Pencarian

Pemberontakan Taipeng 8

Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo Bagian 8


matanya basah. Bukan main sakitnya rasa hati dimaki-maki oleh
anak yang dicintanya, disayangnya seperti anak sendiri. Akan
tetapi dia merasa bahwa memang sudah semestinya demikian,
dan hal ini sudah seingkali dibayangkannya selama bertahuntahun ini, bahkan seringkali membuat dia tidak mampu tidur.
Dengan kedua tangan terkepal Han Le memandang wajah lakilaki tua di depannya itu, penuh kebencian. "Memang ! Engkau
harus mampus. Engkau binatang berwajah manusia, engkau iblis
busuk, jahanam keparat, pembunuh ayahku, penipu ibuku ...... !"
Kedua tangannya sudah menggetar, penuh terisi tenaga sinkang
karena Han Le sudah siap untuk menerjang dan mengirim
pukulan maut kepada orang di depannya itu. Dia lupa bahwa
orang itu adalah gurunya. Lupa karena memang wajah orang itu
berbeda, dan yang teringat hanyalah bahwa orang itu pembunuh
ayahnya dan penipu ibunya yang patut dibunuh ! Diapun
menerjang ke depan dan mengirim pukulan ke arah dada orang
tua itu. Akan tetapi detik terakhir, pakaian serba putih seperti yang
biasa dipakai Bu Beng Kwi, seperti mengingatkan Han Le bahwa
482 orang ini adalah Bu Beng Kwi, gurunya, maka ditahannya gerakan
pukulannya dan dikurangi tenaganya. namun pukulan itu sudah
mengenai dada Bu Beng Kwi alias Koan Jit.
."Bruukkk ...... !" Koan Jit terkena pukulan, akan tetapi pukulan
keras dari tenaga otot saja, bukan pukulan sinkang sehingga dia
tidak terluka parah, hanya terengah saja dan dia masih bangkit
berdiri, diam-diam dia merasa heran mengapa muridnya yang
marah sekali itu memukul seperti itu, bukan pukulan maut yang
sekali saja akan dapat mengantar nyawanya ke alam baka. Dia
berdiri dengan terhuyung dan menghampiri lagi muridnya yang
berdiri bingung. "Hukum dan bunuhlah aku, jangan kepalang tanggung, Gan Han
Le," katanya. "Baik, aku akan ,membunuhmu ! Sebagai Koan Jit, engkau telah
membunuh ayahku ! Sebagai Bu Beng Kwi, engkau telah menipu
ibuku, menodai ibuku !" Sekali ini Han Le sudah mengambil
keputusan untuk membunuh orang di depannya itu.
Dia sudah mengerahkan tenaga dan siap menerjang, akan tetapi
pada saat itu dia tersentak kaget karena jeritan ibunya.
"Henry !!" Ibunya datang berlari dan menubruk Koan Jit yang
berdiri limbung sambil mengusap darah dari ujung mulutnya.
"Henry, apa yang kau telah lakukan" Dan apa yang akan kau
lakukan ini?" ibunya membentak sambil menghadapi puteranya.
483 Tentu saja Han Le merasa heran bukan main melihat ibunya
menubruk Koan Jit dan tidak heran melihat bahwa Bu Beng Kwi
telah berubah menjadi Koan Jit. "Ibu, tidak tahukah ibu siapa dia ini" Dia ini Koan Jit, pembunuh
ayahku, pembunuh suami ibu ! Dan dia menyamar sebagai Bu
Beng Kwi, menipu kita, bahkan menodai ibu dan mengawini ibu !"
"Ahhh, ini semua gara-gara engkau tidak membiarkan aku
memberi tahu anakku sejak dulu, menanti sampai dia dewasa dan
engkau sendiri yang memberi tahu keadaanmu."
Sheila menegur Bu Beng Kwi yang kini duduk kembali dengan
kepala ditundukkan seperti anak kecil yang merasa bersalah.
"Henry, dengarlah. memang dia ini Koan Jit. Ingatkah engkau
ketika engkau kuajak pergi meninggalkan Bu Beng Kwi" Nah,
ketika itulah akupun mengajakmu meninggalkannya. Akan tetapi
......engkau tahu sendiri ...... betapa baiknya dia, dan aku ......
ibumu ini, maafkan aku, nak, aku telah jatuh cinta kepadanya,
kepada pembunuh ayahmu. Akan tetapi, engkau sendiri
mengenal siapa adanya Bu Beng Kwi, orang macam apa. Koan
Jit memang telah mati, yang hidup adalah tubuhnya, akan tetapi
hatinya, namanya telah menjadi Bu Beng Kwi. Bu Beng Kwi telah
membunuh Koan Jit, maka engkau tidak boleh membunuh Bu
Beng Kwi, anakku, karena dia gurumu, dia ayah tirimu, dia
mencinta kita berdua dengan sepenuh jiwa raganya'"
"Tidak, ibu ! Tidak boleh begitu ! Ah, mengapa ibu begitu keji"
Mau saja menikah dengan pembunuh ayah" Ibu tidak cinta
padaku, ibu ...... kejam dan mengkhianati ayah kandungku ...... !
Aku harus bunuh dia, ibu. harus !"
484 Dengan tubuh menggigil Sheila menghadang di depan puteranya.
"Jangan, Henry ! Engkau dilatih silat sejak kecil, apakah dengan
kepandaian yang kau peroleh dari dia itu kini hendak kau
pergunakan untuk membunuh dia, orang yang selama ini
melatihmu, mengasihimu?"
"Baik, aku tidak mempergunakan ilmu silat yang dia ajarkan
kepadaku. persetan dengan ilmu-ilmunya itu ! Aku akan
membunuh dengan ini, tanpa kepandaian yang kuperoleh darinya
!" Dan Henry mencabut pistol jenis revolver itu dari balik bajunya
dan menodongkannya ke arah Bu Beng Kwi yang masih diam saja
sambil memandang kepada ibu dan anak itu.
"Henryyyy ...... !" Sheila menjerit dan mendekat sehingga ujung
pistol itu menempel di dadanya sendiri.
"Engkau tidak boleh lakukan itu ! Tidak, dia adalah suamiku yang
kucinta, kalau engaku berkeras hendak membunuhnya, engkau
harus lebih dulu membunuhku !!"
Mendengar ucapan ibunya ini, terbelalak mata Han Le dan dia
melangkah mundur, pistolnya menunduk, mukanya pucat
sekali. "Ibu ...... ibu bahkan membelanya, melindunginya" Padahal dia
...... dia pembunuh ayahku ...... ! Ibu ...... ibu sungguh tidak patut
...... ahhhh ...... !"
485 Han Le meloncat keluar dan melarikan diri pergi dari situ tanpa
menoleh lagi. "Henry ...... ! Henry ...... !" Sheila mengejar, akan tetapi puteranya
itu telah berkelebat cepat sekali dan lenyap dari situ.
Sheila yang terus mengejar, akhirnya terpelanting jatuh ketika
kakinya tersentuh batu dan pada saat tubuhnya roboh, kedua
lengan Bu Beng Kwi yang kokoh kuat menyambarnya dan tubuh
yang terkulai pingsan itu lalu dipondongnya masuk kembali ke
dalam rumah. "Henry ...... ahh, Henry ...... !" Sheila mengeluh ketika ia siuman
kembali dan melihat suaminya duduk di tepi pembaringan dengan
wajah sedih, wajah Koan Jit tanpa topeng. Sheila menangis
sesenggukan. Koan Jit mengelus rambut kepala isterinya penuh kasih sayang.
"Kita harus berani menghadapi semua ini, isteriku. Sudah
kubayangkan akan begini jadinya. bagaimanapun juga, dia tidak
akan tega membunuhku."
"Tapi dia ..... dia pergi dan lari dari sini ...... ah, bagaimana kalau
aku kehilangan anakku lahir batin ...... ?"
Koan Jit menggeleng kepala sambil tersenyum, lalu menarik
bangun isterinya yang menyandarkan kepala sambil menangis di
dadanya. "Jangan khawatir. Biarkan dia mengambil keputusan
sendiri. Biar peristiwa hebat ini menambah kematangan jiwanya,
meupakan gemblengan baginya. Tidak, dia tidak mungkin
membencimu, Sheila. Dia hanya merasa bingung, seperti yang
486 kaurasakan dahulu itu. Biarkan dia melihat kenyataan dan
memutuskan langkahnya sendiri. Aku sudah rela, apapun yang
akan dilakukannya. Kita tunggu saja ...... "
"Tapi ...... bagaimana kalau dia tidak kembali ke sini" Aku ...... aku
akan merana dan sengsara memikirkan dia. Kalau kepergiannya
untuk berjuang dan untuk suatu tujuan tertentu, aku sudah rela
karena dia sudah dewasa. Akan tetapi kalau dia pergi
meninggalkan aku dengan hati mengandung penasaran dan
kebencian, ahhh ...... " Sheila tak dapat melanjutkan kata- katanya
karena ia sudah menangis lagi dengan sedihnya.
"Baiklah, kita tunggu sampai satu bulan. Kalau dalam satu bulan
dia belum kembali, biar kita juga pergi mencarinya sampai
berjumpa dan dia harus mengambil keputusan tentang diriku,
sebagai laki-laki seperti yang selalu kuajarkan kepadanya."
Dengan janji ini, legalah hati Sheila. Ngeri ia memikirkan bahwa
puteranya itu pergi untuk selama-lamanya dari sisinya, pergi
dengan perasaan benci terhadap dirinya.
Mencinta kalau diuntungkan, membenci kalau dirugikan !
Beginilah selalu yang terjadi. Cinta dan benci saling berganti
tempat, sebagai akibat untung dan rugi yang selalu datang silih
berganti. Segala perbuatan seperti itu selalu palsu dan hanya
mendatangkan duka belaka. Selama ada si aku yang menimbangnimbang untung rugi sehingga menimbulkan cinta atau benci,
maka batin akan selalu diguncang konflik. Kalau sudah tidak ada
pamrih, tidak ada perasaan diuntungkan dan dirugikan, maka
perbuatan akan dituntun oleh cinta kasih, bukan "cinta" yang
487 menjadi kebalikan dari "benci", karena cinta seperti itu bukan lain
hanyalah nafsu ingin menyenangkan diri sendiri belaka. Dan
justeru keinginan untuk senang inilah yang membawa kita kepada
kecewa, bosan, dan duka. Sekali ini pasukan kulit putih yang menyerbu ke arah Peking terdiri
dari pasukan Inggris dan Perancis yang amat kuat. Perang terjadi
di sepanjang jalan dan karena pasukan kulit putih memiliki
persenjataan yang lengkap, dengan senjata api, maka
pertahanan balatentara kerajaan Mancu mengalami kekalahan di
mana-mana. Apalagi ketika itu pasukan-pasukan kerajaan sudah
menjadi lemah dengan adanya pergolakan sejak Tai Peng
memberontak. Dengan cepatnya pasukan kulit putih yang mendarat di teluk
Pohai dan menyerbu ke barat itu telah mengepung kota besar di
Tian-cin. Pasukan Kerajaan Mancu mempertahankan diri
sekuatnya. Setelah terjadi pertempuran berpekan-pekan
lamanya, di mana pasukan kulit putih menghujani kota Tian-cin
dengan peluru meriam dan senapan, akhirnya bobollah
pertahanan pasukan kerajaan Mancu. Tian-cin diduduki dengan
mengambil korban yang tidak sedikit, terutama sekali rakyat
jelata. Seperti ulah semua anak buah pasukan yang memperoleh
kemenangan, pasukan kulit putih itupun tidak terkecuali,
melakukan pembunuhan, perampokan, pembakaran dan
perkosaan yang semena-mena terhadap rakyat kecil. Sisa
pasukan kerajaan sendiri dapat melarikan diri, mundur dan
membuat pertahanan baru di kota Wu-cing yang menjadi benteng
pertama dari pertahanan di kotaraja Peking. Keadaan pasukan
kerajaan Mancu amatlah lemahnya, bukan hanya karena pada
488 waktu ini terjadi banyak pemberontakan yang didahului oleh
pemberontakan Tai Peng, akan tetapi juga terutama sekali karena
pasukan pemerintah penjajah ini sama sekali tidak memperoleh
dukungan dari rakyat jelata. Dan pasukan yang tidak memperoleh
dukungan rakyat tentu menjadi lemah. Pada waktu itu, rakyat
sudah cukup menderita karena kekorupan para pejabat
pemerintah penjajah sehingga diam-diam tertanam perasaan
benci yang mendalam dalam hati rakyat terhadap penjajah. Oleh
karena itu, ketika pasukan asing kulit putih melakukan
penyerbuan, rakyat sama sekali tidak mau membantu melainkan
lari cerai berai dan mengungsi.
Pasukan rakyat yang dipimpin oleh Ceng Kok Han dan Li Hong
Cang, yang mendapat bantuan banyak sekali pendekar yang
pandai, tidak dapat membantu pasukan pemerintah yang terus
didesak mundur oleh pasukan kulit putih, karena pasukan rakyat
ini sedang sibuk membendung pasukan Tai Peng yang tadinya
berniat pula menyerbu ke utara mempergunakan kesempatan
selagi pemerintah Mancu terancam pasukan kulit putih itu.
Terjadilah perang yang seru antara laskar rakyat ini dengan
pasukan Tai Peng yang juga dibantu oleh orang-orang pandai dari
golongan sesat yang diketuai oleh Lee Song Kim.
Dengan dipelopori pasukan gabungan Inggris dan Perancis,
pasukan-pasukan asing itu mendesak terus ke utara, benteng
demi benteng dibobolkan, dan akhirnya dalam tahun 1860,
pasukan orang kulit putih itu, dibantu banyak mata-mata pribumi
yang menerima upah besar, berhasil membobolkan benteng
pertahanan terakhir di kotaraja dan mereka menyerbu Peking !
Bagaikan perampok-perampok ganas, pasukan itu menyerbu
489 istana, bahkan mereka merampok Taman Terang Sempurna yang
indah, membakarnya dan merampok harta benda istana-istana
yang terdapat di situ, membunuh banyak pengawal, menculik dan
memperkosa banyak wanita dayang dan puteri ! Harta benda
yang amat luar biasa, yang bahkan belum pernah dilihat oleh
orang-orang kulit putih itu sendiri, dirampok habis-habisan, istana
dirusak dan dibakar. Kaisar Hsian Feng terpaksa melarikan diri bersama dua orang
permaisurinya dan juga pangeran mahkota yang masih kecil,
dalam tiga buah kereta besar, membawa harta benda dan dikawal
oleh sepasukan perajurit pengawal. Rombongan ini keluar dari
pintu gerbang sebelah barat ketika pasukan asing mulai
menyerbu kotaraja. Tujuan rombongan kaisar ini adalah Yehol di
mana kaisar memiliki sebuah istana perburuan yang besar.
