Pencarian

Makam Bunga Mawar 30

Makam Bunga Mawar Karya Opa Bagian 30


Tiong sun Hui Kheng marah. Masih pikir hendak mencari
jalan keluar. Tetapi Hwa Jie Swat lantas mencegahnya,
katanya sambil menggoyangkan tangan :
"Adik Kheng tidak perlu mencari lagi. Adalah salah kita
yang berlaku kurang hati-hati.
Mungkin juga sudah seharusnya kita terjatuh ke dalam jebakan musuh. Di sekitar
kamar ini semuanya dibuat dari dinding besi. Mana mungkin
ada jalan keluarnya ?"
Tiong sun Hui Kheng sekali lagi mencoba. Benar seperti
apa yang diucapkan oleh Hwa Jie Swat. Dinding-dinding yang
seperti ditempel oleh kertas, ternyata juga terbuat dari pada
besi tebal. Sudah tentu tidak dapat digempur dengan kekuatan
tenaga manusia. Hwa Jie Swat memberikan Tiong sun Hui Kheng dua butir
obat pel. Suruh ia masukkan ke dalam hidungnya untuk
menjaga musuh menggunakan obat bius membokong mereka.
Sesaat kemudian, di dalam kamar itu benar-benar terendus
bau-bauan yang aneh. Hwa Jie Swat terus berkata sambil
tertawa dingin : "Bo Cu Keng, kau sebagai ketua dari satu partai besar.
Mana boleh melakukan perbuatan yang demikian memalukan
" Kau juga rupaya tidak pikir lebih dulu, senjata obat bius yang
biasa digunakan oleh bangsa-bangsa rendah ini, bisa berbuat
apa terhadap kami ?"
Bo Cu Keng yang dikatakan demikian oleh Hwa Jie Swat,
wajahnya menjadi merah. Dari lobang suara diluar yang bisa
digunakan untuk bicara, ia berkata dalam :
"Hwa Jie Swat, ketahuilah olehmu ! Obat bius yang
kugunakan ini dapat digunakan terus menerus tanpa berhenti.
Kalau kalian hari ini dapat bertahan, kukira juga tidak sanggup
bertahan sampai dua hari. Dapat bertahan dua hari, juga tidak
mungkin sanggup menangkis sampai lima hari. Pokoknya asal
ada sedikit saja yang masuk ke dalam hidung, hati dan pikiran
kalian segera akan menjadi bingung. Sekujur tubuh merasa
lemas. Nanti aku akan mencari dua anak buah Kun lun pay
untuk mendobrak gerbang kesucian kalian berdua !"
Ucapan itu sesungguhnya sangat kotor dan amat
memalukan. Bagi Tiong sun Hui Kheng yang mendengarkan
merasa jijik, sedangkan Hwa Jie Swat yang sudah lama
berkelana di dunia Kang ouw dan banyak pengalaman, juga
mengerutkan alisnya, tidak berdaya apa-apa menghadapi
keadaan itu. Bo Cu Keng yang menunggu lama tidak mendapat jawaban
dari dalam kamar. Tahu bahwa perang urat syaraf yang
digunakan olehnya udah berhasil mempengaruhi dua gadis
itu. Maka ia kembali berkata sambil memperdengarkan suara
tertawa dinginnya : "Hwa Jie Swat, Tiong sun Hui Kheng. Jikalau kalian hendak
mempertahankan kesucian kalian berdua, bertindak sajalah
kalian menurut perintah kami !"
Lama Hwa Jie Swat berpikir. Ia merasa bahwa satu-
satunya jalan pada saat itu ialah mengulur waktu. Kalau
mereka bisa mengulur waktu sampai pada kedatangan It-pun
Sin-ceng bersama Taywong, mungkin masih ada harapan
untuk meloloskan diri. Setelah mengambil keputusan demikian, maka ia lalu
bertanya kepada Bo Cu Keng :
"Bo Cu Keng, apakah kau pikir hendak memperalat kami
berdua "' "Aku cuma mau minta kalian menulis surat. Terangkan
dalam suratmu keadaanmu sekaran ini. Kalau bisa sekalian
nasehatkan supaya Hee Thian Siang mau lekas menerangkan
rahasianya menggunakan senjata Kian thian pek lek !" kata Bo
Cu Keng sambil tertawa. Hwa Jie Swat tertawa terkekeh-kekeh, lalu berkata :
"Bo Cu Keng, caramu ini tidak kena ! Sebab Hee Thian
Siang sama sekali tidak mengenali tulisanku. Lagi pula hanya
dengan sepucuk surat saja, mana mau ia percaya kalau kita
benar-benar terkurung disini ?"
Bo Cu Keng jadi berdiam begitu mendengar udapan itu.
Sementara Hwa Jie Swat sudah berkata pula sambil tertawa :
"Jikalau kau suka menjamin keselamatan Hee Thian Siang,
Tiong sun Hui Kheng dan bayi yang dilahirkan oleh Liok Giok
Jie atau dengan kata lain, jiwa empat orang hendak ditukar
dengan rahasia penggunaan senjata peledak kian thian pek
lek, aku bisa bantu memikirkan suatu cara yang baik untukmu
!" "Coba kau katakanlah cara itu. Aku dengan kalian memang
sebelumnya tidak ada permusuhan apa-apa. Juga tiada
maksud kami untuk mencelakakan diri kalian. Sudah tentu
saja mempergunakan cara barter serupa itu."
"Caraku ini kukira bagus sekali buat kau." kata Hwa Jie
Swat. "Kau biarkanlah aku sendiri di dalam kamar rahasi ini.
Hitung-hitung sebagai orang tanggungan. Tiong sun Hui
Kheng pergi sendiri ke puncak Kun lun. Biar dia berusaha
membujuk Hee Thian Siang supaya mau menerangkan cara
menggunakan senjata Kian tian pek lek nya !"
Bo Cu Keng segera menemui Siang Biauw Yan yang
sedang sembunyikan diri di satu tempat rahasia. Disana
mereka lantas mengadakan perundingan. Lama juga mereka
berunding, baru anggap bahwa akal yang diusulkan oleh Hwa
Jie Swat itu memang boleh juga dicoba.
Siang Biauw Yan lalu berkata kepada Bo Cu Keng dengan
suara perlahan : "Saudara Bo boleh saja terima usul mereka. Tetapi tentu
saja tidak begitu gampang seperti yang mereka pikir. Setelah
Hee Thian Siang menerangkan cara menggunakannya, kita
boleh saja segera gerakkan pesawat rahasia kita, hancurkan
mereka semua ! ha ha ha. . ."
Bo Cu Keng mengangguk sambil ikut tertawa. Lekas-lekas
menemui lagi Hwa Jie Swat, lalu berkata kepadanya :
"Aku setuju sekali dengan usulmu tadi. Kau suruhlah nona
Tiong sun Hui Kheng duduk disebuah kursi di sebelah kiri
meja teh !" Hwa Jie Swat tahu benar bahwa sebelum Hee Thian Siang
menerangkan rahasia menggunakan senjata Kian thian pek
lek, orang-orang jahat dari Kun lun pay itu tidak mungkin akan
berani bertindak. Maka tanpa curiga sedikitpun segera
menyuruh Tiong sun Hui Kheng duduk di kursi seperti apa
yang diminta oleh Bo Cu Keng tadi sambil berpesan dengan
suara perlahan : "Adik Kheng, kau pergilah ke puncak gunung Kun lun.
Suruh Hee Thian Siang ulur waktu sedapat mungkin. Di sana
kau boleh perintahkan Siaopek pergi ke bawah kaki gunung
Kun lun agar Siaopek tunggu kedatangan It-pun taysu supaya
bisa dikabarkan keadaan kita disini dan supaya ia bisa bantu
menolong kita !" Baru ia berkata sampai disitu, kursi yagn diduduki oleh
Tiong sun Hui Kheng mendadak bergerak, terdengar suara
keresekan, lalu sesaat kemudian Tiong sun Hui Kheng
bersama-sama kursinya mendadak hilagn !
Tiong sun Hui Kheng bersama kursi yang didudukinya, saat
itu tengah meluncur ke dalam sebuah terowongan rahasian
dan sebentar kemudian sudah berada di dalam goa di
belakang istana Kun lun kiong.
Bo Cu Keng agaknya sudah menunggu lama di mulut goa.
Bersama Tiong sun Hui Kheng lalu berjalan menuju ke puncak
Kun lun. "Nona Tiong sun," kata Bo Cu Keng tiba-tiba. "Kau sendiri sajalah yang naik ke
sana. Kau boleh bujuk Hee Thian Siang.
Tidak perlu kau menguatirkan apa-apa. Sebab kau harus tahu
asal kau coba bertindak sedikit saja, Hee Thian Siang yang
berada di puncak dan Hwa Jie Swat yang berada di dalam
kamar rahasia akan mengalami siksaan apa."
Tiong sun Hui Kheng tertawa dingin. Belum ia menjawab,
sudah tiba dibawah kaki puncak Kun lun.
Bo Cu Keng menunjuk ke arah tebing gunung, di bawah
puncak Kun lun. Tiong sun Hui Kheng segera menuju ke
tempat yang ditunjuk. Sesampainya Tiong sun Hui Kheng, Bo
Cu Keng tampak menekan sebuah pesawat rahasia. Dinding
di depan Tiong sun Hui Kheng segera terbuka sebuah lubang
berbentu bundar. Tiong sun Hui Kheng yang menyaksikan keadaan demikian
lalu bertanya : "Bo ciangbunjin, apa maksudmu hendak menyuruh aku
naik ke puncak dengan mengambil jalan di dalam goa ini ?"
Bo Cu Keng tampak mengangguk dan berkata sambil
tertawa : "Batu buatan alam ini, pada waktu paling belakang ini baru
kita tembus dan ditambah dengan usaha yang tidak sedikit.
Nona Tiong sun tidak udah kuatir. Masuklah saja. Aku
tanggung akan dapat mengantar kau ke tempat tujuanmu
dengan cepat, untuk menjumpai Hee Thian Siang !"
Toong sun Hui Heng yang mendengarkan itu, tidak ragu-
ragu lagi. Lalu lompat masuk ke dalam mulut goa itu,
sedangkan Bo Cu Keng juga segera menutup pintu goa.
Jalanan dalam goa itu sempit dan panjang serta berliku-
liku, arahnya naik ke atas.
Tiong sun Hui Kheng harus berjalan dengan meraba-raba
di dalam goa yang gelap itu. Dengan sendirinya jadi tidak bisa
terlalu cepat. Kira-kira satu jam, tibalah ia di suatu tempat
yang terhalang oleh tembok batu yang membuat ia tidak bisa
maju lagi. Sementara itu terdengar suara Bo Cu Keng yang samar-
samar. "Nona Tiong sun, aku sekarang hendak membuka dinding
batu yang menghalang di depanmu itu supaya kau bisa keluar
dari dalam goa. Pergunakanlah waktu yang hanya sekejap
saja itu. Kau harus dapat menguasai waktu yang amat singkat
itu, jangan sampai salah !"
Baru habis menutup mulut, benar saja ditembok depan
Tiong sun Hui Kheng lalu tampak sedikit sinar terang.
Kemudain perlahan-lahan terbuka sebuah lubang kecil. Tiong
sun Hui Kheng tahu bahwa ia cuma diberi tempo yang sangat
minim, maka buru-buru ia melesat keluar dari lubang batu
yang kecil itu. Tiba diluar, tembok batu itu mendadak tertutup lagi. Kini ia
telah dapatkan dirinya benar-benar berada di puncak Kun lun.
Pada waktu itu, Hee Thian Siang sedang menidurkan
anaknya. Melihat Tiong sun Hui Kheng mendadak berdiri
didepannya seolah-olah melayang turun dari langit, disamping
terkejut juga merasa girang. Tanyanya keheranan :
"Enci Kheng, dengan cara bagaimana kau bisa keluar dari
situ " Kalau memang ada jalan rahasia ini, bukankah kita bisa
segera meloloskan diri ?"
"Aku diantar oleh Ngo-tok-kui-sie Bo Cu Keng melalui jalan
rahasi ini sampai disini. Keadaanku sam denganmu, yang
berarti bisa datang tetapi tidak bisa kembali !"
Sambil bicara, ia ambil bayi dari gendongan Hee Thian
Siang, dipandanginya sepuas-puasnya, hatinya merasa pilu.
Katanya sambil mengucurkan air mata :
"Mirip sekali dengan Liok Giok Jie ! Tetapi sayang, dia bisa
diketemukan oleh ayahnya, namun ibunya. . . . . "
"Kemana pun ibunya pergi, kalau kita bisa keluar dari
gunung Kun lun ini, biar secara perlahan, pasti bisa
diketemukan !" kata Hee Thian Siang.
Tiong sun Hui Kheng tahu bahwa Hee Thian Siang yang
dikurung di puncak Kun lun, dalam hatinya sedikit banyak
pasti merasa gelisah. Maka ia tidak sampai hati untuk
menyampaikan berita jelek yang menimpa diri Liok Giok Jie.
Matanya berputar sejenak. Ia mengalihkan pembicaraan
dengan pura-pura bertanya :
"Mengapa tidak kelihatan Siaopek " Kemana ia pergi ?"
"Siaopek sesungguhnya terlalu cerdik dan terlalu baik
sekali ! Coba kalau enci tidak perintahkan ia ikut aku, bayi ini
barangkali sudah lama mati kelaparan !"
"Apakah Siaopek pergi mencari makanan untuk bayi ini ?"
"Ya ! Persediaan susu rusa disini tinggal sedikit. Siaopek
baru saja kusuruh turun gunung, untuk mencari lebih banyak
lagi !" "Adik Siang, lama juga kau dikurung disini. Tentunya
banyak menderita." "Menderita kalau cuma buat kau, tidak jadi soal. Yang
kutakuti cuma kesepian dan kesunuian yang siang hari malam
harus aku gadungi. Dengan adanya enci disini, taruh kta ada
jalan keluar, aku masih suka tinggal disini dan aku benar-
benar rela !" Tiong sun Hui Kheng pendelikkan matanya. Lalu berkata :
"Adik Siang, aku cuma pikir yang senang-senang saja !
Tahukah kau, tempat yang kita injak sekarang ini sebenarnya
ada dipendam senjata peledak di delapan belas tempat ?"
Hee Thian Siang sedikitpun tidak merasa terkejut atau
heran. Katanya sambil menganggukkan kepala : "Memang
sudah dalam dugaanku begitu. Tetapi selama mereka tidak
dikasih tahu cara menggunakan senjata Kian thian pek lek,
tidak bakalan mereka berani turun tangan kejam ! Jadi kalau
buat aku, biarpun kita harus tinggal ditempat yang dikitari oleh
bahan peledak, malah merasa aman !"
"Memang betul aman. Tetapi apakah kita boleh tak usah
memikirkan keselamatan dan kesucian enci Hwa Jie Swat
yang kini sedang dikurung dalam istana Kun-lun kiong "'
"Enci Hwa Jie Swat juga sudah datang "' tanya Hee Thian
Siang heran. Tiong sun Hui Kheng lalu menceritakan pertemuannya
secara kebetulan dengan orang tua berbaju kuning Hee kouw
Soan dan Hwa Jie Swat serta It-pun Sin-ceng. Hanya
merahasiakn peristiwa Liok Giok Jie yang buang diri ke dalam
jurang. Habis cerita Tiong sun Hui Kheng, Hee Thian Siang berkata
sambil menghela napas : "Celaka . . . . . . . . "
Tapi ia belum melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba terdengar
suara Bo Cu Keng dibarengi suara tertawanya yang suaranya
sangat aneh : "Hee Thian Siang, jikalau kau tidak mau kasih tahu juga
cara menggunakan senjata peledak Kian thian pek lek, aku
nanti akan gerakan seluruh pesawat dalam kamar rahasia.
Lebih dahulu akan kutaklukan Hwa Jie Swat, lalu kubawa ke


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bawah gunung Kun kun ini, biar dia rasa bagaimana bila
seluruh anak murid Kun lun pay memperkosa dirinya dengan
bergiliran !" Percuma saja Hee Thian Siang marah-marah dan
mendongkol sebab ia tidak bisa berbuat apa-apa. Terpaksa
cuma minta supaya Bo Cu Keng mau memberikan waktu
kepadanya untuk berpikir.
