Pencarian

Makam Bunga Mawar 31

Makam Bunga Mawar Karya Opa Bagian 31


kita bisa saja mencari tanpa halangan, setidak-tidaknya juga
harus ada sedikit halangan. Bukankah begitu ?"Tiong sun Hui Kheng
mendadak teringat pesan yang diminta oleh orang tua berbaju
kuning Hee kouw Soan, maka lalu berkata :
"Adik Siang, sekarang ini kita justru tidak punya urusan
apa-apa lagi. Kalau kita pergi menepati janji Hee kouw Soan
locianpwe, kau pikir bagaimana ?"
"Locianpwe yang adatnya sangat aneh itu, mengurung
muridnya yang tersayang entah dimana. "
"Hee kouw Soan locianpwe kata bahwa tempat yang
digunakan untuk mengurung muridnya itu adalah sebuah goa
kuno yang letaknya di gunung Tay pa san !" jawab Tiong sun
Hui Kheng. Tergerak hatinya Hee Thian Siang, buru-buru ia bertanya :
"Enci Kheng, coba kau ceritakan bagaimana keadaan goa
batu kuno di gunung Tay-pa san itu. Kau tahu bukan ?"
Tiong sun Hui Kheng lalu menceritakan apa yang pernah
didengarnya dari Hee kouw Soan.
Mendengar keterangan itu, Hee Thian Siang terheran-
heran. Tiong sun Hui Kheng yang sangat cerdik menyaksikan
keadaan itu lalu bertanya sambil tersenyum :
"Adik Siang, mengapa kau demikian terheran-heran " Apa
goa kuno di gunung Tay-pa san yang digunakan oleh Hee
kouw Soan locianpwe mengurung muridnya itu, sama
tempatnya dengan tempat dimana kau dahulu pernah berdiam
bersama Liok Giok Jie dan tempat yang digunakan sebagai
tempat kediaman selama-lamanya Duta Bunga Mawar ?"
"Gambaran yang enci lukiskan tadi sangat mirip, sekalipun
goanya berbeda tetapi juga terpisah tidak jauh !"
Dari dalam sakunya Tiong sun Hui Kheng mengeluarkan
tiga batang bulu burung lima warna yang bisa digunakan
sebagai senjata rahasia, lalu diberikan kepada Hee Thian
Siang seraya berkata : "Adik Siang, Hee kouw locianpwe mengembalikan padamu
tiga barang bulu burung lima warna ini dengan disertai
keterangan bahwa ia akan menghapuskan perjanjiannya
denganmu, pertandingan di gunung Tay-san pada lima tahun
kemudian dibatalkan !"
Hee Thian Siang menyambuti bulu burung itu, dan berkata
sambil menghela napas : "Orang tua ini sungguh aneh sekali kelakuannya. Tapi
bagaimana dengan perjalanannya ke daerah Lim-hong itu "
Apakah ia dapat mengalah Pat-bao Yao-ong Hian Wan Liat
dan istrinya ?" "Hee kouw locianpwe dengan seorang diri pergi menempuh
bahaya, tidak mungkin bisa mencapai keuntungan !" berkata
Tiong sun Hui Kheng sambil menggelengkan kepala.
"Dugaan enci Kheng ini meskipun ada benarnya, tetapi
sewaktu di gunung Ko-lee-kong san dan kita pernah
menyaksikan sendiri betapa tinggi dan hebat kepandaian ilmu
silat Hee kouw locianpwe, sesungguhnya sudah mencapai
taraf yang tidak ada taranya !
Pat-bao Yao-ong Hian Wan Loat dan istrinya, meskipun
mendapat keuntungan dengan berada di daerah sendiri, tetapi
rasanya juga tidak mungkin dapat mengalahkan jago tua
rimba persilatan yang sifatnya sangat aneh itu !"
"Adik Siang jangan salah paham. Aku bukanlah
mengatakan bahwa dalam ilmu kepandaian Hee kouw
locianpwe dibawah Pat-bao
Yao-ong suami istri. Aku hanya khawatir menempuh
bahaya dengan seorang diri, lagi pula adat orang tua itu
demikian keras, bisa-bisa setelah mendapatkan kemenangan
dari pertandingannya, nanti akan tertipu oleh akal muslihat
busuk musuh-musuhnya. Mungkin bisa menimbulkan bahaya
bagi jiwanya !" "Kekuatiran enci ini memang kemungkinan ada. Tetapi
karena waktunya sudah lama, sekarang ini kedua pihak
mungkin sudah saling bertanding. Hingga kita tidak keburu
memberi bantuan. Maka kita hanya dapat mendoakan saja
semoga dalam sesuatunya Hee kouw locianpwe dilindungi
oleh Tuhan !" Kedua muda mudi ini terus mengobrol tentang diri orang
tua aneh itu disepanjang jalan hingga mereka jadi tidak
merasa kesepian. Kuda Ceng hong kie juga merupakan kuda jempolan, maka
tidak berapa lama sudah tiba di daerah gunung Tay-pa san.
Oleh karena sudah mendapat gambaran jelas dari Hee
kouw Soan tentang keadaan gunung itu dan goa kuno dimana
muridnya itu dikeram, maka mencari dengan menurut gambar
yang diceritakan, dapat mencari tempat itu dengan tidak
mendapat banyak kesulitan.
Goa kuno itu terletak dibawah kaki puncak gunung yang
tinggi. Di luar goa tertutup oleh pohon rotan yang sangat lebat.
Jikalau tidak hati-hati memeriksanya, orang tidak akan tahu
bahwa dibalik pohon rotan itu ada sebuah goa.
Tiong sun Hui Khegn memerintahkan Siaopek dan
Taywong dan kudanya Ceng hong kie menunggu diluar goa,
sedang ia sendiri bersama Hee Thian Siang memasuki goa
kuno yang tertutup oleh pohon rotan itu. Dalam perjalanannya
itu ia bertanya : "Adik Siang, goa kuno ini apakah tempat dimana dahulu
kau mengadakan hubungan dengan Liok Giok Lie dan tempat
dimana Duta Bunga Mawar bersemayam untuk selama-lamanya ?"
"Bukan ! Goa kuno yang pernah aku datangi dahulu
rasanya terletak disebelah belakang puncak gunung ini !"
menjawab Hee Thian Siang sambil menggelengkan kepala.
Mereka berjalan sambil tertawa-tawa. tetapi setelah melalui
jalan tikungan tiga kali, tiba-tiba terhalang oleh dinding batu.
Karena dalam goa itu tidak terlohat tanda-tanda ada
penghuninya, maka Tiong sun Hui Kheng lalu berkata sambil
tertawa getir : "Hee kouw locianpwe sesungguhnya pandai menggoda
orang sehingga membuat kita melakukan perjalanan ribuan
pal menuju ke gunung Tay pa san untuk mencari goa kuno
yang letaknya sangat tersembunyi ini. Tetapi dalam goa kita
tidak dapat menemukan jejak manusia !"
Hee Thian Siang tidak menjawab, hanya menundukkan
kepala untuk berpikir. Tiong sun Hui Kheng agak heran menyaksikan sikap
pemuda itu, lalu bertanya :
"Adik Siang, kau sedang pikirkan apa ?"
"Aku pikir ucapan Hee kouw locianpwe tentunya tidak
salah. Murid kesayangannnya itu pasti ditempakan dibelakang
dinding batu ini !" "Bagaimana adik Siang bisa menduga demikian ?" tanya
Tiong sun Hui Kheng heran.
"Enci Kheng adalah seorang yang pintar, mengapa
sekarang menjadi demikian " Apakah kau lupa ucapan Hee
kouw locianpwe yang menggunakan istilah disekap "
Seandainya muridnya itu bisa bergerak bebas di dalam goa,
bagaimana memerlukan orang mengantarkan makanan
baginya ?" Tiong sun Hui Kheng yang mendengar ucapan itu tertawa
geli sendiri. Tetapi setelah mengawasi keadaan dinding batu,
ia lalu mengerutka alisnya dan bertanya pula :
"Hee kouw locianpwe barangkali karena mendadak
mendapat kabar bahwa Pat-bao Yao-ong dapat digunakan
sebagai bandingan, maka dalam kegirangannya itu hingga ia
sudah melupakan untuk memberitahukan padaku tentang
caranya untuk membuka dinding batu ini. . ."
"Enci Kheng jangan cemas dulu. Mungkin aku bisa
membuka dinding batu ini !" berkata Hee Thian Siang sambil
menggoyangkan tangan dan tertawa.
Tiong sun Hui Kheng heran. Tanyanya :
"Adik Siang, dengan cara bagaimana kau bisa membuka
dinding batu ini " Apakah . . . . . "
"Dugaan enci benar. Aku selalu menganggap bahwa goa
kuno ini ada hubungan satu sama lain dengan goa yang
dahulu pernah kutinggali. Maka aku pikir hendak
menggunakan cara untuk membuka dinding batu ini yang
waktu itu diajarkan oleh Duta Bunga Mawar !"
"Kalau begitu, adik Siang lekas coba. Kalau bisa membuka,
itulah yang paling baik Andai tidak bisa, kita masih perlu
mencari daya upaya yang lain !"
Hee Thian Siang menganggukkan kepala sambil senyum.
Ia berjalan ke hadapan dinding batu, turut cara yang diajarkan
oleh Duta Bunga Mawar dahulu. Ia mendorong sedikit kepada
dinding batu itu. Benar saja, dibelakang dinding batu itu
terdengar suara gemuruh dan dinding yang tadi tertutup itu
tampak sebuah pintu. Tiong sun Hui Kheng lalu lompat masuk, katanya sambil
tersenyum : "Adik Siang kau lihat, dibelakang dinding batu ini tidak
terdapat bayangan orang. Masih merupakan sebuah goa saja
!" Hee Thian Siang juga lantas masuk untuk memeriksanya,
kemudian berkata sambil tertawa geli :
"Aku pikir Hee kouw locianpwe tentunya tidak akan omong
main-main. Baiklah kita maju lagi untuk mencari tahu lebih
jauh !" Tiong sun Hui Kheng menganggukkan kepal. Setelah
melalui beberapa jalan tikungan, dihadapan mereka
mendadak terdapat sinar terang. Agaknya sudah keluar lagi
dari dalam goa. Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng yang
menyaksikan semuanya semakin terheran-heran. Mereka
buru-buru keluar dari goa. Di luar goa itu ternyata ada sebuah
lembah yang bentuknya sangat aneh.
Lembah itu luasnya hanya kira-kira tujuh delapan tombak
persegi saja. Sekitarrnya terdapat lamping gunung yang tinggi,
hingga sulit bagi manusia untuk keluar atau masuk. Di
dasarnya lembah terdapat banyak rumah dan batu-batu yang
aneh bentuknya. Di seberang lain yang keadaannya serupa dengan lembah
itu, juga terdapat sebuah mulut goa.
Hee Thian Siang lalu berkata sambil menunjuk ke mulut
goa diseberang sana : "Di dalam goa itu, pasti sama keadaannya dengan goa
yang kita lalui tadi. Juga terhalang oleh dinding goa. Bahkan
mungkin merupakan tempat bersemayam Duta Bunga Mawar
!" Tiong sun Hui Kheng menganggukkan kepala sambil
tersenyum. Setelah mengawasi keadaan di sekitarnya, tiba-
tiba menunjuk sebuah batu besar :
"Adik Siang, lihatlah diatas batu besar itu ada terdapat
tanda telapak tangan sangat dalam. Apa yang dikatakan oleh
Hee kouw locianpwe ternyata tidak salah. Benar-benar disini
ada orang yang sedang melatih kekuatan tenaga dalam !"
Hee Thian Siang dengan mengawasi batu itu, lalu
menghampirinya. Selagi hendak memeriksanya dengan
seksama, dari sela-sela tampak sesosok bayangan orang
yang kecil langsing. Bayangan orang itu menggerakkan
tangannya dan melancarkan serangan jarak jauh kepada Hee
Thian Siang. Tiong sun Hui Kheng yang khawatir Hee Thian Siang tidak
keburu menyingkir, sambil berseru : "Ada orang membokong.
Adik Siang lekas menyingkir ke sebelah kanan !" tangannya
juga bergerak. Dengan menggunakan ilmunya dari golongan
Lo bu pay ialah ilmu Pan sian cian lek, dari samping untuk
menyambut serangan bayangan orang tadi.
Hee Thian Siang yang waktu itu sudah mendapat kemajuan
banyak sekali, dengan sendirinya memiliki kekuatan tenaga
dalam yang sangat hebat. Sebelum Tiong sun Hui Kheng
mengeluarkan suara peringatan itu, ia sudah menyadarinya
hingga lompat melesat sejauh enam kaki.
Begitu ia menyingkir, serangan yang dilancarkan oleh Tiong
sun Hui Kheng tadi, juga sudah lantas beradu dengan
serangan bayanga orang kecil langsing tadi.
Kekuatan tenaga dalam Tiong sun Hui Kheng memang
sudah sempurna. Ditambah lagi dengan pemberian daun
pohon lengcie dari It-pun Sin-ceng, apalagi ilmu serangan
tangan kosong Pan sian cian lek itu adalah ilmu terampuh dari
golongan Lo bu pay yang namanya sudah sangat terkenal
dalam rimba persilatan, seharusnya ia dapat memukul mundur
bayangan orang itu. Di luar dugaannya, ketika dua macam kekuatan tenaga
dalam itu saling beradu di tengah udara, walaupun Tiong sun
Hui Kheng berada diatas angin, lawannya hanya dapat
dipaksa mundur selangkah saja.
Ketika Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng pasang
mata, keduanya terkejut. Mereka saling berpandangan dengan
diliputi oleh berbagai pertanyaan dalam hati masing-masing.
Ternyata bayangan yang muncul dari belakang batu besar
dan melakukan serangan-serangan ganas kepada Hee Thian
Siang bukan lain dari pada Hok Sin In yang dikabarkan telah
jatuh dari puncak gunung Thian-san.
Tiong sun Hui Kheng setelah berpikir sejenak lalu berkata
kepada Hee Thian Siang : "Adik Siang, sekarang aku mengerti adik Sin In mu ini
ketika terjatuh dari puncak gunung Hoan san kebetulan telah
ditolong oleh Hee kouw locianpwe yang kebetulan lewat disitu
dan mungkin karena ia suka dengan bakatnya yang baik,
maka lalu dibawa kemari denagn dididik pelajaran ilmu
silatnya sendiri yang disediakan untuk menghadapi kau pada
lima tahun kemudian. Tetapi entah apa sebab hari ini ketika
melihatmu, mengapa dengan tiba-tiba melancarkan serangan
padamu ?" Sementara itu Hok Sin In telah berkata sambil menatap
Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng bergiliran :
"Dengan cara bagaimana kalian bisa datang kemari "
Lekas keluar, karena suhuku tidak mengijinkan siapa pun juga
masuk ke dalam lembah rahasia ini !"
Hee Thian Siang lalu berkata sambil mengerutkan alisnya :
"Adik In. . " Tetapi baru saja mengeluarkan sepatah perkataan, Hok Sin


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

In agaknya terkejut hingga mundur setengah langkah.
Matanya terus menatap Hee Thian Siang. Sikapnya nampak
seperti orang bingung, kemudian ia bertanya :
"Kau panggil siapa " Ucapanmu adik In tadi, bagaimana
dalam pendengaranku seperti tidak asing bagiku !"
Hee Thian Siang yang mendengarkan ucapan itu tahu
bahwa Hok Sin In telah mengalami bencana dan kaget
melampaui batas sehingga kehilangan seluruh daya
ingatannya. Maka lalu ia berkata lagi :
"Adik In, kau adalah Hok Sin In dan aku adalah Hee Thian
Siang. Dia ini enci Tiong sun Hui Kheng yang dahulu pernah
memberikan padamu sebilah pedang Liu yap bian sie kiam.
Apakah kau sekarang bisa ingat ?"
Hok Sin In masih tetap memandang dengan kebingungan,
katanya : "Hok Sin In " Hee Thian Siang " pedang Liu yap bian sie
kiam " Tiong sun Hui Kheng " Nama-nama ini meman benar
tidak asing bagiku. Tapi aku sudah tidak ingat betul !"
