Pencarian

Pedang Langit Golok Naga 18

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 18


begitu cantik mempunyai hati yang begitu kejam. Ingat
begitu, ia malu campur duka. Cepat-cepat ia melompat dan
masuk ke dalam hutan dengan berlari. Karena hutan
terdapat rumput-rumput tinggi,
maka meskipun masih ada salju, tapak-tapak kakinya
sukar terlihat. Sesudah lari beberapa lama, mendadak racun
dingin dalam tubuhnya mengamuk lagi. Ia tidak kuat
berjalan terus. Rasa lelah dicampur dengan kesakitan hebat.
Apa boleh buat, ia merangkak masuk ke dalam gerombolan
alang-alang dan menjumput sebutir batu tajam dari atas
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanah. Ia sudah mengambil keputusan bahwa Coe Tiang
Leng mengejar sampai di situ dan cepat menemukan tempat
persembunyiannya, ia akan membunuh diri dengan
menghantam Tay Yang Hiatnya
dengan batu itu. Sesudah mengambil keputusan itu, hatinya jadi lebih
tenteram. Didepan matanya lantas saja terbayang
kehidupan bahagia selama 2 bulan lebih dalam rumah
Tiang Leng dan peringatan yang sedap itu telah
mendatangkan kedukaan terlebih besar dalam hatinya.
"Pendeta Siau Lim Sie mencelakakan aku, tapi hal itu tidak
usah dibuat heran." Pikirnya. Orang-orang Kong Tong Pay,
Hwa San Pay dan Kun Lun Pay telah membalas budi
dengan kejahatan, tapi itupun tak perlu dihiraukan. Tapi
Tin Cie" aku mencintainya dengan sepenuh hati!... ah!
Bukankah ibu pernah memesan aku pada waktu ia mau
menghembuskan napas yang penghabisan" Mengapa aku
melupakan pesan itu. Sebagaimana diketahui, sebelum mati In So So telah
memesan Boe Kie supaya anak itu berhati-hati terhadap
perempuan. Menurut So So, makin cantik wanita, makin
pandai menipu orang. Dengan air mata berlinang-linang, anak itu berkata
dalam hatinya. "Waktu mengucapkan pesan itu, pisau
sudah menancap di dada ibu. Dengan menahan sakit, ibu
sudah memesan aku, tapi aku sendiri sedikitpun tidak
memperdulikan pesan itu. Kalau aku tidak mengerti ilmu
membuka jalan darah, tipu busuk Coe Tiang Leng dan
kawan-kawannya sudah pasti tidak akan
diketahui olehku dan aku menuntun mereka ke Peng
Hwee To untuk mencelakakan Gie Hu."
Sesudah hatinya lebih tenteram, ia bisa memikir secara
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih terang. Ia segera dapat melihat latar belakang dari
tindakan-tindakan Coe Tiang Leng. Sesudah menduga,
bahwa ia adalah putera Thio Coei San, si orang she Coe
lalu membinasakan kawanan anjing, sebagai tindakan
pertama untuk mendapat kepercayaan.
Sesudah itu, dia berlaku manis-manis sampai akhirnya
membakar gedung sendiri. Biarpun termusnahnya rumah-
rumah itu harus disayangkan, akan tetapi harta benda
tersebut tidak berarti banyak jika disbanding dengan To
Liong To, senjata mustika yang dapat membuat pemiliknya
menjadi seorang termulia dalam rimba persilatan.
Waktu masih berada di pulau, aku sering melihat Gie Hu
duduk bengong sambil memeluk golok itu," kata Boe Kie
dalam hati. "Tapi selama sepuluh tahun, ia masih juga
belum bisa menembus rahasia golok itu. Coe Tiang Leng
adalah seorang yang pintar luar biasa dan kecerdasan
otaknya lebih lihai daripada Gie Hu. Jika To Liong To
sampai jatuh ke tangannya, apa yang tak dapat ditembus
Gie Hu, mungkin sekali dapat dipecahkan olehnya."
Sesaat itu, suara tindakan kaki sudah terdengar tegas,
sebagai tanda bahwa rombongan pengejar sudah masuk ke
dalam hutan. "Bocah itu pasti bersembunyi di hutan ini," bisik Boe
Liat. "Tak mungkin dia kabur ke tempat lain?"
"Ssst!" Tiang Leng memutuskan perkataannya. Sesaat
kemudian ia berkata pula dengan suara keras. "Hai! Entah
apa kesalahan Tin Jie". Aku sungguh sangat kuatir. Ia
masih begitu kecil dan kalau sampai terjadis sesuatu atas
dirinya, biarpun badanku hancur luluh, aku masih belum
bisa menebus dosa." Suara itu dikeluarkan dengan nada
parau, seperti juga benar-benar
ia bersusah hati. Akan tetapi, bagi Boe Kie perkataan-
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkataan itu membangunkan bulu roma.
Dilain saat, Boe Kie mendengar suara beberapa orang
memukul alang-alang dengan tongkat. Ia rebah sambil
menahan nafas dan tidak berani berkutik. Untung juga,
hutan sangat luas dan mereka tidak dapat ke tempat
persembunyian si bocah. Sesudah berusaha beberapa lama tanpa berhasil, tiba-tiba
Coe Tiang Leng membentak keras-keras, "Tin Ji, a pakah
yang sudah dperbuat olehmu sehingga saudara kecil kabur
ditengah malam buta?"
Kioe Tin kaget, tapi ayahnya segera memberi isyarat
dengan kedipan mata. Dari tempat sembunyinya, Boe Kie
melihat kedipan itu. "Aku hanya berguyon dan sudah menotok jalan
darahnya," jawab si nona.
"Tidak dinyana, adik Boe Kie menganggap salah."
Sehabis berkata begitu, ia berteriak, "Adik Boe Kie!
Dimana kau" Lekas keluar! Tin Cie ingin menghaturkan
maaf kepadamu." Tapi tentu saja teriakan itu tidak mendapatkan jawaban.
Tiba-tiba terdengar suara tangisannya, "Thia, jangan!
Jangan pukul aku?" ratapnya.
"Aku tidak sengaja" tidak sengaja?"
Coe Tiang Leng mencaci-caci sedang puterinya
menangis keras sambil meratap, seperti juga sedang dihajar
keras. Melihat sandiwara itu Boe Kie menghela nafas
panjang. "Jika aku belum mendapat bukti dari kepalsuannya, sudah pasti aku akan melompat ke luar,"
pikirnya. Karena yakin bahwa Boe Kie bersembunyi dalam hutan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, mereka bersandiwara terus, yang satu memaki dengan
kata-kata hebat, yang lain mengeluarkan teriakan-teriakan
menyayat hati. Dengan kedua tangan, Boe Kie menutup kupingnya, tapi
suara sesambat si nona masih tetap terdengar. Sebisa
mungkin ia coba mengeraskan hati, tapi akhirnya ia tak
dapat bertahan lagi. Sesudah mengambil keputusan nekat,
tiba-tiba ia melompat keluar dan berteriak. "Tak usah kamu
melangsungkan permainan gila itu! Apa kamu kira aku tak
tahu segala tipu busukmu?"
Melihat munculnya Boe Kie, Coe Tiang Leng beramai
jadi girang, "Aha! Ini dia!" seru mereka.
Dilain pihak sesudah mencaci, Boe Kie segera berlari
bagaikan kalap. Coe Tiang Liat lantas saja mengejar.
Sebelum melompat keluar, si bocah sudah mengambil
keputusan untuk meninggalkan dunia yang kejam ini.
Seperti seekor kijang, ia kabur ke arah tebing dengan
melompat ke jurang yang dalam. Tapi Coe Tiang Leng
memiliki ilmu ringan badan yang banyak lebih tinggi
daripadanya. Maka itu, baru saja ia tiba di atas tebing, si
orang she Coe sudah menyandaknya lalu menjambret
belakang bajunya. Pada detik itu, kaki kanannya sudah menginjak tempat
kosong dan separuh badannya sudah berada di atas jurang.
Begitu Coe Tiang Leng menjambret punggungnya, kaki
kirinya melompat dan badannya menubruk ke depan. Coe
Tiang Leng tak pernah menduga bahwa bocah itu
sedemikian nekat. Karena Boe Kie melompat dengan
sepenuh tenaga, ia turut terbetot. Sebagai seorang yang
berkepandaian tinggi. Jika pada saat itu ia melepaskan
cekalannya, dengan mudah ia akan dapat menolong diri.
Akan tetapi ia mengerti, bahwa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melepaskan anak itu berarti sama dengan melepaskan To
Liong To. Selama kurang lebih dua bulan dengan susah
payah ia sudah menjalankan tipunya, bahkan ia sampai
mengorbankan gedung dan harta bendanya. Apakah ia
harus melepaskan golok mustika yang sudah berada di
depan mata" Seluruh tubuh Boe Kie sekarang berada di atas jurang, di
tengah udara!.... "Celaka!" Coe Tiang Leng mengeluh dengan hati
mencelos. Tangan kirinya menyambar ke belakang dengan
harapan bisa mencekal tangan Boe Liat yang turut mengejar
tapi pada detik itu tangan Boe Liat masih terpisah kira-kira
satu kaki. Ternyata tenaga penarik To Liong To lebih dahsyat
daripada ancaman bencana. Coe Tiang Leng tetap
mencekal baju si bocah itu dan". Mereka berdua tergelincir
ke dalam jurang yang di dalamnya berlaksa tombak!
Sayup-sayup terdengar teriakan Kioe Tin dan Boe Liat.
Sesaat kemudian segala apa tidak terdengar lagi, kecuali
menderunya angin". Coe Tiang Leng mengerti bahwa kalau jatuh di dasar,
badan akan hancur lebur. Ia adalah seorang yang sudah
kenyang mengalami topan dan gelombang. Maka dalam
menghadapi kebinasaan ia tak jadi bingung.
Badan mereka melayang ke bawah dengan cepatnya"
Jarak antara kedua dinding jurang tidak begitu lebar dan
selagi melayang jatuh beberapa kali, Coe Tiang Leng
melihat pohon-pohon yang tumbuh di dinding dan cabang-
cabang melonjor ke luar. Beberapa kali ia menjambret tapi
selalu gaga. Paling belakang, jambretannya kena, tapi sebab
tenaga jatuhnya mereka terlampau hebat maka, dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengeluarkan suara "krekek," cabang siong itu yang
sebesar lengan patah dari pohonnya.
Walaupun begitu, kejadian ini merupakan pertolongan.
Biarpun cabang itu patah, jatuhnya mereka jadi tertahan
dan Coe Tiang Leng tentu saja sungkan menyia-nyiakan
kesempatan baik itu. Dengan meminjam tenaga, ia
mengangkat kedua kakinya dengan gerakan Ouw Liong
Jiauw Cu (Naga Hitam Melibat Tiang), ia memeluk dahan
dengan kedua betisnya. Dilain saat ia sudah mengangkat
tubuh Boe Kie dan mendudukkannya di atas sebuah
cabang, tapi tangannya tetap mencekal baju si bocah, sebab
ia kuatir anak itu akan melompat lagi.
Melihat ia bakal mati dan tetap tak bisa terlolos dari
tangan si orang she Coe. Boe Kie berduka bukan main dan
berkata dengan suara membenci, "Coe PehPeh, biar
bagaimana hebat kau menyiksa aku, jangan harap aku akan
menuntun kau ke tampat persembunyian Gie Hu."
Ketika itu Coe Tiang Leng sendiri sudah duduk di atas
satu cabang. Ia mendongak ke atas. Mereka ternyata sudah
jatuh terlalu dalam. Apa yang dilihatnya hanyalah langit.
Sedang Boe Liat dan yang lain sudah tak kelihatan
bayangannya. Walaupun bernyali besar, ia menggigil dan
dahinya mengeluarkan keringat dingin.
Sesudah menentramkan hatinya, ia tertawa dan berkata,
"Saudara kecil, apa katamu" Aku tidak mengerti, janganlah
kau memikir yang tidak-tidak."
"Segala tipu busukmu sudah kuketahui." Jawabnya
mendongkol. "Sekarang segala tipumu sudah tidak berguna
lagi. Andaikata kau memaksa aku untuk mengantar kau ke
Peng Hwee To, aku bisa menunjuk jalan dengan
sembarangan supaya kita sama-sama mampus dimakan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lautan. Apa kau kira aku takut berbuat begitu?"
Coe Tiang Leng mengerti, bahwa ancaman itu bukan
omong kosong. Ia tahu, bahwa terhadap Boe Kie yang
nekat, ia tidak bisa menggunakan kekerasan.
Orang satu-satunya yang bisa menaklukkan si bocah
adalah puterinya sendiri. Mamikir begitu, ia lantas saja
mengerahkan Lweekang dan berteriak, "Kami selamat!
Jangan khawatir!" Teriakan itu menggetarkan seluruh lembah.
"Kami selamat!... Kami selamat!... Jangan khawatir!..."
Tiba-tiba Coe Tiang Leng ingat sesuatu, "Celaka!" ia
mengeluh, "Aku tidak boleh berteriak begini di gunung
salju." Hampir berbareng, gumpalan-gumpalan salju putih
meluruk turun dari dinding jurang. Untung juga salju tidak
begitu tebal. Sehingga tidak membahayakan. Tapi Coe
Tiang Leng tidak berani berteriak lagi. Ia menghela nafas
dan sambil mengawasi keempat penjuru, ia mengasah otak
untuk mencari jalan keluar. Ke bawah, jurang itu belum
kelihatan dasarnya dan andaikata mereka bisa turun sampai
ke dasar jurang, disitu belum tentu ada jalan keluar. Untuk
memanjat ke atas dari dinding yang satu, sukar dapat
dilakukan, karena dinding batu itu bukan saja sangat curam
tapi juga ditutup salju licin. Maka itu, jalan satu-satunya
adalah coba memanjat ke atas dari tebing-tebing yang lain,
yang tidak begitu terjal.
Memikir begitu, ia lantas saja berkata dengan suara
membujuk, "Saudara kecil, jangan kau mencurigai aku
secara membuta tuli, Biar bagaimanapun jua, aku tidak
akan memaksa kau untuk mencari Cia Sun. Kalau aku


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggunakan kekerasan, biarlah aku mati terpanah laksaan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak panah dan mati tanpa mempunyai kuburan."
Sumpah yang begitu berat itu bukan sumpah kosong. Ia
tahu, bahwa ia memang tidak bisa memaksa anak yang
kepala batu itu. Kemungkinan satu-satunya hanyalah
membujuk atau menipu supaya si bocah mau membantunya dengan suka rela.
Dilain pihak, mendengar sumpah itu, hati Boe Kie jadi
lebih lega. "Sekarang kita harus berusaha untuk menyelamatkan diri
dengan memanjat tebing." Kata Coe Tiang Leng pula.
"Tapi kau tidak boleh melompat ke bawah lagi. Kau
mengerti?" "Kalau tidak memaksa aku, akupun tak perlu mencari
mati." Jawabnya. Coe Tiang Leng mengangguk dan mengeluarkan pisau
yang lalu digunakan untuk mengeset kulit pohon. Dengan
kulit pohon itu, ia membuat tambang yang kedua ujungnya
lalu diikatkan ke pinggang sendiri dan ke pinggang Boe Kie.
Sesudah itu, perlahan-lahan dan hati-hati mereka memanjat
ke atas, ke arah sinar matahari.
Usaha mereka itu diliputi dengan tanda tanya.
