Pencarian

Raja Silat 14

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 14


pula. Tetapi tahukah kau siapakah nama dari ayahku " Pouw
Siauw Ling tahu kau tahu tidak?" Jien Coei cici, kau pasti tidak
akan tahu. Siapa bilang aku tidak tahu, apa betul betul kau sudah gila
?" Mendengar perkataan itu Liem Tou segera berkelebat
menubruk kehadapannya entah dengan menggunakan cara
apa pada saat Pouw Jien Coei belum sadar pergelangan
tangannya sudah kena dicengkeram oleh diri Liem Tou.
Kau tahu., kau tahu ayahku bernama siapa " tanyanya
dengan suara keras serta mata melotot.
Pouw Jien Coei yang melihat rasa tenang dari Liem Tou
yang secara tiba tiba ini, air mukanya berubah hebat juga.
Liem Han San. sahutnya keras. Dia adalah penduduk dari
perkampungan Ie Hee Cung siapa yang tidak tahu nama
ayahmu " Mendengar jawaban Liem Tor dengan perlahan lahan
melepaskan tangannya dan menghembuskan napas panjang.
Paru saja dia mau berbicara mendadak. Plaaak pipinya
sudah kena digaplok keras oleh Jien Coei, saking kerasnya
sehingga ter dengar suara yang keras sekali.
Liem Tou. terdengar Puow Jien Coei membentak dengan
suara yang sangat keras. Bila mana kau berbuat tidak sopan
lagi aku tidak akan berlaku sungkan sungkan terhadap
dirimu." Liem Tou tidak bisa berbuat apa apa lagi dengan lemasnya
dia menundukkan kepalanya rendah kemudian sambil
gelengkan kepalanya dia berkata dengan suara yang rendah
Jien Coei cici, kau pukullah. Tapi kau tak tahu nama dari
ayah, itu sangat bagus sekali. aku tidak akan mencari gara
gara dengan dirimu, pada saat ini cuma kau serta Ie cici dua
orang saja yang boleh memukul aku karena kalian adalah cici
yang paling baik padaku sekalipun kalian pukul aku sampai
mati aku juga tidak akan menyalahkan kalian.
Titik titik air mata mulai mengucur keluar dengan derasnya,
mendadak tangannya diluruskan kebawah sambil melengos
teriak nya lagi dengan keras.
Tetapi setelah aku berhasil mengetahui sebab sebab
kematian ayahku dendam ini harus aku balas. Jien Coei cici,
maafkanlah aku, aku harus dapat mencari pembunuh ayahku
untuk menuntut balas. Lama sekali Pouw Jien Coei berdiri ter mangu mangu dan
memandang Liem Tou dengan terpesona, akhirnya dia
menghela napas panjang. Baiklah Liem Tou kita jangan membicarakan persoalan ini
lagi aku mau tanya kepadamu apakah Ie moay moay sudah
ada kabar beritanya " ujarnya dengan suara perlahan.
Dengan cepat Liem Tou menekan rasa terharu dan
goncangan di dalam hatinya setelah itu barulah jawabnya.
Dia sangat baik, dia bersama sama dengan "Wan moay
moay. Mendengar perkataan itu Pouw Jien Coei merasakan
pandangannya menjadi terang, agaknya dia merasa sangat
gembira, tetapi sebentar kemudian diapun merasa sedih
kembali. Tetapi . . tetapi sayang Lie Pek bo sudah meninggal ujarnya
dengan suara yang rendah. Bilamana dia tahu akan hal ini
entah bagaimana rasa sedihnya itu "
Aku tahu, tapi aku belum pernah memberitahukan hal ini
kepadanya, jawab Liem Tou sambil mengangguk.
Bagaiman kau bisa tahu akan hal ini " " tanya Pouw Jien
Coei keheranan. Siapa yang sudah beritahukan hal ini
kepadamu " " setelah kalian terjatuh ke dalam jurang dibawah
jembatan pencabut nyawa itu berturut turut dia menangis
selama lima hari lima malam, dan akhirnya meninggal karena
tidak makan minum maupun tidur, bagaimana kau bisa tahu
?"" Aku sudah pulang ke sana jawab Liem Tou dengan sedih.
Jien Coei cici, hatiku merasa sangat sedih sekali, bagaimana
kalau kita tidak membicarakan urusan ini lagi. Pouw Jien Coei
mengangguk, setelah memperhatikan diri Liem Tou beberapa
saat lamanya akhirnya dia bergumam seorang diri.
Oooo . . . kiranya kepandaian silatnya sudah berhasil
dilatih, tidak aneh kalau dia orang bisa berbuat segalanya.
Tiba tiba dia angkat kepalanya dan berteriak keras.
Engkoh, kau jangan pergi.
Jien Coei cici jangan urus dia. Biarkanlah dia pergi ujar
Liem Tou sambil tertawa. Pada saat ini Pouw Siauw Ling yang ada di ruangan perahu
sudah meloncat keluar melalui jendela ruangan dan kini sudah
mencapai tepian sungai untuk lari menjauhi.
Sebaliknya mulai wakta itu Liem Tou tidak pernah menoleh
barang sekejappun. Pouw Jien Coei yang melihat engkohnya sudah lari pergi, di
dalam hati dia merasakan sangat tidak enak sekali, dengan
sedihnya dia menundukkan kepalanya rendah rendah.
Jien Coei cici tidak usah urusi dia lagi ujar Liem Tou sambil
tertawa pahit, sudah setahun lamanya kita tidak bertemu,
selama ini. Jien Coei cici bekerja apa" mari kita masuk ke
dalam untuk bercakap cakap.
Pouw Jien Coei menganguk. tetapi sewaktu melihat bekas
titik titik darah yang mengotori lantai dia menghentikan
langkahnya kembali. Kalau begitu kita duduk duduk saja di tepian sungai sebelah
sana, ujar Liem Tou kemudian sambil tertawa.
Sehabis berkata dengan menggunakan gaya yang sangat
indah sekali tubuhnya meloncat ke tengah udara untuk
kemudian meloncat ke tepian sungai.
Pouw Jien Coei segera mengikuti dari arah belakang
meloncat ketepian dan bersama sama dengan Liem Tou duduk
di atas sebuah batu besar ditepi sungai.
.Jien Coei cici, bagaimana kau bisa sampai kemari?" tanya
Liem Tou kemudian. Pouw Jien Coei segera menghela napas panjang.
Sejak ayahku membuka perusahaan ekspedisi Ang Piauw
kiok aku terus menerus berkelana di dalam Bu lim berlari ke
sana kemari mencari pengalaman, disamping itu guna mencari
jejakmu serta jejak dari Ie moay moay pula. boleh dikata
selama setahun ini aku tidak ada arah tujuannya, kebetulan ini
hati aku lewat di kota Hong Kiat dan bertemu dengan Tia,
setelah dia orang tua memberitahukan akan urusan ini aku
lalu berangkat menuju kemari!"
Setelah itu dia lalu menanyakan juga kenapa dia meminta
Ang In Sin Pian untuk menyerahkan uang sebesar tiga pulah
laksa tahil perak" dengan sejujurnya Liem Tou pun lalu
menceritakan kepadanya. Pouw Jien Coei mengangguk dengan per lahan, tidak terasa
lagi mereka berdua pada bungkam diri.
Saat ini sang surya dengan perlahan mulai tenggelam ke
arah sebelah Barat, dari tempat kejauhan kelihatan kawanan
burung terbang kembali ke sarang, waktu dengan perlahan
lewat tetapi mereka berdua masih tetap bungkam di dalam
seribu bahasa. Air muka Pouw Jien Coei perlahan lahan berubah jadi
merah padam, sebentar lagi berupah putih pasi bibirnya rada
sedikit gemetar kelihatan sekali hatinya sedang bergolak
dengan amat keras. Jien Coei cici, kau merasa kedingnan?" tanya Liem Tou
dengan keberatan. Pouw Jien Coei dengan perlahan menggelengkan
kepalanya, air mukanya berubah semakin hebat, tetapi dia
tetap bungkam diri. Liem Tou lantas ulur tanganya memegang keningnya, Pouw
Jien Coei tetap tidak bergerak barang sedikitpun juga.
