Pencarian

Kaki Tiga Menjangan 30

Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung Bagian 30


hitungan. Dengan demikian, aku bermaksud mengatakan bahwa aku tidak perlu
menuruti apa pun perintah hujin."
Dengan hati yang panas Siau Po menukas. "Betul, Siapa yang menjadi bawahan si
moler tua itu, dia akan sial tujuh turunan."
So Ngo Ta dan Sie Long merasa geli mendengar Siau Po yang selalu menyebut si
nyonya dengan kata-kata si moler tua. Mana mereka menyangka bahwa hatinya
mempunyai pemikiran yang lain."
"Si Mo... hujin mendengar hal ini dari Pie Cit, dia malah mengangkat anak buah Pie
Cit itu menjadi pengawal di rumahnya. Di samping itu, dia juga mengatakan, apabila Pie
Cit punya nyali, silahkan datang ke rumahnya dan bunuh orang itu, Hati Pie Cit
langsung menjadi gusar, Dalam keadaan kalap, Pie Cit benar-benar mendatangi
rumahnya, lalu Pie Cit mendatangi orang itu untuk membekuknya dan menebasnya
sekali sehingga jiwanya langsung melayang."
Siau Po bertepuk tangan keras-keras dan bersorak memuji.
"Bagus! Bagus! Orang itu memang patut dibunuh! Dengan dibunuhnya orang itu, hati
pun menjadi puas, urusan lain belakangan!"
"Setelah membunuh orang itu, Pie Cit baru sadar bahwa Pie Cit telah mengundang
datangnya malapetaka, Pie Cit segera menemui The Seng Kong untuk menyatakan
kesalahan Pie Cit pikir, setidaknya Pie Cit pernah mendirikan jasa besar, sedangkan
anak buah Pie Cit itu memang bersalah dan sepatutnya mendapat hukuman mati,
Namun The Seng Kong lebih mendengarkan kata-kata Hu Jin, dia mengatakan aku
telah bersikap kurang hormat dan harus diringkus, Aku pikir Kok Seng Ya berjiwa besar
dan selalu bijaksana. Mungkin dalam amarahnya, dia akan mengurung Pie Cit selama beberapa hari, tapi
kalau hatinya sudah dingin, aku pasti akan dilepaskan kembali. Tidak tahunya, setelah
lewat beberapa hari, kakekku, adikku, bahkan istriku juga sekalian dibekuknya dan ikut
dipenjarakan. Ketika itulah aku baru merasakan bahwa urusan ini tampaknya tidak beres, The Seng
Kong memang ingin membunuh aku, dia memang sengaja mencari-cari kesalahanku
agar batang leherku ini dapat dipenggal.
Pie Cit mencari kesempatan ketika para penjaga lengah untuk melarikan diri, Setelah
beberapa hari kemudian, Pie Cit baru mendapat berita bahwa seluruh keluarga Pie Cit
telah dikenakan hukuman mati."
So Ngo Ta memang sudah tahu sekelumit tentang cerita ini. Tapi dia tidak
menyangka kejadiannya begitu tragis, tanpa dapat menahan diri lagi, ia mengeluarkan
seruan tertahan. Sedangkan mata Sie Long menjadi merah. Rupanya dia mengingat kembali
kenangan pahit yang pernah dialaminya dulu. tangannya dikepalkahnya kencangkencang.
Siau Po menggelengkan kepala.
Sie Long sebaliknya, ia menggertak gigi.
"Keluarga The itu adalah musuh besarku!" katanya dengan sengit "Sayang The Seng
Kong telah mati, sehingga aku tak dapat membalas dendam langsung dengannya,
Sejak itu aku telah mengangkat sumpah berat yaitu akan membabat habis keluarga The
itu." Siau Po tahu kalau The Seng Kong menjadi pendekar kebangsaan, akan tetapi di
sana ada Kek Song, bagaikan melupakan sang pendekar ia selalu mengangguk-angguk
dan berkata: "Dia memang harus dibinasakan, jikalau kau tidak membinasakannya berarti kau
bukanlah seorang laki-laki sejati!"
"Sie Ciangkun," kata So Ngo Ta yang turut berbicara, "Memang tak selayaknya orang
She The membinasakan keluargamu, tetapi disamping itu, Ciangkun justru
mendapatkan untung bagus, karena sekarang kau telah meninggalkan tempat yang
gelap itu dan sekarang berada di tempat yang terang, seandainya tidak demikian
mungkin sekarang ini Ciangkun masih berada di Taiwan, tengah menentang angkatan
perang negara, hingga kau tetap menjadi si pemberontak."
Sie Long mengangguk. "So Tayjin benar." katanya.
Siau Po lalu menanyakan, dan menegaskan.
"Setelah The Song Kong membunuh seluruh keluarga Ciangkun, apakah dengan
kemarahan itu Ciangkun langsung, menghambakan diri pada pemerintahan Ceng yang
maha agung?" "Benar," katanya, "Sri baginda almarhum baik sekali, aku ditugaskan di propinsi
Hokkian. Budi itu akan kubalas dalam pertempuran aku akan bertempur tanpa memikirkan
jiwaku lagi, Syukur aku telah dapat membuat jasa, maka aku diangkat menjadi Hu
Ciang di kota Tong-an, masih dalam wilayah propinsi Hok-kian itu, Kemudian datang
The Seng Kong menyerang, dan aku menyambut serangan itu dan aku mendapatkan
kemenangan. Karenanya aku diangkat menjadi Tongpeng kota Tong-an itu dan berhasil
merampas kota E Mui, Kim Mui dan Gouw-su, selanjutnya aku bekerja sama dengan
tentara Inggris. Dengan naik kapal dan senjata serta meriam, kami dapat menghajar
The Seng Kong hingga ia lari ke lautan. Sebagai kesudahannya baginda almarhum
mengangkat aku menjadi panglima dari armada di Hokkian dengan gelar Hay Ciangkun,
sebenarnya jasaku itu tidaklah seberapa karena sebagian dari kerjaan Ceng yang maha
agung, serta sebagian lagi atas petunjuk dari banyak mentri, Yang benar adalah jasa
dari So Tayjin dan Wie Tayjin berdua yang jauh lebih besar!"
Siau Po tertawa. "Pandai sekali orang ini mengangkatku!" katanya dalam hati, Kemudian Siau Po
bertanya lebih jauh lagi mengenai hal itu.
"Ketika kau merampas kota-kota itu, aku masih menjadi kacung di rumah pelesiran di
Yang-ciu dan sedang repot melayani para tamu, karena kau pernah berada dalam
pasukan The Seng Kong, dan berperang beberapa kali di Hokoan, maka kau pasti
mengetahui banyak tentang Taiwan, Apakah katamu waktu baginda memerintahkan
menyerang pulau itu" Atau bagaimanakah rencana kalian?" tanya Siau Po.
"Aku telah melaporkannya pada yang mulia, bahwa letak Taiwan memencil sendiri di
tengah laut." katanya, "Bahwa pulau itu sangat baik untuk membela diri, dan tidak dapat
untuk diserang, Lagi-pula para pembelanya terdiri dari orang-orang yang pandai
berperang, Maka jika akan menyerang pulau itu, kepala perang harus diberi kekuasaan
penuh, jangan ada gangguan baginya, Dengan cara demikian barulah kita akan
memperoleh hasil." "Apakah dengan demikian kau menginginkan kekuasaan ada pada tanganmu
sendiri?" tanya Siau Po.
"Tak berani aku berlaku demikian." katanya, "Namun dengan demikian kalau ingin
menyerang Taiwan haruslah dengan tiba-tiba. jarak antara Taiwan dan Pakhia sangat
jauh, jika akan menyerang kita harus meminta ijin terlebih dahulu, itu sangat
memerlukan waktu yang lama, Kalau penyerangan dilakukan secara mendadak justru
dapat menimbulkan kegagalan. Lagi pula di Taiwan itu ada Tan Eng Hoa yang selalu
dipuja-puja serta Lauw Kok Hian yang masing-masing gagah dan juga cerdik, Oleh
karenanya jika melakukan penyerangan secara mendadak kita akan sulit untuk
menang." Siau Po mengangguk. "Kau benar." katanya, "Sri baginda sangat cerdas, tak mungkin kata-katamu ini tidak
dibenarkannya. Lalu apa lagi yang akan kau katakan?"
"Baginda menanyakan cara untuk menyerang Taiwan, Aku memberitahukan,
walaupun tentara Taiwan itu lihay-Iihay, tetapi jumlah mereka sangatlah sedikit, meski
demikian kalau kita akan mengadakan penyerangan ke sana, kita harus menggunakan
dua cara dengan sekaligus. Yang pertama dengan cara halus yaitu membuat cara agar
mereka saling mendendam satu dengan yang lainnya, Cara itu sangatlah baik dengan
mengabarkan cerita burung. Umpamanya, Tan Eng Hoa mempunyai cita-cita akan
memecat pemimpinnya, untuk ia berdiri sendiri, dan akan bekerja sama dengan Lauw
Kok Hian, The Keng tidak cerdas, dan kecurigaannya akan timbul, hingga dengan
demikian ia akan membunuh kedua orang itu, atau paling tidak orang itu tak lagi
dipercaya, dan mereka akan dikekang. Merekalah kedua tiang Taiwan, maka sungguh
baik jika keduanya dapat disingkirkan sedangkan yang lainnya tak dapat berbuat
banyak." Dalam hati Siau Po merasa sangat kaget, hebat rencananya orang itu, dengan cara
itu memang dapat mencelakai Taiwan.
Mengingat demikian Siau Po merasa lega hatinya.
"Bukankah di sana masih ada satu orang yaitu It-Kiam Bu Hiat Phang Sek Hoan?"
tanya Siau Po. Mendengar pertanyaan itu Sie Long merasa kaget.
"Oh, Wie Tayjin kenal orang She Phang itu?" tanyanya,.
"Ya, aku mendengarnya dari sri baginda," sahut Siau Po. "Ciangkun tahu bahwa sri
baginda mengetahui benar tentang keadaan di Taiwan, seperti baginda melihat lima jari
tangannya sendiri, Kata sri baginda, Tan Hujin menyukai The Kek Song, perubahan
kedudukan kedua putra itu, berjalan dengan mengangkat Kek Song menjadi Sie Cu ahli
waris yang bakal menjadi pengganti kepala di Tai-wan kelak di belakang hari."
Kembali Sie Long terkejut sekarang ia kembali menjadi kagum.
"Sri baginda cerdas luar biasa." pujinya, "Sejak jaman purba belum ada junjungan
sepintar itu, Sri baginda berdiam di dalam istana tapi dia mengetahui teluk beluk,"
katanya. "Oh, benarkah itu?" Siau Po menambahkan namun yang satu terkejut tapi yang
lainnya pura-pura saja tentang kejadian kedatangan The Kek Song yang datang ke
kotaraja. "Jikalau demikian," Siau Po menambahkan "Sudah seharusnya kau menganjurkan
untuk menyingkirkan kakaknya agar Kek Song bisa mengangkat dirinya sendiri menjadi
raja Taiwan, Dalam hal ini dia harus dibujuk atau dianjurkan agar lebih dahulu
menyingkirkan Tan Eng Hoa dan Lauw Kok Hian."
Berulangkali Sie Long menepuk pahanya lalu bangkit dari duduknya.
"Wie Taijin sangat cerdas!" pujinya, Segera Tayjin memikirkan apa yang baik,
sungguh Tayjin membuatku kagum, Memang demikian anjuranku kepada The Kek
Song dan dia telah menerimanya dengan baik, bahkan berjanji akan mengambil
tindakan itu. Tan Eng Hoa mempunyai nama lain yaitu Tan Kin Lam.
Tatkala dulu gagal memberontak di Kanlam, dia kabur ke Taiwan, Ketika itu masih
banyak orang yang tak dapat kabur bersama mereka yang lantas dibuyarkan ke
berbagai kota propinsi Tan Eng Hoa sendiri diberi tugas oleh The Seng Kong
membangun durhaka yang sesat jalan, yang dinamakan Tian Tee Hwee (perkumpulan
langit dan bumi). Semua anggota perkumpulan rahasia itu berjalan dengan sisa pengikut-pengikut Tan
Kim Lam itu, agar mereka semua dapat tertampung. Dengan demikian diharap agar
mereka dapat meneruskan maksud jahat mereka untuk memberontak terhadap raja,
Begitulah Tan Kin Lam sering menyelundup masuk ke Tionggoan namun tetap
menjalankan tampuk pimpinan partainya itu, Kejadian tersebut benar-benar mau
mengangkat dirinya sendiri menjadi pemimpin utama di Taiwan, Berita itu bukan cerita
burung belaka.... bukan hanya fitnah!
"Bagaimana kau bisa mengetahui urusan ini?" tanya Siau Po dengan wajah yang
menunjukkan keheranan "Apa mungkin kau masih mempunyai hubungan rahasia
dengan orang dalam pihak Taiwan itu?"
"Sebenarnya Pie Cit berniat keras akan menyerang Taiwan." jawab orang yang
ditanya, yang ternyata suka bicara banyak. "OIeh karena itu di E Mui dan Kim Mui juga
daerahnya telah kulepas tak sedikit mata-mata agar menyelundup ke Taiwan. Ketika
The Kek Song datang ke mari, di antara rombongannya ada beberapa orangku itu,
Ketika rombongan Kek Song tiba segera aku mendapatkan informasi tentang hal
tersebut sebenarnya aku akan menjaring kelompok Tan Eng Hoa, karena Pie Cit,
Seorang laksamana propinsi Hokkan dan di Pakhia ini.
Tan Eng sendiri tidak punya jabatan itu, bahkan tidak mempunyai kekuasaan apaapa.
Namun seterimanya berita itu Pie Cit segera menghadap Peng Pou Siang Sie.
Mendengar demikian, So Ngo Ta dan Siau Po tertawa, Namun si kacung tertawa
sambil nyengir, sebab dalam hatinya hal itu berbahaya, seandainya hari itu laporannya
berhasil dan pasukan tentara dikirim untuk menyerbu, menggerebek dan menawan
kami, pastilah kepalaku bakal terpisah dari batang leherku.
Semenjak datang ke kotanya (kotaraja) ini, cuma sekali buronan datang dari Taiwan
menghadap kaisar, seterusnya ia menganggur saja. Di kota raja ini ia tak punya sedikit
pun kekuasaan hingga ia kalah pengaruh sekalipun hanya dipadu dengan para pegawai
kepresidenan Sun-Thian-hu.
Bahkan bekalnya hampir habis sebab dipakai ongkos penghidupannya selama tiga
tahun tinggal menganggur di kota raja ini. Tanpa uang di tangan, makin sulit baginya
menghubungi setiap kantor pemerintah apalagi bagian Peng Pou, Kementerian perang.
Siau Po menenangkan hatinya, setelah itu ia berkata, "Jika demikian adanya,
sungguh orang-orang di dalam Peng Pou itu merusak usaha negara dan dosa mereka
bukannya ringan. "Jangan Wie Taijin mempersalahkan Peng Pou!" kata She Sie, "Mungkin tabiatnya
memang begitu.... Hanya pada waktu itu Pie Cit yang bingung sendiri. Pikirku,
rombongan Kek Song sudah semua tiba, dapatkah dibiarkan mereka itu akan pergi
berlalu pula dengan tidak kurang suatu apa pun" Akhirnya Pie Cit pergi sendiri ke
pondok kawanan Thian Tee Hwee itu.
"Oh, jadi dalam Thian Tee Hwee itu orang berperang saudara?" kata Siau Po ...
seharusnya siapakah itu yang telah berkelahi" Ketika bertanya begitu hati Siau Po
kurang tentram, karena ada So Ngo Ta. ia khawatir kalau orang itu akan bilang melihat
kepadanya. "Ah, makin lama urusan makin aneh!" kata Siau Po. "Sie Ciangkun, apakah tak
mungkin saat tersembunyi itu kau sedang nyeri kepala dan panas tubuhmu hingga
pikiranmu rada kacau" Mestinya kau telah keliru mendengar...."
