Pencarian

Pedang Langit Golok Naga 17

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 17


entah untuk memberi selamat kepada Piauw Moay."
Sehabis berkata begitu, wanita itu tertawa geli. (Soeko
kakak seperguruan. Piauw Moay adik perempuan sepupu)
Hampir berbareng, tiga orang muda berjalan masuk dan
semua pelayan-pelayan buru-buru menyingkir untuk
membuka jalan. Hanya Boe Kie yang masih terus berdiri
seperti orang hilang ingatan dan kakinya baru bergerak
sesudah tangannya diseret Kiauw Hok.
Dari ketiga orang muda itu, yang berjalan di tengah
adalah seorang pemuda. Sedang Coe Kioe Tin berjalan di
sebelah kiri. Ia mengenakan baju bulu yang berwarna
merah sehingga kecantikannya jadi lebih mencolok. Di
sebelah kanan pemuda itu berjalan seorang wanita lain.
Usia mereka kira-kira sebaya, semuanya belum mencapai
dua puluh tahun. Begitu mereka masuk, mata Boe Kie terus mengincar
Nona Coe. Tidak memperdulikan yang lain. Ia seperti juga
tidak melihat dua orang muda yang lain, tidak melihat cara
bagaimana memberi selamat tahun baru dan tak mendengar
apa yang dikatakan mereka. Dimatanya hanya kelihatan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang, yaitu Nona Coe Kioe Tin.
Dalam usia yang masih muda, masih kekanak-kanakan
Boe Kie sebenarnya masih belum tentu apa artinya cinta
antara lelaki dan perempuan. Iapun bukan manusia yang
kemaruk akan paras cantik. Tapi dalam hidupnya seorang
manusia tertarik yang pertama kali terhadap kecantikan
seorang wanita selalu memberi akibat yang hebat. Sebagai
manusia, Boe Kie pun tidak kecuali. Disampint itu pada
hakekatnya, Boe Kie mempunyai perasaan halus dan
mempunyai rasa cinta yang sangat besar terhadap sesama
manusia, tak perduli lelaki atau perempuan, tua atau muda.
Maka itu dapatlah dimengerti begitu bertemu dengan Coe
Kioe Tin yang sangat cantik dan mempunyai pengaruh luar
biasa atas dirinya, Boe Kie jadi seperti hilang ingatan. Di
dalam hatinya sama sekali tidak terdapat pikiran yang tidak-
tidak. Tidak! Sedikitpun tidak! Ia hanya merasa beruntung
jika bisa melihat wajah si nona, mendengar suara si nona
yang sangat merdu. Sesudah mendapat hadiah, pelayan-pelayan yang lain
lantas saja bubar. Sesudah berbincang-bincang beberapa lama Coe Kioe
Tin berkata, "ayah, ibu, aku ingin jalan-jalan bersama
Piauw Ko dan Ceng Moay."
Kedua orang itu mengangguk-anggukkan kepalanya dan
ketiga orang muda tersebut lantas saja bertindak ke luar dan
pergi ke halaman belakang.
Tanpa merasa Boe Kie mengikuti dari jauh. Pada hari
raya yang penting itu, tak ada orang yang memperhatikannya. Semua pelayan bersuka ria, berjudi,
dan sebagainya. Sekarang baru Boe Kie melihat nyata,
bahwa pemuda itu berparas sangat tampan dan dalam hawa
udara yang sangat dingin, ia hanya mengenakan jubah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panjang warna kuning dari sutra tipis. Sehingga dapatlah
diketahui bahwa ia memiliki Lweekang yang tinggi. Wanita
yang satunya mengenakan baju bulu warna hitam,
badannya langsing, gerak-geriknya memikat, suaranya
lemah lembut dan cara-caranya halus. Mengenai kecantikan, ia tak kalah dari Coe Kioe Tin. Tapi di mata
Boe Kie, tiada manusia yang dapat menandingi nona Coe
yang dipandangnya seakan-akan seorang Dewi.
Mereka berjalan sambil bercakap-cakap dan tertawa-
tawa. "Tin Ci," kata wanita itu, "kau pasti sudah
memperolah banyak ilmu It Yang Ci. Bolehkah kau
memperlihatkan kepada adikmu?" (It Yang Ci semacam
ilmu menotok dengan jari tangan dari It Teng Taysu)
"Ah! Jangan kau menggoda aku," kata Kioe Tin. Biar
aku berlatih sepuluh tahun lagi, mana bisa aku menandingi
Lan Hoea Hoed Hiat Chioe dari keluarga Boe." (Lan Hoea
Hoed Hiat Chioe ilmu menotok jalan darah dengan lima
jari tangan yang dipentang seperti Lan Hoa atau bunga
anggrek) Pemuda itu tertawa,"Sudahlah! Kalian tak usah saling
merendahkan diri," katanya. "siapakah yang tidak
mengenal Soat Leng Siang Moay yang sangat lihai?" (Soat
Leng Siang Moay Sepasang saudara perempuan dari bukit
salju) "Aku belajar dan berlatih sendirian saja." Kata Kioe Tin.
" Mana bisa aku menyusul kemajuan kalian dua saudara
seperguruan yang setiap detik bisa saling berdamai dan
berlatih bersama-sama."
Wanita muda itu tidak menjawab, ia hanya bisa
tersenyum sambil monyongkan mulutnya, seperti juga ia
mengakui kebenarannya nona Coe.
Sebab kuatir Kioe Tin jadi gusar, pemuda itu buru-buru
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata, "ah, sebenarnya tidak begitu. Kau mempunyai dua
orang guru Koe Koe dan Koe Bo. Di bawah pimpinan
kedua orang tua, itu keaadaanmu banyak lebih baik
daripada kami berdua."
"Kami!....kami!....." nona Coe menggerutu. "Kecintaan
antara saudara seperguruan memang lebih hebat daripada
kecintaan antara saudara sepupu. Baru saja aku bergurau
dengan Ceng Moay, kau sudah membantunya dengan mati-
matian." Sehabis berkata begitu ia memutar badan.
Pemuda itu tertawa, "Piauw Moay disayang, Soe Moay
juga disayang," katanya. "aku tidak memilih kasih."
Nona Coe memutar pula badannya dan berkata, "Piauw
Ko kudengar gurumu menerima lagi seorang murid
perempuan. Apa benar?"
"Benar," jawabnya.
Wanita yang dipanggil "Ceng Moay" rupanya masih
ingin menggoda nona Coe. Ia tersenyum seraya berkata.
"Tin Ci, Soemoay kecil itu sangat cantik parasnya. Bukan
saja cantik, dia pandai bicara dan sangat menarik hati.
Setiap hari dia mengikat Soe Ko dengan macam-macam
permintaan. Minta diajar ini, diajar itu, kalau nanti kau
bertemu dengannya, kau sendiri tentu akan mencintai dia.."
"Apa?" menegas Kioe Tin dengan suara dingin. "Apa
dia lebih cantik dari Ceng Moay?"
"Mana bisa aku menandingi Siauw Soe Moay itu,"
jawabnya. "Hanya Tin Ci yang dapat ditandingi
dengannya." "Aku bukan lelaki tampan yang kemaruk akan paras
cantik," kata nona Coe. "Bagaimana kau bisa mengatakan
aku akan mencintai Siauw Soe Moay itu?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar perkataan yang menghantam dirinya,
pemuda itu lantas saja tertawa dan berkata, "Piauw Moay,
bolehkan kau mengajak kami melihat jenderal penjaga
pintu" Makin lama mereka pasti makin lihai."
Coe Kioe Tin lantas jadi girang. "Baiklah!" jawabnya. Ia
segera berjalan ke arah Han Kong Ki, Boe Kie tetap
mengikuti dari kejauhan. Begitu tiba, nona Coe segera memerintahkan pelayan
perawat anjing untuk melepaskan semua binatang itu.
Melihat kawanan anjing yang galak angker, pemuda
tersebut memuji tak henti-hentinya sehingga Kioe Tin jadi
lebih bunga hatinya. "Ceng Moay" tertawa geli sambil menutup mulutnya
dengan tangan. "Soe Ko" katanya "pangkat apa yang
dikehendaki olehmu, Koan Koen atau Piauw Ki?"
Pemuda itu terkejut. "Apa katamu?" tanyannya.
"Kau begitu memperhatikan kata Tin Ci," jawabnya.
"Apakah tak layak jika Tin Ci memberi pangkat Koan Kun,
Ciang Koen atau Piauw Ki Ciangkoen kepadamu" Hanya
kau harus berhati-hati jangan sampai dicambuk.
Sebagaimana diketahui, Kioe Tin memberi nama-nama
pangkat jenderal kepada anjing-anjingnya. Sehingga dengan
begitu si nona mengejek Soe Ko-nya dan mempersamakannya dengan seekor anjing.
Paras muka pemuda itu lantas saja berubah merah.
"Jangan ngaco belo!" bentaknya dengan suara mendongkol.
"Kau mencaci aku sebagai anjing, bukan?"
"Ceng Moay" tersenyum. "Jenderal-jenderal itu selalu
berdampingan dengan wanita cantik, mereka menggoyang-
goyang buntutnya, mengambil hati dan mereka merasa
beruntung," katanya. "Apa tak enak hidup begitu?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paras muka Kioe Tin lantas saja berubah.
"Ceng Moay, kurasa aku tak berdosa terhadapmu,"
katanya dengan suara dongkol, "mengapa pada hari tahun
baru ini, kau menghinaku?"
Ceng Moay memperlihatkan paras muka heran "E-eh!"
katanya. "Aku datang kemari untuk memberi selamat tahun
baru. Mngapa kau mengatakan aku menghina kau?"
Nona Coe mengeluarkan suara di hidung. Mengingat
persahabatan yang sangat erat antara leluhur kedua
keluarga, biarpun darahnya meluap, ia sebisa-bisanya
menahan saabr. Ia menengok kepada pemuda itu dan
berkata, "Piauw Ko, Kuminta kau suka jadi juru
penimbang. Apakah aku yang berbuat kesalahan terhadap
Boe Sio Cia, atau Boe Sio Cia yang sengaja cari-caru
urusan, cari-cari ribut denganku."
Pemuda itu jadi serba salah. Ia tahu, ia tak boleh
membantu piauw Moay dan juga tak boleh menyokong Coe
Moay. Mereka berdua adalah anak-anak yang biasa
dimanja-manjakan. Gadis-gadis yang sempit pemandangannya. Tak perduli pihak manapun yang
dibenarkan olehnya, ia bakal jadi berabe sekali. Maka itu,
jalan yang paling selamat adalah berkelit, ia ketawa dan
berkata, "Piauw Moay, sudah lama kita tak ketemu. Perlua
apa tarik urat" Eh, ilmu silat apa yang kau paling belakang
dapat dari Koe Koe. Bolehkah kau memperlihatkan kepada
Kami?" "Berapa hari yang lalu Thia-thia telah mengajariku
semacam Pit Hoat," katanya. "Aku masih belum paham
dan kuharap Ceng Moay dan Piauw Ko suka memberi
petunjuk. (Pit Hoat semacam gaya menulis huruf Tiongkok)
"Ceng Moay" Dan pemuda itu menepuk-nepuk tangan.
"Bagus!" kata "Ceng Moay" "Tin Ci jangan kau terlalu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merendahkan diri. Ayolah supaya kami bisa menambah
pengalaman." Nona menggapai dan pelayan perawat anjing segera
mengambil sepasang Poan Koan Pit yang tergantung di
tembok. Boe Kie melihat bahwa di tembok itu tergantung rupa-
rupa senjata, tapi yang paling banyak adalah Poan Koan
Pit. Seperti juga sebuah petunjuk bahwa Coe Sio Cia biasa
menggunakan senjata itu. Ayah Boe Kie, Thio Coei San,
bergelar Gin Kauw Tiat Hoa dan ia seorang ahli dalam
menggunakan Poan Koan Pit. Dulu, kalau membicarakan
ilmu silat dengan puteranya, ia banyak sekali merundingkan
hal-hal yang mengenai gaetan (kauw) dan Poan Koan Pit.
Oleh karena itu, Boe Kie mempunyai pengetahuan yang
agak mendalam tentang kedua senjata itu. "Ayah pernah
mengatakan bahwa dalam Rimba Persilatan, jarang sekali
ada wanita yang mampu menggunakan Poan Koan Pit,"
pikirnya. "Dilihat begini, ilmu silat Coe Sio Cia sudah
sampai tingkatan tinggi," kalau tadi ia kesengsem karena
kecantikan si nona, sekarang ia kagum dan takluk karena
Kioe Tin dapat menggunakan senjata istimewa yang biasa
digunakan oleh mendiang ayahnya.
Sambil mengibas Poan Koan Pit yang dicekal dalam
tangan kirinya, Kioe Tin berkata, "Ceng Moay mari temani
aku. Pit Hoat ini tidak dapat dilatih oleh seorang saja."
"Ceng Moay" tahu bahwa nona Coe mempunyai
maksud tidak baik. Ia menggelengkan kepala seraya
berkata, "Kepandaianku masih terlalu rendah. Mana biasa
aku melayani Tin Ci?"
Nona Coe mendesak berulang-ulang, tapi dia tetap
menolak. Melihat begitu, si pemuda perlahan-lahan menghampiri
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan sambil mengangkat kedua tangannya ia berkata,
"Piauw Moay, biar aku saja yang menemani kau. Aku
hanya mengharap kau menaruh belas kasihan. Kalau ujung
Pit nyasar ke jalan darah Tian Tiong atau Pak Hwee. Tahun
ini Wie Pek tak bisa minum arak tahun baru. (Tian Tiong


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan Pak Hwee adalah jalan-jalan darah yang sangat
penting. Sekali tertotok, orang bisa binasa)
Mendengar perkataan yang mengandung pujian itu, hati
nona Coe jadi senang sekali. Sambil tertawa ia membentak,
"Jangan rewel! Jagalah!" Pit kiri menyambar ke bawah, pit
kanan ke atas. Benar-benar ia menghantam Pak Hwee Hiat
di embun-embunan dan Tian Tiong Hiat di dada pemuda
itu. Wie Pek tidak bergerak, seolah-olah ia tahu, bahwa si
nona tidak bakal menotok sungguhan. Tapi kedua senjata it
uterus menyambar bagaikan kilat dan dilain detik ujung
senjata hanya terpisah satu dim dari dua jalan darah
tersebut. Pada detik yang sangat berbahaya, mendadak terdengar
suara "trang!" dan kedua pit terpental balik. Kecepatan
bergeraknya Wie Pek sungguh luar biasa bagaimana ia
menghunus pedang dan bagaimana ia menangkis tak bisa
dilihatnya. "Bagus!" teriak nona Coe sambil melintangkan kedua
senjatanya yang segera menyambar bagaikan dua helai sinar
putih. Boe Kie menonton dengan penuh perhatian. Ia ingat,
bahwa mendiang ayahnya pernah mengatakan Poan Koan
Pit adalah senjata untuk menotok jalan darah. Tapi karena
bentuknya menyerupai Pit, maka dalam senjata itu
mengandung sifat-sifat Boen. (ilmu surat) Keunggulannya
ialah mudah digunakan dan indah gerakannya. Tapi di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam pertempuran mati-matian, manfaatnya masih kalah
setingkat dengan senjata lain, misalnya golok atau tombak.
Sesudah memperhatikan beberapa lama, ia mendapat
kenyataan bahwa nona Coe benar-benar mahir dalam
menggunakan Poan Koan Pit yang menyambar-nyambar ke
delapan penjuru dalam gerakan-gerakan yang sangat indah.
