Pencarian

Terbang Harum Pedang Hujan 16

Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long Bagian 16


kesedihan aku membawa putriku pergi jauh dan tiba di sini. Selama 20 tahun ini aku tidak pernah
menginjak Zhong-yuan lagi, hari ini ketua Wu-dang sendiri yang datang kemari dan mengungkit
masa lalu, siapa yang salah dan siapa yang benar, aku serahkan sepenuhnya kepada Ketua Gao!"
Yuan-qing mengucapkan kata-kata suci dan berkata:
"Saat itu kakak seperguruan belum sempat mengatakan apa yang terjadi, dan dia sudah
menghembuskan nafas terakhir. Wu-dang-pai sudah lama mencari tahu ternyata Tuan Gongsun
berada di sini. Demi menuruti perintah ketua terdahulu, jika sudah 20 tahun menjabat sebagai
ketua, dia harus mundur, maka aku membawa adik seperguruan kemari. Wu-dang-pai bukan
perkumpulan yang tidak tahu aturan maka kami akan menuruti apa yang dikatakan oleh Ketua
Gao!" "Hal yang terjadi 21 tahun lalu, kedua belah pihak sama-sama tidak tahu lawan tidak melawan,
dendam ini sudah membuat 2 orang mati. Sekarang 21 tahun telah berlalu, menurutku lebih baik
kalian berdamai untuk menghilangkan dendam masing-masing."
Gongsun Qiu-jian menarik nafas: "Memang hal ini sudah berlalu 21 tahun, jika ketua Wu-dang
setuju, aku juga setuju."
Yuan-qing berpikir, 'Kakak tertua pasti lupa pada serangannya dia pasti menyesal maka dia lupa
menahan serangan pedang dari Gongsun Qiu jian. Roh kakak tertua pasti tidak ingin kita
membalas dendam dan mencari keributan terus. Maka hal ini biarlah berlalu. Aku terima apa yang
ditentukan oleh Ketua Gao.'
Gao Shou-pu tertawa sambil menasehati: "Permusuhanan ini jangan diperpanjang lagi. Aku
sangat beruntung bisa menjadi penengah bagi kedua belah pihak, benar-benar membuatku
senang dan berterima kasih karenanya. Kita bersulang dengan 3 cangkir teh."
"Jika Ketua Gao ingin minum arak, Qiu-jian mempunyai arak bagus yang sudah 10 tahun lebih
terkubur di bawah tanah. Aku akan memesan pelayan untuk membawanya kemari."
425 "Aku memang suka arak, seperti Pendekar Gongsun menyukai pedang. Ada arak bagus Gao
Shou-pu ingin mencobanya. Bagaimana, apakah Pendeta Yuan-qing, apa tertarik?" Yuan-qing
tertawa: "Aku sudah 10 tahun tidak minum arak, jika Ketua Gao tertarik, lebih baik tinggal beberapa hari
lagi di sini. Aku dan adik seperguruan akan pamit!"
Tiba-tiba Yuan-zhi berkata:
"Permusuhan kita sudah selesai, apakah pedang induk itu bisa dikembalikan kepada kami?"
"Pedang apa?" Gongsun Qiu-jian mengerutkan alis.
Yuan-zhi tertawa dingin: "Pedang sakti Fei-long-jian yang sudah Tuan ambil dari Wu-dang. Pedang itu yang telah
membuatmu terkenal, apakah kau sudah lupa?"
Yuan-qing mengeluh: "Pedang induk yang diambil oleh 'Zui-ming-nii-xia' bukan benda yang tidak sengaja kami
dapatkan. 200 tahun yang lalu pedang itu adalah simbol dari ketua Wu-dang maka kami berharap
Pendekar Gongsun bisa mengembalikannya kepada kami!"
Dengan nada tidak suka Gongsun Qiu-jian berkata:
"Demi pedang itu, istriku sampai meninggal. Melihat pedang ini seperti melihat istriku sendiri,
tidak ada alasan pedangku milik Wu-dang."
"Jika pedang itu bukan milik Wu-dang, apakah milikmu" Kau menjadi terkenal di dunia
persilatan karena pedang itu, apakah kau ingin turun gunung untuk menjadi terkenal sekali lagi?"
kata Yuan-zhi marah Gongsun Qiu-jian berusaha menahan kemarahan:
"Qiu-jian sudah 20 tahun tidak menggunakan pedang dan sudah melupakan 2 kata Yong-jian
(pengguna pedang). Fei-long-jian memang bukan milik Qiu-jian dan sama sekali tidak pantas
memilikinya." "Kalau begitu kami harap kau mau mengembalikan kepada Wu-dang, kami akan sangat
berterima kasih," kata Yuan-qing dengan pelan.
Dengan tegas Gongsun Qiu-jian berkata:
"Pedang itu bukan milik Wu-dang!"
Yuan-zhi berdiri dan marah:
"Apakah Fei-long-jian adalah barang yang jatuh dari langit?"
Ketua Gai-bang melihat dendam lama sudah selesai, tidak disangka sekarang mereka mulai
ribut lagi. Dengan sedih dia berkata:
"Aku sangat berterima kasih telah di-percayai oleh ketua Wu-dang diajak ke Tibet, aku harap
kedua belah pihak bisa berdamai. Jika ada hal yang belum diselesaikan, harap Pendeta Yuan-zhi
bisa duduk dan merundingkannya lagi."
Dengan marah Yuan-zhi duduk kembali. Dengan tenang Gongsun Qiu-jian berkata lagi:
"Ketika istriku meninggal 20 tahun yang lalu, Qiu-jian sudah bersumpah tidak akan
menggunakan pedang lagi. Hal ini kulakukan untuk menghibur roh istriku. Fei-long-jian adalah
benda yang ditukar dengan nyawa istriku maka pedang ini milik istriku!"
Dengan cemas Yuan-zhi bertanya: "Apa yang kau lakukan dengan pedang itu?"
"Karena suatu hal Fei-long-jian hilang 200 tahun, sekarang sudali ditemukan, benda ini adalah
simbol dari ketua Wu-dang, tidak boleh sampai hilang lagi. Aku mohon demi kebenaran dunia
persilatan kembalikanlah pedang itu kepada kami."
Dalam hati Gongsun Qiu-jian kagum kepada Yuan-qing yang tegas dan tenang, maka dengan
sikap serba salah dia berkata:
"Putriku sangat mirip dengan istriku, aku sudah memberikan Fei-long-jian kepada putriku,
berarti aku sudah menyerahkan pedang itu kepada istriku. Fei-long-jian bukan milikku lagi, aku
tidak berhak mengambil keputusan."
"Apakah kau bisa menasehati putrimu bahwa Fei-long-jian harus dikembalikan kepada Wudang?"
tanya Yuan-qing. Gongsun Qiu-jian menggelengkan kepala: "Fei-long-jian sekarang menjadi barang yang paling
disukai putriku, jika tidak ada hal penting lainnya, putriku tidak akan mau melepaskannya."
426 "Kenapa kau tahu dia tidak akan melepaskannya" Apakah kau sendiri yang tidak mau
melepaskannya?" Yuan-zhi berkata dengan dingin.
Gongsun Qiu-jian jadi membenci Yuan-zhi maka dia mulai marah:
"Melihat sifat sombong Pendeta Yuan-zhi, sekalipun Fei-long-jian ada di tangan Qiu-jian, aku
tidak akan mengembalikannya kepadamu!"
Yuan-zhi marah: "Dengan cara apa kau baru mau mengembalikan pedang itu kepada kami?"
Gongsun Qiu-jian tertawa dingin: "Pendeta boleh melakukannya dengan cara apa pun!"
"Maksudmu jika aku menang, pedang itu akan dikembalikan kepada Wu-dang?" teriak Yuan-zhi.
Gongsun Qiu-jian hanya tertawa dingin tapi tidak menjawab. Sepertinya dia tidak begitu setuju.
"Ketika aku kemari, aku tahu kau pasti tidak mempunyai niat untuk mengembalikan pedang
kami. Dulu kau merebut Fei-long-jian dengan menggunakan tenaga 2 orang. Hari ini aku dan
kakak seperguruanku juga dengan 2 tenaga akan merebut kembali Fei-long-jian!"
Gongsun Qiu-jian tidak percaya Wu-dang akan menggunakan cara 2 orang melawan satu
orang. Cara ini jika diketahui oleh dunia persilatan akan menjadi bahan tertawaan. Maka dia
bertanya kepada Yuan Cjiang:
"Apakah kata-katanya tadi benar?" Yuan-qing tahu ilmu silat Gongsun Qiu-jian sangat tinggi
tapi Fei-long-jian harus dikembalikan kepada Wu-dang maka dengan dia terpaksa mengangguk.
"Apakah Ketua Gao setuju 2 lawan 1?" tanya Yuan-zhi dengan dingin.
"Dulu pendekar Gongsun mengambil pedang dengan menggunakan 2 orang, sekarang Wudang
akan merebut kembali dengan tenaga 2 orang, aku tidak bisa berkata apa-apa," jelas Gao
Shou-pu. "Gunung ini ditutup oleh orang-orang Wu-dang yang berjuluk 5 pedang berwarna. Sampai
serangga pun sulit lewat, apalagi manusia. Maka pak tua Gongsun, hari ini kau hanya sendiri
menahan serangan kami." Dia sangat senang dan mengira tidak ada seorang pun bisa lewat jika
ada 5 pedang berwarna yang menjaga di bawah.
Pelan-pelan Gao Shou-pu berkata:
"Kata-kata Pendeta belum tentu benar! Lihat di sana duduk 2 orang."
"Siapa yang bisa masuk kemari?" kata Yuan-zhi tidak percaya
Gongsun Lan menuntun Ruan-wei, dengan cepat dia mendekat dan berkata:
"Gongsun Lan yang datang!"
Yuan-zhi benar-benar terkejut, wajahnya memerah. Gongsun Qiu-jian diam-diam kagum pada
pendengaran Gao Shou-pu. Yuan-qing juga kagum karena dia tidak mengetahui dan mendengar
ada 2 orang yang sedang duduk di sana.
"Dia pasti putri pak tua Gongsun?" Yuan-zhi masih tidak merasa malu.
Gongsun Lan hanya melihat tapi tidak menjawab.
Yuan-zhi marah besar: "Apakah kau mendengar kata-kataku?"
Dengan angkuh Gongsun Lan menjawab: "Aku tidak bisa menjawab kata-kata dari orang yang
tidak sopan kepada ayahku!"
Jawaban Gongsun Lan membuat Ruan-wei tertarik. Dia tersenyum.
"Aku harap Nona mengembaikan Fei-long-jian kepada Wu-dang!" kata Yuan-qing.
Gongsun Lan tertawa dan berkata kepada Yuan-qing:
"Ini adalah benda peninggalan ibuku, mana boleh dikembalikan kepada Wu-dang?"
Yuan-zhi mulai meraung: "Apakah sejak tadi kau tidak mendengar percakapan kami?"
Gongsun Lan tidak melihat Yuan-zhi, dia malah bertanya kepada Ruan-wei:
"Apakah pendengaranku masih normal?"
"Pendengaran kakak perempuanku selalu baik." kata Ruan-wei tertawa
Gongsun Lan melihat Ruan-wei, seperti tidak suka di depan orang-orang memanggilnya kakak.
Karena marah Yuan-zhi berteriak: "Gadis bau, dengan syarat apa kau baru mau mengembalikan
Fei-long-jian kepadaku?"
Dengan tegas Gongsun Lan menjawab: "Ibuku menukar nyawanya dengan Fei-long-jian, jika
Pendeta menginginkan pedangku, tukarlah dengan nyawamu!"
427 Gongsun Qiu-jian sangat menyayangi putri tunggalnya. Melihat dia memarahi pendeta Yuanqing,
maka dengan sabar dia berkata: "Anak Lan, jangan tidak sopan!"
Gongsun Lan segera memanggil ayahnya dan berpelukan dengan ayahnya. Dengan manja dia
berkata: "Ayah, mereka benar-benar tidak tahu malu, masa 2 orang melawan 1 orang?"
Gongsun Qiu-jian menepuk-nepuk pundak putrinya dan berkata:
"Anak Lan, turuti apa yang ayah katakan! Kau minggir dulu, ayah sendiri yang akan
menyelesaikan masalah ini!"
Tadinya Yuan-zhi ingin merebut Fei-long-jian dari tangan Gongsun Lan, tapi melihat pedang
yang dibawa Gongsun Lan bukan Fei-long-jian maka dengan cemas dan marah dia berteriak:
"Gadis bau! Dimana Fei-long-jian!"
"Bukan urusanmu!" jawab Gongsun Lan.
"Jika kau tidak menyerahkan Fei-long-jian, jangan salahkan kalau aku tidak sopan!"
Dengan tidak senang Gongsun Qiu-jian berkata:
"Kau bertarung dengan Qiu-jian, jika kau menang baru boleh meminta Fei-long-jian kepada
putriku, jika tidak kau harus segera turun gunung!"
"Baiklah!" Yuan-zhi mencabut pedang dan berkata kepada Yuan-qing:
"Kakak, ayo kita sama-sama bertarung!"
Melihat keadaan seperti itu, tidak ada cara selain merebut dengan kekerasan. Maka dia berkata
kepada Gao Shou-pu: "Aku sudah mengecewakan Ketua Gao!" Dia juga mencabut pedang.
Gao Shou-pu menarik nafas panjang:
"Dua harimau bertarung pasti akan ada yang terluka, 2 pendekar yang bertarung pasti juga
akan ada yang terluka!" Dia gagal menjadi penengah, hal ini membuatnya sedih.
Yuan-qing dan Yuan-zhi keluar dari pondok sambil membawa pedang. Mereka berdiri di tengah
panggung. Ruan-wei mundur ke sisi panggung. Gongsun Lan menemani ayahnya keluar dari pondok.
Sambil menggoyangkan kepalanya, Gao Shou-pu ikut keluar. Gongsun Qiu-jian berpesan kepada
putrinya agar berdiri di sisi. Gongsun Lan percaya pada kemampuan ilmu ayahnya tapi dia dengan
tidak suka berjalan ke arah Ruan-wei.
"Silakan Tuan Gongsun mencabut pedang, kami berdua akan mencoba menerima serangan
pedang darimu," kata Yuan-qing.
"Sejak tadi Qiu-jian sudah mengatakan, aku bersumpah seumur hidupku tidak akan
menggunakan pedang lagi, bagaimana aku harus mencabut pedangku?"
"Jika kau tidak mau menggunakan pedang, bagaimana kita bisa bertarung?" teriak Yuan-zhi
Gongsun Qiu-jian tersenyum:
"Jian (pedang) apa, tidak ada pedang seperti ada pedang, ada pedang seperti tidak ada
pedang. Dua tangan Qiu-jian adalah sepasang pedang."
Tiba-tiba Ruan-wei dengan suara keras berkata:
"Apa artinya tidak ada pedang seperti ada pedang, ada pedang seperti tidak ada pedang?"
Gongsun Qiu-jian melihat pedang Ruan-wei, kemudian dia tertawa terbahak-bahak:
"Jika tidak ada pemahaman yang mendalam, memegang pedang pun percuma. Jika mempunyai
pemahaman yang mendalam, benda apa pun bisa dijadikan pedang!"
"Berarti asalkan ada benda, apa pun bisa dijadikan pedang?" tanya Ruan-wei.
Yuan-zhi tertawa terbahak-bahak:
"Apakah Tuan benar-benar tidak akan menggunakan pedang?"
Gongsun Qiu-jian hanya tersenyum tapi tidak menjawab.
"Tuan Gongsun menguasai ilmu pedang yang tinggi, aku berharap Tuan bisa sedikit
mengurangi kekuatan," kata Yuan-qing. Kemudian dia mulai memasang kuda-kuda. Dengan penuh
konsentrasi dia memegang pedang, benar-benar seperti berhadapan dengan musuh kuat.
Yuan-zhi menyalahkan kakak seperguruan sebelum bertarung sudah mengeluarkan kata-kata
tadi, maka dia segera bergerak dan mulai menyerang.
428 Gongsun Qiu-jian sama sekali tidak bergerak tapi telapak kirinya melayang, jarinya membentuk
seperti pedang, pelan-pelan dia menepuk pedang Yuan-zhi. Yuan-zhi merasa pedangnya seperti
ada tenaga yang menekan. Karena terkejut, dia menepis.
Perubahan Yuan-zhi benar-benar sangat cepat tapi tangan Gongsun Qiu-jian tidak memegang
pedang lebih cepat bergerak. PAK! Sekali lagi telapaknya memukul pedang Yuan-zhi.
Tiba-tiba Yuan-zhi menarik pedangnya, lalu menusuk ke dada Gongsun Qiu-jian.
