Lembah Nirmala 9
Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 9
Thi sia mendengus. "Setiap kali menyinggung soal dia, hatiku menjadi sangat mendongkol.
Hmmm, apanya yang hebat sih dari dirinya" Mau pergi biarkan saja pergi, aku sih tidak kelewat
membutuhkan dirinya......"
"Pahit dalam perut, manis diujung bibir, kau tak perlu mengelabuhi diriku" kata pelajar bermata
sakti cepat. "Aku tahu rasa cintamu kepadanya sangat mendalam. Kalau bukan demikian, tak nanti
kau akan begitu mendongkol dan marah"
"Sudahlah, persoalan ini tak usah disinggung kembali, gara-gara dia, aku telah melakukan
perbuatan yang menyalahi abang seperguruanku sendiri setiap kali teringat akan dia....aaaai.
sudahlah tak usah dibicarakan terus toh perempuan didunia ini bukan cuma dia seorang toh
perempuan didunia ini belum mampus semua"
"Kau tahu, Lin lin mempunyai sebuah rahasia dan kebetulan rahasia tersebut dapat kuketahui"
kata sipelajar bermata tajam dengan nada sungguh-sungguh.
"Apa rahasianya?" tanya Kim Thi sia cepat. "Apakah dia sudah berhubungan intim dengan pria
lain?" "Bukan begitu maksudmu"
"Lalu apa rahasianya?" gumam Kim Thi sia makin gelisah. "Apakah dia masih mempunyai
persoalan lain yang belum pernah diberitahukan kepadaku......?"
" orang she Kim, rasa cintamu kepadanya sudah kau perlihatkan secara jelas dalam kata-kata
serta mulut wajahmu. sekarang kau jangan mencoba mengelabuhi diriku lagi"
"Tapi......aku benar-benar sudah tidak menaruh kesan baik lagi kepadanya, seandainya ada, itu
dulu, sekarang aku sama sekali sudah tidak memikirkan tentang dirinya lagi"
" Inginkah kau mengetahui rahasianya?" tiba-tiba pelajar bermata sakti bertanya sambil tertawa
dingin. Kim Thi sia ragu-ragu sejenak, tapi toh akhirnya dia menebalkan muka seraya mengangguk.
Pelajar bermata sakti mendengus dingin sambil melirik sekejap kearahnya dengan pandangan
rendah katanya: "setelah kalian cekcok dan berpisah tadi, Lin lin berjalan terus menuju kedepan situ diikuti lima
orang lelaki kekar, karena tempo hari aku pernah berjumpanya sekali, maka etelah melihat dirinya
dari kejauhan, akupun segera memperhatikan dirinya secara sungguh-sungguh"
"Aku tahu" tukas pemuda itu cepat, "ayoh katakan apa rahasianya"
"Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi kuikuti mereka secara diamdiam,
sebetulya aku ingin mengetahui sedikit tentang keadaanmu, tapi disaat kalian sedang
cekcok tadi, sesungguhnya akupun sudah mengintai tak jauh disana, aku lihat paras muka kelima
orang lelaki kekar itu agak aneh, sebelum berbicarapun mereka saling memberi tanda, mula-mula
kukira kelima orang lelaki itu akan berniat jahat kepadamu, tapi sesaat kemudian kurasa hal ini
pun tak mirip. sebab sikap mereka terhadap dirimu cukup menghormat."
"Tatkala kalian telah berpisah dan kau jatuh tak sadarkan diri, sebetulnya aku ingin segera
menolongmu, tapi tiba-tiba saja kujumpai sudut mata Lin lin telah basah oleh air mata, karena itu
timbul suatu perasaan aneh dalam hati kecilku sekalipun sikap Lin lin dihadapanmu dingin dan
hambar, mengapa disaat berpisah ia dapat menunjukkan sikap berat hati" Perubahan tersebut
berlangsung dalam waktu yang singkat, sebagai lelaki yang kasar kau tak menemukannya, tapi
perubahan sikap tersebut tak nanti bisa lolos dari ketajaman mata saktiku."
"Tak lama kemudian mereka telah menempuh perjalanan sejauh satu li, saat itulah tiba-tiba Lin
lin menangis terseduh, isak tangisnya amat memedihkan hati, cepat-cepat kukerahkan ilmu
meringankan tubuhku untuk menyembunyikan diri dibalikpohon besar, pada waktu itu kelima
orang lelaki kekar tadi berusaha membujuk dan menghiburnya, tapi Lin lin tak mau menuruti,
sambil menangis dia bahkan menegur kelima orang itu yang dibilang cara yang diajarkan tak
benar sehingga menyebabkan kesalahan paham, diantara kalian bertambah dalam."
"sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Kim Thi sia tertegun berapa saat.
"sikap dingin dan tak acuh dari Lin lin sesungguhnya hanya sikap berpura-pura, karena
sesungguhnya dia amat mencintaimu, ingin berbaikan lagi denganmu. Tapi dia menuruti nasehat
dari kelima lelaki kekar tadi untuk berlagak menjauhi dirimu. Ya....kelima orang lelaki itu memang
sudah berpengalaman cukup dalam masalah cinta, tipu muslihat mereka memang cukup banyak.
tapi kali ini mereka salah perhitungan, akibatnya dialah yang menjadi korban-"
"Kalau begitu sikap dingin dari Lin lin tak lain dikarenakan dia ingin kembali kesisiku sehingga
sengaja berbuat demikian?"
"Tentu saja, tapi kelima orang tersebut tidak memahami perasaanmu, mereka mengira cara
tersebut pasti akan berhasil untuk membawamu kembali kesisi Lin lin- sayang seribu kali sayang
akhirnya mereka justru melukis ular diberi kaki, bukan kebaikan yang dingin, kerenggangan
hubungan yang terjadi, kalian berdua harus menjadi korban kesalahan tafsir mereka........"
Makin dipikir Kim Thi sia merasa pendapat tersebut makin mendekati kebenaran, diapun dapat
merasakan betapa cinta dan mesrahnya sikap Lin lin terhadapnya.
Tak kuasa lagi hatinya menjadi kecut rasa sedih dan menyesal pun seketika menyelimuti
seluruh perasaannya. "Kalau begitu aku takpantas menegur dan memakinya dengan suara keras....." dia bergumam
lirih. "Yaa, berita itu boleh dibilang merupakan berita baik, terhitung juga sebuah rahasia besar,
tujuanku mengutarakan rahasia ini tak lain adalah berharap agar kau jangan bertindak dan
mengambil suatu keputusan hanya berdasarkan perasaan. Berdasarkan pada luapan emosi, tapi
pikir dan pertimbangkan dulu sematang- matangnya."
Padahal tujuam yang sebenarnya dari pelajar bermata sakti bukanlah begitu, sudah barang
tentu diapun tak bisa mengungkapkan rahasia dari tujuan sesungguhnya kepada Kim Thi sia.
sementara itu Kim Thi sia telah berteriak keras:
"Kalau begitu aku harus mencarinya hingga ketemu......."
Tanpa terasa dia mengeluarkan kotak Hong wan dan membelainya dengan penuh kasih sayang,
dengan memegang kotak itu dia merasa bagaikan sedang memeluk Lin linsebaliknya
sipelajar bermata sakti seakan-akan beru saja menemukan suatu peristiwa besar
yang amat mengejutkan hati sepasang matanya terbelalak lebar-lebar dan mengawasi kotak
tersebut tanpa berkedip. mulutnya terbungkam sementara rasa terkejut bercampur keheranan
mencekam seluruh perasaan hatinya.
Menyusul kemudian dengan suatu gerakan yang amat cepat dia berusaha menyambar kotak
Hong wan tadi. Namun Kim Thi sia sudah membuat persiapan, ketika sipelajar bermata sakti menggerakkan
tangannya untuk merebut, ia segera menggunakan jurus "mengumpulkan awan membuyar kabut"
dari ilmu pedang panca Buddha untuk menyongsong datangnya gerakan tersebut sambil
bentaknya keras-keras: "Hey pelajar bermata sakti, bila kau berani bertindak secara sembarangan, aku akan
musnahkan kotak ini"
Dalam waktu singkat pelajar bermata sakti merasakan dihadapan matanya telah muncul
berlapis-lapis bayangan tangan yang muncul dari empat empat arah delapan penjuru, dalam
terkejutnya ia segera menarik kembali serangannya sambil berseru:
"orang she Kim, kau jangan salah paham, aku sama sekali tak bermaksud untuk merebut benda
itu, sesungguhnya........"
"sesungguhnya kotak Hong wan adalah sebuah benda mestika bukan?" sambung Kim Thi sia
setengah mengejek. Pelajar bermata sakti segera mendengus dingin.
"Kau jangan mengaco belo secara sembaragan terus terang saja kubilang barang siapa
membawa benda ini maka jiwanya akan berada diujung tanduk sering kali dalam keadaan tanpa
sadar dia akan kehilangan jiwanya secara percuma. Kini aku berusaha merebut benda tersebut
karena terdorong niat baikku, bila kau menganggap aku berambisi untuk mendapatkan mestika
tersebut, hal ini sama artinya kau punya mata namun tak berbiji." Kim Thi sia segera tertawa
mengejek. "Heeeeh.......heeeeeh.......heeeeh......apa gunanya kau membantah" Bukankah secara terangterangan
kau telah berusaha merebutnya barusan" Kalau dibilang hal tersebut terdorong oleh niat
baik, Hmmm, siapa pula yang mau percaya?"
Paras muka sipelajar bermata sakti berubah hebat agaknya semenjak dilahirkan dari rahim
ibunya, belum pernah ia peroleh penghinaan seperti ini, tapi hanya sejenak saja sikapnya telah
pulih kembali seperti sedia kala, hanya sepasang "mata iblis" nya memancarkan sinar tajam yang
amat menggidikkan hati. "Aku tak akan menghalangi bila kau tak ingin hidup lebih lama" katanya kemudian-"Tapi
kuanjurkan kepadamu, lebih baik rahasiakan benda tersebut dan jangan biarkan siapapun
mengetahui rahasia tersebut, kalau tidak bukan cuma gembong-gembong jago persilatan saja
yang akan mengancam jiwamu, bahkan-........"
Berbicara sampai disini, tiba-tiba ia merasa seperti sudah salah berbicara hingga cepat-cepat
menutup mulutnya kembali. sementara sorot matanya yang tajam mengawas wajah Kim Thi sia
tanpa berkedip. Dasar bodoh, ternyata Kim Thi sia tidak bisa menangkap arti yang lebih mendalam dari
perkataan tersebut, dia masih menganggap perkataan tersebut sebagai ucapan mendongkol
seseorang. Dengan cepat dia menyimpan kembali kotak rahasia tersebut kedalam sakunya, kemudian
dengan pandangan curiga dia memandang lagi kearah sipelajar bermata sakti.
"Tak usah curiga, nilai dari kotak Hong wan tersebut akan membuat dirimu mimpipun
takpernah menduganya sama sekali. Kalau bukan demikian, orang persilatan tak akan memandang
tinggi benda tadi." "Loheng, apa maksudmu?"
"Babi goblok" umpat pelajar ebrmata sakti tak senang hati. "Kau bakal mendapat kembali
nyawamu dengan mestika yang terkandung dalam kotak tersebut, masa soal beginipun tidak
kaupahami?" Kim Thi sia kontan saja mencak-mencak kegusaran ketika mendengar dirinya dimaki sebagai
babi goblok. teriaknya keras:
"Loheng, kalau berbicara sedikitlah tahu diri, kalau kubilang tidak mengerti berarti aku benarbenar
tak mengerti. sampai sekarangpun aku masih belum mengetahui dengan jelas apa gerangan
yang telah terjadi. Kau jangan sedikit-dikit memaki orang, kau tahu biar sampai dimanapun Kim
Thi sia tak akan takut kepadamu" Dengan kening berkerut, pelajar bermata sakti segera berseru
penuh amarah: "Kau benar-benar manusia yang tak tahu diri, setengah hidupku sudah banyak orang yang
kutolong, namun belum pernah kujumpai manusia yang tak tahu adat macam dirimu. Hmmm,
anggap saja aku sudah repot selama setengah harian dengan percuma......."
"Bila kau mengajakku berbicara secara baik-baik, tentu saja aku akan berterima kasih
kepadamu, tapi bila kau memaki diriku sebagai babi goblok. tentu saja aku tak terima......"
"sudah memandang pada keadaanmu yang hampir mampus, aku tak akan ribut lebih jauh tapi
suatu ketika bila kau beruntung dapat hidup dan bersua lagi denganku, saat itulah aku akan
memberi pelajaran yang setimpal atas kelancanganmu hari ini" selesai berkata dia segera
membalikkan badan dan siap beranjak pergi dari situ.
Kim Thi sia dengan watak kerbaunya merupakan seorang pemuda yang tak bisa dihadapi
secara keras. Ketika mendengar perkataan tersebut dia segera menarik mukanya dan berteriak
keras: "Loheng, tak usah dibilang lain kali, sekarangpun aku tak akan takut menghadapi dirimu"
Bila berada dihari-hari biasa, Kim Thi sia bakal berbuat demikian lancang, dan tak tahu diri.
Tapi berbeda sekali dengan keadaan sekarang. Kesatu sikap aneh dari pelajar bermata sakti
adalah sikap yang tak bisa dihadapi siapapun dengan begitu saja kedua sifat berangasannya
akibat penderitaan putus cinta membuat pemuda itu gampang suka naik pitam dan mengumbar
hawa amarahnya. Pelajar bermata sakti sudah berjalan berapa langkah ketika mendengar perkataan tersebut,
tiba-tiba ia membalikkan badan dan berseru dengan suara dingin
"orang she Kim, kau jangan berkaok-kaok seperti setan kelaparan, bukan aku memandang hina
dirimu. sekalipun kau beruntung bisa hidup lima tahun lagipun belum tentu kau bisa
menandingiku" Kim Thi sia yang pada dasarnya sudah gusar, kini semakin meluap amarahnya setelah
mendengar perkataan itu, sedemikian gusarnya sampai tangan dan kakinya gemetar keras, kalau
bisa dia ingin selepasnya memperoleh kembali seluruhnya kepandaian silatnya lalu berduel tiga
jurus dengan orang tersebut.
" orang she Kim" kata pelajar bermata sakti lagi. "sekarang juga aku hendak pergi dari sini,
kuharap kau bisa melanjutkan hidup segera sehat walafiat. Bila ada kesempatan carilah aku untuk
berduel serta melampiaskan semua rasa kesalmu selama ini. Dan akhirnya aku perlu
menganjurkan kepadamu cara yang paling aman dan paling terjamin untuk menyelamatkan diri
adalah berusaha mempelajari ilmu silat yang ada didalam kotak Hong wan itu"
Tergerak perasaan Kim Thi sia sesudah mendengar perkataan itu, namun sebagai pemuda yang
keras kepala, dia tak ingin mengaku kalah dihadapan orang lain, katanya acuh tak acuh:
"Mati hidup berada ditangan Thian, aku Kim Thi sia bukan manusia yang takut mampus, bila
kau hendak pergi, soal ini merupakan kebebasanmu sendiri, aku tak ingin turut mencampurinya. "
Pelajar bermata sakti mendengus dingin, dalam dua tiga lompatan saja ia sudah berkelebat
menuju kejalan dan sesaat kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
"setan busuk" Kim Thi sia segera bergumam. "Lima tahun kemudian bila aku tak mampu
menghajarnya sampai sekarang minta ampun, mungkin setanpun akan merasa keheranan-..."
Tiba-tiba serombongan burung gagak terbang melintas dan meninggalkan suata pekikan yang
memilukan hati. Kim Thi sia merasakan hatinya bergidik, bayangan kematian seakan-akan
menyelimuti sekeliling tubuhnya.
Tiba-tiba dari kejauhan situ berkumandang datang suara nyanyian yang amat merdu. suara itu
makin lama makin mendekat, dengan gembira Kim Thi sia melompat bangun dan menengok
kearah mana datangnya suara nyanyian merdu itu.
Tapi dengan cepatnya dia telah melihat suatu benda yang amat dikenal sekali olehnya, yaitu
sebuah tandu kecil yang digotong oleh tiga manusia raksasa. orang-orang itu amat dikenal
olehnya dan membuat pemuda tersebut merasakan hatinya tercekal, buru-buru ia duduk kembali
keatas tanah. Untuk sementara waktu ini dia tak ingin bertemu dengan putri Kim huan beserta ketiga orang
pengawal, apalagi dalam keadaan lemah seperti ini, dia tak ingin menjadi bulan-bulanan mereka
lagi. Tak lama kemudian rombongan tandu itu sudah pergi menjauh dan lenyap dikejauhan sana.
sudah satu jam lebih Kim Thi sia duduk termenung, ketika teringat akan lin lin tanpa terasa ia
mengeluarkan kembali kotak Hong wan tersebut dan membelainya dengan penuh kasih sayang.
Tapi rasa sakit yang dirasakan dalam tubuhnya segera menyadarkannya kembali dari lamunan,
tiba-tiba saja ia teringat dengan perkataan sipelajar bermata sakti tadi.
Akhirnya terdorong rasa ingin tahu dia membuka kotak Hong wan tersebut serta diperiksa
isinya. Namun dengan cepat ia menghela napas kecewa isi kotak tersebut bukan benda mestika
melainkan sebuah lentera kecil yang terbuat dari tembaga hijau.
Lentera hijau itu tidak ada yang aneh dan nampak sederhana sekali, Kim Thi sia tidak habis
mengerti dimanakah letak ke mestikaan benda tersebut hingga menjadi benda rebutan umat
persilatan-......" Dengan perasaan mendongkol ia membuang lentera kecil itu kesudut pohon, tapi saat itu juga
dia seperti mendengar suara dentingan lirih dari balik lentera kecil itu.
Menghadapi kematian yang serasa makin didepan mata, Kim Thi sia merasakan pikirannya
berubah menjadi semakin tenang, tiba-tiba pikirnya:
"Mengapa aku tidak membuka lentera ini dan diperiksa apa isinya" Paling tidak aku bisa
mengisi waktu yang senggang ini dengan kesibukan?"
Begitu ingatan tersebut melintas lewat, dia pungut kembali lentera kecil itu serta digoyangkan
berulang kali. Dari dalam lentera segera bergema suara dentingan kecil,seolah-olah ada dua lembar besi yang
saling beradu satu lainnya.
"Benar-benar aneh sekali" demikian dia berpikir, seharusnya dalam lentera berisi banyak,
kenapa dalam lentera ini justru disimpan dua benda kecil tersebut?"
Didorong oleh rasa ingin tahu, iapun memasukkan jari tangannya kedalam lentera tadi serta
dirabanya benda kecil dalam lentera tersebut.
Ternyata disitu terdapat dua benda bulat yang lunak dan halus menyerupai dua buah bola kecil,
berbeda sama sekali dengan dugaannya yang semula yaitu benda sebangsa besi. "sungguh aneh"
kembali pemuda itu berpekik.
sekarang dia baru teringat dengan ucapan dipelajar bermata sakti yang dinilai mempunyai
maksud dalam satu ingatan segera melintas dalam benaknya. "Aaaaah, ternyata benda ini
memang luar biasa......" kembali gumamnya lirih.
Maka dengan berhati-hati sekali dia masukkan jari tangannya untuk mengorek keluar benda itu
namun sayang mulut lentera kelewat kecil, biarpun sudah dikorek setengah harian lebih namun
benda yang bulat lunak itu belum berhasil dikorek keluar.
semakin susah benda itu diambil, semakin besar pula rasa ingin tahu pemuda ini, dalam
gelisahnya dia segera mencoba menjepit bola kecil yang empuk itu dengan jari tangannya lalu
berniat menekannya lebih kecil agar bisa dikorek keluar.
Akan tetapi bola kecil yang empuk itu betul-betul aneh sekali, kalau hanya disentuh benda
tersebut terasa lunak. maka tatkala dijepit dengan tenaga ternyata berubah menjadi keras seperti
baja. Kim Thi sia menjadi kerepotan setengah mati, dia sudah berusaha setengah harian lebih hingga
bermandi keringat, namun usahanya tak pernah berhasil......
Dalam keadaan begini, watak kerbaunya lagi-lagi muncul, sambil menuding kearah lentera kecil
itu umpatnya: "Setan sialan, kau tak usah bergaya. Lihat saja locu banting dirimu sampai remuk"
Tentu saja ucapan mana hanya kata-kata orang mendongkol. Benda tersebut dipandang
sebagai mestika oleh umat persilatan. sudah barang tentu dia tak akan membuang lentera hijau
tadi dengan begitu saja. Pikir punya pikir, tiba-tiba saja pemuda itu merasakan dadanya menjadi lega dan nyaman
sekali, gerak geriknya terasa lebih enteng dan cekatan. Diam-diam ia berpikir dengan terperanjat:
"Hey, apa yang telah terjadi" sepertinya ada orang telah mengobati luka dalamku secara diamdiam"
Kalau bukan begitu, kenapa tubuhku yang semula terasa tersiksa, kini terasa begini nyaman
dan segar?" Makin dipikir dia semakin keheranan, makin keheranan diapun semakin ingin tahu apa
gerangan yang telah terjadi.
Buru-buru dia mencoba bangkit berdiri serta mengatur pernapasan, seketika itu juga ia merasa
dadanya amat lega. Hawa murninya berputar seperti keadaan sebelum terluka.
Ia makin terkejut lagi sewaktu telapak tangannya diayunkan menghantam sebatang pohon
besar yang tumbuh disamping kirinya. "Plaaaakkk......" diiringi suara keras, pohon itu bergetar
keras dan daun serta ranting berguguran keatas tanah.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Waaah.....sungguh aneh" teriaknya dengan perasaan amat terperanjat. "Mungkin ada kejadian
yang begini aneh didUnia ini?"
sepanjang hidup ia paling takpercaya dengan segala yang gaib, tiap orang menyinggung
masalah tersebut, dengan kening berkerut ia selalu memaki orang itu sebagai gila.
Tapi sekarang, kepercayaan atas hal tersebut mulai goyah, dia mulai curiga jangan-jangan
memang ada setan atau dedemit yang telah menembuhkan luka dalamnya itu. Tiba-tiba ia teringat
dengan benda lunak dalam lentera kecil itu, segera pikirnya:
"sudah pasti gara-gara tersebut, tentu benda ini yang membuat ulah. sewaktu dibuang tadi
rasanya begitu lunak. tapi ketika berbenturan menimbulkan suara seperti besi, benda ini aneh bin
ajaib, sudah pasti kesembuhan lukaku dikarenakan benda ini." Berpikir sampai disitu, gumamnya
lebih jauh: "Kalau begitu bukan tanpa sebab Ciang sianseng menyiarkan berita yang mengatakan bahwa ia
bersedia mewariskan segenap ilmu silatnya untuk ditukar dengan benda ini, tapi apa gunanya
Ciang sianseng mencari benda ini" ilmu silatnya telah mencapai tingkatan kesempurnaan- Air dan
api susah melukai tubuhnya, masa dia seperti aku juga, menderita luka yang parah....."
Persoalan semacam ini tak ingin dia pikirkan lebih jauh. sebab ia sekarang mempunyai
kekuatan, dengan kekuatan ini dia bisa menyelesaikan banyak persoalan.
Karenanya cepat-cepat dia menyimpan kembali kotak mestika itu, namun ditemukan pakaian
bagian atasnya telah lenyap tanpa terasa pikirnya ragu:
"sekarang aku harus mencari pakaian dulu sebelum pergi menyelesaikan persoalanpersoalanku.
" Ditengah hutan sulit baginya untuk mencari pakaian, setelah berpikir sesaat diapun mengambil
daun pohon yang diikatnya menjadi satu sebagai pengganti baju, lalu dengan menelusuri jalan
setapak ia berangkat menuju kearah barat. sepertanak nasi kemudian-......
Dari kejauhan tiba-tiba bergema suara petikan khiem yang amat merdu. Kim Thi sia cukup
mengenal suara tadi, karena tempo hari diapun pernah mendengar irama tersebut disaat ia
disekap dalam kamar penginapan-
Dengan cepat ia merubah arah tujuannya, dengan langkah lebar pemuda itu bergerak
mendekati sumber irama medu itu.
Ia mengerti, putri Kim huan sangat menyukai pedang Leng gwat kiamnya, oleh sebab itu sudah
dapat dipastikan pedang mestika itu pasti berada didalam tandu.
Ia tak kuatir putri Kim huan akan bersedih hati karena kehilangan pedang Leng gwat kiam yang
hendak dirampasnya sekarang, sebab dia memang tak menaruh simpatik terhadap gadis tersebut.
sepanjang jalan ketiga orang raksasa tersebut itu tidak sadar kalau dibelakang mereka bertiga
ada orang yang menguntil. Hal ini bukan disebabkan tenaga dalam mereka bertiga belum
mencapai puncak kesempurnaan, tapi disebabkan irama khiem yang begitu merdu telah mengisap
semua perhatiannya. Tanpa bersusah payah Kim Thi sia mendekati tandu kecil itu hingga jarak tiga kaki, satu ingatan
segera melintas dalam benaknya, diam-diam ia mengambil sebutir batu besar lalu dilemparkan
kesisi kiri arena. "Blaaaaaaaaaaaammmmm........."
Jangan dilihat ketiga orang raksasa itu besar lagi bebal, disaat bergema suara lirih serentak
mereka mengalihkan perhatiannya kearah mana batu besar itu jatuh. Bahkan seorang diantaranya
segera melambung diangkasa dan melancarkan dua serangan dahsyat yang menggempur batu
besar tadi sehingga hancur berkeping-keping.
Walaupun Kim Thi sia amat terkejut melihat kelihayan musuhnya, namun ia tak berani berayal,
memanfaatkan kesempatan disaat ketiga orang itu mengalihkan perhatiannya kearah lain dengan
gerakan cepat ia menyusup kesisi tandu dan menyingkap tirainya.
Begitu tirai tersingkap dengan sorot mata yang tajam Kim Thi sia memandang sekejap
sekeliling tandu, belum sempat putri Kim huan menjerit kaget tahu-tahu pedang Leng gwat kiam
telah terjatuh ketangannya.
setelah pedang berada ditangan, Kim Thi sia tak mampu menahan diri lagi, ia segera tertawa
tergelak suaranya keras memekikkan telinga.
Gerak reftek dari ketiga manusia raksasa itu sungguh mengagumkan, tahu-tahu seorang
diantara mereka sudah membalikkan badan sambil melancarkan sebuah sapuan kilat sementara
sepasang tangannya direntangkan mengancam tubuh bagian atas dan bawah musuh.
Kim Thi sia tidak gentar menghadapi ancaman tersebut, dengan tanpa ragu-ragu dan
mengeluarkan jurus "bunga pedang diatas api" dan "bayangan pedang dibalik salju" dari ilmu
pedang panca Buddha untuk membendung datangnya ancaman. "sreeeet......sreeeeet........"
Dibawah babatan pedang Leng gwat kiam yang memancarkan hawa dingin, terasa segulung
angin serangan dahsyat mengancam dua orang raksasa yang berada dekat dengannya.
Begitu hebat serangan tersebut, mau tak mau terpaksa kedua orang raksasa itu berpekik keras
dan melompat mundur kebelakang. Kim Thi sia segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah.....haaaah.....bila tidak puas, silahkan untuk mencoba lagi, biar aku cuma
selembar jiwa, kita lihat saja nyawa kalian bertiga yang bakal ludas atau nyawaku seorang......"
Dengan suatu gerakan cepat ketiga orang raksasa itu sudah saling memberi tanda sambil
melakukan gerakan mengepung, senyum menyeringai yang menyeramkan menghiasi orang-orang
itu, seolah-olah seratus persen Kim Thi sia bakal mampus ditangannya.
Jangan dilihat Kim Thi sia kasar orangnya, ia memiliki kecerdasan otak yang luar biasa, dalam
keadaan begini dia tak berani untuk bertindak gegabah, sambil berdiri menanti pedangnya
disilangkan didepan dada, sementara telapak tangan kirinya siap melepaskan pukulan.
Ketiga orang raksasa itupun tidak ambil diam, sambil mengerahkan tenaga masing-masing
hingga terdengar suara gemerutukan nyaring, ketiga orang itu siap melancarkan serangan
mematikan. Disaat yang amat kritis itulah mendadak terdengar bentakan nyaring bergema dari balik tandu.
"Tunggu dulu" Ketiga orang raksasa serentak menghentikan gerakannya sambil menunjukkan wajah tak
senang. Mereka heran apa sebabnya majikan mereka selalu berusaha menghalangi usaha mereka
bertiga setiap kali mereka hendak membunuh Kim Thi sia, padahal orang lain tak pernah saat
keadaan demikian. Tentu saja mereka bertiga tak berani banyak bertanya, sebab bila hal tersebut ditanyakan,
majikan mereka selalu naik darah dan memerintahkan mereka berlutut berjam-jam lamanya
sebagai hukumansementara itu putri Kim huan telah melirik sekejap kearah Kim Thi sia, sesaat kemudian dia
mengulurkan tangannya yang putih seraya berkata:
" Kembalikan kepadaku"
Kim Thi sia paling benci melihat sikap sinona yang sangat sombong itu, dengan sinis ia
mendengus, lalu jengeknya: "Apa kau bilang?"
" Kembalikan pedang itu kepadaku"
Kim Thi sia berlagak tidak mengerti, sambil garuk kepala ia bertanya lagi: "Kau sedang
memerintah kepadaku ataukah memohon kepadaku?"
