Pencarian

Pendekar Pemanah Rajawali 36

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 36


daunnya, sepasah cabangnya Cinta tipis semenjak dahulu kala sering berpisah, dari mulanya sampai di akhimya, hati terikat, menembusi sehelai benang"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tidak lama si anak muda berpikir, lantas ia ingat.
Pikirnya: "Ini gambar mesti dilukis Yong-jle Entah dari mana Lou Tiang lo mendapatkannya" Ketika ia mengangkat tangan, untuk menanya, pengemis itu sudah berlalu dari kemahnya. Ia lantas menyuruh serdadunya memanggil, akan tetapi waktu ditanya, pengemis itu berkukuh membilang dia membelinya dari toko buku di kang lam.
Biarnya ia sepuluh kali tolol, Kwee Ceng dapat menduga, hanya disebabkan Yoe Kiak menutup mulut, ia kewalahan. Ia berpikir. justru itu Kan Tiang lo datang, pengemis itu bicara dengan perlahan:
"Barusan aku melihat bayangan orang di ujung timur laut ini, waktu aku menyusul, bayangan itu lenyap setahu ke mana. Maka aku khawatir malam ini
Auwyang Hong si bangsat tua nanti nyelundup ke dalam tangsi."
"Biarlah," kata Kwee Ceng. "Mari kita bersiap untuk membekuk dia."
"Aku mempunyai satu akal, entah koanjin setuju atau tidak." kata Kan Tiang lo.
"Mestinya itu bagus. Coba kau tuturkan."
"Inilah tipu daya sangat sederhana," kata tiang lo she Kan itu. "Kita menggali liang jebakan. Kita menyuruh duapuluh serdadu menyiapkan karung terisi pasir menjaga di luar kemah. Beruntung bangsat tua itu jikalau dia tidak datang, kalau dia muncul, aku tanggung dia dapat datang tetapi tidak dapat pergi."
Kwee Ceng setuju dengan akal itu, ia bahak girang.
Ia percaya Auwyang Hong bakal terjebak sebab see Tok sangat jumawa dan tidak melihat mata kepada lain orang.
Lou Tiang lo bertiga lantas mengepalai sejumlah serdadu menggali tanah dalamnya dua puluh tombak kira-kira, di atasnya ditutup rapi dengan permadani, di situ ditaruhkan sebuah kursi kayu yang enteng.
Duapuluh serdadu dengan karung-karung pasir
disembunyikan di luar tenda itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pekerjaan menggali tanah itu tidak mencurigai siapa juga sebab di gurun pasir biasa orang menggali sumur untuk mendapatkan air. setelah rapi, Kwee Ceng menanti sambil duduk membaca buku. Malam itu, Auwyang Hong tidak muncul. Besoknya itu Auwyang Hong tidak muncul.
Besoknya, tentara maju terus, malamnya singgah pula. Yoe Kiak bertiga menggali liang jebakan yang baru.
Malam kedua itu, tetap Auwyang Hong tidak
muncul, juga tidak di malam ketiga. Hanya di malam keempat, Kwee Ceng mendengar suara apa-apa di kain tendanya, selagi hatinya berdebaran, ia melihat Auwyang Hong muncul sambil tertawa panjang.
see Tok bertindak dengan tenang, terus dia
menghampirkan kursi, untuk berduduk. atau
mendadak. bruk Maka kejebloslah kursi itu berikut orang yang duduk di atasnya. Liang dalam duapuluh tombak. tidak bisa Auwyang Hong segera berlompat naik. Di lain pihak, duapuluh serdadu sembunyi segera datang menguruk dengan karung pasir mereka itu.
Lou Yoe Kiak girang sekali, hingga ia memuji.
"Dugaan oey Pangcu tepat sebagai malaikat" Tapi ia berhenti secara tiba-tiba sebab Kan Tianglo mendelik kepadanya. "oey Pangcu apa?" tanya Kwee Ceng.
"Aku salah omong," berkata Yoe Kiak, menyambungi. "Aku mau menyebutnya Ang Pangcu.
Jikalau Ang Pangcu ada di sini, dia tentu girang sekali."
Kwee Ceng mengawasi tianglo itu, hendak ia
menanya pula ketika serdadu-serdadunya di luar tenda menerbitkan suara berisik, bersama ketiga tianglo ia lari ke luar. Di sana sekalian serdadunya itu membuatnya berisik sambil tangan mereka menunjuk ke tanah. Tanah itu, yang tadinya rata, bergerak-gerak, sebentar mumbul, sebentar rata pula. Tidak lama anak muda ini mengawasi, ia segera mengerti sebabnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Auwyang Hong lihay, dia bisa menyungkur tanah"
katanya. Lantas dia menitahkan beberapa puluh serdadu menaik kuda, untuk jalan mondar-mandir di atas tanah itu, di bagian mana saja yang munjul.
sekian lama sekalian serdadu itu bekerja, lalu tak ada lagi tanah yang munjul. Maka dianggap Auwyang Hong tidak tahan dan telah mati karenanya. "Coba gali,"
Kwee Ceng menitah. Ketika itu sudah tengah malam. orang memasang obor. Semua serdadu berdiri memutari tempat yang digali oleh belasan serdadu lainnya. setelah menggali belasan tombak. tubuh Auwyang Hong kedapatan
berdiri diam. Tempat terpisah duapuluh tombak dari liang jebakan. Maka hebatlah tenaganya Auwyang Hong, tidak perduli tanah di situ tidak keras. Berkat tenaga dalamnya, dia dapat nelusup bagaikan tikus.
Dia lantas digotong naik, diletaki di tanah.
Lou Yoe Kiak menghampirkan, untuk meraba
dadanya. Tubuh see Tok masih hangat. "Coba ambil rantai dan belenggu padanya," tianglo ini menitah.
Baru pengemis ini berkata demikian atau mendadak tubuh Auwyang Hong bergerak dan sebelah tangannya menyambar kaki kanan si pengemis di bagian otot nadi kaki itu.
semua serdadu kaget, mereka berteriak
mengatakan mayat hidup pula. Mereka tidak tahu, Auwyang Hong telah menutup jalan napasnya dan berpura-pura mati, setelah berada di luar urukan, dia membukanya pula jalan napasnya itu seraya terus membekuk si pengemis.
Kwee Ceng berlompat menubruk. tangan kirinya
menekan jalan darah kie-kut-hiat dan tangan kanannya menekan jalan darah yang penting. Di dalam keadaan biasa, tidak nanti Auwyang Hong dapat dikotok secara demikian. Dia terkejut, dia hendak membela diri, tetapi kasep. dia kalah gesit. Dia merasakan tubuhnya kaku.
Tapi dia mengerti, Kwee Ceng tidak menyerang hebat, kalau tidak. dia bisa mati lantas. Terpaksa dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melepaskan tangannya dari kakinya Yoe King. dia berdiri diam.
"Auwyang sianseng," Kwee Ceng berkata, "Hendak aku mengajukan satu pertanyaan padamu. Adakah kau melihat nona oey?"
"Aku melihat hanya bayangannya," menjawab See Tok. "Itu sebabnya kenapa aku datang mencari ke mari."
"Apakah kau melihatnya nyata?" Kwee Ceng menanya pula. "Jikalau bukannya setan budak itu berada di sini, kau pasti tidak dapat menggunai jebakan ini untuk menangkap orang" sahut si Bisa dari Barat. Kwee Ceng melengak.
"Nah, kau pergilah" katanya akhirnya. "Kali ini aku memberi ampun padamu"
Dengan satu dorongan tangan kanan dengan
perlahan, pemuda ini membikin tubuh orang
terpelanting setombak lebih. Ia berbuat begini karena ia khawatir jago Barat yang lihay itu nanti menggunai ketika akan menyerang kepadanya.
Auwyang Hong berpaling, ia kata dengan dingin:
"Biasanya aku bertempur sama bangsa cilik, tidak pernah aku mengunai senjata, tetapi kau dibantu si budak setan yang licik dan banyak akal muslihatnya, maka aku menyingkir dengan kebiasaanku itu Di dalam tempo sepuluh hari, aku akan datang pula ke mari dengan membawa tongkat ularku. Kau telah melihat sendiri bisa di kepala tongkatku itu, dari itu kau berhati-hatilah" Lantas ia mengangkat kaki.
Kwee Ceng mengawasi orang menghilang, lalu ia merasakan sambaran angin Utara yang dingin, hingga ia menggigil sendirinya. Ia lantas mengingat lihaynya tongkat see Tok. ia merasa ngeri. Tongkat itu telah lenyap di dasar laut tetapi sembarang waktu Auwyang Hong dapat memperoleh yang lainnya, sedang ular berbisanya dia mempunyai banyak. Berbayang di depan matanya bagaimana Yan Ie Lauw, si bisa
bangkotan itu membuatnya Coan Cin Cit Cu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kewalahan. Tentu sekali, tongkat ular itu tidak dapat dilawan dengan tangan kosong sedang dia sendiri tidak pernah meyakinkan ilmu silat dengan senjata yang tertentu, sedang apa yang Liok Koay
mengajarinya ada ilmu silat yang biasa. Ia menjadi bingung, matamya mendelong mengawasi awan putih di langit
Tidak lama, hawa udara menjadi dingin sekali, maka serdadu pelayan menyalakan api. Kwee Ceng berdiam di dalam kemahnya. Semua kuda pun
dimasuki ke dalam tangsi. Kawanan pengemis tidak membekal baju kulit, untuk melawan hawa dingin itu, mereka mencoba menggunai tenaga dalamnya
masing-masing. Adalah kemudian, Kwee Ceng
menitahkan tentaranya membuat baju kulit kambing untuk mereka itu. Besoknya hawa menjadi terlebih dingin, saiju di tanah berubah menjadi es.
Menggunai saat dingin ini, tentara Khoresm datang menyerang. Tapi Kwee Ceng telah bersiap, ia
menyambutnya dengan barisan Liong Hui Tin, ia menang, lantas ia melabrak, mengejarnya ke Utara.
Sudah biasa Kwee Ceng tinggal di gurun Utara, ia tidak takut hawa dingin. Tapi ia ingat Oey Yong. Kalau benar si nona ada bersamanya, bagaimana nona itu dapat melawan hawa dingin itu" Maka ia menjadi berkhawatir.
Malamnya, diam-diam pemuda ini memeriksa
semua kemah. Tidak berhasil ia mencari si nona.
Ketika ia akhirnya balik ke kemahnya, di sana Yoe Kiak lagi mengepalai penggalian lubang jebakan.
"Auwyang Hong itu sangat licin, setelah satu kali terjebak, mana dia kena dijebak untuk kedua kalinya?"
berkata si anak muda. "Dia tentu menduga kita memakai lain akal, tidak tahunya kita tetap sama liang kita ini," menjawab si pengemis. "Biarlah dia dibikin bingung dengan itu pembilangannya, yang kosong ialah yang berisi, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berisi ialah yang kosong, kosong dan berisi tak dapat diterkanya "
Kwee Ceng mengawasi tajam. Ia berpikir: " Inilah akal muslihat dari dalam kitab ilmu perang, cara bagaimana kau mengetahuinya?"
Yoe Kiak tidak menghiraukan sikap orang, ia
berkata " Kalau kita menggunai lagi karung pasir, dia bakal dapat daya untuk menghindarkannya, maka kali ini kita mengubah cara, kita menggunai air panas, kita banjur dia"
Memang Kwee Ceng mendapatkan di luar tenda
ada puluhan serdadu lagi menyiapkan belasan kuali besar, sebagai airnya mereka mengampaki kepingan-kepingan es dimasuki ke dalam kuali itu, untuk dimasak lumer.
"Dengan begitu bukankah dia bakal mati terseduh?"
si anak muda tanya. "Memang koanjin telah berjanji dengannya akam mengampuni dia tiga kali," menyahut Yoe Kiak. "Tetapi kalau ini kali dia mampus, itulah bukan dia roboh langsung di tangan koanjin, maka biar dia mau diberi ampun, tidak bisa. Dengan begitu koanjin tidak menyalah janji."
Kwee Ceng menganggap alasan itu benar juga, ia berdiam saja.
setelah sekian lama, selesai sudah jebakan itu diatur. Tetapi sebuah kursi kayu diletaki di tengah-tengahnya. Di luar, dapur pun dinyalakan apinya, untuk orang memulai memasak air. Hawa ada sangat dingin, nyalanya api lamhat, es lumer dan keburu beku pula, maka Yoe Kiak berulang kali mendesak: "Lekas, kobarkan api"
justru di situ terlihat bayangan orang mencelat muncul Dan itulah see Tok Auwyang Hong. Dengan tongkatnya dia menyingkap tenda, terus dia berkata:
"Eh, bocah tolol, kali ini kau mengatur liang jebakan, kakekmu tidak takut" Terus dia mengenjot tubuh ke arah kursi, untuk duduk bercokol di atasnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yoe Kiak bertiga menjadi bingung sekali. Tidak disangka orang datang demikian cepat. Air mereka belum termasak panas, bahkan air sangat dingin. Di dalam hati mereka mengeluh menyaksikan see Tok bercokol di kursinya.
Mendadak terdengar suara nyaring, disusul sama caciannya Auwyang Hong. Kursi telah terjeblos bersama orang yang duduk di atasnya. Di situ tidak ada persediaan pasir, musuh tidak bisa diuruk pula.
Untuk Auwyang Hong, gampang buat berlompat naik dari liang jebakan itu.
"Koanjin, lekas keluar" akhirnya ketiga tianglo berteriak sebab mengkhawatirkan keselamatannya si anak muda. Berbareng dengan itu di belakang mereka terdengar teriakan: "Tuang air"
Kapan Yoe Kiak mendengar suara itu, tanpa sangsi lagi ia berteriak-teriak: "Tuang air Tuang air"
sekalian serdadu itu mentaati titah, dengan sebat mereka menggotong kuali- kuali besar itu, untuk airnya dituangkan ke dalam liang perangkap.
Auwyang Hong lagi berlompat naik ketika dia
diseblok air, hingga dia kaget dan kembali jatuh. Dia mengerti ancaman bahaya itu, dia lantas bersiap. Lagi sekali dia berlompat naik. Kali ini dia salah menaksir.
Dia mengira dia bakal terus disiram dengan air.
Memang benar, dia disiram, hanya dia lupa memikir, setelah diangkat dari dapur, air es yang baru lumer itu segera membeku pula. Maka sekarang dia tertimpa es, yang keras. Dia kaget bukan main, dia kesakitan pada kepalanya. Kembali dia jatuh. sekarang dia jatuh hebat, sebab kakinya pun terbelesak di dalam air yang lagi membeku menjadi es itu, hingga ia tak dapat bergerak. Ia mengerahkan tenaganya, untuk berlompat naik lagi, tetapi selagi begitu tubuhnya sebatas pinggang sudah keuruk dan kegencet es
Di dalam halnya menuang air dari dalam kuali itu, serdadu-serdadunya Kwee Ceng sudah terlatih: Empat serdadu menggotong sebuah kuali, empat yang lain
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggotong yang lainnya, demikian juga yang lain-lainnya lagi. kalau yang empat bersedia di tepi liang, empat yang lain bersiap untuk menggantikannya, demikian selanjutnya. Maka itu, rapi sekali tertuangnya air. ini pula yang menyebabkan Auwyang Hong
menjadi tidak berdaya. Yoe Kiak semua girang karena tipu mereka menjadi hal yang kebetulan - air panas berganti dengan air es.
setelah itu ia mengatur tindakan guna meringkus korban perangkap itu. serdadu-serdadu diperintah membongkar es di sekitarnya see Tok. lalu es yang membungkus tubuh itu dilibat dengan dadung dan ujung dadung diikat kepada serombongan dari dua puluh ekor kuda. Begitu sudah siap. kuda itu dituntun untukjalan, untuk menarik es itu, buat diangkat naik.
