Pencarian

Tangan Berbisa 11

Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 11


Dari dua belas anak kunci emas ini, hanya anak kunci
yang didalam tangan para ketua Siao-lim, Bu -tong dan oeysan,
yang belum berhasil diketemukan. Kecuali putri
ketujuh Thia Ay Eng yang belum datang, putri-putri yang
lainnya tampak berlutut dihadapan meja pangcunya untuk
menantikan hukumannya. Mereka semua bergiliran dan
ketakutan setengah mati. Pangcu setelah menerima delapan buah anak kunci,
kemudian bertanya kepada tiga putri sambil tertawa dingin:
"Coba kalian ceritakan kenapa sampai tak bisa jalankan
tugas itu?" Putri nomor empat Tio Kui Hong dengan tubuh dan
suara gemetaran menjawab:
"harap pangcu maafkan, pemuda yang bernama Ma
Liong Po itu terlalu keras adatnya, hamba sudah berusaha
sekuat tenaga juga tidak bernasil menggerakkan hatinya....."
Pangcu lalu berkata: "Baik, aku tahu Kau sudah berusaha keras ....pergilah"
Putri nomor empat itu mendengar putusan demikian
merasa girang, buru-buru menjura mengucapkan terimakasih,
kemudian lari kembali kerombongannya. Pangcu
lantas memanggii putri nomor delapan, tanyanya dingini
"Dan kau?" Putri nomor delapan Tie Siauw Lian
melapor sambil menjura: "Harap pangcu maafkan, anak kunci berukiran huruf
Liong partai oey-san sudah hilang pada dua puluh tahun
berselang, hamba telah berusaha untuk mencari keterangan
juga tidak didapat."
"Baik, kau juga mundur" demikian pangcu golongan
Kalong mengeluarkan perintahnya.
Kini tibalah gilirannya putri ke sepuluh Lo Tay Cie harus
memberi laporan, wanita itu memberi laporannya sambil
menangis: "Mobon maaf kepada pangcu, anggota angkatan muda
partai Hoa-San, tiada Sstu yang dapat mendekati ketuanya,
hamba sesungguhnya tak dapat menemukan orang yang
dapat digunakan...."
"Apa kau hanya mau mencari yang muda saja?" tanya
pangcu sambil tertawa dingin. Lo Tay cie menggelenggelengkan
kepala dan menjawab: "Tidak, tidak Yang tua juga sudah didekati tapi mereka
ada yang pendelikkan mata kepada hamba, ada yang sama
sekali tak mengerti kebaikan hamba, mereka itu tampaknya
bodoh seperti kerbau"
Pangcu mendengarkan dengan tenang dan berpikir,
kemudian berkata dengan dingin:
"Kau menjalankan tugas kurang baik, sekarang dihukum
harus menghibur anggota Kalong hitam sepuluh malam
lamanya" Lo Tay Cie gemetaran dan berulang-ulang menjura dan
minta di ampuni, tapi tak dihiraukan oleh pangcunya,
bahkan memerintahkan Tongcu Pa Cap Nyo agar dibawa
pergi. Kemudian sang pangcu bertanya pada Im Liat Hong:
"Bagaimana Cho Hok Hoat tahu bahwa anak kunci
berukiran huruf Liong itu sudah balik kembali ketangan
orang partai oey San?"
Im Liat Hong berpaling mengawasi Cu Giok Tian yang
diikat di tiang dan berkata:
Dari pembicaraan mereka hamba dapat tahu sebagian,
katanya, anak kunci itu selama sebelas tahun terus berada di
tangan murid It-hu Sianseng yang bernama Cin Hong, dua
hari berselang Cu Giok Tian telah berjumpa dengan Cin
Hong di gereja Siao-lim Sie, dengan tidak disengaja telah
menemukan anak kunci itu didalam badannya. Ketika
hamba mendengar kabar itu, lalu mengikuti diam-diam,
setelah Cu Giok Tian berpisahan dengan Ceng-hong Cinjin
barulah hamba unjuk diri dan minta kepadanya. Akhirnya,
meskipun hamba berhasil menjatuhkan dia tetapi tak dapat
menemukan anak kunci emas itu, maka terpaksa hamba
gusur saja dia kemari"
"Apa kau sudah tanya kepadanya?"
"Dia tak mau mengatakan"
"Kalau begitu rangket dulu padanya. Dan masih ada satu
yang muda itu?" Im Liat Hong berpaling mengawasi Kha Gee San, dan
yang tersebut belakangan itu segera memerintahkan dua
anggota kalong hitam pergi menjalankan hukuman-
Anggota angkatan muda partay Bu-tong Ma Liong Po
begitu melihat ada dua orang berpakaian hitam
menghampiri sambil membawa rotan, sikapnya sebaliknya
berubah menjadi tegang, ia berpaling dan mengawasi
kepada Cu Giok Tian disampingnya dan berkata sambil
tersenyum: "Cu-locianpwe, coba locianpwe katakan hari ini kita mau
menangkan pertempuran ini atau tidak?"
Cu Giok Tian juga tidak menunjukkan rasa takut,
jawabnya sambil tersenyum:
"Sudah tentu harus menang, tulang-tulangku yang sudah
bangkotan ini yakin masih sanggup menerima rangketan
itu" Dua orang dari golongan Kalong hitam Saling
berpandangan, lalu mulai menjalankan hukumannya, ketika
cemeti itu jatuh ditubuh mereka, darah lantas mengucur
keluar, Cu Glok Tian dan Ma Liong Po hanya mengerutkan
saja alisnya, kemudian memejamkan matanya.
Cemeti bergerak makin lama makin gencar, dua tubuh
dua orang itu juga sudah berlumuran darah.....
Tak lama kemudian tubuh dua orang itu sudah pecah
semuanya, darah membasahi badan dan celananya, namun
mereka keras kepala, sedikitpun tidak mengeluarkan
rintihan, seolah-olah yang dihajar itu bukan tubuh mereka,
Pangcu yang menyaksikan sikap mereka itu sangat
marah, maka lalu memerintahkan supaya disiram dengan
air garam. Ma Liang Po tertawa terbahak-babak dan berkata:
"Jikalau tuan besarmu she Ma ini mengeluarkan sedikit
rintihan saja, bukanlah anak murid golongan Bu-tong "
Seorang anggota Kalong hitam membawa satu ember air
garam, Cu Giok Tian yang melihat itu menggelengkan
kepala dan berkata pada Ma Liong Po sambil tersenyum:
"Ma-laote, inilah pertandingan yang kedua "
Selagi Ma Liong Po hendak membuka mulut, air garam
sudah disiramkan diatas kepalanya, hingga timbul sedikit
rasa sakit Sehingga tubuhnya merah membara, giginya
terkatup, darah mulai mengalir keluar dari mulutnya.....
Ketikamangkok kedua disiramkan, badannya gemetaran
semakin hebat, kepalanya perlahan-lahan menunduk.
akhirnya diam. Pangcu golongan Kolong lalu
mengeluarkan suara bentakan: "Cu Giok Tian, dimana
anak kunci itu kau simpan?"
Cu Giok Tian tertawa tertawa terbahak-bahak kemudian
menjawab: "Haha, didalam perutku Kau dodet saja kalau
mau ambil" Pangcu memerintahkan anak buannya supaya menyiram
dengan air garam. Semangkok air haram lalu disiramkan dari atas
kepalanya, lalu memgalir kebadannya. Dimana air garam
itu mengaliri tubuh yang sudah berlumuran darah itu lalu
bergerak-gerak. namun meskipun demikian Wajah orang
tua itu masih tersenyum-senyum, seolah-olah disiram oleh
air biasa saja. Sang pangcu lalu memerintahkan untuk menyiram lagi.
SELAGI hendak menyiram yang kedua kalinya, Tok-siucay
yang berdiri dibagian depan dalam barisan Kalong
hitam, tak tahan hawa amarahnya, lalu berjalan maju
selangkah. Dan juga tepat pada saat itu, tiba-tiba di tengah udara
terdengar suara siulan aneh, dan kemudian tampak muncul
sesosok bayangan orang, dari tengah udara melayang turun
seorang pengemis tua langsung menuju kedepan batu
sembahyang. Pengemis tua itu rambut dan kumisnya sudah putih
semua, ia mengenakan pakaian kain kasar yang penuh
tambalan, diketiaknya ada mengempit segulung tikar
rombeng, sikapnya sangat aneh, namun tampaknya gagah
Sekali, ia bukan lain dari pada pengemis aneh yang
mendapat julukan pengemis tikar rombeng Lu Bong Kong,
yang beberapa hari berselang datang di gereja siau-lim-si
kemudian berlalu tanpa pamit, katanya hendak pergi
kerumah penjara rimba persilatan untuk menantang
bertanding untuk menolong keluar It-hu Sianseng
Ketika tiba didepan batu sembahyang, ia dengan
sikapnya yang angkuh menengok kekanan kiri kemudian
berseru: "Heheh, akhirnya kuketemukan juga kalian orang-orang
dari golongan ini benar-benar bagus sekali perbuatan
kalian.. Perempuan-perempuan itu kalian sekap dimana"
Lekas bebaskan sekarang juga "
oleh karena kedatangannya dari udara secara tiba-tiba,
hingga disitu terjadi sedikit kericuhan, dan anggota
pelindung hukum kiri dan kanan dengan cepat
menghampiri padanya sedang tamu tak diundang dari luar
daerah lalu menegur sambil menggenggam pedangnya
keras- keras. "Tuan ini siapa?"
Pengemis tua itu dengan mata menyipit nmengawasi
padanya sejenak. kemudian berkata sambil tertawa dingin:
"Kau barangkali adalah itu orang yang dinamakan Tamu
tidak diundang dari luar daerah bukan?"
"Sekarang adalah aku yang bertanya padamu" berkata
Tamu tak diundang dari luar daerah.
Lam-khek sin-kun Im Liat Hong berkata sambil tertawa
menyindir: "Dia adalah pengemis aneh tikar rombeng Lu Bong
Kong, seorang bekas ketua Satu partay yang sudah
kehilangan namanya" Pengemis tua itu memandang padanya dengan sikap
dingin, kemudian berkata: "Apakah kau hendak coba
menyambut seranganku pengemis tua ini?"
Im Liat Hong dengan sikap seolah-olah memandang
rendah berkata sambil meluruskan kedua tangannya.
"Apakah ilmu seranganmu angin puyuh dari gunung
pasir ada perobahan baru yang perlu sekali harus
diperlihatkan kepada kami?"
Mulut pengemis aneh itu mengiakan sedang kaki kirinya
sudah bergerak tmaju setengah langkah, tangan kanannya
diangkat kemudian dengan mendadak sudah melancarkan
serangan melalui udara. Im Liat Hong juga menggunakan tangannya untuk
menyambut serangan itu. Kedua pihak terpisah sangat dekat, ketika kedua
kekuatan tenaga saling beradu, lalu menimbulkan suara
hebat, beberapa kaki seputar tempat mereka berdiri telah
timbul angin mengulung-gulung seperti angin puyuh,
hingga angin dan debu pada beterbangan keatas.
Pengemis aneh itu hanya bergoyang sedikit lantas
berdiam, sedangkan Im Liat Hong tubuhnya berputaran
seperti roda, kemudian seperti orang baru baik sakit,
tubuhnya terhuyung-huyung hingga hampir saja jatuh
ditanah. Im Liat Hong adalah seorang iblis kenamaan dalam
rimba persilatan pada waktu itu, dalam hidupnya entah
pernah menghadapi berapa banyak lawan tangguh, kecuali
beberapa tahun yang lalu ia pernah satu kali terjatuh dari
tangan penguasa rumah penjara rimba persilatan belum
pernah ia menjumpai seorang lawan setangguh ini,
terutama kalah dibawah tangan pengemis tua yang bekas
pecundangnya It-hu Sianceng benar-benar ia merasa malu
sekali. Dalam keadaan demikian, ia menjadi naik pitam, hingga
rambutnya yang putih kelihatan sampai pada berdiri, ia
maju lagi hendak mengadu jiwa.
Pangcu dari golongan Kalong perlahan-lahan bangkit
dari tempat duduknya dan memerintahkan supaya anggota
pelindung hukumnya itu segera mundur.
Im Liat Hong tampak sangsi sejenak. tetapi kemudian
terpaksa membatalkan maksudnya dan mengawasi sang
pangcu untuk menantikan petunjuk lebih lanjut. Pangcu
golongan Kalong berkata dengan nada suara dingin.
"Pengemis tikar rombeng Munculnya kau di dalam
rimba persilatan untuk kedua kalinya ini, tidak kuduga
sudah membekal kepandaian demikian hebat, benar-benar
merupakan suata hal yang patut dibangga, maka lebih dulu
aku haturkan selamat padamu "
Pengemis tua itu mengebut debu di atas bajunya, setelah
itu baru berkata sambil tertawa
"Ah, kau terlalu memuji, hanya hasil yang tidak berarti
saja" "Tadi kau minta kami melepaskan perempuanperempuan,
perempuan mana yang kau maksudkan?" tanya
Sang pangcu. "Bukankah selama dua hari ini, didaerah propinsi Sansee
dengan beruntun sudah ada delapan belas perempuan
yang lenyap" Kalau bukan kalian perbuatan siapa lagi?"
"ohhh, jadi ada kejadian serupa itu?"
"Kaujangan berpura-puralah... Hari ini jikalau kau tidak
membebaskan dengan segera delapan belas perempuan itu,
aku terpaksa akan bertindak"
"AKu Jie Hlong Hu meskipun juga sering melakukan
perbuatan semacam itu, tetapi kali ini. perempuanperempuan
itu bukanlah diculik orang-orangku. Kukira,
terhadap orang seperti kau ini, masih belum ada harganya
bagiku untuk mengadakan bantah-bantahan?"
"Kalau begitu, kecuali kau masih ada siapa lagi yang
biasa melakukan perbuatan rendah semacam itu?"
"Tidak tahu.. Bolehlah kau menceritakan kejadiannya
lebih jelas Sedikit"
"Delapan belas perempuan itusemuanya adalah istri-istri
atau anak perempuan orang rimba persilatan- diwaktu


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lenyap tidak meninggalkan sedikit bekaspun. seolah-olah
mereka itu. pergi di rencana lebih dulu......."
"Apakah mereka itu berlalu dengan membawa barangbarang
kesukaannya?" "Tidak! MakSudku ialah orang-orang itu berbuat
demikian rapi." Pangcu golongan Kalong lalu berpaling dan bertanya
kepada anggota pelindung hukum tangan kanannya ialah
Tamu tidak di undang dari luar daerah:
"Co Hok hoat anggap urusan ini apakah tidak mungkin
ada hubungannya dengan tidak hadirnya enam belas lie
tocu dari perkumpulan kita?"
Tamu tidak diundang dari luar daerah balas menanya:
"Apakah Pangcu anggap mereka juga sudah diculik?"
Sang pangcu menganggukkan kepala dan menjawab
sambil tertawa dingini "Jikalau tidak. sekalipun mereka bernyali lebih besar lagi
juga rasanya tak mungkin sampai berani tidak hadir"
Tamu tidak di undang dan luar daerah itu menundukkan
kepala untuk berpikir, kemudian berkata:
"Mungkin ada hubungannya, hanya yang membuat kita
tak habis mengerti ialah orang-orang rimba persilatan pada
dewasa ini yang memiliki kemampuan melakukan
perbuatan seperti itu dan berani melakukan maksudnya
kecuali golongan Kita, boleh dikata sudah tak ada, sebab
sebaglan besar orang-orang rimba persilatan sudah tertawan
dalam rumah penjara."
Pangemis tua yang mendengarkan itu menunjukkan
sikap terkejut dan terheran-heran, tanyanya:
"Apa" Jadi kalian dalam golongan Kalong juga
kehilangan anggota Wanita?"