Putri Kim huan segera mengepal tangannya kencang-kencang, sesaat lamanya ia tak
mengucapkan sepatah katapun, jelas ia sedang marah karena ulah pemuda tersebut. Melihat
sinona sudah marah, Kim Thi sia segera mengejek kembali: "Apakah kau sedang memberi
perintah?" "Benar" Kim Thi sia sengaja menjulurkan lidahnya dan mengejek.
"Sejak kapan sih pedang Leng gwat kiam ini menjadi benda milikmu?"
"Aku tak ambil perduli soal itu, pokoknya pedang tersebut harus kau kembalikan kepadaku bila
tak ingin mendapat kesulitan"
"Waduh......gayamu memang luar biasa aku toh baru saja bertanya. sejak kapan pedang
mestika ini menjadi benda milikmu" Memangnya kau membeli dariku" Atau mungkin kau mencuri
milikku?" "Aku telah membelinya darimu"
Kim Thi sia memang berniat membuat gadis ini jengkel, ia sengaja membuat muka setan dan
berseru sambil menjulurkan tangannya kemuka.
"Mana uangnya" Yang penting bagi suatu transaksi dagang adalah pembayaran kontan-Kau toh
tak bisa membayar pedang Leng gwat kiam ku hanya dengan ucapan kosong......."
"Uangnya toh sudah kuserahkan kepadamu, kau jangan mungkir" seru putri Kim huan sewot.
"Apa iyah?" Kim Thi sia pura-pura keheranan- "Tapi aku tak pernah menerima uangmu, coba
lihat dandananku sekarang seandainya aku ini berduit, buat apa aku memakai daun pohon sebagai
baju......." Putri Kim huan marah sekali, dia tahu pemuda tersebut memang sengaja mengejeknya. Tapi
pedang Leng gwat kiam sudah jatuh ketangan pemuda itu, meski mangkel gadis itupun tak bisa
berbuat banyak. Terpaksa dia berkata lagi:
"Aku tak mau tahu, pokoknya sebelum pedang itu dikembalikan kepadaku, jangan nanti kau
bisa kabur dari sini" Kim Thi sia segera tertawa.
"ooooh, kau tak boleh aku pergi, suruh aku tidur disini" sekarang hari sudah larut malam,
apakah aku harus tidur ditempat terbuka. Aku bisa sakit parah kalau tiduran ditempat terbuka
seperti ini" "Lebih baik kau mampus saja" teriak putri Kim huan marah sekali. "Aku membencimu setengah
mati" Mendengar perkataan ini Kim Thi sia segera membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
"Kau hendak kabur?" teriak putri Kim huan-
Kim Thi sia tak ambil perduli, dia tetap melanjutkan perjalanannya kedepan-
Berubah hebat paras muka putri Kim huan yang cantik, ia tak bisa menahan diri lagi. segera
bentaknya: "Berhenti" Kali ini Kim Thi sia menghentikan langkahnya danpelan-pelan berpaling, kemudian dengan
suara mendongkol ia bertanya:
"Nona, ada urusan apa kau memanggilku."
"Kau jangan harap bisa melarikan diri" seru putri Kim huan dengan penuh kebencian-
"Melarikan diri?" Kim Thi sia membelalakkan matanya lebar-lebar. "siapa bilang aku hendak
melarikan diri?" "Kau masih mungkir, bukankah tadi...." Kim Thi sia segera menukas:
"ooooh.....bukankah kau menyuruh aku pergi mati" sekarang aku hendak pergi mati, mengapa
kau mengatakan aku melarikan diri?"
Putri Kim huan menjadi tertegun, dia sama sekali tak menyangka kalau Kim Thi sia akan
menggunakan permainan semacam ini untuk membungkamkan mulutnya. setelah termangu
sejenak. akhirnya dia baru berkata dengan gemas: " Kalau ingin pergi mampus, cepatlah mampus,
tapi tak usah kau bawa serta pedang itu"
JILID 17 "Kalau aku pergi untuk mampus?" Kim Thi sia balik bertanya sambil membuka matanya lebarlebar
dan tertawa mengejek. "Apa pula yang hendak kau lakukan?"
Sekali lagi putri Kim huan dibuat termangu, rasa mangkel yang tak tersalur keluar membuat
paras mukanya berubah, sementara butiran air mata jatuh bercucuran membasahi wajahnya.
Baru pertama kali ini dia merasakah pembalasan dari Kim Thi sia, meski baru permulaan namun
sudah cukup menyakitkan hatinya.
Akhirnya dia menjadi sangat lemah, sebab bila seorang yang keras kepala dan angkuh telah
bertemu dengan orang yang lebih keras kepala dan angkuh, maka sekalipun dalam hati kecilnya ia
mempunyai keangkuhan yang luar biasa, namun senang perasaan mana tak mampu dilampiaskan
keluar. Begitu pula keadaan putri Kim huan dihadapan Kim Thi sia sekarang, ia tak mampu
mengemukakan keangkuhan serta sikap ingin menangnya, entah mengapa kalau terhadap lelaki
lain ia selain bersikap acuh dan memandang rendah, sebaliknya terhadap Kim Thi sia ia
berpandangan lain- Sementara itu Kim Thi sia merasa gembira sekali setelah semua rasa mangkel yang
disimpannya selama berhari-hari akhirnya terlampiaskan keluar. Apalagi sesudah menyaksikan
gadis itu mencucurkan air mata dengan perasaan mendongkol ia amat gembira dan puas.
sambil memegang pedangnya ia segera berbalik badan dan pergi meninggalkan tempat itu.
Kali ini putri Kim huan tidak berusaha menghalanginya, malah sewaktu ketiga orang anak
buahnya berniat menghadang, ia justru membantu Kim Thi sia untuk menegur mereka sehingga
pemuda itu bisa pergi dari situ dengan bebas.
Kim Thi sia pun tidak mengucapkan kata-kata terima kasih, sebab dia menganggap hal ini
sudah seharusnya demikian, maka sambil tertawa katanya kemudian:
"Aku tak akan mencari gara-gara denganmu lagi, sebab pedang Leng gwat kiam telah kembali
ketanganku, tapi ingat bila kau berniat merampas pedangku lagi, jangan salahkan bila aku pun
akan menyatroni dirimu lagi."
"Aku tak menginginkan pedangmu lagi......" putri Kim huan berbisik lirih.
Kim Thi sia segera tertawa tergelak.
"Haaaaah......haaaah......haaaah......kalau begitu aku harus pergi sekarang, moga- moga
nasibmu selalu mujur"
Ia membalikkan badan dan segera beranjak pergi.
Putri Kim huan berusaha mengamati wajahnya, berharap pemuda itu menunjukkan sikap berat
hati untuk meninggalkannya, tapi gadis itu segera merasa kecewa, seperti tempo hari Kim Thi sia
tidak meninggalkan kesan apapun.
Pemuda itu bagaikan tak berperasaan, ia tak pernah memandang sebelah mata pun terhadap
gadis cantik. Tapi justru karena ia makin besar pula keinginan putri Kim huan untuk mendekatinya.
Karena ia berprinsip makin susah suatu benda diperoleh, makin berharga pula nilainya.
Dengan wajah termangu-mangu dia memandang hingga bayangan punggung Kim Thi sia
lenyap dikejauhan sana, perawakan tubuhnya yang kekar dan sikapnya yang angkuh dan keras
kepala, entah mengapa justru meninggalkan kesan yang indah didalam hati kecilnya.
Dengan langkah lebar Kim Thi sia memasuki sebuah kota, dia ingin mengisi perut
sekenyangnya dan beristirahat sepuasnya.
Tapi saat ini dia tak beruang barang sepeserpun, apalagi pakaian hanya terdiri dari daun
pepohonan, namun ia tak ambil perduli kesemuanya itu. Dengan langkah cepat dia memasuki
sebuah rumah makan. Rumah makan merupakan tempat berkumpulnya berbagai macam manusia, tak heran kalau
kehadiran Kim Thi sia dengan dandanan yang super luar biasa ini segera menarik perhatian orang
banyak. Hampir semua perhatian dan pembicaraan orang disitu tertuju kepadanya.
Kim Thi sia tak takut menghadapi semua masalah, tapi ia takut disebut orang bodoh. Apalagi
melihat sikap semua orang yang memandang aneh kearahnya, ibarat duduk diatas jarum, ia
merasa amat tak tenang. Dalam keadaan begini, kalau bisa dia ingin mencari seorang bajingan, merampas pakaiannya
dan mengganti baju dedaunan itu dengan pakaian yang layak.
sementara dia masih masgul, tiba-tiba dari arah meja sebelah timur muncul seorang laki
bermata tikus yang berjalan mendekati kearahnya.
sejak masuk kepintu rumah makan, Kim Thi sia sudah menaruh perhatian kepada mereka,
sebab beberapa orang itulah yang mentertawakan dia kelewat batas malah sambil menuding
kearahnya mereka mengejek dirinya sebagai orang "gunung", "orang liar".
Ia merasa amat gusar dan berniat memberi pelajaran kepadanya, hanya selama ini belum ada
kesempatan saja untuk berbuat begitu, maka disaat ia saksikan ada lima enam orang
menghampirinya untuk menggoda, Kim Thi sia menjadi sangat gembira.
seorang lelaki berwajah bopeng berjalan mendekati kemejanya, orang itu berlagak sok tahu
aturan dan bersikap hormat, sambil memberi hormat sapanya: "Selamat bertemu orang gunung,
terimalah hormat dari siaute"
"Ada urusan apa?" sambil menahan diri Kim Thi sia menegur. sibopeng itu berkata:
"Siaute melihat orang gunung bertubuh kekar dan berwajah segar, siaute tahu orang yang
hidup digunung mempunyai kebiasaan untuk hidup sehat dan kuat, itulah sebabnya kami mohon
petunjuk dari orang gunung, bagaimana caranya kami hidup agar umur kami panjang dan rejeki
kami luas?" Kim Thi sia mendongkol sekali mendengar ocehan tersebut, tapi ia masih mencoba untuk
menahan diri, tegurnya ketus:
"Aku bukan orang gunung, tidak mengerti bagaimana hidup berumur panjang, kau jangan
mengaco belo" sibopeng itu segera cengar cengir, dengan lagak sungguh-sungguh dia berkata lagi:
"orang gunung jangan bersungkan lagi. sejak pertama kali melihat diri andai tadi, kami sudah
tahu kalau orang gunung bukan manusia biasa, bila orang gunung sudi memberi petunjuk. kami
pasti akan berterima kasih sekali........."
Berbicara sampai disitu, sibopeng segera berpaling kearah rekan-rekannya sambil
mengerdipkan mata dan membuat muka setan, kontan saja rekan-rekan lainnya tertawa terbahakbahak.
Kembali sibopeng menyindir:
"Aku lihat orang gunung bertubuh gagah dan berwajah cerah bagaimana kalau orang gunung
ramalkan nasib kami untuk hari depan"
Kim Thi sia mulai tidak senang hati, serunya keras:
" Cepat minggir dari sini, sekali kubilang tak tahu, aku tetap tidak tahu, lebih baik jangan
mencari gara-gara." Gelak tertawa bergema lagi dari seluruh ruangan rumah makan, jelas mereka menganggap
kejadian ini sebagai suatu lelucon, bahkan semua orang berharap sibopeng itu bisa
mempermainkan Kim Thi sia lebih jauh.
Mendengar para tamu ikut tertawa senang, bopeng itu makin bersemangat, lagi-lagi dia
menggoda: "Aaaaaah, betul, kata orang makin lihay kepandaiannya makin sederhana orangnya, orang itu
pasti seorang pertapa sakti, nah saudara-saudara sekalian, inilah kesempatan baik buat kita untuk
meminta petunjuk emas dari orang gunung....ayoh kita beramai-ramai memohon kepada orang
gunung......" serentak rekan-rekan lainnya maju mengerubung, ada yang menarik-narik baju dedaunan Kim
Thi sia, ada pula yang menjura sambil memohon dan bahkan ada juga yang mengamati Kim Thi
sia dari atas hingga kebawah seperti menikmati barang "antik".
Bisa dibayangkan betapa rikuh dan gusarnya pemuda tersebut.
Akhirnya dia tak mampu menahan diri lagi, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia melompat
bangun dan mencengkram tubuh sibopeng lalu dihajarnya habis-habisanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
sibopeng itu segera menjerit kesakitan, suaranya mengenaskan seperti babi yang mau
disembelih. Rekan-rekan lainnya tak ambil diam melihat sibopeng dihajar. Merekapun segera menyambar
bangku dan bersama-sama dibentamkan keatas kepala Kim Thi sia.
Sejak ilmu silatnya pulih kembali, Kim Thi sia tak usah kuatir menghadapi berandal-berandal
kota itu, tak selang berapa saat kemudian ia sudah menghajar orang-orang itu hingga terkapar
ditanah dan tak mampu merangkak bangun kembali.
Tanpa sungkan-sungkan diapun melepaskan pakaian yang dikenakan sibopeng dan dikenakan
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditubuh sendiri. Mimpipun sibopeng tak mengira kalau ulahnya menimbulkan kerugian bagi pihaknya, dengan
ketakutan ia segera menjerit-jerit:
"Begal, tolong.......begaL Bocah keparat ini adalah begal, cepat kalian bekuk dan dibawa
kekantor polisi........"
Dengan acuh tak acuh Kim Thi sia meninggalkan rumah makan itu dengan langkah lebar, tak
seorangpun berani menghalanginya, begitu pula deengan para pelayan rumah makan, tak
seorangpun berani menghalangi kepergiannya dan minta uang sayur.
Hal ini membuat Kim Thi sia pun sudah terbebas dari kerikuhan karena tak punya uang untuk
membayar hidangan tersebut.
Sekarang ia berpakaian seperti orang biasa, tak ada yang mengawasinya dengan sorot mata
aneh lagi. Berapa jauh ia telah menelusuri jalan kota, tiba-tiba dari depan situ muncul seorang lelaki kurus
bertubuh kerempeng yang melemparkan senyuman lebar kearahnya. Kim Thi sia tertegun, segera
pikirnya: "Aku tak kenal dengan orang ini, mengapa dia tertawa kepadaku" sungguh aneh"
Lelaki itupun tidak menegur atau menyapa, sewaktu tiba dihadapannya, mendadak ia seperti
tersandung batu hingga badannya terperosok kemuka.....
Karena selisih jarak mereka berdua begitu dekat, cepat-cepat Kim Thi sia memayang badannya,
dengan tak mengundang banyak orang itu sudah ditegakkan kembali.
"sobat" ia segera menegur. "Berhati- hatilah kau berjalan jangan sampai melukai badan sendiri"
Buru-buru lelaki ceking itu menjura seraya menyahut dengan rasa terima kasih: "Terima kasih
atas bantuan anda" Kim Thi sia manggut- manggut dan meneruskan perjalanannya lagi.
Mendadak ia merasakan ada sesuatu yang tak beres, tubuhnya terasa jauh lebih ringan,
ternyata pedang Leng gwat kiam yang tersoreng dipinggangnya telah hilang lenyap tak berbekas.
Kejadian tersebut kontan saja amat mengejutkan hatinya, ia bukan terkejut bukan karena
hilangnya pedang tersebut, tapi kemampuan orang itu untuk mencuri pedangnya tanpa ia
merasakannya sama sekali.
Tanpa terasa diapun teringat kembali dengan lelaki ceking yang tersandung jatuh tadi, sebab
hanya orang ini yang bersentuhan dengan tubuhnya.
secepat kilat dia berpaling kebelakang, namun bayangan lelaki bertubuh ceking tadi sudah
lenyap tak berbekas, dari sini terbukti sudah bahwa orang itulah yang telah mencuri pedang Leng
gwat kiam nya. Dengan susah payah pedang mestika itu dicuri balik dari tangan putri Kim huan, tapi sekarang
ternyata tercuri kembali dalam gusarnya kontan saja pemuda itu mengumpat:
"Pencuri sialan, anak jadah. Awas kalau tertangkap nanti akan kucabut nyawa anjingmu........"
sambil membalikkan badan ia segera melakukan pengejaran.
Mendadak ia merasakan kembali ada sebuah benda yang hilang daripingganya, benda tersebut
adalah kotak berisi lentera hijau yang telah menyelamatkan jiwanya, dalam gusar dan
mendongkolnya dia mengejar makin cepat.....
Belum jauh dia berlari tiba-tiba muncul serombongan kuda yang berlari kencang dari tikungan
jalan situ Dalam keadaan begini sulit bagi Kim Thi sia untuk menghindarkan diri
Dasar lagi gusar bercampur mendongkol tanpa berpikir panjang lagi pemuda itu segera
melepaskan sebuah pukulan keatas kuda yang berjalan dipaling muka.
Mungkin karena kesakitan, kuda itu segera meringkik panjang sambil mengangkat sepasang
kaki depannya keatas, hampir saja penunggangnya terlempar jatuh daripunggung kuda itu.
"Anjing keparat......." terdengar orang itu mengumpat gusar.
Tapi belum habis umpatan tersebut, agaknya orang itu telah melihat jelas paras muka Kim Thi
sia, dalam terkesiapnya ia baru berseru lagi sesaat kemudian-"Bukankah kau......kau adalah Kim
tayhiap." sebenarnya Kim Thi sia pun hendak mencaci maki orang itu, namun melihat orang tersebut
mengenali dirinya, rasa mendongkolpun turut hilang sebagian, cepat-cepat dia mengamati
penunggang kuda itu dengan cermat.
Diatas empat ekor kuda yang tinggi besar, masing-masing duduklah seorang pemuda yang
tampan berusia delapan sembilan belas tahunan yang memakai baju ringkas berwarna hijau.
Ia seperti pernah bertemu dengan keempatjago muda ini disuatu tempat, wajah merekapun
seperti pernah dikenal, tapi Kim Thi sia tak dapat mengingatnya kembali dimanakah mereka
pernah saling bertemu. Kedua belah pihak saling berpandangan berapa saat lamanya, akhirnya pemuda tampan tadi
berseru lebih dulu: "Kim tayhiap. kami adalah murid-murid dari sipedang sakti bunga beterbangan yang sedang
berkelana dalam dunia persilatan-"
Kim Thi sia segera teringat kembali dengan serombongan anak muda yang dipimpin Pedang
sakti bunga beterbangan, malah waktu itu sipedang sakti bunga beterbangan sempat menitipkan
anak didiknya kepadanya untuk dibantu bilamana perlu. Karenanya sambil tertawa iapun berkata:
"ooooh maaf, rupanya kalian, apakah guru kalian tidak turut serta dalam perjalanan ini?"
"Suhu tak ingin pergi jauh, maka beliau menyuruh kami berkelana sendiri sambil mencari
pengalaman" kata keempat orang itu serentak.
"Ya a, sudah sepantasnya demikian- kata Kim Thi sia tertawa, "Bukankah seluruh ilmu silat dari
sipedang sakti bunga beterbangan sudah kalian pelajari semua" Aku percaya sekalipun bertemu
musuh tangguh, kalian masih sanggup untuk menghadapinya"
Keempat pemuda yang baru terjun kedalam dunia persilatan ini amat senang mendengar
sanjungan tersebut, wajah mereka kontan saja berseri-seri segera katanya lagi:
" Kim tayhiap terlalu memuji, suhu pernah bilang, dalam perjalanan pertama kami dalam dunia
persilatan, paling baik bila mendapat bimbingan dan petunjuk dari seorang jago kawakan yang
berpengalaman, sebab dari situ banyak manfaat yang bisa kami raih. Kim tayhiap. bagaimana
kalau kita menempuh perjalanan bersama-sama" Usia Kim tayhiap hampir sebaya dengan kami,
mungkin dalam kegemaranpun tak jauh berbeda, apakah Kim tayhiap bersedia membimbing kami
berempat?" Diam-diam Kim Thi sia tertawa geli, pikirnya:
"Yaa ampun, berapa luasnya pengalamanku bila dibandingkan kalian berlima" padahal aku
sendiripun belum lama terjun kearena dunia persilatan-......."
Tentu saja ia tak bisa berkata demikian dihadapan pemuda-pemuda itu, katanya kemudianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Kalian jangan menganggap pengalamanku amat luas, padahal aku sendiripun belum lama
terjun kedunia persilatan, selisihku dengan kalian tak terlampau jauh."
Begitu ucapan tersebut diutarakan, rasa kecewapun segera menghiasi wajah keempat pemuda
itu, hampir bersamaan waktunya mereka memohon-
"Kim tayhiap terlalu sungkan, padahal kami semua tahu Kim tayhiap mempunyai nama yang
termashur dan ilmu silat yang tinggi, kami mengerti belum tentu kau bersedia menempuh
perjalanan bersama kami orang-orang bodoh."
"Harap kalian jangan salah paham" buru-buru Kim Thi sia berseru. "sesungguhnya akupun
senang bergaul dengan kalian, tapi karena.....karena......."
Tentu saja ia tak bisa menerangkan kalau pedangnya telah dicuri orang, maka sampai setengah
harian lebih dia tak mampu melanjutkan perkataannya. " Karena apa.......?" serentak keempat
orang itu bertanya. Ketika melihat Kim Thi sia berkerut kening, agaknya sedang menghadapi suatu kesulitanmereka
berseru lagi: "Bila Kim tayhiap hendak memerintahkan sesuatu, kami bersedia untuk melakukannya, mohon
Kim tayhiap sudi menerima permohonan kami."
Kim Thi sia tak bisa menolak lagi terpaksa dia menerima tawaran tersebut dan berkumpul
dengan kawanan anak muda itu.
salah seorang diantara keempat orang itu segera menyerahkan kuda tunggangannya kepada
Kim Thi sia seraya berkata:
"Kim tayhiap. silahkan naik kuda, biar aku naik kuda bersama suheng......."
Kembali Kim Thi sia merasa rikuh untuk menampik, terpaksa diapun melompat naik keatas kuda
dan bersama keempat orang pemuda itu melanjutkan perjalanan kedepan.
Ditengah jalan, pemuda yang terkecil diantara keempat orang itu bertanya dengan polos:
"Kim tayhiap siapakah orang didalam dunia persilatan saat ini yang memiliki ilmu silat paling
tinggi?" "Tentu saja malaikat pedang berbaju perlente" jawab Kim Thi sia tanpa berpikir panjang.
"siapakah yang nomor dua?" kembali pemuda itu bertanya.
"simalaikat pukulan dari selaksa pukulan ciang sianseng"
"Dan ketiga?" dengan perasaan tak puas pemuda itu mendesak lebih lanjut.
Kim Thi sia berpikir berapa saat, namun tak berhasil menemukan siapakah diantara para jago
yang bisa menandingi kelihayan dari simalaikat pedang berbaju perlente maupun Ciang sianseng,
karena seingatnya belum ada seorang manusiapun yang bisa disejajarkan dengan kedua orang
tokoh persilatan itu. Terdengar pemuda itu mendesak kembali: "siapalkah urutan yang ketiga itu
Kim tayhiap." Dalam gelisahnya karena kuatir dianggap tak berpengetahuan dan berpengalaman dalam dunia
persilatan, terpaksa Kim Thi sia menjawab seadanya: "Tentu saja murid-murid dari si Malaikat
pedang berbaju perlente"
" Lalu yang nomor empat?"
"Keempat adalah murid si Rasul dari selaksa pukulan, ciang sianseng....." sambil mengerdipkan
sepasang matanya bulat-bulat, pemuda itu segera berkata:
"Siapa pula murid simalaikat pedang berbaju perlente" siapa pula murid Ciang sianseng"
Apakah usia mereka masih amat muda?"
Belum sempat Kim Thi sia menjawab pertanyaan ini, abang seperguruannya telah menimpal:
"sute yang bodoh, murid si malaikat pedang berbaju perlente tak lain adalah Kim Thi sia
sendiri, sedang murid Ciang sianseng adalah sipelajar bermata sakti"
"Aaaaah......" pemuda tadi berseru kaget dan mengawasi Kim Thi sia dengan mata terbelalak
lebar-lebar. sesaat kemudian ia baru berseru kembali dengan perasaan terkejut:
"Kim tayhiap. kau......kau benar-benar luar biasa.......kami merasa beruntung sekali bisa
bergaul dengan tokoh nomor tiga dari dunia persilatan-......"
Menyusul kemudian dia bertanya lagi dengan gelisah:
"Bagaimana dengan guruku, sipedang sakti bunga beterbangan" Dia menempati urutan yang
keberapa" Kim tayhiap. coba kau jelaskan-......"
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia, dia tergagap oleh pertanyaan tersebut, setengah
harian kemudian baru katanya: "Soal ini......aku sendiripun kurang jelas.....sebab......"
"Sebab apa?" Dia sendiripun tidak mampu melanjutkan perkataan itu karena pengalaman serta
pengetahuan yang dimilikinya memang terlalu minim. Untung si abang seperguruan segera
menimbrung. "su sute, kau jangan bertanya terus, apakah kau tak kuatir ditegur orang karena kelewat
cerewet?" Dengan kepala tertunduk malu, su sute itu bergumam lirih:
"Suhu....wahai suhuku.......sampai kapan kau baru mendapat urutan nama didalam dunia
persilatan" Mengapa selama ini kau tak punya nama serta kedudukan......"
Kuda mereka berjalan lambat menelusuri jalan raya tatkala pemuda itu mendongkkan
kepalanya kembali, tampak ada dua orang tojiu berdandan aneh sedang mengawasinya dengan
pandangan bengis. Melihat itu diapun segera menegur:
"Hey, mengapa kalian berdua mengawasiku terus menerus?"
Toa suheng ingin menghalangi sayang terlambat, tanpa terasa dia menjura kepada dua orang
tojiu berdandan aneh dan berseru sambil tertawa:
"Harap tootiang jangan gusar, sute kami baru terjun dalam dunia persilatan, dia tak banyak
mengetahui adat kesopanan, untuk itu harap sudi dimaafkan......."
siapa sangka tojiu itu bukannya menyudahi persoalan, sebaliknya malah melotot kearah mereka
makin buas, serunya sambil mendengus dingin:
"Kalau baru terjun kedunia persilatan lantas kenapa" Memangnya bisa menelan manusia?" Jelas
ucapan tersebut kasar dan tak tahu sopan santunsiabang
seperguruan menjadi tertegum sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, pemuda
yang paling muda tadi telah berteriak lagi.
"Tejiu setan, kau harus mengerti, kami bukan manusia yang gampang dipermainkan"
Rupanya dia kelewat mengandalkan kemampuan si "jagoan nomor tiga dari kolong langit" yang
hadir disitu sehingga sikapnya menjadi lebih garang dan berani. Merasa ucapan tadi kurang
gagah, dengan cepat dia menambahkan lagi: "Kalian harus tahu, kami tak pernah takut langit, tak
pernah takut bumi........."
Kedua orang tojiu itu seketika dibuat tertegun oleh perkataan yang bersifat kekanak-kanakan
itu, setelah termangu sesaat segera umpatnya lebih garang:
"setan cilik, kau tahu dimanakah kalian berada sekarang" coba tanya kepada orang lain, apa
akibatnya bila berani menyalahi tuan-tuanmu sekalian?"
Dengan mengandalkan kehadiran Kim Thi sia disampingnya, si sute keempat itu makin berani,
bentaknya lantang: "Kau sendiri si setan cilik, coba kau lihat tampang kalian itu, persis tak berbeda seperti setan
cecunguk" Agaknya dia berniat untuk memperlihatkan kebolehan dihadapan Kim Thi sia, dengan cepat
pednagnya diloloskan dari sarung, kemudian sambil melompat turun dari kudanya, ia langsung
berjalan mendekati tojiu yang bengis tadi.
"Hey, jangan membuat keonaran" Kim Thi sia segera berteriak keras. Kali ini si sute keempat
menurut, buru-buru dia balik kembali ketempat semula.
Disatu pihak Kim Thi sia ingon menyudahi persoalan sampai disitu saja, dipihak lain kedua
orang tojiu itu enggan menyelesaikan persoalan sampai disitu saja. Mendadak mereka melotot
makin buas sambil menjerit keras: "Kurang ajar.........."
Kemudian sambil menuding kearah Kim Thi sia umpatnya:
"Anjing cilik, apakah bocah keparat itu kau yang bawa keluar...........?"
Kim Thi sia paling benci kalau dimaki orang sebagai "anjing cilik" sepasang alis matanya yang
tebal segera berkenyit, namun dia tak mengumbar amarahnya. Terdengar tojiu itu berkata lagi:
"Anjing cilik tempat ini adalah pek hun koan, bukan tempat untuk kalian membuat keonaran-
......." Begitu ucapan tersebut diutarakan Kim Thi sia tak sanggup menahan diri lagi, sambil
mengulapkan tangannya dia segera berseru:
"Toa suheng, ji suheng coba kalian berdua menghadapi kedua orang cecunguk itu"
Toa suheng dan ji suheng menerima perintah dan segera mendekati tojiu-tojiu buas tadi,
serunya kemudian- "Totiang, banyak berbicarapun tak berguna, lebih baik kita selesaikan masalahnya dengan
kepandaian silat" Cara berbicaranya lembut, sikapnya gagah, bahkan menganggap sepi ucapan kotor dari kedua
orang musuhnya, jelas terlihat betapa berbedanya hasil pendidikan dari seorang guru ternama.
