Pencarian

Sastrawan Cantik Lembah Merak 1

Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana Bagian 1


KONG CIAK BI SIUCAI Hutan bagian selatan lembah
merak laksana diterpa badai
hebat, tanah bergetar seiring
suara hingar bingar menggelegar,
tiga sosok bayangan bergerak
gesit, tubuh mereka hanya
merupakan bayangan kilat yang
saling menyambar diantara
pepohonan dalam hutan yang
nyaris gundul karena banyak
yang sudah tumbang akibat
pukulan dan hantaman ketiga
bayangan yang terlibat pertarungan hebat, suara teriakan dan
hentakan mereka sahut menyahut membuat tempat itu riuh
rendah, seorang wanita tua dari bukit lembah menyaksikan
dengan mata terkagum-kagum menyaksikan aksi dari tiga sosok
yang hanya berupa bayangan tersebut, kadang ia mengerjapkan
matanya karena silau dan perih, sambil tersenyum akhirnya ia
kembali masuk kedalam rumah megah yang berdiri di tengah
bukit itu, sementara tiga sosok itu masih berkutat dengan aksi
meraka yang dahsyat. Saat senja datang dan syafak merah menghias dilangit, dan
suasana tempat itu redup temaram, tiga sosok yang tadi berkutat
di bagian lembah, kini meluncur berkelabat menuju arah bukit,
hanya dengan tiga lompatan mereka sama mendarat dengan
ringan di lapangan luas dibelakang bangunan megah ditengah
1 bukit, hal itu menunjukkan betapa tingginya tingkat ginkang
ketiga orang itu. "liang-te dan liong-te, setelah makan malam kita berkumpul
diruang tengah !" kata lelaki paruh baya berwajah tampan
namun sayang dia buta karena kedua biji matanya sudah tidak
ada "baik"ong-ko !" sahut keduanya bersamaan, lalu ketiganya
masuk kedalam rumah dan menuju kamar masing-masing,
orang termuda dari tiga lelaki itu hendak masuk kedalam
kamarnya, wanita tua yang tadi menonton dari atas bukit keluar
dari rdalam dapur, dengan seulas senyum ia bertanya
"apakah latihannya sudah selesai liong-ji !?"
Pemuda yang sudah membuka daun pintu kamarnya menoleh
"sudah ibu! sekarang aku hendak mandi, oh ya! sepertinya ongko akan membicarakan sesuatu setelah makan malam."
"oh..kalau begitu segeralah pergi mandi." ujar wanita itu sambil
membalik badan melangkah kembali kedalam dapur untuk
memerintahkan dua pelayan segera menyiapkan makan malam.
Penghuni lembah merak itu tentunya sudah kita kenal, yang
pertama adalah Li-cing atau yang dijuluki "siang-mou-bi-kwi"
(iblis cantik berambut harum), wanita tua berumur enam puluh
tahun, walaupun ia sudah berumur, namun kecantikannya masih
nyata, yang kedua adalah Han-kwi-ong berjulukan iblis buta,
umurnya kini sudah empat puluh delapan tahun, kemudian Hanok-liang berumur empat puluh enam tahun, sedangkan yang
keempat adalah Han-bun-liong berumur dua puluh empat tahun,
ia adalah putra dari li-cing, sebagimana pada cerita sebelumnya
(warisan berdarah) suhu mereka tan-kui atau ang-gan-kwi tewas
2 ditangan "siuaw-taihap", dan karenanya meraka berazam dalam
hati untuk mematangkan sin-kang dan gin-kang yang diajarkan
suhu mereka, sebelum membalaskan dendam pada siuawtaihap, siauw-taihap adalah saudara se ayah mereka, namun
walaupun demikian mereka tidak akur dan siauw-taihap memang
berseberangan dengan aliran mereka.
Setelah makan malam penghuni lembah merak itu berkumpul
diruang tengan dan mereka duduk mengitari meja berbentuk
bundar, Li-cing yang duduk diujung meja menatap Han-kwi-ong
dan bertanya memulai pembicraan
"saya dengar kamu hendak membicarakan sesuatu, apa yang
hendak kamu bicarakan kwi-ong !?"
Han-kwi-ong yang buta menolehkan kepala ke arah li-cing dan
menarik nafas dalam, lalu berkata
"aku hendak membicarakan tantangan liong-te pada fei-lun tiga
tahun yang lalu." Li-cing menatap anaknya sejenak
"tapi siuaw-taihap tidak menjawab tantangan itu kwi-ong." sela
Li-cing mengingatkan "benar ! tapi walaupun ia tidak menjawab, kita tidak perlu tahu
apa jawabannya, karena sudah menjadi misi kita untuk
melenyapkannya dari muka bumi ini." sahut kwi-ong dengan
nada tegas. "kalau begitu, apa dan bagaimana rencana ong-ko !?" sela okliang, Kwi-ong menoleh ke arah Ok-liang
"hmh".sesuai pesan susiok, bahwa setelah lima tahun kita
menyempurnakan ilmu, maka kita tidak perlu khawatir lagi akan
kalah dari Fei-lun, maka sudah saatnya tujuan awal dari
kesepakatan pertemuan para cianpwe lima tahun yang lalu kita
3 wujudkan, dan kita harus melaksanakannya."
"benar..lalu apakah kita akan langsung kekaifeng dan
menempurnya !?" sela Bun-liong
"ya..! sebagaimana saya katakan tadi, bahwa dengan keadaan
kita sekarang, tidak ada yang mesti kita khawatirkan, sin-kang
dan gin-kang seorang diantara kita seimbang dengannya, dan
kita memiliki ilmu silat yang lebih tinggi dari fei-lun, bukankah
demikian menurut kalian?"
Sesaat mereka hening dalam pikiran masing-masing, lalu
kemudian Li-cing berkata "demikianlah memang menurut perkiraan Kui-ko."
"maksudmu bagaimana siang-mou!?" tanya Han-kwi-ong
"maksudku adalah, perkiraan itu tiga tahun yang lalu, dan saya
sebenarnya ragu dengan perkiraan itu" dengan kening
berkerenyit Kwi-ong dan Ok-liang menoleh pada Li-cing tapi dia
tidak berkata apa-apa "bagaimana kamu bisa ragu bi-kwi ?" tanya Ok-liang heran
"saya hanya memperkirakan dengan melihatnya saja Ok-liang,
namun Liong-ji lah yang langsung berhadapan dengan siauwtaihap saat itu, bagaimana menurutmu Liong-ji !?" tanya Li-cing
dan ketiga orang itu menatap Bun-liong
"apa yang dikatakan ibu memang benar Ong-ko dan Liang-ko !
tiga tahun lalu aku menghadapi sebuah ilmunya yang luar biasa,
sebuah ilmu "su-hoat" (ilmu melukis huruf) yang luar biasa, hinga
aku kalah dalam sepuluh jurus." sahut Bun-liong
"sepuluh jurus !?" seru ok-liang dan kwi-ong bersamaan dengan
hati terkejut, Ok-liang mengepal tinjunya seakan tidak percaya
"benar ong-ko, demikianlah memang kenyataannya." ujar Bun4
liong, sesaat mereka semua terdiam dengan pikiran masingmasing, lalu Kwi-ong menoleh pada Li-cing, ia menghela nafas
dan berkata "hmh".kalau begitu bagaimana menurutmu bi-kwi ?" Li-cing
tidak langsung menjawab, namun ia berpikir sejenak sambil
menatap tiga laki-laki dihadapannya yang tergolong anak
baginya "berhadapan dengan siauw-taihap sudah merupakan momok
bagi golongan kita, kita sudah bersatu padu menghadapinya,
namun kita tetap terbentur, saya sudah sering mendengar
bagimana golongan kita mengeroyoknya, namun sampai saat ini
belum juga berhasil."
"jadi apakah kita tidak punya cara lain ibu ?" sela Han-bun-liong
dengan rasa penasaran "hmh".sendirian kita jelas kalah, mengeroyok juga sepertinya
kita kalah, tapi jika melihat keadaan kalian memang patut
dicoba, mungkin saja kali ini berhasil."
"benar ! dan akan sia-sialah usaha kita selama lima tahun ini,
jika kita tidak berani mencobanya." ujar Kwi-ong dengan nada
geram "aku juga sependapat, dan sebaiknya kita cari Fei-lun dan
mengajaknya bertarung habis-habisan." sela Ok-liang penuh
rasa emosi "tapi menurutku kalau kita terus terang menantangnya, aku
cenderung merasa ia tidak akan mau, Liang-ko"
"apa yang kamu katakan itu, ada juga benarnya liong-ji, karena
dilihat dari sikapnya tiga tahun lalu yang tidak menggubris
tantanganmu, dan jika langsung kekaifeng, kalian tidak akan
5 bisa mengeroyoknya, karena keluarganya yang juga pewaris
ilmunya tidak akan membiarkan itu terjadi." sela Li-cing
"lalu bagaimana baiknya bi-kwi ?" tanya Kwi-ong, mereka
kemudian terdiam cukup lama sambil memeras pemikiran, lalu
Li-cing berkata "bagaimana kalau kita memaksa dengan memancingnya."
"maksudmu bagaimana bi-kwi ?" sela kwi-ong dan ok-liang
bersamaan "maksudnya begini kwi-ong, kalian culiklah ayah kalian, dan
usahakan supaya siauw-taihap dengar berita itu, dengan
demikian ia pasti keluar untuk mencari, dan saat itu kalian akan
ada peluang mengeroyoknya tanpa bantuan murid-muridnya"
"apakah ia akan mau perduli bi-kwi " kamu harus ingat ! bahwa
baik kami bertiga maupun fei-lun sendiri, anak yang diketahui
setelah dewasa." sela Kwi-ong
"benar memang begitu, tapi kalian bukan siauw-taihap, rasa
baktinya akan mengalahkan rasa kecil hatinya pada yaoyantaihap, bagimanapun tidak bertanggung jawabnya ayah kalian,
siauw-taihap pasti membela." jawab Li-cing dengan tandas dan
rasa percaya "tapi kalau kita yang menculiknya, tentunya dia tidak akan waswas, karena bagaimanapun dia akan yakin, kita tidak akan
mencelakakan ayah." sela ok-liang.
"yang menculik adalah kalian, tapi namanya bukan kalian,
banyak anggota kita yang bisa kita pakai namanya."
"kalau hanya untuk memancingnya keluar, kenapa harus serumit
itu ibu, kita sebar saja momok disatu tempat, dia akan datang."
"belum tentu Liong-ji, dia bisa saja mengutus murid-muridnya."
6 "kalau begitu, liong-te saja yang menculiknya." sela ok-liang
"benar, karena liong-te belum dikenal oleh ayah, jadi kita tidak
perlu memakai nama orang." tambah kwi-ong
"demikian juga baik." sahut Li-cing
"jika aku sudah menculiknya, apakah ayah akan dibawa kesini ?"
"tidak, tapi bawalah ke kui-san (gunung siluman), tempat
pertapaan suhu kalian."
"baik kalau begitu, dan kapan aku akan berangkat ?"
"besok kamu berangkatlah Liong-te." sela Kwi-ong
"benar, dan ibu juga akan duluan ke kui-san."
"lalu bagaimana dengan ong-ko sendiri ?" tanya Ok-liang
"apanya yang bagaimana Liang-te ?"
"Liong-te akan pergi, bi-kwi juga akan pergi ke kui-san, dan
menurutku aku sendiri akan kembali ke shinyang dan menanti
kabar dari Liong-te, bukankah sebaiknya Ong-ko kembali ke
huangsan ?" "benar juga apa yang ok-liang katakan, dan tempat ini tidak kita
butuhkan lagi." sela Li-cing
"tidak, aku akan tetap tinggal disini sambil menunggu kabar dari
Liong-te" jawab Kwi-ong tegas
"jika memang demikian keinginanmu, baiklah kalau begitu, dan
sekarang sebaiknya kita istirahat !" ujar Li-cing, lalu kemudian
mereka pun menuju kamar masing-masing.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali Han-bun-liong mengemasi
barang perbekalannya, lalu setelah sarapan pagi, ia pamit pada
ibu dan kedua saudaranya, dengan langkah ringan dan mantap
Han-bun-liong menuruni bukit meninggalkan lembah merak,
larinya sangat cepat melintasi dataran yang banyak ditumbuhi
7 bunga seruni yang berbaur dengan ilalang setinggi lutut, hatinya
demikian gembira, karena baru kali ini ia turun gunung dan
mengadakan perjalanan panjang sendirian, dan setelah lewat
siang hari, ia sudah memasuki kota Tian-jin.
Dengan wajah berseri-seri pemuda tampan itu memasuki likoan
yang tidak seberapa banyak pengunjungnya, seorang pelayan
tua menghampirinya dengan sedikit membungkuk dan seulas
senyum ramah "silahkan kongcu, kongcu mau pesan apa " kami banyak
menyediakan masakan-masakan yang lezat."
"hidangkan saja makanan dengan lauk terlejat kedai kalian ini !"
"baik kongcu, dan bersabarlah sebentar, saya akan
menghidangkan menu istimewa untuk kongcu." sahut pelayan itu
sambil membalik badan. Han-bun-liong meletakkan buntalannya dan memperhatikan
seluruh ruangan, ada enam meja yang terisi, salah satunya meja
dibagian sisi tangga, yakni seorang lelaki paruh baya sedang
makan dengan seorang gadis cantik, dari pembicaraan
keduanya, Han-bun-liong mengetahui bahwa keduanya adalah
ayah dan anak, sesaat mata wanita yang bening itu beradu
pandang dengan Han-bun-liong, wanita itu segera menundukkan
pandangan sambil menyumpit makanannya, mata Han-bun-liong
tidak lepas menatap lekat pada wanita itu, wanita itu semakin
kikuk saja dipandangi tajam seperti itu, dan ketika pelayan tua itu
datang menghidangkan makanan, maka pandangan Han-bunliong teralihkan.
8 Han-bun-liong mulai menyumpit makanan didepannya, dan
kadang matanya mengerling kearah wanita itu, dalam hati wanita
itu terbit juga rasa hangat walaupun lebih cendrung pada rasa
kikuk, betapa tidak wajah Han-bun-liong juga sangat enak
dipandang, sehingga menimbulkan rasa simpatik dan debaran
dalam hatinya, sang ayah yang duduk didepannya merasa heran
melihat sikap janggal dari putrinya
"kamu kenapa Bian-ji !?" sela ayahnya, wanita terkejut
mendengar teguran ayahnya, dia langsung tertunduk dan
mukanya bersemu merah "ah..ti..tidak apa-apa ayah." sahutnya sambil menyumpit ikan
goreng dan meletakkannya kedalam mangkok nasinya
"kalau tidak apa-apa, cepatlah selesaikan makanmu, ayah
hendak menemui kasir untuk memesan kamar."