Bagaimana kesudahannya" Apakah mereka akan menemui
keselamatan atau kecelakaan" Entahlah, apa yabg dapat
diperbuat hanyalah maju selama masih bisa maju.
Tebing itu sendiri sukar dipanjat. Ditambah dengan salju
yang sudah membeku menjadi es, licinnya luar biasa,
sehingga setiap tindakan diliputi dengan bahaya besar. Dua
kali Boe Kie terpeleset dan ia tentu sudah tergelincir ke
bawah, kalau tidak ditolong Coe Tiang Leng. Sebaliknya
daripada berterima kasih, ia jadi mendongkok dan
mengejek dalam hatinya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tua bangka! Kalau kau tidak mengiler pada To Liong
To, tak nanti kau baik hati."
Sesudah memanjat setengah hari, mereka bukan saja
lelah, tapi capai. Tapi sikut, lutut, dan kaki merekapun
berlumuran darah, akibat goresan es yang tajam. Perlahan-
lahan curamnya tanjakan berkurang. Mereka tidak perlu
merangkak lagi. Setindak demi setindak, mereka maju
dengan nafas tersengal-sengal. Tak lama kemudian, mereka
sudah berada di atas tanjakan
yang berdiri bagaikan sebuah sekosol besar.
Tiba-tiba Coe Tiang Leng mengeluh! Dengan mata
membelalak dan mulut ternganga, ia mengawasi ke depan,
ke lautan awan. Ternyata, mereka berdiri di atas tanah
datar yang seperti panggung dan tiga penjuru panggung itu
berbatasan dengan kekosongan. Luasnya tanah datar itu
ratusan ombak persegi, tapi ke atas tak ada jalan, ke
bawahpun begitu juga. Mereka
terjebak di kotak buntu. Apa yang lebih celaka lagi, di
tanah datar itu hanya terdapat salju, salju yang putih
bagaikan kapas tanpa pepohonan. Tanpa makhluk hidup
yang dapat digunakan untuk menangsal perut.
Tapi Boe Kie sendiri berbalik girang. Ia tertawa dan
berkata. "Coe PehPeh, kau sudah mengeluarkan banyak
tenaga, tapi hasilnya kita tiba di tempat ini. Kalau sekarang
orang memberikan To Liong To kepadamu, apakah golok
itu dapat menolong Kau?"
"Jangan rewel!" Bentak Coe Tiang Leng dengan gusar.
Ia segera menjumput salju yang lalu ditelannya untuk
menghilangkan rasa haus dan kemudian bersila untuk
mengaso. "Biarpun letih, sekarang tenagaku masih cukup,"
pikirnya. "Kalau menunggu sampai besok, mungkin aku tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa keluar lagi dari kurungan ini." Berpikir begitu, ia lantas
saja bangkit dan berkat, "Tidak guna kita berdiam lama-
lama di sini. Kita harus kembali ke jalanan tadi dan coba
mencari jalan keluar lain.
"Tapi aku sendiri merasa senang untuk berdiam terus di
sini." Kata si bocah sambil menyeringai.
"Kau gila," bentak Coe Tiang Leng. "Di sini tak ada
makanan apapun jua. Apa kau mau mati kelaparan?"
Si bocah tertawa geli. "Bukankah bagus sekali jika kita
tak makan makanan manusia?" katanya.
"Dengan begitu, kita bisa mensucikan diri dan mungkin
sekali bisa menjadi dewa yang suci!"
Bukan main gusarnya Coe Tiang Leng, tapi sebisa
mungkin ia menahan nafsu amarahnya, sebab ia khawatir
anak kepala batu itu akan jatuh ke bawah.
"Baiklah," katanya, "Kau mengaso di sini dan aku akan
coba mencari jalan keluar. Tapi ingat! Kau tak boleh
mendekati tebing. Sekali jatuh, kau mampus."
"Tak perlu kau memikirkan soal mati hidupku," kata
Boe Kie sraya tertawa. "Hm!... sampai sekarang kau masih
mimpi, bahwa aku sudi mengantar kau ke pulau Peng Hwee
To. Terang-terangan aku menasihati kau, jangan kau mimpi
terlalu muluk." Coe Tiang Leng merasa dadanya seolah-olah mau
meledak, tapi ia tak mau menjawab ejekan itu.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata, segera turun ke
bawah lagi dan setibanya di pohon siong yang tadi, ia lalu
merambat ke dinding jurang di seberang. Dinding itu lebih
curam dan lebih berbahaya, tapi tanpa Boe Kie, ia malah
bisa memanjat lebih cepat. Kurang lebih setengah jam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian, ia mencapai di puncak dan ia mengeluh karena
puncak itu merupakan puncak yang buntu.
Sekali lagi ia berdiri di atas tebing yang berbatasan denan
kekosongan. Lama ia berdiri di situ sambil menghela nafas
berulang-ulang dan kemudan dengan putus harapan ia balik
ke tanah datar yang seperti panggung dimana Boe Kie
sedang menunggu. Begitu melihat paras mukanya, tanpa bertanya Boe Kie
tahu, bahwa orang tua itu gagal dalam usahanya. "Sesudah
kena Hian Beng Sin Ciang, aku sendiri akan segera mati,"
katanya dalam hati. "Mati di sini atau di tempat lain tak
banyak bedanya. Tapi Coe PehPeh sebenarnya seorang
kaya raya yang hidup beruntung. Hanya karena ia temaba
akan To Liong To, sekarang ia harus menemani aku mati di
sini. Sungguh kasihan."
Semula ia sangat membenci orang tua itu yang telah
menjalankan tipu busuk terhadap dirinya. Dalam
menghadapi kebinasaan, ia malah sudah mengejeknya
dengan perkataan-perkataan menusuk. Tapi sekarang,
sesudah mendapat kepastian bahwa di sekitar jurang itu
tidak terdapat jalan keluar dan setelah melihat kedukaan
Coe Tiang Leng, ia berbalik merasa kasihan. "Coe
PehPeh," katanya dengan suara halus. "Kau sudah berusia
lanjut dan kau sudah mencicipi kebahagiaan hidup.
Andaikata kau mati sekarang, kau tidak pantas merasa
menyesal. Sudahlah, tak guna kau menyesal."
Mendengar bujukan itu, dengan sorot mata berapi orang
tua itu melirik si bocah. Ia berlaku sangat manis terhadap
Boe Kie hanya karena mempunyai harapan, bahwa anak itu
akan mengantarkannya ke pulau Peng Hwee To. Tapi
sekarang, sesudah ternyata bahwa ia tidak akan bisa
meloloskan diri lagi dan yang menjadi gara-gara adalah si
bocah sendiri, darahnya lantas saja meluap. Dengan sorot
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mata bersinar pembunuhan, ia menatap wajah Boe Kie
dengan sikap seperti binatang buas.
Melihat begitu, si bocah jadi ketakutan. Sambil berteriak,
ia bangkit dan terus kabur.
"Biantang! Mau lari kemana kau?" bentak Coe Tiang
Leng sambil menubruk. Ia bertekat untuk membekuk Boe
Kie dan sesudah menyiksanya sepuas hati, barulah mau
membinasakannya. Tanpa menghiraukan bahaya Boe Kie menyerosot ke
bawah. Tiba-tiba ia melihat lubang besar yang gelap, seperti
gua atau terowongan. Tanpa memikir panjang, ia segera
masuk ke dalam lubang itu. "Breeet!" kaki celananya kena
dijambret Coe Tiang Leng dan robek sebagian. Dengan
cekat ia terus berlari. Saban Coe Tiang Leng mendekati, ia
berbalik dan menghantam dengan pukulan Sin-Leng, ilmu
silat si bocah itu masih kacek terlalu jauh.
Tapi Sin Liong Pa Bwee bukan pukulan biasa, sehingga
walaupun berkepandaian tinggi, Coe Tiang Leng tidak
berani terlalu mendesak secara ceroboh. Sambil membungkuk, ia terus mengejar dengan hati-hati.
Dengan tindakan limbung dan tersandung berulang-
ulang, Boe Kie terus kabur di terowongan yang gelap itu.
Tiba-tiba kepalanya membentur dinding batu, sehingga
matanya berkunang-kunang. Ia mengerti, bahwa sesudah
tidak mengharapkan apa-apa lagi dari dirinya, orang tua itu,
yang sudah kalap, bisa melakukan perbuatan sangat kejam.
Ia bukan takut disiksa mati, tapi ia tidak mau mati disiksa.
Maka itu ia terus lari. Untung juga terowongan tersebut
makin jauh makin sempit, sehingga sesudah merangkak
puluhan tombak, lubang itu hanya sebesar tubuhnya yang kecil
dan Coe Tiang Leng tidak bisa masuk sampai di situ.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah merangkak lagi beberapa tombak, sekonyong-
konyong Boe Kie melihat sinar terang, ia girang bukan
main dan sambil menempos semangat, ia maju dengan
sekuat tenaga. Coe Tiang Leng bingung bercampur gusar. "Saudara
kecil, sudahlah! Aku tak akan mencelakakan kau," serunya.
Tapi si bocah tentu saja tidak menghiraukannya. Dalam
gusarnya, Coe Tiang Leng mengerahkan Lweekang dan
menghantam dinding dengan kedua tangannya. Tapi batu
itu keras luar biasa sehingga bukan saja kedua tangannya
sakit, tapi nafsunya pun agak menyesak. Ia mencabut pisau
dan coba mencakil batu, tapi baru beberapa goresan, pisau
itu patah. Bagaikan kalap, ia mengerahkan tenaga dalam ke kedua
pundaknya dan lalu memasukkan tubuhnya ke dalam
lubang. Tapi inipun tidak menolong, bahkan dadanya sakit
bukan main. Dengan nafas tersengal-sengal, ia coba menggeser
mundur tubuhnya.Diluar dugaan, badannya terjepit keras.
Maju tak dapat, mundurpun tak bisa. Semangat Coe Tiang
Leng terbang. Dengan mengerahkan seantero tenaganya, ia
menggeser tubuh dan kali ini berhasil. Tapi dadanya sakit
bukan main dan ternyata salah sebuah tulang rusuknya
patah. Sementara itu, Boe Kie terus merangkak maju. Makin
jauh, sinar di depan kedua matanya silau karena tertumbuk
sinar matahari. Ia meramkan kedua matanya dan
menenteramkan jantungnya yang memukul keras. Perlahan-
lahan ia membuka lagi kedua matanya dan ia melihat
sebuah lembah yang indah luar biasa, dengan pohon-pohon
bunga yang beraneka warna.
Boe Kie bersorak karena girangnya. Dengan cepat ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merangkak keluar dari terowongan itu. Lubang terowonga
terpisah kira-kira setombak dari bumi dan dengan sekali
melompat, kakinya sudah hinggap di atas rumput yang
empuk. Hampir berbareng, hidungnya mengendus harumnya bunga-bunga, matanya melihat buah-buah masak
yang tergantung di pohon-pohon, sedang kupingnya
mendengar kicaunya sejumlah burung.
Mimpipun ia tak pernah mimpi, bahwa di ujung
terowongan itu terdapat dunia yang bagaikan surga. Tanpa
memperdulikan luka-lukanya, ia berlari-lari untuk menyelidiki keadaan lembah itu. Sesudah melalui dua li
lebih, ia berhadapan dengan puncak gunung yang
menghadang di tengah jalan. Ternyata lembah itu dikitari
dengan lereng-lereng gunung yang sangat curam dan
rupanya tempat seindah itu belum pernah diinjak
manusia lain. Dengan hati berdebar-debar, Boe Kie
memandang ke seputarnya. Ternyata lereng-lereng yang
curam itu tak mungkin dipanjat manusia. Sekali lagi ia
berada dalam kurungan. Tapi si bocah tidak menghiraukan itu semua. Ia merasa
beruntung kalau ia bisa mati di tempat yang seindah itu. Ia
mengawasi tujuh-delapan kambing hutan yang tidak takut
manusia sedang makan rumput dengan sikap tenang. Diatas
pohon-pohon terdapat sejumlah kera kecil yang bermain
dengan penuh kegembiraan. Ia mendapat kenyataan, bahwa
di tempat itu tidka terdapat binatang buas. Mungkin sekali
binatang-binatang seperti harimau yang badannya berat


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak bisa melewati puncak-puncak yang terjal.
"Langit menaruh belas kasihan atas diriku," kata Boe
Kie dalam hati. "Langit sudah menyediakan tempat yang
seperti surga ini untuk dijadikan kuburanku," perlahan-
lahan ia kembali ke mulut terowongan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara kecil" saudara kecil?" demikian terdengar
seruan Coe Tiang Leng. "Keluar! Keluarlah! Kau bisa mati
di dalam lubang." Boe Kie tertawa terbahak-bahak. "Coe PehPeh, kau
salah!" teriaknya. "Tempat ini seperti surga indahnya." Ia
lalu memanjat pohon dan memetik beberapa buah yang
tidak dikenal. Ia mencium-cium buah itu yang harum
baunya, kemudian menggigitnya. Aduh, luar biasa!
Garingnya melebihi buah Tho, wanginya melebihi buah
apel, sedang manisnya lebih menang dari bauh Leci. Sambil
melontarkan salah sebuah ke dalam lubang, Ia berteriak,
"Coe PehPeh, sambut! Makanan enak datang!"
Karena terbentur-bentur batu, waktu tiba di depan Coe
Tiang Leng, buah itu sudah bonyok. Ia menjemputnya dan
lalu memasukkannya ke dalam mulut. Benar-benar enak!
Tapi ia lebih menderita, buah itu malah membangunkan
nafsu makannya. "Saudara kecil, tolong berikan beberapa
biji lagi," ia memohon.
Si bocah tertawa besar. "Kau harus menerima nasib,"
ejeknya. "Tapi manusia yang sejahatmu memang pantas
mati kelaparan. Kalau kau mau makan lebih banyak,
ambillah sendiri." "Badanku terlalu besar, tak bisa masuk," kata Coe Tiang
Leng. "Belah badannya menjadi dua potong!" ejek pula si
bocah. Coe Tiang Leng menghela nafas. Ia tak nyana bahwa
bukan saja rencana hancur, tapi ia sendiri mesti mati di
tempat itu. Ia tak mau memohon lagi dan dengan darah
yang meluap-luap, ia mencaci, "Binatang! Meskipun dalam
gua itu terdapat buah, tapi apa buah-buahan itu bisa
mencukupi keperluan untuk seumur hidupmu" Aku mati di
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sini, tapi kau juga akan mampus dalam
beberapa hari. Hm!... Aku mati kaupun mampus."
Boe Kie tak menghiraukannya. Sesudah makan belasan
buah, perutnya kenyang dan ia lalu merebahkan diri di atas
rumput untuk mengaso. Selang beberapa lama, tiba-tiba si bocah melihat
keluarnya asap dari lubang terowongan. Ia mengerti, bahwa
itulah perbuatan Coe Tiang Leng yang coba mencelakakannya dengan membakar ranting-ranting pohon
siong. Ia ketawa geli dan berlagak batuk-batuk.
"Saudara kecil!" teriak Coe Tiang Leng. "Keluarlah!
Aku bersumpah tak akan mengganggu kau."
Si bocah pura-pura teriak keras, seperti orang mau
pingsan. Sesudah itu, ia pergi ke tempat lain tanpa
memperdulikan lagi si orang she Coe.