Berisik suaranya sekalian serdadu itu, maka dari lain-lain tangsi orang datang berkerumun, untuk menyaksikan, buat menonton. Banyak obor dipasang terang-terang hingga segala apa tampak nyata.
Auwyang Hong terbungkus es, dia tidak dapat
bergerak. Karena dia sangat murka, matanya
mendelik, giginya terbuka, alisnya berdiri Dia mendongkol akan mendengar semua serdadu
berteriak-teriak kegirangan.
Yoe Kiak khawatir, karena lihaynya tenaga
dalamnya, Auwyang Hong nanti bisa berontak
melepaskan diri Itulah berbahaya, maka ia hendak menambah es dengan menyiramkan yang baru lumer.
Untuk itu ia memerintahkan serdadunya masak es pula.
"Jangan," berkata Kwee Ceng, yang ingat kepada janjinya. "Tiga kali dia mesti diberi ampun. Gempurlah es itu, biarkan dia pergi."
Ketiga tianglo menghela napas, mereka menyesal, tetapi mereka juga bangsa laki-laki, mereka tidak menentang. Yoe Kiak sendiri yang mengangkat
martilnya menghajar es itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Keanjin," tiba-tiba Kan Tianglo tanya, " orang seperti Auwyang Hong ini, berapa lama dia dapat bertahan digencet es?"
"Mungkin tiga hari dan tiga malam, lewat dari itu, jiwanya terancam bahaya," jawab Kwee Ceng.
"Baiklah, lagi tiga hari baru kita lepas dia," kata tianglo she Kan itu. "Jiwanya boleh diampunkan, kesengsaraan tak dapat dia tak menderitanya" Kwee Ceng ingat akan sakit hati gurunya, ia mengangguk.
Besoknya, dari lain-lain pasukan pun datang
penonton. Menampak demikian, Kwee Ceng menyuruh serdadu mengurung see Tok di dalam tenda, supaya dia tidak jadi tontonan terlebih jauh. Anak muda kata pada Yoe Kiak: "Pepatah kuno membilang, seorang ksatria dapat dibunuh, tidak dihina, dan dia ini, dia tetap ada seorang guru besar, dia tidak dapat diperhina sembarang orang." Karena ini bukan saja serdadu, segala perwira pun dilarang menonton See Tok lagi.
Tepat tiga hari, ketiga tiang lo menggempur es dan Auwyang Hong dimerdekakan. Dia lantas duduk
bersila, untuk menyalurkan tenaga dalamnya. Selang setengah jam, tiga kali dia memuntahkan darah hitam, setelah itu dengan roman mendongkol, dia ngeloyor pergi.
Melihat keuletan orang, Kwee Ceng dan ketiga tiang lo kagum sekali. Mereka menyayangi si Bisa yang sesat ini.
Selama tiga hari Auwyang Hong digencet, hati
Kwee Ceng tidak tenang. Sekarang setelah orang berlalu, ia tetap merasa tidak tentram. Ia khawatir See Tok nanti muncul setiap waktu. Untuk menenangkan diri, ia duduk bersemedhi. Di sebelah itu, ada lagihal yang memberatkan hatinya. Ialah itu teriakan dari orang yang tidak dikenal, yang menitahkan
menuangkan es kepada See Tok - es pengganti air panas. Ia ingat, itu mestinya suaranya oey Yong.
Mulanya ia tidak perhatikan itu, baru selama tiga hari,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia mengingatnya baik-baik, lalu selanjutnya, suara itu seperti terus mendengung di kupingnya
"Tidak salah. Yong-jie ada di dalam pasukan ini"
serunya sendiri seraya berlompat bangun. "Aku mesti mengumpulkan semua pumggawa dan serdadu, untuk memeriksa satu demi satu orang, mustahil dia dapat lolos" Hanya sejenak ia mengubah pikirannya itu. Ia ingat "Yong-jie tidak sudi menemui aku, periu apa aku memaksanya?" Maka ia menjadi berduka sekali. Ia bengong memg awasi gambar nona yang ia dapat dari Lou Tiang lo.
Malam itu selagi kesunyian memerintah jagat, Kwee Ceng mendengar derapnya kuda mendatangi, lantas itu disusul sama suara serdadu teguran pengawalnya, kemudian muncullah seorang pesuruh, yang
menghaturkan surat titah dari Jenghiz Khan.
Angkatan parang Mongolia maju dengan lancar, di mana-mana mereka memperoleh kemenangan, maka
itu, lagi beberapa ratus lie, mereka bakal tiba di samarkand, salah satu kota kenamaan di Khoresm Jenghiz Khan telah mendapat tahu kota itu telah dijadikan ibu kota baru oleh shah Muhammad, bahwa di situ telah dikumpul belasan laksa serdadu berikut rangsum yang cukup, kotanya sendiri pun kuat, maka untuk menggempur kota itu, ia pikir baiklah
penyerangan dilakukan serentak.
Dengan datangnya titah panggilan itu, besoknya pagi Kwee Ceng memberangkatkan pasukannya
menuju ke selatan mengikuti sungai, di dalam tempo sepuluh hari, tibalah ia diluar kota samarkand. Musuh rupanya melihat pasukannya yang berjumlah kecil, musuh keluar dan menerjamg. Ia melawan dengan dua barisannya, Hong-yang dan In-sui. Musuh kehilangan seribu jiwa lebih, dengan kekalahan mereka lari masuk ke dalam kota.
Di hari ketiga tibalah pasukan besar dari Jenghiz Khan sendiri, disusul oleh Juji dan ogotai. Maka samarkand lantas dikepung. Benar-benar kota itu kuat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sulit untuk dipecahkan dan dirampasnya. sebaliknya, banyak serdadu yang roboh sebagai korban.
Lewat lagi satu hari, putranya Jagatai penasaran, dia menyerang seorang diri Dia berani sekali, dia merangsak hebat. Apa celaka, dia kena dipanah kepalanya dan mati di situ juga.
Jenghiz Khan sangat menyayangi cucunya itu, ia sangat berduka. Ketika mayat sang cucu digotong pulang, ia memeluk. air matanya bercucuran. ia sendiri yang mencabut anak panah musuh. Ia terkejut ketika ia mendapatkan, anak panah itu memakai bulu burung rajawali dan terbungkus emas di mana ada ukiran huruf-huruf yang berbunyi: "chao Wang dari negeri Kim."
"Hm, kiranya Wanyen Lleh sijahanam ada di sini"
dia berseru. Ia lantas lompat naik atas kudanya, ia memberikan pengumumannya "Semua perwira tinggi dan rendah, siapa saja yang dapat paling dulu memanjat kota dan memecahkannya serta berhasil membekuk Wanyen Lieh, guna membalas sakit
hatinya cucuku, maka kota ini, semua wanita, permata dan citanya, akan dihadiahkan kepadanya"
seratus serdadu berkuda segera mengumumkan
terlebih jauh janji junjungannya ini, maka di dalam tempo yang pendek. semua barisan lantas merangsak maju, seruan mereka mengguntur, semua berlomba memanjat tembok atau menggempur pintu kota.
Musuh membela diri dengan keras, kotanya tidak dapat digempur, sebaliknya pihak Mongolia rugi empat ribu orang. Inilah kekalahan yang pertama dari Jenghiz Khan selama dia maju di Khorems, maka itu ia menjadi sangat mendongkol dan berduka.
Pulang ke kemahnya, Kwee Ceng memeriksa kitab perangnya Gak Hui. Ia mau mencari daya untuk dapat memukul pecah kota samarkand itu. Ia tidak berhasil.
Kota samarkand lain daripada kota-kota di Tiongkok.
Lantas ia menyuruh orang mengundang Lou Yoe Kiak.
Ia percaya, Yoe Kiak bakal pergi mencari oey Yong,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
maka kalau Yoe Kiak meminta tempo, hendak ia
menguntitnya. Yoe Kiak itu cerdik, dia telah mengatur orang-orangnya, dari itu di mana Kwee Ceng sampai, lantas ada orang Kay Pang yang menyambut ia sambil
berseru. "Inilah tentu dayanya Yong-jie untuk ia bisa menghindarkan diri dari aku. sungguh dia cerdik, dia dapat menerka segala apa yang aku pikir"
selang satu jam, Yoe Kiak kembali. Ia kata "Kota ini benar kuat sekali. Cobalah tunggu lagi beberapa hari, kita lihat bagaimana gerak-gerik musuh, baru kita memikir pula."
Kwee Ceng mengangguk dengan terpaksa.
Waktu berangkat dari Mongolia, pemuda ini polos sekali dan tolol, tetapi sekarang sang waktu dan pengalamannya, membikin dia mendapat banyak
kemajuan. Dia jadi bisa berpikir. Demikian itu malam berdiam seorang diri di dalam kemahnya, ia
memikirkan syair di gambar nona itu. Itulah artinya asmara.
"Pastilah Yong-jie tidak menganggap aku tidak berbudi," pikirnya. "Tentulah ia lagi mengharap-harap penghaturan maafku terhadapnya . sayang aku tolol, tidak tahu aku caranya untuk menebus dosa, untuk membikin puas hatinya"
oleh karena susah pulas, sampai jam tiga barulah Kwee Ceng layap-layap. Ia lantas mimpi bertemu oey Yong. Ia segera menanya bagaimana caranya ia harus minta maaf. si nona membisiki ia, ia jadi girang sekali, ia berlompat bangun dan ia mendusin Lantas ia menjadi berduka. Ia tidak ingat lagi kisikan si nona, siasia ia memikirkannya. Tapi ia ingat satu hal. Ia berteriak: " Lekas undang Lou Tianglo datang ke mari"
Perintah itu dijalankan. Lou Yoe Kiak menyangka ada urusan militer
penting, dia datang hanya dengan berkerebong baju kulitnya, sepatunya tidak keburu dipakai. Kwee Ceng lantas kata padanya: "Lou Tianglo, biar bagaimana,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
besok malam aku ingin bertemu sama nona oey. Tidak perd uli kau memikirkannya sendiri, atau kau minta bantuan lain orang, besok sebelum tengah hari, kau mesti telah memberikan aku satu daya upaya yang bagus untuk memukul pecah kota" Pengemis itu kaget.
"oey Pangcu tidak ada di sini, cara bagaimana koanjin dapat bertemu dengannya?" ia kata.
"Kau pandai berpikir, kau tentu mempunyai dayamu," kata si anak muda. "Kalau besok siang kau tidak menghaturkan dayamu itu, aku akan
menjalankan undang-undang ketentaraan"
Yoe Kiak masih hendak bicara, atau Kwee Ceng
telah memberi perintah kepada serdadu pengiringnya:
"Besok tengah hari kauperintahkan seratus algojo menanti di muka tenda ini"
serdadu itu memberikan penyahutannya, sedang
Yoe Kiak. dengan roman masgul, ngeloyor pergi.
Besoknya pagi, salju turun besar-besaran, tembok kota menjadi licin. Mana bisa kota itu dipanjat" Maka Jenghiz Khan tidak mencoba menyerbu kota. Ia pula bersangsi meninggalkan kota itu. Hawa udara sangat dingin. Kalau ia maju terus ke Barat, belakangnya bias dipotong musuh. Kalau lama ia berdiam di situ, musuh bisa mendapat bala bantuan. ia menjublak
memandangi puncak yang tinggi seperti masuk mega.
Ia jalan mondar-mandir dengan menggendong tangan.
Puncak itu mencil sendirian, mirip pohon tanpa cabang dan daun, maka penduduk samarkand
menamakannya "Puncak Gundul". Dan kota samarkand dibangun dengan menyender puncak itu.
Hebat pendirian kota ini. Mengingat kuatnya kota, entah berapa banyak belanja pendiriannya. juga panglima yang mengatur rencananya dan tukang-tukang yang mengerjakannya, mereka semua pasti pintar sekali. Kota terbuat dari batu semua, di situ rumput pun tidak tumbuh. Mungkin kera juga tidak dapat memanjatnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lama Jenghiz Khan memandang hingga ia berpikir:
"Semenjak aku bergerak, aku telah melakoni beberapa ratus kali perang besar dan kecil belum pernah aku nampak kesukaran seperti kali ini. Adakah Thian hendak memutuskan aku?"
salju turun terus, semua tenda telah menjadi putih, sebaliknya di dalam kota, dari mana-mana tampak asap mengepul.
Kwee Ceng pun ada kemasgulannya sendiri. Ia
menantikan sang waktu dengan hatinya berdebaran.
Dapat kah oey Yong memberi akal kepadanya"
Bagaimana kalau Yoe Kiak bungkam" Bisakah dia membunuh pengemis itu"
Mendekati tengah hari pemuda ini duduk sendirian di dalam kemahnya. Ia berpikir keras. Algojo-algojonya telah siap menantikan.
Kemudian, tanpa merasa terdengarlah bunyi
terompet dari markas besar. Itu dia tanda bahwa sang tengah hari telah tiba. Berbareng dengan itu, Lou Yoe Kiak muncul di dalam kemah, terus dia berkata "Aku telah dapat memikir satu daya, hanya dikhawatir koanjin sukar menjalankannya."
Tapi Kwee Ceng sudah lantas menjadi kegirangan.
"Lekas bilang" ia mendesak. "Apakah yang menjadi kesukarannya" Biarnya itu meminta tenagaku, akan aku kerjakan juga"
Yoe Kiak menunjuk kepada puncak gundul.
"Sebentar tengah malam, oey pangcu menantikan koanjin di sana."
"Benar saja, inilah suaranya Yong-jie," kata sipemuda di dalam hatinya. "Ia hendak membikin aku tidak berdaya. Puncak ini tinggi melebihkan Tiong cie Hong beberapa lipat, jurangnya hebat, sekalipun ada burung rajawali, belum tentu aku dapat mendakinya Mungkinkah di atas puncak ada dewa yang akan
meluncurkan dadung untuk mengerek aku naik?"
Ia menjadi masgul. Ia lantas membubarkan barisan algojonya. Dengan menunggang kuda, seorang diri ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendekati puncak gunung gundul itu. Ia menampak es bertumpuk bersusun bagaikan batu yang licin
mengkilap. Es itu mirip es yang dipakai menggencet Auwyang Hong. cuma burung dapat terbang ke atas puncak itu
Pemuda ini mengangkat kepalanya, memandang ke puncak. Tiba-tiba kopiahnya jatuh. Mendadak ia mendusin.
