Lembah Nirmala 29
Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 29
dengan cara serta pengorbanan macam apapun!
Sementara itu Dewi Nirmala telah tertawa hambar,sambil mengejek lagi dengan suara dingin.
"heeeeh...Heeeehhh...Heeehhh.. sesungguhnya kau pun dapat memahami bagimanakah
perasaan hatimu sekarang, tapi kau pun harus tahu secara jelas bahwa ayahmu bukan mati
ditanganku, bukankah aku tak pernah membunuh ayahmu dengan tangan serta kekuatanku
sendiri" betul bukan...?"
Dengan geram dan penuh kebencian Sastrawan menyendiri Khu cu Kiam mendengus dingin.
"Hmmn, sekalipun beliau bukan tewas ditanganmu, tapi ia mati lantaran dirimu!"
"Waah.. Waahh... benar benar perbuatan seorang anak yang sangat berbakti." jengek Dewi
Nirmala lagi dengan terkekeh-kekeh, suaranya dingin penuh penghinaan, "bukankah kau sendiri
yang telah turun tangan membunuh ayahmu" Masa utang-piutang itu kau limpahkan keatas
tubuhku.. bagaimana bisa terjadi?"
Hmm, siapa yang bilang aku limpahkan hutang berdarah tersebut kepadamu?" teriak pemuda
itu dengan berang. "Lantas kalau bukan kau yang melakukan pembunuhan terhadap ayamu sendiri, siapa pula
yang melakukannya" Aaai... terus terang saja aku ikut merasa kecewa dengan perbuatanmu yang
terkutuk itu..." Sastrawan menyendiri Khu Cu kian tertawa pedih,
"Aku tak pernah bohong, tak pernah memjadi manusia munafik, aku selalu bersikap terbuka
dan terang terangan, buat apa kau mesti memutar balikkan fakta dan kenyataan?"
Dewi Nirmala tertawa sinis, diawasinya pemuda tersebut dari atas kepala hingga keujung
kakinya, kemudian ejeknya lagi.
"Hmmn, kau anggap didunia ini terdapat orang kedua yang begitu berbakti kepada ayahnya
sendiri seperti kau" Membunuh ayah kandung sendiri secara keji dan brutal?"
Setelah diejek berulang ulang kali, akhirnya Sastrawan menyendiri Khu cu kian menjadi naik
darah, tiba tiba teriaknya keras,
"Siapa yang berani menuduhku sebagai pembunuh ayah kandungku sendiri...?"
"Kalau bukan kau lantas siapa lagi" Aku tahu kau memang seorang anak yang sangat berbakti!"
Kim Thi sia yang selama ini berdiri disisi arena dan mengikuti jalannya peristiwa itu, lama
kelamaan ia jadi habis juga kesabarannya, terutama sekali setelah melihat Sastrawan menyendiri
disindir dan diejek sampai kelabakan sendiri.
Mendadak dia tampilkan dir ke tengah arena, lalu selanya dengan suara lantang.
"Kau keliru besar, ayah Sastrawan menyendiri bukan tewas ditangannya tapi mati diujung
pedang Leng-Gwat kiam-ku."
"Apa?" Dewi Nirmala kelihatan tercengang bercampur keheranan, agaknya kejadian ini sama sekali
diluar dugaannya. Tapi setelah termenung dan berpikir sebentar, sambil tertawa katanya lagi,
"Haaah....Haaah...haaaah... tak heran kalau sewaktu bertemu dengan kalian berdua pertama
kali tadi, kusaksikan kamu berdua sedang saling melotot dengan penuh penasaran dan saling
mencaci maki, rupanya ada ganjalan dibalik kesemuanya ini."
Kemudian setelah melirik sekejap kearah Sastrawan menyendiri, ia berkata lebih jauh.
"Aaaii... kalau aku disuruh berbicara secara terus terang, ya.... aku benar benar kasihan denga
nasib Nirmala nomor sembilan yang begitu tragis, baru saja bertemu putranya, dia sudah harus
mati duluan ditangan orang lain, lagipula mati dalam keadaan yang begitu tragis dan
menggenaskan... aaaii... kasihan... benar benar kasihan...."
Ketika mendengar kata kata yang terakhir ini bukannya bertambah marah, tiba tiba Sastrawan
menyendiri merasa terperanjat sekali. segera sadar bahwa ia sedang diadu domba.
Denga penuh amarah segera tegurnya.
"Dewi Nirmala, lebih baik kau tak usah menggunakan akal muslihat semacam itu untuk
mengadu domba kami berdua, ketahuilah kami tak akan termakan oleh hasutanmu itu.."
Tiba-tiba Dewi Nirmala menutupi wajah sendiri dengan kedua belah tangannya lalu sambil
tersipu-sipu malu ia tertawa.
Senyumannya kelihatan begitu polos, suaranya begitu merdu merayu, tapi dibalik kesemuanya
itu justru terselip sindiran serta pandangan yang menghina.
Sesungguhnya apa yang sedang ditertawakan oleh perempuan cantik yang misterius ini"
Rencana busuk apakah yang terselip dibalik kesemuanya ni"
Benar benar suatu peristiwa yang mencurigakan dan membuat orang tidak habis mengerti.
Dewi Nirmala tertawa aneh secara begini dalam waktu sepertanak nasi lamanya, tapi dia masih
tertawa terus tiada hentinya.
Lama kelamaan Kim Thi sia jadi habis kesabarannya, dengan perasaan jengkel ia menegur,
"Eeei, sebenarnya apa suh yang menggelikan?"
Bagaimanapun juga, pemuda ini termasuk orang yang tidak pandai berbicara, untuk
mengajukan sebuah pertanyaan yang samapun dia harus merangkainya secara pelan-pelan dan
diutarakan dengan terbata-bata.
Kemudian sewaktu pihak lawan tidak mengacuhkan pertanyaannya itu, lama kelamaan dia
menjadi bosan sendiri dan segan berkata lebih lanjut.
Kali ini Dewi Nirmala memberikan tanggapannya, sambil tertawa cekikikan ia berkata
"Aku tertawa geli karena tidak menyangka kalau Sastrawan menyendiri yang sudah tersohor
dalam dunia persilatan sebagai manusia aneh, ternyata sudah kehilangan semua keangkuhan
serta ketinggian hatinya, bukan cuma begitu, bahkan wataknyapun berubah seratus delapan puluh
derajat, benar benar suatu kejadian yang diluar dugaan, bikin hati orang tidak percaya saja!"
"Hmmn, heran, mengapa aku justru tidak menyaksikan hal-hal yang kau katakan menggelikan
tadi?" serut Kim Thi sia lagi dengan suara lantang.
Dengan matanya yang jail dan indah, Dewi Nirmala mengerling sekejap kearah pemuda itu, lalu
jawabnya. "Ya.... tentu saja au tak akan merasa geli dengan apa yang kukatakan.!"
Kim Thi sia tertegun, serunya cepat.,
"Kenapa?" Dengan padangan yang sinis dan penuh ejekan Dewi Nirmala mengerlingkan lagi biji matanya
yang sangat indah itu kearah Sastrawan menyendiri Khu Cu kian, lalu dengan genit ia berkata
"hei Kim Thi sia.. seharusnya kau merasa berbangga hati, sebab walaupun ayah kandung
Sastrawan menyendiri Khu cu kian telah tewas ditanganmu, tapi kenyataannya bukan saja ia tidak
menganggap kau sebagai sahabat karibmu, menghormati kau sebagai malaikat penyelamatnya!"
"Hmmn, dia tak usah menghormati aku, toh aku bukannya orang yang gila akan kehormatan."
kata Kim Thi sia dengan penuh perasaan tak senang hati.
"tapi kenyataannya... Hmm, penampilannya sekarang begitu tengik dan menyebalkan, bukan
saa ia munduk munduk dihadapanmu serta menghormati kau sebagai malaikat penyelamatnya,
malahan dia mengekor dibelakangmu seperti anjing yang patuh kepada majikannya untuk ikut
bersamamu datang ke Lembah Nirmala ini untuk mencari gara-gara denganku... benar benar
perbuatan yang menyebalkan...."
"Kentut busuk mak-mu...!" teriak Kim Thi sia dengan gusarnya. "Aku toh tidak mengajaknya
datang bersama, diapun tidak kemari karena mengekor dibelakangku. ia datang ke Lembah
Nirmala ini atas dasar kehendka serta kemauannya sendiri!"
"Oh ya?"!" Dewi Nirmala mendengus sinis, pelan pelan dia berpaling lagi kearah Sastrawan
menyendiri Khu Cu kian, lalu katanya lebih jauh dengan suara lembut.
"Coba kau tanyakan kepada hati sanubarimu sendiri, benarkah kedatanganmu kemari timbul
atas kehendak dan kemauanmu sendiri?"
"Mau datang karena mengekor atau atas kehendak sendiri, aku rasa itu merupakan urusan
sendiri, lebih baik kau tak usah turut campur dan banyak ngebacot lagi!!" tukas Sastrawan
menyendiri Khu Cu kian secara tiba-tiba dengan suara dingin.
"Heeehh...heeehh....terserah apapun yang ining kau katakan, pokoknya aku akan tetap
berpendapat bahwa kejadian ini kelewat aneh. Setahuku, bila orang lain menyaksikan musuh
besar pembunuh ayahnya berdiri dihadapannya sambil berbicara dengan santi, dia tentu akan
berusaha untuk membalas dendam, bahkan bila perlu mempertaruhkan selembar jiwa sendiir. Tapi
apa yang kusaksikan sekarang...." Hmmm, tetapi kenyataannya Sastrawan menyendiri yang
termasyur dalam persilatan sebagai manusia aneh malah bersikap acuh tak acuh terhadap
pembunuh ayahnya, bahkan dia menghormatinya sebagai malaikat penyelamat."
Kim Thi sia merasa amat tidak sedap perasaannya, tiba tiba dia menyela dengan suara keras.
"Dibalik semua peristiwa ini sesungguhnya masih terdapat pelbagai lika liku yang tak nanti akan
dipahami orang lain, apa lagi dipahami olehmu...."
Sementara itu, Sastrawan menyendiri Khu Cu kian sudah mulai termakan oleh hasutan Dewi
Nirmala yang mengarah pada pengaduan domba itu, betapa pun tebalnya iman orang ini, akhirnya
rasa dendam tersebut pelan pelan muncul kembali dan menyelimuti perasannya, apa lagi pada
dasarnya dia memang merasa amat idak puas dengan diri Kim Thi sia.
Mendadak ia membentak dengan suara yang keras bagaikan guntur membelah bumi.
"Kim Thi sia, mengapa kau tidak enyah sejauh jauhnya dari hadapanku" Mengapa kau masih
berdiri mematung disitu" Enyah kau dari situ dan jangan mencampuri urusan kami lagi..."
Melihat hasutannya mulai termakan, Dewi Nirmala tertawa geli, diam diam ia harus mengigit
bibirnya untuk menahan gelak tertawanya.
Posisi Kim Thi sia saat ini sungguh menggenaskan, ia tampak tersipu sipu malu dibuatnya,
dengan suara tergagap segera serunya.
"Apa yang ingin kukatakan belum selesai kuucapkan. sesungguhnya Sastrawan menyendiri
tidak mempunyai alasan untuk membenci atau mendendam kepadaku, sebab aku..."
Belum habis perkataan tersebut disampaikan dengan suara hambar kembali Dewi Nirmala
menghasut. "Terlepas bagaimana pun juga duduk persoalan yang sebenarnya, kenyataan membuktikan
bahwa kau adalah musuh besar pembunuh ayahnya, asal ia mau mencari sebuah alasan atau
persoalan apapun, ia bisa membinasakan dirimu dengan segera. misalkan saja dengan alasan kau
ribut terus disini, atau mungkin juga dengan alasan kau berani mengatakan ayahnya tetap gagah
dan tidak gentar meski dibunuh olehmu..."
Sastrawan menyendiri Khu Cu gian tidak tahan lagi, dengan rasa benci yang meluap luap ia
segera berteriak kepada Kim Thi sia
"Eeei... sudah kau dengar semua perkatannya itu" Sedari dulu toh sudah kukatakan, bila aku
dibikin sewot maka dengan alasan apapun yang dibuat buat aku bisa menggunakan kesempatan
tersebut untuk membunuhmu..."
Kim Thi sia tertegun, lalu serunya dengan keheranan
"Jadi kau benar benar akan menuruti perkataan dari Dewi Nirmala itu dan membuat alasan
yang dibuat buat untuk menyerangku?"
"Sesungguhnya aku bisa menuruti perkataannya itu dan menggunakan apa yang dia katakan
sebagai alasanku untuk membunuhmu, namun berhubung perkataan tersebut keluar dari
mulutnya, sudah barang tentu aku tak sudi melaksanakan menurut keinginannya, meski begitu...
kuanjurkan kepadmu lebih baik sedikitlah tahu diri dan secepatnya menggelinding pergi dari sini!"
"Tidak. aku tak sudi pergi dengan begitu saja." teriak Kim Thi sia keras keras. "Dengan susah
payah aku datang ke Lembah Nirmala ini untuk memenggal batok kepala Dewi Nirmala si
perempuan busuk itu, sebelum tujuan dan cita citaku ini tercapai, tak nanti aku akan pergi
meninggalkan tempat ini."
Sambil tertawa Dewi Nirmala segera menghasut.
"Eeei, Sastrawan menyendiri, coba dengarkan pertanyaannya itu, dia enggan pergi
meninggalkan tempat ini sesuai dengan keinginannya, jelas dia memang sengaja bermaksud
memusuhi dirimu." "Dewi Nirmala tutup bacot anjingmu yang bau itu!" teriak Sastrawan menyendiri Khu Cu kian
dengan benci. "Sekali lagi kau buka bacotmu yang bau itu, akan kurobek mulutmu sampai
hancur." "Hey, bagaimana sih kamu ini" aku kan lagi memikirkan kepentinganmu!" Seru Dewi Nirmala
dengan kening berkerut. "Tutup mulutmu yang bau!" kembali Sastrawan menyendiri Khu Cu kian membentak dengan
marah," sekali lagi kau ngebacot, kujajal dirimu terlebih dulu."
"Kenapa..."tanya Dewi Nirmala sambil berlagak keheranan dan tak habis mengerti.
Sambil menggigit bibir menahan amarah Sastrawan menyendiri Khu Cu kian berseru,
"sebab musuh besarku adalah kau, orang yang hendak ku bunuh untuk membalasnya dendam
sakit hati ayahku adalah kau. Pokoknya rasa benciku terhadap dirimu tidak kalah dengan rasa
benciku terhadap Kim Thi sia...tapi batinku sedang bertentangan, aku tak dapat memutuskan
siapa yang harus dibunuh terlebih dahulu dua diantara kalian semua..."
"Bila musuh besar pembunuh ayahmu telah berada didepan mata, tentu saja orang yang
pertama harus kau cari adalah dirinya." sahut Dewi Nirmala sambil tertawa licik.
Sastrawan menyendiri Khu cu kian meraung keras, suaranya bagaikan harimau terluka:"
"Sekali lagi kau berani banyak bicara, batok kepalamu yang akan menjadi sasaran serangan ku
yang pertama." Begitu pemuda ini mulai naik darah, suasana tegang dan serius pun seketika menyelimuti
seluruh arena. Dalam perkiraan Kim Thi sia semula, dengan keangkuhan serta kesombongan Dewi Nirmala, dia
pasti tak akan tahan setelah dibentak bentak lawan sekasar ini.
Siapa tahu apa yang kemudian terjadi ternyata sama sekali diluar dugaannya.
Dewi Nirmala seperti hendak mengucapkan sesuatau, tapi setelah kata kata sampai di ujung
bibir mendadak ditahan kembali dan tak berani berbicara lebih jauh.
Pada saat inilah..... Tiba tiba dari balik sebatang pohon besar ditengah hutan belukar tepi arena, bergema gelak
tertawa orang yang tak terkendalikan, jelas orang itu tertawa karena kegelian.
Padahal kawanan jago yang hadir diarena dewasa ini rata rata merupakan jago silat pilihan
yang berilmu tinggi, tapi kenyataannya ternyata tak seorang pun diantara mereka yang
mengetahui bahwa dibalik pohon ada orang yang bersembunyi.
Setelah gelak tawa itu berkumandang, semua orang baru tertegun dibuatnya dan bersama
sama mengalihkan perhatiannya ke arah mana berasalnya suara itu.
Dari balik pohon besar tampak melayang turun lima orang lelaki dan seoarang wanita.
Perempuan yang melayang turun lebih duluan memiliki paras muka yang cantik jelita, gerakan
tubuhnya sangat ringan, saat itu dia memakai baju berwarna coklat.
Ternyata perempuan ini tak lain adalah si Burung Hong dari Leng hun Lam peng adanya.
Sedangkan kelima lelaki yang mengikuti dibelakangnya tak lain adalah lima naga dari wilayah
biau yang belum lama terjun ke dalam dunia persilatan.
Dalam sekejap mata sikap Dewi Nirmala telah pulih kembali menjadi amat tenang. pelan-pelan
dia berkata, "Ooohh.... rupanya kalian, rupanya sudah sedari tadi menyadap pembicaraan kami, megapa
baru sekarang munculkan diri dari tempat persembunyian?"
Si Burung Hong Lam peng bukan seorang wanita bodohm dengan kecerdikannya yang luar
biasa ia dapat menangkap nada teguran dibalik ucapan Dewi Nirmala itu.
