Beruang Salju 16
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 16
bukan main. Sepasang tangan Hong Tia Liang telah menyambar dengan
kekuatan lweekang yang penuh karena sekali saja mengenai
sasarannya, niscaya akan menyebabkan korban pukulannya
menjadi terluka di dalam yang cukup berat dan parah.
Pemuda belasan tahun itupun rupanya menyadari bahaya yang
mengancam dirinya, sehingga cepat-cepat dia telah merobah cara
bertempurnya. Jika tadi dia menyerang dengan beruntun,
sekarang ini justru dia kerap kali lebih banyak mengelakkan diri dari
serangan Hong Tia Liang. Melihat perobahan cara bertempur dari pemuda belasan tahun
tersebut, semangat Hong Tia Liang terbangun. Diiringi oleh suara
bentakan berulang kali yang sangat bengis sekali, dia telah
menyerang semakin gencar.
Sedangkan ke empat orang kawan dari pemuda belasan tahun ini
jadi berkuatir juga. Mereka telah melihatnya bahwa tenaga
serangan dari Hong Tia Liang selalu mengandung kekuatan
lweekang yang kuat, juga sangat telengas sekali.
1077 Sepatutnya pemuda itu bukan tandingan Hong Tia Liang. Hanya
saja disebabkan pemuda belasan tahun tersebut memang sangat
tabah dan dengan sendirinya dia masih dapat memberikan
perlawanan terus. Sedangkan Hong Tia Liang sendiri semakin lama semakin
bernafsu. Apa lagi dilihatnya pemuda belasan tahun itu telah mandi
keringat dan jatuh di bawah angin tanpa bisa membalas
menyerang, membuat dia semakin gencar menyerang lawannya.
Sedangkan pemuda belasan tahun itu diam-diam mengeluh di
dalam hatinya. Diapun sangat mendongkol, karena dia berpikir
bahwa Hong Tia Liang tentunya bukan sebangsa manusia baikbaik, dilihat dari cara menyerangnya yang memang telengas dan
juga selalu mengincar bagian-bagian yang mematikan.
Setelah lewat lagi beberapa jurus, tampak pemuda belasan tahun
tersebut mengeluarkan seluruh tenaganya, disertai seruan yang
sangat nyaring, dia menerjang maju dengan sepasang tangan
diputar bagaikan kitiran.
Hebat cara menyerang yang dilakukan pemuda itu. Itulah serangan
yang seperti juga pukulan nekad buat mengadu jiwa dengan lawan.
Hong Tia Liang yang tengah bergirang karena berhasil mendesak
pemuda belasan tahun tersebut dan yakin pemuda itu akan dapat
dirubuhkan, tidak memperdulikan serangan pemuda belasan tahun
tersebut, malah waktu tangan si pemuda belasan tahun itu
menyambar datang ke dekatnya dia telah menangkisnya dengan
sampokan. 1078 "Bukkk!" terdengar suara benturan yang keras sekali, disusul
dengan suara seruan tertahan dari pemuda belasan tahun
tersebut. Tubuh pemuda belasan tahun itu terhuyung, dan akhirnya
dia terjengkang ke belakang.
Ke empat orang kawan pemuda belasan tahun itu terkejut bukan
main, malah oranq tua yang berusia limapuluh tahun lebih telah
melompat akan memberikan pertolongan kepada pemuda belasan
tahun itu. Akan tetapi Hong Tia Liang di saat itu yang melihat adanya
kesempatan baik buat dirinya, dia tidak mau mensia-siakannya.
Dia melompat sambil melancarkan pukulan dari jarak jauh.
Sedangkan pemuda belasan tahun itu waktu terjengkang ke
belakang, juga tidak tinggal diam. Begitu punggungnya menyentuh
lantai segera dia bergulingan.
Setelah berguligan tiga tali, pemuda belasan tahun tersebut
melompat bangun. Pemuda belasan tahun tersebut yang
merasakan berkesiuran angin serangan dari arah belakangnya,
cepat sekali berjongkok dan tahu-tahu dengan jurus "Kuda Merah
Marah Menendang", dia telah menyepak ke belakang.
Tendangan kaki pemuda belasan tahun ini justru menjurus ke arah
selangkangan Hong Tia Liang. Hati Hong Tia Liang terkesiap. Dia
tidak membayangkan adanya serangan seperti itu.
Akan tetapi karena sudah tidak keburu mengelakkan diri, Hong Tia
Liang membatalkan serangannya, hanya saja tangan kanannya
1079 telah diturunkan, dan dia mencengkeram kaki dari pemuda belasan
tahun itu. Cekalan yang dilakukan Hong Tia Liang sangat kuat sekali dan
membarengi dengan mana diapun telah menyentaknya,
melontarkan tubuh pemuda belasan tahun itu.
Hati pemuda belasan tahun tersebut terkesiap kaget, waktu
mengetahui bahwa kakinya telah kena dicengkeram oleh Hong Tia
Liang. Akan tetapi buat menarik pulang kakinya sudah tidak
keburu. Dalam keadaan seperti itu, dia merasakan Hong Tia Liang
menyentak, membuat tubuhnya melayang ke tengah udara.
Celakanya Hong Tia Liang justru tidak melepaskan
cengkeramannya, dia telah memutar tubuh pemuda belasan tahun
tersebut. Dengan demikian membuat pemuda itu terputar-putar di
tengah udara dan merasakan kepalanya sangat pusing di samping
matanya telah berkunang-kunang.
Orang tua yang berusia limapuluh tahun lebih yang bermaksud
menolong, pemuda belasan tahun tersebut, juga telah melihat apa
yang terjadi. Dia melompat dan menghantam pundak Hong Tia
Liang. Tubuhnya berkelebat sangat cepat sekali, dan tangannya sangat
sebat. Yang luar biasa tenaga serangannya sangat lunak dan tidak
menimbulkan suara sedikitpun juga. Cuma saja, waktu akan tiba
pada sasarannya, di waktu itulah tenaga serangan dari orang tua
tersebut berobah sifatnya menjadi sangat keras dan kuat.
1080 Hong Tia Liang yang tengah asyik memutar-mutar tubuh pemuda
belasan tahun itu baru dapat merasakan menyambarnya angin
serangan di saat kepalan tangan dari orang tua itu hanya terpisah
beberapa dim saja dari punggungnya.
Sebagai seorang yang telah kawakan dan memiliki pengalaman
yang cukup banyak di dalam rimba persilatan. Hong Tia Liang tidak
menjadi gugup. Justru, dia telah menyentak tangan kanannya,
membiarkan tubuh pemuda itu sebagai tamengnya.
Jika saja orang tua itu meneruskan serangannya, niscaya akan
menyebabkan pukulan itu jatuh di tubuh pemuda belasan tahun
tersebut. Akan tetapi orang tua berusia limapuluh tahun itu memiliki mata
yang celi, dia tidak meneruskan serangannya, karena menyadari
bahwa yang terancam adalah jiwa dari kawannya sendiri. Dia telah
menarik pulang tangannya dan berbareng telah mendupak dengan
mempergunakan kaki kanannya.
Sekali ini Hong Tia Liang sudah tidak bisa menghindarkan diri.
Tendangan yang dilakukan orang tua itu sangat cepat dan kuat
sekali, mengenai pinggulnya. Tidak ampun lagi tubuh Hong Tia
Liang bergulingan di lantai, sedangkan cengkeramannya pada kaki
pemuda belasan tahun tersebut terlepas.
Orang tua berusia limapuluh tahun lebih itu telah melompat
membuntuti pemuda belasan tahun tersebut berdiri, kemudian
memayangnya kembali ke meja mereka.
1081 Setelah mendudukkan pemuda belasan tahun tersebut di kursinya,
orang tua tersebut kembali menghampiri Hong Tia Liang. Dengan
sorot mata yang tajam sekali, orang tua itu mengawasi kepada
Hong Tia Liang. Hong Tia Liang waktu itu baru saja merangkak bangun berdiri
dengan muka yang merah padam.
"Bagus! Kau pandai sekali main bokong seperti itu!" mengejek
Hong Tia Liang dengan sengit dan gusar.
Orang tua itu tetap membawa sikap yang sabar hanya matanya
yang memancarkan sinar sangat tajam sekali.
"Hemmm, main bokong" Mana lebih baik, main bokong atau
memang menghina seorang anak kecil yang tidak pantas menjadi
tandingannya?" menyahuti orang tua tersebut dengan
memperlihatkan senyum mengejek.
Hong Tia Liang dari malu jadi tambah gusar, karena itu tanpa
mengucapkan sepatah perkataan pun juga, tubuhnya telah
melesat menerjang kepada orang tua tersebut. Dia mengerahkan
lweekangnya pada ke dua tangannya, angin serangan itu
menyambar bagaikan badai yang bergemuruh.
Orang tua tersebut berdiri dengan sikap yang tenang sekali. Dia
telah mengawasi meluncurnya tangan lawannya, dan waktu
terpisah hanya beberapa detik saja, saat itulah orang tua tersebut
bergerak lincah mengelakkan serangan itu. Telapak tangan
kanannya menepuk ke pundak lawannya.
1082 Hong Tia Liang mengeluarkan suara tertahan. dia telah berkelit ke
samping dengan gerakan Rajawali Membuka Sayap. Di mana
sambil tubuhnya miring ke samping, dia telah mementangkan ke
dua tangannya dan mencelat pergi.
Waktu itulah, orang tua berusia limapuluh tahun lebih tersebut telah
mengeluarkan seruan. Sedikitpun juga dia tidak ingin memberikan
kesempatan kepada Hong Tia Liang buat memperbaiki kedudukan
dirinya. Orang tua itu menyusul dengan sepasang tangannya
menyerang dengan cepat dan kuat sekali, namun tidak
menimbulkan suara, karena memang orang tua berusia limapuluh
tahun itu sengaja mempergunakan tenaga yang bersifat lunak.
Tetapi Hong Tia Liang telah menduga bahwa lawannya akan
menyusuli dengan serangan hebat kepadanya. Dia telah mengibas
ke belakang dengan tangan kanannya tanpa menoleh lagi.
"Dukk!" tangan kanannya berhasil menyambut tangan orang tua
tersebut. Akan tetapi buat kagetnya Hong Tia Liang justru
sampokannya itu malah membuat tubuhnya terjerunuk ke depan.
Hampir saja Hong Tia Liang kehilangan keseimbangan tubuhnya
dan akan terjerunuk ke depan. Beruntung Hong Tia Liang masih
sempat buat mengimbangi keseimbangan tubuhnya.
"Hemmm, kepandaian seperti ini ingin dipertontonkan di
hadapanku!"mengejek orang tua itu lagi. Dan dia melangkah ingin
menyerang pula kepada Hong Tia Liang yang waktu itu telah
berhasil berdiri tetap walaupun matanya terasa berkunang-kunang.
Hong Tia Liang mengeluh. 1083 Jika memang orang tua tersebut benar-benar menyerangnya lagi,
sedangkan dia sendiri belum dapat memusatkan seluruh
kekuatannya. Dan rasa pusing di kepalanya belum lagi berkurang,
pandangan matanya masih berkunang-kunang, niscaya hanya
akan membuat dia jadi pecundang belaka.
Dalam keadaan terancam seperti itu, Hong Tia Liang mengempos
seluruh sisa tenaganya. Dan dia berusaha juga buat menghampiri
kalau-kalau lawannya menyerang lagi.
Sedangkan orang tua berusia limapuluh tahun lebih itu telah
melangkah mendekati. Di waktu itu terlihat jelas, betapa pun juga, Hong Tia Liang memang
bukan menjadi tandingan dari orang tua berusia limapuluh tahun
lebih itu. Jika memang pertandingan itu dilanjutkan sampai
beberapa jurus lagi, niscaya akan menyebabkan Hong Tia Liang
sendiri yang menderita kerugian yang tidak kecil malah
kemungkinan ada terluka berat atau terbinasa memang dia.
Waktu itu orang tua berusia limapuluh tahun itu telah tidak jauh lagi
terpisah dari Hong Tia Liang,
"Hemmm, sekarang kau siap-siaplah buat menerima seranganku
lagi!" kata orang tua itu dengan suara mendesis dan sangat dingin
sekali. Ke dua tangan orang tua tersebut digerakkan buat
melancarkan serangan. Hong Tia Liang mementang matanya lebar-lebar, walaupun dia
menyadari, bahwa dirinya bukan menjadi tandingannya orang tua
1084 tersebut. Akan tetapi dalam keadaan terdesak seperti itu, dia telah
mengerahkan seluruh sisa tenaganya.
Mendadak sekali berkelebat sesosok bayangan, disusul bentakan:
"Lihat serangan!" dan orang tua berusia limapuluh tahun tersebut
merasakan menyambarnya angin serangan yang sangat kuat ke
arah pundaknya. Tanpa berayal lagi, orang tua itu memutar tubuhnya. Dia memang
tengah mengerahkan tenaga sinkangnya pada ke dua tangannya,
dan sekarang menerima serangan bokongan seperti itu, dia
mempergunakan tenaga yang telah disalurkan pada ke dua
telapak tangannya tersebut buat menangkis.
"Brukkkk!" tenaga tangkisan dari orang tua itu saling bentur dengan
tenaga penyerangnya, dan tubuh orang yang menyerang secara
membokong tersebut telah bergoyang-goyang beberapa kali, akan
tetapi tetap saja terdengar suara mengejeknya: "Hemmm, kau
ternyata memiliki kepandaian yang lumayan!" Dan dia telah
melompat lagi menyerang. Penyerang gelap itu tidak lain dari orang tua yang menjadi
sahabatnya Hong Tia Liang.
Dia rupanya telah melihat bahwa Hong Tia Liang tidak mungkin
dapat menghadapi lawannya lagi. Dan juga dia melihat Hong Tia
Liang seperti telah kehabisan tenaganya, maka cepat-cepat dia
melompat buat mewakili Hong Tia Liang menghadapi orang tua
berusia limapuluh tahun lebih itu.
1085 Kepandaian kawan Hong Tia Liang ini jauh lebih tinggi dari
kepandaian Hong Tia Liang sendiri. Orang tua yang berusia
limapuluh tahun lebih itu sendiri telah merasakan bahwa lweekang
lawannya ini berada di atas lweekang Hong Tia Liang, karenanya
dia berlaku jauh lebih hati-hati.
Di saat itu terlihat betapa kawannya Hong Tia Liang telah
mengeluarkan suara bentakan yang nyaring sekali dan ke dua
tangannya dengan berbareng telah menyerang lagi silih berganti.
Di antara berkesiuran angin serangan tersebut, terlihat betapa
orang tua limapuluhan tahun itu membentak:"Tahan! Aku ingin
bicara dulu!" Kawan Hong Tia Liang sebenarnya telah menggerakkan ke dua
tangannya, akan tetapi mendengar teriakan itu, dia telah menahan
ke dua tangannya! "Apa yang ingin kau katakan"!" tanya kawan Hong Tia Liang
dengan sikap mengejek. "Hemmm, apakah engkau kuatir mampus
di tanganku"!" Mendengar pertanyaan seperti itu, orang tua berusia limapuluh
tahun lebih itu memperdengarkan suara tertawa dingin, kemudian
dia menyahuti: "Hemmm, disini tidak ada perkataan takut atau
berani, akan tetapi yang ingin kukatakan justru di antara kita tidak
terdapat permusuhan dan persoalan apapun juga, dan bentrokan
tadi yang terjadi dengan kawanmu itu hanya disebabkan salah
paham belaka! Jika memang kau tetap bersikeras hendak menarik
panjang urusan ini, aku orang she Tung tidak bisa berkata apaapa!"
1086 Sedangkan kawan Hong Tia Liang telah tertawa mengejek.
"Tidak perlu kau bicara memutar seperti itu, tadi di saat engkau
berada di atas angin, dan dapat mendesak hebat kepada kawanku,
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
justru kau telah mendesaknya terus dengan serangan-serangan
yang bisa mematikan. Karena dari itu, sekarang di saat kau
berurusan denganku, Wie Sung Ie, ternyata kau menyadari bahwa
kepandaianmu tidak ada artinya di mataku dan tidak mungkin
engkau dapat menghadapiku. Dan karenanya engkau telah
berusaha buat menyudahi saja pertempuran ini! Hemm! Hm! Mari
maju! Mari maju! Mari kita mengukur kepandaian kita!"
Dan berkata sampai di situ, cepat bukan main dia telah
menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya mencelat menyerang lagi
kepada orang she Tung itu.
Orang she Tung tersebut yang melihat Wie Sung Ie menyerang,
juga tidak mau tinggal diam.
"Baiklah!" katanya. "Kau terlalu memaksa!"
Wie Sung Ie tertawa mengejek waktu melihat orang she Tung itu
telah mulai balas menyerang, karena dia pun telah melompat ke
atas dan sepasang tangannya telah menyerang silih berganti.
Karena memang orang she Tung itu telah bermaksud balas
menyerang, dia kali ini tidak berkelit, hanya menantikan tibanya
serangan lawannya. Dengan gerakan yang sangat manis sekali.
tubuhnya didoyongkan agak ke belakang. Orang she Tung
tersebut telah mengangkat ke dua tangannya, dia mendorong ke
depan. 1087 "Bukkk!" kuat sekali tenaga dorongan dari orang she Tung tersebut.
Wie Sung Ie sendiri tergetar akibat terjangan tenaga tangkisan dari
lawannya itu. Hanya saja, karena memang lweekangnya sangat
tinggi dia tidak menjadi gugup, dan cepat sekali dia dapat
menguasai keadaan dan balas menyerang.
Orang she Tung itu baru saja menyerang dengan sendirinya dia
belum memiliki kesempatan buat menarik pulang ke dua
tangannya. Sedangkan serangan Wie Sung Ie telah tiba. Dia jadi
mengeluh, dan cepat membuang diri.
Celakanya, waktu dia tengah membuang diri seperti itu, tiba-tiba
sekali datang serangan dari arah belakangnya.
Kiranya Hong Tia Liang telah dapat menguat dirinya, pening di
kepalanya telah mulai berkurang sedangkan matanya sudah tidak
berkunang-kunang lagi. Waktu itulah Hong Tia Liang melihat betapa kawannya telah
berhasil mendesak orang she Tung tersebut. Tanpa membuangbuang waktu Hong Tia Liang telah melompat mendekati orang she
Tung tersebut. Waktu orang she Tung itu tengah melompat ke
belakang, dia membarengi dengan serangannya.
Orang she Tung itu sudah tidak memiliki jalan lain lagi, karenanya
dia hanya dapat menangkis. Cuma saja disebabkan kuda-kuda ke
dua kakinya sudah tidak kuat lagi karena waktu itu tubuhnya
tengah melompat, dia tidak bisa menangkis dengan baik.
1088 Sedangkan saat itu Hong Tia Liang telah menyerang dengan
sekuat tenaganya. "Bukkk!" tubuh orang she Tung itu terpental.
Wanita setengah baya yang menjadi kawannya mengeluarkan
seruan tertahan. Kemudian menoleh kepada gadis cilik di
sampingnya dan kepada ke dua pemuda itu, katanya: "Kalian hatihati, aku ingin menolong paman Tung kalian."
Dan setelah berpesan begitu, dengan gerakan yang ringan sekali,
wanita setengah baya tersebut telah melesat kepada Hong Tia
Liang, di saat mana sebenarnya Hong Tia Liang tengah bermaksud
melompat menerjang lagi. Di waktu itulah, menghantam. cepat luar biasa wanita tersebut
telah Hong Tia Liang di saat itu tengah bernafsu sekali buat
menghantam lagi kepada orang she Tung itu. Akan tetapi tiba-tiba
dia melihat berkelebat sesosok bayangan, disusul dengan
berkesiuran angin serangan kepadanya. Karena dari itu, cepatcepat dia membatalkan maksudnya hendak menyerang orang she
Tung itu, melainkan dia menghadapi serangan bokongan dari
lawannya yang baru. Waktu dia mengetahui bahwa yang menyerangnya itu adalah
wanita kawan orang she Tung tersebut, Hong Tia Liang tertawa
mengejek. 1089 "Hemm, mengapa engkau membela laki-laki yang tidak punya
guna seperti itu?" tegur Hong Tia Liang dengan suara mengejek,
"Baiklah aku akan memberikan saran kepadamu. Lebih baik
engkau menjadi isteriku saja, kau tentu akan bahagia sekali!"
Dan setelah mengejek ceriwis seperti itu, tampak Hong Tia Liang
telah tertawa bergelak-gelak dengan nyaring sekali.
Bukan main gusarnya wanita setengah baya tersebut. Tanpa
mengatakan suatu apapun juga tampak dia telah menggerakkan
ke dua tangannya, dia menyerang dengan hebat sekali. Tenaga
serangannya itu ternyata tidak berada di sebelah bawah kekuatan
orang she Tung, karenanya Hong Tia Liang tidak berani
memandang remeh. Hong Tia Liang pun mengempos semangatnya dia menangkis,
kemudian membarengi menyerang lagi. Kekuatan mereka rupanya
berimbang. Sedangkan Wie Sung Ie sendiri telah melompat ke dekat orang she
Tung. Dia tidak mau membuang-buang waktu lagi, cepat-cepat dia
melancarkan serangan. Orang she Tung tersebut rupanya baru saja dapat menguasai
dirinya, dan menyadari akan bahaya yang mengancam dirinya.
Orang she Tung tersebut mengempos semangatnya, dan dengan
mempergunakan sisa tenaganya, dia telah menangkisnya.
"Bukkkk!" terdengar suara benturan lagi yang sangat kuat.
1090 Waktu tubuh orang she Tung itu terhuyung, justru Wie Sung Ie
telah melompat dan menyerang pula dengan beruntun. Orang she
Tung itu dalam keadaan terancam bahaya yang tidak kecil.
Laki berusia enambelas tahun dan pemuda yang seorangnya lagi,
serta si gadis cilik itu, yang menyaksikan keselamatan orang she
Tung tersebut terancam, telah mengeluarkan suara seruan
tertahan. Dan mereka bermaksud akan bergerak buat memberikan
pertolongan. Akan tetapi belum lagi mereka bergerak, telah berkelebat sesosok
bayangan yang sangat gesit sekali dari arah luar rumah makan itu,
disusul dengan suara orang tertawa dan mengejek:
"Hai, hai, mengapa harus telengas seperti itu?"
Menyusul dengan ejekan tersebut, tampak sosok bayangan itu
telah menggerakkan tangan kanannya. Dia telah menangkis
serangan Wie Sung Ie. Tenaga tangkisannya tampak sangat
perlahan, akan tetapi begitu tangan mereka saling bentur, seketika
itu juga tubuh Wie Sung Ie terlempar ke belakang.
Rupanya tenaga tangkisan dari sosok tubuh itu walaupun
tampaknya perlahan sekali, tokh kekuatan tenaga dalam yang
dipergunakannya tersebut sangat hebat sekali.
Wie Sung Ie sendiri kaget tidak terkira.
Sama sekali di luar dugaan, bahwa orang yang baru datang itu
dapat membuat dia terlempar seperti itu! Sesungguhnya Wie Sung
Ie memang memiliki kepandaian yang tinggi. Dan sekarang dia
1091 hanya dalam satu gebrakan telah dapat dibuat terpental seperti itu
benar-benar membuat ia penasaran sekali.
Orang yang baru datang itu telah berdiri tegak dengan ke dua
tangan bertolak pinggang, tidak hentinya tertawa.
Wie Sung Ie mementang matanya lebar-lebar dan dilihatnya orang
tersebut tidak lain dari seorang pengemis tua yang bertubuh tegap.
Dengan gusar Wie Sung Ie telah mendelik dan membentak kepada
pengemis itu: "Pengemis bau! Mengapa kau mencampuri
urusanku?" Pengemis tersebut tertawa lagi, sikapnya acuh tak acuh. "Hemmm,
justru aku ingin bertanya, mengapa tanganmu begitu telengas"!"
sambil berkata, si pengemis telah mengulurkan tangan kanannya,
dia telah mengambil hio-lonya, di mana dia telah meneguk isinya,
yang tentunya merupakan cairan arak.
Kemudian sambil menutup tutup hio-lo tersebut, dia telah berkata
lagi: "Dan sekarang aku si pengemis tua yang tidak punya guna
serta miskin, ingin meminta petunjuk darimu, ingin merasakan
betapa telengasnya tanganmu itu?" Sambil berkata begitu, si
pengemis telah mencantelkan hio-lonya pada ikat pinggangnya.
Di waktu itu, tampak Wie Sung Ie sudah tidak bisa
mempertahankan dirinya lagi, karena dilihatnya si pengemis tua
tersebut seperti juga sudah tidak memandang sebelah mata
kepadanya, dan ini membuat dia naik darah. Karena dari itu, ketika
melihat pengemis tersebut tengah mencantelkan hio-lonya pada
ikat pinggangnya, tanpa mensia-siakan kesempatan itu, tampak
1092 Wie Sung Ie telah menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya telah
mencelat gesit sekali, ke dua tangannya telah dipergunakan
menyerang. Beberapa meja dan kursi di dekatnya telah terbalik,
akibat kuatnya angin serangan Wie Sung Ie.
Sedangkan si pengemis yang telah menolong orang she Tung itu
membawa sikap yang tenang dan sabar, sama sekali dia tidak
berusaha untuk berkelit dari serangan lawannya, malah dia telah
berbalik tertawa dan mengawasi datangnya serangan lawannya
tersebut. Wie Sung Ie yang melihat lawannya tidak berusaha berkelit, dia
berpikir di dalam hatinya: "Hemm, walaupun engkau memiliki
kepandaian yang sangat tinggi, tidak nantinya engkau dapat
menghadapi seranganku ini dengan berdiam diri saja!"
Karena berpikir seperti itu, maka Wie Sung Ie telah mengempos
dan menambah kekuatan tenaga serangannya. Dan dikala itu
tampak ke dua telapak tangannya telah berobah warnanya jadi
memerah. Sedangkan pengemis itu tetap tenang dan setelah telapak tangan
dari Wie Sung Ie menyambar dekat, hanya terpisah beberapa dim,
tiba-tiba si pengemis telah mengangkat tangan kirinya, dia
menggunakan jari telunjuknya saja buat menyambuti!
Wie Sung Ie terkesiap hatinya, dia kaget tidak terkira. Mengapa"
Karena cara menyerang yang dilancarkan oleh Wie Sung Ie
merupakan ilmu yang agak sesat, yaitu ilmu yang mengandalkan
kekuatan sinkang yang bersifat panas. Karena itu, jika bertemu
1093 dengan seorang lawan yang tangguh dan lawan itu
mempergunakan kekuatan satu jari, di mana seluruh kekuatan
sinkangnya dikerahkan pada ujung jari telunjuknya itu dan juga
memiliki lweekang yang tidak berada di sebelah bawah dari Wie
Sung Ie. Jika saja mengenai jalan darah Pai-tie-hiat, niscaya akan
menyebabkan tenaga dalam dari Wie Sung Ie akan buyar.
Dengan demikian, berarti juga akan menyebabkan Wie Sung Ie
terluka di dalam yang parah. Wie Sung Ie mati-matian berusaha
menarik pulang ke dua tangannya.
Sedangkan pengemis itu telah tertawa cekikikan dengan suara
mengejek dan sikap yang memandang rendah kepada Wie Sung
Ie. Wie Sung Ie mendelik, bentaknya: "Siapa kau sebenarnya"!"
"Aku" Akulah si pengemis miskin yang paling melarat di dalam
dunia ini!" menyahuti si pengemis itu.
"Yang ingin kuketahui, di dalam Kay-pang kau terhitung sebagai
pengemis yang menduduki tingkatan keberapa?" tanya Wie Sung
Ie dengan suara yang mengandung kemarahan.
"Kukira tidak perlu kau bertanya seperti itu, karena kau bukan
Tiangloku, dan kau tak memiliki hak bertanya seperti menghakimi
diriku! Hemmm, atas kelancanganmu dengan sikapmu yang
kurang ajar seperti itu, justru aku akan memberikan ajaran adat
buatmu!" Dan setelah berkata begitu, tanpa menantikan jawaban
dari Wie Sung Ie, justru pengemis itu telah melompat dengan
ringan sekali, sepasang tangannya bergerak secepat kilat.
1094 Wie Sung Ie sendiri tidak bisa melihat cara bergeraknya pengemis
itu. Tahu-tahu dia hanya merasakan pipinya yang kiri dan kanan
sakit bukan main, lalu mulutnya dirasakan seperti dihantam
sesuatu yang sangat keras sekali.
Rupanya pengemis itu telah berhasil menempelengnya beberapa
kali. Sedangkan si pengemis itu sendiri telah melompat mundur lagi,
sambil masih tertawa mengejek, dia telah bertanya lagi: "Apakah
kau masih berani bersikap kurang ajar terhadap anggota Kaypang?"
Bukan main murkanya Wie Sung Ie. Tadi dia telah kena
ditempeleng seperti itu, karena .dianggapnya memang kurang
waspada dan bersiaga. Karena dari itu sekarang Wie Sung Ie telah
mengerahkan seluruh kekuatannya, dia mendesis murka: "Aku
akan membunuh dan mencincang tubuhmu, pengemis bau!"
teriaknya dengan sikap kalap.
Pengemis itu tertawa mengejek.
"Memang di dalam dunia ini tidak ada pengemis yang memiliki
tubuh harum dan wangi bunga. Semua pengemis di dalam dunia
ini tentu bau! Nah, kau dengan cara apa ingin mencincang diriku"
Nah, silahkan, aku justru ingin melihatnya!" Dan setelah berkata
begitu si pengemis memperlihatkan sikap yang menantang sekali.