Liem Tou merasakan pada keningnya terasa ada keringat
yang membasahinya, dalam hati dia merasa semakin
keheranan lagi. Jien Coei cici tanyanya. Sebetulnya kau. kenapa?" apakah
kau sakit?" Mendadak dia menutupi wajahnya dengan kedua belah
tangan kemudian menangis tersedu sedu dengan amat
sedihnya. Liem Tou semakin dibuat kebingungan lagi tindakannya
yang amat aneh ini terpaksa dia mendesak dirinya untuk
berbicara. Jien Coei cici, beritahukan kepadaku kau ada urusan apa"
kenapa kau tidak beritahukan kepadaku "
Pouw Jien Coei menangis semakin sedih lagi, dia tidak mau
menggubris perkataan dari Liem Tou tidak bisa beruiat apa
apa terpaksa dia duduk termangu mangu sambil memandang
terpesona ke arahnya, dia orang yang tidak mengetahui
urusan apa yang sudah terjadi sudah tentu tidak tahu pula dia
harus ber bicara dengan cara bagaimana.
Lewat beberapa saat kemudian sang surya sudah lenyap
dari pandangan, cuaca makin lama makin menggelap.
Bersamaan dengan semakin menggelapnya cuaca suara
tangisan dari Pouw Jien Coei pun semakin keras hal ini benar
benar membuat Liem Tou jadi bingung.
Akhirnya saking tak tertahannya dia menjerit keras dengan
hati agak jengkel. Jien Coei cici ada urusan apa cepatlah kamu katakan
sekalipun mengharuskan aku terjun ke dalam lautan api
akupun akan melakukannya buat cici, di dalam kolong langit
ini ada urusan apa yang sangat luar biasa?" Buat apa kau
menangis terus ?" Teriakannya kali ini ternyata sangat manjur sekali, akhirnya
Pouw Jien Coei menghentikan suara tangisannya dan angkat
kepalanya. Sembari membereskan rambutnya dia memandang
terpesona ke arah permukaan sungai, sepatah katapun tak
diucapkan. Jien Coei cici!" Ujar Lien Tou lagi dengan suara yang sangat
halus. Ada urusan apa cepat katakan kepadaku ! Malam ini
sebelum kentongan ketiga aku harus menjalankan perahu
untuk menuju ke kota Hong Kiat."
Mendengar perkataan itu agaknya Pouw Jien Coei jadi
terkejut, dengan perlahan lahan dia putar kepalanya.
Sebelum kentongan ketiga kau hendak menuju ke kota
Hong Kiat?" Aaaa'. . . tidak .."
Baru saja berbicara sampai disitu mendadak dia berhenti
sebentar, agaknya di dalam hati dia sedang mengambil
keputusan yang sangat berat, akhirnya dia tidak kuasa Lagi
melanjutkan kembali kata katanya.
.Baiklah !! Kau pergilah . . .kau pergilah.... Tetapi . . . tetapi
. . . ." Berbicara sampai disini dia tidak sanggup lagi untuk
melanjutkan kembali kata katanya jelas dia kepingin menangis
lagi, Jien Coei cici, tetapi kenapa?"?"" desak Liem Tou dengan
cepat. Liem titi, maukah kau orang mendengarkan perkataanku?"
tanya Pouw Jien Coei kemudian dengan perlahan. Terus
terang aku beritahukan kepadamu, ayahku telah melenyapkan
harapanku , . . tetapi bagaimanapun dia tetap ayahku !"
Cici ada urusan apa. silahkan berkata aku tentu akan
mendengarkan perkataan dari cici."
Mendadak Pouw Jien Coei bangkit berdiri dari tempat
duduknya ujarnya dengan serius.
Kalau begitu kau harus menyanggupi tiga macam urusan
bilamana kau mau mendengarkan perkataanku itu maka aku
akan menaruh rasa terima kasih padamu."
Selesai berkata kembali dia menangis lagi.
Jien Coei cici. kau jangan menangis lagi "ujar Liem Tou
dengan cemas. Kau cepatlah berbicara aku akan
mendengarkan seluruh perkataanmu."
..Pertama, setelah tiba dikota Hong Kiat kau dilarang
membunuh seorang manusia pun ujar Pouw Jien Coei
kemudian sambil menahan tetesan air mata.
Mendengar perkataan tersebut Liem Tou jadi kebingungan,
dalam hati dia merasa amat terperanjat tetapi akhirnya dia
menyahut juga. Aku pasti turut perintah, sesampainya di kota Hong Kiat
aku tidak akan membunuh seorangpun.
Kedua, Selamanya aku larang kau membunuh engkohku.
Mendengar perkataan itu Liem Tou semakin terkejut lagi,
sepasang matanya dipentangkan lebar lebar.
baiklah aku tidak akan membunuh engkohmu sahutnya
kemudian sesudah ragu ragu sebentar.
saat itulah Pouw Jien Coei baru menundukkan kepalanya
rendah rendah, beberapa saat kemudian dia baru angkat kepalanya keatas.
Ketiga Tubuhnya mendadak meloncat keatas, dengan beberapa
kali tutulan dia sudah ada di pinggang gunung sehingga
jaraknya kurang lebih dua, tiga puluh kaki dari diri Liem Tou,
setelah itu baru sambungnya dengan suara yang amat keras.
Beritahu pada Ie moay moay, Pouw Jien Coei sudah mati,
selamanya dia tidak usah mencari aku lagi.
Mendengar perkataan tersebut Liem Tou benar benar
merasa sangat terperanjat sekali, dengan cepat dia
membentak keras. Jien Coei cici, kau jangan pergi.
Ujung kakinya segera menutul permukaan tanah dan
mengejar ke arah depan. Dengan kepandaian silat yang dimilikinya pada saat ini
hanya didalam sekali loncatan s?ja dia sudah berada kurang
lebih sepuluh kaki tingginya, jaraknya dengan Pouw Jien Coei
pun cuma tinggal tiga kaki saja.
Sejak semula Pouw Jien Coei sudah mendengar sambaran
angin di belakang badannya dia tahu Liem Tou tentu sedang
mengejar diriiya, karena itu mendadak dia menghentikan
langkahnya lalu putar badannya ke arah belakang.
Liem Tou berhenti ! bentaknya dengan keras. Bilamana kau
mengejar lebih lanjut aku segera akan meloncat kebawah
untuk bunuh diri. Mau tidak mau terpaksa Liem Tou haru menghentikan
langkahnya. Jien Coei cici, mohonnya dengan keras. Kau tidak boleh
berbuat demikian, kau mau pergi kemaaa ?"


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Soal ini kau tidak usah ikut campur!. Bentak Pouw Jien Coei
kembali dengan suara yang keras. "Kau sudah menyanggupi
urtuk mendengar perkataanku, ayoh cepat kau pergi dari sini
!" . Dengan termangu mangu Liem Tou berdiri tertegun di
sana, seperti baru saja terbangun dari suatu impian yang amat
buruk dia memperhatikan diri Pouw Jien Coei meninggalkan
tempat itu dan lenyap ditelan kegelapan.
Kurang lebih selama satu kentongan lamanya dia berdiri di
sana, tanpa bergerak sedikitpun dia baru sadar kembali dari
lamunannya setelah dirasanya ada segulung angin malam
berlalu dengan santarnya.
Dia teringat kembali kalau pada kentongan ketiga malam ini
masih ada urusan yang harus diselesaikan. Ketika teringat
pula akan permintaan Pouw Jien Coei yang meminta dia.
jangan membunuh seorangpun dikota Hong Kiat membuat dia
jadi melongo longo, dia tidak tahu di kota Hong Kiat bakal
terjadi urusan apa ?"
Dengan cepatnya Liem Tou lari turun dari gunung itu dan
meloncat naik ke atas perahu, melepaskan jangkar kemudian
melancarkan pukulan menjalankan perahunya.
Kurang lebih dua, tiga jam kemudian sampailah dikota
Hong Kiat yang sudah tenggelam di tengah kesunyian, saat ini
waktu menujakkan kentongan kedua dia lantas menjalankan
perahunya dan berhenti di antara perahu perahu lainnya.
Setelah menghentikan perahunya dia baru meloncat naik ke
atas tepian dan meniggalkan kerbaunya tetap ada di atas
perahu itu Dengan seorang diri dia berjalan di tengah jalan
raya, setelah mengetahui letak rumah penginapan yang
terbesar di seluruh kota Hong Kiat dia lantas berjalan kesana.
Cuaca sudah menujukkan tengah malam, pintu rumah
penginapan itu kelihatan setengah tertutup setengah terbuka
suasana di tengah ruangan pun amat sunyi kecuali diterangi
oleh sebuah lampu minyak yang amat samar.
Dari celah celah pintu Liem Tou mengintip ke arah dalam
tampaklah pemilik rumah penginapan itu sudah tertidur pulas,
di sebuah kursi panjang di samping sebelah kanan ruangan
duduklah dua orang lelaki kasar berbaju hitam.