Hee Thian Siang menghampiri lambat-lambat, katanya
sambil tersenyum : "Adik In, kau pikirkanlah baik-baik lagi. Nanti tentu kau ingat
!" Tapi Hok Sin In kembali mengacungkan tangannya dan
berkata dengan suara tajam :
"Aku tidak bisa ingat lagi ! Awas kalau kau berani maju
mendekati aku, aku nanti akan pukul mampus kau !"
Hee Thian Siang yang mengandung maksud hendak
membangkitkan kembali ingatan Hok Sin In, masih tetap
memanggil-manggil adik In, terus berjalan menghampiri sambil
tersenyum. Di luar dugaannya, Hok Sin In ternyata benar-
benar sudah melancarkan seranganya yang hebat !
Hee Thian Siang memutar kakinya dengan gerakan sangat
indah, mengelakkan serangan tersebut, sementara mulutnya
berkata sambil tersenyum :
"Adik In, ingatkah kau bahwa kita dahulu pernah bersama-
sama mengambil benda pusaka di gunung Tay pek san " Kita
pernah menggadangi rembulan malam di puncak Ngo-bie dan
bersama-sama pergi ke gunung Kie-lan san, di goa Siang soat
long mencari keterangan tentang orang aneh ini ?"
Hok Sin In tetap memandangnya dengan sinar mata dingin,
katanya : "Aku tidak ingat. Aku hanya ingat bahwa suhuku berkata
barang siapa mendekati aku harus kuserang dianya !"
Sehabis berkata demikian, dengan beruntun ia
melancarkan tiga kali serangan dengan gerak tipunya yang
luar biasa sebatnya hingga bayangan tangan itu seperti
mengurung diri Hee Thian Siang.
Hee Thia Siang tidak mengenali tiga jurus gerak tipu yang
digunakan oleh Hok Sin In itu. Ia menduga pasti bahwa ilmu
itu pastilah ilmu simpanan yang dimiliki oleh Hee kouw Soan.
Oleh karenanya, maka ia tidak mau menyambut secara
gegabah. Sebelum dirinya terkurung oleh ancaman serangan
Hok Sin In, ia telah menggunakan ilmunya yang didapat dari
Duta Bunga Mawar. Bagaikan Bunga Mawar beterbangan, ia telah lompat
melesat setinggi satu tombak lebih.
Tiong sun Hui Kheng yang menyaksikan keadaan itu,
dalam hati merasa sedih. Teringat pula kepada nasib Liok Giok Jie, karena
kehilangan anaknya telah berubah menjadi gila hingga
kemudian bertempur dengannya di gunung Ko lee kong san.
Dan akhirnya terjun ke dalam lembah. Hingga saat ini masih
belum dapat ditemukan bangkainya.
Dan sekarang Hok Sin In juga lantaran mengalami
kekagetan yang melampaui batas sehingga kehilangan
ingatannya. Dalam keadaan seperti itu ia telah bertempur
dengan Hee Thian Siang yang menjadi kekasihnya.
Pengalaman hidup sepasang saudara perempuan ini
sesungguhnya amat menyedihkan sekali.
Tiong sun Hui Kheng yang sudah mendapat pengalaman
dari Liok Giok Jie, dalam hati selalu waspada. Maka ia lalu
berdiri terus disamping, memperhatikan setiap gerakan Hok
Sin In menjaga-jaga jangan sampai terjadi lagi hal-hal yang
tidak diingini. Hee Thian Siang harus bekerja keras untuk mengelakkan
setiap serangan yang dilancarkan oleh Hok Sin In.
Ilmu silat yang digunakan oleh Hok Sin In hampir setiap
serangannya mengandung keganasan, juga sangat hebat
sekali. Dalam keadaan demikian, Hee Thian Siang sebagai
orang yang kena diserang, tetapi tidak dapat membalas
hingga keadaannya sangat repot. Sambil melompat kesana
kemari, ia berkata kepada Tiong sun Hui Kheng :
"Enci Kheng, adik In ini sudah kehilangan ingatannya. Tidak
bisa diajak bicara secara wajar. Bagaimana aku harus berbuat?"
Tiong sun Hui Kheng tampak berpikir. Jawabannya kepada
Hee Thian Siang ternyata sama benar dengan maksud dari
kata-kata Hwa Jie Swat ketika pertama kali bertemu di selat
gunung Bu san, katanya : "Adik Siang, karena sementara ia tidak dapat diajak bicara
dengan sewajarnya, totok saja dia dulu !"
Hee Thian Siagn juga merasa bahwa kecuali jalan ini,
sudah tidak ada jalan lain lagi. Maka dalam usahanya
mengelak itu, ia kadang-kadang mencari kesempatan untuk
membalas. Maksudnya hendak menotok Hok Sin In, barulah
berusaha untuk memulihkan kembali ingatannya.
Di luar dugaannya, Hee kouw Soan yang sifatnya selalu
ingin menang saja, oleh karena ada maksud untuk mendidik
Hok Sin IN sebagai orang kuat, aka bukan saja sudah
menyalurkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya kepada gadis
itu, tetapi juga sudah menurunkan seluruh kepandaian ilmunya
yang jarang ada di dalam rimba persilatan. Oleh karenanya,
maka Hok Sin In kecuali tenaganya yang masih belum cukup
sempurna hingga tidak dapat dibandingkan dengan Hee Thian
Siang, tetapi baik gerakan badannya dan ilmu silatnya, sudah
selisih tidak jauh dengan Hee Thian Siang.
Hee Thian Siang yang beberapa kali coba balas
menyerang, tetapi semuanya tidak berhasil sampai ia pun
mengeluarkan ilmunya dari Bunga Mawar yagn dapat
dielakkan oleh gerakan Hok Sin In yang sangat lincah yang
dahulu belum pernah dilihatnya, hingga dalam hatinya diam-
diam juga merasa heran. Dalam hatinya berpikir : "Apakah
kalau hendak menundukkan gadis ini perlu harus
menggunakan ilmu jari tangan Kian thian cie ?"
Tiong sun Hui Kheng berdiri sebagai penonton, tentu jauh
lebih jelas mengetahui dari pada Hee Thian Siang sendiri. Ia
tahu bahwa Hee Thian Siang saat itu meskipun jauh berada di
atas angin, tetapi jikalau pertempuran itu berlangsung lagi
hingga seratus atau dua ratus jurus, ia belum tentu dapat
mengalahkan Hok Sin In. Maka ia lalu berpikir untuk coba
menggunakan caranya yang sudah direncanakan. Maka lalu
berkata kepada Hee Thian Siang sambil tersenyum :
"Adik Siang, berhentilah dulu. Aku akan menanya
kepadanya beberapa patah kata !"
Hee Thian Siang karena tidak menggunakan serangannya
yang ampuh-ampuh, tentu saja jadi tidak dapat menjatuhkan
Hok Sin In. Selagi berada dalam kesulitan, mendengar ucapan
Tiong sun Hui Kheng tadi, sudah tentu lantas menghentikan
gerakannya dan lompat keluar dari kalangan.
Hok Sin In mengawasi Tiong sun Hui Kheng dengan mata
terbuka lebar, seolah-olah ingin sekali mendengar apa yang
hendak diucapkan oleh gadis itu.
Tiong sun Hui Kheng berjalan menghampiri sambil
tersenyum. Baru berjalan dua langkah, Hok Sin In kembali
sudah mengancam dengan katanya :
"Kau tidak boleh maju lagi. Jikalau tidak, aku juga akan
pukul padamu !" Tiong sun Hui Kheng segera berhenti dan berkata sambil
tersenyum : "Nona Hok, apakah antara kami dengan kau ada
permusuhan ?" Hok Sin In menggeleng-gelengkan kepala sebagai
jawaban. Tiong sun Hui Kheng berkata pula sambil tertawa :
"Kalau benar kita saling bermusuhan, mengapa kau hendak
memukul kami ?" "Ini adalah pesan dari suhuku, suhu kata siapa saja yang
ingin mendekati aku, aku harus pukul orang itu !"
Mendapat kesempatan baik, Tiong sun Hui Kheng dengan
sikap lemah lembut berkata sambil tersenyum :
"Apakah begitu saja kau hendak menuruti perintah suhumu?"
"Sudah tentu ! Kalau aku tidak dengar perintah suhu, apa
harus dengar perintahmu ?"
"Itu benar, kau harus dengar ucapanku !"
Hok Sin In mendadak marah, sambil mengeluarkan siulan
tajam ia menyerang Tiong sun Hui Kheng dengan hebatnya.
Tiong sun Hui Kheng mengelak dengan gayanya yang
sangat indah. Hok Sin In semakin gusar, katanya dengan sikap marah :
"Mengapa aku harus dengar ucapanmu " Jikalau kau tidak
bisa memberikan alasan yang cukup, aku akan menggunakan
ilmu yang paling hebat yang suhu turunkan kepadaku untuk
menghadapi kau !" "Aku dengan dia datang kemari," kata Tiong sun Hui Kheng sambil menunjuk Hee
Thian Siang, "adalah atas permintaan
suhumu. Sudah tentu kau harus dengar juga ucapanku !"
"Kau omong kosong. Dengan cara bagaimana suhu bisa
mengutus kau datang kemari ?"
Tiong sun Hui Kheng melihat Hok Sin In kembali sudah
menggerakkan kekuatan tenaganya, agaknya hendak turun
tangan lagi. Maka buru-buru menggoyangkan tangannya dan
lantas berkata sambil tertawa :
"Nona Hok, kau kenapa begitu tolol " Jikalau kami tidak
diutus oleh suhumu, dengan cara bagaimana dapat
menemukan tempatmu yang sangat tersembunyi ini ?"
Mendengar ucapan itu Hok Sin In tercengang. Ia merasa
bahwa ucapan Tiong sun Hui Kheng itu memang ada
benarnya. Maka kemudian ia berkata :
"Kalau benar kalian telah diutus oleh suhu, seharusnya
kalian tahu siapa nama suhuku dan bagaimana orangnya."
Hee Thian Siang yang berdiri disamping turut bicara :
"Suhumu adalah orang tua berbaju kuning yang bernama
Hee kouw Soan !" Tiong sun Hui Kheng kembali menggambar bentuk dan
dedak Hee kouw Soan, Hok Sin In barulah percaya benar.
Maka barulah berkata sambil tersenyum :
"Mengapa suhu tidak datang sendiri " Sebaliknya
mengutus kalian datang kemari " Sebetulnya hendak apa ?"
Tiong sun Hui Kheng berkata sambil menunjuk Hee Thian
Siang : "Suhumu dengan Hee Thian Siang ini sudah menjadi
sahabat baik, tidak akan bermusuhan lagi. Maka sengaja
mengutus kami datang kemari untuk membebaskan kau
supaya kau bisa bebas dari tempat ini. Karena ia telah
mengambil keputusan untuk membatalkan janjinya yang
hendak mengadakan pertemuan di gunung Tay san pada lima
tahun kemudian !" Hok Sin In barulah menjadi sadar. Sambil menatap Hee
Thian Siang ia berkata : "Oh ya benar. Suhu justru lantaran pernah berjanji
kepadanya hendak mengadakan pertandingan di gunung Tay
san pada lima tahun kemudian, maka tadi aku ketika
mendengar nama Hee Thian Siang lantas merasa seperti
pernah dengar namamu."
Tiong sun Hui Kheng berkata pula sambil tertawa :
"Inilah soal yang kesatu. Suhumu masih memberi pesan
kepadaku mengenai soal yang kedua yakni beliau telah mnta
kami mengajak kau untuk menjumpai seorang tabib kenamaan
pada dewasa ini !" "Untuk apa pergi menjumpai tabib kenamaan ?" bertanya
Hok Sin In. "Menurut keterangan Hee kouw locianpwe, katanya kau
pernah mengalami kekejutan hebat sehingga terhadap segala
urusan yang sudah lalu, sudah tidak ingat semuanya. Mungkin
tabib kenamaan itu bisa menyembuhkan penyakitmu yang
aneh ini !" "Urusan ini memang benar sangat aneh, terhadap segala
apa yang sudah lalu, ingatanku menjadi samar-samar.
Umpama saja tadi kalian katakan aku bernama Hok Sin In,
aku lantas merasa bahwa itu memang tidak salah, teapi juga
seperti merasa agak salah !"
Tiong sun Hui Kheng berjalan menghampiri, dengan
menarik tangan Hok Sin In, berkata lagi sambil tersenyum :
"Penyakit aneh ini tidak menjadi soal, kau mengikut kami
pergi menemui tabib kenamaan itu. Mungkin bisa lantas
disembuhkan." Hok Sin In kini ternyata menurut saja, ia berjalan bersama
Tiong sun Hui Kheng sambil bergandengan tangan, sepanjang
jalan ia bertanya sambil tertawa :
"Tabib kenamaan itu siapa namanya " Dimana tempat
tinggalnya ?" "Dia bernaam Say han kong, tempat tinggalnya di Thian sin
peng, di gunung Siong san !" jawab Tiong sun Hui Kheng
sambil tertawa. Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu mengagumi
kecerdasan Tiong sun Hui Kheng. Ajakannya yang mengajak
Hok Sin In pergi ke gunung Siong san, kemungkinan besar
upaya dengan perobatan Say han kong, perlahan-lahan dapat
memulihkan kembali ingatannya yang sudah hilang.
Hok Sin In lalu membereskan barang-barangnya. Hee
Thian Siang sebelum berlalu dari tempat itu, pergi dulu
menghadap ke kuburan Duta Bunga Mawar, untuk memberi
hormat. Setelah itu baru meninggalkan gunung Tay pa san,
menuju ke gunung Siong san.
Tiong sun Hui Kheng bertiga dengan sendirinya tidak bisa
naik kuda. Maka ia perintahkan Siaopek, Tatwong dan
kudanya Ceng hong kie berjalan lebih dulu ke gunung Siong
san dan menunggu disana. Say han kong dahulu memang pernah menjadi majikan
Ceng hong kie. Maka perjalanan ke gunung Siong san itu
merupakan perjalanan yang sudah tidak asing baginya.


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar ucapan itu, segera berangkat bersama Siaopek
dan Taywong. Tiong sun Hui Kheng yang mengawasi Hok Sin In berjalan
berdampingan dengan Hee Thian Siang tampaknya sangat
akrab. Dalam hati juga merasa gembira.
Hok Sin In meskipun telah lupa semua hal-hal yang sudah
lalu, tetapi setelah bersahabat lagi dengan Hee Thian Siang
dan Tiong sun Hui Kheng, terutama terhadap pemuda itu,
seolah-olah seperti sudah menjadi jodohnya hingga
tampaknya semakin erat. Dengan perjalanan yang cepat, dalam waktu beberapa hari
sudah tiba di gunung Siong san. Tetapi ketika tiba di kediaman
Say han kong, hanya tampak Say han kong seorang diri, tidak
tampak jejak Tiong sun Seng.
Hati Tiong sun Hui Kheng agak terkejut, maka buru-buru
bertanya kepada Say han kong :
"Say locianpwe, kemana perginya ayahku ?"
"Tiong sun tayhiap sudah pergi dari sini kira-kira sepuluh
hari. Katanya ia akan pergi ke puncak tertinggi di gunung Ngo
gak untuk bertempur dengan musuh tangguh !"
Terkejut Tiong sun Hui Kheng mendengar ucapan itu, maka
lalu bertanya pula. "Ayah selamanya sangat sabar. Sedikit sekali musuh-
musuhnya. Diwaktu belakangan ini ayah telah mensucikan
diri, lebih-lebih jarang melakukan perjalana ke dunia Kang
ouw. Dengan cara bagaimana dengan mendadak hendak
pergi ke puncak tertinggi gunung Ngo gak untuk bertemu
dengan musuh tangguh ?"
Say han kong menggeleng-gelengkan kepala. Katanya
sambil tertawa getir : "Aku sendiri juga tidak tahu jelas. Hanya samar-sama
dengar Tiong sun tayhiap berkata bahwa urusan ini telah
timbul karena nona Tiong sun merupakan suatu bencana yang
paling besar dan terakhir dalam hidupnya !"