Tapi gadis ini sama sekali tidak gentar, malahan dengan suara lembut katanya,
"Sudah lama kudengar orang berkata bahwa Dewi Nirmala adalah seorang wanita licik yang
banyak tipu muslihatnya dan memiliki kemampuan untuk memimpin seluruh umat persilatan. Tapi
sungguh mengecewakan! setelah melihat sendiri penampilannya pada malam ini, aku justru
merasa sedikit diluar dugaan."
"Sebenarnya apa maksudmu berkata begitu?" tegur Dewi Nirmala dengan tak senang hati.
"Dengan jelas sekali kau telah melihat keadaan situasi yang sesungguhnya pada saat ini,
kekuatan dari Lembah Nirmalamu sekarang benar-benar sudah banyak berkurang, bukan cuma
utusan Nirmalanya tinggal lima orang yang masih hidup, bahkan si Pukulan Sakti Tanpa Bayangan
Ang Bu im serta Ciang sianseng pun secara beruntun ditemukan telah tewas, Ehm, keadaan
semacam ini sungguh amat mempengaruhi kekuatan inti yang sesungguhnya, bukankah
dikarenakan alasan tersebut maka sekarang kau merasa takut bila Sastrawan menyendiri yang
termasyur sebagai manusia aneh akan bekerja sama dengan Kim Thi sia yang tersohor sebagai
manusia yang paling susah dilayani untuk menyingkirkan dirimu?"
Tak terlukiskan rasa gusar Dewi Nirmala setelah mendengar perkataan itu, jelas semua
rahasianya sudah terbongkar sekarang.
Tapi sebagai manusia licik, ia tidak memperlihatkan perasaan bencinya itu diatas wajahnya,
malah dengan suara hambar ia berkata:
"Hmn, penilaian mu itu terlalu cetek dan sama sekali tidak berarti."
"Hmmn, tentu saja kau harus berkata begitu karena rahasia pribadimu sudah terlanjur
terbongkar." ucap si Burung Hong Lam peng lebih jauh dengan penuh keyakinan, "sesungguhnya
rasa bencimu terhadap Kim Thi sia sudah merasuk sampai ke tulang sum sum, tapi sekrang kau
sengaja membakar hati Sastrawan menyendiri, apa tujuanmu yang sebenarnya" hmmn,
maksudmu tak lain adalah ingin membasmi Sastrawan menyendiri terlebih dahulu dan
membiarkan Kim Thi sia berpeluk tangan saja hingga antara kedua orang ini terjadi kesalahan
paham yang mengakibatkan mereka saling gontok-gontokan sendiri.... tapi kemudian kau
menemukan bahwa antara mereka berdua sesungguhnya sudah terdapat ganjalan, maka kau pun
mulai menghasut sana sini dengan harapan mereka berdua saling gontok-gontokan sendiri
sementara kau menjadi penonton yang beruntung dan mendapat keuntungan dari pertarungan
mereka berdua, nah coba berilah jawaban dengan menggunakan liangsimmu yang sejujurnya,
bukankah uraianku diatas amat tepat dan sesuai dengan jalan pemikiran mu yang
sesungguhnya...?""
Dewi Nirmala benar benar amat gusar, Alis matanya berkernyit, matanya melotot besar dan
wajahnya merah padah seperti udang bakar, lalu dengan suara keras menahan geram teriaknya,
"Lam peng, apakah kau sudah lupa dengan kejadian semalam" Apakah kau telah
melupakannya sama sekali?"
Pelan pelan si Burung Hong Lam peng mengangguk, sahutnya sambil tersenyum sinis,
"Semalam aku telah menghadiri perjamuan besar Nirmalamu, bukankah kau pun hendak
mengundangku untuk menghadiri perjamuan Nirmala yang lebih besar lagi?"
"Hmmn, kalau toh sudah mengetahuinya dengan jelas maka kau seharusnya memikirkan
kembali posisimu saat ini, mengapa kau masih berceloteh tak karuan disini dan mengaco belo tak
karuan?" sekali lagi si Burung Hong Lam peng tertawa,
"Aku rasa apa yang kubicarakan dalam pertemuan saat ini sama sekali tidak ada sangkut
pautnya dengan masalah itu."
"Hmmn, aku sudah menduga sedari dulu, manusia macam kau memang tak menentu
pendiriannya..." Bentak Kim Thi sia pula dengan mata melotot gusar.
Burung Hong dari Leng hun, Lam peng berpaling dan memandang sekejap ke arah pemuda itu,
lalu katanya sambil tertawa,
"Sekalipun begitu, toh tak bisa disangkal bahwa apa yang kukatakan berusan merupakan situasi
yang sesungguhnya!!"
Sastrawan menyendiri Khu Cu kian termenung sejenak dan berpikir sebentar kemudian katanya
pula.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yaa.. apa yang telah kau uraikan selama ini memang merupakan suatu kenyataan yang tak
bisa dibantah lagi, tapi numpang tanya, sebenarnya apa pula maksud dan tujuanmu yang
sebenarnya" Kenapa tidak memanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk sekalian
diutarakan keluar?" Dengan gemas dan penuh kebencian Dewi Nirmala melotot sekejap ke arah si Burung Hong
Lam peng, diam diam pikirannya di hati,
"Bagus sekali, Hmn, sungguh tak ku sangka, kau siluman setan kecil berani tampilkan diri untuk
mengkhianati aku dalam situasi yang penting dan kritis seperti ini, Hmmn.... tunggu saja hingga
pertikaian disini telah selesai, akan keberi pelajaran yang setimpal dengan perbuatanmu itu..."
Bagaimanapun juga perempuan ini memang seorang permepuan licik yang banyak akal
muslihatnya dan panjang pikirannya, begitu mengambil keputusan dalam hatinya. dia pun tidak
berniat mengumbar hawa amarahnya lagi.
"Apa yang menjadi maksud tujuanku sebenarnya merupakan urutan kedua, berbicara dari
situasi yang terpampang dihadapan kita sekarang terdapat sebuah kenyataan penting yang harus
diselesaikan terlebih dulu, Kalian berdua sebagai jago jago muda tak boleh tidak harus
mempertimbangkan dengan seksama serta nenaruh perhatian yang khusus.."
"Kenyataan apakah itu?" tanya Kim Thi sia keheranan, ia tak habis mengerti apa maksud
perkataan perempuan itu. Tapi Sastrawan menyendiri Khu Cu kian segera menjelaskan dengan suara lantang.
"Padahal sangat sederhana, andai kita kita berdau mau bekerja sama, maka kelompok kita pun
akan menjadi satu kelompok yang berkekuatan hampir seimbang dengan kelompok Dewi Nirmala
nya, maupun kelompok Burung Hong Lam peng bersama kelima naganya, maka kita akan menjadi
tiga kelompok kekuatan yang berimbang..."
Mendengar perkataan tersebut, dengan wajah kegirangan si burung Hong Lam peng segera
memuji. "Kau memang tak malu disebut pendekar cerdik yang berotak encer, tepat sekali ucapanmu
itu, memang begitulah yang ku maksudkan dengan uraianku tadi!"
Baru sekarang Kim Thi sia memahami maksud yang sebenarnya dari ucapan mana, ia berseru
tertahan dan katanya, "Ooohh,, rupanya begini..!"
Dengan cepat si Burung Hong Lam peng berkata lebih jauh,
"Oleh sebab itulah kuusulkan kepada kalian berdua, kendatipun diantara kalian terdapat
ganjalan hati yang betapapun besarnya, entah permusuhan biasa atau permusuhan dendam
kesumat, lebih baik masalah itu dikesampingkan lebih dulu untuk sementara waktu, kalian harus
bekerja sama membentuk kelompok kekuatan hingga kelemahan kalian tidak dimanfaatkan
lawan!" "Lam peng, sebenarna apa maksud dan tujuanmu berbuat kesemuanya ini?" tegur Dewi
Nirmala tiba-tiba. Si burung Hong Lam peng segera tertawa,
"Aku tidak terbiasa menjadi seorang bawahan yang mudah diperintah dengan semaunya
sendiri, selama beberapa hari berdiam di Lembah Nirmala-mu, aku sudah tidak puas dan tidak
senang diperintah dan dibentak olehmu sekehendak hati sendiri, andaikata dikemudian hari kau
benar benar berhasil menguasai jagad, maka apa jadinya?"
Dewi Nirmala tertawa dingin
"Oooh... karena itulah maka kalian berani memberontak serta mengkhianati aku" apakah kalian
tidak pikirkan dulu bagaimana akibatnya nanti?"
Dengan penuh kepercayaan dan keyakinan si burung Hong Lam peng berkata,
"Tiada akibat apapun yang akan kami alami, sebab kelima orang utusan Nirmalamu masih
mampu dihadapi oleh aku bersama kelima naga, dan aku yakin kekuatan kami maish lebih dari
cukup untuk memusnahkan mereka, tinggal engkau seorang yang mana aku percaa pada Kim Thi
sia dan Sastrawan menyendiri masih mampu untuk menghabisi nyawamu, tentu apa bila mereka
berdua bersedia untuk bekerja sama?"
Dewi Nirmala tertawa hambar,
"Andaikata perhitunganmu ternyata meleset dan tidak sesuai dengan apa yang kalian duga
semula, bagaimanakah akibat yang akan kalian alami?"
"Sepanjang hidupku aku tidak suka melakukan transaksi yang berbahaya atau menyerempet
bahaya, jadi soal risiko tak perlu kau urusi lagi. aku percaya tak akan ada risiko apa apa dalam
rencanaku kali ini.."
Melihat gadis itu sudah menyatakan sikapnya secara terang terangan, sadarlah ia bahwa
keadaan tak mungkin bisa dirubah lagi secara mudah, kontan saja hawa amarahnya berkobar,
MEndadak ia berpaling ke arah Kim Thi sia serta Sastrawan menyendiri lalu serunya.
"Lebih baik kalian jangan menuruti perkataannya, dia adalah orang asing dari negeri
perbatasanm jelas dia memutar lidah membujuk kalian karena hendak memperalat kau beruda
untuk menghadapiku, jelas dibalik kesemuanya itu masih terdapat rencana busuk lainnya."
"Kalau rencana busuk sih tidak ada.." cepat si Burung Hong Lam peng menyambung "tapi
memang kuakui, setelah kami bersedia melakukan tindakan yang mempunyai risiko besar dan
harus menyerempet bahaya tentu saja kamipun mempunyai suatu tujuan."
Benar benar diluar dugaan, dalam waktu yang amat singkat dalam arena telah terjadi dua kali
perubahan besar yang sama sekali diluar dugaan.
Kini baik kelompok dari Lembah Nirmala maupun kelompok dari si burung Hong dan kelima
naganya telah saling berhadapan sebagai musuh, dan mereka sama sama beruaha memanfaatkan
kekuatan dari Kim Thi sia serta Sastrawan menyendiri bagi pikirannya.
PAdahal siapapun dari mereka berdua tak ada yang berani memastikan pada akhirnya pada
pihak manakah kedua pemuda itu akan berpihak.....
Sastrawan menyendiri Khu cu kian memang tak malu disebut seorang pemuda yang teliti dan
cermat, dengan cepat ia berpaling ke arah si burung Hong Lam peng dan menegurnya terang
terangan, "Sesungguhnya apa dan maksud tujuanmu yang sebenarnya" Kenapa tidak diutarakan secara
terang terangan?" "Tujuanku hanya sederhanam yaitu bila urusan disini telah usai, maka Lembah Nirmala berserta
kawasan sekitarnya menjadi milikku!"
Sastrawan menyendiri Khu Cu kian yang mendengar perkataan tersebut jadi amat keheranan,
segera tegurnya, "Aneh betul, sebetulnya apakah ada sesuatu yang amat penting didalam Lembah Nirmala ini?"
"Sebenarnya bagi kami soal harta karun bukanlah menjadi tujuan kami yang terutama, karena
yang menjadi incaran kami tak lain adalah gua neraka dalam Lembah Nirmala ini....."
"setahuku didalam gua itu tersekap beratus-ratus orang jago persilatan yang berilmu tnggi."
kata Kim Thi sia "mereka berhasil ditawan Dewi Nirmala dengan menggunakan pelbagai akal
muslihat dan siasat licik, ada yang ditawan ada pula yang terperangkap, tapi rata rata mereka
adalah kawanan jago yang termasyir dari jaman sekarang. Bukankah mereka tersekap sepanjang
masa dan hidup dalam kegelapan?"
"Yaa.. benar, keinginan mereka untuk peroleh kemerdekaan mungkin jauh lebih hebat daripada
siapapun." kembali si burung Hong Lam peng menegaskan.
Tiba tiba Dewi Nirmala berseru dengan keheranan,
"Apakah secara tiba tiba timbul belas kasihan dihati kecilmu dan berkeinginan menyelamatkan
mereka semua dari kurangan" Ehm... bila kau benar benar berbuat demikian, niscaya mereka
akan berterima kasih sekali kepadamu, bahkan mungkin akan mengangkat dirimu dewi
penyelamatnya..." "Justru karena aku dapat menyelami perasaan mereka serta apa akibat yang baka timbul inilah
maka aku ingi memanfaatan kesempatan yang sangat bagus ini dengan sebaik baiknya." kata si
burung Hong Lam peng sambil tertawa lirih, "Aku berharap setelah berhasil membinasakan Dewi
Nirmala, maka mereka bisa kelepaskan semua dari kurungan, aku percaya dengan dukungan
sekawanan besar jago persilatan yang berilmu tinggi ini, aku pasti bisa menguasai seluruh dunia
persilatan dan menjadi pemimpin seluruh dunia."
Dewi Nirmala tertawa sinis,
"Heehh.....heeehhh....Heehhh.... sayang sekali jalan pemikiranmu itu terlalu kekanak-kanakan,
kau tau dari sekian banyak orang yang kusekap didalam gua neraka, sebagian ada yang telah
kupakai menjadi para utusan Nirmala, adapula yang bunuh diri karena putus asa,ada pula yang
sengaja kuracuni karena berani memberontak, dari sekian banyak jago yang kau sebutkan
tadi,sesungguhnya kini tinggal delapan belas orang saja."
"Kedelapan belas orang tersisa ini betul betul memiliki semangat juang yang mengagumkan
untuk tetap mempertahankan kehidupannya, yang bisa kita dibayangkan ilmu slat yang mereka
miliki pasti hebat sekali, apa bila bisa kurangkul menjadi pengikutku, sudah pasti mereka
merupakan pembantu yang cukup bisa diandalkan dalam perjalananku didunia persilatan. Hmmnn
biar cuma delapan belas orang, aku sudah merasa puas sekali."
Baru sekrang Sastrawan menyendiri Khu cu kian menyadari duduk perkara yang sesungguhnya,
ia segera berseru, "Oohh... rupanya kau berniat merebut hati kedelapan belas orang yang tersekap dalam gua
neraka itu untuk membantumu membangun perguruan besar serta menguasai dunia persilatan?"
"Tepat sekali. kecuali itu aku memang tiada permintaan lain!" jawab siburung Hong Lam peng
terang terangan. "Ehmm...." Sastrawan menyendiri Khu cu kian segera mengangguk memberikan
persetujuannya, "permintaanmu ini memang tidak merugikan aku, lagi pula tidak berkepentingan
langsung denganku, karena aku bisa menyetujuinya dan memberikan gua neraka tersebut sesuai
dengan apa yang kau kehendaki."
Dewi Nirmala menjadi teramat gusar setelah melihat transaksi tersebut telah mencapai
kesuksesan besar. Mendadak terdengar si Sastrawan menyendiri bertanya lagi,
"Kim Thi sia, apakah kau mempunyai pendapat lain?"
Dengan mengajukan pertanyaan itu sama artinya bahwa ia telah menyataan persetujuannya
dengan cara berpikir serta pandangan si burung Hong Lam peng.
Dan kini diapun bersedia untuk bekerja sama dengan Kim Thi sia dalam usahanya melawan
Dewi Nirmala bersama-sama.
Asal Kim Thi sia memberikan persetujuannya, maka pertarungan pun segera akan berkobar.
Siapa tahu Kim Thi sia justru berdiri termangu mangu dengan wajah tak habis mengerti.
"Apa" Pendapat apa...?"
Rupanya dia sedang dibuat kebingungan oleh sikap orang orang yang ada di hadapannya yang
sebentar bergaul hangat, sebentar bermusuhan dengan seru. dari sikap orang orang itu diapun
merasakan betapa berbahayanya dunia persilatan itu.
Sampai berapa kal Sastrawan menyendiri Khu cu kian mengajukan pertanyaan yang sama
kepada Kim Thi sia tanpa memperoleh jawaban yang pasti dari pemuda itu. lama kelamaan
hatinya menjadi tidak senang, segera pikirnya dalam hati.
"Hmm, kau ini manusia macam apa, memangnya kau anggap aku harus membutuhkan bantuan
darimu baru bisa melawan musuh" Jangan anggap aku sangat membutuhkan bantuanmu...."
Berpikir demikian, perasaan bencipun segera muncul diatas wajahnya.
Si burung Hong Lam peng kuatir terjadi perubahan lagi gara gara peristiwa ini sehingga
menggagalkan semua rencanaya, cepat cepat dia peringatkan kepada Kim Thi sia dengan suara
keras. "Kim Thi sia! Sastrawan menyendiri sedang bertanya kepadmu, mengapa kau tidak memberikan
jawabannya?" Dewi Nirmala yang melihat ada kesempatan baik untuk menimbrung, cepat cepat manfaatkan
pula peluang tersebut dengan membentak.
