Pencarian

Pedang Langit Golok Naga 39

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 39


darah dari mulutnya. Itulah bukti bahwa si pendeta sudah
terluka berat, tapi sungguh
aneh, sesudah darah disemburkan, tenaga pihak lawan berbalik bertambah satu
kali lipat. Boe Kie terpaksa menambah pula tenaganya. Di
lain saat Mohan Singh, yang selebar mukanya sudah
berubah merah, meyemburkan darah ke leher Kioe Coen
Cia seperti tadi, tenaga lawan bertambah lagi satu kali lipat.
Boe Kie lantas saja mersa tenaganya mulai tertindih.
Dalam keadaan terdesatk ia segera mundur dua tindak
untuk mengurangi tekanan dan sesudah itu, sambil
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambil napas dalam2 ia menyerang balik. Diserang
begitu, badan Mohan Singh dan Mohan Fa bergoyang2,
hampir2 mereka roboh. Melihat kedua keponakan muridnya tak dapat bertahan
lagi, buru2 Kioe Coen Cia membuka mulutnya dan
menyemburkan darah kemuka Boe Kie. Pemuda itu
miringkan kepala untuk mengegos semburan itu. Mendadak
ia merasa dadanya seperti ditindih dengan besi yang berat
nya berlaksa kati dan hawa dibagian tan tian bergolak2. Ia
terkejut, Ia tanya nyana, ketiga pendeta itu memiliki ilmu
yg sedemikian aneh. Tapi ia pun tahu, bahwa pihak lawan
sudah hampir kehabisan tenaga. Jika ia bisa bertahan terus,
kemenangan terakhir akan direbut olehnya sendiri. Ia
segera memusatkan pikirannya dan mengempos seluruh
Kioe yang Sin Kang yang terdapat dalam tubuhnya.
Beberapa saat kemudian Mohan Fa berlulut, tapi tangannya
masih tetap menempel dipunggung Kioe Coen Cia.
Baru saja Boe Kie bergiran, kupingnya mendadak
mendengar suara tindakan kaki yang sangat enteng dan
seorang pembokong menghantam punggungnya. Ia
terkesiap dan mengibaskan tangan kanannya kebelakang
untuk memunahkan serangan itu dengan Kian Koen Tay lo
Ie. Tapi ia salah hitung. Tenaga Kian Koen Tay lo ie yg
dimilikinya berdasarkan tenaga Kioe yang sin Kang. Pada
saat itu hampir semua tenaga itu sudah dipergunakan
olehnya untuk melawan ketiga pendeta itu.
Dengan demikian, tenaga untuk menangkis si pembokong hanya kira2 dua bagian dari seluruh tenaganya.
Begitu tangannya kebentrok dengan tangan si pembokong,
begitu cepat ia merasa menerobosnya semacam hawa yang
dingin luar biasa dan badannya lantas saja bergemetaran.
Dilain detik, ia roboh. "Lok Sianseng, tahan!" teriak Tio Beng. Si penyerang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gelap memang bukan lain daripada Lok Thung Kek.
Sehabis berteriak, dengan nekad si nona menubruk dan
memeluk Boe Kie. "Aku mau lihat siapa yg berani bergerak
lagi!" bentaknya. Lok Thung Kek sebenarnya sudah mengangkat tangan
untuk menghabiskan jiwa Boe Kie yang dipandangnya
sebagai lawan terberat didalam dunia. Tapi karena pemuda
itu dialingan oleh badan sang Koencoe, ia terpaksa undur
kemabli dan lalu bersiul keras, sebagai isyarat bahwa Boe
Kie sudah dapat dirobohkan. "Koencoe Nio nio," katanya,
"Ong ya hanya menghendaki supaya Koen coe Nio nio
pulang. Beliau tak punya lain maksud. Orang ini adalah
pemberontak. Mengapa Koen coe Nio nio melindungi dia?"
Tio Beng sebenarnya ingin mencaci bekas orang
sebawahan itu tapi sebab kuatir dia menjadi gusar dan lalu
teruntuk tangan jahat terhadap Boe Kie, maka sebisa bisa ia
menahan hawa amarahnya dan lalu membangunkan Boe
Kie tanpa mengeluarkan sepatah kata.
Beberapa saat kemudian tiga penunggang kuda kelihatan
mendatangi yang paling depat Ho Pit Ong, yang kedua Ong
Po Po dan yang paling belakang Jie Lam Ong sendiri.
Begitu tiba, mereka lantas melompat turun dari punggung
kuda. Jie Lam Ong mengerutkan alisnya dan berkata, "Beng
beng, mengapa kau tak turut nasehat kakakmu" Bikin apa
kau disini?" Air mata si nona lantas saja mengucur, "Thia," katanya,
"anak telah di hina orang."
Sang ayah maju beberapa tindak dan mengangsurkan
tanagn untuk memegang putrinya. Tiba2 Tio Beng
membalik tangannya, sinar putih berkelebat dan ia sudah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menandalkan ujung sebatang pisau pada dadanya sendiri.
"Thia!" teriak nya dengan suara menyayat hati. "Jika kau
tidak meluluskan permintaanku hari ini anak akan mati di
hadapanmu!" Jie Lam Ong terkejut, ia mundur setindak dua, "Eeh!...
Beng beng" mengapa kau begitu?" tanyanya. "Jika kau
ingin minta sesuatu bicaralah baik2."
Si nona segera membuka baju di bagian pundaknya dan
memperlihatkan lukanya. Racun pada lukanya itu sudah
hilang, tapi lukanya masih belum sembuh dan kelihatannya
hebat sekali. Sebagai seorang ayah yg sangat mencintai anaknya, Jie
Lam Ong kaget bercampur bingung. "Mengapa" mengapa
kau sampai mendapat luka begitu berat?" tanyanya dengan
suara gemetar. Sambil menuding Lok Thung Kek, Tio Beng menjawab
dengan suara terputus putus, "Manusia itu sangan jahat..
anak melawan.. dan " dia menyengkeram anak. Mohon"
Thia thia suka mengadilinya?"
Semangat si tua terbang. Untuk sejenak ia mengawasi si
nona dengan mulut ternganga dan kemudian berkata
dengan gemetar. "Tak.. tak mungkin" siauwjin berani
berbuat begitu!" Jie Lam Ong mendelik dan mengeluarkan suara di
hidung. "Binatang!" bentaknya. "Dalam urusan Han Kie,
aku sudah menaruh belas kasihan dan tak mau menyelidiki
lebih jauh. Sekarang" huh, huh!... kau berani coba2
melanggar puteri ku. Tangkap!"
Ketika itu para boesoe sudah menyusul sampai disini.
Mendengar perintah sang majikan. Biarpun tahu si kakek
berkepandaian sangat tinggi, empat orang lantas saja
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerjang. Kaget dan gusar mengaduk dalam dada Lok
Thung Kek. Ia tahu bahwa si nona mau balas sakit hati
sebab ia coba membinasakan Boe Kie. Ia pun tahu bahwa ia
takkan dapat melawan sang putri yg pintar dan banyak
akalnya. Maka itu, sesudah memukul mundur keempat
boesoe itu dengan tangan ia menghela napas dan berkata
"Soeiee, mari kita pergi!"
Ho Pit Ong kelihatan bersangsi.
"Ho sianseng!" seru Tio Beng. "Kau orang baik, tak
seperti suhengmu. Lekas tangkap kan! Ayahku akan
menaikkan pangkatmu dan memberi hadiah besar."
Hian beng Jie Loo adalah ahli silat jarang tandingan
pada jaman itu. Hanyalah karena kemaruk akan pangkat
dan kemewahan, mereka rela mengabdi pada Jie Lam Ong.
Ho Pit Ong tahu, bahwa kakak seperguruannya memang
suak paras cantik dan tuduhan sang Koencoe Nio Hio
mungkin sekali bukan tuduhan kosong. Disamping itu,
hatinya jg bergoncang sebab mendengar janji pangkat dan
hadiah besar. Tapi di lain pihak, hubungan dengan Lok
thung Kek menyerupai hubungan antara saudara kandung
dan ia merasa tak teag untuk mengkhianati suhengnya itu.
Maka itulah ia sangsi, sangat bersangsi.
Melihat begitu paras muka Lok Thung Kek lantas saja
berubah pucat pasti. "Sute," katanya, "Kalau kau ingin naik
pangkat tangkaplah aku!"
Ho Pit Ong menghela napas, "Suko!" katanya. "Mari
kita pergi!" sehabis berkata begitu ia lalu melompat
mendekati kakak seperguruan nya dan dengan berendeng
pundak Hian Beng Jie Loo meninggalkan majikan mereka.
"Beng beng," kata Jie Lam Ong sesudah kedua kakek itu
berlalu, "Sesudah terluka kau harus pulang dahulu untuk
berobat." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Waktu anak mau diperkosa, Tio Kongcoe itulah yang
sudah menolong," kata Tio Beng sambil mengunjuk Boe
Kie. "Koko yg tak tahu, latar belakangnya berbalik
menuduh dia sebagai pemberontak Thia ada satu peekraan
besar yg harus dilakukan oleh anak dan Tio Kongcoe.
Sesudah selesai kami berdua akan segera menemui Thia
Thia." Mendengar keterangan itu, Jie Lam Omg tahu bahwa
putrinya mencintai Boe Kie. Tapi menurut laporan
puteranya, pemuda itu Kauwcoe dari Beng Kauw kepala
pemberontak yg coba merobohkan Gaon Tiauw. Kunjungannya ke Tiongkok Selatan
adalah untuk menghadapi kawanan pemberontak Beng Kauw didaerah
Hway see, Ho Lamg dan Ouwpak. Maka itu cara
bagaimana ia bisa mempermisikan putrinya mengikuti si
kepala pemberontak" "Kakak Kauwcoe dari Beng Kauw,"
katanya. "Apa benar?"
"Koko paling pandai mengarang cerita," jawabnya.
"Thia coba taksir2 usianya. Apa mungkin orang yang
seperti dia menjadi pemimpin pemberontak Beng Kauw."
Jie Lam Ong mengawasi Boe Kie. Ia menaksir paling
banter pemuda itu berusia 22 tahun. Sesudah terluka muka
boe kie pucat, sehingga yang tak tahu lebih baik pasti tidak
akan menduga bahwa dia adalah pemimpin dari ratusan
ribu tentara rakyat. Tapi raja muda itu tahu, bahwa
putrinya sangat berakal budi. Biarpun bukan seorang
kauwcoe, mungkin sekali pemuda itu salah seorang tokoh
penting didalam Bengkauw pikirnya. Memikir begitu ia
lantas saja membentak, "Bawa dia kekota dan selidiki asal
usulnya. Asala saja dia bukan anggota Mo Kauw aku akan
"memberi hadiah," dengan begitu, ia coba menolong
putrinya supaya si nona tak usah mendapat malu terhadap
orang2 sebawahannya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empat boecoe segera mendekati Boe Kie.
Tio Beng menangis, "Thia thia apa benar mau mau
memaksakan kebinasaanku?" tanyanya. Ia menekan
pisaunya yg lantas saja menancap setengah dim, di daging
sehingga darah lantas saja mengucur dan menodai bajunya.
Jie Lam Ong terkesiap, "Beng beng! Tak boleh kau
berbuat begitu?" teriaknya.
"Thia thia anakmu tidak berbakti?" kata pula si nona.
"Diam diam anak sudah menikah dengan Tio Kongcoe dan
sekarang anak sudah mengandung! Kalau Thia mau
membinasakand ia, binasakanlah anak terlebih dahulu?"
Pengakuan itu bagaikan halilitar ditengah hari bolong.
Bukan saja Jie Lam Ong dan Ong Popo, bahkan Boe Kie
sendiri kaget tak kepalang. Pemuda itu tak pernah mimpi,
bahwa untuk melindungi dirinya si nona rela mengarang
cerita itu, kedustaan yg menodai kesuciannya sendiri
sebagai seorang gadis bangsawan dan terhormat.
Berulang ulang Jie Lam Ong membanting2. "Apa
benar".... Apa benar"...." tanyanya berulang2.
"Hal itu adalah hal yg sangat memalukan," jawabnya.
"Kalau bukan karena terpaksa anak pasti tidak akan
membusukkan nama sendiri dihadapan orang banyak.
Anak tahu, kejadian ini juga akan menyeret nama baik ayah
dan saudara. Thia thia, jangalanh kau berduka! Hitung2
Thia thia kehilangan seorang anak. Lepaskanlah supaya
anak bisa bawa diri sendiri!"
Dengan tagnan rada bergemetaran raja muda itu
mengurut2 jenggotnya, sedang kepala dan mukanya basah
dengan keringat. Dia adalah seorang jendral besar yang
biasa mengambil keputusan2 penting dalam waktu yg
sependek2nya. Tapi sekarang ia bingung. Ia tak tahu apa yg
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus diperbuatnya. "Moaycoe," kata Ong Popo, "Kau dan Tio Kongcoe
terluka berat, maka sebaiknya pulang bersama sama Thia
thia untuk berobat. Sesduah kau berdua sembuh, Thia thia
lantas bisa menikahkan kamu secara pantas. Thia thia dapat
menatu, aku sendiri mendapa moay-hoe. Bukankah lebih
baik begitu?" Tio Beng tahu, bahwa bujukan sang kakak hanya
merupakan tipu untuk mengulur waktu. Ia tahu, bahwa
begitu lekas jatuh ke dalam tangan mereka, Boe Kie tak
usah harap hidup lebih lama lagi. Tanpa menghiraukan
kakaknya, ia lantas saja berkata, "Thia thia, ibarat beras
sekarang adalah menjadi bubur. Kata orang, kawin dengan
ayam, mengikut ayam, kawin dengan anjing, mengikuti
anjing. Mati atau hidup anak mengikut Tio Kongcoe.
Segala siasat tidak akan bisa memperdayai aku. Bagi Thia
thia hanya terbuka 2 jalan. Apabila kau suka mengampuni
anak, anak akan hidup terus. Tapi jika kau ingin anak mati,
anak anak segera mati dihadapanmu."


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Beng beng!" bentak sang ayah dengan gusar. "Kau
harus pikir masak2. Jika kau mengikuti pemberontakan itu,
mulai dari sekarang kau bukan anakku lagi."
Dalam sedetik itu, si nona memikiri bulak balik ratusan
kali. Ia merasa sangat berat untuk meninggalkan ayah dan
kakak. Mengingat kecintaan sang ayah, hatinya seperti
tersayat pisau. Tapi ia mengerti, bahwa sedikit saja ia
bersangsi, jiwa Boe Kie takkan bisa ditolong lagi. Ia segera
mengambil keputusan untuk lebih dahulu menolong
kecintaannya dan dihari kemudian, barulah berusaha untuk
meminta pengampunan sang ayah dan kakak. Maka itu, ia
lantas saja berkata dengan suara perlahan. "Thia thia..
koko" segala apa memang salah Beng beng. Ampunilah
aku?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat keputusan putrinya tak bisa diubah lagi, bukan
main rasa dukanya Jie Lam Ong. Ia merasa sangat
menyesal, bahwa ia telah memperlihatkan rasa cintanya
secara berlebih2an terhadap anak itu dan membiarkannya
berkelana di dunia Kangouw, sehingga terjadi kejadian
yang menyakiti hatinya itu. Mereka mengenal putri itu
sebagai manusia keras kepala. Kalau dipaksa, bukan tak
bisa jadi dia benar2 akan membunuh diri. Tanpa merasa
jenderal tua itu menghela napas dan air matanya mengucur,
"Beng beng..." katanya dengan suara parau, "Kau harus
bsia menjaga diri. Thia thia mau pergi" berhati-hatilah!..."