Tiong sun Hui Kheng semakin mendengar semakin
terheran-heran. Maka lalu berkata kepada Hee Thian Siang :
"Adik Siang, kau pikir urusan ini timbul dari kita " Kita
melakukan perjalan di dunia Kang ouw dengan baik-baik, tidak
menimbulkan soal kepada orang lain. Bagaimana bisa
merembet-rembet ayah samapi harus menghadapi bencana
besar seperti ini ?"
Hee Thian Siang mengerutkan alisnya, bertanya kepada
Say han kong : "Say locianpwe, sebelum empek Tiong sun berangkat,
apakah pernah meninggalkan pesan untuk enci Kheng ?"
"Tiong sun tayhiap anggap bahwa gara-gara itu muncul
karena nona Tiong sun. Mungkin bisa pergi mencari padanya.
Maka suruh aku menyampaikan kepada nona Tiong sun dan
kau sementara tidak perlu dicari. Tunggu sampai lain tahun
permulaan bulan delapan, pergi ke lembah kematian di
gunung Conglam untuk melihat bagaimana kesudahannya
pertempuran itu !" berkata Say han kong sambil tertawa.
Tiong sun Hui Kheng semakin cemas mendengar ucapan
itu : "Mungkin semua itu keliru. Aku belum pernah menimbulkan
gara-gara. Kedatanganku ini juga bukan buat mencari ayah,
adalah untuk mencari Say locianpwe untuk mengeluarkan
kepandaianmu dalam bidang obat-obatan !"
"Ouw ! Jadi nona Tiong sun mencari aku untuk
menyembuhkan penyakit siapa "'
Tiong sun Hui Kheng berkata sambil menunjuk Hok Sin In :
"Nona Hok ini dahulu bersama-sama San chiu-lo pan Oe tie
cianpwe telah mendapat bahaya di atas gunung Hoan san.
Meskipun secara kebetulan ditolong oleh seorang pandai
tetapi karena terkejutnya hingga segala urusan yang sudah
lalu semuanya telah lupa. Sedangkan namanya sendiri dan
asal usulnya juga sudah tidak ingat lagi !'
Say han kong mendengar ucapan itu lalu menatap wajah
Hok Sin In. Tampak gadis itu tersenyum-senyum dengan sinar
mata sayu, mengawasi dirinya.
Setelah diadakan pemeriksaan seperlunya, Tay han kong
tampak mengerutkan alisnya sambil berpikir keras.
Hee Thian Siang yang menyaksikan keadaan ini lalu
bertanya : "Say locianpwe, penyakit aneh hilang ingatan dari nona
Hok ini, apakah tidak mudah disembuhkan ?"
"Untuk menyembuhkannya tidak sulit, hanya tidak dapat
sembuh dalam waktu pendek. Berikan padanya obat-obat
menenangkan pikiran. Dengan sendirinya perlahan-lahan bisa
sembuh sendiri. Tapi lamanya paling sedikit harus tiga tahun,
bisa-bisa lebih dari itu !" berkata Say han kong sambil
menggelengkan kepala. "Hanya, waktu tiga tahun sesungguhnya terlalu lama.
Sedangkan pada musin Tiong ciu tahun depan kita kita masih
perlu mengumpulkan tenaga untuk pergi ke puncak gunung
Tay pek hong akan mengadakan pertempuran dengan
kawanan penjahat partai Ceng thian pay dan Pat-bao Yao-ong
Hian Wan Liat dan lain-lainnya !"
Say han kong menganggukkan kepala dan berkata sambil
tertawa : "Aku juga merasa apabila tidak menggunakan cara
istimewa, sebetulnya memang terlalu lama untuk
menyembuhkan penyakit macam ini !"
Tiong sun Hui Kheng sangat girang mendengar kata itu,
kembali bertanya : "Say locianpwe, apakah locianpwe masih mempunyai cara
yang paling baik dan luar biasa untuk dapat menyembuhkan
dalam waktu yang lebih singkat ?"
Say han kong tertawa tanpa menjawab. Kemudian
memandang agak lama kepada Hok Sin In.
Tiong sun Hui Kheng yang sangat cerdik, menemukan
keadaan demikian lantas mengerti. Maka berkata kepada Hee
Thian Siang : "Adik Siang, diatas Thian sin peng ini pemandangan
alamnya sangat indah, cobalah kau ajak adik In mu untuk
melihat-lihat." Hee Thian Siang segera mengerti bahwa Say han kong
hendak mengadakan perundingan rahasia dengan Tiong sun
Hui Kheng, maka lalu menganggukkan kepala sambil
tersenyum. Kemudian mengajak Hok Sin In pergi ke puncak
gunung Siong san untuk menikmati pemandangan alam.
Setelah Hee Thian Siang dan Hok Sin In berlalu, Tiong sun
Hui Kheng lalu berkata : "Say locianpwe, kau pikir hendak menggunakan cara luar
biasa bagaimana " Bagaimana nampaknya demikian misterius?"
"Nona Tiong sun, tahukah kau apabila anak bayi dihinggapi
penyakit kaget, apa yang harus dilakukan oleh ayah bundanya
?" tanya Say han kong sambil tersenyum.
Menurut tradisi rakyat jelata, tindakan yang dilakukan itu
dinamakan memanggil sukma. Bayi itu harus dibawa ke
tempat ia mendapat kaget, lalu memanggil namanya. Dengan
demikian bayi itu lantas menjadi tenang !"
Say han kong berkata sambil mengurut-urut jenggotnya
yang panjang. "Cara luar biasa yang kukatakan tadi ialah ingin membawa
Hok Sin In ke tempat kejadiannya dan memanggil sukmanya."
"Tindakan memanggil sukma ini hanya suatu kepercayaan
dari rakyat jelata. Locianpwe adalah tabib kenamaan pada
dewasa ini, bagaimana juga. . . . . "
"Nona Tiong sun, kau tidak tahu. Umumnya untuk
menyembuhkan penyakit dibagi menjadi pengobatan dengan
obat-obatan dan pengobatan dengan rohani. Ini harus ditinjau
dari keadaan penyakitnya. Kadangkala harus menitikberatkan
pada obat-obatan, tapi ada kalanya juga harus mengandalkan
pengobatan rohani. Tapi ada kalanya juga pengobatan
dengan obat dan rohani, sama-sama pentingnya !"
Tiong sun Hui Kheng yang mendengar uraian itu hanya
menganggukkan kepala, namun masih belum memahami
benar-benar. Sementara itu Say han kong sudah berkata lagi
sambil senyum : "Aku pikir lebih dahulu memberikan makan obat kepada
Hok Sin In, untuk menenangkan pikiran dan hatinya.
Disamping itu ingin bawa ia ke puncak gunung Hoan san
dimana dahulu dia terjatuh. Bahkan mungkin kita akan
mengadakan recontatie kejadian dahulu supaya Hok Sin In
teringat kembali kejadian-kejadian itu. Dengan demikian dapat
membuka ingatannya kembali. Kemudain kita berikan lagi obat
yang agak keras, barangkali penyakit lupa ingatannya dapat
disembuhkan dengan waktu yang agak cepat !"
Tiong sun Hui Kheng yang mendengar keterangan itu
sangat kagum sekali, katanya sambil menghela napas :
"Cara locianpwe menyembuhkan sesuatu penyakit benar
saja jauh bedanya dengan tabib lain. Boanpwe sesungguhnya
kagum sekali !" "Kalian boleh berdiam disini beberapa hari dulu. Nanti
setelah obat-obat untuk keperluan Hok Sin In sudah lengkap,
kita berangkat bersama-sama menuju ke puncak gunung
Hoan san !" Tiong sun Hui Kheng menganggukkan kepala sambil
tersenyum. Dan diam-diam memberitahukan kepada Hee
Thian Siang tentang maksud Say-han-kong itu.
Tiga hari kemudian, obat-obat yang diperlukan untuk
keperluan Hok Sin In itu sudah siap semua dan setiap harinya
ia memberikan obat penenang pikiran kepada Hok Sin In.
Tiong sun Hui Kheng pesan kepada Taywong dan Ceng
hong kie supaya berdiam di Thian san peng, hanya mengajak
Siaopek saja. Hok Sin In waktu itu meskipun belum pulih kembali
ingatannya seperti dahulu, tetapi hubungannya dengan Tiong
sun Hui Kheng sudah jadi akrab lagi. Maka ketika ia pergi
bersama-sama Say han kong dan lain-lainnya meninggalkan
gunugn Siong san, ia bertanya kepada Tiong sun Hui Kheng :
"Enci Tiong sun, aku sudah makan banyak obat dari tabib
kenamaan Say locianpwe, tetapi bagaimana masih tidak ingat
semua kejadian yang sudah lalu ?"
Tiong sun Hui Kheng menghiburi padanya sambil
tersenyum : "Adik In, kau jangan cemas dulu. Penyakitmu itu sudah
terlalu dalam. Kita sekarang justru hendak mengajak kau
untuk mencari semacam obat yang mustajab, pasti dapat
menyembuhkan penyakitmu semua."
Hok Sin In bertanya pula sambil senyum :
"Enci Tiong sun, tahukah kau suhuku sekarang ini berada
dimana ?" Tiong sun Hui Kheng tidak suka memberitahukan kepergian
Hee kouw Soan yang sebenarnya. Maka hanya menjawab
sambil tersenyum : "Suhumu sedang pergi menengok sahabat lamanya untuk
beromong-omong. Ia perintahkan kepada kami setelah
menyembuhkan penyakitmu yang aneh ini supaya menunggu
di puncak gunung Tay pek hong di gunung Cong lam san
pada malam Tiong ciu tahun depan, disana nanti bisa bertemu
lagi dengannya !" "Dan kemana sekarang kita hendak pergi ?" bertanya Hok
Sin In sambil tertawa. Tiong sun Hui Kheng menjawab dengan suara lemah
lembut : "Kita lebih dulu hendak pergi ke selat Wan hiap mencari
semacam obat mujijat buat menyembuhkan penyakitmu.
Kemudian dari sana pergi ke puncak gunung Ngo-bie untuk
menikmati pemandangan amalm terang bulan diatas puncak
gunung itu !" Hee Thian Siang tahu bahwa Tiong sun Hui Kheng itu
sedang menggunakan teknik menyembuhkan ingatan Hok Sin
In supaya Hok Sin In perlahan-lahan mengingat kembali
kejadian-kejadian yang lalu. Ia lalu berkata sambil tertawa :
"Selat Wan hiap di sungai Tiang kang, pemandangan
sungguh hebat. Terutama di selat Wan bun, selat itu demikian
keadaannya sehingga membuat jantung berdebaran, tentang
pemandangan alam di puncak Ngo-bie. . . . . "
Belum habis ucapannya, Hok Sin In sudah menggoyangkan
tangannya mencegah Hee Thian Siang melanjutkan terus
kata-katanya dengan mengerutkan alisnya berkata :
"Engkoh Siang, dua tempat yang kau sebutkan tadi rasa-
rasanya seperti pernah aku kunjungi !"
Hee Thian Siang dalam hati merasa girang, katanya sambil
tersenyum : "Adik In, cobalah kau ingat-ingat lagi baik-baik. Sebetulnya
pernahkah kau berkunjung ke sana atau belum ?"
Hok Sin In yang mendengar ucapan itu lantas terbenam
dalam alam pikirannya sendiri.
Tiong sun Hui Kheng sengaja memperlambat jalannya,
membiarkan Hok SIn In berjalan berdampingan dengan Hee
Thian Siang dan selama itu ia berkata kepada Say han kong
dengan suara sangat perlahan :
"Say locianpwe, menurut pandangan locianpwe dengan
cara seperti ini, untuk kadang-kadang membangkitkan ingatan
Hok Sin In, apakah dapat membantu memulihkan ingatannya?"
Say han kong berpikir dahulu, kemudian menjawab sambil
menggelengkan kepala : "Pukulan bathin yang diterimanya itu sudah terlalu hebat.
Dengan cara biasa seperti ini, barangkali hasilnya sedikit
sekali. Tidak mungkin dapat mencapai hasil seperti yang kita
harapkan." Benar saja, Hok Sin In yang terbenam dalam pikirannya
sekian lama masih menggeleng-gelengka kepala dan berkata
kepada Hee Thian Siang sambil tertawa getir :
"Engkoh Siang, bagaimana pun juga aku berpikir juga tidak
ingat lagi. Hanya samar-samar aku merasa bahwa nama Wan
bun itu sangat menakutkan sekali. Sedangkan nama tempat
puncak gunung Ngo bie ini, aku merasa sangat senang !"
"Adik In, kalau katamua tempat yang disebut Wan bun itu
menakutkan, beranikah kau pergi kesana ?" tanya Hee Thian
Siang. Hok Sin In mengerutkan alisnya dan berkata sambil
menggelengkan kepala : "Mengapa aku tidak berani " Aku justru ingin menyaksikan
dan melihat tempat itu. Bagaimana dalam pendengaranku
terasa sangat menakutkan sehingga bulu-bulu romaku pada
berdiri !"

Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hee Thian Siang yang mendengar jawaban itu dalam hati
diam-diam merasa girang. Ia tahu bahwa rencana
penyembuhan yang diatur oleh Say han kong ini mungkin
akan berhasil. Hok Sin In kini setelah mendengar naam Wan
bun itu jelas merasa takut. Dan setelah ia nanti berada sendiri
untuk mengadakan reconsenlie kejadian yang lalu, pasti akan
mengalami pukulan bathin lagi hingga bisa kembali ingatannya
seperti biasa. Sepanjang jalan itu tidak ada kejadian apa-apa. Hingga tiba
ditempat yang dinamakan Wan bun itu. Say han kong menurut
keterangan Sam chiu lo pan dahulu memerintahkan Tiong sun
Hui Kheng menyamar sebagai wanita kesepian, menyuruh
Hee Thian Siang siap dengan jala wasiatnya warna merah
untuk berjaga-jaga di tepi jurang.
Setelah selesai mengatur semua, Say han kong mengajak
Hok Sin In diwaktu malam yang gelap mendaki puncak
gunung Hoan san. Sambil berjalan Hok Sin In memperhatikan keadaan
disekitarnya, kemudian berkata kepada Say han kong sambil
tertawa getir : "Say locianpwe, tempat ini aku benar-benar seperti sudah
pernah datang !" "Nona Hok, ingatkah kau bahwa di dalam rimba persilatan
ada seorang pendekar yagn sifatnya aneh, pendekar itu
bernama Sam thian lo pan Oe tie Khao ?" bertanya Say han
kong sambil tertawa. "Ia benar. Aku justru mengikuti Sam chiu lo pan Oe tie
Khao pernah datang ke puncak gunung Hoan san ini !"
Say han kong dalam hati diam-diam merasa girang, cepat
bertanya pula : "Nona Hok, coba kau pikir lagi baik-baik. Waktu itu di
puncak gunung Hoan san ini apakah hanya kau dan Sam chiu
lo pan Oe tie Khao berdua saja ?"
Hok Sin In yang berada kembali di tempat kejadian dahulu,
samar-samar mulai mendapat kembali ingatannya. Setelah
berpikir sejenak, berkata sambil menggeleng-gelengkan
kepala : "Bukan cuma kita berdua saja, rasanya masih ada seorang
perempuan yang mengenakan baju hitam. Perempuan itu
mengaku sebagai wanita kesepian !"
Say han kong lalu berkata lagi sambil menunjuk jari
tangannya : "Nona Hok, katamu benar. Wanita kesepian yang
mengenakan pakaian hitam itu, bukankah ada disana ?"
Hok Sin In mengawasi ke tempat yang ditunjuk oleh Say
han kong. Benar saja ia menampak seorang perempuan
berpakaian hitam yang mengenakan kerudung muka, muncul
perlahan-lahan dibelakangnya.
Peristiwa di waktu lalu, kini telah terbentang lagi dihadapan
matanya. Tanpa disadarinya Hok Sin In lalu melancarkan tiga
kali serangan yang hebat kepada wanita kesepian yang
peranannya dipegang oleh Tiong sun Hui Kheng.