Bo Cu Keng tahu bahwa ia sudah mendapatkan titik
kelemahan Hee Thian Siang. Dianggap anak muda itu pasti
akan menyerah, maka dengan merasa bangga ia lalu berkata :
"Hee Thian Siang ! Boleh kuberikan padamu waktu satu
hari untuk berpikir. Tetapi awas, jika besok sampai tengah hari
kau belum mau kasih tahu cara menggunakan senjata Kian
thian pek lek, aku bisa suruh kau menyaksikan sendiri
bagaimana dibawah sinar matahari Hwa Jie Swat akan
diperkosa oleh banyak orang !"
Sehabis berkata demikian, tidak terdengar suara lagi.
Hingga suasana kembali menjadi hening.
Hee Thian Siang berkata kepada Tiong sun Hui Kheng
sambil menggelengkan kepala dan menghela napas :
"Enci Kheng, sekarang bagaimana baiknya " Enci Hwa Jie
Swat berada ditangan kawanan iblis. Rasanya, rahasia cara
menggunakan senjata Kian thian pek lek ini tidak akan dapat
kupertahankan lagi !"
"Syukur kalau It-pun Sin-ceng bisa keburu sampai pada
waktunya yang tepat. Sebab itulah yang paling baik. Tapi
kalau tidak, yah ! Apa boleh buat harus kita beritahukan juga
cara menggunakan senjata Kian thian pek lek itu biar
dikemudian hari perlahan-lahan kita boleh rebut kembali !"
berkata Tiong sun Hui Kheng sambil mengerutkan alisnya.
"Kian thian pek lek itu adalah senjata yang sangat ampuh
dan luar biasa hebatnya. Kalau sampai digunakan oleh
kawanan penjahat itu untuk melakukan kejahatan besar,
bukankah golongan Pak bin yang akan mendapat malu besar
" Lalu bagaimana pula aku harus mempertanggungjawabkan
semuanya kepada arwah suhu di alam baka ?"
"Adik Siang, apa kau tidak punya akal untuk
memberitahukan rahasia penggunaan senjata itu yang palsu "
Biar bagaimana Kian thian pek lek itu toh cuma ada satu. Pasti
mereka tak akan berani mencoba-coba menggunakan senjata
itu !" "Enci Kheng, aku juga sudah pikirkan hendak berbuat
begitu. Tapi aku khawatir kawanan penjahat itu sesudah
mendapatkan rahasia palsu tentang penggunaan senjata itu,
lantas dianggap benar-benar. Sebaliknya nanti akan berusaha
membasmi kita. Tentu hal itu tidak menguntungkan sekali bagi
kita dan enci Swat sendiri !"
"Adik Siang, kekuatiranmu semcam ini memang cukup baik.
Mungkin karena kau sudah dapat menembusi hati kawanan
penjahat partai Kun lun itu. Kalau begitu, tak ada lain jalan.
Terpaksa kita harus mengalihkan pengharapan kita pada diri
It-pun Sin-ceng. Biarlah beberapa lama berdiam disini sampai
dia datang dan menolong kita !"
Berkata sampai disitu, dari bawah puncak gunung tiba-tiba
tampak berkelebat bayang putih. Ternyata Siaopek sudah
kembali dengan membawa satu kantong penuh susu rusa.
Tiong sun Hui Kheng lantas meneteki bayi Liok Giok Jie
dengan air susu binatang itu dan memerintahkan Siaopek
turun lagi guna menantikan It-pun Sin-ceng dan suruh Hee
Thian Saing menulis surat dengan kayu bakar tentang
keadaan mereka disitu. Sungguh kebetulan sekali, Siaopek baru saja turun dari
puncak Kun lun sudah menampak sebuah bayangan kealbu
dan bayangan kuning, yang dari jauh lari mendatangi.
Bayangan kuning itu bukan lain dari pada binatang gaib
Taywong, sedangkan bayangan kelabu adalah It-pun Sin-ceng
yang diharap-harapkan kedatangannya oleh Hee Thian Siang
dan Tiong sun Hui Kheng. Siaopek mengeluarkan siulan girang lalau lari
menyongsong dan menyerahkan surat yang ditulis oleh Hee
Thian Siang kepada It-pun Sin-ceng.
Setelah membaca habis surat Hee Thian siang, It-pun Sin-
ceng mengerutkan alisnya. Diam-diam berpikir bahwa
kawanan penjahat partai Kun lun itu banyak sekali jumlahnya,
sedangkan ia sendiri hanya sendirian membawa-bawa dua
binatang yang cerdik dan gaib itu. Bagaimana dapat menolong
mereka yang terancam bahaya sangat besar itu "
Karena berada dalam keadaan sangat sulit itu, It-pun Sin-
ceng terpaksa menyingkirkan semua pikiran dan duduk bersila
sambil memutar otak. Tidak kecewa ia sebagai seorang pendekar besar. Setelah
duduk tidak berapa lama, dari dalam ketenangannya itu ia
mendapatkan suatu jalan yang cukup berbahaya dan harus
menempuh jalan antara hidup dan mati.
Lebih dulu ia coba menganalisa keadaan diatas puncak,
lalu menganggap bahwa apa yang dikuatirkan Hee Thian
Siang itu memang tidak salah. Kawanan penjahat partai Kun
lun asal mendapatkan rahasia cara menggunakan Kian thian
pek lek, pasti akan bertindak terhadap Hee Thian Siang, Tiong
sun Hui Kheng dan Hwa Jie Swat dengan segala kekejaman
mereka. Kedua It-pun Sin-ceng memastikan bahwa kekuatan
tenaganya sendiri yang dibantu oleh Siaopek dan Taywong
paling hanya dapat menolong jiwa Hwa Jie Swat dari tangan
kawanan penjahat itu, untuk sementara tidak mungkin dapat
menolong Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng
meloloskan diri dari puncak gunung Kun-lun.
Karena toh harus kedua-duanya dapat dilaksakan dengan
sempurna, terpaksa harus menempuh bahaya.
Maka itu, It-pun Sin-ceng lalu memerintahkan Siaopek dan
Taywong untuk mencari rotan-rotan gunung yang kasar-kasar
dan banyak jumlahnya, sedangkan ia sendiri akan turun
tangan membuat sebuah keranjang rotan yang kuat dan besar
sekali. Kemudian, mereka juga membaut lagi beberapa batang
rotan yang panjangnya kira-kira tiga tombak. Bersama-sama
keranjang itu dan sepucuk surat, ia memerintahkan Siaopek
dan Taywong dengan melalui jalan belakang, mendaki ke
puncak Kun lun. Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng yang membaca
surat itu sangat mengagumi kecerdikan It-pun Sin-ceng.
Beberapa puluh batang rotan gunung itu, diikat dengan
keranjang rotan, setiap lima batang diikat menjadi satu.
Setelah itu, diantara pohon cemara yang berada di atas
puncak Kun lun dengan batu-batu dibawah untuk diikatkan
dengan rotan-rotan panjang meluncur ke bawah.
Dengan demikian, keranjang rotan itu lalu digunakan untuk
turun dari atas yang berada di bagian belakang puncak Kun
lun, dibawah terdapat jurang yang sangat dalam.
It-pun Sin-ceng mau supaya Hee Thian Siang begitu
sampai besok tengah hari, itu adalah yang terakhir kawanan
penjahat Kun lun akan membawa Hwa Jie Swat ke bawah
puncak gunung itu untuk menggertak Hee Thian Siang supaya
mau menyerah. Sudah diperhitungkan, jikalau penjahat Kun lun pay itu
mengetahui rahasia menggunakan senjata Kian thian pek lek,
pasti mereka akan turun tangan kejam terhadap Hee Thian
Siang, Tiong sun Hui Kheng dan Hwa Jie Swat. Itulah
kegunaan keranjang besar itu, buat menyelamatkan Hee
Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng.
Kalau mereka akan turun tangan terhadap Hwa Jie Swat,
hal itu akan dihadapi oleh It-pun Sin-ceng, Siaopek dan
Taywong yang lebih dulu sudah sembunyikan diri di tempat
gelap dan akan berusaha merebut dan menolong Hwa Jie
Swat dari tangan mereka. Ucapan terakhir itu begitu masuk ke telinga Hee Thian
Siang membuat darah anak muda itu bergolak hebat. Ia juga
tidak banyak tanya lagi lantas menuju ke puncak gunung Kun-
lun bersama Siaopek. Baru saja Hee Thian Siang berangkat, dar dalam istana
Kun-lun-kiong muncul dua orang. Mereka itu adalah Siang
Biauw Yan dan May-yu Kiesu yang kini sudah menjadi
pemimpin Kun-lun pay Bo Cu Keng.
Siang Biauw Yan lalu bertanya kepada murid yang menjaga
pintu tadi : "Apakah Hee Thian Siang datang sendirian ?"
"Ya, Hee Thian Siang datang sendiri tapi bersamanya ada
lagi seekor monyet kecil berbulu emas !" jawab sang murid
dengan sikap menghormat. Bo Cu Keng lalu berkata sambil tertawa dingin :
"Seekor monyet kecil apakah gunanya " Kita segera
bertindak menurut rencana kita semula !"
Siang Biauw Yan menganggukkan kepala sambil tertawa,
kemudian bersama-sama Bo Cu Keng masuk ke istana Kun-
lun kiong lagi hendak melaksanakan rencana jahat mereka.
Tindakan apa yang hendak mereka lakukan " Untuk
sementara, marilah kita tinggalkan dulu. Kita tengok
bagaimana Hee Thian Siang dan Siaopek kini sudah mulai
berjalana setapak demi setapak masuk ke dalam perangkap
yang dipasang oleh Siang Biauw Yan.
Sewaktu Hee THian Siang tiba dibawah puncak Kun-lun,
tampak keadaan dan pemandangan tempat yang pernah
dikunjunginya ini masih seperti biasa. Hanya hari itu ada
tambahan sebatang rotan yang sangat panjang dari puncak
turun terus sampai ke bawah. Agaknya untuk memudahkan
orang naik turun ke atas puncak itu.
Jangankan Hee Thian Siang yang sangat pintar, sekalipun
orang biasa juga dapat mengerti pemandangan di depan
matanya itu ada mengandung bahaya besar.
Tetapi oleh karena sifat kasih ayah terhadap anaknya ada
demikian besar, ditambah lagi pikirannya yang selalu terpusat
pada keselamatan Liok Giok Jie dan Cin Lok Pho, ia sudah
ingin mencari Siang Biauw Yan untuk memecahkan semua
pertanyaan yang ada dalam otaknya. Maka meskipun tahu
ada bahaya besar, ia tidak mau pikir lebih jauh. Hakekatnya ia
sudah mempunyai moto : Pukul dahulu bicara belakangan !
Begitulah ia lalu lompat melesat sambil memegangi oyot rotan
itu terus naik ke atas ! Siaopek sudah tentu mengikuti saja jejaknya. Tiba
ditengah-tengah Hee Thian Siang baru merasa bahwa
perbuatannya itu sesungguhnya terlalu gegabah. Bila Siang
Biauw Yan benar-benar berada di atas puncak, dengan
mudah saja dia dapat memutuskan rotan itu. Lalu bukankah ia
bersama Siaopek akan terjatuh di dalam jurang yang dalam ini
" Berpikir sampai disitu, diam-diam jadi bergidik sendiri ! Ia
tidak mau balik di tengah jalan, maka terpaksa ia melanjutkan
terus usahanya naik keatas sambil menggertak gigi. Tetapi
seluruh perhatiannya dipusatkan ke atas, siap untuk
menghadapi segala kemungkinan.
Tak ia sangka bahwa kekuatirannya itu ternyata cuma
merupakan bayangan khayal belaka, ia sedikitpun tidak
mendapatkan bahaya. Terpisah kira-kira setombak lebih
denga puncak, mendadak terdengar suara tangisan bayi !
Suara tangisan bayi itu telah menambah besar hati Hee
Thian Siang. Sambil mengeluarkan suara siulan panjang, ia
bergerak cepat dan sebentar sudah naik ke puncak.
Di atas puncak Kun-lun itu tidak terdapat apa-apa, hanya
ada seorang perempuan dari penduduk pegunungan itu
sedang meneteki seorang bayi di depan goa kecil.
Dalam girangnya Hee Thian Siang sampai melupakan
peraturan, ia segera bergerak, dari tangan perempuan muda
itu merebut bayinya ! Ia mengamati-amati wajah sang bayi,
benar saja mirip dengan dirinya sendiri, juga ada beberapa
bagian yang hampir serupa dengan wajah Liok Giok Jie.
Setelah bayi itu berada dalam gendongannya, Hee THian
Siang lantas berputaran ke pelbagai penjuru. Ia mengawasi
keadaan disekitarnya. Dan timbullah berbagai pertanyaan
dalam otaknya. Ia benar-benar tidak mengerti tindakan apa yang akan
diambil oleh Siang Biauw Yan karena setelah susah payah ia
membawa kabut bayi itu, mengapa kini dapat diambil kembali
dengan sangat mudahnya tanpa ada penjagaan apa pun "
Pertanyaan itu masih berputaran di dalam otaknya, tiba-tiba
terdegnar suara orang tertawa dari dalam goa kecil itu.
Dahulu Hee Thian Siang bersama Tiong sun Hui Kheng
pernah terkurung lama di atas puncak Kun-lun ini. Maka ia
hapal baik setiap penjuru tempat. Ia tahu bahwa goa kecil itu
tidak seberapa dalam. Goa itu hanya cukup untuk meneduh
dari angin dan hujan saja. Tapi kini dengan tiba-tiba terdengar
suara tertawa orang, suatu bukti bahwa Siang Biauw Yan
pernah merubah goa itu dengan alat-alat yang ia pasang, di
bagian atas atau bawah mungkin ditambah dengan peralatan
untuk menyampaikan suara orang.
Walaupun ia berpikir demikian, namun ia masih tetap
berjalan menuju ke tepi jurang dan melongok ke bawah.
Tampak olehnya oyot rotan yang digunakannya untuk
mendaki ke atas tadi ternyata sudah putus hingga jalan
pulangnya sudah tidak ada lagi. Dibawah tampak dua orang
berdiri berdampingan, mereka bukan lain dari pada Siang
Biauw Yan dan Bo Cue Keng.
Siang Biauw Yan yang menampak Hee Thian Siang
melongokkan kepala dari atas, lalu berkata sambil tersenyum :
"Hee laote, apakah kau sudah menemui dan melihat
anakmu ?" Pertanyaan itu diucapkan dengan suara tidak seberapa
nyaring tetapi kedengarannya sangat nyata seperti keluar dari
dalam goa masuk ke telingan Hee Thian Siang.
Hee Thian Siang tahu bahwa kini ia sendiri sudah terkurung
lagi di puncak gunung Kun-lun, pasti akan menghadapi
banyak bahaya lagi. Maka ia juga tidak perlu menggunakan
ilmu menyampaikan suara ke jarak jauh, karena itu berarti
akan menghamburkan tenaga secara cuma-cuma. Maka juga
berkata sambil menghadap ke goa kecil itu.
"Terima kasih atas kebaikanmu yang telah mengembalikan
anakku. Tetapi Hee Thian Siang masih ingin tanya sedikit,
Liok Giok Jie dan Cin Lok Pho sekarang berada dimana ?"
Ia berbicara ke arah goa, suaranya itu benar saja bisa
sampai ke bawah gunung. Siang Biauw Yan perdengarkan suaranya sambil tertawa :


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hee laote, kalau kau mau tahu, Liok Giok Jie dan Cin Lok
Phi belum mencari sampai sini. Cuma baru kau seorang saja
yang menjadi tamu agungku di puncak Kun-lun ini !"
Karena dari ucapan Siang Biauw Yan itu, Hee Thian Siang
masih belum mendengar ada mengandung permusuhan,
maka ia merasa semakin heran. Tanyanya pula :
"Sahabat she Siang. Kau ingin aku menjadi tamumu berapa
lama diatas puncak ini ?"
Siang Biauw Yan perdengarkan suara tertawanya yang
aneh beberapa kali, kemudian berkata dengan nada suaranya
yang menyeramkan : "Dahulu kau berdiam tiga belas hari lamanya di puncak
gunung Kun-lun ini. Kali ini waktunya kau menjadi tamu, boleh
kau putuskan sendiri kau ingin berapa lama. Tinggallah kau
berapa lama pun kau suka disitu !"
