Pencarian

Irama Seruling Menggemparkan 7

Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 7


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lama ia mengamat-amatinya, tetapi masih belum tahu apa sebabnya, akhirnya ia pergi dari tempat tersebut.
Demikian hari itu telah berlalu begitu saja, orang tua itu telah membagi waktunya untuk mendidik pelayaran ilmu silat kedua orang itu, di waktu siang hari Wan Hauw harus pergi mencari barang makanan untuk tiga orang, dan waktu itulah digunakan untuk memberikan pelayaran kepada Siang-koan Kie, di waktu malam Siang-koan Kie di tugaskan melakukan penjagaan di tempat itu, dan waktu itulah Wan Hauw
mendapat giliran menerima pelayaran dari orang tua itu.
Mula-mula hal itu tidak mengherankan Siang-koan Kie,
tetapi lama kelamaan, Siang-koan Kie telah merasa bahwa orang tua itu sengaja mendidik mereka secara terpisah, sehingga satu sama lain tidak tahu ilmu silat apa yang dipelajarinya.
Ia hanya merasakan bahwa pelayaran makin lama makin
mendalam, Siang-koan Kie dan Wan Hauw sama-sama
merasakan repot dan letih dalam menghadapi pelayarannya, tetapi orang tua itu semangatnya nampak semakin baik, agaknya ia merasa girang tentang kemajuan yang didapatkan oleh kedua muridnya.
Sang waktu berlalu cepat sekali, dengan tanpa dirasa satu tahun sudah berlalu, Siang-koan Kie dan Wan Hauw semua agaknya sangat sibuk dengan pelayarannya, entah memang sengaja diatur demikian oleh orang tua itu atau tidak, kesempatan bertemu muka dua orang itu makin lama makin sedikit, sekalipun kadang-kadang bertemu juga hanya
sebentar saja, harus berpisah lagi, hampir tiada mendapat kesempatan untuk bicara.
Setelah belajar satu tahun itu, Siang-koan Kie semakin menghormat terhadap orang tua itu, ia telah mendapat
kenyataan bahwa kepandaian orang tua itu jauh lebih tinggi dari apa yang dibayangkannya, demikian luas pengetahuannya terhadap kepandaian ilmu silat berbagai cabang atau partai, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selama setahun itu, setiap tiga hari sekali, ia pasti diberi pelayaran satu rupa gerak tipu yang aneh-aneh luar biasa.
Cara mendidik orang tua itu, agak berlainan dengan orang biasa, ia selalu tidak mau mulai pelayarannya dari pertama sehingga akhir, ia hanya memilih beberapa bahagian gerak tipu yang luar biasa, yang lainnya harus difahami sendiri, setelah selesai dididik, kemudian diberikan penjelasannya nanti, supaya mempelajari dapat memahami keseluruhannya.
Perlahan-lahan Siang-koan Kie timbul rasa takut terhadap orang tua itu, sebab cara dan sikapnya mengajar, dari sabar dan teliti perlahan-lahan berobah demikian keras, hanya perobahan itu terjadi setingkat demi setingkat, tidak secara mendadak, sehingga tidak mudah dirasakan.
Hari itu orang tua itu tiba-tiba mengumpulkan Siang-koan Kie dan Wan Hauw, lalu berkata kepada mereka, "Pelayaran dengan tangan kosong, maupun dengan senyata, sudah
cukup, mulai jam satu malam nanti dimulailah latihan
kekuatan tenaga dalam?".."
Siang-koan Kie mengawasi Wan Hauw sejenak kemudian
berkata, "Suhu, apakah saudara Wan juga harus mempelajari kekuatan tenaga dalam?"
"Benar, hanya bakat dan cara melatih kalian berdua banyak berlainan, maka harus dipisahkan cara mendidiknya, Kie-jie, ilmu tenaga dalammu sudah mempunyai dasar yang baik, asal kau mempelajari hafalannya, kau bisa belajar sendiri, keadaan Hauw-jie berbeda dengan orang biasa apakah keadaan
fisiknya dapat menyesuaikan diri untuk melatih ilmu kekuatan tenaga dalam masih merupakan satu pertanyaan, oleh
karenanya, aku suruh ia berdiam di dalam loteng ini supaya setiap waktu dapat mengawasi?".."
Ia memejamkan mata dan berpikir sejenak, lalu berkata pula, "Dari loteng ini lurus ke barat kira-kira tigapuluh tombak, ada sebuah tempat yang tenang, di sana kau boleh memilih Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu kamar untuk keperluan melatih pelayaranmu, segala keperluan makanmu aku nanti suruh Wan Hauw mengantar ke sana.
Siang-koan Kie diam-diam berpikir, "Melatih ilmu kekuatan tenaga dalam muda sekali terganggu dan mudah tersesat, di waktu permulaan dan hampir selesai, kebanyakan dibimbing oleh suhunya, suhu suruh aku belajar sendiri, entah apa maksudnya?".."
Orang tua itu agaknya dapat menebak hati Siang-koan Kie, ia tersenyum dan berkata, "Kie-jie! apakah kau merasa takut?"
"Tidak." "Semua gangguan iblis timbul dari hati sendiri, asal kau bisa menenangkan pikiranmu, tidak terganggu oleh pengaruh dari luar, tidak akan terjadi bahaya apa-apa apalagi kita terpisah beberapa tombak saja, disaat yang penting, aku nanti bisa datang membantumu."
Mata Wan Hauw yang bersinar tajam, terus menatap wajah Siang-koan Kie, agaknya ingin bicara dengannya, tetapi tenggorokannya seolah-olah terkancing, dia tidak tahu entah apa yang harus dikatakan, lama baru dapat mengeluarkan sepatah perkataan, "Toako?".."
Orang tua itu agaknya takut Wan Hauw nanti akan bicara banyak dengannya, buru-buru memotong, "Aku sekarang
hendak mulai memberi pelayaran ilmu melatih kekuatan
tenaga dalam taraf pertama, kau harus ketahui bahwa semua jalan darah dan urat nadi dalam tubuhmu sudah dapat
menyesuaikan dengan mengalirnya darah yang membalik itu, kemajuan bisa dicapai, lebih cepat dari pada orang biasa."
Tanpa memberi kesempatan Siang-koan Kie bertanya lagi, ia segera memberitahukan pelayaran dan caranya untuk
melatih tenaga dalam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wan Hauw duduk di samping dengan tenang, ia
mendengarkan dengan penuh perhatian, meskipun ia sudah dapat memenuhi banyak bahasa manusia, tetapi terhadap ilmu pelayaran yang terlalu dalam itu, ia tidak mengerti sama sekali, kadang-kadang ia dapat menangkap sepatah dua
patah, tetapi juga tidak mengerti apa maksudnya.
Sebaliknya dengan Siang-koan Kie, setiap patah kata yang diucapkan oleh orang tua itu semua diingatnya baik-baik.
Setelah selesai orang tua memberikan pelayarannya, Siangkoan Kie segera berlalu dari loteng itu.
Tiba-tiba ia merasa bahwa orang tua itu agak mencurahkan lebih banyak perhatiannya terhadap Wan Hauw, sedangkan terhadap dirinya sendiri sikapnya agak dingin, pikirannya itu telah membangkitkan semangatnya untuk belajar lebih tekun supaya lekas berhasil.
Menurut pesan orang tua itu ia berjalan lurus menuju ke barat, benar saja berjalan kira-kira tigapuluh tombak tibalah di suatu tempat yang sangat tenang keadaannya.
Ia memperhatikan keadaan tempat itu, ternyata tempat itu ia sendiri pernah datang, itu adalah pekarangan yang terdapat banyak tanaman pohon dan bunga yang aneh-aneh.
Untuk kedua kalinya ia datang ke tempat tersebut
meskipun keadaan tempat itu masih tetap sama, tetapi
perasaan dalam hatinya sudah jauh berlainan.
Ia mengawasi keadaan di sekitarnya, ia melihat kamar di sebelah bawah keadaannya lebih baik, ia lalu menghampiri dan membuka pintunya.
Keadaan dalam kamar itu penuh debu, hawa tidak enak
menghembus keluar dari dalam, tetapi dalam kamar itu tidak terdapat bangkai manusia.
Suatu pikiran aneh terlintas dalam otaknya, diam-diam berpikir, "Nampaknya suhu sudah lama mengetahui tempat ini Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tidak ada mayat dari kalangan paderi itu, menyuruh aku datang ke mari?".."
Sambil berpikir ia mulai membersihkan debu dalam kamar itu.
Tempat tidur kayu yang terdapat di dalam kamar itu masih utuh keadaannya, dengan sangat hati-hati sekali Siang-koan Kie membersihkan debu dalam kamar, selesai membersihkan kamar itu mulailah duduk bersemedi untuk melatih ilmu kekuatan tenaga dalamnya.
Tatkala ia membuka matanya, di hadapannya tiba-tiba
sudah terdapat sepiring buah2an. Ia tahu bahwa buah2an itu diantar oleh Wan Hauw untuk keperluan makannya, maka
segera dimakannya. Sang waktu berjalan cepat sekali, sebentar saja setengah tahun sudah berlalu, selama itu Siang-koan Kie telah
merasakan bahwa kekuatan tenaga dalamnya sudah
mendapat banyak kemajuan, untuk menyingkirkan pikiran yang kiranya dapat mengganggu hatinya, sedapat mungkin ia tidak dapat memikirkan urusan orang tua itu dengan Wan Hauw.
Selama setengah tahun itu, belum pernah sekali saja ia bertemu dengan Wan Hauw, segala hidangannya, selalu
diantarkan pada saat ia sedang bersemedi, setiap kali ia tersadar, di hadapannya sudah ada makanan yang terdiri dari buah-buahan atau daging binatang yang cukup dimakan untuk salu hari.
Hari itu Siang-koan Kie kembali harus duduk bersemedi, tiba-tiba ia merasakan hawa panas bergolak dalam dadanya, agaknya hendak keluar dari tubuhnya, bagaikan kuda liar yang terlepas dari kandangnya, susah dikendalikan; dalam hati diam-diam merasa cemas, tetapi semakin hebat bergolaknya, hampir tidak dapat menguasai dirinya sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hawa itu bergolak semakin hebat, seolah-olah gelombang air laut yang meluap, perasaan itu membuat dirinya
tergoncang hebat?"..
Itu adalah keadaan dan saat yang paling berbahaya bagi setiap orang yang melatih ilmu kekuatan tenaga dalam
menyelang tercapainya kepandaiannya, apa bila hawa
semacam itu keluar dari tubuhnya bukan saja semua
usahanya akan tersia2, tetapi juga akan mengakibatkan orang itu terluka parah musnah seluruh kepandaiannya atau menjadi seorang cacat seumur hidupnya.
Siang-koan Kie mengerti bahwa itulah saat yang paling kritis, ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan hawa itu jangan sampai keluar dari mulutnya, tetapi ia tidak sanggup menahan penderitaan yang semakin lama semakin hebat itu.
Ia bertahan terus sehingga sekujur badannya penuh
keringat dingin. Selagi dalam keadaan sangat berbahaya, dibelakang
punggungnya tiba-tiba merasa seperti dipukul orang.
Di telinganya lalu terdengar suara orang tua itu, "Kie-jie, lekas gerakkan balik mengalirnya darah dalam badanmu, kau sebarkan hawanya yang mengumpul dalam dadamu ke
seluruh urat uratmu."
Hawa panas itu dirasakan masuk ke dalam melalui jalan darah beng-bun-hiat di belakang punggungnya, hawa yang tadi bergolak di dalam dadanya, seketika merasa seperti ditindas oleh hawa panas yang masuk dari belakang
punggungnya itu. Siang-koan Kie menarik napas lega, ia segera mengalirkan balik darah dalam sekujur badannya, benar saja hawa panas yang hendak keluar dari tubuhnya tadi, telah mengikuti aliran darah perlahan-lahan tersebar ke dalam otot-otot dan urat-uratnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah keadaan tenang kembali, telinganya terdengar pula suara orang tua itu, "Kie-jie, aku haturkan selamat kau telah berhasil menyempurnakan kekuatan tenaga dalammu."
Siang-koan Kie berpaling, ia melihat orang tua itu berdiri di belakangnya dengan dua tongkat bambu di bawah ketiaknya untuk menunjang badannya, wajahnya ramai senyuman,
dengan penuh rasa berterima kasih Siang-koan Kie berkata,
"Jikalau suhu tidak keburu datang untuk memberi bantuan, pada saat ini teecu barangkali sudah menjadi orang cacat."
"Selama satu bulan ini, aku sering menjaga di sampingmu untuk memberi bantuan kepada dirimu."
"Suhu sering berada di samping teecu, mengapa teecu
sedikitpun tidak tahu?"
"Jikalau kau tahu aku melindungi di sampingmu, kau tidak akan berlatih dengan tekun, mungkin masih memerlukan
waktu cukup lama baru berhasil menyelesaikan pelayaranmu."
"Siang-koan Kie dengan penuh rasa bersyukur ia berkata,
"Demikian besar cinta suhu terhadap teecu entah bagaimana teecu harus membalas budi."
"Kau tidak usah memikirkan tentang budi, asal dikemudian hari kau membuat nama baik di kalangan Kang-ouw dan tidak menyia-nyiakan pengharapanku, itu saja sudah cukup."
"Teecu, teecu?".."
Siang-koan Kie masih hendak berkata banyak, tetapi karena rasa terharunya, ia tidak tahu bagaimana harus mengeluarkan ucapan.
Orang tua itu tersenyum lalu berkata, "Kie-jie, kau
sekarang boleh beristirahat dulu, kemudian mulai lagi mengatur pernapasanmu, setelah semua hawa dan jalan
darah berjalan normal, kau berhenti lagi untuk beristirahat, tiga hari kemudian, kau nanti datang melihatku lagi?".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia berhenti sejenak kemudian berkata pula, "Bocah, Wan-jie itu meskipun kelihatannya bodoh, tetapi belajar ilmu silat, kemajuannya pesat sekali, selama setengah tahun ini, dalam pelayaran ilmu kekuatan tenaga dalam juga mendapat
kemajuan pesat, nampaknya kalian mungkin lebih cepat
meninggalkan kuil ini, sekarang aku hendak pergi!"
Sehabis berkata demikian ia lalu menggerakkan tongkatnya dengan cepat sudah menghilang.
Tiga hari telah berlalu dengan pesat, hari keempat Siangkoan Kie datang lagi ke atas loteng kediaman orang tua itu.
Ternyata kamar dalam loteng itu sudah kosong entah ke mana perginya orang tua itu.