"Jikalau bukannya Pie Cit mendengar sendiri." katanya, Tapi di sela Siau Po ia
berkata, "Kau dengar telingamu" Jadi bukannya kau melihat dengan mata kepalamu
sendiri.?" Bagian 62 Tee tok mengawasi Siau Po yang ada di depannya, ia tampak ragu-ragu dan
kemudian dia menggeleng pula kepalanya.
Ketrka itu Pie Cit bersembunyi di semak kayu bakar dan rumput Pie Cit hanya
mendengar dan sama sekali tidak melihat.
Diam-diam Siau Po mengeluarkan napas lega sebab hatinya menjadi lapang.
"Bagaimana kejadian selanjutnya?" tanyanya.
"Rombongan Tan Eng Hoa ramai-ramai meninggalkan tempat itu. Aku lekas keluar
dari tempat persembunyianku Kemudian aku menghampiri peti mati dan dengan
perlahan-lahan aku membukanya. Ternyata di dalamnya terdapat Kek Song dan akupun
menoIongnya." "Ada satu hal yang aku kurang jelas," kata Siau Po.
"Apakah itu Tayjin" Bukankah kau berada di gudang kayu itu" Dari mana kau
mendapatkan alat tulis dan kertasnya hingga kau dapat menulis surat ?" tanyanya.
Sie Long kaget bukan main.
"Su... surat apakah?" tanyanya.
"Bukankah sehabis menolong The Kek Song Kau meninggalkan surat dalam peti
mati itu?" Kacung balik bertanya, "ltu kan sepucuk surat panjang lebar yang
dialamatkan pada Tan Eng Hoa" Bukankah kau telah menulis panjang sekali" Yang
mana untuk membicarakan perdamaian sesuatu dan mengenai Thian Tee Hwee?"
Paras si orang She Sie menjadi pucat karena kaget sekali.
"Ba... ba... bagaimana.... Wie Taijin tahu itu?"
Siau Po tersenyum, ia melayani orang dengan tenang saja.
"Aku menerka saja" katanya dengan sabar.
Siau Po mau menggertak orang yang ada di depannya itu sebagaimana isi surat
yang singkat The Kek Song dan Tan Eng Hoa adalah orang yang dipandang
pemerintah Boan sebagai pemerintah atau pengkhianat, tetapi sekarang Sie Long telah
menolongi pemuda bangsawan dari Taiwan itu, itulah salah satu perbuatan yang
menyalahi undang-undang atau kehendak pemerintah Boan itu. Dalam hal itu, jelas
sudah bahwa laksamana itu telah berbuat salah.
"ltu bukannya surat, melainkan hanya sepotong kertas.,." kata si orang She Sie
menyangkal. "Sehelai kertas juga dapat ditulis dengan kata-kata." kata Siau Po.
"Sebenarnya aku hanya menulis kata-kata. Hormat adik Sie Long, hanya empat huruf
saja, Habis menolong Kek Song, ketika aku hendak pergi tiba-tiba datanglah pemimpin
penjahat Thian Te Hwee ia lalu kuhajar dengan satu pukulan tangan kosong sampai
mati. Kumasukkan mayatnya ke dalam peti mati bersama dengan surat itu." kata Sie
Long. "Oh, kiranya demikian." kata Siau Po. "Suratmu tentunya ditujukan pada saudara
atau sahabatmu, siapakah dia itu?"
"Pastilah dengan itu diartikan sahabat kekal." sahut So Ngo Ta.
"Oh, demikian." kata Siau Po. "Jadi kau masih menganggap Tan Eng Hoa sebagai
sahabat kekal?" Dahi Sie Long mengeluarkan keringat dingin.
"Harap Tayjin berdua ketahui, kata-kata orang di luar itu tak dapat dipercaya, Banyak
kata-kata yang tujuannya untuk merusak orang lain." kata Sie Long.
"ltu benar," Siau Po berkata pula. "kata-kata yang kurang beralasan itu tak mudah
sampai di telinga baginda, Akan tetapi kau mengatakan bahwa untuk menyerbu Taiwan
ada dua cara, Cara yang pertama tadi sudah kau katakan yaitu dengan menghancurkan
diri dalam, memfitnah kedua orang itu sampai mati, sedangkan jalan yang kedua itu
apa?" "Jalan yang kedua adalah dengan mengerahkan pasukan air. penyerangan dengan
satu jalan saja tak mudah mencapai Maka kita harus menyerang dengan tiga jurusan,
Yang utara, menyerang pelabuhan Bun Kang, tengah menyerang pelabuhan Tai-wan,
dan yang selatan menyerang pelabuhan Kwau-kang. Kalau kita berhasil dalam satu


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jalan saja dan dapat mendaratkan pasukan, maka penduduk Taiwan akan kacau,
Dengan demikian maka kita dapat lebih mudah menyerang, bagaikan kita membabat
hutan bambu saja." "Rupanya kau sangat berpengalaman dalam memimpin pasukan air," kata Siau Po.
"ltu adalah berkat aku hidup dalam kalangan tentara air, maka aku sangat paham
dalam berperang di Iaut." katanya.
Tiba-tiba Siau Po teringat sesuatu "Orang ini sangat berniat akan membasmi
keluarga The. Tak apa jika ia dapat membunuh The Seng Kong. Bukankah The Kek
Song orang gagah" Maka tak mungkin keluarga The Kok dapat dibinasakan
seluruhnya, Dengan menyerbu Taiwan, orang itu akan mencelakai guruku, Aku harus
dapat mencegahnya, karena dia pandai berperang di air, maka jika itu dilakukan akan
berakibat fatal!" Berpikir demikian maka Siau Po bertanya kepada So Ngo Taa.
"Kakak, bagaimanakah menurutmu sekarang?" tanyanya.
"Baginda sangat cerdas dan pintar. Kita sebagai hamba sebaiknya menurut saja apa
kata raja." jawab orang itu.
"Hm, bagus kau tak dapat bertanggung jawab!" kata Siau Po yang langsung bertanya
juga pada Sie Long. "Sekarang ini ke manakah perginya kawanan pemberontak itu?"
"Sejak malam itu mereka pergi entah ke mana. Dan sampai sekarang ini tak ada lagi
kabarnya." jawab Sie Long.
Siau Po mengangguk. "Lain kali jika The Kek Song dan Tan Eng Hoa datang ke Pakhia, tak usah kau
melapor pada kementrian peperangan, nanti kau ketemu batunya lagi. sebaiknya kau
beritahukan saja padaku, nanti biar aku sendiri yang mengundangnya datang ke mari
untuk beberapa hari,.,."
"Ya.... Ya." sahut Sie Long, "Dengan Tayjin memimpin pasukan Jiauw Kie Beng serta
Gie-Cian Sie Wie, tujuan Tayjin pasti berhasil."
Sampai di situ, sambil mengangkat cawan tehnya Siau Po berseru.
"Antar tamu pulang!"
Sie Long tahu diri, maka ia langsung berdiri untuk berpamitan lalu ia memberi hormat
dan pergi. Tak lama kemudian So Ngo Ta pun turut berpamitan.
"Sekarang aku tak lagi berkhayal" kata Siau Po dalam hati ia terus pergi menghadap
raja untuk memberitahukan tentang rencana Sie Long menyerang daerah Taiwan.
"Terlebih dahulu kita menyingkirkan Sam Hoan, setelah itu barulah kita meratakan
daerah Taiwan, Langkah itu yang harus kita jalankan, Sie Long memang pintar, Aku
khawatir, jika dibiarkan kembali ke Hokian ia akan melakukan hal yang kurang baik, ia
tentu dipengaruhi niat menuntut balas, itu dapat membuat pihak Taiwan bersiap-siap,
maka kau harus menahannya jangan sampai ia keluar kota." kata raja pada Siau Po.
Sampai di situ, Siau Po heran karena raja telah menahan Sie Long untuk kembali ke
Taiwan, di sana ia akan mempersiapkan tentaranya untuk menyambut tentara kerajaan
Dengan demikian maka serangan itu tidak ada artinya dan hanya membuang-buang
waktu saja." Kaisar Kong Hie tersenyum.
"Kau benar, memang ada pepatah yang mengatakan bahwa menitahkan seorang
panglima tak ada yang lebih baik daripada membuatnya menjadi panas hati, Begitu juga
dengan aku menahan Sie Long agar ia tak dapat menggunakan kepandaiannya dan
juga tenaganya, agar ia beranggapan kalau aku tak sudi memakainya dan
menempatkannya di tempat yang penting, Akan tetapi nanti jika ia diperintahkan tentu
seluruh tenaga dan juga kepandaiannya akan dikerahkan seluruhnya, dan tak akan
berani berbuat ayal atau alpa."
"Bagus tipu daya raja ini!" kata Siau Po memuji rajanya, "Sekalipun Cukat Liang tidak
dapat melawannya, pernah hamba menonton sandiwara yang memainkan cerita Teng
Kun San, ketika itu Cukat Liang telah membuat Oey Tiong yang tua naik darah
sehingga dengan satu tebasan golok maka lawan pun binasa." kata pula Siau Po.
Raja tertawa. "Sekarang kau katakan padaku Sie Long telah memberikan bingkisan apa padamu?"
tanya sang raja. Siau Po terkejut. "Ah, Baginda dapat tahu semuanya! Sie Long menghadiahkan kepadaku sebuah
cawan kumala, tetapi itu tak membuatku gembira." jawabnya.
"Memang ada apakah dengan cawan kumala itu?" tanya raja.
"Cangkir itu memang sangat mahal harganya, tetapi sangat mudah pecah, Buat
menghamba para baginda, hamba justru mengandalkan tanganku yang buruk ini, yang
tak mudah lodoh dan tak pernah karatan sampai seribu tahun juga, itu toh besar
bedanya bukan?" kata Siau Po.
Kaisar tertawa pula. "Baginda," kata Siau Po. "Tiba-tiba saja hamba mendapatkan pikiran entahlah pikiran
hamba ini dapat dijalankan atau tidak,"
"Pikiran apakah itu" Coba kau jelaskan!" tanya raja.
"Menurut Sie Long dia sangat pandai berperang di laut." kata Siau Po.
Raja menepukkan tangannya pada meja.
"Bagus.,.!" serunya, "Siau Kui-cu kau pandai sekali, Nah, pergilah kau ajak dia ke
Liau Tong, di sana kau perintahkan untuk menyerang pulau Sin Liong To!"
Dalam hati, Siau Po terkejut mendengar kata-kata raja, suka ia lalu mengawasi orang
teragung itu dan lalu berkata:
"Baginda, Bagindalah malaikat yang turun ke bumi, mengapa setiap hambamu ini
berpikir selalu saja baginda telah mengutarakannya, baginda telah mengetahuinya
terlebih daripada aku, itu berarti pikiran baginda jauh lebih cepat!" katanya.
Kaisar Kong Hie tertawa mendengar penuturan dari orang yang ia sukai itu.
"Cukup sudah kau menepuk-nepuk punggung kuda!" katanya menggoda, "Siau Kuicu,
daya upaya ini memang baik, namun aku khawatir jika kau menyebut-nyebut nama
pulau Sin Long To kau berhasil atau tidak.... Sie Long sebagai orang peperangan di
laut. Kirim lebih dahulu dia ke pulau itu. Di sana kau latih dia, tetapi dalam hal ini
jangan kau mernbocorkannya!"
"ltu pasti." kata Siau Po.
Raja memerintahkan untuk memanggil Sie Long datang menghadap, Kemudian pada
laksamana itu ia berkata.
"Aku memerintahkan pada Wie Siau Po pergi ke Tian Pek San untuk melakukan
sembahyang, Berhubung dengan itu ia telah memujimu pandai bekerja dan memintamu
untuk ikut padanya, Mendengar kata-katanya terang aku tak percaya...."
Mendengar kata-kata raja itu Siau Po diam saja, dia tertawa dalam hati dan berkata
pula. "Nah, inilah Cukat Liang yang sedang membakar hati Oey Tiang!"
Sie Long sebaliknya hanya mengangguk dan berlutut.
"Jikalau hamba ditugaskan untuk mengikuti pada Wie Toutong, pasti hamba akan
setia dan tidak akan memperdulikan lagi jiwa raga hamba, supaya dengan itu dapatlah
kiranya hamba membalas budi baik baginda yang besar laksaan langit..."
"Kali ini kau boleh mencoba dahulu," kata raja. "Jikalau kau berhasil aku akan
menugaskan lagi." Sie Long sangat gusar, kembali ia mengangguk.
"Tetapi kau ingat baik-baik, inilah rahasia besar, dan rahasia ini tak diketahui oleh
mentri yang lainnya kecuali pada Siau Po sendiri. Karena itu kau harus taat pada
perintahnya itu, nah sekarang kau mundurlah!"
Hamba itu memberikan hormat sebelum berlalu dan raja memberikan kata-katanya:
"Wie Toutong memperlakukan kau tanpa ada celanya sama sekali, maka itu kau
harus membuat mangkuk emas yang besar untuk dihadiahkan kepadanya!"
Hamba hanya menerima perkataan raja tanpa mau mempertimbangkannya..
Setelah Siau Po kembali ke gedungnya, Sie Long sudah menunggunya di depan
pintu dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
Wie Siau Po tertawa lalu ia berkata.
"Sie Ciangkun, maafkan aku kali ini. Aku minta kau berdiam dalam tangsi sebagai
seorang perwira yang berpangkat rendah itu agar orang tak mengetahui akan adanya
kau!" Orang itu nampaknya girang sekali "Dalam segala hal aku akan menurut padamu."
katanya. Siau Po sementara berpikir dan berkata.
"Sebenarnya aku hendak meletakkan jabatan, Siapa tahu kau bisa sebagai
pengganti menggantikan aku untuk mati maka pergilah kau untuk mengadu nyawa
dengan Hong Kauwcu, agar kau mati bersama dengan kutu!" kata Siau Po dalam hati.
Setelah orang itu pergi maka Siau Po memanggil kawan-kawannya untuk
membicarakan masalah yang akan dipikulnya itu.
"Jahanam itu yang telah membunuh Kwan Hu-cu, sekarang ia berniat juga ikut
denganku dan akan menyerang Taiwan, Dengan demikian ia akan menyusahkan
Congtocu kami maka syukur sekali ia terjatuh ke tanganmu, dan sekarang bagaimana
kita harus bertindak?" kata Thian Cong.
Wie Siau Po mengawasi orang-orang itu dan ia berkata.
"Sin Liong Kauw bersekongkol dengan Gauw Sam Kui, dan juga Losat, sekarang aku
ditugaskan baginda untuk menumpasnya, maka aku berpikir, lebih baik aku
menugaskan orang itu untuk pergi menyerang Sin Liong Kauw, Biar mereka bertempur
mati-matian, dan dengan demikian kitalah yang akan memungut hasilnya."
Kawan-kawan Siau Po semuanya setuju.
"Menurut penglihatanku dan meneliti gerak geriknya, ketika baru-baru ini ia
membinasakan Kwan Hucu serta menolong Kek Song, mungkin ia telah melihat aku
walaupun dalam gelap, Hanya waktu itu aku berdandan lain dari biasanya, hingga ia
tidak merasa pasti Disamping itu aku sekarang menjadi atasannya, maka seandainya
benar ia mengenali aku, aku percaya ia tak akan berani melakukan hal itu. Oleh karena
itu saudara sekalian sebaiknya berhati-hati agar rahasia ini tidak terbongkar olehnya!"