Si nona mengangguk. Ia tidak berani mengangkat muka
untuk melihat wajah ayahnya.
Jie Lam Ong memutar tubuh lalu turun gunung dengan
tindakan perlahan. Ia seperti tidak melihat kudanya yg
dituntun oleh seorang pengawal. Ia terus berjalan kaki. Tapi
baru berjalan belasan tombah, tiba2 ia menengok dan
berseru, "Beng beng, apa lukamu tak berbahaya" Apa kau
bawa uang?" Dengan air mata berlinang2, si nona menganggutkan
kepalanya. Alis Jie Lam Ong berkerut. Tiba2 dia berpaling kepada
pengawalnya dan berkata, "Serahkan dua ekor kuda kepada
Koen Coe!" Beberapa pegawal lantas saja menuntun dua ekor kuda
pilihan dan menyerahkan nya kepada Tio Beng.
Sesudah menghadiahkan kedua ekor kuda kepada
putrinya, dengan diiring oelh para pengawal, Jie Lam Ong
terus turun gunung. Enam orang boesoe memapak ketiga
pendeta Thian tiok yg tidak bisa jalan karena kehabisan
tenaga. Tak lama kemudian di jalanan itu hanya
ketinggalan Boe Kie dan Tio Beng berdua.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Boe Kie lantas bersila dan mengerahkan sinkang untuk
mengeluarkan hawa dingin akibat pukulan Lok Thung Kek,
dari dalam tubuhnya. Dia menderita luka berat, sebab pada
Long Thung Kek mengirim pukulan, ia sedang
menggunakan seanterot tenaganya untuk menghadapi
ketiga pendeta Thian tiok. Sesudah ia mengerahkan Kioe
Yang Cin Khie tiga putaran dan dua kali memuntahkan
darah, barulah dadanya yg menyesak jadi lebih lega. Ia
membuka mata dan melihat paras muka Tio Beng yg
diliputi rasa kuatir, "Tio Kouwnio, kau sangat menderita,"
katanya dengan suara lemah lembut.
"Apa sampai sekarang kau masih merasa perlu untuk
memanggil aku dengan istilah Tio Kouwnio?" tanya si
nona. "Aku sudah bukan orang Kerajaan lagi, aku sudah
bukan seorang Koencoe" Apa" apa kau menganggap aku
sebagai wanita siluman?"
Perlahan2 Boe Kie bangun berdiri.
"Aku ingin ajukan satu pertanyaan," katanya dengan
suara sungguh2. "Kau harus menjawab sejujur2nya.
Siapakah yg melukai piauw moay ku, In Lee" Apa kau?"
"Bukan!" jawabnya.
"Kalau bukan kau siapa?"
"Aku tidak bisa memberitahukan. Begitu lekas aku
bertemu dengan Cia Tayhiap, orang tua itu bisa segera
memberi keterangan jlease kepadamu."
"Giehoeku" Apa benar Giehoe tahu siapa yg turunkan
tangan jahat?" "Kau baru saja terluka dan kau tidak boleh banyak
berpikir. Aku hanya ingin mengatakan begini. Apabila
dihari kemudian, sesudah menyelidiki sejelas2nya, kau
mendapat bukti bahwa Thio Kouwnio dicelakai olehku,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka tanpa kau turun tangan, aku sendiri akan membunuh
diri dihadapamu." Mendengar perkataan yg diucapkan sangat bernapsu dan
tegas jelas, Boe kie tidak bisa percaya. Sesudah memikir
sejenak ia berkata. Hm" kalau tak salah piauwmoay
dicelakai oleh salah seorang dari kapal Persia. Mungkin
sekali seorang yg berkepandaian tinggi dari kapal itu diam
diam menyateroni pulau itu membikin kami semua jadi
mabuk, turunkan tangan jahat terhadap piauw moay dan
kemudian mencuri Ie Thian Kiam dan To Liong To.
Dilihat begini, sesudah menolong Gie Hoe, kita harus pergi
ke Persia. Hai!... Siauw Ciauw!...
Tio Beng tertawa geli, "Ku tahu segala akalmu,"
katanya. "Kau ingin bertemu dengan Siauw Ciauw dan kau
sengaja membuat dugaan yg tidak2. Aku menasehati, lebih
baik kau jangan memikir yg bukan. Paling penting kau
mengobati lukamu, supaya kita bisa pergi ke Siauw Lim Sie
secepat mungkin." Boe Kie heran, "Perlu apa ke Siauw Lim Sie?" tanyanya.
"Menolong Cia Tayhiap?" jawabnya.
Boe Kie jadi lebih heran lagi, "Giehoe berada di Siauw
Lim Sie?" ia menegas.
"Bagaimana Giehoe berada disitu?"
"Hal ini banyak seluk beluknya," sahut si nona.
"Akupun masih belum tahu seterang2nya. Tapi bahwa Cia
Tayhiap sekarang berada di Siauw Lim Sie adalah
kenyataan yang tak dapat dibantah lagi. Diantara orang2
sebawahanku terdapat seorang serdadu yang mencukur
rambut dan menjadi pendeta di Siauw Lim Sie. Dialah yang
beritahukan aku tentang Cia Tayhiap."
"Ha!... sungguh lihai!..." seru Boe Kie. Entah apa yg
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dimaksudkan olehnya dengan perkataan lihai itu. Mungkin
lihai itu berarti hebatnya bahaya yg dihadapi Cia Soen.
Sesudah berkata begitu ia menundukkan kepala dan tak
bicara lagi. Mendadak tubuhnya bergoyang "uah". Ia
muntah darah. Tio Beng jadi bingung "Aku sungguh menyesal!"
katanya. "Kalau kutahu lukamu begitu hebat, kalau kutahu
kau jadi begitu jengkel aku pasti takkan bicara."
Boe Kie duduk menyandar dibatu gunung dan berusaha
untuk menjernihkan pikirannya. Tapi sebab pikirannya lagi
kalut ia gagal dalam usahanya. "Kong kian Sengceng dai
Siauw Lim Sie dibinasakan oleh Gie Hoe," katanya.
"Selama dua puluh tahun lebih orang2 Siauw Lim Sie coba
mencari Gie hoe untuk membalas sakit hati. Kalau sekarang
Gie hoe jatuh ketangan mereka, jiwalnya pasti akan
melayang." "Kau tak usah bingung," bujuk si nona. "Ada sesuatu
yang menolong jiwa Cia Tayhiap."
"Apa itu?" "To Liong To." Boe Kie mendengar. Ia mengakui kebenaran perkataan
Tio Beng. Selama beberapa ratus tahun Siauw Lim pay
menjadi pemimpin dalam rimba persilatan. Partai itu sangat
ingin memiliki To Liong To yg dikenal sebagai "Boe lim
Cie coen" (yang termulia dirimba persilatan).
Untuk mendapatkan golok mustika itu mereka pasti
takkan gampang2 membunuh ayah angkatnya. Tapi biar
bagaimana pun juga, orang tua itu tentu takkan terlolos dari
macam2 penderitaan dan haluan.
"Menurut pendapatku, usaha menolong Cia Tayhiap
sebaiknya dilakukan oleh kita berdua saja," kata Tio Beng.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarpun dalam Beng Kauw terdapat banyak orang gagah,
tapi kalau kita menyerang secara besar2an, kedua belah
pihak pasti akan mendapat kerusakan besar. Apabila Siauw
Lim Sie merasa tak tahan menghadapi serang Beng Kauw,
mungkin sekali mereka akan turunkan tangan jahat
terhadap Cia Tayhiap, sebelum kita keburu menolong."
Boe Kie manggut2kan kepala. Ia menyetujui perkataan si
nona dan ia merasa sangat berterima kasih, "Beng moay,
kau benar", katanya. (Beng moay = adik Beng).
Sungguh sedap perkataan "Beng moay" itu, yang
digunakan Boe Kie untuk pertama kali! Tapi dilain detik
Tio Beng ingat orangtuannya, sanak familinya. Ia ingat
bahwa mulai sekarang ia tak bisa pulang lagi kepada
orantuanya dan mengingat begitu, ia berduka. Boe Kie apa
yang dipikir gadis itu, tapi ia tak tahu bagaimana harus
menghiburnya. Akhirnya ia berbangkit dan berkata. "Hayo
kita berangkat." Melihat paras muka Boe Kie yang pucat pasi. Si nona
merasa sangat kuatir. "Thia thia yang sangat mencintai aku
tidak akan mengambil tindakan," katanya. "Yang aku
kuatir adalah koko. Dia mungkin akan mengirim orang
untuk menangkap kita. Boe Kie mengangguk. Ia pun merasa bahwa Ong Popo
yang sangat lihat tak akan gampang2 mau melepaskan
mereka berdua. Mereka terluka berat dan perjalanan ke
Siauw Lim Sie kelihatannya penuh dengan duri.
"Boe Kie koko," kata si nona. "Sekarang kita menyingkir
dulu dari tempat ini. Sesudah tiba di kaki gunung barulah
kita berdami lagi." Sekali lagi Boe Kie mengangguk. Dengan tindakan
limbung mendekati kuda. Selagi mau melompat naik, tiba2
badannya sakit dan tenaganya tak cukup untuk naik
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepunggung kuda. Sambil mengigit gigi, Tio Beng
mendorong dia keatas dengan tangan kiri. Tapi sesudah Boe
Kie berada diatas kura, lukanya di dada akibat tusukan
pisau kembali mengeluarkan darah. Dengan banyak susah
barulah ia bisa turut naik dan duduk dibelakang Boe Kie.
Kalau tadi ia dipapah Boe Kie, sekarang ia yang harus
memapah Boe Kie. Sesudah mengaso beberapa saat,
tunggangan itu baru dijalankan, sedang yang seekor lagi
mengikuti dari belakang. Perlahan2 mereka turun gunung. Tio Beng sudah
menduga pasti, bahwa sebegitu lama masih berada
dihadapan ayahandanya, kakaknya tentu tidak akan berani
bertindak. Tapi kalau sudah menyingkir dari mata orang tua
itu, Ong Popo bisa mengambil segala rupa tindakan. Maka
itu, mereka segera membelok ke timur dan kemudian
mengambil sebuah jalanan kecil. Sesudah berjalan beberapa
lama, mereka merasa agak lega. Andaikata Ong Popo
mengirim orang untuk mengejar, tak mudah orang itu bisa
menemukan mereka. Selagi enak jalan, sekonyong2 terdengar suara kaki kuda
dan dua penunggang kuda mendatangi dari belakang
dengan cepatnya. Muka Tio Beng lantas saja berubah pucat.
Sambil memeluk pinggang Boe Kie, berkata, "Kakakku
bertindak cepat sekali. Kita ternyata tidak bisa terlolos dari
tangannya. Boe Kie biarlah aku pulang dulu. Aku akan
berikhtiar untuk memohon kepada ayah supaya kita bisa
berkumpul kembali. Boe Kie koko, aku akan bersumpah
tidak akan mengkhianati kau!" Sesaat itu kedua pengejar
sudah datang dekat sekali. Tio Beng menarik les supaya
tunggangan miring ke sisi jalanan dan mencabut pisaunya.
Ia sudah mengambil keputusan pasti, bahwa jika kakaknya
mau jiwa Boe Kie, ia akan mati bersama2 kecintaannya itu.
Tapi sesudah elwat, kedua pengejar itu tidak lantas
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhenti dan ternyata mereka hanyalah dua serdadu biasa.
Baru saja Tio Beng bergirang, kedua serdadu Mongol itu
mendadak menahan kuda tunggangan mereka dan sesudah
berdamai sejenak mereka lalu membelokkan kuda dan
menghampiri. "Hai! Darimana kamu curi kuda2 itu?" bentak salah
seorang yang berewokan. Mendengar bentakan itu Tio Beng tahu, bahwa mereka
jadi mata merah karena melihat kuda yang dihadiahkan
oleh ayahnya. Kuda2 itu adalah tunggangan pilihan dengan
seta tertata emas sanggurdi yg terbuat daripada per k.
Orang2 Mongol sangat mencinai kuda, sehingga oleh
karenanya tidaklah heran kalau kedua serdadu itu
bergoncang hatinya. Diam2 si nona mengambil keputusan
bahwa kalu terpaksa ia akan menyerahkan kuda2 itu.
"Jangan kurang ajar!" bentaknya dalam bahasa Mongol,
"Dalam pasukan siapa kamu berdua?"
Serdadu itu terkejut. "Siapa Siocia?" dia balas menanya.
Melihat pakaian Boe Kie dan Tio Beng yang sangat indah
dan mendengar bahasa Mongol yg diucapkan dengan lancar
dia tidak berani berlaku sembrono.
"Aku adalah putri Waeri Puche Ciangkoen," jawab Tio
Beng. "Ini kakakku. Ditengah jalan aku bertemu dengan
orang jahat dan kami terluka."
Kedua serdadu itu saling melirik dan kemudian mereka
tertawa terbahak2. "Bagus!" teriak si berewok. "Paling
benar aku antar kamu berdua ke akherat!" Seraya berkata
begitu, dia menghunus golok menyentik les dan menerjang.
Tio Beng terkesiap. "Ee!" teriaknya. "Aku akan


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beritahukan ayah dan engkat akan dibeset oleh empat
kuda." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si botak menyeringai dan mengeluarkan suara di hidung.
"Puche tak becus melawan pemberontak Beng kauw dan
melampiaskan amarahnya terhadap aku," katanya. "Kemarin aku membenrontak dan mencincang ayahmu.
Sungguh kebetulan kami bertemu dengan kamu berdua."
Seraya berkata begitu ia membacok. Tio Beng mengendut
les dan kudanya melompat sehingga golok membacok
angin. Selagi siberewok mau mengubar kawannya yg
berusia lebih muda berkata, "Jangan bunuh nona manis itu!
Paling benar kita mengambil dia untuk menghibur hati."
"Bagus!" kata si berewok.
Pada detik itu, Tio Beng yg sangat pintar sudah
menghitung tindakan yg harus diambilnya. Ia melompat
turun dari punggung kuda dan lari ke sisi jalanan.
Kedua serdadu itu lantas saja mengubar.
"Aduh!" teriak si nona yang lantas roboh ditanah.
Si berewok menubruk. Begitu di tubruk, dengan sikutnya
Tio Beng menggentus dada si penyerang, yang tanpa
bersuara lagi, lantas terguling. Gentasan itu kena tepat pada
jalan darah. Kawannya gusar dan lantas menyerang, tapi
iapun mendapat nasib seperti si berewok. Sesudah
merobohkan kedua serdadu itu, dengan napas tersengal
sengal Tio Beng turunkan Boe Kie dari punggung kuda.
"Binatang! Kamu mau mati atau hidup?" bentaknya.
Kedua serdadu itu yang tidak mengharap hidup lagi,
melihat jalan hidup. "Ampun nona!" kata si berewok. "Aku
tidak ikut menyerang Waerl Puche Ciangkoen."
"Baiklah," kata si nona. "Kamu menurut perintah, aku
akan mengampuni jiwa anjingmu!"
"Turut! Turut!" jawab mereka, tergesa gesa.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menuding kedua kudanya sendiri si nona berkata,
"Dengan menunggang kuda2 itu, kamu harus pergi ke
jurusan timur. Dalam sehari dan semalam, paling sedikit
kamu harus melalui tiga ratus li. Lebih cepat lebih baik."
Kedua serdadu itu saling mengawasi. Mimpi pun ereka
tak pernah mimpi, bahwa mereka akna mendapat perintah
itu. Beberapa saat kemudia barulah si berewok berkata,
"Kauw nio, siauwjin tidak" tidak berani?"
