Pendekar Bloon 24
Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 24
Dan karena lawan menggunakan tangan kosong, Hoa Sin
pun tak mau memakai tongkat penggebuk anjing atau Bakkau-
pangnya yang terkenal. Jurus Noh-eng-tham-cu atau Garuda-marah- menerkammutiara
yang dilancarkan pengawal Baju Putih itu bertujuan
untuk menerkam kedua biji mata Hoa Sin. Ketua Kay-pang itu
tahu bagaimana keganasan dari jurus yang dimainkan lawan.
Cepat ia lontarkan hantaman seraya loncat mundur.
Pukulan yang dilontarkan Hoa Sin itu menggunakan enamtujuh
bagian tenaganya tetapi betapakah kejutnya ketika
dilihatnya pengawal Baju Putih itu tetap menerjang maju
dengan ulurkan kedua tangannya ke muka.
Hoa Sin terpaksa menghindar ke samping. Dengan sebuah
gerak yang cepat ia gunakan jurus Thui-jong-ong-gwat atau
mendorong-jendela-memandang-rembulan. Kedua tangannya
didorong serempak kearah lambung lawan.
Tetapi pengawal Baju Putih itu tiba2 berputar tubuh.
Dengan indah sekali, kedua tangan Hoa Sin dapat dihindari
dan tak kurang cepatnya segera ia balas menerkam tangan
Hoa Sin dengan jurus Hui-eng sian-ke atau Garuda-terbangmenggondol-
ayam. Menghadapi gerak perobahan dari lawan, Hoa Sin gunakan
jurus Yap-mi-hun jong atau Kuda-liar membagi bulu suri.
Kedua tangan direntang. setelah cengkeraman pengawal Baju
Putih masuk segera ia mengatupkan tangannya untuk
menerkam. Tetapi alangkah kejut Hoa Sin ketika gerakannya yang
dilakukan dengan kecepatan tinggi itu tetap menerkam angin
karena lawan dengan mudah telah mengendapkan kedua
cakarnya dan tangan ditusukkan ke perut Hoa Sin.
Jarak amat dekat sekali. Jalan satu-satunya bagi ketua Kaypang
hanyalah miringkan tubuhnya kemudian, dengan sebelah
tangan ia menghantam dada lawan. Plak .... pengawal Baju
Putih itu tergetar mundur tetapi kedua kakinya tetap berdiri
ditempatnya. Sedang Hoa Sin terpaksa harus loncat
menyingkir. Ketika memeriksa bajunya ternyata terdapat lima
buah lubang kecil bekas tusukan kuku jari lawan.
"Siapakah gerangan tokoh Eng jiau-kiau ini " masih Hoa Sin
melanjutkan pertanyaannya dalam hati. Walaupun pukulannya
tadi hanya menggunakan lima bagian tenaganya, tetapi
tidaklah sembarang jago silat mampu menerimanya. Pengawal
Baju Putih itu hanya tergetar ke belakag tetapi tetap tak
berkisar dari tempatnya. Sesaat berobahlah airmuka ketua Kay-pang ketika teringat
akan seorang tokoh dalam dunia persilatan yang sudah lama
menghilang tiada beritanya.
Dunia persilatan pernah mengenal seorang tokoh dari gurun
Gobi yang pernah pada beberapuluh tahun menggemparkan
dunia persilatan Tiong-goan. Dia memiliki ilmusilat Eng-jiaukang
tetapi ilmu itu sedikit berbeda dengan ilmu Eng-jiau-kang
yang terdapat di dunia persilatan Tiong goan. Tokoh itu
bernama Hong tian-sin-eng atau Garuda sakti-gila. Kuku2
kesepuluh jarinya panjang tetapi dapat dijulurkan lurus keras,
dilipat dan disurutkan menurut sekehendak hatinya. Dan yang
lebih ganjil pula. kuku2 jarinya itu mengandung racun,
Jangankan tercengkeram, bahkan tergurat sedikit saja oleh
kukunya, bagian anggauta badan lawan yang terkena guratan
itu tentu akan kaku tak dapat digerakkan lagi.
Hoa Sin untung masih sempat menghindar, sehingga
perutnya tak sampai rusak. Namun lubang pada bajunya itu
cukup membuat ketua Kay-pang malu dan naik pitam. Ia
hendak maju menyerang! "Hoa, pangcu, aku saja yang menghadapi," tiba2 Blo'on
berseru terus mendahului melangkah kehadapan Hong -tiansin-
eng. Pengawal Baju Patih itupun tak mau banyak bicara. Siapa
saja yang maju, ia tak peduli. Pokoknya akan diserangnya
sampai hancur. Melihat seorang pemuda gundul, ia terus saja
loncat menerkam, sepuluh kuku jarinya menekuk macam kuku
garuda hendak mencengkeram korban. Sekali buka serangan
ia gunakan jurus Sin-eng-can-jiau atau Garuda sakti menebarcakar.
Sedemikian hebat dan ketat gerakan kesepuluh jari
Hong-tian-sin-eng sehingga Blo'on seolah dikelilingi oleh pagar
kuku runcing. Blo'on terkejut dan ngeri melihat jari2 yang menyeramkan
itu. Rasa kaget, telah mendebar semangatnya sehingga
darahnya bergejolak keras. Dan seketika mengembanglah
tenaga-dalam Ji ih-sin-kang yang istimewa. Ia tak menyadari
akan tenaga dalam aneh yang dimilikinya itu. Hanya karena
suatu gerak reflek hendak diterkam, ia segera merontak,
menjejakkan kaki ke tanah dan tahu2 tubuhnya meluncur
seperti anakpanah dilepas ke udara.
Pengawal Baja Putih itu terkejut sekali karena terkamannya
yang hampir mengenai itu tiba2 hanya menerkam angin.
Sedangkan Blo'on ketika diudara baru gelagapan sendiri. Ia
tak nyana kalau dirinya mampu melambung sampai dua
tombak ke udara. Memandang ke bawah dilihatnya pengawal
Baju Putih itu sedang mencengkeram ke tempatnya yang
sudah kosong tadi. Seketika timbul kemarahan Blo'on, ia
hendak meluncur turun menginjak kepala orang itu. Tetapi ia
tak tahu bagaimana caranya supaya dapat meluncur cepat.
Ji-ih-sin-kang memang aneh luar biasa. Apalagi jalandarah
Seng-si-hian-kwan dalam tubuh Blo'on sudah tertembus. Tak
perlu bergerak, cukup pikirannya menghendaki saja, tahu2
tubuhnya sudah meluncur seperti yang dikehendaki.
Ji ih sin-kang yang dimiliki Blo'on memang cukup
digerakkan dengan angan2 atau pikiran saja. Keanehan itu
mungkin hanya dapat terjadi pada diri Blo'on yang penuh
dengan beberapa tenaga dalam yang aneh, buah cian- hanhay-
te-som dan lain2 hal yang tak mungkin dialami orang lain.
Demikianlah setelah meluncur kebawah dalam kecepatan
yang tinggi, kaki Blo'on hinggap diatas kepala Hong-tiang-sineng.
Pengawal Baju Putih itu terkejut sekali. Cepat ia menarik
kedua tangannya untuk mencengkeram kaki dialas kepalanya.
Tetapi ah, hanya angin yang diterkam. Dan ketika baru saja ia
menarik kedua tangannya turun, kepalanya sudah diinjak
Blo'on lagi. Bahkan kali ini Blo'on menginjak keras hingga
tubuh pengawai Baju Putih itu mengendap kebawah, krak....
Blo'on loncat turun. Sekalian orang terkejut menyaksikan apa yang terjadi.
Pengawal Baja Putih itu kepalanya lunglai rebah keatas
bahunya seperti orang tengeng. Ternyata pijakan Blo'on telah
meremukkan tulang lehernya. Jika bukan dia yang mempunyai
daya-tahan hebat, tentulah sudah mati. Tetapi Hon-tian sin
eng memang hebat. Tadipun pukulan ketua Kay pang hanya
mampu merebahkan tubuhnya ke belakang Dan sekarang
walaupun tulang lehernya sudah remuk dia masih dapat
bertahan walaupun kepalanya terkulai kesamping pada
bahunya. Pengawal Baju Putih memang gila benar. Walaupun sudah
menderita luka begitu rupa, namun ia masih kuat melanjutkan
serangannya. Bahkan karena marah, serangannyapun makin
ganas dan kalap. Blo'on kesima. Pertama, ia merasa kasihan juga melihat
leher orang itu. Dan kedua, iapun terlongong karena orang itu
masih dapat melancarkan serangannya. Hanya sedetik ia
terlongong tapi cukup sudah bagi seorang tokoh macam Hoantian-
sin-eng untuk menerkam dada Blo'on.
"Hukkk ..." Blo'on mengukuk kaget. Lebih kaget lagi ketika
ia rasakan dadanya seperti ditusuk pisau runcing.
Telah dikatakan berulang kali, ji-ih-sin-kang yang dimiliki
Blo'on itu memang aneh sekali. Apalagi kalau dia marah atau
terkejut, seketika tenaga-dalam aneh itu terus memancar
keluar menurut ke hendak hati Blo'on. Rasa sakit pada dada,
telah membuat Blo'on marah dan ingin membalas rasa sakit
itu. Dan Ji-ih-sin-kangpun memancar .....
Krek, krek ..... terdengar bunyi bergemeretukan ketika
kesepuluh jari pengawal Baju Putih yang menancap pada dada
Blo on itu pecah dan patah, semua. Dan lebih gila lagi, Ji ihsin-
kang itu masih melanjutkan menembus, jari2 pengawal
Baju Putih, mengalir ke lengan lalu terakhir menggempur
jantung. Pengawal Baju Putih itu menjerit ngeri ketika tubuhnya
terpelanting rubuh ke belakang. Mulut mengalirkan darah,
mata meram nyawa amblas. "Suko !" teriak Sian-Li seraya lari menghampiri dengan
cemas "apakah suko terluka " Mengapa dada bajumu
berlumuran darah hitam ?"
Blo"on menunduk memandang dadanya. Ah memang benar
dada bajunya telah berlumuran darah warna hitam.
"Apakah engkau terluka. suko?" ulang Sian-Li.
Blo'on gelengkan kepala : "Tidak. Tadi memang terasa sakit
karena dadanya dicengkeram kuku orang itu yang runcing.
Tetapi pada saat rasa sakit itupun sudah hilang."
"Ah, masakan ?" kata Sian-Li. "cobalah engkau periksa
dadamu, suko" Blo'on menurut. Ternyata pada dadanya terdapat beberapa
bekas lubang. Darah hitam itu mengalir dari lubang2 itu yang
saat itu sudah kering. Hoa Sin yang menghampiri dan melihat luka itu serentak
berobah airmukanya : "Kim kongcu engkau terkena kuku
beracun. Tentulah kuku2 dari pengawal Baju Putih itu
mengandung racun. "Bagai manakah rasa tubuhmu ?"
"Tidak apa2" jawab Blo'on.
"Cobalah engkau bernapas," pinta Hoa Sin. Dan Blo'onpun
melakukannya. "Tak apa2" katanya tersenyum.
Hoa Sin terlongong, jelas diketahuinya bahwa lubang2 kecil
pada dada Blo"on itu bekas cengkeraman kuku dan karena
warnanya hitam, tentulah kuku itu beracun. Menilik
kepandaian pengawal Baju Putih itu tentulah racun yang
digunakannya itu ganas sekali. Tetapi mengapa Blo'on tak
apa2. Jika ketua Kay-pang itu heran memang tak mengherankan
karena ia tak tahu bahwa Blo'on telah makan buah ajaib cian-
Iiau-hay-te-som dan memiliki tenaga-dalam aneh Ji-ih-sinkang.
Karena merasa sakit ia ingin menghapusnya dan
memancarlah tenaga-dalam Ji-jh-sin-kang, mematahkan
kuku2 jari pengawal Baju Putih dan menghalau keluar racun
yang hendak menyusup kedalam dadanya.
"Mengapa Hoa pangeu ?" tegur Blo"on.
"Baru pertama kali ini aku melihat seorang yang tak
mempan racun seperti kongcu. Apakah engkau mempunyai
ilmu untuk menolak racun?" tanya Hoa Sin.
Blo'on gelengkan kepala. "Wah, aku tak kira kalau Kim kongcu memiliki ilmu
kepandaian yang luar biasa saktinya. Pengawal Baju Putih itu
ganas dan sakti, jika tak ada kongcu. sukar untuk mengatasi
orang itu," Hoa Sin memuji.
"Ah, janganlah Hoa pangcu memuji" kata Blo'on
"Memang benar, kongcu." kata Hoa Sin dengan nada
bersungguh, "ilmu meringankan tubuh yang kongcu tunjukkan
tadi. benar2 luar biasa. Mungkin belum tentu jago kelas satu
mampu menandingi kepandaianmu. Darimanakah engkau
memperoleh kepandaian sakti itu ?"
Blo'on gelengkan kepala ; "Aku tidak mempunyai guru."
"Ha, ha," Hoa Sin tertawa, "tak apalah, mungkin suhumu
melarang engkau jangan mengatakan namanya kepada
orang." "Sama sekali tidak,"' seru Blo'on, "suhuku itu bernama
tetapi entah apa namanya. Setiap orang tentu mempunyai".
Ketua Kav-pang tahu bahwa putera dari Kim Thian Cong itu
memang berwatak aneh dan pikirannya aneh. Tetapi apa yang
dilihatnya saat itu, menimbulkan kesan lain. Dalam sikapnya
yang Blo"on, ia melihat suatu cahaya kewibawaan. Dalam
kebodohannya, ia melihat suatu kejujuran yang polos. Tak
bisa ilmusilat tetapi sakti. Tak punya guru tetapi memiliki ilmu
silat tinggi. Dalam hal wajah, sesungguhnya Blo"on memiliki
ketampanan yang mempunyai sifat menarik. Tak kalah dengan
ayahnya, Kim Thian Cong. "Siapakah nama suhumu itu ?" tanyanya.
"Pengalaman dan kehidupan," sahut Blo'on. ia garuk2
kepala, "sesungguhnya aku jemu dengan kehidupan. Aku
melarikan diri. Tetapi aku selalu dikejar-kejar hidup. Berulang
kali aku sebenarnya harus mati, tetapi tetap diharuskan hidup.
Aku pernah dikepung gembong2 Hoa san-pay, aku pernah
dikeroyok paderi2 Siau-lim-si, aku pernah dicium harimau, aku
pernah jadi menantu raja, pernah dikubur dan lain2. Aku tak
senang hidup tetapi selalu diharuskan hidup. Dan hidup itu
membawakan aku kepada pengalaman yang aneh2.
Pengalaman2 itu banyak memberi pelajaran. Aku tak mau
belajar tetapi dipaksa untuk menelan pelajaran. Pernah aku
mendapat sebuah kitab aneh aku tak mau dan tak ingin
mempelajari kitab itu tetapi seorang pengemis telah
mengambil, membakar dan abunya diminumkan kemulutku
dikala aku tidur nyenyak, bukankah hal itu aneh ?"
Ketua Kay-pang mengangguk: "Benar, benar memang aneh
sekali penghidupan itu. Yang mengharap dan menginginkan,
malah tak mendapat. Yang tak mengharap dan menginginkan,
malah mendapat." "Tepat," seru Blo'on pula, "seperti dengan ketua Thian tong
kau disini. Dia mendirikan perkumpulan, mencari anggauta
dengan paksa karena hendak mencari nama, hendak menjagoi
dunia. Tetapi beginilah jadinya....."
Belum selesai ia bicara tiba2 seorang pengawal Baju Putih
yang lain, melaugkah maju setindak, berhenti lalu dorongkan
sebelah tangan | Se-konyong2 Hoa Sin menjerit dan tersurut mundur
selangkah. Demikian pula dengan Blo'on juga ter-huyung2.
Sian-Li dan Hong Ing yang dekat dengan Blo'on juga
menderita. Kedua nona terlempar sampai beberapa langkah.
Untung keduanya tangkas. Begitu merasa terlanda oleh angin
pukulan yang tak kelihatan, keduanya segera loncat. Maka
walaupun terlempar mereka tak sampai menderita luka.
"Bu-ing-sin-kang !" teriak Hoa Sin ketika menyadari apa
yang telah terjadi. Bu-ing-sin-kang artinya tenaga-sakti-tanpa-bayangan. Suatu
ilmu tenaga-dalam yang tak kelihatan tetapi tahu2 telah
melanda orang.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa itu Bu-ing-sin-kang?" tanya Blo'on. Hoa Sin pun segera
menerangkan. "O, jika begitu kalian harus ber-jaga2. Biar aku yang
menghadapi orang itu" kata Blo'on.
Hoa Sin terkejut, Ceng Sian suthay dan Hoa Hong tojin juga
menghampiri dan berseru: "Kongcu dia sangat lihay sekali ... "
Tetapi Blo'on tak mengacuhkan, dia terus ayunkan langkah
maju ke hadapan pengawal Baju Putih itu.
"Hai. engkau pengecut" serunya, "kalau menyerang harus
bilang, dong!" Tetapi pengawal Baju Putih itu tak menjawab melainkan
mendesuh aneh. Tiba2 ia dorongkan tangannya kemuka.
Tetapi Blo'on sudah tahu. lapun segera mendorongkan
tangannya ke muka. Tiada goncangan, tiada suara apa2,
tahu2 pengawal Baju Putih itu tergetar tubuhnya.
Rupanya dia tak puas. Kembali ia dorongkan tangan
kanannya kemuka. Blo'onpun tak terima, ia menirukan juga
gerak orang itu, Dan akibatnya, pengawal Baju Putih itu bukan
saja tergetarpun kakinya tersurut setengah langkah.
Pengawal Baju Putih itu mengeluarkan suara aneh, bercuitcuit
seperti babi hendak disembelih. Setelah berdiri tegak, ia
lalu dorongkan kedua tangannya. Gerakannya seperti orang
ber-main2 karena sama sekali tak mengeluarkan angin
maupun suara. Blo'on juga dorongkan kedua tangannya ke muka. Kali ini
pengawal Baju Putih itu terhuyung selangkah kebelakang.
Sekalian orang yarg menyaksikan adu pukulan tak bersuara
itu terkejut heran. Ilmu apakah yang dimiliki Blo'on sehingga
mampu mengalahkan seorang pengawal Thian-tong-kau yang
memiliki ilmu pukulan sakti Bu-ing-sin-kang"
Jika tokoh2 ketua partai persilatan itu heran tidaklah
demikian dengan pengawal Baju putih itu. Karena pukulan
dengan kedua tangannya gagal, ia makin penasaran. Dengan
meraung keras ia terus lari menyerbu Blo'on, seraya
menghamburkan pukulan tangan kanan dan kiri. Blo'on
terkejut. lapun lari menyongsong seraya taburkan kedua
tangannya menurut gerak pengawal Baju Putih itu.
"Suthay, ilmu pukulan apakah yang dimainkan Kim kongcu
itu?" tanya Hong Hong tojin pada Ceng Sian suthay.
Rahib ketua Kun-lun-pay itu gelengkan kepala : "Entahlah,
memang aneh sekali anak itu. Selama ini aku belum tahu
orang yang memiliki ilmu seaneh itu. Tetapi jelas dia dapat
menirukan apapun gerakan lawannya."
"Ya, dari kecil sampai setua ini, baru pertama kali ini aku
melihat sebuah ilmu aneh seperti yang dimiliki kongcu itu. "
Hoa Sin menghela napas, "dia memang aneh, lebih aneh dari
ayahnya. Dia memang sakti, lebih sakti dari bapaknya."
Dalam pada bicara itu, pertempuran telah langsung seru
dan tak berapa lama terjadilah suatu pemandangan yang
mengejutkan. Pengawal Baju Putih jumpalitan jungkir balik
seperti terkena pukulan yang bertubi-tubi.
Huak .... pada akhirnya dia muntah darah dan terus rubuh
mencium lantai. Gemparlah sekalian orang menyaksikan kesudahan itu.
Mereka benar2 tak menyangka bahwa Blo'on akan mengakhiri
pertempuran itu dengan suatu kemenangan yang
mengesankan. Beberapa ketua persilatan itu segera menghampiri:
"Kongcu. bagaimana engkau ?" tegur Ceng Sian suthay
yang agak mulai menaruh perhatian kepada anak muda itu.
"Terima kasih, suthay, aku tak apa2." seru Blo"on,
"Apakah ilmu yang kongcu gunakan untuk menghadapi
orang itu tadi ?" tanya Hoa Sin.
"Entah, apa namanya," jawab Blo'on, "tetapi memang aneh
juga, apabila melihat orang bergerak akupun ingin bergerak
menurut dia dan tahu2 tangan dan kakiku menirukan gerak
orang itu, ilmu apakah itu ?"
Ketiga ketua persilatan itu tercengang. Mereka saling
bertukar pandang tetapi tak dapat memberi jawaban.
Tiba2 Hoa Sin teringat sesuatu . "Ah, bagaimanakah bentuk
kitab tanpa tulisan itu ?"
"Biasa saja, kecil dan dapat dikantongi," jawab Blo'on.
"Eh, engkau belum melanjutkan ceritamu ketika engkau
dikubur dalam tanah," tiba2 pula Hong Ing berseru.
"Ya," kata Blo'on, tabib Hoa Liong itu juga merasa aneh
mengapa saat itu aku masih, bernyawa. Aku menerangkan
bahwa ketika sadarkan diri. aku seperti terbungkus dalam
kegelapan dan tubuhku seperti terbungkus benda berat. Aku
meronta sekuat-kuatku. Memang agak terasa longgar tindihan
yang mencengkam tubuhku itu. Tetapi aku diserang oleh rasa
kantuk yang sukar dilawan, sehingga aku tertidur lagi. Tabib
itu menerang bahwa hawa yang dipancarkan oleh katak-salju
memang dapat membuat orang ngamuk. Kemudian tabib itu
mulai menggali lubang dan membuka keping besi penutup
lubang tempat ia memelihara katak-salju. Diambilnya seekor
katak-salju dan diberikan kepadaku. Dengan makan seekor
katak-salju ini, engkau akan memperoleh khasiat yang besar
sekali. Tubuhmu kuat menahan segala perobahan hawa dan
sakit. Pun umurmu akan panjang, tenagamu berlipat ganda
kuatnya" "Wahai, suko, engkau memang besar rejeki. Setiap
kecelakaan yang engkau derita, selalu berakhir dengan
keberuntungan yang tiada taranya" seru Sian-Li.
"Itulah yang kumaksudkan. Aku tak senang hidup tetapi
dipaksa hidup. Aku tak mencari ilmu dipaksa mendapat ilmu.
Aku sendiri heran." kata Blo'on.
"Benar, memang anak itu selalu mendapat rejeki besar,"
seru kakek Lo Kun. "jika begitu mulai saat ini aku tak ingin
mencari wanita, biar diburu wanita ?"
Hong Ing dan Sian-Li tertawa mengikik.
"Siapakah kakek tua itu ?" karena sejak tadi belum
diperkenalkan maka Hoa Sin segera bertanya kepada Blo"on.
"Dia adalah kakekku bernama Lo Kun si Macan Hitam," kata
Blo'on. Mendengar itu Hoa Sin segera menghampiri, memberi
salam perkenalan. "Ih, siapa ini, masakan pengemis hendak bersalaman
dengan aku ?" Lo Kun mendengus.
"Dia adalah Hoa Sin pangcu, ketua dari partai Kay pang"
seru Blo'on. "Lopeh, aku yang rendah bernama Hoa Sin," kata Hoa Sin
dengan merendah diri "harap lopeh jangan menolak
berkenalan dengan aku. Walaupun pengemis, tetapi aku juga
manusia". Senang hati Lo Kun karena Hoa Sin sangat hormat
kepadanya. Kemudian kakek itu menuding Hong Hong tojin
"dan siapakah orang itu?"
Hong Hong tojin memberi hormat, "Aku yang rendah
seorang tojin bergelar Hong Hong, mengepalai partai
persilatan Go-bi-pay"
"Uh, juga seorang ketua. Mengapa banyak sakali ketua
yang berada disini ?" tanya Lo Kun. Tetapi ia tak minta
jawaban karena terus mengajukan pertanyaan lagi : "Dan
siapakah wanita yang berkerudung kepala itu ". Apakah dia
sakit kepala ?" Sebenarnya Ceng Sian suthay sudah hendak
memperkenalkan diri tetapi demi mendengar kakek itu bicara
tak keruan, ia tak mau bicara.
Rupanya Sian-Li tahu kalau kata2 Lo Kun itu kasar dan
menyinggung perasaan Ceng Sian suthay maka buru2 ia
memberi keterangan: "Ah, kakek Lo-Kun, jangan bicara tak
keruan. Dia adalah Ceng Sian suthay," rahib ketua Kun-lunTiraikasih
website http://kangzusi.com.
pay. Dia tak sakit kepala, memang demikianlah dandanan
seorang rahib." "Perlu apa pakai kerudung kepala " Bukankah bagi wanita,
harus menunjukkan rambut" Aku teringat orang mengatakan
bahwa rambut merupakan mahkota bagi seorang wanita ... ".
Ceng Sian suthay makin ter-sipu2 malu.
"Kakek Lo Kun, jangan bicara begitu !" seru Sian-Li makin
keras. Kakek Lo Kun deliki mata : "Aku bicara apa " Kukatakan
kecantikan wanita itu karena ia miliki rambut yang indah.
Seperti engkau ini. Karena rambutmu hilang dan hanya tinggal
dua buah kuncir, wajahmu jadi lucu, hilang sifat
kewanitaanmu." Sian-Li malu sekali: "Tetapi ini bukan keinginanku. Aku telah
dijadikan begini rupa oleh padri Thian-tok itu !"
Hoa Sin, Hong Hong tojin dan Ceng Sian suthay terkejut
'"Siapa paderi Thian-tiok itu, nona?"
"Namanya Rajendra Singh, pandai ilmu sihir yang jahat. Dia
sebenarnya hendak mencari suko maka dia lalu memaksa aku
menyaru jadi suko untuk memancing suko keluar dari tempat
persembunyiannya" kata Sian-Li.
Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin saling
bertukar pandang. Kata Hoa Sin : "Mengapa paderi Thian-tiok
hendak mencari Kim kongcu."
"Kemungkinan dia tentu hendak mencari balas kepada Kim
tyahiap. Oleh karena Kim tayhiap sudah meninggal maka ia
tumpahkan dendamnya kepada puteranya," kata Ceng Sian
suthay. "Benar, suthay," seru Hong Ing,
Ketiga ketua paitai persilatan itu berpaling dan bertanya :
"Bagaimana nona tahu ?"
"Bukan saja tahu tetapi dia sudah kujadikan seorang buta !"
seru Hong Ing. Ketiga ketua partai persilatan itu makin kaget. Lalu meminta
keterangan. Hong ingpun segera menuturkan peristiwa yang
terjadi dengan Rajendra Singh.
Hoa Sin mendengar dengan penuh perhatian. Sesaat
kemudian ia berkata agak kaget: "Jika demikian halnya,
apakah bukan dia yang telah mencelakai Kim kongcu sehingga
Kim kongcu seperti orang yang kehilangan ingatan ?"
"Kemungkinan besar begitu", seru Sian-Li, "karena setelah
paderi Thian-tiok itu kabur, pikiran kitapun terang. Dan
tampaknya pikiran suko juga lebih genah dari yang sudah
lalu." "Memangnya aku tidak gila!," Blo"on bersungut sungut,
"tapi kadang pikiranku masih gelap dan lupa segala apa.
Penyakit apakah itu?"
"Hi, hi. hi" Hong Ing tertawa mengikik.
Blo'on melongo lalu menegur: "Mengapa engkau tertawa "
Apa engkau anggap aku memang gila?"
"Apakah engkau masih ingat ketika dalam perjalanan turun
gunung Hoa-san dahulu?" tanya Hong Ing.
"Apa itu sih " Masakan hal2 yang sudah lalu engkau suruh
ingat. Kau lebih enak memikir yang sekarang?" seru Blo'on.
"Engkau tak ingin tahu hal itu ?"
"Kalau engkau memberitahu, aku mau mendengarkan."
jawab Blo'on. "Itu waktu aku pernah mengatakan bahwa untuk obat
penyakit otak hilang haruslah makan otak naga. Habis
mendengar itu engkau terus menawan aku dan memaksa aku
supaya menunjukkan tempat naga itu. Masih ingat ?" tanya
Hong "Ya, sekarang aku ingat," sahut Blo'on, tapi dimanakah
letak tempat naga itu ?"
"Aku sendiri tak tahu," sahut Hong Ing
"Ha, ha, ha," Hoa Sin tertawa, "masa otak naga mampu
mengobati penyakit otak. Untuk mencari naga itu saja
sukarnya bukan kepalang. apalagi hendak mencari otaknya.
Ah, jangan engkau bergurau nona."
"Tidak," bantah Blo'on, "dia memang bergurau, kupikir
memang hanya otak naga dapat menyembuhkan penyakit
ingatanku itu." Kembali Hoa Sin tertawa : "Ah, kongcu derita sakit hilang
ingatan adalah karena dijahati oleh paderi Thian-tiok itu.
Obatnya, kalau begitu hanyalah menangkap paderi Thian-tiok
itu dan memaksanya supaya menyerahkan obat."
"Tetapi paderi itu sudah dibunuh oleh nona ini "* seru
Blo'on. "Belum, dia masih hidup hanya kedua matanya yang buta,"
menerangkan Hong Ing. Tiba2 seorang pengawal Baju Putih maju pula dan terus
melontarkan sebuah pukulan. Seketika Blo'on dan orang2 yang
berada disekitarnya terlanda oleh angin pukulan yang dahsyat
sekali. Cepat2 mereka kerahkan tenaga-dalam untuk bertahan
Hong Ing dan Sian-Li tersurut mundur, Hoa Sin, Ceng suthay
dan Hong Hong tojin bergetar keras sehingga pakaiannya
sampai bertebaran. Sedang Blo'on mencelat beberapa meter.
"Biat-gong-ciang !" seru Hoa Sin seraya memandang
pengawal Baju Putih yang bertubuh tinggi kurus. Ia hendak
maju tetapi Ceng Sian suthay sudah mendahului: "Kali ini
biarlah aku yang melayaninya."
Pengawal Baju Putih itu tak menghiraukai siapa yang
dthadapannya. Ia mengangkat tangan dan mengayunkan
kemuka lagi. Melihat itu Ceng Sian suthaypun balas menghantam.
Terdengar deru suara angin dan sesaat kemudian disusul oleh
letupan keras. Pengawal Baju Putih itu hanya tergetar
bahunya sedang Ceng Sian suthay tersurut setengah langkah
ke belakang. Ceng Sian terkejut sekali. Ia menyadari bahwa pengawal
Baju Putih itu telah melancarkan pukulan sakti Biat-gong-ciang
atau pukulan-membelah-angkasa. Ia juga menyambut dengan
ilmu pukulan itu. Tetapi ternyata tenaga-dalam lawan lebih
kuat. "Siapakah dia ?" Ceng Sian suthay mulai bertanya dalam
hati. Sejauh pengetahuannya, dalam masa itu hanya sedikit
sekali tokoh persilatan yang menguasai ilmu pukulan Biatgong-
ciang sedemikian sempurna.
Tiba2 pikiran suthay itu teringat akan seorang tokoh dari
partai Kun-lun-pay. Tokoh itu termasuk dua angkatan lebih
dulu, seorang cianpwe Kun lun-pay, adik seperguruan ketiga
dari ketua Kun lun pay saat itu. Tetapi orang itu sejak turun
gunung sudah tak kedengaran beritanya dan tak pernah
kembali ke Kun lun-san lagi.
Memang ketika suhu dari Ceng Sian suthay pernah juga
dikerahkan beberapa anakmurid Kun lun-pay untuk mencari
jejak orang itu. Tetapi tak berhasil. Jika benar dia, mengapa
tahu2 sekarang berada di gunung Thay-san menjadi pengawal
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baju Putih dari Thian-tong-kau "
Namun tak sempat suthay itu berpikir lebih lanjut karena
saat itu pengawal Baju Pulih sudah ayunkan tangannya pula
dengan suatu gerak yang lebih keras dari tadi.