Gongsun Qiu-jian lebih cepat, telapaknya seperti pedang menyerang. Dia menyerang sesudah
Yuan-zhi menyerang tapi serangannya malah mencapai duluan, PAK! Telapak Gongsun Qiu-jian
menepuk ujung pedang. Membuat pedang sedikit miring. Serangan Yuan-zhi yang mengarah dada
Gongsun Qiu-jian jadi tidak mengenai sasaran.
Tangan Gongsun Qiu-jian lalu turun ke bawah dan menyerang perut Yuan-zhi.
Yuan-zhi tahu jika jari-jari Gongsun Qiu-jian mengenai perutnya pasti akan seperti pedang
menembus perut. Maka telapak dengan cepat menyerang untuk menahan serangan dari Gongsun
Qiu-jian sambil cepat mundur. Tangan Gongsun Qiu-jian memang tidak mengenai perutnya tapi
mengenai tengah-tengah telapak tangannya. Yuan-zhi merasa sangat sakit. Begitu dilihat, ternyata
telapaknya sudah berlubang seperti tertusuk pedang.
Sekarang Yuan-zhi baru tahu apa artinya tidak ada pedang tapi seperti ada pedang, maka dia
benar-benar terkejut. "Adik seperguruan, bagaimana denganmu?" tanya Yuan-qing.
"Tidak apa-apa!"
Kali ini dia tidak berani bertindak ceroboh lagi, kakinya memasang kuda-kuda dan ilmu pedang
Wu-dang yang asli dikeluarkan.
Di depan 2 pesilat terkenal di dunia persilatan Gongsun Qiu-jian tidak berani bertindak ceroboh.
Tapi kedua matanya tidak melihat musuh malah melihat ke bawah seperti melihat hidung sendiri.
Inti ilmu Wu-dang adalah dengan diam mengatasi gerak. Melihat keadaan Gongsun Qiu-jian,
pasti dia tidak akan menyerang dulu. Mereka berdua berpikir, mereka memegang pedang,
mengapa takut kepada Gongsun Qiu-jian.
Karena pikiran mereka sejalan, tiba-tiba 2 pedang diangkat dan bersamaan menyerang. Ilmu
pedang Wu-dang 'Fei-long-jian-fa' selalu bergerak dengan ringan dan lincah. Apalagi Yuan-qing
dan Yuan-zhi mempunyai pengalaman selama puluhan tahun. Kecuali ringan dan lincah, mereka
juga bergerak sangat mantap, setiap serangan pedang membawa angin kencang.
Dengan ilmu yang tidak menggunakan pedang, Gongsun Qiu-jian berusaha tidak mengenai
pedang mereka. Kadang-kadang serangan yang keras dari mereka, begitu hampir beradu, dia
meminjam tenaga lawan membuat pedang mereka melewati tangannya. Sesudah seratus jurus,
Ketua Gai-bang diam-diam mengagumi ilmu silat Gongsun Qiu-jian yang tinggi. Jika terus berjalan
begitu, Yuan-qing dan Yuan-zhi tidak akan bisa bertahan.
Tiba-tiba di luar datang beberapa pelayan berpakaian putih. Gongsun Lan pelan-pelan berkata:
"Ayah mulai mengeluarkan wibawanya."
Melihat ada orang, Ruan-wei bertanya: "Untuk apa mereka datang?"
"Jangan banyak tanya, lihatlah dengan teliti," jawab Gongsun Lan.
Beberapa orang berpakaian putih itu duduk berbaris, dari balik baju dada mereka
mengeluarkan alat musik kuno. Mereka tidak melihat tuannya sedang bertarung mereka dengan
santai memainkan alat musiknya.
Musik lagunya, lagu kerajaan Tang, nama lagunya adalah Shang-Lin, bercampur dengan musik
Kerajaan Rao, namanya Jing-shou.
Begitu campuran musik ini diperdengarkan, sikap Gongsun Qiu-jian menjadi luwes, langkahlangkah
kakinya sangat cocok dengan musik yang dimainkan. Ilmu pedang menggunakan
tangannya sangat cocok dengan musik Jing-shou, karena itu kaki dan tangannya sejalan mengikuti
musik menyerang mereka berdua. Boleh dikatakan dengan mata Gongsun Qiu-jian dipejamkan
pun dia bisa mengalahkan Yuan-qing dan Yuan-zhi. Hanya beberapa jurus, ilmu pedang Yuan-qing
mulai kacau, apalagi Yuan-zhi. Sekarang mereka berada dalam bahaya.
Ruan-wei yang lupa ingatan, otaknya menjadi kosong sehingga dia bisa dengan cepat
menangkap gerakan ilmu pedang tinggi. Dia berteriak:
"Sungguh seperti tidak ada pedang tapi ada pedang!"
429 0-0-0 BAB 108 Demi orang yang dicintai pergi ke tempat yang jauh
Tiba-tiba di sebelah gunung ada yang berteriak:
"Guru, Fei-long-jian sudah ditemukan!"
Tiga orang yang sedang bertarung terkejut. Gongsun Qiu-jian marah karena dia hampir
menang tapi terganggu, dia berhenti dan meloncat ke pinggir.


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hanya dalam waktu singkat, seorang pendeta berwajah merah datang, dia adalah Lao-wu salah
seorang pendeta 5 warna. Karena mereka berlima berhasil menemukan Fei-long-jian, dialah yang
mewakili kempat adik seperguruannya untuk melapor kepada gurunya.
"Kalian tidak menjaga baik-baik di bawah, ada apa datang ke sini?" bentak Yuan-zhi
Pendeta berwajah merah bersujud dan berkata:
"Aku pantas mati, membuat mereka bisa lolos sehingga bisa datang kemari!"
Karena kalah dari Gongsun Qiu-jian, Yuan-zhi marah, dia membentak:
"Tidak menjaga dengan baik, apa dosamu!"
Aturan Wu-dang sangat ketat, apalagi penjagaan mereka tidak benar, sampai ada yang berhasil
lolos, biasanya tangan mereka harus dipotong sebelah.
Pendeta berwajah merah dengan gemetar menjawab:
"Harus... harus...."
Tiba-tiba Yuan-qing berkata:
"Aku membebaskanmu dari hukuman, bangunlah!"
Kata-kata ketua berat seperti gunung. Dengan cepat pendeta berwajah merah berdiri.
Walaupun Yuan-zhi bersifat keras, dia juga tidak berani membantah perintah ketua.
"Ada apa datang kemari?" Tanya Yuan-qing perlahan
"Fei-long-jian ada padanya!"
Pendeta berwajah merah menunjuk Ruan-wei. Yuan-zhi melihat pedang yang dibawa Ruan-wei,
memang dibungkus dengan kain, tapi panjang dan bentuknya sangat mirip. Dia bertanya:
"Apakah pedang yang dibungkus itu adalah Fei-long-jian?"
"Apakah ini Fei-long-jian, aku tidak tahu?"
Ruan-wei menggelengkan kepala.
"Apakah aku boleh meminjamnya sebentar untuk melihatnya?" tanya Yuan-zhi.
"Kenapa tidak?" Ruan-wei menjawab dengan ringan.
Dia mulai menurunkan bungkusan dan membukanya. Tiba-tiba Gongsun Qiu-jian berteriak:
"Nanti dulu!" Dalam hati Ruan-wei sangat kagum dengan ilmu pedang Gongsun Qiu-jian, maka dia tertawa:
"Apakah Tetua ada pendapat lain?"
"Apakah pedang ini diberikan oleh seseorang?" tanya Gongsun Qiu-jian.
Ruan-wei termenung, dia tidak tahu harus menjawab apa karena dia sendiri lupa siapa yang
memberikan pedang ini. Gongsun Lan dengan malu-malu berkata:
"Ayah, aku yang memberikan pedang itu kepadanya!"
Melihat sikap Ruan-wei yang masih suka termenung, Gongsun Qiu-jian menarik nafas dan
berkata: "Pedang itu pemberian putriku, kau harus menjaganya dengan baik!"
Setelah itu dia mundur ke pinggir. Ruan-wei tidak ingat kapan Gongsun Lan pernah
memberikan sebilah pedang sakti kepadanya. Sambil berpikir, dia membuka bungkusan yang
dibawanya. Sarung pedang terbuat dari kulit ular hitam bercorak, pegangan pedang berbentuk sangat
aneh. Sekali melihat pedang itu Yuan-zhi sudah tahu itu bahwa itu adalah benda sakti milik Wudang
Fei-long-jian. Sifatnya kasar, tangannya langsung mencengkram, dia berniat mengambil Feilong-
jian. Tapi Yuan-qing membentak:
430 "Hentikan!" Yuan-zhi terkejut dan segera menarik tangannya. Tapi Ruan-wei membawa pedang dengan
kedua tangannya, dia berdiri dan tertawa.
"Adik seperguruan, sifatmu benar-benar merusak nama baik Wu-dang!" kata Yuan-qing marah
Yuan-zhi adalah seorang pendeta, dia juga melihat orang itu akan memberikan pedang untuk
dilihatnya. Siapa pun pemilik pedang itu, tidak harus sampai merebutnya. Maka dengan nada
menyesal dia berkata: "Yuan-zhi bersalah, aku rela dihukum!"
Yuan-qing adalah seorang pesilat tangguh tapi meski dia bergabung dengan adik
seperguruannya dia masih bukan tandingan Gongsun Qiu-jian. Hatinya sedih. Sekarang melihat
Yuan-zhi bersikap seperti itu maka dia tidak bicara lagi.
Ruan-wei tertawa dan menawarkan:
"Apakah Pendeta masih ingin melihat pedang ini?"
Dengan sedih Yuan-qing menjawab: "Kami tidak perlu melihatnya lagi, pedang itu memang Feilong-
jian yang sebenarnya, milik Wu-dang!"
"Maksud Pendeta, pedang itu milik kalian?" tanya Ruan-wei.
Yuan-qing mengangguk, "Betul, pedang ini adalah simbol ketua Wu-dang tapi Wu-dang-pai
tidak bisa menjaganya dengan baik maka pedang ini jadi hilang. Tuan harus berhati-hati
memegang benda sakti ini."
Ruan-wei memberikan pedang itu kepada Yuan-qing:
"Jika pedang ini milik kalian, ambillah!" sahut Ruan-wei.
"Apa maksudmu?" sahut Yuan-zhi terkejut. Karena dia tidak percaya ada orang yang akan
memberikan pedang sakti itu kepada mereka tanpa syarat apa pun, tapi melihat Ruan-wei
sepertinya bersungguh-sungguh dan tidak bercanda dia masih tidak percaya.
"Apa syarat dari Tuan?" tanya Yuan-qing.
Ruan-wei terbahak-bahak: "Apa itu pedang" Tidak ada pedang seperti ada pedang, ada pedang sama dengan tidak ada
pedang. Aku tanpa syarat memberikan pedang ini kepadamu."
Kata-kata ini adalah kata-kata yang diucapkan Gongsun Qiu-jian tadi. Sekarang Gongsun Qiujian
melihat Ruan-wei, apakah Ruan-wei sedang berpura-pura bersikap bodoh atau apakah dia
benar-benar mengerti apa yang dia ucapkan"
Yuan-qing berpikir sebentar lalu kedua tangannya pelan-pelan menerima pedang itu.
Gongsun Lan berteriak: "Apakah betul kau akan memberikan pedang itu kepada mereka?"
"Apakah kau tahu apa maksudnya putriku memberikan pedang ini kepadamu?"
"Ayah, dia tidak akan mengerti!"
Alis Gongsun Qiu-jian berkerut. Dia berteriak:
"Aku akan memberitahumu...."
Ketika dia ingin mengungkapkan maksud Gongsun Lan memberikan pedang itu, Yuan-zhi ikut
berbicara: "Tuan kecil ini rela memberikan pedangnya kepada kami, untuk apa kau masih begitu
cerewet?" Pedang segera diambil oleh Yuan-qing ketika mereka sedang bicara. Sesudah pedang itu
diambil, Ruan-wei mundur ke sisi Gongsun Lan. Kelihatannya dia sama sekali tidak berniat jahat.
Begitu pedang dicabut oleh Yuan-qing, pedang seperti air berkilau karena pantulan sinar
matahari dan kilauan berwarna kuning ini juga membuat kagum ketua Gai-bang. Pertama kalinya
dia melihat pedang itu. "Benar-benar pedang bagus!"
Gongsun Qiu-jian menuntun Gongsun Lan dan berteriak:
"Anak Lan, ayo kita pergi! Jangan hiraukan bocah bodoh ini!"
Sambil meneteskan air mata, Gongsun Lan berkata:
"Ayah...." Wajah Gongsun Qiu-jian menjadi pucat, dia berkata kepada Ruan-wei:
431 "Bocah, ikut saja pada 2 pendeta Wu-dang ini, jangan tinggal di sini lagi! Jika tidak, jangan
salahkan aku kalau aku berbuat tidak sopan terhadapmu! Aku benar-benar ingin mematahkan
kakimu!" "Apa salahku, Tetua?" Ruan-wei bingung.
Gongsun Qiu-jian tidak sudi bicara dengan Ruan-wei, dia tertawa sinis mengajak Gao Shou-pu
singgah di tempatnya. "Mari, Ketua Gao, silakan berkunjung ke rumahku untuk minum-minum!"
Dengan senang Yuan-qing berpamitan.
"Tuan Gongsun, aku sudah merepotkanmu, Yuan-qing pamit pergi!"
"Silakan!" Gongsun Qiu-jian menjawab dengan nada tidak suka.
Yuan-qing, Yuan-zhi, dan pendeta berwarna merah turun dari panggung. Ruan-wei tetap berdiri
di sana dan tidak bergerak.
Gongsun Qiu-jian membentak:
"Cepat pergi!" Tiba-tiba Gao Shou-pu bertanya: "Saudara kecil, apakah kau menganggap pedang itu pantas
diberikan kepada orang lain?"
"Pedang itu milik pendeta, jika memang dikembalikan kenapa aku disalahkan?" tanya Ruan-wei.
"Dari mana kau tahu pedang itu milik pendeta itu?" tanya Gao Shou-pu.
"Pendeta itu berkata demikian."
"Salah, pedang itu bukan milik pendeta itu!" jawab Gao Shou-pu.
Ruan-wei terkejut, langsung dia berteriak kepada Yuan-qing: "Berhenti!"
Sambil berteriak, Ruan-wei mengejar mereka.
Gao Shou-pu menarik nafas panjang: "Kakak Gongsun, kau harus memaafkan dia! Aku lihat
sorot matanya buyar, sepertinya dia mengidap suatu penyakit dan dia tidak tahu mana yang benar
dan mana yang salah. Dia tidak sengaja tidak menyayangi Fei-long-jian!"
"Ayah, dia lupa ingatan dan lupa kalau aku yang telah memberikan pedang itu! Ayah, jangan
salahkan dia!" Begitu menceritakan secara singkat tentang Ruan-wei, Gongsun Qiu-jian melihat
mata putrinya memancarkan sorot mata penuh cinta. Mata ini seperti mata almarhum istrinya
yang begitu mencintainya.
Dia segera berkata: "Kakak Gao, mari kita ke sana untuk melihat keadaan, jangan-jangan dia mengalami kesulitan!"
Karena Gao Shou-pu telah menipu Ruan-wei, dalam hati dia mengkhawatirkan keselamatannya.
Maka dia yang pertama berlari ke sana.
Ruan-wei mengejar Yuan-qing, Yuan-zhi menghadangnya:
"Untuk apa kau ke sini lagi?"
"Pedang itu bukan milik kalian, harap kalian kembalikan kepadaku!" pinta Ruan-wei.
"Siapa bilang pedang itu bukan milik kami?" tanya Yuan-zhi.
"Kembalikan lagi pedang itu kepadaku, setelah aku mengetahui dengan jelas siapa pemiliknya,
aku baru bisa mengambil keputusan," sahut Ruan-wei.
"Mana ada aturan seperti itu?" bentak Yuan-zhi
"Jika kalian tidak memberikannya, aku akan mengambil pedang itu sendiri!"
Ruan-wei mulai bergerak, dia ingin mengambil kembali Fei-long-jian yang ada di tangan Yuanqing.
Yuan-zhi mencabut pedang dan menghadang gerakan Ruan-wei, sambil membentak:
"Jika kau maju selangkah lagi, jangan salahkan kalau aku tidak berperasaan!"
Yuan-qing tidak tahu mengapa Ruan-wei tiba-tiba berubah pikiran. Dia takut Yuan-zhi
bertindak ceroboh, maka dengan cepat dia berkata: "Adik, jangan melukai dia!" Ruan-wei seperti
tidak mendengar kata-kata Yuan-zhi, dia melangkah lagi. Melihat Ruan-wei mengacuhkan dia,
pedang Yuan-zhi menyerang ke sisi telinga Ruan-wei, maksudnya adalah untuk mengejutkan dia.