"Jangan rewel!" memutus Tio Beng. "Lekas nunggang
kuda2 itu! Kalau ditanya orang, katakan saja, bahwa kamu
membelinya di pasar. Kamu tidak boleh beritahukan hal yg
sebenarnya. Mengerti?"
Kedua serdadu itu masih bersangsi. Tapi karena didesak
Tio Beng berulang2, sambil menahan sakit dan dengan
terpincang2, mereka lalu menghampiri kedua tunggangan
itu. Tangan mereka masih belum bisa bergerak. Untung
juga setiap orang Mongol pada jaman itu mahir dalam ilmu
menunggang kuda, sehingga, biarpun tidak menggunakan
tangan, ia bisa juga naik kepunggung binatang itu dan
kemudian menjalankannya. Mereka menduga Tio Beng
seorang otak miring dan merasa kuatir, kalau si nona
berubah pikiran secara mendadak. Maka itu, sesudah
berjalan belasan tombak, mereka menjepit perut kuda erat2,
sehingga kedua binatang itu lantas saja kabur.
Boe Kie menghela napas, "Beng moay, kau sungguh
pintah," ia memuji. "Jika kuda2 itu dilihat oleh orang2nya
kakakmu, mereka tentu menaksir, bahwa kita lari kejurusan
timur. Beng moay, kemana kini kita menuju?"
"Ke Barat Daya," jawabnya.
Mereka lantas saja menunggung kuda yg ditinggalkan
oleh serdadu Mongol dan dengan perlahan menuju ke barat
daya. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jalan kecil yg diambil mereka berliku2 dan penuh
dengan pohon2 berduri. Sesudah berjalan kurang lebih satu
jam dan melalulu kira2 duapuluh lie, matahari mulai
menyelam ke barat. Selagi mencari2 tempat untuk
beristirahat, tiba2 mereka melihat mengepulnya asal
disebelah depan. "Didepan ada rumah orang untuk kita
bermalam," kata Boe Kie dengan girang.
Mereka segera menuju keasap itu. Tak lama kemudia
mereka lihat tembok kuning yg mengitari sebuah kelenteng.
Sesudah menurunkan Boe Kie, Tio Beng menghadapkan
kuda itu ke arah Barat dan kemudian mencambuknya
dengan sebatang ranting duri. Kedua binatang itu berdenger
dan kabur sekeras2nya. Demikianlah, sekali lagi si nona
mengatur siasat untuk memperdayai pengejar2 yang
mungkin dikirim oleh kakaknya. Dengan hilangnya
tunggangan, perjalanan makin sukar dilakukan. Tapi nona
Tio tidak mau memikir panjang2. ia mendahulukan apa yg
dianggapnya paling penting. Untuk menyelamatkan diri ia
haru lebih dahulu menenggelamkan perahu."
Dengan saling memapah, mereka mendekati pintu.
Diatas pintu itu terdapat sebuah papan dengan huruf2 yang
berbunyi, "Tiong gak Sin oio." (Kelenteng Malaikat Tiong
gak) Tio Beng segera mengetuk2 pintu. Sesudah menunggu
lama belum juga ada jawaban, si nona mengetuk lagi.
Selang beberapa saat, dari dalam terdengar bentakan,
"Siapa" Manusia atau setan?" dalam suara itu terdapat
lweekang sehingga sudah dapat dipastikan, bahwa yg bicara
adalah seorang Rimba Persilatan. Boe Kie kaget dan
menarik si nona. Tiba2 terdengar suara "kreeeyot" dan daun pintu itu yg
rupanya jarang dibuka lantas saja terpentang. Diambang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pintu berdiri seorang tapi karena waktu itu cuaca mulai
gelap dan dia berdiri membelakangi sinar tenar terang,
maka Boe Kie dan Tio Beng tidak bisa melihat mukanya.
Tapi dia seorang pendeta, sebab kepalanya gundul dan
mengenakan pakaian hwee-shio.
"Kami berdua kakak beradik," kata Boe Kie. "Ditengah
jalan kamu bertemu dengan perampok dan mendapat luka.
Kami mohon bermalam disini dan kamu percaya Taysoe
suka menaruh belas kasihan."
Pendeta itu mengeluarkan suara dihidung.
"Huh" tidak!" sahutnya. "Disini bukan penginapan."
Sehabis berkata begitu, tangannya bergerak untuk menutup
pintu. "Taysoe, tahan dulu!" kata Tio Beng. "Kata orang, siapa
yg membantu orang, membantu diri sendiri. Dengan
menolong kamu, mungkin Taysoe mendapat juga kebaikannya." "Kebaikan apa?" tanyanya dengan aseran.
Si nona segera membuka anting2nya yg tertata mutiara
dan meyerahkannya kepada pendeta itu.
Melihat mutiara yang bersinar terang, untuk sejenak si
pendeta mengawasi kedua tamunya dengan mata tajam.
Akhirnya ia berkata, "Baiklah! Ya " membantu orang,
membantu diri sendiri."
Dengan memapah Boe Kie, Tio Beng segera bertindak
masuk. Si pendeta membawa merea melewati ruang
sembahyang dan sebuah perkarangan dan akhirnya berhenti
disebuah kamar samping yang terletak dibagian timur.
"Kalian boleh tidur disini," katanya.
Kamar ini gelap gulita. Dengan meraba2 ranjang, Tio
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng hanya mendapat selembar kasur rumput.
Mendadak terdengar suara sangat nyaring. "Hek Soetee,
siapa?" "Dua tamu yg numpang mengindap," jawabnya si
pendeta yang lantas saja bertindak untuk berlalu.
"Taysoe," kata Tio Beng, "Bolehkan kami minta dua
mangkok nasi dan sedikit makanannya?"
"Tidak ada nasi!" bentaknya, dan terus berlalu.
Si nona mendongkol bukan main. "Kurang ajar!"
katanya, "Boe Kie koko, kau tentu lapar. Kita harus
berusaha untuk mendapat makanan."
Diluar kamar sekonyong2 terdengar suara tindakan yang
ramai. Sinar api berkelebat dan pintu didorong orang. Dua
orang pendeta mengangkat Ciaktay (tempat menancap lilin)
tinggi2. dengan sekelebatan Boe Kie sudah tahu, bahwa
yang datang berjumlah delapan orang ada yg alisnya tebal
matanya melotot. Ada yang otot2 mukanya menonjol
keluar. Semua beroman bengis dan kelihatannya semua
bukan orang baik2. "Keluarkan semua harta bendamu!" bentak seorang
pendeta tua. "Perlu apa?" tanya Tio Beng.
"Karena berjodoh kalian datang disini dan secara
kebetulan kami ingin mengadakan sembahyang besar serta
memperbaiki kelenteng kami yang sudah tua," kata si
pendeta. "Maka itu kami minta kalian suka mengeluarkan
emas, perak dan lain2 barang berharga dan menyumbangkannya kepada kami. Apabila kalian berlaku
pelit dan pousat sampai jadi gusar kalian berabe sekali."
"Ah! Itulah perbuatan perampok!" kata si nona dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gusar. "Maaf! Maaf!" kata si pendeta sambil menyeringai.
"Urusan perampok membunuh dan membakar memang
perkerjaan kami. Karena didesak Mo Kauw, kami terpaksa
mencukur rambut untuk mengelakan bencana. Kalian
berdua berjodoh dengan kami. Kambing gemuk datang
sendiri! Ha! Ha! Sungguh kejadian yg sukar terjadi lagi!"
Boe Kie dan Tio Beng terkesiap. Celaka sungguh!
Mereka masuk disarang perampok.
"Lie siecoe jangan takut," kata seorang pendeta lain
sambil tertawa terhehe hehe.
"Kami berdelapan kebetulan tak punya nyonya. Kau
begitu cantik! Sungguh kebetulan! He he he he?"
Tio Beng merogoh saku dan mengeluarkan delapan
potong emas serta serenceng mutiara yg lalu ditaruh diatas
meja. "Inilah semua milikku," katanya. "Kami berdua
adalah orang2 Rimba Persilatan juga. Kami harap dengan
memandang persahabatan, kalian tak menganggu kami
lagi." "Bagus!" kata si pendeta tua. "Apakah aku bisa tahu
nama partai kalian?"
"Kami murid Siauw Lim Pay," jawabnya. Siauw Lim
Pay adalah sebuat partai besar dan dengan menyebutkan
partai ebsar itu Tio Beng mengharap urusan akan jadi beres.
Tapi diluar dugaan si tua lantas saja tertawa terbahak2.
"Murid Siauw Lim Pay?" Ia menegas denga suara
menyeramkan. "Sungguh kebetulan! Kami tidak bisa
melawan hweeshio2 Siauw Lim Pay dan sekarang
mendapat kesempatan untuk melampiaskan ganjelan kamu
terhadap kamu." Seraya berkata begitu, ia mengangsurkan
tangannya untuk menarik Tio Beng. Si nona mundur,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga tangan itu menjambret angin.
Boe Kie mengerti, bahwa baya sudah sangat mengancam. Ia dan Tio Beng terluka berat dan tidak bisa
melawan. Selama beberapa tahun ia merobohkan banyak
jago Rimba Persilatan yg kenamaan. Apa sekarang ia mesti
binasa didalam tangan kawanan penjahat kecil" Tidak! Biar
bagaimana pun juga, ia mesti melawan. "Beng Moay,"
bisiknya "Kau sembunyi dibelakang ku. Aku masih bisa
bereskan mereka." Nona Tio sangat pintar. Tapi sekarang ia mati akal.
"Siapa sebenarnya kamu semua?"
"Kami adalah murid2 yang diusir dari Siauw L im Sie,"
jawab si perampok tua. "Kalau bertemu dengan anggota lain partai, kami masih
bisa menaruh belas kasihan. Tapi terhadap orang Siauw
Lim sie" huh.. huh!... semuanya mesti dibunuh."
"Bagus!" bentak Boe Kie. "Kamu pasti murid2 pendeta
jahat Goan Tin. Bukan begitu?"
Si perampok tua (Red: aslinya di bilang si nona)
mengeluarkan seruan kage. "Heran! Bagaimana kau tahu?"
tanyanya. "Kami justru mau ke Siauw lim sie." Tio Beng
mendahului. "Kami ingin menemui Tan Yoe Liang toako
untuk mengangkat Gian Tin Taysoe menjadi Hong thio."
(Hong Thio kepala sebuah kelenteng).
"Bagus!" seru si tua. "Sang Budha memang sangat
murah hati." "Ya." Menyambung si nona, "kita semua harus bersatu
padu untuk mencapai tujuanyg besar."
Semua penjahat itu tiba2 tertawa terbahak2.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedelapan penjahat itu memang benar konco2 nya Tan
Yoe Liang. Tan Yoe Liang lah yg membawa mereka ke
Gian tin. Mereka berasal dari Rimba Hijau (kalangan
perampok) dan memiliki ilmu yg cukup tinggi. Sesudah


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendapat petunjuk2 Goan tin kepandaian mereka
bertambah tinggi. Selama beberapa tahun memang Goan
tin berusaha keras untuk merebut kedudukan hong thio dan
mencari murid dari berbagai tempat. Untung juga Siauw
lim sie mempunyai peraturan yang keras dan setiap murid
baru selalu diselidiki asal usulnya, sehingga Goan tin tiada
berhasil dalam usaha mengumpulkan orang2nya didalam
kuil itu. Belakangan Tan Yoe Liang mengatur lain siasat. Ia
mencari orang2 gagah dan penjahat2 dalam dunia Kang
ouw dan mereka mengangkat Goan tin sebagai guru diluar
Siauw Lim sie. Mereka disiapkan sekitar Siauw Lim Sie dan
menunggu saat yg baik untuk turun tangan.
Goan tin adalah ahli silat kelas utama pada jaman itu.
Mendengar nama Siauw Lim sie yang cemerlang dan
melihat kepandaian pendeta itu banyak orang Kang ouw
lari dari partainya sendiri dan rela menjadi muridnya, untuk
menjadi murid Goan tin. Perkataan "Sang Budha memang
sangat murah hati" sebenarnya kata2 rahasia dari
persekutuan Goan tin dan harus dijawab dengan "Kembang
mekar menemui Sang Budha." Tio Beng sangat pintar. Ia
bisa lantas menebak, bahwa Goan Tin ingin merebut
kedudukan hong thio, tapi ia tidak tahu, bahwa perkataan
yg diucapkan oleh si tua adalah kata2 rahasia.
"Hoe toako," kata seorang yg katai gemuk, "Bocah
perempuan itu mengatakan guru kita mau diangkat sebagai
Hong thio. Darimana ia dengar warta itu" Hal ini hal besar.
Kitaharus menyelidiki seterang2nya."
Sementara itu, begitu mendenar nada tertawa kedelapan
penjahat itu, Boe Kie sudah tahu bahwa ada sesuatu yg
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak benar dan bahaya yg lebih besar sedang mengancam.
Sesudah terluka, meskipun Cin khie (hawa tulen) didalam
tubuhnya tidak menjadi musnah, hawa itu suka dikumpulkan dan digunakan untuk berkelahi. Dalam
menghadapi bencana, mati2an
ia berusaha untuk mengumpulkan hawa tersebut. Tapi ia gagal. Hawa itu
berkumpul dalam kelompok2 kecil disana sini dalam
tubuhnya, tapi tidak bisa menjadi satu dan mengalir
disepanjang jalan darah. Tiba2 si penjahat tua menjambret Tio Beng. Sebab tak
kuat menangkis, si nona hanya mundur keranjang Boe Kie
sendiri tetap bersila sambil memejamkan kedua matanya. Ia
terus mengerahkan pernapasannya dengan harapan
sebagian tenaganya akan pulih kembali.
Melihat Boe Kie bersila dengan tenang di tengah ranjang,
penjahat yg bertubuh katai gemuk meluap darahnya.
"Bocah, kau sungguh sombong!" bentaknya sambil
mengerahkan seluruh lweekangnya, sehingga tulang2nya
berbunyi perotok2 dan kemudian, ia meninju Lan thiong
hiat di dada Boe Kie sekuat2nya. "Buk!" Sehabis meninju
lengan kanannya terkulai, matanya melotot dan ia tidak
bergerak lagi. Si pendeta tua terkejut dan mengangaurkan
tangan untuk menarik kawai itu. Tapi begitu tersentuh, si
katai gemuk roboh --- mati!
Kawanan penjahat itu kaget tercampur gusar. Mereka
menduga Boe Kie memiliki ilmu siluman.
Mengapa penjahat itu binasa seketika" Sebagaimana
telah dikatakan, sesudah terluka Cin Khie (hawa tulen)
dalam tubuh Boe Kie sukar berkumpul menjadi satu dan
tidak bisa digunakan untuk melukai musuh. Tapi biarpun
begitu, Kioe yang sin Kang didalam badannya tidak
menjadi musnah. Penjahat itu memukul dengan sepenuh
tenaganya. Kioe yang Sin kang Boe Kie waktu itu memang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak cukup untuk menghantam musuh, tapi lebih dari
cukup untuk melindungi dirinya sendiri. Begitu terpukul,
tenaga Kioe yang segera menolah dan memulangkan tenaga
pukulan itu. Disamping itu terjadi pula kejadian yg diluar
dugaan. Karena terpukul hawa Kioe yang dalam Boe Kie
terbangun pula, sehingga tenaga menolak ditambah lagi
dengan tenaga lain. Itulah sebabnya mengapa si penjahat
lantas saja binasa. Pendeta tua itu seorang yg berpengalaman luas. Ia tahu
bahwa Boe Kie mengugnakan ilmu meminjam tenaga,
memukul tenaga. Tapi ia tidak jadi gentar, sebab ia percaya
akan kelihaiannya Tiat see ciang nya (Tangan Pasir Besi).
