Pendekar Bloon 23
Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 23
Akhirnya Blo'on kedua menurut. Ubun2 kepala rahib dari
Kun-lun pay itu diciumnya sampai beberapa saat. Setelah
wajahnya mulai terang, baru lah dilepaskan.
"Pak tua," seru Blo'on kedua, "apakah engkau dapat
membuat orang berak ?"
Orangtua baju putih tersenyum lebar karena heran,
serunya: "Apa maksudmu?"
"Racun sudah terhalu ke perut, sekarang tinggal
mengeluarkan. Mereka harus berak supaya racun itu keluar."
"O," seru orangtua masih tersenyum, "ya, baiklah."
Ia segera menghampiri Hoa Sin lalu mengurut jalandarah
pada pinggangnya. Setelah itu berganti mengurut pinggang
Hong Hong tojin. Hanya waktu tiba giliran Ceng Sian suthay,
orangtua itu tersenyum lebar sekali.
"Hai, pak tua, mengapa engkau tersenyum " Jangan
engkau mempunyai pikiran kotor terhadap seorang rahib!",
seru Blo'on kedua. Orangtua baju putih itu tersenyum lebar sekali, seperti
orang tertawa. Demikianlah kalau ia malu.
"Jangan salah faham, budak." seru orangtua itu "aku harus
mencari daya untuk mengeluarkan racun itu. Kedua lelaki itu,
memang telah berak tetapi janganlah rahib itu disuruh berak
juga." Habis berkata ia terus menutuk punggung Ceng Sian
suthay. Tak berapa lama Ceng Sian menguak keras dan
muntahkan segumpal darah berwarna hitam. Dua tiga kali ia
muntahkan darah itu. Setelah muntah wajahnya tampak
segar. Ceng Sian suthay pejamkan mata untuk melanjutkan
menyalurkan tenaga-dalam memulihkan kekuatannya.
Celaka adalah Hoa Sin dan Hong Hong. Karena tubuh masih
lemas, keduanyapun berak ditempat. Wajahnya tampak makin
segar. Keduanya juga masih pejamkan mata untuk
memulihkan tenaga. "Bagus, bagus, baru pertama kali ini aku menjumpahi
seorang budak yang dapat mengobati, racun ular emas. Hai,
hebat benar kepandaianmu, budak, dari mana engkau
memperolehnya....." Tetapi orangtua itu cepat hentikan kata-katanya karena
terkejut. Ternyata pemuda tadi sudah tak berada disitu.
"Gila !" orangtua itu menjerit kaget, "mengapa sama sekali
tak kudengar ia pergi " Bocah itu benar2 ajaib sekali
kepandaiannya." Ternyata setelah melihat ketiga orang itu sudah tak kurang
suatu apa hanya tinggal memulihkan tenaga, diam2 Blo'on
kedua itupun segera pergi.
Ia hendak memenuhi janji untuk melanjutkan pertempuran
dengan barisan gadis2 Baju Kuning. Dengan sebuah gerak
loncatan yang aneh, pemuda itu pun sudah meluncur ke atas
panggung Tetapi selekas tiba dipanggung ia terlongong heran.
Ternyata. saat itu diatas panggung sedang berlangsung
pertempuran antara seorang kakek bertubuh kate dengan
keduabelas gadis Baju Kuning itu.
Kakek kate itu berlincahan sambil ber-kaok2 tak henti2nya :
"Hai isteriku, Sun kuihui mengapa engkau menyerang aku ...
mengapa engkau lupa kepadaku ... akulah suamimu , .
mengapa engkau lari pada malam pengantin itu . , "
Barisan gadis Baju Kuning merah wajahnya karena malu.
Mereka muak, jengkel dan marah ke pada kakek kate yang
entah dari mana datangnya, tiba2 muncul di panggung terus
langsung menghampiri gadis2 cantik itu.
"Hai, siapakah engkau kakek kate !" teriak pengacara baju
merah. Tetapi mana kakek kate itu tak mau peduli, la tetap merayu
pada seorang gadis Baju Kuning. Sudah tentu gadis itu marah
dan menghantamnya. Tetapi tak kena.
"Kalau engkau ingin memukul aku, pukullah supaya engkau
puas," seru kakek kate itu, "tetapi setelah memukul engkau
harus ikut aku tinggalkan tempat orang2 gila ini."
Blo'on kesatu yang masih berada dipanggung segera
membentak : "Hai, kakek gila, jangan mengacau disini!"
Namun kakek kate itu tetap tak mempedulikan: '"Jangan
ikut campur urusanku, budak !"
Blo'on kesatu marah. Segera ia mencengkeram bahu kakek
kate itu terus disentakkan ke bawah. Uh ... kakek itu hanya
tersurut selangkah tetapi pemuda itu sendiri terlempar
beberapa langkah. Blo'on kesatu marah. Ia segera maju dan memukul
punggung kakek kate tetapi serentak itu juga ia menjerit dan
terpental dua tiga langkah kebelakang.
Blo'on kesatu makin marah. Serentak ia mencabut golok
pendek dan terus menikam. Tetapi saat itu, Blo'on kedua
segera loncat dan mendorongnya : "Hai, jangan kurang ajar
kepada kakekku ! Blo'on kesatu terdorong beberapa langkah ke samping,
hampir saja ia jatuh. "Terima kasih, bu ... eh, gila engkau !'" teriak kakek kate itu
demi melihat Blo'on kedua. "Eh kau memukul mengapa
sekarang menolong aku I "Siapa yang memukul engkau ?" seru Blo"on.
"Engkau", seru kakek kate itu seraya rnenuding kepada
Blo'on kesatu, "itulah ... !"
"Itu bukan aku !" seru Blo'on kedua.
"Gila. dia jelas engkau !"
'"Bukan, aku disini dan dia disana. Tidak sama !"
"Siapa bilang tak sama !" bentak kakek kate itu, "rupamu ya
rupanya !" "Dia memalsu diriku !" seru Blo'on kedua.
"Apa ?" kakek kate itu terbelalak, "ada pemalsuan manusia
?" "Jangan dengar keterangannya," tiba2 Blo'on kesatu
berseru, "dialah yang memalsu diriku. Aku Blo'on putera Kim
Thian-cong, ketua ... "Berhenti !" bentak kakek kate itu. "Blo'on aku pernah
mendengar namanya, tetapi Kim Thian cong, siapa itu, jangan
ngoceh tak keruan !"
Kemudian kakek kate itu berkata lagi : "Engkau Blo"on dan
engkau juga Blo'on. Mana yang tulen ini ?"
"Sudah tentu aku, " seru Blo'on kesatu.
"Belum tentu, " sahut kakek kate, "harus di uji dulu baru
tahu mana yang tulen mana yang palsu."
"Boleh " sahut Blo'on kedua.
"Engkau kenal siapa aku ini ?" tanya kakek kate.
"Kenal." kata Blo'on kedua.
"Siapa aku "' tanya kakek kate.
"Manusia kate !" sahut Blo'on kesatu.
" Benar ... eh, kurang ajar engkau !" kakek pendek deliki
mata kepado Blo'on kesatu.
"Tahu engkau siapa namaku ?" serunya.
Blo'on kesatu meramkan mata tak menyahut.
"Kakek Lo Kun !" seru Blo'on kedua.
"Dan engkau?" desak kakek itu pada Blo'on kesatu.
"Lo Kun si kakek kate !" teriak Blo'on kesatu keras2
"Betul", sambut kakek pendek, la tak menyadari bahwa
pengetahuan nama yang diucapkan Blo on kesatu itu diperoleh
setelah mendengar keterangan Blo'on kedua.
"Dia meniru aku !" seru Blo'on kedua.
"Ya. benar", tiba2 kakek Lo Kun teringat, "tidak terpakai.
Harus diulang, sekarang engkaulah yang harus memberi
jawaban dulu," serunya kepada Blo'on kesatu.
"Lo Kun !" cepat Blo'on kesatu berseru.
"Dan sekarang engkau !" seru Lo Kun kepada Blo on kedua.
"Lo Kun," sahut pemuda itu.
"Gila !" bentak kakek Lo Kun, "sekang engkau meniru dia !"
Blo'on kesatu tertawa, Blo'on kedua meringis seperti kuda
menyengir .... Jilid 34 kondisinya parah sekali tidak dapat di baca
apalagi di convert Jilid 35 Maling kemalingan Pengacara baju merah terkejut atas peristiwa yang tak terduga2.
Namun sudah terlambat. Tangannya telah ditelikung
ke belakang dan tulang bahunya telah dicengkeram. Itu
berarti bahwa apabila ia berani bergerak, pi-peh-kut atau
tulang bahunya tentu akan dihancurkan. Akibatnya ia tentu
akan lumpuh, seluruh ilmu kepandaiannya akan punah.
"Siapa engkau !" setelah kerahkan tenaga dalam untuk
ber2siap2 menghadapi kemungkinan, pengacara baju merah
itu berseru. "Ha. ha ... Lam-kiong Wi yang engkau jadikan Kim Thiancong
palsu itu, sudah kuamankan," orang itu tertawa
mengekeh. "Siapa engkau ?" pengacara baju merah mengulang
pertanyaannya. "Heh, heh; engkau tahu siapa yang berkuasa di gunung
Thaysan ?" orang itu balas bertanya.
"Thian-sat-cu ?" tiba2 pengawal baju merah berseru,
"apakah engkau Thian-sat-cu si Algojo dunia dari Thay-san itu
?" "Hong Sat koay-ceng, ternyata ingatanmu tajam sekali."
sahut orang itu. Pengacara baju merah itu terbeliak : "Bagaimana engkau
dapat mengetahui diriku ?"
"Gunung Thaysan adalah daerah kekuasaanku" kata Thiansat-
cu, "mengapa engkau berani membuat rencana yang gila,
menciptakan seorang Kim Thian-cong palsu lalu hendak
mendirikan sebuah perkumpulan yang engkau beri nama
Thian-long kau ?" "Thian-sat-cu" balas Hong Sat-koay-ceng, "apa maksudmu
menangkap aku ?" "Engkau terlalu berani mati" kata Thian-sat cu, "mengapa
engkau membuka pangkalan di sini tanpa meminta
persetujuan dari aku "'*
"Hm, dengus Hong Sat koay-ceng, "sebenarnya bukan aku
yang mendirikan Thian-tong-kau tetapi Ngo-tok Sin-kun."
"Ngo-tok Sin-kun ?" ulang Thian-sat-cu agak terkejut. Ngotok
Sin-kun berarti Datuk Panca-bisa, seorang tokoh persilatan
yang menguasai ilmu- lima jenis racun yang paling ganas di
dunia ' "Dimana Ngo tok Sin Kun sekarang?" tanya Thian sat-cu.
"Mati". 'Engkau bunuh "* tanya Thian-sat-cu.
"Kulempar kedalam jurang." jawab Hong Sat koay-ceng.
"dia manusia yang paling berbahaya bagi manusia. Harus
dilenyapkan." "Dan apakah engkau manusia yang paling berguna pada
manusia ?" ejek Thian-sat-cu.
"Thian-sat-cu, katakanlah maksudmu dengan terus terang
!" tukasnya, "Engkau telah mencelakai ber-puluh2 tokoh persilatan,
apakah engkau merasa masih berhak hidup di dunia ?" tanya
Thian-sat-cu. "Telah kukatakan bahwa yang melakukan hal itu adalah
Ngo-tok Sin-kun. Aku hanya memetik saja buah yang
ditanamnya". "Dan aku yang makan buah itu." sahut Thian sat-cu.
"Thian-sat-cu", kata Hong Sat koay-ceng, "kalau engkau
mau membunuh aku, engkau tentu dapat melakukan karena
caramu mengalahkan aku adalah secara licik."
"Racun untuk mengobati racun. Bukankah demikian ajaran
Ngo-tok Sin-kun ?" kata Thian-sat-cu, "engkau mencelakai
Ngo-tok Sin-kun dan sekarang aku yang mencelakai dirimu.
Tidakkah hal itu sudah adil dan wajar ?"
"Adil dan wajar sekali," sahut Hong Sat koay teng, "karena
sebentar lagi engkaupun tentu akan dibunuh oleh anak dari.
Kim Thian-cong, pemuda gundul itu."
"Benarkah dia anak Kim Thian-cong?" tanya Thian-sat cu.
"Ya, memang dia anak Kim Thian-cong. Ketika di kota raja
waktu aku berkunjung ke rumah Cian-bin long-kun, dia pernah
membuat onar." "Hm, jika begitu, dia harus kubunuh" dengus Thian-sat-cu
dengan geram. "Boleh saja, kalau engkau mampu" sahut Hong Sat koayceng,
"tetapi ternyata dia amat sakti sekali. Ia memiliki ilmu
yang luar biasa anehnya Thiat-sat-cu terkesiap, la tahu bahwa Hong Sat koay-ceng
atau imam aneh Pasir Kuning dari Tibet itu memiliki
kepandaian yang sakti. Tetapi kalau ia sampai kalah dengan
bocah gundul itu, jelas bocah itu tentu ada apa2nya.
"Dan jangan lupa, bahwa Pengawal Baju Putih serta Baju
Merah itu akan membunuhmu juga. Mereka hanya mau
mendengar perintahku," kata Hong Sat koayceng pula.
Thian-sat-cu termenung diam.
"Bagaimana, apakah engkau tetap akan membunuh aku ?"
tanya Hong-sat koay-ceng.
"Hm," dengus Thian-sat-cu, "engkau kubebaskan dari
kematian asal engkau mau menurut beberapa syaratku,"
"O, bagaimana syaratmu itu?" tanya Hong sat koay-ceng
"Pertama. Thian tong-kau tetap berdiri. Sebagai ketuanya
adalah aku. Dan engkau kuangkat sebagai wakilku. Kedua,
engkau harus memberitahu kepadaku cara untuk menguasai
kedua barisan pengawal Baju Putih dan Baju Merah itu. Ketiga,
anak dan keluarga Kim Thian-cong harus kita basmi sampai
se-akar2nya. "Oh, rupanya engkau mempunyai dendam kesumat besar
sekali kepada Kim Thian-cong" kata Hong Sat koayceng.
"Ya. dia adalah musuhku nomor satu didunia ini. Sayang
sudah mati. Tetapi aku tetap akan membalas anak dan
keluarganya," kata Thian-sat-cu.
Hong-sat koay-ceng menimang. Dalam keadaan seperti saat
ilu dimana dirinya telah dikuasai, tak mungkin ia dapat lolos.
Tadi ia telah coba2 untuk mengerahkan tenaga-dalam
melepaskan diri dari cekalan orang. Tetapi ia terkejut ketika
mengetahui bahwa Thian-sat-cu memiliki tenaga-dalam yang
luar biasa hebatnya. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya ia mendapat akal,
serunya : "Baiklah, aku mau menerima syaratmu itu, juga
dengan syarat". "Apa ?" "Pertama engkau harus membuktikan bahwa engkau
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benar2 layak menjadi pemimpin Thian tong kau. Sebagai
bukti, engkau harus mampu mengalahkan anak dari Kim
Thian-cong, sipemuda gundul itu "
"Hanya itu ?" Thian-sat-cu menegas. "Ya, cukup itu saja
jawab Hong-sat koay-ceng.
"Baik. tunggulah " tiba2 Thian-sat-cu menutuk punggung
paderi lhama itu sehingga tak berkutik. Memang Thian-sat-cu
si Algojo-dunia itu seorang yang licin dan ganas.
Ketika Ngo Tok Sin-kun mendirikan Thian-tong-kau di
gunung Thaysan, bermula Thiat-sat-cu marah. Tetapi karena
kekuatan Thian-tong-kau amat besar dan Ngo Tok Sin-kun itu
juga sakti, maka Thiat-sat-cupun tak berani gegabah
bertindak. Ia hendak mencari kesempatan yang baik.
Setelah melakukan penyelidikan beberapa waktu, akhirnya
ia menyaksikan suatu peristiwa yang tak di-duga2.
Saat itu ia hendak melakukan penyelidik pada waktu tengah
malam ke markas Thian-to kau. Tiba2 ia melihat sesosok
bayangan hitam menghampiri ke markas. Ia terkejut. Orang
itu memiliki gerakan yang ringan sekali sehingga hampir tak
timbulkan suara. Segera ia mengikuti jejaknya dengan diam2. Ternyata
orang itu menuju ke ruang kediaman ketua Thian-tong-kau
yang menyamar sebagai Kim Thian cong. Dengan tiba2 ia
taburkan segenggam pasir-kuning kearah ketua Thian-tong
kau itu. Ngo-tok Sin-kun saat itu sedang membaca kitab untuk
membuat ramuan obat yang dapat membuat orang kehilangan
kesadaran dirinya. Ramuan itu bukan seperti yang terdapat di
dunia persilatan umumnya, tetapi harus yang lebih istimewa.
Dengan minum ramuan obat istimewa itu, setiap kali ia
kerahkan tenaga dalam untuk menyembur, maka seketika
lawan tentu akan kehilangan kesadaran pikirannya dan
menurut apa yang diperintahkan.
Ada suatu kesulitan dalam mencari bahan ramuan obat
istimewa itu. Pertama, harus menggunakan otak dari binatang
buas seperti harimau, serigala dan ular untuk memperkuat
sifat keganasannya. Kedua, menggunakan, otak dari
binatang2 jinak yang dipelihara orang. Untuk mengembangkan
sifat kejinakannya. Dan yang ketiga, adalah yang paling sukar.
Yalah menggunakan otak dari orang gila, atau binatang yang
kalap. Untuk bahan ramuan yang pertama dan kedua, Ngo-tok
Sin-kun telah berhasil mendapatkan. Tetapi untuk bahan
ramuan yang ketiga, ia belum berhasil. Memang tampaknya
mudah, tetapi sesungguhnya sukar sekali untuk
mengumpulkan otak dari orang2 yang gila. Ia harus berkeliling
ke seluruh kota dan desa untuk mencari orang gila.
Ketika ia sedang merenungkan rencana untuk
menyelesaikan pembuatan obat istimewa itu, tiba-tiba ia
mendengar suara desir yang halus, macam angin berhembus.
Belum sempat ia memperhatikan desir angin aneh itu, tiba2
muka dan tubuhnya terlanda oleh benda2 lembut macam
pasir. Seketika ia rasakan tenaganya lunglai. Merasa kalau ada
orang yang mencelakai dirinya, cepat ia menyambar sebuah
botol obat terus diminumnya Tetapi pada saat itu, muncullah
sesosok tubuh berjubah kuning dihadapannya.
"Ngo-tok Sin-kun sudah lama aku mencarimu Ternyata
engkau bersembunyi disini. Ho. hebat benar impianmu.
Engkau menyaru sebagai Kim Thian cong dan mendirikan
partai Thian-tong-kau untuk menguasai seluruh dunia
persilatan," seru pendatang aneh itu.
"Siapa engkau !" seru Ngo-tok Sin Kun.
"Engkau lupa" Heh, heh, "orang itu tertawa mengekeh
seram, "engkau lupa akan peristiwa dikuil Pek-liong-bio
digurun Gumutak yang lampau."
"Peristiwa apa ?" masih Ngo Tok Sin-kun be lum teringat.
"Engkau telah mencuri kitab tentang ilmu racun dari kuil
Pek-liong-bio. Engkau yang makan nangkanya, aku yang kena
getahnya. Guruku marah dan menuduh aku yang mencuri."
"Bukankah hal itu atas petunjukmu ?" kini Ngo Tok Sin kun
mulai teringat. "Hm," dengus Hong Sat koay-ceng, "tapi engkau telah
menghianati perjanjian kita. Engkau membawa lari kitab itu
sedang aku telah dihukum guru.
Ngo-tok Sin-kun pucat, namun masih dapat ia membantah :
"Kitab dari kuil Pek-Iiong-bo di Gumutak itu hanya berisi
tentang racun dari binatang yang hidup di gurun pasir. Lain2
ilmu kepandaianku kuperoleh dan lain sumber."
"Tidak peduli" teriak Hong Sat koayceng, "tetapi pokoknya
engkau berhianat kepadaku dan melarikan sebuah kitab
pusaka dari kuil Pek liong-bio.
"Hm." dengus Ngo-tok Sin-kun "lalu apa yang engkau
kehendaki sekarang ?"
"Jiwamu !" seru Hong-sat koay-ceng.
"O. itu mudah, asal engkau mampu menyambuti ini ... "
serentak dengan kata2 itu, tangan Ngo Tok Sin-kun berayun.
Tampak beberapa benda kecil panjang macam tali. bergeliatan
melayang di udara lalu meluncur ke arah Hong Sat koay-ceng.
Tetapi Hong Sat koay-ceng atau lhama aneh yang memiliki
ilmu pasir kuning, sudah siap. Selekas Ngo-tok Sin-kun
ayunkan tangan, ia segera ia tahu bahwa tokoh lima Bisa (Ngo
Tok) itu tentu melepaskan binatang beracun. Maka iapun
segera menaburkan segenggam pasir kuning.
Disebut pasir kuning karena pasir itu bukan pasir biasa,
melainkan pasir yang berasal dari sebuah guha terpendam
yang secara tak ter-duga2 telah diketemukannya di tengah
gurun pasir. Guha itu berisi pasir yang warnanya kuning.
Setelah di selidiki ternyata guha itu merupakan sarang dari
sejenis binatang yang mirip dengan trenggiling jaman purba.
Tumpukan bangkai trenggiling gurun pasir, be-ratus2 tahun
kemudian hancur lebur menjadi keping2 pasir warna kuning.
Pasir itu selain keras pun mempunyai daya yang aneh. Apabila
menyentuh kuiit, kulit segera berobah kuning dan racun pasir
itu akan segera melumpuhkan tenaga orang.
Ber-tahun2 Hong Sat koay-ceng melatih tangannya
dibenam dalam pasir kuning itu, Setelah kebal lalu ia mulai
meyakinkan ilmu pukulan Pasir Kuning. Jika ia kerahkan
tenaga dalam maka dapatlah ia memancarkan arus tenaga
yang membuat lawan lemas lunglai seperti orang yang
terserang penyakit kuning. Dengan ilmu kepandaian dan
senjata rahasia istimewa itu, Ihama dari kuil Pek-liong-bio
yang semula bernama Panda Ihama, telah disebut orang
sebagai Hong Sat koay-ceng.
Ayunan tangan dari Ngo-tok Sin-kun berisi dari lima ekor
ular kecil berwarna kuning emas. Ular itu mengandung racun
yang luar biasa ganasnya. Tetapi karena ditabur dengan pasir
kuning maka ular emas itupun berhamburan jatuh. Melihat itu
Ngo-tok Sin kun terkejut dan terus hendak melarikan diri
tetapi Hong Sat-koay-ceng cepat dapat mengejarnya.
Dalam pertempuran itu tenyata Hong Sat koay-ceng lebih
unggul. Ia berhasil memukul rubuh Ngo-tok Sin-kun lalu
melemparkan kedalam jurang.
Tiba2 ia mendengar suara orang tertawa panjang : "Ha, ha,
... kata orang, manusia itu membanggakan diri sebagai
mahluk yang tertinggi. Mahluk yang paling pintar dan paling
baik. Tetapi nyatanya, pintarnya untuk memintari orang,
kemanusian untuk melenyapkan manusia. Kalau seriga la
makan kambing kalau harimau menerkam kerbau, itu jelas.
Tetapi tidak ada serigala yang makan serigala, harimau yang
menerkam harimau. Karena mereka adalah sesama jenis
kaumnya. Tidak demikian dengan manusia. Manusia makan
manusia, sahabat menggasak sahabat."
Hong Sat koay-ceng terkejut, teriaknya: "Hai, siapa itu !" Ia
terus memburu ketimur, karena jelas suara itu dari arah timur.
Tetapi hanya angin yang berhembus dari semak gerumbul
yang diperolehnya. "Ha..ha" manusia menganggap diri paling kuasa. Bisa
melahirkan manusia dan berhak membunuh manusia. Tetapi
ingat hukum karma, barang siapa berbuat tentu akan memikul
akibat. Hutang jiwa tentu harus bayar jiwa. Karena manusia
itu hanya dititahkan untuk hidup dan menghidupkan. Tetapi
tak kuasa untuk mencabut jiwa lain manusia. Siapa bilang, di
tempat sepi tiada orang yang tahu perbuatan jahat. Yang
dibunuh tahu, yang membunuhpun tahu. Thian pun tahu. Jadi
jangan menganggap kalau tiada orang yang tahu, ha, ha, ha
.." "Hai, siapa itu ! teriak Hong Sat koay-ceng dengan marah.
Ia terus menyerbu kebarat. Kali ini ia yakin, orang itu tentu
berada di sebelah barat. Tetapi untuk kedua kalinya ia kecele.
Hanya angin yang ditemukan.
"Ha, ha. ha ... bayangan hanya dapat dilihat dari jauh,
jangan didekati, dia akan menghilang. ha, ha, ha ... "
Suara itu makin lama makin jauh dan akhirnya lenyap
ditelan kesunyian malam. Hong Sat koay ceng terkejut, la tak menyangka bahwa di
tempat yang sesunyi itu, terdapat seorang tokoh yang sesakti
itu kepandaiannya. Siapakah dia " Adakah dia tokoh dari
Thian-long kau". Ah. tak mungkin kalau orang Thian-tong-kau
tentu akan membela Ngo-tok Sin kun. Lalu siapakah dia " Dia
mengatakan bayangan?"
"Hai. apakah dia bukan Bu Ing lojin ?" teriak Hong Sat
koay-ceng ketika teringat akan seorang tokoh yang bergelar
Bu Ing atau Tanpa bayangan.
"Ah peduli apa", akhirnya ia menggeram. Seorang lelaki
berabi berbuat harus berani tanggung jawab." Dan Ngo tok
Sin-kun itu memang seorang manusia jahat. Dia mempelajari
ilmu racun untuk menguasai kaum persilatan. Manusia macam
begitu harus dilenyapkan dari dunia !'
Kemudian ia hendak kembali ke markas. Thian-sat-cu yang
selama itu bersembunyi untuk mengikuti gerak gerik Hong Sat
koay-ceng tahu apa yang terjadi semua. Tetapi diam2 iapun
terkejut ketika mendengar gelak tawa dari orang aneh tadi. Ia
sendiri tak melihat suatu apa, hanya mendengar gelak tawa
dan suaranya untuk mengejek Hong Sat koay-ceng. Seperti
Hong Sat koay-ceng. ia sendiri juga bingung memikirkan siapa
orang aneh itu. Thian sat-cu tetap mengikuti gerak gerik Hong Sat koayceng
di markas Thian-tong-kau, ternyata Hong Sat koay-ceng
telah menyediakan rencana yang baru;. Ia mencari seorang
tokoh silat yang tunduk padanya dan didudukkan sebagai
ketua Thian-tong-kau. la suruh Cian-bin-long-kun untuk
menghias orang ilu sehingga menyerupai Kim Thian-cong.
Kemudian Hong Sat koayceng sendiri menjadi pengacara baju
merah untuk memimpin upacara sembahyangan peresmian
Thian-tong-kau. Tetapi manusia boleh merencanakan Tuhan yang
menentukan. Muncullah beberapa tokoh silat yang menentang
upacara itu sampai akhirnya muncul beberapa orang kembar.
Pengacara kembar. Blo'on kembar dan lain2 gangguan.
Blo'on kesatu, ternyata penyamaran dari Cian bin-long-kun.
Hal itu memang diatur oleh Hong Sat koay-ceng untuk
memancing munculnya Blo'on yang aseli. Kemudian memang
muncul Bloon kedua. Bermula diduga Blo'on kedua itu tentulah
Blo'on aseli tetapi diluar dugaan ternyata muncul pula pemuda
gundul yang mengaku Blo"on.
Dan betapa kejutnya ketika Blo'on kedua itu sadar lalu
menggabung pada seorang kakek sinting yang mengaku
bernama Lo Kun. Bermula Hong Sat koay-ceng sendiri heran,
mengapa dia sendiri demikian juga sekalian anakbuah Thiantong-
kau seperti terkena suatu kekuatan gaib yang tak
kelihatan tetapi menyebabkan mereka terpaku diam seperti
patung. Dan mengapa pula tiba2 kekuatan itu hilang sendiri dan
terjadi suatu perobahan lagi. Sekalian anakbuah Thian-tongkau
seperti terbangun dari tidurnya dan Blo'on kedua itupun
segera menyadari diri kalau dirinya bukan Blo'on, lalu
bergabung pada kakek Lo Kun.
Jika Hong-sat koay-ceng tak tahu itu memang tak dapat
dipersalahkan. Karena semua kekuatan gaib yang
mencengkam suasana panggung tak lain dan pancaran ilmu
dari Rajendra Singh yang bersembunyi dalam lingkungan
celah2 batu karang, ilmu itu disebut Sip-hun-kang atau ilmu
Pengikat jiwa sebuah ilmu dari Thian-tiok yang dapat
digunakan untuk menguasai kesadaran pikiran orang,
Mengapa Liok sian-li tiba2 berobah menjadi Blo'on kedua "
Hal itu juga ada ceritanya.
Ketika Liok Sian Ii ditinggal oleh Ceng Sian suthay yang
kembali ke gunung Lo-hu-san untuk menghadiri rapat ketujuh
ketua partai persilatan maka Ceng Sian suthay telah
mengadakan perjanjian dengan Liok Sian Li supaya menunggu
saja dikaki gunung Thay-san. Beberapa ketua partai persilatan
itu tentu akan menuju ke gunung Thay-san untuk memenuhi
undangan Kim Thian-cong ketua Thian-tong kau.
Maka setelah Liok Sian-li gagal untuk mencari jejak Blo'on
yang hilang dikotaraja, terpaksa ia terus berangkat ke Thaysan.
Berhubung tugasnya sebagai kepala cabang Kay-pang di
kotaraja, terpaksa Ong Cun tak dapat mengantar nona itu.
Ketika hampir tiba dikaki gunung Thay-san tiba2 Sian-li
harus mengalami peristiwa yang tak menyenangkan. Dia
bertemu dengan seorang paderi dari Thian-tiok. Ia tak kenal
siapa paderi Thian-tiok itu tetapi tahu2 paderi India itu terus
hendak menangkapnya. Paderi Thian-tiok itu bukan lain adalah Rajendra Singh. Dia
penasaran dan marah karena Hong Ing dapat lolos, ia terus
mencari ke-mana2 Dalam perjalanan, ia mendengar kabar
tentang munculnya seorang Kim Thian-cong di gunung Thaysan.
la heran mengapa Kim Thian-cong yang sudah mati tiba2
bisa hidup lagi di gunung Thay-san. Maka berangkatlah ia ke
gunung untuk menemui Kim Thian-cong.
Tiba di sebuah hutan tak berapa jauh dan kaki gunung
Thay-san ia melihat Liok Sian-li sedang berjalan seorang diri.
Seketika memberingaslah ia. Ia menganggap Liok Sian-li itu
adalah Hong Ing yang melarikan diri itu. Memang umur dan
wajah kedua nona itu hampir sama.
"Hai. budak, hendak lari kemana engkau ?" teriaknya seraya
lari menyerbu. Sudah tentu Liok Sian-li terkejut dan loncat menghindar :
"Hai, paderi. siapa engkau mengapa engkau hendak menyerbu
aku ?" "Gila, engkau jangan berlagak pilon, budak. Hayo, serahkan
dirimu, kalau engkau tak minum pil lagi, dalam sepuluh hari
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jiwamu tentu melayang."
"Ih, aneh" seru Liok Sian-li, "siapa yang minum pil ?"
"Engkau, budak perempuan." teriak paderi Thian-tiok yang
bukan lain adalah Rajendra Singh. la mengira kalau tak minum
pil maka pikiran nona itu jadi sadar dan tak kenal lagi
kepadanya, terus menyerang Liok Sian-li.
Melihat paderi India itu sangat liar dan tak kenal aturan.
Sian-li pun marah. Ia kira paderi itu tentu seorang paderi cabul
yang gemar merusak kehormatan anak gadis. Maka iapun
segera mencabut pedang dan menyerangnya.