Akan tetapi ketika rombongan pengungsi ini tiba di tepi sebuah
hutan, mereka tersusul oleh pasukan kulit putih dan mata-mata
mereka yang telah mengetahui akan pengungsian ini dan
melakukan pengejaran cepat. Terjadilah pertempuran sengit di
tepi hutan itu. Kaisar dan keluarganya bersembunyi dan
berlindung di dalam kereta-kereta itu, takut kalau terkena peluru
nyasar. Biarpun pasukan asing yang mengejar itu hanya terdiri
dari dua puluh empat orang saja, namun lima puluh orang perajurit
pengawal kaisar merasa kewalahan melawannya. Para pengawal
ini membawa senjata api, namun senjata api mereka itu kuno
sekali kalu dibandingkan dengan senapan dan pistol yang
dipergunakan pasuka kulit putih yang lebih modern dan dapat
memuntahkan peluru lebih gencar dan tepat. Hal ini tidaklah aneh,
karena senjata api yang dimiliki oleh sebagian keadaan pasukan490
pasukan pengawal kaisar itu adalah senjata yang dapat dibeli dari
orang kulit putih, dan orang kulit putih yang cerdik itu memang
sengaja menjual senjata api dari mutu yang rendah saja ! Dalam
waktu sebentar saja, dua ekor kuda penarik kereta roboh, dan
sedikitnya lima belas orang perajurit pengawal roboh, tewas atau
terluka, sedangkan di pihak orang kulit putih belum seorangpun
yang terkena ! Selagi keadaan pasukan pengawal itu terancam bahaya yang
dapat mengakibatkan celakanya kaisar dan keluarganya, tiba-tiba
nampak bayangan orang berkelebat. Bayangan putih dari
seorang pemuda yang mengenakan pakaian serba putih seperti
orang berkabung. Sejak tadi, tidak ada perajurit pengawal kaisar
yang berani meloncat keluar. Mereka berlindung di balik pohonpohon, karena begitu keluar sedikit saja mereka tentu menjadi
makanan peluru yang diberondongkan oleh pihak musuh. Kini,


Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat ada bayangan putih berani keluar bahkan mendekati
tempat mereka bertiarap dan berlindung, senapan-senapan dan
pistol-pistol memberondongkan peluru panas ke arah bayangan
itu. Akan tetapi bayangan putih itu memiliki gerakan yang bukan
main cepatnya. Dia menyelinap ke balik pohon, berloncatan tinggi
dan kadang-kadang bertiarap sehingga sukar sekali dijadikan
sasaran peluru dan bayangan itu makin dekat saja. Ketika dua
orang serdadu kulit putih yang merasa penasaran bangkit berlutut
dan membidikkan senapan mereka lebih seksama ke arah
bayangan itu, tiba-tiba terdengar letusan dua kali dan nampak api
berpijar di tangan bayangan putih itu, disusul teriakan kesakitan
dan robohnya dua orang serdadu itu yang ternyata roboh karena
tembakan pistol yang dilepas oleh bayangan putih ! Terkejutlah
para serdadu itu. Kiranya bayangan itu adalah sorang yang mahir
491 sekali mempergunakan pistol dan begitu
merobohkan dua orang di antara mereka !
muncul telah Sementara itu, para perajurit pengawal kaisar ketika melihat
munculnya si baju putih yang telah merobohkan dua orang lawan,
dan kini masih berloncatan di antara hujan peluru musuh, menjadi
girang dan bangkit kembali semangat mereka. Merekapun kini menggunakan kesempatan selagi pihak musuh
memberondongkan senjata mereka ke arah si baju putih,
merekapun menyergap dan menghujankan peluru senapansenapan mereka ke arah musuh. Dua orang kulit putih roboh lagi
oleh sergapan ini. Akan tetapi berondongan mereka yang kini
ditujukan kepada pasukan pengawal membuat pasukan itu
kembali harus bersembunyi. Bayangan putih itu lenyap pula di
antara pohon-pohon dan tak lama kemudian terdengar bunyi
derap kaki kuda disusul kutukan para serdadu kulit putih karena
tiba-tiba saja semua kuda tunggangan mereka yang tadi
ditambatkan pada batang pohon, tahu-tahu telah terlepas semua
dan lari ketakutan ! Kiranya ini perbuatan si bayangan putih tadi
yang nampak lagi menyelinap berloncatan di antara pohon-pohon
! Kadang-kadang nampak wajah orang itu dan pasukan kedua
pihak dapat melihat bahwa bayangan putih itu ternyata seorang
pemuda berpakaian serba putih yang bertubuh tinggi besar,
gagah perkasa dan berwajah tampan. Memang gerakannya hebat
bukan main, cepat seperti seekor burung sehingga dia seperti
mampu mengelak dari sambaran peluru-peluru yang berdesingan
! Bahkan kini kembali dia telah berloncatan mendekati pasukan
asing itu dan setiap kali pistol di tangannya meledak, tentu ada
492 seorang sedadu kulit putih yang roboh dan tewas ! Ternyata
kemahirannya menembak cepat amat mengejutkan dan juga
menggentarkan hati para serdadu yang masih terus berusaha
memberondongkan peluru mereka ke arah si baju putih itu.
Pembaca tentu dapat menduga siapa adanya si baju putih itu. Dia
adalah Gan Han Le atau Henry ! Setelah melarikan diri dari Bukit
Awan Merah, dari gurunya dan ibunya, Henry melakukan
perantauan dan petualangannya. Hatinya masih penuh luka. Dia
merasa bingung. Harus diakuinya bahwa tidak mungkin baginya
untuk membenci Bu Beng Kwi yang buruk rupa itu. Sudah terlalu
banyak kebaikan dan kasih sayang dia terima dari kakek buruk
rupa itu. Akan tetapi, melihat Koan J it, mengingat bahwa Koan Jit
ini musuh besar yang telah membunuh ayahnya, dia merasa
benci sekali. Dan melihat betapa ibunya mnjadi isteri dari musuh
besar itu, hatinya kecewa, penasaran dan juga malu.
Tadinya dia memang berniat untuk mencari kedua orang
suhengnya, ingin membantu perjuangan mereka melawan
pasukan Tai Peng. Akan tetapi, setelah melihat kenyataan bahwa
kedua orang suhengnya itu adalah murid-murid dari Koan Jit,
musuh besarnya timbul pula perasaan tidak suka kepada kedua
orang suheng itu dan diapun tidak jadi mencari mereka. Diapun
merantau sampai ke kotaraja dan ketika terjadi penyerbuan
pasukan asing kulit putih ke kotaraj a, kebetulan dia berada di
kotaraja. Dari gurunya, Bu Beng Kwi, Han Le banyak mendengar
tentang tujuan perjuangan rakyat. Tidak suka kepada
pemberontak Tai Peng yang ternyata banyak menindas rakyat
dan bersekongkol dengan golongan sesat, juga menentang orang
kulit putih yang menyelundupkan candu dan jelas hendak
493 menguasai bandar-bandar besar, dan tentu saja menentang
pemerintah penjajah Mancu. Oleh karena itu, melihat penyerbuan
pasukan kulit putih ke kotaraja, diapun bersikap dingin saja. Dia
tidak membantu orang kulit putih, juga tidak membantu
pemerintah Mancu. Akan tetapi, ketika melihat sepak terjang para serdadu kulit putih,
membakari rumah dan istana, membunuh orang, merampok
barang-barang dan bahkan memperkosa wanita, jiwa
pendekarnya memberontak ! Diapun lalu bergerak dan setiap kali
melihat serdadu melakukan kejahatan, dia turun tangan
membunuhnya ! Demikianlah, ketika dia melihat istana dirampok dan dibakar,
kemudian keluarga kaisar melarikan diri, diam-diam diapun
membayangi. Bagaimanapun juga, dia merasa kasihan kepada
keluarga kaisar yang terancam bahaya. Ketika ada pasukan kulit
putih mengejar dan terjadi pertempuran, dia hanya menonton
saja, karena di situ terdapat lima puluh orang pengawal kaisar.
Akan tetapi, ketika melihat betapa pasukan pengawal itu tidak
mampu menang bahkan terdesak dan keadaan keluarga kaisar
terancam, Han Le turun tangan dan memperlihatkan
kemahirannya bermain dengan pistolnya untuk menghadapi
pasukan yang bersenjata api dengan lengkap itu.
Han Le mengamuk dengan pistolnya dan sedikitnya tiga belas
orang serdadu kulit putih roboh terkena peluru pistolnya dan
peluru yang diberondongkan pasukan pengawal. Sisanya menjadi
panik dan mereka lalu melarikan diri melalui hutan, berlindung
494 pada pohon-pohon. Han Le mengejar dan masih merobohkan dua
orang lagi sebelum dia kembali ke tempat pertempuran.
Sementara itu, permaisuri kedua, Cu Si atau Yehonala, sejak tadi
mengintai dan menonton pertempuran itu dengan hati gelisah.
Akan tetapi ia sempat melihat bayangan putih yang dengan gagah
berani membantu pasukan pengawal sehingga akhirnya pihak
musuh dapat dihalau pergi dan sebagian roboh. Setelah keadaan aman, ia lalu memanggil pengawal terdekat dan
memerintah agar orang berpakaian putih itu dihadapkan
kepadanya di dalam kereta.
Ketika Han Le keluar dari hutan setelah melakukan pengejaran,
komandan pasukan pengawal yang bermuka brewokan telah
menantinya dan cepat komandan ini memberi hormat kepadanya.
"Terima kasih atas bantuan taihiap kepada kami," katanya agak
heran ketika melihat betapa pemuda tinggi besar yang tampan
dan gagah ini memiliki sepasang mata yang mencorong akan
tetapi agak kebiruan seperti mata orang kulit putih !
"Tidak perlu menghaturkan terima kasih," jawab Han Le dengan
sikap dingin saja karena memang dia tidak ingin bersahabat
dengan pasukan pengawal Kerajaan Mancu.
"Sekarang sudah aman, harap lanjutkan perjalanan." Berkata
demikian, dia lalu membalikkan tubuhnya dan hendak pergi.
"Nanti dulu, taihiap !" tiba-tiba komandan itu berseru. Han Le
mengerutkan alisnya dan membalikkan tubuh menghadapinya.
495 "Taihiap, saya diutus oleh Sang Permaisuri Kedua untuk
memanggil taihiap menghadap, beliau ingin bicara dengan
taihiap." Makin dalam kerut di antara alis mata Han Le. Dia memandang
ke arah kereta dan pada saat itu, tirai kereta tersingkap dan
nampak wajah seorang wanita yang amat cantik tersembul dari
balik tirai, sepasang mata yang jeli dan berwibawa memandang
kepadanya. "Baiklah," katanya, tertarik karena dia ingin sekali tahu apa yang
hendak dibicarakan seorang permaisuri kepadanya. Dengan
langkah gagah diapun mengikuti komandan itu dan ternyata dia
dihadapkan kepada wanita yang tadi memandang kepadanya dari
balik tirai ! Ketika pintu kereta dibuka dan dia berhadapan dengan
wanita itu, dia mendapat kenyataan bahwa wanita itu memang
cantik sekali, dengan pakaian yang mewah, dan usianya kurang
dari tiga puluh tahun, cantik dengan senyum dan pandang mata
memikat. "Paduka memanggil hamba ada keperluan apakah?" tanya Han
Le sambil memberi hormat tanpa berlutut. Dia tidak
berpengalaman, namun di samping ilmu silat tinggi, dia juga diberi
pelajaran baca tulis dan tata cara sopan santun oleh gurunya.
Akan tetapi, di depan seorang permaisuri Mancu, tentu saja dia
tidak mau berlutut walaupun kata-katanya cukup sopan sebagai
seorang rakyat terhadap isteri kaisar !
Sepasang mata Cu Si bersinar-sinar dan seperti menggerayangi
tubuh pemuda yang berdiri di depannya. Kalau saja bukan
496 pemuda yang tampan dan gagah perkasa, yang sudah
menyelamatkan keluarganya, yang menghadapinya dengan sikap
seperti itu, kurang hormat dan tidak berlutut, tentu ia akan marah.
Akan tetapi ia teringat bahwa saat itu, biarpun masih menjadi
permaisuri kedua, ia hanyalah seorang pengungsi, keluarga
kaisar yang sedang kalah dan melarikan diri!
"Orang muda yang gagah perkasa, engkau telah menyelamatkan
kami sekeluarga Sribaginda Kaisar dari malapetaka. Harap
jangan kepalang tanggung menolong kami, kawallah kami sampai
selamat tiba di Yehol. Untuk itu kami akan memberi hadiah besar
kepadamu." Karena yang minta pertolongan kepadanya seorang wanita yang
demikian cantiknya, juga dengan suara yang memohon, bukan
memerintah seperti layaknya seorang permaisuri, Han Le merasa
tidak enak kalau menolak. Pula, setelah pasukan pengawal itu
kehilangan banyak anak buah, memang berbahaya sekali bagi
keselamatan kaisar itu melanjutkan perjalanan tanpa pengawalan
yang kuat. "Lihatlah, Sribaginda sedang sakit dan lemah, harap kau suka
mengasihani kami, orang muda yang gagah." kata pula Cu Si
dengan suara merayu. Han Le melihat seorang laki-laki yang
melihat pakaiannya tentulah kaisar sendiri, duduk bersandar
dengan tubuh lemah, muka pucat dan mata terpejam. Mereka
sekarang hanyalah keluarga lemah yang membutuhkan bantuan,
bukan keluarga kaisar penjajah yang lalim, pikir Han Le.
497 "Baiklah, hamba akan mengawal sampai ke Yehol," katanya
memberi hormat. Cu Si girang sekali, meneriaki pengawal agar memberi kuda
terbaik kepada pemuda itu dan membiarkan pemuda itu
menjalankan kudanya di dekat kereta yang ditumpangi keluarga
kaisar. Ketika malam tiba, terpaksa keluarga kaisar itu menghentikan
perjalanan di luar sebuah hutan, karena selain kuda mereka
sudah lelah, juga jalan di sepanjang hutan itu buruk sekali, apalagi
sehabis hujan kemarin, jalan itu berlumpur dan melakukan
perjalanan melalui jalan seburuk itu pada malam hari berbahaya
sekali. Kereta bisa terperosok, bahkan terguling kalau salah
memilih jalan. Ketika para pengawal sedang mengaso dan membuat api
unggun, mengelilingi kereta yang ditumpangi keluarga kaisar,
juga para pelayan dan dayang yang berkumpul di dekat kereta,
banyak di antara para pengawal saling mengobati luka yang
mereka derita, Han Le duduk menyendiri di luar kurungan perajurit
pengawal. Dia membuat api unggun sendiri dan menerima
pembagian ransum, makan dengan sunyi sambil melamun.
Betapa nasib manusia tidak tentu, seperti hari yang sebentar
terang sebantar gelap, sebentar hujan sebentar cerah.
Lihat saja nasib kaisar dan keluarganya, pikirnya. Biasanya
mereka itu hidup bergelimang kemewahan, kemuliaan dan
kehormatan. Akan tetapi sekarang mereka melarikan diri, seperti
pengungsi-pengungsi yang melarikan diri dari bahaya, mencari
keselamatan, melewatkan malam di dalam kereta yang sempit, di
498 tepi hutan yang gelap gulita dan banyak nyamuknya ! Nasibnya
sendiripun telah mengalami perubahan hebat sekali.
Dia mengenang ibunya, juga gurunya. Sukar dia membayangkan
bagaimana keadaan mereka, apa yang mereka lakukan semenjak
dia meninggalkan mereka. Dia merasa amat kasihan kepada
ibunya, akan tetapi belum juga dia dapat mengerti mengapa
ibunya mau saja diperisteri musuh besar yang dulu membunuh
ayahnya ! Tiba-tiba terdengar sorak sorai dan tempat itu telah dikepung oleh
banyak sekali orang yang semua memegang senjata tajam. Ada
yang memegang golok, pedang, ruyung atau tombak dan sikap
mereka itu kasar-kasar. "Bunuh keluarga kaisar "Permaisuri untuk aku, "Barang-barangnya tentu banyak !"
