Pencarian

Tangan Berbisa 12

Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 12


cadas. pada waktu itu, para tawanan yang sedang melakukan
pekerjaannya terbagi-bagi dalam beberapa kelompok.
Kelompok pertama adalah orang yang sedang
mengeluarkan batu-batu dari goa, kelompok kedua
mengangkut batu- batu itu kedalam satu kuali besar yang
sedang menyala apinya. Apa sebetulnya yang sedang
dilakukan oleh mereka"
Cin Hong tidak tahu dan juga tidak mengerti malah tidak
mau memikirkan semua itu, sebab diantara sekian banyak
orang-orang tawanan itu, ia sudah dapat menemukan
Sumoaynya itu. Gadis itu sedang melakukan pekerjaan mencuci,
rambutnya terurai sampai ke bawah, wajahnya penuh
keringat, ia seolah-olah takut jari-jarinya nanti menjadi
kasar, kerjanya dilakukan sangat hati- hati, bahkan
sepasang matanya sebentar-bentar melirik kepada seorang
tua berjubah merah yang bertindak sebagai petugas mandor.
Kalau dilihatnya mandor itu berpaling ia buru-buru
melakukan pekerjaannya, pura-pura rajin, tapi begitu
mandor itu menengok ke la in jurusan, ia segera
menghentikan pekerjaannya.
Cin Hong merasa kasihan, tapi diam-diam juga merasa
geli, waktu itu ia sedang berjalan terus menuju ke belakang
diri Yo In In dan tiba-tiba memanggil dengan Suara
perlahan: "In-jie"
Yo In In cepat berpaling, begitu melihat kekasihnya,
mungkin karena terlalu girang, lalu berseru dan jatuhkan
diri ke dada Cin Hong, katanya sambil tertawa dan
mengeluarkan air mata: "Engkoh Hong, aku sedang memikirkan kau benar-benar
aku sedang memikirkan dirimu"
Para tawanan yang menyaksikan Yo In In memeluk
seorang pemuda di hadapan umum, semua lantas berhenti
bekerja malah ada yang lantas berdiri termangu-mangu, di
samping yang berteriak-teriak keCewa.
orang tua berjubah merah itu menggerak-gerakkan pecut
ditangannya sambil berteriak-teriak: "Ada apa " ini ada apa
?" Kini In-jie baru sadar bahwa ia telah berbuat terlalu
menyolok di hadapan umum, karena merasa malu lalu
buru-buru melepaskan tangannya dan memutar tubuh
mengawasi para tawanan yang lainnya. Rupanya semua
orang tawanan itu takut sekali kepada Yo in in, karena
begitu melihat gadis itu marah, tidak berani lagi mereka
tertawa-tawa atau berteriak-teriak mulai lantas melakukan
pekerjaan lagi. orang tua berjubah merah menghampiri Cin Hong dan
membentak keras: "Hei kau pemuda dari mana ?"
Cin Hong memberi hormat dan menyahuti:
"Locianpwe harap jangan marah, aku yang rendah
adalah tamu laucu kalian "
In-jie lalu menyambung: "Hei, cap-giam-ong, suhengku
ini datang hendak menengok aku, sekarang aku hendak
pergi berbicara dengannya"
"Tidak bisa, diwaktu kerja tidak boleh menemui tamu "
In-jie merasa tidak senang, ia berpaling dan berkata
kepada Cin Hong sambil memberi isyarat dengan matanya:
"Engko Hong, penguasa rumah penjara ini tentunya sudah
mengizinkan kau menengok aku, bukan ?"
CIN HONG menganggukkan kepala, tapi dalam hati
merasa geli sudah membohonginya.
In-jie selanjutnya berkata: "Kalau begitu kau pulang saja,
beritahukan kepada penguasa penjara bahwa cap-giam ong
tidak mengizinkan kau melihat aku "
Wajah cap-giam-ong berubah, ia bertanya sambil
menatap Cin Hong: "Benarkah laucu telah mengizinkan
kau datang kemari ?"
"Ya, jikalau tidak. mana bisa aku turun kemari ?"
"Baik, kalau kalian hendak beromong-omong juga ,
pergilah jauhan Sedikit, tetapi ingat, kalian hanya diberi
waktu satu jam." kata cap-giam Ong. In-jie sangat girang,
sambil menarik tangan Cin Hong ia berlalu dari tempat
kerja. Mereka meninggaikan tempat kerja itu jauh sekali, dan
duduk di suatu tempat yang membelakangi batu cadas. Injie
seperti balik kembali kepangkuan ibunya yang sudah
lama berpisah, begitu mereka berdua duduk. segera
jatuhkan kepalanya di dada Cin Hong sambil menangis
dengan sedihnya. Cin Hong mengeluarkan sapu tangan mengeringkan air
matanya, menghiburi gadis itu dengan kata-katanya:
"Jangan menangis In-jie. Aku tahu kau seorang gadis gagah
berani, bukankah begitu ?"
"Aku sebenarnya tidak takut menderita. Biarlah aku
bicara terus terang kepadamu, engkoh Hong, aku benarbenar
selalu ingat kau. Malah ada kalanya begitu hebatnya
aku memikirkan dirimu, Sampai. . ." kata In-jie sambil
menangis. Cin Hong merasa terharu, juga merasa malu kepada diri
sendiri, diluar kekuasaannya sendiri, menundukkan kepala
dan mencium bibir in-jie, katanya dengan suara gemetaran:
"In-jie, untuk selanjutnya aku akan bersamamu selamalamanya,
sekalipun langit rubuh aku juga akan bersamamu
" In-jie hampir tidak bisa bernapas, mendorong perlahan
tubuh Cin Hong sambil tersenyum girang. "Kau sudah
menengok suhu ?" "Sudah. Suhumu sebetulnya marah padamu tetapi
setelah kuberi penjelasan padanya, sekarang jadi tidak
marah lagi " "oh, bagaimana kau bilang ?"
"Aku kata bagus sekali perbuatanmu yang menantang
bertanding untuk kali yang terakhir itu. Sebab, kalau kau
tidak dapat menyambut penuh serangan sepuluh kali, atau
tidak bisa menyambut lima kali serangan keatas, kau baru
akan menjadi tawanan seumur hidup, Tapi sebelum lima
jurus kau jatuh, bisa balik kembali ke kamar tahanan ular."
"Benar. waktu itu aku merasa sangat tegang sekali, begitu
turun tangan segera merasa bahwa kali ini aku lebih tidak
baik lagi keadaanku, maka aku lalu bertanya kepada
penguasa rumah penjara bila aku dipindah ke kamar
tahanan ular, masih ada kemungkinan untuk menantang
lagi atau tidak. Ia kata boleh, maka setelah menyambut
serangannya yang ke empat kalinya, lalu turun sendiri "
"Sekarang kau boleh segera pergi menantang. Kalau kau
dipindahkan lagi ke kamar tahananan naga, kau akan
mendapat bak menantang tiga kali lagi "
"cis, beberapa hari nanti sajalah kita bicarakan itu lagi,
sebetulnya dalam kamar tawanan ular ini,jauh lebih
menyenangkan daripada kamar tahanan naga. Aku tidak
suka Selalu berdiam di dalam kamar, apa lagi suhuku suka
mencampuri urusanku."
"Penguasa rumah penjara rimba persilatsn dahulu
bukankah sudah menerima baik permintaanku, kau tidak
perlu turut melakukan pekerjaan berat?"
"Tetapi itu aku sendiri yang suka turut bekerja, aku
merasa senang Sekali berada bersama-sama mereka."
"Apa mereka tidak lagi menghina kau?"
"Mana mereka berani" Kepandaian ilmu silatku di dalam
kamar tahanan ular ini adalah yang paling tinggi"
"Itu memang benar"
"Semula ada seorang tawanan yang buta matanya ingin
mengganggu aku, akhirnya kupukul wajahnya sampai
matang biru, sejak waktu itu dan selanjutnya, Siapapun
tidaK ada yang berani mengganggu aku lagi. Tapi ....tapi
ada satu orang yang terkecuali....."
"Siapa?" "Kalau kusebutkan kau tidak boleh marah ya?"
"Aaaa" Mengapa aku harus marah?"
"Dia adalah seorang tawanan juga yang masih muda,
namanya Liu siao chiu Nama julukannya Laki-laki Kasar.
Dia selalu mengejar-ngejar aku, ada satu kali ia berlutut di
hadapanku, katanya ia terlalu kesepian. cobalah kau pikir,-
lucu tidak" Sudah tentu aku tidak mau menghiraukannya,
benar- benar aku hanya melihat dan merasa kasiban sekali
padanya hingga tidak tega untuk mengusir dan
membentak...." "Jangan bicarakan soal itu lagi,- sekarang aku hendak
tanya padamu beberapa persoalan."
"Tidak perlu tanya, aku hanya suka kau seorang Benarbenar,
kecuali kau, aku tidak suka orang lain"
"oh, aku tidak tanya padamu soal ini, jangan kau
terpengaruh dahulu oleh perasaanmu sendiri"
In-jie perlahan-lahan angkat muka, menggerakkan biji
matanya yang besar menatap Wajah Cin Hong, kemudian
berkata dengan Sikap kemalu-maluan,
"PeraSaanku agak tegang, aku takut kau mendengar
Cerita orang, Sebab para tawanan itu paling suka
menimbulkan urusan" "Asal kau tidak melakukan kesalahan, takut apa kepada
omongan orang lain?"
"Biarlah, aku sama sekali tidak berbuat salah. Tapi aku
masin kuatir juga , sebab para tawanan itu paling suka
menimbulkan huru-hara....."
Cin Hong periahan-lahan mengelus-elus rambut Yo In In
dan berkata: "Kukata sekali lagi, jangan terlalu tegang. sekarang
beritahukanlah kepadaku beberapa soal yang sebentar lagi
akan kutanyakan pada-mu....."
Belum habis ucapannya di tengah udara terdengar suara
bergeraknya orang dan kemudian disusul oleh turunnya
sesosok bayangan orang dari tengah udara dan jatuh tepat
di depan kedua orang itu.
Orang yang baru turun dari atas itu adalah seorang
tawanan yang masih muda usianya rambutnya awutawutan,
pakaiannya compang- camping, namun wajahnya
cukup tampan sikap juga gagah.
Ia menunjukkan sikapnya yang marah, dengan
mendelikan sepasang matanya, menatap In-jie, sikap orang
itu seolah-olah ingin menembusi hati In-jie.
In-jie juga merasa tegang, buru-buru melepaskan diri dari
pelukan Cin Hong dan lompat berdiri sambil bertanya:
"Hai, kau memandang aku secara itu, apa sebetulnya
artinya?" "Kau takut?" balas tanya tawanan muda itu sambil
tertawa dingin. Cin Hong juga segera bangkit dari tempat duduknya,
bertanya Sambil menatap Wajah Yo in in:
"In-jie, siapa dia?"
Yo In in tidak menjawab, sebaiknya malah begitu marah
sikapnya, berkata sambil membanting- banting kaki.
"Pergi..Pergi Pergi...Aku tokh sudah memberitahukan
padamu, aku tidak bisa menyukai kau, bukan" Kenapa kau
selalu mengejar-ngejar orang yang tidak suka kepadamu?"
"Ouw, begitu" Sayang aku Liu Siao chiu bukan seorang
tuli. Sejak kapan kau beritahukan kata- kata itu padaku?"
tanya pemuda itu Sambil tertawa dingin.
"Sejak bermula kukenal kau Apa itu saja kau lupa?"
berkata In-jie dengan suara tajam.
Pemuda itu mendadak marah, ia mengangkat tangannya
dan berkata sambil menuding Yo In In.
"Yo In In, kuberitahukan padamu, bagiku segalanya
tidak apa, akan tetapi kau tidak seharusnya menipu aku,
tidak seharusnya mempermainkan Cinta orang lain, hm. . .
.hm Apa kau kira Cinta orang laki itu tidak ada harganya"
Kau, kau perempuan berhati kejam"
Yo In In tampak sangat gelisah hingga menangis
menggerung-gerung sambil berkata dengan suara terisakisak:
"Kau jangan ngaco-belo, kalau kau ngoceh lagi, kuhajar
kau nanti " Pada saat itu cap-giam-ong yang bertugas sebagai
mandor telah datang dengan membawa pecutnya, ia
msmbentak sambil tuding Liu Siao chiu : "Hei Kau tidak
bekerja" Perlu apa kemari?" Liu Siao chiu berdiri tegak.
cap-giam-ong menggerakkan pecutnya menghajar
dirinya, sambil perintahnya:
"Kembali Kau sungguh berani mati, heh Apakah kau
kira dalam rumah penjara ini kau boleh mengejar-ngejar
perempuan" " Liu Siao chiu masih tetap berdiri tegak tidak
bergerak. cap-giam-ong jadi sengit dan berkata lagi, "Bagus Aku
mau lihat, adatmu ataukah pecutku yang lebih keras....."
Sesaat kemudian, pecut turun sangat gencar, menghajar
tubuh pemuda she Liu itu, hingga pakaian dan kulitnya
hancur dan darah membasahi seluruh tubuhnya, tetapi Liu
Siao chiu tetap tidak bergerak. bagaikan sebuah patung. Cin
Hong jadi tidak tega. lalu berkata padanya sambil memberi
hormat: "Saudara Liu, bila sumoayku ini berlaku salah
terhadapmu, biarlah disini aku yang mintakan maaf
untuknya. Sebaiknya kau lekas balik dan lakukanlah
pekerjaanmu sebagaimana mestinya, Caramu yang mudah
itu sesungguhnya tidak berharga sama sekali. Kau
ketahuilah itu" Liu Siao chiu sedikitpun tidak menghiraukan pecut
sudah menghajar habis mukanya, tapi akhirnya ia
menganggukkan kepala juga lambat- lambat, dan
menggumam sendiri "Benar, tak disangka aku si laki-laki kasar Liu siao chiu
bisa mandah terima pecutan lantaran perempuan-....Benarbenar
terlalu menggelikan. ..."
Sambil berkata demikian, ia menggeser kakinya dan
berjalan pergi sambil menundukkan kepala.
Setelah Liu Siao chiu berlalu bersama cap-giam-ong, Yo
In In dengan perasaan takut mengawasi Cin Hong, seperti
seorang pencuri keCil yang tertangkap basah, hingga tidak
bisa mungkir dari tuduhan dan sedang menanti
hukumannya.

Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cin Hong dalam hati sangat mendongkol, tetapi kalau
diingat ia sendiri juga pernah main api Cinta dengan Leng
Bie Sian, pikirannya jadi tenang, ia menarik tangan Yo In
In dan duduk lagi di atas batu, katanya dengan sabar:
"In-jie kau tidak usah takut. Sekarang kau beritahukanlah
padaku apa sebetulnya yang telah terjadi?"
Mengetahui Cin Hong tidak marah, Yo In In benarbenar
merasa sangat bersyukur, sambil senderkan kepalanya
di dada Cin Hong, ia berkata dengan suara terisak-isak:
"Aku bukanlah sengaja, pertama kali aku ikut melakukan
kerjaan berat itu, aku dengar kata orang banyak yang
panggil-panggil dia lelaki kasar, dalam hatiku lalu berpikir
sendiri, aku tidak perCaya di dalam dunia ini ada lelaki
yang kasar." "Dan kau lantas menggoda dia ?"
In-jie mengangguk. "Ya ,pertama dia tidak hiraukan aku,
aku lalu ganggu dia lagi, dia maSih tenang tidak hiraukan
aku. Dalam hatiku sangat mengaguminya, pikirku nama
julukan laki-laki kasar itu benar-benar tidaklah bohong.
Siapa tahu, setelah beberapa hari lewat sejak hari itu . . ."
"Dia yang berbalik cari kau ?"
"Ng, dia diam-diam memberitahukan padaku bahwa dia
bukanlah lelaki kasar dan dingin seperti apa yang
dibayangkan oleh orang banyak. dia hanya berusaha sekuat
tenaga untuk menindas perasaannya sendiri, padahal
sebetulnya dalam hatinya hangat sekali, dia butuh Cinta.