Dengan hati riang, ia berjalan ke jurusan barat. Sesudah
melalui dua li lebih, ia melihat sebuah air tumpah yang
turun ke bawah dari dinding batu ke sebuah kolam. Air itu
adalah salju yang melumer dan di bawah sorotan matahari
kelihatannya indah sekali seolah-olah seekor naga giok.
Dengan rasa kagum, ia mengawasi kolam itu, yang biarpun
terus menerima air dari atas, tidak menjadi luber. Ia tahu, bahwa di bawah
kolam itu terdapat selokan yang mengalirkan air ke tempat
lain. Sesudah menikmati pemandangan itu beberapa lama, ia
menunduk dan melihat kaki tangannya yang kotor lantaran
kena Lumpur di terowongan.
Ia segera pergi ke pinggir kolam, membukakan sepatu
dan kaos kaki dan lalu memasukkan kedua kakinya ke
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam air. Mendadak seraya berteriak "Aduh," ia
melompat bangun. Mengapa" Karena air itu dingin luar
biasa. Begitu menyentuh air, kakinya sakit, dan lebih sakit
daripada disiram air mendidih. Ketika diperiksa, kedua
kakinya ternyata sudah merah bengkak. Ia
mengawasi sambil meleletkan lidah. "Heran! Sungguh
mengherankan!" katanya di dalam hati. Diwaktu kecil
selama beberapa tauhun di pulau Peng Hwee To dan sudah
biasa dengan hawa dingin tapi belum pernah bertemu
dengan air yang sedingin itu. Yang lebih luar biasa adalah,
walaupun dingin, air itu tetap tidak membeku.
Ia mengerti, bahwa di dalam air itu mengandung sesuatu
yang aneh. Ia mundur beberapa tindak dan mengawasinya
sambil mengasah otak. Sekonyong-konyong terdengar suara
"Krok-krok!" dan dari dalam kolam melompat keluar tiga
kodok warna merah. Kodok itu kodok raksasa, badannya
kira-kira empat kali lipat lebih besar dari kodok biasa.
Begitu berada di daratan, dari badan mereka mengepul uap putih, seperti
uap yang keluar dari es. Melihat keanehan binatang itu. Sifat kekanak-kanakan
Boe Kie lantas saja timbul. Ia ingin menangkap salah seekor
untuk dibuat main. Perlahan-lahan ia mendekati, menubruk, dan menekap yang satu dengan tangannya, tiba-
tiba ia terkejut. Begitu telapak tangannya menyentuh kulit
yang licin, ia merasa semacam hawa hangat menembus
kulit dan terus naik ke lengannya.
Diluar dugaan, binatang itu galak dan bertenaga besar.
Dia memberontak dan begitu melepaskan diri dari cekalan,
dia menggigit lengan kanan Boe Kie sekeras-kerasnya.
Si bocah terkesiap. Cepat-cepat ia menyekal badan kodok
itu dengan tangan kirinya dan membetotnya. Tapi tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dinyana, binatang itu mempunyai gigi yang sangat tajam,
sehingga kalau dibetot terus, bagian daging lengannya akan
turut copot. Sesaat itu, kedua kodok yang lain menyambar bagaikan
kilat dan menggigit kedua kaku Boe Kie. Seumur hidup, ia
belum pernah bertemu dengan kodok yang seganas itu.
Dalam kagetnya, ia mengerahkan Lweekang dan menepuk
kodok yang menggigit lengannya. Perut binatang itu pecah
dan tangannya belepotan darah yang berhawa panas.
Ia membungkuk dan lalu membinasakan kedua kodok
yang menggigit kakinya. Perlahan-lahan ia membuka mulut
binatang itu dan melemparkannya di tanah. Tapi kaki dan
lengannya sudah lukan dan memperlihatkan tapak-tapak
gigi. Dengan hati mendongkol, ia mengawasi ketiga kodok
itu. "Binatang!" cacinya. Semua makhluk anjing menggigit
aku dan sekarang kamu. Kebetulan perutku lapar, biarlah
aku gegares dagingmu. Aku mau lihat, apa sesudah berdiam
di dalam perutku, kamu masih bisa menghina aku."
Sehabis mengomel, ia segera mencari cabang-cabang
kayu kering dan lalu menyalakan api. Ketiga kodok itu lalu
dikeset kulitnya dan dipanggang di atas perapian. Tak lama
kemudian hidungnya mendengus daging yang sangat
wangi. Tanpa memperdulikan segala apa, ia segera
memasukkan sepotong betis kodok ke dalam mulutnya. Ia
tersenyum sambil menarik nafas
panjang-panjang. Daging itu ternyata sangat lezat, lebih
lezat daripada daging apapun juga. Dalam sekejab, ketiga
kodok itu sudah ketinggalan tulangnya saja.
Berselang kira-kira samakanan nasi, semacam hawa
panas mendadak naik ke atas dari dalam perut si bocah. Ia
merasa nyaman bukan main, seolah-olah badannya di
dalam kolam air hangat. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tak tahu, bahwa kodok itu adalah semacam binatang
aneh di dalam dunia. Dia hidup ditempat yang sangat dingin, tapi sifatnya
adalah panas. Tanpa sifat yang aneh itu, tak mungkin ia
hidup didalam kolam dingin. Kalau dagingnya dimakan
orang biasa, orang itu akan segera mati dengan
mengeluarkan darah dari hidung, mulut dan kupingnya.
Tapi Boe Kie bukan orang biasa karena didalam tubuhnya
mengeram racun dingin dari Hian Beng Sin Ciang. Racun
dingin itu kebentrok dengan racun panas dari sang kodok
dan racun panas buyar, racun dinginpun ikut mereda.
Tapi Boe kie sendiri tak tahu terjadinya kejadian yang
sangat kebetulan itu. Ia merasa sekujur tubuhnya lelah dan
letih, rasa mengantuk menguasai dirinya. Tapi ia tidak
berani tidur disitu sebab kuatir diserang kodok lain. Maka
itu sambil menguatkan badan dan hati ia meninggalkan
tempat itu. Baru berjalan kira-kira satu li, ia tidak dapat
mempertahankan diri lagi dan lalu rebah pulas diatas tanah.
Ketika ia sadar, rembulan sudah berada ditengah tengah
angkasa. Ia merasa bahwa didalam perutnya terdapat
semacam bola hangat yang bergerak-gerak dan menggelinding kian kemari. Ia mengerti, bahwa daging
kodok itu mempunyai zat-zat luar biasa untuk menambah
tenaga. Ia merasa semangatnya bertambah dan tenaga
dalamnya jadi lebih besar. Ia segera duduk bersila dan
mengerahkan Lweekang, dengan niatan mendorong hawa
hangat itu ke dalam pembuluh pembuluh darahnya. Tapi
sesudah berusaha beberapa kali, ia tidak berhasil bahkan
kepalanya puyeng dan ulu hatinya enek.
Ia menghela nafas dan berkata dalam hatinya. "Tak
mungkin aku bernasib begitu baik. Kalau hawa hangat itu
bisa menembus masuk berbagaipembuluh darah, bukankah
itu berarti bahwa racun Hian Beng sin ciang sudah dapat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dipunahkan". Baik juga, sebab ia tidak terlalu berharap hidup, ia tidak
merasa kecewa. Pada keesokan tengah hari, ia merasa
perutnya lapar. Ia lalu mengambil sebatang ranting pohon
yang kemudian digunakan untuk mengaduk air di kolam
dingin. Beberapa saat kemudian, ranting itu sudah digigit
tiga empat kodok. Perlahan-lahan ia mengangkatnya keatas
dan lalu membinasakan binatang-binatang itu dengan
menggunakan batu. Sekali lagi ia membuat perapian dan
membakar daging kodok yang lalu digunakan untuk
menangsal perut. Karena merasa bahwa ia akan bisa hidup beberapa lama
lagi, maka ia lalu membuat semacam dapur dan menaruh
cabang cabang kering di dalamnya, supaya ia tidak saban-
saban harus membuat api. Sebagai seorang yang pernah hidup di pulau Peng Hwee
To, Boe Kie sudah bisa menolong diri sendiri. Maka itu,
hidup sebatang kara ditempat tersebut tidak menjadi susah
baginya. Ia mengambil tanah liat dan membuat paso tanah,
kemudian menganyam rumput untuk membuat tkar. Ia
bekerja sampai kira-kira magrib dan tiba-tiba ia ingat Coe
Tiang Leng yang sekarang mestinya sudah kelaparan
setengah mati. Maka itu, ia memetik satu buah dan
melemparkannya ke dalam lobang terowongan.
Ia tidak memberi daging kodok panggang sebab kuatir
Coe Tiang Leng bertambah tenaga dan bisa menggempur
dinding terowongan. Kekuatiran si bocah ternyata sudah
menyelamatkan jiwa orang she Coe. Kalau Boe Kie
memberikan kodok itu, ia sudah pasti sudah melayang
jiwanya. Beberapa hari sudah lewat tanpa terjadi sesuatu yang
luar biasa. Hari itu, selagi Boe Kie membuat sebuah dapur
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanah, tiba-tiba ia mendengar pekik seekor kera yang
menggenaskan hati. Cepat-cepat ia memburu kearah suara
itu. Ternyata seekor kera kecil sedang melompat-lompat
sambil memekik-mekik dengan tiga ekor kodok merah
mengigit punggungnya, sedang dua ekor yang lain sudah
melompat keluar dari dalam air. Si kera bergulingan di
tanah dan membanting-banting dirinya, tapi kodok-kodok
itu terus menggigit erat-erat dan menghisap darah yang
menjadi makanannya. Boe Kie melompat dan mencekal
lengan kiri kera itu yang lalu dibawa ke tempat lain yang
jauh dari kolam dingin itu. Sesudah berada ditempat yang
lebih aman, batulah ia membinasakan ketiga kodok itu.
Jiwa kera itu tertolong,tapi tulang lengan kanannya patah.
"Aku sangat kesepian, ada baiknya jika bisa mendapat
kawan seekor kera", katanya didalam hati. Memikir begitu,
ia segera mengambil dua potong ranting pohon dan sesudah
menyambung tulang yang patah, ia segera menjepitnya
dengan kedua ranting itu. Kemudian ia memetik beberapa
macam daun obat yang lalu ditumbuk dan ditorehkan pada
tulang yang patah itu. Biarpun ia tidak mendapat daun-
daun obat yang mujarab, tapi berkat kepandaiannya dalam
ilmu menyambung tulang, maka dalam tempo kira-kira
seminggu, tulang itu sudah menyambung pula.
Kera kecil itu mengenal budi. Pada keesokan harinya, ia
membawa banyak bebuahan dan memberikannya pada Boe
Kie. Belum cukup sepuluh hari, lengan yang patah itu


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah sembuh seanteronya.
Kejadian itu telah mengubah cara hidup Boe Kie.
Sesudah disembuhkan, si kera rupanya memberitahukan
kepada kawan kawannya dan tak lama kemudian, Boe Kie
sudah menjadi tabib dari kawanan binatang di lembah
tersebut. macam binatang datang minta pertolongannya tapi
yang paling banyak adalah sebangsa kera.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si bocah melakukan tugas baru itu dengan segala senang
hati. Sesudah mendapat pengalaman pahit getir, ia
mendapat kenyataan bahwa diantara binatang ada yang
lebih mengenal budi daripada manusia.
Satu bulan telah berlalu. Setiap hari ia makan daging
kodok dan ia merasa sangat girang bahwa serangan-
serangan racun dingin yang datang pada waktu-waktu
tertentu, makin lama jadi semakin enteng.
Pada suatu pagi, ia tersadar karena mukanya diraba oleh
tangan berbulu. Dengan kaget ia melompat bangun.
Ternyata, tangan itu tangan seekor kera putih besar yang
mendukung seekor kera kecil dan tengah berlutut
disampingnya. Kera kecil itu adalah kera yang tulangnya
pernah disambung olehnya. Kera kecil berbunyi "cit-cit cat-
cat" sambil menunjuk-nunjuk perut kera putih itu yang
mengeluarkan bau tak sedap.
Ia mengawasi dan ternyata, bahwa di perut kera itu
terdapat borok yang bernanah. Ia tertawa dan manggut2kan
kepala. "Baik, baik!" katanya. "Aku akan menolong".
Si kera putih mengangsurkan tangan kirinya yang
mencekal buah tho dan dengan hormat memberikannya
kepada Boe Kie. Buah itu besar luar biasa. Kira-kira sebesar
tinju. Boe Kie merasa kagum, karena belum pernah ia melihat
buah tho sebesar itu. "Ibu pernah bercerita bahwa di
gunung Koen Loen terdapat dewa See Ong Bo yang sering
mengadakan pesta buah tho dengan mengundang para
dewa dan dewi," pikirnya. "Cerita tentang See Ong Bo
mungkin cerita bohong, tapi bahwa Koen Loen san
memiliki Siantho (buah tho dewa) adalah suatu kenyataan."
Seraya tersenyum ia menerima hadiah itu. "Aku
biasanya tidak menerima bayaran, " katanya. "Biarpun kau
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak membawa siantho, aku pasti akan menolong."
Sehabis berkata begitu,ia mengangsurkan tangannya dan
menyentuh borok itu. Tiba-tiba ia terkejut.
Mangapa" Borok itu sendiri yang berbentuk bundar, hanya bergaris
kira-kira setengah cun. Apa yang hebat ialah daging di
sekitarnya keras bagaikan batu dan bagian yang keras
puluhan kali lipat lebih besar daripada boroknya sendiri.
Dari kitab-kitab ketabiban, Boe Kie belum pernah
membaca borok yang seperti itu. Ia merasa, bahwa jika
bagian yang keras menjadi busuk dan bernanah, binatang
itu tak akan dapat disembuhkan lagi. Tapi waktu
memegang nadi si kera, ia menjadi lebih heran lagi, karena
denyutan nadi tidak menunjukan adanya bahaya. Ia segera
menyingkap bulu yang panjang di perut binatang itu untuk
diperiksa lebih teliti. Begitu melihat ia terkesinap, sebab
bagian yang keras itu berbentuk empat persegi dan
dipinggirannya terlihat bekas jaitan benang.
Tak dapat disangkal lagi bahwa jahitan itu adalah
perbuatan manusia. Walaupun pintar, binatang kera tak
bisa menjahit. Sesudah memeriksa, Boe Kie mengerti, bahwa borok itu
disebabkan oleh benda keras itu. Benda itu menonjol keluar
dan menggencet pembuluh darah. Sehingga darah tak bisa
mengalir leluasa, otot-otot menjadi rusak dan mengakibatkan borok yang tidak bisa sembuh. Maka itu,
untuk menyembuhkannya, ia harus mengeluarkan benda itu
dari perut si kera. Soal membedah tidak jadi soal, sebab berkat ajaran Ouw
Ceng Goe, ia sudah mahir dalam ilmu itu. Yang menjadi
soal ialah tak punya pisau dan obat obatan. Sesudah
mengasah otak beberapa lama, ia mencari sepotong batu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tipis dan lalu menggosoknya sampai tajam. Sesudah itu,
dengan menggunakan pisau tersebut, perlahan ia memotong
perut si kera, di bagian bekas jahitan.
Kera itu yang sudah berusia sangat tua, ternyata
mengerti maksud pembedahan itu. Meski merasakan
kesakitan hebat, ia tidak bergerak sedikitpun jua dan
menahan sakit sambil mengeluarkan rintihan tak lama
kemudian, Boe Kie sudah memotong bagian atas dan
bawah bekas jahitan itu. Dengan hati hati ia lalu membuka
kulit perut yang sudah dipotong dan?".loh! Di dalamnya
terdapat bungkusan kain minyak.