"Ah" katanya seorang diri. "Bukan maksud hatinya oey Yong menjanjikan aku mendaki puncak ini, ia hanya hendak menguji hatiku apa aku benar-benar tulus memcintainya. Biarlah, aku nanti mencoba mendakinya. Umpama aku jatuh terpeleset hingga mati, aku toh telah menunjuki hatiku" setelah berpikir begini, hatinya menjadi lega.
Malam itu habis bersantap. Kwee Ceng siap. Ia membekal pisau belatinya serta sepotong dadung panjang. Belum lagijagat gelap seluruhnya, ia sudah keluar dari kemahnya, untuk menuju ke puncak. Di luar kemah, ketiga tiang lo menantikannya.
"Kami mengantarkan koanjin," kata mereka.
Ia heran. "Mengantar aku naik?"
"Benar," menjawab Yoe Kiak. "Bukahkah koanjin berjanji akan bertemu sama oey pangcu di atas puncak?" Kembali si pemuda heran sekali.
"Jadi benar- benarkah Yong-jie menjanjikan aku?"
pikirnya. Jadi dia tidak mendustai aku?" Ia heran berbareng girang. Maka lantas ia mengikuti ketiga tianglo itu.
Di kaki puncak sudah menanti beberapa serdadu pengiringnya bersama beberapa puluh ekor kerbau dan kambing. ia heran.
"Potonglah" Yoe Kiak menitah.
seorang serdadu mengangkat goloknya yang lancip.
ia menebas sebelah kaki belakangnya seekor
kambing, kaki mana selagi darahnya masih panas, lantas ditancapkan di es. sebentar saja, darah itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membeku keras, sedang paha kambing itu sendiri nancap di es itu keras seperti nancapnya paku.
Bab 76. Pembalasan Belum lagi Kwee ceng mengerti maksudnya
penyembelihan kambing itu serta ditancapnya paha di es di kaki puncak itu, satu serdadu yang lain sudah membacok kutung satu kaki yang lainnya dari kambing itu terus kaki itu ditancapkan seperti yang pertama itu.
Jaraknya kedua kaki kambing ialah empat kaki.
Setelah ini, barulah ia sadar. Ketiga tianglo itu hendak membuat tangga dari kaki kambing, tangga untuk mendaki puncak. Perbuatan itu menyiksa binatang tetapi terpaksa dilakukan karena tidak ada lainnya jalan lagi.
Lou Yoe Kiak berlompat naik ke tangga kaki
kambing undak pertama, Kan Tianglo mengutungi kaki kambing lainnya, dia lemparkan itu kepada kawannya, Yoe Kiak menyambuti dan menancapnya dengan
sebat, habis mana, dia naik satu tindak. Hal ini dilakukan terus-menerus, di dalam tempo sebentar, pengemis itu telah naik tingginya belasan kaki.
Sekarang ketiga tianglo bekerja semua, bekerja sama.
Karena sudah tinggi, kalau kaki kambing dilemparkan ke atas, sesampainya di atas sudah dingin, maka kambing hidup dikerek naik, kakinya dikutungi di atas juga. Demikian orang bekerja terus, sampai Kwee ceng pun membantu.
Ketika akhirnya mereka tiba di puncak, ketiga tianglo sangat letih, sedang si anak muda
mengeluarkan peluh . "Koanjin, dapatkah kau memaafkan aku?" kata Yoe Kiak setelah ia dapat bernapas lega. Tapi Kwee Ceng kagum dan bersyukur.
"Aku justru tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan tianglo bertiga," jawabnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
" Inilah titahnya pangcu. Yang terlebih sukar pun kami akan melakukannya. Siapa suruh kami
mempunyai Pangcu yang luar biasa?"
Yoe Kiak tertawa, juga dua kawannya, habis mana, mereka mendahului turun dari puncak, untuk itu, mereka dibantu dadung yang diikat di pinggang mereka masing-masing.
Kwee Ceng mengawasi sampai ketiga tianglo itu tiba di pinggang gunung, baru ia memandang puncak itu. Ia melihat suatu pemandangan, yang sangat mengagumi, yang membikin pikirannya terbuka. Itulah wilayah es, yang merupakan kaca. Ada es yang
berupa seperti bunga atau rumput atau binatang kaki empat atau burung, ada pula yang berdiri bagaikan rebung, bagaikan pohon. Ia menjadi tersengsem. Ia tentu tercengang terus kalau tidak ia mendengat suara tertawa halus di sebelah belakangnya, hingga ia berpaling dengan segera. Di sana ia melihat seorang nona dengan pakaian putih lagi mengawasi padanya, wajah si nona seperti lagi tertawa. Ia menjublak mengawasi. orang itu bukan lain daripada oey Yong.
Yong-jie yang ia cari, yang ia buat pikiran setiap detik.
sekian lama mereka saling memandang, lantas
mereka sama-sama bertindak menghampirkan.
Mereka girang dan berduka, karenanya, selagi saling mendekati, tanpa merasa, kaki si nona terpeleset. si pemuda kaget, dia berlompat, untuk menolongi.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena itu, mereka jadi saling rangkul, tubuh mereka rebah bersama.
Sampai sekian lama barulah oey Yong melepaskan diri, untuk duduk di atas satu gundukan es yang mirip sepotong batu besar.
"Jikalau bukannya kau sangat memikirkan aku, tidak mau aku menemui kau," kata dia. Kwee Ceng mengawasi, bengong mulutnya tertutup. si nona pun, habis mengatakan begitu, terus berdiam.
"Yong-jie" kata si pemuda akhirnya.
"Engko Ceng" si nona menyahuti.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Yong-jie" kata pula si pemuda, girangnya bukan kepalang.
"Ah, apakah masih belum cukup kau memanggil namaku?" si pemudi tertawa. "Bukankah meski aku tidak berada di sampingmu, setiap hari kau telah menyebut-nyebut namaku puluhan kali?"
"Bagaimana kau ketahui itu?" Kwee Ceng heran.
oey Yong tertawa. "Kau tidak melihat aku, aku sering melihat kau"
jawabnya. "sampai sebegitu jauh kau berada di dalam pasukanku, kenapa kau tidak membiarkan aku melihat padamu" "
"Hm, masih kau ada muka menanyanya" satu kali kau ketahui aku tidak kurang suatu apa, tentulah kau bakal menikah dengan putri Gochinmu Maka aku lebih suka tidak memberitahukan kau tentang di mana adanya aku Apakah kau kira aku tolol?"
Mendengar disebutnya nama Gochin Baki,
kegembiraan Kwee Ceng lenyap separuhnya, dengan lantas ia menjadi masgul.
"Pemandangan di sana indah, mari kita pergi ke sana" mengajak oey Yong yang melihat air muka orang itu, tangannya menunjuk. "Mari kita berbicara sambil berduduk."
Kwee Ceng berpaling ke tempat yang ditunjuk itu.
Di sana ada sebuah gua es, karena sinarnya
rembulan, gua itu mengasih lihat wujud mirip istana. Ia mengangguk.
Dengan berpegangan tangan, keduanya
menghampirkan gua itu. Dengan mereka mengambil tempat duduk.
"Jikalau aku ingat perlakuanmu terhadapku selama di Tho Hoa To, kau bilang, pantas atau tidak aku memberi ampun padamu?" tanya si nona kemudian.
Kwee Ceng berbangkit. "Akan aku berlutut dan mengangguk padamu," ia kata. Benar-benar ia menekuk lututnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sudahlah" kata si pemudi tertawa. "Jikalau aku telah tidak memberi ampun padamu, meski kau
kutungi seratus kepalanya Lou Yoe Kiak, tidak kesudian aku merayap naik ke atas puncak ini."
"Yong-jie, sungguh kau baik"
"Apakah bicara tentang baik atau tidak baik"
Mulanya aku menduga kau cuma mengingat sakit hati guru-gurumu dan hendak menuntut balas untuk itu, bahwa di matamu, separuh dari bayanganku juga tidak ada, adalah setelah mengetahui perjanjianmu dengan Auwyang Hong, untukku kau suka memberi ampun
tiga kali kepadanya, baru aku ketahui kau sebenarnya masih memikirkan aku"
si anak muda menggeleng kepala. "Baru sekarang kau mengetahui hatiku," ujarnya.
oey Yong bersenyum. "Kau lihat, apakah yang aku pakai?"
Ditanya begitu, bagaikan baru sadar, Kwee Ceng mengawasi. Ia lantas mengenali baju putih si nona, baju bulu yang dulu hari dia mengasihkannya kepada nona itu di Thio-kee-kauw. Ia lantas menggenggam tangan orang. Berdua mereka duduk saling
menyender. "Yong-jie," kata pula Kwee Ceng kemudian, "Dari suhu aku mendengar bagaimana kau di Tiat ciang Bio telah dipaksa Auwyang Hong untuk mengikuti dia.
Bagaimana duduknya maka kemudian kau lolos dari tangannya iblis itu?" oey Yong menghela napas.
"sayang karena itu maka musnahlah Kwie-in-chung yang indah kepunyaan Liok suko," ia berkata masgul.
"Ketika itu si bisa bangkotan memaksa aku menjelaskan artinya Kiu Im cin-keng. Aku bilangi dia, menjelaskan kitab itu tidak sukar tetapi aku
membutuhkan tempat yang bersih dan tenang. Dia bilang dia mengerti, dia hendak mencari sebuah kuil.
Aku menolak kuil, aku kata aku sebal sama hweeshio dan aku pun tidak suka dahar sayur saja. Lantas dia tanya, bagaimana mauku. Aku lantas membilang di
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwie-in-chung di Thay ouw, kataku tempatnya bagus, makanannya lengkap dan lezat. si bisa bangkotan setuju, dia menyatakan suka menuruti kehendakku."
"Kenapa dia tidak bercuriga?" tanya Kwee Ceng.
"Dia dapat menduga aku kenal pemilik dari Kwie-in-chung akan tetapi dia tidak takut. Dialah orang yang besar kepala, yang tidak melihat mata kepada lain orang. Dia bilang tidak perduli ada berapa banyak sahabatku di Kwie-in-chung, dia sanggup melayaninya.
Ketika kita sampai di sana, Liok suko ayah dan anaknya tidak ada di rumah, mereka lagi pergi menjenguk nona Thia di Poo-eng, Kangpak. Kau tahu sendiri, Kwie-in-chung itu diatur menurut Tho Hoa To.
Begitu tiba di sana, si bisa bangkotan lantas merasa tidak wajar, sedang aku, dengan jalan berliku-liku, lantas aku menghilang. Kapan dia tidak dapat mencari aku, bangkitlah kemarahannya, dia lantas melepas api membakar rumah itu." Kwee Ceng kaget, ia mengeluarkan seruan tertahan.
"Aku telah menduga si bisa bangkotan bakal membakar rumah, aku telah memberi kisikan pada sekalian penghuninya untuk menyingkirkan diri siang-siang." oey Yong melanjuti. "Bisa bangkotan itu lihay sekali, habis membakar, dia pergi ke jalanan yang menuju ke Tho Hoa To, guna memegat aku. Begitulah beberapa kali hampir aku tercekuk dia. Akhirnya aku berangkat ke Mongolia. Nyatanya dia mengintil terus, Engko tolol, syukur kau tolol-tololan, jikalau kau sama licinnya seperti si bisa bangkotan dan kau mencari aku seperti dia mencarinya, pastilah aku bakal kena terkepung, tak tahu aku mesti bersembunyi di mana"
Mendengar itu, Kwee Ceng tertawa.
"Tapi akhirnya ternyata kau pintar juga," berkata oey Yong, "Kau mengerti bahwa dengan mendesak Lou Yoe Kiak pasti bakal ada akal"
"Yong-jie, itulah kau yang mengajarnya."
"Aku yang mengajarnya di dalam impian." Pemuda ini lantas menutur tentang impiannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
oey Yong tidak tertawa, tapi ia bersyukur.
" orang dulu membilang kesujutan dapat membuka emas dan batu, itulah benar," katanya. " Karena kau sangat memikirkan aku, sudah selayaknya dari siang-siang aku menemukan kau."
"Yong-jie, baikkah kalau kemudian kau tidak berpisah pula dari aku untuk selama-lamanya" "
Nona itu tidak menyahuti, ia hanya memandang
awan yang mengitari puncak. "Engko Ceng, aku merasa dingin," katanya.
Dengan sebat Kwee Ceng mengerebongi si nona
dengan baju kulitnya. "Marilah kita turun," katanya.
"Baiklah Besok malam kita berkumpul pula di sini, nanti aku menjelaskan artinya Kin Im Cin-keng kepadamu."
"Apa?" menanya Kwee Ceng heran.
semenjak tadi tangan kanan si nona telah
memegang tangan kiri si pemuda, sekarang ia
menggenggamnya erat-erat.
"Ayahku telah menterjemahkan bagian paling belakang dari kitab itu, besok aku akan
menjelaskannya itu kepadamu," bilangnya.
Kwee Ceng berpikir. Ia heran. Bagian itu telah dijelaskan it Teng Taysu, mengapa sekarang nona ini menyebut ayahnya" Ia masih hendak menanya tegas ketika si nona memencet tangannya, maka ia
membatalkannya. Ia tahu mesti ada sebabnya untuk tingkah aneh pemudi ini.
"Baiklah," katanya akhirnya.
Sampai di situ, mereka turun dari puncak. untuk pulang ke kemah mereka. oey Yong berbisik:
"Auwyang Hong juga telah naik ke puncak. selagi kita bicara, dia mencuri mendengari di belakang kita."
Pemuda itu terperanjat. "Ah, mengapa aku tidak tahu?"
"Dia bersembunyi di belakang sebuah batu es yang besar. Bisa bangkotan itu sangat licin tetapi kali ini dia lupa satu hal. Meskipun es besar tetapi es terang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaikan gelas, tidak dapat dia pakai bersembunyi.
Dengan bantuannya sinar rembulan aku mendapat lihat samar-samar tubuhnya itu." Kwee Ceng sadar sekarang.
"Maka itu kau sengaja menyebut-nyebut Kin im Cin-keng," ia berkata.
"Ya. Aku hendak memancing dia naik ke puncak, setelah itu kita merusaki tangga kaki kambing itu, supaya dia tinggal menetap sebagai dewa hidup, berkata si nona. Kwee Ceng memuji bagus. Ia
bersorak. Besoknya pagi Jenghiz Khan menyerang pula kota, tanpa hasil, hanya dia meninggalkan korban seribu jiwa lebih.
Kwee Ceng sementara itu telah bersiap sedia.
Untuk merusak tangga kaki kambing, ia minta
bantuannya ketiga tianglo.
Auwyang Hong lihay sekali. Malam itu ia muncul, tetapi ia memasang mata dari jauh-jauh. sebelum oey Yong dan Kwee Ceng naik, ia terus bersembunyi.