Kedua orang tosu itu menengus dingin, pelan-pelan mereka meloloskan sebuah ruyung yang
lemas dari pinggangnya dan digetarkan keras hingga menimbulkan suara nyaring.
Toa suheng maupun ji suheng yang baru pertama kali ini menghadapi musuh sedikit banyak
kelihatan agak gugup, sebagai orang yang berpengalaman kedua orang tosu itu segera
mengetahui kalau musuhnya baru pertama kali terjun kedunia persilatan.
Mereka segera saling berpandangan sekejap, lalu secara tiba-tiba menyerbu kemuka dan
melancarkan sergapan kilat.
Kim Thi sia yang menyaksikan peristiwa itu segera mendengus dingin-
"Benar-benar tak tahu malu, kalau ingin menyerang berkatalah dulu, kalau bertarung macam
begini mah biar menang juga tak gagah."
Namun kedua orang tosu itu berlagak seolah-olah tidak mendengar, mereka kembangkan
permainan ruyungnya dan melancarkan serangan bagaikan hembusan angin puyuh.
Toa suheng dan ji suheng yang sedikit agak keder menjadi gelagapan, banyak jurus silat yang
pernah dipelajari tahu-tahu lupa dengan begitu saja, tak heran kalau sejenak kemudian mereka
sudah terdesak diposisi bawah angin-....
su sute menjadi amat gelisah terutama setelah melihat kedua orang abang seperguruannya
terdesak hebat, dia segera berpaling kearah Kim Thi sia. Wajahnya jelas memancarkan harapan
untuk memohon pertolongan-Cepat-cepat Kim Thi sia menghibur:
"Tak usah kuatir, bila abang seperguruanmu kalah, aku segera akan turun tangan-"
Mendengar perkataan tersebut, bagaikan memperoleh jaminan keamanan yang paling hebat,
wajah si sute keempat itu segera menjadi cerah kembali.
Tampak cahaya ruyung bayangan pedang memancar diseluruh angkasa, pertarungan
berlangsung amat seru dan hebat.
Lambat laun toa suheng dan ji suheng sudah mulai meresapi pengalaman dalam menghadapi
suatu pertempuran, ditambah lagi dasar ilmu silat mereka memang tangguh maka berapa puluh
gebrakan kemudian mereka mulai terbiasa dengan situasi pertarungan dari posisi dibawah angin
pun kini berubah menjadi pihak penyerang.
Kini si sute keempat itu tidak merasa takut lagi, dengan wajah berseri-seri segera teriaknya
sambil bertepuk tangan: "Ayoh dihajar, hajar terus, hajar mampus tosu bau itu........"
Berbeda dengan Kim Thi sia, dia mulai berpikir lebih jauh sekarang dia mulai memikirkan
rencana penanggulangan atas pembalasan dari orang-orang kuli Pek hun koan. Pikirnya dihati:
"Bila tindak tanduk serta sepak terjang para tosu bau dari Pek hun koan memang hebat dan
merugikan masyarakat banyak. aku bersumpah akan menegakkan keadilan serta kebenaran
didalam dunia persilatan dengan menumpas sampah-sampah masyarakat itu."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, toa suheng dan ji suheng telah berhasil meraih
posisi diatas angin. satu persatu mereka hajar tosu-tosu bengis itu sehingga akhirnya seorang
tewas dan lainnya melarikan diri dengan membawa luka. Dengan perasaan gembira toa suheng
segera berseru: "Kim tayhiap. aku menyesal sekali tak sanggup mengendalikan perasaan pada permulaan
pertarungan hingga terdesak dibawah angin akhirnya........."
"Akhirnya kau toh berhasil menang" sambung Kim Thi sia sambil tertawa tergelak.
Meski wajahnya nampak agak malu, namun sepasang mata toa suheng memancarkan sinar
berkilat, jelas terlihat betapa girangnya dia. sedang ji suheng segera berkata pula:
"Andaikata kami tidak berpikiran bahwa Kim tayhiap pasti akan membantu bila kami menderita
kalah tadi, mungkin kami berdua tak bisa mengendalikan perasaan dalam bertarung melawan
tosu-tosu bengis itu."
"Tentu saja" kata Kim Thi sia cepat dengan wajah serius. "siapa yang bertarung tanpa perasaan
takut atau sangal, maka dia pasti akan menangkan setiap pertarungan" sementara semua orang
tertawa gembira Kim Thi sia berkata lagi: "sekarang kita harus mempertimbangkan langkah
berikut" Begitu ucapan tersebut diutarakan, semua orang dibuat tertegun.
sambil tertawa Kim Thi sia mengerling sekejap kearah orang-orang itu, lalu menjelaskan:
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kedua orang tosu bengis tadi mengaku sebagai anggota Pek hun koan, ini berarti mereka
mengandalkan kehebatan dari Pek hun koan untuk berbuat semena-mena, kini kalian telah
membunuh seorang diantaranya dan melukai yang lain, berarti mereka pasti tak akan menyudahi
persoalan sampai disini saja, itulah sebabnya aku mengajak kalian mempertimbangkan langkah
berikut........." susute rupanya kelewat percaya pada kemampuan Kim Thi sia, mendengar perkataan itu
segera serunya sambil tertawa:
"Kim tayhiap. engkau toh berada bersama kami, aku percaya kau bisa menjamin keselamatan
kami semua." "Jangan memandang kemampuanku kelewat tinggi, sebab bila sampai terjatuh maka kau akan
merasa amat kesakitan."
"Aku tak kuatir, suhu Kim Thi sia adalah jago nomor wahid diseluruh kolong langit. siapakah
yang berani tidak memberi muka kepadamu?"
"Perkataan itu keliru besar?" dengan kening berkerut Kim Thi sia segera berseru. "Kita terjun
kedunia persilatan adalah untuk mencari pengalaman bagi diri sendiri Ini berarti kita tak boleh
terlalu mengandalkan keberhasilan dari guru kita, sebab sikap seperti ini bisa ditertawakan bahkan
dipandang hina oleh umat persilatan-"
semua orang merasa menyesal bercampur kagum setelah mendengar perkataan itu, sahutnya
kemudian sambil mengangguk:
"Perkataan Kim tayhiap memang tepat, kami tak akan kelewat mengandalkan keberhasilan dari
guru serta angkatan tua kami"
Perjalananpun dilanjutkan kembali, berapa saat kemudian mendadak paras muka Kim Thi sia
nampak berubah hebat, dengan cepat dia melompat bangun dan lari kedepan dengan cepat.
orang yang berjalan didepan adalah orang lelaki bertubuh kecil lagi pendek. bayangan
punggungnya nampak seperti dedaunan dimusim salju, kecil dan gersang hingga nampak
mengenaskan- Keempat orang pemuda itu tak tahu apa yang telah terjadi, tahu-tahu Kim Thi sia telah lari
kedepan dan mencengkeram ujung baju orang tersebut.
orang itu berseru tertahan, mendadak ia meronta keras dan melepaskan diri dari cengkeraman
Kim Thi sia kemudian dengan amat cekatan menghindarkan diri kesamping.
"Wah, tak nyana keparat ini mempunyai ilmu simpanan-........" umpat Kim Thi sia didalam hati.
Ia segera mendesak maju lagi kedepan sambil melepaskan sebuah tendangan kilat.
Tendangan tersebut dilancarkan tepat, cepat dan disertai desingan angin tajam, diam-diam
para penonton menjadi terkejut dan menguatirkan keselamatan dari lelaki ceking itu.
Namun sebelum ujung kaki Kim Thi sia sempat menyambar tubuh orang tersebut, dengan
suatu gerakan yang amat cekatan lelaki ceking itu sudah mengayunkan tangannya kebelakang
menyambar kaki kanan Kim Thi sia, kemudian dilemparkan kedepan.
Akibatnya Kim Thi sia menjadi tak mampu berdiri tegak dan terlemparkan kebelakang, hampir
saja tubuhnya roboh terjengkang.
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia, tak terlukiskan hawa amarah yang membara dalam
dadanya sekarang. Baru saja dia hendak mengeluarkan ilmu Taygoan sinkangnya, lelaki ceking itu
sudah berseru lebih dulu sambil tertawa lebar:
"Sobat kecil, bila kau ingin mempermainkan lawanmu, kepandaianmu masih ketinggalan amat
jauh." Ucapan tegas dan penuh kekuatan, jelas orang ini memiliki kepandaian silat yang cukut
tangguh. sebenarnya Kim Thi sia hendak mencaci maki dan menuntut kembali pedangnya yang tercuri,
namun belum sempat kata-kata tersebut meluncur keluar dari ujung bibirnya mendadak ia merasa
bahwa orang ini meski memiliki perawakan yang sama dengan pencuri itu, namun paras muka
mereka ternyata sangat berbeda.
orang ini memiliki mata yang besar, mulut lebar, alis tebal dan hidung mancung, sepasang
telinganya besar lalu panjang, tampangnya kelihatan gagah sekali.
Meski Kim Thi sia sempat menderita sedikit kerugian, namun amarahnya sudah hilang sebagian
besar, untuk sesaat mukanya menjadi merah padam, ia merasa rikuh sendiri
Terdengar orang itu berkata lagi:
"Engkoh cilik, watakmu tak jauh berbeda seperti watakku dimasa muda dulu bagaimana kalau
kita mengikat tali persahabatan dan mengembara bersama dalam dunia persilatan?"
"Siapa kau?" Kim Thi sia segera bertanya.
Lelaki ceking itu miringkan kepalanya dan tertawa terkekeh, sahutnya cepat: "Coba kau tebak"
orang ini sudah berusia empat puluh tahunan namun cara berbicara maupun tertawanya seperti
bocah berusia tiga tahun saja.
Kim Thi sia menjadi termangu, lalu sahutnya sambil gelengkan kepala: "Tak sedikit jumlah
jagoan dikolong langit kemana aku mesti menguaknya?" si sute keempat segera menyela:
"Aku tebak nama serta julukannya pasti tak jauh berbeda tapi kecebolannya......."
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan toa suheng telah membentak cepat: "Sute jangan
bicara sembarangan, coba lihat Kim tayhiap sedang berbicara dengannya."
"suheng" su sute segera berbisik. "Kenapa Kim tayhiap sudah keok dalam satu gebrakan saja"
Mungkinkah orang itu adalah jagoan nomor wahid atau nomor dua dari kolong langit.........."
Dasar sifat kekanak-kanakannya belum hilang, apa yang terpikir segera diutarakan secara terus
terang, betul suaranya kecil namun Kim Thi sia masih dapat mendengarkan secara lamat-lamat,
kontan saja paras mukanya berubah menjadi merah jengah.
Toa suheng yang mendengar berkataan tersebut kontan saja menegur dengan suara lirih:
"Sute, Kim tayhiap adalah murid seorang malaikat pedang, tak mungkin kepandaian silatnya
rendah bisa jadi dia salah perhitungan sehingga dipecundangi orang, kau tak boleh menilai
kemampuan orang hanya atas dasar pandangan sekilas."
su sute segera mengiakan berulang kali dan tak berani berbicara lagi.
sementara itu silelaki ceking tadi kelihatan amat kecewa, sambil memoncongkan mulutnya dia
berseru: "Engkoh cilik, apakah kau bukan seorang badut" Lantas apa sebabnya kau permainkan aku
tadi..........." "Meski aku bukan badut, tapi aku suka membadut........"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, sambil tertawa lelaki ceking itu sudah menukas:
"Cukup, cukup begitupun sudah cukup, nanti kuajari kepandaian membadut kepadamu.
Tanggung tak sampai setengah tahun saja kau sudah luar biasa hebatnya. Aaaaai........"
Mendadak ia menghela napas sedih, kemudian melanjutkan:
"Semenjak pasanganku meninggal dunia, aku selalu hidup sebatang kara tanpa sahabat
sekalipun berhasrat untuk membuat permainan baru, akupun tak sanggup untuk menyelesaikan
sendiri........" "Tapi sekarang......" dengan lebih bersemangat lelaki ceking itu melanjutkan. "Kau telah
datang, akhirnya aku berhasil menemukan pasangan. Kau harus tahu, seekor serigala harus
diimbangi dengan satu kelicikan- Hanya kelicikan seekor serigala yang bisa mendatangkan
permainan yang menarik hati."
Kim Thi sia ingin sekali melepaskan diri dari orang tersebut, namun tak berhasil, terpaksa
katanya sambil bermuram durja:
"Aku tak mengerti membadut, biar ingin pun tak memiliki kemampuan untuk berbuat begitu,
mustahil bagiku untuk berpasangan denganmu. Maaf atas kelancanganku tadi, silahkan kau
mencari orang lain saja."
"Tidak bisa" lelaki ceking itu melompat-lompat sambil berteriak. " Engkoh cilik, kau tak boleh
pergi, bila kaupergi aku akan menangis sampai mati............"
sambil berkata dia benar-benar menangis terseduh-seduh, suaranya amat mengenaskan dan
menusuk pendengaran siapapun, membuat keempat pemuda tersebut cepat-cepat menutup
telinganya dan tak berani mendengarkan lebih lanjut........
Melihat orang itu benar-benar menangis, Kim Thi sia dibuat kehabisan akal, terpaksa katanya:
"sobat, janganlah bermain gila terus, sesungguhnya akupun tak mampu berbuat apaapa.........."
Namun lelaki ceking itu tak ambil perduli, sambil menangkis dia bahkan berteriak keras:
"Hey bocah muda, bila kau meninggalkan aku, maka biar guntur menyambarmu, biar raja
akhirat menangkapmu, biar kau dibelenggu lima setan, biar kau disiksa dineraka....."
Tak terlukiskan rasa kesal Kim Thi sia menghadapi ulah orang itu, namun sayang kekesalannya
tak terlampiaskan keluar, akhirnya dia berteriak keras-keras:
"Sobat, terus terang saja aku bilang, tiada sesuatu yang kutakuti didunia ini kecuali kau"
Tapi lelaki ceking itu tak ambil perduli tiba-tiba ia berjongkok dan mengambil segenggam pasir
lalu digosokkan kematanya sendiri. semua orang menjerit kaget, Kim Thi sia berseru keras:
"Sobat, matamu bisa buta........."
"Buta juga biar, toh mataku sendiri, perduli amat denganmu" teriak lelaki itu sambil menangis
terisak. "Aku bermaksud baik, tapi kau tak mau menerimanya.........."
Tiba-tiba lelaki itu berhenti menangis, sambil bertepuk dada serunya keras:
"Kalau tak menerima lantas kenapa" Hmmm, bila kau tak tahu diri lagi, aku akan mulai
memukul orang.........."
semua orang benar-benar dibuat serba salah, apalagi Kim Thi sia sendiri, ia merasa mau
menangis tak bisa tertawapun tak dapat.
Dalam keadaan begini dia cuma berharap punya sayap dan bisa terbang jauh meninggalkan
orang tersebut. "Sudah pasti urat syaraf orang ini tidak beres......." gumam Kim Thi sia kemudian.
Ia segera memberi tanda kepada rekan-rekannya dan berseru: "Lebih baik kita pergi saja, tak
usah perduli dia lagi"
Dalam waktu singkat berangkatlah keempat ekor kuda itu meninggalkan tempat tersebut.
Ketika Kim Thi sia kebetulan berpaling kebelakang, mendadak ia menjadi kaget, ternyata lelaki
ceking itu masih mengikuti terus disisinya bagaikan sukma gentayangan-Ketika ia mencoba
melarikan kudanya lebih cepat, ternyata orang itupun mengikuti terus dengan cepat.
Bukan hanya tak pernah lepas dari sisinya, bahkan sambil memutar biji matanya orang itu
bersiul-siul nyaring. Dalam keadaan begini ingin sekali Kim Thi sia berteriak minta tolong, tapi dengan pikiran itu
diapun teringat dengan suatu perkataan yang selama ini beredar dalam dunia persilatan-
" Lebih baik ditusuk jarum harimau dari keluarga Tong, daripada melayani murid simalaikat
pedang Kim Thi sia" Kini, Kim Thi sia berpendapat bahwa gelar "manusia yang paling susah dilayani" sudah
sepantasnya diserahkan kepada lelaki ceking tersebut. sebab ulahnya telah membuat Kim Thi sia
manusia yang paling susah dilayani pun merasa pusing kepala. Akhirnya pemuda itu melunakkan
sikapnya dan berkata pelan-"Loheng, lepaskanlah aku, sebab aku masih ada urusan lain-......"
Lelaki ceking itu segera mendengus.
"Hmmm, bocah muda urusan aku situa justru lebih penting lagi, kau tak usah berbuat yang
aneh-aneh." Kim Thi sia gelisah sekali, tanpa berpikir panjang dia berteriak lantang:
"Hmmm, paling urusanmu urusan kentut" Dengan kening berkerut lelaki ceking itu berkata:
"Puluhan lembar nyawa dikuil Pek huan koan menunggu pertolonganku, coba kaupikirkan
sendiri. terhitung hohan macam apakah kau bila tahunya hanya makan nasi dan berkerut tanpa
keselamatan jiwa para jago lurus" Hmmm, kalau urusan seperti inipun enggan dicampur, buat apa
kau terjun dalam dunia persilatan?"
Kim Thi sia jadi termangu-mangu oleh ucapan tersebut, namun secara lamat-lamat diapun
merasa bahwa dikuil Pek hun koan telah terjadi suatu peristiwa, maka tanyanya kemudian:
"Hey situa, kau bilang dipek hun koan telah terjadi suatu peristiwa........?"
Lelaki ceking itu mengangguk.
"Tentu saja, gara-gara urusan ini, aku sudah sibuk selama dua hari tanpa beristirahat."
Kali ini dia berbicara dengan suara lebih lembut, nampaknya panggilan "situa" dari Kim Thi sia
sangat berkenan didalam hatinya.
"Kau mengatakan banyak jago kaum lurus yang ditangkap pihak Pek hun koan dan sekarang
terancam jiwanya?" kembali Kim Thi sia bertanya.
" benar, bila aku situa tidak kesana, maka mereka akan dibunuh oleh kawanan tosu bau dari
Pek hun koan-" Kim Thi sia yang berjiwa kesatria segera tergerak hatinya sesudah mendengar perkataan ini,
tanpa berpikir panjang lagi ia berseru:
"Bolehkah aku turut ambil bagian?"
"Tentu saja, tapi kau mesti menurut petunjukku, kalau tidak daripada lebih banyak seorang
lebih baik kurang satu orang."
"Baik, aku akan menuruti petunjukmu, toh tujuanku adalah menolong orang, aku tak perduli
soal kekuasaan-" "Bagus sekali kalau begitu akupun akan beristirahat dengan senang hati........"
"Apa?" Kim Thi sia berteriak keras. "Kau hanya memberi petunjuk tanpa bekerja?"
"Tentu saja, pertarungan ini biar kalian saja yang bereskan, kalau sudah tak mampu aku baru
turun kearena." "Kau benar-benar cerdik,....hmmmmm" seru Kim Thi sia tak senang hati. sambil tertawa cengar
cengir silelaki ceking itu segera berkata:
"Kalau aku tak pintar, bagaimana mungkin bisa hidup sampai sekarang"
Haaaaah....haaaaah......mungkin sejak sepuluh tahun berselang nyawaku telah melayang."
"Baik, bila kau berbuat demikian, akupun tak akan menuruti petunjukmu, mau apa kau?"
"Apa?" lelaki ceking itu berteriak keras. Lalu sambil menuding keujung hidung pemuda serunya
lebih jauh: "Bocah muda, kau berani berbuat begitu" Jangan lihat aku situa tak becus, kalau masalah
memaksa bocah muda menurut perkataan mah aku sangat ahli.........."
Kim Thi sia pun amat mendongkol, balasnya:
"Aku Kim Thisia adalah lelaki sejati, aku tak sudi menerima perintah dari cebol macam dirimu,
andaikata kau tidak berkata begitu masih mendingan- sekarang setelah kau ungkap. toaya justru
sengaja menolak. mau apa kamu..........."
Dengan penuh rasa mendongkol lelaki ceking itu mengumpat:
"Bagus.......kau.......kautak mau menuruti perintahku, akan kuhajar tulangmu sampai parah"
Namun secara tiba-tiba ia seperti teringat akan sesuatu, sekilas perasaan aneh melintas
diwajahnya, lalu sambil menuding kearah pemuda tersebut tegurnya lagi.
"Jadi engkau adalah Kim Thi sia, manusia yang sudah termashur karena paling susah dilayani?"
Melihat orang itu memandangnya dengan wajah tercengang, Kim Thi sia segera mengangguk
bangga. "Yaa, toaya orangnya"
Lelaki ceking itu segera tertawa tergelak. serunya dengan penuh rasa gembira:
"Haaaaaah......haaaaaah.......haaaaah...... bagus sekali kalau begitu kita adalah orang sendiri"
"Apa maksud perkataanmu itu?" tanya Kim Thi sia keheranan.
"Kau Kim Thi sia sudah termashur sebagai manusia yang paling susah dilayani, sedang aku
situa pun terhitung manusia yang paling susah dihadapi, bukankah hal ini berarti kita adalah orang
sendiri.....hanya saja."
Berbicara sampai disitu, lambat laun paras mukanya berubah menjadi redup, dengan sikap
yang lebih memelas dia melanjutkan:
"Namaku paling termashur pada sepuluh tahun berselan. waktu itu siapa saja tahu kalau aku
adalah manusia yang paling susah dihadapi, tapi sekarang kedudukan itu telah kau gantikan-
Aaaaai.....nampaknya aku sudah tua, sudah tak berguna lagi........"
Mimpipun Kim Thi sia tak pernah menyangka kalau ia akan berjumpa dengan seorang
locianpwee dari bidang "manusia yang paling susah dilayani" sedikit banyak ia merasa dibuat
serba salah. Namun ketika dilihatnya sorot mata lelaki ceking itu menunjukkan kesedihan, timbullah
perasaan simpatik dalam hati kecilnya, dia segera berkata: "Hey situa, kau belum kelewat tua,
jangan terlalu bersedih hati."
Mendadak terdengar su sute berteriak keras:
"Kim tayhiap, coba lihat, didepan situ terdapat kilatan cahaya api......."
Ketika Kim Thi sia mendongakkan kepalanya, betul juga dikejauhan sana tampak cahaya api
berkilauan, bayangan manusiapun berkelebat kesana kemari tapi tidak diketahui apa yang terjadi.
Dengan cepat rasa pedih diwajah lelaki ceking itu hilang lenyap tak berbekas, segera serunya
pula: "Aduh celaka, rupanya kawanan tosu buas itu sudha menggunakan siksaan api untuk
mencelakai para jago dari golongan lurus, mari kita cepat memberi pertolongan-"
Dalam keadaan begini mau tak mau Kim Thi sia harus merasa kagum juga atas kesempurnaan
tenaga dalamnya serta ketajaman sorot matanya.
Empat ekor kuda dengan enam orang penunggangnya secepat kilat memburu ketempat
tersebut, dari kejauhan Kim Thi sia telah menyaksikan diatas tiang-tiang kayu tergantung manusia
yang sedang dibakar dengan jilatan api yang membara, asap tebal yang membubung keangkasa
membuat napas orang terasa sesak.
Disekeliling kobaran api itu nampak manusia berdesakan, mereka adalah kawanan tosu bengis
yang sedang mengawasi ketengah arena sambil menyeringai seram.
Kim Thi sia segera memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,ai saksikan disekitar situ
terdapat dua puluhan tiang kayu yang sedang dibakar. Hal tersebut membuat hatinya amat
gelisah, sebab jumlah musuh jauh banyak daripada kekuatan sendiri, bagaimana cara mereka
untuk memberikan pertolongan"
Tanpa terasa dia berpaling kearah silelaki ceking itu, maksudnya hendak meminta pendapatnya,
siapa tahu lelaki ceking itupun sedang memandang kearahnya, ketika dua pasang mata saling
berpapasan ketika orang itu sama-sama tertawa getir.
Belum lagi mereka berlima turun dari kuda, dua puluhan orang tosu bengis telah mengayunkan
cambuknya seraya berteriak memberi peringatan:
"Ayoh balik, ayoh cepat balik, kami adalah orang-orang dari Pek hun koan, jangan mencari
penyakit buat diri sendiri" Kim Thi sia berkerut kening, lalu gumamnya:
"Kalau memang orang-orang dari Pek hun koan lantas" Memangnya bisa menelan aku Kim Thi
sia bulat-bulat" Hmmm, sungguh menggelikan......"
"Kim tayhiap. dia hendak mengusir kita pergi" teriak su sute tiba-tiba dengan perasaan sangat
tak puas. Kim Thi sia segera melompat turun dari kudanya tanpa mengucapkan sepatah katapun dia
maju dua langkah kedepan, lalu sambil mengincar kearah salah seorang tosu bengis yang paling
menyolok ulahnya, tiba-tiba ia lepaskan sebuah tonjokan keras kearah hidungnya. "Kuhajar kau
sibajingan tosu dari Pek hun koan"
Dalam waktu singkat suasana menjadi gempar, bentakan nyaring bergema dari sana sini
mimpipun mereka tak menyangka kalau Kim Thi sia berani mencabut bulu harimau.......
Dalam waktu singkat tampak bayangan manusia berkelebat kesana kemari hujan senjata
rahasiapun ditujukan kearah mereka.
Tosu bermuka panjang yang diserang Kim Thi sia barusan sesungguhnya hanya seorang tosu
yang berkepandaian silat biasa saja dalam keadaan tak menduga sama sekali tulang dadanya
seketika terhajar hingga hancur berantakan, sambil menjerit ngeri mayatnya segera roboh
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terkapar diatas tanah... Keberhasilah Kim Thi sia dalam serangannya hingga mengakibatkan tewasnya seorang
begundal dari pek hun koan ini segera menyeret pemuda itu terlibat dalam permusuhan dengan
kaum tosu tersebut. Dalam waktu singkat senjata rahasia dan senjata tajam berhamburan disekeliling tubuhnya,
lambat laun Kim Thi sia tak sanggup menahan diri, mendadak satu ingatan melintas dalam
benaknya cepat-cepat tubuhnya menggelinding kesamping.
Diantara debu dan pasir yang beterbangan, tubuhnya tahu-tahu bergulingan sejauh tiga kaki
lebih. Namun jidatnya yang tergoret oleh batu segera menyebabkan darah segar segera
bercucuran keluar. Biarpun pemuda ini tidak takut menghadapi bacokan golok serta tusukan tombak, namun
hamburan senjata rahasia membuatnya tak sanggup menahan diri Dengan menggulingkan diri
diatas tanah maka semua senjata rahasia yang tertuju ketubuhnya menjadi mengenai sasaran
kosong. Malah serangan pedang, tombak dan ruyung yang amat dahsyat tadi seketika
menyebabkan tanah seluas berapa kaki menjadi tak karuan bentuknya.
Menyaksikan kejadian ini Kim Thi sia menjulurkan lidahnya, kemudian dia cepat-cepat bangun-
Mendadak terdengar lelaki ceking itu berteriak: "Hey bocah muda, ayoh cepat ikuti caraku ini"
secepat sambaran angin kakek ceking itu menerjang maju kemuka, dalam sekali ayunan
tangan, ia telah berhasil mencengkeram seorang tosu yang berwajah bengis.
Bukan sampai disitu saja, lelaki ceking itu segera tertawa, sambil mengerahkan tenaganya dia
melakukan dorongan kedepan.
Tosu bengis itu segera terdorong oleh semacam kekuatan yang besar hingga menjerit kesakitan
dan jatuh terguling diatas tanah.
Dengan suartu gerakan yang amat cepat, lelaki ceking itu segera menyambar tubuh bagian
belakangnya dan diangkat keatas sebagai tameng. Tentu saja tosu itu mencak-mencak dan
berubah meronta dengan sekuat tenaga. Kim Thi sia yang menjumpai hal itu kontan saja
berteriak: "Kalau hendak dibunuh, lebih baik bunuhlah dengan cepat, buat apamesti dipermainkan seperti
itu?" Lelaki ceking itu melotot besar, dengan wajah tak senang hati ia melirik sekejap kearah sang
pemuda, lalu jeritnya lengking: "Bocah muda, kau hanya mengerti soal kentut"
Habis berkata dia membanting lagi tosu itu keatas tanah.
"Blaaaaaaammmm."
Tosu itu segera merasa pusing tujuh keliling, pandangan matanya menjadi gelap dan darah
meleleh dari ujung bibirnya, untuk sesaat dia menjadi kehilangan kesadarannya.
Lelaki ceking tadi tak berdiam diri sampai disitu saja, sekarang dia menyambar kaki kanannya
dan memutar tubuh orang itu sebagai sebuah senjata guna merontokkan senjata rahsia yang
menyambar tiba. Dalam waktu singkat, seluruh tubuh tosu itu sudah terkena sambaran senjata rahasia hingga
bentuknya tak berbeda seperti seekor landak. sambil tertawa terkekeh-kekeh lelaki ceking itu
segera berseru: "Hey anak muda, inilah cara yang terbaik untuk mengatasi keadaan seperti sekarang ini."
sambil berseru kembali dia berpekik aneh, lengannya direntangkan lalu bagai seekor burung
rajawali mencengkeram seorang tosu lagi.
Menyaksikan rekannya tewas dalam keadaan mengerikan, sedangkan si lelaki ceking itu
kembali berniat menangkap salah seorang diantara mereka, kawanan tosu itu menjadi ketakutan
dan segera melarikan diri tercerai berai untuk menyelamatkan diri
Lelaki ceking itu bertambah gembira, sambil tertawa terkekeh-kekeh hingga giginya yang
kuning kelihatan semua, dia berseru:
"Hey anak muda, kau harus segera maju menirukan cara yang dipakai lelaki ceking itu untuk
menghadapi kawanan tosu bengis tersebut" dia segera berpikir.