Sedangkan Wie Sung Ie tanpa membuang-buang waktu lagi telah
melompat, di mana dia telah menyerang dengan mempergunakan
ke dua tangannya. Tenaga lweekang yang dipergunakannya
1095 sangat hebat sekali, karena sekarang dia tengah murka, akan
tetapi dalam kemurkaannya dia juga berlaku waspada dan bersiap
siaga. Sedangkan si pengemis telah tertawa lagi.
"Hemm, rupanya mulutmu itu ingin minta dihajar lagi, bukan?"
katanya mengejek. Dan mata si pengemis telah mengawasi datangnya serangan dari
Wie Sung Ie. Sama sekali dia tidak bergerak dari tempatnya berdiri.
Dan waktu tenaga serangan dari Wie Sung Ie hampir tiba, di saat
itulah tahu-tahu tubuh si pengemis telah mencelat lenyap dari
hadapan Wie Sung Ie. bagaikan bayangan belaka.
Dengan hati terkesiap Wie Sung Ie memutar tubuhnya. Benar saja
pengemis itu telah berdiri di belakangnya terpisah dua tombak lebih
tengah mentertawai dirinya.
Di waktu itu tampak Wie Sung Ie sudah meluap kemarahannya,
karenanya dia telah membentak lagi dan tubuhnya telah mencelat
sangat gesit sekali. Si pengemis juga sudah tidak mau mempermainkan lebih jauh.
"Kukira sudah tiba saatnya engkau menerima hajaran dariku!"
bentak si pengemis. Berbareng dengan bentakannya itu, tampak
tubuh si pengemis telah berkelebat beberapa kali mengelilingi Wie
Sung Ie. 1096 Gerakan yang dilakukan pengemis itu benar-benar cepat sekali,
karena Wie Sung Ie sendiri tidak bisa melihat jelas pengemis
tersebut, di mana Wie Sung Ie melihat pengemis itu seperti telah
menjelma menjadi empat orang pengemis yang sama dengannya,
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan mengelilinginya. Wie Sung Ie berusaha buat menghadapi
serangan pengemis itu, dia memutar tubuhnya mengikuti gerakan
si pengemis. Akan tetapi memang kepandaian pengemis itu lebih tinggi dari
kepandaiannya. Setelah mengajak Wie Sung Ie berputar-putar
beberapa saat, segera juga ke dua tangan pengemis bergerak.
Terdengar suara "Plakkk, plooookkk" berulang kali, muka Wie
Sung Ie telah bengkak merah.
Orang she Tung yang melihat betapa mudahnya pengemis yang
menjadi tuan penolongnya itu mempermainkan Wie Sung Ie.
Tanpa disadarinya dia telah bersorak memuji akan kehebatan
pengemis itu. Demikian juga halnya dengan wanita setengah baya
itu, diapun telah tertawa dan mengejek kepada Hong Tia Liang,
katanya. "Lihatlah kawanmu seperti gentong nasi tidak punya
guna!" Hong Tia Liang sendiri tengah berdebaran hatinya, karena melihat
Wie Sung Ie yang memiliki kepandaian jauh lebih tinggi dari
kepandaian dia sendiri, dengan begitu mudah telah dapat
dipermainkan oleh pengemis itu.
Jika memang Wie Sung Ie dapat dirubuhkan si pengemis, tentu dia
sendiri tidak akan sanggup melayani si pengemis. Karena berpikir
seperti itu, telah membuat Hong Tia Liang jadi bertempur setengah
1097 hati dalam menghadapi wanita setengah baya tersebut, karenanya
perlahan-lahan dia jatuh di bawah angin dan terdesak.
Sedangkan wanita setengah baya itu tidak mau membuang-buang
waktu. Diapun telah mendesak Hong Tia Liang dengan gencar.
Setiap serangan yang dilancarkan oleh wanita setengah baya itu
selalu membuat Hong Tia Liang mundur berulang kali dan telah
terdesak hebat. Sedangkan Hong Tia Liang sendiri mengeluh di dalam hatinya. Jika
dia menghadapi terus wanita setengah baya ini dengan setengah
hati, di mana perhatiannya terpecah, niscaya dia akan celaka.
Karena dari itu, Hong Tia Liang telah menetapkan hatinya. Dia
mengerahkan seluruh sisa tenaganya, dan dia juga telah berbalik
menyerang kepada wanita setengah baya tersebut. Setiap
serangan yang dilancarkan memiliki kekuatan yang dahsyat,
karena sekarang dia telah berhasil menenangkan dan mensatukan
kembali pikirannya. Wanita setengah baya itupun tidak bisa mendesaknya lebih jauh,
dia hanya bisa sekali-sekali melancarkan serangan balasan, dan
juga seringkali mengelakkan diri dan menghindarkan dari setiap
serangan yang dilakukan Hong Tia Liang.
Waktu itu Wie Sung Ie sendiri telah mengeluarkan seruan atau
lebih mirip jeritan kalap. Tubuhnya melompat ke sana ke mari
dengan cepat. Sepasang tangannya menyerang serawutan di
mana dia menghantam dengan sepenuh tenaga dan sekenanya.
1098 Akan tetapi si pengemis tetap seperti mempermainkannya,
bergerak dengan ringan dan lincah. Setiap serangan yang
dilancarkan Wie Sung Ie sama sekali tidak pernah mengenai
sasarannya. Hanya saja yang menjadi korban justru adalah meja dan kursi,
yang banyak terbalik dan menjadi hancur.
Sedangkan pengemis itu, setelah mempermainkan sekian lama.
Akhirnya berkata dengan suara maupun sikap sungguh-sungguh,
katanya: "Dengarlah. Sekarang sudah tiba waktunya aku
menghajar keras padamu!"
Wie Sung Ie yang mendengar perkataan pengemis tersebut,
segera juga mementang matanya, sementara dia menunda
serangan-serangan kalapnya.
Akan tetapi si pengemis bukannya menyerang malah telah berdiri
tenang-tenang di tempatnya dengan bibir tersenyum simpul seperti
tengah mentertawainya. Wie Sung Ie jadi tambah kalap. Dengan mengeluarkan suara
bentakan kalap, dia telah menyerang lagi. Tangan kanannya
menghantam dengan hebat. Pengemis itu sama sekali tidak berusaha menghindar. Dia
membiarkan dadanya itu dihantam.
"Dukkk!" keras sekali dada si pengemis telah dihantam oleh
pukulan yang dilancarkan oleh Wie Sung Ie.
1099 Sebenarnya pukulan itu sangat kuat sekali, akan tetapi bagaikan
tidak berpengaruh apa-apa bagi diri si pengemis, yang tetap berdiri
tegak di tempatnya. Dada si pengemis keras seperti baja dan sama
sekali tubuhnya tidak bergeming.
Malah waktu itu si pengemis telah tertawa dan berkata dengan
sikap mengejek. "Kau boleh pilih bagian yang terempuk di tubuhku si pengemis
melarat!" katanya. "Hemm, aku akan mengadu jiwa dengan kau!" berteriak Wie Sung
Ie. Dan berbareng dengan teriakannya itu, tubuhnya berkelebat
menerjang lagi. Sekali ini dia menyerang jauh lebih hebat, karena
dia telah mempergunakan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Setiap pukulan yang tadi dilancarkan oleh Wie Sung Ie seperti tidak
dipandang sebelah mata oleh si pengemis. Akan tetapi sekarang
ini justru di saat Wie Sung Ie menyerang demikian hebat, si
pengemis memperlihatkan sikap bertambah tidak memandang
mata. Dia tetap berdiri tenang-tenang di tempatnya, sama sekali
tidak terlihat tanda-tanda bahwa dia akan mengelakkan diri dari
serangan Wie Sung Ie yang hebat ini.
"Bukkk!" kembali pukulan dari Wie Sung Ie mengenai sasarannya,
yaitu perut dari pengemis tersebut.
Akan tetapi yang kesakitan bukan si pengemis, justru Wie Sung Ie
sendiri yang menjerit kesakitan sambil melompat-lompat, karena
dia merasakan seperti memukul besi, dan kepalan tangannya itu
berobah merah. 1100 "Memang hebat tenaga pukulanmu, akan tetapi apakah engkau
masih penasaran dan tidak mengakui bahwa engkau dalam satu
jurus dapat kurubuhkan"!" ejek pengemis.
"Jika dalam satu jurus kau dapat merubuhkan aku, biarlah
selanjutnya aku akan mengakui engkau sebagai guruku!" kata Wie
Sung Ie dengan kemurkaan yang meluap dan diliputi oleh
perasaan takut. Pengemis itu tertawa. "Siapa yang kesudian mempunyai murid
seperti engkau"!" kata si pengemis. "Cis, aku juga tidak kesudian
mempunyai murid yang tampangnya seperti kau. Yang terpenting
engkau harus dihajar dengan keras karena ketelengasan
tanganmu!" Dan setelah berkata begitu, dengan cepat si pengemis melangkah
maju mendekati Wie Sung Ie. Sama sekali dia tidak
memperlihatkan sikap mengancam, karena dia melangkah
menghampiri dengan mulut tersenyum, seperti juga dia tengah
bertemu dengan seorang sahabat lama.
Waktu itulah tampak Wie Sung Ie yang tegang sendirinya. Dia telah
bersiap-siap buat menghadapi segala sesuatunya.
"Kau sudah bersiap-siap buat menghadapi seranganku?" tanya si
pengemis. Wie Sung Ie hanya mendengus.
1101 Si pengemis menghampiri lebih dekat. Setelah terpisah hanya
beberapa langkah, tampak pengemis itu mengangkat tangan
kanannya. Wie Sung Ie menduga si pengemis ingin menyerangnya, cepatcepat ia menggerakkan tangannya buat menangkis.
Akan tetapi ternyata pengemis itu bukan menyerang, melainkan
dia menggaruk pahanya. "Gatal!" katanya sambil nyengir.
Bukan main mendongkolnya Wie Sung Ie, tubuhnya sampai
gemetaran. Coba jika bukannya dia memang mengetahui bahwa
pengemis ini sangat liehay dan kepandaian si pengemis berada di
atasnya beberapa tingkat, jelas dia akan menerjang buat mengadu
jiwa. Sedangkan si pengemis telah bertanya lagi: "Benar-benar kau
sudah siap?" Wie Sung Ie tetap tidak menyahuti, hanya matanya yang
terpentang lebar-lebar. "Nah, aku akan segera menyerang?" kata si pengemis. "Kau
bersiap-siaplah!" Dan setelah berkata begitu, dengan cepat sekali ke dua tangan si
pengemis digerakkan, dia telah menyerang. Serangan yang
dilakukannya aneh sekali. Dia seperti juga ingin merangkul Wie
Sung Ie. 1102 Menyaksikan cara menyerang dari lawannya tersebut, membuat
Wie Sung Ie sementara waktu berdiam diri saja tidak menangkis,
karena dia yakin itulah serangan gertakan belaka. Akan tetapi
untuk kagetnya justru waktu itu dia merasakan terjangan tenaga
yang luar biasa hebatnya.
Dan ketika Wie Sung Ie tersadar akan bahaya yang
mengancamnya, dia telah terlambat, karena tahu-tahu dia telah
merasakan napasnya sesak, matanya berkunang-kunang, dan
juga tubuhnya seperti dihantam oleh sesuatu kekuatan yang
dahsyat sekali. Tanpa bisa melakukan gerakan apa-apa lagi, tubuh
Wie Sung Ie telah terpental rubuh.Waktu tubuh Wie Sung Ie jatuh
terjerembab ke lantai, dia segera juga memuntahkan darah segar.
Rupanya serangan yang dilakukan pengemis membuat dia terluka
di dalam yang tidak ringan. Dan darah segar yang dimuntahkannya
itu bukan sedikit, karena berulang kali dia telah memuntahkan
darah segarnya itu. Di kala itu tampak Wie Sung Ie tengah berusaha buat bangun
berdiri. Si pengemis telah tertawa cekikikan, dia menghampiri, lalu kaki
kanannya telah ditendangkan, membuat tubuh Wie Sung Ie
menggelinding lagi. "Sudah kuperingati tadi bahwa engkau harus bersiap-siap dan hatihati menghadapi seranganku, akan tetapi engkau terlalu sombong,
dengan demikian engkau sendiri yang menderita kerugian terluka
di dalam.....!" 1103 Mendengar perkataan pengemis itu, Wie Sung Ie berusaha buat
menguatkan hatinya. Dan diam-diam dia telah menyalurkan sisa
tenaganya tersebut pada ke dua telapak tangannya.
Di saat pengemis tengah melangkah mendekatinya, tampak Wie
Sung Ie mendadak sekali telah melompat dan menyerangnya.
Hebat sekali tenaga terakhir yang dipergunakannya ini, karena
selain ilmu pukulan yang dipergunakannya merupakan ilmu
simpanannya, juga sisa seluruh tenaganya tersebut merupakan
kekuatannya yang terakhir.
Si pengemis sama sekali tidak menyangka bahwa Wie Sung Ie
akan berlaku nekad seperti itu. Dia mengeluarkan suara tertawa
mengejek, tahu-tahu tubuhnya mencelat dan berhasil
mengelakkan serangan Wie Sung Ie.
Dia juga telah berhasil menggerakkan kaki kanannya, di mana dia
menyepak dengan keras sekali. Sedangkan waktu itu terlihat
betapa tenaga tendangan dari si pengemis membuat tubuh Wie
Sung Ie meluncur dengan cepat sekali. Dan juga telah membuat
kepala dari Wie Sung Ie menghantam dinding ruangan rumah
makan tersebut. Hantaman kepala Wie Sung Ie kepada dinding tersebut membuat
batok kepalanya menjadi hancur. Dan waktu tubuhnya rubuh, dia
tidak bisa mengeluarkan suara jeritan apa-apa lagi, karena jiwanya
seketika melayang ke neraka!
Di kala itu, si pengemis telah mendengus beberapa kali, dia telah
berkata dengan suara menggumam: "Hemmm, manusia tidak tahu
diuntung!" 1104 Di saat itu terlihat betapa wanita setengah baya yang tengah
bertempur dengan Hong Tia Liang telah berhasil berada di atas
angin, karena Hong Tia Liang, yang melihat kawannya telah
terbinasakan dengan cara seperti itu, jadi ciut nyalinya. Dia segera
terdesak hebat, sebab pikirannya waktu itu jadi kalut.
Sedangkan wanita setengah baya tersebut tidak mau membuangbuang waktu lagi. Dia telah menggerakkan ke dua tangannya
menyerang dengan beruntun. Tenaga serangan yang dilancarkan
itu sangat hebat sekali, sehingga Hong Tia Liang selalu main
mundur tidak hentinya, dan diam-diam Hong Tia Liang juga
mengeluh. Jika melihat keadaan pada saat itu, tentunya sulit buat dia
meloloskan diri. Bukankah jika memang dia berhasil menghadapi
wanita setengah baya tersebut masih ada lagi yang lainnya yaitu
orang she Tung dan juga si pengemis yang hebat luar biasa
kepandaiannya itu. Pemilik rumah makan dan juga para pelayan, telah memandang
dengan hati yang ciut sekali. Mereka sangat ketakutan, sebab
dilihatnya telah terjadi korban jiwa.
Waktu itu si pengemis yang telah berhasil membinasakan Wie
Sung Ie, memperdengarkan suara tertawanya. Sambil menggarukgaruk pahanya, dia melangkah mendekati kepada wanita setengah
baya dengan Hong Tia Liang yang tengah bertempur.
"Berhenti!" teriak si pengemis kemudian, dengan suara yang
nyaring. 1105 Wanita setengah baya itu menyadari bahwa pengemis ini berdiri di
pihaknya. Karena begitu mendengarnya perintah si pengemis agar
dia menghentikan pertempuran tersebut, segera juga dia
mendesak Hong Tia Liang, kemudian waktu orang she Hong itu
tengah melompat mundur, wanita setengah baya tersebut
melompat mundur menjauhi diri.
Sedangkan saat itu Hong Tia Liang sendiri telah berdiri dengan
muka yang pucat. "Hemm, ternyata kalian main keroyok!" memaki Hong Tia Liang
dengan gusar, karena dia sengaja memperlihatkan sikap gusar
dan menindih perasaan takutnya. Dia ingin dapat meloloskan diri
dari tangan si pengemis. "Tidak pernah aku si pengemis miskin melarat dalam pertempuran
main keroyok. Tentunya kau sendiri tadi telah melihatnya bahwa
kawanmu itu menemui kematiannya karena dia mencari penyakit
sendiri. Jika memang engkau penasaran, aku akan
mempersilahkan engkau menyerang diriku, aku akan melayani
engkau seorang diri!"
Hong Tia Liang jadi menyesal telah terlanjur dengan perkataannya.
Karena sekarang jelas dia sudah tidak bisa mundur lagi dari
keadaannya seperti itu. "Baik!" sahutnya, "Aku akan melayanimu!" Dan setelah berkata
begitu, Hong Tia Liang menoleh ke kiri dan ke kanan.
"Kenapa"!" tanya si pengemis sambil tertawa mengejek.
1106 "Aku kuatir bahwa kau tidak bisa menghargai perkataanmu sendiri,
di mana jika kita telah bertempur, kau akan main keroyok dengan
kawan-kawanmu itu!" "Hahaha!" si pengemis telah tertawa bergelak-gelak. "Aku tidak
akan sehinamu! Majulah aku berjanji tidak akan mengecewakan
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau!" Hong Tia Liang masih takut, karena memang tadi dia hanya
mencari-cari alasan buat mengulur-ngulur waktu belaka.
"Ayo maju!" desak si pengemis waktu melihat si orang she Hong
tersebut tetap ragu. Sedangkan Hong Tia Liang telah menggelengkan kepalanya,
katanya: "Tunggu dulu, ada sesuatu yang ingin kukatakan!"
"Katakanlah!" kata si pengemis,
"Hemmm, apakah dalam pertempuran yang
selenggarakan itu tidak ada batas-batasnya"!"
akan kita "Maksudmu"!"
"Apakah kita bertempur sampai salah seorang di antara kita ada
yang binasa"!" Si pengemis tertawa "Sudah tentu tidak..... aku bersedia berjanji kepadamu, di dalam
lima jurus engkau akan dapat kurubuhkan!"
1107 "Benarkah?" tanya Hong Tia Liang sengaja mengulur waktu.
"Aku tidak akan mendustaimu. Jika dalam lima jurus engkau masih
belum dapat kurubuhkan, maka anggap saja aku yang kalah dan
aku akan rela buat menggorok leherku sendiri.
Mendengar perkataan si pengemis, Hong Tia Liang jadi girang,
karena memang inilah yang dikehendakinya, sebab memang dia
ingin, memancing kemarahan si pengemis.
"Dalam lima jurus aku harus dapat berusaha mengelakkan diri dari
serangannya. Jika aku tidak bernafsu buat menyerangnya, tentu
aku dapat menghadapinya selama lima jurus. Dengan demikian
berarti, aku yang menang!"
Setelah berpikir begitu, Hong Tia Liang mengangguk-angguk.
"Baik! Apakah kita mulai?"
"Ya, kau yang mulai!" sahut si pengemis.
"Tidak! Kau saja!" kata Hong Tia Liang yang tidak bersedia
menyerang. "Hemm, jika aku yang menyerangmu, tentu dalam satu jurus kau
telah dapat kurubuhkan!"
"Aku tidak percaya!"
Si pengemis tertawa. 1108 Kemudian dengan cepat ia melangkah menghampiri Hong Tia
Liang. "Lihatlah, dalam satu jurus ini aku akan merubuhkan dirimu!" kata
si pengemis. Berbareng dengan habisnya perkataan pengemis itu. tangan
kanannya telah digerakkan menghantam kepada Hong Tia Liang.
Cara menyerang si pengemis biasa saja, karena dia telah
menyerang dengan gerakan tangan yang sederhana sekali,
bahkan dia seperti tidak mempergunakan kekuatan tenaga sama
sekali. Hong Tia Liang sendiri semula menduga bahwa serangan dari si
pengemis merupakan serangan menggertak belaka. Akan tetapi
waktu angin serangan itu menyambar datang, dia jadi kaget
sendirinya, karena dia merasakan angin serangan itu kuat sekali,
menerjang ke dadanya. Bahkan Hong Tia Liang merasakan
napasnya sesak dan pandangan matanya berkunang-kunang!
Waktu itulah Hong Tia Liang mati-matian mengempos
semangatnya. Dia telah mengerahkan seluruh tenaganya, dan
berusaha buat menghindar.
Akan tetapi terlambat......
Karena tampak tubuh Hong Tia Liang telah terpental bergulingan
di lantai. Si pengemis tertawa keras.
1109 "Apa yang kukatakan tadi tidak salah, bukan?" tanyanya. "Jika aku
yang menyerangmu tentu dalam satu jurus aku dapat merubuhkan
dirimu! Tokh aku menyerangmu hanya mempergunakan dua
bagian tenaga dalamku! Jika memang aku mempergunakan lima
bagian tenaga dalamku, jangan harap engkau masih bisa
bernapas dan hidup lebih lama lagi!"
Hong Tia Liang jadi menggidik. Dan dia mengakui jika saja
memang si pengemis membuktikan perkataannya itu dan
menyerang dia lebih kuat, jelas dia tidak bisa hidup lebih lama lagi.
Tadi saja serangan si pengemis telah membuat napasnya jadi
sesak dan matanya gelap berkunang-kunang. Akan tetapi Hong
Tia Liang tidak mau menyerah begitu saja.
"Tinggal..... tinggal empat jurus lagi!" katanya dengan suara
tergagap. "Ya, empat jurus lagi!" kata si pengemis. sambil tersenyum.
"Selama empat jurus itu engkau boleh menyerang diriku. Jika
memang aku tidak bisa merubuhkan dirimu, itulah nasibku yang
benar-benar sial, karena aku harus menggorok leherku sendiri!"
Sambil berkata begitu, si pengemis telah tertawa bergelak-gelak.
Hong Tia Liang saat itu telah berhasil berdiri, mukanya pucat.
Tubuhnya juga agak sempoyongan.
Sejenak lamanya dia berdiri, berusaha mengatur jalan
pernapasannya, buat mengempos dan mengumpulkan tenaga
dalamnya! Dan setelah dia merasakan bahwa tenaga dalamnya
1110 kumpul, Hong Tia Liang membentak bengis. Tubuhnya menerjang
kepada si pengemis dengan terjangan nekad dan pukulan yang
mengandung maut, karena dia bermaksud menghantam binasa si
pengemis.....! Hong Tia Liang rupanya menyerang dengan sekuat tenaganya. Dia
percaya, jika memang serangannya ini berhasil mengenai
sasarannya, niscaya si pengemis akan terhajar binasa. Akan tetapi
pengemis itu memang benar-benar sangat tangguh sekali, selain
lweekangnya yang telah mahir, ginkangnya sangat sempurna
sekali. Waktu melihat Hong Tia Liang telah menyerangnya, dia berdiam
diri dulu sejenak. Baru kemudian di waktu serangan Hong Tia Liang
akan tiba, dia telah mencelat dengan gesit sekali. Dalam waktu
yang singkat dia telah lenyap dari hadapan Hong Tia Liang, karena
pengemis itu telah berada di belakang orang she Hong tersebut.
Belum lagi Hong Tia Liang sempat memutar tubuhnya, waktu itulah
tangan kanan si pengemis telah menepuk pundaknya, dengan
tepukan yang tampaknya sangat perlahan sekali. akan tetapi
hasilnya memang sangat luar biasa, karena tubuh Hong Tia Liang
seketika terjungkal terjerunuk ke depan, di mana mukanya telah
mencium tanah! Hong Tia Liang terbang semangatnya, dia kaget tidak terkira.
Dalam keadaan seperti itu Hong Tia Liang sudah tidak bisa
menguasai keseimbangan tubuhnya. Dia telah terjungkal dengan
membarengi bergulingan belaka. Hanya itu satu-satunya jalan buat
1111 menghindarkan agar tidak menerima luka di dalam yang terlalu
hebat. Pengemis itu sendiri telah tertawa dingin, katanya dengan
mengejek: "Nah, kau berdirilah, marilah kita teruskan lagi! Tinggal
tiga jurus lagi!" Sedangkan Hong Tia Liang telah merangkak bangun, dari
hidungnya yang telah bocor mengalir keluar darah yang merah
membasahi bibir dan pipinya. Waktu itu dia berdiri dengan hati
yang bimbang dan ngeri. Sebab dia telah menyadari bahwa dirinya
memang bukan menjadi tandingan dari pengemis tersebut. Kalau
tokh pertempuran ini diteruskan, niscaya dirinya yang akan
terbinasa seperti juga Wie Sung Ie, kawannya itu.
Akan tetapi si pengemis telah tertawa dingin berulang kali dan
menantangnya agar dia menyerang lagi. Akhirnya dengan nekad,
Hong Tia Liang menyerang lagi. Kali ini dia berlaku nekad dan
kalap karena dia telah berpikir, jika tokh dia harus terbinasa di
tangan si pengemis, maka sedikitnya dia harus dapat
membinasakan pengemis itu juga, agar mereka mati bersamasama.
Setelah menerjang dengan kuat, sepasang tangan dan kakinya
digerakkan dengan serentak. Dia telah menyerang dengan
membabi buta dan juga mempergunakan seluruh kekuatan tenaga
yang masih bersisa di dirinya.
Orang she Tung, wanita setengah baya, gadis kecil dan ke dua
pemuda itu, berdiri kagum memandang si pengemis yang
1112 mempermainkan Hong Tia Liang. Mareka sangat kagum atas
kepandaian pengemis itu. Sedangkan si pengemis sendiri yang menghadapi kenekadan
Hong Tia Liang, tidak merobah cara bertempurnya, karena dia
tetap saja tertawa-tawa dan berulang kali menggerak tangannya
buat menangkis serangan lawannya. Dan jika memang Hong Tia
Liang menyerang dengan desakan nekad, dia telah mencelat ke
samping, sambil terus menghitung: "Tinggal dua jurus lagi.....,
tinggal satu jurus lagi!"
Hong Tia Liang semakin kalap saja waktu melihat telah empat jurus
dia masih belum bisa merubuhkan pengemis itu. Sedangkan untuk
mendesak saja dia sudah tidak bisa, apa lagi mengharapkan bisa
merubuhkan pengemis itu. Karenanya pada jurus yang terakhir itu, Hong Tia Liang sudah tidak
memikiri keselamatan dirinya. Sambil disertai bentakan yang
bengis tubuhnya mencelat cepat sekali, dia telah menyerang
sekuat tenaga dengan ke dua telapak tangan yang dibuka.
Si pengemis sendiri tidak menyingkir, dia menantikan sampai
tibanya serangan Hong Tia Liang. Setelah dekat, dia menyambuti
dengan ke dua telapak tangannya.
"Bukkkk!" Luar biasa sekali tenaga tangkisan dari pengemis itu,
sehingga tubuh Hong Tia Liang terpental sejauh empat tombak
lebih, kemudian terbanting di lantai dengan napas yang telah
putus! Dia telah menemui ajalnya!
1113 Si pengemis berdiam diri sejenak, dia menghela napas dalam.
Rupanya pengemis ini mengatur jalan pernapasannya buat
memulihkan semangat dan tenaganya.
Hong Tia Liang tadi waktu menyerang kiranya telah
mempergunakan seluruh sisa tenaganya, sehingga tenaga
serangannya itu hebat bukan main. Walaupun si pengemis
memang memiliki kepandaian yang tinggi, tokh kenyataannya
serangan dari Hong Tia Liang menyebabkan goncangan yang tidak
kecil pada kuda-kuda ke dua kakinya, di mana tenaga murninya
telah tergoncang juga. Itulah sebabnya si pengemis telah cepat-cepat mengatur jalan
pernapasannya, karena dia bermaksud untuk dapat memulihkan
tenaga dan semangatnya, agar tidak terluka di dalam akibat
serangan nekad Hong Tia Liang tadi.
Orang she Tung itu cepat-cepat menghampiri si pengemis guna
menyatakan terima kasihnya.
Sambil merangkapkan ke dua tangannya dia menjura kepada
pengemis itu, katanya: "Terima kasih atas pertolongan yang
diberikan in-kong!" Si pengemis tertawa, dia telah menyingkir tidak mau menerima
pemberian hormat yang dilakukan orang she Tung tersebut. Dia
hanya bilang: "Jangan banyak peradatan..... jangan banyak
paradatan...... sudahlah..... sudahlah..... itu suatu yang tidak berarti
sama sekali, dia memang seorang manusia busuk yang patut
memperoleh ganjaran!"
1114 Sedangkan kawan orang she Tung, yaitu wanita setengah baya,
gadis cilik dan ke dua pemuda itu, juga telah datang menghampiri
dan menjura menghaturkan terima kasih kepada pengemis itu.
Si pengemis pun sama seperti tadi telah menghindar tidak mau
menerima pemberian hormat tersebut, bahkan dia telah bilang
juga: "Jika kalian selalu mempergunakan cara-cara peradatan,
maafkan, aku si pengemis melarat tak bisa menemani terlalu
lama!" Karena si pengemis berkata begitu, ke lima orang tersebut jadi
tidak memberikan hormat lebih lanjut, cuma saja orang she Tung
itu telah berkata: "Sesungguhnya, memang kami sangat berterima
kasih sekali. Jika memang in-kong tidak mau menerima
pernyataan terima kasih kami, itulah yang tidak bisa kami katakan.
