Pencarian

Pendekar Bloon 31

Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 31


begitu" * "Ayah," tiba2 Kim Lian berseru, "terimalah hormat anakmu."
terus berjongkok dan memberi hormat sampai tujuh kali.
Kemudian dia berbangkit. "Aku telah menghaturkan hormat
kepadamu sebagai seorang ayah. Hormat yang terakhir sejak
aku lahir dan hormat yang terakhir sejak aku hidup. Sekarang
aku pun hendak menuntut dua buah hal. Sebagai anak yang
tak diakui ayahnya, dan sebagai anak yang akan membela
mamah yang telah dihianati suaminya. Nah, bersiaplah
menerima pembatasan itu!"
"Engkau ... engkau anakku "." baru Sui Kiai San hendak
maju menghampiri Kim Lian, tiba2 Hek Bi jin setelah dapat
mendesak lawan, terus loncat keluar gelanggang dan memaki:
"Huh, perempuan tak tahu malu. Mengapa masih mengejarngejar
lelaki yang tak sudi pada dirimu ....!"
"Jalang tua!" Kim Lian marah karena Hu Yong siancu dimaki
sehina itu. Serentak dia terus menerjang Hek Bi jin.
"Ih....." tiba2 Kim Lian menurut mundur, tubuhnya
terhuyung-huyung, bahunya berlumuran darah.
Melihat itu Sui Kim San marah : "Hek cong-thancu, engkau
berani melukai anakku" " Dia terus menghantam Hek Bi jin.
"Tak perlu cari muka, aku dapat menghukum nenek hitam
yang menjadi gula-gulamu itu!" Hu Yong siancu serempak
menyongsong pukulan Su Kim San yang ditujukan kepada Hek
Bi jin, lalu menyerang lelaki bekas suaminya yang kini
menjabat sebagai wakil ketua Seng-Iian-kau.
Sementara itu si jelita pun menyerang pula Hek Bi-jin
dengan sepasang tusuk kundainya.
Tiba2 Hek Bi-jin menjerit keras, disusul dengan Sui Kim San
yang meraung dahsyat. Sebuah biji mata Hek Bi-jin pecah
tertusuk ujung tusuk kundai si jelita. Dan lengan kanan Sui
Kim San pun terpapas pedang Hu Yong siancu.
Rupanya baik si jelita mau pun Hu Yong tak dapat
mengendalikan emosinya. Setelah berhasil sekali, mereka pun
menyusuli pula. Si Jelita menghabiskan biji mata Hek Bi-jin
sehingga kedua mata wanita itu buta dan Hu Yong siancu pun
membabat lengan kiri Sui Kim San sehingga kedua lengannya
buntung. Masih si Jelita dan Hu Yong siancu hendak menyerang lagi.
Rupanya kedua wanita itu tak mau lekas2 menghabisi nyawa
lawan, melainkan hendak berpesta pora dulu menyiksa
lawannya. Sekalian anakbuah Seng-lian-kau terkejut meyaksikan congthancu
dan wakil ketua mereka menderita luka semacam itu.
Hek Bi-jin memang bingung menghadapi permainan sepasang
tusuk kundai yang luar biasa aneh dan saktinya dari si jelita.
Sedang Sui Kim San masih terlongong-longong karena melihat
Kim Lian, anak perempuannya terluka, sehingga ia lengah dan
terbabat lengannya oleh Hu Yong siancu, bekas isterinya.
Ketika melihat cong-thancu dan wakil ketua terancam
jiwanya, segenap barisan Seng-lian-kau segera bergerak
hendak menyerbu. Tetapi sekonyong-konyong di udara
terdengar suitan yang nyaring macam ledakan petir. Kemudian
sesosok tubuh melayang dan meluncur turun ke tengah
gelanggang. Si jelita dan Hu Yong siancu terpental beberapa langkah ke
belakang. Mereka seperti dilanda angin dahsyat.
Dan muncullah di tengah gelanggang itu seorang pria yang
mukanya bertutup kain kerudung warna hitam. Dia adalah
ketua Seng-lian-kau. "Jika aku mau membunuh kalian berdua perempuan yang
liar ini." serunya seraya menuding si Jelita dan Hu Yong
siancu, "adalah semudah kubalikkan telapak tanganku. Tetapi
aku menghendaki kepada rombongan kalian yang maju,
jangan kerucuk2 macam kalian ini!"
Marahlah si jelita dan Hu Yong siancu. Tanpa bersepakat,
keduanya segera menyerang. Tetapi ketua Seng lian kau itu
menampar dengan kedua lengannya seraya mendengus.
"Hm, kalian bukan tandinganku!"
Si Jelita dan Hu Yong siancu terpental sampai setombak
jauhnya. Keduanya rasakan dadanya ampek dan napasnya
sesak. Buru2 mereka melakukan pernapasan untuk
melancarkan darah di tubuhnya.
Sementara beberapa anakbuah barisan Seng-lian-kau pun
segera membawa Hek Bi-jin dan Sui Kim San ke dalam
markas. "Hayo, siapakah kepala dari rombongan yang hendak
menantang Seng-lian-kau. Keluarlah bertanding dengan aku! "
seru ketua Seng-lian-kau pula.
Rombongan Hoa Sin terkejut menyaksikan kesaktian ketua
Seng lian-kau itu. Hu Yong siancu dan si jelita yang mampu
menusuk kedua biji Hek Bi-jin, tetap tak dapat menahan
tenaga tamparannya. Dapat dibayangkan betapa kesaktian
ketua itu. Namun karena mendapat tantangan, terpaksa Hoa
Sin melangkah maju. Melihat itu Hui Gong siansu, Ang Bin
tojin, Hong Hong tojin, Ceng Sian suthay, kakek Kerbau Putih.