Sekali pandang saja Liem Tou segera bisa tahu kalau orang
orang itu adalah anak buah dari si golok naga hijau Sie Hiauw
tauw, dia tahu tentunya mereka sedang menanti kedatangan
dari orang orang Ang In Piauw kiok yang hendak
mengantarkan uang. Saking lamanya mereka harus menunggu tidak terasa lagi
kedua orang lelaki tersebut jadi mengantuk juga.
Mendadak Liem Tou berkelebat masuk ke dalam ruangan
kemudian meloncat naik ke atas tiang yang ada
dihadapannya. tetapi sewaktu melihat tempat itu kurang aman
dia meloncat turun kembali dan meloncat ke samping pemilik
rumah penginapan itu kemudian menotok jalan darah
tidurnya. setelah itu dengan perlahan lahan dia mendekati badannya
dan melepaskan pakaian serta topengnya untuk dipakai
sendiri, sedang tubuh pemilik rumah penginapan yang sudah
kena tertotok pulas itu diletakkan di bawah lemari.
Diam diam pikirnya kemudian setelah dia berpura pura
bertindak sebagai pemilik rumah penginapan itu.
Jien Coei cici melarang aku membunuh orang! Baiklah, Aku
tidak akan membunuh orang tetapi aku pasti akan melihat hal
ini sejelas jelasnya malam ini pasti akan terjadi satu peristiwa
tetapi peristiwa apakah itu?" Apa mungkin Ang In Cung cu
tidak jadi kirim uang perak kemari?" Hmm! Kalau dia berani
berbuat demikian hal ini sama saja dengan mencari penyakit
sendiri!" Waktu berlalu dengan cepatnya mendadak terlihatlah lelaki
kasar yang ada dihadapan nya tersentak bangun dari
pulasnya, sewaktu dia melihat kawan yang ada disampingnya
tertidur pulas juga tidak terasa lagi dia sudah mendorong
badannya. Hey, bagaimana kau orang boleh tidur dengan begitu
nyenyaknya?" serunya mengomel. Waktu ini adalah saat yang
penting dan berbahaya, kenapa kau berani tidur dengan
begitu nyenyaknya"' Liem Tou mendengar perkataan itu diam diam tertawa geli
makinya dalam hati. ..Gentong nasi ini sangat pandai mengomeli orang lain !
Hmnmm ! Itu si golok naga hijau bukannya mencari orang
yang lebih bagus justru mencari dua orang gentong nasi yang
gobloknya seperti mereka untuk melakukan tugas ini!"
Tampaklah orang yang dibangunkan dari pulasnya itu
mengeliat sebentar lalu sahutnya dengan tidak bersemangat.
Aduh. ... sekarang sudah kentonpan keberapa" Haaaii
mungkin mereka tidak akan da tang ! Aku tidak akan percaya
kalau bangsat cilik itu akan dapat membereskan urusan ini.
Piauw tauw kita itu sungguh menaruh kepercayaan terhadap
dirinya." Benar!" sahut lelaki berbaju hitam itu sam bil mengangguk,
Aku sendiripun tidak melihat adanya suatu keistimewaan dari
bangsat cilik itu. Heey .... Piauw tauw kita dengan membuang
waktu satu tahun lamanya untuk menyusun rencana yang
begitu bagus nya tidak disangka rencana itu sudah digagalkan
olehnya hanya di dalam setengah hari saja, hal ini sungguh
membuat orang merasa agak tidak percaya, cukup kita
bicarakan tentang peti hitam itu dia orang kecuali mempunyai
tenaga sebesar beratus ratus kati, aku melihat dia orang sama
sekali tidak memiliki kepandaian yang lebih istimewa.
Haaa . . . buat apa kita urusi persoalan itu lagi, seru lelaki
berbaju hitam yang mulutnya penuh liur itu Lebih baik kita
pergi tidur saja. duduk terus disini rasanya sangat tidak enak.
Tetapi akhirnya lelaki berbaju hitam itu gelengkan
kepalanya. Bagaimanapun juga jaraknya dari sekarang sampai
kentongan ketiga sudah sangat dekat apalagi sebentar lagi
Piauw-tauw pun akan datang kemari juga . . bilamana sampai
waktunya dia tidak m;nemukan kita ada disini waaah......kalau
dia marah marah kita bakal konyol.
Melihat kelakuan kedua orang itu diam diam Liem Tou
menghela napas panjang, pikirnya.
Eeeei .....tidak disangka merekapun bisa me ngerti akan
tugas dan takut dimarahi Sie Piauw tauw, kelihatannya
lumayan juga. Mendadak Liem Tou dapat mendengar diatas atap rumah
berkumandang datang suara langkah manusia.
Hmmm, sudah datang, aku sudah mengetahui kalian pasti
akan datang kemari, pikirnya dalam hati.
Dengan cepat dia mengintip dari antara celah celah
sikutnya tampaklah sesosok ba yangan manusia berkelebat
mendatang, dari pintu luar rumah penginapan itu melayang,
datang seseorang yang dalam sekali pandang saja Liem Tou
dapat mengenal kembali kalau dia orang bukan lain adalah si
golok naga hijau Sie Loo Piauw tauw.
Kedua orang lelaki kasar yang melihat munculnya si golok
naga hijau Sie Piauw tauw secara tiba tiba ditempat itu tidak
terasa pada melengak semua dibuatnya.
Tampaklah Sie Piauw tauw begitu tiba di depan pintu
dengan suara terburu buru segera memberikan perintahnya.
Ang In sudah tiba di bandar dan sebentar lagi akan tiba
disini, cepat kalian bangunkan semua orang dan ingatkan
kepada mereka jangan sampai lupa membawa serta senjata ta
jam. Kedua orang lelaki kasar itu segera me nyahut dan
berlalu dari ruangan tersebut.
Sedang si golok naga hijau Sie Piauw tauw sambil berjalan
mondar mandir di dalam ru-angar tiada hentinya dia
bergumam seorang diri. Kalau cuma berbuat demikian bukankah dendam sakit
hatiku tidak bisa terbalas ?" Oooh Liem Tou, Liem Tou. Kau
orang kenapa begitu suka mencampuri urusan orang lain "
kalau sudah ikut campur kenapa berlaku begitu tidak adil "
Liem Tou yang mendengar suara gumamannya itu dalam
hati diam diam merasa rada kheki jaga, dia lantas menghela
napas panjang. Waaah waaah ....kiranya jadi orang baik pun amat susah"
Pikirnya didalam hati."
Aku bantu dia untuk meminta kembali uang sebesar tiga
laksa tahil perak yang dirampok bukannya berterimakasih
kepadaku sebaliknya dia malah menyalahkan aku banyak ikut
campur urusan orang lain sehingga dendamnya tidak bisa
terbalas " Mendadak Liem Tou dapat melihat Sie Piauw tauw
mengerutkan alisnya rapat rapat, dari balik pundak dia
mencabut keluar golok naga hijaunya kemudian disentilnya
beberapa kali Oooh naga hijau, naga hijau!" Serunya
dengan suara yang amat pedih! "Aku Sie Ie untuk terakhir
kalinya minta bantuanmu untuk membalaskan dendam ini
sekalipun dikemudian hari Liem Tou menyalahkan diriku tetapi
harus juga membalas dendam ini...,,"
Sembari berkata nafsu membunuh mulai melintasi
wajahnya, disusul suara tertawa terbahak bahak yang amat
seram memenuhi seluruh angkasa.
Dari pojokan tembok dia menggotong arak yang kemudian
diletakkan diatas meja, lalu dari dalam kantongnya dia
mengambil keluar sebungkus buntalan dan dituang ke dalam
gentong arak itu masing masing separuh bagian.
Setelah semua pekerjaannya selesai dia baru menutup
kembali gentong arak itu seperti sedia kala dan diletakkan
kembali ke Pijakan tembok ruangan tersebut.
Liem Tou dapat melihat semua kejadian itu dengan amat
jelasnya, tidak terasa lagi dalam hati dia merasa terkejut.
Hmmm Kiranya kau pun bajingan tua yang tidak tahu malu
Makinya didalam hati. Hatinya ternyata kejam juga seperti
ular...-mataku sungguh sudah buta ternyata manusia kejam
dan licik kau sudah aku anggap sebagai seorang manusia
pendekar yang berhati lurus.
Heeeey . . . sudah, sudahlah! Manusia berhati binatang
seperti itu biarkanlah saling gebuk gebukan sendiri !!
