Golok mas ini dapat menembusi apapun juga."
Huruf itu sedemikian kecil kalau tidak hati-hati tidak mudah dilihatnya.
Kini Siang-koan Kie mencoba golok mas itu, ia tekan bagian ujungnya ke atas batu yang keras, ternyata sedemikian mudah ujung golok itu masuk ke dalam batu yang keras, bagaikan memotong tahu.
Siang-koan Kie terkejut ia sungguh tidak menduga bahwa golok mas itu mempunyai ketajaman demikian rupa.
Siang-koan Kie ingin menggunakan golok mas itu untuk
membuka kantong mas, tetapi selagi hendak menusukkan
ujung golok ke atas kantong mas, tiba-tiba ditariknya kembali, ia letakan golok itu ke tanah.
Dalam hatinya berpikir kalau aku membuka kantong mas ini bukankah itu berarti sudah mencuri lihat barang simpanan orang lain, perempuan ini meski sudah lama meninggal, tetapi barang ini tetap menjadi kepunyaannya.
Ia membatalkan niatnya untuk memeriksa benda dalam
kantong itu dan meletakkan kembali di samping mayat
perempuan itu. Matanya kini diarahkan kembali kepada golok mas, hatinya merasa bimbang, ia tahu bahwa golok mas itu adalah satu golok pusaka, senjata demikian tajam, sesungguhnya
mempunyai daya penarik sangat besar bagi orang rimba
persilatan. Ia merasa suka dengan golok itu tetapi kalau diambil begitu saja, itu berarti suatu perbuatan mencuri, apalagi kalau mengambil goloknya sudah tentu berikut
tempatnya, dan kalau mengambil tempat golok itu mungkin akan merusak tubuh mayat 1aki2 itu. Lama berpikir ia tidak tahu bagaimana harus berbuat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu di lain kamar sudah tidak terdengar lagi suara orang hutan yang sedang bertarung sengit itu.
Siang-koan Kie meletakkan golok mas di samping mayat
laki itu, ia mendorong pintu kamar, segera dapat melihat dua binatang itu sudah rebah di tepi kolam, ke-dua2nya penuh darah, agaknya sudah pingsan.
Siang-koan Kie menghela napas menyaksikan keadaan
kedua binatang itu, ia berjongkok meraba hidung kedua binatang itu ternyata masih bisa bernapas.
Ia berpikir sejenak, kemudian mendukung diri orang hutan berbulu hitam dan diceburkan ke dalam kolam.
Orang hutan berbulu hitam itu begitu berada dalam kolam segera sadar lagi, ia bermandian dengan air kolam yang dingin untuk membersihkan darahnya, kemudian merayap naik lagi setelah mengawasi Siang-koan Kie sejenak, lalu lari keluar.
Setelah orang hutan hitam itu berlalu, Siang-koan Kie lalu mengangkat tubuh orang hutan berbulu kuning mas dan
dilemparkan ke dalam air kolam, tidak lama kemudian
binatang itu sudah sadar, setelah membersihkan darah di badannya, lalu merayap naik, dan setelah mengawasi Siangkoan Kie juga berjalan keluar.
Siang-koan Kie mengikuti di belakang orang hutan yang berbulu kuning mas itu, berada di luar gua ia telah mengambil keputusan, apabila kedua binatang itu bertarung lagi, ia tepaksa menggunakan kepandaiannya untuk menundukkan
mereka. Pada saat itu keadaan di luar masih tertutup oleh kabut putih yang tebal, tetapi orang hutan berbulu kuning mas itu agaknya sudah hafal sekali keadaan tempat itu, ia berjalan melalui sungai dan menerobos di antara kabut, sedangkan Siang-koan Kie terus mengikuti di belakang dirinya dan keluar dari tempat yang bentuknya mirip dengan waskom itu.


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keluar dari tempat tersebut, tampak tiga ekor orang hutan kecil sedang menantikan, begitu melihat orang hutan berbulu mas itu keluar bersama2 Siang-koan Kie, mereka melompat2
kegirangan menyambut kedatangannya.
Setelah orang hutan berbulu kuning mas itu berlalu dengan tiga ekor orang hutan kecil ia baru balik kembali ke rumah panggung di atas pohon itu.
Perempuan setengah tua itu nampaknya sudah lama
menantikannya, ia juga sudah sedia hidangan daging rusa, begitu melihat Siang-koan Kie kembali, ia merasa girang, katanya sambil tertawa, "Luka siangkong sudah sembuh, entah kapan akan berangkat, aku sudah bicara dengan Hauw-jie, ia suka sekali ikut siangkong pergi."
"Aku akan segera barangkat, tetapi ada suatu hal yang masih menjadi pikiranku, harap nyonya suka memberi
bantuan," jawab Siang-koan Kie sambil menikmati
makanannya. Perempuan setengah tua itu nampaknya sangat heran, ia berkata, "Siangkong ada urusan apa, katakan saja terus terang, kalau aku dapat melakukan, aku pasti akan melakukan dengan sepenuh tenaga, tidak nanti akan mengecewakan
Siangkong." "Aku hanya minta supaya nyonya mengendalikan suamimu, jangan membiarkannya bertarung dengan orang hutan
berbulu kuning mas itu. Perempuan setengah tua itu nampaknya berpikir keras,
sekonyong2 air matanya mengalir keluar, ia lalu berkata,
"Siangkong boleh berlalu dengan hati lega, aku nanti akan berusaha sedapat mungkin untuk memenuhi keinginan
Siangkong ini?"?"
Siang-koan Kie yang mendengar ucapan nyonya itu,
agaknya mendapat firasat bahwa nyonya itu semula ingin mengakhiri penghidupannya setelah anaknya pergi, tetapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena permintaan Siang-koan Kie itu, ia terpaksa menjaga suaminya.
Tetapi Siang-koan Kie tidak menyatakan apa-apa ia berkata dengan sungguh-sungguh, "Urusan ini kuserahkan kepada nyonya, nanti setelah aku berlalu dari tempat ini, mungkin masih akan tinggal beberapa waktu di dekat sini, apabila ada kesempatan, aku nanti akan balik bersama Hauw-jie, uutuk menengok nyonya."
"Aku sebagai perempuan yang bersuami binatang,
sebetulnya tidak ingin berjumpa dengan orang luar lagi.
Siangkong tidak datang menengok tidak halangan bagiku, andaikata kau mau datang juga harus datang seorang diri saja."
"Aku akan ingat pesan nyonya ini, dan sekarang aku kira tinggal waktunya aku minta diri."
"Nanti aku panggil Hauw-jie biar ia yang bertindak sebagai penunjuk jalan!"
Siang-koan Kie sebetulnya ingin pulang dulu ke kuil tua, untuk menjumpai orang tua peniup seruling itu, setelah itu baru boleh kembali mengajak Wan Hauw pergi bersama2,
tetapi setelah mendengar ucapan nyonya itu, ia merasa tidak enak untuk menolak, maka ia berkata, "Entah di mana
saudara Wan berada sekarang?"
"Ia tadi masih berada di sini, sekarang entah ke mana perginya, mungki di-dekat2 ini saja sebentar aku coba panggil."