Tiba-tiba hatinya berdebar-debar. "Ah! Pit Hoat itu
menyerupai dengan In Thian To Liong Kang dari
ayahku,"katanya dalam hati. "Ilmu silat nona Coe juga
berdasarkan Soe Hoat (Soe Hoat " seni menulis huruf-huruf
bagus) Dilain pihak, ilmu pedang Wie Pek tidak juga cukup
lihai. Tapi karena Boe Kie tidak mengerti Kiam Hoat, maka
dia tak dapat melihat kebagusannya ilmu pedang itu. Ia
hanya tahu bahwa makin lama pemuda itu jadi makin
terdesak. Sesudah bertempur sekian jurus, pit kiri Nona Coe tiba-
tiba menyambar dari kanan ke kiri, sedangkan pit kanan
menyabet dari atas ke bawah.
"Celaka!" seru Wie Pek sambil melompat mundur. Kioe
Tin sungkan menyia-nyiakan kesempatan baik. Ia
melompat pit kanan menyambar mata. Itulah pukulan yang
lihai dan sukar dielakkan.
"Tahan!.." teriak Wie Pek, "Aku menyerah kalah! Harap
Sio Cia sudi mengampuni jiwaku?"
Bukan main girangnya si nona. Ia tertawa seraya
berkata, "Piauw Ko kau bukan kalah sungguhan. Kau
hanya mengalah..," sehabis berkata begitu, ia mengangkat
kedua senjatanya yang lalu dilemparkan ke tembok. "Blas!"
kedua Pit itu amblas di tembok, hanya beberapa dim yang
berada di luar tembok. Boe Kie terkesiap. Ia tak nyana, bahwa wanita yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelihatannya lemah memiliki Lweekang yang begitu tinggi
dan tenaga yang begitu besar. "Bagus!" Ia berteriak tanpa
merasa. Sudah lama ia berdiri di situ, tapi ketiga orang muda itu
tidak memperhatikannya. Sekarang, begitu bersorak,
mereka menengok dan mengawasinya. Melihat, bahwa yan
sorak hanya seorang pelayan, Kioe Tin tidak memperdulikan. Ia rupanya sudah melupakan Boe Kie.
Sambil menengok kepada Wie Pek, ia berkata, "Piauw Ko,
pit hoat tadi banyak sekali kekurangannya. Kumohon
Siauw Ko sudi memberi petunjuk."
Wie Pek tertawa, "Piauw Moay, ilmu silatmu bukan saja
hebat, tapi juga sangat indah gerakannya, apa namanya?"
"Coba Kau tebak," kata nona sambil tolak pinggang.
Wie Pek menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gata.
"Koe Koe adalah turunan asli Soe Hoat," katanya.
"Menurut pendapatku ilmu silat itu berdasarkan Soe Hoat."
"Benar!" seru Nona Coe sambil menepuk-nepuk tangan.
"Pintar juga kau Piauw Ko. Tapi Soe Hoat apakah itu?"
"Piauw Moay yang baik, jangan kau coba-coba menguji
aku," kata Wie Pek. "Tidak,"aku tak tahu."
Melihat sikap si nona terhadap Wie Pek, Boe Kie merasa
sangat berduka. Ia merasa dirinya kecil. Ia merasa bersaing
dengan pemuda tampan itu. Sungguh beruntung jika ia bisa
mendapatkan kesempatan untuk menindih saingan itu.
Maka itulah, begitu mendengar pengakuan Wie Pek
darahnya lantas saja bergolak dan tanpa merasa ia berteriak,
"Tay Kang Tong Ki Hoat!"
Coe Kioe Tin adalah turunan Coe Coe Liu. Nona si Boe
itu, yang dipanggil "Ceng Moay" oleh nona Coe, adalah
turunan Boe Sam Tong, namanya Boe Ceng Eng. Ia adalah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
turunan Boe Siu Boen, salah seorang putra Boe Sam Tong.
Boe Sam Tong dan Coe Coe Liu ialah menteri merangkap
murid It Teng Taysoe, sehingga ilmu silat mereka berasal
dari satu sumber. Akan tetapi, sesudah lewat seratus tahun
lebih, ilmu silat antara kedua keluarga itu agak berbeda.
Misalnya Boe Toen Ji dan Boe Sioe Boen telah mengangkat
Kwee Ceng, Kwee Tayhiap sebagai guru. Maka itu, biarpun
mereka juga paham akan ilmu totok It Yang Ci, tapi ilmu
totok itu agak menyerupai cara-cara yang keras untuk dari
ilmu silat Kioe Ci Sin Kay Ang Cit Kong.
Wie Pek ialah saudara sepupu Coe Kioe Tin. Pemuda itu
berguru kepada ayah Boe Ceng Eng. Ia seorang pemuda
yang berparas tampan, beradat baik dalam lemah lembut
cara-caranya, sehingga ia dicintai oleh kedua gadis cantik
itu. Usia nona Coe dan nona Boe kira-kira sebaya, sama-
sama cantik, sama-sama pintar dan ilmu silat merekapun
kira-kira standing. Maka itu, orang Rimba Persilatan di
sekitar Koen Loen San memberi gelar Soat Leng Siang
Moay (Sepasang Saudara perempuan dari Bukit Salju)
kepada mereka. Dalam mencintai Wie Pek, Coe Kioe Tin lebih berani
mengutarakan rasa cintanya. Tapi Boe Ceng Eng yang
pemalu bisa menarik keuntungan, yaitu karena belajar
bersama-sama, makanya bisa lebih banyak bergaul dengan
pemuda itu daripada nona Coe.
Mendengar seruan "Tay Kang Tong Ki Hoat," ketiga
orang muda itu terkejut. Sebagai orang-orang yang Boen
Boe Song Coan (mengerti ilmu surat dan ilmu silat) Wie
Pek dan Ceng Eng bukan tak tahu, bahwa ilmu silat nona
Coe berdasarkan Tay Kang Tong Ki Hoat. Mereka hanya
tidak mau menyebutkannya, supaya nona itu jadi lebih
senang hatinya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada waktu itu, Boe Kie baru berusia kira-kira lima belas
tahun. Tanpa sesuatu yang luar biasa, baik dari muka,
maupun dari potongan badannya. Maka itu, Wie Pek dan
Boe Ceng Eng segera menduga, bahwa ia adalah pelayan di
lapangan berlatih silan dan sudah mendengar nama ilmu
pukulan itu. Tapi Coe Kioe Tin sendiri tahu, bahwa hal tiu tak akan
bisa kejadian. Oleh karena, setiap kali mengajar ilmu silat,
ayahnya tak pernah mengijinkan hadirnya siapapun jua
dalam lapangan berlatih. "Apakah ia mencuri belajar?"tanyanya di dalam hati. Memikir begitu, ia lantas
saja membentak, "Hei! Siapa namamu" Bagaimana kau
tahu ilmu silatku dinamakan Tay Kant Tong Ki Hoat?"
Mendengar si nona menanyakan namanya, Boe Kie
merasa sangat berduka. "Bukankah aku sudah memberitahukan Kau?" pikirnya.
"Kalau begitu, kau sedikitpun tak memperhatikan aku," ia
lantas menjawab "Namaku Thio Boe Kie, aku hanya bicara
secara sembarangan."
"Oh,"..sekarang aku ingat," kata Kioe Tin.
"Kau adalah bocah yang pernah digigit oleh anjing-
anjingku," ia lebih jadi bercuriga, sebab ia lantas saja ingat
bahwa dengan sekali pukulan saja, anak itu telah
menghancurkan kepala "Co Ciangkun" sehingga dia pasti
memiliki ilmu silat yang tidak boleh dipandang enteng.
"Apakah dia seorang mata-mata yang dikirim oleh musuh
ayahku?" tanyanya di dalam hati. "Tanpa mencuri, anak
yang begitu kecil tak mungkin mengenal ilmu silat yang
paling diandalkan oleh ayahku."
Tapi, baru saja ia berniat untuk menyelidiki lebih lanjut,
tiba-tiba ia melihat Wie Pek dan Boe Ceng Eng sedang
bicara bisik-bisik sambil duduk berendeng. Rasa cemburu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lantas saja timbul dalam hatinya dan ia tidak memperdulikan Boe Kie lagi. "Ceng Moay!" teriaknya.
"aku dan Piauw Ko sudah memperlihatkan keburukan
kami. Kuharap kaupun suka mempertunjukkan ilmu
silatmu yang tinggi."
Entah disengaja, entah tidak, Wie Pek dan Boe Ceng
Eng tidak meladeni teriakan itu.
Kioe Tin naik darah, "Biarpun Pit Hoatku sangat
sederhana, tapi belum tentu ilmu silat keluarga Boe bisa
melawannya," katanya dengan suara dingin.
Nona Boe mengangkat kepalanya dan membalas dengan
suara yang sama dinginnya. "Soe Ko-koe tahu, bahwa kau
seorang yang mau menang sendiri sehingga ia sengaja
mengalah terhadapmu, Hm!....Tapi kau tergirang-girang."
"Siapa mau dia mengalah?" bentak Kioe Tin dengan
keras. "Dapatkah dia memecahkan pukulan Siang Koat
Kwi Goan?" (Siang Koat Kwi Goan " Dua Ranggon
terangkap menjadi satu. Jurus terakhir Kioe Tin yang
menyebabkan menyerahnya Wie Pek)
"Kau kira kami berdua manusia-manusia tolol yang
tidak mengenal syair?" Syair-syair Tay Kang Tong Ki dari
Souw Pong To?" Tanya Ceng Eng. "Kalau Soe Ko tidak
mengenal ilmu silatmu, mengapa ia justru menyerah kalah
pada akhiran sebaris syair" Ia menyerah pada detik kau
mengakhiri huruf "goat" (rembulan) dari baris syair yang
berbunyi "It Coen Hoan Cioe Kang Goat" mengertikah kau
sekarang" (It Coen Hoan Cioe Kang Goat " mempersembahkan secawan arak kepada rembulan_
Coe Kioe Tin tertegun. Pertanyaan Boe Ceng Eng tak
dapat dibantah. Memang Wie Pek menyerah waktu
mengakhiri tulisan huruf "goat" dengan jurus Siang Koat
Kwi Goan. Kalau benar begitu, ia sendiri yang jadi manusia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tolol! Ia merasa malu bukan main dan dari malu ia menjadi
gusar. "Kenal memang mungkin kau kenal, tapi apa kau
bisa memecahkannya?" tanyanya dengan suara keras. "Bisa
jadi Piauw Ko sengaja mengalah terhadapku. Hm!..memang tak sukar menggoyangkan lidah. Lihatlah!
Pelayan dalam rumahku pun mengenal pukulan itu."
Muka Boe Ceng Eng merah padam, bahwa gusarnya.
"Soe Ko aku pulang saja!" katanya dengan suara gemetar.
"Orang sudah mempersamakan aku dengan pelayan. Perlu
apa kau berdiam lama di rumah ini?"
Wie Pek tertawa dan berkata, "Soe Moay, Piauw Moay
hanya berguyon, jangan kau menganggap bersungguh-
sungguh. Di rumahmu pelayan kotor seperti dia tak
terhitung berapa banyaknya."
Mendengar perkataan yang menghina itu, Boe Kie panas
hatinya. "Bagus! Kau menghina pelayanku?" kata Kioe Tin.
"Ceng Moay, biarpun kau berkepandaian tinggi, belum
tentu kau bisa menjatuhkan dia dalam tiga jurus."
"Hm! Apa kau kira pelayan baumu mempunyai harga
untuk melayaniku?" nona Boe menjawab. "Tin Ci kau
terlalu menghinaku."
Sampai disitu Boe Kie tak dapat menahan sabar lagi.
"Boe Kouwnio!" teriaknya. "Apa kau bukan manusia" Boe


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kouwnio, janganlah kau menganggap dirimu sebagai
manusia yang terlalu mahal!"
Walaupun darahnya meluap, untuk menghina si bocah,
Ceng Eng melirikpun tidak. Ia berpaling kepada Wie Pek
dan berkata, "Soe Ko, kau lihatlah kurang ajarnya pelayan
bau itu. Apa kau masih tetap berpeluk angina?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat sikap mohon dikasihani dari si nona, hati
pemuda itu lantas saja lemas. Antara kedua gadis itu, ia
sebenarnya tidak memilih kasih. Akan tetapi, di dalam hati
kecilnya, ia mempunyai perhitungan sendiri. Gurunya,
yaitu ayah Boe Ceng Eng, mempunyai kepandaian yang
tinggi. Ia merasa, bahwa apa yang akan didapatkannya,
takkan lebih daripada sebagian atau dua bagian kepandaian
sang guru. Maka itu, apabila ia ingin memiliki kepandaian
istimewa, tidak bisa ia harus mengambil hati nona Boe.
Maka itulah, dia seraya tersenyum lantas saja berkata.
"Piauw Moay, apa benar pelayanmu mempunyai
kepandaian tinggi" Bolehkah aku mengujinya?"
Kioe Tin mengerti, bahwa kakak itu coba membela Ceng
Eng. Ia mau menolak tapi dalam otaknya mendadak
berkelabat serupa ingatan.
"Aku memang ingin tahu asal usul bocah itu," pikirnya.
"Biarlah Piauw Ko yang paksa dia membuka rahasianya,"
berpikir begitu, ia lantas berkata
"Baiklah, sebenarnya aku sendiri tak tahu murid siapa
dan dari partai mana."
"Apakah pelajaran bocah itu bukan didapat dari sini?"
Tanya Wie Pek dengan perasaan heran.
Kioe Tin menengok ke arah Boe Kie dan berkata, "Eh,
coba beritahukan Siauw Ya, nama guru dan partaimu."
Mendengar perkataan si nona, Boe Kie lantas saja
berpikir. "Kamu begitu menghina aku, mana bisa aku
memberitahukan nama kedua orang tuaku dan Thay
Soehoe" Selain begitu, akupun belum pernah mempelajari
ilmu silat Boe Kie Pay secara sungguh-sungguh." Dengan
adanya itu, ia menjawab, "Semenjak kecil, kedua orang
tuaku sudah meninggal dunia dan aku bergelandangan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam dunia Kang Ouw. Aku belum pernah belajar ilmu
silat, hanya ayah angkatku yang pernah memberi satu dua
petunjuk kepadaku. Mata Gi Hoe buta, sehingga iapun tak
tahu, apa latihanku benar atau salah."
"Siapa nama ayah angkatmu" Dari partai mana dia?"
Tanya Kioe Tin. Boe Kie menggelengkan kepala. "Aku tak bisa
memberitahukan," jawabnya.
Wie Pek tertawa nyaring. "Masakah kita bertiga tidak
bisa mengorek rahasianya?" katanya sambil menghampiri
Boe Kie dan berkata pula.
"Bocah coba kau sambut tiga pukulan," seraya berkata
begitu, ia melirik nona Boe sambil tersenyum, seolah-olah
ia mau mengatakan bahwa ia akan memberi pelajaran keras
kepada bocah itu untuk melampiaskan rasa dongkolnya si
nona. Dalam soal cinta, seseorang yang sedang mabuk cinta
selalu memperhatikan gerak-gerik dari orang yang dicintai.
Lirikan dan senyuman Wie Pek tidak terlepas dari mata
Coe Kioe Tin yang lantas timbul rasa cemburunya. Melihat
Boe Kie bersangsi untuk menyambut tantangan itu. Ia
menggapai dan setelah anak itu mendekati, ia berkata
dengan suara perlahan, "Sebagaimana kau sudah melihat
Piauw Ko memiliki kepandaian tinggi, kau tentu tak bisa
menang. Tapi, asal kau bisa menyambut tiga pukulannya,
kau membikin mukaku jadi terang," sehabis berkata begitu,
ia menepuk-nepuk pundak si bocah untuk memberi
semangat. Boe Kie juga tahu, bahwa ia bukan tandingan pemuda
itu. Ia mengerti bahwa jika ia turun ke gelanggang, ia hanya
akan menjadi korban. Jadi semacam lelucon untuk
menggembirakan hati. Tapi begitu lekas ia berdiri
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dihadapan si cantik, pikirannya kalut. Sesudah diajak bicara
dengan suara lemah lembut dan ditepuk-tepuk apa pula
sesudah mengendus bau yang sangat harum, otaknya butak
dan ia tak dapat berpikir lagi. "Sio Cia memerintahkan
supaya aku membikin terang mukanya dan aku tak toleh
mengecewakannya," katanya di dalam hati dan seperti
orang linglung, ia segera mendekati Wie Pek.