Melihat akalnya tidak berjalan, oey Yong memikir akal lain. ia memerintahkan
menyiapkan beberapa lembar dadung panjang,
dadung itu direndam dulu di minyak tanah. Di Khoresm itu, di mana-mana terdapat sumber minyak tanah, minyak mana oleh rakyat dipakai untuk masak nasi dan lainnya. Menurut kitab Yuan shih, ketika Jenghiz Khan menyerang kota Urungya, ibukota lama dari Khoresm, ia telah menggunai minyak tanah membakar rumah-rumah hingga kota menjadi pecah karenanya.
Dengan membawa dadung itu, Kwee Ceng berdua
oey Yong naik ke atas puncak, di dalam gua es, mereka duduk memasang omong. Kali ini si pemuda pun turut memasang mata secara diam-diam. Tidak lama maka mereka melihat bayangannya see Tok
yang bersembunyi di belakang es besar. Karena lihaynya, dia tidak mendatangkan suara apa juga. Dia rupanya menduga kedua orang itu tidak melihat atau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengetahui akan kedatangannya itu. oey Yong
berlagak pilon, terus ia menjelaskan bunyinya kitab Kiu Im Cin-keng kepada Kwee Ceng, dan si anak muda pun bersandiwara dengan menanya ini dan itu Tentu sekali mereka merundingkan isi kitab yang asli hingga mereka membuatnya Auwyang Hong girang tidak
terkira. see Tok pikiri " Kalau aku paksa budak itu, tidak nanti dia bicara begini rupa. sekarang dengan mencuri dengar, aku dapat mendengar dengan jelas."
oey Yong berbicara dengan perlahan, ia baru
menjelaskan tiga baris kata-kata, mendadak di kaki puncak terdengar suara terompet, nyaring dan cepat.
Kwee Ceng berlompat berdiri seraya berkata: "Jenghiz Khan menghimpunkan panglima, aku mesti lantas turun"
" Kalau begitu, besok saja kita datang pula ke mari,"
berkata si nona. "Tidak berhentinya kita mendaki puncak. tidakkah itu sukar dan membuang tempo?" Kwee Ceng tanya.
"Apa tidak bisa kita bicara saja di dalam kemah?"
"Tidak" menyahut si nona. "Tua bangka Auwyang Hong terus-terusan mencari aku. Tua bangka itu sangat licin, sulit untuk menyingkir daripadanya, tetapi meski kelicinannya itu, tidak nanti dia dapat menduga kita membuat pertemuan di atas puncak ini."
Auwyang Hong mendengar itu, dengan sangat puas ia kata di dalam hatinya: "Jangan kata baru puncak sekecil ini, kau kabur ke ujung langit juga akan aku dapat cari padamu"
" Kalau begitu, kau tunggulah di sini," kata Kwee Ceng. "Di dalam tempo setengah jam aku akan kembali."
"Baiklah," si nona mengangguk.
Pemuda itu turun dari puncak dengan hatinya tidak tentram. Bukankah oey Yong ditinggal seorang diri"
Tapi mengingat yang see Tok sangat menginginkan artinya kitab, ia mau percaya si nona tidak dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bahaya langsung. Maka dapat ia melegakan hatinya itu.
oey Yong menantikan hingga ia merasa si anak
muda turun dan selesai dengan tugasnya, ia
berbangkit seraya mengoceh seorang diri: " Entah di puncak ini ada setannya atau tidak Kalau aku ingat kepada Yo Kang dan enci Liam Cu, sungguh aku takut Baiklah aku turun sebentar, sebentar aku datang pula bersama-sama engko Ceng."
Auwyang Hong dapat mendengar ocehan orang itu, tetapi dia tidak berani berkutik dari tempatnya bersembunyi, dia khawatir si nona nanti melihat atau mendengarnya. Maka leluasalah oey Yong pergi turun.
Kwee Ceng bersama ketiga tianglo menantikan di kaki puncak. begitu oey Yong turun, begitu mereka menyalakan api, membakar dadung yang telah
dilibatkan si anak muda di setiap undakan tangga kaki kambing itu Dadung itu telah direndam di minyak, maka itu
api lantas menyala, membakarnya dari bawah terus ke atas. setiap kaki kambing jatuh ke bawah setelah api bekerja melumerkan es yang melekat dan
membekukannya kuat sekali. Api itu pun
memperlihatkan pemandangan yang bagus, bagaikan cacing melapai naik, sebab waktu itu cuaca gelap dan es berkilau.
oey Yong bertepuk tangan memuji bagus. Katanya:
"Engko Ceng, bilanglah Kali ini kau masih hendak memberi ampun atau tidak kepadanya?"
"Inilah yang ketiga kali, tidak dapat melanggar janji,"
menyahut si anak muda. oey Yong tertawa.
"Aku mempunyai akal," katanya. "Tanpa menyalahi janji, aku bisa membinasakan dia untuk membalaskan sakit hatinya gurumu semua." Kwee ceng girang sekali.
"Yong-jie" katanya. "Benar-benar di dalam dirimu semuanya tipu daya Apakah akalmu itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Akal gampang saja," menyahut si nona. "Kita membiarkan si bisa bangkotan makan angin barat daya selama sepuluh hari dan sepuluh malam, biar dia kelaparan dan kedinginan, hingga habis tenaganya, baru kita memasang pula tangga kambing ini untuk menolongi dia. setelah dia ditolong turun dari sini, bukankah itu berarti dia telah diberi ampun hingga tiga kali?"
"Benar," Kwee Ceng menyahut.
" Karena dia telah diberi ampun tiga kali, kita tidak usah sungkan-sungkan lagi," berkata si nona. "Kita menanti padanya, begitu dia turun di bawah, kita lantas turun tangan menyerang padanya. Kita dibantu ketiga tianglo, kita berlima menyerang seorang yang sudah setengah mampus, kau bilang, mustahil kita tidak bakal menang?"
"Tentu saja kita bakal menang," terkata Kwee Ceng, yang tapinya menggeleng kepala. "Dengan membunuh dia secara demikian, aku anggap itulah bukan caranya laki-laki sejati"
"Hm, dengan manusia sejahat dia kita masih bicara tentang kehormatan?" berkata si nona dingin. "Ketika dia membinasakan gurumu yang nomor dua dan
nomor empat itu, adalah dia ingat akan cara terhormat itu?"
Kwee Ceng gusar sekali diperingati akan
kebinasaan guru-gurunya itu, matanya sampai terbuka mendelik. Ia pun ingat, Auwyang Hong demikian lihay, kalau dia diberi ampun, lain kali tidak ada lagi ketikanya sebaik ini untuk ia membalaskan sakit hati sekalian gurunya itu. Maka ia menggertak gigi.
"Baiklah, begitu kita bekerja" bilangnya, menyatakan setuju.
segera setibanya di dalam kemah, muda mudi ini lantas duduk berbicara terlebih jauh. Kali ini benar-benar mereka berunding tentang Kin im Cin-keng.
Keduanya merasa senang sekali, sebab ternyata
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selama satu tahun, mereka memperoleh kemajuan pesat.
"Yong-jie," berkata Kwee Ceng kemudian.
"Jahanam Wanyen Lieh berada di dalam kota musuh ini, kita dapat melihat dia tetapi tidak berdaya membekuknya, maka itu bisakah kau memikir suatu akal sempurna untuk memukuli pecah kota?"
"Selama beberapa hari ini aku terus
memikirkannya," menyahut si nona, "Hanya selama itu aku belum peroleh daya yang dapat digunakan."
"Di dalam saudara-saudara Kay Pang ada belasan yang cukup baik ilmunya enteng tubuh," kata si anak muda, "Kalau mereka itu ditambah kita berdua, dapatkah kita secara diam-diam mendaki tembok kota?"
"Tembok kota itu terjaga kuat sekali, setiap tombak ada penjagaan belasan tukang panahnya," berkata si nona. "Sulit untuk melewati mereka semua. Laginya di dalam kota ada puluhan laksa serdadu, apa yang kita belasan orang dapat kerjakan" Untuk memaksa
membuka pintu kota pun sukar." Kwee Ceng berdiam.
Demikian malam itu dilewatkan.
Besoknya Jenghiz Khan mencoba menyerang pula
kota, ia gagal. Kegagalan itu berlangsung selama tiga hari terus-menerus. Di hari keempat turun saiju besar.
"Mungkin tidak sampai sepuluh hari, Auwyang Hong bakal setengah mati karena kedinginan," berkata Kwee Ceng sambil ia mengawasi ke puncak gunung.
"Dia sempurna ilmu tenaga dalamnya, dia dapat bertahan sepuluh hari," kata oey Yong. Tapi baru habis ia menutup mulutnya, berdua Kwee Ceng ia terkejut melihat dari atas puncak ada benda yang jatuh.
Kemudian si nona bertepuk tangan dan kata
kegirangan: "si bisa bangkotan tidak tahan, dia membunuh diri"
Tapi Auwyang Hong tidak jatuh cepat dan meluncur langsung, hanya tubuhnya itu memain, melayang-layang bagaikan layangan. Menyaksikan itu, kedua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
muda mudi ini heran. Mereka mengawasi terus.
Mestinya orang jatuh langsung dan tubuhnya bakal hancur luluh. Kenapa sekarang tubuh see Tok turun perlahan-lahan" Adakah dia mengerti ilmu siluman"
Ketika Auwyang Hong sudah turun semakin ke
bawah, baru terlihat apa yang benar. Dia bertelanjang seluruh tubuh, di atasan kepalanya nampak dua buah benda seperti bola bundar yang besar.
"sayang-sayang" kata si nona setelah ia melihat tegas. Ia lantas mengerti duduknya hal.
Auwyang Hong itu terserang hebat hawa dingin dan lapar. Dia berotak kuat, dengan lantas dia dapat memikir akal. Bukankah tidak ada tangga untuk turun dan dia tidak dapat lompat turun" Maka dia menggunai akalnya. Untuk itu, terpaksa dia membuka baju dan celananya juga, dengan itu dia membuat dua buah buntalan seperti karung bulat, seperti bola. Dengan menggertak gigi, dengan kedua buah karung itu diikat di pinggangnya, dia berlompat turun. Dia membuang diri tetapi ini daya semata-mata untuk menolong jiwanya. Karung itu terkena angin, yang masuk ke dalamnya, lalu menjadi kembung dan bulat, maka dengan bantuan bola istimewa itu, tubuhnya tertahan, turunnya perlahan-lahan. saking mahirnya tenaga dalamnya, dia dapat melawan hawa dingin, meskipun benar kedua tangannya hampir beku.
Turunnya Auwyang Hong ini dari atas puncak dapat dilihat oleh tentara dari kedua pihak, mereka itu heran sekali, lantas ada yang menduga kepada dewa, maka banyak serdadu yang bertakhyul pada berlutut dan memuji.
Kwee Ceng mengawasi. Karena Auwyang Hong
terbawa angin, mungkin dia bakal turun di dalam kota.
Ia lantas menyiapkan panahnya, ia menunggu sampai Auwyang Hong terpisah dari tanah beberapa puluh tombak. la melepaskan panah berantainya. Ia
mengharap mengenai sedikitnya payung bolanya
siBisa dari Barat, supaya dia jatuh dengan terluka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
parah. Tapi see Tok lihay, dia melihat datangnya anak panah, dia menangkis dengan kakinya. Menyaksikan kejadian yang luar biasa itu, tentara bersorak memuji.
Jenghiz Khan yang telah menerima laporan dari Kwee Ceng, juga menitahkan tentaranya melepaskan anak panah, maka hebatlah datangnya serangan.
Auwyang Hong mendapat lihat ancaman bahaya itu, dia menjadi nekat. Dia melepaskan kedua tangannya, hingga lantas saja dia jatuh dengan kepala turun terlebih dulu. Kembali puluhan ribu serdadu bersorak riuh.
Auwyang Hong turun tepat ke dalam kota, di
betulan sebuah bendera besar. Dia menyambar
dengan kedua tangannya, dia memegang keras kain bendera. Dia bertubuh berat, kain bendera itu robek.
Tapi justru dia menjambret, hingga tubuhnya sedikit tertahan, kedua kakinya pun menyambar ke arah tiang bendera, maka dilain saat lenyaplah dia di dalam kota.
Tentara di kedua pihak heran, mereka bicarakan urusan itu hingga mereka melupakan peperangan.
"Kali ini dia terhitung tidak diberi ampun," berpikir Kwee Ceng, yang segera menyesal sekali, "Dia jadi masih mempunyai ketikanya satu kali lagi. Tentunya oey Yong masgul sekali"
Ketika ia berpaling kepada si nona, nona itu justru nampak girang, dia bersenyum. Ia menjadi heran.
"Yong-jie, mengapa kau bergembira?" tanyanya.
si nona bertepuk tangan, dia tertawa.
"Aku hendak mempersembahkan hadiah besar kepadamu, kau senang atau tidak?" dia balik menanya.
"Apakah itu?" "Kota samarkand" Kwee Ceng tercengang.
"si bisa bangkotan barusan mengajari aku tipu daya memecahkan kota," berkata si nona. "Pergi kau menyiapkan pasukan perangmu, sebentar malam kau bakal berhasil"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selagi pemuda itu masih belum mengerti, nona ini berbisik di kupingnya. Baru setelah mendengar itu, dia juga girang hingga dia bertepuk-tepuk tangan.
siang itu Kwee Ceng memberi titah rahasia kepada semua serdadunya, untuk mereka itu memotong tenda mereka masing-masing, guna membikin sebuah
payung kecil, yang ukurannya ia berikan, payung mana mesti diikatkan tambang. Titah itu diberi batas waktu, ialah semua payung mesti sudah rampung di dalam tempo setengah jam. Ia membutuhkan selaksa buah.
semua serdadu menjadi heran. Pula, di waktu hawa begitu dingin, tanpa tenda, bagaimana mereka bisa melindungi diri" Tapi titah ialah titah. Maka bekerjalah mereka.
Masih ada titah lainnya dari Kwee Ceng. Pertama-tama titah mengumpulkan kerbau dan kambing di kaki puncak, di mana orang mesti menanti titah lebih jauh untuk bekerja. selaksa serdadu diperintah pergi ke tempat tigapuluh lie di luar pintu kota utara, untuk di sana mereka itu mempersiapkan diri dalam empat barisan Thian-hok. Tee-cay, Hong- yang dan In-sui.
Mereka mesti menanti waktu untuk membekuk musuh.
Lagi selaksa serdadu diperintah mengambil tempat di kiri dan kanan pintu utara itu, mereka mesti mengatur diri dalam empat barisan Liong-hui, Houw-ek. Niauw-siang dan coa-poan. Tugas mereka ini ialah mendesak memaksa musuh masuk ke dalam empat barisan yang lainnya itu. Kemudian, selaksa serdadu yang ketiga diperintah siap sedia untuk tugas yang akan diberikan terlebih jauh.
Demikian malam itu, setelah bersantap. empat
laksa serdadu diberangkatkan. Lebih dulu dua laksa jiwa dikirim ke pintu kota, lalu yang selaksa ke kaki puncak. dan yang selaksa lagi untuk bersiap sedia.