"Aku percaya dia tak akan berani melakukan hal itu pada kami semua." kata Kho
Gan. "Sekarang ini aku sedang menyamar sebagai anggota Tangsi Jiauw Kie Eng.
Kami jarang bertemu dengan dia, maka misalkan dia melihat kami pasti tak akan dapat
melakukan hal yang merugikan kami."
"Baiklah kalau begitu. sekarang kalian lebih baik merubah wajah kalian agar ia benar
tak mengenali kita, Karena tenaga orang itu sedang kita butuhkan untuk menyerang Sin
Liong To, sekarang belum tiba saatnya untuk membunuhnya."
Setelah itu mereka berpamitan pada Siau Po.
Dalam penyerangan ke Sin Liong To, Siau Po tidak membawa Liok Kho dan juga Ay
Cun Cia. ia hanya membawa Song Jie.
Selang beberapa hari Siau Po menerima firman raja yang memintanya untuk
berangkat dengan membawa meriam. ia akan melakukan sembahyang dan meriam itu
nantinya dibunyikan untuk sembahyang dengan langit.
Setelah menerima firman itu Siau Po membawa serta pasukan Jiau Kie Eng dan
beberapa orang kawannya. Siau Po memberikan firman raja itu pada pemimpin di situ, dan mencari informasi
armada. Sambil menunggu selesainya urusan pemberangkatan, Siau Po mengajak kawankawannya
untuk melakukan bermain judi.
Setelah selesai semua persiapan itu maka pemberangkatan segera dimulai
Berangkatlah pasukan Siau Po dengan terlebih dahulu menyediakan rangsum, obat dan
persiapan yang lainnya. Sampai ditengah laut, Siau Po memberitahukan tugas yang sebenarnya pada para
penglima perangnya, untuk menyerang pulau Sin Liong To dan mereka diminta bekerja
dengan sungguh-sungguh. perintah itu disambut baik oleh anak buah kapal.
Sebenarnya Siau Po merasa jeri pada Hong Kauwcu tetapi hal itu dapat ia
sembunyikan karena ia berada dekat dengan pasukan yang kuat dan juga dengan Sie
Long. "Bagaimana caraku untuk menyerang Sin Liong Kauw sementara aku harus dapat
menyelamatkan Phui Ie?" tanyanya dalam hati, dan hal itu yang memberatkan
pikirannya. Dan akhirnya Siau Po memanggil Sie Long untuk menanyakan cara yang dipakai
untuk penyerangan. Sie Long lalu mengambil gulungan kertas lalu dibukanya dan menerangkannya pada
Siau Po. Siau Po melihat pada peta itu pulau Sin Liong To telah diberi bundaran merah, Pulau
itu akan diserang dari tiga arah: Utara, Timur dan Selatan.
"Oh, kiranya kau telah mengatur penyerangan kita" Baru di tengah laut tadi aku
memberitahukan hal itu padamu, kau ternyata telah mengetahuinya, Bagaimana
sekarang kau telah menyiapkan peta itu?" tanya Siau Po kagum.
"Aku mendengar rencana pemberangkatan kita kemarin, maka segera aku
menyediakan peta laut ini. Aku memang sangat gemar dengan laut, maka sejak awal
aku membuat peta laut ini." jawabnya,
"Bagus." kata Siau Po memujinya. "Jikalau demikian kita akan memenangkan
pertempuran ini." "Dalam hal ini kita mengandal pada rejeki baginda, juga rejeki Tayjin sendiri. Menurut
aku kita menyerang dari tiga tempat, sedangkan bagian barat itu kosong, Aku berpikir,
setelah diserbu, musuh akan menyingkir ke bagian barat Tak jauh dari pulau itu
terdapat pulau kecil dan di sana kita semua bertugas memepet ke pulau itu untuk
menjaga jangan sampai orang-orang itu lolos. Setelah terkurung dari empat penjuru,
orang itu tak akan dapat lolos, hingga mereka akan terbasmi semua."
"Bagus." kata Siau Po yang kembali menjadi sangat girang karena ia menyangka
penyerangan itu akan berhasil dan ia akan memenangkannya.
"Sekarang Tayjin memerintahkan untuk pergi ke pulau kecil itu guna memegang
tampuk pimpinan di sana, Tetapi jangan sekali-kali Tayjin naik ke kapal perang. Di
darat kedudukan Tayjin kuat dan terjamin, dan jika berada di kapal perang aku takut nanti
Tayjin menggoncangkan hati para anak buah kapal, Nanti akan ada kabar dari kapalkapal
kecil, agar kami dapat bekerja sama. Harap Tayjin memberikan perintah!"
Siau Po sangat senang sekali.
"Sebenarnya sudah lama aku mengagumi nama besar Tayjin, telah aku ketahui
bagaimana Tayjin membinasakan Goh Pay, Dengan keberanian Tayjin itu aku khawatir
Tayjin akan maju sendiri makanya aku memilih tempat yang aman. Kalau terjadi
sesuatu atas diri Tayjin mana sanggup aku bertanggung jawab" Karena itu aku
memohon agar Tayjin tetap berada di pulau itu!"
"Sebenarnya bertempur di atas kapal perang sangatlah menyenangkan hati.
Memang aku sedang berpikir akan maju sendiri untuk menghajar orang-orang itu.
Karena kau berpikir demikian sempurna, maka baiklah kalian pergi." kata Siau Po.
"Baiklan Tayjin, terimakasih atas kebaikan Tayjin!" kata Sie Long,
"Di Sin Liong To ada beberapa orang wanita, dan aku ditugaskan membawa para
wanita yang telah lari dari istana itu. Karenanya di saat kalian menyerang berhatihatilah
dalam memilih sasaran. Kau pasti akan dihukum jika para dayang itu sampai mati,
Maka ingatlah ini tugasmu yang sangat penting!" kata Siau Po mendustai firman raja itu.
Sie Long terkejut. "Oh Tayjin, jikalau Tayjin tidak memberitahukan padaku tentulah aku telah
melakukan hal yang salah, Baiklah aku akan mengatur agar para wanita jangan sampai
ada yang mati, agar Tayjin dapat mencarinya." kata Sie Long.
"Nah begitu baru bagus!" kata Siau Po, yang benar-benar senang, "Beberapa orang
dayang itu mengenali aku, maka jika aku mencarinya sangatlah mudah mengingatnya.
Hal ini adalah rahasia kerajaan, kau harus dapat menjaganya jangan sampai bocor
ingat jaga baik-baik!" pesan Siau Po pada Sie Long dengan bersungguh-sungguh.
"Baik Tayjin.... Baik..." sahut orang itu. "Tak berani aku bicara sembarangan. Dengan
Tayjin aku baru terbuka." katanya pula.
Rombongan kapal perang berlayar menuju ke timur, yang jalannya amat perlahan
sebab berlawanan dengan arah angin, Akan tetapi tak lama lagi kapal itu akan sampai
di pulau yang dituju. Sambil tangan kirinya menunjuk, Sie Long berkata pada utusan raja itu.
"ltulah pulau yang akan menjadi markas Tay-jin." katanya, "PuIau itu belum memiliki
nama maka itu silahkan Tayjin memberikan nama pada pulau itu!"
Siau Po menganggukkan kepalanya.
"Kau meminta nama padaku itu sangatlah suIit, kita sekarang sedang berada di
medan perang dan kita harus berhasil" itulah seruan Siau Po dalam bersandiwara, yang
sering ia saksikan itu. Tetapi sekarang ini ia berkata dengan sungguh-sungguh hingga
mendapat sambutan dari para tentaranya dengan meriah.
Maka perahu berlayar secara perlahan tetapi baru saja berangkat ada laporan bahwa
di tepi laut ada mayat. "Menemukan mayat" Bukankah itu pertanda buruk" Bukankah dalam perjalanan ini
aku akan kalah?" kata Siau Po.
"Selamat Tayjin, belum lagi kita menembak sudah ada mayat, itu alamat baik. Maka
tunggulah aku akan melihatnya!" kata Sie Long.
Selesai berkata Sie Long langsung pergi, dan tak lama kemudian ia sudah kembali
dan memberikan laporan. "Harap Tayjin ketahui, mayat itu terikat kaki dan tangannya sepertinya mayat itu
terkena bajak laut." katanya.
Belum lagi laporan itu terhenti sudah ramai orang yang mengatakan banyak mayat.
Wajah Siau Po berubah karena ia mendengar kata dan laporan itu. Dan ia berbeda
pendapat dengan Sie Long tentang mayat-mayat itu. Sie Long pergi lagi memeriksa
mayat-mayat itu. Tak lama kemudian ia datang dengan membawa laporan pada Siau
Po tentang mayat-mayat itu.
"Tayjin ketiga mayat-mayat itu adalah anggota dari pihak Sin Liong To."
"Bagaimana kau dapat mengetahui hal itu?" tanya Siau Po.
"Mayat yang pertama kurang jelas," sahut orang itu pada Siau Po. Tetapi pada mayat


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang kedua dan yang terakhir ini, terang mereka orang-orang Sin Liong To.Tubuh
mereka yang kekar menandakan mereka itu pandai dalam ilmu silatnya." katanya.
"Apakah mungkin telah terjadi perang saudara dalam Sin Liong To?" tanya Siau Po.
"Entahlah, tetapi semoga saja demikian, karena dengan demikian akan
mempermudah kita." jawab Siau Po.
"Apakah itu?" tanya Siau Po karena ia melihat ada barang yang mengambang di atas
air. "Entahlah!" jawab Sie Long.
Kemudian Sie Long memerintahkan anak buahnya untuk melihat benda yang
terapung itu. "Mayat lagi! Namun kali ini mayat itu bertubuh katai!" kata serdadu itu.
Siau Po terkejut. "Diakah?" ia menerka dalam hati, "Cepat bawa mayat itu kemari!" katanya.
Yang mendapat perintah itu langsung membawa mayat yang dimaksud itu kepada
Siau Po. Akan tetapi anehnya, mayat itu ternyata masih mengeluarkan napas, Maka
mereka semua berteriak girang.
"Oh, ternyata ia masih hidup!" kata Sie Long kemudian mengangkat tubuh itu dan
membalikkannya, Tak lama kemudian air dari dalam perut orang itu mengalir ke luar,
dan orang itu pun sadar "Eh, apakah ini istana naga ataukah akherat?" tanyanya.
Siau Po kemudian tertawa dan memberikan jawaban.
"lnilah istana raja naga dan akulah raja Hay Liong Ong." kata Siau Po bergurau.
Mendengar ucapan itu semua orang-orang tertawa.
Kho Cun Cia membuka matanya dan mengawasi orang yang ada di sekitarnya.
"Eh.... Kau.,., Mengapa kau berada di sini?" tanyanya setelah melihat Siau Po.
Siau Po takut kalau-kalau rahasianya terbongkar, maka ia berkata pada
pengawalnya. "Orang ini agak aneh, Cepat kalian bawa ke dalam kapal aku akan memeriksanya!"
perintah Siau Po. Perintah itu dituruti maka orang itu pun dibawanya ke kapal.
"Kalian semua tunggu di luar!" kata Siau Po.
Setelah itu Siau Po mengawasi orang yang baru saja ditemukan itu.
"Eh, bukankah kau pergi ke Sin Liong To untuk mencari obat" Apakah di sana kau
ditawan Kauw-cu" Benarkah?" tanyanya.
Si Katai menatap, tampak ia heran sekali.
"Eh, kenapa kau ketahui hal itu" Sungguh aneh!" katanya.
"Bukankah jiwamu telah ditolong olehku?" tanya Siau Po.
"Apakah itu benar" Oh pastilah adikku telah mati!" katanya.
Siau Po heran mendengar ucapan si katai.
"Mo Sek Sek," kata Siau Po mengulang kata-kata orang itu.
Siau Po terus berpikir, siapakah yang di maksudnya Oh ya. ia bara saja ingat Mo Sek
Sek adalah ibu suri palsu yang biasa ia sebut si moIer tua.
"Aku telan ditaklukkan oleh Hujin." katanya.
"Kau telah ditaklukkan olehnya?" tanya Siau Po.
Lalu mendadak Kho Cun Cia mengeluarkan suara aneh.
Mendengar hal itu Siau Po mundur dan mengeluarkan pisaunya, sementara
pengawal yang di luar sudah siap menyerang maka ia berkata.
"Tak apa-apa, kalian tunggulah di luar!" katanya.
"Kenapa kau lakukan itu?" tanya Siau Po.
"Karena kau adalah orang kepercayaan Hu Jin dan juga Kauwcu dan aku telah
memberikan penjelasan padamu segala apa yang aku ketahui dari Sin Liong To!"
katanya. Siau Po tertawa. "Tidak ada yang hebat!" katanya. "Kau boleh menganggap seperti juga aku tak
pernah menolongmu. Ya, kau boleh berdiam kembali di dalam laut, biar sepuasmu
minum airnya yang asin...."
Kho Cun Cia mendongkol mendengar ucapan Siau Po itu.
"Minum air laut?" katanya. "Air asin itu sungguh tak lezat."
"Sekarang begini saja!" kata Siau Po. "Jika kau sudi mengangkat sumpah
menyatakan takluk padaku bahwa selanjutnya kau tak akan berhati dua padaku, aku
akan membantumu mencari obat kayob itu-"
"Baik... baik!" si katai berkata keras, Nyata ia girang sekali "Aku suka... menakluk
padamu, dan untuk selanjutnya aku tak akan memberontak dan menentangmu, Jika aku
toh melawan padamu, maka... maka...."
Siau Po lantas mendahului "... Mo Sek Sek akan dirampas Kauwcu buat dijadikan
gundiknya." Siau Po tertawa pula. "Jika kau memberontak terhadapku maka akan terjadi peristiwa seperti sumpahmu,
sebaliknya jika kau tak memberontak Mo Sek Sek bakal jadi istrimu."
"Baik" jawab Kho Cun Cin, "Baik aku akan bersumpah berat seperti itu. Jika aku
berkhianat pada kau, Pek Liong Su, maka Mo Sek.... Sek... biarlah dia mati."
Si Kate tak rela kekasihnya dijadikan gundik ketua kumpulan agama, ia bahkan tak
sudi menyebut istilah gundik itu.
"Tidak bisa kecuali kau bersumpah biar berat!" kata Siau Po seraya menggelengkan
kepala, "Aku tak percaya padamu."
"Mari kutanya kau!" kata Siau Po kemudian, "Sebenarnya kenapakah kaum Ngo
Liong Bun itu berperang saudara?"
"Ketika aku tiba di Sin Liong To, mereka itu sudah berkelahi sejak beberapa hari
yang lalu," sabutnya, "Aku lantas mencari keterangan tentang kejadiannya. Kiranya Cie
Liong Su dan Khou Soat Teng pada suatu malam telah ada yang membunuh secara
tiba-tiba. Di dalam kamarnya tertinggal sebatang golong Ho Seng, murid kepala Cek
Long Su Bu Kin Tojin."
Di dalam hatinya Siau Po terkejut mendengar kematian Khou Soat Teng itu.
"Mungkin sekali Hong Kaucu memerintahkan orang untuk membunuhnya." katanya.
"Memang mereka berlima yang bertempur secara kacau." ujar Kho Cun Cia memberi
kepastian, "ltulah sebab kemudian entah bagaimana awal masalahnya, Oey Liong Bun
telah membantu Cee Liong Bun, dan Hek Liong Bun juga membantu Cek Liong Bun.
Demikian orang saling bunuh."
"Lalu bagaimana dengan Pek Liong Bunku?" tanya Siau Po.
"Kau menjadi Pek Liong Su, mengapa kau tidak tahu urusan kaummu sendiri?" Kho
Cun Cia balik bertanya. "Telah kubilang padamu bahwa pada saat itu aku tidak ada di pulau tersebut," sahut
Siau Po sabar. "Kaummu itu menjadi terpecah dua golongan," sahut Kho Cun Cia. Kaum yang tua
membantu Cek Liong Bun dan yang muda membantu Cee Liong Bun.