Tetapi sambil berloncatan menghindar tak henti2nya mulut
Rajendra Singh berkumat-kamit, matanya memandang mata
Sian li dengan tajam. Aneh, makin lama gerakan pedang Sianli
lambat dan makin lambat sampai pada pedang dilepaskan
dan ia berdiri tegak seperti patung.
"Hm, budak perempuan, bukankah sekarang engkau tunduk
dan taat padaku seru Rajendra Singh.
Sian Ii mengangguk. "Jawab dengan perkataan !", seru Rajendra.
"Ya. aku tunduk" kata Sian-li.
"Engkau mau melakukan semua apa yang kuperintahkan ?"
"Ya, mau." "Baik, sejak saat ini engkau harus meltakukan apa saja
yang kuperintahkan. Tidak boleh membantah mengerti ?"
"Mengerti", sahut Sian-li.
"Sekarang makanlah pil ini," kata Rajendra. Singh seraya
menyerahkan sebutir pil warna hitam sebesar biji jambu.
Sian-li segera menyambuti terus ditelannya.
"Ingat, tiap sepuluh hari, engkau harus makan pil. Kalau
aku lupa, engkau harus minta. Jika tidak makan pada
waktunya, urat pada otakmu akan putus dan engkau tentu
mati atau jadi gila, tahu ?"
"Ya, tahu," sahut Sian-li pula.
"Nah, sekarang lakukan perintahku. Jawablah!
pertanyaanku ini." seru Rajendra, "engkau kenali dengan
pemuda yang bernama Blo'on".
"Kenal " "Engkau masih ingat akan bentuk wajah dan potongan
rambutnya ?" "Masih." "Nah, sekarang, cukurlah rambutmu menurut potongan
rambut si Blo'on itu."
Tanpa banyak bicara, Sian-li menjemput pedang yang jatuh
di tanah lalu memotong rambutnya yang bagus. Kepalanya
hampir gundul, hanya disisakan dua untai kuncir pada sebelah
kanan dan kiri. "Bagus, rambutmu sudah mirip, sekarang tinggal raut
wajahmu. Mari ikut aku" kata Rajemdra seraya ayunkan
langkah. Sian-li mengikutinya.
Ternyata Rajendra menuju kesebuah telaga kecil dan
memerintahkan supaya Sian-li bercemin permukaan air.
"Buatlah wajahmu supaya mirip dengan Blo"on" seru
Rajendra Sigh. Sian-li pun melakukan perintah itu tanpa banyak omong.
Karena Bloon itu sukonya, sudah tentu ia faham sekali akan
raut wajahnya. Tak berapa lama berdandan wajahnya
memang mirip dengan Blo'on.
"Sekarang pakailah pakaian ini" seru Rajendra seraya
melemparkan sebuah buntalan berisi pakaian anak laki.
Tanpa membantah, Sian-Ii pun segera memakainya. Kini
Sian-li bukan lagi seorang gadis yang cantik tetapi menyerupai
Bio"on. Setelah itu baru Rajendra Singh mengajaknya naik ke atas
gunung Thay-san. Tiba di markas Thian-tong kau, Rajendra
melepaskannya supaya masuk sendiri. Sedang ia bersembunyi
di antara celah- batu karang. Disitu ia melancarkan ilmu Sip
hun-kan untuk menguasai dan mengemudikan gerak-gerik dan
ucapan Sian Ii. Rajendra Singh hanya menguasai pikiran Sian-li agar ia
tetap menganggap dirinya sebagai BIo'on. Dalam alam pikiran
sebagai Blo'on,. Sian-li dapat mengingat hubungannya dengan
Ceng-Sian thay dan Hoa Sin serta Hong Hong lojin. Itulah
sebabnya ia perlu turun panggung dulu untuk mencari
mereka. Dan karena ia juga membawa beberapa biji buah
Hay-te-cian lian-som atau buah som dari dasar laut yang
berumur seribu tahun, maka buah itupun segera diberikan
untuk mengobati ketiga ketua partai persilatan yang menderita
luka itu. Kemudian ketika kakek Lo Kun muncul ia masih ingat.
Memang luar biasa juga ilmu Sip hun kang (Pengikat-jiwa) dari
Rajendra Singh itu. Segala ingatan dan pengalaman dari
Bloon, Sian-li ingat dan tahu semua.
Di lain fihak penyamaran Cian-bin-long-kun atau si Wajah
Seribu itupun hebat sekali. Dia benar2 mirip dengan Blo'on.
Memang keahlian dari Cian-bin-long-kun itu adalah dalam soal
menyamar Bahkan dalam kerjasama dengan Gui thaykam
untuk mencuri harta pusaka dalam keraton, pernah Cian-binlong-
kun menyamar sebagai baginda raja dan memerintahkan
penjaga gudang penyimpan harta, supaya benda2 pusaka
keraton dikeluarkan. Itulah sebabnya ia berhasil
mengumpulkan harta pusaka sampai tiga peti dan diam2
disembunyikan dipulau kosong.
Cian-bin-long-kun memuji kecerdikan Gui-thaykam. Agar
pencurian harta pusaka keraton itu jangan sampai
menimbulkan kegemparan, maka Gui thaykam telah membuat
tiruan pada setiap macam benda pusaka. Dengan demikian
gudang itu tetap, berisi dengan harta permata tetapi bukan
asli lagi. Adanya Cian- bin-long kun sampai menyaru jadi Blo'on dan
muncul di atas panggung Thian tong-kau adalah dengan
persetujuan dari gurunya. Hong Sat-koay-ceng yang
menyamar sebagai pengacara baju merah. Tujuan Cian-binlong
kun tak lain hanyalah hendak memancing kemunculan
Blo'on. yang asli. Demikian yang terjadi di atas panggung Thian tong kau
yang saat itu berobah menjadi medan pertempuran hebat.
Serunya pertempuran, tegangnya suasana telah
menyelimpatkan kelalaian orang untuk memperhatikan
tentang lenyapnya seseorang. Orang itu bukan lain adalah
pengacara kedua yang muncul di panggung dan tuduh
menuduh dengan pengacara baju merah tadi.
Kemanakah gerangan lenyapnya orang itu " Tiada
sorangpun yang memperhatikan. Tiada seorangpun yang
mengurus. Yang nyata orang itu telah menyelinap lolos.
Melihat pemuda gundul itu dapat mengalahkan Blo'on
kesatu dan menelanjangi Blo'on kedua yang ternyata
penyamaran dari Liok Sian-li, kakek Lo Kun hendak
menghampiri pemuda gundul. Tetapi dia segera dikepung oleh
barisan bocah. "Setan cilik, mau apa engkau "." teriak Lo Kun.
"Menangkapmu," sahut salah seorang bocah baju kuning.
"Gila, engkau bocah kecil mengapa hendak menangkap
orang tua ?" "Engkau mengacau panggung ini "
"Siapa bilang aku mengacau " Aku hendak mencari cucuku
yang bernama Blo'on. Aku membawa mainan yang hebat
hendak kuberikan padanya"
"Mainan apa ?" tanya bocah itu.
Lo Kun mengeluarkan kumala merah yang berbentuk
seperti naga terbang, serunya: "Mainan begini apa engkau tak
suka ?" "Suka. suka" serentak kawanan bocah baju kuning
berteriak. "Jangan bergembira dulu, bocah." seru Lo Kun, "karena
yang ini sudah menjadi milik cucuku Blo'on. Kalau kalian ingin,
nanti kuambilkan lagi"
"Ya, ambilkan saja." seru seorang bocah.
"Kemana ?" lain bocah bertanya.
"Ke pulau kosong"
"Kakek linglung ! Kakek gila ! Kawan2, mari kita hajar dan
rampas mainan kakek itu," teriak kawanan bocah baju kuning.
Mereka segera menyerbu Lo Kun. Lo Kun terpaksa
melayani. Dalam perkelahian itu mulutnya tak henti2nya
mengomel : "Ah, malu. Mengapa seorang kakek tua harus
berkelahi dengan anak kecil"
"Hai, setan2 kecil, jangan teruskan perkelahian ini" serunya
sesaat kemudian. "Kenapa ?" kawanan bocah baju kuning itu heran.
"Aku malu, seorang kakek harus berkelahi dengan anak
kecil. Panggil saja kakekmu atau nenekmu kemari."
"Engkau tak perlu malu. Kalau engkau mampu
mengalahkan kami berenam, ini tandanya engkau seorang
kakek jempol" "Tidak, umurku jauh lebih tua. layak menjadi kakekmu. Aku
tak mau berkelahi dengan anak2."
"Ho, engkau keberatan soal umur " Berapa umurmu
sekarang ?" seru bocah itu.
"Lebih dari seratus tahun " seru Lo Kun.
"Kami rata2 berumur sepuluh sampai duabelas tahun. Kalau
enam orang jadi lebih kurang baru berumur tujuhpuluh tahun.
Jika begitu, tunggu" bocah itu berpaling kearah kawanan
bocah baju biru, serunya "Hai, kawan2, kemarilah untuk
menjangkepi umur kita !"
Saat itu kawanan bocah baju biru sedang mengepung Liok
Sian-li. Mendengar panggilan bocah baju kuning mereka
tinggalkan Sian-li dan berhamburan mendatangi ketempat
kawanan bocah baju kuning.
Nah, sekarang tambah enam orang Iagi. Jadi semua
berjumlah duabelas. Kalau rata2 kami berumur sepuluh tahun
gunggung kepruk kita sudah berumur seratus duapuluh tahun.
Lebih tua dari engkau. Apakah engkau mau berkelahi dengan
kita sekarang ?" seru bocah baju kuning itu kepada Lo Kun.
"Ya. aku mau ... eh nanti dulu." kakek Lo Kun tiba2
hentikan kata2, "memang kalian lebih tua dalam hal umur,
tetapi jumlah kalian duabelas orang sedang aku hanya
seorang. Adilkah itu ?"
Kembali bocah baju Kuning itu terbungkam tak dapat
menjawab. Memang alasan kakek itu tepat.
"Kita bergabung jadi satu" tiba2 seorang bocah baju biru
berseru. "Betul" sambut kawanan bocah baju kuning "hayo, kita
saling bertumpuk." Seorang bocah baju kuning yang paling tua Umurnya
sepera tegak berdiri. Seorang bocah baju kuning lain segera
loncat duduk pada kedua bahu bocah yang pertama Lalu
bocah yang ketiga duduk dibahu bocah kedua, bocah keempat
pada bahu bocah ketiga, bocah kelima duduk pada bahu
bocah keempat, bocah keenam duduk pada bahu bocah
kelima. Dengan demikian jadilah sebuah tumpukan manusia
tinggi. Melihat itu barisan bocah baju birupun meniru. Mereka
saling duduk di bahu kawannya sehingga menjadi seorang
raksasa tinggi. "Bagus, kalian memang bocah cerdas,"' seru Lo Kun
gembira, "sekarang baru aku mau berkelahi. Demikian dua
raksasa baju kuning dan baju biru segera menyerang kakek Lo
Kun. Kakek itu terkejut ketika keenam bocah itu serempak
melepas pukulan, hebatnya bukan alang kepalang. Kakek Lo
Kun terdampar beberapa langkah ke belakang. Di situ dia
disambut oleh pukulan serempak dari raksasa bocah baju biru.
Ia terdampar balik ke muka.
Untuk sesaat kakek Lo Kun tak berdaya. Ia menjadi
semacam bola yang dipukul kesana dipukul kemari.
Karena tak tahan, kakek itu menjerit keras lalu loncat
menghindar ke belakang. Ah, ternyata raksasa bocah baju
kuning itupun mengikuti berputar ke belakang. Lo Kun
berputar lagi ke kiri, merekapun berputar ke kiri. Tetapi karena
harus berdiri ber-tumpuk2an, gerakan kawanan bocah kuning
itupun agak lamban, demikian pula dengan barisan bocah baju
biru. Lo Kun memang seorang kakek yang linglung tetapi dalam
ilmu berkelahi ternyata ia sering mempunyai pikiran yang baik.
Begitu melihat kelambanan gerak kedua barisan bocah itu,
segera ia mendapat akal. Dan ber-putar2lah ia makin lama
makin cepat untuk mengitari kedua barisan bocah itu.
Tetapi kedua barisan bocah baju kuning dan baju biru itu
juga pintar. Mereka berhenti dan tegak berdiam diri tak mau
mengikuti gerakan si kakek. Yang satu menghadap ke muka
dan yang satu menghadap ke belakang. Dengan demikian Lo
Kun mati kutu juga. "Kakek, minggirlah, biar aku yang menghajar anak2 setan
itu," tiba2 pemuda gundul berseru seraya maju menghampiri
kedua barisan bocah. "Turun !" teriak pemuda gundul memberi perintah. Kedua
barisan bocah itupun berhamburan loncat turun.
"Kalian boleh maju semua mengeroyok aku" seru pemuda
gundul pula. Kawanan bocah baju kuning dan baju biru itu sudah melihat
sendiri bagaimana pengacara baju merah tadi telah dikalahkan
oleh pemuda gundul itu. Maka marekapun tak mau banyak
bicara lagi dan terus berhamburan menyerang pemuda gundul
itu. "Aduh. aduh, aduh ... " terdengar jerit teriakan dari
kawanan bocah baju kuning dan baju biru ketika mereka
terpental ke belakang. Mereka heran. Ketika melancarkan serangan pemuda
gundul itupun menirukan apa saja yang di lakukan kawanan
bocah itu. Duabelas macam gerak serangan dari keduabelas
bocah itu dilakukan dengan serempak oleh pemuda gundul itu.
Seperti terasa suatu tenaga pantulan yang hebat dari
gerakan pemuda gundul itu hingga kedua belas bocah itupun
terpental dan mengaduh. Tetapi rupanya mereka masih penasaran. Cepat mereka
menyerbu lagi dengan serangan yang lebih dahsyat. Tetapi
hasilnyapun bahkan malah membuat mereka menjerit dan
berteriak makin keras. Apa saja, baik gerak maupun tenaga-dalam yang
dipancarkan dari kedua belas bocah itu, seperti mendampar
balik kepada mereka sendiri.
Aneh, aneh, aneh ... demikian mereka berpikir dan berpikir
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanpa mengerti jawabannya.
Dalam pada itu setelah bebas dari gangguan kawanan
bocah, kakek Lo Kun lalu cari perkara. Sebenarnya ia hendak
mencari Sian-li, tetapi ketika dilihatnya saat itu Sian-li sedang
dikepung oleh selusin dara cantik baju merah, segera kakek Lo
Kun ber-lari2 dengan gembira.
"Sian-li, menyingkirkan berikan dara2 ayu itu kepada
kakekmu." serunya seraya terus menyerbu ke tengah mereka.
Saat itu sebenarnya Sian-li sedang kewalahan juga
menghadapi lawan. Ia menghela napas longgar ketika
mendengar Lo Kun hendak membantu. Serentak ia loncat
mundur. Tetapi secepat itupun ia sudah disambut oleh
keduabelas dara baju hijau.
"Hai, dara2 cantik, mengapa kalian hendak berkelahi "
Siapa yang suruh kalian berkelahi" Masakan anak gadis yang
cantik, gemar berkelahi" Celaka, kelak calon suamimu tentu
takut. Keduabelas dara baju merah itu geram2 geli menghadapi
kakek limbung itu. Mereka malu juga ketika diolok oleh kakek
Lo Kun. Diserangnya kakek itu dengan lebih hebat sehingga
berulang kali Lo Kun harus menerima tamparan mereka.
Aneh juga kawanan dara baju merah itu. Menghadapi si
kakek limbung, timbullah selera mereka untuk memperolok2nya.
Mereka tak mau sekaligus menghantam dengan
tenaga keras, melainkan cukup menampar gundul, pipi dan
punggung orang. Bahkan ada seorang dara yang nakal, telah
menarik jenggot putih dari Lo Kun. Lo Kun bukannya marah
kebalikannya malah tertawa gembira.
Sebenarnya jika mau, kakek itu dapat mengeluarkan
seluruh kepandaian dan tenaga untuk menghajar dara2 itu.
Tetapi dasar kakek limbung dan gila paras cantik, dia tak
sampai hati untuk menggunakan kekerasan. Akibatnya, dia
sendiri harus berulang kali menerima tamparan, tabokan,
gaplokan dan selentikan bahkan jenggotnya ditarik dan dicabut2.
Karena merasa nikmat seperti orang dipijati maka Lo
Kunpun tak mau menyudahi pertempuran itu. Dia tertawa dan
gembira sekali. Sebenarnya ia lupa kalau membawa sebuah
senjata yang hebat yalah ular Thiat-bi-coa yang masih melilit
dipinggangnya seperti sabuk.
Setelah habis kepala, muka dan dada dijadikan sasaran,
dara2 itu mulai cari2. Melihat kakek itu memakai sabuk yang
indah, timbullah keinginan mereka untuk mengambilnya, Dua
orang dara tampak ber-bisik2. Tiba2 yang seorang loncat
untuk mencabut rambut alis kakek Lo Kun. Melihat ancaman
itu, Lo Kun terkejut. Tetapi demi melihat tangan dara itu putih
dan halus, kakek itu ter longong2. la merasa bahwa tangan
halus itu menjamah alis tetapi dibiarkannya saja. Baru setelah
tangan si dara menarik rambut alisnya kakek Lo Kun merasa
kesakitan. Namun ia tahan rasa sakit itu sehingga hanya
menyeringai seperti seekor harimau tertawa.
Pada saat si dara mencabut alis kakek Lo-Kun. kawan
sidarapun sudah loncat dan menarik sabuk pinggang kakek
itu. "Aiiihhh ... " tiba2 dara itu menjerit kaget dan menyabitkan
tangannya. "Hiiih ... " terdengar pula dara yang mencabut alis Lo Kun
itu menjerit dan berontak sekuatnya. Dan pada lain kejap,
terdengar pula lain dara menjerit dan berjingkrak-jingkrak tak
keruan seperti orang kemasukan setan.
Apakah yarg terjadi"
Ternyata ketika dara tadi menarik ikat pinggang kakek Lo
Kun, maka ular Thiat bi-coa yang bermula melingkar diam,
karena ditarik dan kaget, terus hendak menyambar muka si
dara. Dara itu terkejut lalu menepiskan. Ular melayang, tepat
jatuh pada lengan dara yang tengah mencabut alis kakek Lo
Kun. Dara itupun menjerit dan menyiakkannya sekuat tenaga.
Ular terlempar melayang ke arah dara lain, dara itu menjerit
dan menyiakkan ke lain kawannya. Dengan demikian bubarlah
kedua belas dara baju merah itu karena ngeri melihat ular.
"Gila mengapa engkau membikin takut dara2 cantik itu?",
teriak Lo Kun seraya menyambar ular Thiat bi-coa lagi. Ia
marah karena ular itu telah membuat kawanan dara cantik
bubar. Tetapi ular Thiat-bi-coa diam saja. Kalau dapat bicara ia
tentu akan membantah. Tetapi sayang dia hanya seekor ular
yang tak dapat bicara. Bahkan karena melihat wajah Lo Kun
merah padam ular itu menganggapnya gembira karena dapat
membubarkan dara2 itu, Maka iapun merayap sepanjang bahu
kakek Lo Kun dan menjilat2 telinganya.
Saat itu pemuda gundul sudah dapat menghajar keduabelas
barisan bocah Thian-tong-kau. Kawanan bocah itu benar2
kewalahan sekali. Apapun gerakan mereka, tentu pemuda
gundul dapat menirukan. Apapun tenaga-dalam yang
dipancarkan, tentu pemuda gundul itu cepat memancarkan
juga. "Setan . , " akhirnya karena kewalahan mereka
menganggap pemuda gundul itu seorang setan dan larilah
mereka ketakutan. Pemuda gundul hendak menolong kakek Lo-Kun tetapi
ternyata barisan gadis yang mengerubuti kakek itu sudah
bubar. Kini hanya tinggal Sian-li yang masih dikeroyok
duabelas dara baju hijau. Pemuda gundul terus ayunkan
langkah hendak menolong tetapi tiba2 kakek Lo Kun sudah
menghadangnya. "Hola, kalau begitu, nyata engkaulah Blo'on yang sejati !"
teriak kakek Lo Kun seraya maju menghampiri.
"Sudahlah, nanti kita bicara lagi. Sekarang kita tolong
pemuda kuncir yang sedang dikeroyok kawanan dara baju
hi|au itu," seru pemuda gundul.
"Ah. engkau salah", seru kakek Blo'on. "dia bukan pemuda
berkuncir tetapi seorang nona. Adik seperguruanmu Liok Sianli.
Gila, masakan engkau lupa ?"
"Masakan kalau Sian li dandanannya seperti seorang
pemuda sinting begitu ?" tanya pemuda gundul.
"Heh, heh, itulah perwujutan rupamu sendiri" Lo Kun
tertawa, "kalau engkau ingin melihat tampang mukamu, ya,
seperti itulah !" "Akan kutanya kepadanya, benarkah dia itu Sian-li." kata
pemuda gundul seraya melangkah.
"Tunggu", teriak kakek Lo Kim pula seraya dorongkan
kedua tangannya kemuka, "aku hendak memberi hadiah
kepadamu sebuah benda mainan yang tak ada keduanya di
dunia" Habis berkata kakek itu terus mengeluarkan batu giok
merah berbentuk seekor naga terbang dan terus diangsurkan
kepada pemuda gundul. Tiba2 terdengar suara orang berteriak meleng king : "Hai.
tunggu dulu" Kakek Lo Kun terkejut dan berpaling, tahu2 seekor kera
loncat menubruk mukanya. Ia memekik kaget dan menyingkir
kesamping tetapi saat itu, tangannya terasa ditusuk benda
tajam. Ia menjerit lagi dan membuka genggamannya .....
"Hi, hi. hi ... " terdengar suara seorang nona tertawa
mengikik seraya memandang sebuah benda yang
dipegangnya, "Oh, sungguh bagus sekali mainan ini."
Lo Kun tahu apa yang terjadi. Di atas panggung itu muncul
pula seorang nona cantik membawa seekor kera hitam dan
seekor burung rajawali. Kera itulah yang hendak menerkam
mukanya dan rajawali itulah yang telah mematuk tangannya
lalu merebut kumala merah dan diberikan kepada sinona.
"Kurang ajar !" teriak Lo Kun, 'itu punya si Blo'on, mengapa
engkau berani merebut ?"
"Eh, kakek, apa engkau masih punya yang lain?" bukan
menjawab tetapi nona itu malah bertanya lagi.
' Punya" sahut Lo Kun tanpa sadar. Ia mengeluarkan
kumala hijau berbentuk burung hong. "inilah pasangannya.
Tetapi ini hendak kuberikan kepada Sian li, jangan engkau
rampas. "Berikan kepadaku" teriak nona itu yang bukan lain adalah
Ui Hong Ing. Setelah berhasil menumpas Rajendra Singh,
nona itu segera mengajak kedua binatang peliharaannya
menuju ke panggung. Melihat ramai2 orang bertempur di atas
panggung, nona itupun terus ayunkan tubuh melayang ke atas
panggung. Tepat pada saat itu ia melihat kakek Lo Kun tengah
menyerahkan kumala merah kepada pemuda gundul. Segera
ia suruh kera hitam dan rajawali untuk merebutnya.
"Mana si Bloon itu?", tiba2 nona itu berseru kepada kakek
Lo Kun. Baru Lo-Kun hendak berpaling kearah pemuda gundul, nona
itu atau Hong Ing sudah loncat ke hadapan Sian-li.
"Ho, ternyata engkau masih hidup, Blo'on !" serunya sambil
memandang Sian-li tajam2.
Sian-li saat itu masih berdandan sebagai seorang pemuda
dan rambutnya sudah terlanjur dipapas habis dan disisakan
dua ikat kuncir, memang sepintas pandang mirip dengan
Bloon. "Ih, siapa engkau !" teriak Sian-li dengan heran.
"Setan, engkau lupa padaku" Hayo, coba pandang aku
sampai engkau ingat siapa aku ini !" seru Hong Ing.
Sian-li ter-longong2 heran. Ia benar2 tak kenal siapa nona
itu. "Bukankah engkau si Blo"on yang tenggelam dalam telaga
dahulu itu ?" tanya Hong Ing yang berusaha untuk
membangkitkan ingatan orang.
Tetapi Sian-li kerutkan dahi makin dalam.
"Siapa yang kecebur dalam telaga " Ih, jangan engkau
bicara sembarangan !" serunya.
"Kurang ajar, engkau tak ingat lagi ... " tiba2 ia hentikan
kata2 karena serentak ia teringat bahwa Blo'on itu memang
agak sinting, tak dapat mengingat peristiwa yang lalu.
"Nona, harap bicara yang jelas, siapakah engkau ini ?" seru
Sian-li. "Aku Walet kuning Ui Hong Ing murid Hoa sanpay. Guruku,
Kam Sian-hong. terbunuh dalam guha dan engkaulah
satu2nya orang yang berada dalam guha itu. Engkau harus
ikut aku, kubawa pulang ke markas Hoa-san-pay untuk diadili.
Sian-li men-decak2 : "Cet, cet, apa yang engkau katakan itu
aku tak mengerti semua. Aku tak pernah ke guha, tak pernah
melihat mayat gurumu mengapa engkau menuduh aku
seenakmu sendiri saja?"
"Blo'on." teriak Hong Ing karena tahu bahwa pemuda itu
memang linglung, "bukankah otakmu masih kosong ?"
"Ih, mengapa bicara tentang otak segala," desuh Sian-li,
"mengapa otakku ?"
"Otakmu kosong maka engkau tak dapat mengingat apa2
lagi. Bukankah aku pernah menganjurkan supaya engkau
mencari otak naga?" "Otak naga ?" Sian-li makin bingung.
"Ya, hanya dengan otak naga barulah otakmu yang hilang
itu akan pulih kembali dan engkau tentu dapat mengingat
semua perkara." "Nona" kata Sian-li dengan nada sungguh2 "aku tak pernah
bertemu engkau, mengapa engkau ngoceh tak keruan ?"
Namun Hong Ing tak marah. Ia bahkan malah tertawa
karena menurut pikirannya, Blo'on itu memang beradat aneh
dan linglurg. Masih dicobanya lagi untuk membangkitkan
ingatan pemuda itu. "Siapa yang memberi nama Blo'on kepadamu" tanyanya.
"Ih, mana aku tahu ?" desis Sian-li,
"Bukankah engkau bernama Blo'on ?"
"Tidak". "Lalu siapa namamu ?"
"Perlu apa engkau tanya namaku ?" balas Sian-li.
"Apa engkau keberatan ?"
"Aku bertanya. apa keperluanmu ?"
"Setelah engkau mengaku bernama Blo'on. engkau akan
kubawa ke gunung Hoa-san untuk menerima peradilan para
cianpwe Hoa-san-pay."
Ya. boleh saja sahut Sian-li tenang2, "kalau aku memang
bersalah". "Engkau harus memberi keterangan mengapa suhu rebah
tak bernyawa dalam guha itu ?"
Sian-li sebenarnya seorang nona yang halus budi. Tetapi
karena terus menerus didesak pertanyaan dan tuduhan yang
tak dimengerti, habis juga kesabarannya.
"Jangan tanya kepadaku " serunya. "Uh, kalau tidak kepada
engkau lalu bertanya kepada siapa?"* seru Hong Ing.
"Pada suhumu itu" Sian-li makin ketus.
"Kurang ajar, engkau berani mempermainkan aku," teriak
Hong Ing. Ia hendak menghantam tetapi tiba2 tak jadi. Ia
bersuit dan memekik : "Hai Halilintar dan Hitam, serang
pemuda sinting ini!"
Tetapi sampai beberapa saat, tak tampak kedua binatang
itu muncul. Aneh. pikirnya. Dan ia berpaling mengeliarkan
pandang ke sekeliling mencari kedua binatang itu.
Hai ... kejutnya bukan kepalang ketika dilihatnya burung
rajawali dan kera hitam hinggap pada bahu pemuda gundul.
Setelah terkejut iapun marah. Cepat ia lari menghampiri ke
hadapan pemuda gundul itu.
"Hai, gundul, mengapa engkau menangkap binatang
pemeliharaanku ?" bentak Hong Ing.
"Huh, siapa yang mencuri binatang ini ?" sahut pemuda
gundul itu tenang2. "Kembalikan burung dan kera itu, lekas !" teriak Hong Ing.
"Boleh" sahut pemuda gundul seraya mendekap kera, dan
melontarkan kearah Hong Ing, lain memegang rajawali dan
dilontarkan juga kepada nona itu.
"Hai, Hitam, Halilintar, kemari !" seru Hong Ing pula. Kera
dan rajawali, segera lari menghampiri. Monyet hitam mencium
kaki Hong Ing lalu lari kembali kepada pemuda gundul. Begitu
pula burung rajawali, setelah sejenak hinggap dibahu Hong
ing, terus terbang kembali kepada pemuda gundul.
Hong Ing penasaran, Ia menghampiri si Hitam terus hendak
disambarnya tetapi kera hitam itu loncat turun. Menyambar
burung rajawali, burung itupun terbang keatas. Karena
berulang kali gagal menangkap, Hong Ing marah dan
kerahkan tenaga-dalam untuk menghantam. Tetapi cepat pula
kera hitam bersembunyi di belakang pemuda gundul sehingga
pemuda gundul itu yang termakan pukulan, duk .....
"Ih ... " Hong Ing menjerit kerena ia seperti ditolak oleh
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tenaga sebesar yang dilancarkannya sehingga harus menyurut
mundur dua langkah. Kedua kali ia melancarkan pukulan, tetap ia menderita hal
yang seaneh itu. Karena malu dan geram, ia segera mencabut
pedang pemberian orangtua rambut putih dalam guha.
Tetapi sebelum melakukan serangan, tiba2 meteka terkejut
karena mendengar teriakan Sian-li. Ternyata nona itu telah
menderita luka parah ketika secara tiba2 seorang pengawal
Baju Putih maju dan menghantamnya. Sian-li berkelit lalu
balas memukul tetapi Pengawal Baju Putih itu menangkis dan
menjeritlah Sian-li. Nona itu terhuyung2 kebelakang mendekap
dadanya. "Hai. anak perempuan mengapa engkau?" kakek Lo Kun
cepat loncat menyanggapi tubuh Sian-li.
Sian-li pejamkan mata, wajahnya pucat lesi la tak menyahut
pertanyaan kakek Lo Kun. melainkan mengambil bungkusan
obat dari bajunya. Ia menelan tiga butir benda sebesar buah
kelengkeng. setelah itu duduk mengambil pernapasan.
"Hai, anak perempuan, aku harus menolongnya dulu. Nanti
kita selesaikan perhitungan lagi seru pemuda gundul seraya
menghampiri Sian-li. Sejenak merenung, ia lalu lekatkan
telapak tangannya ke ubun2 kepala Sian-li.
"Mengapa itu ?" tegur kakek Lo Kun
"Menyembuhkannya" sahut pemuda gundul.
Kakek itu hendak bertanya lagi tetapi tiba2 pemuda gundul
berseru : "Awas, ada orang menyerang dari belakangmu !"
Seorang pengawal Baju Pntih yang bertubuh gemuk, tengah
ayunkan tangan hendak memukul Lo Kun. Karena tak sempat
menghindar, Lo Ku pun balas memukul, plak, duk ... terdengar
sebuah bunyi keras. Lo Kun ber-putar2 tiga lingkaran, pengawal Baju Putihpun
ter-huyung2 sampai tiga langkah. Ternyata Lo Kun telah
memberikan kepalanya untuk menyambut pukulan orang.
Sedang dia pun balas memukul dada.
Pengawal Baju Putih itu tertegun ketika melihat kakek Lo
Kun berdiri tak kurang suatu apa. Ia rasakan pukulannya tadi
telah mengenai gunduk batu yang keras sekali.
Kakek Lo Kun mengibas-kibaskan kepala, lalu merentang
dan deliki mata kearah Pengawal Ba ju putih itu.
"Siapa engkau " teriak Lo Kun dengan marah, "tidak hujan
tidak angin, mengapa engkau menyerang aku ?"
Pengawal Baju Putih itu tak menyahut. Hanya dari sinar
matanya yang berkilat memancar api, jelas dia marah juga.
"Siapa engkau " hentak kakek Lo Kun pula. Namun orang
itu tetap tak menjawab, la bahkan malah maju dan
mengangkat tangan hendak memukul lagi.