Semakin dipikir Liem Liem Tou merasakan perbuatan orang
orang kangouw ini tidak ada yang jujur, dia makin waspada
lagi terhadap orang lain dan dia menganggap semua orang
tidak ada yang bisa dipercaya.
Pada saat itulah anak murid Sie Piauw tauw Oei Poh
beserta keenam lelaki berjubah hitam sudah bersiap sedia dan
berkumpul disana, diantara mereka itu tampaklah seorang
lelaki berbaju hitam mendekati diri Liem Tou yang pura pura
sedang tidur dan menggoyangkan badannya beberapa kali.
Belum sempat Liem Tou melakukan suatu tindakan sudah
terdengar si golok naga hijau membentak untuk mencegah
perbuatan dari anak buahnya itu.
Jangan goyangkan dia. biarkan dia tertidur pulas bilamana
kita bangunkan dirinya nanti malah merepotkan pekerjaan kita
saja. Kalau begitu totok saja jalan darah tidurnya. sambung Oei
Poh dengan cepat. Baru saja dia selesai bicara Liem Tou hanya merasakan
sambaran angin serangan yang mengancam jalan darah tidur
dibela kang lehernya dengan terburu buru Liem Tou tarik
napas panjang pura pura sudah tertotok kemudian
mendengus berat sehingga tindakannya itu tidak sampai
ketahuan. Hal ini membuat hati Liem Tou merasa se makin berat lagi,
teringat akan kata kata dari Pouw Jien Coei yang melarang dia
membunuh orang di kota Hong Kiat dia merasa perkataannya
itu mempunyai arti yang sangat mendalam sekali bahkan
dapat membuat hatinya berdebar debar keras, dia sendiri pun
tidak mengetahui mengapa hatinya bisa begitu tegang bahkan
terasa sangat tak enak. Tidak lama kemudian dari arah jalan berkumandang datang
suara langkah manusia yang sangat ramai sekali.
Dengan tergesa gesa Sie Pauw tauw memerintahkan anak
buahnya untak menduduki tempatnya masing masing dan siap
siap menghadapi sesuatu. Pada saat anak buah Sie Piauw tauw selesai bersembunyi
itulah terdengar dari luar pintu rumah penginapan itu
berkumandang datang suara dari Si Ang In Sin Pian yang
amat keras. Eeeei didalam sana ada orang tidak. Piauw cu dari Ang In
Piauw kiok Pouw Sak San sudah tiba.
Haa .. . haa ." . orang she Pouw ternyata kau sungguh
sungguh datang terdengar si golok naga hijau Sie Piauw tauw
tertawa terbahak bahak. Lohu sudah lama sekali menanti
kedatanganmu disini. Tangannya dengan cepat diulapkan memberi perintah,
kedua orang lelaki berbaju hitam yang ada disamping pintu
segera merentangkan pintu penginapan itu lebar lebar.
Secara diam diam Liem Tou melirik keluar, terlihatlah Si
Ang In Sin Pian Pouw Sak can dengan memakai pakaian
ringkas dengan sebuah cambuk Ang In Pian tersoren pada
pinggangnya, sepasang matanya yang sangat tajam bagaikan
mata elang itu dengan telitinya memperhatikan keadaan
sekeliling tempat itu, ketika dilihatnya keenam tubuh orang
yang berdiri pada posisi disekeliling ruangan tidak kuasa dia
sudah mendengus dingin. Terhadap Liem Tou yang sedang tertidur dimeja dia melirik
beberapa kali ke arah nya kemudian dengan suara yang amat
dingin jawabnya. Hmmm ! Tidak berani .... tidak berani... Sie Piauw tauw
sudah capai menanti kedatangan kami !'
?Haa , . . haa . . . Pouw Cung cu suka datang sendiri
kemari hal ini membuat loohu benar benar berdosa . . . mari .
. . mari kita minum arak dulu dalam ruangan" seru sigolok
naga hijau sambil tertawa terbahak bahak lagi.
Si Ang In Sin pian mengerutkan alisnya, kemudian sambil
membusungkan dada dia berjalan masuk kedalam.
Liem Tou segera melihat orang yang ada di belakangnya
adalah si Liong Ciang Lie Kian Poo diikuti enam orang pelayan
yang menggotong tiga buah peti besar.
Liem Tou yang tidak melihat munculnya si Hauw Jiauw
Pouw Toa Tong dalam hati diam diam merasa sedikit
bergerak, tetapi sewaktu teringat kalau di atas perahupun
membutuhkan penjagaan dia tidak menaruh perhatian lebih


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jauh. Si Ang In Sin Plan setelah berdiri ditengah tengah ruangan
kembali melirik sekejap kearah Liem Tou, agaknya dia merasa
tak lega. Mendadak tubuhnya bergeser dua langkah ke belakang
kemudian mendorong pundak Liem Tou dengan keras.
Heey kau orang sungguh doyan tidur" teriaknya dengan
keras. Bagaimana boleh jadi saat ini sudah tertidur begitu
pulas?" Diam diam dalam hati Liem Tou merasa se dikit
terperanjat, baru saja pikirannya berpu tar untuk menghadapi
sesuatu lebih lanjut, terdengar si golok naga hijau S1 Piauw
tauw sudah mencegah diri Ang In sin Pian untuk mendorong
dirinya untuk kedua kalinya.
Pemilik rumah penginapan itu sudah aku totok jalan darah
tidurnya, hal itu tidak usah Pouw Cung cu kuatirkan lagi."
Terpaksa Ang In Sin Pian membatalkan maksud hatinya,
sambil menoleh kearahnya dia berkata dengan suara yang
amat nyaring. Cayhe selamanya suka berbicara terus terang, ini hari
sengaja cayhe datang kemari untuk mengantarkan uang.
Permusuhan di antara Ang In serta Ciong Liong Piauw kiok
pun sejak ini hari kita hapuskan untuk selamanya."
Haaa haaa soal yang demikian kecilnya ini buat apa
diributkan lebih panjang?" ujar sigolok naga hijau sambil
tertawa terbahak bahak." Sekalipun kedatangan Pouw Cung
cu agak terlambat tetapi loohu harus menjamu juga.
mari..mari... silahkan Pouw- cung cu teguk beberapa cawan
arak terlebih dahulu baru kita bicarakan lagi."
Buat apa Sie Piauw tauw begitu sungkan-sungkan.
Si golok naga hijau segera memerintahkan muridnya Oei
Poh untuk menyediakan arak. setelah itu sambil tertawa
nyaring ujarnya kembali. Beberapa cawan arak ini anggap saja merupakan
penghormatan loohu kepada Cung-cu, buat apa kau orang
berlaku begitu rikuh?"
Sembari berkata dari tangan Oei Poh dia menerima dua
buah cawan arak dan yang secawan diangsurkan kepada si
Ang In sin-Pian. Ang In Sin Pian segera menerimanya dan memandang
sebentar ke arah isi cawan tersebut, beberapa saat kemudian
dia baru angkat cawannya siap hendak diteguk habis.
Liem Tou dapat melihat seluruh kejadian itu dengan amat
jelas sekali diam diam pikirnya.
Pouw Sak San Pouw Sak San. sekalipun kau orang adalah
siluman rase tua yang bagaimana liciknya pun. kali ini kau
akan terkena tipuan dari sigolok naga hijau juga.
Siapa tahu baru saja dia berpikir sampai disitu, cawan arak
yang sudah diangkat Ang in sin Pian dan mendekati bibirnya
itu sudah ditarik kembali dan diletakkan ke atas meja.
Maksud baik dari Sie Loo Piauw tauw aku orang she Pouw
terima di dalam hati saja, ujarnya sambil tertawa paksa.
Selesai berkata mendadak dia mengambil cawan arak itu
kembali dan dituang keatas lantai hingga tumpah.
Si golok naga hijau yang melihat kelakuan dari Pouw Sak
San ini air mukanya berubah sangat hebat. Belum sempat dia
mengumbar hawa amarahnya terdengar Si Ang in sin pian
Pouw Sak San sudah menyambung kembali kata katanya.
Sekarang silahkan Sie Loo Piauw tauw menerima uang
perak itu, aku orang she Pouw tidak akan lama lama tinggal
disini lagi. Sekali lagi Liem Tou secara diam diam memuji akan
kewaspadaan dan kelicikan dari Pouw Sak San, ternyata
kedahsyatan dan ketajaman pikirannya bukanlah nama kosong
belaka Terlihatlah Pouw Sak San segera memerintahkan anak
buahnya untuk menggotong peti besar yang pertama dan
dibuka kuncinya, terlihatlah isi dari peti itu penuh dengan
uang perak yang gemerlapan.