Akan tetapi tetap saja di dalam hati kami sangat berterima kasih
sekali!" Sedangkan si pengemis telah tertawa, katanya: "Mengenai ucapan
terima kasih, dapat dipergunakan dalam kesempatan lainnya,
tetapi memang apa yang telah kulakukan ini demi kepentingan
Kay-pang juga, perkumpulanku. Karena ke dua orang ini
sesungguhnya merupakan dua orang musuh Kay-pang yang
membahayakan dan memang harus dimusnahkan. Karena dari itu,
mau atau tidak, memang aku si pengemis melarat harus dapat
turun tangan membinasakannya, guna melenyapkan bibit bahaya
buat kaum kami! 1115 "Mereka adalah dua orang perwira kerajaan yang tengah
menyamar dan bermaksud ingin mengacaukan rapat besar Kaypang yang tidak lama lagi akan diselenggarakan!"
Mendengar perkataan si pengemis, orang she Tung tersebut telah
memperlihatkan sikap yang terkejut, malah dia mengeluarkan
seruan tertahan. "Apa maksudnya ke dua orang itu berurusan dengan kami yang
bukan anggota Kay-pang" Bukankah mereka memiliki tugas
menyamar guna mengacaukan rapat besar Kay-pang" Jika
memang mereka berdua tidak mencari urusan dengan kami, tokh
penyamaran mereka itu, dapat berlaku dengan baik dan tidak akan
diketahui"!" Dengan bertanya seperti itu tampaknya memang orang the Tung
tersebut diliputi perasaan heran.
Si pengemis tertawa, kaatanya untuk menjelaskan. "Kalian jangan
heran justru mereka merupakan dua orang perwira yang memiliki
adat aseran. Walaupun mereka memiliki tugas yang cukup berat
dari atasannya guna menyamar dan menyelusup ke dalam rapat
besar Kay-pang tokh kenyataannya mereka tidak bisa menahan
diri, sehingga membuat mereka harus menemui kegagalan dalam
melakukan tugas mereka dan malah telah menemui kematian di
tanganku si pengemis melarat!"
"Dengan demikian, kami telah menyusahkan in-kong!" kata orang
she Tung itu. 1116 "Uh tidak, mengapa harus menyusahkan diriku" Bukankah semua
ini kulakukan atas kehendakku sendiri!" kata si pengemis cepat
sekali. "Ya, justru karena kami, maka in-kong telah membunuh ke dua
orang itu, menyebabkan dendam dari pihak kerajaan terhadap
Kay-pang semakin besar juga!"
"Tidak, kalian jangan berpikir seperti itu!" kata si pengemis cepat.
"Janganlah kalian menduga yang tidak-tidak!"
Setelah berkata begitu si pengemis menghela napas dalam-dalam,
tampaknya dia tengah berpikir keras sekali, sampai akhirnya dia
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkata lagi. "Memang Kay-pang kamipun telah mengetahui perihal maksud
pihak kerajaan yang ingin menghancurkan kami, karena
bermaksud menanamkan kekuasaan yang besar di daratan Tionggoan, sehingga tidak ada sesuatu kekuatan pun yang bisa
menggoyahkan kedudukannya di tahta kerajaan! Jika memang
mau dipikirkan masak-masak maka tampaknya memang sulit
sekali buat dihadapi secara berterang.
"Karena sekali saja kami melakukan suatu kesalahan yang kecil,
maka kesalahan kecil tersebut segera di pegangnya oleh pihak
kerajaan sebagai bahan untuk dapat menghancurkan kami dengan
kekuatannya! Hemm, akan tetapi kami dari Kay-pang tidak merasa
gentar!" Waktu berkata begitu, tampaknya si pengemis memancarkan
perasaan gusar dari wajahnya. Sama sekali dia tak
1117 memperlihatkan perasaan gentar. Walaupun dia tengah berurusan
dengan pihak kerajaan, di mana memang diapun telah membunuh
ke dua orang dari kerajaan berarti pihak kerajaan akan melakukan
pengejaran yang sangat ketat padanya.
Orang she Tung itu, bersama dengan wanita setengah baya, si
gadis cilik dan ke dua pemuda itu, juga merasa kagum sekali.
Di saat orang she Tung itu, yang telah mem perkenalkan dirinya
bernama Tung Lo Sang, ingin berkata-kata lagi di saat itulah
terdengar suara langkah kaki yang sangat berat dan ramai.
Di ambang pintu rumah makan tersebut telah muncul lima orang
tentara berpakaian lengkap, yang sebagian terbuat dan besi. Di
pinggang mereka tampak tergantung masing-masing sebatang
golok. Dan dua orang di antara mereka telah mencabut goloknya
dari sarungnya, dan telah mencekalnya kuat-kuat, sinar dari golok
yang berkilauan itu tampak mengerikan.
"Siapa yang telah berani membunuh Hong Ciangkun" Siapa yang
telah berani membinasakan Hong Ciangkun?" teriak mereka
dengan suara yang berisik sekali.
Akan tetapi si pengemis tersenyum mengejek, dengan tenang dia
menyahuti: "Aku yang telah membunuhnya!"
Waktu itu tampak jelas sekali, ke lima orang ini yang rupanya telah
menerima laporan dari seseorang mengenai pembunuhan tersebut
dan datang tergesa-gesa, sudah tidak mau banyak bicara lagi.
Mereka telah melompat dan cepat sekali telah menggerakkan
golok masing-masing menyerang kepada si pengemis.
1118 Gerakan mereka tampaknya tidak bisa diremehkan, karena ilmu
golok mereka tidak ringamn. Tampaknya mereka berlima bukanlah
tentara kerajaan biasa, sedikitnya mereka merupakan orang-orang
yang memiliki kepandaian cukup tinggi hanya saja menyamar
sebagai tentara negeri. Sedangkan si pengemis telah berkata dingin, "Kalian menyingkir
ke samping dulu, biarlah aku yang melayani mereka!" Kata-kata itu
ditujukan kepada Tung Lo Sang dan ke empat orang kawannya.
Tung Lo Sang dan ke empat orang kawannya tidak berani
membantah, mereka segera menyingkir ke samping ruangan.
Mereka juga yakin bahwa pengemis ini memang memiliki
kepandaian yang tinggi sekali, sehingga tidak perlu dikuatirkan
untuk melayani ke lima orang tentara negeri tersebut.
Di waktu itu tampak ke lima orang tentara negeri tersebut telah
menggerakkan golok mereka masing-masing menyerang dengan
hebat. Semula yang dua orang dulu menyerang dengan golok
mereka, karena justru memang merekalah yang semula telah
mencabut golok. Menyusul kemudian ke tiga orang tentara negeri lainnya yang telah
mempergunakan golok mereka ikut menyerang. Mereka telah
menyerang dari segala jurusan dengan cara mengeroyok. Sinar
golok telah berkilauan menyambar ke arah si pengemis.
Akan tetapi si pengemis tetap berdiri tenang-tenang di tempatnya,
sama sekali ia tidak jeri dan tidak bergeming dari tempatnya berdiri.
Hanya saja matanya yang telah dipentang lebar-lebar dan telah
mengawasi menyambarnya golok dari ke lima orang lawannya.
1119 Waktu melihat senjata dan ke lima orang lawannya menyambar
dekat, seketika itu juga si pengemis mulai bergerak. Dia dapat
bergerak gesit sekali, karena dengan menggoyangkan tubuh
bagian atas, dia dapat menghindarkan diri dari sambaran ke dua
golok lawannya, sedangkan ke tiga golok dari lawan-lawannya
yang lain dihadapi dengan cara menyentil, menyampok dan juga
mengibas dengan lengan bajunya.
Dengan mudah dan dalam waktu sekejap mata saja, dia berhasil
memunahkan serangan dari lawan-lawannya itu.
Rupanya ke lima orang tentara negeri itu jadi terkejut melihat
pengemis ini dapat dalam satu gerakan saja telah memunahkan
serangan mereka bertiga. Di antara seruan yang sangat nyaring
dan bengis sekali, tampak mereka berlima telah mengulangi
serangannya. Akan tetapi sekarang ke lima tentara negeri itu
berlaku hati-hati. Dalam menyerang mereka pun memperhitungkan
tenaga dan sasaran yang mereka intai dengan cermat.
Akan tetapi pengemis tersebut benar-benar sangat tangguh,
karena dia memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali,
sehingga setiap serangan yang dilancarkan oleh lawannya, dapat
dihadapi dengan baik. Malah ketika salah seorang tentara negeri itu melompat dan
menyerang dengan bacokan yang mematikan ke batang lehernya,
si pengemis kali ini tidak menyingkir, dia tidak berusaha mengibas
dengan lengan bajunya. Cuma saja, waktu golok menyambar
detang, dia telah mempergunakan ke dua jari tangannya, di mana
dia telah menjepit golok itu.
1120 Hebat jepitan yang dilakukan oleh si pengemis. Karena golok
tersebut tidak dapat bergerak lebih jauh, dan telah mandek di
tengah udara. Cepat luar biasa si pengemis telah menggerakkan
tangan kanannya, dia juga menotok ke arah biji mata lawannya.
Tentu saja hal ini membuat lawannya jadi kaget tidak terkira dan
cepat-cepat telah melompat mundur, karena mau tidak mau dia
harus melindungi ke dua biji matanya, di mana dia harus
melepaskan goloknya dan melompat ke belakang. Terlambat
sedikit saja, niscaya biji matanya akan menjadi korban yang tidak
akan dapat dielakkan lagi, dan berarti dia akan buta seumur
hidupnya. Sedangkan si pengemis sendiri setelah memperoleh golok
rampasannya, dia melompat dan menggerakkan goloknya itu
berulang kali, membacok ke sana ke mari. Tampak golok-golok
lawannya setiap kali terbentur oleh golok si pengemis, telah
terpental dan hampir terlepas dari cekalan masing-masing.
Sedangkan si pengemis setelah bertempur belasan jurus lagi,
merasa bahwa waktunya telah tiba. Dia mengeluarkan suara
bentakan nyaring dan di saat itu goloknya telah menyambarnyambar seperti juga menyambarnya petir. Dengan cepat pula
telah berhasil menyampok dua golok dari ke dua orang lawannya,
yang seketika terpental terlepas dari tangannya, karena golok itu
telah menancap di langkan ruangan rumah makan tersebut.
Ke dua orang tentara negeri itu melompat mundur dengan wajah
yang pucat dan merasakan telapak tangan mereka sangat nyeri
sekali. 1121 Dalam keadaan seperti ini, si pengemis telah mengeluarkan suara
seruan sangat nyaring, tubuhnya berkelebat dan goloknya telah
bekerja kembali, di mana dia telah membacok ke dua orang
lawannya yang lainnya! Ke dua lawannya itu telah berusaha menangkis, akan tetapi salah
seorang di antara mereka rupanya menangkis dengan tergesagesa, sehingga tenaga menangkisnya itu tidak sepenuhnya,
membuat goloknya jadi terdorong dengan kuat, terpental dan
belakang golok itu telah menghantam mukanya.
Untung saja dia masih dapat mempertahankan meluncurnya golok
tersebut. Dengan demikian telah membuat golok itu tidak sampai
membelah kepalanya namun mukanya telah berlumuran darah
segar. Dengan mengeluarkan suara bentakan bengis, dia telah
membacok buat mengadu jiwa. Golok lawannya, dengan muka
yang berlumuran darah segar itu telah menderu-deru menyambar
sekuat tenaga, karena dia bermaksud untuk binasa bersama-sama
dengan si pengemis. Dalam keadaan seperti ini, seketika juga si pengemis
mempergunakan jurus yang mementingkan penyerangan di bagian
bawah. Dia menekuk ke dua kakinya dan telah menggerakkan
goloknya dengan cara menyilang, dia menyerang ke dua kaki
lawannya. Serangan tentara itu jatuh di tempat kosong karena si pengemis
tahu-tahu telah berjongkok.
1122 Belum lenyap kagetnya, justru ke dua kakinya telah disambar golok
si pengemis. Karena dalam keadaan terdesak seperti itu sudah
tidak ada lain jalan, dia melompat ke atas.
Lompatan yang dilakukannya sangat tergesa-gesa sekali, dan
lebih cepat lagi gerakan golok dari si pengemis yang menyambar
ke arah atas, ke arah selangkangannya.
Seketika tubuh di bagian bawah dari tentara negeri tersebut telah
terbelah dua, darah mengucur deras sekali, dengan diiringi oleh
suara jeritan kematian. Tubuhnya roboh menggeletak tidak
bernapas lagi. Si pengemis telah bersilat terus dengan goloknya yang berlumuran
darah. Dia menyerang ke sana ke mari dengan gerakan yang
sangat cepat. Akan tetapi ke empat orang lawannya, yang kini telah ciut nyalinya
dan juga telah lenyap keberanian mereka karena menyaksikan
pemandangan yang ngiris atas kematian kawan mereka yang
seorang itu, membuat mereka menyerang dengan hanya main
berputaran tidak hentinya.
Setiap serangan mereka tidak memiliki arti dan juga selalu main
kucing-kucingan belaka, jika memang si pengemis menyerang
salah seorang. Setelah membinasakan salah seorang lawannya, si pengemis juga
terpikir bahwa dia tidak dapat mengampuni ke empat orang
lawannya itu, karena salah seorang di antara mereka ada yang
1123 lolos dari tangannya tentu mereka akan datang membawa kawan
lagi yang jumlahnya lebih banyak.
Setelah berpikir begitu, si pengemis menggerakkan goloknya lebih
cepat pula dengan jurus yang sulit diterka ke arah mana
sasarannya. Tak lama kemudian, setelah lewat tiga jurus, terlihat si pengemis
berhasil membacok pundak salah seorang lawannya, yang
seketika menjerit nyaring dan terhuyung mundur dengan tubuh
yang bergoyang-goyang. Muka orang tersebut pucat pias, dan
tubuhnya menggigil, goloknya terlepas. Ternyata bacokan dari si
pengemis hampir saja membuat pundak orang itu putus.
Sedangkan ke tiga orang tentara negeri yang lainnya ketika
menyaksikan kawan mereka telah rubuh lagi, segera berseru
nyaring, mereka telah melompat mundur untuk menjauhi diri.
Rupanya mereka bertiga yakin bahwa diri mereka bukan tandingan
dari si pengemis. Jika memang mereka memaksakan diri juga buat
bertempur terus, niscaya hanya akan menyebabkan mereka akan
menemui kematian di tangan si pengemis. Karena dari itu mereka
bermaksud hendak melarikan diri.
Akan tetapi si pengemis tidak mau membiarkan mereka melarikan
diri, secepat kilat golok si pengemis telah bergerak, dia telah
menyerang dahsyat sekali. Dalam penyerangannya itu dia
melakukan tiga gerakan mengincar ke tiga orang lawannya sekali
gus. 1124 Si pengemis memang telah menyerang dengan gerakan yang sulit
sekali dielakkan lawannya. Karena disamping kekuatan tenaga
dalamnya yang hebat, juga setiap serangan itu memiliki gerakan
yang aneh, menyebabkan ke tiga orang lawannya bermaksud
hendak menangkis, namun ternyata tidak dapat. Karena memang
gerakan si pengemis begitu aneh, dan tahu-tahu bahu mereka
bertiga telah kena dibacok.
Seketika ke tiga orang itu mengeluarkan suara teriakan kesakitan.
Dengan tubuh terhuyung mereka mundur beberapa langkah dan
berusaha mempertahankan diri dengan gerakan yang sangat
lemah sekali, darah telah mengucur keluar dari tubuh mereka.
"Pengemis busuk, kami akan membalas kebaikan hatimu ini!" kata
mereka hampir berbareng dengan suara mengancam dan
mengandung dendam. Akan tetapi si pengemis malah tertawa dingin. Dia telah
membentak: "Kalian bermaksud hendak melarikan diri" Hemm,
jangan harap. Tidak nantinya aku akan melepaskanmu....!"
Setelah berkata dia telah membentak nyaring sekali, suara
bentakannya itu bagaikan guntur. Dia telah melompat sambil
menggerakkan goloknya, di mana dia menyerang dengan bacokan
yang lurus ke arah salah seorang tentara negeri yang berada di
sebelah kanan. "Ceppp!" kuat sekali golok si pengemis telah membacok kepala
dari lawannya yang seorang itu, sehingga batok kepala lawannya
terbelah menjadi dua. Dengan demikian, tampak jelas bahwa si
1125 pengemis telah bertekad hendak menghabisi ke lima orang
lawannya ini, tanpa membiarkan seorangpun dari lawannya
meloloskan diri. Lawannya yang terbacok batok kepalanya sampai terbelah itu tidak
sempat mengeluarkan suara jeritan, karena tubuhnya seketika
terjungkal dan rubuh binasa di saat itu juga.
Sisanya yang dua orang ketakutan bukan main, muka mereka
pucat sekali. Tanpa mengucapkan sepatah katapun juga, mereka
tebah membuang golok masing-masing dan telah memutar tubuh
mereka, melarikan diri. Gerakan mereka sangat cepat, akan tetapi lebih cepat lagi gerakan
yang dilakukan si pengemis karena dengan disertai suara
bentakan bengisnya, dia menyerang hebat sekali. Serangan
goloknya itu telah menabas melintang, maka robeklah punggung
dari salah seorang tentara negeri itu, yang seketika rubuh tidak
dapat bergerak lagi. Sedangkan tentara negeri yang seorang itu, yang tinggal sendirian,
jadi ketakutan bukan main. Dia melarikan diri sekuat tenaganya,
berusaha menerobos keluar dari ruangan rumah makan itu.
Akan tetapi si pengemis telah melompat kembali dengan goloknya
yang menyambar ke punggung tentara negeri yang seorang itu.
Tubuh si pengemis meluncur bagaikan seekor burung rajawali.
Dan dia telah bertekad, lawannya yang seorang inipun harus
dibinasakannya. 1126 Dalam keadaan seperti itu tentara negeri yang seorang ini, rupanya
menyadari bahwa dirinya sulit meloloskan diri dari tangan si
pengemis. Dia telah membalikkan tubuhnya dan menggerakkan
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
goloknya, dia telah menangkis sekuat tenaga.
"Tunggu!" golok si pengemis telah tertangkis.
Waktu goloknya kena ditangkis dan tubuhnya tengah meluncur
turun, si pengemis tidak tinggal diam, karena cepat sekali dia telah
membacok pula. Sedangkan tentera negeri yang seorang itu pun, begitu dapat
menangkis serangan si pengemis, segera juga dia menyerang
dengan membabi buta. Goloknya digerakkan ke sana ke mari, dan
membacok tidak hentinya. Berulang kali golok mereka saling bentur. Dalam keadaan terdesak
dan nekad seperti itu di saat ketakutan, si tentara negeri tersebut
segera memperoleh kelebihan tenaga, yang entah datang dari
mana. Karena setiap bacokannya maupun tangkisan yang
dipergunakan dengan golok yang disertai tenaga sepenuhnya,
dapat menghadapi serangan si pengemis.
Akan tetapi si pengemis sendiri tidak tinggal diam. Melihat
lawannya nekad, diapun telah memperhebat serangannya. Hanya
saja si pengemis setiap kali menyerang selalu disertai dengan
perhitungan yang matang. Waktu itulah terlihat si pengemis rupanya memperoleh
kesempatan yang baik, di saat mana tentara negeri yang seorang
itu telah menyerang tempat kosong dan tubuhnya terjerunuk, si
1127 pengemis membarengi dengan menekuk kaki kirinya. Waktu
tubuhnya tengah doyong, cepat sekali dia telah membacok dengan
sikap menyerampang ke arah pinggang si tentara negeri.
Tentara negeri itu telah kehilangan keseimbangan tubuhnya,
karena dia sudah tidak memiliki kekuatan sama sekali. Dan di
waktu melihat si pengemis menyerang seperti itu, dia
mengeluarkan suara seruan nyaring sambil menangkis. Akan
tetapi gerakannya terlambat.
Waktu itu golok si pengemis telah mengenai pinggangnya dan
darah mengucur keluar, golok yang dipergunakan tentara negeri
itu baru tiba. Dan benturan ke dua batang golok itu sangat perlahan
sekali, sebab tenaga tangkisan dari tentara negeri itu lenyap di
tengah jalan. Dengan sepasang mata melotot besar sekali dan mulut setengah
terbuka, serta wajah yang memucat, tampak tubuh si tentara negeri
itu terhuyung-huyung ke belakang dengan lemah, sampai akhirnya
terjungkal rubuh tak bernapas lagi.
Sedangkan si pengemis masih dalam sikap berjongkok dan
setelah melihat lawannya roboh tidak bergerak lagi, perlahan-lahan
si pengemis memperbaiki kedudukan ke dua kakinya. Dia telah
menghela napas dalam-dalam, dan kemudian melemparkan golok
di tangannya yang berlumuran darah. Dia juga telah bergumam
perlahan: "Hem, dengan keadaan seperti ini, berarti Kay-pang akan
menghadapi kesulitan tidak kecil. Di sini telah berkumpul banyak
sekali orang-orang kerajaan. Mereka cepat sekali akan mendengar
1128 peristiwa ini! Pengemis-pengemis yang bertingkat masih rendah
dan berkepandaian tidak tinggi harus dilarang keluar, karena
kemungkinan orang-orang kerajaan itu akan membalas dendam
dengan membinasakan pengemis-pengemis itu!"
Dan setelah menggumam seperti itu, si pengemis menghela napas
lagi. Apa yang dipikirkannya itu memang demi kepentingan Kaypang. Yang dikuatirkan si pengemis justru keselamatan dari
pengemis-pengemis yang memiliki kepandaian lemah. Dan orangorang kerajaan itu melakukan balas dendam dengan asal bunuh
terhadap setiap pengemis yang mereka jumpai.
Karena dari itu, si pengemis telah terpikir keras sekali. Dia
bermaksud untuk segera melaporkan apa yang telah terjadi
kepada pemimpinnya. Sedangkan waktu itu, tampak betapa Tung Lo Sang dan wanita
setengah baya bersama si gadis cilik dan ke dua pemuda itu
menghampiri si pengemis. "Hebat sekali kepandaian in-kong. Ke lima tentara negeri itu
sebenarnya memiliki kepandaian yang tinggi. Akan tetapi in-kong
dapat menghadapinya dengan baik sekali, di mana in-kong telah
berhasil membinasakan mereka dengan segera.....!" memuji Tung
Lo Sang. Sedangkan si pengemis hanya mengulapkan tangannya.
"Soal ini bukan menjadi persoalan di mana kepandaian yang harus
dibicarakan, karena seperti kalian lihat, urusan ini menyangkut
keselamatan Kay-pang. Dilihat perkembangan yang ada
1129 memperlihatkan bahwa orang-orang kerajaan memang telah
berkumpul di tempat ini buat mengacaukan rapat besar Kay-pang.
Dan juga, tentunya memang pihak kerajaan telah mengerahkan
sejumlah besar kekuatannya buat menumpas Kay-pang.....!
Hemm..... hemm!" Berulang kali si pengemis mendengus seperti itu. Dia juga
mengerutkan alisnya dalam-dalam, memperlihatkan bahwa dia
tengah berpikir keras sekali.
Sedangkan Tung Lo Sang menghela napas.
"Jika memang In-kong tidak menertawai kami, maka kami bersedia
buat membantu Kay-pang sekuat tenaga kami!" kata Tung Lo Sang
menawarkan jasa baiknya. Akan tetapi si pengemis telah menggeleng, dia berkata dengan
suara yang mulai agak sabar: "Terima kasih! Tentu saja kami tidak
mau mempersulit orang lain! Urusan ini menyangkut dengan Kaypang. Tentu saja Kay-pang akan dapat menyelesaikan urusan ini
sebaik mungkin! "Bukan berarti bahwa kami tidak menghargai tawaran dari kalian
yang bermaksud baik membantu kami. Akan tetapi memang
kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa jika kalian ikut serta
dalam urusan ini, akan menimbulkan penafsiran lain lagi, di mana
kalian merupakan orang luar dari golongan kami kaum pengemis.
"Dan jika pihak kerajaan menuduh bahwa kami justru mengundang
orang luar buat membantu pihak kami, maka malapetaka yang
1130 hebat akan mengancam dunia persilatan, di mana pihak kerajaan
bisa saja memiliki alasan buat memusuhi orang rimba persilatan!"
Tung Lo Sang dan ke empat orang kawannya berdiam diri saja,
mereka sama sekali tidak memberikan komentar apa-apa.
Sedangkan si pengemis telah memanggil beberapa orang pelayan,
dan dia telah perintahkan pelayan-pelayan itu buat membereskan
meja dan kursi yang tadi berantakan karena pertempuran, dan juga
membawa mayat-mayat dari tentara negeri itu, serta
membersihkan lantai. "Semua kerugian yang diderita kalian, akan kuganti!" kata si
pengemis sambil merogoh sakunya. Dia telah mengeluarkan
beberapa puluh tail perak, dan memberikan kepada si pelayan.
Pelayan itu menerima sambil mengucapkan terima kasih berulang
kali. Setelah berdiam sejenak di rumah makan tersebut, si pengemis
menyatakan dia harus berlalu untuk pergi melaporkan peristiwa
tersebut kepada pimpinan-pimpinan Kay-pang.
Tung Lo Sang dan kawan-kawannya tidak bisa menahan juga,
karena mereka menyadari bahwa Kay-pang memang tengah
menghadapi urusan besar. Jika memang pihak kerajaan telah
menaruh perhatian pada Kay-pang dan bermaksud ingin
menumpasnya, besar kemungkinan Kay-pang akan mengalami
badai dan gelombang yang tidak kecil.
1131 Sedangkan Tung Lo Sang bersama wanita setengah baya dan si
gadis cilik serta ke dua pemuda telah meneruskan makan mereka,
baru kemudian meninggalkan rumah makan tersebut.
"Y" Jika hari-hari sebelumnya di kota tersebut banyak berkeliaran
pengemis-pengemis yang memenuhi berbagai jalan, justru setelah
peristiwa berdarah di rumah makan tersebut, keadaan di kota itu
sangat sepi sekali. Karena boleh dibilang jarang sekali ada pengemis yang
berkeliaran, dan juga, hanya sekali-kali saja tampak pengemis di
jalan kota tersebut. Akan tetapi itupun bukan pengemis
sembarangan, karena dia tentunya seorang yang memiliki
kepandaian tinggi, sedikitnya memiliki empat atau lima karung di
punggungnya. Dengan begitu pula, segera terlihat betapa pun juga memang
pengemis tua yang telah membinasakan beberapa orang tentara
kerajaan dan Hong Tia Liang berdua kawannya, telah melaporkan
kepada pimpinannya perihal yang menyangkut dalam ancaman
yang bisa saja terjadi. Karena dari itu, walaupun memang pihak
Kay-pang jeri pada pihak kerajaan negeri, tokh tetap saja untuk
mencegah jatuhnya korban pada pihak Kay-pang, mereka telah
dilarang berkeliaran di kota tersebut. Ini untuk mencegah
bentrokan. Selama itu pula, pihak Kay-pang telah perintahkan berapa orang
pengemis yang memiliki kepandaian tinggi untuk pergi melakukan
penyelidikannya, karena walaupun bagaimana tetap saja mereka
1132 berwaspada, di mana mereka bersiap-siap kalau saja pihak
kerajaan bertindak. Sedangkan tokoh-tokoh pengemis yang berdatangan ke kota
tersebut semakin banyak juga, dan mereka telah berdiam di
beberapa tempat. Tokoh-tokoh rimba persilatan yang memiliki
hubungan erat dengan Kay-pang pun telah banyak berkumpul.
Rapat besar Kay-pang hanya tinggal beberapa hari lagi. Dan di
kota tersebut telah diliputi oleh hawa yang tegang karena
bentrokan besar di antara Kay-pang dengan pihak kerajaan sulit
dielakkan lagi. Jika pihak Kay-pang dibantu oleh tokoh-tokoh sakti
rimba persilatan justru pihak kerajaan telah mengerahkan para
pahlawannya yaag semuanya memiliki kepandaian tinggi.
Dengan begitu pula, keadaan yang tegang ini menguasai semua
penduduk kota tersebut. Jika memang tidak perlu membeli sesuatu
atau mengurus suatu persoalan penting, tentunya penduduk kota
tersebut tidak berani keluar rumah. Mereka seperti juga menyadari
akan bahaya yang bisa saja mencelakai mereka.
Karena dari itu, banyak juga penduduk kota yang berusaha
mencegah anak-anak atau kerabat mereka berada di luar rumah.
Selain keadaan yang sepi dari para penduduk kota itu, juga hanya
tampak orang-orang asing dengan cara berpakaian mereka
masing-masing. Orang-orang asing yang banyak memenuhi rumah makan dan
penginapan. Semuanya terdiri dari beberapa golongan, akan tetapi
dari sikap mereka terlihat jelas bahwa mereka memiliki sikap yang
1133 keras dan agak bengis. Karena besar kemungkinan orang-orang
asing yang berpakaian sebagai pelajar, pedagang maupun
sebagai petani, semuanya adalah para pahlawan kerajaan yang
tengah menyamar. Karena dari itu, ketegangan yang berlangsung di kota itu sangat
terasa sekali oleh penduduk.