Sian Li serempak mengawal di belakang Hoa Sin.
"Hm, silahkan kalian maju semua! " seru ketua Seng-liankau
dengan nada mengejek. "Kedatangan kami di sini, bukan mencari permusuhan dan
mau main kerubut, melainkan hendak mencari kedamaian.
Anda mengatakan diri anda Kim Thian Cong tayhiap tetapi
ternyata bukan. Maka atas nama seluruh kaum persilatan dan
segenap partai2 persilatan mohon agar anda suka melepaskan
rencana untuk rrenguasai dunia persilatan, membebaskan
tokoh2 yang telah anda tawan dan ...
"Jangan banyak bicara!" bentak ketua Seng-lian-kau,
"bersiaplah menerima seranganku. Ia menutup kata-katanya
dengan lepaskan sebuah tamparan kearah Hoa Sin. Hoa Sin
cepat menangkis tetapi dia terpental setombak kebelakang.
Tokoh2 ketua partai itu pun segera beramai-ramai
rnenghantam, bum .... ketua Seng-lian kau menyongsong
dengan pukulan dan terjadilah letupan dahsyat.
Hebat benar ketua Seng-liang-kan itu. Dia sanggup beradu
pukulan dengan sekian banyak ketua partai persilatan, bahkan
karena para ketua partai itu masih belum sembuh lukanya,
mereka tersurut mundur setengah langkah.
Sesaat kepulan debu tebal sudah menipis maka di tengah
gelanggang itu telah tambah dengan seorang pemuda gundul
dan seorang kakek botak. "Kim kongcu!" teriak sekalian ketua partai ketika melihat
pemuda itu tak lain Blo'on dan kakek Lo Kun.
Mereka memberi anggukan kepala kepada mereka
kemudian melangkah kehadapan ketua Seng-lian-kau,
serunya: "Akulah yang akan menghadapi engkau!"
"Ho, engkau" " teriak ketua Seng-lian-kau, "apakah tak ada
lain jago yang lebih lihay dari engkau" "
"Akulah yang paling besar mempunyai kepentingan dalam
urusan ini. Karena nama mendiang ayahku dicatut dan
disalah-gunakan." Ketua Seng-lian-kan tertawa. "Engkoh gundul, ini bukan
main2 tetapi suatu pertaruhan jiwa dan nasib seluruh dunia
persilatan," kata ketua Seng liang kau. "Kalau aku kalah
dengan engkau, aku rela mengundurkan diri dari dunia
persilatan. Seng-lian-kau kububarkan dan tokoh2 persilatan
yang kutawan itu akan kulepaskan semua. Tetapi bagaimana
kalau engkau kalah." "
"Kalau aku kalah, potonglah leherku!" sahut Blo'on.
"Tidak, belum cukup!"
"Apa permintaanmu" "
"Seluruh partai2 persilatan itu harus menyerah dan tunduk
di bawah perintahku!"
"Ah. aku tak tahu mereka mau atau tidak! Karena aku
bukan pemimpin dunia persilatan melainkan hanya pemimpin
rombongan yang datang kesini."
"Kim kongcu, aku bersedia menuruti permintaan ketua
Seng-lian kau itu! " tiba2 Hoa Sin memberikan suara
persetujuannya. "Tetapi Hoa pangou," Blo'on kerutkan alis, "aku tak yakin
kalau dapat mengalahkannya."
"Hoa Sin seorang ketua partai Kay-pang apa yang
kukatakan tak pernah kumerasa menyesal. Aku tetap menjagoi
engkau! " "Kakekmu juga, Blo'on. Kalau engkau kalah aku rela
menjadi budak ketua Seng-lian-kau yang banci itu! "
" Pin-ni juga, Kim kongcu," seru Hui Gong.
" Pinto juga ....... "
Berturut-turut Ang Bin tojin, Hong Hong tojin, Ceng Sian
suthay, Sugong In dan Sian Li menyatakan dukungannya
kepada Blo'on. Blo'on terkejut.
"Blo'on, mengapa engkau kuatir melawan seorang banci
macam ketua Seng-lian-kau itu" " tiba2 kakek Lo Kun berteriak
lagi. "Eh, kakek gundul, mengapa engkau selalu mengatakan
aku banci" " seru ketua Seng-lian-kau.
"Karena engkau menutupi mukanya dengan kain hitam.
Kalau engkau memang seorang jantan, bukalah! " sahut Lo
Kun. "Baik, ketua Seng lian-kau terus membuka kain yang
mengerudung mukanya. "Ya, mereka telah mendukung aku. Apakah engkau sudah
puas" " tanya Blo'on.
"Baik, mari kita mulai! "
"Nanti dulu". " kini Blo'on yang mencegah, "akulah yang
masih kurang puas dengan syaratmu tadi. Aku masih
menghendaki sebuah hal. "
"Apa" ?" "Engkau harus memberitahu dimana jenajah ayahku dan
menyerahkan kepadaku! "
"Wah, kalau aku tak tahu" "
"Harus mencarikan sampai ketemu! "
"Kalau tak bisa" "
"Kepalamu kupotong! "
Ketua Seng-lian-kau tertawa gelak2. Sedangkan sekalian
ketua partai dan tokoh persilatan terkejut dan kagum atas
kata2 Blo'on. "Engkau belum tentu menang," kata ketua Seng-liau-kau,"
baik, aku terima." Segera orang2 itu disuruh minggir agar Blo'on dan ketua
Seng lian-kau dapat berhadapan dengan leluasa.
