Pencarian

Makam Bunga Mawar 32

Makam Bunga Mawar Karya Opa Bagian 32


istri akan menangguhkan pertandingan dengan saudara Tiong
sun. Lebih dulu hendak main-main dengan saudara berdua.
Bukan lebih interesan ?" berkata May Ceng Ong sambil
tertawa dingin. Pek-kut Ie-su adalah seorang yang sangat licik.
Menghadapi empat tokoh yang sangat kuat dalam rimba
persilatan itu, sedang pihaknya sendiri cuma ada dua orang,
bukan saja jumlahnya yang selisih jauh, tetapi juga tindakan
itu bisa membuat lawannya nanti akan bersatu untuk
menghadapi pihaknya sendiri. Maka kalau menerima baik
tantangan May Ceng Ong, berarti merugikan pihaknya sendiri.
Oleh karena itu, maka ia lalu berkata kepada May Ceng
Ong sambil tersenyum : "May tayhiap suami istri pernah bersama-sama dengan
ketua-ketua partai Ngo bie, Bu tong, Tiam yang, Lo hu, Swat
san, Siao lim dan Tiong sun tayhiap, mengutus Hee Thian
Siang laote pergi ke puncak gunung Tay pek hong untuk
menyampaikan surat tantangan kepada Hian Wan Liat dan
Kim-hoa Seng-bo suami istri, orang-orang dari partai Ceng
thian pay, minta bertanding dan mengadu kepandaian pada
musim Tiong ciu tahun depan. Apakah sekarang perlu harus
dirobah waktunya buat melakukan pertandingan lebih dahulu
disini ?" May Ceng Ong merasa heran mendengar ucapan itu,
tanyanya : "Apakah kau sudah melihat sendiri surat tantangan itu ?"
Pek-kut Ie-su yang mendengar pertanyaan itu diam-diam
juga heran, jawabnya : "Di dalam surat tantangan itu terdapat nama-nama May
tayhiap suami istri, bagaimana aku tidak mengetahui hal itu "
Untung orang yang mengantarkan surat ialah Hee laote juga
ada disini. Jika ia nanti sudah sadar, May tayhiap tentu dapat
mengetahui keadaan yang sebenarnya tidak, May tayhiap
tentu akan anggap pinto membuat karangan sendiri !"
May Ceng Ong tahu bahwa Pek-kut Ie-su sudah
mengucapkan kata-kata demikian, pasti bukanlah bohong.
Maka lalu berkata sambil mengerutkan alisnya :
"Kalau ada hal serupa itu, aku suami istri seharusnya akan
menunggu sampai bulan Tiong ciu tahun depan untuk bertemu
lagi di puncak gunung Tay pek hong dan sekarang. . . . . ."
Pek-kut Ie-su yang mengerti selatan, segera berkata sambil
tertawa : "May tayhiap tentunya tidak ingin kami mengganggu
kesenangan kalian yang akan mengadakan pertandingan
dengan Tiong sun tayhiap. Maka pinto bersama Pek-kut Sian-
cu hendak mohon diri lebih dulu !"
Sehabis mengucap demikian, juga tanpa menunggu
jawaban May Ceng Ong, keduanya sudah menggunakan
ilmunya meringankan tubuh, melayang turun dari puncak
gunung Heng san. Setelah kedua manusia iblis ini berlalu, Leng Biauw Biauw
berkata kepada Tiong sun Seng sambil menunjuk Hee Thian
Siang yang masih dalam keadaan pingsan :
"Tiong sun Seng, perlu apa kau masih hendak membela
dirinya " Bocah ini telah menggunakan nama kita untuk
mencari gara-gara. . . "
Belum habis ucapannya, empat tokoh terkemuka dalam
rimba persilatan itu mendadak tercengang. Karena kembali
terdengar suara ada orang mendaki puncak gunung.
Sesaat kemudian, muncullah beberapa bayangan orang.
Mereka itu adalah Hok Sin In yang terpisah paling dekat
dengan Hee Thian Siang. Ketika menampak tanda api yang
dilepaskan oleh Hee Thian Siang, maka lebih dulu tiba di
tempat tersebut. Tiong sun Seng yang mendadak menampak Hok Sin In
muncul dalam keadaan selamat, disamping terkejut juga
merasa girang, tanyanya :
"Nona Hok, setelah kau tergelincir dari puncak gunung Wan
san ke jurang Wan bun kini ternyata kau lolos dari bahaya dan
dalam keadaan sehal wal afiat. Benar-benar kau sangat
beruntung, kuhaturkan selamat padamu !"
Kiu thian Mo Lie Tang Siang Siang, masih belum tahu
peristiwa apa yang menimpa diri Hok SIn In. Mendengar
ucapan itu, lantas bertanya :
"In jie, kau kenapa ?"
Selagi Hok Sin In hendak menubruk ayah bundanya untuk
menceritakan segala apa yang telah terjadi, tetapi ketika
menampak Hee Thian Siang dalam keadaan pingsan dan
bibirnya masih tampak darah sedang jubahnya Tiong sun
Seng sendiri juga berlepotan darah, ia menjadi terkejut dan
berkata sambil membanting-banting kaki :
"Kesalahpahaman ini sesungguhnya terlalu hebat. Ayah
dan ibu berdua mengapa memukul engkoh Siangku sampai
begini rupa ?" May Ceng Ong, Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang
bertiga, mendengar Hok Sin In berkata demikian jadi
mengetahui dalam urusan ini tentu ada terselip apa-apa yang
tidak beres hingga tiga orang itu saling berpandangan, tidak
ada yang bisa menjawab. Sementara itu Tiong sun Seng lalu berkata sambil
tersenyum : "Jikalau nona Hok sudah mengetahui persoalan ini, lekas
berikan penjelasan kepada ayah bundamu. Luka-luka engkoh
Siangmu meskipun berat tetapi ia sudah makan pelku, jiwanya
sudah tidak berbahaya lagi !"
Hok Sin In mendengar ucapan itu, hatinya merasa lega.
Katanya sambil tersenyum :
"Asal engkoh Siangku tidak mendapat bahaya apa-apa,
itulah baik ! Enci Tiong sun bersama Say han kong locianpwe
sebentar lagi juga akan datang kemari !"
Setelah berkata demikian, maka ia lalu menceritakan
semua peristiwa yang menimpa dirinya dan bagaimana Hee
Thian Siang serta Tiong sun Hui Kheng dengan susah payah
berhasil menolong bayi Liok Giok Jie.
May Ceng Ong, Leng Biauw Biauw dan Tang Siang Siang
bertiga, setelah mendengar uraian Hok Sin In selagi masih
berdiri termangu-mangu karena merasa malu tindakannya
sendiri yang terlalu gegabah, Tiong sun Hui Kheng dan Say
han kong juga sudah tiba disitu.
Tiong sun Hui Kheng lebih dulu memberitahukan ayahnya,
kemudian oleh Tiong sun Seng bersama-sama Say hankong
pergi memeriksa Hee Thian Siang.
Tiong sun Hui Kheng mendengar berita bahwa Liok Giok
Jie berada dalam keadaan selamat, hatinya merasa lega. Ia
lalu berjalan menghampiri May Ceng Ong, Leng Biauw Biauw
dan Tang Siang Siang bertiga, setelah memberi hormat lebih
dahulu, ia lalu menceritakan apa yang telah terjadi dengan
Liok Giok Jie di atas puncak gunung Ko lee kong san,
kemudian ia juga minta maaf atas kesalahannya.
May Ceng Ong menggeleng-gelengkan kepala sambil
menghela napas, kemudian berkata :
"Siapa bisa menduga bahwa urusan ini ternyata demikian
berbelit-belit " May Ceng Ong sesungguhnya merasa malu
dengan perbuatannya yagn tidak dipikir ini. ."
Tiong sun Seng yang habis memeriksa Hee Thian Siang,
setelah mendengar ucapan itu, lalu berkata sambil tersenyum:
"Saudara May jangan berkata begitu. Kita inilah dari
sahabat-sahabat lama, siapa juga tidak akan menganggap
besar urusan yang sepele. . . ."
Leng Biauw Biauw yang beradat keras, semula karena ia
menganggap Hee Thian Siang merusak kehormatan Liok Giok
Jie, benar-benar sangat marah sekali hingga akan dibunuhnya
hingga merasa puas, tetapi kini setelah kesalahpahaman itu
menjadi jernih, timbullah perasaan menyesal dan cintanya
kepada bakal menantunya itu. Maka ia lalu bertanya kepada
Say han kong : "Saudara Say, bagaimana keadaan Hee Thian Siang "'
Say han kong setelah memeriksa keadaan luka Hee Thian
Siang, lalu berbangkit dan berkata sambil tertawa :
"Bukan main hebat serangan yang Mya tayhiap suami istri
lakukan. Kalau orang lain, tentu sudah hancur luluh isi
perutnya dan mati seketika juga. Untung Hee Thian Siang
laote ini sudah sempurna sekali tenaga dalamnya, lagi pula
cukup kuat bakat pembawaan dari lahirnya. Maka bisa
terhindar dari malapetaka. Tapi yang terang agak terpengaruh
juga dirinya. Mungkin dia tidak dapat melakukan tugasnya
dalam pertandingan dengan kawanan iblis di puncak Tay pek
hong nanti !" May Ceng Ong lalu berkata sambil mengerutkan alisnya :
"Saudara Say, harap lekaslah saudara menggunakan
keahlian saudara sebagai tabib. Lebih dulu sembuhkanlah
luka-lukanya. Mengenai luka dalamnya yang mempengaruhi
kekuatan dan kepandaiannya sehingga tidak memungkinkan
dia mengikuti pertempuran di atas puncak Tay pek hong nanti,
saudara tak usah kuatir. Masih ada aku suami istri dengan
saudara Tiong sun disini. Bagaimana pun juga pasti akan
berusaha untuk menolongnya !"
Say han kong mendengar ucapan itu, lalu memberikan
sebutir pel kepada Hee Thian Siang kemudian mengurut-urut
dadanya dan belakang punggungnya supaya Hee Thian Siang
bisa tidur nyenyak. Kemudian berkata kepada Tiong sun Hui
Kheng sambil tertawa : "Nona Tiong sun, sayang getah pohon leng cie pemberian
It-pun Sin-ceng sudah dipakai habis. Jikalau tidak, luka-luka
Hee Thian Siang laote ini bukan saja tidak jadi halangan,
bahkan akan sembuh dengan cepat !"
Leng Biauw Biauw yang menampak Hee Thian Siang
setelah diurut-urut oleh Say han kong dan minum obatnya
lantas tidur nyenyak, tetapi wajahnya sudah berubah dari
pucat menjadi merah, lalu berkata kepada Tiong sun Seng
dan lain-lainnya : "Pohon leng cie adalah obat yang sangat mujijat dalam
dunia. Meskipun sangat mujarab untuk memulihkan kembali
segala penyakit, tetapi terhadap kekuatan tenaga dalam,
masih kalah dengan cara menggunakan ilmu kekuatan tenaga
dalam. Cara semacam ini harus mengisi semua otot-ototnya
adn sum-sumnya sehingga seperti dirombak tulang-tulangnya,
tetapi sayang. . . . . "
Say han kong lalu berkata sambil tertawa :
"Sayang apa yang leng liehiap maksudkan " Apakah liehiap
selama berdiam di atas gunung Ko lee kong san sudah
mendapatkan semacam ilmu yang dinamakan Siao coan lun
untuk menjadikan Hee laote ini sebagai orang baru ?"
"Ilmu Siao coan lun itu, kami suami istri sudah
mempelajarinya tetapi harus ada lima orang buat lima tempat
dan lima orang itu semuanya harus memiliki kepandaian tinggi
dan kekuatan tenaga dalam yang sudah sempurna betul.
Sekarang ini kecuali aku suami istri dan saudara Tiong sun
masih kurang seorang lagi. Jikalau tidak, dalam waktu empat
puluh sembilan hari, selesai menggunakan ilmu Siao coan lun
itu, setidak-tidaknya Hee Thian Siang akan memiliki kekuatan
tenaga tiga kali lipat dari yang dimiliki sebelumnya !"
Tiong sun Hui Kheng yang mendengar ucapan itu lalu
bertanya kepada ayahnya :
"Ayah, ilmu Siao coan lun yang diuraikan oleh Leng
locianpwe tadi benarkah mempunyai khasiat demikian hebat?"
"Ilmu Siao can lun memang benar bisa membuat orang
seperti tukar tulang dan daging. Orang itu kalau sudah
mendapat ilmu Siao coan lun setidak-tidaknya bisa menambah
kekuatan tenaganya tiga kali lipat ! Tetapi diwaktu
menggunakan ilmu itu, lebih dahulu harus mengunakan cara
pengobatan dengan jarum emas untuk menguasai dulu semua
jalan darah orang yang dipermak itu. Cara inilah yang paling
susah. Sebab bila kurang hati-hati, bisa-bisa membuat ia
cacad seumur hidupnya !" berkata Tiong sun Seng.
Tiong sun Hui Kheng berkata sambil menunjuk Hee Thian
Siang : "Ayah, tentang ini tidak perlu terlalu dipikirkan. Ada Say han kong locianpwe
sebagai tabib kenamaan dewasa ini disini.
Ilmunya menggunakan jarum emas bahkan merupakan
ilmunya yang paling dibanggakan !"
Say han kong berkata sambil mengangguk-angguk ke arah
Leng Biauw Biauw dan Tiong sun Seng.
"Leng lihiap dan Tiong sun tayhiap harap teruskan saja
usaha liehiap dan tayhiap untuk menggunakan ilmu Siao coan
lun terhadap Hee laote. Tentang menggunakan jarum untuk
menguasai jalan darahnya, biarlah aku yang tanggung jawab
!" "Terima kasih atas kebaikan saudara Say. Tetapi untuk
menggunakan ilmu ini membutuhkan lima orang yang
menduduki lima tempat dan sekarang masih kurang
seorang. . . . " berkata Leng Biauw Biauw sambil mengerutkan
alisnya. Say han kong tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata :
"Leng lihiap tidak usah khawatir. Pilihan orang itu sudah
ada. Nona Tiong sun ini diwaktu belakangan ini kekuatan
tenaganya mendapat kemajuan sangat pesat, dapat
dipercayakan untuk tugas ini !"
Leng Biauw Biauw agaknya masih belum percaya, ia
mengawasi Tiong sun Hui Kheng.
Tang Siang Siang yang berdiri di samping, lalu berkata
sambil tersenyum : "Tiong sun titlie, bukan kita tidak percaya kekuatan
tenagamu. Sebab untuk melakukan tugas menjalankan ilmu
Siao coan lun ini harus orang yang sudah mahir benar dan
sempurna kekuatan tenaganya. Apabila ada sedikit kesalahan,
bukan saja usaha kita tersia-sia semua, itu akan membuat
Hee Thian Siang mendapat bahaya !"
Hok Sin In yang mendengar ucapan itu, lalu berkata sambil
tersenyum : "Ibu tak usah khawatir, kepandaian dan kekuatan enci
Tiong sun ini benar-benar hebat !"
Leng Biauw Biauw masih belum percaya sepenuhnya,
mengulurkan tangan kanannya kepada Tiong sun Hui Kheng
sambil tersenyum : "Tiong sun Hui Kheng mengerti maksud Leng Biauw Biauw.
Ia juga mengulurkan tangan kanannya sambil tersenyum
sehingga kedua telapakan tangan mereka saling menempel.
Sesaat kemudian, Leng Biauw Biauw perlahan-lahan


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menarik kembali tangannya. Berkata kepada May Ceng Ong
sambil tertawa : "Peruntungan Hee Thian Siang benar-benar sangat bagus.
Kekuatan tenaga dalam Tiong sun titlie ini sudah cukup
sempurna !" Tiong sun Hui Kheng bertanya sambil tersenyum :
"Empek dan bibi, hendak dengan cara bagaimana untuk
menggunakan ilmu Siao coan lun ini terhadap adik Siang ?"