Mancu ha-ha !" !" "Bunuh semua anjing-anjing pengawalnya !" Dari ucapan dan
melihat sikap mereka, mudah diduga bahwa mereka itu adalah
segerombolan perampok yang jumlahnya banyak, sedikitnya ada
lima puluh orang ! Memang pada waktu itu, banyak gerombolan
perampok yang menamakn diri mereka pejuang dan menentang
pemerintah Mancu. Akan tetapi tujuan mereka sesungguhnya
bukan demi memebela kepentingan rakyat, melainkan
kepentingan diri pribadi. Dengan menamakan diri "pejuang"
penentang penjajah, mereka dapat mengangkat diri, bukan


Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti gerombolan perampok !
499 Mereka mendengar bahwa keluarga kaisar melarikan diri dari
kotaraja dan mereka dapat menduga bahwa keluarga kaisar
melarikan diri itu tentu membawa banyak sekali barang berharga,
juga puteri-puteri cantik jelita ! Karena itu, malam itu mereka nekat
menyerbu. mereka bukanlah gerombolan perampok biasa, kalau
demikian halnya tak mungkin mereka berani menyerang keluarga
kaisar yang dilindungi pasukan pengawal. Mereka itu dipimpin
oleh Yan-san Ngo-coa (Lima Ular Gunung Yan), lima orang kakak
beradik seperguruan yang terkenal sekali sebagai perampok yang
malang melintang di sebelah utara kotaraja Peking, memiliki ilmu
kepandaian silat tinggi dan mereka telah berhasil menghimpun
anak buah mereka yang rata-rata memiliki ilmu silat yang cukup
tinggi. Para perajurit tentu saja terkejut bukan main. Mereka masih lelah
dan kini diserbu secara tiba-tiba, di malam gelap yang hanya
diterangi oleh beberapa buah api unggun di sana-sini.
"Kurung kereta dan pertahankan ! Jangan pergunakan senapan,
lindungi kaisar dengan golok !" bentak komandan pasukan yang
merasa khawatir kalau anak buahnya menggunakan senapan.
Selain akan terlambat karena perampok sudah menyerbu, juga
peluru bisa kesasar mengenai teman sendiri. Terjadilah
pertempuran hebat dan segera terdengar suara senjata tajam
saling beradu, menimbulkan suara nyaring mengerikan. Apalagi
para perampok itu banyak yang mengeluarkan suara ketawa
mengejek, menyerankan dan memang segera dapat dilihat bahwa
dalam adu senjata tajam, para pengawal itu agaknya bukanlah
tandingan para anggauta perampok.
500 "Keparat, perampok busuk !" Han Le memaki dan diapun cepat
menerjang ke arah para perampok. Terjangan Han Le hebat
sekali. Biarpun dia bertangan kosong, namun setiap kali
tangannya menampar, tentu ada seorang anggauta perampok
yang berteriak dan terguling roboh. Akan tetapi, para perajurit
pengawal juga terdesak hebat dan banyak di antara mereka yang
roboh sehingga Han Le terpaksa harus berloncatan ke sana-sini
untuk membantu perajurit yang kewalahan. Han Le teringat akan
keselamatan keluarga kaisar yang berada di dalam kereta. Yang
terpenting harus melindungi mereka, pikirnya dan diapun mulai
membuka jalan menghampiri kereta yang oleh pasukan pengawal
secara mati-matian coba dipertahankan. Akan tetapi agaknya
para perampok lebih kuat dan mereka mulai mendekati kereta
sambil tertawa-tawa dan berteriak-teriak. Pintu kereta-kereta itu
tertutup rapat dan Han Le dapat membayangkan betapa panik
dan takutnya keluarga kaisar yang berada di dalam kereta-kereta
itu. Hatinya merasa lega melihat bahwa tiga buah kereta itu belum
terjamah oleh para perampok, akan tetapi diapun dapat melihat
betapa akan repotnya kalau dia sendiri harus melindungi tiga
kereta itu yang dapat diserang dari semua jurusan. ketika telah
tiba dekat, dia terkejut dan tertarik sekali melihat perkelahian
hebat yang terjadi di dekat kereta antara seorang gadis melawan
pengeroyokan lima orang perampok yang memiliki gerakan lihai
bukan main. Lima orang perampok ini masing-masing memegang
sepasang golok besar, sedangkan gadis itu, yang melihat bentuk
tubuhnya, hanya seorang gadis remaja, memegang sebatang
pedang tipis. Akan tetapi, Han Le merasa kagum bukan main
melihat cara gadis itu menggerakkan pedang melawan para
501 pengeroyoknya. Pedang itu diputar sedemikian rupa sehingga lenyap bentuknya,
berubah menjadi segulung sinar putih yang menyilaukan mata
tertimpa sinar api unggun yang masih bernyala terang tak jauh
dari situ. Siapakah gadis lihai ini, pikirnya, dan kenapa tadi tidak
nampak" Dan siapa pula lima orang perampok yang lihai itu"
Dia tidak sempat menyelidiki untuk menjawab kedua pertanyaan
itu, melainkan cepat turun tangan, terjun ke dalam perkelahian
karena bagaimanapun lihainya, gadis itu agaknya mulai
kewalahan juga menghadapi pengeroyokan lima orang yang
merupakan lawan tangguh. Sepuluh gulung sinar golok itu mulai
menekan dan mengepung dan gadis itu terpaksa harus
berloncatan ke sana-sini untuk menghindarkan ancaman bacokan
golok. "Penjahat-penjahat curang !" bentak Han Le dan diapun
menerjang masuk sambil memainkan Ilmu Silat Ngo-heng Lianhoan Kun-hoat yang gerakannya cepat, berubah-ubah dan amat
kuat itu. Apalagi dia telah melindungi kedua lengannya dengan
kekebalan sehingga kalau perlu dia berani menangkis golok
lawan dengan lengan tanpa khawatir lengannya akan terluka.
Begitu dia menyerbu masuk, buyarlah kepungan terhadap gadis
itu, karena tamparan tangan dan tendangan kaki Han Le
sedemikian cepat dan kuatnya sehingga lima orang perampok itu
terkejut sekali karena hampir saja menjadi korban pukulan dan
tendangan, mereka mencelat mundur dan kini maju lagi terpecah
menjadi dua. Dua orang mengeroyok gadis remaja itu, sedangkan
yang tiga lagi mengeroyok Han Le yang bertangan kosong.
502 Terjadilah perkelahian yang lebih seru lagi. Setelah kini hanya
dikeroyok oleh dua orang lawan, pedang gadis itu mulai beraksi,
menyambar-nyambar dengan cepat, indah dan kuatnya sehingga
dalam waktu belasan jurus saja, dua orang pengeroyoknya yang
memegang empat batang golok itu menjadi terdesak hebat dan
mereka lebih banyak memutar golok melindungi diri dari
sambaran sinar pedang yang demikian lihainya.
Han Le maklum bahwa tiga orang pengeroyoknya tidak boleh
disamakan dengan para anggauta perampok lainnya yang telah
dilawan dan dirobohkannya tadi. Mereka bertiga itu bermain golok
dengan baik sekali, dan tiga orang itu membentuk semacam
barisan segitiga yang saling bantu dan rapi sekali.
TAHULAH dia bahwa mereka ini bukan orang sembarangan dan
agaknya menjadi pemimpin gerombolan perampok itu. Memang
duagaannya benar. Dua orang yang mengeroyok gadis itu dan
kini bersama tiga orang yang mengeroyoknya, adalah Yan-san
Ngo-coa sendiri, yang memimpin gerombolan perampok terdiri
dari lima puluh orang itu. Karena merasa yakin bahwa orangorang mereka tentu akan dapat menang dan menumpas para
perajurit pengawal yang jumlahnya lebih kecil dan kelihatan sudah
lelah dan lemah, Yan-san Ngo-coa lalu menerjang masuk dan
menghampiri tiga buah kereta untuk menyerbu keluarga kaisar
dan berpesta pora dengan mereka dan harta mereka. Akan tetapi,
terdengar bentakan nyaring dan entah darimana datangnya, tibatiba saja sudah muncul gadis remaja itu yang memutar sebatang
pedang tipis menahan mereka ! Mula-mula Yan-san Ngo-coa
memandang rendah dan seorang di antara mereka maju untuk
menangkap gadis itu, bukan untuk membunuhnya melainkan
503 untuk menangkapnya karena gadis remaja itu cantik manis dan
tentu saja mereka merasa sayang untuk membunuhnya. Akan
tetapi hampir saja yang seorang itu celaka karena pedang gadis
itu ternyata lihai bukan main. Seorang lagi maju, tetap saja terdesak sehingga akhirnya mereka
berlima maju semua mengeroyok dan pada saat gadis itu
terdesak, mucul Han Le membantu.
Siapakah gadis remaja yang lihai itu" Tidak mengherankan kalau
gadis remaja itu lihai, karena ia adalah puteri tunggal dari Yu
Kiang dan Ceng Hiang ! Ayah gadis itu, Yu Kiang, adalah seorang
bangsawan tinggi yang ahli dalam hal sastera, akan tetapi dapat
dikata tidak pandai ilmu silat. Akan tetapi isterinya, Ceng Hiang,
adalah seorang puteri pangeran yang memiliki ilmu silat hebat !
Sebagai puteri pangeran yang menjadi keluarga kerajaan, Ceng
Hiang beruntung sekali mewarisi ilmu-ilmu silat yang istimewa,
yaitu beberapa ilmu silat tinggi peninggalan keluarga Pendekar
Pulau Es ! Dan lebih dari itu, secara kebetulan sekali ia
menemukan sebuah kitab peninggalan Tat Mo Couwsu yang
bernama Pek-seng Sin-pouw, yang mengajarkan langkahlangkah ajaib. Karena ibunya seorang ahli silat tingkat tinggi,
tidaklah mengherankan kalau gadis remaja yang menjadi puteri
tunggal itu mewarisi ilmu silat yang lihai dari ibunya. Gadis itu
bernama Yu Bwee, berusia kurang lebih tujuh belas tahun dan
memiliki bakat yang amat baik.
Biarpun masih berdarah bangsawan dan dekat dengan keluarga
kerajaan, namun sejak dahulu keluarga Yu Kiang dan Ceng Hiang
tidak setuju dengan sikap Kaisar Hsian Feng yang amat lemah
dan yang tidak memperhatikan urusan pemerintahan sehingga
504 kebanyakan di antara pejabat pemerintah merupakan orangorang korup yang menindas kehidupan rakyat. Bahkan diam-diam
keluarga ini menaruh penghargaan kepada para pejuang yang
berjuang untuk memebebaskan rakyat dari penindasan kaum
penjajah. Akan tetapi, tentu saja merekapun tidak mau menjadi
pengkhianat, tidak mau mengkhianati kerajaan dan walaupun
mereka tidak langsung membantu pemerintah, namun mereka
masih mempunyai perasaan setia terhadap kerajaan dan tidak
mau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pemerintah.
Ayah Ceng Hiang, yaitu Pangeran Tiu Ong, juga hanya mau
menjabat kedudukan sebagai pengurus perpustakaan istana dan
sama sekali tidak mau mencampuri urusan pemerintahan, apalagi
yang menyangkut urusan rakyat. Bahkan Yu Kiang sendiripun
tidak mau menjabat kedudukan, melainkan hanya menjadi
seorang guru besar sastera saja.
Ketika terjadi penyerbuan orang kulit putih ke kotaraja, tentu saja
Ceng Hiang tidak mau tinggal diam. Ia mempergunakan ilmu
kepandaiannya untuk membantu para perwira mempertahankan
kota, dan suaminya, Yu Kiang, juga sibuk membantu pertahanan
kotaraja dengan siasat perang yang kesemuanya sia-sia belaka
karena pihak musuh jauh lebih kuat perrsenjataannya. Yu Kiang
merupakan seorang di antara mereka yang membujuk kaisar agar
suka pergi melarikan diri dan mengungsi ke Yehol bersama
keluarganya. Ceng Hiang lalu mengutus puterinya, Yu Bwee,
untuk menyusul dan kalau perlu melindungi kaisar.
"Anakku, Yu Bwee, sekaranglah
memperlihatkan kepandaian yang
tiba saatnya engkau selama ini kuajarkan 505 kepadamu. Kejarlah lindungilah keluarga Engkau tinggallah di keluarga Sribaginda sana." rombongan Sribaginda ke Yehol dan
itu dalam perjalanan sampai ke Yehol.
sana untuk sementara waktu, melindungi
Kaisar sampai aku datang menyusul ke
Demikianlah pesan Ceng Hiang kepada puterinya. Sebetulnya,
bukan hanya karena ingin agar puterinya bersetia dan membela
keluarga kaisar saja maka Ceng Hiang menyuruh puterinya yang
masih muda itu melakukan pekerjaan berbahaya itu, juga karena
ia ingin menyingkirkan puterinya dari kotaraja ! Puteri bangsawan
yang lihai ini maklum bahwa kotaraja tidak dapat dipertahankan
lagi dan sebagai kota yang kalah dan diduduki musuh, tentu kota
itu akan mengalami kekacauan, akan dirampok dan mungkin
dibakar, dan amat berbahaya bagi para wanita, terutama yang
muda dan cantik, untuk tetap tinggal di sebuah kota yang diduduki
musuh. Inilah sebabnya mengapa ia ingin agar puterinya itu tidak
berada di kotaraja apabila kota itu terjatuh ke tangan pasukan kulit
putih. Yu Bwee menunggang kuda dan melakukan pengejaran. Baru
malam itu ia berhasil menyusul rombongan kaisar yang tiba di tepi
hutan, dan tepat sekali ketika ia tiba di situ, rombongan pengungsi
itu sedang dikepung perampok. Ia segera meloncat turun,
mencabut pedangnya dan menyerbu, melindungi tiga buah kereta
dari serbuan lima orang pimpinan perampok itu sampai muncul
Han Le yang membantunya. Setelah menghadapi dua orang pengeroyok saja, Yu Bwee yang
merasa lega karena tiba-tiba muncul bantuan yang demikian lihai,
506 mempercepat gerakan pedangnya. Dua orang itu payah mencoba
untuk mendesaknya, karena gerakan kaki gadis itu melangkah
secara aneh dan selalu dapat menghindarkan diri dari sambaran
empat batang golok itu. Gadis ini ternyata telah menggunakan Langkah Ajaib Pek-seng
Sin-pouw yang dipelajarinya dari ibunya. Tubuhnya menjadi
ringan sekali dan tubuh itu kadang-kadang dapat berputar
sedemikan rupa sehingga semua bacokan dan tusukan hanya
mengenai tempat kosong belaka walaupun tadinya kelihatan
sudah tepat pada sasarannya. Dan sebagai balasan, pedang
ditangan gadis itu menyambar-nyambar dengan cepatnya.