Nyonya itu itu berjalan keluar memanggil anaknya.
Sebentar kemudian terdengar suara jawaban Wan Hauw,
yang dengan cepatnya lari mendatanginya.
Wan Hauw bergerak sangat lincah, dengan cepat sekali ia melayang melalui dahan2 pohon, kemudian melompat masuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke dalam rumahnya, sementara di tangannya membawa
banyak daun pohon. Siang-koan Kie yang menyaksikan itu tertawa geli entah dari mana Wan Hauw mendapatkan daun itu, ia sudah
merangkaikan satu sama lain dengan rotan diikatkan kepada pinggangnya untuk menutupi badannya.
Nyonya itu ketika menyaksikan dandanan Wan Hauw, lalu berkata kepada Siang-koan Kie, "Di tempat pegunungan
seperti ini, susah didapatkan bahan tenun dan jarum,
sehingga tidak dapat membuat pakaian untuknya."
"Itu tidak menjadi soal, biar bagairnara tempat ini toh tidak pernah didatangi manusia, dengan barang apa saja, untuk menutupi badannya, bukan serupa saja?"
"Walaupun demikian tetapi sejak dilahirkan Hauw-jie belurn pernah memakai pakaian, hari ini mendadak timbul pirkiran demikian, sehingga keadaannya mirip dengan manusia
purbakala." "Inilah kecerdikannya saudara Wan, dengan tiba-tiba ia dapat pikiran menggunakan daun pohon untuk menutupi
badannya." Wan Hauw yang berpakaian daun pohon, sengaja
menggoyang2kan badannya beberapa kali agaknya merasa
senang dengan pujian Siang-koan Kie, ia memandang pemuda itu sebentar kemudian memandang kepada ibunya.
Sang ibu dengan air mata berlinang2 dan suara terisak-isak berkara, "Siangkong boleh membawa Hauw-jie pergi, jangan ingat kembali menengok aku, hati Hauw-jie mendapat
pertolongan Siangkong, supaya ia berkenalan dengan dunia luar juga merupakan peruntungannya! Budi Siangkong ini, dalam hidupku ini mungkin tidak bisa membalas!"
Siang-koan Kie adalah seorang gagah, ia sebetulnya paling takut melihat orang nangis, tetapi pada saat itu menyaksikan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sikap sungguh-sungguh dan luhur yang ditujukan oleh nyonya itu, juga merasa sangat terharu.
Setelah berdiam beberapa lama, ia memberi hormat dan
berkata kepada nyonya itu, "Harap nyonya menjaga diri baik-baik aku sekarang hendak berangkat."
Perempuan itu mengusap air matanya yang mengalir keluar dan berkata kepada anaknya, "Hauw-jie! Kau boleh ikut pergi bersama Siangkong ini, untuk selanjutnya dalam segala hal kau harus dengar Siangkong!"
Wan Hauw cecuitan entah apa yang dikatakan, kemudian
menarik baju Siang-koan Kie, lalu melompat turun dari rumahnya.
Siang-koan Kie melambai2kan tangan kepada nyonya itu
berjalan mengikuti Wan Hauw.
Keluar dari mulut lembah yang tertutup oleh kabut tebal, dan melalui sebuah bukit ia berjalan menyusuri jalan bukit, tibalah di satu tebing yang nnenonjol, di bawah tebing itu adalah sebuah jalanan air terapit oleh lamping gunung.
Jalanan air itu terdapat banyak tanaman bunga dan
rumput, meskipun tempat itu sangat berbahaya, tetapi masih ada tempat yang digunakan untuk tancap kaki, bagai seorang yang berkepandaian tinggi untuk naik ke tempat tersebut bukanlah soal susah.
Tetapi jalanan itu berliku2 menanjak ke atas entah berapa panjang dan berapa jauhnya, Wan Hauw yang berjalan di muka, menggunakan kaki dan tangannya, sedingkan ia terus mengikuti di belakangnya.
Berjalan kira-kira satu jam, baru mencapai puncak gunung.
Siang-koan Kie memeriksa keadaan di sekitarnya, ia
mencoba mencari arah yang harus dituju, lalu bersama2 Wan Hauw berjalan turun, sepanjang jalan ia meninggalkan tanda Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
supaya dikemudian hari apabila mendapat kesempatan datang lagi, dapat mengenali jalannya.
Turun dari atas puncak gunung yang tinggi itu, ia harus mendaki gunung yang lain lagi. Kala itu matahari sudah condong ke barat, dari jauh sudah tampak bangunan kuil tua itu.
Siang-koan Kie menarik napas panjang, ia berpaling dan mengawasi Wan Hauw, sementara dalam hatinya berpikir,
"Adat orang tua peniup seruling itu sangat aneh, sebelum aku menjelaskan kepadanya, kalau aku membawa Wan Hauw
menjumpai dirinya, apakah ia mau mengerti, andaikata ia tidak senang, ini benar-benar sangat berabe?".."
Oleh karenanya, maka hatinya mulai bimbang.
Lama ia berdiri bingung memikirkan soal itu.
Wan Hauw yang menyaksikan Siang-koan Kie berhenti dan tidak berjalan lagi, dianggapnya sedang menikmati
pemandangan di waktu senja, dengan tidak berkata apa-apa ia berdiri di belakang Siang-koan Kie, kedua matanya dibuka lebar memandang keadaan di sekitar bawah kakinya.
Sejak dilahirkan, kebanyakan ia bergaul dengan orang
hutan atau binatang lain, satu2nya manusia yang bergaul dengannya, adalah ibunya sendiri yang telah melahirkan dirinya, sebagai mahluk berayah orang hutan dan beribu manusia, membuat dirinya mempunyai darah campuran dua mahluk yang berlainan jenisnya, ia mempunyai sifat keras galak bagaikan ayahnya, tetapi juga mempunyai sifat baik dan cerdas bagaikan ibunya.
Siang-koan Kie merupakan orang kedua yang menjadi
kawan dalam hidupnya, di waktu hendak pergi, ibunya telah pesan wanti2, supaja ia mendengarkan kata Siang-koan Kie, dalam segala hal ia harus belajar perbuatan Siang-koan Kie, perkataan ibunya itu berkesan dalam sekali dalam hati sanubarinya, maka sewaktu melihat Siang-koan Kie berhenti ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga turut berhenti sambil meniru sikap Siang-koan Kie yang menikmati pemandangan alam di sekitar tempat itu.
Siang-koan Kie yang sangat cerdik, setelah berpikir lama ia segera mengerti, pikirnya, "Ya, aku pasti ingin belajar kepandaiannya, meskipun aku belum pernah memikirkan hal itu tetapi tanpa kusadari, aku sudah timbul pikiran untuk mempelajari kepandaian orang tua itu, oleh karena pikiran itu hingga aku timbul merasa takut dan homat kepada
dirinya?".." Berpikir demikian, ia tertawa geli sendiri, pikirnya lagi,
"Nampaknya memang benar bahwa dalam hati manusia tidak boleh timbul pikiran serakah atau tamak, apabila timbul pikiran tamak dengan sendirinya merasa takut perbuatan yang
diketahui atau timbul rasa hormat terhadap seorang, aku sudah menerima baik permintaan nyonya itu hedak
membimbing Wan Hauw sebaik-baiknya, andaikata orang tua peniup seruling itu ia tidak menginginkan Wan Hauw tinggal bersama-sama, aku harus segera meninggalkan kuil itu, sementara hutang budiku kepadanya, aku akan berusaha
untuk membalas budi itu."