Pada malam itu, sehari lagi akan tiba rapat besar Kay-pang,
tampak di atas genteng penduduk, beberapa sosok tubuh yang
berkelebatan sangat gesit sekali. Di saat itu sudah mendekati
kentongan ke dua. Dan gerakan dari sosok-sosok tubuh tersebut sangat lincah sekali,
mereka telah melompat dari genting rumah yang satu ke genting
rumah yang lainnya, di mana membuktikan bahwa ginkang mereka
tinggi sekali. Setelah berlari-lari sekian lama di atas genting penduduk, sosok
tubuh yang bergerak bagaikan bayangan tersebut, berhenti di atas
genting salah sebuah rumah penduduk, yang merupakan rumah
yang cukup besar. Mereka di bawah cahaya rembulan tampak seperti orang-orang
yang memiliki bentuk tubuh sangat tinggi serta tegap. Sikap
mereka gagah sekali. Mereka semuanya mengenakan pakaian yaheng-ie, yaitu pakaian untuk jalan malam.
Waktu itu, salah seorang di antara mereka yang memelihara kumis
tipis dan wajahnya berbentuk segi empat, dengan hidung yang
terlalu mancung seperti patuk burung, telah berkata kepada
1134 kawan-kawannya dengan suara yang datar: "Tampaknya tidak ada
pengemis busuk yang berani memperlihatkan diri!"
Kawan-kawannya mengangguk.
"Ya, mereka semua menyembunyikan diri!" menyahuti salah
seorang di antara kawan-kawannya itu, yang mukanya berbentuk
segi tiga tirus, suaranya nyaring sekali.
"Hemmm, walaupun sekarang mereka-mereka menyembunyikan
diri, akan tetapi besok malam tokh tiba waktunya, di mana mereka
akan mengadakan rapat besar, dengan begitu mereka pasti
berkumpul dan kita bisa menumpas mereka!" menyahuti orang
yang berkata-kata tadi. "Ya..... jika demikian kita tunggu saja sampai mereka berkumpul,
barulah kita bergerak!" kata kawannya yang lain.
Orang itu mengangguk, tetapi kemudian dia seperti berpikir sesaat
lamanya, barulah kemudian dia berkata lagi,
"Jika memang dilihat begini, rupanya kita akan berhasil menumpas
mereka! Hanya saja yang perlu kita perhitungkan, justru Kay-pang
dibantu oleh tokoh-tokoh rimba persilatan yang umumnya memiliki
kepandaian tinggi! Penyelidikan yang telah dilakukan oleh
bawahanku, menyatakan bahwa Yo Ko, Kwe Ceng juga tokohtokoh Kang-ouw lainnya, telah berkumpul di kota ini, hanya saja
mereka datang dengan menyamar!!"
1135 "Lalu, apakah kita harus bergerak malam ini agar memancing
mereka memperlihatkan diri?" tanya dua orang kawannya hampir
berbareng. "Jangan, kita tidak bisa memukul rumput mengejutkan ular!"
menyahuti orang yang memiliki hidung terlalu memancung seperti
patuk burung itu. "Lalu, bagaimana langkah-langkah yang perlu kita lakukan
sekarang?" tanya lagi yang memiliki potongan muka segi tiga.
"Menurut perintah yang diberikan oleh Lauw Ciangkun, kita tidak
boleh bertindak sembarangan. karena jika sampai mereka
mencium tindakan kita dan rencana-rencana yang telah disusun itu
diketahui oleh mereka, niscaya kita bisa memperoleh kegagalan!"
Setelah berkata begitu, orang bermuka segi empat tersebut
menghela napas beberapa kali, diapun telah berpaling melihat
sekelilingnya, mengawasi sekitar tempat itu.
Di waktu itulah terlihat betapapun juga telah terdapat kebimbangan
di antara mereka. Dan rupanya mereka belum lagi memiliki
rencana untuk melakukan penyelidikan kepada pihak Kay-pang.
Jika saja memang mereka mencoba dengan kekerasan buat
mendatangi tempat-tempat berdiamnya anggota Kay-pang,
tentunya akan membuat mereka menghadapi kesulitan yang tidak
kecil. Sebab mereka akan menghadapi tokoh-tokoh rimba
persilatan yang berkepandaian sangat tinggi.
1136 Di waktu itulah, orang yang bermuka empat persegi telah berkata
dengan suara yang datar: "Apakah tidak lebih baik jika kita pergi
menculik beberapa orang pengemis buat mengorek keterangan
dari mereka?"
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kawan-kawannya setuju. Begitulah mereka telah berlari-lari lagi di atas genting penduduk,
mereka memang memiliki ginkang yang tinggi, dengan demikian
mereka dapat berlari cepat sekali, sehingga tubuh mereka seperti
juga bayangan. Di antara dinginnya udara malam, orang-orang yang berpakaian
ya-heng-ie tersebut, yang mungkin berjumlah sembilan orang itu,
telah berkelebat-kelebat terus, sehingga jika waktu itu kebetulan
ada penduduk yang melihatnya, tentu akan menduga bahwa itu
adalah bayangan hantu yang tengah berkeliaran.
Setelah memutari kota tersebut dengan mengambil jalan di atas
genting, maka orang-orang tersebut berhenti di muka sebuah kuil
tua. Kuil itu telah rusak, pintunya yang reyot tertutup rapat.
Keadaan di sekitar tempat tersebut sangat sepi sekali.
Akan tetapi, orang-orang itu yang memang memiliki kepandaian
tinggi dan pendengaran yang tajam seperti mendengar suara
napas manusia. Semuanya saling pandang beberapa saat, kemudian yang
hidungnya mancung seperti patuk burung, telah berkata kepada
kawan-kawannya dengan berbisik: "Hati-hati.....!"
1137 Kawan-kawannya mengangguk, karena mereka pun mendengar
suara napas manusia. Bahkan didengar dari napas manusia itu
jumlah orang di dalam kuil tersebut tentunya bukan seorang diri.
Orang berhidung mancung itu telah memberikan isyarat kepada
kawan-kawannya. Salah seorang diantara mereka mengerti arti
isyarat tersebut, dia telah mengangguk dan tubuhnya mencelat ke
dinding kuil. Akan tetapi, waktu itu tubuhnya dengan ringan hinggap di atas
dinding kuil, orang tersebut mengeluarkan suara seruan kaget,
karena dari dalam telah menyambar angin serangan yang kuat
sekali, sehingga menyebabkan tubuhnya tidak bisa berdiri tetap di
dinding kuil tersebut, di mana dia telah terjengkang ke belakang
dan jatuh rubuh kembali. Kawan-kawannya yang berjumlah delapan orang jadi terperanjat
mereka seketika bersiap-siap. Sedangkan orang yang tadi rubuh,
telah membentak marah setelah dia berdiri di atas tanah.
"Manusia rendah, keluarlah perlihatkan dirimu!" bentakan itu
dibarengi dengan tubuhnya melompat lagi ke atas dinding,
sekarang dia berlaku waspada sekali.
Benar saja dalam kuil itu menyambar lagi angin serangan yang
kuat. Sekarang orang berpakaian ya-heng-ie itu telah bersiap-siap,
sehingga dia bisa bertahan dari angin serangan tersebut, dan telah
berhasil menangkisnya, sehingga tubuhnya bergoyang sedikit
saja. Namun tidak sampai rubuh.
1138 Membarengi dengan itu dia bermaksud untuk melompat masuk.
Akan tetapi belum lagi dia menjejakkan sepasang kakinya, tampak
berkeliauan beberapa titik cahaya, yang menyambar dengan cepat
sekali ke arahnya. Orang itu menyadari bahwa itulah sambaran senjata rahasia.
Segera juga dia mengibas dengan tangannya, angin kibasan itu
membuat senjata-senjata rahasia tersebut gugur kembali ke tanah.
Sedangkan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut tidak membuang
waktu pula. Dia telah melompat ke dalam, dan sambil melompat
turun, diapun menggerakkan sepasang tangannya, yang
digerakkan seperti titiran. Maksudnya untuk menjaga serangan
gelap yang tiba-tiba. Benar saja, belum lagi ke dua kakinya hinggap di tanah, justru dia
telah disambar oleh suatu kekuatan yang sangat dahsyat,
sehingga orang berpakaian ya-heng-ie tersebut mengeluarkan
seruan kaget bercampur marah.
Dia tengah berada dalam kedudukan lemah, tubuhnya sedang
terapung di tengah udara sehingga dia tidak bisa mengerahkan
seluruh kekuatannya. Ketika dia menangkis justru tubuhnya yang
telah terpental dan punggungnya menghantam dinding kuil.
Sebenarnya orang yang berpakaian ya-heng-ie itu telah berusaha
buat mengendalikan meluncur tubuhnya. Dia berusaha agar
tubuhnya tidak sampai terbanting dan membentur keras pada
dinding kuil tersebut. 1139 Akan tetapi dia gagal dengan usahanya itu. Karena dia telah
terpental dan punggungnya telah menghantam cukup keras pada
dinding kuil, menyebabkan dia merasakan kepalanya pening,
disamping matanya berkunang-kunang tidak bisa melihat dengan
jelas. Waktu itu ke delapan orang kawannya telah melompat naik ke atas
dinding kuil. Mereka semuanya berlaku sangat waspada sekali, gerakan
mereka pun sangat ringan sekali. Akan tetapi begitu ke dua kaki
mereka masing-masing hinggap di atas dinding kuil tersebut,
seketika mereka merasakan menyambarnya angin serangan yang
sangat kuat dan datangnya bergelombang.
Cepat-cepat mereka telah berusaha buat menangkis dan
memunahkan tenaga serangan itu. Dua orang di antara mereka
yang berada di tengah, rupanya gagal dengan usahanya, sebab
begitu mereka menangkis, tidak ampun lagi tubuh mereka
terpental keluar kuil. Sedangkan enam dari orang berpakaian ya-heng-ie tersebut,
dengan dipimpin oleh orang yang memiliki hidung mancung seperti
patuk burung, telah mengeluarkan suara bentakan dan melompat
turun menerjang ke tengah-tengah taman kuil tersebut.
Rupanya di depan pekarangan kuil ini memang telah berkumpul
belasan orang. Di bawah cahaya rembulan, mereka semuanya
berpakaian sebagai pengemis, dan merekapun telah berdiri
dengan berbaris menghadapi dinding kuil tersebut.
1140 Itulah sebabnya, setiap kali ada orang yang melompat mereka
telah menyerang dengan mempergunakan lweekang mereka dari
jarak jauh. Keenam orang berpakaian ya-heng-ie tersebut telah melompat
turun dan berhasil menginjak tanah. Merekapun memiliki
kepandaian yang tinggi, karenanya mereka segera membarengi
dengan serangannya, untuk mencegah pengemis-pengemis itu
menyerang mereka lagi. Akan tetapi barisan pengemis tersebut sangat tenang sekali, di
mana mereka telah mengeluarkan bentakan yang serentak, lalu
mengacungkan sepasang tangan masing-masing serentak ke
depan, mereka menyerang dengan dahsyat sekali.
Walaupun keenam orang berpakaian ya-heng-ie itu memiliki
kepandaian yang tinggi dan kekuatan tenaga lweekang yang cukup
tangguh tokh mereka masih terdesak. Serangan mereka seperti
lenyap, malah tenaga serangan dari barisan pengemis itu
membuat mereka terhuyung-huyung beberapa langkah.
Orang yang berpakaian ya-heng-ie berhidung mancung
mengeluarkan suara seruan yang mengandung kemarahan. Dia
menyerang ke depan dengan terjangan yang kuat sekali.
Dalam keadaan seperti ini segera juga terlihat betapapun
tangguhnya barisan pengemis, akan tetapi menghadapi serangan
nekad dan juga kalap dari orang yang memiliki kepandaian tinggi
seperti yang dimiliki si hidung mancung seperti patuk burung itu,
membuat barisan pengemis itu tidak bisa menyerang lebih jauh.
1141 Sedangkan ke lima orang berpakaian ya-heng-ie yang lainnya
telah mengeluarkan suara bentakan, merekapun membarengi
menerjang juga. Tidak bisa dielakkan, segera terjadi pertempuran. Akan tetapi
rombongan pengemis yang berjumlah belasan orang, yang sejak
tadi menutup mulut rapat-rapat, telah menyerang lawan-lawannya
dengan berdiam diri. Hanya sepasang tangan mereka menyerang
hebat sekali, semakin lama tenaga dalam yang mereka
pergunakan semakin hebat dan kuat.
Sedangkan ke dua orang Ya-heng-ie yang tadi terpelanting keluar
kuil, telah melompat masuk pula. Waktu mereka melompat dan
berdiri di atas dinding, segera mereka menyaksikan betapa ke
enam orang kawan mereka tengah bertempur dengan barisan
pengemis yang jumlahnya belasan orang. Segera juga mereka
tidak membuang waktu lagi dan melompat buat menyerang.
Hebat pertempuran yang berlangsung itu. Kepandaian dari
delapan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut tidak rendah,
disamping itu memang kepandaian dari barisan pengemis tersebut
pun cukup tinggi. Pertempuran itu menyebabkan mereka bergerak
gesit sekali, dan gerakan mereka secepat bayangan, karena
mereka masing-masing selain mengeluarkan kepandaian
simpanan juga telah mempergunakan ginkang tingkat tinggi.
Sedangkan orang yang berpakaian ya-heng-ie yang tadi telah
terlempar dan punggungnya menghantam dinding sehingga
menyebabkan pandangan matanya berkunang-kunang, menyebabkan dia jadi pusing, telah berdiri perlahan-lahan.
1142 Dia menggedikkan kepalanya beberapa kali, rasa pusingnyapun
telah berkurang, sedangkan matanya tidak berkunang-kunang
seperti tadi. Waktu itu dia melihat ke delapan orang kawannya tengah
bertempur dengan belasan orang pengemis. Setelah mengawasi
sekian lamanya, diapun segera melompat ikut menyerang.
Belasan orang pengemis yang tengah mengepung ke delapan
orang berpakaian ya-heng-ie tersebut, rupanya telah dapat melihat
penyerangnya orang yang berpakaian ya-heng-ie tersebut. Mereka
tidak menjadi gentar dengan adanya tambahan seorang lawan ini,
karena mereka telah menyambuti dan mengepung orang yang
berpakaian ya-heng-ie itu bersama ke delapan orang kawankawannya, dengan rapat dan ketat.
Sembilan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut semakin terkurung
dan mulai terdesak. Mereka memang memberikan perlawanan
yang gigih, akan tetapi mereka tidak bisa membuka kepungan itu
guna menerobos keluar. Di saat pertempuran itu tengah berlangsung justru tampak
berkelebat sesosok bayangan dari ruangan dalam kuil tersebut.
Begitu orang itu muncul, dibarengi dengan bentakannya yang
nyaring: "Hentikan.....!"
Maka belasan orang pengemis yang mendengar suara bentakan
tersebut, telah cepat-cepat melompat mundur, membuka
kepungan mereka. Mereka juga telah melompat ke dekat orang
yang baru melompat keluar itu, yang ternyata seorang pengemis
berusia lanjut, lebih dari enampuluh tahun.
1143 Pengemis tua tersebut rupanya telah menyaksikan sejak tadi
jalannya pertempuran tersebut, karenanya dia telah melompat
keluar dari tempat persembunyiannya waktu melihat kawankawannya belum berhasil merubuhkan kesembilan lawanlawannya.
Dengan sinar mata yang sangat tajam, pengemis tua tersebut telah
mengawasi ke sembilan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut,
sikapnya sangat gagah sekali.
"Siapakah kalian dan apa maksud kalian masuk ke tempat kami"!"
tegurnya dengan suara yang tawar sedang matanya telah
memandang tajam memancarkan sinar yang berkilauan,
menunjukan bahwa dia memiliki lweekang yang tinggi sekali.
Di waktu itu terlihat ke sembilan orang berpakaian ya-heng-ie
tersebut telah memandang si pengemis tua itu dengan sikap
bermusuhan mengandung dendam, malah yang berhidung
mancung seperti patuk burung telah melangkah maju dan
membentak, "Hemmm, apakah kuil ini milik kalian" Kami datang ke mari buat
bersembahyang, akan tetapi tidak hujan tidak angin justru
pengemis-pengemis rendah itu telah menyerang kami! Hemmm,
bagus kami masih belum menurunkan tangan keras kepada
mereka buat membinasakannya......!"
Mendengar jawaban seperti memperdengarkan tertawa dingin.
itu, si pengemis tua 1144 "Kalian datang ke kuil ini hendak bersembahyang" Hemmm,
apakah kalian menduga bahwa kami ini adalah bocah-bocah
ingusan yang bisa didustai begitu saja" Baik! Baik!
"Dengan demikian kami tidak akan sungkan-sungkan lagi kepada
kalian, karena dilihat dari cara berpakaian kalian, yang
mengenakan Ya-heng-ie, disamping itu juga melihat kepandaian
kalian yang tidak rendah, memperlihatkan bahwa kalian datang ke
mari tentunya dengan mengandung maksud tidak baik! Sekarang
katakan siapa yang telah perintahkan kalian datang ke mari dan
juga siapa diri kalian sebenarnya"!"
Mendengar begitu, orang yang memiliki hidung sangat mancung,
telah berkata tawar: "Baik, kami memang ingin membekuk tikustikus jembel yang tidak tahu diri.....!"
Setelah berkata begitu, tanpa menanti para pengemis itu
mengepung mereka, justru dia melompat sambil menyerang
dengan ke dua tangannya. Gerakan dari orang berhidung mancung tersebut telah diikuti oleh
kawan-kawannya, di mana ke delapan orang berpakaian ya-hengie yang lainnya seperti telah mengetahui bahwa mereka harus
menyerang terlebih dahulu buat merebut waktu.
Para pengemis itu segera bergerak hendak melayani serangan
dari orang-orang tersebut. Akan tetapi pengemis tua itu telah
mengibaskan tangannya memberi isyarat agar kawan-kawannya
mundur. 1145 Sedangkan serangan orang berhidung mancung tersebut telah
meluncur datang. Jarak mereka sangat dekat sekali. Jika memang
pengemis tua tersebut tidak dapat bergerak cepat dalam beberapa
detik itu, niscaya dia akan menjadi korban dari cengkeraman
tangan lawannya. Akan tetapi kepandaian pengemis tua tersebut memang cukup
tinggi. Dalam keadaan terdesak seperti itu, sama sekali dia tidak
menjadi gugup, dia telah memiringkan tubuhnya, sehingga
serangan dari lawannya itu hanya menyerempet dadanya dan kulit
dadanya itu telah robek. Darah tampak mengucur dari dada si pengemis tua, akan tetapi
merupakan luka ringan yang tidak membahayakan.
Melihat darah mengucur dari dadanya, pengemis tua tersebut telah
mengeluarkan bentakan nyaring. Dia mencengkeram punggung
orang berhidung mancung tersebut, kemudian membarengi lagi
dengan hajaran lututnya pada dagu orang berhidung mancung.
Waktu lawannya tengadah karena tendangan lututnya seketika
tangan si pengemis tua yang satunya telah bergerak mencekik
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
leher lawannya. Cekikan itu dilakukan dengan mempergunakan jari telunjuk dan
jempol. Itulah cekikan Kim-na-ciu yang sangat hebat. Cekikan kecil
yang bisa memutuskan napas lawan, begitu leher lawan terkena
cekikan tersebut. Karena justru bagian yang dicekik tersebut terdiri
dari jalan darah yang sangat penting dan bisa mematikan.
Sedangkan waktu itu terlihat betapa si pengemis tua tersebut
bermaksud untuk membinasakan lawannya.
1146 Rupanya luka didadanya akibat serempetan cengkeraman tangan
lawannya, membuat pengemis tua tersebut jadi murka sekali. Dan
di saat menyerang, dia tidak berlaku sungkan pula.
Hebat sekali ancaman yang dialami orang berhidung mancung
tersebut yang mengenaskan dan tidak akan dapat memberikan
perlawanan lagi begitu lehernya tercekik.
Mati-matian orang berhidung mancung itu mendorongkan
tubuhnya mendesak cengkeraman tangan dari pengemis tua
tersebut. Dan dengan cara seperti itu, dia telah berhasil menjauhi
lehernya dari incaran tangan lawannya.
Akan tetapi pengemis tua tersebut tidak mau berhenti sampai di
situ walaupun jarak sasarannya telah berobah. Tangannya tetap
mengincar leher lawannya yang ingin dicekiknya.
Namun saat seperti itu rupanya menguntungkan juga buat
lawannya. Orang berhidung mancung yang berhasil mendoyongkan tubuhnya
dan lehernya terpisah cukup jauh, telah meneruskan juga
cengkeraman tangannya. Kali ini dengan kenekadannya itu dia
berhasil mencengkeram dada si pengemis tua tersebut.
Waktu berhasil mencengkeram, seketika dia mempergunakan
seluruh tenaga lweekangnya untuk mencengkeram sekuatkuatnya.
1147 Si pengemis tua menderita kesakitan hebat dan menjadi sangat
gusar, tanpa memperdulikan segala apapun juga, tahu-tahu
tangan kirinya bergerak menampar batok kepala lawannya.
"Plakkk!" batok kepala dari orang berhidung mancung tersebut
telah dihantam hancur, seketika dia terbinasa, tidak menarik napas
lagi. Di saat itu ke delapan orang kawan dari orang berhidung mancung
tersebut waktu melihat kawannya telah terbinasa, jadi
mengeluarkan seruan gusar. Ketika melihat dada si pengemis tua
telah robek kena dicengkeram oleh kawan mereka, seketika
mereka telah melompat buat menyerang.
Waktu itu si pengemis tua mempergunakan tangan kirinya
memegangi dadanya dia mengeluarkan suara keluhan kesakitan.
Dalam keadaan seperti ini, diapun telah melangkah mundur
terhuyung-huyung beberapa langkah. Wajahnya pucat pias.
Sedangkan ke delapan orang berpakaian ya-heng-ie itu telah
menerjang maju, di mana mereka telah menyerang dengan
pukulan yang bertubi-tubi.
Di saat itulah terlihat betapa si pengemis tua mengalami ancaman
bahaya yang tidak kecil. Dan dia masih berusaha buat
mengerahkan seluruh kekuatannya, buat menerima dan
menyambuti serangan ke delapan orang tersebut.
Belasan orang pengemis lainnya yang melihat kawan mereka
terluka parah dadanya, mengeluarkan seruan marah.
1148 Tidak menanti sampai ke delapan orang berpakaian Ya-heng-le
tersebut berhasil menyerang si pengemis tua, belasan pengemis
tersebut telah menerjang buat menghalangi.
Si pengemis tua ternyata terluka cukup parah, walaupun dia
berusaha mengerahkan seluruh kekuatan dan tenaga dalamnya,
akan tetapi akibat terlalu banyak darah yang mengucur dan
beberapa urat jalan darah di dekat dadanya terputus, sehingga
membuat dia lemas sendirinya. Tidak ampun lagi dia telah rubuh
terlukai dan numprah di tanah.
Untung saja belasan orang pengemis yang lainnya telah keburu
datang, mereka segera mengepung dan menyerang ke delapan
orang berpakaian ya-heng-ie tersebut. Dengan begitu, ke delapan
orang tersebut tidak bisa mendekati atau menyerang si pengemis
tua. Di saat itu, belasan orang pengemis tersebut yang menguatirkan
keselamatan si pengemis itu , telah berulang kali menyerang
dengan hebat, karena mereka bermaksud menyelesaikan
pertempuran itu secepatnya, buat merubuhkan dan menangkap ke
delapan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut.
Karena sekarang orang berhidung mancung tersebut telah
terbinasa, dengan demikian tidak dapat ke delapan orang
berpakaian ya-heng-ie tersebut menyerang terlalu hebat.
Kepandaian mereka juga berada di sebelah bawah kepandaian
belasan orang pengemis tersebut, di samping jumlah mereka yang
lebih sedikit. 1149 Begitulah, setelah bertempur beberapa jurus akhirnya ke delapan
orang tersebut terdesak di bawah angin.
Dalam keadaan seperti itu terlihat ke delapan orang tersebut
sebentar lagi tentu akan dapat dirubuhkan oleh belasan orang
pengemis tersebut. Sedangkan belasan orang pengemis itu yang melihat bahwa
lawan-lawannya telah jatuh di bawah angin dan terdesak, mereka
semakin bersemangat. Lewat beberapa jurus lagi, tubuh orang dari orang-orang
berpakaian ya-heng-ie tersebut terpental. Menyusul yang
seorangnya lagi terpental karena hantaman telapak tangan dari
salah seorang pengemis yang mengepungnya, tubuhnya
bergulingan di atas tanah.
Di saat itulah terlihat bahwa tenaga serangan pengemis itu
semakin hebat kepada ke lima orang berpakaian ya-heng-ie itu.
Nyali dari ke lima orang berpakaian ya-heng-ie tersebut mulai ciut,
dengan berseru nyaring, tampak mereka berusaha memberikan
perlawanan yang lebih gigih.
Sedangkan belasan pengemis itu telah menyerang semakin hebat.
Ketika orang berpakaian ya-heng-ie yang tadi dibuat terpental,
telah dapat bangun kembali. Akan tetapi mereka tidak bisa segera
maju buat menyerang dan membantu ke lima kawan mereka, di
mana ke tiga orang tersebut berdiri dengan muka yang pucat
karena disebabkan mereka terluka di dalam.
1150 Dalam keadaan seperti ini rupanya ke lima orang berpakaian yaheng-ie yang sedang bertempur tidak bisa memberikan
perlawanan yang lebih baik. Permainan ilmu silat mereka semakin
kacau, penjagaan diri mereka pun semakin lemah.
Ahirnya dua orang di antara mereka terpental lagi, karena kena
dihantam oleh seorang pengemis yang berusia pertengahan.
Jumlah orang herpakaian ya-heng-ie tersebut hanya tinggal tiga
orang. Dan mereka semakin lemah serta terdesak. Dalam keadaan
seperti itu rupanya mereka juga berusaha mencari kesempatan
buat meloloskan diri. Di antara berkesiuran angin serangan, tiba-tiba seorang diantara
ke tiga orang berpakaian ya-heng-ie tersebut mengeluarkan suara
bentakan bengis. Dia telah menggerakkan tangan kanannya
menimpukkan beberapa butir benda hitam. Benda hitam itu
meluncur menyambar kepada beberapa orang pengemis di
depannya. Menduga bahwa benda-benda hitam tersebut adalah senjata
rahasia, sambil memaki murka beberapa orang pengemis itu
mengelakkan diri dengan melompat menyingkir.
Di saat itu, terlihat betapa beberapa benda bulat hitam tersebut
jatuh di atas tanah, mengeluarkan suara ledakan yang nyaring
sekali dan gumpalan asap yang sangat tebal.
Pengemis-pengemis tersebut jadi terkejut mereka melompat
menjauhi diri. 1151 Kesempatan ini telah dipergunakan sebaik-baiknya oleh orangorang berpakaian ya-heng-ie tersebut, di mana ke tiga orang itu
telah menerjang keluar dan telah berusaha untuk mencapai
dinding kuil tesebut, karena mereka bermaksud hendak melompat
keluar melarikan diri. Pengemis-peagemis lainnya tidak tinggal diam, mereka segera
memburu. Bahkan beberapa orang pengemis lainnya telah
melompat untuk menyerang ke tiga orang berpakaian ya-heng-ie
tersebut, karena memang mereka bermaksud mencegah lawanlawannya itu melarikan diri.
Sedangkan salah seorang dari orang berpakaian ya-heng-ie
tersebut melontarkan lagi beberapa benda hitam yang bulat. Malah
jumlahnya semakin banyak, membuat di sekitar tempat tersebut
dipenuhi oleh asap yang tebal sekali. Sedangkan di waktu itu
pengemis-pengemis tersebut kuatir asap itu beracun dan telah
melompat mundur buat menjauhi diri.
Kesempatan kali ini tidak disia-siakan oleh ke tiga orang
berpakaian ya-heng-ie tersebut, mereka melompati dinding kuil
dengan segera dan sekuat tenaga mereka.
Akan tetapi beberapa orang pengemis yang penasaran telah
menyerang mereka mempergunakan senjata rahasia, mereka
menyerang sekenanya saja.
Terdengar suara jeritan dari salah seorang yang berpakaian yaheng-ie itu. Rupanya serangan tersebut telah mengenai tepat
sekali pada pundaknya. Sedangkan ke lima orang berpakaian ya1152
heng-ie lainnya juga telah melompat buat melompati dinding kuil
tersebut. Gerakan mereka ternyata gesit sekali, tetapi lebih cepat lagi
timpukan senjata rahasia dari beberapa orang pengemis tersebut.
Dengan begitu, segera juga dua orang di antaranya telah rubuh,
dan seketika menghembuskan napasnya yang terakhir, karena
senjata rahasia itu telah menembusi jantungnya. Sedangkan ke
tiga orang berpakaian ya-heng-ie itu meneruskan lompatan
mereka, menyusul ke tiga orang kawan mereka.
Sebenarnya para pengemis itu bermaksud mengejarnya, namun
pengemis tua yang terluka parah di dadanya telah berseru
perlahan: "Jangan dikejar.....!"
Karenanya belasan pengemis itu telah batal mengejar, dan mereka
telah batal untuk memburu ke enam orang berpakaian ya-heng-ie
tersebut. Mereka segera menghampiri pengemis tua itu.
Dengan dipayang oleh dua orang pengemis, pengemis tua itu
dibawa masuk ke ruangan dalam kuil tersebut.