Siau Po mengerutkan keningnya.
Berbagai kaum tersebut berperang saudara dan melakukannya kalang kabut, Kaucu
tidak berdaya lagi mengatasinya.
Tepat si Kate berbicara sampai di situ, mendadak kapal berhenti berlayar, lalu
terdengar suara ramai-ramai dari anak buahnya serta jangkar diturunkan ke air untuk
melabuhkan kapal itu. Ternyata mereka sudah sampai di Pulau Tong Kit To.
Siau Po lantas pergi ke luar, ke kepala perahu hingga ia melihat daratan yang
terdapat banyak pohon lebat serta tanjakan dan bukit kecil. menurutnya, itulah tempat
yang bagus. Kemudian utusan kaisar itu.... Di pulau Sin Lion To terdapat ular-ular berbisa di
segala tempat, maka itu sekarang coba kau kirim orang untuk mencari tahu di sini dan
ular semacam itu atau tidak.
Sie Long menurut perintah, segera ia memberikan titahnya, maka belasan perahu
kecil lantas berlayar berpencaran untuk melakukan penyelidikan.
Segera atas perintahnya Siau Po, pasukan depan mulai mendarat, satu barisan demi
satu barisan Mereka lalu memilih tempat untuk membangun tangsi, terutama
mendirikan Tion Kun atau markas besar lantas memasang sebuah bendera besar
berhuruf "Wie" Selesai pembangunan markas besar itu barulah Siau Po turun mendarat dengan
diapit oleh Sie Long dan Cong Peng Oy Hu, selain terompet, orang juga
menyembunyikan seruni, Siau Po duduk di kursi kebesarannya di dalam markasnya itu.
Lantas kacung kita memerintahkan pegawai pribadinya mengurus Kho Cun Cia di
belakang markas dan memesannya agar orang tawanan itu diberikan makan dan
minum yang cukup, asal belenggunya jangan diloloskan sebab orang itu kasar dan
tabiatnya keras, Dia memang sudah menakluk tapi harus dijaga.
Kacung kita memang bekerja hebat Setelah kerjaan beres ia memberikan
perintahnya dan Siu Long mulai melaksanakan ia memimpin tiga puluh buah perahu
yang besar. Perahu-perahu itu mulai maju menuju ujung timur, utara dan selatan guna
mendekati Sin Liong To, untuk mengurung dan menyerang Sin Liong Kau dan Oey
Cong Peng diperintahkan untuk memimpin sisanya dan bersembunyi di bagian barat
bukit Tong Kit To itu dan diperingatkan mereka boleh bertindak setelah ada aba-aba.
Hari itu juga setelah datang sang fajar, semua tentara sudah siap sedia dan
semuanya sudah bersantap, pasukan air menyerang pada waktu maghrib dan semua
maju dengan diam-diam, penyerangnya di tiga penjuru diserahkan pada Hauw Sie jam
lima pagi esok harinya. Setelah paginya, Siau Po sudah siap dan diiringi oleh pengawal pribadinya.
Nyata sekali Sie Long telah melakukan penyerangan atas pulau Sin Liong Kau. Ia
percaya laksamana itu akan berhasil, maka ia girang sekali namun dalam hatinya ia
berkecamuk dan khawatir sekali...
Bagaimana dengan Phui Ie" ia khawatir sekali akan keselamatan nona yang cantik
itu, sebab peluru tak mengenal siapa serta tak dapat membedakannya.
Setelah berdiri lama Siau Po menggerak-gerakkan kakinya yang terasa pegal lalu
turun dan kembali ke kamarnya, Dr sini ia menerima berita dari medan laga, Sewaktu
mendengar berita itu, ia mengeluarkan enam biji dadu lalu dilemparkan di atas meja,
sambil hatinya berkata, jika Sie Long berhasil maka bijinya harus keluar warna merah.
Tetapi apa yang terjadi, si kacung kita terkejut karena yang keluar adalah warna
hitam semua, tak satu pun warna merah.
Si kacung tidak putus asa. Dikumpulkannya semua dadu dan yang keluar tidak hitam
semua. Di antara enam dadu tersebut yang keluar warna merah empat biji, lega
rasanya si kacung. Walaupun dia sendiri menyadari bahwa itu hanya permainan, tapi dia sudah merasa
gembira karena ada titik terang dari hasil mainnya itu, Dengan sendirinya dia terhibur.
Pengawalnya yang selalu mendampinginya sudah menyuguhkan air teh dan
memberikan harapan kepada majikannya untuk ada harapan menang yang besar.
"Bukankah kita sudah memberikan bekal yang banyak termasuk meriam besar?" kata
si nona, Mana mungkin mereka bisa bertahan dengan melakukan penyerangan
mendadak dan dahsyat"
Siau Po agak puas. "Mari, Song Jie!" katanya, "Ayo kita melempar dadu lagi! Jika kau yang menang
berarti aku gagal, tapi kalau kau yang kalah itu tandanya aku menang perang."
Wajah si nona menjadi merah.
"Ah, tak mau aku!" katanya.
"Kalau begitu mari kita bertaruh duit!" kata Siau Po pula, "Kalau kau menang kau
membayar satu cie padaku dan sebaliknya aku memberikan kau satu liangl Kau setuju
bukan?" Si nona tertawa. "Tapi aku tak punya uang," katanya.
"Kau menginginkan uang?" Dan ia pun mengeluarkan uang dari sakunya lalu
nengeluarkan di depan tangan si nona tersebut.
Song Jie tertawa lagi. "Aku tidak membutuhkan uang karena uang tak dapat kupakai," katanya.
"Kalau begitu kau memang tidak gemar berjudi, nah pergilah kau dan bawa tawanan
kita ke mari aku hendak bertaruh dengannya." kata Siau Po.
Baru Siau Po berkata demikian, dia dikejutkan oleh suara meriam yang meledak
hingga ia lompat berjingkrak terus dan merangkul tubuh Song Jie seraya berkata, "Kita
menang, mari aku cium kamu sebagai tanda kemenangan!"
Song Jie lengah, maka pipi kanannya terkena cium, Nona itu lalu menunduk dan
ketika itu Siau Po mengambil kesempatan untuk mencium tengkuknya sampai dua kali.
"Lehermu putih sekali." kata Siau Po.
Kemudian terdengar lagi bunyi meriam yang besar sekali.
Siau Po langsung berlari ke luar dan ke atas untuk melihat langsung perahu jauh ke
depan dan perahu perang yang menggelegar cepat melaju ke timur.
"Benar Sie Long," katanya dalam hati, ia mengawasi terus gerak gerik sejumlah kapal
perang, Namun anehnya tak tampak perahu lawan yang kabur dari Sin Liong To. Tak
tampak juga gerakan menggencet dari Sie Long dan Oey Hu terhadap musuh kita itu.
Dari hasil peperangan itu semua anggota Sie Long dan Oey Hu menang dan
membuat Siau Po girang sekali ia merasakan bahwa benar-benar mereka itu adalah
pejuang yang berani dan pandai bekerja secara baik dan sempurna.
Banyak tawanan yang ditangkap dan banyak pria apalagi wanita, Siau Po menatap
terhadap tawanan wanita dari Ngo Liong Bun. semuanya ditatap tapi Phui Ie belum
tampak. Dan dia menanyakan pada pengawalnya. "Apakah masih ada tawanan di sini?" Kata
anak buahnya, "Perlu tuan tahu bahwa di belakang sana masih diadakan penyelidikan
dan penangkapan." Siau Po meminta keterangan kejadian perang tadi dan perwira pun menjelaskan
bahwa ada tiga puluh kapal perang mendekati daratan dan menyerang secara tiba-tiba.
Kami memancing, akhirnya ada sekitar dua ratus lawan mati dan tak lama kemudian
muncul pasukan pemuda berani mati. Dan mereka berteriak, "Hong Kauwcu berbahagia
bagaikan dewa usianya panjang bagaikan usia langit Mereka nekad mendekati kita,
setelah itu kami tembak dan semuanya gugur.
Selanjutnya Siau Po terus memeriksa tawanan wanita, ia tertarik pada seorang
wanita, Kacung itu teringat bahwa ia pernah mengatai wanita itu anak haram dari Ay
Cun Cia dan pernah juga menamparnya.
"Oh, anjing kau... kau...."
"Oh, Ibu!" Siau Po memotong... apakah ibu sudah lupa pada putramu?"
"Apakah namamu Siau Po?" tanyanya tanpa menghiraukan orang-orang di
sekitarnya. "Lekas kau bunuh aku! Apa pun pertanyaanmu aku tak akan menjawabnya!"
"Kau tidak sudi bicara?" kata Siau Po. Lantas ia memanggil serdadu dan menyuruh
membawa wanita tersebut pergi. Dan memerintahkan agar dia ditelanjangi saja.
Wanita itu berteriak, "Jangan... jangan...!"
Baru nona itu mengaku namanya, Ie So Bwe.
"Apakah kau Cek Liong Bun?" tanya Siau Po.
"Ya," wanita itu mengangguk.
"Apakah kau kenal Phui Ie?" tanya Siau Po lagi, "Sekarang ia berada di mana?"
lanjutnya. "Sekarang ia menjadi wakil kepala." jawab nona itu. Tadi pagi waktu prajuritmu
menembaki kami, ia masih tampak, tapi kemudian ia menghilang.
Siau Po merasa berlega hati mendengar penjelasan nona itu. ia masih ada harapan
untuk bertemu dengan nona Phui Ie yang cantik dan pintar itu.
Lega juga hati Siau Po. "Akan aku cari terus, Dia ini dahulu pernah mendupakku
sekarang aku harus membalasnya..." pikirnya.
Di saat Siau Po mau menendang nona itu tiba-tiba seorang serdadu pengawalnya
muncul dengan laporannya, "Tayjin telah datang lagi serombongan tawanan perang!"
tiba-tiba saja ia menjadi girang dan batal niatnya untuk mendupak nona itu, ia terus
pergi ke tepi laut dan di sana ia mendatangi sebuah perahu.
Sembari mengawasi, kacung kita menyuruh pengawalnya untuk berkaok menanya ke
perahu itu, "Orang-orang tawanan itu pria atau wanita?" tanya pengawal itu.
Mulanya masih terpisah jauh, tidak ada jawaban Pihak sana masih belum
mendengarnya, Lewat sesaat atas pertanyaan beruIang-ulang, terdengarlah sahutan,
"Ada pria dan wanita!"
Siau Po mengawasi terus perahu itu dan perahu itu pun semakin dekat, Di muka
perahu itu tampak tiga atau empat orang wanita, satu diantaranya mirip Phui Ie. ia
mulai mendapat harapan, maka terus mengawasi dengan tajam.
Dengan semakin mendekatnya perahu itu, para tawanan tampak semakin nyata dan
akhirnya tampak nona Phui Ie. Maka bukan main girangnya hati kacung kita.
"Lekas! Lekas lagi percepat lajunya!" teriak Siau Po.
Ia memerintah sendiri tanpa menyuruh lagi pengawalnya.
Tiba-tiba perahu di depan itu oleng. Semua orang menjadi kaget bahkan ada yang
menjerit Kiranya perahu itu kandas, membentur batu karang.
Justru itu terdengar teriakan suara nona di atas perahu itu.
"Oh! Siau Po! Siau Po! Kaukah di sana?"
Bukan kepalang girangnya hati kacung kita, sampai dia lupa diri.
"Oh, kakak yang baik, inilah aku!" ia berteriak dengan jawabannya, "Kakak.... Siau Po
di sini.!" Nona itu berteriak pula, "Siau Po lekas tolong aku! Orang-orang ini telah menelikung
aku! Lekas! Lekas!" "Jangan takut, aku akan menolongmu!" teriak kacung kita, yang terus melompat ke
sebuah perahu kecil seraya memerintahkan kepada anak buahnya.
"Lekas! Lekas!" perintahnya.
Perahu itu ada empat orang anak buahnya. Mereka lantas mengerjakan pendayung
mereka. Akan tetapi baru kendaraan bergerak seorang bertubuh kecil melompat ke
perahu itu seraya berteriak.
"Siangkong...! Aku mau turut agar kau dapat memeriksa di sana!"


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siau Po merasa senang dan terharu karena mereka dapat mengatasi kejadian yang
pahit ini dan khususnya terhadap nona Phui le yang ditawan dan dapat diselamatkan
dengan baik. Kiranya dialah Song Jie yang lincah dan cerdas.
Siau Po senang dan membiarkan si nona turut padanya.
"Song Jie tahukah kau siapakah nona di sana itu?" tanya Siau Po pada si nona kecil
itu. Song Jie tersenyum manis.
"Aku tahu." sahutnya, "ltulah istrimu yang pertama. Baru-baru ini aku pernah
memanggilnya, tapi ia tak mau menjawab."
Siau Po tertawa. "Hari itu dia lihat kau malu, "Kali ini kau memanggilnya, dia tentu akan menjawab."
katanya. Sementara itu perahu di depan itu masih saja oleng tak menentu,
"Oh, Siau Po, benar-benar kau!" terdengar suara Phui Ie.
"Ya, aku." sahut Siau Po.
Segera kedua perahu itu saling mendekat satu dengan yang lainnya, Siau Po
memerintahkan salah seorang pengawal nya, "Lekas merdekakan kaum nona itu!"
"Baik!" jawab orang yang diperintah itu yang lalu bertindak dengan cepat.
Tidak ayal lagi, Siau Po melompat ke perahu tawanan itu, ia tidak menghiraukan
ketika ia meminta pengawalnya berhati-hati.
Phui Ie sendiri, lekas memperoleh kemerdekaan dan terus dia merentangkan kedua
belah tangannya dan tak lama kemudian Siau Po sudah berada dalam rangkulannya.
"Oh kakak yang baik kau membuatku sangat kaget!" kata Siau Po.
Phui Ie pun membalas memeluk, sehingga keduanya saling berpelukan.
Kali ini tubuh Siau Po merasa hangat Tadinya ia belum tahu apa arti cinta kasih.
Sehabis perjalanan ke Inlam di mana ia dapat main gila dengan Kian Leng Kongcu, ia
dapat merasakan Iain. Tiba-tiba Siau Po merasa tubuhnya bergerak. Kacung itu tak menghiraukan itu
bahkan hendak mencium nona Phui. Namun tiba-tiba ia terkejut karena mendengar
berita beberapa anak buahnya, Maka ia lekas-lekas menolehkan kepalanya.
Apakah yang telah terjadi"
Seseorang dengan jangkar besar di tangannya telah menghajar anak buah perahu
sehingga mereka tercebur ke laut Setelah itu jangkar ditangannya juga digunakan untuk
menyerang perahu kecil itu sehingga karam.
Siau Po merasa heran. Dia mengenali penyerang itu sebagai salah seorang perwira
Jiau Kie Eng, meskipun ia lupa namanya, Kejadian itu juga membuat para tentara yang
ada di darat berteriak-teriak.
"Eh, apa yang kau lakukan?" tegur Siau Po pada perwira itu, sedangkan perahunya
terus bergerak, hanyut mengikuti arus gelombang, "Apakah kau hendak memberontak?"
Selesai berkata, Siau Po membalikkan tubuhnya. Namun tiba-tiba ia merasa ada
tangan yang kuat menyambar batang lehernya diiringi dengan terdengarnya suara yang
merdu namun keras. "Pek Liong Su, apakah kau baik-baik saja" Hari ini kau menyuruh orang menyerbu
Sin Liong To, jasamu sungguh besar sekali!"