Karena hatinya sudah mengambil keputusan, maka ia
merasa lega dengan tindakan lebar ia berjalan menuju ke kuil tua itu.
Wan Hauw yang sudah menantikan beberapa saat lamanya
ketika melihat Siang-koan Kie berjalan ia segera mengikuti.
Kuil tua itu terpisah hanya sejarak empat atau lima pal saja, maka sebentar saja Siang-koan Kie sudah tiba di kuil tua itu.
Siang-koan Kie yang sudah mengenal baik keadaan kuil tua itu segera melompat ke atas genteng langsung menuju ke loteng kediaman orang tua peniup seruling itu.
Wan Hauw meskipun belum pernah melatih ilmu
meringankan tubuh, tetapi bakat pembawaan dari alam,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apalagi sejak kecil berlari2an dan naik turun di atas gunung dan di dalam jurang maka kepandaiannya meringankan tubuh tidak kalah dengan Siang-koan Kie, ia tetap mengikuti di belakang Siang-koan Kie, dengan mudah dan enaknya
mencapai ke loteng itu. Dekat tempat loteng kediaman orang tua itu Siang-koan Kie menghentikan kakinya, ia berpaling dan berkata kepada Wan Hauw, "Kau di sini tunggu aku sebentar, aku akan menjumpai seorang locianpwee lebih dahulu nanti aku panggil kau lagi?".."
Wan Hauw yang mendengar itu Nampak tercengang dan
berdiri bingung. Siang-koan Kie baru ingat bahwa Wan Hauw belum dapat
memahami ucapan manusia seluruhnya, ia buru-buru
mengunakan tangannya untuk menerangkan maksudnya, Wan Hauw yang memperhatikan gerak tangan itu, lalu tertawa dan berjongkok.
Siang-koan Kie berkata lagi dengan suara perlahan, "Kau di sini saja menunggu aku."
Kali ini Wan Hauw agaknya sudah mengerti, ia segera
mengangguk2an kepalanya dan menyahut, "Aku sudah tahu!"
Siang-koan Kie tersenyum, ia melompat melesat ke loteng kediaman orang tua itu.
Tetapi daun jendela loteng itu ternyata tertutup rapat, keadaan di dalam sunyi senyap, Siang-koan Kie yang
menyaksikan kesunyian itu terperanjat.
Tiba-tiba ia teringat bahwa dalam waktu satu hari itu, ia tidak pernah mendengar suara seruling orang tua aneh itu.
Dengan hati-hati ia menghampiri jendela, dengan perlahan mengetuk dan berkata, "Apakah locianpwee sedang
beristirahat" Boanpwee Siang-koan Kie, datang untuk
mengucapkan terima kasih atas budi pertolonganmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia menunggu beberapa saat lamanya, dalam loteng itu
masih sunyi tidak terdengar jawaban.
Keadaan di luar dugaan ini, sangat mengejutkan hati Siangkoan Kie, ia berdiri bingung tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Dalam otaknya tiba-tiba terbayang pemandangan yang
sangat menakutkan, perbuatan ganas orang yang berbaju hijau itu terbayang kembali sehingga dalam hatinya berpikir,
"Apakah orang berbaju hijau itu balik kembali mencelakakan diri orang tua ini?".."
Tetapi kemudian ia berpikir pula, "Andaikata orang berbaju hijau itu balik kembali dan membunuh orang tua itu, tidak mungkin ia menutup rapat semua daun jendela loteng ini.
Ia lalu menganggap bahwa orang tua itu mungkin sedang bersemedi sehingga tidak menjawab perkataannya."
Ia menunggu lagi sekian lama, kemudian mengetuk jendela sampai tiga kali, tetapi di dalam tetap sunyi tidak mendapat jawaban apa-apa.
Siang-koan Kie tidak sabar lagi, ia membuat lubang kecil dengan tangannya pada jendela itu lalu mengincer ke dalam.
Orang tua itu ternyata rebah tertelentang di lantai,
tangannya memegang erat serulingnya itu.
Bukan kepalang terkerjutnya Siang-koan Kie menyaksikan pemandangan itu, ia dobrak daun jendela dan melompat
masuk ke dalam, ia berjongkok di dekat orang tua itu untuk memeriksa pernapasannya.
Orang tua itu napasnya lemah sekali, agaknya seperti tidur nyenyak, tetapi juga seperti terluka parah, ia lalu meletakkan jari tangannya ke bagian jalan darah Than kie hiat di badan orang tua itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba ia merasakan tempat jalan darah itu keras
bagaikan besi, sehingga diam-diam merasa heran, pikirnya,
"Bagaimana dengan orang tua ini tidak seperti tidur juga tidak seperti orang terluka.
Beberapa saat ia merasa bersangsi, kemudian mengulur
tangannya memegang pergelangan tangan orang tua itu, ia merasakan tangan orang tua itu dingin sekali tetapi keras, bagaikan sepotong besi."
Kejadian serupa ini, adalah kejadian aneh yang ia belum pernah dialaminya. Kalau dilihat napasnya yang masih belum putus, tidak mungkin orang tua itu meninggal dunia, tetapi kalau mau dikatakan luka parah, bagaimana badannya keras dan dingin" Maka untuk sesaat lamanya ia tidak tahu
bagaimana harus berbuat. Tiba-tiba ia mendengar suara Wan Hauw yang agaknya
sudah tidak sabar menunggu demikian lama.
Siang-koan Kie meletakkan tangan orang tua itu, berjalan menuju kepintu jendela lalu melambaikan tangannya
memanggil Wan Hauw. Wan Hauw masih tetap berdiri di tempatnya tanpa
bergerak, ketika mendengar suara panggilan Siang-koan Kie, ia lalu lompat masuk ke dalam loteng. Ia mengawasi orang tua yang rebah tertelentang, kemudian mengawasi Siang-koan Kie sikapnya menunjukkan heran2an kemudian dengan
bahasanya yang kaku tetapi masih dapat didengar ia bertanya,
"Apakah orang ini sudah mati?"
"Dia telah tidur, kita jangan ganggu, duduk di sini
menunggu sebentar!" jawab Siang-koan Kie sambil
menggoyang2kan kepala kemudian duduk di samping orang tua itu.
Wan Haaw ingat pesan ibunya, ia harus belajar setiap
gerakan Siang-koan maka ketika menyaksikan sikap Siang-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
koan Kie, ia juga meniru sikap itu duduk di lantai dekat orang tua itu.
Lama Siang-koan Kie menunggu tetapi ia sedikitpun tidak bergerak.
Matahari sudah selam ke barat, hari mulai gelap.