May Ceng Ong setelah berpikir sejenak, baru menjawab :
"Lebih dulu kita harus meilih tempat. Untuk itu ada lebih
baik kalau kita menggunakan tempat ini saja. Kita cari sebuah
goa untuk menyalurkan kekuatan baru itu !"
Tiong sun Hui Kheng menggeleng-gelengkan kepala dan
kemudian berkata : "Tempat ini kurang baik !"
"Apa hian titlie sudah mempunyai tempat pilihan yang lebih
baik dari sini ?" tanya May Ceng Ong sambil tersenyum.
Tiong sun Hui Kheng mengawasi kepada semua orang itu
sejenak, kemudian berkata sambil tersenyum :
"Kukira paling baik dilakukan di istana Tiauw in kiong di
gunung Bu san. Kesatu karena It-pun Sin-ceng dan suciku
Hwa Jie Swat bisa turut membantu. Hal ini rasanya lebih sip.
kedua empek May dan bibi sekalian, juga bisa sekalian
menengok cucu yang kini berada disana !"
"Pikiran nona Tiong sun ini benar-benar sangat sempurna.
Kita tetapkan saja pergi ke Tiauw in kiong di gunung Bu san
untuk menyembuhkan Hee Thian Siang dengan ilmu Siao
coan lun !" berkata Leng Biauw Biauw sambil tertawa.
Tiong sun Hui Kheng bertanya sambil tersenyum :
"Bibi, dimana adanya adik Liok Giok Jie sekarang ini ?"
"Ia tergelincir dari puncak gunung sehingga patah kakinya.
Maskipun sudah kami obati dengan sekuat tenaga, tetapi
masih perlu berdiam seratus hari dibawah jurang sepi itu !"
berkata Leng Biauw Biauw.
Tiong sun Seng juga lantas berkata kepada May Ceng Ong:
"Saudara May, ada satu hal yang seharusnya telah kau
lakukan tapi sampai saat ini belum kau lakukan !"
"Urusan apa ?" tanya May Ceng Ong heran.
"Itu adalah soal yang menyangkut diri Liok Giok Jie dan
Hok Sin In yang seharusnya dipulihkan kembali she mereka
kepadamu !" berkata Tiong san Seng sambil tertawa.
"Oh ! Urusan itu tidak perlu dilakukan upacara segala.
Cukuplah sudah asal suruh mereka berdua selanjutnya
dirobah shenya menjadi May dan disebut May Giok Jie dan
May Sin In. Lalu, setelah pertandingan di puncak gunung Tay
pek hong selesai, kami suami istri akan mengucapkan terima
kasih lagi kepada ketua Ngo bie pay Hian hian Sianlo atas
jerih payahnya yang sudah membesarkan dan mendidik In jie
sehingga dewasa !" Selesai berunding, serombongan tokoh-tokoh rimba
persilatan itu lalu meninggalkan gunung Heng san, langsung
menuju ke gunung Bu san hendak menyembuhkan luka-luka
Hee Thian Siang dengan menggunakan ilmu Siao coan lun.
It pun Sin ceng bersama Hwa Jie Swat yang waktu itu
justru berada di kediamannya di Tiauw in kiong dan sedang
memelihara anak Hee Thian Siang, tiba-tiba menampak Tiong
sun Seng dan lain-lainnya tiba hingga mengetahui bahwa May
Giok Jie, May Sin In, kedua-duanya tidak ada halangan suatu
apa, maka juga merasa sangat girang.
Ilmu Siao-coan lun itu kecuali dilakukan oleh Tiong sun
Seng, Leng Biauw Biauw, May Ceng Ong dan Tang Siang
Siang berempat, yang setiap orang menguasai satu
kedudukan, satu orang lagi ditugaskan kepada It-pun Sin-ceng
dan Hwa Jie Swat. Sedang Say han kong ditugaskan untuk
mengobati dengan jarum emasnya.
Tiong sun Hui Kheng tiba-tiba tergerak hatinya, ia lalu
berkata kepada May Ceng Ong :
"Empek May, untuk menggunakan ilmu Siao coan lun,
apakah hanya bisa dilakukan kepada seorang saja ?"
"Bukah hanya terbatas kepada seorang. Bisa juga
ditambah dengan satu orang lagi. Apabila hiantitlie. . . . . "
May Ceng Ong baru bicara sampai disitu, telah dipotong
kata-katanya oleh Tiong sun Hui Kheng.
"Kekuatan tenaga dalamku ada sedikit lumayan. Tetapi
apakah sekiranya bisa empek May dan bibi sekalian, selagi
berkumpul ditempat ini dan setelah selesai menyembuhkan
adik Siang, juga menggunakan ilmu itu untuk anak adik Giok
Jie ?" Leng Biauw Biauw yang sedang menggendong cucunya
mendengar ucapan itu lalu menganggukkan kepala sambil
tertawa : "Usul Tiong sun titlie ini ada baiknya. Nanti habis kita
gunakan ilmu ini untuk menyembuhkan Hee Thian Siang, bayi
ini juga bisa sekalian kita sempurnakan !"
Setelah mengambil keputusan demikian dan semua
persiapan sudah disediakan, maka mulailah mereka
melakukan pengobatan secara itu untuk menyembuhkan luka
Hee Thian Siang. Dalam waktu empat belas hari, benar saja Hee Thian Siang
sudah sembuh dari lukanya, kekuatan tenaganya bahkan
sudah tambah berlipat ganda.
Sedang bayinya sendiri, tampaknya juga sangat segar.
Oleh kakeknya, bayi itu diberi nama Giok . . .
Kini, tugas berat yang dihadapi oleh tokoh-tokoh rimba
persilatan itu hanya tinggal satu ialah mengadakan
pertandingan dengan golongan orang-orang sesat di puncak
gunung Tay pek hong. Tetapi karena waktunya itu masih cukup panjang, harian
Tiong ciu tahun depan masih jauh, Tiong sun Hui Kheng lalu
mengusulkan supaya pergi ke Ko lee kong san dulu untuk
mengembalikan bayi itu kepada May Giok Jie dan
menjelaskan segala sesuatu yang telah terjadi supaya May
Giok Jie bisa lekas pulih kesehatannya.
Semua orang yang mendengar usul itu, serentak
menyatakan setuju. Lalu bersama-sama, It-pun Sin-ceng dan
Hwa Jie Swat juga turun dari gunung Bu san melakukan
perjalanan ke gunung Ko lee kong san.
Di tengah perjalanan Hee Thian Siang bertanya kepada
Tiong sun Seng : "Empek Tiong sun, selama waktu belakangan ini, mengapa
keadaan rimba persilatan tampak tenang sekali ?"
"Keadaan tenang ini menunjukkan bahwa orang-orang
kedua belah pihak, semua sedang mempersiapkan tenaga
masing-masing. Juga suatu pertanda bahwa pertemuan besar
di gunugn Cong lam nanti bakalan jadi ramai sekali !"
menjawab Tiong sun Seng sambil tertawa.
"Betapa hebat dan dahsyatnya pertempuran di gunung
Cong lam nanti kita dapat bayangkan dari sekarang. Aku
hanya mengharap Hee kouw locianpwe dalam perjalanannya
ke daerah Patbo itu bisa membinasakan Pat-bao Yao-ong
Hian Wan Liat suami istri sehingga tidak bisa membuat pihak
golongan sesat di dalam pertandingan besar itu nanti
mendapat pengaruh lebih besar dari Pat-bao Yao-ong suami
istri !" berkata Hee Thian Siang.
"Adik Siang, kau khawatirkan apa " Empek May dan kedua
bibi sekarang mau turun gunung. Kedudukan pihak kita dan
pihak musuh bukankah boleh dikata sudah berimbang ?"
berkata Tiong sun Hui Kheng sambil tertawa.
Hee Thian Siang sebenarnya juga tahu bahwa kedudukan
kedua pihak berimbang. Tetapi Tiong sun Seng, May Ceng
Ong dan lain-lain dapat mengalahkan Pat-bao Yao-ong suami
istri atau tidak, itulah disangsikan olehnya.
Akan tetapi meskipun dalam hatinya merasa khawatir, di
luarnya tidak berani menyatakan. Terpaksa mengalihkan
pembicaraannya ke soal lain :
"Pat-bao Yao-ong memelihara banyak sekali binatang-
binatang buas yang aneh-aneh. Mengenai binatang-binatang
peliharaannya itu, sudah ada Siaopek dan Taywong yang
akan menghadapi. Tapi burung-burung anehnya, itulah pasti
akan dirajai oleh pihak sana. Sedangkan Leng toako yang
hendak menghadiahiku burung rajawali sayap emas, entah
kapan baru akan dibawa."
Hok Sin In yang mendengar ucapan itu, nampaknya sangat
tertarik. Sambil menarik tangan Hee Thian Siang, ia berkata :
"Engkoh Siang, apabila benar-benar ada seekor burung
rajawali bersayap emas dan mengerti bahasa manusia,
bukanlah kita boleh gunakan sebagai binatang tunggangan
untuk menjelajahi angkasa ?"
Tiong sun Hui Kheng berkata sambil tertawa :
"Harapan adik Siang dan adik In seperti ini. Mungkin dalam
pertemuan besar di gunung Cong lam itu nanti bisa terkabul
sebab Swat san Peng lo Leng Pek Ciok adalah seorang yang
tidak mudah memberikan janji kosong. Karena ia sudah
memberikan janji seperti itu, sudah pasti akan dilaksanakan !"
"Kecuali urusan ini, masih ada lagi yang masih kukuatirkan
!" berkata Hee Thian Siang sambil tertawa getir.
Tiong sun Hui Kheng tampak berpikir, tetapi tidak
mengutarakan maksudnya. Tanyanya : "Hal apa lagi yang menguatirkan hatimu ?"
"Bom Kian thian pek lek peninggalan suhu masih berada di
tangan Siang Biauw Yan, Bo Cu Keng dan lain-lainnya.
Karena barang pusaka itu berada di tangan orang jahat seperti
mereka itu, bagaimana pun juga masih menguatirkan hatiku !"
kata Hee Thian Siang. "Adik Siang, sewaktu di puncak gunung Kun lun kau telah
memberitahkan kepada Bo Cu Keng bahwa diatas bom Kian
thian pek lek itu terdapat tanda-tanda yang merupakan bintang
tujuh dan diatasnya yang ada tanda hitam apabila dicabut
tutupnya lalu bisa digunakan. Kukira apa yang kau
beritahukan padanya itu tidak mungkin benar. Dengan
demikian, maka orang-orang itu meskipun mempunyai benda
pusaka yang amat dahsyat itu tapi kalau tidak bisa
menggunakannya, bukankah masih tetap tidak ada gunanya "
Mengapa kau masih pikir-pikir lagi " Apa yang perlu
dikuatirkan lagi ?" berkata Tiong sun Hui Kheng.
Hee Thian Siang menggeleng-gelengkan kepala dan
tertawa getir, kemudian berkata sambil mengerutkan alisnya :
"Enci Kheng tidak tahu. Sekarang aku benar-benar amat
menyesal kenapa sewaktu di puncak gunung Kun lun itu
demikian bodoh sehingga membuat kekeliruan !"
Tiong sun Hui Kheng terkejut. Tanyanya :
"Apakah kau berikan keterangan yang benar-benar buat
menggunakan bom Kian thian pek lek itu ?"
"Cara yang sebenarnya buat menggunakan bom Kian thian
pek lek ialah cabut tutupnya yang ada tanda titik hitam lalu
dilemparkan ke tengah udara setinggi lima tombak lebih,
sedang kita yang melemparkan harus lekas-lekas
sembunyikan diri. Sebab kalau barang peledak itu turun dan
jatuh di tempat kira-kira satu tombak, akan segera meledak
denga menggetarkan tanah-tanah disekitarnya !"
"Kalau keterangan yang kau berikan dahulu itu bukan
keterangan yang sebenarnya. . . "
"Keteranganku itu meskipun bukan yang sebenarnya, tetapi
waktu itu aku sebetulnya mengandung pikiran jahat terhadap
mereka !" Tiong sun Seng yang mendengar ucapan itu lalu bertanya
sambil tersenyum : "Hiantit kata ada mengandung pikiran jahat. Sebetulnya
bagaimana ?" Wajah Hee Thian Siang menjadi merah, katanya dengan
suara tidak lancar : "Oleh karena boanpwe benci sekali terhadap Bo Cu Keng
dan Siang Biauw Yan serta yang lain-lainnya, maka boanpwe
pikir hendak meminjam bom peledak Kian thian pek lek itu
untuk memberi hajaran kepada mereka atas kejahatan-
kejahatan mereka selama ini. Waktu itu boanpwe kata harus
dicabut yang ada tanda hitam itu !"
Tiong sun Seng agak mengerti maksud Hee Thian Siang, ia
bertanya pula sambil tersenyum :
"Apakah setelah dicabut tutup yang ada tanda hitamnya itu
lantas terdapat perobahan kepada Kian thian pek lek ?"
"Asal tutup itu dicabut, bom Kian thian pek lek segera akan
meledak !" "Ouw ! Akibatnya dari ledakan itu hanya membuat Bo Cu
Keng dan Siang Biauw Yan mati dalam keadaan hancur lebur
dan di pihak kita cuma kehilangan sebuah benda wasiat saja
juga tidak perlu kau merasa khawatir akan hal itu !" berkata
Tiong sun Hui Kheng. "Aku anggap bahwa Bo Cu Keng dan Siang Biauw Yan
dengan berbagai akal dan cara memaksa aku untuk
menerangkan caranya menggunakan bom Kian thian pek lek
itu, maksudnya pasti untuk menggunakan benda wasiat itu
untuk menjagoi rimba persilatan !"
"Hal ini toh tidak perlu kau menduga-duga lagi " Siapa pun
akan lantas tahu bahwa kawanan penjahat dari Kun lun pay itu
pasti mempunyai maksud dan hasrat seperti itu !"
"Kalau kita sudah mengetahui benar maksud dan tujuan
dari kawanan penjahat Kun lun pay itu maka waktu yang
paling baik bagi mereka untuk menggunakan bom peledak
tersebut kukira adalah cuma waktu diadakan pertandingan
bear di puncak Tay pek hong pada bulan Tiong ciu tahun
depan !" "Tokoh-tokoh terkemuka dari golongan baik dan golongan
sesat pada bulan Tiong ciu tahun depan semuanya akan
berkumpul di puncak gunung Tay pek hong. Bila Bo Cu Keng,
Siang Biauw Yan dan lain-lainnya pada waktu dan tempat itu
menggunakan bom Kian thian pek lek, akibatnya
sesungguhnya sangat hebat dan tidak dapat kita terangkan
bagaimana ngerinya !"
"Kalau enci Kheng sudah mengetahui bahayanya, coba
pikir bagaimana aku bisa tidak merasa menyesal " Mana bisa
aku tidak merasa khawati, aku takut orang-orang Kun lun pay
yang memiliki bom peledak itu lalu timbul pikiran jahatnya dan
mencabut tutupnya yang ada tanda hitam itu " Bukankah
diatas puncak gunung Tay pek hong nanti akan berubah
bagaimana macamnya ?"
"Kekuatiran adik Siang ini memang pada tempatnya. Maka
kita harus berusaha sebelum tiba waktunya pertemuan besar
di atas puncak gunung Tay pek hong nanti lebih dulu kita
harus bereskan kawanan penjahat Kun lun pay. Dengan


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

demikian barulah kita lebih aman !"
"Bo Cu Keng, Siang Biauw Yan dan lain-lain telah
mengetahui cara menggunakan bom Kian thian pek lek itu.
Sedangkan pusatnya isatan Kun lun kiong juga sudah
ditinggalkan dan kabur jauh. Di dalam dunia yang luas ini
kemana kita harus mencari jejaknya ?"
"Ini sesungguhnya merupakan suatu persoalan yang pelik.
Bila benar bom Kian thian pek lek itu nanti diledakkan di
puncak gunung itu dan benar-benar membawa akibat
hancurnya semua orang, ini benar-benar merupakan suatu hal
yang patut sangat disesalkan !"