"Tubuh manusia lebih besar daripada pedang ataupun golok. jelas merupakan sebuah tameng
yang paling baik. selain terlindung dari serangan senjata rahasia, dapat pula menakut-nakuti
musuh, sekali tepuk mendapat dua, benar-benar sebuah cara yang amat bagus."
Karenanya diapun segera menirukan cara dari lelaki ceking tadi dengan menangkap seorang
tosu bengis untuk dijadikan tameng.
Akibatnya kawanan tosu bengis itu bukan saja tak berhasil melukai dirinya dengan senjata
rahasia, bahkan sebaliknya karena kuatir melukai rekan sendiri, mereka justru mengurungkan
serangan senjata rahasianya dan berbalik menyerang dengan menggunakan senjata tajam.
Empat pemuda yang baru terjun kedunia persilatan itu serentak melompat turun dari kudanya
sambil meloloskan gedang. serangan gabungan dari kawanan tosu bengis itu seketika terbendung
oleh serangan keempat orang pemuda tadi hingga tak mampu maju selangkahpun.
sambil tertawa terkekeh-kekeh lelaki ceking itu segera berseru:
"Hey anak muda, coba kau bertahanlah sejenak. aku hendak pergi menolong orang."
"Pergilah kau" jawab Kim Thi sia sambil tertawa. sebuah jotosannya berhasil merobohkan
seorang musuh. "Serahkan saja persoalan disini kepadaku seorang........"
Belum selesai perkataan itu diutarakan tujuh delapan orang tosu telah menerjang kearahnya
sambil memutar ruyung panjang.
Kim Thi sia membentak keras dan terjun kearena pertarungan, pertempuran sengitpun segera
berkobar. Dengan melompat keluar dari arena pertarungan, lelaki ceking itu menjadi hebat merdeka dan
tiada orang yang menyerangnya lagi. Buru-buru dia mengerling sekejap kearah Kim Thi sia yang
sedang bertarung sengit lalu gumamnya dengan suara keras:
"Rasain sekarang hey bocah muda, kau bakal merasakan penderitaan yang hebat.
Haaaaah.....haaaaaah........"
Dengan sekali jejakan kaki tubuhnya segera melejit setinggi tiga kaki lebih kemudian dengan
melewati diatas kepala orang banyak dia melesat menuju kedepan situ.
Kim Thi sia mendongkol setengah mati, terutama setelah mendengar perkataan tersebut,
seorang tosu yang sial nasibnya seketika terhajar batang hidungnya oleh sebuah pukulan dahsyat.
sesungguhnya tosu itu mempunyai hidung yang bentuknya sudah pesek, apalagi setelah dihajar
batang hidungnya sampai hancur kontan saja ia menjerit kesakitan seperti babi yang mau
disembelih sambil menutupi hidungnya yang berdarah dia lari pontang panting.
sementara itu api sudah mulai berkobar melalap belasan buah tiang besi disekeliling arena
ditambah lagi hembusan angin barat yang kencang dalam waktu singkat api telah melalap orang
yang terikat diatas tiang besi tersebut.
Kim Thi sia sangat gelisah diam-diam dia merasa gemas apa sebabnya hingga sekarang lelaki
ceking itu belum juga turun tangan.
Dalam gelisah dan marahnya ia segera melejit keudara dan mengeluarkan gerak serangan
"elang terbang menyambar walet" sepasang telapak tangannya dilontarkan kedepan mendesak
mundur dua orang musuh, lalu dengan manfaatkan peluang yang ada dia melirik sekejap kearah
tiang besi itu. Dengan cepat dapat diketahui olehnya bahwa orang yang terikat ditiang besi itu ternyata tak
lain adalah kaum wanita kenyataan tersebut kembali membuat hatinya tertegun. satu ingatan
dengan cepat melintas didalam benaknya.
"Apa-apaan ini" Mengapa kawanan perempuan yang lemah ini berani memusuhi kawanan tosu
bau dari pek hun koan yang bengis" Benar-benar tak habis mengerti aku."
Ia semakin gusar lagi ketika dilihatnya lelaki ceking tadi bukannya menolong untuk
membebaskan kaum wanita tadi, sebaliknya dia malah mengambil kayu bakar dan memperbesar
kobaran api yang membakar tiang-tiang besi itu. Dengan wajah berubah hebat segera bentaknya
penuh marah: "Tua bangka celaka, kau harus dibunuh."
Mendengar itu, lelaki ceking tadi segera melompat bangun dan balas mengumpat: "Bocah
keparat, kau sendiri yang gobloknya seperti babi"
Kim Thi sia tidak berbicara lagi, dengan cepat dia sudah terlibat dalam pertarungan yang amat
sengit, sementara dihati kecilnya dia berpikir dengan gusar:
"Biar aku bodoh seperti babi, tetapi kau justru membantu kaum penjahat melakukan kejahatan,
perbuatanmu lebih rendah daripada binatang, tunggu saja tanggal mainnya, akan kubunuh dirimu
nanti" Dalam pada itu lelaki ceking tadi kelihatannya agak sibuk sekali, dia berjalan mondar mandir
kian kemari mengambil kayu bakar, malah cara kerjanya jauh lebih giat dari pada kawanan tosu
tadi. Tiba-tiba disaat Kim Thi sia baru berhasil mendesak mundur dua orang musuh dan sedang
menghembuskan napas panjang, tahu-tahu ia saksikan kawanan tosu yang semula mengurung
disekeliling lelaki ceking tadi dengan garang, mendadak seperti kemasukan roh jahat saja, mereka
jatuh bergelimpangan diatas tanah tanpa mengeluh sedikitpun. sebaliknya lelaki ceking itu
bergumam sambil berpeluk tangan: "Makanya, gara-gara sekawanan babi ini, hampir saja aku
mati kelelahan........."
JILID 18 Lalu sambil menuding kearah seorang tosu bermuka hitam yang sudah tergeletak diatas tanah,
dia mengumpat lagi: "Maknya, engkau harus roboh agak pelan, tahukan kau tidurmu kali ini paling tidak akan
berakhir sampai akhir jaman nanti" Huuuh, buat apa kau berlagak mampus sekarang, tangan
mencoba menakut-nakuti aku, kau tahu aku adalah sobat karib siraja akhirat."
Dalam waktu singkat belasan orang tosu telah roboh bergelimpangan diatas tanah dan tak
berkutik lagi, tampaknya mereka sudah roboh karena asap beracun yang dilepaskan silelaki ceking
tadi. Dengan begitu, kepungannya yang menghimpit Kim Thi sia juga semakin mengendor. Bahkan
sisanya yang masih hidup pun kini sedang berdiri termangu- mangu sambil mengawasi rekanrekan
tosu yang telah mampus secara mengerikan itu.....
Dengan cepat Kim Thi sia pun menjadi paham apa gerangan yang telah terjadi, dia tahu lelaki
ceking itu bukan mata-mata, rupanya secara diam-diam telah membantunya untuk merobohkan
kawanan tosu tersebut. Karenanya dengan nada setengah minta maaf dia berkata:
"Hey situa, kukira kau adalah mata-mata musuh, sekarang aku baru tahu keadaan yang
sebenarnya, harap kau sudi memaafkan-"
Mendengar perkataan itu, silelaki ceking itu kontan menarik mukanya dia mencaci maki.
"Telur busuk goblok, kalau aku berniat membantu mereka mengapa batok kepalamu tidak
kupenggal lebih dulu?"
Terbentur pada batunya, Kim Thi sia segera menggerutu.
"Ayah pernah bilang bila kita sudah minta maaf maka urusanpun dianggap selesai. Heran,
kenapa situa justru berkaok-kaok macam anjing kelaparan.........?"
Karena mendongkol diapun tidak menggubris lagi.
Agaknya lelaki ceking itu hanya pura-pura marah, melihat pemuda itu mendongkol. Diapun
berlagak termenung sambil mengorek lubang hidungnya dengan jari tangan.
Lalu setelah menyentilkan kotoran hidung ketempat jauh, dia seperti teringat akan sesuatu,
pelan-pelan tanyanya sambil tertawa: "Hey rekan muda, berapa orang bajingan yang berhasil kau
jagal?" "Enam orang" jawab Kim Thi sia tetap mendongkol.
"Benar-benar manusia tak becus" umpat lelaki ceking itu lagi sambil menarik muka dan
mendengus dingin. "Masa begitu lama bertarung, baru enam orang yang berhasil dijagai. Padahal
tosu baru itu jumlahnya puluhan, kalau semua orang bekerja macam dirimu, sampai kapan urusan
baru selesai" Hmmm, dasar orang goblok dimintai bantuan urusan makin runyem........"
Perkataan itu nampaknya sengaja ditujukan kepada Kim Thi sia karena diucapkan dengan suara
keras. Bagaikan dipagut ular berbisa, Kim Thi sia segera berteriak keras-keras:
"Tua bangka, kalau kau hebat, kerjakan saja seorang diri, aku tak akan mencampuri urusanmu
lagi." Lelaki ceking itu nampak agak tertegun lalu gumamnya:
"Baik, baik biar aku yang selesaikan sendiri, biar aku yang kerjakan sendiri Bila berita ini sampai
tersiar dalam dunia persilatan nanti. Lihat saja siapa yang bakal apes."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh:
"Haaaah.....haaaah.......bakal ada seseorang yang dianggap sebagai manusia pengecut yang
takut mampus........."
"Hey tua bangka" Kim Thi sia berteriak marah. "Bila kau berani mengusirku lagi, jangan
salahkan kalau aku akan menyerangmu?"
"Bocah keparat, kau hendak menakut-nakuti aku" Hmmm, jangan dilihat badanku ceking,
tulangku enteng. Hmmmm.......hmmmm....... sebelum memukul aku. Coba diperiksa dulu berapa
kerat tulang yang kau miliki."
Makin berbicara lelaki ceking itu makin mendongkol, kembali serunya:
"Maknya, selama berapa puluh tahun aku hidup berkelana didalam dunia persilatan, semua
jago yang bertemu aku baik dari golongan hitam maupun putih selalu memanggil toaya kepadaku.
setiap bersua mereka pasti menyapaku dengan hormat, sungguh tak sangka aku malah diumpatumpat
orang disini. Hey bocah keparat, nampaknya kau memang sengaja mencari gara-gara
denganku........" Kim Thi sia mendengus dingin dan segera melengos kearah lain.
Tapi ketika dilihatnya lelaki ceking itu makin mencaci maki tiada hentinya, dengan langkah lebar
dia segera berjalan menghampirinya lalu menegur:
"Hey situa, aku lihat kau belum mencucuran air mata sebelum melihat peti mati, memangnya
ingin berkelahi denganku?"
Pada dasarnya Kim Thi sia memang seorang lelaki kasar, bila dia sudah berniat membunuh
orang, biar seorang kaisarpun mungkin akan diserangnya juga. Lelaki ceking itu segera berteriak:
"Bila kau berani maju selangkah lagi, hati-hati kalau batok kepalamu bakal berpindah tempat,
ayoh cepat hentikan langkahmu dan dengarkan dulu perkataanku."
Kim Thi sia sama sekali tak menggubris, sambil mengayunkan langkahnya dia melanjutkan
perjalanan kedepan, makin berjalan semakin mendekat.
Jarak mereka makin lama semakin dekat, andaikata Kim Thi sia memiliki tenaga dalam,
sekarang ia sudah bisa mulai menyerang.
Agaknya lelaki ceking itu mulai gugup dan gelisah, jeritnya lengking: "Hey anak muda,
dengarkan dulu perkataanku."
Kim Thi sia menghentikan langkahnya pada jarak satu kaki dihadapannya, lalu menegur: "Kalau
ingin berbicara ayoh cepat katakan."
"Anak muda, lebih baik kita jangan berkelahi" kata silelaki ceking itu sambil tertawa cengar
cengir. "Hmmm, tidak bisa."
Dengan kening berkerut lelaki ceking itu berkata lagi:
"Kita sama-sama orang yan banyak pengalaman, kejadian macam apapun pernah dijumpai,
buat apa sih kita berkelahi hanya gara-gara urusan kecil" Tak baik bila dilanjutkan, lebih baik kita
bekerja sama untuk bertarung melawan kawanan tosu bau saja, coba lihat, kawanan tosu itu
sedang menonton kita dengan wajah gembira."
Tanpa terasa Kim Thi sia memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, benar seperti apa yang
dikatakan lelaki ceking itu, kawanan tosu tersebut sedang menonton ulah mereka dari sisi arena,
namun wajah mereka tak nampak gembira, sebaliknya hanya berdiri mematung disitu.
Dia mulai sangsi, dia sadar bila mereka sampai gontok-gontokan sendiri, niscaya pihak musuh
yang gembira, apalagi kesempatan dikemudian hari toh masih banyak. kenapa urusan mereka
harus diselesaikan dalam keadaan begini" Berpikir sampai disitu, mimik wajahnyapun berubah
agak kendor kembali.......
Terdengar lelaki ceking itu berkata lagi:
"Padahal bicara yang sesungguhnya, tangankupun sudah gatal sekali setelah kau maki diriku
tadi, namun memikirkan masalah didepan mata, terpaksa aku harus menyingkirkan dulu masalah
pirbadi......." Kim Thi sia segera berkerut kening, pikirnya: "setan ini mulai mengatur gerak mundur."
sebagai pemuda yang berhati bajik, dia tak ingin menghilangkan nyawa orang demi
kepentingan pribadi, maka katanya kemudian:
"Baiklah, kali ini aku menuruti saja perkataanmu, tapi lain kali tak akan segampang ini
persoalan bisa diselesaikan."
Tampaknya lelaki ceking itupun telah memadamkan api kegusarannya, dia berkaok kembali:
"Hmmm, akupun tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja seandainya tidak teringat
dengan keselamatan jiwa para jago kaum lurus yang sedang terancam........"
Tak terlukiskan rasa mendongkol Kim Thi sia saat ini, tapi terpaksa ia mesti menahan diri
sedapat mungkin, akhirnya tanpa mengucapkan sepatah katapun dia bergerak maju meninggalkan
tempat itu. Belum berapa langkah dia berjalan, tiba-tiba jalan perginya telah dihadang seseorang, Kim Thi
sia mencoba untuk mengawasi orang itu ternyata dia adalah seorang tosu tua bermuka kuning
yang kurus kering dan brusia enam puluh tahunan.
sekalipun tidak nampak sikap ketuaannya, namun orang itu berwajah penyakitan hingga
wajahnya nampak amat suram dan tua.
Tanpa berpikir panjang dia segera mengayunkan tangannya melancarkan sebuah pukulan.
Mendadal dalam benaknya terlintas kembali ucapan dari ayahnya dulu.
"Anak sia, banyak macam manusia dalam dunia persilatan yang harus diampuni, terutama
sekali orang yang sudah tua, lemah, cacad atau sakit. sekalipun mereka telah melakukan
kejahatan namun dosa mereka harus diampuni. Kau tak boleh bertindak kelewat keji hingga bisa
dianggap orang sebagai manusia yang tak berperi kemanusiaan." Teringat akan hal ini, cepatcepat
dia menarik kembali serangannya sambil berkata: "Tosu tua, aku tak ingin membunuhmu
cepatlah pergi meloloskan diri........"
Dengan suara lemah tosu tua itu segera menjawab:
"Anak muda, kau jangan salah melihat, aku adalah tianglo bagian hukum dari kuil Pek hun
koan?" "Aku tak ambil perduli siapakah kau, wajahmu yang berpenyakitan membuat aku tak tega
membunuhmu" " Tosu tua itu segera tertawa.
"sebelum menang kalah ditentukan, kau sudah berani bicara besar, nyata sekali kau sibocah
muda memang orang baik."
Mendadak tubuhnya mendesak kemuka selincah kera, dalam waktu singkat sepasang telapak
tangannya sudah diayunkan kedepan melancarkan dua buah serangan yang amat dahsyat.
segulung angin pukulan yang amat dahsyatpun segera menggulung kedepan mengancam
tubuh Kim Thi sia. Dengan perasaan amat terkejut Kim Thi sia melompat mundur kebelakang, begitu lolos dari
serangan dia segera berteriak dengan gusar. "Maknya, rupanya kau sitosu tua sedang berpurapura
sakti." Gagal dengan seragannya yang pertama tosu tua itu mendesak maju lebih kedepan kembali
dua buah serangan yang amat gencar dan dahsyat dilontarkan kedepan.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Deruan angin serangan yang tajam seketika menyelimuti seluruh udara, bila dibandingkan
dengan kawanan tosu yang mengepung Kim Thi sia tadi, kepandaian orang ini berapa kali lipat
lebih dahsyat. Begitu kehilangan posisi yang menguntungkan Kim Thi sia tak berani bertindak gegabah, sekali
lagi dia melompat mundur keb elakan sambil berseru dengan penuh kegusaran.
"Jika, kau masih saja tak tahu diri, jangan salahkan bila aku lancarkan serangan balasan-"
Tosu tua itu tertawa dingin.
"Hmmm, apa salahnya bila kau mencoba sekali lagi?"
Belum selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba dia telah melancarkan sebuah sapuan kaki
yang gencar. Dengan cekatan Kim Thi sia menghindarkan diri kesamping, angin serangan yang tajam dan
kuat segera menyambar lewat dari sisi tubuhnya.
Tosu itu tertawa dingin, kali ini dia melancarkan sebuah pukulan dahsyat dari kejauhan-
Angin pukulan yang dilancarkan kali ini dilancarkan dengan suatu gerakan yang luar biasa
seketika itu juga Kim Thi sia dipaksa tak sempat melancarkan serangan balasan dan segera
terkurung oleh angin pukulan lawan-Dalam keadaan begini, pemuda itu segera pikirnya:
"sungguh tak disangka seoran tosu berpenyakitanpun memiliki tenaga dalam yang begitu
hebat. Nampaknya aku harus menghadapinya dengan keras melawan keras."
Berpikir demikian, ia segera membentak keras, bukannya mundur dia malah mendesak maju
kedepan dan menyambut serangan tersebut dengan bahunya, bersamaan waktunya diapun
mengeluarkan ilmu Tay goan sinkangnya dan secara beruntun melancarkan serangan balasan
dengan menggunakan jurus "suara guntur kilat menyambar", "awan menyambar kabut
menggulung" serta "kobaran api dibalik bata".
Tak terlukiskan rasa kaget tosu tua yang hadapi datangnya serangan yang begitu dahsyat dan
ampuhnya tak sempat lari untuk menarik kembali serangannya tadi, tiba-tiba
"Blaaaaammmmmmmmm..........."
Kim Thi sia segera termakan oleh pukulan yang dahsyat itu hingga kuda-kudanmya gempur dan
mundur tiga langkah kebelakang.
sebaliknya tosu tua itupun terhajar punggungnya sehingga menjerit keras dan mundur sejauh
dua langkah. Dalam satu gebrakan saja, kedua belah pihak telah saling menyerang secara nekad sehingga
berakibat sama-sama terkena pukulan.
Lengan kiri Kim Thi sia menjadi linu, kaku dan tak mau menuruti perintahnya lagi, buru-buru
dia mengeluarkan ilmu Ciat khi mi khinya untuk menarik hawa murninya kepusat dan menembusi
nadi ditangan kirinya yang tersumbat, lambat laun perasaan linu tadi bisa dihilangkan kembali.
sebaliknya sitosu tadi dengan tenaga dalamnya yang sempurna, meski sudah termakan oleh
pukulan dahsyat dari Kim Thi sia namun dengan cepatnya ia berhasil memulihkan kembali kondisi
tubuhnya seperti semula. sebagai seorang yang berpengalaman dengan dia yang mengetahui pula bahwa musuhnya
hanya lihay didalam jurus serangan tapi lemah dalam tenaga dalam, itulah sebabnya diapun
segera menyusun suatu rencana yang jitu untuk menghabisi nyawa pemuda tersebut dengan
mengandalkan titik kelemahannya itu.
Kim Thi sia sebagai lelaki yang keras kepala, tentu saja merasa tidak puas setelah menderita
kerugian dalam satu gebrakan saja, segera gumamnya seorang diri:
"Hmmm, bila harimau tidak unjuk gigi, pasti orang mengira aku sebagai kucing
penyakitan........" Dengan penuh amarah dia mengerling sekejap kearah tosu tua itu, kebetulan tosu tua itupun
sedang mengerling sekejap kearahnya, begitu empat mata saling bertemu, tiba-tiba saja Kim Thi
sia melompat penuh amarah, teriaknya keras-keras: "Tosu hidung kerbau, kucincang tubuhmu
hingga hancur berkeping."
sepasang tangannya segera digetarkan keras, dua gulung tenaga pukulanpun segera meluncur
kemuka membabat dada sitosu tua itu.
Tosu tua tersebut tertawa dingin, ia mundur selangkah sambil mengebaskan telapak tangannya
kedepan. seketika itu juga Kim Thi sia merasakan munculnya segulung tenaga dorongan yang sangat
kuat menumbuk tubuhnya membuat ia tak mampu menahan diri, dengan perasaan terkejut
bercampur ngeri tubuhnya terdorong mundur kebelakang.
Agaknya tosu tua itu sudah yakin kalau tenaga dalam yang dimiliki musuhnya amat cetek. dia
segera manfaatkan kelemahan itu untuk menggempurnya berulang kali, dengan tenaga pukulan
udara kosongnya yang hebat seketika itu juga Kim Thi sia terdesak hingga sulit untuk maju
selangkahpun- Menurut perhitungan tosu tua itu, bila ia menggepur anak muda tersebut secara terus menerus,
maka kendatipun Kim Thi sia memiliki ilmu pukulan yang amat dahsyat. Mustahil dia bisa
mempergunakannya dan apda akhirnya pasti akan tewas diujung telapak tangannya.
sayang dia tak mengira kalau musuh yang sedang dihadapinya sekarang adalah Kim Thi sia
manusia yang termashur karena paling susah diladeni malah dia menyangka pemuda itu cuma
bocah kemarin sore yang belum lama terjun kedunia persilatan-
Bila Kim Thi sia menyerang maka diapun tak bergerak, begitu pemuda tersebut mendesak
kemuka, dia segera mendesaknya mundur dengan mengandalkan tenaga pukulannya yang maha
dahsyat. Akibatnya kedua orang itu saling bertatapan sampai lama sekali tanpa sempat melakukan
sesuatu gerakanpunsecara diam-diam Kim Thi sia melirik sekejap sekeliling tempat itu ia saksikan keempat orang
suheng te itu sedang bertarung sengit melawan balasan orang tosu sedang lelaki ceking itupun
betrok dengan lima enam orang tosu, dalam waktu singkat suara pertarungan telah menggetarkan
seluruh angkasa. Kini tinggal pihaknya saja yang masih menganggur, tanpa terasa dia menganggap peristiwa ini
sebagai semacam penghinaan yang tak berujud paras mukanya segera berubah hebat.
Mendadak dari kejauhan sana tampak bayangan manusia berkelebat datang, Kim Thi sia
mencoba menghitung jumlahnya, ternyata mencapai dua puluhan orang, tanpa terasa lagi dia
membusungkan dada dan berseru sambil tertawa etrbahak-bahak.
"Haaaah......haaaaah......haaaah......bagus sekali biar datang berkumpul semua, dengan begitu
suasana akan bertambah ramai."
Baru selesai perkataan itu diucapkan, dua puluhan tosu bengis itu sudah melubruk datang.
seorang tosu bermuka codet langsung memberi hormat kepada tosu tua itu, kemudian
bentaknya keras-keras: "Serbu"
serentak dua puluhan orang tosu itu meloloskan senjata masing-masing dan menyerang Kim
Thi sia bersama-sama. Kim Thi sia tak ambil diam, dengan jurus "guntur langit menyebar bunga" dia menghajar roboh
seorang tosu menyusul kemudian dengan jurus "kobaran api menggulung kelangit" dia hajar
seorang tosu yang berada didekatnya, sementara kakinya menyambar seorang tosu berwajah
seram yang berdiri disisi kirinya.
Hanya dalam satu jurus tiga gebrakan dia telah berhasil merobohkan tiga orang musuh
sekaligus keberhasilan ini bukan saja diluar dugaannya sama sekali bahkan membuat pemuda ini
semakin memahami taktik dalam menghadapi musuh.
Pada saat itulah api berkobar semakin ganas lalu terdengar jeritan ngeri dan seorang wanita.
Baik, Kim Thi sia maupun lelaki ceking itu segera berubah wajahnya muka mereka mengejang
keras seperti menyesali ketidak becusan sendiri
Dengan suara yang memekik telinga Kim Thi sia membentak nyaring, bagaikan singa terluka
dia menggetarkan tangan kirinya merebut sebilah pedang lalu diantara kilauan cahaya hijau,
jeritan ngeri bergema memecahkan keheningan-
Beberapa orang tosu bengis yang berada dibarisan terdepan segera terpapas oleh sambutan
pedangnya hingga lengan atau kaki mereka terpapas kutung. Percikan darah segar menyembur
kemana-mana membuat suasana amat mengerikan hati. sisa tosu lainnya menjadi ngeri sendiri
setelah melihat kelihayan musuhnya, serentak mereka mengundurkan diri d engan paras jeri.
Berhasil membabat musuhnya, Kim Thi sia membuang pedangnya lalu memanfaatkan
kesempatan itu untuk menerjang keluar dari kepungan, lalu dengan menggetarkan tangannya dia
merobohkan sebatang tiang besi.
Tiang itu panjangnya satu kaki lebih, meski tiang yang dirobohkan membuat gadis yang terikat
jatuh pingsan, namun dengan begitu merekapun lolos dari jilatan api yang membara.
Dengan cara yang sama secara beruntun dia merobohkan enam buah tiang besi dan
menyelamatkan enam orang, tapi saat itulah kembali dia terkepung oleh sekawanan tosu bengis
sehingga usaha pertolongannya terpaksa harus dihentikan. Dalam keadaan begitu, diapun
berteriak keras: "Hey situa, sekarang menjadi jawaban untuk menolong mereka, bila terjadi sesuatu yang tak
diinginkan, diantara kita tak bakalan ada kedamaian lagi........"
Tampaknya lelaki ceking itupun menyadari gawatnya situasi, dia segera menarik kembali sikap
badutnya dan menerjang keluar dari kepungan untuk menolong orang.
sementara itu toa suheng dari empat bersaudara seperguruan itu telah menderita luka, sambil
menjerit tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah.
Kim Thi sia yang menyaksikan peristiwa itu menjadi sangat terkejut akibatnya gerak
serangannya menjadi melamban.
seorang tosu bengis yang melihat kesempatan baik segera memanfaatkannya dengan cepat,
sebuah sapuan toya persis bersarang ditubuhnya, ia kesakitan setengah mati dan mundur
sempoyongan sejauh satu kaki lebih.
Dengan sepasang mata merah membara dia segera merangkak bangun dari atas tanah sambil
mengerahkan Tay goansin kang secara beruntun dia menghajar roboh empat orang musuhnya,
lalu menerjang lepas dari kepungan dan mendekati si toa suheng itu.
saat ini dia merasa benci sekali dengan orang yang telah mencuri pedang Leng gwat kiamnya,
andaikata dia tidak kehilangan senjata andalannya itu, sudah pasti kepandaian saktinya bisa
dikeluarkan sekarang untuk membantai kawanan tosu bengis dari Pek hun koan.
"Semua kesalahan terletak pada dia, aku sudah menjalin permusuhan sedalam lautan
dengannya." Dengan penuh rasa geram Kim Thi sia membentak keras, bagaikan malaikat yang baru turun
dari khayangan secara beruntun dia merobohkan dua orang tosu, lalu membimbing toa suheng
lolos dari kepungan. "Kim tayhiap" gumam toa suheng kemudian. "Aku tak bisa memenuhi pengharapanmu, aku tak
berkemampuan lagi untuk melanjutkan pertarungan."
"Menang kalah adalah kejadian lumrah dalam suatu pertarungan, lebih baik kau beristirahat
saja disini." Cepat-cepat dia merobek baju untuk membalut luka ditubuh Toa suheng, kemudian setelah
menyembunyikan badannya dibalik semak yang lebat, buru-buru dia menerjang kembali ketengah
arena. Ditengah jalan ia memungut sebuah toya lalu menerjang ketangan arena, tanpa pilih kasih lagi
begitu bertemu tosu, dia segera menyerang dengan sekuat tenaga.
Biarpun waktu itu bahunya sudah terkena bacokan golok, pedang, sambaran toya dan cambuk,
namun dasar keras kepala, dia tak perduli dengan semua lukanya itu, dengan ganas dan kalap dia
hajar semua musuhnya secara kejam dan tak mengenal ampun-
Sejak terjun kedunia persilatan, agaknya kawanan tosu itu belum pernah menjumpai seorang
lelaki kalap seperti ini, diam-diam mereka jadi keder sendiri hingga tanpa banyak bicara lagi
serentak orang-orang itu melompat kesamping untuk meloloskan diri.
Dengan begitu ketiga orang suheng te itu pun mendapat kesempatan untuk mengatur
Hong Lui Bun 15 Pantang Berdendam Serial Tujuh Manusia Harimau (1) Karya Motinggo Boesye Wanita Iblis 21
Thi sia mendengus. "Setiap kali menyinggung soal dia, hatiku menjadi sangat mendongkol.