Sambil menarik napas dalam2, ia segera memukul dengan
kedua tangannya. Dalam Rimba Persilatan, Tiat See Ciang si tua cukup
terkenal dan ia mendapat julukan Sin see Pa Thian Chioe
(Tangan pasir malaikat yg bisa memecahkan langit)
Waktu kawannya yg gemuk memukul dada Boe Kie ia
menyaksikan terang2an denga kedua matanya sendiri. Ia
menduga bahwa didada pemuda itu tersimpat senjata
beracun. Maka itu ia sekarang tujukan pukulannya kepada
lengan Boe Kie yang berada di luar tangan baju. Ia ingin
mematahkan lengan itu lebih dahulu dan kemudian barulah
membinasakan pemuda itu. Tapi begitu memukul tubuh si
tua terbang keluar dari jendel yg terbukan menjadi hancur
dan kepalanya membentur batang pohon, sehingga ia
binasa seketika itu juga.
Ketiga kawannya, yg masih belum tahu nasib si tua,
lantas saja menyerang dengan berbareng. Yang satu
meninju Tay yang hiat yang satu mencoba mengorek biji
mata dengan pukulan Siang liong Chio coe (Sepasang naga
merebut mutiara) sedang yg ketig menendang tan tian
(dibawah pusar). Dengan menundukkan kepala Boe Kie
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggores dua jari tangan yang mau mengorek biji
matanya sehingga pukulan itu mampir pada dahinya dan
sambil menahan napas, ia menerima dua pukulan yg lain.
Berbareng dengan suara "buk buk!" terdengar jeritan
menyayat hati dan ketiga penjahat itu melayang jiwanya.
Penjahat yg menendang tna sian mati dengan tulang kaki
patah sebab tendangan terlalu keras. Dilain pihak dengan
tertendangnnya tan tian chin khie dalam tubuh Boe Kie
bergolak hebat dan tiba2 ia mersa jalan2 darah disebagian
tubuhnya terbuka dengan mendadak. Ia girang dan berkata
didalam hati. "Sayang sungguh pendeta jahat itu mampus
terlalu cepat. Kalau ia bisa menendang beberapa kali lagi,
keadaan akan lebih banyak mendingan. Diluhat begini
dalam sepuluh hari tenagaku akan pulih kembali."
Diantara delapan sudha lma orang melayang jiwanya.
Taku usdah dikatakan lagi sisanya tiga orang ketakutan
setengah mati dan kabur lintang pukang. Setibanya diluar
mereka melihat mayat si tua yg menggeletak di bawah
pohon dengan kepala hancur. Mereka kabur terus sampai
diluar pintu kelenteng. Sebab tak diubar mereka berenti dan
berdamai. "Kurasa bocah itu mempunya ilmu siluman,"
kata yang satu. "Bukan.. bukan ilmu siluman," bantah yang lain. "Dia
tentu memiliki lweekang yg tinggi yg digunakan untuk
memukul balik serangan saudara kita."
"Benar," meyambung yg ketiga. "Biar bagaimanapun
juga kita harus membalas sakit hati."
Biarpun penjahat kejam, mereka ternyata masih
mempunyai "gie khie" (rasa setia kawan) dari kalangan
Kong ouw. Mereka berdelapan telah mengangkat saudara
denga bersumpah untu sama2 senang dan sama2 susah.
Sesudah berdamai agak beberapa saat, mereka bertekad
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bulat untuk membalas sakit hati. Tapi mereka mengerti,
bahwa mereka bukan tandingan Boe Kie.
"Ah! Tak salah!" seorang tiba2 berseru. "Bocah itu tentu
mendapat luka berat. Kalau tidak mengapa dia tidak
mengubar?" Kedua konconya jadi girang. "Benar," kata yang satu.
"Rupa2nya dia tidak bisa berjalan. Kelima saudara kita
menyerang denga kai tangan dan dia memukul balik dengan
lweekang. Sekarang kita serang dia dengan senjata. Aku
tidak percaya badannya, badannya tidak mempan senjata."
Untuk segera bertindak. Satu membawa tombak satu
menentang golok, saut mencekal pedang dan mereka lantas
masuk lagi kedalam kelenteng.
Mereka mendapat kenyataan, bahwa kamar disebelah
timur sunyi tidk terdengar suara apapun juga. Indap2 merek
mendekati dan mengintip dari jendela yang hancur.
Ternyata Boe Kie masih tetap duduk bersila dan ia
kelihatnnya lelah sekali. Tio Beng duduk disampingnya
sambil menyusuti keringat.
Ketiga penjahat itu saling melirih. Tapi tak ada satupun
yang berani menerjang lebih dahulu.
Selang beberapa saat, yang satu tidak sabar lagi. "Bocah
bau!" teriaknya. "Akali kau nayari2 keluar!"
"Bocah tak tau malu!"
Menyambung yang lain. "Kalau kau benar2 berkepandaian tinggi, jangan gunakan ilmu siluman!"
Boe Kie tidak meladeni. Makin lama ketiga penjahat itu
makin berani sehingga belakangan mereka mencaci dangan
perkataan2 kotor. Tapi Boe Kie dan Tio Beng tidak marah.
Sebaliknya dari bergusar, mereka bersyukur, bahwa sesudah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kabur ketiga penjahat itu kembali lagi. Tempat itu tak jauh
dari Siauw Lim Sie dan tadi waktu mereka lari, Boe Kie
dan Tio Beng merasa khawatir kalau2 mereka pergi ke
Siauw Lim Sie dan melaporkan kejadian itu kepada Seng
Koen. Apabila Seng Koen atau konconya datang, bencana
suka di hindarkan. Sementara itu, sesudah diserang beberapa kali Kioe yang
Ci Khie dibeberapa bagian tubuh Boe Kie yang tadinya
terus membuyar, sekarang sedikit banyak bisa berkumpul.
Ia masih belum bisa menggunakan lweekang untuk melukai
musuh, tapi ia sekarang sudah tidak begitu bingung seperti
semula. Tiba2 terdengar suara, "brak!" dan pintu berbareng ujung
tombak ygn berkuncir merah muncul di ambang pintu.
"Celaka!" seru Tio Beng seraya menyodor kan pisau
yang dipegangnnya kepada Boe Kie. Boe Kie menggelengkan kepala. Dia tidak menyambut pisu itu sebab
ia tahu, ia tak punya tenaga untuk menggunakannya.
Dilain detik sesudah membuat sebuah lingkaran
bagaikan kilat ujung tombak menyambar kepada Boe Kie.
Pada saat yg sangat berbahaya tapa berpikir lagi, Tio Beng
merogo saku Boe Kie dan mengeluarkan sebatang Seng hwa
leng, yang lalu ditaruh di dada Boe Kie, ditempat yang
sedang disambar oleh mata tombak.
"Tak!" mata tombak mampir tepat pada Seng hwee leng.
Pukulan itu merangsang Kioe yang sin kang dalam tubuh
Boe Kie, dan tenaga itu lantas balik memukul. "Aduh!" si
pendeta yang menikam mengeluarkan teriakan hebat,
karena gagang tombak ambals didadanya.
Sebelum dia roboh seorang kawanan sudah membacok
batok kepala Boe Kie dengan goloknya sebab kuatir
sebatang Seng hwee leng tidak cukup kuat denga kedua
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya nona Tio menaruh dua batang leng diatas kepala
Boe Kie, sekali lagi terdengar suara "tak!". Golok itu
terpental dan menghantam janggut majikannya yg lantas
saja menjadi hancur. Kali ini, sebab tidak keburu menarik
palang tangan kirinya, ujung kelingking nona Tio tepapas
putus oleh mata golok yang terpental. Dalam keadaan
tegang, si nona sendiri tidak merasai luka itu.
Pendeta ketiga yg masuk dengan membawa pedang,
terbang semangatnya ketika lihat dua kawan nya
menggeletak tanpa bernyawa. Sambil berteriak keras, ia
kabur. "Dia tidak bolek di biarkan lari!" seru Tio Beng seraya
menimpuk dengan sebatang Seng hwee leng. Meskipun ia
menimpuk dengan seantero tenaga, senjata itu jatuh di
tengah jalan sebab tenaganya tidak cukup.
Boe Kie terkejut. Ia memeluk si nona dan berbisik.
"Timpuk lagi!" ia mengempos cin khie yg berkumpul
didadanya dan mengirimnya kedalam tubuh si nona.
Tio beng menimpuk lagi deng Seng hwee leng yg dicekal
ditangan kiri. Dua tindak lagi penjahat itu akan bisa
menyelamatkan diri dibelakang tembok. Tapi dia tidak
keburu sebab Seng hwee leng menyambar bagaikan kilat,
amblas dipunggungnya menembus keluar didadanya.
Sesudah menggunakan tenaga yang penghabisan Boe Kie
dan Tio Beng pingsan bersama sama dan dengan salik peluk
mereka lantas ke bawah ranjang. Dalam kamar itu
menggeletak enam sosokmayat, diluar kamar dua mayat
lagi, sedang Boe Kie dan Tio Beng sendiri berbaring
diantara kobakan darah. Sinar rembulan menerangi
kelenteng itu yg sunyi bagaikan kuburan.
Sesudah lewat beberapa lama, Tio Beng tersadar. Ia
memegang hidung Boe Kie dan mendapat kenyataan,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa pemuda itu masih bernapas dan jalan napasnya
tenang. Perlahan2 ia berbangkit dan berusaha untuk
mengangkat Boe Kie ke atas ranjang, tapi tenaga nya tak
cukup, sehingga ia hanya bisa meluruskan tubuh Boe Kie
dan kemudian mereka lantas napas tersenggal2 ia berduduk
disamping kecintaannya. Beberapa saat kemudian, Boe Kie membuka matanya.
"Beng moay," katanya. "Kau.. kau berada disini?"
Si nona tertawa. Mereka saling mengawasi dan mereka
tertawa bersama2. muka mereka belepotan darah dan
keadaan dalam kamar itu sesudah terlolos dari bencana
bersama2 didalam hati mereka merasakan semacam
kebahagiaan yang sukar dilukiskan.
Dalam seluruh pertempuran, mereka membinasakan
tujuh pendeta tanpa mengeluarkan tenaga sendiri dan
menggunakan ilmu meminjam tenaga memukul tenaga.
Tapi dalam mengambil jiwa penjahat yg terakhir, mereka
telah menggunakan seantero kekuatan dan sekarang mereka
tak punya tenaga lagi. Meeka terpaksa rebah diantara
mayat2 itu. Dengan tangan gemetaran Tio Beng membalut
kelingkingnya yg terpapas golok untuk menghentikan
darah. Sesudah itu bersama Boe Kie ia tertidur pulas.
Pada keesokan tengah hari barulah mereka tersadar.
Sesudah bersamedhi kira2 setengah jam, Boe Kie merasa
badannya segar, sebab lapar, perlahan2 ia pergi ke dapur,
dimana ia dapatkan nasi yang separuh hangus didalam
kuali. Sambil tersenyum ia makan dua suap kemudia
mengisinya disebuah mangkok yang lalu dibawa ke kamar
dan diserahkan kepada Tio Beng.
"Bagaimana kalau keadaan sekarang dibanding makan
minum dirumah makan kecil dikota saja?" kata Tio Beng.
"Dulu lain, sekarang lain!" jawabnya sambil tertawa.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya," kata pula si nona. "Sekarang kita menderita dilahir
tapi apa yang dirasakan didalam hati kita, hanya diketahui
oleh langit, oleh bumi, olehmu dan olehku sendiri. Orang
luar tak pelu tahu!" Mereka tertawa dan lalu makan
bersama2 dengan hanya menggunakan tangan. Yang
dimakan mereka hanyalah nasi separuh hangus. Tapi bagi
mereka lezatnya nasi itu melebihi santapan yang terlezat
didalam dunia. Belum habis mereka makan, ditempat jauh sekonyong2
terdengar suara tindakan kuda. Tak kepalang kagetnya Boe
Kie dan Tio Beng. Mangkok nasi yg dipegang si nona jatuh
dan hancur dilantai. Meeka saling mengawasi dengan hati
berdebar2. Tak lama kemudian kedua ekor kuda berhenti dihadapan
pintu kelenteng dan pintu di ketuk orang. "Siangkoan Sam
ko!" teriak seorang. "Buka pintu! Aku Cia Loo Ngo."
"Bagaimana sekarang?" bisik Boe Kie.
"Mereka akan segera merusak pinth" kata Tio Beng.
"Kita berlagak mati." Boe Kie menganggul dan mereka lalu
rebah tengkurep. Beberapa saat kemudian terdengar suara kedubrakan dan
pintu terpental karena dorongan tenaga yg sangat kuat.
"Kau rebah dipinggir pintu cegat jalan mundur mereka!"
bisik si nona. Boe Kie lalu merangkak kepintu kamar.
Di luar terdengar seruan kaget dari dua orang yang baru
masuk, disusul dengan suara menghunus senjata. Rupa2nya
mereka sudah lihat mayat yang menggeletak diluar.
"Hati2!" kata seorang. "Jangan kena di bokong!"
"Sahabat!" teriak yang lain. "Perlu apa kau sembunyi2"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau nualimu besar, keluarlah!" Suara orang itu nyaring
dan bertenaga. Tak bisa salah lagi dialah yang mendobrak
pintu. Dia teriak menantang berulang2 tapi tetap tak dapat
jawaban. "Bisa jadi penjahatnya adalah pergi," kata kawannya.
"Mari kita geledah," kata orang yg suaranya nyaring,
yang tadi memperkenalkan diri sebagai Cin Lo Ngo. "Sioe
Lao tee, kau memeriksa disebelah timur, aku dibarat."
Orang she Soe itu bernyali kecil, "Kau kuatir musuh
berjumlah besar," katanya dengan nada jeri. "Lebih baik
kita jalan berdua." Sebelum Cin Loo Ngo menyahut, dia mengeluarkan
seruan, tertahan, "Ini!" katanya sambil menuding kamar
sebelah timur. "Dikamar itu kelihatannya masih ada lain
mayat." Mereka menghampiri dan bulu mereka bangun semua.
"Siapa" siapa yg binasakan mereka?" kata Cin Loo Ngo
dengan suara gemetar. "Cin Loo Ngo mari kita pulang! Kita harus beritahukan
Suhu." "Suhu telah memesan, kita harus buru2. Surat undangan
harus disampaikan secepat mungkin supaya tamu2 bisa
hadir dalam To Say Eng Hiong Hwee yang akan diadakan
pada harian Toan ngo. Kalau kita terlambat, kita bisa
dihukum. (Toa say Eng hiong hwee " Pertemuan orang2
gagah dalam upacara membinasakan singa Toan ngo Bulan
Lima tanggal Lima menurut perhitungan Imlet atau hari
perayaan Pehcun). Mendengar Toan say Eng hiong hwee, alis Boe Kie
berkerut. Tiba2 darahnya bergolak kaget, girang dan gusar
bercampur aduk jadi satu. Ayah angkatnya begelar Kim Mo
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Say Ong atau Raja singa bulu emas dan To say eng hiong
hwee tentu dimaksudkan upacara membunuh ayah
angkatnya. "Dilihat begini sebelum Toan ngo jiwa Giehoe
takkan diganggu," pikirnya. "Hai " kedudukanku sebagai
pemimpin Beng Kauw tapi aku tak mampu melindungi Gie
hoe, hingga di mesti menderita, mesti menerima segala rupa
hinaan. Aku sungguh seorang anak yg tidak berbakti."