Tiong sun Seng juga merasa bahwa persoalan ini sangat
penting, maka lalu bertanya kepada Hee Thian Siang :
"Hee hiantit. Bom Kian thian pek lek itu meskipun
merupakan benda wasiat milik suhumu dan juga merupakan
benda pusaka yang menggetarkan dunia Kang ouw tetapi
mungkin kau sendiri belum pernah tahu atau melihat sendiri
betapa hebatnya barang itu !"
"Boanpwe benar-benar
belum pernah menyaksikan hebanya Kian thian pek lek itu !" menjawab Heee Thian Siang.
"Dahulu di permukaan lau Pak bin sering diganggu oleh
naga-naga berbisa. Naga-naga itu sering membalik-balikkan
kapal-kapal atau perahu-perahu yang berlayar disitu dan
orang-orang yang ada di dalam kapal-kapal itu semua
dijadikan mangsanya hingga merupakan suatu bencana di
lautan itu ! Suhumu lalu menggunakan bom peledak Kian thian
pek lek untuk membinasakan naga yang sangat ganas itu.
Hanya sebutir saja sudah cukup dapat membinasakan naga-
naga berbisa yang jumlahnya ada empat ekor itu. Di sini dapat
kita bayangkan sampai dimana hebatnya bom peledak itu. Bila
diberi kesempatan, Bo Cu Keng dan Siang Biauw Yan
membawa barang itu ke puncak gunung Tay pek hong, maka
semua tokoh-tokoh rimba persilatan, satu pun barangkali tidak
akan yang luput dari bencana kematian !" berkata Tiong sun
Seng sambil tertawa. Hong tim Ong khek May Ceng Ong yang mendengar
ucapan itu lalu berkata sambil mengerutkan alisnya :
"Kalau demikian halnya, kita hendak mencari jejak mereka
juga sulit dan untuk berjaga-jaga demikian juga. Maka satu-
satunya jalan ialah pada waktu hendak diadakan pertandingan
itu dilakukan penjagaan keras di sekitar puncak Tay pek hong.
Jangan dibiarkan kawanan penjahat dari Kun lun pay itu
mendaki puncak gunung !"
Siang swat Sianjin Leng Biauw Biauw lantas berkata :
"Pikiranmu ini pikiran macam apa " Puncak Tay pek hong
yang demikian luas, harus memerlukan berapa banyak tenaga
supaya dapat terjaga semua " Apalagi kawanan penjahat Kun
lun itu memang sudah mengandung maksud hendak
menerbitkan bencana. Sudah tentu lebih dahulu sudah
menyembunyikan diri di tempat yang paling bagus. Mana
mungkin mereka mau datang tepat pada waktunya ?"
Di tegur demikian May Ceng Ong mengerutkan alisnya,
kemudian bertanya : "Lalu bagaimana menurut pikiranmu ?"
"Kalau memang sudah menjadi takdir kita, bagaimana pun
juga kita tidak akan bisa mengelak. Sekarang biar pun kita
pikir bolak balik juga akan cuma-cuma saja. Begini saja, aku
cuma usul supaya kita semuanya berlaku waspada, tunggu
sampai saat kita boleh selesaikan menurut keadaan dan
gelagat !" menjawab Legn Biauw Biauw sambil tertawa.
Tiong sun Seng, May Ceng Ong dan Hee Thian Siang
meskipun merasa tidak seharusnya bertindak tergesa-gesa
pada saatnya nanti tiba, tetapi siapapun tidak dapat
menemukan suatu cara yang baik untuk mencegah tindakan
kawanan penjahat itu. Terpkasa mereka semua dima, sedang
hati mereka diliputi rasa berat. Dalam keadaan demikianlah,
mereka melanjutkan perjalanannya menuju ke gunung Ko lee
kong san. Tiba di bawah gunung Ko lee kong san, May Ceng Ong lalu
menceritakan semua apa yang telah terjadi pada May Giok
Jie. Dengan sendirinya semua kesalahpahaman lantas
menjadi lenyap dan dua saudara itu dengan ayah bunda
mereka serta dengan bayinya juga, semua sudah berkumpul
menjadi satu dalam keadaan yang diliputi suasana kegirangan.
Oleh karena mengingat bahwa May Giok Jie telah
melahirkan anak, maka May Ceng Ong perlu untuk
menetapkan kedudukannya. Maka lalu berunding kepada
Tiong sun Seng. Akhirnya diputuskan, baik Tiong sun Hui
Kheng maupun May Giok Jie dan May Sin In bertiga tidak
boleh dibeda-bedakan. Semua dinikahkan dengan Hee Thian
Siang seorang. Tapi upacara pernikahannya ditunggu sampai
selesainya pertandingan besar di bulan Tiong ciu tahun depan
di puncak gunung Tay pek hong.
Tiong sun Hui Kheng, May Giok Jie dan May Sin In sudah
saling bersepakat sebelumnya, begitu mendengar berita itu
jadi tidak seberapa malu. Tapi bagi Hee Thian Siang meskipun
dalam hati sangat girang, namun wajahnya saat itu tampak
kemerah-merahan. May Giok Jie yang masih belum sembuh benar luka-luka
dipahanya, dengan adanya Say han kong disitu, dalam waktu
tidak lama sudah sembuh semua luka-lukanya.
Sang waktu berlaludengan pesatnya, tanpa terasa bulan
Tiong ciu sudah sampai waktunya. Tiong sun Seng dan May
Ceng Ong merasa agak bingung.
Sebab mana pantas membawa-bawa seorang bayi dalam
suatu pertempuran besar " Tapi kalau mau ditinggalkan, harus
dititipkan kepada siapa bayi tersebut "
It-pun Sin-ceng rupanya dapat memahami pemikiran Tiong
sun Seng dan May Ceng Ong semacam itu, maka berkata :
"Orang yang sudah mensucikan diri rasanya tidaklah baik
kalau pergi menempuh bahaya atau melakukan pertempuran.
Karena itu berarti saling bunuh. Bayi ini kemarikan saja, biar
pinto yang merawatnya !"
Tiong sun Seng menampak It-pun Sin-ceng menyanggupi
tugas itu lalu memerintahkan kepada Hwa Jie Swat juga tidak
perlu ikut ke puncak gunung Tay pek hong dan berdiam di
gunung Bu san untuk merawat bayi May Giok Jie.
Hwa Jie Swat berkata sambil tertawa :
"Sekarang ini muridmu sudah merasa tawar kepada nama
dan kedudukan. Apabila hal ini terjadi pada beberapa tahun
berselang, walaupun telah ada perintah demikian, rasanya
muridmu ini dengan diam-diam akan pergi sendiri ke Tay pek
hong untuk menyaksikan keramaian !"
Say han kong sebetulnya juga ingin berdiam di Bu san,
tetapi karena Tiong sun Seng tahu ia pandai ilmu obat-obatan,
takut kalau dalam pertandingan nanti ada orang terluka yang
sudah pasti membutuhkan keahliannya untuk menyembuhkan,
maka ia lantas mengajak pergi ke puncak gunung Tay pek
hong. Rombongan tokoh-tokoh rimba persilatan ini, pada tanggal
dua belas bulan delapan sudah tiba di daerah gunung Cong
lam. Mereka semua menantikan tibanya waktu yang dijanjikan
untuk mendaki puncak Tay pek hong.
Hee Thian Siang menggunakan kesempatan itu, lalu
bersama-sama Tiong sun Hui Kheng mengunjungi tamu
pemabukan dari gunung Cong lam Ciauw San Gek lebih dulu,
pergi ke tempat kediamannya di goa itu.
Hong hoat Cinjin yang kini sudah berhasil mempelajari
ilmunya Cie yang sin kang dan Tay . . cin lek, sudah siap buat
maju dalam pertandingan besar nanti buat membangun
kembali partai Bu tong. Hee Thian Siang pertama-tama mengembalikan peniti
pedang emas yang dapat digunakan sebagai kuasa atau wakil
Hong hoat Cinjin dan memberitahukan kepada padri itu bahwa
ia sudah melakukan tugasnya menyuruh semua anak murid
Bu tong pay supaya berkumpul di kaki puncak gunung Tay
pek hong. Hong hoat Cinjin yang melihat roman muka Hee Thian
Siang sekarang, lalu berkata sambil tertawa :
"Hee laote dan nona Tiong sun benar-benar merupakan
bibit-bibit muda yang paling baik dalam rimba persilatan
dewasa ini, terutama Hee laote. Sejak perpisahan kita dulu,
tampaknya sudah mendapat banyak kemajuan. Bila mata
pinto ini belum terlalu lamur, laote menurut dugaan pinto
mungkin lebih dulu sudah mendapat bencana tetapi kemudian
menemui kejadian gaib lagi. Hasil yang kau capai sekarang
ini, sudah cukuplah rasanya kalau cuma buat mengimbangi
kekuatan dua manusia iblis Pek-kut Sam mo saja !"
Tiong sun Hui Kheng yang berada di dekatnya lantas
berkata sambil mengangguk-angguk :
"Dugaan Cinjin ini tidak salah. Adik Siang memang benar
pernah terluka parah, kemudian disembuhkan oleh ayah
bersama May Ceng Ong, Leng Biauw Biauw dan Tang Siang
Siang locianpwe, berbareng lima orang menggunakan ilmu
Siao Coan lun sehingga bukan saja sembuh dari luka-lukanya,
tetapi juga sudah tambah kekuatan tenaganya !"
Mendengar ucapan itu, Hong hoat Cinjin terkejut campur
girang. Tanyanya : "Apakah May tayhiap bersama Leng dan Tang liehiap juga
sudah terjun kembali ke kalangan Kang ouw ?"
"Bukan cuma terjun kembali ke dunia Kang ouw saja,
bahkan bersama-sama ayah kini sudah berada di gunung
Cong lam ini. Hendak turut meramaikan suasana di puncak
gunung Tay pek hong nanti !" Tiong sun Hui Kheng
bersenyum. Ciauw San Gek lalu berkata sambil tertawa :
"Tiong sun tayhiap, May tayhiap dan lain-lain adalah
merupakan tokoh-tokoh kenamaan dalam rimba persilatan.
Ciauw San Gek sudah lama ingin bertemu muka dengan
mereka. Dimana mereka sekarang berada " Bolehkah kiranya
nona Tiong sun ajak aku menjumpai mereka ?"
"Ayahku dan lain-lainnya sekarang ini kebetulan hendak
mencari tempat untuk menantikan datangnya waktu
pertemuan besar itu. . . " Tiong sun Hui Kheng belum habis
dengan kata-katanya telah dipotong oleh Ciauw San Gek.
"Bila Tiong sun tayhiap dan lain-lain tidak pandang hina
gubukku yang reot ini. . . . ."
Hee Thian Siang yang sejak tadi mendengarkan
pembicaraan mereka lalu menyambungnya :
"Tiong sun locianpwe dan lain-lain justru ada itu maksud.
Itu juga sebabnya kenapa Hee Thian Siang dan enci Kheng ini
lebih dulu sudah datang kemari."
Ciauw San Gak tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata :
"Tamu-tamu agung jarang ditemui. Jikalau datang
berkunjung kemari, benar-benar merupakan suatu kehormatan
besar bagi kami ! Dalam goaku iji tidak ada apa-apanya yang
istimewa, hanya arak buatanku sendiri yang rasanya dapat
digunakan untuk menghidangi tetamunya !'
"Ciauw locianpwe demikian gemar bergaul. Maka aku
sekarang juga hendak pergi mengundang ayah dan lain-
lainnya untuk merepotkan locianpwe di temapt kediamanmu
ini !" berkata Tiong sun Hui Kheng sambil tertawa.
Ciauw San Gek dan Hong hoat Cinjin tak mau meremehkan
tetamunya. Maka bersama Hee Thian Siang dan Tiong sun
Hui Kheng, bersama-sama pergi menjemput Tiong sun Seng,
May Ceng Ong dan lain-lain untuk diajak ke goa kediamannya
dan disediakan arak buatannya yang istimewa.
Waktu dua hari dilewatkan dengan cepat. Tiong sun Seng
dan lain-lain pada tanggal lima belas bulan delapan, pagi-pagi
sekali sudah pergi mendaki ke puncak Tay pek hong.
Orang-orang rimba persilatan berbagai golongan dan partai
sudah datang hampir semuanya. Tapi diantara orang-orang
golongan sesat yang menjadi tuan rumah dalam pertemuan
itu, tidak nampak istri Pat-bao Yao-ong, Kim-hoa Seng-bo !
Sedangkan Pek-tok Bie jin lo Pan Pek Giok juga entah apa
sebabnya sudah kehilangan satu lengannya, kini hanya tinggal
lengan kirinya saja. Hee Thian Siang yang selalu tidak dapat melupakan
kepada pusaka perguruannya Kiant hian pek lek yang hilang
dari tangannya, maka waktu itu mencurahkan perhatiannya
kepada orang-orang dari Kun lun pay. Tetapi ternyata baik Bo
Cu Keng maupun Siang Biauw Yan atau Khong khong
hweshio dan Pao It Hui serta lain-lainnya ternyata tidak
tampak di dalam rombongan kawana penjahat yang ada disitu.
Ketika matanya terbentur dengan orang-orang golong Swat
san pay, Mao Giok Ceng segera menegur sambil tersenyum :
"Hee laote, kau sedang mencari siapa " Apakah mencari
Leng toakomu ?" Mendengar teguran itu, Hee Thian Siang baru mengetahui
bahwa Swat san Peng lo Leng Pek Ciak ternyata juga tidak
tertampak diantara rombongan orang-orang Swat san pay.
Maka ia menganggukkan kepala dan tanyanya dengan
perasaan terkejut : "Mao locianpwe, apakah Leng toako mendapat bahaya juga
di Hian peng goan dan tidak bisa turut serta kemari ?"
"Leng toakomu itu meskipun usianya sudah lanjut tapi
pikirannya masih seperti anak-anak. Mana mau ia melepaskan
kesempatan yang begini baik begitu saja ?" jawab Mao Giok
Ceng sambil menggelengkan kepala dan tertawa.
"Kalau benar Leng toako hendak turut datang, mengapa
sampai sekarang belum datang ?" tanya Hee Thian Siang.
Peng-pek Sin kun yang sejak tadi berdiri di samping istrinya
lalu menalangi menjawab sambil tertawa :
"Apa Hee laote sudah lupa pada janji Leng toakomu di Hian
peng goan dulu " Apa yang pernah dijanjikanya waktu itu ?"
Mendengar jawaban itu, Hee Thian Siang terkejut
bercampur girang, maka bertanya kepada Peng-pek Sin-kun :
"Apakah Leng toako sedang mencarikan seekor burung
rajawali untukku ?" Mao Giok Ceng menganggukkan kepala dan berkata
sambil tertawa : "Ia mengambil dariku sebuah lukisan di jaman kuno dan
pergi ke gunung Thian san sebelah utara untuk mencari Bu kie
Sianseng. Sebelum berangkat ia pernah memesan, biar tidak
mendapatkan burung raksasa juga ia pasti akan datang
kemari lebih dulu !"
Hee Thian Siang baru mendengar jawaban itu, dibawah
tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda.
Tiong sun Hui Kheng lalu berkata sambil tersenyum :


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ceng hong kie bersama Siaopek dan Taywong sudah
datang !" Tampak Pat-bao Yao-ong Hian Wan Liat membisikkan
beberapa patah kata kepada Pan Pek Giok lalu tampak wanita
bertangan satu ini keluar dari tempat duduknya dan langsung
berjalan menuju ke lapangan dan berkata sambil menghadap
orang banyak : "Hian Wan Liat ong mempersilahkan tuan-tuan yang ada
disini supaya bersiap-siap seperlunya. Nanti pada jam dua
belas tengah hari akan dimulai pertandingan di sini !"
Hee Thian Siang lalu bertanya kepada Tiong sun Hui
Kheng dengan suara perlahan :
"Pek-lok Bie jin lo Pan Pek Giok ini kepandaian ilmu
silatnya jgua termasuk tinggi, mengapa bisa kehilangan
sebelah tangannya ?"