Siau Po terkejut setengah mati, Dia mengenali suaranya Hong hujin, itu berarti
celaka, Dia segera meronta, tapi tidak dapat melepaskan diri. Hal ini disebabkan Pui le
memeluknya erat-erat. Bahkan, setelah itu, dia merasa pinggangnya nyeri, Rupanya dia
telah ditotok, entah oleh Pui le atau orang lainnya, Dia juga segera melihat seraut
wajah garang, potongannya bulat dan montok. Iya... wajahnya Kho Cun Cia!
Peristiwa itu membuat Siau Po seakan tengah bermimpi Tapi dia segera ingat,
karena itu dia berkata dalam hati.
Celaka! Kembali Pui le bermain gila terhadapku Dia langsung berteriak-teriak, "Mana
orang" Lekas tolong aku!"
Ketika itu, Pui le sudah melepaskan rangkulannya. Dia bergeser ke samping
membuat Siau Po jatuh duduk di lantai perahu, sementara perahu itu sendiri sudah
mulai berlayar dengan cepat.
"Oh, langit bumi yang maha pengasih! Mudah-mudahan saja Sie Long dan Oey Hu
dapat mencegat dan menolong aku. Semoga mereka tidak sembarangan melancarkan
tembakan...." Ketika Siau Po sedang berdoa, suara berisik para tentara di daratan pun lenyap
dengan cepat, Hal ini karena perahu melaju dengan cepat. Siau Po segera tahu bahwa
dirinya berada di tengah laut yang luas dan tak ada sebuah perahu pun di sekitarnya.
Sembari duduk berdiam di atas lantai perahu, Siau Po memperhatikan beberapa
orang perwira Jiau Kie Eng yang berada di antaranya, Mereka sedang tersenyum
mengejek kepadanya, sekarang setelah perasaannya agak tenang, dia dapat melihat
jelas wajah sekalian para serdadu itu.
Dia mengenali salah satu yang berwajah jelek tak lain Kho Cun Cia yang wajahnya
kurus ialah Liok Kho Hian. sedangkan yang ketiga berwajah panjang, dia tak lain Ay cun
Cia. Hatinya semakin heran. Bukankah dua di antara mereka berada di kota Pe King, kota raja" Mengapa
sekarang mereka bisa berada di Sin Liong To"
Dan ketika Siau Po melihat kepada seraut wajah yang cantik manis, dia segera
mengenalinya sebagai Hong hujin, orang yang membekuknya dibantu Pui Ie,
kekasihnya itu... Nyonya Hong sendiri sedang mengawasi tawanannya sambil tersenyum simpul.
Kemudian, sambil mencubit pipi Siau Po dan tertawa manis, dia berkata.
"Toutong tayjin, usiamu masih demikian muda, tapi kau sudah hebat sekali"
Siau Po berusaha menguasai dirinya, Dia tertawa dan berkata.
"Kaucu dan hujin berbahagialah kalian dan panjang umurnya seperti usia langit! Kali
ini bawahanmu bekerja kurang sempurna, sayang sekali dia tidak mempunyai daya
apa-apa...." "Sebaliknya, Toutong tayjin telah bekerja dengan sempurna sekali." kata Hong hujin
sambil tertawa manis, "lya, tidak ada yang kurang sama sekali sehingga kaucu
memujimu setinggi langit, Kau telah memimpin pasukan perang yang besar, Dengan
meriam kau menghujani seluruh pulau Sin Liong to. Biasanya kaucu dapat meramalkan
segala sesuatu dengan jitu sekali, tapi kali ini beliau gagal, terkaan beliau keliru,
karena itulah beliau sangat takluk kepadamu."
Siau Po diam saja. Dia insyaf dirinya telah berada dalam genggaman lawan, sia-sia
saja kalau dia melayani omongan orang, sekarang ini, yang paling penting dia harus
berlaku tenang dan menggunakan otaknya. Barangkali dia bisa mendapat akal atau
kesempatan untuk meloloskan diri. Tinggal tunggu waktu saja....
"Semoga kaucu dalam keadaan sehat dan berbahagia!" katanya sambil tertawa.
"Sebenarnya, bawahanmu ini meninggalkan pulau kita, tapi senantiasa dia teringat
kepada kaucu dan hujin, Semoga semakin lama hujin menjadi semakin muda dan
semakin cantik, supaya kaucu puas menemani hujin dan hujin berdua selamanya serta
panjang umur!" Bagian 63 Nyonya kaucu itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Oh, kunyuk cilik!" katanya sinis, "Sampai saat ini kau masih tidak sadar kapan kau
akan hidup dan kapan kau akan mati."
Siau Po memperhatikan si nyonya yang cantik, Dia menarik napas panjang.
"Oh, nyonya yang baik, kau telah memperdayai aku dan membuat aku begitu
sengsara...." "Aku memperdayaimu?" tanya si nyonya, "Ah...."
"Memang betul, nyonya yang baik," sahut Siau Po. "Tadi tentara ceng telah menawan
sejumlah kakak beradik, merekalah nona-nona dari Cek Liong Bun, Tadi aku berdiri di
tepi pantai tapi sayang aku tidak mengenali hujin yang kukira seorang anggota biasa
saja, sehingga aku berkata pada diriku sendiri
"Oh, entah kapan Cek Liong Bun kedatangan seorang wanita yang luar biasa
cantiknya! Mungkinkah dia adik kaucu atau putrinya sendiri" Aku ingin sekali mencari
tahu lebih jauh tentang dirinya, Oh, hujin, pikiranku menjadi kalut dan aku juga
lekaslekas melompat ke dalam perahu untuk melihat dari dekat! Siapa tahu, wanita cantik itu
ternyata hujin sendiri!"
Hong Hu Jin tertawa geli mendengar pujian Siau Po. Memang benar, meskipun dia
menyerbu sebagai salah seorang serdadu Jiau Kie Eng, tapi kecantikannya tetap
menonjol penyamarannya kurang sempurna.
Sementara itu, Kho Cun Cia jadi tidak sabaran.
"Hei, setan paras cantik," bentaknya, "Mengapa di depan hujin sekalipun kau berani
mengoceh yang bukan-bukan" Lihat, aku akan membeset kulitmu atau menarik ototototmu
atau tidak?" "Oh, Kho Cun Cia!" kata Siau Po kepada orang yang mendampratnya. "Kau adalah
manusia bodoh, Tidak sudi aku berbicara panjang lebar denganmu."
Kho Cun Cia menjadi gusar mendengar ejekan Siau Po.
"Kaulah yang bodoh!" bentaknya, "Kau tolol sebab kau tidak sadar orang hanya purapura
mati, bahkan kau menolongnya dan kemudian meminta keterangan dariku! Tentu
saja aku menjawab seperti apa yang diajarkan oleh kaucu. Tapi kau memang dungu,
kau percaya segala macam ocehanku!"
"Tolol! Tolol!" maki Siau Po dalam hati, Dia mencaci dirinya sendiri, Memang dia
merasa dirinya dungu sekali sehingga dapat dikelabui orang-orang itu. Iya, Wie Siau Po,
kau memang harus mati konyol!
Mengapa kau tidak ingat bahwa tenaga dalam Kho cun cia sudah mahir sekali
sehingga dia dapat pura-pura mati dan hanyut di laut sekian lama" Mengapa kau
percaya saja segala obrolannya, bahwa di dalam Sin Liong kau sudah terjadi segala
perang saudara yang dahsyat!
Tapi dia tidak mau kalah bicara, karena itu dia berkata lagi.
"Aku bukannya dungu atau tolol! Tapi aku terpedaya oleh siasat kaucu dan hujin!"
"Hm! Kalau kau tidak tolol atau dungu, jadi kau anggap dirimu itu cerdik?"
"Memang aku cukup cerdik!" sahut Siau Po. Tapi aku ingin mengatakan kepadamu,
kalau berhadapan dengan kaucu atau pun hujin, orang yang paling cerdik sekalipun
pasti akan terjungkal di tangan mereka berdua! Memang kaucu dan hujin sangat pandai
meramal dan menghitung, Kalau mereka mengerjakan sesuatu, hasilnya begitu mudah
seperti orang membelah bambu sehingga semuanya cepat selesai!"
"Ketika mengucapkan kata-katanya yang terakhir Siau Po sengaja melirik kepada
Hong hujin yang bibirnya agak bergetar.
Kembali nyonya itu tertawa. Tampak dua baris giginya yang putih dan rapi.
"Pek Liong su, dasar kau memang jauh lebih cerdas daripada siau tauto!" demikian
katanya. "Dia memang kalah bicara kalau dibandingkan dengan kau! Tapi, aku hendak
bertanya kepadamu, mengapa kau mengatakan dia tolol?"
"Sebenarnya, Siu tauto mempunyai seorang kenalan baik!" sahut Siau Po.
"Sahabatnya itu adalah..."
Belum lagi Siau Po menyelesaikan kata-katanya, Kho cun cia sudah mengeluarkan
seruan keras dan menerjang ke depan untuk menerkam si bocah, Kedua tangannya
yang kuat mencengkeram ke arah batang leher.
Hong hujin mengulurkan tangannya mencegah serangan itu.
"Jangan buat keonaran!" bentaknya.
Kho Cun Cia takut sekali terhadap nyonya yang masih muda ini. Tapi karena dia
sedang melompat, terpaksa dia meneruskan gerakannya untuk menyambar tiang layar
setelah itu dia baru mencelat turun kembali di atas perahunya, namun mulutnya tetap
mengeluarkan ancaman. "Kalau kau tetap sembarangan mengoceh, aku akan mengadu jiwa denganmu!"
Siau Po melihat sikap orang, Dia tahu Kho Cun Cia keberatan menceritakan soal Mo
Sek Sek, karena itu dia jadi berpikir keras, Setelah itu dia baru mengambil keputusan.
"Baiklah! Untuk sementara aku tidak akan mengatakan hubungannya dengan ibu suri
palsu itu. Mungkin kelak aku dapat membebaskan diriku dengan mengandalkan rahasia
ini...." Oleh karena mendapat pemikiran itu, Siau Po segera mengganti siasatnya. Dia
berkata kepada orang yang hatinya mudah terbakar itu.
"Siu tauto, kau telah melihat hujin yang cantiknya luar biasa, bahkan melebihi
bidadari, seharusnya kau tidak bisa tertarik hati oleh wanita cantik lainnya, tapi kau
memang lain. inilah sebabnya mengapa aku mengatakan kau dungu dan toIol. Perlu
kau ketahui, aku paham sekali apa yang terpikir dalam hatimu, Iya, kau sedang
mengenaskan dan tidak dapat melupakan wanita cantik yang kedua itu, siapakah
wanita cantik itu" Apakah kau ingin akau menyebutkannya?"
Kembali Kho Cun Cia menjadi gusar.
"Jangan sekali-sekali kau membuka mulut!" bentaknya nyaring.
Siau Po tertawa. "Ya, jangan membuka mulut, ya jangan membuka mulut." Dia mengulangi kata-kata
Kho Cun Cia, "Tapi, bukankah aku bisa mengatakan bahwa adik seperguruanmu jauh
lebih cerdik daripada dirimu" Adik perguruanmu itu, begitu sekali saja melihat wajah
hujin, dia langsung mengatakan kepadaku bahwa untuk selanjutnya, tidak ada
kegembiraannya untuk melihat wanita lain."
Mendengar ucapannya, wajah Ay Cun Cia menjadi merah padam.
"Kau mengoceh sembarangan!" bentaknya perlahan "Mana ada urusan seperti yang
kau katakan?" Siau Po menatap Ay Cun Cia dengan tertegun.
"Apa?" tanyanya untuk menegaskan "Kalau begitu, apa benar setelah melihat
kecantikan hujin kau masih ingin melihat wanita cantik lainnya?"
Ay Cun Cia terdesak oleh pertanyaan itu, Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Aku adalah seseorang yang telah menyucikan diri." katanya perlahan "Aku telah
merubah cara hidupku, pandanganku terhadap semuanya telah kosong melompong.
Aku tidak pernah memikirkan lagi urusan laki-laki dan wanita."
"Hm! Hm!" Siau Po memperdengarkan suara yang seperti orang kagum tapi
mengandung ejekan. "Oh, hwesio tua, kau seperti mempunyai mulut tapi tak punya hati,
lya, kau sama saja dengan kakak seperguruannya. Kau kan seorang tosu" lya,
mengapa kau setiap hari juga memikirkan kenalan baik kakak seperguruanmu itu?"
Meskipun di mulut dia berkata demikian, tapi di dalam hati Siau Po justru mempunyai
pemikiran yang lain. lya, dia memang merasa aneh.
Bukankah aku menitahkan dia dan Liok Kho Hian berdiam di kota raja" demikian
pikirnya, Mengapa sekarang mereka berdua bisa berada di sini" Bahkan ada di atas
perahu ini" Mengapa mereka bisa ada bersama-sama Hong hujin" Aneh bukan"
Ketika itu terdengar Ay Cun Cia berkata lagi, "Kakak seperguruanku adalah kakak
seperguruanku, demikian pula aku adalah aku, jangan kau membanding-bandingkan
kami berdua!" "Menurut pandanganku, kalian berdua justru tidak berbeda satu dengan lainnya."
kata Siau Po yang masih mendesak terus, "Kakak seperguruanmu memang rada tolol,
tapi kalau dibandingkan dengan dirimu, dia masih agak jujur. Kalian dua bersaudara,
kalian telah merusak usaha besar kaucu dan hujin. Sungguh dosa kalian berdua
merupakan dosa yang tidak kepalang besarnya."
Baik Kho Cun Cia dan Ay Cun Cia langsung berteriak setinggi langit.
"Cara bagaimana kami merusak usaha kaucu dan hujin?" tanya mereka.
Siau Po tidak menjawab, Dia justru mengeluarkan suara tertawa dingin, Dia
bukannya tidak mau menjawab, tapi saat itu, dia benar-benar kehabisan akal untuk
menjawab lebih jauh. Maksud hatinya ingin memfitnah kedua kakak beradik
seperguruan itu. Sebaiknya aku bersabar dulu - demikian pikirnya dalam hati, Nanti setelah aku tahu
apa sebabnya mereka meninggalkan kota raja, baru aku pikirkan hal dengan cara
bagaimana aku bisa membangkitkan kecurigaan atau kecemburuan dalam hati hujin.
Dengan membawa pikiran itu, Siau Po memalingkan wajahnya untuk memperhatikan
lautan yang luas, Dari sana tetap tidak terlihat sebuah perahu pun, malah dari kejauhan
terdengar suara dentuman meriam.
Karena itu, dia menduga tentunya Sie Long dan Oey Hu sedang melabrak orangorang
Sin Liong to yang berusaha melarikan diri....
Sementara itu, Liok Kho Hian menatap si anak muda, yang sejak semula semua
kata-katanya didengar dengan jelas, Di dalam hatinya dia berpikir.
"Anak ini masih muda sekali tapi otaknya luar biasa cerdas dan juga licin sekali, Dia
seharusnya disingkirkan sejak siang-siang supaya jangan terus sembarangan
mengoceh, ocehannya bisa menimbulkan malapetaka bagi kami semua."
Karena mendapat pemikiran demikian, Kho Hian langsung berkata kepada Hong
hujin. "Hujin, anak ini berdosa besar sekali terhadap partai kita. sebaiknya hujin
mengabarkan perihal dirinya kepada kaucu. Dengan demikian kita bisa
melemparkannya ke dasar laut agar menjadi hidangan malaikat naga kita."
Terkejut juga hati Siau Po mendengar kata-kata Liok Kho Hian.
--Aku si naga cilik palsu, kalau aku sampai dilemparkan ke dalam laut, pasti
melayanglah selembar jiwaku ini. -- katanya dalam hati.
Tapi dia segera mendengar sahutan Hong hujin.
"Masih ada beberapa persoalan yang ingin kaucu tanyakan kepadanya?"