Dengan rasa heran yang sangat besar, ia mencabut dan
menaruh bungkusan itu ke tanah dan buru buru menutup
lagi kulit yang terbuka untuk dijahit. Baru sekarang ia ingat
bahwa ia tak punya jarum dan benang. Tapi si bocah tidak
kekurangan akal. Ia segera mengambil gigi kodok merah
yang tajam dan membuat lubang-lubang di pinggiran kulit.
Sesudah itu dengan menggunakan serat kulit kayu ia
membuat benang dan dengan demikian, biarpun tidak
sempurna ia berhasil menjahit perut si kera, yang rubuh
pingsan karena mengeluarkan terlalu banyak darah.
Selesai membedah, Boe Kie segera mencuci bungkusan
kain minyak yang berlepotan darah dan membukanya.
Ternyata didalam bungkusan terdapat empat jilid kitap
yang sangat tipis. Karena terbungkus rapat, maka biarpun
sudah beberapa lama di dalam perut kera, kitap-kitap itu
masih utuh. Diatas kertas terdapat huruf2 yang tidak
dikenal Boe Kie. Ia lalu membalik-balik lembaran dan
ternyata, bahwa diantara barisan2 huruf yang tidak dikenal
terdapat juga huruf2 Tionghoa.
Dengan hati berdebar2, Boe Kie lalu membacanya. Ia
mendapat kenyataan, bahwa isi kitab adalah pelajaran
untuk melatih pernafasan dan tenaga dalam. Tiba2
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jantungnya melonjak. Ia membaca tiga baris huruf yang sudah dikenalnya. Ia
segera ingat bahwa huruf-huruf itu terdapat dalam pelajaran
Siauw-lim Kioe yang kang, yang pernah dipelajarinya
dalam kuil Siauw Liem Sie. Tapi waktu ia membaca terus,
lanjutannya berbeda dengan pelajaran itu. Ia membuka lagi
dan membaca beberapa halaman secara sepintas lalu. Sekali
ia terkesinap, sebab, ia kembali menemukan tiga baris huruf
yang sudah dihafalnya, yaitu pelajaran Boe Tong Lweekang
Sim hoat yang diturunkan oleh mendiang ayahnya sendiri.
Jantung Boe Kie memukul keras. "Kitab apa ini?"
tanyanya dalam hati. "Mengapa ada Siauw lim Kioe yang
kang dan ada juga Boe Tong Lweekang Sim hoat?" Tiba-
tiba ia ingat cerita yang diturunkan oleh Taysoehoe (Thio
Sam Hong) pada waktu orang tua itu mau mengajaknya
pergi ke Siauw lim sie. Cara bagaimana pada sebelum
meninggal dunia. Kak Wan taysoe telah menghafal Kioe
Yang cin keng dengan didengari oleh Thaysoehoe, Kwee
siang Kwee Liehiap dan Boe Sek taysoe yang masing2
mendapat sebagian dari pada kitab itu, sehingga di
kemudian hari Boe Tong, Goe Bie dan Siauw Lim pay bisa
menjagoi dalam rimba persilatan.
"Apakah kitab ini Kioe Yang Cin Keng yang dahulu di
curi orang?" pikirnya. "Benar! Tak salah taysoehoe pernah
mengatakan bahwa Kioe Yang Cin Keng ditulis diantara
barisan barisan huruf dari kitap Leng Keh Keng, huruf2
yang lugat legot itu tentulah juga sansekerta.
Tapi"..tapi mengapa kitab itu berada dalam perut
kera?"?" X X X Kitab itu memang juga Kioe yang Cin keng, tapi pada
zaman itu, tak seorangpun tahu cara bagaimana bisa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyasar kedalam perut seekor kera.
Pada sembilan puluh tahun lebih yang lalu. Siauw Siang
Coe dan In Kek See telah mencuri kitab itu dari Cong Kek
Sek di kuil Siauw Lim Si. Mereka diubar oleh Kak Wan
taysoe, seorang pendeta yang bertugas menjaga kamar
perpustakaan itu dan waktu kabur sampai di gunung Hwa
San mereka tidak dapat meloloskan diri lagi. Secara
kebetulan, mereka mempunyai seekor kera dan dalam
keadaan terdesak, mereka mendapat akal. Mereka
membedah perut binatang itu dan menyembunyikan
keempat jilid Leng Keh Keng didalam perut si kera.
Belakangan Kak Wan, Yo Ko dan yang lain lain
menggeledah badan mereka tapi kitab itu saja tidak bisa
didapatkan. Akhirnya mereka dilepaskan dan diperbolehkan berlalu bersama2 kera itu. (Mengenai hal ini,
bacalah Sin Tiauw Hiap Lu).
Demikianlah selama hampir satu abad, tak seorangpun
tahu dimana adanya Kioe Yang Cin Keng. Hal ini sudah
merupakan sebuah teka-teki besar dalam rimba persilatan.
Dari Hwa San, bersama-sama kera itu Siauw Siang Coe
dan In Kek See kabur ke wilayah See hek. Karena saling
mencurigai sebab masing2 kuatir dirinya akan dibinasakan
kalau yang lain sudah lebih dahulu memahamkan isi kitab
itu, maka baik Siauw Siang Coe, maupun In Kek See tidak
berani bertindak lebih dahulu untuk mengambil kitab itu
dari perut kera. Waktu tiba di puncak Keng Sin Hong,
gunung Koen Loen, mereka "saling makan" dan akhirnya
kedua2nya binasa. Mulai dari waktu itu, rahasia Kioe Yang
Cin Keng tidak diketahui lagi oleh manusia manapun jua.
Ilmu silat Siauw Siang Coe sebenarnya lebih tinggi
setingkat dari In Kek See. Tapi sesudah terluka di puncak
Hwa San, tenaganya banyak berkurang dan waktu
bertempur dengan In Kek See, ia mati lebih dulu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu mau melepaskan napasnya yang penghabisan In
Kek See telah bertemu dengan Koen Loen Sam seng Ho
Ciok Too. Pada saat itu ia merasa agak menyesal akan
perbuatannya dan ia meminta supaya Ho Ciok Too pergi ke
Siauw Lim Sie dan memberitahukan Kak Wan bahwa kitab
Leng Keh Keng berada di dalam perut seekor kera. Tapi
dalam keadaan lupa ingat karena terluka berat suaranya
tidak terang sehingga perkataan "keng cay kauw tiong"
(kitab berada dalam kera) didengar Ho Ciok Too sebagai
"kim cay yoe tiong" (emas berada dalam minyak).
Untuk menepati janji. Ho Ciok Too pergi ke Tionggoan
untuk menyampaikan perkataan In Kek See kepada Kak
Wan, yang tentu saja tidak mengerti apa maksudnya.
Kunjungan Ho Ciok To ke Siauw Lim Si itu telah
menimbulkan gelombang hebat, yang akhirnya mengakibatkan berdirinya Boe Tong Pay dan Go Bie Pay.
Kera itu ternyata bernasib baik, dengan memakan buah
siantho yang luar biasa dan mendapat hawa murni dari
langit dan bumi, biarpun sudah berumur hampir seabad
kecuali bulunya yang berubah jadi putih, dia masih tetap
kuat dan sehat. Hanya karena ada ganjelan besar perutnya
kadang-kadang sakit pada tempat menyimpan kitab. Borok
yang tak bisa hilang akhirnya, secara luar biasa, dia bertemu
dengan Boe Kie. Bagi si kera pertemuan itu berarti
hilangnya penyakit diperut, bagi Boe Kie suatu berkah.
X X X Latar belakang peristiwa itu tentu saja tak bisa di tembus
Boe Kie. Sesudah mengasah otak beberapa lama tanpa
berhasil, ia segera menjemput buah tho hadiah si kera dan
memasukkannya ke dalam mulut. Buah itu harum dan
manis luar biasa, melebihi buah apapun jua yang pernah
dimakannya dilembah itu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah perutnya kenyang, didalam hati si bocah berpikir.
"Thaysoehoe pernah mengatakan, bahwa jika aku dapat
memiliki Kioe Yang Sin Kang dari Siauw Lim, Boe Tong
dan Goe Bie, racun dingin dalam tubuhku mungkin bisa
diusir keluar. Akan tetapi, Sin Kang dalam ketiga partai itu
hanya dapatkan dari kitab Kioe Yang Cin Keng. Manakala
benar kitab ini kitab Kioe Yang Cin Keng dan aku
mempelajari seluruhnya, maka sin kang yang dimiliki
olehku akan melebihi sin kang dari ketiga partai itu. Tapi
sudahlah! Perlu apa kita memikir panjang panjang. Disini
aku tak punya pekerjaan, biarlah aku mempelajarinya.
Andaikata kitab itu tak berguna, atau berbahaya, paling
banyak aku mati". Memikir begitu, ia lantas saja
memasukkan jilid pertama dalam sakunya dan menaruh
ketiga jilid lainnya di tanah yang kering dan kemudian
menindihnya dengan batu yang besar. Ia berbuat begitu,
sebab kuatir kitab2 itu dicuri dan di robek si kera yang
nakal. Paling dahulu, ia menghafal isi kitab dan kemudian
setindak demi setindak ia berlatih menurut pelajaran itu.
Selama belajar ia masih ingat, bahwa andaikata pelajaran
itu bisa menghilangkan racun dalam tubuhnya, ia akan


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetap terkurung di dalam lembah seumur hidup. Maka itu,
ia belajar dan berlatih dengan pikiran tenang dan tak
tergesa-gesa"berhasil hari ini baik, berhasil besokpun baik
juga. Tapi, justru karena ketenangan itulah, ia mendapat
kemajuan yang sangat pesat. Belum cukup empat bulan, ia
sudah dapat melayani ilmu-ilmu yang tertulis dalam jilid
pertama. Dahulu pada waktu Tat Mo Couw See mengubah Kioe
Im dan Kiu Yang Cin Keng, ia sengaja mengubahnya
sedemikian rupa, sehingga nilai kedua kitab itu sama tinggi
dan yang satu menutup dari kekurangan dari yang lain. Kiu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang mengutamakan melatih ilmu pernafasan dan cara-
cara memperpanjang umur, sedang Kiu Im mementingkan
Ilmu-ilmu silat yang merobohkan lawan. Mengenai
Lweekang, Kioe Yang lebih unggul, tapi dalam jurus-jurus
silat yang aneh dan luar biasa, Kioe Im-lah yang lebih lihai!
Dahulu, waktu Tau Hian Hong dan Bwee Tiauw Hong
mencuri jilid kedua dari Kioe Im Cin Keng, mereka telah
berhasil mempelajari ilmu-ilmu silat yang luar biasa, yang
tak terdapat pada Kioe Yang Cin Keng. Akan tetapi
seseorang yang menyelami Kioe Yang Cin Keng dan sudah
melatih diri menurut pelajaran itu sampai puncak yang
tinggi, maka orang itu takkan dapat ditaklukkan dengan
pukulan atau ilmu silat yang manapun jua.
Sementara itu, setelah menyelesaikan latihan jilid yang
pertama. Boe Kie mendapat kenyataan, bahwa ia sudah
dapat hidup lebih lama daripada batas waktu yang disebut
oleh Ouw Ceng Goe. Sebaliknya daripada binasa, bukan
saja ia tetap sehat, tapi jangka waktu antara serangan racun
dingin juga makin panjang dan penderitaannya selama
serangan makin lama makin berkurang. Ia mendapat
kenyataan, bahwa hawa dalam tubuhnya dapat mengalir
dengan leluasa. Sekarang ia hampir tak bersangsi lagi,
bahwa kitab itu benar Kioe Yang Cin Keng adanya. Jikalau
bukan, tapi tetap tidak dapat disangkal, bahwa pelajaran
kitab itu mempunyai khasiat yang besar untuk kesehatan
badan. Sesudah jilid pertama, ia mulai mempelajari jilid kedua.
Karena saban-saban makan daging kodok merah dan
buah tho luar biasa yang dibawa oleh si kera putih, maka
baru saja ia mempelajari sebagian kecil dari jilid kedua,
racun dingin didalam tubuhnya sudah terusir seanteronya.
Menurut pantas, sesudah racun dingin menghilang,
dimakannya terus daging kodok merah akan http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengakibatkan lain keracunan. Tapi syukur berkat latihan
Kioe Yang Cin Keng yang sudah agak maju, dan berkat
buah tho yang mempunyai khasiat menolak racun, maka
racun "panas" dari daging kodok bukan saja tidak
membahayakan, tapi malah membantunya dalam mempercepat dimilikinya Sin kang.
Setiap hari, disamping belajar dan berlatih serta
bermain2 dengan kawanan kera, Boe Kie memetik buah2an
untuk menangsal perut dan saban kali mau makan, ia selalu
membagi separuhnya kepada Coe Tiang Leng yang berdiam
diluar terowongan. Ia hidup bebas dan riang gembira dan
penuh kepuasan, tapi Coe Tiang Leng sendiri mengalami
kesengsaraan yang tidak enteng. Dengan hidup atas belas
kasihan Boe Kie, siang malam orang tua itu berdiam diatas
"panggung" yang tertutup salju dan saban bertemu dengan
musim dingin, hebatnya penderitaan sukar dilukiskan
dengan kalam. Sesudah berlatih dengan pelajaran jilid ketiga Boe Kie
sudah tak takut lagi dengan hawa dingin. Kalau lagi
gembira ia menerjun dan mandi didalam kolam dingin.
Dengan mengalirnya hawa "tulen" diseluruh tubuh, begitu
lekas kulitnya tersentuh air dingin, secara wajar tubuhnya
lalu mengeluarkan tenaga menolak. Gigi kodok merah
memang sangat tajam, tapi pada waktu itu, tajamnya gigi
tak bisa melukai lagi badannya.
Tapi makin tinggi pelajaran Kioe Yang Cin Keng jadi
makin sulit dan kemajuannyapun jadi makin perlahan.
Untuk menyelami jilid ketiga, ia harus menggunakan tempo
kurang lebih setahun. Sedang jilid yang terakhir, yaitu jilid
keempat, memerlukan waktu dua tahun lebih.
Pada suatu malam Boe Kie membuka halaman terakhir
dari jilid terakhir. Ia girang bercampur terharu. Sudah
empat tahun lebih ia berdiam di lembah itu, dari bocah, ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah menjadi pemuda yang bertubuh jangkung. Selama
itu, mungkin sekali di dalam dunia sudah terjadi perubahan
perubahan besar yang tidak diketahui olehnya.
Dengan banyaknya memperoleh pengalaman pahit getir
selama yang dirasakannya, maka penghidupan di lembah
lebih nyaman bagi Boe Kie. Tidak ada hasrat untuk terjun
ke dalam pergaulan, dimana Boe Kie mengganggap banyak
manusia yang pandai berpura-pura dan ia lebih senang
bergaul dengan kera kera yang umumnya mempunyai sifat
yang polos, yang menyenangkan dan dapat diajak bermain
sebagai kawan sejati. Dengan Lweekang yang sangat dalam, Boe kie telah
hidup dalam dunianya sendiri. Banyak masalah dan
persoalan yang sesungguhnya mengganggu hatinya, sering
Boe Kie terangsang oleh keinginan2 untuk terjun dalam
dunia persilatan lagi, dalam dunia pergaulan, namun
perasaan2 seperti itu ditindasnya. Dan banyak pula orang2
yang berkenan di hatinya yang memiliki budi kebaikan
terhadap dirinya, tapi sayang sekali perasaan takut terhadap
lingkungan pergaulan diantara manusia2 yang pandai
berpura2 itulah yang menyebabkan Boe Kie akhirnya
memutuskan untuk berdiam selamanya didalam lembah itu.