Hee Thian Siang lalu menjawab :
"Aku mau segera turun dari sini !"
"Asal kau suka menjawab satu pertanyaan, aku akan
segera naik sendiri ke atas untuk mengajak kau turun !"
Hee Thian Siang waktu itu diliputi oleh perasaan curiga, ia
tidak tahu apa yang dikehendaki oleh pemimpin Kun lun pay
ini, yang mengharuskan ia menjawab sendiri, maka lalu
bertanya ia : "Soal apa " Kau sebutkan dulu, supaya aku bisa
pertimbangkan !" Siang Biauw Yan sedapat mungkin menggunakan nada
suara lemah lembut untuk mennghindarkan jangan samapi
menyinggung perasaan Hee Thian Siang. Katanya lambat-
lambat sambil tertawa : "Aku ingin tanya, bagaimana caranya menggunakan
senjata peledak Kian-thian-pek-lek ?"
Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu, sangat
terkejut, buru-buru tanyanya :
"Senjatakau Kian-thian-pek-lek, apa sudah berada dalam
tanganmu ?" "Khong khong taysu, Pao in Hui dan Gu Liong Goan,
bersama saudara Bo Cu Keng, kini semua sudah menjadi
anggota Kun-lun pay. Sekarang mereka malah telah menjabat
kedudukan sebagai pelindung hukum partai Kun lun !"
"Ouw ! Kalau begitu, Kun lun pay yang sudah hampir pecah
berantakan, kini ternyata sudah mulai hendak pentang sayap
lagi "' Siang Biauw Yan perdengarkan suara tertawanya yang
menunjukkan perasaan bangganya, selanjutnya berkata pula :
"Jikalau kau mau memberitahukan padaku cara
menggunakan senjata Khian-thian-pek-lek itu, aku ada
maksud hendak merebut kedudukan sebagai jago dengan
pemimpin Ceng thian pay Kie Tay Cao !"
"Apa kau yakin aku akan memberitahukan padamu caranya
menggunakan senjata peledak Kian thian pek lek itu ?"
Bo Cu Keng yang sejak tadi diam saja, ketika mendengar
ucapan itu lalu membuka suara :
"Hee Thian Siang, kalau kau seorang cerdik seharusnya
kau mau menerangkan dengan terus terang bagaimana cara
menggunakan senjata Kian thian Pek-lek itu. Sebab barang itu
sudah berada ditanganku. Dan kau juga tentu tidak perlu
mengorbankan dua jiwa untuk memegang terus rahasia
penggunaan senjata itu !"
Hee Thian Siang sambil mengelus-elus bayinya, berkata
sambil tertawa terbahak-bahak :
"Bo Cu Keng, kau anggap aku ini bisa saja kau tipu "
Jikalau aku lantas memberitahukan kepadamu caranya
menggunakan senjata itu, bukankah akan membuat kalian
tenang dan lebih cepat turun tangan kejam terhadapku ?"
Bo Cu Keng juga tahu Hee Thian Siang tidak percaya
kepadanya, maka bersama-sama Siang Biauw Yan berunding
sebentar, baru berkata lagi :
"Hee Thian Siang, kau tidak usah khawatir ! Beritahukanlah
saja caranya menggunakan senjatanya itu, aku akan segera
mengucapkan sumpah yang paling kuat untuk menjamin kau
dan anakmu keluar dari sini dalam keadaan selamat !"
"Kalau kalian adalah seorang pendekar atau ksatria, sudah
tentu janjinya sangat berharga. Tapi sumpah yang diucapkan
oleh orang jahat dan pengecut seperti kalian ini, aku ragu
sumpahnya toh akan bernilai nol besar !" kata Hee Thian
Siang sambil tertawa besar.
"Hee Thian Siang !" seru Bo Cu Keng dalam gusarnya.
"Apa kau tidak mau minum arak yang disediakan secara
hormat dan ingin minum arak dengan secara paksa ?"
"Arak yang dipaksakan orang minum itu, sebenarnya
bagaimana rasanya " Aku justru ingin mencobanya ! Tetapi
aku khawatir kalian tidak bisa berbuat apa-apa terhadaplu !"
Siang Biauw Yan sementara itu membentak dengan suara
keras : "Hee Thian Siang, kau seorang diri di kurung di puncak
gunung Kun-lun. Apakah kira tidak dapat menyulitkan kau ?"
Hee Thian Siang kembali tertawa bergelak-gelak, katanya :
"Siang Biauw Yan, ilmu silatmu yang tidak berarti itu tidak
dapat kau gunakan untuk menggertak aku. Apalagi kau adalah
pecundangku, sekalipun Bo Cu Keng dengan ilmunya Cit khao
chiu, aku juga pernah belajar kenal di dalam lembah May yu
kok. Ternyata hanya begitu saja ! Maka kalau kalian naik ke
atas puncak pasti akan kalah, tidak naik juga tidak bisa
berbuat apa-apa terhadapku !"
Siang Biauw Yan berkata dengan nada suara marah :
"Kita akan mengurung kau dalam waktu yang lama supaya
kau mati kelaparan !"
"Dahulu aku bersama nona Tiong sun sudah pernah
dikurung 13 hari diatas ini, apakah pernah mati kelaparan "
Akhirnya bahkan hampir saja kau sendiri yang akan menjadi
setean kelaparan di puncak Kun lun ini !" berkata Hee Thian
Siang. Wajah Siang Biauw Yan menjadi merah, sementara itu Bo
Cu Keng lantas berkata : "Taruhlah kau dapat menahan lapar, tetapi bayimu juga
akan mati kelaparan !"
Hee Thian Siang mengawasi perempuan muda yang duduk
tidak jauh di depan goa, katanya sambil tertawa :
"Kalian orang-orang bodoh ini, benar-benar sedang
mengoceh sendiri. Kalian juga tidak pikir disini ada babu tetek,
bagaimana bayiku bisa kelaparan ?"
Bo Cu Keng perdengarkan suara tertawanya yang seram
berulang-ulang, lalu mengacukngkan tangannya dan
melancarkan seragnan ke salah satu tempat dibawah puncak
gunung yang terdapat pesawat rahasia.
Hee Thian Saing yang menyaksikan keadaan itu, tidak
dapat menduga apa yang dilakukan Bo Cu Keng itu. Tiba-tiba
dalam goa kecil itu terdengar suara nyaring dan tampak
berkelebatnya senjata tajam.
Kini ia baru menyadari bahwa di dalam goa itu bukan saja
dilengkapi dengan alat untuk menyampaikan suara dari
bawah, tetapi juga telah diperlengkapi dengan pesawat
rahasia. Tetapi sayang ia sudah tidak keburu memberi
pertolongan. Maka bersamaan dengan berkelebatnya senjata
tajam itu lalu disusul oleh suara jeritan yang mengerikan,
perempuan yang mengasuh bayi itu sudah terkena serangan
golok terbang yang ada racunnya hingga saat itu lantas
melayang satu nyawa yang tak bersalah dosa.
Begitu perempuan pengasuh bayi itu mati, Hee Thian Siang
hatinya berdebaran, darahnya bergolak. Dengan sangat
marah ia berkata : "Siang Biauw Yan ! Bo Cu Keng ! Kalian mempunyai
kepandaian apa " Boleh kalian gunakan terhadap aku Hee
Thian Siang dan anaknya, untuk apa membinasakan seorang
perempuan yang tidak bersalah dosa ?"
Bo Cu Keng nampak bangga, kembali perdengarkan suara
tertawanya dan katanya : "Sekarang perempuan itu sudah mati dan untuk bayimu
tidak ada air susu yang bisa diminum. Paling lama tiga hari
pasti dia akan mati kelaparan. Sekarang kami persilahkan kau
pikir baik-baik selama satu malam. Besok kami datang lagi
kemari. Ingat jiwamu dan jiwa anakmu sebagai barang
taruhan. Kalau menurut aku, tidak perlu lagi kau berkukuh
mempertahankan rahasia senjata peledak Kian thian pek lek
itu !" Sehabis berkata demikian, benar-benar saja sudah
menghilang bersama-sama Siang Biauw Yan.
Dua iblis itu begitu berlalu, rasa pilu lalu timbul dalam hati
Hee Thian Siang. ia tidak tahu bagaimana harus berbuat.
Sebab bayi dalam pelukannya itu, kini telah menangis.
Jelas waktu itu sudah ingin menetek lagi.
Sambil mendiamkan bayinya, Hee Thian Siang mengawasi
babu susu yang sudah mati secara mengenaskan, berkata
kepada Siaopek : "Siaopek, dulu sewaktu aku bersama enci Kheng terkurung
ditempat ini adalah kau bersama Taywong yang mencarikan
makanan untuk kami. Tapi keadaan sekarang adalah lain,
sekarang sudah tambah seorang bayi yang memerlukan air
tetek. Bagaimana kita harus berbuat ?"
Siaopek menggaruk-garuk kepalanya, berpikir dahulu
kemudian berkata dengan suaranya yang masih gelagapan :
"Aku. . . aku. . . . . ada. . . . . . akal. . . . "
Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu, dalam hati
merasa girang. Buru-buru berkata sambil tertawa :
"Siaopek, kalau kau benar ada akal, mengapa tidak lekas
pergi ?" Siaopek lantas bergerak, sebentar sudah menghilang dari
depan mata Hee Thian Siang. Arah yang dituju ialah tebing
tinggi disudut lain puncak gunung Kun-lun itu. Dengan
menggunakan kelincahan yang diwarisi oleh alam, ia telah
turun dari tempat yang tinggi menjulan ke langit itu dengan
kaki dan tangannya. Hee Thian Siang seorang diri berdiam dipuncak gunung
sambil menggendong anaknya. Dalam diamnya memikirkan
bagaimana harus menghadapi Siang Biauw Yan, Bo Cu Keng
dan anak buahnya yang sudah menggunakan bayinya sendiri
untuk memancin ia datang kemari, sebetulnya ada
mengandung maksud apa. Dipikirnya bolak balik, akhirnya dapat menemukan
jawabannya ialah orang-orang jahat itu tentunya hendak
menggunakan senjata peledak Kian-thian pek leknya yang
sangat ampuh, yang kini tidak tahu bagaimana
menggunakannya, henda minta keterangan padanya supaya
dapat digunakan untuk membasmi musuh-musuhnya
kemudian menjagoi rimba persilatan.
Setelah ia dapat menduga maksud dan tujuan Siang Biauw
Yan dan Bo Cu Keng, diam-diam merasa bergidik. Ia telah
mengambil keputusan lebih baik mengorbankan segala apa,
asal jagan membuka rahasia senjata ampuh perguruannya
karena jiga ia berbuat demikian berarti pula ia telah membantu
manusia-manusia jahat itu.
Sementara itu, sang bayi menangis tidak berhenti
sedangkan Siaopek yang sudah pergi belum juga kembali.
Hee Thian Siang terpaksa dengan menggunakan obat pelnya
yang manjur, dihancurkannya, lalu perlahan-lahan dimasukkan
ke dalam mulut bayinya. Pel itu adalah buatan Say-ha-kong yang mendapat julukan
tabib dewa pada dewasa itu. Di dalamnya ada tercampur
getah pohon Leng cie pemberian It-pun Sin-ceng. Sudah tentu
sangat manjur sekali. Bayi itu setelah diberikan makan sedikit,
lantas tidur dengan nyenyaknya.
Hee Thian Siang yang menyaksikan keadaan itu, dalam
hati merasa agak lega. Tetapi pel manjur itu tidak banyak
jumlahnya, hingga ia masih merasa gelisah. Bila Siaopek tidak
berhasil menemukan air tetek, bagaimana harus melewati
hari-hari yang panjang itu.
Dalam keadaan bingung seperti itu, tampaklah bayangan
putih yang ternyata Siaopek sendiri yang sudah kembali.
Monyet kecil itu ditangan kanannya membawa barang-barang
makanan seperti buah-buahan yang tidak sedikit jumlahnya,
sedangkan di depan dadanya ada menggantung sebuah
kantong kulit. Kantong kulit itu segera diambil dan dibuka oleh Hee Thian
Siang. Tampak di dalam kantong ada susunya. Maka ia
menjadi girang dan sambil menepuk pundak Siaopek, ia
bertanya : "Siaopek, ini air susu dari mana ?"
Siaopek menggunakan tangannya, diulurkan ke kanan dan
ke kiri untuk memberi gambaran. Hee Thian Siang baru tahu
bahwa susu dalam kantongan itu ternyata adalah air susu rusa
sehingga ia teringat kembali kepada Liok Giok Jie yang dahulu
juga hidup dari susu rusa sewaktu dibuang dibawah kaki
gunung Kun-lun ini, kemudian dibawa kembali dan dipelihara
oleh Tei . . Cu. Tak disangka-sangkanya bahwa bayi yang
dilahirkan olehnya itu, juga terpaksa menggunakan air susu
binatang rusa untuk menyambung nyawanya.
Susu untuk si bayi sekarang telah ada.
Ditambah dengan adanya Siaopek yang cerdik, yang dapat
naik turun di tempat setinggi itu dengan leluasa, Hee Thian
Siang jadi merasa agak lega. Tak apalah berdiam lebih lama
juga dipuncak gunung Kun-lun ini, untuk mengulur waktu
seberapa dapat. Malam itu dilewati dengan tenang. Esoknya pagi sekali
Siang Biauw Yan dan Bo Cu Keng berdua sudah muncul di
bawah puncak dan bertanya apakah Hee Thian Siang sudah
bersedia atau belum buat memberitahukan cara
menggunakan senjata peledak Kian-thian pek-lek.
Hee Thian Siang dari atas menjawab sambil tertawa dingin
: "Kalian tidak perlu banyak bicara ! Asal kalian dapat
menghidupkan kembali perempuan pengasuh bayi yang tidak
berdosa itu, aku akan segera menerangkan bagaimana
caranya menggunakan Kian thian pek lek !"
Bo Cu Keng benar-benar tidak percaya bahwa Hee Thian
Siang mempunyai kekerasan hati demikian rupa, maka
berkata dengan suara bengis :
"Hee Thian Siang ! Kalau kau benar-benar tidka mau
menerangkan caranya menggunakan Kian thian pek lek, aku
nanti akan segera turun tangan kejam terhadap bayimu !"
Hee Thian Siang tahu bahwa dua manusia jahat itu sudah


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempersiapkan banyak pesawat-pesawat rahasia yang
sangat lihai. Bila mereka benar-benar menggerakkan salah
satu pesawatnya, meskipun ia sendiri boleh tidak usah takut
tetapi kalau agak lalai salah-salah akan membayakan bayinya
1 Maka cepat dicarinya akal. Ia lalu mengangkat tinggi bayinya
dan berkata kepada Bo Cu Keng sambil tertawa terbahak-
bahak : "Bo Cu Keng ! Kau jangan kira bahwa dengan akalmu yang
keji dapat mengganggu bayi ini. Heh heh ! Kau tak mungkin
dapat menggertak dan memaksa aku Hee Thian Siang
menceritakan cara menggunakan senjata Kian thian pek-lek !
Kau harus tahu bahwa Hee Thian Siang adalah seorang laki-
laki berhati baja. Tidak mungkin mau memberatkan bayinya !"
Sehabis berkata demikian, bayinya itu lantas
dilemparkannya tinggi ke belakang beberapa tombak kemudian berdiri sambil bertolak pinggang, setelah mana ia
tertawa terbahak-bahak ! Bo Cu Keng dan Siang Biauw Yan sama sekali tidak
menyangka Hee Thian Siang akan melemparkan anaknya
sendiri. Siang Biauw Yan lalu berkata sambil menggertak gigi :
"Setan cilik itu sungguh keras kepala ! Biarlah kusundut
sumbu bahan peledaknya supaya ia lekas mati !"
Setelah mana, ia benar-benar telah menyundut sumbu
bahan peledak yagn diletakkan di dalam sebuah goa kecil, tapi
buru-buru dipadamkan lagi oleh Bo Cu Keng.