Ceng Sian suthay terkejut. Kalau ia mengadu pukulan lagi,
kemungkinan ia akan menderita. Namun jika ia mundur,
tentulah akan kehilangan muka. Akhirnya ketua Kun-lun-pay
itu mengambil putusan nekad hendak adu pukulan. Kalau
mati, biarlah ia pecah sebagai ratna.
Dengan segenap pengerahan tenaga-dalam, ia segera
dorongkan kedua tangan kemuka. Ia sudah memutuskan mati.
Tetapi ternyata tenaga pukulan pengawal Baju Putih itu tak
berapa dahsyat sehingga dapatlah suthay itu bertahan.
Ceng Sian suthay heran. Dia tak tahu mengapa tenaga
pengawal Baju Putih itu tiba2 menurun. Demikian dengan
lain2 orang, kecuali Hoa Sin ketua Kay-pang. Karena hanya
dialah yang tahu apa yang telah dilakukannya untuk
membantu Ceng Sian suthay.
Setelah melihat dalam adu pukulan pertama tadi Ceng Sian
suthay menderita, diam2 Hoa Sin mencari akal bagaimana
dapat membantunya. Sebagai sesama ketua partai persilatan,
ia tak mau secara terang membantu karena hal itu dapat
dianggap menghina. Maka diam2 ia mengeluarkan sebuah gigi
anjing dari kantongnya. Diluar perhatian, ia menjentikkan gigi
anjing itu kearah pengawal Baju Putih. Sudah tentu disertai
dengan tenaga-dalam yang kuat. Gigi anjing tepat mengenai
jalan darah Kiok ti-ltiat pada persambungan lengan pengawal
Baja Putih. Seketika pengawal itu rasakan tangannya lunglai
sehingga tenaganyapun lemah.
Memang ada2 saja yang dilakukan ketua Kay-pang itu. Dia
mengumpulkan gigi anjing banyak gunanya, katanya. Tetapi
apa kegunaannya dia sendiri yang tahu.
Pengawal Baju Putih itu meraung sedahsyat harimau lapar.
Melangkah maju setindak, ia lancarkan pukulan dengan kedua
tangannya. Hoa Sin menjetikkan dua buah gigi anjing tetapi kali ini
agak terlambat. Yang satu mengenai pergelangan tangan
orang tetapi yang satu lagi tertampar angin pukulan Biatpong-
ciang. Huk ..... terdengar mulut Ceng Sian si mendengus tertahan
ketika tubuhnya terdorong mundur dua langkah. Wajah suthav
pucat lesi. "Suthay, engkau kenapa !" seru Hoa Sin dengan cemas.
"Ak ... huak ... ", belum sempat suthay mengucapkan kata,
segumpal darah segar telah tumpah dari mulutnya.
Melihat itu Sian-Li cepat loncat menghampiri dan segera
memberinya sebutir biji Cian-lit hay-te-som, kemudian
membawa suthay itu ke samping supaja beristirahat.
"Suko, balaskan suthay !" seru Sian-Li,
'Baik," sahut Blo'on lalu melangkah maju ke hadapan
dengan pengawal Baju Putih itu.
Tanpa banyak kata pengawal Baju Putih pun segera
lepaskan lagi pukulan Biat-gong-ciang yang dahsyat.
Blo'on marah karena Ceng Sian suthay terluka maka iapun
balas memukul menurut gayanya sendiri. Ia tak tahu apakah
pukulan itu benar atau tidak, sesuai dengan pukulan ilmu silat
atau tidak. Pokok ia marah dan memukul pengawal Baju Putih
itu. Auhhhh ..... terdengar pengawal Baju Putih menjerit ngeri
ketika tubuhnya terbanting kebelakang. Baru pertama kali itu
Blo'on memukul atas kehendaknya sendiri. Yang sudah2 ia
hanya memukul setelah dipukul. Tenaga-dalam yang terpancar
dan gerakannya merupakan tenaga reflek atau pantulan balik.
Tetapi karena saat itu ia memukul, lainlah halnya. Tenagadalam
yang terpancar memang bukan olah2 hebatnya.
Biat-gong ciang yang dilepaskan pengawal Baju Putih iiu
pecah berhamburan terlanda oleh tenaga pukulan Blo"on yang
sakti. Bahkan setelah saling berbentur dan tenaga pukulan
Biat gong ciang berhamburan, tenaga pukulan Blo" on masih
terus melanda dan menghantam tubuh pengawal Baju Putih.
Dalam tubuh Blo'on berisi tenaga-dalam dari Kakek Lo Kun
dari kakek Kerbau Putih, terisi buah cian-han-hay-te som yang
dapat menembus jalan darah seng-si-hian-kwannya, menelan
darah-ular-naga kemudian menelan abu kitab tak berhuruf,
minum katak salju. Entah apa nama sekian macam tenagadalam
apabila berkumpul jadi satu dalam tubuh seorang
manusia. Dan buktinya, pukulan Blo"on itu cukup satu kali saja
sudah dapat merubuhkan seorang Pengawai Baju Putih dari
partai Thian-tong-kau. Hoa Sin, Hong Hong tojin ter-longong2. Sebagai ketua
partai persilatan yang ternama dalam dunia persilatan mereka
tahu sampai dimana kedahsyatan dari pukulan Biat-gong-ciang
yang dilancarkan dengan tenaga-dalam. Bahwa seorang ketua
partai seperti Ceng Sian suthay tak mampu bertahan
menerima pukulan Biat-gong-ciang dari pengawal Baju Putih
itu, jelas, menunjukkan betapa hebat tenaga-dalam yang
dimiliki oleh pengawal itu. Tetapi mengapa dalam sebuah
pukulan saja, Blo"on mampu menghancurkan seorang tokoh
yang sedemikian lihaynya"
"Kongcu, engkau sungguh hebat," seru Hoa Sin memuji tak
henti2nya. "bahkan lebih hebat dari ayah kongcu Kim tayhiap
dulu". "Ah, jangan mengolok" seru Blo'on "kata orang ayahku itu
jago sakti yang diangkat sebagai pemimpin dunia persilatan.
Sedang aku. uh, tak senang belajar silat. Sampai saat ini
akupun tak mengerti barang sejurus ilmusilatpun. Bagaimana
mungkin aku lebih sakti dari ayah "''
Hoa Sin menghela napas; "Aneh tapi nyata tak dapat ilmu
silat tapi lebih sakti dari tokoh persilatan sakti."
"Ah, harap Hoa pangcu jangan menyesalkan hal itu.
Mungkin di dunia ini tiada manusia yang rejekinva sebesar Kim
kongcu. Bahkan orang yang tekun berlatih silat sampai berpuluh2
tahun belum tentu menyamai apa yang diperoleh Kim
kongcu" kata Hong Hong tojin.
Hoa Sin mengangguk. "Aku sih tak mengiri " katanya, "hanya heran menyaksikan
kejadian yang ajaib ini. Rasanya dalam dunia persilatan belum
pernah terjadi peristiwa semacam ini. Dan ilmu kepandaian
Kim kongcu itupun terbatas pada diri Kim kongcu sendiri, tak
dapat diajarkan kepada lain orang."
Tiba2 Hong Hong tojin bertanya :"Hoa pangcu kemanakah
perginya Pang To Tik tayhiap" Mengapa sampai saat ini dia
belum tampak ?" Hoa Sin pun seperti diingatkan, Sejak berada dibawah
panggung, Pang To Tik telah pamit hendak mengacau di
panggung tetapi ternyata sampai saat itu malah belum
tampak. "Adakah dia tertangkap?" akhirnya ketua Kay pang itu
bertanya. "Kemungkinan memang dapat ditangkap orang Thian-tongkau
tetapi kemungkinan juga tidak." Jawab Hong Hong tojin.
Hoa Sin terkejut : "Bagaimana yang tojin artikan
kemungkinan dia tidak tertangkap itu ?"
'Aku memang mempunyai rasa begitu tetapi sukar untuk
memecahkan persoalannya , ...
Belum Hong Hong tojin menghabiskan kata katanya, tiba2
seorang pengawal Baju Pulih mendekati maju menghampiri.
Berbeda dengan yang lain, pengawal Baju Putih ini agak
bungkuk, namun gerak langkahnja amat gesit sekali.
Begitu tiba, dia terus menyerang Blo'on. Blo'on dan sekalian
tokoh2 terkejut. Bukan karena diserang melainkan karena
heran atas gaya serangan yang dilakukan pengawal bungkuk
itu. Dia tidak memukul melainkan membuang tubuh dan
berguling-guling di lantai, menuju ke tempat Blo'on.
Karena bingung, Blo'on loncat menghindar. Tetapi orang
bungkuk itu tetap berguling-guling mengejarnya. Akhirnya
Blo'on coba2 menendang. Tetapi begitu kaki diayun, tiba2
orang bungku itu mendengkung keras dan tubuhnya mencelat
ke udara sampai dua tombak, berguling-guling diudara dan
meluncur kearah Blo'on. Begitu Blo'on menghindar orang itupun terus bergulingguling
lagi ditanah untuk mengejarnya.!
Hoa Sin dan Hong Hong tojin terkejut. Pernah mereka
mendengar tentang seorang tokoh yang aneh dalam dunia
persilatan. Tokoh itu kali bertempur tentu berguling - guling
ketanah. Tetapi setiap kali hendak dihantam, ditendang atau
dibacok, tentu melambung ke udara. Entah sudah berapa
banyak jago2 silat yang kalah oleh tokoh aneh itu karena
bingung menghadapi limusilatnya yang luar biasa itu. Tokoh
itu dahulu diberi gelaran sebagi Tho-liong-cu atau si Naga
bungkuk. Entah bagaimana tokoh yang sudah berpuluh tahun
tak kedengaran beritanya, tahu2 menjadi anggauta pengawal
Baju Putih dari Thian-tong-kau.
"Kim kongcu, awas, kalau tak keliru pengawal Baju Putih ini
bernama Tho-hong-cu atau si Naga bungkuk," Hoa Sin
memberi peringatan. "Naga bungkuk"* teriak Blo'on, "bagus, bagus, kalau begitu
akan kuambilnya otaknya untuk obat.'
Hoa Sin hendak membantah tetapi saat itu pengawal Baju
Pulih sudah berguling guling melanda cepat sekali. Ternyata
gerak berguling-guling itu ada tujuannya juga yalah hendak
menyambar kaki orang. Blo'on memang masih memiliki sifat kanak2. Melihat
pengawai Baju Pulih itu terus menerus berguling-guling di
lantai akhirnya Blo'onpun ikut latah, iapun terus lemparkan
tubuh berguling-guling ke lantai.
Dua sosok tubuh yang berguling-guling itu melaju pada
arah yang berlawanan atau menyongsong satu sama lain. Duk
.... terdengar bunyi mendebuk ketika tubuh keduanya saling
berbentur. Dua-duanya berhenti. Secara kebetulan mereka
saling beradu punggung. Seketika Blo'on rasakan
punggungnya seperti mendarat disebuah gumpal daging yang
lunak tetapi melekat, kemudian tahu2 daging itu
memancarkan tenaga-dorong yang dahsyat sekali. Blo'on terTiraikasih
website http://kangzusi.com.
guling2 beberapa langkah tetapi lawanpun terlempar sampai
beberapa meter. Gumpal daging pada bungkuk Tho-liong-cu itu mengandung
tenaga dalam yang hebat sekali. Seperti yang terjadi pada
kakek Kerbau Putih. Tetapi kali ini dia ketemu batunya. Ketika daging
punggungnya melekat pada punggung Blo"on lalu
memancarkan tenaga dalam, memang Blo'on dapat terpencal
tetapi tubuh anak itupun memantulkan tenaga membal yang
hebat sehingga tenaga-dalam dari Tho-liong-cu itu
menghantam dirinya sendiri. Tho-liong-cu mencelat sampai
beberapa meter, isi dadanya hancur.
Hoa Sin menghela napas : "Ah, tak nyana seorang jago tua
yang pernah menggetarkan dunia persilatan, harus mati
secara begitu mengenaskan sekali".
"Jika demikian halnya, kita harus berusaha untuk
menyelamatkan pengawal2 yang masih itu. Jika mereka
berhantam dengan Kim kongcu, tentulah mereka akan binasa
semua." kata Hong Hong tojin.
"Tetapi sukar, totiang " kata Hoa Sin, "pertama kita tak
tahu siapa yang mengenakan pakaian pengawal Baju Putih itu.
Kedua, mereka tak dapat diajak bicara. Begitu maju terus
menyerang dengan ilmu yang hebat, terpaksa Kim kongcu
maju dan akibatnya lawan tentu menderita."
Tetapi sekalipun mulut berkata begitu namun Hoa Sin juga
gelisah karena memikirkan nasib barisan pengawal Thiantong-
kau. Jelas mereka adalah tokoh2 ternama dalam dunia
persilatan yang telah menghilang. Jika dapat, mereka harus
diselamatkan dari kebinasaan.
Hoa Sin menghampiri Blo'on dan berkata dengan pelahan :
'"Kongcu, aku hendak bicara kepadamu. Pengawal2 Buju Putih
itu jelas adalah tokoh2 tua yang terkenal. Karena muka
mereka tertutup kain cadar, maka sukar untuk mengenali.
Memang ada tokoh2 dari aliran Hitam, tetapi ada juga yang
dari aliran Putih." "Lalu bagaimana cara menghindarkan mereka dari
kebinasaan ?" tanya Blo'on.
"Inilah yaug harus kita pikirkan,*' kata Hoa Sin, "tetapi yang
jelas, mereka telah dicelakai oleh ketua Thian tong-kau
sehingga ingatan mereka hilang. Jika kita dapat menolong
mereka, berarti suatu berkah bagi dunia persilatan."
Tiba2 Ceng Sian suthay berseru: "Apakah kongcu mengerti
ilmu tutuk jalandarah?"
Blo'on gelengkan kepala : "Jangankan ilmu tutuk darah,
ilmu silatpun aku tak mengerti."
Ceng Sian suthay menghela napas.
"Jika begitu, mengapa tidak menangkapnya saja?"
sekonyong-konyong Hong Ing beseru.
Para ketua partai persilatan itu terkesiap, memang hanya
dengan jalan itu, dapatlah para pengawal itu diselamatkan dari
kebinasaan. Ho Sin lam ber-bisik2 kepada Ceng Sian suthay dan Hong
Hong tojin. Tampak kedua ketua partai persilatan itu
mengangguk-angguk. Kemudian Hoa Sin berkata kepada
Blo'on ; "Kongcu kami akan berusaha untuk menangkap ketua
Thian tong-kau. Dalam menghadapi barisan pengawal baju
Putih itu harap kongcu suka ber-hati2. Sedapat mungkin
selamatkanlah jiwa mereka."
Blo'on mengiakan namun ia tak tahu bagai mana caranya.
Tetapi sebelum ketiga ketua partai persilatan itu pergi,
seorang pengawal Baju Putih sudah menerjang. Bahkan kali ini
yang maju bukan hanya satu, melainkan dua orang pengawal
Baju Putih. Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin terkejut
ketika mereka dihadang dan terus diserang oleh dua-pengawal
Baju Putih. Lebih terkejut pula, ketika melihat cara kedua
pengawal menyerang. Kalau yang satu menyerang dan kanan
yang kiri tentu bergerak dari kanan. Kalau yang satu
menyerang dari muka, yang lain tentu menyergap dan
menyerang dari belakang. Kalau yang satu menyerang ke
bawah, yang lain menyerang bagian atas. Jika yang satu
berguling2 di tanah, yang lain melambung ke udara.
Ketiga ketua partai persilatan itu benar2 bingung
menghadapi kedua pengawal Baju Putih itu. Bukan saja gaya
dan cara serangannya yang aneh, tetapipun mereka memiliki
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tenaga-dalam yang hebat sekali. Yang satu tenaga-dalam
bersifat lunak dan yang satu bersifat keras.
Dalam beberapa saat saja, ketiga ketua partai persilatan itu
kelabakan setengah mati. Mereka bertiga tetapi tak mampu
menghadapi serangan dua orang musuh.
Belasan tahun yang lalu, dunia persilatan pernah mengenal
sepasang tokoh saudara kembar yang bernama Song Li dan
Song Kian. Kedua saudara kembar itu bertemu dengan
seorang sakti ia mendapat pelajaran ilmusilat yang aneh. Yang
satu yalah Song Li diberi ajaran tenaga-dalam keras dan yang
satu yakni Song Kian, diberi ajaran tenaga-dalam lunak.
Seorang musuh yang diserang oleh dua macam tenaga-dalam
yang berlawanan itu tentu akan bingung dan akhirnya tak
berkutik. Karena tertarik akan kepandaian yang istimewa dari
kedua saudara kembar Song itu, maka conglok atau gubernur
Holam. telah memakai mereka sebagai pengawal gedung
gubernuran Setelah gubernur itu mati, kedua saudara kembar
itupun pergi entah kemana, tiada beritanya lagi.
Akhirnya ketiga ketua partai persilatan itu terdesak, hanya
mampu bertahan tak dapat menyerang.
"Suko, harap membantu ketiga pangcu itu", seru Sian-Li.
Blo'on maju dan berseru mempersilahkan Hoa Sin, Ceng
Sian dan Hong Hong tojin minggir supaya dia yang mengganti.
Tiba2 Song Li meraung keras dan Song Ki melengking
nyaring, yang satu suaranya besar dahsyat, yang lainnya
tinggi melengking. Setelah itu mereka lalu menyerang Blo"on.
Blo"on yang tak mengerti kepandaian kedua saudara
kembar itu bermula terkejut sekali ia rasakan dadanya sesak
hampir tak dapat bernapas. Tiba2 iapun memekik nyaring.
Sedemikian nyaring sehingga kedua saudara kembar itu
tertegun dan sekalian orangpun terlongong. Ternyata pekikan
Blo'on itu telah menghamburkan suatu tenaga dalam yang
dahsyat sekali. Hoa Sin terkesiap dan makin yakin bahwa putera dari Kim
Thian Cong itu memang memiliki tenaga dalam yang hebat
sekali. Sebenarnya kedua saudara kembar itu tertegun bukan
karena kaget saja, pun karena saat itu mereka merasa bahwa
tenaga-pukulan yang dilontarkan berbalik melanda mereka
sendiri. Sesaat kemudian Song Li dan Song Kian berhamburan lagi
menerjang Blo'on. Song Li langsung menghantam kepala
Blo'on. Song Kian menyelinap ke belakang Blo'on dan
menubruk kakinya. Mereka bergerak cepat sekali sehingga
Blo"on tak sempat menghindar. Ia hanya dapat rnengisarkan
kepala kesamping sehingga selamat dari pukulan, tetapi
bahunya terlanggar juga. Dan lebih celaka lagi ketika kakinya
telah diterkam oleh Song Kian.
Rasa kejut dan sakit telah menyebabkan Blo'on meronta. la
loncat ke udara. Seketika tampaklah suatu peristiwa yang
aneh dan menggelikan. Begitu melambung, Song Kianpun ikut
terseret ke atas. Song Kian berusaha untuk menariknya turun.
Ia gunakan ilmu Cian-kin-tui atau Tindihan-seribu-kati untuk
mengganduli kaki Blo'on. Dalam pada itu karena pukulannya luput. Song Li pun
menggeram marah. Ia menghantam lagi, Cepat pada saat itu
tubuh Blo'on meluncur turun. Melihat dirinya hendak dipukul,
dengan sekuat tenaga Blo'on bergeliatan melambung keatas
lagi. Duk..... pukulan Song Li tepat mengenai tubuh Song Kian.
Song Kian lepaskan cekatannya dan jatuh ke tanah Saat itu
pula tubuh Blo'onpun meluncur turun tepat jatuh didada Seng
Kian. Hek... Song Kian menguak tertahan dan berhenti
napasnya. Song Li tak peduli bagaimana dengan nasib saudaranya, ia
tetap menyerang Blo'on. Karena Blo'on membungkuk melihat
keadaan Song Kian yang dipijaknya, Song Li loncat menerkam
kepala Blo'on. Kedua tangannya serempak direntang untuk
menghantam batok kepala Blo'on.
"Suko ....!" Sian-Li menjerit dan tanpa banyak pikir lagi
terus sabitkan pedang Pek- liong kiam kearah Song Li. Cret ....
pedang tepat mengenai punggung Song Li. tembus keluar
sampai ke dada seketika Son Lipun menyusuli, saudaranya ke
akhirat. Sian-Li lari menghampiri untuk mengambil pulang
pedangnya. Blo'on menegurnya : "Sumoay mengapa engkau
membunuhnya " Bukankah Hoa pangcu sudah meninggalkan
pesan, supaya sedapat mungkin kita menyelamatkan jiwa
mereka?" "Maaf, suko," kata Sian-Li, "tetapi kulihat Suko dalam
keadaan berbahaya. Jika tak lekas kusabit dengan pedang,
tentulah dia akan mencelakai suko."
"Tetapi mungkin aku tak kena apa2," kata Blo'on, "sebab
beberapa kali aku dipukul orang, orang itu malah rubuh
sendiri." "Apakah engkau tahu apa sebabnya ?" tanya Sian-Li.
"Entah, Blo'on gelengkan kepala, "tetapi ku percaya Thian
itu maha adil dan maha pemurah. Orang yang tak bersalah
tentu dilindungi." Sian-Li terkejut dan gembira sekali : "Suko, fikiranmu sudah
makin sadar! Engkau sudah tahu apa artinya Thian."
"Siapa bilang?"
"Eh, bukankah engkau menyebut nama Thian tadi ?" seru
Sian-Li. "Ya, tetapi aku tak tahu apa artinya ?" sahut Blo'on.
"Lalu bagaimana engkau dapat menyebutnya?" Sian-Li
makin heran. "Aku hanya mendengar orang berkata begitu, maka akupun
menirukan saja." 'Oh," Sian-Li mengeluh," tetapi memang hal itu benar.
Thian itu adalah Tuhan. Dia serba ada dan maha pemurah.
Engkau harus percaya tentu penyakitmu sembuh. Tak perlu
harus cari otak naga. "Benarkah." seru Blo'on.
"Kalau tak percaya tanyakan saja pada Hoa pangcu dan
kedua ketua partai persilatan itu." kata Sian-Li.
"Tetapi apakah Thian meluluskan orang membunuh sesama
manusia ?" tanya Blo"on.
Pertanyaan yang tak terduga-duga itu menyebabkan Sian-Li
terlongong tak dapat menjawab. Untung saat itu seorang
pengawal Baju Putih lagi, telah maju menghampiri.
"Suko, seorang dari mereka datang lagi," kata Sian-Li.
Baru Blo'on berkisar tubuh kearah depan, pengawal Baju
Putih itu pun sudah ayunkan tangannya. Segulung angin yang
dahsyat segera melanda Blo'on. Blo'on terkejut tetapi
terlambat. Tubuhnya terlempar dan jatuh ke bawah
panggung. Hong Ing dan Sian-Li terkejut. Serempak dua nona itu
menerjang pengawal Baju Putih tetapi pengawal itu ayunkan
lagi tangannya dan kedua nona itupun bagaikan layang2 putus
tali, melayang jatuh ke bawah panggung.
"Gun-goan-ciang !" tiba2 Hong Hong tojin berteriak kaget.
Hoa Sin dan Ceng Sian suthaypun terkejut. Pukulan Gun
khoan ciang itu merupakan suatu pukulan istimewa dan partai
Go-bi-pay. Jika demikian tentulah pengawal Baju Putih itu
seorang tokoh dari Go-bi-pay.
Sekonyong-konyong suatu peristiwa yang aneh muncul
diatas panggung...... Jilid 37. Makin runyam Sayup2 terdengar suara nyanyian. Entah dari mana arahnya
tetapi walaupun hanya sayup2, nada dan irama nyanyian itu
terdengar jelas oleh tokoh2 sakti yang tengah berada di
panggung. "Ada dan Tiada, sukar dikata
ada jika kita adakan tiada jika kita tiadakan Hidup hanya selanggeng impian
betapa indah dan bahagia tetap takkan lepas dari derita
hanya dengan menghapus nafsu maya
hidup akan bebas bahagia.
Aneh, pengawal Baju Putih yang habis melepas pukulan
Gun-goan-ciang dahsyat itu, tertegun menengadahkan
kepalanya seperti orang yang merenung
Demikian pula dengan Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong
Hong tojin. Mereka seolah terpaku karena pikirannya terbang
ke alam yang penuh ketenangan dan kedamaian. Sedang
kedua nona. Sian Li dan Hong Ing tegak seperti patung.
Tetapi tidak demikian dengan pemuda gundul atau Blo'on.
Dia seolah tak merasakan sesuatu, dengan langkah lebar ia
segera menghampiri pengawal Baju Putih yang
menghantamnya itu. "Hai, bung, pukulanmu hebat sekali," serunya "apa nama
pukulan itu ?" Tetapi pengawal Baju Putih itu tetap termangu. Andaikata
Blo'on tahu tentang ilmu menutuk jalan-darah, dengan mudah
ia tentu dapat menutuk orang itu. Tetapi andaikata ia dapat
pun belum tentu mau melakukan. Karena dia memang aneh
perangainya. Tak mau merugikan orang, mau dirugikan orang.
Tak ingin minta maaf kepada orang tetapi suka memberi maaf
kepada orang. Oleh karena memiliki pendirian itu, maka setiap
kali ia tak dapat mengembangkan tenaga-dalam saat dalam
dirinya. Tenaga dalam sakti itu baru melancar apabila dia
dipukul orang. Entah dari mana datangnya, tiba2 diatas panggung telah
muncul seorang tua berambut putih, wajahnya segar seperti
anak, mengenakan pakaian serba putih pula.
"Bukankah kongcu ini putera dari Kim Thian cong tayhiap?"
tiba2 orangtua baju putih itu menegur Blo'on.
"Ya, tetapi aku sendiri belum pasti" sahut Blo'on.
Bahwa melihat Blo'on seorang saja yang masih dapat
bergerak bebas, diam2 orangtua baju putih itu sudah terkejut.
Lebih terkejut pula ia ketika mendapat jawaban aneh dan
pemuda gundul itu. "Tetapi pasti ?" ulangnya heran, "mengapa?"
"Karena aku tak dapat mengingat, otakku hilang ?"
Orangtua baju putih itu mengerut dahi.
"Eh, siapakah engkau ?" Blo'on balas bertanya
"Ah, sudah lama aku tak memakai namaku yang aseli.
Untuk membedakan diriku, cukuplah engkau panggil saja Pek I
Lojin atau orangtua baju putih. Aku gemar memakai baju
putih". "Kalau begitu sama dengan aku." seru Blo'on "aku juga tak
ingat lagi siapa namaku maka aku lebih suka dipanggil Blo'on
saja." Mau tak mau orangtua baju putih itu itu tertawa. la senang
melihat kepolosan Blo'on.
"Mau apa engkau datang kemari " Apakah engkau kawan
dan pengawal Baju Putih itu ?" tegur Blo on.
Pek l lojin gelengkan kepala : "Memang baju sama
putihnya, orangnya pun sama, tetapi intinya lain.
Kedatanganku kemari adalah untuk mencegah bencana
besar." "Bencana " Bencana apa ?" seru Blo'on terkejut.
"Aku ingin menyelamatkan tokoh2 tua dari kebinasaan yang
mengenaskan. Tahukah engkau siapa sesungguhnya pengawal
Baju Putih yang berhadapan dengan engkau itu ?"
"Sudah tentu tidak tahu." seru Blo'on. "mereka memakai
kain kerudung muka dan tak dapat diajak bicara."
"Yang engkau hadapi saat ini" kata Pek I lojin, "adalah
seorang tokoh angkatan tua dari partai persilatan Go-bi-pay,
Tik Sian taysu. Dalam partai Go-bi-pay. hanya dia seorang
yang betul2 telah mencapai kesempurnaan dalam ilmu Biatgong
ciang. Tokoh itu sudah berpuluh tahun menghilang dari
dunia persilatan dan sekarang dijadikan Pengawal oleh Thiantong-
kau." "Lalu bagaimana aku harus bertindak ?" tanya Bloon.
"Apakah engkau mengerti ilmu menutuk jalandarah ?" tanya
Pek I lojin. Blo"on gelengkan kepala.
"Ah, tidak jadi kuajukan pertanyaan itu."
"Eh, mengapa ?" tanya Blo'on heran.
"Karena kutahu, engkau memiliki tenaga-dalam yang luar
biasa anehnya. Jika terlalu keras engkau menutuk, orang itu
tentu mati. Padahal menutuk jalandarah itu harus
menggunakan tenaga yang menurut ukuran"
"Lalu bagaimana " tanya Blo'on.
"Apa engkau membekal tali?" tanya Pek I lojin.
"Untuk mengikat orang itu?" tanya Blo'on, "tidak, aku tak
membawa apa2 kecuali pedang".
"Hm," dengus orangtua itu. "pedang lebih berbahaya
karena engkau tak dapat mempertimbangkan ukuran tenaga
tusukan yang harus engkau lakukan. Salah2 dia akan mati."
"Siapa dia ?" tanya Blo'on.
Orangtua baju putih itu tak menyahut melainkan berpaling
kearah Hong Hong tojin, serunya : "Maaf, totiang, jika tak
salah totiang tentu berasal cari partai Go bi-pay".
"Benar, lojin". sahut Hong Hong tojin.
?"Pernah tojin mendengar suatu peristiwa dalam gunung
Go-bi-san, tentang seorang murid Go-bi pay yang telah
kesalahan membunuh beberapa tojin dalam biara Go-bi-pay
sehingga murid itu dijatuhi hukuman oleh ketua Go-bi-pay
saat itu " Peristiwa itu terjadi pada tigapuluh tahun berselang
ketika yang menjadi ketua Go-bi-pay adalah Hong Hwat tojin."
"Oh. Hong Hwat tojin adalah sucou2ku (kakek guru) Ya,
memang aku pernah mendengar peristiwa itu " sahut Hong
Hong tojin. "Dan pernahkah tojin mendengar tentang rnunculnya
seorang tokoh pengembara yang aneh pada Iimapuluh tahun
yang lalu?" tanya orangtua baju putih itu pula.
"Banyak sekali peristiwa di dunia persilatan selama
duapuluh tahun yang lalu", kata Hong Hong tojin, "tetapi
tokoh yang manakah yang lojin maksudkan itu ?"
"Pada masa itu partai Go-bi-pay telah terancam kehancuran
karena beberapa partai besar antara lain Siau-lim-pay, Butong-
pay, Kun-lun-pay, Hoa-san-pay dan Kong-tong-pay, berbondong2
menuju ke markas Go-bi untuk meminta
pertanggungan jawab, atas perbuatan murid Go-bi-pay yang
bersalah melakukan penganiayaan terhadap murid2 dari
beberapa partai persilatan itu. Tetapi Hong Hwat kaucu, ketua
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari Go-bi ray menyangkal dan mengumpulkan semua murid2
Go-bi-pay supaya diteliti. Ternyata tiada seorang murid Go-bipay
yang mempunyai ciri2 seperti orang yang telah
menganiaya murid2 beberapa partai itu. Namun beberapa
partai itu tetap berkeras menuduh dan minta pertanggungan
jawab kepada Hong Hwat kaucu."
"Akhirnya Hong Hwat kaucu hilang kesabarannya. Sebagai
seorang ketua ia harus menjaga nama partai Go-bi. Dalam
perbantahan yang makin memuncak, akhirnya terjadilah
pertempuran. Berhadapan dengan ketua partai2 besar, sudah
tentu Go bi-pay harus menderita kekalahan besar. Beberapa
anakmuridnya mati dan terluka. Karena malu Hong Hwat
kaucu bunuh diri. Tetapi pada saat ia hendak menusuk leher
dengan pedang, se-konyong2 segulung angin mendampar
pedangnya jatuh dan Hong Hwa kaucupun ter-huyung2
beberapa langkah. Seorang lelaki bernmur tigapuluhan tahun muncul dan
mengatakan bahwa Hong Hwat kaucu salah karena mengambil
keputusan pendek begitu. Seharusnya dapat meminta waktu
untuk membersihkan nama baik Go-bi-pay. Kemudian kepada
ketua partai2 persilatan yang berada disitu, orang itupun
mendamprat, mengatakan mereka hanya mengandalkan
jumlah banyak untuk menindas Go-bi-pay. Bahwa mereka
hanya percaya pada bukti tapi tak dapat menunjuk orangnya.