"Kalau Kim Thi sia segan menjawab, persoalan ini tak ada sangkut pautnya denganmu, lebih
baik kau pun ikut membungkam."
Berbicara sampai disitu, dengan suatu gerakan amat cepat tiba tiba saja dia melepaskan
sebuah babatan kedepan. Sekilas pandangan serangan itu amat bersahaja, ringan dan tiada sesuatu kekuatan yang
terkandung, padahal kehebatannya sungguh mengerikan sekali.
Serangan tersebut tak lain adalah serangan ilmu Tay yu sinkang ayng menggunakan jurus
serangannya yang tertangguh "Burung gagak merajai Angkasa"
rupanya perempuan cantik ini berhasrat untuk membinasakan si burung hong Lam peng dalam
sekali serangan saja guna melampiaskan semua rasa bencinya yang menumpuk dihatinya.
Siburung Hong Lam peng hanya berdiri mematung diposisinya yang semula, oleh karena itu
serangan dari Dewi Nirmala dilancarkannya kelewat cepat, dan lagi sama sekali tidak menimbulkan
sedikit suarapun, maka dia hanya berdiri mematung ditempat semula tanpa memberikan suatu
reaksipun. Sastrawan menyendiri yang menyaksikan kejadin ini segera membentak keras.
"Siluman perempuan, kau hendak membokong orang disaat orang lain sedang tak siap?"
Berbareng dengan suara bentakan itu, dengan jurus "menghajar kuda hancur berkeping", dia
mengayunkan telapak tangannya yang besar dan menyongsong datangya serangan dahsyat dari
Dewi Nirmala. Ilmu lompatan dewinya merupakan ilmu khas dari keluarganya, ditambah lagi dia berlatih
sangat baik, maka dalam ilmu meringankan tubuh, pada hakekatnya dia memiliki kesempurnaan
yang bisa diandalkan. Kebetulan sekali, dengan mengandalkan kelebihan inilah dia telah menyelamatkan selembar
jiwa si burung Hong Lam peng dari ancaman.
"Bllaaaaammm....."
Suara benturan keras yang amat memekakan telinga bergema memecahkan keheningan
malam. Jangan dilihat dari serangan yang dilancarkan kedua orang tersebut dilakukan secara
seenaknya, tapi kenyataannya bentrokan yang kemudian terjadi menimbulkan suasana yang
mengerikan, dari sini bisa diketahui bahwa kedua belah pihak sesungguhnya sama sama telah
pergunakan tenaga besar. Siburung Hong Lam peng baru tersadar kembali dari lamunannya setelah peristiwa itu berlalu,
dengan rasa terima kasih yang meluap luap ia segera berpaling kearah Sastrawan menyendiri Khu
cu kian, kemudian serunya sambil tertawa manis.
"Terima kasih banyak atas pertolonganmu tadi, kau telah selamatkan jiwaku dari ancaman!"
Sastrawan menyendiri Khu cu kian hanya tersenyum tanpa menjawab, ia sudah terdesak
mundur sejauh setengah langkah dengan sempoyongan, peluh bercucuran membasahi tubuhnya
sementara napasnya tersengal-sengal.
Sebaliknya Dewi Nirmala hanya tertawa, pelan pelan dia pejamkan pula matanya untuk
mengatur pernapasan. Menyaksikan keadaan tersebut,si burung Hong Lam peng segera sadar bahwa situasi saat itu
ibarat anak panah yang berada dalam busur, serangan harus dapat dilancarkan secepatnya.
Buru buru teriaknya kepada Kim Thi sia
"Eeei, bagaimana sih kamu ini" Kenapa sampai sekrang masih berlagak pilon?"
"Kenapa sih kalian saling beradu jiwa dengan saling melancarkan serangan tadi?" sahut Kim Thi
sia "Sastrawan menyendiri telah menyatakan pendiriannya dan bersedia untuk bekerja sama
dengan ku dalam melawan Dewi Nirmala, bagaimana dengan kau sendiri?"
Mendadak Kim Thi sia teringat kembali dengan pengalamannya ketika melawan si pedang emas
tempo hari, waktu itu si burung Hong Lam peng pun mendesaknya dengan kata kata begitu, tapi
kenyataannya dia justru memanfaatkan kesempatan yang ada untuk merebut lentera hijau.
Teringat akan hal tersebut dia pun segera berseru:
"Ooh, kau lagi lagi berniat untuk bekerja sama dengan ku, apakah kau sedang mengincar
pedang Leng Gwat kiam ku ini?"
Sebagai orang yang tidak terlalu pintar, boleh dibilang Kim Thi sia tak sadar sama sekali akan
betapa gawatnya situasi saat ini, dalam situasi demikian bagaimana mungkin si burung hong Lam
peng masih berani mengincar benda mestikanya"
SEbaliknya si burung Hong Lam peng adalah seorang gadis cerdas, dari bentrokan kekerasan
yang baru berlangsung antara Sastrawan menyendiri dengan Dewi Nirmala barusan, ia telah
melihat dengan jelas bahwa kepandaian silat dari Dewi Nirmala masih lebih tinggi daripada
Sastrawan menyendiri. Hal ini berarti mereka sangat membutuhkan dukungan kekuatan dari Kim Thi sia, bila pemuda
itu sampai menolak, maka dengan kerja sama Sastrawan menyendiri saja, akhirnya dari
pertarungan itu sudah pasti memberikan kekalahan total kepada pihaknya.
Karena itu, dia berpendapat tindakan pertama yang terpenting sekarang adalah menarik Kim
Thi sia untuk mendukung pihaknya, asal Kim Thi sia mau turun tangan niscaya kemenangan akan
berada dipihaknya. Begitu sadar dengan keadaan situasi didepan mata, cepat cepat gadis itu mengambil keputusan
didalam hati, serunya. "Aku bukan saja tak akan merebut pedang Leng Gwat kiam mu, malah setelah urusan disini,
akan kuserahkan lentera hijau tersebut kepadamu."
"Sungguhkah ini?" tanya Kim Thi sia dengan kegembiraan yang meluap-luap.
"Tentu saja sungguh! nah tak usah menanti lagi, cepat lancarkan seranganmu ke tubuh Dewi
Nirmala". Walaupun si burung Hong Lam peng sadar bahwa lentera hijau adalah benda mestika yang tak
ternilai harganya, namun keadaan situasi yang dihadapinya amat kritis dan berbahaya, andai kata
tiada benda yang merangsang perhatiannya, mustahil Kim Thi sia bersedia membantu pihaknya.
Oleh sebab itulah ia segera menjanjikan bedan kesayangannya itu sebagai hadiah untuk
menarik perhatian orang. dan diluar dugaan ternyata tawaran tersebut diterima dengan
kegembiraan yang meluap luap.
Terdengar Kim Thi sia membentak dengan suara nyaring,
"Berhati hatilah Dewi Nirmala, aku segera akan melancarkan seranganku..."
Sambil merentangkan sepasang tangannya, dia mendesak maju kemuka dengan jurus
"Kepercayaan menguasai jagad" dari ilmu Tay Goan sinkang, dia melancarkan sebuah serangan
kilat. Sementara si burung Hong pun memberikan penampilan yang bisa dipercaya, begitu
menyaksikan Kim Thi sia melancarkan serangannya, cepat cepat ia pergunakan bahasa Biau untuk
memberi perintah kepada kelima naga dari wilayah Biau agar menyerang ke lima orang utusan
Nirmala tersebut. Dalam waktu singkat berkobarlah pertarungan yang amat sengit ditempat itu.
Sementara Kim Thi sia masih menyerang Dewi Nirmala, Sastrawan menyendiri pun
memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mendesak maju menggunakan ilmu lompatan
dewanya, lalu dengan jurus "Perasaan hati kacau balau" ia sergap lawannya.
Dewi Nirmala sama sekali tak nampak kaget ataupun gugup menghadapi serangan gabungan
dari Kim Thi sia serta Sastrawan menyendiri, sambil merentangkan sepasang tangannya kekiri dan
kekanan, secara beruntun dia melepaskan dua serangan dengan jurus "Hawa siluman menguasai
bumi" dan "hawa sesat mencapai neraka". dua jurus ampuh dari Tay yu sinkangnya.
"Blaammmm....!"
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suara bentrokan yang amat nyaring bergema memecahkan keheningan malam..
Dewi Nirmala tetap berdiri tegak ditempat semual dengan wajah serius dan sedikit tertegun.
Sebaliknya Kim Thi sia dan Sastrawan menyendiri pun berdiri tanpa cedera. mereka berdua
segera saling bertukar pandangan sekejap, begitu mengetahui kalau rekannya tidak cedera
senyuman puas pun tersungging di ujung bibir masing masing.
MEndadak terdengar Dewi Nirmala berseru dengan suara sedingin es.
"Kalian tidak usah tertawa dulu, apanya yang perlu kalian banggakan" Hmmmn, terus terang
saja aku bilang, sekalipun kalian berdua maju bersamapun, kalian masih bukan tandinganku...."
Perkataan ini kelewat takabur, dia seolah olah mengejek lawannya memiliki kepandaian yang
tak mungkin bisa menandingi kemampuannya.
Sastrawan menyendiri segera merasa tak puas dengan ucapan tersebut, serunay lantang.
"Aku tak percaya dengan perkataanmu itu, apa salahnya bila kita gunakan nyawa kita sebagai
taruhannya untuk membuktikan kebenaran dari ucapanmu tadi...."
Berbicara sampai disitu, dia segera melepaskan serangan lebih dulu ke tubuh Dewi Nirmala.
Melihat kejadian ini Kim Thi sia pun tidak ketinggalan, cepat cepat ia mendesak kedepan sambil
melancarkan serangan kembali.
Pertempuran pun terbagi menjadi dua kelompok yang terpisah, masing masing pihak berusaha
menyelesaikan pertarungan yang sedang dihadapi secepat mungkin.
Disatu pihak lima naga dari wilayah Biau, dibawah pimpinah si burung Hong Lam peng
bertarung sengit melawan kelima utusan Nirmala yang masih tersisa.
SEmentara dipihak lain, Dewi Nirmala dengan mengandalkan tenaga dalam hasil latihannya
selama puluhan tahun harus bertarung sengit melawan Kim Thi sia dan Sastrawan menyendiri.
Sekilas pandangan, pertarungan antara mereka berlangsung amat tenang dan tidak kelihatan
ketegangan yang mencekam, tapi dalam kenyataan situasi amat gawat dan berbahaya sekali,
sebab siapa salah melangkah setengah tindak saja bisa berakibat kehabisan yang mengerikan.
Sepertanak nasi kemudian....
Tiba tiba Dewi Nirmala menemukan suatu kejadian yang aneh, ia merasakan meskipun tenaga
dalam yang dimiliki Kim Thi sia hampir berimbang dengan kekuatan Sastrawan menyendiri, namun
setiap kali dia merasakan datangnya suatu gelombang serangan yang aneh sekali.
Ia dapat merasakan setiap kali setelah terjadi gelombang serangan tersebut, secara tiba tiba
saja kekuatan tenaga dalam milik Kim Thi sia memperoleh kemajuan yang lebih pesat, kekuatan
yang terpancar keluarpun terasa makin menghebat.
Sudah barang tentu dia tak akan menyangka bahwa semua peristiwa ini bisa berlangsung
karena Kim Thi sia telah menguasai ilmu Ciat Khi mi khi yang sangat hebat itu.
Dalam pertarungannya melawan si pedang emas temp hari, dia bisa unggul dari lawannya,
sebagian besar hal inipun disebabkan ilmu Ciat khi mi khi-nya berhasil menghisap kekuatan musuh
tanpa musuh bisa menghalanginya.
Dan kini tenaga dalamnya telah peroleh kemajuan yang pesat, apalagi diapun masih dibantu
oleh Sastrawan menyendiri yang tak kalah tangguhnya, tidak heran kalau kemampuannya semakin
dahsyat lagi. SEbagai seorang perempuan yang sombong dan tinggi hati, Dewi Nirmala pun enggan
menunjukkan kelemahannya didepan orang lain pula, dia tak mau percaya dengan segala macam
tahayul, karenanya dia semakin menekan Kim Thi sia dengan kekuatan yang lebih hebat.
Siapa sangka semakin besar dia menekan makin berlipat pula tenaga perlawanan yang timbul
dari tubh lawan. Begitulah untuk sementara waktu pertarungan berlangsung seimbang, kedua belah pihak sama
sama tidak mampu mengalahkan musuhnya.
Fajar mulai menyingsing diufuk timur....
cahaya keemasan yang terang benderang mulai menyinari wajah Dewi Nirmala,Kim Thi sia
serta Sastrawan menyendiri, wajah keringat, air mukanyapun berubah menjadi merah padam.
Tiba tiba terlihat Dewi Nirmala tersenyum dan mundur sempoyongan ke belakang.
Menyusul kemudian tampak perempuan itu roboh terjungkal keatas tanah dan tak pernah
bangun lagi untuk selamanya.... ternyata isi perutnya sudha terluka parah, dalam keadaan yang
menggenaskan itulah ia menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Kim Thi sia mendongakkan kepalanya sambi menghembuskan napas panjang, ia menjumpai
Sastrawan menyendiri telah terkapar pula diatas tanah tanpa diketahui mati hidupnya...
Sementara itu, si burung hong Lam peng serta lima naga dari wilayah Biau berlumuran darah
pula, tapi mereka masih dapat berjalan mendekat dengan wajah gembira.
Dari sakunya si Burung Hong mengeluarkan Lentera Hijau lalu sambil menyerahkan ke tangan
Kim Thi sia, ia berseru, "Nah sekarang kita sama sama telah peroleh apa yang diinginkan, bersediakah kau pergi
bersamaku?" Kim Thi sia segera tertawa,
"Kini Lentera hijau serta pedang Leng Gwat telah berada ditanganku, kemanapun aku tak ingin
pergi, lagi ula kau hendak membangun organisasimu, cita cita demikian tidak pernah akan cocok
dengan seleraku, sebab aku lebih suka hidup bergelandangan dengan bebas merdeka, karenanya
kau tak usah menarik aku lagi.."
"Tentu saja aku tak dapat memaksamu.." sahut siburung Hong Lam peng sambil tertawa, " tapi
kau bisa saksikan nanti, tak sampai berapa tahun kemudian aku pasti sudah dapat memanfaatkan
kedelapan belas orang jago lihay yang kin masih terkurung dalam gua. mereka sebagai tulang
pungungku, dibantu pula oleh kelima naga dari wilayah Biau yang berada disisiku sekarang. Suatu
perkumpulan terwujud, akan kunamakan perkumpulan ku itu sebagai Perkumpulan Burung Hong,
sedang kedelapn belas orang jago lihay itu adalah utusan-utusan burung Hong ku....."
Berbicara sampai disitu, ia nampak amat gembira, hingga wajahnya kelihatan berseri seri..
Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata,
"Kuharap disaat kita bersua kembali nanti, aku bisa menyambut kedatanganmu dalam markas
perkumpulan burung hong kami dengan suatu perjamuan yang sangat meriah..."
Kim Thi sia tersenyum, sambil mengulapkan tanganya ia berseru,
"Kalau begitu, selamat tinggal...."
Burung Hong Lam peng dengan membawa kelima naga dari wilayah Biau nya segera berangkat
menuju ke arah gua neraka.
Sedangkan Kim Thi sia hanya berdiri termangu sambil mengawasi bayangan punggung orang
itu lenyap dari pandangan, kemudian gugamnya sambil menghela napas panjang,
"Aaaiii.. siburung Hong Lam peng barulah menjadi pemenang yang sebenarnya, sungguh tak
disangka dengan susah payah aku dan Khu cu kian pertaruhkan nyawa untuk melenyapkan Dewi
Nirmala si perempuan iblis itu, tapi sekarang justru memberi kesempatan kepada perempuan licik
yanglain. siburung hong Lam peng untuk munculkan diri dalam dunia persilatan, aaii... apakah
dikemudian hari diapun akan menteror dunia persilatan seperti halnya dengan perbuatan Dewi
Nirmala" Yaa.. susah untuk dikatakan.. susah untuk dikatakan mulai sekarang..."
Dibawah sinar rembulan, tiba tiba dia menyaksiakan ada sesosok tubuh manusia sedang
bergerak mendekat dengan langkah gontai dan wajah kebingungan....
begitu mengetahui siapa yang datang, Kim Thi sia segera berteriak keras.
"Ang Thian tong, sungguh kebetulan sekali kedatanganmu, aku hendak memberitahukan
sesuatu kepadamu." Ang Thian tong sama sekali tidak menghentikan langkahnya karena ucapan tersebut, dia masih
berjalan terus kedepan seperti orang yang kehilangan sukma saja.
Mendadak dari sisi arena ia temukan sesosok mayat, begitu melihat mayat tersebut, ia seperti
tersambar guntur disiang hari bolong sambil memeluk mayat tadi dan menangis tersedu-sedu
teriaknya keras, "Ayah... ayah... oh ayah... putramu yang tidak berbakti ternyata tak mau menuruti kata katamu
yang terakhir menjelang ajalmu... oh ayah.... aku malu dengan arwahmu dialam baka..."
Sementara itu Kim Thi sia telah berjalan mendekat, segera hiburnya
"Ang Thian tong, yang sudah mati biarkan mati, kau tak boleh kelewat bersedih hati..."
tiba tiba timbul suatu perasaan tak enak dihatinya, maka katanya lebih lanjut,
"mari, biar kubantu dirimu untuk mengubur jenazah ayahmu ini.."