Yuan-zhi tidak tahu kemampuan Ruan-wei, sekarang dia menyerang, dia tidak waspada.
Memang ingatan Ruan-wei hilang tapi ilmu silatnya tidak hilang. Dia mengangkat tangan untuk
menahan, tidak sengaja jurus pertama Tian-long-shi-san-jian 'Xiao-fu-zhi-tian' dikeluarkan.
Sekarang jurus ini hanya digerakan dengan tangan kosong tanpa menggunakan pedang. Yuanzhi
merasa jurus ini membawa angin kencang, pedang di tangan sudah dirampas oleh Ruan-wei.
432 Tiba-tiba ada yang berteriak: "Jurus pedang yang hebat!" Dari belakang hutan muncul Ketua Gao,
Gongsun Qiu-jian, dan Gongsun Lan. Yang bicara tadi adalah Gongsun Qiu-jian karena dia melihat
jurus tadi adalah jurus pedang yang diubah menjadi jurus tangan kosong.
Begitu pedang berhasil dirampas, pedang itu segera dilempar oleh Ruan-wei. Pedang itu seperti
naga terbang di langit, tenaganya lurus lama sekali baru pedang itu turun.
Karena kecerobohan Yuan-zhi, pedang berpindah tangan. Yuan-zhi tidak menerima penghinaan
ini, apalagi dilakukan di depan banyak orang, maka dia segera mencabut pedang merah milik
pendeta berwajah merah. Gongsun Lan berteriak: "Ruan-wei, hati-hati!"
Sambil bersalto, Ruan-wei menghindari serangan Yuan-zhi yang ganas. Semua orang tidak
menyangka kalau Yuan-zhi akan menyerang Ruan-wei dari belakang. Yuan-qing menarik nafas
panjang. Karena Yuan-zhi gagal melakukan serangan, dia mulai berkonsentrasi penuh bersiap-siap
menggunakan ilmu Fei-long-jian.
Ruan-wei tidak memilik pedang, dia menggunakan tangan kiri sebagai pedang. Sejurus demi
sejurus Tian-long-shi-san-jian dikeluarkan. Tapi karena baru pertama kali menggunakan tangan
sebagai pengganti pedang, maka dia masih belum lancar menggerakannya. Kehebatan jurus Tianlong-
shi-san-jian jadi berkurang banyak, seharusnya Ruan-wei bisa menang, dia malah terdesak.
Orang lain tidak bisa melihat jurus apa yang digunakan Ruan-wei, tapi Gongsun Qiu-jian yang
seumur hidupnya meneliti ilmu pedang, hanya beberapa jurus saja, dia langsung tahu ilmu pedang
ini sangat hebat dan di dunia dan tidak ada duanya.
Sesudah 13 jurus habis dikeluarkan, mata Gongsun Qiu-jian masih melotot, karena dia melihat
sendiri ilmu pedang itu adalah ilmu pedang nomor satu.
Setelah menghabiskan 13 jurus, Ruan-wei memulai lagi dari jurus pertama.
Dengan tangan kosong, Ruan-wei melawan pedang berwarna merah, benar-benar sangat
berbahaya. Orang-orang mengkhawatirkannya, tapi hanya Gongsun Qiu-jian yang percaya begitu
Ruan-wei lancar menggunakan tangan kirinya sebagai pedang, Yuan-zhi bukan lawannya.
Gongsun Lan sangat mengkhawatikan keadaan Ruan-wei. Dengan suara gemetar dia berkata:
"Ayah, jangan biarkan mereka bertarung lagi. Jika Fei-long-jian menjadi simbol dari ketua Wudang,
biarlah pedang itu dikembalikan kepada mereka. Jangan biarkan Ruan-wei berada dalam
bahaya!" Karena takut Ruan-wei akan bermusuhan dengan Wu-dang, kelak hal ini akan membuat Ruanwei
tidak leluasa berkelana di dunia persilatan. Maka Gongsun Qiu-jian bertanya kepada putrinya:
"Apakah dia adalah orang yang kau maksud setahun yang lalu?"
Gongsun Lan mengangguk. Gongsun Qiu-jian bertanya lagi:
"Fei-long-jian ayah berikan kepadamu untuk memilih calon suamimu, apakah benar dia
kekasihmu?" "Ayah...." wajah Gongsun Lan memerah. "Jangan khawatir anak Lan, dia tidak akan kalah!"
Demi menenangkan putrinya, Gongsun Qiu-jian berteriak:
"Kalian berdua, hentikan pertarungan ini!"
Semakin bertarung Yuan-zhi semakin takut, dia merasa seperti sudah berada di punggung
harimau, sulit untuk turun. Dalam hati dia berpikir, nama baik yang diperjuangkan seumur
hidupnya akan hilang di tangan pemuda yang tidak dikenalnya ini. Begitu mendengar teriakan
Gongsun Qiu-jian, dia segera mengambil kesempatan ini untuk mengambil kembali wajahnya yang
hampir hilang. Ruan-wei tidak berniat merebut kemenangan, melihat Yuan-zhi berhenti, dia juga berhenti tapi
kaki tidak berhenti bergerak. Dia terus berjalan ke arah Yuan-qing. Gongsun Qiu-jian berteriak:
"Ruan-wei!" Gongsun Qiu-jian mendengar putrinya memanggil Ruan-wei, maka dia ikut memanggil Ruanwei.
Dia mengira Ruan-wei akan berhenti tapi Ruan-wei yang hilang ingatan tidak mengingat
namanya sendiri. Dia seperti tidak mendengar dan masih terus berjalan ke arah Yuan-qing.
Melihat Ruan-wei mengacuhkannya, Gongsun Qiu-jian berteriak lagi:
"Hei bocah, berhenti!"
433 Kali ini Ruan-wei mendengarnya, dia membalikkan kepala dan tertawa:
"Apakah Tetua memanggilku?"
Gongsun Qiu-jian menggelengkan kepala, bocah ini sudah lupa pada namanya sendiri,
sepertinya penyakit bocah ini sulit diobati.
Gongsun Qiu-jian berkata:
"Pedang itu miilik pendeta itu!"
"Apakah benar?"
"Aku tidak akan membohongimu. Tadi Ketua Gao hanya ingin mengujimu. Jika kau tidak
percaya tanyalah lagi kepadanya!"
Gao Shou-pu tertawa: "Kata-kata pendekar Gongsun tidak salah. Aku melihat Tuan tanpa tahu alasannya, langsung
memberikan pedang itu kepada orang lain. Untung pendeta Yuan-qing yang menjadi pemilik
pedang ini. Jika orang jahat menipumu bagaimana?"
Sifat Ruan-wei memang bersifat sangat terbuka. Begitu mendengar nasehat Ketua Gao masuk
akal, dia segera berterima kasih:
"Aku menerima nasihat Ketua, kelak aku pasti akan berhati-hati!"
Dia balik berkata kepada Yiian-qing:
"Aku minta maaf sudah mengganggu Pendeta!"
"Tuan sudah mengembalikan Fei-long-jian kepada kami, aku dan murid-murid Wu-dang akan
sangat berterima kasih. Jika ada salah, maafkan kami!"
"Yuan-zhi tadi sudah menyerang Tuan, aku minta maaf!" Yuan-zhi ikut bicara
"Oh, tidak! Akulah yang bersalah."
Melihat adik seperguruan mau mengakui kesalahannya, Yuan-qing sedikit terhibur. Dia pamit
kepada Gongsun Qiu-jian. Yuan-zhi dan pendeta berwajah merah meninggalkan Kan-long-shan.
Ketua Gai-bang Gao Shou-pu disuguhi arak bagus, dia menginap 3 hari baru pulang.
Selama 3 hari ini dengan usaha keras, Gongsun Qiu-jian tetap tidak bisa membuat ingatan
Ruan-wei pulih kembali, akhirnya dia malah mengajarkan ilmu pedang tangan kosong kepadanya.
Ilmu pedang ini hanya dikuasai oleh Gongsun Qiu-jian. Dia telah menghabiskan waktu 20 tahun
tinggal di Kan-long-shan untuk mempelajari ilmu ini. Ilmu ini tidak bisa dalam waktu sehari dua
hari bisa dikuasai. Karena pikiran Ruan-wei dalam keadaan kosong maka dalam waktu 3 hari, hal-hal yang penting
saja telah dikuasainya. Gongsun Qiu-jian tahu Ruan-wei bisa Tian-long-shi-san-jian yang sudah lama diinginkannya,
tapi dia tidak pernah membuka mulut untuk bertanya, apalagi bertanya tentang keunikan Tianlong-
shi-san-jian. Pada hati ke-4 pagi, Gongsun Qiu-jian berkata kepada Gongsun Lan:
"Anak Lan, ayah tidak sanggup mengobati penyakitnya!"
"Apakah ingatannya tidak akan pernah kembali?" tanya Gongsun Lan.
"Bukankah sekarang dia baik-baik saja, untuk apa mengembalikan ingatannya" Itu akan
bertambah repot!" kata Gongsun Qiu-jian.
"Orang jika tidak mengetahui masa lalunya bukankah itu adalah hal yang menyedihkan! Ayah,


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tolong bantu dia untuk memulihkan ingatannya!"
"Dia pasti mendapatkan pukulan berat hingga keadaannya menjadi seperti ini. Jika ingatannya
kembali, ayah rasa kau tidak akan beruntung!"
"Oh, tidak Ayah, dia sering mengigau memanggil nama Adik Yi. Mungkin dia kehilangan adik
laki-lakinya dalam tiupan angin besar dan otaknya terluka."
Gongsun Qiu-jian menggelengkan kepala dan menarik nafas:
"Anak Lan, apakah benar kau mencintainya?"
"Aku akan menikah dengannya!"
"Demi kebahagiaanmu, ayah malah berharap dia tetap seperti ini. Dia akan selalu berada di
sisimu, bukankah itu lebih baik?"
"Ayah, apakah ada obat yang bisa menyembuhkannya?"
"Ada tapi Xue-hua (Bunga darah) sulit dicari."
"Apakah Xue-hua yang ada di gunung es itu?" Gongsun Qiu-jian mengangguk:
434 "Xue-hua berada di gunung es tapi ini hanya menurut kata orang-orang Tibet, apakah benar
atau salah, tidak ada yang tahu."
"Kalau begitu besok aku akan pergi ke gunung es untuk mencarinya."
"Anak Lan, itu hanya kata-kata orang, apakah betul atau tidak, tidak ada yang tahu."
"Kalau begitu kita harus bagaimana?"
Gongsun Qiu-jian menghibur:
"Ada satu cara yang bisa mengobati dia. Katanya di Pegunungan Kun-lun, di gunung Ku-kushen-
li, tinggal 2 biksu India. Mereka berilmu silat tinggi."
"Apakah 2 biksu India itu bisa mengobati lukanya?"
"Di dunia ini ada semacam ilmu, namanya ilmu yoga. Jika dua biksu India itu bergabung, pasti
bisa mengobati penyakitnya."
Mengingat Gunung Kun-lun berada di Tibet utara. Katanya itu adalah tempat yang menakutkan.
Mencari 2 biksu India ke tempat itu lebih sulit dibandingkan naik ke langit. Gongsun Lan bertanya
lagi: "Apakah ada orang lain yang bisa mengobatinya?"
"Kecuali ilmu yoga, tidak ada tenaga dalam yang bisa mengobati luka di otaknya. Di Zhongyuan
tidak ada orang yang bisa menguasai ilmu yoga, hanya orang India yang bisa menguasainya,
selain ilmu yoga ini, tidak ada cara lain yang bisa mengobati penyakitnya.
Gongsun Lan tidak yakin dia bisa mencari 2 biksu India itu di Pegunungan Kun-lun, dia sangat
cemas. Gongsun Qiu-jian menarik nafas, "Anak Lan, lebih baik lepaskan harapan menyembuhkannya.
Kedua cara ini terlalu sulit dilakukan."
Tapi Gongsun Lan bertekad akan pergi ke Gunung Kun-lun.
"Apakah kau akan membawa pergi mencari biksu India itu?"
Dengan tegas Gongsun Lan mengangguk: "Jika tidak bisa bertemu dengan biksu India itu,
mungkin kita bisa menemukan Bing-mo-xue-hua (Gurun es bunga darah).
"Apakah jika bertemu dengan biksu India, dia mau mengobati penyakitnya, karena untuk
mengobatinya harus membuang banyak tenaga." Suara Gongsun Lan sedikit gemetar: "Aku sudah
bertekad, sesulit apa pun, aku harus membawanya pergi ke Gunung Kun-lun untuk berobat. Jika
tidak berhasil, aku tidak akan kembali."
Tiba-tiba Ruan-wei masuk, dia terus melihat Gongsun Lan:
"Lan... aku...."
Tadinya dia ingin memanggil Kakak Lan dan mengucapkan terima kasih tapi mengingat
Gongsun Lan tidak suka dipanggil kakak, maka dia berkata terpatah-patah. Dia lupa mengucapkan
kata-kata. Gongsun Lan tidak menyangka kalau diam-diam Ruan-wei mendengar kata-katanya,
maka wajahnya memerah. Sebenarnya Gongsun Qiu-jian tahu Ruan-wei mendengar dari pinggir, maka dia tersenyum:
"Anak Lan, ayah berharap cita-citamu dapat terlaksana."
Dari kata-katanya dia setuju dengan kepergian putrinya ke Gunung Kun-lun. Gongsun Lan
dengan senang berteriak: "Ayah...." 0-0-0 BAB 109 Tanpa sengaja bertemu orang aneh.
Gongsun Qiu-jian mengantar Gongsun Lan dan Ruan-wei mencari Bai-ti-ma. Setelah
menemukannya, dia baru berhenti mengantar.
Entah kapan ayah dan anak itu bisa bertemu lagi, maka ayah dan putri ini terus mengobrol,
dengan berat hati mereka berpisah. Ruan-wei tidak tahu harus berkata apa, dia hanya
mengucapkan. "Tetua, aku tidak akan melupakan kebaikan budimu!"
"Kau harus benar-benar menjaga Lan-er!" pesan Gongsun Qiu-jian
435 Ruan-wei mengangguk. Sambil menahan air mata, Gongsun Lan menunggang kuda pergi dari
sana. Setelah beristirahat beberapa hari di hutan, Bai-ti-ma terlihat bertambah gagah, dia berlari
dengan cepat dan mantap. Melihat mereka pergi, Gongsun Qiu-jian kembali ke gunung. Dia
merasa terhibur karena kali ini mereka pergi, sepertinya akan sia-sia, tapi mereka bisa bertambah
akrab dan bisa saling mencintai.
Walaupun musim dingin di Tibet sudah berlalu tapi di daerah Tibet utara tidak terlihat seorang
pun, semakin mereka berjalan yang terlihat hanya daerah liar. Setengah bulan mereka berjalan,
udara semakin dingin. Sesampai di Pegunungan Kun-lun, gunung-gunung sangat tinggi seperti masuk ke awan.
Puncaknya di bawah pantulan sinar matahari terlihat putih, mungkin itu adalah salju yang
bertahun-tahun tidak mencair.
Mereka tikdak bisa menanyakan jalan karena tidak seorang pun di sana, mereka tidak tahu Kuku-
shen-li-shan berada di mana. Jika harus mencari dengan teliti akan menghabiskan waktu
seumur hidup, dan itu pun belum tentu bisa menemukan biksu India, apalagi harus mencari Xuehua.
Mungkin belum tentu adaXue-hua di sini.
Mereka berjalan bolak-balik di sana, entah harus pergi ke arah mana"
"Kakak Lan, kali ini kita mencari orang seperti mencari jarum di dasar laut, biar saja aku tetap
seperti ini dan biar aku tetap melupakan masa lalu, jangan merepotkan Kakak Lan lagi."
"Kenapa kau begitu mudah putus asa" Lihat kakak sajabelum putus asa. Jangan takut, kita
pasti bisa menemukan biksu India itu, mungkin sekuntum Xue-hua sedang menunggu kita."
Anak perempuan selalu mengkhayalkan hal yang indah. Ruan-wei ikut tertawa.
"Kakak Lan, kau tidak marah ketika aku memanggilmu kakak?"
Gongsun Lan tertawa ringan: "Baiklah! Jika kau tidak memanggilku kakak, apakah kau akan
memanggilku adik?" "Biar aku memanggilmu adik!" Ruan-wei berkata dengan serius.
Gongsun Lan tertawa: "Tidak mungkin, karena aku lebih tua 3 tahun darimu."
