Pencarian

Suling Pualam Rajawali Terbang 4

Suling Pualam Dan Rajawali Terbang Karya Peng An Bagian 4


malahan aku hendak menghukum orang-orangku yang
melanggar peraturan partai."
Sehabis berkata, ia lalu perintah orang-orangnya mengantar
tetamu-tetamunya ke kamar yang sudah disediakan untuk
mereka bermalam. Setelah makan malam, mereka berempat siang-siang sudah
masuk tidur, karena besok pagi hendak melakukan pertarungan
hebat. Hanya Kim Tan seorang yang tidak dapat tidur pulas,
karena memikirkan nasibnya Han Ing, yang sejak tadi belum
menampakkan dirinya. Ia menduga tindakan Han Ing untuk
membujuk ayah angkatnya tentunya menemukan kegagalan.
217 Memikir hal ini, hatinya bertambah gelisah, sehingga semalaman
tidak dapat tidur. Setelah hampir pagi, ia baru bersemedi untuk
memulihkan tenaganya dan ketenteraman hatinya, agar bisa
menghadapi musuh-musuhnya.
Esok paginya, setelah bangun tidur dan sarapan pagi, dari pihak
tuan rumah masih belum ada tanda-tanda untuk mengundang
mereka berkumpul. Setelah lewat tengah hari, Pek-kut-sin-kun
baru perintahkan orangnya mengundang mereka makan minum
di ruangan makan. Orang-orang penting dari Pek-kut-kauw,
kecuali Han Ing dan Pui Tao, hampir semuanya turut hadir.
Tengah perjamuan, Ma Beng berdiri sambil angkat tangannya.
Selagi hendak angkat bicara, telah didahului oleh Pek-kut-sinkun. Sambil tertawa Pek-kut-sin-kun berkata: "Ma Tay-hiap,
urusan kita berdua sebentar lagi kita bicarakan, tunggu setelah
aku membereskan urusan dalam rumah tangga sendiri."
Sehabis bicara, matanya memandang ke sekitarnya, para
hadirin segera diam semua, tidak ada yang membuka suara.
Dengan wajah yang sungguh-sungguh, sehingga kelihatannya
sangat keren, Pek-kut-sin-kun dari dalam jubahnya mengeluarkan tanda perintah yang berupa bambu dicat warna
merah, dengan keren ia berkata: "Kauw-yu Hun Kau-cu (ketua
dari cabang Kauw-yu) Go Beng, dengar perintah."
Baru habis diucapkan, Go Beng sudah berdiri dari tempat
duduknya dengan sangat hormat sekali menantikan titah lebih
lanjut. 218 Pek-kut-sin-kun memandang ia sebentar, lalu mengeluarkan
titahnya: "Pelindung undang-undang dari partai kita Pui Tao,
Pek-kut-sin-im Kau-cu Phoa Cay, belum menerima titah, telah
secara lancang melakukan perbuatan yang tidak sopan, dan
berani melakukan pembokongan terhadap tetamu Ay-lie-san.
Perbuatan ini bukan saja melanggar peraturan dunia persilatan,
juga satu perbuatan yang sangat rendah. Jika tidak diberi ajaran,
bagaimana bisa menjaga nama baik Pek-kut-kauw di kemudian
hari" "Phoa Cay sudah binasa, tidak perlu dibicarakan lagi, sekarang
tinggal Pui Tao. Baiklah perintahkan semua cabang-cabang Pekkut-kauw. Siapa saja yang bertemu dengan Pui Tao, segera
suruh dia menghadap ke pusat Pek-kut-kauw. Siapa yang tidak
turut perintah, akan dianggap penghianat Pek-kut-kauw, dan
hukumannya ialah mati!"
Go Beng setelah menerima perintah, lalu mengundurkan diri.
Pui Lip dan Pui Tiauw yang mendengar perintah itu, hatinya
sangat sedih. Terdengar Pek-kut-sin-kun mengeluarkan perintah yang kedua:
"Giok-tek-hwie-sian Han Ing ada di mana?"
Mendengar disebutnya nama itu, seluruh hadirin merasa kaget.
Kim Tan dan Cu Ling Cie menunjukkan roman yang sangat
tegang, karena Pek-kut-sin-kun tadi pernah mengatakan, hendak
membereskan urusan dalam rumah tangganya dulu.
219 Sekarang ternyata ia perintahkan Han Ing keluar, sudah tentu
dianggap sebagai murid yang melanggar undang-undang atau
penghianat. Dengan perasaan tidak keruan, Kim Tan dan Cu
Ling Cie matanya memandang ke arah Pek-kut-sin-kun dengan
tidak berkesip. Sebentar kemudian, Giok-tek-hwie-sian melangkah masuk ke
ruangan. Ia masih berdandan pakaian lelaki, dengan baju
berwarna hijau, dandanannya seperti anak sekolah.
Kim Tan memandang ia sejenak, kelihatannya ia agak sayu.
Hanya berapa hari tidak ketemu, wajahnya kelihatannya banyak
berubah. Beda sekali dengan keadaan biasanya yang sangat
bersemangat dan segar. Han Ing melihat Kim Tan dan Cu Ling Cie, agaknya terbangun
semangatnya, ia memandang dengan tertawa getir. Dengan
tindakan tetap ia menghampiri meja Pek-kut-sin-kun, dan berdiri
di samping dengan kedua tangannya diturunkan, untuk
menantikan titah. Pada saat itu, semua tetamu yang ada di ruangan makan
mendadak merasa tegang. Kim Tan dan Cu Ling Cie matanya
memandang Pek-kut-sin-kun dengan tajam. Tapi cuma kelihatan
sinar matanya dan wajahnya yang dingin dan sebentar-sebentar
berubah, sejenak kemudian, matanya berkelebat, wajahnya
menunjukkan rasa cinta dan gemas yang saling bertentangan.
Dengan perlahan ia berkata kepada Han Ing:
220 "Kau adalah anak piatu yang ditinggalkan di gunung yang sepi,
dan aku bawa pulang serta rawat sehingga dewasa. Dalam
waktu duapuluh tahun ini, dengan susah payah aku besarkan
kau dan didik kau sehingga sempurna kepandaianmu ilmu surat
dan ilmu silat. Tidak dinyana kau telah tidak mengingat budi
yang membesarkan padamu. Kau telah bersekongkol dengan
musuh, dan menghianati partainya sendiri.
"Menurut undang-undang perkumpulan kita, kau seharusnya
dihukum mati. Tapi oleh karena kau adalah orang yang
dibesarkan olehku sendiri. Meskipun hanya anak piatu, namun
perhubungan dan kecintaan seperti darah dan dagingku sendiri,
maka aku tidak tega turun tangan sendiri untuk menghukum kau.
Aku harap kau dihadapan Ma Beng dan Kim Tan berempat
untuk mengambil keputusan sendiri."
Sehabis berkata, ia melihat ke arah lain, seolah-olah tidak tega
anak yang dibesarkan olehnya menamatkan riwayatnya
dihadapannya sendiri. Kim Tan merasa sangat gelisah, dan
sudah siap sedia untuk melakukan sesuatu guna memberi
pertolongan. Sebaliknya dengan Giok-tek-hwie-sian, itu waktu malahan
tenan.g. Ia tunjukkan tertawanya yang getir, serta berlinang air
mata, dengan suara lemah ia berkata:
"Anakmu yang berdosa, sudah seharusnya mendapat bagian
kematian, akan tetapi anak sekali-kali tidak pernah bersekongkol
dengan musuh dan menghianati perkumpulan sendiri. Harap
ayah sabar sedikit, anak hendak menunda waktu kematian anak
221 sejenak. Setelah habis perkataan anak ini, segera akan
habiskan jiwa anak sendiri.
"Anak telah menerima titah untuk meninjau ke pelbagai cabang,
dan dapat melihat ada beberapa anak murid kita yang tidak
beres. Mereka dengan menggunakan nama perkumpulan kita
sebagai kedok, telah melakukan rupa-rupa kejahatan. Ji-su-heng
orangnya juga tidak baik, ia telah mengelabui ayah......"
Bicara sampai disini, Pek-kut-sin-kun wajahnya
memotong pembicaraannya, dan membentak:
muram, "Budak yang licin, Phoa Cay sudah mati, tidak ada saksinya
yang hidup, lantas kau berkata sembarangan, di hadapan
banyak tetamu, kau telah mencemarkan nama baik perkumpulan
kita, dengan begini apakah bukannya menghianati perkumpulan
sendiri dan menghina guru" Aku tidak nyana kau yang kudidik
selama duapuluh tahun, hasilnya adalah begini, budak hina. Kau
masih ada pesan apa-apa lekas kau katakan."
Pek-kut-sin-kun biasanya sangat sayang terhadap anak
angkatnya ini, tapi kini perasaan cinta dan sayang itu sekali
berubah menjadi perasaan benci, sudah tentu rasa benci itu
sampai pada puncaknya. Ia lantas mengangkat tangan
kanannya, dengan diayunkan ke udara, menyerang dengan
kekuatan sembilanpuluh bagian tenaganya, sehingga satu
samberan angin yang hebat, telah meluncur ke arah dadanya
Han Ing. 222 Meski Han Ing tahu bahwa serangan ini akan menamatkan
riwajat hidupnya, namun untuk menunaikan hormat baktinya
terhadap orang tua, telah bertekad untuk mati. Terhadap
serangan dahsyat ayahnya itu, sedikitpun tidak berkisar dari
tempat berdirinya, malahan meramkan matanya menunggu
kematiannya. Kim Tan, Cu Ling Cie, sejak mendengar putusan Pek-kut-sin-kun
yang perintahkan Han Ing bunuh diri di hadapan umum, dari tadi
sudah bersedia untuk memberikan pertolongan. Maka ketika
Pek-kut-sin-kun melancarkan serangan, Kim Tan dengan ilmu
Tay-it-sin-kang dan Cu Ling Cie dengan Pan-yok-sin-kang
kedua-duanya dikerahkan berbareng.
Tapi, ilmu silat itu sungguh susah dijajaki, ada kalanya dapat
menghasilkan apa yang kita ingin secara menakjubkan, tapi ada
kalanya agaknya membuat orang tidak habis mengerti. Ketika
pertempuran di Kun-san, Kim Tan dengan ilmunya Tay-it-sinkang, seorang diri telah dapat menaklukkan kedua murid
kepalanya Pek-kut-sin-kun yang menggunakan ilmu Im-hongciang.
Sebaliknya kini dengan kekuatan dua orang, malahan dari
samping memotong pukulannya Im-hong-ciang dari Pek-kut-sinkun, dan tokh masih kalah setingkat, hanya dapat mengelakkan
tujuh bagian serangannya Pek-kut-sin-kun. Sisa kekuatan yang
dahsyat ini telah mengenakan tubuh Han Ing, sehingga melesat
mumbul kira-kira tujuh-delapan tindak, kemudian jatuh di tanah
dan dari mulutnya mengeluarkan darah segar. Kim Tan dan Cu
223 Ling Cie yang melihat keadaan demikian, hatinya tambah
gelisah. Ma Beng mendekati untuk memeriksa, ternyata lukanya sangat
parah. Kembang terate yang tumbuh di air butek ini, dalam
sekejapan segera akan menjadi layu. Ma Beng karena sangat
gelisah, menjadi gugup, sehingga tidak tahu apa yang harus
dibuat. Kim Tan dan Cu Ling Cie segera memburu. Cu Ling Cie dengan
bercucuran air mata, pondong tubuhnya Han Ing, dengan
pelahan ia memanggil: "Encie Han, bagaimana keadaanmu."
Han Ing memandang padanya sambil tertawa getir, tapi tidak
berkata apa-apa. Dalam gugupnya Kim Tan buru-buru mengambil pil obat dari
Ngo-bie-san yang mujarab itu, lantas dimasukan dalam mulut
Han Ing. Setelah makan obat mujarab itu, wajahnya Han Ing
yang tadinya sangat menderita, kini agak kurangan, darahnya
juga berhenti mengalir. Kim Tan mengambil sapu tangan untuk
menyusut darah di mulutnya.
Han Ing dari wajahnya memperlihatkan rasa hatinya yang sangat
pedih, memandang Kim Tan dengan senyuman getir, seolaholah ada banyak perkataan yang hendak diucapkan, tapi tidak
sanggup mengeluarkan dari mulutnya. Menyaksikan keadaan
yang menyedihkan ini, Kim Tan merasa hancur hatinya, hampir
mengeluarkan air mata. 224 Pek-kut-sin-kun wajahnya dingin seperti es berdiri di samping.
Dengan suara dingin ia berkata: "Budak hina yang tidak tahu
malu. Apakah selagi mendekati ajalnya masih ingin minta
dikasihani orang, membikin malu Pek-kut-kauw saja!"
Mendengar ini, Kim Tan segera lompat berdiri, menghadapi Pekkut-sin-kun dengan mengangkat tangan ia berkata: "Sin-kun
adalah kepala dari satu perkumpulan, tidak seharusnya begitu
enteng tangan. Giok-tek-hwie-sian, nona Han Ing ini,
kelakuannya baik, apa yang Sin-kun katakan bahwa ia menghina
guru berkhianat kepada perkumpulan ini agak membikin orang
merasa kecewa. Apalagi perkumpulan terlalu sembarangan
menerima murid, sudah tentu antara yang baik dan jahat
bercampur baur. Muridmu Phoa Cay, memang benar-benar
banyak akalnya keji, sifatnya seperti binatang. Apa yang
dikatakan oleh Giok-tek-hwie-sian, semuanya benar......"
Belum habis ia berkata, Pek-kut-sin-kun sudah menjadi tidak
sabaran, dengan suara keras ia membentak: "Anak kecil kau
jangan sembarangan buka mulut. Perkumpulan dengan mentaati
peraturan kita hendak membersihkan urusan rumah tangga
sendiri, apakah boleh orang luar turut campur tangan. Sekarang
tidak perlu disebut hal yang lain-lainnya, dalam pertempuran di
Kun-san tempo hari, siapakah yang membunuh Hang-liong-lohan, lekas keluar ketemui aku."
Cu Ling Cie selagi hendak melepaskan Han Ing dan berdiri,
telah ditahan oleh Kim Tan dan ia sendiri yang maju dan
memberi hormat lagi kepada Pek-kut-sin-kun seraya berkata:
"Harap Kau-cu jangan marah dulu, dengarlah perkataanku dulu.
