Pencarian

Pendekar Pemanah Rajawali 11

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 11


Tangan Ma Giok menjadi bengkak dan hitam,
rasannya kaku dan gatal. Itulah tanda bekerjanya racun dahsyat. Inilah tidak disangka imam itu, yang menduga kepada racun biasa. Makin ia bergerak, jalan darahnya makin cepat. Karena menginsyafi bahaya, segera ia menjatuhkan diri untuk duduk bersemadhi, guna mencegah ransakan racun, sedang dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangan kirinya melindungi diri.
Nio Cu Ong menyerang terus dengan senjatanya
yang merupakan gunting panjang dan See Thong
Thian dengan pengagayuh besinya. Maka itu, selang beberapa puluh jurus, Ma Giok terancam bahaya. Ia mesti melawan musuh di luar dan di dalam tubuhnya.
Khu Cie Kee heran melihat kelakuan kakaknya itu, yang seperti dari embun-embuannya terlihat mengepul hawa seperti uap. Hendak ia menolongi tetapi ia tidak sanggup, ketiga musuhnya mendesak keras padanya.
Benar Hauw Thong Hay rada lemah tetapi Auwyang Kongcu lebih gagah daripada Pheng Lian Houw.
Karena hatinya berkhawatir, ia kena terdesak.
Yo Tiat Sim tahu ilmu silatnya tidak berarti, akan tetapi melihat kedua imam itu terancam bahaya, ia maju menyerang Auwyang Kongcu, yang ia arah
punggungnya. "Saudara Yo, jangan maju!" mencegah Khu Cie
Kee. "Percuma kau mengantarkan jiwa"."
Belum habis ucapan imam ini, Auwyang Kongcu
sudah menendang patah tombak orang dengan kaki kirinya dan kaki kanannya mendupak roboh orang she Yo itu.
Adalah di itu waktu, dari kejauhan terdengar lari mendatanginya beberapa ekor kuda akan kemudian ternyata, yang datang itu adalah Wanyen Lieh
bersama Wanyen Kang. Wanyen Lieh melihat istrinya duduk di tengah, ia girang, segera ia menghampirkan. Justru itu sebatang golok menyambar kepadanya. Syukur ia keburu
berkelit. Ia segera mendapatkan, penyerangnya itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
satu nona dengan baju merah, yang goloknya lihat.
Nona itu segera dikepung pengikut-pengikutnya.
Wanyen Kang heran menampak gurunya dikepung,
ia lantas berteriak: "Semua berhenti! Tuan-tuan berhenti!"
Pangeran ini mesti berteriak beberapa kali, barulah Pheng Lian Houw semua berlompat mundur.
Wanyen Kang segera menghampirkan gurunya,
untuk memberi hormat. "Suhu, mari teecu mengajar kenal," katanya
kemudian. "Inilah beberapa cianpwee Rimba
Persilatan yang diundang ayahku."
"Hm!" bersuara imam itu, yang segera
menghampirkan kakaknya, yang pun sudah tidak
berkelahi lagi. Ia terkejut akan melihat tangan kanan kakaknya itu menjadi hitam terus sampai di lengan.
"Ha, racun begini lihay!" serunya. Lantas ia
berpaling kepada Pheng Lian Houw, akan
perdengarkan suaranya yang keren: "Keluarkan obat pemunahnya!"
Pheng Lian Houw bersangsi, ia melihat orang
segera sampai pada ajalnya.
Ma Giok sendiri mengempos terus semangatnya, ia berhasil mencegah menjalarnya racun itu, yang perlahan-lahan mulai turun.
Wanyen Kang lari kepada ibunya, ia berkata: "Ma, akhirnya kita dapat cari kau!"
Tapi pauw Sek Yok berkata dengan keras: "Untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghendaki aku kembali ke istana, tidak dapat!"
Wanyen Kang dan Wanyen Lieh menjadi heran.
"Apa"!" kata mereka.
Pauw Sek Yok menunjuk kepada Yo Tiat Sim, ia
kata nyaring: "Suamiku masih belum mati, meski ia pergi ke ujung langit dan pangkal laut, akan aku ikuti dia!"
Wanyen Lieh heran tetapi ia dapat segera menoleh kepada Nio Cu Ong. Ia mengasih tanda dengan
tekukan mulutnya. Nio Cu Ong mengerti, sekejap saja ia telah
menyerang Yo Tiat Sim dengan tiga batang pakunya.
Khu Cie Kee yang waspada dapat melihat serangan orang she Yo itu, ia menjadi kaget. Ia tidak mempunyai senjata rahasia untuk mencegah paku itu. Tiat Sim tebtu tak dapat berkelit. Tapi ia tidak putus asa. Ia menyambar satu serdadu di dekatnya, tubuh orang itu ia lemparkan ke arah antara paku dan Tiat Sim.
Segera terdengar jeritannya serdadu yang menjadi korban ketiga batang paku itu.
Melihat itu Nio Cu Ong menjadi gusar, ia lompat kepada si imam untuk menerjang.
Pheng Lian Houw dapat melihat suasana. Ia
memangnya tidak sudi menyerahkan obat
pemunahnya. Tidak ayal lagi ia berlompat kepada pauw Sek Yok, untuk menangkap onghui yang dicari Wanyen Lieh itu.
Khu Cie Kee melihat sepak terjang orang itu, ia pun lompat menyerang, mulanya menikam Nio Cu Ong,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lalu membabat si orang she Pheng itu. Mereka ini berdua terpaksa lompat mundur.
Khu Cie Kee segera menghadapi Wanyen Kang,
yang ia bentak: "Anak tidak tahu apa-apa, kau mengaku penjahat sebagai ayahmu selama delapan belas tahun, hari ini kau bertemu ayahmu yang sejati, kenapa kau masih tidak hendak mengenalinya"!"
Wanyen Kang memang telah mendengar
keterangan ibunya, ia percaya itu delapan bagian, sekarang ia dengar perkataan gurunya ini, ia lantas menoleh kepada Yo Tiat Sim. Ia melihat seorang dengan pakaian tua dan pecah, pakaian itu kotor dengan tanah. Kemudian ia berpaling kepada Wanyen Lieh, ia tampak orang tampan dengan pakaian indah.
Maka dua orang itu beda bagaikan langit dengan bumi.
Ia lantas berpikir: "Mustahilkah aku meninggalkan kekayaan dan kemulian untuk mengikuti seorang melarat, untuk hidup merantau" Tidak, berlaksa kali tidak!" Maka ia lantas berseru, "Suhu, jangan dengari ocehan iblis ini! Suhu, tolonglah ibuku!"
Khu Cie Kee menjadi sangat mendongkol. "Kau
sesat, kau tidak sadar, kau kalah dengan binatang!" Ia mendamprat.
Pheng Lian Houw melihat guru dan murid bentrok, mereka perkeras serangan mereka.
Wanyen Kang juga mendapatkan gurunya dalam
bahaya tetapi ia berdiam saja.
Imam itu menjadi sangat murka. "Binatang, lihat aku!" dia membentak.
Wanyen Kang berdiam, hatinya ciut. Ia memang
paling takut pada gurunya itu. Maka ia berharap-harap
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pheng Lian Houw semua memperoleh kemenangan,
supaya gurunya terbinasakan, dengan begitu ia akan selamat untuk selanjutnya.
Tidak lama, lengan kanan Khu Cie Kee kena
ditusuk ujung gunting Nio Cu Ong, lukanya tidak hebat tetapi mengeluarkan darah.
Ma Giok melihat bahaya mengancam, ia
mengeluarkan sebiji liu-seng, ia sulut itu, lalu melemparkannya, maka suatu sinar api biru lantas meluncur ke udara. Itulah pertandaan di antara kaum Coan Cin Pay.
"Imam tua itu mencari kawan!" berseru Pheng Lian Houw, lantas ia meninggalkan Khu Cie Kee untuk menyerang Ma Giok. Ia lantas dibantu See Thong Thian.
Baru mereka ini bergebrak satu kali, di jurusan Barat Laut terlihat meluncurnya satu sinar biru juga.
"Ong sutee di arah kiri sana!" berseru Khu Cie Kee girang. Ia geser pedangnya ke tangan kiri terus ia menyerang hebat, hingga ia dapat membuka jalan.
"Ke sana!" berseru Ma Giok yang menunjuk ke arah Barat Laut.
Yo Tiat Sim bersama Liam Cu, putrinya dengan
melindungi Pauw Sek Yok, lari ke arah yang ditunjuk itu, di belakang mereka, Ma Giok menyusul. Imam ini sudah berlompat bangun.
Khu Cie Kee perlihatkan kepandaiannya, ia
menghalangi di belakang. See Thong Thian berniat mencekuk Pauw Sek Yok,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia berlompat ke depan, tetapi semua percobaannya sia-sia belaka, ia dirintangoi kalau bukan oleh Khu Cie Kee tentu oleh Ma Giok.
Tidak lama tibalah mereka di hotel kecil di mana Ong Cie It mengambil tempat.
Khu Cie Kee heran bukan main. "Kenapa Ong
Sutee masih belum menyambut?" ia berpikir. Ia baru berpikir atau ia segera melihat munculnya adik seperguruannya itu, yang jalan dibantu tongkat.
Dua-dua pihak terkejut. Mereka sama-sama tidak menyangka, dari kaum Coan Cin pay, sekarang terluka justru mereka yang paling tangguh.
"Mundur ke dalam hotel!" Khu Cie Kee lantas
berseru. "Serahkan onghui baik-baik, aku nanti ampunkan kamu semua!" Wanyen Lieh berseru.
"Siapa menghendaki pengampunan kau bangsat
anjing dari negara Kim"!" mendamprat Tiang Cun Cu.
Sembari membuka mulutnya, imam ini terus membikin perlawanan dengan hebat, hingga mau tidak mau, Pheng Lian Houw semua mengaguminya.
Yo Tiat Sim menyaksikan pertempuran itu, ia
anggap tidak seharusnya Khu Cie Kee bertiga menjadi korbannya, maka tiba-tiba saja ia tarik tangan Sek Yok, untuk pergi keluar, sambil ia berseru: "Semua berhenti!
Di sinilah ajal kami!"
Di tangannya Tiat Sim mencekal tombaknya,
dengan itu ia lantas tikam ulu hatinya, maka ia terus roboh dengan berlumuran darah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sek Yok tidak berduka karenanya, ia juga tidak tubruk suaminya itu, sebaliknya ia tertawa
menyeringai, terus ia cabut tombak itu dari tubuh suaminya, untuk gagangnya ditancap ke tanah. Ia menghadap Wanyen Kang seraya berkata: "Anak,
masih kau tidak percaya ayahmu yang sejati ini?" Tapi ia tidak menanti jawaban, segera setelah perkataan itu, ia tubruki dirinya ke ujung tombak itu, maka ia pun roboh dengan mandi darah.
kejadian ini ada sangat ehbat, semua orang tidak menduganya, maka juga pertempuran berhenti
sendirinya. Wanyen Kang sangat kaget, sambil menjerit: "Ibu!"
ia lari untuk menolongi ibunya itu. Ia lantas menangis melihat dada ibunya tertancap tombak.
Khu Cie Kee lantas memeriksa lukanya kedua
orang itu, ia putus asa. Wanyen Kang memeluki ibunya, dan Liam Cu
ayahnya. Keduanya menggerung-gerung.
"Saudara Yo," berkata Tiang Cun Cu pada Tiat Sim.
"Kau hendak memesan apa" Kau bilanglah padaku, nanti aku lakukan semua itu."
Belum lagi Tiat Sim sempat menjawab, orang pada menoleh ke arah mereka, karena mereka mendengar tindakan dari banyak kaki orang. Segera mereka melihat datangnya Kanglam Liok Koay bersama Kwee Ceng.
Enam Manusia aneh itu dapat melihat See Thong Thian beramai, mereka menduga bakal terjadi
pertempuran lagi, mereka lantas menyiapkan senjata mereka masing-masing. ketika mereka sudah datang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dekat, mereka menjadi heran. Di sana ada dua orang terluka dan masing-masing tengah dipeluki dan yang lainnya mengawasi dengan roman tidak wajar.
Kwee Ceng kenali Yo Tiat Sim, segera ia
menghampirkan. "Paman Yo, kau kenapa?" tanyanya.
Napasnya Tiat Sim sudah lemah, ia kenali anak muda itu, ia tersenyum. "Dahulu hari ayahmu dan aku telah berjanji, kalau kami mendapat anak lelaki dan perempuan, kami akan berbesan, tetapi juga anak pungutku ini ada seperti anakku sendiri"." Ia menoleh kepada Khu Cie Kee, akan meneruskan; "Totiang, tolong kau rekoki perjodohan ini, aku mati pun akan meram."
"Tenangkan hatimu, saudara Yo," menyahut si
imam ini. Pauw Sek Yok rebah di samping suaminya, tangan kirinya mencekal erat tangan suaminya itu, agaknya ia takut sekali suaminya nanti pergi. Ia seperti sudah tidak ingat apa-apa akan tetapi samar-samar ia masih dapat dengar pesan suaminya. Tiba-tiba ia angkat tangannya, untuk merogoh sakunya, darimana ia keluarkan sebilah pisau belati: "Ini buktinya"."
katanya, lalu ia tersenyum dan berhenti jalan napasnya.
Khu Cie Kee menyambuti pisau itu. Ia kenali pisau yang dulu hari ia berikan di Gu-kee-cun, Lim-an. Pada pisau terukir terang dua huruf "Kwee Ceng"
Yo Tiat Sim pun kata pada anak muda itu: "Masih ada sebilah lagi, ialah ditangan ibumu. Dengan mengingat ayahmu, aku minta baik-baiklah kau
perlakukan anakku ini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku nanti urus semua, tenangi dirimu," janji pula Khu Cie Kee.
Yo Tiat Sim benar-benar merapatkan kedua
matanya dengan tentram. Kwee Ceng berduka sekali berbareng pusing
kepala. "Yong-jie begitu baik terhadapku, mana bisa aku menikah dengan orang lain?" katanya dalam hatinya. Lalu ia menjadi kaget, ia berpikir pula:
"Kenapa aku melupai putri Gochin" Khan Agung telah jodohkan putrinya itu kepadaku!
Ini?"ini".bagaimana".?"
Selama hari-hari belakangan ini, Kwee Ceng sering ingat tuli tetapi tidak sedikitpun outri Gochin.
Cu Cong beramai berdiam saja atas pesan Tiat Sim itu. Memang mereka tidak berniat menolak pesan terakhir itu tetapi mereka tidak jelas duduknya hal, mereka tidak berani berlaku lancang.
Wanyen Lieh telah mesti menghadapi kejadian
hebat itu, ia berduka bukan main. Ia lantas saja memutar tubuhnya, untuk meninggalkan tempat itu.
Sejak ia mengambil pauw Sek Yok menjadi istrinya, ia telah mencoba segala daya untuk merebut cintanya nyonya itu, tetapi ia tidak berhasil sepenuhnya. Selama belasan tahun, Pauw Sek Yok tidak pernah melupai Yo Tiat Sim, suaminya itu.
Menampak pangeran itu berlalu, See Thong Thian beramai segera ngeloyor pergi juga, disebabkan ragu-ragu untuk menempur pula ketiha imam dari Coan Cin Pay, sudah mereka itu cukup tangguh, sekarang di samping mereka itu ada Kanglam Liok Koay.
Khu Cie Kee dapat melihat orang hendak angkat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kaki. "He, Sam Hek Miauw, tinggalkan obatmu!" ia membentak.