Sudah tentu ketua2 partai persilatan itu marah. Orang
itupun sanggup menghadapi. Walaupun tak menang tetapi
diapun tak sampai kalah. Dia memiliki ilmu pukulan Gun-goanciang
yang mengejutkan lawan2nya. Pukulan Gun-goan-ciang
itu dapat mengimbangi kesaktian pukulan Toa-lat kmi-kongciang
dari Siau-lim-pay, pukulan Bi-kek-ciang dari partai Butong-
pay. Thian-gi-cin-kang-ciang dari partai Kun-lun-pay,
Kek-gong-biat-san-ciang dari partai Kong-tong-pay dan
pukulan Bok-lian-ciang dari Hoa-san pay.
Kagum atas kesaktian orang itu, para ketua partai
persilatan itu menghentikan pertarungan dan meminta
penjelasan. Orang itu mengatakan bahwa biangkeladi dari
peristiwa itu telah ia tangkap. Tak lain seorang Ihama dari
Tibet yang karena sakit hati dengan ketua Go-bi-pay yang
telah menghajarnya kemudian menyaru sebagai murid Go-bipay
untuk melakukan penganiayaan dan pembunuhan kepada
beberapa murid partai2 persilatan. Tujuannya agar partai2 itu
marah dan mengeroyok Go bi-pay
Ketua partai2 persilatan itu menyesalkan mengapa orang itu
tak cepat menghadapkan Ihama itu agar dengan demikian tak
sampai terjadi bentrokan yang sangat disesalkan itu. Tetapi
orang itu menjawab bahwa ia memang hendak menghukum
beberapa penanggung jawab dari partai Go-bi-pay yang dulu
telah menjatuhkan hukuman tak adil kepada dirinya. Tetapi
disamping itu iapun tetap akan membela Go-bi-pay dengan
suatu pertandingan bahwa ilmu kepandaian aliran Go-bi-pay
itu tak kalah mutunya dengan lain2 partai persilatan.
Ternyata orang itu adalah dulu seorang kacung yang
dipekerjakan didapur dari markas Go-bi-pay. Kacung itu
memiliki otak yang cerdas dan bakat yang baik sehingga
seorang tiang-lo (sesepuh) Go-bi-pay secara diam2 telah
mengajarkan ilmu silat kepadanya. Menilik kecerdasan dan
bakat kacung itu tiang-lo Go-bi-pay itu makin senang dan
mengajarkan pula ilmu pukulan Gun goan-ciang. Pada suatu
hari, tanpa disengaja, kacung itu telah dipergoki sedang
mengintai murid2 Go-bi pay yang sedang berlatih silat. Oleh
beberapa murid, dia telah dihajar. Karena ketakutan dan
hendak membela diri. tanpa disadari, kacung itu telah
melawan dan melepaskan pukulan Gun-goan-ciang. Beberapa
murid itu rubuh, ada yang menderita luka parah, bahkan ada
yang mati. Kacung segera dikepung oleh murid Go-bi-pay yang
berkepandaian tinggi, kemudian diadili oleh ketua Go-bi-pay.
Tetapi walaupun diancam akan dibunuh, kacung itu tetap
menolak memberitahu siapa yang telah mengajarkan ilmu silat
kepadanya. Ia tetap memegang janjinya kepada tianglo yang
memberinya pelajaran silat itu.
Akhirnya ketua Go-bi-pay marah dan memerintahkan
supaya kacung itu dibunuh karena berani mencuri lihat murid2
Go-bi-pay sedang berlatih silat. Dalam keadaan terpaksa
kacung itupun melawan. Sudah tentu ia tak mampu melawan
jago2 sakti dari Go-bi-pay. Akhirnya ia melarikan diri dan tak
ketahuan lagi bagaimana beritanya. Lima belas tahun
kemudian dalam dunia persilatan telah muncul seorang
pemuda yang memiliki ilmu silat dari aliran Go-bi-pay.
Terutama pukulan Gun-goan ciangnya sangat mengejutkan
sekali. Tahu2 orang itu muncul untuk menyelamatkan jiwa ketua
Go-bi-pay yang hendak bunuh diri di hadapan ketua2 partai
persilatan dan berhasil menghadapkan biangkeladi dari
peristiwa yang telah menfitnah nama baik partai Go-bi-pay.
Orang itu bukan lain adalah kacung pembantu dapur yang
dulu hendak dibunuh oleh orang Go-bi-pay.
Hong Hwat tojin ketua Go-bi-pay menghaturkan terima
kasih dan menyatakan rasa sesalnya atas peristiwa yang lalu.
Tetapi orang itu tetap menolak kembali pada partai Go-bi pay
tetapi ia berjanji akan menjaga nama baik partai itu. Sejak itu
ia menjadi tojin dan bergelar Tik Sian.
"O, aku pernah mendengar juga tentang peristiwa itu," seru
Hong Hong tojin. "tetapi kala itu aku masih muda dan karena
tak kenal maka aku-pun tak pernah menaruh perhatian.
Apalagi Tik Sian supeh (paman guru) itu telah menghilang dari
dunia persilatan." "Ya, memang benar' kata orangtua baju putih. "sejak
peristiwa di gunung Go-bi itu, dia tak pernah muncul lagi
dalam dunia persilatan. Kini tiba2 dia sudah menjadi pengawal
Baju Putih dari Thian-tong-kau".
Kemudian orangtua baju putih yang menyebut dirinya
bernama Pek I lojin itu berkata kepada Blo'on : "Ya, aku
mendapat akal bagaimana engkau harus menghadapi cianpwe
itu. Pada waktu bertempur merapat, cepat ia ringkus
tangannya atau peluk badannya kemudian aku yang akan
menyelesaikan dengan ilmu totokan dari jauh"
"Ah, tak perlu", kata Blo'on, "aku dapat membuatnya rubuh
pingsan dan tak sampai menderita luka berbahaya .
Habis berkata ia terus maju lagi. Rupanya pengawal Baju
Putih terkejut berhadapan dengan Blo'on. Setelah
memulangkan napas ia menghimpun seluruh tenaga-dalam
dan melepaskan ilmu pukulan Gun-goan-ciang lagi.
Blo'on tahu bahwa pengawal Baju Putih tengah
melancarkan pukulan. Jika ia menirukan gerak pukulan lawan,
lawan tentu akan menderita akibat yang parah. Apalagi ia
sudah dipesan orangtua baju putih jangan membunuh
pengawal yang itu. Tiba2 ia mendapat akal.
Begitu pengawal baju putih itu menggerakkan tangan,
Blo'onpun menyerempaki menjatuhkan diri ke tanah seolah
olah seperti terkena pukulan. Sebenarnya gerak gerik Blo'on
itu tampak dibuat-buat. Tetapi rupanya kesadaran pikiran
pengawal baju putih itu juga kabur. Melihat Blo'on rubuh, ia
terus maju menghampiri untuk menyusuli pukulan lagi supaya
lawan hancur. Pada saat pengawal baju putih itu tiba dihadapannya,
sekonyong-konyong Blo'on bergerak dengan cepat,
menggelinding dan menyambar kaki pengawal. Karena tak
menduga, pengawal itu terpelanting terus diterkam Blo'on,
plak .... ia menampar kepala orang iiu.
"Beres," kata Blo'on seraya bangun dan menjinjing tubuh
pengawal itu untuk diserahkan kepada orangtua baju putih.
Orangtua baju putih itu mendecak-decak mulut: "Cet. cet,
sungguh hebat engkau, kongcu. Siapakah engkau ini ?"
Blo'on hendak menyahut tetapi karena kuatir jawabannya
akan menimbulkan salah faham, buru2 Hong Hong tojin
mendahului: "Dia adalah putera Kim Thian Cong tayhiap."
"O, makanya begitu hebat," seru orangtua baju putih itu.
"Siapa bilang", seru Blo'on.
"Ho bukankah engkau sanggup mengalahkan beberapa
tokoh pengawal Baju Putih" Bahkan terakhir tadi adalah Tik
Siang tojin yang tiada lawannya dalam ilmu pukulan Gungoan-
ciang" " "Ya, mungkin juga begitu," sahut Blo'on seenaknya, tetapi
aku merasa tak memiliki ilmu silat apa2."
Pek I lojin terkesiap. Melihat itu Sian Li segera memberi
penjelasan. "Lo-cianpwe, memang sakoku itu sedang
menderita penyakit yang aneh. Harap lo-cianpwe jangan
mengambil di hati akan setiap kata-katanya. Dia tak dapat
mengingat peristiwa-peristiwa yang lampau, Tahukah locianpwe
bagaimana menyembuhkannya" "*
"O, kehilangan ingatan?" seru Pek I lojin.
" Aku tidak gila," teriak Blo'on.
Tiba2 seorang pengawal Baju Putih maju pula dan terus
menyerang. Gaya serangannya memang aneh. Tubuhnya agak
mengendap ke bawah, tangan menebar untuk menerpa,
menampar dan menusuk. Gerakannya yang sangat cepat,
loncat sambil menusuk mata Blo"on, membuat pemuda itu
gelagapan mencondongkan badan ke belakang. Tetapi dengan
sebuah gerak yang cepat pula, pengawal Baju Putih itu segera
menyambar kaki Blo'on dan dilemparkan ke belakang. Brak....
kepala Blo'on terbanting ke Iantai papan.
"Brandal!" kakek Lo Kun marah dan terus menerjang
pengawal Baju Putih itu. Krak .... pengawal Baju Putih menyongsongnya dengan
sebuah hantaman dan kakek Lo Kun-pun menghantam,
Terjadi benturan keras. Kakek Lo Kun terputar-putar seperti
gangsingan. Pengawal Baju Putih itupun terhuyung-huyung
sampai empat lima langkah.
Secepat berdiri tegak, pengawal Baju Putih itupun terus
loncat menyerang dengan gaya yang istimewa, Lo Kun juga
melayani dengan berloncatan mengitar. Dengan demikian
keduanya seperti anak2 bermain kejar kejaran,
"Ho-kun ciang !" seru Hoa Sin ketua Kay-pang setelah
memperhatikan gerak permainan pengawal Baju Putih itu.
"Ya, benar," sahut Pek I lojin, "kurasa dia memang Ho-kun
Sin-hiap yang termasyhur itu."
Ho-kun ciang artinya ilmu pukulan burung Bangau, sebuah
ilmu yang sesungguhnya bersumber pada aliran Siau-lim-kun.
Sepasang tangan yang direntang itu dimaksud.sebagai
sepasang sayap dan burung bangau yang menyambar lawan.
Memang sepintas pandang, kedua lawan, Lo Kun dan
pengawal Baju Putih itu seperti orang main udak. Tetapi
sesungguhnya mereka sedang melancarkan pertarungan yang
hebat. Karena diserang dengan gaya burung bangau, secara tak
sadar Lo Kunpun segera mengembangkan ilmu permainan
Hek-bou kun atau ilmu silat Macan-hitam.
Kakek Lo Kun itu senang belajar. Pada masa menjabat gi
lim-kun atau pasukan Bhayangkara di istana baginda yang
dulu, ia telah belajar ilmu silat Hou-kun (gaya Harimau)
dengan seorang wi-su atau anggauta pengawal istana. Wisu
itu sebenarnya murid dari Siau-lim-si. Kemudian setelah
mengasingkan diri di gunung Hek-bou san, Lo Kun segera
menambah dan memperlengkapi ilmu silat itu sendiri dengan
berbagai ilmu pukulan yang difahaminya. Dengan begitu
terciptalah sebuah ilmu pukulan Hek-hou ciang (pukulan
Macan Hitam). Gayanya seperti macan yang loncat menerkam
lawan. Hebat sekali pertarungan antara ilmusilat burung Bangau
dan ilmusilat Macan Hitam itu. Jika burung bangau
mengutamakan serangan kedua tangan, ilmusilat Macan Hitam
lebih mementing gerakan kaki. Masing2 mempunyai kelebihan
dan kekurangan sendiri2. Tetapi dalam pertarungan saat itu,
lambat laun tampak Lo Kun terdesak. Pengawal Baju Putih itu
lebih gesit dan lebih hebat serangannya. Berulang kali mampir
saja kedua biji mata Lo Kun tertusuk jari lawan. Untung dalam
saat2 berbahaya ia selalu masih dapat menolong diri dengan
menggunakan gundulnya. Berutang kaki tutukan jari pengawal Baju Putih itu mental
apabila menutuk kepala Lo Kun. Sesungpuhnya tenaga dalam
orang itu hebat sekali, tetapi gundul Lo Kun memang luar
biasa. Kerasnya seperti besi.
"Siapakah kakek itu ?" tanya Pek I lojin.
"Dia adalah kakek Lo Kun. Dia sayang sekali kepada suko.
Orangnya baik tetapi memang agak limbung pikirannya,"
menerangkan Sian Li. Kemudian dara itu meminta keterangan
tentang pengawal Baju Putih yang itu.
"Ho kun Sin-hiap Nio Cun dari Hok-kian, dulu pernah
mendirikan sebuah perguruan, kemudian setelah mendapat
banyak murid dia hendak meningkatkan mendirikan sebuah
partai persilatan. Makin lama makin besar, cabang2 dibuka
diberbagai kota. Sayang dia kurang hati2 sehingga dapat
diperalat pemerintah Goan untuk menggempur gereja Siau
lim-si. Dengan bantuan jago2 dari pemerintah Goan, Siau-limsi
dapat diobrak abrik. Tetapi pada malam itu, dia telah
didatangi seorang jago yang mengancamnya supaya dia
menghentikan memusuhi Siau-lim si. Dia menolak dan
menyerang jago itu. Tetapi akhirnya, jago itu berhasil
merubuhkannya dengan It-ci sin kang (Jari- tunggal-sakti).
Sejak itu dia lenyap mengasingkan diri karena malu," Pek I
lojin memberi keterangan.
"It- ci-tin-kang ?" seru Hoa Sin. "bukankah ci-sin-kang itu
gelar dari Kim Thian-cong tayhiap?"
Pek I lojin mengangguk : "Memang Kim tay hiaplah yang
menundukkannya." Dalam pada berbicara itu, pertempuran antara kakek Lo
Kun dan pengawal Baju Putih yang diduga tentu Ho-kun-sinhiap
Nio Cun telah mencapai babak yang gawat. Dengan
nekad Lo Kun menubruk untuk membenturkan gundulnya ke
dada lawan. Tetapi ternyata dia terperangkap. Hu-kun Sin hian
Nio Cun ayun tubuhnya melambung keudara melampaui
punggung Lo Kun, lalu secepat kilat berputar dan mengirim
tendangan ke pantat kakek itu, plak.....
"Huh.....," sekalain ketua partai persilatan berseru tertahan,
terutama Sian Li dan Hong Ing. Mereka terkejut ketika melihat
tubuh Lo Kun mencelat ke udara. Sian-Li malah terus menjerit
dan lari hendak menolong tetapi tiba2 sesosok tubuh
melenting dan menyambar tubuh kakek Lo Kun. Penolong itu
bukan lain adalah Blo'on.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pengawal Baju Putih hendak maju menyerang lagi tetapi
Sian Li segera menyambut dengan pedang Pek-liong-kiam.
Dara itu hendak membalaskan kakek Lo Kun yang tak
diketahui bagaiman keadaannya.
Putaran pedang Pek liong-kiam itu segera menciptakan
lingkaran sinar putih berhawa dingin, laksana awan berarakarak
meliputi tubuh pengawal Baju Putih.
Walaupun hilang kesadaran pikirannya tetapi pengawal Baju
Putih itu dapat merasakan juga kesaktian pedang Sian Li. Ia
tak berani melancarkan serangan, melainkan mengisar
mundur sembari menari-narikan tangannya untuk melindungi
tubuhnya. Sebenarnya pengawal Baju Putih mampu untuk
menghadapi ilmu permainan pedang Sian Li tetapi ia jeri
terhadap pedang pusaka Pek-liong-kiam. Maka ia hanya
bertahan dulu untuk mencari kesempatan merebut pedang si
nona. Tak berapa lama kesempatan itupun tiba. Dalam sebuah
gerak yang mengejutkan, pengawal Baju Putih sengaja
memberikan dadanya ditusuk. Tetapi pada saat Sian Li
menusuk, tiba2 lawan telah membuat sebuah gerak
tendangan sambil melambung. Sian Li terkejut tetapi tak
sempat menghindar lagi. Siku lengannya terasa kesemutan
dan pedang-pun mencelat ke udara. Serempak dengan itu
pengawal Baju Putihpun ikut mencelat ke udara untuk
menyambar pedang Pek-liong kiam.
Peristiwa itu berlangsung cepat sekali sehingga sekalian
ketua partai persilatan tak sempat berbuat suatu apa kecuali
hanya terkejut. Apabila pedang Pek-liong-kiam sampai jatuh
ke tangan pengawal Baju Putih itu, tentu membahayakan
sekali. Tiba2 suatu peristiwa yang mengejutkan terjadi. Pada saat
pedang Pek-liong-kiam meluncur turun dan pengawal Baju
Putih itupun sudah tiba dan menjulurkan tangannya untuk
menyambar, sekonyong-konyong pedang itu mendampar ke
dada pengawal Baju Putih.
Aneh benar. Pedang itu semula meluncur turun dan tanpa
sebab tiba2 melayang seperti dilontarkan orang, kearah
pengawal Baju Putih. Saat itu pengawal Baju Putih sedang
melayang dan ulurkan tangan kemuka untuk menyambar
pedang, Dengan kejadian yang mengherankan itu sudah tentu
sukar baginya untuk menghindar. Pun kalau menangkis
tentulah telapak tangannya akan terpapas.
Sebenarnya jika ia menampar atau menangkis dia hanya
kehilangan sebelah tangan. Tetapi kalau tidak, dadanya tentu
tersusup pedang itu dan mati. Rupanya pengawal Baju Putih
itu sudah kehilangan pikiran yang terang. Pedang menyambar
cepat ia hendak menarik pulang tangannya. Tetapi baru
setengah jalan, pedang itupun sudah meluncur dan
menembus telapak tangan, terus bersarang ke
tenggorokannya. Hanya sebuah raung jeritan menyerupai
harimau kelaparan yang terdengar dan tubuh pengawal Baju
Putih itupun segera menukik jatuh ke panggung.
Jikalau tokoh yang berada dipanggung, terlongong
keheranan. Tetapi cepat keheranan mereka terjawab ketika
melihat Blo'on bersama Lo Kun menghampiri pengawal Baju
Putih yang menggeletak berlumuran darah di lantai. Blo'on
membungkuk dan mencabut pedang Pek-liong-kiam lalu di
lemparkan kearah Sian Li : "Sumoay, nih, pedang mu!"
"Apakah kongcu yang membunuh pengawal Baju Putih itu?"
tegur Pek I Lojin. "Aku tidak membunuh hanya menampar pedang itu supaya
jangan sampai dirampasnya," jawab Blo'on.
"Tetapi tamparanmu begitu hebat sekali sehingga pedang
meluncur seperti anak panah dilepas dari busurnya," seru Pek
I lojin, "wah, engkau benar2 hebat sekali."
"Eh, kakek tua," kata Blo'on "siapakah sebenarnya engkau
ini " Mengapa engkau berada disini" Engkau hendak
membantu kami atau membantu mereka ?""
"Suko.... teriak Sian Li yang kuatir orangtua baju putih itu
tak senang mendengar kata-kata BIo'on yang kasar.
Tetapi Pek I lojin hanya tertawa : "Ho, ternyata pikiranmu
masih terang....." "Siapa bilang aku gila ?" seru Blo'on.
Pek I lojin tertawa : "Kehadiranku dipanggung ini bukan
membantumu juga tldak membela mereka tetapi berniat
menyelamatkan tokoh2 angkatan tua yang entah bagaimana
peristiwanya, telah dijadikan barisan pengawal Baju Putih oleh
partai Thian-tong-kau. Tidak semua mereka itu jahat, apalagi
mereka telah dicelakai Thian-tong-kau, maka perlulah mereka
diselamatkan dari kebinasaan."
Belum habis orang tua baju putih bicara, tiba2 beberapa
pengawal Baju Putih menyerang. Dikata beberapa, Karena kali
ini yang maju ada semua pengawal Baju Putih yang masih
sisa. Jumlahnya lima orang. Mereka maju sekali gus.
Melihat Hoa Sin dan Ceng Sian suthay serta Hong Hong
tojin serempak menyongsong. Tetapi dicegah oleh Pek I lojin.
"Jangan, biarkan Kim kongsu yang melayani." serunya
seraya menyurut mundur kesamping Blo"on, "kongcu, aku
orang tua memang tak berguna. Maukah engkau menghalau
kelima orang itu"' "Ya," sahut Blo'on yang kasihan karena melihat orangtua
baju putih itu ketakutan, "tetapi engkau harus memberitahu,
apakah mereka orang2 jahat atau baik, boleh dibunuh atau
tidak!" "O, baiklah, kata Pek I lojin, "nanti setelah melihat gaya
serangan mereka bagaimana, baru aku dapat memberitahu
kepadamu." "Cianpwe," tiba2 Sian Li berseru," mereka berjumlah lima
dan suko hanya seorang. Apakah ciapwe tak kasihan pada
suko " Bolehkah aku membantu suko?"
Baru Pek I Lojin mengucap begitu, tiba2 kakek Lo Kun
sudah menyelutuk : "Jangan main2 dengan jiwa cucuku si
Blo'on. Kalau ia sampai mati, engkau harus menghidupkan.
Kalau tak bisa, harus ganti dengan nyawamu."
Pek I lojin tertawa: "Ya, ya, kalau ia mati, nyawaku akan
masuk kedalam tubuhnya. Dan engkau nona, jangan buru2
turun tangan. Jika melihat sukomu benar2 terancam jiwanya,
baru engkau boleh membantu."
Blo'on tak sempat bertanya apa2 lagi karena saat itu kelima
pengawal Baju Putih sudah berhamburan menyerangnya.
Begitu tiba mereka terus berjajar2 membentuk sebuah
barisan. "Ngo-heng-tin," seru Hoa Sin ketika melihat formasi barisan
kelima pengawal Baju Putih itu. "Awas, kongcu, mereka
membentuk barisan Ngo-heng-tin ... "
Tetapi ketua Kaypang itu tak dapat melanjutkan kata2nya
karena saat itu Blo'on sudah melangkah masuk kedalam
barisan lawan. Ngo-heng-tin atau barisan Lima Unsur, dicipla menurut lima
unsur Kim, Bok, Cui. Hwat, Tho atau Emas. Kayu, Air, Api dan
Tanah. Sesungguhnya barisan itu merupakan barisan dari
partai Siau lim-si yang disebut Ngo-heng-pat-kwa-tin. Dan
pencipta aslinya sebenarnya Cukat Liang alias Khong Beng,
ahli strategi militer yang cemerlang pada jaman Sam Kok.
Blo'on tak mengerti ilmusilat apalagi ilmu barisan. Melihat
musuh membuka jalan, ia terus masuk saja kedalam barisan.
Dan ketika berada ditengah barisan, barulah ia terkejut karena
menderita serangan yang hebat.
Bukan saja barisannya disebut Ngo-heng, pun kelima
pengawal Baju Putih itu benar2 memiliki lima jenis tenagadalam.
Ketika dilontarkan, Blo'oi merasa dilanda oleh lima
macam tenaga pukulai yang hebat dan aneh. Pengawal Baju
Putih yang pertama, memiliki tenaga-dalam yang keras sekali
sekeras besi. Pengawal Baju Putih kedua memilil tenaga-dalam
setengah keras setengah lunak, mirip sifat kayu. Yang ketiga
memiliki tenaga-dalam yang sejuk dingin, mirip sifat air. Yang
keempat memilik tenaga-dalam panas, seperti panasnya api.
Dan yang kelima memiliki tenaga-dalam yang padat, sepadat
sifat tanah. Jika tenaga-dalam dari kerasnya logam membuat tulang2
serasa ditumbuk dengan alu besar jika tenaga dalam dari sifat
kayu itu memiliki daya perbawa yang membuat tubuh seperti
digebuk maka tenaga dalam yang bersifat dinginnya air itu
membuat tubuh menggigil seperti orang mengidap penyakit
demam, tenaga-dalam panasnya api itu membuat orang
seperti dicemplungkan dalam tungku api dan tenaga-dalam
sifat bumi itu membuat napas orang berhenti.
"Suko terancam," seru Sian LI seraya hendak maju tetapi
cepat dicegah Pek I lojin, "jangan terburu dulu, nona. Kulihat
Kim kongcu belum menderita apa2 kecuali bingung"
Sian Li terpaksa menahan diri. Ia mengikuti jalannya
pertarungan dengan penuh perhatian.
Memang sepintas pandang seolah Bloon telah ditelan dalam
hujan pukulan dan serangan tapi sesungguhnya Blo"onpun
sedang sibuk membalas. Pada mulanya dia memang
menderita karena dihantam sana, digenjot sini. Puncak dari
meletusnya ke marahan Blo'on adalah ketika ia merasa tak
dapat bernapas. Dengan mengcembor keras ia terus
mengamuk. Seperti telah dikatakan tenaga-dalam luar biasa
yang disebut Ji-ih-sin kang itu dapat dipancarkan setiap saat
yang dikehendaki Blo'on. Tetapi karena Blo'on tak tahu
bagaimana cara untuk mengerahkan tenaga dalam itu maka ia
harus menunggu sampai dirinya dipukul. Setiap dia marah
maka memancarlah tenaga-dalam Ji-ih-si n-kang itu.
Dan selekas tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang memancar maka
mengembang pula ilmu yang diserapnya dari kitab Bu-ji-keng.
Dia segera menjadi latah nekat. Setiap lawan bergerak, ia
segera menirukan. Bahkan gerakan kelima pengawal Baju
Pulih itu, pun sekalipun dapat ditirukan semua.
Walaupun hilang kesadaran pikirannya tetapi mau tak mau
kelima pengawal Baju Putih itupun terkesiap juga ketika
melihat gerak pemuda gundul lawannya itu.
Setiap kali mereka menyerang, setiap kali tentu disongsong
dalam gerakan yang sama oleh Blo'on. Bahkan bukan hanya
gerakannya saja, pun tenaga-dalam yang dipancar juga sama.
Sekali gus Blo"on mampu memancarkan lima jenis tenaga
dalam seperti yang dimiliki kelima pengawal Baju Putih itu.
"Cianpwe," tiba2 Sian Li berseru, "siapakah! kelima
pengawal Baju Putih itu ?"
Pek I lojin mengangguk : "Ya, kurasa memang mereka".
"Siapa "' desak Sian Li.
"Dahulu semasa jaman Goan, congtok (gubernur) Siamsay
mempunyai lima orang pengawal yang disebut Ngo hou-ciang
kun" kata Pek I lojin.
"O, maka mereka pandai dalam mengatur barisan" seru
Sian Li. "Bukan hanya pandai dalam ilmu barisan, pun mereka
termasyhur memiliki tenaga-dalam yang aneh. Dikata aneh
karena kelima orang itu masing2 mempunyai tenaga-dalam
yang ber-beda2. Dengan mempunyai kelima Ngo-hou-ciangkun
itu congtok Siamsay makin ganas. Apalagi dia beristeri
seorang wanita dari Mongol sehingga makin mendapat
kepercayaan penuh dari raja Goan. Congtok itu mempunyai
seorang anak putera yang gemar sekali mengganggu wanita
cantik." Waktu Pek I lojiu berhenti sejenak, Sian Li rnenyeletuk :
"Ya, biasanya anak2 pembesar itu tentu mengandalkan
pengaruh ayahnya untuk melakukan perbuatan2 yang
melanggar hukum." "Dia tidak salah," tiba2 kakek Lo Kun berseru "sebagai
seorang muda apalagi anak pembesar sudah tentu harus
bersenang senang diri. Seorang anak laki menggemari wanita,
adalah sudah wajar. Jangankan dia masih muda, sedang aku
yang sudah tua begini, pun suka melihat gadis2 cantik." Sian
Li tertawa. "Itu namanya kakek tak tahu diri," seru Hong Ing tiba2.
Kakek Lo Kun mendelik lalu meringis. "Lalu bagaimana,
cianpwe," tanya Sian Li pula kepada Pek I lojin.
"Pada masa itu di dunia persilatan terdapat sepasang suami
isteri gagah. Mereka merupakan sepasang pendekar yang
amat serasi sekali. Yang pria tampan, yang wanita cantik.
Kecantikan Han Hi Nio sedemikian termasyhur hingga dijuluki
sebagai Say-se si atau duplikat dari Se Si. Engkau tahu Se Si'?"
tanya Pek I lojin. Sian Li gelengkan kepala.
"Se Si adalah orang yang paling cantik di negeri Gwe. Dia
hidup pada jaman Jun Jiu. Sampai sekarang nama Se Si masih
digunakan untuk menyebut seorang wanita yang sangat
cantik," menerangkan Pek I lojin.
"Putera congtok itupun mendengar juga tentang isteri dari
pendekar itu. Dia segera memerintahkan kelima Ngo-houciang-
kun untuk menangkap sepasang suami isteri pendekar
itu dengan tuduhan mereka hendak memberontak kepada
pemerintah. "Pengaruh congtok sangat besar sekali. Pada suatu hari
sepasang pendekar itu telah dikepung oleh kelima Ngo houciang
kun yang masih dibantu lagi dengan kawanan kuku
garuda ..... " "Apakah kawanan kuku garuda itu, locianpwe ?" tanya Sian
Li. Pek I lojiu geleng2 kepala : "Ho, anak perempuan, engkau
benar2 masih hijau sekali."
"Benar, lo-cianpwe," sahut Sian Li." karena sejak kecil aku
ikut suhu belajar silat di gunung dan baru kali ini turun ke
dunia persilatan." "Kawanan kuku garuda adalah istilah bagi kaum persilatan
yang mau bekerja pada pemerintah yang bukan dari orang
Han. Kerajaan Goan didirikan oleh Kubilai Khan dan Kubilai
Khan itu adalah orang Mongol. Maka setiap jago silat yang
bekerja pada kerajaan Goan, disebut kuku garuda, artinya alat
dari penguasa." Sian Li mengangguk. "Sepasang pendekar itu memang gagah berani, tetapi
karena harus menghadapi berpuluh-puluh jago silat yang
sakti, akhirnya ia rubuh menderita luka berat dan ditawan.
"Peristiwa itu telah menggemparkan dunia persilatan yang
walaupun telah ditindas, tetapi masih tetap berserak secara
diam2. Mereka ingin membebaskan pendekar itu tetapi karena
penjagaan sangat kuat, terpaksa tak ada yang berani.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Puncak dari kemarahan kaum persilatan adalah ketika
tersiar berita bahwa Han Bi Nio telah mati membunuh diri
dengan jalan menggigit putus lidahnya sendiri....."
"Keparat putera congtok itu !" teriak Sian Li dengan gemas,
tentulah karena tak tahan menderita siksaan akhirnya wanita
itu mengambil jalau pendek..."
Pek I lojin gelengkan kepala. "Bukan, bahkan Han Bi Nio
telah mendapat perlakuan yang luar biasa manisnya dari
putera congtok itu. Beda dengan suaminya yang harus
menderita siksaan seperti seekor binatang buas."
"Lalu mengapa Han Bi Nio bunuh diri ?" ta nya Sian Li.
"Ternyata putera congtok itu berusaha untuk membujuknya
mau diperisteri. Dia benar2 tergila-gila melihat kecantikan Han
Bi Nio. Dari halus sampai kasar, kasar lalu halus lagi, tetap
Han Bi Nio tak sudi melayani rayuan putera congtok itu.
Bahkan ia memakinya habis-habisan..."
"Sungguh seorang lihiap yang luhur!" seru Sian Li.
"Akhirnya hilanglah kesabaran putera congtok itu. Ia suruh
orangnya mengikat kaki tangan Han Bi Nio, kemudian pada
malam itu putera contok lalu masuk kedalam ruangan hendak
memperkosanya. Dalam keadaan kaki tangan terikat Han Bi
Nio tak berdaya. Pada saat itu putera congtok sudah
menanggalkan pakaian Han Bi Nio dan terus hendak
melakukan perbuatannya yang terkutuk. Pada saat
kehormatan Han Bi Nio hampir tercemar. tiba2 wanita itu
berhasil menggigit putus hidung putera congtok menjerit-jerit
kesakitan karena hidungnya hilang. Karena marah, ia
mengambil pedang dan terus membacok Han Bi Nio. tetapi
sebenarnya saat itu Han Bi Nio sudah meninggal! Karena
setelah menggigit hidung putera congtok ia terus menggigit
lidahnya sendiri sampai putus. Dari pada cemar, lebih baik ia
memilih mati." "Ah"." Sian Li menghela napas itu kucurkan airmata,
"putera congtok itu harus dibunuh."