Seraya berkata dia segera bekerja keras menggali liang kubur ditempat tersebut.
Ang Thian tong hanya berdiri membungkam bagaikan sebuah patung, agaknya pukulan batin
yang diterimanya terlampau hebat sehingga ia menjadi kehilangan kesadaran dan berdiri bagaikan
orang bodoh. Dengan cepat Kim Thi sia mengubur jenazah si pukulan sakti tanpa banyangan. ketika
pekerjaannya telah selesai semua, ia baru berkata kepada Ang Thian tong.
"Ada sebuah perkataan hendak kusampaikan kepadamu...."
"Kau jangan sembarangan berbicara denganku!" tukas Ang Thian tong dengan penuh amarah.
Kemudian secepat kilat dia memandang sekejap sekeliling arena, menyaksikan mayat yang
bergelimpangan diatas tanah, kemudian ia berseru,
"Sudah pasti kaulah yang membantai orang orang itu, kalau begitu....."
Berbicara sampai disini, tiba tiba saja dia menjadi emosi, lanjutnya
"sudah pasti kau pula yang membunuh ayahku!"
"Benar!!" jawab Kim Thi sia jujur.
Seketika itu juga Ang Thian tong membentak keras, suaranya nyaring bagaikan guntur.
"Kau telah membunuh ayahku, merebut istriku, dendam sakit hati ini tak akan terlukiskan
dengan kata kata dan kenyataannya kau telah melakukan kedua hal yang paling terkutuk itu
terhadapku.... bagus... bagus sekali.... wahai Kim Thi sia, aku bertekad akan beradu jiwa
denganmu!" Kim Thi sia kuatir Ang Thian tong melakukan suatu tindakan yang gegabah dalam keadaan
terpengaruh oleh gejolak emosinya, cepat cepat dia menyingkir kesamping sambil berseru,
"Tunggu dulu, aku hendak memberitahukan sesuatu kepadamu, kau tak boleh beradu jiwa dulu
denganku!" Ang Thian tong menunduk secara pelan pelan, sinar matanya menjadi redup dan sayu, tiba tiba
gugamnya, "Ya.. aku tak boleh beradu jiwa denganmu.. tidak, aku tak boleh beradu jiwa denganmu,
sebab... sebab aku hendak mencarimu, aku harus mencarimu untuk menyelamatkan jiwa Hay Jin
ku..." "Mengapa dengan Hay Jin?" tanya Kim Thi sia tertegun.
"Nona Hay Jin.. dia... saat ini dia telah berada ditepi jurang yang sangat dalam... dia.. dia
hendak bunuh diri... aku... ketika aku ingin menolongnya tadi tahukah kau apa yang dia katakan"
Katanya bila aku berani mendekati tubuhnya, maka dia akan segera terjun kedalam jurang, kau
tahu, jurang itu dalamnya mencapai ribuan kaki, jangankan tubuh Hay Jin yang begitu ramping,
begitu lembut, sekalipun seorang yang berilmu amat lihay pun niscaya akan hancur lebur
badannya... aku... aku telah memohon kepadanya dengan segala macam cara, tapi ia enggan
menuruti perkataanku, akhirnya.. dia minta kepadaku untuk mengundang kau, Kim Thi sia
kesisinya... dia bilang...hanya kehadiran Kim Thi sia disampingnya yang bisa membatalkan niatnya
untuk bunuh diri... dia berjanji akan meninggalkan tepi jurang apabila kau sudah berada
disampingnya.." Kata-katanya itu diucapkan terpotong-potong dan tak karuan bahasanya, mungkin hal ini
dikarenakan perasaan kaget dan panik yang luar biasa.
Namun laporan tersebut cukup mengejutkan hati Kim Thi sia, segera tanyanya cepat
"Dimanakah letak jurang itu" Cepat ajak aku kesana..."
"Baik!" Ang Thian tong segera mengajak Kim Thi sia berlarian menuju ke tepi jurang tersebut.
Benar juga, Hay Jin berada ditepi jurang, ia berdiri tegak disitu tanpa bergerak, tubuhnya
berdiri diantara perbatasan hidup dan mati.
Baginya, hidup merupakan suatu penderitaan batin yang berkepanjangan karena dirinya itu
telah dikawinkan kepada seorang lelaki yang dibenci, bahkan semua ibunya adalah gembong iblis
wanita yang ditakuti umat manusia.
Sedang mati baginya merupakan suatu hal yang tragis, dia begitu cantik, begitu muda, tak
pernah merasakan cinta yang sejati.
Tapi, manakah yang harus dipilihnya sekarang" mati atau hidup"
Untuk beberapa waktu lamanya dia merasa ragu untuk menentukan sikapna.
Kim Thi sia yang melihat keadaan mana buru-buru berteriak keras
"Nona Hay Jin, cepat kembali....."
Dia ingin berlarian kedepan untuk memeluk gadis tersebut dan mengajaknya kembali ke tempat
yang aman. Tapi sambil menangis Hay Jin segera berseru,
"Berheti!! Kim Thi sia kau jangan kemari, kalau tidak aku akan segera melompat ke bawah....."
Terpaksa Kim Thi sia harus menghentikan langkahnya, dengan sedih keluhnya,
"Mengapa harus begini?"
"Aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu, asal jawabanmu benar, maka aku
akan balik kesitu, kalau tidak... lebih baik aku terjun saja kebawah, mati lebih enak dari pada
hidup menderita." "Kau jangan melompat, baik... akan kujawab pertanyaanmu." seru Kim Thi sia dengan tegang.
Kemudian setelah menarik napas panjang, katanya lebih jauh,
"Pertanyaan apa yang ingin kau ajukan" BAgaimana harus ku jawab agar benar jawabannya?"
"Kau tak perlu tahu jawabannya yang bagaimana yang dianggap benar, karena aku sendiri
yang akan menentukan, kau hanay boleh menjawab pertanyaanku dengan dua pilihan."
"Dua pilihan yang mana?"
"Jawab saja dengan kata "ya" atau "tidak"."
"Baik, kau boleh mulai berntaya."
"Kim Thi sia, sebenarya kau mencintai aku dengan bersungguh hati atau tidak" bila kau tidak
bersungguh hati, jawab saja dengan kata "Tidak...?"
Kim Thi sia menjadi serba salah dibuatnya, dia memandang sekejap kearah Ang Thian tong
yang berdiri dibelakangnya dengan sikap rikuh.
Cepat cepat Ang Thian tong maju mendekat, lalu bisiknya,
"Aku tak berani berbicara terlalu keras, tapi kumohon kepadamu, cepatlah jawab dengan kata
"iya....?". Kim Thi sia menelan air liurnya, ia semakin tersipu sipu dibuatnya....
Kembali Ang Thian tong merengek,
"Sekali pun kau tidak mencintai Hay Jin pun ku harap kau sudi mengasihani aku, jawablah
dengan kata 'iya..' oohh, aku bisa sakit ingatan kalau tersiksa terus hatiku... aku... tak ingin
menyaksikan Hay Jin menceburkan diri ke dalam jurang, kumohon... kumohon kepadamu,
berbuatlah kebaikan dan jawablah denga kata 'iya..'".
Terpaksa Kim Thi sia harus menjawab dengan lantang,
"Yaa. benar, aku mencintaimu."
Kembali Hay Jin bertanya,
"Kim Thi sia, bersediakah kau membawaku serta untuk hidup bersama-sama denganmu"
Bersediakah kau menerima ku sebagai istrimu?"
Pertanyaan ini semakin membuatnya konyol..
Namun dibawah desakan dan permintaan Ang Thian tong, kembali Kim Thi sia menjawab,
"Yaaa, aku berjanji.."
Ketika mengucapkan perkataan ini, baik Kim Thi sia maupun Ang Thian tong merasa amat sedih
hingga tanpa terasa air matanya jatuh bercucuran.
Agaknya Hay Jin merasa puas sekali dengan ketiga jawaban tersebut, pelan pelan ia berjalan
meninggalkan tepi jurang dan menghampiri Kim Thi sia. Bukan hanya begitu bahkan ia segera
merangkul Kim Thi sia dan memeluknya erat-erat.
Bisa dibayangkan betapa pedih dan sakit hatinya Ang Thian tong setelah menyaksikan kejadian
ini. Sebaliknya Kim Thi sia sendiri pun merasa amat rikuh oleh pelukan tadi, apa lagi Hay Jin
memeluknya dihadapan suami yang sah.
Cepat cepat ia melepaskan diri dari pelukan gadis itu, lalu bisiknya,
"Kau tentu lelah, beristirahatlah dulu dibawah pohon besar, aku...."
Meski Hay Jin menuruti perkataanya itu dan duduk dibawah pohon namun serunya pula dengan
suara kaget, "Mau apa kau" Apakah kau sudah lupa dengan janjimu tadi, tak akan meninggalkan aku
selamanya." Dengan pandangan yang merah dan hangat, Kim Thi sia menjawab.
"Kau tak usah khawatir, aku tak akan mengingkari janji.."
Sementara itu keadaan Ang Thian tong tak ubahnya seperti patung, saat Kim Thi sia
membimbing Hay Jin duduk dibawah pohon, dia sendiri justru berjalan menuju ketepi jurang
dengan langkah yang amat berat, ia siapapun dapat melihat bahwa pemuda ini berniat untuk
bunuh diri. Kim Thi sia yang menyaksikan peristiwa itu segera berbisik,
"Hay Jin duduklah disini, aku ingin berbicara dulu dengan Ang Thian tong....."
Berbicara sampai disitu, ia segera memburu maju kedepan dan serunya cepat cepat.
"Ang Thian tong, tunggu sebentar, aku hendak menyampaikan pesan kepadamu..."
Waktu itu Ang Thian tong telah berada di tepi jurang, ketika melihat Kim Thi sia berjalan
mendekat, ia pun berkata,
"Apa lagi yang harus diperbincangkan" Ayahku telah mati ditanganmu, istriku lebih suka
denganmu, apakah arti kehidupan bagiku" Aaai.. aku tahu, Hay Jin sangat mencintaimu, kuharap
kau suka menjaga Hay Jin baik baik, rawat juga putraku yang masih berada dalam rahim Hay
Jin..." "Tidak, kau tak boleh meninggalkan kami. apakah kau hendak mencari mati?"
"Kalau tidak mati, apa artinya kehidupan bagiku?"
"Engkau harus menjaga istrimu."
"Tapi dia mencintai dirimu.."
"Aaah, itu bukan alasam, kalian telah kawin resmi, apalagi didalam rahim Hay Jin sudah
terkandung bibit anakmu..."
Akhirnya Kim Thi sia berhasil menemukan alasan yang kuat untuk memberikan jawabannya, ia
segera menarik tangan Ang Thian tong untuk meninggalkan tepi jurang, sementara ia sendiir
segera menggantikan tempat Ang Thian tong ditepi jurang.
Melihat hal ini, Ang Thian tong segera menegur,
"Kim Thi sia, mau apa kau" kau hendak terjuan ke jurang itu?"
Kim Thi sia tersenyum, sahutnya
"Aku telah mendapat sebuah akal yang bagus untuk mengatasi semua persoalan ini. terus
terang saja aku katakan, sesungguhnya aku tidak mencintai Hay Jin. Sekarang aku sadar bahwa
kasih sayangku terhadap Hay Jin yang sebenarnya hanya timbul karena rasa kasihku, iba melihat
nasibnya yang jelek, melihat dia beribu seorang gembong iblis wanita. Selama ini cintaku
terhadapnya hanya terbatas pada cinta seorang abang terhadap adik, apa lagi ia telah menjadi
isterimu yang sah, ia telah mengandung putramu, apakah aku harus merebut istrimu untuk
kunikahi" Apakah aku mesti mengawini gadis yang kucintai sebagai adikku sendiri" Nah, saudara
Ang, sebentar aku akan pura pura terjun ke dalam jurang, aku percaya dengan ilmu meringankan
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tubuh serta ilmu Tay Goan sinkang yang kumiliki sekarang, jurang ini bukan tempat yang bisa
mematikan dirimu, setelah aku terjun nanti, Hay Jin tentu akan mengira aku telah mati, saat itu
kau bisa kembali ke sisinya..."
"Tapi... bukankah kau telah berjanji kepada Hay Jin bahwa untuk selamanya kau tak akan
meninggalkan dirinya lagi?"
"Tentu saja perjanjian ini ada satu pengecualian yaitu bila aku telah mati, Nah setelah aku
terjun ke dalam jurang nanti, Nona Hay Jin akan mengira aku telah mati, dan berarti pernjanjian
kami tadipun jadi batal..."
Ang Thian tong termangu, ia tak habis mengerti dengna keadaan yang tertera didepan matanya
sekarang. Sambil tertawa nyaring, kembali Kim Thi sia berakata.
"Sebelum ayahmu meninggal, ia telah berpesan kepadaku agar kau bisa merawat istrimu secara
baik baik. Kau harus meneruskan generasi Ang berikutnya...."
Ang Thian tong sangat terharu, tanpa terasa air matanya jatuh bercucuran.
Kim Thi sia meloloskan Pedang Leng Gwat kiam-nya dan diserahkan kepada Ang Thian tong,
kembali ia berkata, "Pedang ini sudah tak berguna lagi bagiku, kuhadiahkan untuk anaknya yang dilahirkan Hay Jin,
nah terimalah..." "Kenapa pedang ini tak berguna lagi?" tanya Ang Thian tong keheranan..
"Setelah urusan disini selesai, aku bermaksud mencari gadis pujaan yang sesungguhnya amat
kucintai, dia adalah Lin lin.... entah dimana dia berada sekarang, tapi aku akan mencarinya sampai
ketemu, kemudian akan kuajak Lin lin unutk hidup mengasingkan diri disuatu tempat yang
terpencil, jauh dari keramaian manusia, disitu aku ingin Lin lin melahirkan beberapa orang anak
untukku, kami akan melewatkan hidup sebagai rakyat biasa, nah coba kau bayangkan sendiri,
sebagai seorang rakyat biasa yang hidup terpencil, apa gunanya pedang mestika itu bagiku?"
Selesai berkata, ia segera melompat turun ke dalam jurang tersebut dengan gerakan yang amat
cepat. Sambil termangu mangu, Ang Thian tong berdiri disisi jurang sambil memegang pedang Leng
Gwat kiam, ia tertegun untuk beberapa saat.
Sementara itu, Hay Jin yang berada dikejauhan dapat menyaksikan semua peristiwa dengna
jelas. Ia pun melihat bagaimana Kim Thi sia terjunkan diri ke dalam jurang...
Sambil menangis tersedu sedu, ia segera memburu kedepan...
Dengan gerakan cepat Ang Thian tong memburu kedepan, menghalangi jalan pergi istrinya.
Sambil menangis dan berteriak, Hay Jin mengumpat.
"Ang Thian tong, kau binatang jahat, mengapa kau memaksa Kim Thi sia untuk bunuh diri?"
"Kim Thi sia, dia... dia rela terjun sendiri ke dalam jurang!!"
"Omong kosong, dia.. apa yang dia katakan kepadamu?"
"Dia berharap kita bisa hidup rukun sebagai suami istri yang bahagia dan mempunyai beberapa
orang anak..." "Tidak mungkin, aku benci... aku benci dirimu..."
"Hay Jin, jangan terlalu emosi.. demi anak kita..."
"Anak kita?"" Hay Jin tertawa kalap,
"Benar.. aku harus memelihara anak ini, setelah dewasa nanti aku akan menyuruh anak ini
membunuhmu!!!" "Aaahh. mana boleh jadi.. aku toh ayahnya.."
Tapi Hay Jin tertawa tergelak bagaikan orang yang kalap, sambil memegangi perutnya yang
mulai membesar, dia berlarian menuruni bukit..
Ang Thian tong kaget, cepat cepat dia memburu mengikut dibelakangnya...
Ketika suasana mulai hening, nun jauh dibawah jurang sana terlihat seorang pemuda sedang
berjalan dengan langkah lebar meninggalkan lembah tersebut, dia adalah jago kita, Kim Thi sia.
Setelah melompat turun dari atas jurang tadi, ia telah menggunakan segenap kemampuan yang
dimilikinya untuk melayang turun didasar Lembah dengan selamat.
Kini tujuannya tinggal satu, yaitu menemukan kembali Lin lin, ia percaya Lin lin masih
mencintainya dan menantikan kedatangannya, ia pun tahu keselamatan jiwa lin lin terjamin karena
ia dikawal oleh si unta sahabatnya yang sering justru memusingkan kepalanya.
Berapa tahun kemudian....
Kadang kala ada pemburu yang melihat sekeluarga kecil manusia bermunculan disekitar sebuah
bukit yang tinggi dan terpencil itu dan jauh dari keramaian manusia, tapi bila mereka berusaha
menyelidikinya, bayangan tersebut tidak pernah ditemukan kembali.
Siapakah mereka" Mungkinkah keluarga Dewi yang sedang berpesiar dari khayangan"
Tentu saja tidak, sebab keluarga yang sering munculkan diri itu bukan lain adalah Kim Thi sia
bersama Lin lin dan beberapa orang putra putrinya, semenjak hidup mereka mengasingkan diri
ditempat tersebut, mereka dapat melewatkan sisa hidupnya dengan gembira dan penuh
kedamian. Dan sampai disini pula kisah "LEMBAH NIRMALA" ini. semoga anda puas dan bertemu di lain
cerita. ==TAMAT== Golok Naga Kembar 2 Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung Pedang Kiri 21
dengan cara serta pengorbanan macam apapun!