Pheng Lian Cu menoleh, ia tertawa lebar. "Cecu kamu she Pheng!" sahutnya. "Akulah yang kaum
kangouw julukan Cian ciu Jin-touw! Kau keliru lihat, Khu Totiang?"
Gentar juga Khu Cie Kee. "Pantaslah ia lihay
sekali," pikirnya. Tapi kakaknya terancam bahaya.
Maka ia kata: "Tidak peduli kau seribu tangan atau selaksa tangan, obat itu kau mesti tinggalkan! Jangan harap kau bisa meloloskan diri!"
Imam ini mengejek dengan selaksa tangan, sebab julukan "Cian Ciu" dari Pheng Lian Houw berarti
"seribu tangan."
Lantas Khu Cie Kee lompat menyerang.
Pheng Lian Houw mempunyai tinggal sebatang
poan-koan-pit tetapi ia tidak takut, ia menyambut serangan itu, hingga mereka jadi bertempur pula.
Cu Cong melihat Ma Giok duduk bersemedhi,
napasnya lagi diempos, sedang sebelah tangan orang hitam legam, ia tanya imam itu kena dapat luka.
"Dia berjabat tangan denganku, siapa tahu dia menggunai jarum beracun," menyahuti imam itu.
Dengan "dia" ia maksudkan Pheng Lian Houw.
"Baiklah, itu tidak berarti!" kata Biauw Ciu Sie-seng si Mahasiswa Tangan Lihay. Ia terus berpaling kepada kakaknya dan berkata; "Toako, mari kasihkan aku satu biji leng-jie!"
Kwa Tin Ok tidak mengerti maksud orang tetapi ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berikan barang yang diminta. Leng-jie itu ialah lengkak beracun.
Cu Cong mengawasi dua orang yang lagi bertempur itu, ia tidak ungkulan memisahkan mereka, maka itu ia kata pula kepada kakaknya; "Toako, mari kita pisahkan mereka itu, aku ada daya untuk menolong Ma totiang."
Kwa Tin Ok si Kelelawar Hitam tahu adiknya itu sangat cerdik, ia mengangguk.
Si Mahasiswa Tangan Lihay itu lantas saja berseru:
"Kiranya di sana Cian Ciu Jin-touw Pheng Cecu! Kita ada orang sendiri, lekas berhenti berkelahi, aku hendak ada bicara!" Ia mengatakan demikian tetapi ia tarik tangan kakaknya, maka berdua berbareng
mereka menyerbu kepada dua orang yang asyik
bertempur itu. Yang satu memegang kipas, yang lain tongkat, dengan itu mereka memisahkan.
Dua-dua Khu Cie Kee dan Pheng Lian Houw heran mendengar perkataan orang yang membilang mereka semua adalah "orang sendiri". Mereka suka memisah diri dulu, untuk mendengar penjelasan.
Dengan tertawa manis, Cu Cong menghadapi
Pheng Lian Houw. Ia kata: "Kami Kanglam Cit Koay dengan Tiang Cun Cu Khu Cie Kee telah bentrok pada delapan belas tahun yang lampau, itu waktu lima saudara kami telah terluka parah, tetapi Khu totiang pun terluka oleh kami. Urusan itu sampai sekarang masih belum dapat di"." Ia lantas menoleh kepada Khu Cie Kee, untuk menanya; "Bukankah benar begitu, totiang?"
Tiang cun Cu mendongkol sekali. Ia menduga orang hendak membuat perhitungan disaat ia menghadapi musuh berbahaya. Maka ia menjawab dengan nyaring:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak salah! Habis kau mau apa"!"
"Tetapi kita pun ada punya sangkutan sama See Liong Ong," berkata Cu Cong. "Aku dengar See Liong Ong bersahabat sangat erat dengan Pheng Ceecu, karena kami mendapat salah dari See Liong Ong, kami jadi turut bersalah terhadap ceecu?"
"Haha"tidak berani aku menerima itu!" tertawa Pheng Lian Houw.
Cu Cong tertawa, ia berkata pula: "Karena Pheng Ceecu dengan Khu Totiang serta Kanglam Cit Koay ada bermusuhan, bukankah kamu kedua pihak jadi adalah orang sendiri" Maka itu, perlu apa kamu bertarung lagi" Dengan begitu, bukankan aku dengan Pheng Ceecu pun ada orang sendiri" Mari, mari kita mengikat persahabatan!"
Si Mahasiswa Tangan Lihay mengulur tangannya, untuk menarik tangannya orang she Pheng itu.
Pheng Lian Houw cerdik, ia bercuriga untuk kata-kata tidak karuan juntrungan dari Cu Cong. Bukankah Coan Cin pay telah menolongi murid Kanglam Cit Koay" Tidakkah berarti mereka berdua bersahabat"
"Tidak, aku tidak dapat diakali, obatku tidak boleh diperdayakan!" Tapi melihat orang mengulurkan tangan, lekas-lekas ia selipkan senjatanya, berbareng ia keluarkan ban beracunnya.
"Saudara Cu, hati-hati!" Khu Cie Kee memberi ingat.
Ia terkejut. Cu Cong berpura-pura tidak mendengar, ia ulur terus tangannya, kelingkingnya ditekuk. Dengan begitu ia telah membangkol ban orang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pheng Lian Houw tidak merasakan apa-apa, ia
berjabat tangan dengan si Mahasiswa.
Keduanya lantas mengerahkan tenaga masing-
masing. Mendadak Pheng Lian Houw merasakan tangannya
sakit sekali, lekas-lekas ia menarik tangannya itu, untuk dilihat. Untuk kagetnya, telapakan tangannya telah berlubang tiga, darahnya yang mengalir
berwarna hitam. Ia merasakan gatal, gatal-gatal enak, sakitnya lenyap. Tapi ia orang yang lihay, ia insyaf bahwa ia telah kena racun yang jahat. Makin tidak sakit, makin hebat racun itu. Ia juga merasa lukanya kaku. Ia kaget berbareng gusar, ia juga tidak mengerti kenapa ia sudah kena dicurangi. Ketika ia angkat kepalanya, ia dapatkan Cu Cong berdiri di
belakangnya Khu Cie Kee, tangan kirinya mengangkat ban beracunnya yang dijepit dengan dua jari, tangan kanannya menunjuki sebuah lengkak hitam, ujung yang tajam dari buah itu penuh darah.
Kanglam Cit Koay yang nomor dua ini bergelar si Mahasiswa Tangan Lihay, maka tangannya itu benar-benar lihay sekali. Ketika ia mau berjabat tangan, dia sudah siapkan lengkaknya, tempo kedua tangan
nempel satu sama lain, ia gaet ban tangan orang dan ujung lengkaknya bekerja!
Bukan main murkanya Pheng Lian Houw, ia
berlompat untuk menerjang.
"Kau mau apa"!" membentak Khu Cie Kee, yang
melintangi pedangnya. Cu Cong segera berkata: "Pheng Ceecu, lengkak ini adalah lengkak kakakku, senjata rahasia yang
istimewa, siapa terluka karena ini, biarnya ia pandai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengukir langit, ia tidak bakal hidup lebih daripada tiga jam!"
Pheng Lian Houw merasakan tangannya kaku, ia
mau percaya keterangan itu, maka tanpa merasa, dahinya mengeluarkan keringat dingin.
"Kau mempunyai jarum beracunmu, aku
mempunyai ini lengkakku yang beracun juga," berkata pula Cu Cong. "Kedua racun beda sifatnya, maka beda juga obatnya. Marilah kita bersahabat, kita saling menukar obat. Akur?"
Belum lagi Pheng Lian Houw menyahuti, See Thong Thian sudah majukan diri seraya berkata: "Bagus! Kau keluarkan obatmu!"
"Toako, berikan dia obat itu!" Cu Cong bilang pada kakaknya.
Kwa Tin Ok merogoh dua bungkusan kecil dari
sakunya, Cu Cong menyambuti itu.
Khu Cie Kee segera melangkah di tengah. "Saudara Cu, jangan kena terperdayakan!" ia memberi ingat.
"Mesti dia yang menyerahkan dulu obatnya!"
Cu Cong tertawa. "Perkataan satu laki-laki mesti dibuktikan dengan kepercayaan," ia kata. "Aku tidak khawatir dia tidak memberikannya."
Pheng Lian Houw merogoh sakunya. Mendadak
mukanya menjadi pucat. "Celaka!" serunya perlahan sekali. "Obatku lenyap"!"
Melihat orang ayal-ayalan, Khu Cie Kee murka.
"Hm, kau masih mainkan tipu iblismu!" ia membentak.
"Saudara Cu, jangan berikan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cu Cong tertawa, ia berkata pula: "Kau ambillah!
Kita ada bangsa orang budiman, kata-kata kita ada seumpama kuda dicambuk lari, aku bilang kasih tentu mesti dikasihkan!"
See Thong Thian tahu tangan orang lihay, ia tidak berani menyambuti dengan tangan, sebagai ganti tangannya, ia lonjorkan senjata pengayuhnya.
Cu Cong meletaki obat di atas pengayuh itu dan See Thong Thian menariknya, untuk menjumput itu.
Orang heran dengan kejadian ini. Mengapa Cu
Cong memberikan obatnya" Kenapa ia tidak memaksa supaya pihak sana yang memberikan obatnya terlebih dahulu"
See Thong Thian masih menyangsikan obat adalah obat yang tulen, ia kata: "Kanglam Cit Koay adalah orang-orang kenamaan, tidak dapat ia mencelakai orang dengan obat palsu!"
Cu Cong tertawa. "Tidak nanti, tidak nanti!" ia berkata seraya dengan perlahan-lahan mengasihkan lengkaknya kepada Kwa Tin Ok, kemudian dari
sakunya ia keluarkan beberapa rupa barang ialah sapu tangan, kim-cie-piauw, beberapa potong perak hancur serta sebuah pie-yan-hu putih.
Pheng Lian Houw melihat semua barang itu, ia
melengak. Itulah semua barang kepunyaannya. Ia heran kenapa semua itu ada di tangan lain orang. Ia tidak menyangka, selagi berjabat tangan, Cu Cong telah perlihatkan kepandaiannya.
Cu Cong buka tutupnya pie-yan-hu itu, yang di dalamnya terbagi dua. di situ ada obat bubuk masing-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masing berwarna merah dan abu-abu.
"Bagaimana ini dipakainya?" ia tanya Pheng Lian Houw.
"Yang merah untuk dimakan, yang abu-abu untuk dibeboreh," sahut ceecu itu terpaksa.
Cu Cong menoleh kepada Kwee Ceng. "Lekas
ambil air! Juga dua buah mangkok!" ia menyuruh.
Bocah itu lari ke dalam hotel, untuk mengambil mangkok dan air, maka sebentar kemudian ia sudah mulai merawat Ma Giok. Mangkok yang satunya ia mau kasihkan kepada Pheng Lian Houw.
"Tunggu dulu!" mencegah Cu Cong. "Kasihkan pada Ong totiang!"


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kwee Ceng melengak tetapi ia serahkan mangkok itu. Ong Cie it juga heran.
"Eh, bagaimana dipakainya dua bungkus obat kamu ini?" See Thong Thian menanya. Ia tidak sabaran.
"Tunggu sebentar, jangan kesusu!" Cu Cong bilang.
"Baru satu jam tiga perempat menit, dia tidak bakal mati"." Sembari berkata, Cu Cong mengeluarkan sari sakunya belasan bungkus obat.
Melihat itu Kwee Ceng girang bukan buatan. "Itulah obatnya Ong Totiang!" ia berseru. Ia lantas
menyambuti semua obat itu, ia bukai bungkusannya dan letaki di depan Ong Cie It. Ia kata: "Totiang, pilihlah sendiri mana yang kau butuhkan."
Ong Cie It mengawasi semua obat itu, ia
menjumput gu-cit, dan tiga lainnya, ia terus masuki itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ke dalam mulutnya, untuk dikunyah, lalu disusuli dengan air.
Nio Cu Ong mendongkol berbareng mengagumi
sang lawan. "Begini lihay si mahasiswa jorok ini,"
pikirnya. "Ia cuma mengebuti bajuku, obat itu sudah lantas pindah ke tangannya?"
Karena gusar, ia memutar tubuh mencabut
guntingnya. "Mari, mari! Mari kita mengadu senjata!" ia menantang.
"Mengadu senjata?" Cu Cong tertawa. "Oh,
sungguh-sungguh aku tidak sanggup menandinginya!"
Khu Cie Kee pun menyela, "Tuan ini adalah Ceecu Pheng Lian Houw, tetapi tuan-tuan yang lainnya belum kami kenal?"
See Thong Thian dengan suaranya yang serak,
memperkenalkan kawan-kawannya.
"Bagus!" seru Tiang Cun Cu. "Di sini telah
berkumpul semua orang Rimba Persilatan yang
kenamaan. Sayangnya selagi kita belum memperoleh keputusan menang dan kalah, kedua belah pihak ada orang-orangnya yang terluka. Aku pikir baiklah kita menjanjikan lain hari untuk bertemu pula."
"Begitu paling baik!" Pheng Lian Houw menyahuti.
"Sebelum menemui Coan Cin Cit Cu, mati pun kita tak dapat memeramkan mata! Tentang harinya, silakan Khu Totiang yang menetapkan sendiri."
Khu Cie Kee tahu lukanya Ma Giok dan Ong Cie It memerlukan rawatan beberapa bulan, sedang
saudara-saudaranya yang lain terpencar kelilingan, sukar mencari mereka itu dalam waktu yang pendek,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
karena ia menyahut: "Baiklah setengah tahun
kemudian diharian Pwee gwee Tiong Ciu, kita
berkumpul sambil memandangi si Putri Malam sembari menyakinkan juga ilmu silat. Bagaimana penglihatan Pheng Ceecu?"
Pheng Lian Houw setuju dengan pilihan hari itu, pertengahan musim rontok. Ia mengetahui dengan baik, kalau Coan Cin Cit Cu kumpul semua, dengan mereka dibantu oleh Kanglam Cit Koay, jumlah mereka pun menjadi terlebih besar, karena mana pihaknya sendiri perlu mencari kawan. Selama setangah tahun, pasti ia sempat mencarinya. Kebetulan Chao Wang menghendaki mereka pergi ke Kanglam untuk mancuri surat wasiatnya Gak Hui, bolehlah mereka kedua pihak sekalian bertemu di sana. Maka itu, ia pun berkata:
"Khu Totiang, sungguh pandai kau memilih hari Pwee gwee Tiong Ciu itu! Karena itu aku anggap kita pun baik sekali memilih juga tempat yang tepat! Aku memikir kepada kampung halaman dari Kanglam Cit Hiap!"
"Bagus, bagus!" menyahuti Khu Cie Kee. "Baiklah, bila tiba waktunya, kita boleh berkumpul di lauwteng Yan Ie Lauw di tengah telaga Lam Ouw di Kee-hin.
Aku menganggap tidaklah suatu halangan jikalau tuan-tuan mengundang beberapa sahabatmu."
"Baiklah, begini ketetapan kita!" kata Pheng Lian Houw singkat.
"Pheng Ceecu," berkata Cu Cong setelah kepastian itu. "Dua bungkus obat di tanganmu itu, yang putih untuk dimakan, yang kuning untuk dipakai di luar."
Selama itu tangan kanan Pheng Lian Houw sudah kaku sebagian, selama berbicara dengan Khu Cie Kee, ia menahan sakit, maka itu begitu mendengar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perkataannya Cu Cong, tidak berayal sedetik juga, ia lantas makan obat yang putih itu.