"Lo-jin, sehabis urusan disini selesai, bawalah aku ketempat
congtok itu. Hendak kubelah kepala putera congtok yang telah
membunuh seorang wanita begitu cantik, "seru kakek Lo Kun.
"O baiklah " sahut Pek I lojin.
"Lojin,"' tiba- Hong Ing yang selama ini diam saja, saat itu
ikut berseru, "bukankah cerita itu terjadi pada jaman kerajaan
Goan " Bukankah Congtok dan puteranya itu saat ini tentu
sudah meninggal "'' "Ya, benar." sahut Pek I lojin.
"Lalu mengapa lojin sanggup hendak membawa kakek itu
kesana ?" "Ya, tetapi bukan kerumahnya melainkan ke tempat
kuburannya," Pek I lojin tertawa.
"Apa ?" teriak kakek Lo Kun, "ke kuburannya?"
"Habis kalau orangnya sudah mati?"
"Huh, engkau seorang kakek yang sudah tua tetapi
mengapa masih suka bergurau seperti anak kecil ?" kakek Lo
Kun menegur. Sian Li dan Hong Ing tertawa mengikik. Demikian pula Pek I
lojin. Begitu garang kakek Lo Kun memaki orang seolah ia lupa
bahwa dirinya yang sudah tua rentapun gemar ber -olok2.
Tetapi kalau dirinya kena dipermainkan, dia lantas
mengambek dan mendamprat orang.
"Sudah, lojin, harap suka melanjutkan cerita itu" desak Sian
Li. "Berita kematian Han Bi Nio telah membangkit kemarahan
seluruh tokoh persilatan. Walaupun tanpa berunding dan
bersepakat lebih dulu, mereka ber-bondong2 menyerang
gedung kediaman congtok. Dalam serangan itu, mereka
berhasil membakar gedung congtok, membunuh putera
congtok dan membebaskan pendekar itu*
"Bagaimana dengan Ngo-hou ciang-kun itu?" tanya Sian Li.
"Dalam pertempuran itu, memang tokoh silat harus
menghadapi kesukaran melawan Ngo-hou-ci-ang-kun. Hampir
saja mereka gagal dalam usahanya menyelamatkan pendekar
itu apabila tak muncul seorang bintang penolong ..."
"Tentu bapaknya Blo'on !" teriak kakek Lo Kun serentak.
Sian Li pun beranggapan demikian. Tetapi di luar dugaan
Pek I lojin gelengkan kepala. "Bukan, bukan Kim tayhiap tetapi
kali ini muncul seorang pendatang baru lagi, lebih tua dari Kim
tayhiap" "Siapa ?" seru kakek Lo Kun seolah bertanya kepada orang
yang lebih muda dan dirinya.
"Bu Ing kijin," kata Pek I lojin, "kelima Ngo ciang itu tak
berdaya menghadapi ilmu pukulan dan gerak Tanpa-bayangan
dan Bu Ing kijin itu. Akhirnya mereka terhajar rubuh semua.
Dan sejak itu mereka lalu melenyapkan diri tiada beritanya
lagi." "Lo-cianpwe," kata Sian Li, *"adakah dalam peristiwa
sehebat itu suhuku tak muncul ?"
"Ho, engkau terlalu mendewakan suhumu, anak
perempuan." Pek I lojin tertawa, "ya, benar. Memang
seharusnya engkau bangga mempunyai seorang ksatrya hebat
seperti suhumu itu. Dia pun muncul juga dan melakukan suatu
perjuangan yang hebat. Dialah yang masuk dan
membebaskan pendekar itu dari sebuah penjara di bawah
tanah yang dijaga ketat oleh berpuluh kuku garuda
berkepandaian tinggi."
"Pada saat itulah kedua jago muda itu bertemu berkenalan
dan saling mengagumi. Persahabatan mereka telah
didambakan sebagai suatu berkah bagi kaum persilatan yang
saat itu sedang terancam bahaya kemusnahan. Tetapi
kemudian hari Bu Ing kijin jarang muncul didunia persilatan
lagi", akhirnya Pek I lojin menutup ceritanya.
"Jika demikian kelima pengawal Baju Putih itu adalah Ngo
hou-ciang itu ?" tanya Sian Li.
"Ya," kata Pek i lojin, "kalau menilik barisan Ngo-heng-tin
dan tenaga-pukulan mereka, kemungkinan besar tentulah
Ngo-hou-ciang. Heran mengapa mereka juga menjadi
pengawal Thian-tong kau".
Pembicaraan mereka tak lanjut karena saat itu pertempuran
dalam barisan Ngo-heng-tin telah menampakkan perubahan.
Dalam kemelut pukulan yang memancarkan angin dan tenaga
beberapa jenis itu, akhirnya mencapai puncak kegawatan
ketika tiba2 secara serempak kelima pengawal Baju Pu tih itu
tidak lagi memukul melainkan loncat menerkam Bloon.
Blo"on terkejut. Takut akan diterkam dia terus enjot
tubuhnya ke udara. Bukan kepalang kejut kelima pengawal
Baju Putih karena mereka saling menerkam sendiri, sedang
yang diterkam sudah lolos ke udara. Cepat mereka
memandang keatas lalu serempak berhamburan loncat ke
udara. Melihat itu Blo'on makin takut. la bergeliatan lagi dan
makin melambung keatas. Terdengar suara desuh dari mulut kelima pengawal Baju
Put'h ketika tangan mereka yang sudah hampir berhasil
menyambar kaki Blo'on tiba2 menangkap angin lagi.
Merekapun memiliki tenaga dalam yang hebat. Dengan
menginjak kaki kanan ke kaki kiri, mereka meminjam tenaga
pijakan itu untuk mengantar tubuh melambung naik lagi.
Melihat itu Blo'on makin kaget. Dia menggeliatkan tubuh
dan melambung lagi. Karena untuk yang kedua kalinya luput,
kelima pengawal Baju Putih itu penasaran. Dengan
mengerahkan seluruh tenaga dalam mereka melambung lagi.
Tetapi untuk yang ketiga kalinya, tetap gagal karena Blo'on
melambung lagi makin tinggi.
Tiga kali bergeliatan melambung, kelima pengawal Baju
Putih itu telah mencapai ketinggian dua tombak. Untuk
melanjutkan gerak melambung yang keempat kali rupanya
mereka sudah kehabisan tenaga.
Uh, uh, uh ..... terdengar mulut menghambur desuh dan
susul menyusut kelima pengawal Baju Putih itupun meluncur
turun ke lantai lagi. Tetapi rupanya mereka terang pikiran. Walau pun dalam
memikir apa2 mereka kehilangan daya ingatannya namun
dalam soal bertempur mereka masih dapat berpikir. Cepat
mereka membentuk di ri dalam sebuah barisan yang disebut
Ngo ci-ki-tin atau barisan ajaib Lima jari tangan. Mereka
berjajar dalam bentuk seperti lima jari tangan. Apabila Blo'on
mendarat turun, kelima jari itu akan bergerak untuk
menggenggam dan meremasnya sampai hancur.
Para ketua partai persilatan, Sian Li, Hong Ing, kakek Lo
Kun bahkan Pek I lojin terlongong-longong menyaksikan ilmu
meringankan tnbuh yang luar biasa dari Blo'on.
'"Eh, kurang ajar benar anak itu. Ternyata dia pandai
terbang begitu tinggi," kakek Lo Kun mulai mengomel.
"Ya. mengapa dia begitu hebat sekali," sambut Sian Li
kemudian bertanya, "cianpwe, apakah nama ilmu yang dimiliki
suko itu ?" Pek I lojin geleng2 kepala : "Aku sendiri tidak tahu. Tetapi
menilik keadaannya, dia telah mencapai tingkat kesempurnaan
dalam tenaga dalam. Kemungkinan ialah darah Seng si hian
kawannya sudah tertembus. Karena hanya orang yang
keadaannya begitu, baru mampu melakukan semua gerakan
yang dikehendakinya. Memang ada tenaga-dalam tataran
tinggi yang disebut Ji-ih sin-kang atau tenaga dalam sakti
bebas atau dapat digerakkan menurutkan kehendak hatinya.
Tetapi rasanya dalam dunia persilatan dewasa ini, tiada lagi
tokoh yang memiliki tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang itu."
"Apakah lo-cianpwe belum menguasai tataran Ji-ih-sin kang
itu?" tanya Sian Li.
"Aku ?" Pek I lojin terkejut. Tetapi pada lain saat ia tertawa,
"ah, jangan berolok-olok. Aku si orang tua ini tidak bisa main
silat. Hanya seorang tua renta yang menghabiskan umur
untuk makan bubur." Pada saat itu Blo'onpun meluncur turun. Kelima pengawal
Baju Putih itu selalu bergerak-gerak menuju ketempat dimana
Blo'on akan turun. Maka begitu Blo'on meluncur dilantai,
segera ia dikepung oleh kelima pengawal Baju Putih yang
kemudian terus menerjangnya.
Kali ini Blo'on tak sempat loncat ke udara lagi. Terpaksa ia
malah jatuhkan diri di lantai, sambil berguling kesana kemari,
ia mendupak dan menghantam lutut kelima pengawal Baju
Putih itu. "Uh, nh, nh.....kembali terdengar desuh dari mulut mereka.
Bahkan kali ini lebih keras dari yang tadi dan disusul pula
dengan rubuhnya, tubuh mereka. Mereka berguling guling
kian kemari, memekik dan meraung kesakitan.
Blo'on telah menghancurkan mata dan lutut kaki mereka
sehingga mereka tak dapat berdiri. Tetapi rupanya kelima
pengawal Baju Putih itu memang keras kepala sekali.
Walaupun kakinya sudah lumpuh tetapi mereka masih tak mau
menyerah. Dengan sisa tenaga-dalam yang masih ada,
serempak mereka menghantam.
Tetapi kenekadan mereka itu hanya membawa kehancuran
yang lebih cepat. Kembali daya khasiat dari kitab Tanpa
Tulisan yang telah maresap kedalam tubuh Blo"on, memancar.
Daya khasiat itu tak lain hanya suatu daya latah, yalah
menirukan gerak musuh, betapapun rumit dan cepatnya". Dan
disertai dengan tenaga-sakti Ji-ih-sin-kang yang mengeram
dalam tubuhnya, maka Blo'on menjadi seorang manusia yang
paling aneh dalam dunia persilatan.
"Ada tetapi tiada Tiada tetapi ada. Ada apa bila engkau
adakan. Tiada jika engkau meniadakan." Demikian pokok ilmu
kesakitan yang bersembunyi dalam tubuh Blo'on. Dia telah
menjadi sarang dari ilmu kesaktian, tenaga-dalam Ji-ih sinkung
dan ilmu Latah. Tetapi dia tak merasa dan tak tahu
bahkan tak mengerti bagaimana harus mengeluarkan ilmu
yang sakti itu. Tetapi apabila ia diserang, maka timbullah ilmu
kesaktian itu karena dia mengadakannya, yalah ingin
menghindar, menangkis ataupun balas memukul. Itulah yang
dimaksud sebagai 'tiada tetapi ada'.
Hantaman kelima pengawal Baju Putih itu segera
disongsong Blo'on dengan gerakan yang sama dan seketika
kelima pengawal Baju Putih itu seperti tertampar oleh
tenaganya sendiri sehingga mereka meraung, muntah darah
dan menggelepar dilantai.
Ketika beberapa ketua partai persilatan menghampiri dan
memeriksa ternyata kelima orang itu sudah amblas jiwanya.
Mereka hanya geleng2 kepala dan mengucap "omitohud"
menyaksikan peristiwa itu.
"Lojin," kata Hoa Sin kepada Pek I lojin satelah
menyaksikan ilmu kepandaian yang luar biasa dari Kim
kongcu, kurasa di dunia persilatan ini tiada yang mampu
menandinginya. Maka kita harus mencegah kehancuran yang
lebih hebat. Keduapuluh pengawal Baju Putih sudah habis
tetapi masih terdapat duapuluh orang pengawal Baju. Merah
lagi. Bukankah mereka juga tokoh2 sakti yang telah dicelakai
dan diperalat Thian-tong-kau?".
Pek I lojin mengangguk : "Ya, tetapi untuk jelasnya, kita
harus melihat dulu permainan silat mereka baru dapat
mengenal orangnya." "Tetapi bagaimanapun juga mereka adalah sama kaum
persilatan. Mereka tak berdosa maka sedapat mungkin harus
diselamatkan" kata Hoa Sin.
Pek I lojin menghela napas.
"Ya, benar. Tetapi sulitnya Kim kongcu itu tidak seratus
persen normal pikirannya. Dia memiliki tenaga-sakti hebat
tetapi tak tahu bagaimana mengembargkan dan bagaimana
mengendalikan. Sehingga sekali memancar, orang tentu akan
binasa. "Kim kongcu" serentak Hoa Sin berpaling ke arah Blo'on,
"apakah engkau benar2 tak merasa apabila engkau memiliki
tenaga-dalam yang sakti ?"
"Siapa bilang begitu ?" bantah Blo'on "apa itu tenaga-dalam
aku tak mengerti" "Tetapi kongcu telah mengalahkan semua jago2 sakti dari
Thian-tong-kau. Mereka mempunyai tenaga-dalam yang sakti.
Jika kongcu tak punya tenaga sakti yang lebih hebat dari
mereka, tak mungkin kongcu dapat mengalahkan mereka",
kata Hoa Sin. "Ah, terserah." kata Bloon, "orang boleh mengatakan aku
ini bagaimana, tetapi aku sendiri merasa jelas, tak mempunyai
tenaga-dalam dan tak mengerti silat".
Lalu bagaimana perasaanmu apabila engkau bertempur
dengan musuh ?" "Aku selalu merasa takut dan kuatir kalau hendak dipukul
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atau dibacok lawan maka timbullah keinginan hatiku untuk
menangkis dan tahu2 tangan atau kakiku dapat bergerak
sendiri," Hoa Sin geleng2 kepala. Dia adalah ketua partai Kay-pang.
Dia seorang tokoh yang berilmu tinggi. Dia termasyhur dan
dikagumi kawan mau pun lawan. Tetapi dia tak mengerti
Blo"on, tak mengerti ilmu apakah yang melekat pada diri anak
itu. Keadaan pihak Thian-tong kau diatas panggung upacara itu
hampir porak peranda. Duabelas barisan gadis Baju Kuning
dan duabelas gadis Baju Hijau sudah kabur karena takut
dengan ular thiat-bi-coa milik kakek Lo Kun. Keenam kacung
Baju Biru dan enam kacung Baju Merahpun sudah lari pontang
panting takut pada Blo'on. Kedua puluh pengawal Baju
Putihpun sudah hancur. Sebagian besar habis di tangan
Blo'on. Kini yang tinggal hanya keduapuluh pengawal Baju Merah,
dua orang gadis cantik yang berdiri disebelah kanan dan kiri
ketua Thian-tong-kau, sepasang harimau yang mendekam
dibawah kaki ketua itu, Dan si pengacara baju merah yang
diam seperti orang ter-longong2.
"Suthay, totiang, mari kita bekuk ketua Thian-tong-kau itu
agar dapat menghindari pertumpahan darah yang hebat," seru
Hoa Sin seraya terus loncat kemuka.
Pek I lojin hendak mencegah tetapi sudah tak keburu.
Ketiga ketua partai persilatan itu melanjutkan persepakatan
mereka tadi yalah antuk membekuk ketua Thian-tong-kau.
Tetapi kedatangan mereka segera disambut oleh seorang
pengawal Baju Merah. Begitu maju pengawal Baju Merah itu
terus ayunkan tangannya dan seketika itu terdengarlah desing
angin tajam melanda kearah ketiga ketua partai itu.
"Awas, jarum rahasia" teriak Hoa Sin seraya loncat
menghindar diikuti Hong Hong tojin. Tetapi Ceng Sian suthay
tak mau menyingkir melainkan tamparkan kebut hudfimnya.
Tring, terdengar suara halus dari sebuah benda yang jatuh ke
papan lantai. Setelah berhasil menampar jatuh jarum rahasia, Ceng Sian
suthay memutar hudtim dan maju menghampiri pengawal
Baju Merah itu. Pengawal Baju Merah itu tak berkata apa2, hanya ayunkan
tangan kanan lalu tangan kiri kearah Ceng Sian suthay.
Ketua dari partai Kun-Iun-pay itu menyadari bahwa
pengawal Baju Merah yang menyerangnya itu tentu seorang
ahli dalam menabur senjata jarum. Dan iapun curiga apabila
jarum2 rahasia itu mengandung racun Maka dengan hati2 ia
mainkan kebut hujtim sedemikianrupa sehingga tubuhnya
seperti terbungkus oleh sinar putih.
"Berbahaya " teriak Sian Li yang tak tahan lagi menyaksikan
keganasan pengawal Baju Merah itu. Serentak ia hendak maju
menerjang, "Jangan" seru Pek I Lojin seraya ulurkan tangan seperti
hendak menarik baju walaupun orangnya sudah dua langkah
jauhnya. Tetapi Sian Li terhenti. Ia merasa tubuhnya seperti tertahan
tenaga yang amat kuat sekali.
"Nona, berbahaya sekali" seru Pek I lojin, "ketiga ketua
partai persilatan itu cukup mampu untuk menghadapinya".
Saat itu pengawal Baju Merah ayunkan tangan kanan lalu
tangan kiri. Kali ini agak beda dengan yang tadi. Ayunan
tangan kanan itu memang berisi jarum tetapi tangan kiri
hanya tamparan saja untuk membantu supaya jarum itu
meluncur lebih keras dan dahsyat.
Tring tring. tring, ih ... tiba2 Ceng Sian suthay mendesis
ketika telinga kanannya tersambar oleh aum tajam dari
sebatang jarum. Untung dia masih dapat berkelit ke kiri
sehingga hanya keserempet sedikit saja. Sekalipun demikian
rasanya panas sekali sehingga daun telinganya itu merah.
Dengan cara mengantar lontaran jarum itu, berhasillah
pengawal Baju Merah untuk menembus lingkaran sinar dari
kebut hudtim Ceng Sian suthay.
Ceng Sian marah sekali. Sebagai seorang rahib ketua partai
Kun lun-pay diapun memiIiki kepandaian yang mengejutkan.
Tetapi karena sebagai seorang agama, dia berhati welas asih
dan pantang membunuh. Tetapi karena saat itu menghadapi seorang lawan yang
begitu ganas menaburnya dengan jarum rahasia yang
beracun, bangkitlah kemarahan rahib dari Kun-lun-pay itu.
"Hm," ia mendesis lalu menyongsong maju dan tiba2 bulu
dari kebud pertapaan itu rontok berhamburan melayang
kearah pengawal Baju Merah
Jarak yang sedemikian dekat, ditambah pula tak mengira
kalau kebut hudtim akan berobah menjadi ratusan bulu2 yang
tegak meregang seperti jarum2 panjang, pengawal Buju
Merah itu berusaha untuk menghalau dengan menamparkan
kedua tangannya. Tetapi gerakan itu tak dapat membendung
beberapa batang bulu yang langsung bersarang pada mata
dan lubang hidung pengawal Baju merah.
"Auh.....," terdengar jeritan ngeri yang seolah
menggetarkan panggung ketika tubuh pengawal Baju Merah
itu terdampar jatuh ke lantai.
"Suthay !" karena ngeri menyaksikan peristiwa itu. Sian Li
berseru tertahan. "Siancay ! Siancay !" Pek I lojin mengucapkan doa seraya
menghela napas, "Bwe-hwa-cian-kun Bo Hin, akhirnya engkau
harus memakan buah yang engkau tanam sendiri."
"Siapakah orang itu, lo-cianpwe ?"* tanya Sian Li.
"Dia adalah Bwe-hoa-ciam- kun Bo Hin, seorang tokoh
hitam yang gemar memetik bunga," kata Pek I lojin.
"Ini, aneh, mengapa seorang tokoh silat lelaki gemar
memetik bunga " Buat apa ?" tanya Sian Li kekanak-kanakan.
Pek I lojin tertawa : "Ah, cobalah engkau tanyakan kepada
Lo Kun cianpwe itu."
"Kakek Lo Kun, engkau tahu apa yang dimaksud dengan
memetik bunga itu ?" tanya Sian Li.
"Hah ?" Lo Kun terbeliak, "memetik bunga " Siapa yang
memetik bunga?" "Itu pengawal Baju Merah yang terbunuh suthay. Dia
seorang tokoh pemetik bunga."
"Kurang ajar!" teriak Lo Kun," jika demikian dia tukang
pengrusak kebun. Untung aku tak senang menanam bunga,
kalau tidak, hm, tentu sudah kuhajar batok kepalanya !"
Pek I lojin tertawa. "Benarkan itu, lo cianpwe ?" tanya Sian Li "Benar, benar,"
kata Pek I lojin." tetapi dalam dunia persilatan istilah itu
digunakan untuk orang yang suka merusak kehormatan
wanita." "Hai !" kakek Lo Kun melonjak, "jika demikian dia wajib
dibunuh. Mengapa sejak tadi engkau tak bilang?"
Pek I lojin hanya ganda tertawa. Ia tahu bahwa kakek itu
memang seorang limbung, tak perlu dilayani secara serius.
Dalam pada itu ketika Ceng Sian suthay sedang berhadapan
dengan pengawal Baju Merah tadi, dengan ketajaman mata
sebagai seorang tokoh berilmu tinggi, tahulah Hoa Sin bahwa
Ceng Sian suthay tentu dapat menghadapi lawannya. Maka ia
bersama Hong Hong tojin segera lanjutkan langkah untuk
membekuk ketua Thian-tong-kau. Tetapi saat itu juga
keduanya telah dicegat oleh dua pengawal Baju Merah.
"Hong kaucu mari kita membagi tugas." seru Hoa Sin
segera menyambut seorang pengawal Baju Merah. Sementara
Hong Hong tojinpun segera menyambut yang seorang.
Pengawal Baju Merah yang berhadapan dengan Hoa Sin itu
segera mengeluarkan senjatanya, sebatang toya bergigi duri.
Melihat itu Hoa Sin pun berseru : "Bagus, pengemis tua hari
ini akan menguji sampai dimana ilmu Pentung-anjing (Bakkau-
pang) itu lihaynya !"
Diapun lantas mencabut sebatang tongkat. Tiada yang luar
biasa pada tongkat itu dan ia pun nengatakan hanya sebatang
pentung untuk penggebuk anjing.
Tanpa banyak bicara pengawal Baju Merah Itu segera
menyerang. Jurus pertama yang dilancarkan yalah, menusuk
dada, mengemplang kepala, membabat pinggang dan
menyapu kaki. Gerakan itu dilancarkan sekaligus dengan cepat
dan beruntun. "Hong mo-ciang-hwat!" seru Hoa Sin seraya mainkan
tongkat penggebuk anjing untuk melayani. Hong-mo-cianghwat
artinya ilmu tongkat Iblis gila, yalah ilmu permainan
tongkat yang sedang dilancarkan oleh pengawal Baju Merah
itu. Dengan cepat sekali Hoa Sin segera dapat mengenali ilmu
permainan tongkat lawan. Dan ia pun tahu bagaimana cara
untuk melayaninya. Tetapi diluar dugaan ternyata Hong mo-ciang-hwat yang
dimainkan pengawal Baju Merah itu luar dari biasanya. Selain
gerakannya yang cepat, pun tenaga sabatannya dahsyat
sekali, Untung, Hoa Sin seorang jago Kay pang yang cerdas
dan tangkas. Sekalipun begitu tetap ia harus menderita
kesibukan. Hong-mo jut-gun atau Iblis-gila-menonjol keluar yang
dilancarkan dalam serangan selanjutnya oleh pengawal Baju
Merah itu, telah menimbulkan deru angin dan bunyi yang
menderu-deru seperti prahara sehingga rambut dan pakaian
pengemis-sakti Hoa Sin sampai bertebaran.
Hoa Sin harus kerahkan seluruh perhatian dan tenaga untuk
menghadapinya. Segera ia keluarkan jurus Pau ciang kau-ciau
atau Tongkat-melayang anjing menggonggong. Tongkat bak -
kau ciang segera berhamburan seperti hujan mencurah,
sayup2 seperti suara anjing menggonggong.
Tring ... terdengar benturan yang keras sekali. Tampak
kedua bahu pengawal baju merah itu menggigil tetapi tangan
Hoa Sinpun terasa kesemutan. Ketua Kay pang itu terkejut.
Siapakah gerangan tokoh itu " Mengapa sedemikian hebat
tenaganya " Hoa Sin termasyhur sebagai ketua Kaypang yang cerdik dan
sakti. Tongkat bak-kau-pang selama ini jarang mendapat
tandingan dan jarang digunakan untuk bertempur. Ia terkejut
saat itu karena bukan saja permainan tongkatnya tertindih
oieh permainan toya lawan, pun tenaganya juga lebih unggul
setingkat dengan lawan. Memang semasa ia masih muda, pernah ia mendengar
tentang seorang tokoh aneh yang bersenjata toya. Tokoh itu
disebut Giam Ti Beng digelari Hongmo-ciang atau si Tongkatiblis-
gila. Pernah ia datang ke gereja Siau-lim-si untuk
menantang paderi disitu. Dia dianggap gila dan diusir tetapi
beberapa paderi telah d gebuknya.
Ia nekad masuk kedalam gereja dan sesumbar hendak
menghajar semua paderi disitu. Maka oleh ketua Siau-lim-si
disuruhnya beberapa murid untuk mengusirnya. Pun tiada
seorang dari mereka yang menang dengan Giam Ti Beng.
Karena beberapa murid Siau-Iim-si yang berkepandaian
tinggi kalah, akhirnya Hui ln siansu yang pada waktu itu
menjadi ketua Siau lim-si terpaksa maju menghadapi sendiri.
Segera ia mendapat kesan bahwa Giam Ti Beng itu memang
agak kurang beres ingatan. Tetapi Hui-ln pun terkejut ketika
mengetahui bahwa ilmu permainan tongkat Hong-mo ciang
dan orang itu ternyata hebat dan aneh sekali.
Hong-mo-ciang Giam Ti Beng memang berwatak angkuh
dan sombong. Segala2nya ia minta istimewa. Tongkatnya
bukan tongkat sembarangan tetapi dari sari baja murni. Dia
pernah berkelana ke daerah Biau di Tibet dan mengetahui
cara pembuatan dari golok orang Biau yang termasyhur tajam
yalah golok Biau-to, tipis tetapi luar biasa tajamnya. Golok itu
dibuat dari baja keluaran Tibet yang istimewa. Diapun mencuri
bahan baja itu lalu meniru cara pemasakan orang Biau, ia
dapat membuat sebatang tongkat.
Demikian pula dengan ilmu permainan Hong mo-ciang. Dia
robah semua gerak2 dari setiap jurus. Misalnya yang
seharusnya menyerang ke kiri, ia robah menyerang ke kanan,
yang kekanan dirobah ke kiri. Yang seharusnya memapas
keatas dirobah membabat kebawah. Yang seharusnya
menusuk kemuka ia malah menarik ke belakang dan yang
seharusnya ditarik kebelakang ia malah menusuk ke muka.
Pokoknya semua gerak, berlawanan arah dari gerak aselinya.
Dengan Hong-mo-ciang-hwat yang serba aneh itu, dapatlah
ia membuat Hui ln taysu sibuk sekali dan hampir saja rubuh.
Tetapi Hui In adalah seorang ketua Siau-lim-si yang cerdas
dau berilmu tinggi Tiba2 ia loncat keluar dari gelanggang dan
berseru : "Omitohud ! Sicu hebat sekali !"
Giam Ti Beng tertegun melihat kewibawaan hweshio tua
yang menjadi pimpinan Siau-lim-si. Diapun tak mau
melanjutkan pertempuran. "Apakah maksud sicu datang ke gereja kami"* tegur Hui In
pula. "Tak ada maksud apa2 kecuali hendak membuktikan
apakah ilmu permainan tongkatku dapat mengimbangi ilmu
kepandaian Siau-lim si"
'Oh, bukan saja mengimbangi tetapipun mengungguli, sicu."
seru Hui In taysu. Wajah Giam Ti Beng ber-seri2 : "Jika demikian, terima
kasih, taysu, aku mohon pulang".
Ternyata Hui In taysu memang seorang yang bijaksana dan
penuh dengan toleransi. Jika ia mau, tentu ia dapat
mengalahkan orang itu. Tetapi melihat orang itu tak normal
pikirannya diapun tak mau melayani.
Beberapa anak murid Siau-lim-si terkejut heran di antara
mereka timbul pembicaraan yang menguatirkan bahwa apabila
peristiwa Hui In taysu dikalahkan oleh Giam Ti Beng itu
sampai tersiar keluar, nama baik Siau-iim-si tentu jatuh.
Tetapi kekuatiran murid2 Siau lim si itu tak sampai terjadi
karena sejak meninggalkan gereja Su lim si, Giain Ti Beng tak
pernah kedengaran beritanya lagi.
Ternyata diam2 Hui In taysu memanggil seorang murid
yang bukan dari orang agama, seorang pemuda yang berbakat
bagus. Ia menitahkan agar pemuda itu mencari Giam Ti Beng
dan menantangnya. Tetapi murid itu dipesan supaya jangan
sampai membunuh orang itu, cukup asal diikat dengan
perjanjian bahwa apabila Giam Ti Beng kalah maka harus
bersembunyi tak boleh muncul kedunia persilatan.
Murid itu memang lihay dan cerdik. Dia tantang Giam Ti
Beng untuk bertanding dua macam kepandaian, ilmu pukulan
dan ilmu tongkat. Setiap pertandingan memakai syarat. Kalau
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pemuda itu kalah, dia rela dipotong sebelah tangan atau
kakinya. Jika sampai kalah dua kali, boleh dipotong dua buah
bagian tubuhnya, kaki atau tangan.
Tetapi apabila Giam Ti Beng kalah, untuk tiap macam
pertandingan, dia harus bersembunyi selama sepuluh tahun.
Kalau dua pertandingan kalah berarti harus bersembunyi
duapuluh tahun. Pertandingan itu diterima oleh Giam Ti Beng. Karena sudah
diberi pelajaran ilmu Tat-mo kiam oleh Hui In taysu. maka
dapatlah pemuda itu mengalahkan Giam Ti Beng. Dan Giam Ti
Bengpun harus memenuhi janji. Sejak itu dia tak kedengaran
kabar beritanya lagi. Maka apabila Hoa Sin kelabakan menghadapi permainan
Hong-mo ciang dari pengawal Baju Merah itu. memang dapat
dimengerti. Apalagi setelah mengasingkan diri itu, belasan
tahun lamanya Giam Ti Beng meyakinkan dan
menyempurnakan ilmu Hong-mo-ciangnya.
Baru kali ini Hoa Sin menghadapi musuh yang amat
tangguh. Dia harus mati2an mempertahan diri sehingga
tubuhnya sampai mandi keringat.
'"Nona", tiba2 Pek I lojin berseru kepada Hong Ing yang
sejak tadi diam saja, "maukah engkau membantu Hoa pangcu
yang kerepotan itu ?"
"Biik, locianpwe, seru Hong Ing seraya loncat ketengah
gelanggang dan langsung menyerang pengawal Baju Merah
itu seraya berkata : "Hoa pangcu, silahkan beristirahat dulu,
biarlah aku yang melayani orang ini."
Sebenarnya Hoa Sin penasaran atas kehadiran Hong Ing
itu. Walaupun dia terdesak tapi belum tentu dia kalah. Tapi
karena nona itu sudah terlibat dalam serangan dengan
Pengawal Baju Merah, terpaksa ia loncat mundur.