"Saudara Siang," katanya. "Jikalau kau membinasakan setan kecil ini, siapa lagi
yang bisa memberitahukan kepada
kita caranya menggunakan senjata Kian thian pek lek ini "
Apabila kita tidak memiliki senjata ampuh ini, bagaimana pada
tahun depan kita bisa membasmi semua tokoh rimba
persilatan yang akan bertemu di puncak gunung Tay pek hong
?" "Hee Thian Siang sudah tega membunuh anaknya sendiri.
Kita masih ada akal apa untuk paksa menceritakan cara
menggunakan senjatanya ?" kata Siang Biauw Yan sambil
menggelengkan kepala dan menghela napas.
"Saudara Siang jangan cepat putus asa dulu. Hee Thian
Siang juga adalah manusia biasa seperti kita. Dan setiap
manusia pasti ada mempunyai kelemahannya sendiri-sendiri.
Jikalau kita bisa mencari sifat kelemahannya itu, pasti kita
dapat menundukkan dia !" kata Bo Cu Keng.
Siang Biauw Yan anggap bahwa ucapan Bo Cu Keng itu
cukup masuk diakal, sedangan Hee Thian Siang waktu itu ia
tahu berada di puncak gunung Kun lun, tentunya tidak
melarikan diri. Jadi untuk sementara masih bisa kiranya akal
itu. Maka ia batalkan maksudnya hendak membakar bahan
peledak. Begitu dua manusia jahat itu undurkan diri, Hee Thian
Siang yang seorang diri berada di puncak gunung Kun lun,
dalam hatinya kembali merasa kesepian.
Ia sedikitpun tidak tahu bahwa di bawah kakinya banyak
terdapat bahan peeldak yang setiap waktu bisa saja
menghancurkan tubuhnya. Ia hanya merasa bahwa ia sendiri, anaknya dan monyetnya
Siaopek dikurung di puncak gunung Kun lun yang sepi sunyi
itu selama jangka waktu yang sangat panjang. Rasanya tidak
menyenangkan sekali. Kiranya, Hee Thian Siang sebelum melempar bayinya tadi
lebih dahulu sudah memerintahkan Siaopek menggelar jaring
wasiatnya, disuruh menantikan di belakang dirinya. Maka
begitu bayi itu jatuh ke dalam jaring, sudah tentu tidak
mendapat luaka sedikit pun juga. Dengan demikian untuk
sementara ia dapat membatalkan maksud Siang Biauw Yan
dan Bo Cu Keng yang hendak mencelakakan anaknya untuk
paksa ia menerangkan caranya menggunakan Kian thian pek
lek. Kini dengan mengandalkan SIaopek dengan kepandaiannya yang dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa,
yang diam-diam bisa naik dan turun dari tempat demikian
tinggi untuk ditugaskan mencari makanan dan minuman bagi
dirinya sendiri dan air susu rusa untuk bayinya, hingga selama
itu dapat bertahan dari kelaparan sambil menantikan
kesempatan baik. Tetapi lama kelamaan, apabila hal itu
diketahui oleh musuh-musuhnya itu lalu menyerang Siaopek
sehingga putus jalannya untuk naik turun, bukankah
semuanya akan mati kelaparan diatas gunung "
Beberapa hari telah berlalu, Bo Cu Keng ternyata masih
belum berhasil menemukan sifat kelemahan Hee Thian Siang.
Sementara itu Hee Thian Siang sendiri juga setiap hari
memikirkan cara-caranya untuk meloloskan diri.
Di bawah puncak gunung Kun-lun, tampak kuda Ceng hong
kie lari laksana terbang. Dari atas kuda itu lompat turun
sepasang gadis cantik yang bukan lain dari pada Tiong sun
Hui Kheng dan Hwa Jie Swat.
Tiong sun Hui Kheng memerintahkan Ceng hong kie
menunggu dibawah gunung, sedang ia sendiri bersama Hwa
Jie Swat mendaki ke gunung, tiba di luar istana kun lun kiong.
Waktu itu, Siang Biauw Yan dan Bo Cu Keng telah
mendapat laporan juga. Bo Cu Keng dapat tahu bahwa Tiong
sun Hui Kheng dan Hee Thian Siang adalah sepasang kekasih
yang sedang mencinta. Maka ia menjadi sangat girang,
katanya : "Mungkin kelemahan Hee Thian Siang itu terletak disini.
Asal kita dapat menguasai Tiong sun Hui Kheng, pasti dapat
memaksa ia menerangkan rahasianya Kian thian pek lek !"
"Kalau begitu, kita lebih dulu harus sambut secara baik dan
persilahkan mereka masuk ke dalam Kun lun kiong. Barulah
kita bertindak dengan melihat gelagat !" kata Siang Biauw Yan sambil tertawa.
"Akan kusambut sendiri kedatangan mereka, hanya anak
murid kita jangan sampai kesalahan dalam melakukan
percakapan dengan mereka !" kata Bo Cu Keng sambil
tertawa. Sehabis berkata, ia berjalan keluar dari dalam istana. Tepat
saat itu, Tiong sun Hui Kheng dan Hwa Jie Swat juga sudah
datang menghampiri. Bo Cu Keng yang sudha berdiam lama didalam istana
kesepian, perempuan-perempuan yang pernah dijumpainya,
sudah satu adalah Liok Giok Jie yang paling cantik dalam
matanya. Tetapi kini setelah berhadapan dengan dua gadis
cantik bagaikan bidadari itu, baik paras mereka, maupun
segala seginya, semua masih lebih cantik kalau dibandingkan
Liok Giok Jie. Bagaimana kalau ia tidak merasa terheran-
heran. Diam-diam ia juga mengagumi dua gadis yang
kecantikannya jarang ada di dalam dunia ini.
Bo Cu Keng hari itu mengenakan pakaian imam, setelah
memberi hormat secara imam, berkata sambil tersenyum :
"Lie siecu berdua, bagaimana sebutan kalian yang mulia "
Ada keperluan apa Lie siecu berdua berkunjung ke Kun-lun ini
?" Hwa Jie Swat yang memiliki pandangan mata sangat tajam,
begitu melihat segera mengetahui bahwa imam berjubah hijau
yang berada di hadapannya ini sebenarnya ada memiliki
kepandaian ilmu silat sangat tinggi, namun sifatnya sangat
kejam sekali. Oleh karena sudah mengetahui kekejaman imam itu, maka
diam-diam Hwa Jie Swat sudah siap siaga. Jawabnya sambil
tersenyum : "Aku yang rendah Hwa Jie Swat dan ini adalah sumoay ku
Tiong sun Hui Kheng. Bolehkan kami menanyakan nama
Totiang yang mulia ?"
Bo Cu Keng tahu tidak perlu menyembunyikan namanya,
maka lalu menjawab sambil tersenyum :
"Pinto Bo Cu Keng. Dahulu mempunyai nama julukan yang
tidak enak kedengarannya. Julukan itu ialah Ngo-tek-hui-sie !"
Nama Bo Cu Keng benar-benar telah mengejutkan Hwa Jie
Swat dan Tiong sun Hui Kheng sehingga mereka pada
mundur setengah langkah. Tiong sun Hui Kheng mengawasi
Bo Cu Keng dari atas sampai ke bawah, lalu tanyanya :
"Bukankah Bo totian masih mempunyai nama julukan yang
waktu belakangan ini. Kalau tidak salah biasa dipanggil May
yu Kiesu ?" Bo Cu Keng tertawa terkekeh-kekeh, Ia menganggukkan
kepala berulang-ulang dan katanya :
"Benar-benar ! Ngo to kui sie Bo Cu Keng ialah aku. May yu
Kiesu juga aku sendiri. Dan sekarang yang menjadi pimpinan
Kun lun pay juga aku !"
"Jadi kau adalah pemimpin partai Kun lun pay sekarang ?"
bertanya Tiong sun Hui Kheng.
"Nona Tiong sun jangan heran. Partai Kun lun sekarang
ada mempunyai dua pemimpin. Disamping aku masih ada
yang lain. Dia itu adalah kenalanmu yang lama. Tahukah kau
siapakah dia "' Tiong sun Hui Kheng mengerutkan alisnya, sejenak
memikir lalu katanya : "Bukankah pemimpin yang satunya lagi selain totiang Siang
Biauw Yan adanya ?" "Nona Tiong sun ternyata adalah seorang yang pintar.
Dugaanmu ini sedikitpun tidak salah !" Jawab Bo Cu keng
sambil menunjukkan jempolnya dan tertawa.
Hwa Jie Swat yang berdiri disamping lalu bertanya :
"Bo Ciangbunjin, aku masih ingin menanyakan kepadamu
satu hal !" Bo Cu Keng sambil mempersilahkan kedua tamunya itu
masuk kedalam, menjawab sambil tersenyum :
"Hwa siecu, kalau ingin tanya apa-apa silahkan saja !"
"Bayi yang dilahirkan oleh puteri istana kesepian Liok Giok
Jie, apakah dibawa Siang ciangbunjin kemari ?"
Bo Cu Keng ternyata sama sekali tidak menyangkal. Ia
mengakui dengan terus terang, katanya sambil
menganggukkan kepala : "Dugaan Hwa siecu juga tidak salah. Bayi Liok Giok Jie
memang dibawa kemari oleh Siang ciangbunjin untuk dirawat
dan dibesarkan disini !"
Hwa Jie Swat juga Tiong sun Hui Kheng sama-sama tidak
menduga bahwa Bo Cu Keng ternyata mau mengakui secara
terus terang hingga mereka saling berpandangan sejenak.
Lalu mengikuti Bo Cu Keng masuk ke dalam ruangan tamu
istana Kun kun kiong. Tiong sun Hui Kheng yang memikirkan keselamatan Hee
Thian Siang, baru saja imam kecil menyuguhkan teh, ia sudah
bertanya kepada Bo Cu Keng :
"Bo Ciangbunjin, bolehkah aku numpang bertanya. Ayah
dari bayi itu ialah Hee Thian Siang, pernahkah datang kemari
?" Bo Cu Keng masih tetap tidak menyembunyikan sesuatu,
jawabnya sambil menganggukkan kepala dan tertawa :
"Hee siecu sekarang ini justru sedang berada di puncak
Kun lun !" Mendengar jawaban yang terus terang itu, Tiong sun Hui
Kheng diam-diam terkejut, tanyanya pula : "Dia. . . ."
"Nona Tiong sun jangan khawatir, Hee Thian Siang siecu
kini dalam keadaan selamat tidak kurang suatu apa. Hanya
orangnya saja berada di puncak kun lun, untuk sementara
tidak bisa turun ke bawah !" menerangkan Bo Cu Keng.
Sepasang alis Hwa Jie Swat tampak berdiri. Ia bertanya
dengan nada suara dingin sambil menatap wajah Bo Cu Keng
: "Bo Ciangbunjin, kalian sudah mengurung Hee Thian Siang
dan anaknya di puncak Kun lun. Sebetulnya apa maksudmu ?"
Bo Cu Keng memang sudah tahu bahwa dua gadis cantik
jelita ini, semuanya memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Maka itu, meskipun telah melihat Hwa Jie Swat seperti
maksud menantang, tetapi ia tidak menghiraukan. Masih ia
dengan sikapnya yang ramah tamah, menjawab sambil
tersenyum : "Terhadap Hee Thian Siang dan anaknya, Kun lun
sedikitpun tidak mengandung maksud jaha. Aku hanya
inginkan dari mulut Hee siecu sendiri mendapat keterangan
mengenai suatu rahasia. Kalau Hee Thian Siang mau
membuka rahasia, aku akan segera naik ke puncak Kun lun
untuk menyambut dia dan anaknya kemari !"
Tiong sun Hui Kheng berkata sambil menggelengkan
kepala : "Perbuatan kalian ini keliru ! Hee Thian Siang cuma dapat
diminta secara lemah lembut, tidak boleh dengan cara
kekerasan. Dia adalah seorang yang tidak goyah imannya
sekalipun dalam penderitaan. Juga tidak pernah tertarik oleh
segala kesenangan. Apalagi segala kelakuan dan tindakan
yang keras, tidak akan membuat dia bertekuk lutu. Karena dia
adalah seorang laki-laki yang berjiwa ksatria, berjiwa besar !"
Bo Cu Keng hanya memperlihatkan senyumnya yang
mengandung arti mendengar ucapan Tiong sun Hui Kheng itu.
Katanya : "Ucapan nona Tiong sun ini benar. Kami sudah
menggunakan berbagai cara, Hee siecu masih tetap tidak mau
menyerah. Tapi bila maksud Kun lun pay tidak tercapai dan
sudah hilang kesabaran kami, terpaksa kami akan
menggunakan tindakan terakhir yang paling kejam, supaya
ayah dan anak hancur lebur di puncak gunung. Dan saja nona
Tiong sun juga menderita bathin selamanya !"
Sepasang alis Tiong sun Hui Kheng berdiri. Katanya :
"Aku tidak percaya kalian ada mempunyai senjata yang
dapat membinasakan Hee Thian Siang !"
"Di atas puncak Kun lun sudah dipendam 18 buah bahan
peledak. Sumbunya untuk menyalakan bahan-bahan peledak
itu diletakkan dibawah sini. Asal aku menyulut dengan api,
Hee siecu dan anaknya pasti akan hancur, lebur tulang-
tulangnya menjadi abu !" kaat Bo Cu Keng sambil tertawa
mengejek. Tiong sun Hui Kheng yang mendengar ucapan itu diam-
diam juga bergidik. Bo Cu Keng rupanya begitu bangga sekali, terdengar suara


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tertawanya dan katanya : "Kalau Lie siecu berdua tidak percaya, aku bersedia
mengantar kalian berdua pergi ke bawah puncak Kun lun
untuk menyaksikan sendiri keadaan mereka !"
Hwa Jie Swat yang sejak tadi memperhatikan kata-kata dan
menyaksikan sikap Bo Cu Keng, tahu bahwa ucapannya itu
bukan merupakan gertak sambal belaka. Maka ia lalu
bertanya sambil mengerutkan alisnya.
"Rahasia apa sebenarnya yang hendak diketahui oleh
kalian orang-orang Kun lun dari padanya "'
"Rahasia itu sebetulnya audah tidak ada keuntungannya
dengan Hee siecu sendiri. Dia sebenarnya boleh
menerangkan dengan terus terang !" kata Bo Cu Keng sambil
tertawa. "Bo ciangbunjin, kalau bicara jangan setengah-setengah.
Apa sebetulnya yang Ciangbunjin ingin tahu itu ?" tanya Tiong sun Hui Kheng.
"Bukankah Hee siecu pernah kehilangan sebuah benda
wasiat golongan Pak-bin dilembah kematian di gunung COng
lam ?" berkata Bo Cu Keng sambil tertawa.
"Dia memang memiliki sebuah senjata peledak Kian thian
pek lek yang terjatuh di tangan orang jahat dari Cong lam !"
menjawab Tiong sun Hui Kheng sambil menganggukkan
kepala. "Yang kami ingin ketahui ialah cara menggunakan senjata
peledak Kian thian pek lek itu !" Bo Cu Keng lalu tertawa.
Tiong sun Hui Kheng sebagai seorang yang sangat pintar,
setelah dipikirnya sejenak, kembali bertanya :
"Khong khong Hweshio, Pao It Hui dan Gu Long Goan tiga
orang jahat dari Cong lam itu, apakah juga ada di gunung
Kun-lun ini ?" "Mereka bertiga sudah kuangkat sebagai pelindung hukum
partai Kun lun !" jawab Bo Cu Keng sambil menganggukkan
kepala dan tertawa. Hwa Jie Swat memperdengarkan suara tertawa dingin.
Dengan sinar mata tajam menatap Bo Cu Keng, lalu tanyanya
: "Kun lun pay rupanya kini sedang hendak mulai
membentang pengaruhnya lagi. Kalian ingin mengetahu
rahasia cara menggunakan senjata peledak Kian thian pek lek
" Apakah kalian hendak menggunakan senjata sangat ampun
yang dapat digunakan menggempur gunung ini untuk
menyingkir semua musuh kalian dan kemudian menjagoi
rimba persilatan ?" "Jikalau bukan hendak menguasai rimba persilatan, perlu
apa kami berusaha begitu susah payah, mengurung Hee
Thian Siang dan anaknya di puncak Kun lun ?" kata Bo Cu
Keng sambil tertawa terbahak-bahak.