.Uang perak ini ada satu laksa tahil perak banyaknya, harap
Sie Piauw tauw suka menerimanya terlebih dahulu,' ujar Ang
In Sin Pian dengan sikap yang amat tenang sekali.
Diikuti peti yang kedua pun dibuka kuncinya, saat ini Liem
Tou benar benar pusatkan seluruh perhatiannya ke arah
seluruh ge rak geriknya. dia takut, secara diam diam dia orang
sudah main gila. .Tetapi ketika peti yang kedua dibuka kem bali terlihatlah
uang perak yang gemerlapan dan menyilaukan mata
terbentang didepannya. Pada saat peti yang kedua dibuka itulah diam diam Liem
Tou melirik sekejap kearah si golok naga hijau, terlihatlah
secara diam-diam dia orang menarik napas lega dan
senyuman pertama menghiasi bibirnya.
Tangannya segera diulapkan memerintahkan keempat
orang lelaki berbaju hitam untuk menggotong pergi kedua
buah peti tersebut kemudian bersama sama dengan anak
murid nya Oei Poh dia bertindak maju satu langkah kedepan.
..Pouw Cung cu kau orang boleh dipercaya" ujarnya sambil
tertawa. Ang In Sin Pian segera mendengus dingin, sambil putar
badannya dia berseru dengan suara yang tak enak didengar.
.Sie Piauw tauw lebih baik kurangi bicara kosong, berpura
pura didepan orang bukankah suatu tindakan yang terlalu
cemerlang " .Selamanya Loohu memuji diri Cungcu, bagaimana Cung cu
bisa berkata kalau aku sedang menyindir dirimu " Harap Pouw
Cung cu jangan banyak menaruh hati." ujar si golok naga
hijau sambil tertawa. ..Tanpa sebab aku orang She Pouw harus menyerahkan
uang sebesar tiga laksa tahil perak kau kira aku orang rela?"?"
Hmnm Bilamana aku tidak pergi mencari balas dengan kau
orang She Sie sedikit dikitnya aku akan pergi mencari orang
She Liem bangsat cilik itu untuk mencari balas." Bentak Si Ang
In Sin Pian Pouw Sak San secara men dadak.
Selesai berkata mundadak dia ayunkan tangannya untuk
menyambitkan sebuah kunci ke arah si golok naga hijau.
Si golok naga hijau dengan cepat mengulurkan tangannya
untuk menjepit datangnya sambaran kunci dengan
menggunakan jari jari tangannya lalu tertawa terbahak bahak.
Heey orang she Sie " bentak Si Ang In Sin Pian lagi dengan
keras. Bilamana kau orang suruh aku orang She Pouw
menyerahkan tiga laksa tahil perak dengan tangan terbuka hal
ini tidak mungkin dapat aku laksanakan, peti yang ketiga ini
lebih baik kau buka sendiri saja i"
Selesai berkata dia sengaja putar badan dan berjalan keluar
dari rumah penginapan itu. jelas sekali wajahnya
memperlihatkan hawa kegusarannya yang memuncak.
Tindak tanduknya yang amat bersungguh sungguh ini
ternyata berhasil juga memancing si golok naga hijau masuk
kedalsm jebakannya, bahkan sampai Liem Tou sendiri pun
kena tertipu, di dalam hati diam diam dia masih berpikir,
Oooh cungcu., cungcu, ini hari rasakanlah pembalasan
orang lain. Si golok naga hijau sesudah menerima kun ci peti yang
ketiga dengan bangganya kembali tertawa keras.
DELAPAN BELAS Cung Cu kenapa harus begitu marah-marah" ejeknya
dengan suara dingin. Kau orang boleh bayangkan bagaimana
perasaan hati loohu tempo hari sewaktu barang kawalanku
kau rampok sedang anak murid loohu kau bunuh.
Sembari berkata dia maju dua langkah ke depan siap
membuka gembokan dari peti yang ketiga itu.
Sesaat dia memasukkan kunci itu kedalam genbokan
terdengar si Ang In Sin Pian yang ada dibelakangnya sudah
berseru kembali. Orang she Sie lain kali bilamana kau bertemu dengan Liem
Tou bangsat cilik itu katakanlah kepadanya, pada waktu dia
orang menyambangi gunung pada malam Tiong Chui yang
akan datang aku si Ang In Sin Pian pasti akan membalas
dendam akan perhitungan lama ini.
Selesai berkata dengan suara yang berbisik dia bergumam
kembali. .Seorang keledai tua ternyata mempunyai seorang bocah
seperti binatang, bilamana sejak dahulu aku tahu bakal begini,
seharusnya aku tidak boleh membiarkan dia orang turun
gunung" Beberapa patah perkataan ini seketika itu juga membuat
Liem Tou teringat kembali akan dendam berdarah ayahnya,
hatinya bergolak dengan amat kerasnya, bilamana bukannya
teringat akan kata kata dari Pouw Jien Coei yang melarang dia
orang membunuh di kota Hong Kiat. mungkin sejak tadi dia
sudah munculkan dirinya untuk paksa dia orang mengaku
seluruh perbuatannya. Pada saat itulah sigolok naga hijau sudah membuka kunci
peti yang ketiga itu dan membuka penutupnya.
Mendadak Satu jeritan ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang memenuhi angkasa, dari antara lambungnya
memancur keluar darah segar dengan amat derasnya.
Dari dalam peti tampaklah Hauw Jiauw-Pouw Toa Tong
dengan tangan kiri mencekal pedang yang masih berlumuran
darah me loncat keluar. Serahkan nyawamu, bentaknya dengan sua ra yang amat
keras. Diikuti tangan kanan diayun kedepan. Sreeet...Sreeet...tiga
batang senjata rahasia dengan gaya berantai menyambar
kedepan seketika itu juga ada tiga orang lelaki berbaju hitam
menjerit kesakitan dan rubuh binasa diatas tanah.
Perubahan yang terjadi barusan ini hanya berlangsung di
dalam sekejap mata saja, menanti Liem Tou merasakan
adanya ke jadian ini dan hendak turun tangan untuk memberi
pertolongan waktu sudah tidak mengijinkan, empat orang
sudah menemui ajalnya ditangan Pouw Toa Tong.
Pada saat ini Ang In Sin Pian pun sudah putar badannya,
sembari tertawa terbahak bahak dia menggetarkan cambuk
Ang In Sin Pian yang dililitkan pada pinggangnya kemudian
ujung kakinya sedikit menutul permukaan tanah, dengan
dahsyatnya dia menubruk diri Oei Poh.
Si Liong Ciang, Lie Kian Poo pun dengan cepat meloncat
kedepan menyerang tiga orang lelaki berbaju hitam diantara
berkelebatnya bayangan telapak kembali seorang lelaki kasar
terkena hajarannya dan rubuh binasa diatas tanah.
Murid keempat dari sigolok naga hijau Oei Poh ini
bagaimanapun juga usianya masih sangat muda sekali,
apalagi pengalamannya di dalam Bu lim pun masih amat cetek
se hingga dia orang masih tidak bisa menghadapi perubahan
yang sudah terjadi ini. Ditambah pula kejadian yang diluar dugaan ini berlangsung
amat cepat sekali membuat dia orang seketika itu juga berdiri
tertegun diatas tanah dan gugup tidak keruan.
Pada saat dia berdiri melongo longo itu lah cambuk dari Si
Ang In Sin Pian bagaikan seekor ular beracun yang keluar dari
sarangnya sudah menyambar ke arah lehernya.
Menanti Oei Poh sadar akan bahaya dari ujung cambuk itu
sudah berada kurang lebih tiga coen dari jalan darah "Thian
Tu Hiat" pada tenggorokannya.
Keadaan sudah kepepet dan tidak ada kesempatan untuk
menghindar lagi, terpaksa dia menghela napas panjang dan
menanti saat kematiannya.
Pada saat yang amat kritis dan berbahaya itulah, sewaktu
Si Ang In Sin Pian hendak mengerahkan tenaganya untuk
menusuk tembus tenggorokan dari Oei Poh, Pouw Sak San
merasakan pergelangan tangannya menjadi kaku, cambuk Ang
In Pian yang semula tegang dan keras .laksana baja kini
melemas kembali diikuti rubuhnya si Liong Ciang Lie Kian Poo
serta Hauw Jiauw, Pouw Toa Tong ke atas tanah
. Si Ang In Sin Pian tahu pasti ada orang yang bersembunyi
disamping memperlihatkan permainan setan, cambuknya
dengan cepat dipindahkan ke tangan kiri kemudian diputar
dengan kencang memainkan bunga cambuk yang melindungi
seluruh badannya. Tetapi baru saja dia berputar beberapa kali terdengarlah
satu suara yang amat dingin sekali berkumandang datang.