Makin lama ia jadi makin gusar. Kalau menuruti
kemauannya, ia ingin lantas membinasakan kedua orang
itu. Tapi sebab tenaganya belum pulih, jalan satu2nya
adalah menunggu sampai mereka masuk kamar dan
kemudian membinasakan dengan ilmu "Meminjam tenaga,
memukul tenaga". Tapi kedua orang itu tidak berani lantas masuk. Mereka
berdiri diluar kamar dan berdamai.
"Begini saja," kata Cin Loo Ngo, "Kita berdua membagi
tugas. Aku mengantarkan surat undanagn dan kau kembali
ke Siauw Lim Sie untuk memberi laporan kepada suhu."
Tapi si orang she Sioe kuatir kalau ditengah jalan ia
bertemu dengan musuh. Ia bersangsi dan tidak mengiakan
usul kawannya. Cin Loo Ngo mendongkol, "Kalau kau takut kau boleh
pilih," katanya. "Kalau kau mau mengantarkan surat
undangan, bolehlah."
Sesudah berpikir sejenak, si orang she Soe menganggap,
bahwa pulang ke Siauw Lie Sie banyak selamat. Maka itu,
ia lantas saja berkata, "Aku turut perkataan Cin Loo Ngo.
Biarlah aku pulang dan melaporkan kejadian ini kepada
suhu." Sesudah mencapai persetujuan, mereka segera bertindak
untuk berlalu. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak Tio Beng menggerakkan tubuhnya dan
merintih. Kedua orang terkejut. Mereka menghentikan tindakan
dan menengok. Sekali lagi nona Tio menggerakkan
badannya. Kali ini kedua orang itu melihat tegas bahwa yg
tubuhnya bergerak adalah seorang wanita.
"Siapa perempuan itu?" tanya Cin Loo Ngo seraya
menghampiri. Si orang she Sioe juga mengikuti masuk ke
kamar. Biarpun nyalinya kecil ia tak takut sebab Tio Beng
seorang wanita dan seorang wanita yg terluka berat. Ia
membungkuk untuk membalikkan tubuh si nona.
Tiba2 Boe Kie batuk2, sehingga si orang she Sioe
terkesiap dan mengurungkan niatnya. Sesudah batuk2, Boe
Kie duduk sambil memejamkan kedua matanya.
Melihat Boe Kie yg mukanya berlepotan darah, kedua
orang itu terbang semangatnya.
"Celaka!" teriak si orang she Sioe, "Mayat bangun lagi!"
"Setan!" bentak Cin Loo Ngo sesudah menentramkan
hatinya. "Aku tak takut!" Ia mengayun golok dan
membacok batok kepala Boe Kie.
Ketika itu Boe Kie sudah siap sedia dengan kedua Seng
hwee leng. Begitu musuh membacok, ia menaruh kedua
leng itu diatas kepalanya. "Tak" golok terpental memukul
Cin Loo Ngo yg binasa seketika itu jg.
Si orang she Sioe, yang tangannya mencekal golok itu
terlepas dari tangannya. "Kalau kau punya nyali, bacoklah aku!" tantang Boe
Kie. "Tinjulah aku, kalau kau berani!"
"Siawjin" siauwjin tak berani," jawabnya.
"Coba kau tendang aku!"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siauwjin" siauwjin.. lebih2 tak berani."
"Tolol kau! Lekas bacok aku!"
Orang she Sioe itu makin ketakutan. Tiba2 ia berlutut
dan berkata sambil manggut2an kepalanya. "Ampun loya"
ampun?" Tio Beng sangat mendongkol. Ia mengeluarkan suara
dihidung dan berkata, "Aku tak nyana didalam Rimba
Persilatan ada manusia yg begitu rendah seperti kau!"
"Ya" ya" siauwjin manusia rendah?".," katanya.
Thio Boe Kie jadi kewalahan. Mendadak ia dapat serupa
pikiran. "Kemari kau!" bentaknya.
Dia lantas menghampiri dengan merangkak.
Boe Kie segera menempelkan kedua jempol tangannya di
biji mata orang itu dan membentak. "Aku korek biji
matamu!" Dalam menghadapi bahay, tanpa merasa si orang she
Sioe mendorong dengan kedua tangannya. Inilah yang
diinginkan oleh Boe Kie. Dengan meminjam tenaga itu, ia
menotok jalan darah Sin Hong dan Po Long di bawah tetek
orang itu yang badannya lantas saja kesemutan dan tak
bertenaga lagi. "Looya" ampun?" dia sesambat.
Tio Beng tahu bahwa totokan Boe Kie hanya bisa
menahan orang itu untuk sementara waktu. Dalam waktu
kira-kira setengah jam "hiat" yang tertotok itu akan terbuka
lagi dengan sendirinya. Tapi iapun tak ingin mengambil
jiwa orang, terutama sebab ia memerlukan banyak
keterangan dari orang itu. Sesudah memikir sejenak, ia
berkata, "Kau sudah ditotok pada hiat yang membinasakan.
Coba kau tarik napas dalam-dalam."
Orang itu menurut. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, bukankah dadamu di sebelah kiri sangat sakit?"
Si orang she Sioe mengangguk dengan rasa takut yang
lebih besar, padahal rasa sakit itu adalah gejala biasa,
sebagai akibat dari totokan yang dilakukan Boe Kie. Ia
lantas saja memohon mohon kepada Tio Beng supaya
jiwanya ditolong. "Untuk menolong jiwamu aku harus menggunakan
jarum emas dalam waktu setengah bulan," kata Tio Beng.
"Tolong Kouwnio!" sesambat si orang she Sioe.
"Apabila Kouwnio sudi menolong Siauwjin rela menjadi
kerbau atau kudanya Kouwnio."
Si nona tertawa. "Huh! Baru pertama aku lihat orang
Kang ouw yang semacam kau," katanya. "Baiklah. Ambil
sepotong batu!" "Baik" baik" jawabnya tergesa gesa dan dengan
menahan sakit dan tindakan limbung ia berjalan keluar
untuk mencari apa yang diminta Tio Beng.
"Untuk apa?" bisik Boe Kie.
"Kau lihat saja," sahutnya sambil tersenyum.
Beberapa saat kemudian, si orang she Sioe kembali dan
sambil membungkuk menyerahkan sepotong batu kepada
Tio Beng. Nona Tio mencabut tusuk kundainya yang terbuat
daripada emas dan memasangnya di Coat poen hiat, di
pundak orang she Sioe itu. "Aku akan membuka jalan
darahnya dengan tusuk kundai ini, supaya hawa Sie hiat
("hiat" mati) tidak naik ke atas dan masuk ke dalam
otakmu. Tapi aku tak tahu, apa Looya itu suka
mengampuni jiwamu atau tidak."
Mendengar keterangan itu, si orang she Sioe lantas saja
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengawasi Boe Kie dengan sorot mata minta dikasihani.
Boe Kie mengangguk dan dia kegirangan. "Looya suka
memberi ampun!" katanya. Kouwnio, hayolah."
"Hm!..." si nona mengeluarkan suara di hidung. "Apa
kau takut sakit?" "Tidak! Siauwjin hanya takut mati, tidak takut sakit."
"Kalau begitu, panteklah tusuk kundaiku dengan batu
ini." Tanpa berpikir lagi, ia memantek tusuk kundai itu yang
lantas saja masuk di daging pundaknya, tepat di Coat poen
hiat. Sebaliknya dari sakit, ia merasa nyaman sehingga ia
makin percaya omongannya Tio Beng dan menghaturkan
terima kasih berulang-ulang.
Beberapa saat kemudian, si nona menyuruh mencabut
tusuk kundai itu dan mengulangi penusukkan pada Hoen
boen hiat, Kouw pong hiat dan beberapa "hiat" lain.
Boe Kie tersenyum dan berkata. "Sudah! Sudah cukup!"
Penusukan beberapa "hiat" itu adalah tindakan Tio Beng
untuk berjaga jaga menghadapi pengkhianatan. Selama
sepuluh hari, jika orang she Sioe itu berlari-lari dalam jarak
kira-kira seratus lie ia akan roboh dan binasa. Menurut


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perhitungan nona Tio, apabila ia ingin melaporkan kejadian
itu kepada Seng Koen, begitu keluar dari kelenteng, ia tentu
akan lari secepat mungkin sebab takut diuber. Dan larinya
itu berarti kebinasaannya.
"Sekarang ambil dua paso air untuk kami cuci muka dan
sesudah itu masak nasi," kata si nona. "Kalau sudah bosan
hidup, tak ada halangan kau menaruh racun di nasi, supaya
kita bertiga bisa mampus bersama-sama."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siauwjin tak berani, siauwjin pasti tidak berani?"
jawabnya. Demikianlah, mulai hari itu Boe Kie dan Tio Beng
mempunyai seorang pelayan.
Atas pertanyaan Tio Beng, ia menerangkan bahwa ia she
Sioe, bernama Lam san. Ia juga dikenal dengan julukan Ban
sioe Boe Kiang. Julukan itu berarti Usia Abadi, hanya merupakan suatu
ejekan. Ia berasal dari kalangan Rimba Hijau dan ia
mengabdi kepada Goan tin (Seng Koen) sebab ia tolol,
otaknya tumpul dan kepandaiannya cetek. Goan Tin hanya
menggunakannya sebagai pesuruh dan tidak pernah
memberi pelajaran silat kepadanya. Paling belakang ia
mendapat perintah untuk mengantarkan surat surat
undangan dan akhirnya bertemu Boe Kie dan Tio Beng.
Dalam peranan sebagai pelayan, Sioe Lam San rajin dan
mendengar kata. Dialah yang mengubur mayat-mayat.
Biarpun bodoh, dia memiliki semacam ilmu yang cukup
tinggi yaitu ilmu memasak. Sayur sayur yang dibuatnya
sangat lezat dan bernilai tinggi, sehingga kedua
"majikannya" jadi sangat girang.
Perlahan-lahan Boe Kie dan Tio Beng menanyakan soal
To say Eng hiong hwee. Sioe Lam San memberi segala
keterangan yang ia tahu, hanya sayang, ia tahu sangat
sedikit. Ia hanya mendengar bahwa Hong thio Siauw lim
sie, Kong boen Taysoe telah mengangkat Goan Tin sebagai
pelaksana pertemuan besar yang bakal diadakan dan bahwa
yang mengundang adalah Kong boen dan Kong tie Seng
ceng. Orang2 gagah dari berbagai partai dan golongan
diundang untuk berkumpul di Siauw lim sie pada hari
perayaan Toan ngo. Boe Kie lalu minta surat surat undangan yang dibawa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
olehnya. Ternyata surat surat itu dialamatkan Houw tin
goe, Kouw siong coe dan lain-lain kiam kek (ahli pedang)
dari Tiam cong pay di In Lam. Jago jago pedang Tiam cong
pay sudah lama dikenal dalam Rimba Persilatan. Tapi
mereka selalu menyembunyikan diri di daerah In Lam dan
tidak pernah bergaul dengan orang-orang gagah di wilayah
Tionggoan. Bahwa sekarang Siauw lim pay telah
mengundang juga mereka itu, dapatlah dibayangkan bahwa
pertemuan yang bakal diadakan benar2 bukan pertemuan
kecil. Siauw Lim pay diakui sebagai pemimpin Rimba
Persilatan, dengan kedua Seng Ceng (pendeta suci) yang
mengundang sendiri, maka orang-orang yang menerima
undangan sedapat mungkin akan coba menghadiri
pertemuan itu. Bunyi undangan itu sangat singkat. "Kami mengundang
(tuan) untuk berkumpul di kuil Siauw lim sie pada hari
perayaan Toan ngo untuk minum arak dan bergembira ria
bersama-sama orang-orang gagah di kolong langit."
Dalam surat undangan itu sama sekali tidak disebut-
sebut soal "To-say". Mengapa Cin Loo Ngo mengatakan
bahwa pertemuan itu adalah To-say Eng hiong hwee?"
tanya Boe Kie. "Thio ya tak tahu," jawab Sioe Lam San dengan suara
bangga. "Guruku telah menangkap seorang yang mempunyai nama sangat besar, yaitu Kim Mo Say Ong Cia
Soen. Kali ini Siauw lim pay akan mendapat muka terang
di hadapan para orang-orang gagah. Di hadapan mereka itu
Siauw lim pay akan binasakan si Singa Bulu Emas, maka
itu pertemuan itu dinamakan To say Eng hiong hwee."
Boe Kie meluap darahnya, tapi sebisa bisa ia menahan
sabar. "Apa kau pernah lihat Kim mo say ong?" tanyanya.
"Bagaimana gurumu menangkap dia" Di mana adanya dia
sekarang?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kim mo say ong" huh huh.. lihay tiada bandingannya," jawabnya. "Tingginya" dua kali tubuh
Siauwjin. Yang lain boleh tak usah disebutkan. Matanya
saja sudah sukar dilawan. Matanya berkeredepan dan kalau
kita diawasi" huh" semangat kita lantas terbang!" Ia
mendehem beberapa kali dan berkata pula. "Tujuh hari dan
tujuh malam guruku bertempur dengan dia, belakangan
Soehoe marah dan menggunakan Kim Liong Hok hauw
kang. Sesudah menggunakan ilmu itu barulah Kim mo Say
Ong dapat ditaklukkan. Sekarang dia dikurung di dalam
gua batu di belakang kuil dan dirantai dengan delapan?"
"Diam!" bentak Boe Kie. "Jangan ngaco kalau kau
masih sayang jiwamu! Kim mo say ong Cia Tayhiap buta
matanya. Mana bisa matanya berkeredepan?"
Sioe lam San terkesiap. "Ya" ya" siauwjin tentu salah
lihat," jawabnya dengan ketakutan.
"Bilang sebenar-benarnya," kata pula Boe Kie. "Apakah
kau pernah bertemu dengan Cia Tayhiap atau tidak?"
Sioe lam San yang tadi hanya mengibul buru-buru
menyahut. "Siauwjin tidak berani berdusta lagi. Siauwjin
sebenarnya belum pernah lihat Cia Tayhiap. Siauwjin
hanya dengar cerita itu dari saudara saudara seperguruan."
Apa yang sangat ingin diketahui Boe Kie adalah tempat
dikurungnya Cia Soen. Ia mendesak dan mendesak lagi,
tapi Sioe Lam San tetap mengatakan tidak tahu. Boe Kie
yakin, bahwa dia tidak mendusta. Rahasia besar yang tentu
tidak akan dibocorkan kepada sembarang orang. Untung
juga perayaan Toan-ngo masih dua bulan lebih, sehingga
mereka mempunyai cukup waktu. Yang paling penting bagi
mereka ialah mengobati luka dan beristirahat.
Sesudah berdiam sepuluh hari di kelenteng itu Boe Kie
dan Tio Beng sembuh seluruhnya dan tenaga merekapun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah pulih kembali. Hari itu Boe Kie lalu berdamai dengan
Tio Beng cara bagaimana mereka harus menolong Cia
Soen. "Jalan yang paling baik adalah menotok "hiat mati" Sioe
lam San dan kemudian mengirim dia ke Siauw lim sie
untuk jadi mata-mata kita," kata nona Tio. "Tapi orang itu
terlalu tolol dan kalau rahasia sampai diendus Seng koen
atau Tan Yoe Liang semua urusan dengan mereka selalu
akan menjadi rusak. Begini saja. Kita berdua pergi ke kaki
Siauw sit san dan coba menyelidiki. Tapi kita harus
menyamar." "Menyamar bagaimana?" tanya Boe Kie.
"Apa menyamar jadi hweesio dan niekouw?"