Demikian kisah Boe Kie kami tutup sampai disini untuk
bagian kesatu. Untuk mengikuti perkembangan yang terjadi
selanjutnya terhadap diri Boe Kie, pengalaman2 yang aneh
dan luar biasa, dapat anda mengikutinya pada bagian kedua
dari kisah Boe Kie, yang merupakan kelanjutannya.
Manusia memang sering mengalami peristiwa2 yang
berlawanan dengan kehendak hatinya, berlawanan dengan
keinginannya, bertentangan dengan kemauannya. Dan
peristiwa2 yang terjadi itu memang sering kali terjadi diluar
jangkauan dan kehendak manusia, sebab akhirnya harus
diakui yang menentukan adalah Thian (Tuhan) yang maha
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuasa. Demikian juga yang terjadi di diri Boe Kie. Walaupun
dia sesungguhnya bermaksud untuk hidup tenang tentram
di lembah itu, hidup dengan penug bahagia, jauh dari sifat2
buruk dan berpura2 dari manusia2 yang pandai sekali
bersandiwara dalam hidup ini, tetapi rupanya Thian
menghendaki lain, sehingga akhirnya Boe Kie akan terlibat
dalam beberapa peristiwa yang hebat, yang akhirnya
memaksa Boe Kie harus menyerah terhadap keadaan, yang
akhirnya akan memaksa Boe Kie harus mengakui bahwa
manusia hidup di dunia ini memang harus bermasyarakat.
Seperti di ketahui oleh pembaca didalam kisah Boe Kie
bagian kesatu, Boe Kie berada dilembah yang menyenangkan bagi hatinya, ditemani oleh kawanan kera2.
kawanan kera itu merupakan sahabat yang menyenangkan,
disamping itu merupakan kawan2 yang memiliki sifat2
yang masih murni dan polos, bebeda dengan manusia2
yang pernah dikenal oleh Boe Kie, yang pandai sekali
berpura pura. Dalam setengah tahun ini, kalau hatinya senang, Boe Kie
sering mengikuti kawanan kera memanjat lereng gunung
yang curam dan bermain2 disitu sambil memandang
lembah2 yang berada jauh dibawah. Dengan memiliki
kepandaian yang sekarang dimiliki, kalau mau dengan
mudah ia akan dapat keluar dari kurungan itu. Ia dapat
memanjat tebing2 yang tidak dapat dipanjat oleh lain
manusia. Tapi ia justru tidak mau. Sesudah mendapat
banyak pengalaman pahit getir dan bertemu dengan banyak
manusia yang pandai berpura2, hatinya jadi dingin. "Perlu
apa aku masuk lagi ke dalam dunia pergaulan untuk
mencari kepusingan?" pikirnya. "Aku sudah merasa puas
dengan hidup disini sampai hari tua."
Hari itu dengan Lweekangnya yang sangat dalam, ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengorek sebuah lubang yang dalamnya kurang lebih 3 kali
di batu karang. Disamping mulut terowongan. Sesudah itu,
ia membungkus keempat jilid Kioe Yang Sin Kang, In Keng
dari Ouw Ceng Goe dan Tok Keng dari Ong Lan Kouw
dengan menggunakan kain minyak yang dikeluarkan dari
perut kera putih. Ia masukkan bungkusan kitab2 itu dalam
lubang yang lalu ditutupnya dengan batu2 dan tanah.
"Karena jodoh yang sangat luar biasa, aku mendapatkan
kitab itu dari perut seekor kera, " katanya dalam hati.
"entah kapan dan entah siapa yang akan datang disini lagi
dan menggali keluar kitab2 yang ditanam olehku." Sambil
mengerahkan Lweekang, ia segera menulis enam huruf
diatas batu dengan jerijinya. "Tempat Thio Boe Kie
menyimpan kitab." Selama belajar dan berlatih, karena repotnya. Ia sama
sekali tidak merasa kesepian. Tapi pada malam itu, sesudah
menyelesaikan pelajaran dengan hasil yang gilang gemilang, ia merasa suatu kekosongan dalam hatinya dan
ingin sekali bertemu dengan seorang manusia lain untuk
beromong2. "disini waktu aku boleh tak usah takuti Coe
Peh peh," pikirnya. "biar sekarang aku coba menemui dia."
Memikir begitu, ia lantas saja melompat naik ke lubang
terowongan dan berlutut untuk mencoba merangkak
masuk. Tapi lubang itu ternyata terlalu kecil untuk
badannya. Pada empat tahun yang lalu, ia baru berusia lima
belas tahun dan tubuhnya masih kurus kecil. Tapi sekarang
dalam usia 19 tahun, ia telah menjadi seorang dewasa dan
badannya sudah berubah banyak. Tapi Boe Kie, sesudah
mendalami Kioe Yang Cin Keng, dapat diatasi olehnya. Ia
segera menarik nafas dalam2 dan mengeluarkan ilmu Siok
Koet Kang (ilmu mengerutkan tulang2). Dengan ilmu itu,
daging dan otot2 antara tulang2 mengerut, sehingga
tulang2nya dapat dikatakan berkumpul menjadi satu.
Dengan demikian dia dapat masuk kedalam terowongan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu ia tiba dimulut terowongan, Coe Tiang Leng
sedang tidur pulas sambil bersandar di sebuah batu besar. Ia
menepuk pundak orang tua itu lantas saj tersadar. Bukan
main kagetnya Coe Tiang Leng. Ia melompat bangun dan
sambil mengawasi Boe Kie dengan mata membelalak, ia
berkata dengan suara terputus putus. "Kau"kau".
"Coe Peh Peh," kata Boe Kie seraya tersenyum. "Benar,
aku Boe Kie". Coe Taing Leng kaget tercampur girang, mendongkol
tercampur benci. Sesudah mengawasinya beberapa lama,
barulah ia berkata pula, "kau sudah besar sekali.
Hm".Mengapa selama bertahun2, kau tak pernah keluar
biarpun aku memohon berulang2?"
Sebab takut dipukul olehmu," jawabnya. Mendadak Coe
Tiang Leng menyambar pundak Boe Kie dengan gerakan
Kin na cioe. "Sekarang kau tak takut lagi?" bentaknya.
Tiba2 ia merasa telapak tangannya panas, lengannya
bergemetar dan ia terpaksa melepaskan cengkramannya.
Tapi walaupun begitu, dadanya sakit dan menyesak. Ia
mundur beberapa tindak dan berkata dengan suara parau.
"Kau.. ilmu apa itu?"
Sesudah memiliki Kioe yang sin kang, inilah untuk
pertama kalinya Boe Kie menjajalnya. Ia sendiri baru tahu
hebatnya ilmu tersebut. Dengan hanya menggunakan dua
bagian tenaga, Coe Tiang Leng seorang ahli silat kelas satu
sudah dapat dijatuhkan. Kalau ia mengerahkan seluruh
tenaga mungkin sekali lengan orang tua itu sudah menjadi
patah. Ia girang bukan main dan sambil mengawasi muka si
tua, bertanya seraya tersenyum, "Coe Pehpeh, bagaimana
pendapatmu" Apa ilmuku cukup lihay?"
"Ilmu apa itu?" Coe Tiang Leng mengulangi pertanyaannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akupun tak tahu, mungkin Kioe yang Sin kang,"
jawabnya. Coe Tiang Leng terkesiap. "Bagaimana kau bisa
mendapat ilmu itu?" tanyanya pula.
Boe Kie berterus terang. Ia segera menceritakan cara
bagaimana ia mendapat kitab luar biasa itu dari perut
seekor

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kera dan cara bagaimana ia kemudian mempelajarinya dan melatih diri.
Penuturan itu sudah membangkitkan rasa jelus dan gusar
dalam hati si tua. "Empat tahun lebih aku menderita hebat
di puncak ini, tap i setan kecil itu sudah dapat mempelajari
sinkang yang tiada tandingannya di dunia," pikirnya. Dia
sama sekali tak ingat bahwa segala penderitaannya itu
adalah akibat dari perbuatannya sendiri. Tapi sebagai
manusia palsu ia bukan saja dapat menindih amarahnya,
tapi juga bisa melihatkan muka berseri-seri. Dimana adanya
kitab itutanyanya sambil bersenyum. "Apa boleh kulihat?"
"Boleh," jawabnya. Ia menganggap, bahwa biarpun bisa
melihat, si tua takkan bisa menghafalisi kitab dalam tempo
cepat. "Tapi aku sudah memendamnya di dalam lubang,
besok saja aku membawanya kemari."
"Kau sudah begini besar, bagaimana kau bisa keluar dari
lubang yang sempit itu?" tanya pula Coe Tiang Leng.
"Lubang itu sebenarnya tak terlalu sempit," kata Boe
Kie. "Dengan mengerutkan badan dan menggunakan
sedikit tenaga aku bisa lewat."
"Apa akupun dapat lewat disitu?" tanya si tua dengan
mata menyala. "Bagaimana pendapatmu" Apa bisa"
Boe Kie manggut2 kan kepalanya. "Kurasa dapat"
jawabnya. "Besok boleh mencoba. Sesudah melewati
terowongan terdapat sebuah lembah yang besar dan indah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan bebuahan yang dapat menangsal perut". Ia tahu
bahwa dengan tenaga sendiri, Coe Tiang Leng tak akan bisa
lewat di terowongan itu. Tapi melihat sikap si tua yang
sangat manis dan penuh dengan rasa menyesal ia jadi
kasihan lantas saja ambil keputusan untuk memberi
bantuan. Ia merasa, bahwa dengan menggunakan sinkang
akan dapat menggencet tulang pundak dada dan pinggul si
tua supaya bisa lewat di terowongan yang sempit.
"Saudara kecil, kau sungguh baik," kata si tua. "Seorang
koencoe memang tidak menaruh dendam. Aku pernah
melakukan perbuatan yang sangat tidak pantas terhadapmu
dan kuharap kau suka memaafkan". Seraya berkata begitu,
ia menyoja seraya membungkuk.
Buru-buru Boe Kie membalas hormat. "Coe pehpeh
jangan kau memakai terlalu banyak peradatan," katanya.
"Besok kita bersama-sama mencari daya upaya untuk
keluar dari kurungan ini."
Coe Tiang Leng jadi sangat girang. "Apakah masih ada
jalan untuk keluar dari sini?" tanyanya.
"Kawanan kera bisa keluar masuk dan kitapun pasti
bisa" jawabnya. Untuk beberapa saat Coe Tiang Leng mengawasi Boe
Kie. "Tapi" tapi mengapa kau tidak coba meloloskan diri
terlebih siang dan menunggu sampai sekarang?" tanyanya.
Boe Kie bersenyum, "Sebegitu jauh aku tidak berani
coba keluar dari sini karena kuatir dihina orang lagi,"
jawabnya. "Tapi sekarang mungkin aku tak perlu berkuatir
lagi. Di samping itu akupun ingin menengok Thaysoehoe,
para Soepeh dan Soesiok. Si tua berkakakan dan sambil menepuk-nepuk tangannya. "Bagus! Bagus!" Sambil menunjuk http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kegirangannya ia mundur satu dua tindak. Mendadak
kakinya menginjak tempat kosong. Tubuhnya limbung
dan.. jatuh ke bawah! Boe Kie mencelos hatinya. Ia melompat ke pinggir tebing
dan berteriak, "Coe pehpeh! Coe pehpeh..!"
Dari bawah terdengar suara rintihan perlahan. Boe Kie
girang. Ia mendapat kenyataan bahwa Coe Tiang Leng
jatuh di atas sebuah pohon Siong yang terpisah hanya
beberapa tombak dari atas tebing. Si tua rupanya mendapat
luka yang agak berat, karena badannya rebah di cabang
tanpa bergerak. Dengan kepandaian yang sekarang
dimilikinya, ia dapat menolong orang tua itu. Dengan
mudah ia bisa melompat turun dan kemudian melompat
naik dengan mendukung tubuh si tua. Demikianlah, sambil
menyedot napas panjang-panjang, ia melompat turun ke
arah cabang yang sebesar lengan.
Tak dinyana, pada waktu telapak kakinya hanya terpisah
kira-kira setengah kaki, cabang itu mendadak jatuh ke
bawah! Meskipun memiliki Sin-kang yang luar biasa, Boe
Kie adalah seorang manusia biasa dan bukan seekor burung
yang bisa terbang kian kemari di tengah udara. Ia terkesiap
dan badannya terus meluncur ke bawah..!
Di lain detik, selagi tubuhnya melayang jatuh, ia
tersadar. "Celaka sungguh! Sekali lagi aku diakali oleh
bangsat tua Coe Tiang Leng! Cabang itu dipegang olehnya
dan pada saat aku hampir hinggap di atasnya, ia lalu
melepaskannya". Tapi sadarnya sudah terlambat.
Memang benar jatuhnya Boe Kie adalah akibat
permainan gila dari si tua. Sesudah berdiam empat tahun
lebih di atas "panggung" itu, dia mengenal setiap pohon,
setiap rumput dan setiap batu di sekitar tempat itu. Dengan
berlagak jatuh dan berlagak terluka, ia sudah menghitung
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasti bahwa Boe Kie yang hatinya lemah akan coba
menolong dan benar saja akal busuknya telah berhasil.
Ia tertawa terbahak-bahak dengan girangnya dan
kemudian lalu naik ke atas dengan memanjat sebatang oyot
yang terdapat pada siong itu. "Dahulu aku gagal untuk
menembus terowongan itu," katanya dalam hati. "Mungkin
tulangku patah karena aku terburu nafsu dan menggunakan
tenaga terlalu besar. Badan setan kecil itu banyak lebih
besar daripada tubuhku, tapi ia bisa keluar masuk. Kalau
dia besar akupun bisa. Sesudah mengambil Kioe-yang Cin
keng aku bisa mencari jalan pulang dari lembah itu.
Perlahan lahan aku akan mempelajari isi kitab dan melatih
diri, sehingga aku menjadi seorang ahli silat yang tiada
tandingannya dalam dunia ini. Ha..ha..! Ha ha ha"!
Makin dipikir, ia jadi makin girang dan dengan bibir
tersungging senyuman, ia masuk di terowongan itu.
Sesudah merangkak beberapa lama, ia tiba di bagian
terowongan di mana pada empat tahun berselang,
tulangnya patah. Dalam usahanya untuk menerobos
terowongan itu, dalam pikiran Coe Tiang Leng hanya
dikuasai oleh suatu pendapat yaitu; Boe Kie bertubuh lebih
besar daripadanya, sehingga kalau Boe Kie bisa, iapun bisa.
Pendapat itu pada hakekatnya tidak salah. Tapi ada sesuatu
yang tidak diketahui olehnya. Ia tak tahu bahwa sesudah
menyelami Kioe yang Cin keng, Boe Kie mempunyai
serupa ilmu luar biasa, yaitu Siok koet kang, yang dapat
mengkerutkan tulang-tulang.
Sambil mengerahkan jalan pernafasannya, sejengkal
demi sejengkal ia merangkak maju. Dengan tidak banyak
susah, ia bisa maju kira2 setombak lebih jauh daripada
tempat terdahulu. Tapi sampai di situ, ia mandek. Sesudah
mengeluarkan banyak tenaga, ia tetap tidak bisa maju.