Pangcu golongan Kalong menganggukkan kepala
mengiyakan- Pengemis aneh itu mengawasi keadaan sekitarnya
sejenak, kemudian menggenggam erat-erat tikar dibawah
ketiaknya dan berjalan turun ke bawah gunung, sambil
ucapnya: "Kalau begitu, hitung-hitung aku si pengemis tua
kesalahan alamat, sekarang aku headak minta diri."
Pangcu golongan Kalong berjalan turun dari atas batu
seraya berkata "Tunggu sebentar"
Pengemis tikar rombeng itu merandek dan bertanya:
"Ada apa ?" Pangcu golongan Kalong dengan nada suara dingin
berkata sepatah demi sepatah:
"Ilmu serangan tanganmu angin puyuh dari gurun pasir
apa benar ada mempunyai permainan baru" Aku sungguh
tertarik sekali, mudah-mudahan benar-benar kau
mempunyai permainan baru itu "
Pengemis tua itu sangat girang, ia lalu meletakan tikar
rombengnya ditanah, dan berkata sambil tepok-tepok
tangan: "Mari, mari, mari Aku sipengemis tua memang sudah
lama ada itu maksud, cuma merasa tidak enak untuk buka
mulut " Pangcu golongan kalong lambat-lambat berjalan
kedepannya sejauh kira-kira lima kaki baru berhenti, dan
kemudian mempersilahkan Pengemis tua itu supaya turun
tangan lebih dulu. Pengemis tikar rombeng menampak sikapnya yang acuh
tak acuh, bahkan suruh ia turun tangan lebih dalu, karena
marah lalu berkata "Usiaku lebih tua darimu, seharusnya kau yang buka
serangan lebih dulu"
"Kepandaian ilmu silatku lebih tinggi darimu,
seharusnya kau yang membuka serangan dulu" kata Pangcu
golongan Kalong, Pengemis tua itu marah, telah mengeluarkan suara siulan
aneh, sepasang tangannya bergerak dan kaki digeser maju,
setelah itu ia membuka kerangannya dengan tangan kanan,
Dahulu ia terkenal namanya dalam rimba persilatan
dengan ilmu serangan tangannya yang dinamakan angin
puyuh digurun pasir, Waktu itu kalau melancarkan
serangannya hanya menimbulkan suara menderu-deru
seperti benar-benar ada angin puyuh yang menggulunggulung,
tapi kali ini setelah kembali dari perantauannya,
dan muncul didaerah Tlong-goan lagi meskipun ilmunya
masih sama, tetapi dari ilmu serangan yang menimbulkan
suara berubah tidak ada suara, hingga membuat orang lain
sulit untuk meraba kemana arahnya kekuatan tenaga yang
tercampur dalam gulungan angin hebat itu, maka seorang
kuat seperti Lam-kek-sin-kun Im Liat Hong, juga dalam
segebrakan saja sudah hampir jatuh ditangannya, tetapi
meskipun pengemis tikar rombeng itu adatnya angkuh dan
anggap kepandaian sendiri sangat tinggi, namun waktu itu
ia sesudah menghadapi iblis nomor satu dalam rimba
persilatan juga tidak berani berlaku gegabah. Maka pada
serangannya itu ia sudah menggunakan kekuatan tenaga
seratus persen. Mulutnya pangcu golongan Kalong mengeluarkan suara
aneh yang sangat perlahan, dengan mendadak tubahnya
memutar bagaikan kitiran tampaknya seperti terdorong oleh
putaran yang keluar dari serangan tangan pengemis tikar
rombeng, tetapi, Sebetulnya gaya mutarnya itu menuju
kearah kebalikannya dan mendesak dekat kepada pengemis
tikar rombeng, Saat itu tampak tangan kanannya diangkat,
cepat bagaikan kilat menepok kearah pelipis pengemis tikar
rombeng. Dengan cara demikian dia menghadapi ilmu angin
puyuh digurun pasir. sesungguhnya merupakan suatu cara
yang belum pernah dilihat dan didengar, jelas bahwa
pangcu itu sudah mengetahui kehebatan dan letaknya
kekuatan ilmu angin puyuh itu, maka bukan saja terdorong
atau terbawa putaran angin lawannya, sebaliknya malah
berhasil memunahkan kekuatan tenaga dari daya putar itu
untuk menyambut dan melancarkan serangannya ilmu Kuiim-
hek-kut-ciang yang pernah menggetarkan rimba
persilatan- Pengemis tikar rombeng itu tidak menduga bahwa
pangcu golongan Kalong ini ternyata seorang ahli dalam
ilmu Silat, maka wajahnya lantas berubah, buru-buru
lompat miring setengah langkah, menyerang dari ataS
kepala dengan menggunakan tangan kiri kemudian dari
bawah menyerang lagi kedada kiri lawannya.
Tidak kecewa ia sebagai seorang bekas ketua partay
kenamaan. Setelah serangan pertamanya gagal, sudah tahu
bahwa serangan yang dilancarkan seperti biasa tidak
berdaya menghadapi lawannya, maka kali ini ia merobah
siasatnya, dari atas mendorang kebaWah rupanya lawannya
tidak bisa meminjam tenaganya lagi.
Benar saja serangan dengan cara baru itu membawa
hasiL Pangcu itu kali ini rupanya tak dapat lagi meraba
akan kemana berputarnya angin yang keluar dari serangan
itu. Akan tetapi sebagai seorang jago kenamann ia
sedikitpun tidak gugup tubuhnya nampak bergoyanggoyang
seperti ikan berenang dalam air, sambil
membungkukkan badan, tangannya menyambar sepasang
kaki pengemis tua itu. Pengemis tikar rombeng tertawa panjang sepasang
kakinya dipentang. tubuhnya melesat setinggi empat lima
kaki, bersamaan dengan itu sepasang tangannya
melancarkan serangan dengan berbareng, untuk
menggempur leher dan punggung lawannya.
Tak disangka baru saja sepasang tangannya hendak
melancarkan serangan tahu-tahu kehilangan bayangan
lawannya, bersamaan dengan itu tiba-tiba dibelakang
punggungnya merasakan ada hembUsan angin dingin,
maka itu ia terkejut. Ternyata pangcu golongan Kalong menggunakan
kesempatan selagi pengemis tadi melesat dengan kecepatan
bagaikan kilat sudah menyusup melalui selangkangan
pengemis tadi, sebelum pengemis itu menginjakkan kakinya
ketanah, pangcu golongan Kalong sudah memutar tubuh
dan balik menyerang bagian jalan darah dibagian punggung
sipengemis tersebut. Serangannya secara itu benar-benar sangat kejam dan
ganas serta diluar dugaan orang pula. Dalam keadaan
terkejut. pengemis tua itu sudah tahu sulit baginya untuk
mengelakkan serangan itu, maka buru-buru tubuhnya
melekuk kedepan kekuatan tenaganya lantas dipusatkan
kedalam telapak tangannya, dan balik menyerang melalui
bawah selangkangan sendiri.
Menghadapi lawan dengan cara demikian berarti sudah
mengambil keputusan untuk rubuh bersama-sama dengan
lawannya. Tetapi pangcu golongan Kalong yang cerdik
sudah tentu tidak sudi menjual jiwanya, dari mulutnya
mengeluarkan suara tertawa dingin, tangan kanannya buruburu
di tarik kembali, setelah ia melompat menyingkir
untuk mengelakkan serangan pengemis tua yang
menggunakan tenaga sepenuhnya, setelah mana tangan
kirinya menyusul untuk menekan belakang punggung
lawannya. Pengemis tua itu menekuk lutut kaki kanannya sampai
ketanah, dan balas menyerang dengan segera,
Pertempuran ini berjalan seru dan hebat, setiap gerak
menunjukkan betapa hebat dan berbahayanya serangan dari
kedua pihak sehingga semua anggota golongan Kalong
yang menyaksikan pada melongo, tiada seorangpun yang
berani bernapas. Dari jalannya pertempuran, tampaknya pangcu golongan
Kalong lebih banyak melancarkan serangan dan sedikit
sekali melakukan penjagaan, benar-benar tampaknya
menang setingkat dari pada pengemis tikar rombeng. Tapi
yang tersebut belakangan ini juga bukan orang
Sembarangan, setiap kali menjumpai serang yang sangat
berbahaya, ia juga menggunakan serangan yang
mengandung maksud hendak rubuh sama-sama bahkan
kadang-kadang diiuar dugaan banyak orang.
Dalam waktu amat singkat, pertempuran sudah
berlangsung seratus jurus lebih. Pengemis tikar rombeng
kelihatannya seperti berada dibawah angin, tetapi sampai
dengan saat ini masih belum menunjukkun kekalahan yang
nyata, hingga pangcu golongan Kalong jadi benar-benar
sangat penasaran, tiba-tiba dari dalam sakunya ia
mengeluarkan sebatang seruling berbintik-bintik entah
terbuat dari bahan apa, diputarnya sejenak hingga
mengeluarkan suara irama yang mengalun dengan nada
amat merdu. Suara seruling itu semakin lama semakin merdu,
sehingga membuat yang mendengarkannya terbenam dalam
pikiran yang bukan-bukan dan dalam otak masing-masing
terbayanglah satu gambaran yang timbul dari lamunan,
seolah-olah ada banyak perempuan cantik dalam keadaan
telanjang bulat menari dan mengitari dirinya. sudah tentu
menimbulkan perangsang nawa nafsu yang sangat hebat.
orang-orang seperti permaisuri, tiga selir dan dua
anggota pelindung hukum sepasang suami istri dari Lo-hupay,
masih dapat mengerahkan ilmunya untuk menahan
diri, tetapi anggota dari golongan putih dan hitam,
semuanya sudah seperti orang mabuk arak. dan mulai
bergerak-gerak dan menari- nari seperti orang gila.
Suara seruling itu dari lambat berubah menjadi cepat,
sehingga membuat orang timbul napsu birahinya yang
hampir tidak terkendalikan, hati mereka berdebar semakin
keras, seolah-olah belum akan merasa puas sebelum dapat
tercapai maksudnya. Dengan demikaan, orang-orang dari rombongan Kalong
putih dan Kalong hitam pada akhirnya menjadi kalut,
seperti dua rombongan yang sedang berjumpa dimedan
perang, seperti kalap pada menyerbu, sehingga dalam
waktu sangat singkat, keadaan menjadi kacau balau, orangorang
dari golongan Kalong putih pada memeluk orangorang
golongan Kalong hitam dan orang-orang dari
golongan kalong hitam pada menyerbu dan segera
menindih tubuh orang-orang golongan kalong purih, sesaat
itu suara robekan baju hampir memenuhi suasana, yang
lelaki pada memburu napasnya, yang perempuan merintihrintih.
Cin Hong yang menyamar menjadi Tok Siu-cay,
menggunakan kesempatan dalam keadaan sangat kacaubalau
seperti itu, diam-diam berjalan mendekati tiang, dan
berbisik ketelinga Cu Giok Tian:
"Cu-locianpwe, aku Cin Hong. Locianpwe masih
sanggupkah bertahan?"
Semangat imam itu terbangun seketika, ia
membelalakkan matanya dan bertanya terhetan-heran:
"Kau,...bagaimana kau bisa datang kemari?"
"Aku meminjam.... nama Tok Siu-cay. . . .dan menyusup
kemari...,.." jawab Cin Hong dengan suara gelagapan.
"Sungguh terlalu berbahaya.. Lekas kau pergi "
"Tidak Aku hendak menolong Locianpwe dan saudara
Ma itu" "Tak ada gunanya, aku sudah tidak mempunyai tenaga
untuk bergerak. tidak dapat melarikan diri......"
Cin Hong mengulurkan tangannya diletakkan ditiang
lalu berkata. "coba- coba saja, aku akan memutuskan tali pengikat
tubuhmu lebih dahulu."
Imam tua itu membuka matanya dan berkata dengan
suara marah: "Kukata jangan ya jangan.. Kalau kau memaksa juga dan
tak mau lekas pergi, aku nanti akan berteriak"
Cin Hong terkejut, hingga tangannya di tarik
kembali.Justru pada saat itulah, suara yang menggoda hati
itu mendadak hilang. Ketika menengok, tampak sipengemis
tikar rombeng juga sudah tak sanggup menahan pangcu
golongan Kalong dengan seruling gaibnya itu, kali ini
benar-benar ia memaki-maki dengan membawa tikar
rombengnya dan lari turun kebawah gunung.
Anggota-anggota Kalong putih dan hitam yang
pakaiannya sudah pada robek compang- camping waktu itu


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga kelihatan sudah pada merangkak bangun. Anggota
Kalong putih ialah kaum wanita yang agak tahu malu pada
nampar laki-laki yang tadi bergumul dengan dirinya sendiri
untuk menunjukkan bahwa bukanlah pihaknya yang
berdosa, akan tetapi ada juga yang malas bertindak, saking
asyik hingga masih saja saling berpelukan dalam keadaan
pura-pura masih mabuk. Tongcu golongan Kalong hitam Kha Gee san tiba-tiba
meleset kehadapan Cin Hong dan bertanya sambil tertawa
menyindir: "Leng Hu-tongco, bagaimana aku melakukan tiadakan
yang aneh ini?" Cin Hong diam-diam menarik napas, ia segera berusaha
untuk bersikap tenang, jawabnya sambil tertawa
"Tidak apa-apa, aku takut mereka akan bunuh diri
dengan menggigit lidah sendiri, maka itu aku kemari untuk
melihat,..." Pangcu golongan Kalong yang sedang masukkan
serulingnya kedalam saku, mendengar suaranya dengan
mendadak berpaling kearahnya dengan sinar mata tajam,
bertanya "Kau siapa?"
"hamba anggota nomor satu golongan Kalong hitam,
Tok Siu-cay" menjawab Cin Hong, sambil meluruskan
tangan dan membungkukan badan.
Mendengar jawaban itu, Sang pangcu mendadak tertawa
dingin dua kali lalu berpaling lalu berkata kearah Kha Gee
San, suaranya kedengaran dalam sekali waktu ia
memerintah "Tangkap"
Kha Gee San menurut, maju dua langkah. dengan cepat
mengulur tangannya dan menyambar pergelangan tangan
Cin Hong. Cin Hong yang sudah slap. kakinya agak digeser
mundur, kipasnya sudah dikeluarkan dan menyambut
gerakan Kha Gee San dengan serangan kipasnya.
Kha Gee San mengira babwa orang itu adalah seorang
muda yang tidak diketahui asal-usulnya, betapapun lebih
tinggi lagi ilmu silatnya juga tidak bisa sampai terlalu tinggi,
dengan kepandaian yang djmilikinya, tentu saja amat
mudah kalau mau menangkapnya. Tapi sayang sedikit
waktu ia turun tangan, sedikitpun tak ada piKiran untuk
berjaga-jaga, Begitulah, dengan mendadak ia meraSakan
bayangan kipaS di depan matanya itu bergerak dengan
amat cepatnya dalam terkejutnya ia waktu itu, hendak
mundurpun sudah tak keburu lagi, sehingga setelah
terdengar suara plak, dadanya terkena serangan kipas
dengan telak, hingga kakinya tidak dapat dipertahankan
lagi, terpaksa mundur terhuyung-huyuhg sampai tiga
langkah. Pa cap Nio yang menyaksikan keadaan itu wajahnya
tampak pucat pias, la iu terdengar suaranya yang berseru
kaget: "Suamiku apa kau tidak halangan?"
"Tidak apa- apa" jawab sang suami sambil
menggelengkan kepala. Bersamaan dengan itu ia sudah merandek dan maju lagi,
tangannya diangkat dan lancarkan serangan bertubi-tubi.
Cin Hong yang kurang pengalaman menghadapi musuh
tangguh, waktu itu ketika diserang hebat seCara bertubitubi,
dalam hati agak gugup hingga sudah terdesak mundur
sampai tujuh langkah. Waktu itu Cu Gick Tian sudah membentak padanya:
"Kau tidak lekas lari juga ?"