Kali ini Lo Kun sudah siap. Begitu menghindar ke samping,
iapun balas memukul. Pertempuran berjalan seru. Ternyata
kakek Lo Kun, walaupun sudah tua renta, tetapi masih
memiliki gerakan yang lincah.
Beberapa saat kemudian, Lo Kun mendapat akal. Setelah
berhasil menyiak kedua tangan orang, tiba2 Lo Kun loncat
menumbukkan kepalanya ke perut orang, duk .....
Orang itu ter huyung2 dan rubuh ke lantai. Cepat ia bangun
lagi. Kali ini ia mencabut pedangnya.
"Ho, engkau mengajak main pedang." teriak Lo Kun,
"bagus, aku sanggup melayani juga."
Kakek itu tak punya senjata. Tetapi ia menarik ular Thiat-bicoa
yang melilit di pinggangnya. Setelah itu berseru
menantang : "Hayo, majulah..."
Pengawal Baju Putih itu tak berkata sepatah pun juga.
Pedang diputar, angin men-deru2 dan berobahlah pedang itu
menjadi segulung sinar putih yang segera menyambar Lo Kun.
"Hebat !" seru Lo Kun seraya memutar ular nya. Ular Thiatbi-
coa memang seekor ular yang sakti. Selain kebal dengan
tabasan senjata tajam pun tahu juga bagaimana harus
menghindari serangan. Segera terlibat suatu pertempuran
yang aneh dan mengagumkan. Sepintas pandang yang
tampak hanya seekor ular warna kelabu tengah bergeliatan
diantara sambaran pedang. Berulang kali tubuh ular itu
tertabas, tetapi tetap tak apa2.
Tiba2 terdengar raung keras dari mulut pengawal Baju Pulih
itu, pedang melenting jatuh dan orangnya menyurut mundur.
Ternyata ular besi berhasil menggigit tangan orang itu
sehingga karena tak tahan sakit, orang itupun lepaskan
pedangnya. Melihat itu kakek Lo Kun tertawa mengekeh dan menarik
pulang ular Thiat-bi-coa. Tetapi tiba2 seorang pengawal Baju
Putih lain, segera maju menyerang kakek Lo Kun.
Lo Kun terpaksa melayani. Namun pengawal Baju Putih
yang ini tidaklah sama dengan yang tadi. Jika pengawal Baju
Putih yang tadi kuat sekali dalam ilmu hantaman dan tenaga
gwakang adalah yang ini terasa sekali kesaktiannya dalam
ilmu lenaga-dalam. Apabila Lo Kun bukan seorang kakek yang
bertubuh keras dan memiliki tenaga-dalam yang hebat, tentu
sejak tadi, dia sudah rubuh.
Tekanan pengawal Baju Putih itu makin lama makin keras
sehingga Lo Kun rasakan sekeliling tubuhnya seperti
dilingkungi oleh suatu sangkar yang makin lama makin
menyempit dan makin menjepit tubuhnya.
Tiba2 terdengar suara raung yang sedahsyat harimau dan
kedua orang itu sama terpelanting jatuh ke belakang.
Pengawal Baju Putih itu terdampar, berjumpalitan beberapa
langkah. Sedang Lo-Kun pun terlempar jatuh ke belakang.
"Eh. mengapa engkau kakek ?" cepat Sian-li lari
menghampiri. Melihat wajah Lo Kun pucat dan napasnya
lemah, tahulah Sian-li kalau kakek itu sedang menderita lukadalam
yang berat. Segera ia mengeluarkan tiga biji pil warna
merah sebesar buah kelengkeng terus dimasukkan ke mulut si
kakek. Dengan pil itulah ia mengobati ketiga ketua persilatan
yalah Hoa Sin,Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin.
Pil itu ternyata buah Hay-te-cian-Iian-som atau buah som
didasar laut yang berumur seribu tahun. Yalah buah som yang
diperolehnya ketika ia bersarna Blo'on tenggelam di sungai
lalu tersesat masuk ke keraton dibawah laut dulu.
"Apakah engkau benar Sian-li ?" tiba2 terdengar pemuda
gundul menghampiri dan menegur.
Sian-li mengangkat muka dan tersenyum : 'Su ko, masakan
engkau lupa kepadaku ?"
"Tetapi mengapa engkau berpakaian seperti seorang
pemuda yang tak genah begitu ?"
Sian-li lepaskan tangannya yang menunjang bahu kakek Lo
Kun. Kakek Lo Kun saat itu sudah dapat duduk sendiri.
Sian-ii berbangkit, memandang lekat2 pada pemuda gundul
: "Ceritanya panjang sekali, suko. Aku telah dicelakai oleh
seorang paderi Thian-tiok, Paden itu hendak mencari engkau".
"Mencari aku" Mengapa?" tanya pemuda gundul.
"Dia tahu kalau engkau putera Kim suhu. Ia pernah
dikalahkan suhu dan hendak menuntut balas. Karena suhu
sudah meninggal maka ia hendak mencari puteranya, engkau,
untuk menerima pembalasannya".
"Setan," teriak pemuda gundul, "dimana dia sekarang ?"
"Aih ... " tiba2 terdengar Hong Ing berteriak kaget, "apa
katamu " Seorang paderi Thian tiok ?"
Sian-li berpaling dan mendapatkan bahwa yang bertanya itu
Hong Ing, nona yang hampir saja bertempur dengan dia. Ia
masih mengkal terhadap nona itu.
"Bukan urusanmu !" sahutnya.
"Ih, engkau memang Blo'on yang gila. Aku bertanya
kepadamu justeru karena akupun dulu pernah ditangkap oleh
paderi Thian tiok itu. Aku ingin mendengar keteranganmu,
apakah paderi itu sama dengan paderi yang dulu mencelakai
diriku itu." Hong Ing menahan sabar.
"Dia minta keterangan, baiklah engkau memberi tahu
kepadanya. Mungkin saja, nanti kalian lebih jelas." pemuda
gundul membujuk Sian-li. "Ya, memang seorang paderi Thian-tiok yang mengenakan
jubah patkwa dan suka duduk membaca mantra.
"Itulah !" teriak Hong Ing. "tak salah, tentulah dia, paderi
yang pernah menangkap aku dulu"
"Dimana dia sekarang ?" pemuda gundul berseru.
"Sudah lari, jadi orang minta2"
"Jadi pengemis ?" Sian li kali ini heran dan balas bertanya,
"jangan berolok2. Aku sudah memberi keterangan yang
sebenarnya, engkau malah hendak bergurau"
"Siapa yang bergurau ?" kata Hong Ing, "memang paderi
Thian-tiok itu sekarang sudah kujadikan seorang pengemis
buta". Sian-li makin merasa kalau Hong Ing memang hendak berolok2,
segera ia membentaknya : "Eng kau memang seorang
gadis yang lancung mulut !" habis berkata ia terus maju
hendak menampar tetapi pemuda gundul cepat mencegahnya.
"Bicara harus hanya pakai mulut, jangan pakai tangan "
katanya. Kemudian ia berpaling ke arah Hong Ing, "engkaupun
harus bicara yang genah jangan menimbulkan kemarahan
orang." "Huh, peduli dia akan marah atau tidak. Itu urusannya.
Tetapi aku memang bicara dengan sebenarnya, sahut Hong
Ing tak puas. "Bagaimana caramu menjadikan paderi Thian tiok itu
pengemis buta ?" tanya pemuda gundul.
"Waktu aku tiba di gunung ini, kulihat seorang paderi
tengah duduk bersembunyi di celah2 batu karang. Ternyata
seorang paderi Thian-tiok dan ternyata paderi yang pernah
menangkap dan menyiksa diriku dulu. Maka aku bersama kera
hitam dan burung rajawali terus melancarkan serangan, eh ...
kemana anjing kuning ?" tiba2 nona itu teringat akan anjing
yang tak ikut muncul. "Anjing " Bulu Kuning ?" teriak pemuda gundul.
"Ya*. 'Itulah si Kuning !"
Hong Ing terkejut : "Engkau tahu akan anjing itu"'
Pemuda gundul tertawa "Bukan cuma tahu tetapi anjing itu
memang milikku." Hong Ing terbelalak : "Milikmu ". Dari mana engkau dapat
memiliki mereka ?" "Aku sendiri juga tak ingat," sahut pemuda gundul, "hanya
tahu2 aku sudah mempunyai tiga ekor binatang, kera, anjing
dan rajawali." "Ngaco" bentak Hong Ing terus hendak menyerang tetapi ia
segera menjerit ketika pengawal Baju Putih telah tiba dan
menghantamnya. Pemuda gundul terkejut. Cepat ia menyambar tangan Hong
Ing dan ditariknya, sedang ia memberikan tubuhnya untuk
menerima pukulan pengawal Baju Putih itu. Pemuda gundul
terpental sampai satu tombak jauhnya tetapi secepat itu ia
sudah meloncat bangun dan menghampiri pengawal Baju
Putih itu. Pengawal Baju Putih itu tertegun. Rupanya ia terkejut
melihat pemuda gundul itu tak kurang suatu apa dan bahkan
maju menghampri. Tetapi anehnya, pengawal Baju Putih itu
tak mengucap sepatah katapun juga. Ia mengangkat kedua
tangannya keatas, Tangan kiri lurus menebar ke muka dada
untuk membuat suatu imbangan dan gerakan tangan kanan
yang mulai diayunkan ke arah pemuda gundul.
Tetapi tiba2 pemuda gundul itupun menirukan gerakannya.
Tangan kiri juga diluruskan ke muka dada dan tangan kanan
diangkat ke atas kepala lalu diayunkan ke muka. Blum .....
Suatu peristiwa aneh terjadi. Pengawal Baju Putih itu
menggerung dan tubuhnya melayang sampai setombak ke
belakang. Sejenak ia berdiam diri seperti memulangkan napas.
Beberapa saat kemudian ia terus lari menghampiri pemuda
gundul dan menyerangnya. Kali ini tidak hanya dengan
pukulan tetapi dengan jurus serangan yang dahsyat. Angin
men-deru2 menimbulkan getaran yang menggoncangkan
panggung. Tetapi pemuda gundul itupun melayani dengan suatu
gerakan yang aneh. Disebut aneh karena ia selalu menirukan
segala gerakan lawan. Ke mana pukulan lawan melayang,
iapun melayangkan tangannya, kemana tubuh lawan
bergerak, iapun ikut bergerak. Seolah dia seperti bayangan
dari pengawal Baju Putih itu. Itupun masih tak mengapa.
Celakanya setiap kali pukulan mereka beradu, pengawal Baju
Putih itu tentu cepat menarik pulang tangannya.
Setelah mencapai limapuluh jurus, tiba2 pengawal Baju
Putih itu meraung dan dengan kalap menerkam. Tetapi lagi2
pemuda gundul itupun menirukan gerakannya. Lawan
menerkam, diapun menerkam sehingga terjadilah terkam
menerkam macam orang gulat. Pengawal Baju Putih berusaha
untuk mencengkeram pinggang lawan lalu hendak
mengangkatnya. Tetapi pemuda gundul itupun berbuat begitu
juga. Kesudahannya tubuh pengawal Baju Putih lah yang
terangkat ke atas. di-putar2 lalu dilontarkan kebawah
panggung. Terdengar suara orang berteriak gemuruh di
bawah panggung tetapi pemuda gundul itu tak menghiraukan.
"Eh, apakah engkau masih akan melanjutkan pertanyaanmu
kepadaku "* tanya pemuda gundul setelah melemparkan
Pengawal Baju Putih. Hong Ing terkejut menyaksikan kesaktian pemuda gundul
itu. la bingung memikirkan ilmu apakah yang dimiliki pemuda
gundul itu. Oleh orang tua berambut putih dalam guha. ia
telah diberi pelaiaran ilmu silat yang aneh. la sudah merasa
aneh karena dengan ilmusilat itu ia dapat berloncatan secepat
gerak bayangan. Tetapi melihat kepandaian pemuda gundul
itu. ia merasa masih kalah aneh.
"Ilmu apakah yang engkau gunakan itu ?" tanya Hong Ing.
"Lho, menanyakan ilmu silat segala" pemuda gundul bersungut2,
"apakah engkau sudah mengakui kalau ketiga
binatang itu memang benar milikku ?"
"Siapa bilang mengakui ?" lengking Hong Ing "aku belum
saja mengurus soal itu tetapi hendak bertanya lebih dulu
tentang kepandaianmu yang aneh tadi."
"Aneh " Apanya yang aneh " Mengapa aku sendiri tak
merasa aneh ?" seru pemuda gundul.
"Bukankah tadi engkau selalu menirukan semua gerakan
orang Baju Putih itu " Hebat benar engkau dapat menirukan
persis semua gerakan tangan, kaki dan tubuh lawanmu tadi.
Ilmu apakah itu ?" "Entah apa namanya, aku sendiri juga takmengerti," keluh
pemuda gundul.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Engkau tak mengerti " Habis darimana engkau mendapat
pelajaran ilmu itu " Siapakah guru mu ?" Hong Ing makin
heran. "Aku tak punya guru " sahut pemuda gundul, "soal ilmu
kepandaian itu, aku sendiri juga tak tahu dari mana. Yang
kuingat, aku mendapat sebuah kitab kecil tetapi tak ada
tulisannya apa2. Sudah tentu aku marah. Tetapi ketika aku
terbenam dalam air sampai beberapa hari, aku sendiri juga
heran mengapa tak mati. Tahu2 aku berada di sebuah hutan
... " "Sudah jangan ngoceh tak keruan !" bentak Hong Ing,
"ringkas saja engkau sebutkan asal dari ilmu kepandaianmu
itu". "Kalau engkau tak mau mendengarkan ceritanya.
bagaimana aku dapat mengatakan darimana sumber
kepandaianku itu?" bantah pemuda gundul dengan uring2an.
Hong Ing terpaksa mengurut dada dan suruh pemuda
gundul itu melanjutkan ceritanya.
"Ketika aku bangun dan memperbaiki pakaianku yang
lusuh, tanganku terasa menyentuh benda kecil, ternyata kitab
yang hendak kubuang itu masih berada dalam kantong
bajuku. Kulemparkan kitab itu ketanah lalu aku hendak
berbangkit. Tetapi celaka, mataku terasa ber-kunang2 dan aku
jatuh Iagi. Aku lalu mengambil obat, untung masih berada
dalam kantong bajuku. Kutelan tiga butir biji merah ... "
"Biji apa itu ?" seru Hong Ing.
"Kakek penunggu keraton didasar laut mengatakan kalau
biji2 merah itu adalah Cian-lian-hay-te-som ...
"Apa " Buah som dari dasar laut yang berumur seribu tahun
"'" teriak Hong Ing terkejut. Bermula ia anggap pemuda
gundul itu sinting otaknya tetapi waktu pemuda gundul itu
dapat menyebut nama Cian-lian-hay-te-som, ia terkejut juga.
"Ya," sahut pemuda gundul, "memang cian-lian-hay-te-som,
hidangan untuk putera mahkota kerajaan Lam Song yang
tinggal di keraton dasar laut."
Mendengar itu kembali timbul penilaian Hong Ing bahwa
pemuda gundul itu hanya mengoceh semaunya sendiri.
"Teruskan ceritamu" bentaknya.
"Tidak lama badanku merasa segar dan kuat lagi tetapi
tiba2 kulihat kitab kecil yang kubuang tadi terbentang di
hadapanku. Dan aneh benar. Kitab yang semula kosong
melompong dan putih bersih, ternyata berobah menjadi hitam
warnanya dan pada tiap lembar dari kitab kecil yang berisi
delapan lembar itu terdapat tulisannya ... "
"Apa bunyinya ?" seru Hong Ing.
"Tiap lembar hanya berisi satu huruf."
"Lalu apa bunyinya ?" ulang Hong Ing.
"Bunyinya ... hai, minggir ! tiba2 pemuda gundul berteriak
dan mendorong tubuh Hong Ing ke samping, sedang ia
sendiripun loncat menghindar.
Ternyata belum ia menjawab pertanyaan Hong Ing. tiba2
seorang pengawal Baju Putih telah loncat dan melepaskan
hantaman. Untung pemuda gundul itu tahu dan cepat dapat
menolong Hong Ing. Ternyata .pengawal Baju Putih yang menyerang itu
bertubuh tinggi kurus, kurus sekali sehingga menyerupai
sebatang bambu yang dikerudungi kain putih.
Seperti kedua Pengawal Baju Putih yang tadi pengawal Baju
Putih kurus itu tak berkata apa2 terus menyerang. Dan ketika
pukulannya luput ia ber-suit2 seperti orang bersiul dan
menjerit. Hong Ing marah melihat pengawal Baju Putih itu. Serentak
nona itu mencabut pedang dan membentak : "Hai, engkau
manusia atau setan " Mengapa engkau tak dapat bicara dan
tahu2 terus menyerang dari belakang !"
Pengawal Baju Putih kurus itu ber-kilat2 memandang Hong
Ing. Tetapi tetap membisu.
"Siapa engkau !" bentak Hong Ing pula.
Namun pengawal Baju Putih tak mau menjawab. Bahkan
mulutnya bercuit lalu maju merangsang dengan kedua
tangannya. Karena tanganmu kurus, kesepuluh jarinyapun
panjang dan runcing, mirip dengan cakar burung garuda.
Tnng ... Hong Ing menyapu dengan pedang tetapi suatu gerakan
yang aneh, pengawal Baju Putih itu menggeliatkan tangan lalu
menampar batang pedang Hong Ing terkejut. Pedang tergetar
dan tangannya terasa sakit, hampir saja pedangnya terlepas
jatuh. Diam2 ia mengagumi tenaga-dalam lawan yang begitu
hebat. Oleh karena termasuk seorang pendekar wanita
angkatan muda, apalagi belum pernah terjun ke dunia
persilatan, maka pengetahuan dan pengalaman Hong, Ing
masih kurang, la heran tetapi tak tahu siapakah pengawal
Baju Putih itu. Dan sebagaimana adat orang muda, ia cepat
naik pitam. "Bagus, mari kita bertempur lagi", serunya seraya berputarputar
tubuh mengelilingi lawan, seraya membolang-balingkan
pedangnya. Seketika tubuh pengawal Baju Putih itu dilingkupi
segulung sinar putih yang kemilau.
Entah bagaimana perobahan airmuka pengawal Baju Putih
tak dapat terlihat karena mukanya terbungkus oleh kain cadar
putih. Tetapi dari sinar matanya jelas ia membelalak terkejut.
Terpaksa ia harus mengikuti gerak perputaran si nona yang
mengeliiingi dirinya. Untuk menjaga diri, iapun menggerakkan
kedua tangannya yang kurus seperti orang me-nari2.
Rupanya pengawal Baju Putih itu hendak melihat
bagaimana sesungguhnya ilmu permainan lawan. Setelah itu
baru ia akan melancarkan serangan balasan. Tetapi sampai
berpuluh jurus, gerakan si nona makin cepat dan makin seru.
Hampir ia tak dapat membedakan berada dimanakah
sesungguhnya diri si nona itu. Karena dalam lingkaran
bayangan yang mengepungnya, serasa tubuh nona itu seperti
terpecah jadi beberapa orang yang tengah bergerak2
mengelilinginya. Akhirnya ia berhenti, diam. Jika terus menerus mengikuti
gerak perputaran lawan, jelas tenaganya tentu habis dam
napasnya ter-engah2. Dan ia membayangkan apabila dirinya
sudah kehabisan napas. tentulah nona itu akan turun tangan
untuk membunuhnya. Tetapi perhitungannyapun melesat. Ketika dia berhenti
tiba2 punggungnya terasa disambar angin dingin. Ia tahu
tentu ujung pedang si nona. Cepat ia berputar untuk
menerkam lawan tetapi nona itu lenyap lagi dan sudah berada
di belakangnya. Pengawal Baju Putih itu marah. Dengan bercuit2 aneh, ia
segera bergerak dengan cepat, sepasang tangannya
menerkam kemuka dan menghantam ke belakang. Pikirnya,
kali itu ia tentu berhasil mengenyah lawan.
Tetapi untuk yang kedua kalinya ia harus menjerit marah
lagi. Terkamannya ke muka hanya menerkam bayangan
kosong, sedang hantamannya kebelakang disambut dengan
papasan pedang. Untung ia cukup waspada dan sakti. Cepat ia
menggenggamkan jarinya sehingga terhindar dari tabasan
Sekalipun begitu kelima jari kukunya yang panjang macam
cakar telah terpapas kutung oleh pedang Hong Ing.
Pengawal Baju Putih bertubuh kurus itu memekik keras. Ia
marah sekali. Tiba2 sepasang tangannya dihamburkan keras
dan bagaikan seekor burung garuda menebarkan sayap.
tubuhnya segera melambung ke udara sampai tiga tombak
tingginya. Berjumpalitan lalu ayunkan tangannya menaburkan
cairan warna hitam kearah Hong Ing.
Hong Ing terkejut, la tak menduga kalau akan ditabur
dengan air hitam. Jika senjata rahasia ia tentu masih dapat
menghindar, tetapi karena taburan air yang dapat memercik
ke-mana2 sukarlah ia menghindari diri. Dalam gugup Hong Ing
memutar pedangnya sederas hujan tetapi seketika itu ia
rasakan tangan dan mukanya seperti terhambur percikan air
panas. Sakit tetapi pada lain kejab hilang lagi.
Hong Ing marah sekali kepada pengawal Baju Putih yang
ganas itu. Dua kali ia menderita serangan. Yang pertama,
diserang dari belakang dan sekarang diserang dengan
hamburan air hitam. "Manusia begini tak layak diberi hidup !" pikirnya seraya
masih memutar pedangnya deras2. Ti ba2 ia melihat tubuh
pengawal Baju Putih itu meluncur turun sambil tertawa seram.
Rupanya pengawal itu percaya bahwa lawannya pasti mati.
Air hitam itu bukan sembarang air tetapi racun yang luar
biasa dahsyatnya. Racun dari sejenis binatang kelabang atau
kaki seribu yang terdapat didaerah gurun pasir. Kelabang itu
gemar makan bangkai binatang atau mayat manusia yang
sudah membusuk di tengah gurun pasir dan karena itu
mengandung sejenis racun yang ganas sekali, percikan air
hitam itu akan cepat menyurutkan tulang, mencairkan daging
dan kulit dan dalam beberapa kejab saja, korban tentu segera
berobah menjadi segumpal cairan hitam.
Dengan memiliki racun yang sedemikian ganas, orang
persilatan menggelari orang itu dengan julukan Racun-pencairmayat
Ki Thian-coat. Sudah belasan tahun orang persilatan tak
mendengar berita tentang tokoh ganas itu. Orang persilatan
mengira kalau tokoh hitam itu tentu sudah mati. Ternyata ia
masih hidup dan menjadi anakbuah dari barisan engawal Baju
Putih partai Thian-tong-kau.
Sebagai seorang angkatan muda dan tak pernah
mengembara keluar, sudah tentu tak kenal siapa Racunpencair-
mayat Ki Thian-coat itu. Bagi Hong Ing. pengawal
Baju Putih yang bertubuh itu seorang manusia ganas dan
harus dilenyapkan. Rupanya setelah menaburkan cairan air hitam Ki Thian-coat
yakin nona itu sebentar lagi pasti akan menjadi cairan air
hitam dan saat itu daya perlawanannya tentu sudah hilang.
Maka dengan santai dan tertawa iblis ia meluncur turun ke
pang gung. Tetapi diluar dugaan se-konyong2 Hong Ing loncat dan
menaburkan pedang pusakanya ke tubuh orang itu. Ki Thiancoat
tak menduga sama sekali sehingga ia tak ber-siap2.
Dalam keadaan dirinya meluncur turun ia tak dapat
menghindar atau melambung keudara. Pedang meluncur lebih
cepat dari tangan Ki Thian-coat yang hendak menyambar..
Namun ia masih sempat untuk menggeliatkan tubuh
kesamping. Memang dengan gerakkan itu selamatlah perutnya
tertembus pedang tetapi samping pinggangnya telah
terserempet ujung pedang. Pedang terus meluncur ke muka.
Tiba2 sesosok tubuh loncat menyambar pedang itu.
Hong Ing terkejut karena lontaran pedangnya tak berhasil
mengenai tubuh lawan dengan tepat, la cepat bersiap untuk
menghadapi lawan yang sudah menginjak lantai panggung.
Tetapi sebelum ia bergerak hendak menyerang Suatu
peristiwa aneh telah teijadi. Pengawal Baju Putih. Ki Thian
coat mengaum ngeri dan terus ngelumpruk rubuh di lantai.
Makin lama tubuhnya, makin menyurut kecil dan kecil. Pada
lain kejab hilang lah tubuh pengawal Baju Putih itu. Yang
tampak hanya seperangkat pakaian seragam jubah warna
putih dan cadar muka warna putih, ngelumpruk diatas
kubangan cairan hitam. "Hai, tubuhnya telah menjadi cairan hitam" Hong Ing
menjerit ngeri karena teringat bahwa dirinya seharusnya juga
akan berobah begitu. Ia ngeri tetapi serentak heran. Mengapa
ia masih hidup" Pada hal jelas muka dan tangannya terasa
panas karena didera oleh percikan cairan hitam yang
ditaburkan Ki Thian coat.
Memang benarlah kalau ia merasa heran karena hal itu
terjadi diluar pengetahuan dan kesadarannya. Kumala merah
berbentuk seekor naga terbang merupakan kumala mustika
yang jarang terdapat di dunia. Merupakan peninggalan dari
Han Bu Te, kaisar pendiri ahala Han yang menurut dongeng;
diterimanya dari seorang dewa. Khasiatnya dapat menyirnakan
dan menolak segala macam racun yang bagaimanapun
ganasnya. Pasangan dari kumala merah muda itu adalah kumala
warna hijau yang berbentuk sebagai burung Hong
(cendrawasih). Tetapi khasiatnya berlawanan. Jika kumala
merah berkhasiat melenyapkan racun, adalah kumala hijau itu
justru dapat memancarkan daya racun yang hebat.
Karena Hong Ing merebut kumala merah dari tangan Lo
Kun yang sedianya akan diberikan ke pada Blo'on asli, maka
tanpa sengaja dia telah selamat dari malapetaka yang hebat.
Cairan racun hitam yang ditaburkan Ki Thian-coat itu musnah
daya keganasannya. Jangankan Hong Ing, bahkan kakek Lo
Kun sendiri juga tak tahu kalau kumala merah itu mempunyai
daya kesaktian yang sedemikian hebatnya.
Demikian keakhiran dari seorang tokoh yang dalam
perjalanan hidupnya selalu membunuh orang secara keji,
akhirnya harus menemui kematian secara mengenaskan. Ki
Thian-coat, tak mengira kulau bakal mati di tangan seorang
dara yang tak dikenal. "Bagus, engkau telah membunuh seorang tokoh jahat,"
seru pemuda gundul memuji.
"Tidak." bantah Hong Ing, "aku tak merasa membunuhnya.
Pedangku jelas tak mengenai sasarannya"
"Goblok" lengking Sian-li." pedang memang tak mengenai
tepat tetapi telah menyerempet pinggang bajunya. Tentulah
dalam baju dia menyimpan racun itu dan racun pecah
melumuri tubuhnya karena terserempet pedang."
Hong Ing agak merah mukanya. Ia hendak membantah
tetapi pemuda gundul cepat berkata : "Eh, engkau masih ingin
mendengar ceritaku tentang kitab pusaka itu atau tidak ?"
Hong Ing tertegun. Dalam panggung yang penuh dengan
anakbuah Thian-tong kau terutama barisan pengawal Baju
Putih yang berjumlah duapuluh orang dan pengawal Baju
Merah yang juga berjumlah duapuluh orang, mengapa
pemuda gundul itu begitu santai" Menilik dua orang Pengawal
yang telah dirubuhkan tadi memiliki kepandaian yang begitu
hebat, apakah kawanan keempatpuluh Pengawal Baju Putih
dan Merah itu bukan terdiri dari tokoh2 yang sakti semua "
"Ingin, tetapi ... "
"Baik, aku akan melanjutkan lagi," cepat pemuda gundul itu
menukas kata2 Hong Ing, "itu waktu aku merasa heran
mengapa duabelas halaman dari kitab kecil yang semula
kosong melompong, tiba2 berisi huruf. Tiap lembar satu huruf
dan bunyinyu aneh".
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aneh bagaimana ?" akhirnya Hong Ing tertawa juga.
"Kedua belas huruf itu berbunyi begini :
ln Kok Seng Keng Yu seng Wu, Wu seng Yu bakar minum. aneh sekali bukan ?" tanya pemuda gundul
"Ya, aneh" kata Hong Ing, apa engkau juga meminumnya
?" "Nanti dulu" kata pemuda gundul aku tak tahu apa artinya
huruf2 itu. Tahukah engkau"'
Hong Ing mengulang sekali lalu berkata: "Kalau tak salah
artinya kira2 begini: ln kok seng keng artinya Kitab-dewasebab
dan akibat. Yu seng wu artinya : Ada melahirkan Tiada.
Wu seng Yu artinya : Tiada melahirkan Ada. Bakar minum
artinya disuruh membakar kitab itu dan minum airnya. Maka
kutanya, apakah engkau meminumnya"
"Siapa sudi menurut bunyi kitab itu " Masakan orang
disuruh minum abu kertas," sungut pemuda gundul.
"Lalu bagaimana kelanjutan ceritamu?" tanya Hong Ing.
"Sebenarnya tak kuacuhkan kitab itu. Tetapi ketika hendak
pergi, tiba2 kusambar juga kitab itu dan kumasukkan dalam
kantong." "Engkau memang aneh," kata Hong Ing, "kalau tidak suka,
buat apa engkau mengantonginya?"
"Pikirku, kitab itu pemberian dari paderi penunggu Kuil
Kuning di istana. Tentu ada maksudnya dia memberi kitab
seaneh itu." "Salah," bantah Hong Ing, "kalau dia tahu, tak mungkin dia
memberikan kitab itu kepadamu".
Pemuda gundul terbelalak.
O^^odwo^^O Jilid 36. Pemuda gundu! itu terbeliak, serunya : "Masakan dia tak
tahu isi kitab itu ?"
Hong Ing geleng2 kepala : "Ya. memang dia tak tahu.
Bukankah engkau mengatakan bahwa kitab itu hanya
lembaran kertas kosong belaka" Dia tentu mengira begitu dan
andaikata dia menduga lembaran kosong itu tentu berisi apa2
tetapi ia tak tahu bagaimana cara untuk mengetahui apa yang
termaktub pada lembaran kertas kosong itu. Bukankah setelah
engkau terbenam dalam air selama beberapa hari baru kertas2
kosong itu timbul hurufnya " Dari situ aku berani mengatakan
paderi itu tentu tak tahu dan mengira kitab itu hanya sebuah
kitab Bu ji-keng atau kitab kosong tanpa tulisan."
"Tidak mungkin," bantah pemuda gundul.
"Bagaimana tidak mungkin 7" Hong Ing terbelalak.
"Dia seorang paderi sakti,,masakan dia tak pernah mencoba
untuk merendam kitab itu dalam air. Kemungkinan besar dia
tentu sudah mengadakan beberapa macam percobaan untuk
mendapatkan rahasia kitab itu. Tetapi gagal".
Hong ing tertegun. Memang ucapan pemuda gundu! itu
benar. Tak heran mengapa pemuda gundul itu dapat
menemukan rahasia kitab itu" Adakah dia memang berjodoh
dengan kitab itu ataukah memang mempunyai rejeki yang
besar" Jika Hong Ing tak tahu, memang dapat dimengerti. Bahkan
pemuda gundul itu atau yang sesungguhnya Blo"on aseli pun
tak mengerti sendiri bahwa karena ia membawa beberapa
benda mustika antara lain buah cian-lian hay-te-som atau
buah som berumur seribu tahun dari dasar laut dan kotoran
kelelawar raksasa dalam terowongan didasar laut, maka
timbullah suatu khasiat yang tak ter-duga2 sehingga kertas2
kosong pada kitab itu dapat timbul hurufnya. Tanpa disertai
dengan benda-pusaka itu tak mungkin lembaran kertas kosong
itu akan memantulkan huruf walaupun direndam sampai
beberapa bulan. "Bagaimana kelanjutannya " " akhirnya Hong Ing bertanya
"Apanya?", Blo"on balas bertanja.