"Fui! Bagus sungguh pikiranmu! Apa katanya orang
kalau mereka lihat seorang hweesio berjalan bersama sama
seorang niekouw?" "Kalau begitu kita menyamar saja sebagai suami isteri
dari pedusunan." Tio Beng tertawa. "Apa tidak boleh sebagai kakak dan
adik?" tanyanya. "Apabila kita menyamar sebagai suami
isteri dan dilihat Cioe Kouwnio, bukankah pundakku bisa
berlubang lagi?" Boe Kie turut tertawa dan tidak mengatakan apa-apa
lagi. Sesudah menanyakan Sioe lam san tentang keadaan di
kuil Siauw lim sie, ia lantas berkata. "Sie-hiatmu yang
tertotok sekarang sudah hampir sembuh. Tapi kau perlu
berada di daerah Selatan yang hawanya panas. Manakala
kau berdiam di tempat yang turun salju, jiwamu akan lantas
melayang. Sekarang juga kau harus berangkat ke Selatan, ke
tempat lebih panas lebih baik lagi. Apabila kau kena angin
utara, dadamu akan menyesak dan kau akan batuk-batuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan itulah sangat berbahaya." Sehabis berkata begitu, ia
segera mengurut dada dan punggung si tolol.
Sioe Lam San tentu saja percaya habis karangan Boe
Kie. Tanpa menyia-nyiakan waktu, ia segera meminta diri
dan lalu berangkat ke Selatan. Di Tiongkok Selatan ia hidup
tenteram dan berumur panjang. Ia baru meninggal dunia
pada tahun Kian boen, kerajaan Beng.
Sesudah Sioe lam san berlalu, sebelum berangkat ia
membakar kelenteng itu. Di satu dusun mereka membeli
seperangkat pakaian dan menukar di tempat sepi.
Pakaian mereka yang mewah ditanam di tanah.
Dengan hati-hati mereka menuju ke Siauw sit-san.
Dalam jarak tujuh delapan lie dari kuil Siauw lim sie,
beberapa kali mereka bertemu dengan beberapa pendeta.
"Kita tidak boleh maju lebih jauh," kata Tio Beng.
Kebetulan sekali di pinggir jalan terlihat gubuk dan
seorang petani tua yang sedang menyiram kebun sayur di
depan gubuk itu. "Kita boleh numpang nginap di situ," kata si nona.
Boe Kie segera menghampiri dan sesudah memberi
hormat, ia berkata. "Loo-tiang, kami berdua kakak beradik
capai sekali dan kami memohon semangkok air dingin."
Tapi si kakek tidak meladeni. Ia terus menyirami sambil
menundukkan kepala. Tiba-tiba pintu gubuk terbuka dan keluarlah seorang
nenek yang rambutnya sudah putih semua. "Suamiku tuli
dan gagu," katanya sambil tertawa. "Apa yang tuan
inginkan?" "Adikku tak kuat jalan lagi," jawab Boe Kie. "Kami
ingin minta air minum."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Masuklah," kata si nenek.
Gubuk itu bersih, perabotnya bersih dan pakaian si
nenek biarpun terbuat dari kain kasar juga tidak kalah
bersihnya. Melihat kebersihan itu, Tio Beng merasa senang.
Sesudah minum air ia mengeluarkan sepotong perak dan
berkata sambil tertawa. "Popo, kakakku mengajak aku ke
rumah nenek kami. Lantaran tidak biasa, kakiku sakit
bukan main. Apa boleh malam ini kami numpang nginap"
Besok pagi kami akan meneruskan perjalanan."
"Numpang nginap tidak halangan dan juga tidak perlu
mengeluarkan uang," jawabnya dengan suara manis. Tapi
kami hanya mempunyai sebuah kamar dan sebuah ranjang.
Andaikata aku dan suamiku tidur di luar, kalian berdua
kakak beradik tentu tidak boleh tidur seranjang. Hm! Nona
kecil" sebaiknya kau bicara terus terang kepada Popo.
Bukankah kau kabur dari rumah mengikut kakak yang
tercinta?" Muka si nona lantas saja berubah menjadi merah. Di
dalam hati ia kaget. Nenek itu mempunyai mata yang
sangat tajam dan dia pasti bukan sembarangan orang.
Tanpa merasa ia melirik orang tua itu beberapa kali.
Walaupun sudah berusia lanjut dan badannya bongkok,
ia kelihatan gagah. Kedua matanya bersinar, sehingga
mungkin sekali ia memiliki ilmu silat yang tinggi. Tio Beng
tahu, bahwa roman Boe Kie masih menyerupai seorang
petani. Tapi dia sendiri pasti bukan seorang gadis dusun.
Maka itulah, sesudah memikir sejenak, ia lantas saja
berkata dengan sikap kemalu-maluan.
"Sesudah ditebak Popo, aku tahu tidak boleh berdusta
lagi. Dia itu, Goe koko kawan mainku sedari kecil. Sebab
dia miskin, ayah tidak mufakat aku menikah dengannya.
Melihat aku mau bunuh diri, ibu lantas menyuruh aku"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku lari mengikut dia. Kata ibu, sesudah lewat satu atau
dua tahun, sesudah kami mempunyai anak, kami baru
boleh pulang. Di waktu itu, mungkin ayah sudah berubah
pikiran. Sambil berkata begitu, dengan sorot mata
mencintai, beberapa kali ia melirih Boe Kie. Sesudah
berdiam sejenak, ia berkata pula. "Di kota raja keluargaku
mempunyai muka. Ayah bekerja sebagai pembesar negeri.
Apabila kami kena ditangkap, celakalah kami! Maka itu,
sesudah aku bicara terus terang, mohon Popo tidak
membuka rahasia kepada siapapun juga."
Si nenek tertawa terbahak-bahak
dan manggut- manggutkan kepalanya. "Aku sendiri pernah muda,"
katanya. "Kau jangan kuatir! Aku akan menyerahkan
kamarku kepada kamu berdua. Tempat ini terpisah ribuan li
dari kota raja dan aku tanggung tidak ada manusia yang
akan berani ganggu kamu. Andai kata ada orang berani
main api, Popo tentu tidak berpeluk tangan."
Melihat Tio Beng yang cantik dan lemah lembut sudah
lantas membuka rahasianya sendiri, hati si nenek jadi girang
dan ia segera mengambil keputusan untuk membantu kedua
orang muda itu. Di lain pihak, Tio Beng makin tetap dugaannya, bahwa
mereka itu seorang Rimba Persilatan. Tempat itu sangat
berdekatan dengan Siauw lim sie dan belum diketahui, apa
dia itu musuh atau sahabat Seng Koen, sehingga si nona


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasa bahwa ia harus lebih berhati-hati. Ia lantas saja
menyoja dan berkata, "Terima kasih banyak atas kebaikan
dan bantuan Popo. Goe koko, mari! Lekas haturkan terima
kasih kepada Popo!" Boe Kie segera mendekati dan menyoja.
Malam itu si nenek benar-benar menyerahkan kamarnya
kepada Boe Kie dan Tio Beng. Ia sendiri membuat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semacam dipan di ruangan tengah dengan menggunakan
beberapa lembar papan dan mengalaskannya dengan
selembar tikar. Di dalam kamar Tio Beng menceritakan pembicaraannya
dengan si nenek kepada Boe Kie.
Boe Kie manggut-manggutkan kepalanya. "Kakek yang
menyiram sayur memiliki kepandaian lebih tinggi,"
katanya. "Apa kau tak lihat?"
"Ah" aku benar-benar tak dapat lihat."
"Tadi dia memikul air. Tindakannya sangat cepat tapi
airnya sama sekali tidak bergoyang. Inilah bukti dari
lweekang yang sangat tinggi."
"Bagaimana kalau dibandingkan kau?"
"Aku mau coba." Sehabis berkata begitu, Boe Kie
mengangkat tubuh si nona yang lalu bergaya seperti orang
memikul air. Tio Beng tertawa geli. "Gila kau! Aku tahang air?"
bentaknya dengan rasa bahagia.
Mendengar senda gurau, rasa curiga si nenek lantas
hilang sama sekali. Malam itu Boe Kie dan Tio Beng makan bersama-sama
kakek dan nenek itu. Makannya cukup baik, ada daging dan
sayur. Selama makan Boe Kie dan Tio Beng terus bercanda
dan memperlihatkan rasa cinta mereka, sebagaimana
biasanya pengantin baru. Si nenek tersenyum-senyum, tapi
si kakek tidak menghiraukan dan terus makan sambil
menundukkan kepala. Sesudah makan dan beromong-omong sebentar, Boe Kie
dan Tio Beng masuk ke kamar dan memalang pintu.
Dengan muka kemerah-merahan, Tio Beng berbisik.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita hanya bersandiwara, bukan sungguhan."
Boe Kie lantas memeluknya erat-erat dan berkata dengan
suara perlahan. "Kalau tidak sungguhan, dalam dua atau
tiga tahun, cara bagaimana kita bisa mendapatkan anak?"
"Fui!" bentak si nona. "Kau tentu mencuri dengar
pembicaraanku!" Sehabis berkata begitu, ia menundukkan
kepala dengan sikap kemalu-maluan.
Dalam keadaan itu sebagai seorang ksatria Boe Kie dapat
menguasai dirinya. Ingat, bahwa dengan Cioe Cie Jiak, ia
sudah mengikat janji itu mesti dipenuhi. Nanti sesudah
menikah dengan nona Cioe, pikirnya, barulah ia boleh
mengurus persoalan nona Tio. Sesudah beromong-omong
lagi beberapa lama, ia segera mempersilahkan Tio Beng
tidur, sedang ia sendiri bersila di kursi dan mengerahkan
Kioe yang Cin khie. Tak lama kemudian ia tertidur.
Tio Beng tidak bisa lantas pulas. Lama ia bergulak gulik
di ranjang. Kira-kira tengah malam, dalam keadaan
setengah tidur, tiba-tiba kupingnya dengar suara tindakan
kaki yang datang dari tempat jauh. Tindakan itu cepat luar
biasa dan dalam sekejap sudah tiba di pintu luar. Ia
melompat dan menyentuh tangan Boe Kie. Pemuda itu
ternyata sudah tersadar dan mencekal tangannya.
Dalam saat itu terdengar suara seorang yang sangat
nyaring. "Suami isteri Touw " selamat bertemu! Malam
malam kami datang berkunjung. Apakah kunjungan ini
dianggap tak pantas?"
"Apa Ceng hay Sam kiam?" tanya si nenek. "Dari Coan
see (Soecoen barat) kami menyembunyikan diri di tempat
ini. Dengan berbuat begitu, kami sudah mengunjuk rasa
takut terhadap Ceng hay Giok ciu koan. Mengapa kalian
mendesak sampai begitu keras?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tamu itu tertawa terbahak-bahak. "Kalau benar-benar
kalian takut, berlututlah tiga kali di hadapan kami dan kami
akan mencoret semua hutang lama," katanya.
Sekonyong-konyong terdengar suara dibukakannya
pintu. "Masuklah!" kata si nenek.
Boe Kie dan Tio Beng mengintip dari celah-celah papan
dan dengan bantuan sinar rembulan mereka lihat tiga toojin
(imam) yang berdiri di ambang pintu.
Toojin yang berdiri di tengah-tengah seorang katai
gemuk dengan berewok pendek lantas saja bertanya. "Apa
kalian mau meminta ampun dengan berlutut atau
membereskan persoalan ini dengan senjata?"
Sebelum si nenek menjawab, suaminya keluar dengan
tulang tulang dalam tubuhnya memperdengarkan suara
peratak perotok, suatu tanda bahwa dia memiliki lweekang
yang luar biasa. Ia lantas berdiri di samping isterinya seraya
mengawasi ketiga imam itu dengan mata tajam.
"Touw loosianseng," kata si berewok, "mengapa kau
tidak mengeluarkan sepatah kata" Apa kau merasa
derajatmu terlalu tinggi untuk beromong-omong dengan
Ceng hay Sam kiam?" "Suamiku tuli," kata si nenek.
Si berewok mengeluarkan seruan tertahan, "Ilmu Thia
hong Pan kee (membedakan senjata rahasia dengan
mendengar sambaran anginnya) dari Touw Loosianseng
amat terkenal dalam Rimba Persilatan," katanya.
"Mengapa Loosianseng bisa jadi tuli" Sungguh sayang!"
Toojin yang berbadan lebih gemuk dari si berewok lantas
saja menghunus pedang dan berkata, "Mengapa kalian
tidak mengeluarkan senjata?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si nenek mengangkat kedua tangannya dan ternyata
pada setiap telapak tangan terdapat tiga batang golok yang
panjangnya belum cukup setengah kaki. Hampir berbareng
si kakek juga mengangkat kedua tangannya dan iapun
memegang enam golok pedang yang berukuran sama, tiga
batang di saban tangan. Di lain saat golok itu saling
berpindah tangan yang di tangan kanan pindah ke tangan
kiri dan yang di tangan kiri pindah ke tangan kanan. Cara
pemindahan itu menakjubkan dan memperlihatkan suatu
hasil dari latihan yang lama dan sungguh sungguh.
Melihat senjata yang aneh itu ketiga toojin terkejut.
Dalam Rimba Persilatan belum pernah ada senjata begitu.
Mau dikata golok terbang (hoetoo), cara menggunakannya
bukan menggunakan golok terbang.
Siapa pasangan tua itu"
Kakek yang tuli dan gagu itu seorang she Touw bernama
Pek Tong dan dengan senjata Siang kauw (sepasang gaetan)
ia telah mendapat nama besar di Soecoan barat. Isterinya
yang bernama Ek Sam Nio mahir dalam menggunakan
tombak. Banyak tahun yang lalu mereka bermusuhan
dengan Giokcit koan di Ceng pay. Karena harus
menghadapi musuh yang berjumlah banyak lebih besar dan
juga sebab bibit permusuhan sebenarnya hanya soal yang
remeh, maka mereka belakangan mengambil keputusan
untuk meninggalkan Soecoan dan berpindah ke tempat lain.
Di luar dugaan biarpun sudah berada di tempat jauh,
malam ini mereka disusul oleh musuh-musuh lama itu.
Ketiga imam itu adalah murid turunan kedua dari Giok
cin koan. Yang berewokan bernama In Ho, yang gemuk Ma
Hoat Thong, sedang yang ketiga yang bertubuh kecil kurus
bernama In Yan. Mereka menggunakan pedang dan
mendapat julukan sebagai "Ceng hay Sam kiam" (tiga jago
pedang dari Ceng hay). http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun berbadan gemuk dan gerak geriknya kelihatan
tidak begitu gesit, Ma Hoat Thong sangat berakal budi.
Melihat suami isteri Touw menggunakan golok golok
pendek dan tidak menggunakan lagi senjata mereka yang
lama, ia lantas saja mengetahui bahwa keduabelas golok
pendek itu tentu mempunyai kelihayan yang luar biasa.
Maka itu, ia lantas saja berseru, "Sam Cay-kiam tin Thian
tee jin (Samcay) kiam tin " barisan pedang Sam cay kiam.
Thian tee-jin " langit, bumi, manusia yang dikenal sebagai
Sam kay. "Tian swee seng cie Coet giok cin!" menyambung In Ho.
(Tan swee seng cie Coet giok cin " kilat menyusul bintang,
keluar dari Giok cin koan).
Dengan serentak ketiga imam itu bergerak mengurung
suami isteri Touw. Boe Kie memperhatikan "tin" itu dengan perasaan
sangsi. Tiga toojin itu tak henti2nya saling menukar tempat
dan tiga batang pedang seolah-olah merupakan selembar
jala yang bersinar putih. Sesudah mengawasi beberapa saat
ia lantas dapat menebak intisari daripada barisan itu.