Cepat sekali beberapa orang pengemis lainnya membawa air
hangat dan obat, buat mengobati luka di dada dari pengemis tua
tersebut. Waktu itu terlihat betapa si pengemis tua menderita
Peristiwa Burung Kenari 1 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Walet Emas Perak 15
bukan main. Sepasang tangan Hong Tia Liang telah menyambar dengan
kekuatan lweekang yang penuh karena sekali saja mengenai
sasarannya, niscaya akan menyebabkan korban pukulannya
menjadi terluka di dalam yang cukup berat dan parah.
Pemuda belasan tahun itupun rupanya menyadari bahaya yang
mengancam dirinya, sehingga cepat-cepat dia telah merobah cara
bertempurnya. Jika tadi dia menyerang dengan beruntun,
sekarang ini justru dia kerap kali lebih banyak mengelakkan diri dari
serangan Hong Tia Liang. Melihat perobahan cara bertempur dari pemuda belasan tahun
tersebut, semangat Hong Tia Liang terbangun. Diiringi oleh suara
bentakan berulang kali yang sangat bengis sekali, dia telah
menyerang semakin gencar.
Sedangkan ke empat orang kawan dari pemuda belasan tahun ini
jadi berkuatir juga. Mereka telah melihatnya bahwa tenaga
serangan dari Hong Tia Liang selalu mengandung kekuatan
lweekang yang kuat, juga sangat telengas sekali.
1077 Sepatutnya pemuda itu bukan tandingan Hong Tia Liang. Hanya
saja disebabkan pemuda belasan tahun tersebut memang sangat
tabah dan dengan sendirinya dia masih dapat memberikan
perlawanan terus. Sedangkan Hong Tia Liang sendiri semakin lama semakin
bernafsu. Apa lagi dilihatnya pemuda belasan tahun itu telah mandi
keringat dan jatuh di bawah angin tanpa bisa membalas
menyerang, membuat dia semakin gencar menyerang lawannya.
Sedangkan pemuda belasan tahun itu diam-diam mengeluh di
dalam hatinya. Diapun sangat mendongkol, karena dia berpikir
bahwa Hong Tia Liang tentunya bukan sebangsa manusia baikbaik, dilihat dari cara menyerangnya yang memang telengas dan
juga selalu mengincar bagian-bagian yang mematikan.
Setelah lewat lagi beberapa jurus, tampak pemuda belasan tahun
tersebut mengeluarkan seluruh tenaganya, disertai seruan yang
sangat nyaring, dia menerjang maju dengan sepasang tangan
diputar bagaikan kitiran.
Hebat cara menyerang yang dilakukan pemuda itu. Itulah serangan
yang seperti juga pukulan nekad buat mengadu jiwa dengan lawan.
Hong Tia Liang yang tengah bergirang karena berhasil mendesak
pemuda belasan tahun tersebut dan yakin pemuda itu akan dapat
dirubuhkan, tidak memperdulikan serangan pemuda belasan tahun
tersebut, malah waktu tangan si pemuda belasan tahun itu
menyambar datang ke dekatnya dia telah menangkisnya dengan
sampokan. 1078 "Bukkk!" terdengar suara benturan yang keras sekali, disusul
dengan suara seruan tertahan dari pemuda belasan tahun
tersebut. Tubuh pemuda belasan tahun itu terhuyung, dan akhirnya
dia terjengkang ke belakang.
Ke empat orang kawan pemuda belasan tahun itu terkejut bukan
main, malah oranq tua yang berusia limapuluh tahun lebih telah
melompat akan memberikan pertolongan kepada pemuda belasan
tahun itu. Akan tetapi Hong Tia Liang di saat itu yang melihat adanya
kesempatan baik buat dirinya, dia tidak mau mensia-siakannya.
Dia melompat sambil melancarkan pukulan dari jarak jauh.
Sedangkan pemuda belasan tahun itu waktu terjengkang ke
belakang, juga tidak tinggal diam. Begitu punggungnya menyentuh
lantai segera dia bergulingan.
Setelah berguligan tiga tali, pemuda belasan tahun tersebut
melompat bangun. Pemuda belasan tahun tersebut yang
merasakan berkesiuran angin serangan dari arah belakangnya,
cepat sekali berjongkok dan tahu-tahu dengan jurus "Kuda Merah
Marah Menendang", dia telah menyepak ke belakang.
Tendangan kaki pemuda belasan tahun ini justru menjurus ke arah
selangkangan Hong Tia Liang. Hati Hong Tia Liang terkesiap. Dia
tidak membayangkan adanya serangan seperti itu.
Akan tetapi karena sudah tidak keburu mengelakkan diri, Hong Tia
Liang membatalkan serangannya, hanya saja tangan kanannya
1079 telah diturunkan, dan dia mencengkeram kaki dari pemuda belasan
tahun itu. Cekalan yang dilakukan Hong Tia Liang sangat kuat sekali dan
membarengi dengan mana diapun telah menyentaknya,
melontarkan tubuh pemuda belasan tahun itu.
Hati pemuda belasan tahun tersebut terkesiap kaget, waktu
mengetahui bahwa kakinya telah kena dicengkeram oleh Hong Tia
Liang. Akan tetapi buat menarik pulang kakinya sudah tidak
keburu. Dalam keadaan seperti itu, dia merasakan Hong Tia Liang
menyentak, membuat tubuhnya melayang ke tengah udara.
Celakanya Hong Tia Liang justru tidak melepaskan
cengkeramannya, dia telah memutar tubuh pemuda belasan tahun
tersebut. Dengan demikian membuat pemuda itu terputar-putar di
tengah udara dan merasakan kepalanya sangat pusing di samping
matanya telah berkunang-kunang.
Orang tua yang berusia limapuluh tahun lebih yang bermaksud
menolong, pemuda belasan tahun tersebut, juga telah melihat apa
yang terjadi. Dia melompat dan menghantam pundak Hong Tia
Liang. Tubuhnya berkelebat sangat cepat sekali, dan tangannya sangat
sebat. Yang luar biasa tenaga serangannya sangat lunak dan tidak
menimbulkan suara sedikitpun juga. Cuma saja, waktu akan tiba
pada sasarannya, di waktu itulah tenaga serangan dari orang tua
tersebut berobah sifatnya menjadi sangat keras dan kuat.
1080 Hong Tia Liang yang tengah asyik memutar-mutar tubuh pemuda
belasan tahun itu baru dapat merasakan menyambarnya angin
serangan di saat kepalan tangan dari orang tua itu hanya terpisah
beberapa dim saja dari punggungnya.
Sebagai seorang yang telah kawakan dan memiliki pengalaman
yang cukup banyak di dalam rimba persilatan. Hong Tia Liang tidak
menjadi gugup. Justru, dia telah menyentak tangan kanannya,
membiarkan tubuh pemuda itu sebagai tamengnya.
Jika saja orang tua itu meneruskan serangannya, niscaya akan
menyebabkan pukulan itu jatuh di tubuh pemuda belasan tahun
tersebut. Akan tetapi orang tua berusia limapuluh tahun itu memiliki mata
yang celi, dia tidak meneruskan serangannya, karena menyadari
bahwa yang terancam adalah jiwa dari kawannya sendiri. Dia telah
menarik pulang tangannya dan berbareng telah mendupak dengan
mempergunakan kaki kanannya.
Sekali ini Hong Tia Liang sudah tidak bisa menghindarkan diri.
Tendangan yang dilakukan orang tua itu sangat cepat dan kuat
sekali, mengenai pinggulnya. Tidak ampun lagi tubuh Hong Tia
Liang bergulingan di lantai, sedangkan cengkeramannya pada kaki
pemuda belasan tahun tersebut terlepas.
Orang tua berusia limapuluh tahun lebih itu telah melompat
membuntuti pemuda belasan tahun tersebut berdiri, kemudian
memayangnya kembali ke meja mereka.
1081 Setelah mendudukkan pemuda belasan tahun tersebut di kursinya,
orang tua tersebut kembali menghampiri Hong Tia Liang. Dengan
sorot mata yang tajam sekali, orang tua itu mengawasi kepada
Hong Tia Liang. Hong Tia Liang waktu itu baru saja merangkak bangun berdiri
dengan muka yang merah padam.
"Bagus! Kau pandai sekali main bokong seperti itu!" mengejek
Hong Tia Liang dengan sengit dan gusar.
Orang tua itu tetap membawa sikap yang sabar hanya matanya
yang memancarkan sinar sangat tajam sekali.
"Hemmm, main bokong" Mana lebih baik, main bokong atau
memang menghina seorang anak kecil yang tidak pantas menjadi
tandingannya?" menyahuti orang tua tersebut dengan
memperlihatkan senyum mengejek.
Hong Tia Liang dari malu jadi tambah gusar, karena itu tanpa
mengucapkan sepatah perkataan pun juga, tubuhnya telah
melesat menerjang kepada orang tua tersebut. Dia mengerahkan
lweekangnya pada ke dua tangannya, angin serangan itu
menyambar bagaikan badai yang bergemuruh.
Orang tua tersebut berdiri dengan sikap yang tenang sekali. Dia
telah mengawasi meluncurnya tangan lawannya, dan waktu
terpisah hanya beberapa detik saja, saat itulah orang tua tersebut
bergerak lincah mengelakkan serangan itu. Telapak tangan
kanannya menepuk ke pundak lawannya.
1082 Hong Tia Liang mengeluarkan suara tertahan. dia telah berkelit ke
samping dengan gerakan Rajawali Membuka Sayap. Di mana
sambil tubuhnya miring ke samping, dia telah mementangkan ke
dua tangannya dan mencelat pergi.
Waktu itulah, orang tua berusia limapuluh tahun lebih tersebut telah
mengeluarkan seruan. Sedikitpun juga dia tidak ingin memberikan
kesempatan kepada Hong Tia Liang buat memperbaiki kedudukan
dirinya. Orang tua itu menyusul dengan sepasang tangannya
menyerang dengan cepat dan kuat sekali, namun tidak
menimbulkan suara, karena memang orang tua berusia limapuluh
tahun itu sengaja mempergunakan tenaga yang bersifat lunak.
Tetapi Hong Tia Liang telah menduga bahwa lawannya akan
menyusuli dengan serangan hebat kepadanya. Dia telah mengibas
ke belakang dengan tangan kanannya tanpa menoleh lagi.
"Dukk!" tangan kanannya berhasil menyambut tangan orang tua
tersebut. Akan tetapi buat kagetnya Hong Tia Liang justru
sampokannya itu malah membuat tubuhnya terjerunuk ke depan.
Hampir saja Hong Tia Liang kehilangan keseimbangan tubuhnya
dan akan terjerunuk ke depan. Beruntung Hong Tia Liang masih
sempat buat mengimbangi keseimbangan tubuhnya.
"Hemmm, kepandaian seperti ini ingin dipertontonkan di
hadapanku!"mengejek orang tua itu lagi. Dan dia melangkah ingin
menyerang pula kepada Hong Tia Liang yang waktu itu telah
berhasil berdiri tetap walaupun matanya terasa berkunang-kunang.
Hong Tia Liang mengeluh. 1083 Jika memang orang tua tersebut benar-benar menyerangnya lagi,
sedangkan dia sendiri belum dapat memusatkan seluruh
kekuatannya. Dan rasa pusing di kepalanya belum lagi berkurang,
pandangan matanya masih berkunang-kunang, niscaya hanya
akan membuat dia jadi pecundang belaka.
Dalam keadaan terancam seperti itu, Hong Tia Liang mengempos
seluruh sisa tenaganya. Dan dia berusaha juga buat menghampiri
kalau-kalau lawannya menyerang lagi.
Sedangkan orang tua berusia limapuluh tahun lebih itu telah
melangkah mendekati. Di waktu itu terlihat jelas, betapa pun juga, Hong Tia Liang memang
bukan menjadi tandingan dari orang tua berusia limapuluh tahun
lebih itu. Jika memang pertandingan itu dilanjutkan sampai
beberapa jurus lagi, niscaya akan menyebabkan Hong Tia Liang
sendiri yang menderita kerugian yang tidak kecil malah
kemungkinan ada terluka berat atau terbinasa memang dia.
Waktu itu orang tua berusia limapuluh tahun itu telah tidak jauh lagi
terpisah dari Hong Tia Liang,
"Hemmm, sekarang kau siap-siaplah buat menerima seranganku
lagi!" kata orang tua itu dengan suara mendesis dan sangat dingin
sekali. Ke dua tangan orang tua tersebut digerakkan buat
melancarkan serangan. Hong Tia Liang mementang matanya lebar-lebar, walaupun dia
menyadari, bahwa dirinya bukan menjadi tandingannya orang tua
1084 tersebut. Akan tetapi dalam keadaan terdesak seperti itu, dia telah
mengerahkan seluruh sisa tenaganya.
Mendadak sekali berkelebat sesosok bayangan, disusul bentakan:
"Lihat serangan!" dan orang tua berusia limapuluh tahun tersebut
merasakan menyambarnya angin serangan yang sangat kuat ke
arah pundaknya. Tanpa berayal lagi, orang tua itu memutar tubuhnya. Dia memang
tengah mengerahkan tenaga sinkangnya pada ke dua tangannya,
dan sekarang menerima serangan bokongan seperti itu, dia
mempergunakan tenaga yang telah disalurkan pada ke dua
telapak tangannya tersebut buat menangkis.
"Brukkkk!" tenaga tangkisan dari orang tua itu saling bentur dengan
tenaga penyerangnya, dan tubuh orang yang menyerang secara
membokong tersebut telah bergoyang-goyang beberapa kali, akan
tetapi tetap saja terdengar suara mengejeknya: "Hemmm, kau
ternyata memiliki kepandaian yang lumayan!" Dan dia telah
melompat lagi menyerang. Penyerang gelap itu tidak lain dari orang tua yang menjadi
sahabatnya Hong Tia Liang.
Dia rupanya telah melihat bahwa Hong Tia Liang tidak mungkin
dapat menghadapi lawannya lagi. Dan juga dia melihat Hong Tia
Liang seperti telah kehabisan tenaganya, maka cepat-cepat dia
melompat buat mewakili Hong Tia Liang menghadapi orang tua
berusia limapuluh tahun lebih itu.
1085 Kepandaian kawan Hong Tia Liang ini jauh lebih tinggi dari
kepandaian Hong Tia Liang sendiri. Orang tua yang berusia
limapuluh tahun lebih itu sendiri telah merasakan bahwa lweekang
lawannya ini berada di atas lweekang Hong Tia Liang, karenanya
dia berlaku jauh lebih hati-hati.
Di saat itu terlihat betapa kawannya Hong Tia Liang telah
mengeluarkan suara bentakan yang nyaring sekali dan ke dua
tangannya dengan berbareng telah menyerang lagi silih berganti.
Di antara berkesiuran angin serangan tersebut, terlihat betapa
orang tua limapuluhan tahun itu membentak:"Tahan! Aku ingin
bicara dulu!" Kawan Hong Tia Liang sebenarnya telah menggerakkan ke dua
tangannya, akan tetapi mendengar teriakan itu, dia telah menahan
ke dua tangannya! "Apa yang ingin kau katakan"!" tanya kawan Hong Tia Liang
dengan sikap mengejek. "Hemmm, apakah engkau kuatir mampus
di tanganku"!" Mendengar pertanyaan seperti itu, orang tua berusia limapuluh
tahun lebih itu memperdengarkan suara tertawa dingin, kemudian
dia menyahuti: "Hemmm, disini tidak ada perkataan takut atau
berani, akan tetapi yang ingin kukatakan justru di antara kita tidak
terdapat permusuhan dan persoalan apapun juga, dan bentrokan
tadi yang terjadi dengan kawanmu itu hanya disebabkan salah
paham belaka! Jika memang kau tetap bersikeras hendak menarik
panjang urusan ini, aku orang she Tung tidak bisa berkata apaapa!"
1086 Sedangkan kawan Hong Tia Liang telah tertawa mengejek.
"Tidak perlu kau bicara memutar seperti itu, tadi di saat engkau
berada di atas angin, dan dapat mendesak hebat kepada kawanku,
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
justru kau telah mendesaknya terus dengan serangan-serangan
yang bisa mematikan. Karena dari itu, sekarang di saat kau
berurusan denganku, Wie Sung Ie, ternyata kau menyadari bahwa
kepandaianmu tidak ada artinya di mataku dan tidak mungkin
engkau dapat menghadapiku. Dan karenanya engkau telah
berusaha buat menyudahi saja pertempuran ini! Hemm! Hm! Mari
maju! Mari maju! Mari kita mengukur kepandaian kita!"
Dan berkata sampai di situ, cepat bukan main dia telah
menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya mencelat menyerang lagi
kepada orang she Tung itu.
Orang she Tung tersebut yang melihat Wie Sung Ie menyerang,
juga tidak mau tinggal diam.
"Baiklah!" katanya. "Kau terlalu memaksa!"
Wie Sung Ie tertawa mengejek waktu melihat orang she Tung itu
telah mulai balas menyerang, karena dia pun telah melompat ke
atas dan sepasang tangannya telah menyerang silih berganti.
Karena memang orang she Tung itu telah bermaksud balas
menyerang, dia kali ini tidak berkelit, hanya menantikan tibanya
serangan lawannya. Dengan gerakan yang sangat manis sekali.
tubuhnya didoyongkan agak ke belakang. Orang she Tung
tersebut telah mengangkat ke dua tangannya, dia mendorong ke
depan. 1087 "Bukkk!" kuat sekali tenaga dorongan dari orang she Tung tersebut.
Wie Sung Ie sendiri tergetar akibat terjangan tenaga tangkisan dari
lawannya itu. Hanya saja, karena memang lweekangnya sangat
tinggi dia tidak menjadi gugup, dan cepat sekali dia dapat
menguasai keadaan dan balas menyerang.
Orang she Tung itu baru saja menyerang dengan sendirinya dia
belum memiliki kesempatan buat menarik pulang ke dua
tangannya. Sedangkan serangan Wie Sung Ie telah tiba. Dia jadi
mengeluh, dan cepat membuang diri.
Celakanya, waktu dia tengah membuang diri seperti itu, tiba-tiba
sekali datang serangan dari arah belakangnya.
Kiranya Hong Tia Liang telah dapat menguat dirinya, pening di
kepalanya telah mulai berkurang sedangkan matanya sudah tidak
berkunang-kunang lagi. Waktu itulah Hong Tia Liang melihat betapa kawannya telah
berhasil mendesak orang she Tung tersebut. Tanpa membuangbuang waktu Hong Tia Liang telah melompat mendekati orang she
Tung tersebut. Waktu orang she Tung itu tengah melompat ke
belakang, dia membarengi dengan serangannya.
Orang she Tung itu sudah tidak memiliki jalan lain lagi, karenanya
dia hanya dapat menangkis. Cuma saja disebabkan kuda-kuda ke
dua kakinya sudah tidak kuat lagi karena waktu itu tubuhnya
tengah melompat, dia tidak bisa menangkis dengan baik.
1088 Sedangkan saat itu Hong Tia Liang telah menyerang dengan
sekuat tenaganya. "Bukkk!" tubuh orang she Tung itu terpental.
Wanita setengah baya yang menjadi kawannya mengeluarkan
seruan tertahan. Kemudian menoleh kepada gadis cilik di
sampingnya dan kepada ke dua pemuda itu, katanya: "Kalian hatihati, aku ingin menolong paman Tung kalian."
Dan setelah berpesan begitu, dengan gerakan yang ringan sekali,
wanita setengah baya tersebut telah melesat kepada Hong Tia
Liang, di saat mana sebenarnya Hong Tia Liang tengah bermaksud
melompat menerjang lagi. Di waktu itulah, menghantam. cepat luar biasa wanita tersebut
telah Hong Tia Liang di saat itu tengah bernafsu sekali buat
menghantam lagi kepada orang she Tung itu. Akan tetapi tiba-tiba
dia melihat berkelebat sesosok bayangan, disusul dengan
berkesiuran angin serangan kepadanya. Karena dari itu, cepatcepat dia membatalkan maksudnya hendak menyerang orang she
Tung itu, melainkan dia menghadapi serangan bokongan dari
lawannya yang baru. Waktu dia mengetahui bahwa yang menyerangnya itu adalah
wanita kawan orang she Tung tersebut, Hong Tia Liang tertawa
mengejek. 1089 "Hemm, mengapa engkau membela laki-laki yang tidak punya
guna seperti itu?" tegur Hong Tia Liang dengan suara mengejek,
"Baiklah aku akan memberikan saran kepadamu. Lebih baik
engkau menjadi isteriku saja, kau tentu akan bahagia sekali!"
Dan setelah mengejek ceriwis seperti itu, tampak Hong Tia Liang
telah tertawa bergelak-gelak dengan nyaring sekali.
Bukan main gusarnya wanita setengah baya tersebut. Tanpa
mengatakan suatu apapun juga tampak dia telah menggerakkan
ke dua tangannya, dia menyerang dengan hebat sekali. Tenaga
serangannya itu ternyata tidak berada di sebelah bawah kekuatan
orang she Tung, karenanya Hong Tia Liang tidak berani
memandang remeh. Hong Tia Liang pun mengempos semangatnya dia menangkis,
kemudian membarengi menyerang lagi. Kekuatan mereka rupanya
berimbang. Sedangkan Wie Sung Ie sendiri telah melompat ke dekat orang she
Tung. Dia tidak mau membuang-buang waktu lagi, cepat-cepat dia
melancarkan serangan. Orang she Tung tersebut rupanya baru saja dapat menguasai
dirinya, dan menyadari akan bahaya yang mengancam dirinya.
Orang she Tung tersebut mengempos semangatnya, dan dengan
mempergunakan sisa tenaganya, dia telah menangkisnya.
"Bukkkk!" terdengar suara benturan lagi yang sangat kuat.
1090 Waktu tubuh orang she Tung itu terhuyung, justru Wie Sung Ie
telah melompat dan menyerang pula dengan beruntun. Orang she
Tung itu dalam keadaan terancam bahaya yang tidak kecil.
Laki berusia enambelas tahun dan pemuda yang seorangnya lagi,
serta si gadis cilik itu, yang menyaksikan keselamatan orang she
Tung tersebut terancam, telah mengeluarkan suara seruan
tertahan. Dan mereka bermaksud akan bergerak buat memberikan
pertolongan. Akan tetapi belum lagi mereka bergerak, telah berkelebat sesosok
bayangan yang sangat gesit sekali dari arah luar rumah makan itu,
disusul dengan suara orang tertawa dan mengejek:
"Hai, hai, mengapa harus telengas seperti itu?"
Menyusul dengan ejekan tersebut, tampak sosok bayangan itu
telah menggerakkan tangan kanannya. Dia telah menangkis
serangan Wie Sung Ie. Tenaga tangkisannya tampak sangat
perlahan, akan tetapi begitu tangan mereka saling bentur, seketika
itu juga tubuh Wie Sung Ie terlempar ke belakang.
Rupanya tenaga tangkisan dari sosok tubuh itu walaupun
tampaknya perlahan sekali, tokh kekuatan tenaga dalam yang
dipergunakannya tersebut sangat hebat sekali.
Wie Sung Ie sendiri kaget tidak terkira.
Sama sekali di luar dugaan, bahwa orang yang baru datang itu
dapat membuat dia terlempar seperti itu! Sesungguhnya Wie Sung
Ie memang memiliki kepandaian yang tinggi. Dan sekarang dia
1091 hanya dalam satu gebrakan telah dapat dibuat terpental seperti itu
benar-benar membuat ia penasaran sekali.
Orang yang baru datang itu telah berdiri tegak dengan ke dua
tangan bertolak pinggang, tidak hentinya tertawa.
Wie Sung Ie mementang matanya lebar-lebar dan dilihatnya orang
tersebut tidak lain dari seorang pengemis tua yang bertubuh tegap.
Dengan gusar Wie Sung Ie telah mendelik dan membentak kepada
pengemis itu: "Pengemis bau! Mengapa kau mencampuri
urusanku?" Pengemis tersebut tertawa lagi, sikapnya acuh tak acuh. "Hemmm,
justru aku ingin bertanya, mengapa tanganmu begitu telengas"!"
sambil berkata, si pengemis telah mengulurkan tangan kanannya,
dia telah mengambil hio-lonya, di mana dia telah meneguk isinya,
yang tentunya merupakan cairan arak.
Kemudian sambil menutup tutup hio-lo tersebut, dia telah berkata
lagi: "Dan sekarang aku si pengemis tua yang tidak punya guna
serta miskin, ingin meminta petunjuk darimu, ingin merasakan
betapa telengasnya tanganmu itu?" Sambil berkata begitu, si
pengemis telah mencantelkan hio-lonya pada ikat pinggangnya.
Di waktu itu, tampak Wie Sung Ie sudah tidak bisa
mempertahankan dirinya lagi, karena dilihatnya si pengemis tua
tersebut seperti juga sudah tidak memandang sebelah mata
kepadanya, dan ini membuat dia naik darah. Karena dari itu, ketika
melihat pengemis tersebut tengah mencantelkan hio-lonya pada
ikat pinggangnya, tanpa mensia-siakan kesempatan itu, tampak
1092 Wie Sung Ie telah menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya telah
mencelat gesit sekali, ke dua tangannya telah dipergunakan
menyerang. Beberapa meja dan kursi di dekatnya telah terbalik,
akibat kuatnya angin serangan Wie Sung Ie.
Sedangkan si pengemis yang telah menolong orang she Tung itu
membawa sikap yang tenang dan sabar, sama sekali dia tidak
berusaha untuk berkelit dari serangan lawannya, malah dia telah
berbalik tertawa dan mengawasi datangnya serangan lawannya
tersebut. Wie Sung Ie yang melihat lawannya tidak berusaha berkelit, dia
berpikir di dalam hatinya: "Hemm, walaupun engkau memiliki
kepandaian yang sangat tinggi, tidak nantinya engkau dapat
menghadapi seranganku ini dengan berdiam diri saja!"
Karena berpikir seperti itu, maka Wie Sung Ie telah mengempos
dan menambah kekuatan tenaga serangannya. Dan dikala itu
tampak ke dua telapak tangannya telah berobah warnanya jadi
memerah. Sedangkan pengemis itu tetap tenang dan setelah telapak tangan
dari Wie Sung Ie menyambar dekat, hanya terpisah beberapa dim,
tiba-tiba si pengemis telah mengangkat tangan kirinya, dia
menggunakan jari telunjuknya saja buat menyambuti!
Wie Sung Ie terkesiap hatinya, dia kaget tidak terkira. Mengapa"
Karena cara menyerang yang dilancarkan oleh Wie Sung Ie
merupakan ilmu yang agak sesat, yaitu ilmu yang mengandalkan
kekuatan sinkang yang bersifat panas. Karena itu, jika bertemu
1093 dengan seorang lawan yang tangguh dan lawan itu
mempergunakan kekuatan satu jari, di mana seluruh kekuatan
sinkangnya dikerahkan pada ujung jari telunjuknya itu dan juga
memiliki lweekang yang tidak berada di sebelah bawah dari Wie
Sung Ie. Jika saja mengenai jalan darah Pai-tie-hiat, niscaya akan
menyebabkan tenaga dalam dari Wie Sung Ie akan buyar.
Dengan demikian, berarti juga akan menyebabkan Wie Sung Ie
terluka di dalam yang parah. Wie Sung Ie mati-matian berusaha
menarik pulang ke dua tangannya.
Sedangkan pengemis itu telah tertawa cekikikan dengan suara
mengejek dan sikap yang memandang rendah kepada Wie Sung
Ie. Wie Sung Ie mendelik, bentaknya: "Siapa kau sebenarnya"!"
"Aku" Akulah si pengemis miskin yang paling melarat di dalam
dunia ini!" menyahuti si pengemis itu.
"Yang ingin kuketahui, di dalam Kay-pang kau terhitung sebagai
pengemis yang menduduki tingkatan keberapa?" tanya Wie Sung
Ie dengan suara yang mengandung kemarahan.
"Kukira tidak perlu kau bertanya seperti itu, karena kau bukan
Tiangloku, dan kau tak memiliki hak bertanya seperti menghakimi
diriku! Hemmm, atas kelancanganmu dengan sikapmu yang
kurang ajar seperti itu, justru aku akan memberikan ajaran adat
buatmu!" Dan setelah berkata begitu, tanpa menantikan jawaban
dari Wie Sung Ie, justru pengemis itu telah melompat dengan
ringan sekali, sepasang tangannya bergerak secepat kilat.
1094 Wie Sung Ie sendiri tidak bisa melihat cara bergeraknya pengemis
itu. Tahu-tahu dia hanya merasakan pipinya yang kiri dan kanan
sakit bukan main, lalu mulutnya dirasakan seperti dihantam
sesuatu yang sangat keras sekali.
Rupanya pengemis itu telah berhasil menempelengnya beberapa
kali. Sedangkan si pengemis itu sendiri telah melompat mundur lagi,
sambil masih tertawa mengejek, dia telah bertanya lagi: "Apakah
kau masih berani bersikap kurang ajar terhadap anggota Kaypang?"
Bukan main murkanya Wie Sung Ie. Tadi dia telah kena
ditempeleng seperti itu, karena .dianggapnya memang kurang
waspada dan bersiaga. Karena dari itu sekarang Wie Sung Ie telah
mengerahkan seluruh kekuatannya, dia mendesis murka: "Aku
akan membunuh dan mencincang tubuhmu, pengemis bau!"
teriaknya dengan sikap kalap.
Pengemis itu tertawa mengejek.
"Memang di dalam dunia ini tidak ada pengemis yang memiliki
tubuh harum dan wangi bunga. Semua pengemis di dalam dunia
ini tentu bau! Nah, kau dengan cara apa ingin mencincang diriku"
Nah, silahkan, aku justru ingin melihatnya!" Dan setelah berkata
begitu si pengemis memperlihatkan sikap yang menantang sekali.