Kwa Tin Ok dengan suaranya yang dingin berkata,"
Pheng Ceecu, dalam tempo tujuh kali tujuh,
empatpuluh sembilan hari kau mesti pantang minum arak! Kau pun mesti memantang paras elok! Kalau tidak nanti di harian Pwee gwee Tiong Ciu di Yan Ie Lauw kita tidak bakal kekurangan cecu satu orang, hingga karenanya pastilah lenyap kegembiraan kami!"
Pheng Lian Houw merasa bahwa ia diejek, tetapi karena orang bermaksud baik, ia tidak menunjuk kemurkaa. "Terima kasih untuk perhatianmu!" ia bilang.
Ia sungkan menyebutkan kebaikan hati orang.
See Thong Thian sudah lantas menolongi kawan itu memakai obat luar, habis mana ia mempepayang ya untuk diajak berlalu.
Wanyen Kang berlutut di tanah, ia paykui empat kali kepada mayat ibunya, kemudian ia paykui beberapa kali kepada Khu Cie Kee, gurunya itu, habis itu tampa mengucap sepatah kata, ia berlalu dengan
mengangkat kepala. "Eh, Kang-jie, apakah artinya itu"!" sang guru menanya, membentak.
Wanyen Kang tidak menyahuti, ia juga tidak
berjalan bersama rombongannya Pheng Lian Houw, ia hanya mengambil sebuah tikungan di pojok jalan.
Khu Cie Kee terdiam. Tetapi ia segera sadar, maka itu ia terus memberi hormat kepada Kwa Tin Ok beramai seraya berkata: "Jikalau hari ini kami tidak mendapat pertolongan Liok Hiap, pastilah kami bertiga sudah kehilangan jiwa kami. Mengenai muridku itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang tidak ada sekelingking murid Liok Hiap, untuk pertemuan nanti di Cui Siang Lauw di Kee-hin, disini aku menyatakan taklukku."
Kanglam Liok Koay senang mendengar perkataan
si imam, dengan begitu tidak sia-sialah yang mereka telah membuat tempo delapanbelas tahun di gurun pasir. Kwa Tin Ok lantas menjawab dengan merendah.
Sampai di situ, selesai sudah pembicaraan mereka.
Ma Giok dan Ong Cie It lantas dipepayang masuk ke dalam rumah penginapan. Coan Kim Hoat pergi
membeli peti mati untuk merawat jenazahnya Yo Tiat Sim dan Pauw Sek Yok, suami istri.
Khu Cie Kee bersusah hati melihat Bok Liam Cu yang sangat berduka itu.
"Nona, bagaimana hidupnya ayahmu selama
beberapa tahun ini?" ia menanya.
Bab 24. Pengemis Dengan Sembilan Jeriji
"Selama belasan tahun ayah telah mengajak aku merantau ke Timur dan ke Barat," menyahut si nona.
"Belum pernah kami berdiam di suatu tempat lamanya sepuluh hari atau setengah bulan. Ayah membilang, dia hendak mencari satu orang".seorang engko she Kwee".."
Perlahan sekali suara si nona, kepalanya pun
tunduk. Ia likat. Khu Cie Kee menoleh ke arah Kwee Ceng.
"Bagaimana caranya ayahmu mendapatkan kau?" ia tanya si nona pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku ada orang asal Gu-kee-cun di Lim-an," Liam Cu menyahut pula. "Sejak kecil aku telah tidak mempunyai ayah dan ibu, aku tinggal menumpang sama seorang bibiku. Bibi itu tidak perlakukan baik padaku, demikian pada suatu hari ia telah memukul aku serta tidak memberikan aku nasi untuk berdahar, selagi aku menangis di depan pintu, lewatlah ayah angkatku ini. Ia merasa kasihan padaku, ia bicara sama pamanku, lalu ia ambil aku sebagai anak pungut.
Demikian aku diajak merantau, diajari ilmu silat. Untuk mencari engko she Kwee itu, aku turut ayah merantau.
Aku mesti sering melakukan pertempuran, karena ayah telah mengibarkan benderanya, bendera untuk pibu guna mencari pasangan"."
"Nah, inilah soalnya," berkata Khu Cie Kee. "Baiklah kau mengerti, ayahmu itu bukan she Bok, dia she Yo.
Selanjutnya kau baik memakai she Yo juga."
"Tidak, aku bukan she Yo, baik aku tetap she Bok,"
berkata si nona itu. Ia bersangsi.
"Kenapa" Apakah kau tidak percaya aku?" tanya si imam.
"Bukan aku tidak percaya, aku cuma ingin tetap memakai she Bok."
Melihat orang berkukuh, imam itu tidak memaksa.
Bukankah orang baru saja kehilangan ayahnya dan hatinya sangat berduka" Ia tidak tahu, didalam hatinya, Liam Cu sudah menyerahkan diri kepada Wanyen Kang. Kalau Wanyen kang itu berayah she Yo, dia pun she Yo juga, maka kalau ia memakai she Yo, mana bisa mereka menikah"
Ong Cie It sementara itu merasakan satu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kesangsian. Setelah makan dan pakai obat, ia merasa segar, sembari rebah di pembaringan, ia mendengari pembicaraan saudaranya dan nona itu. Ia ingat bagaimana si nona bertanding sama Wanyen Kang.
"Eh," tanyanya," Kau bilang kau diajari silat oleh ayahmu, kenapa buktinya kau lebih gagah daripada ayahmu itu?"
"Itulah disebabkan pada suatu hari ketika aku berumur tigabelas tahun, aku bertemu sama seorang berilmu, Liam Cu menyahut. "Untuk tiga hari lamanya dia ajarkan aku ilmu silat. Sayang otakku buta, tidak dapat aku mewariskan semua pelajaran yang diajarkan itu?" kata si nona pula.
"Jikalau ia cuma mengajarkan tiga hari, kenapa kau jauh lebih lihay daripada ayahmu?" imam itu menanya pula. "Siapakah orang berilmu itu?"
"Maaf, totiang, bukannya aku berani mendusta, sebenarnya aku telah mengangkat sumpah, dari itu tidak berani aku menyebutkan namanya."
Ong Cie It berdiam, ia tidak menanya lebih jauh.
Tapi ia berpikir terus, ia mengingat-ingat ilmu silatnya si nona selama dia melayani Wanyen Kang. Sekian lama ia masih tidak mengingatnya, ia tidak dapat mengenali. Hal ini membuatnya bertambah heran.
"Khu Suko," akhirnya ia tanya kakaknya, "Bukankah kau telah mengajari Wanyen Kang selama delapan atau sembilan tahun"
"Tepatnya sembilan tahun enam bulan," menjawab Khu Cie kee. "Ah, aku tidak sangka sekali bocah itu ada begini punya tidak berbudi"."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, benar-benar aneh?" Cit It bilang.
Cie Kee heran. "Kenapa?" tanyanya.
Cit It diam, ia tidak memberi jawaban.
"Khu Totiang," Tin Ok menanya. "Bagaimana
caranya kau dapat mencari turunannya Yo Toako itu?"
"Itulah terjadi secara kebetulan," sahut Tian Cun Cu.
"Semenjak kita membuat perjanjian, aku pergi
kemana-mana mancari turunan kedua keluarga Yo dan Kwee itu. Selama beberapa tahun, aku tidak
memperoleh hasil. Karena ini aku merasa bahwa dalam halnya pibu, pihak kami pastilah kalah. Tapi aku tidak putus asa. Aku mencari terus. Kembali aku balik ke Gu-kee-cun. Pada suatu hari aku melihat beberapa hamba negeri pergi ke rumahnya saudara Yo itu, mereka mengangkut pergi semua barang perabotan rumah tangga. Aku heran, lantas aku menguntit mereka. Di luar dugaan mereka, aku mendapat dengar pembicaraan mereka. Nyatanya mereka bukanlah
sembarang orang. Merekalah pengikut-pengikutnya pangeran Chao Wang dari negara Kim, mereka
sengaja datang untuk mengangkuti isi rumahnya saudara Yo. Mereka bilang, tidak boleh ada barang yang kurang, tak terkecuali bangku, meja dan tombak serta luku juga. Oleh karena itu aku heran, aku jadi bercuriga, maka aku menguntit mereka terus sampai di Tiongtouw."
Mendengar sampai disitu, Kwee Ceng sadar.
Selama berdiam di dalam gedung Pangeran Chao
Wang, ia pernah melihat kamarnya Pauw Sek Yok serta perlengkapannya. Ia heran seorang istri Pangeran, tetapi perlengkapan rumahnya sangat miskin".
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Khu Cie Kee melanjuti keterangannya: "Malamnya aku pergi memasuki gedung pangeran itu. Ingin aku mendapat kepastian apa perlunya barang-barang demikian diangkut jauh-jauh, dibawa ke istana. Setelah aku memperoleh kenyataan, aku menjadi sangat gusar berbareng berduka dan terharu sekali. Ternyata Pauw Sek Yok, istrinya saudara Yo itu, sudah menjadi onghui, menjadi istrinya Pangeran Chao Wang itu.
Saking murkanya, berniat aku lantas membunuh Sek Yok itu. Kemudian aku mengubah pikiranku itu. Segera aku mendapat kenyataan, Sek Yok tinggal di sebuah rumah batu yang kecil, di situ ia memeluki dan mengusap-usap tombaknya saudara Yo, semalam-malaman ia menangis saja. Teranglah ia tidak dapat melupakan suaminya itu. Karena itu, aku batal membunuhnya. Kemudian lagi aku mendapat
keterangan, putranya Pangeran Chao Wang itu adalah putranya saudara Yo. Lewat lagi beberapa tahun, setelah usianya Wanyen Kang bertambah, aku mulai memberikan dia pelajaran ilmu silat."
"Mungkinkah itu binatang sampai sebegitu jauh belum mengetahui asal-usulnya sendiri?" Tin Ok menanya.
"Tentang itu pernah aku mencoba mencari tahu,"
berkata Khu Cie Kee. "Aku mendapat kenyataan ia telah terpengaruh sangat harta dan kemuliaan, karena itu, aku tidak lantas membeberkan rahasianya. Aku pikir hendak menunggu sampai ia bertemu dan pibu sama Kwee Sie-heng, baru aku hendak mengakurkan mereka, untuk kemudian menolongi ibunya, untuk pernahkan mereka di suatu tempat tersembunyi. Aku tidak sangka sama sekali, sebenarnya saudara Yo masih hidup, malah bersama-sama saudaraku, kita kena terpedayakan hingga beginilah pengalaman kami yang pahit. Ah"!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar itu, Bok Liam Cu menangis seraya
menutupi mukanya. Kwee Ceng lantas turut bicara, menuturkan
bagaimana dia bertemu sama Yo Tiat Sim, dan
bagaimana mereka bertemu juga sama Pauw Sek Yok pada malam itu.
Semau orang lantas memuji Pauw Sek Yok, yang
ternoda saking terpaksa, tetapi akhirnya dia berkorban untuk kehormatannya untuk cinta sucinya terhadap suaminya.
Setelah itu, pembicaraan mereka beralih kepada soal bertanding nanti di bulan kedelapan.
"Seluruh anggota Coan Cin Pay bakal hadir, apalagi yang dibuat khawatir?" berkata Cu Cong.
"Aku berkhawatir mereka mengundang banyak
kawan hingga jumlah kita menjadi terlebih sedikit," Ma Giok mengutarakan kekhawatirannya.
"Bisakah mereka mengundang banyak orang
pandai?" Cie Kee bertanya.
"Bukan begitu, sutee," berkata Tan Yang Cu seraya menghela napas. "Selama beberapa tahun ini aku benar telah memperoleh banyak kemajuan, hingga kau dapat memancarkan pengaruh partai kita, akan tetapi di sebelah itu, jangan kita melupakan, tidak dapat kita bertemberang dan menuruti adat muda?"
Cie Kee tertawa. "Jadi kita harus ketahui, bahwa diluar langit ada yang terlebih tinggi, di atas orang pandai ada lagi orang yang terlebih pandai?" katanya.
"Memang begitu. Lihat saja beberapa orang tadi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bukankah mereka itu tak ada dibawahan kita" Coba mereka dapat mengundang lagi beberapa orang, maka dalam pertemuan di Yan Ie Lauw itu sukar ditentukan dari sekarang, siapa bakal kalah, siapa bakal menang"." jawab Ma Giok lagi.
"Tapi mungkinkah kita Coan Cin Pay bakal roboh di tangannya beberapa jahanam itu?" Khu Cie Kee
menegasi. "Segala apa tak dapat diduga, saudaraku. Buktinya ialah kejadian tadi. Kalau tidak ada Kwa Toako dan Cu Jieko datang membantu, bukankah akan runtuh nama baik kita yang sejak beberapa puluh tahun" Tidakkah kita bertiga bakal kehilangan nyawa kita disini?" kata Ma Giok.
Tin Ok dan Cu Cong lekas-lekas merendahkan diri.
"Mereka itu telah menggunakan akal muslihat," kata mereka. "Kemenangan mereka itu tak dapat dibuat sebutan."
Ma Giok menghela napas. "Memang kita harus
berhati-hati," katanya. "Lihat saja Ciu Susiok kita. Ia telah mewariskan kepandaiannya guru kita,
kepandaiannya itu sepuluh lipat melebihi kita, tetapi ia terlalu mengandalkan diri, sampai sekarang sudah belasan tahun, tak diketahui dimana adanya dia. Maka itu Ciu Susiok itu harus dijadikan contoh."
Mendengar perkataan kakaknya ini, Cie Kee
berdiam. Kanglam Liok Koay tidak mengetahui yang Coan
Cin Cit Cu masih mempunyai susiok, paman guru, mereka heran, tetapi mereka tidak nerani menanyakan keterangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ong Cie It sendiri membungkam selama dua
saudaranya itu berbicara.
Kemudian Khu Cie Kee melirik kepada Kwee Ceng dan Bok Liam Cu. "Kwa Toako," katanya tertawa.
"Tidak kecewa murid yang kau pimpin itu. Yo Sutee mendapatkan baba mantu seperti ini, ia mati pun meram"."
Merah mukanya Liam Cu, ia berbangkit, sembari tunduk ia berjalan untuk keluar.
Ong Cie It dapat melihat caranya orang berbangkit dan bertindak, mendadak berkelebatlah suatu ingatan di otaknya, sebab sekali ia turun dari atas
pembaringannya dan sebelah tangannya melayang ke pundak orang.
Hebat serangan mendadak ini, tatkala si nona
sadar, pundaknya sudah kena ditekan, percuma ia hendak mempertahankan diri, ia terhuyung ngusruk.
Tapi tangan kiri Cit It menyusul, sebelum ia jatuh, dia sudah dapat ditolong. Dia heran dan kaget, dengan mendelong ia mengawasi imam itu.
Ong Cie It lantas tertawa. "Jangan kaget, Nona,"
katanya. "Aku sedang menguji kepandaianmu.
Bukankah itu orang yang berilmu yang mengajari kau ilmu silat cuma tiga hari mempunyakan hanya
sembilan jari tangan dan dandannya sebagai
pengemis?" Nona Bok menjadi terlebih heran lagi. "Eh,
mengapakah totiang ketahui itu?" dia balik menanya.
Cit It tertawa pula. "Kiu Cie Sin Kay Ang
Locianpwee itu memang aneh sepak terjangnya," ia berkata, menerangkan. "Dia mirip dengan naga sakti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang nampak kepalanya tetapi tidak ekornya. Kau telah mendapat pengajaran dari dia, Nona, kau beruntung sekali. Sebenarnya ada sangat sukar akan mendapatkan ketika seperti kau itu."
"Hanya sayang guruku itu tidak mempunyai tempo yang luang, dia cuma bisa mengajari tiga hari lamanya," menambahkan si nona.