Siang-koan Kie menghela napas perlahan, ia coba
merebahkan kepalanya di dada orang toa itu, ternyata
jantungnya masih berdenyut tetapi semakin lama semakin lemah, napasnya juga hampir putus, menyaksikan keadaan demikian terkejutlah ia, diam-diam lalu berpikir, "Nampaknya ia benar-benar terluka, kalau aku menunggu terus secara demikian, ini bukan suatu cara yang baik, meskipun aku tahu tidak dapat menolong jiwanya, tetapi juga tidak dapat membiarkan mati karena luka2nya, setidak2nya aku harus berusaha."
Ia segera angkat dan mendudukan orang tua itu,
tangannya dengan perlahan menotok jalan darah Beng-bun-hiat di belakang punggungnya.
Tetapi jarinya dirasakan seperti menotok besi keras, semua jalan darah orang tua itu agaknya sudah tertutup rapat semuanya, sehingga orang tidak mudah mencari letaknya.
Tiba-tiba sebilah pedang pendek terjatuh di lantai, tetapi tangan orang tua itu masih memegang erat serulingnya.
Siang-koan Kie meletakkan lagi orang tua itu di atas lantai, ia mengambil pedang pendek itu dan mengeluarkau dari
kerangkatnya, ia merasakan hawa dingin menghembus keluar dari pedang itu, sinar kegelapan hampir menerangi keadaan kamar yang gelap itu, Siang-koan Kie diam-diam memuji,
"Pedang yang bagus sekali."
Ia memeriksa pedang itu, bentuk pedang itu ternyata cuma kira-kira satu kaki panjangnya walaupun pedang itu pendek, tetapi sinarnya gemerlapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie walaupun merasa senang dengan pedang
itu, tetapi setelah memeriksa sejenak, ia memasukkan kembali ke dalam sarungnya, ia meletakkan pedang itu di samping kepala si orang tua, ia memeriksa lagi pernapasan oraug tua itu ternyata semakin lemah, bahkan sebentar2 terputus. Ia menarik napas, dengan tanpa dirasa dua tetes air mata mengalir keluar, dengan sikapnya yang menghormat sekali ia menunduk kepada orang tua itu seraya berkata, "Budi
locianpwee besar sekali, boanpwee masih belum bisa
membalas, tetapi kini sakit locianpwee begini keras, boanpwee sangat menyesal tidak mrempunyai cukup tenaga untuk
member pertolongan?".."
Berkata pada akhirnya kedua pipinya sudah basah dengan air mata.
Lama dalam keadaan kesedihan, Siang-koan Kie baru
teringat kepada Wan Hauw, maka lalu berpaling dan berkata kepadanya, "Saudara Wan mari kita mencari tempat untuk mengubur orang tua ini."
Meskipun Wan Hauw tidak mengerti seluruhnya apa yang
dikatakan oleh Siang-koan Kie tetapi melihat Siang-koan Kie berdiri, ia juga turut berdiri kemudian mengikuti di
belakangnya dan melompat keluar dari jendela.
Di pekarangan kuil yang sunyi sepi, Siang-koan Kie mencari tempat yang dianggap baik, ia bersama Wan Hauw mulai
membersihkan rumput2nya dan menggali tanahnya.
Wan Hauw ternyata pandai sekali dalam hal menggali
tanah, dengan kuku jarinya yang tajam dan keras bagaikan baja serta gerakannya yang gesit, sebentar saja sudah berhasil membuat lubang yang cukup dalam.
Selesai membuat lubaang, Siang-koan Kie balik lagi ke atas loteng.
Ia memeriksa napas orang tua itu, ternyata semakin lemah, tangan dan tubuhnya mulai dingin dan kaku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie sangat pilu, air matanya mengalir lagi tetapi napas orang tua itu sekalipun lemah tetapi masih belum putus.
Siang-koan Kie dan Wan Hauw duduk di samping
menantikan dengan tenang, mereka siap, apabila orang tua itu sudah meninggal dunia, segera akan dikuburkan.
Tetapi menunggu sampai semalaman suntuk napas orang
tua itu masih tetap dalam keadaan yang sama.
Langit di sebelah timur sudah mulai narnpak terang, ini berarti bahwa malam sudah akan berganti siang.
Mata Siang-koan Kie nampak merah dan bendul, selama
semalam suntuk itu, meskipun ia tidak menangis keras, tetapi air matanya terus mengalir keluar tak henti2nya.
Tatkala hari mulai terang napas orang tua itu sudah
berhenti. Pedang mas memancarkan sinarnya yang
gemerlapan. Siang-koan Kie sambil mengambil sarung pedang itu dimasukan ke dalam badan orang tua itu, kemudian ia mengangkat jenasahnya, hendak dikubur dalam lubang yang sudah dibuatnya, siapa tahu tubuh itu baru saja diangkatnya, empat butir mutiara sebesar buah langkeng, jatuh
berhamburan di tanah, mutiara itu mengeluarkan sinarnya yang indah, setiap butir merupakan benda yang jarang
terdapat di dalam dunia, bisa diduga betapa besar harganya barang itu.
Wan Hauw segera memungutnya dan diberikan kepada
Siang-koan Kie. Ia sejak dilahirkan belum pernah menyaksikan mutiara, tidak tahu bahwa barang itu adalah barang yang sangat berharga, dianggapnya barang bandar itu seperti batu biasa yang banyak tertdapat di tempatnya, maka sedikitpun tak merasa tetarik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya dengan Siang-koan Kie, ia adalah seorang yang mengenali barang2 berharga, ia sendiri segera dapat
mengetahui bahwa butir mutiara itu semua merupakan
barang2 berharga yang susah dicari dalam dunia, dalam hatinya berpikir, "Orang tua ini juga sangat aneh, dengan membawa barang mutiara ini, tetapi mengapa harus menyiksa diri dalam kuil tua yang sepi sunyi ini, andaikata hendak melatih kepandaiannya, di mana saja toh serupa saja, perlu apa harus memilih tempat ini?"
Sementara itu empat butir mutiara itu sudah dimasukan kembali ke dalam saku siorang tua, kemudian berkata dengan suara perlahan, "Locianpwee, harap memaafkan perbuatan boanpwee yang kurang sopan, di dalam kuil tua dan daerah pegunungan yang sepi ini, sebetulnya sangat sukar mencari peti, maka boanpwee terpaksa mengubur jenazah iocianpwee secara sederhana.
Aeh! budi locianpwee yang begitu besar, boanpwee masih belum dapat membalasnya tidak disangka locianpwee sudah pergi untuk selama2nya.
Berkata sampai di situ, tiba-tiba ia teringat sesuatu lalu diletakkannya jenazah orang tua itu ke satu sudut, kemudian ia berlutut di hadapannya dan bedoa.
"Locianpwee di masa hidup ingin menerima aku sebagai
murid, tetapi sebelum boanpwee menerangkan kepada suhu boanpwee, tidak berani mengangkat suhu lagi, sekarang meskipun locianpwee sudah meninggal, tetapi boanpwee tetap sebagai muridmu, untuk memenuhi keinginan locianpwee di masa masih hidup?".."
Ia menarik napas panjang, sebelum ia bangkit, ia
mengucapkan perkataan, "Suhu?".."