Hee Thian Siang sementara itu sembunyi di tepi jurang.
Menyaksikan keadaan itu, diam-diam menganggukkan kepala
sambil tersenyum sebab ilmu silat yang dipergunakan oleh
Hok Sin In sekarang bukanlah ilmu silat pelajaran Hee kouw
Soan yang aneh, melainkan ilmu silat golongan Ngo-bie.
Perubahan itu, merupakan bukti yang nyata bahwa pikiran
Hok Sin In sudah nampak gejalanya pulih kembali ingatannya.
Tiong sun Hui Kheng mengelak, dengan beruntun dia harus
mengelakkan diri dari serangan Hok Sin In yang dilancarkan
hingga sepuluh jurus lebih.
Dalam keadaan seperti kalap menyerang lawan itu, Hok Sin
In tiba-tiba seperti ingat sesuatu, ia bertanya dengan suara
tajam : "Say locianpwe, dimana pedangku Liu yap bian sie kiam ?"
Say han kong tidak menduga Hok Sin In akan mengajukan
pertanyaan demikian, hingga waktu itu ia hampir tidak tahu
bagaimana harus menjawab.
Karena tidak mendapat jawaban, Hok Sin In berkata lagi
kepada diri sendiri : "Ouw ! Ya benar ! Pedangku Liu yap bian sie kiam terjatuh
di tempat ini. Sekarang aku hendak mengambilnya kembali."
sehabis berkata demikian, tiba-tiba badannya bergerak dan
melompat terjun ke dalam jurang yang dalamnya seratus
tombak lebih. Tiong sun Hui Kheng tidak menduga Hok Sin In bisa
mendadak bertindak demikian. Untuk mencegah sudah tidak
keburu lagi. Untunglah waktu itu Hee Thian Siang sudah siap
siaga dengan jaring pusakanya. Maka ketika Hok Sin In terjun,
jaringnya lalu dilepaskan untuk menjala tubuh Hok Sin In.
Say han kong yang kemudian datang memburu lalu
menotok dua bagian jalan darahnya ditubuh Hok Sin In,
kemudian diberikannya lagi obat-obatan yang diperlukan.
Setelah itu ai membuka totokannya dan diurut-urutnya
sebentar supaya bisa tidur pulas.
Hee Thian Siang tahu asal Hok Sin In bisa tidur pulas, nanti
kalau ia mendusin lagi maka berhasillah sudah usaha Say han
kong yang menyembuhkan penyakit lupa ingatan itu. Maka
saat itu ia bisa unjukkan senyum dan menarik napas lega.
Tiong sun Hui Kheng juga sangat mengagumi kepandaian
Say han kong itu, katanya sambil tersenyum :
"Say locianpwe sejak dahulu kala, tabib kenamaan yang
memiliki kepandaian benar-benar. Tidak memperdulikan
hasilnya yang cepat, cara untuk memulihkan kembali ingatan
adik In ini, benar-benar suatu cara yang luar biasa !'
"Caraku ini hanya kulakukan dalam keadaan terpaksa.
Untuk mengetahui berhasilnya atau tidak, kita harus
menunggu dahulu sampai Hok Sin In mendusin. Masih perlu
dilihat sampai dimana pulih kembalinya ingatannya. Baru
dapat dibuktikan hasil dari pekerjaan ini !" menjawab Say han kong sambil
tertawa. "Tadi Hok Sin In dengan tiba-tiba menyebut pedangnya Liu
yap bian sie kiam. Hal ini membuat aku bingung sekali. Sebab
pedang itu sudah terjatuh dari puncak gunung Hoa san.
Bagaimana bisa dibawa oleh perempuan berbaju hitam itu dan
tiga iblis gunung Conglam yang berdiam di lembah kematian?"
berkata Hee Thian Siang sambil mengerutkan alisnya.
"Adik Siang, perlu apa kau menjadi bingung " Adik In waktu
itu terjatuh dari puncak gunung Hoa san ini adalh terpisah
dengan pedangnya. Ia dapat ditolong oleh Hee kouw
locianpwe yang kemudian diberi pelajaran ilmu silatnya.
Sedangkan pedangnya mungkin terus terjatuh ke sungai atau
mungkin tertancap di tebing gunung dan kemudian diambil
oleh perempuan berbaju hitam yang lain, yang selanjutnya
terjatuh ditangan tiga iblis dari gunung Cong lam itu !" berkata Tiong sun Hui
Kheng. "Dugaanmu ini mungkin benar !" berkata Hee Thian Siang
sambil mengangguk-anggukkan kepala.
"Kau menyebut lembah kematian di gunung Cong lam.
Membuat aku teringat kepada ayah. Entah musuh tangguh
siapa yang perlu mengadakan perjanjian mengadu kepandain
di puncak gunung dan kemudian baru ke lembah kematian
untuk bertempur mati-matian." berkata Tiong sun Hui Kheng
sambil mengerutkan alisnya.
"Urusan ini sesungguhnya sangat mengherankan rimba
persilatan dewasa ini. Kecuali Pat-bao Yao-ong Hian Wan Liat
suami istri dan Pek-kut Ie-su, masih ada siapa lagi yang berani
mengadu kepandaian dengan empek Tiong sun ?" berkata
Hee Thian Siang. "Yang lebih mengherankan ialah, katanya ia mendapat
musuh tangguh karena gara-garaku !"
"Sekarang ini kita justru tidak mempunyai urusan penting.
Tunggu hingga adik In sudah pulih kembali ingatannya, kita
bisa bersama-sama pesiar ke gunung Ngo-gak. Asal dapat
menemukan empek Tiong sun, bukankah segera mengerti ?"
"Aku sebetulnya agak khawatir. Jikalau bisa menemui ayah
untuk membantu padanya, itulah paling baik !"
Hee Thian Siang lalu bertanya kepada Say han kong :
"Bagaimana say locianpwe " Apakah Say locianpwe juga
mau turut bersama-sama kami pergi ke gunung Ngo-gak ?"
"Aku memang seorang pengangguran yang sama sekali
tidak punya gawe. Untuk pesiar bersama-sama kalian kurasa
juga baik !" jawab Say han kong sambil tertawa.
Hee Thian Siang kembali bertanya kepada Tiong sun Hui
Kheng : "Enci Kheng, kalau kita hendak melakukan perjalanan ke
gunung Ngo-gak, jalananan daerah pegunungan yang terjal
itu, rasanya tidak tepat kalau kita menggunakan kuda. Apakah
tidak baik kalau kita tinggalkan Ceng hong kie dan Taywong di
atas gunung Siong san aaja ?"
Tiong sun Hui Kheng menganggukkan kepala sambil
tersenyum. Karena melihat Hok Sin In masih tidur nyenyak,
maka lalu melepaskan pakaian tebalnya untuk menutupi tubuh
gadis itu. Say han kong diam-diam menganggukkan kepala dan
berkata kepada TIong sun Hui Kheng :
"Nona Tiong sun, kalau kita hendak pesiar ke gunung Ngo-
gak, agaknya juga perlu membuat rencana lebih dahulu. Tidak
boleh melakukan perjalanan dengan membabi buta !"
"Say locianpwe, apakah tidak baik nanti setelah urusan
disin selesai, lebih dahulu kita pergi ke gunung Hoa san
disebelah barat gunugn Ngo-gak, lalu pergi ke gunung Heng
san sebelah utara Ngo-gak, kemudian ke gunung Tay-san
disebelah timur Ngo-gak dan setelah itu ke gunung Siong san
yang merupakan bagian tengah gunung itu. Dan pada
akhirnya sama-sama ke Lam gak ?"
Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu, lantas
menggoyang-goyangkan tangannya dan lalu berkata :
"Rencana perjalanan enci Khegn ini semuanya baik. Tapi
dengan cara demikian, sebetulnya salah besar !"
"Dimana salahku ?" tanya Tiong sun Hui Kheng.
"Sebab kesatu, empek Tiong sun sudah menjanjikan
kepada kita pada permulaan bulan delapan tahun depan,
ketemu di lembah kematian di gunung Cong lam. Kedua, kita
perlu menghadiri pertemuan di gunung Tay pek hong pada
musing Tiong ciu. Maka seharusnya kita lebih dahulu harus
berkunjung ke Heng san di Lam-gak, sedangkan di See gak
kita anggap sebagai pos yang terakhir, barulah tidak
melakukan perjalanan !"
"Hee, adik Siang, hari ini mengapa bisa berpikir demikian
cermat ?" "Inilah yang dinamakan apabila orang sedang
menghadapi. . . " Belum habis ucapannya, mendadak berdiam. Sebab ia
merasa bahwa ucapannya itu ada mengandung kesalahan,
mungkin Tiong sun Hui Kheng nanti akan merasa tidak
senang. Tiong sun Hui Kheng yang sangat cerdik, sudah tentu
segera dapat menangkap arti kata-kata yang akan diucapkan
oleh Hee Thian Siang. Maka lalu berkata sambil menghela
napas : "Adik Siang, kau jangan gembira dulu. Sebab meskipun
sekarang ini adik In ada harapan pulih kembali ingatannya,
yang memang merupakan suatau kegembiraan besar buat
kita, tetapi seperti peribahasa ada kata, nasib manusia siapa
tahu, mungkin ditempat ini gembira untuk kita, di lain tempat
lain pula keadaannya !"
Hee Thian Siang yang menyaksikan sikap Tiong sun Hui
Kheng mendadak menjadi sedih dan waktu ia bicara matanya
berkaca-kaca. Keadaan ini berbeda jauh dengan biasanya,
maka ia lalu bertanya dengan terheran-heran :
"Enci Kheng, mengapa dengan mendadak kau menjadi
begitu sedih " Apakah dalam ucapan-ucapanku tadi ada yang
keliru ?" Tiong sun Hui Kheng menggeleng-gelengkan kepala tidak
menjawab, dan air matanya mengalir semakin deras.
Say han kong yang tidak tahu urusan Liok Giok Jie yang
terjatuh di dalam jurang di gunung Ko lee kong san,
menyaksikan keadaan itu juga merasa heran. Tanyanya :
"Nona Tiong sun, bagaimana kau dengan mendadak jadi
begitu sedih ?" Tiong sun Hui Kheng yang tidak bisa menutup hal itu
selama-lamanya, sudah akan memberitahu kejadian di
gunung Ko lee kong san itu kepada Hee Thian Siang.
"Adik Siang, harap kau tenang. Aku hendak
memberitahukan suatu kabar buruk padamu."
Terkejut hati Hee Thian Siang. Ia merasa bahwa penuturan
ini tentu merupakan suatau peristiwa penting, maka lebih
dahulu ia menenangkan pikirannya, kemudian bertanya :
"Enci Kheng, kau ceritakanlah. Sebetulnya ada berita buruk
apa ?" "Liok Giok Jie sudah mati, bahkan ia mati ditanganku
sendiri !" Hee Thian Siang yang sejak suhunya Pak bin meninggal
dunia, hidupnya sudah sebatang kara. Orang-orang yang
hubungannya paling dekat dengannya hanya Liok Giok Jie,
Hok Sin In dan Tiong sun Hui Kheng bertiga. Maka begitu
mendengar ucapan Tiong sun Hui Kheng, ia segera menduga
bahwa nasib buruk telah menimpa Liok Giok Jie. Bila benar
demikian, meskipun ia menduga tetapi rupanya sudah diduga
dari semula. Namun tentang ucapan Tiong sun Hui Kheng
bahwa Liok Giok Jie mati ditangannya, ia menjadi terheran-
heran, dengan menatap wajah Tiong sun Hui Kheng ia
menahan sedihnya, tanyanya lambat-lambat :
"Mati hidup seseorang itu tergantung ditangan Tuhan. Kita
ambil saja sebagai contoh, misal saja perjalanan kita yang
membahayakan di gunung Kun lun. Bukankah aku dan enci
Kheng menjelma menjadi orang lagi " Maka itu, berita buruk
demikian, meskipun menjadikan cukup kuat bagiku untuk tidak
sampai terpengaruh perasaanku, enci Kheng boleh ceritakan
sejelas-jelasnya bagaimana Liok Giok Jie menemukan
nasibnya !" Tiong sun Hui Kheng yang menampak Hee Thian Siang
masih berlaku tenang, maka lantas menceritakan kejadian di
gunung Ko lee kong san. Hee Thian Siang setelah mendengar habis penuturan itu,
perasaan sedihnya agaknya berkurang. Lalu berkata
kepadanya : "Enci Kheng, menurut ceritamu ini, Liok Giok Jie tentu


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah menemukan ajalnya !"
"Liok Giok Jie terjun kedalam jurang yang dmeikian dalam,
bagaimana masih ada harapan hidup ?" berkata Tiong sun Hui
Kheng sambil tertawa getir.
Hee Thian Siang menunjuk ke bawah puncak gunung Wan
san yang ada mengalirkan air sungai yang amat deras, lalu
berkata : "Enci Kheng, bagaimana dalamnya jurang gunung Ko lee
kong san itu kalau dibandingkan dengan selat Wan hiap ini ?"
"Sekalipun jurang itu tidak dapat dibandingkan dengan selat
Wan hiap ini tetapi juga tidak jauh perbedaannya !"
Hee Thian Siang berkata lagi sambil menunjuk Hok Sin In
yang sedang tidur nyenyak :
"Waktu adik In tergelincir dari puncak gunung Wan san,
sudah terluka parah lebih dahulu. Keadaan adik In waktu itu
toh jauh lebih berbahaya dari pada sewaktu Liok Giok Jie
buang diri ke dalam jurang " Tapi sekarang dia masih dalam
keadaan selamat. Apakah Liok Giok Jie tidak mempunyai
sebersih harapan hidup juga ?"
Tiong sun Hui Kheng meskipun merasa bahwa ucapan Hee
Thian Siang itu karena terdorong oleh perasaannya sendiri,
tetapi ia masih sangsi apakah benar masih ada orang tua
berbaju kuning Hee kouw Soan yang kedua yang menunggu
dijurang gunung Ko lee kong san itu, menolong Liok Giok Jie
keluar dari bahaya " Namun demikian, demi kepentingan
pemuda itu, juga terpaksa membiarkan, katanya sambil
menganggukkan kepala : "Ucapanmu ini juga benar, apabila kau menggunakan adik
In ini sebagai contoh, maka Liok Giok Jie bukan saja ada
kemungkinan belum pasti mengalami kematiannya, bahkan
mungkin akan menemukan kejadian gaib."
"Semoga bisa terjadi seperti apa yang kita harapkan.
Jikalau tidak, kalau sampai tidak mempunyai ibu,
sesungguhnya terlalu kasihan !"
Tiong sun Hui Kheng juga tahu baha Hee Thian Siang
adalah seorang pemuda yang penuh perasaan. Sikapnya
yang diunjukkant adi, karena terjunnya Liok Giok Jie ke dalam
jurang itu ada hubungannya dengan dirinya, maka baru saja
mencoba menekan perasaannya sendiri untuk membesarkan
hati dirinya. Tapi kini, perasaan itu susah ditekan lagi, sehingga
pemuda itu nampak demikian sedih. Maka ia menghampiri dan
menarik tangannya sambil berkata dengan lemah lembut :
"Adik Siang jangan sedih. Kalau Liok Giok Jie masih ada
harapan hidup, itulah memang yang kita harapkan. Tapi
jikalau tidak, aku juga pasti akan mau merawat bayinya, akan
kuperlakukan sebagai anakku sendiri."
Waktu itu, Say han kong yang menyaksikan betapa
mesranya hubungan antara Hee Thian Siang dan Tiong sun
Hui Kheng, maka lalu menyingkir dan duduk bersemedi.
Sementara itu, Hee Thian Siang sudah dihiburi oleh Tiong
sun Hui Kheng, sebaliknya malah merasa pilu hingga air
matanya tidak tertahan lagi lantas mengalir keluar, katanya
dengan suara sedih : "Enci Kheng, aku tahu bahwa itu akulah sendiri yang
bernasib terlalu baik. Satu orang agaknya tidak pantas
mempunyai tiga kawan wanita yang begitu baik budi seperti
enci Kheng ini semua. . . . . '
Tak menunggu habis ucapannya Hee Thian Siang, Tiong
sun Hui Kheng lalu menggunakan lengan bajunya untuk
menyusut air mata Hee Thian Siang, katanya sambil
tersenyum : "Adik Siang, kau jangan bicara lagi. Aku, aku tahu hatimu !"