Cin Hong tak mau lari, tiba-tiba mengeluarkan suara
bentakan keras, kipasnya dipentang, ia menggunakan ilmu
kipas Tay seng-hong sin-San-hoat, lalu melancarkan
serangan balik. Ilmu kipasnya Tay-seng-bong Sin-san itu adalah salah
satu ilmu silat terampuh pada dewasa ini, maka dalam
waktu sekejap mata Kha Gee San sudah terdesak mundur
hingga tujuh langkah, bahkan kali ini bahunya sudah
terkena pukulan kipas dengan telak.
Pukulan kali ini ternyata tidak ringan, tampak Kha Gee
San mengeluarkun seruan tertahan, tubuhnya terhuyunghuyung
hampir saja jatuh rubuh ditanah.
Semua orang yang ada disitu, yang menyaksikan
pertempuran itu pada berubah wajahnya masing- masing,
pangcu golongan Kalong dengan penuh perhatian masih
menyaksikan pertandingan antara kedua orang itu.
kemudian memerintahkan supaya Tongcunya mundur, Kha
Gee San dengan muka merah lantas lompat mundur sejauh
dua tombak lebih. Pangcu golongan Kalong lalu berpaling dan berkata
kepada Lam-kek-sin-kun Im Liat Hong,
"Co Hok-hoat, coba kau maju"
Lam-kek-sin-kun terima baik permintaan itu, selangkah
demi selangkah berjalan kedepan Cin Hong, setelah itu ia
berkata dengan suara yang seram:
"Bocah bukalah dahulu kerudung dimukamu itu, biar
aku slorang tua menyaksikan bagaimana bentuk rupamu
sebenarnya" Cin Hong membuka kerudungnya dan berkata sambil
tertawa terbahak-bahak: "Kita kenalan-kenalan lama. Apa
kau merasa heran?" Lam-kek-sin-kun berseru kaget, anggota golongan
Kalong yang pernah bertemu muka dengan Cin Hong juga
pada mengeluarkan suara kaget, oleh karena semua sudah
tahu bahwa It-hu Sianseng terkenal dalam rimba persilatan
dengan ilmu tangan kosongnya, hari ini apabila tak
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, siapapun tidak
ada yang menduga bahwa ilmu kipas itu adalah warisan
dewa persilatan yang juga merupakan salah satu dari dua
belas jenis ilmu terampuh yang menjadi idaman setiap
orang rimba persilatan- Sang Pangcu sendiri juga terheran-heran tanyanya: "Cin
Hong, ilmu kipasmu itu dapat belajar dari mana ?"
Cin Hong merasa kali ini terpaksa ia haruss membohong,
maka lalu berkata sambil tertawa bangga:
"Sudah tentu aku dapat belajar dari Suhuku sendiri.
Pertanyaanmu ini sungguh aneh"
"Ng... Aku tak percaya jikalau suhumu memiliki
kepandaian ilmu kipas semacam ini mengapa ia tidak
sanggup melawan penguasa rumah penjara rimba persilatan
yang baru dilancarkan sepuluh jurus saja?"
Dalam kagetnya Cin Hong diam-diam merasa girang.
pikirnya: "Yah, jikalau aku menggunakan ilmu kipas ini
untuk menantang bertanding kepada penguasa rumah
penjara, kemungkinan besar dapat menyambut serangannya
sampai sepuluh jurus, dengan demikian bukankah aku
dapat mengeluarkan suhu dan lain-lainnya dari rumah
penjara ?" Sementara itu Pangcu golongan kalong sudah berkata
lagi "co Hok-hoat, cobalah kau main- main dulu barang
beberapa jurus dengannya, tapi tidak boleh menggunakan
ilmu tenaga dalam" Lam-khek Sin-kun lompat menyerbu, telapak tangan
kirinya melancarkan serangan gerakan, sedang lima jari
tangan kanannya sudah dipentang, bagaikan kilat cepatnya
menyambar Cin Hong meskipun tidak menggunakan
kekuatan tenaga, tapi serangan dari jari tangan itu masih
tetap hebat. Cin Hong yang menghadapi musuh tangguh
perasaannya sangat tegang, tidak menenggu sampai
serangan lawannya mengenakan dirinya kipas ditangannya
sudah digerakkan dengan menggunakan gerak tipu angin
menyapu daun rontok. Gerak tipu semacam ini biasanya
khusus digunakan untuk menyerang tulang pergelangan
tangan lawan, gerak tipu yang sifatnya hampir serupa
dengan bacokan senjata golok, barang siapa yang terkena
tulang tangan pasti patah.
Lam-kek Sin-kun tadi yang menonton dari samping
dengan cara bagaimana Cin Hong mengalahkan Kha Gee
San, maka terhadap pengaruh dan kekuatan ilmu kipas itu
ia sudah berlaku sangat hati-hati, melihat seringan kipas itu
demikian Cepat sudah tentu tidak berani menyambuti,
maka buru-buru menarik kembali tangan kanannya.
Bersamaan dengan itu jari tangan kiri dengan gerak tipu
sepasang naga merebut mutiara. hendak mencolok sepasang
mata Cin Hong. Tadi ia telah mengalami kekalahan ditangan si pengemis
tikar rombeng. maka kali ini ia berlaKu hati-hati, disamping
khawatir akan jatuh lagi, juga ingin dapat membalas Sakit
hati dan memperbaiki namanya lagi.
Cin Hong yang melancarkan serangan dengan cepat,
sebaliknya malah tertipu oleh lawannya, hendak merubah
siasat menyerang lagi namun jari tangan lawannya sudah
mengancam mata sendiri hingga ia terkejut dan berseru
kaget, dengan kerepotan lalu menendang dengan kaki
kanannya. Tendangannya yang dilakukan secara serampangan itu,
ternyata membawa hasil diluar dugaannya. Karena Lamkek-
sin-kun yang tidak menduga Cin Hong akan bertindak
demikian tampak terkejut, baru saja hendak menyambar
kakinya, Cin Hong sudan menggunakan kipasnya untuk
menutup tubuh bagian atasnya, kemudian ia memutar lagi
hingga terlepas dari bahaya.
Selanjutnya Cin Hong sudah menggunakan ilmu
kipasnya itu dengan beruntun,. hingga Lam-kek-sin-kun
terdesak mundur. Dalam waktu sekejap mata tujuh puluh dua gerakan dari
ilmu kipas Tay-seng hong-sin-san sudah hampir digunakan
seluruhnya, Sekalipun lawannya itu terdesak mundur terus
menerus tetapi Cin Hong juga tidak berdasil mengenakan
sasarannya, hingga dalam hati mulai gelisah sendiri.
Ternyata Lam-kek-sin-kun sengaja memanCing Cin
Hong mengeluarkan seluruh ilmu kipasnya untuk
mengetahui sampai dimana hebatnya ilmu kipas itu. Maka
ia selalu mengelak dengan jalan mundur, sekali saja tidak
pernah melancarkan serangan pembalasan. Saat itu ketika
menampak Cin Hong sudah mulai Cemas, ia anggap bahwa
waktunya sudah sampai, maka ia lalu mengeluarkan suara
bentakan keras, dengan baju kirinya digerakkan untuk
menangkis kipas Cin Hong, sedang tangan kanannya lantas
digerakkan guna menyambar bahu anak muda ini.
Cin Hong tidak menduga sang lawan itu bisa dengan
mendadak menangkis kipasnya. Ia benar-benar terkejut.
waktu itu jalan darah diatas bahunya sudah tersambar oleh
lawannya hingga sesaat itu sekujur badannya merasa
kesemutan. dan kipasnya juga sudah terlepas dari
tangannya, Lam-kek-sin-kun yang sudah berhasi menangkap
lawannya, unjukkan tertawa hingga kemudian berpaling
dan bertanya kepada pangcu golongan Kalong: "Pangcu
pikir bagaimana hendak menyelesaikan bocah ini?"
"Bawa satu tiang lagi dan ikat dia diatasnya" begitu
perintah sang pangcu. Tak lama kemudian, dua anggota Kalong hitam tampak
memikul sebuah tiang kayu lagi, lalu dipancang disisi tiang
kayu yang dipakai guna menyiksa Ma Liong Po. Seselah itu
Cin Hong dibuka baju atasnya dan diikat ditiang kayu.
Pada Saat itu, Ma Liong Po sudah sadarkan diri, ia
mengetahui disampingnya ada seorang kawan yang harus
menerima hukuman semaCam dia, dimukanya
menunjukkan sikap terkejut dan bertanya: "hei, kau Siapa?"
"Aku Cin Hong," jawab Cin Hong sambil tertawa.
"Cin Hong" Bukankah salah satu dari empat Cerdik
pandai di daerah Kang-lam yang terkenal dengan
julukannya pelukis tangan dewa?"
Cin Hong balas dengan anggukan kepala dan
senyumannya. Ma Liong Po tiba-tiba berpaling dan
membentak kepada Pangcu golongan Kalong:
"lblis Kau terhadap seorang sastrawan yang lemah saja
juga sampai begitu perlunya bertindak, apakah itu
perbuatan dari seorang gagah?"
Pangcu golongan Kalong angkat pundak dan berkata
sambil tersenyum: "Sastrawan lemah" Hmm Kepandaian ilmu silatnya
masih jauh lebih tinggi dari pada kau tahu?"
Ma Liong Po tercengang, ia berpaling dan bertanya
kepada Cin Hong dengan sikap terheran-heran:
"Apakah Cin caycu juga pandai ilmu silat?"
Cin Hong menganggukkan kepala dan menjawab sambil
tersenyum getir "Hanya sedikit saja, Suhuku adalah It-hu
Sianceng." Sementara itu pangcu golongan Kalong sudah berjalan
kedepan Cin Hong, ia menunjukkan kitab pusaka
ditangannya dan bertanya sambil tertawa: "Cin Hong, kau
takut dirotan dengan Cemeti atau tidak?"
Cin Hong menganggukkan kepala dan menjawab:
"Takut" "Kalau begitu lekaslah kau jawab. Kitab ilmu kipas Tayseng-
hong-sin-san ini darimana kau dapatkan?"
"Tidak mau" Ma Liong Po tertawa terbahak-bahak dan lalu berkata:
"Itulah baru seorang gagah, Cin-caycu"
Pangcu golongan Kalong memberi isyarat dengan mata
kepada anak buahnya yang mencekal cemeti, ia sendiri
mundur beberapa langkah, dan orangnya itu segera
menghampiri Cin Hong dan menghajar badan Cin Hong
dengan Cemetinya. Cin Hong yang belum pernah mengalami siksaan
demikian, segera merasakan sakit yang amat sangat di
sekujur badannya, hingga mulut sampai mengeluarkan
seruan, tetapi Ma Liong Po sudah berkata sambil
mengarutkan alis "Jangan berteriak, Cin- cay cu"
Cin Hong merasa sangat malu, mengawasinya dan
bertata sambil tertawa getir "Maaf Tapi biarpun aku
berteriak. tidak akan kujawab pertanyaannya"
Anggota golongan Kalong kembali memutar cemetinya
dan memukuli badan Cin Hong dan pemuda ini karena


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasa sakit kembali mengeluarkan suara teriakan-.. .
Lim Kui-jin yang sejak tadi terus berdiri sambil
menundukkan kepaia, saat itu dengan tiba-tiba angkat muka
dan berseru dengan suara gemetaran: "Pangcu....."
Pangcu dari golongan Kalong berpaling dan balas
bertanja "Ada apa". . . ."
Lim Kui-jin kembali menundukkan kepala dan sikapnya
menunjukkan kepedihan hatinya, katanya.
"Kalau memang dia sudah tidak mau beri keterangan
sampai mati, perlu apa harus disiksa lagi" Aku. ...aku takut
mendengar suara jeritannya itu...."
Baru saja Pangcu itu menyahut "Ng", untuk menerima
baik usul Lim Kui Jin- sang permaisyri tiba-tiba
mengeluarkan suara tertawa tergelak dan sudah lari
kedepan tiang, ia merebut cemeti dari tangan salah seorang
anggota Kalong hitam, dan membentak dengan suara
keras.- "Biar aku saja yang pukul dia"
Permaisuri ini benci sekali terhadap Lim Kui Jin yang
mendapat Cinta kasih yang berlebih-lebihan dari si Pangcu,
maka ia bermaksud hendak membikin susah selir yang
cantik ini. cemetinya itu digerakan demikian cepat dan
ganas sekali, hingga mengejutkan dan menakutkan semua
orang yang ada disitu. Dengan tiba-tiba terdengar suara bentakan: "Tahan "
Suara itu meskipun tidak nyaring tapi jelas terdengar
dalam telinga setiap orang. Suara itu bukanlah suara pangcu
golongan Kalong, melainkan suara yang datang dari tengah
udara, hingga kedengarannya seperti turun dari langit.
Semua orang angkat kepala dan ditujukan keangkasa,
tampak seorang dengan mengenakan kerudung muka dan
berpakaian hitam muncul dari belakang batu diatas gunung,
dan perlahan-lahan berjalan keluar.
orang itu mengenakan topi hitam, sepatunya juga hitam.
Badannya sedang, Sikapnya tenang, dengan gerakan
lambat-lambat berjalan kelapangan, Seolah-olah masuk
kedaerah yang tidak ada orangnya.
Pangcu golongan Kalong melihat kedatangan orang itu
sangat terkejut, tanpa disadari telah mundur beberapa
langkah dan berseru kaget, "Kau ,.,penguasa rumah penjara
rimba persilatan " Sedikitpun tidak salah, orang yang baru muncul itu
memang benar adalah pengnasa rumah penjara rimba
persilatan digunung Tay-pa-san, seorang manusia misteri
yang selama sepuluh tahun lebih tidak dapat dijajaki sampai
dimana tingginya ilmu kepandaiannya.
Munculnya penguasa rumah penjara rimba persilatan
dengan tiba-tiba, sesaat membuat hati semua orang yang
ada disitu tergetar hebat. Seolah-olah akan menghadapi
bencana besar, hingga satu sama lainsaling berpandangan
dengan perasaan takut. Sebab tidak perduli penguasa rumah penjara rimba
persilatan itu ada orang dari golongan baik atau sesat, oleh
karena ia tidak pernah terjun kedunia Kang-ouw, sehingga
memberikan kepada orang-orang rimba persilatan bahwa ia
itu selamanya tidak suka mencampuri urusan orang lain, ini
juga merupakan salah satu sebab mengapa Ho-ong Jie
Hloag Hu berani balik kembali kedaerah Tiong-goan-
Akan tetapi, hari ini orang misteri itu ternyata turun
gunung secara mendadak bahkan tiba dilapangan tempat
mana golongan Kalong untuk pertama kalinya mengadakan
pertemuan besar. Andaikata kedatangannya hari ini hendak mencampuri
urusan golongan Kalong, sekalipun golongan Kalong
mengerahkan seluruh orang dan kekuatannya, barang kali
tidak bisa berbuat apa- apa terhadapnya.
Pangcu golongan Kalong setelah dalam keadaan panik,
dengan cepat sudah bisa tenang kembali, saat itu ia lalu
menganggukkan kepala berkata sambil tertawa:
"Penguasa rumah penjara rimba persilatan hari ini
dengan tiba-tiba meninggalkan markasnya digunung Taypa-
san, ini akan merupakan suatu berita yang
menggemparkan rimba persilatan"
Penguasa rumah penjara rimba persilatan mengawasi
Cin Hong, lalu dengan suara tenang menjawab:
"Benarkah itu" Tapi aku toh belum pernah bersumpah
tidak akan meninggalkan gunung Tay-pa-san bukan?"
"Kita diibaratkan air sungai yang tidak mengganggu air
sumur, ada keperluan apa hari ini laocu datang berkunjung
kemari?" tanya pula sang Pangcu sambil tertawa.
"Ada urusan sedikit ingin bicara denganmu"
"Urusan apa?" tanya si Pangcu kaget.
"Aku juga malas untuk bertanya padamu apa maksud
dan tujuan membentuk golongan Kalong ini, tetapi jikalau
kau tidak akan memperalat banyak orang-orang golongan
putih yang kutawan dalam rumah penjara, bahkan jikalau
kau tidak akan membuka rahasiaku bahwa aku tidak suka
turun gunung melakukan kejahatan, kupercaya kau tidak
nanti berani membentuk golongan Kalong ini, hal ini biar
bagaimana toh sudah merupakan suatu kenyataan-..."