Orang tua itu tiba-tiba membuka lebar matanya dan
berkata sambil tertawa terbahak-bahak, "Bocah! Ucapan yang sudah keluar dari mulut, tidak boleh ditarik kembali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie terperanjat, sebentar ia merasa bingung dan terheran2, lama ia baru berkata, "Lho! Apakah locianpwee belum meninggal?"
"Bagaimana kau, masih berbahasakan locianpwee, tadi
baru saja kau melakukan upacara pengangkatan suhu,
bagamana sebentar saja sudah lupa?"
Siang-koan Kie diam-diam berpikir, "Tadi aku
mengangkatnya sebagai guru, memang terbit dalam hati
keinginanku sendiri, sebagai seorang laki2 setiap kata yang dikeluarkan seharusnya tidak boleh ditarik kembali."
Oleh karenanya maka ia segera berkata, "Suhu, mengapa mendadak hidup 1agi?"
Kedua tangan orang tua itu menekan dinding, badannya
lompat melesat kepinggir jendela, setelah duduk lalu berkata,
"Apakah kau percaya bahwa orang yang sudah mati bisa
hidup kembali?" "Meskipun boanpwee tidak percaya, tetapi hari ini
menyaksikan kejadian atas diri suhu yang sudah mati tetapi bisa hidup kembali, sebetulnya tidak habis dimengerti."
"Jangan berkata kau tidak percaja sekalipun aku sendiri juga tidak percaya bahwa orang yang mati bisa hidup kembali, aku memang sama sekali belum pernah mati!"
Siang-koan Kie terkejut, katanya, "Suhu telah menutup pernapasan, sehingga napasnya terhenti, itu masih dapat dimengerti tetapi seluruh jalan darah sekujur badannya semua tertutup, sekujur badan juga mulai kaku dan dingin, itu apa sebabnya?"
"Dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam aku
menutup semua jalan darah, kemudian dengan menggunakan ilmu, aku menutup jalan pernapasanku, dengan demikian sudah tentu tubuhku menjadi kaku dan dingin, kalau tidak begitu bagaimana aku dapat mengelabui matamu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie terperanjat, katanya, "Kiranya kepandaian seorang yang sudah mencapai ketarap yang tinggi, banyak sekali faedahnya.
Orang tua itu tertawa terbahak-bahak katanya, "Meskipun dengan akal aku mengambil kau sebagai murid, tetapi aku juga ada ingatan hendak membunuh kau, jikalau tadi kau timbul pikiran tamak, sekarang kau sudah terkubur dalam lobang yang kau gali sendiri!"
"Jikalau muridmu tadi benar-benar mempunyai pikiran
jahat, hendak merampas pedang dan mutiara suhu, bisa saja dengan tiba-tiba muridmu menggunakan pedang pendek itu untuk menghabiskan jiwa suhu, suhu yang sedang berlagak mati mungkin agak sulit untuk menghindarkan diri dari serangan yang mendadak itu."
"Aku ada orang macam apa bagaimana kau dapat bokong
secara mudah, asal kau timbul ingatan jahat, sudah tentu segara kuketahui dari gerak gerikmu, maka sebelum kau bertindak aku sudah bertindak lebih dulu menotok jalan darah kematianmu.
Siang-koan Kie diam-diam berpikir, "Orang tua ini pernah menolong jiwaku, aku berguru kepadanya juga atas
kemauanku sendiri sudah tentu tidak bisa kutarik kembali, lagi pula dengan kepandaianku sekarang ini, bagiku juga susah untuk menuntut balas sakit hati suhu, apa salahnya aku berguru kepadanya?".."
Orang tua itu ketika menyaksikan sikap Siang-koan Kie, sekonyong2 memperdengarkan suara tertawa dingin,
kemudian berkata, "Bocah, kau sedang berpikir apa" Kau harus tahu bahwa aku bukan seorang yang dapat kau
permainkan, andaikata kau tidak sejujurnya mengangkat aku sebagai guru kemudian mempelajari ilmu silat kepadaku, lalu kau hendak menghianatiku, ini berarti aku mencari mati sendiri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Muridmu sudah berguru kepada suhu, sudah
tentu.menganggap suhu scbagai ganti orang tua sendiri, bagaimana boleh timbul pikiran jahat?"
Orang tua itu tiba-tiba melototkan matanya, dengan sinar mata tajam menatap wajah Siang-koan Kie kemudian berkata dengan nada suara dingin, "Di dalam dunia Kang-ouw banyak manusia jahat dan berhati palsu bagaimana aku bisa tahu kalau perkatanmu keluar dari hati sejujurnya?"
Wajah Siang-koan Kie berubah, matanya mengawasi ke


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atas dan berkata sendiri, "Apa bila muridmu mengandung pikiran jahat dan hati palsu, biarlah Tuhan mengutuk diriku."
Wan Hauw yang menyaksikan dari tadi, meski tidak
mengerti seluruhnya apa yang dibicarakan mereka, tetapi ia dapat melihat sikap Siang-koan Kie telah berobah, tiba-tiba ia menggeram, matanya mengawasi orang tua itu, asal orang tua itu bertindak terhadap Siang-koan Kie, ia segera menyerangnya.
Orang tua itu tiba-tiba menghela napas, kemudian berkata,
"Aku sebetulnya sudah merasa takut karena sering tertipu oleh manusai, maka terhadap siapapun aku selalu berlaku sangat hati-hati?".."
Ia berdiam sejenak, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata pula, Kita meskipun sudah sebagai guru dengan murid, tetapi aku sudah tidak mempunyai keinginan minta kepadamu untuk melakukan pekerjaan bagiku, aku
hanya ingin menurunkan kepandaianku kepadamu agar
supaya ilmu kepandaianku yang kudapat dengan susah payah ini, dapat kuturunkan kepada orang yang berbakat untuk mendapat warisan itu, ini saja sudah cukup.
"Muridmu sudah menjadi murid yang mewarisi
kepandaianmu, dengan sendirinya harus turut memikul
tanggung jawab semua dendam dalam perguruan ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah ucapanmu ini terbit dari hati sanubarimu yang sejujurnya?"
"Bagaimana murid berani permainkan suhu."
Orang tua itu berpikir sejenak, tiba-tiba menggeleng2kan kepalanya dan berkata, "Sudahlah! sekalipun kau nanti dapat mewarisi seluruh kepandaianku, barangkali juga masih bukan tandingan orang yang menjadi musuhku."
"Kalau dalam satu tahun teecu tidak dapat melawan, akan melatih lagi satu tahun, sepuluh tahun masih belum sanggup melawan, akan melatih lagi sepuluh tahun, pada suatu hari pasti dapat menandingi orang itu.
"Jikalau seumur hidupmu, kau masih belum mampu
melawan kepandainnya, bukankah ini akan berarti seumur hidupmu kau sudah susah untuk balas dendam sakit hatiku?"
Siang-koan Kie tercengang, ia berkata, "Tentang ini?".."
Orang tua itu tiba-tiba berkata dengan sungguh-sungguh,
"Orang belajar ilmu silat, terutama harus berhati jujur dan bersungguh-sungguh, sedikitpun tidak boleh ada pikiran lain dalam hatinya?".."