Akhirnya, dua orang itu tak mungkin dapat menghindar lagi ketika
dengan kecepatan kilat, setelah kaki kirinya berhasil menendang
roboh seorang pengeroyok, pedang di tangan Yu Bwee
menyambar dan merobohkan orang kedua dengan sabetan yang
mengenai leher, kemudan dilanjutkan dengan tusukan yang
mengenai dada orang pertama yang roboh oleh tendangannya.
Ketika Yu Bwee mengangkat muka menendang ke kanan untuk
membantu orang berpakaian putih yang tadi menolongnya,
ternyata orang itupun sudah selesai dengan merobohkan tiga
orang pengeroyoknya, hanya dengan tangan kosong saja ! Orang
ketiga baru saja dirobohkannya dengan sebuah tamparan keras,
hampir berbareng dengan robohnya dua orang pengeroyoknya.
Yu Bwee memandang kagum. Ia sendiri hanya dapat
memenangkan pengeroyokan dua orang dengan sebatang
pedang di tangan, akan tetapi pemuda berpakaian serba putih itu
merobohkan tiga orang pengeroyok dengan tangan kosong saja !
507 Para perampok menjadi terkejut bukan main ketika melihat
robohnya lima orang pemimpin mereka. Terbanglah nyali mereka
melihat ini, maka ketika Yu Bwee dan Han Le seperti orang
berlumba menerjang para perampok yang berani mendekat,
merekapun menjadi panik dan larilah sisa para perampok itu ke
dalam hutan ! Sekali ini kerugian yang diderita pasukan pengawal amat parah,
lebih dari setengah jumlah mereka roboh dan sisanya hanya
tinggal dua puluh orang lebih saja. Yu Bwee sendiri cepat
menghadap kaisar dan dua orang permaisurinya. Kaisar masih
lemah dan sakit, maka Yu Bwee hanya dapat menghadap
permaisuri Cu An dan permaisuri Cu Si saja. Dua orang


Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

permaisuri itu tadi melihat sepak terjang Yu Bwee dan mereka
kagum, juga senang sekali, akan tetapi mereka tidak
mengenalnya. Baru setelah Yu Bwee memperkenalkan diri
sebagai puteri guru sastera Yu Kiang dan cucu dari Pangeran
Ceng Tiu Ong, dua orang permaisuri itu girang dan Cu An berkata
halus. "Yu Bwee, engkau naiklah ke dalam kereta ini dan temanilah kami.
Dengan adanya engkau di samping kami, baru kami merasa
aman." Cu Si juga membenarkan permintaan ini dan terpaksa
walaupun hatinya tidak merasa suka, Yu Bwee tinggal di dalam
kereta menemani dan menjaga mereka.
Melihat keadaan para pasukan pengawal, han Le merasa
khawatir sekali. kalau terjadi serangan lagi, tentu akan berbahaya
keadaan mereka. di Yehol memang ada pasukan besar, akan
tetapi karena kekacauan itu, agaknya tidak ada hubungan kepada
508 pemimpin mereka sehingga mereka itu hanya menjaga dan
menanti di yehol. han Le lalu menemui komandan dan pasukan
pengawal yang juga sudah terluka pangkal lengan kirinya yang
kini dibalut. "Ciangkun, sebaiknya kalau pejalanan dilanjutkan saja agar cepat
dapat tiba di Yehol sebelum ada serangan lain dari musuh."
Komandan merasa setuju, dan enam orang disuruh menyalakan
obor besar sebagai penunjuk jalan yang kini dijalankan lagi
melalui jalan-jalan yang rusak, becek bahkan berlumpur. Biarpun
amat sukar perjalanan itu, namun akhirnya sampai juga mereka
ke perbatasan Yehol dan disambut oleh pasukan penjaga.
Selamatlah keluarga kaisar sampai di tempat tujuan dan tentu
saja keluarga itu amat bersyukur dan berterima kasih kepada Gan
Han Le dan juga kepada Yu Bwee karena dua orang muda gagah
perkasa inilah yang telah menyelamatkan perjalanan keluarga
kaisar setelah pasukan pengawal terancam oleh musuh yang
hampir saja mencelakakan keluarga besar itu.
Yu Bwee yang masih berdarah bangsawan kerajaan itu segera
digandeng dan diajak masuk ke dalam istana Yehol oleh
permaisuri Cu An, sedangkan Han Le cepat dipesan oleh Cu Si
untuk masuk dan menghadapnya. Sebenarnya Han Le tidak
bermaksud untuk lama tinggal di Yehol. Setelah keluarga kaisar
dapat dengan selamat mencapai Yehol, dia merasa bahwa
kewajibannya selesai dan dia ingin pergi saja. Akan tetapi,
komandan yang menemuinya mengatakan bahwa itu adalah
perintah permaisuri dan siapapun tidak dapat menentang atau
membangkang terhadap perintah permaisuri. Pemuda itu dapat
509 ditangkap dengan tuduhan melawan permaisuri kalau tidak mau
menghadap. Karena tidak ingin mendatangkan keributan, Han Le
terpaksa masuk ke dalam taman yang luas dari istana itu di mana
dia diharuskan pergi menghadap permaisuri kedua itu.
Ruangan di tepi taman itu indah bukan main. Lantainya dari
marmer biru dan perabot-perabot rungan itu serba indah, Tiraitirai sutera beraneka warna membuat suasana di ruangan itu
semakin cerah. Bunga-bunga di taman menyiarkan keharuman
sampai ke dalam ruangan, ditambah lagi dengan bau dupa harum
membuat Han Le seolah-olah memasuki ruangan di kahyangan,
merasa seperti mimpi karena selama hidupnya belum pernah dia
melihat tempat seindah dan semewah itu. Akan tetapi, sunyi saja di tempat indah itu ketika dia bersama
komandan memasukinya. Ketika mereka masuk ruangan, yang
nampak hanyalah permaisuri kedua Cu Si bersama tiga orang
dayang. Nampak beberapa orang pengawal yang berjaga di luar
ruangan. Ketika komandan itu datang bersama Han Le, mereka
disambut oleh seorang thaikam yang bermuka buruk yang bukan
lain adalah Li Lian Ying, thaikam (manusia kebiri) yang menjadi
kepercayan Cu Si. Thaikam inilah yang membawa mereka
menghadap majikannya dan melihat mereka muncul, Cu Si
bangkit berdiri dari tempat duduknya, dengan mata bersinar dan
wajah berseri ia memandang kepada Han Le.
Komandan itu mengajak Han Le untuk menghadap sambil
berlutut, dan terdengar Li Lian Ying melaporkan bahwa komandan
telah datang membawa pemuda Gan Han Le seperti yang
diperintahkan permaisuri itu. Cu Si tersenyum, jantungnya
510 berdebar tegang dan gembira melihat pemuda yang membuatnya
tergila-gila itu. "Terima kasih, ciangkun," katanya kepada komandan pasukan
pengawal. "Engkau boleh pergi sekarang."
Komandan itu mengundurkan diri, meninggalkan Han Le bersama
thaikam buruk rupa itu yang masih menghadap permaisuri. Cu Si
memberi isyarat kepada Li Lian Ying dan tiga orang dayang yang
tanpa berkata-kata lagi lalu pergi meninggalkan ruangan itu,
masuk ke dalam. Kini tinggallah Han Le berdua saja dengan Cu
Si. Setelah tidak ada orang lain di situ kecuali para pengawal yang
berjaga di luar ruangan itu seperti patung, menghadap keluar.
Kembali Cu Si tersenyum melihat pemuda itu masih berlutut
sambil menundukkan mukanya. Betapa tampannya pemuda ini,
pikirnya. Tampan dan gagah perkasa ! Berbeda jauh dengan
kaisar yang lemah dan sakit-sakitan itu. Bahkan perjalanan
melarikan diri itupun telah membuat kaisar jatuh sakit.
Han Le sendiri mengerutkan alis ketika menundukkan mukanya.
Dia melihat betapa semua orang pergi, tinggal dia sendiri yang
belum disuruh mundur oleh permaisuri dan dia merasa tidak enak
sekali. Tidak wajar ini, pikirnya dan dia mengharapkan permaisuri
itu akan segera menyelesaikan urusannya dan menyuruhnya
pergi. Suara wanita itu demikian halus merdu dan penuh wibawa
ketika menyuruh komandan tadi pergi.
Tiba-tiba terdengar suara itu lagi, merdu dan
"Pendekar muda yang perkasa, siapakh namamu?"
halus. 511 Tanpa mengangkat muka, Han Le menjawab, "Nama hamba Gan
Han Le." "Gan Han Le, bangkitlah dan duduklah di kursi depanku ini, agar
lebih enak kita bicara dan angkatlah mukamu agar aku dapat
melihat wajahmu." Berdebar keras rasa jantung Han Le mendengar perintah yang
dikeluarkan dengan suara lembut ini. Dia meragu, akan tetapi
tidak berani membantah dan diapun bangkit dan duduk
berhadapan dengan permaisuri itu, lalu mengangkat mukanya.
Cantik sekali wanita di depannya itu, masih muda dan memiliki
pandang mata tajam menantang. Bibirnya yang tipis merah itu
mengulum senyum. melihat betapa mulut dan mata itu seperti
hendak melumatnya, Han Le cepat menundukkan lagi mukanya.
Diam-diam Cu Si tersenyum lebar dan berahinya semakin
berkobar. Kini, Cu An dan para keluarga sedang sibuk mengurusi
kaisar yang jatuh sakit, bahkan tadi sampai pingsan.
Semua orang sibuk di dalam sehingga ia memperoleh
kesempatan baik untuk berbuat apa saja di situ tanpa ada yang
tahu. Ia tadi hanya mengatakan kepada Cu An bahwa ia hendak
memberi hadiah kepada pendekar baju putih yang telah
menyelamatkan rombongan keluarga kaisar di tengah jalan dan
tentu saja alasannya yang amat kuat ini menjauhkan kecurigaan
siapapun juga. Melihat wajah Han Le ketika memandangnya tadi,
hampir tidak kuat ia menahan gairah hatinya. Kalau menurutkan
dorongan gairahnya, ingin ia segera menubruk dan merebahkan
dirinya di dalam pelukan pemuda yang ganteng itu. Akan tetapi
tentu saja ia menahan diri karena mereka berada di ruangan
terbuka, dan walaupun di situ tidak ada orang lain kecuali para
512 pengawal yang berjaga seperti patung, akan tetapi tempat itu
mudah dilihat orang dari luar.
"Han Le ...... ," suaranya sudah menjadi lain, seperti bisikan,
seperti rintihan, "Kami sekeluarga amat berterima kasih
kepadamu ...... " ia berhenti sebentar untuk menekan guncangan
hatinya, " ...... dan aku ingin memberi hadiah kepadamu
sebagai tanda terima kasih ......"
"Hamba mohon paduka tidak usah repot memeikirkan hal itu,
karena hamba melakukannya sebagai suatu kewajiban ...... "
"Biarpun demikian, kami berhutang budi dan nyawa kepadamu,
Han Le. Marilah, kau mengikuti aku ke dalam untuk menerima
hadiah itu." Ia bangkit dengan tergesa-gesa dan meninggalkan
kursinya. Biarpun hatinya penuh keraguan dan kekhawatiran, namun
melihat permaisuri yang telah mengeluarkan perintah itu
melangkah masuk, mau tidak mau Han Le juga bangkit berdiri dan
mengikuti dari belakang. Nampak olehnya betapa sepasang bukit
pinggul itu menari-nari ketika kedua kaki yang kecil itu
berlenggang di depannya, pinggang yang ramping itu meliuk ke
kanan kiri demikian indahnya.
Makin tegang rasa hati Han Le ketika permaisuri itu mengajaknya
memasuki sebuah kamar ! Dan dua orang dayang yang tadinya
membersihkan kamar itu, segera keluar dan pergi setelah
mendapat isyarat dari sang permaisuri. Begitu mereka masuk ke
dalam kamar, tanpa ragu-ragu atau malu-malu lagi Cu Si lalu
513 menutupkan tirai tebal yang menutup pintu kamar !
Dan sebelum Han Le dapat menenangkan perasaannya yang
terguncang, tiba-tiba saja permaisuri itu membalik dan
menghadapinya, dekat sekali, lalu tiba-tiba kedua lengan yang
kecil halus itu melingkari lehernya seperti dua ekor ular dan
hidungnya mencium keharuman yang keluar dari dada dan
rambut permaisuri itu. "Han Le, pondonglah aku ke pembaringan itu, cintailah aku dan
engkau akan kuberi hadiah apa saja yang kau inginkan...... " bisik
permaisuri itu dengan suara gemetar karena gejolak berahinya.
Tentu saja Han Le terkejut bukan main. hal ini sama sekali tak
pernah disangkanya ! hatinya memberontak dan kalau saja dia
tidak menguasai perasaannya yang terguncang hebat, tentu dia
telah menggerakkan tangan memukul wanita itu ! Akan tetapi,
untung bahwa dia masih ingat bahwa wanita itu adalah permaisuri
dan akan terjadi geger kalau sampai dia membunuhnya. maka,
dengan lembut dia melepaskan diri dari pelukan dan melangkah
mundur. "Tidak ! Paduka tidak boleh begitu. Hamba pergi sekarang!" tanpa
menanti jawaban diapun melompat keluar dari dalam kamar itu
dengan langkah lebar dan cepat diapun keluar dari bagian istana
di samping dkat taman itu.
Sejenak Cu Si tertegun. Sama sekali tak pernah disangkanya
bahwa pemuda itu akan menolaknya !
514 Bagaimana seorang laki-laki berani menolaknya " Wajahnya
berubah pucat, lalu menjadi merah sekali melihat betapa pemuda
itu keluar dengan cepat. Ia lalu bertepuk tangan dan isyarat itu mengundang datangnya
lima orang pengawal yang berda paling dekat. "Kejar orang muda
itu, tangkap dia !" bentaknya.
Lima orang pengawal itu berserabutan keluar untuk melakukan
pengejaran, akan tetapi di dalam hati mereka amat gentar. Sudah
mereka ketahui betapa pemuda itu dengan gagah beraninya telah
menggagalkan usaha banyak perampok yang menghadang
pelarian keluarga kaisar ! Menurut berita yang mereka dengar dari
sisa para perajurit pengawal, pemuda itu memiliki kepandaian
silat yang amat tinggi, dan sekarang mereka diutus untuk
menangkap pemuda lihai itu !
Sementara itu, dengan menahan tangisnya, Cu Si memanggil Li
Lian Ying yang merasa heran melihat majikannya duduk lesu dan
mata basah air mata. "Jahanam itu berani menolakku dan agaknya para pengawal jerih
untuk menangkapnya. Aih, hatiku sakit hati sekali, Lian Ying !" Cu
Si membanting-banting kakinya yang kecil di atas lantai.
"Sungguh kurang ajar sekali, berani dia menolak paduka !" Li Lian
Ying juga berseru sambil mengepal tinju. "Tentu saja para
perajurit yang tolol itu takut kepadanya karena memang dia lihai.
Akan tetapi ada satu orang yang akan berani melawannya,
agaknya paduka lupa kepada nona Yu Bwee. Kalau mengutus
515 nona Yu Bwee yang mengejar, tentu orang itu akan dapat
ditangkap dan diseret kembali menerima hukuman'"
"Aih, engkau benar, Lian Ying. Kenapa aku melupakan gadis itu "
Panggil ia ke sini !"