Sedangkan Wie Sung Ie tanpa membuang-buang waktu lagi telah
melompat, di mana dia telah menyerang dengan mempergunakan
ke dua tangannya. Tenaga lweekang yang dipergunakannya
1095 sangat hebat sekali, karena sekarang dia tengah murka, akan
tetapi dalam kemurkaannya dia juga berlaku waspada dan bersiap
siaga. Sedangkan si pengemis telah tertawa lagi.
"Hemm, rupanya mulutmu itu ingin minta dihajar lagi, bukan?"
katanya mengejek. Dan mata si pengemis telah mengawasi datangnya serangan dari
Wie Sung Ie. Sama sekali dia tidak bergerak dari tempatnya berdiri.
Dan waktu tenaga serangan dari Wie Sung Ie hampir tiba, di saat
itulah tahu-tahu tubuh si pengemis telah mencelat lenyap dari
hadapan Wie Sung Ie. bagaikan bayangan belaka.
Dengan hati terkesiap Wie Sung Ie memutar tubuhnya. Benar saja
pengemis itu telah berdiri di belakangnya terpisah dua tombak lebih
tengah mentertawai dirinya.
Di waktu itu tampak Wie Sung Ie sudah meluap kemarahannya,
karenanya dia telah membentak lagi dan tubuhnya telah mencelat
sangat gesit sekali. Si pengemis juga sudah tidak mau mempermainkan lebih jauh.
"Kukira sudah tiba saatnya engkau menerima hajaran dariku!"
bentak si pengemis. Berbareng dengan bentakannya itu, tampak
tubuh si pengemis telah berkelebat beberapa kali mengelilingi Wie
Sung Ie. 1096 Gerakan yang dilakukan pengemis itu benar-benar cepat sekali,
karena Wie Sung Ie sendiri tidak bisa melihat jelas pengemis
tersebut, di mana Wie Sung Ie melihat pengemis itu seperti telah
menjelma menjadi empat orang pengemis yang sama dengannya,
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan mengelilinginya. Wie Sung Ie berusaha buat menghadapi
serangan pengemis itu, dia memutar tubuhnya mengikuti gerakan
si pengemis. Akan tetapi memang kepandaian pengemis itu lebih tinggi dari
kepandaiannya. Setelah mengajak Wie Sung Ie berputar-putar
beberapa saat, segera juga ke dua tangan pengemis bergerak.
Terdengar suara "Plakkk, plooookkk" berulang kali, muka Wie
Sung Ie telah bengkak merah.
Orang she Tung yang melihat betapa mudahnya pengemis yang
menjadi tuan penolongnya itu mempermainkan Wie Sung Ie.
Tanpa disadarinya dia telah bersorak memuji akan kehebatan
pengemis itu. Demikian juga halnya dengan wanita setengah baya
itu, diapun telah tertawa dan mengejek kepada Hong Tia Liang,
katanya. "Lihatlah kawanmu seperti gentong nasi tidak punya
guna!" Hong Tia Liang sendiri tengah berdebaran hatinya, karena melihat
Wie Sung Ie yang memiliki kepandaian jauh lebih tinggi dari
kepandaian dia sendiri, dengan begitu mudah telah dapat
dipermainkan oleh pengemis itu.
Jika memang Wie Sung Ie dapat dirubuhkan si pengemis, tentu dia
sendiri tidak akan sanggup melayani si pengemis. Karena berpikir
seperti itu, telah membuat Hong Tia Liang jadi bertempur setengah
1097 hati dalam menghadapi wanita setengah baya tersebut, karenanya
perlahan-lahan dia jatuh di bawah angin dan terdesak.
Sedangkan wanita setengah baya itu tidak mau membuang-buang
waktu. Diapun telah mendesak Hong Tia Liang dengan gencar.
Setiap serangan yang dilancarkan oleh wanita setengah baya itu
selalu membuat Hong Tia Liang mundur berulang kali dan telah
terdesak hebat. Sedangkan Hong Tia Liang sendiri mengeluh di dalam hatinya. Jika
dia menghadapi terus wanita setengah baya ini dengan setengah
hati, di mana perhatiannya terpecah, niscaya dia akan celaka.
Karena dari itu, Hong Tia Liang telah menetapkan hatinya. Dia
mengerahkan seluruh sisa tenaganya, dan dia juga telah berbalik
menyerang kepada wanita setengah baya tersebut. Setiap
serangan yang dilancarkan memiliki kekuatan yang dahsyat,
karena sekarang dia telah berhasil menenangkan dan mensatukan
kembali pikirannya. Wanita setengah baya itupun tidak bisa mendesaknya lebih jauh,
dia hanya bisa sekali-sekali melancarkan serangan balasan, dan
juga seringkali mengelakkan diri dan menghindarkan dari setiap
serangan yang dilakukan Hong Tia Liang.
Waktu itu Wie Sung Ie sendiri telah mengeluarkan seruan atau
lebih mirip jeritan kalap. Tubuhnya melompat ke sana ke mari
dengan cepat. Sepasang tangannya menyerang serawutan di
mana dia menghantam dengan sepenuh tenaga dan sekenanya.
1098 Akan tetapi si pengemis tetap seperti mempermainkannya,
bergerak dengan ringan dan lincah. Setiap serangan yang
dilancarkan Wie Sung Ie sama sekali tidak pernah mengenai
sasarannya. Hanya saja yang menjadi korban justru adalah meja dan kursi,
yang banyak terbalik dan menjadi hancur.
Sedangkan pengemis itu, setelah mempermainkan sekian lama.
Akhirnya berkata dengan suara maupun sikap sungguh-sungguh,
katanya: "Dengarlah. Sekarang sudah tiba waktunya aku
menghajar keras padamu!"
Wie Sung Ie yang mendengar perkataan pengemis tersebut,
segera juga mementang matanya, sementara dia menunda
serangan-serangan kalapnya.
Akan tetapi si pengemis bukannya menyerang malah telah berdiri
tenang-tenang di tempatnya dengan bibir tersenyum simpul seperti
tengah mentertawainya. Wie Sung Ie jadi tambah kalap. Dengan mengeluarkan suara
bentakan kalap, dia telah menyerang lagi. Tangan kanannya
menghantam dengan hebat. Pengemis itu sama sekali tidak berusaha menghindar. Dia
membiarkan dadanya itu dihantam.
"Dukkk!" keras sekali dada si pengemis telah dihantam oleh
pukulan yang dilancarkan oleh Wie Sung Ie.
1099 Sebenarnya pukulan itu sangat kuat sekali, akan tetapi bagaikan
tidak berpengaruh apa-apa bagi diri si pengemis, yang tetap berdiri
tegak di tempatnya. Dada si pengemis keras seperti baja dan sama
sekali tubuhnya tidak bergeming.
Malah waktu itu si pengemis telah tertawa dan berkata dengan
sikap mengejek. "Kau boleh pilih bagian yang terempuk di tubuhku si pengemis
melarat!" katanya. "Hemm, aku akan mengadu jiwa dengan kau!" berteriak Wie Sung
Ie. Dan berbareng dengan teriakannya itu, tubuhnya berkelebat
menerjang lagi. Sekali ini dia menyerang jauh lebih hebat, karena
dia telah mempergunakan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Setiap pukulan yang tadi dilancarkan oleh Wie Sung Ie seperti tidak
dipandang sebelah mata oleh si pengemis. Akan tetapi sekarang
ini justru di saat Wie Sung Ie menyerang demikian hebat, si
pengemis memperlihatkan sikap bertambah tidak memandang
mata. Dia tetap berdiri tenang-tenang di tempatnya, sama sekali
tidak terlihat tanda-tanda bahwa dia akan mengelakkan diri dari
serangan Wie Sung Ie yang hebat ini.
"Bukkk!" kembali pukulan dari Wie Sung Ie mengenai sasarannya,
yaitu perut dari pengemis tersebut.
Akan tetapi yang kesakitan bukan si pengemis, justru Wie Sung Ie
sendiri yang menjerit kesakitan sambil melompat-lompat, karena
dia merasakan seperti memukul besi, dan kepalan tangannya itu
berobah merah. 1100 "Memang hebat tenaga pukulanmu, akan tetapi apakah engkau
masih penasaran dan tidak mengakui bahwa engkau dalam satu
jurus dapat kurubuhkan"!" ejek pengemis.
"Jika dalam satu jurus kau dapat merubuhkan aku, biarlah
selanjutnya aku akan mengakui engkau sebagai guruku!" kata Wie
Sung Ie dengan kemurkaan yang meluap dan diliputi oleh
perasaan takut. Pengemis itu tertawa. "Siapa yang kesudian mempunyai murid
seperti engkau"!" kata si pengemis. "Cis, aku juga tidak kesudian
mempunyai murid yang tampangnya seperti kau. Yang terpenting
engkau harus dihajar dengan keras karena ketelengasan
tanganmu!" Dan setelah berkata begitu, dengan cepat si pengemis melangkah
maju mendekati Wie Sung Ie. Sama sekali dia tidak
memperlihatkan sikap mengancam, karena dia melangkah
menghampiri dengan mulut tersenyum, seperti juga dia tengah
bertemu dengan seorang sahabat lama.
Waktu itulah tampak Wie Sung Ie yang tegang sendirinya. Dia telah
bersiap-siap buat menghadapi segala sesuatunya.
"Kau sudah bersiap-siap buat menghadapi seranganku?" tanya si
pengemis. Wie Sung Ie hanya mendengus.
1101 Si pengemis menghampiri lebih dekat. Setelah terpisah hanya
beberapa langkah, tampak pengemis itu mengangkat tangan
kanannya. Wie Sung Ie menduga si pengemis ingin menyerangnya, cepatcepat ia menggerakkan tangannya buat menangkis.
Akan tetapi ternyata pengemis itu bukan menyerang, melainkan
dia menggaruk pahanya. "Gatal!" katanya sambil nyengir.
Bukan main mendongkolnya Wie Sung Ie, tubuhnya sampai
gemetaran. Coba jika bukannya dia memang mengetahui bahwa
pengemis ini sangat liehay dan kepandaian si pengemis berada di
atasnya beberapa tingkat, jelas dia akan menerjang buat mengadu
jiwa. Sedangkan si pengemis telah bertanya lagi: "Benar-benar kau
sudah siap?" Wie Sung Ie tetap tidak menyahuti, hanya matanya yang
terpentang lebar-lebar. "Nah, aku akan segera menyerang?" kata si pengemis. "Kau
bersiap-siaplah!" Dan setelah berkata begitu, dengan cepat sekali ke dua tangan si
pengemis digerakkan, dia telah menyerang. Serangan yang
dilakukannya aneh sekali. Dia seperti juga ingin merangkul Wie
Sung Ie. 1102 Menyaksikan cara menyerang dari lawannya tersebut, membuat
Wie Sung Ie sementara waktu berdiam diri saja tidak menangkis,
karena dia yakin itulah serangan gertakan belaka. Akan tetapi
untuk kagetnya justru waktu itu dia merasakan terjangan tenaga
yang luar biasa hebatnya.
Dan ketika Wie Sung Ie tersadar akan bahaya yang
mengancamnya, dia telah terlambat, karena tahu-tahu dia telah
merasakan napasnya sesak, matanya berkunang-kunang, dan
juga tubuhnya seperti dihantam oleh sesuatu kekuatan yang
dahsyat sekali. Tanpa bisa melakukan gerakan apa-apa lagi, tubuh
Wie Sung Ie telah terpental rubuh.Waktu tubuh Wie Sung Ie jatuh
terjerembab ke lantai, dia segera juga memuntahkan darah segar.
Rupanya serangan yang dilakukan pengemis membuat dia terluka
di dalam yang tidak ringan. Dan darah segar yang dimuntahkannya
itu bukan sedikit, karena berulang kali dia telah memuntahkan
darah segarnya itu. Di kala itu tampak Wie Sung Ie tengah berusaha buat bangun
berdiri. Si pengemis telah tertawa cekikikan, dia menghampiri, lalu kaki
kanannya telah ditendangkan, membuat tubuh Wie Sung Ie
menggelinding lagi. "Sudah kuperingati tadi bahwa engkau harus bersiap-siap dan hatihati menghadapi seranganku, akan tetapi engkau terlalu sombong,
dengan demikian engkau sendiri yang menderita kerugian terluka
di dalam.....!" 1103 Mendengar perkataan pengemis itu, Wie Sung Ie berusaha buat
menguatkan hatinya. Dan diam-diam dia telah menyalurkan sisa
tenaganya tersebut pada ke dua telapak tangannya.
Di saat pengemis tengah melangkah mendekatinya, tampak Wie
Sung Ie mendadak sekali telah melompat dan menyerangnya.
Hebat sekali tenaga terakhir yang dipergunakannya ini, karena
selain ilmu pukulan yang dipergunakannya merupakan ilmu
simpanannya, juga sisa seluruh tenaganya tersebut merupakan
kekuatannya yang terakhir.
Si pengemis sama sekali tidak menyangka bahwa Wie Sung Ie
akan berlaku nekad seperti itu. Dia mengeluarkan suara tertawa
mengejek, tahu-tahu tubuhnya mencelat dan berhasil
mengelakkan serangan Wie Sung Ie.
Dia juga telah berhasil menggerakkan kaki kanannya, di mana dia
menyepak dengan keras sekali. Sedangkan waktu itu terlihat
betapa tenaga tendangan dari si pengemis membuat tubuh Wie
Sung Ie meluncur dengan cepat sekali. Dan juga telah membuat
kepala dari Wie Sung Ie menghantam dinding ruangan rumah
makan tersebut. Hantaman kepala Wie Sung Ie kepada dinding tersebut membuat
batok kepalanya menjadi hancur. Dan waktu tubuhnya rubuh, dia
tidak bisa mengeluarkan suara jeritan apa-apa lagi, karena jiwanya
seketika melayang ke neraka!
Di kala itu, si pengemis telah mendengus beberapa kali, dia telah
berkata dengan suara menggumam: "Hemmm, manusia tidak tahu
diuntung!" 1104 Di saat itu terlihat betapa wanita setengah baya yang tengah
bertempur dengan Hong Tia Liang telah berhasil berada di atas
angin, karena Hong Tia Liang, yang melihat kawannya telah
terbinasakan dengan cara seperti itu, jadi ciut nyalinya. Dia segera
terdesak hebat, sebab pikirannya waktu itu jadi kalut.
Sedangkan wanita setengah baya tersebut tidak mau membuangbuang waktu lagi. Dia telah menggerakkan ke dua tangannya
menyerang dengan beruntun. Tenaga serangan yang dilancarkan
itu sangat hebat sekali, sehingga Hong Tia Liang selalu main
mundur tidak hentinya, dan diam-diam Hong Tia Liang juga
mengeluh. Jika melihat keadaan pada saat itu, tentunya sulit buat dia
meloloskan diri. Bukankah jika memang dia berhasil menghadapi
wanita setengah baya tersebut masih ada lagi yang lainnya yaitu
orang she Tung dan juga si pengemis yang hebat luar biasa
kepandaiannya itu. Pemilik rumah makan dan juga para pelayan, telah memandang
dengan hati yang ciut sekali. Mereka sangat ketakutan, sebab
dilihatnya telah terjadi korban jiwa.
Waktu itu si pengemis yang telah berhasil membinasakan Wie
Sung Ie, memperdengarkan suara tertawanya. Sambil menggarukgaruk pahanya, dia melangkah mendekati kepada wanita setengah
baya dengan Hong Tia Liang yang tengah bertempur.
"Berhenti!" teriak si pengemis kemudian, dengan suara yang
nyaring. 1105 Wanita setengah baya itu menyadari bahwa pengemis ini berdiri di
pihaknya. Karena begitu mendengarnya perintah si pengemis agar
dia menghentikan pertempuran tersebut, segera juga dia
mendesak Hong Tia Liang, kemudian waktu orang she Hong itu
tengah melompat mundur, wanita setengah baya tersebut
melompat mundur menjauhi diri.
Sedangkan saat itu Hong Tia Liang sendiri telah berdiri dengan
muka yang pucat. "Hemm, ternyata kalian main keroyok!" memaki Hong Tia Liang
dengan gusar, karena dia sengaja memperlihatkan sikap gusar
dan menindih perasaan takutnya. Dia ingin dapat meloloskan diri
dari tangan si pengemis. "Tidak pernah aku si pengemis miskin melarat dalam pertempuran
main keroyok. Tentunya kau sendiri tadi telah melihatnya bahwa
kawanmu itu menemui kematiannya karena dia mencari penyakit
sendiri. Jika memang engkau penasaran, aku akan
mempersilahkan engkau menyerang diriku, aku akan melayani
engkau seorang diri!"
Hong Tia Liang jadi menyesal telah terlanjur dengan perkataannya.
Karena sekarang jelas dia sudah tidak bisa mundur lagi dari
keadaannya seperti itu. "Baik!" sahutnya, "Aku akan melayanimu!" Dan setelah berkata
begitu, Hong Tia Liang menoleh ke kiri dan ke kanan.
"Kenapa"!" tanya si pengemis sambil tertawa mengejek.
1106 "Aku kuatir bahwa kau tidak bisa menghargai perkataanmu sendiri,
di mana jika kita telah bertempur, kau akan main keroyok dengan
kawan-kawanmu itu!" "Hahaha!" si pengemis telah tertawa bergelak-gelak. "Aku tidak
akan sehinamu! Majulah aku berjanji tidak akan mengecewakan
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau!" Hong Tia Liang masih takut, karena memang tadi dia hanya
mencari-cari alasan buat mengulur-ngulur waktu belaka.
"Ayo maju!" desak si pengemis waktu melihat si orang she Hong
tersebut tetap ragu. Sedangkan Hong Tia Liang telah menggelengkan kepalanya,
katanya: "Tunggu dulu, ada sesuatu yang ingin kukatakan!"
"Katakanlah!" kata si pengemis,
"Hemmm, apakah dalam pertempuran yang
selenggarakan itu tidak ada batas-batasnya"!"
akan kita "Maksudmu"!"
"Apakah kita bertempur sampai salah seorang di antara kita ada
yang binasa"!" Si pengemis tertawa "Sudah tentu tidak..... aku bersedia berjanji kepadamu, di dalam
lima jurus engkau akan dapat kurubuhkan!"
1107 "Benarkah?" tanya Hong Tia Liang sengaja mengulur waktu.
"Aku tidak akan mendustaimu. Jika dalam lima jurus engkau masih
belum dapat kurubuhkan, maka anggap saja aku yang kalah dan
aku akan rela buat menggorok leherku sendiri.
Mendengar perkataan si pengemis, Hong Tia Liang jadi girang,
karena memang inilah yang dikehendakinya, sebab memang dia
ingin, memancing kemarahan si pengemis.
"Dalam lima jurus aku harus dapat berusaha mengelakkan diri dari
serangannya. Jika aku tidak bernafsu buat menyerangnya, tentu
aku dapat menghadapinya selama lima jurus. Dengan demikian
berarti, aku yang menang!"
Setelah berpikir begitu, Hong Tia Liang mengangguk-angguk.
"Baik! Apakah kita mulai?"
"Ya, kau yang mulai!" sahut si pengemis.
"Tidak! Kau saja!" kata Hong Tia Liang yang tidak bersedia
menyerang. "Hemm, jika aku yang menyerangmu, tentu dalam satu jurus kau
telah dapat kurubuhkan!"
"Aku tidak percaya!"
Si pengemis tertawa. 1108 Kemudian dengan cepat ia melangkah menghampiri Hong Tia
Liang. "Lihatlah, dalam satu jurus ini aku akan merubuhkan dirimu!" kata
si pengemis. Berbareng dengan habisnya perkataan pengemis itu. tangan
kanannya telah digerakkan menghantam kepada Hong Tia Liang.
Cara menyerang si pengemis biasa saja, karena dia telah
menyerang dengan gerakan tangan yang sederhana sekali,
bahkan dia seperti tidak mempergunakan kekuatan tenaga sama
sekali. Hong Tia Liang sendiri semula menduga bahwa serangan dari si
pengemis merupakan serangan menggertak belaka. Akan tetapi
waktu angin serangan itu menyambar datang, dia jadi kaget
sendirinya, karena dia merasakan angin serangan itu kuat sekali,
menerjang ke dadanya. Bahkan Hong Tia Liang merasakan
napasnya sesak dan pandangan matanya berkunang-kunang!
Waktu itulah Hong Tia Liang mati-matian mengempos
semangatnya. Dia telah mengerahkan seluruh tenaganya, dan
berusaha buat menghindar.
Akan tetapi terlambat......
Karena tampak tubuh Hong Tia Liang telah terpental bergulingan
di lantai. Si pengemis tertawa keras.
1109 "Apa yang kukatakan tadi tidak salah, bukan?" tanyanya. "Jika aku
yang menyerangmu tentu dalam satu jurus aku dapat merubuhkan
dirimu! Tokh aku menyerangmu hanya mempergunakan dua
bagian tenaga dalamku! Jika memang aku mempergunakan lima
bagian tenaga dalamku, jangan harap engkau masih bisa
bernapas dan hidup lebih lama lagi!"
Hong Tia Liang jadi menggidik. Dan dia mengakui jika saja
memang si pengemis membuktikan perkataannya itu dan
menyerang dia lebih kuat, jelas dia tidak bisa hidup lebih lama lagi.
Tadi saja serangan si pengemis telah membuat napasnya jadi
sesak dan matanya gelap berkunang-kunang. Akan tetapi Hong
Tia Liang tidak mau menyerah begitu saja.
"Tinggal..... tinggal empat jurus lagi!" katanya dengan suara
tergagap. "Ya, empat jurus lagi!" kata si pengemis. sambil tersenyum.
"Selama empat jurus itu engkau boleh menyerang diriku. Jika
memang aku tidak bisa merubuhkan dirimu, itulah nasibku yang
benar-benar sial, karena aku harus menggorok leherku sendiri!"
Sambil berkata begitu, si pengemis telah tertawa bergelak-gelak.
Hong Tia Liang saat itu telah berhasil berdiri, mukanya pucat.
Tubuhnya juga agak sempoyongan.
Sejenak lamanya dia berdiri, berusaha mengatur jalan
pernapasannya, buat mengempos dan mengumpulkan tenaga
dalamnya! Dan setelah dia merasakan bahwa tenaga dalamnya
1110 kumpul, Hong Tia Liang membentak bengis. Tubuhnya menerjang
kepada si pengemis dengan terjangan nekad dan pukulan yang
mengandung maut, karena dia bermaksud menghantam binasa si
pengemis.....! Hong Tia Liang rupanya menyerang dengan sekuat tenaganya. Dia
percaya, jika memang serangannya ini berhasil mengenai
sasarannya, niscaya si pengemis akan terhajar binasa. Akan tetapi
pengemis itu memang benar-benar sangat tangguh sekali, selain
lweekangnya yang telah mahir, ginkangnya sangat sempurna
sekali. Waktu melihat Hong Tia Liang telah menyerangnya, dia berdiam
diri dulu sejenak. Baru kemudian di waktu serangan Hong Tia Liang
akan tiba, dia telah mencelat dengan gesit sekali. Dalam waktu
yang singkat dia telah lenyap dari hadapan Hong Tia Liang, karena
pengemis itu telah berada di belakang orang she Hong tersebut.
Belum lagi Hong Tia Liang sempat memutar tubuhnya, waktu itulah
tangan kanan si pengemis telah menepuk pundaknya, dengan
tepukan yang tampaknya sangat perlahan sekali. akan tetapi
hasilnya memang sangat luar biasa, karena tubuh Hong Tia Liang
seketika terjungkal terjerunuk ke depan, di mana mukanya telah
mencium tanah! Hong Tia Liang terbang semangatnya, dia kaget tidak terkira.
Dalam keadaan seperti itu Hong Tia Liang sudah tidak bisa
menguasai keseimbangan tubuhnya. Dia telah terjungkal dengan
membarengi bergulingan belaka. Hanya itu satu-satunya jalan buat
1111 menghindarkan agar tidak menerima luka di dalam yang terlalu
hebat. Pengemis itu sendiri telah tertawa dingin, katanya dengan
mengejek: "Nah, kau berdirilah, marilah kita teruskan lagi! Tinggal
tiga jurus lagi!" Sedangkan Hong Tia Liang telah merangkak bangun, dari
hidungnya yang telah bocor mengalir keluar darah yang merah
membasahi bibir dan pipinya. Waktu itu dia berdiri dengan hati
yang bimbang dan ngeri. Sebab dia telah menyadari bahwa dirinya
memang bukan menjadi tandingan dari pengemis tersebut. Kalau
tokh pertempuran ini diteruskan, niscaya dirinya yang akan
terbinasa seperti juga Wie Sung Ie, kawannya itu.
Akan tetapi si pengemis telah tertawa dingin berulang kali dan
menantangnya agar dia menyerang lagi. Akhirnya dengan nekad,
Hong Tia Liang menyerang lagi. Kali ini dia berlaku nekad dan
kalap karena dia telah berpikir, jika tokh dia harus terbinasa di
tangan si pengemis, maka sedikitnya dia harus dapat
membinasakan pengemis itu juga, agar mereka mati bersamasama.
Setelah menerjang dengan kuat, sepasang tangan dan kakinya
digerakkan dengan serentak. Dia telah menyerang dengan
membabi buta dan juga mempergunakan seluruh kekuatan tenaga
yang masih bersisa di dirinya.
Orang she Tung, wanita setengah baya, gadis kecil dan ke dua
pemuda itu, berdiri kagum memandang si pengemis yang
1112 mempermainkan Hong Tia Liang. Mareka sangat kagum atas
kepandaian pengemis itu. Sedangkan si pengemis sendiri yang menghadapi kenekadan
Hong Tia Liang, tidak merobah cara bertempurnya, karena dia
tetap saja tertawa-tawa dan berulang kali menggerak tangannya
buat menangkis serangan lawannya. Dan jika memang Hong Tia
Liang menyerang dengan desakan nekad, dia telah mencelat ke
samping, sambil terus menghitung: "Tinggal dua jurus lagi.....,
tinggal satu jurus lagi!"
Hong Tia Liang semakin kalap saja waktu melihat telah empat jurus
dia masih belum bisa merubuhkan pengemis itu. Sedangkan untuk
mendesak saja dia sudah tidak bisa, apa lagi mengharapkan bisa
merubuhkan pengemis itu. Karenanya pada jurus yang terakhir itu, Hong Tia Liang sudah tidak
memikiri keselamatan dirinya. Sambil disertai bentakan yang
bengis tubuhnya mencelat cepat sekali, dia telah menyerang
sekuat tenaga dengan ke dua telapak tangan yang dibuka.
Si pengemis sendiri tidak menyingkir, dia menantikan sampai
tibanya serangan Hong Tia Liang. Setelah dekat, dia menyambuti
dengan ke dua telapak tangannya.
"Bukkkk!" Luar biasa sekali tenaga tangkisan dari pengemis itu,
sehingga tubuh Hong Tia Liang terpental sejauh empat tombak
lebih, kemudian terbanting di lantai dengan napas yang telah
putus! Dia telah menemui ajalnya!
1113 Si pengemis berdiam diri sejenak, dia menghela napas dalam.
Rupanya pengemis ini mengatur jalan pernapasannya buat
memulihkan semangat dan tenaganya.
Hong Tia Liang tadi waktu menyerang kiranya telah
mempergunakan seluruh sisa tenaganya, sehingga tenaga
serangannya itu hebat bukan main. Walaupun si pengemis
memang memiliki kepandaian yang tinggi, tokh kenyataannya
serangan dari Hong Tia Liang menyebabkan goncangan yang tidak
kecil pada kuda-kuda ke dua kakinya, di mana tenaga murninya
telah tergoncang juga. Itulah sebabnya si pengemis telah cepat-cepat mengatur jalan
pernapasannya, karena dia bermaksud untuk dapat memulihkan
tenaga dan semangatnya, agar tidak terluka di dalam akibat
serangan nekad Hong Tia Liang tadi.
Orang she Tung itu cepat-cepat menghampiri si pengemis guna
menyatakan terima kasihnya.
Sambil merangkapkan ke dua tangannya dia menjura kepada
pengemis itu, katanya: "Terima kasih atas pertolongan yang
diberikan in-kong!" Si pengemis tertawa, dia telah menyingkir tidak mau menerima
pemberian hormat yang dilakukan orang she Tung tersebut. Dia
hanya bilang: "Jangan banyak peradatan..... jangan banyak
paradatan...... sudahlah..... sudahlah..... itu suatu yang tidak berarti
sama sekali, dia memang seorang manusia busuk yang patut
memperoleh ganjaran!"
1114 Sedangkan kawan orang she Tung, yaitu wanita setengah baya,
gadis cilik dan ke dua pemuda itu, juga telah datang menghampiri
dan menjura menghaturkan terima kasih kepada pengemis itu.
Si pengemis pun sama seperti tadi telah menghindar tidak mau
menerima pemberian hormat tersebut, bahkan dia telah bilang
juga: "Jika kalian selalu mempergunakan cara-cara peradatan,
maafkan, aku si pengemis melarat tak bisa menemani terlalu
lama!" Karena si pengemis berkata begitu, ke lima orang tersebut jadi
tidak memberikan hormat lebih lanjut, cuma saja orang she Tung
itu telah berkata: "Sesungguhnya, memang kami sangat berterima
kasih sekali. Jika memang in-kong tidak mau menerima
pernyataan terima kasih kami, itulah yang tidak bisa kami katakan.