Di satu sudut dalam ruangan itu terdapat sepucuk surat, Siang-koan Kie segera mengambil dan membukanya, di atas kertas itu terdapat tulisan yang berbunyi, "Oleh karena ada urusan penting aku meninggalkan kuil ini, perjalananku ini selambat-lambatnya sepuluh bulan, secepat-cepatnya
setengah tahun baru bisa kembali, kepandaianmu dan
kepandaian Wan-jie sudah mendapat dasar yang baik, di kemudian hari bisa mendapat hasil yang lebih tinggi atau tidak, tergantung kepada latihan kalian sendiri, dalam waktu setengah tahun, kau gunakan sebaik-baiknya untuk melatih pelayaran yang kalian dapatkan, seliwatnya sepuluh bulan, apabila aku masih belum kembali, kalian boleh membuka peti di ujung dinding itu, dan melakukan apa yang ditunjuk dalam peti itu."
Pada akhir surat itu hanya terdapat lukisan seruling
pendek, tidak terdapat tanda tangan apa.
Siang-koan Kie memandang surat itu sekian lama, dalam hati tiba-tiba timbul perasaan seperti kehilangan sesuatu?"..
Rupa-rupa pikiran, satu persatu lewat dalam otaknya,
dalam hatinya berpikir, "Sudah duapuluh tahun lamanya orang tua itu berdiam di dalam kuil tua ini, entah apa sebabnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang mendadak meninggalkan tempat ini" Dalam suratnya hanya menyatakan ada urusan penting, entah urusan penting apakah itu, mengapa harus menggunakan waktu sampai
setengah tahun?".." Aih?".. kedua kakinya sudah tiada, entah ia bisa berjalan dengan leluasa atau tidak, meskipun berkepandaian tinggi sekali, apabila ia harus melakukan perjalanan hanya dengan mengandalkan sepasang tongkatnya saja?".."
Dalam hati Siang-koan Kie bukan saja memikirkan orang tua itu, tetapi juga merasa sangat khawatir.
Tiba-tiba ia dapat pikiran bahwa soal itu seharusnya
diadakan perundingan dengan Wan Hauw, ia berjalan keluar, tetapi entah ke mana harus mencari Wan Hauw"
Selama setengah tahun itu, ia hampir tidak bertemu muka dengan Wan Hauw, ia tidak tahu entah di mana Wan Haow berada, entah ilmu kepandaian apa yang dipelajarinya" Karena ia tidak tahu ke mana harus mencarinya, maka akhirnya balik ke kamar sambil menghela napas panjang.
Di dalam loteng itu sudah empat hari ia menunggu, tetapi masih belum tampak bayangan Wan Hauw, pada hari kelima di waktu tengah hari, Wan Hauw baru muncul dalam keadaan tergesa-gesa.
Sebelum berjumpa dengan Wan Hauw, Siang-koan Kie
ingin lekas menemuinya, tetapi setelah bertemu muka,
sebaliknya merasa seperti tidak bertemu. Wan Hauw terus mendengarkan keterangan Siang-koan Kie tentang perginya orang tua itu, tetapi tidak sepatah kata keluar dari mulutnya.
Keduanya hening cukup lama, kemudian Siang-koan Kie
bertanya, "Saudara Wan, bagaimana pikiranmu dalam urusan ini?"
Wan Hauw hanya menjawab sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya, "Terserah kepada toako, siaote menurut saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selama dua tahun ini, ia sudah mengerti banyak kata-kata orang biasa, tetapi bicaranya masih kurang lancar.
Siang-koan Kie lalu berpikir, "Suhu meskipun sudah
kehilangan kedua kakinya, tetapi kepandaiannya tinggi sekali, jalannya juga pesat, apalagi sudah liwat beberapa hari, sudah tentu tidak keburu kita kejar, dalam suratnya juga tidak diterangkan ke mana perginya, di dalam dunia seluas ini ke mana harus mencarinya" Sebaiknya aku tunggu saja setengah tahun."
Ia menyatakan pikirannya itu kepada Wan Hauw, sudah
tentu Wan Hauw setuju saja, sebab ia memang tidak
mempunyai pendirian apa-apa, seandainya Siang-koan Kie hendak menyusul orang tua itu, ia juga setuju.
Waktu setengah tahun itu, bagi orang yang menanti-
nantikan kedatangan seseorang, dirasakan lama sekali, tetapi Siang-koan Kie dan Wan Hauw yang setiap hari berlatih ilmu silat dan kalau di waktu malam berlatih ilmu kekuatan tenaga dalam, tidak dirasakan kesepian.
Permulaan dua bulan dua orang itu masing-masing berlatih sendiri-sendiri, tetapi kemudian berlatih bersama-sama, kadang-kadang mengadakan pertandingan. Wan Hauw yang
mempunyai kekuatan tenaga yang luar biasa, hembusan angin yang keluar dari tangannya sungguh hebat, ditambah dengan gerak badannya yang lincah dan gesit, kadang-kadang
bertanding dengan Siang-koan Kie sampai tigaratus jurus.
Tanpa dirasa setengah tahun telah berlalu, tetapi orang tua itu masih tiada kabar ceritanya.
Siang-koan Kie yang jujur dan berbudi luhur, ketika
mendapat kenyataan bahwa suhunya itu belum kembali
setelah lewat waktunya, ia merasa sedih sekali, ia membuka suratnya yang ditinggalkan dan dibacanya sekali lagi, masih ada waktu empat bulan, ia baru boleh membuka peti yang ditinggalkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam empat bulan selama ia menantikan kedatangan
suhunya itu, Siang-koan Kie kehilangan kegembiraannya, ia merasa berhutang budi terlalu banyak kepada orang tua itu, sehingga meninggalkan kesan demikian dalam kepada dirinya.
Wan Hauw yang menyaksikan Siang-koan Kie setiap hari
dalam keadaan murung, perlahan-lahan juga turut merasa berduka, sehingga keduanya setiap hari hidup dalam
kedukaan. Bulan kesepuluh yang dijanjikan oleh orang tua itu telah tiba, waktu itu sudah hampir habis tahun, hawa udara di musim salju sangat dingin, tanah di sekitar pegunungan itu juga sudah penuh salju.
Hari terakhir yang sudah dijanjikan oleh orang tua itu telah tiba, Siang-koan Kie dan Wan Hauw duduk diam di dalam loteng. Sejak pagi hingga malam, keduanya tidak berkata apa-apa.
Tengah malam Siang-koan Kie baru berbangkit dan
menjura tiga kali menghadap peti besar peninggalan orang tua itu.
Wan Hauw terus mengawasi setiap gerak-gerik toakonya, lalu menirunya, waktu Siang-koan Kie menjura, ia juga menjura, Siang-koan Kie lalu mengangkat peti ke dekat jendela dengan diikuti oleh Wan Hauw.
Siang-koan Kie mengawasi Wan Hauw sejenak, lalu
berkata, "Saudara Wan, bukalah peti ini, lihat apa yang ditinggalkan oleh suhu?"
Wan Hauw menurut, ketika tangannya menyentuh peti itu, sekonyong-konyong ditariknya kembali, katanya, "Sebaiknya toako saja yang membuka!"
Siang-koan Kie melihat, bahwa saudara angkatnya itu
agaknya sudah tumbuh pengertian tentang adat istiadat, dalam hati merasa girang, ia lalu membukanya sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam peti itu hanya terdapat beberapa potong pakaian, disusun sangat rapi, di atas pakaian terdapat banyak uang recehan dan empat butir mutiara.
Di salah satu sudut peti itu, terdapat sepucuk surat.
Siang-koan Kie mengambilnya, surat itu berbunyi, "Jika lebih sepuluh bulan aku belum pulang kalian tidak usah menunggu lagi. Pakaian, mutiara dan sedikit uang recehan dalam peti ini, sudah cukup untuk keperluan kalian setelah meninggalkan kuil ini. Semua rahasia yang terdapat dalam kuil ini, sekali2 jangan dibicarakan kepada orang lain. Hauw-jie tidak perlu pulang ke tempat asalnya di gunung itu, karena ibunya telah mendapat penyakit aneh, meskipun aku sudah berusaha untuk menyembuhkannya, tetapi tenaga manusia dapatkah menentang kehendak Tuhan, masih merupakan satu pertanyaan. Kalau kalian membaca surat ini, nasib ibunya sudah dapat dipastikan?".."
"Hauw-jie sangat berbakti, kalau mendapat kabar ini,
mungkin sangat berduka hal ini bukan saja akan
mempengaruhi pelayaran ilmu silatnya, tetapi juga akan mempengaruhi nasib seumur hidupnya, ini harus dicegah supaya jangan sampai pergi menengok ibunya?"..
Surat itu hanya sampai di situ, tidak ada sambungannya, entah apa sebabnya, orang tua itu tidak melanjutkan
pesannya. Siang-koan Kie setelah membaca habis isi surat itu, dalam hati merasa berat, lama ia memandang Wan Hauw, akhirnya berkata, "Saudara, dalam pesan surat suhu ini katanya kita harus lekas meninggalkan tempat ini?"?"
Wan Hauw tiba-tiba memperdengarkan siulan panjang,
baru berkata, "Toako, aku hendak pulang untuk menengok ibu, nanti baru kita pergi bersama-sama bagaimana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie meskipun tidak bisa membohong, tetapi
dalam keadaan demikian, tidak boleh tidak ia harus
membohongi Wan Hauw, terpaksa ia berkata sambil
menggelengkan kepala, "Dalam surat suhu itu sudah
diterangkan, ibumu sudah pindah ke lain tempat di bawah penjagaan suhu, kalau kita pergi ke sana juga tidak
menemukannya. Wan Hauw terkejut. "Apa?" "Bibi sudah tidak berdiam di tempatnya yang semula lagi."
Wan Hauw berpikir sejenak, tiba-tiba tertawa dan berkata,
"Ada suhu yang melindungi ibu, aku tidak perlu khawatir lagi, marilah kita berangkat!"
Wan Hauw yang berhati masih putih bersih ia menganggap Siang-koan Kie tidak membohongi dirinya, maka seketika itu ia sudah gembira lagi seperti semula.
Siang-koan Kie diam-diam menghela napas, ia mengambil pakaian dalam peti, lalu mengganti pakaian sendiri, setelah mengambil semua uang dan mutiara, lalu meninggalkan
loteng di atas kuil tua yang pernah didiami selama tiga tahun itu.
Wan Hauw selama mengikuti Siang-koan Kie pikirannya
kusut, sejak masih kecil ia hidup dalam hutan rimba belukar, kali ini ia harus memulai penghidupannya ke dunia baru, ia tidak tahu bagaimana harus menyesuaikan dirinya sehingga hatinya merasa tegang.
Siang-koan Kie meskipun sudah pernah berkelana di dunia Kang-ouw, tetapi selalu berjalan bersama-sama dengan
suhunya, ia sendiri tidak perlu banyak pikiran, dan kali ini ia harus membawa Wan Hauw, dalam segala hal ia harus
berusaha dan berpikir sendiri, dengan sendirinya perasaannya agak gelisah?"..
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-odwo- Bab 19 MATAHARI pagi baru muncul di ufuk timur, kabut masih
belum lenyap. Di atas jalan raya luar kora Bu-ciang, sebuah kereta kuda melakukan perjalanan dalam kabut pagi itu.
Karena hawa udara sangat dingin, kusir kereta masih memakai pakaian kulit, ia duduk sambil menggerakkan pecut
panjangnya, nampaknya masih bersemangat tetapi sepasang matanya di bawah topi tebalnya, sudah menunjukkan tanda-tanda kantuk, suatu bukti bahwa kereta itu habis melakukan perjalanan jauh.
Ketika kereta itu memasuki kota Bu-ciang, baru saja
menginjak jalan yang besar, sang kusir menarik kendalinya, tangan kanannya menggerakkan pecutnya, kuda yang menarik kereta itu membedal kakinya beberapa langkah, mendadak berhenti. Dari dalam kereta terdengar suara orang menegur,
"Apa sudah tiba di kota Bu-ciang?"
Sang kusir itu berpaling dan menjawab, "Sudah sampai, kalau belum sampai".. heh heh, aku Kim-sie si kereta cepat ini tidak akan mendapat langganan lagi."
Ia lalu menghentikan keretanya di tepi jalan.
Dari dalam kereta melompat turun tiga laki-laki, setelah melihat keadaan di sekitarnya, agaknya hendak mendapat kepastian bahwa itu benar kota Bu-ciang, barulah tertawa puas sambil berseru "Sungguh dingin!" kemudian berjalan berpencaran.
Sang kusir menyaksikan berlalunya tiga orang itu, tiba-tiba mengerutkan keningnya dan menggedut awak kereta yang
terbuat dari bahan kayu itu seraya berkata, "Hai, kedua toako dalam kereta, sudah tiba di kota Bu-ciang, hayo turun."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari dalam kereta terdengar suara batuk-batuk ringan, kemudian terdengar suara lantang, "Saudara, sudah tiba!"
Terdengar pula suara seorang yang agaknya baru belajar bicara, "Apakah sudah sampai?"
Kusir kuda berpaling mengawasi ke dalam, baru saja
membuka pintu kereta, sesosok bayangan orang sudah
melompat turun, kusir kereta itu menggumam sendiri, "Orang ini bukan saja bentuknya mirip monyet, tetapi sikapnya dan suaranya juga ada beberapa bagian mirip dengan binatang monyet; Sungguh heran mengapa berjalan bersama-sama
dengan pemuda yang begitu cakap ganteng, entah dari
golongan apa orang-orang itu?"
Dari dalam kereta itu turun seorang pemuda berpakaian bayu panjang berwarna biru, begitu berada di tanah, ia melihat keadaan di sekitarnya kemudian berkata sambil ketawa, "Pagi2 kabut begitu tebal, hari ini hawa udara pasti baik."
Si kusir kereta tertawa kering beberapa kali lalu berkata,
"Meskipun hawa udara baik, tetapi aku hendak tidur."
Setelah itu ia larikan kudanya pulang ke rumah.
Pemuda berbayu biru itu mengawasi berlalu kereta lalu berkata sambil menghela napas panjang, "Orang yang
menuntut penghidupan menarik kereta di waktu malam hari, benar-benar sangat berbahaya." Kemudian tertawa kepada pemuda yang turun duluan dan berkata pula, "Saudara Wan Hauw lihat keadaan di atas jalan raya ini, di mana perbedaan dan keadaan di atas gunung dan hutan belukar" Aihl satu orang apabila tidak mempunyai sesuatu kepandaian dan tidak tahu bagaimana harus mencari kemajuan, keadaannya sama dengan orang-orang seperti kusir kereta itu tadi, setiap hari ia sibuk terus menerus, hanya untuk mencari sesuap nasi, bagaimana masih ada pikiran lagi untuk mencari
kemajuan?".." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkata sampai di situ, mendadak berhenti, ia berpaling dan mengawasi pemuda di sampingnya kemudian berkata
pula, "Apakah kau mengerti maksud dalam perkataanku tadi?"