"baik ayah?" "kita menginap saja semalam, dan besok kita melanjutkan
perjalanan " lanjut ayahnya, gadis itu hanya mengangguk, lalu
ayahnya berdiri dan melangkah menuju kasir, wanita bernama
Tan-Bian itu mempercepat makannya, dan berusaha
mengalihkan pikirannya dari wajah tampan Han-bun-liong.
Han-bun-liong dengan santai mengunyah makanannya, dan
sesekali melirik wanita bermata bening yang menarik hatinya,
Tan-Lui dan putrinya adalah tukang akrobat jalanan, dengan
mengadakan atraksi silat ditengah pasar, mereka mendapat
sumbangan dari orang-orang yang takjub dan terhibur, mereka
masuk kota dan keluar kota untuk melakukan atraksi hanya
untuk memenuhi kebutuhan mereka, awalnya Tan-Lui adalah
pengawal piuawkiok, namun setelah piuwkiok tempatnya bekerja
9 mengalami bangkrut, maka Tan-Lui beralih profesi untuk


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memenuhi kebutuhannya dan anak semata wayangnya.
Setelah berbicra dengan kasir, Tan-lui dan putrinya naik ke atas
diantar seorang pelayan, dan diikuti pandangan Han-bun-liong,
dari sudut matanya Tan-bian melirik pemuda tampan yang tidak
jemu-jemu memandangnya, bibirnya tersenyum menunduk
sambil melangkah dibelakang ayahnya, sesampai didalam
kamar Tan-Bian merebahkan badan, wajah Han-bun-liong
menari-nari dipelupuk matanya, hatinya kian berdebar
mengingat tatapan tajam yang menggelisahkan hatinya
"matanya itu ceriwis sekali ! hmh"mungkinkah ia tertarik padaku
?" pikir Tan-bian "kamu pergilah mandi bian-ji, sebentar lagi hari akan sore." ujar
ayahnya dan membuyarkan lamunannya
"baiklah ayah." sahut Tan-bian sambil bangkit dari ranjang, ia
kemudian masuk kamar kecil yang ada disudut ruangan atas,
setelah beberapa lama ia keluar dengan pakaian yang sudah
berganti, wajahnya segar dan tubuhnya harum, ia kembali
kedalam kamar, lalu merias muka dan menyisir rambutnya yang
tergerai panjang "ayah"aku boleh keluar untuk jalan-jalan sebentar ?" tanyanya
sambil menyanggul rambutnya
"boleh, tapi hati-hati, dan kembali sebelum malam tiba." Jawab
Tan-lui "baik ayah, aku hanya sebentar saja." Sahut Tan-bian dengan
wajah senang, lalu ia segera keluar dan menuruni tangga,
matanya mengerling ke arah meja dimana han-bun-liong tadi
duduk, namun Han-bun-liong sudah tidak disitu lagi, wajahnya
10 sedikit kecewa, dan ia terus melangkah keluar likoan, dan terus
melangkah menyusuri jalan menuju taman kota.
Jalanan arah taman kota itu ramai oleh para pemuda dan gadis
yang hendak menikmati indahnya taman kota saat sore hari, ada
yang duduk santai dan ada yang sedang berjalan-jalan mengitari
kolam, Ketika Tan-bian menuju jembatan ditengah taman,
hatinya berdenyar kembali, karena ia melihat han-bun-liong
sedang berdiri di pinggir jembatan dan bahkan sedang menatap
kedatangannya, sesaat ia terdiam dan bingung hendak berbuat
apa, Han-bun-liong melangkah dan menghampirinya, hati Tanbian makin berdebar
"nona ! apakah sedang menikmati indahnya taman kota ?"
"be..benar kongcu." jawab Tan-bian gugup dan merasa jengah
sambil meremas tangannya sendiri
"kebetulan kalau begitu, saya juga sedang jalan-jalan sambil
menikmati indahnya kota tianjin, jadi bolehkan kita saling jalan
bersama menyusri taman kota yang indah ini ?"
"oh"eh ta..tapi kita belum saling kenal." sahut Tan-bian makin
gugup "hehehe..benar, aku adalah Bun-liong, dan siapakah namamu
nona ?" "namaku Bian, Tan-bian." jawabnya dengan hati makin berdebar,
sesaat keduanya diam terpaku dan Tan-bian makin menunduk
karena gugup dan malu "marilah Bian-moi, kita menyusuri jalan diseputar taman ini." ajak
Bun-liong dengan senyum ramah, Tan-bian mengangkat
wajahnya dan melihat senyum Bun-liong dan ia pun tersenyum
dan mengangguk, keduanya pun mulai melangkah berjalan
11 dengan sedikit kikuk, tapi tidak lama kemudian gerak langkah itu
makin ringan dan santai mengayun
"darimanakah asalmu Liong-twako ?" tanya Tan-bian
membaranikan diri bertanya
"sebenarnya boleh dikatakan aku dari kota ini, hanya saja aku
tinggal di luar tidak jauh dari gerbang kota, dan kamu nona
darimanakah, dan apa yang kamu kerjakan bersama ayahmu
disini ?" "saya dari kota qingdao, ayah dan saya bekerja sebagai tukang
akrobat jalanan untuk memenuhi kebutuhan"
"jadi kamu seorang ahli silat kalau begitu."
"ahli sih tidak, saya tentu tidak sebanding dengan Liong-twako."
"eh".kenapa kamu katakan begitu, bian-moi ?"
"bukankah Liong-twako seorang pendekar kenamaan, pedang
twako yang menempel dipunggung luar biasa gagahnya."
"hehehe"aku bukan pendekar yang punya nama terkenal, Bianmoi"
"hish",twako pasti merendah, iya kan ?"
"hehehe..tidak..aku berkata yang sebenarnya."
"ah..aku tidak percaya, pedang twako saja demikian gagah,
tentunya twako memilki ilmu pedang yang hebat dan luar biasa."
"hehehe"baik".itu ada panggung tempat duduk, kita kesana
yuk." ajak han-bun-liong, Tan-bian mengangguk, lalu melangkah
menuju balai-balai tempat duduk, keduanya pun duduk di atas
panggung sambil menikmati hembusan semilir angin sore yang
sejuk. Pembicaraan mereka demikian akrab dan kadang mereka
tertawa dan tersenyum, hati Tan-bian semakin mabuk kepayang
12 atas ketampanan dan keramahan han-bun-liong
"Liong-twako, sebentar lagi malam, kita pulang yah ?"
"oh"baik, marilah saya antar ketempat penginapanmu."
"apa tidak merepotkanmu twako ?"
"hehe, tentu tidak, berjalan disamping gadis secantik kamu,
bagaimana bisa repot."
"ah..twako bisa saja." sahut tan-bian dengan hati mekar
berbunga mendengar pujian lelaki yang penuh daya tarik ini.
keduanya lalu berdiri dan berjalan
"berapa lamakah bian-moi berada dikota ini ?"
"besok saya dan ayah akan melanjutkan perjalanan."
"hendak kemakah tujuan selanjutnya ?"
"mungkin menuju kota shijajuang, ada apa, kenapa twako
menanyakannya ?" "pertemuan ini terasa singkat, karena besok kita akan berpisah."
Tan-bian berhenti menatap lekat wajah tampan didepannya,
hatinya berdebar "katakanlah twako, apa yang harusnya kita lakukan ?" ujar Tanbian dengan nada suara bergetar dan hati yang berdegup
kencang "hehehe..tidak, tidak ada yang harus kita lakukan, bukankah
sudah biasa bertemu lalu berpisah ?" sahut Han-bun-liong tawar,
Tan-bian bingung dan sedikit kecewa mendengar nada suara
yang bernada tawar itu, namun hatinya yang terbetot sudah
kepalang basah, lalu dengan suara lembut penuh perasaan ia
berkata "ta"tapi twako, hati bergetar dan serasa tidak rela dengan apa
yang akan terjadi besok."
13 "benarkah bian-moi.. " sungguh aku juga merasakan hal yang
sama" sahut Han-bun-liong dengan senyum, Tan-bian senyum
dengan hati bergetar dan pandangan berbinar
"benarkah liong-ko, apakah liong-ko merasa seperti apa yang
kurasakan ?" "bagaimana perasaanmu bian-moi ?" bun-liong balik bertanya
dengan nada bergetar "apa maksud liong-twako !" apakah harus aku duluan
mengutarakan isi hatiku ?" tanya Tan-bian dengan perasaan
pahit "pertemuan singkat ini, tentunya tidak berarti bagimu, bukan ?"
tanya Han-bun-liong sehingga membuat Tan-bian penasaran
dan bingung "twako"apa yang kamu katakan ini, aku..aku tidak mengerti,
kenapa twako menggantung apa yang hendak kau katakan ?"
"hmh"aku takut menyatakan apa yang kurasakan, karena
bagaimanapun kita akan berpisah, bian-moi"
"ah..twako, jika hal itu yang membuatmu takut, aku bisa
membujuk ayah, untuk tinggal disini." sahut Tan-bian tandas
tidak lagi memikirkan rasa malu yang menderanya karena
duluan menyatakan isi hatinya pada seorang lelaki
"tidak demikian bian-moi, aku juga hendak pergi dari kota ini, tapi
jika memang bian-moi punya keberanian untuk ikut denganku,
hatiku akan senang sekali." mendengar itu Tan-bian terheyak
sesaat "hendak kemanakah tujuan liong-twako ?" tanya Tan-bian tabah
"aku hendak berkelana cari pengalaman, bian-moi"
"kalau begitu, liong-twako dapat ikut dengan kami."
14 "ah"itu akan membuatku riskan pada ayahmu."
"twako, cintakah engkau kepadaku ?" tanya Tan-bian tandas
"cinta aku tidak tahu, tapi aku suka padamu, sudahlah !
memperpanjang pembicraan ini, rasanya menambah kalut
pikiranku, dan sebaiknya aku pergi saja bian-moi." ujar han-bunliong sambil berbalik meninggalkan halaman likoan, Tan-bian
tercenung dan bingung akan sikap han-bun-liong yang sulit
diraba, hatinya kecewa merasakan betapa han-bun-liong tidak
sepenuhnya menginginkannya, terbukti dari sikapnya yang plinplan.
Tan-bian masuk kedalam likoan dengan hati mengambang,
bingung dan kecewa, kenapa Han-bun-liong bersikap demikian "
aneh dan janggal memang sikap tersebut, namun jika melihat
latar belakang kehidupan han-bun-liong selama ini, sepintas
mungkin dapat dimaklumi, Han-bun-liong adalah orang yang
penuh dengan prinsip-prinsip menyimpang, dan juga ia tidak
pernah keluar dari asuhan ibu dan suhunya, ditambah lagi dia
diajari untuk selalu mengabaikan perasaan, jadi boleh dikatakan
perasaan yang dialaminya saat melihat Tan-bian adalah sesuatu
yang asing baginya. Ia memiliki tugas penting yang harus dikerjakan, dan ketika ia
keluar dari lembah merak, hatinya terpaut dengan gadis yang
menawan hatinya, gejolak yang melibatkan perasaan itu
menyalahi prinsip hidupnya, memaksakan kehendak pada orang
lain adalah keharusan bagi perinsip hidupnya, namun sesuatu
yang tulus dan suci menyergap hatinya, sehingga dia bingung
harus bagaimana bersikap didepan Tan-bian.
15 Malam itu han-bun-liong keluar dari kota tianjin, gerakannya
yang gesit laksana kelelawar malam merambah rerimbunan
hutan yang pekat, dan keesokan harinya Han-bun-liong sudah
jauh meninggalkan kota Tianjin, tanpa beban ia terus
melanjutkan perjalanan dengan berlari cepat tanpa kenal lelah,
dan seminggu kemudian ia sampai di sebuah hutan yang lebat,
dan ketika ia turun menuju arah sungai yang mengalir dalam
hutan, ia melihat seorang perempuan sedang mandi, kontan
Han-bun-liong menyelinap dibalik pohon, lalu ia mengintai dari
balik pohon, matanya nanar dan merasakan getaran lain dalam
hatinya, kemudian ia duduk lalu merayap dan bersembunyi
dibalik semak yang tidak jauh dari pinggir sungai, dengan hati
berdebar ia kembali mengintai lekuk-lekuk tubuh telanjang
didepannya, dadanya makin sesak ketika wanita itu berdiri dan
menghadap ke padanya, tubuh bagian depan wanita bertubuh
indah itu terpampang jelas didepannya, tubuhnya menggigil,
nafasnya sesak, dan helaan nafas tidak beraturan itu sudah
membongkar keberadaannya, terbukti wanita itu terkejut dan
membentak "siapa itu ! keluar kamu bangsat !" Han-bun-liong berdiri dan dan
anehnya ia bahkan melompat menerkam laksana sambaran kilat
ke arah wanita itu, wanita itu terkejut dan hendak memukul,
namun tangannya sudah ditangkap
"ih..augh".burrr?" wanita itu sudah dipeluk oleh han-bun-liong,
dengan mulut monyong han-bun-liong menyosor wajah wanita
itu "eh..agh"ka..kamu kan murid Ang-gan-kwi !?" pekik wanita itu,
mendengar itu Han-bun-liong berhenti mengendus tubuh
telanjang wanita itu dan menatap lekat pada wajah cantik yang
16 sudah berumur itu. "kamu siapa, dan apakah kita pernah bertemu ?" tanya Han-bunliong dengan nafas masih menggebu
"hihihi"..calon bengcu yang gagah, aku adalah in-sin-ciang, kita
pernah bertemu di lembah bunga dan dilembah merak." sahut
wanita yang ternyata in-sin-ciang, Han-bun-liong terdiam dan
mencoba mengingat , lalu berkata dengan pandangan berbinar
dan senyum sumigrah "kamu in-sin-ciang !" kamukan yang bersama Liang-ko waktu itu
?" melihat senyum Han-bun-liong wanita itu tersenyum
"benar bun-liong, eh bengcu hihhihihi"." sahut in-sin-ciang
dengan tawa genit "ah..aku tidak tahu dan pangling melihat kamu telanjang, kamu
luar biasa cantik memikat." ujar han-bun-liong melepaskan
pegangannya pada tangan wanita itu
"hihihi"sudah kamu jangan sungkan anak muda yang tampan,
dekaplah aku balik dan sini sayang, tuntaskan apa yang
menghentak hati dan tubuhnmu, kamu remas ini dan ini juga?"
ujar in-sin-ciang menuntun tangan Han-bun-liong untuk
meremas-remasnya, han-bun-liong makin terpancing dan
terbakar, nafasnya makin sesak dan mendengus gemas, tawa
cekikian serta gelinjangan tubuh in-sin-ciang makin mengeluselus birahi pemuda dewasa tapi masih hijau itu, dengan
pandainya wanita matang itu menggelitik hasrat Han-bun-liong,
kemesuman itu berlangsung dikeheningan hutan yang yang
remang, hanya kelepakan permukaan sungai yang terdengar
seiring dengusan nafas dan jeritan kecil kedua manusia yang
saling menghentak mendaki permainan yang semakin panas.