"Enci Kheng tahu apa ?"
"Aku tahu, terhadapku boleh dikata kau berlaku terlalu baik
sekali. Terhadap adik In ada juga kau menaruh kasih sayang,
tetapi kejadian dalam goa di gunung Tay pa san, telah
memaksa kau tidak boleh melupakan Liok Giok Jie, sehingga
berakibat begini !" "Enci Kheng, kau benar-benar seperti mengetahui tentang
isi hatiku. . . . . . " berkata Hee Thian Siang dengan muka
merah. "Sebaliknya aku, Hok Sin In maupun Liok Giok Jie, semua
bukanlah bangsa perempuan-perempuan
biasa yang berpikiran cupat. Buat kami bertiga, melayani seorang suami
yang sama, juga tidak menjadi soal, malah terlalu
menguntungkan buat kau sendiri !" berktaa Tiong sun Hui
Kheng dengan perlahan. Beberapa patah kata ini telah membuat Hee Thian Siang
tidak dapat mengendalikan perasaannya, maka ia lalu
mengulurkan tangan menarik dengan perlahan tangan Tiong
sun Hui Kheng, ia mencurahkan semua cinta kasihnya
kepadanya. Tetapi Tiong sun Hui Kheng mendorong padanya dan
berkata dengan suara perlahan :
"Adik Siang, kira-kira sedikit. Benar, kita dengan Say
locianpwe tidak perlu sembunyikan apa-apa, tetapi juga tidak
boleh berbuat keliwatan di depan orang tua !"
Dikatai demikian tentu saja Hee Thian Siang menjadi malu.
Ia melirik kepada Say han kong, sehingga tampak olehnya
tabib kenamaan itu pasti sedang tidur nyenyak.
Malam itu dilewati dengan tenang.
Esok harinya, Say han kong lebih dulu mendusin, Hok Sin
In juga sudah mendusin. Waktu mendusin, ketika menampak Hee Thian Siang,
Tiong sun Hui Kheng dan Say han kong serta Siaopek, yang
semuanya berada di dekatnya, lantas menjadi sadar dan pulih
kembali ingatannya yang lama, semua kejadian yang sudah
lalu, telah teringat semua sekarang.
Tiong sun Hui Kheng yang menyaksikan sikap Hok Sin In,
segera mengetahui bahwa gadis itu sudah pulih kembali
ingatannya seperti biasa. Maka lalu ditariknya ke dalam
pelukannya, sambil menghiburi ia menceritakan bagaimana
mereka telah berusaha untuk memulihkan kembali ingatan
gadis itu. Hok Sin In yang ingat pengalamannya sendiri yang terjatuh
dari puncak gunung, masih merasa ngeri, seolah-olah anak
kecil ia memeluk Tiong sun Hui Kheng dengan erat dan
tubuhnya serasa menggigil.
Setelah satu sama lain menceritakan pengalaman masing-
masing, Hok Sin In lalu berkata kepada Tiong sun Hui Kheng,
Hee Thian Siang dan Say han kong :
"Enci Tiong sun, engkoh Siang dan Say locianpwe,
ciangbun suciku sewaktu di dalam pertemua besar berdirinya
partai Ceng thian pay, dari keterangan Sam chiu lo pan Oet tie
locianpwe, tahu bahwa aku tergelincir dari puncak gunung
Wan san. Hatinya pasti sedih sekali. Sekarang aku beruntung
bisa hidup kembali. Apakah tidak seharusnya lebih dulu
pulang ke gunung Ngo bie supaya cianpwe suci tidak merasa
sedih ?" Tiong sun Hui Kheng lantas berkata sambil tertawa :
"Ciangbunjin Ngo bie pay Hian hian Sianlo dengan adik In
meskipun namanya saja sebagai suci dan sumoay, tetapi
sebenarnya dia juga yang membesarkan dan memberi
pelajaran padamu, jadi sudah boleh dianggap seperti suhu
dengan murid. Kau yang terhindar dari kematian, sudah
seharusnya segera ke gunung Ngo bie untuk menghiburi
padanya, tapi sayang. Kau tahu, sejak bubarnya pertemuan
partai Ceng thian pay itu, partai golongan sesat itu diam-diam
telah menyerang partai Ngo-bie pay dan membakar leng to ie,
Hian-hian Sianlo bersama tiga sumoaynya tidak diketahui
dimana sekarang. Walaupun adik In kembali ke Ngo bie, juga
tidak akan menemukan mereka. Jadi ada baiknya kalau ikut
kami saja pesiar dulu ke gunung Ngo-gak, tunggu sampai
musim Tiong ciu tahun depan, dalam pertemuan di puncak
Tay pek hong, pasti bisa ketemu !"
Mendengar Tiong sun Hui Kheng berkata demikian, Hok
Sin In lalu bertanya kepada Hee Thian Siang :
"Engkoh Siang, enci Tiong sun hendak ajak aku pesiar ke
gunung Ngo-gak, apakah kau suka ?"
Sebelum Hee Thian Siang menjawab, sudah didahului oleh
Tiong sun Hui Kheng : "Engkoh Siangmu ini, lantaran urusan yang jatuh dari
puncak gunung Wan san, entah sudah berapa banyak
mengeluarkan air mata. Sekarang setelah bertemu kembali
dalam keadaan selamat, kau suruh ia berpisah denganmu, ia
juga tidak mau !" "Enci Tiong sun, ucapanmu ini barangkali benar. Menurut
apa yang aku tahu, engkoh Siang terhadap kau dan aku serta
enciku bertiga, hanya kau seorang saja yang disukai olehnya!"
Tiong sun Hui Kheng tidak menyangka bahwa Hok Sin In
sifatnya masih kekanak-kanakan, maka mukanya lantas
menjadi merah dan mengalihkan pembicaraannya ke soal lain
: "Adik In, kuberitahukan kepadamu sebuah berita
menggembirakan !" "Berita gembira apa ?" tanya Hok Sin In sambil
membelalakkan matanya. "Engkoh Siangmu kini sudah menjadi ayah, ia sudah
mempunyai seorang anak !"
Hok Sin In mendengar kabaritu, benar-benar merasa
girang. Katanya : "Ini benar-benar merupakan kabar yang sangat
menggembirakan. Enci Tiong sun, kapan kau melahirkan anak"
Mengapa tidak mau bawa untuk diperlihatkan padaku ?"
Mendengar pertanyaan itu, Tiong sun Hui Kheng kembali
menjadi malu. Dengan muka kemerah-merahan ia berkata :
"Adik In jangan berkata yang bukan-bukan. Anak engkoh
Siangmu ini ialah encimu Liok Giok Jie yang melahirkan !"
"Enci Tiong sun jangan cemas. Tidak perduli siapa yang
melahirkan anak itu, bagaimanapun juga engkoh Siangku toh
sudah mempunyai anak !" berkata Hok Sin In sambil tertawa
geli. Setelah itu, ia lalu bertanya kepada Hee Thian Siang :
"Engkoh Siang, dimana enciku sekarang ?"
Hee Thian Siang mengerutkan alisnya, sulit rasanya
menjawab pertanyaan ini. Tiong sun Hui Kheng yang tidak ingin Hok Sin In yang baru
sembuh dari ingatannya kembali dikejutkan oleh berita buruk,
maka buru-buru berkata sambil tersenyum :
"Encimu Liok Giok Jie, sekarang ini barangkali juga sedang
pesiar ke gunung Ngo-gak."
"Kalau begitu baik sekali, mari kita lekas menemui dia. Aku
sedang memikirkan hendak bersama-sama pergi ke lembah
Leng cui kok di gunung Ko leng kong san untuk menemui
ayah dan juga ibuku !"
Tiong sun Hui Kheng juga berkata :
"Adik In, bagaimana kesehatanmu sekarang " Kalau tidak
ada halangan apa-apa, kita pergi dahulu untuk pesiar ke tujuh
puluh dua puncak gunung Heng san !"
"Aku sebetulnya tidak sakit apa-apa, hanya lantaran telah
pulih kembali ingatanku, kalau kucoba ingat kembali kejadian
yang telah lalu, masih merasa ngerti !" menjawab Hok Sin Sin
sambil tersenyum. Mendengar ucapan itu, Tiong sun Hui Kheng berkata
kepada Siaopek : "Siaopek, Taywong saat ini meskipun sifatnya yang liar
sudah mulai jinak, tetapi kalau ditinggalkan dia sendirian di
gunung Siong san, aku sepenuhnya masih merasa khawatir.
Kau tidak perlu ikut kami ke gunung Ngo-gak. Pulanglah dulu
ke Siong san, baik-baik bantu juga Taywong dan Ceng hong
kie !" Siaopek berdiri sambil meluruskan kedua tangannya, lalu
menjawab dalam bahasa manusia :
"Aku tahu !" Hok Sin In terheran-heran sehingga ia lompata-lompatan
seperti anak kecil, bertanya kepada Tiong sun Hui Kheng
dengan suara terheran-heran :
"Enci Tiong sun, apakah siaopek sudah bisa bicara seperti
kita ?" Tiong sun Hui Kheng menganggukkan kepala dan tertawa,
kemudian berkata lagi kepada Siaopek :
"Kalian berdiam di gunung Siong san yang begitu baik,
dapat kalau gunakan untuk melatih ilmu masing-masing. Nanti
pada malaman musin Tiong ciu tahun depan, kalian boleh
berangkat ke puncak Tay pek hong di gunung Cong lam san,
disitu baru kalian bisa bertemu dengan kami !"
Siaopek menganggukkan kepala berulang-ulang, lalu minta
diri kepada Tiong sun Hui Kheng, Say han kong, Hee Thian
Siang dan Hok Sin In, setelah mana dia lantas lompat melesat
dan turun dari gunung Wan san.
Hok Sin In berkata dengan pujiannya :
"Enci Tiong sun, monyet cerdik pandai seperti
peliharaanmu Siaopek ini benar-benar telah membuatku
sangat kagum padamu. Bagaimana cara kau mendidiknya ?"
"Meskipun aku agak mengerti sedikit tentang binatang,
tetapi bakatnya Siaopek sendiri sesungguhnya memang
sudah terlalu baik. Taywong mempunyai kekuatan tenaga luar
biasa, tetapi kecerdikannya kalau dibanding dengan Siaopek
jauh sekali." "Adik In jangan mengiri, tunggu setelah kita selesaikan
pertandingan di gunung Cong lam san dan setelah kita sama-
sama mengasingkan diri ke tempat sepi, biarlah Siaopek nanti
dari keturunannya memberikan kita seekor anak saja yang kita
bisa didik sebaik-baiknya !" berkata Hee Thian Siang sambil
tertawa. Mereka sambil mengobrol turun dari puncak gunung Wan
san untuk melakukan perjalanan ke gunugn Ngo gak.
Tiba di gunung Heng san, Tiong sun Hui Kheng berkata
sambil menunjuk beberapa puncak gunung yang waktu itu
masih diliputi oleh kabut tebal.
"Say locianpwe, kau tahu ayahku hendak mengadakan
pertandingan di puncak gunung Ngo gak. Tahukah Say
locianpwe di bagian mana dari tujuh puluh dua puncak gunung
yang menjulang tinggi dan diliputi awan tebal iini mereka
bertempurnya ?" "Heng san dibagian selatan gunung Ngo gak mempunyai
tujuh puluh dua puncak, tetapi diantara tujuh puluh dua


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

puncak itu, puncak-puncaknya yang tertinggi cuma puncak
Ciok yong, . . . . . , Cie kay, Ciok tin dan Thian cu. Tiong sun
tayhiap mengadakan perjanjian dengan musuhnya untuk
bertanding di puncak yang tertinggi, maka lebih baik kita pergi
dulu ke puncak lima itu saja untuk mencari !" menjawab Say
han kong sambil mengurut-urut jenggotnya.
Tiong sun Hui Kheng setuju dengan pikiran Say han kong.
Empat orang itu lalu mendaki lima puncak gunung yang
disebutkan tadi untuk mencari jejak Tiong sun Seng.
Di puncak gunung Cie kay hong, benar saja mereka
menemukan tanda-tanda yang aneh.
Pertama yang ditemukan oleh mereka ialah dua buah
pohon cemara yang besar telah pada rontoh semua daunnya,
tanah dibawah pohon kira-kira seputar tombak lebih telah
penuh dengan daun-daun hijau, mengelilingi batang pohon
dalam lingkaran bulat. Kedua ialah ada dua ekor kalajengking, hidup-hidup
dimasukkan dalam batang pohon itu sedalam satu dim hingga
binatang mana jadi tidak bisa bergerak, hanya dua pasang
matanya saja yang masih berputaran.
Kejadian aneh yang ketiga ialah disebuah pohon tua yang
tinggi sekali jauh diatas kira-kira setinggi tombak lebih,
terdapat dua lembar daun yang besar. Diatas masing-masing
daun itu terdapat sebaris huruf-huruf yang berbunyi sama :
"musuh". Kalau tidak diperhatikan benar-benar, dua lembar daun itu dari jauh
tampak sebagai dua buah lubang besar
diatas pohon. Say han kong menunjuk tiga kejadian aneh itu, berkata
kepada Tiong sun Hui Kheng sambil mengerutkan alisnya :
"Nona Tiong sun, kita datang terlambat. Ayahmu Tiong sun
tayhiao, pasti sudah mengadakan pertandingan dengan
musuhnya disini !" Tiong sun Hui Kheng sambil mengerutkan alisnya
memandang pohon cemara tua, binatang kalajengking dan
dua lembar daun itu berganti-ganti dengan penuh perhatian.
Hok Sin In bertanya sambil tersenyum :
"Enci Tiong sun, apa yang sedang kau perhatikan disitu ?"
Tiong sun Hui Kheng yang menyaksikan Hee Thian Siang
juga sedang mengamat-amati kejadian aneh itu, maka lalu
bertanya padanya : "Adik Siang, apa kau sudah menemukan tanda-tanda
mencurigakan dari semua ini ?"
Hee Thian Siang dengang perasaan terkejut berkata :
"Menurut apa yang aku lihat, musuh yang harus dihadapi
empek Tiong sun bukan saja memiliki kepandaian yang
sangat tinggi, malah bisa ditaksir pasti bukan hanya seorang
saja !" Tiong sun Hui Kheng mengangukkan kepala dan berkata :
"Daun-daun pada rontoh tetapi pohonnya masih tegak
berdiri. Dua ekor kalajengking amblas di batang pohon dalam
keadaan hidup-hidup, bahkan dilakukan dari tempat sejarak
tiga tombak. Lalu, dengan menggunakan kekuatan tenaga jari
tangan membuat lubang diatas daun. Tiga kejadian ini
menunjukkan kekuatan tenaga yang berbeda-beda, jelas ada
tiga orang tokoh gaib rimba persilatan yang telah mengadu
kepandaian dengan ayahku. Kalau ditilik dari keadaan ini,
semua orang mempunyai kekuatan berimbang satu dengan
lain, tidak ada yang lebih unggul !"
Say han kong juga lantas berkata dengan perasaan heran :
"Kalau kita pikir benar-benar, tokoh-tokoh kenamaan dalam
rimba persilatan pada dewasa ini kecuali Thiat Sam mo dan
Pat-bao Yao-ong suami isteri, sudah tidak ada orang lain yang
dapat menandingi Tiong sun tayhiap. Tapi sekarang mengapa
mendadak bisa muncul tokoh-tokoh kuat malah sampai tiga
orang sekaligus " Apakah ditempat-tempat pegunungan
berbelukar seperti ini terdapat kawanan iblis yang sangat lihai,
yang mendadak muncul lagi ?"