Pemuda yang ditanya itu menganggukkan kepala,
meskipun kabut tebal, tetapi sinar matanya tampak demikian terang,
Kedua pemuda itu berjalan menyusuri jalan raya yang
masih agak sepi keadaannya, waktu kabut mulai buyar,
mereka memasuki salah satu rumah makan kecil di tepi jalan untuk makan pagi dan menanyakan keterangan jalan yang menuju ke sungai.
Selesai makan mereka melanjutkan perjalanan, setelah
pemuda itu berlalu, pemilik rumah makan itu berkata kepada salah seorang tamunya, "Pemuda itu benar-benar kuat makan, kedua tangannya nampaknya terdapat banyak bulu, kalau bukan di waktu siang hari aku melihat orang semacam itu, benar-benar aku akan ketakutan setengah mati."
Dari pembicaraan orang itu, kita dapat menduga bahwa
pemuda yang disebut bukan lain dari pada Wan Hauw yang mengikuti Siang-koan Kie dan untuk pertama kalinya bergaul dengan manusia.
Karena dua orang itu keadaannya jauh berlainan, yang satu tampan dan yang satu jelek maka sepanjang jalan sangat menarik perhatian orang, untung Wan Hauw selalu
mendengar kata-kata Siang-koan Kie, asal Siang-koan Kie memberi isyarat segera dimengerti.
Wan Hauw yang baru pertama memasuki dunia sopan
penghidupan manusia, sudah tentu merasa banyak yang
mengherankan hatinya, meskipun terhadap segala hal yang belum pernah dilihatnya itu ia ingin mencobanya, tetapi keinginan itu selalu ditindas oleh perasaan sendiri karena khawatir akan menimbulkan kekacauan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu matahari sudah naik tinggi, keadaan di sungai
Tiang-kang sudah ramai dengan perahu2 yang menantikan muatan2 untuk diseberangkan ke lain tepi.
Wan-hauw yang hidup di hutan belukar, air sungai dan air mancur sudah banyak ia melihat tetapi belum pernah
menyaksikan keadaan serupa itu, ketika pertama Siang-koan Kie tiba di tepi sungai, ia menyaksikan dengan sikap terheran-heran.
Siang-koan Kie yang menyaksikan keadaan kawannya itu, lalu menegurnya sambil tertawa, "Saudara Wan girangkah menyaksikan keadaan pemandangan ini" Mari kita lekas
mencari perahu untuk menyebrang, di daerah selatan jauh lebih baik dari ini pemandangan alamnya."
Wan Hauw tersenyum menghadapi hari-hari yang akan
datang, seolah-olah membayangkan harapan yang indah dan penuh kegembiraan.


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi sesaat kemudian senyum di bibirnya mendadak
lenyap, wajahnya menimbulkan perasaan duka.
Siang-koan Kie terperanjat, dalam hatinya berpikir,
"Mengapa ia mendadak berobah?"
Kemudian ia bertanya sambil menepuk pundaknya Wan
Hauw, "Saudara, kau kenapa?"
Wan Hauw menarik napas panjang, matanya memandang
ke arah jauh, dari sela-sela matanya tertampak butiran2 air mata, kemudian ia berkata dengan suara terisak-isak, "Toako, aku?".. sedang berpikir alangkah senangnya apabila ibu juga berada di sampingku, tempat di sini demikian indah dan menyenangkan, sayang?".. ibu mungkin tidak dapat
melihatku lagi untuk selama-lamanya.
Siang-koan Kie yang mendengar ucapan itu hatinya juga merasa terharu, karena ia sendiri juga sudah lama
meninggalkan ayah bundanya, saat itu teringat juga akan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayah bundanya yang sudah tua, ia menundukkan kepala dan menghela napas panjang, tiada tahu bagaimana harus
menjawab. Dua pemuda itu perlahan-lahan jalan di tepi sungai, kini wajah mereka nampak murung.
Selagi mereka berjalan, dari sebuah perahu tiba-tiba lompat keluar seorang laki-laki berpakaian hitam, ketika berjalan di hadapan mereka, mengawasi sebentar lalu berkata sambil memberi hormat, "Tuan-tuan tentunya sudah lelah."
Siang-koan Kie tercengang, ia tidak kenal siapa adanya orang itu, hanya dari bentuk dan potongan badannya dapat diduga bahwa orang itu tentunya sebangsa orang gagah dari golongan daerah pengairan ini, tetapi ia tidak tahu entah apa maksudnya.
Sebelum ia dapat menjawab laki-laki itu dari dalam sakunya mengeluarkan semacam barang dan diberikan kepadanya
seraya berkata, "Tuan-tuan tentunya tergesa-gesa, sehingga sudah lupa memakai barang ini."
Siang-koan Kie baru melihat bahwa barang yang berada di tangan laki-laki itu, ternyata dua potong kain hitam yang umumnya dipakai bagi orang yang berkabung, ia mengira laki-laki itu bermaksud menggoda dirinya, maka dalam hati merasa tak senang, sebelum menyatakan pikirannya, ia sudah dapat melihat bahwa di lengannya laki-laki itu juga memakai tanda kain hitam, maka ia segera mengerti bahwa dalam hal ini pastilah terjadi kesalahan faham, maka ia segera
menjawabnya sambil membalas hormat, "Siaotee sebetulnya juga hendak menyeberang sungai?".."
Laki-laki itu mengerutkan alisnya, tidak menantikan Siangkoan Kie mengutarakan maksudnya ia sudah berkata pula,
"Bukankah saudara berdua tidak akan pergi kepada keluarga Pan Loya di kota Han Yang untuk turut menyatakan berduka cita?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie menggelengkan kepala, laki-laki itu
nampaknya terkejut dan terheran-heran, kemudian berlalu tanpa berkata apa-apa.
Siang-koan Kie bersenyum sebentar kemudian laki-laki itu tiba-tiba balik kembali, katanya dengan nada suara dingin,
"Apabila tuan tidak pergi turut berduka cita, hari ini sebaiknya jangan menyeberang sungai, karena semua perahu yang ada di sungai ini semua sudah diborong untuk menyeberangkan orang-orang yang hendak turut menyatakan duka cita, maka mungkin agak sulit bagi tuan untuk mencari perahu yang mau menyeberangkan kalian. Aku dengar logat saudara seperti bukan orang daerah sini, maka aku memberitahukan dengan baik, jikalau tuan tidak percaya, boleh coba sendiri."
Setelah itu ia menghampiri perahunya lagi dan naik di atasnya.
Siang-koan Kie melongo, dalam hatinya diam-diam berpikir,
"Orang itu nampaknya tidak bermaksud jahat tentunya juga tidak perlu membohongi?".. hanya entah bagaimana
orangnya yang Pan Loya itu" Bagaimana kematiannya
mendapat perhatian banyak orang dan banyak yang datang turut berduka cita?"."
Wan Hauw yang di sampingnya tiba-tiba bertanya dengan suara perlahan, "Toako, apakah sebetulnya telah terjadi?"
"Di sini agaknya sudah tidak ada perahu yang akan
menyeberangkan kita."
"Perahu yang ada di sana itu, bukannya semuanya
kosong?" ?"Perahunya meskipun kosong, tetapi semua perahu itu
sudah diborong orang lain."
Wan Hauw mengerutkan alisnya sambil berpikir, agaknya tidak mengerti, maka ia bertanya pula, "Kalau semua perahu itu toh memang kosong, mengapa kita tidak bisa naik lebih Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dulu minta diseberangkan" Orang-orang yang datang
belakangan, mereka datang terlambat, seharusnya menunggu kita sehabis menyeberang baru diseberangkan lagi, sekarang ini belum kelihatan ada seorang yang datang, perlu apa perahu banyak itu menunggu?"
Siang-koan Kie berpikir sejenak, lalu menarik napas
panjang dan berkata, "Saudara Wan, ucapanmu ini meskipun tidak salah, akan tetapi?".. aih, banyak hal di dalam dunia ini yang tidak sedemikian sederhana seperti apa yang kau
saksikan di dalam hutan, tentang ini di kemudian hari kau bisa mengerti sendiri."
Wan Hauw menundukkan kepala, terus memikirkan
persoalan itu, biar bagaimana ia masih belum mengerti tetapi ia juga tidak berani bertanya lagi, karena ia yang biasa hidup di daerah pegunungan dan hutan belukar dengan cara
hidupnya yang sederhana, sudah tentu tidak mengerti cara2
penghidupan manusia yang menganggap dirinya sopan,
Siang-koan Kie yang menyaksikan kawannya itu, lalu
berkata sambil tersenyum, "Dalam penghidupan di
pegunungan dan hutan belukar, apabila perutmu berasa lapar, kau melihat buah di atas pohon kau boleh ambil sesukamu untuk kau makan, dalam hatimu juga merasa bahwa itulah merupakan suatu perbuatan wajar, tetapi penghidupan dalam dunia sopan, apabila perutmu berasa lapar, kau tidak bisa mengambil buah orang dengan sembarangan untuk dimakan, sebabnya karena buah2an di atas pohon di hutan belukar merupakan barang yang tidak ada pemiliknya, tetapi barang2
yang ada di dunia sopan semua ada pemiliknya, sekalipun pemilik itu tidak mempunyai kekuatan tenaga, tetapi ada undang2 negara yang melindunginya, apabila kau mengambil dengan seenaknya, itu berarti kaulah melanggar undang2
negara. Semua perahu ini meskipun kosong, tetapi perahu itu ada miliknya orang lain, kau dan aku tidak boleh memaksa cara seenaknya, mengertikah kau maksudku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wan Hauw kembali berpikir sambil menundukkan kepala,
tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan berkata sambil tertawa, "Aku mengerti, apabila ada orang lain hendak mengambil barangku, aku juga hendak memukulnya."
Siang-koan Kie mengganggukan kepala, sambil lalu ia
berkata, "Pengertian ini meskipun sangat sederhana, tetapi sudah merupakan suatu aturan yang tidak dapat dirobah sejak dahulu kala, di dalam dunia tidak ada orang yang
mendapatkan barang tanpa mengeluarkan tenaga, walaupun kadang-kadang ada orang yang menggunakan akal licik atau kekerasan merampas barang orang lain, tetapi dengan cepat akan hilang lagi, saudara Wan tahu?".."
Belum lagi melanjutkan kata-katanya di belakangnya tiba-tiba ada sepuluh orang lebih, orang-orang itu terdiri dari beberapa golongan, tua muda, semuanya memakai pakaian hitam. wajahnya mengunjukkan perasaan duka, tetapi gerak kaki mereka menunjukkan orang-orang yang mengerti ilmu silat semuanya, yang agak aneh ialah semua orang itu di lengan tangannya memakai ban kain hitam, mereka berduyun-duyun berjalan menuju ke tepi sungai, sewaktu mereka liwat di hadapan Siang-koan Kie dan Wan Hauw, mereka
mengawasi kedua pemuda itu sejenak, laki-laki berpakaian hitam yang berada di atas perahu itu, dengan cepat melompat dari atas perahunya dan lari menghampiri, kemudian
menyambut mereka dan diayaknya naik ke sebuah perahu, samar-samar terdengar kata-kata yang keluar dari mulutnya,
"Sungguh tidak diduga tuan-tuan dari Oiy Ho Piauw-kiok datang semuanya, aku yang rendah di sini atas nama keluarga Pan mengucapkan banyak2 terima kasih?"..
Siang-koan Kie terkejut, pikirnya, "Sudah lama aku
mendengar Oiy Ho Piauw-kiok ini sangat tersohor di kalangan kang-ouw, ternyata semua Piauwsu suka datang untuk turut berduka cita, nampaknya orang yang disebut Pan Loya itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasti orang ternama, mengapa aku tidak pernah
mendengarnya?" Ia terus memikirkan, tetapi belum juga ingat bahwa di antara orang-orang ternama dalam kalangan Kang-ouw ada seorang she Pan itu.
Wan Hauw yang sejak tadi berdiri termangu-mangu berapa lama, tiba-tiba bertanya kepada Siang-koan Kie, "Toako, kau lihat laki-laki itu hanya menggunakan galah bambu saja, dengan mudahnya dapat menggerakkan perahu yang begitu besar?"..
Tiba-tiba ia melihat Siang-koan Kie sedang berpikir, maka segera diam, sebab ia teringat keadaan sendiri apabila sedang berpikir tidak suka diganggu orang lain, maka ia sendiri juga tidak mau mengganggu orang yang sedang berpikir.
Siang-koan Kie tiba-tiba tersenyum dan berkata kepada diri sendiri, "Urusan orang lain perlu apa aku pikirkan?"
Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Wan Hauw,
"Mari kita pergi lihat kesana, mungkin masih ada perahu lain yang kosong yang mau menyeberangkan kita.
Wan Hauw sama sekali tidak mengerti cara penghidupan
dalam dunia sopan, maka ia selalu menurut apa yang
dikatakan oleh Siang-koan Kie, ia mengikuti toakonya itu berjalan menuju ke bagian bawah sungai itu.
Siang-koan Kie berjalan lambat-lambat di sepanjang sungai, meskipun sikapnya tampak tenang, tetapi dalam hatinya sangat gelisah, ia teringat kepada suhunya, apakah dalam perjalanannya ini dapat menemukan suhunya itu?"..
Selagi pikirannya bekerja keras tiba-tiba Wan Hauw berkata kepadanya, "Toako, kau lihat, di depan sana benar saja ada sebuah perahu kosong, dugaanmu benar-benar tidak salah."
Siang-koan Kie tersenyum, di tempat yang agak jauh di tepi sungai, benar saja ada sebuah perahu kecil ditambat di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah pohon di tepi sungai, seorang tukang perahu setengah tua duduk bersila di bagian kepala perahu sambil mengisap pipa panjang, orang itu meskipun pakaiannya mesum, tetapi sikapnya tenang.
Sewaktu Siang-koan Kie berjalan dekat perahunya, tukang perahu itu baru berpaling mengawasi mereka berdua,
kemudian berpaling lagi mengawasi ke arah lain.
Siang-koan Kie lalu berkata kepadanya sambil memberi
hormat, "Kita berdua ingin menyeberang sungai, sudikah kiranya toako memberi bantuan, menyeberangkan kita
kesana?" Tukang perahu itu dengan tanpa menoleh menjawab
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Perahu ini bukan perahu sewaan untuk menyeberangkan orang."
Jawabnya itu dingin dan ringkas sedikitpun tidak memberi kesempatan berunding. Siang-koan Kie tercengang, ia masih tetap dengan sikap merendah ia berkata, "Kita sebetulnya ada keperluan penting sekali menyeberang sungai, apabila toako sudi membantu, aku pasti akan memberikan ongkosnya yang cukup pantas."