"Hoa pangcu, harap jangan salah mengerti," kata Pek I
lojin, "memang akulah yang meminta nona itu menggantikan
Hoa pangcu. Manusia semacam itu tak perlu Hoa pangcu turun
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 16 Panggung Penghukum Dewa Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Kisah Si Rase Terbang 6
Dan karena lawan menggunakan tangan kosong, Hoa Sin
pun tak mau memakai tongkat penggebuk anjing atau Bakkau-
pangnya yang terkenal. Jurus Noh-eng-tham-cu atau Garuda-marah- menerkammutiara
yang dilancarkan pengawal Baju Putih itu bertujuan
untuk menerkam kedua biji mata Hoa Sin. Ketua Kay-pang itu
tahu bagaimana keganasan dari jurus yang dimainkan lawan.
Cepat ia lontarkan hantaman seraya loncat mundur.
Pukulan yang dilontarkan Hoa Sin itu menggunakan enamtujuh
bagian tenaganya tetapi betapakah kejutnya ketika
dilihatnya pengawal Baju Putih itu tetap menerjang maju
dengan ulurkan kedua tangannya ke muka.
Hoa Sin terpaksa menghindar ke samping. Dengan sebuah
gerak yang cepat ia gunakan jurus Thui-jong-ong-gwat atau
mendorong-jendela-memandang-rembulan. Kedua tangannya
didorong serempak kearah lambung lawan.
Tetapi pengawal Baju Putih itu tiba2 berputar tubuh.
Dengan indah sekali, kedua tangan Hoa Sin dapat dihindari
dan tak kurang cepatnya segera ia balas menerkam tangan
Hoa Sin dengan jurus Hui-eng sian-ke atau Garuda-terbangmenggondol-
ayam. Menghadapi gerak perobahan dari lawan, Hoa Sin gunakan
jurus Yap-mi-hun jong atau Kuda-liar membagi bulu suri.
Kedua tangan direntang. setelah cengkeraman pengawal Baju
Putih masuk segera ia mengatupkan tangannya untuk
menerkam. Tetapi alangkah kejut Hoa Sin ketika gerakannya yang
dilakukan dengan kecepatan tinggi itu tetap menerkam angin
karena lawan dengan mudah telah mengendapkan kedua
cakarnya dan tangan ditusukkan ke perut Hoa Sin.
Jarak amat dekat sekali. Jalan satu-satunya bagi ketua Kaypang
hanyalah miringkan tubuhnya kemudian, dengan sebelah
tangan ia menghantam dada lawan. Plak .... pengawal Baju
Putih itu tergetar mundur tetapi kedua kakinya tetap berdiri
ditempatnya. Sedang Hoa Sin terpaksa harus loncat
menyingkir. Ketika memeriksa bajunya ternyata terdapat lima
buah lubang kecil bekas tusukan kuku jari lawan.
"Siapakah gerangan tokoh Eng jiau-kiau ini " masih Hoa Sin
melanjutkan pertanyaannya dalam hati. Walaupun pukulannya
tadi hanya menggunakan lima bagian tenaganya, tetapi
tidaklah sembarang jago silat mampu menerimanya. Pengawal
Baju Putih itu hanya tergetar ke belakag tetapi tetap tak
berkisar dari tempatnya. Sesaat berobahlah airmuka ketua Kay-pang ketika teringat
akan seorang tokoh dalam dunia persilatan yang sudah lama
menghilang tiada beritanya.
Dunia persilatan pernah mengenal seorang tokoh dari gurun
Gobi yang pernah pada beberapuluh tahun menggemparkan
dunia persilatan Tiong-goan. Dia memiliki ilmusilat Eng-jiaukang
tetapi ilmu itu sedikit berbeda dengan ilmu Eng-jiau-kang
yang terdapat di dunia persilatan Tiong goan. Tokoh itu
bernama Hong tian-sin-eng atau Garuda sakti-gila. Kuku2
kesepuluh jarinya panjang tetapi dapat dijulurkan lurus keras,
dilipat dan disurutkan menurut sekehendak hatinya. Dan yang
lebih ganjil pula. kuku2 jarinya itu mengandung racun,
Jangankan tercengkeram, bahkan tergurat sedikit saja oleh
kukunya, bagian anggauta badan lawan yang terkena guratan
itu tentu akan kaku tak dapat digerakkan lagi.
Hoa Sin untung masih sempat menghindar, sehingga
perutnya tak sampai rusak. Namun lubang pada bajunya itu
cukup membuat ketua Kay-pang malu dan naik pitam. Ia
hendak maju menyerang! "Hoa, pangcu, aku saja yang menghadapi," tiba2 Blo'on
berseru terus mendahului melangkah kehadapan Hong -tiansin-
eng. Pengawal Baju Patih itupun tak mau banyak bicara. Siapa
saja yang maju, ia tak peduli. Pokoknya akan diserangnya
sampai hancur. Melihat seorang pemuda gundul, ia terus saja
loncat menerkam, sepuluh kuku jarinya menekuk macam kuku
garuda hendak mencengkeram korban. Sekali buka serangan
ia gunakan jurus Sin-eng-can-jiau atau Garuda sakti menebarcakar.
Sedemikian hebat dan ketat gerakan kesepuluh jari
Hong-tian-sin-eng sehingga Blo'on seolah dikelilingi oleh pagar
kuku runcing. Blo'on terkejut dan ngeri melihat jari2 yang menyeramkan
itu. Rasa kaget, telah mendebar semangatnya sehingga
darahnya bergejolak keras. Dan seketika mengembanglah
tenaga-dalam Ji ih-sin-kang yang istimewa. Ia tak menyadari
akan tenaga dalam aneh yang dimilikinya itu. Hanya karena
suatu gerak reflek hendak diterkam, ia segera merontak,
menjejakkan kaki ke tanah dan tahu2 tubuhnya meluncur
seperti anakpanah dilepas ke udara.
Pengawal Baja Putih itu terkejut sekali karena terkamannya
yang hampir mengenai itu tiba2 hanya menerkam angin.
Sedangkan Blo'on ketika diudara baru gelagapan sendiri. Ia
tak nyana kalau dirinya mampu melambung sampai dua
tombak ke udara. Memandang ke bawah dilihatnya pengawal
Baju Putih itu sedang mencengkeram ke tempatnya yang
sudah kosong tadi. Seketika timbul kemarahan Blo'on, ia
hendak meluncur turun menginjak kepala orang itu. Tetapi ia
tak tahu bagaimana caranya supaya dapat meluncur cepat.
Ji-ih-sin-kang memang aneh luar biasa. Apalagi jalandarah
Seng-si-hian-kwan dalam tubuh Blo'on sudah tertembus. Tak
perlu bergerak, cukup pikirannya menghendaki saja, tahu2
tubuhnya sudah meluncur seperti yang dikehendaki.
Ji ih sin-kang yang dimiliki Blo'on memang cukup
digerakkan dengan angan2 atau pikiran saja. Keanehan itu
mungkin hanya dapat terjadi pada diri Blo'on yang penuh
dengan beberapa tenaga dalam yang aneh, buah cian- hanhay-
te-som dan lain2 hal yang tak mungkin dialami orang lain.
Demikianlah setelah meluncur kebawah dalam kecepatan
yang tinggi, kaki Blo'on hinggap diatas kepala Hong-tiang-sineng.
Pengawal Baju Putih itu terkejut sekali. Cepat ia menarik
kedua tangannya untuk mencengkeram kaki dialas kepalanya.
Tetapi ah, hanya angin yang diterkam. Dan ketika baru saja ia
menarik kedua tangannya turun, kepalanya sudah diinjak
Blo'on lagi. Bahkan kali ini Blo'on menginjak keras hingga
tubuh pengawai Baju Putih itu mengendap kebawah, krak....
Blo'on loncat turun. Sekalian orang terkejut menyaksikan apa yang terjadi.
Pengawal Baja Putih itu kepalanya lunglai rebah keatas
bahunya seperti orang tengeng. Ternyata pijakan Blo'on telah
meremukkan tulang lehernya. Jika bukan dia yang mempunyai
daya-tahan hebat, tentulah sudah mati. Tetapi Hon-tian sin
eng memang hebat. Tadipun pukulan ketua Kay pang hanya
mampu merebahkan tubuhnya ke belakang Dan sekarang
walaupun tulang lehernya sudah remuk dia masih dapat
bertahan walaupun kepalanya terkulai kesamping pada
bahunya. Pengawal Baju Putih memang gila benar. Walaupun sudah
menderita luka begitu rupa, namun ia masih kuat melanjutkan
serangannya. Bahkan karena marah, serangannyapun makin
ganas dan kalap. Blo'on kesima. Pertama, ia merasa kasihan juga melihat
leher orang itu. Dan kedua, iapun terlongong karena orang itu
masih dapat melancarkan serangannya. Hanya sedetik ia
terlongong tapi cukup sudah bagi seorang tokoh macam Hoantian-
sin-eng untuk menerkam dada Blo'on.
"Hukkk ..." Blo'on mengukuk kaget. Lebih kaget lagi ketika
ia rasakan dadanya seperti ditusuk pisau runcing.
Telah dikatakan berulang kali, ji-ih-sin-kang yang dimiliki
Blo'on itu memang aneh sekali. Apalagi kalau dia marah atau
terkejut, seketika tenaga-dalam aneh itu terus memancar
keluar menurut ke hendak hati Blo'on. Rasa sakit pada dada,
telah membuat Blo'on marah dan ingin membalas rasa sakit
itu. Dan Ji-ih-sin-kangpun memancar .....
Krek, krek ..... terdengar bunyi bergemeretukan ketika
kesepuluh jari pengawal Baju Putih yang menancap pada dada
Blo on itu pecah dan patah, semua. Dan lebih gila lagi, Ji ihsin-
kang itu masih melanjutkan menembus, jari2 pengawal
Baju Putih, mengalir ke lengan lalu terakhir menggempur
jantung. Pengawal Baju Putih itu menjerit ngeri ketika tubuhnya
terpelanting rubuh ke belakang. Mulut mengalirkan darah,
mata meram nyawa amblas. "Suko !" teriak Sian-Li seraya lari menghampiri dengan
cemas "apakah suko terluka " Mengapa dada bajumu
berlumuran darah hitam ?"
Blo"on menunduk memandang dadanya. Ah memang benar
dada bajunya telah berlumuran darah warna hitam.
"Apakah engkau terluka. suko?" ulang Sian-Li.
Blo'on gelengkan kepala : "Tidak. Tadi memang terasa sakit
karena dadanya dicengkeram kuku orang itu yang runcing.
Tetapi pada saat rasa sakit itupun sudah hilang."
"Ah, masakan ?" kata Sian-Li. "cobalah engkau periksa
dadamu, suko" Blo'on menurut. Ternyata pada dadanya terdapat beberapa
bekas lubang. Darah hitam itu mengalir dari lubang2 itu yang
saat itu sudah kering. Hoa Sin yang menghampiri dan melihat luka itu serentak
berobah airmukanya : "Kim kongcu engkau terkena kuku
beracun. Tentulah kuku2 dari pengawal Baju Putih itu
mengandung racun. "Bagai manakah rasa tubuhmu ?"
"Tidak apa2" jawab Blo'on.
"Cobalah engkau bernapas," pinta Hoa Sin. Dan Blo'onpun
melakukannya. "Tak apa2" katanya tersenyum.
Hoa Sin terlongong, jelas diketahuinya bahwa lubang2 kecil
pada dada Blo"on itu bekas cengkeraman kuku dan karena
warnanya hitam, tentulah kuku itu beracun. Menilik
kepandaian pengawal Baju Putih itu tentulah racun yang
digunakannya itu ganas sekali. Tetapi mengapa Blo'on tak
apa2. Jika ketua Kay-pang itu heran memang tak mengherankan
karena ia tak tahu bahwa Blo'on telah makan buah ajaib cian-
Iiau-hay-te-som dan memiliki tenaga-dalam aneh Ji-ih-sinkang.
Karena merasa sakit ia ingin menghapusnya dan
memancarlah tenaga-dalam Ji-jh-sin-kang, mematahkan
kuku2 jari pengawal Baju Putih dan menghalau keluar racun
yang hendak menyusup kedalam dadanya.
"Mengapa Hoa pangeu ?" tegur Blo"on.
"Baru pertama kali ini aku melihat seorang yang tak
mempan racun seperti kongcu. Apakah engkau mempunyai
ilmu untuk menolak racun?" tanya Hoa Sin.
Blo'on gelengkan kepala. "Wah, aku tak kira kalau Kim kongcu memiliki ilmu
kepandaian yang luar biasa saktinya. Pengawal Baju Putih itu
ganas dan sakti, jika tak ada kongcu. sukar untuk mengatasi
orang itu," Hoa Sin memuji.
"Ah, janganlah Hoa pangcu memuji" kata Blo'on
"Memang benar, kongcu." kata Hoa Sin dengan nada
bersungguh, "ilmu meringankan tubuh yang kongcu tunjukkan
tadi. benar2 luar biasa. Mungkin belum tentu jago kelas satu
mampu menandingi kepandaianmu. Darimanakah engkau
memperoleh kepandaian sakti itu ?"
Blo'on gelengkan kepala ; "Aku tidak mempunyai guru."
"Ha, ha," Hoa Sin tertawa, "tak apalah, mungkin suhumu
melarang engkau jangan mengatakan namanya kepada
orang." "Sama sekali tidak,"' seru Blo'on, "suhuku itu bernama
tetapi entah apa namanya. Setiap orang tentu mempunyai".
Ketua Kav-pang tahu bahwa putera dari Kim Thian Cong itu
memang berwatak aneh dan pikirannya aneh. Tetapi apa yang
dilihatnya saat itu, menimbulkan kesan lain. Dalam sikapnya
yang Blo"on, ia melihat suatu cahaya kewibawaan. Dalam
kebodohannya, ia melihat suatu kejujuran yang polos. Tak
bisa ilmusilat tetapi sakti. Tak punya guru tetapi memiliki ilmu
silat tinggi. Dalam hal wajah, sesungguhnya Blo"on memiliki
ketampanan yang mempunyai sifat menarik. Tak kalah dengan
ayahnya, Kim Thian Cong. "Siapakah nama suhumu itu ?" tanyanya.
"Pengalaman dan kehidupan," sahut Blo'on. ia garuk2
kepala, "sesungguhnya aku jemu dengan kehidupan. Aku
melarikan diri. Tetapi aku selalu dikejar-kejar hidup. Berulang
kali aku sebenarnya harus mati, tetapi tetap diharuskan hidup.
Aku pernah dikepung gembong2 Hoa san-pay, aku pernah
dikeroyok paderi2 Siau-lim-si, aku pernah dicium harimau, aku
pernah jadi menantu raja, pernah dikubur dan lain2. Aku tak
senang hidup tetapi selalu diharuskan hidup. Dan hidup itu
membawakan aku kepada pengalaman yang aneh2.
Pengalaman2 itu banyak memberi pelajaran. Aku tak mau
belajar tetapi dipaksa untuk menelan pelajaran. Pernah aku
mendapat sebuah kitab aneh aku tak mau dan tak ingin
mempelajari kitab itu tetapi seorang pengemis telah
mengambil, membakar dan abunya diminumkan kemulutku
dikala aku tidur nyenyak, bukankah hal itu aneh ?"
Ketua Kay-pang mengangguk: "Benar, benar memang aneh
sekali penghidupan itu. Yang mengharap dan menginginkan,
malah tak mendapat. Yang tak mengharap dan menginginkan,
malah mendapat." "Tepat," seru Blo'on pula, "seperti dengan ketua Thian tong
kau disini. Dia mendirikan perkumpulan, mencari anggauta
dengan paksa karena hendak mencari nama, hendak menjagoi
dunia. Tetapi beginilah jadinya....."
Belum selesai ia bicara tiba2 seorang pengawal Baju Putih
yang lain, melaugkah maju setindak, berhenti lalu dorongkan
sebelah tangan | Se-konyong2 Hoa Sin menjerit dan tersurut mundur
selangkah. Demikian pula dengan Blo'on juga ter-huyung2.
Sian-Li dan Hong Ing yang dekat dengan Blo'on juga
menderita. Kedua nona terlempar sampai beberapa langkah.
Untung keduanya tangkas. Begitu merasa terlanda oleh angin
pukulan yang tak kelihatan, keduanya segera loncat. Maka
walaupun terlempar mereka tak sampai menderita luka.
"Bu-ing-sin-kang !" teriak Hoa Sin ketika menyadari apa
yang telah terjadi. Bu-ing-sin-kang artinya tenaga-sakti-tanpa-bayangan. Suatu
ilmu tenaga-dalam yang tak kelihatan tetapi tahu2 telah
melanda orang.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa itu Bu-ing-sin-kang?" tanya Blo'on. Hoa Sin pun segera
menerangkan. "O, jika begitu kalian harus ber-jaga2. Biar aku yang
menghadapi orang itu" kata Blo'on.
Hoa Sin terkejut, Ceng Sian suthay dan Hoa Hong tojin juga
menghampiri dan berseru: "Kongcu dia sangat lihay sekali ... "
Tetapi Blo'on tak mengacuhkan, dia terus ayunkan langkah
maju ke hadapan pengawal Baju Putih itu.
"Hai. engkau pengecut" serunya, "kalau menyerang harus
bilang, dong!" Tetapi pengawal Baju Putih itu tak menjawab melainkan
mendesuh aneh. Tiba2 ia dorongkan tangannya kemuka.
Tetapi Blo'on sudah tahu. lapun segera mendorongkan
tangannya ke muka. Tiada goncangan, tiada suara apa2,
tahu2 pengawal Baju Putih itu tergetar tubuhnya.
Rupanya dia tak puas. Kembali ia dorongkan tangan
kanannya kemuka. Blo'onpun tak terima, ia menirukan juga
gerak orang itu, Dan akibatnya, pengawal Baju Putih itu bukan
saja tergetarpun kakinya tersurut setengah langkah.
Pengawal Baju Putih itu mengeluarkan suara aneh, bercuitcuit
seperti babi hendak disembelih. Setelah berdiri tegak, ia
lalu dorongkan kedua tangannya. Gerakannya seperti orang
ber-main2 karena sama sekali tak mengeluarkan angin
maupun suara. Blo'on juga dorongkan kedua tangannya ke muka. Kali ini
pengawal Baju Putih itu terhuyung selangkah kebelakang.
Sekalian orang yarg menyaksikan adu pukulan tak bersuara
itu terkejut heran. Ilmu apakah yang dimiliki Blo'on sehingga
mampu mengalahkan seorang pengawal Thian-tong-kau yang
memiliki ilmu pukulan sakti Bu-ing-sin-kang"
Jika tokoh2 ketua partai persilatan itu heran tidaklah
demikian dengan pengawal Baju putih itu. Karena pukulan
dengan kedua tangannya gagal, ia makin penasaran. Dengan
meraung keras ia terus lari menyerbu Blo'on, seraya
menghamburkan pukulan tangan kanan dan kiri. Blo'on
terkejut. lapun lari menyongsong seraya taburkan kedua
tangannya menurut gerak pengawal Baju Putih itu.
"Suthay, ilmu pukulan apakah yang dimainkan Kim kongcu
itu?" tanya Hong Hong tojin pada Ceng Sian suthay.
Rahib ketua Kun-lun-pay itu gelengkan kepala : "Entahlah,
memang aneh sekali anak itu. Selama ini aku belum tahu
orang yang memiliki ilmu seaneh itu. Tetapi jelas dia dapat
menirukan apapun gerakan lawannya."
"Ya, dari kecil sampai setua ini, baru pertama kali ini aku
melihat sebuah ilmu aneh seperti yang dimiliki kongcu itu. "
Hoa Sin menghela napas, "dia memang aneh, lebih aneh dari
ayahnya. Dia memang sakti, lebih sakti dari bapaknya."
Dalam pada bicara itu, pertempuran telah langsung seru
dan tak berapa lama terjadilah suatu pemandangan yang
mengejutkan. Pengawal Baju Putih jumpalitan jungkir balik
seperti terkena pukulan yang bertubi-tubi.
Huak .... pada akhirnya dia muntah darah dan terus rubuh
mencium lantai. Gemparlah sekalian orang menyaksikan kesudahan itu.
Mereka benar2 tak menyangka bahwa Blo'on akan mengakhiri
pertempuran itu dengan suatu kemenangan yang
mengesankan. Beberapa ketua persilatan itu segera menghampiri:
"Kongcu. bagaimana engkau ?" tegur Ceng Sian suthay
yang agak mulai menaruh perhatian kepada anak muda itu.
"Terima kasih, suthay, aku tak apa2." seru Blo"on,
"Apakah ilmu yang kongcu gunakan untuk menghadapi
orang itu tadi ?" tanya Hoa Sin.
"Entah, apa namanya," jawab Blo'on, "tetapi memang aneh
juga, apabila melihat orang bergerak akupun ingin bergerak
menurut dia dan tahu2 tangan dan kakiku menirukan gerak
orang itu, ilmu apakah itu ?"
Ketiga ketua persilatan itu tercengang. Mereka saling
bertukar pandang tetapi tak dapat memberi jawaban.
Tiba2 Hoa Sin teringat sesuatu . "Ah, bagaimanakah bentuk
kitab tanpa tulisan itu ?"
"Biasa saja, kecil dan dapat dikantongi," jawab Blo'on.
"Eh, engkau belum melanjutkan ceritamu ketika engkau
dikubur dalam tanah," tiba2 pula Hong Ing berseru.
"Ya," kata Blo'on, tabib Hoa Liong itu juga merasa aneh
mengapa saat itu aku masih, bernyawa. Aku menerangkan
bahwa ketika sadarkan diri. aku seperti terbungkus dalam
kegelapan dan tubuhku seperti terbungkus benda berat. Aku
meronta sekuat-kuatku. Memang agak terasa longgar tindihan
yang mencengkam tubuhku itu. Tetapi aku diserang oleh rasa
kantuk yang sukar dilawan, sehingga aku tertidur lagi. Tabib
itu menerang bahwa hawa yang dipancarkan oleh katak-salju
memang dapat membuat orang ngamuk. Kemudian tabib itu
mulai menggali lubang dan membuka keping besi penutup
lubang tempat ia memelihara katak-salju. Diambilnya seekor
katak-salju dan diberikan kepadaku. Dengan makan seekor
katak-salju ini, engkau akan memperoleh khasiat yang besar
sekali. Tubuhmu kuat menahan segala perobahan hawa dan
sakit. Pun umurmu akan panjang, tenagamu berlipat ganda
kuatnya" "Wahai, suko, engkau memang besar rejeki. Setiap
kecelakaan yang engkau derita, selalu berakhir dengan
keberuntungan yang tiada taranya" seru Sian-Li.
"Itulah yang kumaksudkan. Aku tak senang hidup tetapi
dipaksa hidup. Aku tak mencari ilmu dipaksa mendapat ilmu.
Aku sendiri heran." kata Blo'on.
"Benar, memang anak itu selalu mendapat rejeki besar,"
seru kakek Lo Kun. "jika begitu mulai saat ini aku tak ingin
mencari wanita, biar diburu wanita ?"
Hong Ing dan Sian-Li tertawa mengikik.
"Siapakah kakek tua itu ?" karena sejak tadi belum
diperkenalkan maka Hoa Sin segera bertanya kepada Blo"on.
"Dia adalah kakekku bernama Lo Kun si Macan Hitam," kata
Blo'on. Mendengar itu Hoa Sin segera menghampiri, memberi
salam perkenalan. "Ih, siapa ini, masakan pengemis hendak bersalaman
dengan aku ?" Lo Kun mendengus.
"Dia adalah Hoa Sin pangcu, ketua dari partai Kay pang"
seru Blo'on. "Lopeh, aku yang rendah bernama Hoa Sin," kata Hoa Sin
dengan merendah diri "harap lopeh jangan menolak
berkenalan dengan aku. Walaupun pengemis, tetapi aku juga
manusia". Senang hati Lo Kun karena Hoa Sin sangat hormat
kepadanya. Kemudian kakek itu menuding Hong Hong tojin
"dan siapakah orang itu?"
Hong Hong tojin memberi hormat, "Aku yang rendah
seorang tojin bergelar Hong Hong, mengepalai partai
persilatan Go-bi-pay"
"Uh, juga seorang ketua. Mengapa banyak sakali ketua
yang berada disini ?" tanya Lo Kun. Tetapi ia tak minta
jawaban karena terus mengajukan pertanyaan lagi : "Dan
siapakah wanita yang berkerudung kepala itu ". Apakah dia
sakit kepala ?" Sebenarnya Ceng Sian suthay sudah hendak
memperkenalkan diri tetapi demi mendengar kakek itu bicara
tak keruan, ia tak mau bicara.
Rupanya Sian-Li tahu kalau kata2 Lo Kun itu kasar dan
menyinggung perasaan Ceng Sian suthay maka buru2 ia
memberi keterangan: "Ah, kakek Lo-Kun, jangan bicara tak
keruan. Dia adalah Ceng Sian suthay," rahib ketua Kun-lunTiraikasih
website http://kangzusi.com.
pay. Dia tak sakit kepala, memang demikianlah dandanan
seorang rahib." "Perlu apa pakai kerudung kepala " Bukankah bagi wanita,
harus menunjukkan rambut" Aku teringat orang mengatakan
bahwa rambut merupakan mahkota bagi seorang wanita ... ".
Ceng Sian suthay makin ter-sipu2 malu.
"Kakek Lo Kun, jangan bicara begitu !" seru Sian-Li makin
keras. Kakek Lo Kun deliki mata : "Aku bicara apa " Kukatakan
kecantikan wanita itu karena ia miliki rambut yang indah.
Seperti engkau ini. Karena rambutmu hilang dan hanya tinggal
dua buah kuncir, wajahmu jadi lucu, hilang sifat
kewanitaanmu." Sian-Li malu sekali: "Tetapi ini bukan keinginanku. Aku telah
dijadikan begini rupa oleh padri Thian-tok itu !"
Hoa Sin, Hong Hong tojin dan Ceng Sian suthay terkejut
'"Siapa paderi Thian-tiok itu, nona?"
"Namanya Rajendra Singh, pandai ilmu sihir yang jahat. Dia
sebenarnya hendak mencari suko maka dia lalu memaksa aku
menyaru jadi suko untuk memancing suko keluar dari tempat
persembunyiannya" kata Sian-Li.
Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin saling
bertukar pandang. Kata Hoa Sin : "Mengapa paderi Thian-tiok
hendak mencari Kim kongcu."
"Kemungkinan dia tentu hendak mencari balas kepada Kim
tyahiap. Oleh karena Kim tayhiap sudah meninggal maka ia
tumpahkan dendamnya kepada puteranya," kata Ceng Sian
suthay. "Benar, suthay," seru Hong Ing,
Ketiga ketua paitai persilatan itu berpaling dan bertanya :
"Bagaimana nona tahu ?"
"Bukan saja tahu tetapi dia sudah kujadikan seorang buta !"
seru Hong Ing. Ketiga ketua partai persilatan itu makin kaget. Lalu meminta
keterangan. Hong ingpun segera menuturkan peristiwa yang
terjadi dengan Rajendra Singh.
Hoa Sin mendengar dengan penuh perhatian. Sesaat
kemudian ia berkata agak kaget: "Jika demikian halnya,
apakah bukan dia yang telah mencelakai Kim kongcu sehingga
Kim kongcu seperti orang yang kehilangan ingatan ?"
"Kemungkinan besar begitu", seru Sian-Li, "karena setelah
paderi Thian-tiok itu kabur, pikiran kitapun terang. Dan
tampaknya pikiran suko juga lebih genah dari yang sudah
lalu." "Memangnya aku tidak gila!," Blo"on bersungut sungut,
"tapi kadang pikiranku masih gelap dan lupa segala apa.
Penyakit apakah itu?"
"Hi, hi. hi" Hong Ing tertawa mengikik.
Blo'on melongo lalu menegur: "Mengapa engkau tertawa "
Apa engkau anggap aku memang gila?"
"Apakah engkau masih ingat ketika dalam perjalanan turun
gunung Hoa-san dahulu?" tanya Hong Ing.
"Apa itu sih " Masakan hal2 yang sudah lalu engkau suruh
ingat. Kau lebih enak memikir yang sekarang?" seru Blo'on.
"Engkau tak ingin tahu hal itu ?"
"Kalau engkau memberitahu, aku mau mendengarkan."
jawab Blo'on. "Itu waktu aku pernah mengatakan bahwa untuk obat
penyakit otak hilang haruslah makan otak naga. Habis
mendengar itu engkau terus menawan aku dan memaksa aku
supaya menunjukkan tempat naga itu. Masih ingat ?" tanya
Hong "Ya, sekarang aku ingat," sahut Blo'on, tapi dimanakah
letak tempat naga itu ?"
"Aku sendiri tak tahu," sahut Hong Ing
"Ha, ha, ha," Hoa Sin tertawa, "masa otak naga mampu
mengobati penyakit otak. Untuk mencari naga itu saja
sukarnya bukan kepalang. apalagi hendak mencari otaknya.
Ah, jangan engkau bergurau nona."
"Tidak," bantah Blo'on, "dia memang bergurau, kupikir
memang hanya otak naga dapat menyembuhkan penyakit
ingatanku itu." Kembali Hoa Sin tertawa : "Ah, kongcu derita sakit hilang
ingatan adalah karena dijahati oleh paderi Thian-tiok itu.
Obatnya, kalau begitu hanyalah menangkap paderi Thian-tiok
itu dan memaksanya supaya menyerahkan obat."
"Tetapi paderi itu sudah dibunuh oleh nona ini "* seru
Blo'on. "Belum, dia masih hidup hanya kedua matanya yang buta,"
menerangkan Hong Ing. Tiba2 seorang pengawal Baju Putih maju pula dan terus
melontarkan sebuah pukulan. Seketika Blo'on dan orang2 yang
berada disekitarnya terlanda oleh angin pukulan yang dahsyat
sekali. Cepat2 mereka kerahkan tenaga-dalam untuk bertahan
Hong Ing dan Sian-Li tersurut mundur, Hoa Sin, Ceng suthay
dan Hong Hong tojin bergetar keras sehingga pakaiannya
sampai bertebaran. Sedang Blo'on mencelat beberapa meter.
"Biat-gong-ciang !" seru Hoa Sin seraya memandang
pengawal Baju Putih yang bertubuh tinggi kurus. Ia hendak
maju tetapi Ceng Sian suthay sudah mendahului: "Kali ini
biarlah aku yang melayaninya."
Pengawal Baju Putih itu tak menghiraukai siapa yang
dthadapannya. Ia mengangkat tangan dan mengayunkan
kemuka lagi. Melihat itu Ceng Sian suthaypun balas menghantam.
Terdengar deru suara angin dan sesaat kemudian disusul oleh
letupan keras. Pengawal Baju Putih itu hanya tergetar
bahunya sedang Ceng Sian suthay tersurut setengah langkah
ke belakang. Ceng Sian terkejut sekali. Ia menyadari bahwa pengawal
Baju Putih itu telah melancarkan pukulan sakti Biat-gong-ciang
atau pukulan-membelah-angkasa. Ia juga menyambut dengan
ilmu pukulan itu. Tetapi ternyata tenaga-dalam lawan lebih
kuat. "Siapakah dia ?" Ceng Sian suthay mulai bertanya dalam
hati. Sejauh pengetahuannya, dalam masa itu hanya sedikit
sekali tokoh persilatan yang menguasai ilmu pukulan Biatgong-
ciang sedemikian sempurna.
Tiba2 pikiran suthay itu teringat akan seorang tokoh dari
partai Kun-lun-pay. Tokoh itu termasuk dua angkatan lebih
dulu, seorang cianpwe Kun lun-pay, adik seperguruan ketiga
dari ketua Kun lun pay saat itu. Tetapi orang itu sejak turun
gunung sudah tak kedengaran beritanya dan tak pernah
kembali ke Kun lun-san lagi.
Memang ketika suhu dari Ceng Sian suthay pernah juga
dikerahkan beberapa anakmurid Kun lun-pay untuk mencari
jejak orang itu. Tetapi tak berhasil. Jika benar dia, mengapa
tahu2 sekarang berada di gunung Thay-san menjadi pengawal
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baju Putih dari Thian-tong-kau "
Namun tak sempat suthay itu berpikir lebih lanjut karena
saat itu pengawal Baju Pulih sudah ayunkan tangannya pula
dengan suatu gerak yang lebih keras dari tadi.
Ceng Sian suthay terkejut. Kalau ia mengadu pukulan lagi,
kemungkinan ia akan menderita. Namun jika ia mundur,
tentulah akan kehilangan muka. Akhirnya ketua Kun-lun-pay
itu mengambil putusan nekad hendak adu pukulan. Kalau
mati, biarlah ia pecah sebagai ratna.