"Aku tidak mengerti maksud ucapanmu ini"
"Maksudku ialah: Kau Jie Biauw Kow sedikit banyak
harus berterima kasih padaku. Bukankah begitu ?"
"Kau katakan bagaimana aku barus mengucapkan terima
kasih padamu ?" "Aku menghendaki tiga orang ini" berkata penguasa
rumah penjara rimba persilatan sambil menunjuk tiga orang
yang diikat diatas tiang.
Hati Pangcu merasa lega, ia dapat menarik napas lega,
dan lalu berkata sambil tertawa:
"he-he tak kusangka penguasa rumah penjara rimba
persilatan juga bisa timbul hati bajaknya, ini kembali
merupakan suatu berita besar yang akan menggemparkan
rimba persilatan" "sekarang aku akan mendengar jawabanmu sendiri.
Terima atau tidak ?"
"Jika aku mengatakan tidak, lalu kau mau apa?"
"Aku tunggu penolakanmu yang resmi, setelah itu tentu
aku sudah bisa beritahukan padamu"
Pangcu golongan Kalong berdiam sejenak. agaknya
sedang berpikir, setelah itu baru berkata:
"Aku ada syarat, tidak tahu kau laucu ada mempunyai
kesabaran untuk mendengarnya atau tidak?"
"Apakah kau masih akan mengukuhi keputusanmu tadi"
Kukira tidak begitu, bukan?"
Sang Pangcu tampak bersangsi, "coba kau katakan-Jika
aku tidak bisa terima, aku toh bisa segera menggunakan
tindakan untuk memberitahukan kepadamu "
Pangcu golongan Kalong memberi isyarat kepada kedua
anggota pelindung hukumnya. Lam-kek-sin-kun dan
sepasang suami istri dari partai Lo-hu lekas mengerti
maksudnya, semua lalu bergerak maju, hanya tamu tidak
diundang dari luar daerah yang tidak lihat, sebab ia sedang
bicara dengaa Cin Hong entah apa yang dibicarakan.
Penguasa rumah penjara rimba persilatan tertawa dingin,
perlahan-lahan mendongakkan kepala, sikapnya sangat
tenang sekali, agaknya tak pandang mata sama sekali orangorang
yang mengepung dirinya, seolah-olah tak tahu
dirinya sudah terkurung oleh kawanan iblis jahat dan ganas.
Pangcu golongan kalong batuk-batuk sebentar, kemudian
berkata sambil tertawa "Sebetulnva syaratku ini tak menyulitkan kau. Asal kau
terima baik permintaanku, untuk selanjutnya tidak akan
mencampuri urusan golongan kami, Sudahlah cukup "
Ketika ia mengucapkan perkataan terakhir kakinya
digeser mundur, agaknya berjaga-jaga kalau umpamanya
diserang penguasa rumah penjara secara tiba-tiba.
Tak disangka bahwa apa yang terjadi lalu seluruhnya
malah kebalikannya dari apa yang diperkirakannya.
Tampak penguasa rumah penjara rimba persilatan tertawa
terbahak-bahak dan kemudian berkata
"Kukira syarat apa dan bagaimana yang akan kau ajukan
itu tak tahunja cuma begitu, Dengan terus terang, sekali pun
kau minta-minta kepadaku, aku belum tentu mau
mencampuri urusanmu.Jadi kau boleh tak usah kuatir.
Langsungkan saja terus perbuatanmu yaag terkutuk itu"
Maka pangcu golongan Kalong menunjukkan sinar
terang, Kemudian memerintahkan Tongcu Kalong hitam
Kha Gee San supaya lekas membebaskan tiga orang yang
terikat ditiang kayu itu.
Kha Gee San memerintahkan anak buahnya
membebaskan tiga orang tersebut, dan mengambil pakaian
mereka. Ma Liong Po tidak lantas memakai pakaiannya,
mengaWasi lebih dulu penguasa rumah penjara rimba
persilatan sejenak. lalu berkata dengan suara nyaring:
"hei, penguasa rumah penjara rimba persilatan, Kita juga
harus bicara dulu dengan tenang. Kau menolong aku boleh
juga . Akan tetapi jikalau nanti dikemudian hari kau minta
aku melakukan apa- apa, aku tidak mau, lho"
Cin Hong juga berkata dengan suara nyaring:
"Aku juga begitu.Jadi. sebaiknya kau jelaskan saja dulu
apa maksudmu" PenguaSa rumah penjara rimba persilatan berkata Sambil
tertawa: "Syarat dariku ialah hendak mengundang kalian makan
bersama-sama. Bagaimana"
Ma Liong Po tercengang, katanya: "Baik kalau cuma
Untuk itu, Apakah kau bisa pegang janjimu ini?"
"Sudah tentu" kata penguasa rumah penjara sambil
menganggukan kepala, Tiga orang itu lalu mengenakan baju masing-masing, dan
Cin Hong setelah memakai pakaiannya, lalu memungut
kipasnya dan kemudian berjalan menghampiri pangcu
golongan Kalong. seraya berkata sambil mengulurkan
tangannya "Kembalikan kitab pusaka itu padaku."
Pangcu golongan Kalong berpaling dan bertanya kepada
penguasa rumah penjara rimba persilatan.
"Apa ini juga termasuk dalam syaratnya?"
Penguasa rumah penjara rimba persilatan menatap sang
pangcu sejenak. lalu berkata sambil geleng-gelengkan kepala
"Aku tak mau tahu soal itu."
Pangcu golongan Kalong sangat girang, lalu berpaling
dan berkata pada Cin Hong "Kalau begitu, aku katakan
disini, aku tidak akan kembalikan kepadamu"
"Kau tahu malu tidak?" tanya Cin Hong marah.
"Tidak " Penguasa rumah penjara rimba persilatan tertawa
terbahak-bahak kemudian: "Kau lihat. Memang ada juga orang yang mempunyai
kedudukan demikian tapi toh masih tidak tahu malu.
Biarlah, mari sekarang semua ikut aku turun gunung"
Cin Hong marah dan berkata: "Tidak bisa!! Barang itu
kuberikan kepada siapa saja boleh, tapi tidak boleh dia yang
ambil" Penguasa rumah penjara rimba persilatan berhenti
tertawa, kemudian mundur selangkah dan berkata:
"Kalau begitu kau coba rampas sajalah dulu dari
tangannya, aku menunggu kau disini"
Cin Hong mengira bahwa orang misteri itu akan mau
membatalkan dirinya juga pasti mau membantu untuk
minta kembali kitab Pusakanya, tetapi melihat ia benarbenar
telah berpeluk tangan, diam-diam menguatirkan
kepandaian sendiri tidak sanggup melawan pangcu
golongan Kalong, maka itu hawa amarahnya berkurang
dengan sendirinya, hingga untuk sesaat ia merasa serba
salah. orang tua senjata perak lantas membuka mulut bertanya
padanya. "Cin Hong, apakah barang itu penting sekali?"
Cin Hong menganggukan kepala, "Penting sekali"
sahutnya. Ma Liong Po lalu berkata sambil menghunus pedangnya:
"Kalau begitu kami akan bantu kau merampas kembali"
Cin Hong tahu bahwa mereka sudah mengeluarkan
darah banyak. tidak mungkin buat melakukan pertempuran
lagi, selagi hendak menolak dengan halus, tiba-tiba
terdengar suara orang berkata:
"Kabar baik!!! Berita baik Urusan dalam dunia
sesungguhnya banyak sekali terjadi perobahan. Barang
Siapa yang senang berkelahi, sekarang tempat baik untuk
memberi kesempatan bagi mereka"
Suara itu diucapkan seperti sedang menyanyi, kemudian
dari dalam rimba dekat goa Hek-liong-tong. muncul
seorang tua berpakaian kelabu yang bermuka bopeng, orang
tua itu berusia kira-kira enam puluh tahun, matanya lebar
alisnya tebal, namun Wajahnya bopeng, sikapnya sangat
gagah dan agak sedikit lucu. begitu melihat sudah dapat
diduga bahwa orang tua itu adalah seorang yang bersifat
agak berandalan dan suka berlaku jenaka.
Ditangan kiri orang tua itu dan membawa segulungan
kertas kuning, Sedang tangan kanan menenteng ember yang
penuh dengan lem. Sekeluarnya dia dari dalam rimba, dan
setelah memberi hormat kepada orang banyak. kemudian
meletakkan embernya dan mengeluarkan kertas kuningnya
itu. kemudian ditempelkan disamping mulut goa Heh-
Liong-tong. Pangcu golongan Kalong yang menyaksikan perbUatan
itu mengeluarkan suara seruan kaget kemudian berpaling
dan berkata kepada penguasa rumah penjara rimba
persilatan: "Kakek bopeng Bwe Hwee Houw An dari gunung Lauw
San ini, yang juga merupakan salah seorang akhli racun
berbisa dari enam akhli racun bukankah sudah tertawan
dalam rumah penjaramu?"
"Memang betul. Tapi beberapa hari berselang ia
menantang bertanding dan sanggup menyambut seranganku
sampai sepuluh jurus, jadi ia berhak dapat kebebasannya
mulai hari ini juga "
Sang pangcu kembali mengeluarkan suara seruan kaget,
sebab ini benar-benar merupakan satu berita yang


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengejutkan. Perlu kiranya diketahui, seratus lebih tawanan dalam
rumah penjara itu, meskipun selama itu banyak diantaranya
yang sudah coba menempuh bahaya untuk menantang lagi,
akan tetapi belum pernah ada seorangpun yang sanggup
menyambut hingga sepuluh jurus dan mendapat kebebasan.
Meskipun penetapan peraturan penguasa rumah penjara itu
sebetulnya bukanlah suatu batas yang terlalu berat. Tetapi
dalam mata dan hati semua orang. apabila ada yang
sanggup memenuhi syarat itu dan bisa mendapat
kebebasan, tentulah yang berasal dari tawanan orang-orang
yang di taruh didalam kamar naga, dan kakek bopeng ini
meskipun juga salah seorang tokoh kuat dalam rimba
persilatan, tetapi dengan kepandaian yang dimiliki, kalau
harus mampu menyambut serangan sepuluh jurus itu dari
penguasa rumah penjara, masih merupakan suatu syarat
yang terlalu berat baginya.
Akan tetapi sekarang kenyataannya ia sudah bebas.
Bukankah itu merupakan suatu kejadian yang aneh
danpatut kalau menggemparkan rimba persilatan"
Kertas kuning yang di tempelkan oleh orang tua bopeng
itu, ternyata merupakan sebuah pengumuman, tentang
berdirinya sebuah rumah penjara rimba persilatan yang
baru di-puncak gunung Sin- lie- hong di gunung Bu San-
Pengumuman itu sangat ganjil, memang tak Salah kalau
dikatakan suatu berita yang menggemparkan rimba
persilatan- Dalam pengumuman itu disebutkan
peraturannya yang terdiri dari enam pasal, dan dituturkan
dengan lengkap berturut sebagai berikut, Satu :
orang-orang rumah penjara itu sejak didirikannya sudah
menyebar anggota-anggotanya yang kuat untuk merampas
istri dan anak perempuan orang-orang rimba persilatan,
barang siapa yang kehilangan istri atau anak perempuan,
dalam waktu satu tahun harus datang sendiri kerumah
penjara rimba persilatan di gunung Bu san untuk
menantang bertanding, seliwat batas waktu yang ditetapkan
kalau tidak datang, dianggap sudah melepaskan haknya dan
istri atau anak perempuannya akan digunakan sebagai
hadiah bagi siapapun yang berhasil mendapat kemenangan
dalam pertandingannya dengan penguasa rumah penjara.
Dua : Penguasa rumah penjara atau Laocu tiap waktu bersedia
menyambut kedatangan orang-orang yang hendak
mengadakan pertandingan, baik laki-laki maupun
perempuan, tua atau muda terutama maksudnya ditujukan
terhadap orang-orang dari angkatan muda. Tiga :
Barang siapa yang mampu menyambut Satu kali saja
dari serangan laucu bisa dianggap sebagai pemenang dan
boleh membawa pulang istri atau anak perempuannya.
Yang tidak mempunyai istri atau anak perempuan, boleh
memilih sesukanya salah satu perempuan atau laki-laki
sebagai pasangannya, bahkan laucu sendiri yang akan
melangsungkan upacara Perkawinan disitu. Empat :
Barang siapa yang datang menantang bertanding dan
tidak sanggup menyambut serangan Laucu, harus masuk
penjara untuk dikurung seumur hidup, tidak diberi
kesempatan untuk menantang lagi. Lima :
Rumah penjara tidak akan menerima orang yang hendak
menengok atau melawat orang-orang yang di penjarakan
disitu apabila diketahui ada orang yang datang dengan
memaksa, akan segera di bunuh mati. Enam:
Peraturan ini dijalankan sejak hari diumumkannya,
apabila akan diadakan perobahan akan diumumkan lagi.
Semua orang sehabis membaca pengumuman itu pada
berdiri ter-mangu2, tiada seorangpun yang berani buka
mulut. Kha Gee San sebagai orang pertama yang beradat tak
sabaran, lantas berkata sambil tertawa lebar.
"Hahaha, tak disangka bahwa dalam rimba persilatan
juga bisa muncul rumah penjara yang kedua. Benar sangat
lucu Laki-laki dan perempuan yang ingin mendapatkan
jodoh boleh tertawa lebar"
Ucapan itu di sambut oleh banyak orang, dengan tertawa
riuh, Pangcu golongan Kalong lalu berkata kepada penguasa
rumah penjara rimba persilatan dengan penuh sindiran:
"Laucu sudah lihat atau belum" Satu jurus saja" Heheh,
laucu ini rupanya ada maksud hendak atau sengaja hendak
bersaing denganmu." Penguasa rumah penjara rimba persilatan hanya
mengeluarkan suara dari hidung, kemudian berjalan
menghampiri si kakek bopengan,
Semua orang yang ada disitu sudah membayangkan akan
terjadinya suatu pertempuran hebat, tetapi kakek bopeng itu
dengan sikap acuh tak acuh membawa gulungan kertasnya
yang masih belum ditempel, dan mengangkat lagi
embernya, Setelah memberi hormat kepada orang banyak,
kemudian berlalu dari situ.
"Tunggu sebentar." panggil penguasa rumah penjara
rimba persilatan yang sudah menghadang di hadapannya,
setelah itu ia berkata lagi sambil tertawa dingin: "Bwe
Houw An Siapa yang suruh kau melakukan pekerjaan ini?"
Kakek bopeng dengan sikap tidak takut, dan
menunjukkan tertawanya yang ringan segera menjawab:
"sudah tentu laucu kami, hal ini seharusnya tidak perlu
ditanyakan-" "Siapa kah dia itu?"
"Jikalau kau tidak marah, aku juga ingin tanya sedikit,
kau laucu dari rumah penjara rimba persilatan di gunung
Tay-pa-san apakah pernah menjawab pertanyaan orang
demikian?" Penguasa rumah penjara rimba persilatan marah sekali,
tetapi sebaliknya malah tertawa
"Heh Apa kau tidak takut mati?"