Dia kata lagi bahwa pertama kali melihat aku, hatinya
berdebar keras, sebetulnya ingin seperti biasa dengan
sikapnya yang acuh tak acuh, tapi setelah ditindasnya
perasaan itu akhirnya dia merasakan bahwa dia telah
berobah, dia ingin berlaku baik terhadap aku . . ."
"Lalu bagaimana kau jawab dia ?"
"Dalam hati sebenarnya aku merasa geli, tapi waktu itu
aku merasa bahwa aku sudah berada di atas punggung
harimau, Sulit untuk turun lagi, terpaksa berpura-pura
berlaku baik terhadapnya. Hm.. Siapa suruh dia berhati
demikian keras." "Ini adalah kau yang tidak benar, lain kali tidak boleh
ganggu-ganggu orang lagi"
"Ya, aku sedikitpun tidak berani mengganggu orang lakilaki
lagi. Hei, tak kusangka laki yang mendapat sebutan
laki-laki kasar, juga demikian sulit dihadapinya, benarbenar
tidak sanggup, . ." "Ucapan dia itu benar, perasaan Cinta orang laki-laki
bukanlah barang yang sudah tidak berharga lagi sama sekali
" Yo In In merasa malu, berkata: "Sekarang tak usah
bicarakau soal ini lagi, kau kata hendak menanyakan aku
beberapa hal, sebetulnya urusan apa ?"
"Pertama: orang tua pedang emas dari gunung oey
Sanpernah datang kemari menantang bertanding belum ?"
"Mengapa tidak" Waktu pertama kali dia dilembah ini
melakukan pekerjaan berat, entah apa sebabnya cekcok
dengan It-yang-cie Siauw canJin, dari cekcok mulut sampai
terjadi pertempuran, akhirnya kedua-duanya terluka parah.
Penguasa rumah penjara rimba persilatanlah yang
menolong orang tua pedang emas, tapi dia memukul kepala
siauw canJin sehingga hancur dan otaknya berantakan "
"Aaa . . . begitu ?"
"Kedua ?" "Kedua. . , . kedua .... biarlah kupikir dahulu. oh ya,
kamar sebelahmu simuka bopeng Bwee Bauw An itu
dengan Cara bagaimana bisa menantang bertanding dan
malah bisa keluar dari sini ?"
"orang tua gilalah yang mengajarinya semaCam ilmu
silat " "Aneh, orang tua gila bagaimana mengerti ilmu silat"
Dia adalah salah satu dari manusia berbisa "
"Siapa tahu " Aku tanya padanya, dia tak mau kata apa
?" "Apakah dia masih menurunkan ilmu silat kepadamu ?"
"Tidak!! dia memaki aku bodoh. Sebetulnya aku mana
seorang bodoh " Aku hanya kurang dalam hal kekuatan
tenaga dalam saja, hingga tak dapat menyambut sampai
sepuluh kali . ." "ketiga, pekerjaan apa yang kalian lakukan" Mengapa
batu-batu cadas itu dihancurkan dan kemudian ditempa ?"
"ciS, apa kau tidak mengerti ?"
"Benar-benar aku tidak mengeeti. Aku pikir, bekerja
berat juga seharusnya melakukan pekerjaan yang ada
artinya, bekerja semaCam itu benar-benar terlalu
membosankan " "Kau kata apa, kau ini benar-benar kutu buku kenapa
begitu bodoh sekali?"
"Hus, apakah menghancurkan batu cadas juga ada
gunanya ?" "Jadi kau belum mengerti juga " Baiklah kalau begitu,
kuterangkan uutukmu. Dengar, ya. Mereka sedang
menempa emas " "Haaa " Menempa emas ?"
"Ya, batu cadas itu mengandung bahan logam emaS,
setelah dihancurkan lalu dicuci bersih dan ditempa dengan
air, logam emas itu terendap. jadilah hancuran emas yang
berkilauan " "ooo begitu " Pantas penguasa rumah penjara rimba
persilatan begitu kaya, siapa yang menang dalam
pertandingan dapat hadiah seributail uang emas ..."
"Kau masih hendak tanya apa lagi ?"
"Tidak ada." Baru berkata demikian, tiba-tiba terdengar suara orang
dari belakang batu cadas: "Kalau sudah tidak ada, sekarang
ikut aku naik keatas"
Cin Hong dan In-jie lompat bangun dengan berbareng,
tampak dibelakang batu besar itu muncul Tay-giam-ong,
berkata sambil tolak pinggang: "Haha, kamu sembunyi di
tempat ini untuk mengadakan pertemuan, he " Kau anggap
rumah penjara ini sebagai tempat apa ?"
Yo in in kemalu-maluan hingga merah mukanya,
pendelikkan matanya kearah Tay-giam-ong itu, agaknya
hendak segera menegur mandor itu yang sudah mencuri
pembicaraan mereka. Tapi Cin Hong bersikap hormat terhadap mandor kepala
itu, ia bertanya sambil menjura memberi hormat: "Taygiam-
ong ada urusan apa ?"
"Ikutlah dulu aku naik keataa, nanti kita bicara lagi "
In-jie menarik tangan Cin Hong dan berkata: "Jangan
pergi waktu satu jam masih belum Cukup "
"Kira-kira sudah berapa lama ?" bertanya Cin Hong-
"Setengah jam saja belum."
"Kalau begitu sebentar aku akan datang menengok kau
lagi." kata Tay-giam-ong Sambil terjenyum.
"Kau jangan pedulikan kami kenapa sih?"
Tay-giam-ong dari tersenyum sampai jadi tertawa
terbahak-bahak. dan lalu berkata "Boleh Boleh... Jikalau
kau senang, aku malah boleh meminjamkan rantai
untukmu " In-jie terCengang, tanyanya "Untuk apa rantai ?"
Cin Hong buru-buru berkata: "Tay-giam-ong, janganlah
kau menggoda orang keterlaluan, sekarang sajalah aku ikut
kau naik keatas " la menghiburi in-jie dengan beberapa patah kata,
kemudian berjalan naik dengan mengikut. Tay-giam-ong
masuk ke-alat naik keatas lembah,
"Aku dengar laocu kata bahwa kau hendak menemui
perempuan yang menyanyi itu, apakah itu benar ?" tanya
Tay-giam-ong. "Ya, lalu?" "Setelah kau ketemu dia apa kau lantas suka pergi
kegunung Bu San untuk menolong keluar nona Leng ?"
"Kalau ya, bagaimana ?"
"Sekarang juga aku akan ajak kau menengok dia "
"Jadi laucu kalian sudah menerima baik permintaatku?"
Tay-giam-ong mengangguk, tidak berkata apa- apa lagi.
Ketika alat itu tiba diatas, keduanya berjalan keluar. Taygiam
ong hendak ajak dia keruangan tamu, tetapi tiba-tiba
didalam ruangan itu terdengar suara penguasa rumah
penjara: "Lao Sun ceng, kau bawa saja dia, tunggu setelah
bertemu dengan nona Khim, lalu kau ajak lagi dia kemari
untuk ketemu denganku"
Tay-giam-ong menerima baik dan merandek lalu
menggapai kepada Cin Hong, setelah mana ia baru
memutar tubuh dan berjalan naik ke atas tangga batu yang
gelap disamping alat naik turun itu.
Cin Hong mengikuti di belakang Tay-giam ong,
pikirannya semakin tegang, setiap melangkahkan kakinya
ke atas, seolah-olah menginjak hati sendiri, darah sekujur
badannya bergolak, hingga kedua kakinya gemetaran,
hampir saja tidak mempunyai tenaga untuk melanjutkan
perjalanannya . "Benarkah dia itu ibuku" Bila benar demikian,
bagaimana aku harus berbuat" Kalau bukan ibunya
tentunya sudah...." Di sepanjang jalan Cin Hong berpikir pada akhirnya
tidak berani memikirkan lagi, pikirannya menjadi kalut
sendiri. Apalagi jalanan naik ke atas itu tampaknya begitu
panjang sekali dan berbelok-belok serta gelap dan dingin
pula, hingga dirasakan semakin berat baginya.
Melalui satu tikungan, tiba-tiba terdengar suara barang
bergerak. seolah-olah alat naik turun ke lembah itu sedang
bergerak. hingga ia agak heran, ia pikir alat itu rupanya
bukan Cuma ada satu saja,, tetapi yang lain itu tidak tahu
naik turun disebelah mana"
Untuk menyingkirkan perasaannya sendiri yang kalut,
maka ia lantas bertanya kepada Tay -giam- Ong : "Aaaa, itu
suara apa?" "Jangan banyak tanya, ikut saja aku?"
"Kedengarannya seperti suara dari alat naik turun ke
lembah, apakah kalian masih punya lain alat lagi?"
"Kukata jangan banyak tanya, kenapa begitu rewel" Ikut
saja aku" Cin Hong masih tidak meng hiraukan, katanya pula
sambil tertawa "oya, aku sekarang ingat, nona Leng pernah
memberitahukan padaku....."
Tay-giam-ong mendadak berhenti dan bertanya dengan
perasan tegang: "Nona Leng pernah memberitahukan, kau
apa aaja?" "la kata.....ia kata bahwa di rumah penjara kalian ini
masih ada satu tempat rahaSia lain-...."
Cin Hong mulai mengarang suatu Cerita bohong.
"Kurang ajar Bagaimana ia bisa memberitahukan
padamu tentang ini?"
"Nona Leng baik sekali padaku, antara kami berdua
hampir tidak ada satu rahasia pun yang kami sembunyikan,
ia masih berkata......" berkata sampai disini Cin Hong lalu
pura-pura angkat pundak. "Ia kata apa lagi?"
"katanya lagi, bahwa Suhunya itu sebenarnya adalah
seorang wanita" Muka Tay-giam-ong berubah menjadi keren dan
membalikkan tubuhnya dan memegang bahu Cin Hong dan
bentaknya "Eh" Apa- apaan nih?" tanya Cin Hong kaget berCampur
heran- Tay-giam-ong menarik padanya dan berjalan turun,
katanya dengan sikap galak: "Kau jangan harap bisa
menemui perempuan yang bernama Siu Khim itu"
Cin Hong berontak dan bertanya: "Kenapa" Toh sudah
diijinkan oleh laucumu sendiri, bukan?"
Tay-giam-ong terus menarik turun dan berkata dengan
sangat mendongkol: "Kau bocah, hatimu tidak jujur Kau berani menghina
laucu, akan kuajak kau menghadap laucu, disana kau boleh
bicara" Cin Hong jadi begitu gelisah, ia mengulurkan tangannya
menjambret dinding seraya berkata:
"Hai, taruhlah aku salah omong, anggap saja aku tadi
main-main denganmu, jangan begitu galak kenapa?"
Tay-giam-ong mengendorkan tangannya, katanya sambil
tertawa dingin: "Nona Leng masih memberitahukan apa
lagi padamu?" "la tidak memberitahukan apapun juga kepadaku, semua
tadi juga adalah aku yang karang, aku pikir hendak mainmain
denganmu" jawab Cin Hong sambil menggeleng -
gelengkan kepala. Tay-giam-ong melepaskan tangannya, berkata sambil
pendelikkan matanya: "Jikalau tidak mengingat usiamu yang masih terlalu
muda, aku benar-benar tidak akan mengampuni kau"
Cin Hong menjura berulang-ulang seraya berkata:
"Ya, atas pertolongan Tay-giam-ong disini kuucapkan
terima kasih banyak- banyak" Hawa amarah Tay-giam-ong
mulai reda, katanya sambil mengulapkan tangan:
"Sekarang naiklah baik-baik, tidak boleh banyak bicara
lagi, kalau kau berani banyak mengeluarkan suara, nanti
akan kutarik turun lagi kau"
Cin Hong menyatakan baik, lalu memutar tubuh dan
mendaki keatas, meskipun dalam hati mendongkol, tetapi
iapun tidak berani berkata apa- apa lagi.
Setelah melewati tiga undakan batu, dihadapannya mulai
tampak sebuah lorong panjang yang terang benderang,
lorong yang panjangnya sepuluh tombak lebih itu
dipancang rupa-rupa gambar dan tulisan, semua tiang-tiang
diukir dengan ukiran naga yang dibungkus emas, keadaan
itu seperti ruangan dalam istana, disebelah kiri terdapat
sederetan kamar tidur kira-kira ada sepuluh buah lebih,
setiap kamar, diluarnya dijaga oleh seorang tawanan
penjara yang berdiri tegak.
Cin Hong menampak keadaan demikian, Setelah
berpiklr, ia segera mengetahui bahwa tempat yang memiliki


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kamar demikian banyak ini pasti adalah kamar tidur
sepuluh Giam lo-ong yang ditugaskan sebagai mandor,
tentunya setiap orang satu kamar. Tapi perempuan yang
bemama Siu Khim itu entah dimana berdiam"
Dalam otaknya timbul pertanyaan begitu maka segera
merandek. Sebab ia pikir apa bila perempuan yang bernama
siu Khim itu juga berdiam ditempat itu, bagaimana
suaranya bisa mengalun kebawah lembah"
Selagi berpikir begitu Tay-giam-ong yang berada
dibelakangnya sudah mendorongnya sambil berseru:
"Hayo jalan.. Kenapa berdiri bengong disini" "
Cin Hong terkejut, terpaksa melanjutkan perjalanannya
melalui lorong panjang itu. Ketika berjalan sampai di kamar
terakhir, Tay-giam ong tiba-tiba berjalan mendahuluinya
lalu mengetuk pintu, dan berkata dengan suara perlahan:
"Nona siu Khim ada di dalam?"
Dari dalam kamar terdengar sahutan Seorang perempuan
yang bersuara merdu: "Ada.. Tay-giam-ong perlu apa?"
Cin Hong yang mendengarjawaban dari dalam kamar
itu, ternyata adalah suara seorang wanita, hatinya jadi
berdebaran semakin keras suara itu dikenalnya betul, sed
ikitpun tak salah lagi adalah Suara shiu Khim yang malam
itu memperdengarkan suara nyanyiannya. Meskipun ia
hanya pernah mendengar satu kali, akan tetapi, suara yang
halus merdu dan yang dapat membangkitkan rasa iba itu,
sesungguhnya telah memberikan kesan terlalu dalam
kepadanya, jadimendengar suara itu lagi dengan seCdirinya
ia lantas tahu. Tay-giam-ong memperlihatkan tertawa ny a yang aneh
memandang Cin Hong sejenak. lalu berkata lagi ditujukan
kearah dalam kamar: "Nona siu Khim, laucu perintahkan aku ajak seorang
pemuda menemui kau" Nona Siu Khim dalam kamar hanya meng eluarkan
suara ouw yang sangat perlahan kemudian bertanya dengan
suara lemah lembut: "Seorang pemuda" Ada perlu apa ia
hendak menemui aku?"
"Kalau nona siu Khim ingin menemui dia boleh
tanyakan sajalah padanya, ini orangnya" berkata lagi Taygiam-
ong. Dari dalam kamar terdengar suara elahan perlahan dari
nona Siu Khim, kemudian terdengar lagi kata- katanya:
"Baiklah, Suruh dia masuk "
Tay-giam-ong lalu memberi isyarat dengan tangan
kepada Cin Hong, dan setelah itu berlalu.
Cin Hong menarik napas dalam- dalam, ia
mengetokpintu sangat perlahan kemudian mendorongnya
perlahan-lahan juga , dengan diikuti oleh pandangan
matanya yang tajam kearah dalam kamar itu. Dari mulai
masuk. ia sudah perhatikan benar-benar keadaan didalam
kamar, akhirnya ia sudah dapat menyaksikan segalagalanya
dalam kamar itu. Keadaan itu luar biasa anehnya, dalam kamar itu dihiasi
sangat bersih dan indah, kecuali alat- alat biasa, masih
terdapat kitab, pedang, alat- alat tetabuhan musik, biji
Catur, lukisan-lukisan dan tulisan orang ternama dijaman
dahulu, hal ini tak mirip dengan kamar seorang wanita
lebih tepat kalau dikatakan kamarnya seorang pria dan dari
kaum sastrawan. Wanita yang disebut nona Siu Khim duduk disebuah
kursi yang membelakangi pintu, ia agaknya tanggung
melakukan suatu pekerjaan, hingga sama sekali tidak
menoleh kearah tamunya. Wanita itu memiliki bentuk tubuh yang sangat indah,
mengenakan pakaian panjang putih bagaikan salju, dari
raut mukanya yang dipandang dari samping diperkirakan
usianya kurang lebih tiga puluhan tahun.