"Ini juga susah dikata, sebelum aku dan enci Kheng
bertemu dengan Hee kouw Soan locianpwe, Sam ciok Ci jin
dan Thian-ie taysu, siapa bisa menduga bahwa ditempat
semacam ini sebenarnya sudah ada tersembunyi orang-orang
gaib berkepandaian luar biasa ?" kata Hee Thian Siang sambil
menghela napas. "Sekalipun benar ada orang-orang gaib yang begitu tingi
ilmunya, tapi aku tidak pernah merasa mengganggu mereka.
Mengapa ayah berkata kepada Say locianpwe bahwa akulah
yang menjadi gara-gara dalam hal ini ?" berkata Tiong sun Hui Kheng sambil
mengerutkan alinya. "Nona Tiong sun, di dalam hal ini kau tidak perlu menduga
yang bukan-bukan. Kita masih ada tugas yang lebih penting !"
berkata Say han kong sambil tersenyum.
"Tugas penting apa ?" bertanya Tiong sun Hui Kheng.
Say han kong menunjuk dua ekor kalajengking yang masih
bergerak-gerak diatas pohon dan daun-daun cemara yang
rontok di tanah, lalu berkata sambil tersenyum :
"Nona Tiong sun, bukankah sudah kau lihat sendiri,
kalajengking itu masih belum mati dan daun cemara dibawah
itu juga masih belum pada kering ?"
"Jadi jelas juga tentunya Tiong sun tayhiap dan musuh-
musuhnya belum lama meninggalkan tempat ini. Mengapa
tidak lekas kita kejar mereka ke puncak gunung Siong san
dibagian tengah gunung Ngo gak " Mungkin kita masih dapat
menjumpai mereka semua disana, buat memberi bantuan
sekedarnya dan malah bisa segera mengetahui siapa musuh-
musuhnya itu !" Mendengar ucapan itu, Tiong sun Hui Kheng
menganggukkan kepala lalu mengajak Hee Thian Siang dan
Hok Sin In untuk melakukan perjalanan ke gunung Siong san,
bertanya pula kepada Say han kong :
"Say locianpwe, apabila ayahku setelah berlalu dari puncak
Cie-kay hong ini langsung menuju ke gunung Siong san,
apakah perjalanan kita ini. . . . . . ."
Belum habis ucapannya, Hee Thian Siang sudah berkata :
"Enci Kheng jangan khawatir, perjalan kita ini tidak mungkin
tersia-sia. Sebab menurut janji empek Tiong sun kepadamu
adalah awal bulan delapan tahun depan, hendak bertemu
denganmu di lembah kematian. Dari sini kita dapat
menghitung-hitung, kecuali empek Tiong sun dan musuh-
musuhnya itu ditengah jalan sudah mendapat keputusan siapa
yang menang dan siapa yang kalah, jikalau tidak, pasti
mengadakan pertandingan terus dari Lam gek, Tiong gek,
Tang-gek, Pek-gek dan akhirnya ke See gak, inilah urut-urutan
jalan yang pasti akan diambil."
Tiong sun Hui Kheng yang cemas hatinya ingin segera
memberi bantuan kepada ayahnya, harus melakukan
perjalanan siang malam tidak berhentinya. Dalam waktu yang
sangat singkat sudah menyeberang propinsi Ouw pak,
langsung meuju ke bawah kaki gunung Siong san di daerah
propinsi Ho-lan. Terlebih dahulu Hee Thian Sianglah yang menampak
gunung Siong san yang menjulang tinggi ke langit, lalu berkata
kepada Say han kong sambil tersenyum :
"Say locianpwe, kini kami minta sekali lagi advis locianpwe.
Sesudah kita tiba di gunung Siong san ini, bagaimana
seharusnya kita mencari jejak empek Tiong sun ?"
JILID 33 Say han kong lantas menjawab sambil menunjuk kepada
tiga puncak gunung yang menjulang tinggi itu :
"Tiga puncak gunung ini adalah puncak tertinggi dari
gunung Siong san. Yang berada disebelah timur bernama
Tay-sek-hong, yang disebelah barat namanya Siao-sek-hong
dan yang ditengah-tengah Cun-khek-hong namanya. Bagaimana kalau kita mendaki ke puncak Cun-khek-hong ini
lebih dulu ?" Tiong sun Hui Kheng menganggukkan kepala sambil
tertawa. Dengan demikian empat orang itu masing-masing lalu
mengerahkan ilmunya meringankan tubuh, mendaki puncak
Cun-khek-hong. Ilmu meringankan tubuh empat orang itu, adalah Hee Thian
Siang dan Tiong sun Hui Kheng yang paling mahir, Hok Sin In
agak kurang dan yang paling ketinggalan adalah Say han
kong. Tetapi Tiong sun Hui Kheng diam-diam sudah minta
kepada Hee Thian Siang supaya agak mengendorkan
gerakannya, supaya tetap terpisah tidak jauh dengan Say han
kong, sehingga waktu tiba di puncak gunung boleh dikata
hampir bersamaan waktunya.
Dugaan Say han kong ternyata benar, di puncak gunung
Cun-khek-hong itu ada terdapat tanda-tanda bekas
pertandingan antara Tiong sun Seng dengan lawan-lawannya.
Tetapi apa yang diketemukan hanya bekasnya saja,
sedang orangnya sudah tidak ketahuan pergi kemana. Jelas
mereka kembali sudah terlambat setindak.
Kali ini pada tanda-tanda bekas pertempuran itu, mereka
telah menemukan tanda-tanda yang lebih mengejutkan lagi.
Di puncak gunung itu praktis tidak ada sejengkal tanah pun
yang datar. Pertandingan itu dilakukan di tempat yang terjal
dan miring menurun ke bawah. Di tempat yang miring itulah
terdapat seratus delapan batang hio yang sebesar kira-kira jari
tangan. Say han kong lalu berkata sambil menunjuk hio sebanya
seratus delapan buah itu :
"Kepandaian ilmu silat, sesungguhnya tidak ada batasnya.
Orang yang mampu melakukan pertandingan diatas batang
hio yang sekecil ini boleh terhitung orang-orang yang memiliki
kepandaian luar biasa. Tapi yang mengherankan adalah
seratus delapan batang hio ini bukanlah ditancapkan di tanah
datar melainkan ditancapkan di tempat miring di lereng
gunung. . " Hee Thian Siang lalu berkata :
"Bukan saja ditancapkan dilereng gunung yang tempatnya
terjal dan miring, bahkan jarak antara batang-batang hio itu
ada yang tinggi dan ada yang rendah, ada yang jauh dan ada
juga yang dekat. Ada yang terpisah sejarak tiga empat kaki,
tetapi ada yang terpisah hanya delapan dim saja. Tinggi
rendahnya juga tidak teratur. Orang yang hendak melakukan
pertandingan di atas batang hio tidak teratur ini, entah
memerlukan tenaga berapa besar supaya dapat bertempur
dengan tetap." Selagi mereka berdua memperbincangkan soal ini, Tiong
sun Hui Kheng dan Hok Sin In sudah berjalan ke bagian
terujung dari batang-batang hio itu. Dan apa yang dilihatnya,
membuat mereka tercengang.
Hee Thian Siang yang menyaksikan keadaan demikian, lalu
bertanya sambil tersenyum :
"Enci Kheng, adik In, kalian telah melihat, ada apa-apa lagi?"
Tiong sun Hui Kheng berkata sambil menggerakkan
tangannya. "Adik Siang dan Say locianpwe, lekas kemari ! Di sini ada
terdapat hal-hal yang diluar dugaan kalian !"
Hee Thian Siang lalu menghampiri. Tampak di tanah
bagian ujung yang ditancapi dengan batang hio itu terdapat
tanda telapak kaki kiri yang kecil sekali.
Tiong sun Hui Kheng bertanya kepada Hee Thian Siang
sambil menunjuk tanda telapak kaki kecil itu :
"Adik Siang, terhadap telapak kaki ini, bagaimana
pandanganmu ?" Tanpa banyak pikir Hee Thian Siang lalu menjawab :
"Aku mempunyai dua cara pemikiran untuk memecahkan
soal itu !" "Coba kau jelaskan !"
"Kesatu, jelas kini kita dapat pastikan bahwa diantara
lawan-lawan empek Tiong sun itu terdapat seorang wanita !"
"Engkoh Siang, apa artinya pemikiran semacam itu "
Melihat telapak kaki kecil seperti ini, siapa pun tentu akan
langsung tahu tanda dari telapak kaki seorang wanita !"
berkata Hok Sin In sambil tertawa.
Tiong sun Hui Kheng berkata sambil menggoyang-
goyangkan tangannya dan tertawa :
"Adik In, kuminta janganlah kau potong dulu
keterangannya. Dengarlah dulu keterangan kelanjutan dari
engkoh Siangmu !" Hee Thian Siang lalu berkata pula :
"Kedua ialah tentang persoalan apa sebabnya terdapat
satu tanda telapak kaki. Soal ini dapat juga dijawab memakai
dua rupa cara pemikiran !"
"Perhitungan kali ini agaknya sangat teliti sekali." berkata Tiong sun Hui Kheng
sambil tertawa. Sambil mengawasi telapak kaki ditanah, Hee Thian Siang
berkata : "Menurut pandanganku, wanita ini ada cacadnya, yaitu
hanya tinggal satu kakinya !"
Hok Sin In lantas berseru :
"Ah ! Ini masih terhitung suatu penilaian juga ?"
"Nona Hok, kau tak boleh tidak mengakui pandangan Hee
laote seperti ini. Adalah merupakan suatu penjelasan yang
cukup beralasan !" berkata Say han kong.
Hok Sin In lalu bertanya kepada Hee Thian Siang sambil
mengerutkan alisnya : "Engkoh Siang, bagaimana pandanganmu yang kedua ?"
Hee Thian Siang lantas menjawab sambil tersenyum girang:
"Pandanganku yang kedua ialah : Kuanggap perempuan ini
dalam pertandingan di atas batang-batang hio itu kalah
sejurus sehingga terdesak oleh empek Tiong sun dan
terpaksa lompat turun dengan tergesa-gesa, dengan hanya
satu kaki menginjak tanah sehingga ia tidak dapat menguasai
diri. Ya sendirinya, dengan demikian, maka meninggalkan
sebuah tanda telapakan kaki yang cukup dalam."
Kini barulah Hok Sin In menganggukkan kepala dan
berkata : "Kalau ini, baru masuk diakal !"
"Dalam menganalisa segala hal, kita harus berpegangan
dengan kemungkinan-kemungkinan
yang bisa terjadi. Kemudian barulah diteliti dengan pandangan objektive dan
akhirnya mengambil kesimpulan yang terakhir. Dengan
demikian kadang-kadang kita mendekati faktanya !" berkata
Hee Thian Siang sambil tertawa.
"Adik Siang, dari mana kau belajar filsafat ini ?" bertanya Tiong sun Hui Kheng


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil tertawa. "Enci Kheng, filsafat ini adalah kau sendir yang
mengajarkan padaku !" jawab Hee Thian Siang.
Tiong sun Hui Kheng makin heran, katanya :
"Kapan pernah kuajarkan kau filsafat semacam ini ?"
"Enci Kheng bagaimana mudah menjadi lupa " Waktu
pertama kali kita terkurung di puncak gunung Kun lun,
bukankah kau pernah mengambil suatu kesimpulan dan
kepastian tentang datangnya Siang Biauw Yan ke puncak
gunung itu dengan perhitunganmu yang kau pertimbangkan
dengan analisa-analisa dari kejadian yang pernah kita hadapi
" Waktu itu aku pernah memuji caramu ini, sesungguhnya
sangat cerdik. Dan aku berjanji di kemudian hari apabila
mendapat kesempatan, pasti akan belajar dan membuktikan
sendiri !" Kini Tiong sun Hui Kheng baru sadar, katanya sambil
tertawa : "Oh begitu " Tapi kalau kau hendak menganalisa benar-
benar dari dua kemungkinan yang kau katakan tadi, harus
bisa kau ambil salah satu saja dari keduanya sebagai
kesimpulan yang paling tepat."
"Untuk mengambil kesimpulan yang paling tepat diambil
dari kenyataan yang menurut pandangan objective lebih dulu.
Biarlah akan kuperiksa dulu batang-batang hio ini !"
"Mengapa harus periksa dulu batang hionya ?" tanya Hok
Sin In. Tiong sun Hui Kheng yang berdiri di sampingnya berkata :
"Adik In, aku mengerti maksud engkoh Siangmu. Dalam
anggapannya tadi, jikalau perempuan tadi benar-benar kalah
sejurus dari ayahku dan dipaksa hingga lompat turun ke tanah
dengan kaki yang begitu terpaksa menginjak tanah dan tidak
dapat mengendalikan dirinya, maka diatas barisan batang-
batang hio ini pasti juga terdapat tandanya !"
"Benar, benar ! Enci Kheng benar seorang pandai dalam
menganalisa sesuatu urusan !"
Hok Sin In yang merasa senang mendengar keterangan itu,
lalu berkata : "Biarlah aku saja yang memeriksa batang-batang hio itu.
Bolehkan ?" "Adik In tidak perlu memeriksa seluruhnya, asal kau bisa
periksa batang-batang yang lebih pendek, kau perhatikan
betul-betul itu sudahlah cukup !" kata Hee Thian Siang.
Hok Sin In menurut. Ia memeriksa dengan seksama. Benar
saja, batang-batang hio itu hanya menancap sedikit saja di
tanah. Tetapi ada satu yang menancap lebih dalam, terinjak
dengan kekuatan tenaga yang lebih hebat.
Keadaan ini telah membuktikan bahwa apa yang diduga
oleh Hee Thian Siang ternyata tepat, juga terbukti bahwa
dalam pertandingan di puncak gunung ini, Tiong sun Seng
sudah mendapat kemenangan.
Say han kong yang mendengar Tiong sun Hui Kheng dan
Hee Thian Siang tadi memperbincangkan soal ini yang
ternyata sangat tepat dengan keadaannya, lantas memberi
pujian. Ia pikir bahwa jago-jago muda ini benar-benar lebih
hebat dari orang-orang yang lebih tua. Maka ia telah berjanji
kepada diri sendiri hendak mengamalkan baktinya dalam ilmu
ketabiban supaya dapat menolong sesama manusia.
Sambil memuji kepandaian dua anak muda tadi, matanya
ditujukan kepada tanda telapakan kaki kecil itu, dalam hatinya
mendadak timbul satu pikiran aneh.
Tiong sun Hui Kheng sementara itu yang menyaksikan Say
han kong mengerutkan alisnya, seperti sedang berpikir keras,
lalu bertanya sambil tertawa :
"Say locianpwe, locianpwe sedang memikirkan apa ?"
"Aku sedang memikirkan tanda telapakan kaki perempuan
ini!" berkata Say han kong sambil menunjuk tanda telapak kaki kecil itu.
"Say locianpwe juga ingin turut coba menganalisa soal ini?"
berkata Hok Sin In sambil tertawa.
"Aku bukannya hendak mencoba menganalisa, cuma
hendak menyumbangkan suatu pikiran yang mungkin tidak
ada dasarnya sedikitpun." kata Say han kong sambil
menggoyang-goyangkan tangan.
"Coba locianpwe tolong terangkan pikiran apa yang ada
dalam hati locianpwe." minta Tiong sun Hui Kheng.
"Menurut pandangan dan dugaan Hee laote tadi, diantara
musuh Tiong sun tayhipa ada salah satu kaum wanita.
Betulkah ?" Hee Thian Siang yang tidak mengerti apa maksud ucapan
Say han kong tadi, ia hanya menganggukkan kepala dengan
perasaan heran. Say han kong kembali sudah berkata pula sambil tertawa :
"Pikiranku yang timbul itu ialah musuh perempuan Tiong
sun tayhiap itu, apakah tidak mungkin kalau lebih dari seorang?"
Tiong sun Hui Kheng yang mendengar ucapan itu juga,
lantas mengerutkan alisnya untuk berpikir.
Hok Sin In yang sikapnya masih kekanak-kanakan, sudah
membuka lebar sepasang matanya dan berkata kepada Say
han kong : "Say locianpwe, locianpwe anggap bukan cuma seorang
saja " Lalu menurutmu, ada berapa orangkah ?"