"Soal kitab itu" kata Hong Ing, "apakah engkau membakar
dan meminumnya ?" "Siapa sudi minum abu kertas"'* teriak Blo'on
"Lalu dimana engkau simpan kitab itu ?"
"Dalam perut." Hong Ing terbeliak "Dalam perut " Engkau telan kitab itu ?"
Hong In deliki mata: "Eh, jangan omong seenakmu sendiri.
Masakan orang mau menelan kitab".
"Habis", Hong Ing kerutkan dahi. "mengapa berada dalam
perutmu ,?" "Sudah jadi abu dan terminum ....."
Baru Blo'on berkata sampai disitu, seorang pengawai Baju
Pulih yang bertubuh gemuk kekar, berjalan menghampiri dan
terus menerkam Blo'on. Blo'on terkejut. Sebelum ia sempat
berbuat sesuatu tiba2 Sian-Ii sudah mencabut pedang dan
menerjang pengawas Baju Putih itu.
Dari jumlah duapuluh orang, sudah ada tiga empat orang
Pengawal Baju Putih yang rubuh. Kini maju pula seorang.
Rupanya pengawal Baju Putih itu gentar juga melihat sinar
pedang yang dimainkar Sian-Li. Pedang Sian-Li itu tak lain
adalah pedang Pek-liong-kiam atau Naga-putih pemberian dari
kakek penjaga istana di bawah laut yang lalu. Menurut cerita
kakek itu, pedang Pek-liong kiam milik peninggalan dari Tio
Kong Ing pendiri kerajaan Beng. Tajamnva bukan buatan,
mempunyai pasangan pedang Hek hong-kiam atau Nagahitam.
Tetapi pedang itu masih belum diketemukan.
Anehnya ketika disambar oleh pedang Pek liong-kiam,
tubuh Pengawal Putih yang bermula gemuk mendadak
kempes. Ternyata pengawal itu menggunakan ilmu tenagadalam
sakti yang membuat tubuhnya menggelembung besar.
Ilmu tenaga-dalam yanq dimilikinya disebut Ha-rna-kang atau
tenaga dalam Katak. Persiapan dengan menggelembungkan
tubuh itu biasanya tentu segera disusul dengan gemboran
mulut yang keras. Dan pengawal Baju Putih telah melatih ilmu
Ha~ma-kang sedemikian rupa, sehingga gemboran mulutnya
akan menyemburkan hawa beracun yang melumpuhkan
musuh. Barang siapa terkena semburan mulutnya tentu akan
terasa seperti terbakar. Tetapi sebelum ia sempat menyemburkan hawa beracun.
Sian-Li secara tak ter-duga2 telah menyerang dengan pedang
Pek-liong-kiam. Sedemikian perbawa pedang Pek-liong-kiam
itu hingga lenyaplah persiapan2 dari pengawal Baju Putih itu.
Dia marah sekali. Kali ini badannya tampak
menggelembung makin besar sehingga hampir satu setengah
kali dari tubuh aselinya. Dan ketika Sian-Li menyerang dengan
Pek-liong-kiam lagi, tiba2 pengawal Baju Putih itu
menggembor keras. Terkejut sekali sekalian orang mendengar sua ta gemboran
itu. Nadanya mirip dengan katak mendengkung kertas dan
seram. Sian-Li sendiri juga kaget sehingga terhenti. Lebih
terkejut pula ketika ia melihat segumpal asap merah meluncur
dari mulut orang itu dan melanda kepada dirinya.
Jarak sedemikian dekat sehingga tak mungkin ia dapat
menghindar, Dalam gugup, ia putar pedang Pek- liong-kiam
dengan gencar. Sebagian besar kabut merah itu memang
dapat dilenyapkan tetapi sebagaian tetap dapat menghampiri
tubuhnya. Sian-Li merasakan dadanya panas tetapi hanya seketika
saja dan pada lain saat dengan gemas ia terus loncat menusuk
orang itu. Bukan kepalang kejut pengawal Baju Putih ketika menerima
serangan nona itu. Mengapa nona itu tak kurang suatu apa "
Pada hal jelas racun yang disemburkan itu tak pernah gagal
untuk merubuhkan setiap lawan. Ia sudah melatih ilmu Hama-
kang dengan tekun sampai berpuluh-puluh tahun.
Belasan tahun berselang didunia persilatan wilayah Sujwan
telah muncul seorang tokoh silat yang menggegerkan dunia
persilatan. Tokoh itu bernama Ha Bong Ki, termasyhur dengan
tenaga-dalam ilmu Ha-ma-kang yang istimewa. Entah sudah
berupa banyak tokoh2 silat yang rubuh karena disembur oleh
hawa beracun dari ilmu Hama-kang itu.
Setelah mencapai tataran tinggi dalan Ha ma-kang, Ha
Bong Kim masih mematangkan lagi dengan melatih semburan
yang dapat mengeluarkan hawa panas dan beracun.
"Kungngng ?"?".," terdengar Ha Bong Kim
mendengkung keras dan tahu2 tubuhnya melambung ke
udara, melampaui kepala Sian-Li dan melayang turun di
belakangnya. Tetapi alangkah kejutnya ketika masih melayang
diudara, sekonyong-konyong kepalanya disambar oleh seekor
burung rajawali. Pengawal Baju Putih itu gugup sekali. Cepat ia berusaha
menampar burung yang mencengkeram kepalanya. Tetapi
pada saat kedua tangannya menampar keatas, Sian-Li-pun
loncat menusuk dadanya. Setelah makan buah cian-lian-hay-te-som ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki Sian-Li, bukan olah2 hebatnya. Sudah
tentu pengawal Baju Putih itu gugup sekali dan tanpa banyak
pikir turunkan tangan dan menyembur hawa beracun. Tetapi
pada saat itu juga ia menjerit dan menukik jatuh kebawah.
Ternyata pada saat pengawal Baju Putih itu menyembur
hawa beracun, burung rajawalipun memperkeras
cengkeramannya ke kepala orang itu. Kuku2 yang tajam dari
burung rajawali telah masuk ke kulit kepala dan serempak
dengan itu, burung rajawali pun masih mematuk hidung
orang. Tak ampun lagi orang itu rubuh di lantai dengan kepala
berlumuran darah dan hidung hancur.
Tiba2 Hong Ing maju dan mengirim sebuah tendangan,
prak .... seketika hancurlah kepala pengawal Baju Putih itu,
nyawanya melayang. "Engkau kejam !," teriak Sian-Li.
"Engkau lebih kejam!" balas Hong Ing.
"Aku" Sudah tentu aku terpaksa bertindak menyerangnya
karena dia hendak menyerang suko sahut Sian-Li,
"Aku bertindak begitu karena hendak menolong orang itu,"
balas Hong Ing. Sejak bertemu memang kedua nona itu bersikap tak akur.
Melihat mereka bertengkar. Blo"on segera melerai: "Ai,
mengapa kalian ribut2?"
"Dia menuduh aku kejam pada hal dia sendiri yang kejam,"
Hong Ing memberi keterangan.
"Ya. memang engkau kejam,," sahut Sian-Li, masakan
orang yang sudah meregang nyawanya engkau tendang
sampai hancur kepalanya."
"Uh, jika aku tak berbuat begitu, dia tentu menderita
kesakitan hebat. Dia sudah tiada harapan hidup lagi mengapa
tak lekas dikirim ke akhirat daripada harus menderita terlalu
lama. Apakah aku kejam " kata Hong lng.
Blo'on mengangguk : "Ya, engkau benar."
"Aku pun tidak kejam karena dia hendak membunuh
engkau, suko, maka akupun menyerangnya. Dia menyembur
hawa beracun, untung aku tak kena apa2. Kalau aku tak
membunuhnya dia tentu membunuhku. Kejamkah aku ini,
suko?" '"Tidak sumoay" kata Blo'on, "menghadapi musuh terutama
orang jahat, memang hanya ada satu pilihan. Membunuh atau
dibunuh. Engkau tidak kejam dan nona itupun tidak kejam
karena hendak menolong penderitaan orang itu. Nah, puaskah
kalian ?" "Belum." sahut Hong Ing.
Blo"on terbeliak, Sian-Li pun terkesiap. Hong Ing
melanjutkan: "Aku masih belum puas karena engkau belum
memberi keterangan yang lengkap tentang kitab Bu-ji-keng
itu." Blo"on tertawa : "Sudah tentu akan memberi keterangan.
Dari kotaraja aku tak mau kembali ke markas besar Kay pang
tetapi aku langsung menuju ke gunung Thay san....."
"O, makanya sampai beberapa lama kita menunggu dan
mencarimu diseluruh peloksok kota-raja, engkau tetap tak
ketemu." Sian-Li menggerutu.
"Tiba disebuah kota, karena letih berjalan aku berhenti
dipingir jalan. Entah bagaimana aku tertidur. Kurang ajar
sekali tukang copet itu," tiba2 Blo'on memaki, "waktu aku
tidur, seorang tukang copet datang dan menggerayangi
bajuku. Ternyata dia tak menemukan uang melainkan kitab
itu. Dia gemas dan karena melihat aku masih tidur
mendengkur, dia sengaja hendak mempermainkan aku supaya
bangun kemudian baru aku akan dipaksa untuk menyerahkan
bekalku yang berharga".
Blo'on berhenti sebentar lalu melanjutkan : "Karena marah
kitab itu dibakarnya dan kalian tahu apa yang dilakukannya ?"
Baik Hong Ing maupun Sian-Li hanya gelengkan kepala.
"Abu dari kitab itu terus dimasukkan ke dalam air dan
dituangkan kedalam mulutku. Sudah tentu aku gelagapan
sekali ?" Mendengar sampai disitu kedua nona itu tertawa mengikik.
Juga kakek Lo Kun yang sudah berbangkit ikut tertawa
mengekeh. "Tetapi pencopet itu terkejut sekali ketika, lihat aku tertawa
gembira ... " "Engkau tertawa ?" teriak Sian-Li.
"Ya, karena rasanya abu kitab itu enak sekali, manis2
harum. Pencopet itu sebenarnya seorang pengemis
gelandangan. Karena melihat aku tertawa dia bertanya dan
setelah mendapat keteranganku ia melongo. Aku menyambar
kantong air bekalnya dan terus kuteguk, ternyata isinya arak.
Karena tak biasa minum, aku merasa pusing dan mabuk.
Kutempeleng pengemis itu hinggai pingsan. Aku terkejut.
Sebenarnya aku hanya ingin menaboknya tetapi entah
bagaimana ia begitu terkena jariku, dia terus menjerit pingsan
seketika. "Beberapa penduduk yang mengetahui kejadian itu segera
ber-bondong2 datang dengan membawa senjata dan pentung.
Karena dianggap telah menganiaya seorang pengemis, mereka
marah dan terus menghajar diriku ... "
"Ai, celaka", seru Sian-Li, "lalu suko terpaksa menghajar
mereka, bukan ?" "Tidak," Blo"on gelengkan kepala, "setelah minum abu kitab,
badanku terasa lemas sekali, tenagaku hilang. Aku hanya
dapat menjerit dan mengaduh saja ketika digebuki oleh
beberapa penduduk itu. Dan akhirnya aku tak ingat apa2 lagi,
aku pingsan."
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lalu bagaimana " Apakah engkau terus pingsan sampai
beberapa hari "'' rupanya kakek Lo Kun juga terlarik
mendengar cerita Blo'on. "Ya, rupanya mereka ketakutan karena mengira aku sudah
mati," kata Blo'on, "lalu mereka ramai2 mengubur aku
kesebuah lembah. Aku ditanam dalam sebuah lubang"
"Celaka !" teriak kakek Lo Kun. "kalau gitu engkau sudah
pernah mati ?" "'Mungkin juga," sahut Blo"on. "tetapi ketika aku membuka
mata, aku berhadapan dengan seorang lelaki tua. Dia
mengatakan bahwa aku sungguh beruntung karena dikubur
dalam sebuah lubang yang kebetulan di bawahnya terdapat
binatang peliharaannya."
"Binatang apa?" seru Sian-Li.
"Orang itu mengaku bernama Hoa Liong, keturunan dari
Hoa To seorang tabib yang sakti pada jaman Sam Kok. Hoa
Liong mengatakan bahwa dia juga menuntut penghidupan
sebagai seorang tabib. Pada suatu hari ketika mengembara
kepuncak Himalaya ia telah menemukan katak-salju yang
mengandung khasiat untuk menyembuhkan orang mati. Tetapi
sukar untuk membawa katak itu pula ke Tiong-goan. Hawa
yang tidak cocok tentu membuat katak itu mati. Akhirnya ia
mendapat pikiran. la membawa beberapa ekor katak-salju itu
pulang lalu membuatkan sebuah liang di bawah tanah. Kataksalju
itu diberi tempat dalam sebuah wadah yang diisi dengan
salju lalu ditanam dalam lubang tanah itu. Dengan demikian
salju tak lekas lumer dan katak itupun dapat hidup."
"Pintar sekali," seru kakek Lo Kun. "mana dia sekarang?"
Blo"on tak mau menjawab melainkan melanjutkan ceritanya
. "Dia mengatakan kepadaku " sebelum dia mejanjutkan
kata2nya, seorang pengawal Baju putih loncat maju
kehadapan Blo"on. Dalam jarak hanya satu meter, pengawal
Baju Putih terus mengirim sebuah tendangan.
Sudah tentu Blo'on terkejut dan menghindar tetapi
pengawal Baju Putih itu mengirim pula kaki kiri kemudian kaki
kanan, kaki kiri lagi. "Lian hoan tui !"' teriak Sian-Li terkejut.
Lian-hoan-tui atau ilmu Tendangan-berantai adalah ilmu
tendangan yang susul menyusul seperti kilat menyambar.
Sebenarnya Sian-Li sudah pernah menyaksikan ilmu
tendangan tersebut. Tetapi yang dimainkan oleh pengawai
Baja Putih itu memang mengejutkan sekali. Hampir kedua kaki
orang itu seperti tak menginjak tanah dan derasnya seperti
kilat menyambar. Tak memberi kesempatan orang untuk
berhenti menghindar. Plak ".. terdengar suara tubuh termakan kaki, disusul
dengan tubuh Bio"on yang mencelat ke udara. Sebuah
tendangan dari pengawal Baju Putih itu dengan tepat telah
mengenai pantat Blo'on. Sian-Li dan kakek Lo Kun terkejut. Tetapi sebelum mereka
sempat bertindak, dilihatnya Blo'on berjumpalitan di udara lalu
melayang turun. Pengawal Baju Putih itu cepat memburu dan
lepaskan tendangan lagi tetapi saat itu Blo'onpun juga balas
menendang. Lebih kurang duapuluh tahun yang lalu dunia persilatan,
digemparkan dengan munculnya seorang jago silat yang mahir
dalam ilmu tendangan. Bukan saja ilmu tendangannya itu
aneh, pun dahsyatnya bukan kepalang. Setiap lawan yang
terkena tentu remuk tulangnya. Kakinya sekeras besi, jarang
yang mampu melawannya. Dia bernama Sin-song kak atau
Sepasang-kaki sakti Tek Kiu Siang. Tetapi sudah beberapa
tahun lamanya tokoh itu tak terdengar beritanya lagi. Tahu2
sekarang muncul di pangung Thian-tong-kau sebagai salah
seorang pengawal. Suatu pertempuran aneh telah terjadi diatas panggung itu.
Blo'on dan Tek Kui Siang saling beradu tendangan. Dan
anehnya gerakan keduanya sama. Tek Kiu Siang menendang
dengan kaki kanan. Kalau Tek Kiu Siang dengan kaki kiri,
Blo'on pun juga dengan kaki kiri. Gerakan dan gaja
tendangannya sama. Seolah Blo'on itu hanya merupakan
refleksi atau pantulan dan semua gerak yang dilakukan Tek
Kiu Siang. Berulang kali terdengar suara tulang kaki beradu. Cepatnya
juga sama sehingga tak jarang apabila tendangan itu
mengenai pantat, maka keduanyapun sama2 meringis.
"Hai, goblok, jangan menirukan lagu orang saja!", teriak
Hong Ing yang memperhatikan gerakan Blo'on, pakai gaya
sendiri untuk menjatuhkannya."
"Siapa yang menirukan?" balas Blo'on.
"Engkau !", bentak Hong Ing yang mengkal
"Apa iya.?" seru Blo'on "tetapi aku tak sengaja. Entah
bagaimana kakinya selalu bergerak menurut gerakannya!"
Bermula Hong Ing menggerem dan hendak mendampratnya
tetapi pada lain saat ia teringat akan penuturan Blo'on tentang
kitab Bu ji-ket. Adakah demikian khasiat dari abu kitab yang
telah diminumnya itu" Pikirnya.
Beberapa saat kemudian, karena masih saja dilihatnyva
Blo"on bergaya begitu, tiba2 timbullah pikiran Hong Ing. Tanpa
bilang apa2, ia terus menghantam Blo"on. Sudah tentu Blo'on
terkejut dan sebagai refleks, ia pun ayunkan tangannya
menghantam. Hong Ing sengaja memilih tempat yang agak di belakang
pengawal Baju Putih. Karena itu pukulan Blo'on pun mengarah
kepada si pengawal itu, duk?"" seketika pengawal Baju Putih
itu mencelat. Melihat itu kakek Lo-Kun terus menginjaknya
tetapi pengawal itu ternyata memang lihay. Baru kaki si kakek
diangkat, ia sudah mengirim pula tendangan sambil masih
telentang di lantai. Prak.... kakek Lo Kun terhuyung-huyung
karena betisnya termakan tendangan.
Blo"on geram sekali. Cepat ia maju dan menerkam kaki
orang itu, diangkat naik lalu dilontarkan kebawah panggung
...... Kecepatan gerak dari Blo'on itu benar2 mengejutkan sekali.
Andaikata dari tadi dia mau bergerak begitu, tentulah orang
itu sudah rubuh. Tetapi dia sendiri mengatakan bahwa karena
melihat tendangan lawan, tanpa disadari kakinyapun segera
ikut menendang. Adalah karena marah, baru timbul kesadaran
pikirannya dan menerkam kaki lawan.
"Hai, mengapa engkau membantu musuh !" tegur Blo"on
setelah menyelesaikan lawannya.
Hong Ing deliki mata: "Siapa membantu musuh. Kalau tak
dipukul, engkau tentu tak bergerak memukul. Cara tendang
menendang seperti yang engkau lakukan tadi, kapan bisa
selesai ?" "Jadi engkau memang sengaja hendak memancing supaya
aku bergerak memukul ?" seru Blo"on.
"Apa lagi kalau tidak begitu, "kata Hong Ing "eh, engkau ini
memang aneh, kadang seperti orang waras, kadang masih
seperti dulu." "Dulu yang mana ?" tanya Blo'on.
"Ketika pertama kali kuketemukan engkau berada dalam
guha dan suhuku menggeletak tak bernyawa. Engkau benar2
seorang pemuda totol saat itu."
"Apakah engkau anggap aku sekarang sudah waras ?" balas
Blo"on. "Ya, kadang2 waras kadang2 masih linglung."
"Sekarang aku mau melanjutkan bercerita lagi," tiba2 Blo'on
berkata, "orang tua yang mengaku bernama tabib Hoa Liong
itu mengatakan bahwa, secara kebetulan, sekali aku dikubur
dalam liang yang dibawahnya terdapat peti tempat simpanan
katak salju. Hawa dingin dari katak-salju itu telah
mengawetkan tubuhmu dari pembusukan. Tetapi aneh juga,
mengapa nyawamu masih " Dia lantas bertanya kepadaku
sudah berapa lama aku dikubur. Aku menjawab tak ingat.
Malam itu aku pingsan karena digebuki penduduk. Dia
bertanya apakah aku dapat mengingat malam itu bagaimana"
Aku tak ingat dan hanya mengatakan bahwa malam itu
menurut kata orang akan terjadi gerhana bulan. Dia menjerit
dan mengatakan gerhana bulan itu terjadi pada tujuh hari
yang lalu. Jika demikian aku sudah dikubur selama tujuh
hari....."' , "Hola," teriak kakek Lo Kun, "engkau sudah pernah mati
tujuh hari " Bagaimana rasanya orang mati itu " Apakah
engkau bertemu dengan raja Akhirat " Apakah di Akhirat itu
sama dengan di dunia ini " Apakah disana juga ada gadis......."
"Sudahlah, sudahlah!" teriak Blo'on yang merasa bisring
dihujani pertanyaan bertubi-tubi oleh kakek Lo Kun," engkau
tanya begitu melilit, apakah engkau hendak pergi ke akhirat?"
"Kalau boleh kembali lagi ke dunia, aku ingin juga meninjau
ke sana," sahut Lo Kun.
"'Sudahlah, teruskan saja ceritamu.' kata Hoa Ing. Tiba2
seorang pengawal Baju Putih kemuka Blo'on. Tanpa berkata
apa2 ; terus menusuk mata Blo'on dengan dua buah jari
tangannya. Blo"on terkejut, mengisar kesamping dan balas menusuk
mata orang itu. Juga dengan dua buah jari tangan.
Orang itu mendengus geram. Berkisar kenamping, jari
kirinya menusuk dada Blo"on. Blo'on juga mengisar dan jari
kirinya lalu menusuk dada lawan.
Orang itu menggeram makin keras. Sepasang tangannya
segera menari-nari, dua buah jari kanan dan dua buah jari kiri
berhamburan menusuk muka, dada dan sekujur badan. Blo'on
pada bagian jalandarah yang berbahaya.
Tetapi diluar dugaan, gerakan Blo'on juga, persis lawannya.
Dia juga gunakan kedua jari tangan untuk menusuk. Barang
kemana lawan bergerak ia tentu juga bergerak sehingga tak
jarang beberapa kali harus terjadi adu jari.
Pengawal Baju Putih itu membelalak. Karena mukanya
ditutup dengan kain cadar putih maka tak tampak bagaimana
perubahan airmukanya. Tetapi menilik mulutnya berulang kali
ia mendengus dan mendesuh, jelas dia tentu menderita kejut
yang besar. "Dunia persilatan pernah mengenal tentang seorang tokoh
dari kaum agama yang mahir sekali dalam soal menusuk
jalandarah. Menilik ilmu silatnya, dia berasal dari aliran Kunlun-
pay. Tetapi dia menyangkal. Dia menyepikan diri disebuah
pegunungan, menjadi seorang pertapa. Ilmu menggunakan
dua buah jari begitu terkenal sekali ketika disuatu hari, tokoh
aliran hitam yang menjagoi didunia persilatan Holam telah
dijatuhkan oleh orang itu.
Orang mengenalnya sebagai Liau Gong taysu tetapi
bagaimana asal usulnya, tiada seorangpun yang tahu. Kini
tahu2 Liau Gong taysu telah muncul sebagai salah seorang
pengawal Baju Patih dalam barisan anakhuah Thian-tong-kau.
Tetapi karena mukanya berkerudung cadar putih maka
tiada seorangpun yang tahu bagaimana raut wajahnya yang
sebenarnya. Rupanya saat itu karena beberapa kali tak berhasil,
pengawal Baju Putih agak penasaran. Ia segera lancarkan
serangannya makin deras dan dahsyat. Cret .....
Blo'on memang merupakan manusia yang paling aneh.
Dalam tubuhnya telah terkandung suatu gerak-reflek yang
aneh dan luar biasa, Makin diserang gentar, makin diapun
menyerang gencar. Dan andaikata dia mau menggunakan
pikiran, dengan mudah ia dapat menggerakkan tenaganya
karena dia juga memiliki tenaga-dalam yang disebut Ji-ih-sinkang
atau tenaga-sakti yang dapat digerakkan menurut
sekehendak hatinya. Begitu pengawal Baju Putih menusukkan dua buah jarinya
dengan sekuat kuatnya, jari Blo'onpun menyongsong. Ketika
dua buah jari saling berbentur, pengawal Baju Putih itu
menjerit. Ujung jarinya telah disaluri dengan tenaga dalam
yang hebat tetapi dari ujung jari Blo'on juga memantulkan
balik tenaga dari pengawal Baju Putih itu. Akibatnya ujung jari
orang itu seperti terkena stroom listrik arus tinggi. Dia
menjerit dan loncat mundur.
Pengawal Buju Pulih tegak termangu. Sepasang matanya
berkilat kilat memancarkan sinar tajam. Rupanya dia tengah
menyalurkan seluruh tenaga-dalam dan pada lain saat ia
segera menjulurkan kedua jari tangan kanan kemuka.
Terdengar suara angin mendesis tajam kearah Blo'on.
Saat itu Blo'on juga tegak berdiri jaraknya dua rombak dari
lawan, ia heran mengapa pengawal Baju Putih itu
menudingkan dua buah jari tetapi tidak menyerang maju.
Maka diapun diam saja, "Suko, awas, dia menyerangmu," tenak Sian-Li yang dapat
menangkap desis angin tajam.
Blo'on terbeliak namun terlambat. Dadanya segera
tersambar oleh aliran tenaga yang kuat sekali. Sedemikian
kuat sehingga tubuhnya sampai mencondong ke belakang
tetapi kaki masih tegak berdiri ditempat semula. Blo'on
terkejut sekali. Rasa kejut telah membangkit tenaga dalam Ji
ih-sin-kang, seketika ia meliuk ke muka dan desir angin itupun
terdampar balik kembali kearah pengawal Baju Putih.
Huak.....pengawal itu menguak dan muntah darah
terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang dari jatuh
terduduk di lantai. Dia telah terhantam oleh tenaga-dalamnya
sendiri yang dipantulkan balik oleh Bio'on.
Melihat itu Hong Ing cepat loncat hendak menyelesai
pengawal Baju Putih dengan sebuah hantaman. Tetapi tiba2
terdengar orang berseru mencegahnya ; "Jangan ....,"
menyusul segelombang angin melandang punggung si nona.
Hong Ing terkejut dan cepat loncat ke samping. Ketika
berpaling ia melihat seorang lelaki setengah tua, pakaian
penuh tambalan tetapi bersih, tegak dihadapannya.
"Siapa engkau !'* bentak Hong Ing yang cepat dapat
menduga bahwa yang menyerang punggungnya tadi tentulah
lelaki itu. "Aku Hoa Sin dari partai Kay-pang," kata laki2 itu, "maaf,
karena terpaksa harus menyerang nona tetapi maksudku
hanya mencegah nona jangan sampai membunuh orang itu."
"Apakah engkau kawan dari orang itu ?" seru Hong Ing
pula. Melihat sikap Hong Ing begitu ketus, Sian-Li melengking : "
Eh, jangan engkau bersikap tidak sopan kepada Hoa pangcu
dari Kay-pang." Hong Ing terkejut, ia memang belum kenal siapa Hoa Sin.
Ia tak sangka kalau lelaki berdandan seperti pengemis itu
ternyata ketua Kay-pang. "Oh, maafkan ..... Hoa pangcu." katanya.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ah, jangan berlaku sungkan, nona," kata Hoa Sin, "orang
baju putih itu aku tak kenal karena mukanya mengenakan kain
cadar. Tetapi menilik ilmu silatnya dia seperti dari aliran Kunlun
pay. Bukankah begitu Ceng Sian suthay."
Ternyata setelah mendapat obat, Hoa Sin, Ceng Sian suthay
dan Hong Hong taysu harus beristirahat dulu beberapa saat
sebelum tenaganya pulih kembali. Setelah itu barulah mereka
bertiga berhamburan loncat ke atas panggung.
Tepat pada saat itu mereka melihat pengawal Baju Putih
ter-huyung2, muntah darah dan jatuh terduduk. Mereka hanya
sempat menyaksikan beberapa jurus adegan dari pertempuran
antara Blo'on dengan pengawal Baju Putih itu. Namun Hoa Sin
sebagai seorang ketua partai persilatan yang banyak
pengalaman dengan cepat dapat melihat bahwa gerak gerik
orang itu, seperti dari aliran partai Kun-lun-pay. Maka ia
mencegah Hong Ing hendak memukulnya.
"Kim kongcu" kata Hoa Sin kepada Blo'on, "kemungkinan
orang yang engkau kalahkan itu adalah seorang tokoh dari
Kun-lun-pay yang sudah lama menghilang. Menilik " "
"Siapa yang engkau panggil Kim kongcu ?" tegur Blo'on
menukas. "Sudah tentu engkau," sahut Hoa Sin, "kami berkesimpulan
bahwa engkau adalah putera dari Kim Thian Cong tayhiap
yang menghilang itu".
"Ya, benar, Hoa pangcu, dia adalah sukoku yang sejak bertahun2
telah pergi dari gunung," kata Sian-Li.
Him Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin segera
menghampiri dan memperkenalkan diri: "Kami berjerih payah
mencari Kongcu.Tak terduga di tempat ini kami dapat
bertemu" kata ketiga Ketua partai persilatan.
"Eh, jangan kalian bergirang dulu." tiba2 Hong Ing berseru,
"aku masih mempunyai perhitungan dengan dia."
"Siapakah li-sicu ?" tegur Ceng Sian suthay agak kurang
senang melihat ucapan Hong Ing.
"Suthay," sahut Sian-Li, "dia mengaku murid dari Hoa-sanpay.
Suko dituduh telah membunuh suhunya, Kam Sian Hong
pangcu."* "Benarkah begitu, li-sicu ?" seru Ceng suthay pula.
"Jika disebuah guha terdapat sesosok mayat dan di dalam
guha itu hanya terdapat seorang muda yang membawa
senjata dari korban itu, salah kah kalau orang menganggap
pemuda itu yang jadi pembunuh?"
"Tidak salah" kata Hoa Sin, "tetapi aku percaya Kim kongcu
tentu tak membunuh !"
"Bagaimana Hoa pangcu yakin akan hal itu?", balas Hong
Ing. "Karena ... karena pikiran Kim kongcu" ."
"Aku tidak gila !" teriak Blo'on, "aku hanya lumpuh otak, tak
dapat mengingat apa2 lagi."
Dengan rubuhnya Liau Gong taysu maka pengawal Baju
Putih kini hanya tinggal empat orang. Salah seorang lagi
segera maju. "Kongcu, biarlah kali ini aku yang melayaninya," seru Hoa-
Sin segera menyongsong ke muka orang itu.
Tiba2 orang itu menggerung dan terus menerkam Hoa Sin.
Hoa Sin terkejut, cepat ia menghindar ke samping sampai
beberapa langkah dan secepat itu ia tahu bahwa gerakan
pengawal Baju Putih itu adalah ilmu Eng-jiau-kang atau ilmu
Cakar-garuda. Ia tak sempat menimang2 dan mengingat
tokoh2 persilatan yang memiliki ilmu silat Eng-jiau-kang lihay.
Memang banyak juga tokoh2 yang memiliki ilmu silat
semacam itu, tetapi hanya sedikit sekali yang terkenal.
Siapakah gerangan tokoh itu. Karena ia yakin orang2 yang
dijadikan pengawal dalam partai Thian tong-kau tentu bekas
tokoh2 silat ternama yang telah menghilang secara misterius
dari dunia persilatan. Namun ia tak sempat berpikir karena
saat itu, pengawal Baju Putih itu dengan sebuah gerak yang
dahsyat telah menerkam pula tubuh Hoa Sin.
Bermula memang tiada yang memperhatikan, tetapi setelah
melakukan gerak Eng-jiau-kang, barulah orang tahu bahwa
pengawal Baju Putih itu memiliki kuku2 panjang dan runcing
seperti cakar burung garuda. Dan yang lebih hebat, kuku
jarinya itu tampak tegak lurus seperti batang pit. Hoa Sin
seperti diancam sepuluh batang pit yang hendak menerkam
mukanya. Hoa Sin juga seorang ketua partai persilatan, sudah tentu ia
memiliki kepandaian yang tinggi. Dan setelah mengenal ilmu
silat lawan, iapun segera dapat mengatur cara perlawanannya.
Pendekar Pedang Sakti 14 Perang Ilmu Gaib Karya Mpu Wesi Geni Pendekar Lembah Naga 16
Akhirnya Blo'on kedua menurut. Ubun2 kepala rahib dari
Kun-lun pay itu diciumnya sampai beberapa saat. Setelah
wajahnya mulai terang, baru lah dilepaskan.