Tampak berputaran biji mata Tiong sun Hui Kheng, lalu
terdengar kata-katanya yang diucapkan sambil tersenyum :
"Menurut dugaanku, urusan ini barangkali perbuatan Hee
kouw Soan locianpwe."
"Dugaan enci Kheng mungkin benar. Tetapi Kim-hoa Seng-
bo yang kabarnya lebih jahat dan lebih ganas dari pada Hian
Wan Liat, kemana perginya dia ?" bertanya Hee Thian Siang
sambil tertawa. Tiong sun Hui Kheng mencari-cari diantara orang banyak,
terutama kepada diri Pan Pek Giok. Ia mengawasi sekian
lama, kemudian berkata kepada Hee Thian Siang sambil
tersenyum : "Kalau adik Siang ingin mendapat jawaban yang paling
tepat rasanya tidaklah sulit. Asal kau tanya kepada enci
Pekmu itu, tentu kau segera akan mengerti !"
Wajah Hee Thian Siang menjadi merah, selagi hendak
berusaha untuk bertanya kepada Pan Pek Giok, dibawah
puncak Tay pek hong tiba-tiba tampak lompat melesat
sesosok bayangan putih dan bayangan kuning.
Kedua bayangan itu sudah tentu adalah munculnya
Siaopek dan Taywong. Yang agak mengherankan adalah didalam pelukan
Taywong waktu itu ada sebuah patung kuno yang terbuat dari
batu giok putih setinggi kira-kira setengah meter.
Setelah berada dipuncak Tay pek hong, Taywong
meletakkan patung kuno yang tentunya sangat berharga itu
ditengah-tengah lapangan.
Di leher patung kuno itu ada tergantung sebuah plat yang
diukir dengan tulisan : "Patung ini dipersembahkan kepada orang yang memiliki
kepandaian paling tinggi"
Tiong sun Hui Kheng sangat heran atas kejadian itu maka
lalu bertaya kepada Siaopek. Baru tahu bahwa Siaopek dan
Taywong dalam perjalanannya ke puncak Tay pek hong tadi,
di tengah jalan dihentikan oleh seorang tua berbaju hitam.
Mereka disuruh membawa patung kuno itu ke puncak gunung
Tay pek hong. Katanya harus dihadiahkan benda tersebut
kepada orang kuat nomor satu yang merebut kejuaraan dalam
pertandingan besar di puncak gunung itu.
Setelah duduknya perkara, oarng-orang kedua pihak
masing-masing jadi pada menduga-duga. Namun tiada satu
pun yang dapat menduga siapa sebetulnya orang tua berbaju
hitam itu. Oleh karena Pat-bao Yao-ong sudah mengumumkan
bahwa pertandingan itu akan dimulai pada waktu tengah hari
dan kini waktunya masih terlalu pagi, maka orang-orang dari
golongan baik-baik sudah tentu menggunakan kesempatan itu
pada mencari kawan masing-masing untuk mengobrol.
May Sin In yang seolah-olah hidup kembali banyak sekali
dikerumuni orang-orang yang meminta keterangan dan
pengalamannya, terutama ketua Ngo bie pay Hian hian Sianlo.
Juga Sam chiu lo pan Oe tie Khao yang waktu itu pergi
bersama-sama dengannya dan mengetahui terjadinya
peristiwa itu. Ia tampak sangat girang dan terkejut sehingga ia
menanyakan bagaimana ia bisa mendapat pertolongan.
Jikalau mengingat peristiwa yang mengerikan itu, Hok Sin
In juga masih merasa jeri. Dalam keadaan sedih dan girang, ia
berada dalam pelukan sucinya dan menceritakan semua apa
yang terjadi atas dirinya.
Sedangkan Hee Thian Siang sehabis menemui beberapa
kawan lalu pergi seorang diri. Matanya ditujukan ke bawah
gunung, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.
Tiong sun Hui Kheng yang menyaksikan keadaan itu, lalu
bertanya sambil tertawa :
"Apakah adik Siang ingat lagi kepada Leng toakomu dan
burung rajawali raksasanya yang masih menjadi tanda tanya
itu ?" Hee Thian Siang menggeleng-gelengkan kepala dan
menjawab sambil tertawa getir :
"Enci Kheng, dugaanmu kali ini keliru ! Mana boleh aku
terus menerus memikirkan burung raksasa yang masih belum
menjadi kenyataan itu " Aku sebenarnya sedang memikirkan
diri Cin locianpwe yang bersama-sama aku melakukan
perjalanan ke istana kesepian dan kemudian hilang di sana
tanpa bekas !" Tiong sun Hui Kheng yang mendengarkan jawaban itu
mengangguk-anggukkan kepala, juga merasa terharu.
Katanya : "Cin locianpwe sebetulnya baik sekali terhadapmu, dalam
usianya yang telah demikian lanjut. . . ."
Baru berkata sampai disitu, tiba-tiba berdiam dan
tersenyum. HeeThian Siang terheran-heran, katanya :
"Enci Kheng, mengapa kau tertawa ?"
"Aku kira, biarpun Cin locianpwe sampai mengalami
bahaya tapi belum tentu jiwanya terancam. Malah sekarang ini
mungkin sudah diketahui dimana adanya !"
Hee Thian Siang jadi semakin heran, tanyanya pula :
"Enci Kheng, apakah selama aku disembuhkan dengan
ilmu Siao coan lun dalam waktu empat puluh sembilan hari itu,
enci ada menemukan dewa peramal sehingga kau juga
mengerti ilmu ramalan ?"
Tiong sun Hui Kheng tertawa geli ditanya demikian, dengan
cepat katanya : "Dari mana aku belajar ilmu ramalan " Cuma berdasar
sedikit kenyataan yang kudapat lalu kuduga-duga saja dengan
pikiranku sendiri !"
"Keahlian enci dalam menganalisa sesuatu perkara
sesungguhnya tidak kalah dengan tukang ramal. Coba enci
ceritakan supaya bisa agak berkurang kekuatiranku !"
"Tadi bukankah kau sudah menjumpai beberapa locianpwe?"
"Justru waktu aku menjumpai para locianpwe dan tidak
dapat menemukan Cin Locianpwe, barulah aku merasa
khawatir akan nasibnya !"
"Waktu aku menjumpai Peng sim Sin-nie, apa katanya
padamu ?" "Peng sim Sin nie hanya menanya kepadaku sampai
dimana sudah kupelajari ilmu simpanan golongan Lo hu Pan
sian ciang lek yang salinannya telah diberikan kepadaku di
malam pertemuan partai Ceng thian pay dahulu."
"Nah, berdasar dari kenyataan itulah lalu kuambil
kesimpulan bahwa Cin locianpwe sekarang ini pasti sudah
diketahui jejaknya. Kau bisa pikir begini, Cin locianpwe adalah
susiok Peng sim Sin nie. Bila Peng sim Sin nie begitu lama
tidak mendengar kabar berita tentang susioknya, waktu
berjumpa denganmu mengapa tidak lantas ditanyakan tentang
diri susioknya itu ?"
Hee Thian Siang kini barulah sadar, katanya sambil
menganggukkan kepala : "Dugaan enci Kheng ini memang sangat tepat, biarlah
sekarang akan kutanyakan kepada Peng sim Sin nie."
Sehabis berkata demikian, ia lalu berjalan ke depan Peng
sim Sin nie. Setelah memberi hormat, ia berkata sambil
tertawa : "Sin nie, boanpwe numpang tanya. Apakah ada kabar
tentang Cin locianpwe yang disampaikan kepada Sin nie ?"
Peng sim Sin nie menganggukkan kepala dan berkata
sambil tertawa : "Cin susiokku oleh karena tidak dapat mencari dirimu, maka
lalu minta orang menyampaikan kabar ke gunung Lo hu.
Katanya meskipun ia telah dibokong oleh senjata rahasia
jarum dari Siang Biauw Yan tapi cuma kehilangan sebelah
kaki kira. Jiwanya sama sekali tidak terancam bahaya."
Hee Thian Siang yang mendengar bahwa Cin Lok Pho
diserang secara membokong oleh Siang Biauw Yan sehingga
kehilangan kaki kirinya, di samping terkejut juga menunjukkan
sikap sedih. Peng sim Sin nie lalu berkata pula sambil tertawa :
"Hee laote tidak perlu terlalu sedih. Orang-orang rimba
persilatan yang hendak membela keadilan dan kebenaran,
kadang-kadang tidak menghiraukan jiwanya sendiri. Cin
susiokku kehilangan kakinya, apa yang harus disedihkan ?"
"Mengapa Cin locianpwe tidak pulang ke gunung Lo hu ?"
"Cin susiokku berkata bahwa ia masih ada urusan yang
perlu diselesaikan dahulu. Mungkin hari ini ia bisa tiba di Tay
pek hong untuk berjumpa denganmu !"
Mendengar berita bahwa Cin Lok Pho masih dalam
keadaan selamat, hati Hee Thian Siang meskipun merasa
lega tetapi ia juga masih agak sedih karena orang tua itu
kehilangan sebelah kakinya. Ia berkata kepada Tiong sun Hui
Kheng dengan suara perlahan :
"Enci Kheng, kawanan penjahat seperti Bo Cu Keng, Siang
Biauw Yan dan lain-lainnya itu sebetulnya orang-orang yang
tidak tahu malu dan jahat sekali. Kita harus berhati-hati
terhadap mereka. Dimana sjaa kita ketemu mereka, harus
segera turun tangan buat membalaskan sakit hati Cin
locianpwe !" "Tentu saja. Apakah kita masih perlu menunggu mereka
melemparkan bom Kian thian pek lek lebih dahulu sampai
terjadi bencana hebat dulu ?"
Bukan hanya Hee Thian Siang dan Tiong sun Hui Kheng
saja yang memperhatikan jejak Bo Cu Keng dan Siang Biauw
Yan, orang-orang angkatan tua seperti Tiong sun Seng, May
Ceng Ong dan lain-lainnya juga diam-diam sudah siap siaga
dan berjaga-jaga dari segala kemungkinan karena mengetahui
benar betapa hebatnya Kian thian pek lek.
Namun demikian, Bo Cu Keng, Siang Biauw Yan dan lain-
lain ternyata mempunyai siasat yang lebih baik lagi. Mereka
sudah mengatur rencananya demikian rupa. Kalau
rencananya itu sampai berhasil, tokoh-tokoh terkemuka dari
kedua pihak boleh dibilang semua akan mendapat bencana
dan puncak gunung Tay pek hong yang kini hendak digunakan
sebagai medan pertandingan akan berubah menjadi suatu
neraka atau kuburan bagi semua orang dari rimba persilatan.
Menjelang waktu pertandigan, sedang kedua pihak sudah
mulai siap-siap, tiba-tiba orangnya pat-bao yao-ong yang
ditugaskan menjaga kedatangan tamu di bawah puncak
gunung tampak menuju ke puncak gunung dan menyerahkan
sebuah sampul berwarna merah.
Setelah dibuka dan dibacanya dan surat itu dikirim oleh
empat orang. Ternyata mereka adalah Bo Cu Keng, Siang
Biauw Yan, Khong khong Hsweeshio dan Pao It Hui adanya !
Pat-bao Yao-ong Hian Wan Liat yang tidak mengenal
empat orang itu lalu memberikan surat tadi kepada Khie Tay
Cao sambil tanyanya kepada ketua Ceng thian pay ini :
"Khie ciangbunjin, adakah empat orang ini sahabatmu ?"
Khie Tay Cao membacanya sejenak lalu menggeleng-
gelengkan kepala sebagai tanda tidak kenal.
Pat-bao Yao-ong Hian Wan Liat lalu memerintahkan orang
untuk memperlihatkan surat itu kepada orang-orang dari
golongan baik yang akan menjadi lawannya, ditanyakan
apakah empat orang ini adalah sahabat mereka.
Tiong sun Seng yang membaca surat itu, sepasang alisnya
lantas berdiri. Lalu memanggil Hee Thian Siang dan Tiong sun
Hui Kheng. Katanya dengan suara perlahan :
"Kheng jie dan Hee hiantit, coba perhatikan. Urusan ini
sangat aneh dan diluar dugaan kita semua ! Coba kalian lihat,
Bo Cu Keng, Siang Biauw Yan, Khong khong Hweshio dan
Pat It Hui ternyata dengan secara terang-terangan berani
mengirim surat untuk turut serta dalam pertandingan ini !"
Hee Thian Siang yang waktu itu tampak telah diliputi oleh
rasa kekuatiran yang semakin besar, katanya sambil
menggelengkan kepala dan tertawa getir :
"Bo Cu Keng sudah berani terang-terangan mengirim surat
untuk ikut bertanding. Bagi kita rasanya tidaklah pantas kalau
menolak !" May Ceng Ong lalu berkata :
"Setiap orang dari rimba persilatan boleh saja datang
kemari atau ikut bertanding. Aku kira kita tidak boleh berlaku
tidak sopan sehingga menjadi buah tertawaan orang. Satu-
satunya jalan ialah biarkan mereka mendaki gunung ini, nanti
baru dibicarakan lagi !"
Pat-bao Yao-ong Hian Wan Liat yang melihat Tiong sun
Seng dan lain-lainnya sudah lama berunding tapi belum
mendapat keputusan lalu bertanya :
"Saudara Tiong sun, apakah orang yang mengirim surat ini
adalah orang rimba persilatan juga ataukah. . . . ?"
Belum lagi habis pertanyaannya, Tiong sun Seng sudah
menjawab sambil tersenyum :
"Empat orang ini sedikit pun tidak ada hubungan dengan
kami. Mereka hanya sebagai orang-orang rimba persilatan
biasa saja !" "Karena mereka mengirim surat, menurut tata etika dunia
Kang ouw maka kita juga tidak boleh mengabaikan peraturan
ini. Harap saudara Tiong sun bersama Khie ciangbunjin
masing-masing memilih seorang sebagai wakil untuk
menyambut mereka kemari. Kita juga boleh selekasnya mulai
pertandingan babak pertama !"
Khie Tay Cao yang mendengar ucapan itu, ia mengutus Lui
Hwa sebagai wakilnya. Tiong sun Seng selagi memilih orang yang tepat, Hee
Thian Siang tiba-tiba tergerak pikirannya. Katanya dengan
suara perlahan : "Empek Tiong sun hendak mengutus orang sebagai wakil "
Bolehkah boanpwe mengusulkan seseorang yang boanpwe


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kita paling tepat untuk melakukan tugas itu ?"
Tiong sun Seng semula mengira Hee Thian Siang yang
hendak menjalankan tugas itu sendiri, maka lalu bertanya :
"Hee hiantit, apakah kau ingin melakukan tugas itu sendiri?"
Hee Thian Siang menggelengkan kepala dan berkata :
"Tugas itu tidak tepat bagi boanpwe. Rasanya cuma Sam
chiu lo pan Oe tie Khao locianpwe sajalah yang paling tepat
buat diutus sebagai wakil kita untuk melakukan tugas itu !"
Tiong sun Seng mendengar Hee Thian Siang mengusulkan
Oe-tie Khao, selagi memikirkan sebab-sebabnya, Tiong sun
Hui Kheng sudah berbisik-bisik di telinga ayahnya, katanya :
"Ayah, adik Siang barangkali hendak minta Sam chiu lo pan
Oe tie Khao locianpwe mengerahkan kepandaiannya dan
menggunakan keahliannya sebagai pencopet yang tidak ada
tandingannya dalam dunia ini. Selagi menyambut para
tamunya itu, suruh cari kesempatan mencuri bom peledak
Kian thian pek lek dari tubuh Bo Cu Keng !"
Mendengar itu, Tiong sun Seng merasa geli sendiri tetapi
juga berbareng memuji kecerdikan Hee Thian Siang. Maka
lalu katanya : "Akal ini sungguh bagus juga sangat unik. Kalau begitu baik
juga kita minta saudara Oe tie mencapaikan diri sediikit untuk
melakukan tugas berat dini !"
Habis berkata begitu ia lalu memberitahukan maksudnya
kepada Oe-tie Khao dan minta ia bersama Lui Hwa pergi
menjemput Bo Cu Keng berempat naik ke puncak Tay pek
hong. Sam chiu lo pan Oe tie Khao lalu berkata sambil tersenyum
getir : "Aku si pencopet tua ini sudah banyak tahun cuci tangan.