225 Hang-liong-lo-han Liauw Ceng lima tahun yang lalu, di atas
gunung Liok-phoa-san bersama-sama Ouw-pak-sam-sat telah
membunuh ayah bunda Cu Ling Cie Sumoy. Permusuhan ini
tidak mudah dihabiskan. Dalam pertempuran di Kun-san, Liauw
Ceng telah binasa di bawah pedangnya Cu Ling Cie Sumoy, itu
hanya sekedar untuk membayar hutang lama, rekening ini tidak
dapat digabungkan dengan urusan Pek-kut-kauw."
Baru saja habis berkata, Pek-kut-sin-kun sudah lakukan
serangannya dengan mengebutkan jubah tangannya, sehingga
mengeluarkan samberan angin yang hebat, menerjang ke arah
Kim Tan. Kim Tan sudah tahu liehaynya serangan orang, tidak berani
menangkis dengan kekerasan. Ia lantas miringkan tubuhnya,
dan dengan membalikkan tangannya ia membalas menyerang.
Dua kekuatan tenaga dalam, untuk kedua kalinya beradu,
dengan mengeluarkan suara benturan hebat yang luar biasa,
kedua-duanya menarik kembali serangannya. Sekalipun Pekkut-sin-kun sudah sampai di puncak kemahiran tenaga
dalamnya, tidak urung tergoncang juga tubuhnya, dan Kim Tan
terpental mundur kira-kira enam tindak, baru bisa berdiri tegak.
Cu Ling Cie juga merasakan hebatnya tenaga dalamnya Pekkut-sin-kun. Dengan kekuatan Kim Tan seorang, barang kali
tidak dapat menandingi, lalu berkata pada Ma Beng: "Empe Ma,
tolong jaga baik-baik Enci Han ini, tunggu aku hendak
membantu engko Tan." Sehabis berkata, lantas menghunus
pedangnya dan menikam ke arah dadanya Pek-kut-sin-kun.
226 Dengan mengandal ilmu silatnya yang tinggi dan tenaga
dalamnya yang kuat, ia tidak pandang mata sama sekali
kekuatan dua anak muda ini, dengan tertawa dingin ia berkata:
"Budak hina, apakah kau cari mampus?"
Kim Tan kuatirkan Cu Ling Cie karena hendak umbar marahnya,
lalu lengah terhadap penjagaan dirinya. Menghadapi orang yang


Suling Pualam Dan Rajawali Terbang Karya Peng An di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

licik dan banyak akal seperti Pek-kut-sin-kun ini jika sedikit
lengah saja, akan membawa akibat yang hebat, maka ia segera
melompat untuk menghalau di tengah, berkata kepada Pek-kutsin-kun:
"Kau-cu perlu apa begitu marah besar, aku yang rendah tidak
ada permusuhan apa-apa dengan Pek-kut-kauw. Perkataan
Giok-tek-hwie-sian barusan, memang sebenarnya ia sendiri
sebetulnya merupakan bunga teratai di air kotor, seorang wanita
yang berkelakuan baik. Kau jangan memutar balik antara yang
baik dan yang jahat, sehingga mengecewakan orang yang baik.
"Kedatanganku kali ini sebetulnya hendak menagih hutang
kepada Ouw-pak-sam-sat. Aku sekarang hanya ingin supaya Pui
Lip dan Pui Tiauw suka temani aku main-main beberapa jurus.
Hutang jiwa harus dibayar jiwa, jika tidak beruntung aku
tergelincir di bawah tangannya, mati juga tidak akan menyesal."
Perkataan Kim Tan ini, diucapkan dengan suara halus dan sikap
yang sopan santun sehingga Pek-kut-sin-kun yang mendengari
tidak bisa menjawab sepatah katapun juga.
227 Pui Lip dan Pui Tiauw yang dengar namanya disebut dan
ditantang secara terang-terangan, mengingat adiknya telah
melanggar hukum karena Kim Tan juga, maka seketika itu
hatinya merasa sangat panas, dengan membentak keras,
mereka lalu maju ke depan Pek-kut-sin-kun dan berkata
kepadanya: "Ini kawanan yang tidak ada nama, mana pantas bertanding
dengan Kau-cu, serahkan kepada kita berdua. Biarlah kita nanti
yang membereskan, supaya mereka bisa mati dengan mata
meram dan segera dapat menemui ayah bundanya yang ada di
akherat." Kim Tan mendengar perkataannya yang sangat sombong ini,
hatinya panas dengan tertawa dingin ia berkata: "Iblis tua jangan
kamu omong besar. Agar kalian bisa mati dengan mata meram,
baiklah aku nanti akan lawan kalian dengan tangan kosong,
tidak menggunakan senjata tajam. Dengan sepasang tanganku
ini, aku akan antar kalian ke akherat."
Ouw-pak-sam-sat ada orang-orang yang ada nama di kalangan
Kang-ouw, mana pernah dihina demikian rupa" Dengan satu
bentakan mereka lalu maju menyerang.
Kim Tan meski menghadapi musuh kuat, tapi masih tetap
tenang, lihat saja pun tidak, dengan diam-diam ia kerahkan
ilmunya Tay-it-sin-kang. Kasihan Pui Lip, karena ingin buru-buru
merebut kemenangan, sehingga tidak berjaga-jaga.
228 Dan setelah mendapat tahu Kim Tan tidak berkelit atau
menangkis, baru merasakan gelagat kurang baik. Ia segera
hendak tarik kembali serangannya, tapi sudah terlambat,
sehingga tangannya yang sedang menyerang seolah-olah
terbentur dengan kekuatan yang sangat kuat, dan ia terpental
mundur kira-kira tujuh-delapan tindak jauhnya.
Pui Tiauw yang menyaksikan kakaknya segera akan mengalami
kekalahan, lalu tidak perdulikan lagi peraturan Kang-ouw, segera
melompat keluar untuk membokong, dari belakang melakukan
serangan. Kim Tan sedang pusatkan pikirannya untuk menghadapi Pui Lip,
mendadak merasakan desiran angin, dengan kekuatan yang
hebat menyerang padanya dari belakang. Dengan cepat ia
mengelak sambil miringkan tubuhnya, melesat satu tumbak
jauhnya. Cu Ling Cie sangat murka dengan mata melotot, ia membentak:
"Dengan menggelap melakukan serangan, apakah itu
perbuatannya orang gagah" Percuma saja kau menjadi orang
ternama di kalangan Kang-ouw." Sehabis berkata, lalu memutar
tangannya, menyerang Pui Tiauw dari kanan dan kiri, untuk
mengarah tempat kematiannya Pui Tiauw.
Pui Tiauw yang tadinya mengira serangannya akan berhasil,
tidak disangka-sangka kalau akan diserang secara demikian
hebat oleh Cu Ling Cie sehingga agak kelabakan. Dengan
cepat, ia berkelit, lalu mengeluarkan bentakan: "Budak hina, kau
229 mencari mati!" Sehabis berkata, lalu mendakkan tubuhnya,
kedua jari tangannya ditusukan ke arah urat besar.
Cu Ling Cie yang melihat ia keluarkan tangan kejam, mukanya
merah padam, dengan memutar tubuhnya, ia menyerang
dengan telapakan tangannya. Serangan ini bukan saja
menggunakan tenaga dalam sepenuhnya, malahan dibarengi
dengan ilmunya Tay-it-sin-kang. Jika mengenakan sasarannya,
Pui Tiauw tentu akan binasa seketika, setidak-tidaknya juga
akan luka parah. Masih untung Pui Tiauw tidak menjadi gugup, dengan
mengempos semangatnya, ia melesat sejauh satu tumbak,
sehingga terlolos dari bahaya maut. Cu Ling Cie tidak memberi
kesempatan kepadanya, dengan cepat ia mengejar, seolah-olah
membayangi jejaknya Pui Tiauw.
Pada saat itu, Kim Tan yang bertempur melawan Pui Lip,
masing-masing sedang mengeluarkan kepandaiannya, untuk
mempertahankan kedudukannya. Dengan kekuatannya tenaga
dalam yang agak dalam dari lawannya, Kim Tan sebetulnya bisa
merubuhkan lawannya dalam tempo tidak sampai sepuluh jurus.
Apa mau pikiran Kim Tan waktu itu sedang dipengaruhi oleh
keadaannya Han Ing maka gerakan-gerakannya juga kena
terpengaruh juga. Demikian, maka memberi kesempatan bagi
Pui Lip untuk memberi perlawanan sehingga lebih dari sepuluh
jurus. Kemudian setelah sadar kalau ia sedang menghadapi musuh
turunannya, jika tidak bertempur dengan sungguh-sungguh,
230 mungkin akan mendatangkan bahaya. Ia lantas tetapkan
hatinya, dengan secara tiba-tiba ia menyerang dengan sungguhsungguh.
Ilmu pukulan-pukulannya yang dahsyat ia telah keluarkan
beruntun-runtun, yang hebat dan kecepatannya seperti kilat,
dalam sekejap mata saja, Pui Lip sudah dibikin kalang kabut.
Melihat keadaan musuh sudah mulai terdesak, maka dengan
tidak membuang tempo lagi ia telah berikan pukulannya yang
terakhir dan dalam tempo sekejap, kepalanya Pui Lip sudah
hancur luluh. Pada saat Pui Lip menemukan ajalnya ini, Cu Ling Cie pun
sudah hampir berhasil membunuh lawannya. Ia telah mendapat
kesempatan baik untuk mengeluarkan serangannya yang
dahsyat, maka dengan tidak mau membuang tempo lagi, ia lalu
mengerahkan seluruh tenaganya untuk melakukan serangan.
Tapi selagi Pui Tiauw menghadapi bahaya maut ini, Pek-kut-sinkun mendadak datang menghalau dengan kebutan jubahnya,
sehingga serangan Cu Ling Cie telah terbentur dengan
samberan angin jubah Pek-kut-sin-kun dengan satu suara keras.
Cu Ling Cie mundur beberapa tindak, dan demikian maka Pui
Tiauw pun terlolos dari bahaya kematian. Dengan muka pucat
laksana mayat, ia buru-buru undurkan diri.
Cu Ling Cie yang sudah hampir berhasil dalam usahanya
menuntut balas ayah bundanya, mendadak dihalangi oleh Pekkut-sin-kun. Sudah tentu perasaan mendongkolnya tidak dapat
menghadapi lawan yang sangat tangguh, orang yang
231 kepandaiannya sudah tidak ada taranya serupa Pek-kut-sin-kun
ini, tidak akan gampang-gampang dilawan.
Maka ia segera menahan perasaan sakit hatinya, dengan muka
berseri-seri ia menghadapi Pek-kut-sin-kun seraya berkata: "Sinkun ada seorang yang cerdik pandai, sudah tentu tahu kalau
musuh ayah bunda itu ada sangat besar. Maka pertempuran
dengan Pui Tiauw, sebaliknya jangan ambil perduli......"
Belum habis perkataan Cu Ling Cie, sudah dipotong oleh Pekkut-sin-kun: "Budak kecil jangan kau sembarangan membuka
mulut, di Shia-ling-kie, Cian-pie-sin-mo Chek Hong, mati di
tangan siapa" Dalam pertempuran di Kun-san, siapa yang
membinasakan pelindung hukum perkumpulan kita, Hang-lionglo-han, Liauw Ceng" Dan kau masih berani mengatakan tidak
ada permusuhan dengan perkumpulan kita. Sekarang
keluarkanlah senjatamu untuk main-main dengan aku, supaya
kau dapat mati dengan mata meram."
Ia ucapkan perkataan itu dengan wajah merah padam dan mata
melotot, sehingga Cu Ling Cie merasa agak keder. Ia mengerti
kali ini dalam kemurkaannya, Pek-kut-sin-kun tentu tidak mau
dibikin habis sampai disitu. Mengingat tenaganya sendiri jika
dibanding dengan kekuatan Pek-kut-sin-kun, sudah tentu masih
belum seimbang, dengan sepasang kepalan, tentu tidak dapat
melawan. Memikir sampai disini, ia terpaksa kertak gigi, menghunus
pedangnya, dengan mengangkat tangannya ia berkata: "Jika
232 memang Sin-kun tidak bisa memberi maaf, apa boleh buat,
Boanpwee terpaksa melayani kau main-main beberapa jurus."
Kim Tan setelah berhasil membunuh musuhnya, lalu berdiri
disamping untuk menonton pertempuran Cu Ling Cie dengan Pui
Tiauw. Ketika mendapat tahu Cu Ling Cie hendak bertempur
dengan Pek-kut-sin-kun, ia buru-buru lompat maju dan
menghadang di tengah seraya berkata: "Cie-moy, silahkan
mundur dulu, biarlah aku yang menemani ia main-main
beberapa jurus." Pek-kut-sin-kun ternyata masih pegang derajatnya sebagai
kepala satu perkumpulan, karena seolah-olah tidak sedang
hendak bertempur, ia masih tetap berdiri tanpa menunjukkan
suatu sikap yang jumawa, malahan sambil tersenyum ia berkata:
"Siao-hiap sekiranya hendak menghalangi ia mencari kematian,
silahkan maju. Aku si tua bangka hanya akan menggunakan ini
jubah rombeng, sudah cukup untuk melayani kau."
Kim Tan meski mengerti bahwa ia sedang dibikin panas, namun
tetap tenang, tidak gubris semua hinaan itu. Dengan menghunus
pedangnya, ia memulai serangannya yang di arah ialah bagian
dada Pek-kut-sin-kun. Dengan tenang sekali, Pek-kut-sin-kun tidak berkelit atau
menangkis. Selagi ujung pedang hendak mengenakan
sasarannya, barulah dengan enteng sekali ia kebutkan
jubahnya. Sekalipun sangat enteng kelihatannya, namun
pedangnya Kim Tan seperti dipampat oleh suatu tenaga yang
kuat luar biasa, seolah-olah terhalang dengan tembok baja yang
233 kukuh, yang sukar ditembus. Padahal kekuatan Kim Tan,
meskipun belum lama turun gunung, namun boleh dikatakan
sudah cukup sempurna. Melihat keadaan demikian, Kim Tan segera tahu gelagat kurang
baik, maka ia buru-buru rubah caranya bersilat. Namun Pek-kutsin-kun masih tetap tenang, sedikitpun tidak membalas
menyerang. Kim Tan menengok sebentar ke arah Han Ing, dapat lihat
wajahnya Han Ing yang pucat pasi, lantas mengerti bahwa
lukanya Han Ing betul-betul tidak enteng. Sekalipun sudah
minum obat Ngo-bie-san, untuk menahan sakitnya, tapi
barangkali juga tidak bisa menahan terlalu lama. Memikir sampai
disini, mendadak hatinya merasa sangat pilu, dengan kerahkan
seluruh tenaganya dikumpulkan ke ujung pedangnya, dan
segera menyerang pula kepada Pek-kut-sin-kun.