Sementara itu Dewi Nirmala telah tertawa hambar,sambil mengejek lagi dengan suara dingin.
"heeeeh...Heeeehhh...Heeehhh.. sesungguhnya kau pun dapat memahami bagimanakah
perasaan hatimu sekarang, tapi kau pun harus tahu secara jelas bahwa ayahmu bukan mati
ditanganku, bukankah aku tak pernah membunuh ayahmu dengan tangan serta kekuatanku
sendiri" betul bukan...?"
Dengan geram dan penuh kebencian Sastrawan menyendiri Khu cu Kiam mendengus dingin.
"Hmmn, sekalipun beliau bukan tewas ditanganmu, tapi ia mati lantaran dirimu!"
"Waah.. Waahh... benar benar perbuatan seorang anak yang sangat berbakti." jengek Dewi
Nirmala lagi dengan terkekeh-kekeh, suaranya dingin penuh penghinaan, "bukankah kau sendiri
yang telah turun tangan membunuh ayahmu" Masa utang-piutang itu kau limpahkan keatas
tubuhku.. bagaimana bisa terjadi?"
Hmm, siapa yang bilang aku limpahkan hutang berdarah tersebut kepadamu?" teriak pemuda
itu dengan berang. "Lantas kalau bukan kau yang melakukan pembunuhan terhadap ayamu sendiri, siapa pula
yang melakukannya" Aaai... terus terang saja aku ikut merasa kecewa dengan perbuatanmu yang
terkutuk itu..." Sastrawan menyendiri Khu Cu kian tertawa pedih,
"Aku tak pernah bohong, tak pernah memjadi manusia munafik, aku selalu bersikap terbuka
dan terang terangan, buat apa kau mesti memutar balikkan fakta dan kenyataan?"
Dewi Nirmala tertawa sinis, diawasinya pemuda tersebut dari atas kepala hingga keujung
kakinya, kemudian ejeknya lagi.
"Hmmn, kau anggap didunia ini terdapat orang kedua yang begitu berbakti kepada ayahnya
sendiri seperti kau" Membunuh ayah kandung sendiri secara keji dan brutal?"
Setelah diejek berulang ulang kali, akhirnya Sastrawan menyendiri Khu cu kian menjadi naik
darah, tiba tiba teriaknya keras,
"Siapa yang berani menuduhku sebagai pembunuh ayah kandungku sendiri...?"
"Kalau bukan kau lantas siapa lagi" Aku tahu kau memang seorang anak yang sangat berbakti!"
Kim Thi sia yang selama ini berdiri disisi arena dan mengikuti jalannya peristiwa itu, lama
kelamaan ia jadi habis juga kesabarannya, terutama sekali setelah melihat Sastrawan menyendiri
disindir dan diejek sampai kelabakan sendiri.
Mendadak dia tampilkan dir ke tengah arena, lalu selanya dengan suara lantang.
"Kau keliru besar, ayah Sastrawan menyendiri bukan tewas ditangannya tapi mati diujung
pedang Leng-Gwat kiam-ku."
"Apa?" Dewi Nirmala kelihatan tercengang bercampur keheranan, agaknya kejadian ini sama sekali
diluar dugaannya. Tapi setelah termenung dan berpikir sebentar, sambil tertawa katanya lagi,
"Haaah....Haaah...haaaah... tak heran kalau sewaktu bertemu dengan kalian berdua pertama
kali tadi, kusaksikan kamu berdua sedang saling melotot dengan penuh penasaran dan saling
mencaci maki, rupanya ada ganjalan dibalik kesemuanya ini."
Kemudian setelah melirik sekejap kearah Sastrawan menyendiri, ia berkata lebih jauh.
"Aaaii... kalau aku disuruh berbicara secara terus terang, ya.... aku benar benar kasihan denga
nasib Nirmala nomor sembilan yang begitu tragis, baru saja bertemu putranya, dia sudah harus
mati duluan ditangan orang lain, lagipula mati dalam keadaan yang begitu tragis dan
menggenaskan... aaaii... kasihan... benar benar kasihan...."
Ketika mendengar kata kata yang terakhir ini bukannya bertambah marah, tiba tiba Sastrawan
menyendiri merasa terperanjat sekali. segera sadar bahwa ia sedang diadu domba.
Denga penuh amarah segera tegurnya.
"Dewi Nirmala, lebih baik kau tak usah menggunakan akal muslihat semacam itu untuk
mengadu domba kami berdua, ketahuilah kami tak akan termakan oleh hasutanmu itu.."
Tiba-tiba Dewi Nirmala menutupi wajah sendiri dengan kedua belah tangannya lalu sambil
tersipu-sipu malu ia tertawa.
Senyumannya kelihatan begitu polos, suaranya begitu merdu merayu, tapi dibalik kesemuanya
itu justru terselip sindiran serta pandangan yang menghina.
Sesungguhnya apa yang sedang ditertawakan oleh perempuan cantik yang misterius ini"
Rencana busuk apakah yang terselip dibalik kesemuanya ni"
Benar benar suatu peristiwa yang mencurigakan dan membuat orang tidak habis mengerti.
Dewi Nirmala tertawa aneh secara begini dalam waktu sepertanak nasi lamanya, tapi dia masih
tertawa terus tiada hentinya.
Lama kelamaan Kim Thi sia jadi habis kesabarannya, dengan perasaan jengkel ia menegur,
"Eeei, sebenarnya apa suh yang menggelikan?"
Bagaimanapun juga, pemuda ini termasuk orang yang tidak pandai berbicara, untuk
mengajukan sebuah pertanyaan yang samapun dia harus merangkainya secara pelan-pelan dan
diutarakan dengan terbata-bata.
Kemudian sewaktu pihak lawan tidak mengacuhkan pertanyaannya itu, lama kelamaan dia
menjadi bosan sendiri dan segan berkata lebih lanjut.
Kali ini Dewi Nirmala memberikan tanggapannya, sambil tertawa cekikikan ia berkata
"Aku tertawa geli karena tidak menyangka kalau Sastrawan menyendiri yang sudah tersohor
dalam dunia persilatan sebagai manusia aneh, ternyata sudah kehilangan semua keangkuhan
serta ketinggian hatinya, bukan cuma begitu, bahkan wataknyapun berubah seratus delapan puluh
derajat, benar benar suatu kejadian yang diluar dugaan, bikin hati orang tidak percaya saja!"
"Hmmn, heran, mengapa aku justru tidak menyaksikan hal-hal yang kau katakan menggelikan
tadi?" serut Kim Thi sia lagi dengan suara lantang.
Dengan matanya yang jail dan indah, Dewi Nirmala mengerling sekejap kearah pemuda itu, lalu
jawabnya. "Ya.... tentu saja au tak akan merasa geli dengan apa yang kukatakan.!"
Kim Thi sia tertegun, serunya cepat.,
"Kenapa?" Dengan padangan yang sinis dan penuh ejekan Dewi Nirmala mengerlingkan lagi biji matanya
yang sangat indah itu kearah Sastrawan menyendiri Khu Cu kian, lalu dengan genit ia berkata
"hei Kim Thi sia.. seharusnya kau merasa berbangga hati, sebab walaupun ayah kandung
Sastrawan menyendiri Khu cu kian telah tewas ditanganmu, tapi kenyataannya bukan saja ia tidak
menganggap kau sebagai sahabat karibmu, menghormati kau sebagai malaikat penyelamatnya!"
"Hmmn, dia tak usah menghormati aku, toh aku bukannya orang yang gila akan kehormatan."
kata Kim Thi sia dengan penuh perasaan tak senang hati.
"tapi kenyataannya... Hmm, penampilannya sekarang begitu tengik dan menyebalkan, bukan
saa ia munduk munduk dihadapanmu serta menghormati kau sebagai malaikat penyelamatnya,
malahan dia mengekor dibelakangmu seperti anjing yang patuh kepada majikannya untuk ikut
bersamamu datang ke Lembah Nirmala ini untuk mencari gara-gara denganku... benar benar
perbuatan yang menyebalkan...."
"Kentut busuk mak-mu...!" teriak Kim Thi sia dengan gusarnya. "Aku toh tidak mengajaknya
datang bersama, diapun tidak kemari karena mengekor dibelakangku. ia datang ke Lembah
Nirmala ini atas dasar kehendka serta kemauannya sendiri!"
"Oh ya?"!" Dewi Nirmala mendengus sinis, pelan pelan dia berpaling lagi kearah Sastrawan
menyendiri Khu Cu kian, lalu katanya lebih jauh dengan suara lembut.
"Coba kau tanyakan kepada hati sanubarimu sendiri, benarkah kedatanganmu kemari timbul
atas kehendak dan kemauanmu sendiri?"
"Mau datang karena mengekor atau atas kehendak sendiri, aku rasa itu merupakan urusan
sendiri, lebih baik kau tak usah turut campur dan banyak ngebacot lagi!!" tukas Sastrawan
menyendiri Khu Cu kian secara tiba-tiba dengan suara dingin.
"Heeehh...heeehh....terserah apapun yang ining kau katakan, pokoknya aku akan tetap
berpendapat bahwa kejadian ini kelewat aneh. Setahuku, bila orang lain menyaksikan musuh
besar pembunuh ayahnya berdiri dihadapannya sambil berbicara dengan santi, dia tentu akan
berusaha untuk membalas dendam, bahkan bila perlu mempertaruhkan selembar jiwa sendiir. Tapi
apa yang kusaksikan sekarang...." Hmmm, tetapi kenyataannya Sastrawan menyendiri yang
termasyur dalam persilatan sebagai manusia aneh malah bersikap acuh tak acuh terhadap
pembunuh ayahnya, bahkan dia menghormatinya sebagai malaikat penyelamat."
Kim Thi sia merasa amat tidak sedap perasaannya, tiba tiba dia menyela dengan suara keras.
"Dibalik semua peristiwa ini sesungguhnya masih terdapat pelbagai lika liku yang tak nanti akan
dipahami orang lain, apa lagi dipahami olehmu...."
Sementara itu, Sastrawan menyendiri Khu Cu kian sudah mulai termakan oleh hasutan Dewi
Nirmala yang mengarah pada pengaduan domba itu, betapa pun tebalnya iman orang ini, akhirnya
rasa dendam tersebut pelan pelan muncul kembali dan menyelimuti perasannya, apa lagi pada
dasarnya dia memang merasa amat idak puas dengan diri Kim Thi sia.
Mendadak ia membentak dengan suara yang keras bagaikan guntur membelah bumi.
"Kim Thi sia, mengapa kau tidak enyah sejauh jauhnya dari hadapanku" Mengapa kau masih
berdiri mematung disitu" Enyah kau dari situ dan jangan mencampuri urusan kami lagi..."
Melihat hasutannya mulai termakan, Dewi Nirmala tertawa geli, diam diam ia harus mengigit
bibirnya untuk menahan gelak tertawanya.
Posisi Kim Thi sia saat ini sungguh menggenaskan, ia tampak tersipu sipu malu dibuatnya,
dengan suara tergagap segera serunya.
"Apa yang ingin kukatakan belum selesai kuucapkan. sesungguhnya Sastrawan menyendiri
tidak mempunyai alasan untuk membenci atau mendendam kepadaku, sebab aku..."
Belum habis perkataan tersebut disampaikan dengan suara hambar kembali Dewi Nirmala
menghasut. "Terlepas bagaimana pun juga duduk persoalan yang sebenarnya, kenyataan membuktikan
bahwa kau adalah musuh besar pembunuh ayahnya, asal ia mau mencari sebuah alasan atau
persoalan apapun, ia bisa membinasakan dirimu dengan segera. misalkan saja dengan alasan kau
ribut terus disini, atau mungkin juga dengan alasan kau berani mengatakan ayahnya tetap gagah
dan tidak gentar meski dibunuh olehmu..."
Sastrawan menyendiri Khu Cu gian tidak tahan lagi, dengan rasa benci yang meluap luap ia
segera berteriak kepada Kim Thi sia
"Eeei... sudah kau dengar semua perkatannya itu" Sedari dulu toh sudah kukatakan, bila aku
dibikin sewot maka dengan alasan apapun yang dibuat buat aku bisa menggunakan kesempatan
tersebut untuk membunuhmu..."
Kim Thi sia tertegun, lalu serunya dengan keheranan
"Jadi kau benar benar akan menuruti perkataan dari Dewi Nirmala itu dan membuat alasan
yang dibuat buat untuk menyerangku?"
"Sesungguhnya aku bisa menuruti perkataannya itu dan menggunakan apa yang dia katakan
sebagai alasanku untuk membunuhmu, namun berhubung perkataan tersebut keluar dari
mulutnya, sudah barang tentu aku tak sudi melaksanakan menurut keinginannya, meski begitu...
kuanjurkan kepadmu lebih baik sedikitlah tahu diri dan secepatnya menggelinding pergi dari sini!"
"Tidak. aku tak sudi pergi dengan begitu saja." teriak Kim Thi sia keras keras. "Dengan susah
payah aku datang ke Lembah Nirmala ini untuk memenggal batok kepala Dewi Nirmala si
perempuan busuk itu, sebelum tujuan dan cita citaku ini tercapai, tak nanti aku akan pergi
meninggalkan tempat ini."
Sambil tertawa Dewi Nirmala segera menghasut.
"Eeei, Sastrawan menyendiri, coba dengarkan pertanyaannya itu, dia enggan pergi
meninggalkan tempat ini sesuai dengan keinginannya, jelas dia memang sengaja bermaksud
memusuhi dirimu." "Dewi Nirmala tutup bacot anjingmu yang bau itu!" teriak Sastrawan menyendiri Khu Cu kian
dengan benci. "Sekali lagi kau buka bacotmu yang bau itu, akan kurobek mulutmu sampai
hancur." "Hey, bagaimana sih kamu ini" aku kan lagi memikirkan kepentinganmu!" Seru Dewi Nirmala
dengan kening berkerut. "Tutup mulutmu yang bau!" kembali Sastrawan menyendiri Khu Cu kian membentak dengan
marah," sekali lagi kau ngebacot, kujajal dirimu terlebih dulu."
"Kenapa..."tanya Dewi Nirmala sambil berlagak keheranan dan tak habis mengerti.
Sambil menggigit bibir menahan amarah Sastrawan menyendiri Khu Cu kian berseru,
"sebab musuh besarku adalah kau, orang yang hendak ku bunuh untuk membalasnya dendam
sakit hati ayahku adalah kau. Pokoknya rasa benciku terhadap dirimu tidak kalah dengan rasa
benciku terhadap Kim Thi sia...tapi batinku sedang bertentangan, aku tak dapat memutuskan
siapa yang harus dibunuh terlebih dahulu dua diantara kalian semua..."
"Bila musuh besar pembunuh ayahmu telah berada didepan mata, tentu saja orang yang
pertama harus kau cari adalah dirinya." sahut Dewi Nirmala sambil tertawa licik.
Sastrawan menyendiri Khu cu kian meraung keras, suaranya bagaikan harimau terluka:"
"Sekali lagi kau berani banyak bicara, batok kepalamu yang akan menjadi sasaran serangan ku
yang pertama." Begitu pemuda ini mulai naik darah, suasana tegang dan serius pun seketika menyelimuti
seluruh arena. Dalam perkiraan Kim Thi sia semula, dengan keangkuhan serta kesombongan Dewi Nirmala, dia
pasti tak akan tahan setelah dibentak bentak lawan sekasar ini.
Siapa tahu apa yang kemudian terjadi ternyata sama sekali diluar dugaannya.
Dewi Nirmala seperti hendak mengucapkan sesuatau, tapi setelah kata kata sampai di ujung
bibir mendadak ditahan kembali dan tak berani berbicara lebih jauh.
Pada saat inilah..... Tiba tiba dari balik sebatang pohon besar ditengah hutan belukar tepi arena, bergema gelak
tertawa orang yang tak terkendalikan, jelas orang itu tertawa karena kegelian.
Padahal kawanan jago yang hadir diarena dewasa ini rata rata merupakan jago silat pilihan
yang berilmu tinggi, tapi kenyataannya ternyata tak seorang pun diantara mereka yang
mengetahui bahwa dibalik pohon ada orang yang bersembunyi.
Setelah gelak tawa itu berkumandang, semua orang baru tertegun dibuatnya dan bersama
sama mengalihkan perhatiannya ke arah mana berasalnya suara itu.
Dari balik pohon besar tampak melayang turun lima orang lelaki dan seoarang wanita.
Perempuan yang melayang turun lebih duluan memiliki paras muka yang cantik jelita, gerakan
tubuhnya sangat ringan, saat itu dia memakai baju berwarna coklat.
Ternyata perempuan ini tak lain adalah si Burung Hong dari Leng hun Lam peng adanya.
Sedangkan kelima lelaki yang mengikuti dibelakangnya tak lain adalah lima naga dari wilayah
biau yang belum lama terjun ke dalam dunia persilatan.
Dalam sekejap mata sikap Dewi Nirmala telah pulih kembali menjadi amat tenang. pelan-pelan
dia berkata, "Ooohh.... rupanya kalian, rupanya sudah sedari tadi menyadap pembicaraan kami, megapa
baru sekarang munculkan diri dari tempat persembunyian?"
Si Burung Hong Lam peng bukan seorang wanita bodohm dengan kecerdikannya yang luar
biasa ia dapat menangkap nada teguran dibalik ucapan Dewi Nirmala itu.