17 Hampir seharian in-sin-ciang menikmati panasnya birahi Hanbun-liong yang laksana erupsi gunung merapi, dan ketika sore
tiba, Han-bun-liong telentang lemah tidak bertenaga, entah
sudah berapa kali ia mengalami hempasan orgasme, matanya
nanar melihat wajah anggun in-sin-ciang yang tersenyum penuh
kepuasan "bagaimana rasanya Bun-liong ?" tanya in-sin-ciang manja
"ah"kamu luar biasa, eh siapakah namamu in-sin-ciang ?"
"hihihi..namaku coa-kim bun-liong."
"ah".coa-kim luar biasa nikmat, kamu cantik sekali Coa-kim."
"hihihi".kamu juga sangat tampan Bun-liong, dan rejanganmu
yang kalap membuat aku blingsatan keeanakan, tapi sekarang
aku sangat lapar Bun-liong."
"aku juga sangat lapar coa-kim." sahut Bun-liong sambil bangkit
dan duduk, Coa-kim ikut juga duduk dan berkata
"kalau begitu carilah buruan untuk kita makan !"
"oh..iya, tunggulah sebentar aku akan mencari binatang buruan."
sahut Han-bun-liong sambil berdiri dan melangkah kesemak
dimana dia tadi mengintai, sebuah buntalan yang terletak dibalik
semak dia buka, dan memakai baju ganti, kemudian ia
berkelabat masuk lebih jauh kedalam hutan untuk mencari
binatang buruan. Tidak lama kemudian Han-bun-liong datang dengan membawa
dua kelinci, dengan cekatan ia mengulitnya ditepi sungai, lalu api
yang sudah disiapkan Coa-kim di orek sehingga baranya makin
menyebar, lalu dua daging kelinci itu dibakar, Coa-kim yang
sudah berdandan rapi tersenyum kepadanya


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"hendak kemanakah kamu Bun-liong, kenapa engkau
18 meninggalkan lembah merak ?"
"aku ada tugas yang harus diselesaikan, dan kamu sendiri Coakim, apa yang kamu lakukan selama ini ?"
"hmh"sejak kita bubar dari lembah merak, aku berkelana
kemana saja langkah membawa, dan karena aku teringat dan
rindu pada liang-ko, jadi aku hendak ke lembah merak
menemuinya." "sebaiknya kamu tidak usah kelembah merak, karena liang-ko
tidak akan disana." "kenapa " apa kalian sudah meninggalkan lembah merak ?"
"tidak semuanya, Ong-ko masih ada di sana." jawab Bun-liong
sambil membalik panggang kelinci, Coa-kim heran dan
mendekat "kenapa demikian, apakah kalian bertengkar ?"
"ah"tidak, kami tidak bertengkar, dan sebenarnya kami sedang
menjalankan sebuah rencana, jadi hanya aku, ibu dan liang-ko
yang meninggalkan lembah merak, memang sih kami nantinya
juga akan meninggalkan lembah merak" Coa-kim makin tertarik
dan penasaran "apakah rencana kalian itu, tentunya aku boleh tahu kan sayang
!" jelas aku penasaran apa rencana sedemikian penting
sehingga kalian keluar dan bahkan akan meninggalkan lembah
merak" Han-bun-liong terdiam sambil membolak balik panggang kelinci
yang semakin lama semakin menebarkan aroma sedap
menerbitkan selera, kemudia ia berkata
"apa yang dipelajari oleh Liang-ko dan Ong-ko sudah selesai,
dan sudah tiba saatnya kami akan mewujudkan apa yang
19 menjadi misi kita yang dulu tertunda."
"ooh begitu, jadi kemanakah ibumu dan Liang-ko pergi ?"
"ibuku pergi kekui-san, sementara Liang-ko pergi ke shinyang
untuk kembali pada keluarganya."
"eh"bukankah kalian hendak melaksanakan misi yang tertunda,
tapi kenapa kalian berpisah ?" tanya Coa-kim heran
"kami tidak berpisah, dan semua ini adalah rangakian dari misi
tersebut." "oh begitu." Coa-kim mengangguk mengerti dan lalu bertanya
"lalu kamu hendak pergi kemana Bun-liong ?"
"aku akan kekota bicu, dan kamu ikutlah denganku !" jawab Bunliong sambil menatap wajah coa-kim dengan pandangan
memohon, bagi wanita berumur empat puluh dua tahun itu,
pandangan itu sangat dimengerti
"hihihi"..aku senang sekali jika ikut dalam misi ini Bun-liong,
berjalan bersama denganmu atau Liang-ko sama saja bagiku."
sahut coa-kim dengan kerling mata manja, Bun-liong tersenyum
melihat kerlingan yang penuh daya pikat itu
"baguslah kalau begitu, perjalanan kita akan lancar, karena
engkau tentunya lebih tahu letak kota bicu."
"dan juga banyak tahu tempat-tempat yang indah dan romantis,
hihihihi?" "hehehehe".kamu membuatku gemas Coa-kim." Han-bun-liong
menarik tangan Coa-kim hingga tubuh Coa-kim jatuh kepelukan
Han-bun-liong "eh..kayaknya sudah matang, marilah kita makan, aku sudah
tidak tahan lagi." ujar Coa-kim sambil meremas bawah perut
han-bun-liong, han-bun-liong menggelinjang dan dengan
20 senyum ia memperbaiki duduknya yang tadi sempat oleng
karena beban tubuh Coa-kim
"ya"marilah.." sahut han-bun-liong sambil mengangkat daging
bakar dari atas bara api, lalu dengan nikmat mereka menyantap
daging bakar sambil senyam senyum dan bercanda nakal,
kadang Coa-kim yang duduk dipangkuan Han-bun-liong
menggelinjang dan memekik manja karena ulah nakal Han-bunliong
Malam itu mereka tidur berpelukan ditepi sungai untuk
melewatkan malam, sesekali tawa nakal dan jeritan genit
menggema ditengah hutan yang hanya diterangi oleh api
unggun, hari itu Han-bun-liong mendapat pelajaran baru tentang
gejolak yang ia rasakan, hubungan badan pertama yang ia
rasakan merupakan pondasi pemahamannya tentang rasa suka
pada lawan jenisnya, dan dengan apik selama perjalanan itu ia
dipandu baik oleh ahlinya.
Komplek rumah Han-hung-fei seperti biasanya ramai oleh para
piauwsu yang bekerja, siang itu sebuah rombongan baru saja
tiba dari kota lokyang, para piuawsu yang baru saja tiba istirahat
di pesanggerahan besar yang memang disediakan didalam
komplek, pimpinan rombongan yang bernama Kao-huan
memasuki kantor untuk melapor pada ketua yakni Han-bu-jit,
Han-bu-jit yang sudah berumur empat puluh tahun sedang
duduk sambil menghitung keuangan dengan sempoa, dia
menghentikan pekerjaannya ketika melihat Kao-huan masuk ke
ruangannya "selamat siang pangcu !" sapa kao-huan sambil membungkuk
"selamat siang, duduklah ! bagaimana perjalanan kalian ?" sahut
21 Han-bu-jit "perjalanan rombongan lancar dan tidak ada aral melintang,
pangcu" sahut Kao-huan sambil duduk dan lalu menyodorkan
sebuah kertas pada Han-bu-jit "dan ini catatan barang yang kami
bawa dari kota lokyang."
Han-bu-jit menerima catatan tersebut, dan sesaat ia membaca
dan membolak balik catatan tersebut, lalu kemudian Kao-huan
menyerahkan empat kantong pundi uang kepada Han-bu-jit,
Han-bu-jit kemudian menyimpan pundi uang tersebut lalu
berkata "baik, sekarang pergilah istirahat dan sampaikan pada Bu-wan
untuk mengantarkan barang-barang tersebut ke alamat masingmasing."
"baik pangcu !" sahut kao-huan dan dia pun segera berdiri dan
meninggalkan ruangan Han-bu-jit, dan menyampaikan pada Buwan untuk memimpin para piauwsu membawa barang titipan ke
alamat masing-masing. Dan pada sore harinya rombongan piuawsu dari kota Hopei tiba,
rombongan itu membawa keluarga Ma yang menjabat sebagai
tihu dikota Hopei, Ma-hung juga adalah adik ipar kepala daerah
kota Lokyang Li-taijin, Ma-hung dan keluarganya hendak menuju
kota lokyang, rombongan keluarga itu turun untuk istirahat di
pesanggrahan Han-piauwkiok, mereka terdiri dari lima orang,
yakni Ma-hung dan istri serta dua anaknya, kemudian
keponakannya Li-yin putri bungsu dari Li-taijin yang berumur
delapan belas tahun, para piauwsu yang melihat wajah Li-yin
berdecak kagum, beberapa piauwsu pasang aksi demi
mengambil perhatian Li-yin yang melangkah memasuki
22 pesanggrahan, rombongan piauwsu yang mengawal keluarga itu
jadi sasaran kegemasan para piauwsu yang lain, sehingga
keadan sedikit ramai karena canda dan tawa para piauwsu.
"ada apa ini !?" tanya Han-bu-jit yang kebetulan keluar dari
kantornya bersama Gu-long pimpinan piauwsu yang mengawal
keluarga Ma "hehehe". tidak ada apa-apa pangcu." sahut mereka
bersamaan sambil nyengir, kemudian Han-bu-jit masuk kedalam
rumah, di ruang tengah ayahnya Han-hung-fei sedang duduk
dikursi goyang ditemani ibunya, kemudian istrinya datang
menghampiri "jit-ko mau mandi ?" tanya istrinya lembut
"benar, dan siapkan pakaianku untuk pertemuan dengan Tantaijin nanti malam !" sahut Han-bu-jit sambil melangkah kedalam,
dan diikuti oleh istrinya.
Setelah mandi, Han-bu-jit duduk diruang tengah dengan pakaian
indah dan mewah "kamu mau kemana jit-ji ?" tanya ibunya sambil menuangkan
minuman untuk suaminya "malam ini empat pangcu piauwkiok hendak menemui Tan-taijin,
ibu." "ada urusan apa sehingga kalian menemui Tan-taijin ?" sela
Han-hung-fei menyeruput tehnya
"ada sedikit masalah piuawkiok yang harus diselesaikan ayah."
"apa yang terjadi jit-ji ?" tanya Han-hung-fei penasaran
"ah"hanya masalah spele, ya"soal persaingan, sudah aku
mau berangkat ayah, ibu" jawab Han-bu-jit lalu berdiri dan
melangkah meninggalkan ruangan.
23 Sesampai di rumah Tan-taijin, tiga pangcu sudah hadir terlebih
dahulu, mereka asik berbicara, namun ketika melihat
kedatangan Han-bu-jit, mereka langsung diam dan tidak
sedikitpun menyapa Han-bu-jit, Han-bu-jit pun tidak menggubris
mereka dan duduk tanpa basa-basi, tidak lama kemudian Tantaijin datang bersama dua stafnya, dan pertemuan itu pun
dimulai "saya selaku pemerintah di kota ini merasa senang bahwa para
pangcu dapat duduk bersama untuk menyelesaikan perkara
yang terjadi secara baik-baik, dan sekarang saya persilahkan
Lauw-pangcu untuk bicara, sampaikanlah apa yang hendak
kamu sampaikan !" "baik taijin, sebenarnya persaingan antara sesama piuawkiok
adalah sesuatu yang wajar dan lumrah, tapi jika ada piuawkiok
yang melanggar kode etik, hal itu tidak bisa ditolerir."
"hmh"baik, langsung saja Lauw-pangcu, apa yang dilakukan
han-piawkiok, sehingga melanggar kode etik tersebut ?"
"saya dan dua teman pangcu ini, menyadari bahwa Hanpiuawkiok memiliki para piauwsu yang handal dan hebat,
sehingga dari itu mereka pantas mendapat perhatian lebih dari
pelanggan." "lalu apa masalahnya lauw-pangcu ?"
"masalahnya Han-piauwkiok bertindak tidak terpuji dengan
menyebarkan bahwa tiga piauwkiok lain tidak lagi menerima jasa
penitipan karena sudah bangkrut dan menyatakan bahwa
berbahaya jika jasa kami dipakai pelanggan."
"apakah Lauw-pangcu ada bukti bahwa yang menyebar
pernyataan itu adalah han-piawkiok ?"
24 "untuk bukti Lu-pangcu dapat menceritakannya, taijin."
"baik, coba ceritakan Lu-pangcu !"
"begini taijin, setengah tahun terakhir ini, piauwkiok yang saya
pimpin tidak pernah lagi mendapat pelanggan, dan hal itu juga
menimpa piuawkiok yang dipimpin lauw-pangcu dan Yauwpangcu, sesaat saya berpikir ya"sudahlah, mungkin nasib
memang lagi apes, lalu dua bulan yang lalu saya pergi kerumah
adik saya di kota hopei untuk melihat cabang piauwkiok saya
disana, keadaan piuawkiok saya disana tidak jauh berbeda
dengan disini, lalu saya iseng pergi ke kantor han-piuawkiok
yang berada disana, kemudian seorang piauwsu bertanya
kepada saya, apakah saya hendak memakai jasa mereka, lalu
saya jawab tidak, piauwsu itu dengan gencar mengatakan
bahwa memakai jasa han-piuwkiok akan aman dan lancar,
dalam hati saya setuju dengan promosinya, namun saya
terkejut, ketika dengan lancang dia mengatakan bahwa
piuawkiok saya sudah bangkrut."
"lalu apa tindakanmu setelah mendengar hal itu ?" tanya Tantaijin
"saya mengatakan padanya, bahwa ia itu mengada-ada, tapi luar
biasanya piauwsu itu mengatakan bahwa piauwkiok saya
meminjam uang pada Han-piuawkiok untuk menggaji para
piauwsunya, dan bahkan bukan piaukiok saya saja, tapi piuwkiok
Yauw-pangcu dan Lauw-pangcu juga telah berutang kepada
Han-piuwkiok, dan saya dengan kesal meninggalkan Hanpiauwkiok, lalu saya menemui wakil saya di hopei dan
menanyakan hal itu kepadanya, dan ternyata wakil saya
25 membantah dan tidak pernah meminjam uang kepada Hanpiawkiok."