"Apakah kau tidak kenal kecukupan, Nona?" Ong Cie It menegaskan. "Kau tahu, pengajarannya itu tiga hari melebihkan pengajaran lain orang sepuluh tahun!"
"Totiang benar juga," kata Liam Cu, yang terus berdiam tapi cuma sejenak, terus ia menanya: "Apakah totiang ketahui dimana adanya Ang Locianpwee itu sekarang?"
Cit It tertawa pula. "Perkataanmu menyulitkan aku, Nona!" ia berkata. "Adalah pada duapuluh tahun yang lampau aku menemui dia di puncaknya gunung Hoa San, habis itu aku tidak melihat dan mendengarnya pula."
Liam Cu merasa kecewa, perlahan-lahan ia
bertindak keluar. "Ong Totiang, siapakah itu Ang Locianpwee?" Han Siauw Eng menanya. Sejak tadi si nona sudah tertarik hatinya mendengar disebutnya orang itu yang ada dari tingkat lebih tinggi dan tua (locianpwee).
Imam she Ong itu tersenyum, ia balik ke
pembaringannya. "Han Lie-hiap," Ong Cie It menanaya, "Pernahkah kau mendengar sebutan Tong Shia See Tok, Lam Tee Pak Kay dan Tiong Sin Thong?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nona Han itu berpikir. "Rasanya pernah aku
mendengar tetapi aku tidak tahu apa artinya itu semua."
Tiba-tiba Kwa Tin Ok memeotong: "Ang Locianpwee itu bukankah Pak Kay dari Lam Tee Pak Kay itu?"
"Benar," Ong Cie It memberikan jawabannya. "Tiong Sin Thong itu adalah almarhum Ong Cinjin yang menjadi guru kami."
Kanglam Liok Koay kagum mendengar si orang she Ang sama tersohornya dengan gurunya Coan Cin Cit Cu.
Khu Cie Kee menoleh kepada Kwee Ceng, sembari tertawa ia berkata: "Bakal istrimu itu ada muridnya Kiu Cie Sin Kay yang ternama besar, di belakang hari siapa yang nanti berani menghinamu?"
Mukanya Kwee Ceng menjadi merah, berniat ia
membantah tetapi ia tidak dapat membuka mulutnya.
"Ong Totiang," kemudian Han Siauw Eng menanya pula. "Kau cuma menekan pundaknya si nona, cara bagaimana kau lantas bisa mendapat tahu dialah muridnya Kiu Cie Sin Kay itu?"
Selagi Cie It belum menyahuti, Cie Kee menggapai kepada Kwee Ceng, siapa sudah lantas datang
menghampirkan. Mendadak saja ia menekan pundak si anak muda.
Kwee Ceng pernah mendapat pelajaran rahasianya ilmu dalam dari Ma Giok, pelajaran yang disebut Hian-bun Ceng-cong, ia juga telah makan darahnya ular, tenaga dalamnya kokoh sekali, dari itu tidaklah ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
roboh tertekan si imam. Khu Cie Kee tertawa. "Anak yang baik!" katanya seraya mengangkat tekanannya.
Kwee Ceng tidak berani melawan lebih jauh tenaga dalam si imam itu tapi justru itu, ia ditekan pula. Kali ini, tidak ampuj lagi, ia roboh terjengkang, sebab ia tidak bersiaga. Tapi ia tidak roboh terguling, begitu pula tangannya mengenakan tanah, ia sudah
berlompat berdiri pula. Menyaksikan itu, semua orang tertawa.
"Anak Ceng," Cu Cong lantas berkata, "Khu Totiang telah memberikan kau pelajaran, kau ingatlah baik-baik."
Kwee Ceng menyahuti sambil mengangguk.
"Han Lie-hiap," Khu Cie Kee berkata pula, sekarang kepada Han Siauw Eng, "Siapa pun yang mempelajari ilmu silat, jikalau ia ditekan secara barusan, mesti ia roboh terjengkang, cuma ilmu silatnya Kiu Cie Sin Kay yang tidak mempan tekanan, paling-paling orang terhuyung ke depan. Sebabnya ini ialah kepandaian Ang Locianpwee itu banyak yang bertentangan sama ilmu silat yang kebanyakan."
Liok Koay kagum untuk pengetahuan luas dari
kaum Coan Cin Pay itu. "Apakah Ong Totiang pernah melihat Kiu Cie Sin Kay bersilat?" Cu Cong tanya.
"Pada duapuluh tahun dulu itu," menyahut Ong Cie It, "Kiu Cie Sin Kay telah berkumpul berlima bersama Oey Yok Su di puncak gunung Hoa San, di mana
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka merundingkan ilmu silat pedang, karena aku senantiasa mendampingi guruku, aku jadi dapat mendengar penguraiannya Kiu Cie Sin Kay itu."
"Bukankah Oey Yok Su itu adalah Tong Shia dari Tong Shia See Tok?" Tin Ok tanya pula.
"Benar," menjawab Tiang Cun, yang terus berpaling pada Kwee ceng sambil tertawa mengatakan: "Syukur Ma Suko telah ajarkan kau ilmu silat tetapi si antara kamu belum ada hubungan murid dan guru, jikalau tidak, mungkin terbit salah paham. Kau mesti terlebih rendah tingkatannya daripada bakal istrimu itu, dengan begitu seumurmu, tidak nanti kau dapat menanjak naik"."
Kwee ceng jengah, mukanya merah. "Tidak dapat aku menikah dengannya," katanya.
Khu Cie Kee heran, hingga air mukanya berubah.
"Kenapakah?" tanyanya.
Han Siauw Eng menyayangi muridnya itu, ia
merasa kasihan, ia mewakilkan menyahut. "Kami cuma ketahui turunan Yo toako adalah anak laki-laki, maka itu selama di Mongolia anak Ceng ini sudah
bertunangan. Oleh Khan besar dari Mongolia, Jenghiz Khan, ia telah diangkat menjadi Kim-to Hu-ma."
Mendengar keterangan itu, Khu Cie Kee tertawa dingin. "Bagus betul!" katanya. "Orang adalah satu putri, pantaslah dia beda daripada yang lainnya. Tetapi disini adalah mengenai pesan orang tua mereka.
Adakah kamu tidak memeprdulikan itu"!"
Kwee Ceng menjadi ketakutan, ia lantas saja
menekuk lututnya. "Teecu belum pernah sekali juga bertemu sama ayahku almarhum," ia berkata, "Dari itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak tahu teecu tentang pesan ayahku itu. Sukalah Totiang memberi petunjuk?"
Cie Kee tertawa. "Ya, kau tidak dapat
dipersalahkan!" katanya. Tadi ia tak ingat akan hal ini.
Habis itu lalu ia menutur kejadian pada delapanbelas tahun yang lampau di Gu-kee-cun, bagaimana ia berkenalan sama Kwee Siauw Thian dan Yo Tiat Sim, bagaimana ia sudah pukul mundur musuh, bagaimana ia menyusul dua orang itu hingga jadi bentrok sama Kanglam Cit Koay, dengan kesudahannya dibuat
perjanjian pibu antara keturunannya Siauw Thian dan Tiat Sim itu.
Kwee Ceng lantas saja menangis. Baru sekarang ia ketahui jelas tentang dirinya sendiri. Ia berduka untuk sakit hati ayahnya, sakit hati mana belum terbalas.
Karena ini juga ia menjadi ingat baik-baik budi semua gurunya.
Han Siauw Eng menghibur muridnya, ia kata:
"Sudah lumrah, laki-laki mempunyakan tiga istri serta empat gundik, maka itu belakang hari bolehlah kau memberitahukan kepada Khan yang agung halnya kau akan menikah dua istri. Ini toh untuk kebaikan kedua pihak, bukan?"
Kwee Ceng menepas air matanya. "Aku juga tidak akan menikahi Putri Gochin!" katanya.
Nona guru itu menjadi terkejut dan heran.
"Kenapakah?" tanyanya.
"Aku tidak senang ia menjadi istriku," Kwee Ceng menyahut dengan terus terang.
"Bukankah kau kenal ia dengan baik dan pernah bergaul rapat?" Siauw Eng menanya pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya, tetapi aku pandang ia sebagai adik saja, sebagai sahabat. Aku tidak ingin menikah dengannya."
Khu Cie Kee menjadi girang mendengar itu. "Anak yang baik, kau bersemangat!" pujinya. "Peduli apa dia Khan yang agung atau tuan putri, kau baiklah turut pesan ayahmu almarhum dan paman Yo-mu itu, kau menikah dengan nona barusan!"
Kwee Ceng menggeleng kepala. "Aku juga tidak
akan nikahi nona ini," katanya.
Semua orang menjadi heran, tidak tahu mereka apa yang dipikirkan pemuda ini.
"Apakah kau telah mempunyai nona lain yang kau penujui?" tanya Siauw Eng perlahan. Dasar wanita, nona Han ini dapat menyelami hati orang.
Muka Kwee Ceng menjadi merah, dia berdiam
sejenak, baru ia mengangguk.
Han Po Kie dan Khu Cie Kee terperanjat. "Siapakah nona itu"!" tanya mereka keras.
Kwee Ceng mengasih dengar suaranya perlahan, ia tidak menjawab.
Sedeik itu, Han Siauw Eng lantas ingat Oey Yong, yang ia telah perhatikan ketika malam itu bertempur dengan Bwee Tiauw Hong dan Auwyang Kongcu
beramai di dalam istana pangeran. Ia ketahui nona itu berkulit putih bersih dan cantik menarik.
"Bukankah kau maksudkan si nona baju putih?" ia tegaskan muridnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng tidak menjawab tetapi mukanya
menjadi merah. "Siapakah dia itu?" Khu Cie Kee tanya si nona Han.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku dengar Bwee Tiauw Hong memanggil ia
sumoay dan kepada ayahnya suhu?" menjawab
Siauw Eng perlahan sekali. (Sumoay = adik
seperguruan wanita dan suhu = suhu)
Dua-dua Kwa Tin Ok dan Khu Cie Kee terperanjat, hingga mereka berlompat bangun. "Mustahilkah ia putrinya Oey Yok Su?" tanya mereka berbareng.
Siauw Eng tarik tangan muridnya, untuk si murid datang dekat kepadanya. "Anak Ceng, apakah nona itu she Oey?" ia menanya perlahan.
Kwee Ceng mengangguk. "Ya," sahutnya, perlahan juga.
Mendapat jawaban itu, Han Siauw Eng tergugup.
"Apakah ayahnya yang jodohkan kau dengan
putrinya?" tanya Cu Cong.
"Aku belum pernah bertemu dengan ayahnya dan
tidak tahu siapa itu ayahnya," si murid menjawab.
"Kalau begitu, kamu jadi mufakat berdua saja?" Cu Cong menanya pula.
Kwee Ceng tidak mengerti jelas, ia membuka lebar matanya tanpa menjawab.
"Bukankah dia mengatakan mesti menikah
dengamu dan kau membilang akan nikahi dia?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak pernah dikatakan begitu?" sahut Kwee
Ceng, yang terus berdiam, tetapi sesaat kemudian ia menambahkan: "Tidak usahlah itu dijelaskan lagi. Aku tidak dapat tidak mempunyai dia dan dia juga tidak dapat tidak mempunyai aku, hati kita sama
mengetahuinya"."
Han Po Kie belum pernah mengenal asmara,
mendengar itu ia menjadi tidak puas. "Habis
bagaimana jadinya!" ia membentak.
Cu Cong lain lagi. Berkata ini guru yang nomor dua:
"Kau tahu tidak, ayahnya nona itu adalah satu iblis besar, yang kalau membunuh orang tidak pernah mengicap matanya" Jikalau ia ketahui kau secara diam-diam mencuri mengambil hati anak gadisnya, apa kau sangka kau masih mempunyai jiwamu itu"
Bwee Tiauw Hong belum mewariskan satu persepuluh dari kepandaian gurunya itu, dia sudah sangat lihay, maka jikalau tuan dari Pulau Tho Hoa To itu hendak membunuh kau, siapa yang dapat menolonginya?"
"Yong-jie demikian baik, aku pikir".aku pikir ayahnya tak mungkin bukan orang baik-baik," berkata si murid perlahan.
"Angin busuk!" membentak Po Kie, yang tetap
murka. "Kau mesti bersumpah bahwa untuk
selanjutnya kau tidak akan bertemu pula dengan nona itu!"
Kanglam Liok Koay sangat membenci Hek Hong
Saing Sat yang telah membinasakan Siauw Mie To Thio A Seng si Buddha Tertawa, dengan sendirinya mereka jadi membenci juga guru orang itu.
Kwee Ceng menjadi susah hati. Di satu pihak
adalah guru-gurunya yang telah melepas budi banyak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kapadanya, dilain pihak adalah cinta sejati. Ia pikir, kalau seumurnya ia tidak dapat bertemu lagi Oey Yong, apakah artinya hidupnya itu " buat apa ia menjadi manusia" Ia jujur dan polos, dari itu halus sekali perasaannya. Tempon ia mendapat lihat guru-gurunya itu mengawasi ia dengan bengis, hancur rasa hatinya. Ia lantas menekuk lutut, air matanya turun mengalir di kedua pipinya.
Han Po Kie lantas maju setindak. "Lekas bicara!" ia membentak.
Belum lagi Kwee Ceng menyahuti, di luar jendela sudah terdengar suaranya seorang wanita muda:
"Kenapa kamu main paksa orang"!" Tercenganglah Tin Ok semua. Sedang begitu, si nona itu telah berkata pula: "Engko Ceng, lekas keluar!"
Kwee ceng kenali suaranya Oey Yong, ia kaget dan berbareng heran. Ia lantas berbangkit dan memburu keluar. Di depannya berdiri si nona cantik, tangan kirinya memegangi pelana kuda Han-hiat Po-ma.
Kuda merah itu meringkik panjang, apabila ia
melihat ini anak muda, lalu kedua kaki depannya diangkat, untuk berjingkrakan.
Han Po Kie bersama Cu Cong dan Coan Kim Hoat
memburu keluar, diikuti Khu Cie Kee berempat.
Menampak ketiga guru itu, Kwee Ceng menunjuk
kepada si nona seraya berkata; "Sam-suhu, inilah dia si nona, dia bukannya siluman!"
Oey Yong menjadi gusar. "Hai, orang kate terokmok yang menyebalkan untuk dilihat, kenapa kau berani memaki aku perempuan siluman"!" dia menanya
sambil membentak. Dia pun segera menuding Cu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cong tanpa menanti lagi jawabannya Ma Ong Sin si Malaikat Raja Kuda, untuk menambhakan: "Ada lagi kau, mahasiswa iblis yang jorok kotor, kenapa kau mencaci ayahku" Kenapa kau katakan ayahku satu iblis besar yang membunuh orang tidak mengicap mata"!"
Biauw Ciu Sie-seng si Mahasiswa Tangan Lihay
sabar, ia tidak sudi melayani seorang nona, maka itu ia tersenyum. Ia mesti akui nona ini sangat cantuk, seumurnya belum pernah ia lihat lain nona yang melebihkannya, jadi tidaklah heran yang Kwee Ceng menjadi jatuh hati kepada si nona.
Tapi beda dengan kakaknya yang kedua ini, Han Po Kie gusar bukan main, sampai kumisnya bangun
berdiri. "Pergi kau! Lekas kau pergi!" ia mengusir.
Bukannya si nona Oey itu pergi, ia justru menepuk-nepuk tangan, ia bernyanyai; "Hai, labu parang! Hai, bola kulit bundar! Ditendang satu kali, lalu
bergelindingan!" "Jangan nakal, Yong-jie!" kata Kwee Ceng lekas mencegah. "Inilah guruku"."