"Kurang ajar!" pikirnya, "ketiga imam itu benar-benar licik.
Mereka menggunakan Sam cay kiam tin, tapi sebenarnya di
dalam tin mengandung Ngo-heng. Kalau musuh percaya
bahwa tin itu Sam cay kiam tin dan coba memecahkannya
dengan mengambil kedudukannya Thian tee jin, maka dia
lantas bisa celaka dalam kepungan Ngo heng, tapi memang
bukan gampang untuk tiga orang menciptakan Ngo heng
kiam tin, sebab setiap orang harus menduduki lebih dari
satu kedudukan. Ilmu ringan badan dan kiam hoat mereka
memang sudah cukup tinggi." (Ngo heng kiam tin " barisan
dari Ngo heng). Suami isteri Touw lantas saja berdiri saling membelakangi dan kedua belas batang golok itu segera
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak-gerak di seputar badan mereka. Dengan cara yang
mengagumkan, golok-golok itu bertukar tangan. Golok
Touw Pek Tong diserahkan kepada Ek Sam Nio dan
sebaliknya. Dalam tukar menukar, mereka bukan
melemparkan tetapi menyodorkan dari satu ke lain tangan.
Tio Beng heran. "Boe Kie Koko, ilmu apa itu?" tanyanya
dengan berbisik. Boe Kie tidak lantas menyahut. Ia terus mengawasi
dengan alis berkerut. Tiba-tiba ia berkata. "Ah! Sekarang
kutahu! Dia takut akan Bay coe hauw Giehoe" (Bay coe
hauw " Geram singa).
"Apa itu Say coe hauw?" tanya Tio Beng.
Boe Kie tidak menyahut. Ia manggut2 kan kepalanya, ia
tertawa dingin dan berkata. "Hmm dengan kepandaian itu
mereka ingin membunuh singa?"
Si nona jadi lebih tidak mengerti. "Eh" tolol!" katanya
dengan mendongkol. "Mengapa kau bicara sendirian?"
"Kelima orang itu adalah musuh2nya Giehoe," bisik Boe
Kie. "Karena takut akan Saycoe hauw Giehoe, si tua sudah
merusak kupingnya sendiri."
Sementara itu pertempuran sudah berlangsung dan
bentrokan senjata terdengar tak henti-hentinya.
Lima kali Ceng hay Sam kiam menyerang, lima kali
mereka dipukul mundur. Dua belas golok pendek yang
dioper dari satu ke lain tangan berputar terus menerus dan
di bawah sinar rembulan, tiga helai sinar putih mengelilingi
tubuh suami isteri Touw. Garis pembelaan itu rapat dan
padat. Selang beberapa saat, tiba-tiba Touw Pek Tong
membuka serangan bagaikan kilat golok pendek http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambar kempungan Ma Hoat Thong. Dalam ilmu silat
terdapat kata kata begini, "Panjang satu cun (dim),
kekuatan satu cun. Pendek satu cun, bahaya satu cun."
Golok Touw Pek Thong hanya kira-kira lima cun, maka
dapatlah dibayangkan hebatnya bahaya serangan itu. Tiga
kali ia melakukan serangan yang membinasakan tanpa
memperdulikan pembalasan pada diri sendiri. In Ho dan In
Ya balas menyerang tapi serangan serangan itu ditangkis
oleh Ek Sam Nio. Ilmu golok suami isteri itu ternyata
berdasarkan kerjasama yang sangat erat, yang satu
menyerang, yang lain membela. Yang menyerang boleh tak
menghiraukan pembalasan atas dirinya sendiri. Diserang
cara begitu, Ma Hoat Thong repot bukan main. Touw Pek
Tong terus mendesak, kian lama serangan kian hebat.
Sekonyong-konyong, sambil bersiul nyaring In Ho
mengubah cara bersilatnya. In Ya dan Mo Hoat Thong
pung mengikuti perubahan itu dan mereka bertiga membuat
sehelai jala pedang yang sedemikian rapat, sehingga
andaikata mereka disiram air, air itu tak akan kena di badan
mereka. Boe Kie tertawa dingin dan berbisik. "Ilmu golok dan
ilmu pedang itu semuanya dilatih untuk menghadapi Gie
hoe. Lihatlah! Mereka lebih banyak membela diri daripada
menyerang. Berkelahi cara begini sampai besok tidak akan
ada keputusannya." Benar saja sesudah

Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serangan serangannya gagal, Touw Pek Tong juga mengubah siasat
dan sekarang dia hanya membela diri.
Sesudah memperhatikan beberapa lama, Tio Beng pun
mendapat lihat bahwa serangan2 kelima orang itu biasa saja
dan yang istimewa adalah pembelaan mereka. "Boe Kie
koko," bisiknya. "Kim mo say ong Cia Tayhiapo
berkepandaian sangat tinggi. Dengan ilmu silat itu, mana
bisa mereka memperoleh kemenangan?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah lewat tujuh delapan jurus lagi, tiba-tiba sambil
melompat keluar dari gelanggang, Ma Hoat Thong berseru.
"Tahan!" Touw Pek Thong melompat ke belakang dan
berdiri tegak sambil mengawasi lawannya.
"Apakah to hoat (ilmu golok) kalian dilatih untuk
membunuh singa?" tanya Ma Hoat Thong.
Ek Sam Nio kaget, "Kupingmu terang sekali," jawabnya.
"Saudara Touw Loosianseng dibunuh Cia Soen dan sakit
hati itu memang tidak bisa tak dibalas," kata Ma Hoat
Thong. "Sesudah kalian mendapat tahu bahwa Cia Soen
berada di Siauw liem sie, mengapa kalian tidak coba
membereskan persoalan itu terlebih siang?"
"Urusan itu urusan kami berdua," jawab Ek Sam Nio.
"Tootiang boleh tak usah turut memikiri."
"Ganjelan antara Giok cin koan dan kalian berdua
adalah urusan kecil," kata Ma Hoat Thong. "Perlu apa kita
mengadu jiwa" Bukankah lebih baik jika kita bersahabat
dan bersama sama mencari Cia Soen?"
"Apa Giok cin koan juga bermusuhan dnegan Cia
Soen?" tanya Ek Sam Nio.
"Tidak, bermusuhan memang tidak."
"Kalau tidak bermusuhan, mengapa kalian melatih diri
dalam kiamhoat yang istimewa itu" Kalau tidak salah kiam
hoat kalian dan to hoat kami bertujuan sama, yaitu untuk
melawan pukulan Cit siang koen."
"Sam Nio mempunyai mata yang sangat tajam! Kini
kami tidak perlu menyembunyikan suatu apa lagi. Maksud
kami ialah meminjam To liong to."
Nyonya Touw manggut2kan kepalanya dan dengan jari
tangannya lalu menulis beberapa huruf di telapak tangan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suaminya. Sebagai jawaban, Touw Pek Tong pun menulis
huruf-huruf di telapak tangan isterinya. Sesudah "berbicara"
dengan tulisan, si nenek berkata. "Tujuan kami berdua ialah
membalas sakit hati. Untuk itu kami rela membuang jiwa.
Terhadap To liong to, sedikitpun kami tak punya minat."
"Bagus!" kata Ma Hoat Thong dengan girang. "Sekarang
sebaiknya kita berlima berserikat untuk mencapai tujuan
kita " kalian membalas sakit hati dan kami meminjam golok
mustika. Dengan demikian, kita mendapat dua keuntungan,
yaitu hasil yang dikejar dan persahabatan."
Semua orang setuju. Mereka berlima lalu mengangkat
tangan dan mengucapkan sumpah perserikatan.
Sesudah bersumpah, suami isteri Touw lalu mengundang
ketiga tamunya masuk ke rumahnya untuk minum teh dan
merundingkan rencana tindakan mereka.
Sesudah duduk di ruangan tengah, melihat pintu kamar
tidur tertutup, Ceng hay Sam kiam merasa curiga dan
menengok beberapa kali. "Sam wie tak usah bercuriga," kata Ek Sam Nio sambil
tertawa. "Yang tidur di situ adalah sepasang suami isteri
muda yang kabur dari rumah mereka di kota raja. Yang
perempuan cantik bagaikan dewi, yang lelaki seorang
pemuda kasar yang tak tahu ilmu silat."
Ma Hoat Thong adalah seorang yang sangat berhati-hati.
"Sam Nio jangan gusar," katanya. "Bukan aku tidak
percaya, tapi sebab urusan ini urusan sangat besar, maka
jangan sampai bocor."
Si nenek tertawa, "Kita bertempur begitu lama dan
mereka terus tidur seperti bangkai," katanya. "Kalau tak
percaya Ma Tooya boleh lihat sendiri." Sehabis berkata
begitu ia berbangkit dan menolak pintu, tapi pintu dipalang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari dalam. Boe Kie tahu, apabila rahasianya bocor, kesempatan
untuk menolong ayah angkatnya akan menjadi hilang.
Buru-buru ia membuka sepatu, naik ke ranjang dan
menyelimuti dirinya. Di lain saat terdengar suara "krek" dan palang pintu
patah didorong In Ho. Ek Sam Nio masuk paling dulu
dengan membawa ciak-tay (tempat menancap lilin) diikuti
oleh Ceng hay Sam kiam. Dengan mata dan paras muka seperti orang yang baru
tersadar, Boe Kie mengawasi si nenek. Tiba-tiba Ma Hoat
Thong menghunus pedang dan menikam tenggorokan Boe
Kie. Tikaman itu menyambar bagaikan kilat.
Boe Kie mengeluarkan teriakan kaget. Sebaliknya dari
berkelit, dengan lagak bingung ia coba bangun, sehingga
tenggorokannya seolah olah memapaki ujung pedang. Buru-
buru Ma Hoat Thong menarik pulang senjatanya. Ia tak
pernah mimpi bahwa kepandaian pemuda itu sepuluh kali
lipat lebih tinggi daripada kemampuannya dan bahwa,
andaikata ia benar-benar mempunyai niatan jahat iapun tak
akan bisa mencelakai Boe Kie. Tio Beng hanya
mengeluarkan suara seperti orang mengigau dan terus tidur.
"Sam Nio tak salah," kata In Ho. "Mari kita keluar."
Mereka lantas kembali ke ruangan tengah.
Boe Kie segera melompat turun dari ranjang, memakai
sepatunya dan mengintip pula.
"Apakah kalian sudah menyelidiki pasti bahwa Cia Soen
berada di Siauw lim sie?" tanya Mo Hoat Tong.
"Siauw lim pay telah mengirim surat undangan kepada
berbagai orang gagah untuk menghadiri To say Tay hwee
pada hari perayaan Toan ngo. Apabila Cia Soen belum
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertangkap mereka tentu tak akan berbuat begitu."
Ma Hoat Thong mengangguk. "Kong kian Seng ceng
telah dibinasakan oleh Cia Soen," katanya. "Semua murid
Siauw lim sie bertekat untuk membalas sakit hati.
Sebenarnya kalian berdua tak usah banyak capai. Kalian
hanya perlu menghadiri pertemuan itu dan menyaksikan
kebinasaan Cia Soen. Tanpa mengangkat tangan, sakit hati
kalian sudah terbalas. Perlu apa Touw loosianseng merusak
kuping sendiri dan menempuh bahaya besar?"
Ek Sam Nio tertawa dingin.
"Hm" ! Kalian tak tahu bahwa anak lelaki tunggal
kami, tanpa sebab, tanpa lantaran, sudah dibunuh Cia
Soen," katanya dengan suara parau. "Sakit hati sedalam
lautan, untuk membalas sakit hati itu, mana bisa kami
hanya memainkan peranan sebagai penonton" Begitu
bertemu dengan bangsat she Cia itu, aku akan tusuk kedua
kupingnya dan kami berdua rela untuk binasa bersama
sama dia. Huh.. huh!... untuk membalas sakit hati itu, kami
tak memperdulikan segala akibatnya. Kami tidak menghiraukan kalau kami mesti melanggar Siauw lim pay,
Boe tong pay atau pay apapun juga."
Mendengar keterangan itu, Boe Kie bergidik. "Karena
perbuatan Seng Koen Giehoe melampiaskan amarahnya
kepada orang-orang yang tidak berdosa," pikirnya. Suami
isteri Touw kelihatannya bukan orang jahat. Tapi sakit hati
mereka sudah pasti tak akan bisa didamaikan. Hai!.... jalan
satu-satunya bagiku adalah menolong Giehoe dan
membawanya ke tempat jauh, supaya permusuhan tidak
bertambah hebat." Sesudah itu Boe Kie tak dengar suara apa apa lagi. Ia
mengintip dari sela sela papan dan mendapat kenyataan
bahwa suami isteri Touw dan ketiga tamunya bicara dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menulis huruf huruf di meja dengan menggunakan air the.
"Mereka sungguh berhati-hati," katanya dalam hati.
"Giehoe banyak musuhnya dan To liong to mempunyai
daya tarik yang sangat hebat. Dilihat gelagatnya, sebelum
Toan ngo Siauw lim sie bakal disatroni oleh banyak orang
pandai. Kalau penjagaan kurang kuat, Giehoe bisa mati
konyol. Aku harus mencoba menolong secepat mungkin."
Sebab tidak bisa mengorek rahasia lagi, Boe Kie lantas
tidur. Pada keesokan paginya, Ceng hay Sam kiam sudah
berlalu. "Popo," kata Boe Kie kepada si nenek. "Semalam
mengapa ketiga tooya itu masuk ke kamar dengan golok
terhunus" Aku takut setengah mati dan menduga mereka
datang untuk menangkap kami."
Mendengar Boe Kie menamakan pedang sebagai golok si
nenek tertawa di dalam hatinya. "Mereka nyasar dan
sesudah minum teh, mereka berlalu," jawabnya. "Can
Siauwko, sesudah tengah hari kami ingin membawa tiga
pikul kayu bakar ke kuil Siauw lim sie untuk dijual.
Bolehkah kau membantu kami" Kepada para pendeta kami
akan mengaku kau sebagai anak supaya mereka tidak
curiga. Isterimu sangat cantik, sebaiknya menunggu saja di
rumah." Boe Kie mengerti bahwa kedua orang itu mau
menyelidiki keadaan Siauw lim sie. Ia girang dan lantas
menyahut, "Aku akan menurut semua perintah Popo
harapanku yang satu satunya Popo suka menerima kami
menumpang di sini. Kami sudah lelah berlarian kesana
sini." Lohor itu Boe Kie mengikuti suami isteri Touw, dengan
masing-masing memikul satu pikul kayu bakar. Boe Kie
memakai tudung besar, kasur rumput dan di pinggangnya
terselip kapak pendek. Selagi mereka berangkat, Tio Beng
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri di ambang pintu sambil tersenyum.
Mereka berjalan perlahan lahan dan berlagak tersengal-
sengal. Setibanya di pendopo di luar kuil Siauw lim sie,
mereka berhenti mengaso. Di pendopo itu terdapat dua
orang yang mengawasi mereka dengan sikap acuh tak acuh.
Ek Sam Nio membuka bungkusan kepala yang terbuat dari
kain kasar dan menggunakan untuk menyusut keringat,
sesudah itu ia menyusut keringat Boe Kie. "Nak, apa kau
sudah capai?" tanyanya.
Waktu keringatnya disusuti, Boe Kie merasa agak
jengah. Tapi begitu mendengar suara si nenek, jantungnya
memukul keras. Itulah suara yang bernada rasa cinta dan
yang keluar dari hati setulusnya. Ia melirik dan melihat air
mata yang berlinang-linang di kedua mata si nenek. Ia tahu,
bahwa orang tua itu ingat anaknya sendiri, yang telah
dibunuh Cia Soen. Sesudah menanya nenak itu mengawasi
Boe Kie dengan sorot mata meminta jawabah. Boe Kie tak
tega dan segera menjawab dengan suara lemah lembut.