Cin Hong tidak berani lancang masuk, ia berdiri diluar
pintu dan berkata sambil menjura:
"Siu.....nona Siu Khim..... aku yang rendah......ingin
menjumpai kau......"
Nona siu Khim tanpa menoleh sedikitpun juga , pun
tidak menghentikan pekerjaannya yang mungkin sedang
tanggung, menjawab dengan tenang
"Kau maSuk dulu dan tunggulah, Setelah aku
menyelesaikan kerjaanku ini baru bicara denganmu."
Cin Hong menyatakan baik, lalu masuk ke dalam kamar,
duduk disebuah kursi disebelah kanan perempuan itu.
Pada saat itu, ia sudah dapat melihat nyata raut muka
perempuan itu. Sebuah muka yang Cantik ayu, disamping
kecantikan mukanya. sikap dan segala-galanya menunjukan
wataknya yang lemah lembut, seolah-olah lukiaan dari
sebuah tangan yang sangat pandai.
Akan tetapi, mana kala pandangan mata Cin Hong
dialihkan tanpa sengaja kepada sulaman kain-kain diatas
meja, tiba-tiba hatinya berdebar semakin heran.
Ternyata, perempuan itu sedang menyulam membuat
gambar muka orang, dan muka orang yang disulam itu
mirip benar dengan muka pemuda yang pernah dilukis oleh
Cin Hong atas permintaan penguasa rumah penjara rimba
persilatan Saat itu wanita umur tiga puluhan itu sudah
hampir menyelesaikan sulamannya berupa muka pemuda
itu, hanya kurang dibagian mata kanannya saja.
Perempuan itu agaknya sadang memusatkan seluruh
pikiran dan perhatiannya untuk menyulam. Hingga Cin
Hong yang duduk disebelahnya juga tidak dihiraukannya
sama sekali, seolah-olah ia sudah lupa bahwa tadi ia pernah
menyuruh seorang masuk kedalam kamarnya.
Cin Hong merasa bahwa mata yang disulam oleh
perempuan itu kurang tepat, dipandangnya seperti mata
seorang bodoh, hingga ia menggumam sendiri: "Bagaimana
biji mata......Biji matanya kurang bagus...."
"Kurang baik bagaimana?"
Cin Hong bangkit dan menjawab sambil
membungkukkan badan: "Matanya kurang hidup, kurang bercahaya. kalau nanti
kau pancang sulaman itu diatas dinding, mungkin bisa
mengetahui bahwa matanya itu sedang menghadap ke
tanah. coba sajalah "
Siu Khim tampak agak berdiri alisnya, berkata dengan
sikap seperti sedih: "Ada kalanya begitulah orang laki suka
melihat ke tanah, tidak melihat jauh."
Cin Hong terkejut mendengar jawaban demikian, angKat
muka dan bertanya: "Kalau begitu, apakah kau sengaja
menyulam demikian?" "Tidak... Kalau keadaannya benar-benar seperti apa yang
kau kata, itu adalah tidak disengaja," kata Siu Khim sambil
menggelengkan kepala dan tertawa getir.
"Menyulam wajah seseorang sama dengan melukis. kau
harus pusatkan perasaanmu dalam sulaman itu, dengan
cara demikian barulah dapat menyelesaikan satu hasil
kesenian yang bermutu sangat tinggi "
Perempuan itu hanya tertawa hambar, kemudian
berkata: "Sudah kupusatkan semua perasaanku "
"Kau pernah melihat orangnya?" tanya Cin Hong tibatiba.
Perempuan itu mengangguk-anggukkan kepala menghela
napas perlahan, agaknya merasa sangat terharu.
"Apa betul begitu rupa orangnya?" tanya Cin Hong lagi.
Perempuan itu kembali menganggukkan kepala,
menusukkan jarumnya dikain sulam, dengan tangannya ia
menunjuk Cin Hong supaya duduk lagi, kemudian bertanya
dengan suara lemah-lembut:
"Apa namamu" Datang dari mana?"
Cin Hong berusaha keras untuk menenangkan
pikirannya, menjawab: "Namaku Cin Hong, datang dari
tepi sungai cian-tang-kang "
"Ada keperluan apa kau menengok aku?" bertanya
perempuan iiu lagi sambil tetap menundukkan kepala.
Cin Hong akhirnya tidak berdaya menindas
perasaannya, ia berkata dengan suara agak gemetaran
"Hendak.....dengar kau. .. . menceritakan suatu kisah....."
Perempuan itu menatap wajah Cin Hong dalam-dalam,
lalu bertanya: "Hendak mendengar aku menceritakan suatu kisah"
Kisah tentang apa maksudmu?"
"Kisah tentang dirimu sendiri. Sudikah kau
menceritakannya?" Cin Hong dengan emosi meluap-luap
mengeluarkan kata- katanya.
"Mengapa kau hendak mendengar kisahku?" tanya
perempuan itu sambil menatap wajah Cin Hong dengan
penuh perhatian- "Sebab aku pikir kau pasti mempunyai suatu kisah yang
sangat menarik . . . ."jawab Cin Hong dengan muka merah.
"Dari mana kau tahu bahwa aku mempunyai kisah yang
sangat menarik?" "Aku pernah dengar suara nyanyianmu, dari situ
agaknya kau hendak menumpahkan rasa.,..terhadap
seseorang . . ," "Rasa kenangan kau maksudkan ?" balas bertanya
perempuan itu dengan tenang.
Cin Hong mengangguk. Tampak sikap perempuan itu
yang sangat tenang, dalam hati mulai timbul perasaan
keCewa, ia mula curiga mungkin bukanlah perempuan
misterius seperi apa yang dibayangkan olehnya. ia mungkin
adalah istri penguasa rumah penjara rimba persilatan,
hanya seorang perempuan yang pesimistik dan suka
menyanyi saja. Sepasang mata perempuan itu yang lembut dan tajam
menatap wajah Cin Hong sekian lama, bertanya dengan
maksud agaknya ingin mengorek keterangan darinya.
"Dalam anggapanmu, aku ada mempunyai suatu kisah
yang bagaimana?" "Seperti apa yang kau ucapkan sendiri tadi kisahmu itu
mungkin mengandung suatu kenangan terhadap seseorang,
jikalau ucapanku ini ada salah, harap kau maafsan ... ."
Perempuan itu mendadak menarik napas perlahan,
berkata dengan nadanya yang mengandung suara pilu,
"Dugaanmu tidak salah. Tapi aku heran, mengapa kau
ingin benar-benar mengetahui kisah itu ?"
Cin Hong tidak tahu bagaimana harus menjawab, dalam
hati merasa menyesal, mengapa tidak mempersiapkan
jawabannya yang Cukup beralasan kalau ditanyai seperti
ini. Tadi ia baru menggunakan kata-kata karena merasa
tertarik ketika menjawab pertanyaan Penguasa rumah
penjara rimba persilatan istilah itu tidak mudah untuk
memaksa seseorang menceritakan kisahnya sendiri tanpa
perasaan kuatir, maka ia sekarang tidak berani
menggunakan istilah itu lagi.
Perempuan itu menampak sikap Cin Hong yang agak
gelisah, lalu bertanya sambil tertawa hambar: "Lantaran
merasa tertarik ?" "Bila alasan seperti itu tidak cukup kuat, harap ijinkan
aku untuk berpikir lagi."
Perempuan itu tertawa, berkata sambil menganggukkan
kepala: "Itu memang benar kurang cukup alasanmu, tapi aku
suka buat memenuhi perasaan tertarikmu itu"
"Terima kasih. Kalau begitu, maukah kau ceritakan
kisahmu sekarang juga ?" Cin Hong jadi kegirangan-
Perempuan itu menganggukkan kepala, ia lalu berkata
"Sebenarnya, kisah ini sangat pendek. tapi perlu banyak
berpiklr, juga tidak memerlukan banyak berpikir dan
banyak waktu....tapi ada satu hasil kau harus tahu, aku
perlu merahasiakan nama-nama pelaku dalam kisah itu,
sebab kita satu sama lain belum pernah kenal pada
sebelumnya. Apa lagi orang dalam sesuatu kisah
sebenarnya tidaklah penting, betul tidak?"
Berdiam ia sebentar lalu melanjutkan, begini
"Kisahnya terjadi kepada dua puluh tahun berselang,
waktu itu aku baru berusia enam belas tahun. Boleh dikata
aku baru saja menanjak dewasa. Tapi, dalam usia sebegitu
aku telah mengerti beberapa persoalan, Ayahku adalah
seorang rimba persilatan yang mempunyai nama dan
kedudukan baik, ia hanya mempunyai seorang anak
perempuan ialah diriku sendiri. oleh sebab itu ayah sangat
Cinta sekali padaku, ia memberikan pelajaran ilmu silat
padaku, bahkan untuk aku, ayah menerima seorang murid
lakllaki muda, jadi suhengku. Aku kata untuk aku, kau
mengerti bukan maksudnya" Dia adalah seorang muda
yang sangat pintar gagah dan jujur, ia sangat sayang padaku
dan selalu memperhatikan segala keperluanku, begitu juga
dia lekas mengerti apa saja kesulitanku. la memiliki suatu
perasaan hangat yang sangat aneh, rela berkorban diri asal
untuk aku. Tapi, dari sini juga mulainya kisahku ini. Benarbenar
Cinta itu sangat aneh, aku tidak jemu melihatnya,
tapi akupun tidak tahu kenapa aku tak suka dia. Aku tahu
ia memiliki banyak kebaikan, tapi tak tahu kenapa,
kebaikannya itu tidak menarik bagiku, jadi boleh dibilang
aku bergaul dengannya seperti dalam keadaan terpaksa.
Sehingga pada suatu saat, aku berkenalan dengan seorang
pemuda, aku baru merasa sebab apa aku tidak menyukai
suhengku itu. Kalau kuceritakan, mungkin kau bisa tertawa
kan aku. Aku tidak suka padanya sebenarnya ialah karena
ia terlalu jujur, terlalu banyak peraturan, sedikitpun tak
mengerti apa artinya romantis. Sebaliknya, pemuda yang
aku kenal itu, baik wajah, sikap. maupun pengetahuannya
boleh dibilang seimbang kalau mau dibanding-bandingkan
dengan suhengku. Tapi pemuda itu membuat aku tergilagila,
apa sebab" Sebabnya ia sangat lincah, sangat bebas,
tata bahasanya pun sangat menarik. . . .Kalau mau tahu
siapa pemuda itu" Inilah orangnya, pemuda yang sekarang
sedang kusulam Wajahnya. ouw, jangan terkejut dan heran,
ia benar-benar merupakan seorang yang sangat aneh. ASal
kau mau tahu bagaimana aku kenal dia, beginilah
ceritanya:. . . Pada suatu pagi di musim semi, waktup agi
hari itu aku sudah pergi dari rumah untuk mengejar-ngejar
seekor kupu-kupu yang indah Warnanya di atas gunung.
Kupu-kupu itu sangat licik, kukejar dia lama sekali masih
tak berhasil menangkapnya, yang menyebalkan ialah kalau
aku berhenti mengejar, ia juga berhenti, kalau kukejar lagi


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia berlari. Kemudian aku jadi kesal, kuambil sebuah batu
kecil lalu aku timpuk dia. Kupu-kupu itu jatuh, tetapi ketika
aku pungut, aku baru tahu bahwa ia sama sekali bukan
terluka karena timpukanku. sebab, di tubuhnya ada kulihat
sebatang jarum kecil menembusi perutnya,jadi kupu-kupu
itu sudah mati seketika itu juga
- Selagi aku merasa terheran- heran, seorang pemuda
yang sangat misteri tiba-tiba muncul dihadapanku. Ketika
pertama kali aku melihatnya, merasa sedikit takut. Sebab ia
sangat lincah dan tampan, bahkan mempunyai tubuh tegap
dan sangat menarik hati, semuanya itu tidak kudapatkan
barang kali untuk selamanya pada diri siapapun juga , tidak
pada suhengku. Waktu itu karena pikiranku gugup hingga
aku pura-pura marah, aku tanya dia kenapa dia bunuh
kupu-kupu itu" Penanyaanku dijawab olehnya sambil
tersenyum dan angkat pundak,
- Bukankah kamu mau dia mati"
- Tentu saja kujawab segera: Siapa kata" Aku cuma mau
melukainya saja. - Pemuda itu menimpali kata kataku: Mana mungkin
biSa" kau menggunakan batu untuk menimpuk sudah pasti
kupu-kupu itu akan hancur. Bukankah itu sangat sayang"
- Dengan cepat aku lalu membantah kata- katanya: Tak
mungkin bisa hancur tubuhnya
- Pemuda itu berkata sambil tersenyum: Jangan bohong,
memang aku tahu kau memiiiki kepandaian ilmu silat yang
tidak tercela tapi belum sampai waktunya kau dapat
membinasakan Kupu-kupu itu tanpa membikin hancur
tubuhnya - Aku jadi dongkol, maka kubalas kata-katanya dengan
sikap ketus: Jadi kau tidak pandang mata orang, heh"
- Pemuda itu tidak marah, ia berkata lagi: Tidak, apa
yang aku ucapkan adalah hal yang sebenarnya
- Semakin tambah dongkolku, maka kutantang dia. Kau
berani bertanding denganku"
- Pemuda itu menjawab dengan tenang: Mengapa tidak"
Tapi kalau kau kalah, tidak boleh menangis ya"
- Akhirnya jadi juga kami mengadakan pertandingan, ia
benar hebat, baru tiga empat jurus saja ia sudah
menjatuhkan aku. Seperti kataku tadi, waktu itu baru enam
belas tahun usiaku tidak tahan kalau tidak menangis.
Pemuda itu buru-buru minta maaf kepadaku, tapi aku tidak
menghiraukannya. Dalam keadaan begitulah aku ditinggal
pergi.. . .Hari kedua pagi-pagi, kembali aku pergi gunung
yang sama untuk pergi bermain. Aku diam-diam berkata
pada diriku sendiri, aku tidak akan mencari dia. Tetapi,
dalam otakku entah mengapa selalu memikirkan dia,
bahkan sudah mulai membayangkan mungkin ia juga sudah
datang ke gunung itu. Benar saja apa yang kupikirkan itu menjadi kenyataan,
begitu aku tiba diatas gunung aku lantas dapat melihatnya
yang sedang duduk di atas sebuah batu besar, dan sedang
memandangiku sambil tersenyum-senyum......
Selanjutnya kami lantas menjadi sahabat akrab, hampir
setiap hari kami bertemu diatas gunung itu. Usianya lebih
tua sepuluh tahun dariku. Ia juga memberitahukan alamat
kediamannya dan namanya, ia kata bertempat tinggal
disini... .ialah Lembah Kunci Besi di gunung Tay-pa-san
ini" Cin Hong yang mendengar sampai disitu tidak dapat
mengendalikan perasaannya, maka lalu membuka mulut
untuk memotong dan bertanya: "Siapa namanya?"
Perempuan itu berdiam agak lama, lalu berkata dengan
tenang: "Jikalau perlu, akan kuberitahukan nanti setelah habis
ceritaku, Toh masih belum terlambat bukan?"