"Nah, mulailah!'? "Aku tidak bisa berkelahi. Engkau saja yang mulai dulu! "
seru Blo'on. Ketua Seng lian kau itu pun dengan santai
ayunkan tangannya menampar. Tiada kedengaran sambaran
angin dan suara apa2. Tahu2 tubuh Blo'on mencelat sampai
tiga tombak jauhnya. Dia terbanting ke tanah tetapi cepat dia
melenting bangun dan melayang pula ke hadapan lawan.
"Ini lagi! *' ketua Seng Han kau menampar lebih keras dan
tubuh Blo"on pun melayang ke udara. Tetapi sebelum
meluncur ke tanah, Blo'on bergeliatan dan melayang kembali
ke hadapan ketua Seng lian-kau itu.
Terdengar teriak pujian dari sekalian jago2 persilatan.
Sementara ketua Seng-lian-kau mulai heran. Gila barangkali
anak ini. Pikirnya. Kali ini dia menendang dan tubuh Blo'on pun jungkir balik
melambung ke udara tetapi seperti orang main akrobat, Blo'on
meluncur ke tanah sembari berulang-ulang jungkir balik.
Sebelum tiba di tanah, ketua Seng-lian-kau sudah menyambut
lagi dengan sebuah hantaman. Tubuh Blo'on melambung ke
udara lagi makin tinggi. Dia meluncur tetapi disambut lagi
dengan hantaman. Karena terkejut dan gentar, memancarlah semangat Blo'on
dan serentak tenaga sakti Ji-ih sin-kang pun bergerak. Tenaga
sakti itu dapat menggerakkan tubuhnya menurut apa yang
dikehendakinya! Karena dua tiga kali berputar-putar jungkir balik di udara,
kepala Blo'on agak pusing. Dia marah. Sambil meluncur ke
bawah, dia menghantam. Hantaman itu tidak menurut tata
jurus silat; pokok asal menghantam saja.
Saat itu ketua Seng-lian-kau menyambut lagi dengan
sebuah hantaman keras. Bum ..... terdengar ledakan dahsyat. Blo'on mencelat ke
udara makin tinggi tetapi ketua Seng-lian-kau itu pun
mencelat sampai setombak jauhnya. Sesaat dia dapat berdiri
tegak maka Blo'on pun sudah melayang turun di hadapannya.
"Kurang ajar, sekarang engkau juga harus merasakan
pukulanku," seru Blo"on terus menghantam, uh ....... cukup
dengan berkisar ke samping, Blo'on menghantam angin.
Ketua, Seng lian-kau pun loncat menyerangnya. Blo'on
terkejut. Tahu2 tubuhnya sudah mencelat ke atas sehingga
terjangan ketua Seng-lian-kau itu pun luput. Blo'on membuat
sebuah gerak salto atau jungkir balik, meluncur di belakang
lawan dan terus menerkamnya, uh ..... Blo'on menjerit
kesakitan karena perutnya termakan sodokan siku lengan
lawan. Tetapi anehnya ketua Seng-lian kau itu pun terdorong
ke muka dan terseok-seok menyusur tanah. Cepat dia
melenting bangun. Dia tak tahu bahwa ilmu Ji-ih-sin-kang dalam tubuh Blo'on
itu mempunyai daya tolak yang ampuh. Akibatnya, dia harus
mencium tanah. "Bangsat, mampus engkau!" ketua Seng lian-kau dengan
marah segera dorongkan kedua tangannya ke arah Blo'on
tetapi Blo"on juga menirukan gerakannya. Akibatnya Blo'on
terpental setombak ke belakang tetapi ketua Seng-lian-kau itu
terjerembab ke tanah. Cepat ketua Seng lian-kau itu melenting bangun tetapi saat
itu Blo'on sudah menerkam dadanya, bratt .... ketua Seng-liankau
terkejut dan menyurut mundur tetapi karena dadanya
kena dicergkeram tangan Blo'on maka bajunya pun robek dan
dadanya terbuka. Sebelum dia sempat pulih kejutnya, Blo'on
sudah menubruknya lagi. Gerakan B'o'on memang Iuar biasa cepatnya sehingga
tokoh seperti ketua Seng-lian kau pun tak sempat menghindar
lagi. Dia berontak sekuat kuatnya tetapi ah.....akibatnya
runyam. Seketika dia seperti dijepit rantai baja yang kokoh
sekali sehingga dia lunglai dan muntah darah.
Dia tak tahu bahwa tenaga sakti Ji ih-sin-kang yang dimiliki
Blo'on memang tiada tandingnya, dapat memantulkan daya


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tolak yang aneh. Tenaga-dalam ketua Seng-lian-kau yang
dikerahkan untuk berontak itu bahkan malah melanda kembali
ke dalam tubuhnya. Dia menderita luka-dalam yang parah
sehingga sampai muntah darah.
"Bagus, Blo'on, engkau menang," seru Lo-Kun seraya lari
menghampiri, "hai, apa benda hitam di dada sebelah kirinya
itu" " Kakek limbung itu terus ulurkan tangan hendak menjemput
benda hitam sebesar buah kelengkeng yang melekat di dada
ketua Seng-lian-kau sebelah kiri. Tetapi sekonyong berhembus
angin halus dan tahu2 Lo Kun terlempar beberapa langkah lalu
jatuh berguling-guIing di tanah. Dan saat itu dihadapan Blo'on
muncul seorang wanita yang mengenakan kerudung muka.