"Bocah, sambutlah!" kata pemuda itu sambil menampar.
Pukulan itu cepat luar biasa dan muka Boe Kie lantas saja
terpeta lima jari tangan yang berwarna merah. Sesudah
tahu, bahwa anak itu bukan mendapat pelajaran dari
keluarga Coe, sehingga ia tidak bisa dianggap menghina
pamannya sendiri. Ia sudah turun tangan tanpa sungkan-
sungkan. Meskipun tidak mengerahkan Lweekang ia
menampar dengan sepenuh tenaga.
"Boe Kie, lawan!" teriak Nona Coe.
Semangat si bocah terbangun, dengan cepat ia meninju
Wie Pek mengegos sambil berseru. "Bagus! Masih ada dua
jurus," dengan sekali melompat, ia sudah berada di
belakang Boe Kied an sebelum si bocah keburu memutar
badan, leher bajunya sudah kena dicengkeram. Sambil
mengangkat badan Boe Kie tinggi-tinggi Wie Pek tertawa
terbahak-bahak dan kemudian membantingnya keras-keras
di lantai. Kasihan Boe Kie! Janggut dan hidungnya lantas
saja mengucurkan darah. Seraya menepuk-nepuk tangan, Boe Ceng Eng tertawa
cekikikan. "Tin Ci," katanya, "Bagaimana" Apakah ilmu
silat keluarga Boe masih boleh dilihat?"
Paras muka Kioe Tin merah padam. Ia malu bercampur
gusar. Ia tak bisa membantah pertanyaan saingannya, sebab
jika ia mencela ilmu silat keluarga Boe, ia sudah
menyinggung perasaan Wie Pek.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Boe Kie sudah merangkak bangun dan
dengan jantung berdebar-debar, ia melirik Kioe Tin.
Melihat paras muka si cantik, ia lantas saja berkata dalam
hatinya. "Sudahlah! Biarpun hilang jiwa, aku mesti
menolong Sio Cia." "Piauw Moay," kata Wie Pek sambil tertawa. "Silat
kucing pincang bocah itu masih tak punya, mana bisa kau
bicara tentang partainya?"
Tiba-tiba Boe Kie menerjang dan menendang kempungannya. "Aduh! Gagah benar Kau?" ejek Wie Pek sambil
mengelak dan menangkap kaki kanan Boe Kie yang lalu
dilontarkan dengan menggunakan tiga bagian Lweekang.
Bagaikan anak panah terlepas dari busurnya, badan si
bocah melesat kea rah tembok. Untung juga, selagi masih
berada di tengah udara, dengan menggunakan seluruh
tenaganya ia masih keburu memutar tubuh sehingga hanya
punggungnya yang terbentur tembok. Tapi biarpun begitu,
ia merasa sakit bukan main dan roboh di kaki tembok tanpa
bisa lantas bangun. Dalam kesakitan hebat, hatinya masih memikirkan muka
Coe Kioe Tin yang harus ditolong. Tiba-tiba ia mendengar
suara si nona, "Sudahlah! Ayo kita pergi ke taman bunga!"
di kuping Boe Kie suara itu penuh rasa malu dan jengkel.
Entah darimana datangnya, mendadak Boe Kie merasa
tenaganya pulih. Ia melompat bangu dan bagaikan kalap, ia
menubruk dan menghantam Wie Pek dengan telapak
tangannya. Kali ini ia memukul dengan jurus Kang Liong Yu Hwi
(Penyesalan Sang Naga) dari Hang Liong Sip Pat Ciang
(delapan belas jurus ilmu silat menaklukkan naga),
semacam Ciang Hoat (ilmu silat dengan menggunakan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telapaka tangan) yang paling lihai di seluruh rimba
persilatan. Dahulu dengan mengandalkan ilmu tersebut,
Ang Cit Kong dan Kwee Ceng telah menjagoi di kolong
langit. Hanya saying apa yang didapat Cia Soen hanya
kulitnya saja, sedang yang diperoleh Boe Kie lebih-lebih tak
karuan macam pengaruh pukulan itu belum ada
sepersepuluh dari Kang Liong Yu Hwi yang asli. Tapi
walaupun begitu pukulan itu mengeluarkan sambaran angin
yang luar biasa dan begitu tangan Wie Pek terbentur tangan
Boe Kie, badannya bergoyang-goyang dan ia terpaksa
mundur setindak. Ia kaget, sedangkan Boe Ceng Eng
mengeluarkan seruan tertahan.
Pada seratus tahun lebih lalu, leluhur Boe Ceng Eng,
yaitu Boe Sioe Boen, telah berguru kepada Kwee Ceng, tapi
sesudah belajar banyak tahun, ia masih belum juga dapat
menyelami intisari dari pada Hang Liong Sip Pat Ciang.
Boe Liat, ayah Boe Ceng Eng, masih dapat menjalankan
jurus-jurus dari ilmu silat itu, tapi seperti anak cucu Boe
Sioe Boen yang lainnya, iapun tidak berhasil mengeluarkan
pengaruh dahsyat Hang Liong Sip Pat Ciang. Selama
belasan tahun, nona Boe sering melihat ayahnya berlatih
sendirian sambil mengasah otak. Tapi sebegitu jauh, orang
tua itu masih juga belum berhasil. Dari zaman Boe Sioe
Boen sampai Boe Ceng Eng sudah ada lima turunan. Pada
setiap turunan, anggota-anggota keluarga Boe berusaha
keras untuk menyelami intisari ilmu itu, tapi semua usaha
mengalami kegagalan. Kegagalan itu bukan karena tumpulnya otak keluarga
Boe. Apa seorang dapat menyelami Hang Liong Sip Pat
Ciang atau tidak, tiada sangkut paut dengan kecerdasan
otak. Bukan saja begitu, bahkan ada petunjuk, bahwa makin
cerdas otak seseorang, makin sukar ia memiliki ilmu itu.
Contohnya, Kwee Ceng tumpul dan Oey Yong pintar luar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biasa. Tapi yang berhasil adalah Kwee Ceng, sedang Oey
Yong tetap gagal. Dalam mengajar orang-orang muda,
Kwee Ceng tidak menyembunyikan apapun jua. Tapi
kaitannya adalah, diantara orang-orang tingkatannya lebih
muda seperti Yo Ko, Yeh Loe Ci, Kwee Hoe, Kwee Siang,
Kwee Loh Po, Boe Sioe Boen dan Boe Toen Jie, tak
satupun yang bisa berhasil dengan sempurna. Bahwa pada
zaman belakang Hang Liong Sip Pat Ciang sudah tidak
dikenal lagi dalam rimba persilatan, mungkin adalah karena
sebab-sebab itu. Wie Pek yang tak kenal jurus itu sudah menangkis
dengan tangannya dan begitu lekas tangannya beradu
dengan tangan Boe Kie, ia merasakan lengannya kesemutan
dan dadanya menyesak. Cepat-cepat ia mundur setindak
kemudian ia melompat maju sambil menghantam punggung Boe Kie dengan tinjunya. Tanpa memutar tubuh,
si bocah mengibaskan tangannya ke belakang dengan
menggunakan jurus Sin Liong Pa Bwee (Naga Malaikat
menyabetkan ekor) Melihat sambaran tangan yang luar
biasa, Wie Pek berkelit, tapi tak urung pundaknya kena
disapujuga dengan tiga jari tangan. Meskipun pukulan itu
tidak hebat, tapi Coe Kioe Tin dan Boe Ceng Eng sudah
melihat, bahwa dalam jurus itu, Wie Pek sekali lagi kena
dikalahkan. Mana dia rela menerima hinaan itu dihadapan wanita-
wanita cantik" Waktu menantang Boe Kie, seorang anak
tanggung yang sama sekali bukan tandingannya, pemuda
itu hanya ingin mempermainkan si bocah untuk
menyenangkan hati Boe Ceng Eng. Maka itu, ia hanya
menggunakan dua atau tiga bagian. Tapi diluar dugaan,
dua kali beruntun ia jatuh dibawah angin, Darahnya lantas
saja naik dan ia membentak. "Setan kecil! Apa kau tidak
takut mati?" seraya membentak, ia meninju dengan jurus
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiang Kang Sam Tiap Long (tiga gelombang sungai
TiangKang) sesuai dengan namanya, jurus itu mengandung
tiga gelombang tenaga. Apabila lawan menangkis gelombang pertama dengan sepenuh tenaga, maka ia akan
binasa, atau sedikitnya terluka berat dengan gelombang
tenaga kedua dan ketiga akan menyerang tanpa diduga-
duga. Waktu memukul, Wie Pek telah menggunakan seluruh
tenaga Lweekangnya. Tapi, karena pada hakikatnya ia
memang bukan seorang jahat yang berhati kejam. Maka
biarpun sedang gusar, ia menahan gelombang tenaga yang
ketiga. Dilain pihak, begitu melihat serangan dahsyat, Boe Kie
segera menghempas semangat dan menangkis dengan
pukulan terhebat yang dimilikinya yaitu Kiam Liong Boet
Yong (naga yang bersembunyi jangan digunakan) Sambil
miringkan tangan kirinya, ia menyambut dengan Lweekang
yang aneh, yaitu setengah berkumpul, setengah buyar,
separuh bersembunyi, separuh keluar. Wie Pek terkesiap,
gelombang pukulannya yang pertama amblas seperti batu
amblas di dalam laut. Hampir berbareng dengan suara
"Krek!" Tulang lengan kanannya patah. Untung juga
karena menaruh belas kasihan ia menahan tenaga
gelombang ketiga. Jika tidak, mereka berdua sama-sama


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terluka berat. Coe Kioe Tin dan Ceng Eng mengeluarkan teriakan
kaget dan serentak mengeluarkan teriakan kaget dan
serentak lagi menghampiri Wie Pek. "Taka pa-apa,"
katanya sambil meringis. Dengan berbaring, kedua nona itu menumpahkan
kegusaran di atas kepala Boe Kie. Tanpa mengeluarkan
sepatah kata, mereka memukul badan dan menghantam
dada si bocah. Boe Kie yang belum hilang kagetnya sebab
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat akibat pukulannya, tidak bergerak dan tinju kedua
gadis itu tepat mengenai dadanya, "Uh!" dengan badan
bergoyang-goyang ia muntahkan darah!
Dada si bocah sakit, tapi hatinya lebih sakit. "Dengan
mati-matian aku berkelahi untuk membuat mukamu
terang," katanya didalam hati. "Tapi waktu aku menang,
kau berbalik memukul aku."
"Tahan!" teriak Wie Pek.
Kedua gadis itu tidak memukul lagi.
Dengan paras muka pucat. Wie Pek mengayun tangan
kirinya dan menghantam Boe Kie. Boe Kie yang dengan
melompat jauh berhasil menyelamatkan dirinya.
"Piauw Ko," kata nona Coe, "kau sudah terluka, perlu
apa kau meladeni anak yang kurang ajar itu" Aku yang
salah. Sebenarnya tak boleh aku mengadu kau dengannya."
Dia seorang gadis yang beradat tinggi. Kalau bukan melihat
akibat dari perbuatannya, tak gampang-gampang ia mau
mengaku bersalah. Tapi diluar dugaan, Wie Pek jadi makin gusar. Ia tertawa
dingin seraya berkata, "Piauw Moay, pelayanmu benar-
benar lihai. Kau sendiri mana bersalah" Tapi aku masih
merasa penasaran." Ia mendorong Kioe Tin dan lalu
menerjang Boe Kie. Si bocah mau melompat mundur, tapi Boe Ceng Eng
yang berdiri di belakangnya segera mendorong punggungnya sehingga tinju Wie Pek mampir tepat di
hidungnya yang lantas saja bocor.
Dalam sekejab Boe Kie sudah dikepung oleh tiga orang
dan tujuh delapan pukulan dengan beruntun jatuh di
badannya. Beberapa kali ia muntah darah, tapi sebagai
manusia kepala batu, dengan nekat ia melawan terus. Ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan segala macam ilmu silat yang dimilikinya.
Silat Cia Soen, ilmu kedua orang tuanya, pukulan-pukulan
Boe Tong Pay dan berkelahi bagaikan harimau edan.
Walaupun Lweekangnya masih sangat cetek, tapi karena
kenekatannya ditambah dengan pukulan-pukulan dari ilmu-
ilmu silat yang sangat tinggi, seperti Hang Liong Sip Pat
Ciang, maka untuk sementara waktu ia masih dapat
mempertahankan diri. "Bocah Bau!" caci Coe Kioe Tin. Binatang dari mana
kau" Sungguh berani kau mengacau di tempat ini. Apa kau
sudah bosan hidup?" Sementara Wie Pek yang tangannya makin lama makin
sakit sungkan berkelahi lebih lama lagi. Sambil mengerahkan seluruh Lweekang di tangan kiri, ia
menghantam bagaikan kilat. Melihat pukulan yang dahsyat
itu, Boe Kie yang terlalu lelah jadi putus harapan. Ia
mengeluh dan memejamkan kedua matanya untuk
menunggu kebinasaan. Tapi sebelum tangan Wie Pek turun di badannya, tiba-
tiba terdengar bentakan menggeledek.
"Tahan!" satu bayangan kuning berkelabat dan menangkis tangan pemuda itu yang sedang menyambar.
Begitu tangannya tertangkis, Wie Pek terhuyung beberapa
tindak dan kemudian terjengkang. Tapi gerakan orang itu
yang mengenakan jubah kuning cepat luar biasa. Dengan
sekali meloncat, ia menjaga punggung pemuda itu yang
lantas saja bisa berdiri tegak.
"Ayah!" teriak Kioe Tin.
"Coe PehPeh!" seru nona Boe.
"Koe Koe!" kata Wie Pek dengan napas tersengal-sengal.
Orang yang menolong Boe Kie bukan lain Coe Tiang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Leng, ayah Coe Kioe Tin. Begitu lekas tulang lengan Wie
Pek patah, seorang perawat anjing buru-buru melaporkan
kepada sang majikan yang lantas saja datang ke tempat
pertempuran. Untuk beberapa saat, Coe Tiang Leng
menyaksikan "kegagahan" putrinya dan dua orang muda
itu dan pada detik yang berbahaya ia memberi pertolongan.
Melihat keberanian dan kegigihan Boe Kie, orang tua itu
merasa kagum. Dengan paras muka merah padam dan mata mendelik, ia
mengawasi putrinya, Wie Pek, dan Boe Ceng Eng.
Mendadak tangannya melayang, menampat muka putrinya.
"Bagus!" katanya dengan suara menyeramkan. "Makin
lama anak cucu keluarga Coe jadi makin tak karuan
macam! Dengan mempunyai anak semacam kau,
bagaimana aku ada muka untuk bertemu dengan leluhurku
di dunia baka?" Coe Kioe Tin adalah anak biasa dimanja. Jangankan
digebuk, dicacipun belum pernah. Tapi sekarang ia
ditampar di depan banyak orang, bahkan di depan
kecintaannya. Tamparan itu cukup keras untuk membuat
kepalanya pusing. Sesudah pusing hilan, "Uh!" ia menangis
keras. "Diam!" bentak sang ayah. Bentakan itu disertai
Lweekang sudah menggetarkan seluruh ruangan, sehingga
debu pada jatuh dari atas balok. Si nona takut bukan main
dan ia tak berani menangis terus.