Tapi gadis ini sama sekali tidak gentar, malahan dengan suara lembut katanya,
"Sudah lama kudengar orang berkata bahwa Dewi Nirmala adalah seorang wanita licik yang
banyak tipu muslihatnya dan memiliki kemampuan untuk memimpin seluruh umat persilatan. Tapi
sungguh mengecewakan! setelah melihat sendiri penampilannya pada malam ini, aku justru
merasa sedikit diluar dugaan."
"Sebenarnya apa maksudmu berkata begitu?" tegur Dewi Nirmala dengan tak senang hati.
"Dengan jelas sekali kau telah melihat keadaan situasi yang sesungguhnya pada saat ini,
kekuatan dari Lembah Nirmalamu sekarang benar-benar sudah banyak berkurang, bukan cuma
utusan Nirmalanya tinggal lima orang yang masih hidup, bahkan si Pukulan Sakti Tanpa Bayangan
Ang Bu im serta Ciang sianseng pun secara beruntun ditemukan telah tewas, Ehm, keadaan
semacam ini sungguh amat mempengaruhi kekuatan inti yang sesungguhnya, bukankah
dikarenakan alasan tersebut maka sekarang kau merasa takut bila Sastrawan menyendiri yang
termasyur sebagai manusia aneh akan bekerja sama dengan Kim Thi sia yang tersohor sebagai
manusia yang paling susah dilayani untuk menyingkirkan dirimu?"
Tak terlukiskan rasa gusar Dewi Nirmala setelah mendengar perkataan itu, jelas semua
rahasianya sudah terbongkar sekarang.
Tapi sebagai manusia licik, ia tidak memperlihatkan perasaan bencinya itu diatas wajahnya,
malah dengan suara hambar ia berkata:
"Hmn, penilaian mu itu terlalu cetek dan sama sekali tidak berarti."
"Hmmn, tentu saja kau harus berkata begitu karena rahasia pribadimu sudah terlanjur
terbongkar." ucap si Burung Hong Lam peng lebih jauh dengan penuh keyakinan, "sesungguhnya
rasa bencimu terhadap Kim Thi sia sudah merasuk sampai ke tulang sum sum, tapi sekrang kau
sengaja membakar hati Sastrawan menyendiri, apa tujuanmu yang sebenarnya" hmmn,
maksudmu tak lain adalah ingin membasmi Sastrawan menyendiri terlebih dahulu dan
membiarkan Kim Thi sia berpeluk tangan saja hingga antara kedua orang ini terjadi kesalahan
paham yang mengakibatkan mereka saling gontok-gontokan sendiri.... tapi kemudian kau
menemukan bahwa antara mereka berdua sesungguhnya sudah terdapat ganjalan, maka kau pun
mulai menghasut sana sini dengan harapan mereka berdua saling gontok-gontokan sendiri
sementara kau menjadi penonton yang beruntung dan mendapat keuntungan dari pertarungan
mereka berdua, nah coba berilah jawaban dengan menggunakan liangsimmu yang sejujurnya,
bukankah uraianku diatas amat tepat dan sesuai dengan jalan pemikiran mu yang
sesungguhnya...?""
Dewi Nirmala benar benar amat gusar, Alis matanya berkernyit, matanya melotot besar dan
wajahnya merah padah seperti udang bakar, lalu dengan suara keras menahan geram teriaknya,
"Lam peng, apakah kau sudah lupa dengan kejadian semalam" Apakah kau telah
melupakannya sama sekali?"
Pelan pelan si Burung Hong Lam peng mengangguk, sahutnya sambil tersenyum sinis,
"Semalam aku telah menghadiri perjamuan besar Nirmalamu, bukankah kau pun hendak
mengundangku untuk menghadiri perjamuan Nirmala yang lebih besar lagi?"
"Hmmn, kalau toh sudah mengetahuinya dengan jelas maka kau seharusnya memikirkan
kembali posisimu saat ini, mengapa kau masih berceloteh tak karuan disini dan mengaco belo tak
karuan?" sekali lagi si Burung Hong Lam peng tertawa,
"Aku rasa apa yang kubicarakan dalam pertemuan saat ini sama sekali tidak ada sangkut
pautnya dengan masalah itu."
"Hmmn, aku sudah menduga sedari dulu, manusia macam kau memang tak menentu
pendiriannya..." Bentak Kim Thi sia pula dengan mata melotot gusar.
Burung Hong dari Leng hun, Lam peng berpaling dan memandang sekejap ke arah pemuda itu,
lalu katanya sambil tertawa,
"Sekalipun begitu, toh tak bisa disangkal bahwa apa yang kukatakan berusan merupakan situasi
yang sesungguhnya!!"
Sastrawan menyendiri Khu Cu kian termenung sejenak dan berpikir sebentar kemudian katanya
pula.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yaa.. apa yang telah kau uraikan selama ini memang merupakan suatu kenyataan yang tak
bisa dibantah lagi, tapi numpang tanya, sebenarnya apa pula maksud dan tujuanmu yang
sebenarnya" Kenapa tidak memanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk sekalian
diutarakan keluar?" Dengan gemas dan penuh kebencian Dewi Nirmala melotot sekejap ke arah si Burung Hong
Lam peng, diam diam pikirannya di hati,
"Bagus sekali, Hmn, sungguh tak ku sangka, kau siluman setan kecil berani tampilkan diri untuk
mengkhianati aku dalam situasi yang penting dan kritis seperti ini, Hmmn.... tunggu saja hingga
pertikaian disini telah selesai, akan keberi pelajaran yang setimpal dengan perbuatanmu itu..."
Bagaimanapun juga perempuan ini memang seorang permepuan licik yang banyak akal
muslihatnya dan panjang pikirannya, begitu mengambil keputusan dalam hatinya. dia pun tidak
berniat mengumbar hawa amarahnya lagi.
"Apa yang menjadi maksud tujuanku sebenarnya merupakan urutan kedua, berbicara dari
situasi yang terpampang dihadapan kita sekarang terdapat sebuah kenyataan penting yang harus
diselesaikan terlebih dulu, Kalian berdua sebagai jago jago muda tak boleh tidak harus
mempertimbangkan dengan seksama serta nenaruh perhatian yang khusus.."
"Kenyataan apakah itu?" tanya Kim Thi sia keheranan, ia tak habis mengerti apa maksud
perkataan perempuan itu. Tapi Sastrawan menyendiri Khu Cu kian segera menjelaskan dengan suara lantang.
"Padahal sangat sederhana, andai kita kita berdau mau bekerja sama, maka kelompok kita pun
akan menjadi satu kelompok yang berkekuatan hampir seimbang dengan kelompok Dewi Nirmala
nya, maupun kelompok Burung Hong Lam peng bersama kelima naganya, maka kita akan menjadi
tiga kelompok kekuatan yang berimbang..."
Mendengar perkataan tersebut, dengan wajah kegirangan si burung Hong Lam peng segera
memuji. "Kau memang tak malu disebut pendekar cerdik yang berotak encer, tepat sekali ucapanmu
itu, memang begitulah yang ku maksudkan dengan uraianku tadi!"
Baru sekarang Kim Thi sia memahami maksud yang sebenarnya dari ucapan mana, ia berseru
tertahan dan katanya, "Ooohh,, rupanya begini..!"
Dengan cepat si Burung Hong Lam peng berkata lebih jauh,
"Oleh sebab itulah kuusulkan kepada kalian berdua, kendatipun diantara kalian terdapat
ganjalan hati yang betapapun besarnya, entah permusuhan biasa atau permusuhan dendam
kesumat, lebih baik masalah itu dikesampingkan lebih dulu untuk sementara waktu, kalian harus
bekerja sama membentuk kelompok kekuatan hingga kelemahan kalian tidak dimanfaatkan
lawan!" "Lam peng, sebenarna apa maksud dan tujuanmu berbuat kesemuanya ini?" tegur Dewi
Nirmala tiba-tiba. Si burung Hong Lam peng segera tertawa,
"Aku tidak terbiasa menjadi seorang bawahan yang mudah diperintah dengan semaunya
sendiri, selama beberapa hari berdiam di Lembah Nirmala-mu, aku sudah tidak puas dan tidak
senang diperintah dan dibentak olehmu sekehendak hati sendiri, andaikata dikemudian hari kau
benar benar berhasil menguasai jagad, maka apa jadinya?"
Dewi Nirmala tertawa dingin
"Oooh... karena itulah maka kalian berani memberontak serta mengkhianati aku" apakah kalian
tidak pikirkan dulu bagaimana akibatnya nanti?"
Dengan penuh kepercayaan dan keyakinan si burung Hong Lam peng berkata,
"Tiada akibat apapun yang akan kami alami, sebab kelima orang utusan Nirmalamu masih
mampu dihadapi oleh aku bersama kelima naga, dan aku yakin kekuatan kami maish lebih dari
cukup untuk memusnahkan mereka, tinggal engkau seorang yang mana aku percaa pada Kim Thi
sia dan Sastrawan menyendiri masih mampu untuk menghabisi nyawamu, tentu apa bila mereka
berdua bersedia untuk bekerja sama?"
Dewi Nirmala tertawa hambar,
"Andaikata perhitunganmu ternyata meleset dan tidak sesuai dengan apa yang kalian duga
semula, bagaimanakah akibat yang akan kalian alami?"
"Sepanjang hidupku aku tidak suka melakukan transaksi yang berbahaya atau menyerempet
bahaya, jadi soal risiko tak perlu kau urusi lagi. aku percaya tak akan ada risiko apa apa dalam
rencanaku kali ini.."
Melihat gadis itu sudah menyatakan sikapnya secara terang terangan, sadarlah ia bahwa
keadaan tak mungkin bisa dirubah lagi secara mudah, kontan saja hawa amarahnya berkobar,
MEndadak ia berpaling ke arah Kim Thi sia serta Sastrawan menyendiri lalu serunya.
"Lebih baik kalian jangan menuruti perkataannya, dia adalah orang asing dari negeri
perbatasanm jelas dia memutar lidah membujuk kalian karena hendak memperalat kau beruda
untuk menghadapiku, jelas dibalik kesemuanya itu masih terdapat rencana busuk lainnya."
"Kalau rencana busuk sih tidak ada.." cepat si Burung Hong Lam peng menyambung "tapi
memang kuakui, setelah kami bersedia melakukan tindakan yang mempunyai risiko besar dan
harus menyerempet bahaya tentu saja kamipun mempunyai suatu tujuan."
Benar benar diluar dugaan, dalam waktu yang amat singkat dalam arena telah terjadi dua kali
perubahan besar yang sama sekali diluar dugaan.
Kini baik kelompok dari Lembah Nirmala maupun kelompok dari si burung Hong dan kelima
naganya telah saling berhadapan sebagai musuh, dan mereka sama sama beruaha memanfaatkan
kekuatan dari Kim Thi sia serta Sastrawan menyendiri bagi pikirannya.
PAdahal siapapun dari mereka berdua tak ada yang berani memastikan pada akhirnya pada
pihak manakah kedua pemuda itu akan berpihak.....
Sastrawan menyendiri Khu cu kian memang tak malu disebut seorang pemuda yang teliti dan
cermat, dengan cepat ia berpaling ke arah si burung Hong Lam peng dan menegurnya terang
terangan, "Sesungguhnya apa dan maksud tujuanmu yang sebenarnya" Kenapa tidak diutarakan secara
terang terangan?" "Tujuanku hanya sederhanam yaitu bila urusan disini telah usai, maka Lembah Nirmala berserta
kawasan sekitarnya menjadi milikku!"
Sastrawan menyendiri Khu Cu kian yang mendengar perkataan tersebut jadi amat keheranan,
segera tegurnya, "Aneh betul, sebetulnya apakah ada sesuatu yang amat penting didalam Lembah Nirmala ini?"
"Sebenarnya bagi kami soal harta karun bukanlah menjadi tujuan kami yang terutama, karena
yang menjadi incaran kami tak lain adalah gua neraka dalam Lembah Nirmala ini....."
"setahuku didalam gua itu tersekap beratus-ratus orang jago persilatan yang berilmu tnggi."
kata Kim Thi sia "mereka berhasil ditawan Dewi Nirmala dengan menggunakan pelbagai akal
muslihat dan siasat licik, ada yang ditawan ada pula yang terperangkap, tapi rata rata mereka
adalah kawanan jago yang termasyir dari jaman sekarang. Bukankah mereka tersekap sepanjang
masa dan hidup dalam kegelapan?"
"Yaa.. benar, keinginan mereka untuk peroleh kemerdekaan mungkin jauh lebih hebat daripada
siapapun." kembali si burung Hong Lam peng menegaskan.
Tiba tiba Dewi Nirmala berseru dengan keheranan,
"Apakah secara tiba tiba timbul belas kasihan dihati kecilmu dan berkeinginan menyelamatkan
mereka semua dari kurangan" Ehm... bila kau benar benar berbuat demikian, niscaya mereka
akan berterima kasih sekali kepadamu, bahkan mungkin akan mengangkat dirimu dewi
penyelamatnya..." "Justru karena aku dapat menyelami perasaan mereka serta apa akibat yang baka timbul inilah
maka aku ingi memanfaatan kesempatan yang sangat bagus ini dengan sebaik baiknya." kata si
burung Hong Lam peng sambil tertawa lirih, "Aku berharap setelah berhasil membinasakan Dewi
Nirmala, maka mereka bisa kelepaskan semua dari kurungan, aku percaya dengan dukungan
sekawanan besar jago persilatan yang berilmu tinggi ini, aku pasti bisa menguasai seluruh dunia
persilatan dan menjadi pemimpin seluruh dunia."
Dewi Nirmala tertawa sinis,
"Heehh.....heeehhh....Heehhh.... sayang sekali jalan pemikiranmu itu terlalu kekanak-kanakan,
kau tau dari sekian banyak orang yang kusekap didalam gua neraka, sebagian ada yang telah
kupakai menjadi para utusan Nirmala, adapula yang bunuh diri karena putus asa,ada pula yang
sengaja kuracuni karena berani memberontak, dari sekian banyak jago yang kau sebutkan
tadi,sesungguhnya kini tinggal delapan belas orang saja."
"Kedelapan belas orang tersisa ini betul betul memiliki semangat juang yang mengagumkan
untuk tetap mempertahankan kehidupannya, yang bisa kita dibayangkan ilmu slat yang mereka
miliki pasti hebat sekali, apa bila bisa kurangkul menjadi pengikutku, sudah pasti mereka
merupakan pembantu yang cukup bisa diandalkan dalam perjalananku didunia persilatan. Hmmnn
biar cuma delapan belas orang, aku sudah merasa puas sekali."
Baru sekrang Sastrawan menyendiri Khu cu kian menyadari duduk perkara yang sesungguhnya,
ia segera berseru, "Oohh... rupanya kau berniat merebut hati kedelapan belas orang yang tersekap dalam gua
neraka itu untuk membantumu membangun perguruan besar serta menguasai dunia persilatan?"
"Tepat sekali. kecuali itu aku memang tiada permintaan lain!" jawab siburung Hong Lam peng
terang terangan. "Ehmm...." Sastrawan menyendiri Khu cu kian segera mengangguk memberikan
persetujuannya, "permintaanmu ini memang tidak merugikan aku, lagi pula tidak berkepentingan
langsung denganku, karena aku bisa menyetujuinya dan memberikan gua neraka tersebut sesuai
dengan apa yang kau kehendaki."
Dewi Nirmala menjadi teramat gusar setelah melihat transaksi tersebut telah mencapai
kesuksesan besar. Mendadak terdengar si Sastrawan menyendiri bertanya lagi,
"Kim Thi sia, apakah kau mempunyai pendapat lain?"
Dengan mengajukan pertanyaan itu sama artinya bahwa ia telah menyataan persetujuannya
dengan cara berpikir serta pandangan si burung Hong Lam peng.
Dan kini diapun bersedia untuk bekerja sama dengan Kim Thi sia dalam usahanya melawan
Dewi Nirmala bersama-sama.
Asal Kim Thi sia memberikan persetujuannya, maka pertarungan pun segera akan berkobar.
Siapa tahu Kim Thi sia justru berdiri termangu mangu dengan wajah tak habis mengerti.
"Apa" Pendapat apa...?"
Rupanya dia sedang dibuat kebingungan oleh sikap orang orang yang ada di hadapannya yang
sebentar bergaul hangat, sebentar bermusuhan dengan seru. dari sikap orang orang itu diapun
merasakan betapa berbahayanya dunia persilatan itu.
Sampai berapa kal Sastrawan menyendiri Khu cu kian mengajukan pertanyaan yang sama
kepada Kim Thi sia tanpa memperoleh jawaban yang pasti dari pemuda itu. lama kelamaan
hatinya menjadi tidak senang, segera pikirnya dalam hati.
"Hmm, kau ini manusia macam apa, memangnya kau anggap aku harus membutuhkan bantuan
darimu baru bisa melawan musuh" Jangan anggap aku sangat membutuhkan bantuanmu...."
Berpikir demikian, perasaan bencipun segera muncul diatas wajahnya.
Si burung Hong Lam peng kuatir terjadi perubahan lagi gara gara peristiwa ini sehingga
menggagalkan semua rencanaya, cepat cepat dia peringatkan kepada Kim Thi sia dengan suara
keras. "Kim Thi sia! Sastrawan menyendiri sedang bertanya kepadmu, mengapa kau tidak memberikan
jawabannya?" Dewi Nirmala yang melihat ada kesempatan baik untuk menimbrung, cepat cepat manfaatkan
pula peluang tersebut dengan membentak.