Kim Tan waktu sudah ambil keputusan nekat, hingga tambah
berlipat ganda. Sekalipun Pek-kut-sin-kun yang kepandaiannya
sudah sampai di puncaknya, tokh masih tidak berani menyambut
dengan kekerasan, hanya sambil miringkan tubuhnya, ia berkelit
untuk menghindarkan serangan yang hebat itu. Dengan
membalikkan tangannya, ia mengebut pula dengan lengan
jubahnya, kemudian disusul dengan samberan angin yang kuat
dan dingin, menyerang dari samping.
Karena sudah nekat, Kim Tan coba melakukan serangan, dan
karena tubuhnya terapung di tengah udara, sudah tentu tidak
dapat berkelit. Adalah dalam saat yang kritis itu, ia paksa empos
234 semangatnya, dengan mengikuti aliran angin yang dingin itu, ia
melesat jauh, kira-kira tujuh-delapan langkah.
Pek-kut-sin-kun yang sudah berhasil dengan serangannya,
mana mau lepaskan dengan cara begitu saja, maka ia lalu
membarengi untuk melesat ke udara. Kembali ia kebutkan
jubahnya, dan satu samberan angin yang dinginnya luar biasa,
telah menyerang bebokong Kim Tan.
Kim Tan baru saja terlolos dari bahaya kematian, kini kembali
diserang dari belakang. Bagaimana tinggipun ilmu silatnya Kim
Tan, juga tidak berdaya untuk menyingkirkan dirinya. Cu Ling
Cie yang dapat tahu bahaya sedang mengancam dirinya Kim
Tan, selagi hendak memberi pertolongan, tiba-tiba terdengar
berkibarnya baju yang kesampok angin, menyusul mana, satu
bayangan putih telah melesat menghalang di depannya,
menangkis serangan angin yang sangat dahsyat itu. Dengan
demikian, hingga Kim Tan terlolos pula dari bahaya maut tapi
bayangan putih segera terpental sejarak kira-kira satu tumbak
jauhnya. Pek-kut-sin-kun sedang mengerahkan tenaganya hendak
membinasakan Kim Tan di bawah telapakan tangannya, telah
terhalang oleh bayangan putih itu, seketika lantas kesima. Ia
sama sekali tidak akan menduga bahwa orang yang membela
mati-matian untuk menghindarkan Kim Tan dari bahaya, adalah
anak angkatnya sendiri Giok-tek-hwie-sian.
Waktu Kim Tan sedang pejamkan matanya untuk menerima
kematiannya, tidak disangka-sangka kalau Han Ing telah datang
235 menolong dengan tidak perdulikan jiwanya sendiri, untuk
menerima serangan yang hebat itu. Sejenak kemudian, tiba-tiba
terdengar Cu Ling Cie menyerit keras, dengan suara sember ia
berkata: "Enci Han Ing, dengan berbuat demikian,
pengorbananmu terlalu besar sekali."
Kim Tan segera memburu, dapat lihat wajahnya Han Ing pucat
seperti mayat, darah dari mulutnya berhamburan di tanah,
sangat pilu rasa hatinya.
Menghadapi peristiwa yang secara tiba-tiba ini, Pek-kut-sin-kun
juga sangat kaget, hal ini sungguh di luar dugaannya sama
sekali. Dua kali ia memandang tubuhnya Han Ing yang sudah
hampir mati itu, di saat itu, setahu bagaimana perasaannya,
entah kasihan, benci atau sayang.
Han Ing dengan sorot matanya yang sudah layu memandang
Kim Tan, wajahnya yang pucat pasi itu tersungging senyuman
ketir. Mulutnya bergerak tapi tidak kedengaran apa yang ia
sedang katakan. Menghadapi bunga teratai yang segera akan layu ini, melihat
keadaannya yang sangat memilukan hati, meski bagaimana
keras hatinya Kim Tan, tidak urung mengeluarkan air mata juga.
Sedangkan Cu Ling Cie, sudah sedari tadi menangis
sesenggukan sambil memanggil-manggil namanya Han Ing tidak
henti-hentinya. Peristiwa yang menyedihkan ini, sekalipun hatinya keras,
menyaksikan keadaannya, tak tahan kiranya tak turut merasa
236 pilu. Maka sekalipun Pek-kut-sin-kun yang sudah biasa


Suling Pualam Dan Rajawali Terbang Karya Peng An di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukan segala rupa pembunuhan dengan tangan dingin,
menghadapi pemandangan yang menunjukan betapa besar rasa
welas asih antara ketiga anak muda itu, tergerak juga hatinya.
Kim Tan, itu anak muda yang berada di depan matanya, yang
pernah bertempur dengan ia, kawan ataukah lawan"
Perasaannya itu waktu sangat kabur. Oleh karena itu pula, maka
pemandangan yang memilukan hati itu, berlangsung tanpa ada
gangguan. Tapi sebentar kemudian, suaranya Pek-kut-sin-kun
memecahkan kesunyian, dengan sorotan mata yang dingin
memandang wajahnya Han Ing, ia berkata: "Sekiranya kau
sengaja mencari mati, dengan tidak perdulikan jiwamu sendiri
hendak menolong kekasihmu, baiklah aku tambahkan satu
pukulan lagi, agar maksudmu lekas tercapai." Sehabis berkata,
dengan mengarah ke udara ia melepaskan satu serangan.
Ma Beng juga tahu bahwa serangan Pek-kut-sin-kun ini hebat,
tidak ayal lagi ia juga melontarkan serangan yang dapat
menembus udara kosong, untuk menangkis, dan Kim Tan juga
sudah siapkan Tay-it-sin-kang nya. Berbareng dengan
gerakannya Ma Beng, ia lontarkan ke arah Pek-kut-sin-kun,
sehingga mengeluarkan suara bentrokan keras.
Tapi kedua-duanya tergoncang tubuhnya, meski demikian,
serangannya Pek-kut-sin-kun hanya terhambat tujuh bagian
saja. Masih untung Cu Ling Cie sangat cepat gerakannya,
dengan menempuh bahaya besar, ia memondong tubuhnya Han
Ing dan melesat tujuh-delapan tindak jauhnya. Kemudian disusul
237 dengan beberapa kali lompatan, sudah lari meninggalkan
ruangan pusat Pek-kut-kauw.
Pek-kut-sin-kun yang sudah kalap, mana mau mengerti, maka
dengan mengeluarkan seruan keras, ia segera mengejar. Kim
Tan dan Ma Beng coba menghadang, tapi sudah tidak keburu.
Cu Ling Cie dengan seorang diri melawan Pek-kut-sin-kun
secara nekat, ditambah pula sebelah tangannya memondong
tubuhnya Han Ing, maka kelihatan sangat sukar untuk
meloloskan diri dari tangan mautnya Pek Kut Kun.
Dalam saat yang sangat genting itu, tiba-tiba dari udara
meluncur satu bayangan abu-abu, menyerang Pek-kut-sin-kun.
Pek-kut-sin-kun sedang pusatkan pikirannya kepada dirinya
lawan muda ini, terhadap serangan yang datangnya secara tibatiba itu, sudah tentu agak gugup. Namun masih bisa mengegos
badannya dengan cepat, kemudian ia mengebutkan jubahnya ke
atas udara untuk menyerang bayangan itu. Tapi bayangan itu
ternyata lebih cepat menyingkirkan diri, kemudian menyambar
ke bagian depan dengan mementang kukunya yang tajam, untuk
menyerang mukanya Pek-kut-sin-kun.
Diserang secara demikian, Pek-kut-sin-kun terhalang maksudnya untuk membinasakan Cu Ling Cie dan Han Ing,
hawa marahnya lantas meluap seketika. Dengan mengeluarkan
bentakan keras ia memaki: "Binatang dari mana berani
bertingkah dihadapanku!" Perkataan itu disusul dengan
melesatnya tubuh setinggi empat-lima tumbak.
238 Kim Tan mendongak ke udara, ia dapat lihat bahwa bayangan
abu-abu yang melakukan serangan tiba-tiba itu ternyata burung
rajawalinya Cu Ling Cie, diam-diam ia merasa heran.
Dalam keadaan murka, Pek-kut-sin-kun mengapung di udara,
dengan mementang lima jari tangannya, ia hendak menyerang
burung itu. Tapi burung rajawali itu dengan kecepatan seperti
kilat, telah kebutkan sayapnya, menyusul mana, satu samberan
angin yang sangat kuat telah menyerang Pek-kut-sin-kun.
Dengan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah mencapai taraf
yang sempurna, serangan burung itu sebetulnya tidak dapat
berbuat apa-apa terhadap Pek-kut-sin-kun. Tapi karena saat itu
tubuhnya Pek-kut-sin-kun sedang terapung di udara, hingga
kekuatannya berkurang, terpaksa ia berkelit dan melesat
beberapa tumbak jauhnya, kemudian turun ke tanah.
Kim Tan dengan kecepatan seperti kilat, mengeluarkan ilmu
pukulan "bintang mengejar rembulan", menutup jalannya Pekkut-sin-kun. Tapi jago Pek-kut-sin-kun ini, dengan mengandalkan
ilmu silatnya dan tenaga dalamnya yang tinggi, terhadap
serangan ini agaknya tidak ambil mumat, hingga sama sekali
tidak berkelit, malahan dengan mengulurkan dua jari tangannya
hendak menjepit pedang lawan.
Kim Tan juga insyaf bahwa kekuatannya masih kalah jauh
dengan lawannya, maka lantas buru-buru menarik kembali
serangannya, memutar berbareng dengan tubuhnya, kembali
menyerang, tapi kali ini yang di arah adalah bagian tengah dari
239 tubuhnya Pek-kut-sin-kun. Dan Ma Beng pada saat itu juga
sudah mengeluarkan senjatanya untuk menyerang.
Meski menghadapi dua musuh tangguh, tapi tetap tidak keder.
Sebaliknya Kim Tan berdua dengan Ma Beng, meski sudah
mengeluarkan seluruh kepandaiannya, masih belum juga dapat
merebut kemenangan. Sedang Cu Ling Cie itu telah
menggunakan saat yang baik ini, lantas memondong tubuhnya
Han Ing, melarikan diri ke bawah gunung.
Pui Tiauw yang melihat Cu Ling Cie hendak melarikan diri,
lantas memburu dari belakang. Cu Ling Cie dapat lihat bahwa
musuhnya mengejar, hatinya merasa panas. Dengan tangan kiri
menggendong tubuhnya Han Ing, tangan kanannya segera
menghunus pedang, untuk melawan Pui Tiauw.
Jika di dalam keadaan biasa, dengan kekuatan Cu Ling Cie,
mudah sekali akan merubuhkan Pui Tiauw. Tapi kini karena
tangan kirinya memondong tubuh Han Ing, maka gerak
tangannya agak lambat, belum sampai sepuluh jurus, ia sudah
merasa kewalahan. Melihat Pui Tiauw terus mendesak, Cu Ling Cie amarahnya
meluap, sebetulnya ingin meletakkan tubuhnya Han Ing, tapi
hatinya tidak tega, karena Han Ing saat itu keadaannya sudah
sangat payah, napasnya lemah. Ia agak bingung juga, dan Han
Ing yang tadinya dalam keadaan tidak ingat orang, karena
tubuhnya tergoncang ke sana ke mari, hingga samberan angin
gunung yang sejuk, menyadarkan pikirannya dan dengan
pelahan membuka matanya. 240 Setelah menyaksikan keadaan Cu Ling Cie yang sangat
berbahaya karena membela dirinya, maka ia coba meronta dan
berkata kepada Cu Ling Cie: "Adik Cie, menuntut balas sakit hati
ayah bundamu ada sangat penting, jangan perdulikan aku, lekas
lepaskanlah aku." Mendengar perkataan Han Ing itu, hati Cu
Ling Cie bertambah sedih. Ia agak sangsi sebentar, dan Han Ing
telah menggunakan ketika itu, dengan mengerahkan
kekuatannya yang masih ada, ia melepaskan diri dari
gendongannya Cu Ling Cie.
Dalam saat itu juga, Pui Tiauw sudah melakukan serangannya
yang berbahaya, dengan menyontek senjatanya yang
merupakan alat tulis (pit) ke atas, terus meluncur ke arah jalan
darah Yong-coan-hiat. Cu Ling Cie bertambah murka, dengan
melintangkan pedangnya ia menyambuti serangannya Pui
Tiauw, dengan maksud hendak memapas kutung senjata
musuhnya. Pui Tiauw yang mengetahui liehaynya pedang
pusaka itu, maka buru-buru menarik kembali, dan merubah
serangannya, mengarah bagian pusar.
Cu Ling Cie membentak dengan suara keras: "Pui Tiauw,
apakah kau hendak mencari mampus lihat pedang!"
Seruan itu dibarengi dengan serangan yang bertubi-tubi. Dengan
dicecer secara demikian, Pui Tiauw terpaksa mundur beberapa
tindak, baru dapat berdiri jejak. Tapi Cu Ling Cie yang sudah
dapat hati, tidak mau berhenti sampai disitu. Serangan-serangan
yang hebat terus dilancarkan, hingga Pui Tiauw tidak berdaya
sama sekali. Sejenak kemudian, terdengar jeritan hebat dari
241 mulutnya Pui Tiauw, karena tangan kanannya sudah dibabat
kutung sebatas pundak oleh pedang Cu Ling Cie.
Dengan menahan rasa sakit, Pui Tiauw bertekad hendak hancur
bersama-sama dengan musuhnya, maka senjata di tangan
kirinya lalu dipakai sebagai senjata rahasia, dilontarkan ke arah
dada Cu Ling Cie. Dengan memiringkan tubuhnya Cu Ling Cie
menghindarkan serangan itu. Kemudian dengan mengumpulkan
kekuatannya ditelapakan tangannya, ia menggunakan ilmu Panyok-sin-kang, untuk membalas menyerang. Satu samberan
angin yang hebat, dengan tepat mengenakan tubuhnya Pui
Tiauw. Pui Tiauw yang sudah kutung tangannya., ditambah dengan
serangan hebat ini, mana bisa tahan, tidak ampun lagi, tubuhnya
lantas rubuh untuk tidak bangun kembali.