Li Lian Ying lari ke dalam istana dan tak lama kemudian, Yu Bwee
sudah menghadap permaisuri kedua itu.
"Yu Bwee, pemuda bernama Gan Han Le yang membantu kami
di perjalanan itu, setelah tiba di sini berani sekali kurang ajar
kepadaku ! Kini dia melarikan diri dan kiranya hanya engkau
sajalah yang akan mampu mengejar dan menangkapnya!
Tangkap dia dan seret di ke sini agar kami dapat memberi
hukuman atas kekurang-aj arannya !"
Yu Bwee merasa heran dan terkejut, akan tetapi tidak berani
mendesak untuk bertanya kekurang-ajaran yang bagaimana telah
dilakukan pemuda itu. Ia menyanggupi lalu keluar dari istana,
menerima petunjuk para penjaga ke arah mana larinya pemuda
berpakaian putih itu dan iapun melakukan pengejaran dengan
cepat. Setelah Yu Bwee berangkat, Cu Si masih merasa gelisah.
ia ingin menangkap Han Le, bukan hanya karena merasa malu
dan sakit hati ditolak pemuda itu, akan tetapi juga khawatir kalaukalau pemuda itu akan bercerita di luaran akan rayuannya yang
gagal. Karena itu Han Le harus dapat ditangkap, harus dibunuh !
Munculnya seorang dayang yang melapor sambil menangis
bahwa keadaan kaisar menjadi semakin parah, membuyarkan
lamunan Cu Si dan iapun bergegas masuk ke dalam istana,
516 menuju ke kamar di mana kaisar menderita sakit parah, dirubung
oleh para selir dan dayang dan ditangisi oleh Cu An,permaisuri
pertamanya. Dengan mempergunakan ilmu berlari cepat, Yu Bwee akhirnya
dapat menyusul Han Le setelah matahari condong ke barat.
Pemuda itu sedang mendaki lereng sebuah bukit dan nampak dari
jauh oleh Yu Bwee karena pakaiannya yang serba putih itu mudah
dilihat dari jauh. Gadis inipun cepat berlari mendaki bukit dan
akhirnya dapat menyusul di puncak bukit yang memiliki tanah
datar penuh rumput hijau.
"Sobat yang berada di depan, perlahan dulu !" Yu Bwee berteriak
dari belakang dan Han Le menghentikan langkahnya, lalu
membalikkan tubuh. Dia tersenyum mengejek karena sejak tadi
diapun tahu bahwa ada orang berlari cepat mendaki bukit,
agaknya hendak mengejarnya. Akan tetapi di balik senyumnya,
diapun merasa heran mendapat kenyataan bahwa yag


Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengejarnya adalah gadis perkasa yang pernah membantunya
melindungi keluarga kaisar, gadis yang amat lihai permainan
pedangnya itu ! "Ah, kiranya engkau yang melakukan pengejaran, nona. Kita tidak
saling kenal dan tidak mempunyai urusan, oleh karena itu, apakah
kepentingan yang mendorongmu untuk mengejarku?"
Dua pasang mata bertemu dan sejenak, mereka saling
berpandangan, penuh selidik. Pemuda ini sungguh tampan,
dengan mata yang agak membiru sehingga nampak aneh, pikir
Yu Bwee. Ia masih belum mengerti apa yang telah dilakukan
517 pemuda ini maka permaisuri demikian marahnya, mengatakannya
kurang ajar dan ingin menghukumnya. Kurang ajar sikapnya,
ataukah ...... hanya ada semacam kekurang- ajaran seorang lakilaki terhadap seorang perempuan, apalagi kalau perempuan itu
demikian cantik jelita dan menarik seperti permaisuri Cu Si !
"Bukankah engkau yang pernah melindungi keluarga kaisar, dan
baru pagi tadi meninggalkan istana Yehol?" tanya Yu Bwee, ingin
kepastian. "Benar, dan engkau adalah gadis berpedang yang ikut pula
melindungi keluarga kaisar," jawab Han Le.
"Aku diutus oleh Permaisuri Cu Si untuk menangkapmu dan
membawamu kembali ke istana ! Karena itu, menyerahlah dengan
baik daripada aku harus mempergunakan kekerasan !" kata Yu
Bwee, tidak ingin mencampuri urusan antara pemuda itu dengan
permaisuri, juga tidak ingin tahu. Tugasnya hanyalah menangkap
dan habis perkara. Han Le mengerutkan alisnya. Di dalam hatinya dia merasa marah
bukan main. Permaisuri yang tak tahu malu itu kini bukan sadar
dan menyesal akan kelakuannya yang hina dan tidak pantas,
malah menyuruh orang untuk menangkapnya ! Dan mengapa gadis yang gagah perkasa ini mau saja diperintah
untuk menangkapnya" Dan tiba-tiba dia merasa jantungnya
seperti ditikam oleh kekecewaan. Apakah gadis yang
dikaguminya ini juga seorang wanita semacam permaisuri itu"
Alangkah sayangnya kalau benar begitu.
518 "Nanti dulu, nona. Aku akan mau saja ditangkap dan tidak akan
melawan kalau aku mengetahui mengapa aku kautangkap, dan
apa kesalahanku maka engkau mengejarku untuk menangkap."
Yu Bwee memandang dengan tajam. "Permaisuri kedua
memerintahku untuk mengejar dan menangkapmu, membawamu
kembali ke istana karena engkau telah berani kurang ajar kepada
beliau !" Makin mengkal rasa hati Han Le mendengar tuduhan ini. Jelas
bahwa permaisuri yang tak tahu malu itu telah memutarbalikkan
kenyataan, atau jangan-jangan gadis ini memang jahat seperti
majikannya dan menganggap bahwa penolakannya terhadap
ajakan permaisuri itu merupakan kekurang-ajaran.
"Nona, tahukah engkau apa yang telah terjadi antara aku dan
sang permaisuri?" Wajah Yu Bwee berubah merah dan ia memandang marah, "Aku
tidak tahu dan tidak perduli apa urusannya ! Pendeknya, tugasku
hanyalah menangkapmu dan habis perkara !"
Mendengar ini, legalah hati Han Le. Kalau begitu, gadis ni
memang tidak tahu dan bukan membela permaisuri yang jahat,
melainkan hanya melaksanakan perintah saja tanpa mengetahui
sebabnya. "Nona, aku melihat bahwa engkau adalah seorang gadis perkasa,
seorang pendekar yang tentu akan dapat mempertimbangkan
dengan adil setelah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Nah, aku
akan menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi dan
519 kemudian terserah kepadamu apa yang akan kau lakukan.
Maukah engkau mendengar keteranganku?"
Sejak semula hati Yu Bwee memang sudah tertarik dan kagum
kepada pemuda berpakaian serba putih itu, dan iapun dapat
menduga bahwa pemuda itu seorang pendekar yang berilmu
tinggi. Dan sebagai puteri seorang bangsawan yang sejak kecil
tinggal di kotaraja, tentu saja iapun pernah mendengar celotehan
orang tentang Yehonala, selir kaisar yang kini setelah melahirkan
seorang putera lalu diangkat menjadi permaisuri kedua Cu Si. Ia
pernah mendengar kabar yang buruk tentang permaisuri ini, oleh
karena itu, mendengar kata-kata Han Le, ia menjadi bimbang,
tidak menjawab, tidak mengangguk akan tetapi juga tidak
menggeleng, hanya menanti.
"Sesungguhnya beginilah peristiwanya, nona. Ketika menyelamatkan rombongan dari ancaman para perampok,
keluarga kaisar minta kepadaku untuk terus mengawal, dan hal
itu kulakukan sampai mereka selamat tiba di Yehol. Ketika aku
hendak meninggalkan Yehol karena tugas itu telah selesai,
permaisuri kedua memanggilku menghadap. Kemudian ia
menyuruh pergi semua orang, dan mengajakku ke dalam kamar
dengan maksud memberi hadiah atas jasaku. Biarpun aku sama
sekali tidak mengharapkan hadiah, aku tidak berani menolak dan
mengikutinya masuk ke dalam kamar. Akan tetapi apa yang
terjadi" Ah, sungguh memalukan sekali kalau diceritakan! Ia
bersikap tidak wajar bahkan ...... tidak tahu malu, membujuk aku
melakukan hal-hal yang tidak sopan. Aku menolak dengan marah
dan aku menggunakan kekerasan untuk melarikan diri ! Nah,
begitulah peristiwanya dan kini tahu-tahu ia telah mengutusmu
520 untuk mengejar, menangkap aku dan membawa kembali ke
istana !" Wajah Yu Bwee menjadi merah. Sebagai seorang gadis, ia
merasa malu sekali mendengar betapa permaisuri membujuk
pemuda ini untuk melakukan hal yang tidak sopan. Tanpa
dijelaskanpun ia dapat membayangkan apa yang dilakukan oleh
permaisuri Cu Si. Hatinya menjadi bimbang dan ragu ketika ia
menatap wajah pemuda itu. Sepasang mata yang warnanya
seperti warna lautan itu menyinarkan kesungguhan dan kejujuran.
"Hemm, bagaimana aku bisa tahu apakah ceritamu itu benar
ataukah bohong" Siapa tahu engkau memutarbalikkan
kenyataan?" tanyanya dengan alis berkerut.
"Terserah kepadamu untuk percaya atau tidak, nona. Akan tetapi
kalau aku memutarbalikkan kenyataan, kalau aku memiliki niat
buruk itu, dengan kepandaianku, perlukah aku melarikan diri dan
dapatkah sang permaisuri lolos dariku setelah aku diajaknya ke
dalam kamarnya?" Kembali sepasang pipi Yu Bwee menjadi merah sekali. memang
tak dapat dibantah kebenaran kata-kata pemuda ini. pemuda ini
lihai sekali. Kalau memang mempunyai niat buruk terhadap
permaisuri itu, apa sukarnya" Dan mengapa pula pemuda itu
melarikan diri" Akan tetapi, biarpun ia mulai percaya akan
kebersihan pemuda ini, ia masih belum melepaskannya. Di
samping tugas yang dibawanya dari Yehol untuk menangkap
pemuda ini, juga ada keinginan pribadi yang timbul, yaitu ia ingin
sekali menguji kepandaian pemuda yang menarik hatinya itu.
521 "Percaya atau tidak bagi sang permaisuri tidak ada pilihan lain.
Aku harus menangkapmu !"
"Hemm, kalau engkau tidak mau melihat kenyataan dan berkukuh
hendak melaksanakan perintah sang permaisuri, berarti engkau
membantu yang salah, nona. Dan tentu saja akupun tidak sudi
kalau harus kembali kepada siluman betina itu !"
"tidak perlu memaki ! Aku memang ingin melihat sampai di mana
kelihaianmu !" Berkata demikian, Yu Bwee memasang kuda-kuda,
siap untuk menyerang. han Le melihat dan hatinya senang. gadis
itu tidak mencabut pedang, melainkan hendak mempergunakan
tangan kosong dan hal ini hanya dapat diartikan bahwa gadis itu
memang hanya ingin menguji kepandaian, bukan mengajak
berkelahi ! Walaupun dia tidak gentar andaikata gadis itu
menggunakan pedang sekalipun. Akan tetapi kalau terjadi
demikian, dia akan kecewa dan menyesal. Dia tidak ingin
bermusuhan dengan gadis yang amat jelita ini, bahkan ingin
bersahabat dengannya. "Baiklah kalau memaksa, akupun ingin menguji kepandaianmu,
nona," katanya dan baru saja dia berhenti bicara, gadis itu telah
menerjangnya dengan dahsyat. Kedua tangan gadis itu mengirim
pukulan dengan telapak tangan terbuka seperti orang mendorong,
akan tetapi dari kedua telapak tangan itu timbul kekuatan dahsyat
yang berhawa dingin. "Bagus !" seru Han Le yang mengerti bahwa gadis itu sengaja
mengeluarkan tenaga sinkang dan diapun ingin menguji kekuatan
522 gadis itu dan dia menyambut kedua telapak tangan itu dengan
kedua tangannya sendiri. "Plak ! Pakk !" Tubuh Yu Bwee terdorong mundur, akan tetapi
dengan terkejut sekali Han Le merasakan betapa ada hawa dingin
menyusup ke dalam tubuhnya melalui telapak tangan yang
bertemu dengan telapak tangan gadis tadi. Cepat dia
mengerahkan tenaga sinkang dan membendung aliran tenaga
dalam yang berhawa dingin itu agar tidak sampai melukainya.
Keduanya merasa kagum, karena Yu Bwee tadi merasa betapa
dorongannya bertemu dengan kekuatan seperti benteng baja
yang membuat ia terdorong mundur.
Yu Bwee lalu menyerang lagi, kini tubuhnya bergerak cepat, kaki
tangannya mengirim serangan bertubi-tubi dan setiap serangan
mengandung tenaga yang amat kuat. Diam-diam Han Le kagum
bukan main, akan tetapi pemuda ini mempergunakan kecepatan
gerakan tubuhnya untuk mengelak atau menangkis. Dia selalu
mengalah dan jarang membalas karena memang dia tidak ingin
merobohkan gadis itu. Yu Bwee telah mewarisi ilmu dari ibunya dan Ceng Hiang adalah
seorang wanita yang beruntung sekali mewarisi ilmu- ilmu dari
keturunan keluarga Para Pendekar Pulau Es ! Akan tetapi, karena
ia bukan keturunan langsung, maka ilmu-ilmu dari Pulau Es yang
diwarisinya itu hanya merupakan sisa-sisa saja dari ilmu-ilmu
aselinya. Bagikan air yang sudah mengalir jauh, tentu saja tidak
dapat disamakan dengan air yang baru keluar dari sumbernya.
Kepandaian yang dimilikinya dari ibunya itu tentu saja belum ada
sepuluh prosen dari ilmu-ilmu Pulau Es ! Namun cukup membuat
523 ibunya menjadi seorang wanita yang amat lihai, bahkan ia
sendirpun menjadi seorang gadis yang sukar dikalahkan oleh ahli
silat sembarangan saja. Baru tenaga sinkang yang dipergunakannya tadi saja, yang
berhawa dingin, adalah sinkang yang amat hebat, yang
dinamakan Soat-im Sin-kang (Tenaga Sakti Inti Salju) yang
merupakan ilmu dari keluarga Pulau Es. Akan tetapi tentu tidak
sedahsyat aselinya. Di lain pihak, Han Le mewarisi ilmu-ilmu dari Bu Beng Kwi atau
Koan Jit yang menjadi murid pertama dari mendiang Thian-tok,
seorang di antara Empat Racun Dunia yang sakti. Ilmu silat
tangan kosong Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat yang telah
dikuasainya dengan baik membuat pemuda berpakaian putih ini
lihai sekali. Ketika tiba giliran Han Le untuk mengeluarkan ilmunya
dan membalas, bukan dengan maksud merobohkan, hanya untuk
menguji dan mendesak, pemuda ini kaget dan kagum ketika tubuh
lawan itu selalu dapat mengelak dan gadis itu mempergunakan
langkah-langkah aneh yang selalu membuat tubuhnya berada di
luar jangkauan serangannya ! Itulah Pek-seng Sin-pouw (Langkah
Ajaib Seratus Bintang) yang dimainkan oleh Yu Bwee dari ibunya,
yang secara kebetulan menemukan kitab peninggalan Tat Mo
Couwsu yang mengajarkan ilmu langkah ajaib itu.