"Baiklah kalau begitu," kata si orang she Liok yang langsung mendorong tubuhnya
Siau Po sambil membentak "Mari kita menghadap kaucu!"
Siau Po menurut, tapi dalam hatinya dia mengeluh
-- Di depan hujin aku masih bisa mengoceh untuk mengambil hatinya atau
menyenangkan hatinya tapi tidak demikian halnya di depan kaucu, Rupanya dia juga
ada di atas perahu ini. Mau atau tidak, kali ini aku, si naga putih cilik terpaksa
harus masuk ke dalam istana laut.,, -- Siau Po menoleh kepada Pui Ie dan menggunakan


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kesempatan itu untuk rnenatapnya, Dia melihat gadis itu berdiri dengan berdiam diri,
tidak tersirat pun perasaan senang atau sedih di wajahnya, Karena itu, dia segera
berkata. "Nona Phui, aku mengucapkan selamat kepadamu."
"Mengucapkan selamat kepadaku?" tanya si nona heran. "Selamat untuk apa?"
Siau Po tertawa. "Bukankah kau telah mendirikan jasa besar untuk Sin Liong Kau kita?" katanya,
"Bukankah kaucu akan memberikan hadiah besar kepadamu atau menaikkan
pangkatmu?" "Hm!" terdengar suara si nona singkat Dia sadar dirinya sedang diejek maka dia
memilih untuk berdiam diri.
"Semua masuk ke dalam!" perintah Hong hujin.
Pada saat itu, semuanya memang berada di luar kabin perahu.
Tanpa menunda waktu lagi, Kho Hian segera mencekal batang leher Siau Po dan
menyeretnya dengan paksa ke dalam perahu.
Di dalam, Sin Liong kaucu terlihat sedang duduk tegak, wajahnya tampak berwibawa.
Siau Po sendiri segera maju ke depan untuk memberi hormat kepada sang kaucu
sambil menyerukan: "Kaucu dan hujin berbahagia, usianya panjang seperti usia langit! Bawahanmu, Pek
Liong Su datang menghadap."
Kho Hian segera melepaskan cekalannya, bersama-sama Phui le, dia pun memberi
hormat kepada ketuanya, yang dia pujikan panjang umur beserta Hong hujin.
Diam-diam Siau Po memperhatikan ketua Sing Liong Kau itu. Orang itu tidak
memperhatikan siapapun juga. Matanya menatap ke luar perahu.
Di sisinya berdiri empat orang, mereka adalah Chi Liong Su Bu Kon tojin, Oey Liong
Su Ing Tiong Tat, Khou Soat Teng, dan Hek Liong Su Thui Tan Goat.
Menyaksikan keadaan Sin Liong kaucu beserta keempat pembantunya, Siau Po
segera mendapatkan pikiran baru, Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya dan menghadap
kepada Liok Kho Hian untuk menegur dengan keras.
"Orang busuk! Bagaimana kau bisa menyebarkan cerita burung yang tidak-tidak"
Mengapa kau mengatakan kaucu bersama hujin sedang terancam bahaya sehingga
aku harus terburu-buru datang untuk menolong mereka" Nah, sekarang kau lihat
sendiri, bukankah kaucu dan hujin tidak kurang suatu apa pun" Bukankah mereka
sehat-sehat saja" Dan para ciang bunsu itu, bukankah mereka berkumpul bersamasama"
Kapan mereka memberontak sehingga terjadi perang saudara yang hebat?"
"Apa katamu?" tanya Hong kaucu dengan suara dingin.
"Sebawahanmu dibuat tidak mengerti." sahut Siau Po. "Sebagaimana kaucu ketahui,
sebawahanmu dititahkan kaucu bersama hujin untuk menyelundup masuk ke dalam
istana kaisar di kota raja. Tugas itu telah sebawahanmu laksanakan. Di sana
sebawahanmu telah mendapatkan dua jilid kitab Si Cap Ji Cin Keng, Belakangan, di
Kun Beng, di gedung Gauw Sam Kui, sebawahanmu kembali mendapatkan tiga jilid
lainnya dari kitab pusaka itu...."
Sepasang alis Hong kaucu terangkat ke atas. Tampaknya dia tertarik sekali dengan
keterangan si anak muda. "Oh, jadi kau telah mendapatkan lima jilid kitab?" tanyanya, "Lalu, di mana kitab-kitab
itu sekarang?" "Ada sebuah kitab yang sebawahanmu telah menyuruh seseorang yang istimewa
untuk mengantarkannya kepada kaucu dan hujin," sahut Siau Po yang bicaranya lancar
dan sikapnya tenang-tenang saja, "Empat kitab lainnya masih sebawahanmu simpan di
kota raja, di sebuah tempat yang aman sekali serta menugaskan Poan tauto dan Liok
Kho Hian yang menjaganya..."
Mendengar sampai di situ, wajah Ay Cun Cia serta Kho Hian langsung berubah.
Tampaknya mereka terkejut sehingga menjadi pucat pasi, mereka segera menyahut.
"Ti... dak tidak ada urusan seperti itu.... jangan kaucu percaya ocehannya!"
Siau Po tidak menghiraukan kedua orang itu.
Dengan tenang dia melanjutkan keterangannya.
"Sebawahanmu khawatir keempat jilid kitab itu nanti dicuri orang, Karena itu
sebawahanmu memesankan kepada Poan tauto dan Liok Kho hian menjaganya baikbaik
dan tidak boleh meninggalkan tempat penyimpanannya selangkah pun sampai
kaucu mengutus orang datang mengambilnya..."
Berkata sampai di situ, Siau Po menghentikan kata-katanya sejenak untuk menoleh
kepada Ay Cun Cia serta Kho Hian dan dia bertanya dengan suara lantang.
"Liok Kho Hian! Poan tauto! Bagaimana" Aku menitahkan kalian berdua menjaga di
dalam rumah, aku larang kalian pergi ke mana pun, mengapa sekarang kalian justru
berada di sini" Bagaimana kalau semua kitab itu lenyap sehingga gagallah usaha besar
kaucu serta hujin" siapakah nanti yang akan bertanggung jawab?"
Kho Hian dan Ay Cun Cia saling menatap sejenak, keduanya sama-sama bungkam.
Lewat sesaat, Kho Hian baru membuka mulutnya.
"Kau toh tidak mengatakan kepada kami kalau kau menyimpan kitab itu di dalam
tembok" Bagai mana kami bisa mengetahuinya"
"Tapi aku telah mendapat pesan kaucu agar bekerja serahasia mungkin." sahut Siau
Po yang cerdik sekali, "kata kaucu, lebih satu orang yang mengetahui sebuah rahasia,
maka rahasia itu sendiri lebih mudah bocor Kepada kalian berdua, untuk berbicara terus
terang, tentu saja aku masih belum menaruh kepercayaan penuh. Karena itu mana
mungkin aku mengatakannya kepada kalian berdua" Kalian tahu, apa yang aku lakukan
setiap hari" Setiap pagi aku berdoa agar kaucu dan hujin panjang umur dan
berbahagia, usianya seperti usia langit
Setiap makan, setiap mau masuk tidur, tentu aku memuji sekali 1agi. Tapi,
bagaimana dengan kalian berdua" Begitu kalian meninggalkan Sin Liong to, belum
pernah kalian memuji kaucu dan hujin apalagi kelihayannya yang ibarat Niau Seng Hi
Tong." Siau Po tidak tahu tentang sebutan Oiau Sun Ie Tong. Kaisar-kaisar bijaksana di
jaman dahulu, yakni kaisar-kaisar Giau, Sun, Ie dan Tong, Dia salah menyebutnya
menjadi Niau Seng Hi Tong yang artinya sudah berbeda jauh (Burung hidup dan sup
Ikan)." Karena itu, mendengar kata-kata si anak muda, orang-orang menjadi heran.
Wajah Kho Hian dan Ay Cun Cia langsung berubah, sebentar merah sebentar putih,
Mereka merasa malu dan takut.
Terhadap Siau Po, mereka justru benci sekali, Akhirnya Kho Hian bisa menenangkan
diri, dia berkata dengan suara lantang kepada si anak muda.
"Kau sendiri melakukan sebuah kesalahan besar sekarang kau mengoceh
sembarangan untuk mengambil hati kaucu! Dengan demikian kau akan mendapat
pengampunan dari kaucu dan hujin, Kami yang berdiam di dalam pulau, kami sangat
menderita, bahkan usaha besar kami sejak puluhan tahun yang lalu, kini runtuh di
tanganmu, Kau masih mengharap hidup" jangan bermimpi di siang hari bolong!"
"Kho Hian, Kho Hian, bicaramu salah sekali." kata Siau Po yang tidak mau kalah
debat. "Kita semua yang menghamba kepada kaucu dan hujin, Sejak semula masuk
menjadi anggota saja, nyawa kita bukan milik kita lagi. Nyawa kita sudah menjadi milik
kaucu dan hujin, Karena itu, apa pun perintah kaucu dan hujin, bagi kita hanya ada satu
pilihan, yakni melaksanakan dengan sebaik-baiknya, Kita harus jujur dan setia, Bahkan
asal kaucu dan hujin menghendaki jiwa kita, kalau kita diharuskan mati, maka kita tidak
dapat menolak atau mengelakkannya, Siapa yang berani menyangkal berarti dia tidak
lagi bersetia kepada kaucu maupun hujin."
Tegas dan nyata kata-kata Siau Po, lidahnya memang tajam sekali, Mendengar itu,
Hong kaucu langsung memuntir-muntir kumisnya serta janggutnya dengan perIahanlahan.
Dia mendongakkan wajahnya untuk menatap tajam kepada Kho Hian dan Ay
Cun Cia berdua. "Kalian mengatakan Pek Liong su memimpin pasukan perang air dengan maksud
tidak baik terhadap perkumpulan agama kita, sebenarnya bagaimana duduk
persoalannya itu?" Dalam pendengaran Kho Hian dan Ay Cun Cia, suara ketuanya mengandung
perasaan kurang puas, Keduanya menjadi terkejut sekali. Yang pertama segera
berkata. "Harap kaucu ketahui! Kami berdua mendapat tugas mengintai gerak-gerik Pek Liong
Su. Tugas itu sudah kami jalankan dengan sebaik-baiknya, Setiap saat kami selalu
memasang mata dan telinga kami, Kami tidak berani lengah sedikitpun juga.
Demikianlah pada suatu hari raja memberinya kenaikan pangkat, lalu ada seorang
pembesar yang datang mengunjunginya. Apa yang mereka bicarakan kami berdua
mendengarnya dengan nyata dan jelas seperti apa yang pernah kami laporkan kepada
kaucu, pembesar itu ialah Suisu Tetok Sie Long, laksamana yang sekarang memimpin
pasukan armadanya datang menyerang kita.
Kemudian Pek Liong Su mengajak Sie Long pergi bertugas, Sie Long diharuskan
menyamar sebagai salah seorang perwira tangsi Jiau Kie Eng. Di lain pihak, Pek Liong
Su melarang kami ikut bersamanya, Hal itu justru yang membuat kami menjadi sangsi
serta curiga...." Mendengar sampai di sini, Siau Po berkata dalam hatinya.
-- Bagus ya, rupanya kalian berdua ditugaskan kaucu untuk mengawasi aku.Kho Hian melanjutkan keterangannya.
"Pada suatu pagi, setelah lewat beberapa hari, sebawahanmu telah mendapatkan
sesuatu dalam keranjang surat di kamarnya Pek Liong Su. Surat itu sudah tersobeksobek
menjadi beberapa bagian, Ketika sebawahanmu menyambungnya kembali
sehingga sempurna, kiranya itulah daftar nama-nama di Liau Tong dalam bahasa Boan
Ciu. Pek Liong Su buta huruf, apalagi huruf Boan Ciu, tentu itulah surat yang diberikan
raja kepadanya. Kemudian kami mendengar bahwa Pek Liong Su sudah berangkat dengan sejumlah
meriam besar. Karena dalam hati kami telah timbul kecurigaan, kami langsung
memikirkan urusan ini secara sungguh-sungguh.
Siau Po berangkat bersama seorang laksamana, dan pula mereka membawa
sejumlah besar meriam, Kami segera menduga dia mempunyai niat yang kurang baik,
apalagi sebelumnya dia mendapat surat dari raja, oleh karena itu, cepat-cepat kami
meninggalkan kota raja untuk kembali ke sini.
Maksud kami hendak memberi kisikan kepada rekan-rekan lainnya, Tapi hujin
mempunyai pikiran yang Iain. Hujin mengatakan bahwa Pek Liong Su sangat setia
kepada perkumpulan kita, tidak mungkin dia berkhianat. Tapi akhirnya toh memang
nyata, tahu orang, tahu wajah, tapi tidak tahu isi hatinya, Nah, Pek Liong Su berhati
srigala, berparu-paru anjing, kau telah menyia-nyiakan kepercayaan kaucu terhadapmu"
Sementara Kho Hian menceritakan keterangannya kepada kaucu, Siau Po hanya
berdiam saja. Sampai dia sudah selesai, Siau Po baru menarik napas panjang dan
berkata dengan suara perlahan, "Tuan Liok, rupanya kau menganggap dirimu pintar dan
sangat pandai bekerja, Tapi kau tidak pernah berpikir bahwa kau tidak mungkin
membandingkan dirimu dengan kaucu atau pun hujin, Selaksa lawan satu, kau tidak
nempil sedikit pun. Aku katakan terus terang kepadamu, kau... ya kalian berdua,.,
salah. Yang benar ialah kaucu dan hujin." Kho Hian mendongkol sekali.
Dia merasa gusar "Kau ngaco!" bentaknya. Tapi kata-katanya segera disela oleh
Siau Po. "Kau bilang aku ngaco?" tanyanya sambil menuding orang itu, "Aku sendiri tidak
berani memastikan kata-kataku, iya, hanya kaucu dan hujin yang selamanya benar Apa
kau merasa tidak puas" Apa kau mengira kaucu dan hujin tidak benar" Jadi hanya kau
si Tuan Liok yang selamanya benar?"
Wajah Kho Hian jadi merah padam. Dia kesal sekali.
"Bukan begitu maksudku," bantahnya, "itulah kata-katamu sendiri. A... ku.,., aku tidak
mengatakan demikian."
"Kaucu dan hujin mengatakan bahwa aku si Pek Liong Su sangat setia dan tidak
mungkin berkhianat," kata Siau Po yang terus bersikap sabar, "Beliau berdua juga
sangat pandai meramal Mana mungkin ramalannya salah" Baiklah, mari aku berikan
penjelasan kepadamu! Memang raja menitahkan aku membawa pasukan laut untuk
pergi ke Liau Tong, juga meriam-meriam besar Tapi itu.,, itu, hm! Tahukah kau apa
maksudnya?" Sembari berkata demikian, Siau Po menguras otaknya, Dia berpikir keras dan
bertanya kepada dirinya sendiri.
"Ya, apa yang dititahkan oleh si raja cilik" Aku harus mencari jawaban yang masuk
akal..." Tepat pada saat itu, Hong kaucu justru bertanya kepadanya. "Raja menitahkan kau
melakukan apa?" "Sebenarnya urusan itu rahasia sekali, biar bagaimana aku tidak boleh
membocorkannya." sahut Siau Po. otaknya langsung menemukan jawaban yang harus
diberikan "Kalau raja mengetahui aku telah membocorkan rahasia ini, pasti batang
leherku ini tidak dapat dipertahankan lagi, leherku pasti dikutungkan, sekarang kaucu
menanyakan sebawahanmu ini, mau tidak mau aku harus mengambil keputusan. Di
mataku, kaucu dan hujin bahkan terlebih agung daripada raja sekali pun. Kalau kaucu
menghendaki sebawahanmu ini bicara, sebawahanmu tidak dapat menutup mulut
lagi..." Kembali Siau Po berpikir bagaimana harus menyusun kata-katanya agar kaucu dan
istrinya percaya dengan kata-katanya.