Akan tetapi tetap saja di dalam hati kami sangat berterima kasih
sekali!" Sedangkan si pengemis telah tertawa, katanya: "Mengenai ucapan
terima kasih, dapat dipergunakan dalam kesempatan lainnya,
tetapi memang apa yang telah kulakukan ini demi kepentingan
Kay-pang juga, perkumpulanku. Karena ke dua orang ini
sesungguhnya merupakan dua orang musuh Kay-pang yang
membahayakan dan memang harus dimusnahkan. Karena dari itu,
mau atau tidak, memang aku si pengemis melarat harus dapat
turun tangan membinasakannya, guna melenyapkan bibit bahaya
buat kaum kami! 1115 "Mereka adalah dua orang perwira kerajaan yang tengah
menyamar dan bermaksud ingin mengacaukan rapat besar Kaypang yang tidak lama lagi akan diselenggarakan!"
Mendengar perkataan si pengemis, orang she Tung tersebut telah
memperlihatkan sikap yang terkejut, malah dia mengeluarkan
seruan tertahan. "Apa maksudnya ke dua orang itu berurusan dengan kami yang
bukan anggota Kay-pang" Bukankah mereka memiliki tugas
menyamar guna mengacaukan rapat besar Kay-pang" Jika
memang mereka berdua tidak mencari urusan dengan kami, tokh
penyamaran mereka itu, dapat berlaku dengan baik dan tidak akan
diketahui"!" Dengan bertanya seperti itu tampaknya memang orang the Tung
tersebut diliputi perasaan heran.
Si pengemis tertawa, kaatanya untuk menjelaskan. "Kalian jangan
heran justru mereka merupakan dua orang perwira yang memiliki
adat aseran. Walaupun mereka memiliki tugas yang cukup berat
dari atasannya guna menyamar dan menyelusup ke dalam rapat
besar Kay-pang tokh kenyataannya mereka tidak bisa menahan
diri, sehingga membuat mereka harus menemui kegagalan dalam
melakukan tugas mereka dan malah telah menemui kematian di
tanganku si pengemis melarat!"
"Dengan demikian, kami telah menyusahkan in-kong!" kata orang
she Tung itu. 1116 "Uh tidak, mengapa harus menyusahkan diriku" Bukankah semua
ini kulakukan atas kehendakku sendiri!" kata si pengemis cepat
sekali. "Ya, justru karena kami, maka in-kong telah membunuh ke dua
orang itu, menyebabkan dendam dari pihak kerajaan terhadap
Kay-pang semakin besar juga!"
"Tidak, kalian jangan berpikir seperti itu!" kata si pengemis cepat.
"Janganlah kalian menduga yang tidak-tidak!"
Setelah berkata begitu si pengemis menghela napas dalam-dalam,
tampaknya dia tengah berpikir keras sekali, sampai akhirnya dia
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkata lagi. "Memang Kay-pang kamipun telah mengetahui perihal maksud
pihak kerajaan yang ingin menghancurkan kami, karena
bermaksud menanamkan kekuasaan yang besar di daratan Tionggoan, sehingga tidak ada sesuatu kekuatan pun yang bisa
menggoyahkan kedudukannya di tahta kerajaan! Jika memang
mau dipikirkan masak-masak maka tampaknya memang sulit
sekali buat dihadapi secara berterang.
"Karena sekali saja kami melakukan suatu kesalahan yang kecil,
maka kesalahan kecil tersebut segera di pegangnya oleh pihak
kerajaan sebagai bahan untuk dapat menghancurkan kami dengan
kekuatannya! Hemm, akan tetapi kami dari Kay-pang tidak merasa
gentar!" Waktu berkata begitu, tampaknya si pengemis memancarkan
perasaan gusar dari wajahnya. Sama sekali dia tak
1117 memperlihatkan perasaan gentar. Walaupun dia tengah berurusan
dengan pihak kerajaan, di mana memang diapun telah membunuh
ke dua orang dari kerajaan berarti pihak kerajaan akan melakukan
pengejaran yang sangat ketat padanya.
Orang she Tung itu, bersama dengan wanita setengah baya, si
gadis cilik dan ke dua pemuda itu, juga merasa kagum sekali.
Di saat orang she Tung itu, yang telah mem perkenalkan dirinya
bernama Tung Lo Sang, ingin berkata-kata lagi di saat itulah
terdengar suara langkah kaki yang sangat berat dan ramai.
Di ambang pintu rumah makan tersebut telah muncul lima orang
tentara berpakaian lengkap, yang sebagian terbuat dan besi. Di
pinggang mereka tampak tergantung masing-masing sebatang
golok. Dan dua orang di antara mereka telah mencabut goloknya
dari sarungnya, dan telah mencekalnya kuat-kuat, sinar dari golok
yang berkilauan itu tampak mengerikan.
"Siapa yang telah berani membunuh Hong Ciangkun" Siapa yang
telah berani membinasakan Hong Ciangkun?" teriak mereka
dengan suara yang berisik sekali.
Akan tetapi si pengemis tersenyum mengejek, dengan tenang dia
menyahuti: "Aku yang telah membunuhnya!"
Waktu itu tampak jelas sekali, ke lima orang ini yang rupanya telah
menerima laporan dari seseorang mengenai pembunuhan tersebut
dan datang tergesa-gesa, sudah tidak mau banyak bicara lagi.
Mereka telah melompat dan cepat sekali telah menggerakkan
golok masing-masing menyerang kepada si pengemis.
1118 Gerakan mereka tampaknya tidak bisa diremehkan, karena ilmu
golok mereka tidak ringamn. Tampaknya mereka berlima bukanlah
tentara kerajaan biasa, sedikitnya mereka merupakan orang-orang
yang memiliki kepandaian cukup tinggi hanya saja menyamar
sebagai tentara negeri. Sedangkan si pengemis telah berkata dingin, "Kalian menyingkir
ke samping dulu, biarlah aku yang melayani mereka!" Kata-kata itu
ditujukan kepada Tung Lo Sang dan ke empat orang kawannya.
Tung Lo Sang dan ke empat orang kawannya tidak berani
membantah, mereka segera menyingkir ke samping ruangan.
Mereka juga yakin bahwa pengemis ini memang memiliki
kepandaian yang tinggi sekali, sehingga tidak perlu dikuatirkan
untuk melayani ke lima orang tentara negeri tersebut.
Di waktu itu tampak ke lima orang tentara negeri tersebut telah
menggerakkan golok mereka masing-masing menyerang dengan
hebat. Semula yang dua orang dulu menyerang dengan golok
mereka, karena justru memang merekalah yang semula telah
mencabut golok. Menyusul kemudian ke tiga orang tentara negeri lainnya yang telah
mempergunakan golok mereka ikut menyerang. Mereka telah
menyerang dari segala jurusan dengan cara mengeroyok. Sinar
golok telah berkilauan menyambar ke arah si pengemis.
Akan tetapi si pengemis tetap berdiri tenang-tenang di tempatnya,
sama sekali ia tidak jeri dan tidak bergeming dari tempatnya berdiri.
Hanya saja matanya yang telah dipentang lebar-lebar dan telah
mengawasi menyambarnya golok dari ke lima orang lawannya.
1119 Waktu melihat senjata dan ke lima orang lawannya menyambar
dekat, seketika itu juga si pengemis mulai bergerak. Dia dapat
bergerak gesit sekali, karena dengan menggoyangkan tubuh
bagian atas, dia dapat menghindarkan diri dari sambaran ke dua
golok lawannya, sedangkan ke tiga golok dari lawan-lawannya
yang lain dihadapi dengan cara menyentil, menyampok dan juga
mengibas dengan lengan bajunya.
Dengan mudah dan dalam waktu sekejap mata saja, dia berhasil
memunahkan serangan dari lawan-lawannya itu.
Rupanya ke lima orang tentara negeri itu jadi terkejut melihat
pengemis ini dapat dalam satu gerakan saja telah memunahkan
serangan mereka bertiga. Di antara seruan yang sangat nyaring
dan bengis sekali, tampak mereka berlima telah mengulangi
serangannya. Akan tetapi sekarang ke lima tentara negeri itu
berlaku hati-hati. Dalam menyerang mereka pun memperhitungkan
tenaga dan sasaran yang mereka intai dengan cermat.
Akan tetapi pengemis tersebut benar-benar sangat tangguh,
karena dia memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali,
sehingga setiap serangan yang dilancarkan oleh lawannya, dapat
dihadapi dengan baik. Malah ketika salah seorang tentara negeri itu melompat dan
menyerang dengan bacokan yang mematikan ke batang lehernya,
si pengemis kali ini tidak menyingkir, dia tidak berusaha mengibas
dengan lengan bajunya. Cuma saja, waktu golok menyambar
detang, dia telah mempergunakan ke dua jari tangannya, di mana
dia telah menjepit golok itu.
1120 Hebat jepitan yang dilakukan oleh si pengemis. Karena golok
tersebut tidak dapat bergerak lebih jauh, dan telah mandek di
tengah udara. Cepat luar biasa si pengemis telah menggerakkan
tangan kanannya, dia juga menotok ke arah biji mata lawannya.
Tentu saja hal ini membuat lawannya jadi kaget tidak terkira dan
cepat-cepat telah melompat mundur, karena mau tidak mau dia
harus melindungi ke dua biji matanya, di mana dia harus
melepaskan goloknya dan melompat ke belakang. Terlambat
sedikit saja, niscaya biji matanya akan menjadi korban yang tidak
akan dapat dielakkan lagi, dan berarti dia akan buta seumur
hidupnya. Sedangkan si pengemis sendiri setelah memperoleh golok
rampasannya, dia melompat dan menggerakkan goloknya itu
berulang kali, membacok ke sana ke mari. Tampak golok-golok
lawannya setiap kali terbentur oleh golok si pengemis, telah
terpental dan hampir terlepas dari cekalan masing-masing.
Sedangkan si pengemis setelah bertempur belasan jurus lagi,
merasa bahwa waktunya telah tiba. Dia mengeluarkan suara
bentakan nyaring dan di saat itu goloknya telah menyambarnyambar seperti juga menyambarnya petir. Dengan cepat pula
telah berhasil menyampok dua golok dari ke dua orang lawannya,
yang seketika terpental terlepas dari tangannya, karena golok itu
telah menancap di langkan ruangan rumah makan tersebut.
Ke dua orang tentara negeri itu melompat mundur dengan wajah
yang pucat dan merasakan telapak tangan mereka sangat nyeri
sekali. 1121 Dalam keadaan seperti ini, si pengemis telah mengeluarkan suara
seruan sangat nyaring, tubuhnya berkelebat dan goloknya telah
bekerja kembali, di mana dia telah membacok ke dua orang
lawannya yang lainnya! Ke dua lawannya itu telah berusaha menangkis, akan tetapi salah
seorang di antara mereka rupanya menangkis dengan tergesagesa, sehingga tenaga menangkisnya itu tidak sepenuhnya,
membuat goloknya jadi terdorong dengan kuat, terpental dan
belakang golok itu telah menghantam mukanya.
Untung saja dia masih dapat mempertahankan meluncurnya golok
tersebut. Dengan demikian telah membuat golok itu tidak sampai
membelah kepalanya namun mukanya telah berlumuran darah
segar. Dengan mengeluarkan suara bentakan bengis, dia telah
membacok buat mengadu jiwa. Golok lawannya, dengan muka
yang berlumuran darah segar itu telah menderu-deru menyambar
sekuat tenaga, karena dia bermaksud untuk binasa bersama-sama
dengan si pengemis. Dalam keadaan seperti ini, seketika juga si pengemis
mempergunakan jurus yang mementingkan penyerangan di bagian
bawah. Dia menekuk ke dua kakinya dan telah menggerakkan
goloknya dengan cara menyilang, dia menyerang ke dua kaki
lawannya. Serangan tentara itu jatuh di tempat kosong karena si pengemis
tahu-tahu telah berjongkok.
1122 Belum lenyap kagetnya, justru ke dua kakinya telah disambar golok
si pengemis. Karena dalam keadaan terdesak seperti itu sudah
tidak ada lain jalan, dia melompat ke atas.
Lompatan yang dilakukannya sangat tergesa-gesa sekali, dan
lebih cepat lagi gerakan golok dari si pengemis yang menyambar
ke arah atas, ke arah selangkangannya.
Seketika tubuh di bagian bawah dari tentara negeri tersebut telah
terbelah dua, darah mengucur deras sekali, dengan diiringi oleh
suara jeritan kematian. Tubuhnya roboh menggeletak tidak
bernapas lagi. Si pengemis telah bersilat terus dengan goloknya yang berlumuran
darah. Dia menyerang ke sana ke mari dengan gerakan yang
sangat cepat. Akan tetapi ke empat orang lawannya, yang kini telah ciut nyalinya
dan juga telah lenyap keberanian mereka karena menyaksikan
pemandangan yang ngiris atas kematian kawan mereka yang
seorang itu, membuat mereka menyerang dengan hanya main
berputaran tidak hentinya.
Setiap serangan mereka tidak memiliki arti dan juga selalu main
kucing-kucingan belaka, jika memang si pengemis menyerang
salah seorang. Setelah membinasakan salah seorang lawannya, si pengemis juga
terpikir bahwa dia tidak dapat mengampuni ke empat orang
lawannya itu, karena salah seorang di antara mereka ada yang
1123 lolos dari tangannya tentu mereka akan datang membawa kawan
lagi yang jumlahnya lebih banyak.
Setelah berpikir begitu, si pengemis menggerakkan goloknya lebih
cepat pula dengan jurus yang sulit diterka ke arah mana
sasarannya. Tak lama kemudian, setelah lewat tiga jurus, terlihat si pengemis
berhasil membacok pundak salah seorang lawannya, yang
seketika menjerit nyaring dan terhuyung mundur dengan tubuh
yang bergoyang-goyang. Muka orang tersebut pucat pias, dan
tubuhnya menggigil, goloknya terlepas. Ternyata bacokan dari si
pengemis hampir saja membuat pundak orang itu putus.
Sedangkan ke tiga orang tentara negeri yang lainnya ketika
menyaksikan kawan mereka telah rubuh lagi, segera berseru
nyaring, mereka telah melompat mundur untuk menjauhi diri.
Rupanya mereka bertiga yakin bahwa diri mereka bukan tandingan
dari si pengemis. Jika memang mereka memaksakan diri juga buat
bertempur terus, niscaya hanya akan menyebabkan mereka akan
menemui kematian di tangan si pengemis. Karena dari itu mereka
bermaksud hendak melarikan diri.
Akan tetapi si pengemis tidak mau membiarkan mereka melarikan
diri, secepat kilat golok si pengemis telah bergerak, dia telah
menyerang dahsyat sekali. Dalam penyerangannya itu dia
melakukan tiga gerakan mengincar ke tiga orang lawannya sekali
gus. 1124 Si pengemis memang telah menyerang dengan gerakan yang sulit
sekali dielakkan lawannya. Karena disamping kekuatan tenaga
dalamnya yang hebat, juga setiap serangan itu memiliki gerakan
yang aneh, menyebabkan ke tiga orang lawannya bermaksud
hendak menangkis, namun ternyata tidak dapat. Karena memang
gerakan si pengemis begitu aneh, dan tahu-tahu bahu mereka
bertiga telah kena dibacok.
Seketika ke tiga orang itu mengeluarkan suara teriakan kesakitan.
Dengan tubuh terhuyung mereka mundur beberapa langkah dan
berusaha mempertahankan diri dengan gerakan yang sangat
lemah sekali, darah telah mengucur keluar dari tubuh mereka.
"Pengemis busuk, kami akan membalas kebaikan hatimu ini!" kata
mereka hampir berbareng dengan suara mengancam dan
mengandung dendam. Akan tetapi si pengemis malah tertawa dingin. Dia telah
membentak: "Kalian bermaksud hendak melarikan diri" Hemm,
jangan harap. Tidak nantinya aku akan melepaskanmu....!"
Setelah berkata dia telah membentak nyaring sekali, suara
bentakannya itu bagaikan guntur. Dia telah melompat sambil
menggerakkan goloknya, di mana dia menyerang dengan bacokan
yang lurus ke arah salah seorang tentara negeri yang berada di
sebelah kanan. "Ceppp!" kuat sekali golok si pengemis telah membacok kepala
dari lawannya yang seorang itu, sehingga batok kepala lawannya
terbelah menjadi dua. Dengan demikian, tampak jelas bahwa si
1125 pengemis telah bertekad hendak menghabisi ke lima orang
lawannya ini, tanpa membiarkan seorangpun dari lawannya
meloloskan diri. Lawannya yang terbacok batok kepalanya sampai terbelah itu tidak
sempat mengeluarkan suara jeritan, karena tubuhnya seketika
terjungkal dan rubuh binasa di saat itu juga.
Sisanya yang dua orang ketakutan bukan main, muka mereka
pucat sekali. Tanpa mengucapkan sepatah katapun juga, mereka
tebah membuang golok masing-masing dan telah memutar tubuh
mereka, melarikan diri. Gerakan mereka sangat cepat, akan tetapi lebih cepat lagi gerakan
yang dilakukan si pengemis karena dengan disertai suara
bentakan bengisnya, dia menyerang hebat sekali. Serangan
goloknya itu telah menabas melintang, maka robeklah punggung
dari salah seorang tentara negeri itu, yang seketika rubuh tidak
dapat bergerak lagi. Sedangkan tentara negeri yang seorang itu, yang tinggal sendirian,
jadi ketakutan bukan main. Dia melarikan diri sekuat tenaganya,
berusaha menerobos keluar dari ruangan rumah makan itu.
Akan tetapi si pengemis telah melompat kembali dengan goloknya
yang menyambar ke punggung tentara negeri yang seorang itu.
Tubuh si pengemis meluncur bagaikan seekor burung rajawali.
Dan dia telah bertekad, lawannya yang seorang inipun harus
dibinasakannya. 1126 Dalam keadaan seperti itu tentara negeri yang seorang ini, rupanya
menyadari bahwa dirinya sulit meloloskan diri dari tangan si
pengemis. Dia telah membalikkan tubuhnya dan menggerakkan
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
goloknya, dia telah menangkis sekuat tenaga.
"Tunggu!" golok si pengemis telah tertangkis.
Waktu goloknya kena ditangkis dan tubuhnya tengah meluncur
turun, si pengemis tidak tinggal diam, karena cepat sekali dia telah
membacok pula. Sedangkan tentera negeri yang seorang itu pun, begitu dapat
menangkis serangan si pengemis, segera juga dia menyerang
dengan membabi buta. Goloknya digerakkan ke sana ke mari, dan
membacok tidak hentinya. Berulang kali golok mereka saling bentur. Dalam keadaan terdesak
dan nekad seperti itu di saat ketakutan, si tentara negeri tersebut
segera memperoleh kelebihan tenaga, yang entah datang dari
mana. Karena setiap bacokannya maupun tangkisan yang
dipergunakan dengan golok yang disertai tenaga sepenuhnya,
dapat menghadapi serangan si pengemis.
Akan tetapi si pengemis sendiri tidak tinggal diam. Melihat
lawannya nekad, diapun telah memperhebat serangannya. Hanya
saja si pengemis setiap kali menyerang selalu disertai dengan
perhitungan yang matang. Waktu itulah terlihat si pengemis rupanya memperoleh
kesempatan yang baik, di saat mana tentara negeri yang seorang
itu telah menyerang tempat kosong dan tubuhnya terjerunuk, si
1127 pengemis membarengi dengan menekuk kaki kirinya. Waktu
tubuhnya tengah doyong, cepat sekali dia telah membacok dengan
sikap menyerampang ke arah pinggang si tentara negeri.
Tentara negeri itu telah kehilangan keseimbangan tubuhnya,
karena dia sudah tidak memiliki kekuatan sama sekali. Dan di
waktu melihat si pengemis menyerang seperti itu, dia
mengeluarkan suara seruan nyaring sambil menangkis. Akan
tetapi gerakannya terlambat.
Waktu itu golok si pengemis telah mengenai pinggangnya dan
darah mengucur keluar, golok yang dipergunakan tentara negeri
itu baru tiba. Dan benturan ke dua batang golok itu sangat perlahan
sekali, sebab tenaga tangkisan dari tentara negeri itu lenyap di
tengah jalan. Dengan sepasang mata melotot besar sekali dan mulut setengah
terbuka, serta wajah yang memucat, tampak tubuh si tentara negeri
itu terhuyung-huyung ke belakang dengan lemah, sampai akhirnya
terjungkal rubuh tak bernapas lagi.
Sedangkan si pengemis masih dalam sikap berjongkok dan
setelah melihat lawannya roboh tidak bergerak lagi, perlahan-lahan
si pengemis memperbaiki kedudukan ke dua kakinya. Dia telah
menghela napas dalam-dalam, dan kemudian melemparkan golok
di tangannya yang berlumuran darah. Dia juga telah bergumam
perlahan: "Hem, dengan keadaan seperti ini, berarti Kay-pang akan
menghadapi kesulitan tidak kecil. Di sini telah berkumpul banyak
sekali orang-orang kerajaan. Mereka cepat sekali akan mendengar
1128 peristiwa ini! Pengemis-pengemis yang bertingkat masih rendah
dan berkepandaian tidak tinggi harus dilarang keluar, karena
kemungkinan orang-orang kerajaan itu akan membalas dendam
dengan membinasakan pengemis-pengemis itu!"
Dan setelah menggumam seperti itu, si pengemis menghela napas
lagi. Apa yang dipikirkannya itu memang demi kepentingan Kaypang. Yang dikuatirkan si pengemis justru keselamatan dari
pengemis-pengemis yang memiliki kepandaian lemah. Dan orangorang kerajaan itu melakukan balas dendam dengan asal bunuh
terhadap setiap pengemis yang mereka jumpai.
Karena dari itu, si pengemis telah terpikir keras sekali. Dia
bermaksud untuk segera melaporkan apa yang telah terjadi
kepada pemimpinnya. Sedangkan waktu itu, tampak betapa Tung Lo Sang dan wanita
setengah baya bersama si gadis cilik dan ke dua pemuda itu
menghampiri si pengemis. "Hebat sekali kepandaian in-kong. Ke lima tentara negeri itu
sebenarnya memiliki kepandaian yang tinggi. Akan tetapi in-kong
dapat menghadapinya dengan baik sekali, di mana in-kong telah
berhasil membinasakan mereka dengan segera.....!" memuji Tung
Lo Sang. Sedangkan si pengemis hanya mengulapkan tangannya.
"Soal ini bukan menjadi persoalan di mana kepandaian yang harus
dibicarakan, karena seperti kalian lihat, urusan ini menyangkut
keselamatan Kay-pang. Dilihat perkembangan yang ada
1129 memperlihatkan bahwa orang-orang kerajaan memang telah
berkumpul di tempat ini buat mengacaukan rapat besar Kay-pang.
Dan juga, tentunya memang pihak kerajaan telah mengerahkan
sejumlah besar kekuatannya buat menumpas Kay-pang.....!
Hemm..... hemm!" Berulang kali si pengemis mendengus seperti itu. Dia juga
mengerutkan alisnya dalam-dalam, memperlihatkan bahwa dia
tengah berpikir keras sekali.
Sedangkan Tung Lo Sang menghela napas.
"Jika memang In-kong tidak menertawai kami, maka kami bersedia
buat membantu Kay-pang sekuat tenaga kami!" kata Tung Lo Sang
menawarkan jasa baiknya. Akan tetapi si pengemis telah menggeleng, dia berkata dengan
suara yang mulai agak sabar: "Terima kasih! Tentu saja kami tidak
mau mempersulit orang lain! Urusan ini menyangkut dengan Kaypang. Tentu saja Kay-pang akan dapat menyelesaikan urusan ini
sebaik mungkin! "Bukan berarti bahwa kami tidak menghargai tawaran dari kalian
yang bermaksud baik membantu kami. Akan tetapi memang
kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa jika kalian ikut serta
dalam urusan ini, akan menimbulkan penafsiran lain lagi, di mana
kalian merupakan orang luar dari golongan kami kaum pengemis.
"Dan jika pihak kerajaan menuduh bahwa kami justru mengundang
orang luar buat membantu pihak kami, maka malapetaka yang
1130 hebat akan mengancam dunia persilatan, di mana pihak kerajaan
bisa saja memiliki alasan buat memusuhi orang rimba persilatan!"
Tung Lo Sang dan ke empat orang kawannya berdiam diri saja,
mereka sama sekali tidak memberikan komentar apa-apa.
Sedangkan si pengemis telah memanggil beberapa orang pelayan,
dan dia telah perintahkan pelayan-pelayan itu buat membereskan
meja dan kursi yang tadi berantakan karena pertempuran, dan juga
membawa mayat-mayat dari tentara negeri itu, serta
membersihkan lantai. "Semua kerugian yang diderita kalian, akan kuganti!" kata si
pengemis sambil merogoh sakunya. Dia telah mengeluarkan
beberapa puluh tail perak, dan memberikan kepada si pelayan.
Pelayan itu menerima sambil mengucapkan terima kasih berulang
kali. Setelah berdiam sejenak di rumah makan tersebut, si pengemis
menyatakan dia harus berlalu untuk pergi melaporkan peristiwa
tersebut kepada pimpinan-pimpinan Kay-pang.
Tung Lo Sang dan kawan-kawannya tidak bisa menahan juga,
karena mereka menyadari bahwa Kay-pang memang tengah
menghadapi urusan besar. Jika memang pihak kerajaan telah
menaruh perhatian pada Kay-pang dan bermaksud ingin
menumpasnya, besar kemungkinan Kay-pang akan mengalami
badai dan gelombang yang tidak kecil.
1131 Sedangkan Tung Lo Sang bersama wanita setengah baya dan si
gadis cilik serta ke dua pemuda telah meneruskan makan mereka,
baru kemudian meninggalkan rumah makan tersebut.
"Y" Jika hari-hari sebelumnya di kota tersebut banyak berkeliaran
pengemis-pengemis yang memenuhi berbagai jalan, justru setelah
peristiwa berdarah di rumah makan tersebut, keadaan di kota itu
sangat sepi sekali. Karena boleh dibilang jarang sekali ada pengemis yang
berkeliaran, dan juga, hanya sekali-kali saja tampak pengemis di
jalan kota tersebut. Akan tetapi itupun bukan pengemis
sembarangan, karena dia tentunya seorang yang memiliki
kepandaian tinggi, sedikitnya memiliki empat atau lima karung di
punggungnya. Dengan begitu pula, segera terlihat betapa pun juga memang
pengemis tua yang telah membinasakan beberapa orang tentara
kerajaan dan Hong Tia Liang berdua kawannya, telah melaporkan
kepada pimpinannya perihal yang menyangkut dalam ancaman
yang bisa saja terjadi. Karena dari itu, walaupun memang pihak
Kay-pang jeri pada pihak kerajaan negeri, tokh tetap saja untuk
mencegah jatuhnya korban pada pihak Kay-pang, mereka telah
dilarang berkeliaran di kota tersebut. Ini untuk mencegah
bentrokan. Selama itu pula, pihak Kay-pang telah perintahkan berapa orang
pengemis yang memiliki kepandaian tinggi untuk pergi melakukan
penyelidikannya, karena walaupun bagaimana tetap saja mereka
1132 berwaspada, di mana mereka bersiap-siap kalau saja pihak
kerajaan bertindak. Sedangkan tokoh-tokoh pengemis yang berdatangan ke kota
tersebut semakin banyak juga, dan mereka telah berdiam di
beberapa tempat. Tokoh-tokoh rimba persilatan yang memiliki
hubungan erat dengan Kay-pang pun telah banyak berkumpul.
Rapat besar Kay-pang hanya tinggal beberapa hari lagi. Dan di
kota tersebut telah diliputi oleh hawa yang tegang karena
bentrokan besar di antara Kay-pang dengan pihak kerajaan sulit
dielakkan lagi. Jika pihak Kay-pang dibantu oleh tokoh-tokoh sakti
rimba persilatan justru pihak kerajaan telah mengerahkan para
pahlawannya yaag semuanya memiliki kepandaian tinggi.
Dengan begitu pula, keadaan yang tegang ini menguasai semua
penduduk kota tersebut. Jika memang tidak perlu membeli sesuatu
atau mengurus suatu persoalan penting, tentunya penduduk kota
tersebut tidak berani keluar rumah. Mereka seperti juga menyadari
akan bahaya yang bisa saja mencelakai mereka.
Karena dari itu, banyak juga penduduk kota yang berusaha
mencegah anak-anak atau kerabat mereka berada di luar rumah.
Selain keadaan yang sepi dari para penduduk kota itu, juga hanya
tampak orang-orang asing dengan cara berpakaian mereka
masing-masing. Orang-orang asing yang banyak memenuhi rumah makan dan
penginapan. Semuanya terdiri dari beberapa golongan, akan tetapi
dari sikap mereka terlihat jelas bahwa mereka memiliki sikap yang
1133 keras dan agak bengis. Karena besar kemungkinan orang-orang
asing yang berpakaian sebagai pelajar, pedagang maupun
sebagai petani, semuanya adalah para pahlawan kerajaan yang
tengah menyamar. Karena dari itu, ketegangan yang berlangsung di kota itu sangat
terasa sekali oleh penduduk.