Setelah berhasil menamatkan jiwa musuh besarnya, Cu Ling Cie
buru-buru menyampari Han Ing.
Han Ing yang sudah terluka parah, dengan secara nekat telah
menghadang dan menerima serangan yang dilancarkan oleh
Pek-kut-sin-kun, untuk menolong nyawanya Kim Tan, sehingga
dengan demikian Kim Tan telah terlolos dari bahaya maut. Tapi
bagi Han Ing sendiri, lukanya bertambah hebat. Hanya karena
pengaruh obat pil dari Ngo-bie, ia masih dapat pertahankan
dirinya. Kini setelah memaksa melepaskan diri dari
pondongannya Cu Ling Cie, sudah tentu tidak tahan lagi,
sehingga setelah menggeletak di tanah, sampai pertempuran
242 antara Cu Ling Cie dan Pui Tiauw berakhir, masih belum ingat
orang. Cu Ling Cie yang dapat melihat keadaan yang sangat
memilukan ini, hancur luluh rasa hatinya, lama sekali tidak dapat
bicara. Setelah hatinya tenang kembali, ia lalu meraba dadanya
Han Ing, ternyata masih berdenyut, hingga tahu bahwa Han Ing
masih hidup. Dalam keadaan bingung, ia tidak bisa berbuat
suatu apa, hanya ingat dengan obat pil Ngo-bie saja, maka ia
buru-buru mengambil sebutir dan dijejalkan ke dalam mulutnya
Han Ing. Obat pil yang sangat mujarab ini, adalah buatannya Sam Hie Totiang sendiri, dan memang betul-betul sangat mujarab. Han Ing
yang lukanya begitu berat, setelah kemasukan pil ini, dengan
perlahan dapat sadar kembali.
Han Ing membuka matanya yang guram, dengan perlahan
menarik napas. Setelah melihat tubuhnya Pui Tiauw
menggeletak di tanah sudah jadi mayat, sambil tersenyum ia
berkata dengan suara lemah:
"Adik Cie, permusuhanmu dengan Ouw-pak-sam-sat telah
selesai, kupikir sebaiknya kalian buru-buru meninggalkan
gunung Ai-lie-san ini, untuk menyingkirkan diri dari cengkeraman
kawanan Pek-kut-kauw. Encimu ini sudah terluka berat, sudah
tidak ada harapan untuk hidup lagi. Maksud kita ternyata banyak
sekali rintangannya, sukar tercapai. Hanya dengan kematian
kudapat membalas budi dan kecintaan sobatku yang paling
243 akrab. Tolong sampaikan perkataanku kepada adik Tan, supaya
ia jangan memikirkan dirinya orang yang bernasib malang."
Cu Ling Cie adalah seorang yang berperasaan halus,
mendengar perkataan Han Ing yang sangat memilukan hati ini,
hancur rasa hatinya, dari kedua matanya mengalir deras air
mata. Dengan sesenggukan ia berkata: "Encie Han Ing, kau
tidak boleh mati, biar bagaimana, kita tentu akan berdaya
sebisa-bisanya untuk menolong jiwamu."
Sehabis berkata, dengan menahan rasa pilunya, kembali ia
memondong tubuh Han Ing yang sudah tidak bertenaga lagi.
Pada waktu itu, Kim Tan bersama Ma Beng sedang bertempur
mati-matian melawan Pek-kut-sin-kun. Meski menggabung
kekuatan dua orang, pertempuran itu kelihatannya masih
berimbang, Kim Tan belum dapat kesempatan untuk merebut
kemenangan. Dan jika temponya diperpanjang lagi, ada
kemungkinan Kim Tan akan kalah.
Cu Ling Cie yang menggendong Han Ing, selagi hendak
meninggalkan pusat Pek-kut-kauw ini, telah dapat lihat bahwa
Kim Tan dan Ma Beng masih tetap tidak berdaya menghadapi
Pek-kut-sin-kun, sehingga hatinya merasa sangat gelisah. Ia
ingin maju memberi bantuan, namun tidak tega meninggalkan
Han Ing. Dalam gugupnya, ia lalu bersiul panjang, dan sekejap
mata kemudian, seekor burung besar telah mendatangi dengan
kecepatan seperti kilat, kemudian menyerang Pek-kut-sin-kun
dengan patoknya yang tajam seperti baja.
244 Pek-kut-sin-kun benar-benar sangat liehay, meski sedang
bertempur melawan dua jago kosen, namun masih dapat berkelit
untuk menghindarkan serangan burung rajawali yang datangnya
secara tiba-tiba itu, malahan masih dapat menahan serangan
dengan kebutan baju jubahnya. Burung rajawali tidak berhasil
mengenakan sasarannya, tapi sudah memberikan kesempatan
bagi Kim Tan dan Ma Beng untuk memperbaiki kedudukannya,
maka sejenak kemudian, Kim Tan sudah lantas melakukan
serangan bertubi-tubi. Karena Pek-kut-sin-kun sedang ripuh
menghalau serangannya burung rajawali, maka jubahnya yang
gerombongan telah terpapas separoh oleh pedangnya Kim Tan.
Pek-kut-sin-kun sebagai kepala satu perkumpulan, selama itu
selalu memandang dirinya sendiri sebagai orang gagah nomor
satu di kolong langit ini, mana pernah menerima hinaan begitu
rupa" Dalam keadaan yang sangat murka, ia telah melancarkan
serangan yang hebat beruntun-runtun mengarah jiwanya Kim
Tan. Kalau tadi Kim Tan telah berhasil dengan serangannya, adalah
karena Pek-kut-sin-kun sedang bercabang pikirannya karena
melawan burung dari atas udara, dan serangan itu pun dilakukan
secara nekat. Tapi dengan demikian telah membangkitkan rasa
amarahnya Pek-kut-sin-kun, sehingga seperti kerbau gila yang
sedang mengamuk. Serangan tenaga dalam Pek-kut-sin-kun itu telah menimbulkan
samberan angin yang kuat dan menderu-deru, tanah dan
tetanaman telah dibikin berterbangan, ini menunjukan betapa
hebatnya serangan tenaga dalam Pek-kut-sin-kun itu. Kim Tan
245 meski sudah mengerahkan Tay-it-sin-kang untuk menahan
serangan, tapi tetap tidak dapat menahan serangan yang hebat
itu. Dalam perlawanannya yang sengit itu, tiba-tiba terasa suatu
serangan angin yang sangat dingin sehingga meresap sampai di
tulang-tulang, sedang menyamber ke arah dirinya dan
memunahkan Tay-it-sin-kangnya. Ia hendak menyingkir, tapi
sudah terlambat, hingga sambil mengertek gigi ia bersedia
menerima kematiannya. Dalam saat yang sangat berbahaya itu, mendadak ada satu
kekuatan, yang sangat luar biasa menyerang dari samping.
Heran sekali, begitu sampai kekuatan yang sangat luar biasa itu,


Suling Pualam Dan Rajawali Terbang Karya Peng An di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serangan angin dingin Pek-kut-sin-kun segera lenyap tanpa
bekas. Hal ini, bukan saja Kim Tan merasa terheran-heran, Pekkut-sin-kun sendiri pun dibikin kesima.
Kim Tan membuka matanya memandang sekelilingnya, tapi
tidak menampak bayangan siapapun juga. Pek-kut-sin-kun
laksana burung terbang melompat tinggi, terus menubruk arah
dari mana datangnya tenaga yang luar biasa tadi, dengan suara
keras ia berkata: "Sahabat berilmu tinggi dari mana yang telah mengunjungi pusat
Pek-kut-kauw" Aku Pek Cu Lam menunggu disini, harap supaya
suka perlihatkan diri."
Sehabis berkata kembali turun ke tanah. Sepasang matanya
yang sangat tajam, memandang ke sekitarnya, tapi tidak
246 kelihatan siapapun juga. Pek-kut-sin-kun yang biasanya sangat
sombong, belum pernah dipermainkan orang demikian rupa,
meski dalam hatinya merasa panas, tapi ia tidak bisa berbuat
apa-apa. Itu waktu, burung rajawali yang cerdiknya luar biasa itu, seolaholah hendak permainkan dia. Selagi Pek-kut-sin-kun
memandang ke sekitarnya, dengan kecepatan seperti kilat,
burung itu terjun menyerang. Pek-kut-sin-kun yang sedang
mendongkol segera lampiaskan rasa mendongkolnya itu kepada
burung itu. Dengan membentak keras ia mencaci "Binatang, ajalmu sudah
sampai, apakah kau kira bisa lari?" Perkataan itu disusul dengan
melesatnya tubuh setumbak tingginya, kemudian melancarkan
serangannya yang hebat. Burung itu meski sejenis binatang terbang, tapi sangat cerdas. Ia
seperti juga sudah mengerti maksudnya Pek-kut-sin-kun, maka
segera pentang sayapnya. Dengan mengeluarkan suara seolaholah mengejek, lantas terbang tinggi ke angkasa. Pek-kut-sinkun meski sudah mengerahkan seluruh kekuatannya, tokh tidak
bisa berbuat apa-apa. Kim Tan yang itu waktu sedang memikirkan keselamatannya
Han Ing, menggunakan kesempatan ini telah pergi menyampari
Cu Ling Cie, dan tinggal Ma Beng seorang dan burung rajawali
itu, menghalau Pek-kut-sin-kun. Oleh karenanya, maka Pek-kutsin-kun pun tidak dapat kesempatan untuk mengejar Kim Tan.
247 Han Ing meski sudah mendekati ajalnya, tapi ingatannya masih
belum hilang. Melihat Kim Tan mendatangi, wajahnya
menunjukkan senyuman, matanya mengembeng air, dengan
perlahan ia berkata: "Adik Tan, kau dengan adik Ling Cie adalah
pasangan yang setimpal. Lekaslah tinggalkan aku yang sudah
akan mati ini dan buru-buru melarikan diri."
Orang yang sudah dekat ajalnya tokh masih mementingkan
keselamatan orang lain, hal ini membuat Kim Tan merasa
sangat pilu dengan suara parau ia berkata: "Encie Han besar
sekali budimu terhadap aku, meski hancur lebur tubuhku ini,
masih belum dapat membalas budimu itu. Soal mati atau hidup,
perlu apa dipikiri, dalam keadaan bahaya seperti ini suruh aku
tinggalkan kau, benar-benar aku tidak sanggup."
Cu Ling Cie yang berhati jujur, mendengar jawaban Kim Tan ini,
lupa kalau dirinya sedang menghadapi musuh tangguh, dengan
girang ia berkata: "Encie Han Ing, kita bertiga hidup atau mati
akan bersama-sama. Pusat Pek-kut-kauw ini tokh bukannya
bertembok besi berdinding waja. Dengan kekuatan kita
berempat, tidak percaya kalau tidak dapat menerjang keluar."
Baru habis perkataannya itu, Pek-kut-sin-kun sudah memukul
mundur Ma Beng dengan pukulan telapakan tangannya,
kemudian melesat ke atas udara, seperti seekor burung terbang
menerjang mereka. Kim Tan yang menyaksikan cara silat Pekkut-sin-kun ini, telah insyaf perlunya untuk melawan musuh lebih
dulu, maka lantas meninggalkan Han Ing, menggunakan
kesempatan tubuhnya Pek-kut-sin-kun masih mengapung di
248 udara, lantas mengerahkan tenaga Tay-it-sin-kang, melepaskan
satu serangan hebat. Pek-kut-sin-kun meski hebat tenaga dalamnya, tapi karena
tubuhnya masih terapung di udara, tidak bisa mengerahkan
tenaganya, maka terpaksa mengempos semangatnya, dengan
jungkir balik ia meloloskan diri dari serangan Kim Tan. Dengan
demikian meski ia terlolos dari serangannya Kim Tan, tapi sudah
terdesak demikian rupa, sehingga Kim Tan dapat kesempatan
untuk menghunus pedangnya.
Keduanya bertempur lagi di lereng gunung, sinar pedang dan
bayangan jubah saling berkelebat berputar-putaran. Dalam pada
itu, Cu Ling Cie juga sudah menggendong tubuhnya Han Ing lari
sejauh sepuluh tumbak lebih, sebaliknya Ma Beng pada saat itu
sudah ditempur oleh Touw Thing Hwie, hingga tidak dapat
melepaskan diri. Kim Tan yang sendirian melawan Pek-kut-sin-kun, kelihatan
sudah mulai keteter, dilihat gelagatnya, paling banter cuma bisa
bertahan kira-kira sepuluh jurus lagi. Jika dilanjutkan, tidak
mungkin dapat meloloskan diri dari Im-hong-ciangnya Pek-kutsin-kun.
Selagi dalam keadaan sangat bahaya itu, He Kau Chun si
sembrono sudah datang dengan menenteng senjatanya yang
berat itu, dari belakang ia menyodok gegernya Pek-kut-sin-kun,
tapi Pek-kut-sin-kun seolah-olah di belakangnya tumbuh
sepasang mata. Sebelum ruyungnya He Kau Chun mengenakan
sasarannya, Pek-kut-sin-kun sudah kebutkan jubahnya ke
249 belakang. He Kau Chun karena sudah merasakan liehaynya
kebutan itu, mana berani gegabah, maka begitu merasa
samberan angin, ia buru-buru lompat melesat setumbak lebih,
untuk menghindarkan serangan itu.
Kim Tan menggunakan kesempatan itu, dengan beruntun tiga
kali ia melakukan serangan, hingga untuk sementara ia masih
dapat pertahankan diri. Selagi bertempur hebat, tiba-tiba terdengar suara siulan yang
nyaring, lantas disusul dengan kedatangannya satu imam tua
yang rambut dan jenggotnya sudah putih semua, dengan suara
mantap ia berkata kepada Ma Beng:
"Ma Tay-hiap, lekas pergi menolong Kim Siau-hiap, serahkan
aku yang melayani Touw Thing Hwie ini." Perkataan itu dibarengi
dengan serangannya dari kedua telapakan tangannya, yang
diarahkan kepada Touw Thing Hwie.