Ruan-wei memeluk pinggang Gongsun Lan yang ramping:
"Jika kau sudah menjadi istriku, lalu aku harus memanggilmu apa?"
Tidak disangka Ruan-wei akan bicara seperti tiu, maka dengan malu Gongsun Lan menjawab:
"Aku tidak tahu!"
"Kalau kau tidak tahu, aku akan memanggilmu kucing saja."
"Sudahlah jangan berbelit-belit! Aku tidak mau bicara lagi denganmu," Gongsun Lan pura-pura
marah. "Jangan marah, aku akan tetap memanggilmu Kakak Lan."
Karena candaan Ruan-wei, Gongsun Lan terus tertawa. Tiba-tiba di belakang terdengar suara
dingin: "Mana ada aturan istri lebih tua dari suami, jika menjadi kakak tidak bisa menjadi istri."
Suara ini membuat wajah Gongsun Lan berubah, dengan cepat dia turun dari kuda. di belakang
kuda kira-kira dengan jarak 3 meter, berdiri seseorang yang aneh dan pendek. Orang aneh itu
mengenakan jubah putih. Jubah ini membungkus tubuhnya yang gemuk. Dia memakai topi kulit,
wajahnya yang gemuk penuh dengan kerutan, membuat wajahnya yang jelek bertambah jelek.
Melihat wajah cantik Gongsun Lan, dia membuka mulut besar untuk tertawa, dia berjalan
mendekat. Gongsun Lan terkejut dan mundur. Pantas orang aneh ini bisa diam-diam berdiri di belakang
kuda dan tidak diketahui siapa pun, ternyata dia memakai sepatu kulit panjang, bisa meluncur di
atas salju tanpa suara. "Siapa kau?" tanya Gongsun Lan.
Orang aneh itu tertawa dengan aneh:
"Jangan tanya aku siapa, tapi umurku cukup untuk menjadi suamimu. Bocah itu terlalu kecil,
hanya cukup untuk menjadi anak kita berdua saja."
Gongsun Lan mendengar dia menghina Ruan-wei, pedang langsung dicabut.
"Jika kau tidak pergi, jangan salahkan kalau aku mengusirmu dengan pedang!"
Orang aneh itu tertawa terbahak-bahak:
436 "Ada orang di depan 'Xi-hua-lang-jun' (Tuan yang menyayangi bunga) Li You-guan berani
menggunakan senjata, benar-benar tidak tahu diri."
Tidak disangka bentuk badannya begitu aneh, mempunyai julukan begitu bagus, tapi namanya
persis dengan bentuk badannya, pendek, gemuk seperti botol minyak. (You=minyak,
Guan=botol). Begitu mednengar namanya, Gongsun Lan merasa terkejut karena di Zhong-yuan dia pernah
mendengar ada 5 orang aneh, salah satunya laki-laki yang sangat menyukai perempuan ini. Garagara
doyan perempuan, dia disindir menjadi 'tuan yang menyayangi perempuan'. Dunia begitu
luas tapi di tempat seperti ini bisa bertemu dengan siluman yang gila perempuan.
Li You-guan yang suka perempuan, melihat ada gadis cantik, segera meluncur, tangannya
memegang wajah Gongsun Lan.
Kemudian dia mencium tangan gemuknya dan tertawa terbahak-bahak:
"Sangat wangi! Wangi sekali! Nona cantik, malam ini, temanilah aku."
Gongsun Lan merasa terhina dengan perbuatannya, dia tidak tahan. Pedangnya sudah
membacok. Ruan-wei juga turun dari kuda, dia memegang pergelangan Gongsun Lan. Dari atas kuda dia
melihat Gongsun Lan tidak bisa menghindari rabaan Li You-guan. Kali ini bacokan Gongsun Lan
pasti akan merugikan dirinya sendiri. Li You-guan marah besar:
"Bocah tengik! Si cantik ingin membacokku, apa urusanmu, untuk apa kau membantu?"
Telapak Li You-guan menepis. Misalkan serangannya ini sungguhan, kepala Ruan-wei akan
terbelah, tapi Ruan-wei sudah bersiap. Dia menahan dengan tangan. Dalam hati Ruan-wei
mengetahui, jika dia menyambut, pergelangan tangannya pasti akan patah. Maka dengan ilmu
pedang tanpa menggunakan pedang, dia meluncur jauh. Li You- gu an marah: "Bocah tengik, kau
cukup hebat!" Dalam hati Gongsun Lan tahu ilmu silat 5 orang aneh hampir setara dengan
ayahnya. Ruan-wei bukan lawannya. Dengan menahan emosi Gongsun Lan bertanya:
"Kita tidak mengenal juga tidak ada dendam, lebih baik berjalan di jalan masing-masing, untuk
apa kau menganggu kami?"
Dengan sombong Li You-guan menjawab: "Keinginanku seperti ini, apa urusanmu?"
Gongsun Lan menahan kemarahan: "Kalau begitu aku berharap kau berbaik hati untuk
melepaskan kami!" Li You-guan tertawa terbahak-bahak: "Jika kalian ingin pergi, pergilah. Kalian sendiri yang
mencari gara-gara, aku tidak akan menghalangi kalian."
Dalam hati Gongsun Lan berpikir, 'Bila sudah di atas Bai-ti-ma, kami tidak akan diganggu oleh
siluman itu." Maka dia memegang tangan Ruan-wei, dia ingin cepat-cepat naik ke atas kuda.
Tapi Li You-guan lebih dulu mencengkram baju Gongsun Lan dan menariknya dengan kuat.
Gongsun Lan seperti terbang terbanting ke belakang dan terpisah dengan Ruan-wei.
"Kau mau apa?" tanya Ruan-wei.
Dengan marah Li You-guan membentak:
"Bocah, cepat pergi! Demi si cantik ini, aku akan melepaskanmu!"
"Kenapa kau memisahkan kami berdua?"
Li You-guan menghadang di tengah. Wajahnya yang gemuk terus tertawa:
"Aku akan melepaskannya, juga melepaskanmu."
"Jika melepaskan kami, tolong jangan halangi kami!"
Dengan wajah cabul, Li You-guan berkata:
"Aku tidak akan menghalangi kalian, hanya saja kalian harus pergi dengan terbagi 2 kali!"
"Mengapa harus terbagi 2 kali?" wajah Gongsun Lan berubah.
"Apa alasanya?" Gongsun Lan marah
Li You-guan tertawa panjang:
"Apa kata-kataku tadi tidak didengar kalian" Jika si cantik ini tidak menemani Xi-hua-lang-jun
tidur semalam, jangan harap kau bisa pergi dari sini! Di dunia ini tidak ada hal yang mudah!"
Ruan-wei tidak tahan lagi dengan penghinaan ini, maka dengan tangan di gunakan sebagai
pedang dan sejurus demi sejurus Tian-long-shi-san-jian menyerang Li You-guan.
Gongsun Lan tahu, banyak bicara pun tidak ada gunanya, maka dengan pedang di tangan, dia
berdiri di pinggir. Jika Ruan-wei kalah, dia akan segera membantu.
437 Ruan-wei baru menyerang beberapa jurus tapi sudah membuat Li You-guan kerepotan. Karena
Li You-guan belum pernah melihat tangan dijadikan pedang. Maka untuk sementara dia tidak bisa
menyesuaikan serangan. Tapi julukan 5 orang aneh di dunia persilatan bukan hanya julukannya saja, Xi-hua-lang-jun Li
You-guan menguasai ilmu silat 'Da-shou-yin' (Tangan besar meninggalkan tanda). Hanya saja
sekarang ini dia belum bisa melakukan serangan, dengan pengalamannya menghadapi musuh,
pelan-pelan dia bisa melawan Ruan-wei.
Semakin lama dia mulai bisa melihat jurus-jurus Ruan-wei yang sebenarnya tidak begitu lancar.
Memang Ruan-wei menguasai ilmu tanpa pedang tapi karena belum pernah berlatih, maka
sesudah belajar sama dengan belum belajar, memang dibandingkan dengan ketika melawan Yuanzhi,
sekarang ilmu silatnya sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Ilmu silat Yuan-zhi jauh
di bawah Li You-guan. Begitu Li You-guan mendapat kesempatan, 'Da-shou-yin' segera
dikeluarkan. Maka keadaan sekarang menjadi terbalik. Da-shou-yin sangat lihai bisa membendung
serangan Ruan-wei. Ruan-wei mulai tahu dengan cara yang tidak begitu lancar melawan Li You-guan, dia akan
kalah, maka Tian-long-shi-san-jian pun ditinggal- dan mengeluarkan Long-xing-ba-zhang'!
Baru mengeluarkan 2 jurus, Li You-guan terkejut dan berteriak:
"Bocah, apakah kau adalah murid Long- zhang-shen-gai?"
Di dunia persilatan ada 5 orang aneh, memang tidak ada urutannya, tapi beberapa tahun yang
lalu 5 orang ini pernah berkumpul di Jun-shan. Mereka berlima bertarung secara bersahabat
selama 7 hari dan setuju memilih Long-zhang-shen-gai sebagai urutan nomor satu. Memang hal ini
tidak tersebar sampai ke dunia persilatan maka jarang ada yang mengetahuinya.
Keempat orang ini benar-benar tunduk kepada Long-zhang-shen-gai.
Long-zhang-shen-gai sangat membenci orang jahat, apalagi apa yang dilakukan oleh Li Youguan
di dunia persilatan. Li You-guan sangat takut kepada Long-zhang-shen-gai. Sekarang melihat
ada orang yang menggunakan Long-xing-ba-zhang bagaimana hatinya tidak tenang.
Semakin bertarung, Li You-guan semakin ketakutan, dia sangat mengetahui jurus Long-xingba-
zhang dalam satu jurus lebih hebat dari satu jurus. Sampai jurus kelima, dia bersiap-siap kabur.
Tapi pada jurus keenam Ruan-wei membuatnya penasaran, karena Ruan-wei kembali lagi
mengulang dari jurus pertama. Dalam hati dia merasa aneh.
Apakah Ruan-wei hanya menguasai 5 jurus dari 8 jurus Long-xing-ba-zhang"
Kali ini Ruan-wei kembali mengulanginya lagi, dari jurus kelima kembali ke jurus pertama.
Karena Li You-guan bisa membuktikan tebakannya, dia tertawa terbahak-bahak:
"Bocah! Apakah kau hanya menguasai 5 jurus Long-zhang-shen-gai?"
Ruan-wei melihat dia akan menang, maka dia segera menjawab:
"Lima jurus pun kau akan kalah."
Sambil bertarung Li You-guan terus mundur:
"Dulu Long-zhang-shen-gai dengan 8 jurus pas-pasannya berhasil mengalahkanku, apakah kau
yang hanya menguasai 5 jurus ingin mengalahkanku" Bocah, ayo terima seranganku!"
Segera tiga jurus serangan berturut-turut dilancarkan Li You-guan. Ruan-wei mengeluarkan 5
jurus Long-xing-ba-zhang. Jurus berikutnya adalah menyambung ke jurus lain. Begitu diserang
oleh Li You-guan berturut-turut 3 jurus, Ruan-wei terus mundur. Keadaannya sangat berbahaya.
Melihat keadaan Ruan-wei berbahaya, Gongsun Lan ikut membantu. Ilmu pedang Gongsun Lan
adalah ajaran ayahnya. Begitu bergabung dengan Ruan-wei, membuat keadaan menjadi
seimbang. Karena lama mereka tidak bisa menentukan siapa yang bakal menang, segera Li Youguan
bersiul dengan kencang dan meloncat. Dia membuka sepatunya, sekarang tubuhnya menjadi
ringan dan lincah. Ilmu Da-shou-yin nya jadi lebih leluasa dikeluarkan.
Ilmu silat Gongsun Lan lebih lemah. Ruan-wei sudah mengganti dengan jurus yang lain, Li Youguan
mengambil kesempatan ini menepuk pedang Gongsun Lan dan pedangnya terjatuh di
sebelah kiri. Karena jurus ini berhasil, dengan cepat dia menotok dan menjepit Gongsun Lan di ketiaknya
dan pergi seperti terbang. Ruan-wei mengejar dari belakang. Dia segera mengeluarkan ilmu
silatnya, sambil mengejar juga membentak:
438 "Lepaskan Kakak Lan! Lepaskan Kakak Lan!" Gongsun Lan yang ditotok oleh Li You-guan dia
tidak bisa bergerak. Li You-guan mengira ilmu meringankan tubuhnya tinggi, Ruan-wei pasti tidak
akan sanggup mengejarnya. Sambil tertawa dia berkata:
"Bocah, demi Long-zhang-shen-gai, aku akan memaafkanmu! Kau tidak perlu mengejarku lagi!"
"Lepaskan Kakak Lan! aku tidak akan mengejarmu!"
Mendengar suaranya yang berbeda, dia berbalik untuk melihat, ternyata Ruan-wei sudah dekat
dengannya. Tidak disangka ilmu meringankan tubuh Ruan-wei lebih tinggi darinya. Ilmu
meringankan tubuh Ruan-wei didapat dari Xiao Sat Ye yang termasuk paling hebat di dunia
persilatan Walaupun ilmu silat Li You-guan tinggi tapi dalam ilmu meringankan tubuh Ruan-wei
tetap berada di atasnya. Li You-guan tidak ingin bertarung maka dia berlari ke tempat di mana tadi dia melepaskan
sepatunya. Ruan-wei belum sempat mendekat. Begitu sampai di tempat di mana tadi dia melepaskan
sepatu, cepat-cepat dia memakai sepatu. Ketika di sedang memakai sepatu, Ruan-wei sudah dekat
dan menyerang dengan telapak.
Tapi Li You-guan yang sudah memaki sepatu, dengan cepat meluncur sekitar 20 meter lebih,
sekarang ilmu meringankan tubuhnya bertambah 1 kali lipat lebih. Pegunungan Kun lun ditutupi
salju, hanya beberapa kali meluncur, Ruan wei sudah tertinggal jauh.
Li You-guan semakin tidak terlihat Ruan-wei membentak:
"Berhenti! Berdiri di sana! Berhenti . "Tapi hanya terdengar gema yang bersahutan.


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba terdengar siulan panjang, dari belakang Ruan-wei ada sesosok bayangan yang lewat.
Hanya beberapa kali meloncat, dia sudah bisa mengejar Li You-guan.
Dalam pikiran Li You-guan di dunia ini tidak akan ada yang bisa mengejarnya, sekarang tibatiba
ada bayangan seperti setan berhenti di depannya dengan terkejut dia berteriak:
"Kau setan atau manusia?"
Setelah berhenti, bayangan itu bukan setan melainkan seorang biksu tua tinggi dan besar
Biksu tua itu membentak: "Aku bukan dewa juga bukan setan, aku manusia!"
Li You-guan terkejut dengan kemampuan ilmu meringankan tubuhnya. Dengan suara gemetar
dia bertanya: "Jika bukan dewa atau setan, mengapa kau menghalangi jalan ku?"
Ruan-wei sudah tiba di tempat itu, dia berteriak:
"Jangan lepaskan dia!"
"Dia tidak akan bisa lari!" biksu tua itu tertawa
Li You-guan dengan takut berkata:
"Seorang biksu harus berbaik hati kepada semua orang, untuk apa berseberangan dengan Lao
Li yang hanya orang biasa?"
Dengan suara sangat keras biksu tua itu berkata:
"Tinggalkan perempuan itu, dan pergilah sendiri!"
Tapi hati Li You-guan yang doyan perempuan tidak rela melepaskannya. Ketika dia masih ragu,
jari biksu itu tua itu dijulurkan. Tiba-tiba tangan Li You-guan terasa kesemutan, dan Gongsun Lan
pun terjatuh. Melihat ilmu silat biksu tua begitu tinggi, Li You-guan kabur dengan terbirit-birit.
Biksu tua itu membiarkannya pergi. Ruan-wei sangat memperhatikan Gongsun Lan, dia
membuka totokan nadinya. Wajahnya memancarkan kasih sayang.
Walaupun Gongsun Lan hampir mengalami musibah tapi begitu melihat perhatian Ruan-wei, dia
terharu dan matanya penuh dengan air mata. Hatinya benar-benar terhibur, asal Ruan-wei
memperhatikannya, walaupun tersiksa, dia rela menerimanya.
"Kakak Lan, aku benar-benar tidak berguna!"
"Bukan salahmu, tapi salahku karena ilmu silatku rendah!"
Dengan suara serak Ruan-wei berkata lagi: "Jika kau benar-benar ditangkap oleh orang cabul
itu, aku bisa mati!"
Gongsun Lan mengeluarkan sapu tangan, dengan lembut dia berkata:
"Laki-laki jangan menangis! Kakak Lan tidak akan jauh darimu lagi!"