Mereka saling serang sampai seratus jurus dan Yu Bwee mulai
berkeringat. Belum pernah ia dapat menyentuh tubuh lawan
walaupun lawannya juga belum pernah dapat menyentuhnya. Yu
Bwee tidak tahu bahwa sesungguhnya pemuda berpakaian putih
itu selalu mengalah. Walaupun ia memiliki Pek-seng Sin-pouw,
kalau Han Le menyerang dengan sepenuh kemauan, walaupun ia
524 dapat bertahan tidak urung ia akan dapat dirobohkan oleh
pemuda itu. Han Le sudah merasa cukup menguji ilmu kepandaian gadis itu
dan dia merasa kagum bukan main, juga semakin tertarik, karena
gadis itu selain memiliki kecantikan yang luar biasa, ternyata
memiliki ilmu silat yang aneh-aneh dan lihai bukan main. Juga
gadis ini bukan seorang yang ganas, buktinya biarpun tidak
mampu mengalahkannya, belum juga gadis itu mau mencabut
pedang. Padahal ketika menghadapi perampok, begitu terjun ia
sudah mengeluarkan pedangnya dan sungguh amat berbahaya.
Ketika tangan kanan Yu Bwee meluncur dan mencengkeram ke
arah dadanya, Han Le sengaja memperlambat gerakan
mengelak, akan tetapi diam-diam dia melindungi kulit dadanya
dengan ilmu kebal Kim-ciong-ko sehingga jari-jari tangan gadis itu
meleset dari kulitnya yang menjadi keras dan licin, dan yang kena
dicengkeram hanyalah bajunya saja.
"Bretttt ...... !" baju di bagian dadanya itupun terobek selebar
tangan ! Keduanya melompat mundur dan Yu Bwee masih
memegang kain robekan baju putih sambil tersenyum penuh
kemenangan. Bagaimanapun juga, gadis ini merasa girang dan
bangga karena bukankah dengan robeknya baju di bagian dada
itu membuktikan bahwa ia lebih unggul"
Han Le yang meloncat ke belakang itu lalu menjura. "Nona,
sungguh lihai sekali, aku mengaku kalah."
525 Giranglah hati Yu Bwee. Pemuda ini meupakan lawan yang amat
tangguh, dan rendah hati sehingga mudah mengaku kalah begitu
saja, padahal ketika tangannya mencengkeram dada tadi, ia
merasa betapa dada itu keras seperti baja dan licin sekali
sehingga tangannya hanya berhasil merobek baju. Ia menduga
bahwa pemuda itu memiliki ilmu kekebalan yang hebat. Sikap ini
mendatangkan rasa suka di hatinya dan ia semakin ragu apakah
ia harus memaksa pemuda ini untuk kembali ke istana.
"Sudahlah, tidak mudah mengalahkanmu. Sesungguhnya,
benarkah apa yang kau ceritakan tentang sikap sang permaisuri
tadi?" "Aku Gan Han Le bukanlah orang yang suka berbohong," kata
Han Le

Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Namamu Gan Han Le" Aku bernama Yu Bwee ......" Otomatis
gadis itu memperkenalkan diri.
"Aku girang sekali dapat berkenalan denganmu, nona Yu Bwee.
Sungguh mengherankan sekali melihat seorang gadis berbangsa
Mancu memiliki ilmu silat yang demikian lihainya."
"Aku tidak sepenuhnya keturunan Mancu. Dalam darah ayahku
mengalir pula darah Han. Aku hanya seorang peranakan. Dan
engkau" Kulihat engkau berbeda dengan pemuda Han yang
biasa. sepasang matamiu itu ...... "
526 "Agak kebiruan?" Han Le berkata dan merasa sebal dengan
dirinya sendiri. "Memang, akupun seorang peranakan. Ayahku
seorang Han aseli, akan tetapi ibuku seorang kulit putih ...... "
"Ahhh ...... !"
"Hemm, engkau heran dan ......memandang rendah" Tidak aneh
karena semua orang membenci orang kulit putih, akan tetapi
biarpun ia seorang wanita kulit putih, ibuku bijaksana dan
membantu perjuangan rakyat, ayahku yang sudah tiada juga
seorang pendekar dan pahlawan rakyat pejuang ...... "
"Aih, kalau begitu benar ! Ayahmu tentu Gan Seng Bu !"
Han Le terkejut. Tadi dia sama sekali tidak menyangka bahwa
gadis itu terkejut bukan karena mendengar ibunya berkulit putih,
melainkan terkejut karena agaknya dapat menduga siapa adanya
ayahnya yang menikah dengan wanita kulit putih. Rasa bangga
menyelinap di dalam hatinya.
"Engkau mengenal ayahku?"
Yu Bwee menggeleng kepala. "Tidak mengenal orangnya, hanya
mendengar namanya dari cerita ibu. Ibupun, walaupun puteri
seorang pangeran Mancu, amat akrab dengan para pendekar
pejuang dan sering bercerita tentang para pendekar sehingga
ketika engkau mengatakan bahwa ibumu seorang kulit putih, aku
teringat akan pendekar Gan Seng Bu yang menikah dengan
wanita kulit putih." Yu Bwee berhenti sebentar dan mereka kini
saling pandang, dengan sinar mata lain, penuh kagum.
527 "Aku tahu bahwa ayahmu telah gugur, akan tetapi di mana
ibumu?" Pertanyaan ini bagaikan sebatang pedang menusuk jantungnya.
Han Le menjadi agak pucat dan diapun menarik napas panjang,
teringat betapa ibunya telah menjadi isteri Koan Jit, musuh besar
yang telah membunuh ayahnya ! Ibunya telah berkhianat.
"Ibu juga sudah meninggal dunia," jawabnya singkat.
"Ah, kasihan sekali engkau, Han Le. Sekarang, setelah mengenal
siapa adanya dirimu, aku percaya padamu. Memang, sudah
banyak kabar desas-desus yang kudengar tentang permaisuri
kedua itu. Biarlah, akan kukatakan bahwa aku tidak berhasil
menyusulmu." "Terima kasih, Yu Bwee, aku tahu bahwa engkau memang baik
sekali dan seorang gadis berjiwa pendekar yang gagah perkasa."
Yu Bwee memandang robekan kain putih yang masih berada di
tangannya dan sadar bahwa sejak tadi ia memeganginya, ia lalu
melepaskannya sehingga kain putih itu melayang jatuh ke atas
tanah, dan iapun memandang ke arah baju di bagian dada
berlubang itu. "Maafkan, aku tadi telah merobek bajumu ...... " katanya.
"Tidak mengapa, Yu Bwee, masih untung bahwa engkau hanya
merobek baju, bukan kulit dagingku."
528 Tiba-tiba saja terdengar suara bentakan, "Gan Han Le,
menyerahlah sebelum kami terpaksa menembakmu ! Menyerah
untuk menjadi tawanan kami !" dan tiba-tiba saja muncul dari balik
semak-semak dua orang perwira tentara kerajaan yang
menodongkan dua buah senapan ke arah Han Le !
"Nona Yu, minggirlah dan jauhi pemuda itu !" kata orang kedua.
Yu Bwee mengenal mereka sebagai dua orang perwira pengawal
yang tentu diutus pula oleh permaisuri Cu Si untuk melakukan
pengejaran dan mereka membawa senjata senapan !
Sungguh berbahaya, pikir Yu Bwee. Ia sudah tahu akan hebatnya
senjata api itu, yang dalam jarak jauh amat sulit dilawan dengan
ilmu silat, lebih berbahaya dari senjata rahasia apapun juga
karena amat tepat dan mematikan. Ia tidak mau mundur, akan
tetapi bahkan Han Le yang melangkah mendekati dua orang itu
sampai jarak antara mereka hanya kurang lebih lima belas meter.
Pemuda itu bersikap tenang sekali, bahkan mulutnya tersenyum
ketika dia berkata dengan nada menentang. Dia menjaga agar
gadis itu tidak berada di belakangnya.
"Kalau aku tidak menyerah, lalu kalian mau berbuat apakah?"
"Kami akan menembakmu mampus !" bentak mereka bergantian
dan moncong bedil mereka telah ditodongkan ke arah dada Han
Le. "Han Le, menyerah sajalah, terlalu berbahaya melawan mereka
yang memegang senapan !" kata Yu Bwee dengan khawatir sekali
melihat sikap Han Le yang agaknya tidak mau menyerah itu.
529 "Tidak ! Aku tidak sudi menyerah !" Tiba-tiba Han Le menerjang
ke depan dan begitu moncong sebatang senjata api
memuntahkan api, tubuhnya sudah bergulingan.
"Darr ...... !" peluru itu berdesingan lewat di atas tubuh yang masih
bergulingan dan sambil bergulingan, Han Le sudah mencabut
pistol kecil dari pinggangnya.
"Klek-klek !" Dia membuka kuncinya, lalu menembak.
"Darr ...... !" Penembak pertama tadi terjungkal roboh.
"Darr...... !" orang kedua menembak, akan tetapi kembali Han Le
sudah bergulingan dan membuka kunci pistol membuang tempat
peluru pertama dan ketika lawannya sedang sibuk mengisi peluru
dia sudah melompat bangkit dan kembali pistolnya meledak. "Darr ...... !" dan perwira kedua itupun terjungkal.
Keduanya tewas seketika karena peluru pistol yang ditembakkan
Han Le tepat mengenai kepala sampai tembus !
Han Le tidak memperdulikan mereka, melainkan memandang ke
sekeliling untuk melihat kalau-kalau masih ada musuh. Akan
tetapi sunyi saja di puncak bukit itu, agaknya hanya mereka
berdualah yang tadi datang. Dia lalu melangkah kembali
menghadapi Yu Bwee yang memandang kepadanya denga
kagum. Pemuda ini selain lihai ilmu silatnya, juga amat pandai
mempergunakan senjata api. Untung bahwa sejak semula ia
sudah merasa kagum, tertarik dan suka kepada Han Le sehingga
ketika ia hendak menangkapnya tadi, ia tidak mencabut
pedangnya. kalau sampai mereka bermusuhan dan Han Le
530 mencabut pistolnya, tentu ia akan tewas pula dengan amat
mudahnya seperti kedua orang perwira itu.
"Terpaksa aku mendahului mereka, kalau tidak ...... tentu aku
yang menjadi korban," katanya seolah-olah minta maaf kepada
Yu Bwee. "Engkau tahu bahwa bagaimanapun juga, aku tidak sudi kembali
ke istana Yehol." Yu Bwee hanya mengangguk dan matanya mengamati wajah
pemuda itu penuh kekaguman.
"Yu Bwee, aku pergi sekarang, senang sekali telah dapat
berkenalan denganmu. Selamat tinggal, Yu Bwee."
"Selamat jalan ......
Pemuda itu membalikkan tubuh, akan tetapi baru melangkah tiga
langkah, dia berhenti dan membalik kembali menghadapi Yu
Bwee. "Yu Bwee, aku ...... aku ingin sekali menyimpan benda
milikmu untuk menjadi kenangan dan peringatan pertemuan ini
...... relakah engkau memberikan kepadaku ...... ?"
Sejenak Yu Bwee bingung, tidak tahu apa yang dimaksudkan,
akan tetapi wajahnya menjadi kemerahan ketika ia dapat
menyelami maksudnya. Ia menjadi bingung tak tahu harus
menjawab bagaimana. "Benda ...... benda apa maksudmu
"Tusuk kondemu yang kiri ......
531 Yu Bwee meraba kepalanya dan matanya terbelalak. Rambutnya
digelung ke belakang dan dua batang tusuk konde dari emas di
situ, akan tetapi kini tusuk konde yang kiri sudah lenyap !
"Tusuk kondeku lenyap .......!" katanya.
Han Le mengeluarkan tusuk konde itu dari saku bajunya.
"Inilah benda itu, Yu Bwee. Maaf, sudah kuambil ketika kita
bertanding tadi dan tadinya hendak kusimpan, akan tetapi aku
tidak ingin menjadi pencuri, maka aku minta dengan terangterangan. Kalau engkau keberatan, benda ini akan kukembalikan
kepadamu, kalau boleh, akan kusimpan sebagai kenangan."
Berdebar rasa jantung Yu Bwee dan mukanya sebentar pucat
sebentar merah. Betapa bodohnya menganggap diri lebih pandai
dalam ilmu silat daripada Han Le ! Kiranya diam-diam pemuda itu
telah berhasil mencabut tusuk konde tanpa ia mengetahui.
Padahal, tusuk konde itu dekat dengan tengkuknya, dan kalau
pemuda itu menghendaki, bukan tusuk konde yang dicabut,
melainkan nyawanya melalui totokan pada tenkuk ! Dan pemuda
perkasa ini ingin menyimpannya sebagai tanda mata, sebagai
kenangan ! Ia berusaha mejawab, akan tetapi lehernya seperti
tersumbat rasanya dan ia hanya dapat mengangguk dan
mengeluarkan suara lirih, " ...... simpanlah!'
"Terima kasih, Yu Bwee, aku tidak akan melupakanmu selama
hidupku, selamat tinggal !"
"Selamat berpisah ......."
532 Sekali dua kali meloncat saja tubuh itu berubah menjadi bayangan
putih yang berkelebatan dan lenyap ke bawah puncak. Sejenak
Yu Bwee berdiri termenung, dan ia merasa heran sekali mengapa
tiba-tiba saja hidup ini terasa begini sunyi dan kosong, Ia merasa
seperti kehilangan dan kesepian. Ketika ia menunduk, nampak
robekan kain putih itu dan seperti di luar kesadarannya sendiri ia
membungkuk dan menjumput kain itu, sejenak diamatinya kain
putih itu dan sambil menarik napas panjang, robekan kain selebar
tangan itupun dimasukkannya ke dalam saku bajunya ! Iapun
pergi meninggalkan puncak dengan cepat, menuju ke Yehol untuk
membuat laporan palsu kepada permaisuri Cu Si. Kalau kedua
orang perwira bersenjata api tadi tidak tewas, entah apa yang
harus dilaporkan. Akan tetapi sekarang ia dapat melapor bahwa
usahaya mencari Han Le gagal dan bahwa ia ...... tidak bertemu
dengan pemuda itu. Kemalangan yang bertubi-tubi menimpa Kerajaan Ceng dan
hampir saja menghancurkan Kerajaan Mancu itu. Peking diserbu
dan diduduki musuh, yaitu orang-orang kulit putih. Kaisar Hsian
Feng yang usianya baru tiga puluh tahun lebih itu, setelah berhasil
mengungsi ke Yehol, jatuh sakit berat yang membawa
kematiannya ! Kaisar Hsian Feng meninggal dunia dalam usia
muda dan di dalam pengungsian di Yehol. Tentu saja hal ini
menggegerkan, akan tetapi keluarga kaisar dan para pembesar
dapat merahasiakan hal ini agar tidak membuat kedaan menjadi
semakin kacau dan lemah. Pangeran Kung ditugaskan oleh para pembesar yang mewakili
pemerintah untuk membuat perjanjian pedamaian dengan orangorang kulit putih. Dalam hal ini, sebagai negara yang kalah, tentu
533 saja pemerintah Mancu menerima syarat-syarat yang disodorkan
oleh orang kulit putih. Perdamaian yang berat sebelah dan menguntungkan bangsa kulit
putih yang diperbolehkan membuka kantor perdagangan di
manapun juga ! Bahkan Peking yang sejak berabad lamanya
menjadi kota terlarang, kini harus dibuka untuk para duta negeri
Eropa untuk bertempat tinggal, dengan dasar persamaan hak.