"Kim Yu yong Iepaskanlah, dia adalah engkohmu sendiri,"
seru wanita Itu seraya menudingkan telunjuk jari keaah
Blo'on. Entah bagaimana Blo'on pun lepaskan cengkamannya
pada tubuh ketua Seng lian kau.
"Hiang Hiang niocu!" serempak terdengar teriakan dari Hui
Gong, Ang Bin dan Hoa Sin yang ramai2 menghampiri, "Taysu,
totiang dan suthay, selamat berjumpa kembali," wanita itu
memang Hiang Hiang niocu. Ia memberi hormat kepada para
ketua partai persilatan. Setelah dilepas Blo'on, ketua Seng-lian-kau Itu pun duduk
pejamkan mata. Ia menyalurkan tenaga dalam untuk
memulihkan kembali lukanya.
"Siapakah wanita ini" * teriak Blo'on yang tak mengerti
mengapa para ketua partai akrab dan menghormatnya.
"Omitohud!" seru Hui Gong taysu, "niocu ini adalah
mamahmu, Kim kongcu."
"Mamahku" Ah, tidak, taysu. Mamahku sudah meninggal,"
bantah Blo'on. Dengan suara tenang dan jelas, Hui Gong lalu menuturkan
semua peristiwa pada waktu Hiang Hiang niocu datang
menghadiri malam sembahyangan peti jenasah Kim Thian
Cong. Blo'on terlongong-longong.
"Yu Yong," tiba2 Hiang Hiang niocu berkata dengan lemah
lembut, "aku girang sekali Thian Cong mempunyai putera
seperti engkau. Engkau sebenarnya masih mempunyai
seorang engkoh yang lahir dari lain ibu yalah aku ini."
"O, mah.....," tiba2 Blo'on berlutut membeli hormat.
"Bangunlah anakku," kata Hiang Hiang niocu dengan
airmata berlinang-linang, "semua telah berlalu, semoga berlalu
pula segala dendam dan penderitaan. Mari kita jelang hari2
kebahagiaan dapat berkumpul kembali."
"Mah, mengapa engkau melarang aku menyekap ketua
Seng-lian-kau itu" " tanya Blo'on pula.
"Dia adalah engkohmu atau pateraku yang hilang," jawab
Hiang Hiang niocu. Sekalian ketua partai persilatan terkejut dan meminta
keterangan. "Tahi lalat sebesar buah kelengkeng pada dada kirinya,
merupakan ciri yang tak dapat diingkari lagi. Dia adalah
anakku yang diculik Pak Lian lojin, ketua Pek-lian-kau guru
dari The Seng-kun karena mengira anak itu adalah putera The
Seng-kan." "Benar, aku memang putera The Seng-kun," tiba2 ketua
Seng lian-kau berseru seraya berbangkit, "siapa bilang aku
putra Kim Thian Cong" "
"Aku," sahut Hiang Hiang niocu."
"Engkau" Siapa engkau" "
"Aku adalah mamahmu, nak ....."
"Tidak!* ketua Seng-lian-kau berteriak.
"Pek Lian sucoa mengatakan ibuku sudah mati!"
"Dia bohong!" seru Hiang Hiang niocu dengan nada
tergetar, "dia telah menculik engkau waktu engkau masih
bayi." "Apakah buktinya" " masih ketua Seng-lian-kau
membantah. Tiba2 di udara terdengar suara orang bernyanyi:
Dunia memang aneh, lucu sekali Yang benar, dikata salah
Yang salah dianggap benar Mungkin ayah tak yakin akan anak
Tetapi seorang wanita tahu pasti Siapakah ayah dari
puteranya Kerana dialah yang melahirkannya.
Sekalian orang terkejut ketika di gelanggang itu muncul
seorang kakek berwajah tertawa. Dengan langkah tenang dia
menghampiri ke tempat Hiang Hiang niocu.
"Bu Bun, engkau salah!" seru kakek itu kepada ketua Seng
lian-kau," niocu ini memang benar ibumu dan engkau adalah
putra Kim Thian Cong tayhiap, bukan The Seng kun.
Sudah tentu sekalian orang terkejut mendengar kata2 itu.
"Lo-tiang, siapakah lo tiang ini" * kali ini Hoa Sin segera
menghampiri. "Engkau tak kenal aku" Ha, ha, Hoa Sin, kutahu engkau
telah mengalami badai penderitaan, Tetapi kini badai itu telah
berlalu," "Lo tiang, mohon lotiarg sudi memberi keterangan kepada
kami." "O". Bu Ing lojin, kemanakah Bu Ing Sin-kun tadi" " tiba2
Blo'on menyeloteh. "Sudah kulepaskan karena dia sudah berjanji takkan muncul
dalam dunia persilatan lagi," jawab kakek yang disebut Bu Ing
lojin. Atas pertanyaan Hoa Sin, Blo'on menerangkan ternyata
yang menyambar dan membawa Bu Ing sinkun tadi adalah
kakek itu. "Bu Ing lojin," kata Hiang Hiang niocu, "telah lama
kudengar dalam dunia persilatan tentang seorang tokoh yang
luar biasa. Beruntung sekali hari ini aku dapat berjumpa."
"Ah, niocu terlalu merendah diri. Aku pun sudah lama
mengagumi nama niocu," sahut Bu Ing lojin, "sebenarnya aku
juga mendapat tugas dari suhu untuk mencari sumoayku."
Hiang Hiang Niocu kerutkan alis.
"Siapakah suhu dari lojin" " tanyanya.