Han Po Kie maju, ia mengulurkan tangannya akan menolak si nona itu untuk diangkat pergi.
Masih Oey Yong bernyanyai: "Labu parang! Bola kulit bundar!" Ia pun mundur dari tangannya si kate terokmok itu, hanya sambil mundur, mendadak
tangannya menyambar pinggang Kwee Ceng, yang
etrus ia bawa berlompat, maka sedetik kemudian, keduanya sudah bercokol di atas kuda merah, tempo mana si nona itu mengedut tali les, Han-hiat Po-ma membuka tindakan lebar dan kabur!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Po Kie boleh sangat gesit dan sebat tetapi tidak snaggup ia menyandak kuda jempolan itu.
Ketika kemudian Kwee Ceng sempat menoleh ke
belakang, wajah Po Kie semua terlihat hanya samar-samar saja, lantas bergelempang hitam, terus lenyap, saking keras larinya si kuda merah itu!
Oey Yong mencekal les dengan tangan kanan,
tangan kirinya memegang tangannya si anak muda, hatinya berdenyut keras, walaupun belum lama
mereka berpisahan, Kwee Ceng sendiri bingung sekali.
Berat untuknya akan perpisahan secara demikian dari keenam gurunya itu, sebaliknya, pepat juga hatinya kapan ia mengingat gurunya itu hendak memisahkan ia dari pacarnya. Mana bisa ia tunduk kepada mereka itu"
Kabur kira-kira satu jam lamanya, Han-hiat Po-ma telah terpisah duaratus lie dari kota Yan-khia. Sampai disitu barulah Oey Yong menarik tali les kudanya, untuk mengasih kudanya berhenti. Lantas ia lompat turun dari binatanag tunggangannya itu, diturut oleh pemuda pujaannya itu. Kuda itu menggosok-gosok lehernya ke pinggang si anak muda, menandakan kelulutannya.
Sepasang muda-mudi ini berpegagan tangan,
mereka berhadapan tanpa mengucapkan sepatah
kata. Banyak yang mereka ingin ucapkan, tetapi mereka tidak tahu harus bagaimana memulainya.
Cuma hati mereka yang berbicara satu pada
lain?"". Beberapa saat kemudian, baru Oey Yong
melepaskan tangannya dari tangan Kwee Ceng. Ia merogoh ke kantung kulit di pelana, ia menarik keluar sepotong sapu tangan, terus ia pergi ke tepi kali kecil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di dekatnya, untuk mencelup saputangan itu, kemudian ia kembali ke pemudannya.
"Kau pakailah ini," katanya perlahan, meminta orang menyusut mukannya yang keringatan.
Kwee Ceng berdiri bengong, agaknya ia berpikir keras sekali. Ia tidak menyambuti saputangan itu, hanya sekonyong-konyong ia berkata, keras; "Yong.jie, tidak dapat kita berbuat begini"."
Pemudi itu terperanjat, ia menatap, "Apa katamu?"
tanyanya. "Kita harus kembali," Kwee Ceng bilang. "Kita mesti menemui guruku semua"!"
Kembali Oey Yong terperanjat. "Kembali?" ia
menegasi. "Kita kembali bersama?"
"Benar!" sahut pemuda itu. "Hendak aku mencekal tanganmu, kepada guruku semua dan Ma Totiang
beramai ingin aku mengatakan; "Inilah Yong-jie! Dia bukannya siluman perempuan!?" Sembari berkata begitu, ia menarik tangan yang putih mulus dan lemas dari si nona, kemudian ia angkat kepalanya, untuk mengawasi wajah orang. Ia agaknya hendak
mengatakan pula; "Suhu, budi kamu besar laksana gunung, walaupun tubuhku hancur luluh, sukar aku membalasnya"Tapi, tapi Yong-jie bukannya siluman, dialah satu nona yang baik sekali?" ia hendak omong banyak, tapi cuma sampai di situ, berhentilah pikirannya melamun.
Mulanya Oey Yong tersenyum, ia anggap orang
jenaka sekali, tetapi kemudian hatinya tergerak. Ia lantas berkata: "Engko Ceng, semua gurumu sangat benci aku, percuma kau omong banyak dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka itu. Sudahlah, jangan engkau kembali! Mari kita pergi ke sebuah gunung sunyi, atau ke sebuah pulau mencil di laut, supaya mereka itu selama umurnya tidak dapat mencari kita"."
Kwee Ceng tetap menatap. "Yong-jie," katanya, suaranya mantap, "Tidak dapat tidak, kita mesti kembali."
"Tapi mereka itu hendak memisahkan kita, nanti kita tidak bakal bertemu pula," kata si nona pula.
"Biarnya mati, kita tidak bakal berpisah!" si pemuda memastikan.
Semangat Oey Yong terbangun, kalau tadi hatinya berdebaran, sekarang hatinya itu menjadi mantap.
"Benar!" pikirnya. "Paling banyak kita mati! Mustahil ada yang lebih hebat dari kematian?" Maka ia kata:
"Engko ceng, untuk selama-lamanya aku akan dengar perkataanmu! Sampai mati juga kita tidak akan berpisah!"
"Memang!" sahut si anak muda. "Aku sudah bilang, kau adalah satu nona yang manis!"
Nona itu tertawa. Ia merogoh pula kantong kulitnya, sekarang ia mengeluarkan sepotong besar daging mentah, ia gulung itu dengan lumpur, terus ia tambus.
Ia menyalakan api dengan kayu kering.
"Biarlah si kuda lecil merah beristirahat," kata pula si nona. "Habis beristirahat baru kita kembali."
Kwee Ceng mengangguk, hatinya puas.
Tidak lama kemudian keduanya mulai menggayem
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
daging tambus itu, kuda mereka juga sudah kenyang makan rumput. Sebentar kemudian, dengan menaiki kuda, mereka ambil jalan dari mana tadi mereka datang. Di waktu lohor, mereka tiba di hotel. Turun dari kudanya, Kwee Ceng pegang tangannya Oey Yong
untuk diajak masuk ke dalam.
Pelayan hotel girang melihat kembalinya anak si muda, ia menyambuti dengan wajah berseri-seri. Ia pernah menerima persen dari Kwee Ceng.
"Kau baik, Tuan?" tegurnya. "Mereka itu sudah berangkat pergi. Tuan ingin dahar apa, silakan sebutkan." katanya.
Tapi Kwee Ceng terperanjat. "Mereka sudah pergi?"
ia mengulangi. "Adakah pesanannya?"
"Tidak, mereka menuju ke Selatan, perginya sudah selang dua jam." jawab si jongos.
"Mari kita susul mereka!" Kwee Ceng mengajak
kekasihnya. Oey Yong menurut, maka mereka tinggalkan rumah penginapan itu, mereka kaburkan kuda mereka ke arah yang disebutkan si pelayan itu, yang heran menampak orang pergi secara demikian kesusu. Di sepanjang jalan mereka memasang mata. Sampai
sore, mereka tidak dapat menemukan Kanglan Liok Koay.
"Mungkin suhu telah mengambil lain jalan," kata Kwee Ceng. Ia membaliki kudanya.
Han-hiat Po-ma kuat sekali, walaupun
penunggangnya dua orang, ia dapat lari tak kurang cepatnya, ia tidak menjadi lelah. Hanya sampai cuaca
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gelap, mereka tetap tidak melihat Kanglam Liok Koay atau ketiga orang Coan Cin Pay. Kwee Ceng menjadi masgul.
Oey Yong menghibur. Katanya: "Di harian Tiong Ciu mereka bakal berkeumpul di Yan Ie Liauw di Kee-hin, di sana kau pasti bakal dapat menemukan mereka."
"Untuk sampai kepada hari raya Tiong Ciu,
temponya masih setengah tahun lagi," kata si anak muda, lesu.
Tapi si nona tertawa manis. "Selama setangah
tahun kita toh dapat pesiar ke segala tempat
kenamaan!" katanya. "Apakah itu tidak terlebih bagus?"
Mau tidak mau, Kwee Ceng menyatakan setuju.
Hatinya menjadi lega juga.
Keduanya lantas memasuki dusun, akan mencari
penginapan, guna melewatkan sang malam.
Besoknya Kwee Ceng membeli seekor kuda putih
yang besar, untuk ia, supaya Oey Yong dapat menaiki kuda merah kecil itu seorang diri. Tidak leluasa untuk mereka terus menunggang seekor kuda.
Oey Yong tidak dapat menampik kehendak
pemudanya itu. Demikian dengan merendengkan kuda, mereka
berjalan perlahan-lahan, untuk menikmati keindahan sang malam. Mereka pergi tanp tujuan. sering mereka turun dan duduk saling menyender di tempat yang sepi. Kalau singgah dan bermalam, mereka pun
menyewa sebuah kamar. Hati mereka lapang, tidak ada pikirab yang bukan-bukan yang menyandingi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka. Mereka melainkan memikirkan pesiar dan terbukalah hari mereka.
Pada suatu hari tibalah meteka di Baratnya
perbatasan antara Liongkeng-hu dan Tayleng di sebelah timur kota raja. Ketik aitu sudah mendekati hari raya Toan-yang, hawa udara mulai panas. Dahi Oey Yong telah berkeringatan. Selagi mereka hendak cari tempat untuk meneduh, si nona mendengar suara mengericiknya air . Ia lantas larikan kudanya ke arah suara itu. Untuk girangnya ia mendapatkan sebuah kali kecil, sampai ia berseru.
Kwee Ceng mengasih kudanya lari menyusul.
Kali itu berair bening, hingga nampak dasarnya. Di kedua tepinya ada tumbuh banyka pohon yang-liu, yang cabang dan daunnya meroyot ke air. Di dalam air pun terlihat sejumlah ikan berenang pergi datang.
Oey Yong gembira sekali, hingga ia membuka
pakaian luarnya, lalu terjun ke air.
Kwee Ceng terkejut, hingga ia menjerit. Ia lari ke tepian, hatinya lega. Segera ia melihat si nona berenang di dalam air, menangkap dua ekor ikan yang panjangnya kira-kira satu kaki, ketika diangkat ke muka air, ekornya kedua ikan itu bergerak-gerak, begitupun kepalanya.
"Sambut!" si nona berseru, kedua tangannya
terayun. Kwee Ceng sudah lantas menyambuti, ia bisa
memegang kedua ikan itu, tetapi saking licinnya, ikan itu melejit dan lolos, jatuh ke tanah, di mana keduanya berloncatan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong tertawa geli. "Engko Ceng, mari turun, kita berenang!" ia memanggil.
Kwee Ceng tidak bisa berenang, ia menggeleng
kepala. Ia menjadi besar di gurun pasir.
"Turunlah, nanti aku ajari!" kata si nona.
Pemuda ini menjadi tertarik, maka ia pun membuka baju luarnya, lalu turun ke kali. Ia tidak menerjun seperti si nona, tetapi ia turun dengan perlahan-lahan, tangannya pun diulurkan. Si nona jail sekali, ia menghampirkan, tahu-tahu ia telah merabuh kaki orang, maka tidak tempo lagi, tubuh Kwee Ceng terpelanting. Ia kaget, karenanya, ia menegak air! Oey Yong lekas pegangi tangan orang, ia menertawai.
"Begini menggeraki tangan," si nona benar-benar lantas mengajari. Ia pun membilangi, untuk selulup mesti menahan napas dan mata dapat dirapati atau dimeleki.
Untuk Kwee Ceng, pelajaran berenang itu gampang sekali. Dengan dapat mengatur napasnya, dengan cepat ia telah dapat mengerti. Demikian ia bisa berenang hilir mudik dan selulup timbul. Tentu sekali, ia menjadi bertambah gembira, sedang kawannya demikian manis dan lincah.
Tidak puas dengan mandi di satu tempat saja,
mereka berenang mudik, sampai kuping mereka
mendapat dengar suara air nyaring. Kemudian
ternyata, di Selatan itu ada air terjun yang yang tingginya lebih daripada sepuluh tombak, bagaikan rantai perak, air meluncur turun.
"Engko Ceng," kata si nona sangat bergembira,
"Mari kita mendaki air tumpah itu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baik, mari kita mencoba!" Kwee Ceng menyambut.
"Kau pakailah baju lapismu!"
"Tidak usah!" menyahut si nona. "Mari kita mulai!".
Kata-kata itu disusul sama gerakan tubuh yang lincah, berbareng dengan mana, si pemuda pun
menggeraki kaki tangannya. Tapi air deras sekali, keduanya gagal. Beberapa kali mereka mencoba, tetapi mereka tidak berhasil.
Kwee Ceng penasaran sekali. "Baiklah kita
beristirahat, besok kita coba pula!" katanya pada kawannya.
"Baik!" tertawa Oey Yong. Ia pun penasaran.
Besoknya percobaan diulangi, kali ini mereka dapat naik hingga setombak lebih. Hati mereka menjadi besar, mereka mencoba terus. Inilah suatu latihan bagus bagi mereka, yang ilmunya ringan tubuh sudah sempurna. Latihan ini terus dilakukan terus, maka juga di hari kedelapan, Kwee Ceng bisa menyampaikan puncak air terjun itu, dengan menyambar dan menarik tangan orang, ia membantu Oey Yong naik juga.
Bukan main girangnya muda mudi ini.
"Mari kita turun pula!" Kwee Ceng mengajak. Lalu keduanya menyebur mengikuti air tumpah itu.
Demikian mereka berlatih, naik dan turun. Dalam sepuluh hari, Kwee Ceng dapat berenang dengan baik walaupun ia masih kalan lincah dari si nona, ialah untuk menangkap ikan, ia tak dapat menyaingi.
Puaslah hatinya sepasang anak muda ini, maka di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hari kesebelas baru mereka melanjuti perjalanan ke Selatan. Sampai di hulu sungai Tiang Kang, hari mulai sore. Terbuka hati Kwee Ceng menyaksikan
kebesarannya sungai itu, yang airnya terus mengalir, gelombangnya saling susun.
"Kau mau berenang, engko ceng?" tanya si nona.
"Marilah!" "Baik!" sahut si anka muda. Dan ia lompat turun dari kuda putihnya, yang tepuk kempolannya. "Kau tidak punya guna, pergilah!" Ia pun melepaskan tali les.
Dilain pihak, ia menghampirkan kuda merah.
Kapam kuda merah itu telah ditepuk, dengan berani dia terjun ke sungai, sembari terjun ia meringkik keras dan panjang, terus ia berenag pergi.
Kwee Ceng dan Oey Yong pun segera terjun, untuk menyusul. Pandai berenangnya kuda merah itu, dia mendahului di muka.
Di tempat dimana mereka terjun ini tidak ada lain orang, dengan begitu mereka tidak menarik perhatian siapa juga.
Belum begitu lama, tiba-tiba cuaca menjadi gelap.
Sebab mega sudah lantas bergumpal-gumpal, langit menjadi mendung. Lalu kemudian terdengarlah suara guntur saling susul dan terlihat kilat menyambar-nyambar.
"Takutkah kau, Yong-jie?" Kwee Ceng tanya.
"Ada bersama-sama kau, aku tidak takut!"
menjawab si nona tertawa.
Pemuda itu tersenyum. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di bawah hujan besar, mereka berenang terus
hingga di lain tepi di mana mereka mendarat. Mereka menanti sampai air langit itu berhenti turun, ketika itu tibalah sang malam dan rembulan memancarkan
sinarnya di langit yang bersih. Mendung sirna, mega berkumpul lenyap.
Kwee Ceng mencari kayu kering, untuk menyalakan api ungun, di situ mereka memanggang pakaian
mereka hingga kering, kemudian keduanya rebah tidur di udara terbuka. Mereka polos, mereka tidak ingat suatu apa.