Tukang perahu itu berpaling mengawasi mereka, Siang-
koan Kie mengharap supaya tukang perahu itu menerima
permintaannya, siapa tahu tukang perahu itu kembali
menggelengkan kepalanya seraya berkata, "Perahu ini tidak disewakan."
Kemudian ia bangkit dan masuk ke dalam perahunya, tidak memperdulikan mereka lagi.
Siang-koan Kie melongo, meskipun dalam hati merasa
mendongkol, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, terpaksa hanya menghela napas dan berkata kepada Wan Hauw, "Mari kita lihat lagi ke depan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak disangka selagi hendak berjalan, tukang perahu itu keluar lagi dan berkata kepadanya dengan lambat-lambat,
"Kalian nampaknya begitu cemas hendak menyeberang
sungai, apakah hendak turut berduka cita ke rumah keluarga Pan Loya?"
Selagi Siang-koan Kie hendak menggelengkan kepala, Wan Hauw sudah berkata, "Kalau kita hendak ke sana sejak tadi sudah menyeberang dengan perahu besar itu, siapa lagi ingin menggunakan perahumu?"
Karena ia melihat sikap tukang perahu yang nampaknya
sangat sombong, dalam hati rasa mendongkol, maka ia
menjawab dengan kata-kata yang pedas.
Tukang perahu itu hanya mengeluarkan suara dari hidung.
Dari dalam perahu saat itu tiba-tiba terdengar suara
seorang perempuan yang merdu, "Kalian hanya dua orang saja, apabila suka duduk di bagian kepala, tidak masuk ke dalam kamar perahu, kita bersedia menyeberangkan kau."
Dari dalam kamar di atas perahu itu muncul keluar seorang berpakaian warna hijau, Siang-koan Kie buru-buru
menundukkan kepalanya tidak berani memandang, tetapi
walaupun hanya sepintas kilat saja, ia sudah dapat lihat bahwa gadis itu berparas cantik dan berperawakan langsing semampai.
Kini ia baru mengerti apa sebabnya, tukang perahu itu tidak mau menyeberangkan, karena dalam perahu itu masih ada seorang gadis.
Saat itu terdengar pula suaranya gadis itu, "Apabila kalian ada urusan penting, tidak perlu berlaku merendah lagi, naik saja. Meskipun perahu ini kecil, tetapi tidak halangan ditambah dua orang."
Siang-koan Kie buru-buru berkata, "Kalau begitu lebih dulu kuucapkan banyak2 terima kasih atas kebaikan nona."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun Siang-koan Kie dalam hati tidak ingin berada bersama-sama dalam satu perahu dengan seorang perempuan yang masih asing, tetapi karena ia melihat sikap perempuan itu yang tulus, kecuali itu ia juga sudah tidak ada jalan lain, maka setelah berpikir sejenak, ia lalu naik ke atas perahu sambil menundukkan kepala.
Gadis itu bersenyum lalu masuk lagi ke dalam kamarnya, si tukang perahu berkata dengan nada suara dingin sambil menunjuk dengan pipa panjangnya, "Kalian duduk di sini, sekali2 jangan masuk ke dalam kamar."
"Sudah tentu," menjawab Siang-koan Kie, kemudian dari dalam sakunya mengeluarkan uang recehan diberikan kepada tukang perahu itu, saat itu ia sudah dapat melihat bahwa tukang perahu itu bukan tukang perahu biasa, maka kata-katanya juga sangat merendah.
Tetapi tukang perahu itu menolak dan berkata sambil
tertawa dingin, "Uangmu kau boleh disimpan kembali!"
Kemudian ia melompat ke tepi sungai, membuka tambatan yang diikat pada pohon.
Siang-koan Kie meskipun merasa tidak puas sikap sombong orang itu, tetapi kemudian berpikir, "Karena sudah baik hati menolongnya, maka ia bersabar, bersama Wan Hauw duduk bersama di bagian kepala perahu itu."
Selagi Siang-koan Kie menikmati pemandangan alam di
sungai Tian-kang itu, di belakangnya tiba-tiba terdengar suara merdu dari gadis itu tadi, "Dua anak muda ini meskipun usianya masih muda, tetapi kelakuannya sangat sopan."
Siang-koan Kie diam-diam merasa girang mendapat pujian itu, suara gadis itu sebetulnya sangat perlahan sekali juga tidak bermaksud ditujukan kepada Siang-koan Kie, hanya daya pendengaran Siang-koan Kie luar biasa tajamnya maka ia dapat menangkap kata-kata gadis tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di luar dugaan tukang perahu itu menjawabnya dengan
nada dingin, "Karena ia ingin minta tolong kepada kita, sudah tentu berlaku sangat merendah terhadap kita."
Siang-koan Kie melengak, ia merasa sangat mendongkol
dihina demikian rupa, maka dengan serta-merta ia melompat bangun, ia menggerakkan lengan bayunya ke arah kamar
agaknya hendak berkata apa-apa, tetapi dibatalkan, kemudian ia melompat melesat ke tepi sungai.
Wan Hauw meskipun dalam hati merasa heran, tetapi
karena melihat toakonya pergi, ia juga mengikuti.
Tukang perahu itu merasa heran kepergiannya Siang-koan Kie secara tiba-tiba itu, begitu pula gadis berbayu hijau itu.
Wan Hauw yang menyaksikan Siang-koan Kie berlalu
dengan sikap marah, ia diam-diam mengikutinya dari
belakang. Berjalan tidak lama, ia melihat Siang-koan berkata sendiri sambil mengepal tangannya, "Siang-koan Kie, Siangkoan Kie, kalau kau tidak bisa minta pertolongan orang sebaiknya jangan minta pertolongan orang lain!?"
Apa yang dipikirkan oleh Siang-koan Kie saat itu, sudah tentu tidak diketahui oleh Wan Hauw maka ia diam saja.
Berjalan belum berapa jauh, Siang-koan Kie tiba-tiba
berpaling dan berkata sambil tertawa, "Saudara Wan, kau jangan banyak bicara, lihat aku bawa kau menyeberang
sungai." Wan Hauw menganggukkan kepala dengan perasaan
bingung, ia melihat Siang-koan Kie membereskan pakaiannya, berjalan menuju ke sebuah perahu, dengan kedua tangannya lurus ke bawah dan mata memandang ke depan ia terus
berjalan masuk ke dalam perahu, kemudian mencari tempat kosong untuk duduk, Wan Hauw yang menyaksikan kelakuan toakonya agaknya merasa heran tetapi ia juga meniru
perbuatannya duduk di sampingnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam perahu itu, sudah ada sepuluh orang lebih yang
duduk di situ, mereka saling bercakap-cakap dengan suara perlahan-lahan, ketika kedatangan kedua pemuda itu,
meskipun memandangnya dengan terheran-heran, tetapi
sebentar sudah tidak menghiraukan lagi, mereka masing-masing duduk di tempat sendiri, tiada seorang yang menegur atau menghalangi.
Siang-koan Kie sebetulnya ingin menimbrung, dalam
rombongan orang banyak itu menyeberang sungai, ketika menyaksikan sikap orang-orang itu, dalam hati diam-diam merasa bangga, ia tahu bahwa perbuatannya itu meskipun agak gegabah, tetapi ternyata tepat, Wan Hauw yang sama sekali tidak mengerti, meskipun dalam hati merasa heran, juga tidak memikirnya.
Tidak lama kemudian, kembali ada dua orang lagi naik ke dalam perahu, tukang perahu setelah menghitung jumlah orangnya, lalu menggerakkan perahunya.
Laki-laki yang duduk di samping Siang-koan Kie wajahnya kurus kering, matanya bersinar tajam ia mengawasi Siangkoan Kie dan Wan Hauw sejenak, lalu berkata, "Saudara dari mana" Tentunya juga ingin berkunjung ke rumah keluarga Pan."
Siang-koan Kie menjawab sekenya, sementara itu dalam
hatinya berpikir, "Orang-orang ini bukan saja dari budi bahasanya, dari sikapnyapun menunjukkan betapa besar
penghargaan mereka terhadap Pan Loya, nampaknya orang yang disebut Pan Loya itu bukan saja seorang terkenal dalam rimba persilatan, tetapi juga mempunyai perhubungan sangat luas."
Terdengar pula suaranya laki-laki kurus kering itu berkata,
"Pan Loya selama hidupnya banyak berbuat baik terhadap sesamanya, tidak diduga?".. aih!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie merasa tertarik, maka lalu bertanys,
"Bolehkah aku tahu nama saudara yang mulia?"
Laki-laki itu mengerutkan keningnya, ia mengawasi
keadaan sekitarnya sejenak lalu berkata, "Aku bernama Touw Thian Gouw, dengan Pan Loya meskipun bukan sahabat
akrab, tetapi sudah lama aku menghargai pribadinya, maka hari ini kebetulan aku lewat di sini, dan mendengar kabar buruk ini, aku ingin berkunjung ke tempat ini untuk memberi hormat yang penghabisan."
Siang-koan Kie merasa bahwa nama itu seperti pernah
mendengarnya, sekali hendak berkata apa-apa lagi tiba-tiba ia melihat bahwa semua orang yang ada di situ setiap orang mengawasi Touw Thian Gouw dengan sikap terheran-heran.
Kejadian itu menggerakkan hatinya, tiba-tiba ia teringat dirinya seorang maka bertanya, "Apakah tuan jago pecut yang mendapat julukan Koan-goa-sin-pian, yang namanya
menggemparkan dunia rimba persilatan itu?"
Touw Thian Gouw tersenyum, agaknya merasa bangga
mendapat pujian demikian, ia berkata sambil tertawa,
"Namaku memang Touw Thian Gouw, tetapi nama julukanku Sian-pian atau pecut sakti itu aku merasa malu menerimanya.
Sudah lama aku berdiam di luar perbatasan, terhadap jago2 di daerah selatan banyak yang tidak kenal, entah bagaimana sebutan saudara yang mulia, bolehkah saudara
memberitahukan kepadaku?"
"Aku yang rendah bernama Siang-koan Kie hanya satu piun yang tidak berarti dalam rimba persilatan."
Sementara itu dalam hatinya berpikir, "Sudah lama kukenal bahwa Touw Thian Gouw ini dengan sebuah pecut emasnya, di daerah luar perbatasan itu belum pernah menemukan
tandingan benar-benar boleh dikata seorang gagah, sungguh tidak diduga bahwa orang yang berkepandaian tinggi ini sikapnya demikian merendah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Touw Thian Gouw berkata pula, "Saudara masih muda
belia, meskipun aku tidak dapat menebak muka orang, tetapi aku berani memastikan bahwa saudara pastilah bukan seorang sembarangan."
Ia lalu tersenyum kepada Wan Hauw kemudian berkata
pula, "Dan tentang saudara ini sifatnya masih putih bersih dan jujur, meskipun di luar kelihatannya bodoh tetapi sebenarnya sangat cerdik, suksesnya di kemudian hari lebih hebat, sementara tentang diriku sendiri?".. nama julukan yang tidak berarti ini, sebetulnya tidak berarti apa-apa.
Wan Hauw meskipun tidak dapat menangkap maksud
seluruhnya perkataan Touw Thian Gouw tetapi karena melihat sikapnya ramah tamah, maka ia juga merasa senang
terhadapnya. Semua orang yang ada di situ, agaknya tertarik oleh nama besar Touw Thian Gouw, kalau tadi masing-masing bercakap-cakap, saat itu mendadak semua diam dan mengawasi jago pecut dari daerah luar perbatasan itu.
Touw Thian Gouw sebaliknya masih bicara dan tertawa-
tawa dengan sikap ramah sedikitpun tidak menunjukkan sikap congkak.
Siang-koan Kie merasa senang dalam perjalanannya itu
mendapat kawan yang sangat setia.
Selagi dua sahabat itu masih asyik bercakap-cakap, perahu yang ditumpangi itu sudah merapat ke darat. Touw Thian Gouw lalu berkata sambil tersenyum, "Aku dengan saudara meskipun baru saja berkenalan tetapi rasanya sudah seperti sahabat lama, kau lihat, rasanya belum cukup puas
pembicaraan kita tetapi kita harus mendarat."
Ia lalu bangkit berjalan keluar dengan diikuti oleh Siangkoan Kie dan Wan Hauw, ketika tiba di tepi sungai, Siang-koan Kie tercengang, Karena di sepanjang tepi sungai itu sudah dibangun barak yang sangat panjang, dalam barak itu sudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penuh manusia, setiap orang memakai pakaian panjang
berwarna hitam, meskipun jumlah orangnya banyak sekali tetapi tiada terdengar suara tertawa-tawa, di antara orang banyak itu kadang-kadang tampak laki-laki berpakaian
berkabung, mundar mandir di antara orang banyak, ditilik dari sikap orang-orang itu semua menunjukkan perasaan duka.
Kira-kira sepuluh tombak dari sungai, dibuat sebuah
bangunan dari bambu yang sangat tinggi, di dalamnya seperti ada peti mati, samar-samar terdengar suara tangisan,
sehingga menimbulkan suasana sedih.
Siang-koan Kie sejenak merasa bingung, tetapi ia terpaksa mengikuti Touw Thian Gouw naik ke darat, demikianpun Wan Hauw, yang baru pertama kali masuk ke dunia sopan, sudah tentu hanya mengikuti saja.
Touw Thian Gouw saat itu sudah tidak tampak lagi
senyumnya, ia berkata kepada Siang-koan Kie dengan suara perlahan, "Orang mati meninggalkan nama, harimau mati meninggalkan kulit, Pan Loya ini meskipun orangnya sudah mati, tetapi sudah cukup merasa bangga."
Dalam hati Sang-koan Kie beberapa kali ingin bertanya siapakah sebetulnya Pan Loya itu" Tetapi ia terus bersabar mengendalikan perasaannya, ia sebetulnya ingin setelah menyeberang sungai itu akan berlalu secara diam-diam, sungguh tidak diduga begitu tiba di tepi sungai keadaan sudah demikian rupa, maka ia terpaksa mengikuti jejak Tauw Thian Gouw saja.
Baru berjalan dua langkah, dari dalam bangunan tinggi besar itu nampak berjalan keluar lima orang, semuanya berpakaian berkabung bahkan tanda air matanya juga belum kering, dua orang di antaranya membimbing seorang muda pendek gemuk, dengan cepat berjalan menghampiri Touw
Thian Gouw dan Siang-koan Kie kemudian berlutut di hadapan mereka sambil menangis dengan sedihnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie tahu bahwa pemuda itu pasti anak laki-laki Pan Loya, menyambut kedatangan tetamu secara demikian memang sudah biasa dalam keluarga yang sedang berkabung, tetapi bagi Wan Hauw yang sama sekali tidak mengerti
peraturan dunia, ketika melihat orang berlutut di hadapannya, ia merasa terheran-heran.