"Kurasa Niocu tentu sudah mengenalnya. Beliau adalah Bu
Beng suhu!" "Hai ....!" teriak Hiang Hiang niocu menyurut mundur
setengah langkah, "kalau begitu .... lojin ini adalah suhengku
..." Bu Ing lojin tertawa: "Jika sumoay mau mengaku aku si
orang tua sebagai suheng, sudah tentu aku merasa gembira
sekali. " "Suheng, terimalah hormat sumoay," serta merta Hiang
Hiang niocu terus menghaturkan hormat.
"Bu Bun, Hiang Hiang niocu ini memang mamahmu. Jangan
engkau tak kenal adat! " seru Bu Ing lojin pula.
"Hm, tidak mudah untuk mengaku-aku. Coba sebutkan,
mana buktinya! " sahut ketua Seng-lian-kau.
Bu Ing lojin segera mengeluarkan sebuah bungkusan kain
kuning dari bajunya lalu diserahkan ke pada ketua Seng lian
kau dan minta supaya memeriksanya.
Ketua Seng lian kau membuka bungkusan itu dan
membelalak ketika melihat isinya. Sebuah bunga teratai dari
batu kumala putih. Itulah pusaka milik sucounya, Pek Lian lojin
dan sekeping emas putih yang tipis berisi tulisan yang diukir.
Bunyi tulisan itu menyatakan bahwa Bu Bun telah diambil
secara paksa dari tangan ibunya, isteri The Seng-kun, yang
bernama Hiang Hiang niocu.....
Ketua Seng lian kau terlongong-longong. Tiba-tiba ia
berseru : "Dari mana engkau mendapatkan benda2 ini" "
"Dari suhuku," kata Bu Ing lojin, "dalam pertempuran
dengan pasukan Beng, Pek Lian lojin menderita luka2 berat
dan diselamatkan oleh suhu. Tetapi karena lukanya terlalu
parah, akhirnya Pek Lian menghembuskan napas. Sebelum
meninggal dia telah menyerahkan kim-long (kantong wasiat)
ini kepada suhu agar menyerahkan kepadamu."
"Mah, anak telah bersalah, terimalah hormat anak yang
puthau ini," kata ketua Seng-lian-kau seraya berlutut di
hadapan Hiang Hiang niocu. Hiang Hiang niocu memeluknya.
Selama duapuluh tahun, baru saat itu Hiang Hiang
mengucurkan airmata lagi.
"Mah, benarkah ayahku itu Kim Thian Cong" " tanya ketua
Seng-lian-kau yang bernama Bu Bun itu.
Dengan barcucuran airmata, Hiang Hiang niocu
menceritakan semua kisah hidupnya. Ia menandaskan dengan
sumpah bahwa Bu Bun itu memang putera yang didapatnya
dari Kim Thian Cong. Adalah karena mengra Bu Bun itu anak
dari The Seng-kun, maka Pek Lian lojin lalu membawanya lari.
"Tetapi aku adalah mamahmu maka hanya aku yang tahu
jelas siapa sebenarnya ayahmu itu," Hiang Hiang niocu
menutup pembicaraan. "Jika begitu, semua tindakanku yang kulakukan menurut
perintah sucou Pek Lian lojin itu salah semua. Dia mengatakan
bahwa Kim Thian Cong itu adalah musuh besarku karena telah
membunuh ayahku The Seng kun. Aku harus membalas
dendam kepadanya. Itulah sebabnya maka aku lalu
mengumpulkan pengikut dan merencanakan untuk mencuri
jenaiahnya." "Oh, " Hiang Hiang niocu mendesuh kejut, "jadi engkaulah
yang melakukan pencurian itu" "
"Sebenarnya aku tak mempunyai rencana sampai begitu.
Tetapi Sui Kim San telah menawarkan jasa untuk melakukan
pancurian itu. Kemudian dia dapat memaksa Tio Goan Pa
untuk mencuri jenajah Kim tayhiap."
"Jahanam manusia Goan Pa itu. Mengapa ia mau
melakukan perbuatan terkutuk itu" " tiba2 Sian Li berteriak.
"Sui Kim San telah menjanjikan akan memberinya rahasia
dari tempat penyimpanan sebuah pedang pusaka serta harta
karun." "Dari mana" "
"Dari kerangka pedang Ceng-liong-kiam," kata Bu Bun.
"O," tiba2 Ceng Sian suthay berseru, "jika demikian
kerangka itu berisi peta rahasia yang berharga. Aku terlambat
mendapatkannya." "Apakah suthay mendapatkan pedang Ceng-liong-kiam itu"
" sekonyong-konyong Hu Yong siansu buka suara.
Ceng Sian mengiakan. Dia mengatakan bahwa dia
sebenarnya puteri dari Ong Gwat-ngo dengan Li Hong-kiat.
"Oh, cici ....," diluar dugaan tiba2 Hu Yong siansu berlutut
di bawah kaki Ceng Sian suthay, " aku adalah puteri dari
mamah Ong Gwat-ngo dengan Ong Han ......."
Ceng Sian suthay terkejut. Ternyata dia dan Hu Yong siancu
itu saudara seibu lain ayah. Keduanya lalu berpelukan dengan
mesra ..... "Bu kongcu," sesaat kemudian Hoa Sin bertanya kepada
ketua Seng-lian-kau, "jadi yang mencuri jenasah Kim tayhiap
itu Tio Goan Pa sendiri"
"Ya." "Dan siapakah yang membunuh Kwik suhengku" " seru Sian
Li. "Juga Goan Pa."
"Dia memang manusia licik. Setelah mendapatkan peta
rahasia dalam kerangka pedang Ceng-lui-kiam, barulah dia
menyerahkan jenasah suhunya. Setelah itu dia terus
melenyapkan diri entah kemana."