"dan bukan hanya di hopei pernyataan seperti itu taijin !" sela
Yaw-pangcu "hmh"maksudnya bagaimana Yauw-pangcu ?"
"di kota lokyang juga saya mengalami dan mendengar
pernyataan tersebut." jawab Yanw-pangcu
"bagaimana ceritanya Yaw-pangcu ?"
"Tiga bulan lalu saya berada di lokyang, disamping kantor
piauwkiok saya ada seorang hartawan, saat saya tiba dikantor
cabang saya disana, sute saya sedang berbicara pada hartawan
tersebut, ceritanya dia mau mengunjungi saudaranya di changan, lalu sute saya menawarkan piuawkiok kami padanya, namun
hartawan itu menjawab bahwa ia takut jika harta yang dibawa
dirampok, maka kami tidak akan bisa mengganti rugi, saat itu
saya menjawab bahwa kami akan mengganti rugi jika ada
musibah itu, dan saya merasa terkejut ketika dia mengatakan,
bagaimana saya bisa mengganti rugi, jika untuk gaji piuawsu
saja, saya harus berutang, sute saya menjawab bahwa ia tidak
berutang kepada siapapun untuk membayar para piauwsu,
namun hartawan itu tidak percaya, lalu dengan penasaran saya
bertanya darimana ia mendengar hal tersebut, dan jawabannya
bahwa yang memberi piutang yang mengatakan padanya, dan
katanya yang memberikan piutang itu adalah Han-piuwkiok."
"penyebaran tidak bertanggung jawab seperti itu memang sudah
melanggar, jadi bagaimana Han-pangcu, dari dua cerita itu
melibatkan paiuwsu anda, apakah tanggapanmu?" ujar Tan-taijin
sambil menatap Han-bu-jit
26 "Tan-taijin, cerita itu adalah cerita orang yang iri dengan
kebesaran piuwkiok saya, dan saya tidak percaya dengan cerita
itu !" jawab Han-bu-jit dengan tegas
"apa yang telah Han-pangcu lakukan sehingga menyatakan tidak
percaya " apakah han-pangcu sudah menanyakan piuawsu
anda ?" tanya Tan-taijin tajam
"Tan-taijin ! sekali lagi saya katakan, bahwa saya tidak percaya
dengan cerita orang-orang yang putus asa, piauwsu saya tidak
akan melakukan hal seperti itu, karena kami tidak kurang
apapun dalam menjalankan pekerjaan kami." sahut Han-bu-jit
dengan nada agak tinggi. "Han-pangcu jaga nada bicara anda, ini bukan soal percaya atau
tidak, tapi apakah anda sudah menanyakan pada piauwsu anda
tentang pernyataan tidak bertanggung jawab itu, sehingga anda
tidak percaya, bukan malah menilai orang iri dan putus asa."
sela Kang-ciangkun dengan tegas.
"heh"ciangkun, hati-hati kalau bicara, Han-piuwkiok sudah
puluhan tahun berdiri, dan dari dulu kami memiliki reputasi baik
dan terpercaya dimata pelanggan."
"benar..! tidak ada yang mengingkari itu, namun tidak ada
gunanya kamu agulkan itu, karena kita bicara masalah
pernyataan para piauwsumu, benar apa tidak mereka
mengatakan hal tentang tiga piuawkiok dari tiga pangcu ini "
kenapa kamu sulit menjawabnya " jika memang belum ! maka
tanyakanlah dulu !" tantang Kang-ciangkun
"saya tidak perlu menanyakannya, apa kamu ciangkun mau
memaksa saya !?" sahut Han-bu-jit dengan marah yang tertahan
"kamu bisa diajak bicara baik-baik apa tidak sih !?" sela Yaw27
pangcu sambil berdiri dengan muka merah karena marah,
melihat Yaw-pangcu berdiri Han-bu-jit sontak berdiri tidak mau


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalah "beuh".yauw-pangcu ! karena saya bisa diajak bicara maka
saya penuhu undangan ini, tapi jika kalian tidak percaya apa
yang kukatakan, lalu kalian ini mau apa !" hah".!"
"kamu ini aneh Han-pangcu, kamu ingin kami percaya padamu,
tapi kamu tidak memberikan dasar dari apa yang kamu katakan,
hanya sedikit yang kami minta padamu supaya kamu
menanyakan kebenarannya pada paiuwsumu, dan jika benar
tolonglah tegur piauwsumu yang tidak bertanggung jawab itu,
tapi kamu malah mencak-mencak tidak menentu." sela Lauwpangcu geram gemas melihat sikap Han-bu-jit
"taik kucing kalian semua ! jika ada yang merasa tidak terima,
boleh coba-coba dengan saya !" umpat Han-bu-jit dengan
marah, lalu ia berdiri dan meninggalkan tempat itu tanpa
menganggap sedikitpun pada orang-orang itu, Kang-ciangkun
dan rekannya berdiri dan hendak mengejar, namun dilarang
Tan-taijin "jangan dikejar ! kita harus tahu diri, bahwa kita tidak mampu,
maaf tiga-pangcu, saya tidak menyangka bahwa Han-pangcu
akan bersikap seperti ini." ujar Tan-taijin dengan nada sesal
"lalu apa yang kami harus lakukan taijin ?" tanya Lu-pangcu
"dalam hal menentang Han-piuwkiok, kita memang tidak punya
kekuatan, namun jika tiga pangcu masih ingin berurusan dengan
mereka, sebaiknya bicaralah dengan bengcu di kaifeng," jawab
Tan-taijin 28 "benar apa yang dikatakan taijin, bengcu adalah putra han-loya
juga, biar bengcu yang memberikan teguran, pasti bengcu akan
menghajar adiknya yang sombong itu." sela kang-ciangbun
"bagaimana menurutmu Yauw-pangcu !?" tanya Lu-pangcu
"saran itu baik juga, dan jika si Bu-jit yang sombong itu
mengagulkan kekuatan, maka tentunya bengcu yang dapat
mengatasinya." "baiklah taijin, kami permisi dulu. Dan kami ucapkan terimaksih
atas kerelaan taijin yang sudah berusaha menengahi
permasalahan kami, dan kami maklum akan keterbatasan taijin
dalam hal ini." ujar Lu-pangcu
"baik, semoga dengan turun tangannya bengcu, maka kemelut
yang kalian alami dapat diselesaikan." sahut Tan-taijin,
kemudian tiga pangcu itu pun meninggalkan kediaman tan-taijin.
Han-bu-jit berjalan memasuki komplek rumahnya, dan beberapa
piauwsu sedang bersenda gurau di gardu jaga
"selamat malam pangcu !" sapa mereka serempak
"selamat malam, kalian sedang apa ?"
"hehehe"sedang ngobrol-ngobrol saja pangcu." Jawab mereka
serempak "ya sudah kalian jaga yang betul." ujar Bu-jit sambil melangkah,
dan kebetulan ia mendongakkan kepala dan matanya menatap
ke atas, lalu melihat Li-yin yang sedang duduk di selaras tingkat
atas pesanggrahan, wajah Li-yin yang cantik membuat Bu-jit
terpana, hatinya berdebar kencang, lalu Han-bu-jit masuk ke
pesanggrahan dan minta pada pelayan untuk menyiapkan arak.
Wajah molek Li-yin menari-nari dalam pikiran Bu-jit, sambil
menenggak arak dia menghayalkan gadis jelita yang merenggut
29 perhatiannya itu, setelah satu guci habis dan malampun kian
larut, ia memanggil pelayan untuk membereskan mejanya
"rombongan Ma-wangwe berapa kamar kalian persiapkan ?"
"dua kamar pangcu di sebelah selaras atas bagian kiri."
"sudah kalau begitu, bereskanlah meja ini, aku mau masuk."
"baik pangcu dan selamat malam." sahut pelayan, dan Han-bu-jit
keluar dari pesanggrahan dan masuk kedalam rumah induk.
Istrinya yang gemuk sudah tidur pulas, sambil menguap ia
rebahkan tubuhnya, ia berusaha memajamkan mata, namun
wajah Li-yin yang aduhai makin nyata dalam benaknya, hatinya
gelisah sambil berbolak balik badan, karena tidak bisa tidur, lalu
ia keluar kamar dan pergi ke taman belakang, ditaman belakang
ia duduk dibalai-balai menikmati sejuknya hembusan angin
malam , aroma wangi bunga teratai yang tumbuh dikolam besar
menyentak detakan romantis dalam hatinya, dan terbitlah
sepercik gairah mengingat wajah ayu milik Li-yin, nafasnya
sesak, hatinya berdegup kencang, akhirnya ia dengan ringan
melenting ke atap dan menuju bagian kiri pesanggarahan.
Dengan gerakan ringan ia sudah masuk kedalam kamar
diamana Li-yin dan gadis remaja sepupunya tidur, dia menotok
keduanya hingga tidak sadar diri, Bu-jit tidak jemu-jemunya
mengelus dan menatap wajah cantik Li-yin, setelah puas
mengelus dan menatap wajah li-yin, lalu Bu-jit mulai mencium
dan melumat bibir Li-yin, lunak dan harumnya dua bilah bibir itu
makin menggelorakan birahi Bu-jit, tangannya mulai menjelajahi
dan meremas tubuh Li-yin, kemudian tangan itu menyelip kebalik
pakaian, Bu-jit makin terangsang, dan dengan degupan hati
seiring nafas yang menderu Bu-jit melepas pakaiannya dan
30 menarik celana Li-yin, bu-jit yang lupa diri menyalurkan birahinya
yang tidak pantas itu, Li-yin laksana jasad mati di tunggangi Bujit seiring letupan-letupan birahinya yang mengeletar.
Setelah malam hendak mendekati pagi, Han-bu-jit keluar dari
kamar Li-yin, dengan gesit ia kembali masuk kerumah induk dari
taman belakang, lalu masuk kedalam kamarnya, dan baru saja
ia rebahkan badan ia sudah pulas dengan rasa nyaman, dan
tidak lama kemudian istrinya bangun dan turun dari ranjang
untuk pergi mandi dan melakukan tugas hariannya, sementara
Li-yin dan sepupunya masih tidak sadarkan diri, Ma-hung sudah
menggedor pintu kamar berkali-kali, namun tidak ada jawaban,
dan saat ia menggedor daun pintu untuk kesekian kalinya tidak
berapa lama Ma-hui bangun dan segera membuka pintu
"ayok cepat kalian mandi, setelah itu kita makan, ciicimu sudah
bangun Hui-ji ?" ujar Ma-hung sedikit kesal pada putrinya
"saya akan bangunkan ayah." sahut Ma-hui, lalu ayahnya pergi,
Ma-hui menutup kembali daun pintu dan mendekati ranjang dan
membangunkan Li-yin, dan Li-yin sadar setelah beberapa kali
digugah oleh Ma-hui "eh"aduh"aku kenapa ?" keluh Li-yin, dia berusaha duduk,
dan hatinya berdegup, ketika matanya melihat tilamnya ada
noda darah yang sudah kering, dan rasa nyeri dibawah perut
yang ia rasakan sejak sadar membuat ia makin cemas, nyeri itu
tidak hanya dibawah sana, tapi juga putting susunya
"cici kenapa " ayoklah kita mandi !" tanya Ma-hui heran
"apa yang terjadi padaku Hui-moi ?" gumam Li-yin dengan wajah
31 pucat dan hati gelisah, Ma-hui kembali mendekati kakak
misannya "eh"cici kok pucat, dan ini ada darah, apakah cici terluka ?"
"aduh".bagaimana ini, malang benar nasibku, uuuu"uuu?"
keluh Li-ying, dan ketika ia sadar sepenuhnya akan keadaan
dirinya, dan terlebih adiknya mengatakan ia terluka, maka
fahamlah ia, bahwa dirinya telah diperkosa orang, iapun
menangis sesugukan, Ma-hui makin panik melihat cicinya
menangis, saat itu ibunya mengetuk pintu, Ma-hui segera
membuka pintu, Ma-hujin sudah rapi ketika mengetuk kamar
putrinya "eh..kalian kok belum mandi, apa yang kalian kerjakan !?" tanya
Ma-hujin sambil masuk kedalam kamar, dan ia terkejut melihat
keponakannya masih baring dengan sesugukan
"kamu kenapa Yin-ji ?" tanya Ma-hujin cemas, mendengar
pertanyaan bibinya sesugukan Li-yin makin keras, lalu ia duduk
dan memekuk bibinya dengan tangis yang semakin pilu
"eh"kamu kenapa nak, katakan pada bibi." bujuk Ma-hujin
penasaran "bu".sepertinya cici terluka, karena di ranjangnya ada darah."
sela Ma-hui, hati Ma-hujin terkejut, lalu ia menyingkap selimut
dan noda darah itupun terlihat,
"si..siapa yang telah melakukan ini..ah".yin-ji" Ma-hujin dengan
mata berkaca-kaca menegelus kepala Li-yin yang sesugukan
"ada apa ini ?" tanya Ma-hung yang tiba-tiba memasuki kamar
dan melihat kepnakannya menangis
"Hung-ko, bagaimana ini " keponakan kita memngalami hal yang
memalukan." 32 "hah..memalukan bagaimana bisa ?" teriak Ma-hung terkejut,
lalu ia menatap putrinya "Hui-ji, apa yang terjadi semalam ?"
"sa..saya tidak tahu ayah, kami semalam tidur cepat, dan
bangun setelah ayah bangunkan." sahut Ma-hui dengan rasa
takut karena teriakan ayahnya
"koko, apa yang harus kita lakukan ?" tanya Ma-hujin dengan
hati iba pada keponakannya
"menurutmu apa yang dialami keponakan kita Lin-moi " mungkin
dugaanmu yang tidak-tidak itu salah" Ma-hujin menatap
suaminya, lalu kembali memandang keponakanya, dengan
lembut ia bertanya "yin-ji, katakanlah apa yang kamu rasakan, sehingga kita tahu
apa sebenarnya yang menimpamu ?"
"tubuhku nyeri bibi, huhuhu"huhuhu".hal yang memalukan
telah menimpaku bibi." Isak Li-yin semakin sesugukan
"hmh".saya akan menanyakan ini pada pimpinan disini." sahut
Ma-hung dengan hati mengkal, lalu ia keluar dari kamar dan
turun ketingkat bawah dan bertemu dengan Gu-long di tingkat
bawah "apakah kita akan berangkat wangwe !?" tanya Gu-long yang
baru saja duduk bersama beberapa piauwsu
"Gu-pangcu ! Han-piuawkiok telah berlaku teledor, sehingga
keponakanku mengalami nasib naas semalam.."