Pada malam itu, sehari lagi akan tiba rapat besar Kay-pang,
tampak di atas genteng penduduk, beberapa sosok tubuh yang
berkelebatan sangat gesit sekali. Di saat itu sudah mendekati
kentongan ke dua. Dan gerakan dari sosok-sosok tubuh tersebut sangat lincah sekali,
mereka telah melompat dari genting rumah yang satu ke genting
rumah yang lainnya, di mana membuktikan bahwa ginkang mereka
tinggi sekali. Setelah berlari-lari sekian lama di atas genting penduduk, sosok
tubuh yang bergerak bagaikan bayangan tersebut, berhenti di atas
genting salah sebuah rumah penduduk, yang merupakan rumah
yang cukup besar. Mereka di bawah cahaya rembulan tampak seperti orang-orang
yang memiliki bentuk tubuh sangat tinggi serta tegap. Sikap
mereka gagah sekali. Mereka semuanya mengenakan pakaian yaheng-ie, yaitu pakaian untuk jalan malam.
Waktu itu, salah seorang di antara mereka yang memelihara kumis
tipis dan wajahnya berbentuk segi empat, dengan hidung yang
terlalu mancung seperti patuk burung, telah berkata kepada
1134 kawan-kawannya dengan suara yang datar: "Tampaknya tidak ada
pengemis busuk yang berani memperlihatkan diri!"
Kawan-kawannya mengangguk.
"Ya, mereka semua menyembunyikan diri!" menyahuti salah
seorang di antara kawan-kawannya itu, yang mukanya berbentuk
segi tiga tirus, suaranya nyaring sekali.
"Hemmm, walaupun sekarang mereka-mereka menyembunyikan
diri, akan tetapi besok malam tokh tiba waktunya, di mana mereka
akan mengadakan rapat besar, dengan begitu mereka pasti
berkumpul dan kita bisa menumpas mereka!" menyahuti orang
yang berkata-kata tadi. "Ya..... jika demikian kita tunggu saja sampai mereka berkumpul,
barulah kita bergerak!" kata kawannya yang lain.
Orang itu mengangguk, tetapi kemudian dia seperti berpikir sesaat
lamanya, barulah kemudian dia berkata lagi,
"Jika memang dilihat begini, rupanya kita akan berhasil menumpas
mereka! Hanya saja yang perlu kita perhitungkan, justru Kay-pang
dibantu oleh tokoh-tokoh rimba persilatan yang umumnya memiliki
kepandaian tinggi! Penyelidikan yang telah dilakukan oleh
bawahanku, menyatakan bahwa Yo Ko, Kwe Ceng juga tokohtokoh Kang-ouw lainnya, telah berkumpul di kota ini, hanya saja
mereka datang dengan menyamar!!"
1135 "Lalu, apakah kita harus bergerak malam ini agar memancing
mereka memperlihatkan diri?" tanya dua orang kawannya hampir
berbareng. "Jangan, kita tidak bisa memukul rumput mengejutkan ular!"
menyahuti orang yang memiliki hidung terlalu memancung seperti
patuk burung itu. "Lalu, bagaimana langkah-langkah yang perlu kita lakukan
sekarang?" tanya lagi yang memiliki potongan muka segi tiga.
"Menurut perintah yang diberikan oleh Lauw Ciangkun, kita tidak
boleh bertindak sembarangan. karena jika sampai mereka
mencium tindakan kita dan rencana-rencana yang telah disusun itu
diketahui oleh mereka, niscaya kita bisa memperoleh kegagalan!"
Setelah berkata begitu, orang bermuka segi empat tersebut
menghela napas beberapa kali, diapun telah berpaling melihat
sekelilingnya, mengawasi sekitar tempat itu.
Di waktu itulah terlihat betapapun juga telah terdapat kebimbangan
di antara mereka. Dan rupanya mereka belum lagi memiliki
rencana untuk melakukan penyelidikan kepada pihak Kay-pang.
Jika saja memang mereka mencoba dengan kekerasan buat
mendatangi tempat-tempat berdiamnya anggota Kay-pang,
tentunya akan membuat mereka menghadapi kesulitan yang tidak
kecil. Sebab mereka akan menghadapi tokoh-tokoh rimba
persilatan yang berkepandaian sangat tinggi.
1136 Di waktu itulah, orang yang bermuka empat persegi telah berkata
dengan suara yang datar: "Apakah tidak lebih baik jika kita pergi
menculik beberapa orang pengemis buat mengorek keterangan
dari mereka?"
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kawan-kawannya setuju. Begitulah mereka telah berlari-lari lagi di atas genting penduduk,
mereka memang memiliki ginkang yang tinggi, dengan demikian
mereka dapat berlari cepat sekali, sehingga tubuh mereka seperti
juga bayangan. Di antara dinginnya udara malam, orang-orang yang berpakaian
ya-heng-ie tersebut, yang mungkin berjumlah sembilan orang itu,
telah berkelebat-kelebat terus, sehingga jika waktu itu kebetulan
ada penduduk yang melihatnya, tentu akan menduga bahwa itu
adalah bayangan hantu yang tengah berkeliaran.
Setelah memutari kota tersebut dengan mengambil jalan di atas
genting, maka orang-orang tersebut berhenti di muka sebuah kuil
tua. Kuil itu telah rusak, pintunya yang reyot tertutup rapat.
Keadaan di sekitar tempat tersebut sangat sepi sekali.
Akan tetapi, orang-orang itu yang memang memiliki kepandaian
tinggi dan pendengaran yang tajam seperti mendengar suara
napas manusia. Semuanya saling pandang beberapa saat, kemudian yang
hidungnya mancung seperti patuk burung, telah berkata kepada
kawan-kawannya dengan berbisik: "Hati-hati.....!"
1137 Kawan-kawannya mengangguk, karena mereka pun mendengar
suara napas manusia. Bahkan didengar dari napas manusia itu
jumlah orang di dalam kuil tersebut tentunya bukan seorang diri.
Orang berhidung mancung itu telah memberikan isyarat kepada
kawan-kawannya. Salah seorang diantara mereka mengerti arti
isyarat tersebut, dia telah mengangguk dan tubuhnya mencelat ke
dinding kuil. Akan tetapi, waktu itu tubuhnya dengan ringan hinggap di atas
dinding kuil, orang tersebut mengeluarkan suara seruan kaget,
karena dari dalam telah menyambar angin serangan yang kuat
sekali, sehingga menyebabkan tubuhnya tidak bisa berdiri tetap di
dinding kuil tersebut, di mana dia telah terjengkang ke belakang
dan jatuh rubuh kembali. Kawan-kawannya yang berjumlah delapan orang jadi terperanjat
mereka seketika bersiap-siap. Sedangkan orang yang tadi rubuh,
telah membentak marah setelah dia berdiri di atas tanah.
"Manusia rendah, keluarlah perlihatkan dirimu!" bentakan itu
dibarengi dengan tubuhnya melompat lagi ke atas dinding,
sekarang dia berlaku waspada sekali.
Benar saja dalam kuil itu menyambar lagi angin serangan yang
kuat. Sekarang orang berpakaian ya-heng-ie itu telah bersiap-siap,
sehingga dia bisa bertahan dari angin serangan tersebut, dan telah
berhasil menangkisnya, sehingga tubuhnya bergoyang sedikit
saja. Namun tidak sampai rubuh.
1138 Membarengi dengan itu dia bermaksud untuk melompat masuk.
Akan tetapi belum lagi dia menjejakkan sepasang kakinya, tampak
berkeliauan beberapa titik cahaya, yang menyambar dengan cepat
sekali ke arahnya. Orang itu menyadari bahwa itulah sambaran senjata rahasia.
Segera juga dia mengibas dengan tangannya, angin kibasan itu
membuat senjata-senjata rahasia tersebut gugur kembali ke tanah.
Sedangkan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut tidak membuang
waktu pula. Dia telah melompat ke dalam, dan sambil melompat
turun, diapun menggerakkan sepasang tangannya, yang
digerakkan seperti titiran. Maksudnya untuk menjaga serangan
gelap yang tiba-tiba. Benar saja, belum lagi ke dua kakinya hinggap di tanah, justru dia
telah disambar oleh suatu kekuatan yang sangat dahsyat,
sehingga orang berpakaian ya-heng-ie tersebut mengeluarkan
seruan kaget bercampur marah.
Dia tengah berada dalam kedudukan lemah, tubuhnya sedang
terapung di tengah udara sehingga dia tidak bisa mengerahkan
seluruh kekuatannya. Ketika dia menangkis justru tubuhnya yang
telah terpental dan punggungnya menghantam dinding kuil.
Sebenarnya orang yang berpakaian ya-heng-ie itu telah berusaha
buat mengendalikan meluncur tubuhnya. Dia berusaha agar
tubuhnya tidak sampai terbanting dan membentur keras pada
dinding kuil tersebut. 1139 Akan tetapi dia gagal dengan usahanya itu. Karena dia telah
terpental dan punggungnya telah menghantam cukup keras pada
dinding kuil, menyebabkan dia merasakan kepalanya pening,
disamping matanya berkunang-kunang tidak bisa melihat dengan
jelas. Waktu itu ke delapan orang kawannya telah melompat naik ke atas
dinding kuil. Mereka semuanya berlaku sangat waspada sekali, gerakan
mereka pun sangat ringan sekali. Akan tetapi begitu ke dua kaki
mereka masing-masing hinggap di atas dinding kuil tersebut,
seketika mereka merasakan menyambarnya angin serangan yang
sangat kuat dan datangnya bergelombang.
Cepat-cepat mereka telah berusaha buat menangkis dan
memunahkan tenaga serangan itu. Dua orang di antara mereka
yang berada di tengah, rupanya gagal dengan usahanya, sebab
begitu mereka menangkis, tidak ampun lagi tubuh mereka
terpental keluar kuil. Sedangkan enam dari orang berpakaian ya-heng-ie tersebut,
dengan dipimpin oleh orang yang memiliki hidung mancung seperti
patuk burung, telah mengeluarkan suara bentakan dan melompat
turun menerjang ke tengah-tengah taman kuil tersebut.
Rupanya di depan pekarangan kuil ini memang telah berkumpul
belasan orang. Di bawah cahaya rembulan, mereka semuanya
berpakaian sebagai pengemis, dan merekapun telah berdiri
dengan berbaris menghadapi dinding kuil tersebut.
1140 Itulah sebabnya, setiap kali ada orang yang melompat mereka
telah menyerang dengan mempergunakan lweekang mereka dari
jarak jauh. Keenam orang berpakaian ya-heng-ie tersebut telah melompat
turun dan berhasil menginjak tanah. Merekapun memiliki
kepandaian yang tinggi, karenanya mereka segera membarengi
dengan serangannya, untuk mencegah pengemis-pengemis itu
menyerang mereka lagi. Akan tetapi barisan pengemis tersebut sangat tenang sekali, di
mana mereka telah mengeluarkan bentakan yang serentak, lalu
mengacungkan sepasang tangan masing-masing serentak ke
depan, mereka menyerang dengan dahsyat sekali.
Walaupun keenam orang berpakaian ya-heng-ie itu memiliki
kepandaian yang tinggi dan kekuatan tenaga lweekang yang cukup
tangguh tokh mereka masih terdesak. Serangan mereka seperti
lenyap, malah tenaga serangan dari barisan pengemis itu
membuat mereka terhuyung-huyung beberapa langkah.
Orang yang berpakaian ya-heng-ie berhidung mancung
mengeluarkan suara seruan yang mengandung kemarahan. Dia
menyerang ke depan dengan terjangan yang kuat sekali.
Dalam keadaan seperti ini segera juga terlihat betapapun
tangguhnya barisan pengemis, akan tetapi menghadapi serangan
nekad dan juga kalap dari orang yang memiliki kepandaian tinggi
seperti yang dimiliki si hidung mancung seperti patuk burung itu,
membuat barisan pengemis itu tidak bisa menyerang lebih jauh.
1141 Sedangkan ke lima orang berpakaian ya-heng-ie yang lainnya
telah mengeluarkan suara bentakan, merekapun membarengi
menerjang juga. Tidak bisa dielakkan, segera terjadi pertempuran. Akan tetapi
rombongan pengemis yang berjumlah belasan orang, yang sejak
tadi menutup mulut rapat-rapat, telah menyerang lawan-lawannya
dengan berdiam diri. Hanya sepasang tangan mereka menyerang
hebat sekali, semakin lama tenaga dalam yang mereka
pergunakan semakin hebat dan kuat.
Sedangkan ke dua orang Ya-heng-ie yang tadi terpelanting keluar
kuil, telah melompat masuk pula. Waktu mereka melompat dan
berdiri di atas dinding, segera mereka menyaksikan betapa ke
enam orang kawan mereka tengah bertempur dengan barisan
pengemis yang jumlahnya belasan orang. Segera juga mereka
tidak membuang waktu lagi dan melompat buat menyerang.
Hebat pertempuran yang berlangsung itu. Kepandaian dari
delapan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut tidak rendah,
disamping itu memang kepandaian dari barisan pengemis tersebut
pun cukup tinggi. Pertempuran itu menyebabkan mereka bergerak
gesit sekali, dan gerakan mereka secepat bayangan, karena
mereka masing-masing selain mengeluarkan kepandaian
simpanan juga telah mempergunakan ginkang tingkat tinggi.
Sedangkan orang yang berpakaian ya-heng-ie yang tadi telah
terlempar dan punggungnya menghantam dinding sehingga
menyebabkan pandangan matanya berkunang-kunang, menyebabkan dia jadi pusing, telah berdiri perlahan-lahan.
1142 Dia menggedikkan kepalanya beberapa kali, rasa pusingnyapun
telah berkurang, sedangkan matanya tidak berkunang-kunang
seperti tadi. Waktu itu dia melihat ke delapan orang kawannya tengah
bertempur dengan belasan orang pengemis. Setelah mengawasi
sekian lamanya, diapun segera melompat ikut menyerang.
Belasan orang pengemis yang tengah mengepung ke delapan
orang berpakaian ya-heng-ie tersebut, rupanya telah dapat melihat
penyerangnya orang yang berpakaian ya-heng-ie tersebut. Mereka
tidak menjadi gentar dengan adanya tambahan seorang lawan ini,
karena mereka telah menyambuti dan mengepung orang yang
berpakaian ya-heng-ie itu bersama ke delapan orang kawankawannya, dengan rapat dan ketat.
Sembilan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut semakin terkurung
dan mulai terdesak. Mereka memang memberikan perlawanan
yang gigih, akan tetapi mereka tidak bisa membuka kepungan itu
guna menerobos keluar. Di saat pertempuran itu tengah berlangsung justru tampak
berkelebat sesosok bayangan dari ruangan dalam kuil tersebut.
Begitu orang itu muncul, dibarengi dengan bentakannya yang
nyaring: "Hentikan.....!"
Maka belasan orang pengemis yang mendengar suara bentakan
tersebut, telah cepat-cepat melompat mundur, membuka
kepungan mereka. Mereka juga telah melompat ke dekat orang
yang baru melompat keluar itu, yang ternyata seorang pengemis
berusia lanjut, lebih dari enampuluh tahun.
1143 Pengemis tua tersebut rupanya telah menyaksikan sejak tadi
jalannya pertempuran tersebut, karenanya dia telah melompat
keluar dari tempat persembunyiannya waktu melihat kawankawannya belum berhasil merubuhkan kesembilan lawanlawannya.
Dengan sinar mata yang sangat tajam, pengemis tua tersebut telah
mengawasi ke sembilan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut,
sikapnya sangat gagah sekali.
"Siapakah kalian dan apa maksud kalian masuk ke tempat kami"!"
tegurnya dengan suara yang tawar sedang matanya telah
memandang tajam memancarkan sinar yang berkilauan,
menunjukan bahwa dia memiliki lweekang yang tinggi sekali.
Di waktu itu terlihat ke sembilan orang berpakaian ya-heng-ie
tersebut telah memandang si pengemis tua itu dengan sikap
bermusuhan mengandung dendam, malah yang berhidung
mancung seperti patuk burung telah melangkah maju dan
membentak, "Hemmm, apakah kuil ini milik kalian" Kami datang ke mari buat
bersembahyang, akan tetapi tidak hujan tidak angin justru
pengemis-pengemis rendah itu telah menyerang kami! Hemmm,
bagus kami masih belum menurunkan tangan keras kepada
mereka buat membinasakannya......!"
Mendengar jawaban seperti memperdengarkan tertawa dingin.
itu, si pengemis tua 1144 "Kalian datang ke kuil ini hendak bersembahyang" Hemmm,
apakah kalian menduga bahwa kami ini adalah bocah-bocah
ingusan yang bisa didustai begitu saja" Baik! Baik!
"Dengan demikian kami tidak akan sungkan-sungkan lagi kepada
kalian, karena dilihat dari cara berpakaian kalian, yang
mengenakan Ya-heng-ie, disamping itu juga melihat kepandaian
kalian yang tidak rendah, memperlihatkan bahwa kalian datang ke
mari tentunya dengan mengandung maksud tidak baik! Sekarang
katakan siapa yang telah perintahkan kalian datang ke mari dan
juga siapa diri kalian sebenarnya"!"
Mendengar begitu, orang yang memiliki hidung sangat mancung,
telah berkata tawar: "Baik, kami memang ingin membekuk tikustikus jembel yang tidak tahu diri.....!"
Setelah berkata begitu, tanpa menanti para pengemis itu
mengepung mereka, justru dia melompat sambil menyerang
dengan ke dua tangannya. Gerakan dari orang berhidung mancung tersebut telah diikuti oleh
kawan-kawannya, di mana ke delapan orang berpakaian ya-hengie yang lainnya seperti telah mengetahui bahwa mereka harus
menyerang terlebih dahulu buat merebut waktu.
Para pengemis itu segera bergerak hendak melayani serangan
dari orang-orang tersebut. Akan tetapi pengemis tua itu telah
mengibaskan tangannya memberi isyarat agar kawan-kawannya
mundur. 1145 Sedangkan serangan orang berhidung mancung tersebut telah
meluncur datang. Jarak mereka sangat dekat sekali. Jika memang
pengemis tua tersebut tidak dapat bergerak cepat dalam beberapa
detik itu, niscaya dia akan menjadi korban dari cengkeraman
tangan lawannya. Akan tetapi kepandaian pengemis tua tersebut memang cukup
tinggi. Dalam keadaan terdesak seperti itu, sama sekali dia tidak
menjadi gugup, dia telah memiringkan tubuhnya, sehingga
serangan dari lawannya itu hanya menyerempet dadanya dan kulit
dadanya itu telah robek. Darah tampak mengucur dari dada si pengemis tua, akan tetapi
merupakan luka ringan yang tidak membahayakan.
Melihat darah mengucur dari dadanya, pengemis tua tersebut telah
mengeluarkan bentakan nyaring. Dia mencengkeram punggung
orang berhidung mancung tersebut, kemudian membarengi lagi
dengan hajaran lututnya pada dagu orang berhidung mancung.
Waktu lawannya tengadah karena tendangan lututnya seketika
tangan si pengemis tua yang satunya telah bergerak mencekik
Beruang Salju Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
leher lawannya. Cekikan itu dilakukan dengan mempergunakan jari telunjuk dan
jempol. Itulah cekikan Kim-na-ciu yang sangat hebat. Cekikan kecil
yang bisa memutuskan napas lawan, begitu leher lawan terkena
cekikan tersebut. Karena justru bagian yang dicekik tersebut terdiri
dari jalan darah yang sangat penting dan bisa mematikan.
Sedangkan waktu itu terlihat betapa si pengemis tua tersebut
bermaksud untuk membinasakan lawannya.
1146 Rupanya luka didadanya akibat serempetan cengkeraman tangan
lawannya, membuat pengemis tua tersebut jadi murka sekali. Dan
di saat menyerang, dia tidak berlaku sungkan pula.
Hebat sekali ancaman yang dialami orang berhidung mancung
tersebut yang mengenaskan dan tidak akan dapat memberikan
perlawanan lagi begitu lehernya tercekik.
Mati-matian orang berhidung mancung itu mendorongkan
tubuhnya mendesak cengkeraman tangan dari pengemis tua
tersebut. Dan dengan cara seperti itu, dia telah berhasil menjauhi
lehernya dari incaran tangan lawannya.
Akan tetapi pengemis tua tersebut tidak mau berhenti sampai di
situ walaupun jarak sasarannya telah berobah. Tangannya tetap
mengincar leher lawannya yang ingin dicekiknya.
Namun saat seperti itu rupanya menguntungkan juga buat
lawannya. Orang berhidung mancung yang berhasil mendoyongkan tubuhnya
dan lehernya terpisah cukup jauh, telah meneruskan juga
cengkeraman tangannya. Kali ini dengan kenekadannya itu dia
berhasil mencengkeram dada si pengemis tua tersebut.
Waktu berhasil mencengkeram, seketika dia mempergunakan
seluruh tenaga lweekangnya untuk mencengkeram sekuatkuatnya.
1147 Si pengemis tua menderita kesakitan hebat dan menjadi sangat
gusar, tanpa memperdulikan segala apapun juga, tahu-tahu
tangan kirinya bergerak menampar batok kepala lawannya.
"Plakkk!" batok kepala dari orang berhidung mancung tersebut
telah dihantam hancur, seketika dia terbinasa, tidak menarik napas
lagi. Di saat itu ke delapan orang kawan dari orang berhidung mancung
tersebut waktu melihat kawannya telah terbinasa, jadi
mengeluarkan seruan gusar. Ketika melihat dada si pengemis tua
telah robek kena dicengkeram oleh kawan mereka, seketika
mereka telah melompat buat menyerang.
Waktu itu si pengemis tua mempergunakan tangan kirinya
memegangi dadanya dia mengeluarkan suara keluhan kesakitan.
Dalam keadaan seperti ini, diapun telah melangkah mundur
terhuyung-huyung beberapa langkah. Wajahnya pucat pias.
Sedangkan ke delapan orang berpakaian ya-heng-ie itu telah
menerjang maju, di mana mereka telah menyerang dengan
pukulan yang bertubi-tubi.
Di saat itulah terlihat betapa si pengemis tua mengalami ancaman
bahaya yang tidak kecil. Dan dia masih berusaha buat
mengerahkan seluruh kekuatannya, buat menerima dan
menyambuti serangan ke delapan orang tersebut.
Belasan orang pengemis lainnya yang melihat kawan mereka
terluka parah dadanya, mengeluarkan seruan marah.
1148 Tidak menanti sampai ke delapan orang berpakaian Ya-heng-le
tersebut berhasil menyerang si pengemis tua, belasan pengemis
tersebut telah menerjang buat menghalangi.
Si pengemis tua ternyata terluka cukup parah, walaupun dia
berusaha mengerahkan seluruh kekuatan dan tenaga dalamnya,
akan tetapi akibat terlalu banyak darah yang mengucur dan
beberapa urat jalan darah di dekat dadanya terputus, sehingga
membuat dia lemas sendirinya. Tidak ampun lagi dia telah rubuh
terlukai dan numprah di tanah.
Untung saja belasan orang pengemis yang lainnya telah keburu
datang, mereka segera mengepung dan menyerang ke delapan
orang berpakaian ya-heng-ie tersebut. Dengan begitu, ke delapan
orang tersebut tidak bisa mendekati atau menyerang si pengemis
tua. Di saat itu, belasan orang pengemis tersebut yang menguatirkan
keselamatan si pengemis itu , telah berulang kali menyerang
dengan hebat, karena mereka bermaksud menyelesaikan
pertempuran itu secepatnya, buat merubuhkan dan menangkap ke
delapan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut.
Karena sekarang orang berhidung mancung tersebut telah
terbinasa, dengan demikian tidak dapat ke delapan orang
berpakaian ya-heng-ie tersebut menyerang terlalu hebat.
Kepandaian mereka juga berada di sebelah bawah kepandaian
belasan orang pengemis tersebut, di samping jumlah mereka yang
lebih sedikit. 1149 Begitulah, setelah bertempur beberapa jurus akhirnya ke delapan
orang tersebut terdesak di bawah angin.
Dalam keadaan seperti itu terlihat ke delapan orang tersebut
sebentar lagi tentu akan dapat dirubuhkan oleh belasan orang
pengemis tersebut. Sedangkan belasan orang pengemis itu yang melihat bahwa
lawan-lawannya telah jatuh di bawah angin dan terdesak, mereka
semakin bersemangat. Lewat beberapa jurus lagi, tubuh orang dari orang-orang
berpakaian ya-heng-ie tersebut terpental. Menyusul yang
seorangnya lagi terpental karena hantaman telapak tangan dari
salah seorang pengemis yang mengepungnya, tubuhnya
bergulingan di atas tanah.
Di saat itulah terlihat bahwa tenaga serangan pengemis itu
semakin hebat kepada ke lima orang berpakaian ya-heng-ie itu.
Nyali dari ke lima orang berpakaian ya-heng-ie tersebut mulai ciut,
dengan berseru nyaring, tampak mereka berusaha memberikan
perlawanan yang lebih gigih.
Sedangkan belasan pengemis itu telah menyerang semakin hebat.
Ketika orang berpakaian ya-heng-ie yang tadi dibuat terpental,
telah dapat bangun kembali. Akan tetapi mereka tidak bisa segera
maju buat menyerang dan membantu ke lima kawan mereka, di
mana ke tiga orang tersebut berdiri dengan muka yang pucat
karena disebabkan mereka terluka di dalam.
1150 Dalam keadaan seperti ini rupanya ke lima orang berpakaian yaheng-ie yang sedang bertempur tidak bisa memberikan
perlawanan yang lebih baik. Permainan ilmu silat mereka semakin
kacau, penjagaan diri mereka pun semakin lemah.
Ahirnya dua orang di antara mereka terpental lagi, karena kena
dihantam oleh seorang pengemis yang berusia pertengahan.
Jumlah orang herpakaian ya-heng-ie tersebut hanya tinggal tiga
orang. Dan mereka semakin lemah serta terdesak. Dalam keadaan
seperti itu rupanya mereka juga berusaha mencari kesempatan
buat meloloskan diri. Di antara berkesiuran angin serangan, tiba-tiba seorang diantara
ke tiga orang berpakaian ya-heng-ie tersebut mengeluarkan suara
bentakan bengis. Dia telah menggerakkan tangan kanannya
menimpukkan beberapa butir benda hitam. Benda hitam itu
meluncur menyambar kepada beberapa orang pengemis di
depannya. Menduga bahwa benda-benda hitam tersebut adalah senjata
rahasia, sambil memaki murka beberapa orang pengemis itu
mengelakkan diri dengan melompat menyingkir.
Di saat itu, terlihat betapa beberapa benda bulat hitam tersebut
jatuh di atas tanah, mengeluarkan suara ledakan yang nyaring
sekali dan gumpalan asap yang sangat tebal.
Pengemis-pengemis tersebut jadi terkejut mereka melompat
menjauhi diri. 1151 Kesempatan ini telah dipergunakan sebaik-baiknya oleh orangorang berpakaian ya-heng-ie tersebut, di mana ke tiga orang itu
telah menerjang keluar dan telah berusaha untuk mencapai
dinding kuil tesebut, karena mereka bermaksud hendak melompat
keluar melarikan diri. Pengemis-peagemis lainnya tidak tinggal diam, mereka segera
memburu. Bahkan beberapa orang pengemis lainnya telah
melompat untuk menyerang ke tiga orang berpakaian ya-heng-ie
tersebut, karena memang mereka bermaksud mencegah lawanlawannya itu melarikan diri.
Sedangkan salah seorang dari orang berpakaian ya-heng-ie
tersebut melontarkan lagi beberapa benda hitam yang bulat. Malah
jumlahnya semakin banyak, membuat di sekitar tempat tersebut
dipenuhi oleh asap yang tebal sekali. Sedangkan di waktu itu
pengemis-pengemis tersebut kuatir asap itu beracun dan telah
melompat mundur buat menjauhi diri.
Kesempatan kali ini tidak disia-siakan oleh ke tiga orang
berpakaian ya-heng-ie tersebut, mereka melompati dinding kuil
dengan segera dan sekuat tenaga mereka.
Akan tetapi beberapa orang pengemis yang penasaran telah
menyerang mereka mempergunakan senjata rahasia, mereka
menyerang sekenanya saja.
Terdengar suara jeritan dari salah seorang yang berpakaian yaheng-ie itu. Rupanya serangan tersebut telah mengenai tepat
sekali pada pundaknya. Sedangkan ke lima orang berpakaian ya1152
heng-ie lainnya juga telah melompat buat melompati dinding kuil
tersebut. Gerakan mereka ternyata gesit sekali, tetapi lebih cepat lagi
timpukan senjata rahasia dari beberapa orang pengemis tersebut.
Dengan begitu, segera juga dua orang di antaranya telah rubuh,
dan seketika menghembuskan napasnya yang terakhir, karena
senjata rahasia itu telah menembusi jantungnya. Sedangkan ke
tiga orang berpakaian ya-heng-ie itu meneruskan lompatan
mereka, menyusul ke tiga orang kawan mereka.
Sebenarnya para pengemis itu bermaksud mengejarnya, namun
pengemis tua yang terluka parah di dadanya telah berseru
perlahan: "Jangan dikejar.....!"
Karenanya belasan pengemis itu telah batal mengejar, dan mereka
telah batal untuk memburu ke enam orang berpakaian ya-heng-ie
tersebut. Mereka segera menghampiri pengemis tua itu.
Dengan dipayang oleh dua orang pengemis, pengemis tua itu
dibawa masuk ke ruangan dalam kuil tersebut.
Cepat sekali beberapa orang pengemis lainnya membawa air
hangat dan obat, buat mengobati luka di dada dari pengemis tua
tersebut. Waktu itu terlihat betapa si pengemis tua menderita
Peristiwa Burung Kenari 1 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Walet Emas Perak 15