Kwee Ceng menitahkan satu serdadu pengiringnya pergi pada jenghiz Khan untuk memberitahukan yang kota musuh bakal terpukul pecah, dari itu junjUngan itu diminta menyiapkan barisannya untuk menyerbu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jenghiz Khan heran, ia bersangsi. Maka ia
memerintahkan si serdadu pergi memanggil Kwee Ceng datang padanya, untuk ditanya tegas, tetapi serdadu itu membilangi: "sekarang ini Kim Too Huma tentu sudah memimpin pasukan perangnya menyerang musuh, ia hanya menantikan Kha Khan membantu
padanya." Benar juga, disana sudah lantas terdengar
tentaranya Kwee Ceng membunyikan terompet
perang. Di sana seribu lebih serdadu telah bekerja menyembelih kerbau dan kambing untuk membuat
tangga istimewa, pekerjaan mana dilakukan oleh orang-orang Kay Pang yang dapat bergerak dengan cepat dan gesit. Maka dengan lekas telah
terampungkan seratus lebih tangga istimewa itu.
setelah itu, Kwee Ceng sendiri yang mulai, yang mengasih contoh mendaki tangga itu, untuk naik ke atas puncak gundul. Ia ditiru oleh selaksa serdadu.
Hanya mereka ini dibantu dengan dadung yang
diikat di pinggang mereka, perlahan mereka
merayapnya naik. Atas titah yang keras, mereka itu dilarang mengasih dengar suara apa-apa.
Puncak tidak luas, selaksa serdadu tidak bisa ditempatkan di situ, maka itu Kwee Ceng sudah lantas menitahkan rombongan pertama mengikat payung di pinggang dan memegang golok di tanah, setelah ia memberi tanda dengan tepukan tangan, mereka itu pada berlompat ke arah kota musuh, ke pintu kota selatan guna mulai dengan penyerangan mereka. Pula ia sendirilah yang memberi contoh dengan berlompat paling dulu.
semua serdadu telah melihatnya tadi siang
bagaimana Auwyang Hong berlompat turun dari
puncak itu, maka dengan berani mereka meniru
perbuatan kepala perang mereka. Maka sekejab saja, udara seperti penuh dengan payung manusia itu.
Rombongan demi rombongan tentara itu pada
menerjunkan diri TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
oey Yong menanti di batu es, senang ia
menyaksikan rampungnya tindakan permulaan itu. Ia kata di dalam hatinya: "Jenghiz Khan berhasil atau tidak, itu tidak ada hubungannya sama aku, hanya kalau engko Ceng menuruti perkataanku, dia sekalian dalam melakukan sesuatu yang besar."
Kwee Ceng adalah yang pertama tiba. Belum
sampai di tembok kota, ia sudah melepaskan
payungnya, dan belum lagi kakinya menginjak tanah, ia sudah putar goloknya yang besar menyerang
serdadu-serdadu penjaga kota itu.
Di dalam kota ada sejumlah serdadu yang melihat datangnya musuh dengan cara yang luar biasa itu, mereka kaget dan heran, mereka pun takut, hilang semangat berkelahinya.
Lagi pula, tentara yang pertama turun itu ada dari rombongan Kay Pang, dari itu hebat penyerangan mereka ini, dengan lantas mereka mendekati pintu kota. Tentara Mongolia menyusul belakangan. Di antara mereka ini ada beberapa ratus yang gagal, payung mereka rusak. jiwa mereka melayang. pula mereka yang sampainya ditanah terpencar, banyak yang kena dikurung, ditangkap atau dibinasakan tentara Khoresm. Di antara tentara itu, dalam sepuluh sembilan yang mendarat dengan berhasil. Dengan titahnya Kwee Ceng, mereka ini memecah diri, ialah yang separuh menyerang musuh, yang separuh lagi memaksa menerjang pintu kota untukdibuka dan
dipentang. Tentu sekali penyerangan itu sangat mengacaukan musuh, suara pertempuran juga sangat berisik Jenghiz Khan mendengar suara itu, ia mau percaya Kwee Ceng tidak melaporkan hal yang tidak-tidak. maka ia lantas bekerja, menitahkan pasukannya maju ke pintu kota, untuk menyerang musuh.
Pintu kota selatan sudah lantas terpentang,
beberapa ratus serdadu Mongolia berjaga-jaga di situ, membiarkan ribuan kawannya masuk. untuk bekerja
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama. Kawan- kawan yang lainnya menerobos terus saling susul.
Belum sampai fajar, buyar sudah tentara Khoresm yang melindungi pintu kotanya.
shah Muhammad diberitahukan di pintu kota utara belum ada musuh dia memerintahkan membuka pintu kota itu, untuk melarikan diri dari sana. Di sana telah menanti barisan sembunyi dari Kwee Ceng, barisan itu menyambut musuh dengan penyerangan mereka dari kiri dan kanan.
shah tidak berniat berkelahi lagi. Dia menyuruh Wanyen Lieh bertahan di sebelah belakang, dia sendiri bersama barisan pengiringnya membuka jalan untuk molos dari kepungan, guna kabur paling dulu.
Biar penjagaan rapat tetapi karena musuh
berjumlah lebih besar dan mereka itu nekat, pasukan Khoresm itu bisa juga mendesak.
Kwee Ceng terutama hendak mencari Wanyen Lieh, ia mengubar pangeran Kim itu, yang dapat dikenali dari kopiah perangnya yang terbuat dari emas dan berkilauan. Beberapa kali ia diwartakan musuh bakal bisa lolos diakhirnya, terpaksa ia memegang pimpinan juga.
Pertempuran yang kacau itu berjalan terus sampai terang tanah, banyak musuh yang tertawan tetapi di antaranya Wanyen Lieh tak tampak. Jenghiz Khan telah lantas berkumpul di istana shah.
Kwee Ceng lagi membereskan pasukannya,
mengurus yang terbinasa dan menghibur yang terluka ketika ia mendengar terompet emas dari khan yang agung. Dengan lantas ia lari mentaati panggilan. Di depan istana ia melihat satu pasukan kecil, di antaranya ada oey Yong bersama ketiga tianglo. si nona lantas menepuk tangan, maka dua serdadunya menggotong sebuah kantung goni yang besar.
"Eh, coba kau terka, apakah isinya karung ini?" ia tanya si anak muda. Ia tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Di dalam kota ini terdapat banyak barang luar biasa, mana bisa aku menerka?" sahut si anak muda, yang pun tertawa.
"Hendak aku menghadiahkannya kepada kau, pasti kau girang," kata si nona pula.
Tiba-tiba Kwee Ceng ingat halnya Kiu Cian Jin di
"Tiat Ciang Hong menghadiahkan Lam Kim sebagai bingkisan untuk Yo Kang, nona itu dimasuki ke dalam keranjang, maka ia menduga, mesti oey Yong telah mendapatkan nona yang cantik dan ia sekarang
hendak digoda. "Ah, aku tidak mau," ia kata sambil menggoyang kepala.
"Apakah benar-benar kau tidak mau?" oey Yong tanya sambil tertawa. "Awas, setelah kau melihat, jangan kau menarik pulang kata-katamu"


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanpa menantijawaban, nona oey mengulur
tangannya, untuk mengangkat karung itu, untuk mengeluarkan isinya yang benar saja ada seorang orang dengan rambut kusut dan mukanya penuh
darah, pakaiannya seragam dari satu serdadu
Khoresmia, hanya ketika diawasi, dialah Wanyen Lieh atau Chao Wang, pangeran dari Kim. Maka bukan main girangnya.
"Yong-jie" ia berseru. "Di mana kau dapat membekuk dia?"
"Aku melihat serombongan serdadu kabur dari pintu kota utara," menyahut si nona, "Pasukan itu memakai bendera chao Wang dan seorang panglima dengan kopiah emas dan jubah perang tersulam kabur ke arah timur. Aku tahu Wanyen Lieh sangat licik, tidak bisa terjadi diwaktu kekalahan sebagai itu dia masih berani mengibarkan benderanya dan tetap memakai kopiah dan seragamnya, lantas aku menduga itulah mesti akal belaka guna mengelabui orang. Kalau benderanya ke timur, dia mesti kabur kebarat. Maka bersama Lou Tianglo beramai aku bersembunyi menjaga di sebelah barat. Benarlah dugaanku, di sana aku berhasil membekuk jahanam ini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng menjura dalam kepada nona itu. Ia
sangat bersyukur. "Yong-jie," ia berkata, "Kau telah membalaskan sakit hatinya ayahku, aku tidak tahu apa aku mesti bilang padamu." oey Yong tertawa.
"Itulah hal kebetulan saja," ia berkata. "Kau telah mendirikan jasa besar, kau pasti bakal diberi hadiah oleh khan yang agung. Itulah baru bagus"
"Sebenarnya aku tidak mengharapkan jasa,"
berkata si anak muda yang polos.
"Engko Ceng, ke mari," kata si nona kemudian, perlahan, seraya bertindak ke samping. Kwee ceng mengikuti.
"Benarkah di dalam dunia ini tidak ada apa-apa yang dikehendakimu?" si nona tanya. Pemuda itu melengak.
"Melainkan satu keinginanku," jawabnya. "Ialah agar untuk selama-lamanya aku tidak dapat berpisah dari kau." oey Yong mengawasi.
"Hari ini kau mendirikanjasa besar ini, aku percaya umpama kata kau menyebabkan khan yang agung
gusar tidak nanti dia menghukummu" katanya.
Pemuda itu belum mengerti, ia berdiam.
"Ah" katanya. " Kalau hari ini kau minta pangkat atau gelaran, dia pasti menerimanya dengan baik," berkata pula si nona.
"Kalau juga kau minta dia jangan menghadiahkannya, dia juga sukar menolaknya. Yang penting sekarang ialah kau mesti mendayakan agar dia menjanjikannya dengan mulutnya sendiri apa juga yang kau minta dia mesti meluluskannya."
"Benar" kata si anak muda, singkat.
Mendengar jawaban hanya sebegitu, oey Yong
menggoyang kepala. Ia mendongkol. "Rup,anya kedudukan sebagai Kim Too Huma paling jempol, bukankah?" ia kata. Kwee Ceng terkejut. sekarang ia sadar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku mengerti sekarang" katanya. "Bukankah kau menghendaki aku menolak jodoh putrinya, supaya dia berjanji dulu, baru aku mengutarakan permintaanku"
Dengan begitu dia jadi tidak dapat menolak.
bukankah?" oey Yong tetap kurang puas.
" Itulah terserah padamu Mungkin kau tetap suka menjadi menantu raja.."
"Yong-jie," berkata si anak muda, "Memang Gochin Baki sangat mencintai aku, tetapi aku, aku menyayangi dia seperti saudara saja, bahwa dulu hari aku tidak menampik, itulah karena aku hendak menepati janji belaka, maka kalau khan yang agung suka menarik keputusannya, sungguh itu bagus untuk kedua belah pihak." Mendengar itu, baru lega hati si nona. Ia menatap pemuda itu.
sementara itu terdengar suara terompet emas yang kedua kali.
Kwee Ceng mencekal tangan si nona. "Yong-jie, kau tunggu kabar baik saja" bilangnya. Terus ia masuk ke dalam istana dengan menggiring Wanyen Lieh.
Melihat munculnya si anak muda Jenghiz Khan
girang sekali. Ia berbangkit dari kursinya, untuk menyambut sendiri, ia menarik tangan orang guna berjalan bersama. ia terus menitahkan orang
mengambil sebuah kursi, untuk menyuruh anak muda itu duduk di sisinya.
Kwee Ceng lantas memberitahukan bahwa Wanyen
Lieh telah dapat ditangkap. Ia lantas menitahkan agar orang tawanan itu dibawa menghadap.
Jenghiz Khan menjadi terlebih girang lagi. Dia melihat pangeran Kim itu berlutut di depannya, ia mendupak dengan kaki kanannya ke kepala orang.
"Ketika dulu hari kau datang ke Mongolia dengan tingkah kerenmu, pernahkah kau memikir bakal datang satu hari seperti ini?" ia tanya. Wanyen Lieh tahu ia bakal mati, ia mengangkat kepalanya.
"Dulu hari itu negaraku, negara Kim, kuat, aku menyesal tidak lebih dulu memusnahkan Mongolia"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
katanya dengan berani. "Begitulah maka terjadi bencana hari ini"
Jenghiz Khan tertawa lebar. Tidak ayal lagi, ia menitahkan menghukum mati pada orang tawanannya itu.
Maka Wanyen Lieh lantas digusur keluar istana, untuk menerima nasibnya.
Kwee Ceng girang berbareng berduka mengingat
akhirnya sakit hati ayahnya telah terbalaskan.
Jenghiz Khan lantas berkata: "Telah aku janjikan siapa dapat memukul pecah kota ini serta membekuk Wanyen Lieh, hendak aku menghadiahkan dia dengan orang-orang perempuan, permata dan cita dari kota ini maka itu sekarang pergilah kau menerimanya itu semua" Kwee Ceng menggeleng kepala.
"Aku dan ibuku telah menerima budi besar, semua itu sudah cukup" katanya. "Segala budak, permata dan cita pun sudah cukup, berlebihan tidak ada gunanya."
"Bagus" khan agung itu memuji, "Itulah sifatnya seorang ksatria Sekarang, apakah yang kau
kehendaki" Apa juga yang kau minta, tidak ada yang aku bakal tidak luluskan." Kwee Ceng berbangkit, ia menjura.
"Aku hendak mengajukan satu permohonan, aku minta khan yang agung tidak buat gusar," ia berkata.
"Kau bilanglah" kata Jenghiz tertawa.
Kwee Ceng lagi hendak menyebutkan
permintaannya itu ketika dengan sekonyong-konyong terdengar tangisan dan jeritan-jeritan yang hebat sekali, hingga orang menjadi terkejut. semua perwira berlompat bangun sambil menghunus senjatanya
masing-masing. Mereka menduga tentara dan rakyat musuh berontak. mereka mau pergi untuk
menindasnya. "Tidak apa-apa" berkata Jenghiz Khan sambil tertawa. "Kota anjing ini tidak mau takluk. dia membikin aku kehilangan banyak perwira dan serdadu, dla juga menyebabkan kebinasaan cucuku yang kucintai, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia perlu dibasmi secara besar-besaran Nah, mari kita pergi melihatnya"
Jago Mongolia ini berbangkit, terus dia bertindak keluar, dlikuti semua panglima. Dari luar istana mereka naik kuda, untuk kabur ke barat dari arah mana datangnya tangisan dan jeritan-jeritan hebat itu.
semakin dekat mereka mendengar semakin tegas
tangisan yang menyayatkan hati itu. Ketika mereka tiba di luar kota, di sana terlihat berkumpulnya tak terhitung penduduk kota, pria dan wanita, tua dan muda, dikumpulkan satu baris demi satu baris, di tegalan yang kosong. sebab tentara Mongolia telah menitahkan semua penduduk kota keluar dari rumah mereka, tidak ada satu jua yang ketinggalan.