"Pak tua," seru Blo'on kedua, "apakah engkau dapat
membuat orang berak ?"
Orangtua baju putih tersenyum lebar karena heran,
serunya: "Apa maksudmu?"
"Racun sudah terhalu ke perut, sekarang tinggal
mengeluarkan. Mereka harus berak supaya racun itu keluar."
"O," seru orangtua masih tersenyum, "ya, baiklah."
Ia segera menghampiri Hoa Sin lalu mengurut jalandarah
pada pinggangnya. Setelah itu berganti mengurut pinggang
Hong Hong tojin. Hanya waktu tiba giliran Ceng Sian suthay,
orangtua itu tersenyum lebar sekali.
"Hai, pak tua, mengapa engkau tersenyum " Jangan
engkau mempunyai pikiran kotor terhadap seorang rahib!",
seru Blo'on kedua. Orangtua baju putih itu tersenyum lebar sekali, seperti
orang tertawa. Demikianlah kalau ia malu.
"Jangan salah faham, budak." seru orangtua itu "aku harus
mencari daya untuk mengeluarkan racun itu. Kedua lelaki itu,
memang telah berak tetapi janganlah rahib itu disuruh berak
juga." Habis berkata ia terus menutuk punggung Ceng Sian
suthay. Tak berapa lama Ceng Sian menguak keras dan
muntahkan segumpal darah berwarna hitam. Dua tiga kali ia
muntahkan darah itu. Setelah muntah wajahnya tampak
segar. Ceng Sian suthay pejamkan mata untuk melanjutkan
menyalurkan tenaga-dalam memulihkan kekuatannya.
Celaka adalah Hoa Sin dan Hong Hong. Karena tubuh masih
lemas, keduanyapun berak ditempat. Wajahnya tampak makin
segar. Keduanya juga masih pejamkan mata untuk
memulihkan tenaga. "Bagus, bagus, baru pertama kali ini aku menjumpahi
seorang budak yang dapat mengobati, racun ular emas. Hai,
hebat benar kepandaianmu, budak, dari mana engkau
memperolehnya....." Tetapi orangtua itu cepat hentikan kata-katanya karena
terkejut. Ternyata pemuda tadi sudah tak berada disitu.
"Gila !" orangtua itu menjerit kaget, "mengapa sama sekali
tak kudengar ia pergi " Bocah itu benar2 ajaib sekali
kepandaiannya." Ternyata setelah melihat ketiga orang itu sudah tak kurang
suatu apa hanya tinggal memulihkan tenaga, diam2 Blo'on
kedua itupun segera pergi.
Ia hendak memenuhi janji untuk melanjutkan pertempuran
dengan barisan gadis2 Baju Kuning. Dengan sebuah gerak
loncatan yang aneh, pemuda itu pun sudah meluncur ke atas
panggung Tetapi selekas tiba dipanggung ia terlongong heran.
Ternyata. saat itu diatas panggung sedang berlangsung
pertempuran antara seorang kakek bertubuh kate dengan
keduabelas gadis Baju Kuning itu.
Kakek kate itu berlincahan sambil ber-kaok2 tak henti2nya :
"Hai isteriku, Sun kuihui mengapa engkau menyerang aku ...
mengapa engkau lupa kepadaku ... akulah suamimu , .
mengapa engkau lari pada malam pengantin itu . , "
Barisan gadis Baju Kuning merah wajahnya karena malu.
Mereka muak, jengkel dan marah ke pada kakek kate yang
entah dari mana datangnya, tiba2 muncul di panggung terus
langsung menghampiri gadis2 cantik itu.
"Hai, siapakah engkau kakek kate !" teriak pengacara baju
merah. Tetapi mana kakek kate itu tak mau peduli, la tetap merayu
pada seorang gadis Baju Kuning. Sudah tentu gadis itu marah
dan menghantamnya. Tetapi tak kena.
"Kalau engkau ingin memukul aku, pukullah supaya engkau
puas," seru kakek kate itu, "tetapi setelah memukul engkau
harus ikut aku tinggalkan tempat orang2 gila ini."
Blo'on kesatu yang masih berada dipanggung segera
membentak : "Hai, kakek gila, jangan mengacau disini!"
Namun kakek kate itu tetap tak mempedulikan: '"Jangan
ikut campur urusanku, budak !"
Blo'on kesatu marah. Segera ia mencengkeram bahu kakek
kate itu terus disentakkan ke bawah. Uh ... kakek itu hanya
tersurut selangkah tetapi pemuda itu sendiri terlempar
beberapa langkah. Blo'on kesatu marah. Ia segera maju dan memukul
punggung kakek kate tetapi serentak itu juga ia menjerit dan
terpental dua tiga langkah kebelakang.
Blo'on kesatu makin marah. Serentak ia mencabut golok
pendek dan terus menikam. Tetapi saat itu, Blo'on kedua
segera loncat dan mendorongnya : "Hai, jangan kurang ajar
kepada kakekku ! Blo'on kesatu terdorong beberapa langkah ke samping,
hampir saja ia jatuh. "Terima kasih, bu ... eh, gila engkau !'" teriak kakek kate itu
demi melihat Blo'on kedua. "Eh kau memukul mengapa
sekarang menolong aku I "Siapa yang memukul engkau ?" seru Blo"on.
"Engkau", seru kakek kate itu seraya rnenuding kepada
Blo'on kesatu, "itulah ... !"
"Itu bukan aku !" seru Blo'on kedua.
"Gila. dia jelas engkau !"
'"Bukan, aku disini dan dia disana. Tidak sama !"
"Siapa bilang tak sama !" bentak kakek kate itu, "rupamu ya
rupanya !" "Dia memalsu diriku !" seru Blo'on kedua.
"Apa ?" kakek kate itu terbelalak, "ada pemalsuan manusia
?" "Jangan dengar keterangannya," tiba2 Blo'on kesatu
berseru, "dialah yang memalsu diriku. Aku Blo'on putera Kim
Thian-cong, ketua ... "Berhenti !" bentak kakek kate itu. "Blo'on aku pernah
mendengar namanya, tetapi Kim Thian cong, siapa itu, jangan
ngoceh tak keruan !"
Kemudian kakek kate itu berkata lagi : "Engkau Blo"on dan
engkau juga Blo'on. Mana yang tulen ini ?"
"Sudah tentu aku, " seru Blo'on kesatu.
"Belum tentu, " sahut kakek kate, "harus di uji dulu baru
tahu mana yang tulen mana yang palsu."
"Boleh " sahut Blo'on kedua.
"Engkau kenal siapa aku ini ?" tanya kakek kate.
"Kenal." kata Blo'on kedua.
"Siapa aku "' tanya kakek kate.
"Manusia kate !" sahut Blo'on kesatu.
" Benar ... eh, kurang ajar engkau !" kakek pendek deliki
mata kepado Blo'on kesatu.
"Tahu engkau siapa namaku ?" serunya.
Blo'on kesatu meramkan mata tak menyahut.
"Kakek Lo Kun !" seru Blo'on kedua.
"Dan engkau?" desak kakek itu pada Blo'on kesatu.
"Lo Kun si kakek kate !" teriak Blo'on kesatu keras2
"Betul", sambut kakek pendek, la tak menyadari bahwa
pengetahuan nama yang diucapkan Blo on kesatu itu diperoleh
setelah mendengar keterangan Blo'on kedua.
"Dia meniru aku !" seru Blo'on kedua.
"Ya. benar", tiba2 kakek Lo Kun teringat, "tidak terpakai.
Harus diulang, sekarang engkaulah yang harus memberi
jawaban dulu," serunya kepada Blo'on kesatu.
"Lo Kun !" cepat Blo'on kesatu berseru.
"Dan sekarang engkau !" seru Lo Kun kepada Blo on kedua.
"Lo Kun," sahut pemuda itu.
"Gila !" bentak kakek Lo Kun, "sekang engkau meniru dia !"
Blo'on kesatu tertawa, Blo'on kedua meringis seperti kuda
menyengir .... Jilid 34 kondisinya parah sekali tidak dapat di baca
apalagi di convert Jilid 35 Maling kemalingan Pengacara baju merah terkejut atas peristiwa yang tak terduga2.
Namun sudah terlambat. Tangannya telah ditelikung
ke belakang dan tulang bahunya telah dicengkeram. Itu
berarti bahwa apabila ia berani bergerak, pi-peh-kut atau
tulang bahunya tentu akan dihancurkan. Akibatnya ia tentu
akan lumpuh, seluruh ilmu kepandaiannya akan punah.
"Siapa engkau !" setelah kerahkan tenaga dalam untuk
ber2siap2 menghadapi kemungkinan, pengacara baju merah
itu berseru. "Ha. ha ... Lam-kiong Wi yang engkau jadikan Kim Thiancong
palsu itu, sudah kuamankan," orang itu tertawa
mengekeh. "Siapa engkau ?" pengacara baju merah mengulang
pertanyaannya. "Heh, heh; engkau tahu siapa yang berkuasa di gunung
Thaysan ?" orang itu balas bertanya.
"Thian-sat-cu ?" tiba2 pengawal baju merah berseru,
"apakah engkau Thian-sat-cu si Algojo dunia dari Thay-san itu
?" "Hong Sat koay-ceng, ternyata ingatanmu tajam sekali."
sahut orang itu. Pengacara baju merah itu terbeliak : "Bagaimana engkau
dapat mengetahui diriku ?"
"Gunung Thaysan adalah daerah kekuasaanku" kata Thiansat-
cu, "mengapa engkau berani membuat rencana yang gila,
menciptakan seorang Kim Thian-cong palsu lalu hendak
mendirikan sebuah perkumpulan yang engkau beri nama
Thian-long kau ?" "Thian-sat-cu" balas Hong Sat-koay-ceng, "apa maksudmu
menangkap aku ?" "Engkau terlalu berani mati" kata Thian-sat cu, "mengapa
engkau membuka pangkalan di sini tanpa meminta
persetujuan dari aku "'*
"Hm, dengus Hong Sat koay-ceng, "sebenarnya bukan aku
yang mendirikan Thian-tong-kau tetapi Ngo-tok Sin-kun."
"Ngo-tok Sin-kun ?" ulang Thian-sat-cu agak terkejut. Ngotok
Sin-kun berarti Datuk Panca-bisa, seorang tokoh persilatan
yang menguasai ilmu- lima jenis racun yang paling ganas di
dunia ' "Dimana Ngo tok Sin Kun sekarang?" tanya Thian sat-cu.
"Mati". 'Engkau bunuh "* tanya Thian-sat-cu.
"Kulempar kedalam jurang." jawab Hong Sat koay-ceng.
"dia manusia yang paling berbahaya bagi manusia. Harus
dilenyapkan." "Dan apakah engkau manusia yang paling berguna pada
manusia ?" ejek Thian-sat-cu.
"Thian-sat-cu, katakanlah maksudmu dengan terus terang
!" tukasnya, "Engkau telah mencelakai ber-puluh2 tokoh persilatan,
apakah engkau merasa masih berhak hidup di dunia ?" tanya
Thian-sat-cu. "Telah kukatakan bahwa yang melakukan hal itu adalah
Ngo-tok Sin-kun. Aku hanya memetik saja buah yang
ditanamnya". "Dan aku yang makan buah itu." sahut Thian sat-cu.
"Thian-sat-cu", kata Hong Sat koay-ceng, "kalau engkau
mau membunuh aku, engkau tentu dapat melakukan karena
caramu mengalahkan aku adalah secara licik."
"Racun untuk mengobati racun. Bukankah demikian ajaran
Ngo-tok Sin-kun ?" kata Thian-sat-cu, "engkau mencelakai
Ngo-tok Sin-kun dan sekarang aku yang mencelakai dirimu.
Tidakkah hal itu sudah adil dan wajar ?"
"Adil dan wajar sekali," sahut Hong Sat koay teng, "karena
sebentar lagi engkaupun tentu akan dibunuh oleh anak dari.
Kim Thian-cong, pemuda gundul itu."
"Benarkah dia anak Kim Thian-cong?" tanya Thian-sat cu.
"Ya, memang dia anak Kim Thian-cong. Ketika di kota raja
waktu aku berkunjung ke rumah Cian-bin long-kun, dia pernah
membuat onar." "Hm, jika begitu, dia harus kubunuh" dengus Thian-sat-cu
dengan geram. "Boleh saja, kalau engkau mampu" sahut Hong Sat koayceng,
"tetapi ternyata dia amat sakti sekali. Ia memiliki ilmu
yang luar biasa anehnya Thiat-sat-cu terkesiap, la tahu bahwa Hong Sat koay-ceng
atau imam aneh Pasir Kuning dari Tibet itu memiliki
kepandaian yang sakti. Tetapi kalau ia sampai kalah dengan
bocah gundul itu, jelas bocah itu tentu ada apa2nya.
"Dan jangan lupa, bahwa Pengawal Baju Putih serta Baju
Merah itu akan membunuhmu juga. Mereka hanya mau
mendengar perintahku," kata Hong Sat koayceng pula.
Thian-sat-cu termenung diam.
"Bagaimana, apakah engkau tetap akan membunuh aku ?"
tanya Hong-sat koay-ceng.
"Hm," dengus Thian-sat-cu, "engkau kubebaskan dari
kematian asal engkau mau menurut beberapa syaratku,"
"O, bagaimana syaratmu itu?" tanya Hong sat koay-ceng
"Pertama. Thian tong-kau tetap berdiri. Sebagai ketuanya
adalah aku. Dan engkau kuangkat sebagai wakilku. Kedua,
engkau harus memberitahu kepadaku cara untuk menguasai
kedua barisan pengawal Baju Putih dan Baju Merah itu. Ketiga,
anak dan keluarga Kim Thian-cong harus kita basmi sampai
se-akar2nya. "Oh, rupanya engkau mempunyai dendam kesumat besar
sekali kepada Kim Thian-cong" kata Hong Sat koayceng.
"Ya. dia adalah musuhku nomor satu didunia ini. Sayang
sudah mati. Tetapi aku tetap akan membalas anak dan
keluarganya," kata Thian-sat-cu.
Hong-sat koay-ceng menimang. Dalam keadaan seperti saat
ilu dimana dirinya telah dikuasai, tak mungkin ia dapat lolos.
Tadi ia telah coba2 untuk mengerahkan tenaga-dalam
melepaskan diri dari cekalan orang. Tetapi ia terkejut ketika
mengetahui bahwa Thian-sat-cu memiliki tenaga-dalam yang
luar biasa hebatnya. Setelah berpikir beberapa saat akhirnya ia mendapat akal,
serunya : "Baiklah, aku mau menerima syaratmu itu, juga
dengan syarat". "Apa ?" "Pertama engkau harus membuktikan bahwa engkau
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benar2 layak menjadi pemimpin Thian tong kau. Sebagai
bukti, engkau harus mampu mengalahkan anak dari Kim
Thian-cong, sipemuda gundul itu "
"Hanya itu ?" Thian-sat-cu menegas. "Ya, cukup itu saja
jawab Hong-sat koay-ceng.
"Baik. tunggulah " tiba2 Thian-sat-cu menutuk punggung
paderi lhama itu sehingga tak berkutik. Memang Thian-sat-cu
si Algojo-dunia itu seorang yang licin dan ganas.
Ketika Ngo Tok Sin-kun mendirikan Thian-tong-kau di
gunung Thaysan, bermula Thiat-sat-cu marah. Tetapi karena
kekuatan Thian-tong-kau amat besar dan Ngo Tok Sin-kun itu
juga sakti, maka Thiat-sat-cupun tak berani gegabah
bertindak. Ia hendak mencari kesempatan yang baik.
Setelah melakukan penyelidikan beberapa waktu, akhirnya
ia menyaksikan suatu peristiwa yang tak di-duga2.
Saat itu ia hendak melakukan penyelidik pada waktu tengah
malam ke markas Thian-to kau. Tiba2 ia melihat sesosok
bayangan hitam menghampiri ke markas. Ia terkejut. Orang
itu memiliki gerakan yang ringan sekali sehingga hampir tak
timbulkan suara. Segera ia mengikuti jejaknya dengan diam2. Ternyata
orang itu menuju ke ruang kediaman ketua Thian-tong-kau
yang menyamar sebagai Kim Thian cong. Dengan tiba2 ia
taburkan segenggam pasir-kuning kearah ketua Thian-tong
kau itu. Ngo-tok Sin-kun saat itu sedang membaca kitab untuk
membuat ramuan obat yang dapat membuat orang kehilangan
kesadaran dirinya. Ramuan itu bukan seperti yang terdapat di
dunia persilatan umumnya, tetapi harus yang lebih istimewa.
Dengan minum ramuan obat istimewa itu, setiap kali ia
kerahkan tenaga dalam untuk menyembur, maka seketika
lawan tentu akan kehilangan kesadaran pikirannya dan
menurut apa yang diperintahkan.
Ada suatu kesulitan dalam mencari bahan ramuan obat
istimewa itu. Pertama, harus menggunakan otak dari binatang
buas seperti harimau, serigala dan ular untuk memperkuat
sifat keganasannya. Kedua, menggunakan, otak dari
binatang2 jinak yang dipelihara orang. Untuk mengembangkan
sifat kejinakannya. Dan yang ketiga, adalah yang paling sukar.
Yalah menggunakan otak dari orang gila, atau binatang yang
kalap. Untuk bahan ramuan yang pertama dan kedua, Ngo-tok
Sin-kun telah berhasil mendapatkan. Tetapi untuk bahan
ramuan yang ketiga, ia belum berhasil. Memang tampaknya
mudah, tetapi sesungguhnya sukar sekali untuk
mengumpulkan otak dari orang2 yang gila. Ia harus berkeliling
ke seluruh kota dan desa untuk mencari orang gila.
Ketika ia sedang merenungkan rencana untuk
menyelesaikan pembuatan obat istimewa itu, tiba-tiba ia
mendengar suara desir yang halus, macam angin berhembus.
Belum sempat ia memperhatikan desir angin aneh itu, tiba2
muka dan tubuhnya terlanda oleh benda2 lembut macam
pasir. Seketika ia rasakan tenaganya lunglai. Merasa kalau ada
orang yang mencelakai dirinya, cepat ia menyambar sebuah
botol obat terus diminumnya Tetapi pada saat itu, muncullah
sesosok tubuh berjubah kuning dihadapannya.
"Ngo-tok Sin-kun sudah lama aku mencarimu Ternyata
engkau bersembunyi disini. Ho. hebat benar impianmu.
Engkau menyaru sebagai Kim Thian cong dan mendirikan
partai Thian-tong-kau untuk menguasai seluruh dunia
persilatan," seru pendatang aneh itu.
"Siapa engkau !" seru Ngo-tok Sin Kun.
"Engkau lupa" Heh, heh, "orang itu tertawa mengekeh
seram, "engkau lupa akan peristiwa dikuil Pek-liong-bio
digurun Gumutak yang lampau."
"Peristiwa apa ?" masih Ngo Tok Sin-kun be lum teringat.
"Engkau telah mencuri kitab tentang ilmu racun dari kuil
Pek-liong-bio. Engkau yang makan nangkanya, aku yang kena
getahnya. Guruku marah dan menuduh aku yang mencuri."
"Bukankah hal itu atas petunjukmu ?" kini Ngo Tok Sin kun
mulai teringat. "Hm," dengus Hong Sat koay-ceng, "tapi engkau telah
menghianati perjanjian kita. Engkau membawa lari kitab itu
sedang aku telah dihukum guru.
Ngo-tok Sin-kun pucat, namun masih dapat ia membantah :
"Kitab dari kuil Pek-Iiong-bo di Gumutak itu hanya berisi
tentang racun dari binatang yang hidup di gurun pasir. Lain2
ilmu kepandaianku kuperoleh dan lain sumber."
"Tidak peduli" teriak Hong Sat koayceng, "tetapi pokoknya
engkau berhianat kepadaku dan melarikan sebuah kitab
pusaka dari kuil Pek liong-bio.
"Hm." dengus Ngo-tok Sin-kun "lalu apa yang engkau
kehendaki sekarang ?"
"Jiwamu !" seru Hong-sat koay-ceng.
"O. itu mudah, asal engkau mampu menyambuti ini ... "
serentak dengan kata2 itu, tangan Ngo Tok Sin-kun berayun.
Tampak beberapa benda kecil panjang macam tali. bergeliatan
melayang di udara lalu meluncur ke arah Hong Sat koay-ceng.
Tetapi Hong Sat koay-ceng atau lhama aneh yang memiliki
ilmu pasir kuning, sudah siap. Selekas Ngo-tok Sin-kun
ayunkan tangan, ia segera ia tahu bahwa tokoh lima Bisa (Ngo
Tok) itu tentu melepaskan binatang beracun. Maka iapun
segera menaburkan segenggam pasir kuning.
Disebut pasir kuning karena pasir itu bukan pasir biasa,
melainkan pasir yang berasal dari sebuah guha terpendam
yang secara tak ter-duga2 telah diketemukannya di tengah
gurun pasir. Guha itu berisi pasir yang warnanya kuning.
Setelah di selidiki ternyata guha itu merupakan sarang dari
sejenis binatang yang mirip dengan trenggiling jaman purba.
Tumpukan bangkai trenggiling gurun pasir, be-ratus2 tahun
kemudian hancur lebur menjadi keping2 pasir warna kuning.
Pasir itu selain keras pun mempunyai daya yang aneh. Apabila
menyentuh kuiit, kulit segera berobah kuning dan racun pasir
itu akan segera melumpuhkan tenaga orang.
Ber-tahun2 Hong Sat koay-ceng melatih tangannya
dibenam dalam pasir kuning itu, Setelah kebal lalu ia mulai
meyakinkan ilmu pukulan Pasir Kuning. Jika ia kerahkan
tenaga dalam maka dapatlah ia memancarkan arus tenaga
yang membuat lawan lemas lunglai seperti orang yang
terserang penyakit kuning. Dengan ilmu kepandaian dan
senjata rahasia istimewa itu, Ihama dari kuil Pek-liong-bio
yang semula bernama Panda Ihama, telah disebut orang
sebagai Hong Sat koay-ceng.
Ayunan tangan dari Ngo-tok Sin-kun berisi dari lima ekor
ular kecil berwarna kuning emas. Ular itu mengandung racun
yang luar biasa ganasnya. Tetapi karena ditabur dengan pasir
kuning maka ular emas itupun berhamburan jatuh. Melihat itu
Ngo-tok Sin kun terkejut dan terus hendak melarikan diri
tetapi Hong Sat-koay-ceng cepat dapat mengejarnya.
Dalam pertempuran itu tenyata Hong Sat koay-ceng lebih
unggul. Ia berhasil memukul rubuh Ngo-tok Sin-kun lalu
melemparkan kedalam jurang.
Tiba2 ia mendengar suara orang tertawa panjang : "Ha, ha,
... kata orang, manusia itu membanggakan diri sebagai
mahluk yang tertinggi. Mahluk yang paling pintar dan paling
baik. Tetapi nyatanya, pintarnya untuk memintari orang,
kemanusian untuk melenyapkan manusia. Kalau seriga la
makan kambing kalau harimau menerkam kerbau, itu jelas.
Tetapi tidak ada serigala yang makan serigala, harimau yang
menerkam harimau. Karena mereka adalah sesama jenis
kaumnya. Tidak demikian dengan manusia. Manusia makan
manusia, sahabat menggasak sahabat."
Hong Sat koay-ceng terkejut, teriaknya: "Hai, siapa itu !" Ia
terus memburu ketimur, karena jelas suara itu dari arah timur.
Tetapi hanya angin yang berhembus dari semak gerumbul
yang diperolehnya. "Ha..ha" manusia menganggap diri paling kuasa. Bisa
melahirkan manusia dan berhak membunuh manusia. Tetapi
ingat hukum karma, barang siapa berbuat tentu akan memikul
akibat. Hutang jiwa tentu harus bayar jiwa. Karena manusia
itu hanya dititahkan untuk hidup dan menghidupkan. Tetapi
tak kuasa untuk mencabut jiwa lain manusia. Siapa bilang, di
tempat sepi tiada orang yang tahu perbuatan jahat. Yang
dibunuh tahu, yang membunuhpun tahu. Thian pun tahu. Jadi
jangan menganggap kalau tiada orang yang tahu, ha, ha, ha
.." "Hai, siapa itu ! teriak Hong Sat koay-ceng dengan marah.
Ia terus menyerbu kebarat. Kali ini ia yakin, orang itu tentu
berada di sebelah barat. Tetapi untuk kedua kalinya ia kecele.
Hanya angin yang ditemukan.
"Ha, ha. ha ... bayangan hanya dapat dilihat dari jauh,
jangan didekati, dia akan menghilang. ha, ha, ha ... "
Suara itu makin lama makin jauh dan akhirnya lenyap
ditelan kesunyian malam. Hong Sat koay ceng terkejut, la tak menyangka bahwa di
tempat yang sesunyi itu, terdapat seorang tokoh yang sesakti
itu kepandaiannya. Siapakah dia " Adakah dia tokoh dari
Thian-long kau". Ah. tak mungkin kalau orang Thian-tong-kau
tentu akan membela Ngo-tok Sin kun. Lalu siapakah dia " Dia
mengatakan bayangan?"
"Hai. apakah dia bukan Bu Ing lojin ?" teriak Hong Sat
koay-ceng ketika teringat akan seorang tokoh yang bergelar
Bu Ing atau Tanpa bayangan.
"Ah peduli apa", akhirnya ia menggeram. Seorang lelaki
berabi berbuat harus berani tanggung jawab." Dan Ngo tok
Sin-kun itu memang seorang manusia jahat. Dia mempelajari
ilmu racun untuk menguasai kaum persilatan. Manusia macam
begitu harus dilenyapkan dari dunia !'
Kemudian ia hendak kembali ke markas. Thian-sat-cu yang
selama itu bersembunyi untuk mengikuti gerak gerik Hong Sat
koay-ceng tahu apa yang terjadi semua. Tetapi diam2 iapun
terkejut ketika mendengar gelak tawa dari orang aneh tadi. Ia
sendiri tak melihat suatu apa, hanya mendengar gelak tawa
dan suaranya untuk mengejek Hong Sat koay-ceng. Seperti
Hong Sat koay-ceng. ia sendiri juga bingung memikirkan siapa
orang aneh itu. Thian sat-cu tetap mengikuti gerak gerik Hong Sat koayceng
di markas Thian-tong-kau, ternyata Hong Sat koay-ceng
telah menyediakan rencana yang baru;. Ia mencari seorang
tokoh silat yang tunduk padanya dan didudukkan sebagai
ketua Thian-tong-kau. la suruh Cian-bin-long-kun untuk
menghias orang ilu sehingga menyerupai Kim Thian-cong.
Kemudian Hong Sat koayceng sendiri menjadi pengacara baju
merah untuk memimpin upacara sembahyangan peresmian
Thian-tong-kau. Tetapi manusia boleh merencanakan Tuhan yang
menentukan. Muncullah beberapa tokoh silat yang menentang
upacara itu sampai akhirnya muncul beberapa orang kembar.
Pengacara kembar. Blo'on kembar dan lain2 gangguan.
Blo'on kesatu, ternyata penyamaran dari Cian bin-long-kun.
Hal itu memang diatur oleh Hong Sat koay-ceng untuk
memancing munculnya Blo'on yang aseli. Kemudian memang
muncul Bloon kedua. Bermula diduga Blo'on kedua itu tentulah
Blo'on aseli tetapi diluar dugaan ternyata muncul pula pemuda
gundul yang mengaku Blo"on.
Dan betapa kejutnya ketika Blo'on kedua itu sadar lalu
menggabung pada seorang kakek sinting yang mengaku
bernama Lo Kun. Bermula Hong Sat koay-ceng sendiri heran,
mengapa dia sendiri demikian juga sekalian anakbuah Thiantong-
kau seperti terkena suatu kekuatan gaib yang tak
kelihatan tetapi menyebabkan mereka terpaku diam seperti
patung. Dan mengapa pula tiba2 kekuatan itu hilang sendiri dan
terjadi suatu perobahan lagi. Sekalian anakbuah Thian-tongkau
seperti terbangun dari tidurnya dan Blo'on kedua itupun
segera menyadari diri kalau dirinya bukan Blo'on, lalu
bergabung pada kakek Lo Kun.
Jika Hong-sat koay-ceng tak tahu itu memang tak dapat
dipersalahkan. Karena semua kekuatan gaib yang
mencengkam suasana panggung tak lain dan pancaran ilmu
dari Rajendra Singh yang bersembunyi dalam lingkungan
celah2 batu karang, ilmu itu disebut Sip-hun-kang atau ilmu
Pengikat jiwa sebuah ilmu dari Thian-tiok yang dapat
digunakan untuk menguasai kesadaran pikiran orang,
Mengapa Liok sian-li tiba2 berobah menjadi Blo'on kedua "
Hal itu juga ada ceritanya.
Ketika Liok Sian Ii ditinggal oleh Ceng Sian suthay yang
kembali ke gunung Lo-hu-san untuk menghadiri rapat ketujuh
ketua partai persilatan maka Ceng Sian suthay telah
mengadakan perjanjian dengan Liok Sian Li supaya menunggu
saja dikaki gunung Thay-san. Beberapa ketua partai persilatan
itu tentu akan menuju ke gunung Thay-san untuk memenuhi
undangan Kim Thian-cong ketua Thian-tong kau.
Maka setelah Liok Sian-li gagal untuk mencari jejak Blo'on
yang hilang dikotaraja, terpaksa ia terus berangkat ke Thaysan.
Berhubung tugasnya sebagai kepala cabang Kay-pang di
kotaraja, terpaksa Ong Cun tak dapat mengantar nona itu.
Ketika hampir tiba dikaki gunung Thay-san tiba2 Sian-li
harus mengalami peristiwa yang tak menyenangkan. Dia
bertemu dengan seorang paderi dari Thian-tiok. Ia tak kenal
siapa paderi Thian-tiok itu tetapi tahu2 paderi India itu terus
hendak menangkapnya. Paderi Thian-tiok itu bukan lain adalah Rajendra Singh. Dia
penasaran dan marah karena Hong Ing dapat lolos, ia terus
mencari ke-mana2 Dalam perjalanan, ia mendengar kabar
tentang munculnya seorang Kim Thian-cong di gunung Thaysan.
la heran mengapa Kim Thian-cong yang sudah mati tiba2
bisa hidup lagi di gunung Thay-san. Maka berangkatlah ia ke
gunung untuk menemui Kim Thian-cong.
Tiba di sebuah hutan tak berapa jauh dan kaki gunung
Thay-san ia melihat Liok Sian-li sedang berjalan seorang diri.
Seketika memberingaslah ia. Ia menganggap Liok Sian-li itu
adalah Hong Ing yang melarikan diri itu. Memang umur dan
wajah kedua nona itu hampir sama.
"Hai. budak, hendak lari kemana engkau ?" teriaknya seraya
lari menyerbu. Sudah tentu Liok Sian-li terkejut dan loncat menghindar :
"Hai, paderi. siapa engkau mengapa engkau hendak menyerbu
aku ?" "Gila, engkau jangan berlagak pilon, budak. Hayo, serahkan
dirimu, kalau engkau tak minum pil lagi, dalam sepuluh hari
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jiwamu tentu melayang."
"Ih, aneh" seru Liok Sian-li, "siapa yang minum pil ?"
"Engkau, budak perempuan." teriak paderi Thian-tiok yang
bukan lain adalah Rajendra Singh. la mengira kalau tak minum
pil maka pikiran nona itu jadi sadar dan tak kenal lagi
kepadanya, terus menyerang Liok Sian-li.
Melihat paderi India itu sangat liar dan tak kenal aturan.
Sian-li pun marah. Ia kira paderi itu tentu seorang paderi cabul
yang gemar merusak kehormatan anak gadis. Maka iapun
segera mencabut pedang dan menyerangnya.
Tetapi sambil berloncatan menghindar tak henti2nya mulut
Rajendra Singh berkumat-kamit, matanya memandang mata
Sian li dengan tajam. Aneh, makin lama gerakan pedang Sianli
lambat dan makin lambat sampai pada pedang dilepaskan
dan ia berdiri tegak seperti patung.