Siang-koan melihat orang tua itu tiba-tiba menguraikan kuncinya orang belajar ilmu silat, buru-buru menyingkirkan semua pikiran yang timbul dalam hatinya, ia mendengarkan dengan tekun.
Orang tua itu berkata pula, "Tiga faktor penting bagi orang yang mempelajari ilmu silat, ialah melatih kekuatan tenaga, melatih hawa pernapasan dan melatih keterampilan,
kepandaian ilmu silat meskipun tidak ada batasnya, tetapi semua tidak lebih daripada tiga faktor itu."
Siang-koan Kie setelah berpikir sejenak lalu berkata,
"Memang benar setiap kepandaian dari golongan manapun, barangkali tidak luput dari tiga faktor utama ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi dalam tiga faktor ini mengandung banyak segi arti dan perobahannya, kedengarannya sangat sederhana tetapi hendak menjalani tiga faktor ini dengan sempurna, bukanlah itu suatu pekerjaan yang mudah, sekalipun kau menggunakan waktu seumur hidupmu juga sulit untuk
memahirkan seluruhnya, apalagi setelah melatih kekuatan tenaga, melatih hawa pernapasan dan melatih keterampilan, jikalau kita secara tersendiri2 akan menjadi golongan sendiri melatih serentak akan menjadi gagal seluruhnya. Semua orang dalam rimba persilatan meskipun tahu tiga faktor ini merupakan inti sarinya pelajaran ilmu silat, tetapi semua tidak berdaya mempelajarinya dengan sebaik-baiknya, maka
diwaktu melatih pelajarannya tidak dapat mengatur dengan sebaik-baiknya, sehingga itu berarti membuang waktu saja, sesudah agak berhasil dengan latihannya, barulah perlahan-lahan mengerti sendiri dan dengan sendirinya dapat
digunakan menurut sesuka hatinya. Dengan berdasarkan tiga faktor yang terlatih baik dapat dipergunakan untuk
menghadapi musuhnya, tetapi sebagian besar hanya tahu kepandaiannya sendiri sudah dapat kemajuan dan sudah
cukup digunakan untuk menjaga diri dalam menghadapi
musuhnya, tetapi masih susah untuk mengerti dengan cara bagaimana menggunakan tiga faktor itu menjadi satu?""."
-odwo- Bab 15 ORANG TUA ITU menguraikan caranya orang belajar ilmu
silat, kedengarannya sangat sederhana, tetapi sebetulnya mengandung arti sangat penting, semakin dipikir ia semakin merasa bahwa penjelasan orang tua itu merupakan suatu penjelasan yang mungkin belum pernah dipahami setiap orang sehingga rasa hormatnya semakin tebal.
Orang tua itu mendengar pujian Siang-koan Kie nampaknya sangat gembira, ia berkata sambil tertawa, "Jikalau dalam Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dunia rimba persilatan pada dewasa ini ada orang yang bisa membagi tiga faktor itu menjadi tiga bagian, dan mendapat kemajuan dengan serentak apakah mendapat hasilnya."
Siang-koan Kie berpikir lama baru menjawab, "Mungkin
bisa, tetapi tiga faktor itu meskipun dibagi menjadi tiga bagian, tetapi di antara tiga faktor itu masih sulit dipisahkan hubungannya satu sama lain, sebab tenaga merupakan soal pokok, hawa pernapasan merupakan inti dan keterampilan atau kecerdasan merupakan pelaksanaannya, jikalau tiga faktor itu dijadikan satu, barulah menjadi sempurna."
Orang tua itu bersenyum dan berkata, "Nampaknya kau
punya kecerdasan yang melebihi manusia biasa, tetapi tiga faktor yang tergabung menjadi satu itu kedengarannya susah dibagi dan digunakan sendiri2, namun demikian bukanlah merupakan suatu hal yang mutlak yang tidak dapat dibagi, jikalau tiga faktor itu bisa menjadi suatu ilmu tersendiri2 dan setelah masing-masing sudah mahir demikian rupa, lalu digabung menjadi satu untuk menghadapi musuh akan lebih hebat dan ampuh, di waktu melatih kita harus mencari jalan yang sederhana, tetapi kalau kita gunakan harus dari
sederhana dibikin demikian rumit supaya membingungkan musuh."
"Keterangan suhu ini, membuat teecu segera tetsadar
sedalam2nya sehingga membawa faedah yang tidak sekikit."
Orang tua itu membuka pintu jendela, ia dongakan kepala mengawasi angkasa, kemudian ia berkata dengan tenang,
"Uraian ini meskipun kedengarannya sederhana dan gampang dimengerti, tetapi untuk mewujudkan itu aku sudah
menggunakan waktu beberapa puluh tahun lamanya, kecuali ilmu kepandaian yang tersendiri, semua kepandaian ilmu silat di dalam dunia, barangkali tidak terlepas dari tiga faktor penting ini?".."
Ia berdiam sejenak, tiba-tiba berpaling dan mengawasi Siang-koan Kie, kemudian berkata pula, "Kau sudah menjadi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muridku, maka pekerjaan selanjutnya, harus cara dengan begaimana aku menurunkan kepandaianku kepadamu, betul tidak?"
"Suhu menurunkan kepandaian kepada teecu, teecu
seharusnya juga melakukan sedikit upacara bagi suhu?".."
Orang tua itu menggeleng2kan kepala dan berkata sambil tertawa, "Peraturan upacara ini sudah tidak usah saja."
Siang-koan Kie diam-diam berpikir, "Ia ingin menurunkan kepandaiannya kepadaku, sudah tentu ingin aku menuntut balas dendam untuknya, sekarang barangkali ingin mendengar penjelasanku untuk melakukan pekerjaan itu."
Karena berpikir demikian, maka ia segera berkata, "Apabila teecu berhasil mempelajari ilmu kepandaian suhu, sudah tentu akan menuntut?".."
Orang tua itu menggoyang2kan tangannya, mencegah
Siang-koan Kie melanjutkan bicaranya, kemudian berkata,
"Aku tadi sudah kata kau tidak perlu melakukan apa-apa untukku lagi, apalagi kau juga belum tentu dapat menuntut balas dendamku ini."
"Ini aneh, suhu tidak ingin aku melakukan kewajiban,
mengapa hendak mengajar kepandaian kepadaku?"
"Aku pikir seorang harus mengawani aku di dalam kuil tua yang sunyi sepi ini selama delapan tahun atau sepuluh tahun, sudah tentu bisa menimbulkan perasaan kesepian orang itu.
Siang-koan Kie diam-diam berpikir, "Ucapan ini memang benar, ayah bundaku masih hidup, suhuku sendiri masih belum tahu di mana sekarang berada dan bagaimana
nasibnya, jikalau dalarn waktu sepuluh tahun aku tidak boleh meninggalkan tempat ini setindak saja, bukankah ini
merupakan suatu kejadian yang menyulitkan?"
Maka ia lalu berkata, "Ayah bunda teecu masih hidup
semuanya, jikalau suhu dalam waktu sepuluh tahun tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengijinkan teecu turun gunung untuk menengok ayah bunda teecu, sekalipun pelajaran ilmu silat tinggi sekali, teecu juga tidak dapat mempelajarinya dengan tekun hati."