439 Biksu tua itu melihat cinta mereka begitu tulus, seperti lupa di sisi mereka masih ada orang. Dia
ikut terharu. Suaranya membuat Ruan-wei sadar:
"Kakak Lan, jika bukan karena dewa tua yang menolongmu, kau benar-benar akan dibawa
kabur oleh siluman itu!"
Ruan-wei juga menganggap biksu tua itu adalah dewa karena ilmu meringankan tubuhnya
benar-benar hebat. Hanya saja biksu ini sangat hitam dan wajahnya tidak mirip dengan orang
Zhong-yuan. Dengan sungguh-sungguh Gongsun Lan bertanya:
"Dewa tua, apakah Anda adalah orang India?"
"Aku biksu naga dari India!" kata biksu naga tertawa
0-0-0 BAB 110 Perempuan mana yang meniup seruling
Mereka berdua benar-benar senang. Karena gembira membuat suara Gongsun Lan menjadi
gemetar. "Kami, kami sedang mencari... mencari... dewa tua...."
"Kalian jangan memanggilku dewa, panggil aku biksu naga. Ada apa mencariku?"
Melihat biksu naga begitu ramah juga baik, Gongsun Lan sangat senang, dia berkata dengan
sungguh-sungguh: "Adikku ini, dia mengidap semacam penyakit, aku mohon... mohon biksu naga bersedia
mengobatinya." Biksu naga melihat Ruan-wei, dengan ramah dia bertanya:
"Apakah kau orang yang telah berjanji " dengan adik seperguruanku, biksu harimau?"
Ruan-wei tidak ingat masa lalunya, dia hanya menggelengkan kepala.
Ketika Ruan-wei bertarung dengan 'Xi-hua-lang-jun' Li You-guan, biksu naga melihat Ruan-wei
menjadikan tangan sebagai pedang, dia menggunakan ilmu Tian-long-shi-san-jian. Biksu harimau
pernah menceritakan apa yang terjadi di Jun-shan kepada biksu naga juga memberitahukan
perjanjian 4 tahun kemudian.
Dengan nada tidak percaya biksu naga berkata:
"Darimana kau belajar Tian-long-shi-san-jian?"
"Apa itu Tian-long-shi-san-jian?"
Biksu naga mengira Ruan-wei menganggap remeh Tian-long-shi-san-jian dengan pura-pura
bodoh. Dengan wajah tidak suka dia berkata:
"Di dunia ini mana ada orang yang begitu cepat lupa, apakah kau ingin mempermainkan biksu
naga?" Gongsun Lan mengeluh : "Maksud kami kemari adalah meminta Tetua mengobati penyakitnya."
"Dia sakit apa?"
Gongsun Lan menceritakan semuanya mulai dari dia menolong Ruan-wei di padang salju
sampai sekarang. Biksu naga mengangguk:
"Siapa namanya?"
"Ruan-wei," jawab Gongsun Lan.
Biksu naga mengangguk, "Betul, dia adalah orang yang telah berjanji dengan adikku, tidak di
sangka dia mengidap penyakit yang aneh."
Gongsun Lan berlutut dan memohon:
"Aku mohon Tetua bersedia mengobatinya...."
Biksu naga memapah Gongsun Lan bangun:
"Bangunlah, bangunlah! Walaupun kau tidak meminta tolong kepadaku, demi adikku, aku akan
berusaha menolongnya."
Gongsun Lan terus bersujud karena senang. Ruan-wei bisa diobati oleh biksu naga dia sangat
senang dibandingkan Ruan-wei sendiri. Sebaliknya Ruan-wei hanya diam tidak bersuara.
440 Biksu naga dengan teliti melihat Ruan-wei. Melihat sorot matanya yang buyar dan tahu bahwa
penyakit Ruan-wei tidak ringan. Dia berpikir sebentar dan berkata:
"Penyakitnya tidak bisa aku sendiri yang dapat mengobatinya, harus bergabung dengan adikku,
tapi itu tidak akan jadi masalah."
Diam-diam Gongsun Lan menghembuskan nafas. Dia teringat kata-kata ayahnya, mungkin
Gongsun Qiu-jian sudah memperhitungkan, jika tidak dengan 2 tenaga pesilat tangguh, ilmu yoga
juga belum tentu ada gunanya.
Ruan-wei memberi hormat: "Seumur hidup aku akan mengingat budi Tetua."
"Di dunia ini ada karma, kau memegang teguh perjanjian 4 tahun, sekarang kami 2 bersaudara
sudah waktunya membalas budi. Ikut lah aku!"
Gongsun Lan membawa tali kekang Bai-ti-ma, Biksu Naga melihatnya lalu tertawa.
"Kuda ini tidak bisa di bawa naik!"
"Kuda ini pandai memanjat gunung!" Ruan-wei tidak tega meninggalkannya.
"Ku-ku-shen-li shan adalah gunung es yang selama puluhan ribu tahun esnya tidak pernah
mencair, sepanjang jalan yang mana padat yang mana tidak, susah kita lihat, kalau tidak
menggunakan ilmu meringankan tubuh, sulit untuk melewatinya, sekalipun kuda itu adalah kuda
sakti tetap tidak akan bisa naik."
Gongsun Lan membuka barang bawaan yang digantung di punggung Bai-ti-ma, sambil
mengelus-elus kuda itu dia berkata:
"Kau tingal di sini baik-baik, menunggu kami kembali!"
Bai-ti-ma ini sangat setia pada tuannya, pelan-pelan dia berjalan meninggalkan mereka. Tapi
sesudah 20 meter, kepalanya masih terus ditolehkan, sepertinya dia tidak mau ditinggal tuannya.
Biksu Naga mengeluh: "Benar-benar kuda sakti! Kalau sayang kalau hilang!"
Gongsun Lan tertawa: "Memang kuda ini sangat sakti. Dia tidak akan jauh mencari rumput dan tidak akan jauh dari
sini." "Benar-benar kuda langka!" Mereka bertiga mulai naik gunung. Ilmu meringankan tubuh
mereka sangat tinggi, hanya dalam beberapa puluh menit saja mereka sudah menaiki satu
gunung. Dari puncak gunung terlihat gunung-gunung saling menyambung seperti tunas bambu,
satu per satu berdiri dengan tegak, benar-benar terlihat megah.
Mereka naik lagi satu gunung. Gunung yang ini lebih tinggi lagi, mereka berturut-turut naik 5
gunung lainnya. Angin gunung sangat dingin menusuk tulang. Awan menutupi langit. Orang yang
berada di puncak sepertinya bisa melayang karena hembusan angin.
Biksu Naga dengan serius berkata: "Hati-hati, kita sudah sampai di padang es!" Ruan-wei dan
Gongsun Lan tidak berani bertindak ceroboh, mereka menggunakan ilmu meringankan tubuh
mengikuti Biksu Naga dari belakang. Karena ilmu silat Gongsun Lan lebih lemah, tidak lama dia
mulai tidak kuat dengan udara dingin. Sambil berjalan, tubuhnya gemetaran, otomatis ilmu
meringankan tubuhnya jadi berkurang.
Di depan mereka adalah jalan datar, sampai di tengah-tengah Gongsun Lan berhenti untuk
mengambil nafas. Ruan-wei dan Gongsun Lan mulai merasa kaki mereka tidak menginjak bumi
lagi, tubuh mereka dengan cepat meluncur ke bawah.
Dalam keadaan bahaya itu, terdengar suara siulan panjang dan menggetarkan telinga.
Biksu Naga seperti seekor burung besar terbang di langit mencengkram Ruan-wei dan Gongsun
Lan. Setelah itu dia bersalto di tengah udara. Ketika turun, dia terbang lagi ke pinggir, setelah
beberapa meter, kakinya bertumpu ke tanah, dia terbang lagi ke atas. Itu dilakukan beberapa kali,
begitu kaki Biksu Naga benar-benar telah mendapat pijakan yang mantap, dia baru menurunkan
Ruan-wei dan Gongsun Lan.
Gongsun Lan menoleh ke belakang, dia berteriak. Ruan-wei ikut melihat, jalan yang mereka
lalui tadi ternyata sudah tidak terlihat. Dengan hati-hati mereka melihat ke sisi jurang. Jurang
tampak sangat dalam sampai tidak terlihat dasarnya.
Gongsun Lan menepuk-nepuk dada dan berkata:
441 "Benar-benar berbahaya!"
"Jalan yang kita tempuh tadi tertutup es, jadi terlihat seperti padat tapi sebenarnya di bawah
adalah jurang. Jika terjatuh tidak akan bisa hidup, kalian harus berhati-hati!"
Gongsun Lan sangat berhati-hati, Ruan-wei masih mengkhawatirkan keadaannya maka Ruanwei
memegangi tangannya dan berjalan di belakang Biksu Naga dengan ilmu meringankan tubuh.
Setengah jam berlalu, tiba-tiba mereka melihat dinding gunung seperti masuk ke balik awan.
Semua gunung seperti dibungkus oleh awan dan salju.
Biksu Naga menunjuk, "Ku-ku-shen-li shan sudah ada di depan mata, aku dan adik
seperguruanku tinggal di sana."
Gongsun Lan merasa aneh: "Bagaimana Anda bisa naik ke atas sana?"
"Jika naik begitu saja memang tidak mudah, tapi kami mempunyai tangga seperti tali, jadi
mudah untuk naik ke sana."
"Apakah tangga tali itu dipasang oleh Tetua?" tanya Gongsun Lan.
Biksu Naga mengangguk. Dengan terkejut Gongsun Lan bertanya:
"Bagaimana pertama kalinya Tetua bisa naik ke sana?"
"Di dunia ini tidak ada hal yang sulit. Gunung itu terlihat sulit didaki tapi jika bertemu dengan
orang yang bertekad bisa naik, begitu tiba di atas, kau akan melihat hal aneh, kesulitan naik yang
kau alami tadi tidak akan terasa."
Begitu sampai di puncak, terlihat dari atas terjulur sebuah tangga tali. Walaupun tingginya 200
meter tapi tidak sulit naik ke atas.
Biksu Naga berada paling depan, dia terus naik ke puncak. Seperempat jam kemudian dia
sudah berada di puncak, terlihat puncak gunung tertutup awan putih, penuh dengan kabut, seperti
masuk ke sebuah istana es.
Karena tidak tahu keadaan di puncak, maka Ruan-wei dan Gongsun Lan tidak berani
sembarangan berjalan. "Kalian tenang saja! Kalian boleh berjalan-jalan karena dalam radius 400-500 meter adalah
tempat yang tertutup es dan tanahnya sangat padat."
Mereka berjalan seperempat jam lagi, tiba-tiba di depan mereka muncul sebuah kolam
berwarna emas. Di bawah pantulan sinar matahari terlihat kolam itu ternyata sebuah kuil.
Gongsun Lan terkejut: "Kuil apa itu" Mengapa tampak berkilauan?"
Di tempat begitu terpencil terlihat ada hal begitu aneh, tapi Biksu Naga tertawa:
"Kuil itu bisa berkilauan karena dindingnya terbuat dari emas."
Begitu mereka mendekati kuil itu, ternyata kuil itu disusun oleh bata yang terbuat dari emas.
Hanya atap kuilnya ditutupi oleh genting kaca berwarna hijau. Di atas pintu kuil tertulis 4 huruf,
"Ma-qing-le-miao."
Begitu masuk ke dalam kuil, di dalam ada ruangan besar, terlihat patung Budha. Ruangan dan
patung Budha terbuat dari lapisan emas. Berapa nilai kuil ini, benar-benar sulit dihitung. Jumlah
patung Budha ada 12 buah terbagi menjadi 2 baris. Salah satu patung berpakaian pelajar. Wajah
pahlawan itu terlihat sangat tampan, luwes, terlihat seperti seorang dewa.
Gongsun Lan terharu dengan kemegahan kuil juga suasana yang sangat hening, dia diam tidak
bersuara. Setelah melihat ada sebuah patung pahlawan berpakaian pelajar, pelan-pelan dia
bertanya: "Siapakah beliau ini, Tetua?"
"Dia adalah orang suci dari India, namanya adalah Ma-qing-le," jawab Biksu Naga.
Gongsun Lan merasa aneh. Kuil ini begitu megah dan dibangun dalam waktu lama, bagaimana
mungkin bisa dibangun di puncak begitu tinggi dan berbahaya" Dan mengapa harus dibangun di
gunung yang begitu tinggi" Ketika dia ingin bertanya, Biksu Naga sudah berteriak:
"Adik seperguruan! Adik seperguruan!" Dia memanggil dua kali tapi tidak ada yang menyahut.
Dia merasa aneh dan masuk ke dalam ruangan, tidak lama kemudian dia keluar dan mengeluh:
"Benar-benar tidak tepat, adikku baru saja pergi."
"Kapan Biksu Harimau akan kembali?" tanya Gongsun Lan.
442 "Jika kita datang 1 jam lebih awal, adikku pasti tidak akan pergi. Paling cepat setengah bulan
dia baru kembali, kalau tidak mungkin beberapa bulan baru kembali."
"Kalau begitu bagaimana nasib kita" Bagaimana" Aku akan pergi mencari Biksu Harimau,
supaya beliau pulang dulu."
"Tidak akan ada gunanya, adikku berjalan sangat cepat, tidak mudah dikejar."
"Aku sangat mengenal daerah Tibet, beritahukan kepadaku ke arah mana Tetua Harimau pergi,
aku percaya dalam waktu singkat, aku bisa menemukannya."
"Adikku tidak mengatakan dia akan pergi ke mana tapi tujuannya mencari dia."
"Mencariku, untuk apa?" Ruan-wei terkejut.
"Sebulan yang lalu ketika adikku turun gunung, dia pernah menolong seorang wisatawan
muda...." Gongsun Lan segera bertanya: "Apakah pemuda itu bermarga Wen dan bernama Yi?"
Ruan-wei berteriak: "Wen-yi... Wen-yi...."
Gongsun Lan terburu-buru bertanya:
"Apakah kau ingat siapa dia?"
Ruan-wei berusaha berpikir, asalkan Ruan-wei bisa mengingat siapa Wen-yi, dia pasti akan
ingat semuanya, penyakitnya pasti bisa sembuh.
"Pemuda itu sangat tampan, badannya tinggi, dia mengaku sebagai adik angkatmu dan kalian
berkenalan di kota Kai-feng, apakah kau ingat itu?"
Ruan-wei menggelengkan kepala:
"Aku tidak ingat, aku tidak ingat! Tuhan, mengapa aku tidak ingat apa-apa!"
Dengan lembut Gongsun Lan berkata: "Jangan berpikir terlalu jauh lagi, Tetua Naga akan
membantumu. Jangan membuat tubuhmu menjadi sakit."
"Penyakitnya baru bisa diobati setelah adikku kembali!"
"Kapan Tetua Harimau akan kembali?"
"Adikku meninggalkan pesan melalui surat, musim semi nanti dia akan pulang. Sekarang musim
semi, berarti dalam waktu 3 bulan dia baru akan kembali."
"Tetua Harimau kali ini pergi untuk bersiap-siap, jika penyakit adikku bisa sembuh, budi ini sulit
kami balas!" "Kali ini kedua kalinya dia turun gunung untuk mencari Ruan-wei."
"Sekarang dimana Wen-yi berada?" tanya Gongsun Lan.
"Jika bisa bertemu dengannya, seumur hidup benar-benar tidak menyesal. Ketika itu dia
ditolong oleh adikku, hal pertama yang dilakukannya setelah sadar adalah dia terus memanggil
nama Ruan-wei. Setelah adikku tahu kalau Ruan-wei adalah pemuda yang 4 tahun lalu pernah
menolongnya, dia segera memberitahukan identitasnya kepada Wen-yi. Sesudah Wen-yi
mendengar semua cerita adikku, dia berlutut dan tidak mau bangun. Dia meminta adikku turun
gunung lagi bersamanya untuk mencari kakak angkatnya yang terpisah karena angin salju.'
"Persahabatan yang begitu kental antara adik dan kakak angkat, benar-benar jarang ada."
Biksu Naga berkata kepada Ruan-wei:
"Apakah kau tahu kau datang ke Tibet utara maksudnya tidak lain adalah untuk mencari Biksu
Harimau?" Ruan-wei menggelengkan kepala. Biksu Naga berkata kepada Gongsun Lan:
"Sebenarnya tidak perlu dia meminta pun, hati adikku sangat mencemaskan keadaan Ruan-wei,
permintaannya pasti akan dikabulkan adikku, maka mereka berdua turun gunung selama sebulan
lebih, tapi masih tetap tidak berhasil menemukan Ruan-wei. Belakangan mereka berpikir jika ada 3
orang yang mencari Ruan-wei itu lebih baik dibandingkan 2 orang, maka aku pun diminta untuk
membantu mereka." "Mengapa Tetua Naga tidak turun gunung bersama mereka?" tanya Gongsun Lan.