"Ibu, aku tidak capai. Kau sendirilah yang sudah capai."
Begitu mendengar perkataan "Ibu" air mata si nenek
lantas mengucur. Buru buru ia menyusut mukanya. Touw
Pek Tong lantas saja bangun dan memikul pikulannya.
Sambil mengulapkan tangan kirinya, ia lantas bertindak
keluar dari pendopo itu. Ia tahu, bahwa isterinya bersedih
dan kalau mereka berdiam lama lama, kedua pendeta itu
bisa bercuriga. Sebelum berangkat, Boe Kie menghampiri
pikulan si nenek dan menaruhnya di pikulannya sendiri.
"Ibu, mari!" katanya.
Melihat kecintaan Boe Kie, Ek Sam Nio jadi makin
sedih. "Jika puteraku masih hidup, kemungkinan dia lebih
tua daripada pemuda ini," pikirnya. "Mungkin sekarang
aku sudah mengempo cucu. Sambil mikir begitu, ia segera
memikul pikulannya. Karena berduka, tindakannya agak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
limbung dan Boe Kie yang melihat itu lantas saja kembali
dan menuntun tangan si nenek.
"Anak itu sangat berbakti," kata salah seorang pendeta.
"Popo apa kamu mau bawa kayu itu ke Siauw lim sie?"
seru pendeta yang lain. "Sedari beberapa hari berselang,
Hong thio telah mengeluarkan peraturan bahwa orang luar
tidak boleh datang ke kuil. Sebaiknya kau jangan pergi!"
Ek Sam Nio terkejut. Kalau mereka tidak bisa masuk
dengan menyamar, penjagaan Siauw lim sie yang sangat
kuat sukar ditembus. Sementara itu, melihat isterinya dan
Boe Kie berhenti, Touw Pek Tong yang sudah berjalan
lebih dahulu juga turut berhenti.
"Mereka keluarga baik," kata pendeta yang pertama.
"Ibu mencintai anak, anak berbakti kepada ibunya. Kita
patut menolong. Soetee, ajaklah mereka ke dapur. Kalau
diketahui pengawas, katakan saja penduduk dusun sini yang
biasa menjual kayu bakar."
"Baiklah," jawabnya. Ia lalu membawa suami isteri
Tauw dan Boe Kie ke dapur dengan masuk dari pintu
belakang. Sesudah tiga pikul kayu bakar itu dimasukkan ke
gudang dan harganya dibayar oleh hweesio pengurus dapur,
Ek Sam Nio berkata. "Kami menanam piecay yang sangat
bagus. Besok aku akan suruh A Goe membawa beberapa
kati untuk para soehoe, sebagai pernyataan terima kasih
kami." Pendeta yang mengantar mereka tertawa dan menggelengkan kepalanya. "Tak bisa," katanya. "Mulai
besok, siapapun jua tak boleh masuk di sini. Kalau
ketahuan aku bisa celaka."
Pendeta pengawas dapur mengawasi Boe Kie dan tiba-


Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tiba ia berkata. "Selama perayaan Toan ngo, kita bakal
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerima kira-kira seribu tamu. Kita akan sangat repot,
masak, pikul air, bacok kayu bakar dan sebagainya. Kulihat
saudara ini bertubuh kuat. Apa kau mau bantu di sini
selama dua bulan" Setiap bulan kau akan menerima lima
tahil perak." Ek Sam Nio girang. "Bagus!" katanya. "A Goe, di
rumah tidak ada kerjaan penting. Kalau kau bisa bekerja di
sini dan mendapat beberapa tahil perak, kau bisa membantu
ongkos rumah tangga."
Boe Kie bersangsi. Di antara tokoh tokoh Siauw lim sie
banyak yang mengenal dia. Kalau salah seorang datang ke
dapur, ia bisa dikenali. Maka itu ia lantas berkata, "Ibu"
isteriku?" Si nenek tidak menyia nyiakan kesempatan yang begitu
baik, ia segera berkata, "Apa kau takut aku aniaya isterimu"
Turutlah perkataanku. Kau berdiam di sini dan bekerja
baik2. Beberapa hari lagi ibu dan isterimu akan menengok
kau. Hm!... kau sudah begitu besar, tapi masih belum
ketinggalan ibu. Apa kau masih menetek?" Setelah berkata
begitu, sambil membereskan rambutnya, ia mengawasi Boe
Kie dengan sorot mata penuh kecintaan.
Dalam menghadapi pertemuan orang2 gagah, sudah
banyak hari pendeta pengurus dapur merasa jengkel.
Pekerjaan mempersiapkan makanan dan minuman untuk
begitu banyak orang bukan pekerjaan enteng. Pendeta
pengawas kuil sudah mengirim banyak pembantu, tapi
semua tidak memuaskan. Pendeta-pendeta Siaulw lim pay
kalau bukan mempelajari kitab-kitab suci tentu belajar ilmu
silat. Pekerjaan di dapur tak ada yang suka. Orang-orang
yang dikirim oleh pengawas pergi ke dapur dengan
perasaan mendongkol, mereka di dapur tidak mau bekerja.
Apabila tingkatannya lebih tinggi daripada pengurus dapur,
mereka lebih-lebih sungkan diperintah. Itulah sebabnya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa pengurus dapur itu bertekad untuk mendapat
bantuan Boe Kie yang kelihatannya kuat dan rajin. Ia lalu
membujuk berulang2. Sebenarnya, sesudah memperhitungkan untung ruginya,
tawaran itu menggirangkan Boe Kie. Tapi sengaja ia
mengunjuk lagak sangsi. Sesudah pendeta yang mengantarkannya turut membujuk, barulah ia mengiakan
dengan tawaran. "Soehoe," katanya. "Kalau aku bisa minta
enam tahil perak sebulan, lima tahil untuk ibu dan setahil
untuk isteriku membeli pakaian?"
Pengurus dapur tertawa terbahak-bahak. "Baiklah! Enam
tahil perak sebulan!"
Sesudah memberi pesanan berulang-ulang supaya Boe
Kie bekerja baik-baik, barulah bersama suaminya, Ek Sam
Nio turun gunung. Atas pertanyaan Boe Kie, pendeta pengurus dapur
memberitahukan bahwa nama sebagai seorang pendeta
adalah Hoei cie. Mulai hari itu, Boe Kie melakukan rupa-
rupa pekerjaan kasar, seperti bacok kayu, ambil arang,
nyalakan api, pikul air dan sebagainya. Ia sengaja
menghitamkan mukanya, sehingga waktu berkaca di air, ia
sendiri tidak mengenalinya.
Malam itu, bersama lain-lain pekerja dia tidur di sebuah
rumah kecil di samping dapur. Ia tahu bahwa Siauw lim sie
sarang harimau dan di antara pendeta-pendeta yang
berkedudukan rendah kadang-kadang terdapat orang yang
berkepandaian tinggi. Maka itu, ia sangat ber-hati2 setiap
gerak geriknya. Selama kurang lebih seminggu, dua kali Ek
Sam Nio dan Tio Beng menyambanginya. Ia bekerja keras,
dari pagi sampa i malam dan tidak pernah menampik
pekerjaan apapun juga, sehingga pengurus dapur sangat
menyayanginya. Iapun bergaul rapat dengan semua kawan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi mereka tidak berani menanya ini atau itu yang
bersangkut paut dengan Cia Soen. Ia hanya memasang
kuping dan mata. Ia berpendapat bahwa manakala ayah
angkatnya berada di Siauw lim sie, orang tentu harus
mengantarkan makanan. Kalau tugas mengantarkan
makanan diberikan kepadanya, ia akan bisa tahu dimana
ayah angkatnya dikurung. Tapi sesudah bersabar beberapa
hari, ia belum juga menemukan sesuatu yang memberi
harapan. Pada hari kesembilan, selagi tidur lapat-lapat Boe Kie
mendengar bentak-bentakan. Perlahan-lahan ia bangun dan
sesudah mendapat kepastian, bahwa semua kawannya
sedang tidur pulas, ia segera pergi ke arah suara itu dengan
menggunakan ilmu mengentengkan badan. Ia sangat
berhati-hati. Saban-saban ia melompat naik ke pohon besar
dan memperhatikan keadaan di seputarnya. Sesudah
mendapat kepastian bahwa di sekitar tempat itu tidak ada
manusianya, barulah ia berani maju dan kemudian naik lagi
ke atas lain pohon. Tak lama kemudian ia sudah lihat satu
pertempuran yang dilakukan oleh beberapa orang. Ia segera
bersembunyi di belakang pohon dan memperhatikan
pertempuran itu. Karena berada di hutan yang gelap, ia tak
bisa lihat mukanya orang-orang yang berkelahi. Ia hanya
lihat berkelebat-kelebatnya senjata dan enam orang yang
sedang bertempur, dengan masing-masing pihak terdiri dari
tiga orang. Selang beberapa saat ia mengenali bahwa pihak
yang satu itu adalah Ceng hay Sam kiam yang ketika itu
sedang membela diri dengan Sam cay tin palsu. "Tin" itu
sangat rapat, tapi ketiga pendeta Siauw lim yang bersenjata
golok ternyata memiliki kepandaian tinggi dan terus
merangsek dengan hebatnya. Tak lama kemudian, salah
seorang dari Ceng hay Sam kiam roboh terbacok. Begitu
lekas "tin" itu pecah, pembelaan diri dari dua orang yang
masih hidup lantas kalang kabut. Selang beberapa jurus
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar teriakan menyayat hati dan seorang pula roboh
terguling. Didengar dari suaranya, yang roboh itu ialah Ma
Hoat Thong. Orang yang terakhir, yang lengannya sudah
terluka, terus melawan secara nekat.
Tiba-tiba salah seorang pendeta membentak. "Tahan!"
Anggota Ceng hay Sam kiam yang masih hidup itu yaitu In
Ho tetap dikurung, tapi serangan segera dihentikan. "Cang
hay Giok cin koan dengan Siauw lim sie sama sekali tidak
bermusuhan," kata seorang pendeta tua. Mengapa kamu
menyatroni kuil kami di tengah malam?"
"Sesudah kami kalah, perlu apa banyak bicara lagi?" kata
In Ho dengan suara parau.
Pendeta tua itu tertawa dingin. "Kamu datang untuk Cia
Soen atau untuk To liong to?" tanyanya pula. "Aku belum
pernah dengar, bahwa Giok cin koan bermusuhan dengan
Cia Soen. Huh huh!... kamu tentu datang untuk merebut To
liong to. Dengan kepandaian yang tidak berarti itu, kamu
berani menyatroni kuil kami. Selama seribu tahun lebih
Siauw lim sie, kuil kami ini telah memimpin Rimba
Persilatan. Aku tak nyana ada orang yang memandang
kami begitu rendah."
Selagi dia bicara, mendadak In Ho menikam bagaikan
kilat. Pendeta itu berkelit, tapi tak urung pundak kirinya
tertikam juga. Dua kawannya lantas membacok dan In Ho
roboh binasa. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, ketiga pendeta itu
memanggul mayat Ceng hay Sam kiam dan kembali ke kuil.
Baru saja Boe Kie mau menguntit, tiba-tiba kupingnya
mendengar suara bernafasnya manusia. "Sungguh berbahaya!" pikirnya. Ia tidak berani bergerak. Berselang
kira2 setengah jam, dari rumput2 tinggi barulah terdengar
suara tepukan tangan yang disambut oleh lain-lain tepukan.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di lain saat enam pendeta yang memegang macam-macam
senjata muncul dari tempat persembunyiannya. Mereka
balik ke kuil dengan berjalan dalam barisan yang berbentuk
kipas. Sesudah mereka pergi jauh, Boe Kie kembali ke
pondokannya. Para pekerja dapur ternyata masih tidur
pulas. "Kalau bukan melihat dengan mata sendiri, aku tak
akan menduga bahwa dalam sekejap tiga orang gagah
sudah mengorbankan jiwanya," pikirnya. Dengan adanya
pengalaman itu, ia lebih berhati-hati.
Beberapa hari lagi sudah lewat pertengahan bulan empat.
Hawa udara berubah hangat dan perayaan Toan ngo sudah
berada di ambang pintu. Hari lepas hari, Boe Kie
bertambah bingung. Kalau tidak berlaku nekad, aku tentu
tak akan bisa tahu dimana Giehoe dikurung," pikirnya.
"Malam ini biar bagaimanapun juga, aku harus berani
menempuh bahaya." Ia tahu, bahwa ilmu silatnya lebih
tinggi dari pendeta Siauw lim manapun juga. Tapi dengan
seorang diri, ia tak berdaya. Siauw lim sie sarang harimau
dan dengan kekerasan ia pasti takkan bisa menolong ayah
angkatnya. Jalan satu2nya ialah menggunakan tipu.
Malam itu kira2 tengah malam ia keluar dan melompat
ke atas genteng. Tiba-tiba dua bayangan hitam mendatangi
dari selatan ke utara. Buru-buru ia mendekam. Kedua
bayangan itu adalah pendeta Siauw lim yang meronda.
Sesudah peronda itu lewat, Boe Kie bergerak maju. Tapi
baru berjalan beberapa tombak, kupingnya mendadak
menangkap suara tindakan yang sangat enteng. Sekali lagi
ia menyembunyikan diri. Yang datang kali ini juga dua
peronda. Boe Kie mengerti bahwa penjagaan diperkeras
sebab para pemimpin Siauw lim sie tahu, kali ini kuilnya
bakal disatroni oleh banyak tokoh Rimba Persilatan.
Sesudah melihat penjagaan yang hebat itu, Boe Kie merasa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa jika ia maju terus, ia bakal dipergoki.
Tiga hari lewat. Malam itu geledek bergemuruh, kilat menyambar
nyambar dan turunlah hujan yang sangat besar. Tak
kepalang girangnya Boe Kie. "Thian membantu aku!"
katanya di dalam hati. Makin lama hujan makin besar. Langit gelap gulita.
Sesudah berdandan rapi, dengan tetap berhati-hati Boe Kie
pergi ke gedung sebelah depan. "Lo han tong, Tat mo tong,
Cong kek kok dan tempatnya Hong thio adalah tempat-
tempat penting," pikirnya. Biarlah lebih dulu aku
menyelidiki di situ."
Tapi Siauw lim sie besar. Ia tak tahu dimana Lo han
tong, dimana Cong kek kok. Indap indap ia maju, waktu
tiba di sebuah lorong sayup sayup ia ingat, bahwa ia pernah
berada disitu. Aha benar.. dulu waktu ia diajak Thio Sam
Hong datang di Siauw lim sie untuk meminta pelajaran
Siauw lim Kioe yang kang guna mengobati lukanya akibat
pukulan Hian beng Sin ciang, ia pernah lewat di lorong itu
dan sesudah membiluk ke kiri ia pergi ke kamar Seng koen
atau Goan tin. Sesudah berpikir sejenak, ia mengambil
keputusan untuk menyelidik kamar rahasia itu.
Perlahan-lahan ia maju sambil mengingat-ingat jalan
yang dulu dilewatinya. Sesudah melalui jalanan kecil yang
tertutup batu batu sebesar telur itik dan sesudah melewati
sebuah hutan-hutan bambu tibalah ia di depan kamar Seng
Koen. Jantungnya memukul keras. Ia tahu Seng Koen
berkepandaian tinggi dan banyak akalnya. Jika rahasianya
Iblis Sungai Telaga 24 Kisah Pendekar Bongkok Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemetik Harpa 31
^