"Dimana jenasah ayahku sekarang!" bentak Blo'on.
Ketua S;ng-lian-kau terbelalak. Ia mengangguk dan
tersenyum : "Adikku Blo'on, karena tak tahu asal usul diriku,
maka aku telah melakukan kesalahan besar karena mencuri
jenasah ayah. Tetapi jangan kuatir. Jenasah ayah telah
kubalsem dan kusembunyikan dalam markas ini. Nanti setelah
urusan selesai, kita bawa lagi ke Lou-hu-san."
"Kim kongcu, engkau harus minta maaf kepada engkohmu
karena engkau berani melawannya tadi," bisik Hoa Sin.
"Engkoh .... eh, siapa namanya" Aku minta maaf karena
berani kepadamu," kara Blo'on.
"Engkau benar, Blo'on," Hiang Hiang niocu tersenyum "dia
bernama Bu Bun tetapi itu salah. Dia harus memakai she
ayahnya. Engkau bernama Kim Yu Yong dan biarlah dia kuberi
nama Kim Yu Ci." Beberapa ketua partai persilatan itu segera memberi
selamat kepada Kim Yu Ci. Semua orang bergembira karena
keluarga dari Kim Thian Cong dapat berkumpul.
Kim Yu Ci lalu mengajak sekalian orang gagah masuk
kedalam markas. Dia perintahkan orang untuk mempersiapkan
perjamuan besar guna merayakan hari yang bersejarah itu.
Tiba2 rombongan Hoa-san-pay yang dipimpin oleh Pui Kian,
salah seorang tianglo partai itu pun muncul. Disusul dengan
rombongan murid2 Bu-tong-pay, Siau-lim-pay.
Di tengah perjamuan, Hoa Sin angkat bicara. Dia
mengatakan bahwa memang sudah menjadi naIuri bahwa
kehidupan dunia persilatan itu tak pernah mengenal tenang.
Setiap masa tentu timbul pergolakan. Tetapi bagaimana pun,
sejak dahulu hingga sekarang, setiap pergolakan tentu akan
lenyap karena yang Putih tentu akhirnya dapat menindas yang
Hitam. Kemudian ketua Kay pang itu mempersilahkan setiap ketua
atau wakil dari partai persilatan, begitu pula tiap hadirin,
apabila mempunyai persoalan yang belum beres, supaya
diajukan dalam perjamuan agar dapat dipecahkan beramairamai.
Mumpung saat itu hampir dikata segenap tokoh2
persilatan sama berkumpul.
Pui Kian sebagai wakil Hoa-san-pay segera berbangkit dan
melanjutkan tuntutannya kepada Blo'on. Minta pertanggungan
jawab pemuda itu atas terbunuhnya Kam Sian Hong, ketua
Hoa-san-pay. Kembali Bu Ing lojin tampil memberi keterangan :
"Ketika rombongan Hoa pangcu, Kim Blo'on, Ceng Sian
suthay dan Pang To Tik menuju ke markas Thian-su-kau
digunung Thay san, bukankah markas besar Thian-su-kau
hancur" " "Benar, lojin," sahut Hoa Sin.
"Dan sebelum itu, tahukah saudara sekalian dimana Pang
To Tik" " tanya Bu Ing lojin.
"Saat itu Pang To Tik tayhiap mengatakan kepada kami
hendak melakukan penyelidikan menyusup kedalam markas
Thian-su-kau. Tetapi sampai dengan hancurnya markas Thiansu-
kau ternyata dia tak muncul."
"Benar," seru Hong Hong tojin pula, "bahkan diantara
reruntuk puing markas rahasia Thian su kau yang ambruk itu


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami menemukan mayat Pang To Tik."
"Siancay, siancay! Semoga diampunkan segala kedosaan
dari manusia2 yang khilaf dan menjadi budak nafsu," seru Bu
Ing lojin, "semut mati karena gula, manusia mati karena
tingkahnya." "Bu Ing lojin ,..."
"Anakku Blo'on," buru2 Hiang Hiang niocu menyela.
"panggilah beliau dengan sebutan supeh karena dia adalah
suhengku, mau" "
"Supeh, apa maksud kata2 supeh" " Blo'on mengulang
pertanyaannya. "Kukatakan manusia mati karena tingkah. Seperti halnya
Kam Sian Hong ketua Hoa-san-pay. Dia mati karena
dibunuhnya sendiri.. ".
"Supeh!" teriak Blo'on. "yang jelas, dong. Kalau memberi
keterangan jangan pakai kata2 yang berliku-liku, aku tak
mengerti." "Baiklah," kata Bu Ina Lojin, "Jelasnya yang mati di gua
markas Hoa-san pay itu bukan Kam Sian-Hong tetapi
sebenarnya Pang To Tik. Sedang Pang To Tik itu sebenarnya
adalah Kam Sian Hong .. "
Sekalian tokoh2 gempar mendengar keterangan itu. Bahkan
Blo'on terus menjerit: "Supeh. Jangan bicara sembarangan. Ini benar2
menyangkut urusan penting karena orang2 Hoa-san-pay
menuduh aku yang membunuhnya!''
"Aku bicara dengan sesungguhnya." kata Bu Ing lojin
dengan nada serius. "Selama kalian berada di gunung Thaysan,
bukankah beberapa kali kalian melihat bayangan manusia
yang muncul lenyap seperti setan" "
"Hai, apakah itu supeh sendiri" " teriak Blo"on pula.