Ia mengerti, bahwa jika menggunakan tenaga Lweekang,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hasilnya akan bersamaan dengan kejadian pada empat
tahun berselang dan tulangnya bakalan patah lagi. Maka
itu, sesudah mengasah otak, ia segera melepaskan sisa hawa
yang terdapat di dalam dadanya. Benar saja badannya lebih
kecil dua dim dan ia bisa maju kira kira tiga kaki. Sampai di
situ, ia mandek lagi karena lubang yang terbuka masih
terlalu kecil untuk tubuhnya yang sudah sangat diperkecil.
Lebih celaka lagi, karena di dalam dada sudah ada hawa
udara, ia merasa sesak nafas dan jantungnya berdebar keras.
Di lain saat, kedua matanya berkunang-kunang.
Ia mengenal bahaya. Ia segera mengambil keputusan
untuk mundur. Tapi" ia ternyata tak bisa mundur lagi!
Waktu maju ia bisa menggunakan tenaga dengan
bantuan kedua kakinya yang menendang dinding batu yang
tidak rata. Tapi dalam usahanya untuk mundur kembali, ia
tak punya pegangan yang dapat digunakan untuk
meminjam tenaga. Kedua tangannya yang diluncurkan ke
depan hampir tergencet di antara dinding terowongan
sehingga tidak bisa memberi bantuan apa jua.
Sekarang, barulah si tua ketakutan. Ia tahu bahwa ia
akan mati konyol. Keringat dingin membasahi pakaiannya.
Ia bingung bercampur heran bercampur takut. "Mana bisa
begini?" tanyanya di dalam hati. "Badan bocah itu lebih
besar daripada badanku. Mengapa dia bisa aku tidak bisa"
Mana bisa begitu?" Ya! Dalam dunia ini memang banyak hal yang aneh-
aneh. Demikianlah, Coe Tiang Leng yang pintar dan Boen boe
song coan (pandai ilmu surat dan ilmu silat) tergencet di
lubang, maju tak dapat, mundurpun tak bisa.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di lain pihak, bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya, Boe Kie terus melayang ke bawah. "Boe Kie"!
Boe Kie"!" ia mengeluh. "Kau sungguh tolol. Kau sudah
tahu Coe Tiang Leng manusia licik, tapi toh kau masih juga
kena diperdayai. Boe Kie..! kau memang pantas mampus
diakali orang!" Sambil menyesali diri sendiri, ia berusaha untuk
menolong jiwanya. Ia menggerakkan tenaga dan melompat
ke atas untk memperlambat kecepatan jatuhnya. Tapi mana
ia bisa berhasil. Dengan tubuh di tengah udara, tanpa
sesuatu yang dapat digunakan untuk landasan, badannya
terus meluncur ke bawah dengan dahsyatnya. Di lain saat ia
merasa matanya sakit karena tertumbuk dengan sinar salju
di atas bumi. Bagi Boe Kie detik itu adalah detik yang memutuskan
detik antara mati dan hidup. Pada detik itu ia melihat
gundukan salju. Tanpa memikir panjang panjang lagi, tanpa
menghiraukan benda apa yang diliputi salju itu, ia segera
mengerahkan Lweekang dan menjungkir balik ke arah
tumpukan salju. "Blus!" kedua kakinya menjeblos dan
dengan berbareng ia mengerahkan Kioe yang Sin kang
untuk melompat ke atas dengan meminjam tenaga berbalik
dari tumpukan salju itu. Tapi tenaga jatuhnya dari tempat
yang begitu tinggi dahsyat bukan main, lebih dahsyat dari
tenaga yang dikerahkannya. Ia merasakan kesakitan hebat
karena kedua tulang betisnya telah patah dengan berbareng.
Walaupun terluka hebat, otaknya masih terang. Ia
mendapat kenyataan bahwa ia jatuh di tumpukan rumput
dan kayu bakar. "Sungguh berbahaya!" pikirnya. "Kalau
lapisan salju terdapat batu-batu besar, jiwaku tidak bisa
tertolong lagi. Dengan menggunakan kedua tangan, perlahan-lahan ia
merangkak keluar dari tumpukan rumput itu dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merebahkan diri di atas tanah yang tertutup salju. Sesudah
memeriksa lukanya, ia menarik nafas panjang2 dan lalu
menyambung tulangnya yang patah. "Tanpa bergerak,
paling sedikit aku memerlukan tempo sebulan untuk bisa
berjalan lagi, katanya dalam hati. "Tapi selama itu, dari
mana aku bisa mendapat makanan untuk menangsal
perut?" Ia tahu, bahwa tumpukan rumput itu adalah
miliknya seorang petani sehingga tempat itu mesti terdapat
rumah orang. Semula ia ingin berteriak untuk meminta
pertolongan. Tapi ia mengurungkan niatnya karena
mengingat, bahwa di dalam dunia terdapat banyak manusia
jahat, sehingga jika teriakannya memancing kedatangan
seorang jahat ia bisa jadi lebih celaka lagi. Memikir begitu,
ia segera mengambil keputusan untuk rebah terus di situ
sambil menunggu tersembuhnya pula tulang-tulang yang
patah. Tiga hari telah lewat. Makin lama rasa lapar menerjang
kian hebat. Tapi ia tetap tidak berani bergerak, sebab sekali
bergerak ia bisa jadi seorang pincang seumur hidupnya.
Maka itulah, ia terpaksa menelan salju untuk menangsal
perutnya yang keroncongan. Selama tiga hari itu, berulang-
ulang ia berjanji pada dirinya sendiri untuk lebih berhati-
hati, supaya tidak sampai kena diakali oleh orang jahat.
Pada hari keempat, diwaktu malam selagi ia melatih diri
dengan mengerahkan Kioe yang sin kang, kupingnya tiba2
menangkap suara menyalaknya anjing. Makin lama suara
itu jadi makin dekat dan didengar dari suaranya, mungkin
sekali beberapa ekor anjing tengah menguber binatang buas.
"Apakah anjing2 itu miliknya Kioe Tien cie?" tanyanya
dalam hati. "Semua anjing Tin cie sudah dibinasakan oleh
Coe pehpeh, tapi sesudah berselang beberapa tahun, ia bisa
mendidik anjing-anjing baru."
Ia memasang kuping dan mengawasi ke arah suara itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian ia lihat bayangan seorang yang lari
bagaikan terbang dengan diuber oleh tiga ekor anjing.
Orang itu kelihatannya sudah lelah sekali, tindakannya
limbung, tapi dalam ketakutan, ia lari terus dengan mati-
matian. Boe Kie bergidik karena ia ingat pengalamannya


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada beberapa tahun yang lalu.
Ia ingin sekali memberi pertolongan, tetapi tak dapat
sebab tulang betisnya belum tersambung. Di lain saat, ia
mendengar teriakan menyayat hati dari orang itu yang
roboh di tanah dan diterkam oleh pengejar-pengejarnya.
"Anjing bangsat! Kemari kamu!" teriak Boe Kie dengan
gusar. Anjing2 itu ternyata mengerti omongan manusia.
Dengan serentak mereka tinggalkan si korban dan
menghampiri Boe Kie. Begitu mengetahui bahwa pemuda
itu adalah seorang yang tidak dikenal, mereka segera
menyalak dan menubruk. Buru buru Boe Kie mengerahkan
Sin kang yang memang ingin dijajalnya. Dengan telunjuk,
bagaikan kilat ia menotok hidung ketiga binatang itu, yang
tanpa bersuara lagi roboh binasa. Boe Kie kaget sebab baru
sekarang ia menginsyafi lihaynya Kioe-yang Sin kang.
Mendengar rintihan perlahan dari orang yang barusan
digigit anjing, Boe Kie segera bertanya, "Saudara, apa kau
terluka berat?" "Aku" aku" tak bisa ditolong lagi?" jawabnya.
"Tulang betisku patah, aku tak dapat mendekati kau,"
kata Boe Kie. "Coba kau kemari, aku mau periksa lukamu."
Dengan nafas tersengal-sengal orang itu merangkak ke
arah Boe Kie. Tapi baru maju beberapa langkah, ia roboh
dan tak bisa bergerak lagi.
"Toako, di bagian mana kau terluka?" tanya Boe Kie.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di dada" di perut?" jawabnya dengan suara lemah.
Boe Kie kaget, sebab didengar dari suaranya orang itu
tidak akan bisa mempertahankan diri lagi. "Mengapa
Toako diserang kawanan anjing bangsat itu?" tanyanya
pula. "Malam ini" aku" aku keluar untuk memburu babi
hutan yang sering mengganggu tanamanku," ia menerangkan. "Secara kebetulan aku bertemu dengan
seorang wanita dan seorang pria yang sedang beromong-
omong di bawah pohon"Hai?" ia tidak bisa meneruskan
perkataannya lagi, tubuhnya tidak berkutik lagi.
Boe Kie lantas saja menduga, bahwa wanita dan pria itu
adalah Coe Kioe Tin dan Wie Pek yang mengadakan
pertemuan rahasia di tengah malam buta. Mengingat
kekejaman wanita itu, darahnya lantas saja meluap.
Kesunyian malam kembali meliputi lembah yang dingin
itu. Sekonyong-konyong di sebelah kejauhan terdengar suara
tindakan kuda, disusul dengan teriakan memanggil-manggil
dari seorang wanita. Jantung Boe Kie memukul keras,
karena ia segera mengenali suara Kioe Tin yang sedang
memanggil2 anjing-anjingnya. Boe Kie segera bersiap sedia
sebab suara tindakan kuda itu mendatangi ke arahnya. Tak
lama kemudian, dua penunggang kuda, satu wanita dan
satu pria, sudah tiba di situ. Dugaan Boe Kie ternyata tepat,
mereka itu adalah Coe Kioe Tin dan Wie Pek.
"Ih! Mengapa ketiga Peng see Ciangkoen binasa semua?"
kata si nona dengan suara heran.
Wie Pek melompat turun dari tunggangannya. "Ada dua
orang mati di sini!" katanya heran.
Boe Kie siap sedia. "Kalau dia bergerak, aku turun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan lebih dahulu," pikirnya.
Melihat korban itu yang mendapat luka-luka berat dan
Boe Kie yang pakaiannya compang camping dan rebah
tanpa berkutik, Kioe Tin segera menarik kesimpulan bahwa
mereka kedua-duanya sudah binasa digigit anjing. Ia
mengadakan pertemuan itu untuk bersuka-sukaan dengan
Wie Pek dan ia tak mau berdiam lama-lama di tempat yang
dapat merusak suasana. Maka itu, ia lantas saja berkata,
"Piawko, hayolah! Sebelum mati, mereka melawan mati-
matian dan sudah membinasakan ketiga anjing itu." Seraya
berkata begitu, ia mengedut les kuda yang dikaburkan ke
jurusan barat. Wie Pek sebenarnya merasa sangat heran dan
menyelidiki lebih jauh. Tapi karena kecintaannya sudah
berlalu, maka buru-buru ia melompat ke atas punggung
tunggangannya untuk menyusul si cantik.
Sayup2 Boe Kie mendengar suara tertawanya Kioe Tin.
Tiba2 ia dihinggapi perasaan muak dan gusar terhadap
nona itu. Ia sendiri merasa heran. Empat tahun yang lalu, ia
memuja Coe Kioe Tin seperti memuja seorang dewi.
Andaikata ia diperintah memanjat gunung golok atau
masuk ke dalam kuali minyak mendidih, ia pasti akan
menurut tanpa bersangsi. Tapi sekarang, entah mengapa
pengaruh si nona atas dirinya tiada bekas2nya lagi. Di
dalam hati kecilnya ia menduga-duga bahwa perubahan itu
sudah terjadi berkat latihan Kioe yang kang. Ia tak tahu,
bahwa hal itu adalah kejadian lumrah bagi seorang lelaki
yang baru berangkat besar. Pada masa akil balig, rasa cinta
dari seorang lelaki terhadap orang perempuan cepat
panasnya dan cepat pula dinginnya. Sesudah lewat
beberapa lama pikirannya berubah sering2 mentertawai
dirinya sendiri, mengapa dulu ia begitu gila. Kejadiannya
ini sedikit banyak sudah dialami oleh setiap orang lelaki.
Pada keesokan harinya, seekor elang yang melihat mayat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia dan bangkai binatang, terbang berputaran di
angkasa. Beberapa saat kemudian, dia menyambar ke
bawah untuk mematok makanannya. Tapi elang itu
bernasib sial. Bukan mayat yang disambar, tapi Boe Kie
yang dikira mayat. Dengan sekali menggerakkan tangan
Boe Kie sudah mencekal leher elang itu yang lalu
dibinasakan. Langit menaruh belas kasihan dan sudah
mengantarkan sarapan pagi, pikirnya dengan rasa girang. Ia
lalu mencabut bulu burung itu dan makan dagingnya.
Biarpun mentah, ia memakannya dengan bernafsu, karena
sudah berhari-hari perutnya menahan lapar.
Belum habis daging elang yang pertama, elang kedua
sudah menyatroni. Dengan begitu, ia tidak kekurangan
makanan untuk menangsal perut. Hari lewat hari ia rebah
disitu sambil menunggu bersambungnya tulang. Untung
juga karena hawa yang sangat dingin, mayat dan bangkai
manusia yang mengawaninya tak menjadi rusak. Karena
sudah biasa hidup menyendiri maka hari2 itu telah
dilewatkannya tanpa terlalu penderitaan.
Pada suatu lohor, sesudah melatih Lweekang ia melihat
dua ekor elang yang terbang berputaran terus menerus di
angkasa tanpa berani turun. Tiba2 salah seekor menyambar
ke bawah menyambar ke arahnya. Tapi dia tak menyambar
terus. Waktu terpisah kira-kira tiga kaki dengan Boe Kie,
elang itu mendadak berbelok dan terbang ke atas lagi
dengan suatu gerakan yang lincah dan indah sekali.
"Aha, gerakan itu dapat dipergunakan dalam ilmu silat,"
kata Boe Kie dalam hatinya. "Serangan cepat sehingga
lawan sukar dapat menangkisnya dan kalau serangan itu
gagal, gerakan mundurnya pun tak kurang cepatnya
sehingga musuh takkan bisa mengundak."
Sebagaimana diketahui, Kioe yang cin keng adalah kitab
yang mengutamakan pelajaran latihan tenaga dalam.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam kitab itu tidak terdapat pelajaran jurus-jurus dan
tipu-tipu silat. Maka itulah, biarpun sudah berlatih Kioe
yang Cin keng, waktu diserang Kak wan tak tahu cara
membela diri. Perlawanan Thio Koen Po (belakangan
dikenal sebagai Thio Sam Hong) terhadap In Kek See juga
berkat empat jurus silat yang didapatnya dari Sin Tiauw
Tayhiap Yo Ko. Tapi Boe Kie agak berlainan daripada Kak
wan dan Thio Sam Hong. Sedari kecil, ia sudah belajar ilmu
silat. Akan tetapi jika ia ingin melebur Lweekang tertinggi
yang telah dimilikinya dalam ilmu-ilmu silat, ia tak akan
bisa melakukannya di dalam waktu yang pendek. Maka
setiap kali melihat jatuhnya bunga, menjulangnya cabang
pohon ke angkasa, gerak-gerik binatang atau burung,
ataupun perubahan angin, ia lantas ingat jurus-jurus silat
yang dapat digubah daripada contoh-contoh itu.