"apa yang terjadi Ma-wangwe !?" tanya Gu-long heran
"ah"..aku harus ketemu dengan pimpinanmu disini, dan kalian
harus bertanggung jawab dengan kejadian ini." sahut Ma-hung
dengan rasa gemas dan marah, dia kemudian keluar dari
pesanggrahan menuju kantor piuawkiok, seorang pelayan
sedang membersihkan kantor
33 "dimana Han-pangcu !?" taanya Ma-hung dengan rasa amarah
yang tertahan "sepagi ini pangcu belum keluar wangwe, dan biasanya agak
siangan pangcu baru masuk kekantor." sahut pelayan itu dengan
hati heran "ada apa sebenarnya wangwe ?" tanya Gu-long yang tiba
menyusul dibelakang "bagaimana sih pesanggrahan Han-piuawkiok yang terkenal
kemana-mana bisa tidak aman ?"
"apa maksud wangwe !?" tanya Gu-long makin heran
"semalam kamar putri dan keponakanku dimasuki orang mesum,
apa pertanggung jawaban kalian !?" sahut Ma-hung dengan
nada keras dan kecewa "Wangwe jangan asal menuduh, selama ini belum ada yang
macam-macam dengan kami." bela Gu-long
"heh..pangcu ! kau kira aku mengada-ada, keponakanku
mengalami nasib naas dikamarnya, kamu masih meragukan
keberatan saya." sahut Ma-hung emosi
"ada apa ini !?" tanya Han-hung-fei yang keluar dituntun
tongkatnya "ini siapa pangcu, apakah ini han loya !?" tanya Ma-hung
"benar", saya Han-hung-fei, ada apa sicu ?" sela Han-hung-fei
lembut "Han-loya ! malang benar nasib yang menimpa kami saat ini,
keponakanku dikamarnya semalam telah diperkosa tanpa ia
menyadari." Sesaat Han-hung-fei terdiam mendengar berita mengejutkan
sekaligus mengenaskan itu, keningnya berkerenyit
34 "tenang dulu ".." sahut Han-hung-fei seraya berhenti karena
tidak mengetahui nama tamunya
"saya Ma-hung han-loya." sela Ma-hung
"ya tenang dulu Ma-sicu, bagaimana kamu yakin bahwa
keponakanmu mengalami peristiwa tersebut, sementara kamu
bilang ia tidak menyadari."
"Han-loya, bercak darah ada di ranjang keponakanku, ia tidak
terluka apa-apa, kecuali rasa nyeri pada bagian pribadinya."
"ah".sungguh membuat penasaran, walhal saya tidak
mendengar hal yang mencurigakan semalam." gumam Hanhung-fei
"jadi bagaimana Han-loya ?" tanya Ma-hung dengan nada
tuntutan "A-san ! kamu minta pada mantuku untuk membangunkan jit-ji !"
perintah Han-hung-fei pada pelayannya yang datang membawa
minuman, pelayan itu segera berbalik.
"duduklah dulu Ma-sicu, dan saya minta maaf dengan ketidak
nyamanan ini." ujar Han-hung-fei, Ma-hung pun duduk dengan
amarah sedikit mereda, namun hatinya tetap merasa gundah
dengan apa yang di alami oleh kepomakannya
"ada apa fei-ko, kenapa jit-ji kamu suruh dibangunkan ?" tanya
Lian-kim yang tiba-tiba keluar
"ada hal yang memalukan telah menimpa tamu kita, Kim-moi"
"memalukan " apa yang telah terjadi sicu ?" tanya Lian-kim pada
lelaki yang duduk didepan suaminya
"keponakan saya Han-hujin, kamarnya dimasuki orang mesum."
Jawab Ma-hung resah "heh..! Gu-long kalian tidak melihat atau mendengar hal yang
mencurigakan ?" 35 "tidak ada loya-hujin, kami tidak melihat maupun mendengar hal
yang janggal semalam." jawab Gu-long sambil membungkuk
Setelah beberapa lama menungu Han-bu-jit keluar dengan mata
masih kuyu, dia hanya mencuci muka dan melapnya sambil
keluar dari dalam rumah "ada apa ayah kenapa membangunkanku sepagi ini ?"
mendengar anaknya datang Han-hung-fei mendongak ke arah
anaknya "Jit-ji kamu biasa tidur sampai larut malam, apa tidak ada
mendengar hal yang mencurigakan semalam ?"
"memangnya ada apa ayah ?" tanya bu-jit dengan nada heran
"semalam kamar keponakan Ma-sicu ini telah dimasuki orang
jahat." "ah"..bagaimana bisa ?" tanya bu-jit pura-pura terekejut
"ya bagaimana bisa " dan saya menjumpai para pimpinan disini
untuk menanyakan hal itu." sela Ma-hung tajam
"bagaimana Jit-ji, apa kamu semalam tidak melihat atau
mendengar sesuatu ?" tanya Han-hung-fei
"tidak, saya tidak melihat dan mendengar apapun, Gu-long ikut
dengan saya, kita lihat kedalam kamar, apa yang sebenarnya
terjadi." ujar Bu-jit, lalu mereka menuju pesanggrahan dan diikuti
oleh Ma-hung, sesampai didalam kamar Ma-hujin dan Li-yin
terkejut melihat kedatangan mereka, mata Li-yin masih sembab
oleh air mata.

Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lin-moi kamu bawa yin-ji kekamar kita, pangcu hendak melihat
kamar ini !" ujar Ma-hung, Ma-hujin dan Li-yin segera keluar,
sekilas mata Li-yin bertaut dengan kerlingan mata Bu-jit yang
tajam. 36 "Gu-long memeriksa semua keadaan kamar, demikian juga
dengan Han-bu-jit, dia memeriksa disekitar ranjang, dan hatinya
lega bahwa tidak sesuatu yang membuktikan identitasnya,
sesaat matanya melihat bercak darah diatas ranjang, terlintas
dalam benaknya apa yang telah ia lakukan, dan itu membuat
hatinya bergetar nikmat "ah"..sepertinya pelakunya masuk lewat atap, lihatlah Gu-long !
bagian itu sepertinya bergeser dan tidak rata." ujar Han-bu-jit,
Ma-hung dan Gu-long mendongak keatas
"benar pangcu, waduh siapa yang begitu berani memasuki
komplek ini." gumam Gu-long penasaran.
"Ma-sicu ! kami harus mengadakan penyelidikan lebih dulu, dan
semoga saja penjahatnya tertangkap." ujar Bu-jit
"baik kami tunggu sampai tiga hari, dan kalian harus
menyelesaikan ini dan menghukum pelakunya." sahut Ma-hung,
lalu ia keluar dan masuk kedalam kamarnya, Ma-hujin yang
melihat suaminya masuk segera berdiri
"bagaimana Hung-ko ?" tanya Ma-hujin
"sepertinya ada orang sakti yang masuk lewat atap, dan
pimpinan Han-piuawkiok akan mencari pelakunya."
"lalu bagaimana dengan perjalanan kita ?"
"kita terpaksa menunda perjalanan, dan saya minta mereka
menyelesaikan kasus ini selama tiga hari." jawab Ma-hung
sambil duduk dikursi Pada malam harinya Han-hung-fei memanggil Han-bu-jit
menemuinya di ruang tengah
"Jit-ji, apa kamu sudah dapat petunjuk setelah melihat keadaan
kamar nona itu ?" 37 "sepertinya ada orang yang masuk lewat atap ayah."
"ada orang yang masuk komplek ini, dan tidak dari kita yang
mengetahuinya, luar biasa sekali orang itu." sela Han-hung-fei
heran dan penasaran "sudahlah ayah, biar aku sendiri yang akan menanganinya." ujar
Han-bu-jit, sesaat keduanya terdiam, lalu Han-hung-fei bertanya
"iya, lalu bagaimana dengan Ma-wangwe ?"
"dia memberi waktu sampai tiga hari untuk menangkap
pelakunya." "kamu harus kerahkan semua daya dan pikir untuk
menyelesaikan kasus ini, sehingga piauwkiok kita tidak
tercemar." pesan Han-hung-fei sambil menyeruput tehnya.
"Ma-wangwe itu asal nyablak aja, bagaimana dalam waktu tiga
hari penjahatnya harus ditangkap, apa dia tidak pikir bahwa
boleh jadi pelakunya telah pergi dari kota ini !?" ujar Bu-jit
dengan nada kesal, Han-hung-fei mendongak dan keningnya
berkerenyit heran mendengar perkataan anaknya, lalu ia
menegur tajam "kamu ini bagaimana Jit-ji, boleh saja orangnya tidak tertangkap,
tapi nama dan identitas pelaku diketahui, dengan demikian Mawangwe tidak menganggap kita tidak bertanggung jawab."
"iya"akan aku usahakan menemukan pelaku atau identitasnya."
sahut Han-bu-jit, lalu ia keluar dan menuju pesanggrahan, ia
mengumpulkan semua para piauwsunya, dan membicarakan
rencana penyelidikan. 38 Malam itu lima wakilnya yang biasa memimpin rombongan
disebar diluar kota, bahkan beberapa piuawsu disebar didalam
kota, sehingga hanya tinggal lima piauwsu yang berjaga didalam
komplek, keadaan komplek makin sunyi, didalam kamar Li-yin
tidak bisa tidur, ia gelisah dan merasa terpukul akan hal yang
menimpa dirinya, malam itu ia tidur bersama bibinya yang terus
menenangkannya hingga larut malam.
Malam itu Han-bu-jit bersama lima anak buahnya berada
dihalaman kantor. "kalian berjaga yang betul, dan saya akan berada didalam
kantor." ujar Han-bu-jit sambil melangkah ke arah kantor,
didalam kantor han-bu-jit menghitung-hitung langkah yang
terpikir dalam benaknya, tiba-tiba ia terbayang selaput dara di
atas ranjang, dan anehnya timbul keinginan untuk melakukannya
lagi, dengan senyam senyum ia menggoyang kursi goyangnya.
Saat malam sudah larut, Han-bu-jit keluar dari kantor, dan ia
melihat dua anak buahnya menjaga gardu, dua anak buahnya
hanya menatapnya saat ia masuk kedalam rumah, ia langsung
kehalaman belakang dan dengan gesit sudah melompat ke atas
atap, dengan pendengaran yang tajam, ia mendengar bahwa
penghuni kamar belum tidur, hati han-bu-jit kecewa, ia kembali
turun dan duduk melamun di balai-balai, setelah menunggu agak
lama, ia kembali melompat ke atas, dan percakapan sudah tidak
ada lagi, dengan hati-hati ia menggeser genteng dan mencoba
mengintip ke dalam kamar, lampu dikamar masih menyala, dia
melihat ma-hujin sudah tertidur, namun Li-yin masih duduk di
kursi, ia segera turun dan kembali duduk dibalai-balai.
39 "sial"dia tidak tidur." umpat Bu-jit dalam hati-hati, ia gelisah dan
uring-uringan ditaman. Han-bu-jit harus menelan kekecewaan karena hasratnya tidak
kesampaian malam itu, ia masuk kerdalam kamar, dan tidur
pulas disamping istrinya, siangnya ia bangun dan dua buah
rombongan han-piaukiok sudah sampai, sehingga komplek
sangat ramai, dua pimpinan melapor pada Han-bu-jit, setelah
selesai dua pimpinan keluar, Han-bu-jit duduk malas didalam
kantornya, wajah Li-yin makin menari-nari dalam benaknya, dan
saat malam tiba, debaran jantung Han-bu-jit makin kencang, tapi
ia harus bersabar sampai jauh malam.
Lima wakilnya belum kembali, dan beberapa anak buahnya
kembali lagi menyebar didalam kota, saat malam sudah larut,
Han-bu-jit sudah kembali naik ke atas atap, dan suasana di
dalam kamar hening, Li-yin dan bibinya sudah tidur pulas,
dengan perlahan han-bu-jit masuk lewat atap dan dengan ringan
ia mendarat di lantai, segera ia menotok Ma-hujin dan Li-yin, lalu
han-bu-jit kembali meniduri Li-yin yang terkulai tidak sadar, dan
jahatnya lagi korban Han-bu-jit bukan hanya Li-yin, tapi Ma-hujin
hujin yang masih cantik berumur empat puluh tahun itu ikut jadi
korban nafsu iblis Han-bu-jit.
Dengan senyum puas Han-bu-jit keluar dari kamar dari atap dan
menutup kembali dengan rapi, ia turun dan dengan hati ringan ia
masuk kedalam kamarnya, dan pagi harinya ia dibangun paksa
oleh istrinya karena dipanggil oleh ayahnya, ia dengan malas
mencuci muka dan menemui ayahnya, dan di halaman Ma-hui
sudah marah-marah pada ayahnya
40 "kalian ini telah menghina kami sekeluarga ! Han-loya kejahatan
kalian ini melampaui batas"!" teriak Ma-hung
"maaf Ma-sicu kamu jangan marah dulu, yang menimpa istri dan
anakmu memang amat memalukan dan membuat hati gemas
pemasaran, tapi kita kan sedang mencari pelakunya.
"pelakunya adalah orang kalian sendiri, dan aku curiga pada
anakmu Han-loya !" tandas Ma-hung berapi-api
"ada apa ini, kenapa Ma-wangwe marah-marah !?"
"kamu"kamu orang tidak bermoral, akui bahwa kamu telah
masuk kedalam kamar istri dan keponakanku !" bentak Ma-hung
dengan emosi berapi-api "heh jaga mulutmu Ma-wangwe, dan jangan asal menuduh !"
bentak Bu-jit membalas "bangsat..! kamu mau apa hah..mau menunjukkan betapa
hebatnya dirimu !?" tantang Ma-hung, Han-bu-jit tanpa
bersambat melayangkan tangan
"plak"buhg?" satu tamparan dan sebuah tendangan telah
membuat Ma-hung terlempar dan ambruk ketanah
"Jit-ji kurangajar kamu, apa yang telah kamu perbuat !" bentak
Han-hung-fei "sudah ayah masuk saja, biar aku yang mengurus lelaki yang
asal bacot ini." "diam kamu Bu-jit ! seenaknya saja kamu main pukul orang !"
bentak han-hung-fei "ayah,,kenapa ayah membela hartawan yang seenaknya buka
mulut menuduh saya."