Dengan segenap pengerahan tenaga-dalam, ia segera
dorongkan kedua tangan kemuka. Ia sudah memutuskan mati.
Tetapi ternyata tenaga pukulan pengawal Baju Putih itu tak
berapa dahsyat sehingga dapatlah suthay itu bertahan.
Ceng Sian suthay heran. Dia tak tahu mengapa tenaga
pengawal Baju Putih itu tiba2 menurun. Demikian dengan
lain2 orang, kecuali Hoa Sin ketua Kay-pang. Karena hanya
dialah yang tahu apa yang telah dilakukannya untuk
membantu Ceng Sian suthay.
Setelah melihat dalam adu pukulan pertama tadi Ceng Sian
suthay menderita, diam2 Hoa Sin mencari akal bagaimana
dapat membantunya. Sebagai sesama ketua partai persilatan,
ia tak mau secara terang membantu karena hal itu dapat
dianggap menghina. Maka diam2 ia mengeluarkan sebuah gigi
anjing dari kantongnya. Diluar perhatian, ia menjentikkan gigi
anjing itu kearah pengawal Baju Putih. Sudah tentu disertai
dengan tenaga-dalam yang kuat. Gigi anjing tepat mengenai
jalan darah Kiok ti-ltiat pada persambungan lengan pengawal
Baja Putih. Seketika pengawal itu rasakan tangannya lunglai
sehingga tenaganyapun lemah.
Memang ada2 saja yang dilakukan ketua Kay-pang itu. Dia
mengumpulkan gigi anjing banyak gunanya, katanya. Tetapi
apa kegunaannya dia sendiri yang tahu.
Pengawal Baju Putih itu meraung sedahsyat harimau lapar.
Melangkah maju setindak, ia lancarkan pukulan dengan kedua
tangannya. Hoa Sin menjetikkan dua buah gigi anjing tetapi kali ini
agak terlambat. Yang satu mengenai pergelangan tangan
orang tetapi yang satu lagi tertampar angin pukulan Biatpong-
ciang. Huk ..... terdengar mulut Ceng Sian si mendengus tertahan
ketika tubuhnya terdorong mundur dua langkah. Wajah suthav
pucat lesi. "Suthay, engkau kenapa !" seru Hoa Sin dengan cemas.
"Ak ... huak ... ", belum sempat suthay mengucapkan kata,
segumpal darah segar telah tumpah dari mulutnya.
Melihat itu Sian-Li cepat loncat menghampiri dan segera
memberinya sebutir biji Cian-lit hay-te-som, kemudian
membawa suthay itu ke samping supaja beristirahat.
"Suko, balaskan suthay !" seru Sian-Li,
'Baik," sahut Blo'on lalu melangkah maju ke hadapan
dengan pengawal Baju Putih itu.
Tanpa banyak kata pengawal Baju Putih pun segera
lepaskan lagi pukulan Biat-gong-ciang yang dahsyat.
Blo'on marah karena Ceng Sian suthay terluka maka iapun
balas memukul menurut gayanya sendiri. Ia tak tahu apakah
pukulan itu benar atau tidak, sesuai dengan pukulan ilmu silat
atau tidak. Pokok ia marah dan memukul pengawal Baju Putih
itu. Auhhhh ..... terdengar pengawal Baju Putih menjerit ngeri
ketika tubuhnya terbanting kebelakang. Baru pertama kali itu
Blo'on memukul atas kehendaknya sendiri. Yang sudah2 ia
hanya memukul setelah dipukul. Tenaga-dalam yang terpancar
dan gerakannya merupakan tenaga reflek atau pantulan balik.
Tetapi karena saat itu ia memukul, lainlah halnya. Tenagadalam
yang terpancar memang bukan olah2 hebatnya.
Biat-gong ciang yang dilepaskan pengawal Baju Putih iiu
pecah berhamburan terlanda oleh tenaga pukulan Blo"on yang
sakti. Bahkan setelah saling berbentur dan tenaga pukulan
Biat gong ciang berhamburan, tenaga pukulan Blo" on masih
terus melanda dan menghantam tubuh pengawal Baju Putih.
Dalam tubuh Blo'on berisi tenaga-dalam dari Kakek Lo Kun
dari kakek Kerbau Putih, terisi buah cian-han-hay-te som yang
dapat menembus jalan darah seng-si-hian-kwannya, menelan
darah-ular-naga kemudian menelan abu kitab tak berhuruf,
minum katak salju. Entah apa nama sekian macam tenagadalam
apabila berkumpul jadi satu dalam tubuh seorang
manusia. Dan buktinya, pukulan Blo"on itu cukup satu kali saja
sudah dapat merubuhkan seorang Pengawai Baju Putih dari
partai Thian-tong-kau. Hoa Sin, Hong Hong tojin ter-longong2. Sebagai ketua
partai persilatan yang ternama dalam dunia persilatan mereka
tahu sampai dimana kedahsyatan dari pukulan Biat-gong-ciang
yang dilancarkan dengan tenaga-dalam. Bahwa seorang ketua
partai seperti Ceng Sian suthay tak mampu bertahan
menerima pukulan Biat-gong-ciang dari pengawal Baju Putih
itu, jelas, menunjukkan betapa hebat tenaga-dalam yang
dimiliki oleh pengawal itu. Tetapi mengapa dalam sebuah
pukulan saja, Blo"on mampu menghancurkan seorang tokoh
yang sedemikian lihaynya"
"Kongcu, engkau sungguh hebat," seru Hoa Sin memuji tak
henti2nya. "bahkan lebih hebat dari ayah kongcu Kim tayhiap
dulu". "Ah, jangan mengolok" seru Blo'on "kata orang ayahku itu
jago sakti yang diangkat sebagai pemimpin dunia persilatan.
Sedang aku. uh, tak senang belajar silat. Sampai saat ini
akupun tak mengerti barang sejurus ilmusilatpun. Bagaimana
mungkin aku lebih sakti dari ayah "''
Hoa Sin menghela napas; "Aneh tapi nyata tak dapat ilmu
silat tapi lebih sakti dari tokoh persilatan sakti."
"Ah, harap Hoa pangcu jangan menyesalkan hal itu.
Mungkin di dunia ini tiada manusia yang rejekinva sebesar Kim
kongcu. Bahkan orang yang tekun berlatih silat sampai berpuluh2
tahun belum tentu menyamai apa yang diperoleh Kim
kongcu" kata Hong Hong tojin.
Hoa Sin mengangguk. "Aku sih tak mengiri " katanya, "hanya heran menyaksikan
kejadian yang ajaib ini. Rasanya dalam dunia persilatan belum
pernah terjadi peristiwa semacam ini. Dan ilmu kepandaian
Kim kongcu itupun terbatas pada diri Kim kongcu sendiri, tak
dapat diajarkan kepada lain orang."
Tiba2 Hong Hong tojin bertanya :"Hoa pangcu kemanakah
perginya Pang To Tik tayhiap" Mengapa sampai saat ini dia
belum tampak ?" Hoa Sin pun seperti diingatkan, Sejak berada dibawah
panggung, Pang To Tik telah pamit hendak mengacau di
panggung tetapi ternyata sampai saat itu malah belum
tampak. "Adakah dia tertangkap?" akhirnya ketua Kay pang itu
bertanya. "Kemungkinan memang dapat ditangkap orang Thian-tongkau
tetapi kemungkinan juga tidak." Jawab Hong Hong tojin.
Hoa Sin terkejut : "Bagaimana yang tojin artikan
kemungkinan dia tidak tertangkap itu ?"
'Aku memang mempunyai rasa begitu tetapi sukar untuk
memecahkan persoalannya , ...
Belum Hong Hong tojin menghabiskan kata katanya, tiba2
seorang pengawal Baju Pulih mendekati maju menghampiri.
Berbeda dengan yang lain, pengawal Baju Putih ini agak
bungkuk, namun gerak langkahnja amat gesit sekali.
Begitu tiba, dia terus menyerang Blo'on. Blo'on dan sekalian
tokoh2 terkejut. Bukan karena diserang melainkan karena
heran atas gaya serangan yang dilakukan pengawal bungkuk
itu. Dia tidak memukul melainkan membuang tubuh dan
berguling-guling di lantai, menuju ke tempat Blo'on.
Karena bingung, Blo'on loncat menghindar. Tetapi orang
bungkuk itu tetap berguling-guling mengejarnya. Akhirnya
Blo'on coba2 menendang. Tetapi begitu kaki diayun, tiba2
orang bungku itu mendengkung keras dan tubuhnya mencelat
ke udara sampai dua tombak, berguling-guling diudara dan
meluncur kearah Blo'on. Begitu Blo'on menghindar orang itupun terus bergulingguling
lagi ditanah untuk mengejarnya.!
Hoa Sin dan Hong Hong tojin terkejut. Pernah mereka
mendengar tentang seorang tokoh yang aneh dalam dunia
persilatan. Tokoh itu kali bertempur tentu berguling - guling
ketanah. Tetapi setiap kali hendak dihantam, ditendang atau
dibacok, tentu melambung ke udara. Entah sudah berapa
banyak jago2 silat yang kalah oleh tokoh aneh itu karena
bingung menghadapi limusilatnya yang luar biasa itu. Tokoh
itu dahulu diberi gelaran sebagi Tho-liong-cu atau si Naga
bungkuk. Entah bagaimana tokoh yang sudah berpuluh tahun
tak kedengaran beritanya, tahu2 menjadi anggauta pengawal
Baju Putih dari Thian-tong-kau.
"Kim kongcu, awas, kalau tak keliru pengawal Baju Putih ini
bernama Tho-hong-cu atau si Naga bungkuk," Hoa Sin
memberi peringatan. "Naga bungkuk"* teriak Blo'on, "bagus, bagus, kalau begitu
akan kuambilnya otaknya untuk obat.'
Hoa Sin hendak membantah tetapi saat itu pengawal Baju
Pulih sudah berguling guling melanda cepat sekali. Ternyata
gerak berguling-guling itu ada tujuannya juga yalah hendak
menyambar kaki orang. Blo'on memang masih memiliki sifat kanak2. Melihat
pengawai Baju Pulih itu terus menerus berguling-guling di
lantai akhirnya Blo'onpun ikut latah, iapun terus lemparkan
tubuh berguling-guling ke lantai.
Dua sosok tubuh yang berguling-guling itu melaju pada
arah yang berlawanan atau menyongsong satu sama lain. Duk
.... terdengar bunyi mendebuk ketika tubuh keduanya saling
berbentur. Dua-duanya berhenti. Secara kebetulan mereka
saling beradu punggung. Seketika Blo'on rasakan
punggungnya seperti mendarat disebuah gumpal daging yang
lunak tetapi melekat, kemudian tahu2 daging itu
memancarkan tenaga-dorong yang dahsyat sekali. Blo'on terTiraikasih
website http://kangzusi.com.
guling2 beberapa langkah tetapi lawanpun terlempar sampai
beberapa meter. Gumpal daging pada bungkuk Tho-liong-cu itu mengandung
tenaga dalam yang hebat sekali. Seperti yang terjadi pada
kakek Kerbau Putih. Tetapi kali ini dia ketemu batunya. Ketika daging
punggungnya melekat pada punggung Blo"on lalu
memancarkan tenaga dalam, memang Blo'on dapat terpencal
tetapi tubuh anak itupun memantulkan tenaga membal yang
hebat sehingga tenaga-dalam dari Tho-liong-cu itu
menghantam dirinya sendiri. Tho-liong-cu mencelat sampai
beberapa meter, isi dadanya hancur.
Hoa Sin menghela napas : "Ah, tak nyana seorang jago tua
yang pernah menggetarkan dunia persilatan, harus mati
secara begitu mengenaskan sekali".
"Jika demikian halnya, kita harus berusaha untuk
menyelamatkan pengawal2 yang masih itu. Jika mereka
berhantam dengan Kim kongcu, tentulah mereka akan binasa
semua." kata Hong Hong tojin.
"Tetapi sukar, totiang " kata Hoa Sin, "pertama kita tak
tahu siapa yang mengenakan pakaian pengawal Baju Putih itu.
Kedua, mereka tak dapat diajak bicara. Begitu maju terus
menyerang dengan ilmu yang hebat, terpaksa Kim kongcu
maju dan akibatnya lawan tentu menderita."
Tetapi sekalipun mulut berkata begitu namun Hoa Sin juga
gelisah karena memikirkan nasib barisan pengawal Thiantong-
kau. Jelas mereka adalah tokoh2 ternama dalam dunia
persilatan yang telah menghilang. Jika dapat, mereka harus
diselamatkan dari kebinasaan.
Hoa Sin menghampiri Blo'on dan berkata dengan pelahan :
'"Kongcu, aku hendak bicara kepadamu. Pengawal2 Buju Putih
itu jelas adalah tokoh2 tua yang terkenal. Karena muka
mereka tertutup kain cadar, maka sukar untuk mengenali.
Memang ada tokoh2 dari aliran Hitam, tetapi ada juga yang
dari aliran Putih." "Lalu bagaimana cara menghindarkan mereka dari
kebinasaan ?" tanya Blo'on.
"Inilah yaug harus kita pikirkan,*' kata Hoa Sin, "tetapi yang
jelas, mereka telah dicelakai oleh ketua Thian tong-kau
sehingga ingatan mereka hilang. Jika kita dapat menolong
mereka, berarti suatu berkah bagi dunia persilatan."
Tiba2 Ceng Sian suthay berseru: "Apakah kongcu mengerti
ilmu tutuk jalandarah?"
Blo'on gelengkan kepala : "Jangankan ilmu tutuk darah,
ilmu silatpun aku tak mengerti."
Ceng Sian suthay menghela napas.
"Jika begitu, mengapa tidak menangkapnya saja?"
sekonyong-konyong Hong Ing beseru.
Para ketua partai persilatan itu terkesiap, memang hanya
dengan jalan itu, dapatlah para pengawal itu diselamatkan dari
kebinasaan. Ho Sin lam ber-bisik2 kepada Ceng Sian suthay dan Hong
Hong tojin. Tampak kedua ketua partai persilatan itu
mengangguk-angguk. Kemudian Hoa Sin berkata kepada
Blo'on ; "Kongcu kami akan berusaha untuk menangkap ketua
Thian tong-kau. Dalam menghadapi barisan pengawal baju
Putih itu harap kongcu suka ber-hati2. Sedapat mungkin
selamatkanlah jiwa mereka."
Blo'on mengiakan namun ia tak tahu bagai mana caranya.
Tetapi sebelum ketiga ketua partai persilatan itu pergi,
seorang pengawal Baju Putih sudah menerjang. Bahkan kali ini
yang maju bukan hanya satu, melainkan dua orang pengawal
Baju Putih. Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin terkejut
ketika mereka dihadang dan terus diserang oleh dua-pengawal
Baju Putih. Lebih terkejut pula, ketika melihat cara kedua
pengawal menyerang. Kalau yang satu menyerang dan kanan
yang kiri tentu bergerak dari kanan. Kalau yang satu
menyerang dari muka, yang lain tentu menyergap dan
menyerang dari belakang. Kalau yang satu menyerang ke
bawah, yang lain menyerang bagian atas. Jika yang satu
berguling2 di tanah, yang lain melambung ke udara.
Ketiga ketua partai persilatan itu benar2 bingung
menghadapi kedua pengawal Baju Putih itu. Bukan saja gaya
dan cara serangannya yang aneh, tetapipun mereka memiliki
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tenaga-dalam yang hebat sekali. Yang satu tenaga-dalam
bersifat lunak dan yang satu bersifat keras.
Dalam beberapa saat saja, ketiga ketua partai persilatan itu
kelabakan setengah mati. Mereka bertiga tetapi tak mampu
menghadapi serangan dua orang musuh.
Belasan tahun yang lalu, dunia persilatan pernah mengenal
sepasang tokoh saudara kembar yang bernama Song Li dan
Song Kian. Kedua saudara kembar itu bertemu dengan
seorang sakti ia mendapat pelajaran ilmusilat yang aneh. Yang
satu yalah Song Li diberi ajaran tenaga-dalam keras dan yang
satu yakni Song Kian, diberi ajaran tenaga-dalam lunak.
Seorang musuh yang diserang oleh dua macam tenaga-dalam
yang berlawanan itu tentu akan bingung dan akhirnya tak
berkutik. Karena tertarik akan kepandaian yang istimewa dari
kedua saudara kembar Song itu, maka conglok atau gubernur
Holam. telah memakai mereka sebagai pengawal gedung
gubernuran Setelah gubernur itu mati, kedua saudara kembar
itupun pergi entah kemana, tiada beritanya lagi.
Akhirnya ketiga ketua partai persilatan itu terdesak, hanya
mampu bertahan tak dapat menyerang.
"Suko, harap membantu ketiga pangcu itu", seru Sian-Li.
Blo'on maju dan berseru mempersilahkan Hoa Sin, Ceng
Sian dan Hong Hong tojin minggir supaya dia yang mengganti.
Tiba2 Song Li meraung keras dan Song Ki melengking
nyaring, yang satu suaranya besar dahsyat, yang lainnya
tinggi melengking. Setelah itu mereka lalu menyerang Blo"on.
Blo"on yang tak mengerti kepandaian kedua saudara
kembar itu bermula terkejut sekali ia rasakan dadanya sesak
hampir tak dapat bernapas. Tiba2 iapun memekik nyaring.
Sedemikian nyaring sehingga kedua saudara kembar itu
tertegun dan sekalian orangpun terlongong. Ternyata pekikan
Blo'on itu telah menghamburkan suatu tenaga dalam yang
dahsyat sekali. Hoa Sin terkesiap dan makin yakin bahwa putera dari Kim
Thian Cong itu memang memiliki tenaga dalam yang hebat
sekali. Sebenarnya kedua saudara kembar itu tertegun bukan
karena kaget saja, pun karena saat itu mereka merasa bahwa
tenaga-pukulan yang dilontarkan berbalik melanda mereka
sendiri. Sesaat kemudian Song Li dan Song Kian berhamburan lagi
menerjang Blo'on. Song Li langsung menghantam kepala
Blo'on. Song Kian menyelinap ke belakang Blo'on dan
menubruk kakinya. Mereka bergerak cepat sekali sehingga
Blo"on tak sempat menghindar. Ia hanya dapat rnengisarkan
kepala kesamping sehingga selamat dari pukulan, tetapi
bahunya terlanggar juga. Dan lebih celaka lagi ketika kakinya
telah diterkam oleh Song Kian.
Rasa kejut dan sakit telah menyebabkan Blo'on meronta. la
loncat ke udara. Seketika tampaklah suatu peristiwa yang
aneh dan menggelikan. Begitu melambung, Song Kianpun ikut
terseret ke atas. Song Kian berusaha untuk menariknya turun.
Ia gunakan ilmu Cian-kin-tui atau Tindihan-seribu-kati untuk
mengganduli kaki Blo'on. Dalam pada itu karena pukulannya luput. Song Li pun
menggeram marah. Ia menghantam lagi, Cepat pada saat itu
tubuh Blo'on meluncur turun. Melihat dirinya hendak dipukul,
dengan sekuat tenaga Blo'on bergeliatan melambung keatas
lagi. Duk..... pukulan Song Li tepat mengenai tubuh Song Kian.
Song Kian lepaskan cekatannya dan jatuh ke tanah Saat itu
pula tubuh Blo'onpun meluncur turun tepat jatuh didada Seng
Kian. Hek... Song Kian menguak tertahan dan berhenti
napasnya. Song Li tak peduli bagaimana dengan nasib saudaranya, ia
tetap menyerang Blo'on. Karena Blo'on membungkuk melihat
keadaan Song Kian yang dipijaknya, Song Li loncat menerkam
kepala Blo'on. Kedua tangannya serempak direntang untuk
menghantam batok kepala Blo'on.
"Suko ....!" Sian-Li menjerit dan tanpa banyak pikir lagi
terus sabitkan pedang Pek- liong kiam kearah Song Li. Cret ....
pedang tepat mengenai punggung Song Li. tembus keluar
sampai ke dada seketika Son Lipun menyusuli, saudaranya ke
akhirat. Sian-Li lari menghampiri untuk mengambil pulang
pedangnya. Blo'on menegurnya : "Sumoay mengapa engkau
membunuhnya " Bukankah Hoa pangcu sudah meninggalkan
pesan, supaya sedapat mungkin kita menyelamatkan jiwa
mereka?" "Maaf, suko," kata Sian-Li, "tetapi kulihat Suko dalam
keadaan berbahaya. Jika tak lekas kusabit dengan pedang,
tentulah dia akan mencelakai suko."
"Tetapi mungkin aku tak kena apa2," kata Blo'on, "sebab
beberapa kali aku dipukul orang, orang itu malah rubuh
sendiri." "Apakah engkau tahu apa sebabnya ?" tanya Sian-Li.
"Entah, Blo'on gelengkan kepala, "tetapi ku percaya Thian
itu maha adil dan maha pemurah. Orang yang tak bersalah
tentu dilindungi." Sian-Li terkejut dan gembira sekali : "Suko, fikiranmu sudah
makin sadar! Engkau sudah tahu apa artinya Thian."
"Siapa bilang?"
"Eh, bukankah engkau menyebut nama Thian tadi ?" seru
Sian-Li. "Ya, tetapi aku tak tahu apa artinya ?" sahut Blo'on.
"Lalu bagaimana engkau dapat menyebutnya?" Sian-Li
makin heran. "Aku hanya mendengar orang berkata begitu, maka akupun
menirukan saja." 'Oh," Sian-Li mengeluh," tetapi memang hal itu benar.
Thian itu adalah Tuhan. Dia serba ada dan maha pemurah.
Engkau harus percaya tentu penyakitmu sembuh. Tak perlu
harus cari otak naga. "Benarkah." seru Blo'on.
"Kalau tak percaya tanyakan saja pada Hoa pangcu dan
kedua ketua partai persilatan itu." kata Sian-Li.
"Tetapi apakah Thian meluluskan orang membunuh sesama
manusia ?" tanya Blo"on.
Pertanyaan yang tak terduga-duga itu menyebabkan Sian-Li
terlongong tak dapat menjawab. Untung saat itu seorang
pengawal Baju Putih lagi, telah maju menghampiri.
"Suko, seorang dari mereka datang lagi," kata Sian-Li.
Baru Blo'on berkisar tubuh kearah depan, pengawal Baju
Putih itu pun sudah ayunkan tangannya. Segulung angin yang
dahsyat segera melanda Blo'on. Blo'on terkejut tetapi
terlambat. Tubuhnya terlempar dan jatuh ke bawah
panggung. Hong Ing dan Sian-Li terkejut. Serempak dua nona itu
menerjang pengawal Baju Putih tetapi pengawal itu ayunkan
lagi tangannya dan kedua nona itupun bagaikan layang2 putus
tali, melayang jatuh ke bawah panggung.
"Gun-goan-ciang !" tiba2 Hong Hong tojin berteriak kaget.
Hoa Sin dan Ceng Sian suthaypun terkejut. Pukulan Gun
khoan ciang itu merupakan suatu pukulan istimewa dan partai
Go-bi-pay. Jika demikian tentulah pengawal Baju Putih itu
seorang tokoh dari Go-bi-pay.
Sekonyong-konyong suatu peristiwa yang aneh muncul
diatas panggung...... Jilid 37. Makin runyam Sayup2 terdengar suara nyanyian. Entah dari mana arahnya
tetapi walaupun hanya sayup2, nada dan irama nyanyian itu
terdengar jelas oleh tokoh2 sakti yang tengah berada di
panggung. "Ada dan Tiada, sukar dikata
ada jika kita adakan tiada jika kita tiadakan Hidup hanya selanggeng impian
betapa indah dan bahagia tetap takkan lepas dari derita
hanya dengan menghapus nafsu maya
hidup akan bebas bahagia.
Aneh, pengawal Baju Putih yang habis melepas pukulan
Gun-goan-ciang dahsyat itu, tertegun menengadahkan
kepalanya seperti orang yang merenung
Demikian pula dengan Hoa Sin, Ceng Sian suthay dan Hong
Hong tojin. Mereka seolah terpaku karena pikirannya terbang
ke alam yang penuh ketenangan dan kedamaian. Sedang
kedua nona. Sian Li dan Hong Ing tegak seperti patung.
Tetapi tidak demikian dengan pemuda gundul atau Blo'on.
Dia seolah tak merasakan sesuatu, dengan langkah lebar ia
segera menghampiri pengawal Baju Putih yang
menghantamnya itu. "Hai, bung, pukulanmu hebat sekali," serunya "apa nama
pukulan itu ?" Tetapi pengawal Baju Putih itu tetap termangu. Andaikata
Blo'on tahu tentang ilmu menutuk jalan-darah, dengan mudah
ia tentu dapat menutuk orang itu. Tetapi andaikata ia dapat
pun belum tentu mau melakukan. Karena dia memang aneh
perangainya. Tak mau merugikan orang, mau dirugikan orang.
Tak ingin minta maaf kepada orang tetapi suka memberi maaf
kepada orang. Oleh karena memiliki pendirian itu, maka setiap
kali ia tak dapat mengembangkan tenaga-dalam saat dalam
dirinya. Tenaga dalam sakti itu baru melancar apabila dia
dipukul orang. Entah dari mana datangnya, tiba2 diatas panggung telah
muncul seorang tua berambut putih, wajahnya segar seperti
anak, mengenakan pakaian serba putih pula.
"Bukankah kongcu ini putera dari Kim Thian cong tayhiap?"
tiba2 orangtua baju putih itu menegur Blo'on.
"Ya, tetapi aku sendiri belum pasti" sahut Blo'on.
Bahwa melihat Blo'on seorang saja yang masih dapat
bergerak bebas, diam2 orangtua baju putih itu sudah terkejut.
Lebih terkejut pula ia ketika mendapat jawaban aneh dan
pemuda gundul itu. "Tetapi pasti ?" ulangnya heran, "mengapa?"
"Karena aku tak dapat mengingat, otakku hilang ?"
Orangtua baju putih itu mengerut dahi.
"Eh, siapakah engkau ?" Blo'on balas bertanya
"Ah, sudah lama aku tak memakai namaku yang aseli.
Untuk membedakan diriku, cukuplah engkau panggil saja Pek I
Lojin atau orangtua baju putih. Aku gemar memakai baju
putih". "Kalau begitu sama dengan aku." seru Blo'on "aku juga tak
ingat lagi siapa namaku maka aku lebih suka dipanggil Blo'on
saja." Mau tak mau orangtua baju putih itu itu tertawa. la senang
melihat kepolosan Blo'on.
"Mau apa engkau datang kemari " Apakah engkau kawan
dan pengawal Baju Putih itu ?" tegur Blo on.
Pek l lojin gelengkan kepala : "Memang baju sama
putihnya, orangnya pun sama, tetapi intinya lain.
Kedatanganku kemari adalah untuk mencegah bencana
besar." "Bencana " Bencana apa ?" seru Blo'on terkejut.
"Aku ingin menyelamatkan tokoh2 tua dari kebinasaan yang
mengenaskan. Tahukah engkau siapa sesungguhnya pengawal
Baju Putih yang berhadapan dengan engkau itu ?"
"Sudah tentu tidak tahu." seru Blo'on. "mereka memakai
kain kerudung muka dan tak dapat diajak bicara."
"Yang engkau hadapi saat ini" kata Pek I lojin, "adalah
seorang tokoh angkatan tua dari partai persilatan Go-bi-pay,
Tik Sian taysu. Dalam partai Go-bi-pay. hanya dia seorang
yang betul2 telah mencapai kesempurnaan dalam ilmu Biatgong
ciang. Tokoh itu sudah berpuluh tahun menghilang dari
dunia persilatan dan sekarang dijadikan Pengawal oleh Thiantong-
kau." "Lalu bagaimana aku harus bertindak ?" tanya Bloon.
"Apakah engkau mengerti ilmu menutuk jalandarah ?" tanya
Pek I lojin. Blo"on gelengkan kepala.
"Ah, tidak jadi kuajukan pertanyaan itu."
"Eh, mengapa ?" tanya Blo'on heran.
"Karena kutahu, engkau memiliki tenaga-dalam yang luar
biasa anehnya. Jika terlalu keras engkau menutuk, orang itu
tentu mati. Padahal menutuk jalandarah itu harus
menggunakan tenaga yang menurut ukuran"
"Lalu bagaimana " tanya Blo'on.
"Apa engkau membekal tali?" tanya Pek I lojin.
"Untuk mengikat orang itu?" tanya Blo'on, "tidak, aku tak
membawa apa2 kecuali pedang".
"Hm," dengus orangtua itu. "pedang lebih berbahaya
karena engkau tak dapat mempertimbangkan ukuran tenaga
tusukan yang harus engkau lakukan. Salah2 dia akan mati."
"Siapa dia ?" tanya Blo'on.
Orangtua baju putih itu tak menyahut melainkan berpaling
kearah Hong Hong tojin, serunya : "Maaf, totiang, jika tak
salah totiang tentu berasal cari partai Go bi-pay".
"Benar, lojin". sahut Hong Hong tojin.
?"Pernah tojin mendengar suatu peristiwa dalam gunung
Go-bi-san, tentang seorang murid Go-bi pay yang telah
kesalahan membunuh beberapa tojin dalam biara Go-bi-pay
sehingga murid itu dijatuhi hukuman oleh ketua Go-bi-pay
saat itu " Peristiwa itu terjadi pada tigapuluh tahun berselang
ketika yang menjadi ketua Go-bi-pay adalah Hong Hwat tojin."
"Oh. Hong Hwat tojin adalah sucou2ku (kakek guru) Ya,
memang aku pernah mendengar peristiwa itu " sahut Hong
Hong tojin. "Dan pernahkah tojin mendengar tentang rnunculnya
seorang tokoh pengembara yang aneh pada Iimapuluh tahun
yang lalu?" tanya orangtua baju putih itu pula.
"Banyak sekali peristiwa di dunia persilatan selama
duapuluh tahun yang lalu", kata Hong Hong tojin, "tetapi
tokoh yang manakah yang lojin maksudkan itu ?"
"Pada masa itu partai Go-bi-pay telah terancam kehancuran
karena beberapa partai besar antara lain Siau-lim-pay, Butong-
pay, Kun-lun-pay, Hoa-san-pay dan Kong-tong-pay, berbondong2
menuju ke markas Go-bi untuk meminta
pertanggungan jawab, atas perbuatan murid Go-bi-pay yang
bersalah melakukan penganiayaan terhadap murid2 dari
beberapa partai persilatan itu. Tetapi Hong Hwat kaucu, ketua
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari Go-bi ray menyangkal dan mengumpulkan semua murid2
Go-bi-pay supaya diteliti. Ternyata tiada seorang murid Go-bipay
yang mempunyai ciri2 seperti orang yang telah
menganiaya murid2 beberapa partai itu. Namun beberapa
partai itu tetap berkeras menuduh dan minta pertanggungan
jawab kepada Hong Hwat kaucu."
"Akhirnya Hong Hwat kaucu hilang kesabarannya. Sebagai
seorang ketua ia harus menjaga nama partai Go-bi. Dalam
perbantahan yang makin memuncak, akhirnya terjadilah
pertempuran. Berhadapan dengan ketua partai2 besar, sudah
tentu Go bi-pay harus menderita kekalahan besar. Beberapa
anakmuridnya mati dan terluka. Karena malu Hong Hwat
kaucu bunuh diri. Tetapi pada saat ia hendak menusuk leher
dengan pedang, se-konyong2 segulung angin mendampar
pedangnya jatuh dan Hong Hwa kaucupun ter-huyung2
beberapa langkah. Seorang lelaki bernmur tigapuluhan tahun muncul dan
mengatakan bahwa Hong Hwat kaucu salah karena mengambil
keputusan pendek begitu. Seharusnya dapat meminta waktu
untuk membersihkan nama baik Go-bi-pay. Kemudian kepada
ketua partai2 persilatan yang berada disitu, orang itupun
mendamprat, mengatakan mereka hanya mengandalkan
jumlah banyak untuk menindas Go-bi-pay. Bahwa mereka
hanya percaya pada bukti tapi tak dapat menunjuk orangnya.