"Hm, budak perempuan, bukankah sekarang engkau tunduk
dan taat padaku seru Rajendra Singh.
Sian Ii mengangguk. "Jawab dengan perkataan !", seru Rajendra.
"Ya. aku tunduk" kata Sian-li.
"Engkau mau melakukan semua apa yang kuperintahkan ?"
"Ya, mau." "Baik, sejak saat ini engkau harus meltakukan apa saja
yang kuperintahkan. Tidak boleh membantah mengerti ?"
"Mengerti", sahut Sian-li.
"Sekarang makanlah pil ini," kata Rajendra. Singh seraya
menyerahkan sebutir pil warna hitam sebesar biji jambu.
Sian-li segera menyambuti terus ditelannya.
"Ingat, tiap sepuluh hari, engkau harus makan pil. Kalau
aku lupa, engkau harus minta. Jika tidak makan pada
waktunya, urat pada otakmu akan putus dan engkau tentu
mati atau jadi gila, tahu ?"
"Ya, tahu," sahut Sian-li pula.
"Nah, sekarang lakukan perintahku. Jawablah!
pertanyaanku ini." seru Rajendra, "engkau kenali dengan
pemuda yang bernama Blo'on".
"Kenal " "Engkau masih ingat akan bentuk wajah dan potongan
rambutnya ?" "Masih." "Nah, sekarang, cukurlah rambutmu menurut potongan
rambut si Blo'on itu."
Tanpa banyak bicara, Sian-li menjemput pedang yang jatuh
di tanah lalu memotong rambutnya yang bagus. Kepalanya
hampir gundul, hanya disisakan dua untai kuncir pada sebelah
kanan dan kiri. "Bagus, rambutmu sudah mirip, sekarang tinggal raut
wajahmu. Mari ikut aku" kata Rajemdra seraya ayunkan
langkah. Sian-li mengikutinya.
Ternyata Rajendra menuju kesebuah telaga kecil dan
memerintahkan supaya Sian-li bercemin permukaan air.
"Buatlah wajahmu supaya mirip dengan Blo"on" seru
Rajendra Sigh. Sian-li pun melakukan perintah itu tanpa banyak omong.
Karena Bloon itu sukonya, sudah tentu ia faham sekali akan
raut wajahnya. Tak berapa lama berdandan wajahnya
memang mirip dengan Blo'on.
"Sekarang pakailah pakaian ini" seru Rajendra seraya
melemparkan sebuah buntalan berisi pakaian anak laki.
Tanpa membantah, Sian-Ii pun segera memakainya. Kini
Sian-li bukan lagi seorang gadis yang cantik tetapi menyerupai
Bio"on. Setelah itu baru Rajendra Singh mengajaknya naik ke atas
gunung Thay-san. Tiba di markas Thian-tong kau, Rajendra
melepaskannya supaya masuk sendiri. Sedang ia bersembunyi
di antara celah- batu karang. Disitu ia melancarkan ilmu Sip
hun-kan untuk menguasai dan mengemudikan gerak-gerik dan
ucapan Sian Ii. Rajendra Singh hanya menguasai pikiran Sian-li agar ia
tetap menganggap dirinya sebagai BIo'on. Dalam alam pikiran
sebagai Blo'on,. Sian-li dapat mengingat hubungannya dengan
Ceng-Sian thay dan Hoa Sin serta Hong Hong lojin. Itulah
sebabnya ia perlu turun panggung dulu untuk mencari
mereka. Dan karena ia juga membawa beberapa biji buah
Hay-te-cian lian-som atau buah som dari dasar laut yang
berumur seribu tahun, maka buah itupun segera diberikan
untuk mengobati ketiga ketua partai persilatan yang menderita
luka itu. Kemudian ketika kakek Lo Kun muncul ia masih ingat.
Memang luar biasa juga ilmu Sip hun kang (Pengikat-jiwa) dari
Rajendra Singh itu. Segala ingatan dan pengalaman dari
Bloon, Sian-li ingat dan tahu semua.
Di lain fihak penyamaran Cian-bin-long-kun atau si Wajah
Seribu itupun hebat sekali. Dia benar2 mirip dengan Blo'on.
Memang keahlian dari Cian-bin-long-kun itu adalah dalam soal
menyamar Bahkan dalam kerjasama dengan Gui thaykam
untuk mencuri harta pusaka dalam keraton, pernah Cian-binlong-
kun menyamar sebagai baginda raja dan memerintahkan
penjaga gudang penyimpan harta, supaya benda2 pusaka
keraton dikeluarkan. Itulah sebabnya ia berhasil
mengumpulkan harta pusaka sampai tiga peti dan diam2
disembunyikan dipulau kosong.
Cian-bin-long-kun memuji kecerdikan Gui-thaykam. Agar
pencurian harta pusaka keraton itu jangan sampai
menimbulkan kegemparan, maka Gui thaykam telah membuat
tiruan pada setiap macam benda pusaka. Dengan demikian
gudang itu tetap, berisi dengan harta permata tetapi bukan
asli lagi. Adanya Cian- bin-long kun sampai menyaru jadi Blo'on dan
muncul di atas panggung Thian tong-kau adalah dengan
persetujuan dari gurunya. Hong Sat-koay-ceng yang
menyamar sebagai pengacara baju merah. Tujuan Cian-binlong
kun tak lain hanyalah hendak memancing kemunculan
Blo'on. yang asli. Demikian yang terjadi di atas panggung Thian tong kau
yang saat itu berobah menjadi medan pertempuran hebat.
Serunya pertempuran, tegangnya suasana telah
menyelimpatkan kelalaian orang untuk memperhatikan
tentang lenyapnya seseorang. Orang itu bukan lain adalah
pengacara kedua yang muncul di panggung dan tuduh
menuduh dengan pengacara baju merah tadi.
Kemanakah gerangan lenyapnya orang itu " Tiada
sorangpun yang memperhatikan. Tiada seorangpun yang
mengurus. Yang nyata orang itu telah menyelinap lolos.
Melihat pemuda gundul itu dapat mengalahkan Blo'on
kesatu dan menelanjangi Blo'on kedua yang ternyata
penyamaran dari Liok Sian-li, kakek Lo Kun hendak
menghampiri pemuda gundul. Tetapi dia segera dikepung oleh
barisan bocah. "Setan cilik, mau apa engkau "." teriak Lo Kun.
"Menangkapmu," sahut salah seorang bocah baju kuning.
"Gila, engkau bocah kecil mengapa hendak menangkap
orang tua ?" "Engkau mengacau panggung ini "
"Siapa bilang aku mengacau " Aku hendak mencari cucuku
yang bernama Blo'on. Aku membawa mainan yang hebat
hendak kuberikan padanya"
"Mainan apa ?" tanya bocah itu.
Lo Kun mengeluarkan kumala merah yang berbentuk
seperti naga terbang, serunya: "Mainan begini apa engkau tak
suka ?" "Suka. suka" serentak kawanan bocah baju kuning
berteriak. "Jangan bergembira dulu, bocah." seru Lo Kun, "karena
yang ini sudah menjadi milik cucuku Blo'on. Kalau kalian ingin,
nanti kuambilkan lagi"
"Ya, ambilkan saja." seru seorang bocah.
"Kemana ?" lain bocah bertanya.
"Ke pulau kosong"
"Kakek linglung ! Kakek gila ! Kawan2, mari kita hajar dan
rampas mainan kakek itu," teriak kawanan bocah baju kuning.
Mereka segera menyerbu Lo Kun. Lo Kun terpaksa
melayani. Dalam perkelahian itu mulutnya tak henti2nya
mengomel : "Ah, malu. Mengapa seorang kakek tua harus
berkelahi dengan anak kecil"
"Hai, setan2 kecil, jangan teruskan perkelahian ini" serunya
sesaat kemudian. "Kenapa ?" kawanan bocah baju kuning itu heran.
"Aku malu, seorang kakek harus berkelahi dengan anak
kecil. Panggil saja kakekmu atau nenekmu kemari."
"Engkau tak perlu malu. Kalau engkau mampu
mengalahkan kami berenam, ini tandanya engkau seorang
kakek jempol" "Tidak, umurku jauh lebih tua. layak menjadi kakekmu. Aku
tak mau berkelahi dengan anak2."
"Ho, engkau keberatan soal umur " Berapa umurmu
sekarang ?" seru bocah itu.
"Lebih dari seratus tahun " seru Lo Kun.
"Kami rata2 berumur sepuluh sampai duabelas tahun. Kalau
enam orang jadi lebih kurang baru berumur tujuhpuluh tahun.
Jika begitu, tunggu" bocah itu berpaling kearah kawanan
bocah baju biru, serunya "Hai, kawan2, kemarilah untuk
menjangkepi umur kita !"
Saat itu kawanan bocah baju biru sedang mengepung Liok
Sian-li. Mendengar panggilan bocah baju kuning mereka
tinggalkan Sian-li dan berhamburan mendatangi ketempat
kawanan bocah baju kuning.
Nah, sekarang tambah enam orang Iagi. Jadi semua
berjumlah duabelas. Kalau rata2 kami berumur sepuluh tahun
gunggung kepruk kita sudah berumur seratus duapuluh tahun.
Lebih tua dari engkau. Apakah engkau mau berkelahi dengan
kita sekarang ?" seru bocah baju kuning itu kepada Lo Kun.
"Ya. aku mau ... eh nanti dulu." kakek Lo Kun tiba2
hentikan kata2, "memang kalian lebih tua dalam hal umur,
tetapi jumlah kalian duabelas orang sedang aku hanya
seorang. Adilkah itu ?"
Kembali bocah baju Kuning itu terbungkam tak dapat
menjawab. Memang alasan kakek itu tepat.
"Kita bergabung jadi satu" tiba2 seorang bocah baju biru
berseru. "Betul" sambut kawanan bocah baju kuning "hayo, kita
saling bertumpuk." Seorang bocah baju kuning yang paling tua Umurnya
sepera tegak berdiri. Seorang bocah baju kuning lain segera
loncat duduk pada kedua bahu bocah yang pertama Lalu
bocah yang ketiga duduk dibahu bocah kedua, bocah keempat
pada bahu bocah ketiga, bocah kelima duduk pada bahu
bocah keempat, bocah keenam duduk pada bahu bocah
kelima. Dengan demikian jadilah sebuah tumpukan manusia
tinggi. Melihat itu barisan bocah baju birupun meniru. Mereka
saling duduk di bahu kawannya sehingga menjadi seorang
raksasa tinggi. "Bagus, kalian memang bocah cerdas,"' seru Lo Kun
gembira, "sekarang baru aku mau berkelahi. Demikian dua
raksasa baju kuning dan baju biru segera menyerang kakek Lo
Kun. Kakek itu terkejut ketika keenam bocah itu serempak
melepas pukulan, hebatnya bukan alang kepalang. Kakek Lo
Kun terdampar beberapa langkah ke belakang. Di situ dia
disambut oleh pukulan serempak dari raksasa bocah baju biru.
Ia terdampar balik ke muka.
Untuk sesaat kakek Lo Kun tak berdaya. Ia menjadi
semacam bola yang dipukul kesana dipukul kemari.
Karena tak tahan, kakek itu menjerit keras lalu loncat
menghindar ke belakang. Ah, ternyata raksasa bocah baju
kuning itupun mengikuti berputar ke belakang. Lo Kun
berputar lagi ke kiri, merekapun berputar ke kiri. Tetapi karena
harus berdiri ber-tumpuk2an, gerakan kawanan bocah kuning
itupun agak lamban, demikian pula dengan barisan bocah baju
biru. Lo Kun memang seorang kakek yang linglung tetapi dalam
ilmu berkelahi ternyata ia sering mempunyai pikiran yang baik.
Begitu melihat kelambanan gerak kedua barisan bocah itu,
segera ia mendapat akal. Dan ber-putar2lah ia makin lama
makin cepat untuk mengitari kedua barisan bocah itu.
Tetapi kedua barisan bocah baju kuning dan baju biru itu
juga pintar. Mereka berhenti dan tegak berdiam diri tak mau
mengikuti gerakan si kakek. Yang satu menghadap ke muka
dan yang satu menghadap ke belakang. Dengan demikian Lo
Kun mati kutu juga. "Kakek, minggirlah, biar aku yang menghajar anak2 setan
itu," tiba2 pemuda gundul berseru seraya maju menghampiri
kedua barisan bocah. "Turun !" teriak pemuda gundul memberi perintah. Kedua
barisan bocah itupun berhamburan loncat turun.
"Kalian boleh maju semua mengeroyok aku" seru pemuda
gundul pula. Kawanan bocah baju kuning dan baju biru itu sudah melihat
sendiri bagaimana pengacara baju merah tadi telah dikalahkan
oleh pemuda gundul itu. Maka marekapun tak mau banyak
bicara lagi dan terus berhamburan menyerang pemuda gundul
itu. "Aduh. aduh, aduh ... " terdengar jerit teriakan dari
kawanan bocah baju kuning dan baju biru ketika mereka
terpental ke belakang. Mereka heran. Ketika melancarkan serangan pemuda
gundul itupun menirukan apa saja yang di lakukan kawanan
bocah itu. Duabelas macam gerak serangan dari keduabelas
bocah itu dilakukan dengan serempak oleh pemuda gundul itu.
Seperti terasa suatu tenaga pantulan yang hebat dari
gerakan pemuda gundul itu hingga kedua belas bocah itupun
terpental dan mengaduh. Tetapi rupanya mereka masih penasaran. Cepat mereka
menyerbu lagi dengan serangan yang lebih dahsyat. Tetapi
hasilnyapun bahkan malah membuat mereka menjerit dan
berteriak makin keras. Apa saja, baik gerak maupun tenaga-dalam yang
dipancarkan dari kedua belas bocah itu, seperti mendampar
balik kepada mereka sendiri.
Aneh, aneh, aneh ... demikian mereka berpikir dan berpikir
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanpa mengerti jawabannya.
Dalam pada itu setelah bebas dari gangguan kawanan
bocah, kakek Lo Kun lalu cari perkara. Sebenarnya ia hendak
mencari Sian-li, tetapi ketika dilihatnya saat itu Sian-li sedang
dikepung oleh selusin dara cantik baju merah, segera kakek Lo
Kun ber-lari2 dengan gembira.
"Sian-li, menyingkirkan berikan dara2 ayu itu kepada
kakekmu." serunya seraya terus menyerbu ke tengah mereka.
Saat itu sebenarnya Sian-li sedang kewalahan juga
menghadapi lawan. Ia menghela napas longgar ketika
mendengar Lo Kun hendak membantu. Serentak ia loncat
mundur. Tetapi secepat itupun ia sudah disambut oleh
keduabelas dara baju hijau.
"Hai, dara2 cantik, mengapa kalian hendak berkelahi "
Siapa yang suruh kalian berkelahi" Masakan anak gadis yang
cantik, gemar berkelahi" Celaka, kelak calon suamimu tentu
takut. Keduabelas dara baju merah itu geram2 geli menghadapi
kakek limbung itu. Mereka malu juga ketika diolok oleh kakek
Lo Kun. Diserangnya kakek itu dengan lebih hebat sehingga
berulang kali Lo Kun harus menerima tamparan mereka.
Aneh juga kawanan dara baju merah itu. Menghadapi si
kakek limbung, timbullah selera mereka untuk memperolok2nya.
Mereka tak mau sekaligus menghantam dengan
tenaga keras, melainkan cukup menampar gundul, pipi dan
punggung orang. Bahkan ada seorang dara yang nakal, telah
menarik jenggot putih dari Lo Kun. Lo Kun bukannya marah
kebalikannya malah tertawa gembira.
Sebenarnya jika mau, kakek itu dapat mengeluarkan
seluruh kepandaian dan tenaga untuk menghajar dara2 itu.
Tetapi dasar kakek limbung dan gila paras cantik, dia tak
sampai hati untuk menggunakan kekerasan. Akibatnya, dia
sendiri harus berulang kali menerima tamparan, tabokan,
gaplokan dan selentikan bahkan jenggotnya ditarik dan dicabut2.
Karena merasa nikmat seperti orang dipijati maka Lo
Kunpun tak mau menyudahi pertempuran itu. Dia tertawa dan
gembira sekali. Sebenarnya ia lupa kalau membawa sebuah
senjata yang hebat yalah ular Thiat-bi-coa yang masih melilit
dipinggangnya seperti sabuk.
Setelah habis kepala, muka dan dada dijadikan sasaran,
dara2 itu mulai cari2. Melihat kakek itu memakai sabuk yang
indah, timbullah keinginan mereka untuk mengambilnya, Dua
orang dara tampak ber-bisik2. Tiba2 yang seorang loncat
untuk mencabut rambut alis kakek Lo Kun. Melihat ancaman
itu, Lo Kun terkejut. Tetapi demi melihat tangan dara itu putih
dan halus, kakek itu ter longong2. la merasa bahwa tangan
halus itu menjamah alis tetapi dibiarkannya saja. Baru setelah
tangan si dara menarik rambut alisnya kakek Lo Kun merasa
kesakitan. Namun ia tahan rasa sakit itu sehingga hanya
menyeringai seperti seekor harimau tertawa.
Pada saat si dara mencabut alis kakek Lo-Kun. kawan
sidarapun sudah loncat dan menarik sabuk pinggang kakek
itu. "Aiiihhh ... " tiba2 dara itu menjerit kaget dan menyabitkan
tangannya. "Hiiih ... " terdengar pula dara yang mencabut alis Lo Kun
itu menjerit dan berontak sekuatnya. Dan pada lain kejap,
terdengar pula lain dara menjerit dan berjingkrak-jingkrak tak
keruan seperti orang kemasukan setan.
Apakah yarg terjadi"
Ternyata ketika dara tadi menarik ikat pinggang kakek Lo
Kun, maka ular Thiat bi-coa yang bermula melingkar diam,
karena ditarik dan kaget, terus hendak menyambar muka si
dara. Dara itu terkejut lalu menepiskan. Ular melayang, tepat
jatuh pada lengan dara yang tengah mencabut alis kakek Lo
Kun. Dara itupun menjerit dan menyiakkannya sekuat tenaga.
Ular terlempar melayang ke arah dara lain, dara itu menjerit
dan menyiakkan ke lain kawannya. Dengan demikian bubarlah
kedua belas dara baju merah itu karena ngeri melihat ular.
"Gila mengapa engkau membikin takut dara2 cantik itu?",
teriak Lo Kun seraya menyambar ular Thiat bi-coa lagi. Ia
marah karena ular itu telah membuat kawanan dara cantik
bubar. Tetapi ular Thiat-bi-coa diam saja. Kalau dapat bicara ia
tentu akan membantah. Tetapi sayang dia hanya seekor ular
yang tak dapat bicara. Bahkan karena melihat wajah Lo Kun
merah padam ular itu menganggapnya gembira karena dapat
membubarkan dara2 itu, Maka iapun merayap sepanjang bahu
kakek Lo Kun dan menjilat2 telinganya.
Saat itu pemuda gundul sudah dapat menghajar keduabelas
barisan bocah Thian-tong-kau. Kawanan bocah itu benar2
kewalahan sekali. Apapun gerakan mereka, tentu pemuda
gundul dapat menirukan. Apapun tenaga-dalam yang
dipancarkan, tentu pemuda gundul itu cepat memancarkan
juga. "Setan . , " akhirnya karena kewalahan mereka
menganggap pemuda gundul itu seorang setan dan larilah
mereka ketakutan. Pemuda gundul hendak menolong kakek Lo-Kun tetapi
ternyata barisan gadis yang mengerubuti kakek itu sudah
bubar. Kini hanya tinggal Sian-li yang masih dikeroyok
duabelas dara baju hijau. Pemuda gundul terus ayunkan
langkah hendak menolong tetapi tiba2 kakek Lo Kun sudah
menghadangnya. "Hola, kalau begitu, nyata engkaulah Blo'on yang sejati !"
teriak kakek Lo Kun seraya maju menghampiri.
"Sudahlah, nanti kita bicara lagi. Sekarang kita tolong
pemuda kuncir yang sedang dikeroyok kawanan dara baju
hi|au itu," seru pemuda gundul.
"Ah. engkau salah", seru kakek Blo'on. "dia bukan pemuda
berkuncir tetapi seorang nona. Adik seperguruanmu Liok Sianli.
Gila, masakan engkau lupa ?"
"Masakan kalau Sian li dandanannya seperti seorang
pemuda sinting begitu ?" tanya pemuda gundul.
"Heh, heh, itulah perwujutan rupamu sendiri" Lo Kun
tertawa, "kalau engkau ingin melihat tampang mukamu, ya,
seperti itulah !" "Akan kutanya kepadanya, benarkah dia itu Sian-li." kata
pemuda gundul seraya melangkah.
"Tunggu", teriak kakek Lo Kim pula seraya dorongkan
kedua tangannya kemuka, "aku hendak memberi hadiah
kepadamu sebuah benda mainan yang tak ada keduanya di
dunia" Habis berkata kakek itu terus mengeluarkan batu giok
merah berbentuk seekor naga terbang dan terus diangsurkan
kepada pemuda gundul. Tiba2 terdengar suara orang berteriak meleng king : "Hai.
tunggu dulu" Kakek Lo Kun terkejut dan berpaling, tahu2 seekor kera
loncat menubruk mukanya. Ia memekik kaget dan menyingkir
kesamping tetapi saat itu, tangannya terasa ditusuk benda
tajam. Ia menjerit lagi dan membuka genggamannya .....
"Hi, hi. hi ... " terdengar suara seorang nona tertawa
mengikik seraya memandang sebuah benda yang
dipegangnya, "Oh, sungguh bagus sekali mainan ini."
Lo Kun tahu apa yang terjadi. Di atas panggung itu muncul
pula seorang nona cantik membawa seekor kera hitam dan
seekor burung rajawali. Kera itulah yang hendak menerkam
mukanya dan rajawali itulah yang telah mematuk tangannya
lalu merebut kumala merah dan diberikan kepada sinona.
"Kurang ajar !" teriak Lo Kun, 'itu punya si Blo'on, mengapa
engkau berani merebut ?"
"Eh, kakek, apa engkau masih punya yang lain?" bukan
menjawab tetapi nona itu malah bertanya lagi.
' Punya" sahut Lo Kun tanpa sadar. Ia mengeluarkan
kumala hijau berbentuk burung hong. "inilah pasangannya.
Tetapi ini hendak kuberikan kepada Sian li, jangan engkau
rampas. "Berikan kepadaku" teriak nona itu yang bukan lain adalah
Ui Hong Ing. Setelah berhasil menumpas Rajendra Singh,
nona itu segera mengajak kedua binatang peliharaannya
menuju ke panggung. Melihat ramai2 orang bertempur di atas
panggung, nona itupun terus ayunkan tubuh melayang ke atas
panggung. Tepat pada saat itu ia melihat kakek Lo Kun tengah
menyerahkan kumala merah kepada pemuda gundul. Segera
ia suruh kera hitam dan rajawali untuk merebutnya.
"Mana si Bloon itu?", tiba2 nona itu berseru kepada kakek
Lo Kun. Baru Lo-Kun hendak berpaling kearah pemuda gundul, nona
itu atau Hong Ing sudah loncat ke hadapan Sian-li.
"Ho, ternyata engkau masih hidup, Blo'on !" serunya sambil
memandang Sian-li tajam2.
Sian-li saat itu masih berdandan sebagai seorang pemuda
dan rambutnya sudah terlanjur dipapas habis dan disisakan
dua ikat kuncir, memang sepintas pandang mirip dengan
Bloon. "Ih, siapa engkau !" teriak Sian-li dengan heran.
"Setan, engkau lupa padaku" Hayo, coba pandang aku
sampai engkau ingat siapa aku ini !" seru Hong Ing.
Sian-li ter-longong2 heran. Ia benar2 tak kenal siapa nona
itu. "Bukankah engkau si Blo"on yang tenggelam dalam telaga
dahulu itu ?" tanya Hong Ing yang berusaha untuk
membangkitkan ingatan orang.
Tetapi Sian-li kerutkan dahi makin dalam.
"Siapa yang kecebur dalam telaga " Ih, jangan engkau
bicara sembarangan !" serunya.
"Kurang ajar, engkau tak ingat lagi ... " tiba2 ia hentikan
kata2 karena serentak ia teringat bahwa Blo'on itu memang
agak sinting, tak dapat mengingat peristiwa yang lalu.
"Nona, harap bicara yang jelas, siapakah engkau ini ?" seru
Sian-li. "Aku Walet kuning Ui Hong Ing murid Hoa sanpay. Guruku,
Kam Sian-hong. terbunuh dalam guha dan engkaulah
satu2nya orang yang berada dalam guha itu. Engkau harus
ikut aku, kubawa pulang ke markas Hoa-san-pay untuk diadili.
Sian-li men-decak2 : "Cet, cet, apa yang engkau katakan itu
aku tak mengerti semua. Aku tak pernah ke guha, tak pernah
melihat mayat gurumu mengapa engkau menuduh aku
seenakmu sendiri saja?"
"Blo'on." teriak Hong Ing karena tahu bahwa pemuda itu
memang linglung, "bukankah otakmu masih kosong ?"
"Ih, mengapa bicara tentang otak segala," desuh Sian-li,
"mengapa otakku ?"
"Otakmu kosong maka engkau tak dapat mengingat apa2
lagi. Bukankah aku pernah menganjurkan supaya engkau
mencari otak naga?" "Otak naga ?" Sian-li makin bingung.
"Ya, hanya dengan otak naga barulah otakmu yang hilang
itu akan pulih kembali dan engkau tentu dapat mengingat
semua perkara." "Nona" kata Sian-li dengan nada sungguh2 "aku tak pernah
bertemu engkau, mengapa engkau ngoceh tak keruan ?"
Namun Hong Ing tak marah. Ia bahkan malah tertawa
karena menurut pikirannya, Blo'on itu memang beradat aneh
dan linglurg. Masih dicobanya lagi untuk membangkitkan
ingatan pemuda itu. "Siapa yang memberi nama Blo'on kepadamu" tanyanya.
"Ih, mana aku tahu ?" desis Sian-li,
"Bukankah engkau bernama Blo'on ?"
"Tidak". "Lalu siapa namamu ?"
"Perlu apa engkau tanya namaku ?" balas Sian-li.
"Apa engkau keberatan ?"
"Aku bertanya. apa keperluanmu ?"
"Setelah engkau mengaku bernama Blo'on. engkau akan
kubawa ke gunung Hoa-san untuk menerima peradilan para
cianpwe Hoa-san-pay."
Ya. boleh saja sahut Sian-li tenang2, "kalau aku memang
bersalah". "Engkau harus memberi keterangan mengapa suhu rebah
tak bernyawa dalam guha itu ?"
Sian-li sebenarnya seorang nona yang halus budi. Tetapi
karena terus menerus didesak pertanyaan dan tuduhan yang
tak dimengerti, habis juga kesabarannya.
"Jangan tanya kepadaku " serunya. "Uh, kalau tidak kepada
engkau lalu bertanya kepada siapa?"* seru Hong Ing.
"Pada suhumu itu" Sian-li makin ketus.
"Kurang ajar, engkau berani mempermainkan aku," teriak
Hong Ing. Ia hendak menghantam tetapi tiba2 tak jadi. Ia
bersuit dan memekik : "Hai Halilintar dan Hitam, serang
pemuda sinting ini!"
Tetapi sampai beberapa saat, tak tampak kedua binatang
itu muncul. Aneh. pikirnya. Dan ia berpaling mengeliarkan
pandang ke sekeliling mencari kedua binatang itu.
Hai ... kejutnya bukan kepalang ketika dilihatnya burung
rajawali dan kera hitam hinggap pada bahu pemuda gundul.
Setelah terkejut iapun marah. Cepat ia lari menghampiri ke
hadapan pemuda gundul itu.
"Hai, gundul, mengapa engkau menangkap binatang
pemeliharaanku ?" bentak Hong Ing.
"Huh, siapa yang mencuri binatang ini ?" sahut pemuda
gundul itu tenang2. "Kembalikan burung dan kera itu, lekas !" teriak Hong Ing.
"Boleh" sahut pemuda gundul seraya mendekap kera, dan
melontarkan kearah Hong Ing, lain memegang rajawali dan
dilontarkan juga kepada nona itu.
"Hai, Hitam, Halilintar, kemari !" seru Hong Ing pula. Kera
dan rajawali, segera lari menghampiri. Monyet hitam mencium
kaki Hong Ing lalu lari kembali kepada pemuda gundul. Begitu
pula burung rajawali, setelah sejenak hinggap dibahu Hong
ing, terus terbang kembali kepada pemuda gundul.
Hong Ing penasaran, Ia menghampiri si Hitam terus hendak
disambarnya tetapi kera hitam itu loncat turun. Menyambar
burung rajawali, burung itupun terbang keatas. Karena
berulang kali gagal menangkap, Hong Ing marah dan
kerahkan tenaga-dalam untuk menghantam. Tetapi cepat pula
kera hitam bersembunyi di belakang pemuda gundul sehingga
pemuda gundul itu yang termakan pukulan, duk .....
"Ih ... " Hong Ing menjerit kerena ia seperti ditolak oleh
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tenaga sebesar yang dilancarkannya sehingga harus menyurut
mundur dua langkah. Kedua kali ia melancarkan pukulan, tetap ia menderita hal
yang seaneh itu. Karena malu dan geram, ia segera mencabut
pedang pemberian orangtua rambut putih dalam guha.
Tetapi sebelum melakukan serangan, tiba2 meteka terkejut
karena mendengar teriakan Sian-li. Ternyata nona itu telah
menderita luka parah ketika secara tiba2 seorang pengawal
Baju Putih maju dan menghantamnya. Sian-li berkelit lalu
balas memukul tetapi Pengawal Baju Putih itu menangkis dan
menjeritlah Sian-li. Nona itu terhuyung2 kebelakang mendekap
dadanya. "Hai. anak perempuan mengapa engkau?" kakek Lo Kun
cepat loncat menyanggapi tubuh Sian-li.
Sian-li pejamkan mata, wajahnya pucat lesi la tak menyahut
pertanyaan kakek Lo Kun. melainkan mengambil bungkusan
obat dari bajunya. Ia menelan tiga butir benda sebesar buah
kelengkeng. setelah itu duduk mengambil pernapasan.
"Hai, anak perempuan, aku harus menolongnya dulu. Nanti
kita selesaikan perhitungan lagi seru pemuda gundul seraya
menghampiri Sian-li. Sejenak merenung, ia lalu lekatkan
telapak tangannya ke ubun2 kepala Sian-li.
"Mengapa itu ?" tegur kakek Lo Kun
"Menyembuhkannya" sahut pemuda gundul.
Kakek itu hendak bertanya lagi tetapi tiba2 pemuda gundul
berseru : "Awas, ada orang menyerang dari belakangmu !"
Seorang pengawal Baju Pntih yang bertubuh gemuk, tengah
ayunkan tangan hendak memukul Lo Kun. Karena tak sempat
menghindar, Lo Ku pun balas memukul, plak, duk ... terdengar
sebuah bunyi keras. Lo Kun ber-putar2 tiga lingkaran, pengawal Baju Putihpun
ter-huyung2 sampai tiga langkah. Ternyata Lo Kun telah
memberikan kepalanya untuk menyambut pukulan orang.
Sedang dia pun balas memukul dada.
Pengawal Baju Putih itu tertegun ketika melihat kakek Lo
Kun berdiri tak kurang suatu apa. Ia rasakan pukulannya tadi
telah mengenai gunduk batu yang keras sekali.
Kakek Lo Kun mengibas-kibaskan kepala, lalu merentang
dan deliki mata kearah Pengawal Ba ju putih itu.
"Siapa engkau " teriak Lo Kun dengan marah, "tidak hujan
tidak angin, mengapa engkau menyerang aku ?"
Pengawal Baju Putih itu tak menyahut. Hanya dari sinar
matanya yang berkilat memancar api, jelas dia marah juga.
"Siapa engkau " hentak kakek Lo Kun pula. Namun orang
itu tetap tak menjawab, la bahkan malah maju dan
mengangkat tangan hendak memukul lagi.