Bo Cu Keng melihat perkembangan. Mereka agaknya akan
masuh perangkap. Dengan bangga lalu mengulurkan
tangannya menunjuk ke kamar sebelah kirinya, sambil tertawa
berkata : "Siang Ciangbunjin sekarang ini sedang berunding dengan
Hee Thian Siang. Siang ciangbunjin minta siecu berdua
tunggu dulu di kamar itu. Bukalah jendela yang menghadap ke
utara. Dari situ kalian nanti dapat melihatnya dengan jelas !"
Hwa Jie Swat baru untuk pertama kali datang ke Kun lun
san. Jadi dia tidak mengenal keadaan disitu. Tidak demikian
dengan Tiong sun Hui Kheng. Gadis yang disebut belakangan
ini dahulu pernah berkunjung sekali ke gunung Kun lun ini.
Tetapi oleh karena terlalu memikirkan keselamatan Hee Thian
Siang, ia sampai lupa bahwa puncak gunung Kun lun itu
sebenarnya masih terpisah jauh dari situ, tidak mungkin dapat
dilihat dari jendela istana Kun lun kiong sehingga ia tidak
memperhatikan bahwa ucapan Bo Cu Keng itu ada bagian
yang tidak benar. Baru saja dua orang itu masuk ke dalam kamar yang
ditunjuk, Bo Cu Keng diam-diam undurkan diri dan
menggerakkan pesawat rahasianya hingga pintu kamar
tersebut mendadak tertutup oleh dinding berlapis besi !
Tiong sun Hui Kheng marah. Masih pikir hendak mencari
jalan keluar. Tetapi Hwa Jie Swat lantas mencegahnya,
katanya sambil menggoyangkan tangan :
"Adik Kheng tidak perlu mencari lagi. Adalah salah kita
yang berlaku kurang hati-hati.
Mungkin juga sudah seharusnya kita terjatuh ke dalam jebakan musuh. Di sekitar
kamar ini semuanya dibuat dari dinding besi. Mana mungkin
ada jalan keluarnya ?"
Tiong sun Hui Kheng sekali lagi mencoba. Benar seperti
apa yang diucapkan oleh Hwa Jie Swat. Dinding-dinding yang
seperti ditempel oleh kertas, ternyata juga terbuat dari pada
besi tebal. Sudah tentu tidak dapat digempur dengan kekuatan
tenaga manusia. Hwa Jie Swat memberikan Tiong sun Hui Kheng dua butir
obat pel. Suruh ia masukkan ke dalam hidungnya untuk
menjaga musuh menggunakan obat bius membokong mereka.
Sesaat kemudian, di dalam kamar itu benar-benar terendus
bau-bauan yang aneh. Hwa Jie Swat terus berkata sambil
tertawa dingin : "Bo Cu Keng, kau sebagai ketua dari satu partai besar.
Mana boleh melakukan perbuatan yang demikian memalukan
" Kau juga rupaya tidak pikir lebih dulu, senjata obat bius yang
biasa digunakan oleh bangsa-bangsa rendah ini, bisa berbuat
apa terhadap kami ?"
Bo Cu Keng yang dikatakan demikian oleh Hwa Jie Swat,
wajahnya menjadi merah. Dari lobang suara diluar yang bisa
digunakan untuk bicara, ia berkata dalam :
"Hwa Jie Swat, ketahuilah olehmu ! Obat bius yang
kugunakan ini dapat digunakan terus menerus tanpa berhenti.
Kalau kalian hari ini dapat bertahan, kukira juga tidak sanggup
bertahan sampai dua hari. Dapat bertahan dua hari, juga tidak
mungkin sanggup menangkis sampai lima hari. Pokoknya asal
ada sedikit saja yang masuk ke dalam hidung, hati dan pikiran
kalian segera akan menjadi bingung. Sekujur tubuh merasa
lemas. Nanti aku akan mencari dua anak buah Kun lun pay
untuk mendobrak gerbang kesucian kalian berdua !"
Ucapan itu sesungguhnya sangat kotor dan amat
memalukan. Bagi Tiong sun Hui Kheng yang mendengarkan
merasa jijik, sedangkan Hwa Jie Swat yang sudah lama
berkelana di dunia Kang ouw dan banyak pengalaman, juga
mengerutkan alisnya, tidak berdaya apa-apa menghadapi
keadaan itu. Bo Cu Keng yang menunggu lama tidak mendapat jawaban
dari dalam kamar. Tahu bahwa perang urat syaraf yang
digunakan olehnya udah berhasil mempengaruhi dua gadis
itu. Maka ia kembali berkata sambil memperdengarkan suara
tertawa dinginnya : "Hwa Jie Swat, Tiong sun Hui Kheng. Jikalau kalian hendak
mempertahankan kesucian kalian berdua, bertindak sajalah
kalian menurut perintah kami !"
Lama Hwa Jie Swat berpikir. Ia merasa bahwa satu-
satunya jalan pada saat itu ialah mengulur waktu. Kalau
mereka bisa mengulur waktu sampai pada kedatangan It-pun
Sin-ceng bersama Taywong, mungkin masih ada harapan
untuk meloloskan diri. Setelah mengambil keputusan demikian, maka ia lalu
bertanya kepada Bo Cu Keng :
"Bo Cu Keng, apakah kau pikir hendak memperalat kami
berdua "' "Aku cuma mau minta kalian menulis surat. Terangkan
dalam suratmu keadaanmu sekaran ini. Kalau bisa sekalian
nasehatkan supaya Hee Thian Siang mau lekas menerangkan
rahasianya menggunakan senjata Kian thian pek lek !" kata Bo
Cu Keng sambil tertawa. Hwa Jie Swat tertawa terkekeh-kekeh, lalu berkata :
"Bo Cu Keng, caramu ini tidak kena ! Sebab Hee Thian
Siang sama sekali tidak mengenali tulisanku. Lagi pula hanya
dengan sepucuk surat saja, mana mau ia percaya kalau kita
benar-benar terkurung disini ?"
Bo Cu Keng jadi berdiam begitu mendengar udapan itu.
Sementara Hwa Jie Swat sudah berkata pula sambil tertawa :
"Jikalau kau suka menjamin keselamatan Hee Thian Siang,
Tiong sun Hui Kheng dan bayi yang dilahirkan oleh Liok Giok
Jie atau dengan kata lain, jiwa empat orang hendak ditukar
dengan rahasia penggunaan senjata peledak kian thian pek
lek, aku bisa bantu memikirkan suatu cara yang baik untukmu
!" "Coba kau katakanlah cara itu. Aku dengan kalian memang
sebelumnya tidak ada permusuhan apa-apa. Juga tiada
maksud kami untuk mencelakakan diri kalian. Sudah tentu
saja mempergunakan cara barter serupa itu."
"Caraku ini kukira bagus sekali buat kau." kata Hwa Jie
Swat. "Kau biarkanlah aku sendiri di dalam kamar rahasi ini.
Hitung-hitung sebagai orang tanggungan. Tiong sun Hui
Kheng pergi sendiri ke puncak Kun lun. Biar dia berusaha
membujuk Hee Thian Siang supaya mau menerangkan cara
menggunakan senjata Kian tian pek lek nya !"
Bo Cu Keng segera menemui Siang Biauw Yan yang
sedang sembunyikan diri di satu tempat rahasia. Disana
mereka lantas mengadakan perundingan. Lama juga mereka
berunding, baru anggap bahwa akal yang diusulkan oleh Hwa
Jie Swat itu memang boleh juga dicoba.
Siang Biauw Yan lalu berkata kepada Bo Cu Keng dengan
suara perlahan : "Saudara Bo boleh saja terima usul mereka. Tetapi tentu
saja tidak begitu gampang seperti yang mereka pikir. Setelah
Hee Thian Siang menerangkan cara menggunakannya, kita
boleh saja segera gerakkan pesawat rahasia kita, hancurkan
mereka semua ! ha ha ha. . ."
Bo Cu Keng mengangguk sambil ikut tertawa. Lekas-lekas
menemui lagi Hwa Jie Swat, lalu berkata kepadanya :
"Aku setuju sekali dengan usulmu tadi. Kau suruhlah nona
Tiong sun Hui Kheng duduk disebuah kursi di sebelah kiri
meja teh !" Hwa Jie Swat tahu benar bahwa sebelum Hee Thian Siang
menerangkan rahasia menggunakan senjata Kian thian pek
lek, orang-orang jahat dari Kun lun pay itu tidak mungkin akan
berani bertindak. Maka tanpa curiga sedikitpun segera
menyuruh Tiong sun Hui Kheng duduk di kursi seperti apa
yang diminta oleh Bo Cu Keng tadi sambil berpesan dengan
suara perlahan : "Adik Kheng, kau pergilah ke puncak gunung Kun lun.
Suruh Hee Thian Siang ulur waktu sedapat mungkin. Di sana
kau boleh perintahkan Siaopek pergi ke bawah kaki gunung
Kun lun agar Siaopek tunggu kedatangan It-pun taysu supaya
bisa dikabarkan keadaan kita disini dan supaya ia bisa bantu
menolong kita !" Baru ia berkata sampai disitu, kursi yagn diduduki oleh
Tiong sun Hui Kheng mendadak bergerak, terdengar suara
keresekan, lalu sesaat kemudian Tiong sun Hui Kheng
bersama-sama kursinya mendadak hilagn !
Tiong sun Hui Kheng bersama kursi yang didudukinya, saat
itu tengah meluncur ke dalam sebuah terowongan rahasian
dan sebentar kemudian sudah berada di dalam goa di
belakang istana Kun lun kiong.
Bo Cu Keng agaknya sudah menunggu lama di mulut goa.
Bersama Tiong sun Hui Kheng lalu berjalan menuju ke puncak
Kun lun. "Nona Tiong sun," kata Bo Cu Keng tiba-tiba. "Kau sendiri sajalah yang naik ke
sana. Kau boleh bujuk Hee Thian Siang.
Tidak perlu kau menguatirkan apa-apa. Sebab kau harus tahu
asal kau coba bertindak sedikit saja, Hee Thian Siang yang
berada di puncak dan Hwa Jie Swat yang berada di dalam
kamar rahasia akan mengalami siksaan apa."
Tiong sun Hui Kheng tertawa dingin. Belum ia menjawab,
sudah tiba dibawah kaki puncak Kun lun.
Bo Cu Keng menunjuk ke arah tebing gunung, di bawah
puncak Kun lun. Tiong sun Hui Kheng segera menuju ke
tempat yang ditunjuk. Sesampainya Tiong sun Hui Kheng, Bo
Cu Keng tampak menekan sebuah pesawat rahasia. Dinding
di depan Tiong sun Hui Kheng segera terbuka sebuah lubang
berbentu bundar. Tiong sun Hui Kheng yang menyaksikan keadaan demikian
lalu bertanya : "Bo ciangbunjin, apa maksudmu hendak menyuruh aku
naik ke puncak dengan mengambil jalan di dalam goa ini ?"
Bo Cu Keng tampak mengangguk dan berkata sambil
tertawa : "Batu buatan alam ini, pada waktu paling belakang ini baru
kita tembus dan ditambah dengan usaha yang tidak sedikit.
Nona Tiong sun tidak udah kuatir. Masuklah saja. Aku
tanggung akan dapat mengantar kau ke tempat tujuanmu
dengan cepat, untuk menjumpai Hee Thian Siang !"
Toong sun Hui Heng yang mendengarkan itu, tidak ragu-
ragu lagi. Lalu lompat masuk ke dalam mulut goa itu,
sedangkan Bo Cu Keng juga segera menutup pintu goa.
Jalanan dalam goa itu sempit dan panjang serta berliku-
liku, arahnya naik ke atas.
Tiong sun Hui Kheng harus berjalan dengan meraba-raba
di dalam goa yang gelap itu. Dengan sendirinya jadi tidak bisa
terlalu cepat. Kira-kira satu jam, tibalah ia di suatu tempat
yang terhalang oleh tembok batu yang membuat ia tidak bisa
maju lagi. Sementara itu terdengar suara Bo Cu Keng yang samar-
samar. "Nona Tiong sun, aku sekarang hendak membuka dinding
batu yang menghalang di depanmu itu supaya kau bisa keluar
dari dalam goa. Pergunakanlah waktu yang hanya sekejap
saja itu. Kau harus dapat menguasai waktu yang amat singkat
itu, jangan sampai salah !"
Baru habis menutup mulut, benar saja ditembok depan
Tiong sun Hui Kheng lalu tampak sedikit sinar terang.
Kemudain perlahan-lahan terbuka sebuah lubang kecil. Tiong
sun Hui Kheng tahu bahwa ia cuma diberi tempo yang sangat
minim, maka buru-buru ia melesat keluar dari lubang batu
yang kecil itu. Tiba diluar, tembok batu itu mendadak tertutup lagi. Kini ia
telah dapatkan dirinya benar-benar berada di puncak Kun lun.
Pada waktu itu, Hee Thian Siang sedang menidurkan
anaknya. Melihat Tiong sun Hui Kheng mendadak berdiri


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

didepannya seolah-olah melayang turun dari langit, disamping
terkejut juga merasa girang. Tanyanya keheranan :
"Enci Kheng, dengan cara bagaimana kau bisa keluar dari
situ " Kalau memang ada jalan rahasia ini, bukankah kita bisa
segera meloloskan diri ?"
"Aku diantar oleh Ngo-tok-kui-sie Bo Cu Keng melalui jalan
rahasi ini sampai disini. Keadaanku sam denganmu, yang
berarti bisa datang tetapi tidak bisa kembali !"
Sambil bicara, ia ambil bayi dari gendongan Hee Thian
Siang, dipandanginya sepuas-puasnya, hatinya merasa pilu.
Katanya sambil mengucurkan air mata :
"Mirip sekali dengan Liok Giok Jie ! Tetapi sayang, dia bisa
diketemukan oleh ayahnya, namun ibunya. . . . . "
"Kemana pun ibunya pergi, kalau kita bisa keluar dari
gunung Kun lun ini, biar secara perlahan, pasti bisa
diketemukan !" kata Hee Thian Siang.
Tiong sun Hui Kheng tahu bahwa Hee Thian Siang yang
dikurung di puncak Kun lun, dalam hatinya sedikit banyak
pasti merasa gelisah. Maka ia tidak sampai hati untuk
menyampaikan berita jelek yang menimpa diri Liok Giok Jie.
Matanya berputar sejenak. Ia mengalihkan pembicaraan
dengan pura-pura bertanya :
"Mengapa tidak kelihatan Siaopek " Kemana ia pergi ?"
"Siaopek sesungguhnya terlalu cerdik dan terlalu baik
sekali ! Coba kalau enci tidak perintahkan ia ikut aku, bayi ini
barangkali sudah lama mati kelaparan !"
"Apakah Siaopek pergi mencari makanan untuk bayi ini ?"
"Ya ! Persediaan susu rusa disini tinggal sedikit. Siaopek
baru saja kusuruh turun gunung, untuk mencari lebih banyak
lagi !" "Adik Siang, lama juga kau dikurung disini. Tentunya
banyak menderita." "Menderita kalau cuma buat kau, tidak jadi soal. Yang
kutakuti cuma kesepian dan kesunuian yang siang hari malam
harus aku gadungi. Dengan adanya enci disini, taruh kta ada
jalan keluar, aku masih suka tinggal disini dan aku benar-
benar rela !" Tiong sun Hui Kheng pendelikkan matanya. Lalu berkata :
"Adik Siang, aku cuma pikir yang senang-senang saja !
Tahukah kau, tempat yang kita injak sekarang ini sebenarnya
ada dipendam senjata peledak di delapan belas tempat ?"
Hee Thian Siang sedikitpun tidak merasa terkejut atau
heran. Katanya sambil menganggukkan kepala : "Memang
sudah dalam dugaanku begitu. Tetapi selama mereka tidak
dikasih tahu cara menggunakan senjata Kian thian pek lek,
tidak bakalan mereka berani turun tangan kejam ! Jadi kalau
buat aku, biarpun kita harus tinggal ditempat yang dikitari oleh
bahan peledak, malah merasa aman !"