Cung cu! Perbuatanmu yang begitu licik dan kejam dengan
menggunakan akal membunuh orang apakah boleh dianggap
sebagai suatu perbuatan dari enghiong hoohan dari kalangan
persilatan. Begitu mendengar perkataan tersebut Si Ang In Sin Pian
segera mengetahui kalau suara itu adalah suara dari Liem Tou
sekali pun begitu dia sudah memeriksa keadaan di sekeliling
tempat itu dari antara celah celah bayangan cambuknya itu
dia tidak dapat menemukan juga tempat persembunyian dari
Liem Tou, sewaktu melihat tubuh Liong-Ciang" Lie Kian Poo
serta Hauw Jiauw Pouw Toa Tong dengan lemasnya tubuhnya
roboh keatas tanah dengan cepat tubuhnya berkelebat
menuju kearah sana."
Lebih baik kau cepat cepat tolong orang dan meninggalkan
tempat ini'' pikirnya didalam hati.
Tubuhnya dengan cepat berjongkok untuk memeriksa jalan
darah mereka yang tertotok,
siapa tahu .... mendadak dari belakang lehernya berkelebat
datang hawa yang dingin yang amat tajam sekali diatara pandangaunya yang
kabur golok naga hijau milik Sie Loo Piauw tauw sudah
dipalangkan dibelakang lehernya.
Ujung goloknya kelihatan dari antara pundaknya, dia dapat
melihat seluruh kejadian itu dengan amat jelasnya hal ini
membuat dia orang jadi sangat ketakutan sehingga air
mukanya berobah pucat pasi untuk bergerak dia tidak berani
waktu itu terpaksa sambil pejamkan matanya dia berjongkok
tidak ber gerak, keringat dingin mulai bercucuran ke luar.
Cung-cu, terdengar suara yang amat dingin kembali
berkumandang datang. Golok naga hijau ini asalkan aku kirim
sedikit lebih ke depan maka batok kepalamu segera akan
pindah rumah, tahu tidak kau hee?"
Terang terangan Ang In Sin Pian, Pouw-Sak San tahu kalau
orang yang ada dibela kangnya adalah Liem Tou tetapi saat ini
dia tetap berpura pura tidak tahu dan cepat jawabnya dengan
suara yang gemetar. Siauw Jien tahu. . . Siauw Jien tahu harap Thay hiap suka


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengampuni jiwaku. Kalau begitu harap Cung cu suka berterus terang
dihadapanku, beritahukan kepadaku kenapa kau orang
bersifat begitu ganas, buas dan kejam" Ujar orang itu lagi
dengan suara yang amat dingin. Bagaimana kau orang bisa
memikirkan satu siasat yang demikian kejam nya untuk
membunuh orang" Kau pernah menggunakan cara apa lagi
untuk membunuh orang?"?""
Ayoh jawab, asalkan ini hari kau suka berterus terang dan
menjawab semua pertanyaanku maka aku pun tidak akan
mengganggu barang seujung rambutmu aku akan melepaskan
satu jalan hidup buatmu."
Si Ang In Sin Fian Pouw Sak San yang mendengarkan
perkataan itu tidak kuasa lagi seluruh bulu romanya pada
beidiri. karena dia mendengar pembicaraan dari orang yang
berada dibelakang badannya amat dingin, kaku dan ketus
sekali semakin didengar suaranya semakin mengejutkan hati.
Jilid 27 "HARAP Thayhiap suka mengampuni Siauw Jien .. . Siauw
Jien memang patut untuk menemui kematian," sahutnya
terpaksa. "Ayoh cepat bicara. siapa yang tidak tahu kalau kau memang
patut dibunuh?" Teriak orang itu dengan suara yang amat
keras sekali. "Tetapi asalkan kau orang suka berterus terang
dan menceritakan semua cara-caramu untuk membunuh
orang ini hari aku akan lepaskan satu jalan kehidupan buat
dirimu bahkan aku jamin semua orang dan barang yang kau
bawa malam ini tidak akan aku ganggu barang seujungpun."
Si Ang In Sin Pian Pouw Sak San benar-benar terdesak,
mendadak dari kelopak matanya menetes keluar titik titik air
mata dengan amat derasnya teriaknya.
"..Ooooh . . . Thian !! Kausuruh aku berbicara secara
bagaimana?" Mendadak dia busungkan lehernya kedepan meyambut
datangnya ujung golok, kemudian sambil menoleh kebelakang
bentaknya dengan suara yang amat keras.
"Liem Tou.... kau bangsat cilik, anak kura-kura kalau bunuh ya
bunuh, buat apa kau banyak bicara?"
Begitu Si "Ang In Sin Pian" Pouw Sak San mengerahkan
tenaga murninya Liem Tou segera merasa, tangannya dengan
cepat ditarik kebelakang membuat tubrukan Si Ang In Sin Pian
jadi menemui sasaran yang kosong.
Sewaktu kepalanya bcrputar itulah mendadak golok naga hijau
yang ada ditangan Liem Tou dengan amat cepatnya menekan
diatas pundaknya. sedikit dia menggunakan tenaga Si Ang In
Sin Pian tidak kuat lagi bertahan diri dan jatuh terduduk
kembali ke atas tanah. "Cung cu ! lebih baik aku lihat kau sedikit menurut saja dari
pada menjadi gebuk buat dirimu !" seru Liem Tou sambil
tertawa dingin. "Coba saja kau pikir. pada saat ini jangan
dikata aku dapat membunuh dirimu sekalipun untuk
memotong dagingmu segumpal demi segumpalpun bukanlah
suatu urusan yang terlalu sukar untuk dilakukan."
Sudah tentu Si "Ang In Sin Pian" Pouw Sak San tahu
dengan jelas kalau perkataan Liem Tou ini sedikitpun tak
salah. tak terasa lagi semangat serta nafsu amarahnya yang
terkandung didalam hatinya barusan ini telah lenyap tak
berbekas dia tundukkan kepalanya rendah rendah untuk
berpikir kemudian baru mengangguk.
"Liem Tou !" jawabnya kemudian, "Tidak disangka ini hari aku
sudah terjatuh ketanganmu. Baiklah !! Suruh aku bicara yaa
bicara. tetapi apakah kata kata yang kau ucapkan tadi bersungguh
sungguh?"" "Siapa yang mau membohongi dirimu?" Sahut Liem Tou
kurang senang. Pada ujung bibir Si" Ang In Sin Pian" Pouw Sak San segera
tersungginglah satu senyuman pahit, tetapi baru saja
diperlihatkan sampai ditengah jalan sudah ditarik kembali.
"Hmnim, aku tahu didalam keadaan seperti ini kau tentu akan
melancarkan pertanyaan pertanyaanmu itu. Baiklah, aku terus
terang beritahukan kepadamu aku pernah memfitnah orang
sampai mati, mencongkel keluar sepasang biji mata orang
lain, tetapi yang jelas orang yang mati dibawah serangan
cambukku boleh dikata paling banyak.
Dengan perlahan Liem Tou mengangguk.
"Yang lain?" tanyanya lebih lanjut.
"Aku pernah menggantung orang sampai mati pernah
menotok orang sampai mati membunuh orang dengan
sambitan senjata rahasia dan menghajar orang dengan
telapak sampai modar," sahut Si Ang In Sin Pian setelah
berpikir sebentar, padahal didalam hati diam-diam dia merasa
amat tegang sekali. "Ehmm masih ada?"?"
Air muka si Ang In Sin Pian semakin berubah menghijau,
bibirnyapun gemetar dengan amat keras sekali, lama sekali dia
baru menjawab. "Aku pernah menyembunyikan orang di dalam peti untuk
menusuk mati pihak musuh, mengerudungi muka untuk
merampok barang kawalan orang lain."
Berbicara sampai disini cepat cepat dia menutup mulutnya
kembali. "Masih ada yang lain?" Tiba tiba Liem Tou berteriak dengan
suara yang amat keras. Air muka si Ang In Sin Pian dari warna kehijau hijauan kini
sudah berubah jadi hitam gelap seluruh tubuhnya gemetar
dengan amat kerasnya sedang giginya saling beradu sehingga
mengeluarkan suara yang amat nyaring sekali.