Keduanya sadar besoknya fajar, tempo mereka
dengar suara ayam berkeruyuk dari sebuah rumah tak jauh dari tepi sungai.
"Aku lapar!" berkata Oey Yong, yang menguap. Ia berbangkit, untuk lari ke rumah tadi, sebentar kemudian, ia sudah lari balik, bersama seekor ayam jago yang besar di tangannya.
"Mari kita pergi ke sana, supaya pemilik rumah tidak melihat kita," Kwee Ceng mengajak.
Si nona mengangguk, lantas mereka berjalan
sampai sejauh satu lie kira-kira. Kuda merah terus mengikuti mereka. Disini Oey Yong sembelih ayam itu, lalu di cuci bersih, kemudian ia gulung dengan lumpur, untuk ditambus. Maka dilain saat matanglah ayam itu, rontok bulu dan kulitnya, terlihatlah dagingnya yang gemuk. Disaat si nona hendak membeset ayam itu, tiba-tiba ia dengar suara dari belakangnya; "Besetlah menjadi tiga potong, pahanya kasih aku!"
Kedua muda-mudi itu terkejut. Bukankah kuping mereka lihay" Kenapa mereka tidak dengar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkelisiknya orang, hingga orang tahu-tahu sudah berada dibelakang mereka" Mereka memutar tubuh dengan cepat. Maka terlihatlah seorang pengemis usia pertengahan, pakaiannya banyak tambalannya, cuma anehnya, bahannya semua tersulam, hingga mirip pakaian pengemis di atas pentas. Dia pun memegang sebatang tongkat yang mirip batu pualam, sedang dipunggungnya tergemblok sebuah cupu-cupu besar yang merah warnanya. Wajah orang tampak acuh tak acuh wajar sekali.
Belum lagi si muda-mudi itu memberi penyahutan, mereka suka memabgi ayam mereka atau tidak, si pengemis sudah lantas menjatuhkan diri duduk di hapadan mereka, tangannya meraba punggungnya, untuk mengambil cupu-cupunya itu, yang tutupnya ia terus buka, maka di detik itu juga tersiarlah harumnya arak. Dia menggelogoki arak itu beberapa ceglokan, terus ia mengangsurkan kepada si anak muda.
"Eh, bocah, kau minumlah!" katanya.
Sebenarnya Kwee Ceng tidak puas untuk kelakuan orang yang tak hormat itu, tetapi karena tingkah laku itu aneh, tidak berani berlaku kasar. "Aku tidak minum arak, lojinkee, kau minumlah sendiri!" sahutnya hormat.
"Dan kau nona kecil, kau minum arak atau tidak?" si pengemis itu menanya Oey Yong.
Si nona tidak menyahuti, ia cuma menggelengkan kepalanya. Tapi sangat jeli matanya, dalam sesaat ia telah dapat melihat jeriji tangan si pengemis yang memegang tempat araknya. Untuk terkejutnya, jeriji itu cuma sembilan, lenyap satu dari lima jeriji tangan kanan! Ia lantas ingat kata-katanya Ong Cie It dan Khu Cie Kee perihal Kiu Cie Sin Kay, si Pengemis Aneh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berjeriji Sembilan. "Benarkah di kolong langit ini ada peristiwa begini kebetulan?" ia tanya diri sendiri. "Baiklah aku dengar suaranya."
Nona ini tertawa di dalam hati apabila ia sudah mengawasi wajah si pengemis yang terus
memandangi ayamnya, hidung dia itu bergerak-gerak, mulutnya berkelemikan tanda mengilarnya. Tetapi ia tidak memikir untuk menjaili orang, maka ia lantas besat ayamnya dibagi dua, yang separuh ia sodorkan pada orang tua itu. Pengemis itu menyambuti seperti menyambar, terus ia masuki ayam itu kemulutnya, dan terus menggayem. Sangat bernafsu ia mendaharnya hingga lekas juga paha ayam itu termakan habis!
Tulang-tulang ayam itu ia semburkan.
"Sungguh lezat! Sungguh lezat!" ia memuji
berulang-ulang. "Biarnya aku si leluhur pengemis, tidak bisa aku mematangi ayam selezat ini!"
Oey Yong tertawa, ia menyodorkan pula sepotong lainnya.
"Ah, mana dapat!" pengemis itu menolak. "Kamu berdua belum makan"." Mulutnya mengatakan begitu, tetapi tangannya menyambuti, maka dilain saat, habis sudah sebelah ayam tambus itu! Lantas ia menepuk-nepuk perutnya. "Hai, perutku, perutku!" ia mengoceh seorang diri, "Bukankah jarang sekali kau gegares ayam begini lezat?"
Mau tidak mau, si nona tertawa geli.
Pengemis itu merogoh ke sakunya, mengeluarkan sepotong besar perak, yang mana ia sodorkan kepada Kwee Ceng. "Bocah, kau ambillah ini!" katanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pemuda itu menggeleng kepalanya. "Kami
menganggap kau sebagai sahabat, kami tidak
menginginkan uang," jawabnya.
Pengemus itu menyeringai, agaknya ia likat. "Inlah sulit," katanya. "Meskipun aku pengemis, tidak biasa aku menerima budi orang sedikit juga."
"Apakah artinya seekor ayam?" berkata Kwee Ceng tertawa. "Laginya, ayam ini pun kami dapatkan dengan jalan tangan panjang, tanpa perkenan dari
pemiliknya"." Pengemis itu tertawa terbahak-bahak. "Ah, anak muda, tabiatmu sama dengan tabiatku!" katanya.
"Mari, mari bilangi aku, kau ada niat apa, kau kasih aku dengar!"
Belum lagi si pemuda menyahuti, Oey Yong sudah dului padanya. "Aku masih punya beberapa macam sayuran untuk kau cobai, lojinkee!" katanya manis.
"Maukah kau turut kami pergi ke pasar di sana?"
Pengemis itu nampaknya sangat girang. "Bagus, bagus!" ia menyahuti.
"Lojinkee she apa?" Kwee Ceng menanya.
"Aku she Ang, anak yang ketujuh," menjawab
pengemis itu. "Maka kamu berdua, anak-anak, kau panggil saja aku Ang Cit Kong."
"Ha, benar saja dia!" kata Oey Yong di dalam
hatinya. "Tapi dia masih begini muda, cara bagaimana dia sama kesohornya dengan Coan Cin Cit Cu"...."
Walaupun ia memikir demikian, Oey Yong tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bilang suatu apa. Bertiga mereka sudah lantas berjalan menuju ke Selatan, di mana ada sebuha dusun
namanya Kiang-bio-tin. Lantas saja mereka mencari pondokan.
"Kamu berdua menanti sebentar, aku hendak


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membeli bumbu," kata Oey Yong, yang terus pergi meninggalkan mereka.
Ang Cit Kong mengawasi belakang si nona, lalu ia tertawa. Ia kata kepada Kwee Ceng, "Adakah dia itu istrimu?"
Merah mukanya Kwee Ceng, sulit untuk ia
mengiakan atau menyangkal. Ang Cit Kong tidak menanya pula, dia tertawa, lalu ia duduk nyender di kursinya, matanya meram melek.
Tidak lama Oey Yong kembali dengan sayuran dan bumbunya, ia pergi ke dapur untuk matangi itu. Kwee Ceng hendak membantui, sembari tertawa, pemuda ini ditolaknya.
Selang setengah jam, Ang Cit Kong menguap.
Segera ia mengendus-endus. "Ah, harum sekali!"
katanya. "Masakan apakah itu, ah"!" Ia melongok ke arah dapur, lehernya diulur panjang-panjang.
Melihat tingkah lauk orang, Kwee Ceng tertawa di dalam hati.
Bau wanginya barang hidangan mendesak, tetapi Oey Yong belum juga muncul. Si pengemis jadi serba salah, ia bangun, ia duduk, bangun pula, duduk kembali.
"Kau tahu tabiatku?" katanya pada Kwee Ceng,
yang ia awasi. "Mulutku aneh, asal aku merasai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
makanan lezat, lantas aku lupa segala apa!" Kali ini ia tidak likat-likat lagi. Ia perlihatkan tangan kanannya, ia menambahkan: "Orang dahulu membilang, jari telunjuk dapat bergerak, inilah benar. Aku, asal aku melihat orang dahar makanan lezat jeriji telunjukku ini lantas bergerak-gerak tak hentinya, maka satu kali, sangking sengit, aku bacok kutung padanya"."
"Oh".!" Kwee Ceng berseru.
Tapi si pengemis tertawa. Katanya pula; "Meski jari tanganku lenyap, tabiatku tetap ada tak berubah"!"
Baru itu waktu Oey Yong muncul bersama sebuah penampan, di atas itu ada dua mangkok nasi,
berasnya putih, secawan arak serta dua mangkok sayuran. Dua magkok sayuran itu lantas dipindahlan ke meja.
Kwee Ceng merasakan bau harum, tanda lezatnya masakan itu. Masih ada semangkok masakan daging yang menyiarkan bau terliebih harum lagi. Semangkok yang lainnya pula masakan rebung campur-campu, kuahnya hijau.
Oey Yong mengisikan cawan, ia letaki itu di depan si pengemis.
"Cit Kong, mari cobai masakanku!" katanya sembari tertawa.
Tanpa ditawarkan sampai dua kali, Cit Kong sudah lantas menenggak araknya, lalu ia menyumpit dua potong bakso di masuki ke dalam mulutnya, terus ia menggayem, dengan asyik sekali, tandanya bakso itu sangat lezat.
"Ah, aku tahu!" katanya kemudian. "Bakso ini adalah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
campuran daging kambing, daging babi, daging
kerbau, dan daging"..daging"." Dan ia tidak dapat menyebutkan itu.
"Kalau kau bisa membade, betul kau lihay, Cit Kong!" Oey Yong tertawa. Tapi belum ia berhenti tertawa, si pengemis itu sudha berseru: "Itulah daging mencak dicampur daging kelinci!"
Si nona bertepuk tangan. "Bagus! Bagus!" pujinya.
"Kau sungguh lihay!"
Kwee Ceng sebaliknya mendoleng. "Hebat Yong-
jie!" pikirnya. "Bagaimana dapat ia memasak semua ini?"
Ang Cit Kong girang bukan main, ia menjepit pula dua buah engtoh yang dimasak bersama sayur kuwah hijau itu. "Aku tahu, inilah sup daun teratai campur rebung campur engtoh!" katanya. Ia masuki engtoh itu ke dalam mulutnya dan mengunyah. Mendadak ia
mengasih dengar suara "Ah!" berulang-ulang.
Kwee Ceng heran. Ia menduga, engtoh itu tentu lezat sekali.
"Ah, nona kecil, aku takluk padamu!" kata Ang Cit Kong kemudian, sesudah menguyah. "Pada sepuluh tahun yang lampau, pernah aku makan makanan ini di dapurnya kaisar akan tetapi rasanya tidak selezat ini!"
Oey Yong tertawa. "Cit Kong," katanya, "Coba
bilangi, di dapur kaisar ada makanan apa lainnya yang lezat, ingin aku mempelajarinya, supaya aku bisa memasaki untukmu?"
Tapi tak sempat si pengemis berbicara, ia repot dengan baksonya, dengan sayurnya, maka dilain saat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maka semua makanan itu tinggal dua persepuluh bagian. Baru kemudian ia berkata; "Di dapur kaisar tidak ada barang makanan yang dapat melebihkan masakanmu ini!"
Kwee Ceng heran, "Eh, Cit Kong, apakah kaisar telah mengundang kau berjamu?" tanya ia.
Cit Kong tertawa tergelak-gelak. "Betul, kaisar telah mengundang aku!" jawabnya. Cuma kaisar sendiri tidak dapat mengetahuinya! Selama tiga bulan aku sembunyi di atas penglari dapur kaisar, semua barang hidangannya kaisar telah aku cobai satu demi satu, mana yang lezat, aku hajar habis, mana yang tidak lezat, aku biarkan si kaisar yang gegaras! Koki dan lainnya semua heran, mereka sampai mengatakan di dapurnya itu muncul dewa si rase besar!"
Dua-duanya Kwee Ceng dan Oey Yong bersenyum,
di dalam hati mereka berkata: "Ini orang sangat doyan makan, mulutnya besar, tapi nyalinya pun gede"!"
"Eh, bocah!" tertawa pula si pengemis. "Kepandaian masak istrimu ini inilah nomor satu di kolong langit ini!
Seumurmu, kau sangat berbahagia! Sungguh heran, kenapa semasa aku muda, aku tidak pernah bertemu nona semacam dia".?"
Kwee Ceng tertawa, begitu pun Oey Yong.
keduanya lantas berdahar, Si nona perutnya kecil, sudah cukup ia makan satu mangkok. Kwee Ceng
sebaliknya menghabisi sampai empat mangkok,
sayurannya ia tidak perhatikan. Sayurannya telah dikonpa si pengemis!
Habis meludaskan semangkok sayur, Ang Cit Kong mengusap-usap perutnya. "Eh, anak-anak, aku tahu kau mengerti ilmu silat," katanya tiba-tiba. "Dan kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bocah perempuan, kau masaki aku barang hidangan lezat, aku taju, kau tidak mengandung maksud baik!
Kau tentunya menghendaki aku mengajarkan kau
beberapa jurus! Baiklah, tidak apa! Aku telah merasai hidangan lezat, tidak enak jikalau aku tidak mengajari kau! Mari, ikut aku!"
Ia berbangkit, ia gendol cupu-cupunya, ia cekal tongkatnya, lantas ia berjalan keluar.
Tanpa membilang apa-apa, sepasang muda-mudi
itu mengikuti, sampai di sebuah rimba.
"Kau ingin mempelajari apa?" Cit Kong tanya Kwee Ceng.
Pemuda itu berpikir; "Banyak sekali macamnya ilmu silat di kolong langit ini. Kalau aku menginginkan sesuatu, benarkah kau sanggup mengajarinya?" selagi si pemuda berpikir, Oey Yong mendahului.
"Cit Kong, kepandaian dia ini tidak melebihkan aku,"
katanya. "Dia sering marah-marah, ingin sekali dia menandingi aku!"
"Eh, kapan aku pernah marah terhadapmu?""
tanya Kwee Ceng. Oey Yong mengedipi mata pada pemudanya itu.
Kwee Ceng lantas menutup mulutnya.
Cit Kong tertawa, ia berkata: "Aku lihat gerak kaki tanganmu, kau mesti mempunyai latihan dari beberapa puluh tahun, maka kenapa kau tidak sanggup melawan dia" Sekarang hayo kamu berdua bertempur, aku mau lihat!"
Oey Yong jalan beberapa tindak. "Engko Ceng,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mari!" ia memanggil.
Pemuda itu bersangsi. "Jikalau kau tidak pertontonkan kepandaianmu, mana bisa lojinkee mengajarimu?" si nona berkata.
"Marilah!" Kwee Ceng pikir si nona itu benar juga, maka lantas ia kata pada si pengemis: "Apa yang pernah aku pelajarkan tidak sempurna, aku minta sukalah lojinkee memberi petunjuk."
Cit Kong tersenyum. "Mengajari sedikit tidak apa, mengajar banyak, itulah lain!" katanya.
Mendengar itu, Kwee Ceng melengak. Ia heran.
Justru itu Oey Yong berteriak. "Awas!" seraya tangannya menyambar! Ia terkejut, lekas-lekas ia menangkis. Tetapi si nona lihay sekali, ia menarik tangannya, kakinya menggantikan merabuh ke bawah.
"Bagus nona cilik!" berseru Ang Cit Kong. "Kau lihay!"