Setelah itu ia lalu melanjutkan Ceritanya pula:
"Setelah kami berkenalan selama dua bulan lamanya,
pada suatu hari dia mengutarakan isi hatinya, dan katanya
hendak meminang diriku. Aku suruh dia ketemukan ayah,
dan dia bilang besok saja. Tapi, di hari kedua tiba-tiba
terjadi perobahan besar, ayahku dengan Cara mendadak
telah kedapatan mati di atas gunung. sebelum kematian
ayahku, dia rupanya sudah mendapat firaSat lebih dulu,
sebab dia pernah pesan padaku begini: Kapan saja kau
melihat ayahmu mati mendadak. kau bersama suhengmu
harus segera tinggalkan rumah tanggamu, pergilah sejauhjauhnya
dari tempat kediamanmu . , Ai, kau mungkin dapat
membayangkan sendiri, dalam usia semuda itu ditinggal
mati ayah, betapakah hebatnya penderitaan bathin seperti
itu, Waktu itu aku benar-benar sudah seperti orang gila.
Waktu pikiranKu masih gelap. suhengku membawa aku
berlalu dari kediamanku. Kami seolah-olah menyingkir dari
kejaran musuh, Sepanjang jalan kami harus beberapa kali
menukar pakaian dan menyamar melakukan perjalanan
enam hari enam malam terus menerus, akhirnya kami tiba
di gunung Hwee-kie-san dan bersembunyi disitu. Di luar
dugaanku pemuda itu pun ikut dan perlihatkan diri disitu,
dia menggunakan kesempatan selagi suhengku turun
gunung untuk membeli persedian bahan makanan,
menanyakan padaku apa sebetulnya yang telah terjadi,
Bahwa kematian ayah mungkin atas perbuatan jahat orang,
dia telah berjanji hendak menuntut balaskan, dan mencari
musuh ayah dan minta kepadaku supaya aku meninggalkan
suheng dan pergi bersama-sama dia. Permintaan gila itu
tentu saja lantas kutolak. Dengan cara bagaimara aku dapat
meninggilkan Suheng secara mendadak dalam keadaan
seperti itu " Maka kami masih tetap seperti dahulu kala,
mengadakan pergaulan dengannya di luar tahu suheng. Tak
lama kemudian, kembali ia menyatakan maksudnya
kepadaku, tapi aku tetap menolak. Aku sesungguhnya tak
tahu dan merasa berat sekali, dengan cara bagaimana aku
harus membuka mulut terhadap suheng. Karena ia terlalu
baik sekali terhadapku, maka aku jadi tidak tega kalau
menyaksikan ia menderita pukulan bathin atas
perbuatanku.. . .Beberapa lama kemudian, untuk ketiga
kalinya ia menyataktan maksudnya. Ketika aku masih
dalam keadaan ragu-ragu, ia telah menangkap Cintaku.
Aaaa, ia sebetulnya terlalu gila-gilaan, adatnya juga
menunjukkan kekerasan hatinya. Mendadak ia jadi seperti
binatang liar yang sedang marah.. . . .
Untuk Selanjutnya kami lantas liwatkan penghidupan
bahagia yang wajar diluar tahu suhengku. Pada suatu hari,
aku bersama suhengku sedang melatih ilmu pedang, aku
telah kehabisan tenaga dan jatuh, suheng lalu pondong
diriku, pada saat itulah ia muncul. Ini mungkin sudah
diatur oleh nasib, sebab itu adalah untuk pertama kalinya ia
berhadapan dengan suheng. Ketika ia melihat aku
dipondong oleh suheng, ia merasa begitu rupa kepadaku,
dan hampir saja aku dibunuhnya. Ia memaki-maki diriku,
mengatakan aku tidak mau meninggalkan suheng lantaran
dianggapnya ada mempunyi perhubungan gelap. aku tidak
diberikan kesempatan sedikitpun juga untuk memberikan
penjelasan, ia lantas pergi, pergi jauh dan untuk selamalamanya......
Suhengku tidak marah, ia pondong aku kembali
kerumah, ia kata bahwa ia sudah tahu segala-galanya
tentang kami, ia bersedia untuk mencarikan ia supaya
kembali, bahkan berkata apabila ia tidak kembali, ia malah
mengusulkan Supaya aku menunggu setelah melahirkan
anak baru turun gunung mencarinya. Demikianlah, Suheng
juga pergi meninggalkan aku seorang diri diatas gunung
sampai aku melahirkan seorang arak laki-laki mereka
berdua semua tidak kembali......
Aku tidak menunggu sampai anakku berusia satu bulan
aku sudah berbenah dan turun gunung maksudku hendak
mencari dia. Sudah direncanakan, hendak berkunjung
kegunung Tay-pa-San- Tak disangka-sangka baru
menyebrang sungai ciang-tang-kang, telah mengalami nasib
buruk. Kapal yang kutumpangi terbalik dan karam. Tapi,
aku masih ingat sewaktu kami ibu dan anak tenggelam,
anakku ditarik oleh seorang laki-laki setengah umur, aku
sendiri telah terlempar oleh gelombang air hingga beberapa
pal jauhnya. Masih untung bagiku, waktu itu aku ditolong
oleh seorang nelayan. Tapi, aku sudah tidak bisa
menemukan anakku. Aku menggunakan Waktu dua tahun
mencari-cari anakku kemana-mana, tidak juga menemukan
terpaksa pergi kegunung Tay-pa-san ini untuk mencari dia.
Tapi dia juga sudah lama tidak berdiam disini. Aku pergi
kemana-mana, juga tidak menemukan kemudian dengan
tidak disengaja aku mendapat suatu akal, karena dengan
mendadak aku ingat mungkin ia pada suatu hari bisa
kembali kegunung Tay-pa San maka aku lalu mengambil
keputusan kembali disini untuk menantikan kedatangannya.
Dua belas tahun berselang. Penguasa rumah penjara rimba
persilatan yang sekarang telah tiba ditempat ini dan
membangun rumah penjaranya, ia melihat keadaanku yang
patut dikasihani, maka mengijinkan aku tinggal terus
ditempat ini.. . . .Inilah seluruh kisah yang menyangkut
diriku, kisah ini hanya merupakan suatu kisah Cinta pribadi
seseorang, tidak ada bagian yang menarik juga tidak ada
yang memberikan kesan dalam bagi orang lain, setelah kau
mendengar kisah ini, mungkin kau bisa merasa kecewa.
Tapi yang kutahu jelas, bagaimanapun juga toh aku sudah
memenuhi perasaanmu yang tertarik dan merasa heran-
Bukankah begitu?" Namun Cin Hong yang mendengarkan sudah sejak tadi
tergoncang hebat jantungnya, ia berusaha sekuat tenaga
untuk menindas perasaannya hingga mendengarkan
kisahnya sampai habis, setelah ditanya demikian, ia tidak
dapat menahan lagi mengucurnya air mata,
dengan air mata berlinang-linang ia berkata dengan suara
keras. "Siapa dia " Siapa dia " Siapakah dia itu?"
Mata perempuan itu juga sudah basah digenangi air
mata, dengan perasaan tegang menatap wajah Cin Hong,
kemudian baru menjawab: "Dia bernama Kim Hong "
Cin Hong membuka lebar matanya dan berseru:
"Apakah kau adalah . . .anak perempuan tetua partay
oey san-pay Suma Cin yang bernama Suma Siu Khim?"
Air mata perempuan itu mengalir semakin deras, ia
bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kedepan Cin
Hong lalu mengulurkan tangannya dan meraba-raba leher
anak muda itu, lalu berkata dengan suara tergetar:
"Tidak ada kunci emasnya yang berukiran huruf Liong.
Kau tidak mempunyai kunci-kunci serupa itu . , . . "
Cin Hong buru-buru mengeluarkan anak kunci berukiran
huruf Liong bersama rantai emasnya dan diberikan kepada
perempuan itu kemudian berlutut dihadapannya.
Suma siu Khim menjadi seperti orang kalap menubruk
Cin Hong dan memeluknya ia memeluk erat-erat, kedua
orang itu dalam waktu sekejap mata kemudian pada saling
berpelukan dan menangis dengan amat sedihnya. . .
"Aaaaaa ibu... Kau ibu... Kau adalah ibuku" demikian
kata- kata itu akhirnya terCetus juga dari mulut Cin Hong.
"Ya, anakku yang kukasihani, dugaan Penguasa rumah
penjara rimba persilatan ternyata tidak salah, kau benarbenar
adalah anakku...," "ibu, ibu......."
"Anak......" Hari itu keadaan seperti biasa, tiada ada orang datang
menantang pertandingan, tiada orang merasakan bahwa
keadaan itu ada perbedaan apa dengan hari-hari biasa juga
tiada orang tahu bahwa didalam rumah Penjara rimba
persilatan itu sudah terjadi suatu kejadian yang tidak biasa
Akan tetapi ketika sinar matahari sudah menyilam
seluruhnya keufuk barat satu kejadian lain yang tidak biasa
telah terjadi lagi. Dengan tiba tiba, suara bunyi tanda telah nyaring, satu
tanda bahwa telah datang pula orang yang menantang
mengadakan pertandingan- Suara tanda itu menggema diseluruh rumah penjara juga
sudah masuk kedalam kamar tidur Suma Siu Khim.
"Hong-jie, kau pergi melihat, ada orang yang datang
menantang pertandingan lagi" demikian Suma Siu Khim
telah berkata kepada anaknya.
"Perduli apa dengan itu, ibu aku hendak bicara lagi
denganmu." "Anak bodoh, hari masih banyak, apa kau takut kau
tidak ada. waktu untuk bicara lagi denganku?"
"Tetapi pertandingsn itu ada apa yang patut disaksikan"
Bukan hanya satu dua jurus saja sudah terpukul jatuh oleh
penguasa rumah penjara......."
Waktu itu dengan mendadak bunyi tambur itu berbunyi
nyaring untuk kedua kalinya....
"Aaaa Ada dua orang yang datang menantang, anak.
lekas kau pergi lihat?"
"Sudahlah, ibu, ibu beritahukan dulu kepada anak,
PenguaSa rumah penjara itu seorang bagaimana
wataknya?" "Aih, ibumu sendiri juga kurang jelas...."
Tiba-tiba terdengar pula untuk ketiga kalinya suara
tambur, tanda ada orang datang menantang.
"Aaaa orang ketiga datang lagi. lekas pergi lihat"
"Baiklah, tetapi jangan tergesa-gesa, ibu, ibu berdiam
disini sudah dua puluh tahun lamanya, bagaimana tidak
tahu siapakah orangnya PenguaSa Rumah Penjara ini?"
"Ini disebabkan ibumujarang sekali bertemu muka
dengannya, haa. . . ."
Kembali terdengar suara tambur, ini adalah untuk ke
empat kalinya. "Heran, hari ini bagaimana ada demikian banyak orang
datang menantang" Anak. lekas kau pergi melihat"
"Benar-benar sangat menjemukan ibu, cobalah ibu
katakan, apa sebab Penguasa Rumah penjara itu
mendirikan rumah penjara ditempat ini?"
"Entahlah, ibu juga pernah bertanya padanya tetapi ia
mengatakan ada sesuatu sebab, sekarang kau pergi lihat
dulu......heee" Kembali terdengar suara tambur.
"Sudah lima orang yang datang menantang Haa,
PengUasa Rumah Penjara hari ini akan repot benar-benar"


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Anak jangan berkata yang buKan-bukan"
"Ya, ibu. Mungkin besok pagi kita berlalu dari sini,
sukakah ibu bersama-sama saja pergi mencari ayah?"
Kembali terdengar suara tambur untuk ke-enam kalinya.
"Ya Allah, Sudah enam orang yang datang menantang
hari ini bagaimana bila demikian banyak orang datang ?"
"Mungkin masih ada, biarlah kita menunggu lagi, ibu,
sukakah ibu besok kita meninggalkan tempat ini ?"
"Tidak Ibumu tidak akan meninggalkan tempat ini untuk
selama-lamanya " "Kenapa ?" Saat itu terdengar pula suara bunyi tambur, inilah yang
untuk ketujuh kalinya. "Sudah tujuh orang, anak sebabnya ibumu tidak mau
meninggalkan tempat ini, ialah hendak menantikan
kedatangan ayahmu untuk menyambut aku "
"Akan tetapi dengan cara bagaimana ayah bisa tahu ibu
tinggal disini menantikan kedatangannya "
Suara tambur terdengar pula inilah yang untuk
kedelapan kalinya, "Kedelapan . . .hem,jikalau ayahmu taktahu ibumu
berada disini, aku tidak percaya "
"Itu apa sebabnya?"
Saat itu terdengar pula suara tambur berbunyi. . . .
"Ah, yang Kesembilan....... sebab, anak.....sebab dia
dahulu memang berdiam di lembah kunci besi gunung Taypa-
san ini, sekarang tempat ini sudah diduduki oleh
Penguasa Rumah Penjara, setidak-tidaknya ia juga harus
datang untuk menantang bertanding."
Kembali terdengar suara tambur yang amat nyaring.
"ouW yang kesepuluh....... hari ini keadaan ada sedikit
aneh, lekas kau pergi melihat apa-apa saja orang yang
datang menantang itu"
"Tunggu lagi sebentar, ibu, apakah kepandaian ilmu silat
ayahku tinggi" Apakah didalam rimba persilatan ayah
mempUnyai nama baik?"
"Menurut ibumu, kepandaian ilmu silatnya masih lebih
tinggi dari kakekmu, akan tetapi dahulu ketika ayahmu
pergi mencari keterangan didalam rimba persilatan
semuanya selalu mengatakan belum pernah mendengar
seorang yang bernama Kim Hoong itu....."
Sementara itu, sudah terdengar lagi suara tambur
berbunyi. "inilah yang kesebelas kalinya......ibu mungkinkah ayah
itu menggunakan nama palsu untuk menipu ibu?"
"Tidak bisa Aku duga ia masih mengandung perasaan
salah paham terhadap ibumu, cobalah kau katakan dengan
sejujurnya, apakah ibumu harus mencari dia, ataukah dia
yang harus mencari ibumu?"
"Sudah tentu ayah yang harus mencari ibu"
Terdengar pula suara tambur Untuk kedua belas kalinya.
"Kedua belas kali..... maka itu, anak maka ibumu sudah
bersumpah tidak akan meninggalkan tempat ini, hendak
menunggu terus hingga ia datang menyambut aku,
kecuali.......kecuali apabila ibumu mendapat kenyataan
bahwa ia sebetulnya sudah meninggal"
"Haaa, oya ibu, waktu anak bertemu muka dengan
seorang yang menamakan diri Tamu tidak diundang dari
luar daerah yang tulen, ia pernah mendengar nama anak
Cin Hong di anggapnya sebagai Kim Hong, dari sini dapat
diduga bahwa ia pasti mengetahui diri ayah"
"Benarkah?" "Benar Di lain hari anak akan mencari Tamu tak
diundang dari luar daerah yang tulen untuk mencari
keterangan tentang jejak ayah, kemudian anak akan
mencari ayah lebih dulu, dan anak pasti akan
menangkapnya untuk aku bawa kesini"
"Baiklah, sekarang, tambur itu sudah tidak berbunyi lagi,
lekas kau pergi melihat"
"Baik Apakah ibu tidak suka turut keluar untuk melihat"
"Tidak, ibumu selamanya tidak menghiraukan soal-soal
demikian" "Kalau begitu anak juga malaS untuk melihat, anak akan
mengawani ibu untuk mengobrol disini"
"Tidak boleh Kau harus melihat, sekarang lekas kau
pergi lihat " Cin Hong yang sekarang seharusnya di rubah menjadi
she Kim, menjadi bernama Kim Hong.
Dengan sangat girang ia keluar kamar ibunya, seCepat
kilat meninggalkan lorong yang panjang, lari turun dari
tangga batu, ketika ia tiba dikamar tamu rumah penjara, ia
menonton melalui lobang jendela dikamar tamu itu.
Pandangan matanya ditujukan keatas tujuh senar yang
terbuat dari kawat besar, tampak diseberang sungai diatas
panggung ada berdiri sebaris yang terdiri dari dua belas
orang tua. Terpisah dengannya hanya enam tujuh belas tombak
saja, maka masih dapat menyaksikan dengan jelas bahwa
mereka itu terdiri dari seorang perempUan tua, dua paderi
tiga imam dan enam orang biasa, diantara ia masih
mengenali tujuh orang. dan tujuh orang itu adalah:
Tie-keng Taysu ketua partay Siao-lim-pay, ceng-hong
Cinjin ketua partay Bu-tong.