"Ti .. tidak . . tidak ada lagi," jawabnya terputus putus.
Liem Tou yang mslihat dia orang mau mengaku hawa
amarahnya benar2 memuncak, Mendadak dia bersuit nyaring
kemudian bentaknya dengan suara laksana geledek yang
menyambar disiang hari bolong,
"Cepat bilang, masih ada !."
"Sungguh sungguh tidak ada lagi," jawab Si Ang In Sin Pian
dengan air muka yang amat sedih sekali.
Tangan Liem Tou mencengkeram semakin kencang. golok
naga hijau yang ada ditangannya laksana besi baja seberat
ribuan kati bersama-sama menikam badannya,
Dengan susahnya Si Ang In Sin Pian mendengus berat,
napasnya jadi sesak sehingga sukar untuk berganti hawa,
"Liem . . Liem tou .. tu .. tunggu sebentar maa . . masih . .
masih ada , . . " Air matanya mengucur keluar dengan sangat derasnya,
didalam hati dia benar benar merasa bergidik.
"Liem Tou !" ujarnya kembali dengan terharu. "Aku Pouw Sak
San mempunyai putra dua anak gadis bahkan mereka semua
adalah kawan kawan permainanmu sewaktu kecil . . ba . .
baiklah ! aku beritahu saja padamu aku pernah meracuni
orang sampai mati." Baru saja Si Ang In Sin Pian Pouw Sak San selesai berbicara
mendadak dia merasakan golok naga hijau yang disilangkan
diatas lehernya tergetar dengan amat kerasnya kemudian
terlihatlah Liem Tou membanting golok itu keatas tanah
sehingga terputus menjadi dua bagian.
"Kau pergilah !" bentaknya kemudian sembari memungkiri
dirinya. Saat ini anak murid dari golok naga hijau Oei Poh yang
berhasil ditolong Liem Tou dari kematian dibawah serangan
cambuk Ang In dari Pouw Sak San sewaktu melihat Liem Tou
memalangkan goloknya diatas leher si "Ang In Sin Pian" dalam
anggapannya ia tentu akan membinasakan dirinya, maka dari
itu selama ini dia cuma berdiri termangu mangu saja
disamping. Tidak disangka kini Liem Tou menyuruh dia orang pergi,
darah panas segera bergolak dengan amat keras didalam
dadanya mendadak dia membentak keras.
"Tahan dulu Liem Tou! bagaimana kau orang boleh lepaskan
dia pergi " Urusan ini disebabkan oleh dirimu, apa kau kira
suhuku harus menemui ajalnya dengan sia sia belaka ?"
Semula Liem Tou tidak sampai disini kini setelah
mendengar perkataan tsrsebut dalam hatinya dia merasa
tergetar dengan amat kerasnya.
"Aaa.. Benar! urusan ini bagaimana aku harus bertanggung
jawab ?"pikirnya didalam hati. "Orang orang Bu lim
mengutamakan kepercayaan, kalau aku sudah berbicara satu
yaaa satu, tadi aku sudah berjanji akan melepaskan dia pergi,
sekarang sekalipun menyesal juga tidak berguna."
Berpikir sampai disini dia dengan cepat menangkap
tangannya menjura kearah diri Oei Poh, ujarnya.
"Oei heng harap mendengar perkataan dari cayhe, urusan ini
semuanya dikarenakan oleh diri cayhe, dan cayhe tidak akan
menampik tanggung jawab ini. Tiga laksa tahil perak, cayhe
pasti akan menghantarkan sendiri ke-Oei heng, ini hari aku
sudah berjanji untuk lepaskan dia pergi hal ini tidak bisa
dimungkir lagi, untuk membalas dendam atas kematian dari
suhumu kenapa Oei heng tidak pikirkan dikemudian hari saja "
apalagi Cayhe masih ada beberapa hari lagi harap Oei heng
suka memaafkan didalam persoalan ini."
Sehabis berkata dengan amat hormatnya dia ialu menjura
kearah diri Oei Poh. Oei Poh yang mendengar perkataan daji Liem Tou ini
didalam hati benar benar sangat mendongkol dan kheki sekali,
dikarenakan tidak kuasa untuk menahan golakan didalam
hatinya mendadak air matanya mulai bercucuran membasahi
kelopak matanya. "Aku tahu kepandaian silatku tidak memadai orang lain,
didalam urusan inipun aku tidak dapat banyak bicara," ujarnya
dengan sangat sedih. Tetapi, Liem Tou kau harus ingat,
bilamana tadi kau tidak menolong aku sehingga aku lolos dari
serangan cambuk Ang-in sin Pian hal ini tidak ada persoalan
lagi justru aku berhasil kau tolong aku akan menunggu selama
satu bulan. bilamana didalam satu bulan ini kau tidak berhasil
membawa si Ang In keledai tua itu ketempatku maka
perhitungan kau orang harus menanggung separuh bagian,
atau mungkin aku langsung mencari kau untuk menuntut
balas." Selesai berkata tanpa menanti jawaban dari Liem Tou lagi dia
segera menggendong jenazah dari si golok naga hijau
kemudian memberi tanda kepada kedua orang laki laki
berbaju hitam lainnya untuk meninggalkan tempat tersebut.
Dengan pandangan melongo Liem Tou memandang
bayangan punggung Oei Poh yang mulai lenyap dari
pandangan. hatinya benar benar merasa bergolak.
Ketika dia menoleh kebelakang lagi terlihatlah Si Ang In Sin
Pian sudah bantu membebaskan jalan darah dari Liong Ciang
Lie-Kian Poo serta Hauw Jiauw Pouw Toa Tong saat ini
mereka berdiri sejajar. enam pasang mata dengan amat
tajamnya memperhatikan seluruh gerak gerik dari Liem Tou
diantara mereka tak ada seorangpun yang mengucapkan kata
kata. Liem Tou yang baru saja kena semprot oleh kata kata Oei
Poh dan maksud baiknya didalam sekejap sudah berubah jadi
ikatan dendam didalam hati merasa amat sedih.
Didalam hal ini dia sendiripun ada hal hal yang menyulitkan
dirinya. bilamana bukannya dia sudah menerima permintaan
dari Pouw Jien Coei tempo hari mungkin pada saat ini tubuh Si
Ang in Sin Pian sudah hancur lumur terkena serangannya.
Liem Tou benar benar merasa kebingungan air mukanya
berkali kali berubah sedang tubuhnya dengan tiada hentinya
berjalan bolak balik, diantara mayat lelaki berbaju hitam yang
menggeletak, diatas tanah itu. terhadap diri si Ang In Sin Pian,
Liong Ciang. Hauw Jiauw serta keenam orang anak buah-nya
dia orang sama sekali tidak ambil perduli.
Sebaliknya Si Ang In Sin Pian yang melihat sikap dari Liem
Tou ini pun didalam hati merasa berdebar debar harapan
untuk hidup yang semula terkandung dihatinyapun kini telah
lenyap tak berbekas, Setiap kali Liem Tou melewati dihadapan mereka, tidak
kuasa lagi dihati mereka merasa bergidik apalagi diri Ang In
Sin Pian, dia semakin tidak berani berkutik,
Suasana diseluruh ruangan rumah penginapan itu sunyi
senyap tak kedengaran sedikit suarapun. bahkan secara samar
samar membawa rasa tegang yang mencekam hati setiap
orang. Mendadak Si Ang In Sin Pian mendengar Liem Tou sambari
berjalan bolak balik. mulutnya tiada hentinya bergumam
seorang diri. "Hutan Belantara lebat bagaikan sutera. Gunung Bersalju
membawa kepedihan di-hati "
Belum ssmpat dia memikirkan maksud dari dua patah syair
yang dibaca olsh Liem Tou ini mendadak Liem. Tou sudah
berhenti ber-gerak. "Hey orang she Pouw kenapa kalian tidak cepat cepat
menggelinding keluar dari sini ?" Bentaknya sambil putar
badannya. "Ayoh cepat menggelinding pergi dari sini, semakin
jauh semakin baik . . ayoh cepat menggelinding dari sini . . !"
Walaupun Si Ang In Sin Pian merasa terkejut atas
kegusaran dari Liem Tou ini, tetapi terhadap kata kata
menggelinding bagaikan mendapat karuniah dari kaisar
dengan cepat dia maju kedepan mcnutup kembali peti petinya
kemudian mengapai memberi tanda kepada anak buahnya
yang sedang bersembunyi dipojokan tembok untuk
menggotong pergi. Pada saat ini Liong Ciang serta Hauw-Jiauw pun sudah
pada berbuat meloncat keluar dari pintu penginapan itu, baru
saja si Ang In Sin Pian hendak menyusul kawan kawannya
mendadak terdengar Liem Tou kembali membentak dengan
suara yang amat keras. "Tunggu sebentar."