"Karena Wen-yi mengalami luka dalam, aku harus mnegobati luka dalam Wen-yi dulu!"
"Tuan Wen terluka di bagian mana?" tanya Gongsun Lan.
"Ketika adikku menolongnya, dia harus menghabiskan waktu 3 hari, dan Wen-yi baru bisa
sadarkan diri. Begitu sadar, dia langsung mencemaskan keadaan kakak angkatnya. Kali ini mereka
memintaku turun gunung untuk membantu mencari Ruan-wei. Di satu pihak, adikku melihat Tuan
443 Wen sedang sakit berat, maka dia berpesan kepadaku untuk mencarikan obat untuk mengobati


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

luka Tuan Wen." "Tapi dia tidak sabar menunggu Tetua Naga kembali dan memaksa Tetua Harimau sekali lagi
turun gunung?" tanya Gongsun Lan memastikan. Biksu Naga mengangguk: "Aku keluar mencari
obat di gunung pun belum sampai 3 hari, Wen-yi tidak menghiraukan lagi penyakitnya. Dia terus
memohon agar adikku mau turun gunung untuk mencari Ruan-wei sekali lagi. Karena tidak tega
menolak permintaannya, adikku meninggalkan pesan melalui surat dan memberitahukan kalau
mereka pergi dulu. Dia juga menggambarkan lukisan Ruan-wei. Tapi sebelum aku turun gunung,
aku sudah bertemu dengan kalian. Pegunungan Kun-lun begitu luas, luasnya sampai ribuan
kilometer, tapi aku bisa bertemu dengan kalian, apakah ini bukan karena kehendak Tuhan?"
'Pantas, walaupun Adik Wei kehilangan ingatan tapi dia tidak bisa melupakan Adik Yi,
sepertinya hubungan mereka sangat akrab, lebih akrab dari pada saudara kandung sendiri!' pikir
Gongsun Lan. Karena itu dalam hatinya timbul rasa lebih hormat dan cinta kepada Ruan-wei. Perasaannya
yang lembut semakin lembut begitu melihat Ruan-wei.
Biksu Naga berkata lagi: "Menurut perkiraanku, karena mereka tahu aku tidak akan mencari mereka, maka dalam waktu
satu bulan mereka akan kembali. Kalian tinggal saja dulu di kuil ini sambil menunggu mereka."
Di ruangan dalam ada 13 kamar, ternyata kuil ini hanya ruangan depan saja yang terbuat dari
bata emas, yang lainnya ruangan biasa.
Biksu Naga sengaja membawa mereka ke satu ruangan. Di sana hanya ada sebuah ranjang,
tidak ada benda lainnya, tapi di sekeliling dinding ada gambar 3 patung Budha dengan pose tidak
sama. Dari kamar satu sampai kamar 20, masing-masing ada 3 gambar Budha dengan pose tidak
sama. Berarti gambar Budha di sana ada 12 dengan 36 pose. Di kamar 30 tidak ada apa pun,
hanya di dinding dipenuhi dengan lukisan kaligrafi.
Terlihat lukisan kaligrafi itu sudah usang, mungkin sudah lama. Di dinding tertulis 'Shi-er-fuzhang'
(12 telapak Budha). Begitu melihat sudah dapat diketahui kalau ilmu ini berjumlah 36 jurus. Dengan aneh Gongsun
Lan bertanya: "Apakah 36 jurus ini adalah 36 gaya gambar Budha yang terdapat di kamar yang berjumlah
12?" Biksu Naga mengangguk: "Shi-er-fu-zhang dibuat 500 tahun yang lalu oleh 12 pesilat
tangguh Zhong-yuan. Jika kalian tidak ada kepentingan apa-apa, kalian boleh melihatnya.
Apakah kalian bisa menguasai ilmi itu, itu tergantung pada bakat kalian sendiri."
Lalu Biksu Naga diam-diam meninggalkan tempat itu, membiarkan mereka berdua melihat
lukisan itu dengan teliti.
Mereka berdua mempunyai bakat silat yang tinggi. Karena dalam pikiran Ruan-wei tidak ada
pikiran apa pun, maka dia lebih cepat menyerap ilmu itu. Dalam waktu setengah bulan dia berhasil
menguasai Shi-er-fu-zhang dengan baik.
Ilmu silat Gongsun Lan kalah tinggi maka dia tidak bisa seperti Ruan-wei lebih cepat
menguasainya. Dia malah mencari jalan lain dengan memperhatikan perubahan-perubahan dalam
setiap jurus. Satu ilmu telapak dipelajari mereka berdua dengan cara tidak sama. Begitu menggunakan jurus
yang sama, sepertinya dalam satu jurus ada Yin dan Yang.
Hari ini Ruan-wei merasa hampir menguasai semua jurus, dia keluar dari belakang kuil menuju
ruangan depan. Dia melihat 12 patung Budha yang berdiri berdampingan dengan patung
berpakaian pelajar itu. Sikap dan gayanya sama dengan Budha yang ada di 12 kamar.
Tapi dia melihat tangan patung pelajar itu menunjuk ke arah meja sembahyang. Dia mendekati
meja sembahyang, ternyata di atas meja sembahyang itu terukir huruf-huruf sekecil lalat, tampak
penuh dan berdekatan, sangat sulit mengenali huruf-huruf itu.
Ruan-wei melihat dengan teliti tetap tidak berhasil mengenalinya, ternyata itu adalah huruf
India. Karena tidak mengerti, dia teringat pada Shi-er-fu-zhang, maka sejurus demi sejurus dia
memperagakan jurus-jurus Shi-er-fu-zhang. Setiap jurus dan setiap gerakan dengan gaya patung
444 Budha yang ada di dalam ruangan itu sama. Sesudah selesai melakukan 36 jurus, dia berputar
kemudian berdiri tegak. Sikapnya tenang, nafasnya seperti biasa, tidak seperti sudah melakukan
ilmu telapak yang sangat lihai. Tiba-tiba mendengar Biksu Naga memuji:
"Sangat baik! Sangat baik!"
Biksu Naga datang dari luar membawa 2 karung beras. Ruan-wei baru tahu ternyata setengah
bulan ini makanan dan minuman yang mereka dapatkan, dibawa oleh Biksu Naga dari luar. Dia
benar-benar sangat berterima kasih, dengan gagap dia berkata:
"Tetua, kami benar-benar telah merepotkanmu!"
Kemudian dia memanggul 2 karung beras itu dan meletakkannya di belakang kuil, saat itu tepat
Gongsun Lan baru keluar. Biksu Naga tertawa, "Tadi aku melihat Ruan-wei sudah menguasai 70% ilmu ini, benar-benar
hebat, tidak disangka dulu 12 pesilat tangguh saja harus menghabiskan waktu selama beberapa
tahun untuk menciptakannya, sedangkan kau dalam waktu satu bulan sudah menguasai 70% nya.
Kau benar-benar berbakat!"
Dengan malu-malu Gongsun Lan berkata: "Bagaimana dengan hasil latihanku" Harap Tetua
sudi memberikan petunjuk!"
Dia bersiap-siap sebentar, lalu sejurus demi sejurus ilmu Shi-er-fu-zhang dikeluarkan dari
tangan Gongsun Lan. Setelah 36 jurus selesai dikeluarkan ternyata hanya menghabiskan waktu
seperminuman setengah cangkir teh, berarti kecepatannya sangat hebat. Teknik perubahan jurus
Gongsun Lan lebih indah dibandingkan Ruan-wei. Biksu Naga tertawa.
"Kau sudah menguasai 40% ilmu ini, cukup lumayan!"
Ruan-wei dengan serius berkata, "Ilmu Kakak Lan lebih bagus dariku, mengapa dia hanya
menguasai 40% saja?"
"Ilmu telapak tangan ini lebih mementingkan penguasaan tenaga dan jurus. Kau bisa
menangkap di mana harus mengubah tenaga, itu berarti kau telah berhasil. Kakak Lan mu hanya
menangkap perubahan jurus maka dia hanya mendapatkan hasil yang sedikit."
Gongsun Lan tertawa: "Dalam bidang ilmu silat, aku tidak akan bisa menyusul Adik Wei!"
"Belum tentu, ada yang mengatakan dengan kelembutan melawan kekerasan. Jika berlatih
sudah sampai pada tingkat atas, perubahan jurus yang rumit bisa juga mengalahkan musuh."
"Ilmu silat di dunia ini yang mana yang paling bagus?" tanya Gongsun Lan.
"Jika seseorang bisa menggabungkan ilmu keras dengan ilmu lembut, itu paling baik! Tapi
tubuh manusia ada batasnya, ilmu keras dan ilmu
nafas: Lan. lembut tidak mungkin dilatih secara bersamaan sampai tingkat tertinggi."
"Jika ada 2 orang, yang satu berlatih ilmu keras dan yang satu lagi berlatih ilmu lembut,
kemudian mereka bergabung, bagaimana hasilnya?" tanya Gongsun Lan.
Dengan serius Biksu Naga berkata:
"Dua tenaga orang itu bila digabungkan, maka dia tidak akan terkalahkan!"
"Tetua, apa maksud ukiran yang ada di atas meja itu?" tanya Ruan-wei.
"Apakah kau mengerti?" Biksu Naga tampak tidak tenang.
"Aku tidak mengerti," jawab Ruan-wei. Diam-diam Biksu Naga menghembuskan
"Itu hanya sebuah sajak kuno India."
"Apa arti sajak kuno itu?" tanya Gongsun
"Maaf, aku tidak boleh memberitahukannya padamu," Biksu Naga menghembuskan nafas.
"Siapa itu Ma-qing-le?" tanya Ruan-wei. "Dia adalah guru sajak itu," jawab biksu Naga.
Gongsun Lan merasa aneh: "Mengapa di tempat begitu terpencil seperti ini membangun kuil
Ma-qing-le?" Biksu Naga menunjuk tempat duduk yang terbuat dari kain yang ada di bawah. Dan berkata:
"Kalian berdua, duduklah!" Biksu tua itu mulai bercerita: "Cerita ini panjang, tidak mungkin dalam
satu dua kata bisa selesai kuceritakan."
"500 tahun yang lalu, ada catatan dari India tapi di Zhong-yuan catatan itu menghilang dan
tidak ada seorang pun yang tahu ke mana raibnya catatan itu. Aku dan adik seperguruanku
secara tidak sengaja menemukan catatan itu maka kami bisa mencarinya sampai ke sini."
445 "Buku itu menceritakan tentang di Zhong-fu muncul 12 orang jahat, mereka sering datang ke
negara Tang untuk mengganggu (yang dimaksud adalah negara Tang, bukan kerajaan Tang).
Mereka jahat dan tidak terkalahkan."
"Suatu waktu, 12 penjahat ini mendengar di India ada sebuah buku. Dalam buku ini tercatat
bisa berlatih ilmu panjang umur dan tidak akan mati. Maka mereka datang ke India untuk
merampok buku ini. Karena itu semua orang di India ketakutan."
"Ketika itu di kuil Tian-long, biksu yang menguasai ilmu silat sangat sedikit. Para biksu itu ingin
menjaga dan mengamankan buku itu agar jangan sampai direbut oleh 12 penjahat, tapi itu sangat
tidak mungkin, dan saat itu muncul seorang suci bernama Ma-qing-le."
"India mengundang Ma-qing-le datang ke Kuil Tian-long untuk menjaga buku ini. Rakyat India
merasa senang dan mereka menganggap asalkan buku itu dijaga oleh Ma-qing-le siapa pun tidak
akan sanggup mengambilnya."
"Tapi sebelum Ma-qing-le tiba di Kuil Tian-long, 12 orang jahat itu telah menyerang dan
mengambil buku itu. Saat orang India mendengar berita ini, mereka seperti ditinggal mati oleh
raja. Seluruh negara tenggelam dalam kesedihan. Demi rakyat India, Ma-qing-le mengutus
muridnya Ke-sha-na untuk mengejar 12 orang jahat itu."
"Ke-sha-na adalah murid pertama Ma-qing-le tapi ilmu silatnya berada di atas gurunya. Mereka
mengejar sampai ke sini tapi dengan mengandalkan tenaga seorang diri, dia tidak sanggup
mengalahkan pesilat Zhong-yuan yang ilmu silatnya tidak berbeda jauh. Dia memberitahu kepada
mereka bahwa buku itu ditulis dengan bahasa India."
"12 penjahat menginginkan buku itu tapi jika tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Han,
buku itu akan menjadi sampah tidak berguna. Maka mereka memaksa Ke-sha-na menerjemahkannya
ke dalam bahasa Han. Ke-sha-na setuju tapi syaratnya adalah kepandaian 12 orang ini
harus berada di atasnya."
"12 pesilat ini tidak tahu kehebatan Ke-sha-na. Cara mereka bertanding di puncak gunung ini,
Ke-sha-na akan sebuah kuil terbuat dari emas. Semua dibangun olehnya sendiri tapi 12 orang itu
harus selesai mengukir sebuah patung Budha."
"12 penjahat sangat setuju. Setelah mendengar cara bertanding yang diajukan Ke-sha-na,
mereka mengira mereka pasti akan mendapat kesempatan baik, maka tanpa berpikir panjang lagi
mereka segera menyetujuinya."
"Di Gunung Ku-ku-shen-li-shan ada sebuah jurang, di sana banyak batu emas yang berlimpah
"maka dalam waktu 1 tahun, Ke-sha-na selesai membangun kuil. Tapi 12 penjahat itu tidak ada
seorang pun yang bisa menyelesaikan patung Budha. Mereka tidak tahu sebenarnya sejak kecil
Ke-sha-na adalah seorang tukang kayu, membuat kuil dan mengukir adalah pekerjaannya. Maka
dengan mudah dia menang dari 12 orang penjahat itu. Ke-sha-na malah masih bisa menyelesaikan
patung gurunya Ma-qing-le. 12 orang penjahat itu kalah dan tidak bisa berbuat apa-apa, mereka
menyesal kemudian Ke-sha-na mengusulkan lagi sebuah cara untuk bertanding. Asalkan mereka
bisa menciptakan sebuah ilmu silat dan ilmu silat tersebut bisa mengalahkannya, maka dia akan
membantu mereka menterjemahkan buku itu. Sebetulnya 12 penjahat itu sudah kalah tapi
mereka masih diberi kesempatan untuk bertanding. Mereka sangat setuju."
"Demi menyimpan buku rahasia itu, 12 orang penjahat itu sering berbeda pendapat, tidak
jarang terjadi keributan di antara mereka.
Ke-sha-na terpikirkan sebuah cara yaitu menyuruh mereka mengukir isi buku itu di atas meja
sembahyang, agar mereka bisa saling mengawasi dan tidak perlu saling mencurigai. Begitu dia
menyobek buku asli itu di depan mereka dan mengatakan asalkan mereka bisa mengalahkannya,
dia siap menerjemahkan buku India yang tergeletak di atas meja ke dalam bahasa Han. 12
penjahat itu tahu ilmu silat Ke-sha-na berada di atas mereka, maka mereka membuat kamar untuk
mereka sendiri dengan tujuan untuk mempelajari ilmu-ilmu mereka dengan mengga-bungkan
kepintaran 12 orang untuk mengalahkan Ke-sha-na."
"Sebenanrya Ke-sha-na sudah menukar buku asli nya, buku yang disobeknya itu bukan buku
yang asli dan dia mengambil kesempatan saat mereka mempelajari ilmu telapaknya. Buku kuno itu
diam-diam dibawanya kembali ke India dan dikembalikan ke Kuil Tian-long. Demi menjaga benda
suci milik negaranya, dia memberi ide kepada gurunya, Ma-qing-le agar gurunya melatih biksuTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
446 biksu yang ada di Kuil Tian-long sehingga dalam waktu singkat akan ada ratusan Ke-sha-na lagi.
Mereka tidak perlu takut lagi akan ada orang yang mencuri buku itu lagi."
"Beberapa tahun Ke-sha-na tidak kembali ke India, di Zhong-yuan juga tidak terlihat 12 orang
penjahat itu. Semua orang di dunia persilatan menganggap kedua pihak sama-sama kalah dan
mati di sana. Ketika Ke-sha-na mengantar buku ini kembali ke India, dia pernah menuliskan
tentang pembangunan kuil dan cara-cara mereka bertarung. Mungkin terakhir tidak ada yang
mendapatkan alamat kuil ini dan kuil emas ini langsung terlupakan. Begitu adikku tahu tentang hal
ini, dia menghabiskan beberapa tahun baru berhasil menemukan kuil ini."