Kali ini Lo Kun sudah siap. Begitu menghindar ke samping,
iapun balas memukul. Pertempuran berjalan seru. Ternyata
kakek Lo Kun, walaupun sudah tua renta, tetapi masih
memiliki gerakan yang lincah.
Beberapa saat kemudian, Lo Kun mendapat akal. Setelah
berhasil menyiak kedua tangan orang, tiba2 Lo Kun loncat
menumbukkan kepalanya ke perut orang, duk .....
Orang itu ter huyung2 dan rubuh ke lantai. Cepat ia bangun
lagi. Kali ini ia mencabut pedangnya.
"Ho, engkau mengajak main pedang." teriak Lo Kun,
"bagus, aku sanggup melayani juga."
Kakek itu tak punya senjata. Tetapi ia menarik ular Thiat-bicoa
yang melilit di pinggangnya. Setelah itu berseru
menantang : "Hayo, majulah..."
Pengawal Baju Putih itu tak berkata sepatah pun juga.
Pedang diputar, angin men-deru2 dan berobahlah pedang itu
menjadi segulung sinar putih yang segera menyambar Lo Kun.
"Hebat !" seru Lo Kun seraya memutar ular nya. Ular Thiatbi-
coa memang seekor ular yang sakti. Selain kebal dengan
tabasan senjata tajam pun tahu juga bagaimana harus
menghindari serangan. Segera terlibat suatu pertempuran
yang aneh dan mengagumkan. Sepintas pandang yang
tampak hanya seekor ular warna kelabu tengah bergeliatan
diantara sambaran pedang. Berulang kali tubuh ular itu
tertabas, tetapi tetap tak apa2.
Tiba2 terdengar raung keras dari mulut pengawal Baju Pulih
itu, pedang melenting jatuh dan orangnya menyurut mundur.
Ternyata ular besi berhasil menggigit tangan orang itu
sehingga karena tak tahan sakit, orang itupun lepaskan
pedangnya. Melihat itu kakek Lo Kun tertawa mengekeh dan menarik
pulang ular Thiat-bi-coa. Tetapi tiba2 seorang pengawal Baju
Putih lain, segera maju menyerang kakek Lo Kun.
Lo Kun terpaksa melayani. Namun pengawal Baju Putih
yang ini tidaklah sama dengan yang tadi. Jika pengawal Baju
Putih yang tadi kuat sekali dalam ilmu hantaman dan tenaga
gwakang adalah yang ini terasa sekali kesaktiannya dalam
ilmu lenaga-dalam. Apabila Lo Kun bukan seorang kakek yang
bertubuh keras dan memiliki tenaga-dalam yang hebat, tentu
sejak tadi, dia sudah rubuh.
Tekanan pengawal Baju Putih itu makin lama makin keras
sehingga Lo Kun rasakan sekeliling tubuhnya seperti
dilingkungi oleh suatu sangkar yang makin lama makin
menyempit dan makin menjepit tubuhnya.
Tiba2 terdengar suara raung yang sedahsyat harimau dan
kedua orang itu sama terpelanting jatuh ke belakang.
Pengawal Baju Putih itu terdampar, berjumpalitan beberapa
langkah. Sedang Lo-Kun pun terlempar jatuh ke belakang.
"Eh. mengapa engkau kakek ?" cepat Sian-li lari
menghampiri. Melihat wajah Lo Kun pucat dan napasnya
lemah, tahulah Sian-li kalau kakek itu sedang menderita lukadalam
yang berat. Segera ia mengeluarkan tiga biji pil warna
merah sebesar buah kelengkeng terus dimasukkan ke mulut si
kakek. Dengan pil itulah ia mengobati ketiga ketua persilatan
yalah Hoa Sin,Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin.
Pil itu ternyata buah Hay-te-cian-Iian-som atau buah som
didasar laut yang berumur seribu tahun. Yalah buah som yang
diperolehnya ketika ia bersarna Blo'on tenggelam di sungai
lalu tersesat masuk ke keraton dibawah laut dulu.
"Apakah engkau benar Sian-li ?" tiba2 terdengar pemuda
gundul menghampiri dan menegur.
Sian-li mengangkat muka dan tersenyum : 'Su ko, masakan
engkau lupa kepadaku ?"
"Tetapi mengapa engkau berpakaian seperti seorang
pemuda yang tak genah begitu ?"
Sian-li lepaskan tangannya yang menunjang bahu kakek Lo
Kun. Kakek Lo Kun saat itu sudah dapat duduk sendiri.
Sian-ii berbangkit, memandang lekat2 pada pemuda gundul
: "Ceritanya panjang sekali, suko. Aku telah dicelakai oleh
seorang paderi Thian-tiok, Paden itu hendak mencari engkau".
"Mencari aku" Mengapa?" tanya pemuda gundul.
"Dia tahu kalau engkau putera Kim suhu. Ia pernah
dikalahkan suhu dan hendak menuntut balas. Karena suhu
sudah meninggal maka ia hendak mencari puteranya, engkau,
untuk menerima pembalasannya".
"Setan," teriak pemuda gundul, "dimana dia sekarang ?"
"Aih ... " tiba2 terdengar Hong Ing berteriak kaget, "apa
katamu " Seorang paderi Thian tiok ?"
Sian-li berpaling dan mendapatkan bahwa yang bertanya itu
Hong Ing, nona yang hampir saja bertempur dengan dia. Ia
masih mengkal terhadap nona itu.
"Bukan urusanmu !" sahutnya.
"Ih, engkau memang Blo'on yang gila. Aku bertanya
kepadamu justeru karena akupun dulu pernah ditangkap oleh
paderi Thian tiok itu. Aku ingin mendengar keteranganmu,
apakah paderi itu sama dengan paderi yang dulu mencelakai
diriku itu." Hong Ing menahan sabar.
"Dia minta keterangan, baiklah engkau memberi tahu
kepadanya. Mungkin saja, nanti kalian lebih jelas." pemuda
gundul membujuk Sian-li. "Ya, memang seorang paderi Thian-tiok yang mengenakan
jubah patkwa dan suka duduk membaca mantra.
"Itulah !" teriak Hong Ing. "tak salah, tentulah dia, paderi
yang pernah menangkap aku dulu"
"Dimana dia sekarang ?" pemuda gundul berseru.
"Sudah lari, jadi orang minta2"
"Jadi pengemis ?" Sian li kali ini heran dan balas bertanya,
"jangan berolok2. Aku sudah memberi keterangan yang
sebenarnya, engkau malah hendak bergurau"
"Siapa yang bergurau ?" kata Hong Ing, "memang paderi
Thian-tiok itu sekarang sudah kujadikan seorang pengemis
buta". Sian-li makin merasa kalau Hong Ing memang hendak berolok2,
segera ia membentaknya : "Eng kau memang seorang
gadis yang lancung mulut !" habis berkata ia terus maju
hendak menampar tetapi pemuda gundul cepat mencegahnya.
"Bicara harus hanya pakai mulut, jangan pakai tangan "
katanya. Kemudian ia berpaling ke arah Hong Ing, "engkaupun
harus bicara yang genah jangan menimbulkan kemarahan
orang." "Huh, peduli dia akan marah atau tidak. Itu urusannya.
Tetapi aku memang bicara dengan sebenarnya, sahut Hong
Ing tak puas. "Bagaimana caramu menjadikan paderi Thian tiok itu
pengemis buta ?" tanya pemuda gundul.
"Waktu aku tiba di gunung ini, kulihat seorang paderi
tengah duduk bersembunyi di celah2 batu karang. Ternyata
seorang paderi Thian-tiok dan ternyata paderi yang pernah
menangkap dan menyiksa diriku dulu. Maka aku bersama kera
hitam dan burung rajawali terus melancarkan serangan, eh ...
kemana anjing kuning ?" tiba2 nona itu teringat akan anjing
yang tak ikut muncul. "Anjing " Bulu Kuning ?" teriak pemuda gundul.
"Ya*. 'Itulah si Kuning !"
Hong Ing terkejut : "Engkau tahu akan anjing itu"'
Pemuda gundul tertawa "Bukan cuma tahu tetapi anjing itu
memang milikku." Hong Ing terbelalak : "Milikmu ". Dari mana engkau dapat
memiliki mereka ?" "Aku sendiri juga tak ingat," sahut pemuda gundul, "hanya
tahu2 aku sudah mempunyai tiga ekor binatang, kera, anjing
dan rajawali." "Ngaco" bentak Hong Ing terus hendak menyerang tetapi ia
segera menjerit ketika pengawal Baju Putih telah tiba dan
menghantamnya. Pemuda gundul terkejut. Cepat ia menyambar tangan Hong
Ing dan ditariknya, sedang ia memberikan tubuhnya untuk
menerima pukulan pengawal Baju Putih itu. Pemuda gundul
terpental sampai satu tombak jauhnya tetapi secepat itu ia
sudah meloncat bangun dan menghampiri pengawal Baju
Putih itu. Pengawal Baju Putih itu tertegun. Rupanya ia terkejut
melihat pemuda gundul itu tak kurang suatu apa dan bahkan
maju menghampri. Tetapi anehnya, pengawal Baju Putih itu
tak mengucap sepatah katapun juga. Ia mengangkat kedua
tangannya keatas, Tangan kiri lurus menebar ke muka dada
untuk membuat suatu imbangan dan gerakan tangan kanan
yang mulai diayunkan ke arah pemuda gundul.
Tetapi tiba2 pemuda gundul itupun menirukan gerakannya.
Tangan kiri juga diluruskan ke muka dada dan tangan kanan
diangkat ke atas kepala lalu diayunkan ke muka. Blum .....
Suatu peristiwa aneh terjadi. Pengawal Baju Putih itu
menggerung dan tubuhnya melayang sampai setombak ke
belakang. Sejenak ia berdiam diri seperti memulangkan napas.
Beberapa saat kemudian ia terus lari menghampiri pemuda
gundul dan menyerangnya. Kali ini tidak hanya dengan
pukulan tetapi dengan jurus serangan yang dahsyat. Angin
men-deru2 menimbulkan getaran yang menggoncangkan
panggung. Tetapi pemuda gundul itupun melayani dengan suatu
gerakan yang aneh. Disebut aneh karena ia selalu menirukan
segala gerakan lawan. Ke mana pukulan lawan melayang,
iapun melayangkan tangannya, kemana tubuh lawan
bergerak, iapun ikut bergerak. Seolah dia seperti bayangan
dari pengawal Baju Putih itu. Itupun masih tak mengapa.
Celakanya setiap kali pukulan mereka beradu, pengawal Baju
Putih itu tentu cepat menarik pulang tangannya.
Setelah mencapai limapuluh jurus, tiba2 pengawal Baju
Putih itu meraung dan dengan kalap menerkam. Tetapi lagi2
pemuda gundul itupun menirukan gerakannya. Lawan
menerkam, diapun menerkam sehingga terjadilah terkam
menerkam macam orang gulat. Pengawal Baju Putih berusaha
untuk mencengkeram pinggang lawan lalu hendak
mengangkatnya. Tetapi pemuda gundul itupun berbuat begitu
juga. Kesudahannya tubuh pengawal Baju Putih lah yang
terangkat ke atas. di-putar2 lalu dilontarkan kebawah
panggung. Terdengar suara orang berteriak gemuruh di
bawah panggung tetapi pemuda gundul itu tak menghiraukan.
"Eh, apakah engkau masih akan melanjutkan pertanyaanmu
kepadaku "* tanya pemuda gundul setelah melemparkan
Pengawal Baju Putih. Hong Ing terkejut menyaksikan kesaktian pemuda gundul
itu. la bingung memikirkan ilmu apakah yang dimiliki pemuda
gundul itu. Oleh orang tua berambut putih dalam guha. ia
telah diberi pelaiaran ilmu silat yang aneh. la sudah merasa
aneh karena dengan ilmusilat itu ia dapat berloncatan secepat
gerak bayangan. Tetapi melihat kepandaian pemuda gundul
itu. ia merasa masih kalah aneh.
"Ilmu apakah yang engkau gunakan itu ?" tanya Hong Ing.
"Lho, menanyakan ilmu silat segala" pemuda gundul bersungut2,
"apakah engkau sudah mengakui kalau ketiga
binatang itu memang benar milikku ?"
"Siapa bilang mengakui ?" lengking Hong Ing "aku belum
saja mengurus soal itu tetapi hendak bertanya lebih dulu
tentang kepandaianmu yang aneh tadi."
"Aneh " Apanya yang aneh " Mengapa aku sendiri tak
merasa aneh ?" seru pemuda gundul.
"Bukankah tadi engkau selalu menirukan semua gerakan
orang Baju Putih itu " Hebat benar engkau dapat menirukan
persis semua gerakan tangan, kaki dan tubuh lawanmu tadi.
Ilmu apakah itu ?" "Entah apa namanya, aku sendiri juga takmengerti," keluh
pemuda gundul.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Engkau tak mengerti " Habis darimana engkau mendapat
pelajaran ilmu itu " Siapakah guru mu ?" Hong Ing makin
heran. "Aku tak punya guru " sahut pemuda gundul, "soal ilmu
kepandaian itu, aku sendiri juga tak tahu dari mana. Yang
kuingat, aku mendapat sebuah kitab kecil tetapi tak ada
tulisannya apa2. Sudah tentu aku marah. Tetapi ketika aku
terbenam dalam air sampai beberapa hari, aku sendiri juga
heran mengapa tak mati. Tahu2 aku berada di sebuah hutan
... " "Sudah jangan ngoceh tak keruan !" bentak Hong Ing,
"ringkas saja engkau sebutkan asal dari ilmu kepandaianmu
itu". "Kalau engkau tak mau mendengarkan ceritanya.
bagaimana aku dapat mengatakan darimana sumber
kepandaianku itu?" bantah pemuda gundul dengan uring2an.
Hong Ing terpaksa mengurut dada dan suruh pemuda
gundul itu melanjutkan ceritanya.
"Ketika aku bangun dan memperbaiki pakaianku yang
lusuh, tanganku terasa menyentuh benda kecil, ternyata kitab
yang hendak kubuang itu masih berada dalam kantong
bajuku. Kulemparkan kitab itu ketanah lalu aku hendak
berbangkit. Tetapi celaka, mataku terasa ber-kunang2 dan aku
jatuh Iagi. Aku lalu mengambil obat, untung masih berada
dalam kantong bajuku. Kutelan tiga butir biji merah ... "
"Biji apa itu ?" seru Hong Ing.
"Kakek penunggu keraton didasar laut mengatakan kalau
biji2 merah itu adalah Cian-lian-hay-te-som ...
"Apa " Buah som dari dasar laut yang berumur seribu tahun
"'" teriak Hong Ing terkejut. Bermula ia anggap pemuda
gundul itu sinting otaknya tetapi waktu pemuda gundul itu
dapat menyebut nama Cian-lian-hay-te-som, ia terkejut juga.
"Ya," sahut pemuda gundul, "memang cian-lian-hay-te-som,
hidangan untuk putera mahkota kerajaan Lam Song yang
tinggal di keraton dasar laut."
Mendengar itu kembali timbul penilaian Hong Ing bahwa
pemuda gundul itu hanya mengoceh semaunya sendiri.
"Teruskan ceritamu" bentaknya.
"Tidak lama badanku merasa segar dan kuat lagi tetapi
tiba2 kulihat kitab kecil yang kubuang tadi terbentang di
hadapanku. Dan aneh benar. Kitab yang semula kosong
melompong dan putih bersih, ternyata berobah menjadi hitam
warnanya dan pada tiap lembar dari kitab kecil yang berisi
delapan lembar itu terdapat tulisannya ... "
"Apa bunyinya ?" seru Hong Ing.
"Tiap lembar hanya berisi satu huruf."
"Lalu apa bunyinya ?" ulang Hong Ing.
"Bunyinya ... hai, minggir ! tiba2 pemuda gundul berteriak
dan mendorong tubuh Hong Ing ke samping, sedang ia
sendiripun loncat menghindar.
Ternyata belum ia menjawab pertanyaan Hong Ing. tiba2
seorang pengawal Baju Putih telah loncat dan melepaskan
hantaman. Untung pemuda gundul itu tahu dan cepat dapat
menolong Hong Ing. Ternyata .pengawal Baju Putih yang menyerang itu
bertubuh tinggi kurus, kurus sekali sehingga menyerupai
sebatang bambu yang dikerudungi kain putih.
Seperti kedua Pengawal Baju Putih yang tadi pengawal Baju
Putih kurus itu tak berkata apa2 terus menyerang. Dan ketika
pukulannya luput ia ber-suit2 seperti orang bersiul dan
menjerit. Hong Ing marah melihat pengawal Baju Putih itu. Serentak
nona itu mencabut pedang dan membentak : "Hai, engkau
manusia atau setan " Mengapa engkau tak dapat bicara dan
tahu2 terus menyerang dari belakang !"
Pengawal Baju Putih kurus itu ber-kilat2 memandang Hong
Ing. Tetapi tetap membisu.
"Siapa engkau !" bentak Hong Ing pula.
Namun pengawal Baju Putih tak mau menjawab. Bahkan
mulutnya bercuit lalu maju merangsang dengan kedua
tangannya. Karena tanganmu kurus, kesepuluh jarinyapun
panjang dan runcing, mirip dengan cakar burung garuda.
Tnng ... Hong Ing menyapu dengan pedang tetapi suatu gerakan
yang aneh, pengawal Baju Putih itu menggeliatkan tangan lalu
menampar batang pedang Hong Ing terkejut. Pedang tergetar
dan tangannya terasa sakit, hampir saja pedangnya terlepas
jatuh. Diam2 ia mengagumi tenaga-dalam lawan yang begitu
hebat. Oleh karena termasuk seorang pendekar wanita
angkatan muda, apalagi belum pernah terjun ke dunia
persilatan, maka pengetahuan dan pengalaman Hong, Ing
masih kurang, la heran tetapi tak tahu siapakah pengawal
Baju Putih itu. Dan sebagaimana adat orang muda, ia cepat
naik pitam. "Bagus, mari kita bertempur lagi", serunya seraya berputarputar
tubuh mengelilingi lawan, seraya membolang-balingkan
pedangnya. Seketika tubuh pengawal Baju Putih itu dilingkupi
segulung sinar putih yang kemilau.
Entah bagaimana perobahan airmuka pengawal Baju Putih
tak dapat terlihat karena mukanya terbungkus oleh kain cadar
putih. Tetapi dari sinar matanya jelas ia membelalak terkejut.
Terpaksa ia harus mengikuti gerak perputaran si nona yang
mengeliiingi dirinya. Untuk menjaga diri, iapun menggerakkan
kedua tangannya yang kurus seperti orang me-nari2.
Rupanya pengawal Baju Putih itu hendak melihat
bagaimana sesungguhnya ilmu permainan lawan. Setelah itu
baru ia akan melancarkan serangan balasan. Tetapi sampai
berpuluh jurus, gerakan si nona makin cepat dan makin seru.
Hampir ia tak dapat membedakan berada dimanakah
sesungguhnya diri si nona itu. Karena dalam lingkaran
bayangan yang mengepungnya, serasa tubuh nona itu seperti
terpecah jadi beberapa orang yang tengah bergerak2
mengelilinginya. Akhirnya ia berhenti, diam. Jika terus menerus mengikuti
gerak perputaran lawan, jelas tenaganya tentu habis dam
napasnya ter-engah2. Dan ia membayangkan apabila dirinya
sudah kehabisan napas. tentulah nona itu akan turun tangan
untuk membunuhnya. Tetapi perhitungannyapun melesat. Ketika dia berhenti
tiba2 punggungnya terasa disambar angin dingin. Ia tahu
tentu ujung pedang si nona. Cepat ia berputar untuk
menerkam lawan tetapi nona itu lenyap lagi dan sudah berada
di belakangnya. Pengawal Baju Putih itu marah. Dengan bercuit2 aneh, ia
segera bergerak dengan cepat, sepasang tangannya
menerkam kemuka dan menghantam ke belakang. Pikirnya,
kali itu ia tentu berhasil mengenyah lawan.
Tetapi untuk yang kedua kalinya ia harus menjerit marah
lagi. Terkamannya ke muka hanya menerkam bayangan
kosong, sedang hantamannya kebelakang disambut dengan
papasan pedang. Untung ia cukup waspada dan sakti. Cepat ia
menggenggamkan jarinya sehingga terhindar dari tabasan
Sekalipun begitu kelima jari kukunya yang panjang macam
cakar telah terpapas kutung oleh pedang Hong Ing.
Pengawal Baju Putih bertubuh kurus itu memekik keras. Ia
marah sekali. Tiba2 sepasang tangannya dihamburkan keras
dan bagaikan seekor burung garuda menebarkan sayap.
tubuhnya segera melambung ke udara sampai tiga tombak
tingginya. Berjumpalitan lalu ayunkan tangannya menaburkan
cairan warna hitam kearah Hong Ing.
Hong Ing terkejut, la tak menduga kalau akan ditabur
dengan air hitam. Jika senjata rahasia ia tentu masih dapat
menghindar, tetapi karena taburan air yang dapat memercik
ke-mana2 sukarlah ia menghindari diri. Dalam gugup Hong Ing
memutar pedangnya sederas hujan tetapi seketika itu ia
rasakan tangan dan mukanya seperti terhambur percikan air
panas. Sakit tetapi pada lain kejab hilang lagi.
Hong Ing marah sekali kepada pengawal Baju Putih yang
ganas itu. Dua kali ia menderita serangan. Yang pertama,
diserang dari belakang dan sekarang diserang dengan
hamburan air hitam. "Manusia begini tak layak diberi hidup !" pikirnya seraya
masih memutar pedangnya deras2. Ti ba2 ia melihat tubuh
pengawal Baju Putih itu meluncur turun sambil tertawa seram.
Rupanya pengawal itu percaya bahwa lawannya pasti mati.
Air hitam itu bukan sembarang air tetapi racun yang luar
biasa dahsyatnya. Racun dari sejenis binatang kelabang atau
kaki seribu yang terdapat didaerah gurun pasir. Kelabang itu
gemar makan bangkai binatang atau mayat manusia yang
sudah membusuk di tengah gurun pasir dan karena itu
mengandung sejenis racun yang ganas sekali, percikan air
hitam itu akan cepat menyurutkan tulang, mencairkan daging
dan kulit dan dalam beberapa kejab saja, korban tentu segera
berobah menjadi segumpal cairan hitam.
Dengan memiliki racun yang sedemikian ganas, orang
persilatan menggelari orang itu dengan julukan Racun-pencairmayat
Ki Thian-coat. Sudah belasan tahun orang persilatan tak
mendengar berita tentang tokoh ganas itu. Orang persilatan
mengira kalau tokoh hitam itu tentu sudah mati. Ternyata ia
masih hidup dan menjadi anakbuah dari barisan engawal Baju
Putih partai Thian-tong-kau.
Sebagai seorang angkatan muda dan tak pernah
mengembara keluar, sudah tentu tak kenal siapa Racunpencair-
mayat Ki Thian-coat itu. Bagi Hong Ing. pengawal
Baju Putih yang bertubuh itu seorang manusia ganas dan
harus dilenyapkan. Rupanya setelah menaburkan cairan air hitam Ki Thian-coat
yakin nona itu sebentar lagi pasti akan menjadi cairan air
hitam dan saat itu daya perlawanannya tentu sudah hilang.
Maka dengan santai dan tertawa iblis ia meluncur turun ke
pang gung. Tetapi diluar dugaan se-konyong2 Hong Ing loncat dan
menaburkan pedang pusakanya ke tubuh orang itu. Ki Thiancoat
tak menduga sama sekali sehingga ia tak ber-siap2.
Dalam keadaan dirinya meluncur turun ia tak dapat
menghindar atau melambung keudara. Pedang meluncur lebih
cepat dari tangan Ki Thian-coat yang hendak menyambar..
Namun ia masih sempat untuk menggeliatkan tubuh
kesamping. Memang dengan gerakkan itu selamatlah perutnya
tertembus pedang tetapi samping pinggangnya telah
terserempet ujung pedang. Pedang terus meluncur ke muka.
Tiba2 sesosok tubuh loncat menyambar pedang itu.
Hong Ing terkejut karena lontaran pedangnya tak berhasil
mengenai tubuh lawan dengan tepat, la cepat bersiap untuk
menghadapi lawan yang sudah menginjak lantai panggung.
Tetapi sebelum ia bergerak hendak menyerang Suatu
peristiwa aneh telah teijadi. Pengawal Baju Putih. Ki Thian
coat mengaum ngeri dan terus ngelumpruk rubuh di lantai.
Makin lama tubuhnya, makin menyurut kecil dan kecil. Pada
lain kejab hilang lah tubuh pengawal Baju Putih itu. Yang
tampak hanya seperangkat pakaian seragam jubah warna
putih dan cadar muka warna putih, ngelumpruk diatas
kubangan cairan hitam. "Hai, tubuhnya telah menjadi cairan hitam" Hong Ing
menjerit ngeri karena teringat bahwa dirinya seharusnya juga
akan berobah begitu. Ia ngeri tetapi serentak heran. Mengapa
ia masih hidup" Pada hal jelas muka dan tangannya terasa
panas karena didera oleh percikan cairan hitam yang
ditaburkan Ki Thian coat.
Memang benarlah kalau ia merasa heran karena hal itu
terjadi diluar pengetahuan dan kesadarannya. Kumala merah
berbentuk seekor naga terbang merupakan kumala mustika
yang jarang terdapat di dunia. Merupakan peninggalan dari
Han Bu Te, kaisar pendiri ahala Han yang menurut dongeng;
diterimanya dari seorang dewa. Khasiatnya dapat menyirnakan
dan menolak segala macam racun yang bagaimanapun
ganasnya. Pasangan dari kumala merah muda itu adalah kumala
warna hijau yang berbentuk sebagai burung Hong
(cendrawasih). Tetapi khasiatnya berlawanan. Jika kumala
merah berkhasiat melenyapkan racun, adalah kumala hijau itu
justru dapat memancarkan daya racun yang hebat.
Karena Hong Ing merebut kumala merah dari tangan Lo
Kun yang sedianya akan diberikan ke pada Blo'on asli, maka
tanpa sengaja dia telah selamat dari malapetaka yang hebat.
Cairan racun hitam yang ditaburkan Ki Thian-coat itu musnah
daya keganasannya. Jangankan Hong Ing, bahkan kakek Lo
Kun sendiri juga tak tahu kalau kumala merah itu mempunyai
daya kesaktian yang sedemikian hebatnya.
Demikian keakhiran dari seorang tokoh yang dalam
perjalanan hidupnya selalu membunuh orang secara keji,
akhirnya harus menemui kematian secara mengenaskan. Ki
Thian-coat, tak mengira kulau bakal mati di tangan seorang
dara yang tak dikenal. "Bagus, engkau telah membunuh seorang tokoh jahat,"
seru pemuda gundul memuji.
"Tidak." bantah Hong Ing, "aku tak merasa membunuhnya.
Pedangku jelas tak mengenai sasarannya"
"Goblok" lengking Sian-li." pedang memang tak mengenai
tepat tetapi telah menyerempet pinggang bajunya. Tentulah
dalam baju dia menyimpan racun itu dan racun pecah
melumuri tubuhnya karena terserempet pedang."
Hong Ing agak merah mukanya. Ia hendak membantah
tetapi pemuda gundul cepat berkata : "Eh, engkau masih ingin
mendengar ceritaku tentang kitab pusaka itu atau tidak ?"
Hong Ing tertegun. Dalam panggung yang penuh dengan
anakbuah Thian-tong kau terutama barisan pengawal Baju
Putih yang berjumlah duapuluh orang dan pengawal Baju
Merah yang juga berjumlah duapuluh orang, mengapa
pemuda gundul itu begitu santai" Menilik dua orang Pengawal
yang telah dirubuhkan tadi memiliki kepandaian yang begitu
hebat, apakah kawanan keempatpuluh Pengawal Baju Putih
dan Merah itu bukan terdiri dari tokoh2 yang sakti semua "
"Ingin, tetapi ... "
"Baik, aku akan melanjutkan lagi," cepat pemuda gundul itu
menukas kata2 Hong Ing, "itu waktu aku merasa heran
mengapa duabelas halaman dari kitab kecil yang semula
kosong melompong, tiba2 berisi huruf. Tiap lembar satu huruf
dan bunyinyu aneh".
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aneh bagaimana ?" akhirnya Hong Ing tertawa juga.
"Kedua belas huruf itu berbunyi begini :
ln Kok Seng Keng Yu seng Wu, Wu seng Yu bakar minum. aneh sekali bukan ?" tanya pemuda gundul
"Ya, aneh" kata Hong Ing, apa engkau juga meminumnya
?" "Nanti dulu" kata pemuda gundul aku tak tahu apa artinya
huruf2 itu. Tahukah engkau"'
Hong Ing mengulang sekali lalu berkata: "Kalau tak salah
artinya kira2 begini: ln kok seng keng artinya Kitab-dewasebab
dan akibat. Yu seng wu artinya : Ada melahirkan Tiada.
Wu seng Yu artinya : Tiada melahirkan Ada. Bakar minum
artinya disuruh membakar kitab itu dan minum airnya. Maka
kutanya, apakah engkau meminumnya"
"Siapa sudi menurut bunyi kitab itu " Masakan orang
disuruh minum abu kertas," sungut pemuda gundul.
"Lalu bagaimana kelanjutan ceritamu?" tanya Hong Ing.
"Sebenarnya tak kuacuhkan kitab itu. Tetapi ketika hendak
pergi, tiba2 kusambar juga kitab itu dan kumasukkan dalam
kantong." "Engkau memang aneh," kata Hong Ing, "kalau tidak suka,
buat apa engkau mengantonginya?"
"Pikirku, kitab itu pemberian dari paderi penunggu Kuil
Kuning di istana. Tentu ada maksudnya dia memberi kitab
seaneh itu." "Salah," bantah Hong Ing, "kalau dia tahu, tak mungkin dia
memberikan kitab itu kepadamu".
Pemuda gundul terbelalak.
O^^odwo^^O Jilid 36. Pemuda gundu! itu terbeliak, serunya : "Masakan dia tak
tahu isi kitab itu ?"
Hong Ing geleng2 kepala : "Ya. memang dia tak tahu.
Bukankah engkau mengatakan bahwa kitab itu hanya
lembaran kertas kosong belaka" Dia tentu mengira begitu dan
andaikata dia menduga lembaran kosong itu tentu berisi apa2
tetapi ia tak tahu bagaimana cara untuk mengetahui apa yang
termaktub pada lembaran kertas kosong itu. Bukankah setelah
engkau terbenam dalam air selama beberapa hari baru kertas2
kosong itu timbul hurufnya " Dari situ aku berani mengatakan
paderi itu tentu tak tahu dan mengira kitab itu hanya sebuah
kitab Bu ji-keng atau kitab kosong tanpa tulisan."
"Tidak mungkin," bantah pemuda gundul.
"Bagaimana tidak mungkin 7" Hong Ing terbelalak.
"Dia seorang paderi sakti,,masakan dia tak pernah mencoba
untuk merendam kitab itu dalam air. Kemungkinan besar dia
tentu sudah mengadakan beberapa macam percobaan untuk
mendapatkan rahasia kitab itu. Tetapi gagal".
Hong ing tertegun. Memang ucapan pemuda gundu! itu
benar. Tak heran mengapa pemuda gundul itu dapat
menemukan rahasia kitab itu" Adakah dia memang berjodoh
dengan kitab itu ataukah memang mempunyai rejeki yang
besar" Jika Hong Ing tak tahu, memang dapat dimengerti. Bahkan
pemuda gundul itu atau yang sesungguhnya Blo"on aseli pun
tak mengerti sendiri bahwa karena ia membawa beberapa
benda mustika antara lain buah cian-lian hay-te-som atau
buah som berumur seribu tahun dari dasar laut dan kotoran
kelelawar raksasa dalam terowongan didasar laut, maka
timbullah suatu khasiat yang tak ter-duga2 sehingga kertas2
kosong pada kitab itu dapat timbul hurufnya. Tanpa disertai
dengan benda-pusaka itu tak mungkin lembaran kertas kosong
itu akan memantulkan huruf walaupun direndam sampai
beberapa bulan. "Bagaimana kelanjutannya " " akhirnya Hong Ing bertanya
"Apanya?", Blo"on balas bertanja.