"Semenjak dahulu, keluarga Coe hidup bagaikan
kesatria," kata sang ayah. Leluhurmu, Coe Lioe Kong,
mengabdi kepada It Teng Taysoe dan jadi perdana menteri
dari negeri Tayli Kok. Belakangan beliauw Bantu
melindungi kota Siang Yang dan namanya menggetarkan
seluruh dunia. Lihatlah! Betapa gagahnya leluhurmu itu!
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak nyana anak cucunya tidak karuan macam. Sampai
kepada aku, Coe Tiang Leng, aku punya anak seperti
cecongormu! Tiga orang dewasa mengerubuti seorang anak
kecil! Bukan saja begitu, kamu bahkan coba mengambil
juga jiwa anak itu! Malu tidak kau?" ia bicara dengan suara
berapi-api dengan nada menyeramkan. Walaupun cacian
ditunjukkan kepada Kioe Tin, Wie Pek dan Ceng Eng pun
kena terseret, sehingga dengan muka kemerah-merahan,
mereka tak berani mengangkat kepala.
Mendengar dan melihat semua itu, Boe Kie merasa
takluk dan kagum terhadap orang tua itu.
Coe Tiang Leng benar-benar marah besar. Dari pucat
mukanya berubah merah, dari merah berubah kuning,
sedang badannya gemetara. Tak satupun antara ketiga
orang pemuda itu yang berani bersuara atau berkisar.
Sambil menundukkan kepala, mereka berdiri bagaikan
patung. Melihat bengkaknya pipi nona Coe Kioe Tin dan
sikapnya yang penuh ketakutan, Boe Kie merasa sangat tak
tega dan ia segera berkata
"Looya, dalam hal ini Sio Cia sama sekali tak bersalah,"
Tiba-tiba ia terkejut karena suaranya hampir tak
kedengaran, akibat dari pukulan Wie Pek pada
tenggorokannya. "Saudara kecil, kau mengenal Hang Liong Sip Pat
Ciang," kata Coe Tiang Leng. "Apakah kau murid Kay
Pang?" (Kay Pang Partai pengemis)
Boe Kie yang sungkan memberitahukan asal-usulnya
lantas saja mengangguk. Sambil mengawasi puterinya dengan sorot mata gusar.
Orang tua itu berkata pula, "ilmu pukulan itu diturunkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
oleh Kioe Ci Sin Kay Ang Cit Kong yang pada zaman itu
telah menggetarkan seluruh rimba persilatan di sebelah
selatan dan utara sungai besar. Dengan keluarga kita,
keluarga Coe dan Boe, beliauw mempunyai hubungan yang
sangat erat," ia menengok kepada Boe Ceng Eng dan
berkata pula, Kwee Ceng, Kwee Tayhiap, adalah guru
leluhurmu, Sioe Boe Kong. Sesudah mengenali bahwa
pukulan yang dikeluarkan oleh saudara kecil itu ialah Hang
Liong Sip Pat Ciang, mengapa kau masih juga turun
tangan!" ia bicara dengan suara keras dan tidak sungkan-
sungkan lagi sehingga Boe Kie sendiri jadi merasa sangat
tidak enak. Sesudah menyuruh seorang pelayan mengambil obat
luka, orang itu menanyakan hal ihwal kedatangan Boe Kie
dan cara bagaimana ia sampai mendapat kedudukan
seorang pelayan di dalam gedungnya. Coe Kioe Tin tak
berani berdusta dan lalu menceritakan cara bagaimana Boe
Kie digigit anjing sebab coba menyembunyikan seekor kera
kecil dan cara bagaimana ia sudah menolongnya.
Darah sang ayah meluap lagi. Begitu lekas si nona selesai
menutur, ia membentak dengan suara menggeledek.
"Bagus! Saudara kecil itu adalah sahabat dari Kay Pang dan
kau sudah berani mati untuk memberi kedudukan pelayan
kepadanya. Huh-Huh! Kalau hal ini sampai terdengar
diluaran, apa yang akan dikatakan oleh orang-orang gagah
dalam kalangan Kang Ouw" Mereka pasti akan mengatakan
bahwa Kian Koen It Pit Coe Tiang Leng adalah manusia
yang tidak mengenal pribadi. Aku membiarkan kau
memelihara anjing-anjing itu dengan anggapan, bahwa kau
memeliharanya hanya untuk main-main. Tapi siapa nyana,
kau sudah mengumbar binatang-binatan itu untuk
mencelakakan orang. Budak kecil! Jika untuk mengambil
jiwa kecilmu, mana aku ada muka untuk bertemu pula
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan orang-orang gagah dalam rimba persilatan?" Ia
mencaci dengan mata berapi-api dan nona Coe mengerti,
bahwa sang ayah dapat membuktikan ancamannya.
Dengan muka pucat dan badan gemetaran, buru-buru ia
menekuk lutut seraya berkata dengan suara parau. "Thia-
thia, anak".. anak tidak berani berbuat itu lagi?"."
Melihat bahaya, Wie Pek dan Ceng Eng pun segera
berlutut dan memohon supaya orang tua itu sudi
mengampuni puterinya. Boe Kie segera maju mendekati seraya berkata,
"Looya".."
"Saudara kecil, jangan kau memanggil Looya kepadaku," kata Tiang Leng dengan suara lebih sabar.
"Aku hanya lebih tua sekian tahun daripadamu dan paling
banyak kau boleh memanggil Cianpwee kepadaku." (Looya
Tuan Besar, panggilan untuk majikan atau orang
berpangkat. Cianpwee orang yang tingkatannya, atau
usianya lebih tinggi) "Baiklah," kata si bocah. "Coe Cianpwee, dalam hal ini
tak dapat kita menyalahkan Sio Cia. Dengan sebenar-
benarnya, Sio Cia tak tahu menahu waktu aku digigit
anjing." "Kau lihatlah," kata Coe Tiang Leng. "Dia masih begitu
kecil, tapi sudah begitu lapang dada. Kalian bertiga masih
tak dapat menandingi seorang bocah seperti dia. Pada Hari
Tahun baru, lebih pula karena Boe Kouwnio tamu kami,
menurut adat aku tak boleh mengunjuk kegusaran. Akan
tetapi, aku tidak bisa berpeluk tangan, sebab perbuatanmu
terlalu gila dan tiada berbeda dengan perbuatan manusia
hina. Sekarang, sesudah saudara kecil ini memintakan
ampun, kamu bangunlah."
Dengan kemalu-maluan, Wie Pek bertiga lantas bangkit.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lepaskan semua anjing jahat itu!" bentak Coe Tiang
Leng sambil menengok kepada tiga perawat anjing yang
berdiri di satu sudut. Mereka mengiyakan dan buru-buru
menjalankan perintah. Melihat paras muka ayahnya yang menyeramkan dank
arena tak tahu apa yang akan diperbuat oleh orang tua itu,
nona Coe jadi lebih ketakutan. "Thia!" serunya dengan
suara parau. Sang ayah tertawa dingin. "Kau memelihara anjing-
anjing jahat untuk mencelakai manusia," katanya.
"Baiklah, sekarang perintahkan anjing-anjingmu untuk
menggigit aku." Si nona menangis, "Thia, anak sudah tahu kesalahan
sendiri," ratapnya. Orang tua itu hanya mengeluarkan suara di hidung.
Mendadak ia melompat ke gerombolan anjing itu sambil
mengayunkan kedua tangannya. "Plaak"Plaak"
Plaak"Plaak?" empat ekor anjing roboh dengan kepala


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

remuk. Semua orang terkesiap, mereka mengawasi dengan
mulut ternganga. Kaki tangan Coe Tiang Leng menyambar-nyambar dan
badannya bergerak bagaikan kilat. Dalam sekejab mata, tiga
puluh ekor anjing sudah rebah di lantai tanpa bernyawa
lagi. Jangankan melawan, laripun mereka tak keburu lagi.
Wie Pek dan Boe Ceng Eng kaget bercampur kagum.
Walaupun tahu, bahwa orang tua itu berkepandaian tinggi,
mereka tak nyana kepandaiannya setinggi itu.
Sesudah melampiaskan kegusarannya, Coe Tiang Leng
lalu mendukung Boe Kie yang dibawa ke kamarnya sendiri.
Tak lama kemudian Coe Hujin (nyonya Coe) dan Kioe Tin
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang menengok dengan membawa semangkok obat.
Sebagai akibat gigitan anjing karena mengeluarkan
terlalu banyak darah. Biarpun lukanya sudah sembuh,
badan Boe Kie sebenarnya masih sangat lemah. Maka itu,
luka-luka hebat yang dideritanya sekarang sudah membuat
ia pingsan berulang-ulang dan selama beberapa hari ia
berada dalam keadaan pingsan. Berkat rawatan yang teliti,
akhirnya ia tersadar. Begitu lekas sebagian tenaganya pulih,
ia sendiri segera menulis surat obat dan menyerahkannya
pada pelayan dan meminta supaya ia diberi obat menurut
resep itu. Obat itu ternyata sangat mujarab dan
kesehatannya kembali denga cepat sekali. Melihat
kepandaian si bocah dalam ilmu pengobatan, penghargaan
Coe Tiang Leng jadi lebih besar.
Sementara itu, Coe Kioe Tin kelihatannya sudah sadar
akan kesalahannya dan untuk menebus dosa ia merawat
Boe Kie seperti kakak merawat adik kandung sendiri.
Selama dua puluh hari lebih, seringkali ia menemani si
bocah di samping pembaringan sambil bercakap-cakap,
meniup seruling, atau menyanyi.
Sesudah Boe Kie bisa berjalan, pergaulannya dengan si
nona jadi makin akrab. Menurut peraturan keluarga Coe, pagi2 belajar silat, sore
belajar surat. Ilmu silat keluarga tersebut mempunyai
sangkut paut yang sangan erat denga Soe hoat (seni menulis
surat indah). Mungkin tinggal seorang memiliki Soe Hoat,
makin tinggi pula ilmu silatnya.
Untuk mempelajari ilmu surat, Coe Kioe Tin mempunyai sebuat kamar tulis yang kecil, dengan hiasan
idah. Ditembok sebelah timur tergantung selembar tulisan
sajak, buah kalam penyair Touw Bok, sedang tembok
sebelah utara diantara dua lukisan san soei (pemandangan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
alam) terdapat tulisan Si Hie tiap, karya Hway-so
Hweeshio. Setiap kali berlatih menulis huruf2 indah Kiao Tin selalu
mengajak Boe Kie dan memberi petunjuk2. Dengan duduk
berhadapan mereka belajar bersama sama. Kalau cape
mereka berhenti menulis dan beromong omong sambil
tertawa tawa. Dalama latihan ilmu silatpun; keluarga Coe memperlakukan bocah itu sebagai seorang anggota
keluarga. Coe Tiang Leng memperbolehkan Boe Kie turut
serta dalam ruangan latihan dan tempo2 menyuruh anak itu
berlatih bersama sama putrinya. Ilmu silat keluarga Coe
dan silat yg dikenal Boe Kie agak berbeda. Akan tetapi,
pada hakekatnya ilmu silat diseluruh dunia bersuber satu,
maka sesudah memperhatikan beberapa kali, Boe Kie dapat
mengikuti latihan tanpa banyak kesukaran. Toang Leng dan
putrinya tidak berlaku pelit mereka mengajar si bocah
dengan sungguh hati. Semenjak meninggalkan pulau Peng Hwee To, Boe Kie
selalu hidup dalam penderitaan. Baru sekarang ia dapat
mencicipi penghidupan tenteram yang bahagia.
Tanpa merasa satu bulan setengah sudah lewat. Hati iut
pada pertengahan Jie-gwee selagi Kioe Tin dan Boe Kie
berlatih menulis huruf 2 indah tiba2 Siauw Hong masuk
seraya berkata. "Siocia, Yauw Jie-ya sudah kembali dari Tiong goan."
(Jie-ya Tuan kedua) Si nona kegirangan. Sambil melempar pit, ia berteriak.
"Bagus! Aku sudah menunggu setengah tahun lebih." Ia
menarik tangan Boe Kie mari kita menemui Yauw Jie-siok,
aku tak tahu, apa ia membeli barang2 yang kupesan." (Jie-
siok Paman kedua). http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan berlari mereka pergi ke kota thia (ruangan
tengah). "Siapa Yauw Jie-siok?" tanya si bocah.
"Ia adalah saudara thia thia," jawabnya "Namanya Yauw
Ceng Coen, berglear Cian Lie Toei hong (Dalam seribu li
mengejar angin). Tahun yang lalu ayah telah meminta
padanya pergi ke Tiong goan untuk mengantarkan beberapa
rupa barang. Aku memesan supaya ia membeli yan cie dan
puput dari Hang cie, jarum sulam, benang dan gambar2
lukisa dari Souw cioe, pit bak, contoh2 huruf dan buku2.
Aku tak tahu, apa ia perhatikan pesanku itu."
Coe-kee-choeng (Perkumpulan keluarga Coe) terletak di
See hek (Wilayah barat) dalam lingkungan gunung Koe
Loen san. Alat2 kecantikan, buku2, perabot tulis dan
sebagainya yang diperlukan oleh nona Coe tak bisa didapat
dalam jarak ribuan lie. Tempat itu terpisah berlaksa lie dari
daerah Tiong-goan sedang sekali pulang perlu memerlukan
tempo dua tiga tahun. Maka itulah, saban ada orang yang
mau pergi ke Tiong-goan, Coe Kioe Tin selalu memesan ini
atau itu dalam jumlah yang besar.
Tapi begitu tiba diambang pintu, mereka terkejut karena
mendengar suara tangisan. Dengan hati berdebar debar
mereka bertindak masuk. Hati mereka mencelos sebab
melihat Coe Tiang Leng sekang berlutut dilantai sambil
berpelukan dan menangis dengan seorang lelaki kurus
jangkung yang mengenakan pakai berkabung.
"Yauw Jie-siok!" teriak Kioe Tin seraya menubruk.
Sang ayah menyapu air matanya dan berkata dengan
suara parau. "Ah Tin jie! Toa in jien (tuan penolong besar)
kita Nyonya... Thio Ngo... ya... telah meninggal dunia!"
"Tapi... tapi bagaimana bisa begitu?" tanya si nona
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dnegan mata membalak. "Bukanlah, sesudah menghilang
sepuluh tahun In kong (paduka penolong) sudah kembali?"
Lelaki setengah tua yang mengenakan pakaian berkabung itu Coan-lie Toei hong Yauw Ceng Coan
menengok seraya berkata dengan suara terputus putus.
"Kita yang berdiam ditempat jauh... sukar mendapat warta.
Sesudah ku tiab di Tiong-goan baru kutahu, bahwa... bahwa
Tio Iajin bersama Thio Hoejin sudah meninggal dunia pada
kita2 empat tahun berselang dengan.... Dengan membunuh
diri sendiri! Aku mendapat warta itu sebelum mendaki Boe
tong san. Atku tidak percaya. Belakangan sudah tiba di boe
tong san dan bertemu dengan Song Toa hiap Jie hiap
barulah kutahu bahwa warta itu bukan cerita kosong...
Hai!" Betapa besar rasa kaget Boe Kie dapatlah dibayangkan.
Sesudah mendengar keterangan itu ia tidak bersangsi lagi,
bahwa yang dinamakan sebagai "Toa-injin Thio Ngoya"
adalah ayahandanya sendiri, melihat kesedihan Coe Tiang
Leng, Yau Ceng Coan dan Coe Kioe Tie, yang jg turut
mengucurkan air mata hampir2 ia melompat menubruk dan
memperkenalkan diri sendiri. Tapi ia segera mengurungkan
niatannya sebab kuatir tidak dipercaya dan orang bahkan
bisa menduga jelek atas dirinya.