Tiong sun Hui Kheng tiba-tiba bertanya kepada Say han
kong sambil mengerutkan alisnya :
"Say locianpwe, apakah locianpwe menganggap bahwa
musuh ayah itu adalah seorang laki-laki dan dua orang wanita?"
"Nona Tiong sun benar-benar sangat cerdik. Aku tadinya
menganggap, dugaanku mungkin berbeda jauh dengan
kenyataan !" berkata Say han kong sambil menganggukkan
kepala. "Say locianpwe, dugaan locianpwe ini tak selisih jauh
dengan kenyataan. Bahkan mungkin begitulah sebenarnya !"
kata Tiong sun Hui Kheng dengan sikap sungguh-sungguh.
Hee Thian Siang yang mendengar dari samping diliputi oleh
berbagai pertanyaan, maka ia lalu berkata kepada Tiong sun
Hui Kheng dan Say han kong :
"Enci Kheng dan Say locianpwe, kalian sebetulnya sedang
mengadakan teka teki apa " Alangkah baiknya kalau
locianpwe lekas jelaskan, supaya adik In juga bisa turut
mendengar dan segera tahu !"
"Rupanya Say locianpwe sudah tahu benar siapa yang
menjadi lawan-lawan ayah itu ?" kata Tiong sun Hui Kheng
sambil tertawa getir. Hee Thian Siang mengawasi Say han kong, Say han kong
lalu berkata sambil tersenyum
"Aku kira tiga lawan Tiong sun tayhiap itu adalah Hong tim
Ong khek May Ceng Ong, Siang swat Sianjin Leng Biauw
Biauw dan Kiu thian Mo lie Tang Siang Siang !"
Mendengar keterangan itu, Hee Thian Siang terkejut. Ia
berkata dengan masih diliputi oleh kesangsian :
"May locianpwe suami istri, memang benar mereka bertiga
cocok dengan dugaan kita beramai. Tapi mereka dengan
empek Tiong sun adalah sahabat lama."
Tiong sun Hui Kheng lalu menyela :
"Apakah adik Siang sudah lupa bahwa ayah berkata
kepada Say locianpwe bahwa hal ini, semua adalah gara-
garaku ?" Hee Thian Siang teringat soal terjunnya Liok Giok Jie ke
dalam jurang, maka lalu mengeluarkan seruan "Ouw !" lantas tidak mengatakan apa-
apa lagi. Hok Sin In nampak semakin bingung, ia lalu bertanya
kepada Say han kong : "Say locianpwe, mengapa locianpwe bisa berpikir sampai
ke situ " Apa perlunya ayahku dan kedua ibuku, sampai
mengadakan pertandingan dengan empek Tiong sun ?"
Say han kong yang ditanya demikian oleh Hok Sin In
secara mendadak demikian, untuk sesaat tidak tahu
bagaimana harus menjawab. Maka terpaksa hanya tertawa
getir kepadanya. Hok Sin In menampak Say han kong tidak mau menjawab,
maka lalu minta keterangan kepada Hee Thian Siang dan
Tiong sun Hui Kheng. Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng, lantaran
mereka berat untuk membuka rahasia tentang nasib Liok Giok
Jie, maka semua juga diam.
Hok Sin In melihat semua tidak ada yang mau menjawab
pertanyaannya,maka dalam hati merasa kesal hingga
matanya menjadi merah dan hendak mengeluarkan air mata.
Tiong sun Hui Kheng yang menyaksikan keadaan
demikian, lalu berkata kepada Hee Thian Siang sambil
menghela napas panjang : "Adik Siang, tak perlu rasanya kita membuat adik In
terbenam dalam kecurigaan. Ceritakanlah kepadanya semua
kejadian di tepi jurang gunung Ko lee kong san !"
Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu lalu
menceritakan kepada Hok Sin In apa yang telah terjadi
dengan Liok Giok Jie. Hok Sin In mendengarkan dengan tenang, setelah
mendengar habis keterangan Hee Thian Siang bibirnya lalu
tersungging senyuman girang.
Hee Thian Siang terkejut dan bertanya :
"Adik In, semula kami tidak mau memberitahukan
kepadamu tentang encimu Liok Giok Jie yang sudah buang
diri ke dalam jurang, karena aku takut setelah mendengar
kabar itu kau akan menjadi sedih. Tapi mengapa sekarang
kelihatannya kau menjadi begitu girang ?"
"Bukan cuma aku saja yang girang, kalian juga seharusnya
merasa girang semua !" berkata Hok Sin In sambil tersenyum.
Hee Thian Siang baru memikirkan jawaban Hok Sin In itu,
Tiong sun Hui Kheng sudah bertanya kepadanya :
"Adik In, kau mempunyai pemandangan apa " Coba kau
ceritakan padaku !" "Aku juga mempunyai dua perkiraan. Kesatu aku kira lawan
empek Tiong sun itu kalau bukan ayah dan kedua
ibuku. . . . . " Tiong sun Hui Kheng sudah memotong sambil
menggeleng-gelengkan kepala :
"Adik In, pemikiranmu yang pertama ini sama sekali tidak
bisa jadi. Aku kira lawan ayahku seratus persen adalah May
locianpwe dan Leng dan Tang cianpwe !"
"Kalau benar ayah dan ibuku, itulah yang baik. Sebab bila
benar ayahku lantaran kesimpulan enci, lalu muncul dan
hendak membikin perhitungan kepada empek Tiong sun,
maka dengan berdasar atas ini, jelaslah bahwa enciku pasti
belum mati !" berkata Hok Sin In dengan serius.
Tiong sun Hui Kheng yang mendengar ucapan itu lalu
saling berpandangan dengan Say han kang dan berkata
sambil tertawa : "Say locianpwe, kita benar-benar bodoh sekali. Mengapa
waktu itu tidak terpikirkan oleh kita yang kemungkinan itu ?"
"Asal enciku tidak mati saja, maka siapa lagi engkoh Siang
juga ada disini dan bayinya juga dalam keadaan selamat. Ada
kesalahan apa yang tidak dapat dipecahkan " Tunggulah kita
satu sama lain dapat bertemu, semua akan menjadi beres !"
berkata pula Hok Sin In sambil tertawa.
"Ucapan adik In ini meskipun benar, tetapi orang tua itu
semuanya bisa melakukan perjalanan demikian pesat. Apalagi
berjalan lebih dahulu. Sudah tentu kita tidak dapat mengejar
mereka, tidak bisa memberi penjelasan. Bukankah berarti
harus tunggu dulu ayahku dan ayahmu dari puncak gunung
Ngo gak melakukan pertandingan terus sampai ke lembah
kematian " Kalau sampai terjadi kesalahan. . . . ."
Hok Sin In mengerutkan alisnya, sementara Hee Thian
Siang yang sejak tadi mendengarkan terus lantas berkata
sambil tertawa : "Enci Kheng tak usah cemas. Soal ini sebenarnya mudah
sekali diselesaikan !"
Tiong sun Hui Kheng memandang Hee Thian Siang
sejenak, katanya terheran-heran :
"Adik Siang, hari ini kau benar-benar sudah berubah
menjadi seorang pintar yang banyak akalnya. Aku ingin
dengar kau ada mempunyai pandangan bagaimana lagi. Apa
kau dapat membereskan persoalan sulit ini ?"
"Satu-satunya jalan untuk melenyapkan kesalahpahaman
itu ialah memberi penjelasan seketika itu juga !"
"Kita tidak dapat mengejar ayah, bagaimana harus
menjelaskan dihadapan mereka ?"
"Untuk mengejar para locianpwe itu berarti sangat mudah !"
"Adik Siang, kau sebenarnya mempunyai berapa tinggi
kepandaian " Mengapa kau berani mengucapkan perkataan
begitu sombong ?" "Segala persoalan kurasa tidak baik kalau dihadapi dengan
hati cemas. Begitu hati cemas lantas menjadi kalut. Enci
Kheng barangkali lantaran khawatir akan diri empek Tiong
sun, maka dari itu tidak dapat memikirkan dengan seksama !
Cobalah sekarang kau pikir lagi baik-baik, bukankah kita bisa
saja dengan mudah mengejar empek Tiong sun dan lain-
lainnya ?" Tiong sun Hui Kheng yang sangat cerdik, begitu
ditunjukkan oleh Hee Thian Siang lantas mengerti. Maka
katanya : "Apakah maksud adik Siang hendak melepaskan maksud
perjalanan kita yang melalui perjalanan demikian jauh,
kemudian dari sini langsung menuju ke gunung Heng san ?"
Hee Thian Siang menganggukkan kepala sambil
tersenyum, kemudian berpaling dan bertanya kepada
Say han kong : "Say locianpwe, bagaimana pendapatmu mengenai cara ini?"
"Menurut perhitungan dari perjalanan ke gunung Heng san
dan Siong san ini, memang dapat dipastikan bahwa Tiong sun
tayhiap dan lain-lainnya setelah berlalu dari sini, pasti
seterusnya akan menuju ke sana. Jikalau kita tidak melakukan
perjalan memutar ke propinsi San tong, tetapi langsung ke
bagian utara gunung Ngo gak, seharusnya bisa mendahului
mereka sampai di tempat yang dituju !"
Hee Thian Siang melihat semua orang menerima baik
usulnya, merasa sangat girang. Lalu bersama-sama Say han
kong dan Tiong sun Hui Kheng serta Hok Sin In langsugn
melakukan perjalanan menuju ke gunung Heng san.
Katanya dengan perasaan bangga :
"Say locianpwe dan enci Kheng serta adik In, untung nasib
Liok Giok Jie yang terjun ke jurang apabila masih dilindungi


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

oleh Tuhan sehingga tidak binasa, bahkan dengan itu telah
menyebabkan diri May locianpwe dan lain-lainnya keluar dan
terjun lagi ke dunia Kang ouw, aku juga mempunyai pikiran
lain !" Tiong sun Hui Kheng tersenyum kepada Hok Sin In dan
Say han kong, kemudian berkata :
"Kulihat adik Siang sekarang rasanya jadi senang sekali
memikirkan segala persoalan yang sulit-sulit dan sekarang
mungkin juga hendak mengutarakan pikirannya lagi. Biarlah
kita dengarkan baik-baik !"
"Menurut ucapan enci Kheng, ketika It-pun Sin-ceng tiba di
gunung Ko lee kong san dan memasuki kamar Bo chiu sek di
lembah Mo cui kok, tidak menemukan May locianpwe, Leng
dan Tang locianpwe, sudah tidak berada disana lagi." berkata
Hee Thian Siang. "May locianpwe bertiga tidak ingin lagi terlibat dalam urusan dunia Kang ouw,
maka mencari tempat yang lebih sepi untuk
menghabiskan sisa hidupnya !" kata Tiong sun Hui Kheng
sambil mengangguk-anguk. "Tempat sepi itu, tentu terletak di bawah jurang dimana Liok
Giok Jie terjun !" "Dari apa yang kita saksikan sekarang ini, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa taksiran adik Siang ini hampir mendekati
kenyataan !" "Jikalau bukan May locianpwe berdiam di bawah jurang itu
dan secara kebetulan telah dapat menolong Liok Giok Jie,
juga tidak akan menimbulkan kesalahpahaman besar seperti
ini. Pantas saja sebelum Tiong sun tayhiap meninggalkan
Thian sin peng, aku pernah mendengar ada orang
menyanyikan sajak Lie gie san. . . . ." dan Say han kong
tertawa. "Mengapa Say locianpwe waktu itu tidak mengatakan "
Sajak dari Lie gie san itu, justru merupakan merk dari May
locianpwe ! Sekarang benar-benar telah terbukti bahwa
dugaan kita pasti tidak salah lagi !" berkata Hee Thian Siang.
Karena sudah mengetahui dengan pasti bahwa lawan-
lawan yang dihadapi oleh Tiong sun Seng itu adalah May
Ceng Ong, Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang, maka
tentang nasib Liok Giok Jie sudah dapat dipastikan tidak
sampai terbinasa di bawah jurang. Maka itu Hee Thian Siang,
Tiong sun Hui Kheng dan Hok Sin In, dalam hati merasa
senang. Dengan muka berseri-seri lalu berangkat ke gunung
Hong san, bersiap-siap menantikan kedatangan Tiong sun
Seng, May Ceng Ong dan lain-lain supaya dapat dijelaskan
kepada mereka segala persoalannya. Sebab, bila semuanya
sudah jelas, maka ayah dan anak, suami dan istri bisa
berkumpul menjadi satu. Tetapi setelah tiba di gunung Heng san, mereka kembali
merasa sangsi. Entah dimana harus menantikan kedatangan
Tiong sun Seng dan lain-lain. Cuma, apabila terjadi kesalahan
lagi, untuk melanjutkan pengejarannya, barangkali terpkas
harus menuju ke Hoa san dan akhirnya ke lembah kematian di
gunung Cong lam. Say han kong yang merupakan orang tertua diantara
mereka dan juga sudah mempunyai banyak pengalaman,
setelah berpikir sejenak lalu memilih empat puncak gunung
yang paling tinggi. Ia berkata kepada Hee Thian Siang, Tiong
sun Hui Kheng dan Hok Sin In :
"Empat puncak gunung ini lebih tinggi dari yang lainnya.
Tiong sun tayhiap dan lain-lain pasti akan memilih satu
diantaranya untuk melakukan pertandingan. Kita sekarang
harus berlaku cepat, tidak boleh lengah lagi. Maka sebaiknya
kita lantas sembunyikan diri untuk menantikan kedatangan
mereka." Hee Thian Siang dan lain-lainnya merasa bahwa cara itu
memang tepat. Maka mereka lebih dulu mempersiapkan
banyak bekal makanan kering, bekal bahan bakar yang perlu
digunakan untuk memberi tanda satu sama lain, mereka terlah
berjanji barang siapa yang melihat kedatangan Tiong sun
Seng lebih dulu segera melepaskan tanda api ke tengah udara
untuk mengumpulkan yang lain-lainnya dan supaya semua
bisa cepat berkumpul ke tempat dimana tanda api dilepaskan.
Say han kong, Tiong sun Hui Kheng dan Hok Sin In,
masing-masing sudah segera memilih satu puncak gunung.
Oleh karena tidak ada kejadian luar biasa di puncak-puncak
dimana mereka sembunyi, maka disini tidak diceritakan. Tapi
ditempat yang di jaga oleh Hee Thian Siang, pada hari ketujuh
telah terjadi suatu peristiwa luar biasa.
Hee Thian Siang yang sedang kesepian dengan seorang
diri menantikan kedatangan Tiong sun Seng, lagi pula tidak
berani meninggalkan posnya, tiba-tiba mendengar suara
orang menggunakan ilmu meringankan tubuh yang agaknya
sedang mendaki puncak gunung dimana ia sembunyi.
Mendengar suara orang mendaki gunung, ia juga bisa
segera mengetahui bahwa orang-orang itu ternyata memiliki
kepandaian ilmu silat yang sudah sempurna.
Benar juga dugaannya, namun jumlah orangnya ternyata
tidak seperti apa yang diduga. orang yang mendaki gunung itu
ternyata cuma dua orang saja.
Hee Thian Siang tidak mengerti. Selagi memikirkan
persoalan itu, diatas gunung Heng san tampak berkelebat
bayangan hitam, orang itu ternyata sudah unjuk diri, seorang
laki-laki dan seorang wanita muncul disitu !
Tempat sembunyi Hee Thian siang itu adalah di dalam
sebuah sarang burung raksasa yang dapat digunakan untuk
meneduh dari hujan dan angin.
Ia berada di tempat tinggi, jadi dapat melihat ke bawah
dengan jelas. Setelah mengetahui siapa orangnya yang
mendaki gunung itu, terkejut dia bukan main, ternyata jauh
sekali diluar dugaannya !
Sebab orang yang mendaki gunung ini, bukanlah Tiong sun
Seng dan May Ceng Ong suami istri melainkan adalah dua
orang pelindung hukum partai Ceng thian pay, Pek-kut Sian-
cu dan Pek-kut Ie-su adanya !