"Memang betul aman. Tetapi apakah kita boleh tak usah
memikirkan keselamatan dan kesucian enci Hwa Jie Swat
yang kini sedang dikurung dalam istana Kun-lun kiong "'
"Enci Hwa Jie Swat juga sudah datang "' tanya Hee Thian
Siang heran. Tiong sun Hui Kheng lalu menceritakan pertemuannya
secara kebetulan dengan orang tua berbaju kuning Hee kouw
Soan dan Hwa Jie Swat serta It-pun Sin-ceng. Hanya
merahasiakn peristiwa Liok Giok Jie yang buang diri ke dalam
jurang. Habis cerita Tiong sun Hui Kheng, Hee Thian Siang berkata
sambil menghela napas : "Celaka . . . . . . . . "
Tapi ia belum melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba terdengar
suara Bo Cu Keng dibarengi suara tertawanya yang suaranya
sangat aneh : "Hee Thian Siang, jikalau kau tidak mau kasih tahu juga
cara menggunakan senjata peledak Kian thian pek lek, aku
nanti akan gerakan seluruh pesawat dalam kamar rahasia.
Lebih dahulu akan kutaklukan Hwa Jie Swat, lalu kubawa ke
bawah gunung Kun kun ini, biar dia rasa bagaimana bila
seluruh anak murid Kun lun pay memperkosa dirinya dengan
bergiliran !" Percuma saja Hee Thian Siang marah-marah dan
mendongkol sebab ia tidak bisa berbuat apa-apa. Terpaksa
cuma minta supaya Bo Cu Keng mau memberikan waktu
kepadanya untuk berpikir.
Bo Cu Keng tahu bahwa ia sudah mendapatkan titik
kelemahan Hee Thian Siang. Dianggap anak muda itu pasti
akan menyerah, maka dengan merasa bangga ia lalu berkata :
"Hee Thian Siang ! Boleh kuberikan padamu waktu satu
hari untuk berpikir. Tetapi awas, jika besok sampai tengah hari
kau belum mau kasih tahu cara menggunakan senjata Kian
thian pek lek, aku bisa suruh kau menyaksikan sendiri
bagaimana dibawah sinar matahari Hwa Jie Swat akan
diperkosa oleh banyak orang !"
Sehabis berkata demikian, tidak terdengar suara lagi.
Hingga suasana kembali menjadi hening.
Hee Thian Siang berkata kepada Tiong sun Hui Kheng
sambil menggelengkan kepala dan menghela napas :
"Enci Kheng, sekarang bagaimana baiknya " Enci Hwa Jie
Swat berada ditangan kawanan iblis. Rasanya, rahasia cara
menggunakan senjata Kian thian pek lek ini tidak akan dapat
kupertahankan lagi !"
"Syukur kalau It-pun Sin-ceng bisa keburu sampai pada
waktunya yang tepat. Sebab itulah yang paling baik. Tapi
kalau tidak, yah ! Apa boleh buat harus kita beritahukan juga
cara menggunakan senjata Kian thian pek lek itu biar
dikemudian hari perlahan-lahan kita boleh rebut kembali !"
berkata Tiong sun Hui Kheng sambil mengerutkan alisnya.
"Kian thian pek lek itu adalah senjata yang sangat ampuh
dan luar biasa hebatnya. Kalau sampai digunakan oleh
kawanan penjahat itu untuk melakukan kejahatan besar,
bukankah golongan Pak bin yang akan mendapat malu besar
" Lalu bagaimana pula aku harus mempertanggungjawabkan
semuanya kepada arwah suhu di alam baka ?"
"Adik Siang, apa kau tidak punya akal untuk
memberitahukan rahasia penggunaan senjata itu yang palsu "
Biar bagaimana Kian thian pek lek itu toh cuma ada satu. Pasti
mereka tak akan berani mencoba-coba menggunakan senjata
itu !" "Enci Kheng, aku juga sudah pikirkan hendak berbuat
begitu. Tapi aku khawatir kawanan penjahat itu sesudah
mendapatkan rahasia palsu tentang penggunaan senjata itu,
lantas dianggap benar-benar. Sebaliknya nanti akan berusaha
membasmi kita. Tentu hal itu tidak menguntungkan sekali bagi
kita dan enci Swat sendiri !"
"Adik Siang, kekuatiranmu semcam ini memang cukup baik.
Mungkin karena kau sudah dapat menembusi hati kawanan
penjahat partai Kun lun itu. Kalau begitu, tak ada lain jalan.
Terpaksa kita harus mengalihkan pengharapan kita pada diri
It-pun Sin-ceng. Biarlah beberapa lama berdiam disini sampai
dia datang dan menolong kita !"
Berkata sampai disitu, dari bawah puncak gunung tiba-tiba
tampak berkelebat bayang putih. Ternyata Siaopek sudah
kembali dengan membawa satu kantong penuh susu rusa.
Tiong sun Hui Kheng lantas meneteki bayi Liok Giok Jie
dengan air susu binatang itu dan memerintahkan Siaopek
turun lagi guna menantikan It-pun Sin-ceng dan suruh Hee
Thian Saing menulis surat dengan kayu bakar tentang
keadaan mereka disitu. Sungguh kebetulan sekali, Siaopek baru saja turun dari
puncak Kun lun sudah menampak sebuah bayangan kealbu
dan bayangan kuning, yang dari jauh lari mendatangi.
Bayangan kuning itu bukan lain dari pada binatang gaib
Taywong, sedangkan bayangan kelabu adalah It-pun Sin-ceng
yang diharap-harapkan kedatangannya oleh Hee Thian Siang
dan Tiong sun Hui Kheng. Siaopek mengeluarkan siulan girang lalau lari
menyongsong dan menyerahkan surat yang ditulis oleh Hee
Thian Siang kepada It-pun Sin-ceng.
Setelah membaca habis surat Hee Thian siang, It-pun Sin-
ceng mengerutkan alisnya. Diam-diam berpikir bahwa
kawanan penjahat partai Kun lun itu banyak sekali jumlahnya,
sedangkan ia sendiri hanya sendirian membawa-bawa dua
binatang yang cerdik dan gaib itu. Bagaimana dapat menolong
mereka yang terancam bahaya sangat besar itu "
Karena berada dalam keadaan sangat sulit itu, It-pun Sin-
ceng terpaksa menyingkirkan semua pikiran dan duduk bersila
sambil memutar otak. Tidak kecewa ia sebagai seorang pendekar besar. Setelah
duduk tidak berapa lama, dari dalam ketenangannya itu ia
mendapatkan suatu jalan yang cukup berbahaya dan harus
menempuh jalan antara hidup dan mati.
Lebih dulu ia coba menganalisa keadaan diatas puncak,
lalu menganggap bahwa apa yang dikuatirkan Hee Thian
Siang itu memang tidak salah. Kawanan penjahat partai Kun
lun asal mendapatkan rahasia cara menggunakan Kian thian
pek lek, pasti akan bertindak terhadap Hee Thian Siang, Tiong
sun Hui Kheng dan Hwa Jie Swat dengan segala kekejaman
mereka. Kedua It-pun Sin-ceng memastikan bahwa kekuatan
tenaganya sendiri yang dibantu oleh Siaopek dan Taywong
paling hanya dapat menolong jiwa Hwa Jie Swat dari tangan
kawanan penjahat itu, untuk sementara tidak mungkin dapat
menolong Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng
meloloskan diri dari puncak gunung Kun-lun.
Karena toh harus kedua-duanya dapat dilaksakan dengan
sempurna, terpaksa harus menempuh bahaya.
Maka itu, It-pun Sin-ceng lalu memerintahkan Siaopek dan
Taywong untuk mencari rotan-rotan gunung yang kasar-kasar
dan banyak jumlahnya, sedangkan ia sendiri akan turun
tangan membuat sebuah keranjang rotan yang kuat dan besar
sekali. Kemudian, mereka juga membaut lagi beberapa batang
rotan yang panjangnya kira-kira tiga tombak. Bersama-sama
keranjang itu dan sepucuk surat, ia memerintahkan Siaopek
dan Taywong dengan melalui jalan belakang, mendaki ke
puncak Kun lun. Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng yang membaca
surat itu sangat mengagumi kecerdikan It-pun Sin-ceng.
Beberapa puluh batang rotan gunung itu, diikat dengan
keranjang rotan, setiap lima batang diikat menjadi satu.
Setelah itu, diantara pohon cemara yang berada di atas
puncak Kun lun dengan batu-batu dibawah untuk diikatkan
dengan rotan-rotan panjang meluncur ke bawah.
Dengan demikian, keranjang rotan itu lalu digunakan untuk
turun dari atas yang berada di bagian belakang puncak Kun
lun, dibawah terdapat jurang yang sangat dalam.
It-pun Sin-ceng mau supaya Hee Thian Siang begitu
sampai besok tengah hari, itu adalah yang terakhir kawanan
penjahat Kun lun akan membawa Hwa Jie Swat ke bawah
puncak gunung itu untuk menggertak Hee Thian Siang supaya
mau menyerah. Sudah diperhitungkan, jikalau penjahat Kun lun pay itu
mengetahui rahasia menggunakan senjata Kian thian pek lek,
pasti mereka akan turun tangan kejam terhadap Hee Thian
Siang, Tiong sun Hui Kheng dan Hwa Jie Swat. Itulah
kegunaan keranjang besar itu, buat menyelamatkan Hee
Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng.
Kalau mereka akan turun tangan terhadap Hwa Jie Swat,
hal itu akan dihadapi oleh It-pun Sin-ceng, Siaopek dan
Taywong yang lebih dulu sudah sembunyikan diri di tempat
gelap dan akan berusaha merebut dan menolong Hwa Jie
Swat dari tangan mereka. JILID 32 Dan tindakannya terhadap Hee Thian Siang dan Tiong sun
Hui Kheng, oleh karena dari bawah ke atas puncak Kun-lun itu
terpisah sejarah beberapa puluh tombak dan buat meledakkan
bahan peledak itu hanya dapat digunakan sumbu yang disulut
dari bawah, lain jalan sudah tidak ada lagi. Bahan peledak
yang dipendam di bawah batu tidak terlalu dalam, sedangkan
sumbu yang diletakkan dibawah kaki gunung juga
memerlukan waktu yang cukup lama, baru dapat meledakkan
bahan peledak itu. Apabila perhitungan It-pun Sin-ceng tidak
salah, diwaktu terjadi peledakan di puncak gunung, Hee Thian
Siang, Tiong sun Hui Kheng dan bayinya pasti lebih dulu
sudah berada di dalam keranjang yang dipasang dari atas
untuk turun ke bawah. Kawanan penjahat Kun-lun-pay pasti menganggap Hee
Thian Siang dan lain-lainnya sudah tidak luput dari bencana.
Dengan demikian penjagaannya sudah pasti menjadi kendor.
Kemudian barulah menetapkan tindakan selanjutnya supaya
mereka bisa keluar dari situ dalam keadaan selamat.
Cara yang digunakan oleh It-pun Sin-ceng untuk menolong
Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng turun dari puncak,
memang merupakan suatu cara yang paling baik untuk
menghindarkan bencana maut.
Tetapi Hee Thian Siang setelah mengikat keranjang
rotannya, kembali memerintahkan Siaopek dan Taywong
untuk membawa bayinya terlebih dulu turun ke bawah.
Tiong sun Hui Kheng terkejut dan menanyakan sebabnya,
Hee Thian Siang lalu berkata sambil tertawa nyengir :
"Bahan peledak itu berada di atas kita. Apabila meledak,
ledakan itu pasti hebat. Seandainya rotan itu terputus oleh
ledakan itu, pasti akan melayang dan terjun ke bawah. Aku
dan enci Kheng mungkin akan terjatuh ke dalam jurang. Hal ini
kalau memang sudah nasib, yah apa boleh buat. Tetapi perlu
apa harus membawa-bawa korban jiwa bayi yang masih
belum tahu apa-apa ini ?"
"Adik Siang, pikiranmu demikian ini kurang baik. Kesatu
bagian belakang puncak gunung Kun lun itu, jauh lebih licin
dari pada di bagian depan. Siaopek dan Taywong meskipun memiliki
kodrat yang diberikan oleh alam, dapat turun naik dengan
leluasa. Tetapi kalau dengan membawa bayi untuk naik turun,
ini tidak enak bagi mereka. Lagi pula harus membawa bayi,
apabila sampai terpeleset, bukankah lebih berbahaya ?" Tiong
sun Hui Kheng memprotes sambil menggelengkan kepala.
"Ya, kekuatiran enci Kheng ini memang benar !" Hee Thian Siang segera mengakui
kesalahannya. "Dan kedua, sekalipun Siaopek dan Taywong bisa


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membawa bayi itu sampai ke bawah dengan selamat, juga
pasti harus memisahkan perhatiannya terhadap bayi itu. Maka
It-pun Sin-ceng yang harus menolong enci Hwa Jie Swat,
bukankah akan kekurangan bantuan tenaga ?" kata Tiong sun
Hui Kheng. Hee Thian Siang mengangguk-anggukkan kepala. Lantas
memerintahkan Siaopek dan Taywong lekas kembali kepada
It-pun Sinceng, supaya mencari tempat untuk sembunyikan
diri dan siap menolong Hwa Jie Swat. Sedang ia sendiri
bersama bayinya dan Tiong sun Hui Kheng duduk didalam
keranjang untuk mencobanya. Ternyata cukup kuat dan aman.
Hingga esok pagi-pagi sekali, suara Bo Cu Keng kembali
terdengar melalui lubang dalam goa itu, katanya sambil
tertawa : "Hee Thian Siang, bagaimana hasilnya setelah kau pikir
satu malam " Maukah kau menerangkan caranya
menggunakan senjata Kian thian pek lek ?"
Hee Thian Siang memperdengarkan suara tertawa dingin.
Kemudian memberikan jawaban bahwa ia keberatan untuk
memberitahukan apa pun. Bo Cu Keng setelah mendengar jawaban itu, semula
tampak marah. Tetapi kemudian ia berkata sambil tertawa :
"Hee Thian Siang. Kau barangkali belum merasa takut
jikalau belum mendapat bencana. Sekarang begini saja. Akan
kubawa Hwa Jie Swat ke kaki gunung. Aku mau lihat, bisakah
kau melihat dia diperhina atau tidak."
Setelah mengucap demikian, lalu tidak terdengar suaranya
lagi. Hee Thian Siang tahu bahwa kedua pihak sudah putus
pembicaraannya. Maka lalu berkata kepada Tiong sun Hui
Kheng : "Enci Kheng, harap kau gendong bayi ini dan duduklah
lebih dulu ke dalam keranjang. Kita sekarang siap untuk
turun." Tiong sun Hui Kheng juga tahu bahwa keadaan di puncak
gunung Kun lun ini sangat istimewa. Di atasnya tampak luas
tapi dibawahnya tajam, bagaikan bentu jamur. Dari atas
keranjang rotan itu, meskipun hanya berjarak tiga tombak
lebih, tetapi dengan menggendong bayi, juga merasa sulit
untuk menancap kaki. Maka harus cepat mengadakan
persiapan. Ia lalu berkata kepada Hee Thian Siang sambil
menganggukkan kepala. "Aku akan lebih dulu masuk ke dalam keranjang. Rasanya
lebih aman. Adik Siang harap kau hati-hati menghadapi
keadaan !" Hee Thian Siang menunggu sampai Tiong sun Hui Kheng
sudah duduk di dalam keranjang. Lalu memutar tubuh ke
bagian depan puncak gunung Kun lun itu, melongok ke
bawah. Dari atas melongok ke bawah, sudah tentu dapat melihat
dengan nyata. Hee Thian Siang menyapu sebentar ke bawah,
tampak di sela-sela batu aneh dibawah kaki gunung Kun lun
ada berkelebat bayangan kelabu, bayangan kuning dan
bayangan putih. Bayangan itu bahkan melambai-lambaikan
tangan kepadanya. Hee Thian Siang tahu bahwa bayangan kuning dan
bayangan putih pasti adalah Taywong dan Siaopek,
sedangkan bayangan kelabu tentu adalah It-pun Sin-ceng.
Maka juga melambaikan ke bawah untuk memberitahukan
bahwa semuanya sudah siap.
Sesaat kemudian, tampak Siang Biauw Yan, Bo Cu Keng,
Gu Long Goan, Pao It Hui dan beberapa anak murid golongan
Kun lun berkumpul di bawah kaki gunung Kun lun. Tetapi tidak
nampak Khong khong Hweshio.