Beberapa saat kemudian Coe Hoejin muncul dengan di
papah oleh seorang budak dan sambil menangis ia
mengajukan banyak pertanyaan kepada Yauw Ceng Coan.
Karena sedang ditindih dengan kedukaan, Yauw Ceng
Coen sampai lupa untuk menjalankan peradatan kepada
gie-so nya (istri dari saudara angkat). Ia segera menuturkan
cara bagimana Thio Coei San bersama istrinya telah binasa
dengan membunuh diri. Sambil seraya menggigit gigi, sebisa bisa Boe Kie
menahan rasa sedihnya. Tapi biarpun begitu, ia tidak dapat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencegah mengucurnya air mata. Hanya karena semua
orang bersedih hati mereka tidak memperhatikan tangisan si
bocah. Sekonyong-konyong tangan Coe Tiang Leng berkelebat
dan .... "prak!".... sebuah meja delapan persegi somplak.
"Jie-tee!" katanya dengan suara keras. "Dengan tegas dan
dengan jelas, aku minta kau memberitahukan namanya
oran2 yg telah naik ke Boe tong dan endesak begitu rupa
sehingga In Kong terpaksa membunuh diri."
"Sesudah mendapat tahu tentang kebinasaan In Kong,
sebenarnya aku harus buru2 pulang untuk memberi laporan
kepada Taoko," kata Yauw Ceng Coan"Tapi sebab ingin
mengetahui nama musuh2 itu, maka aku lalu menyelidiki.
Belakangan kudengar, bahwa disamping tiga pendeta suci
dari Siauw Lim Pay, jumlah musuh bukan sedikit. Perlahan
lahan aku mengumpulkan keterangan sehingga oleh
karenanya aku pulang sangat terlambat." Sesudah itu ia
segera menyebutkan nama2 semua orang yg turut hadir
dalam peristiwa berdarah di Boe tong san.
"Jie-tee," kata Coe Tiang Leng dengan sudar duka,
"Mereka itu adalah jago2 terutama dalam Rimba persilatan
dan satupun tak akan dapat ditandingi oleh kita. Tapi budi
Thio Ngoya berat seperti gunung, sehingga biarpun badan
kita menjadi tepung, kita mesti jg coba membalas sakit hati
Nyonya". "Tak salah apa yg dikatakan Taoko," kata Yauw Ceng
Coan. "Jiwa kita telah dihidupkan pula oleh Thio Ngoya
dan sesudah itu kita bisa menyambung umur selama
belasan tahun, adalah sepantasnya saja kalau sekaang kita
membuang jiwa demi kepentingan Ngoya. Siauw-tee hanya
merasa menyesal, bahwa siaw-tee tidak dapat mencari
putera Ngoya. Alangkah baiknya jika kita berhasl
mencarinya dan mengajak ia kesini supaya kita dapat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merawatnya seumur hidup."
Mendengar itu, Coe Hoejin segera minta penjelasan lebih
lanjut mengenai putranya Coei San. Yauw Ceng Coan
menyatakan, bahwa sebegitu jau diketahuinya, putera tuan
penolong itu, telah mendapat luka berat dan pergi kesuatu
tempat untuk berobat. Bahwa sepanjang keterangan anak
itu batu berusia kira2 sembilan tahun dan bahwa Thio Sam
Hong berniat untuk mengangkat dia sebagai Ciang boenjin
Boe tong pay dibelakagn hari.
Coe Tiang Leng dan istrinya merasa sangat girang dan
mereka segera berlutut untuk menghaturkan terima kaish
kepada Langit dan bumi, atas belas kasihan yang sudah
dilimpahkan kepada suami istri Thio Coei San, yang biar
bagaimanapun jg, ternyata sudah mempunyai turunan.
"Taoko jinson yang usianya ribuan tahun benar, soat-lian
dari gunung Thian san, emas hitam pisau dan lain2 barang
yg di titipkan Toako sudah aku serahkan kepada Thio
Kongcu," kata pula Yauw Ceng Coan.
Sang kakak mengangguk dan berkata. "Kau benar, aku
setuju dengan tindakanmu itu."
"Tin jie," kata Coe Tiang Leng berpaling kepada
puterinya, "kau boleh menceritakan kepada saudara Thio,
cara bagaimana keluarga kita telah ditolong oleh Thio
Ngoya". Kioe Tin segera menuntun tangan Boe Kie dan
mengajaknya pergi ke kamar ayahnya. "itlah dia!" kata si
nona sambil menunjuk sebuah lukisan yang di gantung di
tengah2 tembok. Di samping gambar itu terdapat tulisan
yang berbunyi seperti berikut. "Gambar peringatan
mengenai pertolongan yang diberikan oleh Tuan penolong
Thio Coei San." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Membaca nama mendiang ayahnya, air mata Boe Kie
lantas saja berlinang linang.
Lukisan itu memperlihatkan sebidang lapangan rumput
di pedusunan, dimana terdapat seorang pemuda gagah
dnegan tangan kiri memegang gaetan perak dan tangan
kanan bersenjata Poan koan-pit yang sedang pertempuran
melawan lima musuh. Boe Kie lantas saja mengenali,
bahwa pemuda itu adalah mendiang ayahnya sendiri.
Diatas tanah tergeletak dua orang yang terluka berat, satu
Coe Tiang Leng Mansatu lagi Yauw Ceng Coan. Didekat
mereka terdapat dua orang lain yang sudah binasa. Disudut
sebelah kiri kelihatan berdiir seorang wanit muda yg dengan
paras muka ketakutan, sedang memeluk satu bayi
perempuan. Wanita muda itu adalah Coe Heojin. Boe Kie
mengawasi si bayi yang pada pojok mulutnya terdapat
setitik tahi lalat dan lantas tahu, bahwa bayi itu bukan lain
daripada Coe Kioe Tin sendiri. Kertas dari lukisan itu
sudah kuning dan sudah usia sedikit belasan tahun.
Kioe Tin lantas saja menceritakan sejarah lukisan itu.
Tak lama sesudah ia terlahir, ayahnya melarikan diri
kedaerah sebelah barat untuk menyingkir dari seorang
musuh yang sangat lihai. Tapi ditengah jalan, mereka


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dicandak oleh rombongan musuh. Dua orang adik
seperguruan ayanya binasa dalam pertempuran, sedang
orang tua itu sendiri dan Yauw Ceng Coan sudah roboh
dengan luka berat. Pada detik2 yang sangat berbahaya,
secara kebetulan Thio Coei San lewat disitu dan segera
memberi pertolongan dengan memukul mundur musuh2
itu. Menurut perhitungan, kejadian itu telah terjadi pada
waktu sebelum Coei San menghilang selama sepuluh tahun.
Sesudah selesai menutur, si nona berkata pula dengan
paras muka berduka. "Karena berada di tempat jauh, warta
tentang kembalinya Thio In Kong baru didapat kami pada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahun2 yang lalu. Sebab sudah bersumpah untuk tidak
menginjak lagi wilayah Tionggoan, ayah terpaksa meminta
san dengan membawa beberapa rupa barang antaran. Siapa
nyana..." Bicara sampai disitu seorang kacung masuk dan
memberitahukan; bahwa si nona harus segera pergi ke
ruang sembahyang. Cepat cepat Kioe Tin menukar pakai
putih dan bersama Boe Kie ia segera pergi ke ruang
belakang, dimana sudah diatur sebuah meja sembahyang
dengan lengpay yang tertulis seperti berikut. "Kedudukan
roh yang angker dari Tuan Penolong Thio Thayhiap Coei
San dan Thio Hoejin." Begitu mereka masuk, Coe Tiang
Leng bersama istrinya dan Yauw Ceng Coan sudah berlulut
didepan meja sembahyang sambil menangis sedih dan
merekapun lantas saja berlutut di belakang ketiga orang tua
itu. Sambil mengusap-usap kepala Boe Kie, Coe Tiang Leng
berkata dengan suara terharu. "Saudara kecil, bagus... Thio
Thayhiap adalah seorang kesatria, seorang laki2 jarang
tandingan dalam dunia yg lebar ini. Walupun kau tidak
mengenalnya, bukan sanak dan bukan kadang, tapi
memang pantas sekali jika kau mengunjuk hormat
kepadanya." Boe Kie menunduk, supaya orang tua itu tidak melihat
matanya yang mengembang air. Ia merasa, bahwa sekarang
ia lebih2 tidak dapat mengakui, bahwa ia adalah putera
Thio Coei San, Yauw Ceng Coan mendapat keterangan
yang tidak begitu tepat dan mengatakan bahwa ia baru
berusia kira2 sembilan tahun. Jika ia membuka rahasianya
sebagai putera Thio Coei San, merekapun belum tentu akan
percaya. "Toako," kata Yauw Ceng Coan denga suara perlahan,
"bagaimana dengan Cia-ya...?"
Coe Tiang Leng batuk2 dan meliriknya. Yauw Ceng
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Coan mengerti maksud kakaknya, ia mengangguk sedikit
dan berkata pula, "Bagaimana dengan cia-gie" Apa Toako
mau mengumumkan perkabungannya?"
"Kau putuskan saja sendiri." Jawabnya.
Boe Kie jadi heran, "Tadi terang2 kudengar Cia-ya,"
katanya dalam hati. "Mengapa sekarang jadi cia-gie" Apa
Cia-ya dimaksudkan sebagai ayah angkatku?" (Cia ya bearti
tuan Cia sedang cia-gie yalah pemberitahuan tentang
perkabungan). Malam itu Boe Kie tak bisa tidur. Di depan matanya
kembali terbayang kejadian2 dimasa silam, pada waktu ia
masih berada di pulau Peng hwee-to bersama kedua
orangtuanya dan ayah angkatnya. Keesokan paginya,
berbareng dengan suara tindakan, hidungnya mengendus
bebauan harum dan sesaat kemudian, Coe Kioe Tin masuk
dengan membawa paso air cuci muka.
Boe Kie terkejut. Ia melompat bangun seraya berkata.
"Tin cie... mengapa... mengapa kau..."
"Semua pelayan dan budak sudah pergi," jawabnya "Apa
halangannya jika aku melayani kau sekali dua kali?"
Bukan main rasa herannya si bocah. "Tapi, mengapa...?"
tanyanya. "Sudah lama Thia-thia menyuruh mereka pergi," kata si
nona. "Setiap orang diberikan uang dan disuruh pulang,
karena ... karena rumah ini sangat berbahaya." Ia berdiam
sejenak dan kemudian berkata pua, " Sesudah kau cuci
muka ayang ingin bertemu dengamu."
Dengan hati tak enak, buru2 Boe Kie mencuci muka dan
sesudah itu, ia menyisir rambut dengan dibantu oleh si
nona, yang kemudian mengajaknya pergi ke kamar buku
Coe Tiang Leng. Dalam gedung itu terdapat seratus lebih
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelayan dan budak, tapi sekarang, satupun tak kelihatan
mata hidungnya. Begitu lekas mereka masuk ke dalam kamar buku, Coe
Tiang Leng segera berkata. "Saudara Thio aku menghargai
kau sebagai seorang laki2 sejati dan sebenarnya aku ingin
menahan engkau berdiam disini sampai sembilan atau
sepuluh tahun. Tapi karena terjadinya satu perubahan luar
biasa, maka kita terpaksa harus segera berpisah. Saudara
Thio, kumohon kau tidak menjadi kecil hati." Sambil
mengangkat dulang yang berisi duabelas potong emas,
duabelas potong perak dan sebliah pedang pendek, ia
berkata pula, "Inilah sedikit tanda mata dari kamu bertiga
suami-oistir dan anakku. Kamu harap saudara Thio suka
menerimanya. Kalau loohoe masih bisa hidup terus,
dibelakang hari kita akan bisa bertemu pula..." Karena
terharu, ia tidak dapat meneruskan perkataannya.
Boe Kie mundur setindak dan seraya membungkuk, ia
berkata dengan suara nyaring. "Coe pehpeh, biarpun masih
kecil dan tak punya guna, siauwtit bukan manusia yang
takut mati. Pada saat keluarga Coe Pehpeh menghadapi
marabahaya; biar bagaimanapun jug siauwtit tak akan
menyingkir seorang diri. Walaupun siauwtit tak bisa
membantu Pehpeh dan Ciecie, tapi siauwtit ingin hidup
atau mati bersama-sama kaliah." Coe Tiang Leng coba
membujuk berulang2, tapi si bocah tetap pada pendiriannya. Akhirnya sesudah kewalahan, orang tua itu menghela
napas seraya berkata. "Hai! Anak kecil memang tidak tahu
bahaya. Sekarang aku terpaksa menceritakan persoalannya
kepadamu. Tetapi kalu lebih dahulu harus bersumpah,
bahwa kau tak akan membocorkan rahasia ini dan jg katu
tidak akan mengajukan pertanyaan apapun jua."
Boe Kie segera berlutu dan mengucapkan sumpahnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Langit menjadi saksi, bahwa aku tidak akan membocorkan
atau mengajukan pertanyaan mengenai keterangan yang
akan diberikan oleh Pehpeh. Jika aku melanggar janji ini
biarlah aku binasa dengan badan dicincang laksaan golok,
badanku hancur dan namaku busuk."
Dengan terharu Coe Tiang Leng membangunkan Boe
Kie. Ia melongok keluar jendela dan kemudian melompat
ke atas genting untuk menyelidiki kalau2 ada musuh yang
bersembunyi. Sesudah itu, barulah ia kembali ke kamar
buku dan bicara bisik2. "Kau hanya boleh mendengar apa
yang dikatakan olehku, tapi tidak boleh mengajukan
pertanyaan, sebab tembok ada kupingnya."
Boe Kie mengangguk. "Kemarin Yauw Jie-tee pulang dengan membawa
seorang lain," bisik orangtua itu. "Orang itu she Cia
bernama Soen, bergelar Kim-mo Say ong?"
Boe Kie terkesiap, badannya bergemetaran.
"Cia tayhiap intu adalah saudara angkat Thio In-kong,"
Coe Tiang Leng melanjutkan penuturannya. "Ia bermusuhan hebat dengan banyak partai dan tokoh rimba
persilatan. Bahwa Tho Inkong suami-istri sampai membunuh diri adalah karena tidak mau memberitahukan
dimana tempat bersembunyinya saudara angkat itu. Aku
sendiri tak tahu, cara bagaimana Cia thayhiap akhirnya bisa
pulang ke Tionggoan dan begitu kembali, ia segera
mengamuk dan membinasakan banyak orang untuk
membalas sakit hatinya Thio Inkong. Tapi biar bagaimanapun gagah pun jua; satu orang tak akan bisa
melawan musuh yang berjumlah besar, sehingga akhirnya
ia mendapat luka berat."
"Yauw Jie-tee adalah seorang yang pintar dan berhati2.
Ia berhasil menolong Cia Thayhiap dan membawanya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemari. Rombongan musuh terus mengejar dan menurut
dugaan, tak lama lagi mereka akan datang kesini. Kami
sudah pasti tak akan bisa melawan mereka. Tapi aku sudah
mengambil keputusan untuk membalas budi dan bersedia
untuk binasa dalam melindungi Cia Tayhiap. Tapi kau
sendiri tak punya sangkut paut dengan urusan ini. Maka
dari itu, perlu apa kau turut membuang jiwa" Saudara Thio
hanya ini saja yang dapat kukatakan. Sekarang masih ada
tempo, kau pergilah lekas2! Begitu lekas rombongan musuh
tiba, batu giok akan hancur dan kau tak akan keburu
menyingkir lagi." Boe Kie mendengar itu dengan jantung memukul keras.
Ia kaget bercampur girang. Mimpi pun ia tak pernah mimpi,
bahwa ayah angkatnya bisa datang disitu. Tanpa merasa ia
berkata. "Dimana?"