Di dalam hati Hee Thian Siang berpikir, apakah dugaan-
dugaannya, juga pemikiran Tiong sun Hui Heng serta Say han
kong keliru semua " Apakah orang-orang yang sedang
bertempur dengan Tiong sun Seng itu adalah Pek-kut Ie-su
dan Pek-kut Sian-cu ini "
Belum lenyap pikirannya, Pek-kut Ie-su yang kini sudah tiba
dibawah pohon, bertanya kepaad Pek-kut Sian-cu sambil
tersenyum : "Apakah puncak gunung ini yang kau maksudkan itu ?"
"Benar, barangkali paling lama setengah jam kemudian
Tiong sun Seng dan lain-lainnya akan sampai juga di tempat
ini !" menjawab Pek-kut Sian-cu sambil menganggukkan
kepala. Hee Thian Siang yang mendengar jawaban itu, diam-diam
merasa terkejut. Dalam hati bertanya-tanya kepada dirinya
sendiri : Apakah Tiong sun Seng tidak bertindak seorang diri "
Ataukah ada kawan yang membantu "
Sementara itu terdengar suara tertawa Pek-kut Ie-su yang
kemudian disusul lagi dengan kata-katanya :
"Kesempatan kali ini tidak boleh kita lewatkan begitu saja.
Kita harus lebih dahulu mencari suatu tempat untuk sembunyi,
disitu kita boleh duduk sambil menonton perkelahian antara
dua ekor harimau. Tunggu salah satu sudah merasa lemah
atau kehabisan tenaga, barulah kita unjuk diri !"
Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu barulah sadar
bahwa Tiong sun Seng masih ada lawan lain, sedangkan dua
manusia iblis ini hanya secara kebetulan saja mengetahuinya
dan dalam keadaan yang menguntungkan itu, mereka ingin
memancing ikan dalam air keruh untuk kepentingan diri
mereka sendiri. Berpikir sampai disitu, Hee Thian Siang merasa khawatir
sebab dua manusia iblis itu juga hendak mencari tempat untuk
sembunyikan diri. Seandai mereka juga memilih pohon besar
yang sangat rindang yang sedang ditempatinya, bukanlah
berarti jejaknya akan segera diketahui oleh mereka "
Benar saja, Pek-kut Sian-cu lantas menunjuk sarang
burung raksasa dimana Hee Thian Siang sembunyi, berkata
sambil tertawa : "Di atas pohon ini ada sebuah sarang burung raksasa,
paling cocok buat kita sembunyikan diri !"
Pek-kut Ie-su yang mendengar ucapan itu, lalu berkata
sambil tersenyum : "Tiong sun Seng datangnya sungguh cepat sekali, kini
mereka sudah tiba ditengah-tengah puncak gunung ini !"
"Kalau begitu, kita perlu lekas-lekas sembunyi !" kata Pek-kut Sian-cu.
Dua manusia iblis itu sambil berjalan menuju ke bawah
pohon besar dimana Hee Thian Siang sembunyikan diri,
berkata lagi sambil menunjuk sarang burung besar itu.
"Kita hanya boleh sembunyi di belakang pohon besar ini,
sekali-kali tidak boleh mengambil tempat di dalam sarang
burung itu !" "Apa kau khawatir karena besarnya sarang burung itu yang
gampang menarik perhatian orang ?" tanya Pek-kut Sian-cu
sambil tertawa. Pek-kut Ie-su menganggukkan kepala.
"Sarang burung sebesar ini gampang sekali menimbulkan
perhatian orang. Dalam sarang burung ini bahkan mungkin
ada sembunyi sejenis binatang atau burung berbisa. Bila kita
mengejutkan mereka, bukankah akan segera diketahui jejak
kita oleh orang lain ?"
Hee Thian Siang ketika menampak sepasang manusia iblis
itu berjalan menghampiri ke pohon besar dan memilih sarang
burung yang sedang ditempatinya, perasaannya mulai tegang.
Tapi setelah mendengar perkataan Pek-kut Ie-su, ia jadi
tenang kembali. Tidak lama setelah Pek-kut Sian-cu dan Pek-kut Ie-su
sembunyi di bawah pohon besar di puncak gunung Heng san
itu, sudah meluncur lagi empat bayangan orang.
Kali ini orang yang muncul disitu benar seperti apa yang
diduga oleh Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng.
Mereka adalah Thian gwa Seng-mo Tiong sun Seng, Hong tim
Ong khek May Ceng Ong, Siang swat Sianjin Leng Biauw
Biauw dan Kiu thian Mo Lie Tang Siang-Siang ! Tetapi diluar
dugaan, Liok Giok Jie ternyata tidak ada diantara mereka.
Hong-tim Ong khek May Ceng Ong membuka mulut lebih
dahulu sambil menatap wajah Tiong sun Seng :
"Kita sudah mengadakan pertandingan berturut-turut
melalui tiga puncak gunung Heng san, Siong san dan Tay san.
Ternyata kepandaian ilmu saudara Tiong sun sangat tinggi
sekali hingga pihak kita agak mengalami sedikit kekalahan.
Hari ini dan ditempat ini, jika tidak bisa mendapat keputusan
yang menentukan, May Ceng Ong tidak suka lagi berdiri di
puncak tertinggi di gunung Heng san ini !"
Tiong sun Seng kelihatan sangat sabar, ia berkata dengan
wajah berseri-seri : "Pertemuan kita dari puncak gunung Ngo gak hingga saat
ini cuma tinggal gunung Hoa san di bagian barat yang belum
kita kunjungi dan lembah kematian di gunung Cong lam
sebagai tempat terakhir. Perlu apa saudara May henda
menetapkan keputusan di tempat ini ?"
"Diantara lima puncak gunung Ngo gak itu, puncak gunung
Heng san inilah yang terkenal paling tinggi. Kalau kita bisa
mati ditempat ini, rasanya boleh juga !"
"Kekuatan dan kepandaian kita sebetulnya berimbang.
Saudara May suami istri juga tidak mau mengeroyok. Jadi
kurasa barangkali tidak mudah mengambil keputusan cepat-
cepat !" kata Tiong sun yang masih tetap dengan senyumnya
yang ramah. May Ceng Ong berkata sambil menggeleng-gelengkan
kepala : "Tidak begitu. Kali ini aku hendak mengeluarkan ilmuku
yang terampuh dan mematikan untuk mengadu jiwa
denganmu ! Harap saudara Tiong sun berhati-hati sedikit !"
Tiong sun Seng menampak May Ceng Ong, nampaknya
sudah marah benar-benar lalu mundur setengah langkah dan
berkata sambil tersenyum :
"Setiap kali sebelum aku mengiringi kehendak saudara May
suami istri, harus lebih dulu menjelaskan tentang diri Hee
Thian Siang dan anak perempuanku Tiong sun Hui Kheng,
supaya agak lega hatiku !"
Leng Biauw Biauw turut bicara, dengan alis berdiri berkata :
"Kata-katamu seperti ini sudah terlalu basi buat kami !"
"Jikalau kalian suami istri tetap tidak memberikan
kesempatan bagiku untuk memberi penjelasan, maka aku juga
tidak mau mengiringi kehendak kalian lagi !" berkata Tiong sun Seng yang masih
tertawa berseri-seri. May Ceng Ong dalam keadaan terpaksa, lalu
menganggukkan kepala dan berkata :
"Kalau saudara Tiong sun menghendaki demikian, harap
lekas kau katakan. Aku hendak minta kepadamu untuk
memberi sedikit penilaian tentang ilmu silatku yang baru
kupelajari !" Kini Tiong sun Seng tampak sungguh-sungguh, sinar
matanya dengan tajam menyapu May Ceng On bertiga
dengan suara lantang : "Dengan nama kehormatanku sebagai jaminan, berani
jamin bahwa Hee Thian Siang tidak mungkin demikian rendah
martabatnya menyia-nyiakan putri kalian. Anak perempuanku
Tiong sun Hui Kheng juga tidak mungkin memaksa Liok Giok
Jie terjun ke dalam jurang !"
Hee Thian Siang yang menyaksikan Tiong sun Seng sudah
hendak mengadakan pertandingan lagi dengan suami istri
May Ceng Ong, hatinya merasa cemas. Tetapi lantaran
sepasang manusia iblik Pek-kut sembunyi di bawah pohon, ia
jadi tidak berani melepaskan tanda apinya untuk
memberitahukan kepada Tiong sun Hui Kheng, Hok Sin In dan
Say han kong. Pada saat itu, Kiu thian Mo lie Tang Siang Siang sehabis
mendengar ucapan Tiong sun Seng demikian, lalu berkata :
"Kalau menurut ucapan saudara Tiong sun ini, apakah
cerita Liok Giok Jie itu saudara boleh anggap sebagai
karangan belaka ?" "Nona Liok Giok Jie bagaimana bisa mengarang yang
bukan-bukan " Tetapi dia mungkin lantaran anak
kesayangannya diculik orang, sehingga mendapat pukulan
bathin terlalu hebat. Dengan sendirinya pikirannya juga


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi. . . . ." Siang swat Siangjin Leng Biauw Biauw lalu memutus
ucapannya sambil tertawa dingin :
"Bagaimana pun juga saudara Tiong sun membantah, Hee
Thian Siang tidak bisa luput dari dosanya yang menelantarkan
anakku !" Tiong sun Seng masih tetap berlaku sabar, katanya sambil
tertawa : "Hee Thian Siang adalah seorang pemuda yang penuh cita
rasa. . . ." Belum habis ucapannya, May Ceng Ong sudah
perdengarkan suara tertawa dinginnya, kemudian berkata :
"Ia terhadap anak perempuanmu mungkin demikian. Tetapi
terhadap anakku, adalah lain !"
Hee Thian Siang yane mendengar sampai disitu tahu
bahwa kesalahpahaman itu sudah tertanam terlalu dalam,
tidak mungkin dapat dijernihkan hanya dengan perkataan
Tiong sun Seng saja. Maka tanpa menghiraukan akibatnya,
lebih dulu ia melepaskan tanda api ke tengah udara untuk
memanggil Tiong sun Hui Kheng, Hok Sin In dan Say han
kong supaya berkumpul di tempat ini, kemudian lompat turun
dan jalan ke tengah-tengah lapangan seraya berkata dengan
suara nyaring : "May locianpwe, urusan ini semua terjadi karena salah
paham. Dengarlah penjelasan Hee Thian Siang. . . . . "
Belum habis ucapannya, May Ceng Ong, Leng Biauw
Biauw dan Tang Siang Siang sudah menggerakkan lengan
baju masing-masing hingga mengeluarkan hembusan angin
yang luar biasa hebatnya, menggulung tubuh Hee Thian
Siang. Oleh karena Hee Thian Siang tahu dibelakang pohon itu
ada sembunyi sepasang iblis yang mengawasi, maka ia
khawatirkan akan melancarkan serangan tiba-tiba terhadap
dirinya dan oleh karena itu pula maka waktu ia meloncat turun,
sepenuh perhatiannya ditujukan kepada sepasang iblis Pek-
kut itu. Sedikitpun tidak menduga bahwa May Ceng Ong
suami istri sudah demikian rasa bencinya terhadapnya dirinya
dan sudah melancarkan serangan dengan tangan ganas.
Setelah hembusan angin itu menggulung dirinya, ia baru
sadar. Tetapi dalam keadaan terdesak, jangankan untuk
mengelak, sedangkan untuk menyambut dengan kekerasan
saja juga sudah tidak keburu. Maka ia terpaksa mengerahkan
ilmunya Kian thian sin kang dengan kekuatan tenaga delapan
puluh persen untuk sekedar menahan serangan dari tiga
orang tua tadi dan dua puluh persen yang lainnya untuk
melindungi bagian jantungnya supaya jangan sampai
terserang dari dua pihak.
Ilmu Kian thian sin kang, warisan Pak bin Sin po meskipun
merupakan salah satu ilmu terampuh dalam rimba persilatan,
lagi pula dalam waktu belakangan ini Hee Thian Siang sudah
mendapat kemajuan pesat, tetapi karean terpisah dalam jarak
terlalu dekat, lagi pula Hee Thian siang sama sekali tidak
menduga kalau bakal menghadapi serangan demikian,
bagaimana ia sanggup menhadapi serangan May Ceng Ong
bertiga yang demikian hebat " Ketika hembusan angin itu
menggulung dirinya, hembusan angin yang keluar dari ilmunya
Kian thian sin kang segera menjadi buyar dan saat itu Hee
Thian Siang merasakan jantungnya berdebar keras,
tenggorokannya merasa asin dan tubuhnya terbang ke
belakang sehingga mematahkan beberapa batang pohon,
barulah terjatuh ke tanah.
Tiong sun Seng yang menyaksikan kejadian itu menghela
napas dan buru-buru lompat melesat memburu ke tempat
dimana Hee Thian Siang jatuh. Hee Thian Siang masih
bertahan untuk menahan rasa sakit dalam dirinya, ia masih
dapat mengeluarkan ucapan dengan suara gemetar :
"Empek. . . Tiong sun, Pek-kut Sam mo. . . . . sedang
sembunyi buat cari kesempatan di belakang pohon besar ini !"
Ia menyemburkan darah segar hingga jubah panjang Tiong
sun Seng jadi kecipratan banyak darah.
Tiong sun Seng mengerutkan alisnya, jari tangannya
segera bergerak menotok beberapa jalan darah di tubuh Hee
Thian Siang, setelah itu ia lalu berkata ke arah belakang
pohon besar itu : "Pek-kut Ie-su dan Pek-kut Sian-cu, kalian berdua juga
sudah berada di gunung Heng san ini. Mengapa tidak mau
unjuk muka " Apakah ingin mendapat keuntungan dalam
pertempuran antara aku dengan May Ceng Ong ?"
Ucapan Tiong sun Seng ini sesungguhnya sangat cerdik.
Bukan saja sudah mengatakan secara blak-blakan maksud
kedua iblis tadi, tetapi juga merupakan suatu peringatan
kepada May Ceng Ong suami istri.
Pek-kut Ie-su dan Pek-kut Sian-cu benar-benar tidak
menduga bahwa didalam sarang burung raksasa itu ternyata
ada sembunyi Hee Thian Siang. Dan kini karena Tiong sun
Seng sudah menyebut namanya, bagaimana mereka ada
muka untuk sembunyi terus " Maka sambil perdengarkan
tawanya yang aneh, lantas keluar dari tempat sembunyinya.
Tiong sun Seng sambil memberikan dua butir pel ke dalam
mulut Hee Thian Siang berkata kepada May Ceng Ong suami
istri : "Saudara May lekas kemari, mari kuperkenalka kalian
kepada dua tokoh terkemuka yang namanya sangat terkenal
di daerah Patbong. Ini adalah Pek-kut Ie-su dan Pek-kut Sian-
cu dari barisan Pek-kut Sam-mo !"
May Ceng Ong, Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang
sudah lama tahu tentang diri dua manusia iblis ini. Maka
setelah mendengar ucapan Tiong sun Seng diam-diam juga
terkejut. Mereka bertiga berjalan menghampiri, May Ceng Ong
setelah tertawa terbahak-bahak lalu berkata kepada dua
manusia iblis itu : "Saudara berdua kebetulan pesiar di gunung Pak gak ini
ataukah benar seperti yang dikatakan oleh saudara Tiong sun
ingin mengail ikan di dalam air keruh ?"
Pek-kut Ie-su tahu, menghadapi orang-orang seperti Tiong
sun Seng dan May Ceng Ong, tidak bisa berbohong. Maka
lalu menjawab : "Kami sebetulnya secara kebetulan dapat tahu bahwa May
tayhiap suami istri hendak mengadu kepandaian dengan
Tiong sun tayhiap di atas puncak gunugn Heng san ini. Mak
itulah kami baru sengaja datang kemari untuk menyaksikan
suatu pertandingan yang bermutu !"
"Perlu apa menggunakan kata-kata yang muluk-muluk "
Kalau saudara berdua ada minat, untuk sementara kita suami
Tiga Mutiara Mustika 1 Pendekar Satu Jurus Karya Gan K L Kitab Pusaka 4
^