Hmmm, apanya yang hebat sih dari dirinya" Mau pergi biarkan saja pergi, aku sih tidak kelewat
membutuhkan dirinya......"
"Pahit dalam perut, manis diujung bibir, kau tak perlu mengelabuhi diriku" kata pelajar bermata
sakti cepat. "Aku tahu rasa cintamu kepadanya sangat mendalam. Kalau bukan demikian, tak nanti
kau akan begitu mendongkol dan marah"
"Sudahlah, persoalan ini tak usah disinggung kembali, gara-gara dia, aku telah melakukan
perbuatan yang menyalahi abang seperguruanku sendiri setiap kali teringat akan dia....aaaai.
sudahlah tak usah dibicarakan terus toh perempuan didunia ini bukan cuma dia seorang toh
perempuan didunia ini belum mampus semua"
"Kau tahu, Lin lin mempunyai sebuah rahasia dan kebetulan rahasia tersebut dapat kuketahui"
kata sipelajar bermata tajam dengan nada sungguh-sungguh.
"Apa rahasianya?" tanya Kim Thi sia cepat. "Apakah dia sudah berhubungan intim dengan pria
lain?" "Bukan begitu maksudmu"
"Lalu apa rahasianya?" gumam Kim Thi sia makin gelisah. "Apakah dia masih mempunyai
persoalan lain yang belum pernah diberitahukan kepadaku......?"
" orang she Kim, rasa cintamu kepadanya sudah kau perlihatkan secara jelas dalam kata-kata
serta mulut wajahmu. sekarang kau jangan mencoba mengelabuhi diriku lagi"
"Tapi......aku benar-benar sudah tidak menaruh kesan baik lagi kepadanya, seandainya ada, itu
dulu, sekarang aku sama sekali sudah tidak memikirkan tentang dirinya lagi"
" Inginkah kau mengetahui rahasianya?" tiba-tiba pelajar bermata sakti bertanya sambil tertawa
dingin. Kim Thi sia ragu-ragu sejenak, tapi toh akhirnya dia menebalkan muka seraya mengangguk.
Pelajar bermata sakti mendengus dingin sambil melirik sekejap kearahnya dengan pandangan
rendah katanya: "setelah kalian cekcok dan berpisah tadi, Lin lin berjalan terus menuju kedepan situ diikuti lima
orang lelaki kekar, karena tempo hari aku pernah berjumpanya sekali, maka etelah melihat dirinya
dari kejauhan, akupun segera memperhatikan dirinya secara sungguh-sungguh"
"Aku tahu" tukas pemuda itu cepat, "ayoh katakan apa rahasianya"
"Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi kuikuti mereka secara diamdiam,
sebetulya aku ingin mengetahui sedikit tentang keadaanmu, tapi disaat kalian sedang
cekcok tadi, sesungguhnya akupun sudah mengintai tak jauh disana, aku lihat paras muka kelima
orang lelaki kekar itu agak aneh, sebelum berbicarapun mereka saling memberi tanda, mula-mula
kukira kelima orang lelaki itu akan berniat jahat kepadamu, tapi sesaat kemudian kurasa hal ini
pun tak mirip. sebab sikap mereka terhadap dirimu cukup menghormat."
"Tatkala kalian telah berpisah dan kau jatuh tak sadarkan diri, sebetulnya aku ingin segera
menolongmu, tapi tiba-tiba saja kujumpai sudut mata Lin lin telah basah oleh air mata, karena itu
timbul suatu perasaan aneh dalam hati kecilku sekalipun sikap Lin lin dihadapanmu dingin dan
hambar, mengapa disaat berpisah ia dapat menunjukkan sikap berat hati" Perubahan tersebut
berlangsung dalam waktu yang singkat, sebagai lelaki yang kasar kau tak menemukannya, tapi
perubahan sikap tersebut tak nanti bisa lolos dari ketajaman mata saktiku."
"Tak lama kemudian mereka telah menempuh perjalanan sejauh satu li, saat itulah tiba-tiba Lin
lin menangis terseduh, isak tangisnya amat memedihkan hati, cepat-cepat kukerahkan ilmu
meringankan tubuhku untuk menyembunyikan diri dibalikpohon besar, pada waktu itu kelima
orang lelaki kekar tadi berusaha membujuk dan menghiburnya, tapi Lin lin tak mau menuruti,
sambil menangis dia bahkan menegur kelima orang itu yang dibilang cara yang diajarkan tak
benar sehingga menyebabkan kesalahan paham, diantara kalian bertambah dalam."
"sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Kim Thi sia tertegun berapa saat.
"sikap dingin dan tak acuh dari Lin lin sesungguhnya hanya sikap berpura-pura, karena
sesungguhnya dia amat mencintaimu, ingin berbaikan lagi denganmu. Tapi dia menuruti nasehat
dari kelima lelaki kekar tadi untuk berlagak menjauhi dirimu. Ya....kelima orang lelaki itu memang
sudah berpengalaman cukup dalam masalah cinta, tipu muslihat mereka memang cukup banyak.
tapi kali ini mereka salah perhitungan, akibatnya dialah yang menjadi korban-"
"Kalau begitu sikap dingin dari Lin lin tak lain dikarenakan dia ingin kembali kesisiku sehingga
sengaja berbuat demikian?"
"Tentu saja, tapi kelima orang tersebut tidak memahami perasaanmu, mereka mengira cara
tersebut pasti akan berhasil untuk membawamu kembali kesisi Lin lin- sayang seribu kali sayang
akhirnya mereka justru melukis ular diberi kaki, bukan kebaikan yang dingin, kerenggangan
hubungan yang terjadi, kalian berdua harus menjadi korban kesalahan tafsir mereka........"
Makin dipikir Kim Thi sia merasa pendapat tersebut makin mendekati kebenaran, diapun dapat
merasakan betapa cinta dan mesrahnya sikap Lin lin terhadapnya.
Tak kuasa lagi hatinya menjadi kecut rasa sedih dan menyesal pun seketika menyelimuti
seluruh perasaannya. "Kalau begitu aku takpantas menegur dan memakinya dengan suara keras....." dia bergumam
lirih. "Yaa, berita itu boleh dibilang merupakan berita baik, terhitung juga sebuah rahasia besar,
tujuanku mengutarakan rahasia ini tak lain adalah berharap agar kau jangan bertindak dan
mengambil suatu keputusan hanya berdasarkan perasaan. Berdasarkan pada luapan emosi, tapi
pikir dan pertimbangkan dulu sematang- matangnya."
Padahal tujuam yang sebenarnya dari pelajar bermata sakti bukanlah begitu, sudah barang
tentu diapun tak bisa mengungkapkan rahasia dari tujuan sesungguhnya kepada Kim Thi sia.
sementara itu Kim Thi sia telah berteriak keras:
"Kalau begitu aku harus mencarinya hingga ketemu......."
Tanpa terasa dia mengeluarkan kotak Hong wan dan membelainya dengan penuh kasih sayang,
dengan memegang kotak itu dia merasa bagaikan sedang memeluk Lin linsebaliknya
sipelajar bermata sakti seakan-akan beru saja menemukan suatu peristiwa besar
yang amat mengejutkan hati sepasang matanya terbelalak lebar-lebar dan mengawasi kotak
tersebut tanpa berkedip. mulutnya terbungkam sementara rasa terkejut bercampur keheranan
mencekam seluruh perasaan hatinya.
Menyusul kemudian dengan suatu gerakan yang amat cepat dia berusaha menyambar kotak
Hong wan tadi. Namun Kim Thi sia sudah membuat persiapan, ketika sipelajar bermata sakti menggerakkan
tangannya untuk merebut, ia segera menggunakan jurus "mengumpulkan awan membuyar kabut"
dari ilmu pedang panca Buddha untuk menyongsong datangnya gerakan tersebut sambil
bentaknya keras-keras: "Hey pelajar bermata sakti, bila kau berani bertindak secara sembarangan, aku akan
musnahkan kotak ini"
Dalam waktu singkat pelajar bermata sakti merasakan dihadapan matanya telah muncul
berlapis-lapis bayangan tangan yang muncul dari empat empat arah delapan penjuru, dalam
terkejutnya ia segera menarik kembali serangannya sambil berseru:
"orang she Kim, kau jangan salah paham, aku sama sekali tak bermaksud untuk merebut benda
itu, sesungguhnya........"
"sesungguhnya kotak Hong wan adalah sebuah benda mestika bukan?" sambung Kim Thi sia
setengah mengejek. Pelajar bermata sakti segera mendengus dingin.
"Kau jangan mengaco belo secara sembaragan terus terang saja kubilang barang siapa
membawa benda ini maka jiwanya akan berada diujung tanduk sering kali dalam keadaan tanpa
sadar dia akan kehilangan jiwanya secara percuma. Kini aku berusaha merebut benda tersebut
karena terdorong niat baikku, bila kau menganggap aku berambisi untuk mendapatkan mestika
tersebut, hal ini sama artinya kau punya mata namun tak berbiji." Kim Thi sia segera tertawa
mengejek. "Heeeeh.......heeeeeh.......heeeeh......apa gunanya kau membantah" Bukankah secara terangterangan
kau telah berusaha merebutnya barusan" Kalau dibilang hal tersebut terdorong oleh niat
baik, Hmmm, siapa pula yang mau percaya?"
Paras muka sipelajar bermata sakti berubah hebat agaknya semenjak dilahirkan dari rahim
ibunya, belum pernah ia peroleh penghinaan seperti ini, tapi hanya sejenak saja sikapnya telah
pulih kembali seperti sedia kala, hanya sepasang "mata iblis" nya memancarkan sinar tajam yang
amat menggidikkan hati. "Aku tak akan menghalangi bila kau tak ingin hidup lebih lama" katanya kemudian-"Tapi
kuanjurkan kepadamu, lebih baik rahasiakan benda tersebut dan jangan biarkan siapapun
mengetahui rahasia tersebut, kalau tidak bukan cuma gembong-gembong jago persilatan saja
yang akan mengancam jiwamu, bahkan-........"
Berbicara sampai disini, tiba-tiba ia merasa seperti sudah salah berbicara hingga cepat-cepat
menutup mulutnya kembali. sementara sorot matanya yang tajam mengawas wajah Kim Thi sia
tanpa berkedip. Dasar bodoh, ternyata Kim Thi sia tidak bisa menangkap arti yang lebih mendalam dari
perkataan tersebut, dia masih menganggap perkataan tersebut sebagai ucapan mendongkol
seseorang. Dengan cepat dia menyimpan kembali kotak rahasia tersebut kedalam sakunya, kemudian
dengan pandangan curiga dia memandang lagi kearah sipelajar bermata sakti.
"Tak usah curiga, nilai dari kotak Hong wan tersebut akan membuat dirimu mimpipun
takpernah menduganya sama sekali. Kalau bukan demikian, orang persilatan tak akan memandang
tinggi benda tadi." "Loheng, apa maksudmu?"
"Babi goblok" umpat pelajar ebrmata sakti tak senang hati. "Kau bakal mendapat kembali
nyawamu dengan mestika yang terkandung dalam kotak tersebut, masa soal beginipun tidak
kaupahami?" Kim Thi sia kontan saja mencak-mencak kegusaran ketika mendengar dirinya dimaki sebagai
babi goblok. teriaknya keras:
"Loheng, kalau berbicara sedikitlah tahu diri, kalau kubilang tidak mengerti berarti aku benarbenar
tak mengerti. sampai sekarangpun aku masih belum mengetahui dengan jelas apa gerangan
yang telah terjadi. Kau jangan sedikit-dikit memaki orang, kau tahu biar sampai dimanapun Kim
Thi sia tak akan takut kepadamu" Dengan kening berkerut, pelajar bermata sakti segera berseru
penuh amarah: "Kau benar-benar manusia yang tak tahu diri, setengah hidupku sudah banyak orang yang
kutolong, namun belum pernah kujumpai manusia yang tak tahu adat macam dirimu. Hmmm,
anggap saja aku sudah repot selama setengah harian dengan percuma......."
"Bila kau mengajakku berbicara secara baik-baik, tentu saja aku akan berterima kasih
kepadamu, tapi bila kau memaki diriku sebagai babi goblok. tentu saja aku tak terima......"
"sudah memandang pada keadaanmu yang hampir mampus, aku tak akan ribut lebih jauh tapi
suatu ketika bila kau beruntung dapat hidup dan bersua lagi denganku, saat itulah aku akan
memberi pelajaran yang setimpal atas kelancanganmu hari ini" selesai berkata dia segera
membalikkan badan dan siap beranjak pergi dari situ.
Kim Thi sia dengan watak kerbaunya merupakan seorang pemuda yang tak bisa dihadapi
secara keras. Ketika mendengar perkataan tersebut dia segera menarik mukanya dan berteriak
keras: "Loheng, tak usah dibilang lain kali, sekarangpun aku tak akan takut menghadapi dirimu"
Bila berada dihari-hari biasa, Kim Thi sia bakal berbuat demikian lancang, dan tak tahu diri.
Tapi berbeda sekali dengan keadaan sekarang. Kesatu sikap aneh dari pelajar bermata sakti
adalah sikap yang tak bisa dihadapi siapapun dengan begitu saja kedua sifat berangasannya
akibat penderitaan putus cinta membuat pemuda itu gampang suka naik pitam dan mengumbar
hawa amarahnya. Pelajar bermata sakti sudah berjalan berapa langkah ketika mendengar perkataan tersebut,
tiba-tiba ia membalikkan badan dan berseru dengan suara dingin
"orang she Kim, kau jangan berkaok-kaok seperti setan kelaparan, bukan aku memandang hina
dirimu. sekalipun kau beruntung bisa hidup lima tahun lagipun belum tentu kau bisa
menandingiku" Kim Thi sia yang pada dasarnya sudah gusar, kini semakin meluap amarahnya setelah
mendengar perkataan itu, sedemikian gusarnya sampai tangan dan kakinya gemetar keras, kalau
bisa dia ingin selepasnya memperoleh kembali seluruhnya kepandaian silatnya lalu berduel tiga
jurus dengan orang tersebut.
" orang she Kim" kata pelajar bermata sakti lagi. "sekarang juga aku hendak pergi dari sini,
kuharap kau bisa melanjutkan hidup segera sehat walafiat. Bila ada kesempatan carilah aku untuk
berduel serta melampiaskan semua rasa kesalmu selama ini. Dan akhirnya aku perlu
menganjurkan kepadamu cara yang paling aman dan paling terjamin untuk menyelamatkan diri
adalah berusaha mempelajari ilmu silat yang ada didalam kotak Hong wan itu"
Tergerak perasaan Kim Thi sia sesudah mendengar perkataan itu, namun sebagai pemuda yang
keras kepala, dia tak ingin mengaku kalah dihadapan orang lain, katanya acuh tak acuh:
"Mati hidup berada ditangan Thian, aku Kim Thi sia bukan manusia yang takut mampus, bila
kau hendak pergi, soal ini merupakan kebebasanmu sendiri, aku tak ingin turut mencampurinya. "
Pelajar bermata sakti mendengus dingin, dalam dua tiga lompatan saja ia sudah berkelebat
menuju kejalan dan sesaat kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
"setan busuk" Kim Thi sia segera bergumam. "Lima tahun kemudian bila aku tak mampu
menghajarnya sampai sekarang minta ampun, mungkin setanpun akan merasa keheranan-..."
Tiba-tiba serombongan burung gagak terbang melintas dan meninggalkan suata pekikan yang
memilukan hati. Kim Thi sia merasakan hatinya bergidik, bayangan kematian seakan-akan
menyelimuti sekeliling tubuhnya.
Tiba-tiba dari kejauhan situ berkumandang datang suara nyanyian yang amat merdu. suara itu
makin lama makin mendekat, dengan gembira Kim Thi sia melompat bangun dan menengok
kearah mana datangnya suara nyanyian merdu itu.
Tapi dengan cepatnya dia telah melihat suatu benda yang amat dikenal sekali olehnya, yaitu
sebuah tandu kecil yang digotong oleh tiga manusia raksasa. orang-orang itu amat dikenal
olehnya dan membuat pemuda tersebut merasakan hatinya tercekal, buru-buru ia duduk kembali
keatas tanah. Untuk sementara waktu ini dia tak ingin bertemu dengan putri Kim huan beserta ketiga orang
pengawal, apalagi dalam keadaan lemah seperti ini, dia tak ingin menjadi bulan-bulanan mereka
lagi. Tak lama kemudian rombongan tandu itu sudah pergi menjauh dan lenyap dikejauhan sana.
sudah satu jam lebih Kim Thi sia duduk termenung, ketika teringat akan lin lin tanpa terasa ia
mengeluarkan kembali kotak Hong wan tersebut dan membelainya dengan penuh kasih sayang.
Tapi rasa sakit yang dirasakan dalam tubuhnya segera menyadarkannya kembali dari lamunan,
tiba-tiba saja ia teringat dengan perkataan sipelajar bermata sakti tadi.
Akhirnya terdorong rasa ingin tahu dia membuka kotak Hong wan tersebut serta diperiksa
isinya. Namun dengan cepat ia menghela napas kecewa isi kotak tersebut bukan benda mestika
melainkan sebuah lentera kecil yang terbuat dari tembaga hijau.
Lentera hijau itu tidak ada yang aneh dan nampak sederhana sekali, Kim Thi sia tidak habis
mengerti dimanakah letak ke mestikaan benda tersebut hingga menjadi benda rebutan umat
persilatan-......" Dengan perasaan mendongkol ia membuang lentera kecil itu kesudut pohon, tapi saat itu juga
dia seperti mendengar suara dentingan lirih dari balik lentera kecil itu.
Menghadapi kematian yang serasa makin didepan mata, Kim Thi sia merasakan pikirannya
berubah menjadi semakin tenang, tiba-tiba pikirnya:
"Mengapa aku tidak membuka lentera ini dan diperiksa apa isinya" Paling tidak aku bisa
mengisi waktu yang senggang ini dengan kesibukan?"
Begitu ingatan tersebut melintas lewat, dia pungut kembali lentera kecil itu serta digoyangkan
berulang kali. Dari dalam lentera segera bergema suara dentingan kecil,seolah-olah ada dua lembar besi yang
saling beradu satu lainnya.
"Benar-benar aneh sekali" demikian dia berpikir, seharusnya dalam lentera berisi banyak,
kenapa dalam lentera ini justru disimpan dua benda kecil tersebut?"
Didorong oleh rasa ingin tahu, iapun memasukkan jari tangannya kedalam lentera tadi serta
dirabanya benda kecil dalam lentera tersebut.
Ternyata disitu terdapat dua benda bulat yang lunak dan halus menyerupai dua buah bola kecil,
berbeda sama sekali dengan dugaannya yang semula yaitu benda sebangsa besi. "sungguh aneh"
kembali pemuda itu berpekik.
sekarang dia baru teringat dengan ucapan dipelajar bermata sakti yang dinilai mempunyai
maksud dalam satu ingatan segera melintas dalam benaknya. "Aaaaah, ternyata benda ini
memang luar biasa......" kembali gumamnya lirih.
Maka dengan berhati-hati sekali dia masukkan jari tangannya untuk mengorek keluar benda itu
namun sayang mulut lentera kelewat kecil, biarpun sudah dikorek setengah harian lebih namun
benda yang bulat lunak itu belum berhasil dikorek keluar.
semakin susah benda itu diambil, semakin besar pula rasa ingin tahu pemuda ini, dalam
gelisahnya dia segera mencoba menjepit bola kecil yang empuk itu dengan jari tangannya lalu
berniat menekannya lebih kecil agar bisa dikorek keluar.
Akan tetapi bola kecil yang empuk itu betul-betul aneh sekali, kalau hanya disentuh benda
tersebut terasa lunak. maka tatkala dijepit dengan tenaga ternyata berubah menjadi keras seperti
baja. Kim Thi sia menjadi kerepotan setengah mati, dia sudah berusaha setengah harian lebih hingga
bermandi keringat, namun usahanya tak pernah berhasil......
Dalam keadaan begini, watak kerbaunya lagi-lagi muncul, sambil menuding kearah lentera kecil
itu umpatnya: "Setan sialan, kau tak usah bergaya. Lihat saja locu banting dirimu sampai remuk"
Tentu saja ucapan mana hanya kata-kata orang mendongkol. Benda tersebut dipandang
sebagai mestika oleh umat persilatan. sudah barang tentu dia tak akan membuang lentera hijau
tadi dengan begitu saja. Pikir punya pikir, tiba-tiba saja pemuda itu merasakan dadanya menjadi lega dan nyaman
sekali, gerak geriknya terasa lebih enteng dan cekatan. Diam-diam ia berpikir dengan terperanjat:
"Hey, apa yang telah terjadi" sepertinya ada orang telah mengobati luka dalamku secara diamdiam"
Kalau bukan begitu, kenapa tubuhku yang semula terasa tersiksa, kini terasa begini nyaman
dan segar?" Makin dipikir dia semakin keheranan, makin keheranan diapun semakin ingin tahu apa
gerangan yang telah terjadi.
Buru-buru dia mencoba bangkit berdiri serta mengatur pernapasan, seketika itu juga ia merasa
dadanya amat lega. Hawa murninya berputar seperti keadaan sebelum terluka.
Ia makin terkejut lagi sewaktu telapak tangannya diayunkan menghantam sebatang pohon
besar yang tumbuh disamping kirinya. "Plaaaakkk......" diiringi suara keras, pohon itu bergetar
keras dan daun serta ranting berguguran keatas tanah.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Waaah.....sungguh aneh" teriaknya dengan perasaan amat terperanjat. "Mungkin ada kejadian
yang begini aneh didUnia ini?"
sepanjang hidup ia paling takpercaya dengan segala yang gaib, tiap orang menyinggung
masalah tersebut, dengan kening berkerut ia selalu memaki orang itu sebagai gila.
Tapi sekarang, kepercayaan atas hal tersebut mulai goyah, dia mulai curiga jangan-jangan
memang ada setan atau dedemit yang telah menembuhkan luka dalamnya itu. Tiba-tiba ia teringat
dengan benda lunak dalam lentera kecil itu, segera pikirnya:
"sudah pasti gara-gara tersebut, tentu benda ini yang membuat ulah. sewaktu dibuang tadi
rasanya begitu lunak. tapi ketika berbenturan menimbulkan suara seperti besi, benda ini aneh bin
ajaib, sudah pasti kesembuhan lukaku dikarenakan benda ini." Berpikir sampai disitu, gumamnya
lebih jauh: "Kalau begitu bukan tanpa sebab Ciang sianseng menyiarkan berita yang mengatakan bahwa ia
bersedia mewariskan segenap ilmu silatnya untuk ditukar dengan benda ini, tapi apa gunanya
Ciang sianseng mencari benda ini" ilmu silatnya telah mencapai tingkatan kesempurnaan- Air dan
api susah melukai tubuhnya, masa dia seperti aku juga, menderita luka yang parah....."
Persoalan semacam ini tak ingin dia pikirkan lebih jauh. sebab ia sekarang mempunyai
kekuatan, dengan kekuatan ini dia bisa menyelesaikan banyak persoalan.
Karenanya cepat-cepat dia menyimpan kembali kotak mestika itu, namun ditemukan pakaian
bagian atasnya telah lenyap tanpa terasa pikirnya ragu:
"sekarang aku harus mencari pakaian dulu sebelum pergi menyelesaikan persoalanpersoalanku.
" Ditengah hutan sulit baginya untuk mencari pakaian, setelah berpikir sesaat diapun mengambil
daun pohon yang diikatnya menjadi satu sebagai pengganti baju, lalu dengan menelusuri jalan
setapak ia berangkat menuju kearah barat. sepertanak nasi kemudian-......
Dari kejauhan tiba-tiba bergema suara petikan khiem yang amat merdu. Kim Thi sia cukup
mengenal suara tadi, karena tempo hari diapun pernah mendengar irama tersebut disaat ia
disekap dalam kamar penginapan-
Dengan cepat ia merubah arah tujuannya, dengan langkah lebar pemuda itu bergerak
mendekati sumber irama medu itu.
Ia mengerti, putri Kim huan sangat menyukai pedang Leng gwat kiamnya, oleh sebab itu sudah
dapat dipastikan pedang mestika itu pasti berada didalam tandu.
Ia tak kuatir putri Kim huan akan bersedih hati karena kehilangan pedang Leng gwat kiam yang
hendak dirampasnya sekarang, sebab dia memang tak menaruh simpatik terhadap gadis tersebut.
sepanjang jalan ketiga orang raksasa tersebut itu tidak sadar kalau dibelakang mereka bertiga
ada orang yang menguntil. Hal ini bukan disebabkan tenaga dalam mereka bertiga belum
mencapai puncak kesempurnaan, tapi disebabkan irama khiem yang begitu merdu telah mengisap
semua perhatiannya. Tanpa bersusah payah Kim Thi sia mendekati tandu kecil itu hingga jarak tiga kaki, satu ingatan
segera melintas dalam benaknya, diam-diam ia mengambil sebutir batu besar lalu dilemparkan
kesisi kiri arena. "Blaaaaaaaaaaaammmmm........."
Jangan dilihat ketiga orang raksasa itu besar lagi bebal, disaat bergema suara lirih serentak
mereka mengalihkan perhatiannya kearah mana batu besar itu jatuh. Bahkan seorang diantaranya
segera melambung diangkasa dan melancarkan dua serangan dahsyat yang menggempur batu
besar tadi sehingga hancur berkeping-keping.
Walaupun Kim Thi sia amat terkejut melihat kelihayan musuhnya, namun ia tak berani berayal,
memanfaatkan kesempatan disaat ketiga orang itu mengalihkan perhatiannya kearah lain dengan
gerakan cepat ia menyusup kesisi tandu dan menyingkap tirainya.
Begitu tirai tersingkap dengan sorot mata yang tajam Kim Thi sia memandang sekejap
sekeliling tandu, belum sempat putri Kim huan menjerit kaget tahu-tahu pedang Leng gwat kiam
telah terjatuh ketangannya.
setelah pedang berada ditangan, Kim Thi sia tak mampu menahan diri lagi, ia segera tertawa
tergelak suaranya keras memekikkan telinga.
Gerak reftek dari ketiga manusia raksasa itu sungguh mengagumkan, tahu-tahu seorang
diantara mereka sudah membalikkan badan sambil melancarkan sebuah sapuan kilat sementara
sepasang tangannya direntangkan mengancam tubuh bagian atas dan bawah musuh.
Kim Thi sia tidak gentar menghadapi ancaman tersebut, dengan tanpa ragu-ragu dan
mengeluarkan jurus "bunga pedang diatas api" dan "bayangan pedang dibalik salju" dari ilmu
pedang panca Buddha untuk membendung datangnya ancaman. "sreeeet......sreeeeet........"
Dibawah babatan pedang Leng gwat kiam yang memancarkan hawa dingin, terasa segulung
angin serangan dahsyat mengancam dua orang raksasa yang berada dekat dengannya.
Begitu hebat serangan tersebut, mau tak mau terpaksa kedua orang raksasa itu berpekik keras
dan melompat mundur kebelakang. Kim Thi sia segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah.....haaaah.....bila tidak puas, silahkan untuk mencoba lagi, biar aku cuma
selembar jiwa, kita lihat saja nyawa kalian bertiga yang bakal ludas atau nyawaku seorang......"
Dengan suatu gerakan cepat ketiga orang raksasa itu sudah saling memberi tanda sambil
melakukan gerakan mengepung, senyum menyeringai yang menyeramkan menghiasi orang-orang
itu, seolah-olah seratus persen Kim Thi sia bakal mampus ditangannya.
Jangan dilihat Kim Thi sia kasar orangnya, ia memiliki kecerdasan otak yang luar biasa, dalam
keadaan begini dia tak berani untuk bertindak gegabah, sambil berdiri menanti pedangnya
disilangkan didepan dada, sementara telapak tangan kirinya siap melepaskan pukulan.
Ketiga orang raksasa itupun tidak ambil diam, sambil mengerahkan tenaga masing-masing
hingga terdengar suara gemerutukan nyaring, ketiga orang itu siap melancarkan serangan
mematikan. Disaat yang amat kritis itulah mendadak terdengar bentakan nyaring bergema dari balik tandu.
"Tunggu dulu" Ketiga orang raksasa serentak menghentikan gerakannya sambil menunjukkan wajah tak
senang. Mereka heran apa sebabnya majikan mereka selalu berusaha menghalangi usaha mereka
bertiga setiap kali mereka hendak membunuh Kim Thi sia, padahal orang lain tak pernah saat
keadaan demikian. Tentu saja mereka bertiga tak berani banyak bertanya, sebab bila hal tersebut ditanyakan,
majikan mereka selalu naik darah dan memerintahkan mereka berlutut berjam-jam lamanya
sebagai hukumansementara itu putri Kim huan telah melirik sekejap kearah Kim Thi sia, sesaat kemudian dia
mengulurkan tangannya yang putih seraya berkata:
" Kembalikan kepadaku"
Kim Thi sia paling benci melihat sikap sinona yang sangat sombong itu, dengan sinis ia
mendengus, lalu jengeknya: "Apa kau bilang?"
" Kembalikan pedang itu kepadaku"
Kim Thi sia berlagak tidak mengerti, sambil garuk kepala ia bertanya lagi: "Kau sedang
memerintah kepadaku ataukah memohon kepadaku?"