Sudah tentu ketua2 partai persilatan itu marah. Orang
itupun sanggup menghadapi. Walaupun tak menang tetapi
diapun tak sampai kalah. Dia memiliki ilmu pukulan Gun-goanciang
yang mengejutkan lawan2nya. Pukulan Gun-goan-ciang
itu dapat mengimbangi kesaktian pukulan Toa-lat kmi-kongciang
dari Siau-lim-pay, pukulan Bi-kek-ciang dari partai Butong-
pay. Thian-gi-cin-kang-ciang dari partai Kun-lun-pay,
Kek-gong-biat-san-ciang dari partai Kong-tong-pay dan
pukulan Bok-lian-ciang dari Hoa-san pay.
Kagum atas kesaktian orang itu, para ketua partai
persilatan itu menghentikan pertarungan dan meminta
penjelasan. Orang itu mengatakan bahwa biangkeladi dari
peristiwa itu telah ia tangkap. Tak lain seorang Ihama dari
Tibet yang karena sakit hati dengan ketua Go-bi-pay yang
telah menghajarnya kemudian menyaru sebagai murid Go-bipay
untuk melakukan penganiayaan dan pembunuhan kepada
beberapa murid partai2 persilatan. Tujuannya agar partai2 itu
marah dan mengeroyok Go bi-pay
Ketua partai2 persilatan itu menyesalkan mengapa orang itu
tak cepat menghadapkan Ihama itu agar dengan demikian tak
sampai terjadi bentrokan yang sangat disesalkan itu. Tetapi
orang itu menjawab bahwa ia memang hendak menghukum
beberapa penanggung jawab dari partai Go-bi-pay yang dulu
telah menjatuhkan hukuman tak adil kepada dirinya. Tetapi
disamping itu iapun tetap akan membela Go-bi-pay dengan
suatu pertandingan bahwa ilmu kepandaian aliran Go-bi-pay
itu tak kalah mutunya dengan lain2 partai persilatan.
Ternyata orang itu adalah dulu seorang kacung yang
dipekerjakan didapur dari markas Go-bi-pay. Kacung itu
memiliki otak yang cerdas dan bakat yang baik sehingga
seorang tiang-lo (sesepuh) Go-bi-pay secara diam2 telah
mengajarkan ilmu silat kepadanya. Menilik kecerdasan dan
bakat kacung itu tiang-lo Go-bi-pay itu makin senang dan
mengajarkan pula ilmu pukulan Gun goan-ciang. Pada suatu
hari, tanpa disengaja, kacung itu telah dipergoki sedang
mengintai murid2 Go-bi pay yang sedang berlatih silat. Oleh
beberapa murid, dia telah dihajar. Karena ketakutan dan
hendak membela diri. tanpa disadari, kacung itu telah
melawan dan melepaskan pukulan Gun-goan-ciang. Beberapa
murid itu rubuh, ada yang menderita luka parah, bahkan ada
yang mati. Kacung segera dikepung oleh murid Go-bi-pay yang
berkepandaian tinggi, kemudian diadili oleh ketua Go-bi-pay.
Tetapi walaupun diancam akan dibunuh, kacung itu tetap
menolak memberitahu siapa yang telah mengajarkan ilmu silat
kepadanya. Ia tetap memegang janjinya kepada tianglo yang
memberinya pelajaran silat itu.
Akhirnya ketua Go-bi-pay marah dan memerintahkan
supaya kacung itu dibunuh karena berani mencuri lihat murid2
Go-bi-pay sedang berlatih silat. Dalam keadaan terpaksa
kacung itupun melawan. Sudah tentu ia tak mampu melawan
jago2 sakti dari Go-bi-pay. Akhirnya ia melarikan diri dan tak
ketahuan lagi bagaimana beritanya. Lima belas tahun
kemudian dalam dunia persilatan telah muncul seorang
pemuda yang memiliki ilmu silat dari aliran Go-bi-pay.
Terutama pukulan Gun-goan ciangnya sangat mengejutkan
sekali. Tahu2 orang itu muncul untuk menyelamatkan jiwa ketua
Go-bi-pay yang hendak bunuh diri di hadapan ketua2 partai
persilatan dan berhasil menghadapkan biangkeladi dari
peristiwa yang telah menfitnah nama baik partai Go-bi-pay.
Orang itu bukan lain adalah kacung pembantu dapur yang
dulu hendak dibunuh oleh orang Go-bi-pay.
Hong Hwat tojin ketua Go-bi-pay menghaturkan terima
kasih dan menyatakan rasa sesalnya atas peristiwa yang lalu.
Tetapi orang itu tetap menolak kembali pada partai Go-bi pay
tetapi ia berjanji akan menjaga nama baik partai itu. Sejak itu
ia menjadi tojin dan bergelar Tik Sian.
"O, aku pernah mendengar juga tentang peristiwa itu," seru
Hong Hong tojin. "tetapi kala itu aku masih muda dan karena
tak kenal maka aku-pun tak pernah menaruh perhatian.
Apalagi Tik Sian supeh (paman guru) itu telah menghilang dari
dunia persilatan." "Ya, memang benar' kata orangtua baju putih. "sejak
peristiwa di gunung Go-bi itu, dia tak pernah muncul lagi
dalam dunia persilatan. Kini tiba2 dia sudah menjadi pengawal
Baju Putih dari Thian-tong-kau".
Kemudian orangtua baju putih yang menyebut dirinya
bernama Pek I lojin itu berkata kepada Blo'on : "Ya, aku
mendapat akal bagaimana engkau harus menghadapi cianpwe
itu. Pada waktu bertempur merapat, cepat ia ringkus
tangannya atau peluk badannya kemudian aku yang akan
menyelesaikan dengan ilmu totokan dari jauh"
"Ah, tak perlu", kata Blo'on, "aku dapat membuatnya rubuh
pingsan dan tak sampai menderita luka berbahaya .
Habis berkata ia terus maju lagi. Rupanya pengawal Baju
Putih terkejut berhadapan dengan Blo'on. Setelah
memulangkan napas ia menghimpun seluruh tenaga-dalam
dan melepaskan ilmu pukulan Gun-goan-ciang lagi.
Blo'on tahu bahwa pengawal Baju Putih tengah
melancarkan pukulan. Jika ia menirukan gerak pukulan lawan,
lawan tentu akan menderita akibat yang parah. Apalagi ia
sudah dipesan orangtua baju putih jangan membunuh
pengawal yang itu. Tiba2 ia mendapat akal.
Begitu pengawal baju putih itu menggerakkan tangan,
Blo'onpun menyerempaki menjatuhkan diri ke tanah seolah
olah seperti terkena pukulan. Sebenarnya gerak gerik Blo'on
itu tampak dibuat-buat. Tetapi rupanya kesadaran pikiran
pengawal baju putih itu juga kabur. Melihat Blo'on rubuh, ia
terus maju menghampiri untuk menyusuli pukulan lagi supaya
lawan hancur. Pada saat pengawal baju putih itu tiba dihadapannya,
sekonyong-konyong Blo'on bergerak dengan cepat,
menggelinding dan menyambar kaki pengawal. Karena tak
menduga, pengawal itu terpelanting terus diterkam Blo'on,
plak .... ia menampar kepala orang iiu.
"Beres," kata Blo'on seraya bangun dan menjinjing tubuh
pengawal itu untuk diserahkan kepada orangtua baju putih.
Orangtua baju putih itu mendecak-decak mulut: "Cet. cet,
sungguh hebat engkau, kongcu. Siapakah engkau ini ?"
Blo'on hendak menyahut tetapi karena kuatir jawabannya
akan menimbulkan salah faham, buru2 Hong Hong tojin
mendahului: "Dia adalah putera Kim Thian Cong tayhiap."
"O, makanya begitu hebat," seru orangtua baju putih itu.
"Siapa bilang", seru Blo'on.
"Ho bukankah engkau sanggup mengalahkan beberapa
tokoh pengawal Baju Putih" Bahkan terakhir tadi adalah Tik
Siang tojin yang tiada lawannya dalam ilmu pukulan Gungoan-
ciang" " "Ya, mungkin juga begitu," sahut Blo'on seenaknya, tetapi
aku merasa tak memiliki ilmu silat apa2."
Pek I lojin terkesiap. Melihat itu Sian Li segera memberi
penjelasan. "Lo-cianpwe, memang sakoku itu sedang
menderita penyakit yang aneh. Harap lo-cianpwe jangan
mengambil di hati akan setiap kata-katanya. Dia tak dapat
mengingat peristiwa-peristiwa yang lampau, Tahukah locianpwe
bagaimana menyembuhkannya" "*
"O, kehilangan ingatan?" seru Pek I lojin.
" Aku tidak gila," teriak Blo'on.
Tiba2 seorang pengawal Baju Putih maju pula dan terus
menyerang. Gaya serangannya memang aneh. Tubuhnya agak
mengendap ke bawah, tangan menebar untuk menerpa,
menampar dan menusuk. Gerakannya yang sangat cepat,
loncat sambil menusuk mata Blo"on, membuat pemuda itu
gelagapan mencondongkan badan ke belakang. Tetapi dengan
sebuah gerak yang cepat pula, pengawal Baju Putih itu segera
menyambar kaki Blo'on dan dilemparkan ke belakang. Brak....
kepala Blo'on terbanting ke Iantai papan.
"Brandal!" kakek Lo Kun marah dan terus menerjang
pengawal Baju Putih itu. Krak .... pengawal Baju Putih menyongsongnya dengan
sebuah hantaman dan kakek Lo Kun-pun menghantam,
Terjadi benturan keras. Kakek Lo Kun terputar-putar seperti
gangsingan. Pengawal Baju Putih itupun terhuyung-huyung
sampai empat lima langkah.
Secepat berdiri tegak, pengawal Baju Putih itupun terus
loncat menyerang dengan gaya yang istimewa, Lo Kun juga
melayani dengan berloncatan mengitar. Dengan demikian
keduanya seperti anak2 bermain kejar kejaran,
"Ho-kun ciang !" seru Hoa Sin ketua Kay-pang setelah
memperhatikan gerak permainan pengawal Baju Putih itu.
"Ya, benar," sahut Pek I lojin, "kurasa dia memang Ho-kun
Sin-hiap yang termasyhur itu."
Ho-kun ciang artinya ilmu pukulan burung Bangau, sebuah
ilmu yang sesungguhnya bersumber pada aliran Siau-lim-kun.
Sepasang tangan yang direntang itu dimaksud.sebagai
sepasang sayap dan burung bangau yang menyambar lawan.
Memang sepintas pandang, kedua lawan, Lo Kun dan
pengawal Baju Putih itu seperti orang main udak. Tetapi
sesungguhnya mereka sedang melancarkan pertarungan yang
hebat. Karena diserang dengan gaya burung bangau, secara tak
sadar Lo Kunpun segera mengembangkan ilmu permainan
Hek-bou kun atau ilmu silat Macan-hitam.
Kakek Lo Kun itu senang belajar. Pada masa menjabat gi
lim-kun atau pasukan Bhayangkara di istana baginda yang
dulu, ia telah belajar ilmu silat Hou-kun (gaya Harimau)
dengan seorang wi-su atau anggauta pengawal istana. Wisu
itu sebenarnya murid dari Siau-lim-si. Kemudian setelah
mengasingkan diri di gunung Hek-bou san, Lo Kun segera
menambah dan memperlengkapi ilmu silat itu sendiri dengan
berbagai ilmu pukulan yang difahaminya. Dengan begitu
terciptalah sebuah ilmu pukulan Hek-hou ciang (pukulan
Macan Hitam). Gayanya seperti macan yang loncat menerkam
lawan. Hebat sekali pertarungan antara ilmusilat burung Bangau
dan ilmusilat Macan Hitam itu. Jika burung bangau
mengutamakan serangan kedua tangan, ilmusilat Macan Hitam
lebih mementing gerakan kaki. Masing2 mempunyai kelebihan
dan kekurangan sendiri2. Tetapi dalam pertarungan saat itu,
lambat laun tampak Lo Kun terdesak. Pengawal Baju Putih itu
lebih gesit dan lebih hebat serangannya. Berulang kali mampir
saja kedua biji mata Lo Kun tertusuk jari lawan. Untung dalam
saat2 berbahaya ia selalu masih dapat menolong diri dengan
menggunakan gundulnya. Berutang kaki tutukan jari pengawal Baju Putih itu mental
apabila menutuk kepala Lo Kun. Sesungpuhnya tenaga dalam
orang itu hebat sekali, tetapi gundul Lo Kun memang luar
biasa. Kerasnya seperti besi.
"Siapakah kakek itu ?" tanya Pek I lojin.
"Dia adalah kakek Lo Kun. Dia sayang sekali kepada suko.
Orangnya baik tetapi memang agak limbung pikirannya,"
menerangkan Sian Li. Kemudian dara itu meminta keterangan
tentang pengawal Baju Putih yang itu.
"Ho kun Sin-hiap Nio Cun dari Hok-kian, dulu pernah
mendirikan sebuah perguruan, kemudian setelah mendapat
banyak murid dia hendak meningkatkan mendirikan sebuah
partai persilatan. Makin lama makin besar, cabang2 dibuka
diberbagai kota. Sayang dia kurang hati2 sehingga dapat
diperalat pemerintah Goan untuk menggempur gereja Siau
lim-si. Dengan bantuan jago2 dari pemerintah Goan, Siau-limsi
dapat diobrak abrik. Tetapi pada malam itu, dia telah
didatangi seorang jago yang mengancamnya supaya dia
menghentikan memusuhi Siau-lim si. Dia menolak dan
menyerang jago itu. Tetapi akhirnya, jago itu berhasil
merubuhkannya dengan It-ci sin kang (Jari- tunggal-sakti).
Sejak itu dia lenyap mengasingkan diri karena malu," Pek I
lojin memberi keterangan.
"It- ci-tin-kang ?" seru Hoa Sin. "bukankah ci-sin-kang itu
gelar dari Kim Thian-cong tayhiap?"
Pek I lojin mengangguk : "Memang Kim tay hiaplah yang
menundukkannya." Dalam pada berbicara itu, pertempuran antara kakek Lo
Kun dan pengawal Baju Putih yang diduga tentu Ho-kun-sinhiap
Nio Cun telah mencapai babak yang gawat. Dengan
nekad Lo Kun menubruk untuk membenturkan gundulnya ke
dada lawan. Tetapi ternyata dia terperangkap. Hu-kun Sin hian
Nio Cun ayun tubuhnya melambung keudara melampaui
punggung Lo Kun, lalu secepat kilat berputar dan mengirim
tendangan ke pantat kakek itu, plak.....
"Huh.....," sekalain ketua partai persilatan berseru tertahan,
terutama Sian Li dan Hong Ing. Mereka terkejut ketika melihat
tubuh Lo Kun mencelat ke udara. Sian-Li malah terus menjerit
dan lari hendak menolong tetapi tiba2 sesosok tubuh
melenting dan menyambar tubuh kakek Lo Kun. Penolong itu
bukan lain adalah Blo'on.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pengawal Baju Putih hendak maju menyerang lagi tetapi
Sian Li segera menyambut dengan pedang Pek-liong-kiam.
Dara itu hendak membalaskan kakek Lo Kun yang tak
diketahui bagaiman keadaannya.
Putaran pedang Pek liong-kiam itu segera menciptakan
lingkaran sinar putih berhawa dingin, laksana awan berarakarak
meliputi tubuh pengawal Baju Putih.
Walaupun hilang kesadaran pikirannya tetapi pengawal Baju
Putih itu dapat merasakan juga kesaktian pedang Sian Li. Ia
tak berani melancarkan serangan, melainkan mengisar
mundur sembari menari-narikan tangannya untuk melindungi
tubuhnya. Sebenarnya pengawal Baju Putih mampu untuk
menghadapi ilmu permainan pedang Sian Li tetapi ia jeri
terhadap pedang pusaka Pek-liong-kiam. Maka ia hanya
bertahan dulu untuk mencari kesempatan merebut pedang si
nona. Tak berapa lama kesempatan itupun tiba. Dalam sebuah
gerak yang mengejutkan, pengawal Baju Putih sengaja
memberikan dadanya ditusuk. Tetapi pada saat Sian Li
menusuk, tiba2 lawan telah membuat sebuah gerak
tendangan sambil melambung. Sian Li terkejut tetapi tak
sempat menghindar lagi. Siku lengannya terasa kesemutan
dan pedang-pun mencelat ke udara. Serempak dengan itu
pengawal Baju Putihpun ikut mencelat ke udara untuk
menyambar pedang Pek-liong kiam.
Peristiwa itu berlangsung cepat sekali sehingga sekalian
ketua partai persilatan tak sempat berbuat suatu apa kecuali
hanya terkejut. Apabila pedang Pek-liong-kiam sampai jatuh
ke tangan pengawal Baju Putih itu, tentu membahayakan
sekali. Tiba2 suatu peristiwa yang mengejutkan terjadi. Pada saat
pedang Pek-liong-kiam meluncur turun dan pengawal Baju
Putih itupun sudah tiba dan menjulurkan tangannya untuk
menyambar, sekonyong-konyong pedang itu mendampar ke
dada pengawal Baju Putih.
Aneh benar. Pedang itu semula meluncur turun dan tanpa
sebab tiba2 melayang seperti dilontarkan orang, kearah
pengawal Baju Putih. Saat itu pengawal Baju Putih sedang
melayang dan ulurkan tangan kemuka untuk menyambar
pedang, Dengan kejadian yang mengherankan itu sudah tentu
sukar baginya untuk menghindar. Pun kalau menangkis
tentulah telapak tangannya akan terpapas.
Sebenarnya jika ia menampar atau menangkis dia hanya
kehilangan sebelah tangan. Tetapi kalau tidak, dadanya tentu
tersusup pedang itu dan mati. Rupanya pengawal Baju Putih
itu sudah kehilangan pikiran yang terang. Pedang menyambar
cepat ia hendak menarik pulang tangannya. Tetapi baru
setengah jalan, pedang itupun sudah meluncur dan
menembus telapak tangan, terus bersarang ke
tenggorokannya. Hanya sebuah raung jeritan menyerupai
harimau kelaparan yang terdengar dan tubuh pengawal Baju
Putih itupun segera menukik jatuh ke panggung.
Jikalau tokoh yang berada dipanggung, terlongong
keheranan. Tetapi cepat keheranan mereka terjawab ketika
melihat Blo'on bersama Lo Kun menghampiri pengawal Baju
Putih yang menggeletak berlumuran darah di lantai. Blo'on
membungkuk dan mencabut pedang Pek-liong-kiam lalu di
lemparkan kearah Sian Li : "Sumoay, nih, pedang mu!"
"Apakah kongcu yang membunuh pengawal Baju Putih itu?"
tegur Pek I Lojin. "Aku tidak membunuh hanya menampar pedang itu supaya
jangan sampai dirampasnya," jawab Blo'on.
"Tetapi tamparanmu begitu hebat sekali sehingga pedang
meluncur seperti anak panah dilepas dari busurnya," seru Pek
I lojin, "wah, engkau benar2 hebat sekali."
"Eh, kakek tua," kata Blo'on "siapakah sebenarnya engkau
ini " Mengapa engkau berada disini" Engkau hendak
membantu kami atau membantu mereka ?""
"Suko.... teriak Sian Li yang kuatir orangtua baju putih itu
tak senang mendengar kata-kata BIo'on yang kasar.
Tetapi Pek I lojin hanya tertawa : "Ho, ternyata pikiranmu
masih terang....." "Siapa bilang aku gila ?" seru Blo'on.
Pek I lojin tertawa : "Kehadiranku dipanggung ini bukan
membantumu juga tldak membela mereka tetapi berniat
menyelamatkan tokoh2 angkatan tua yang entah bagaimana
peristiwanya, telah dijadikan barisan pengawal Baju Putih oleh
partai Thian-tong-kau. Tidak semua mereka itu jahat, apalagi
mereka telah dicelakai Thian-tong-kau, maka perlulah mereka
diselamatkan dari kebinasaan."
Belum habis orang tua baju putih bicara, tiba2 beberapa
pengawal Baju Putih menyerang. Dikata beberapa, Karena kali
ini yang maju ada semua pengawal Baju Putih yang masih
sisa. Jumlahnya lima orang. Mereka maju sekali gus.
Melihat Hoa Sin dan Ceng Sian suthay serta Hong Hong
tojin serempak menyongsong. Tetapi dicegah oleh Pek I lojin.
"Jangan, biarkan Kim kongsu yang melayani." serunya
seraya menyurut mundur kesamping Blo"on, "kongcu, aku
orang tua memang tak berguna. Maukah engkau menghalau
kelima orang itu"' "Ya," sahut Blo'on yang kasihan karena melihat orangtua
baju putih itu ketakutan, "tetapi engkau harus memberitahu,
apakah mereka orang2 jahat atau baik, boleh dibunuh atau
tidak!" "O, baiklah, kata Pek I lojin, "nanti setelah melihat gaya
serangan mereka bagaimana, baru aku dapat memberitahu
kepadamu." "Cianpwe," tiba2 Sian Li berseru," mereka berjumlah lima
dan suko hanya seorang. Apakah ciapwe tak kasihan pada
suko " Bolehkah aku membantu suko?"
Baru Pek I Lojin mengucap begitu, tiba2 kakek Lo Kun
sudah menyelutuk : "Jangan main2 dengan jiwa cucuku si
Blo'on. Kalau ia sampai mati, engkau harus menghidupkan.
Kalau tak bisa, harus ganti dengan nyawamu."
Pek I lojin tertawa: "Ya, ya, kalau ia mati, nyawaku akan
masuk kedalam tubuhnya. Dan engkau nona, jangan buru2
turun tangan. Jika melihat sukomu benar2 terancam jiwanya,
baru engkau boleh membantu."
Blo'on tak sempat bertanya apa2 lagi karena saat itu kelima
pengawal Baju Putih sudah berhamburan menyerangnya.
Begitu tiba mereka terus berjajar2 membentuk sebuah
barisan. "Ngo-heng-tin," seru Hoa Sin ketika melihat formasi barisan
kelima pengawal Baju Putih itu. "Awas, kongcu, mereka
membentuk barisan Ngo-heng-tin ... "
Tetapi ketua Kaypang itu tak dapat melanjutkan kata2nya
karena saat itu Blo'on sudah melangkah masuk kedalam
barisan lawan. Ngo-heng-tin atau barisan Lima Unsur, dicipla menurut lima
unsur Kim, Bok, Cui. Hwat, Tho atau Emas. Kayu, Air, Api dan
Tanah. Sesungguhnya barisan itu merupakan barisan dari
partai Siau lim-si yang disebut Ngo-heng-pat-kwa-tin. Dan
pencipta aslinya sebenarnya Cukat Liang alias Khong Beng,
ahli strategi militer yang cemerlang pada jaman Sam Kok.
Blo'on tak mengerti ilmusilat apalagi ilmu barisan. Melihat
musuh membuka jalan, ia terus masuk saja kedalam barisan.
Dan ketika berada ditengah barisan, barulah ia terkejut karena
menderita serangan yang hebat.
Bukan saja barisannya disebut Ngo-heng, pun kelima
pengawal Baju Putih itu benar2 memiliki lima jenis tenagadalam.
Ketika dilontarkan, Blo'oi merasa dilanda oleh lima
macam tenaga pukulai yang hebat dan aneh. Pengawal Baju
Putih yang pertama, memiliki tenaga-dalam yang keras sekali
sekeras besi. Pengawal Baju Putih kedua memilil tenaga-dalam
setengah keras setengah lunak, mirip sifat kayu. Yang ketiga
memiliki tenaga-dalam yang sejuk dingin, mirip sifat air. Yang
keempat memilik tenaga-dalam panas, seperti panasnya api.
Dan yang kelima memiliki tenaga-dalam yang padat, sepadat
sifat tanah. Jika tenaga-dalam dari kerasnya logam membuat tulang2
serasa ditumbuk dengan alu besar jika tenaga dalam dari sifat
kayu itu memiliki daya perbawa yang membuat tubuh seperti
digebuk maka tenaga dalam yang bersifat dinginnya air itu
membuat tubuh menggigil seperti orang mengidap penyakit
demam, tenaga-dalam panasnya api itu membuat orang
seperti dicemplungkan dalam tungku api dan tenaga-dalam
sifat bumi itu membuat napas orang berhenti.
"Suko terancam," seru Sian LI seraya hendak maju tetapi
cepat dicegah Pek I lojin, "jangan terburu dulu, nona. Kulihat
Kim kongcu belum menderita apa2 kecuali bingung"
Sian Li terpaksa menahan diri. Ia mengikuti jalannya
pertarungan dengan penuh perhatian.
Memang sepintas pandang seolah Bloon telah ditelan dalam
hujan pukulan dan serangan tapi sesungguhnya Blo"onpun
sedang sibuk membalas. Pada mulanya dia memang
menderita karena dihantam sana, digenjot sini. Puncak dari
meletusnya ke marahan Blo'on adalah ketika ia merasa tak
dapat bernapas. Dengan mengcembor keras ia terus
mengamuk. Seperti telah dikatakan tenaga-dalam luar biasa
yang disebut Ji-ih-sin kang itu dapat dipancarkan setiap saat
yang dikehendaki Blo'on. Tetapi karena Blo'on tak tahu
bagaimana cara untuk mengerahkan tenaga dalam itu maka ia
harus menunggu sampai dirinya dipukul. Setiap dia marah
maka memancarlah tenaga-dalam Ji-ih-si n-kang itu.
Dan selekas tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang memancar maka
mengembang pula ilmu yang diserapnya dari kitab Bu-ji-keng.
Dia segera menjadi latah nekat. Setiap lawan bergerak, ia
segera menirukan. Bahkan gerakan kelima pengawal Baju
Pulih itu, pun sekalipun dapat ditirukan semua.
Walaupun hilang kesadaran pikirannya tetapi mau tak mau
kelima pengawal Baju Putih itupun terkesiap juga ketika
melihat gerak pemuda gundul lawannya itu.
Setiap kali mereka menyerang, setiap kali tentu disongsong
dalam gerakan yang sama oleh Blo'on. Bahkan bukan hanya
gerakannya saja, pun tenaga-dalam yang dipancar juga sama.
Sekali gus Blo"on mampu memancarkan lima jenis tenaga
dalam seperti yang dimiliki kelima pengawal Baju Putih itu.
"Cianpwe," tiba2 Sian Li berseru, "siapakah! kelima
pengawal Baju Putih itu ?"
Pek I lojin mengangguk : "Ya, kurasa memang mereka".
"Siapa "' desak Sian Li.
"Dahulu semasa jaman Goan, congtok (gubernur) Siamsay
mempunyai lima orang pengawal yang disebut Ngo hou-ciang
kun" kata Pek I lojin.
"O, maka mereka pandai dalam mengatur barisan" seru
Sian Li. "Bukan hanya pandai dalam ilmu barisan, pun mereka
termasyhur memiliki tenaga-dalam yang aneh. Dikata aneh
karena kelima orang itu masing2 mempunyai tenaga-dalam
yang ber-beda2. Dengan mempunyai kelima Ngo-hou-ciangkun
itu congtok Siamsay makin ganas. Apalagi dia beristeri
seorang wanita dari Mongol sehingga makin mendapat
kepercayaan penuh dari raja Goan. Congtok itu mempunyai
seorang anak putera yang gemar sekali mengganggu wanita
cantik." Waktu Pek I lojiu berhenti sejenak, Sian Li rnenyeletuk :
"Ya, biasanya anak2 pembesar itu tentu mengandalkan
pengaruh ayahnya untuk melakukan perbuatan2 yang
melanggar hukum." "Dia tidak salah," tiba2 kakek Lo Kun berseru "sebagai
seorang muda apalagi anak pembesar sudah tentu harus
bersenang senang diri. Seorang anak laki menggemari wanita,
adalah sudah wajar. Jangankan dia masih muda, sedang aku
yang sudah tua begini, pun suka melihat gadis2 cantik." Sian
Li tertawa. "Itu namanya kakek tak tahu diri," seru Hong Ing tiba2.
Kakek Lo Kun mendelik lalu meringis. "Lalu bagaimana,
cianpwe," tanya Sian Li pula kepada Pek I lojin.
"Pada masa itu di dunia persilatan terdapat sepasang suami
isteri gagah. Mereka merupakan sepasang pendekar yang
amat serasi sekali. Yang pria tampan, yang wanita cantik.
Kecantikan Han Hi Nio sedemikian termasyhur hingga dijuluki
sebagai Say-se si atau duplikat dari Se Si. Engkau tahu Se Si'?"
tanya Pek I lojin. Sian Li gelengkan kepala.
"Se Si adalah orang yang paling cantik di negeri Gwe. Dia
hidup pada jaman Jun Jiu. Sampai sekarang nama Se Si masih
digunakan untuk menyebut seorang wanita yang sangat
cantik," menerangkan Pek I lojin.
"Putera congtok itupun mendengar juga tentang isteri dari
pendekar itu. Dia segera memerintahkan kelima Ngo-houciang-
kun untuk menangkap sepasang suami isteri pendekar
itu dengan tuduhan mereka hendak memberontak kepada
pemerintah. "Pengaruh congtok sangat besar sekali. Pada suatu hari
sepasang pendekar itu telah dikepung oleh kelima Ngo houciang
kun yang masih dibantu lagi dengan kawanan kuku
garuda ..... " "Apakah kawanan kuku garuda itu, locianpwe ?" tanya Sian
Li. Pek I lojiu geleng2 kepala : "Ho, anak perempuan, engkau
benar2 masih hijau sekali."
"Benar, lo-cianpwe," sahut Sian Li." karena sejak kecil aku
ikut suhu belajar silat di gunung dan baru kali ini turun ke
dunia persilatan." "Kawanan kuku garuda adalah istilah bagi kaum persilatan
yang mau bekerja pada pemerintah yang bukan dari orang
Han. Kerajaan Goan didirikan oleh Kubilai Khan dan Kubilai
Khan itu adalah orang Mongol. Maka setiap jago silat yang
bekerja pada kerajaan Goan, disebut kuku garuda, artinya alat
dari penguasa." Sian Li mengangguk. "Sepasang pendekar itu memang gagah berani, tetapi
karena harus menghadapi berpuluh-puluh jago silat yang
sakti, akhirnya ia rubuh menderita luka berat dan ditawan.
"Peristiwa itu telah menggemparkan dunia persilatan yang
walaupun telah ditindas, tetapi masih tetap berserak secara
diam2. Mereka ingin membebaskan pendekar itu tetapi karena
penjagaan sangat kuat, terpaksa tak ada yang berani.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Puncak dari kemarahan kaum persilatan adalah ketika
tersiar berita bahwa Han Bi Nio telah mati membunuh diri
dengan jalan menggigit putus lidahnya sendiri....."
"Keparat putera congtok itu !" teriak Sian Li dengan gemas,
tentulah karena tak tahan menderita siksaan akhirnya wanita
itu mengambil jalau pendek..."
Pek I lojin gelengkan kepala. "Bukan, bahkan Han Bi Nio
telah mendapat perlakuan yang luar biasa manisnya dari
putera congtok itu. Beda dengan suaminya yang harus
menderita siksaan seperti seekor binatang buas."
"Lalu mengapa Han Bi Nio bunuh diri ?" ta nya Sian Li.
"Ternyata putera congtok itu berusaha untuk membujuknya
mau diperisteri. Dia benar2 tergila-gila melihat kecantikan Han
Bi Nio. Dari halus sampai kasar, kasar lalu halus lagi, tetap
Han Bi Nio tak sudi melayani rayuan putera congtok itu.
Bahkan ia memakinya habis-habisan..."
"Sungguh seorang lihiap yang luhur!" seru Sian Li.
"Akhirnya hilanglah kesabaran putera congtok itu. Ia suruh
orangnya mengikat kaki tangan Han Bi Nio, kemudian pada
malam itu putera contok lalu masuk kedalam ruangan hendak
memperkosanya. Dalam keadaan kaki tangan terikat Han Bi
Nio tak berdaya. Pada saat itu putera congtok sudah
menanggalkan pakaian Han Bi Nio dan terus hendak
melakukan perbuatannya yang terkutuk. Pada saat
kehormatan Han Bi Nio hampir tercemar. tiba2 wanita itu
berhasil menggigit putus hidung putera congtok menjerit-jerit
kesakitan karena hidungnya hilang. Karena marah, ia
mengambil pedang dan terus membacok Han Bi Nio. tetapi
sebenarnya saat itu Han Bi Nio sudah meninggal! Karena
setelah menggigit hidung putera congtok ia terus menggigit
lidahnya sendiri sampai putus. Dari pada cemar, lebih baik ia
memilih mati." "Ah"." Sian Li menghela napas itu kucurkan airmata,
"putera congtok itu harus dibunuh."