"Kalau Kim Thi sia segan menjawab, persoalan ini tak ada sangkut pautnya denganmu, lebih
baik kau pun ikut membungkam."
Berbicara sampai disitu, dengan suatu gerakan amat cepat tiba tiba saja dia melepaskan
sebuah babatan kedepan. Sekilas pandangan serangan itu amat bersahaja, ringan dan tiada sesuatu kekuatan yang
terkandung, padahal kehebatannya sungguh mengerikan sekali.
Serangan tersebut tak lain adalah serangan ilmu Tay yu sinkang ayng menggunakan jurus
serangannya yang tertangguh "Burung gagak merajai Angkasa"
rupanya perempuan cantik ini berhasrat untuk membinasakan si burung hong Lam peng dalam
sekali serangan saja guna melampiaskan semua rasa bencinya yang menumpuk dihatinya.
Siburung Hong Lam peng hanya berdiri mematung diposisinya yang semula, oleh karena itu
serangan dari Dewi Nirmala dilancarkannya kelewat cepat, dan lagi sama sekali tidak menimbulkan
sedikit suarapun, maka dia hanya berdiri mematung ditempat semula tanpa memberikan suatu
reaksipun. Sastrawan menyendiri yang menyaksikan kejadin ini segera membentak keras.
"Siluman perempuan, kau hendak membokong orang disaat orang lain sedang tak siap?"
Berbareng dengan suara bentakan itu, dengan jurus "menghajar kuda hancur berkeping", dia
mengayunkan telapak tangannya yang besar dan menyongsong datangya serangan dahsyat dari
Dewi Nirmala. Ilmu lompatan dewinya merupakan ilmu khas dari keluarganya, ditambah lagi dia berlatih
sangat baik, maka dalam ilmu meringankan tubuh, pada hakekatnya dia memiliki kesempurnaan
yang bisa diandalkan. Kebetulan sekali, dengan mengandalkan kelebihan inilah dia telah menyelamatkan selembar
jiwa si burung Hong Lam peng dari ancaman.
"Bllaaaaammm....."
Suara benturan keras yang amat memekakan telinga bergema memecahkan keheningan
malam. Jangan dilihat dari serangan yang dilancarkan kedua orang tersebut dilakukan secara
seenaknya, tapi kenyataannya bentrokan yang kemudian terjadi menimbulkan suasana yang
mengerikan, dari sini bisa diketahui bahwa kedua belah pihak sesungguhnya sama sama telah
pergunakan tenaga besar. Siburung Hong Lam peng baru tersadar kembali dari lamunannya setelah peristiwa itu berlalu,
dengan rasa terima kasih yang meluap luap ia segera berpaling kearah Sastrawan menyendiri Khu
cu kian, kemudian serunya sambil tertawa manis.
"Terima kasih banyak atas pertolonganmu tadi, kau telah selamatkan jiwaku dari ancaman!"
Sastrawan menyendiri Khu cu kian hanya tersenyum tanpa menjawab, ia sudah terdesak
mundur sejauh setengah langkah dengan sempoyongan, peluh bercucuran membasahi tubuhnya
sementara napasnya tersengal-sengal.
Sebaliknya Dewi Nirmala hanya tertawa, pelan pelan dia pejamkan pula matanya untuk
mengatur pernapasan. Menyaksikan keadaan tersebut,si burung Hong Lam peng segera sadar bahwa situasi saat itu
ibarat anak panah yang berada dalam busur, serangan harus dapat dilancarkan secepatnya.
Buru buru teriaknya kepada Kim Thi sia
"Eeei, bagaimana sih kamu ini" Kenapa sampai sekrang masih berlagak pilon?"
"Kenapa sih kalian saling beradu jiwa dengan saling melancarkan serangan tadi?" sahut Kim Thi
sia "Sastrawan menyendiri telah menyatakan pendiriannya dan bersedia untuk bekerja sama
dengan ku dalam melawan Dewi Nirmala, bagaimana dengan kau sendiri?"
Mendadak Kim Thi sia teringat kembali dengan pengalamannya ketika melawan si pedang emas
tempo hari, waktu itu si burung Hong Lam peng pun mendesaknya dengan kata kata begitu, tapi
kenyataannya dia justru memanfaatkan kesempatan yang ada untuk merebut lentera hijau.
Teringat akan hal tersebut dia pun segera berseru:
"Ooh, kau lagi lagi berniat untuk bekerja sama dengan ku, apakah kau sedang mengincar
pedang Leng Gwat kiam ku ini?"
Sebagai orang yang tidak terlalu pintar, boleh dibilang Kim Thi sia tak sadar sama sekali akan
betapa gawatnya situasi saat ini, dalam situasi demikian bagaimana mungkin si burung hong Lam
peng masih berani mengincar benda mestikanya"
SEbaliknya si burung Hong Lam peng adalah seorang gadis cerdas, dari bentrokan kekerasan
yang baru berlangsung antara Sastrawan menyendiri dengan Dewi Nirmala barusan, ia telah
melihat dengan jelas bahwa kepandaian silat dari Dewi Nirmala masih lebih tinggi daripada
Sastrawan menyendiri. Hal ini berarti mereka sangat membutuhkan dukungan kekuatan dari Kim Thi sia, bila pemuda
itu sampai menolak, maka dengan kerja sama Sastrawan menyendiri saja, akhirnya dari
pertarungan itu sudah pasti memberikan kekalahan total kepada pihaknya.
Karena itu, dia berpendapat tindakan pertama yang terpenting sekarang adalah menarik Kim
Thi sia untuk mendukung pihaknya, asal Kim Thi sia mau turun tangan niscaya kemenangan akan
berada dipihaknya. Begitu sadar dengan keadaan situasi didepan mata, cepat cepat gadis itu mengambil keputusan
didalam hati, serunya. "Aku bukan saja tak akan merebut pedang Leng Gwat kiam mu, malah setelah urusan disini,
akan kuserahkan lentera hijau tersebut kepadamu."
"Sungguhkah ini?" tanya Kim Thi sia dengan kegembiraan yang meluap-luap.
"Tentu saja sungguh! nah tak usah menanti lagi, cepat lancarkan seranganmu ke tubuh Dewi
Nirmala". Walaupun si burung Hong Lam peng sadar bahwa lentera hijau adalah benda mestika yang tak
ternilai harganya, namun keadaan situasi yang dihadapinya amat kritis dan berbahaya, andai kata
tiada benda yang merangsang perhatiannya, mustahil Kim Thi sia bersedia membantu pihaknya.
Oleh sebab itulah ia segera menjanjikan bedan kesayangannya itu sebagai hadiah untuk
menarik perhatian orang. dan diluar dugaan ternyata tawaran tersebut diterima dengan
kegembiraan yang meluap luap.
Terdengar Kim Thi sia membentak dengan suara nyaring,
"Berhati hatilah Dewi Nirmala, aku segera akan melancarkan seranganku..."
Sambil merentangkan sepasang tangannya, dia mendesak maju kemuka dengan jurus
"Kepercayaan menguasai jagad" dari ilmu Tay Goan sinkang, dia melancarkan sebuah serangan
kilat. Sementara si burung Hong pun memberikan penampilan yang bisa dipercaya, begitu
menyaksikan Kim Thi sia melancarkan serangannya, cepat cepat ia pergunakan bahasa Biau untuk
memberi perintah kepada kelima naga dari wilayah Biau agar menyerang ke lima orang utusan
Nirmala tersebut. Dalam waktu singkat berkobarlah pertarungan yang amat sengit ditempat itu.
Sementara Kim Thi sia masih menyerang Dewi Nirmala, Sastrawan menyendiri pun
memanfaatkan kesempatan tersebut dengan mendesak maju menggunakan ilmu lompatan
dewanya, lalu dengan jurus "Perasaan hati kacau balau" ia sergap lawannya.
Dewi Nirmala sama sekali tak nampak kaget ataupun gugup menghadapi serangan gabungan
dari Kim Thi sia serta Sastrawan menyendiri, sambil merentangkan sepasang tangannya kekiri dan
kekanan, secara beruntun dia melepaskan dua serangan dengan jurus "Hawa siluman menguasai
bumi" dan "hawa sesat mencapai neraka". dua jurus ampuh dari Tay yu sinkangnya.
"Blaammmm....!"
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suara bentrokan yang amat nyaring bergema memecahkan keheningan malam..
Dewi Nirmala tetap berdiri tegak ditempat semual dengan wajah serius dan sedikit tertegun.
Sebaliknya Kim Thi sia dan Sastrawan menyendiri pun berdiri tanpa cedera. mereka berdua
segera saling bertukar pandangan sekejap, begitu mengetahui kalau rekannya tidak cedera
senyuman puas pun tersungging di ujung bibir masing masing.
MEndadak terdengar Dewi Nirmala berseru dengan suara sedingin es.
"Kalian tidak usah tertawa dulu, apanya yang perlu kalian banggakan" Hmmmn, terus terang
saja aku bilang, sekalipun kalian berdua maju bersamapun, kalian masih bukan tandinganku...."
Perkataan ini kelewat takabur, dia seolah olah mengejek lawannya memiliki kepandaian yang
tak mungkin bisa menandingi kemampuannya.
Sastrawan menyendiri segera merasa tak puas dengan ucapan tersebut, serunay lantang.
"Aku tak percaya dengan perkataanmu itu, apa salahnya bila kita gunakan nyawa kita sebagai
taruhannya untuk membuktikan kebenaran dari ucapanmu tadi...."
Berbicara sampai disitu, dia segera melepaskan serangan lebih dulu ke tubuh Dewi Nirmala.
Melihat kejadian ini Kim Thi sia pun tidak ketinggalan, cepat cepat ia mendesak kedepan sambil
melancarkan serangan kembali.
Pertempuran pun terbagi menjadi dua kelompok yang terpisah, masing masing pihak berusaha
menyelesaikan pertarungan yang sedang dihadapi secepat mungkin.
Disatu pihak lima naga dari wilayah Biau, dibawah pimpinah si burung Hong Lam peng
bertarung sengit melawan kelima utusan Nirmala yang masih tersisa.
SEmentara dipihak lain, Dewi Nirmala dengan mengandalkan tenaga dalam hasil latihannya
selama puluhan tahun harus bertarung sengit melawan Kim Thi sia dan Sastrawan menyendiri.
Sekilas pandangan, pertarungan antara mereka berlangsung amat tenang dan tidak kelihatan
ketegangan yang mencekam, tapi dalam kenyataan situasi amat gawat dan berbahaya sekali,
sebab siapa salah melangkah setengah tindak saja bisa berakibat kehabisan yang mengerikan.
Sepertanak nasi kemudian....
Tiba tiba Dewi Nirmala menemukan suatu kejadian yang aneh, ia merasakan meskipun tenaga
dalam yang dimiliki Kim Thi sia hampir berimbang dengan kekuatan Sastrawan menyendiri, namun
setiap kali dia merasakan datangnya suatu gelombang serangan yang aneh sekali.
Ia dapat merasakan setiap kali setelah terjadi gelombang serangan tersebut, secara tiba tiba
saja kekuatan tenaga dalam milik Kim Thi sia memperoleh kemajuan yang lebih pesat, kekuatan
yang terpancar keluarpun terasa makin menghebat.
Sudah barang tentu dia tak akan menyangka bahwa semua peristiwa ini bisa berlangsung
karena Kim Thi sia telah menguasai ilmu Ciat Khi mi khi yang sangat hebat itu.
Dalam pertarungannya melawan si pedang emas temp hari, dia bisa unggul dari lawannya,
sebagian besar hal inipun disebabkan ilmu Ciat khi mi khi-nya berhasil menghisap kekuatan musuh
tanpa musuh bisa menghalanginya.
Dan kini tenaga dalamnya telah peroleh kemajuan yang pesat, apalagi diapun masih dibantu
oleh Sastrawan menyendiri yang tak kalah tangguhnya, tidak heran kalau kemampuannya semakin
dahsyat lagi. SEbagai seorang perempuan yang sombong dan tinggi hati, Dewi Nirmala pun enggan
menunjukkan kelemahannya didepan orang lain pula, dia tak mau percaya dengan segala macam
tahayul, karenanya dia semakin menekan Kim Thi sia dengan kekuatan yang lebih hebat.
Siapa sangka semakin besar dia menekan makin berlipat pula tenaga perlawanan yang timbul
dari tubh lawan. Begitulah untuk sementara waktu pertarungan berlangsung seimbang, kedua belah pihak sama
sama tidak mampu mengalahkan musuhnya.
Fajar mulai menyingsing diufuk timur....
cahaya keemasan yang terang benderang mulai menyinari wajah Dewi Nirmala,Kim Thi sia
serta Sastrawan menyendiri, wajah keringat, air mukanyapun berubah menjadi merah padam.
Tiba tiba terlihat Dewi Nirmala tersenyum dan mundur sempoyongan ke belakang.
Menyusul kemudian tampak perempuan itu roboh terjungkal keatas tanah dan tak pernah
bangun lagi untuk selamanya.... ternyata isi perutnya sudha terluka parah, dalam keadaan yang
menggenaskan itulah ia menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Kim Thi sia mendongakkan kepalanya sambi menghembuskan napas panjang, ia menjumpai
Sastrawan menyendiri telah terkapar pula diatas tanah tanpa diketahui mati hidupnya...
Sementara itu, si burung hong Lam peng serta lima naga dari wilayah Biau berlumuran darah
pula, tapi mereka masih dapat berjalan mendekat dengan wajah gembira.
Dari sakunya si Burung Hong mengeluarkan Lentera Hijau lalu sambil menyerahkan ke tangan
Kim Thi sia, ia berseru, "Nah sekarang kita sama sama telah peroleh apa yang diinginkan, bersediakah kau pergi
bersamaku?" Kim Thi sia segera tertawa,
"Kini Lentera hijau serta pedang Leng Gwat telah berada ditanganku, kemanapun aku tak ingin
pergi, lagi ula kau hendak membangun organisasimu, cita cita demikian tidak pernah akan cocok
dengan seleraku, sebab aku lebih suka hidup bergelandangan dengan bebas merdeka, karenanya
kau tak usah menarik aku lagi.."
"Tentu saja aku tak dapat memaksamu.." sahut siburung Hong Lam peng sambil tertawa, " tapi
kau bisa saksikan nanti, tak sampai berapa tahun kemudian aku pasti sudah dapat memanfaatkan
kedelapan belas orang jago lihay yang kin masih terkurung dalam gua. mereka sebagai tulang
pungungku, dibantu pula oleh kelima naga dari wilayah Biau yang berada disisiku sekarang. Suatu
perkumpulan terwujud, akan kunamakan perkumpulan ku itu sebagai Perkumpulan Burung Hong,
sedang kedelapn belas orang jago lihay itu adalah utusan-utusan burung Hong ku....."
Berbicara sampai disitu, ia nampak amat gembira, hingga wajahnya kelihatan berseri seri..
Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata,
"Kuharap disaat kita bersua kembali nanti, aku bisa menyambut kedatanganmu dalam markas
perkumpulan burung hong kami dengan suatu perjamuan yang sangat meriah..."
Kim Thi sia tersenyum, sambil mengulapkan tanganya ia berseru,
"Kalau begitu, selamat tinggal...."
Burung Hong Lam peng dengan membawa kelima naga dari wilayah Biau nya segera berangkat
menuju ke arah gua neraka.
Sedangkan Kim Thi sia hanya berdiri termangu sambil mengawasi bayangan punggung orang
itu lenyap dari pandangan, kemudian gugamnya sambil menghela napas panjang,
"Aaaiii.. siburung Hong Lam peng barulah menjadi pemenang yang sebenarnya, sungguh tak
disangka dengan susah payah aku dan Khu cu kian pertaruhkan nyawa untuk melenyapkan Dewi
Nirmala si perempuan iblis itu, tapi sekarang justru memberi kesempatan kepada perempuan licik
yanglain. siburung hong Lam peng untuk munculkan diri dalam dunia persilatan, aaii... apakah
dikemudian hari diapun akan menteror dunia persilatan seperti halnya dengan perbuatan Dewi
Nirmala" Yaa.. susah untuk dikatakan.. susah untuk dikatakan mulai sekarang..."
Dibawah sinar rembulan, tiba tiba dia menyaksiakan ada sesosok tubuh manusia sedang
bergerak mendekat dengan langkah gontai dan wajah kebingungan....
begitu mengetahui siapa yang datang, Kim Thi sia segera berteriak keras.
"Ang Thian tong, sungguh kebetulan sekali kedatanganmu, aku hendak memberitahukan
sesuatu kepadamu." Ang Thian tong sama sekali tidak menghentikan langkahnya karena ucapan tersebut, dia masih
berjalan terus kedepan seperti orang yang kehilangan sukma saja.
Mendadak dari sisi arena ia temukan sesosok mayat, begitu melihat mayat tersebut, ia seperti
tersambar guntur disiang hari bolong sambil memeluk mayat tadi dan menangis tersedu-sedu
teriaknya keras, "Ayah... ayah... oh ayah... putramu yang tidak berbakti ternyata tak mau menuruti kata katamu
yang terakhir menjelang ajalmu... oh ayah.... aku malu dengan arwahmu dialam baka..."
Sementara itu Kim Thi sia telah berjalan mendekat, segera hiburnya
"Ang Thian tong, yang sudah mati biarkan mati, kau tak boleh kelewat bersedih hati..."
tiba tiba timbul suatu perasaan tak enak dihatinya, maka katanya lebih lanjut,
"mari, biar kubantu dirimu untuk mengubur jenazah ayahmu ini.."