Luar biasa sabarnya kaucu itu, meskipun Siau Po ayal-ayalan, dia bukannya gusar,
tapi malah tertawa, dia memainkan kumisnya sambil mengangguk-angguk.
"Harap kaucu dan hujin ketahui," kata Siau Po kemudian, "Di sisi raja ada dua orang
asing, namanya John dan James. Mereka diangkat menjadi kepala dari Kim Thian Kam,
kantor perbintangan...."
"Nama John memang pernah kudengar," tukas Hong kaucu, "Menurut apa yang
tersiar di luaran, dia pandai ilmu alam dan ilmu perbintangan."
"Memang demikianlah kenyataannya." sahut Siau Po. "Kaucu tidak pernah
bepergian, tetapi kaucu dapat mendengar dan mengetahui apa pun. Si John itu telah
menghitung bintang dan katanya di utara ada sebuah negara yang dinamakan Losat.
Negara itu mengandung niat tidak baik atau tidak menguntungkan bagi raja."
Hong kaucu mengerutkan alisnya.
"Lalu bagaimana?" tanyanya seperti tidak tahu ke mana arah pembicaraan si anak
muda. Diam-diam Siau Po memperhatikan gerak geriknya si kaucu, maka dia percaya orang
mulai yakin dengan kata-katanya. Karenanya pula, diam-diam ia merasa girang, Dia
membayangkan ancaman maut terhadap dirinya akan lenyap...
"Si raja cilik tampak berduka mendengar keterangan si John," sahut Siau Po
melanjutkan keterangannya, "Lalu dia minta si John memutar otaknya dan meminta
pendapat kepadanya.... Mendengar demikian, si John berjanji nanti malam dia akan
melihat dulu jalannya bintang dan menghitungnya. Benar saja, lewat beberapa hari, dia
datang lagi menghadap raja serta mengatakan tentang urat nadi negara Losat yang
berada di Liong Tong entah di gunung apa yang namanya aneh yakni, Tamati apa, serta
sebuah sungai yang setahu sebawahanmu ini namanya sungai Amar.."
Hong An Tong sudah lama berdiam di Liau Tong, karena itu dia kenal baik semua
nama gunung-gunung maupun sungai-sungai di sana. Mendengar ucapan Siau Po, dia
langsung tertawa dan berkata kepada istrinya.
"Kau dengar hujin, bukankah anak ini lucu sekali" Gunung Huma Erlwotsi dikatakan
gunung Tamati, dan sungai Amur disebutnya sungai Amar, Ha ha ha ha ha ha!"
Nyonya Hong juga ikut tertawa.
"Ya, ya, kaucu benar!" kata Siau Po memuji, "Memang seperti yang dikatakan
sebawahanmu tadi, tidak ada hal yang tidak kaucu ketahui. Sungguh sebawahanmu
kagum sekali! Apa yang dikatakan orang Inggris itu, sebawahanmu tidak ingat lagi. Tapi
kaisar membuat catatan dalam bahasa Tiong-hoa dan Boan ciu yang mana beliau
berikan padaku, sayangnya sebawahanmu ini tidak kenal tulisan sama sekali, maka
sebawahanmu asal menyebut nama gunung dan sungainya tadi...."
Kembali Hong kaucu tertawa, Kemudian dia berpaling kepada Liok Kho Hian, sorot
matanya menunjukkan kebengisan.
Sementara itu, hati Ay Cun Cia dan Liok Kho Hian sejak tadi memang sudah tidak
tenang, mereka khawatir ketuanya gusar Mereka berdua berdiam diri dengan perasaan
dag dig dug. Siau Po melanjutkan keterangannya.
"Si John langsung mengusulkan untuk membuat sepuluh meriam besar yang harus
diangkut ke Liau Tong lewat jalan laut, tujuannya menyerang kearah gunung dan sungai
itu. Meriam-meriam itu dapat melancarkan dua ratus kali tembakan dengan demikian
urat nadi Bangsa Losat dapat dirusak, kalau perlu malah dimusnahkan.
Dengan demikian puIa, selama dua ratusan tahun, kerajaan Ceng akan mengalami
pemerintahan yang damai serta aman. Tegasnya satu tembakan berarti jangka waktu
satu tahun Karena itu, si raja cilik menanyakan bagaimana kalau melepaskan tembakan
sebanyak seribu kali saja, bukankah itu berarti negara akan damai dan aman selama
seribu tahun juga" Kali ini John menjawab, kalau tembakan dilepaskan terlalu banyak, akibatnya rahasia
alam tidak boleh dibocorkan selanjutnya dia mengatakan tentang jalan kuning dan jalan
hitam dan lainnya yang entah apa artinya, sebawahanmu ini tidak mengerti, mendengar
saja bingung..." Hong kaucu menganggukkan kepalanya.
"Si John itu telah membuat sebuah buku yang diberi nama Tay Ceng Si Hian Lek
artinya kitab penanggalan kerajaan Ceng Maha Besar," katanya "Kitab itu memang
berbatas pada waktu dua ratus tahun, Karena itu, kemungkinan kerajaan Ceng hanya
bisa bertahan sampai dua ratus tahun saja."
Siau Po hanya mengaco belo, Siapa nyana apa yang dikatakannya dekat dengan
kenyataan. Karenanya, Hong An Tong yang pengetahuannya luas mulai percaya
dengan keterangannya. Kemudian terdengar Hong hujin ikut bicara.
"Kalau begitu, si raja cilik telah menugaskan kau pergi ke Liau Tong untuk melakukan
penembakan itu?"

Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siau Po pura-pura terkejut dan heran, Dia menatap si nyonya dengan tertegun.
"Oh, hujin, bagaimana hujin bisa mengetahui hal itu?"
Nyonya ketua itu tertawa.
"Sebab aku merasa kata-katamu tidak seluruhnya benar." katanya, "Raja mengirim
kau ke Liau Tong, mengapa kau justru melancarkan tembakan di Sing Liong To?"
"ltu pun karena apa yang dikatakan oleh orang asing itu," sahut Siau Po yang selalu
mendapat akal untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya,
"Menurut bangsa Losat, apa yang disebut urat nadi negaranya adalah seekor naga laut.
Karenanya ke sepuluh meriam besar itu harus dibawa lewat jalan air serta harus
ditembakkan ke arah naga itu secara langsung, Waktu penembakan pun harus
ditentukan yakni disaat si naga hendak membuka mulutnya untuk menyedot air. Asal
dia terluka parah, naga itu tidak berdaya lagi, seandainya dia ditembak dari darat,
baru sekali tembak saja, dia akan segera terbang ke langit Satu tembakan berarti satu tahun.
Lain tahun penembakan harus diulangi, demikian pula seterusnya.
"Bukankah hal itu merepotkan sekali" Lagi pula, walaupun meriam diangkat dengan
jalan laut, jalannya sendiri juga berliku-liku. Dengan demikian si naga urat nadi tidak
menjadi terkejut." Hong kaucu merasa sangsi mendengar kata-kata Siau Po. Biar bagaimana dia masih
menaruh kepercayaan tentang letak "Hong Sui" yakni tentang keletakkan tanah yang
baik, atau tempat yang dikatakan mengandung urat nadi bangsa tertentu atau orang
tertentu. Diam-diam Siau Po mencuri pandang kepada si kaucu dari Sin Liong Kau itu,
Meskipun usianya masih kecil, tapi pengalamannya sudah banyak sekali Dia sadar si
kaucu ragu-ragu dengan ceritanya, Karena itu dia segera berkata pula.
"Setan asing itu telah membuat beberapa gambar untuk si raja cilik, Setelah itu dia
mengukur gambarnya dari sana sini Dia juga memberi tanda bundaran-bundaran merah
serta beberapa garis untuk menjelaskan mengapa atau bagaimana urat nadi itu dapat
bergeser.... sayangnya sebawahanmu itu bodoh sekali sehingga tidak mengerti apaapa.
Sebaliknya, si raja cilik itu sangat tertarik sekali hatinya...."
Hong kaucu mengangguk-anggukkan kepalanya. Di dalam hatinya dia berpikir,
mungkin orang asing itu benar-benar mempunyai keistimewaan tersendiri dalam melihat
"Hong Sui". Lega hati Siau Po melihat kaucu Sing Liong Kau itu mulai mempercayainya.
-- Asal aku bisa meloloskan diri kali ini, lain kali tidak ada yang perlu kukhawatirkan
Iagi... - pikir-nya. Karena itu, dia segera berkata pula, "Pada suatu hari, si raja
kecil memerintahkan pembesar Kim Thian Kam memilih hari yang baik. Setelah itu
dikeluarkan firman sebawahan Tiang Pek San. Yang turut bersama sebawahanmu ini
ialah seorang laksamana dari propinsi Ho Kian bernama Sie Long. Dia pandai
menembak dengan meriam dari atas kapal perang, Dia disuruh oleh si raja cilik untuk
ikut serta dan sebelumnya dipesankan agar menyimpan rahasia ini rapat-rapat, kalau
rahasia ini sampai bocor, maka gagallah usaha besar si raja cilik.
Kami berangkat ke Thian Cin lewat laut. Kami memutar ke tempat yang jauh untuk
menuju Liau Tong. Di luar dugaan sebawahanmu ini, kemarin sore kami menemukan
sejumlah mayat yang mengambang di atas permukaan laut. Di antara mayat-mayat itu,
ada beberapa mayat asli tapi ada beberapa pula mayat palsu. Maksudnya orang yang
pura-pura mati, dialah Siu tauto! Sebawahanmu berlaku murah hati dan menolongnya,
di waktu sadar dia segera menceritakan tentang keadaan di pulau Si Liong To yang
mana telah terjadi peperangan yang sangat kacau sehingga umpama kata langit runtuh
dan bumi ambruk. Dia juga mengatakan bahwa Hong kaucu telah memerintahkan orang
untuk membunuh Chi Liong Su Khou Soat Teng."
"Dusta!" bentak Kho Cun Cia. "Aku tidak pernah mengatakan bahwa kaucu akan
menghukum mati Chi Liong Su...."
Justru orang membantah dengan suara keras, Hong hujin segera meliriknya dengan
tajam dan berkata dengan nada penuh wibawa.
"Siu tauto, di hadapan kaucu, siapa pun tidak boleh berteriak-teriak."
"Ya.,." sahut Kho Cun Cia sambil menganggukkan kepalanya.
"Kau toh mengatakan bahwa Chi Liong Su telah dibunuh orang?" tanya Siau Po.
"Benar bukan?" "Aku memang berkata demikian," sahut Kho Cun Cia. "Tapi kaucu sendiri yang
menyuruh aku berkata demikian untuk mendustaimu."
"Kaucu menitahkan kau bergurau denganku, hal itu sudah lumrah." otaknya memang
cerdik sekali, Ada saja jawaban yang dapat diberikan olehnya. "Tapi dalam kata-katamu
itu, ada kelainannya, Kau mengatakan pula, bahwa untuk membalaskan sakit hatinya,
kaucu sudah membunuh Chi Liong Su dan Hek Liong Su. inilah yang aku sangsikan,
Kaucu jujur dan adil, tidak berpikiran licik bahkan bijaksana dan welas asih, tidak
mungkin kaucu akan ingat dan mendendam sakit hati terhadap bawahannya."
"Kau berbohong!" seru Kho Cun Cia pula.
"Terang kau mengatakan bahwa kaucu telah membunuh Hek Liong Su dan Chi Liong
Su dengan maksud membalas sakit hati." kata Siau Po kukuh.
"Dusta!" teriak Kho Cun Cia. "Aku tidak pernah mengatakan demikian."
"Kaucu kan jujur dan adil." kata Siau Po.
"Dusta!" "Kaucu bijaksana dan welas asih!"
"Dusta!" "Kaucu tidak pernah ingat sakit hati atau dendam terhadap bawahannya."
"Dusta!" Justru ketika Kho Cun Cia terus berteriak dusta, Liok Kho Hian segera menarik ujung
baju sahabatnya itu, Dia sadar temannya telah terperangkap dalam jebakan si bocah
cerdik, Selama Kho Cun Cia berteriak, "dusta, dusta", dia melihat wajah ketuanya sudah
berubah merah padam. Karena itu, sembari menarik ujung baju sahabatnya, dia berkata.
"Kau dengarkan saja apa kata kaucu jangan kau memotongnya!"
"Tapi, bocah ini mengoceh yang tidak-tidak." teriak Kho Cun Cia. "Apakah dia harus
dibiarkan mengoceh tidak karuan?"
"Kaucu cerdas dan pintar, kaucu dapat mengetahui apapun juga." kata Kho Hian, Dia
membujuk dan menyadarkan kawannya, "Jangan kau sibuk tidak karuan. Kaucu pasti
mengerti nantinya." "Hm!" Kho Cun Cia mendengus dingin, "Aku khawatir kaucu..."
Tapi kali ini, dia segera menghentikan kata-katanya, Matanya membelalak, mulutnya
terbuka lebar, dia tertegun perasaan takut tiba-tiba melanda hatinya, dia merasa
mulutnya telah bicara berlebihan.
Siau Po menatap tajam kepada orang yang sedang didesaknya, Begitu pandangan
mata mereka bertemu, dia segera mencibirkan bibir untuk mengejeknya, Kedua
tangannya dimainkan di depan wajahnya.
Kho Hian bermata tajam, Dia melihat sikap anak muda, Dia mengerti apa maksud
lagak orang, Dia juga mendongkol sekali walaupun demikian, dia tidak berani berkata
apa-apa. itu urusannya Kho Cun Cia, dia khawatir sang kaucu akan marah kalau dia
turut bicara. Untuk sesaat keadaan di tempat itu menjadi sunyi senyap, Yang terdengar jelas
hanya nafas memburu dari Kho Cun Cia yang hatinya masih panas karena penasaran
sekali, Tapi dia berusaha mengekang dirinya, Dia merasa jeri terhadap kaucunya.
Setelah lewat sesaat, baru terdengar Hong kaucu berkata.
"Apalagi yang dikatakan olehnya ?" suaranya tenang dan pertanyaannya ditujukan
kepada Siau Po. "Harap kaucu ketahui, dia juga mengatakan bahwa kaucu telah bertindak yang tidaktidak,
Bahwa kaucu telah mengadu dombakan sebawahannya sehingga pihak Cek
Liong Bun menyerang pihak Hek Liong Bun..."
"Aku tidak berkata demikian..." seru Kho Cun Cia membantah.
Baru sekarang Hong kaucu menatap langsung anak buahnya itu. Matanya mendelik
menandakan kegusaran hatinya, Dia juga membentak.
"Tutup bacotmu! Kalau sekali lagi kau berkaok-kaok, aku akan membelah-belah
tubuhmu yang seperti semangka itu!"
Kho Cun Cia terdiam, wajahnya jadi merah. Dia masih mendongkol tapi sekarang dia
harus menahan hawa amarah dalam hatinya.
Liok Kho Hian dan Ay Cun Cia terkejut sekali, wajah mereka sampai tampak pucat,
Mereka, maksudnya semua anggota Sin Liong, maklum sekali apabila ketuanya gusar.
Kegusarannya itu tidak ditunjukkan pada mimik wajahnya, namun kali ini berbeda,
kaucu mereka malah sudah membentak dengan suara keras.
Sebaliknya dengan Siau Po, Bocah ini justru merasa senang walaupun dia hanya
mengutarakannya dalam hati, di luar dia hanya tersenyum, Dia pun berpikir.