Tidak disangka hari ini dan di tempat ini harus menggunakan
kepandaianku itu lagi !"
Tiong sun Seng berkata sambil tertawa :
"Oe-tie locianpwe, asal kau mengeluarkan kepandaianmu
tentu dapat menyingkirkan bahaya dan bencana hebat bagi
seluruh rimba persilatan. Jadi untuk kepentingan jiwa orang
banyak. Tindakanmu itu bukankah sangat berharga sekali
buat kita semua ?" Oe tie Khao menggeleng-gelengkan kepala sambil
tersenyum lalu bersama-sama Lui hwa turun dari puncak
gunung Tay pek hong. Tak lama kemudian, benar saja, Bo Cu Keng, Siang Biauw
Yan dan lain-lainnya dengan mengikuti Lui Hwa dan Oe-tie
Khaow mendaki puncak Tay pek hong.
Tiong sun Hu Kheng waktu itu sudah pasang mata benar-
benar. Ia berkata kepada ayahnya dengan suara perlahan :
"Ayah lihat ! Oe-tie locianpwe dengan mencari alasan pura-
pura berbicara dengan empat orang itu. Ia tampak mondar
mandir di antara empat orang jahat itu. Barangkali sudah
berhasil dengan usahanya !"
Tiong sun Seng menganggukkan kepala sambil tersenyum.
Suatu tanda dapat menyetujui pandangan anaknya.
Ketika Bo Cu Keng berempat tiba disitu, lebih dahulu
memberi salam kepada semua orang yang ada disitu
kemudian mencari tempat duduk yang ada batu besarnya,
yang letaknya agak menyisi di pinggir jurang.
Hee Thian Siang yang menyaksikan itu semua, lalu berkata
kepada Tiong sun Seng : "Empek Tiong sun coba saksikan sendiri. Bo Cu Keng dan
lain-lainnya telah memilih tempat duduk yang mendekati
tebing. Pasti sudah siap hendak menggunakan bomnya Kian
thian pek lek dan kemudian melarikan diri dengan mengambil
jalan lompat dari tebing itu !"
Tiong sun Seng menganggukkan kepala dan berkata
sambil tertawa : "Dugaan Hee hiantit tidak salah. Orang-orang itu pasti ada
maksud begitu. Kita cuma bisa mendoakan semoga usaha
saudara Oe tie berhasil, jangan sampai ada bencana !"
Berkata sampai disitu, Oe tie Khao sudah berjalan
menghampiri dengan muka berseri-seri.
Hee Thian Siang lebih dulu bertanya sambil tersenyum :
"Oe tie locianpwe, locianpwe tampak sangat gembira. Pasti
sudah berhasil mengambil alih bom peledak ?"
Oe tie Khao menganggukkan kepala dan berkata sambil
tertawa : "Mudah-mudahan. Barang-barang agak penting mereka
bawa sudah pindah ke kantongku !"
Sambil mengucap demkian, ia merogoh ke dalam sakunya
dan mengeluarkan kantong yang terbuat dari kulit macan tutul.
Tiong sun Hui Kheng menyambutnya lalu dibuka dan
diperiksanya. Ternyata dalam kantong itu penuh dengan pasir
halus-halus berwarna ungu.
Hee Thian Siang hendak meraba. Untung bisa dicegah oleh
So-to Wie yang berkta kepadanya dengan suara sangat
perlahan : "Hee laote jangan terlalu gegabah. Jangan diraba pasir itu !
Kau tahu, inilah pasir beracun yang sangat lihay !"
Hee Thian Siang sewaktu di Po-hie lo koan di gunuan Tiam
cong dahulu sudah pernah menyaksikan bagaimana hebatnya
pasir beracun ini. Maka ia membatalkan maksudnya dan
bertanya kepada Oe tie Khao dengan terheran-heran :
"Oe-tie locianpwe, apakah locianpwe tidak kesalahan
mengambil " Pasir beracun ini adalah miliknya Lui Hwa !"
"Hee laote jangan cemas dulu. Ini cuma sekedar hasil
ikutan. Seorang pencopet mana mau membuang kesempatan
paling baik " Dimana ada barang berharga, tentu tak luput dari
mata pencopet ulung seperti aku. Aku toh sudah membuka
pantangan " Maka sehabis mencopet habis barang Bo Cu
Keng berempat, sekalian saja barang Lui Hwa juga kusikat !"
Beberapa patah kata yang paling belakang membuat
tertawa orang-orang yang mendengarnya.
Sambil berbicara, Oe tie Khao kembali dari dalam sakunya
mengeluarkan sebuah benda bagaikan butiran perak.
Hee Thian Siang lalu berkata sambil tertawa :
"Ini adalah pedang Liu yap bian sie kiam kepunyaan adik In
yang terjatuh di selat Wan hiap dulu. Entah bagaimana bisa
berada di dalam tangan Khong khong Hweshio."
Oe tie Khao lalu mengembalikan pedang Liu yap bian sie
kiam kepada Hok Sin In. Setelah itu kembali mengeluarkan
setumpuk jarum berbisa berwarna hitam yang sangat halus
sekali dan duri berbentuk segitiga berwarna kebiru-biruan.
Berkata kepada orang banyak :
"Benda ini kudapat dari tubuh Siang Biauw Yan. Duri
berwarna kebiru-biruan ini adalah duri berbisa Thian keng
ceng yang pernah menggemparkan dunia Kang ouw, tetapi
jarum berbisa berwarna hitam ini aku tidak tahu. . . ."
Ketua Lo hu pay Peng sim Sin nie lalu menjelaskan :
"Ini adalah jarum berbisa milik Siang Biauw Yan. Sebelah
kaki Cin susiokku juga telah cacat dan kemudian dipotongnya
sendiri lantaran jarum ini !"
Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu, alisnya
berdiri. Katanya dengan suara gemas :
"Sebentar aku pasti akan membalaskan sakit hati Cin
locianpwe !" Oe tie Khao berkata sambil tertawa :
"Di antara mereka berempat itu, cuma Pao It Hui yang
paling miskin. Di dalam badannya tidak ada apa pun !"
"Dan bagaimana dengan Bo Cu Keng ?" bertanya Hee
Thian Siang. Oe tie Khao menganggukkan kepala dan berkata sambil
tertawa : "Dia ada membawa sebuah benda. Rupanya sih seperti
benda Kian thian pek lek yang Hee laote katakan itu !"
Sehabis berkata demikian, kembali dari dalam sakunya
mengeluarkan sebuah kantong. Hee Thian Siang
menyambutinya. Sebelum dibuka ditimang-timang dulu. Dari
bobotnya barang ia tahu itu adalah benda pusaka milik
perguruannya yang hilang di dalam lembah kematian.
Setelah dibuka dan diperiksanya, ternyata benar hingga
Tiong sun Seng dan lain-lainnya merasa gembira. Semua
memuji kepandaian Oe tie Khao.
Hanya Tiong sun Hui Kheng tampak mengerutkan alisnya,
ia menundukkan kepala seolah-olah sedang berpikir keras.
Hee Thian Siang yang menyaksikan itu lalu bertanya sambil
tersenyum : "Enci Kheng, kau sedang memikirkan apa ?"
Tiong sun Hui Kheng menarik tangan Hee Thian Siang
berkata dengan suara perlahan :
"Meskipun aku belum pernah bertanding dengan Bo Cu
Keng tetapi dari sikap dan kelakuannya, aku sudah tahu
bahwa orang itu memiliki kepandaian ilmu silat yang cukup
tinggi !" Hee Thian Siang menganggukkan kepala dan berkata :
"Kepandaian ilmu silat Bo Cu Keng sangat tinggi sekali.
Gerak tipunya juga sangat aneh. Seorang tingkatan tua seperti
Cin locianpwe, semua pernah mengalami kekalahan ketika
mengadakan pertempuran di lembah May yu kok !"
"Orang yang memiliki kepandaian tinggi seperti itu, bisa
tercuri semua senjata-senjata rahasianya dari yang sangat
halus yang tersimpan di badannya seperti jarum berbisa, duri
Thian keng cek dan lain-lain sampai barang yang paling berat
seperti Kian thian pek lek tanpa terasa, bukankah sangat aneh
sekali " Apakah dalam hal ini ada apa-apanya yang tidak
beres ?" Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu timbul
perasaan curiganya, katanya sambil mengerutkan alisnya :
"Enci Kheng, kecurigaanmu ini memang pada tempatnya.
Tetapi kenyataannya barang yang diambil dari dalam
badannya oleh Oe tie locianpwe itu memang benar adalah
Kian thian pek lek dari perguruanku !"
Tiong sun Hui Kheng bersama Hee Thian Siang yang
masih memperbincangkan soal itu, waktu pertandingan telah
tiba. Pat-bao Yao-ong Hian Wan Liat telah memerintahkan
bahwa pertandingan akan segera dimulai. Maka para tamu
masing-masing boleh mengeluarkan jago-jagonya untuk
mengadakan pertandingan atau menyelesaikan permusuhan
dahulu. Ketua Ceng thian pay, Khie Tay Caolah yang lalu bangkit
dari tempat duduknya, berjalan ke arah batu rata yang berada
di tengah-tengah puncak Tay pek hong, berkata kepada Peng
pek Sin kun, ketua dari Swat san pay.
"Peng pek Sin kun, Khie Tay Cao mau tanya padamu.
Suciku Pek-thao Losat Pao Sam kow sekarang ini masih ada
di kutub Hian peng goan ataukah sudah terbinasa di sana ?"
Peng pek Sin kun segera menjawab sambil tersenyum :
"Pao Sam kow hari itu setelah mengaku kalah pada Leng
Pek Ciok lantas bunuh diri sendiri. Kuburannya sekarang ini
masih ada di lembah Thian han-kok !"
Khie Tay Cao yang mendengar ucapan itu sampai mendelik
matanya. Katanya bengis :
"Kalau begitu, hari ini Khie Tay Cao hendak minta hutang
darah itu. Dimana Leng Pek Ciok sekarang " Kenapa dia takut
kemari ?" "Leng Pek Ciok masih ada urusan lain. Sebentar lagi tentu
akan datang. Jikalau Khie ciangbunjin mau tunggu, boleh saja
tunggu. tapi bila Khie ciangbunjin hendak segera melakukan
pembalasan itu, aku disini menyatakan bersedia untuk
menerima pelajaranmu !" berkata Peng pek Sin kun dingin.
Khie Tay Cao tertawa terbahak-bahak, kemudian berkata :
"Aku sebetulnya ingin minta kau yang bertanggung jawab.
Hutang uang dibayar uang, hutang jiwa harus ganti jiwa. Hari
ini yang jelas Khie Tay Cao pasti hendak mengambil jiwa Pek
Ciok untuk mengganti jiwa suciku dan selain dari pada itu juga
minta ditambah lagi dengan kau bersama istrimu sebagai
bunga. . . . . ." JILID 34 Baru berkata sampai disitu, tiba-tiba terdengar suara orang
memuji nama Budha. Di tengah lapangan lalu tampak sesosok
tubuh manusia, yang ternyata bukan lain dari pada ketua Bu
tong pay Hong hoat Cinjin adanya. Pertama sekali padri ini
menganggukkan kepala ke arah Khie Tay Cao sebagai peradatan, kemudian
berkata lambat-lambat : "Khie ciangbunjin. Perkataan yang kau tujukan kepada
Peng pek Sin kun tadi membuat pinto terharu ! Di sini, di
hadapan para jago rimba persilatan semua, pinto hendak
minta keterangan sedikit darimu. Kau pernah memimpin anak
buahmu pergi ke kutub Hian peng goan. Tapi ternyata tidak
dapat berbuat apa-apa dan Pek thao Losat malah terbinasa di
sana. Dalam hal ini terang adalah kau yang bersalah. Tapi
kenapa sebaliknya kau malah menagih hutang jiwa kepada
Peng pek Sin kun suami istri dan Leng tayhiap bertiga " Dan
lagi, perbuatanmu dahulu terhadap partai kami Bu tong pay
dan perbuatanmu di puncak Thian tu hong yang sudah
menghancurkan kuil Sam goan koan dan menghabiskan jiwa
tujuh orang dari anak buah pinto, sekarang apakah boleh pinto
minta kau yang membayar hutang itu " Dan berapa banyak
bunganya ?" Khie Tay Cao yang ditanya demikian oleh Hong hoat Cinjin
menjadi gelagapan dan tidak bisa menjawab. Tapi sebagai
orang buas, dalam keadaan seperti itu ia malah menjadi lebih
marah. Katanya sambil tertawa mengejek :
"Dalam usaha berebutan pengaruh dalam rimba persilatan,
pertumpahan darah sudah tentu tidak dapat dihindarkan.
Kutahu kau cuma dapat menangkan aku setengah jurus atau
sejurus saja paling banter. Jadi tidak perduli berapa banyak
bunga yang hendak kau tuntut dari aku, aku Khie Tay Cao
akan bayar lunas kepadamu semuanya !"
Hong hoat Cinjin dengan sikap tenang berkata sambil
menganggukkan kepala : "Khie ciangbunjin ternyata seorang gagah, pinto sangat
kagum. Tapi seandai pinto bisa merebut kemenangan, pinto
minta supaya Khie ciangbunjin menghargai kedudukanmu
sebagai ketua dari salah satu partai besar !"
Khie Tay Cao dengan cepat lalu berkata dengan suara
garang : "Khie Tay Cao selama hidupnya belum pernah
mengingkari. . . . "
Hee Thian Siang yang mendengar sampai disitu, lalu
perdengarkan suara tertawanya yang nyaring. Kemudian


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

katanya : "Khie ciangbunjin. Kali ini asal kau tidak jilat ludahmu
sendiri, itulah baik. Ingatlah bagaimana akhirnya kejadian di
depan goa Siang swat digungung Kie lian san dulu itu " Kau
ingat pula bagaimana akhirnya perkara kuda Cian lie hoa ceng
waktu itu ?" Khie Tay Cao yang mendengar kata-kata pedas dari Hee
Thian Siang wajahnya dirasakan panas. Tapi ia tidak dapat
menjawab. Maka terpaksa pura-pura tidak menghiraukannya, masih
tetap menghadapi Hong hoat Cinjin dan tanyanya :
"Kita hendak mengadu ilmu Hian kang ataukah dengan
senjata tajam atau tangan kosong " Dan berapa babak untuk
menentukan kemenangan atau kekalahannya ?"
Hong hoat cinjin dengan lekas sudah menjawab sambil
tersenyum : "Semua tokoh-tokoh kuat dan kenamaan dalam rimba
persilatan telah berkumpul di puncak Tay pek hong ini. Jadi
kita tidak boleh menggunakan waktu terlalu lama. Begini saja,
sebaiknya dalam . . babak saja kita harus dapat
menyelesaikan pertempuran ini !"
Khie Tay Cao yang mendengar ucapan itu, ia
menganggukkan kepala dan berkata sambil tertawa :
"Itulah yang paling baik !"
Dengan sinar matanya yang tajam, Hong hoat Cinjin
menatap wajah Khie Tay Cao, kemudian berkata lambat-
lambat : "Khie ciangbunjin, kau terkenal karena memiliki tongkat
berkepala garuda terbang itu. Pinto sekarang ingin belajar
kenal dengan senjatamu yang terkenal itu !"
Hee Thian Siang yang mendengar itu, lalu berkata kepada
Tiong sun Hui Kheng sambil mengerutkan alisnya :
"Enci Kheng, ilmu pedang dari partai Bu tong meskipun
terkenal dengan kemahirannya tetapi untuk menghadapi
senjata berat dari tongkat Khie Tay Cao, dalam mengadu
senjata yang tidak seimbang ini, barangkali agak sulit buat
dihadapi oleh Hong hoat Cinjin !"