Sedangkan Hwa Jie Swat waktu itu entah karena obat apa,
sudah rebah diatas bale-bale bambu dalam keadaan pingsan,
bersama balenya digotong dan diletakkan di bawah kaki
gunung. Bo Cu Keng dan Siang Biauw Yan, meskipun merupakan
orang-orang jahat tetapi juga tidak menduga ada orang
sembunyi disampingnya. Maka mereka sudah meletakkan Hwa Jie
Swat dengan balenya di dekat tumpukan batu-batu yang
dibelakangnya ada sembunyi It-pun Sin-ceng, Taywong dan
Siaopek. Bo Cu Keng menampak Hee Thian Siang berdiri di tepi
jurang sedang melongok ke bawah. Ia tertawa terbahak-bahak
dan berkata dengan sikap siaga :
"Hee Thian Siang, dengarkan baik-baik. Sekarang aku akan
membuka baju Hwa Jie Swat lebih dahulu, biar ia telanjang
bulat ! Jikalau engkau masih tak mau juga menerangkan cara
menggunakan senjata Kian thian pek lek, aku akan
mengeluarkan perintah kepada anak buahku untuk
memperkosa padanya dengan segera !"
It-pun Sin-ceng yang selamanya berhati sabar, tetapi ketika
mendengar ucapan Bo Cu Keng yang mesum dan tidak tahu
malu, juga sudah timbul amarahnya. Hingga terhadap Bo Cu
Keng yang dahulu diasingkan oleh orang-orang golongan
putih dan golongan hitam, bencinya bukan main.
Bo Cu Keng sehabis berkata demikian, lalu melambaikan
tangannya. Tampak dua orang murid golongan Kun lun
berjalan menghampiri Hwa Jie Swat yang rebah diatas bale-
bale dalam keadaan tidak ingat diri.
Hati It-pun Sin-ceng merasa cemas. Bagaimana dapat
mengijinkan orang lain untuk membuka baju Hwa Jie Swat "
Selagi hendak menerjang keluar tanpa menghiraukan
keselamatan diri sendiri, Hee Thian Siang yang berada di atas
sudah mengeluarkan suara bentakan keras :
"Tunggu dulu !"
Bo Cu Keng merasa girang. Lalu menggoyangkan tangan
mencegah kedua murid Kun lun itu, kemudian bertanya :
"Hee Thian Siang, kiranya ada juga saatnya buat kau
menyerah kepada orang heh ! Apa kau sudah pikir mau
menerangkan rahasia senjata Kian thian pek lek ?"
"Jikalau aku menerangkan rahasianya menggunakan
senjata itu, apakah kalian lantas bisa mengijinkan kami turun
dari sini dalam keadaan selamat "'
Bo Cu Keng mengawasi Siang Biauw Yan yang berada
disampingnya, kemudian berkata sambil menganggukkan
kepala : "Asal kau mau menerangkan, aku jamin keselamatan kalian
!" Hee Thian Siang ingin jangan sampai menimbulkan
perasaan curiga, pura-pura tidak mau percaya ucapannya.
Katanya : "Kau bersumpah lebih dahulu, dan sumpah itu harus yang
paling berat !" Bo Cu Keng tertawa menyeringai, ia pura-pura bersikap
sungguh-sungguh. Kemudian berkata dengan suara nyaring :
"Setelah kau menerangkan cara menggunakan senjata
Kian thian pek lek jikalau aku mengingkari janjiku sendiri, tidak
bisa menjamin keselamatan kalian keluar dari sini, biarlah aku
nanti akan mati dibawah kuku-kuku binatang buas !"
It-pun Sin-ceng yang mendengar Bo Cu Keng berani
mengucapkan sumpah demikian berat, benar-benar merasa
heran. Apakah kawanan orang jahat Kun lun ini benar-benar
mau membebaskan Hee Thian Siang, Tiong sun Hui Kheng
dan Hwa Jie Swat " Hee Thian Siang yang sudah mendengar sumpah Bo Cu
Keng lalu berkata : "Di badan senjata peledak Kian thian pek lek, bukankah
ada terdapat tujuh titik tanda hitam ?"
Pao It Hui segera menjawab :
"Ada, memang ada ! Tujuh titik hitam itu berbentuk bintang
tujuh !" "Jikalau kalian nanti hendak menggunakan Kian thian pek
lek, lebih dulu kerahkanlah kekuatan tenaga jari Kim kong cie,
titik-titik hitam berbentuk seperti duri itu kalian cabuti dulu
tetapi harus hati-hati. Sebab benda itu memiliki kekuatan
hebat sekali, dapat menggetarkan gunung. Waktu kalian
melemparkan senjata itu harus lekas lari ke arah yang
berlawanan. Jikalau tidak, kalian sendiri juga akan turut
menjadi korban !" Ucapan membohong itu, dibuatnya demikian sungguh-
sungguh hingga seorang licik dan kejam dan banyak akalnya
seperti Bo Cu Keng yang mendengar ucapan itu sedikitpun
tidak timbul perasaan curiga hingga mengeluarkan suara
tertawa terbahak-bahak. Hee Thian Siang membentak dengan suara keras :
"Bo Cu Keng, aku sudah menerangkan rahasianya
menggunakan senjata itu. Kau juga seharusnya menepati
janjimu supaya kami bisa keluar dari sini dalam keadaan
selamat !" Kembali Bo Cu Keng memperdengarkan suara tertawanya
yang nyaring, kemudian berkata :
"Hee Thian Siang, kau sesungguhnya terlalu kekanak-
kanakan. Apa kalian pikir masih bisa keluar dari situ dalam
keadaan selamat ?" Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu tahu bahwa
dugaan It-pun Sin-ceng sedikitpun tidak salah. Maka berkata
dengan suara bengis sambil menggertak gigi :
"Bo Cu Keng ! Kau ternyata sudah mengingkari janjimu
sendiri heh ! Ingat, kau tadi sudah mengeluarkan sumpah
berat. Nanti kau dimakan sumpahmu sendiri !"
Bo Cu Keng kembali memperdengarkan suara tertawanya
yang mengandung sindiran, lalu berkata :
"Tuhan mana punya begitu banyak waktu buat mengurusi
urusan tetek bengek seperti ini " Apa yang dinamakan
sumpah hanya merupakan suatu hiasan mulut saja. Tidak
tahukah kau " Hee Thian Siang, sebaiknya sekarang kau
saksikanlah lebih dulu Hwa
Jie Swat yang akan diperkosa oleh anak murid Kun lun pay.
Kemudian aku nanti akan menghancur leburkan tulang-
tulangmu !" Sehabis berkata demikian, ia mengulurkan tangan
menunjuk Hwa Jie Swat dan berkata kepada dua anak murid
yang berdiri disisi kanannya :
"Seorang wanita begini cantik kuberikan untuk kalian
nikmati. Mengapa tidak lekas kalian buka pakaiannya "
Telanjangi lekas !" Dua anak murid Kun lun lalu memutar tubuh, mendekati
bale-bale dimana ada tubuh Hwa Jie Swat. Tapi belum sempat
mengulurkan tangannya, dari belakang sebuah gundukan batu
tiba-tiba melesat dua bayangan, terus meluncur ke arah anak
murid Kun lun pay tadi. Siaopek dan Taywong merupakan binatang-binatang yang
sangat cerdik. Mereka membenci sekali kelakuan kawanan
manusia sangat buas dan kejam itu. Maka mereka sudah
turun tangan. Sedikitpun tidak mengenal kasihan. Hanya
terdengar suara jeritan mengerikan, mata dari anak murid Ku
lun pay sudah dikorek keluar oleh Siaopek dan Taywong.
It-pun Sin-ceng juga tidak tinggal diam. Dengan gerakan
yang cepat luar biasa, ia sudah masukkan sebutir pel yang
dibuat dari getah Leng cie ke mulu Hwa Jie Swat.
Bo Cu Keng dan Siang Biauw Yan sungguh tidak menduga
ada kejadian mendadak seperti itu. Setelah merasa terkejut,
segera mengambil tindakan seperlunya.
Siang Biauw Yan mengibaskan lengan jubahnya. Dari situ
meluncur tujuh delapan batang berbisa Thian-keng-cek
menuju ke arah Siaopek, Taywong, It-pun Sin-ceng dan Hwa
Jie Swat yang masih rebah pingsan diatas bale-bale.
Sedangkan Bo Cu Keng segera menyalakan sumbu yang
diletakkan di belakang sebuah batu menonjol, hingga sumbu
itu menyala dan terus naik ke puncak gunun Kun lun.
Hee Thian Siang tahu bahwa kawanan iblis itu sudah mulai
membakar bahan peledak yang ditanam di puncak gunung,
maka ia lalu berkata dengan suara bengis :
"Bo Cu Keng, kau ternyata sudah menjilat ludahmu sendiri.
Perbuatanmu terlalu rendah dan kejam serta tidak tahu malu.
Kau nanti akan makan sumpahmu sendiri, disobek-sobek
badanmu oleh Siaopek dan Taywong !"
Sehabis berkata demikian, buru-buru Hee Thian Siang
memutar tubuh dan lompat ke bagian belakang puncak Kun
lun. Dengan menggunakan ilmunya merambat, dia merosot turun dari
tebing yang tinggi, duduk didalam keranjang rotan bersama
Tiong sun Hui Kheng sambil menantikan meledaknya puncak
yang pasti akan mendebarkan hati itu.
Bo Cu Keng yang mendengar ucapan Hee Thian Siang
yang mengatakan pasti dia akan makan sumpahnya sendiri,
mati ditangan Siaopek dan Taywong, diam-diam juga bergidik.
Tapi karena waktu itu sumbu bahan peledak sudah menyala,
Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng yang berada di
puncak gunung dikiranya pasti sulit untuk meloloskan diri
hingga tidak perlu dihiraukannya, maka ia lalu memutar tubuh
dan bersiap hendak menghadapi It-pun Sin-ceng dan lain-
lainnya. Pada saat itu, bukan saja It-pun Sin-ceng dan kedua
binatangnya yang oleh duri berbisa masih tidak mendapat luka
apa-apa, sedang Hwa Jie Swat juga sudah sadar kembali dan
duduk di bale-bale. Sebab It-pun Sin-ceng tahu benar kecerdikan Siaopek dan
Taywong, juga ketangkasannya. Maka bagi senjata tajam atau
senjata rahasia yang biasa saja tidak perlu ditakuti. Tetapi
untuk menghadapi dari Thian-keng-cek yang sangat berbisa,
sedikitpun tidak boleh pandang ringan.
Oleh karenanya, maka ketika Siang Biauw Yan baru saja
mengibaskan lengan bajunya, jubah It-pun Sin-ceng juga
sudah bergerak, mengeluarkan ilmunya Sie-nie-kim-kong-sin-
kang yang tidak pernah ia menggunakannya.
Tujuh delapan batang duri berbisa itu menghadapi ilmu
tertinggi dari golongan

Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Budha, sudah tentu segera berpencaran ke arah lain.
Sedang pel yang terbuat dari getah buah Leng cie yang
dimasukkan ke dalam mulut Hwa Jie Swat, saat itu juga sudah
menunjukkan khasiatnya, melayangkan obat mabuk.
Hwa Jie Swat segera dapat melihat It-pun Sin-ceng
bersama Siaopek dan Taywong, tetapi masih belum mengerti
benar keadaannya. Baru hendak lompat bangun, Siang Biauw
Yan sudah berkata padanya, sambil tertawa menyindir :
"Hwa Jie Swat, baik juga sudah sadar kau. Hee Thian
Siang tidak jadi menonton pertunjukan atas dirimu. Biarlah
sekarang kau yang lihat dia dan Tiong sun Hui Kheng
sebentar lagi mati dengan tubuh hancur lebur diatas puncak
Kun lun sana. Kau lihatlah itu ! Jelas sumbunya sudah hampir
sampai ke atas !" Baru saja menutup mulut, Hwa Jie Swat sudah bergerak
dengan kecepatan bagaikan kilat. Tangan kanannya
menyerang Siang Biauw Yan, sedang tangan kirinya
menyerang Bo Cu Keng, sementara mulutnya membentak :
"Siang Biauw Yan ! Bo Cu Keng ! Kalau kalian berani
mengganggu seujung rambut adik Tiong sun atau Hee Thian
Siang serta bayinya, aku nanti akan beset-beset dadamu
berdua sebagai gantinya !"
Kedua tangan wanita tangkas ini bergerak menyerang dua
orang, sambil mengumpat caci ketua Kun lun pay. Kakinya
tidak tinggal diam. Tapi selagi ia lompat menyerbu kedua
lawannya itu, dengan tidak terduga-duga, kakinya menendang
kepada Gu Long Goan yang saat itu berada di sebelah kanan
Bo Cu Keng. Tendangan itu ditujukan ke bagian dada.
Bo Cu Keng bisa lantas mengelakkan serangan Hwa Jie
Swat, sedang Siang Biauw Yan yang selama itu melatih
ilmunya didalam istana kesepian, dengan ilmu yang dilatih
yang bernama Hek-sat hian im-chiu juga sudah bisa melayani
serangan Hwa Jie Swat. Yang paling sial adalah Gu Long Goan. Orang she Gu ini
tidak menduga sama sekali kalau bakal diserang oleh Hwa Jie
Swat dengan demikian kejam. Memang, waktu itu kedua
tangannya Hwa Jie Swat sedang melancarkan seranga ke
arah Bo Cu Keng dan Siang Biauw Yan. Jadi siapa yang akan
menyangka kakinya tiba-tiba bisa menendang dadanya "
Ketika Gu Long Goan menyadari adanya bahaya, ia sudah
tidak keburu mengelak lagi hingga tendangan kaki Hwa Jie
Swat tadi mengenakan dengan telak dadanya !
Oleh karena tendangan itu dilakukan dengan penuh
bernafsu hingga tulang-tulang dada Gu Long Goan hancur
semua. Darah segar menyembur dari mulutnya. Kemudian ia
jatuh tiga empat langkah dan mati disitu juga.
Tindakan Hwa Jie Swat itu bukan saja sudah
menyingkirkan satu bahaya besar bagi rimba persilatan, juga
meringankan beban tidak sedikit baginya dan bagi It-pun Sin-
ceng. Sebab kalau Gu Long Goan tidak mati, tujuh macam
senjata rahasia orang she Gu yang tiap jenisnya mengandung
racun sangat berbisa itu, meskipun buat It-pun Sin-ceng dan
Hwa Jie Swat tidak mungkin dapat berbuat apa-apa, tetapi
bagi Siaopek dan Taywong mungkin juga akan merepotkan
mereka. Dan kini, dengan matinya Gu Long Goan, Bo Cu Keng
sudah tentu kehilangan satu pembantu yang dapat
diandalkan. Maka dapat dibayangkan betapa marah dan
sedihnya orang jahat itu. Bentaknya dengan suara bengis :
"Budak hina Hwa Jie Swat. Kau ternyata bisa juga berbuat
kejam ! Kau lihat saja, kalau kau tidak bisa beset
kulitmu. . . . . ." Baru berkata sampai disitu, diatas puncak gunung Kun lun
tiba-tiba terdengar suara letusan dengan bunyi yang
bergemuruh. Lalu tempat disekitar itu pada bergerak-gerak.
Kini batu-batu bergelindingan turun bagai tanah longsor.
Batu-batu itu turun dari puncak gunung bagaikan hujan.
Ada yang kecil, ada yang besar-besar. Kalau manusia biasa
mana sanggup menyambuti hujan batu seperti itu "
Bo Cu Keng dan Siang Biauw Yan yang menyaksikan
datangnya bahaya juga tidak memperdulikan lagi kepada It-
pun Sin-ceng dan Hwa Jie Swat. Buru-buru melarikan diri dari
bahaya itu, lari menuju ke istana Kun lun kiong.
It-pun Sin-ceng dan Hwa Jie Swat tidak bisa memilih
tempat untuk menyingkir, maka segera memanggil Siaopek
dan Taywong guna sama-sama berlindung ke bawah kaki
gunung. Perlu diketahui, ada pun puncak gunung Kun lun itu
bagaikan jamur bentuknya, yang bagian atas lebar dan bagian
bawah kecil. Maka batu-batu yang bergelindingan dari atas cuma bisa
melesat jauh keluar, tidak bisa menghantam tempat dibawah
kaki gunung. Sehingga bagian bawah kaki gunung yang
merapat dengan lamping gunung, sebetulnya merupakan
tempat yang paling aman dari bahaya batu longsor itu.