Setelah upacara penyambutan itu selesai, anak laki-laki dari keluarga yang berkabung itu dibimbing berjalan ke lain tempat, dua orang berpakaian hitam segera menghampiri Tauw Thian Gouw bertiga, dengan sikap sangat menghormat mengayak mereka ke satu tempat di dalam barak itu.
Siang-koan Kie pada saat itu terpaksa menyesuaikan diri dengan keadaan itu. Kemudian datang lagi seorang dengan cepat menghampirinya, orang itu memelototkan matanya
kepada dua orang yang pertama kemudian berpaling
mengawasi Touw Thian Gouw, lalu menghormat dan ia
berkata kepadanya, "Sungguh tidak terduga To tayhiap dari tempat demikian jauh juga sudah memerlukan datang ke mari, maafkan penyambutan kita yang kurang sempurna ini.
Touw Thian Gouw balas menghormat, seorang berpakaian
hitam menyambutnya, "Harap To tayhiap ikut aku yang
rendah ke barat ke tempat tetamu agung, sahabat tayhiap ini juga boleh diayak sekalian."
Siang-koan Kie terkejut, baru saja hendak menolak, tetapi dua orang berpakaian hitam itu sudah ayak mereka ke tempat dekat bangunan besar tinggi itu.
Orang-orang di lain barak meskipun jumlahnya tidak sedikit tetapi dalam barak itu ternyata sedikit sekali orangnya, di situ terdapat dua imam berpakaian berwarna biru, sedang duduk diam sambil mengawasi cawan teh di hadapannya. Yang
lainnya masih ada kira-kira sepuluh lebih orang-orang yang semuanya berpakaian panjang, di satu sudut yang agak jauh, duduk seorang tua tinggi besar tetapi rambutnya sudah putih seluruhnya, orang tua ini sikapnya nampak sangat sombong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di sampingnya duduk seorang wanita yang masih muda,
sanggulnya tinggi, ia memakai pakaian berwarna putih
meskipun sudah tidak terlalu muda, tetapi masih nampak kecantikannya.
Siang-koan Kie mengawasi keadaan di sekitarnya sehingga dapat menyaksikan sikap orang-orang itu meskipun ia tidak kenal, tetapi ia tahu bahwa orang-orang itu semua pasti orang-orang ternama dalam rimba persilatan daerah selatan.
Terdengar suara Touw Than Gouw yang berkata kepadanya dengan suara perlahan, "Yang lain aku tidak kenal, tetapi orang tua berambut putih itu apakah bukan jago tua dari daerah telaga ini yang bernama Lui Beng Wan dengan
julukannya Burung Elang Berkepala Sembilan.
Baru saja Siang-koan Kie hendak menjawab ketika
berpaling ke belakang ia terkejut, maka lalu berkata, "Ke mana Wan Hauw?"
Ia mencoba berpaling ke sana ke mari, ternyata Wan Hauw saat itu sedang berdiri bingung di luar barak, di hadapannya berdiri beberapa orang laki-laki berpakaian hitam, agaknya sedang bertengkar dengan Wan Hauw.
Siang-koan Kie terperanjat, dia buru-buru keluar
menghampiri, satu di antara orang berbayu hitam itu tiba-tiba mendorong Wan Hauw, tetapi ia tidak tahu bahwa Wan Hauw mempunyai kekuatan luar biasa, ditambah latihan ilmu silat selama beberapa tahun ini, pemuda yang di luarnya
dipandang ia bagaikan monyet itu, dalam dirinya sebetulnya tersembunyi kepandaian ilmu silat yang tinggi sekali, maka dorongan orang berbayu hitam itu, sedikitpun tidak membuat Wan Hauw kecil hati.
Wan Hauw mengerutkan keningnya yang tebal, dari sinar matanya menunjukkan perasaan marahnya, kiranya tadi ketika ia berjalan bersama-sama dengan Siang-koan Kie, karena tertarik oleh kelakuan orang-orang yang dalam matanya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai suatu pemandangan yang masih asing baginya, maka sebentar2 berpaling mengawasi orang-orang yang pada
berlutut itu, dianggapnya sangat ludu.
Meskipun ia sudah dewasa, tetapi sifat kekanak-
kanakannya masih belum lenyap, apa yang dianggapnya lucu, ia lalu tertawa.
Tak disangka selagi ia tertawa, seorang laki-laki berbayu hitam menyamperi dan berkata padanya sambil tertawa
dingin, "Mengapa saudara tertawa?"
Wan Hauw tercengang, jawabnya, "Aku tertawa itu adalah urusanku sendiri, tidak perlu kau campur tangan."
Sebagai orang jujur, ia tidak bisa berlaku pura-pura, apa yang dipikir dalam hatinya dinyatakan secara sejujurnya, ia tidak tahu bahwa di tempat semacam itu dan saat seperti itu, setiap orang harus menunjukkan perasaan dan sikap
kedukaan, maka tertawanya tadi sesungguhnya sudah
merupakan satu pantangan besar, apalagi jawabnya itu
dianggapnya terlalu kurang ayar.
Sebentar saja, dirinya sudah dikurung beberapa orang
berpakaian hitam, semuanya menegurnya dengan sikap galak, semua itu mengejutkannya. Ia tidak tahu bagaimana harus menjawab, demikianlah salah satu di antara orang itu lalu mendorongnya, Wan Hauw mendadak menjadi marah, selagi hendak memukul orang itu, Siang-koan Kie sudah lari
menghampiri sambil berkata berulang-ulang, "Jangan
berkelahi, jangan berkelahi."
Wan Hauw meskipun dalam hati sedang murka, tetapi
ketika mendengar ucapan Siang-koan Kie ia terpaksa menarik kembali tangannya, Touw Thian Gouw pada saat itu juga sudah lari menghampiri, di samping ia juga ada seorang yang memakai pakaian berkabung yang datang ke tempat itu, Wan Hauw lalu berkata sambil menuding kepada orang yang
mendorongnya tadi, "Mengapa ia mendorongku?"


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang memakai pakaian berkabung itu, meskipun
usianya sudah tua, tetapi gerak kakinya masih gesit sekali, ketika mendengar perkataan itu, segera ia membentak dan menyuruh beberapa orang berpakaian hitam itu berlalu, kemudian ia berkata sambil memberi hormat, "Orang-orang itu tak tahu adat, harap tuan-tuan jangan berkecil hati!"
Siang-koan Kie mengerti bahwa Wan Hauw pasti
menimbulkan onar dengan tidak disengaja, tetapi saat itu ia juga merasa kurang pantas untuk mencela. Orang tua itu berkata beberapa kata pula dengan Touw Thian Gouw, "Aku yang rendah Kim Siao Ho, sudah lama mendengar nama besar To tayhiap, tetapi baru hari ini mendapat kesempatan bertemu muka, sungguh tak disangka2 To tayhiap sudah memerlukan datang dari tempat yang demikian jauh untuk turut berduka cita, persahabatan ini patut kita hargakan, harap To tayhiap memandang mukaku yang rendah, jangan menganggap urus
orang-orang yang tak tahu adat tadi, sehingga mengganggu pikiran tayhiap."
Touw Thian Gouw mengucapkan terima kasih kepadanya,
orang she Kim itu kembali minta maaf kepada Siang-koan Kie dan Wan Hauw sesudah itu baru berlalu.
Dalam hati Siang-koan Kie berpikir, "Kim Siao Ho ini rupa-rupanya pandai bergaul, juga banyak mengenal orang,
nampaknya seorang yang mempunyai kedudukan baik dalam rimba persilatan, mengapa ia turut berkabung atas kematian Pan Loya ini?"
Karena berpikir demikian, terhadap diri Pan Loya ini ia semakin heran, sambil menarik Wan Hauw ia masuk ke dalam barak kembali.
Wan Hauw tidak tahu bahwa kericuhan tadi sebetulnya
memang kesalahannya sendiri, tetapi dalam hati masih
merasa mendongkol, di hadapan Siang-koan Kie tidak berani menyatakan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-odwo- Bab 20 SEMENTARA itu mata Touw Thian Gouw terus berkisar dari diri Wan Hauw, tiba-tiba ia berkata dengan suara perlahan,
"Sungguh tidak kusangka saudara yang usianya masih
sedemikian muda, bukan saja mempunyai kekuatan tenaga dalam dan luar yang sudah sempurna, kekuatan luar saudara bahkan sudah mencapai taraf yang tidak mempan dengan
senjata tajam, sesungguhnya sangat mengagumkan!"
Wan Hauw hanya memandang jago She-Touw sambil
tersenyum juga tidak tahu bagaimana harus mengucapkan terima kasih atas pujiannya itu tadi.
Siang-koan Kie dalam hati diam-diam berpikir, "Touw Thian Gouw ini tajam sekali pandang matanya, hanya melihatnya sepintas lalu saja, ia sudah dapat mengetahui kepandaian orang.
Touw Thian Gouw berkata kepadanya sambil tertawa,
"Sahabatmu ini demikian keadaannya, kiranya ilmu
kepandaian saudara, pasti lebih mengagumkan."
Siang-koan Kie berpikir sejenak, lalu berkata, "Saudaraku ini sejak masih anak2 sudah mempunyai pembawaan tenaga besar, kekuatan di luarnya memang cukup sempurna, aku sendiri tidak dapat dibandingkan dengannya."
Touw Thian Gouw tersenyum, ia mengalihkan
pembicaraannya ke soal lain, tidak membicarakan soal ilmu kepandaian lagi.
Tidak lama kemudian, dari luar masuk lagi dua orang
tetamu, satu tubuhnya tinggi gemuk mukanya merah, satu lagi kurus kecil, wajahnya seperti seorang berpenyakitan, begitu masuk ke dalam barak, mata mereka berputaran
sejenak, lalu berjalan menghampiri orang tua tinggi besar dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perempuan muda seraya berkata, "Sudah lama kita tidak berjumpa, sungguh tidak disangka saudara Lui nampaknya tambah muda."
Touw Thian Gouw tersenyum, ia berbisik-bisik di telinga Siang-koan Kie, "Orang tua itu benar saja Lui Beng Wan, si burung elang berkepala sembilan, entah siapa dua orang itu?"
Lui Beng Wan segera berbangkit dan berkata sambil
tertawa, "Benar-benar tidak disangka, aku si orang tua di sini akan bertemu dengan sepasang orang kuat Im dan Yang."
Kemudian ia mempersilahkan kedua tetamunya itu duduk.
Perempuan muda itu biji matanya berputaran, ia hanya
bersenyum dan masih duduk di tempat, kemudian berkata dengan suara perlahan, "Beng Wan kau tidak melihat di sini tempat apa" Mengapa kau bicara dengan suara demikian
keras, apa kau kira orang lain itu tuli?"
Orang tua itu meskipun nampaknya sombong dan galak,
tetapi ketika mendengar ucapan perempuan itu, ia lantas duduk lagi di tempatnya, bahkan masih berkata sambil
tertawa, "Karena aku berjumpa dengan kawan lama, sehingga lupa daratan."
Si kurus dan si gemuk itu saling berpandangan sebentar, lalu mengambil tempat duduk, mereka agaknya juga merasa takut terhadap perempuan muda itu, tidak berani lagi bicara atau tertawa dengan suara keras, hanya dengan suara
perlahan mereka berkata, "Toaso sudah lama tidak bertemu tetapi keadaan toaso masih tetap seperti sedia kala sedangkan kita berdua saudara sudah nampak semakin tua, gigipun sudah pada ompong."
Perempuan itu hanya tersenyum, tidak menjawab.
Touw Thian Gouw yang menyaksikan dari tempat agak jauh diam-diam merasa geli, ia berkata dengan suara perlahan, "Di luar perbatasan aku sudah mendengar bahwa di dalam rimba Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persilatan daerah Tiong-goan ada beberapa orang gagah terkenal yang takut bini, Lui Beng Wan itu adalah salah satu di antaranya, hari ini setelah aku menyaksikan sendiri, ternyata bahwa apa yang kudengar itu bukan siaran kosong belaka."
Siang-koan Kie yang sejak kecil sudah belajar ilmu silat, terhadap orang-orang ternama rimba persilatan, meskipun tidak sedikit yang diketahui tetapi terhadap urusan pribadi orang-orang itu sedikitpun tidak tahu, maka ia hanya berkata,
"Siaotee cuma tahu orang tua she Lui itu, bukan saja namanya yang sangat terkenal di daerah Ouw-lam dan Opak, bahkan mempunyai kekayaan yang sangat besar, tentang kabar
ceritanya bahwa ia takut isteri, hal ini siaotee tidak tahu sama sekali."
"Lui Beng Wan sangat terkenal sebagai orang gagah yang takut istri, jikalau tidak aku yang berada jauh di luar perbatasan, bagaimana bisa mengetahui, kabarnya isterinya ini, adalah pelayan tersayang nyonya Tong tua di Su-cuan, bukan saja mahir sekali ilmunya meringankan tubuh orangnya juga cantik, dan kepandaiannya menggunakan senjata rahasia berbisa sudah mendapat warisan dari keluarga Tong, dalam usia lanjut Lui Beng Wan mendapatkan isteri sedemikian muda, karena cinta perlahana2 timbul merasa takut, sudah tentu akhirnya ia menjadi seorang yang takut kepada
isterinya." "Oh, kiranya isterinya itu adalah orang dari keluarga Tong di propinsi Su-cuan."
Keluarga Tong dari propinsi Su-cuan, sudah dua puluh
tahun lebih namanya sangat terkenal dalam rimba persilatan sebagai ahli dalam senjata rahasia beracun, sudah tentu Siang-koan Kie mengetahuinya.
Touw Thian Gouw berkata pula, "Dua orang yang baru
datang itu ternyata adalah Im Yang Siang-ciok, kabarnya juga dua orang aneh, kedua orang itu, yang satu sebetulnya murid Siau-lim-sie dari golongan orang biasa, kepandaiannya juga Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dinamakan tong-cu-kang, kabarnya sudah mencapai ketarap demikian tinggi sehingga tidak mempan senjata tajam, tetapi yang satu lagi adalah sute dari pada ketua golongan ilmu silat pukulan tangan keluarga Gan di kota Cin-ciu, ilmu kekuatan tenaga luar sudah tentu sudah sempurna. Dua orang itu bukan saja kepandaiannya yang dilatih berlainan sifatnya, ialah yang satu mengutamakan kekuatan tenaga yang bersifat Im, sedang yang lain mengutamakan ilmu kepandaian yang bersifat Yang, tetapi juga watak mereka yang satu bersifat Im dan yang lain bersifat Yang, maka orang-orang rimba
persilatan memberikan nama julukan mereka Im Yang Siang-siok. Apa yang mengherankan ialah kedua orang itu meskipun sifat dan wataknya berlainan tetapi selama beberapa puluh tahun ini, satu sama lain selalu belajar bersama-sama belum pernah berpisahan."