Coe Tiang Leng memekap mulutnya seraya berbisik.
"Sit! Musuh lihay luar biasa. Sedikit saja tidak hati2, jiwa
Cia Tayhiap bisa melayang. Apa kau lupa sumpahmu?"
Si bocah manggutkan kepalanya.
"Saudara Thio," kata pula orang tua itu, "aku sudah
bicara seterang2nya. Aku menganggap kau sebagai sahabat
dan aku telah membuka rahasia hatiku. Sekarang, kau
berangkatlah." "Sesudah mendengar penuturan Coe pehpeh aku lebih2
tak akan menyingkirkan diri," kata si bocah dengan suara
tetap. Coe Tiang Leng menghela napas," Ayolah! Kita harus
bertindak sekarang jg," katanya Ia segera bertindak keluar
pintu dengan di ikuti oleh Kioe Tin dan Boe Kie.
Coe Hoejin dan Yauw nCeng Coan sudah diluar pintu
dan disamping mereka terdapat beberapa bulatan besar,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti orang mau merantau ke tempat jauh. Boe Kie
menengok kesana sini tapi ita tak melihat ayah angkatnya.
Coe Tiang Leng segera mengeluarkan bahan api dan
menyalakan obor yang lalu digunakan untuk menyulut
pintu tengah. Dalam sekejap, api merembet keatas.
Ternyata gedung yang besar itu sudah di siram dengan
minyak tanah. Semenjak dahulu diwilayah See-hek, di daerah pegunungan Thuansan dan Koen Loen, terdapat sumber
sumber minyak tanah yang sering mengalir keluar bagian
air mancur. Perkampungan Coe kee chung hampir satu li
panjangnya yang terdiri dari rumah rumah besar. Tapi
denga n menggunakan minyak, dalam sekejap mata,
seluruh perkampungan sudah berubah menjadi lautan api.
Boe Kie mengawasi berkobarnya api dengan perasaan
terharu. "Harta yang dikumpulkan Coe Pehpeh dengan
susah payah selama bertahun-tahun dalam sekejap menjadi
tumpukan puing," katanya didalam hati. "Dan itu semua
demi kepentingan ayah angkat. Laki laki gagah seperti Coe
pehpeh sungguh sukar dicari tandingannya didalam dunia."
Malam itu Coe Tiang Leng dan istrinya, Koe Tin dan
Boe Kie mengindap didalam sebuah gua. Dengan senjata
terhunus, lima orang murid yang dipercaya menjaga diluar
gua, dbawah pimpinan Yauw Ceng Coan, pada hari ketiga,
api kebakaran baru menjadi padam. Untung juga musuh
belum tiba. Malam itu, Coe Tiang Leng mengajak semua
orang meninggalkan gua dan masuk kedalam sebuah
terowongan dibawah tanah yang sangat panjang. Sesudah
berjalan beberapa lama, mereka bertemu dengan beberapa
kamar batu dimana terdapat makanan, air dan sebaginya.
Tapi hawa disitu sangat panas.
Melihat Boe Kie menyusut keringat tak henti hentinya,
Kioe Tin tertawa dan bertanya. "Adik Boe Kie, adalah kau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu, mengapa hawa disini terlalu panas" Dapatkah kau
menebak, di mana berada kita sekarang?"
Tiba2 bocah mengendus bau asap dan ia lantas saja
tersadar, " Ah!" katanya. "Kita berada dibawah Coe-kee-
chung". "Kau sungguh pintar," memuji si nona sambil tertawa.
Boe Kie merasa sangat kagum. Dengan siasat bumi
hangus, musuh pasti tidak akan menduga bahwa Cia Soen
sebenaranya bersembunyi dibawah tempat kebakaran dan
mereka tentu akan mengubar ketempat lain.
Diantara kamar2 batu itu ada sebuah yang pintunya -
pintu besi " ditutup rapat. Boe Kie menduga, bahwa ayah


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

angkatnya berada dalam kamar tersebut, tapi, biarpun
sangat ingin bertemu dengan orang tua itu, ia tidak berani
menanyakan atau bertindak sembarangan. Ia mengerti,
bahwa setiap tindakan yang ceroboh dapat berakibat hebat.
Setelah berdiam disitu kira kira setengah hari, hawa
panas perlahan lahan mulai mereda. Baru saja Coe Tiang
Leng dan yang lain2 menggelar selimut untuk mengaso,
sekonyong konyong terdengar suara tindakan kuda
mendatangi dari sebelah kejauhan. Tak lama kemudian,
kuda kuda itu sudah berada diatas tempat persembunyian
mereka. "Api sudah padam lama, bangsat Coe Tiang Leng pasti
sudah kabur ketempat lain dengan membawa Cia Soen,"
demikian terdengar suara seorang. "Ayolah, ubar!" Sesaat
kemudian, terdengar suara kaki kuda yang makin lama jadi
makin jauh. Ternyata, terowongan tersebut dan Coe kee-
ching dihubungkan dengan sebatang pipa besi, sehingga
setiap suara dimuka bumi bisa didengar jelas dalam lorong
dibawah tanah. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada malam itu, lima rombongan musuh lewat diataas "
rombongan Koen loen-pay, kie-keng pang dan dua
rombongan terdiri dari tujuh delapan sampai belasan orang
dan mereka semua mencari Cia Soen dengan menggunakan
perkataan perkataan yang hebat2.
"Kalau Giehoe belum buta dan tidak terluka bangsat
cecurut itu tidak dipandang sebelah mata olehnya," kata
Boe-Kie didalam hati. Sesudah kelima rombongan itu lewat, Yauw Ceng Coau
segara menyumbat lubang pipa dengan sepotong kayu,
supaya suara dalam terowongan tidak sampai terdengar
diatas. Sesudah itu, ia berkata dengan suara perlahan. "Aku
ingin menengok Cia Tay-hiap."
Coe Tiang Leng mengangguk dan Yauw Ceng Coan
segera memutar alat rahasia dipinggir pintu besi yang
perlahan lahan lantas terbuka. Dengan membawa lampu
minyak tanah, Ia masuk kedalam kamar itu.
Sesaat itu, Boe Kie tidak dapat menahan sabar lagi, ia
berbangkit, menghampiri pintu dan mengawasi ke dalam. Ia
melihat seorang laki2 yang bertubuh tinggi besar sedang
tidur meringkuk dan muka menghadap kedalam. Air mata
si bocah lantas saja berlinang linang.
"Cia Tayhiap," bisik Yauw Ceng Coan, apa kau merasa
enakan" Mau minum?"
Mendadak angin menyambar dan lampu padam. Hampir
berbareng terdengar suara "buk!" tubuh Yauw Ceng Coan
terpental keluar dan jatuh dilantai.
"Manusia2 dari Siauw Lim pay, Koen loen pay, Khong
tong pay!" demikian terdengar Cia Soan. "Mari! Mari! Apa
kamu kira Kim-mo Say-eng Cie Soen takut kepadamu?"
"Celaka!" seru Coe Tiang Leng. "Cit Tayhiap kapal" Ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendekati seraya berakata. "Cia Tay hiap, kami adalah
sahabat2, bukan musuh".
Cia Soen tertawa terbahak bahak, "Sahabat2?" ia
menegas. "Apa kau mau menipu aku dnegan omongan
manis2?" Ia berjalan keluar dengan tindakan lebar dan
sekonyong2 menghantam dada Coe Tiang Leng telapak
tangannya. Pukulan itu disertai lweekang hebat luar biasa,
sehingga lampu minyak tanah yang ditaruh ditengah2
terowongan berkedip2. Coe Tiang Leng tidak menangkis ia mengegoa dan
melompat mundur. Setelah pukulannya melesat, Cia Soen
melompat dan meninju Coe Hoejiu. Nyonya itu tidak
mengerti ilmu silat, hingga, kalau kena, jiwa pasti
melayang. Pada saat yang sangat berbahaya, Coe Tiang
Leng dan putrinya melompat dan menangkis pukulan itu.
Melihat kejadian yang tidak diduga duga, Boe Kie berdiri
terpaku dan mengawasi denagn mata membelalak.
Sementara itu, sambil menggeram bagaikan binatang
terluka, Cia Soen menyerang dengan kedua tanganya, tapi
Coe Tiang Leng tidak berani balas menyerang dan hanya
berusaha untuk menyelamatkan diri dengan berkelit kesana
sini. Satu waktu, karena egosan Coe Tiang Leng, pukulan
Kim-mo Say ong, menghantam dinding terowongan yang
dibuat daripada batu. Begitu kena, batu besar itu hancur
dan muncrat berhamburan. Semua orang terkesiap mereka
tak duga Cia Soen memiliki lweekang yg begitu dahsyat.
Kalau pukulan itu mampir di tubuh manusia, biarpun tidak
mati, orang itu pasti terluka berat.
Dengan rambut terurai, sinar mata berkilat kilat dan
muka berlepotan darah, Cia Soen terus menyerang seperti
harimau edan dan mulutnya mengeluarkan suara ha-ha ho-
ho yang membangunkan bulu roma. Makin lama ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengamuk makin hebat, sehingga semua orang merasa
sangat berkuatir, sedang Coe Hoejin sendiri berdiri di satu
sudut dengan dilindungin oleh putrinya.
Satu ketika, karena terdesak, Coe Tiang Leng
mendorong sebuah meja untuk menahan terjangan si kalap.
Bagaikan kilat Cia Soen menghantam dengan kedua
tinjunya. "Prak!" meja itu hancur luluh.
Boe Kie bingung bukan main. Ia berdiri dipinggir
dinding dan mengawasi kejadian itu dengan mulut
ternganga. Ia kaget tercampur heran karena orang itu
ternyata bukan ayah angkatnya, Kim-mo San-ong Cia Soen.
Kedua mata ayah angkatnya buta, tapi orang itu tidak
kurang suatu apa. Sekonyong-konyong, ketika Coe Tiang Leng berdiri
membelakangi dinding, si kalab menghanta. Ia tidak bisa
berkelit lagi, tapi ia tetap tidak mau menangkis. "Cia
Tayhiap!" teriaknya. "Aku bukan musuh, aku tak akan
membalas seranganmu."
Orang itu tidak menghiraukan telapak tangannya terus
menyambar ke dada Coe Tiang Leng "Buk!", badan Coe
Tiang Leng bergoyang2 dan paras mukanya berubah pucat.
"Cia Tayhiap apa sekarang kau sudah percaya?" tanyanya.
"Anjing! Sambut pukulanku!" caci si kalap.
Ia meninju, "Uah!" Coe Tiang Leng muntahan darah.
"Kau adalah gie heng (saudara angkat) dari Thio Inkong,"
katanya dengan suara parau. "Biarpun mati, aku tak akan
balas menyerang." Orang itu tertawa terbahak2, "Bagus!... bagus!" teriaknya
bagaikan orang gila. "Kau tidak membalas artinya ajalmu
sudah sampai." Suaranya berkata begitu kedua tangannya
menyambar2 dan mengenakan dada serta perut Coe Tiang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Leng. Sesaat kemudian, sambil mengeluarkan teriakan
menyayat hati Coe Tiang Leng roboh terkulai. Tapi si kalap
masih belum puas. Ia menubruk sambil mengayun tinjunya.
Pada detik yang sangat berbahaya, Boe Kie melompat
dan dengan mati2 an menangkis pukulan itu. Begitu
lengannya kebentrok dengan tinju si kalap, ia merasa
dadanya menyesak. Tapi, tanpa mempedulikan bencana, ia
menudin dan berteriak. "Kau! " kau bukan Cia Soen! "
kau bukan?" Orang itu gusar. "Tahu apa kau, setan kecil?" bentaknya
sambil menendang. Boe Kie mengegos dan berteriak pula.
"Kau bukan Cia Soen! " kau menyamar sebagai Cia
Soen." Mendengar teriakan Boe Kie, perlahan2 Cie Tiang Leng
merangkak bagus. "Kau" kau bukan Cia Soen?" serunya
dengan suara parau. "Kau menipu aku". Tiba2 badannya
bergoyang2 "Uah!" mulutnya menyemburkan darah yang
secara kebetulan menyambar tepat pada muka orang itu.
Hampir berbaring, tubuhnya jatuh ngusruk kedepan dan
dengan menggunakan kesempatan itu, dialah dan tangannya bergerak dan jerijinya menotolk Sin hong hi at,
dibawah tetek si kalap. Sesudah terluka berat. Coe Tiang Leng bukan
tandingannya orang itu. Tapi ia berhasil menolohg jalan
darah si kalap karena totokan it yang cie itu dikirim secara
diluar dugaan. Dalam bidang ilmu totok, It yang cie tiada keduanya.
Biarpun berkepandaian tinggi, orang itu tidak berdaya lagi.
Sambil menggeram, ia terguling Coe Tiang Leng segera
mengirim dua totokan susulan, tapi sesudah itu, ia sendiri
roboh tanpa ingat orang lagi. Coe Kioe Tin dan Boe Kie
buru2 mendekati dan mengangkat tubuh orang tua itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selang beberapa saat, perlahan-lahan Coe Tiang Leng
tersadar. Ia mengawasi Boe Kie dan berkata dengan suara
terputus-putus. "Apa" apa benar" dia" dia bukan Cia
Soan?" "Coe Pehpeh, sekarang aku mesti berterus terang," kata
si bocah. "Orang yang dinamakan Inkong olehmu adalah
ayahku sendiri, sedang Kim-mo Say-ong Cia Soen adalah
ayah angkatku. Tidak! Aku tidak bisa salah mengenali."
Coe Tiang Leng menggeleng-geleng kepalanya.
"Kedua mata Giehoe buta, tapi mata orang itu melek,"
menerangkan Boe Kie. "Mata Gie hoe buta sebelum
mendarat Peng hwee to jadi kejadian itu tidak diketahui
oleh siapapun dua. Orang itu menyamar sebagai Giehu,
tapi ia tak tahu kenyataan tersebut."
Cie Kie Tin menarik tangannya. "Adik Boe Kie apa
benar kau puteranya tuan penolong kami?" tanyanya
dengan suara terharu. "Bagus! Sungguh bagus!"
Tapi orang tua itu masih tetap tidak percaya.
Karena terpaksa, Boe Kie segera menceritakan mengapa
ia sampai datang digunung Koen Loen. Yauw Ceng Coan
menanyakan hal ilhwal kejadian di Boe tong yang berbuntut
dengan kebinasaan kedua orang tuanya dan pertanyaan2 itu
telah dijawab dengan ringkas dan terang oleh Boe Kie.
Semua orang, kecuali Coe Tiang Leng, tidak bersangsi
lagi. Hanya orang tua itu yang masih menggoyang-
goyangkan kepalanya dan mengawasi muka si bocah
dengan sorot mata pertanyaan. "Kalau dia berdusta, kita
akan berdosa terhadap Cia tayhiap," katanya dengan suara
perlahan. Tiba2 Yauw Ceng Coan mencabut pisau belatinya dan
sambil menuding mata kanan orang itu, ia membentak,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sahabat! Kim mo Say ong Cia Soan buta kedua matanya.
Kalu kau mau menyamar sebagai dia, penyamaran itu
harus mirip betul. Biarlah hari ini aku tolong membutakan
kedua matamu. Sahabat! Aku, si orang she Yauw, telah
ditipu olehmu. Kalau saudara kecil itu tidak berada disini,
bukankah secara tolol Coe Taoko akan mengantarkan
jiwa?" sehabis berkata begitu, ia menggerakkan tangannya,
sehingga ujung pisau hampir menempel dengan mata si
penipu. Orang itu tertawa terbahak2. "Jika kau mempunyai
nyali, bunuhlah aku," tantangnya. "Apa kau kira Kay pay-
chioe Ouw Pa manusia pengecut?" (Kay pay chioe si tangan
yg bisa membelah tugu butu.