Ma Beng segera meninggalkan Touw Thing Hwie sambil berkata
dengan nyaring: "Hian Kie Cu To-tiang, kedatanganmu sangat
kebetulan. Kita sedang terkurung rapat, tidak dapat kesempatan
untuk meloloskan diri. Aku tidak nyana kau telah menepati
janjimu, untuk memberi bantuan kepada kita." Sehabis berkata,
ia segera lompat menyerang Pek-kut-sin-kun, membantu Kim
Tan. Pek-kut-sin-kun sungguh besar nyalinya, dengan mengandel
kekuatan tenaga dalamnya yang tinggi, ia tidak pandang mata
sama sekali ketiga jago itu. Dengan sepasang tangan ia
250 melawan tiga jago kelas satu, masih tidak merasa keder sama
sekali. Itu waktu, kawanan Pek-kut-kauw sudah pada datang
berkumpul, dan mengurung mereka merupakan bunderan besar,
sehingga sukar sekali dapat meloloskan diri dari kepungan
tersebut. Di lain pihak, Hian Kie Cu juga sedang bertempur dengan Touw
Thing Hwie, dan Cu Ling Cie itu waktu juga sudah dikepung oleh
Go Beng yang membawa kawan-kawannya. Cu Ling Cie karena
sebelah tangannya menggendong tubuhnya Han Ing, maka
hanya melawan musuhnya dengan tangan sebelah. Sekalipun
tinggi ilmu silatnya, juga mereka agak ripuh.
Han Ing kembali dalam keadaan pingsan, lapat-lapat mendengar
suaranya senjata beradu, ia mengerti bahwa Kim Tan dan
kawan-kawannya sudah terkurung oleh kawanan Pek-kut-kauw.
Meskipun ingatannya belum terang, tapi masih bisa bicara
seperti orang yang sedang mengigau: "Adik Cie, lekas lepaskan
aku, jangan perdulikan aku lagi."
Mendengar suara yang sangat dalam ini, pilu rasa hatinya Cu
Ling Cie, hampir saja ia menangis. Pada saat itu juga, Han Ing
kembali sudah melepaskan diri dari gendongan Cu Ling Cie, dan
Cu Ling Cie yang merasa kaget segera hendak memondong
lagi, tapi sudah terhalang oleh Go Beng yang melontarkan
serangan hebat. Cu Ling Cie buru-buru mengegoskan dirinya,
pedang di tangannya lalu dikerjakan, untuk membelah tubuhnya
Go Beng. 251 Go Beng segera melesat tinggi untuk menghindarkan serangan
dahsyat itu, kemudian membalas menyerang dengan
pedangnya, yang lemas, tapi ternyata tajamnya luar biasa.
Dengan masing-masing memegang pedang mustika di
tangannya, keduanya sama-sama berhati-hati, tidak berani
menggunakan kekerasan untuk mengadu pedangnya, sehingga
pertempuran itu merupakan saling kejar dan saling berkelit.
Han Ing itu waktu dengan menggunakan kekuatan yang masih
ada, telah coba bangun, karena lukanya hebat. Sebetulnya tidak
mudah untuk bergerak, tapi karena rasa cintanya yang begitu
besar terhadap Kim Tan, suatu tenaga gaib telah memberi
kekuatan kepadanya, sehingga sebentar kemudian ia sudah
dapat berdiri. Dengan perlahan-lahan menuju ke arah Kim Tan
bertempur. Kim Tan sedang mengeluarkan seluruh kepandaiannya,
bertempur mati-matian dengan Pek-kut-sin-kun, mendadak
dapat lihat Han Ing sedang mendatangi, kagetnya bukan alang
kepalang. Han Ing dengan susah payah baru dapat keluarkan
perkataannya: "Kalian jangan bertempur lagi, dengar dulu
perkataanku." Pek-kut-sin-kun dalam kemurkaannya, sudah hilang akal
budinya, dengan suara keras ia membentak: "Budak hina, tidak
tahu malu, kau masih ada muka untuk ketemui aku." Sehabis
berkata, jubahnya dikebutkan.
252 Kim Tan yang dapat lihat, kagetnya bukan main. Karena dengan
tubuhnya yang sudah terluka parah, mana tahan serangan hebat
itu. Untuk membalas budinya Han Ing yang sudah beberapa kali
menolong jiwanya, maka kali ini Kim Tan dengan nekat telah
melintangkan tubuhnya untuk menghalangi serangannya Pekkut-sin-kun, tapi berbareng dengan itu, tiga buah benda bersinar
yang tersusun menjadi bentuk segi tiga, telah menyerang ke
arah tiga bagian penting dari tubuhnya Pek-kut-sin-kun.
Sekalipun tinggi ilmu silatnya, mau tidak mau Pek-kut-sin-kun
merasa terkejut juga. Dengan miringkan tubuhnya ia berkelit,
sambil menarik kembali serangannya, untuk memapaki tiga
benda yang datang menyerang itu, dan kemudian menyampok
jatuh tiga benda tersebut.
Kiranya Hian Kie Cu sedang bertempur dengan Touw Thing
Hwie sudah lebih dari limapuluh jurus, masih dapat kesempatan
untuk menyaksikan Kim Tan yang sedang bertempur dengan
Pek-kut-sin-kun, maka ketika Pek-kut-sin-kun menyerang Han
Ing dan Kim Tan datang menghalang, ia sudah lihat dengan
tegas. Dan ketika Kim Tan menghadapi bahaya maut, ia lantas
menggunakan ilmu silatnya Pat-kwa-ciang yang membikin ia
terkenal di kalangan Kang-ouw untuk mendesak Touw Thing
Hwie, sehingga terpukul mundur kira-kira tujuh-delapan tindak.
Lalu dengan tiga butir tasbehnya yang dijadikan senjata rahasia,
melakukan serangan secara mendadak kepada Pek-kut-sin-kun.
253 Berbareng dengan itu, tubuhnya pun melayang ke udara, untuk
menyusuli serangannya senjata rahasianya tadi. Tidak kira kalau
Pek-kut-sin-kun sudah menggunakan tenaga dalamnya untuk
memukul jatuh senjata rahasia tadi, dan sisa samberan angin
yang kuat itu pun segera menyerang Hian Kie Cu yang tubuhnya
masih terapung di udara. Menghadapi serangan yang datangnya
di luar dugaan ini, Hian Kie Cu segera menekan dengan
meminjam kekuatan lawannya, kemudian dengan secara
jumpalitan ia menghindarkan diri dari serangan hebat itu.
Han Ing meski tubuhnya terlolos dari serangannya Pek-kut-sinkun, tapi tenaganya sudah habis sama sekali, sehingga ibarat
pelita sudah kering minyaknya, sudah tentu tidak dapat
pertahankan dirinya. Dengan tubuh bergoyang-goyang, ia akan
jatuh tersungkur. Dalam gugupnya, Kim Tan lalu melompat, tanpa pikir lagi ia
segera menggunakan tangannya untuk memeluk tubuhnya Han
Ing. Pek-kut-sin-kun dengan menggeram maju menyerang dua
anak muda itu. Hian Kie Cu hendak menghalangi, tapi sudah
tidak keburu. Dalam kemurkaannya Pek-kut-sin-kun timbul hati kejamnya,
hingga mengeluarkan pukulan yang mematikan. Dua anak muda
itu lantas terpental sejauh satu tumbak.
Kim Tan meski dari mulutnya mengeluarkan banyak darah, tapi
masih tetap memeluk tubuhnya Han Ing. Cu Ling Cie lantas
maju menyerang Pek-kut-sin-kun bersama Hian Kie Cu.
254 Menghadapi dua musuh ini, Pek-kut-sin-kun tidak takut sama
sekali, malahan dengan suara dingin ia berkata: "Kalian dua
binatang, kali ini mungkin akan mati dengan mata meram,
tunggu sebentar aku nanti antar kalian ke akherat dengan
jubahku ini." Cu Ling Cie sudah sedia dengan Pan-yok-sin-kang nya, hendak
mengadu tenaga dengan Pek-kut-sin-kun. Di saat itu, satu
bayangan burung telah meluncur dari udara, dengan kekuatan
yang dilancarkan dari dua sajapnya, burung itu telah memapaki
serangannya Pek-kut-sin-kun, kemudian terbang tinggi lagi.
Itu waktu, Ma Beng, Hian Kie Cu dan He Kau Chun lalu
menyerang berbareng. Kembali Pek-kut-sin-kun harus melawan
tiga orang. Maka Cu Ling Cie dapat kesempatan untuk menyingkirkan diri,
buru-buru ia menghampiri Kim Tan, untuk melihat keadaannya
Kim Tan meski terluka, tapi ingatannya masih belum hilang.
Maka ketika melihat Cu Ling Cie berdiri di depannya, dan
melihat ia sedang memeluk tubuhnya Han Ing, seketika itu
wajahnya menjadi merah, hingga melepaskan tubuhnya Han Ing.
Tapi Cu Ling Cie tidak mempunyai perasaan apa-apa, dengan
suara lemah lembut ia berkata: "Engko Tan, jangan kau
lepaskan Enci Han Ing, ia lukanya tidak enteng." Sehabis
berkata, mendadak dapat lihat Kim Tan mengeluarkan darah
dari mulutnya, dengan kaget ia menanya: "Engko Tan,
bagaimana dengan kau sendiri?"
255 Kim Tan menyahut dengan pelahan: "Adik Cie, lukaku tidak
berat, hanya tergerak oleh serangannya Pek-kut-sin-kun saja,
sebentar lagi tentu akan sembuh."
Cu Ling Cie buru-buru mengambil sebutir pil dan dimasukan
dalam mulut Kim Tan: "Engko Tan, lekaslah minum ini obat
dulu." Han Ing itu waktu wajahnya sudah seperti kertas, ia membuka
matanya

Suling Pualam Dan Rajawali Terbang Karya Peng An di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pelahan-lahan. Melihat mulutnya Kim Tan mengeluarkan darah, meski ingatannya sudah agak kabur, tapi
tentang perbuatan Kim Tan yang secara mati-matian membela
dirinya, ia lapat-lapat masih ingat, dengan suara lemah ia
berkata: "Adik Tan, adik Cie, badanku sudah luka parah, sekalipun ada
obat manjur yang bisa menyambung nyawa, juga sudah tidak
ada gunanya. Kalian berdua lekas tinggalkan tempat ini, jangan
perdulikan aku......" berkata sampai disini, kembali tidak ingat
orang. Kim Tan setelah makan obat pil, badannya dirasakan segar
kembali. Melihat Han Ing dalam keadaan pingsan, sesaat ia
tidak bisa berbuat apa-apa. Melihat Ma Beng, Hian Kie Cu dan
He Kau Chun sedang didesak oleh Pek-kut-sin-kun, dalam
keadaan sangat bahaya ini, ia telah lupakan badannya sendiri
yang telah terluka, segera hendak memberi bantuan.
Tapi dicegah oleh Cu Ling Cie: "Biarlah engko Tan disini
menjaga Enci Han Ing, aku nanti layani ia beberapa jurus."
256 Sehabis berkata, ia lantas mencelat dengan pedang terhunus ke
arah Pek-kut-sin-kun. Han Ing membuka matanya, melihat Kim Tan masih berdiri
disisinya dengan wajah muram. Dengan suara lemah ia berkata:
"Adik Tan, bukan kau lekas membantu adik Cie! Badanku sudah
terluka parah, pasti tidak bisa hidup lagi, kau jangan memikirkan
orang yang sudah hampir mati. Setelah kalian sudah meloloskan
diri dari sini, percayalah, aku juga sudah tidak ada di dunia lagi.
Jika kau tidak melupakan persahabatan kita, biarlah kau doakan
saja, supaya rohku lekas menitis kembali. Jika kita ada jodoh,
dilain penitisan tentu ketemu lagi." Dengan menahan rasa sakit,
ia memaksakan diri untuk bersenyum.
Menampak keadaan yang sangat memilukan ini, sekalipun Kim
Tan ada satu laki-laki yang gagah, dan kuat hatinya, tidak urung
merasa terharu juga, sehingga air matanya membasahi kedua
pipinya. Han Ing melihat dia malahan sangat berduka, sehingga berdiri
menjublek seperti patung sedangkan keadaan ada sangat
berbahaya. Murid-muridnya Pek-kut-sin-kun, itu waktu juga
sudah pada berkumpul dan menjaga di setiap tempat, jika
terlambat lagi, lebih susah untuk meloloskan diri.
Dalam bingungnya ia memaksakan diri melepaskan pelukan Kim
Tan, dan dengan kekuatan yang masih ada, ia hendak
benturkan kepalanya di atas batu cadas. Kim Tan seolah-olah
sudah mengerti maksudnya, maka dengan kecepatan seperti
kilat, ia sudah menubruk dan dapat mencandak kaki kanannya.
257 Tidak nyana Han Ing masih mempunyai kekuatan luar biasa,
hampir saja Kim Tan tidak berdaya menghadapinya, untung Kim
Tan kekuatannya banyak lebih tinggi, maka dengan kekuatan ia
akhirnya dapat mencegah Han Ing dari benturan batu cadas itu.
Han Ing ingin supaya Kim Tan segera dapat meloloskan diri,
maka bertekad mencari kematiannya. Selagi Kim Tan masih
belum dapat tetapkan hatinya, ia kerahkan kekuatannya di
tangan, dan dihantamkan ke kepalanya sendiri.
Terhadap perbuatan yang dilakukan secara tiba-tiba dan di luar
dugaan ini, meski Kim Tan sudah dapat lihat dengan tegas, tapi
sudah tidak keburu untuk mencegah.
Han Ing selagi mengangkat tangannya dan baru hendak
diturunkan untuk memukul, mendadak seperti terhalang oleh
satu kekuatan gaib, tangan itu tidak dapat bergerak lagi. Pada
saat itu, seorang tua yang berdandan seperti pengemis telah
berdiri di depan mereka. Setelah ditegasi, Kim Tan baru tahu
bahwa orang tua itu adalah Hiong Lip Khun.