Seraya berkata dia segera bekerja keras menggali liang kubur ditempat tersebut.
Ang Thian tong hanya berdiri membungkam bagaikan sebuah patung, agaknya pukulan batin
yang diterimanya terlampau hebat sehingga ia menjadi kehilangan kesadaran dan berdiri bagaikan
orang bodoh. Dengan cepat Kim Thi sia mengubur jenazah si pukulan sakti tanpa banyangan. ketika
pekerjaannya telah selesai semua, ia baru berkata kepada Ang Thian tong.
"Ada sebuah perkataan hendak kusampaikan kepadamu...."
"Kau jangan sembarangan berbicara denganku!" tukas Ang Thian tong dengan penuh amarah.
Kemudian secepat kilat dia memandang sekejap sekeliling arena, menyaksikan mayat yang
bergelimpangan diatas tanah, kemudian ia berseru,
"Sudah pasti kaulah yang membantai orang orang itu, kalau begitu....."
Berbicara sampai disini, tiba tiba saja dia menjadi emosi, lanjutnya
"sudah pasti kau pula yang membunuh ayahku!"
"Benar!!" jawab Kim Thi sia jujur.
Seketika itu juga Ang Thian tong membentak keras, suaranya nyaring bagaikan guntur.
"Kau telah membunuh ayahku, merebut istriku, dendam sakit hati ini tak akan terlukiskan
dengan kata kata dan kenyataannya kau telah melakukan kedua hal yang paling terkutuk itu
terhadapku.... bagus... bagus sekali.... wahai Kim Thi sia, aku bertekad akan beradu jiwa
denganmu!" Kim Thi sia kuatir Ang Thian tong melakukan suatu tindakan yang gegabah dalam keadaan
terpengaruh oleh gejolak emosinya, cepat cepat dia menyingkir kesamping sambil berseru,
"Tunggu dulu, aku hendak memberitahukan sesuatu kepadamu, kau tak boleh beradu jiwa dulu
denganku!" Ang Thian tong menunduk secara pelan pelan, sinar matanya menjadi redup dan sayu, tiba tiba
gugamnya, "Ya.. aku tak boleh beradu jiwa denganmu.. tidak, aku tak boleh beradu jiwa denganmu,
sebab... sebab aku hendak mencarimu, aku harus mencarimu untuk menyelamatkan jiwa Hay Jin
ku..." "Mengapa dengan Hay Jin?" tanya Kim Thi sia tertegun.
"Nona Hay Jin.. dia... saat ini dia telah berada ditepi jurang yang sangat dalam... dia.. dia
hendak bunuh diri... aku... ketika aku ingin menolongnya tadi tahukah kau apa yang dia katakan"
Katanya bila aku berani mendekati tubuhnya, maka dia akan segera terjun kedalam jurang, kau
tahu, jurang itu dalamnya mencapai ribuan kaki, jangankan tubuh Hay Jin yang begitu ramping,
begitu lembut, sekalipun seorang yang berilmu amat lihay pun niscaya akan hancur lebur
badannya... aku... aku telah memohon kepadanya dengan segala macam cara, tapi ia enggan
menuruti perkataanku, akhirnya.. dia minta kepadaku untuk mengundang kau, Kim Thi sia
kesisinya... dia bilang...hanya kehadiran Kim Thi sia disampingnya yang bisa membatalkan niatnya
untuk bunuh diri... dia berjanji akan meninggalkan tepi jurang apabila kau sudah berada
disampingnya.." Kata-katanya itu diucapkan terpotong-potong dan tak karuan bahasanya, mungkin hal ini
dikarenakan perasaan kaget dan panik yang luar biasa.
Namun laporan tersebut cukup mengejutkan hati Kim Thi sia, segera tanyanya cepat
"Dimanakah letak jurang itu" Cepat ajak aku kesana..."
"Baik!" Ang Thian tong segera mengajak Kim Thi sia berlarian menuju ke tepi jurang tersebut.
Benar juga, Hay Jin berada ditepi jurang, ia berdiri tegak disitu tanpa bergerak, tubuhnya
berdiri diantara perbatasan hidup dan mati.
Baginya, hidup merupakan suatu penderitaan batin yang berkepanjangan karena dirinya itu
telah dikawinkan kepada seorang lelaki yang dibenci, bahkan semua ibunya adalah gembong iblis
wanita yang ditakuti umat manusia.
Sedang mati baginya merupakan suatu hal yang tragis, dia begitu cantik, begitu muda, tak
pernah merasakan cinta yang sejati.
Tapi, manakah yang harus dipilihnya sekarang" mati atau hidup"
Untuk beberapa waktu lamanya dia merasa ragu untuk menentukan sikapna.
Kim Thi sia yang melihat keadaan mana buru-buru berteriak keras
"Nona Hay Jin, cepat kembali....."
Dia ingin berlarian kedepan untuk memeluk gadis tersebut dan mengajaknya kembali ke tempat
yang aman. Tapi sambil menangis Hay Jin segera berseru,
"Berheti!! Kim Thi sia kau jangan kemari, kalau tidak aku akan segera melompat ke bawah....."
Terpaksa Kim Thi sia harus menghentikan langkahnya, dengan sedih keluhnya,
"Mengapa harus begini?"
"Aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu, asal jawabanmu benar, maka aku
akan balik kesitu, kalau tidak... lebih baik aku terjun saja kebawah, mati lebih enak dari pada
hidup menderita." "Kau jangan melompat, baik... akan kujawab pertanyaanmu." seru Kim Thi sia dengan tegang.
Kemudian setelah menarik napas panjang, katanya lebih jauh,
"Pertanyaan apa yang ingin kau ajukan" BAgaimana harus ku jawab agar benar jawabannya?"
"Kau tak perlu tahu jawabannya yang bagaimana yang dianggap benar, karena aku sendiri
yang akan menentukan, kau hanay boleh menjawab pertanyaanku dengan dua pilihan."
"Dua pilihan yang mana?"
"Jawab saja dengan kata "ya" atau "tidak"."
"Baik, kau boleh mulai berntaya."
"Kim Thi sia, sebenarya kau mencintai aku dengan bersungguh hati atau tidak" bila kau tidak
bersungguh hati, jawab saja dengan kata "Tidak...?"
Kim Thi sia menjadi serba salah dibuatnya, dia memandang sekejap kearah Ang Thian tong
yang berdiri dibelakangnya dengan sikap rikuh.
Cepat cepat Ang Thian tong maju mendekat, lalu bisiknya,
"Aku tak berani berbicara terlalu keras, tapi kumohon kepadamu, cepatlah jawab dengan kata
"iya....?". Kim Thi sia menelan air liurnya, ia semakin tersipu sipu dibuatnya....
Kembali Ang Thian tong merengek,
"Sekali pun kau tidak mencintai Hay Jin pun ku harap kau sudi mengasihani aku, jawablah
dengan kata 'iya..' oohh, aku bisa sakit ingatan kalau tersiksa terus hatiku... aku... tak ingin
menyaksikan Hay Jin menceburkan diri ke dalam jurang, kumohon... kumohon kepadamu,
berbuatlah kebaikan dan jawablah denga kata 'iya..'".
Terpaksa Kim Thi sia harus menjawab dengan lantang,
"Yaa. benar, aku mencintaimu."
Kembali Hay Jin bertanya,
"Kim Thi sia, bersediakah kau membawaku serta untuk hidup bersama-sama denganmu"
Bersediakah kau menerima ku sebagai istrimu?"
Pertanyaan ini semakin membuatnya konyol..
Namun dibawah desakan dan permintaan Ang Thian tong, kembali Kim Thi sia menjawab,
"Yaaa, aku berjanji.."
Ketika mengucapkan perkataan ini, baik Kim Thi sia maupun Ang Thian tong merasa amat sedih
hingga tanpa terasa air matanya jatuh bercucuran.
Agaknya Hay Jin merasa puas sekali dengan ketiga jawaban tersebut, pelan pelan ia berjalan
meninggalkan tepi jurang dan menghampiri Kim Thi sia. Bukan hanya begitu bahkan ia segera
merangkul Kim Thi sia dan memeluknya erat-erat.
Bisa dibayangkan betapa pedih dan sakit hatinya Ang Thian tong setelah menyaksikan kejadian
ini. Sebaliknya Kim Thi sia sendiri pun merasa amat rikuh oleh pelukan tadi, apa lagi Hay Jin
memeluknya dihadapan suami yang sah.
Cepat cepat ia melepaskan diri dari pelukan gadis itu, lalu bisiknya,
"Kau tentu lelah, beristirahatlah dulu dibawah pohon besar, aku...."
Meski Hay Jin menuruti perkataanya itu dan duduk dibawah pohon namun serunya pula dengan
suara kaget, "Mau apa kau" Apakah kau sudah lupa dengan janjimu tadi, tak akan meninggalkan aku
selamanya." Dengan pandangan yang merah dan hangat, Kim Thi sia menjawab.
"Kau tak usah khawatir, aku tak akan mengingkari janji.."
Sementara itu keadaan Ang Thian tong tak ubahnya seperti patung, saat Kim Thi sia
membimbing Hay Jin duduk dibawah pohon, dia sendiri justru berjalan menuju ketepi jurang
dengan langkah yang amat berat, ia siapapun dapat melihat bahwa pemuda ini berniat untuk
bunuh diri. Kim Thi sia yang menyaksikan peristiwa itu segera berbisik,
"Hay Jin duduklah disini, aku ingin berbicara dulu dengan Ang Thian tong....."
Berbicara sampai disitu, ia segera memburu maju kedepan dan serunya cepat cepat.
"Ang Thian tong, tunggu sebentar, aku hendak menyampaikan pesan kepadamu..."
Waktu itu Ang Thian tong telah berada di tepi jurang, ketika melihat Kim Thi sia berjalan
mendekat, ia pun berkata,
"Apa lagi yang harus diperbincangkan" Ayahku telah mati ditanganmu, istriku lebih suka
denganmu, apakah arti kehidupan bagiku" Aaai.. aku tahu, Hay Jin sangat mencintaimu, kuharap
kau suka menjaga Hay Jin baik baik, rawat juga putraku yang masih berada dalam rahim Hay
Jin..." "Tidak, kau tak boleh meninggalkan kami. apakah kau hendak mencari mati?"
"Kalau tidak mati, apa artinya kehidupan bagiku?"
"Engkau harus menjaga istrimu."
"Tapi dia mencintai dirimu.."
"Aaah, itu bukan alasam, kalian telah kawin resmi, apalagi didalam rahim Hay Jin sudah
terkandung bibit anakmu..."
Akhirnya Kim Thi sia berhasil menemukan alasan yang kuat untuk memberikan jawabannya, ia
segera menarik tangan Ang Thian tong untuk meninggalkan tepi jurang, sementara ia sendiir
segera menggantikan tempat Ang Thian tong ditepi jurang.
Melihat hal ini, Ang Thian tong segera menegur,
"Kim Thi sia, mau apa kau" kau hendak terjuan ke jurang itu?"
Kim Thi sia tersenyum, sahutnya
"Aku telah mendapat sebuah akal yang bagus untuk mengatasi semua persoalan ini. terus
terang saja aku katakan, sesungguhnya aku tidak mencintai Hay Jin. Sekarang aku sadar bahwa
kasih sayangku terhadap Hay Jin yang sebenarnya hanya timbul karena rasa kasihku, iba melihat
nasibnya yang jelek, melihat dia beribu seorang gembong iblis wanita. Selama ini cintaku
terhadapnya hanya terbatas pada cinta seorang abang terhadap adik, apa lagi ia telah menjadi
isterimu yang sah, ia telah mengandung putramu, apakah aku harus merebut istrimu untuk
kunikahi" Apakah aku mesti mengawini gadis yang kucintai sebagai adikku sendiri" Nah, saudara
Ang, sebentar aku akan pura pura terjun ke dalam jurang, aku percaya dengan ilmu meringankan
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tubuh serta ilmu Tay Goan sinkang yang kumiliki sekarang, jurang ini bukan tempat yang bisa
mematikan dirimu, setelah aku terjun nanti, Hay Jin tentu akan mengira aku telah mati, saat itu
kau bisa kembali ke sisinya..."
"Tapi... bukankah kau telah berjanji kepada Hay Jin bahwa untuk selamanya kau tak akan
meninggalkan dirinya lagi?"
"Tentu saja perjanjian ini ada satu pengecualian yaitu bila aku telah mati, Nah setelah aku
terjun ke dalam jurang nanti, Nona Hay Jin akan mengira aku telah mati, dan berarti pernjanjian
kami tadipun jadi batal..."
Ang Thian tong termangu, ia tak habis mengerti dengna keadaan yang tertera didepan matanya
sekarang. Sambil tertawa nyaring, kembali Kim Thi sia berakata.
"Sebelum ayahmu meninggal, ia telah berpesan kepadaku agar kau bisa merawat istrimu secara
baik baik. Kau harus meneruskan generasi Ang berikutnya...."
Ang Thian tong sangat terharu, tanpa terasa air matanya jatuh bercucuran.
Kim Thi sia meloloskan Pedang Leng Gwat kiam-nya dan diserahkan kepada Ang Thian tong,
kembali ia berkata, "Pedang ini sudah tak berguna lagi bagiku, kuhadiahkan untuk anaknya yang dilahirkan Hay Jin,
nah terimalah..." "Kenapa pedang ini tak berguna lagi?" tanya Ang Thian tong keheranan..
"Setelah urusan disini selesai, aku bermaksud mencari gadis pujaan yang sesungguhnya amat
kucintai, dia adalah Lin lin.... entah dimana dia berada sekarang, tapi aku akan mencarinya sampai
ketemu, kemudian akan kuajak Lin lin unutk hidup mengasingkan diri disuatu tempat yang
terpencil, jauh dari keramaian manusia, disitu aku ingin Lin lin melahirkan beberapa orang anak
untukku, kami akan melewatkan hidup sebagai rakyat biasa, nah coba kau bayangkan sendiri,
sebagai seorang rakyat biasa yang hidup terpencil, apa gunanya pedang mestika itu bagiku?"
Selesai berkata, ia segera melompat turun ke dalam jurang tersebut dengan gerakan yang amat
cepat. Sambil termangu mangu, Ang Thian tong berdiri disisi jurang sambil memegang pedang Leng
Gwat kiam, ia tertegun untuk beberapa saat.
Sementara itu, Hay Jin yang berada dikejauhan dapat menyaksikan semua peristiwa dengna
jelas. Ia pun melihat bagaimana Kim Thi sia terjunkan diri ke dalam jurang...
Sambil menangis tersedu sedu, ia segera memburu kedepan...
Dengan gerakan cepat Ang Thian tong memburu kedepan, menghalangi jalan pergi istrinya.
Sambil menangis dan berteriak, Hay Jin mengumpat.
"Ang Thian tong, kau binatang jahat, mengapa kau memaksa Kim Thi sia untuk bunuh diri?"
"Kim Thi sia, dia... dia rela terjun sendiri ke dalam jurang!!"
"Omong kosong, dia.. apa yang dia katakan kepadamu?"
"Dia berharap kita bisa hidup rukun sebagai suami istri yang bahagia dan mempunyai beberapa
orang anak..." "Tidak mungkin, aku benci... aku benci dirimu..."
"Hay Jin, jangan terlalu emosi.. demi anak kita..."
"Anak kita?"" Hay Jin tertawa kalap,
"Benar.. aku harus memelihara anak ini, setelah dewasa nanti aku akan menyuruh anak ini
membunuhmu!!!" "Aaahh. mana boleh jadi.. aku toh ayahnya.."
Tapi Hay Jin tertawa tergelak bagaikan orang yang kalap, sambil memegangi perutnya yang
mulai membesar, dia berlarian menuruni bukit..
Ang Thian tong kaget, cepat cepat dia memburu mengikut dibelakangnya...
Ketika suasana mulai hening, nun jauh dibawah jurang sana terlihat seorang pemuda sedang
berjalan dengan langkah lebar meninggalkan lembah tersebut, dia adalah jago kita, Kim Thi sia.
Setelah melompat turun dari atas jurang tadi, ia telah menggunakan segenap kemampuan yang
dimilikinya untuk melayang turun didasar Lembah dengan selamat.
Kini tujuannya tinggal satu, yaitu menemukan kembali Lin lin, ia percaya Lin lin masih
mencintainya dan menantikan kedatangannya, ia pun tahu keselamatan jiwa lin lin terjamin karena
ia dikawal oleh si unta sahabatnya yang sering justru memusingkan kepalanya.
Berapa tahun kemudian....
Kadang kala ada pemburu yang melihat sekeluarga kecil manusia bermunculan disekitar sebuah
bukit yang tinggi dan terpencil itu dan jauh dari keramaian manusia, tapi bila mereka berusaha
menyelidikinya, bayangan tersebut tidak pernah ditemukan kembali.
Siapakah mereka" Mungkinkah keluarga Dewi yang sedang berpesiar dari khayangan"
Tentu saja tidak, sebab keluarga yang sering munculkan diri itu bukan lain adalah Kim Thi sia
bersama Lin lin dan beberapa orang putra putrinya, semenjak hidup mereka mengasingkan diri
ditempat tersebut, mereka dapat melewatkan sisa hidupnya dengan gembira dan penuh
kedamian. Dan sampai disini pula kisah "LEMBAH NIRMALA" ini. semoga anda puas dan bertemu di lain
cerita. ==TAMAT== Golok Naga Kembar 2 Harimau Kemala Putih Karya Khu Lung Pedang Kiri 21