Putri Kim huan segera mengepal tangannya kencang-kencang, sesaat lamanya ia tak
mengucapkan sepatah katapun, jelas ia sedang marah karena ulah pemuda tersebut. Melihat
sinona sudah marah, Kim Thi sia segera mengejek kembali: "Apakah kau sedang memberi
perintah?" "Benar" Kim Thi sia sengaja menjulurkan lidahnya dan mengejek.
"Sejak kapan sih pedang Leng gwat kiam ini menjadi benda milikmu?"
"Aku tak ambil perduli soal itu, pokoknya pedang tersebut harus kau kembalikan kepadaku bila
tak ingin mendapat kesulitan"
"Waduh......gayamu memang luar biasa aku toh baru saja bertanya. sejak kapan pedang
mestika ini menjadi benda milikmu" Memangnya kau membeli dariku" Atau mungkin kau mencuri
milikku?" "Aku telah membelinya darimu"
Kim Thi sia memang berniat membuat gadis ini jengkel, ia sengaja membuat muka setan dan
berseru sambil menjulurkan tangannya kemuka.
"Mana uangnya" Yang penting bagi suatu transaksi dagang adalah pembayaran kontan-Kau toh
tak bisa membayar pedang Leng gwat kiam ku hanya dengan ucapan kosong......."
"Uangnya toh sudah kuserahkan kepadamu, kau jangan mungkir" seru putri Kim huan sewot.
"Apa iyah?" Kim Thi sia pura-pura keheranan- "Tapi aku tak pernah menerima uangmu, coba
lihat dandananku sekarang seandainya aku ini berduit, buat apa aku memakai daun pohon sebagai
baju......." Putri Kim huan marah sekali, dia tahu pemuda tersebut memang sengaja mengejeknya. Tapi
pedang Leng gwat kiam sudah jatuh ketangan pemuda itu, meski mangkel gadis itupun tak bisa
berbuat banyak. Terpaksa dia berkata lagi:
"Aku tak mau tahu, pokoknya sebelum pedang itu dikembalikan kepadaku, jangan nanti kau
bisa kabur dari sini" Kim Thi sia segera tertawa.
"ooooh, kau tak boleh aku pergi, suruh aku tidur disini" sekarang hari sudah larut malam,
apakah aku harus tidur ditempat terbuka. Aku bisa sakit parah kalau tiduran ditempat terbuka
seperti ini" "Lebih baik kau mampus saja" teriak putri Kim huan marah sekali. "Aku membencimu setengah
mati" Mendengar perkataan ini Kim Thi sia segera membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
"Kau hendak kabur?" teriak putri Kim huan-
Kim Thi sia tak ambil perduli, dia tetap melanjutkan perjalanannya kedepan-
Berubah hebat paras muka putri Kim huan yang cantik, ia tak bisa menahan diri lagi. segera
bentaknya: "Berhenti" Kali ini Kim Thi sia menghentikan langkahnya danpelan-pelan berpaling, kemudian dengan
suara mendongkol ia bertanya:
"Nona, ada urusan apa kau memanggilku."
"Kau jangan harap bisa melarikan diri" seru putri Kim huan dengan penuh kebencian-
"Melarikan diri?" Kim Thi sia membelalakkan matanya lebar-lebar. "siapa bilang aku hendak
melarikan diri?" "Kau masih mungkir, bukankah tadi...." Kim Thi sia segera menukas:
"ooooh.....bukankah kau menyuruh aku pergi mati" sekarang aku hendak pergi mati, mengapa
kau mengatakan aku melarikan diri?"
Putri Kim huan menjadi tertegun, dia sama sekali tak menyangka kalau Kim Thi sia akan
menggunakan permainan semacam ini untuk membungkamkan mulutnya. setelah termangu
sejenak. akhirnya dia baru berkata dengan gemas: " Kalau ingin pergi mampus, cepatlah mampus,
tapi tak usah kau bawa serta pedang itu"
JILID 17 "Kalau aku pergi untuk mampus?" Kim Thi sia balik bertanya sambil membuka matanya lebarlebar
dan tertawa mengejek. "Apa pula yang hendak kau lakukan?"
Sekali lagi putri Kim huan dibuat termangu, rasa mangkel yang tak tersalur keluar membuat
paras mukanya berubah, sementara butiran air mata jatuh bercucuran membasahi wajahnya.
Baru pertama kali ini dia merasakah pembalasan dari Kim Thi sia, meski baru permulaan namun
sudah cukup menyakitkan hatinya.
Akhirnya dia menjadi sangat lemah, sebab bila seorang yang keras kepala dan angkuh telah
bertemu dengan orang yang lebih keras kepala dan angkuh, maka sekalipun dalam hati kecilnya ia
mempunyai keangkuhan yang luar biasa, namun senang perasaan mana tak mampu dilampiaskan
keluar. Begitu pula keadaan putri Kim huan dihadapan Kim Thi sia sekarang, ia tak mampu
mengemukakan keangkuhan serta sikap ingin menangnya, entah mengapa kalau terhadap lelaki
lain ia selain bersikap acuh dan memandang rendah, sebaliknya terhadap Kim Thi sia ia
berpandangan lain- Sementara itu Kim Thi sia merasa gembira sekali setelah semua rasa mangkel yang
disimpannya selama berhari-hari akhirnya terlampiaskan keluar. Apalagi sesudah menyaksikan
gadis itu mencucurkan air mata dengan perasaan mendongkol ia amat gembira dan puas.
sambil memegang pedangnya ia segera berbalik badan dan pergi meninggalkan tempat itu.
Kali ini putri Kim huan tidak berusaha menghalanginya, malah sewaktu ketiga orang anak
buahnya berniat menghadang, ia justru membantu Kim Thi sia untuk menegur mereka sehingga
pemuda itu bisa pergi dari situ dengan bebas.
Kim Thi sia pun tidak mengucapkan kata-kata terima kasih, sebab dia menganggap hal ini
sudah seharusnya demikian, maka sambil tertawa katanya kemudian:
"Aku tak akan mencari gara-gara denganmu lagi, sebab pedang Leng gwat kiam telah kembali
ketanganku, tapi ingat bila kau berniat merampas pedangku lagi, jangan salahkan bila aku pun
akan menyatroni dirimu lagi."
"Aku tak menginginkan pedangmu lagi......" putri Kim huan berbisik lirih.
Kim Thi sia segera tertawa tergelak.
"Haaaaah......haaaah......haaaah......kalau begitu aku harus pergi sekarang, moga- moga
nasibmu selalu mujur"
Ia membalikkan badan dan segera beranjak pergi.
Putri Kim huan berusaha mengamati wajahnya, berharap pemuda itu menunjukkan sikap berat
hati untuk meninggalkannya, tapi gadis itu segera merasa kecewa, seperti tempo hari Kim Thi sia
tidak meninggalkan kesan apapun.
Pemuda itu bagaikan tak berperasaan, ia tak pernah memandang sebelah mata pun terhadap
gadis cantik. Tapi justru karena ia makin besar pula keinginan putri Kim huan untuk mendekatinya.
Karena ia berprinsip makin susah suatu benda diperoleh, makin berharga pula nilainya.
Dengan wajah termangu-mangu dia memandang hingga bayangan punggung Kim Thi sia
lenyap dikejauhan sana, perawakan tubuhnya yang kekar dan sikapnya yang angkuh dan keras
kepala, entah mengapa justru meninggalkan kesan yang indah didalam hati kecilnya.
Dengan langkah lebar Kim Thi sia memasuki sebuah kota, dia ingin mengisi perut
sekenyangnya dan beristirahat sepuasnya.
Tapi saat ini dia tak beruang barang sepeserpun, apalagi pakaian hanya terdiri dari daun
pepohonan, namun ia tak ambil perduli kesemuanya itu. Dengan langkah cepat dia memasuki
sebuah rumah makan. Rumah makan merupakan tempat berkumpulnya berbagai macam manusia, tak heran kalau
kehadiran Kim Thi sia dengan dandanan yang super luar biasa ini segera menarik perhatian orang
banyak. Hampir semua perhatian dan pembicaraan orang disitu tertuju kepadanya.
Kim Thi sia tak takut menghadapi semua masalah, tapi ia takut disebut orang bodoh. Apalagi
melihat sikap semua orang yang memandang aneh kearahnya, ibarat duduk diatas jarum, ia
merasa amat tak tenang. Dalam keadaan begini, kalau bisa dia ingin mencari seorang bajingan, merampas pakaiannya
dan mengganti baju dedaunan itu dengan pakaian yang layak.
sementara dia masih masgul, tiba-tiba dari arah meja sebelah timur muncul seorang laki
bermata tikus yang berjalan mendekati kearahnya.
sejak masuk kepintu rumah makan, Kim Thi sia sudah menaruh perhatian kepada mereka,
sebab beberapa orang itulah yang mentertawakan dia kelewat batas malah sambil menuding
kearahnya mereka mengejek dirinya sebagai orang "gunung", "orang liar".
Ia merasa amat gusar dan berniat memberi pelajaran kepadanya, hanya selama ini belum ada
kesempatan saja untuk berbuat begitu, maka disaat ia saksikan ada lima enam orang
menghampirinya untuk menggoda, Kim Thi sia menjadi sangat gembira.
seorang lelaki berwajah bopeng berjalan mendekati kemejanya, orang itu berlagak sok tahu
aturan dan bersikap hormat, sambil memberi hormat sapanya: "Selamat bertemu orang gunung,
terimalah hormat dari siaute"
"Ada urusan apa?" sambil menahan diri Kim Thi sia menegur. sibopeng itu berkata:
"Siaute melihat orang gunung bertubuh kekar dan berwajah segar, siaute tahu orang yang
hidup digunung mempunyai kebiasaan untuk hidup sehat dan kuat, itulah sebabnya kami mohon
petunjuk dari orang gunung, bagaimana caranya kami hidup agar umur kami panjang dan rejeki
kami luas?" Kim Thi sia mendongkol sekali mendengar ocehan tersebut, tapi ia masih mencoba untuk
menahan diri, tegurnya ketus:
"Aku bukan orang gunung, tidak mengerti bagaimana hidup berumur panjang, kau jangan
mengaco belo" sibopeng itu segera cengar cengir, dengan lagak sungguh-sungguh dia berkata lagi:
"orang gunung jangan bersungkan lagi. sejak pertama kali melihat diri andai tadi, kami sudah
tahu kalau orang gunung bukan manusia biasa, bila orang gunung sudi memberi petunjuk. kami
pasti akan berterima kasih sekali........."
Berbicara sampai disitu, sibopeng segera berpaling kearah rekan-rekannya sambil
mengerdipkan mata dan membuat muka setan, kontan saja rekan-rekan lainnya tertawa terbahakbahak.
Kembali sibopeng menyindir:
"Aku lihat orang gunung bertubuh gagah dan berwajah cerah bagaimana kalau orang gunung
ramalkan nasib kami untuk hari depan"
Kim Thi sia mulai tidak senang hati, serunya keras:
" Cepat minggir dari sini, sekali kubilang tak tahu, aku tetap tidak tahu, lebih baik jangan
mencari gara-gara." Gelak tertawa bergema lagi dari seluruh ruangan rumah makan, jelas mereka menganggap
kejadian ini sebagai suatu lelucon, bahkan semua orang berharap sibopeng itu bisa
mempermainkan Kim Thi sia lebih jauh.
Mendengar para tamu ikut tertawa senang, bopeng itu makin bersemangat, lagi-lagi dia
menggoda: "Aaaaaah, betul, kata orang makin lihay kepandaiannya makin sederhana orangnya, orang itu
pasti seorang pertapa sakti, nah saudara-saudara sekalian, inilah kesempatan baik buat kita untuk
meminta petunjuk emas dari orang gunung....ayoh kita beramai-ramai memohon kepada orang
gunung......" serentak rekan-rekan lainnya maju mengerubung, ada yang menarik-narik baju dedaunan Kim
Thi sia, ada pula yang menjura sambil memohon dan bahkan ada juga yang mengamati Kim Thi
sia dari atas hingga kebawah seperti menikmati barang "antik".
Bisa dibayangkan betapa rikuh dan gusarnya pemuda tersebut.
Akhirnya dia tak mampu menahan diri lagi, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia melompat
bangun dan mencengkram tubuh sibopeng lalu dihajarnya habis-habisanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
sibopeng itu segera menjerit kesakitan, suaranya mengenaskan seperti babi yang mau
disembelih. Rekan-rekan lainnya tak ambil diam melihat sibopeng dihajar. Merekapun segera menyambar
bangku dan bersama-sama dibentamkan keatas kepala Kim Thi sia.
Sejak ilmu silatnya pulih kembali, Kim Thi sia tak usah kuatir menghadapi berandal-berandal
kota itu, tak selang berapa saat kemudian ia sudah menghajar orang-orang itu hingga terkapar
ditanah dan tak mampu merangkak bangun kembali.
Tanpa sungkan-sungkan diapun melepaskan pakaian yang dikenakan sibopeng dan dikenakan
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditubuh sendiri. Mimpipun sibopeng tak mengira kalau ulahnya menimbulkan kerugian bagi pihaknya, dengan
ketakutan ia segera menjerit-jerit:
"Begal, tolong.......begaL Bocah keparat ini adalah begal, cepat kalian bekuk dan dibawa
kekantor polisi........"
Dengan acuh tak acuh Kim Thi sia meninggalkan rumah makan itu dengan langkah lebar, tak
seorangpun berani menghalanginya, begitu pula deengan para pelayan rumah makan, tak
seorangpun berani menghalangi kepergiannya dan minta uang sayur.
Hal ini membuat Kim Thi sia pun sudah terbebas dari kerikuhan karena tak punya uang untuk
membayar hidangan tersebut.
Sekarang ia berpakaian seperti orang biasa, tak ada yang mengawasinya dengan sorot mata
aneh lagi. Berapa jauh ia telah menelusuri jalan kota, tiba-tiba dari depan situ muncul seorang lelaki kurus
bertubuh kerempeng yang melemparkan senyuman lebar kearahnya. Kim Thi sia tertegun, segera
pikirnya: "Aku tak kenal dengan orang ini, mengapa dia tertawa kepadaku" sungguh aneh"
Lelaki itupun tidak menegur atau menyapa, sewaktu tiba dihadapannya, mendadak ia seperti
tersandung batu hingga badannya terperosok kemuka.....
Karena selisih jarak mereka berdua begitu dekat, cepat-cepat Kim Thi sia memayang badannya,
dengan tak mengundang banyak orang itu sudah ditegakkan kembali.
"sobat" ia segera menegur. "Berhati- hatilah kau berjalan jangan sampai melukai badan sendiri"
Buru-buru lelaki ceking itu menjura seraya menyahut dengan rasa terima kasih: "Terima kasih
atas bantuan anda" Kim Thi sia manggut- manggut dan meneruskan perjalanannya lagi.
Mendadak ia merasakan ada sesuatu yang tak beres, tubuhnya terasa jauh lebih ringan,
ternyata pedang Leng gwat kiam yang tersoreng dipinggangnya telah hilang lenyap tak berbekas.
Kejadian tersebut kontan saja amat mengejutkan hatinya, ia bukan terkejut bukan karena
hilangnya pedang tersebut, tapi kemampuan orang itu untuk mencuri pedangnya tanpa ia
merasakannya sama sekali.
Tanpa terasa diapun teringat kembali dengan lelaki ceking yang tersandung jatuh tadi, sebab
hanya orang ini yang bersentuhan dengan tubuhnya.
secepat kilat dia berpaling kebelakang, namun bayangan lelaki bertubuh ceking tadi sudah
lenyap tak berbekas, dari sini terbukti sudah bahwa orang itulah yang telah mencuri pedang Leng
gwat kiam nya. Dengan susah payah pedang mestika itu dicuri balik dari tangan putri Kim huan, tapi sekarang
ternyata tercuri kembali dalam gusarnya kontan saja pemuda itu mengumpat:
"Pencuri sialan, anak jadah. Awas kalau tertangkap nanti akan kucabut nyawa anjingmu........"
sambil membalikkan badan ia segera melakukan pengejaran.
Mendadak ia merasakan kembali ada sebuah benda yang hilang daripingganya, benda tersebut
adalah kotak berisi lentera hijau yang telah menyelamatkan jiwanya, dalam gusar dan
mendongkolnya dia mengejar makin cepat.....
Belum jauh dia berlari tiba-tiba muncul serombongan kuda yang berlari kencang dari tikungan
jalan situ Dalam keadaan begini sulit bagi Kim Thi sia untuk menghindarkan diri
Dasar lagi gusar bercampur mendongkol tanpa berpikir panjang lagi pemuda itu segera
melepaskan sebuah pukulan keatas kuda yang berjalan dipaling muka.
Mungkin karena kesakitan, kuda itu segera meringkik panjang sambil mengangkat sepasang
kaki depannya keatas, hampir saja penunggangnya terlempar jatuh daripunggung kuda itu.
"Anjing keparat......." terdengar orang itu mengumpat gusar.
Tapi belum habis umpatan tersebut, agaknya orang itu telah melihat jelas paras muka Kim Thi
sia, dalam terkesiapnya ia baru berseru lagi sesaat kemudian-"Bukankah kau......kau adalah Kim
tayhiap." sebenarnya Kim Thi sia pun hendak mencaci maki orang itu, namun melihat orang tersebut
mengenali dirinya, rasa mendongkolpun turut hilang sebagian, cepat-cepat dia mengamati
penunggang kuda itu dengan cermat.
Diatas empat ekor kuda yang tinggi besar, masing-masing duduklah seorang pemuda yang
tampan berusia delapan sembilan belas tahunan yang memakai baju ringkas berwarna hijau.
Ia seperti pernah bertemu dengan keempatjago muda ini disuatu tempat, wajah merekapun
seperti pernah dikenal, tapi Kim Thi sia tak dapat mengingatnya kembali dimanakah mereka
pernah saling bertemu. Kedua belah pihak saling berpandangan berapa saat lamanya, akhirnya pemuda tampan tadi
berseru lebih dulu: "Kim tayhiap. kami adalah murid-murid dari sipedang sakti bunga beterbangan yang sedang
berkelana dalam dunia persilatan-"
Kim Thi sia segera teringat kembali dengan serombongan anak muda yang dipimpin Pedang
sakti bunga beterbangan, malah waktu itu sipedang sakti bunga beterbangan sempat menitipkan
anak didiknya kepadanya untuk dibantu bilamana perlu. Karenanya sambil tertawa iapun berkata:
"ooooh maaf, rupanya kalian, apakah guru kalian tidak turut serta dalam perjalanan ini?"
"Suhu tak ingin pergi jauh, maka beliau menyuruh kami berkelana sendiri sambil mencari
pengalaman" kata keempat orang itu serentak.
"Ya a, sudah sepantasnya demikian- kata Kim Thi sia tertawa, "Bukankah seluruh ilmu silat dari
sipedang sakti bunga beterbangan sudah kalian pelajari semua" Aku percaya sekalipun bertemu
musuh tangguh, kalian masih sanggup untuk menghadapinya"
Keempat pemuda yang baru terjun kedalam dunia persilatan ini amat senang mendengar
sanjungan tersebut, wajah mereka kontan saja berseri-seri segera katanya lagi:
" Kim tayhiap terlalu memuji, suhu pernah bilang, dalam perjalanan pertama kami dalam dunia
persilatan, paling baik bila mendapat bimbingan dan petunjuk dari seorang jago kawakan yang
berpengalaman, sebab dari situ banyak manfaat yang bisa kami raih. Kim tayhiap. bagaimana
kalau kita menempuh perjalanan bersama-sama" Usia Kim tayhiap hampir sebaya dengan kami,
mungkin dalam kegemaranpun tak jauh berbeda, apakah Kim tayhiap bersedia membimbing kami
berempat?" Diam-diam Kim Thi sia tertawa geli, pikirnya:
"Yaa ampun, berapa luasnya pengalamanku bila dibandingkan kalian berlima" padahal aku
sendiripun belum lama terjun kearena dunia persilatan-......."
Tentu saja ia tak bisa berkata demikian dihadapan pemuda-pemuda itu, katanya kemudianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Kalian jangan menganggap pengalamanku amat luas, padahal aku sendiripun belum lama
terjun kedunia persilatan, selisihku dengan kalian tak terlampau jauh."
Begitu ucapan tersebut diutarakan, rasa kecewapun segera menghiasi wajah keempat pemuda
itu, hampir bersamaan waktunya mereka memohon-
"Kim tayhiap terlalu sungkan, padahal kami semua tahu Kim tayhiap mempunyai nama yang
termashur dan ilmu silat yang tinggi, kami mengerti belum tentu kau bersedia menempuh
perjalanan bersama kami orang-orang bodoh."
"Harap kalian jangan salah paham" buru-buru Kim Thi sia berseru. "sesungguhnya akupun
senang bergaul dengan kalian, tapi karena.....karena......."
Tentu saja ia tak bisa menerangkan kalau pedangnya telah dicuri orang, maka sampai setengah
harian lebih dia tak mampu melanjutkan perkataannya. " Karena apa.......?" serentak keempat
orang itu bertanya. Ketika melihat Kim Thi sia berkerut kening, agaknya sedang menghadapi suatu kesulitanmereka
berseru lagi: "Bila Kim tayhiap hendak memerintahkan sesuatu, kami bersedia untuk melakukannya, mohon
Kim tayhiap sudi menerima permohonan kami."
Kim Thi sia tak bisa menolak lagi terpaksa dia menerima tawaran tersebut dan berkumpul
dengan kawanan anak muda itu.
salah seorang diantara keempat orang itu segera menyerahkan kuda tunggangannya kepada
Kim Thi sia seraya berkata:
"Kim tayhiap. silahkan naik kuda, biar aku naik kuda bersama suheng......."
Kembali Kim Thi sia merasa rikuh untuk menampik, terpaksa diapun melompat naik keatas kuda
dan bersama keempat orang pemuda itu melanjutkan perjalanan kedepan.
Ditengah jalan, pemuda yang terkecil diantara keempat orang itu bertanya dengan polos:
"Kim tayhiap siapakah orang didalam dunia persilatan saat ini yang memiliki ilmu silat paling
tinggi?" "Tentu saja malaikat pedang berbaju perlente" jawab Kim Thi sia tanpa berpikir panjang.
"siapakah yang nomor dua?" kembali pemuda itu bertanya.
"simalaikat pukulan dari selaksa pukulan ciang sianseng"
"Dan ketiga?" dengan perasaan tak puas pemuda itu mendesak lebih lanjut.
Kim Thi sia berpikir berapa saat, namun tak berhasil menemukan siapakah diantara para jago
yang bisa menandingi kelihayan dari simalaikat pedang berbaju perlente maupun Ciang sianseng,
karena seingatnya belum ada seorang manusiapun yang bisa disejajarkan dengan kedua orang
tokoh persilatan itu. Terdengar pemuda itu mendesak kembali: "siapalkah urutan yang ketiga itu
Kim tayhiap." Dalam gelisahnya karena kuatir dianggap tak berpengetahuan dan berpengalaman dalam dunia
persilatan, terpaksa Kim Thi sia menjawab seadanya: "Tentu saja murid-murid dari si Malaikat
pedang berbaju perlente"
" Lalu yang nomor empat?"
"Keempat adalah murid si Rasul dari selaksa pukulan, ciang sianseng....." sambil mengerdipkan
sepasang matanya bulat-bulat, pemuda itu segera berkata:
"Siapa pula murid simalaikat pedang berbaju perlente" siapa pula murid Ciang sianseng"
Apakah usia mereka masih amat muda?"
Belum sempat Kim Thi sia menjawab pertanyaan ini, abang seperguruannya telah menimpal:
"sute yang bodoh, murid si malaikat pedang berbaju perlente tak lain adalah Kim Thi sia
sendiri, sedang murid Ciang sianseng adalah sipelajar bermata sakti"
"Aaaaah......" pemuda tadi berseru kaget dan mengawasi Kim Thi sia dengan mata terbelalak
lebar-lebar. sesaat kemudian ia baru berseru kembali dengan perasaan terkejut:
"Kim tayhiap. kau......kau benar-benar luar biasa.......kami merasa beruntung sekali bisa
bergaul dengan tokoh nomor tiga dari dunia persilatan-......"
Menyusul kemudian dia bertanya lagi dengan gelisah:
"Bagaimana dengan guruku, sipedang sakti bunga beterbangan" Dia menempati urutan yang
keberapa" Kim tayhiap. coba kau jelaskan-......"
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia, dia tergagap oleh pertanyaan tersebut, setengah
harian kemudian baru katanya: "Soal ini......aku sendiripun kurang jelas.....sebab......"
"Sebab apa?" Dia sendiripun tidak mampu melanjutkan perkataan itu karena pengalaman serta
pengetahuan yang dimilikinya memang terlalu minim. Untung si abang seperguruan segera
menimbrung. "su sute, kau jangan bertanya terus, apakah kau tak kuatir ditegur orang karena kelewat
cerewet?" Dengan kepala tertunduk malu, su sute itu bergumam lirih:
"Suhu....wahai suhuku.......sampai kapan kau baru mendapat urutan nama didalam dunia
persilatan" Mengapa selama ini kau tak punya nama serta kedudukan......"
Kuda mereka berjalan lambat menelusuri jalan raya tatkala pemuda itu mendongkkan
kepalanya kembali, tampak ada dua orang tojiu berdandan aneh sedang mengawasinya dengan
pandangan bengis. Melihat itu diapun segera menegur:
"Hey, mengapa kalian berdua mengawasiku terus menerus?"
Toa suheng ingin menghalangi sayang terlambat, tanpa terasa dia menjura kepada dua orang
tojiu berdandan aneh dan berseru sambil tertawa:
"Harap tootiang jangan gusar, sute kami baru terjun dalam dunia persilatan, dia tak banyak
mengetahui adat kesopanan, untuk itu harap sudi dimaafkan......."
siapa sangka tojiu itu bukannya menyudahi persoalan, sebaliknya malah melotot kearah mereka
makin buas, serunya sambil mendengus dingin:
"Kalau baru terjun kedunia persilatan lantas kenapa" Memangnya bisa menelan manusia?" Jelas
ucapan tersebut kasar dan tak tahu sopan santunsiabang
seperguruan menjadi tertegum sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, pemuda
yang paling muda tadi telah berteriak lagi.
"Tejiu setan, kau harus mengerti, kami bukan manusia yang gampang dipermainkan"
Rupanya dia kelewat mengandalkan kemampuan si "jagoan nomor tiga dari kolong langit" yang
hadir disitu sehingga sikapnya menjadi lebih garang dan berani. Merasa ucapan tadi kurang
gagah, dengan cepat dia menambahkan lagi: "Kalian harus tahu, kami tak pernah takut langit, tak
pernah takut bumi........."
Kedua orang tojiu itu seketika dibuat tertegun oleh perkataan yang bersifat kekanak-kanakan
itu, setelah termangu sesaat segera umpatnya lebih garang:
"setan cilik, kau tahu dimanakah kalian berada sekarang" coba tanya kepada orang lain, apa
akibatnya bila berani menyalahi tuan-tuanmu sekalian?"
Dengan mengandalkan kehadiran Kim Thi sia disampingnya, si sute keempat itu makin berani,
bentaknya lantang: "Kau sendiri si setan cilik, coba kau lihat tampang kalian itu, persis tak berbeda seperti setan
cecunguk" Agaknya dia berniat untuk memperlihatkan kebolehan dihadapan Kim Thi sia, dengan cepat
pednagnya diloloskan dari sarung, kemudian sambil melompat turun dari kudanya, ia langsung
berjalan mendekati tojiu yang bengis tadi.
"Hey, jangan membuat keonaran" Kim Thi sia segera berteriak keras. Kali ini si sute keempat
menurut, buru-buru dia balik kembali ketempat semula.
Disatu pihak Kim Thi sia ingon menyudahi persoalan sampai disitu saja, dipihak lain kedua
orang tojiu itu enggan menyelesaikan persoalan sampai disitu saja. Mendadak mereka melotot
makin buas sambil menjerit keras: "Kurang ajar.........."
Kemudian sambil menuding kearah Kim Thi sia umpatnya:
"Anjing cilik, apakah bocah keparat itu kau yang bawa keluar...........?"
Kim Thi sia paling benci kalau dimaki orang sebagai "anjing cilik" sepasang alis matanya yang
tebal segera berkenyit, namun dia tak mengumbar amarahnya. Terdengar tojiu itu berkata lagi:
"Anjing cilik tempat ini adalah pek hun koan, bukan tempat untuk kalian membuat keonaran-
......." Begitu ucapan tersebut diutarakan Kim Thi sia tak sanggup menahan diri lagi, sambil
mengulapkan tangannya dia segera berseru:
"Toa suheng, ji suheng coba kalian berdua menghadapi kedua orang cecunguk itu"
Toa suheng dan ji suheng menerima perintah dan segera mendekati tojiu-tojiu buas tadi,
serunya kemudian- "Totiang, banyak berbicarapun tak berguna, lebih baik kita selesaikan masalahnya dengan
kepandaian silat" Cara berbicaranya lembut, sikapnya gagah, bahkan menganggap sepi ucapan kotor dari kedua
orang musuhnya, jelas terlihat betapa berbedanya hasil pendidikan dari seorang guru ternama.
Kedua orang tosu itu menengus dingin, pelan-pelan mereka meloloskan sebuah ruyung yang
lemas dari pinggangnya dan digetarkan keras hingga menimbulkan suara nyaring.