Penduduk itu mengira bakal dilakukan pemeriksaan guna mencari mata-mata, siapa tahu, setelah
merampas alat senjata, tentara itu merampas juga barang permata dan lainnya yang berharga, akan akhirnya mereka pilih nyonya- nyonya dan nona-nona yang parasnya elok-elok. Baru sekarang penduduk itu mengerti bahwa mereka lagi diancam malapetaka.
siapa yang melawan, dia lantas dibacok atau ditombak mati. Kemudian, sesudah pemilihan wanita yang cantik-cantik itu, tentara Mongolia menyerbu di antara orang banyak itu, tak perduli tua dan wanita dan anak-anak. semua dibacoki kalang kabutan. Itulah yang menyebabkan tangisan danjeritan yang menyayatkan itu, yang seperti menggetarkan langit dan bumi. Ketika Jenghiz Khan beramai muncul, telah jatuh korban lebih dari belasan jiwa, daging dan darah mereka
berhamburan, mayat berserakan terinjak-injak kuda.
"Bagus Bagus" Jenghiz Khan tertawa bergelak-gelak. "Biar mereka tahu rasa"
Tapi Kwee Ceng tidak tega melihatnya. Dia lari ke depan khan yang agung itu. Ia mohon keampunan untuk mereka itu. Jenghiz Khan mengangkat
tangannya. "Bunuh habis mereka itu satu pun jangan dikasih ampun"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng terkejut, ia melengak justru itu ia melihat seorang bocah umur tujuh atau delapan tahun lari keluar dari rombongan orang banyak yang
bercelaka itu, dia menubruk seorang wanita yang roboh diterjang kuda sambil dia berteriak-teriak: "Ibu ibu" Lantas seorang serdadu menerjang ke arah mereka, dia mengayun goloknya yang panjang, maka tubuh ibu dan anak itu lantas terkutung menjadi empat potong, hanya sebelum napasnya putus, bocah itu masih memeluki ibunya. Darahnya Kwee Ceng
menjadi naik. "Khan yang agung" dia berseru, "Kau telah membilang bahwa semua wanita, permata dan cita dari kota ini kepunyaanku, kenapa sekarang kau menitahkan melakukan pembasmian ini?" Jenghiz Khan tercengang, tapi lantas dia tertawa.
"Kau sendiri yang tidak menghendakinya" sahutnya.
"Bukankah kau telah bilang, apa juga yang aku minta, kau bakal menerimanya?" si anak muda menegaskan. "Benar bukan?" Khan itu mengangguk.
dia bersenyum. "Kata-katanya khan yang agung adalah seperti gunung yang maha besar" kata si anak muda nyaring.
"Aku minta kau memberi ampun kepada jiwanya beberapa puluh laksa rakyat negeri ini"
Jenghiz Khan kaget. Inilah dia tidak menyangka.
Tapi dia sudah memberi janji, mana dapat dia
menyangkal itu" Maka itu, dia jadi mendongkol bukan main, matanya terbuka lebar, merah seperti api Dia mendelik mengawasi si anak muda. Tangannya pun memegang gagang goloknya.
"Telur busuk, benar- benarkah permintaanmu ini?"
tanyanya bengis. semua pangeran dan panglima pun kaget karena
kemurkaannya khan mereka itu.
Kwee Ceng juga tidak pernah melihat orang
bergusar demikian macam, tanpa merasa hatinya berdebaran, tetapi ia memberikan jawabannya. "Aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cuma minta rakyat ini diberi ampun," demikian penyahutannya.
"Apakah kau tidak bakal menyesal?" menegasi Jenghiz Khan, suaranya dalam.
"Tidak."prmuda itu menyahut pula. Tapi ia terluka hatinya, sebab itu artinya ia menyia-nyiakan
pengharapannya oey Yong untuk ia menolak
perjodohannya dengan Gochin Baki.
Jenghiz Khan mendengar suara orang menggetar, tanda dari hati takut, hanya orang paksa membesarkan nyali. Mau atau tidak. la menghargainya. Ia lantas menghunus pedangnya seraya memberi titah menarik pulang tentaranya. Tukang terompetnya pun segera membunyikan alat tiupnya itu.
Beberapa laksa serdadu Mongolia, dengan tubuh mereka kecipratan darah, lantas mengundurkan diri dari antara puluhan laksa rakyat itu, terus mereka berbaris dengan seumurnya, belum pernah Jenghiz.
Khan menemui orang yang berani menentang titahnya, sekarang dia menghadapi Kwee Ceng, bukan main mendongkolnya, tidak bisa dia lantas melenyapkan itu, maka setelah berseru, dia melemparkan goloknya ke tanah, lantas dia mengaburkan kudanya pulang ke dalam kota.
semua panglima mengawasi Kwee Ceng dengan
sorot mata mereka penuh kegusaran. Hati mereka itu kebat-kebit. Khan mereka gusar, maka itu, entah siapa yang apes yang bakal kena digusari nanti. Mereka juga tidak puas sekali. setelah kota terpukul pecah, mereka mengharap dapat melakukan pembunuhan
selama beberapa hari, tidak tahunya, harapan mereka menjadi kosong.
Kwee Ceng tahu orang tidak puas, ia tidak
menghiraukannya. Dengan perlahan ia menjalankan kuda merahnya ke tempat yang sepi. Ia menyaksikan sisa peperangan itu. Mayat-mayat berserakan, rumah-rumah habis terbakar. ia berduka untuk nasib rakyat itu. Ini telah terjadi karena ia hendak menuntut balas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sakit hati ayahnya, sebab Jenghiz Khan hendak menjadi jago dunia. Ia memikirkan, apa dosa rakyat itu.
Ia menjadi ngelamun hingga ia tanya dirinya sendiri:
"Aku memukul pecah kota untuk membalas sakit hati ayahku, sebenarnya, pantaskah itu atau tidak?"
Seorang diri, ia masih jalan mondar-mandir di daerah yang sunyi itu, yang pemandangannya
menggiriskan. sampai lohor baru ia pulang ke
kemahnya. Di muka kemah ia disambut dua serdadu pengiring Khan, yang lantas memberi hormat
kepadanya sambil memberitahukan dia dipanggil Khan, bahwa sudah lama mereka menantikan.
"Tadi siang aku berbantah, mungkin dia hendak menghukum mati padaku" pikir pemuda ini. "setelah sampai begini-jauh, aku melihat salatan saja." Ia memanggil seorang pengiring kepercayaannya, ia berbisik kepadanya, yang disuruh segera pergi kepada Lou Yoe Kiak. habis mana ia menuju ke istana, hatinya tidak tenang, tetapi ia telah berkeputusan: "Tidak perduli Khan bagaimana gusar dan aku dipaksanya, aku tetap tidak akan menarik pulang permintaanku mengampuni rakyat Samarkand Dialah Khan, dia tidak dapat menarik pulang kata-katanya"
Kwee Ceng menduga jenghiz Khan lagi mengumbar hawa amarahnya, tidak tahunya mulai tiba di pintu pendopo, ia sudah mendengar tertawa nyaring dan riang dari orang agung itu, maka ia melekaskan tindakannya. setibanya di dalam, ia menampak di sisi Khan ada berduduk satu orang, dan di kakinya ada mendeprok seorang wanita muda, yang menyender kepada kakinya. orang yang berduduk itu, yang rambutnya telah putih semua tetapi wajahnya sehat, adalah Tiang cun Cu Khu Cie Kie, sedang si nona ialah putri Gochin Baki. Ia girang bukan main, ia lari menghampirkan untuk menemui imam itu.
Jenghiz Khan menyambar sebatang tombak dari
tangan seorang pengiringnya, begitu ia membalik tubuh, ia menghajar Kwee Ceng dengan tombak itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pemuda ini terkejut, ia tidak melawan, hanya berkelit.
Maka tombak itu mengenai pundaknya dan patah
menjadi dua potong. Mendadak Jenghiz tertawa dan kata "Telur busuk habis sudah Jikalau bukannya aku melihat muka Khu Totiang dan anakku, hari ini aku hendak mengutungi lehermu"
Putri Gochin berlompat bangun seraya berseru:
"Ayah Aku tidak ada di sini, kau pasti menghina engko Ceng"
Ayah itu melemparkan tombak buntungnya.
"siapa yang bilang?" tanyanya tertawa terbahak.
"Aku melihatnya sendiri Apakah ayah masih menyangkal?" kata putri itu aleman.
" Hatiku tidak tentram, maka itu aku datang bersama Khu Totiang untuk menyaksikannya"
Jenghiz Khan menarik tangan putrinya dan
tangannya Kwee Ceng dengan masing-masing
sebelah tangannya. "Mari duduk, jangan rewel" katanya. "Mari mendengari Khu Totiang membaca syair." Memang benar, ketika itu, Tiang cun cu tengah hendak membacakan syairnya.
setelah pertempuran di Yan ie Lauw, Khu Cie Kie mendapat tahu Ciu Pek Thong, paman gurunya, tidak kurang suatu apa, dan bahwa yang membinasakan Tam Cie Hian, saudara seperguruannya, adalah
Auwyang Hong, maka itu dengan hati lega ia dan saudara-saudaranya menghaturkan terima kasih
kepada oey Yok su. Ketika ia mengatur barisannya di Yan ie Lauw itu, ia mengharap datangnya Yo Kang, untuk membantu pihaknya, maka ia menyesal bukan main tempo ia mendengar dari Kwa Tin ok tentang tersesatnya muridnya itu, Cie Kie menyesalkan diri mendapat murid tak kebetulan. ia menyesal tidak membawa muridnya itu pergi hanya dibiarkan tinggal tetap di istana, jadi si murid terlalu terpengaruhkan penghidupan mewah. justru itu, ia menerima suratnya Jenghiz Khan, yang diiringi surat Kwee Ceng, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengundang kepadanya, karena mengingat pemuda itu, yang ia buat kangen, ia memenuhi undangan itu dan berangkat bersama belasan muridnya, hingga kesudahannya ia berhasil bertemu sama pendekar Mongolia itu. (Menurut kitab Yuan Sih, setelah surat-menyurat tiga kali dengan Jenghiz Khan, baru Khu Cie Kie berangkat ke Mongolia dengan melewati
pegunungan Kun Lun San, ia membawa delapan belas muridnya dan mengambil tempo perjalanan empat tahun. Umumnya Khu Cie Kie dikenal sebagai Chang Chun, diambil dari gelarannya, Tian Cun Cu).
Khu Cie Kie melihat kulitnya Kwee Ceng menjadi sedikit hitam tetapi kesehatannya sempurna. Ia girang sekali. Sebelum Kwee Ceng datang, ia telah bicara sekian lama sama Jenghiz Khan tentang apa yang ia tampak di tengah jalan, ia menuliskannya secara berirama. Beginilah kira-kira syairnya itu:
Sepuluh tahun bencana peperangan, maka laksaan rakyat bersengsara.
Di dalam ribuan laksa jiwa, yang hidup tak ada satu dua.
Tahun yang lalu menerima panggilan,
Tahun ini berangkat memenuhinya,
Dengan menerjang hawa yang dingin,
Tanpa memperdulikan gunung 3000 lie.
Sekarang pun masih mengingat tanah daerah, Dan sisa napas letih masih ada, Asal saja rakyat dapat bebas dari sengsara.
Syair itu oleh seseorang pembesar sipil disalin ke dalam bahasa Mongolia, kapan Jenghiz Khan
mendengarnya, dia berdiam saja, dia cuma
mengangguk. Rupanya dia menginsyafi akibatnya bencana peperangan itu
Khu cie Kie menoleh kepada Kwee Ceng dan
berkata " Ketika tahun itu aku serta tujuh gurumu mengadu kepandaian di Yan ie Lauw, gurumu yang nomor dua telah meraba keluar dari sakuku sebuah syair tentang keindahan malam tanggal lima belas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bulan delapan di waktu rembulan paling terang dan permainya, setelah itu aku menulis menyambungi syair itu, hanya sekarang, mereka itu tidak dapat melihat sambungan ini dalam mana aku mengharap
terhentinya peperangan untuk menjamin perdamaian."
Disebutnya ketujuh gurunya itu membuat Kwee
Ceng sangat berduka hingga air matanya
mengembang. "Totiang telah datang ke Barat ini, pasti totiang telah menyaksikan keangkeran angkatan perangku," berkata Jenghiz Khan."Berhubung dengan itu, apakah totiang ada membuat syair untuk memujinya?"
"Di sepanjang jalan aku telah melihat bekas-bekas Khan yang agung menyerang kota dan merampas
daerah, dalam hatiku timbul kesannya," menyahut Khu Cie Kie " Karena itu aku telah membuat syair.
Beginilah syairku itu."
Thian yang maha mulia mengirim walinya ke dunia, Mengapa tidak menolong umatnya dari
penderitaan" Umat ini siang dan malam bersengsara,
Menahan hati menelan napas sampai mati tidak
berbicara. Mereka berdongak ke langit, Memanggil kepada
Thian, Thian tidak menyahut sipenterjemah menjublak. Mana dia berani menyalin itu untuk junjungannya"
Khu Cie Kie tidak memperhatikan orang itu, ia membacakan pula:
oh, dunia telah dibuka, Di sana hidup ribuan juta manusia,
Di sana kejahatan bertempur tak hentinya,
Hingga hebatlah penderitaannya.
Raja Langit, Ratu Bumi, semua malaikat,
Mengapa melihat kematian tidak menolong"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
si wali berduka tak berdaya,
sia-sia siang dan malam berduka saja.
Kwee Ceng merasakan artinya syair itu. Bukankah ia telah menghadapi peperangan dan baru tadi
menyaksikan pembasmian manusia itu"
"syair totiang indah," berkata Jenghiz Khan, yang memasang kupingnya. "Apakah bunyinya itu"
Lekaslah salin" Penterjemah itu bersangsi, ingin ia membuat
salinan lain, tetapi di situ ada Kwee Ceng, ia khawatir anak muda ini nanti menjelaskannya, dengan begitu ia bisa bersalah, maka dengan terpaksa, ia
menterjemahkannya juga. Mendengar itu Jenghiz Khan tidak puas.
"Katanya di Tionggoan ada ilmu untuk hidup lama dan tak menjadi tua, tolong totiang mengajari itu padaku," ia minta.
"Ilmu hidup lama dan tak menjadi tua itu, di dalam dunia ini tidak ada," menyahut imam itu, " Hanya ada juga ilmu bersemedhi dari golongan Too Kauw, ilmu itu benar-benar dapat menolak penyakit untuk menambah umur."
"Bagaimanakah ilmu itu, totiang?" tanya khan agung itu "Bagaimakah pokoknya?"
" Hukum Thian tidak mengenal sanak. cuma mengenal orang baik," sahut Cie Kie singkat.
"Apa itu yang dibilang baik" Jenghiz Khan menanya pula.
"Nabi tidak mempunyai hati lain, hatinya dicurahkan cuma kepada rakyat." Khan itu berdiam.