Thay-hie Tiong keua partay cong-lam.
Yu Hong liong ketua partay Hoa-san-pay.
Jie cek Bun ketua partay Kong-thong-pay.
Yap It ciu ketua partay Lam-hay-pay.
ciang Thay Peng wakilpejabat ketua partay oey-san-pay.
Lima orang yang lainnya meskipun la belum pernah
bertemu muka, tetapi karena bersama-sama ketujuh orang
yang semuanya berkedudukan sebagai ketua partay, dapat
diduga mereka tentunya adalah:
Leng-sim Sangjin ketua partay Ngo-bie-pay.
Pek-cui Cinjin ketua partay Kun-lun-pay.
Lu Pa Kong ketua partay Thian-Shia-pay.
Kam Giok Thian ketua partay clong-lay-pay.
Tong-hong Jie Nio ketua partay Swat-san-pay.
Sungguh aneh, dua belas partai besar pada dewasa itu,
dengan mendadak telah muncul dirumah penjara rimba
persilatan untuk menantang pertandingan, ini adalah
merupakan peristiwa terbesar selama didirikannya rumah
penjara itu. Apa sebab mereka datang semua untuk mengadakan
tantangan pertandingan"
pada waktu Cin Hong berada digereja Siao-lim-sie.
pernah dengar kata ketua partay Hoa-san-pay, bahwa ia ada
mempunyai suatu rencana yang dapat menolong Keluar
anak dewa persilatan kakek gelandangan Kiat Hian, apakah
yang dimaksudkan rencana itu ialah menantang penguasa
rumah penjara dengan dua belas ketua berbareng ini?"
APABILA benar demikian halnya, ini benar-benar
merupakan suatu rencana kosong. Mereka toh tidak bisa
turan tangan dengan berbareng" Tetapi diantara dua belas
ketua partay, Siapa orangnya yang sanggup menyambut
serangan Penguasa Rumah penjara hingga sepuluh jurus"
Sekalipun ada yang sanggup sampai sepuluh jurus itupun
juga hanya dapat menolong keluar tawanan-tawanan yang
berada dalam kamar tahanan golongan naga dan ular,
bagaimana Penguasa Rumah Penjara mau membebaskan
seorang tawanan istimewa seperti kakek gelandangan itu "
Cin Hong selagi masih belum habis mengerti
memikirkan hal itu tiba-tiba bahunya ada orang yang
menepok perlahan, ketika ia berpaling, Penguasa Rumah
Penjara sudah berada dibelakang dirinya.
Penguasa itu dengan pandangan mata ditujukan keluar
jendela, bertanya dengan nada suara tenang. "Sudah
ketemu dengan nona Siu Khim?"
Kim Hong menganggukkan kepala dan berkata, "Sudah,
kalau kuberitahukan padamu, mungkin kau akan terkejut.
ia adalah ibuku " Tetapi penguasa rumah penjara yang mendengar ucapan
itu sedikitpun tidak menunjukan sikap terkejut, bahkan
tertawa dan berkata "Apa yang dibuat bangga" Sudah lama aku dapat
menebak sebagian" "Berdasar atas apa kau bisa menebak bahwa dia adalah
ibuku?" bertanya Cin Hong heran-
"Sekarang aku tak ada waktu untuk menjawab
pertanyaanmu ini, tunggu setelah aku masukkan penjara
satu persatu dua belas orang yang datang menantang itu,
aku akan mempelajari soal bagaimana menolong muridku"
Sehabis berkata demikian, ia lompat melesat melalui
lubang jendela, dan melayang turun diatas senar besar itu.
Baru ia melayang turun diatas senar kawat besi, lalu
bergerak dan berdiri dibagian tengah senar besi itu, setelah
itu ia baru bertanya kepada para ketua, "siapakah yang akan
maju lebih dahulu?" Dari pihak penantang, tampak ketua partay Soat-san-pay
Tong-hong Jie Nio yang keluar dan sudah melesat keatas
senar besi itu. Dia adalah seorang nenek yang usianya
sudah lanjut dan bertubuh terokmok, meskipun demikian,
gerakannya masih gesit dan lincah sekali, melesat setinggi
tiga tombak seolah-olah bukan berarti apa- apa buat dia.
Ia berdiri tegak diatas senar besi, dengan tangan kiri
menolak pinggang tangan kanannya menuding penguasa
rumah penjara sedang mulutnya berkata dengan suara
galak: "Kau penguasa rumah penjara rimba persilatan, sudah
terlalu banyak sekali melakukan kejahatan, hari ini aku
sengaja datang dari gunung Soat-san yang jauh, hanya
untuk memberi pelajaran kepadamu lekas kau kemari untuk
menerima gebukkan" Penguasa rumah penjara hanya mengeluarkan suara dari
hidung, ujung kaki kirinya menggait senar, hingga
menimbulkan suara mengaung, suara itu nyaring mengalun
jauh lama tidak berhenti.
Sungguh aneh, Tong-hong Jie Nio juga turut tergetar
dengan getaran suara senar tadi, ternyata, suara getaran itu
bisa menimbulkan perasaan gatal bagi orang yang
mendengarkan, maka saat itu wajahnya segera berubah dan
secepat kilat lompat kesenar yang lain, kembali ia membuka
mulut dan memaki-maki: "Kau setan pejajaran, kalau mau berkelahi lekas turun
tangan, jangan menggunakan ilmu hitam atau ilmu gaib
segala untuk menjatuhkan lawan"
Penguasa rumah penjara tetap tidak mau menghiraukan,
secepat kilat sudah lompat dan berdiri disenar itu, kembali
kaki kanannya menggaet, dan terdengar pula suara getaran
dari senar itu. Kali ini lebih hebat dari pada yang pertama, hingga
Tong-hong Jie Nio tak dapat berdiri tegak. buru-buru
lompat meleset kelain senar, sedang mulutnya terus
memaki-maki: "Pui Setan, kau menggunakan ilmu gaib semula kukira
kau memiliki kepandaian yang benar-benar, ternyata hanya
menggunakan ilmu untuk mencundangi lawan-lawanmu.
pui apa kau kira aku juga takut gatal" Aku justeru tak
takut.....aya" Penguasa rumah penjara dengan mendadak melesat dan
terbang mengitari dirinya dengan dalam waktu sekejap
mata dengan beruntun sudah menyentuh tujuh batang senar
besi itu, hingga seperti terdengar suara dimedan
pertempuran. Tong-hong Jie Nio yang tak menduga- duga
tubuhnya lalu miring, hampir saja terjatuh ke bawah
lembah, hingga ia mengeluarkan suara jeritan kaget seperti
diatas tadi, Sebetulnya ia juga tahu benar bahwa suara senar yang
ditimbulkan oleh penguasa rumah penjara rimba persilatan
itu hebat sekali, maka ia tak berani memaki lagi, dengan
mengerahKan seluruh kepandaiannya untuk menghadapi
lawan luar biasa ini, dengan mengendalikan kegesitan dan
kelincahan tubuhnya, ia lompat kesana kemari, untuk
menghindarkan serangan aneh dari lawannya,
Suara terpentiknya senar besi dengan ujung kaki
penguasa rumah penjara itu semakin gencar, hingga
menimbulkan perasaan bagi lawan-lawannya seperti sedang
dimedan perang, membuat hati berdebaran dan perasaan
tegang. Sebelas orang ketua partay pada duduk di tempat
masing-masing dilain seberang, semua pada bersemedhi
untuk melawan suara hebat itu.
Kim Hong yang berada diruangan tamu juga merasa
terkena pengaruhnya suara itu, hingga perasaannya menjadi
tidak tenang, dan akhirnya jatuh dilantai ruangan tamu.
Entah berapa telah berlalu, suara senar itu mendadak
berhenti, Penguasa rumah penjara dengan gerakannya yang
gesit sekali sudah berada dihadapan Tong-hong Jie Nio dan
menepuk padanya dengan sangat perlahan.
Waktu itu pikiran dan perasaan Tong-hong Jie Nlo
sudah lama kabur, melihat tangan penguasa rumah penjara
datang hendak menepok, dengan sendirinya mengangkat
tangan untuk menyambut, akan tetapi baru saja tangannya
diangkat dengan mendadak merasakan bahwa dari
depannya ada satu kekuatan tenaga yang sangat hebat, dan
yang tidak terwujud telah menggempur dirinya bagaikan
gelombang air laut, sedang serangan yang dilancarkan oleh
kekuatan tenaganya sendiri seperti tetesan air hujan yang
jatuh diair laut, sedikitpun tidak ada gunanya, sebaiknya
tubuhnya sudah terangkat tinggi dan terbang keudara oleh
kekuatan tenaga lawannya lagi.
Tong-hong Jie Nlo mengeluarkan suara pekikan nyaring,
kedua lengannya melakukan gerakan jumpalitan kemudian
dengan mendadak melesat dan bagaikan gerakan burung
walet terbang melayang keatas senar yang berada diujung
paling kanan. Penguasa rumah penjara terus mengejar, kembali
melancarkan serangannya yang ringan seolah-olah ilmu
pukulan Thay- kek- koen. Tong-hong Jie Nio menggeram, kedua tangannya
bergerak dengan berbareng tapi sesaat kemudian sudah


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mundur lagi dan lompat yang kesenar yang kedua.
Tak ia sangka baru kedua kakinya yang melesat dari
senar yang diinjak. Penguasa rumah penjara sudah bergerak
melayang menyerang dengan tangan kirinya, Serangan itu
mengancam pinggangnya, sehingga tubuh Tong-hong Jie
Nlo yang gemuk terokmok bagaikan bola menggelinding
terjatuh kebawah. Baru saja ia jatuh dari senar ketua partay Kiong-lay-pay
Kam Giok Thian sudah melesat keatas senar, tanpa banyak
bicara, tangan dan kakinya sudah bergerak berbareng
menyerang penguasa rumah penjara.
Penguasa rumah penjara dig anda dengan ketawa,
tubuhnya memutar cepat balas menyerang dengan satu
tangan, namun sudah berhasil menahan serangan ketua
partay Kiong-lay. Kam Giok Thian mundur sebentar, tapi sudah maju lagi,
kedua tangannya diputar bagaikan kitiran sedang dua
kakinya melakukan tendangan dengan beruntun, mulutnya
berteriakkan: "Kalau kau tidak menyentil senar setidaktidaknya
aku bisa menjadi penghuni dikamar golongan
naga " Penguasa rumah penjara dengan gikapnya tidak berubah,
menyambar kaki tangan lawannya dengan tangan kanan,
sementara mulutnya berkata sambil tertawa besar "Baik Ini
jurus kedua" Kam Giok Thian kembali terdesak mundur selagi hendak
maju lagi, penguasa rumah penjara mendadak
mengeluarkan suara pekikan nyaring tubuhnya bergerak
menyerbu tangan kirinya melancarkan serangan bagaikan
kilat cepatnya, serangan itu ditujukan kebahu kiri Kam
Giok Thian. Serangan itu benar-benar luar biasa cepatnya, walaupun
Kam Giok Thian juga dapat berobah posisinya dengan
cepat, tetapi selagi ia miringkan pundaknya untuk
mengelak, namun sudah tidak keburu bahu kirinya
kesambar serangan penguasa rumah penjara hingga saat
tubuhnya miring kebelakang, kakinya tidak berhasil
pertahankan kudanya hingga terhuyung-huyung jatuh dari
atas senar. Tetapi kedua tangan Kam Giok Thian luar biasa
gesitnya, dengan satu gerakan yang sangat cekatan, ia
berhasil menyambar senar besi itu, setelah itu ia memutar
dan secepat kilat melesat kesenar yang lain-
Tetapi penguasa rumah penjara tidak memberikan
kesempatan padanya untuk berdiri tegak. darijauh
melancarkan serangan kepada senar yang diinjak oleh kaki
Kam Giok Thian, sementara mulutnya berkata: "Ini jurus
ketiga, lompatlah" Kam Giok Thian tak berdaya, sebab saat itu kecuali
melompat untuk mengelakkan serangan lawannya, sudah
tak ada jalan lain lagi. maka terpaksa ia melompat juga .
Penguasa rumah penjara menggunakan kesempatan itu
menyerang dari samping, sementara mulutnya berkata
sambil tertawa terbahak-bahak: "Jurus keempat, turun"
Kam Giok Thian mengeluarkan suara aneh tubuhnya
melayang turun kadalam lembah
Ketua partay Thian-shia-pay Lu Pa Kong adalah orang
ketiga yang melayang keatas senar. ia menggunakan sebilah
pedang, seperti juga dengan Kam Giok Thian, begitu
berada diatas senar, sudah lantas menyerang dengan
pedangnja. dengan berbagai gerak tipu, menikam,
membabat, membacok menyontek sekaligus sudah
melancarkan lima enam kali serangan, setiap serangannya
dilakukan dengan aneh dan ganas sekali.
Penguasa rumah penjara yang menghadapi serangan
demikian gencarnya dan ganas, terpaksa mengelak kekanan
kekiri dengan sikap luar biasa tenangnya, dan ia
menantikan hingga Lu Pa Kong menghabiskan
serangannya, secepat kilat sudah maju menyerbu sambil
membentak: "Kau juga harus coba sambuti lima kali seranganku"
Setelah itu, tangan kanannya bergerak sesaat kemudian
tangan itu seolah-olah berubah menjadi ribuan banyaknya,
hingga dalam waktu sekejap mata, Lu Pa Kong sekujur
tubuhnya sudah terkurung oleh bayangan tangan Penguasa
Rumah Penjara, terpaksa ia harus mundur dalam keadaan
kekalutan. Sementara itu, ketua partay Kun-lun-pay, Pekscui Cinjin,
sudah lompat melesat keatas senar dengan menggunakan
senjata kebutannya, menyapu mUka penguasa rumah
penjara. Dengon lengan jubahnya Penguasa Rumah Penjara
menyambut serangan kebutan tadi, ternyata sudah berhasil
mendesak ketua Kun-lun-pay menarik kembali serangannya
dan lompat mundur setombak lebih.
Kim Hong semakin menonton semakin keCewa, ia pikir
para ketua partay ini benar-benar hanya mempunyai
kegagahan tapi tidak mempunyai akal, mereka toh sudah
tahu tidak dapat melawan, namun masih satu persatu naik
keatas untuk melawan, pertempuran semaCam itu, apa
artinya untuk ditonton" Ada lebih baik kalau kembali
kekamar ibunya untuk mengobrol.
Setelah berpikir demikian, ia memutar tubuh dan berlari
menuju kekamar enam, baru saja tiba dari depan pintu,
tampak Tay-giam-ong sudah berdiri diambang pintU,
tubuhnya yang gemuk. sudah menutupi pintu itu.
Kim Hong menjura padanya dan berkata: "Tay-giam-ong
numpang jalan" "Mau kemana?" bertanya Tay-giam-ong.
"Aku hendak pergi menemui ibuku... nona... Siu Khim
itu adalah ibuku" "Aku sudah dengar" ia berkata, "akan tetapi kau tadi toh
baru bertemu muka dengannya apa perlunya kau ngerecok
lagi?" berkata Tay-giam ong marah.
"ibu dan anak yang baru bertemu dan sudah bicara
mengobrol mengapa dikatakan mengerecok?" bertanya Kim
hong heran- Wajah Tay-giam-ong unjukkan senyumnya, ia berkata
sambil menganggukkan kepala:
"Taruhlah tidak menggerecok. itu juga tidak perlu terus
menerus didampingi ibunya, apakah kau masih perlu
menetek ?" Dengan wajah merah Kim Hong menjawab: "Tay-giamong
jangan menggoda kami ibu dan anak baru saja bertemu
muka setelah beberapa lama menghilang, sudah tentu
banyak kata-kata hendak diucapkan...."
"Kalau kau benar anak nona Siu Khim, biar bagaimana
toh terhitung orang dalam rumah penjara ini, ng....apa kau
bisa main catur ?" Kim Hong tercengang, jawabnya sambil menganggukkan
kepala: "Mengerti sedikit kenapa ?"