"Di sini udara begitu dingin, walaupun 500 tahun sudah berlalu, jika mereka mati bersama,
mayat mereka tidak akan bau dan membusuk, mengapa kita tidak menemukan mayat ketiga belas
orang itu?" tanya Gongsun Lan.
Biksu Naga tertawa: "Dulu ketika aku dan adikku menemukan kuil ini, kami juga berpikiran seperti itu. Kami juga
merasa kuil ini masih memiliki banyak tempat misterius. Jika bisa menemukan mayat 13 orang ini,
maka semua rahasia akan terbuka."
"Apakah Tetua pernah menemukan mayat Ke-sha-na?" tanya Ruan-wei.
"Kalian berdua ikutlah!" biksu naga berdiri
Begitu keluar dari kuil, di luar masih penuh dengan kabut. Berarti gunung ini sangat tinggi,
mungkin dalam waktu satu tahun penuh gunung ini selalu tertutup oleh kabut.
Mereka melewati jalan penuh dengan salju juga berliku-liku, tiba-tiba di depan mereka ada
sebuah gunung kecil. Mereka masuk ke gua yang dipenuhi dengan es. Di sana gua salju ada di
mana-mana. Dari balik bajunya Biksu Naga mengeluarkan sebatang lilin. Dia menyalakan lilin. Dengan
penerangan lilin, keadaan di dalam gua jadi terlihat jelas.
Sesampainya di ujung gua, mereka pun berbelok. Dengan bantuan cahaya lilin terlihat di depan
adalah sebuah ruangan dengan luas 20-30 meter persegi.
Karena Gongsun Lan adalah perempuan, begitu melihat keadaan gua, dia berteriak. Di dalam
gua duduk 13 mayat beku seperti batu. Kulit pucat di bawah sinar lilin sangat mengejutkan orang
tapi mata dan sikap mereka seperti masih hidup.
Di antara 13 mayat itu ada seseorang yang berpakaian seperti patung Ma-qing-le, di kedua
sisinya duduk 12 pak tua dengan perawakan gagah.
"Yang di depan adalah Ke-sha-na, di kedua sisinya adalah mayat 12 pendekar Zhong-yuan."
"Mayat mereka benar-benar tidak rusak!"
Gongsun Lan menarik nafas:
"Mengapa mereka mati di sini semua?"
"Kelihatannya mereka rela mati di sini karena dari wajah mereka terlihat kalau mereka sangat
tenang!" ucap Biksu Naga.
"Dari mana Tetua tahu kalau mereka mati dengan tenang?" tanya Gongsun Lan.
"Ketika masih hidup, mereka adalah musuh, mengapa sesudah mati mereka terkubur di dalam
satu gua?" tanya Ruan-wei.
"Kalian lihat!" sahut Biksu Naga.
Begitu masuk ke sana suasana terasa sangat seram. Karena takut, Gongsun Lan gemetar dan
mendekati Ruan-wei. Ruan-wei pelan-pelan memegang pinggangnya.
Lilin diangkat tinggi-tinggi oleh Biksu Naga. Dia menyinari dinding gua yang ada di belakang Kesha-
na. Di luar musim dingin tapi di dalam gua tidak ada salju, mungkin ini adalah satu-satunya tempat
yang tidak bersalju. Di atas dinding gunung yang rata, terukir huruf Han yang sangat rapi. Di sana
tertulis: "Aku adalah suku India, namaku Ke-sha-na. Di kedua sisiku ada 12 pesilat Zhong-yuan. Mereka
tadinya adalah orang yang sangat jahat tapi sebelum mati mereka bisa berubah menjadi baik.
Buku Budha mengatakan, "Letakkanlah pisau pembunuh orang, berpaling menjadi Budha." Di sini
mereka bisa menjadi Budha. Apakah mereka tidak pantas disebut orang yang baik?"
447 "Di kuil emas itu tercatat ilmu Shi-er-fu-zhang. Ilmu itu mereka yang ciptakan dengan
menghabiskan waktu 7 tahun. Aku menang secara berturut-turut dari mereka sejumlah 99 jurus,
tapi aku tidak bisa melewati jurus terakhir mereka Shi-er-fu-zhang."
"Shi-er-fu-zhang mengumpulkan keunikan langit dan bumi. Di dalam kamar aku menulis jurusjurus
Shi-er-fu-zhang di dalam buku. Aku juga berpikir selama 1 tahun untuk mencari cara-cara
untuk memecahkan jurus-jurus ini. Aku mengaku kalah karen aku tidak bisa memecahkan Shi-erfu-
zhang mereka." "Aku akan menepati janji menerjemahkan buku suci itu ke dalam bahasa Han, untuk diberikan
kepada 12 orang baik ini. Tapi ketika menerjemahkan buku itu, aku merasa sedih karena Shi-erfu-
zhang menjadi ilmu yang tidak terkalahkan. Jika mereka menguasai lagi ilmu yang ada di buku
itu, bukankah guruku pun tidak akan bisa mengalahkan mereka" Dan aku percaya di dunia ini
tidak ada yang bisa mengalahkan mereka."
"Aku teringat akan kejahatan yang mereka dulu lakukan dan aku juga berpikir buku suci itu
benar-benar dahsyat tapi aku juga tidak bisa mengingkari janji yang telah kuucapkan. Aku berjanji
setelah buku itu selesai ku terjemahkan, aku akan menotok nadiku untuk bunuh diri. Dengan
kematianku ini aku ingin berterima kasih kepada semua orang."
"Ketika aku masih hidup, aku telah mengembalikan buku suci yang asli kembali ke negaraku,
sekarang aku mengantarkan buku terjemahan kepada mereka. Tapi ketika aku masuk ke kamar
mereka masing-masing, aku baru tahu kalau mereka sudah meninggal selama satu tahun lebih."
"Di kamar mereka masing-masing sama-sama tertulis demikian: sebelum mati kami teringat
pada kejahatan yang telah kami perbuat maka hati kami pun tidak tenang. Kami harap Tuan bisa
mewakili kami meminta ampun kepada Tuhan, untuk mengampuni kami yang telah banyak
berbuat dosa!" "Membaca tulisan yang ada di atas kertas, aku benar-benar merasa senang. Tidak kusangka
dengan nyawaku sendiri aku telah menolong 12 roh yang tadinya jahat dan mereka memintaku
agar mengampuni kesalahan mereka kepada Tuhan!"
"Dalam waktu satu hari aku berhasil mendapatkan gua ini dan menulis surat ini untuk dibaca
oleh orang-orang yang masih hidup yang berjodoh bisa masuk ke gua ini. Semua benda yang ada
di kuil ini akan kuberikan kepada orang yang berjodoh masuk gua ini."
"Tadinya aku ingin memusnahkan Shi-er-fu-zhang dan buku suci berbahasa India kuno tapi aku
teringat mereka adalah 12 orang Zhong-yuan, jika bisa didapatkan oleh orang Zhong-yuan lagi,
aku rela memberikannya."
"Tapi aku berharap orang itu akan menggunakannya dengan baik. Jika dengan ilmu ini orang


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu berbuat kejahatan, aku akan menyumpahi dia mati!"
Sesudah selesai membaca, Gongsun Lan mengeluh:
"Ke-sha-na benar-benar mulia, dia bisa mempengaruhi 12 orang jahat itu menjadi baik dan
membuat ilmu silat Shi-er-fu-zhang yang mengandung ajaran-ajaran agama Budha."
Tiba-tiba Ruan-wei berlari, dia berlutut di depan mayat Ke-sha-na yang sedang dalam posisi
duduk. Kemudian dia berdiri dengan diam. Sikapnya sangat serius. Gerakan Ruan-wei yang tibatiba
membuat Biksu Naga terpengaruh, dalam hati dia terus berkata, 'Anak baik! Dia anak yang
baik..' Mereka bertiga keluar dari gua dan kembali ke kuil emas. Hari ini Biksu Naga tidak ada kegiatan
lain, maka dia ada waktu untuk memberitahu kesalahan-kesalahan Ruan-wei mengenai ilmu silat
Shi-er-fu-zhang. Akhirnya Ruan-wei bisa dikatakan sangat menguasai Shi-er-fu-zhang.
"Ilmu silat Shi-er-fu-zhang mu sudah lumayan. Ketika hari itu, saat kau bertarung dengan
seseorang yang pendek dan gemuk, jurus telapak apa yang kau gunakan?"
"Aku lihat ilmu telapak itu sangat dalam dan sulit dimengerti, apa nama ilmu telapak itu"
Karena begitu kau mengeluarkan 5 jurus, tenaganya sudah begitu dahsyat, mengapa?"
"Dalam otakku, aku hanya mengingat 5 jurus itu."
"Apa bisa kau peragakan sekali lagi?" tanya Biksu Naga.
Ruan-wei mulai mengeluarkan 5 jurus yang diajarkan Long-zhang-shen-gai sesuai yang ada
dalam ingatannya saat ini.
448 Setelah melihat 5 jurus itu, Biksu Naga tiba-tiba duduk di bawah, matanya dipejamkan,dia
tampak sedang berpikir. Ruan-wei tidak berani mengganggu dia berdiri di sisi. Satu jam berlalu,
Biksu Naga baru membuka matanya dan berkata:
"5 jurus telapak ini sama dengan ilmu yang ada di kuil Tian-long, yaitu di bagian tersulitnya tapi
aku merasa aneh dan telah berpikir lama, aku merasa jika ditambah 3 jurus lagi ilmu ini akan lebih
sempurna." "Jika jurus telapak ini dibandingkan dengan jurus Shi-er-fu-zhang, mana yang lebih tinggi?"
tanya Ruan-wei. "Masing-masing mempunyai kelebihan dan keanehan tersendiri, jadi tidak bisa dibanding-kan,"
jawab Biksu Naga. "Ingin menambah 3 jurus lagi itu bukan hal yang mudah," sahut Ruan-wei.
"Walaupun dia pesilat hebat terutama untuk jurus telapak, jika ingin menambah 3 jurus lagi
supaya ilmu ini sempurna, dia membutuhkan waktu beberapa tahun untuk berpikir dan dia juga
harus orang berbakat."
"Apakah ilmu telapak itu begitu aneh juga dahsyat?"
"Sepertinya aku bisa mengumpulkan ilmu-ilmu telapak inti dari kuil Tian-long untuk menambah
3 jurus lagi pada ilmu telapak ini."
Setelah Ruan-wei mendengar kata-kata ini, dia terus memikirkan keunikan 5 jurus telapak yang
dimilikinya. Semakin dipikir semakin seru, dia jadi melupakan saat ini dia ada di mana.
Setelah lama, Biksu Naga baru menepuk Ruan-wei, sambil tertawa dia bertanya:
"Kau sedang memikirkan apa?"
"Aku merasa aku mulai ingat masa laluku," sahut Ruan-wei.
"Kau pernah berlatih ilmu yoga. Ilmu sakti ini selalu mengobati tubuhmu. Menurutku, walaupun
tidak ada orang yang mengobatimu, setelah beberapa tahun berlalu kau bisa sembuh sendiri dan
mengingat kembali masa lalumu," kata Biksu naga.
"Aku merasa masa laluku ada masalah besar sehingga membuatku seperti ini. Ketika aku ingin
mencari tahu tidak ada yang kuingat. Aku merasa sedih!"
Biksu Naga mulai mengganti topik pembicaraan:
"Aku akan mengambil telapak Tian-long bagian inti kemudian mengubahnya menjadi 3 jurus
telapak untukmu." Tiga jurus ini membutuhkan waktu 3 hari bagi Ruan-wei baru bisa menguasainya.
Hari ke-3, Biksu Naga melihat Ruan-wei memperagakan ilmu itu dari awal sampai akhir. Setelah
beberapa kali dilakukan, dengan gembira Biksu Naga berkata:
"Tiga jurus tambahan ini akan membuat ilmu telapakmu bertambah sempurna."
Ketika Gongsun Lan keluar, dengan aneh dia bertanya:
"Kenapa Tetua begitu gembira?"
"Karena Ruan-wei berhasil menguasai ilmu telapak ini. ilmu telapak ini tidak kalah dengan Shier-
fu-zhang." Gongsun Lan memberi selamat sambil tertawa kepada Ruan-wei. Ruan-wei dengan senang
bertanya: "Kakak Lan mau ke mana?"
Karena Ruan-wei melihat Gongsun Lan sudah berdandan rapi, di punggungnya ada 2 tas besar.
Sepertinya dia akan pergi ke tempat jauh.
"Apakah persediaan makanan sudah habis?" tanya Biksu naga.
"Betul, semua sudah habis, aku harus cepat-cepat turun gunung untuk membeli lagi!" sahut
Gongsun Lan. "Biar aku yang pergi, aku sudah terbiasa melakukannya!" kata Biksu Naga.
"Kami selalu merepotkan Tetua, aku merasa tidak enak hati!" jawab Gongsun Lan.
"Biar aku saja yang pergi, Kakak Lan!"
"Kau tidak tahu jalan, mungkin kau membutuhkan waktu 2 hari tapi aku dalam waktu sehari
bisa pulang dan pergi," Gongsun Lan menjawab sambil tertawa.
Sesudah itu dia pergi dengan tergesa-gesa. Ruan-wei mengantarnya sampai ke pinggir gunung.
Setelah tidak terlihat sosok Gongsun Lan, dia baru berjalan.
Biksu Naga yang masih berdiri di depan kuil berkata:
449 "Tenanglah, sekarang ilmu Gongsun Lan sudah maju pesat, dia akan baik-baik saja!"
Setelah Gongsun Lan keluar dari Pegunungan Kun-lun-shan dan sampai di tempat di mana dia
bertarung dengan Xi-hua-lang-jun, dia teringat pada Bai-ti-ma, maka dia bersiul panjang
memanggil kuda. Tapi setelah lama menunggu, Bai-ti-ma tidak muncul-muncul. Dari jauh dia melihat seseorang
sedang berlari ke arahnya. Hanya sebentar orang itu sudah sampai, ternyata dia seorang pelajar
berkulit putih. Pelajar itu sangat tampan, lebih tampan dari Ruan-wei. Dari wajahnya terlihat dia sedang sakit
dan lemas, tidak bersemangat. Gongsun Lan melihat yang datang adalah laki-laki asing, dia segera
menundukkan kepala dan pergi.
"Permisi, Nona...."
Karena melihat dia bukan orang jahat, maka Gongsun Lan membalikkan tubuh dan berkata:
"Ada apa?" Wajah pelajar itu terlihat lelah, dia tertawa dengan terpaksa, "Aku ingin bertanya tentang suatu
tempat kepada Nona...."
Melihat tawanya, otak Gongsun Lan seperti terkena ledakan. Karena tawa orang ini seperti
sangat dikenalnya, bukankah tawa ini juga milik tawa sahabatnya, A-mina"
Gongsun Lan benar-benar tidak menyangka di dunia ini ada tawa yang begitu mirip. Karena
merasa sangat aneh, dia melihat orang itu dan lupa menjawab.
Melihat dia termenung, pelajar itu berteriak: "Permisi, dimana letaknya Ku-ku-shen-li-shan?"
Sekarang giliran Gongsun Lan yang berteriak:
"Ku-ku-shen-li shan...."
Kemudian otak Gongsun Lan mulai berpikir. Dia teringat Ruan-wei pernah tertarik pada tawa Amina.
Sekarang dia baru mengerti dan juga terkejut, dengan senang bertanya:
"Apakah kau adalah Adik Yi...."
Tebakan Gongsun Lan sangat tepat, pelajar ini adalah Wen-yi. Dia tidak menyangka gadis di
depannya yang berkelakuan seperti orang gila ini bisa memanggilnya Adik Yi. Karena 2 kata ini
sudah lama tidak didengarnya....
Gongsun Lan melihat orang di depannya tidak menjawab, dia mengira tebakannya salah, dia
terlalu ceroboh dan ingin meminta maaf. Tapi pelajar itu sudah meneteskan air mata....
Dengan penuh air mata Wen-yi berkata:
"Adik Yi! Adik Yi... kapan aku bisa mendengar suaranya lagi... kapan aku bisa mendengar
suaranya lagi?" "Siapakah dia yang kau maksud" Apakah dia adalah Ruan-wei?" tanya Gongsun Lan.
Badan Wen-yi bergetar: "Ruan-wei! Kau... kau... kenal dengannya?"
Melihat dia begitu cemas, Gongsun Lan tertawa:
"Apakah kau adalah Adik Yi?"
Wen-yi dengan cepat mengangguk:
"Betul, betul! Margaku Wen, namaku Yi...."