Belum sampai Kim Tan membuka mulutnya, atau sudah
didahului oleh Hiong Lip Khun: "Kim Tan Hian-tit, lekas hidupkan
jalan darahnya." Mendengar ini, ia baru tahu bahwa Han Ing
barusan tidak bisa gerakkan tangannya, ialah terkena totokan
yang dilancarkan oleh Hiong Lip Khun dari jauh melalui udara
terbuka. Kim Tan sambil membuka totokannya Han Ing, matanya
mengawasi keadaan pertempuran. Ma Beng, Cu Ling Cie dan
He Kau Chun sudah berada di bawah angin, keadaannya sangat
258 berbahaya, setiap saat bisa menghadapi kecelakaan. Jika Hiong
Lip Khun pada saat itu tidak muncul, sudah tentu akan
mengalami kekalahan besar.
Han Ing setelah diurut urat besarnya, telah sadar kembali.
Melihat Kim Tan membela dirinya begitu sungguh-sungguh hati,
meski dalam keadaan berbahaya, masih lupakan keselamatan
diri sendiri untuk menolong jiwanya yang sudah hampir mati.
Perbuatan ini sungguh sukar dicari keduanya.
Dengan menghela napas panjang ia berkata: "Aku adalah
seorang sudah hampir mati, tapi kau ada lain. Kau masih
mempunyai banyak harapan di kemudian hari, buat apa kau mau
menemani aku terkubur di tempatnya Pek-kut-kauw ini?" Sampai
disini, ia sudah tidak dapat melanjutkan perkataannya lagi.
Menghadapi pemandangan yang sangat memilukan hati ini, Kim
Tan seolah-olah sudah kehilangan akal budinya sama sekali.
Dalam keadaan demikian, tiba-tiba terdengar suara yang halus
dari benda logam telah memecah kesunyian. Kim Tan seolaholah sedar dari mimpinya, ketika menegasi dua sinar yang
mengkeredep telah datang menyambar.
Dalam kagetnya, ia sendiri masih bisa menghindarkan diri, tapi
Han Ing mau tak mau tentu akan terkena serangan gelap itu.
Dalam gugupnya, ia telah lupakan bahwa ia sendiri belum
sembuh dari luka-lukanya, dengan mengemposkan tenaga
dalamnya, ia melontarkan satu serangan. Dua benda bersinar itu
meski tersampok jatuh, tapi ia sendiri karena kehabisan tenaga,
akhirnya pun rubuh di tanah.
259 Di saat itu satu bayangan hitam telah datang menubruk. Kiranya
adalah Touw Thing Hwie yang barusan dipukul terpental oleh
Hian Kie Cu, ternyata tidak mengalami luka berat, maka setelah
mengaso sebentar, lantas bisa bangun berdiri lagi. Ketika
melihat Kim Tan sedang repot menolong Han Ing, maka hendak
melakukan pembokongan secara keji, bukan saja sudah
menyerang dengan dua pisau terbangnya, bahkan serangan itu
disusul dengan datangnya orang. Kim Tan sedang mulai kabur
ingatannya, kelihatannya segera akan mati di bawah pukulan
Touw Thing Hwie. Dalam keadaan yang berbahaya ini, Kim Tan seperti tertahan
oleh satu kekuatan yang gaib tubuhnya yang tadinya sudah akan
rubuh, mendadak berdiri lagi, dan Touw Thing Hwie sendiri
seperti ditangkis oleh tenaga yang kuat, tidak mampu mendekati
tubuhnya Kim Tan. Dorongan yang menahan Kim Tan itu malahan seperti ada hawa
hangat yang terus masuk ke hulu hatinya Kim Tan, sehingga
lantas mendusin secara mendadak. Ia dapat lihat Touw Thing
Hwie sedang lari mendatangi, meski tenaganya belum pulih
betul, tapi keinginan untuk hidup dapat menahan badannya yang
sudah terluka. Dengan kekuatannya yang masih ada, Kim Tan
melakukan serangan dengan kedua telapakan tangannya.
Serangan itu ternyata sangat hebat, sehingga Touw Thing Hwie
tidak berani menyambuti, ia buru-buru melompat tinggi untuk
menyingkir. Touw Thing Hwie yang hendak melakukan serangan menggelap,
bukan saja tidak mengenakan sasarannya, malahan ia sendiri
260 hampir mendapat celaka. Oleh karenanya, maka lantas timbul
maksud jahatnya, ia mengeluarkan tiga batang pisau
terbangnya, dilontarkan ke arah tiga jurusan untuk menyerang.
Kim Tan dalam pertempuran di Kun-san sudah pernah saksikan
liehaynya senjata pisau terbang dari orang she Touw ini, maka
tidak berani sembarangan. Ia lantas menghunus pedang
pusakanya, dengan beberapa putaran saja, sudah menyampok
jatuh pisau terbang yang mengarah bagian atas, kemudian dari
sebelah tangannya ia melancarkan serangan yang kuat untuk
memukul jatuh pisau terbang yang mengarah bagian tengah.
Setelah dua gerakan ini berhasil baik, ia lalu meloncat tinggi
dengan kedua jari tangannya, ia menjepit pisau terbang yang
mengarah bagian bawah. Kemudian disusul dengan bentakan
keras: ,,Sambutlah, mari kukembalikan senjatamu." Perkataan
itu dibarengi dengan serangan pisau terbangnya Touw Thing
Hwie yang dipukul membalik oleh Kim Tan."
Dengan kepandaiannya menggunakan golok terbang yang
membuat ia terkenal di kalangan Kang-ouw, Touw Thing Hwie
melancarkan serangannya dengan senjata rahasia tunggalnya.
Ia mengira, kali ini meskipun Kim Tan mempunyai kepandaian
tinggi, sudah tentu sukar sekali untuk menghindarkan diri.
Tidak disangka-sangka bahwa Kim Tan bukan saja dapat
menghindarkan serangan dengan cara yang mengagumkan,
bahkan dapat mengembalikan serangannya dengan senjatanya
sendiri. Ia tidak dapat kesempatan untuk berkelit, senjata
meluncur, dalam gugupnya ia lantas keluarkan satu pisau lagi
261 untuk memapaki serangan itu. Hanya terdengar suaranya dua
senjata beradu, dua pisau terbang itu jatuh di tanah.
Touw Thing Hwie mengeluarkan tiga batang pisau terbangnya
lagi, yang segera hendak dilontarkan. Kim Tan melihat dengan
tegas, maka lalu berkata: "Jika mempunyai kepandaian, boleh
coba mengadu tenaga. Dengan senjata rahasia melukai orang,
tidak terhitung perbuatannya orang gagah."
Baru habis berkata, Cu Ling Cie sudah datang untuk memberi
bantuan, dengan suara nyaring ia berkata: ,Engko Tan mundur
dulu menjaga Encie Han Ing, aku akan mencoba kepandaiannya
menggunakan golok terbang."
Kim Tan barusan dapat melawan Touw Thing Hwie hanya
menggunakan tenaganya yang dikerahkan secara terpaksa.
Sekarang setelah mendengar suara Cu Ling Cie, tenaganya
lenyap seketika, sehingga tubuhnya sempoyongan dan jatuh di
tanah. Cu Ling Cie terkejut, selagi hendak menolong, Touw Thing Hwie
sudah berseru: "Lihat golok!" dan tiga benda berkeredepan telah
menyerang. Di samping tiga golok terbang ini, Touw Thing Hwie
masih melancarkan serangan dengan pasir racunnya, untuk
menyerang Kim Tan dan Han Ing.
Cu Ling Cie yang hendak menghindarkan serangan golok
terbang tapi juga hendak menolong diri kedua kawannya, sudah
tentu agak ripuh. 262 Dalam keadaan sangat kritis ini, mendadak ada kekuatan yang
gaib menyerang jatuh tiga golok terbang itu, dan serangan pasir
beracun juga dibikin punah oleh kekuatan gaib yang kuatnya luar
biasa itu. Cu Ling Cie merasa sangat heran, ia menoleh ke
belakang, tapi tidak kelihatan apa-apa, tidak tahu orang berilmu
tinggi siapa yang tidak mau memperlihatkan dirinya, dan
membantu secara diam-diam.
Ketika itu Touw Thing Hwie merasa girang, karena serangannya
akan berhasil, tapi tidak sangka kalau serangannya itu telah
digagalkan oleh tenaga gaib, bahkan ia sendiri telah terpental
jauh, hampir rubuh terjengkang. Untung ia sangat cerdik, buruburu mengumpulkan tenaga dalamnya di kedua tangannya untuk
menolak serangan gaib itu.
Cu Ling Cie menggunakan kesempatan baik itu, lantas memutar
pedangnya menusuk ke dada Touw Thing Hwie.
Keadaan lantas berbalik, tadinya adalah Touw Thing Hwie yang
berulang-ulang melakukan serangan, tapi kini telah berbalik
diserang, dalam gugupnya, ia buru-buru miringkan tubuhnya
untuk berkelit. Kemudian hendak menggunakan ilmu silat
"dengan tangan kosong merampas senjata tajam", menunggu
sampai pedangnya Cu Ling Cie sudah dekat, lalu mengulurkan
dua jari tangannya untuk menjepit senjata tajam itu.
Cu Ling Cie bukannya anak kemarin sore mana mau
memberikan kesempatan untuk Touw Thing Hwie mencapai
maksudnya. Ia pun segera menarik kembali serangannya,
dengan tangan kirinya ia menotok pundaknya Touw Thing Hwie.
263 Pertempuran ini sudah berjalan kira-kira limapuluh jurus, masih
belum kelihatan siapa yang unggul. Di samping mereka,
tubuhnya Kim Tan dan Han Ing masih menggeletak di tanah. Cu
Ling Cie yang melihat dua kawannya masih belum ingat orang,
hatinya agak kuatir, oleh karena perasaan kuatir ini, hampir saja
membuat celaka dirinya. Dilain pihak, Hiong Lip Khun yang sedang bertempur melawan
Pek-kut-sin-kun, meski sudah menggunakan ilmu silatnya Saoyang-sin-ciang yang ia telah latih sepuluh tahun lamanya, tapi
masih be1um bisa merebut kemenangan. Burung rajawali yang
cerdik itu, tetap berterbangan di angkasa, untuk mengintai dan
akan memberi bantuan di saat yang perlu.
Di saat itu, adalah pertempuran antara Cu Ling Cie dan Touw
Thing Hwe yang paling genting keadaannya. Cu Ling Cie karena
memikiri kedua kawannya, hatinya agak terganggu, sehingga
sedikit lengah. Hal ini telah digunakan oleh Touw Thing Hwie
sebaik-baiknya, dengan kedua jarinya, telah berhasil menjepit
Pedangnya Cu Ling Cie. Dalam kagetnya, Cu Ling Cie hendak
membetot, tapi tidak berhasil.
Touw Thing Hwie kembali hendak menggunakan ilmu silatnya
Kin-na-chiu-hoat, hendak memutar patah tangannya Cu Ling
Cie, tapi sebelum maksudnya itu berhasil, satu bayangan tahutahu telah terbang melayang turun, itu adalah burung rajawalinya
Cu Ling Cie yang sangat cerdik luar biasa. Dengan kecepatan
seperti kilat, burung rajawali itu terus mencengkeram pundaknya
Touw Thing Hwie, sehingga daging bagian pundaknya sempoak
264 sebagian, darah mengucur terus. Dengan mengeluarkan jeritan
hebat, Touw Thing Hwie terpaksa melepaskan mangsanya.
Cu Ling Cie menggunakan kesempatan bagus ini, segera
menusukkan pedangnya ke arah perut lawan.
Tidak kecewa Touw Thing Hwie mendapat nama di kalangan
Kang-ouw, dalam keadaan yang sangat berbahaya itu, ia masih
tidak gugup, dengan menggeblakkan tubuhnya ke belakang, ia
hindarkan tusukan pedangnya Ling Cie. Kemudian dengan
jumpalitan, telah melesat sejauh satu tumbak, dan kemudian ia
ambil langkah seribu. Cu Ling Cie juga tidak mengejar, membiarkan musuh itu lari. Ia
lantas memburu dan berdiri di samping tubuhnya Kim Tan
dengan pelahan ia memanggil. ,,Engko Tan......" hanya ini saja
yang ia keluarkan dari mulutnya, lantas disusul dengan suara
tangis yang menyayatkan hati.
Kim Tan yang sedang pingsan, waktu dengar suara tangisan


Suling Pualam Dan Rajawali Terbang Karya Peng An di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang memilukan hati itu, hatinya lantas berdebar. Ia lantas
membuka matanya, bibirnya agak bergerak, tapi tidak mampu
mengeluarkan perkataan. Han Ing selain dari hidungnya masih
bisa bernapas, hampir sudah seperti mayat keadaannya.
Cu Ling Cie meski terhitung salah satu orang yang cerdas, tapi
melihat keadaannya orang yang ia cintakan seolah-olah sudah
mendekati ajalnya, hatinya sudah hancur luluh. Ia sama sekali
tidak berdaya untuk mengatasi pikirannya yang ruwet, hanya air
matanya saja yang terus mengalir, membasahi kedua pipinya.
265 Itu waktu Hiong Lip Khun, Hian Kie Cu dan Ma Beng, tiga jago
kenamaan di kalangan Kang-ouw, ditambah dengan satu tenaga
muda He Kau Chun, berempat mengepung Pek-kut-sin-kun.
Bukan saja tidak berdaya, malahan dalam pertempuran yang
seru itu, He Kau Chun telah kesampok jubahnya Pek-kut-sin-kun
sehingga terpental sejauh satu tumbak lebih.
Kemudian dengan bersiul nyaring, Pek-kut-sin-kun tubuhnya
melesat tinggi, seperti seekor burung terbang, melayang ke arah
Cu Ling Cie dan Kim Tan. Hiong Lip Khun segera tahu gelagat
kurang baik, dengan meniru caranya Pek-kut-sin-kun ia
mengejar, tapi tidak dapat menyandak.
Cu Ling Cie yang berada dalam keadaan duka, tidak seperti
biasanya yang mempunyai pendengaran dan pemandangan
tajam. Sewaktu ia tahu ada bahaya mengancam, namun sudah
terlambat, hingga jiwa ia bersama dua kawannya segera akan
melayang di bawah serangan Im-hong-ciang nya Pek-kut-sinkun.
Dalam keadaan yang sangat berbahaya itu, tiba-tiba terdengar
suara siulan nyaring, satu orang yang wajahnya jelek luar biasa,
tidak ubahnya dengan iblis, telah menghadang di tengah,
menyambut serangan Pek-kut-sin-kun. Dengan demikian, hingga
Cu Ling Cie, Kim Tan dan Han Ing terlepas dari bahaya maut.