Tiong sun Hui Kheng lantas berkata sambil tersenyum :
"Adik Siang, kau tidak perlu sangsikan kemampuan ketua
Bu tong pay. Apa gunanya Hong hoat cinjin dengan tekun dan
susah payah mempelajari ilmunya yang baru sekian lamanya
" Tentu yang dinanti-nantikan ialah pertandingan hari ini ! Ia
sudah pasti yakin benar akan kemenangannya dan sudah
lama mempersiapkan senjatanya untuk menghadapi Khie Tay
Cao !" Saat itu, senjata berat itu sudah diantarkan oleh salah
seorang anak murid golongan Ceng thian pay. Kini ia ternyata
sudah membuat lagi sebatang tongkat bajanya yang berat dan
aneh itu. Sama beratnya dan rupanya dengan yang dahulu
yang dipatahkan oleh Hee Thian Siang dengan senjata ringan
bulu burung lima warna. Hong hoat Cinjin menggapaikan tangannya, juga oleh salah
seorang muridnya diantarkan sebatang tongkat rotan
berwarna ungu. Hee Thian Siang yang menyaksikan itu, rupanya baru
sadar. Maka buru-buru ia berkata kepada Tiong sun Hui
Kheng sambil menganggukkan kepala :
"Dugaan enci Kheng tidak salah. Hong hoat Cinjin yang
tidak menggunakan pedang seperti biasanya dan mengganti
dengan senjata tongkat, itu pasti mengandung maksud
tertentu !" "Adik Siang jangan banyak bicara. Perhatikan saja
pertempuran ini. Antara dua ketua partai ini pasti akan terjadi
suatu pertempuran yang amat seru !"
Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu,
menganggukkan kepala. Ditengah lapangan telah terjadi suatu
pertempuran sengit yang benar-benar sangat hebat.
Kiranya begitu senjata-senjata kedua pihak diterima oleh
pemiliknya masing-masing, Khie Tay Cao lalu
memperdengarkan suara geratunya yagn hebat. Tongkatnya
diangkat tinggi-tinggi dan mulai melakuakn serangan yang
hebat. Adapun Khie Tay Cao ini terkenalnya adalah karena
kekuatan tenaganya yang luar biasa. Ketika menampak Hong
hoat Cinjin tidak menggunakan pedang sebagaimana
biasanya untuk menghadapi dirinya, ternyata kini merobah
kebiasaan itu dengan mengunakan tongkat rotan aneh yang
berwarna ungu itu. Jelas mengandung maksud hendak
mengadu kekuatan tenaga. Maka dalam babak selama itu ia
sudah menggunakan tenaga penuh menyerang lawannya.
Hong hoat Cinjin benar saja tidak mundur buat mengelak,
sebaliknya tongkat yang aneh bentuknya dan warnanya itu
diangkat dengan kedua tangannya untuk menyambut
serangan itu. Ia juga ingin mengadu kekuatan tenaga dalam
dengan Khie Tay Cao yang terkenal orang kuat dengan
tenaga besar luar biasa itu.
Ketika dua senjata itu saling beradu, tidak tampak atau
terdengar suara apa-apa dan keadaan siapa yang lebih kuat
dan yang lebih lemah. Tetapi Khie Tay Cao sebaliknya tahu
bahwa dalam mengadu kekuatan tenaga dalam sekali ini,
Hong hoat Cinjin masih kalah sedikit darinya.
Oleh karena sudah dapat menjajaki kekuatan tenaga
lawannya, sudah tentu jadi besar hati Khie Tay Cao. Sambil
tertawa terbahak-bahak dan dengan gerakannya yang serupa,
kembali menggempur Hong hoat cinjin.
Dengan beruntun, tujuh kali Hong hoat Cinjin menyambut
serangan Khie Tay Cao yang serupa itu. Kini perlahan-lahan
tampaklah siapa yang lebih kuat dan siapa yang agak lemah.
Khie Tay Cao masih tampak tetap garang, selangkah demi
selangkah maju menghampiri lawannya. Sedang Hong hoat
Cinjin, jidatnya sudah tampak peluh mengucur dan sudah
mundur berulang-ulang beberapa kali.
Tiong sun Hui Kheng yang menyaksikan pertandingan
sampai disitu juga merasa heran. Ia berkata sendiri dengan
suara perlahan : "Hong hoat Cinjin locianpwe mengapa hendak mengadu
kekuatan dengan Khie Tay Cao, sedangkan tenaganya
terbatas cuma sebegitu saja ?"
Hee Thian Siang yang mendengar ucapan itu, lalu berkata
sambil tertawa : "Aku sekarang sudah mengerti maksud Hong hoat Cinjin
locianpwe. Ia ingin Khie Tay Cao mati sendiri karena
kehabisan tenaga !" Tiong sun Hui Kheng terkejut mendengar ucapan itu dan
menanyakan sebabnya kepadanya. Hee Thian Siang lalu
berkata sambil tertawa : "Apakah enci Tiong sun sudah lupa bahwa Hong hoat
Cinjin locianpwe pernah mengajarkan kepadaku semacam
ilmu yang dinamakan . yang sin kang dan Tay hoan cin lek ?"
TIong sun Hui Kheng kini baru sadar betapa besar
kegunaannya ilmu Tay hoan cin lek itu, sehingga ilmu itu bisa
menyalurkan kekuatan tenaga terus menerus tanpa putus-
putusnya. Kalau mengadu kekuatan dengan orang luar biasa,
dapat bertahan sedikitnya dua kali lipat dari waktu biasa, kini
meskipun Hong hat Cinjin tampak berada di bawah angin
tetapi pada saat yang sangat penting yaitu yang terakhir yang
akan mengalami kerugian ialah Khie Tay Cao sendiri.
Selama mereka berdua saling menduga-duga, mereka
mengobrol sendiri dengan suara perlahan. Orang dari pihak
yang menyaksikan pertandingan semuanya tampak pada
menahan napas dengan penuh perhatian mengawasi terus
perkembangan dari dua orang itu. Sungguh suatu
pertandingan aneh dan hebat yang jarang tampak dalam
rimba persilatan ! Pertempuran kedua ketua partai itu kini sudah berlalu tiga
puluh jurus. Setiap kali Khie Tay Cao selalu sebagai pihak
penyerang dan selalu mengunakan tipu serangannya yang itu-
itu juga. Sedangkan Hong hoat Cinjin juga menyambut dengan
senjatanya yang aneh, juga dengan cara bertahan yang itu-itu
juga. Pertandingan yang nampaknya seperti pertandingan sangat
bodoh dan tidak ada apa-apanya yang bagus itu, jangankan
hal itu dilakukan oleh dua ketua partai yang mempunyai
kedudukan baik dalam rimba persilatan. Sekalipun pada diri
orang rimba persilatan biasa saja, juga belum pernah terjadi.
Sejak jurus ketujuh, Hong hoat Cinjin sudah mulai keteter.
Tetapi ia selalu bertahan, tidak mau menunjukkan
kelemahannya seolah-olah memaksakan diri untuk
menyambut setiap gempuran Khie Tay Cao.
Khie Tay Cao tidak percaya Hong hoat Cinjin bisa bertahan
lama. Maka ia tambah menggempur dan tekanannya makin
hebat lagi. Sampai pada jurus kelima puluh, meskipun Hong hoat
Cinjin dengan perlahan-lahan sudah terdesak mundur sejauh
satu tombak lebih, tetapi Khie Tay Cao juga sudah merasa
mulai kehabisan tenaga. Saat itulah, keadaan mendadak terbalik. Hong hoat Cinjin
dengan mendadak mengeluarkan siulan panjang, wajahnya
juga mendadak menjadi merah. Ia yang tadinya kelihatan
seperti sudah letih sekali mendadak menjadi segar bugar.
Tongkat rotannya yang tadi selalu digunakan untuk bertahan
terus dari serangan lawannya kini dengan mendadak diputar,
juga dengan menggunakan cara Khie Tay Cao menggempur
dirinya, balas menggempur Khie Tay Cao !
Hong hoat Cinjin telah menggunakan cara yang dipakai
Khie Tay Cao tadi. Jadi Khie Tay Cao juga merasa malu kalau
menyingkir atau mengelak. Terpaksa dengan menggunakan
cara yang dipakai oleh Hong hoat Cinjin, tongkatnya
direntangkan ke atas kepalanya, dengan kedua tangan
memegang satu ujung, coba menyambuti serangan Hong hoat
Cinjin. Dia tidak dapat melukiskan betapa hebatnya serangan
Hong hoat Cinjin kala itu. Senjatanya tampaknya ringan saja,
tetapi dalam waktu sangat singkat ia juga sudah menggempur
Khie Tay Cao sampai lima puluh kali.
Setelah itu Hong hoat Cinjin mendadak menarik kembali
serangannya, dengan sikap tenang dan wajahnya tidak
berubah, berkata kepada Khi Tay Cao sambil tersenyum :
"Khie Ciangbunjin, nama besarmu yang telah kau pupuk
selama beberapa puluh tahun sungguh tak mudah kau
dapatkan. Senjatamu yang berat macam ini, dahulu sudah
pernah patah satu kali terkena senjata bulu burung Hee Thian
siang laote. Perlu apa hari ini kau harus mengulangi tragedi itu?"
Waktu itu di jantung Khie Tay Cao sudah mulai terasa
memukul keras, pikirannya sudah tidak karuan. Dia tahu,
sekalipun menguras sampai habis seluruh kekuatan
tenaganya yang pernah dilatih beberapa puluh tahun, tetapi
senjata ditangannya yang amat berat diduga olehnya paling
banter cuma bisa menyambut sampai sepuluh kali pukulan
Hong hoat Cinjin dan setelah itu pasti akan patah.
Maka setelah mendengar ucapan Hong hoat Cinjin begitu,
ia buru-buru melemparkan pegangannya yang berat itu ke
tanah hingga batu-batu yang ketimpa senjata tersebut pada
menghamburkan percikan api dan berhamburan. Katanya
sambil menghela napas : "Terima kasih kuucapkan karena kau masih pandang
mukaku, Khie Tay Cao mengaku kalah saja !"
Hong hoat Cinjin kini berubah sikapnya menjadi dingin.
Tanyanya dengan suara bengis :
"Khie ciangbunjin, kalau benar-benar sudah mengaku
kalah, dengan cara bagaimana kau hendak memperhitungkan
perbuatanmu dahulu di kuil Sam goan koan dan kematian
murid-murid Bu tong pay yang sebanyak tujuh jiwa itu ?"
Khie Tay Cao tertawa terbahak-bahak dan dengan bengis
jawabnya : "Khie Tay Cao tadi sudah mengatakan sendiri, hutang uang
bayar uang, hutang jiwa bayar jiwa. Sekarang kau boleh
berbuat apa saja kepadaku menurut apa yang kau mau !"
Begitu ucapan itu keluar dari mulut Khie Tay Cao, semua
kawanan penjahat dari partai Ceng thian pay pada
mengerutkan alisnya. Tetapi di depan tokoh-tokoh rimba persilatan demikian
banyak, mereka juga tidak pantas untuk turut berbantahan
dalam soal ini. Hong hoat Cinjin kembali mengeluarkan siulan panjang.
Dengan air mata bercucuran, mulutnya mengucapkan doa
sambil menengadah ke langit :
"Hong hoat sunbu suheng dan saudara-saudaraku semua
yang bersemayam di alam baka. Siaote akhirnya berhasil juga
membangun kembali partai Bu tong dan menuntut balas
dendam sakit hati kalian semua !"
Khie Tay Cao dengan wajah bagaikan mayat, berdiri sambil
Memejamkan mata. Menantikan hukuman yang akan
dijatuhkan atas dirinya oleh Hong hoat Cinjin.
Di luar dugaannya, setelah Hong hoat Cinjin berdoa ke
atas, lalu menyeka airmatanya dan kembali berkata kepada
Khie Tay Cao dengan sikap sungguh-sungguh :
"Khie Ciangbunjin ! Dengarlah olehmu baik-baik ! Hutang
darah yang kau tanggung kepada tujuh jiwa orang-orang dari
Bu tong pay, aku bersedia menghapuskan. Tetapi dengan
syarat kau haru tobah semua kalakuanmu yang jahat dan
bubarkan partai Ceng thian pay !"
Begitu ucapan itu keluar dari mulutnya, suasana di puncak
gunung Tay pek hong mendadak menjadi sunyi senyap, tidak
terdengar suara sedikit pun juga.
Setelah sejenak dalam keadaan hening, dari pihak
golongan orang baik-baik, tiba-tiba terdengar suara tepuk
tangan dan seruan riuh. Semua memuji kebesaran jiwa Hong
hoat Cinjin dan tindakannya yang adil serta bijaksana.
Pat-bo Yao-ong Hian Wan Liat yang menjadi kepala dari
rombongan orang-orang golongan sesat, diam-diam juga
menganggukkan kepala. Juga merasa betapa besar jiwa
orang-orang rimba persilatan daerah Tiong goan. Dalam
hatinya diam-diam juga ia merasa kagum.
Khie Tay Cao adalah seorang tokoh golongan jahat yang
sudah terkenal kejahatan dan kebuasannya. Tetapi setelah
diperlakukan oleh Hong hoat Cinjin dengan tindakannya yang
berjiwa besar dan penuh cinta kasih antara sesama manusia,
diam-diam juga merasa malu sendiri hingga ia dima saja
sambil berdiri tepekur.

Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wakil ketua partai Ceng thian pay Thiat koan Totiang,
menampak Khie Tay Cao agaknya hendak menerima baik
usul Hong hoat Cinjin, buru-buru bangkit dari tempat duduknya
dan berkata dengan suara nyaring :
"Khie Ciangbunjin kalah atau menang adalah hal biasa.
Dalam partai Ceng thian pay masih ada banyak orang pandai
dan kuat. Tidak boleh lantaran kekalahan ini, lantas menjadi
pudar ambisimu !" Khie Tay Cao setelah mendengar ucapan Thiat koan
Totiang, benar saja hatinya menjadi goyah lagi. Ia lalu berkata
kepada Hong hoat Cinjin dengan alis berdiri :
"Ceng thian pay adalah partai gabungan dari partai Tiong
cong dan Kie lian. Khie Tay Cao tidak dapat mengambil
keputusan sendiri, sebaiknya. . . . ."
Dengan sikap masih tenang, Hong hoat Cinjin memotong
ucapannya : "Khie Ciangbunjin ada pendapat apa lagi " Silahkan
jelaskan saja !" Khie Tay Cao mengawasi orang-orang yang berdiri diluar
lapangan sejenak, kemudian berkata sambil tertawa terbahak-
bahak : "Bu tong pay dan Ceng thianpay, termasuk sahabat-
sahabat dari kedua belah pihak yang senang hati boleh
memberi bantuan tenaga. Begini, kita adakan sepuluh babak
pertandingan untuk menetapkan siapa yang menang dan
siapa yang kalah. Yang kalah rela menerima tindakan apa pun
juga dari yang menang !"
Hong hoat Cinjin dengan sinar mata tajam alihkan
pandangan matanya kepada Thiat koan Totiang, kemudian
bertanya padanya : "Thiat koan Totiang, apakah kau setuju dengan usul Khie
Ciangbunjin ini ?" Thiat koan Totiang tahu bahwa Hong hoat Cinjin hendak
mengikat dirinya dengan ucapan itu, maka ia tertawa
terbahak-bahak sekian lama kemudian berkata sambil
mengangguk-angguk : "Pinto setuju seluruhnya !"
Hong hoat Cinjin mendengar jawaban itu lalu berkata lagi
kepada Khie Tay Cao : "Kalau begitu, sekarang silahkan Khie Ciangbunjin kembali.
Pertandingan tadi anggap saja seri. Sekarang kita mulai lagi !"
Tindakan ketua Bu tong pay yang berjiwa besar itu telah
membuat Khie Tay Cao yang namanya terkenal menjadi
kehilangan muka. Maka ia tidak berani lagi mengawasi orang banyak, sambil
menundukkan kepala kembali ke dalam rombongannya.