Sekalipun ada juga batu-batu kecil yang mungkin jatuh
terpental ke situ, juga tidaklah membahayakan.
Walaupun dirinya sendiri selamat, tetapi Hwa Jie Swat
merasa sedih. Air matanya mengalir turun.
It-pun Sin-ceng yang menyaksikan keadaan demikian lalu
bertanya dengan keheran-heranan :
"Adik Swat, kau kenapa " Aku sejak kenal denganmu
begitu banyak tahun, belum pernah melihat kau mengalirkan
air mata !" Hwa Swat Jie masih tidak bisa mengendalikan perasaan
sedihnya, katanya : "Aku sedih lantaran mengingat nasib adik Kheng dan adik
Siang. . . . ." Belum habis ucapannya, It-pun Sin-ceng sudah tertawa
terbahak-bahak dan berkata :
"Adik Swat jangan khawatirkan tentang adik Kheng dan
adik Siang. Mereka sudah ada persiapan istimewa. Sudah
pasti tidak ada halangan suatu apa !"
Hwa Jie Swat dengan air mata berlinang-linang
mendelikkan matanya kepada It-pun Sin-ceng, kemudian
berkata : "Enak saja kau ngomong. Mereka toh bukan terbuat dari
baja atau besi " Dalam menghadapi bahaya begini hebat,
mana dapat mereka menyingkirkan diri ?"
It-pun Sin-ceng melihat Hwa Jie Swat itu tidak percaya,
maka lalu menceritakan semua rencana yang telah diatur.
Sehabis mendengar itu, hati Hwa Jie Swat benar-benar
merasa lega. Ia menyeka air matanya dan berkata kepada It-
pun Sin-ceng : "Kalau begitu, sekarang kita harus lekas cari rotan-rotan
yang panjang untuk menolong dulu adik Kheng dan adik Siang
dari bahaya !" "Adik Siang dan adik Kheng tidak mungkin mendapat
bahaya. Untuk sementara juga tidak boleh diketahui oleh
kawanan penjahat Kun lun pay. Yang perlu, kita ajak dulu Taywong dan
Siaopek guna menyelidiki keadaan di dalam Kun lun kiong.
Baru berusaha lagi untuk menurunkan adik Siang dan adik
Kheng dari puncak gunung. Ini rasanya lebih tepat !" kata It-
pun Sin-ceng sambil menggelengkan kepala.
"Semua ini adalah berkat jasamu, maka untuk seterusnya
aku cuma bisa menurut kehendakmu saja !" berkata Hwa Jie
Swat sambil menganggukkan kepala dan tertawa.
Tetapi mana kalau mereka mengajak Taywong dan
Siaopek ke istana Kun-lun-kiong, satu sama lain cuma bisa
berpandangan dengan perasaan terheran-heran dalam hati
masing-masing. Kenapa "
Sebabnya adalah begini. Bo Cu Keng dalam perjalanan
pulang ke Kun-lun-kiong, sudah lekas dapat menganalisa
keadaan gunung Kun lun. Dan Sing Biauw Yan
memperhitungkan, karena Gu Long Goan sudah mati, dengan
tenaga bersama Bo Cu Keng, Siang
Biauw Yan dan Pao It Hui dan ditambah lagi dengan
Khong-khong Hweshio yang sedang mempersiapkan senjata
berbisanya, juga belum yakin benar dapat mengalahkan It-pun
Sin-ceng dan Hwa Jie Swat bersama kedua binatangnya.
Karena keadaan sudah demikian, mereka lalu memutuskan
untuk melepaskan gunung Kun lun, memindahkan pusat
pergerakan dari situ ke istana kesepian yang jauh lebih
strategis letaknya dari pada Kun lun kiong. Disana
diperkirakan dapat mereka melatih ilmu dengan tenang untuk
menantikan tiba waktunya pada tahun depan.
Dengan begitu, maka ketika It-pun Sin-ceng, Hwa Jie Swat
tiba di istana Kun lun kiong, cuma dapatkan istana itu yang
sedang berkobar hebat. Tidak terlihat bayangan seorang pun
juga. It-pun Sin-ceng lalu menyebut nama Budha dan katanya :
"Kawanan penjahat Kun lun ini benar-benar seorang yang
sangat kejam dan berpikiran panjang. Mereka telah rela
meninggalkan tempatnya yang dipupuk selama beberapa
puluh tahun dan melarikan diri ke tempat jauh !"
"Mereka sudah pergi. Itulah yang paling baik hingga kita
tidak perlu merasa khawatir untuk menurunkan adik Kheng
dan adik Siang dari puncak gunung Kun lun."
It-pun Sin-ceng lalu memerintahkan Siaopek dan Taywong
mengumpulkan rotan-rotan. Dibuatnya tambang yang panjang,
kemudian suruh mengantarkan ke puncak gunung Kun lun.
Bahaya dibawah puncak gunung waktu itu sudah lewat,
tetapi keadaan di atas puncak gunung sangat mendebarkan
hati. Sebab belum lama Hee Thian Siang masuk ke dalam
keranjang rotan, di puncak gunung lalu terdengar suara
ledakan beruntun-runtun. Untung keadaan puncak Kun lun itu yang dibagian atas
luas dan bagian bawah kecil. Hee Thian Siang waktu itu
berada di tempat yang agak tersembunyi. Maka hancuran
batu-batu itu, semuanya lewat melalui bagian atasnya. Tidak
ada batu yang mengenakan mereka.
Tetapi hebatnya ledakan itu telah menimbulkan getaran
hebat. Tali yang mengikat keranjang Hee Thian Siang dan
Tiong sun Hui Kheng terdapat beberapa utas yang telah
putus. Oleh karenanya, maka hanya tinggal beberapa utas lagi
saja yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan
keranjang itu. Dengan demikian maka kedudukan keranjang itu lantas
menjadi miring. Jikalau Tiong sun Hui Kheng dan Hee Thian Siang tidak
memiliki kepandaian sangat tinggi, yang berhasil menjambret
beberapa batang rotan yang telah terputus sehingga bisa
terus menggelantung ditengah udara, keranjang itu pasti akan
jatuh ke dalam jurang. Hee Thian Siang yang menyaksikan keadaan demikian,
bukan kepalang terkejutnya. Ia buru-buru berusaha kembali ke
puncak Kun lun sehabis terjadi ledakan hebat tadi.
Setelah berada di puncak kembali, Tiong sun Hui Kheng
berkata sambil menggeleng-gelengkan kepala dan menarik
napas panjang. "Adik Siang, bahaya kali ini benar-benar lebih hebat dari
apa yang kita alami di gunung Liok tiauw san. Kita boleh
dihitung seperti hidup kembali dari cengkeraman maut !"
"Dia sekarang ini punya ayah tetapi tidak ada ibunya.
Sudah tentu boleh dikatakan sebagai anak yang tiada beribu !"
Mendengar ucapan itu, Hee Thian Siang berkata sambil
tertawa : "Enci Kheng, meskipun Liok Giok Jie sekarang tidak ada
disini, tetapi kau bukankah sama saja menjadi ibu anak ini ?"
Tiong sun Hui Kheng yang mendengar ucapan itu, kedua
pipinya menjadi merah. Memandang Hee Thian Siang dengan
wajah kemalu-maluan, juga seperti marah. Selagi hendak
membuak mulut, Siaopek dan Taywong tiba-tiba sudah
muncul dengan membawa beberapa ratus batang rotan
panjang. Dengan adanya rotan yang disambung-sambung panjang
itu, sudah tentu Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng
bisa turun dari puncak itu, meloloskan diri dari tempat dimana
mereka sudah terkurung. Tiba dibawah, It-pun Sin-ceng segera memberikan kepada
bayi itu sebutir pel yang terbuat dari bahan getah pohon Leng
cie dan keadaan bayi itu benar-benar lantas menjadi lebih
segar. Tiong sun Hui Kheng lalu berkata kepada Hwa Jie Swat
sambil tertawa : "Enci Swat, kali ini lantaran adik Siang dan bayinya, hampir
saja membuat kau mengalami bencana hebat ! Sekarang kau
dengan It-pun taysu hendak kemana ?"
"Kami akan kembali dulu ke Tiauw in kiong dan
mengadakan persiapan sambil menunggu tibanya
pertandingan besar pada musim Tiong ciu tahun depan."
jawab Hwa Jie Swat sambil tertawa.
Hee Thian Siang adalah seorang bernyali besar. Tetapi
mengingat pengalamannya yang mengerikan tadi, juga masih
bergidik. Tiong sun Hui Kheng berkata pula sambil tertawa :
"Di bawah hujan batu dan suara gemuruh demikian hebat,
bayi ini ternyata tidak menangis. Benar-benar sangat
mengagumkan !" Sambil bicara ia mengeluarkan bayi yang ditaruh di dalam
dukungan baju dalam, baru sekarang kelihatan bayi itu pucat
pasi mukanya, seperti sudah tidak bernyawa.
Tiong sun Hui Kheng yang belum mempunyai pengalaman
tentang anak bayi, bukan kepalang terkejutnya dia. Dari
mulutnya mengeluarkan suara seruan, air matanya mengalir
turun. Sebaliknya dengan Hee Thian Siang, tampaknya lebih
tenang. Ia memeriksa bayi itu sebentar, lalu berkata :
"Enci Kheng, jangan susah hati. Bayi ini cuma pingsan
karena terlalu terkejut. Tapi napasnya belum putus. Enci
Kheng boleh berikan sedikit hancuran obat pel, mungkin
masih bisa ditolong !"
Tiong sun Hui Kheng menurut. Ia mengawasi sepasang


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mata bayi itu sejenak, katanya dengan suara sedih :
"Bayi yang demikian bagusnya, apabila tidak beruntung
benar-benar sangat menyedihkan !"
Sehabis berkata demikian, ia mengeluarkan sebutir pel.
Dihancurkannya dalam mulutnya, lalu dimasukkan ke dalam
mulut si bayi. Hee Thian Siang juga merasa cemas. Tetapi karena perlu
menghibur Tiong sun Hui Kheng, maka sikapnya itu masih
tenang-tenang saja. Katanya sambil tersenyum simpul :
"Enci Kheng, kehidupan manusia semua sudah ditakdirkan
oleh Tuhan. Anak ini kalau memang belum takdirnya, tentu
tidak akan ada halangan. Andai memang tidak bisa hidup, itu
juga sudah menjadi takdirnya. Kau tidak perlu sedih karena
dia !" Tiong sun Hui Kheng setelah memasukkan obat ke dalam
mulut bayi, mendengar perut bayi itu mengeluarkan suara
hingga ia tahu bahwa sudah tidak halangan, maka lalu tertawa
dan berkata kepada Hee ThianSiang :
"Adik Siang, kuhaturkan selamat kepadamu. Bayi ini tidak
apa-apa !" Dalam hati Hee Thian Siang merasa girang. Ia berkata
sambil tersenyum : "Bayi ini baru lahir sudah mengalami penderitaan begini
hebat. Di kemudian hari pasti akan menjadi seorang yang
berguna !" Tiong sun Hui Kheng menganggukkan kepala, berkata
sambil tertawa manis : "Benar-benar sangat beruntung. Seandai bocah yang tiada
ibunya ini. . . . " Baru berkata sampai disitu, Hee Thian Siang sudah
bertanya dengan wajah berubah :
"Enci Kheng, Liok Giok Jie hanya untuk sementara saja
tidak diketahui jejaknya. Mengapa kau berkata begitu ?"
Tiong sun Hui Kheng tahu bahwa ia sudah kelepasan
omong, maka juga buru-buru mengelakkan itu dan berkata
sambil tertawa. Hee Thian Siang waktu itu seolah-olah hendak
mengucapkan sesuatu tetapi tidak jadi mengatakan apa-apa.
It-pun Sin-ceng yang mengetahui itu, segera bertanya
sambil tertawa : "Hee laote, kau ingin bicara apa ?"
"Aku pikir. . . . .aku pikir. . . . " gugup sekali Hee Thian Siang. Akhirnya
cuma bisa mengeluarkan ucapan yang sama
"aku pikir" saja.
Hwa Jie Swat berseru terkejut, kemudian berkata sambil
tertawa geli : "Adik Siang, kau biasanya sangat cerdik dan berani.
Mengapa hari ini bicaramu gugup benar, tidak seperti biasa-
biasanya ?" Hee Thian Siang yang ditegur demikian, terpaksa
mengutarakan maksudnya sambil menunjuk bayi dalam
gendongan Tiong sun Hui Kheng :
"Aku dengan enci Kheng masih hendak melakukan
perjalaanan di dunia Kang ouw. Membawa-bawa bayi rasanya
kurang leluasa. . ."
Hwa Jie Swat yang mendengar ucapan itu lalu berkata
sambil tertawa : "Adik Siang, apakah kau hendak minta kami memelihara
anak itu ?" Wajah Hee Thian Siang menjadi merah, katanya sambil
tertawa : "Aku pikir hendak minta enci Swat dan It-pun taysu, supaya
kalian mau menerima anak ini sebagai murid. Enci Swat,
tolong pelihara dan didiklah anak ini hingga dewasa. Nanti
setelah siote menemukan ibunya. . . . . "
Tiong sun Hui Kheng lantaran sudah menyaksikan sendiri
bahwa Liok Giok Jie terjun ke dalam jurang, maka mendengar
ucapan Hee Thian Siang melanjutkan ucapannya dan berkata
sambil pura-pura tertawa :
"Adik Siang, kau salah. Lebih baik kau serahkan saja anak
ini kepada enci Swat dan It-pun taysu. Dengan arti kata lain,
angkat mereka menjadi ibu dan ayah angkat. Dengan demikian,
bukankah dalam usaha mereka mendidik anak ini, pasti jadi
lebih bersemangat ?"
Hwa Jie Swat juga mengerti apa yang terkandung dalam
hati Tiong sun Hui Kheng. Maka lalu berkata sambil tertawa :
"Adik Kheng, kau ini banyak sekali permainanmu !"
It-pun Sin-ceng sebaliknya merangkapkan kedua
tangannya. Tiga kali menyebut nama Budha lalu mengulurkan
tangan dan menyambut bayi Hee Thian Siang dari tangan
Tiong sun Hui Kheng. Hee Thian Siang yang menampak It-pun Sin-ceng mau
memondong bayinya, segera mengetahui bahwa usul tadi
sudah diterima baik. Maka ia sangat girang sekali. Buru-buru
memberi hormat untuk mengucapkan terima kasih dan
kemudian minta diri. Turun dari gunung Kun lun san, Hee Thian Siang dapat
menemukan kuda Ceng hong kie, dan bersama Tiong sun Hui
Kheng menunggang kuda itu, lari belum beberapa tombak ia
berkata sambil menarik napas panjang :
"Kuda Ceng hong kie ini meskipun memiliki tenaga luar
biasa, tetapi dunia sangat luas. Kemana kita harus mencari
Liok Giok Jie untuk memberitahukan bahwa anaknya sudah
terlepas dari ancaman bahaya ?"
Tiong sun Hui Kheng dalam hati merasa sangat sedih. Ia
sudah mengambil keputusan bahwa ia akan terus menyimpan
rahasia yang menyedihkan itu untuk sementara waktu. Maka
sambil senderkan kepalanya di dada Hee Thian Siang, ia
berkata sambil tersenyum manis :
"Adik Siang jangan khawatir. Segala urusan dalam dunia ini
semuanya tergantung dengan jodoh. Jikalau jodohnya sampai
sudah tentu akan berkumpul. Jikalau jodohnya habis tentu
akan berpisah ! Karena kita tidak tahu herus menuju kemana
untuk mencari, terpaksa kita menyerahkan kepada nasib dan
jodoh kita. Mungkin juga kebetulan kita bisa menemukannya !"
Dengan adanya perempuan cantik bagaikan bidadari
seperti Tiong sun Hui Kheng yang berada dalam pelukannya,
maka untuk sementara kesedihan karena terlalu memikirkan
Liok Giok Jie sudah agak berkurang. Katanya sambil tertawa
getir : "Enci Kheng, tidak salah kau mengatakan itu. Sekalipun
Dendam Iblis Seribu Wajah 7 Misteri Elang Hitam Karya Aryani W Senopati Pamungkas 13
^