Banyak sekali daerah yang tadinya tunduk untuk menjadi bagian
kekuasaan pemerintah Ceng, kini terjatuh ke tangan orang kulit
putih. Dalam tahun 1862 Bangsa Perancis memperoleh Cochin
Cina, kemudian tahun 1863 menguasai Kamboja dan tahun 1867
menguasai Annam Macao juga resmi menjadi milik Portugal.
Birma menjadi jajahan Inggris. bukan hanya negara-negara
selatan yang dicaplok oleh orang-orang kulit putih, akan tetapi
semua kota pelabuhan di sepanjang pesisir selatan dan timur
harus dibuka untuk mendaratkan kapal-kapal dagang mereka.
Dalam perjanjian yang diadakan setelah Peking jatuh dalam tahun
1860-1861 itu, Pangeran Kung berjasa besar. Pangeran Kung
adalah adik mendiang Kaisar Hsian Feng, yang memimpin
pasukan kerajaan. Ketika mengetahui bahwa ajalnya akan tiba Kaisar Hsian Feng
lalu mengumpulkan para pembantunya. Tiga orang Menteri dan
lima orang Jenderal yang ikut pula mengungsi ke Yehol untuk
mengatur upacara pengangkatan putera mahkota sebagai
pengganti kaisar. Putera mahkota itu adalah Pangeran Cai Chun,
yaitu putera dari Yehonala atau Cu Si, satu-satunya putera Kaisar
Hsian Feng, yang pada waktu itu baru berusia enam tahun ! Cai
Chun diangkat menjadi kaisar dengan julukan Kaisar Chi Hsiang,
dan delapan orang pembesar itu oleh kaisar yang telah berada di
534 ambang kematian itu diangkat menjadi wakil kaisar yang akan
mengatur pemerintahan atas nama kaisar cilik yang tentu saja
belum mengerti apa-apa itu.
Di antara delapan orang pembesar tinggi yang diangkat menjadi
wakil kaisar cilik itu adalah Su Shun, seorang pembesar yang
cerdik, berambisi besar dan menjadi pucuk pimpinan di antara
mereka yang delapan orang itu. Namanya sudah terkenal sebagai
seorang pembesar yang licik, berkuasa dan banyak sudah dia
mengangkat orang-orang Han menjadi pembesar, asal mampu
memeberi sogokan yang besar. Dia terkenal sebagai seorang
pembessr yang korup, namun karena cerdik dan berkuasa besar,
tidak ada yang berani menentangnya.
Sungguh sama sekali tidak disangka oleh Su Shun, pembesar
yang sudah berpengalaman dan cerdik ini, bahwa dia akan
medapatkan penentang dan musuh yang sama sekali tak
disangka-sangkanya, dan yang dalam hal kecerdikan bahkan
mengatasinya ! Musuh itu bukan lain adalah Yehonala atau
permaisuri Cu Si yang kini, setelah puteranya diangkat menjadi
kaisar, otomatis menjadi Ibu Suri Cu Si ! Su Shun tidak megira
bahwa dalam kepala cantik yang masih muda itu, terdapat ambisi
yang jauh lebih besar daripada ambisinya, dan terdapat
kecerdikan yang lebih lihai !
Niuhulu atau permaisuri pertama Cu An yang kini menjadi Ibu Suri
Pertama, sebagai permaisuri pertama tentu saja memiliki
kekuasaan besar. Dengan cerdiknya, Cu Si minta persetujuan
para pembesar bahwa ia dan Ibu Suri Cu An diangkat menjadi


Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wakil kaisar yang masih kecil itu pula, mewakili kaisar dalam
535 mengambil keputusan yang diajukan oleh Delapan Wakil Kaisar
yag menjalankan roda pemerintahan. Dengan demikian, tentu
saja seolah-olah Cu Si menempatkan dirinya dan Ibu Suri Cu An
di tempat yang lebih tinggi kekuasaannya daripada delapan
pembesar tinggi itu. Hal ini ditentang oleh Su Shun dan temantemannya, dengan alasan bahwa tidak terdapat peraturan seperti
itu semenjak Kerajaan Ceng berdiri.
Ibu Suri Cu An sendiri, seorang yang lemah dan tidak berambisi,
tidak perduli akan itu semua. Akan tetapi tidak demikian dengan
Ibu Suri Cu Si. Ia segera bertindak, membujuk Cu An bahwa
delapan orang pembesar itu tidak setia dan dapat mencelakakan
kaisar dan keluarganya. Bahkan ia berhasil membujuk Ibu Suri Cu
An untuk mengirim surat kepada Pangeran Kung yang menguasai
balatentara untuk datang ke Yehol dan merundingkan bagaimana
untuk meghadapi Su Shun dan kawan-kawannya.
Su Shun juga tidak tinggal diam. Disebarnya mata-mata dan
dilakukanlah segala usaha untuk memisahkan dua orang Ibu Suri
itu dengan Pangeran Kung, yang pertama tetap di Yehol dan yang
kedua di Peking dan tidak memberi jalan kepada mereka untuk
saling bertemu. Segala jalan dilakukan untuk menghalangi
pertemuan atau hubungan di antara mereka. Su Shun dan kawankawannya menyatakan bahwa tidak pantas bagi Pangeran Kung
untuk menemui ipar-ipar perempuan dan tidak baik meninggalkan
tugasnya di Peking yang masih dalam keadaan gawat, dan
sebagainya. Karena malu hati, Pangeran Kung juga tidak berani
berterang dan menghubungi dua orang kakak iparnya itu.
Perasaan malu ini oleh Su Shun dan kawan- kawannya dianggap
sebagai perasaan takut dan mereka memandang rendah kepada
536 kekuasaan Pangeran Kung yang mengepalai balatentara dan
yang mendapatkan kesan baik di mata pasukan kulit putih, karena
berhasilnya perjanjian perdamaian itu.
Juga pihak ibu suri, terutama sekali Ibu Suri Cu Si, tidak tinggal
diam. Ia berusaha keras untuk menjatuhkan delapan orang yang
dianggap menjadi saingannya itu. Cai Chun yang kini menjadi
Kaisar Chi Hsiang adalah anaknya ! Seharusnya ialah yang
menjadi wali dan wakil kaisar selagi kaisar masih bocah, bukan
delapan orang pejabat tinggi itu.
Dalam usaha Cu Si untuk berhubungan dengan Pangeran Kung
di kotaraja, Yu Bwee berjasa sekali. Gadis perkasa inilah yang
menjadi jembatan dan dengan kepandaiannya yang tinggi, Yu
Bwee dalam melakukan perjalanan bolak-balik dari Kotaraja ke
Yehol dan sebaliknya, membawa pesan-pesan dan surat-surat
antara Ibu Suri Cu Si dan Pangeran Kung! Tugas ini bukan tidak
berbahaya. Beberapa kali Yu Bwee dihadang dan diserang oleh
mata-mata yang disebar oleh Su Shun dan kawan-kawanya,
namun gadis perkasa itu berhasil mengalahkan mereka semua
dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Akhirnya, kedua pihak
dapat mengadakan perundingan lewat perantaraan Yu Bwee dan
Pangean Kung dapat menghadap kaisar di Yehol, bahkan kaisar
bocah ini, diwakili oleh Ibu Suri, mengangkat Pangeran Kung
menjadi perdana menteri yang bekuasa penuh. Ketika kaisar dan
kedua Ibu Suri kembali ke kotaraja Peking, delapan pejabat tinggi
yang dituduh berkhianat itupun ditangkap ! Su Shun yang
melarikan diri dapat dikejar dan ditangkap, dihukum mati, ada pula
yang dihukum minum racun, dipenjara selama hidup atau
dibuang. pendeknya, semua lawan dan kaki tangan mereka tidak
537 ada yang diampuni oleh Ibu Suri Cu Si dan semenjak itu, Ibu Suri
Cu Si seolah-olah memegang kendali pemerintahan mewakili
puteranya ! Memang benar di sampingnya masih ada Ibu Suri Cu
An yang kedudukannya lebih tinggi, namun Ibu Suri ini lemah dan
tidak pernah mau mencampuri urusan pemerintahan, berbeda
dengan Cu Si yang gila kekuasaan dan mulailah wanita ini
menguasai kerajaan sampai hampir lima puluh tahun lamanya !
Namun, di samping ambisinya yang berkobar-kobar untuk
menjadi orang yang paling berkuasa di seluruh negeri, Ibu Suri Cu
Si juga merupakan seorang wanita yang panas, yang besar sekali
nafsu berahinya. Semenjak gadis ia diperisteri mendiang Kaisar
Hsian Feng yang lemah karena terlalu bayak pelesir, apalagi ia
ditinggal mati dalam usia yang amat muda, bagaikan bunga
sedang mekar-mekarnya, sedang haus-hausnya akan kepuasan
batin. Oleh karena itu, kembali ia merasa kesepian, merana dan
hiburan yang ia dapatkan dari Li Lian Ying, thaikam
kepercayaannya itu, tidak lagi mampu memuaskan dahaga yang
menyiksanya. Dan melihat junjungannya seperti cacing
kepanasan atau ikan di daratan, kembali Li Lian Ying yang cerdik
itu yang datang menolong. Thaikam ini mengetahui rahasia
seorang thaikam lain yang bernama An Tek Hai, seorang laki-laki
tinggi besar yang bertubuh kuat. Rekannya ini sudah dikebiri seperti dia juga, akan tetapi
pengebirian terhadap An Tek Hai belum sempurna benar
sehingga thaikam yang satu ini tidak sepenuhnya mati
kejantanannya. Melihat ini, dengan tujuan menyenangkan
junjungannya, Li Lian Ying mulai mendekati An Tek Hai dan
memberi obat-obat ramuan dari Tibet yang dahulu dipergunakan
Kaisar Hsian Feng untuk memperkuat dirinya. 538 Setelah minum obat itu, terjadilah hal yang luar biasa. An Tek Hai
menemukan kembali kejantanan sepenuhnya, bahkan jauh lebih
kuat daripada sebelum di dikebiri !
Dengan janji akan membalas budi Li Lian Ying, diperkenalkanlah
keadaan An Tek Hai ini oleh Li Lian Ying kepada Ibu Suri Cu Si.
Tentu saja Cu Si menjadi girang sekali. An Tek Hai adalah seoang
laki-laki yang termasuk tampan, tidak seperi Li Lian Ying dan
tubuhnya begitu kokoh kuat dan jantan. Apalagi ketika An Tek Hai
mulai melayaninya, Cu Si merasa girang bukan main. bagaikan
orang yang sedang kehausan, ia dapat minum sepuasnya
sekarang. bagaikan tumbuhan bunga yang kekeringan, kini ia
memperoleh siraman sehingga bunga, daun sampai ke akarakarnya menjadi basah dan segar kembali. Mulailah hubungan
gelap yang dilakukan siang malam antara Cu Si dan An Tek Hai,
dan karena An Tek Hai adalah seorang "kebiri" yang boleh saja
keluar masuk di semua ruangan dalam istana, tidak ada
seorangpun yang mencurigai. Dengan leluasa Cu Si dapat saja
memanggil An Tek Hai ke kamarnya setiap kali timbul seleranya.
Betapapun juga, para dayang merasa curiga, namun desas-desus
di kalangan mereka itu sama sekali tidak diperdulikan Cu Si dan
Tek Hai yang sedang dimabok nafsu.
Kaisar bocah yang ketika masih pangeran bernama Cai Chun,
kemudian ketika diangkat kaisar di Yehol bernama Kaisar Chi
Hsiang, kini setelah menjadi kaisar di kotaraja mendapat nama
lain, yaitu Kaisar Tung Chi. Kaisar ini biarpun masih amat muda,
sudah mendengar pula akan desas-desus bahwa Ibu Suri Cu Si
bermain gila dengan seorang thaikam yang bernama An Tek Hai.
Dia merasa malu dan marah sekali. 539 Memang sejak kecil kaisar ini tidak terlalu dekat dengan ibu
kandungnya yang dianggapnya berwatak buruk, keras dan galak,
tidak seperti watak Ibu Suri Cu An yang lemah lembut dan
bijaksana. Biarpun Ibu Suri Cu Si ibu kandungnya, namun sejak
kecil dia merasa lebih dekat dengan Ibu Suri Cu An!
Mendengar akan hubungan gelap itu, dibantu oleh para pengawal
thaikam, pada suatu pagi dia menyuruh tangkap An Tek Hai yang
baru saja keluar dari kamar Ibu Suri Cu Si ! An Tek Hai hanya
tertawa, mengira bahwa kaisar yang masih bocah itu main-main.
Akan tetapi dengan sikap bengis kaisar bocah itu memerintahkan
orang-orangnya untuk menelanjangi An Tek Hai.
"Kalau dia benar thaikam palsu dan kejantanannya masih belum
mati, pukul saja dia sampai mampus !" kata Kaisar Tung Chi
kepada para pengawalnya. Dia berpikir bahwa kalau An Tek Hai
ternyata masih memiliki kejantanan, berarti dia thaikam palsu dan
desas-desus tentang Ibu Suri kedua itu mungkin benar.
Sebaliknya, kalau kejantanan thaikam An Tek Hai itu benar-benar
sudah mati, berarti bahwa desas-desus itu hanya fitnah belaka.
An Tek Hai ketakutan setengah mati, tubuhnya gemetar dan
wajahnya pucat, hampir dia tidak mampu berdiri saking takutnya
dan dia hanya berlutut sambil mendekam dan hampir terkencing
di celana. ketika para pengawal itu memaksanya
menelanjanginya untuk memeriksa, tentu saja orang yang
ketakutan setengah mati ini kehilangan kejantanannya sama
sekali ! Untunglah bagi An Tek Hai, karena hal ini menghilangkan
kecurigaan Kaisar Tung Chi dan An Tek Hai dibebaskan.
540 Ketika Ibu Suri Cu Si mendengar laporan An Tek Hai tentang
peristiwa itu, ia marah sekali, akan tetapi ia tidak mampu berbuat
sesuatu terhadap puteranya sendiri yang sudah menjadi kaisar,
bahkan ia merasa khawatir dan diam-diam ia menyuruh An Tek
Hai untuk meloloskan diri pergi ke Hang-cow, dengan memberi
banyak bekal. Maksudnya agar kekasihnya itu untuk sementara
waktu tidak memperlihatkan diri agar tidak membangkitkan
kecurigaan. Akan tetapi, ternyata An Tek Hai bernasib malang,
dan desas-desus tentang dirinya sudah menarik banyak orang
yang menjadi pembencinya. Kepergiannya diketahui dan diapun
ditangkap dengan tuduhan pengkhianat yang hendak
meninggalkan kotaraja untuk menjadi mata-mata musuh. Dia
dijatuhi hukuman mati ! Ibu Suri Cu Si diam-diam menangis sampai beberapa hari
lamanya, menangisi kekasihnya yang telah tiada. Semua hiburan
Li Lian Ying tidak dapat mengobati kerinduannya, dan Li Lian
Ying, thaikam yang cerdik ini tahu penyakit apa yang diderita oleh
junjungannya. Ia mendengar bahwa di waktu masih gadis remaja. sebelum
dingkat menjadi selir kaisar, Cu Si pernah saling mencinta dengan
pamannya sendiri, yaitu adik ibunya yang usianya tidak berselisih
banyak dengannya. Hubungan cinta itu terputus ketika Yehonala
menjadi selir kaisar, dan kini pamannya itu, yang bernama Yung
Lu, telah menjadi seorang pejabat pertengahan di Peking. Setelah
melakukan penyelidikan melalui kaki tangannya, Li Lian Ying lalu
mengajukan usul kepada junjungannya.