"Sudah lama aku tidak main catur, tanganku sangat
gatal, kawani aku bermain sepapan saja, kemudian aku
akan ijinkan kau pergi menemui ibumu lagi "
Agak merasa berat Kim Hong menjawab: "Tay-giam-ong
hendak main catur, lain hari aku kawani main berapa saja
kau suka akan kulayani, bagaimana kalau hari ini kau
izinkan aku melihat ibuku dulu?"
"Tidak bisa Tanganku sudah gatal, kalau dalam keadaan
demikian aku sudah tak mengenal sanak saudara lagi, kalau
kau tidak mengawani aku main, jangan harap kau bisa
masuk" Dalam hati Kim Hong sangat mendongkol tetapi ia tak
berani bertindak terpaksa berkata sambil menghela napas:
"Baiklah, kalau kau hendak main catur lekaslah dimana
kita main?" "Kita main saja didalam kamar yang dahulu pernah kau
pakai sebagai kamar tidur"
Keduanya lalu berjalan masuk kepintu sebelah kiri,
setelah melalui lorong panjang, tiba dikamar tidur nomor
lima, mereka lalu masuk kedalam dan mulailah melakukan
permainan caturnya. Tay-giam-ong permainan caturnya ternyata sangat
lambat, tiap kali hendak meletakkan biji caturnya, selalu
dipikir lama sekali, bahkan kadang-kadang harus
menggerutu segala. Kim Hong yang menyaksikan permainan lambat dari
Tay-giam-ong itu, diam diam terkejut, ia pikir apabila
menunggu sampai habis permainan caturnya, bukankah
harus main semalam suntuk"
"Hei, Tay-giam-ong Harap main lekas sedikit bolehkah?"
demikian akhirnya ia mendesak.
"Jangan keburu nafsu, kalau main lambat baru ada
artinya, beng...." demikian jawaban tenang.
"Aiii, main seperti cara demikian, harus menggunakan
waktu beberapa lama baru selesai?"
"Jangan kesusu, perlahan-lahan baru ada artinya,
heng...." demikian ia mengulang ucapannya.
Kim Hong diam- diam menghela napas, terpaksa purapura
tidur sedang telinganya samar-samar terdengar suara
saling bentak dari medan pertempursn, "entah berapa orang
lagi yang terjatuh dilembah ?"
Tay-giam-ong mengira Kim Hong tidur benar-benar, ia
mendorongnya dan berkata: "Hei, jangan tidur, mengapa
kau tidak mengerti aturan ?"
Kim Hong buru-buru membuka mata dan melanjutkan
permainannya katanya sambil tersenyum:
"Aku tidak tidur, aku sedang memikirkan apa sebab para
ketua partai itu tidak pergi menantang kerumah penjara
rimba persilatan yang baru digunung Bu San ?"
"Kau ngoceh, rumah penjara digunung Tay-pa-san inilah
baru yang tulen, siapa yang ingin menantang bertanding
harus datang kesini"
"Ini bukan soal tulen atau tidak tulen bukan soal merek
lama atau merek baru, setiap orang rimba persilatan yang
datang kerumah penjara gunung Tay-pa-san ini menantang
pertandingan selalu disebabkan lantaran ingin mendapat
nama harum, sekarang aku pikir daripada kita tertawan
lantaran ingin mendapat nama harum, ada lebih baik kalau
tertawan lantaran membela kebenaran dan keadilan, itulah
yang baru ada artinya "
Tay-giam ong tidak bisa menjawab. dengan perasaan
mendongkol berkata: "Sudah jangan banyak omong lagi
Sekarang waktunya main catur "
Baru saja habis berkata pintu telah terbuka, Penguasa
rumah penjara rimba persilatan dengan sikap tenang
berjalan masuk. Tay-giam-ong begitu melihat Penguasa rumah penjara
masuk kekamarnya buru-buru bangkit dan berkata sambil
tertawa: "Apakah dua belas ketua partay itu sudah jatuh semua?"
Penguasa rumah penjara rimba persilatan hanya
menyahut: "ng" mengambil sebuah kursi dan duduk, suatu
tanda bahwa ia hendak melanjutkan permainan catur itu,
kemudian berkata: "Dua belas orang ketua partai dengan mendadak datang
menantang bertanding secara berbareng, urusan ini agak
aneh, selama beberapa hari ini kau perhatikan mereka dan
perintahkan kepada cicng Keng Tong untuk sementara
jangan suruh mereka turut bekerja menempa emas"
"Aku sekarang akan pergi melihat, apakah laucu ada
kegembiraan untuk melanjutkan permainan catur ini?"
berkata Tay-giam-ong. Penguasa rumah penjara menganggukkan kepala dan
Tay-giam-ong lantas meninggalkan kamar tidur itu.
Kim Hong menggunakan kesempatan itu telah
membuyarkan caturnya, setelah itu bangkit dan berkata
sambil memberi hormat, "Kita tak usah main catur lagi, aku lebih dulu kuucapkan
selamat kepadamu, kemudian aku masih ada suatu
permintaan-..." "Terima kasih apa?" bertanya penguasa rumah penjara
rimba persilatan dengan sikapnya yang tetap dingin.
"ibuku selama sepuluh tahun lebih berada disini, maka
kuucapkan terima kasih atas kebaikanmu yang sudah
memberi tempat dan hidup kepadanya, hal ini maka aku
toh tidak boleh tidak ia menyatakan terima kasih ku
kepadamu?" "Kau masih ada mempunyai permintaan lain apa lagi?"
"Aku tahu kau hendak berunding soal menolong
muridmu itu kepadaku, urusan ini bolehkah kita bicarakan
besok pagi saja, berikanlah izin aku lebih dulu untuk
menemui ibuku, kemudian aku masih akan pergi kekamar
tawa nan naga dan ular untuk memberitahukan berita ini
kepada SUhu dan sumoayku."
"Jangan buru-buru, aku hanya hendak menanya kau dua
patah" berkata Penguasa rumah penjara dengan suara
lemah lembut. "Dua patah kata apa ?"
"Kesatu: Kau sudah berjanji hendak menolong Sian-jie,
apakah kau menyesal ?"
"Bagaimana aku menyesal" Hanya sekarang ini aku
merasa agak sulit......."
"Mengapa sulit ?"
"Untuk menolong muridmu, merupakan suatu hal yang
tidak boleh ditunda lagi, akan tapi, aku masih perlu hendak
mencari ayahku kemana-mana supaya ia datang, apabila
aku pergi kegunung Bu San lebih dahulu, pergi menantang
pertandingan apabila aku tidak sanggup melawan dan harus
dipenjarakan ini bukankah aku tidak dapat pergi mencari
ayahku ?" PenguaSa rumah penjara itu perdengarkan suara
tertawanya dua kali, kemudian berkata:
"Inilah soal kedua yang aku hendak tanyakan kepadamu,
apabila kau suka mempelajari ilmu kepandaianku, aku
jamin kau pasti dapat menolong Sian-jie keluar dari rumah
penjara" Kim Hong menganggukkan kepala dan berkata:
"Baik, aku terima baik permintaanmu. Sekarang biarlah
aku pergi menengok ibuku lebih dulu, bagaimana ?"


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa kau tidak pergi menengok suhumu lebih dulu,
kembalinya dari sana kau boleh saja mengobrol dengan
ibumu semalam suntuk"
Kim Hong pikir itu juga benar, maka ia lalu keluar dari
kamar, secepat kilat sudah lari menuju kekamar tawanan
suhunya dan sumoaynya, untuk memberitahukan tentang
pertemuan dengan ibunya. setelah itu ia lari menjumpai Injie."
Yo in in waktu itu sudah kembali kekamarnya, mendapat
kabar bahwa Kim Hong sudah berhasil menemukan ibunya,
merasa girang, juga merasa tegang perasaannya, katanya:
"Apakah itu benar" Bagaimana rupanya ibumu itu ?"
Kim Hong merasa bangga, katanya: "ibuku hanya baru
berusia tiga puluh tahun lebih, ia cantik sekali "
"Bolehkah minta ia menengok aku ?"
"Baik besok aku akan undang ia tengok kau kemari "
In-jie tampak berpikir, tiba-tiba ia berkata sambil
menggelengkan kepala: "Sudahlah sebaiknya tunggu aku hendak menantang
bertanding dan sekeluar dari sini aku pergi menengok dia ."
"Kenapa ?" "Sudah lama aku tidak mandi, barangkali ibumu anggap
aku terlalu buruk...,."
"Itu tidak bisa, hari ini aku akan beritahukan kepadanya
dan bantu kau omong baik dihadapannya lebih dulu"
"Kalau begitu besok aku pergi menantang bertanding
supaya dipindahkan ketingkat kamar golongan naga, ada
kau disini mungkin aku dapat menyambut sampai sepuluh
jurus" "Baiklah, sekarang aku hendak pergi menengok dua belas
ketua partay, tahukah kau dimana mereka ditutup?"
"Disebelah sini dikamar nomor seratus enam, oleh
karena kamar tawanan belum dibangun, mereka ada yang
sementara dua orang menempati satu kamar, tadi ada
banyak tawanan yang pada berteriak-teriak bahwa
perlakuan itu tidak adil"
Kim Hong lalu geser kakinya berjalan menuju kekamar
nomor seratus enam didalam kamar itu ada duduk ketua
partay Soat-san-pay Tong-hong Jie Nlo, nenek itu tidak
kenal padanya maka ia berjalan terus hingga kekamar
nomor seratus delapan, baru tampak ketua partay Siao-lim
dan Bu-tong, mereka baru saja sebagai orang orang
berkedudukan sebagai ketua partay dan kini menjadi orang
tawanan yang harus mengenakan rantai ditangan dan
kakinya, sudah tentu sikapnya sangat mengenaskan,
tampak Kim Hong datang keduanya semakin merasa malu.
Kim Hong memberi hormat sambil menganggukkan
kepala kepada mereka menanyakan keselamatannya .
Ketua partay Siao-lim Tie Kong Taysu balas
menganggukkan kepala dan berkata sambil tertawa getir:
"Siao-siecu, kali ini kembali dapat masuk kerumah
penjara rimba persilatan, mengapa demikian baik
huburrgan siecu dengan penguasa rumah penjara?"
Kim Hong buru-buru menceritakan semua sebab
musababnya, terakhir dia balas bertanya: "ciangbunjin
sekalian hari ini dengan beruntung datang menantang
pertandingan, boleh kah aku numpang tanya apa
sebabnya?" Tie-kong Taysu berpaling mengawasi ketua partai Butong
ceng-hong Cinjin, yang tersebut belakangan ini lalu
berkata sambil tertawa: "Itu tidak ada tujuannya hanya ingin mengadu kekuatan
dengan sekaligus saja"
Kim Hong tahu mereka pasti ada mengandung maksud
namun ia seolah tak enak untuk bertanya, maka ia kembali
pergi menengok pada semua ketua partai yang ia kenal
selanjutnya ia masuk ke alat naik turun kebawah lembah
itu. Waktu itu malam telah tiba, ia langsung menuju kamar
ibunya dan dahar malam bersama-sama, kemudian
mengobrol didalam kamar. "Anak, bagaimana kesanmu terhadap Penguasa Rumah
Penjara?" demikian Sang ibu bertanya.
"Buruk sekali" jawabnya.
"Ha, mengapa?" "Menurut pandangan anak. ia sebetulnya seperti bukan
orang jahat, tetapi, dengan mengandalkan ilmunya yang
tanpa tandingan, ia berbuat sesuka hatinya, perlu apa
membangun rumah penjara ini dan memenjarakan orangorang
rimba persilatan hingga suatu perbuatan yang tak
pantas" "Akan tetapi ia tokh, tidak paksa orang datang
menantang" "Tetapi ia dapat menangkap kelemahan orang-orang
rimba persilatan" "Apakah kau tidak bisa merobah pandanganmu terhadap
dia" "Heng, kecuali ia merobah syaratnya rumah penjara ini"
"ibu, apakah anggap ia itu orang baik?"
"Eng, aku merasa ia baik, ia belum pernah menyiksa
tawanannya" "Akan tetapi ia membuat banyak orang terpisah dengan
anak istrinya, membuat orang jahat menggunakan
kesempatan itu melakukan kejahatan di dunia Kang ouw"
"Hal ini aku tidak perduli"
"Kenapa?" "ouw, ouw, kataku hal ini seharusnya bukanlah ia yang
tanggUng jawab, sebab biar bagaimana ia toh tidak pernah
memaksa orang datang untuk menantang pertandingan
orang-orang itu apabila tahu kewajibannya sebagai orang
Kang-ouw harus mementingkan perbuatan baik dan perlaku
sebagai pendekar sejati, tidak ada perlunya pergi menantang
bertanding toh tidak apa bukan?"
"ibu, bagaimana ibu selalu membela dia?"
"Sebab aku merasa dia seorang baik"
"Tidak, ibu, apabila ibu tidak marah. hendak berkata
bahwa pandangan ibu salah"
"Hem" "Aaa, ibu jangan marah"
"Aku justeru mau marah, kau sama dengan ayahmu
yang keras hati dan keras kepala, kau orang muda yang
keras kepala juga " "Mana, ibu, ayah barangkali benar-benar ada sedikit
keras kepala, akan tetapi anak sedikitpun tidak"
"Hii Tadi kau justeru menunjukkan sikapmu yang keras
kepala" "Rasanya toh tidak ibu."
"Semua orang takut kepada penguasa rumah penjara
rimba persilatan, hanya kau seorang yang acuh tak acuh
terhadapnya ini merupakan salah satu bukti dari sifatmu
yang keras kepala, kedua ibu katakan dia baik, tetapi kau
sebaliknya mengatakan ia seorang jahat, inilah juga
merupakan sifatmu yang keras kepala itu"
"Keras kepala karena membela kebenaran, apa
salahnya?" "Kebenaran apa" Ayahmu telah salah paham
terhadapku, begitu pergi meninggalkan aku sudah dua
puiuh tahun tidak mau kembali, aku benci sekali
kepadanya, dan sekarang kuiihat sifatmu juga mirip dengan
dia, maka aku juga merasa agak benci terhadapmu"
"Ayah memang benar ada sedikit kesaiahan, akan
tetapi...." "Aiii, kuharap kita ibu dan anak berdua didalam suatu
hal bisa mendapat kesesuaian paham"
"Ya, ibu aku akan berusaha supaya menunjukan sikap
baik terhadap penguasa rumah penjara."
"Sudah maiam, sekarang kau pulang kekamarmu dan
tiduriah" Maiam telah iarut, dari kamar tawanan terdengar suara
ribut-ribut bahwa dua beias ketua partay telah berusaha
hendak meiarikan diri dengan membobol kamar tahanan
masing- masing . Kim Hong dikejutkan dari mimpinya, ia iaiu turun dari
tempat tidurnya dan iari keruangan tamu, disitu tampak
Tay-giam-ong iari keluar dari dalam lorong, sedangkan
penguasa rumah penjara ia juga keluar dari kamar sebelah
kanan ruangan tamu. Penguasa rumah penjara memancarkan sinar matanya
yang tajam, berkata kepada Tay-giam-ong :
"Lao Sun ceng, apa yang telah terjadi?"
"Mereka dengan serentak telah merusak kamar tahanan
dan melarikan diri, sekarang ini sedang menyerbu dan
berusaha hendak menolong kakek gelandangan dari kamar
tahanan istimewa. Lo Kiu dan Lo cap tak sanggup
menahan, keduanya terluka parah dan terkapar di tanah,..."
menjawab Tay-giam-ong Cemas.
Tanpa menunggu keterangan Tay-giam-ong lebih jauh,
penguasa rumah penjara sudah lompat meleset lari kedalam
lorong, Kim Hong hendak mengikuti, tetapi dicegah oleh Taygiam-
ong, katanya: "Tidak ada urusanmu, pergilah kau
tidur" "Apakah laucumu bisa membinasakan mereka?"
bertanya Kim Hong khawatir.
"Jangan banyak tanya, pulanglah dan tidur kekamarmu
sendiri" "Aku tidak bisa tidur, aku ikut kau turun kebawah
lembah untuk melihat saja, bagaimana?"