"Aku sudah tua bangkotan, tetapi tokh tidak mungkin
kalau tidak takut mati.Jikalau kau mau mengompres atau
membunuh mati seorang pion kecil tak berarti dari rumah
penjara gunung Bu-san, sekalipun aku harus mati juga tidak
menyesal" Penguasa rumah penjara rimba persilatan meskipun
tinggi kepandaian ilmu silatnya, akan tetapi agaknya kurang
pandai dalam soal adu lidah, maka mendengar ucapan itu
lantas tercengang, lama sekali baru berkata:
"Kalau begitu, begini saja kita tetapkan. Kau lantas berita
hukan laucumu itu, katakan padanya apabila ia mempunyai
keberanian boleh datang kegunung Tay-pa-san untuk
mengadakan pertandingan denganku"
Kakek bopeng membungkukkan badan dan dengan lekas
berkata: "Sudah tentu aku nanti akan sampaikan, hanya
pengharapannya barang kali tipis sekali sebab laucu kami
selamanya belum pernah menginjak dunia Kang ouw, dia
juga sedang menantikan dan mengharap dengan sangat
kedatanganmu, laucu. supaya sudi berkunjung kegunung
Bu-san untuk menantang bertanding dengannya"
sehabis mengucapkan demikian, ia sudah lari turun
gunung. Penguasa rumah penjara rimba persilatan itu lalu
menghampiri pengumuman itu dan dirobek-robeknya,
setelah mana ia lalu mengajak Cu Giok Tian, Ma Liong Po
dan Cin Hong turun gunung.
Empat orang itu turun gunung ong-ok San- Berjalan
kebarat kira-kira satu pal lebih, penguasa rumah penjara
rimba persilatan mendadak berhenti dan berkata kepada Ma
Liong Po sambil tertawa "hei, sekarang kau sudah boleh pergi sendiri "
Ma Liong Po terCengang, tanyanya:
"Apa laucu tak akan mengundang makan aku lagi ?"
Laucu mengangguk sambil berkata: "Dikemudian hari
akan kuundang lagi rasanya juga belum terlambat benar,
tapi sekarang ini aku tidak sempat"
"Apa laucu pikir hendak menantang bertanding dirumah
penjara gunurg Bu-san?"
"hm, dia mana ada harganya untuk bertanding
denganku?" berkata penguasa rumah penjara sambil tertawa
dingin. Ma Liong Po merasa seperti keterlepasan omong, buruburu
menjura dan berkata: "Ucapan laucu memang benar. Perbuatan orang itu
sesungguhnya terlalu rendah sekali. Sekalipun kepandaian
ilmu silatnya tinggi sekali juga tak dapat disamakan dengan
laucu, maka laucu rasanya memang tak perlu menurunkan
derajad sendiri untuk pergi menantang pertandingan"
"Ng... Apa kau anggap aku ini orang baik?" bertanya
penguasa rumah penjara. Ma Liong Po menganggukanggukan
kepala dan menjawab. "Ng" Dahulu meskipun aku pernah dengar pembicaraan
orang banyak yang mengatakan dan menggambar laucu
sebagai sekarang iblis yang tak mempunyai perasaan
kemanusiaan, tetapi sekarang aku sudah tidak percaya
dengan omongan itu iagi, sekalipun suruh aku mati, aku
benar-benar tak berdaya lagi "
"Sebaiknya kau percaya saja." berkata penguasa rumah
penjara dingin. Ma Liang Po hanya tertawa saja, kemudian berpaling
dan menjura kepada Cin Hong seraya berkata.
"Sudah lama kudengar bahwa Cin-caycu adalah seorang
Cerdik pandai yang kenamaan, tak kusangka lebih dari itu
Cin-caycu masih memiliki kepandaian ilmu silat demikian
tinggi, Hari ini aku dapat berjumpa dengan Cin-caycu, aku
meraSa sangat beruntung, kepergianku kali ini bisa
beruntung tidak mati, dilain Waktu apa bila bertemu lagi
dengan Cin-caycu, dan apabila Cin Cayku tidak
memandang rendah kepada diriku slorang She Ma boleh
kah nanti kita menjadi sahabat akrab?"
Cin Hong balas menjura dan mengatakan kata-kata yang
merendahkan diri, kemudian bertanya.
"Saudara Ma hendak kemana?"
"Kepuncak sin- lie- hong digunung Bu San-" jawab Ma
Liong Po lekas. "Apakah saudara Ma hendak pergi menantang
bertanding?" tanya lagi Cin Hong dalam rupa terkejutnya.
Ma Liong Po menganggukkan kepala dan berkata:
"Benar, penguasa rumah penjara rimba persilatan yang
baru itu, telah bertindak keterlaluan terhadap kaum wanita
yang tidak mengerti iimu silat, perbuatan semaCam itu
sesungguhnya adalah perbuatan rendah dan sangat
memalukan, aku seorang she Ma maksud belajar ilmu silat
mempunyai cita-cita, ialah hendak menolong yang lemah
dan membasmi yang kuat, meskipun aku tahu bahwa
kepandaianku masih tidak tinggi, tetapi urusan ini kalau
dibiarkan berlarut-larut dan tidak diperdulikan bagaimana
aku masih ada muka untuk berkelana di rimba persilatan?"
Cin Hong yang mendengarkan itu darahnya bergolak,
sesaat semangatnya lantas terbangun, maka lalu berkata
sambil menepok-nepok tangan:
"Bagus sekali" Siaote ingin mengikuti kau bersama
saudara pergi kegunung Bu-san untuk menantang
bertanding" Sebabis berkata begitu ia lantas mau pergi dan minta diri
kepada penguasa rumah penjara rimba persilatan dan orang
tua senjata perak. Penguasa rumah penjara rupanya marah
dan segera berkata: "Jangan bergerak. Apa kau gila semua?"
Cin Hong terCengang, tetapi kemadian berkata sambil
membusungkan dada: "Aku tidak gila, hanya orang yang tidak berani pergi
menantang bertanding itu barulah seorang laki-laki
pengecut" PENGUASA Rumah Penjara itu marah dan berkata:
"Kalau begitu coba kau pergi. Kalau tak kuhajar kau segera,
lihat saja " orang senjata perak melihat gelagat kurang baik buruburu
Campur tangan, katanya: "Anak. aku tidak menentang kau buat pergi menantang
bertanding, tapi kau rasanya masih ada suatu urusan yang
kelupaan belum kau selesaikan "
Cin Hong kini baru ingat bahwa asal-usul dirinya yang
sudah mulai mendapat sedikit keterangan, seharusnya hari
itu sekalipun tidak ketemu penguasa Rumah Penjara Rimba
Persilatan, ia sendiri juga memang sedang melakukan
perjalanan kesana, untuk mencari keterangan tentang
seseorang wanita yang bernama siu Khim meskipun sebagai
seorang Kang-ouw tidak mementingkan urusan pribadi,
tetapi untuk menantang bertanding kegunung Bu San
rasanya juga tidak usah terburu-buru, apabila ia sendiri
dapat menemukan dulu ayah bundanya dan kemudian pergi
ke gunung Bu-San. sekalipun nanti dikalahkan, dan
dipenjarakan seumur hidup, juga sudah bisa merasa tenang.
Berpikir sampai disitu, pikirannya semula yang hendak
pergi ke gunung Bu-san sudah mulai berkurang. Tetapi, ia
juga tidak berani lantas menanyakan kepada penguasa
Rumah Penjara tentang perempuan yang bernama Siu
Khim itu, sebab ia takut kalau ditanya sekarang, Penguasa
Rumah Penjara itu sebaliknya nanti tidak mengijinkan ia
masuk lagi kerumah penjara.
orang tua senjata perak itu tahu bahwa Cin Hong sudah
mengerti maksudnya, maka dari lobang hidungnya
mengeluarkan sebuah anak kunci emas yang segera
disesapkan kedalam tangan Cin Hong, setelah mana ia baru
menarik tangan Ma Liong Po dan berkata sambil tertawa:
"Ma-laote, mari jalan, aku akan mengawani kau
melakukan pertempuran yang pertama ini"
Ma Liong Po menerima baik, keduanya seperti sahabat
akrab, lari menuju kegunung Bu-san sambil tertawa-tawa.
Cin Kong mengawasi berlalunya mereka dengan hati
sedih, dan penguasa Rumah Penjara Rimba Persilatan
mendekati padanya dan ajak diajalan-
"Kemana?" bertanya Cin Hong sambil mengawasi
padanya. "Ke Rumah Penjara"


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Untuk apa ?" Cin Hong pura-pura tidak mengerti.
"Kalau sudah pergi, kau nanti akan tahu sendiri."
Cin Hong diam-diam melangkahkan kakinya diikuti oleh
penguasa Rumah Penjara Rimba persilatan yang berjalan
disampingnya. Tiba-tiba bertanya lagi. Penguasa Rumah
Penjara Rimba Persilatan kepada Cin Hong:
"Apa kau tidak ingin tanya kenapa hari ini aku datang
kesini?" "Kau Ceritakanlah " berkata Cing Hong tenang.
Penguasa Rumah Penjara Rimba Persilatan menampak
sikap Cin Hong yang dingin dan tenang itu tampak sedikit
marah, ia mengeluarkan suara dari hidung dan tidak
bertanya lagi. Cin Hong sebaliknya merasa agak menyesal ia bertanya
sambil berpaling mengawasi Penguasa Rumah Penjara
Rimba Persilatan itu: "Laucu, aku sedang menantikan Ceritamu. Bagaimana
sebetulnya ?" Kali ini adalah Penguasa Rumah Penjara yang tidak
menjawab seolah-olah tidak mendengar ucapannya.
Cin Hong merasa kesal, berkata: "Aku tahu, pasti adalah
muridmu yang pulang memberitahukan padamu"
"Beritahukan apa padaku?" Akhirnya penguasa rumah
penjara membuka mulut juga .
"Ia memberitahukan padamu kemana aku hendak pergi,
maka kau lantas turun gunung dan datang kemari"
menjawab Cin Hong sambil tertawa.
"Apa kiramu aku perhatikan dirimu?" balas tanya
Penguasa rumah penjara rimba persilatan sambil
memperdengarkan suara tertawanya yang geli.
Cin Hong yang mendengar itu jadi terCengang, diamdiam
berpikir: "Ya benar, aku dengannya bukan sanak
bukan kadang, biar pernah melukiskan gambar wajah
seseorang, itupun juga dengan syarat. Buat apa ia
perhatikan diriku. UCapanku tadi sebenarnya sangat
menggelikan" "Hai, Cin Hong Kau dengar... Bagaimana kesanmu
terhadap muridku?" tiba-tiba Penguasa rumah penjara
Rimba parsilatan bertanya kepada Cin Hong.
"Baik Saja." "ceritakan agak jelas sedikit"
"cantik, lemah- lembut, juga pintar mempermainkan
orang" "Apakah ia permainkan dirimu?"
"Ng ..ia sama dengan beberapa nona-nona suka sekali
menggoda orang dengan sengaja, tetapi setelah orang itu
berlutut dihadapannya ia lantas unjukkan sikap dari seorang
yang mendapat kemenangan, lalu menendang orang itu
dengan kakinya." Penguasa rumah penjara rimba persilatan itu tiba-tiba
seperti kehilangan tenaganya, langkah kakinya juga
terhuyung-huyung, dan akhirnya jatuh di tanah. Cin Hong
terkejut, buru-buru memapahnya sambil bertanya: "hei,
kenapa?" Penguasa rumah penjara rimba persilatan menundukkan
kepala, tiba-tiba mengeluarkan suara tangisan yang
menyedihkan: "Kapan aku permainkan kau" Kau jangan memfitnah
orang baik2" Dalam hati Cin Hong terkejut, ia membuka kerudung
muka diwajah penguasa rumah penjara itu, begitu melihat,
lantas berseru kaget: "Kau.....Leng Bie Sian"
Penguasa rumah penjara rimba persilatan yang kini
ditarik kerudung mukanya oleh Cin Hong, ternyata bukan
lain adalah Leng Bie Sian yang menyaru.
Waktu ini tampak wajah gadis itu yang cantik sudah
basah dengan air mata, sikapnya sangat memilukan-
Tidak lagi seperti iblis besar rimba persilatan yang
sikapnya dingin, ia telah berubah demikian lemah dan tak
bertenaga, dengan ke-dua tangan menunjang tanah,
menundukkan kepalanya rendah sekali dan ia menangis
dengan sedihnya, seolah-olah seoran-gadis lemah yang
ditinggalkan oleh pacarnya.
Cin Hong yang sebetulnya masih memikirkan dia
walaupun membenCinya tapi kali ini melihat orang
dirinduinya ini, barulah sadar kalau tadi ia tahu telah
berlaku salah besar, maka ia berdiri terCengang sekian
lama, baru mengulurkan kedua tangannya membimbing
bangun dan mengelus-elus kedua pundaknya, katanya
dengan suara perlahan: "Bie Sian, Bie Sian, aku benar-benar
harus mampus Maafkanlah aku. . . ."
Leng Bie Sian mendadak lompat bangun, dan lari
bagaikan terbang. Cin Hong mengejar dan memanggil-manggil dengan
suara nyaring. "Bie Sian, jangan lari "Leng Bie Sian tidak
sungguh-sungguh mengerahkan ilmunya meringankan
tubuh maka dengan Cepat sudah terkejar oleh Cin Hong,
pemuda itu berkata sambil menarik tangan Leng Bie Sian:
"Bie sian, kuulangi sekali lagi. Harap kau suka maafkan
aku " Leng Bie Sian menghentikan kakinya, ia melepaskan
tangannya dari genggaman Cin Hong, lalu berkata:
"Sebaiknya kau panggil aku nona Leng saja . . ."
"Mengapa ?" tanya Cin Hong heran- -
"Sebab aku tidak Suka padamu "jawabnya dingin.
"Baik, kalau begitu jawablah beberapa pertanyaaaku "
Leng Bie Sian hanya mengeluarkan suara dari hidung,
menantikan pertanyaannya.
"Ai Bolehkah aku numpang tanya nona Leng" Sejak kita
berpisah dibawah kaki gunung Kiu-hoa-san, kau kembali
kerumah penjara rimba persilatan atau tidak ?"
"Tidak." "Bagaimana dengan orang tua pedang mas?"
"Ia sudah pergi "
"Bukankah kau kata hendak mengajak ia kesana ?"
"Kemudian aku mengambil keputusan lain, tidak jadi
pulang. Hanya kutulis sepucuk surat, kubawakan padanya .
. ." "Kemudian ke mana kau pergi?"
"Hal ini tidak perlu kau tahu."
"Ha " Apakah diam-diam kau mengikuti terus jejakku ?"
"Kalau ya bagaimana ?"
"Jadi, orang yang diam-diam masuk kegereja Siao-lim-sie
kemarin malam itu adalah kau juga , bukan ?"
"Kalau ya mau apa ?"
"Untuk apa kau masuk ?"
"Apa perdulimu ?"
"orang yang membunuh mati Ngo-beng Hweeshio itu
betul tamu tidak diundang dari luar daerah yang tulen atau
bukan ?" "Tidak tahu, aku tidak menyaksikan "
"Tadi malam aku telah dibikin pingsan oleh siluman
perempuan dari golongan Kalong. Apakah kau tidak lihat?"
"Melihat, cis......"
"Ai, itu apa yang dibuat geli?"
"Aku justru ingin tertawa "
"Dan lagi, apa sebab kau tadi tidak membantu aku minta
kembali kitab pelajaran ilmu silat itu?"
"Pangcu golongan Kalong itu meskipun takut kepada
suhuku, tetapi aku sudah melihat bahwa ia tidak akan rela
melepaskan kitab pelajaran ilmu silat itu. Bila kuminta
dengan kekerasan, mungkin ia akan melawanku. Dan kalau
sampai terjadi hal demikian bukankah kita akan habis
semuanya?" "Baiklah kalau begitu. Sekarang, pertanyaanku yang
terakhir. Apa sebab kau terus mengikuti jejakku" "
"Kau tak usah tahu."
"Ha ha, jikalau kau tidak memberi penjelasannya, ini
suatu tanda bahwa kau suka kepadaku "
"Ngoceh!!! Suhuku yang perintahkan aku mengikuti kau
" "Mengapa dia perintahkan kau mengikuti aku?"
"Entahlah, kalau kau kembali kerumah penjara, boleh
kau tanyakan sendiri kepada suhuku "
"Bagaimana kalau aku tidak mau ikut pulang?"
"Itu. . .. aku berkata akan ikat dan seret kau "
"Baik kau cobalah "
"cis, aku hanya main- main denganmu. Bolehkah kau
jangan berlaku demikian?"