Sementara itu Hong hoat Cinjin juga kembali ke
rombongannya dan berkata kepada tokoh-tokoh yang lainnya
sambil memberi hormat : "Partai Bu tong dahulu telah dibokong dengan tiba-tiba,
dalam keadaan tidak berjaga-jaga hingga banyak tokoh-
tokohnya yang terbinasa. Dalam waktu singkat sulit untuk
mengembalikan kekuatan tenaganya. Maka dalam
pertandingan sepuluh babak hari ini, mohon bantuan tuan-
tuan untuk membela kebenaran dan keadilan dengan bersama!"
Permintaan Hong hoat Cinjin itu dengan serentak diterima
oleh semua orang. Tiong sun Hui Kheng bahkan memuji
tindakan Hong hoat Cinjin, katanya sambil tersenyum :
"Cinjin sesungguhnya tidak kecewa menjadi pemimpin
golongan kebenaran. Tindakan Cinjin yang bijaksana tadi
menunjukkan betapa besar jiwa Cinjin. Untuk membangun
kembali partai Bu tong sebenarnya sudah tidak ada soal lagi.
Tapi karena mengingat pihak lawan ada banyak tokoh-tokoh
kuat kenamaan dari dalam dan luar negeri yang berkumpul di
puncak Tay pekhong ini, maka sewaktu kita memilih orang
untuk menghadapi mereka, masih perlu sangat hati-hati !"
"Kepandaian Tiong sun tayhiap sudah kita ketahui semua.
Maka dari itu kita masih tetap akan mengangkat sicu sebagai
pengomando. Kami semua akan mendengar dan mematuhi
setiap perintah sicu !" kata Hong hoat Cinjin sambil tertawa.
Tiong sun Seng mengawasi May Ceng Ong, Leng Biauw
Biauw dan Tang Siang Siang bergantian. Setelah mana baru
berkata sambil menggelengkan kepala :
"Mana berani aku menerima jabatan ini " Kukira saudara
May dan kedua hujin. . . . ."
Belum habis ucapannya, Hong tim Ong khek sudah tertawa
terbahak-bahak dan memotong ucapannya :
"Saudara Tiong sun tidak usah merendahkan diri. Lekaslah
kau pegang pimpinan ini. Keluarkanlah segera komandomu.
Coba kau lihat disana. Di pihak lawan sudah ada seorang
penjahat yang terkenal buas dari negara timur yang kini sudah
turun ke tengah lapangan !"
Mendengar ucapan itu, pandangan Tiong sun Seng lalu
ditujukan ke tengah lapangan. Benar saja nampak orang yang
turun di tengah lapangan waktu itu adalah seorang
berperawakan pendek. Dandanannya sangat aneh, sepasang
tangannya membawa golok yang berkilauan. Maka lalu
bertanya kepada putrinya :
"Kheng jie, orang dari pihak lawan yang turun ke tengah
lapangan itu, apakah salah satu dari tiga orang katai dari
negara timur ?" Tiong sun Hui Kheng menganggukkan kepala mengiakan
dan berkata sambil tertawa :
"Ini adalah salah satu dari tiga orang kerdil dari negara
timur yang mempunyai nama julukan golok emas. Dahulu
pernah bertempur dengan adik Siang di gunung Liok tiauw
san. Pernah patah goloknya oleh adik Siang. Mungkin ia
masih mendendam. Tapi entah dari mana lagi ia dapatkan
goloknya dan ia turun ke lapangan sebenarnya hendak
menantang siapa " Ayah harap hati-hati memilih orang untuk
menghadapinya. Ilmu goloknya si golok emas itu, dalam waktu
yang sangat singkat bisa memainkan tujuh puluh dua jurus.
Hebatnya bukan buatan !"
Hee Thian Siang yang berdiri di samping, lalu berkata
sambil tertawa : "Biar aku saja yang menghadapi, supaya kurusak lagi
goloknya !" Tiong sun Hui Kheng melirik Hee Thian Siang sejenak, lalu
katanya sambil senyum : "Adik Siang, kini setelah kau disembuhkan dengan ilmu
Siao coan lun, kekuatan tenagamu sudah jauh diatas para
ketua partai yang ada disini. Maka itu, kau merupakan
seorang tokoh tingkat tinggi. Maka harus disediakan untuk
menghadapi orang yang setimpal. Mana boleh kau gunakan
kepandaianmu cuma buat menghadapi iblis kerdil yang tidak
berarti ini ?" Tiong sun Seng yang mendengar itu, lalu bertanya sambil
tersenyum : "Kalau Kheng jie anakku sudah mengatakan begitu, apakah
kau masih mempunyai pilihan buat orang kerdil itu ?"
Dengan lekas Tiong sun Hui Kheng menyahut :
"Adik May Sin In ini, anak kira merupakan seorang yang
paling tepat. Ada pedangnya Liu yap bian sie kiam ! Dan
selain itu, ia kini sudah mendapat warisan seluruh kepandaian
ilmu Hee kouw Soan locianpwe. Untuk menundukkan seorang
seperti si golok emas itu, sudah lebih dari pada cukup !"
Mendengar putrinya berkata demkian, Tiong sun Seng
lantas menengok ke arah May Sin In, seraya katanya sambil
tersenyum : "Sin In hiantitlie, bagaimana hiantitlie capaikan diri sedikit ?"
Sewaktu Tiong sun Hui Kheng mengajukan dirinya, May
Sin In sudah merasa gembira. Dan sekarang setelah
mendapat perintah dari Tiong sun Seng, maka lalu bangkit
dari tempat duduknya. Tanpa mengatakan apa-apa, dengan
langkahnya yang lemah gemulai, mulai berjalanlah ia menuju
ke tengah lapangan. Kali ini si golok emas turun ke lapangan sebetulnya hendak
membalas sakit hati kepada Hee Thian Siang atas
kekalahannya di gunung Liok tiauw san dahulu. Tetapi
sesungguhnya terhadap seorang muda yang memiliki
kepandaian seperti Hee Thian Siang itu ia masih merasa
sedikit jeri. Selagi pikirannya masih kebat kebit, tiba-tiba tampak
seorang gadis cantik dan lemah gemulai berjalan menuju ke
arahnya. Orang-orang kedil dari negara timur kebanyakan gemar
paras elok. Kedatangan si golok emas kali ini, lebih-lebih
sudah mempersiapkan maksud jahatnya. Di dalam goloknya
itu diperlengkapi dengan pesawat rahasia yang didalamnya
disembunyikan obat mabuk. Maka begitu menampak May Sin
In turun ke lapangan, dalam hatinya diam-diam merasa girang
sebab ia pikir apabila dapat menangkap hidup-hidup gadis itu,
bukan saja dapat menggetarkan orang-orang yang ada disitu,
bahkan boleh bawa pulang ke negerinya untuk dijadikan
selirnya. Tetapi perhitungan yang muluk dari si golok emas itu belum
lagi hilang, sudah dikejutkan oleh May Sin In.
Sebab ia baru melihat sekarang, May Sin In cantik jelita
bagaikan bidadari itu, sebaliknya tidak membawa sepotong
senjatapun ditangannya. Si golok emas dalam keadaan terkejut lalu mengeluarkan
kata-kata yang tidak dapat dimengerti oleh May Sin In sambil
menunjuk goloknya yang bersinar berkilauan.
May Sin In adalah seorang wanita yang cerdik. Meskipun ia
tidak mengerti apa arti kata-kata yang diucapkan dalam
bahasa orang kerdil itu tetapi ia telah dapat menduga bahwa
si golok emas itu tentunya sedang menanyakan kepadanya
mengapa ia tidak membawa senjata.
Ketika ia sudah berada di tengah-tengah lapangan, lalu
dimasukkannya tangannya ke dalam sakunya dan
mengeluarkan pedang Liu yap bian sie kiam yang lemas dan
yang digulung bagaikan butiran lunak.
Begitu Liu yap bian sie kiam keluar dari dalam sakunya,
sudah ada dua orang dari golongan jahat yang pada
terkejut.Orang pertama yang dikejutkan oleh keluarnya
pedang itu adalah si golok emas sendiri. Ketika dalam
pertandingan di gunung Liok tiauw san bersama Hee Thian
Siang, setelah goloknya dipatahkan oleh senjata bulu burung
lima warna dari Hee Thian Siang, dengan susah payah ia baru
berhasil mendapatkan kembali sebilah golok yang bagus,
bahkan sudah diperlengkapi dengan pesawat rahasia yang
mengandung bisa. Tapi kini ketika menampak Hok Sin In
mengeluarkan sebilah pedang yang kecil mungil dan bisa
digulung, bagaimana kalau ia tidak lantas terkejut dan jadi
waspada " Orang kedua yang dikejutkan oleh pedang itu ialah Khong
khong Hweshio. Dia yang melihat May Sin In mengeluarkan
pedang Liu yap bian sie kiam secara tiba-tiba, dengan
sendirinya merasa heran. Maka buru-buru
masukkantangannya ke dalam sakunya sendiri.
Baru tahu bahwa semuabarang dalam sakunya sudah
lenyap tanpa terasa sama sekali olehnya.
Khong khong Hweshio begitu mengetahui kehilangan
barang-barangnya, orang-orang yang lainnya seperti Siang
Biauw Yan, Bo Cu Keng juga segera mengetahui bahwa
barang-barang di dalam saku mereka sudah hilang semua.
Tetapi Bo Cu Keng sebaliknya memperlihatkan tertawa
dinginnya dan pesan kepada Siang Biauw Yan serta Khong
khong Hweshio supaya tenang-tenang saja, jangan ribut-ribut.
Si golok emas semula masih pandang ringan May Sin In
karena dianggapnya hanya seorang gadis biasa yang lemah.
Tetapi setelah melihat senjatanya yang aneh itu, sebaliknya ia
kini malah berlaku waspada betul-betul.
Ilmu goloknya yang paling dibanggakan ialah tujuh puluh
dua jurus ilmu golok angin puyuh. Dahulu sewaktu ia
bertempur dengan Hee Thian Siang, selagi hendak
mempertunjukkan keahliannya itu, goloknya lebih dahulu
sudah dirusak oleh senjata Hee Thian Siang yang hanya
berupa bulu burun saja. Maka kali ini ia sudah mengambil
keputusan tidak akan mengulangi kesalahan seperti
itu lagi. Begitu May Sin In mengeluarkan pedangnya, ia
segera mengeluarkan suara seruan aneh, kemudian goloknya
bergerak. Lebih dulu membuka serangannya dengan ilmu goloknya
yang sangat terkenal di negerinya.
Ilmu golok semacam itu, di dalam pandangan mata orang-
orang rimba persilatan daerah Tiong goan, tidak menunjukkan
apa-apanya yang aneh. Hanya dalam hal kecepatan saja yang
memang patut di puji. Si golok emas yang memainkan
goloknya dengan sepenuh tenaga, ditambah lagi dengan
suara teriak-teriakannya yang aneh, dalam waktu sekejap saja
sudah melancarkan tujuh kali serangan kepada May Sin In,
tampaknya memang sangat tenang.
May Sin In yang baru pertama kali menghadapi lawan dari
luar negeri itu, maka ia belum tahu keadaan musuhnya.
Dengan sendirinya tidak berani bertindak sembarangan. Ia
hanya mengandalkan ilmunya meringankan tubuh yang sudah
mahir sekali. Di bawah serangan gencar dari si golok emas,
tubuhnya berkelebatan bagaikan kupu-kupu diantara bunga-
bunga, gerakannya tampak sangat indah sekali.
Oleh karena ia masih belum dapat meraba ilmu golok si
golok emas itu maka dalam babak permulaan selama tiga
empat puluh jurus itu, ia masih tetap dengan caranya semula,
hanya mengelakkan saja setiap serangan musuhnya. Di tilik
dari keadaan ini, memang tampaknya penuh bahaya dan
justru hal tersebut mengawatirkan sekali kepada Hee Thian
Siang. Tetapi setelah si golok emas melancarkan serangannya
hampir separuh dari ilmu goloknya itu, May Sin In sudah
mengetahui bahwa ilmu golok si golok emas itu kecuali cepat
dan ganas dalam keindahan dan kehebatannya, masih kalah
dari ilmu pedang golongan Tiong goan.
Ketika mendekati hampir habisnya ilmu golok si golok
emas, May Sin In baru mulai bertindak. Ia kini dari kedudukan
defensive berbalik menjadi ovensive. Ia menggunakan ilmu
pedangnya dari golongan Ngo bie pay.
Gerak tipu-gerak tipu yang terampuh dalam ilmu
pedangnya, dalam waktu sekejap mata sudah digunakan
semua hingga tubuh si golok emas kini tampak terkurung oleh
sinar pedang yang berkilauan.


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

May Sin In pada waktu belakang-belakangan ini banyak
sekali perobahannya. Ia telah mendapat warisan dari Hee
kouw Soan, maka kepandaian ilmu silatnya mendapat
kemajuan sangat pesat. Kalau dibandingkan dengan
keadaannya dahulu, sudah seperti lain orang saja.
Gerak tipu-gerak tipu ilmu pedang perguruannya yang
dipergunakan May Sin In tadi benar-benar mengagumkan.
Saudara-saudara seperguruannya seperti Seng Siu cie, Siu
pan To kow dan Siu lang To kow, mereka tahu bahwa selama
perpisahan itu, adik seperguruannya tentu telah mendapat
kemajuan yang sangat pesat sehingga sudah dapat
mengimbangi kepandaian sucienya ialah ketua Ngo bie pay
Hian Hian Sian lo. Si golok emas yang dicecar dengan serangan-serangan
demikian gencar, benar saja menjadi kerepotanjuga. Apalagi
ia mengetahui benar serangan-serangan gadis itu selain
hebat, di dalamnya juga terkandung perobahan-perobahan
yang terlalu banyak dan cukup rumit yang sulit di duga
kemana tujuannya.Maka ia lalu mengeluarkan ilmunya yang
istimewa dari dalam negerinya yang khusus digunakan untuk
meloloskan diri dari kepungan lawan. Dengan menggunakan
ilmunya itu ternyata ia telah berhasil meloloskan diri dari
kurungan sinar pedang May Sin In.
May Sin In tidak membiarkan lawannya itu melarikan diri. Ia
terus mengejar, sedang pedang Liu yap bian sie kiamnya
digunakan untuk menikam dada si golok emas.
Pada serangannya kali ini, ia menggunakan pelajaran yang
ia dapat dari Hee kouw Soan yang merupakan salah satu
gerakan terampuh dari ilmunya Hee kouw Soan.
Si golok emas sebenarnya juga merupakan salah seorang
pandai yang sudah terkenal namanya di dalam dan diluar
negeri. Tetapi sewaktu hendak mengelak dan balas
menyerang, tiba-tiba ia melihat bahwa gerakan serangan May
Sin In yang dilakukan seperti lambat itu sesungguhnya ada
mengandung kekuatan tenaga sangat hebat, tempat-tempat
sejauh satu tombak lebih ternyata sudah terkurung oleh sinar
pedang. Dalam keadaan terkejut, ia terpaksa mengeluarkan
kepandaiannya yang lain lagi. Tangannya memegangi golok,
ia berdiri tegak bagaikan patung, goloknya ditujukan kepada
pedang May Sin In yang pendek dan lemas itu, maksudnya
hendak diadu dengan kekerasan.
May Sin In tertawa dingin, diam-diam sudah mengerahkan
lebih banyak kekuatan tenaga dalamnya hingga sebilah
pedang kenamaan dari daerah Tiong goan lantas beradu di
tengah udara dengan golok si golok emas dari negara timur.
Kedua senjata itu kini menempel menjadi satu, tetapi tidak
terdengar suara beradunya senjata tajam.
Si golok emas yang bermaksud dan bertekad hendak
menjatuhkan pedang May Sin In dengan suatu getaran yang
menggunakan tenaga dalam tetapi sampai sekarang tidak
berhasil juga menjatuhkan pedang ditangan lawannya.
Sebaliknya malah goloknya sendiri yang sudah ditempel oleh
ujung pedan May Sin In hingga tidak bisa melepaskan diri lagi.