"aku tidak membela siapa-siapa, tapi kamu tidak pantas main
pukul seperti itu !" bentak han-hung-fei, lalu ia mencoba
41 mendekati Ma-hung "maaf Ma-sicu akan kelakuan anakku yang kurangajar." ujar
Hung-fei sambil melangkah mendekati Ma-hung yang terduduk
lemah karena dadanya sesak akibat tendangan dan mulutnya
perih berdarah "semakin nyatalah betapa tidak bermoralnya anakmu Han-loya,
dua malam ini kami telah diperdaya dan dijadikan permainan, ini
tidak bisa saya terima, sekarang kami akan pergi, dan ingatlah
kelekuan kalian ini akan kusampaikan pada bengcu !" teriak Mahung sambil bangkit dan meninggalkan tempat itu bersama
keluarganya. Hari itu mereka meninggalkan kota bicu bersama piuwkiok lain,
sementara Han-bu-jit habis-habisan dimarahi ayahnya
"ayah jangan percaya pada hartawan itu, dia itu hanya
memfitnah saya." sahut Bu-jit membela diri
"memfitnah katamu !" lalu yang benar bagaimana " bagaimana
bisa pelaku mesum itu kembali beraksi dikamar itu dan bahkan
memperkosa Ma-hujin, katakan ! katakan padaku !" teriak Hungfei marah dan tubuhnya menggigil saking terpukul hatinya.
"apakah ayah juga menuduhku yang telah melakukannya !?"
teriak Bu-jit "tadi tidak, tapi sekarang ya, dari caramu menagani kejadian ini,
cendrung kamulah pelakunya !" sahut Hung-fei
"itu tidak betul ayah !" bantah Bu-jit
"tidak betul bagaimana !" sejak piauwkiok ini berdiri tidak ada
orang yang macam-macam dengan kita, taroklah kemarin kita
kejebolan, tapi dua kali kejebolan dalam waktu dua hari, jelas
pelakunya adalah orang dalam, dan kamulah yang mampu
melakukanya." 42 "bugh..ayah"!" hung-fei memukul pundak anaknya dengan
tongkat ditangannya, kontan Bu-jit melompat sambil berteriak
setelah mendapat kemplangan ayahnya.
"jangan sembarang menuduh bukan aku sendiri saja yang bisa
melakukannya !" teriak Han-bu-jit, Han-hung-fei yang buta
terheyak mendengar perkataan anaknya
"apa..! apa kamu bilang anak jahannam !" teriak hung-fei dengan
tubuh menggigil saking marahnya mendengar perkataan
anaknya, maksud perkataan itu jelas untuknya, hung-fei duduk
lemas, suasana sangat tegang para piauwsu tidak ada yang
berani mendekati rumah induk
"apa yang kalian ributkan !?" tanya Lian-kim yang keluar dari
kamarnya mendengar perbantahan anak dan suaminya
"pergi kamu dari sini anak tidak tahu diri !" ujar hung-fei tanpa
menggubris pertanyaan istrinya
"heh kenapa kamu mengusir anaku !?" tanya Lian-kim heran
menatap suaminya "ibu, ayah menuduhku telah melakukan pemerkosaan pada istri
dan keponakan Ma-wangwe." sela Bu-jit
"apa kamu hendak membela anakmu yang durhaka dan
kurangajar ini !?" teriak Hung-fei dan ia pun duduk lemas
"apa..apa maksudmu koko, kenapa kamu demikian marahnya
pada Jit-ji." "perkataannya telah menyakiti hatiku Kim-moi." desisnya sedih
dan hati hancur "apa yang telah kamu katakan pada ayahmu Jit-ji ?"
"ayah menuduh saya karena hanya saya seoranglah yang
mampu melakukannya, dan kujawab bukan aku saja yang bisa
43 melakukannya" "sudahlah, sekarang mana Ma-wangwe itu ?" tanya Han-hujin
"sudah pergi ibu." sahut Bu-jit singkat
"kamu pergi tidak dari sini kurangajar !?" bentak hung-fei
"sudahlah suamiku, tidak perlu seperti itu, dan kamu pergi keluar
Jit-ji !" sela Lian-kim, han-bu-jit segera keluar.
Sejak hari itu Han-hung-fei jatuh sakit karena tekanan batin,
perkataan anaknya benar sangat menyakitkan hatinya, dan dia
sadar bahwa perkataan itu terbit dari pengetahuan anaknya
tentang sikap pada masa mudanya, benar-benar ia tidak
memiliki harga diri lagi, karena setua dirinya, anggapan pada
masa mudanya tetap disematkankan padanya, dan ironisnya
anaknya sendiri memiliki pemikiran seperti itu.
Dua minggu kemudian Han-bun-liong dan Coa-kim tiba
dikomplek han-piauwkiok, empat piuawsu yang sedang duduk di
gardu pos segera keluar dan menyambut
"apa ji-wi hendak menitipkan barang ?" tanya seorang piauwsu
dengan senyum ramah "tidak, tapi aku hendak membunuh kalian !" jawab Bun-liong
lantang, beberapa piauwsu langsung berlari melompat dan
mengurung Han-bun-liong, Han-bu-jit yang mendapat laporan
segera keluar dengan muka marah
"siapa kamu yang hendak menjual lagak disini !?" bentaknya
"phuah"..kamu pimpinannya mampuslah ! " sahut Bun-liong
sambil menyerang Bu-jit, Bu-jit dengan yakin menyambut
serangan. 44 "wut".ih"plak augh.." Han-bu-jit kelabakan dan merasa
tertekan saat beradu tangan dengan Bun-liong, ia tidak mengira
bahwa lawan muda ini demikian hebat dan kuat, dia berusaha
mempertahankan diri dengan segala kemampuannya, lima puluh
jurus sudah berlalu, Han-bu-jit makin kelimpungan, beberapa
pukulan telah mengenainya, namun ia berusaha gigih untuk
tidak tumbang, Han-bun-liong mendesaknya dengan ilmu-ilmu
suhunya Tan-kui, walaupun kalah tinggi dari ilmu Bu-jit, tapi Bujit tidak juga mampu mempertahankan diri, karena ia jauh kalah
dibidang sin-kang dan gin-kang.
Dua puluh jurus kemudian Han-bu-jit terlempar sambil muntah
darah akibat sebuah tendangan yang mengenai lambungnya,
lima wakilnya segera merangsak maju, dan Bu-jit juga segera
bangki dan menyerang, namun dua puluh jurus kemudian lima
wakil han-bu-jit bertumbangan dengan nyawa melayang, Hanbu-jit kembali sendirian, dengan sekuat tenaga terus melawan,
tiba-tiba Han-bun-liong mengeluarkan pedangnya, dan alangkah
terkejutnya Han-bu-jit melihat pedang ayahnya yang sudah lama
hilang dan kini berkiblat menyerangnya dengan ilmu khas
keluarganya, dan dalam sepuluh jurus Han-bu-jit telah dikurung
kilatan ilmu pedang luar biasa itu
"crak"crak"." dua bacokan menghabisi nyawa Bu-jit, Bu-jit
ambruk dengan tangan putus dan leher juga putus, kepala itu
melayang dan menggelinding kedalam rumah, Han-bun-liong


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerbu kedalam rumah, sementara Coa-kim membabat habis
para piauwsu. 45 Didalam rumah, Han-bun-liong disambut Lian-kim, namun hanya
dua gebrakan pedang naga sastra telah membelah kepalanya,
istri Han-bu-jit dan semua pelayan dibantai Han-bun-liong,
pemandangan dalam rumah itu sangat mengerikan, Han-bunliong menjebol beberapa kamar untuk mencari Han-hung-fei,
Han-hung-fei terkejut melihat kamarnya dijebol
"siapa..! " teriak han-hung-fei sambil bangkit dan dengan
memaksakan diri walaupun tubuhnya lemah menyerang dengan
tongkatnya, pertarungan seru berlangsung dalam kamar, dua
puluh jurus kemudian han-hung-fei sudah kewalahan terdesak,
tubuhnya yang lemah dipaksa untuk terus mempertahankan diri,
dan sepuluh jurus kemudian tongkatnya direnggut, setelah
pundaknya di pukul dan kakinya dijegal, Han-hung-fei terjungkal
dan ambruk kelantai "siapa kamu yang memiliki jurus-jurusku !?" tanya Hung-fei
heran sambil menahan sakit pada pinggulnya, tanpa menjawab
Han-bun-liong menotok Han-hung-fei dan mengangkatnya ke
atas pundak, Han-bun-liong keluar dari kamar yang sudah
hancur porak poranda, diluar ia ditunggu oleh Coa-kim yang
menyisakan tiga orang piuawsu
"hehehe"pimpinan kalian telah mati, dan keluarganya telah
saya habisi, kecuali orang tua ini, kalian mau tahu siapa saya "
dengarkanlah ! saya adalah "toat-beng-kiam-ong" (raja pedang
pencabut nyawa) " ujar Han-bun-liong, lalu tubuhnya berkelabat
meninggalkan komplek Han-piauwkiok.
Kota bicu gempar dengan kejadian itu, pembantaian sadis
keluarga Han menjadi buah bibir, warga kota merinding jika
mengenang kejadian naas yang menimpa keluarga hebat dan
46 jaya selama ini, para rombongan Han-piuwkiok yang kebetulan
lewat menjadi sedih dan berkabung, berita pun menyebar keluar
kota bicu, julukan toat-beng-kiam-ong yang menjadi pelaku
pembantaian merebak dan menggetarkan lioklim, hal itu
dikarenakan cabang Han-piuwkiok sangat banyak dan menyebar
diempat wilayah. "katakan siapa kamu sebenarnya !" tanya Han-hung-fei saat
tubuhnya diturunkan dan direbahkan di sebuah pohon, matanya
yang buta meraba-raba tempat disekitar tempat duduknya
"kamu tidak usah cemas cianpwe, kami tidak akan
mencelakakanmu !" sahut In-sin-ciang
"kalian telah membantai keluargaku dan menculikku, apa
sebenarnya maksud kalian !?"
"tidak usah diladeni In-sin-ciang !" sela Han-bun-liong ketus,
Han-hung-fei menoleh ke arah Bun-liong
"kamu yang telah menotokku tentu memiliki hubungan
denganku, katakan darimana kamu dapatkan ilmu-ilmuku !?"
tanya han-hung-fei penasaran
"sudah ! makanlah ayam bakar ini !" perintah Han-bun-liong
sambil mengangsurkan sepotong ayam bakar ketangan han-feilun tanpa menggubris pertanyaan yang di ajukan Hung-fei
"tidak..! aku tidak mau makan sebelum aku mengetahui siapa
dan apa maksud kalian menculikku !"
"kalau tidak mau makan" ya sudah !" sahut Han-bun-liong
sambil melahap daging bakar itu dengan nikmat, sesaat suasana
hening, "kemanakah selanjutnya tujuan kita kiam-ong !?" tanya In-sinciang memacah kesunyian
47 "kita akan ke hehat, mari kita berangkat !" sahut Bun-liong, lalu ia
bangkit dan mendekati Han-hung-fei, Han-bun-liong memanggul
kembali ayahnya dan berlari cepat, In-sin-ciang menyusul
dibelakangnya. Sebulan kemudian mereka sampai dikota Taiyuan, mereka
mamasuki sebuah likoan, han-hung-fei tidak bisa lagi mangkir
untuk tidak makan, dia hanya mandah saja dibawa kemana oleh
dua orang penculiknya, hingga ketika mereka memasuki kota
taiyuan, mereka layaknya seperti tiga kelana yang sedang
mengadakan perjalanan. "sediakan tiga porsi makanan dengan lauk terenak yang kalian
miliki !" perintah in-sin-ciang, pelayan itu mengangguk dan
segera menyiapkan pesanan tiga orang tamunya.
"in-sin-ciang ! untuk sementara kita harus berpisah disini ."
"kenapa kiam-ong !?" tanya in-sin-ciang sambil menyumpit
makanannya "pergilah ke lembah merak, dan sampaikan pada saudaraku
bahwa misi telah berhasil, dan katakan padanya supaya
menyusul ke kota hehat."
"Baiklah jika demikian, tapi kita akan melewatkan malam ini
disini kan !?" sahut in-sin-ciang dengan senyum dan kerling
nakal. "hehehe"tentu sayang !" sahut bun-liong dan merekapun
melanjutkan makan dengan lahap, setelah selesai makan,
mereka memesan dua kamar, malam itu Bun-liong dan Coa-kim
bercinta semalam suntuk, sementara dikamar lain Han-hung-fei
terbaring kaku diranjang, walaupun han-hung-fei mandah, hanbun-liong masih meragu jika ayahnya akan melarikan diri,
48 sehingga jika ia mau berduaan dengan coa-kim, han-bun-liong
selalu menotok hung-fei lebih dahulu.
Keesokan harinya setelah sarapan pagi, Han-bun-liong dan
ayahnya berangkat menuju hehat sedangkan coa-kim berangkat
ke Tianjin, perjalanan Coa-kim dilakukan dengan cepat,
sementara Bun-liong melakukan perjalanan santai, dan mereka
selalu menginap disetiap kota yang dilalui,
"kiam-ong ! apakah kamu sebenarnya adalah anakku !" tanya
hung-fei tiba-tiba saat mereka istirahat disebuah kamar sebuah
likoan, bun-liong menatap wajah yang menjadi ayahnya ini,
kemudian ia balik bertanya
"kenapa cianpwe mengira demikian !?"
"aku merasakan bahwa engkau sebenarnya adalah anakku, dan
disamping perasaan itu, kamu juga menguasai ilmu bun-liong
hoat dan bun-liong kiam, kamu jelas bukan Kwi-ong, bukan Okliang dan juga bukan Sai-ku."
"kalau sudah tahu bahwa aku bukan ketiga anakmu yang kamu
sebut, bagaimana kamu mengatakan aku ini adalah anakmu ?"
"masa laluku memang rumit, dan setelah kupikir-pikir,
kemungkinan besar kamu adalah anak yang dibawa Li-cing-moi
ke kota bicu." "siapakah li-cing itu bagimu ?" tanya Han-bun-liong
"hmh".dia seorang yang pernah dekat denganku." sahut Hungfei sambil menunduk mengenang wajah Li-cing.
"sudahlah, kita istirahat saja, dan tidak perlu memikirkan hal-hal
yang tidak perlu !" ujar Bun-liong sambil merebahkan diri di atas
ranjang 49 "hal itu perlu bagiku, akuilah bahwa kamu adalah anak Li-cing,
dan seingat saya waktu itu, namamu adalah Han-bun-liong."
"hmh"..ternyata kamu masih mengingat kejadian itu, aku tidak
akan menyanggah bahwa benar aku adalah anak dari siangmou-bi-kwi, lalu setelah kamu mengetahuinya, apa yang hendak
kamu perbuat?" "kamu tahu bahwa aku adalah ayahmu, lalu kenapa kamu
menculikku dan membantai saudaramu ?" tanya Hung-fei
dengan nada sesal "perlukah itu kujawab, kalau kamu sendiri tidaklah lebih baik
dariku, kamu ini lelaki pengecut yang tidak pernah bertanggung
jawab." sahut Bun-liong ketus dan sinis, hati hung-fei serasa
tersayat mendengar ucapan anaknya, dia terdiam dengan
perasaan hancur, kemudian ia berkata lirih
"aku memang tidak bertanggung jawab, tapi apa kesalahan
istriku, anakku han-bu-jit dan keluarganya ?"