"Saudara Touw lama berdiam di luar perbatasan tetapi
terhadap urusan dalam rimba persilatan, daerah Tiong Goan, sebaliknya mengetahui demikian jelas, benar-benar sangat mengagumkan."
"Dalam urusan rimba persilatan, sebetulnya baik di daerah Tiong Goan maupun di luar perbatasan, satu sama lain masih ada hubungannya." Tiba-tiba ia diam, kemudian berkata pula dengan suara yang lebih perlahan, "Hanya aku sesungguhnya tidak menyangka, bahwa hari ini ada sedemikian banyak orang-orang terkemuka dalam rimba persilatan yang datang kemari, lihat sampaipun golongan Siao-lim-pay, juga ada yang datang.
Siang-koan Kie berpaling ke arah luar, saat itu orang tua Kim Siao Ho itu, sedang mengantar dua orang paderi berjalan masuk ke dalam barak di mana berkumpul orang-orang
ternama, dua paderi itu sikapnya agung, sambil
merangkapkan dua tangan di atas dadanya, berjalan masuk dengan tindakkan pelahan, mereka mengawasi keadaan di situ sejenak, lalu berjalan ke tempat dua imam berjubah biru itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduk, kemudian berkata kepada mereka, "Sahabat lama dari Ceng-shia, apakah selama ini baik-baik saja?"
Siang-koan Kie dan Thian Goaw terkejut, kembali Touw
Thian Gouw berbisik2 di telinga Siang-koan Kie, "Tadi ketika pertama kali aku melihat dua imam itu agaknya sangat asing, sungguh tidak disangka mereka ternyata adalah imam dari golongan Ceng-shia-pay yang sudah lama tidak mau tahu urusan dalam rimba persilatan."
Dua imam itu juga bangkit dan berkata sambil
merangkapkan kedua tangannya, "Terima kasih atas perhatian Siang-jien."
Seorang lainnya berkata, "Dengan penghidupan di atas
dunia, tidak memikirkan waktu, tetapi sejak perpisahan di atas gunung Ngo-bie-san dahulu, mungkin sudah ada sepuluh
tahun lebih, tidak disangka keadaan Siang-jien masih tetap sedia kala, kiranya selama ini ilmu Siang-jien pasti lebih banyak mendapat kemajuan."
Kim Siao He lalu menyambungnya samba menundukkan
kepala, "To-tiang dan Siang-jien sama-sama merupakan
orang-orang beribadat tinggi, bukan saja tinggi sekali kepandaiannya, bahkan bisa menjaga diri sehingga
kelihatannya awet muda, hanya aku si orang tua, aih!?"..
urusan di dalam dunia membuat aku sibuk tidak karuan, hampir selalu mengganggu pikiran, bagaimana bisa demikian bebas dan tenang seperti penghidupan di atas gunung yang sepi sunyi?"
Pada saat itu hampir semua mata ditujukan pada imam dan paderi itu, di antaranya orang yang mengetahui asal usul mereka, lalu berkata dengan suara perlahan, "Dua paderi itu adalah Tiat Bok Taysu dan Ki Bok Taysu dari gereja Siau-lim-sie, sedangkan dua imam itu, kalau didengar dari pembicaraan mereka, tentunya adalah dua jago pedang partai Ceng-shia-pay yang dahulu pernah membasmi kawanan penjahat dengan sepasang pedang mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie saat itu perasaannya semakin heran, Pan Loya ini sekalipun merupakan seorang gagah rimba persilatan, tetapi rasanya juga tidak sampai Ceng-shia-pay dan Siau-lim-sie mengirim utusannya datang untuk memberi hormat yang penghabisan!
Karena itu diam-diam lalu berpikir, apakah dalam upacara ini, masih ada mengandung rahasia apa-apa"
Karena selalu terganggu oleh pikirannya itu maka ia lalu bertanya kepada Touw Thian Gouw, "Saudara Touw, siapakah sebetulnya Pan Loya ini, mengapa demikian besar
pengaruhnya, sampaipun orang-orang kuat kalangan Kangouw yang susah dijumpai, juga datang untuk turut berduka cita?"
"Pan Loya ini adalah satu Piauw Tauw dari salah satu Piauw Kiok terkemuka daerah selatan, tetapi sewaktu ia memasuki usia setengah tua, lalu melepaskan penghidupannya sebagai Piauw Tauw itu, lalu berdiam di tempat ini, karena sering melakukan perbuatan yang mulia, sehingga namanya
perlahan-lahan makin terkenal, mula-mula hanya terbatas di antara orang-orang golongan nelayan di daerah sekitar sungai Tiang-kang, dua puluh tahun berselang beberapa partai rimba persilatan daerah Tiong Goan telah timbul bentrokan dengan golongan Sam-seng dari golongan barat, mereka akhirnya hendak bertanding dan memilih tempat di bawah loteng
rumah makan Oey-hoo-lauw, sebagai tempat
pertandingan?".."
Baru berkata sampai di situ, tiba-tiba terdengar suara nyaring yang berkata, "Atas kunjungan tuan-tuan yang
terhormat kami atas nama kelurga Pan Loya lebih dulu
mengucapkan banyak2 terima kasih, arwah Pan Loya di alam baka kalau mengetahui kunjungan dan kecintaan demikian besar, pasti akan merasa sangat bersyukur?".."
Suara orang itu meskipun nyaring, tetapi ada sedikit parau, mungkin sudah beberapa malam kurang tidur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu berhenti sejenak, baru terdengar lagi suaranya,
"Dalam masa berkabung ini, sudah tentu penyambutan kita kurang sempurna, maka kami minta maaf sebear2nya atas kelalaian itu, sekarang putra dan putri Pan Loya, hendak mengucapkan terima kasih sendiri kepada tuan-tuan sekalian."
Seorang laki-laki berusia empat puluhan, menggandeng
seorang muda berusia duapuluhan yang memakai pakaian
berkabung, berdiri di bagian masuk barak itu, kedua mata pemuda itu nampak benggul, kiranya selama beberapa hari ini hatinya terlalu duka sehingga terus menepas air mata.
Di belakang pemuda itu, ada seorang perempuan berusia empat puluhan membimbing seorang gadis bertubuh langsing, gadis itu selain memakai pakaian berkabung, wajahnya juga tertutup selembar kain putih, sehingga tidak tampak
wajahnya. Pemuda berkabung itu mengangkat tangannya memberi
hormat kepada tetamu di sekitarnya sambil berkata, "Atas kematian ayah, telah membikin repot para taysu, to-tiang, paman sekalian untuk datang turut berduka cita, boanpwee yang sedang dalam kedukaan sehingga tidak dapat
menyambut sebagai mana mestinya, tentang ini, semoga
paman2 sekalian memaafkan sebesar-besarnya."
Sehabis berkata demikian, kembali mengangkat tangan
memberi hormat. Semua orang yang berada dalam barak berbangkit dan
membungkukkan badan membalas hormat.
Selesai mengucapkan perkataannya, pemuda itu minggir ke samping, kemudian gadis berkabung itu bertindak maju untuk menyatakan terima kasih kepada para tetamunya.
Lui Beng Wan tiba-tiba bangkit data berkata, "Saudara Pan sebetulnya mendapat sakit apa, bagaimana demikian cepat sudah meninggal."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda berkabung itu lalu menjawab, "Ayah almarhum
karena?".." Lelaki yang ada di sampingnya itu segera menyambungnya,
"Saudara Lui dengan Pan Loya bersahabat akrab maafkan Pan kongcu yang masih dalam keadaan berduka, tidak dapat
menyampaikan kata-kata yang tepat untuk melukiskan sebab musabab kematian ayahnya, sebentar pasti akan menyilahkan saudara Lui untuk menyaksikan sendiri keadaan jenazah Pan Loya."
Tiba-tiba terdengar suara memuji budha, dua paderi dari Siau-lim-sie berbangkit, paderi di sebelah kiri lalu berkata,
"Pin-ceng yang datang atas perintah ketua kami, juga
mengharap supaya dapat menyaksikan jenazah Pan Losicu."
Kim Siao Ho sebelum orang pertengahan umur yang di
samping pemuda berkabung itu membuka mulut, lebih dulu sudah menjawab sambil memberi hormat, "Jiewie Siansu
jangan khawatir, sebelum upacara penutupan peti mati
dimulai, pasti akan mempersilahkan Siansu sekalian
menyaksikan jenazah Pan Loya."
Dua imam berbaju biru itu juga bangkit mereka mengawasi Kiam Siao Ho sejenak lalu berkata, "Bolehkah sekiranya Pinto sekalian juga ingin menyaksikan jenazah Pan Losicu?"
"Sudah tentu, kalau saatnya sudah tiba, nanti siaote akan mempersilahkan tuan-tuan menyaksikan jenazah Pan Loya di gedung belakang, mungkin masih minta bantuan tuan?".."
jawab Kim Siao Ho, tetapi agaknya ia merasa bahwa dalam jawaban itu ada mengandung rahasia maka mendadak
bungkam. "Kenapa" Apakah saudara Pan mati dianiaya orang secara menggelap?"
Pemuda berkabung itu berkata, "Kematian ayah?"..
adalah?"?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu agaknya tidak suka mengumumkan sebab2
daripada kematian ayahnya di hadapan banyak orang, maka ia tidak melanjutkannya.
Sebaliknya dengan gadis berkabung yang berdiri di
belakangnya, segera menyambungnya, "Kematian ayah
memang secara mendadak, untuk sementara susah dipastikan sebab musababnya, sebentar setelah tuan-tuan menyaksikan sendiri jenazah ayah almarhum, mungkin dapat memberi
petunjuk." Im Yang Siang-ciok saling berpandangan sebentar, lalu duduk lagi di tempatnya masing-masing.
Kim Siao Ho berkata pula sambil memberi hormat,
"Silahkan tuan-tuan duduk dulu sebentar, aku yang rendah hendak membawa mereka untuk mengucapkan terima kasih
kepada para tetamu."
Setelah itu, ia berjalan lebih dahulu keluar dari dalam barak dengan diikuti oleh pemuda dan pemudi yang memakai
pakaian yang berkabung itu.
Setelah mereka berlalu, Siang-koan Kie berkata kepada Touw Thian Gouw dengan suara perlahan, "Apakah saudara Touw tidak ingin melihat wajah jenazah Pan Loya?"
"Tentang ini kita tidak perlu memaksa, jikalau saatnya sudah tiba, apabila mereka tidak mengundang kita, kita juga tidak perlu mencari urusan."
Siang-koan Kie diam-diam berpikir, "Hanya untuk melihat jenazah seorang jago ternama saja, bagaimana berarti
mencari urusan?".."
Tetapi hal itu ia tidak berani menanya, terpaksa disimpan dalam hatinya sendiri.
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara tajam, "Kau lihat bocah yang macamnya bagaikan monyet itu juga diundang ke Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam barak tamu-tamu terhormat, kita sungguh tidak tahu dari mana asal usul bocah itu?"
Dalam barak yang tidak terlalu luas itu perkataan orang itu sudah tentu dapat didengar oleh Siang-koan Kie, Touw Thian Gouw dan Wan Hauw serta lain-lainnya, sehingga semua mata ditujukan kepada Wan Hauw, sampaipun dua paderi dari Siau-lim-sie juga berpaling mengawasi Wan Hauw, sebentar saja Wan Hauw sudah menjadi perhatian orang banyak.
Siang-koan Kie baru dapat melihat bahwa orang yang
mengucapkan perkataan itu tadi adalah orang kecil kurus yang nampaknya seperti berpenyakitan dari Im Yang Siang-ciok.
Wan Hauw agaknya juga mengerti bahwa ucapan orang itu mengejek dirinya, ia angkat pundaknya, dengan sinar mata tajam, menatap wajah orang kurus kecil itu, agaknya sudah ingin bertindak menghajarnya.
Siang-koan Kie khawatir Wan Hauw akan turun tangan
benar-benar, maka segera memperingatinya, "Wan Hauw
jangan bertindak sembarangan."
Wan Hauw berpaling mengawasi Siang-koan Kie sejenak,
kemudian menundukkan kepala.
Orang yang bertubuh tinggi besar dan berwajah merah itu berkata sambil tertawa, "Saudara, kau dengar tidak, bocah itu bukan saja bentuknya seperti monyet shenya juga she Wan, mengapa begitu aneh dan kebetulan sekali?"
Touw Thian Gouw menampak Wan Hauw menundukkan
kepala dan memejamkan mata, seolah-olah tidak
menghiraukan pembicaraan dua orang itu, tetapi dalam
hatinya sesungguhnya merasa panas, badannya gemetar, air mata mengalir ke luar dari ujung matanya, timbul perasaan ingin membela pemuda itu, maka lalu memperdengarkan
suara tertawa dingin, kemudian berkata, "Badan sendiri tumbuh bulu hijau, masih mengatakan orang lain yaokoay, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ambillah cermin kacakan diri sendiri ada berapa bagian yang mirip manusia?"
Orang kurus kecil dari Im Yang Siang-ciok tiba-tiba berdiri dan berkata dengan suara gusar, "Perkataanmu ini kau
tujukan kepada siapa?"
Touw Thian Gouw juga berdiri, dengan sinar mata dingin memandang Im Yang Siang-ciok sejenak, jawabnya dengan suara hambar, "Kutujukan kepada siapa perkataanku itu tadi perlu apa kau mau tahu?"
Im Yang Siang-ciok yang sudah terkenal dengan kebuasan dan keganasannya, sehingga orang-orang golongan putih dan hitam di daerah selatan tidak suka berurusan dengannya.
Orang sebuas itu bagaimana mau mengerti oleh jawaban
Touw Thian Gouw yang ada maksud hinaan itu" Maka ia
segera menggebrak meja seraya berkata, "Aku lihat kau tentunya sudah bosan hidup."
Touw Thian Gouw mengawasi keadaan orang-orang
sejenak, dua paderi dari Siau-lim-pay itu ternyata masih duduk tenang, agaknya tidak menghiraukan terjadinya pertengkaran itu.
Sedangkan dua imam berbaju biru itu juga hanya
mengawasi sebentar, kemudian tidak mau ambil perduli lagi.
Hanya Lui Beng Wan yang agaknya sangat memperhatikan, sebentar2 mengawasi dirinya.
Tetapi sikap perempuan muda itu sangat dingin sekali, meskipun tidak merintangi Lui Beng Wan, tetapi setiap kali Lui Beng Wan tujukan matanya kepada Touw Thian Gouw, alisnya lantas berdiri, jelas bahwa ia tidak ingin suaminya itu terlibat dalam pertikaian itu.