"Ilmu silat yang akan diturunkan kepadamu, walaupun
bukan kepandaian luar biasa, tetapi buat rimba persilatan dewasa ini, juga sudah terhitung suatu kepandaian yang jarang ada dalam hidupku, kecuali burung dan binatang buas, aku sudah tidak mendapat kawan lain lagi, juga belum pernah menerima seorang muridpun juga tentang kepandaianku ini, sedikit sekali yang tahu, kalau aku tidak menurunkannya kepada orang lain masih tidak apa, tetapi kalau aku akan turunkan kepada muridku, setidak2nya harus dapat mewarisi enam atau tujuh bagian dari seluruh kepandaianku barulah tidak mengecewakan pengharapanku, aku sudah hitung waktu untuk mempelajari kepandaian itu, sedikitnya harus
menggunakan waktu delapan tahun, masa delapan tahun
meski tidak terlalu panjang tetapi dalam penghidupan manusia juga terhitung tidak pendek lagi."
Siang-koan Kie setelah berpikir sebentar lalu berkata, "Asal suhu mengijinkan teecu tiap dua tahun pulang ke rumah untuk menengok orang tua, sekalipun belajar sepulah tahun, bagi teecu tidak merasa keberatan apa-apa."
Orang tua itu menggeleng2kan kepala dan berkata,
"Kepandaian ini, semua merupakan pelajaran yang
mengandung kekuatan yang amat dahsyat kecuali perobahan dalam ilmu pukulan tangan kosong dengan senjata dalam setiap gerakan, untuk menghadapi masih mengandung
berbagai tipu muslihat tersendiri, apabila belum berhasil mempelajarinya dengan sempurna, harus berlalu bukan saja akan tersia2 semua pelajaran yang sudah dipelajarinya, juga hagimu sangat berbahaya karena kau akan mudah
terluka?".." Siang-koan Kie diam saja, sementara dalam hatinya
berpikir, "Mana ada kejadian semacam ini di mana ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepandaian ilmu silat yang tidak dapat dipelajari, kalau kita belajar satu tahun seharusnya mendapat kemajuan satu
tahun, bagaimana harus belajar berpuluh-puluh tahun baru berhasil?".."
Selagi masih berpikir, orang tua itu lalu berpaling
kepadanya, sambil menatap wajah Siang-koan Kie ia berkata,
"Sekarang ada dua macam cara, kau harus pilih salah satu di antaranya, jikalau dua macam cara ini kau tidak setuju semua, maka kau tidak usah mempelajari ilmu silat ini lagi."
"Entah cara bagaimana, teecu ingin dengar dulu."
Orang tua itu menghela napas pelahan, kemudian berkata,
"Cara ke satu, sudah tentu menurut cara biasa, kau harus berdiam di dalam kuil tua ini selama delapan tahun, kau tidak boleh meninggalkan tempat ini, kecuali melatih ilmu serangan tangan kosong dan senjata tajam, kau harus duduk bersemedi untuk melatih pernapasan dan berbagai ilmu kepandaian tinggi."
Siang-koan Kie berpikir sejenak lalu berkata, "Ajah bundaku masih hidup semuanya, usia mereka sudah lanjut semuanya, apabila selama waktu delapan tahun teecu tidak mendapat kesempatan untuk menengok?".."
Orang tua itu tanpa menantikan sampai habis pembicaraan Siang-koan Kie, sudah memotong, "Kalau begitu terpaksa menggunakan cara yang kedua."
Siang-koan Kie diam-diam merasa heran, apakah belajar ilmu silat ada jalan yang lebih cepat"
Orang tua itu menampak Siang-koan Kie menunjukkan ke-
heran2an, lalu berkata sambil tersenyum, "Dalam segala hal selalu ada jalan yang ditempuh, begitupun dengan kepandaian ilmu silat, hanya jalan yang singkat itu kebanyakan sangat berbahaya dan lebih sulit dari jalan biasa, jikalau kau ingin mempelajari ilmu kepandaian supaya lekas berhasil dengan menempuh yang tidak sewajarnya, maka kau harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menempuh jalan yang tidak sewajarnya, jaitu kau harus menempuh jalan yang paling berbahaya, bahkan masih
membutuhkan tiga syarat penting, kesatu bakat, kedua guru yang pandai, dan yang ketiga tekad yang tidak takut bahaya atau kesulitan, ke tiga syarat satupun tidak boleh kurang."
"Suhu anggap bagaimana dengan teecu, apakah memenuhi
syarat untuk mencapai jalan sinkat itu?"
Orang tua itu mengawasi Siang-koan Kie sejenak, lalu
berkata sambil tertawa, "Tulang-tulangmu sangat luar biasa, kau mempunyai dasar baik untuk belajar ilmu silat, aku seorang tua ini, sekalipun tidak terhitung guru terbaik nomor satu, tetapi masih bolehlah termasuk golongan baik juga, hal yang lainnya, tergantung dirimu sendiri, apa kau mempunyai tekad bulat atau sanggup menerima segala penderitaan atau tidak."
"Teecu yakin sanggup tahan."
"Jalannya darah dan urat2 nadi manusia semua menurut
jalan biasa, jikalau orang ingin mencari jalan singkat itu berarti melanggar ketentuan alam, selama beberapa tahun ini
meskipun aku juga dapat memikirkan banyak hal, tetapi aku belum pernah mencobanya, maka tindakan ini akan berhasil ataukah gagal, besar sekali hubungannya, sekali gagal, sekalipun kau tidak mati juga akan cacad seumur hidupmu; andaikata segalanya berjalan lancar, tetapi kau harus menderita kesengsaraan selama tiga bulan dari akibat
mengalirnya darahmu yang berlawanan dari biasa."
Siang-koan Kie terperanjat, diam-diam batinnya berpikir,
"Darah dalam setiap manusia, mengalirnya menurut cara yang tertentu, kalau harus diputar balik dan mengalir berlawanan arahnya penderitaan ini pasti hebat?".."
Orang tua itu berkata pula sambil menghela napas panjang,
"Menurut peraturan biasa, setiap mempelajari kepandaian ilmu silat harus menurut peraturan setarap demi setarap, supaya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan tenaga dalam mendapat kemajuan setingkat demi setingkat, dengan demikian kekuatan itu akan dapat
disesuaikan dengan keadaan badannya, jikalau hanya
mengetahui pelajarannya, sedangkan kekuatan tenaga dalam dan gerak badannya tidak disesuaikan, maka orang itu tidak akan berhasil mangeluarkan kepandaiannya."
"Dengan caraku yang singkat ini, waktu delapan tahun
yang kau harus butuhkan untuk menyempurnakan
kepandaianmu bisa diperpendek jadi tiga tahun, tetapi kau harus mengalami satu masa penderitaan karena mengalirnya darah didalam tubuhmu yang akan berlawanan dari biasa waktu itu kira-kira tiga bulan, kau harus pikir masak2 sendiri, walaupun aku sebagai suhumu, tetapi aku tidak suka
memaksa kau berada dalam kesulitan."