Ia terus mengawasi kedua elang itu dan mengharap-
harap agar mereka menyambar lagi seperti tadi.
Tiba2 kupingnya menangkap suara tindakan manusia di
atas salju. Tindakan itu enteng dan lincah, seperti tindakan
wanita. Ia memutar kepala dan mengawasi ke arah suara
itu. Benar saja yang sedang mendatangi adalah seorang
wanita yang tangannya menenteng sebuah keranjang kecil.
Melihat mayat dan bangkai binantang, wanita itu
merandek dan mulutnya mengeluarkan seruan kaget. Ia
seorang wanita muda yang kira2 tujuh belas atau delapan
belas tahun. Dilihat pakaiannya yang terbuat dari pada kain
kasar, ia seorang gadis dusun yang miskin. Ia pun bukan
gadis cantik, bahkan dapat dikatakan beroman jelek karena
rambutnya kering, kulitnya hitam, otot otot pada mukanya
banyak melesak atau menonjol keluar, sedangkan kedua
ujung mulutnya agak turun ke bawah. Bagian yang
menyedapkan dari wanita itu adalah kedua matanya yang
jeli dan bersinar tajam serta tubuhnya yang ramping dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gemulai. Ia mendekati dan waktu kedua matanya kebentrok
dengan sorot mata Boe Kie, ia kaget dan bertanay dengan
suara terputus putus. "Kau" kau" tidak mati?"
"Tidak," jawabnya.
Pertanyaan yang pendek itu dijawab dengan pendek
pula. Di lain saat, mereka tertawa bersama. "Kalau kau belum
mati, perlu apa kau rebah di situ?" tanya pula si nona.
"Aku jatuh dari atas gunung, tulang betisku patah." Boe
Kie menerangkan. "Apa dia kawanmu?" tanya wanita itu seraya menunjuk
mayat. "Mengapa tiga anjing itu mati?"
"Tiga binatang itu telah menggigit dan membinasakan
saudara itu," jawabnya.
"Bagaimana keadaanmu" Apa kau tidak lapar?"
"Tentu saja lapar. Tapi aku tidak dapat bergerak dan
menyerahkan segala apa pada nasib."
Wanita itu tersenyum. Ia merogoh keranjangnya dan
mengeluarkan dua potong kue phia lalu diberikan kepada
Boe Kie. "Terima kasih," kata Boe Kie seraya menyambutinya,
tapi ia tidak lantas memakannya.
"Mengapa kau tidak makan" Apa kau takut ada
racunnya?" tanya si nona.
Sudah 4 tahun lebih, kecuali dengan Coe Tiang Leng,
Boe Kie tidak pernah bicara dengan lain manusia. Maka itu,
pertemuannya dengan gadis itu menggirangkan hatinya,
karena biarpun si nona berparas jelek, omongan2 nya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat menarik. Ia tertawa dan menjawab, "Bukan, bukan
begitu. Sebabnya adalah karena phia ini diberikan oleh
nona, maka aku merasa sayang untuk segera memakannya." Jawaban itu, yang sebenarnya hanya guyon guyon dapat
diartikan sebagai ejekan. Boe Kie adalah seorang yang
sifatnya sungguh2 dan ia jarang sekali bicara main-main.
Tapi sekarang, dalam berhadapan dengan gadis jelek itu,
hatinya bebas tanpa merasa ia sudah mengeluarkan kata-
kata itu. Di luar dugaan, paras muka si nona lantas saja berubah
gusar dan ia mengeluarkan suara di hidung sehingga Boe
Kie merasa sangat menyesal dan buru-buru ia memasukkan
kue ke dalam mulutnya. Karena terburu-buru, kue itu
menyangkut di tenggorokannya dan ia batuk-batuk.
Muka si nona berubah lagi, dari marah menjadi girang.
"Terima kasih Langit, terima kasih Bumi. Tioe Pat Koay (si
muka jelek) bukan manusia baik, katanya. "Bapak Langit
menjatuhkan hukuman kepadamu. Mengapa orang lain
tidak dipatahkan tulangnya, hanya kau seorang yang
dipatahkan tulang betismu?"
"Sesudah empat tahun tak pernah mencukur rambut dan
muka, tentu saja mukaku kelihatannya jelek," kata Boe Kie
dalam hati. "Tapi kaupun tidak cantik. Kita berdua setali
tiga uang." Tapi tentu saja ia tak berani mengutarakan
berterus terang apa yang dipikir dalam hatinya. Ia
tersenyum dan berkata, "Sudah 9 hari aku menggeletak di
sini. Sungguh untung, nona kebetulan lewat disini dan nona
sudah memberikan kue kepadaku. Terima kasih banyak
untuk kebaikanmu itu."
Si nona tertawa. "Jangan kau bicara menyimpang,"
katanya. "Aku tanya mengapa hanya seorang yang patah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tulang" Kalau kau tidak menjawab, aku akan mengambil
pulang kueku itu." Jantung Boe Kie memukul keras sebab selagi bicara
sambil tertawa di mata gadis itu terdapat sinar kenakalan
yang menyerupai sinar mata yang dimiliki oleh ibunya
sendiri. "Mengapa sinar matanya mirip dengan sinar mata
ibu?" tanyanya di dalam hati. "Sebelum meninggal dunia,
waktu ibu memperdayai pendeta Siauw lim sie, pada kedua


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanya terlihat sinar yang seperti itu." Mengingat ibunya,
hatinya merasa pilu dan air matanya lantas saja mengucur.
"Fui!" kata si nona sambil tertawa nyaring. "Tidak, aku
tidak akan merampas kue itu. Sudah! Jangan nangis. Hai"!
Kalau begitu, kau hanya satu manusia dungu."
"Huh! Kau kira kuemu terlalu enak?" kata Boe Kie.
"Aku menangis karena ingat sesuatu bukan sebab kuemu."
"Ingat apa?" tanya si nona.
Boe Kie menghela nafas. "Aku ingat ibu. Ibuku yang
sudah meninggal dunia," jawabnya.
Si nona tertawa nyaring. "Ibumu sering memberi phia
kepadamu, bukan?" tanyanya.
"Benar, ibuku memang sering memberi kue kepadaku,"
jawabnya. "Tap aku ingat kepadanya bukan sebab itu. Aku
ingat ibu sebab tertawamu sangat mirip dengan tertawa
ibu." "Setan!" bentak si nona dengan suara gusar, "Aku sudah
tua ya" Sama seperti ibumu, ya?" Ia mengambil cabang
kering dan menyabet Boe Kie dua kali.
Kalau mau, dengan mudah Boe Kie bisa merampas
cabang kering itu. Tapi ia berkata dalam hatinya, "Ia tidak
tahu bagaimana cantiknya ibuku. Ia rupanya menganggap
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
roman ibu sejelek romanku dan ia merasa tersinggung.
Dilihat dari sudut ini, ia memang pantas bergusar."
Sesudah disabet, ia berkata, "Ibuku sangat cantik!"
Muka si nona tetap muram. "Kau mentertawai aku
karena romanku jelek?" bentaknya pula. "Benar-benar kau
sudah bosan hidup, biar aku tarik kakimu." Seraya
mengancam, ia membungkuk dan bergerak untuk menarik
kaki pemuda itu. Boe Kie kaget. Tulang betisnya baru menyambung,
sehingga kalau ditari ia bakal menderita lebih berat. Buru-
buru ia meraup salju, begitu kakinya tersentuh ia akan
menimpuk Bie sim hiat si nona supaya ia pingsan. Untung
juga ancaman itu tidak dibuktikan.
Melihat perubahan pada paras muka Boe Kie nona itu
berkata, "Mengapa kau begitu ketakutan" Nyalimu seperti
nyali tikus, siapa suruh kau mentertawai aku?"
"Sedikitpun aku tak punya niat untuk menggoda nona,"
kata Boe Kie dengan suara sungguh-sungguh. "Jika di
dalam hati aku berniat mentertawai nona, biarlah sesudah
sembuh, aku jatuh lagi tiga kali dan seumur hidup aku
menjadi seorang pincang."
Mendengar sumpah itu, ia tertawa geli dan lalu duduk di
samping. "Kalau ibumu seorang wanita cantik, mengapa
kau membandingkan aku dengan dia?" tanyanya dengan
suara perlahan. "Apa akupun cantik?"
Boe Kie tergugu. Sesaat kemudian barulah ia bisa
menjawab. "Entahlah, aku pun tak tahu sebabnya. Aku
hanya merasa, bahwa kau mirip dengan ibuku. Biarpun kau
tidak secantik ibu, tapi aku merasa sayang jika memandang
parasmu." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si nona tersenyum, ia mencolek pipi Boe Kie dengan
jarinya dan berkata sambil tertawa, "Anak baik, nah kalau
begitu kau panggil saja ibu kepadaku?" Ia tidak
meneruskan perkataannya dan dengan sikap kemalu-
maluan, dia memutar kepala ke jurusan lain, karena ia
merasa bahaw perkataannya itu tidak pantas dikeluarkan.
Tapi sesudah memutar kepala, ia ta dapat menahan rasa
gelinya dan lalu tertawa pula.
Melihat begitu, Boe Kie lantas saja ingat kejadian-
kejadian di pulau Peng hwee to, yaitu pada saat kedua
orang tuanya bersenda gurau. Ia ingat bahwa dalam
guyon2, sikap mendiang ibunya sangat menyerupai sikap si
wanita jelek saat ini. Tiba-tiba ia merasa bahwa nona itu
tidak jelek. Dia cantik, dia ayu" ia mengawasi seperti
orang kesengsem. Tiba2 si nona memutar lagi kepalanya dan melihat Boe
Kie mengawasinya seperti orang linglung. Ia tertawa dan
bertanya, "Mengapa kau senang melihat aku" Coba
beritahukan kepadaku sebab musababnya."
Boe Kie tidak lantas menjawab. Sesudah geleng-
gelengkan kepalanya ia baru berkata, "Aku tak dapat
mengatakan secara tepat. Aku hanya merasa bahwa kalau
memandang wajahmu, hatiku tenang dan aman. Aku
merasa bahwa kau akan hanya berbuat baik terhadapku,
bahwa kau tidak akan mencelakai aku."
Si nona tertawa nyaring, "Haa..ha..! Kau salah! Aku
adalah manusia yang paling suka mencelakai orang,"
katanya. Sekonyong2 ia mengangkat cabang kayu yang dipegangnya dan menyabet betis Boe Kie dua kali. Sesudah
itu ia berjalan pergi. Sabetan itu yang dijatuhkan secara
diluar dugaan, kena tepat pada tulang yang patah, sehingga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie kesakitan dan berteriak, "Aduh!" Teriakan Boe Kie
disambut dengan tertawa geli.
Dengan mendongkol Boe Kie mengawasi bayangan
wanita itu yang makin lama jadi makin jauh. "Kurang
ajar!" ia mengomel. "Yang cantik suka melukai orang, yang
jelekpun begitu juga".
Malam itu Boe Kie banyak bermimpi. Ia bermimpi
bertemu dengan wanita itu, bertemu pula dengan mendiang
ibunya dan bertemu pula dengan seorang wanita yang tidak
terang wujudnya. Mungkin ibunya dan mungkin juga
wanita jelek itu. Ia bermimpi sang ibu mempermainkannya
menjatuhkannya dan sesudah ia menangis barulah ibunya
memeluknya, menciumnya dan berkata, "Anak baik jangan
menangis, sayang"sayang" ibu menyayang kau."
Waktu terdengar dalam otaknya mendadak berkelebat
serupa ingatan yang baru pernah diingatnya sekarang.
"Mengapa ibu begitu suka mencelakakan manusia?"
tanyanya di dalam hati. "Kedua mata Giehoe dibutakan
oleh ibu. Jie Sam soepeh bercacat karena ibu. Seluruh
keluarga Liong boen Piauw kiok binasa dalam tangan ibu.
Apa ia orang baik?" Sambil bertanya begitu, ia mengawasi
bintang-bintang di langit dan menghela nafas berulang-
ulang. "Tak peduli baik atau jahat, ia tetap ibuku,"
pikirnya. "Kalau ibu masih hidup, aku pasti akan
menyintanya dengan segenap jiwa dan raga."
"Di lain saat ia ingat gadis dusun itu. Mengapa si jelek
memukul kakinya" Aku tidak bersalah mengapa dia
memukul aku?" tanyanya di dalam hati. "Sesudah aku
berteriak kesakitan, ia tertawa kegirangan. Apakah ia
manusia yang senang mencelakakan sesama manusia?"
Ia mengharapkan nona itu datang lagi, tapi iapun kuatir
akan dipukul lagi. Otaknya bekerja terus, sebentar ia ingat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendiang ibunya, sebentar ia ingat gadis dusun itu dan
sebentar ia ingat lain-lain hal.
Dua hari telah lewat dan nona itu tidak pernah muncul.
Boe Kie menganggap dia tak akan
Datang lagi untuk selama-lamanya. Diluar dugaan, pada
hari ketiga, kira2 lohor, gadis dusun itu menyatroni lagi
sambil menenteng keranjangnya. "Tio pat koay," tegurnya
seraya tertawa. "Kau belum mati kelaparan ?".
"Sudah hampir," jawabnya. "Sebagian besar mampus,
sebagian kecil masih hidup".
Nona itu tertawa, lalu duduk disamping Boe Kie.
Mendadak memandang betis pemuda itu. "Apa bagian itu
masih hidup?" tanyanya.
"Aduh!" teriak Boe Kie. "Kau sungguh manusia yang
tak punya liangsim!" (Liangsim---perasaan hati).
"Tak punya liangsim?" menegas si nona. "Kebaikan apa
yang sudah ditunjuk olehmu terhadap diriku?"
Boe Kie terkejut. "Kemarin dulu kau telah memukul aku,
tapi aku tidak menaruh dendam," katanya. "Selama dua
hari, aku selalu mengingat kau".
Paras muka si nona lantas saja berubah merah, seperti
orang bergusar, tapi ia menekan nafsu amarahnya. "Apa
yang dipikir olehmu kebanyakan bukan hal yang baik,"
katanya. "Aku berani memastikan, didalam hati kau
mencaciku sebagai perempuan jelek perempuan jahat".
"Romanmu tidak jelek," kata Boe Kie. "Tapi mengapa
kau baru merasa senang bila sudah mencelakai manusia?"
Si nona tertawa geli. "Bagaimana kudapat memperlihatkan rasa senangku, jika aku tak bisa
menyaksikan penderitaan orang?" katanya dengan suara
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adem. Sehabis berkata begitu, ia mengawasi Boe Kie yang pasa
mukanya menunjuk perasaan tidak puas dan tidak setuju.
Melihat pemuda itu masih mencekal sepotong kue yang
belum dimakan tiga hari, ia tersenyum lalu berkata.
"Phia itu sudah tiga hari, apa masih enak dimakan?"