"Lo-jin, sehabis urusan disini selesai, bawalah aku ketempat
congtok itu. Hendak kubelah kepala putera congtok yang telah
membunuh seorang wanita begitu cantik, "seru kakek Lo Kun.
"O baiklah " sahut Pek I lojin.
"Lojin,"' tiba- Hong Ing yang selama ini diam saja, saat itu
ikut berseru, "bukankah cerita itu terjadi pada jaman kerajaan
Goan " Bukankah Congtok dan puteranya itu saat ini tentu
sudah meninggal "'' "Ya, benar." sahut Pek I lojin.
"Lalu mengapa lojin sanggup hendak membawa kakek itu
kesana ?" "Ya, tetapi bukan kerumahnya melainkan ke tempat
kuburannya," Pek I lojin tertawa.
"Apa ?" teriak kakek Lo Kun, "ke kuburannya?"
"Habis kalau orangnya sudah mati?"
"Huh, engkau seorang kakek yang sudah tua tetapi
mengapa masih suka bergurau seperti anak kecil ?" kakek Lo
Kun menegur. Sian Li dan Hong Ing tertawa mengikik. Demikian pula Pek I
lojin. Begitu garang kakek Lo Kun memaki orang seolah ia lupa
bahwa dirinya yang sudah tua rentapun gemar ber -olok2.
Tetapi kalau dirinya kena dipermainkan, dia lantas
mengambek dan mendamprat orang.
"Sudah, lojin, harap suka melanjutkan cerita itu" desak Sian
Li. "Berita kematian Han Bi Nio telah membangkit kemarahan
seluruh tokoh persilatan. Walaupun tanpa berunding dan
bersepakat lebih dulu, mereka ber-bondong2 menyerang
gedung kediaman congtok. Dalam serangan itu, mereka
berhasil membakar gedung congtok, membunuh putera
congtok dan membebaskan pendekar itu*
"Bagaimana dengan Ngo-hou ciang-kun itu?" tanya Sian Li.
"Dalam pertempuran itu, memang tokoh silat harus
menghadapi kesukaran melawan Ngo-hou-ci-ang-kun. Hampir
saja mereka gagal dalam usahanya menyelamatkan pendekar
itu apabila tak muncul seorang bintang penolong ..."
"Tentu bapaknya Blo'on !" teriak kakek Lo Kun serentak.
Sian Li pun beranggapan demikian. Tetapi di luar dugaan
Pek I lojin gelengkan kepala. "Bukan, bukan Kim tayhiap tetapi
kali ini muncul seorang pendatang baru lagi, lebih tua dari Kim
tayhiap" "Siapa ?" seru kakek Lo Kun seolah bertanya kepada orang
yang lebih muda dan dirinya.
"Bu Ing kijin," kata Pek I lojin, "kelima Ngo ciang itu tak
berdaya menghadapi ilmu pukulan dan gerak Tanpa-bayangan
dan Bu Ing kijin itu. Akhirnya mereka terhajar rubuh semua.
Dan sejak itu mereka lalu melenyapkan diri tiada beritanya
lagi." "Lo-cianpwe," kata Sian Li, *"adakah dalam peristiwa
sehebat itu suhuku tak muncul ?"
"Ho, engkau terlalu mendewakan suhumu, anak
perempuan." Pek I lojin tertawa, "ya, benar. Memang
seharusnya engkau bangga mempunyai seorang ksatrya hebat
seperti suhumu itu. Dia pun muncul juga dan melakukan suatu
perjuangan yang hebat. Dialah yang masuk dan
membebaskan pendekar itu dari sebuah penjara di bawah
tanah yang dijaga ketat oleh berpuluh kuku garuda
berkepandaian tinggi."
"Pada saat itulah kedua jago muda itu bertemu berkenalan
dan saling mengagumi. Persahabatan mereka telah
didambakan sebagai suatu berkah bagi kaum persilatan yang
saat itu sedang terancam bahaya kemusnahan. Tetapi
kemudian hari Bu Ing kijin jarang muncul didunia persilatan
lagi", akhirnya Pek I lojin menutup ceritanya.
"Jika demikian kelima pengawal Baju Putih itu adalah Ngo
hou-ciang itu ?" tanya Sian Li.
"Ya," kata Pek i lojin, "kalau menilik barisan Ngo-heng-tin
dan tenaga-pukulan mereka, kemungkinan besar tentulah
Ngo-hou-ciang. Heran mengapa mereka juga menjadi
pengawal Thian-tong kau".
Pembicaraan mereka tak lanjut karena saat itu pertempuran
dalam barisan Ngo-heng-tin telah menampakkan perubahan.
Dalam kemelut pukulan yang memancarkan angin dan tenaga
beberapa jenis itu, akhirnya mencapai puncak kegawatan
ketika tiba2 secara serempak kelima pengawal Baju Pu tih itu
tidak lagi memukul melainkan loncat menerkam Bloon.
Blo"on terkejut. Takut akan diterkam dia terus enjot
tubuhnya ke udara. Bukan kepalang kejut kelima pengawal
Baju Putih karena mereka saling menerkam sendiri, sedang
yang diterkam sudah lolos ke udara. Cepat mereka
memandang keatas lalu serempak berhamburan loncat ke
udara. Melihat itu Blo'on makin takut. la bergeliatan lagi dan
makin melambung keatas. Terdengar suara desuh dari mulut kelima pengawal Baju
Put'h ketika tangan mereka yang sudah hampir berhasil
menyambar kaki Blo'on tiba2 menangkap angin lagi.
Merekapun memiliki tenaga dalam yang hebat. Dengan
menginjak kaki kanan ke kaki kiri, mereka meminjam tenaga
pijakan itu untuk mengantar tubuh melambung naik lagi.
Melihat itu Blo'on makin kaget. Dia menggeliatkan tubuh
dan melambung lagi. Karena untuk yang kedua kalinya luput,
kelima pengawal Baju Putih itu penasaran. Dengan
mengerahkan seluruh tenaga dalam mereka melambung lagi.
Tetapi untuk yang ketiga kalinya, tetap gagal karena Blo'on
melambung lagi makin tinggi.
Tiga kali bergeliatan melambung, kelima pengawal Baju
Putih itu telah mencapai ketinggian dua tombak. Untuk
melanjutkan gerak melambung yang keempat kali rupanya
mereka sudah kehabisan tenaga.
Uh, uh, uh ..... terdengar mulut menghambur desuh dan
susul menyusut kelima pengawal Baju Putih itupun meluncur
turun ke lantai lagi. Tetapi rupanya mereka terang pikiran. Walau pun dalam
memikir apa2 mereka kehilangan daya ingatannya namun
dalam soal bertempur mereka masih dapat berpikir. Cepat
mereka membentuk di ri dalam sebuah barisan yang disebut
Ngo ci-ki-tin atau barisan ajaib Lima jari tangan. Mereka
berjajar dalam bentuk seperti lima jari tangan. Apabila Blo'on
mendarat turun, kelima jari itu akan bergerak untuk
menggenggam dan meremasnya sampai hancur.
Para ketua partai persilatan, Sian Li, Hong Ing, kakek Lo
Kun bahkan Pek I lojin terlongong-longong menyaksikan ilmu
meringankan tnbuh yang luar biasa dari Blo'on.
'"Eh, kurang ajar benar anak itu. Ternyata dia pandai
terbang begitu tinggi," kakek Lo Kun mulai mengomel.
"Ya. mengapa dia begitu hebat sekali," sambut Sian Li
kemudian bertanya, "cianpwe, apakah nama ilmu yang dimiliki
suko itu ?" Pek I lojin geleng2 kepala : "Aku sendiri tidak tahu. Tetapi
menilik keadaannya, dia telah mencapai tingkat kesempurnaan
dalam tenaga dalam. Kemungkinan ialah darah Seng si hian
kawannya sudah tertembus. Karena hanya orang yang
keadaannya begitu, baru mampu melakukan semua gerakan
yang dikehendakinya. Memang ada tenaga-dalam tataran
tinggi yang disebut Ji-ih sin-kang atau tenaga dalam sakti
bebas atau dapat digerakkan menurutkan kehendak hatinya.
Tetapi rasanya dalam dunia persilatan dewasa ini, tiada lagi
tokoh yang memiliki tenaga-dalam Ji-ih-sin-kang itu."
"Apakah lo-cianpwe belum menguasai tataran Ji-ih-sin kang
itu?" tanya Sian Li.
"Aku ?" Pek I lojin terkejut. Tetapi pada lain saat ia tertawa,
"ah, jangan berolok-olok. Aku si orang tua ini tidak bisa main
silat. Hanya seorang tua renta yang menghabiskan umur
untuk makan bubur." Pada saat itu Blo'onpun meluncur turun. Kelima pengawal
Baju Putih itu selalu bergerak-gerak menuju ketempat dimana
Blo'on akan turun. Maka begitu Blo'on meluncur dilantai,
segera ia dikepung oleh kelima pengawal Baju Putih yang
kemudian terus menerjangnya.
Kali ini Blo'on tak sempat loncat ke udara lagi. Terpaksa ia
malah jatuhkan diri di lantai, sambil berguling kesana kemari,
ia mendupak dan menghantam lutut kelima pengawal Baju
Putih itu. "Uh, nh, nh.....kembali terdengar desuh dari mulut mereka.
Bahkan kali ini lebih keras dari yang tadi dan disusul pula
dengan rubuhnya, tubuh mereka. Mereka berguling guling
kian kemari, memekik dan meraung kesakitan.
Blo'on telah menghancurkan mata dan lutut kaki mereka
sehingga mereka tak dapat berdiri. Tetapi rupanya kelima
pengawal Baju Putih itu memang keras kepala sekali.
Walaupun kakinya sudah lumpuh tetapi mereka masih tak mau
menyerah. Dengan sisa tenaga-dalam yang masih ada,
serempak mereka menghantam.
Tetapi kenekadan mereka itu hanya membawa kehancuran
yang lebih cepat. Kembali daya khasiat dari kitab Tanpa
Tulisan yang telah maresap kedalam tubuh Blo"on, memancar.
Daya khasiat itu tak lain hanya suatu daya latah, yalah
menirukan gerak musuh, betapapun rumit dan cepatnya". Dan
disertai dengan tenaga-sakti Ji-ih-sin-kang yang mengeram
dalam tubuhnya, maka Blo'on menjadi seorang manusia yang
paling aneh dalam dunia persilatan.
"Ada tetapi tiada Tiada tetapi ada. Ada apa bila engkau
adakan. Tiada jika engkau meniadakan." Demikian pokok ilmu
kesakitan yang bersembunyi dalam tubuh Blo'on. Dia telah
menjadi sarang dari ilmu kesaktian, tenaga-dalam Ji-ih sinkung
dan ilmu Latah. Tetapi dia tak merasa dan tak tahu
bahkan tak mengerti bagaimana harus mengeluarkan ilmu
yang sakti itu. Tetapi apabila ia diserang, maka timbullah ilmu
kesaktian itu karena dia mengadakannya, yalah ingin
menghindar, menangkis ataupun balas memukul. Itulah yang
dimaksud sebagai 'tiada tetapi ada'.
Hantaman kelima pengawal Baju Putih itu segera
disongsong Blo'on dengan gerakan yang sama dan seketika
kelima pengawal Baju Putih itu seperti tertampar oleh
tenaganya sendiri sehingga mereka meraung, muntah darah
dan menggelepar dilantai.
Ketika beberapa ketua partai persilatan menghampiri dan
memeriksa ternyata kelima orang itu sudah amblas jiwanya.
Mereka hanya geleng2 kepala dan mengucap "omitohud"
menyaksikan peristiwa itu.
"Lojin," kata Hoa Sin kepada Pek I lojin satelah
menyaksikan ilmu kepandaian yang luar biasa dari Kim
kongcu, kurasa di dunia persilatan ini tiada yang mampu
menandinginya. Maka kita harus mencegah kehancuran yang
lebih hebat. Keduapuluh pengawal Baju Putih sudah habis
tetapi masih terdapat duapuluh orang pengawal Baju. Merah
lagi. Bukankah mereka juga tokoh2 sakti yang telah dicelakai
dan diperalat Thian-tong-kau?".
Pek I lojin mengangguk : "Ya, tetapi untuk jelasnya, kita
harus melihat dulu permainan silat mereka baru dapat
mengenal orangnya." "Tetapi bagaimanapun juga mereka adalah sama kaum
persilatan. Mereka tak berdosa maka sedapat mungkin harus
diselamatkan" kata Hoa Sin.
Pek I lojin menghela napas.
"Ya, benar. Tetapi sulitnya Kim kongcu itu tidak seratus
persen normal pikirannya. Dia memiliki tenaga-sakti hebat
tetapi tak tahu bagaimana mengembargkan dan bagaimana
mengendalikan. Sehingga sekali memancar, orang tentu akan
binasa. "Kim kongcu" serentak Hoa Sin berpaling ke arah Blo'on,
"apakah engkau benar2 tak merasa apabila engkau memiliki
tenaga-dalam yang sakti ?"
"Siapa bilang begitu ?" bantah Blo'on "apa itu tenaga-dalam
aku tak mengerti" "Tetapi kongcu telah mengalahkan semua jago2 sakti dari
Thian-tong-kau. Mereka mempunyai tenaga-dalam yang sakti.
Jika kongcu tak punya tenaga sakti yang lebih hebat dari
mereka, tak mungkin kongcu dapat mengalahkan mereka",
kata Hoa Sin. "Ah, terserah." kata Bloon, "orang boleh mengatakan aku
ini bagaimana, tetapi aku sendiri merasa jelas, tak mempunyai
tenaga-dalam dan tak mengerti silat".
Lalu bagaimana perasaanmu apabila engkau bertempur
dengan musuh ?" "Aku selalu merasa takut dan kuatir kalau hendak dipukul
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atau dibacok lawan maka timbullah keinginan hatiku untuk
menangkis dan tahu2 tangan atau kakiku dapat bergerak
sendiri," Hoa Sin geleng2 kepala. Dia adalah ketua partai Kay-pang.
Dia seorang tokoh yang berilmu tinggi. Dia termasyhur dan
dikagumi kawan mau pun lawan. Tetapi dia tak mengerti
Blo"on, tak mengerti ilmu apakah yang melekat pada diri anak
itu. Keadaan pihak Thian-tong kau diatas panggung upacara itu
hampir porak peranda. Duabelas barisan gadis Baju Kuning
dan duabelas gadis Baju Hijau sudah kabur karena takut
dengan ular thiat-bi-coa milik kakek Lo Kun. Keenam kacung
Baju Biru dan enam kacung Baju Merahpun sudah lari pontang
panting takut pada Blo'on. Kedua puluh pengawal Baju
Putihpun sudah hancur. Sebagian besar habis di tangan
Blo'on. Kini yang tinggal hanya keduapuluh pengawal Baju Merah,
dua orang gadis cantik yang berdiri disebelah kanan dan kiri
ketua Thian-tong-kau, sepasang harimau yang mendekam
dibawah kaki ketua itu, Dan si pengacara baju merah yang
diam seperti orang ter-longong2.
"Suthay, totiang, mari kita bekuk ketua Thian-tong-kau itu
agar dapat menghindari pertumpahan darah yang hebat," seru
Hoa Sin seraya terus loncat kemuka.
Pek I lojin hendak mencegah tetapi sudah tak keburu.
Ketiga ketua partai persilatan itu melanjutkan persepakatan
mereka tadi yalah antuk membekuk ketua Thian-tong-kau.
Tetapi kedatangan mereka segera disambut oleh seorang
pengawal Baju Merah. Begitu maju pengawal Baju Merah itu
terus ayunkan tangannya dan seketika itu terdengarlah desing
angin tajam melanda kearah ketiga ketua partai itu.
"Awas, jarum rahasia" teriak Hoa Sin seraya loncat
menghindar diikuti Hong Hong tojin. Tetapi Ceng Sian suthay
tak mau menyingkir melainkan tamparkan kebut hudfimnya.
Tring, terdengar suara halus dari sebuah benda yang jatuh ke
papan lantai. Setelah berhasil menampar jatuh jarum rahasia, Ceng Sian
suthay memutar hudtim dan maju menghampiri pengawal
Baju Merah itu. Pengawal Baju Merah itu tak berkata apa2, hanya ayunkan
tangan kanan lalu tangan kiri kearah Ceng Sian suthay.
Ketua dari partai Kun-Iun-pay itu menyadari bahwa
pengawal Baju Merah yang menyerangnya itu tentu seorang
ahli dalam menabur senjata jarum. Dan iapun curiga apabila
jarum2 rahasia itu mengandung racun Maka dengan hati2 ia
mainkan kebut hujtim sedemikianrupa sehingga tubuhnya
seperti terbungkus oleh sinar putih.
"Berbahaya " teriak Sian Li yang tak tahan lagi menyaksikan
keganasan pengawal Baju Merah itu. Serentak ia hendak maju
menerjang, "Jangan" seru Pek I Lojin seraya ulurkan tangan seperti
hendak menarik baju walaupun orangnya sudah dua langkah
jauhnya. Tetapi Sian Li terhenti. Ia merasa tubuhnya seperti tertahan
tenaga yang amat kuat sekali.
"Nona, berbahaya sekali" seru Pek I lojin, "ketiga ketua
partai persilatan itu cukup mampu untuk menghadapinya".
Saat itu pengawal Baju Merah ayunkan tangan kanan lalu
tangan kiri. Kali ini agak beda dengan yang tadi. Ayunan
tangan kanan itu memang berisi jarum tetapi tangan kiri
hanya tamparan saja untuk membantu supaya jarum itu
meluncur lebih keras dan dahsyat.
Tring tring. tring, ih ... tiba2 Ceng Sian suthay mendesis
ketika telinga kanannya tersambar oleh aum tajam dari
sebatang jarum. Untung dia masih dapat berkelit ke kiri
sehingga hanya keserempet sedikit saja. Sekalipun demikian
rasanya panas sekali sehingga daun telinganya itu merah.
Dengan cara mengantar lontaran jarum itu, berhasillah
pengawal Baju Merah untuk menembus lingkaran sinar dari
kebut hudtim Ceng Sian suthay.
Ceng Sian marah sekali. Sebagai seorang rahib ketua partai
Kun lun-pay diapun memiIiki kepandaian yang mengejutkan.
Tetapi karena sebagai seorang agama, dia berhati welas asih
dan pantang membunuh. Tetapi karena saat itu menghadapi seorang lawan yang
begitu ganas menaburnya dengan jarum rahasia yang
beracun, bangkitlah kemarahan rahib dari Kun-lun-pay itu.
"Hm," ia mendesis lalu menyongsong maju dan tiba2 bulu
dari kebud pertapaan itu rontok berhamburan melayang
kearah pengawal Baju Merah
Jarak yang sedemikian dekat, ditambah pula tak mengira
kalau kebut hudtim akan berobah menjadi ratusan bulu2 yang
tegak meregang seperti jarum2 panjang, pengawal Buju
Merah itu berusaha untuk menghalau dengan menamparkan
kedua tangannya. Tetapi gerakan itu tak dapat membendung
beberapa batang bulu yang langsung bersarang pada mata
dan lubang hidung pengawal Baju merah.
"Auh.....," terdengar jeritan ngeri yang seolah
menggetarkan panggung ketika tubuh pengawal Baju Merah
itu terdampar jatuh ke lantai.
"Suthay !" karena ngeri menyaksikan peristiwa itu. Sian Li
berseru tertahan. "Siancay ! Siancay !" Pek I lojin mengucapkan doa seraya
menghela napas, "Bwe-hwa-cian-kun Bo Hin, akhirnya engkau
harus memakan buah yang engkau tanam sendiri."
"Siapakah orang itu, lo-cianpwe ?"* tanya Sian Li.
"Dia adalah Bwe-hoa-ciam- kun Bo Hin, seorang tokoh
hitam yang gemar memetik bunga," kata Pek I lojin.
"Ini, aneh, mengapa seorang tokoh silat lelaki gemar
memetik bunga " Buat apa ?" tanya Sian Li kekanak-kanakan.
Pek I lojin tertawa : "Ah, cobalah engkau tanyakan kepada
Lo Kun cianpwe itu."
"Kakek Lo Kun, engkau tahu apa yang dimaksud dengan
memetik bunga itu ?" tanya Sian Li.
"Hah ?" Lo Kun terbeliak, "memetik bunga " Siapa yang
memetik bunga?" "Itu pengawal Baju Merah yang terbunuh suthay. Dia
seorang tokoh pemetik bunga."
"Kurang ajar!" teriak Lo Kun," jika demikian dia tukang
pengrusak kebun. Untung aku tak senang menanam bunga,
kalau tidak, hm, tentu sudah kuhajar batok kepalanya !"
Pek I lojin tertawa. "Benarkan itu, lo cianpwe ?" tanya Sian Li "Benar, benar,"
kata Pek I lojin." tetapi dalam dunia persilatan istilah itu
digunakan untuk orang yang suka merusak kehormatan
wanita." "Hai !" kakek Lo Kun melonjak, "jika demikian dia wajib
dibunuh. Mengapa sejak tadi engkau tak bilang?"
Pek I lojin hanya ganda tertawa. Ia tahu bahwa kakek itu
memang seorang limbung, tak perlu dilayani secara serius.
Dalam pada itu ketika Ceng Sian suthay sedang berhadapan
dengan pengawal Baju Merah tadi, dengan ketajaman mata
sebagai seorang tokoh berilmu tinggi, tahulah Hoa Sin bahwa
Ceng Sian suthay tentu dapat menghadapi lawannya. Maka ia
bersama Hong Hong tojin segera lanjutkan langkah untuk
membekuk ketua Thian-tong-kau. Tetapi saat itu juga
keduanya telah dicegat oleh dua pengawal Baju Merah.
"Hong kaucu mari kita membagi tugas." seru Hoa Sin
segera menyambut seorang pengawal Baju Merah. Sementara
Hong Hong tojinpun segera menyambut yang seorang.
Pengawal Baju Merah yang berhadapan dengan Hoa Sin itu
segera mengeluarkan senjatanya, sebatang toya bergigi duri.
Melihat itu Hoa Sin pun berseru : "Bagus, pengemis tua hari
ini akan menguji sampai dimana ilmu Pentung-anjing (Bakkau-
pang) itu lihaynya !"
Diapun lantas mencabut sebatang tongkat. Tiada yang luar
biasa pada tongkat itu dan ia pun nengatakan hanya sebatang
pentung untuk penggebuk anjing.
Tanpa banyak bicara pengawal Baju Merah Itu segera
menyerang. Jurus pertama yang dilancarkan yalah, menusuk
dada, mengemplang kepala, membabat pinggang dan
menyapu kaki. Gerakan itu dilancarkan sekaligus dengan cepat
dan beruntun. "Hong mo-ciang-hwat!" seru Hoa Sin seraya mainkan
tongkat penggebuk anjing untuk melayani. Hong-mo-cianghwat
artinya ilmu tongkat Iblis gila, yalah ilmu permainan
tongkat yang sedang dilancarkan oleh pengawal Baju Merah
itu. Dengan cepat sekali Hoa Sin segera dapat mengenali ilmu
permainan tongkat lawan. Dan ia pun tahu bagaimana cara
untuk melayaninya. Tetapi diluar dugaan ternyata Hong mo-ciang-hwat yang
dimainkan pengawal Baju Merah itu luar dari biasanya. Selain
gerakannya yang cepat, pun tenaga sabatannya dahsyat
sekali, Untung, Hoa Sin seorang jago Kay pang yang cerdas
dan tangkas. Sekalipun begitu tetap ia harus menderita
kesibukan. Hong-mo jut-gun atau Iblis-gila-menonjol keluar yang
dilancarkan dalam serangan selanjutnya oleh pengawal Baju
Merah itu, telah menimbulkan deru angin dan bunyi yang
menderu-deru seperti prahara sehingga rambut dan pakaian
pengemis-sakti Hoa Sin sampai bertebaran.
Hoa Sin harus kerahkan seluruh perhatian dan tenaga untuk
menghadapinya. Segera ia keluarkan jurus Pau ciang kau-ciau
atau Tongkat-melayang anjing menggonggong. Tongkat bak -
kau ciang segera berhamburan seperti hujan mencurah,
sayup2 seperti suara anjing menggonggong.
Tring ... terdengar benturan yang keras sekali. Tampak
kedua bahu pengawal baju merah itu menggigil tetapi tangan
Hoa Sinpun terasa kesemutan. Ketua Kay pang itu terkejut.
Siapakah gerangan tokoh itu " Mengapa sedemikian hebat
tenaganya " Hoa Sin termasyhur sebagai ketua Kaypang yang cerdik dan
sakti. Tongkat bak-kau-pang selama ini jarang mendapat
tandingan dan jarang digunakan untuk bertempur. Ia terkejut
saat itu karena bukan saja permainan tongkatnya tertindih
oieh permainan toya lawan, pun tenaganya juga lebih unggul
setingkat dengan lawan. Memang semasa ia masih muda, pernah ia mendengar
tentang seorang tokoh aneh yang bersenjata toya. Tokoh itu
disebut Giam Ti Beng digelari Hongmo-ciang atau si Tongkatiblis-
gila. Pernah ia datang ke gereja Siau-lim-si untuk
menantang paderi disitu. Dia dianggap gila dan diusir tetapi
beberapa paderi telah d gebuknya.
Ia nekad masuk kedalam gereja dan sesumbar hendak
menghajar semua paderi disitu. Maka oleh ketua Siau-lim-si
disuruhnya beberapa murid untuk mengusirnya. Pun tiada
seorang dari mereka yang menang dengan Giam Ti Beng.
Karena beberapa murid Siau-Iim-si yang berkepandaian
tinggi kalah, akhirnya Hui ln siansu yang pada waktu itu
menjadi ketua Siau lim-si terpaksa maju menghadapi sendiri.
Segera ia mendapat kesan bahwa Giam Ti Beng itu memang
agak kurang beres ingatan. Tetapi Hui-ln pun terkejut ketika
mengetahui bahwa ilmu permainan tongkat Hong-mo ciang
dan orang itu ternyata hebat dan aneh sekali.
Hong-mo-ciang Giam Ti Beng memang berwatak angkuh
dan sombong. Segala2nya ia minta istimewa. Tongkatnya
bukan tongkat sembarangan tetapi dari sari baja murni. Dia
pernah berkelana ke daerah Biau di Tibet dan mengetahui
cara pembuatan dari golok orang Biau yang termasyhur tajam
yalah golok Biau-to, tipis tetapi luar biasa tajamnya. Golok itu
dibuat dari baja keluaran Tibet yang istimewa. Diapun mencuri
bahan baja itu lalu meniru cara pemasakan orang Biau, ia
dapat membuat sebatang tongkat.
Demikian pula dengan ilmu permainan Hong mo-ciang. Dia
robah semua gerak2 dari setiap jurus. Misalnya yang
seharusnya menyerang ke kiri, ia robah menyerang ke kanan,
yang kekanan dirobah ke kiri. Yang seharusnya memapas
keatas dirobah membabat kebawah. Yang seharusnya
menusuk kemuka ia malah menarik ke belakang dan yang
seharusnya ditarik kebelakang ia malah menusuk ke muka.
Pokoknya semua gerak, berlawanan arah dari gerak aselinya.
Dengan Hong-mo-ciang-hwat yang serba aneh itu, dapatlah
ia membuat Hui ln taysu sibuk sekali dan hampir saja rubuh.
Tetapi Hui In adalah seorang ketua Siau-lim-si yang cerdas
dau berilmu tinggi Tiba2 ia loncat keluar dari gelanggang dan
berseru : "Omitohud ! Sicu hebat sekali !"
Giam Ti Beng tertegun melihat kewibawaan hweshio tua
yang menjadi pimpinan Siau-lim-si. Diapun tak mau
melanjutkan pertempuran. "Apakah maksud sicu datang ke gereja kami"* tegur Hui In
pula. "Tak ada maksud apa2 kecuali hendak membuktikan
apakah ilmu permainan tongkatku dapat mengimbangi ilmu
kepandaian Siau-lim si"
'Oh, bukan saja mengimbangi tetapipun mengungguli, sicu."
seru Hui In taysu. Wajah Giam Ti Beng ber-seri2 : "Jika demikian, terima
kasih, taysu, aku mohon pulang".
Ternyata Hui In taysu memang seorang yang bijaksana dan
penuh dengan toleransi. Jika ia mau, tentu ia dapat
mengalahkan orang itu. Tetapi melihat orang itu tak normal
pikirannya diapun tak mau melayani.
Beberapa anak murid Siau-lim-si terkejut heran di antara
mereka timbul pembicaraan yang menguatirkan bahwa apabila
peristiwa Hui In taysu dikalahkan oleh Giam Ti Beng itu
sampai tersiar keluar, nama baik Siau-iim-si tentu jatuh.
Tetapi kekuatiran murid2 Siau lim si itu tak sampai terjadi
karena sejak meninggalkan gereja Su lim si, Giain Ti Beng tak
pernah kedengaran beritanya lagi.
Ternyata diam2 Hui In taysu memanggil seorang murid
yang bukan dari orang agama, seorang pemuda yang berbakat
bagus. Ia menitahkan agar pemuda itu mencari Giam Ti Beng
dan menantangnya. Tetapi murid itu dipesan supaya jangan
sampai membunuh orang itu, cukup asal diikat dengan
perjanjian bahwa apabila Giam Ti Beng kalah maka harus
bersembunyi tak boleh muncul kedunia persilatan.
Murid itu memang lihay dan cerdik. Dia tantang Giam Ti
Beng untuk bertanding dua macam kepandaian, ilmu pukulan
dan ilmu tongkat. Setiap pertandingan memakai syarat. Kalau
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pemuda itu kalah, dia rela dipotong sebelah tangan atau
kakinya. Jika sampai kalah dua kali, boleh dipotong dua buah
bagian tubuhnya, kaki atau tangan.
Tetapi apabila Giam Ti Beng kalah, untuk tiap macam
pertandingan, dia harus bersembunyi selama sepuluh tahun.
Kalau dua pertandingan kalah berarti harus bersembunyi
duapuluh tahun. Pertandingan itu diterima oleh Giam Ti Beng. Karena sudah
diberi pelajaran ilmu Tat-mo kiam oleh Hui In taysu. maka
dapatlah pemuda itu mengalahkan Giam Ti Beng. Dan Giam Ti
Bengpun harus memenuhi janji. Sejak itu dia tak kedengaran
kabar beritanya lagi. Maka apabila Hoa Sin kelabakan menghadapi permainan
Hong-mo ciang dari pengawal Baju Merah itu. memang dapat
dimengerti. Apalagi setelah mengasingkan diri itu, belasan
tahun lamanya Giam Ti Beng meyakinkan dan
menyempurnakan ilmu Hong-mo-ciangnya.
Baru kali ini Hoa Sin menghadapi musuh yang amat
tangguh. Dia harus mati2an mempertahan diri sehingga
tubuhnya sampai mandi keringat.
'"Nona", tiba2 Pek I lojin berseru kepada Hong Ing yang
sejak tadi diam saja, "maukah engkau membantu Hoa pangcu
yang kerepotan itu ?"
"Biik, locianpwe, seru Hong Ing seraya loncat ketengah
gelanggang dan langsung menyerang pengawal Baju Merah
itu seraya berkata : "Hoa pangcu, silahkan beristirahat dulu,
biarlah aku yang melayani orang ini."
Sebenarnya Hoa Sin penasaran atas kehadiran Hong Ing
itu. Walaupun dia terdesak tapi belum tentu dia kalah. Tapi
karena nona itu sudah terlibat dalam serangan dengan
Pengawal Baju Merah, terpaksa ia loncat mundur.
"Hoa pangcu, harap jangan salah mengerti," kata Pek I
lojin, "memang akulah yang meminta nona itu menggantikan
Hoa pangcu. Manusia semacam itu tak perlu Hoa pangcu turun
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 16 Panggung Penghukum Dewa Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Kisah Si Rase Terbang 6