Yang mengherankan adalah orang bertubuh tinggi besar
itu, ia dengan orang kecil kurus itu disebut Im Yang Siang-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ciok, yang satu sama lain selalu tidak berpisah tetapi saat itu ia duduk tenang saja dengan tidak bicara apa-apa.
Touw Thian Gouw setelah menyaksikan sikap orang-orang di sekitarnya, dalam hati sudah mempunyai keyakinan,
pikirnya, "Nampaknya Tiat Bak dan Ki Bok dua orang
beribadat tinggi itu tidak suka mencampuri urusan ini, dua jago pedang dari Ceng-shia-pay nampaknya juga tidak ambil pusing, hanya Lui Beng Wan mungkin akan campur tangan, tetapi isterinya itu agaknya tidak suka suaminya terlibat dalam urusan ini. Orang yang takut isteri itu, apabila isterinya tidak setuju, barangkali juga tidak berani berkeras. Im Yang Siangciok meskipun orang-orang yang terkenal buas, tetapi Siangkoan Kie dan Wan Hauw sudah cukup untuk menghadapi yang satu dan yang lainnya aku yang menghadapi, rasanya tidak sukar?".."
Sebagai orang yang mempunyai perhitungan cerdik, ia
dapat mempertimbangkan kekuatan sendiri dan kekuatan
musuhnya setelah itu ia baru berkata pula sambil tertawa dingin, "Mungkin belum tentu, sekarang ini masih belum tahu di antara kita siapa yang bosan hidup?"
Orang kecil kurus itu adalah Gan Kang, yang terkenal
dengan seangannya ilmu tangan yang mengandung hawa
dingin, orang ini kecuali sudah berhasil dalam latihannya serangan tangan yang mengandung hawa dingin tercampur dengan kekuatan keras, masih mengandalkan nama besar
keluarga Gan, di kota Cin-ciu, biasanya suka berlaku
sewenang-wenang, dibanding dengan kawannya yang
bernama Pho Tong yang terkenal dengan kepalan tangan
kerasnya, masih jauh lebih sombong ugal2an tentu ia segera meninggalkan tempat duduknya dan berjalan menghampiri Touw Thian Gouw dengan tindakan lebar.
Siang-koan Kie yang menyaksikan Touw Thian Gouw
karena hendak membela Wan Hauw, tidak segan2 bentrok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan orang lain, dalam hati merasa tidak enak, lebih dulu ia berdiri dan menyambut kedatangan Gan Kang.
Gan Kang lalu membentak sambil tertawa, "Apakah kau
ingin mencari mampus" Lekas minggir!"
Dengan sikap tidak memandang mata kepada lawannya,
orang she Gan itu menyerang Siang-koan Kie.
Siang-koan Kie tidak berkelit atau menyingkir, ia
membalikkan tangan kanannya, dengan cepat memotong urat nadi tangan Gan Kang dengan kedua jari tangannya.
Gan Kang agaknya tidak menduga bahwa baru turun
tangan Siang-koan Kie sudah menggunakan gerak tipu
serangan menotok urat nadi yang termasuk ilmu golongan tertinggi, dia bukan kepalang terkejutnya buru-buru melompat mundur.
Touw Thian Gouw meskipun sudah tahu bahwa pemuda itu
adalah seorang yang berkepandaian tinggi yang mendapat didikan dari guru ternama, tetapi juga tidak menduga bahwa dalam usia yang masih muda sudah mahir tipu serangan
memotong urat nadi semacam ilmu silat dari golongan tinggi.
Serangan semacam itu tidak dapat dibandingkan dengan
ilmu totokan jalan darah biasa, bukan saja harus mahir betul segala perobahan gerakannya, juga harus dibantu dengan kekuatan tenaga dalam sudah sempurna betul.
Gan Kang setelah mundur tidak berani bertindak lagi, ia menunggu sebentar, kemudian bertanya dengan nada suara dingin, "Kau murid siapa, lekas jawab! Jangan sampai aku nanti kesalahan tangan terhadap orangnya kawan lama."
Kiranya ia sudah mengetahui bahwa pemuda itu
berkepandaian tinggi, hingga tidak berani gegabah turun tangan, setelah berpikir lama, barulah ia majukan pertanyaan di atas supaya mengetahui asal usul Siang-koan Kie, selain Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daripada itu juga ingin menyudahi pertikaian itu secara terhormat yang tidak memalukan dirinya.
Siang-koan Kie tidak suka memberitahukan asal usul dirinya kepada orang lain, ia pura-pura berpikir sejenak, baru menjawab, "Tentang asal usul diriku, maaf aku tidak dapat memberitahukan, tetapi yang sudah pasti dan kau juga tidak usah khawatir perguruanku sedikitpun tidak ada hubungan denganmu."
Gan Kang sebetulnya ingin menyudahi urusan itu, sebab ia sudah tahu bahwa Siang-koan Kie merupakan lawan tangguh yang tidak mudah dilawannya, tetapi jawaban Siang-koan Kie itu, membuat ia sudah tidak bisa mundur lagi, terpaksa sambil mengerahkan kekuatannya ia masih berlagak berlaku seperti orang tingkatan tua, bertanya dengan nada suara dingin,
"Siapa namamu?"
Siang-koan Kie berpaling dan menunjuk kepada Wan Hauw,
"Ia bernama Wan Hauw dan aku Siang-koan Kie?".."
Tanpa menunggu Siang-koan Kie melanjutkan
keterangannya, Gan Kang tiba-tiba berkata dengan nada suara dingin, "Dua bocah yang tidak ada namanya."
Lalu mengulur tangan kirinya dengan cepat menyambar
Siang-koan Kie. Orang itu ternyata sangat licik, ia ingin menyambar
pergelangan tangan Siang-koan Kie dalam satu serangan yang tidak terduga2, tetapi ia masih ingat kedudukannya sendiri di kalangan Kang-ouw, tidaklah seharusnya di hadapan banyak orang melakukan penyerangan secara mendadak yang bersifat membokong itu, maka begitu turun tangan disertai dengan ucapan di atas tadi.
Siang-koan Kie dengan cepat melompat ke samping,
kemudian dengan satu gerak tipu yang luar biasa hebatnya balas menyerang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serangannya bukan saja hebat, tetapi juga luar biasa
anehnya. Sebelum serangannya tiba, hembusan angin kuat sudah
menyambar hebat. Gan Kang terperanjat, buru-buru melompat mundur sejauh lima langkah.
Meskipun sudah cukup gesit ia menyingkir, tetapi toh masih tersambar oleh hembusan angin serangan Siang-koan Kie, hingga badannya terhuyung2 mundur lagi tiga langkah baru bisa berdiri.
Semua orang yang ada di dalam barak itu, agaknya
dikejutkan oleh gerak tipu serangan yang aneh dan kekuatan tenaga dalam Siang-koan Kie yang luar biasa, hingga semua perhatian ditujukan kepadanya, dan padri dari Siau-lim-sie juga mengawasinya dengan sinar mata terheran-heran,
Dua jago pedang dari Ceng-shia-pay saling berpandangan sejenak, lalu mengerutkan alisnya.
Lui Beng Wan hampir lompat bangun, tetapi kemudian
hanya dapat mengeluarkan perkataan, "Eh!"
Perempuan di sampingnya juga tertarik oleh gerak tipu Siang-koan Kie, matanya berputaran ke arah diri pemuda itu.
Si kepalan tangan keras Pho Tong mendadak berdiri, ia berjalan menghampiri Gan Kang, dan bertanya dengan suara perlahan, "Apakah bocah ini hebat?"
Siang-koan Kie yang tidak tahu peraturan dalam dunia
Kang-ouw, juga tidak tahu bahwa Gan Kang mencari
kesempatan untuk mengundurkan diri, jawabnya yang dingin tadi, membuat Gan Kang tidak ada muka untuk


Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengundurkan diri lagi. Pho Tong tertawa dingin, ia berkata sambil mengawasi
Siang-koan Kie, "Pada saat dan tempat seperti ini, bukan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
waktunya untuk berkelahi, sebaiknya kita mengadakan
perjanjian untuk bertanding sepuas-puasnya di suatu tempat yang sunyi."
Siang-koan Kie diam-diam berpikir, "Aku dengan mereka sebetulnya tidak mempunyai permusuhan apa-apa agaknya tidak mengadakan perjanjian untuk bertanding dengan
mereka. Tetapi apabila aku tidak menerima baik tantangan ini, tentu akan menodai nama baik Touw Toako?".."
Sesaat itu ia sulit akan mengambil keputusan, maka ia berpaling mengawasi Touw Thian Gouw.
Sementara itu, kejadian tersebut sudah disampaikan
kepada Kim Siao Ho, maka orang she Kim itu buru-buru
datang ke barak itu, lebih dulu ia memberi hormat kepada Im Yang Siang-ciok, kemudian memberi hormat kepada Siangkoan Kie seraya berkata, "Samwie apabila ada urusan apa-apa harap memandang muka siaotee, satu sama lain mengalah sedikit, sebentar siaotee akan mengadakan sedikit perjamuan untuk mendamaikan Samwie."
Orang she Kim itu agaknya ada urusan penting, nampaknya sangat gelisah, setelah berkata demikian, matanya berputaran mengawasi tiga orang itu.
Touw Thian Gouw lalu berkata sambil bersenyum, "Saudara kecil, lekas balik ke tempatmu, saudara Kim sudah turun tangan sendiri hendak menyelesaikan persoalan ini, sekalipun kita masih sedikit penasaran, tetapi sudahlah."
Siang-koan Kie segera memberi hormat kepada Kim Siao
Ho, kemudian balik kembali ke tempat duduknya sendiri.
Ia masih belum banyak pengalamannya dalam dunia Kang-
ouw, juga tidak tahu harus berkata apa kepada juru pemisah itu, sudah balik ke tempatnya sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Im Yang Siang-ciok saling berpandangan sejenak, mereka mengerutkan alisnya, juga tidak tahu bagaimana harus
menyelesaikan soal itu. Kim Siao Ho kembali memberi hormat kepada Im Yang
Siang-ciok seraya berkata, "Harap jiwie suka memandang muka Siaotee!"
Im Yang Siang-ciok membalas hormat, kemudian balik
kembali ke tempatnya masing-masing.
Kim Siao Ho setelah menyelesaikan persoalan itu, kembali memberi hormat kepada tetamu lainnya dan berkata dengan suara nyaring, "Siaotee masih ada sedikit urusan, harap tuan-tuan duduk dulu, sebentar akan disediakan hidangan dan minuman alakadarnya."
Setelah Kim Siao Ho berlalu, suasana dalam barak itu
nampak sunyi. Dua jago pedang dari Cen-shia-pay dan Lui Beng Wan
suami isteri, sebentar2 menujukan matanya ke arah Siangkoan Kie, Im Yang Siang-ciok yang nampaknya masih
penasaran, masih memandang pemuda itu dengan sinar
matanya. Siang-koan Kie mendadak teringat pesan suhunya, "Apabila kau menggunakan ilmu silat yang kuwariskan pasti akan menimbulkan banyak perhatian orang Kang-ouw dan
mendatangkan bayak kerewelan."
Ingat akan pesan suhunya itu, hatinya mendadak merasa tidak tenang.
Perubahan itu agaknya dapat dilihat oleh Touw Thian
Gouw, ia berkata dengan suara perlahan dengan tersenyum,
"Saudara kecil, benar-benar seorang luar biasa, seranganmu itu tadi, sudah cukup membikin kuncup keberanian Im Yang Siang-ciok."
"Mana, saudara Touw terlalu memuji."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Im Yang Siang-ciok hanya garang di luarnya tetapi dalam hatinya merasa jeri. Mereka sudah mengerti, bahwa
kepandaiannya sendiri tidak sanggup melawannya, kata-
katanya untuk mengadakan pertandingan di lain tempat, sebetulnya hanya merupakan suatu alasan untuk
mengundurkan diri. Kata-kata itu meskipun diucapkan dengan suara sangat
perlahan tapi orang-orang yang berada dalam barak itu, semuanya merupakan orang-orang kuat dalam dunia Kangouw, hampir semuanya mempunyai pendengaran sangat
tajam, meskipun tidak dengar jelas apa yang mereka
bicarakan tetapi toh sudah dapat menangkap sebagian.
Gan Kang semakin tidak enak, dalam hati merasa sangat mendongkol, ia berkata kepada Pho Tong dengan suara
perlahan, "Kita hari ini kalau tidak mengadakan pertandingan dengan bocah itu, nama baik Im Yang Siang-ciok mungkin akan ternoda.
Pho Tong matanya mengawasi ke arah Tiat Bok Taysu
sejenak, baru menjawab, "Di sini bukan tempatnya untuk mengumbar hawa amarah, jikalau saudara bisa menahan
sabar, itulah yang paling baik, tetapi andaikata tidak bisa, saat ini juga tidak baik bentrok dengan mereka, sebaiknya
mengadakan perjanjian saja."
Gan Kang dan Pho Tong sudah lama berdiam bersama-
sama, asal usul masing-masing juga diketahuinya dengan baik.
Gan Kang tahu bahwa kawannya itu dahulu adalah murid
Siau-lim-sie, karena melanggar peraturan, telah lari dari Siau-lim-sie. Kejadian itu mesti sudah lewat duapuluh tahun tetapi terhadap kawanan paderi dari Siau-lim-sie masih merasa takut mungkin karena Tiat Bok dan Kie Bok berada di situ, maka Pho Tong tidak berani sembarangan turun tangan, takut diketahui asal usulnya?"..
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu maka mendongkolnya terhadap Pho Tong lalu
lenyap seketika. Ia segera bangkit dan berjalan menghampiri ke tempat duduk Siang-koan Kie.
Wan Hauw mengira orang she Gan itu hendak mencari
ribut lagi, segera lompat bangun dari tempat duduknya, dengan gerakan yang gesit luar biasa menyerbu Gan Kang.
Siang-koan Kie segera mencegahnya seraya berkata,
"Saudara Wan, jangan membuat onar."
Gan Kang agaknya tidak menduga bahwa pemuda yang
bentuknya bagaikan monyet itu mempunyai gerakan demikian gesit, karena perhatiannya semula ditujukan kepada Siangkoan Kie, maka ketika mendengar suara sambaran angin dan menyadari sedang diserang orang, tahu-tahu Wan Hauw
sudah berada di hadapannya, dengan lima jari tangannya sudah mengancam kepalanya.
Jikalau Siang-koan Kie tidak mencegah pada saat yang
tepat, dan Gan Kang tidak keburu berkelit, pasti tidak terhindar dari serangan Wan Hauw.
Gerakan serangan Wan Hauw itu dilakukan sangat cepat
sekali, tetapi ketika dilarang oleh Siang-koan Kie, ia segera menarik kembali dengan satu gerakan yang tidak kalah
cepatnya. Cepat sekali ia sudah melesat tinggi dan dengan secara jumpalitan di tengah udara balik lagi ke tempat duduknya.