"Haha...." Tiba disatu kota mereka menginap satu malam. Dihari
kedua, pagi-pagi sekali mereka sudah melanjutkan
perjalanannya ke propinsi San-see. Disepanjang jalan
mereka menemukan pengumuman-pengumuman tentang
berdirinya rumah penjara rimba persilatan yang baru di
gunung Bu-san, juga mendengar berita tidak putus-putusnya
tentang lenyapnya beberapa orang wanita. Setiap kali
mereka memasuki rumah makan, tak lain yang dibicarakan
oleh para tamu hanyalah soal berdirinya rumah penjara
rimba persilatan yang baru itu. Benar-benar merupakan
suatu berita yang dapat membuat panik orang, seolah-olah
semua orang Sedang dihadapi dengan dua pilihan, hidup
dan bencana maut. Jelas juga , bahwa berita berdirinya rumah penjara rimba
persilatan baru di gunung Bu-san itu, bagaikan halilintar di
Siang hari bolong, juga bagaikan sebuah batu besar
dilemparkan ke air danau yang tenang, jelas sudah
menimbulkan kegemparan hebat, membuat seluruh rimba
persilatan diliputi kembali oleh suasana tidak tenang dan
panik. Berita tentang hilangnya beberapa orang Wanita terus
mengalir bagaikan gelombang air laut, dari propinsi An wie
terus kepropinsi Ho-lam, dari Ho-lam masuk ke San-see
dengan terang-terang, akhirnya sampai juga kedaerah
perbatasan propinsi San-see, yang merupakan tempat
adanya rumah penjara rimba persilatan yang lama.
Konon kabarnya, dalam waktu tiga hari, sudah terjadi
penculikan terhadap beberapa orang wanita, jelasnya dua
puluh orang lebih. bahkan orang-orang yang hilang diculik
itu merupakan kaum wanita yang masih muda dan
berwajah jelita. Yang lebih aneh lagi ialah, mereka itu
kebanyakan adalah istri-istri atau anak perempuan orangorang
rimba persilatan yang cukup punya nama.
Mereka telah menghilang secara sangat misterius, tidak
terdengar suara jeritan mereka, tidak tertinggaikan jejak
atau bekas-bekas mereka yang sudah dijadikan pegangan
untuk membuat perkara. Hari itu petangnya, Cin Hong bersama Leng Bie Sian
tiba dikota Tiang-an. Ketika mereka sedang masuk kerumah makan dan
sedang duduk makan, kebetulan dapat mendengar dua
orang laki-laki berpakaian dinas sebagai anggota keamanan,
yang duduk disebelah mereka, sedang pembicarakan soal
yang cukup unik. Di dalam kota Tiang-an itu ada sebuah perusahaan
pengangkutan yang bernama Sun- hong piauw-kiok. Kepala
barisan pengangkutan yang bernama Liu In coan dengan
julukan jago pedang empat penjuru lautan adalah seorang
piauwsu, seorang jago muda yang sangat terkenal. Pada
waktu belakangan ini Liu In coan telah mengawini seorang
perempuan Cantik, oleh karena takut isterinya yang Cantik
itu nanti kena diculik selagi dia melakukan tugasnya maka
dia sengaja menolak mentah-mentah semua barang antaran
yang diserahkan padanya. Dengan begitu setiap hari
gawenya jadi hanya nongkrong saja di rumah menunggui
isterinya. fsterinya mau kemanapun selalu diikutinya.
Tindakannya untuk melindungi isteri itu telah ditiruoleh
beberapa piauwsu dari perusahaan pengangkutan yang
mempunyai istri agak cantik, hingga dengan demikian
perusahaan pengangkutan untuk sementara terpaksa tutup
pintu, hal itu sudah tentu sangat merugikan bagi kaum
pedagang yang biasa mengirimkan barang-barangnya ke
kota jauh. Cin Hong mendengar Cerita itu merasa geli maka
berkata kepada Leng Bie Sian dengan suara pelahan:
"Nona Leng, bila kawanan piauwsu itu terus-terusan
dengan Cara demikian melindungi isterinya masing-masing
bukankah lama kelamaan akan kehabisan semua juga harta
bend yang untuk dimakan nganggur saja?"
"Kau jangan tertawakan orang lain- coba hal itu
menimpa dirimu sendiri, barang kali kau pun bisa juga
berbuat demikian" kata Leng Bie Sian sambil tertawa.
"Mana bisa" Aku justru tidak bisa berbuat begitu" berkata
Cin Hong dengan muka merata.
"Heh Kukira meskipun para piauwsu itu setiap hari
menjaga dan melindungi para isteri dan anak
perempuannya, tetapi aku tidak perCaya kalau orang-orang
dari dalam penjara rimba persilatan yang baru ini, sudah
sama sekali tidak bisa lagi turun tangan untuk menculik
anak istri mereka. Bagaimana kalau malam ini kita
meronda satu malaman di kota Tiang-an ini" Kalau dapat
kita tangkap salah seorang dari kaum penculik itu,
bukankab merupakan satu jasa juga ?"
"Itu benar, kita cari sebuah penginapan dulu, nanti
tunggu hingga tengah malam baru keluar pintu" berkata Cin
Hong girang. Sehabis makan mereka turun dari tangga loteng, lalu
pesiar dijalan-jalan ramai dalam kota Tiang-an itu,
kemudian mencari rumah penginapan untuk menginap.
setelah malam tiba, mereka tidur di kamar masing-masing
untuk menantikan datangnya waktu malam.
Waktu tengah malam, Cin Hong mendengar ketukan
tiga kali sebagai kode dari Leng Bie Sian yang tidur di
kamar sebelahnya, maka ia buru-buru bangun dan lantas
berpakaian tapi setelah itu membuka daun jendela dan
lompat keluar. Begitu keluar dari kamarnya, ia lihat Leng Bie Sian juga
sudah keluar dan lompat keatas genteng, maka ia juga
mengikuti jejaknya, dari situ lepaskan pandangan matanya


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke empat penjuru, namun keadaan sunyi sepi, bulan yang
terang menyinari seluruh jagat, begitu suasana kota Tiangan
diwaktu malam. Masih pula tertampak lampu-lampu
dijalan, di beberapa bagian kota masih terdengar suara
orang yang bercakap-cakap atau tertawa-tawa.
Leng Bie Sian menggapaikan tangannya ke arah Cin
Hong, lantas melayang turun ke satu sudut jalanan kota,
kemudian menyelinap ketempat gelap yang tidak mendapat
penerangan sinar lampu. Cin Hong melayang turun kebawah, bertanya dengan
suara perlahan, "Nona Leng, bagaimana bila kita bertemu
dengan polisi peronda malam?"
"Kalau melihat mereka mendatangi, kau menyingkir saja
tokh sudah cukup " "Apa kita tidak lebih baik berjalan bersama-sama saja ?"
tanya Cin Hong. "Kita tokh bukan sedang pesiar" Perlu apa mesti berjalan
bersama-sama ?" balas bertanya Leng Bie Sian sambil
tertawa. "Aku pikir sebaiknya berjalan bersama-sama saja, sebab
seandai . . ." "Apa kau masih kuatir kalau- kalau aku juga diculik
orang ?" "Ng Meskipun kepandaian ilmu silatmu lebih tinggi
daripadaku, tetapi aku takut para penculik itu ada
mempunyai permainan lain-. ." menjawab Cin Hong sambil
menganggukkan kepala. "Jangan kuatir Malam ini, kalau kawanan penculik itu
ketemu denganku, pasti akan kubuat mereka tidak barkutik
" "Baiklah, coba kau katakan bagaimana kau hendak
mencari ?" "Di kota Tiang-an ini ada tiga buah perusahaan
pengantar barang, kau coba pergi ke Sun- hong-piauw- kiok
untuk melihat-lihat, aku sendiri akan pergi keperusahaan
yang lain, dalam waktu satu jam kita kembali dan bertemu
di tempat ini lagi "
Sehabis berkata demikian, Leng Bie Sian lompat melesat,
secepat kilat sudah naik ke atas genteng di rumah
seberangnya, dengan dua kali lompatan sudah menghilang
dari pandangan mata Cin Hong.
Cin hong juga lompat ke atas genteng, berlari-larian di
atas genteng rumah orang, terus menuju ke Sun- hong
piauw-kiok. Tiba diatas genteng dekat San- hong-piauw- kiok. ia
mencari suatu tempat yang cukup tinggi dan tersembunyi
untuk duduk, dari sana dapat melihat keadaan disekitarnya
dengan nyata, ia melihat juga gedung Sun- hong piauw-kiok
yang besar, namun gelap gulita dan Sunyi senyap. tidak ada
rasa aneh sedikitpun juga .
Ia duduk Sambil pasang mata dan telinga, akhirnya
merasa bosan karena menunggu terlalu lama. Tiba-tiba, di
luar dinding tembok perusahaan pengangkutan itu, disatu
sudut gelap muncul kepala seseorang, orang itu perlahanlahan
menggeser kebawah dinding tembok bagian kiri,
selanjutnya dari situ juga muncul seorang yang lain, yang
perlahan-lahan menggeser kekanan.
Dua orang itu saling mendekati Satu sama lain, kira-kira
terpisah satu kaki lantaS berhenti, agaknya sedang berbicara
dengan suara sangat perlahan.
Tak lama kemudian lantas berpencar lagi, mereka
masing-masing berjalan menuju ketempat semula, gerakan
sangat tenang, diperhatikan terus oleh Cin Hong sampai
menghilang di tempat gelap.
Menyaksikan perbuatan dua orang itu, Cin Hong mulai
merasa tegang perasaannya, baru Saja hendak menyaksikan
apa yang dilakukan oleh mereka, dijalan-.raya tiba-tiba
terdengar suara roda kereta berjalan, dan sesaat kemudian,
tampak sebUah kereta kuda yang tendanya diturunkan,
kusir keretanya adalah seorang laki-laki yang kelihatannya
jujur, ia terus menjalankan keretanya dan berhenti didepan
pintu perusahaan pengangkutan Sun-hong piauw-kiok.
setelah kereta itu berhenti ia membuka tenda kereta,
agaknya hendak melihat tetamunya, bahkan jelas sekali
bahwa kereta itu dipesan oleh pihak Sun-hong piauw-kiok,
Begitu kereta itu berhenti, dari tempat gelap mendadak
bermunculan dua sosok bayangan orang yang masingmasing
dari sebelah kiri dan kanan. Cepat bagaikan kilat
menyerbu kereta itu. Ketika mereKa mendekati kereta, Cin Hong baru melihat
nyata daripakaian mereka, ternyata bahwa mereka adalah
dua polisi peronda malam, hingga diam-diam ia merasa
malu sendiri. coba tadi ia turun menyerbu mereka, tentunya
mereka berbalik anggap ia sebagai orang jahat.
Dua anggota polisi ronda itu tiba dldepan kereta, satu
diantaranya mendekati kusir dan bertanya: "Dari mana ?"
"Dari perusahaan kereta Tok-heng dikota Sebelah
timur."jawab sang kusir sambil memberi hormat.
Polisi ronda malam itu mengamat-amati kusir sejenak.
dan bertanya pula: "Tengah malam buta kau membawa
kereta kemari, ada keperluan apa ?"
"Liu Piauw-tauw sendlri yang menghendaki." jawab sang
kuslr. "Apa Ia suruh kau membawa keretanya pada waktu
tengah malam seperti ini ?" tanya pula pollsl itu heran-Sang
kusir hanya mengangguk. Pada Saat itu, pintu gedung Sun-hong-piauw-kiok tibatiba
terbuka, dari dalam berjalan keluar seorang laki-laki
setengah umur yang berwajah tampan, sedang memimpin
seorang perempuan muda yang sangat cantik. Perempuan
itu dibimbing dengan sikap mesra oleh yang lelaki, berjalan
turun dari undakan depan pintu, menuju kereta,
Dua anggota polisi peronda memberi hormat kepada
lelaki setengah umur itu sambil berkata:
"Liu Piauw-tauw, bolehkah kami numpang tanya"
Tengah malam buta seperti ini Liu Piauw-tauw sebenarnya
hendak melakukan perjalanan kemana?"
Laki-laki setengah umur itu lantas membalas hormat dan
menjawab: "Bapak-bapak tentunya sudah terlalu cape aku seorang
she- Liu oleh karena merasa bahwa selama beberapa hari ini
keadaan sangat gawat, maka hendak memulangkan istriku
pulang kekampung, hendak menyingkir untuk sementara,
Supaya aku dapat melakukan usahaku dengan hati tenang,
harap jangan bapak-bapak jadikan bahan tertawaan "
Dua anggota polisi itu saling berpandangan sejenak. Satu
diantaranya berkata sambil tertawa:
"Kalau Liu Piauw-tauw mempunyai maksud menjaga
secara demikian, kami berdua jadi tidak perlu menjaga
disini lagi." Laki-laki setengah umur itu mengucapkan beberapa
patah kata merendahkan diri, lalu membimbing istrinya
naik kereta dengan diikuti olehnya sendiri.
Kusir kereta juga segera lompat naik ke atas keretanya
kembali, setelah itu mulai menjalankan keretanya kembali.
Dua polisi peronda tadi menunggu sampai kereta itu
berjalan cukup jauh, satu diantaranya yang tak tahan rasa
gelinya, berkata kepada kawannya:
"Ha ha, pantas ia itu demikian khawatir dan ketakutan,
memang benar istrinya itu tidak jelek"
Yang lain menyahut sambil tertawa: "Bukan cuma tidak
jelek saja, aku dalam hidupku sampai sebegini tua, boleh
dibilang baru pertama kali ini menyaksikan seorang
perempuan yang begitu cantik."
Polisi yang berkata lebih dulu tadi berkata lagi sambil
tertawa terbahak-bahak: "Kau jangan mengiri, mungkin jauh lebih baik
keadaanmu sekarang ini. Kau harus tahu mempunyai istri
cantik, lebih banyak harus menjalani siksaan hidup, Kau
lihat saja contohnya ia selama beberapa hari ini kukira
benar-benar tidak enak makan tidak enak tidur, hidupnya
selalu diliputi oleh kekuatiran dan ketakutan, takut dan
kuatir kalau- kalau sampai terjadi istrinya diculik orang.
Aku kira, dari pada hidup semacam itu, ada lebih baik
kawin dengan seorang perempuan yang jelek sama sekali"
"Pui Lantaran kau sendiri sudah menikah dengan
perempuan jelek tentunya. Dan ucapanmu itu cuma untuk
menghibur dirimu sendiri bukan?"
Mereka berjalan sambil mengobrol dan menuju kejalan
raya, Cin Hong juga merasa tidak ada perlunya berdiri
lama-lama disitu. Tapi, selagi hendak keluar mencari Leng
Bie Sian, tiba-tiba terdengar suara nyaring dipintu gedung
Sun- hong-piauw- kiok, setelah itu tampak seorang laki-laki
setengah umur lari keluar dari dalam dan berseru dengan
sikap gelisah: "oh Tuhan oh Tuhan Istriku diculik orang..... Istriku
diculik orang....." Laki-laki setengah umur itu lari menuju kejalan raya,
ketika wajahnya disinari oleh sinar rembulan, membuat Cin
Hong dan dua polisi itu terheran-heran.
Wajah laki-laki itu ternyata sama benar dengan laki-laki
setengah umur yang dianggap sebagai Liu in coan kepala
piauwsu perusahaan pengangkutan yang tadi bersama
istrinya naik kereta, wajah dua orang itu seolah-olah Pinang
dibelah dua. Dua polisi tadi segera lari baiik dan bertanya
kepadanya dengan terheran-heran: "hei Kau siapa?"
Laki-laki setengah umur tadi berdiri di tengah jalan raya
dengan sikap sangat Cemas tubuhnya tampak
sempoyongan- Sambil membanting- banting kaki, mulutnya
berseru tidak hentinya: "Istriku In Gie, istriku In Gie, kemana kau" Kemana
kau?" Dua anggota polisi tadi maju menghampiri dan bertanya
lagi padanya: "hei Tengah malam buta rata seperti ini kau berteriakteriak
macam itu, apa perlunya, kau sebetulnya siapa?"