"Soal kitab itu" kata Hong Ing, "apakah engkau membakar
dan meminumnya ?" "Siapa sudi minum abu kertas"'* teriak Blo'on
"Lalu dimana engkau simpan kitab itu ?"
"Dalam perut." Hong Ing terbeliak "Dalam perut " Engkau telan kitab itu ?"
Hong In deliki mata: "Eh, jangan omong seenakmu sendiri.
Masakan orang mau menelan kitab".
"Habis", Hong Ing kerutkan dahi. "mengapa berada dalam
perutmu ,?" "Sudah jadi abu dan terminum ....."
Baru Blo'on berkata sampai disitu, seorang pengawai Baju
Pulih yang bertubuh gemuk kekar, berjalan menghampiri dan
terus menerkam Blo'on. Blo'on terkejut. Sebelum ia sempat
berbuat sesuatu tiba2 Sian-Ii sudah mencabut pedang dan
menerjang pengawas Baju Putih itu.
Dari jumlah duapuluh orang, sudah ada tiga empat orang
Pengawal Baju Putih yang rubuh. Kini maju pula seorang.
Rupanya pengawal Baju Putih itu gentar juga melihat sinar
pedang yang dimainkar Sian-Li. Pedang Sian-Li itu tak lain
adalah pedang Pek-liong-kiam atau Naga-putih pemberian dari
kakek penjaga istana di bawah laut yang lalu. Menurut cerita
kakek itu, pedang Pek-liong kiam milik peninggalan dari Tio
Kong Ing pendiri kerajaan Beng. Tajamnva bukan buatan,
mempunyai pasangan pedang Hek hong-kiam atau Nagahitam.
Tetapi pedang itu masih belum diketemukan.
Anehnya ketika disambar oleh pedang Pek liong-kiam,
tubuh Pengawal Putih yang bermula gemuk mendadak
kempes. Ternyata pengawal itu menggunakan ilmu tenagadalam
sakti yang membuat tubuhnya menggelembung besar.
Ilmu tenaga-dalam yanq dimilikinya disebut Ha-rna-kang atau
tenaga dalam Katak. Persiapan dengan menggelembungkan
tubuh itu biasanya tentu segera disusul dengan gemboran
mulut yang keras. Dan pengawal Baju Putih telah melatih ilmu
Ha~ma-kang sedemikian rupa, sehingga gemboran mulutnya
akan menyemburkan hawa beracun yang melumpuhkan
musuh. Barang siapa terkena semburan mulutnya tentu akan
terasa seperti terbakar. Tetapi sebelum ia sempat menyemburkan hawa beracun.
Sian-Li secara tak ter-duga2 telah menyerang dengan pedang
Pek-liong-kiam. Sedemikian perbawa pedang Pek-liong-kiam
itu hingga lenyaplah persiapan2 dari pengawal Baju Putih itu.
Dia marah sekali. Kali ini badannya tampak
menggelembung makin besar sehingga hampir satu setengah
kali dari tubuh aselinya. Dan ketika Sian-Li menyerang dengan
Pek-liong-kiam lagi, tiba2 pengawal Baju Putih itu
menggembor keras. Terkejut sekali sekalian orang mendengar sua ta gemboran
itu. Nadanya mirip dengan katak mendengkung kertas dan
seram. Sian-Li sendiri juga kaget sehingga terhenti. Lebih
terkejut pula ketika ia melihat segumpal asap merah meluncur
dari mulut orang itu dan melanda kepada dirinya.
Jarak sedemikian dekat sehingga tak mungkin ia dapat
menghindar, Dalam gugup, ia putar pedang Pek- liong-kiam
dengan gencar. Sebagian besar kabut merah itu memang
dapat dilenyapkan tetapi sebagaian tetap dapat menghampiri
tubuhnya. Sian-Li merasakan dadanya panas tetapi hanya seketika
saja dan pada lain saat dengan gemas ia terus loncat menusuk
orang itu. Bukan kepalang kejut pengawal Baju Putih ketika menerima
serangan nona itu. Mengapa nona itu tak kurang suatu apa "
Pada hal jelas racun yang disemburkan itu tak pernah gagal
untuk merubuhkan setiap lawan. Ia sudah melatih ilmu Hama-
kang dengan tekun sampai berpuluh-puluh tahun.
Belasan tahun berselang didunia persilatan wilayah Sujwan
telah muncul seorang tokoh silat yang menggegerkan dunia
persilatan. Tokoh itu bernama Ha Bong Ki, termasyhur dengan
tenaga-dalam ilmu Ha-ma-kang yang istimewa. Entah sudah
berupa banyak tokoh2 silat yang rubuh karena disembur oleh
hawa beracun dari ilmu Hama-kang itu.
Setelah mencapai tataran tinggi dalan Ha ma-kang, Ha
Bong Kim masih mematangkan lagi dengan melatih semburan
yang dapat mengeluarkan hawa panas dan beracun.
"Kungngng ?"?".," terdengar Ha Bong Kim
mendengkung keras dan tahu2 tubuhnya melambung ke
udara, melampaui kepala Sian-Li dan melayang turun di
belakangnya. Tetapi alangkah kejutnya ketika masih melayang
diudara, sekonyong-konyong kepalanya disambar oleh seekor
burung rajawali. Pengawal Baju Putih itu gugup sekali. Cepat ia berusaha
menampar burung yang mencengkeram kepalanya. Tetapi
pada saat kedua tangannya menampar keatas, Sian-Li-pun
loncat menusuk dadanya. Setelah makan buah cian-lian-hay-te-som ilmu meringankan
tubuh yang dimiliki Sian-Li, bukan olah2 hebatnya. Sudah
tentu pengawal Baju Putih itu gugup sekali dan tanpa banyak
pikir turunkan tangan dan menyembur hawa beracun. Tetapi
pada saat itu juga ia menjerit dan menukik jatuh kebawah.
Ternyata pada saat pengawal Baju Putih itu menyembur
hawa beracun, burung rajawalipun memperkeras
cengkeramannya ke kepala orang itu. Kuku2 yang tajam dari
burung rajawali telah masuk ke kulit kepala dan serempak
dengan itu, burung rajawali pun masih mematuk hidung
orang. Tak ampun lagi orang itu rubuh di lantai dengan kepala
berlumuran darah dan hidung hancur.
Tiba2 Hong Ing maju dan mengirim sebuah tendangan,
prak .... seketika hancurlah kepala pengawal Baju Putih itu,
nyawanya melayang. "Engkau kejam !," teriak Sian-Li.
"Engkau lebih kejam!" balas Hong Ing.
"Aku" Sudah tentu aku terpaksa bertindak menyerangnya
karena dia hendak menyerang suko sahut Sian-Li,
"Aku bertindak begitu karena hendak menolong orang itu,"
balas Hong Ing. Sejak bertemu memang kedua nona itu bersikap tak akur.
Melihat mereka bertengkar. Blo"on segera melerai: "Ai,
mengapa kalian ribut2?"
"Dia menuduh aku kejam pada hal dia sendiri yang kejam,"
Hong Ing memberi keterangan.
"Ya. memang engkau kejam,," sahut Sian-Li, masakan
orang yang sudah meregang nyawanya engkau tendang
sampai hancur kepalanya."
"Uh, jika aku tak berbuat begitu, dia tentu menderita
kesakitan hebat. Dia sudah tiada harapan hidup lagi mengapa
tak lekas dikirim ke akhirat daripada harus menderita terlalu
lama. Apakah aku kejam " kata Hong lng.
Blo'on mengangguk : "Ya, engkau benar."
"Aku pun tidak kejam karena dia hendak membunuh
engkau, suko, maka akupun menyerangnya. Dia menyembur
hawa beracun, untung aku tak kena apa2. Kalau aku tak
membunuhnya dia tentu membunuhku. Kejamkah aku ini,
suko?" '"Tidak sumoay" kata Blo'on, "menghadapi musuh terutama
orang jahat, memang hanya ada satu pilihan. Membunuh atau
dibunuh. Engkau tidak kejam dan nona itupun tidak kejam
karena hendak menolong penderitaan orang itu. Nah, puaskah
kalian ?" "Belum." sahut Hong Ing.
Blo"on terbeliak, Sian-Li pun terkesiap. Hong Ing
melanjutkan: "Aku masih belum puas karena engkau belum
memberi keterangan yang lengkap tentang kitab Bu-ji-keng
itu." Blo"on tertawa : "Sudah tentu akan memberi keterangan.
Dari kotaraja aku tak mau kembali ke markas besar Kay pang
tetapi aku langsung menuju ke gunung Thay san....."
"O, makanya sampai beberapa lama kita menunggu dan
mencarimu diseluruh peloksok kota-raja, engkau tetap tak
ketemu." Sian-Li menggerutu.
"Tiba disebuah kota, karena letih berjalan aku berhenti
dipingir jalan. Entah bagaimana aku tertidur. Kurang ajar
sekali tukang copet itu," tiba2 Blo'on memaki, "waktu aku
tidur, seorang tukang copet datang dan menggerayangi
bajuku. Ternyata dia tak menemukan uang melainkan kitab
itu. Dia gemas dan karena melihat aku masih tidur
mendengkur, dia sengaja hendak mempermainkan aku supaya
bangun kemudian baru aku akan dipaksa untuk menyerahkan
bekalku yang berharga".
Blo'on berhenti sebentar lalu melanjutkan : "Karena marah
kitab itu dibakarnya dan kalian tahu apa yang dilakukannya ?"
Baik Hong Ing maupun Sian-Li hanya gelengkan kepala.
"Abu dari kitab itu terus dimasukkan ke dalam air dan
dituangkan kedalam mulutku. Sudah tentu aku gelagapan
sekali ?" Mendengar sampai disitu kedua nona itu tertawa mengikik.
Juga kakek Lo Kun yang sudah berbangkit ikut tertawa
mengekeh. "Tetapi pencopet itu terkejut sekali ketika, lihat aku tertawa
gembira ... " "Engkau tertawa ?" teriak Sian-Li.
"Ya, karena rasanya abu kitab itu enak sekali, manis2
harum. Pencopet itu sebenarnya seorang pengemis
gelandangan. Karena melihat aku tertawa dia bertanya dan
setelah mendapat keteranganku ia melongo. Aku menyambar
kantong air bekalnya dan terus kuteguk, ternyata isinya arak.
Karena tak biasa minum, aku merasa pusing dan mabuk.
Kutempeleng pengemis itu hinggai pingsan. Aku terkejut.
Sebenarnya aku hanya ingin menaboknya tetapi entah
bagaimana ia begitu terkena jariku, dia terus menjerit pingsan
seketika. "Beberapa penduduk yang mengetahui kejadian itu segera
ber-bondong2 datang dengan membawa senjata dan pentung.
Karena dianggap telah menganiaya seorang pengemis, mereka
marah dan terus menghajar diriku ... "
"Ai, celaka", seru Sian-Li, "lalu suko terpaksa menghajar
mereka, bukan ?" "Tidak," Blo"on gelengkan kepala, "setelah minum abu kitab,
badanku terasa lemas sekali, tenagaku hilang. Aku hanya
dapat menjerit dan mengaduh saja ketika digebuki oleh
beberapa penduduk itu. Dan akhirnya aku tak ingat apa2 lagi,
aku pingsan."
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lalu bagaimana " Apakah engkau terus pingsan sampai
beberapa hari "'' rupanya kakek Lo Kun juga terlarik
mendengar cerita Blo'on. "Ya, rupanya mereka ketakutan karena mengira aku sudah
mati," kata Blo'on, "lalu mereka ramai2 mengubur aku
kesebuah lembah. Aku ditanam dalam sebuah lubang"
"Celaka !" teriak kakek Lo Kun. "kalau gitu engkau sudah
pernah mati ?" "'Mungkin juga," sahut Blo"on. "tetapi ketika aku membuka
mata, aku berhadapan dengan seorang lelaki tua. Dia
mengatakan bahwa aku sungguh beruntung karena dikubur
dalam sebuah lubang yang kebetulan di bawahnya terdapat
binatang peliharaannya."
"Binatang apa?" seru Sian-Li.
"Orang itu mengaku bernama Hoa Liong, keturunan dari
Hoa To seorang tabib yang sakti pada jaman Sam Kok. Hoa
Liong mengatakan bahwa dia juga menuntut penghidupan
sebagai seorang tabib. Pada suatu hari ketika mengembara
kepuncak Himalaya ia telah menemukan katak-salju yang
mengandung khasiat untuk menyembuhkan orang mati. Tetapi
sukar untuk membawa katak itu pula ke Tiong-goan. Hawa
yang tidak cocok tentu membuat katak itu mati. Akhirnya ia
mendapat pikiran. la membawa beberapa ekor katak-salju itu
pulang lalu membuatkan sebuah liang di bawah tanah. Kataksalju
itu diberi tempat dalam sebuah wadah yang diisi dengan
salju lalu ditanam dalam lubang tanah itu. Dengan demikian
salju tak lekas lumer dan katak itupun dapat hidup."
"Pintar sekali," seru kakek Lo Kun. "mana dia sekarang?"
Blo"on tak mau menjawab melainkan melanjutkan ceritanya
. "Dia mengatakan kepadaku " sebelum dia mejanjutkan
kata2nya, seorang pengawal Baju putih loncat maju
kehadapan Blo"on. Dalam jarak hanya satu meter, pengawal
Baju Putih terus mengirim sebuah tendangan.
Sudah tentu Blo'on terkejut dan menghindar tetapi
pengawal Baju Putih itu mengirim pula kaki kiri kemudian kaki
kanan, kaki kiri lagi. "Lian hoan tui !"' teriak Sian-Li terkejut.
Lian-hoan-tui atau ilmu Tendangan-berantai adalah ilmu
tendangan yang susul menyusul seperti kilat menyambar.
Sebenarnya Sian-Li sudah pernah menyaksikan ilmu
tendangan tersebut. Tetapi yang dimainkan oleh pengawai
Baja Putih itu memang mengejutkan sekali. Hampir kedua kaki
orang itu seperti tak menginjak tanah dan derasnya seperti
kilat menyambar. Tak memberi kesempatan orang untuk
berhenti menghindar. Plak ".. terdengar suara tubuh termakan kaki, disusul
dengan tubuh Bio"on yang mencelat ke udara. Sebuah
tendangan dari pengawal Baju Putih itu dengan tepat telah
mengenai pantat Blo'on. Sian-Li dan kakek Lo Kun terkejut. Tetapi sebelum mereka
sempat bertindak, dilihatnya Blo'on berjumpalitan di udara lalu
melayang turun. Pengawal Baju Putih itu cepat memburu dan
lepaskan tendangan lagi tetapi saat itu Blo'onpun juga balas
menendang. Lebih kurang duapuluh tahun yang lalu dunia persilatan,
digemparkan dengan munculnya seorang jago silat yang mahir
dalam ilmu tendangan. Bukan saja ilmu tendangannya itu
aneh, pun dahsyatnya bukan kepalang. Setiap lawan yang
terkena tentu remuk tulangnya. Kakinya sekeras besi, jarang
yang mampu melawannya. Dia bernama Sin-song kak atau
Sepasang-kaki sakti Tek Kiu Siang. Tetapi sudah beberapa
tahun lamanya tokoh itu tak terdengar beritanya lagi. Tahu2
sekarang muncul di pangung Thian-tong-kau sebagai salah
seorang pengawal. Suatu pertempuran aneh telah terjadi diatas panggung itu.
Blo'on dan Tek Kui Siang saling beradu tendangan. Dan
anehnya gerakan keduanya sama. Tek Kiu Siang menendang
dengan kaki kanan. Kalau Tek Kiu Siang dengan kaki kiri,
Blo'on pun juga dengan kaki kiri. Gerakan dan gaja
tendangannya sama. Seolah Blo'on itu hanya merupakan
refleksi atau pantulan dan semua gerak yang dilakukan Tek
Kiu Siang. Berulang kali terdengar suara tulang kaki beradu. Cepatnya
juga sama sehingga tak jarang apabila tendangan itu
mengenai pantat, maka keduanyapun sama2 meringis.
"Hai, goblok, jangan menirukan lagu orang saja!", teriak
Hong Ing yang memperhatikan gerakan Blo'on, pakai gaya
sendiri untuk menjatuhkannya."
"Siapa yang menirukan?" balas Blo'on.
"Engkau !", bentak Hong Ing yang mengkal
"Apa iya.?" seru Blo'on "tetapi aku tak sengaja. Entah
bagaimana kakinya selalu bergerak menurut gerakannya!"
Bermula Hong Ing menggerem dan hendak mendampratnya
tetapi pada lain saat ia teringat akan penuturan Blo'on tentang
kitab Bu ji-ket. Adakah demikian khasiat dari abu kitab yang
telah diminumnya itu" Pikirnya.
Beberapa saat kemudian, karena masih saja dilihatnyva
Blo"on bergaya begitu, tiba2 timbullah pikiran Hong Ing. Tanpa
bilang apa2, ia terus menghantam Blo"on. Sudah tentu Blo'on
terkejut dan sebagai refleks, ia pun ayunkan tangannya
menghantam. Hong Ing sengaja memilih tempat yang agak di belakang
pengawal Baju Putih. Karena itu pukulan Blo'on pun mengarah
kepada si pengawal itu, duk?"" seketika pengawal Baju Putih
itu mencelat. Melihat itu kakek Lo-Kun terus menginjaknya
tetapi pengawal itu ternyata memang lihay. Baru kaki si kakek
diangkat, ia sudah mengirim pula tendangan sambil masih
telentang di lantai. Prak.... kakek Lo Kun terhuyung-huyung
karena betisnya termakan tendangan.
Blo"on geram sekali. Cepat ia maju dan menerkam kaki
orang itu, diangkat naik lalu dilontarkan kebawah panggung
...... Kecepatan gerak dari Blo'on itu benar2 mengejutkan sekali.
Andaikata dari tadi dia mau bergerak begitu, tentulah orang
itu sudah rubuh. Tetapi dia sendiri mengatakan bahwa karena
melihat tendangan lawan, tanpa disadari kakinyapun segera
ikut menendang. Adalah karena marah, baru timbul kesadaran
pikirannya dan menerkam kaki lawan.
"Hai, mengapa engkau membantu musuh !" tegur Blo"on
setelah menyelesaikan lawannya.
Hong Ing deliki mata: "Siapa membantu musuh. Kalau tak
dipukul, engkau tentu tak bergerak memukul. Cara tendang
menendang seperti yang engkau lakukan tadi, kapan bisa
selesai ?" "Jadi engkau memang sengaja hendak memancing supaya
aku bergerak memukul ?" seru Blo"on.
"Apa lagi kalau tidak begitu, "kata Hong Ing "eh, engkau ini
memang aneh, kadang seperti orang waras, kadang masih
seperti dulu." "Dulu yang mana ?" tanya Blo'on.
"Ketika pertama kali kuketemukan engkau berada dalam
guha dan suhuku menggeletak tak bernyawa. Engkau benar2
seorang pemuda totol saat itu."
"Apakah engkau anggap aku sekarang sudah waras ?" balas
Blo"on. "Ya, kadang2 waras kadang2 masih linglung."
"Sekarang aku mau melanjutkan bercerita lagi," tiba2 Blo'on
berkata, "orang tua yang mengaku bernama tabib Hoa Liong
itu mengatakan bahwa, secara kebetulan, sekali aku dikubur
dalam liang yang dibawahnya terdapat peti tempat simpanan
katak salju. Hawa dingin dari katak-salju itu telah
mengawetkan tubuhmu dari pembusukan. Tetapi aneh juga,
mengapa nyawamu masih " Dia lantas bertanya kepadaku
sudah berapa lama aku dikubur. Aku menjawab tak ingat.
Malam itu aku pingsan karena digebuki penduduk. Dia
bertanya apakah aku dapat mengingat malam itu bagaimana"
Aku tak ingat dan hanya mengatakan bahwa malam itu
menurut kata orang akan terjadi gerhana bulan. Dia menjerit
dan mengatakan gerhana bulan itu terjadi pada tujuh hari
yang lalu. Jika demikian aku sudah dikubur selama tujuh
hari....."' , "Hola," teriak kakek Lo Kun, "engkau sudah pernah mati
tujuh hari " Bagaimana rasanya orang mati itu " Apakah
engkau bertemu dengan raja Akhirat " Apakah di Akhirat itu
sama dengan di dunia ini " Apakah disana juga ada gadis......."
"Sudahlah, sudahlah!" teriak Blo'on yang merasa bisring
dihujani pertanyaan bertubi-tubi oleh kakek Lo Kun," engkau
tanya begitu melilit, apakah engkau hendak pergi ke akhirat?"
"Kalau boleh kembali lagi ke dunia, aku ingin juga meninjau
ke sana," sahut Lo Kun.
"'Sudahlah, teruskan saja ceritamu.' kata Hoa Ing. Tiba2
seorang pengawal Baju Putih kemuka Blo'on. Tanpa berkata
apa2 ; terus menusuk mata Blo'on dengan dua buah jari
tangannya. Blo"on terkejut, mengisar kesamping dan balas menusuk
mata orang itu. Juga dengan dua buah jari tangan.
Orang itu mendengus geram. Berkisar kenamping, jari
kirinya menusuk dada Blo"on. Blo'on juga mengisar dan jari
kirinya lalu menusuk dada lawan.
Orang itu menggeram makin keras. Sepasang tangannya
segera menari-nari, dua buah jari kanan dan dua buah jari kiri
berhamburan menusuk muka, dada dan sekujur badan. Blo'on
pada bagian jalandarah yang berbahaya.
Tetapi diluar dugaan, gerakan Blo'on juga, persis lawannya.
Dia juga gunakan kedua jari tangan untuk menusuk. Barang
kemana lawan bergerak ia tentu juga bergerak sehingga tak
jarang beberapa kali harus terjadi adu jari.
Pengawal Baju Putih itu membelalak. Karena mukanya
ditutup dengan kain cadar putih maka tak tampak bagaimana
perubahan airmukanya. Tetapi menilik mulutnya berulang kali
ia mendengus dan mendesuh, jelas dia tentu menderita kejut
yang besar. "Dunia persilatan pernah mengenal tentang seorang tokoh
dari kaum agama yang mahir sekali dalam soal menusuk
jalandarah. Menilik ilmu silatnya, dia berasal dari aliran Kunlun-
pay. Tetapi dia menyangkal. Dia menyepikan diri disebuah
pegunungan, menjadi seorang pertapa. Ilmu menggunakan
dua buah jari begitu terkenal sekali ketika disuatu hari, tokoh
aliran hitam yang menjagoi didunia persilatan Holam telah
dijatuhkan oleh orang itu.
Orang mengenalnya sebagai Liau Gong taysu tetapi
bagaimana asal usulnya, tiada seorangpun yang tahu. Kini
tahu2 Liau Gong taysu telah muncul sebagai salah seorang
pengawal Baju Patih dalam barisan anakhuah Thian-tong-kau.
Tetapi karena mukanya berkerudung cadar putih maka
tiada seorangpun yang tahu bagaimana raut wajahnya yang
sebenarnya. Rupanya saat itu karena beberapa kali tak berhasil,
pengawal Baju Putih agak penasaran. Ia segera lancarkan
serangannya makin deras dan dahsyat. Cret .....
Blo'on memang merupakan manusia yang paling aneh.
Dalam tubuhnya telah terkandung suatu gerak-reflek yang
aneh dan luar biasa, Makin diserang gentar, makin diapun
menyerang gencar. Dan andaikata dia mau menggunakan
pikiran, dengan mudah ia dapat menggerakkan tenaganya
karena dia juga memiliki tenaga-dalam yang disebut Ji-ih-sinkang
atau tenaga-sakti yang dapat digerakkan menurut
sekehendak hatinya. Begitu pengawal Baju Putih menusukkan dua buah jarinya
dengan sekuat kuatnya, jari Blo'onpun menyongsong. Ketika
dua buah jari saling berbentur, pengawal Baju Putih itu
menjerit. Ujung jarinya telah disaluri dengan tenaga dalam
yang hebat tetapi dari ujung jari Blo'on juga memantulkan
balik tenaga dari pengawal Baju Putih itu. Akibatnya ujung jari
orang itu seperti terkena stroom listrik arus tinggi. Dia
menjerit dan loncat mundur.
Pengawal Buju Pulih tegak termangu. Sepasang matanya
berkilat kilat memancarkan sinar tajam. Rupanya dia tengah
menyalurkan seluruh tenaga-dalam dan pada lain saat ia
segera menjulurkan kedua jari tangan kanan kemuka.
Terdengar suara angin mendesis tajam kearah Blo'on.
Saat itu Blo'on juga tegak berdiri jaraknya dua rombak dari
lawan, ia heran mengapa pengawal Baju Putih itu
menudingkan dua buah jari tetapi tidak menyerang maju.
Maka diapun diam saja, "Suko, awas, dia menyerangmu," tenak Sian-Li yang dapat
menangkap desis angin tajam.
Blo'on terbeliak namun terlambat. Dadanya segera
tersambar oleh aliran tenaga yang kuat sekali. Sedemikian
kuat sehingga tubuhnya sampai mencondong ke belakang
tetapi kaki masih tegak berdiri ditempat semula. Blo'on
terkejut sekali. Rasa kejut telah membangkit tenaga dalam Ji
ih-sin-kang, seketika ia meliuk ke muka dan desir angin itupun
terdampar balik kembali kearah pengawal Baju Putih.
Huak.....pengawal itu menguak dan muntah darah
terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang dari jatuh
terduduk di lantai. Dia telah terhantam oleh tenaga-dalamnya
sendiri yang dipantulkan balik oleh Bio'on.
Melihat itu Hong Ing cepat loncat hendak menyelesai
pengawal Baju Putih dengan sebuah hantaman. Tetapi tiba2
terdengar orang berseru mencegahnya ; "Jangan ....,"
menyusul segelombang angin melandang punggung si nona.
Hong Ing terkejut dan cepat loncat ke samping. Ketika
berpaling ia melihat seorang lelaki setengah tua, pakaian
penuh tambalan tetapi bersih, tegak dihadapannya.
"Siapa engkau !'* bentak Hong Ing yang cepat dapat
menduga bahwa yang menyerang punggungnya tadi tentulah
lelaki itu. "Aku Hoa Sin dari partai Kay-pang," kata laki2 itu, "maaf,
karena terpaksa harus menyerang nona tetapi maksudku
hanya mencegah nona jangan sampai membunuh orang itu."
"Apakah engkau kawan dari orang itu ?" seru Hong Ing
pula. Melihat sikap Hong Ing begitu ketus, Sian-Li melengking : "
Eh, jangan engkau bersikap tidak sopan kepada Hoa pangcu
dari Kay-pang." Hong Ing terkejut, ia memang belum kenal siapa Hoa Sin.
Ia tak sangka kalau lelaki berdandan seperti pengemis itu
ternyata ketua Kay-pang. "Oh, maafkan ..... Hoa pangcu." katanya.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ah, jangan berlaku sungkan, nona," kata Hoa Sin, "orang
baju putih itu aku tak kenal karena mukanya mengenakan kain
cadar. Tetapi menilik ilmu silatnya dia seperti dari aliran Kunlun
pay. Bukankah begitu Ceng Sian suthay."
Ternyata setelah mendapat obat, Hoa Sin, Ceng Sian suthay
dan Hong Hong taysu harus beristirahat dulu beberapa saat
sebelum tenaganya pulih kembali. Setelah itu barulah mereka
bertiga berhamburan loncat ke atas panggung.
Tepat pada saat itu mereka melihat pengawal Baju Putih
ter-huyung2, muntah darah dan jatuh terduduk. Mereka hanya
sempat menyaksikan beberapa jurus adegan dari pertempuran
antara Blo'on dengan pengawal Baju Putih itu. Namun Hoa Sin
sebagai seorang ketua partai persilatan yang banyak
pengalaman dengan cepat dapat melihat bahwa gerak gerik
orang itu, seperti dari aliran partai Kun-lun-pay. Maka ia
mencegah Hong Ing hendak memukulnya.
"Kim kongcu" kata Hoa Sin kepada Blo'on, "kemungkinan
orang yang engkau kalahkan itu adalah seorang tokoh dari
Kun-lun-pay yang sudah lama menghilang. Menilik " "
"Siapa yang engkau panggil Kim kongcu ?" tegur Blo'on
menukas. "Sudah tentu engkau," sahut Hoa Sin, "kami berkesimpulan
bahwa engkau adalah putera dari Kim Thian Cong tayhiap
yang menghilang itu".
"Ya, benar, Hoa pangcu, dia adalah sukoku yang sejak bertahun2
telah pergi dari gunung," kata Sian-Li.
Him Sin, Ceng Sian suthay dan Hong Hong tojin segera
menghampiri dan memperkenalkan diri: "Kami berjerih payah
mencari Kongcu.Tak terduga di tempat ini kami dapat
bertemu" kata ketiga Ketua partai persilatan.
"Eh, jangan kalian bergirang dulu." tiba2 Hong Ing berseru,
"aku masih mempunyai perhitungan dengan dia."
"Siapakah li-sicu ?" tegur Ceng Sian suthay agak kurang
senang melihat ucapan Hong Ing.
"Suthay," sahut Sian-Li, "dia mengaku murid dari Hoa-sanpay.
Suko dituduh telah membunuh suhunya, Kam Sian Hong
pangcu."* "Benarkah begitu, li-sicu ?" seru Ceng suthay pula.
"Jika disebuah guha terdapat sesosok mayat dan di dalam
guha itu hanya terdapat seorang muda yang membawa
senjata dari korban itu, salah kah kalau orang menganggap
pemuda itu yang jadi pembunuh?"
"Tidak salah" kata Hoa Sin, "tetapi aku percaya Kim kongcu
tentu tak membunuh !"
"Bagaimana Hoa pangcu yakin akan hal itu?", balas Hong
Ing. "Karena ... karena pikiran Kim kongcu" ."
"Aku tidak gila !" teriak Blo'on, "aku hanya lumpuh otak, tak
dapat mengingat apa2 lagi."
Dengan rubuhnya Liau Gong taysu maka pengawal Baju
Putih kini hanya tinggal empat orang. Salah seorang lagi
segera maju. "Kongcu, biarlah kali ini aku yang melayaninya," seru Hoa-
Sin segera menyongsong ke muka orang itu.
Tiba2 orang itu menggerung dan terus menerkam Hoa Sin.
Hoa Sin terkejut, cepat ia menghindar ke samping sampai
beberapa langkah dan secepat itu ia tahu bahwa gerakan
pengawal Baju Putih itu adalah ilmu Eng-jiau-kang atau ilmu
Cakar-garuda. Ia tak sempat menimang2 dan mengingat
tokoh2 persilatan yang memiliki ilmu silat Eng-jiau-kang lihay.
Memang banyak juga tokoh2 yang memiliki ilmu silat
semacam itu, tetapi hanya sedikit sekali yang terkenal.
Siapakah gerangan tokoh itu. Karena ia yakin orang2 yang
dijadikan pengawal dalam partai Thian tong-kau tentu bekas
tokoh2 silat ternama yang telah menghilang secara misterius
dari dunia persilatan. Namun ia tak sempat berpikir karena
saat itu, pengawal Baju Putih itu dengan sebuah gerak yang
dahsyat telah menerkam pula tubuh Hoa Sin.
Bermula memang tiada yang memperhatikan, tetapi setelah
melakukan gerak Eng-jiau-kang, barulah orang tahu bahwa
pengawal Baju Putih itu memiliki kuku2 panjang dan runcing
seperti cakar burung garuda. Dan yang lebih hebat, kuku
jarinya itu tampak tegak lurus seperti batang pit. Hoa Sin
seperti diancam sepuluh batang pit yang hendak menerkam
mukanya. Hoa Sin juga seorang ketua partai persilatan, sudah tentu ia
memiliki kepandaian yang tinggi. Dan setelah mengenal ilmu
silat lawan, iapun segera dapat mengatur cara perlawanannya.
Pendekar Pedang Sakti 14 Perang Ilmu Gaib Karya Mpu Wesi Geni Pendekar Lembah Naga 16