Toa suheng maupun ji suheng yang baru pertama kali ini menghadapi musuh sedikit banyak
kelihatan agak gugup, sebagai orang yang berpengalaman kedua orang tosu itu segera
mengetahui kalau musuhnya baru pertama kali terjun kedunia persilatan.
Mereka segera saling berpandangan sekejap, lalu secara tiba-tiba menyerbu kemuka dan
melancarkan sergapan kilat.
Kim Thi sia yang menyaksikan peristiwa itu segera mendengus dingin-
"Benar-benar tak tahu malu, kalau ingin menyerang berkatalah dulu, kalau bertarung macam
begini mah biar menang juga tak gagah."
Namun kedua orang tosu itu berlagak seolah-olah tidak mendengar, mereka kembangkan
permainan ruyungnya dan melancarkan serangan bagaikan hembusan angin puyuh.
Toa suheng dan ji suheng yang sedikit agak keder menjadi gelagapan, banyak jurus silat yang
pernah dipelajari tahu-tahu lupa dengan begitu saja, tak heran kalau sejenak kemudian mereka
sudah terdesak diposisi bawah angin-....
su sute menjadi amat gelisah terutama setelah melihat kedua orang abang seperguruannya
terdesak hebat, dia segera berpaling kearah Kim Thi sia. Wajahnya jelas memancarkan harapan
untuk memohon pertolongan-Cepat-cepat Kim Thi sia menghibur:
"Tak usah kuatir, bila abang seperguruanmu kalah, aku segera akan turun tangan-"
Mendengar perkataan tersebut, bagaikan memperoleh jaminan keamanan yang paling hebat,
wajah si sute keempat itu segera menjadi cerah kembali.
Tampak cahaya ruyung bayangan pedang memancar diseluruh angkasa, pertarungan
berlangsung amat seru dan hebat.
Lambat laun toa suheng dan ji suheng sudah mulai meresapi pengalaman dalam menghadapi
suatu pertempuran, ditambah lagi dasar ilmu silat mereka memang tangguh maka berapa puluh
gebrakan kemudian mereka mulai terbiasa dengan situasi pertarungan dari posisi dibawah angin
pun kini berubah menjadi pihak penyerang.
Kini si sute keempat itu tidak merasa takut lagi, dengan wajah berseri-seri segera teriaknya
sambil bertepuk tangan: "Ayoh dihajar, hajar terus, hajar mampus tosu bau itu........"
Berbeda dengan Kim Thi sia, dia mulai berpikir lebih jauh sekarang dia mulai memikirkan
rencana penanggulangan atas pembalasan dari orang-orang kuli Pek hun koan. Pikirnya dihati:
"Bila tindak tanduk serta sepak terjang para tosu bau dari Pek hun koan memang hebat dan
merugikan masyarakat banyak. aku bersumpah akan menegakkan keadilan serta kebenaran
didalam dunia persilatan dengan menumpas sampah-sampah masyarakat itu."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, toa suheng dan ji suheng telah berhasil meraih
posisi diatas angin. satu persatu mereka hajar tosu-tosu bengis itu sehingga akhirnya seorang
tewas dan lainnya melarikan diri dengan membawa luka. Dengan perasaan gembira toa suheng
segera berseru: "Kim tayhiap. aku menyesal sekali tak sanggup mengendalikan perasaan pada permulaan
pertarungan hingga terdesak dibawah angin akhirnya........."
"Akhirnya kau toh berhasil menang" sambung Kim Thi sia sambil tertawa tergelak.
Meski wajahnya nampak agak malu, namun sepasang mata toa suheng memancarkan sinar
berkilat, jelas terlihat betapa girangnya dia. sedang ji suheng segera berkata pula:
"Andaikata kami tidak berpikiran bahwa Kim tayhiap pasti akan membantu bila kami menderita
kalah tadi, mungkin kami berdua tak bisa mengendalikan perasaan dalam bertarung melawan
tosu-tosu bengis itu."
"Tentu saja" kata Kim Thi sia cepat dengan wajah serius. "siapa yang bertarung tanpa perasaan
takut atau sangal, maka dia pasti akan menangkan setiap pertarungan" sementara semua orang
tertawa gembira Kim Thi sia berkata lagi: "sekarang kita harus mempertimbangkan langkah
berikut" Begitu ucapan tersebut diutarakan, semua orang dibuat tertegun.
sambil tertawa Kim Thi sia mengerling sekejap kearah orang-orang itu, lalu menjelaskan:
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kedua orang tosu bengis tadi mengaku sebagai anggota Pek hun koan, ini berarti mereka
mengandalkan kehebatan dari Pek hun koan untuk berbuat semena-mena, kini kalian telah
membunuh seorang diantaranya dan melukai yang lain, berarti mereka pasti tak akan menyudahi
persoalan sampai disini saja, itulah sebabnya aku mengajak kalian mempertimbangkan langkah
berikut........." susute rupanya kelewat percaya pada kemampuan Kim Thi sia, mendengar perkataan itu
segera serunya sambil tertawa:
"Kim tayhiap. engkau toh berada bersama kami, aku percaya kau bisa menjamin keselamatan
kami semua." "Jangan memandang kemampuanku kelewat tinggi, sebab bila sampai terjatuh maka kau akan
merasa amat kesakitan."
"Aku tak kuatir, suhu Kim Thi sia adalah jago nomor wahid diseluruh kolong langit. siapakah
yang berani tidak memberi muka kepadamu?"
"Perkataan itu keliru besar?" dengan kening berkerut Kim Thi sia segera berseru. "Kita terjun
kedunia persilatan adalah untuk mencari pengalaman bagi diri sendiri Ini berarti kita tak boleh
terlalu mengandalkan keberhasilan dari guru kita, sebab sikap seperti ini bisa ditertawakan bahkan
dipandang hina oleh umat persilatan-"
semua orang merasa menyesal bercampur kagum setelah mendengar perkataan itu, sahutnya
kemudian sambil mengangguk:
"Perkataan Kim tayhiap memang tepat, kami tak akan kelewat mengandalkan keberhasilan dari
guru serta angkatan tua kami"
Perjalananpun dilanjutkan kembali, berapa saat kemudian mendadak paras muka Kim Thi sia
nampak berubah hebat, dengan cepat dia melompat bangun dan lari kedepan dengan cepat.
orang yang berjalan didepan adalah orang lelaki bertubuh kecil lagi pendek. bayangan
punggungnya nampak seperti dedaunan dimusim salju, kecil dan gersang hingga nampak
mengenaskan- Keempat orang pemuda itu tak tahu apa yang telah terjadi, tahu-tahu Kim Thi sia telah lari
kedepan dan mencengkeram ujung baju orang tersebut.
orang itu berseru tertahan, mendadak ia meronta keras dan melepaskan diri dari cengkeraman
Kim Thi sia kemudian dengan amat cekatan menghindarkan diri kesamping.
"Wah, tak nyana keparat ini mempunyai ilmu simpanan-........" umpat Kim Thi sia didalam hati.
Ia segera mendesak maju lagi kedepan sambil melepaskan sebuah tendangan kilat.
Tendangan tersebut dilancarkan tepat, cepat dan disertai desingan angin tajam, diam-diam
para penonton menjadi terkejut dan menguatirkan keselamatan dari lelaki ceking itu.
Namun sebelum ujung kaki Kim Thi sia sempat menyambar tubuh orang tersebut, dengan
suatu gerakan yang amat cekatan lelaki ceking itu sudah mengayunkan tangannya kebelakang
menyambar kaki kanan Kim Thi sia, kemudian dilemparkan kedepan.
Akibatnya Kim Thi sia menjadi tak mampu berdiri tegak dan terlemparkan kebelakang, hampir
saja tubuhnya roboh terjengkang.
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia, tak terlukiskan hawa amarah yang membara dalam
dadanya sekarang. Baru saja dia hendak mengeluarkan ilmu Taygoan sinkangnya, lelaki ceking itu
sudah berseru lebih dulu sambil tertawa lebar:
"Sobat kecil, bila kau ingin mempermainkan lawanmu, kepandaianmu masih ketinggalan amat
jauh." Ucapan tegas dan penuh kekuatan, jelas orang ini memiliki kepandaian silat yang cukut
tangguh. sebenarnya Kim Thi sia hendak mencaci maki dan menuntut kembali pedangnya yang tercuri,
namun belum sempat kata-kata tersebut meluncur keluar dari ujung bibirnya mendadak ia merasa
bahwa orang ini meski memiliki perawakan yang sama dengan pencuri itu, namun paras muka
mereka ternyata sangat berbeda.
orang ini memiliki mata yang besar, mulut lebar, alis tebal dan hidung mancung, sepasang
telinganya besar lalu panjang, tampangnya kelihatan gagah sekali.
Meski Kim Thi sia sempat menderita sedikit kerugian, namun amarahnya sudah hilang sebagian
besar, untuk sesaat mukanya menjadi merah padam, ia merasa rikuh sendiri
Terdengar orang itu berkata lagi:
"Engkoh cilik, watakmu tak jauh berbeda seperti watakku dimasa muda dulu bagaimana kalau
kita mengikat tali persahabatan dan mengembara bersama dalam dunia persilatan?"
"Siapa kau?" Kim Thi sia segera bertanya.
Lelaki ceking itu miringkan kepalanya dan tertawa terkekeh, sahutnya cepat: "Coba kau tebak"
orang ini sudah berusia empat puluh tahunan namun cara berbicara maupun tertawanya seperti
bocah berusia tiga tahun saja.
Kim Thi sia menjadi termangu, lalu sahutnya sambil gelengkan kepala: "Tak sedikit jumlah
jagoan dikolong langit kemana aku mesti menguaknya?" si sute keempat segera menyela:
"Aku tebak nama serta julukannya pasti tak jauh berbeda tapi kecebolannya......."
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan toa suheng telah membentak cepat: "Sute jangan
bicara sembarangan, coba lihat Kim tayhiap sedang berbicara dengannya."
"suheng" su sute segera berbisik. "Kenapa Kim tayhiap sudah keok dalam satu gebrakan saja"
Mungkinkah orang itu adalah jagoan nomor wahid atau nomor dua dari kolong langit.........."
Dasar sifat kekanak-kanakannya belum hilang, apa yang terpikir segera diutarakan secara terus
terang, betul suaranya kecil namun Kim Thi sia masih dapat mendengarkan secara lamat-lamat,
kontan saja paras mukanya berubah menjadi merah jengah.
Toa suheng yang mendengar berkataan tersebut kontan saja menegur dengan suara lirih:
"Sute, Kim tayhiap adalah murid seorang malaikat pedang, tak mungkin kepandaian silatnya
rendah bisa jadi dia salah perhitungan sehingga dipecundangi orang, kau tak boleh menilai
kemampuan orang hanya atas dasar pandangan sekilas."
su sute segera mengiakan berulang kali dan tak berani berbicara lagi.
sementara itu silelaki ceking tadi kelihatan amat kecewa, sambil memoncongkan mulutnya dia
berseru: "Engkoh cilik, apakah kau bukan seorang badut" Lantas apa sebabnya kau permainkan aku
tadi..........." "Meski aku bukan badut, tapi aku suka membadut........"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, sambil tertawa lelaki ceking itu sudah menukas:
"Cukup, cukup begitupun sudah cukup, nanti kuajari kepandaian membadut kepadamu.
Tanggung tak sampai setengah tahun saja kau sudah luar biasa hebatnya. Aaaaai........"
Mendadak ia menghela napas sedih, kemudian melanjutkan:
"Semenjak pasanganku meninggal dunia, aku selalu hidup sebatang kara tanpa sahabat
sekalipun berhasrat untuk membuat permainan baru, akupun tak sanggup untuk menyelesaikan
sendiri........" "Tapi sekarang......" dengan lebih bersemangat lelaki ceking itu melanjutkan. "Kau telah
datang, akhirnya aku berhasil menemukan pasangan. Kau harus tahu, seekor serigala harus
diimbangi dengan satu kelicikan- Hanya kelicikan seekor serigala yang bisa mendatangkan
permainan yang menarik hati."
Kim Thi sia ingin sekali melepaskan diri dari orang tersebut, namun tak berhasil, terpaksa
katanya sambil bermuram durja:
"Aku tak mengerti membadut, biar ingin pun tak memiliki kemampuan untuk berbuat begitu,
mustahil bagiku untuk berpasangan denganmu. Maaf atas kelancanganku tadi, silahkan kau
mencari orang lain saja."
"Tidak bisa" lelaki ceking itu melompat-lompat sambil berteriak. " Engkoh cilik, kau tak boleh
pergi, bila kaupergi aku akan menangis sampai mati............"
sambil berkata dia benar-benar menangis terseduh-seduh, suaranya amat mengenaskan dan
menusuk pendengaran siapapun, membuat keempat pemuda tersebut cepat-cepat menutup
telinganya dan tak berani mendengarkan lebih lanjut........
Melihat orang itu benar-benar menangis, Kim Thi sia dibuat kehabisan akal, terpaksa katanya:
"sobat, janganlah bermain gila terus, sesungguhnya akupun tak mampu berbuat apaapa.........."
Namun lelaki ceking itu tak ambil perduli, sambil menangkis dia bahkan berteriak keras:
"Hey bocah muda, bila kau meninggalkan aku, maka biar guntur menyambarmu, biar raja
akhirat menangkapmu, biar kau dibelenggu lima setan, biar kau disiksa dineraka....."
Tak terlukiskan rasa kesal Kim Thi sia menghadapi ulah orang itu, namun sayang kekesalannya
tak terlampiaskan keluar, akhirnya dia berteriak keras-keras:
"Sobat, terus terang saja aku bilang, tiada sesuatu yang kutakuti didunia ini kecuali kau"
Tapi lelaki ceking itu tak ambil perduli tiba-tiba ia berjongkok dan mengambil segenggam pasir
lalu digosokkan kematanya sendiri. semua orang menjerit kaget, Kim Thi sia berseru keras:
"Sobat, matamu bisa buta........."
"Buta juga biar, toh mataku sendiri, perduli amat denganmu" teriak lelaki itu sambil menangis
terisak. "Aku bermaksud baik, tapi kau tak mau menerimanya.........."
Tiba-tiba lelaki itu berhenti menangis, sambil bertepuk dada serunya keras:
"Kalau tak menerima lantas kenapa" Hmmm, bila kau tak tahu diri lagi, aku akan mulai
memukul orang.........."
semua orang benar-benar dibuat serba salah, apalagi Kim Thi sia sendiri, ia merasa mau
menangis tak bisa tertawapun tak dapat.
Dalam keadaan begini dia cuma berharap punya sayap dan bisa terbang jauh meninggalkan
orang tersebut. "Sudah pasti urat syaraf orang ini tidak beres......." gumam Kim Thi sia kemudian.
Ia segera memberi tanda kepada rekan-rekannya dan berseru: "Lebih baik kita pergi saja, tak
usah perduli dia lagi"
Dalam waktu singkat berangkatlah keempat ekor kuda itu meninggalkan tempat tersebut.
Ketika Kim Thi sia kebetulan berpaling kebelakang, mendadak ia menjadi kaget, ternyata lelaki
ceking itu masih mengikuti terus disisinya bagaikan sukma gentayangan-Ketika ia mencoba
melarikan kudanya lebih cepat, ternyata orang itupun mengikuti terus dengan cepat.
Bukan hanya tak pernah lepas dari sisinya, bahkan sambil memutar biji matanya orang itu
bersiul-siul nyaring. Dalam keadaan begini ingin sekali Kim Thi sia berteriak minta tolong, tapi dengan pikiran itu
diapun teringat dengan suatu perkataan yang selama ini beredar dalam dunia persilatan-
" Lebih baik ditusuk jarum harimau dari keluarga Tong, daripada melayani murid simalaikat
pedang Kim Thi sia" Kini, Kim Thi sia berpendapat bahwa gelar "manusia yang paling susah dilayani" sudah
sepantasnya diserahkan kepada lelaki ceking tersebut. sebab ulahnya telah membuat Kim Thi sia
manusia yang paling susah dilayani pun merasa pusing kepala. Akhirnya pemuda itu melunakkan
sikapnya dan berkata pelan-"Loheng, lepaskanlah aku, sebab aku masih ada urusan lain-......"
Lelaki ceking itu segera mendengus.
"Hmmm, bocah muda urusan aku situa justru lebih penting lagi, kau tak usah berbuat yang
aneh-aneh." Kim Thi sia gelisah sekali, tanpa berpikir panjang dia berteriak lantang:
"Hmmm, paling urusanmu urusan kentut" Dengan kening berkerut lelaki ceking itu berkata:
"Puluhan lembar nyawa dikuil Pek huan koan menunggu pertolonganku, coba kaupikirkan
sendiri. terhitung hohan macam apakah kau bila tahunya hanya makan nasi dan berkerut tanpa
keselamatan jiwa para jago lurus" Hmmm, kalau urusan seperti inipun enggan dicampur, buat apa
kau terjun dalam dunia persilatan?"
Kim Thi sia jadi termangu-mangu oleh ucapan tersebut, namun secara lamat-lamat diapun
merasa bahwa dikuil Pek hun koan telah terjadi suatu peristiwa, maka tanyanya kemudian:
"Hey situa, kau bilang dipek hun koan telah terjadi suatu peristiwa........?"
Lelaki ceking itu mengangguk.
"Tentu saja, gara-gara urusan ini, aku sudah sibuk selama dua hari tanpa beristirahat."
Kali ini dia berbicara dengan suara lebih lembut, nampaknya panggilan "situa" dari Kim Thi sia
sangat berkenan didalam hatinya.
"Kau mengatakan banyak jago kaum lurus yang ditangkap pihak Pek hun koan dan sekarang
terancam jiwanya?" kembali Kim Thi sia bertanya.
" benar, bila aku situa tidak kesana, maka mereka akan dibunuh oleh kawanan tosu bau dari
Pek hun koan-" Kim Thi sia yang berjiwa kesatria segera tergerak hatinya sesudah mendengar perkataan ini,
tanpa berpikir panjang lagi ia berseru:
"Bolehkah aku turut ambil bagian?"
"Tentu saja, tapi kau mesti menurut petunjukku, kalau tidak daripada lebih banyak seorang
lebih baik kurang satu orang."
"Baik, aku akan menuruti petunjukmu, toh tujuanku adalah menolong orang, aku tak perduli
soal kekuasaan-" "Bagus sekali kalau begitu akupun akan beristirahat dengan senang hati........"
"Apa?" Kim Thi sia berteriak keras. "Kau hanya memberi petunjuk tanpa bekerja?"
"Tentu saja, pertarungan ini biar kalian saja yang bereskan, kalau sudah tak mampu aku baru
turun kearena." "Kau benar-benar cerdik,....hmmmmm" seru Kim Thi sia tak senang hati. sambil tertawa cengar
cengir silelaki ceking itu segera berkata:
"Kalau aku tak pintar, bagaimana mungkin bisa hidup sampai sekarang"
Haaaaah....haaaaah......mungkin sejak sepuluh tahun berselang nyawaku telah melayang."
"Baik, bila kau berbuat demikian, akupun tak akan menuruti petunjukmu, mau apa kau?"
"Apa?" lelaki ceking itu berteriak keras. Lalu sambil menuding keujung hidung pemuda serunya
lebih jauh: "Bocah muda, kau berani berbuat begitu" Jangan lihat aku situa tak becus, kalau masalah
memaksa bocah muda menurut perkataan mah aku sangat ahli.........."
Kim Thi sia pun amat mendongkol, balasnya:
"Aku Kim Thisia adalah lelaki sejati, aku tak sudi menerima perintah dari cebol macam dirimu,
andaikata kau tidak berkata begitu masih mendingan- sekarang setelah kau ungkap. toaya justru
sengaja menolak. mau apa kamu..........."
Dengan penuh rasa mendongkol lelaki ceking itu mengumpat:
"Bagus.......kau.......kautak mau menuruti perintahku, akan kuhajar tulangmu sampai parah"
Namun secara tiba-tiba ia seperti teringat akan sesuatu, sekilas perasaan aneh melintas
diwajahnya, lalu sambil menuding kearah pemuda tersebut tegurnya lagi.
"Jadi engkau adalah Kim Thi sia, manusia yang sudah termashur karena paling susah dilayani?"
Melihat orang itu memandangnya dengan wajah tercengang, Kim Thi sia segera mengangguk
bangga. "Yaa, toaya orangnya"
Lelaki ceking itu segera tertawa tergelak. serunya dengan penuh rasa gembira:
"Haaaaaah......haaaaaah.......haaaaah...... bagus sekali kalau begitu kita adalah orang sendiri"
"Apa maksud perkataanmu itu?" tanya Kim Thi sia keheranan.
"Kau Kim Thi sia sudah termashur sebagai manusia yang paling susah dilayani, sedang aku
situa pun terhitung manusia yang paling susah dihadapi, bukankah hal ini berarti kita adalah orang
sendiri.....hanya saja."
Berbicara sampai disitu, lambat laun paras mukanya berubah menjadi redup, dengan sikap
yang lebih memelas dia melanjutkan:
"Namaku paling termashur pada sepuluh tahun berselan. waktu itu siapa saja tahu kalau aku
adalah manusia yang paling susah dihadapi, tapi sekarang kedudukan itu telah kau gantikan-
Aaaaai.....nampaknya aku sudah tua, sudah tak berguna lagi........"
Mimpipun Kim Thi sia tak pernah menyangka kalau ia akan berjumpa dengan seorang
locianpwee dari bidang "manusia yang paling susah dilayani" sedikit banyak ia merasa dibuat
serba salah. Namun ketika dilihatnya sorot mata lelaki ceking itu menunjukkan kesedihan, timbullah
perasaan simpatik dalam hati kecilnya, dia segera berkata: "Hey situa, kau belum kelewat tua,
jangan terlalu bersedih hati."
Mendadak terdengar su sute berteriak keras:
"Kim tayhiap, coba lihat, didepan situ terdapat kilatan cahaya api......."
Ketika Kim Thi sia mendongakkan kepalanya, betul juga dikejauhan sana tampak cahaya api
berkilauan, bayangan manusiapun berkelebat kesana kemari tapi tidak diketahui apa yang terjadi.
Dengan cepat rasa pedih diwajah lelaki ceking itu hilang lenyap tak berbekas, segera serunya
pula: "Aduh celaka, rupanya kawanan tosu buas itu sudha menggunakan siksaan api untuk
mencelakai para jago dari golongan lurus, mari kita cepat memberi pertolongan-"
Dalam keadaan begini mau tak mau Kim Thi sia harus merasa kagum juga atas kesempurnaan
tenaga dalamnya serta ketajaman sorot matanya.
Empat ekor kuda dengan enam orang penunggangnya secepat kilat memburu ketempat
tersebut, dari kejauhan Kim Thi sia telah menyaksikan diatas tiang-tiang kayu tergantung manusia
yang sedang dibakar dengan jilatan api yang membara, asap tebal yang membubung keangkasa
membuat napas orang terasa sesak.
Disekeliling kobaran api itu nampak manusia berdesakan, mereka adalah kawanan tosu bengis
yang sedang mengawasi ketengah arena sambil menyeringai seram.
Kim Thi sia segera memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,ai saksikan disekitar situ
terdapat dua puluhan tiang kayu yang sedang dibakar. Hal tersebut membuat hatinya amat
gelisah, sebab jumlah musuh jauh banyak daripada kekuatan sendiri, bagaimana cara mereka
untuk memberikan pertolongan"
Tanpa terasa dia berpaling kearah silelaki ceking itu, maksudnya hendak meminta pendapatnya,
siapa tahu lelaki ceking itupun sedang memandang kearahnya, ketika dua pasang mata saling
berpapasan ketika orang itu sama-sama tertawa getir.
Belum lagi mereka berlima turun dari kuda, dua puluhan orang tosu bengis telah mengayunkan
cambuknya seraya berteriak memberi peringatan:
"Ayoh balik, ayoh cepat balik, kami adalah orang-orang dari Pek hun koan, jangan mencari
penyakit buat diri sendiri" Kim Thi sia berkerut kening, lalu gumamnya:
"Kalau memang orang-orang dari Pek hun koan lantas" Memangnya bisa menelan aku Kim Thi
sia bulat-bulat" Hmmm, sungguh menggelikan......"
"Kim tayhiap. dia hendak mengusir kita pergi" teriak su sute tiba-tiba dengan perasaan sangat
tak puas. Kim Thi sia segera melompat turun dari kudanya tanpa mengucapkan sepatah katapun dia
maju dua langkah kedepan, lalu sambil mengincar kearah salah seorang tosu bengis yang paling
menyolok ulahnya, tiba-tiba ia lepaskan sebuah tonjokan keras kearah hidungnya. "Kuhajar kau
sibajingan tosu dari Pek hun koan"
Dalam waktu singkat suasana menjadi gempar, bentakan nyaring bergema dari sana sini
mimpipun mereka tak menyangka kalau Kim Thi sia berani mencabut bulu harimau.......
Dalam waktu singkat tampak bayangan manusia berkelebat kesana kemari hujan senjata
rahasiapun ditujukan kearah mereka.
Tosu bermuka panjang yang diserang Kim Thi sia barusan sesungguhnya hanya seorang tosu
yang berkepandaian silat biasa saja dalam keadaan tak menduga sama sekali tulang dadanya
seketika terhajar hingga hancur berantakan, sambil menjerit ngeri mayatnya segera roboh
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terkapar diatas tanah... Keberhasilah Kim Thi sia dalam serangannya hingga mengakibatkan tewasnya seorang
begundal dari pek hun koan ini segera menyeret pemuda itu terlibat dalam permusuhan dengan
kaum tosu tersebut. Dalam waktu singkat senjata rahasia dan senjata tajam berhamburan disekeliling tubuhnya,
lambat laun Kim Thi sia tak sanggup menahan diri, mendadak satu ingatan melintas dalam
benaknya cepat-cepat tubuhnya menggelinding kesamping.
Diantara debu dan pasir yang beterbangan, tubuhnya tahu-tahu bergulingan sejauh tiga kaki
lebih. Namun jidatnya yang tergoret oleh batu segera menyebabkan darah segar segera
bercucuran keluar. Biarpun pemuda ini tidak takut menghadapi bacokan golok serta tusukan tombak, namun
hamburan senjata rahasia membuatnya tak sanggup menahan diri Dengan menggulingkan diri
diatas tanah maka semua senjata rahasia yang tertuju ketubuhnya menjadi mengenai sasaran
kosong. Malah serangan pedang, tombak dan ruyung yang amat dahsyat tadi seketika
menyebabkan tanah seluas berapa kaki menjadi tak karuan bentuknya.
Menyaksikan kejadian ini Kim Thi sia menjulurkan lidahnya, kemudian dia cepat-cepat bangun-
Mendadak terdengar lelaki ceking itu berteriak: "Hey bocah muda, ayoh cepat ikuti caraku ini"
secepat sambaran angin kakek ceking itu menerjang maju kemuka, dalam sekali ayunan
tangan, ia telah berhasil mencengkeram seorang tosu yang berwajah bengis.
Bukan sampai disitu saja, lelaki ceking itu segera tertawa, sambil mengerahkan tenaganya dia
melakukan dorongan kedepan.
Tosu bengis itu segera terdorong oleh semacam kekuatan yang besar hingga menjerit kesakitan
dan jatuh terguling diatas tanah.
Dengan suartu gerakan yang amat cepat, lelaki ceking itu segera menyambar tubuh bagian
belakangnya dan diangkat keatas sebagai tameng. Tentu saja tosu itu mencak-mencak dan
berubah meronta dengan sekuat tenaga. Kim Thi sia yang menjumpai hal itu kontan saja
berteriak: "Kalau hendak dibunuh, lebih baik bunuhlah dengan cepat, buat apamesti dipermainkan seperti
itu?" Lelaki ceking itu melotot besar, dengan wajah tak senang hati ia melirik sekejap kearah sang
pemuda, lalu jeritnya lengking: "Bocah muda, kau hanya mengerti soal kentut"
Habis berkata dia membanting lagi tosu itu keatas tanah.
"Blaaaaaaammmm."
Tosu itu segera merasa pusing tujuh keliling, pandangan matanya menjadi gelap dan darah
meleleh dari ujung bibirnya, untuk sesaat dia menjadi kehilangan kesadarannya.
Lelaki ceking tadi tak berdiam diri sampai disitu saja, sekarang dia menyambar kaki kanannya
dan memutar tubuh orang itu sebagai sebuah senjata guna merontokkan senjata rahsia yang
menyambar tiba. Dalam waktu singkat, seluruh tubuh tosu itu sudah terkena sambaran senjata rahasia hingga
bentuknya tak berbeda seperti seekor landak. sambil tertawa terkekeh-kekeh lelaki ceking itu
segera berseru: "Hey anak muda, inilah cara yang terbaik untuk mengatasi keadaan seperti sekarang ini."
sambil berseru kembali dia berpekik aneh, lengannya direntangkan lalu bagai seekor burung
rajawali mencengkeram seorang tosu lagi.
Menyaksikan rekannya tewas dalam keadaan mengerikan, sedangkan si lelaki ceking itu
kembali berniat menangkap salah seorang diantara mereka, kawanan tosu itu menjadi ketakutan
dan segera melarikan diri tercerai berai untuk menyelamatkan diri
Lelaki ceking itu bertambah gembira, sambil tertawa terkekeh-kekeh hingga giginya yang
kuning kelihatan semua, dia berseru:
"Hey anak muda, kau harus segera maju menirukan cara yang dipakai lelaki ceking itu untuk
menghadapi kawanan tosu bengis tersebut" dia segera berpikir.