Gongsun Lan berkata: "Dia memanggilmu Adik Yi, apakah aku juga boleh memanggilmu seperti itu?"
"Kakak lebih tua dariku, memang seharusnya memanggilku begitu!"
Melihat dia saat mendengar nama Ruan-wei langsung gembira. Gongsun Lan berpikir kakak
beradik angkat ini begitu akrab seperti bulan dan matahari, benar-benar jarang ada. Supaya Wenyi
tidak cemas, dia tertawa:
"Kakakmu berada di gunung Ku-ku-shen-li...."
Karena senang Wen-yi sampai meneteskan air mata tapi itu bukan air mata sedih melainkan air
mata kegembiraan. Setelah lama dia baru mengeluarkan suara:
"Dia tidak mati!"
Tiba-tiba ada suara derap kuda berlari, ternyata itu adalah Bai-ti-ma. Dia seperti angin dengan
cepat berlari ke depan Gongsun Lan. Dia tegap, sehat seperti dulu, dengan senang Gongsun Lan
menepuk-nepuk lehernya. 450 "Dia ditolong olehku, sekarang ada di kuil emas itu. Kuil itu berada di Ku-ku-shen-li-shan bagian
utara. Aku harus membeli persediaan makanan, aku harus cepat kembali, kau pergi dulu saja
ke sana!" Begitu mendengar Ruan-wei berada di kuil emas, Wen-yi segera berlari untuk pergi, sampaisampai
lupa berpamintan dengan Gongsun Lan. Dengan tersenyum Gongsun Lan naik ke atas
kuda. Dalam hati dia berkata:
"Jika ada Wen-yi pasti ada Biksu Harimau. Sesudah membeli persediaan makanan dan saat aku
pulang nanti mungkin ingatan Ruan-wei sudah kembali. Bukankah itu sangat baik?"
Sambil berkhayal indah, dia pergi dengan menunggang kuda....
Wen-yi hampir tiba di kuil emas. Begitu tahu arah kuil, dia segera berlari dengan ilmu
meringankan tubuh. Dia ingin segera sampai di kuil untuk bertemu dengan Ruan-wei.
Sesudah satu jam, Wen-yi sudah berada di kaki gunung. Karena luka dalamnya belum sembuh
dengan benar dan telah berlari begitu cepat, saat berhenti dia merasa pusing dan hampir pingsan.
Dia melihat ke atas gunung dia merasa tidak sanggup naik lagi. Perasaan ini bagi orang dunia
persilatan adalah pertanda tidak baik. Tapi dia bertahan terus menaiki tangga yang terbuat dari
tali. Sampai di tengah-tengah gunung, peraaan lelah menyerangnya semakin berat. Dia ingin
melepaskan pegangan tangannya, membiar-kan tubuhnya terjatuh.
Tiba-tiba dia teringat kalau Ruan-wei berada di puncak gunung. Mereka akan segera bertemu,
pikiran ini membuatnya bersemangat lagi. Dia terus memanjat dan naik sampai ke puncak. Karena
terlalu lelah, dia mulai muntah darah.
Darah yang tersisa di bibir segera dibersihkan, hanya berhenti sebentar dan melihat kuil emas,
dia mulai memanjat pelan-pelan.
Di depan kuil, dia mendengar ada suara orang berlatih ilmu silat. Suara yang kuat dan agak
berat sedang mengajarkan orang yang satu lagi.
Wen-yi sangat mengenal suara itu, suara itu adalah suara Biksu Naga, berarti orang yang
sedang berlatih adalah Ruan-wei. Sesudah berpisah selama beberapa bulan, bagaimana
keadaannya" Hatinya tidak tenang seperti seorang pengantin pertama kali bertemu dengan calon
suaminya, tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Tiba-tiba Biksu Naga berkata:
"Siapa yang ada di luar, silakan masuk!"
Ruan-wei berhenti berlatih dan membalikkan badan untuk melihat. Di pintu masuk, tampak
seorang pelajar berwajah lemah dan seperti sedang menangis. Otaknya segera seperti ada ribuan
kuda sedang berlari. Dalam hati dia terus berkata:
"Orang ini seperti kukenal" Seperti kukenal...."
Biksu Naga tertawa: "Ternyata Tuan Wen, cepat masuk untuk bertemu dengan kakak angkatmu!"
Wen-yi masuk ke dalam kuil, melihat wajah Ruan-wei, dia berlari dan masuk ke dalam pelukan
Ruan-wei. Tapi Ruan-wei seperti kebingungan tidak ada reaksi. Wen-yi melihat keadaan ini,
hatinya menjadi dingin. Kecuali termenung, Ruan-wei tidak menyapanya. Otak Ruan-wei terus
berbunyi, tapi dia tidak ingat siapa yang ada di depannya" Tapi mengapa muncul perasaan seperti
sangat mengenalnya" Gengsi perempuan sangat tinggi, Wen-yi melihat Ruan-wei tidak menyapanya, dia juga tidak
mau menyapa. Dia berjalan ke depan Biksu Naga dan memberi hormat: "Tetua Naga!"
"Apakah adikku ikut kemari?" tanya Biksu Naga.
"Di tengah perjalanan Tetua Harimau berpisah denganku," jawab Wen-yi.
"Dia tidak berkata ingin ke mana?"
"Tetua Harimau memberi tanda dengan tangan, menyuruhku pulang dulu, sepertinya dia akan
mencari sesuatu." Begitu melihat wajah Wen-yi, Biksu Naga bisa menebak kalau penyakit Wen-yi sangat berat jika
tidak cepat-cepat diobati, mungkin keadaannya sangat berbahaya. Dia berkata:
"Adikku pasti mencari Xue-hua yang tumbuh di atas salju untuk mengobati lukamu. Istirahatlah
dulu, jangan terlalu lelah! Ingatitu!"
Wen-yi tertawa kecut, dia kecewa, walaupun Biksu Naga berkali-kali memperingatkan
penyakitnya tapi dia sama sekali tidak mempedulikannya. "Apakah kau sakit?" Tanya Ruan-wei
451 Begitu mendengar Ruan-wei menyapanya dulu, semua kemarahannya segera sirna, dengan penuh
perasaan dia memanggil: "Da-ge!"
Tapi Ruan-wei tetap tidak mengingat siapa dia. Dia ikut Biksu Naga memanggil Wen-yi, Tuan
Wen. Mendengar sapaan tanpa perasaan, Wen-yi mengira Ruan-wei sudah berubah. Mungkin nona
yang ditemuinya karena telah menolong Ruan-wei, karena Ruan-wei berterima kasih padanya
sehingga melupakan Wen-yi. Dan sekarang Ruan-wei berpura-pura tidak mengenalinya.
Sifat Wen-yi yang angkuh walaupun merasa sedih tapi dari luar tidak terlihat. Dia pura-pura
memegang dahi kemudian berkata kepada Biksu Naga:
"Aku sakit kepala, aku ingin beristirahat dulu!"
Melihat keadaannya, Biksu Naga tidak ingin memberitahu kalau kakak angkatnya hilang
ingatan. Karena gejolak pikiran akan sangat berbahaya bagi Wen-yi. Maka dia berkata:
"Tidak perlu sungkan, masuklah dulu untuk istirahat!"
Sesudah Wen-yi masuk ke dalam, Ruan-wei bicara sendiri:
"Orang ini sepertinya kukenal" Sepertinya kukenal...."
Biksu Naga berpikir, sebentar lagi adik seperguruannya akan pulang, dengan tenaga mereka
berdua bisa menyembuhkan Ruan-wei. Maka dengan tertawa dia menjawab:
"Beberapahari lagi kau akan tahu siapa dia!"
Malam sudah tiba, suara seruling terus berbunyi, iramanya rendah seperti menangis dan
mengeluh, suaranya sedih membuat orang ingin menangis....
Ruan-wei berbaring di atas ranjang, tidur terlentang sambil melihat langit-langit. Dia sedang
mendengarnya. Lirik seruling ini begitu dihafalnya dan pernah didengarnya, tapi di mana"
Suara seruling semakin rendah....
Biksu Naga mengerti lirik lagu, diam-diam dia berkata:
"Orang ini meniup seruling, mencampur semua perasaan di dalamnya. Jika diteruskan, dia akan
melukai organ dalamnya...."
Ruan-wei terbawa oleh suara seruling itu ke suatu tempat. Dia berpikir, berpikir, akhirnya dia
ikut menyanyikan lagu ini....
Tiba-tiba suara seruling berhenti, otak Ruan-wei menjadi sunyi....
Tiba-tiba dia berteriak: "Itu adalah lagu 'Bei-fen-shi' karangan Cai-wen-jie."
Teringat lagu itu, dia segera teringat suatu malam di penginapan kota Kai-feng, dia berkenal-an
dengan Wen-yi. Malam itu mereka berjalan-jalan ke kebun bunga. Wen-yi meniupkan seruling
untuknya.... Dari sinilah Ruan-wei terus mengingat satu persatu masa lalunya... pelajar yang ditemuinya tadi
pagi, bukankah dia adalah Wen-yi"
Segera dia berteriak dengan senang:
"Adik Yi! Adik Yi!"
Sambil memanggil dia berlari ke kamar Wen-yi-
0-0-0 BAB 111 Jika cinta berlebihan yang tersisa hanya kebencian
Begitu Biksu Naga mendengar suara seruling berhenti, dia tahu apa yang dia khawatirkan telah
terjadi, maka dia segera berlari ke kamar Wen-yi. Di depan kamar dia bertemu dengan Ruan-wei
yang wajahnya berseri-seri.
Ruan-wei berteriak: "Tetua, Tetua! Aku ingat siapa dia dan sudah ingat semua masa laluku!"
Biksu Naga hanya mengangguk dan dengan berat berkata:
"Cepat tengok dulu adik angkatmu!"
Begitu masuk kamar, di tempat tidur Wen-yi hanya ada sebuah seruling. Wen-yi tidak berada di
atas ranjang, dia tergeletak di bawah.
Ruan-wei terkejut, Wen-yi digendong dan terus memanggil:
452 "AdikYi! AdikYi!"
Tapi Wen-yi tidak menjawab. Wajahnya pucat dan giginya menggigit bibir, sepertinya dia sudah
meninggal. Ruan-wei meneteskan air mata dan meletakkan Wen-yi di atas ranjang. Biksu Naga
memeriksa nadi Wen-yi kemudian menggelengkan kepala:
"Penyakitnya sudah parah, tidak bisa ditolong dengan tenaga manusia!"
Karena cemas, Ruan-wei mencengkram seruling bambu, matanya melotot sebesar lonceng,
benar-benar menakutkan. Seruling bambu dicengkram sampai cekung ke dalam. Setelah lama dia
baru bersuara: "Apakah benar dia tidak akan tertolong lagi?"
"Sekarang kita hanya bisa menunggu adik seperguruanku pulang membawa Xue-hua. Hanya
Xue-hua yang baru bisa menolong nyawanya!"
"Apakah Tetua Harimau pasti membawa Xue-hua pulang?"
Biksu Naga menarik nafas:


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Xue-hua yang tumbuh di padang es, sangat sulit didapatkan. Aku sudah menghabiskan waktu
beberapa tahun mencarinya tapi belum pernah mendapatkannya. Apakah Wen-yi akan hidup, itu
tergantung takdir!" Harapannya sangat kecil. Ruan-wei berpikir, di dalam kecemasannya, dia menggunakan tenaga
dalam, pelan-pelan dia mengelus-elus perut Wen-yi tapi sudah lewat setengah jam, Wen-yi tetap
diam seperti semula. Dia malah terus meneteskan keringat.
"Percuma! Percuma! Jangan membuat tubuhmu lelah!" kata Biksu Naga.
Ruan-wei menarik nafas panjang, air matanya terus menetes:
"Tetua beristirahatlah, aku... akan... menemani... dia... sampai besok..."
Biksu Naga sangat terharu melihat hubungan kakak beradik kakak ini, dia juga tidak tega
melihatnya dan pelan-pelan meninggalkan kamar Wen-yi.
Sesudah Biksu Naga pergi, Ruan-wei membuka sepatu Wen-yi, membuka baju panjang juga
topinya. Rambut yang panjangnya tergerai.
Kemudian ditutup dengan selimut yang terbuat dari kulit. Dia duduk di sisi ranjang sambil terus
mengelus-elus seruling bambu itu.
Hari kedua pagi, ketika Biksu Naga sedang bingung mengapa tidak mendengar suara nafas
Ruan-wei, dia masuk kamar Wen-yi untuk melihat. Di atas ranjang hanya ada Wen-yi
sedangkan Ruan-wei sudah menghilang. Begitu dia melihat Wen-yi ternyata seorang perempuan,
dia sangat terkejut dan berpikir, 'bagaimana di dunia ini ada perempuan berpenampilan begitu
mirip seorang laki-laki."
Tiba-tiba dia melihat di atas dinding tertulis:
"Aku pergi untuk mencari Xue-hua!"
Biksu Naga menggelengkan kepala karena di dalam hati dia sama sekali tidak yakin apakah
benar di dunia ini adaXue-hua.
Siang hari, ketika Biksu Naga sedang duduk bersila untuk beristirahat, tiba-tiba ada seseorang
melayang masuk. Ilmu meringankan tubuh orang ini begitu hebat, begitu berada di depannya
Biksu Naga baru merasakan kehadirannya.
Dengan cepat Biksu Naga membuka mata. Begitu melihat siapa yang datang, dengan tenang
dia berkata: "Ternyata adik seperguruan!"
Biksu Harimau biksu tuli sama sekali tidak berubah, kulit hitam, wajah yang sangat biasa dan
saat ini sedang tersenyum. Kedua telapaknya dikatupkan menjadi satu, dia memberi hormat
kepada Biksu Naga. Begitu melihat tangannya tidak membawa apa-apa, dengan cemas dia
bertanya: "Apakah kau tidak berhasil menemukan Xue-hua?"
Mereka menggunakan bahasa India. Walaupun Biksu harimau bisu tuli tapi melihat gerak bibir
Biksu Naga dia bisa mengerti. Dari balik dadanya dia mengeluarkan sebuah kotak perak. Begitu
dibuka, cahaya merah terpancar keluar.
Biksu Naga memuji: "Apakah itu adalah Xue-hua yang tertulis dalam legenda?"
453 Sambil tertawa Biksu Harimau mengangguk. Terlihat dia sangat senang karena telah
mendapatkan Xue-hua. Dari luar masuk seseorang sambil berteriak:
"Apakah benar di dunia ini ada Xue-hua?"
"Ternyata Nona Lan sudah pulang!" kata biksu naga sambil tertawa
Gongsun Lan pulang dengan membawa 2 karung makanan, pelan-pelan dia mendekat. Biksu
Naga memperkenalkan: "Ini adalah adik seperguruanku, Biksu Harimau!"
Karena 'Bai-ti-ma' berlari sangat kencang, perjalanan yang seharusnya ditempuh 2 hari bisa
dilakukan dalam waktu 1 hari. Begitu melihat Biksu Harimau membawa Xue-hua, segera dia
meletakkan karung makanan, pelan-pelan dia mendekati Biksu Harimau dan memberi hormat:
"Aku memberi hormat kepada Biksu Harimau!"
Biksu Harimau menggoyang-goyangkan tangannya supaya Gongsun Lan tidak perlu memberi
hormat. Dengan pandangan aneh dia melihat Biksu Naga, seperti sedang bertanya:
"Siapakah dia?"
Biksu Naga segera menjawab:
"Dia adalah kekasih Ruan-wei, namanya Nona Gong."
Gongsun Lan tidak mengerti bahasa India yang diucapkan Biksu Naga. Tapi Biksu Harimau
mengerti dari gerakan bibir kakak seperguruannya. Wajahnya sedikit berubah dan berpikir, 'Jika
dia adalah kekasih Ruan-wei, bagaimana dengan yang satunya lagi"'
Dia memberi tanda isyarat:
"Di manakah Wen-yi?"
Biksu Naga segera membawanya ke kamar Wen-yi. Gongsun Lan ikut masuk. Begitu tahu Wenyi
adalah seorang perempuan, dia lebih terkejut dibandingkan Biksu Naga. Hanya Biksu Harimau
yang sudah tahu kalau Wen-yi adalah seorang perempuan.
Dari balik dada Biksu Harimau mengeluarkan sebotol arak. Dia menuangkan arak ke dalam
sebuah mangkuk kemudian Xue-hua dihancurkan dan direndam ke dalam arak. Begitu Xue-hua
direndam, Xue-hua segera hancur dan menyatu dengan arak. Xue-hua membuat arak putih itu
berubah menjadi merah seperti darah.
Pecut Sakti Bajrakirana 5 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Kisah Pedang Di Sungai Es 23
^