Sekalipun Pek-kut-sin-kun sudah mempunyai kepandaian yang
tidak ada taranya, setelah beradu tenaga dengan orang aneh itu,
tubuhnya tergoncang juga sampai tujuh-delapan tindak. Sebagai
kepala dari suatu perkumpulan, yang biasanya suka agulkan diri
266 sebagai seorang yang tidak ada tandingannya di dunia
persilatan, belum pernah menerima hinaan begitu rupa" Maka
setelah berdiri tetap lagi, ia lantas kerahkan seluruh kekuatannya
untuk menyerang orang aneh itu yang seperti manusia bukan
manusia, dan seperti setan bukannya setan.
Pek-kut-sin-kun punya serangan kali ini, adalah dalam keadaan
sangat murka, bisa dibayangkan berapa hebat kekuatannya,
sekalipun barang keras, juga akan hancur berantakan. Tapi
aneh bin ajaib, mahluk aneh itu seolah-olah tidak merasakan
apa-apa, sedikitpun tidak menggeserkan tubuhnya.
Orang-orang yang menyaksikan, semuanya pada terkejut,
mereka menganggap bahwa mahluk aneh ini tentu akan
terbinasa di tangannya Pek-kut-sin-kun. Siapa kira serangan
Pek-kut-sin-kun itu begitu sampai segera merasa seperti
tersedot oleh kekuatan gaib, mahluk aneh itu bukan saja tidak
terluka barang sedikit, malahan memutar ke belakangnya Pekkut-sin-kun, untuk lakukan pertempuran.
Ma Beng dalam repotnya masih ingat bahwa Kim Tan dan
kawannya sedang terluka, maka segera pergi menghampiri, di
belakang pundaknya Cu Ling Cie menepok dengan perlahan.
Cu Ling Cie segera mendusin, dan setelah dapat lihat mahluk
aneh itu sedang bertempur dengan Pek-kut-sin-kun, dengan
kaget ia, mengeluarkan seruan.
267 Ma Beng buru-buru menanya: "Ling Cie Hian-tit, apakah kau
masih ada obat pil Ngo-bie" Lekas berikan sebutir kepada Kim
Tan Hian-tit." Diingatkan oleh Ma Beng, Cu Ling Cie seperti baru sadar dari
mimpinya. Ia buru-buru mengeluarkan obat pilnya dimasukkan
ke dalam mulut Kim Tan. Ma Beng membantu mengurut-urut
urat-uratnya, maka sebentar kemudian Kim Tan sudah sadar
kembali. Waktu ia membuka matanya, baru tahu bahwa dirinya telah
menggeletak di samping tubuhnya Han Ing, agak merasa malu
rasanya, maka ia buru-buru lompat bangun. Melihat Han Ing
masih belum sadarkan dirinya, hatinya kembali merasa sedih.
Ma Beng jongkok disamping tubuh Han Ing, coba memeriksa
urat nadinya, wajahnya menunjukkan perasaannya yang sangat
tegang. Cu Ling Cie dan Kim Tan memandang dengan mata
tidak berkesip, hatinya tergoncang hebat. Kim Tan meski dalam
hatinya merasa tegang, tapi di wajahnya masih dapat
menunjukkan ketenangannya, tidak mau menunjukkan
perasaannya dihadapannya Ma Beng.
Tidak demikian dengan Cu Ling Cie, ia menanya berulang-ulang
dengan tidak sabarnya: "Empe Ma, apakah Encie Han Ing masih
bisa ditolong?" Pertanyaan demikian telah beberapa kali
dikeluarkan dari mulutnya.
Ma Beng dengan mengelah napas panjang, akhirnya menjawab:
"Ia lukanya ada terlalu berat, bagian dalam badannya sudah
268 hancur oleh getaran serangan Pek-kut-sin-kun, meskipun tabib
Hoa Tho hidup kembali, juga tidak berdaya. Apalagi dengan
kepandaianku yang tidak berarti ini, tidak perlu dikata lagi."
Mendengar jawaban Ma Beng, Cu Ling Cie hancur rasa hatinya,
kembali menangis tersedu-sedu.
Di saat itu, mendadak terdengar suaranya Pek-kut-sin-kun yang
keras: "Iblis dari mana, tidak mau perlihatkan wajah aslinya di
depanku. Jika kau ada nyali, lekas perlihatkan wajahmu untuk
bertanding dengan aku, Perlu apa mesti sembunyi-sembunyi."
Cu Ling Cie dan Kim Tan karena sibuk hendak menolong Han
Ing, sampai munculnya mahluk yang aneh itu pun tidak tahu.
Mendengar suara bentakan ini, baru menoleh, dan dapat tahu
kalau ada satu mahluk yang aneh berwajah sangat jelek, sedang
bertempur melawan Pek-kut-sin-kun, dalam hati mereka merasa
heran. Dan yang lebih mengherankan, ialah orang jarg sudah
mempunyai kepandaian tinggi seperti Pek-kut-sin-kun, dalam
pertempuran melawan mahluk aneh itu, bukan saja tidak mampu
merubuhkan, malahan kelihatannya berada di bawah angin,
sehingga perlawanannya pun menunjukkan sedikit repot.
Dan yang paling mengherankan ialah ilmu silat yang dimainkan
oleh mahluk aneh itu seperti satu golongan dengan gurunya,
Sam Hie To-tiang, dalam tempo sekejap saja, mereka dibikin
bingung oleh keadaan yang aneh ini, seolah-olah menghadapi
teka-teki yang sulit dipecahkan, sehingga bingung terlongonglongong.
269 Sedangkan Hiong Lip Khun dan Hian Kie Cu yang memerlukan
datang untuk memberi bantuan kepada Kim Tan, menyaksikan
keadaan yang sangat aneh itu juga dibikin bingung. Mereka
berdiri di samping sambil menonton.
Si sembrono He Kau Chun yang tolol-tololan, sudah lupa kalau
dirinya sedang berada di dalam goa macan. Jika melihat
serangan-serangan yang seru dan tegang, bukannya menahan
napas, malahan bersorak-sorak.
Mereka semua adalah ahli-ahli silat kelas satu, sudah tentu
dapat lihat dalam pertempuran yang sangat dahsyat ini, siapaapa yang unggul dan yang asor. Melihat Pek-kut-sin-kun yang
semakin lama semakin gugup dan repot, sedangkan dari
dahinya sudah mengucur banyak peluh, suatu tanda bahwa Pekkut-sin-kun kali ini benar-benar ketemu batunya. Yang cemas
dan gelisah adalah murid-muridnya Pek-kut-sin-kun, melihat
guru mereka sedang menghadapi kehancuran, tapi tidak mampu
berbuat apa-apa. Pek-kut-sin-kun melihat gelagat akan mengalami kekalahan,
tidak segan-segan lagi dengan kedudukannya sebagai kepala
satu perkumpulan, ia telah mengeluarkan senjata rahasianya
yang berupa pasir beracun, dilancarkan serangannya kepada
mahluk aneh itu. Jarak pertempuran itu sangat dekat, dan
kekuatan Pek-kut-sin-kun ada sangat tinggi, serangan senjata
rahasia itu sukar dikelit. Tidak kira kalau dalam saat hendak
tibanya serangan pasir beracun itu, mahluk aneh itu sudah
menggunakan jubahnya untuk menyampok sehingga pasir
beracun itu dibikin berhamburan.
270 Gagal dengan serangannya ini, Pek-kut-sin-kun diam-diam
merasa kaget. Mahluk aneh itu waktu seolah-olah hendak
mempermainkan dia, berkelahi sambil berputaran, tapi tidak
mengeluarkan serangan yang berarti, karena gerak badannya
sangat gesit dan lincah, membikin Pek-kut-sin-kun tidak bisa
melepaskan diri. Keadaan ia itu waktu, bukan saja bermandikan
air peluh, bahkan napasnya pun sudah tersengal-sengal.
Murid-murid Pek-kut-sin-kun yang pandai, itu waktu hanya
ketinggalan Go Beng dan Touw Thing Hwie. Melihat gurunya
keteter, lalu turun tangan untuk membantu dengan melontarkan
serangan senjata gelap, yang ditujukan kepada mahluk aneh itu.
Terhadap serangan gelap ini, mahluk aneh itu seolah-olah tidak
melihat mata, sama sekali tidak berkelit, hanya dengan jubahnya
ia menyampok dan senjata gelap itu jatuh berhamburan di tanah.
Hian Kie Cu dan Hiong Lip Khun melihat tindakan curang dari
kedua orang itu, tidak mau tinggal diam, maka telah bertindak
berbareng untuk menempur Go Beng dan Touw Thing Hwie.
Dalam pertempuran sengit itu, tiba-tiba terdengar suara nyaring
dari mahluk aneh itu, suara itu yang bisa membikin berdiri bulu
roma semua orang yang mendengar. Berbareng menggemanya
suara itu, seorang yang mengangkat dirinya sendiri sebagai jago
kelas satu di dunia persilatan Pek-kut-sin-kun, seperti terkena
serangan angin jahat, tubuhnya pelahan-lahan telah rubuh di
tanah. 271 Dan sebentar kemudian, mahluk aneh itu sudah menghilang
tanpa bekas. Dengan rubuhnya Pek-kut-sin-kun, Pek-kut-kauw itu waktu telah
kehilangan pemimpinnya. Ma Beng lantas berseru: "Tahan,
saudara-saudara, dengarlah perkataanku dulu. Kedatangan kita
kali ini, maksudnya adalah hendak menuntut balas terhadap
Ouw-pak-sam-sat, dengan Pek-kut-kauw tidak ada ganjelan hati
apa-apa. Sekarang ini Pui Lip dan Pui Tiauw sudah binasa,
hanya ketinggalan Pui Tao yang sudah melarikan diri, tapi kita
percaya tidak mungkin ia bisa terlolos dari tangan kita. Salah
paham dengan kalian, dengan demikian telah kita hapus, aku
tidak tahu bagaimana pikiran kalian?" Sehabis berkata,
sepasang matanya memandang murid-murid Pek-kut-kauw yang
ada disitu, melihat apa reaksinya mereka.
Itu waktu, Pek-kut-sin-kun coba merayap bangun, dengan sorot
mata beringas, ia hendak coba berdiri, tapi baru saja hendak
mengerahkan kekuatannya, rasa sakit telah menyerang seluruh
tubuhnya, sehingga tubuhnya bergoyang-goyang, tidak bisa
berdiri tetap. Murid-muridnya lalu pada maju untuk memayang.
Oleh karena pemimpinnya sudah terluka berat, murid-murid Pekkut-sin-kun setelah mendengar perkataan Ma Beng, semuanya
terdiam, tidak ada yang berani menyatakan tidak setuju dengan
usul Ma Beng tersebut. Pek-kut-sin-kun dengan sorot mata gemas memandang Ma
Beng, selagi hendak membuka mulut Kim Tan sudah maju ke
depan, sambil menjura ia berkata kepada Pek-kut-sin-kun:
"Barusan kita telah kelancangan memasuki tempatmu dan
272 menyusahkan Sin-kun, mohon Sin-kun suka memaafkan. Hanya
aku yang rendah masih ada sepatah kata yang hendak
kusampaikan kepada Sin-kun, belum tahu Sin-kun sudi
menerima atau tidak."
Pek-kut-sin-kun memandang Kim Tan sejenak, lalu menjawab
dengan suara dingin: "Katakan saja, perlu apa malu-malu
kucing." Dengan tidak sungkan lagi, Kim Tan berkata dengan suara
tandas: "Sin-kun adalah kepala dari satu perkumpulan,
kecerdikan, keberanian, semua ada padamu, orang-orang gagah
dalam dunia persilatan, semuanya hargakan kau. Sayang sedikit
agak ceroboh menerima murid, sehingga yang baik dan yang
jahat bercampur baur, malahan sudah dikelabui oleh beberapa
orang murid kesayangannya.
"Giok-tek-hwie-sian Han Ing, sebetulnya merupakan setangkai
bunga teratai yang tumbuh di air kotor, sebaliknya mendapat
cemohan yang tidak selayaknya. Jika hendak dikatakan ada
bersekongkol dengan aku, hendak mengkhianati suhunya, hal ini
lebih-lebih tidak pada tempatnya. Dengan tidak bisa
membedakan yang hitam dengan yang putih, mau tidak mau
akan membikin tertawaan dalam dunia persilatan......"
Baru berkata sampai disini, Pek-kut-sin-kun sudah tidak
sabaran, dan memotong dengan satu bentakan keras:
"Bocah cilik, jangan sembarangan buka mulut. Menertibkan
peraturan perkumpulan, adalah urusan dalam perkumpulan kita
273 sendiri. Hari ini tidak membuat kalian hancur lebur di pusat Pekkut-kauw ini, sudah terhitung satu kebijaksanaan dan tindakan
yang welas asih dari kita. Jika kalian tahu diri, lekas tinggalkan
gunung ini, tiga tahun kemudian, aku akan datang sendiri ke
gunung Ngo-bie-san, untuk membalas sakit hati hari ini. Jika
kalian tidak menurut, jangan harap bisa tinggalkan gunung ini
dengan selamat." Melihat ia masih tidak mau insyaf, dalam hatinya agak
mendongkol. Ia tidak nyana bahwa iblis tua ini setelah dilukai
oleh mahluk aneh itu, masih juga bisa keras kepala.
Selagi hendak membuka mulut, tiba-tiba kedengaran satu suara
yang antap, menggema di angkasa: "Kembali ke pantai, jangan
bimbang." Meski nadanya sangat halus, tapi diucapkannya
sepatah demi sepatah, yang sangat tegas dan nyata.
Terang itu adalah dikeluarkan dari mulut orang yang tinggi ilmu
sudah tidak ada taranya, dalam dunia persilatan pada jaman itu,
orang gagah yang mempunyai kepandaian semacam itu,
jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Mereka yang dapat dengar
suara itu, semua pada tercengang. Kendati Pek-kut-sin-kun yang
ilmu silatnya begitu tinggi, mau tidak mau juga merasa kaget,
akhirnya ia mengelah napas panjang, diam seketika lamanya
sepatah kata pun tidak bisa keluar dari mulutnya.
Kim Tan dan Cu Ling Cie lantas meninggalkan Pek-kut-sin-kun
dan kembali melihat keadaannya Han Ing.