"mereka salah telah menopoli dirimu, sementara mereka tahu
bahwa ada lagi keturunanmu disamping mereka, dan bukan
saya yang menyebabkan kematian mereka, tapi karena sikap
pengecut yang tidak bertanggung jawablah yang menyebakan
kematian mereka" sahut Bun-liong, Han-hung-fei kembali
terdiam, lalu ia mendongak dan berkata
"jika memang aku ini sangat dibenci, lalu kenapa aku tidak
engkau bunuh saja, kenapa aku mesti diculik ?"
"hal itu biar ibuku saja yang memutuskannya, sekarang tidurlah
!" sahut han-bun-liong tawar, hung-fei terdiam dan hatinya makin
teriris mengenang semua sepak terjangnya, dia lelaki yang tidak
pernah dapat penghormatan dari keturunannya, dia lelaki yang
diabaikan dimasa tuanya akibat perilakunya yang tidak memliki
50 pendirian, mengenang semua itu hatinya menangis pilu, semua
wajah wanita-wanita yang melahirkan anak-anaknya
bermunculan dibenaknya, lalu wajah anak-anaknya.
Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan, Hung-fei
tidak lagi memiliki semangat hidup, dia laksana mayat berjalan
saja, akibat kekecewaan yang menderanya ia tidak lagi perduli
dengan dirinya, ia tidak mau makan lagi sehingga tubuhnya
semakin kurus, Bun-liong juga tidak memperdulikannya, apakah
mau makan atau tidak, dan dia terus memanggul ayahnya yang
kian hari kian lemah. "biarkkanlah aku Liong-ji, aku ini tidak layak hidup." desah Hungfei lemah, ketika mereka sampai dikaki bukit kui-san
"janganlah banyak bicara, sebentar lagi kita akan sampai, dan
kamu akan bertemu dengan ibuku." sahut bun-liong sambil
mempercepat larinya mendaki gunung, dan menjelang malam ia
pun sampai disebuah bangunan tua yang berdiri kokoh
dipuncak. "ibu"! aku sudah datang !" seru Han-bun-liong, dan tidak lama
dari dalam muncul Li-cing dengan wajah gembira
"kamu sudah datang Liong-ji, hmh"apakah dia yang kamu
panggul itu Liong-ji ?"
"benar ibu." sahut Han-bun-liong dan keduanya memasuki
bangunan peninggalan Tan-kui, Bun-liong merebahkan Hung-fei
yang lemah dan pucat diranjang
"kenapa dia lemah dan pucat Liong-ji ?" tanya Li-cing sambil
menatap wajah pucat dengan rongga mata yang kosong
"dia tidak mau makan dan aku hanya bisa memaksanya minum
ibu." sahut Bun-liong, Li-cing duduk ditepi ranjang
51 "kamu makan dan istirahatlah Liong-ji, biar ibu yang
mengurusnya." ujar Li-cing, Bun-liong mengangguk dan keluar
dari kamar. "Fei..ko..Fei-ko?" gugah li-cing lembut, Hung-fei mendesah
lemah "fei-ko..apakah kamu dapat mendengarku ?" tanya Li-cing
"aku..tidak layak hidup, oh..aku mau mati saja?" desah Hungfei, Li-cing segera keluar dan pergi kedapur untuk membuat
bubur, dan satu jam kemudian ia masuk kembali kekamar dan
dengan telaten dia mencekokkan bubur kemulut Hung-fei, Hungfei yang setengah sadar menelan lahap bubur yang dimasukkan
kemulutnya, dan perlahan kekuatannya mulai pulih
"siapakah kamu dan dimanakah aku ini ?" tanyanya setelah
mereguk minuman hangat "aku Li-cing Fei-ko, dan kamu berada ditempatku."
"Cing-moi" apa yang telah kalian lakukan " kenapa kamu
menyuruh anakku membantai saudaranya dan menculikku ?"
"kamu sudah tahu bahwa Liong-ji adalah anakmu, apakah ia
yang memberitahumu ?"
"ah".kamu tidak menjawab pertanyaanku Cing-moi ?"
"pertanyaanmu itu tidak butuh jawaban dariku Fei-ko, karena
koko sendiri yang bisa menjawabnya."
"kamu juga sama dengan putramu, demikian telengas
mempermainkan hatiku !" keluh Hung-fei
"hihihi".sudahlah koko, jangan berpikir yang macam-macam,
mulai hari ini koko akan bersama saya, dan anak-anak kita." ujar
Li-cing "apa maksudmu dengan anak-anak kita ?"
52 "anak-anakmu yang lain akan juga datang kesini."
"apakah anakku Fei-lun akan datang kesini ?" tanya Hung-fei
penuh harap "hihihi"apakah Fei-lun saja yang kamu ingat koko ?"
"hmh..apa maksudmu kwi-ong ?"
"benar, Kwi-ong dan Ok-liang tidak lama lagi akan datang
kesini." "bagaimana dengan anakku Sai-ku ?"
"anakmu itu sudah tapa daksa dan aku tidak tahu entah kemana
rimbanya." Jawab Li-cing sambil bangkit dari ranjang dan
meletakkan mangkok bekas bubur di atas meja
"kenapa mereka datang kesini, apa yang kalian rencanakan ?"
tanya Hung-fei "sudah kamu jangan banyak bertanya, sekarang istirahatlah !"
ujar Li-cing sambil menyelimuti hung-fei dan meninggalkan
kamar, Hung-fei merasa sunyi dan ia berusaha untuk tidur, dan
pagi harinya Li-cing memasuki kamarnya dan menyuapnya
dengan bubur, setelah itu memberikan obat penguat badan, dan
tiga hari kemudian Han-hung-fei sudah sehat dan kuat, dan pagi
itu ia sedang duduk dibalai-balai bersama Li-cing, perlakuan licing kepadanya amat lembut dan mesra, dia layaknya sebagai
istri bagi hung-fei, karena semalam Li-cing sudah menemaninya
tidur dan memeluknya mesra.
"ibu..! aku hendak kekota hehat, apa ibu ada pesanan ?" ujar
Bun-liong yang lewat didepan mereka
"ibu tidak ada pesanan, tapi belikanlah beberapa stel baju untuk
ayahmu !" sahut Li-cing
"baiklah kalau begitu ibu, aku berangkat !" sahut Bun-liong, dan
53 ia pun segera turun gunung
"Cing-moi, bagaimana Liong-ji dapat menguasai ilmu-ilmuku ?"
"kitabmu yang ada pada kwi-ong dipelajarinya dengan baik,
hanya dialah sepenuhnya yang menerima warisanmu, baik kitab
dan pedangmu." "pedang " eh"pedangku dicuri oleh orang yang berjulukan Anggan-kwi." sela Hung-fei penasaran
"hihihi"Ang-gan-kwi itu juga adalah suhu dari anakku."
"hmh"ternyata niatmu yang dulu telah kamu wujudkan melalui
Ang-gan-kwi. " "aku tidak salah Fei-ko, sudah sewajarnya Liong-ji menerima
warisan ayahnya, bukan ?" ujar Li-cing, lalu sesaat keduanya
terdiam. "sudah berapa lama kalian tinggal disini ?" tanya Hung-fei
mengalihkan pembicaraan "baru beberapa bulan, kamu senangkan tinggal bersamaku disini
fei-ko ?" "aku tidak tahu, apakah aku senang atau tidak, karena aku tidak
layak senang." sahut Fei-lun putus asa
"hihihi"kamu jangan berkata demikian koko, yang lalu itu
biarlah berlalu, yang penting adalah sekarang, kamu telah
berada disini dan hidup bersamaku." hibur Li-cing
"aku akui bahwa kamu demikian lembut penuh kasih sayang
Cing-moi, tapi.." "nah koko sudah tahu dan dapat merasakannya, itu saja yang
penting sekarang, yang lain tidak usah dipikirkan !" sela li-cing
dengan senyum sambil meraba bibir dan dagu hung-fei, belaian


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu demikian mesra, membuat hati hung-fei hangat, dan ia
meraih tangan dan mengecup jemari Li-cing.
54 Kita tinggalkan dulu Han-hung-fei dalam kelembutan ibu
anaknya Han-bun-liong, sekarang mari kita lihat ketempat lain
yang jauh dari kota hehat, yakni kekota kaifeng, dimana anak
tertua dari Han-hung-fei bertempat tinggal, berita dibantainya
keluarga Han di kota bicu dan diculiknya Han-loya atau Hanhung-fei sudah terdengar sampai ke kota Kaifeng.
Dikomplek "sin-siucai-bukoan" terlihat sepi, memang rumah
besar tidak seramai dulu, sebagaimana diketahui putra bengcu
yang bernama Han-liang-jin sudah menikah dengan Yap-huihong, dan mereka tinggal dikota shantung, kemudian putri beliau
Han-bwee-hoa menikah dengan Khu-wei-lun, dan mereka
tinggal dikota khangsi, lalu dirumah besar itu sekarang yang
menghuni hanya Han-fei-lun, Han-hujin, dan Han-sian-hui adik
Han-fei-lun. Sore itu para murid baru saja selesai melakukan latihan, mereka
kembali ke asrama untuk istirahat dan membersihkan diri,
sementara Han-fei-lun setelah selesai mandi, lalu duduk santai
bersama istrinya diselaras rumah, Han-fei-lun yang sudah
berumur lima puluh tahun lebih nampak masih tampan dan
gagah, sambil duduk Han-fei-lun berkata
"sian-moi ! hui-moi kemana ?"
"Hui-moi kepasar bersama pelayan." jawab Han-hujin sambil
menuangkan teh untuk suaminya, dan pada saat itu Han-sianhui dan pelayan memasuki halaman rumah
"bibi, tolong bawa belanjaan kita langsung kedapur !"
"baik siocia, dan pakaian ini bagaimana siocia ?"
"bibi letakkan saja di atas rak depan pintu kamar saya."
"baiklah kalau begitu socia." sahut pelayan sambil melangkah
55 kesebalah kanan rumah, sementara Sian-hui melangkah terus
ke arah selaras untuk menemui kakak dan kakak iparnya
"kamu baru datang Hui-moi ?" tanya Han-hujin
"iya, soso, dipasar ramai dan sesak sekali." sahut Sian-hui
sambil duduk dikursi yang berhadapan dengan kakaknya.
"Lun-ko saya dengar bahwa ayah diculik dan keluarga di bicu
dibantai oleh orang yang menamakan dirinya toat-beng-kiamong." ujar Sian-hui yang sudah berumur dua puluh satu tahun,
Han-fei-lun terdiam dan memajamkan mata menerima berita
mengejutkan itu, dengan menarik nafas panjang matanya dibuka
dan menatap adiknya "darimana kamu dengar berita itu Hui-moi ?"
"ketika dipasar, kami lewat rumah makan Pouw-lopek, lalu saya
lapat-lapat mendengar pembicaraan beberapa tamu dirumah
makan saling berbicara tentang Han-piuawkiok mengalami
bencana, lalu saya pergi kekantor cabang piuawkiok ayah untuk
menanyakan kebenarannya, dan dari mereka aku mendengar
semuanya." jawab Sian-hui
"sungguh mengejutkan berita itu Hui-moi, tapi aneh kamu bilang
bahwa ayah diculik."
"benar , dan kira-kira apa maksudnya Lun-ko ?"
"maksudnya bahwa pelaku itu masih memerlukan sesuatu dari
ayah." "menurut Lun-ko apa yang pelaku perlukan dari ayah ?"
"ilmunya mungkin Hui-moi atau ada maksud lain yang
tersembunyi melakukan pembantaian yang janggal itu."
"lalu apa yang harus kita perbuat Lun-ko ?"
"kamu sudah besar adikku, dan ayah kita dalam masalah." ujar
Fei-lun arif 56 "benar Lun-ko, oleh karena itu maka saya harus pergi mencari
ayah, dan meminta pertanggung jawaban orang yang mengaku
membantai keluarga di Bicu." sahut Sian-hui tegas,
"julukan "toat-beng-kiam-ong" merupakan julukan yang baru
muncul di dunia kangowu, oleh sebab itu ketenangan dan
kearifanmu dalam bertindak merupakan satu kemutlakan Huimoi." jelas Fei-lun sambil menyeruput tehnya, Sian-hui
mengangguk mengerti serta mencamkan dalam hati, kemudian
ia menatap kakaknya " tapi darimanakah saya harus mulai Lun-ko ?"
"pergilah ke lembah merak dan mulailah dari sana adikku." sahut
Fei-lun sambil meletakkan cangkirnya diatas meja
"boleh tahu kenapa Lun-ko menyarankan dari sana ?" tanya
Sian-hui takzim "karena disana ada saudara kita yang selalu membuat masalah."
jawab Han-fei-lun dengan arif
"baiklah Lun-ko, dan bolehkah saya berangkat besok ?"
"baiklah dan hati-hatilah adikku, dan doaku menyertaimu." sahut
Fei-lun, Han-sian-hui beranjak meninggalkan kakaknya.
Keesokan harinya Han-sian-hui pamit pada kakak dan sosonya,
wajahnya yang jelita kian menonjol dengan pakaiannya yang
ringkas, dan sal warma putih yang tersampir di bahunya
menambah kerupawanannya yang luar biasa, dengan hati ringan
Han-sian-hui menyusuri jalan kota menuju gerbang utara, semua
orang tahu belaka dengan gadis cantik jelita adik bengcu ini,
senyumnya yang sumigrah membuat setiap orang senang
57 menyapanya, pembawaannya bersahaja dan wibawanya
mengikuti corak kakaknya membuat hati tunduk dan segan
"hendak kemanakah sukouw..!?" tanya seorang sastrawan
berumur tiga puluh tahun sambil menjura hormat
"aku ada keperluan keluar kota Bao-sutit, bagaimanakah kabar
sutit dan keluarga ?"
"kami sekeluarga baik-baik saja sukouw, semoga urusan sukouw
dapat diselesaikan dengan baik dan lancar
"semoga saja Bao-sutit, doakanlah ! karena saya selalu
membutuhkan itu, dan selamat tingal sutit."
"selamat jalan sukouw.." sahut sastrawan she-bao, Han-sian-hui
melanjutkan langkahnya dan keluar dari gerbang kota.