Khu cie Kie berkata pula. "Di Tionggoan ada sebuah kitab suci yang dinamai Too Tek Keng yang kami kaum Too Kauw menganggapnya sebagai
mustika. Demikian kata-kataku barusan, dari kitab itu asalnya. Kitab itu pun membilang, serdadu itu senjata tak membahayakan, itu bukan senjatanya bangsa budiman. senjata itu dipakai setelah sangat terpaksa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
siapa memuji senjata, dia gemar membunuh orang, dan siapa gemar membunuh orang, dia tidak dapat mewujudkan cita-citanya di kolong langit ini."
selama perjalanannya ke Barat ini, di sepanjang jalan itu Khu Cie Kie telah menyaksikan akibat bencana perang, ia merasa sangat terharu, maka itu ia menggunai ketikanya ini untuk membuka jalan, guna memohon untuk rakyat.
Jenghiz Khan meminta pengajaran panjang umur, sebaliknya ia dinasihati untuk jangan terlalu menggunai tentaranya, jangan terlalu banyak
membunuh orang, kata-kata itu tidak cocok untuknya, maka juga, ia lantas kata pada Kwee Ceng. "Pergi kau menemani totiang beristirahat."
Kwee Ceng menurut, ia lantas mengajak imam itu mengundurkan diri Di luar istana ia segera disambut oey Yong serta ketiga tianglo bersama semua anggota Kay Pang. Mereka itu datang dengan menunggang kuda. si nona lantas mengajukan kudanya sambil menanya dengan tertawa: "Tidak apa-apakah?"
Kwee Ceng menyahut sambil tertawa juga: "Untung justru totiang datang"
oey Yong memberi hormat kepada Tiang Cun cu,
lalu kepada Kwee Ceng ia menambahkan: "Aku khawatir khan yang agung gusar dan nanti membunuh kau, maka kami datang ke mari untuk menolongi.
Apakah katanya jenghiz Khan^" Apakah dia menerima baik penampikan jodohmu itu?"
Ditanya begitu, Kwee Ceng berdiam. Ia ragu-ragu.
"Aku tidak melakukan penolakan," katanya akhirnya.
Tidak bisa ia berdiam terus. oey Yong tercengang. "
Kenapa?" tanyanya selang sejenak. "Jangan gusar, Yong-jie. sebabnya"
Baru pemuda ini mengatakan demikian, di sana
terlihat putri Gochin lari keluar dari istana, sembari lari dia memanggil-manggil keras: "Engko Ceng Engko Ceng"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat putri itu, oey Yong terkejut. Dengan lantas ia melompat turun dari kudanya, untuk menyingkir ke samping. Kwee Ceng hendak memberi penjelasan
kepada kekasih itu atau Gochin Baki sudah lantas menarik tangannya sambil berkata dengan bernafsu: "
Kau tentu tidak menyangka aku bakal datang ke mari, bukankah" Kau telah melihat aku, kau girang atau tidak?"
Si anak muda mengangguk. terus ia menoleh ke
samping, tetapi ia tidak melihat oey Yong
Putri Gochin, yang hanya memikirkan Kwee Ceng, juga tidak mendapat lihat nona oey. Ia tetap
memegangi tangan si anak muda, ia tanya ini dan itu, tidak perduli di situ ada banyak orang lain.
Kwee Ceng mengeluh di dalam hatinya. Ia pun pikir:
"Tentulah Yong-jie menganggap karena aku bertemu adik Gochin ini, aku menjadi tidak sudi menampik perjodohanku dengannya" Karena ini, apa yang si putri bilang, ia hampir tidak mendengarnya. Akhirnya Gochin melihat orang melengak saja, ia heran, ia tidak puas.
"Eh, kau kenapakah?" tanyanya. "Dari jauh-jauh aku datang menjenguk kau, kau tidak memperdulikan orang"
"Adikku, aku mengingat satu hal," berkata si anak muda. " Hendak aku melihat dulu itu, sebentar aku kembali untuk bicara denganmu"
Pemuda ini memesan serdadu pengiringnya, untuk melayani Khu Cie Kie, lantas ia lari ke kemahnya.
Begitu ia tiba, serdadu pengiringnya memberi laporan kepadanya^ "Nona oey baru saja pulang, dia mengambil gambar, terus dia pergi dari pintu kota timur."
Bab 77. Si orang aneh Kaget pemuda itu. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Gambar apakah?" ia tanya.
"Gambar yang Huma sering pandang."
Kembali Kwee ceng kaget. Lantas ia mendapat
pikiran: "Dia membawa pergi gambar itu, terang dia telah memutuskan segala apa denganku Tidak bisa lain, aku mesti menyusul dia ke Selatan"
Dengan cepat pemuda ini menulis surat untuk Khu cie Kie, lalu ia kabur dengan kuda merahnya keluar dari kota.
Kuda itu kuat dan cepat larinya, tetapi Kwee ceng masih tidak puas, ia mencambuki, maka sebentar saja ia telah melalui beberapa puluh lie. Di sini pun ia menyaksikan mayat orang dan bangkai kuda masih berserakan- Di tempat luas beberapa puluh lie, salju melulu yang nampak. Ia memperhatikan tapak kaki kuda, ia kabur ke timur. Lega sedikit hatinya. Ia berpikir
"Kudaku kuat lari tanpa tandingan, lagi sebentar aku tentu dapat menyusul Yong-jie. Aku akan mengajak dia menyambut ibuku, untuk bersama-sama pulang ke Selatan-Adik Gochin boleh sesalkan aku tetapi apa boleh buat"
Lagi belasan lie, Kwee ceng melihat arah tapak kaki kuda menjurus ke utara, hanya di samping itu ada tapak kaki orang. Ia menjadi heran. Tapak kaki itu juga luar biasa, ialah jarak di antara kaki kiri dengan kaki kanan ada kira-kira lima kaki. Tindakan demikian lebar, tetapi tapaknya, bekas injakannya, enteng sekali melesaknya salju hanya beberapa dim. Teranglah sudah, sebelum melesak ke dalam salju, kaki itu sudah lantas diangkat pula.
Kapan pemuda ini ingat kepada kepandaian enteng tubuh, ia terkejut. Ia tahu, untuk di tempat ini, kecuali Auwyang Hong, tidak ada lain orang yang mempunyai kepandaian sedemikian lihay. Maka itu, mungkinkah see Tok telah mengejar oey Yong"
Mengingat itu, meskipun diwaktu salju dingin begitu, tubuh si anak muda mengeluarkan peluh. Ia kaget dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkhawatir bukan main- Itu artinya oey Yong
terancam bahaya si kuda merah seperti mengerti kekhawatiran
majikannya, tanpa dikeprak lagi, ia lari mengikuti tapak kuda dan tapak orang itu, yang terus berdampingan.
Lewat pula beberapa lie, kembali terjadi keanehan pada tapak kaki manusia itu. .tujuannya telah berubah-ubah. sebentar tapak itu belok ke barat, sebentar mengkol ke selatan. Terputar-putar. Tidak ada yang tujuannya lempang. Tapi Kwee Ceng berpikiri "Pastilah Yong-jie mengetahui Auwyang Hong mengejar
padanya, dia sengaja berjalan berputaran begini rupa.
Di salju ini, tapak kaki terlihat tegas, tentulah Auwyang Hong melihatnya dan dapat mengejar terus padanya."
Lagi-lagi belasan lie dikasih lewat. Di sini kedapatan banyak tapak kaki manusia, yang arahnya
bertentangan. Melihat itu, terpaksa Kwee Ceng lompat turun dari kudanya, guna meneliti. Ia mendapat tahu, yang mana tapak lebih dulu, yang mana yang
belakangan, atau yang mana yang di depan, yang mana yang di belakang. Ia pun mengawasi itu dari jauh. Tiba-tiba ia ingat, "Yong-jie bertindak menuruti ajaran kitabnya Gak Buk Bok. ia mengguna i Pat Tin Touw, barisan
rahasianya Cukat Liang, untuk mengacaukan arahnya Auwyang Hong, supaya see Tok jalan terputar-putar hingga dia tidal dapat keluar dari kurungan tin ini, supaya dia pergi serintasan lantas dia berjalan kembali"
Kwee Ceng lompat naik atas kudanya. sekarang ini ia bergirang berbareng masgul. Girang sebab ia percaya Auwyang Hong tidak bakal dapat mengejar terus si nona. Dan berduka, sebab kacaunya tindakan kaki, dia juga tidak akan dapat mengikuti jejak nona itu. Karena ini ia maju lebih jauh dengan tidak mengikuti jejak kaki hanya garis dari barisan rahasia Pat Tin Touw itu. Lebih dulu ia menuju ke timur
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

selatan, lalu ke timur langsung. Tidak lama, ia melihat pula tapak kaki. lalu ia pun melihat, di kejauhan, di antara salju dan langit, yang seperti menempel, ada petaan seperti bayangan manusia. Ia lantas
mengaburkan kudanya, guna menyusul orang itu.
Lantas Kwee Ceng mengenali Auwyang Hong,
siapa pun telah melihat kepadanya, bahkan dia segera memanggil-manggil: "Lekas, lekas Nona oey terjeblos di dalam embal" la kaget sekali, ia kaburkan kudanya.
Ketika lagi beberapa puluh tombak akan mendekati see Tok, ia merasakan kaki kudanya menginjak bukan tanah keras hanya embal yang ketutupan salju. Kuda merah juga merasa yang ia menginjak sesuatu yang empuk. dia mempercepat tindakannya.
sekarang, setelah datang lebih dekat pada
Auwyang Hong, Kwee Ceng melihat kelakuan orang yang luar biasa. sec Tok lagi jalan mengitari sebuah pohon kecil, cepat tindakannya, dia tidak mau berhenti sejenak juga.
"Apakah dia bikin?" tanya si anak muda kepada dirinya sendiri Ia menahan kudanya, niatnya hendak menanya siBisa dari Barat itu, atau mendadak
kudanya itu lari terus, lalu kembali. sekarang ia baru mengerti. Kudanya itu berada di embal, kalau dia berdiam, dia dapat terpendam, kakinya bakal melesak masuk ke dalam lumpur. ia pun menjadi kaget.
sekelebatan otaknya berpikiri "Apakah Yong-jie kejeblos di dalam embal ini?" Lantas dia menanya:
"Mana nona oey?"
Auwyang Hong berlari-lari terus, tapi ia menyahut:
"Aku mengikuti tapak kudanya dan tapak kakinya sendiri, sampai di sini, dia lenyap Kau lihat" Ia menunjuk ke arah pohon-Kwee Ceng melarikan kudanya lewat, ia
memandang ke atas pohon yang ditunjuk. Ia melihat tergantungnya gelang rambut dari emas. Tepat selagi lewat di bawahan pohon, ia menyambar itu. Ia
mengenali baik gelang rambutnya oey Yong. Karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ini, ia memutar kudanya, untuk menuju ke timur. Baru lari kira satu lie, ia melihat suatu benda berkilau di atas salju. Tanpa turun dari kudanya, hanya sambil membungkuk dalam, ia menjumput itu selagi kudanya lewat. sekarang ia mengenali bunga mutiara yang si nona biasa pakai. Hatinya menjadi tidak karuan rasa, saking bingungnya. "Yong-jie, Yong-jie" ia memanggil-manggil. "Yong-jie, kau di mana?" Tidak ada jawaban sama sekali.
Memandang jauh ke depannya, Kwee Ceng melihat segala apa putih, tidak ada setitik juga yang hitam yang bergerak-gerak. Ia berkhawatir, ia penasaran. ia lari terus lagi beberapa lie. Kali ini di sebelah kirinya, ia melihat sepotong baju bulu - ialah baju bulu si nona.
Kembali ia kaget. Baju itu dipandang sangat berharga oleh oey Yong dan biasanya tak pernah terpisah darinya, sekarang baju itu berada di tengah jalan bukankah itu alamat dari bencana"
Kwee Ceng menyuruh kudanya lari mengitari baju itu, ia berseru^ "Yong-jie."
Di situ tidak ada gunung atau lembah, suara keras itu tidak mendatangkan kumandang. Hampir anak muda itu menangis. selagi ia tidak berdaya, Auwyang Hong datang menyusul.
"Mari kasih aku mengasoh di atas kuda," berkata see Tok. "Mari kita sama-sama mencari nona oey"
Tapi Kwee Ceng gusar, ia membentak: "Kalau bukannya kau yang mengejar-ngejar, mana bisa dia lari ke daerah embal ini?" Ia menjepit perut kudanya, hingga kuda merah itu berlompat.
Auwyang Hong menjadi gusar sekali, dia berlompat, baru tiga kali, dia sudah datang dekat, tangannya menyambar ekor kuda.
Kwee Ceng kaget. Ia tidak menduga orang
demikian gesit. segera ia menyabet ke belakang dengan jurusnya "sin liong pa bwee", atau "Naga sakti menggoyang ekor".
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kedua tangan beradu dengan keras. Kebetulan
mereka sama-sama menggunai tenaga penuh. Tubuh Kwee Ceng terpental, hingga ia mencelat dari atas kudanya. syukur kudanya maju terus. Dengan tangan kirinya, ia menjambret pelana kuda, ia menarik. maka sedetik kemudian, ia sudah bercokol pula di punggung kudanya itu. Auwyang Hong sebaliknya mundur dua tindak. karena tolakan Kwee Ceng keras dan dia mesti memasang kuda-kuda, untuk mempertahankan diri, kakinya melesak di embal. Ialah kaki kirinya masuk ke lumpur sebatas dengkul, hingga dia kaget, tidak terkira. Dia tahu betul, asal ia menggunai tenaga, dia bakal melesak semakin dalam, kaki kanannya akan melesak juga. Karena ini dengan cepat dia
merebahkan tubuhnya, kaki kanannya menendang ke udara. Berbareng dengan itu, dia mengangkat kaki kirinya, untuk dipakai menendang. Maka itu, dengan lumpur bercipratan, kaki kirinya itu bebas dari dalam lumpur. setelah itu dia berlompat bangun.
"Yong-jie Yong-jie." Ia mendengar Kwee Ceng memanggil-manggil pula. Lantas dia melihat pemuda itu, bersama kudanya, sudah meninggalkan dia pergi lebih dari satu lie jauhnya. Dia menduga orang sudah keluar dari daerah embal melihat larinya kuda yang mantap sekali. Dia mendongkol dan menyesal.
Terpaksa dia lari mengikuti jejak kuda merah itu.
Hanya, untuk kagetnya, dia merasakan kakinya
menginjak dasar yang semakin lunak. Rupanya, dia bukan mendekati tepian hanya berada semakin tengah di embal itu. Dalam khawatir dan menyesalnya itu, dia jadi membenci si anak muda, yang berulang kali membuatnya malu, apa pula yang paling belakang ini, dia mesti bertelanjang dengan ditonton puluhan ribu serdadu. Lantas, dengan ilmunya enteng tubuh yang paling mahir, dia berlari untuk mengejar anak muda itu.
Kwee Ceng tengah melarikan kudanya tatkala ia menoleh ke belakang. Tahu-tahu Auwyang Hong
sudah berada dekat beberapa tombak. Ia lantas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggeprak kudanya, hingga kuda itu terkejut dan berlompat lari. Hingga kuda dan orang, menjadi berkejar-kejaran-"Yong-jie" si anak muda terus memanggil-manggil. sementara itu, belasan lie telah dilalui.