"Oh!" kata Coe Tiang Leng dengan suara kaget. "Kay-
pay chiu Ouw Pa! Hm!...Kalau begitu kau anggota Khong
tong-pay." "Benar!" teriak Ouw Pa. "Semua partai dalam dunia
persilatan sudah tahu, bahwa Coe Tiang Leng mau
membalas sakit hatinya Thio Coei San. Siapa yang turun
tangan lebih dulu, dia yang menang."
"Kau sungguh jahat!" bentak Yauw Ceng Coan. Ia
mengangkat pisaunya dan lalu menikam ulu hati orang itu.
"Jie-tee, tahan!" cegah Coe Tiang Leng seraya mencekal
tangan adiknya. "Kalau dia benar Cia Tayhiap, biarpun
mati kita berdua masih tidak dapat menebus dosa."
"Bukankah saudara kecil ini sudah memberi keterangan
yang cukup jelas?" kata Yauw Ceng Coan, "Toako, jika kau
terus ragu, kita tak akan bisa menghindar lagi dari bencana
besar." Tapi sang kakak menggelengkan kepalanya. "Aku lebih
suka mati dicincang ribuan golok daripada mengganggu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selembar rambut saudara angkatnya Thio In Kong,"
katanya. "Coe Pehpeh, orang itu sudah pasti bukan ayah
angkatku," kata Boe Kie. "Sebagai seorang yang bergelar
Kim-mo Say-ong (Raja singa bulu emas), rambut Giehoe
berwarna kuning. Tapi orang itu berambut hitam."
Sesudah berpikir beberapa saat, Coe Tiang Leng
manggutkan kepalanya. Ia menuntun tangan Boe Kie
seraya berkata, "Saudara kecil, ikut aku." Mereka keluar
dari kamar batu, keluar dari terowongan dan kemudian
pergi ke bawah sebuah tebing, di belakang tanjakan.
Dengan duduk di samping Boe Kie di atas sebuah batu
besar, Coe Tiang Leng berkata, "Saudara kecil, kalau orang
itu bukan Cia Tayhiap, kita mesti segera membinasakan
dia. Tapi sebelum turun tangan, perasaan raguku harus
dihilangkan lebih dulu. Bagaimana pendapatmu" Apakah
pendirianku benar atau salah."
"Sikap itu adalah karena Coe Pehpeh menghormati ayah
dan Giehoe," kata Boe Kie. "Tapi orang itu sudah pasti
bukan Giehoe. Coe Pehpeh, kau boleh tidak ragu lagi."
Orang tua itu menghela napas. "Naik," katanya, "Di
waktu masih muda, aku seringkali diperdayai orang. Hari
ini aku tidak mau balas menyerang sehingga aku mendapat
luka berat. Hal itu terjadi sebab aku salah menilai orang.
Salah boleh sekali, tetapi tidak boleh sampai dua kali.
Urusan ini adalah urusan besar. Soal mati atau hidupku tak


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi soal. Biar bagaimanapun juga, aku harus
melindungi keselamatanmu dan keselamatan Cia Tayhiap,
supaya hatiku lega. Akan tetapi, aku tak berani membuka
mulut." Bukan main terharunya Boe Kie. "Coe Pehpeh, demi
kepentingan ayah dan Giehoe, kau sudah membakar rumah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan harta benda sendiri," katanya. "Bukan saja begitu, tapi
Coe Pehpeh sendiripun sampai mendapat luka berat.
Apakah aku masih harus meragukan kejujuranmu.
Mengenai keadaan Giehoe, biarpun Pehpeh tak menanyakan aku sendiri memang ingin memberitahukan
bagaimana kedua orang tuaku bersama Cia Soen telah
diombang-ambingkan ombak sehingga mendarat di pulau
Peng hwee-to, bagaimana mereka berdiam di pulau itu
selama sepuluh tahun dan bagaimana kedua orang tuaku
dan Cia Soen mengangkat saudara. Tentu saja sebagian
kejadian itu tidak dialami olehku sendiri dan aku
mendengarnya dari kedua orang tuaku."
Coe Tiang Leng adalah seorang yang berpengalaman
dan berhati-hati. Ia tidak mudah percaya cerita orang. Tapi
sesudah mendengar penuturan Boe Kie, ia tidak ragu lagi.
Sesudah membuang napas lega, ia mendongak dan berkata
dengan suara bersyukur, "Inkong! Inkong! Sebagai roh yang
angker, kau tentu mengetahui semua perasaanku. Selama
aku, Coe Tiang Leng, masih hidup, aku pasti akan
memelihara dan mendidik saudara Boe Kie sampai menjadi
orang. Tapi musuh terlalu banyak. Maka itu, aku mohon
Inkong melindungi." Setelah berkata begitu, ia berlutut dan
manggutkan kepala berulang-ulang. Bukan main sedihnya
Boe Kie, ia bersedih dan berterima kasih dan segera berlutut
di samping orang tua itu.
Sesudah bangkit, Coe Tiang Leng berkata," Sekarang
aku tak ragu lagi. Hai ! Koen loen pay!...Siauw lim
pay!...semua berjumlah besar. Saudara kecil, sebenarnya
aku ingin mempertaruhkan jiwaku untuk memberikan
perlawanan guna membinasakan musuh-musuh itu untuk
membalas budinya Inkong. Tapi sekarang keadaan berubah.
Menurut pendapatku, tugas untuk memelihara anak yatim
piatu adalah lebih penting daripada membalas sakit hati.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hal yang sekarang dipikirkan olehku adalah mencari
tempat untuk menyembunyikan diri. Tempat ini sudah
cukup jauh dari dunia pergaulan tapi musuh-musuh kita
masih bisa datang sampai ke sini. Di mana"di manakah
kita bisa mencari tempat yang lebih aman?" Ia diam sejenak
dan kemudian berkata pula, "Cia Tayhiap berdiam seorang
diri di pulau Peng hwee-to. Selama beberapa tahun ia tentu
merasa sangat kesepian. Hai! Cia Tayhiap begitu menyintai
Inkong. Aku hanya berharap, bahwa suatu waktu aku akan
bisa bertemu muka dengan dia. Kalau harapan ini bisa
terwujud biarpun mati, aku akan mati dengan rela."
Boe Kie, jadi lebih berduka. Tiba-tiba dalam otaknya
terlintas ingatan dan ia segera berkata, "Coe Pehpeh,
apakah tidak baik kita beramai-ramai pergi ke Peng hwee-
to" Selama di pulau itu, aku hidup bahagia. Tapi begitu
pulang ke Tiong-goan, semua lantas saja berubah. Apa yang
disaksikan dan dialami olehku adalah pembunuhan-
pembunuhan dan peristiwa-peristiwa berdarah."
Coe Tiang Leng menatap wajah si bocah. "Saudara kecil,
apa benar kau ingin kembali ke Peng hwee-to?" tanyanya.
Ditanya begitu Boe Kie tidak segera menjawab, karena
tiba-tiba saja ia ragu. Ia ingat bahwa ia bakal mati dalam
waktu yang tak terlalu lama. Ia ingat pula, bahwa
perjalanan ke Peng hwee-to penuh bahaya sehingga belum
tentu mereka bisa mencapai jarak tersebut. "Tidak pantas
aku menyeret-nyeret seluruh keluarga Coe Pehpeh ke
jalanan yang penuh bahaya," pikirnya.
Melihat keraguan itu, Coe Tiang Leng segera saja
berkata seraya mengusap-usap kepala Boe Kie, "Saudara
kecil, kau dan aku bukan orang luar. Kau harus
memberitahukan apa yang dipikir olehmu sejujur-jujurnya.
Apakah kau berniat kembali ke Peng hwee-to?" Ia berkata
begitu dengan suara sungguh-sungguh, dengan nada
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memohon. Karena pengalaman pahit getir, di dalam hatinya, Boe
Kie sudah merasa sangat sebal untuk berkelana lebih lama
dalam dunia Kang-ouw yang kejam dan berbahaya. Kalau
sebelum mati ia bisa bertemu muka lagi dengan ayah
angkatnya, kalau ia bisa mati dalam pelukan Giehoe itu, ia
sungguh merasa sangat beruntung. Berpikir begitu,
perlahan-lahan ia manggutkan kepalanya.
Coe Tiang Leng tidak bicara lagi dan dengan menuntun
tangan si bocah, ia kembali ke kamar batu. Begitu bertemu
dengan Yauw Ceng Coan, ia berkata, "Sekarang tidak usah
diragukan lagi bahwa orang itu manusia jahat."
Yauw Ceng Coan mengangguk dan dengan memegang
pisau, ia segera masuk ke dalam kamar rahasia.
Sesaat kemudian, dalam kamar terdengar teriakan yang
menyayat hati dan waktu Yauw Ceng Coan keluar lagi,
pisau yang dipegangnya berlumuran darah.
"Tempat persembunyian kita ini sudah diketahui musuh
dan kita tak dapat tinggal lebih lama lagi," kata Coe Tiang
Leng. Semua orang segera meninggalkan terowongan dan
sesudah berjalan duapuluh li lebih, sesudah melewati dua
puncak gunung, tibalah mereka di sebuah lembah. Sesudah
berjalan lagi beberapa lama, mereka bertemu sebuah pohon
kwi yang sangat besar dan di bawah pohon berdiri empat
lima rumah kecil. Waktu itu fajar sudah mulai menyingsing. Semua orang
lantas saja masuk ke dalam sebuah rumah di mana terdapat
cangkul, luku golok dan alat-alat pertanian lain. Di samping
itu, di dalam rumah tersebut juga terdapat dapur dengan
perabot masak yang serba lengkap serta bahan makanan
yang tidak sedikit. Boe Kie segera mengerti, bahwa untuk
menjaga kedatangan musuh-musuhnya Coe Tiang Leng
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah membuat dan melengkapi rumah itu, sebagai
persiapan kalau-kalau ia perlu menyingkirkan diri.
Begitu tiba, orang tua itu yang mendapat luka berat
segera rebah di ranjang untuk mengaso, sedang Coe Hoe
Jin mengeluarkan pakaian sepatu dan ikat kepala petani
dari dalam peti pakaian lalu membagikannya kepada semua
orang. Dalam sekejap anggota-anggota keluarga yang kaya
raya itu sudah mengenakan pakaian petani yang kasar.
Setelah berdiam beberapa hari berkat obat turunan yang
sangat mujarab, kesehatan Coe Tiang Leng mendapat
kemajuan yang sangat pesat. Untung musuh tidak mengejar
sampai di situ, sehingga mereka bisa hidup dengan
tenteram. Mereka mempersiapkan barang-barang untuk
melakukan perjalanan jauh. Boe Kie mengerti bahwa
persiapan itu adalah untuk pergi ke pulau Peng hwee-to
guna membalas budi. Malam itu ia tak bisa tidur, pikirannya melamun,
membayangkan hal-hal yang akan terjadi di pulau itu nanti.
Ia akan bisa berkumpul dengan Coe Kiu Tin, Coe Pehpeh,
Yauw Jie Siok dan ayah angkatnya dengan kehidupan yang
bahagia, tanpa penindasan dari penjajah Goan.
Mengingat itu semua, hatinya jadi gembira. Sampai
tengah malam, ia masih bolak-balik di atas pembaringan.
Tiba-tiba ia mencium bau wangi dan satu bayangan
manusia kelihatan berkelabat, ternyata bayangan itu adalah
Coe Kiu Tin, mendadak wajah Boe Kie berubah merah.
Perlahan-lahan si nona mendekati pembaringan dan
berbisik, "Adik Boe Kie, apa kau sudah tidur?"
Sesaat kemudian ia merasa mukanya diraba-raba oleh si
nona yang rupanya mau menyelidiki apa ia benar-benar
sudah tidur. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie kaget bercampur girang, malu bercampur takut,
tapi ia tetap pejamkan mata dan berpura-pura tidur, dan
mengharap supaya Kiu Tin buru-buru keluar. Semenjak
baru bertemu, ia memuja si nona bagaikan seorang Dewi, ia
sudah merasa beruntung kalau setiap hari bisa bertemu
dengan gadis cantik itu. Dalam jiwanya yang masih bersih,
pemujaan itu bebas dari segala pikiran yang bukan-bukan.
Ia bahkan tidak pernah membayangkan atau memikirkan
untuk mengambil nona Coe sebagai istrinya. Maka itulah,
kedatangan Kiu Tin ditengah malam buta sangat
membingungkan hatinya. "Apakah Tin-jie ingin membicarakan sesuatu yang
sangat penting denganku?" tanyanya dalam hati. Baru saja
berpikir begitu, mendadak ia merasa dadanya kesemutan
karena di bagian Tiat tiong hiat telah ditotok. Hampir
berbarengan, jalan darah yang lain pada Kian tin, Sin cong,
Kie tie serta Hoan tiauw hiat juga tertotok.
Itu kejadian yang sungguh diluar dugaan! Siapa sangka si
nona menyatroni untuk menotok jalan darahnya" Tapi
dilain saat, ia mendapat satu ingatan lain. "Aha! Tin-jie
tentu ingin menjajal kewaspadaan diwaktu tidur," pikirnya.
"Besok, waktu akan membuka jalan darahku, ia tentu
mentertawai aku. Hmm, kalau aku tahu begitu, tentu
melompat bangun untuk mengagetkannya."
Dilain pihak, sesudah menotok jalan darah Boe Kie,
perlahan-lahan Kiu Tin membuka jendela dan melompat ke
atas genteng. "Paling baik aku membuka jalan darahku dan menakut-
nakuti dnegan menyamar sebagai setan," pikir Boe Kie.
Seraya tertawa geli, ia segera mengerahkan Lweekang dan
coba membuka jalan darah yang tertotok dengan
menggunakan ilmunya Cia Soen. Tapi totokan si nona
adalah totokan It-yang-cie yang sangat hebat dan sesudah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdeging kira-kira setengah jam, barulah ia berhasil
membuka jalan darahnya. Berhasilnya Boe Kie adalah karena pertama Lweekang
nona Coe masih sangat rendah dan kedua, Kiu Tin
memang hanya ingin menotok perlahan sebab sungkan
melukai si bocah. Kalau totokan It-yang-cie diberikan
seorang ahli berkepandaian tinggi, biarpun Boe Kie sepuluh
kali lipat lebih hebat, ia tak akan dapat membuka jalan
darahnya. Begitu terbebas, cepat-cepat Boe Kie memakai pakaian
luar dan melompat ke atas genting dari jendela. Sambil
berlari-lari ia menyusul ke arah jalanan yang tadi diambil
oleh si nona. Tapi apa yang ditemukan hanya gunung
kosong yang sunyi senyap, dengan pohon-pohon yang
kadang-kadang mengeluarkan suara kresekan karena ditiup
angin. Sesudah mengejar beberapa lama dengan rasa kecewa, ia
menghentikan langkahnya. Tapi dilain saat ia berpikir lain,
"Perlu apa aku membalas. Sekarang Tin-jie sangat
menyayangi aku, tapi kalau malam ini aku membalasnya,
mungkin sekali ia akan berbalik membenci aku." Berpikir
begitu, hatinya jadi tenang kembali.