Menjelang siang Han-sian-hui sudah jauh meninggalkan kota
kaifeng, larinya yang luar biasa cepat oleh karena gin-kangnya
yang hebat membuat tubuhnya hanya laksana bayangan yang
terbang melintas diantara pepohonan, hatinya yang lembut tidak
melewatkan pemandangan alam yang ia lewati, kadang sampai
setengah hari h Han-sian-hui duduk sambil bersyair menikmati indahnya
panorama alam yang terhampar didepannya, bukit dan lembah
dilaluinya tanpa halangan, hingga tiga minggu kemudian Hansian-hui memasuki propinsi Shandong yang ramai dan padat
Saat Han-sian-hui memasuki kota, banyak mata lelaki yang
memandang sambil berdecak kagum, terlebih ketika Sian-hui
memasuki sebuah likoan, para tamu menyempatkan diri untuk
melihat gadis jelita ini "twako, tolong sediakan nasi dan lauk berupa sayur bening dan
58 ayam goreng serta sepoci teh hangat."
"baik siocia, lalu apakah ada lagi ?"
"aku hendak cuci muka, dimanakah twako ?"
"oo, siocia keluar dari pintu samping itu, lalu kekanan, kamar
mandinya disitu siocia."
"baik, terimakasih twako." sahut sian-hui, lalu melangkah ke arah
pintu samping, dan masuk sebuah halaman yang luas, dan
masuk kesebuah kamar mandi, ia mencuci mukanya dari debu
perjalanan yang melekat, lalu mengeringkan wajahnya dengan
sehelai sapu tangan, kemudian ia kembali kedalam dan
mengambil tempat duduk. Tidak lama pesanannya pun datang, pelayan itu dengan cekatan
melatakkan hidangan di atas meja, dan dengan senyum ramah
ia berkata "silahkan siocia !" Sian-hui mengangguk tersenyum
"terimakasih twako !" sahutnya, lalu dengan perlahan ia
menyumpit makananya dan mengunyah dengan nikmat,
beberapa tamu tidak jemu-jemunya menatap wajah rupawan
yang luar biasa memikat hati itu, namun Han-sian-hui tidak
memperdulikannya, akan tetapi ia fokus mengunyah dan
menikmati makanannya, tamu yang datang pergi tidak begitu
diperhatikannya "silahkan kongcu ! kongcu hendak pesan apa ?" tanya seorang
pelayan pada seorang tamu muda berumur dua puluh tahun
yang baru saja masuk, wajah pemuda itu tampan dan gagah,
pedangnya tersampir dipunggungnya menambah
kegagahannya, pakaiannya berwarna hitam dengan sabuk
berwarna hitam pula, ia mengikuti langkah pelayan yang
59 membawanya kesebuah meja kosong yang berada tiga meja
didepan Han-sian-hui "silahkan duduk kongcu !" ujar pelayan dengan ramah dan
sebelumnya ia melap meja dengan handuk yang tersampir
dipundaknya, pemuda itupun duduk dan sesaat matanya
menatap kagum pada wajah wanita tiga meja didepannya,
kemudia ia berkata "sediakan makanan dengan lauk khas kalian, dan jangan lupa
seguci arak." Pelayan itu membungkuk dan segera berbalik,
pemuda gagah itu menatap sekelilingnya, dan matanya kembali
tertumpu pada wajah rupawan Han-sian-hui, namun Han-sianhui tidak menggubris tatapan yang demikian lekat menatapnya.
Tidak lama kemudian pelayan datang menghidangkan makanan,
pemuda itu pun makan dengan lahap dan sesekali matanya
menyambar wajah anggun didepannya, namun ia harus menelan
kecewa, karena baru setengah jalan ia makan, Han-sian-hui
telah selesai makan, Han-sian-hui beranjak dari kursinya dan
berjalan kemeja kasir dan membayar pesanannya, lalu
kemudian ia keluar untuk melanjutkan perjalanan.
Han-sian-hui keluar dari gerbang utara kota Anhui, ia dengan
santai menyusuri jalan berbatu, tidak lama kemudian Han-sianhui berlari dengan cepat melesat kedepan laksana anak panah
lepas dari busurnya, dan saat malam tiba Han-sian-hui istirahat
didalam sebuah hutan untuk melewatkan malam, seonggok api
unggun menerangi kelamnya malam sekaligus menghangatkan
dinginnya angin malam, Han-sian-hui terlelap tidur nyenyak.
60 Saat pagi datang yang disambut kicauan burung didahan, Hansian-hui bangun dari tidurnya, lalu ia beranjak ke tepi sungai
kecil yang tidak jauh dari tempat ia bermalam, Han-sian-hui
mandi dan membersihkan diri, setelah itu ia memakai baju ganti,
tubuhnya nyaman dan segar, lalu ia pun menyandang
buntalannya dan melanjutkan perjalanan, namun belum lagi ia
keluar dari dalam hutan, pendengaran yang tajam mendengar
suara orang berkelahi, Sian-hui mengenjot tubuhnya dan
melesat ke arah suara pertempuran, sesampai ditempat Hansian-hui melihat seorang kakek tua berwajah hitam mendesak
dua orang yang sedang mengeroyoknya.
"kalian ini tidak tahu diri, sekarang rasakan hajaranku !" teriak
kakek itu sambil menubruk dengan tangan kiri mengancam
kepala seorang lawan, dan tongkat hitamnya berkiblat
mengancam kaki yang seorang lagi, dua lawannya sudah
terpuruk kewalahan "buk".agh.." tongkat hitam itu menghantam paha lawan, tapi
serangan berupa cengkraman itu luput, karena tiba-tiba tangan
kakek tua itu lumpuh terkulai, hatinya terkejut dan geram
"bangsaat?" umpatnya sambil menatap sian-hui yang sudah
berdiri disampingnya, ia menyerang dengan tongkatnya yang
hendak menghancurkan kepala Han-sian-hui
"wuut?" Han-sian-hui mengubah kedudukan kakinya, sehingga
tongkat itu lewat dua kaki didepanya dadanya, kakek itu
tercengang tidak percaya bahwa serangannya dengan mudah di
elakkan gadis muda itu "maaf cianpwe, aku lancang mencampuri karena nyawa sicu ini
teracam oleh serangan cianpwe
61 "bauh".kamu siapa sehingga berani lancang adaku !?"
bentaknya marah dan mata menatap tajam
"saya Han-sian-hui cianpwe, urusan antara cianpwe dengan dua
saudara ini benar aku tidak tahu, namun tangan sakti cianpwe
yang hendak menghancurkan kepala saudara ini tidak bisa
kubiarkan." "phuah"..kalau begitu nyawamulah gantinya !" teriak kekek itu
sambil menyerang Sian-hui, Sian-hui berkelit dan tidak
membalas, kakek itu makin marah, karena serangannya
demikian mudah dihindarkan.
Kakek yang tidak lain adalah Hek-kai menyerang bertubi-tubi,
sebatan tongkat yang bergerak cepat mengandung sin-kang
penuh mengaung mencecar tubuh Sian-hui, namun sejauh
apapun Hek-kai mengerahkan kemampuannya, tetap ia tidak
mempu menyentuh Han-sian-hui yang bergerak dengan ginkang luar biasa tanpa sedikitpun membalas serangan, sampai
dua jam penuh Hek-kai berusaha namun tidak ada hasil,
akhirnya ia berhenti dengan nafas sesak karena kelelahan.
"kamu terlalu menghinaku nona ! menganggap remeh padaku
dengan tidak sedikitpun membalas seranganku."
"maaf cianpwe ! bagaimana aku dapat membalas " aku telah
berlaku lancang mencampuri urusanmu dengan dua pendekar
ini, jadi janganlah terlalu dimasukkan kehati cianpwe, lagian
membunuh orang bukanlah perbuatan yang patut di banggakan"
sahut Han-sian-hui berusaha meredakan kemarahan Hek-kai,
dengan nafas sesak Hek-dan hati kecut Hek-kai berkata
"dua orang ini yang hendak cari mampus ! keduanya tiba-tiba
mencegatku yang hendak mencari binatang buruan."
62 "dia itu adalah Hek-kai lihap, seorang pentolan hek-to." sela
seorang pendekar ketus dan tajam, Han-sian-hui menatap kedua
pendekar itu dan kemudian menatap Hek-kai, dan dengan arif
dia berkata "hmh"pertentangan aliran memang tidak bisa dihindarkan, lalu
bagaimana menurut cianpwe, kali ini posisi cianpwe kalah,
apakah akan dilanjutkan atau cianpwe mundur."
"sudahlah, aku pergi saja !" sahut Hek-kai dengan hati kecut tapi
mendongkol, lalu ia berkelabat meninggalkan tempat itu.
"lihap ! kenapa lihap memberi hati pada orang jahat seperti dia
?" tanya pendekar itu penasaran, Han-sian-hui tersenyum dan
berkata lembut "maaf taihap, tugas kita memang memberantas kejahatan, dan
memberantas tidak selalu harus membunuh, kadang mencegah
juga sudah merupakan bagian dari memberantas."
"lihap dengan membiarkannya hidup, maka ia akan berpeluang
untuk melakukan kejahatan lagi." sela pendekar yang tulang
pahanya remuk, Han-sian-hui menatap pendekar itu
"bagaimana kondisimu taihap ?" tanyanya tanpa menjawab
pertanyaan pendekar itu "tulang pahaku remuk, dan itu tidak seberapa demi untuk
memperjuangkan kebenaran." sahut pendekar itu lantang, Hansian-hui tersenyum dan bertanya
"siapakah kalian taihap ?"
"saya adalah Cia-liang, dan ini suteku Kam-song, kami berdua
dari Hoasan-pai." jawab pendekar itu sambil berjongkok melihat
kaki sutenya "saya adalah Han-sian-hui, sebaiknya Cia-taihap segera
63 menemui tabib, untuk mengobati kaki Kam-taihap"
"tidak mengapa Han-lihap, lukaku tidak lah parah, dan saya


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih penasaran dengan lemahnya sikap lihap pada orang jahat
seperti hek-kai itu." sela Kam-taihap, Han-sian-hui tersenyum
dan mengambil tempat duduk dibawah sebuah pohon, lalu ia
berkata "Kam-taihap, orang jahat itu sama halnya dengan orang yang
sedang sakit, orang jahat hatinya sedang digerogoti penyakit,
dan orang sakit tubuhnya sedang digerogoti penyakit, jahat itu
suatu keadaan yang bisa saja sembuh dan hilang dari
seseorang." Kam-taihap menatapnya dengan sinar penasaran
"tapi jahat ada yang mengkronis, jadi daripada menyebar lebih
baik langsung dihilangkan." Han-sian-hui diam sesaat lalu
berkata "Kam-taihap, kejahatan ini merupakan urusan hati, lalu siapakah
kita sehingga berani menetapkan bahwa hati tidak akan berubah
" kita tidak punya kuasa tentang itu, kita tidak bisa menetapkan
perkara itu bukan " "benar lihap ! dan sama halnya juga kita tidak bisa menetapkan
bahwa hati akan berubah bukan " lalu kenapa kita harus berdiri
pada keraguan kalau kita bisa berdiri pada hal yang meyakinkan
?" sela Cia-taihap tegas
"Cia-taihap, mungkinkah anda bisa berubah jadi orang jahat ?"
tanya Han-sian-hui lembut
"mungkin saja Han-lihap, kenapa lihap bertanya demikian ?"
jawab Cia-taihap dengan heran, Han-sian-hui dengan nada
lembut berkata "seandainya aku memakai prinsip jiwi-taihap, artinya aku tidak
64 mau berdiri pada hal yang meragukan sebagaimana yang
dikatakan Cia-taihap, tapi langsung memutuskan untuk hal yang
meyakinkan, sehingga Cia-taihap langsung kubunuh, bagaimana
menurut taihap ?" mendengar itu Cia-taihap terdiam, dan
memandang sutenya yang kebetulan juga menatapnya
"daripada kejahatanku menyebar lebih baik aku mati saja." jawab
Cia-taihap tegas "jadi taihap telah menutup peluang dan kesempatan bagi diri
taihap sendiri untuk berubah, begitukah " kenapa anda setega
itu pada diri taihap sendiri " "
"karena demi kebaikan orang lain dari aniaya saya, bukankah
sebaiknya saya mati ?" sahut Cia-taihap tegas dan mantap
mempertahankan pendapatnya, dengan tawa lembut Han-sianhui berkata
"hihihi".tahukah taihap kenapa taihap menjawab seperti itu ?"
"eh".kenapa lihap tertawa, bukankah harusnya demikian ?"
sahut Cia-taihap heran "tidak demikian Cia-taihap, jawaban taihap itu terbit dari hati
yang sehat, bukan dari hati yang berpenyakit."
"lalu harusnya jawaban saya apa ?" tanya Cia-taihap dengan
hati penasaran "jawaban taihap harus terbit dari hati yang berpenyakit, jika
taihap tidak tahu jawaban hati yang berpenyakit, maka jawablah
menurut umum, yakni bahwa setiap manusia patut untuk
mendapat kesempatan." jawab Sian-hui, Cia-taihap tercenung
mencoba mencerna jawaban yang didengarnya, lalu ia
menyadari alangkah cetek pemahamannya tentang cara
menyikapi keadaan baik dan jahat seseorang setelah berdebat
65 dengan gadis muda ini, setelah lama berdiam kemudian ia
bertanya "jadi jika demikian lihap, bagaimana harusnya kita menyikapi
orang yang jahat ?" Han-sian-hui dengan arif menjawab
"prinsip menyikapi orang jahat adalah tahu diri dan rendah hati."
"maksudnya bagaimana lihap ?" sela Kam-taihap
"tahu diri maksudnya mengetahui kemampuan diri dalam
memberantas kejahatan orang tersebut, dalam memberantas
kejahatan kita punya tiga tahapan, pertama gunakan tangan
dengan kekuatanya, jika kita tidak mampu maka gunakan lidah
dengan kata nasehatnya, jika kita tidak mampu maka gunakan
hati dengan membeci kejahatan itu, sehingga kita tidak ikutikutan jahat."
"lalu bagaimana maksud menyikapi orang jahat dengan rendah
hati ?" tanya kam-taihap makin antusias
"rendah hati maksudnya, bahwa kita tidak merasa lebih dari
orang jahat itu, baik kita dan orang jahat adalah setara, yakni
sama-sama manusia yang mengalami satu keadaan yang serba
mungkin, keadaan mungkin itu bergerak dan bukan kaku, gerak
berkutat pada waktu, waktu dimiliki oleh setiap orang, dan waktu
juga merupakan hak setiap orang." ujar Han-sian-hui, dua
saudara seperguruan itu terdiam mencerna uraian sian-hui, dan
Pendekar Misterius 3 Anak Harimau Karya Siau Siau Iblis Dan Bidadari 1
^