Sang-koan Kie diam-diam berpikir, "Orang ini dapat
rnenyembuhkan luka tenaga dalamku dengan hanya irama
serulingnya, maka tinggi kepandaiannya sesungguhnya jarang ada, kalau aku sudah bertekad menjadi murid dengan
sendirinya harus dapat mempelajari sebaik-baiknya, jikalau aku takut menderita selamanya akan tidak berhasil
mendapatkan kepandaiannya."
Karena berpikir demikian maka timbullah tekadnya yang bulat untuk menerima penderitaan itu. Ia lalu berkata sambil tertawa nyaring, "Jangan kata rnenderita hanya tiga bulan saja, sekalipun lebih lama lagi teecu yakin masih sanggup menahannya."
Orang tua itu berkata dengan sikap sungguh-sungguh,
"Dalam waktu tiga bulan kau tidak boleh melangkah keluar setindak saja dari loteng ini, sekalipun aku juga tidak boleh bergerak sembarangan, barang2 untuk keperluan makan dan minum, harus sedia cukup, kau boleh mencari dulu barang2
makanan yang bisa tahan lama, boleh kau taruh di loteng ini untuk keperluan makanmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie berpaling kepada Wan Hauw kemudian ia
berkata, "Apakah selama tiga bulan ini, saudara Wan ini boleh berdiam di sini mengawasi kita?"
Orang tua itu berpikir sejenak, lalu berkata, "Asal ia bisa dengar katamu, tidak halangan berdiam di sini."
Siang-koan Kie lalu memanggil Wan Hauw ke sampingnya, ia menceritakan dengan perkataan dan dibantu dengan
tangan, minta ia selama waktu tiga bulan selanjutnya, setiap hari harus mencari barang makanan.
Wan Hauw meskipun mendengarkan dengan penuh
perhatian, tetapi masih banyak yang tidak mengerti, maka Siang-koan Kie harus menjelaskan berulang2, sampai
menggunakan waktu satu jam lebih baru dapat dimengerti oleh Wan Hauw. Bahkan dari pembicaraan ini Wan Hauw
banyak tambahan banyak kata2 bahasa manusia.
Orang tua itu selama itu terus mendengarkan pembicaraan dua kawan itu, sehingga pembicaraan dua orang itu selesai baru berkata, "Selama tiga bulan ini, kecuali selama waktu dua jam setiap hari, kau kebanyakan berada dalam keadaan
setengah pingsan, tetapi waktu dua jam itu justru ada waktunya untukku bersemedi, kecuali selama waktu dua jam itu, meskipun aku akan menggunakan kekuatan tenaga
dalam membantu mengalirnya jalan darahmu, juga masih cukup untuk menghadapi serangan apabila ada musuh dating, tetapi selama dua jam itu, aku tidak boleh diganggu sedikitpun juga, kau beri tahu kepada saudara Wan itu, selama waktu dua jam ini, merupakan saat2 yang sangat penting, sebaiknya ia bisa berada di dalam loteng ini untuk melindungi kita jikalau ada bahaya."
Jikalau teecu berada dalam keadaan sadar, entah
mempunyai kekuatan tenaga untuk melawan musuh atau
tidak?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu menggeleng2kan kepala dan berkata, "Tidak bisa, selama tiga bulan ini, bukan saja kau tidak boleh mengeluarkan tenaga menghadapi lawan, tetapi juga tidak boleh sembarangan marah tidak perduli melihat kejadian bagaimana, kau harus selalu tenang dan sabar seperti tidak terjadi apa-apa, hal ini bangat penting, kau harus ingat baik-baik."
Siang-koan Kie menyampaikan maksud orang tua itu
kepada Wan Hauw. Wan Hauw sambil mengangguk2kan kepala, ia berkata
dengan bahasa manusia, "Aku akan ingat semua."
Tiba-tiba ia lompat melesat melalui jendela, sebentar sudah menghilang.
Kira-kira setengah jam kemudian ia balik lagi ke dalam loteng itu, tangannya banyak membawa buah-buahan dan
seekor kelinci, nampaknya cukup untuk makan dua hari bagi tiga orang.
Orang tua itu mengajari Wan Hauw bagaimana caranya
memanggang daging kelinci itu, tiba-tiba ia mengeluarkan bentakan keras, "Di luar jendela ada orang."
Sang-koan Kie terkejut, ketika ia mendongakkan kepala menengok keluar jendela, ia hanya dapat melihat sinar matahari, tetapi tidak nampak bayangan seorang manusiapun juga.
Selagi dalam hati merasa heran, tiba-tiba terdengar pula suara orang tua itu, "Orang di belakang jendela."
Siang-koan Kie berpaling, tiba-tiba merasa ada angin
menyambar ke arah jalan darah di atas kepalanya, kemudian badannya menggigil sebentar jatuh pingsan.
Dalam keadaan antara sadar dan tak sadar badannya
merasa seperti terjatuh ke suatu jurang yang sangat dalam, semua isi perutnya seperti tersedot oleh semacam kekuatan, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagian2 jalan darah sekujur badannya seperti terlepas bagaikan per lonceng yang telah putus, rasanya seperti ada ribuan binatang semut yang merayap masuk dan bergerak masuk ke-urat2 dan tulang-tulangnya, penderitaan itu hebat sekali?"..
Beberapa kali ia ingin membuka mulutnya tetapi mulut itu seperti tak mau mendengar kata lagi, meskipun ia sudah menggunakan seluruh kekuatan tenaga, masih juga tak dapat mengeluarkan suara sedikitpun juga?"..
Sementara itu telinganya tiba-tiba mendengar suara
seruling yang sangat merdu, irama itu bagaikan irama yang mengandung daya tidur, dalam penderitaan yang sangat
hebat itu, telinganya yang mendengarkan irama seruling yang amat merdu dan mengasyikkan itu, pikirannya merasa agak tenang.
Pada saat itu darah dalam sekujur badannya mulai mengalir ke arah kebalikannya, meskipun matanya terbuka, tetapi penglihatannya sudah kabur segala benda tak dapat dilihat dengan nyata.
Entah berapa lama telah berlalu, rasa sakit itu tiba-tiba berhenti, pikirannya jernih kembali, benda2 yang di depan matanya dapat dilihat kembali dengan nyata.
Ketika ia menengok ke arah orang tua itu, ternyata sedang duduk bersemedi sambil menundukan kepala dan
memejamkan mata. Siang-koan Kie menghela napas perlahan, ia berkata pada dirinya sendiri, "Kiranya darah yang mengalir ke arah yang berlawanan ini ternyata demikian hebat penderitaannya, jikalau tidak dibantu dengan irama seruling itu aku tak sanggup bertahan."
Ia mencoba menggerakkan kaki dan tangannya ingin duduk dan mengatur pernapasannya, tak disangka semua tulang-tulang sekujur badannya seolah-olah terlepas dari tempat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masing-masing, badannya merasa lemas tidak bertenaga, jangankan untuk duduk, sedangkan bergerak saja sudah
merasa susah. Tiba-tiba mukanya terasa dingin, sebuah tangan yang
Mestika Golok Naga 3 Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 7
^