Bu lng lojin tersenyum lebar, selebar mukanya yang bundar
seperti bulan purnama. "Ya," katanya, "aku memang mengikuti gerak gerik kalian.
Dan ternyata aku pun mendapatkan hasil yang tak terdugaduga."
"O, apakah itu" " seru Blo'on.
"Mengenai diri Pang To Tik itu." kata Bu Ing lojin. "pada
malam itu kulihat sesosok bayangan berkelebat didalam
markas Thian su-kau. Kuikuti dia. Dia masuk kedalam kamar
rahasia di bawah tanah dan walau pun kutunggu sampai hari
menjelang pagi, dia tetap tak muncul. Besok paginya baru aku
terkejut ketika mendengar ledakan yang menggelegar.
Ternyata markas Thian-su kau telah hancur. Dan diantara
sosok2 tubuh yang tertindih tumpukan puing, kudapatkan diri
Pang To Tik. Kutolongnya tetapi dia sudah tak mempunyai
harapan lagi. ''O," seru sekalian ketua partai penilaian, "sungguh kasihan
Pang tayhiap." "Namun setelah kututuk jalandarah dan kusaluri dengan
tenaga-dalam, dia masih dapat membuka mata dan
mengucapkan pesan yang terakhir ......"
" Apakah pesan Pang tayhiap" " seru Hoa Sin. Juga
rombongan Hoa san pay tampak tegang dan menumpahkan
perhatian. "Pesan itu hanya merupakan suatu pengakuan dosa. Pang
To Tik mengaku bahwa dia sebenarnya adalah Kam Sian
Hong, ketua Hoa-san-pay ..."
"Hai, ngaco belo!", teriak Pui Kian, tianglo Hoa-san-pay.
"Maaf, jika tak ingin mendengarkan keteranganku, aku pun
terpaksa tak melanjutkan saja,"kata Bu Ing lojin.
"Hai, orangtua, jangan mengganggu orang bicara! " Blo"on
membentak tianglo dari Hoa san-pay, "kalau engkau tak suka,
silahkan tinggalkan tempat ini. Tetapi kami semua ingin
mendengar keterangan dari supeh. "
"Sudahlah, Kim kongcu," karena kuatir menimbulkan
perselisihan, buru2 Hoa Sin melerai, "baiknya kita dengar dulu
apa yang lojin hendak menceritakan. Setuju atau tidak setuju,
baru nanti kita katakan setelah selesai bercerita "
Bu Ing lojin pun melanjutkan pula :
"Kam Sian Hong mengaku bahwa dia telah khilaf karena
dirancang dendam asmara. Kam Sian Hong mempunyai
seorang sumoay yang cantik. Diam-diam Kam Sian Hong jatuh
cinta tetapi sumoaynya tidak menyambut. Sumoaynya lebih
mencintai Pang To Tik. Sudah tentu Kam Siau Hong
mendendam kepada Pang To Tik. Setelah suhu mereka
menutup mata dan Kam Siau Hong diangkat sebagai ketua
Hoa san-pay, diam2 dia menyusun rencana. Disuruhnya
sutenya itu ke gurun Go bi untuk mencari sebuah kitab pusaka
Thian-lun-cin-keng di kuil Budagaya. Kitab pusaka itu telah
dijanjikan oleh kepala kuil Buddhagaya kepada suhu mereka
....... " "Pang To Tik seorang murid yang patuh. Dia segera
berangkat ke Tibet. Setelah dia pergi maka Kam Sian Hong
pun mulai melaksanakan maksudnya Dia mulai mempergencar
pendekatannya kepada sumoaynya. Tetapi karena dengan
cara halus sampai kasar, sumoaynya tetap tak mau, akhirnya
hilanglah kesabaran Kam Siau Hong. Pada suatu hari dia
meniup dupa wangi yang mengandung bius ke dalam kamar
tidur sumoaynya. Setelah sumoaynya tak sadarkan diri, dia
lalu masuk dan melampiaskan nafsunya ....... "
Keesokan harinya setelah bangun, sumoay itu terkejut dan
tahu apa yang terjadi atas dirinya. Serentak dia menyambar
pedang dan mencari Kam Siau Hong. Setelah memaki-maki,
sumoaynya segera menyerang. Kam Sian Hong terpaksa
melayani. Dia masih mengalah karena merasa bersalah. Tetapi
bahunya kena tertusuk pedang, dia pun marah. Akhirnya
sumoaynya dapat dirubuhkan. Menyadari bahwa perbuatannya
itu apabila ketahuan orang tentu akan menimbulkan malu
besar, dan kuatir kalau sumoaynya akan menyiarkan peristiwa
itu, maka Kam Sian Hong yang sudah terlanjur basah itu pun
mandi sekali. Sumoaynya dibunuh lalu diatur sedemikian rupa, seolaholah
telah mendapat kecelakaan jatuh ke dalam jurang. 5
tahun kemudian pulanglah Pang To Tik. dengan membawa
kitab pusaka itu. Dengan hati yang jujur diserahkannya kitab
pusaka itu. Di dalamnya selain berisi ilmu pela|aran Prana atau
pemapasan juga tentang beberapa ramuan obat yang jarang
diketahui orang. Diantaranya yang disebut lo-yong-sut atau
ilmu Merobah-raut-muka. Setelah berhasil mempelajari dan mendapatkan ramuan
obatnya, akhirnya Kam Sian Hong lalu melaksanakan
rencananya. Memang Pang To Tik juga menanyakan dimana
sumoaynya dan dijawab Kam Sian Hong kalau sumoaynya
juga sedang melakukan tugas ke daerah Hunlam.