"Tidak bisa Tidak bisa Lekas kembalikan kekamarmu
sendiri" Kim Hong agak mendongkol, ia duduk di atas kursi dan
berkata "Aku juga tak akan turun juga tidak akan tidur, kau Taygiam-
ong silahkan pergi saja."
Tay-giam-ong terpaksa berlalu, baru jalan dua langkah,
tiba-tiba seperti teringat sesuatu buru-buru merandek dan
berpaling mengawaSi Kim Hong Sejenak. kemudian
berkata, ia agaknya khawatir meninggalkan pemuda itu
seorang diri: "Kau hendak ikut aku turun juga boleh hanya jangan
sekali-kali kau turutcamput tangan bagaimana?"
Kim Hong sangat girang, ia lompat dari tempat
duduknya dan berkata: "Baik Aku akan berdiri sebagai
penonton saja" Tay-giam-ong antar ia keluar kamar alat naik turun
keiembah, tak disangka alat itu sudah digunakan oleh
penguasa rumah penjara terlebih duiu, saat itu masih
berhenti dilembah bagian bawah.
la lalu menekan alatnya didinding, hingga alat itu dari
bawah naik keatas iagi, keduanya iaiu menggunakan alat itu
turun kelembah. Tiba didalam lembah, Tay-giam-ong lompat keluar lebih
dahulu, dengan cepat lari ke bawah melalui jalanan tangga
yang berputaran itu. Kim Hong mengikuti dibelakangnya, tidak didepan
sebuah lobang goa, dibawah sinar rembulan tampak
dimulut goa ada rebah menggeletak dua orang tua mereka
ternyata adalah ketua partay Kong-thong-pay Jie cek Bun
ketua partay Lam-hay-pay Bu-yu Sianjin Yap It ciu. mereka
rebah dengan mata terbelalak. jeias ini sudah ditotok jalan
darahnya. Tay-giam-ong agaknya takut Kim Hong turun tangan
pergi menolong, maka ia segera menarik tangannya dan lari
masuk kedalam goa. jalan didalam goa itu tidak dalam,
masuk kira-kira tiga tombak sudah menikung kekanan
masuk lagi kira-kira enam tujuh beias tombak. tibaliah
dibagian terakhir, disitu tampak sebuah kamar tahanan
yang kokoh dan kuat. sebuah pelita yang memancarkan sinar apinya yang
lemah, dapat melihat keadaan diluar tahanan itu, ada
menggeletak sepuluh lebih orang tua, sedangkan penguasa
rumah penjara berdiri ditengah-tengah mereka dengan sikap
tenang dan sedikitpun tidak bergerak.
Sungguh cepat sekali, dalam waktu yang sangat singkat
saja, ia sudah berhasil menjatuhkan dua belas orang ketua
partay. Kim Hong maju melongok, tampak dua batang besi
besar yang digunakan untuk palang pintu kamar tahanan
sudah bengkok, lobang-lobang dari sela-sela besi itu dapat
digunakan untuk diri seorang keluar masuk, akan tetapi
tawanan aneh yang berada dalam kamar....ialah kakek
gelandangan Kiat Hian sebaliknya masih duduk disatu
sudut dengan tenangnya, sepasang matanya kedap-kedip.
agaknya tidak menghiraukan apa yang terjadi diluar
kamarnya, sikapnya itu menunjukkan betapa ketenangan
hatinya. Rantai yang digunakan untuk merantai kaki dan
tangannya luar biasa besarnya, rantai-rantai itu mungkin
ada dua ratus kati beratnya, dilehernya juga dirantai
sepanjang kira-kira enam kaki, diikat dengan tiang besar
didalam kamar tawaaannya, cara memasung orang
demikian ini sekali pun mempunyai kepandaian luar biasa
juga tidak dapat meloloskan diri.
pada saat itu Penguasa rumah penjara mengeluarkan
suara batuk-batuk perlahan, berkata sambil mengawasi
kakek gelandangan: "Hei, tadi mengapa tidak mencoba ?"
"Tidak perlu mencoba, kalau aku meronta saja sudah
lantas terbuka..." menjawab kakek gelandangan acuh tak
acuh. "Mengapa tidak kau lalukan ?"
"ouw....tidak. aku merasa begini lebih enak. kulihat aku
seperti suka dengan kamar ini"
"Kau ngoceh, ada apa yang dibuat suka dalam kamar
ini?" "Aku berdiam disini tidak ada orang yang datang
mengganggu, aku boleh memikirkan segala urusan yang
suka aku pikirkan " Sehabis berkata demikian ia berpaling dan bertanya
kepada Kim Hong: "Hei bocah, apakah kau yang bernama
Cin Hong ?" Kim Hong menjawab Sambil menjura:


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, tapi boanpwe sekarang sudah berobah shenya
menjadi she Kim, sebab boanpwe sudah menemukan ibu
boanpwe" "Aku tidak perduli kau she Kim atau she Cin,
kuberitahukan padamu. kawan perempua-mu itu bodoh
sekali, ia......" Kim Hong takut ia akan menceritakan urusannya yang
mengajarkan ilmu silat kepada In-jie, maka buru-buru
memotong dan berkata dengan suara keras:
"Aku tahu.. Aku tahu... Dia sekarang kembali
diturunkan kekamar tahanan golongan ular"
Kakek gelandangan menganggukkan kepalanya berkata
dengan wajah berseri-seri:
"Kenapa" Hei kau berani menantang bertanding
kepadanya" Kemudian ditawan olehnya didalam kamar
tahanan golongan ular?"
Kim Hong melirik penguasa rumah penjara sejenak.
berkata sambil menganggukkan kepala: "Jikalau perlu
sudah tentu boanpwe berani"
Penguasa rumah penjara hanya memperdengarkan suara
dari hidung, lalu berpaling dan berpesan kepada Tay-giamong:
"Jaga baik- baik dua belas tawanan ini. nanti setelah
terang tanah aku akan hukum mereka dihadapan umum "
Sehabis berkata demikian dengan mendadak menarik
tangan Kim Hong dan berlalu, langsung masuk kealat naik
keatas lembah. "Laucu, tahukah kau apa sebab mereka hendak
menolong kakek gelandangan?" demikian Cin Hong
bertanya. "Suruh ia membuka kotak rahasia batu Giok "
"Nah, sekarang kau pikir hendak meng hukum mereka
dengan Cara bagaimana "
"Aku hendak hukum mati mereka dihadapan semua
tawanan, jikalau tidak bagaimana aku dapat mengandalikan
semua tawanan itu?" "sebaiknya berikan hukuman agak ringan sedikit "
"Tidak bisa " "Harap kau suka pikir dulu, ibuku suruh aku merobah
pandanganku terhadap kau "
"Aku tidak perduli bagaimana anggapanmu terhadap
diriku " "Apakah kau sudah tidak bisa diajak berunding lagi ?"
"Ini bukan salahku, mereka telah merusak peraturan
rumah penjara" "Itu karena terpaksa, sebab golongan Kalong sudah
berhasil merampas delapan buah anak kunci dari dua belaS
anak kunci emas itu kau tahu bahwa Pangcu golongan
Kalong itu bukan orang baik"
"Aku tidak perdulikan itu semua "
"Baik, kalau kau berani menghukum mereka, aku akan
menantang bertanding dengan kau"
"Kalau kau berani menantang kunanti akan hajar
mampus dirimu " "Kau tunggu saja, lihat setelah terang tanah, aku berani
menantang kau atau tidak"
"Hm, bocah apa kau tidak menepati janjimu untuk
menolong muridku ?" "Aku merasa sangat menyesal, dua belas nyawa kalau
dibanding dengan muridmu, membuat aku tidak berdaya,
mau tak mau aku harus mengingkari janjiku sekali ini "
"Apa kau kira kalau kau menantang bertanding sudah
dapat mencegah aku untuk menghukum mati mereka?"
"Setidak-tidaknya aku sudah melaksanakan tugasku dan
kewajibanku " "Omong kosong "
"Banyak omong tidak gunanya, kita tunggu sampai
besok hari saja" Esok harinya, Kim Hong begitu bangun tidur sudah lari
keluar hendak memberitahukan kepada ibunya tentang
maksudnya hendak menantang bertanding dengan
penguasa rumah penjara, tak ia sangka begitu tiba didepan
pintu ibunya, tampak dua Giam ong ialah Hoan Thian
Tiauw dengan sikapnya yang garang duduk di atas kursi
rotan, sedang tangan kanannya mengurut-urut kumisnya
dan brewoknya yang lebat.
Kim Hong menganggukkan kepala padanya, namun
tidak tampak ibunya didalam kamar hingga dalam hati
merasa heran- ia lalu berpaling dan bertanya "Jie Giam-ong,
numpang tanya, kemana ibu pergi?"
"ibumu tidak mau menjumpai kau?" jawab Jie Giam-ong
sambil tersenyum. "Apa sebab ibu tidak mau menemui aku?" bertanya Kim
Hong terkejut. Jie Giam ong mengeluarkan sepotong kertas dari dalam
sakunya, diberikan kepada Kim Hong seraya berkata:
"Kau baca ini, ini adalah ibumu yang minta aku
sampaikan kepadamu" Kim Hong menyambutnya dan membaca tulisannya
yang sangat singkat saja isinya.
"Hong jie, jikalau kau menantang bertanding dengan
laucu, ibumu tidak akan menemui kau untuk selamalamanya."
Kim Hong terkejut, ia lompat dan berkata: "Lekas
beritahukan kepadaku, kemana ibuku pergi?"
"Kau boleh duga sendiri apakah aku bisa
memberitahUkan kepadamu?" balas bertanya Jie Giam-ong
dengan sikap acuh tak acuh.
"Apakah kalian sudah menawan ibu?" bertanya Kim
Hong marah. "Kami terhadap nona Siu Khim selamanya sangat
menghormat, demikian pula dengan laucu kami" menjawab
Jie Giam-ong sambil menggelengkan kepala.
"Kalau begitu kau beritahukan padaku kemana ia pergi,
aku hendak memberi penjelasan kepadanya"
"Penjelasan tidak akan menantang pertandingan?"
"Penjelasan apa sebab aku hendak menantang
bertanding" Jie Giam-ong tertawa dan berkata sambil menggelenggelengkan
kepala: "Kalau begitu, Segalanya tak usah dibicarakan lagi"
Kim Hong marah, katanya "Kurang ajar, ini pasti perbuatan kalian semua"
"Aku kata, kami orang-orang yang ada di sini Selamanya
menghormati ibumu, kami tidak bisa memaksa ia
menentang kau mengadakan pertandingan, lagi pula kau
bukanlah seorang yang hebat, laucu kami tidak ada
perlunya mencegah kau menantang"
Kim Hong pikir bahwa ucapan itu juga ada benarnya,
maka ia meraSa serba salah, sambil menundukkan kepala
air matanya mengalir tidak berhentinya.
Jie Giam ong mengulurkan tangannya dan menunjuk
sebuah kursi kosong disebelahnya seraya berkata:
"Kau boleh duduk sebentar untuk memikirkan dulu baikbaik,
pikirkanlah apa sebab ibumu hendak mencegah kau
menantang bertanding?"
Kim Hong menurut duduk dikursi yang ditunjuk, ia
memulai memikir dengan tenang,
Agak lama ia berpikir, barulah bangkit dari tempat
duduknya Jie Giam-ong bertanya padanya dengan penuh
perhatian: "Sudah pikir masak?"
"Sudah" "Lalu, putusanmu, tidak jadi menantang?"
"Tidak aku mengambil keputusan tetap hendak
menantang bertanding"
Jie Giam-ong mendadak marah, ia bangkit dari tempat
duduknya dan mengambil sikap mengusir, bentaknya:
"Pergi kau bocah ini benar-benar sudah tidak ada
obatnya lagi, pergi mampus sana"
Kim Hong memutar diri dan berjalan kembali keruangan
tamu, tampak Penguasa Rumah Penjara berdiri didepan
jendela, ketika mendengar suara langkah kakinya, berpaling
mengawasi Kim Hong dan bertanya sambil tertawa:
"Mengapa matamu merah ?"
"ibu tidak mau menemui aku "
"Kenapa ?" "Ia kata apabila aku menantang bertanding padamu ia
tak mau menemui aku selamanya."
"Kalau begitu kau tidak jadi menantang lagi ?"
"Tidak. aku tetap hendak menantangmu "
"Jadi kau tidak mau dengar ucapan ibumu, ini berarti
anak tidak berbakti "
"Tidak berbakti" Tuhan yang tahu...."
Penguasa Rumah Penjara sangat marah, ia berkata
sambil menunjuk keluar jendela: "Bagus sekali. Sekarang
kau pergi memukul tambur"
Kim Hong lompat melesat dari lobang jendela, ketika
kakinya menginjak kesenar besi lalu melompat kepanggung
disebelah sana, untuk pertama kalinya ia harua menghadapi
Penguasa Rumah Penjara yang kesohor namanya juga
untuk pertama kalinya ia berdiri diatas tujuh senar besi yang
terpancang di atas lembah, ketika kepalanya menunduk
kebawah, bagian bawah itu tampak seperti tak ada dasarnya
hingga didalam hatinya timbul rasa takut, ketika berada
diatas panggung sekujur tubuhnya Sudah mengucurkan
keringat dinginla menarik napas lega, lalu berjalan ke-tambur besar dan
memukul dan memukul tambur hingga lima kali.
Banyak tawanan masih tidur dengan lelapnya, ketika
mendengar suara bunyi tambur pada melongok melalui
lobang jendela dari bawah tampak seperti biji buah anggur
yang tergantung di dinding lembah.
Sementara itu penguasa rumah penjara pun sudah
melesat keluar melalui lubang jendela, lalu melayang turun
ke atas senar dan berjalan menghampiri Kim Hong.
Kim Hong mengeluarkan kipas, Untuk kedua kalinya ia
melompat ke atas senar, menyambut kedatangan Penguasa
Rumah Penjara. Penguasa Rumah Penjara menghampiri Kim Hong,
memandangnya sejenak lalu berkata dengan suara tenang
dan sambil senyum: "Beranikah kau mendengar irama yang akan kusentil
dari senar ini?" Kim Hong paling takut mendengar suara irama senar
besi itu tetapi karena ditanya berani atau tidak. bagaimana
ia bisa menunjukan kelemahannya" Maka ia lalu berkata
dengan menebalkan muka: "Aku justru ingin belajar kenal,
kau sentillah saja" Penguasa rumah penjara rimba persilatan dengan sangat
lincahnya mulai bergerak-gerak diatas senarnya, hingga
senar besi itu menimbulkan irama mengalun di udara.
Irama itu mendengarkan suaranya perlahan-lahan, maka
getaran kawat besar itu juga tidak terlalu hebat, Kim Hong
yang berdiri ditengah bagian tengah kawat, memejamkan
mata menenangkan pikiran, ia berusaha untuk menindih
perasaannya jangan sampai memperhatikan irama itu, akan
tetapi tak lama kemudian dengan tiba-tiba ia merasa suara
irama itu sedikitpun tak hebat, sebaliknya malah
perdengarkan suara yang merayu dan indah sekali.
Selanjutnya, ia seperti seorang anak yang baru pulang
kepangkuan ibunya sedang menceritakan pengalamannya
diluar suka duka, semuanya ada.......
Semuanya itu telah membawa padanya tenggelam dalam
dunia lamunan yang senang dan ada kalanya duka.
Dengan mendadak Kim Hong menjerit dan menubruk
bayangan ibunya, dalam lamunannya tak ia sangka kakinya
menginjak tempat kosong, hingga ia tidak dapat
pertahankan lagi dirinya. saat itu ia telah terjatuh dari atas
senar dan melayang turun kebawah lembah.
Ketika terjatuh diatas jaring, tubuhnya terumbangambing,
waktu ia membuka mata, ia baru tahu bahwa
dirinya berada didalam jaring, ia baru terkejut, dan
memikirkan kembali apa yang telah terjadi, tapi ia tetap
tidak ingat bagaimana dirinya bisa terjatuh dijaring kaWat
itu. Perlahan-lahan ia merayap bangun, ketika angkat muka
tampak Jie Giam-ong berdiri dihadapannya dengan tangan
membawa rantai besi, ia terkejut dan bertanya padanya :
"Hei, aku tadi dapat menyambut berapa jurus?"