Si nona tidak melayani pujian itu, hanya seperti berbisik ia kata kepada Kwee Ceng: "Mari bertempur sungguh-sungguh"."
Kwee Ceng menurut, ia berkelahi dengan
bersemangat. Ia keluarkan ilmu silat ajarannya Lam Hie Jin, yaitu Lam San Ciang-hiat.Hebat permainannya ini disebabkan, sesudah meminum darah ular,
tenaganya bertambah berapa lipat.
Oey Yong melayani pelbagai serangan, setelah itu, ia keluarkan kepandaian ciptaan Oey Yok Su,
ayahnya, yaitu "Lok Eng Ciang". Dengan begitu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tenaganya lantas memain di delapan penjuru,
bagaikan badai mengamuk rimba pohon tho. Kwee Ceng kontan menjadi repot, selagi ia kelabakan, empat kali ia terhajar punggungnya. Habis itu si nona berlompat keluar dari gelanggang, dia tertawa.
"Yong-jie, kau lihay!" Kwee Ceng memuji. Ia tidak gusar atau malu, sebaliknya ia girang sekali. Ia tidak dihajar keras oleh si nona.
Bab 25. Tipusilat "Naga Menyesal"
Ketika itu Ang Cit Kong berkata dengan dingin kepada si nona, "Ayahmu ada mempunyai kepandaian tinggi sekali, kenapa kau masih menghendaki aku mengajari dia?"
Oey Yong terkejut, "Eh, kenapa dia mengenali ilmu silat ayahku ini, yang ayah ciptakan sendiri?" pikirnya.
Lantas ia menanya: "Cit Kong, kenalkah kau ayahku?"
"Tentu saja!" sahut si pengemis, temberang. "Dia Tong Shia dan aku Pak Kay! Selama beberapa tahun, entah kita sudah bertempur beberapa puluh kali!"
Oey Yong heran. Ia berpikir pula : "Dia pernah berkelahi sama ayhku dan dia masih belum mati, sungguh dia berkepandaian tinggi." Lalu ia menanya pula: "Lojinkee, bagaimana kau mengenali aku?"
"Pergilah kau kacakan dirimu!" sahut pengemis itu.
"Kau lihat alismu, matamu, tidakkah itu mirip dengan alis dan mata ayahmu" Mulanya aku tidak mengenali kau, aku cuma merasa seperti mengenal, setelah melihat ilmu silatmu barusan " hm! Walaupun aku belum pernah melihatnya, tetapi aku tahu betul, ilmu itu cuma dapat dibetelori oleh ayahmu itu yang licin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagai iblis itu!" Oey Yong tidak gusar ayahnya dikatakan sebagai iblis, sebaliknya ia tertawa. "Bukankha lojinkee hendak membilang ayahku sangat lihay?" ia menanya.
"Memang ia lihay," sahut Ang Cit Kong dingin.
"Tetapi dia bukanlah yang nomor satu di kolong langit ini!"
Oey Yong bertepuk tangan, gembira sekali dia.
"Kalau begitu adalah lojinkee yang nomor satu!"
serunya. "Itulah bukan," berkata si pengemis, mengaku.
"Pada lebih daripada duapuluh tahun yang lampau, kita, ialah Tong Shia, See Tok, Lam Tee, Pak Kay dan Tiong Sin Thong berlima berkumpul di atas puncak gunung Hoa San, kita membicarakan tentang ilmu silat bertangan kosong dan menggunai pedang, kita telah bertanding selama tujuh hari tujuh malam,
kesudahannya ternyata Tiong Sin Thong yang paling lihay, kita berempat mengakui dia adalah yang nomor satu di kolong langit ini."
"Siapa itu Tong Sin Thong?" Oey Yong menanya.
"Apakah ayahmu tidak pernah omong tentang dia?"
tanya si pengemis. "Tidak. Bahkan ayah mendamprat aku, dia tidak menyukai aku, dari itu aku minggat. Untuk selanjutnya ayah tidak menghendaki aku lagi?" kata si gadis dengan sedih.
"Ha, siluman tua itu!" Ang Cit Kong memaki. "Benar-benar dia sesat!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong memperlihatkan roman tidak senang.
"Aku melarang kau memaki ayahku!" ia berkata.
Ang Cit Kong tertawa terkakak. "Sayang sekali orang mencela aku si pengemis melarat, tidak ada wanita yang sudi menikah denganku," katanya, "Kalau tidak, dengan adanya kau yang begini manis, pastilah tidak rela aku mengusir kau buron?"
Oey Yong pung tertawa. "Itulah pasti, lojinkee!
Dengan kau mengusir aku, siapa nanti yang masaki kau sayur?"
Pengemis itu menghela napas. "Kau benar, kau
benar," ujarnya. Ia berhenti sejenak, lalu ia meneruskan; "Tiong Sin Thong itu ada kauwcu, ialah kepala dari Coan Cin Kauw, namanya Ong Tiong
Yang. Setelah ia menutup mata, sekarang sukar dibilang, siapakah dikolong langit ini menggantikan dia sebagai yang nomor satu?"
"Coan Cin Kauw, lojinkee bilang" Ah, bukankah disana masih ada si imam she Khu dan she Ong"
Bukankah mereka itu lihay ilmu silatnya?" tanya Oey Yong lagi.
"Mereka itu ialah murid-muridnya Ong Tiong Yang.
Aku dengar dari tujuh muridnya, Khu Cie Kee adalah yang paling lihay, tetapi walaupun demikian dia tidak dapat menandingi paman gurunya, Ciu Pek Thong."
jawab Cit Kong. Mendengar disebutkannya nama Ciu Pek Thong itu, Oey Yong terperanjat, hendak ia bicara tapi mendadak ia mengurungkannya.
Sejak tadi Kwee Ceng hanya memasang kuping
saja, sekarang ia menyelak. "Oh, kiranya Ma Totiang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masih mempunyai paman guru?" katanya.
"Ciu Pek Thong itu bukannya imam dari Coan Cin Kauw," Cit Kong memberi keterangan. "Dialah seorang biasa, yang tidak memegang agama. Ilmu silatnya itu diajarkan sendiri oleh Ong Tiong Yang. Ah, bukankah ayahmu tidak menyukai ini bocah tolol yang menjadi kawanmu?"
Pengemis ini mengatakan Kwee Ceng, inilah yang tidak disangka-sangka si anak muda. Ia menjadi bungkam.
Oey Yong tidak menjadi gusar, ia malah tertawa.
"Ayahku belum pernah melihat dia," ia menyahuti.
"Jikalau lojinkee sudi memberi pelajaran padanya, dengan memandang kau, pastilah ayahku nanti
menyukai dia." "Hai, iblis cilik!" seru si pengemis. "Kepandaian ayahmu belum kau dapatkan satu bagian saja, tetapi mata iblisnya kau telah wariskan semuanya! Aku tidak senang diumpak-umpak orang dipakaikan kopiah
tinggi, aku si pengemis tua juga tidak pernah menerima murid, maka siapakah kesudian bocah tolol ini sebagai murid" Hanyalah kau sendiri yang
memandangnya dia sebagai mustika!"
Sehabis berkata begitu, Ang Cit Kong berbangkit, dengan membawa tongkatnya, dia ngeloyor pergi.
Kwee Ceng heran, dia berdiri menjublak mengawasi kepergian orang tua itu. "Yong-jie," katanya selang sesaat, "Tabiatnya locianpwee ini sungguh luar biasa."
"Sebenarnya ialah seorang yang baik hatinya!"
menyahuti Oey Yong, yang kupingnya sangat terang, hingga ia dapat mendengar satu suara sangat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
perlahan di atas pohon di samping mereka, hingga ia menduga kepada si pengemis aneh itu. "Dia juga terlebih lihay daripada ayahku?"
Kwee Ceng memperlihatkan roman aneh. "Kau
belum pernah menyaksikan kepandaiannya, mengapa kau bisa bilang begitu?"
"Aku dengar itu dari ayahku," jawab Oey Yong.
"Apakah kata ayahmu?" tanya si pemuda lebih
lanjut. "Ayahku bilang, sekarang ini, orang yang
kepandaiannya lihay yang dapat memenangkan ayah cuma tinggal Ang Cit Kong seorang. Sayang orang tua itu tidak ketentuan tempat kediamannya, tidak dapat kita sering berkumpul dengannya untuk menyakinkan ilmu." sahut si nona.
Dugaan si nona tepat, Ang Cit Kong tidak berlalu terus. Stelah tak nampak oleh Kwee Ceng dan si nona, lekas-lekas ia kembali. Ia jalan mutar, terus ia lompat naik ke atas pohon, dari itu ia bisa mendengar pembicaraannya muda-mudi itu. Ia pun puas
mendengar suaranya Oey Yok Su seperti dikatakan si nona.
"Pada wajahnya Oey Yok Su tidak pernah
mengagumi aku, siapa tahu di dalam hatinya dia memandang hormat," pikirnya. Dan ia puas sekali. Ia tidak tahu Oey Yong melainkan mengarang cerita.
"Sayang belum berarti aku menuntut pelajaran dari ayahku," Oey Yong berkata pula, ia bersandiwara terus. "Mengenai itu aku harus menyesalkan diri sendiri. Kenapa dulu aku gemar main-main saja, tidak mau aku belajar dengan rajin. Sekarang kebetulan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekali kita bertemu dengan Ang Cit Kong, asal dia suka memberikan satu-dua pelajaran, bukankah itu terlebih baik daripada pengajaran ayahku sendiri"
Menyesal aku telah keterlepasan omong, aku
menyebabkan locianpwee itu tidak senang hati"."
Habis berkata begitu, ia lantas menangis.
Kwee Ceng menghiburi kekasihnya itu, tetapi justru itu, dari berpura-pura, Oey Yong menjadi menangis sungguhan.
Ang Cit Kong di atas pohon melihat dan mendengar semua itu, hatinya tertaeik. Oey Yong menangis tersedu-sedu.
"Pernah aku dengar ayah bilang," katanya
kemudian, "Kiu Cie Sin Kay ada mempunyai semacam ilmu silat yang di kolong langit ini tidak ada saingannya, yang sejak jaman dahulu senantiasa menjagoi sendiri, sampaipun Ong Tiong Yang jeri juga terhadapnya. Ilmu silat itu
dinamakan?"dinamakan"..Ah, aku lupa, sedang
barusan aku ingat".. Sebenarnya, ingin aku minta diajari ilmu silat itu, namanya".namanya".Ah, aku lupa lagi!"
Ang Cit Kong masih tidak sadar bahwa orang
tengah mengepul terus, ia tidak dapat mengendalikan diri dari ataas pohon, hingga ia langsung berseru:
"Itulah Hang Liong Sip-pat Ciang!" Dan ia pun lompat turun dari pohon tempat bersembunyinya itu.
Oey Yong berpura-pura terkejut, tapi habisnya ia girang bukan kepalang. "Benar, benar, ah , kenapa aku tidak ingat itu?" dia berseru. "Ayah sering sekali menyebut ilmu silat itu, dia kata itulah ilmu yang ia paling malui"."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kiranya ayahmu itu masih suka omong terus-
terang!" Ang Cit Kong berkata. "Aku tadinya
menyangka, semenjak meninggalnya Ong Tiong Yang, dia menganggap dirinya sebagai si orang kosen nomor satu di dalam dunia ini"!" Dia memandang Kwee Ceng, terus ia berkata, "Eh, bocah, bakatmu kalah dengan bocah perempuan ini, itulah sebabnya kenapa kau tidak dapat menandingi padanya. Eh, nona cilik, pergilah kau pulang ke pondokmu!"
Oey Yong tahu si pengemis hendak memberi
pelajaran pada Kwee Ceng, ia girang bukan main, dengan lantas ia lari pulang.
Lantas Ang Cit Kong memandang tajam pada si
anak muda. "Lekas kau berlutut dan mengangkat sumpah!" Katanya, bengis. "Tanpa perkenan dari aku, aku larang kau mewariskan kepandaian yang aku ajarkan ini kepada lain orang, termasuk juga itu istrimu yang licin bagai iblis cilik!"
Kwee Ceng menjadi bingung. "Kalau Yong-jie
memintanya, mana dapat aku menolak?" ia berpikir.
Karena ini, ia berkata: "Cit Kong, aku tak ingin belajar!
Biarlah dia tetap jauh terlebih gagah daripada aku?"
Cit Kong heran. "Eh, kenapa begitu?" dia
menegaskan. "Sebab kalau dia minta aku mengajarinya," sahut Kwee Ceng, "Apabila aku tidak suka mengajarinya, aku jadi berlaku tidak pantas terhadapnya. Sebaliknya jikalau aku meluluskan permintaannya dan
mengajarinya, aku malu terhadap kau, aku jadi melanggar sumpahku."
Mendengar keterangan ini, Ang Cit Kong tertawa lebar. "Anak tolol, matamu tajam, hatimu baik!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
katanya. "Kau jujur sekali! Sekarang begini saja, aku ajarkan kau jurus Kang Liong Yoe Hoei. Aku tahu Oey Yok Su itu sangat angkuh, seumpama kata ia sangat mengagumi pengajarkan ini, tidak nanti dia menjadi tidak tahu malu dengan mencuri mempelajari
kepandaianku yang istimewa ini?"
Setelah mengatakan begitu, Ang Cit Kong lantas menekuk kakinya yang kiri, tangan kanannya ditarik mutar sebagai lingkaran, lalu mendadak ia majukan itu ke depan. Kesudahannya sebuah pohon di depannya itu patah batangnya, roboh dengan berisik sekali.
Kwee Ceng terperanjat kagum. Ia tidak sangka
tolakan tangan demikian perlahan akibatnya sehebat itu. Itulah emposan tenaga dalam yang sangat besar.
"Pohon ini adalah benda yang tidak bergerak-
gerak!" Cit Kong menerangkan, "Kalau manusia, dia pasti dapat mundur berkelit. Mempelajari ilmu pukulanini, sukarnya ialah mencegah agar lawan tidak dapat mundur, supaya dia itu tidak bisa berkelit, kalau cegahan itu dapat dilakukan, dia pasti bakal roboh seperti pohon ini."
Lagi sekali si pengemis menjalankan pukulannya itu, sampai dua kali, ia sekalian mengajarkan emposan pernapasannya. Untuk ini ia mesti menggunai tempo cukup lama. Sebabnya ialah bakat yang kurang dari Kwee Ceng, yang otaknya bebal, hingga ia selamanya mesti belajar lama barulah ingat dan hapal. begitulah, selang dua jam barulah ia mengerti betul.
Cit Kong berkata: "Perempuan cilik itu, permainan silatnya lebih banyak gertakannya daripada pukulan yang sebenar-benarnya, kalau kau bertanding
dengannya dan repot membela diri, pasti sekali kau dipermainkan dia. Kau boleh gesit dan lincah, kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetap tidak nanti dapat menangi dia. Kau boleh menduga pukulannya yang benar-benar,
kenyataannya ialah gertakan belaka. Saban-saban dia bisa membikin kau tidak dapat menerka."
Kwee Ceng mengangguk-angguk.
"Karenanya jikalau kau ingin memecahkan ilmu
silatnya itu," Cit Kong membeber rahasia terlebih jauh,
"Jangan kau usil pukulannya itu gertakan atau benar-benar, kau tunggu pukulannya tiba, palsu atau benar, kau sambut dengan Kang Liong Yoe Hoei. Apabila dia melihat seranganmu itu, mesti ia menangkis, asal dia menangkis, kalahlah dia!"
"Kemudian bagaimana!" Kwee Ceng tanya.
"Kemudian bagaimana"!" si pengemis mengulangi.