Demikian setelah matang segala persiapannya, Kam Sian
Hong berhasil membunuh Pang To Tik, kemudian dia berganti
menjadi Pang To Tik. Sedang mayat Pang To Tik setelah
dirobah muka dan pakaiannya, dijadikan Kam Sian Hong dan
ditaruh dalam gua tempat dia bersemedhi ....
"Oh....., " terdengar gemuruh suara para hadirin yang
terkejut. "Tetapi akhirnya segala perbuatan jahat itu tentu akan
menerima ganjaran. Dia hendak meledakkan markas Thian su
kau agar semua tokoh2 silat mati tetapi dia sendiri tak
menyangka bahwa ledakan itu akan menghancurkan seluruh
ruang rahasia sehingga dia sendiri turut tertimbun mati."
"O. jadi Pang tayhiap yang selama bersama rombonganku
itu sebenarnya Kam Sian Hong sendiri" " Hoa Sin menegas.
"Ya," kata Bu Ing lojin. "begitulah pengakuan dari dia pada
detik2 hendak menghembuskan napas. Dan aku pun telah
melakukan pesannya agar jenasahnya dibakar dan abunya
dibuang dalam bengawan Hong-ho."
Sekalian orang gagah terutama dari pihak Hoa-san-pay
termangu-mangu. Mereka tak menyangka bahwa Kam Sian
Hong yang begitu diindahkan dan seorang ketua yang berbudi,
ternyata melakukan perbuatan yang begitu diluar persangkaan
orang. "Kiranya hanya kekuasaan Asmara yang berpengaruh,
dapat menyebabkan seorang tokoh seperti Kam Sian Hong
sampai gelap pikiran. "Nah, siapa lagi yang masih mempunyai persoalan supaya
dikemukakan," seru Bu Ing lojin.
"Aku, lojin," tiba* Hoa Sin berseru, "aku hendak minta
tanya dimanakah jejak ketua Kay-pang yang dulu yakni Hanjiat-
sin-kay Suma Kian" "
"Oh ,...," Bu Ing lojin menjerit kaget. Tetapi cepat2 dia
tenang kembali, "Hoa Sin, kutahu engkau telah melaksanakan
segenap kemampuan untuk menjabat ketua Kay-pang dan
engkau pun telah membuktikan dirimu memang tepat sebagai
ketua Kay-pang. Oh ....." tiba2 ia berteriak.
"Kenapa lojin" " Hoa Sin heran.
"Ya, aku lupa," kata Bu Ing lojin, "hari ini aku harus
menemui seorang sahabat di kota Tayli, ah, maaf, aku harus
lekas kesana. Dan inilah Hoa Sin, barang titipan dari Han-jiatsin-
kay Suma Kian," ia terus melemparkan sebuah bungkusan
lalu melesat keluar dan lenyap dalam kegelapan malam.
Sekalian orang tercengang ketika melihat tingkah ulah Bu
Ing lojin yang seaneh itu. Yang paling terkejut sendiri adalah
Hoa Sin. Ketika membuka bungkusan, ia mendapatkah sehelai
kulit kambing yang bertuliskan perkataan. Hoa Sin menjerit
sekeras-kerasnya ketika membaca tulisan itu. Ternyata tulisan
itu menyatakan bahwa Bu lng lojin itu tak lain adalah Han-jiatsin-
kay sendiri. Mendengar keterangan itu, gemparlah sekalian orang.
Benar2 suatu kejutan! Setelah tenang, Blo'on pun mengajukan pernyataan, supaya
sekalian orang bantu mencarikan ketiga ekor binatang
piaraannya yang terpencar.
"O, jangan kuatir adik Blo'on," seru Kim Yu Ci, ketua Seng
lian-kau, "ketiga binatang itu memang telah ditangkap
orang2ku dan kini berada dalam markas sini."
"Jika begitu tolong koko keluarkan mereka," kata Blo'on.
Tak lama anakbuah Seng-lian kau membawa keluar ketiga
binatang itu. Si monyet, burung rajawali dan anjing kuning.
Ketiga binatang itu segera menghampiri Bio'on dan
melibatnya. Suasana perjamuan makin meriah dan gembira. Peristiwa
dalam dunia persilatan yang sangat mencemaskan, ternyata
dapat berakhir dalam suasana yang menggembirakan.
"Saudara2 sekalian, dalam peristiwa yang terjadi dalam
dunia persilatan dewasa ini, baik di gunung Thay-san mau pun
digunung Hong-san ini, sejak peristiwa hilangnya jenajah Kim
Thayhiap sampai terbunuhnya ketua Hoa-san-pay, rasanya
tiada seorang pun, baik dalam pengalaman, peristiwa,
keberanian dan kepandaian, yang dapat melebihi keluarbiasaan
dan kegaiban dari Kim Yu Yong yang Blo'on itu. Maka
jika saudara2 setuju, marilah kita nobatkan Kim Blo'on kongcu
sebagai putera mahkota yang menggantarkan tahta
kepemimpinan dunia persilatan yang dahulu dipegang oleh
Kim Thian Cong tayhiap!".
"Setuju! Setuju! Hidup Kim Blo'on I Hidup Pendekar Blo'on!
Hidup ...! Hidup!" Blo'on kaget setengah mati. Tanpa berkata apa2 dia, terus
lari keluar tinggalkan perjamuan, lenyap dalam kegelapan
malam, Sekalian hadirin tercengang.
SELESAI. Bentrok Para Pendekar 9 Pendekar Satu Jurus Karya Gan K L Pedang Asmara 19
^