Didalam Jie Giam-ong merantai tangan dan kaki Kim
Hong katanya sambil tertawa, "Anak bodoh, kali ini kau
sudah merasa puas?" "Ini kamar nomor berapa?"
"Kamar nomor seratus enam." Sehabis berkata
demikian,jie Giam-ong lantas mengunci pintunya dan
meninggalkan Kim Hong seorang diri. Jie Giam-ong
tertawa dan berkata padanya dengan nada mengejek:
"Tidak tahu malu. Sejak berdirinya rumah penjara rimba
persilatan ini, kaulah satu-satunya orang yang paling jelek .
. .satu jurus belum sampai sudah terjatuh sendiri kedalam
jaring ini" Kim Hong malu sekali, hingga wajahnya menjadi merah,
katanya dengan suara gelagapan:
"Itu pasti lantaran aku dengar irama senar tadi hingga
pikiranku kalut. jikalau tidak. paling sedikit aku juga bisa
menyambut lima jurus keatas......."
"sekarang jangan banyak bicara lagi ikutlah aku pergi"
Diam-diam ia terpaksa mengikuti Jie Giam-ong masuk
kelubang sebuah goa, berjalan berliku-liku sebentar, tibalah
didepan pintu kamar tahanan Jie Giam ong mengeluarkan
serenceng kunci membuka pintu batu kemudian suruh Kim
Hong masuk kedalam. Kim Hong berjalan kebawah jendela. tampak dinding
dibawah jendela ada tanda pecah ia tahu bahwa tadi malam
Tong-hong Jie Nio pasti pernah merusak dinding itu. Saat
itu ia lalu memanggil-manggil In-jie melalui lubang jendela.
In-jie yang ditawan dalam kamar nomor seratus lima,
mendengar panggilan itu segera menyahut:
"Apakah disana engkoh Hong" Dari mana kau
memanggil aku?" "Dari kamar nomor seratus enam, aku sekarang telah
ditawan "

Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

In-jie berseru kaget, tanyanya:
"Apa" Apakah orang yang menantang pertandingan tadi
adalah kau ?" "Ya, sebab penguasa rumah penjara hendak menghukum
mati dua belas ketua partay, dalam marahku aku segera
menantang bertanding padanya, siapa tahu satu jurus belum
berlangsung aku sudah terjatuh kebawah "
"Baik, baru saja aku pikir hendak mencari kau, sekarang
kau sudah jatuh disini lalu sekarang bagaimana?"
"Tidak apa, naiklah kau "
"sekarang perlu apa aku masih naik" Aih."
"In-jie kau jangan menghela napas, lantaran aku
menantang bertanding, hingga timbul sedikit perselisihan
dengan ibu, kalau kau menghela napas lagi, aku semakin
terasa tidak enak " "Baik, baik, aku tidak menghela napas, sekarang kau
pikir hendak berbuat apa?"
Kim Hong masih belum menjawab, tiba-tiba terdengar ia
berseru terkejut: "Hai, engkoh Hong, coba kau tengok keatas,
lihat mereka sedang berbuat apa?"
Kim Hong menolongakkan kepala, tampak diatas senar
setinggi beberapa puluh tombak. beberapa pegawai rumah
penjara sedang menggantung beberapa orang dibawah
jaring, orang-orang itu ditelikung kedua tangannya dan
kakinya, hingga seperti babi bergelantungan dibawah jaring.
Satu persatu dihitung oleh Kim Hong, Semuanya
berjumlah dua belas orang....
Itu adalah dua belas ketua partay yang tadi malam
hendak membobol kamar tahanan.
Kim Hong terkejut dan berkata: "celaka. Penguasa
rumah penjara itu benar-benar hendak menghukum mati
mereka " "Mereka benar-benar tidak tahu malu. ingin kabur,
Sebetulnya juga harus dihukum mati" berkata In-jie.
"Kau ngoceh, rupanya kau juga sama dengan orang
semaCam Penguasa Rumah Penjara ini" berkata Kim Hong
marah. "Apa aku salah" Mereka tokh sudah be rani menantang
bertanding, seharusnya mempunyai keberanian untuk
menerima hukuman......" berkata In-jie gugup,
Kim Hong memotong ucapannya dan berkata:
"Kedatangan mereka ia hendak menolong keluar Kiatlocianpwe,
tahukah kau?" "Siapakah Kiat-locianpwe?"
"Dia adalah orang tawanan yang mendiami kamar
istimewa yang dahulu pernah mengajarkan kau ilmu silat,
dia adalah anak laki-laki dewa persilatan"
"oouw, kiranya dia, ia sudah beberapa hari tidak
berbicara denganku" Sementara itu, dari atas terdengar suara orang berkata
dengan nyaring: "Para tawanan semua dengar, tadi malam
ada dua belas orang tahanan hendak melarikan diri dengan
membobol kamar tahanan, semua sudah ditangkap kembali
oleh laucu, perbuatan semacam ini, seharusnya dihukum
mati dengan segera, untuk menjaga nama baik peraturan
kami, hanya, laucu masih ingat Tuhan, maka perintahkan
padaku untuk minta pikiran kalian, apabila ada jumlah
separo keatas dari kalian yang setuju menghapuskan
hukuman mati, maka laucu akan menghukum ringan,
masing-masing akan dipotong satu jari tangannya, jika
tidak, maka menurut peraturan akan dihukum mati,
Sekarang kalian boleh mulai pikir masak-masak sebentar
kita akan datang mengunjungi kalian satu persatu, untuk
mengambil keputusan"
Kim Hong segera berseru: "Tak perlu dipikir, kami setuju
kalau mereka tidak dihukum mati"
In-jie juga berkata dengan suara nyaring: "Aku juga
setuju mereka jangan di hukum mati."
Para tawanan yang lainnya juga mulai ribut-ribut
berteriak-teriak dan ada yang menyatakan tidak setuju, ada
yang menyatakan setuju, yang tidak setuju, karena
menganggap bahwa mereka sebagai ketua partai besar,
ternyata berani melakukan perbuatan hendak melarikan diri
dengan jalan membobol kamar tahanan, perbuatan itu tidak
bedanya sebagai perbuatan kawanan berandaL
Karena sama-sama pada berpendapat demikian, maka
banyak suara yang menyetujui mereka dihukum mati.
Antara suara yang menentang dan yang setuju terdengar
semakin ramai, tetapi umumnya pada setuju dihukum mati,
Kim Hong yang mendengar itu tampak cemas dan gusar,
katanya dengan suara nyaring:
"In-jie, sekarang bagaimana" Rupanya yang menyetujui
hukuman mati jumlahnya lebih banyak dari yang tak
setuju?" "Apa boleh buat, orang-orang ini biasanya hidup sangat
kering, sekarang telah menganggap membunuh orang itu
sebagai kesenangan" menjawab In-jie.
"Dengan demikian, apakab dua belas ketua partay itu
sudah pasti dihukum mati?"
"Lalu, kalau menurut kau bagaimana kita harus
berbuat?" "Ya, bagaimana harus berbuat" Ini merupakan suatu hal
yang memerlukan pemikiran keras."
Ia sangat gelisah, tetapi tidak dapat menemukan suatu
cara yang baik, dalam keadaan cemas, tanpa disadari
olehnya, dengan menggunakan rantai ditangannya ia
memukul-mukul dinding seperti orang gila.
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara seorang tua halus
sekali bagaikan nyamuk terbang masuk kedalam telinganya:
"Hei, apakah kamar nomor enam sudah ada
penghuninya lagi?" Kim Hong terperanjat ia segera teringat bahwa itu pasti
adalah suara kakek gelandangan yang disampaikan
kepadanya melaiui ilmu menyampaikan suara kedalam
telinga yang dikeluarkan dari kamar tahanannya yang
istimewa, maka saat itu ia segera tenggukup disatu sudut
dan berkata dengan suara keras:
"Aku disini Kim Hong, apakah kau Kiat-locianpwee?"
Kini telinganya mendengar pula jawaban seorang tua:
"Benar, bocah sejak kapan kau berobah menjadi tawanan ?"
"baru saja aku terjatuh dibawah lembah ini" menjawab
Kim Hong. "Kim Hong, otakmu cukup cerdas, sedikit saja sudah
mengerti " berkata si kakek gelandangan sambil tertawa.
Kim Hong tidak dapat mengerti maksud orang tua itu,
tanyanya dengan suara keras: "Kiat-locianpwee, apa kata
locianpwe tadi ?" "Bukankah kau turun kepenjara ini hendak belajar
padaku ilmu silat ?"
Kim Hong tercengang ia menjawab dengan terus terang:
"Tidak. sebab Penguasa Rumah Penjara ini hendak
menghukum mati dua belas ketua partay, maka boanpwe
barulah menantang padanya, bukanlah hendak belajar ilmu
silatmu, Sengaja boanpwe minta ditawan "
"oh kiranya begitu, apakah mereka sudah dihukum mati
oleh Penguasa Rumah Penjara ?"
"Belum, ia sedang minta pendapat para tahanan semua,
akan tetapi sebagian besarpara tahanan setuju mereka
dihukum mati sekarang coba locianpwe pikir, bagaimani
harus bisa berbuat?"
"Ngg, biarlah kupikir dulu . ."
Sesaat kemudian, dari kamar In-jie tiba-tiba terdengar
suaranya yang sangat gembira: "Engkoh Hong, aku ada
akal untuk menolong mereka "
Sementara itu, suara ribut-ribut dari para tawanan juga
sudah mulai sirap sebab ada beberapa penjaga rumah
penjara sudah mulai datang berkunjung untuk menanyakan
pikiran mereka. Kim Hong sangat gelisah, tanyanya: "In-jie kau ada
mempunyai akal apa lekas kau ceritakan"
"Baik engkoh Hong, suaramu lebih nyaring dari padaku
bukan?" "Ya, kenapa?" bertanya Kim Hong heran.
"Kalau begitu, aku akan mengucapkan sepatah kata kau
lalu sampaikan kepada semua tawanan dengan suaramu
yang nyaring" Kembali Kim Hong terkejut tanyanya: "Menyampaikan
bagaimana?" "Saudara-saudara senasib dengar ..."
Kim Hoag segera mengerti apa yang hendak dikatakan
oleh gadis itu, hanya ia tidak tahu apa yang akan dikatakan,
maka ia segera menuruti ucapan In-jie tadi disampaikan
kepada para tawanan semua,
Karena kekuatan tenaga dalamnya sudah cukup baik,
maka dengan suaranya itu, benar saja bisa disampaikan
kepada semua tawanan dalam golongan kamar ular itu,
mendengar suara itu, suara ribut-ribut dari mereka tadi
menjadi sirap hingga suasana jadi tenang. Sementara itu Injie
sudah berkata lagi: "Atas perintah Soat-lie-ang Yo In In-"
dalam hati Kim Hong diam-diam terkejut terpaksa ia
menyampaikan suara Yo In In itu dengan suaranya sendiri.
Semua tawanan ketika mendengar suara itu suasana
semakin tegang. In-jie berkata lagi: "Semua harus memberi suara menentang dihukum
matinya dua belas ketua partay ...."
dalam hati Kim Hong merasa sangat girang ia kembali
menyampaikan ucapan In-jie tadi dengan menggunakan
suaranya sendiri, In-jie berkata pula:
"Jikalau kalian berbuat demikian, dilain waktu apabila
sedang bekerja, aku akan menyanyikan lagu yang amat
merdu untak kalian semua"
Kim Hong diam-diam memuji kepintaran In-jie, kembali
ia menyampaikan ucapan itu dengan suaranya sendiri. Injie
sementara itu sudah berkata lagi:
"Jikalau tidak demikian, hehem, kalian boleh dan
saksikan sendiri apa nasib kalian nanti."
Kim Hong merasa bahwa ucapan itu kurang tepat, tetapi
ia masih menyampaikan juga dengan suaranya sendiri.
Para tawanan telah tenang agak lama, tiba-tiba dari
antara mereka ada yang berkata dengan suara keras:
"Ya, melihat orang dibunuh mati ada lebih baik kita
dengar nona Yo bernyanyi inilah baru ada artinya, aku
tidak....tidak setuju dua belas ketua partay itu dihukum
mati." "Jikalau nona Yo sudah perintahkan demikian, aku juga
setuju mereka tidak dihukum mati" demikian terdengar pula
orang yang mendukung Yo In In-
Diantara gemuruhnya suara orang banyak tiba-tiba
terdengar suara orang yang minta supaya In-jie menyanyi
Sekarang juga . Usul itu segera disambut dengan suara gempar oleh
semua tawanan, hingga lembah itu dirasakan seperti mau
rubuh. In-jie, terkejut dan bertanya kepada Kim Hong:
"Engkoh Hong, apakah aku harus menyanyi?"
"Ya, menyanyi... Harus menyanyi" berkata Kim Hong
dengan suara nyaring. "Kalau begitu kau suruh mereka tenang"
Kim HONG Segera berkata dengan suara nyaring:
"Tenang Tenang Nona Yo kini hendak menyanyi "
Suara Kim Hong disampaikan satu persatu oleh para
tawanan kepada yang lain, hingga dalam waktu sekejap
mata, seluruh lembah itu sudah pulih kembali menjadi
tenang. Setelah itu, suara nyanyian In-jie yang sangat merdu
mengalun diudara, didengar oleh semua telinga para
tawanan didalam lembah selesai menyanyi, mendapat sambutan hangat dari para
tawanan, hingga suara riuh memenuhi lembah itu.
Sekarang penguasa rumah penjara rimba persilatan mau
tak mau harus mentaati ucapannya sendiri, tak lama
kemudian, setelah perhitungkan pemungutan suara selesai
dua belas ketua partay itu masing-masing dikutungi sebuah
jarinya sebagai hukuman, kemudian dibawa kembali
kekamar tahanan masing-masing.
Kim Hong karena kegirangan, maka segera memberi
pujian kepada In-jie, dengan sangat girang In-jie berkata:
"Aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa memikirkan akal
semacam itu, sebetulnya, aku seharusnya sejak tadi sudah
memikirkan bahwa para tahanan itu memang dahulu semua
pada dengar kataku "
Selagi Kim Hong hendak menjawab. telinganya kembali
terdengar saara seorang tua yang sangat halus:
"Bocah, sahabat perempuanmu itu, sifatnya begitulah
yang kurang menyenangkan orang, ia suka membual, suka
bangga, sudah jelas akal itu adalah aku yang mengusulkan
padanya, tapi sebaliknya ia anggap punyanya sendiri...,"
dalam hati Kim Hong juga merasa geli, ia segera berjalan
kesatu sudut dan berkata dengan suara nyaring:
"Kalau begitu terima kasih kepadamu, lo-cianpwee"
"Tidak usah mengucapkan kata-kata yang tidak perlu,
sekarang aku akan menurunkan satu jenis ilmu silat, jenis
apakah yang kau suka pelajari?" terdengar suara kakek
gelandangan dari sebelah sana.
"Terserah, boanpwe sudah mempelajari semacam ilmu
silat locianpwe" berkata Kim Hong.
"Kau mempelajari ilmu silatku yang mana?" demikian
terdengar pertanyaan kakek gelandangan agaknya heran.
"Ilmu kipas Tay-seng-bong-sin San, itu adalah ketika
boanpwe pergi mengejar pangcu golongan Kalong dahulu,
sewaktu tiba digunung Bie-ciong-san, peliharaan locianpwe
yang bernama Peksie Siu-su telah menggali sejilid kitab dari
dalam tanah dan diberikanpada boanpwe"
"Ah, monyet kurang ajar, ia berani-berani mengambil
putusan sendiri..." terdengar suara kakek gelandangan yang
agak marah, tapi setelah diam sejenak terdengar pula
Pedang Keadilan 21 Pedang Ular Merah Karya Kho Ping Hoo Lencana Pembunuh Naga 16
^