"Ha, anak tolol! Dia ada punya berapa banyak
kepandaian hingga ia sanggup melawan ini pukulan yang aku ajarkan kau?"
Si pemuda tak berani mananya lagi, ia terus
berlatih. Ia pilih sebuah pohon yang kecil, ia hajar itu.
Ia kena menghajar dengan tepat, tetapi pohon itu tidak roboh, melainkan bergoyang-goyang.
"Anak tolol!" mendamprat si pengemis. "Mau apa kau menggoyang-goyang pohon itu"! Kau hendak
menangkap bajing atau mau memetik buah cemara"!"
Mukanya Kwee Ceng menjadi merah, ia tertawa
menyeringai. "Sudah aku bilang, kau mesti bikin lawan tidak dapat mundur, tidak bisa berkelit!" Ang Cit Kong berkata pula. "Pukulan barusan tepat tetapi kurang bertenaga, dengan pohon bergoyang, tenagamu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi buyar. Mestinya pohon dihajar tanpa ia bergoyang, baru ia dapat dibikin patah."
Kali ini Kwee Ceng sadar. "Jadinya aku mesti sebat sekali supaya lawan tak keburu bersiaga," katanya.
"Memang! Apa mesti disebutkan pula"!" sembrot si pengemis.
Anak muda ini berdiam, ia berlatih pula. Untuk beberapa puluh kali ia memukul, pohon masih
bergoyang-goyang. Ia tidak menjadi bosan, ia tidak berputus asa, terus ia mencoba. barulah hatinya menjadi terbuka ketika kemudian bergoyangnya pohon perlahan sekali. Itu tandanya ia peroleh kemajuan.
Sementara itu tangannya telah jadi bengkak dan merah, tetapi ia tidak pedulikan, masih ia berlatih terus.
Ang Cit Kong tidak sabaran, ia duduk menyender, lalu pulas, menggeros keras.
Ulet si anak muda, segera juga ia bisa bikin pohon tidak bergoyang. Ia jadi semakin bersemangat.
Kembali ia memukul. Diakhirnya, robohlah pohon itu, terpatah dua! Hampir ia bersorak.
"Bagus!" begitu terdengar suaranya Oey Yong, yang terlihat mendatangi dengan perlahan-lahan, tangannya membawa kotak makanan. Cit Kong belum membuka matanya, hidungnya sudah mencium bau wangi
makanan. "Harum! Harum!" katanya seraya ia berlompat
bangun, segera ia membuka tutup kotak hingga ia lihat ayam panggang dan bebek serta setumpuk lumpia.
tanpa diundang lagi, ia menyambar dengan tangan kiri dan kanan, memasuki ayam dan bebek itu bergantian ke mulutnya untuk digeragoti. "Lezat! Lezat!" ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memuji, tapi karena mulutnya penuh, tak nyata pujiannya itu.
Ketika sebentar kemudian ayam dan bebek itu
habis, tinggal tulang-tulangnya saja, baru ia ingat Kwee Ceng belum dahar. Agaknya ia jengah
snedirinya. Tapi lekas ia berkata: "Mari, mari! Lumpia ini pun lezat".! Lebih lezat dari bebek"!"
Dua-dua Kwee Ceng dan Oey Yong tidak menjadi
tidak senang, malah si nona tertawa.
"Cit Kong, kau belum dahar masakanku yang paling jempol!" katanya si nona.
Si pengemis menjadi mengilar. "Msakan apa itu"
Masakan apa itu?" ia menanya, mendesak.
"Tidak dapat aku sebutkan semua itu sekarang,"
menjawab si nona. "Ada peecay goreng, ada tauwhu tim, ada juga sup daging!"
Cit Kong menjadi semakin ngilar. "Bagus, bagus!"
katanya. "Sudah aku bilang, kau memang anak manis!
Apa boleh aku pergi membelikan peecay dan tauwhu sekarang?"


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tak usah, Cit Kong. Kau yang beli pun tidak cocok sama pilihanku!"
"Ya, benar-benar, mana orang lain dapat memilih seperti kau sendiri!"
Nona Oey itu lantas memutar haluan. "Barusan aku lihat dia menghajar pohon patah dan roboh, sekarang ia lebih lihay daripadaku!" katanya mengenai Kwee Ceng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Si pengemis itu menggeleng-geleng kepalanya.
"Tidak, tidak!" katanya cepat. "Pukulan apa itu, pohon bergoyang-goyang dan melengkung" Mestinya sekali pukul pohon patah dan runtuh!"
"Toh pukulannya barusan sudah hebat, aku tentu tidak sanggup menahannya," kata pula si nona. "Dasar kau yang berat sebelah! Kalau nanti ia menghina aku, bagaimana?"
Cit Kong hendak mengambil hati orang yang pandai masak itu, ia tidak menjadi kurang senang yang ia disesalkan. "Habis kau mau apa?" tanya.
"Kau mesti ajarkan aku ilmu, yang dapat menangi dia," kata si nona. "Sesudah aku paham, aku nanti masaki kau barang hidangan."
"Baiklah! Dia baru belajar serupa ilmu, tidak sukar untuk menangi dia. Nanti aku ajari kau Yang Siang Hoei." Baru ia tutup mulutnya, sudah ia berlompat, untuk terus bersilat. Kedua tangan bajunya yang lebar berkibar-kibar, tubuhnya berlompatan ke Timur dan Barat, pesat gerakannya.
Diam-diam Oey Yong perhatikan sesuatu gerakan orang, maka tempo Cit Kong berhenti bersilat, ia sudah ingat separuhnya, selebihnya ia minta penjelasannya.
Dasar ia berotak terang, belum dua jam, ia sudah mengerti seanteronya, dapat ia jalankan ilmu silatnya itu, tinggal memahirkan latihannya saja.
Yang Siang Hoei atau Burung Walet Terbang
Berpasangan, terdiri dari tigapuluh enam jurus, gerakannya mirip dengan burung walet terbang
menari-nari. Beda adalah Kang Liong Yoe Hoei, atau Naga Menyesal, yang singkat saja, tetapi untuk Kwee Ceng merupakan pelajaran yang sulit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Habis berlatih, Oey Yong tertawa. "Engko Ceng, sekarang aku lebih menang pula daripada kau!"
katanya gembira. "Sekarang aku mau pergi beli sayur!"
Dan lantas dia lari pergi.
"Bocah itu cerdik melebihkan kau seratus lipat!" kata Cit Kong pada si anak muda seberlalunya si nona jenaka itu.
"Memang. Barusan aku melihat lojinkee bersilat, mataku kabur, aku cuma ingat tiga empat jurus."
Cit Kong tertawa, tanpa membilang apa-apa, dia pulang ke pondokan. Kwee Ceng berdiam, ia
mengikuti pulang. Malam itu Oey Yong benar memasakkan peecay
goreng dan tim tauwhu, peecaynya dimasak dengan minyak ayam dicampur ceker bebek, sedang
tauwhunya dicampuri ham. Maka puaslah Cit Kong menangsel perutnya. Habis bersantap, ia heran melihat muda-mudi itu tidur terpiash kamar.
"Apa" Apakah kamu belum menikah?" dia
menegaskan. Oey Yong tukang bergurau, tetapi ditanya begitu, merah mukanya, hingga di antara cahaya api, dia tampak makin cantik.
"Awas Cit Kong!" dia mengancam, "Kalau kau
ngaco lagi, besok aku tidak akan masaki kau makanan yang lezat!"
"Apa, eh" Apakah aku ngomong salah?" tanya si pengemis, kaget. Tapi segera ia mendusin, "Ah, aku tolol betul! Bukankah kamu baru mengikat janji sendiri,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belum lagi mendapat perkenan orang tua kamu, belum ada rekokan comblang" Jangan takut, aku si pengemis yang nanti jadi comblangnya! Jikalau ayahmu tidak mau menerima, nona, nanti aku tempur dia! Biar kita bertempur lagi tujuh hari tujuh malam, biar sampai ada yang mampus dan hidup!"
Senang hatinya Oey Yong, sembari bersenyum ia memasuki kamarnya.
Besoknya pagi-pagi Kwee Ceng sudah pergi ke
rimba untuk menyakinkan pula pukulan Kang Liong Yoe Hoei, yang sebenarnya adalah satu jurus dari Hang Liong Sip-pat Ciang, ilmu silat Menakluki Naga.
Hanya kali ini ia berlatih kosong, tidak lagi ia menghajar pohon, sebab ia khawatir merusak pohon kayu penduduk situ. Baru menghajar duapuluh lebih kali, ia sudah mandi keringat. Tetapi ia girang sekali, sebab ia telah memperoleh kemajuan. Selagi ia beristirahat, tiba-tiba ia dengar suara orang di luar rimba.
"Suhu, kali ini mungkin kita telah melalui tigapuluh lie lebih!" demikian pendengarannya. Terang orang itu adalah murid berbicara sama gurunya. "Nyatanya ilmu lari kamu telah ada kemajuannya," menjawab seorang yang lain.
Kwee Ceng lantas saja kaget. Ia kenali suara orang yang belakangan ini. Ia pun lantas melihat orangnya "
berempat " ialah Kaoy Nio Cu Ong, si tua tetapi romannya tetap muda. Ia mengeluh, lantas saja ia kabur mengambil arah ke penginapan.
Juga Nio Cu Ong sudah lantas melihat dan
mengenali pemuda itu. "Kau hendak kemana"!" dia membentak seraya terus mengejar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiga yang lain benar adalah murid-muridnya Soam Sian Loa Kaoy, mereka lantas turut memburu, malah dengan berpencaran, untuk memegat dan mengurung.
Kwee Ceng lari terus. Ia mengerti, asal ia dapat keluar dari rimba, dekat sudah ia dengan
pondokannya. Tapi ia dapat dipegat murid kepala musuhnya itu.
"Bangsat cilik, tekuk lututmu!" membentak pemegat itu, yang terus menyerang.
Kwee Ceng menekuk kaki kirinya, tangan kanannya diputar, lalu ia menolak. Itulah jurus Kang Liong Yoe Hoei yang baru saja ia pelajari.
Murid Nio Cu Ong itu hendak menjambak, karena ditolak, hendak ia menangkis. Inilah hebat untuknya.
Segera ia terserang hingga lengannya itu patah dan tubuhnya terpental enam tujuh kaki, roboh tak sadarkan diri. Sekalipun ia berkelit, belum tentu ia bebas.
Kwee Ceng sendiri heran. Sebenarnya ia memakai tenaganya cuma lima bagian, tapi akibatnya dahsyat sekali. Untuk sejenak ia tercengang, ketika ia mendusin, lekas ia lari pula.
Nio Cu Ong melihat muridnya dirobohkan, ia kaget berbareng gusar, dia mengejar terus. Tepat dimuka rimba, ia dapat memegat.
Kwee Ceng kaget dan khawatir, sebab si musuh
tangguh menghalangi di tengah jalan. Hampir tanpa berpikir, ia tekuk lagi kaki kirinya, tangannya dilingkarkan, lalu ia menolak dengan keras. Kembali ia menggunai jurus Naga Menyesal itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Soam Sian Loa Koay terperanjat. Ia tidak kenal pukulan itu, yang nampaknya hebat, terpaksa ia berkelit dengan menjatuhkan diri ke tanah dan bergulingan. Dengan begitu ia bebas, tapi justru itu, Kwee Ceng dapat menerobos untuk lari terus. Ketika ia berlompat bangun, dengan niat mengejar terus, ia dapatkan bocah itu sudah tiba di muka pondokannya.
"Yong-jie! Yong-jie!" Kwee Ceng berteriak. "Lekas minta Cit Kong tolongi aku!"
Oey Yong dapat mendengar teriakan itu, ia muncul dengan lantas. Segera ia melihat Nio Cu Ong.
"Eh, kenapa siluman bangkotan ini berada di sini?"
pikirnya. "Bagus ia datang, hendak aku menguji Yan Siang Hoei!" Terus ia berteriak; "Engko Ceng, jangan takut! Lawan dulu padanya, nanti aku bantui kau!"
Kwee Cneg cemas hatinya, karena ia tahu Nio Cu Ong lihay dan Oey Yong belum tahu apa-apa. Tapi tidak sempat ia berpikir lama, musuhnya sudah menyandak. Ia memutar tubuhnya, kembali ia
menyerang dengan pukulan Kang Liong Yoe Hoei.
Nio Cu Ong berlompat ke samping, kali ini ia kurang sebat, meski ia bebas, tangan kanannya terserembet juga, hingga ia merasakan sakit dan panas. Tentu sekali ia menjadi heran luar biasa. Baru beberapa bulan mereka berpisah, bocah ini telah menjadi demikian lihay. Ia menduga itulah disebabkan Kwee Ceng menminum darah ular. Ingat ini, ia menjadi tambah mendongkol.
Kwee Ceng lihat orang berkelit, ia menyusuli
serangannya, dengan pukulan yang serupa.
Nio Cu Ong cerdas dan lihay, segera ia mendapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kenyataan, pukulan orang hanya serupa, maka setelah berkelit pula, dia tertawa dan berkata; "Ha, bocah, kau mempunyai cuma satu jurus ini?"
Kwee Ceng polos, ia tidak tahu orang memancing dia. "Ya," jawabnya. "Toh kau tidak mampu
menangkis!" Ia lantas menyerang pula.
Nio Cu Ong berlompat. Sekarang tahu ia
bagaimana harus mengelakkan diri. Tiga kali lagi ia diserang, tiga kali ia berkelit, di samping itu, ia membalas menyerang. Kwee Ceng gagal berulang-ulang, ia lantas menjadi repot.
Oey Yong menonton pertempuran itu, ia melihat kawannya terdesak. "Engko Ceng, nanti aku lawan dia!" ia berseru. Ia berlompat ke arah dua orang itu, tubuhnya melayang bagaikan seekor burung walet.
Begitu tiba, kepalan kiri dan kaki kanannya segera dikasih bekerja dengan berbareng.
Nio Cu Ong berlompat mundur, habis itu ia
membalas menyerang. Kwee Ceng lantas mengundurkan diri, lalu ia berdiri menonton.
Oey Yong menggunai Yang Siang Hoei dengan
baik, tetapi dasar masih baru dan ia pun kalah Iweekang, ia tidak berdaya merobohkan jago tua itu, sebaliknya hampir-hampir ia kena dihajar beberapa kali oleh lawannya, syukur ia memakai tameng joan-wie-kah. Habis tigapuluh enam jurus, ia pun kenas terdesak.
Dua muridnya Nio Cu Ong menolongi kakak
seperguruannya, yang mereka pepayang, mereka
menonton pertempuran itu, mendapatkan guru mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
unggul, mereka berteriak-teriak menganjurkan guru mereka itu. Kwee Ceng berkhawatir untuk kekasihnya itu, terpaksa hendak ia maju membantui.
Justru itu ia dengar suara nyaring dari Ang Cit Kong, yang berada di aling jendela: "Dia bakal menggunai jurus Anjing Galak Memegat Jalan!"
Oey Yong mendengar itu, ia melengak. Ia melihat Nio Cu Ong memasang kuda-kuda terpentang dan
kedua tangan dikasih rata. Ia kenali itulah sikap jurus Harimau Galak Memegat Jalan. Ia tertawa di dalam hatinya. Kiranya Cit Kong tukar "Harimau" dengan
"Anjing". Ia hanya heran kenapa Cit Kong dapat membade niat orang. Ia lantas membela diri.
Kembali Cit Kong berseru: "Dia bakal menggunai Ular Bau Mengmbil Air!"
Seruling Sakti 25 Meteor Kupu Kupu Dan Pedang Karya Gu Long Bukit Pemakan Manusia 19
^