"Tubuh manusia lebih besar daripada pedang ataupun golok. jelas merupakan sebuah tameng
yang paling baik. selain terlindung dari serangan senjata rahasia, dapat pula menakut-nakuti
musuh, sekali tepuk mendapat dua, benar-benar sebuah cara yang amat bagus."
Karenanya diapun segera menirukan cara dari lelaki ceking tadi dengan menangkap seorang
tosu bengis untuk dijadikan tameng.
Akibatnya kawanan tosu bengis itu bukan saja tak berhasil melukai dirinya dengan senjata
rahasia, bahkan sebaliknya karena kuatir melukai rekan sendiri, mereka justru mengurungkan
serangan senjata rahasianya dan berbalik menyerang dengan menggunakan senjata tajam.
Empat pemuda yang baru terjun kedunia persilatan itu serentak melompat turun dari kudanya
sambil meloloskan gedang. serangan gabungan dari kawanan tosu bengis itu seketika terbendung
oleh serangan keempat orang pemuda tadi hingga tak mampu maju selangkahpun.
sambil tertawa terkekeh-kekeh lelaki ceking itu segera berseru:
"Hey anak muda, coba kau bertahanlah sejenak. aku hendak pergi menolong orang."
"Pergilah kau" jawab Kim Thi sia sambil tertawa. sebuah jotosannya berhasil merobohkan
seorang musuh. "Serahkan saja persoalan disini kepadaku seorang........"
Belum selesai perkataan itu diutarakan tujuh delapan orang tosu telah menerjang kearahnya
sambil memutar ruyung panjang.
Kim Thi sia membentak keras dan terjun kearena pertarungan, pertempuran sengitpun segera
berkobar. Dengan melompat keluar dari arena pertarungan, lelaki ceking itu menjadi hebat merdeka dan
tiada orang yang menyerangnya lagi. Buru-buru dia mengerling sekejap kearah Kim Thi sia yang
sedang bertarung sengit lalu gumamnya dengan suara keras:
"Rasain sekarang hey bocah muda, kau bakal merasakan penderitaan yang hebat.
Haaaaah.....haaaaaah........"
Dengan sekali jejakan kaki tubuhnya segera melejit setinggi tiga kaki lebih kemudian dengan
melewati diatas kepala orang banyak dia melesat menuju kedepan situ.
Kim Thi sia mendongkol setengah mati, terutama setelah mendengar perkataan tersebut,
seorang tosu yang sial nasibnya seketika terhajar batang hidungnya oleh sebuah pukulan dahsyat.
sesungguhnya tosu itu mempunyai hidung yang bentuknya sudah pesek, apalagi setelah dihajar
batang hidungnya sampai hancur kontan saja ia menjerit kesakitan seperti babi yang mau
disembelih sambil menutupi hidungnya yang berdarah dia lari pontang panting.
sementara itu api sudah mulai berkobar melalap belasan buah tiang besi disekeliling arena
ditambah lagi hembusan angin barat yang kencang dalam waktu singkat api telah melalap orang
yang terikat diatas tiang besi tersebut.
Kim Thi sia sangat gelisah diam-diam dia merasa gemas apa sebabnya hingga sekarang lelaki
ceking itu belum juga turun tangan.
Dalam gelisah dan marahnya ia segera melejit keudara dan mengeluarkan gerak serangan
"elang terbang menyambar walet" sepasang telapak tangannya dilontarkan kedepan mendesak
mundur dua orang musuh, lalu dengan manfaatkan peluang yang ada dia melirik sekejap kearah
tiang besi itu. Dengan cepat dapat diketahui olehnya bahwa orang yang terikat ditiang besi itu ternyata tak
lain adalah kaum wanita kenyataan tersebut kembali membuat hatinya tertegun. satu ingatan
dengan cepat melintas didalam benaknya.
"Apa-apaan ini" Mengapa kawanan perempuan yang lemah ini berani memusuhi kawanan tosu
bau dari pek hun koan yang bengis" Benar-benar tak habis mengerti aku."
Ia semakin gusar lagi ketika dilihatnya lelaki ceking tadi bukannya menolong untuk
membebaskan kaum wanita tadi, sebaliknya dia malah mengambil kayu bakar dan memperbesar
kobaran api yang membakar tiang-tiang besi itu. Dengan wajah berubah hebat segera bentaknya
penuh marah: "Tua bangka celaka, kau harus dibunuh."
Mendengar itu, lelaki ceking tadi segera melompat bangun dan balas mengumpat: "Bocah
keparat, kau sendiri yang gobloknya seperti babi"
Kim Thi sia tidak berbicara lagi, dengan cepat dia sudah terlibat dalam pertarungan yang amat
sengit, sementara dihati kecilnya dia berpikir dengan gusar:
"Biar aku bodoh seperti babi, tetapi kau justru membantu kaum penjahat melakukan kejahatan,
perbuatanmu lebih rendah daripada binatang, tunggu saja tanggal mainnya, akan kubunuh dirimu
nanti" Dalam pada itu lelaki ceking tadi kelihatannya agak sibuk sekali, dia berjalan mondar mandir
kian kemari mengambil kayu bakar, malah cara kerjanya jauh lebih giat dari pada kawanan tosu
tadi. Tiba-tiba disaat Kim Thi sia baru berhasil mendesak mundur dua orang musuh dan sedang
menghembuskan napas panjang, tahu-tahu ia saksikan kawanan tosu yang semula mengurung
disekeliling lelaki ceking tadi dengan garang, mendadak seperti kemasukan roh jahat saja, mereka
jatuh bergelimpangan diatas tanah tanpa mengeluh sedikitpun. sebaliknya lelaki ceking itu
bergumam sambil berpeluk tangan: "Makanya, gara-gara sekawanan babi ini, hampir saja aku
mati kelelahan........."
JILID 18 Lalu sambil menuding kearah seorang tosu bermuka hitam yang sudah tergeletak diatas tanah,
dia mengumpat lagi: "Maknya, engkau harus roboh agak pelan, tahukan kau tidurmu kali ini paling tidak akan
berakhir sampai akhir jaman nanti" Huuuh, buat apa kau berlagak mampus sekarang, tangan
mencoba menakut-nakuti aku, kau tahu aku adalah sobat karib siraja akhirat."
Dalam waktu singkat belasan orang tosu telah roboh bergelimpangan diatas tanah dan tak
berkutik lagi, tampaknya mereka sudah roboh karena asap beracun yang dilepaskan silelaki ceking
tadi. Dengan begitu, kepungannya yang menghimpit Kim Thi sia juga semakin mengendor. Bahkan
sisanya yang masih hidup pun kini sedang berdiri termangu- mangu sambil mengawasi rekanrekan
tosu yang telah mampus secara mengerikan itu.....
Dengan cepat Kim Thi sia pun menjadi paham apa gerangan yang telah terjadi, dia tahu lelaki
ceking itu bukan mata-mata, rupanya secara diam-diam telah membantunya untuk merobohkan
kawanan tosu tersebut. Karenanya dengan nada setengah minta maaf dia berkata:
"Hey situa, kukira kau adalah mata-mata musuh, sekarang aku baru tahu keadaan yang
sebenarnya, harap kau sudi memaafkan-"
Mendengar perkataan itu, silelaki ceking itu kontan menarik mukanya dia mencaci maki.
"Telur busuk goblok, kalau aku berniat membantu mereka mengapa batok kepalamu tidak
kupenggal lebih dulu?"
Terbentur pada batunya, Kim Thi sia segera menggerutu.
"Ayah pernah bilang bila kita sudah minta maaf maka urusanpun dianggap selesai. Heran,
kenapa situa justru berkaok-kaok macam anjing kelaparan.........?"
Karena mendongkol diapun tidak menggubris lagi.
Agaknya lelaki ceking itu hanya pura-pura marah, melihat pemuda itu mendongkol. Diapun
berlagak termenung sambil mengorek lubang hidungnya dengan jari tangan.
Lalu setelah menyentilkan kotoran hidung ketempat jauh, dia seperti teringat akan sesuatu,
pelan-pelan tanyanya sambil tertawa: "Hey rekan muda, berapa orang bajingan yang berhasil kau
jagal?" "Enam orang" jawab Kim Thi sia tetap mendongkol.
"Benar-benar manusia tak becus" umpat lelaki ceking itu lagi sambil menarik muka dan
mendengus dingin. "Masa begitu lama bertarung, baru enam orang yang berhasil dijagai. Padahal
tosu baru itu jumlahnya puluhan, kalau semua orang bekerja macam dirimu, sampai kapan urusan
baru selesai" Hmmm, dasar orang goblok dimintai bantuan urusan makin runyem........"
Perkataan itu nampaknya sengaja ditujukan kepada Kim Thi sia karena diucapkan dengan suara
keras. Bagaikan dipagut ular berbisa, Kim Thi sia segera berteriak keras-keras:
"Tua bangka, kalau kau hebat, kerjakan saja seorang diri, aku tak akan mencampuri urusanmu
lagi." Lelaki ceking itu nampak agak tertegun lalu gumamnya:
"Baik, baik biar aku yang selesaikan sendiri, biar aku yang kerjakan sendiri Bila berita ini sampai
tersiar dalam dunia persilatan nanti. Lihat saja siapa yang bakal apes."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh:
"Haaaah.....haaaah.......bakal ada seseorang yang dianggap sebagai manusia pengecut yang
takut mampus........."
"Hey tua bangka" Kim Thi sia berteriak marah. "Bila kau berani mengusirku lagi, jangan
salahkan kalau aku akan menyerangmu?"
"Bocah keparat, kau hendak menakut-nakuti aku" Hmmm, jangan dilihat badanku ceking,
tulangku enteng. Hmmmm.......hmmmm....... sebelum memukul aku. Coba diperiksa dulu berapa
kerat tulang yang kau miliki."
Makin berbicara lelaki ceking itu makin mendongkol, kembali serunya:
"Maknya, selama berapa puluh tahun aku hidup berkelana didalam dunia persilatan, semua
jago yang bertemu aku baik dari golongan hitam maupun putih selalu memanggil toaya kepadaku.
setiap bersua mereka pasti menyapaku dengan hormat, sungguh tak sangka aku malah diumpatumpat
orang disini. Hey bocah keparat, nampaknya kau memang sengaja mencari gara-gara
denganku........" Kim Thi sia mendengus dingin dan segera melengos kearah lain.
Tapi ketika dilihatnya lelaki ceking itu makin mencaci maki tiada hentinya, dengan langkah lebar
dia segera berjalan menghampirinya lalu menegur:
"Hey situa, aku lihat kau belum mencucuran air mata sebelum melihat peti mati, memangnya
ingin berkelahi denganku?"
Pada dasarnya Kim Thi sia memang seorang lelaki kasar, bila dia sudah berniat membunuh
orang, biar seorang kaisarpun mungkin akan diserangnya juga. Lelaki ceking itu segera berteriak:
"Bila kau berani maju selangkah lagi, hati-hati kalau batok kepalamu bakal berpindah tempat,
ayoh cepat hentikan langkahmu dan dengarkan dulu perkataanku."
Kim Thi sia sama sekali tak menggubris, sambil mengayunkan langkahnya dia melanjutkan
perjalanan kedepan, makin berjalan semakin mendekat.
Jarak mereka makin lama semakin dekat, andaikata Kim Thi sia memiliki tenaga dalam,
sekarang ia sudah bisa mulai menyerang.
Agaknya lelaki ceking itu mulai gugup dan gelisah, jeritnya lengking: "Hey anak muda,
dengarkan dulu perkataanku."
Kim Thi sia menghentikan langkahnya pada jarak satu kaki dihadapannya, lalu menegur: "Kalau
ingin berbicara ayoh cepat katakan."
"Anak muda, lebih baik kita jangan berkelahi" kata silelaki ceking itu sambil tertawa cengar
cengir. "Hmmm, tidak bisa."
Dengan kening berkerut lelaki ceking itu berkata lagi:
"Kita sama-sama orang yan banyak pengalaman, kejadian macam apapun pernah dijumpai,
buat apa sih kita berkelahi hanya gara-gara urusan kecil" Tak baik bila dilanjutkan, lebih baik kita
bekerja sama untuk bertarung melawan kawanan tosu bau saja, coba lihat, kawanan tosu itu
sedang menonton kita dengan wajah gembira."
Tanpa terasa Kim Thi sia memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, benar seperti apa yang
dikatakan lelaki ceking itu, kawanan tosu tersebut sedang menonton ulah mereka dari sisi arena,
namun wajah mereka tak nampak gembira, sebaliknya hanya berdiri mematung disitu.
Dia mulai sangsi, dia sadar bila mereka sampai gontok-gontokan sendiri, niscaya pihak musuh
yang gembira, apalagi kesempatan dikemudian hari toh masih banyak. kenapa urusan mereka
harus diselesaikan dalam keadaan begini" Berpikir sampai disitu, mimik wajahnyapun berubah
agak kendor kembali.......
Terdengar lelaki ceking itu berkata lagi:
"Padahal bicara yang sesungguhnya, tangankupun sudah gatal sekali setelah kau maki diriku
tadi, namun memikirkan masalah didepan mata, terpaksa aku harus menyingkirkan dulu masalah
pirbadi......." Kim Thi sia segera berkerut kening, pikirnya: "setan ini mulai mengatur gerak mundur."
sebagai pemuda yang berhati bajik, dia tak ingin menghilangkan nyawa orang demi
kepentingan pribadi, maka katanya kemudian:
"Baiklah, kali ini aku menuruti saja perkataanmu, tapi lain kali tak akan segampang ini
persoalan bisa diselesaikan."
Tampaknya lelaki ceking itupun telah memadamkan api kegusarannya, dia berkaok kembali:
"Hmmm, akupun tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja seandainya tidak teringat
dengan keselamatan jiwa para jago kaum lurus yang sedang terancam........"
Tak terlukiskan rasa mendongkol Kim Thi sia saat ini, tapi terpaksa ia mesti menahan diri
sedapat mungkin, akhirnya tanpa mengucapkan sepatah katapun dia bergerak maju meninggalkan
tempat itu. Belum berapa langkah dia berjalan, tiba-tiba jalan perginya telah dihadang seseorang, Kim Thi
sia mencoba untuk mengawasi orang itu ternyata dia adalah seorang tosu tua bermuka kuning
yang kurus kering dan brusia enam puluh tahunan.
sekalipun tidak nampak sikap ketuaannya, namun orang itu berwajah penyakitan hingga
wajahnya nampak amat suram dan tua.
Tanpa berpikir panjang dia segera mengayunkan tangannya melancarkan sebuah pukulan.
Mendadal dalam benaknya terlintas kembali ucapan dari ayahnya dulu.
"Anak sia, banyak macam manusia dalam dunia persilatan yang harus diampuni, terutama
sekali orang yang sudah tua, lemah, cacad atau sakit. sekalipun mereka telah melakukan
kejahatan namun dosa mereka harus diampuni. Kau tak boleh bertindak kelewat keji hingga bisa
dianggap orang sebagai manusia yang tak berperi kemanusiaan." Teringat akan hal ini, cepatcepat
dia menarik kembali serangannya sambil berkata: "Tosu tua, aku tak ingin membunuhmu
cepatlah pergi meloloskan diri........"
Dengan suara lemah tosu tua itu segera menjawab:
"Anak muda, kau jangan salah melihat, aku adalah tianglo bagian hukum dari kuil Pek hun
koan?" "Aku tak ambil perduli siapakah kau, wajahmu yang berpenyakitan membuat aku tak tega
membunuhmu" " Tosu tua itu segera tertawa.
"sebelum menang kalah ditentukan, kau sudah berani bicara besar, nyata sekali kau sibocah
muda memang orang baik."
Mendadak tubuhnya mendesak kemuka selincah kera, dalam waktu singkat sepasang telapak
tangannya sudah diayunkan kedepan melancarkan dua buah serangan yang amat dahsyat.
segulung angin pukulan yang amat dahsyatpun segera menggulung kedepan mengancam
tubuh Kim Thi sia. Dengan perasaan amat terkejut Kim Thi sia melompat mundur kebelakang, begitu lolos dari
serangan dia segera berteriak dengan gusar. "Maknya, rupanya kau sitosu tua sedang berpurapura
sakti." Gagal dengan seragannya yang pertama tosu tua itu mendesak maju lebih kedepan kembali
dua buah serangan yang amat gencar dan dahsyat dilontarkan kedepan.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Deruan angin serangan yang tajam seketika menyelimuti seluruh udara, bila dibandingkan
dengan kawanan tosu yang mengepung Kim Thi sia tadi, kepandaian orang ini berapa kali lipat
lebih dahsyat. Begitu kehilangan posisi yang menguntungkan Kim Thi sia tak berani bertindak gegabah, sekali
lagi dia melompat mundur keb elakan sambil berseru dengan penuh kegusaran.
"Jika, kau masih saja tak tahu diri, jangan salahkan bila aku lancarkan serangan balasan-"
Tosu tua itu tertawa dingin.
"Hmmm, apa salahnya bila kau mencoba sekali lagi?"
Belum selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba dia telah melancarkan sebuah sapuan kaki
yang gencar. Dengan cekatan Kim Thi sia menghindarkan diri kesamping, angin serangan yang tajam dan
kuat segera menyambar lewat dari sisi tubuhnya.
Tosu itu tertawa dingin, kali ini dia melancarkan sebuah pukulan dahsyat dari kejauhan-
Angin pukulan yang dilancarkan kali ini dilancarkan dengan suatu gerakan yang luar biasa
seketika itu juga Kim Thi sia dipaksa tak sempat melancarkan serangan balasan dan segera
terkurung oleh angin pukulan lawan-Dalam keadaan begini, pemuda itu segera pikirnya:
"sungguh tak disangka seoran tosu berpenyakitanpun memiliki tenaga dalam yang begitu
hebat. Nampaknya aku harus menghadapinya dengan keras melawan keras."
Berpikir demikian, ia segera membentak keras, bukannya mundur dia malah mendesak maju
kedepan dan menyambut serangan tersebut dengan bahunya, bersamaan waktunya diapun
mengeluarkan ilmu Tay goan sinkangnya dan secara beruntun melancarkan serangan balasan
dengan menggunakan jurus "suara guntur kilat menyambar", "awan menyambar kabut
menggulung" serta "kobaran api dibalik bata".
Tak terlukiskan rasa kaget tosu tua yang hadapi datangnya serangan yang begitu dahsyat dan
ampuhnya tak sempat lari untuk menarik kembali serangannya tadi, tiba-tiba
"Blaaaaammmmmmmmm..........."
Kim Thi sia segera termakan oleh pukulan yang dahsyat itu hingga kuda-kudanmya gempur dan
mundur tiga langkah kebelakang.
sebaliknya tosu tua itupun terhajar punggungnya sehingga menjerit keras dan mundur sejauh
dua langkah. Dalam satu gebrakan saja, kedua belah pihak telah saling menyerang secara nekad sehingga
berakibat sama-sama terkena pukulan.
Lengan kiri Kim Thi sia menjadi linu, kaku dan tak mau menuruti perintahnya lagi, buru-buru
dia mengeluarkan ilmu Ciat khi mi khinya untuk menarik hawa murninya kepusat dan menembusi
nadi ditangan kirinya yang tersumbat, lambat laun perasaan linu tadi bisa dihilangkan kembali.
sebaliknya sitosu tadi dengan tenaga dalamnya yang sempurna, meski sudah termakan oleh
pukulan dahsyat dari Kim Thi sia namun dengan cepatnya ia berhasil memulihkan kembali kondisi
tubuhnya seperti semula. sebagai seorang yang berpengalaman dengan dia yang mengetahui pula bahwa musuhnya
hanya lihay didalam jurus serangan tapi lemah dalam tenaga dalam, itulah sebabnya diapun
segera menyusun suatu rencana yang jitu untuk menghabisi nyawa pemuda tersebut dengan
mengandalkan titik kelemahannya itu.
Kim Thi sia sebagai lelaki yang keras kepala, tentu saja merasa tidak puas setelah menderita
kerugian dalam satu gebrakan saja, segera gumamnya seorang diri:
"Hmmm, bila harimau tidak unjuk gigi, pasti orang mengira aku sebagai kucing
penyakitan........" Dengan penuh amarah dia mengerling sekejap kearah tosu tua itu, kebetulan tosu tua itupun
sedang mengerling sekejap kearahnya, begitu empat mata saling bertemu, tiba-tiba saja Kim Thi
sia melompat penuh amarah, teriaknya keras-keras: "Tosu hidung kerbau, kucincang tubuhmu
hingga hancur berkeping."
sepasang tangannya segera digetarkan keras, dua gulung tenaga pukulanpun segera meluncur
kemuka membabat dada sitosu tua itu.
Tosu tua tersebut tertawa dingin, ia mundur selangkah sambil mengebaskan telapak tangannya
kedepan. seketika itu juga Kim Thi sia merasakan munculnya segulung tenaga dorongan yang sangat
kuat menumbuk tubuhnya membuat ia tak mampu menahan diri, dengan perasaan terkejut
bercampur ngeri tubuhnya terdorong mundur kebelakang.
Agaknya tosu tua itu sudah yakin kalau tenaga dalam yang dimiliki musuhnya amat cetek. dia
segera manfaatkan kelemahan itu untuk menggempurnya berulang kali, dengan tenaga pukulan
udara kosongnya yang hebat seketika itu juga Kim Thi sia terdesak hingga sulit untuk maju
selangkahpun- Menurut perhitungan tosu tua itu, bila ia menggepur anak muda tersebut secara terus menerus,
maka kendatipun Kim Thi sia memiliki ilmu pukulan yang amat dahsyat. Mustahil dia bisa
mempergunakannya dan apda akhirnya pasti akan tewas diujung telapak tangannya.
sayang dia tak mengira kalau musuh yang sedang dihadapinya sekarang adalah Kim Thi sia
manusia yang termashur karena paling susah diladeni malah dia menyangka pemuda itu cuma
bocah kemarin sore yang belum lama terjun kedunia persilatan-
Bila Kim Thi sia menyerang maka diapun tak bergerak, begitu pemuda tersebut mendesak
kemuka, dia segera mendesaknya mundur dengan mengandalkan tenaga pukulannya yang maha
dahsyat. Akibatnya kedua orang itu saling bertatapan sampai lama sekali tanpa sempat melakukan
sesuatu gerakanpunsecara diam-diam Kim Thi sia melirik sekejap sekeliling tempat itu ia saksikan keempat orang
suheng te itu sedang bertarung sengit melawan balasan orang tosu sedang lelaki ceking itupun
betrok dengan lima enam orang tosu, dalam waktu singkat suara pertarungan telah menggetarkan
seluruh angkasa. Kini tinggal pihaknya saja yang masih menganggur, tanpa terasa dia menganggap peristiwa ini
sebagai semacam penghinaan yang tak berujud paras mukanya segera berubah hebat.
Mendadak dari kejauhan sana tampak bayangan manusia berkelebat datang, Kim Thi sia
mencoba menghitung jumlahnya, ternyata mencapai dua puluhan orang, tanpa terasa lagi dia
membusungkan dada dan berseru sambil tertawa etrbahak-bahak.
"Haaaah......haaaaah......haaaah......bagus sekali biar datang berkumpul semua, dengan begitu
suasana akan bertambah ramai."
Baru selesai perkataan itu diucapkan, dua puluhan tosu bengis itu sudah melubruk datang.
seorang tosu bermuka codet langsung memberi hormat kepada tosu tua itu, kemudian
bentaknya keras-keras: "Serbu"
serentak dua puluhan orang tosu itu meloloskan senjata masing-masing dan menyerang Kim
Thi sia bersama-sama. Kim Thi sia tak ambil diam, dengan jurus "guntur langit menyebar bunga" dia menghajar roboh
seorang tosu menyusul kemudian dengan jurus "kobaran api menggulung kelangit" dia hajar
seorang tosu yang berada didekatnya, sementara kakinya menyambar seorang tosu berwajah
seram yang berdiri disisi kirinya.
Hanya dalam satu jurus tiga gebrakan dia telah berhasil merobohkan tiga orang musuh
sekaligus keberhasilan ini bukan saja diluar dugaannya sama sekali bahkan membuat pemuda ini
semakin memahami taktik dalam menghadapi musuh.
Pada saat itulah api berkobar semakin ganas lalu terdengar jeritan ngeri dan seorang wanita.
Baik, Kim Thi sia maupun lelaki ceking itu segera berubah wajahnya muka mereka mengejang
keras seperti menyesali ketidak becusan sendiri
Dengan suara yang memekik telinga Kim Thi sia membentak nyaring, bagaikan singa terluka
dia menggetarkan tangan kirinya merebut sebilah pedang lalu diantara kilauan cahaya hijau,
jeritan ngeri bergema memecahkan keheningan-
Beberapa orang tosu bengis yang berada dibarisan terdepan segera terpapas oleh sambutan
pedangnya hingga lengan atau kaki mereka terpapas kutung. Percikan darah segar menyembur
kemana-mana membuat suasana amat mengerikan hati. sisa tosu lainnya menjadi ngeri sendiri
setelah melihat kelihayan musuhnya, serentak mereka mengundurkan diri d engan paras jeri.
Berhasil membabat musuhnya, Kim Thi sia membuang pedangnya lalu memanfaatkan
kesempatan itu untuk menerjang keluar dari kepungan, lalu dengan menggetarkan tangannya dia
merobohkan sebatang tiang besi.
Tiang itu panjangnya satu kaki lebih, meski tiang yang dirobohkan membuat gadis yang terikat
jatuh pingsan, namun dengan begitu merekapun lolos dari jilatan api yang membara.
Dengan cara yang sama secara beruntun dia merobohkan enam buah tiang besi dan
menyelamatkan enam orang, tapi saat itulah kembali dia terkepung oleh sekawanan tosu bengis
sehingga usaha pertolongannya terpaksa harus dihentikan. Dalam keadaan begitu, diapun
berteriak keras: "Hey situa, sekarang menjadi jawaban untuk menolong mereka, bila terjadi sesuatu yang tak
diinginkan, diantara kita tak bakalan ada kedamaian lagi........"
Tampaknya lelaki ceking itupun menyadari gawatnya situasi, dia segera menarik kembali sikap
badutnya dan menerjang keluar dari kepungan untuk menolong orang.
sementara itu toa suheng dari empat bersaudara seperguruan itu telah menderita luka, sambil
menjerit tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah.
Kim Thi sia yang menyaksikan peristiwa itu menjadi sangat terkejut akibatnya gerak
serangannya menjadi melamban.
seorang tosu bengis yang melihat kesempatan baik segera memanfaatkannya dengan cepat,
sebuah sapuan toya persis bersarang ditubuhnya, ia kesakitan setengah mati dan mundur
sempoyongan sejauh satu kaki lebih.
Dengan sepasang mata merah membara dia segera merangkak bangun dari atas tanah sambil
mengerahkan Tay goansin kang secara beruntun dia menghajar roboh empat orang musuhnya,
lalu menerjang lepas dari kepungan dan mendekati si toa suheng itu.
saat ini dia merasa benci sekali dengan orang yang telah mencuri pedang Leng gwat kiamnya,
andaikata dia tidak kehilangan senjata andalannya itu, sudah pasti kepandaian saktinya bisa
dikeluarkan sekarang untuk membantai kawanan tosu bengis dari Pek hun koan.
"Semua kesalahan terletak pada dia, aku sudah menjalin permusuhan sedalam lautan
dengannya." Dengan penuh rasa geram Kim Thi sia membentak keras, bagaikan malaikat yang baru turun
dari khayangan secara beruntun dia merobohkan dua orang tosu, lalu membimbing toa suheng
lolos dari kepungan. "Kim tayhiap" gumam toa suheng kemudian. "Aku tak bisa memenuhi pengharapanmu, aku tak
berkemampuan lagi untuk melanjutkan pertarungan."
"Menang kalah adalah kejadian lumrah dalam suatu pertarungan, lebih baik kau beristirahat
saja disini." Cepat-cepat dia merobek baju untuk membalut luka ditubuh Toa suheng, kemudian setelah
menyembunyikan badannya dibalik semak yang lebat, buru-buru dia menerjang kembali ketengah
arena. Ditengah jalan ia memungut sebuah toya lalu menerjang ketangan arena, tanpa pilih kasih lagi
begitu bertemu tosu, dia segera menyerang dengan sekuat tenaga.
Biarpun waktu itu bahunya sudah terkena bacokan golok, pedang, sambaran toya dan cambuk,
namun dasar keras kepala, dia tak perduli dengan semua lukanya itu, dengan ganas dan kalap dia
hajar semua musuhnya secara kejam dan tak mengenal ampun-
Sejak terjun kedunia persilatan, agaknya kawanan tosu itu belum pernah menjumpai seorang
lelaki kalap seperti ini, diam-diam mereka jadi keder sendiri hingga tanpa banyak bicara lagi
serentak orang-orang itu melompat kesamping untuk meloloskan diri.
Dengan begitu ketiga orang suheng te itu pun mendapat kesempatan untuk mengatur
Hong Lui Bun 15 Pantang Berdendam Serial Tujuh Manusia Harimau (1) Karya Motinggo Boesye Wanita Iblis 21