274 Han Ing sendiri, itu waktu keadaannya semakin menyedihkan,
dalam keadaan bingung, Kim Tan tidak bisa berbuat lain
daripada memberi makan obat pil yang ia kira dapat menolong.
Melihat perbuatan Kim Tan, Ma Beng dengan mengelah napas
berkata kepada Kim Tan: "Obat hanya untuk mengobati orang
sakit yang belum waktunya untuk mati, seperti juga Sang
Buddha yang hanya menyeberangi ke sorga bagi orang yang
ada jodoh. Ia lukanya sudah begitu berat, sekalipun ada obat
yang sangat mustajab, juga sudah tidak bisa menolong."
Mendengar perkataan Ma Beng, Kim Tan masih bisa tahan,
tinggal Cu Ling Cie yang sejak tadi sudah menangis tidak hentihentinya. Pada saat itu, Han Ing telah membuka matanya,
memandang Kim Tan dan Cu Ling Cie sambil tersenyum.


Suling Pualam Dan Rajawali Terbang Karya Peng An di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan memaksakan diri, ia bangun berduduk, dan dengan
suara terputus-putus ia berkata: "Adik Tan, adik Cie. Pepatah
ada bilang, di dunia ini tidak ada orang yang berumur sampai
ratusan tahun, maka jangan coba berusaha hendak hidup seribu
tahun. Semua perkara sudah diatur oleh Yang Maha Esa.
Kematian Han Ing seorang tidak terhitung soal apa-apa. Kalian
berdua sudah berhasil menuntut balas musuh-musuh ayah
bundamu, maka tidak lekas-lekas pulang ke Ngo-bie, apa
perlunya berdiam lama-lama disini?"
Kim Tan dan Cu Ling Cie mendengar pesannya orang yang
sudah mendekati ajalnya ini. Seluruh badannya dirasakan
dingin, pikirannya melayang-layang jauh, seolah-olah sudah
kabur. Di saat itu, tiba-tiba terdengar suara jatuhnya benda tepat
disamping badannya Kim Tan.
275 Kim Tan menengok kesana sini, tapi ternyata tidak ada pohon.
Dari manakah datangnya daun ini" Mendadak ingat ketika Han
Ing mendapat kesusahan di kuil tua, ia juga pernah diberi
tahukan dengan daun pohon. Ia lalu menduga daun ini tentunya
bukan sembarang daun. Ia buru-buru memungut, ternyata di
atas daun itu ada sebaris tulisan yang ditulis dengan kuku
tangan, tulisan itu berbunyi:
"Sakit hati sudah terbalas, jangan menimbulkan perseteruan di
kalangan Kang-ouw, lekas pulang ke Ngo-bie."
Sehabis baca, ia lantas serahkan kepada
berkata: "Kiranya suhu dengan diam-diam
Kali ini kita di pusat Pek-kut-kauw ini,
terhindar dari bahaya kematian, semua
memberi pertolongan."
Cu Ling Cie seraya telah mengikuti kita. telah beberapa kali adalah suhu yang Mendengar ini, Cu Ling Cie agaknya kurang mengerti, ia
menanya: "Jika benar guru diam-diam mengikuti kita, mengapa
setelah tiba di pusat Pek-kut-kauw ini juga tidak mau perlihatkan
diri?" Kim Tan berpikir sebentar, lalu menjawab: "Suhu jika melakukan
sesuatu, selamanya sangat hati-hati. Ia tidak mau perlihatkan
diri, mungkin ada sebabnya......"
Bicara sampai disini, mendadak dengar berkelebatnya jubah,
satu bayangan orang turun dari angkasa. Setelah ditegasi, orang
yang datang itu ternyata Pek-kut-sin-kun adanya.
276 Kim Tan tahu bahwa kedatangan Pek-kut-sin-kun ini tidak
bermaksud baik, segera memberi isyarat kepada Cu Ling Cie.
Keduanya segera siap sedia. Ternyata Pek-kut-sin-kun yang
tadinya terkena totokan oleh mahluk aneh itu, dengan
mengandal tenaga dalamnya yang tinggi, setelah bersemedi
sebentar, lantas pulih kembali.
Selagi Kim Tan dan Cu Ling Cie hendak turun tangan, Pek-kutsin-kun mendadak berkata dengan suara sangat dalam: "Kedua
Siau-hiap, harap jangan salah paham. Perkara yang sudahsudah, aku sudah mengerti. Perbuatan Han Ing, tidak ada yang
tereela, tidak kecewa menjadi anakku yang baik. Sayang aku
telah dikelabui orang, sehingga hilang akal budiku, sampai
kesalahan tangan melukai dia. Sekarang ku pikir-pikir, sungguh
sangat menyesal." Sehabis berkata, ia lantas berjongkok disisi tubuh Han Ing,
mengusap-usap rambutnya Han Ing, dan memperlihatkan wajah
yang welas asih. Giok-tek-hwie-sian Han Ing, meski sudah luka parah, tapi
pikirannya masih belum kabur sama sekali. Ketika melihat ayah
angkatnya akhirnya telah insyaf kesalahannya, hatinya merasa
girang. Dengan memaksa ia menahan rasa sakitnya, sambil
bersenyum ia berkata: "Anak telah ayah pelihara sampai duapuluh tahun, belum dapat
membalas budimu ini, mana berani sesalkan. Sekarang ternyata
ayah sudah mengetahui duduk perkaranya yang benar, anak
meskipun mati juga bisa dengan mata meram."
277 Sehabis kata-katanya, kedua matanya lantas membalik dengan
bibir masih tersungging senyuman, ia melepaskan napasnya
yang penghabisan. Cu Ling Cie yang masih kekanak-kanakan, melihat Han Ing
binasa, lalu menubruk dan memeluk tubuhnya Han Ing sambil
menangis sesambatan. Kim Tan yang menyaksikan
pemandangan yang sangat mengharukan ini, berdiri di samping
laksana patung. Ia hendak menangis, tapi tidak bisa keluar air
matanya. Pek-kut-sin-kun meski sifatnya kukuh dan agak kejam, tetapi
terhadap Han Ing yang ia telah rawat dan besarkan sendiri, kali
ini telah mati di bawah tangannya sendiri, mau tidak mau
tergerak juga hatinya, memandang wajahnya Han Ing. Air
matanya turun bercucuran.
Ma Beng hendak mencegah agar supaya Kim Tan tidak terlalu
sedih memikiri hal ini, dengan suara rendah ia berkata:
"Sekarang urusan sudah beres, perlu apa kita berdiam disini,
lebih baik kita lekas turun gunung."
Mendengar perkataan Ma Beng, mengingat pesan gurunya, Kim
Tan seperti baru sadar dari mimpinya. Ia buru-buru menghampiri
Pek-kut-sin-kun, sambil menjura ia berkata:
"Sengketa antara kita dengan Ouw-pak-sam-sat, kini sudah
selesai, hanya tinggal Pui Tao seorang yang juga sudah hendak
menerima hukuman Sin-kun, urusan ini aku serahkan kepada
kebijaksanaan Sin-kun, biarlah Sin-kun sendiri yang akan ambil
278 keputusan. Selain dari itu, kita dengan partai Pek-kut-kauw,
belum pernah bermusuhan, dan kesalah pahaman kali ini,
dengan inipun kita habiskan. Tentang kedatangan kita yang
telah menggerecok kepada Sin-kun, dengan ini kita haturkan
maaf." Sehabis berkata, dengan pelahan-lahan ia berjalan ke depan
jenazahnya Han Ing, untuk memberi hormat yang penghabisan.
Ma Beng setelah perkenalkan Hiong Lip Khun dan Hian Kie Cu
kepada Pek-kut-sin-kun, lalu menanya Hiong Lip Khun perihal
kepergiannya ke Biauw-ciang untuk mencari Goan-ceng-siang-to
Yo Siok, guna menuntut balas sakit hatinya pada beberapa
tahun yang lalu. Hiong Lip Khun perlihatkan wajah muram, sambil mengelah
napas ia menjawab: "Yo Siok meski aku sudah ketemukan, dan
sudah membuat perhitungan sakit hatiku tahun yang lalu, tapi
akhirnya dia tokh bisa meloloskan diri dengan keadaan luka,
sehingga tidak dapat menyingkirkan jiwanya seorang jahat dari
dunia Kang-ouw ini."
Semua orang yang mendengar pada turut merasa sayang.
Sedangkan Pek-kut-sin-kun, karena merasa sangat menyesal
dan terharu atas kematian anaknya yang ia telah lakukan
sendiri, maka lama tidak dapat membuka mulut.
Ma Beng kembali maju kepada Hian Kie Cu dan menyatakan
terima kasihnya yang ia sudah menepati janjinya. Mendengar ini,
279 Kim Tan baru ingat kalau tadi sudah lupa tidak menghaturkan
terima kasih kepada Hian Kie Cu dan Hiong Lip Khun.
Kim Tan berempat ditambah Hian Kie Cu dan Hiong Lip Khun,
selagi hendak berpamitan kepada Pek-kut-sin-kun, yang
tersebut belakang ini memandang Kim Tan dengan
menunjukkan senyuman getir dan berkata:
"Kedatangan kalian sangat kebetulan, apalagi Kim dan Cu kedua
Siau-hiap, dimasa hidupnya Han Ing pernah mengikat tali
persobatan, mengapa tidak mau tunggu sebentar, setelah aku
mengubur jenazahnya Han Ing. Aku juga akan meninggalkan
gunung Ay-lie-san ini dan membubarkan perkumpulan Pek-kutkauw, seumur hidup tidak akan menginjak tempat yang
menyedihkan ini." Mendengar ini, semua orang agak terkejut.
Setelah upacara penguburan selesai, mereka lantas berlalu dari
Ay-lie-san. Setelah melewati daerah pengaruhnya Pek-kut-kauw, selagi
Hiong Lip Khun dan Hian Kie Cu hendak ambil selamat berpisah
kepada Kim Tan dan Ma Beng dan kawan-kawan, di bawah
lembah yang curam, seperti ada bayangan orang yang bergerak.
Semua orang merasa sangat heran. Selagi belum mendapat
kepastian kawan atau lawan, lebih baik siap sedia.
Cu Ling Cie mengeluarkan suara siulan. Burung rajawali yang
tadinya terbang di angkasa, lantas terbang menurun. Cu Ling
280 Cie ingat bagaimana dulu gurunya pernah naik burung
mengantar ia turun gunung, mendadak timbul pikiran aneh. Ia
segera loncat ke atas tubuh burung itu, kedua tangannya
memeluk leher burung. Setelah mengebaskan sayapnya, burung
rajawali itu lantas terbang bersama Cu Ling Cie.
Kim Tan hendak mencegah, tapi sudah terlambat, hingga cuma
melihat burung itu membawa Cu Ling Cie terbang menurun ke
lembah. Sebentar kemudian, burung itu sudah terbang jauh dan
tidak kelihatan sama sekali.
Lama sekali tidak ada perubahan apa-apa. Selagi merasa agak
bingung, mendadak melihat bayangan seekor burung lagi, yang
pelahan-lahan terbang ke atas.
Kim Tan terkejut, karena burung yang barusan muncul dari
lembah ini, ternyata tidak ada bayangannya Cu Ling Cie. Apakah
ia mendapat kecelakaan di dalam lembah" Untung Kim Tan
meski hatinya agak bingung, tapi otaknya tetap dingin.
Dengan teliti ia mengawasi burung rajawali itu, ternyata mirip
benar dengan kepunyaan Sam Hie To-tiang. Apakah benar
gurunya pun sudah tiba disini.
Selagi berpikir, tiba-tiba terdengar satu siulan nyaring. Satu
mahluk yang berparas jelek luar biasa, dari bawah lembah
dengan cepat naik ke atas gunung. Di bawah ketiaknya orang
aneh itu mengempit tubuhnya Cu Ling Cie, dan di belakangnya
diikuti oleh burung rajawali yang tadi dinaiki oleh Cu Ling Cie.
281 Semua orang yang melihat kembali dibikin terkejut.
Orang berwajah aneh itu setelah meletakkan tubuhnya Cu Ling
Cie, lalu dengan pelahan membuka kedoknya yang
memperlihatkan wajah jelek itu, dan memperlihatkan wajah
aslinya. Ternyata adalah Sam Hie To-tiang.
Kim Tan buru-buru bertekuk lutut.
Sam Hie To-tiang mengapa berbuat main-main dengan cara
demikian. Menurut keterangannya, ialah karena ia tidak mau
terlibat dalam urusan Kang-ouw. Karena ia tahu bahwa kekuatan
Kim Tan dan Cu Ling Cie masih belum dapat menandingi Pekkut-sin-kun, maka diam-diam telah membuntuti. Yang
melepaskan senjata rahasia berupa duri pohon di Shia-ling-kie
dan yang memberi kabar kepada Kim Tan tentang dirinya Han
Ing yang mendapat bahaya di kuil tua, juga ia.
Sam Hie To-tiang setelah melepaskan totokannya Cu Ling Cie,
nona ini lantas ingat kembali pikirannya, dan setelah melihat
Sam Hie To-tiang berada di depannya, ia buru-buru memberi
hormat dengan berlutut. Sam Hie To-tiang lalu menuturkan dengan bagaimana barusan
Cu Ling Cie telah kena dibokong oleh Yo Siok dan bagaimana ia
telah memberi pertolongan.
Hiong Lip Khun mendengar penuturan Sam Hie To-tiang, baru
tahu kalau Yo Siok setelah dihajar, lalu mengejar ke Ay-lie-san,
tapi tidak nyana telah bertempur dengan Cu Ling Cie dan
282 akhirnya kena ditotok oleh Sam Hie To-tiang. Untuk membikin
perhitungan padanya, maka Hiong Lip Khun buru-buru turun ke
lembah. Ma Beng dan Hian Kie Cu lalu berpisah dengan Kim Tan. Dan
Kim Tan, Cu Ling Cie dan He Kau Chun lantas ikut Sam Hie Totiahg pulang ke Ngo-bie-san. Atas persetujuannya Sam Hie Totiang, akhirnya Kim Tan dan Cu Ling Cie terangkap jodonya.
Dan hidup bahagia hingga dihari tua.
TAMAT 283 Ikat Pinggang Kemala 3 Kisah Sepasang Bayangan Dewa 8 Jurus Lingkaran Dewa 2 Karya Pahlawan Istana Kumala Putih 15
^