Laki-laki setengah umur itu terheran-heran, katanya:
"Mengapa bapak berdua tidak mengenali aku Si orang she
Liu lagi?" "Haaaa.. Jadi kau kepala piauwsu Sun-hong piauw-kiok
Liu in coan?" bertanya anggota polisi tadi terheran-heran-
Laki-laki setengah umur tadi mengangguk-anggukkan
kepala dan berkata dengan wajah muram.
"Ya Aku baru saja bangun tidur, baru mengetahui bahwa
istriku sudah tidak ada disampingku. Apakah bapak- bapak
berdua ada melihat dia tadi disekitar tempat ini ?"
Dua poliSi tadi membelalakkan matanya, dengan suara
gelagapan menjawab: "Aaaa, apa artinya ini" Kami berdua baru saja
menyaksikan kau bersama nyonyamu pergi ke luar kota
menaik kereta, kau Liu Piauwtauw bahkan masih
mengatakan hendak bawa nyonya mau pulang ke kampung
untuk menyingkir sementara waktu"
Liu in coan menunjukkan sikap kaget, katanya dengan
suara ketakutan-. "Mereka menuju kemana?"
Polisi tadi mengacungkan tangannya menunjuk ke ujung
jalan, Liu in coan berseru dan lantas mengejar ke tempat
yang ditunjukkan tadi. Tetapi Cin Hong bergerak lebih Cepat dari padanya,
belum mendengar habis keterangan polisi tadi, ia sudah
melesat, dengan melalui genteng genteng rumah orang pergi
mengejar kearah tadi, gerakannya itu demikian cepat hingga
seperti anak panah melesat dari busurnya.
Dalam waktu sekejap mata saja, Cin Hong sudah
mengejar sampai di bawah pintu kota, disitu tampak
olehnya dua tentara penjaga pintu sedang hendak menutup
pintu kota, wajah dua orang itu jelas menunjukkan sikap
girang mungkin mereka baru saja mendapat persenan besar.
Cin Hong menggunakan kesempatan selagi mereka
belum menutup pintu kota itu seluruhnya, bagaikan aSap
melesat melalui pintu tadi, Setelah keluar dari pintu kota,
segera menampak Sebuah kereta sedang dilarikan kencang
menuju kejalan raya yang masih kira-kira setengah pal
jauhnya. Malam itu udara diterangi Sinar rembulan, oleh karena
kuda yang menarik kereta itu lari terlalu cepat, keretanya
jadi bergoncang-goncang hebat.
Cin Hong mengejar terus, tak lama kemudian, perlahanlahan
sudah mendekati kereta itu, hingga terpisah beberapa
puluh tombak saja. Tepat pada saat itu jalannya kereta itu mendadak jadi
perlahan, seperti sebuah kereta yang tidak ada
pengendalinya, dengan sendirinya gerakannya mulai
lambat. Dan pada akhirnya, berhenti sama sekali.
Cin Hong lompat kedepan, dan mulai pasang mata,
tetapi ditempat duduk kusir sudah tidak tampak lagi lakilaki
yang mengendalikan kuda. ia lalu maju membuka tutup
kereta itu ternyata kosong melompong, sudah tidak terdapat
seorangpun Tetapi ada satu yang dilihatnya. Di tempat duduk kusir,
tampak olehnya ada sepotong kertas yang di atasmya ditulis
dengan huruf-huruf yang berbunyi sebagai berikut:
"Untuk mengambil kembali istrimu, silahkan datang
kepuncak Sin- lie- hong di gunung Bu-San, Pergilah
menantang bertanding ke rumah penjara rimba persilatan
yang baru " Kertas itu merupakan Suatu bukti bahwa istri kepala
piausu sudah diculik oleh komplotan rumah penjara rimba
persilatan yang baru di gunung Bu-san, kabarnya mereka
setiap kali merampok atau menculik seorang wanita, lalu
meninggalkan sepotong surat yang demikian bunyinya.
Cin Hong jadi tidak habis mengerti. Kapan keluarnya
mereka dari dalam kereta" Lebih-lebih ia tidak tahu, kearah
mana mereka lari" Tapi ia tak mau berpikir lama-lama,
segera lompat ke atas kereta danpasang mata. Tapi apa
yang dilihatnya" Disekitar tempat itu hanya ada tanah
belukar yang diliputi oleh suasana malam, sama sekali tidak
tampak bayangan seorangpun
Tak lama kemudian, dari pintu kota yang tadi dilaluinya
mendadak lari seorang yang menuju kearah kereta yang


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kosong ini. Orang itu adalah Liu in coan, kepala piauw-tauw yang
kehilangan istrinya, Liu in coan lari terus sambil menenteng
pedangnya, wajahnya menunjukkan sikap marah yang amat
sangat, sepasang matanya mendelik seperti orang gila.
Cin Hong kuatir kalau- kalau terjadi kesalah pahaman,
maka buru-buru lompat menyingkir ketepi jalan dan segera
balik kembali kedalam kota melalui jalan kecil.
Tiba-tiba didalam kota, ia lari ke perusahaan
pengangkutan lainnya, namun tak bisa menemukan Leng
Bie Sian, terpaksa balik kembali ketempat yang sudah
dijanjikan oleh mereka untuk menunggu.
la menunggu terus, Satu jam telah berlalu, namun tidak
tampak bayangan Leng Bie Sian kembali kesitu.
la mulai merasa tidak tenang, Saban-saban harus
melongokan kepalanya dan berjalan mundar mandir sambil
mengepal-ngepal tangannya.
Lewat lagi sebentar, Leng Bie Sian masih tetap belum
kembali. Cin Hong semakin merasa gelisah, hatinya terasa
pedih seperti diiris-iris.
la mendongakkan kepala mengawasi rembulan purnama,
dalam perasaannya seolah-olah sang rembulan sedang
mengawasi dirinya sambil tersenyum. Lamelihat lagi
bintang-bintang dilangit, namun bintang bintang itu seolaholah
tidak menghiraukan keadaannya. ia menghela napas
panjang pendek. dan akhirnya bertanya kepada diri sendiri:
"Apakah dia menemukan jejak musuh yang lainnya dan
sedang mengejarnya ?" Pertanyaan itu akhirnya dijawab
sendiri olehnya: "Mungkin ya . . . ."
Tapi lain pertanyaan timbul dalam hatinya "Apakah
tidak mungkin kalau ia diculik?" Pertanyaan itu kembali
dijawab olehnya Sendiri: "Rasanya tidak mungkin
kepandaiannya demikian tinggi....."
Kalau begitu, kenapa apa sebab dia hingga sekarang
belum juga kembali "
Ia memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi atas
diri Leng Bie Sian, tapi sekian lama tetap tidak
mendapatkan jawaban- Beberapa kali ia ingin pergi mencari kemana saja yang
sekiranya Leng Bie Sian bisa diketemukannya, tetapi ia juga
tidak berani meninggalkan tempat itu. Bagaimana kalau
sewaktu ia berlalu gadis itu sampai disitu" Ia khawatir kelak
Leng Bie Sian tidak melihat dirinya lalu cemas, dan
akhirnya ia teringat kepada suatu kisah begini:
"Dahulu kala adalah seorang pemuda bernama Hui Seng
yang mengadakan perjanjian akan bertemu dengan
kekasihnya di bawah tiang di tepi sungai. Sang kekasih
lama tak kunjung datang, hingga ketika air sungai meluap
tinggi dan merendam tiang itu, ia masih terus saja
menunggu sambil memeluki tiang pada akhirnya ia
kerendam dan mati." Ia suka dengan kisah itu, juga mengagumi keteguhan hati
pemuda itu, hingga terbinasa, masih tidak mau mengingkari
janjinya, oleh karena teringat oleh kisah tadi, maka ia
mengambil keputusan untuk menunggu lagi, sehingga Leng
Bie Sian balik kembali. Tetapi hingga terang tanah, Leng
Bie sian tetap belum kembali.
Jalan raya mulai ramai oleh orang berlalu-lalang, semua
orang yang lewat disitu pada mengawasi padanya dengan
sinar mata terheran-heran. Ia tidak berani menunggu terus
lagi, terpaksa diam-diam kembali ke rumah penginapannya
dan membereskan pakaiannya, setelah meninggalkan
sepotong uang perak. ia diam-diam berlalu meninggalkan
rumah penginapan, dan menuju ke gunung Tay-pa-san-
Ia menduga pasti Leng Bie Sian sudah diculik oleh
orang-orang Rumah Penjara Rimba Persilatan di gunung
Bu-san- PiKirnya, jalan paling baik ialah lekas kembali ke
gunung Tay-pa-san untuk memberitahukan berita itu pada
suhunya, kemudian ia sendiri akan pergi menantang ke
Rumah Penjara Rimba Persilatan yang baru di gunung Busan.
Hari kedua tengah hari, untuk kedua kalinya ia tiba di
depan pintu batu Rumah Penjara Rimba Persilatan di
gunung Tay-pa-san, kunjungannya untuk kedua kalinya ini
jika dihitung dari kunjungannya yang pertamanya hanya
terpaut kurang lebih dua bulan saja. Tetapi ia teringat
kepada suhunya, subonya, sumoaynya, dan seorang wanita
yang bernama Siu Khim yang ia ingin ketahui siapa
sebetulnya, hingga ia merasa Waktu dua bulan itu seperti
dua tahun saja lamanya. Melihat kedatangan Cin Hong, Tiat-oe Siangsu unjukkan
sikap sangat senang sekali, begitu bertemu muka sudah
mengeluarkan suara dengan Sikapnya yang sangat ramah
tamah: "Cin Siaohiap. kudamu telah kupelihara baik-baik
sampai menjadi gemuk"
Cin Hong mengucap terima kasih, kemudian berkata
sambil tertawa: "Apakah laucu kalian ada ?"
"Ada Ada Laucu lama sudah pesan lohu, setiap waktu
kalau Cin siaohiap datang, harus disambut sebaik-baiknya.
Sekarang lohu hendak antar kau naik ke lembah, marilah "
"Aku tidak berani merepotkan siangsu, biarlah aku pergi
sendiri saja "jawab Cin Hong.
Thiat-oe Siangsu karena tugasnya yang harus menjaga
pintu gerbang, maka juga tidak mengukuhi kehendaknya,
tetapi ia masih memerintahkan seorang pegawai penjara
untuk mengawani tamunya. Kali ini Cin Hong tidak perlu
mengeluarkan uang persenan. dengan lancar sudah masuk
ke dalam lembah, dan akhirnya masih tetap bersama-sama
orang yang ditugaskan sebagai Tay-giam-ong masuk
keruangan tamu rumah penjara rimba persilatan-Tak lama
kemudian, penguaSa rumah penjara juga sudah masuk di
ruang tamu. Penguasa rumah penjara begitu melihat Cin Hong
datang sendiri, agak terkejut juga , tanyanya terheran-heran-
"Ee, dimana Sian-jie?"
Cin Hong dalam hati merasa geli, ia balas bertanya
sambil memberi hormat: "Sejak kapankah laucu
menyerahkan muridmu kepadaku ?"
Laucu itu hanya mengeluarkan suara oh, mungkin
karena merasa malu sendiri, lalu katanya sambil tertawa:
"Aku perintahkan dia diam-diam mengikuti kau, Kukira dia
pasti tak dapat kendalikan perasaannya dan unjuk diri
untuk bertemu denganmu, kiranya dugaanku itu keliru
sama sekali . . ." "Dugaan laucu tidak keliru "
"Tapi dimana dia sekarang ?"
"Sukakah laucu kasih penjelasan lebih dahulu apa
sebabnya laucu perintahkan dia mengikuti aku ?"
Laucu itu seperti kebiasaannya berjalan lebih dahulu
kejendela, lalu berdiri disitu, kemudian baru menjawab
dengan sikap tenang dan Cerdik: "Asal tidak mengandung
maksud jahat rasanya sudah Cukup, urusan ini tidak ada
perlunya dijelaskan "
Cin Hong berpikir sebentar kemudian baru berkata:
"Baiklah. Apakah kau pernah dengar pada waktu
belakangan ini dipuncak Sin- lie- hong gunung Bu San,
telah dibangun lagi sebuah rumah penjara rimba persilatan
yang baru?" "Tahu, sampaipun surat selebarannya juga sudah kubaCa
" jawab penguasa rumah penjara sambil menganggukangguk.
Cin Hong bertanya sambil menatap wajah penguasa
rumah penjara: "Bagamana kesan laucu?"
"Perbuatan orang-orang golongan hitam, tidak ada
harganya untuk dibicarakan."
"Maksudmu, apakah hanya rumah penjara yang kau
bangun ini saja yang asli ?"
Penguasa rumah penjara rimba persilatan mengangguk
pula. "Tetapi, mereka telah menyebarluaskan orang-orangnya,
sudah menculik beberapa orang wanita, semua itu jelas
menunjukkan perbuatan mereka yang terkutuk dan lebih
jahat dari pada rumah penjara kalian di gunung Tay-pa San
ini dengan lain perkataan, mereka rupanya sengaja hendak
menantang terhadap kau, laucu "
"Aku tidak ada waktu untuk menguruSi mereka "
"Apabila murid perempuanmu diculik oleh mereka
bagaimana ?" "Kukira tidak mungkin "
"Kau jangan terlalu percaya dirimu sendiri, murid
perempuanmu itu barang kali sudah diculik oleh mereka ..."
Sikap penguasa rumah penjara nampak tegang, ia berdiri
tegak. sepasang matanya memancarkan sinar tajam
berkilauan, perlahan-lahan lalu katanya: "Apa katamu ?"
Cin Hong menceritakan semua pengalamannya dan apa
yang pernah dilihat dan didengar oleh mata dan telinganya
sendiri. Sekujur tubuh penguasa rumah penjara tampak
gemetaran karena menahan marah, sepasang matanya
menatap Cin Hong sekian lama, berkata sambil menggertak
gigi: "Anak baik, terhadap saorang anak perempuan saja
kau sudah tidak dapat melindungi, Ing Ing. . ."
Cin Hong merasa malu, katanya: "Aku semula hendak
pergi mencari bersama-sama dia, tapi dia kukuh hendak
jalan mencar. Apa yang bisa aku perbuat?"
"Kau bohong omong kosong Kalau ia kukuh, kau juga
harus kukuh, tahu" Kau harus suruh ia dengar katamu "
bentak Penguasa rumah penjara yang sudah mulai marah.
Cin Hong terkejut dan berkata: "Dia bukan adik
seperguruanmu, kau tahu. . . ."
Penguasa rumah penjara dengan sikap lunglai jatuhkan
diri diatas sebuah kursi dan duduk. mulutnya menggumam:
"Sudah, sudah... Kali ini bagaimana aku harus
berbuat....." Seorang iblis besar seperti Penguasa rumah penjara
rimba persilatan ini, juga ada waktunya mengeluh.
"Bagaimana aku harus berbuat," ucapan itu apabila tersiar
dikalangan Kang-ouw, pasti tiada seorangpun yang akan
perCaya, sebab dalam kesan orang-orang rimba persilatan,
kepandaian dan kekuatan tenaga itu adalah barang yang
paling berharga di dalam dunia.
Cin Hong sebetulnya juga khawatirkan keselamatan
Leng Bie Sian, tapi saat itu menampak sikap gelisah dari
Penguasa rumah penjara, entah mengapa dalam hatinya
timbul perasaan senang yang sangat aneh, saat itu ia malah
bisa berkata sambil tertawa:
"Jikalau kau tidak suka merendahkan ksedudukanmu
pergi sendiri ke gunung Bu San menantang bertanding, aku
boleh mewakili kau kesana. Tapi. . . ."
Penguasa rumah penjara mendadak bangkit dari tempat
duduknya dan berkata: "Benar!! Aku akan segera
menurunkan ilmu kepandaianku kepadamu "
"Maksudku bukan begitu, aku hanya minta supaya kau
ijinkan aku menemui seseorang" menjawab Cin Hong
sambil menggelengkan kepala.