Kwee Ceng bergelisah ketika ia melihat cuaca mulai gelap. Di waktu hari terang, oey Yong susah dicari, apa pula setelah datang sang malam. syukur
untuknya, kudanya itu lihay sekali, mendapat tahu dia menginjak salju yang longgar dia lari semakin keras, mirip terbang.
Auwyang Hong mengejar terus tetap dia
ketinggalan semakin jauh. Dia menjadi letih, larinya menjadi kendor. Tapi juga si kuda merah cape, keringatnya membasahi seluruh tubuhnya, bulunya menjadi mengkilap dan cahaya merahnya bertambah marong, nampak tegas di antara warna putih dari salju di sekitarnya, mirip dengan sekuntum bunga cherri.
Akhir-akhirnya ketika langit telah menjadi gelap.
kuda merah pun sudah keluar dari daerah embal yang luas itu. Auwyang Hong telah ketinggalan jauh entah di mana. Hanya, meski ia bebas dari see Tok. Kwee Ceng tidak bebas dari kekhawatiran atas nasibnya oey Yong. Di mana adanya si nona" Dia kependamkah di embal" Kalau benar, mana ada pertolongan lagi"
Anak muda ini mencoba menguasai dirinya. Ia turun dari kudanya, untuk beristirahat, guna menentramkan hati, agar ia bisa menggunai pikirannya. Ia mengusap-usap punggung kudanya, katanya^ "Kudaku yang baik, hari ini kaujangan takuti kesengsaraan, sebentar kau maju pula lagi sekali, ya"
Tidak lama ia beristirahat, ia melompat pula ke punggung kudanya. Tali les ditarik membikin kuda itu berbalik ke embal, mencari oey Yong di daerah lumpur itu. Kuda itu agaknya jerih, setelah dipaksa, baru dia lari. Keras larinya.
sekonyong-konyong Kwee Ceng mendengar jeritan Auwyang Hongo "Tolong Tolong" see Tok menjerit
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berulang-ulang. Dia ternyata terbelesak di dalam embal, sampai sebatas dada, kedua tangannya
diangkat tinggi ke atas, digerak-geraki seperti lagi menjambret sesuatu.
Kalau tububnya masuk terus ke dalam lumpur itu, sampai di mulutnya, melewati hidungnya, maka akan habislah dia
Kwee Ceng hampir lompat turun dari kudanya
menyaksikan bahaya yang mengancam see Tok itu. Ia membayangkan, jangan-jangan oey Yong pun telah mendapat nasib serupa. "Tolong" Auwyang Hong berteriak pula. "Lekas"
" Kau telah membunuh guruku Kau pun mencelakai nona oey" Kwee Ceng seraya menggertak gigi. "Kau ingin aku menolong mu" Jangan harap"
"Ingatlah janji kita" kata Auwyang Hong. "Tiga kali kau mesti memberi ampun padaku Dan inilah yang ketiga kalinya Apakah kau tidak mau memegang
kepercayaanmu?" Kwee Ceng mengucurkan air mata.
"Nona oey sudah tidak ada di dalam dunia, apakah gunanya perjanjian kita itu?" katanya berduka.
Auwyang Hong menjadi sangat mendongkol, ia
mencaci kalang kabutan. Kwee Ceng tidak memperdulikan, ia larikan
kudanya. Baru belasan tombak. mendadak ia
mendengar jeritan yang menyayatkan hati, lantas hatinya menjadi lemah. Ia menghela napas. Terpaksa ia memutar balik kudanya. Ia melihat see Tok sudah melesak sebatas lehernya.
"suka aku menolong kau," katanya pada jago dari see Hek itu "Hanya kudaku ini, kalau kita menaikinya berdua, muatannya menjadi berat, aku khawatir dia pun akan kebelesak di embal"
"Kau menggunai tambang untuk menarik aku,"
Auwyang Hong mengasih pikiran.
Kwee Ceng tidak membekal tambang tetapi ia
mengingat baju panjangnya, maka ia meloloskan itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan memegang keras satu ujungnya, ia
melemparkan itu. Auwyang Hong menjambret dengan tangannya.
Begitu dia dapat memegang, kuda merah dikasih lari keras, maka dia lantas kena tercabut dari dalam embal, terus dia diseret lari kuda itu ke arah timur.
Belum lama, tibalah dia di tempat yang selamat.
Kwee Ceng mau mencari oey Yong, pikirannya
selalu berada pada si nona, dari itu ia kabur terus bersama kudanya itu, hingga see Tok juga turut terbawa-bawa. Maka itu, dia memasang diri terlentang, dia membiarkan tubuhnya di bawa kabur di atas salju itu. Ketika ini dipakai dia untuk meluruskan jalan napasnya. selama apa yang terjadi itu, sang tempo lewat dengan cepat.
Kwee Ceng telah melintasi pula wilayah embal. Ia mendapatkan lagi tapak kuda dan tapak orang. Itulah tempat darimana oey Yong datang, hanya sekarang, si nona tetap tidak ada. Ia lompat turun dari kudanya, ia bengong mengawasi tapak kaki itu
Dalam keadaan berduka dan berkhawatir itu, Kwee Ceng lupa kepada musuhnya. ia berdiri diam dengan tangan kiri memegangi les dan tangan kanan
mencekal baju bulunya oey Yong. setelah mengawasi tapak kaki, terus ia memandang jauh ke depan. ia baru terkejut ketika ia merasa benturan perlahan pada pundaknya. Hendak ia memutar tubuh, atau tahu-tahu tangan Auwyang Hong telah mengancam intay-hiat,jalan darah di punggungnya, hingga ia tidak berdaya lagi. Inilah cara ketika ia pun mencekuk si bisa bangkotan ketika dia baru keluar dari liang perangkap.
Auwyang Hong mengasih dengar tertawanya yang
dingin- "Jikalau kau hendak membunuh aku, bunuhlah"
kata si anak muda, yang hatinya sudah tawar. "Kita memang tidak membuat perjanjian aku menghendaki diberi ampun olehmu"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
see Tok melengak. Dia memang berniat menyiksa pemuda ini, untuk menghina padanya, habis mana dia hendak mengambil jiwa orang. Di luar dugaannya, si pemuda justru meminta kematiannya.
"si tolol ini sangat mencintai itu budak celaka, kalau aku binasakan dia maka tercapailah cita-citanya mencari kematian," ia berpikir. "Karena budak celaka itu sudah mampus, tentang artinya kitab Kiu Im Cin-keng sekarang aku bergantung hanya kepada dia ini"
Karena ini, ia lantas mengangkat tubuh si anak muda, buat dibawa naik ke atas kuda, lalu kuda itu ia kasih lari ke selatan di mana ada sebuah lembah.
selagi melewati sebuah kampung, Auwyang Hong
masuk ke situ. Ia berniat singgah. Di situ berserakan banyak mayat. Hawa udara sangat dingin tidak
membikin mayat-mayat itu rusak. bahkan segala apa juga tidak berubah, maka semua mayat terlihat tegas seperti waktu baru matinya - dipandangnya
menggiriskan, sebab semua tubuhnya tidak sempurna lagi. Mereka semua korban kekejaman tentara
Mongolia. Beberapa kali Auwyang Hong memanggil, ia tidak mendengar penyahutan dari orang kampung, yang ada hanya suaranya beberapa puluh ekor kerbau dan kambing yang seperti saling sahutan. Mengetahui ada binatang itu, ia senang juga. Ia bawa Kwee Ceng ke dalam sebuah rumah batu. Ia kata: "Kau sekarang tertawan olehku. tidak ada niatku membunuh kau, umpama kata kau dapat melawan aku, kau merdeka untuk pergi."
Kemudian ia menangkap seekor kambing, untuk
disembelih dan dijadikan penangsal perutnya yang kosong.
Kwee Ceng mendelu melihat sikap orang yang
sangat bangga akan dirinya sendiri itu. see Tok sangat puas dengan kemenangannya itu. Dari mendelu, ia menjadi gusar sekali. Kemudian Auwyang Hong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melemparkan sepotong paha kambing. "Kau dahar biar kenyang, sebentar kita bertempur," katanya mengejek.
" Kalau kau mau bertempur, marilah" Kwee Ceng menjawab gusar. "Buat apa menanti sampai sudah gegares kenyang" ia lantas berlompat maju dan menyerang
see Tok menekuk kedua kakinya, untuk
menongkrong, dari mulutnya keluar dua kali suara kera k- kerok. Ia telah lantas menggunai ilmu silat Kedoknya, dengan apa ia membalas menyerang.
Maka itu, di situ mereka lantas bertarung.
setelah bertempur lebih dari seratus jurus, Kwee Ceng terdesak. Ia masih kalah dalam hal tenaga dalam. Begitu ia dirangsak satu tindak dan
kemcungannya ditinju. Ia kaget dan tidak berdaya, maka ia menanti kebinasaannya. Auwyang Hong tidak meneruskan hajarannya itu, dia hanya tertawa.
"Hari ini sampai di sini saja" dia berkata, "Pergi kau melatih ilmu silatmu dari kitab Kiu Im Cin-keng, besok aku nanti melayani pula padamu"
"Pui" menghina si anak muda, yang lantas pergi duduk di bangku. ia menjumput paha kambing, untuk dimakan. sembari makan, ia berpikiri "Dia hendak mempelajari ilmu silat dari kitab, kalau aku berlatih, dia akan menontonnya. Tidak, aku tidak boleh kena diakali Ah, ya, tadi serangannya ke kempunganku itu,
bagaimana harus aku menangkis atau
mengelakkannya" "
Ia lantas berpikir. Ia ingat, belum pernah ia mempelajari sesuatu jurus yang dapat memecahkan serangan lawan itu. Ada juga di dalam kitab, bagian
"Hui Sie Keng", ialah ilmu "Kapas Terbang". Ilmu itu, kalau dapat diyakinkan, akan membikin tenaga di kempungan bisa menghindarkan serangan-
"Biar aku mempelajarinya di dalam hati, dia hendak menelan juga tidak dia mampu," pikirnya pula. Maka lekas-lekas ia menghabisi daging kambingnya, terus ia duduk bersila, untuk belajar sambil bersemedhi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan begitu ia bisa memusatkan pikirannya. Ia menghapal bunyinya kitab. Setelah mengerti "It kin toan kut pian", ia sudah mendapati pokoknya ilmu silat, dan sesudah mendapatkan pengajaran dari It Teng Taysu, ia telah memperoleh kemajuan terlebih jauh, maka itu, tidaklah sukar untuk ia meyakinkan "Hui Sie Keng". Belum dua jam, ia sudah berhasil. Ia lantas melirik kepada Auwyang Hong, yang lagi bersemedhi.
"Awas" ia berseru. Ia bangun, lantas ia lompat menerjang, sebelah tangannya melayang.
Auwyang Hong telah siap sedia. Ia menangkis. Tadi ia berhasil dengan tinjunya ke kempungan, maka selang tidak lama, setelah melihat lowongannya, ia mengulangi serangannya itu. Hanya sekarang ia menjadi heran- Tinjunya itu melejit lewat, tinju itu seperti mengenai sesuatu yang licin, hingga tubuhnya sendiri sedikit terjerunuk ke depan-Justru itu, tangan kiri Kwee Ceng terbang ke lehernya.
"Bagus" pikirnya. Ia kaget dan girang. Ia menjerunuki tubuhnya terus ke depan, dengan begitu ia bebas dari serangan si anak muda. Setelah itu ia membalik diri, akan berkata: "Bagus ilmumu ini Adakah ini dari dalam kitab" Apakah namanya?"
"seecat iet-wi, ayboat kek-ji," sahut Kwee Ceng.
see Tok melengak. Ia tidak mengerti. Tapi segera ia ingat akan penyebutan lafal bahasa sansekerta. Maka ia pikir. "Baik aku melayani dia dengan akal." Karena ini, ia lantas melayani lebih jauh pemuda itu.
semenjak itu, sebulan lebih keduanya berdiam di rumah batu itu. Kalau yang satu ingin mencangkok ilmu silat dari Kiu Im Cin-keng, yang lain hendak menuntut balas. saban-saban Kwee Ceng kena dibikin tidak berdaya, selamanya ia tidak dihajar atau dibinasakan, maka terus saban-saban ia meyakinkan secara baru, untuk menandingi setiap pukulan dahsyat dari see Tok. selama itu, terus mereka dahar daging kambing, sampai binatang itu hampir habis.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lama-lama, Kwee Ceng sendiri mendapatkan
kemajuan yang tentu, Auwyang Hong sebaliknya cuma dapat berlatih, tidak dapat dia ilmu dari Kiu Im Cin-keng yang diharap-harap itu. Dia malah menjadi bingung. Apa yang dia lihat dari Kwee Ceng ini, tidak cocok sama bunyinya kitab yang dia suruh si pemuda menuliskannya untuknya selama mereka berdiam di dalam perahu dulu hari itu. Karena ini, lama- lama jago dari see Hek ini berkhawatir juga. Dia pikiri "secara begini, selagi aku sendiri tidak mendapatkan artinya kitab, bisa-bisa aku akan menjadi bukan tandingan dia"
Dia menjadi jeri sendirinya.
selama beberapa hari ini, dengan cara berlatihnya itu di otak. Kwee Ceng mulai mempelajari ilmu silat bersenjata. Ia menggunai pedang pendeknya
membuat pedang kayu. Dengan itu ia melayani tongkat ular dari see Tok.
sekarang Auwyang Hong memakai tongkat kayu
tanpa dibantu ularnya yang istimewa. Ketika dulu dia menempur Ang cit Kong, tongkatnya terlempar lenyap di laut. Kemudian dia membikin tongkat baja, dia melilitkan ularnya di ujung tongkat, tetapi tongkat ini lenyap di kurungan es selama dia digencet es oleh Lou Yoe Kiak. Meski hanya tongkat kayu dan tanpa
ularnya, ilmu silatnva tak berubah, dari itu, tongkatnya ini tetap lihay. Beberapa kali pedang kayu si anak muda kena dibikin mental. Coba tongkat itu ada ularnya, pasti lihaynya bertambah.
selama itu, kuping mereka mendengar suara
terompet, kuda dan tentara, dari tentara Jenghiz Khan yang berangkat kembali ke timur, yang mana berjalan beberapa hari lamanya. semua itu tidak dihiraukan dua orang yang lagi bertarung ini. Adalah pada suatu malam, ketika pasukan Mongolia itu sudah pergi semua, baru mereka merasakan kesunyian.
"Malam ini tetap aku tidak bakal dapat mengalahkan kau tetapi juga tongkatmu tidak akan dapat berbuat banyak atas pedangku," kata Kwee Ceng di dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hatinya selagi ia berdiri siap. dengan pedang di tangannya. Ia baru dapat memikir satu jurus yang baru dan hendak mencobanya, untuk mana ia menanti
lawannya menyerang lebih dulu. Mereka belum mulai bertempur tatkala mendadak mereka mendengar
Mutiara Hitam 12 Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung Pedang Dan Kitab Suci 9
^