May Sin In diam-diam mengerahkan lebih banyak lagi
tenaga dalamnya, pedang Liu yap bian sie kiam yang lemas
telah berubah menjadi keras, mematahkan setiap serangan si
golok emas. Pedang warisan Tay piat Siangjin ini yang kini merupakan
salah satu benda pusaka dalam rimba persilatan daerah Tiong
goan, benar-benar jauh lebih unggul dari pada golok buatan
negara timur yang terbuat dari baja seluruhnya. Setelah
memperdengarkan suara nyaring yang hebat, golok ditangan
si golok emas telah terjatuh. Hanya gagangnya saja yang
masih tergenggam dalam tangannya.
Si golok emas membanting kaki sambil menghela napas.
Sementara May Sinn In kembali sudah memperdengarkan
suara tertawanya dan pedang Liu yap bian sie kiam
ditangannya saat itu juga sudah bergerak menotok jalan darah
di depan dada si golok emas.
Pedang Liu yap bian sie kiam merupakan barang pusaka
dalam rimba persilatan yang dapat digunakan untuk
menembusi barang keras atau mematahkan segala benda
logam yang bagaimana pun kerasnya. Menurut aturan si golok
emas seharusnya yang ditotok demikian pasti akan rubuh
tidak ampun lagi. Akan tetapi hal-hal diatas dunia ini kadang kala bisa saja
terjadi perobahan yang tidak diduga-duga dari semula.
Manakala ujung pedang Liu yap bian sie kiam sudha menotok
depan dada si golok emas, orang kerdil dari timur itu ternyata
mengerutkan alisnya, namun masih berdiri tegak. Sedangkan
yang jatuh ditanah adalah May Sin In sendiri.
Kiranya si golok emas setelah mengetahui kehebatan
serangan May Sin In, ia tahu tidak bakalan dapat melawan
perempuan ini dengan kekerasan. Ia pun tahu pula bahwa
orang-orang rimba persilatan daerah Tiong goan sulit sekali
ditandingi. Maka sebelum turun ke lapangan hari itu, ia sudah
memakai rompi sisik naga pelindung jalan darah yang dahulu
ia dapat curi di gunung Kie lian.
Rompi itu digunakan untuk penjaga keselamatan dirinya
pada bagian-bagian jalan darah tertentu.
Maka ketika ujung pedang May Sin In menotok jalan darah
di depan dada si golok emas, tidak dapat menembusi rompi
sisik naga pelindung jalan darah itu. Sebaliknya karena kedua
pihak terpisah terlalu dekat sehingga ia sendiri yang tertipu
oleh akal muslihat si golok emas yang menggunakan obat bius yang bisa bikin
mabuk orang hingga May Sin In pada saat itu juga sudah jatuh
rubuh di tanah. Begitu ia rubuh ditanah, dua sosok bayangan orang sudah
keluar dari rombongan kedua pihak, turun ke tengah
lapangan. Satu ialah pelindung hukum Ceng thian pay, Pek-
kut Sian-cu dan yang lain ialah ibu kandung May Sin In, Kiu-
thian Mo lie Tang Siang Siang.
Tang Siang Siang secepat kilat menyambar tubuh puterinya
yang sudah dalam keadaan tidak ingat diri dan lantas
memungut pedang Liu yap bian sie kiamnya yang terlempar
ke tanah, kemudian dengan wajah dan sikap dingin, bertanya
kepada Pek-kut Sian-cu : "Bagaimana keputusan pertandingan ini ?"
"Dalam medan pertempuran tidak ada larangan
menggunakan segala tipu muslihat. Barang siapa yang agak
lengah, sudah pasti akan menjadi pecundang !" jawab Pek-kut
Sian-cu sambil tertawa. Tang Siang Siang yang mendengar jawaban itu
perdengarkan suara tertawa dinginnya, sepasang alisnya
tampak berdiri, sedang Pek-kut Sian-cu lalu berkata lagi :
"Si golok emas lebih dulu terkutung senjatanya dan
kemudian disusul oleh rubuhnya nona May oleh karena
kelalaian sendiri. Maka sulit sekali untuk mengambil
keputusan. Dari pada susah-susah memikir, pertandingan ini
lebih baik kita anggap seri saja biar adil !"
Tang Siang Siang menganggukkan kepala dan berkata :
"Baiklah kita hitung seri saja. Tunggu aku mengantar dulu
anakku kembali ke rombongan, sebentar akan kuminta Sian-
cu supaya suka memberi sedikit pelajaran padaku. Bagaimana?"
"Tang toyu dahulu adalah bekas anggota menjabat sebagai
pelindung hukum partai Ceng thian pay dan aku adalah
pelindung hukum partai itu yang sekarang. Kalau kita
mengadu kepandaian, merupakan suatu pertandingan
kepandaian antara anggota pelindung hukum. Hal ini
sebetulnya sangat unik sekali !: kata Pek-kut Sian-cu sambil
tertawa. Tang Siang Siang tidak mengetahui sambil tertawa dingin
memondong Hok Sin In balik kembali ke rombongannya dan
minta Say han kong supaya menghilangkan racun obat mabok
dari golok si golok emas yang menyerang anaknya.
Tiong sun Seng diam-diam berkata kepada Tang Siang
Siang dengan suara perlahan :
"Kepandaian dan kekuatan tenaga Pek-kut Sian-cu sudah
mencapai taraf tidak ada taranya. Aku tahu ilmu kepandaian
hujin juga sangat hebat. Hanya ada satu yang kuharap, jangan
hujin sampai lengah !"
Tang Siang Siang tahu maksud Tiong sun Seng hanya
khawatir kejadian yang menimpa diri puterinya berulang lagi.
Maka ia lalu mengangguk sambil tersenyum. Kemudian turun
ke lapangan dengan jalan lambat-lambat, bertanya kepada
Pek-kut Sian-cu : "Sian-cu pikir hendak bertanding dengan cara bagaimana "
Mengadu ilmu meringankan tubuh ataukah kekuatan tenaga
dalam " Atau senjata tajam dan senjata rahasia ?"
Semula karena Pek-kut Sian-cu menganggap Tang Siang
Siang meluap emosinya pasti tidak dapat mengendalikan
pikirannya. Dianggapnya itu ada kesempatan baik untuk emndapat
kemenangan. Akan tetapi kini ketika ia melihat Tang Siang
Siang datang lagi dengan sangat tenang, diam-diam juga
terkejut. Maka ia tidak berani mengharapkan kemenangannya
lagi. Jawabnya sambil tersenyum :
"Dengan orang-orang seperti Tang toyu dan aku ini yang
semuanya sudah berusia lanjut dan barangkali tidak tepat
untuk mengadu kepandaian meringakan tubuh, senjata tajam
atau senjata rahasia !"
"Jadi Sian-cu menghendaki bertanding dengan ilmu Hian
kang ?" tanya Tang Siang Siang.
"Setelah pertandingan di puncak Tay pek hong ini berakhir,
sekalipun kita mungkin lolos dari bahaya maut, barangkali juga
sulit untuk bertemu lagi ! Maka apa salahnya kalau kita
mengadakan suatu pertandingan yang lain dari pada yang lain
untuk meninggalkan sedikit kenang-kenangan buat kaum
muda di kemudian hari !" kata Pek-kut Sian-cu sambil
menganggukkan kepala dan tertawa.
"Pada kesempatan ini, usul Sian-cu sebenarnya bagus
sekali. Ingin sekali aku mendengar kau menyebutkan cara-
cara pertandingan yang kau bilang sangat istimewa itu."
Pek-kut Sian-cu yang agaknya sudah mempunyai rencana
yang cukup masak lalu sambil tersenyum berkata lambat-
lambat : "Kupikir hendak mengadu kekuatan ilmu Hian kang
menurut emat macam kegemaran manusia hidup ialah Arak,
Paras, Harta dan kedudukan !"
Bukan kepalang terkejutnya Tang Siang Siang mendengar
usul itu. Ia pikir usul lawannya itu sesungguhnya memang
benar terlalu luar biasa, terutama pertandingan paras, entah
bagaimana harus diadakan.
Meskipun dalam hatinya terkejut, tetapi sikapnya masih
tampak tenang-tenang saja, katanya sambil tersenyum :
"Arak adalah barang beracun yang dapat menghancurkan
usus, paras adalah barang yang bagaikan golok baja yang
dapat mematahkan tulang, harta adalah jebakan yang dapat
menghancurkan manusia, kedudukan adalah bibit dari segala
bencana. Manusia yang hidup di dunia yang fana ini tiada yang tidak
lepas dari empat tunggal ini. Sian-cu sesungguhnya sangat
cerdik, benar-benar luar biasa !"
Pek-kut Sian-cu tersenyum mendengar kata-kata pujian
Tang Siang Siang lalu berpaling dan berkata kepada salah
seorang anak murid Ceng thian pay yang berdiri di tepi
lapangan. "Kalian pergi mengambil dua guci arak yang
masing-masing berisi sepuluh kati arak !"
Arak yang memang banyak disitu yang tadinya disediakan
untuk menjamu tamu-tamu, dalam waktu sekejap mata sudah
ditaruh ditengah lapangan menurut pesanan.
Pek-kut Sian-cu memandang orang-orang disekitarnya
sejenak, kemudian berkata sambil tertawa nyaring :
"Diantara tuan-tuan sekalian yang hadir disini, siapakah
yang merupakan ahli kenamaan dalam menggunakan racun ?"
Hee Thian Siang bangkit berkata sambil menunjuk padri
beracun Khong khong Hweshio :
"Menurut apa yang aku tahu adalah padri berbisa Khong
khong Hweshio ini yang merupakan ahli paling mahir dalam
segala racun !" Pek-kut Sian-cu alihkan pandangan matanya kepada
Khong khong Hweshio, lalu berkata sambil tersenyum :
"Khong khong Hweshio, harap berikan sedikit racunmu
yang paling keras untuk dicampurkan ke dalam arak ini !"
Khong khong Hweshio diam saja. Ia melemparkan sebuah
bungkusan kertas berwarna putih ke tengah lapangan.
Pek-kut Sian-cu mencampurkan bubuk beracun itu ke
dalam dua guci araknya. Setelah itu ia bertanya kepada
Khong khong Hweshio : "Khong khong taysu, sampai dimana kekuatan racun ini
setelah dimasukkan rata ke dalam dua guci arak ini ?"
Ditanya demikian Khong khong Hweshio terpaksa
menjawab dengan terus terang :
"Ini adalah racun yang paling keras. Satu bungkus sudah
cukup untuk membinasakan sepuluh jiwa manusia. Apalagi
kalau dicampurkan dalam arak, khasiatnya jauh lebih keras
lagi. Barangkali begitu menempel di bibir, orang yang
minumnya akan mati kojor seketika.
Semua orang yang ada disitu, ketika mendengar
keterangan itu pada terkejut.
Tetapi Pek-kut Sian-cu sebaliknya tidak. Ia berkata sambil
menunjuk dua guci arak beracun itu :
"Tempat ini terletak di daerah pegunungan Cong lam
tertinggi. Waktunya adalah pertengahan bulan delapan. Ini
merupakan hari baik bulan baik. Sedangkan orang-orang yang
hadir disini, semua adalah jago-jago rimba persilatan dalam
dan luar negeri. Di tempat dan waktu yang baik ini, sebelum
benar-benar mati keracunan, kita juga harus sama-sama
minum sampai kering. Apakah kita masing-masing bisa
menghabiskan seguci arak ini untuk memperingati pertemuan
kita hari ini ?" Tang Siang Siang sudah tentu tidak mau menunjukkan
kelemahannya, dengan sikap tenagn ia menjawab sambil
menganggukkan kepala dan tertawa :
"Kita sebagai manusia sebenarnya bisa bertahan hidup
sampai berapa lama " Usul Sian-cu ini sangat baik sekali.
Tetapi, sepuluh kati arak beracun ini belum tentu bisa
memuaskan buat kita !"


Makam Bunga Mawar Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pek-kut Sian-cu tersenyum. Bersama-sama Tang Siang
Siang matanya mengawasi dua guci arak. Tidak terlihat
tindakan apa yang dilakukan oleh mereka, arak beracun di
dalam guci itu lantas berubah menjadi pancuran air, melesat
tinggi ke tengah udara kemudian masuk ke dalam mulut dua
orang wanita tadi. Sesaat kemudian guci itu sudah kosong melompong. Tetapi
anehnya, jangankan mereka itu berdua hancur usus-usunya
seperti apa yang digambarkan oleh Khong khong Hweshio
dengan kata-katanya, baik Pek-kut Sian-cu maupun Tang
Siang Siang, wajah mereka sedikit pun menunjukkan tanda-
tanda mabuk arak. Di antara semua orang yang berada di puncak Tay pek
hong itu, yang paling terkejut adalah Khong khong Hweshio.
Sebab ia tahu benar sampai dimana keras dan ganasnya
racun buatannya itu. apalagi kedua jago wanita tadi sudah
mencampurkan bubuk beracunnya ke dalam arak dan
sekaligus minum kering arak yang sepuluh kati itu. Namun
mengapa sedikit pun tidak menunjukkan tanda-tanda aneh "
Berapa tinggi sebenarnya kekuatan tenaga dalam mereka
sehingga mampu menolak bekerjanya racun yang sangat
keras " Sesungguhnya tidak dapat dipikirkan.
Karena dua guci arak berbisa itu sudah habis, Pek-kut
Sian-cu lalu berkata pula kepada Tang Siang Siang :
"Dalam pertandingan pertama dengan arak ini, kedua pihak
tidak ada yang kalah dan menang. Sekarang kita boleh segera
dilakukan pertandingan dengan paras !"
Tang Siang Siang sejak tadi belum dapat memikirkan
bagaimana sebetulnya pertandingan paras itu. Maka ia lalu
bertanya : "Sia-cu pikir bagaimana mengadakan pertandingan ini ?"
"Tang toyu, kau dan ku sama-sama sudah lanjut usianya.
Usia remaja kita sudah lama meninggalkan kita. Sekarang
semua sudah merupakan nenek-nenek yang rambutnya sudah
berwarna dua. Cuma baik rasanya kalau dalam kesempatan
ini kita menggunakan latihan beberapa puluh tahun yang
dilakukan dengan susah payah itu, kita bikin balik jalannya
waktu." Tang Siang Siang lantas mengerti, lalu katanya :
"Ouw ! Kiranya Sian-cu pikir untuk sementara hendak
mengembalikan wajah-wajah asli kita yang pernah kita miliki
beberapa puluh tahun berselang " Bukankah begitu ?"
"Penghidupan manusia adalah seperti mimpi. Setelah
mimpi ini kita mengenangkan kembali apa yang sudah lalu.
Hanya sayang, sekalipun kita dapat mengandalkan ilmu Hian kang kita, kita
dapat membuat keriput-keriput di wajah kita lenyap dan
rambut-rambut putih di kepala kita berbalik menjadi hitam lagi.
Tetapi itu semua hanya untuk sementara waktu saja, tidak
tahan lama !" Tang Siang Siang lantas menimpali Pek-kut Sian-cu sambil
menghela napas : "Wajah kita sudah keriputan, rambut putih seolah-olah
mendorong manusia mendekati lubang kubur. Tetapi, apabila
kita dapat menggunakan kepandaian yang kita pelajari dan
latih selama berpuluh tahun lamanya, bukan untuk mencari
dan berebut harta dan kedudukan semata, mungkin kita masih
dapat melawan takdir sehingga kita dapat tetap hidup hingga
seratus tahun lebih dalam keadaan baik !"
Beberapa patah kata itu agaknya menarik perhatian Pek-
kut Sian-cu yang mendengarkan. Tetapi dia hanya
mengangguk-anggukkan kepalanya saja. Lalu bersama Tang
Siang-Siang tanpa banyak bicara lagi keduanya duduk bersila
untuk semedi di tempatnya masing-masing.
Hendak menggunakan kekuatan tenaga dalam untuk
memutar balik jalannya waktu hingga dalam waktu semetara
memulihkan kembali wajah-wajah dan keadaan mereka pada
beberapa puluh tahun berselang, sesungguhnya merupakan
suatu tindakan yang belum pernah terdengar di dalam cerita
Hong Lui Bun 4 Mencari Bende Mataram Lanjutan Bende Mataram Karya Herman Pratikto Rahasia Istana Terlarang 10
^