541 "Hamba merasa bersedih sekali melihat paduka setiap hari
tenggelam dalam kedukaan. Hamba kira, pertemuan dengan
seorang anggota lama akan dapat menggembirakan paduka,
tentu saja kalau paduka menyetujui."
Cu Si dengan malas-malasan memandang pelayan yang amat
setia itu. "Hemm, Lian Ying, siapa yang kau maksudkan itu?"
Tanyanya dengan suara agak kurang senang.
Bagaimanapun juga, sanak keluarganya adalah orang-orang
biasa, dan tidak senang hatinya kalau diingatkan akan
keluarganya, sama dengan mengingatkan bahwa ia adalah
keturunan orang-orang biasa !
"Baru-baru ini hamba bertemu dengan seorang sahabat yang
menceritakan bahwa paman paduka yang bernama Yung Lu
menjadi seorang pejabat pertengahan di kotaraja. Lupakah
paduka kepada paman paduka itu?"
Wajah Ibu Suri Cu Si berseri mendengar disebutnya nama ini.
Tentu saja ia masih ingat kepada Yung Lu, pamannya itu.
Ketika maih remaja, ia pernah jatuh cinta kepada pamannya itu,
dan biarpun hanya merupakan cinta monyet, namun masih
menjadi kenangan manis. Mendengar nama Yung Lu kini berada
di kotaraja, terbayanglah wajah yang tampan itu dan iapun ingin
sekali bertemu dengannya. Akan tetapi ia melihat kesulitan untuk
dapat bertemu dengan pamannya itu dan hal ini ia katakan
kepada Li Lian Ying. "Harap paduka jangan khawatir," kata Li Lian Ying.
542 "Kalau paduka berkenan, pertemuan itu dapat hamba atur.
Bukankah dia merupakan paman paduka sendiri" Tidak akan ada
salahnya kalau paduka memanggil dia menghadap untuk dimintai
nasihat tentang urusan pemerintahan. Takkan ada yang
mencurigai kehadiran seorang paman yang mengunjungi
paduka." Cu Si girang sekali dan cepat ia menuliskan surat panggilan itu.
Tentu saja Yung Lu merasa tegang dan dengan jantung berdebardebar menanti di ruangan tamu yang mewah dan indah itu.
Selama hidupnya, baru sekali ini dia memasuki bagian istana
yang demikian indahnya. Sejak keponakannya menjadi selir
kaisar dan kemudian bahkan menjadi permaisuri kedua dan akhirakhir ini menjadi Ibu Suri, dia tidak pernah bertemu dengan
Yehonala. Dan kedudukan keponakannya itu bukan tidak ada
manfaatnya baginya. Dia seorang yang tidak berpendidikan tinggi,
akan tetapi kini dapat menduduki jabatan tinggi pertengahan.
Semua itu adalah karena dia dikenal sebagai paman dari Ibu Suri
Cu Si ! Dan kini, keponakannya itu memanggilnya !
Li Lian Ying muncul dan tanpa banyak cakap lagi, thaikam ini
mengajak Yung Lu masuk ke dalam dan diantarnya orang itu ke
dalam kamar Ibu Suri Cu Si di Istana barat. Di dalam ruangan
kamar yang luas itu, Yung Lu melihat seorang wanita cantik duduk
di atas dipan, dan sukar baginya untuk mengenal wajah gadis
remaja Yehonala yang pernah saling mencinta dengannya. Yang
duduk di dipan itu adalah seorang wanita cantik jelita dan agung,
wanita yang sudah matang, dengan pandang mata tajam
berwibawa dan mulut yng kecil tersenyum manis. 543 Dia hendak menjatuhkan diri berlutut, akan tetapi dengan
tangannya, Ibu Suri Cu Si melarangnya.
"Paman Yung Lu, tidak perlu berlutut ...... !" kataya. pada saat itu,
dengan sopan Li Lian Ying lalu keluar dari kamar, menutupkan tirai sutera
berlapis-lapis untuk menutupi keadaan di dalam kamar itu dari


Pemberontakan Taipeng Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penglihatan orang di luar kamar dan diapun duduk berjaga di luar
kamar. "Paman Yung Lu, engkau duduklah di sini, di dekatku. Aku
sungguh rindu sekali kepadamu. Lupakah engkau kepada
Yehonalamu?" Dengan tubuh gemetar Yung Lu duduk di atas dipan, di dekat
wanita itu dan bagaikan seekor harimau betina yang kelaparan,
Ibu Suri Cu Si segera merangkulnya dan menjatuhkan dirinya di
atas pangkuan Yung Lu. "Ah, Yung Lu, aku kesepian, aku rindu padamu ...... " keluhnya.
Tentu saja hal ini sama sekali tak pernah disangka-sangka oleh
Yung Lu. membayangkan saja dia tidak berani bahwa bekas
kekasihnya di waktu remaja itu, yang kini telah menjadi orang
paling berkuasa di seluruh negeri, ternyata masih teringat
kepadanya, bahkan masih mencintanya ! Dia heran mengapa
semalam tidak mimpi kejatuhan bulan ! Dan tentu saja dia
menyambut ajakan wanita cantik itu dengan gembira karena Yung
Lu termasuk seorang laki-laki yang mata keranjang dan nafsu
berahi merupakan kesenangan yang selalu dikejarnya. Akan
tetapi dia masih merasa khawatir dan ragu-ragu, takut kalau
544 sampai ketahuan orang lain. Hal ini dirasakan oleh Cu Si yang
tertawa genit. "Laki-laki tolol, kenapa begini takut-takut " Siapa orangnya yang
berani masuk ke sini tanpa kupanggil ?" katanya sambil
merangkul. Yung Lu merasa bagaikan dalam mimpi. Kini tanpa
disangkanya, dia mendapatkan segalanya dari wanita ini, padahal
dahulu ketika mereka masih remaja, biarpun mereka saling
mencinta, dia tidak pernah mendapatkannya. Kini wanita itu
menyerahkan segalanya dengan rela dan tentu saja dia merasa
seperti melayang ke langit ke tujuh.
Demikianlah, mulai hari itu, Yung Lu menjadi kekasih baru Ibu Suri
Cu Si. dan untuk memudahkan dua orang ini mengadakan
hubungan setiap saat yang mereka kehendaki dengan leluasa,
kembali Li Lian Ying yang mengajukan usul-usul yang amat
cerdik. Kebetulan waktu itu, jabatan pengawas Urusan Rumah
Tangga Istana sedang kosong dan jabatan ini lalu diberikan
kepada Yung Lu. Semenjak itu, sebagai pejabat dalam istana,
dengan leluasa Yung Lu mengadakan pertemuan dengan Cu Si.
kehadirannya tidak mendatangkan kecurigaan, karena pertama,
dia adalah paman sendiri dari Cu Si, dan kedua, dia adalah
pejabat baru yang mengurus semua persoalan di dalam rumah
tangga istana. Dan kini wajah Cu Si nampak berseri, tubuhnya nampak segar
dan sehat. Dia menemukan kekasih yang hebat dalam diri
pamannya itu, jauh lebih hebat dibandingkan dengan mendiang
Kaisar Hsian Feng, atau dengan An Tek Hai sekalipun ! Ibu Suri
Cu Si dapat melakukan segala perbuatan yang disukainya
545 dengan bebas dan leluasa karena Ibu Suri Cu An yang lebih suka
membaca kitab-kitab agama di dalam kamarnya, menyerahkan
segala urusan kepada madunya itu.
Akan tetapi, seperti biasa terjadi di dunia ini, kesenangan tidak
pernah meninggalkan saudara kembarnya, yaitu kesusahan.
Hubungan mesra antara paman dan keponakan itu baru beberapa
bulan saja sudah membuat Ibu Suri Cu Si mengandung!
Bingunglah wanita ini. Hanya Li Lian Ying orang yang
dipercayainya, di samping Yung Lu tentunya, akan tetapi kedua
orang itu tidak berhasil menggugurkan kandungan dengan obatobat yang mereka bawa. Untuk mempergunakan obat yang terlalu
keras, mereka tidak berani, takut kalau akibatnya malah
berbahaya bagi nyawa Ibu Suri Cu Si. Dan mengundang tabib pun
tidak mugkin karena tentu rahasia itu akan bocor.
Akhirnya Cu Si teringat kepada isteri Pangeran Chun yang
merupakan saudara perempuannya yang boleh dipercaya.
Antara mereka memang ada hubungan yang akrab walaupun
tentu saja isteri pangeran itu selalu merasa rendah diri terhadap
Ibu Suri Cu Si. Diam-diam Cu Si memanggil isteri Pangeran Chun
dan setelah saudara perempuan ini datang, Cu Si cepat
metangkulnya dan mengajaknya bicara bisik-bisik di dalam
kamarnya, berdua saja. Di situ Cu Si menceritakan keadaan
dirinya yang mengandung ! Adiknya mendengarkan dengan mata
terbelalak, lalu duduk diam seperti patung karena tidak tahu harus
bicara apa. Barulah ia terkejut ketika Cu Si menyatakan
maksudnya mengundang saudara perempuan itu.
546 "Hanya engkaulah yang dapat menolongku dan mengeluarkan
aku dari kesulitan ini, saudaraku." kata Cu Si dan selanjutnya,
dengan bisik-bisik Cu Si menyatakan rencana siasatnya. Adiknya
itu, isteri Pangeran Chun, diperintahkan untuk mengaku kepada
suaminya bahwa ia mengandung, berpura-pura mengandung !
Dan adiknya itu akan tinggal di situ bersamanya, dengan alasan
agar mendapat perawatan yang baik di samping menemani Ibu
Suri Cu Si. Hari itu juga, Cu Si mengutus Li Lian Ying untuk
berkunjung kepada Pangeran Chun dan menyampaikan kabar itu
! Tentu saja Pangeran Chun terkejut dan terheran-heran
mendengar bahwa isterinya mengandung. Akan tetapi dia
percaya dan tidak perduli lagi karena memang dia mempunyai
banyak selir sehingga dia lupa lagi kapan terakhir kalinya dia
menggauli isterinya. dan karena isterinya itu merupakan saudara
yang amat akrab dengan Ibu Suri Cu Si, diapun tidak heran bahwa
isterinya lebih suka menceritakan tentang kandungannya kepada
saudaranya itu. Demikianlah, rahasia ini ditutup rapat dan setelah kandungan itu
tiba saatnya untuk dilahirkan, Ibu Suri Cu Si dan isterinya
Pangeran Chun tak pernah berpisah dari satu kamar.
Dua orang bidan dipanggil ketika malam itu Ibu Suri Cu Si
melahirkan. Pada keesokan harinya, diumumkan bahwa isteri
Pangeran Chun telah melahirkan seorang anak laki-laki yang
sehat ! Adapun kedua orang bidan yang membantu kelahiran itu,
lenyap tak ada yang tahu ke mana perginya. Mereka itu diamdiam telah dibunuh oleh kaki tangan Li Lian Ying agar mereka
tidak membocorkan rahasia tenang kelahiran anak itu.
547 Setelah "melahirkan" dan kesehatannya pulih, isteri Pangeran
Chun membawa puteranya pulang, disambut dengan penuh
kegembiraan oleh keluarga Pangeran Chun. dan anak inilah, anak
kandung Ibu Suri Cu Si, yang kelak setelah Kaisar Tung Ci
meninggal, oleh Ibu Suri Cu Si yang memegang tampuk
kekuasaan, diangkat menjadi kaisar pula !
Memang hebat sekali Ibu Suri Cu Si ini, seperti tercatat dalam
sejarah. Ia seorang wanita yang keras hati, ambisius, dan cerdik
bukan main. dari keluarga bersahaja ia dapat naik menjadi
permaisuri dan kemudian Ibu Suri yang memerintah negara besar
itu selama kurang lebih lima puluh tahun ! Dan di samping
kekuasaannya yang mutlak, keputusan-keputusan yang keras
dan penting, di sebelah dalam istana tersimpan pula rahasianya,
yaitu selalu dirundung kesepian sehingga ia melakukan hubungan
gelap dengan banyak pria, dan ini merupakan kelemahannya,
yaitu menjadi hamba dari nafsu berahinya sendiri.
Demikianlah sekedar gambaran awal keruntuhan Kerajaan
Mancu, didahului dengan kekacauan dan lemahnya keluarga
kerajaan itu sendiri. =================================
Setelah berpisah dari Yu Bwee, gadis yang menarik perhatiannya
itu, yang mendatangkan kesan mendalam, Gan Han Le
melanjutkan perjalanannya. Dia telah melihat keadaan kotaraja,
melihat kekacauan yang terjadi, bahkan melihat penyerbuan
pasukan kulit putih yang telah menduduki kotaraja dan yang
memaksa kaisar sekeluarganya melarikan diri ke Yehol. Semua
548 yang telah dialaminya itu membuat dia lebih bingung lagi.
Semenjak dia lari meninggalkan ibunya dan gurunya, Han Le
merasa bingung dan hatinya penuh dengan dendam yang
bertumpuk, akan tetapi dia sendiri tidak tahu kepada siapa
dendam itu harus ditumpahkan, kepada gurunya" Kepada
Ibunya" Ah, tidak mungkin. gurunya kini telah menjadi ayah tirinya
! Akan tetapi, kenyataan bahwa gurunya, Bu Beng Kwi, ternyata
adalah musuh besarnya juga, Koan Jit pembunuh ayah
kandungnya, telah menghancurkan bayangan tentang diri
seorang guru yang dicintanya dan dikaguminya. Kini rasa cinta dan hormatnya berbalik menjadi kebencian.
Bahkan diapun kehilangan perasaan suka kepada kedua orang
suhengnya yang menjadi pimpinan rakyat. Tidak, dia tidak akan
mencari mereka, tidak akan membantu mereka ! Membantu
kedua orang suhengnya itu sama saja dengan membantu
gurunya ! Dalam keadaan bingung ini Han Le meninggalkan Yehol dan
diapun teringat kepada raja baru di Nan-king, pemimpin pasukan
Tai Peng, yaitu Ong Siu Coan! Bukankah Ong Siu Coan itu
suheng dari ayah kandungnya " Dan selama dia dan ibunya
berada di sana, di Nan-king, merasa diperlakukan dengan amat
baik oleh Ong Siu Coan. Bahkan mungkin dia dan ibunya masih
tinggal di sana dalam keadaan terhormat, kalau saja tidak muncul
Bu Beng Kwi yang membawa mereka lari. Dia bahkan pernah belajar ilmu silat dari seorang kepala
pengawal bernama Giam Ci, seorang sahabat dari Tangciangkun. Di sana dia diperlakukan oleh siapa saja dengan sikap
Tugas Rahasia 2 Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang Naga Bumi Ii Karya Seno Gumira Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 7
^