"Aku merasa sayang untuk makan kue ini yang
dihadiahkan olehmu," jawabnya. Bila pada tiga hari
berselang ia mengatakan begitu untuk berguyon, kini
suaranya bernada sungguh2. Nona itu juga merasa, bahwa
kali ini Boe Kie tidak bicara main2 dan paras mukanya
lantas saja bersemu merah. "Aku membawa kue-kue yang
baru," katanya sambil merogoh keranjang dan mengeluarkan beberapa macam makanan, disamping kue,
terdapat juga ayam panggang dan kaki kambing panggang
yang baunya wangi. Boe Kie girang bukan main. Selama tiga tahun lebih, ia
hanya mengenal daging kodok dan bebuahan dan baru
sekarang, ia dapat mencicipi lagi makanan enak. Tanpa
sungkan sungkan, di lalu memasukkan sepotong daging
ayam ke dalam mulutnya. Sambil memeluk lutut dan mengawasi cara makannya
Boe Kie yang sangat bernafsu, si nona duduk disamping
pemuda itu. "Siluman muka jelek (Tioe pat koay), kau
makan enak sekali," katanya. "Kusenang melihat cara
makanmu. Kau agak berlainan dengan lain manusia. Tanpa
mencelakai kau, aku sudah merasa senang."
"Rasa senang yang sejati adalah rasa senang yang
didapat karena melihat orang lain merasa senang." Kata
Boe Kie. Nona itu tertawa dingin. "Huh!" ia mengeluarkan suara
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di hidung. "Biarlah aku berterus terang terhadapmu. Hari
ini hatiku senang dan aku tidak mencelakai kau. Tapi dilain
hari, bila aku tak senang, mungin sekali aku akan
menghajar kau, sehingga kau hidup tidak, matipun tidak.
Kalau terjadi kejadian itu, jangan kau menyalahkan aku".
Boe Kie menggeleng kepalanya. "Kau takkan mampu
menghajar aku, " katanya.
"Mengapa begitu?" tanya si nona.
"Sedari kecil aku sudah biasa dihajar oleh manusia
jahat," jawabnya. "Aku dihajar hingga besar. Makin
dihajar, aku maikn a lot".
"Lihat saja buktinya nanti," kata nona itu.
Boe Kie tersenyum dan berkata pula. "Sesudah lukaku
sembuh, aku akan menyingkir jauh jauh. Kau takkan bisa
menganiaya aku lagi".
"Kalau begitu, lebih dahulu aku akan putuskan betismu
sehingga kau seumur hidup takkan bisa berpisahan lagi
denganku," kata si nona.
Mendengar suara dingin bagaikan es, Boe Kie bergidik.
Ia mersa, bahwa perkataan itu bukan diucapkan seenaknya
saja dan bahwa apa yang dikatakannya dapat dilakukan
oleh wanita itu. Sementara itu, setelah mengawasi Boe Kie beberapa saat,
si nona menghela nafas. Sekonyong-konyong paras
mukanya berubah. "Tioe pat koay" bentaknya. "Apakah
betis anjingmu tak pantas dibacok putus olehku?"
Mendadak ia berbangkit, merampas potongan daging ayam,
kaki kambing dan kue phia yang belum dimakan dan
melemparkannya jauh-jauh. Sesudah itu dengan penuh
amarah, ia meludahi muka Boe Kie.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie menatap wajah si nona. Ia merasa, bahwa gadis
itu bukan sengaja benar2 bergusar dan juga tak sengaja mau
menghina dirinya, karena pada paras mukanya terlihat sinar
kedukaan yang sangat besar. Boe Kie adalah seorang yang
mempunyai perasaan halus dan bisa turut merasakan
penderitaan orang lain. Ia ingin sekali menghibur, tapi
untuk sementara ia tak tahu apa yang harus dikatakannya.
Melihat sikap Boe Kie, nona itu berhenti meludah. "Tioe
pat koay!" bentaknya. "Apa yang sedang dipikir olehmu?"
"Nona, mengapa kau kelihatannya begitu menderita?"
Boe Kie balas menanya. "Beritahukanlah kepadaku".
Karena ditanya dengan perkatann lemah lembut, gadis
itu tak dapat jalan untuk mengumbar nafsunya lagi.


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekonyong2 ia duduk pula disamping Boe Kie dan
menangis sedu sedang sambil memeluk kepalanya.
Boe Kie mengawasinya dengan belas kasihan.
"Nona," katanya dengan suara perlahan. "Siapa yang
sudah menghina kau" Tunggulah, sesudah kakiku sembuh
aku akan membalas sakit hatimu.
Nona itu terus menangis. Selang beberapa lama, barulah
ia berkata. "Tidak ada orang yang menghinaku.
Penderitaanku karena nasibku yang buruk, karena salahku
sendiri. Aku memikiri orang yang tak dapat melupakannya". Boe Kie mangut2kan kepala. "Orang laki2 bukan?"
tanyanya pula. "Dia jahat terhadapmu bukan ?"
"Benar!" jawabnya. "Dia sangat tampan, tapi sombong
luar biasa. Aku ingin dia mengikuti aku seumur hidup, tapi
dia tak mau. Itu masih tidak apa. Celakanya, dia bukan saja
mencaci tapi juga sudah menganiaya aku, sehingga darah
berlumuran." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurang ajar sungguh dia !" teriak Boe Kie dengan
gusar. "Nona kau jangan perdulikan dia lagi."
Air mata si nona kembali mengucur "Tapi"..aku tak
dapat melupakannya", katanya. "Dia pergi jauh2 untuk
menyingkirkan diri dan aku sudah mencarinya kesana
kemari!" Mendengar begitu, walaupun merasa, bahwa nona itu
beradat aneh, rasa kasihan Boe Kie jadi makin besar.
"Didunia terdapat banyak sekali lelaki yang baik. Perlu apa
kau memikiri manusia yang tak berbudi itu ?"
Si nona menghela nafas panjang, matanya mengawasi
ketempat jauh. Boe Kie tahu, bahwa ia tak dapat
menghilangkan bayangan lelaki itu dari alam pikirannya.
Untuk mencoba lagi ia berkata pula, "Lelaki itu hanya
memukulmu satu kali. Tapi penderitaanku sepuluh kali
lebih hebat daripada kau".
"Apa" Kau ditipu wanita cantik ?" tanya nona itu.
"Dia bukan sengaja ingin menipu aku", jawabnya. "Aku
sendirilah yang salah. Melihat kecantikkannya aku jadi
seperti orang edan. Tentu saja aku bukan pasangannya dan
akupun tidak mengharapkan yang tidak2. belakangan
ayahnya wanita itu telah menjalankan siasat busuk terhadap
diriku sehingga aku sangat menderita". Seraya berkata
begitu, ia menggulung tangan bajunya dan sambil
menunjuk tanda2 bekas luka, ia berkata pula. "Lihatlah! Ini
tanda bekas gigitan anjing2nya yang jahat".
Paras muka nona itu lantas berubah gusar. "Apa kau
maksudkan Coe Kioe tia ?" tanyanya.
"Bagaima kau tahu?" Boe Kie balas menanya dengan
suara heran. "Budak hina itu suka sekali memelihara anjing yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sering untk mencelakakan manusia", jawabnya. "Dalam
jarak ratusan li disekitar tempat ini, tak seorangpun yang
tidak tahu". Boe Kie mengangguk "Benar", katanya. "Lukaku sudah
sembuh dan akupun masih hidup, akupun tak mau mebenci
dia lagi". Mereka saling memandang tanpa mengeluarkan sepatah
kata. Selang beberapa saat nona itu bertanya. "Siapa
namamu" Mengapa kau berada disini?"
Mendengar pertanyaan itu Boe Kie segera ingat bahwa
waktu berada di tionggoan banyak sekali orang coba
mengorek keterangan tentang ayah angkatnya dan karena
urusan itu, ia telah mendapat banyak kesengsaraan. "Mulai
dari sekarang Thio Boe Kie sudah meninggal dunia dan
didalam dunia tak ada manusia lagi yang tahu tempat
bersembunyinya Kim Mo Say Ang Cia Soen", katanya
didalam hati. "Dikemudian hari biarpun aku bertemu
dengan manusia yang sepuluh kali lihay daripada Coe
Tiang Leng, aku tak bisa diakui lagi". Memikiri begitu, ia
lantas menjawab. "Namaku Ah Goe".
"Shemu?" tanya pula si nona.
"Aku"..aku si Ca", jawabnya. "Dan Kau?"
"Aku tak punya She", jawabnya. Sesaat kemudian ia
berkata lagi dengan suara perlahan. "Ayah kandungku
membenci aku. Kalau ia bertemu denganku ia pasti akan
membunuhku. Bagaimana aku bisa menggunakan shenya"
Ibuku sendiri meninggal dunia sebab gara2ku. Akupun
tidak bisa menggunakan she ibu. Romanku sangat jelek
(toe), maka itu biarlah, kau memanggil aku dengan
panggilan Tioe Kouwnia (nona muka jelek saja)".
Boe Kie terkejut. "Kau?"..kau telah mencelakakan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibumu sendiri?" tanyanya dengan suara terputus2.
"Bagaimana bisa begitu?"
Gadis itu menghela nafas. "Kalau mau dituturkan
panjang sekali", jawabnya. "Aku mempunyai dua orang
ibu. Ibu kandungku adalah istri pertama dari ayahku.
Karena lama tidak punya anak ayah mengambil istri kedua.
Ibu tiriku (Jienio) telah melahirkan dua kakak laki laki dan
seorang kakak perempuan, sehingga ayah sangat menyayangnya. Belakangan ibu melahirkan aku. Sebab
disayang dan juga sebab keluarganya berpengaruh, Jienio
sangat sewenang-wenang terhadap ibuku yang hanya bisa
menangis, ketiga kakak juga sangat jahat dan mereka
membantu ibu mereka untuk menindas ibuku. Tioe Pat
Koay, coba kau pikir, apakah yang harus diperbuat
olehku?" "Dalam hal ini ayahmu harus berlaku adil", kata Boe
Kie. "Tapi ayah sangat memilih kasih dan ia selalu
membenarkan Jienio" kata si nona. "Karena tak dapat
menahan sabar akhirnya aku bacok mampus ibu tiriku itu".
"Ah", tanpa merasa Boe Kie mengeluarkan suara kaget.
Ia adalah seorang dari rimba persilatan yang sudah biasa
melihat pertempuran dan pembunuhan. Tapi gadis itu yang
kelihatannya lemah bisa membunuh orang adalah kejadian
yang sangat diluar dugaannya. Tapi nona itu sebaliknya
tenang2 saja dan dengan suara perlahan ia melanjutkan
penuturannya. "Ibu jadi ketakutan dan menyuruh aku
melarikan diri. Ketika kakakku mau mengubar untuk
menangkap aku, ibu mencoba mencegah mereka, tapi tidak
berhasil. Untuk menolong jiwaku, ibu segera menggantung
diri sehingga mati. Coba kau pikir. Bukankah aku yang
sudah mencelakai ibuku sendiri" Kalau ayah bertemu
denganku bukankah ia bisa membunuh aku?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie mendengarkan cerita itu dengan jantung
memukul keras. "Walaupun kedua orang tuaku sudah
meninggal dunia secara menggenaskan, mereka sedikitnya
mencintai satu sama lain", katanya didalam hati. "Ayah
dan ibu juga sangat mencintai aku. Ya! Kalau dibanding2kan, penderitaan nona itu memang ribuan kali
lebih hebat daripada pengalamanku". Mengingat begitu,
rasa kasihannya jadi terlebih besar. "Apa sudah lama kau
meninggalkan rumah?" tanyanya "Apa mulai dari waktu itu
kau terus terlunta2 sebatang kara?"
Si nona manggut-manggutkan kepalanya.
"Sekarang, kemana kau mau pergi?" tanya pula Boe Kie.
"Entahlah", jawabnya. "Dunia sangat lebar dan aku bisa
pergi kemanapun juga. Asal tidak berpapasan dengan ayah
dan kakakku, aku boleh tak usah berkuatir".
Darah Boe Kie bergolak dalam dadanya. Disamping rasa
kasihan, ia merasa senasib dengan gadis dusun itu, sebab
iapun sebatang kara dan hidup bergelandang di dunia yang
lebar ini. "Biarlah kau tunggu sampai lukaku sembuh",
katanya kemudian. "sesudah sembuh, kita akan cari
toako".pemuda itu. Aku mau tanya, bagaimana sikapnya
yang sebenarnya terhadapmu?"
"Bagaimana kalau ia memukul aku?" tanya si nona.
"Hm!" Boe Kie mengeluarkan suara dihidung. "Kalau
dia berani menyentuh selembar rambutmu saja, aku pasti
tak akan mengampuninya".
"Tapi bagaimana jika ia hanya mengambil sikap tidak
memperdulikan?" mendesak si nona.
Boe Kie membungkam. Ia mengerti, bahwa ia tak dapat
memaksakan cinta. Sesudah termenung beberapa saat, ia
berkata. "Aku akan berusaha sedapat mungkin".
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekonyong2 nona itu tertawa terbahak2, tertawa geli,
seolah2 didalam dunia tak ada lain hal yang lebih
menggelikan daripada pernyataan Boe Kie.
"Mengapa kau tertawa?" tanya Boe Kie dengan heran.
"Tioe pat koey", jawabnya. "Manusia apa kau" Apa kau
kira orang akan mengindahkan segala kemauanmu" Aku
sudah mencari2 dia ke segala pelosok, tapi tak bisa
menemukannya. Apakah dia masih hidup" Apakah sudah
mati" Entahlah kau mau berusaha sedapat mungkin" Apa
kemampuanmu" Ha ha ha!......ha ha".".
Boe Kie sebenarnya mau mengatakan sesuatu akan
tetapi, mendengar perkataan itu, mulutnya yang sudah
terbuka tertutup kembali. Dengan paras muka merah dan
mulut ternganga, ia mengawasi gadis dusun itu.
"Kau mau bicara apa?" tanya si nona.
"Sesudah kau mentertawai aku, tak perlu aku bicara
lagi". "Hm!......Paling banyak aku tertawa lagi. Dengan
ditertawai olehku, kau toh tak akan mati".
"Nona, aku bicara dengan setulus hati. Tak pantas kau
mentertawai aku". "Sudahlah. Sekarang jawablah pertanyaanku. Apa yang
mau dikatakan olehmu?"
"Baiklah", kata Boe Kie. "Karena melihat kau sebatang
kara dan nasibmu agak bersamaan dengan nasibku sendiri,
yang sudah tak punya orang tua atau saudara, maka tadi
aku ingin mengatakan. Jika pemuda itu tetap tak mau
memperdulikan kau, biarlah aku saja yang mengawani kau.
Biar bagaimanapun jua, aku bisa menjadi kawan
beromong2, guna menghibur kau. Tapi jika kau http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menganggap, bahwa diriku tidak sesuai untuk berbuar
begitu, terserahlah kepadamu".
"Tidak sesuai!.......Memang tidak sesuai", kata si nona.
"Orang jahat itu seratus kali lipat lebih tampan daripada
mukamu. Celaka sungguh! Aku membung2 tempo disini
dengan pembicaraan yang tidak ada faedahnya". Sesudah
menendang daging ayam dan kaki kambingyang dilontarkannya ke tanah, ia segera berlalu dengan cepat.
Boe Kie menghela nafas. "Nona itu sungguh harus
dikasihani". Pikirnya dengan perasaan duka. Ia sangat
menderita dan segala sepak terjangnya yang sangat aneh
harus dimaafkan". Sekonyong2 terdengar suara tindakan dan gadis dusun
itu kembali lagi. "Tioe pat koey!", bentaknya dengan
garang. "Kau tentu merasa sabngat penasaran didalam hati,
kau pasti merasa sangat mendongkol, bahwa seorang
wanita yang sejelek aku masih berani menghina dirimu.
Pedang Tetesan Air Mata 3 Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D Kasih Diantara Remaja 12
^