Waktu itu adalah permulaan musim semi. Bunga di
lembah itu sudah mulai mekar dan menyiarkan bebauan
yang sangat harum. Kesunyian malam dan pemandangan di
sekitar gunung itu mendatangkan banyak kenangan dari
masa lampau. Karena memang tak bisa tidur, Boe Kie tidak
segera kembali, perlahan-lahan ia berjalan di sepanjang
pinggiran sebuah selokan. Salju di tanjakan sudah mulai
melumut dan air yang mengalir di selokan bercampur
kepingan-kepingan es. Sesudah berjalan beberapa lama, sekonyong-konyong di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hutan sebelah kiri terdengar suara tawa seorang
wanita. Boe Kie terkesiap sebab suara itu adalah suara Kiu
Tin. "Apakah Tin-jie sudah melihat aku?" tanyanya dalam
hati. Tiba-tiba terdengar bentakan si nona. "Piauw ko, jangan
rewel kau! Apa kau minta dihajar?" bentakan itu disusul
dengan tawa seorang lelaki yang bukan lain adalah Wie
Pek. Boe Kie terkejut, jantungnya memukul keras dan
kepalanya seperti diguyur dengan air es. Sekarang ia
mengerti. Ia mengerti, bahwa Kiu Tin menotok jalan
darahnya bukan untuk bercanda, tapi untuk mencegah
terbukanya rahasia pertemuan itu. Ia menghela napas dan
berkata dalam hatinya. "Ya! Aku mesti tahu diri. Aku tak
lebih dan tak kurang daripada seorang bocah miskin yang
tak punya tempat berteduh. Baik dalam ilmu silat, aku
berada jauh di bawah Wie Siang Kong. Di samping itu
mereka adalah saudara sepupu dan merupakan pasangan
yang cocok, yang satu cantik yang satu tampan."
Mengingat begitu, hatinya menjadi lebih tenteram dan
sambil menghela napas, ia segera bertindak untuk berlalu.
Mendadak, di sebelah belakang terdengar suara langkah
kaki. Hampir berbarengan dengan bergandengan tangan,
Wie Pek dan Kiu Tin muncul dari dalam hutan. Karena
sungkan bertemu dengan dia, buru-buru Boe Kie
bersembunyi di belakang satu pohon besar. Pada saat itu,
langkah kaki yang mendatangi dari sebelah belakang sudah
mendekati. "Thia"," seru Kiu Tin, suaranya gemetar seperti orang
ketakutan.

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang itu ternyata Coe Tiang Leng. Ia rupanya gusar
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan sambil mengeluarkan suara di hidung ia membentak,
"Bikin apa kau di sini?"
Kiu Tin mencoba menekan rasa takutnya dan dengan
tawa yang dipaksakan ia menjawab.
"Sudah lama kami tidak pernah bertemu dan malam ini,
kebetulan Piauw ko datang, anak datang menyusul kemari
untuk mengobrol." "Kau terlalu berani mati," kata sang ayah dengan suara
yang mendongkol. "Kalau Boe Kie tahu."
"Anak sudah menotok lima jalan darahnya dan sekarang
ia sedang tidur nyenyak," kata si nona.
"Coe Pehpeh juga sudah tahu, bahwa aku menyayangi
Tin-cie," kata Boe Kie dalam hati, ?"kuatir aku berduka.
Ia tak tahu, bahwa biarpun sayang, aku tak punya maksud
yang lain. Hai!...Coe Pehpeh kau
sungguh baik terhadapku." Tapi perkataan Coe Tiang Leng yang selanjutnya
menerbitkan rasa heran dalam hati Boe Kie.
"Meskipun begitu, kita harus berhati-hati supaya ia tak
lihat sesuatu yang mencurigakan," kata orang itu.
Kiu Tin tertawa. "Ah! Anak kecil tahu apa," katanya.
"Tin-moay," kata Wie Pek, "Aku mau pulang, aku
kuatir suhu menunggu-nunggu aku."
Si nona kelihatannya merasa berat untuk segera berpisah.
"Biar ku antar pulang," katanya.
"Mari kita pergi bersama-sama," kata sang ayah. "Aku
ingin bicara dengan gurumu untuk pergi ke Peng hwee-to,
kita harus membuat persiapan yang seksama." Sehabis Coe
Tiang Leng berkata begitu, dia segera menuju ke arah barat.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie jadi makin heran. Ia tahu, bahwa guru Wie Pek
adalah Boe Liat, ayahnya Boe Ceng Eng. Didengar dari
perkataan Coe Tiang Leng, sepertinya Boe Liat bersama
putrinya dan Wie Pek bakal turut pergi ke Peng hwee-to.
Mengapa hal itu belum pernah didengar olehnya" Ia kuatir,
sebab bila soal Cia Soen diketahui terlalu banyak orang
kemungkinan bocornya rahasia akan menjadi sangat besar.
Sesudah berpikir sejenak, tiba-tiba ia ingat perkataan Coe
Tiang Leng yang mengatakan "kita harus berhati-hati
supaya ia tak lihat sesuatu yang mencurigakan". Ia curiga
dan dilain saat, ia ingat pula hal lain yang lebih
mencurigakan. Ia ingat, bahwa gambar mendiang ayahnya
yang digantung di rumah keluarga Coe. Ayahnya
dilukiskan sebagai seorang yang bermuka panjang,
sedangkan muka ayah sebenarnya bundar telur.
Paras muka Boe Kie mirip dengan Coei San, tapi
potongan muka mereka sangat berlainan. Muka si anak
persegi panjang, muka sang ayah bundar telur, dengan
lancip di bagian janggutnya. Coe Tiang Leng mengatakan
bahwa gambar itu telah dilukis olehnya sendiri pada belasan
tahun yang lalu. Walaupun begitu dan andaikata orang tua
itu tidak pandai melukis, tidak mungkin ia membuat
kesalahan dalam melukis potongan muka tuan penolongnya. Apa yang dilukis Coe Tiang Leng pada
hakekatnya Boe Kie dalam usia dewasa.
"Aha! Ada lagi yang mengherankan," kata si bocah
dalam hatinya. "Bentuk Poan koan-pit yang bisa digunakan
Tia tia mirip dengan pit dan gagangnya, sangat pendek.
Tapi Poan koan-pit dalam lukisan itu adalah Poan koan-pit
biasa. Sebagai seorang ahli Poan koan-pit, bagaimana Coe
Pehpeh bisa melukis salah?"
Mengingat itu semua, Boe Kie menjadi bingung dan
ketakutan. Di dalam hati kecilnya sudah menduga-duga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebab musebab keanehan-keanehan itu. Akan tetapi,
dugaan itu terlalu hebat, sehingga ia tidak bisa meneruskan
taksirannya itu. "Ah! Tak boleh aku berpikir yang gila-gila,"
ia menghibur dirinya sendiri. "Coe Pehpeh begitu sayang
aku dan aku tak pantas menduga yang tidak-tidak. Paling
baik aku pulang dan tidur. Kalau dia tahu bahwa aku
menguntit dia, bisa-bisa jiwaku melayang."
Mengingat jiwa melayang, tiba-tiba ia menggigil. Ia
sendiri tak tahu, mengapa ia menjadi begitu ketakutan.
Sesudah berdiri terpaku beberapa lama tanpa terasa ia
melangkah ke arah jalanan yang dilalui oleh Coe Tiang
Leng bertiga. Sekonyong-konyong di sebuah hutan yang
agak jauh ia melihat sinar api yang berkelap-kelip, sebagai
tanda, bahwa di dalam hutan itu terdapat sebuah rumah
orang. Dengan jantung berdebar keras, ia menuju ke arah
sinar api dengan langkah ringan.
Setibanya di belakang rumah itu, sesudah menentramkan
hati, ia mengendap-endap menghampiri jendela dan
melongok ke dalam. Ternyata memang benar Coe Tiang
Leng bertiga berada dalam ruangan itu. Mereka duduk
menghadap jendela dan sedang bicara dengan dua orang
yang duduk membelakangi jendela sehingga muka mereka
tak dapat dilihat oleh Boe Kie. Tapi yang satu seorang
wanita, mungkin sekali Boe Ceng Eng, sedang yang satunya
lagi adalah seorang pria bertubuh tinggi besar. Dengan
penuh perhatian, sambil manggut-manggut lelaki itu tengah
mendengar penuturan Coe Tiang Leng tentang bagaimana
mereka harus menyamar sebagai pedagang kemudian
berlayar dari pantai Shoatang.
"Aku benar tolol," kata Boe Kie dalam hatinya, "Orang
itu mungkin sekali Boe Chung Coe. Sebagai seorang
sahabat Coe Pehpeh, ini adalah kejadian lumrah diantara
sahabat karib. Mengapa aku jadi begitu ketakutan?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thia, bagaimana kalau kita tidak bisa cari pulau itu dan
juga tidak bisa pulang kembali?" tanya wanita itu yang
ternyata memang Boe Ceng Eng.
Sekarang Boe Kie mendapat kepastian, bahwa lelaki itu
adalah Boe Liat. "Kalau takut, kau boleh tak usah ikut," jawab sang ayah.
"Di dalam dunia ini, tanpa berani menempuh kesukaran,
manusia takkan bisa memperoleh sesuatu yang berharga."
"Ayahku sering pergi ke Tiong-goan dan ia pasti tahu
racun yang baik," kata pemuda itu. "Kita bisa minta
bantuan ayah." Sesaat Boe Liat bangkit seraya menepuk pundak Kiu
Tin, ia berkata, "Tin-jie." Tiba-tiba ia menengok dan Boe
Kie melihat tegas mukanya. Ia terkesiap, karena orang itu
adalah manusia yang sudah menyamar sebagai ayah
angkatnya. Sekarang semua menjadi jelas. Dipukulnya Coe Tiang
Leng hingga muntah darah, teriaknya yang menyayat hati
dan sebagainya hanyalah sandiwara belaka. Agar sandiwara
itu kelihatan sungguh-sungguh, mereka harus menggunakan
Boe Liat yang memiliki kepandaian tinggi.
"Tin-jie, kau sendiri harus menjalankan perananmu baik-
baik," kata Boe Liat sambil tertawa, "Selama dalam
perjalanan, kau harus baik terhadap setan kecil itu. Kau
harus menjaga supaya ia tidak tersadar."
"Thia, kau harus meluluskan satu permintaanku," kata
Kiu Tin. "Permintaan apa?" tanya sang ayah.
"Kau menyuruhku melayani setan kecil itu dan kau tak
tahu, betapa besar penderitaanku," jawabnya. "Dari sini ke
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Peng hwee-to masih jauh sekali. Selama itu, entah berapa
besar kedongkolan yang harus ditelan olehku. Maka itu aku
minta supaya sesudah kau dapat merebut To liong-to kau
ijinkan aku untuk membacok mampus setan kecil itu!"
Mendengar kata-kata yang sekejam itu, mata Boe Kie
gelap hampir ia roboh. Lapat-lapat ia mendengar suara Coe
Tiang Leng, "Sebenar-benarnya kita tak pantas menjalankan tipuan ini terhadap dia. Di samping itu dia
juga bukan orang jahat. Kurasa membinasakan Cia Soen
dan merampas To liong-to, cukuplah kalau kita membutakan kedua matanya dan meninggalkan dia di
pulau itu." "Coe Toako adalah seorang yang welas asih dan
perkataanmu itu membuktikan bahwa kau memang seorang
ksatria," puji Boe Liat.
Coe Tiang Leng menghela napas. "Kita terpaksa
menjalankan tipuan ini karena tak ada lagi jalan yang lebih
baik," katanya. "Boe Jie tee, sesudah berlayar, perahumu
harus berada agak jauh dari perahuku. Kalau terlalu dekat,
anak itu bisa curiga. Tapi kalau terlalu jauh, hubungan kita
bisa terputus. Maka itu kau harus memilih anak buah dan
pengemudi yang pandai."
Boe Kie merasa kepalanya pusing. Ia mengasah otak
untuk memecahkan banyak pertanyaan. "Aku belum
pernah memperkenalkan diri, tapi bagaimana mereka bisa
menebak asal-usulku?" tanyanya dalam hati. "Hm"mungkin sekali karena aku sudah menggunakan
ilmu Boe tong-pay dan Hang lion Sip pat ciang waktu
melawan Wie Pek dan kedua perempuan itu. Coe Pehpeh
seorang cerdas dan berpengalaman luas. Rupanya, begitu
melihat ilmu silatku, ia sudah bisa menebak asal-usulku."
Beberapa saat kemudian, ia berkata pula dalam hatinya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia tahu, bahwa kedua orang tuaku lebih suka mati
daripada membuka rahasia. Ia menaksir bahwa jika
menggunakan kekerasan, ia tak akan bisa mengorek dari
mulutku. Maka itu, ia menggunakan siasat membakar
rumah sendiri dan menjalankan tipu Kouw-jiok-kee
(menyakiti diri sendiri), sehingga tanpa meminta, aku sudah
membuka rahasia Peng hwee-to. Ah!...Coe Tiang Leng!
Coe Tiang Leng! Tipumu sungguh beracun!"
Sementara itu, Coe Tiang dan Boe Liat sudah mulai
membicarakan rencana pelayaran, Boe Kie tak berani
mendengar lebih jauh dan dengan sangat hati-hati, ia lalu
meninggalkan rumah itu. Sambil memasang kuping, ia
berjalan selangkah demi selangkah. Ia tahu, bahwa kedua
orang tua itu memiliki kepandaian yang sanggat tinggi,
sehingga sedikit saja ia bertindak salah, mereka segera bisa
mendengarnya. Sesudah terpisah belasan tombak, barulah
ia berani berjalan lebih cepat. Dalam ketakutan ia tak
memilih jalanan. Ia terus mendaki tanjakan dan menuju ke
sebuah hutan lebat. Selama kurang lebih satu jam ia berlari-
lari seperti orang kalap, tanpa berani mengaso.
Waktu fajar menyingsing, ia berada di dalam hutan dari
sebuah puncak yang tertutup salju. Dengan napas tersengal-
sengal ia menhentikan langkah dan menengok untuk
melihat kalau-kalau ada yang mengejar.
Tiba-tiba ia mengeluh karena di jalanan yang barusan
dilewatinya, yang tertutup dengan salju, terdapat tapak-
tapak kakinya sendiri. Daerah barat (See hek) adalah daerah
yang hawanya sangat dingin dan biarpun waktu itu sudah
masuk musim semi, salju di gunung-gunung masih belum
lumer. Semalam, dalam ketakutannya, ia tak berani jalan di
tanah datar dan sudah mendaki puncak itu. Tapi dengan
berbuat begitu, ia malah sudah membuka rahasia sendiri.
Pada saat itu, dari sebelah kejauhan sekonyong-konyong
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar geram kawanan serigala yang menakutkan. Boe
Kie berdiri di atas batu karang yang sangat curam.
Mendengar suara itu, ia mengawasi ke bawah. Ternyata, di
dasar lembah terdapat tujuh-delapan serigala yang sedang
meronyang-ronyang kearahnya dan menyalak tak henti-
hentinya. Kawanan binatang itu kelihatannya kelaparan
dan ingin menubruk dirinya untuk mengganjal perut. Tapi
ia berdiri di tempat aman yang terpisah jauh dari mereka.
Ia memutar kepala dan mengawasi keberapa jurusan.
Mendadak sekali ia terkesiap. Matanya yang jeli melihat
bergeraknya lima bayangan manusia di sebuah tanjakan. Ia
tahu, bahwa mereka rombongan Coe Tiang Leng yang
sedang mengejar dirinya. Dari jauh mereka kelihatannya
berjalan sangat perlahan, tapi ia mengerti, bahwa dalam
tempo satu jam, mereka akan tiba di tempat dimana ia
sekarang berdiri. Sesudah menentramkan hatinya, Boe Kie segera
mengambil satu keputusan, "lebih baik aku mati dimakan
serigala daripada jatuh ke dalam tangan mereka," katanya
dalam hati. Untuk sejenak ia berdiri bengong. Ia ingat bahwa dengan
setulus hati ia mencintai Kioe Tin sebagai seorang adik
mencintai kakak sendiri. Sungguh tak dinyana wanita yang


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Gila 2 Bu Kek Kang Sinkang Karya Kkabeh Rahasia Kampung Garuda 13
^