Ia adalah seorang berhati jujur, sebetulnya tidak
memikirkan untuk mempertunjukkan kepandaiannya, tetapi dengan tanpa disadari, ia sudah menunjukkan ilmunya
meringankan tubuh yang luar biasa, hingga perbuatannya itu mengejutkan semua orang yang ada di situ.
Gan Kang yang menyaksikan kepandaian Wan Hauw,
seketika timbul rasa jerinya, ia bersangsi sejenak, barulah melanjutkan tindakannya, ia baru berhenti di hadapan Siangkoan Kie sejenak kira-kira tiga langkah, kemudian berkata, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pada saat dan tempat seperti sekarang ini tidak tepat untuk bertanding ilmu kepandaian, tetapi perselisihan paham kita hari ini, juga tidak akan habis sampai di sini saja, setengah bulan kemudian, kita bertemu lagi di bawah loteng Oey Hoo-low, waktu itu kita nanti akan mencari tempat lagi yang lebih baik untuk menyelesaikan urusan kita hari ini."
Setelah berkata demikian, ia berdiam menunggu jawaban si anak muda, tetapi sekian lama ia menunggu, tidak terdengar jawaban Siang-koan Kie.
Kiranya antara Touw Thian Gouw dan Siang-koan Kie sudah timbul salah pengertian, Touw Thian Gouw menganggap
bahwa persoalan itu harus Siang-koan Kie sendiri yang mengambil keputusan sedangkan Siang-koan Kie pikir harus ditetapkan oleh Touw Thian Gouw, sehingga akhirnya dua orang itu tiada satu yang menjawab.
Gan Kang yang menunggu sekian lama tidak mendapat
jawaban, merasa sangat malu, hingga naik pitam, bentaknya dengan suara keras, "Kalian dengar atau tidak?"
Siang-koan Kie mengerutkan alisnya, selagi hendak
menjawab, dari luar tiba-tiba terdengar suara orang berkata,
"Gan Locianpwee telah memerlukan datang untuk turut
berduka cita atas kematian ayah almarhum, kita merasa banyak2 terima kasih, akan tetapi apabila pada saat dan tempat seperti ini menimbulkan urusan, agaknya kurang patut, tidak perduli siapa yang sudi datang memberi
penghormatan terakhir kepada ayah almarhum, kita akan pandang sebagai sahabat, sekalipun Gan Locianpwee
berjumpa dengan orang yang pernah bermusuhan, juga harap supaya suka meninggalkan tempat ini."
Siang-koan Kie memandang ke luar mengawasi orang yang bicara itu, ternyata adalah pemuda yang memakai pakaian berkabung itu. Ia berdiri di tengah-tengah pintu, matanya terus menatap wajah Gan Kang, di balik perasaan sedih, tegas menunjukkan perasaan amarahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gan Kang yang biasanya berlaku sewenang-wenang dan
malang melintang di dunia Kang-ouw, bagaimana dapat
menerima rasa malu dan hinaan semacam itu" Hari itu
beberapa kali ia telah mendapat malu besar, dalam hatinya sudah seperti dibakar dengan bara, maka setelah mendengar ucapan pemuda itu, amarahnya semakin memuncak, sambil berpaling kepada Pho Tong ia berkata, "Kedatangan kita ke mari sebetulnya karena menghargai kepribadian Pan Loeng-hiong, tidak mempunyai hubungan apa-apa, karena orang tidak suka kita, perlu apa kita berdiam lama-lama?"
Jelas dalam perkataannya orang she Gan itu mengajak
kawannya berlalu. Pemuda pakaian berkabung itu tidak merintangi juga tidak berkata apa-apa lagi.
Pho Tong bangkit lambat-lambat ia berjalan dengan
tindakan sangat lambat, agaknya tidak ingin berlalu begitu saja, tetapi ia juga tidak mau mengabaikan permintaan kawannya.
Lui Beng Wan tiba-tiba mengeluarkan suara batuk-batuk, kemudian berkata, "Jiewie tunggu sebentar, dengar dulu ada perkataanku, bagaimana?"
Im Yang Siang-ciok yang sudah berjalan ke pintu barak, ketika mendengar perkataan Lui Beng Wan, lalu berhenti.
Isterinya yang muda itu mengerutkan keningnya agaknya merasa kurang senang terhadap sikap suaminya yang dinamis itu, tetapi ia tidak melarang.
Lui Beng Wan mungkin juga tahu bahwa tindakan itu tidak disetujui oleh isterinya, maka ia tidak berani mengawasi sang isteri itu, sambil menatap wajah ImYang Siang-ciok ia berkata pula, "Jiewie pada waktu orang sedang berduka telah
menimbulkan onar, sesungguhnya juga tidak dapat
menyalahkan Pan Kongcu berkata demikian, apabila jiewie merasa tersinggung dan meninggalkan tempat ini, dikemudian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hari pasti akan menimbulkan banyak omongan sahabat-
sahabat rimba persilatan, menurut pikiran siaotee, harap jiewie pikir dulu masak-masak jangan sampai menimbulkan buah tertawaan orang lain."
Pho Tong juga menggunakan kesempatan itu lantas
berkata kepada kawannya, "Kalau saudara Lui sampai campur tangan memberi nasehat, aku pikir kita sebaiknya sabar dan berdiam dulu di sini, nanti setelah upacara sembahyang selesai, baru pergi!"
Gan Kang berpikir sejenak, kemudian mengangkat tangan memberi hormat kepada Lui Beng Wan seraya berkata,
"Dengan memandang muka saudara Lui dalam ucapanmu itu tadi, kita berdua saudara walaupun tersinggung juga akan bersabar."
Pemuda berpakaian berkabung itu tiba-tiba menghormat
kepada Im Yang Siang-ciok, kemudian berkata, "Perbuatan boanpwee tadi, mungkin kurang sopan mohon maaf sebesar-besarnya dari Cianpwee berdua."
Im Yang Siang-ciok meski orang-orang yang berpikiran
cupat, tetapi dalam keadaan demikian terpaksa menindas perasaannya sendiri, mereka lalu membalas hormat dan balik kembali ke tempat masing-masing.
Pemuda berpakaian berkabung itu, kembali memberi
hormat sambil menyoja, kemudian berkata kepada para
tetamunya, "Bapak2, paman dan saudara2 yang terhormat, jenazah ayah segera akan dimasukkan ke dalam peti, siapa yang ingin menyaksikannya untuk penghabisan kali, silahkan ikut boanpwee ke gedung belakang."
Tiat Bok dan Kie Bok berbangkit lebih dulu setelah
mengucapkan pujian kepada Budha lalu berjalan lambat-
lambat ke luar dari barak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua jago dari Ceng-shia-pay, Lui Beng Wan suami isteri juga segera bangkit mengikuti kedua paderi tua itu berjalan ke luar.
Im Yang Siang-ciok setelah saling berbisik sebentar, juga berdiri. Touw Thian Gouw segera mendapat firasat hawa gelagat semakin tidak baik, timbullah keheranan dalam hatinya, dengan suara perlahan ia berkata kepada Siang-koan Kie, "Mari kita juga ikut lihat!"
Siang-koan Kie yang masih belum lenyap pikiran ke-
kanak2annya, kadang-kadang suka menindas perasaan
sendiri. Kini setelah mendengar perkataan Touw Thian Gouw,
sudah tentu setuju seratus persen, ia berbangkit dan berkata,
"Apabila saudara ingin pergi, aku juga bersedia ikut."
Touw Thian Gouw tersenyum, ia berdiri dan berjalan di belakang Im Yang Siang-ciok, ke luar dari barak itu.
Siang-koan Kie dan Wan Hauw berjalan mengikuti di
belakangnya. Pemuda berpakaian berkabung itu agaknya tidak menduga bahwa semua orang dalam barak itu hendak pergi
menyaksikan seluruhnya, sehingga ia mengerutkan keningnya.
Mungkin karena sudah terlanjur omong, ia tidak dapat
menarik lagi atau mencegah keinginan para tetamunya itu, maka meskipun ia merasa tidak senang, tetapi juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Touw Thian Gouw meski dapat lihat sikap pemuda itu,
tetapi ia pura-pura tidak lihat, dengan tenang ia berjalan liwat di sampingnya.
-ooodwooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 6 Bab 21 Wan Hauw berjalan paling belakang, pemuda berpakaian
berkabung itu entah karena sudah tidak dapat mengendalikan perasaan tidak senangnya, atau karena melihat bentuk Wan Hauw yang
agak mirip dengan monyet, ketika Wan Hauw berjalan
disampingnya, tiba2 menarik tangannya seraya berkata
dengan suara perlahan, "Apakah saudara ini juga ingin melihat jenazah ayah?"
Wan Hauw tidak mengerti pertanyaan pemuda Itu
mengandung maksud baik atau jahat ia tersenyum dan
menjawabnya, "Ia, aku selalu berjalan mengikuti toako."
Setelah itu ia terus berjalan dengan tindakan lebar.
Pemuda berpakaian berkabung itu menarik napas panjang, ia membiarkan Wan Hauw berjalan terus. Sehabis menarik napas tadi, kekusutan dalam pikirannya agaknya sudah
lenyap, tiba2 ia mempercepat gerakan, mendahului Tiat Bok tay yang
hendak menunjukkan jalan. Sewaktu rombongan orang2 itu melalui beberapa barak, orang2 yang berada dalam barak itu semua memandangnya dengan perasaan mengiri,
mereka kasak kusuk membicarakan orang2 dari golongan
orang kuat itu"."
Setelah mengitari beberapa barak, tibalah dihapan
pekarangan disebuah gedung besar.
Pintu yang di cat warna hitam pada gedung besar itu,
sudah penuh karangan bunga, tetapi tertutup rapat.
Pemuda berpakaian berkabung itu mengetok pintu
tersebut, tidak lama kemudian pintu itu terbuka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empat laki2 tegap, berdiri dikedua sisi pintu sambil
meluruskan kedua tangannya laki2 itu setiap orang kepalanya diikat dengan kain putih,
Walaupun keadaan didalam barak riuh suara orang ber-
cakap2, karena jumlah tetamu yang keliwat banyak, tetapi keadaan didalam gedung itu sunyi senyap.
Tiat Bok taysu yang masuk lebih dulu, lalu diikuti oleh yang lain-lainnya, Wan Hauw baru saja melangkah pintu, empat laki2 yang menjaga dikedua sisi pintu dengan cepat segera menutup pintunya.
Siang-koan Kie kawatir Wan Hauw ketinggalan diluar pintu, maka ia berpaling kebelakang, Sepintas lalu saja, ia sudah dapat melihat bahwa empat laki2 yang menjaga pintu itu, dibalik baju mereka tampak senjata tajam.
Kembali la merasa bahwa kematian Pan Loya ini, agaknya tidak sewajarnya, karena dalam ke adaan berkabung masih dilakukan penjagaan demikian keras.
Sebuah ruangan pekarangan yang luas, ditengah2nya
dilapisi kain putih, pemuda berpakaian berkabung itu, berjalan paling depan sebagai petunjuk jalan, ia berjalan sangat lambat melalui atasnya kain putih itu.
Orang2 yang mengikuti, terpaksa juga berjalan diatas kain putih itu.
Siang-koan Kie yang menyaksikan keadaan demikian dalam hati merasa heran, pikirnja, "tanah diatas kain putih, dan orang2 harus jalan diatasnya, entah apakah maksudnya, apakah itu memang sudah menjadi kebiasaan atau adat
istiadat tempat ini. Meskipun dalam hati tidak mengerti, tetapi ia toh terpaksa mengikuti orang2 itu berjalan di
Kain putih itu terus menutupi tanah sepanjang jalan
sehingga kedepan pintu gedung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ditengah pekarangan depan gedung yang luas itu, kecuali beberapa tanaman pohon besar dan pohon bunga tidak
terdapat tanaman lain. Pemuda berkabung itu naik diatas tangga batu didepan
pintu gedung, kemudian berpaling dan berkata kepada Tiat Bok dan Ki Bok Tay su sekalian, "Didalam pintu kedua ini, ada beberapa ekor anjing galak yang menjaga pintu, harap tuan2
berhenti sebentar disini, supaya boanpwe memberitahukan kepada beberapa pelayan untuk mengurung anjing2 itu lebih dulu, nanti akan mempersilakan tuan2 masuk lagi.
"Siao sicu silahkan." Berkata Tian Bok Taysu sambil
merangkapkan kedua tangannya.
Pemuda berkabung itu mulai ngetok pintu, tidak berapa lama pintu itu terbuka tetapi hanya dapat dilalui oleh seorang saja, sebuah kepala menongol keluar, setelah melongok keluar sebentar orang itu menghilang pula dibalik pintu.
Siang koan Kie diam2 merasa heran penjagaan yang
demikian hebat itu. Sementara itu pemuda berkabung itu sudah memasuki pintu tersebut.
Tidak lama kemudin pintu itu terbuka lebar pemuda
berpakaian berkabung itu berdiri diambang pintu untuk memberi hormat mempersilakan tamu-tamunya masuk.
Tiat Bok-tayau berjalan lebih dulu diikuti oleh Ki Bok-taysu, dua jago pedang dari Ceng Shia pay, Lui Beng Wan, Im yang Siangciok, Touw thian Gouw, Siang-koan Kie dan lain2nya.
Dibelakang pintu itu kembali merupakan satu pekarangan luas, disitu terdapat banyak tanaman bunga nampaknya
seperti sebuah taman jalanan di tengah2 taman itu terbuat dari batu bata merah, diatas jalanan batu itu juga dialasi oleh kain putih. Kamar2 yang terdapat dikedua sampingnitu
jendelanya terbuka lebar, tetapi tidak nampak bayangan seorangpun. sehabis melalui jalanan itu, disitu terdapat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah ruangan luas. Pemuda berpakaian berkabung itu
berhenti kemudian berkata sambil memberi hormat:
" Jenasah ayah almarhum akan dimasukkan didalam peti
diruangan ini, silahkan lotcianpwe sekalian masuk."
Setelah itu ia menepi untuk para tamunya masuk. Tiat Boktaysu bersama rombongan orang berjalan masuk kedalam
ruangan besar. Disitu ditengah ruangan terdapat empat batang lilin putih yang masih menyala serta karangan bunga putih,
dibelakangnya nampak tirai yang terbuat dari kain sutra warna putih.Tiat Bok-taysu menghadap tirai kain sutra putih itu berdiri sambil merangkap kedua tangannya, setelah memuji nama Budha, mulutnya membacakan doa dengan suara
Si Kumbang Merah 18 Sarang Perjudian Karya Gu Long Si Pemanah Gadis 6
^