"Waktu pertama kali aku masuk ke rumah penjara ini,
dimalam hari aku pernah mendengar suara seorang wanita
yang sedang menyanyikan lagu Siao-tho-hong. Kemudian
aku dengar kabar ia itu bernama Siu Khim. Aku ingin
ketemu dia" "ow Ada perlu apa kau dengan dia?"
"Aku ingin tahu siapa dia itu"
Penguasa rumah penjara rimba persilatan tampak diam
dan berpikir, kemudian berkata: "Apa sebab kau hendak
mengetahui dia itu siapa?"
Cin Hong takut apabila ia mengutarakan alasannya,
mengakui terus terang bahwa wanita yang bernama Siu
Khim itu benar-benar adalah ibunya sendiri. Penguasa
rumah penjara itu malah tak akan mengijinkan ia bertemu
muka dengannya. oleh karena itu maka ia pura-pura
berlaku acuh tak acuh, katanya: "Aku hanya tertarik oleh
perasaan heran saja"
Penguasa rumah penjara itu kembali terdiam, akhirnya
berkata sambil menggelengkan kepala dan dengan suara
tegas berkata: "Kalau kau tak mau menjelaskan alasannya yang benar,
aku takkan mengijinkan kau bertemu dengannya"
Dalam hati Cin Hong merasa sangat kecewa, tetapi
diluarnya masih bersikap acuh tak acuh, katanya sambil
pentang kedua tangannya. "Kalau begitu yah sudah, sekarang apa aku boleh pergi
menengok suhuku?" Penguasa rumah penjara itu tidak menjawab, dengan
mendadak berjalan masuk ke pintu kiri ruangan tamu itu.
Cin Hong dahulu pernah mendapat persetujuannya,
untuk datang lagi ke rumah penjara dan berdiam beberapa
hari, kini ketika melihat ia berlalu juga , sedikitpun tidak
menghiraukan padanya dan berjalan masuk ke pintu
sebelah kanan maka ia jadi tak ragu lagi.
Seolah-olah ia pulang kerumahnya sendiri, dengan
Cekatan ia membuka alat untuk naik turun ke dalam
lembah, tak lama kemudian, ia sudah tiba didaerah kamar
tawanan naga. Waktu itu adalah pertengahan musim panas. Hawa
udara panas sekali. Dilubang-lubang jendela setiap kamar
tawanan, tidak nampak seorang tawanan pun yang
tongolkan kepala. Cin Hong terus lari sampai hampir ke dekat kamar
tawanan nomor sembilan, teringat segera akan bertemu
muka dengan Yo in in, maka dengan perasaan sangat
girang memanggil-manggil nama gadis itu: "In-jie, aku
datang" Akan tetapi kamar tawanan nomor sembilan itu tetap
sepi sunyi tak terdengar suara orang. ia lari lompat kebawah
jendela, ketika kepalanya melongok ke dalam, saat itu ia
berdiri terpaku. Di dalam kamar tawanan itu sudah tidak tampak lagi diri
sumoaynya, melainkan Seorang nenek berambut putih yang
dahulu pernah bertempur dengannya digunung Bie cionglan-
Waktu itu nenek itu sedang rebah-rebahan di satu sudut,
ketika mendengar suara panggilan perlahan-lahan
membuka dan mengucek-ngucek matanya, tampak Cin


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong datang, ia lalu bangun dan berseru dengan sikap
kegirangan: "Ai, bocah Apakah kau datang buat menengoki
aku ?" Cin Hong bingung dan menggaruk-garuk kepalanya
sendiri, kemudian balas bertanya:
"Mengapa jadi kau yang ada disini " Dimana sumoayku
?" Nenek rambut putih itu tampak terCengang dan
bertanya: "Siapa sumoaymu?"
"Sumoayku semula berdiam dikamar ini, kemana
perginya dia sekarang ?"
Nenek rambut putih itu menggelengg-gelengkan kepala
dan berkata: "hal ini aku sinenek tidak tahu, aku hanya tahu kamar ini
sejak setengah bulan berselang sudah menjadi tempat
kediamanku yang tetap."
Cin Hong Cemas, ia segera lompat kebawah jendela
kamar delapan. Dikamar delapan ini tampak olehnya, Swat
Po-po didalam jendela satu jari tangan kanannya diletakkan
dibibirnya dan berkata dengan suara perlahan:
"Ssst Perlahan sedikit, Suhumu Si setan tua itu sekarang
sedang melatih ilmu silatnya"
Cin Hong mengeluarkan suara "oh," lalu memberi
hormat kepada Swat Po-po dan bertanya dengan suara
perlahan : "subo, kemana In-jie pergi ?"
Swat Po-po menghela napas dahulu, baru berkata:
"Panjang Ceritanya kalau kau mau tahu. Hari keempat
setelah kau berlalu dari sini ia mengira sudah sanggup
menyambut serangan Penguasa Rumah Penjara sampai
sepuluh kali, hingga tanpa sabar sudah pergi menantang
bertanding kepada Penguasa Rumah Penjara . . ."
"Akhirnya ia berhasil menyambut berapa kali ?"
"Delapan kali "
"Kalau begitu tohk masih tetap menjadi tawanan naga
juga ?" "Tujuh hari berselang, ada seorang pemuda bernama Siu,
datang kemari menengok suhumu dari pemuda itu
mendapat berita tentang dirimu. ia bergirang dan
bersemangat, kembali mengelabui aku, diam-diam pergi
menantang bertanding."
Cin Hong kembali menjadi tegang dan bertanya: "Dalam
pertandingan kedua ini ia berhasil menyambut berapa kali?"
Swat Po-po menghela napas panjang dan berkata:
".....seperti biasa "
"Kalau begitu, juga masih tetap menjadi tawanan
dikamar penjara naga "
Nenek Swat Po-po berkata lagi: "Lima hari berselang,
malam harinya ia mimpi melihat kau ditangkap oleh orang
golongan Kalong, dan melihat kau dirotan, maka begitu
terang tanah, ia pergi menantang bertanding lagi. Aku
memaki-makinya, tapi tak dihiraukan, ia kata segalanya ia
tidak mau perduli lagi."
Cin Hong yang mendengar ucapan itu hatinya
berdebaran, katanya dengan hati Cemas: "Ini adalah yang
terakhir, bagaimasa kesudahannya ?"
"Empat kali, Sekarang kamar tawanan naga ini juga
sudah tidak bisa menerima dia lagi " berkata Soat Po-po
dengan airmata berlinang.
"Kalau begitu, dia sekarang masih berdiam di kamar
tawanan ular ?" "hm, bocah Dimana liangsimmu " Kau tahu dia
dipindahkan kekamar tawanan ular mengapa malah
kegirangan ?" "Subo tidak tahu, terakhir kali jikalau dia tidak
diturunkan tingkatnya dan berpindah di kamar tawanan
ular, akan menjadi tawanan se-umur hidup, Pindahnya dia
kekamar tawanan ular, itu berarti masih mendapat
kesempatan untuk menantang bertanding satu kali lagi "
Swat Po-po tampaknya merasa bingung, tanyanya:
"Mengapa begitu ?"
"oleh karena tingkatannya berbeda, dia diturunkan lagi
ke kamar penjara ular, lantas boleh dipandang sebagai
orang yang pertama akan pergi menantang, maka masih
punya hak menantang satu kali lagi. Kalau hal itu
digunakan terus menerus secara begitu, jadi tidak akan ada
habisnya. Inilah cacad dari peraturan rumah penjara rimba
persilatan ini. Tee-cu dalam hal ini sudah lama tahu."
"Kalau begitu, semua orang juga boleh menggunakan
akal itu, untuk menantang beberapa kali kepada penguasa
rumah penjara, bukan?"
"Ya, teecu dahulu lupa menceritakan ini- Biarlah nanti
teecu akan berita hukan kepada seluruh tawanan kamar
naga ini tentang cara-cara tersebut, suruh mereka setiap hari
menantang penguasa rumah penjara, biar dia kecapean
menyambut, dan jadi lelah sendiri."
Swat Po-po pikir ucapan Cin Hong itu makin beralasan,
maka ia berkata: "Ya, ini sangat interesan, besok atau lusa
aku akan menantang bertanding kepadanya Ai, setiap hari
berdiam disini, alangkah kesalnya . . ."
Si nenek lalu menanyakan apa kerja Cin Hong diluaran,
kenapa begitu cepat sudah balik kembali.
Cin Hong menceritakan satu persatu, hanya tidak
mengatakan bahwa ia pernah anggap Leng Bie Sian sebagai
Yo In In dan bahkan sudah mulai tergoyah hatinya oleh
murid penguasa penjara rimba persilatan itu.
"Ha . . ."Jadi kau sudah mengetahui bahwa wanita
bernama Siu Khim adalah iba kandungmu ?"
"Ya Menurut ucapan penguasa rumah penjara sendiri,
jikalau aku menceritakan alasannya yang sebenarnya, dia
akan mengizinkan aku bertemu muka dengannya. coba
subo pikir, teecu boleh berkata terus terang atau tidak ?"
"hal ini, kau sebaiknya tanya kepada Suhumu saja, aku
juga tidak tahu bagaimana seharusnya . . ."
Cin Hong lalu berjalan kebawah kamar nomor tujuh,
tampak suhunya sudah menantikan kedatangannya di
lubang jendela sambil tersenyum, maka ia buru-buru
memberi hormat dan berkata:
"Sahu sudah selesai berlatih?"
It-hu Sianseng tersenyum, dan berkata: "suhumu tidak
melatih ilmu apa apa "
"Mengapa Subo tadi mengatakan....." Cin Hong rupanya
keheranan. "Ia membohongi kau. Mungkin ia terlalu kesal, mau
mencari orang yang dapat diajak beromong-omong. Melihat
kau datang, ia takut kau hanya pergi menengok aku dan
berbicara denganku, maka ia lalu menggunakan akal
licik....." Soat Po-po yang mendengar jelas pembicaraan mereka,
lalu memaki-maki: "Tua bangka.. Kau berani menjelek-jelekan diriku
didepan muridmu" Hm Kau nanti akan mati seCara tidak
wajar " It-hu Sianseng tidak menghiraukan ocehan soat Po-po,
tenang sekali ia berkata kepada Cin Hong:
"Anak. semua ucapanmu tadi telah kudengar. Tentang
urusan itu, suhumu anggap sebaiknya tak usah kau
Ceritakan" "Ya, teecu akan mencari akal sendiri untuk menemui
wanita itu " "Tentang rumah penjara rimba persilatan yang baru
dibangun di gunung Bu San itu, sebetulnya bagaimana
keadaannya?" Cin Hong menceritakan apa yang diketahuinya, akhirnya
berkata: "Kalau teecu sudah berhasil menemukan ayah dan ibu,
baru akan mengambil keputusan untuk menantang
bertanding. Rumab penjara rimba persilatan yang baru itu
benar-benar terlalu terkutuk. biar bagaimana kita harus
berusaha menolong keluar wanita- wanita yang diculik oleh
mereka " "Baiklah, dalam urusan ini suhumu juga tidak suka
mencegah kau. Demi keadilan dan kebenaran, kalau sampai
ditawan, setidak-tidaknya ada lebih baik dari pada ditawan
lantaran mencari nama " kata It-hu Sianseng sambil
menghela napas. Cin Hong mengangguk-angguk karena merasa apa yang
hendak dikata sudah diceritakan habis semua dan otaknya
mulai teringat kepada diri In-jie, maka dalam hati ingin
sekali lekas-lekas pergi menengoknya. Tetapi ia tidak enak
untuk menyatakan kepada suhunya.
It-hu Sianseng sudah tentu dapat menebak isi hatinya
maka lalu berkata sambil tersenyum:
"Sekarang pergilah kau tengoki In-jie, budak itu rupanya
sudah jatuh hati benar kepadamu "
Tentu Saja Cin Hong merasa girang, baru hendak
memutar tubuh untuk berlalu, mendadak can-sa-sian Sie
Koan, pemimpin pengemis sudah tongolkan kepalanya
yang mesum dan awut-awutan rambutnya, katanya dengan
suara nyaring: "Hai, kau masih belum membicarakan
tentang diri murid ku"
Cin Hong buru-buru menjura dan berkata padanya:
"Siepangcu baik-baik sajakah" Murid mu sekarang
sedang membantu boanpwe, pergi memberitahukan kepada
partai-partai Ngo-bie, Kun-lun, Klong-lay, Kang-lam, Swatsan
dan Thian-shia, minta mereka supaya waspada atas
gerakan orang-orang golongan Kalong. Selama ini entah
bagaimana hasilnya."
"Kalau kau nanti ketemu lagi dengannya suruhlah ia
pergi menantang bertanding ke rumah penjara rimba
persilatan yang baru," kata can-Sa-sian.
Cin Hong menyatakan baik, lalu memUtar tubuh dan
berlari turun, sewaktu ia meliwati jendela kamar sembilan,
nenek berambut putih tongolkan kepala dan tangannya,
katanya dengan suara aneh:
"Hai, bocah Kemarilah kau, kita beromong-omong dulu
eh, kau lari" Kau lari" Anak busuk Ah. . . .coba dulu aku
tidak dengar ucapanmu, sekarang tentunya tidak jadi
begini. . . ." Cin Hong berlagak tidak dengar, ia menundukkan kepala
dan terus lari menuju ke bawah, setelah mengitari jalan
berliku-liku di dalam lembah, barulah tiba di kamar nomor
seratus lima, karena melihat kamar tawanan itu tidak ada
orangnya, buru-buru undurkan diri dan balik ke kamar
nomor empat, disitu juga tidak ada orang, barulah ingat
bahwa kamar ini dahulu adalah kamarnya si bopeng Bwee
Houw An, Si bopeng itu berhasil keluar setelah menantang
bertanding, maka ia lalu balik lagi kekamar nomor empat,
didalam kamar itu juga tampak ada duduk seorang laki-laki
setengah umur yang sangat mesum, kepadanya Cin Hong
tanya sambil memberi hormat:
"Tuan numpang tanya, kemana orangnya yang berdiam
di kamar nomor lima ini?"
"Apakah nona Yo?" balas bertanya lelaki setengah umur
itu dengan suara datar. "Benar, kemana ia pergi?"
"Sedang bekerja didalam lembah "
Cin Hong mengucapkan terima kasih, ia segera berlalu.
Dahulu ia tidak mendapat kesempatan untuk turun ke
lembah, kali ini benar- benar ingin melihat para tawanan itu
sebetulnya melakukan pekerjaan berat apa. Ia pikir tawanan
itu semuanya memiliki kepandaian ilmu silat yang cukup,
apa sebab penguasa rumah penjara rimba persilatan itu
memikirkan suatu cara untuk menyusahkan mereka"
Dari atas melongok ke bawah lembah, samar-samar
tampak ada beberapa puluh titik hitam, sedang beberapa
barang yang mirip dengan batu cadas, tampak bergerak
perlahan-lahan. agaknya diantaranya masih ada orangorang
yang sedang memikul apa- apa. Apa yang sedang
dilakukan mereka" Sedang menggiling beraskah"
Ouw, apabila itu benar, ini juga boleh dikata makan
tenaga sendiri. Mana boleh dihitung bekerja berat"
Ia lari turun terus sambil berpikir, sebentar saja sudah
ada dibawah lembah, kini setelah melihat keadaan
seluruhnya, lantas menghentikan langkahnya dan berdiri
terpaku ditempatnya. Yang dilihat Cin Hong dari atas tadi adalah orang-orang
yang sedang menggali batu dengan besi, bukan seperti apa
yang diperkirakannya sebagai orang menggiling padi atau
gandum. orang-orang disitu sedang menggali lubang dari
dalam goa yang bulat, dari situ mengeluarkan batu- batu
Pedang Kiri Pedang Kanan 7 Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung Pisau Terbang Li 9
^