-- Kho Cun Cia sudah tidak bisa membuka suaranya, sekarang, apapun yang
kuocehkan, dia pasti tidak berani menentangnya lagi, - Maka dia segera berkata kepada
ketua Sing Liong Kau. "Kaucu yang mulia, Siu tauto sebetulnya tidak mengucapkan kata-kata yang
menghina kaucu, dia hanya mengatakan bahwa pikiran kaucu picik sekali, Bahwa kaucu
mudah membuat pembalasan sebagaimana kaucu pernah menugaskan seorang
anggota bernama Ho Seng untuk melakukan pembalasan itu, Ho Seng itu murid Bu Kin
tojin, mengapa sebawahanmu ini tidak tahu tentang Ho Seng it?"
"Memang ada orang yang bernama Ho Seng," sahut Hong hujin yang mewakili
suaminya menjawab "Lalu bagaimana tentang itu?"
Dalam waktu yang singkat, Siau Po sudah berpikir.
- Ho Seng itu murid Bu Kin tojin, tentu usianya masih muda,.. maka dia lantas
menjawab, "Menurut Kho Cun Cia, Ho Seng itu tergila-gila kepada hujin, bahwa selama
beberapa tahun dia telah melakukan sesuatu yang tidak pantas disebutkan di sini,
Sebawahanmu gusar mendengar ocehannya sehingga dia telah menampar mulutnya,
baru dia berhenti mengoceh tidak karuan..."
Wajah Hong hujin jadi merah padam.
"Oh, dia berani menyebut-nyebut aku?" tanyanya keras.
"Tidak! Tidak!" bantah Kho Cun Cia, "Aku tidak berkata demikian!"Tapi Siau Po
segera menukas. "Kaucu melarang kau bicara, jangan kau banyak omong, sekarang aku bertanya
kepadamu, kau pernah menyebut orang bernama Ho Seng atau tidak" Kalau benar,
kau menganggukkan kepalamu, kalau tidak, kau boleh menggeleng."
Kho Cun Cia segera menganggukkan kepalanya.
"Nah, ketika itu pernah kau mengatakan bahwa Ho Seng dan Khou Soat Teng telah
berlomba dalam urusan asmara, Bahwa mereka saling bersaing dan saling mendengki
karena rasa cemburunya satu dengan lainnya, Bahwa mereka saling merebut
mengambil hati hujin, yang akhirnya kejadian Ho Seng membunuh Khou Soat Teng.
Katamu kejadian itu membuat hujin senang sekali, Dan dalam hal ini kaucu telah
berhasil ditutupi, sehingga kaucu seperti terkurung di dalam tambur yang tidak tahu
apa-apa, Ho Seng mengatakan bahwa setelah Chi Liong Su terbunuh, di dalam
kamarnya terdapat sebatang golok yang penuh berlumuran darah dan itulah golok
orang She Ho. Nah, Kho Cun Cia sekarang jawablah, pernahkah kau mengatakan
demikian?" Kho Cun Cia menganggukkan kepalanya.
"Namun..." katanya.
"Kau telah mengiakan, itu sudah lebih dari cukup." potong Siau Po tanpa
memberikan kesempatan kepada orang untuk melanjutkan kata-katanya, Dengan
demikian ucapan Kho Cun Cia hanya setengah jalan dan Siau Po lah yang
melanjutkannya. "Kau telah mengatakan," Siau Po segera berkata kembali "Bahwa orang-orang Cek
Liong Bun, Chi Liong Bun, Oey Liong bun, juga orang-orangku dari Pek Liong Bun,
sedang bertempur satu sama lain sehingga keadaan di pulau Sin Liong to kacau balau
karena terjadinya perang saudara. Bahwa kaucu sampai kehilangan kewibawaan serta
kekuasaannya, Kaucu sampai tidak berdaya memulihkan keadaan seperti semula,
Benarkah demikian?" Kho Cun Cia mengangguk lagi, Memang dia pernah berkata demikian dan dia tidak
dapat menyangkalnya. Dia anggap itulah pesan kaucu sendiri...
"Kau juga mengatakan semua orang di pulau telah memberontak sehingga kaucu
dan hujin sudah tertawan, bahwa seluruh pakaian hujin telah dilepaskan sehingga hujin
menjadi telanjang bulat." Siau Po melanjutkan keterangannya, "Bukankah kau
mengatakan bahwa di samping hujin sudah diarak keliling pulau, kaucu sendiri juga
telah dibelenggu dan digantung di atas pohon sampai tiga hari tiga malam selama.
Bahwa kaucu tidak diberi makan maupun minum. Ya, sekarang kau tentu tidak berani
mengakuinya, bukan?"
Wajah Kho Cun Cia jadi merah padam saking malunya dan panas hatinya,
pertanyaan itu tidak dapat disangkal atau pun diiyakan, Keringat dingin langsung
membasahi seluruh pakaiannya.
"Sekarang kau pasti akan menyangkalnya!" kata Siau Po yang mendesak terus,
"Benar, kan?" "Aku tidak mengatakan demikian!" Akhirnya Kho Cun Cia tidak dapat menahan diri,
dia menyangkalnya juga. Siau Po tidak memperdulikan penyangkalan itu, dia meneruskan kata-katanya.
"Singkatnya, kau mengatakan kepadaku, bahwa keadaan dalam perkumpulan kita
sedang kacau balau, Sebab kaucu sudah menawan sebagian besar anggotanya serta
melemparkannya ke dasar laut. sedangkan sisanya saling menyerang, aku bunuh kau
dan kau bunuh aku. Kau juga mengatakan bahwa kaucu dan hujin sudah benar-benar
celaka, Meskipun saat itu mereka belum menutup mata, tapi umur mereka pasti tidak
lama lagi." "Aku,., aku...." Kho Cun Cia jadi gugup karena dibikin bingung oleh Siau Po. Dia
difitnah habis-habisan sehingga hawa amarah dalam dadanya meluap seketika, Tapi
dia tidak berdaya, Karena setiap kali dia ingin menjelaskan si anak muda selalu
memotong perkataannya. Memang dia pernah menceritakan soal kekacauan di pulaunya, tapi keterangannya
tidak sama dengan yang diberikan Siau Po sekarang.
Sampai di situ, Siau Po berpaling kepada ketuanya sikapnya hormat sekali.
"Harap kaucu ketahui, sebenarnya sebawahanmu ini mengepalai pasukan laut untuk
pergi ke Liau Tong guna menggempur musnah urat nadi musuh, yakni negara Losat.
Namun setelah sampai di sini sebawahanmu langsung teringat kepada hujin dan nona
Phui, Di dalam hatiku, aku telah berikrar akan menikahi nona itu, Untuk itu hamba
berharap kaucu serta hujin akan memberikan perkenannya, Dengan demikian hamba
dapat mengajaknya pergi sekalian, itulah sebabnya mengapa hamba menitahkan
segenap anak buah untuk menjalankan perahu perlahan-lahan menuju pulau kita,
Maksudku ialah agar sedikit banyak para anak buahku itu mengetahui dan melihat
keindahan pulau kita, Dengan demikian pula sebawahanmu ini mempunyai kesempatan
menjenguk kaucu serta hujin."
Hong hujin tertawa kecil.
"Tentu juga menjenguk nona Phui, bukan?" katanya.
"lya, itu memang benar," sahut Siau Po mengakui. "Memang sebawahanmu ini hanya
memikirkan kepentingan dirinya sendiri, bukan sekedar menghadap kaucu dan hujin
saja, Dalam hal ini, sebawahanmu ini mohon diberikan pengampunan!"
Hong kaucu menganggukkan kepalanya, rupanya dia menjadi sabar sekali.
"Silahkan bicara terus!" katanya.
"Apa mau, seperti telah diketahui di tengah laut hambamu menemukan beberapa
mayat dan akhirnya menolong Siu tauto ini," kata Siau Po pula, "Entah maksud apa
yang terkandung dalam hatinya, setelah sadar dari pingsannya, dia langsung mengutuk
kaucu beserta hujin, Ketika sebawahanmu pun merasa heran, Tiba-tiba saja hamba
menjadi bingung, rasanya ingin tiba-tiba tumbuh sayap untuk terbang ke pulau ini untuk
melihat keadaan kaucu serta hujin dan membantu menumpas kawanan pemberontak.
Ketika itu, sebawahanmu lantas mencaci maki kawanan penjahat itu, Sebawahanmu
juga mengatakan pepatah lama yang berarti urusan yang sudah-sudah tidak perlu
ditimbulkan kembali terutama jangan mendendam Mengapa mereka justru
memberontak serta menimbulkan huru hara" Sebawahanmu menjadi bingung tatkala
teringat kaucu yang sedang digantung dan hujin yang dibuat menjadi telanjang bulat.
Tentunya kaucu serta hujin sedang membutuhkan pertolongan sedikit waktu pun tidak
boleh ditunda lagi, Dasar sebawahanmu ini yang tolol sekali, mengapa sebawahanmu
sampai lupa bahwa kepandaian kaucu tinggi sekali dan mempunyai kesaktian yang luar
biasa" Mana mungkin kaucu bisa dicelakai" Bukankah dengan mudah saja kaucu
meluncurkan tangan untuk membekuk mereka seperti sekawanan semut" Mana
mungkin sampai kaucu kena ditawan dan dihina seperti apa yang dikatakan oleh Kho
Cun Cia" Namun dalam keadaan bingung, sebawahanmu langsung memimpin tentara dan
menitahkan mereka melakukan perombakan ke pulau Sin Liong To. Sebawahanmu
mengatakan mereka para tentara bahwa kemungkinan besar penduduk yang baik-baik
sudah kena ditawan para penjahat.
Karena itu, asal ada perlawanan si pengkhianat harus dihujani tembakan meriammeriam
besar Dan selekasnya kita mendarat anak buahku harus mencari seseorang
yang bertubuh kekar dan bertampang gagah bagaikan Giok Hong tayte sebab orang itu
adalah kaucu dari Sin Liong Kau yang Maha Mulia, perintah itu segera dituruti dan
diiyakan oleh anak buahku. Pesanku lainnya yaitu agar semua orang perempuan
jangan diganggu! Terutama seorang nona muda yang cantik manis bagaikan bunga
indah atau batu kumala, Dialah Hong hujin yang dihormati oleh segenap anggota Sin
Liong Kau dan selalu dijunjung tinggi!"
Hong hujin tertawa terkekeh-kekeh mendengar ucapan Pek Liong Sunya.
"Menurut keteranganmu ini," katanya, "Jadi kedatanganmu ke pulau Sin Liong To
bukan untuk menyerang, tetapi hanya karena kesetiaanmu terhadap kaucu" jadinya kau
tidak bersalah, tapi malah berjasa besar?"


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sama sekali tidak ada jasanya sebawahanmu ini," sahut Siau Po dengan
merendahkan diri. "Apa yang ada dalam benak sebawahanmu ini hanya kelegaan
karena kaucu dan hujin tidak kurang suatu apa. Serta sejumlah anggota yang setia
sama sekali tidak melakukan pemberontakan Harapan sebawahanmu yang pertamaTiraikasih
website http://cerita-silat.co.cc/
tama hanyalah kebahagiaan kaucu serta hujin dan diberi panjang umur seperti usia
langit. Kedua, agar semua anggota kita setia guna membela agama dan negara. Agar
mereka selalu menuruti apa pun yang dikatakan kaucu serta hujin...."
Hong hujin tertawa nyaring memutuskan kata-kata si anak muda.
"Dan yang ketiga... agar nona Phui dapat menjadi istrimu?"
"Ya, tapi itulah soal yang lain." sahut si bocah yang tidak tahu malu, "Yang ketiga,
sebawahanmu ini sudah mengambil keputusan untuk bekerja sebaik-baiknya dan setia
agar membuat kaucu serta hujin menjadi senang hati, Dengan demikian, sebawahanmu
percaya kaucu dan hujin akan memperlakukan hamba dengan baik."
Hong An Tong menganggukkan kepalanya.
"Mulutmu ini sungguh lihay, kau memang pandai bicara!" katanya, "Kalau demikian
hebat kesetiaan dan ingatanmu kepada aku serta hujin, mengapa kau tidak memimpin
sendiri pasukanmu ke pulau Sin Liong To, tapi malah lantas menghujani dengan
tembakan meriam sedangkan kau sendiri bersembunyi di garis belakang?"
TAMAT (Bagian ke dua) Bagian KETIGA Bagian 64 Hati Siau Po berdetakan, hebat sekali pertanyaan ketua Sin Liong To itu. Telak dia
kena dihajar. Celaka jika ia tak dapat menjawab dengan cepat.
"Memang sudah seharusnya sebawahanmu ini berdosa hingga harus mati berlaksa
kali," Demikian ia memberikan jawabannya. "Satu kali lagi sebawahanmu ingin
memberikan penghargaan dan kesetiaan terhadap Kaucu dan hujin. Benar-benar kaget
sewaktu pertama kali sebawahan mendengar kabar dari Siu Cuncia bahwa Kauwcu dan
Hujin telah ditawan oleh orang-orang jahat itu, sebawahanmu pun ngeri sekali bila
ditawan, pastilah ia akan menyayat kulitnya dan menarik ototnya.... Sebawahanmu ini
memang takut mati, karena itu aku bersembunyi di baris belakang. Sebawahanmu ini
cuma menugasi para perwiranya untuk menolong kaucu dan juga Hujin.. Ya memang
sebawahanmu ini bersalah besar...."
Kaucu dan Hujin saling memandang dan Hujin mengangguk perlahan.
"Anak ini mengaku sendiri kalau ia itu takut mati, memanglah benar apa katanya
kalau ia itu tidak berdusta," kata Hujin.
Kauwcu tidak menjawab pertanyaan istrinya, tetapi ia berkata dengan sabar namun
tegas, "Tentang perkataanmu ini benar atau tidak aku akan menyelidikinya dengan
perlahan, akan tetapi jika aku memperoleh buktinya kalau kau itu berdusta maka kau
akan tahu sendiri...."
Siau Po mengangguk. "Jikalau benar sebawahan telah bersalah, hukuman apa pun yang diberikan akan
sebawahan terima, tetapi sekarang sebawahanmu ini minta dengan sangat agar jangan
diserahkan pada Poan Toucu, Sin Touto dan Kho Hian bertiga, atau pada salah satu
dari mereka! Kali ini mereka sedang mengatur tipu daya sangat licik, hingga mereka
berhasil memancing tentara Ceng melakukan penyerangan mendadak ke Sin Liong To
hingga terbinasa banyak saudara kita. Menurut sebawahanmu, langkah mereka itu
sangatlah berbahaya atau mungkin Liok Kho Han mempunyai maksud tertentu untuk
mengangkat dirinya menjadi seorang Kauwcu, Selama di Propinsi Inlam ia pernah
mengadakan tidak akan atau mengharapkan hidup yang belaka, berbahagia atau hidup
kekal sama dengan usia dewa, Tetapi ia mengharapkan dapat hidup seratus tahun saja
itu sudah cukup..." "Kau.... Kau...!" kata Kho Hian sangat gusar dan tangan yang satu sudah menampar
Siau Po. Belum sempat Siau Po menangkis serangan itu, Bukin Tojin telah menangkisnya,
maka terdengarlah suara tangan yang sedang beradu tadi. Tubuh orang yang
menyerang itu mundur beberapa langkah sedangkan tubuh si imam hanya limbung.
"Liok Kho Hian!" katanya, "Bagaimana dapat kau menyerang orang di depan
Kauwcu?" Kho Hian sadar maka mukanya tiba-tiba menjadi merah, setelah itu ia memberikan
hormat. "Maafkan, Kauwcu..!" katanya dengan suara yang tidak lancar, "Anak ini telah
memfitnah dengan hebat sekali hingga aku tak dapat menahan emosi lagi."
"Hm!" sang ketua memperdengarkan suaranya itu, Setelah itu ia berpaling pada Siau
Pisau Terbang Li 15 Kisah Pendekar Bongkok Karya Kho Ping Hoo Pendekar Setia 10
^