Dalam hati Si Ang In Sin Pian merasa nyalinya jadi pecah,
"Aduh celaka" teriaknya didalam hati, "bagaimana juga kali ini
aku tidak boleh berhenti."
Bukannya dia menghentikan gerakannya sebaliknya tenaga
murni yang disalurkan ke arah kakinya diperlipat ganda
kemudian dengan sekuat tenaga dia meloncat keluar dari
pintu. Siapa tahu baru saja badannya menerjang keluar pintu, belum
sempat ujung kakinya menempel tanah Liem Tou yang ada
dibelakang badannya sudah tertawa terbahak bahak,


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersamaan pula dia merasakan lehernya amat sakit sekali.
Terlihatlah tubuh Ang In Sin Pian sudah kena dicengkeram
kembali oleh Liem Tou dan dibanting keatas tanah.
"Hey orang She Pouw!" Bentaknya dengan gusar "Hari ini aku
masih menghormati kau sebagai seorang Cung cu! Hmmm!
Terus terang saja aku beritahu padamu, bilamana bukannya
ini hari Jien Coei cici memohon kepadaku sekalipun kau
mempunyai sepuluh orang Ang In Sin Pian tidak bakal kau
bisa meninggalkan tempat ini didalam keadaan hidup.
Heee....heee ...malam ini anggap saja kau merasakan
keuntungan atas jasa putrimu! Tetapi kau jangan keburu
girang hati. pada tanggal empat bulan duapuluh yang akan
datang aku akan tangkap dirimu untuk diserahkan kepada diri
Oei Poh. kau sudah dengar jelas?" Nah ....sekarang cepat
menggelinding pergi dari sini!"
Mendadak kakinya melancarkan satu tendangan kilat
menghajar pantat Ang In Sin-Pian sehingga terguling guling
diatas tanah. Tanpa mengucapkan kata kata lagi dia segera menrangkak
bangun kemudian dengan ketakutan cepat cepat melarikan
diri terbirit birit dari sana.
Malam ini Liem Tou boleh dikata mendapatkan satu
pengalaman yang lain dari pada yang lain terhadap kekejaman
serta kelicikan yang ada didalam Bu lim pun dia semakin
mengetahui lebih jelas lagi. hal yang benar benar membuat
dia berkesan adalah perbuatan dari si golok naga hijau yang
memasukan racun kedalam arak itu hal ini membuat dia orang
sejak dari itu menaruh rasa lebih waspada lagi baik terhadap
kawan mau pun lawan. Malam ini dengan membawa rasa mangkel, sedih dan
murung Liem Tou berjalan kembali keatas perahunya,
terhadap kerbaunya tidak kuasa lagi dia sudah bergumam
seorang diri. "Oooh kerbau koko! aku rasa kau jauh lebih setia dari manusia
manusia kau lebih bisa dipercaya dari yang lain! kaulah kawan
karibku yang paling menyenangkan!"
Dia orang sama sekali tidak tahu kalau sesaat dia
meninggalkan rumah penginapah itu kembali tampak seorang
jagoan berpakaian serba hitam yang dengan terburu buru
memasuki rumah penginapan itu dan khusus memeriksa
mayat mayat yang menggeletak diatas tanah itu setelah
diperiksanya dengan teliti akhirnya dia menghela napas
panjang dan bergumam. "Oooh Liem Tou..adik Liem, ternyata kau sungguh sungguh
mendengarkan perkataan dari cicimu, aku Pouw Jien Coei
benar benar merasa berterima kasih sekali terhadap dirimu."
Selesai berkata dengan tergesa gesa dia meninggalkan rumah
penginapan itu dan meloncat keatas atap untuk kemudian
lenyap di tengah kegelapan.
Keesokan harinya Liem Tou yang dalam hati masih murung
segera membatalkan niatnya untuk menjalankan sang perahu
menuju kearah Cing Shia. dia takut dimasa ini banyak jago
yang pergi ke Cing Shia dan menemui dirinya karena itu
selama seharian penuh dia terus menerus mengurung dirinya
di dalam perahu. Menanti malam hari sudah menjelang baru
menghembuskan napas lega dengan perlahan mulai berjalan
keatas geladak dan mandang kearah perahu yang sudah mulai
membuang sauh, pikirnya dalam hati.
"Asalkan cuaca sudah menggelap aku segera akan
menjalankan perahu melanjutkan perjalanan."
Pada saat itulah ditengah cuaca magrib yang mulai
menggelap mendadak dari tengah udara berkumandang
datang suara pekikan burung yang amat nyaring sekali.
"Aaaah.. ..bukankah itu suara pekikan burung rajawali?"
pikirnya dengan terkejut.
Dengan cepat dia mendongakkan kepalanya keatas,
terlihatlah diantara remang-remangnya cuaca tampaklah
beribu ekor burung elang bersama sama terbang mendatang
bahkan yang aneh burung burung elang itu ternyata-terbang
dengan amat rapi dan teratur sekali seperti sengaja diatur
demikian. Liem Tou yang berdiri diujung perahu diam diam merasa
kagum juga terhadap ke-rapian kawanan burung elang itu.
belum sempat pikiran yang kedua mendadak sepasang
matanya yang amat tajam kembali dapat melihat dibelakang
burung elang itu terbang mendatang tiga ekor burung rajawali
yang amat besar sekali menembus awan dan berada di
belakang barisan. Diatas burung rajawali raksasa itu secara samar samar
dapat dilihat duduk tiga orang, dua orang yang ada disamping
memakai baju warna merah dan putih sedang yang ada di
tengah memakai baju berwarna biru.
Melihat kejadian itu seketika itu juga Liem Tou jadi sadar
kembali. "Aaaah . .. kiranya dia orang!' pikirnya dihati. .Thian Pian
Siauw cu ternyata benar amat gagah dan berwibawa sekaii,
tetapi entah siapakah orang yang memakai baju warna merah
serta putih itu?"?".
Didalam sekejap saja kawanan burung burung lang itu
sudah lenyap dari pandangan, cuaca pun mulai menggelap.
Lampu penerangan mulai bersinar dari antara perahu perahu
yang membuang sauh, dengan seorang diri Liem Tou diam
diam menjalankan perahunya ketengah sungai kemudian
dengan mengerahkan tenaga dalam-nya dia mulai
menjalankan perahunya, Dari daerah Chuan Tiong melalui kota Hong Kiat memasuki
daerah Chuan Si dan tiba dibawah gunung Cing serta dengan
melalui jalan air ada seribu lima ratus li jauhnya, walaupun
kecepatan perahu Liem Tou bagaikan terbang tetapi bukannya
bisa ditempuh hanya didalam sehari semalam saja,
Keesokan harinya Liem Tou menghentikan perahunya
ditengah sungai untuk istirahat, untuk kemudian pada malam
harinya kembali menjalankan perahunya memasuki
pegunungan Cing Shian. "Aaaah..kentongan keempat baru saja berlalu. kentongan
kelima belum tiba" pikir Liem Tou kemudian sembari
memandang keadaan cuaca. "Bagaimana aku melakukan
perjalanan lebih cepat lagi mungkin masih bisa tiba digunung
Ha Mo San, dibelakang gunung Ha Mo San terdapat banyak
sekali tempat persembunyian. kenapa aku tidak pergi saja
kesana?"" Ketika teringat akan kerbaunya yang sudah ada dua hari
tidak makan dengan cepat dia masuk kedalam gudang perahu
untuk mengambil rangsum kemudian sambil menuntun
kerbaunya dia mendarat dan mulai naik keatas gunung.
Tidak lama kemudian sungai kematian di bawah gunung Ha
Mo San sudah terbentang didepan mata, teringat dua tahun
yang lalu bilamana dia hendak berhubungan dengan Lie Siauw
Ie harus mengirim kode kode dari sini tidak terasa dengan
sedihnya dia menghela napas panjang.
Semakin berpikir pikirannya semakin terjerumus kedalam
lamunan. lama kelamaan dia berdiri termangu-mangu disana
tak bergerak.. Dengan cepatnya kentongan kelima berlalu, sinar sang surya
mulai memancarkan sinarnya dari ufuk sebelah timur..."
Mendadak dari puncak gunung Cing Shia yang
berkumandang datang suara pekikan burung elang yang amat
tajam menembus awan, diikuti terbangnya burung elang
mengelilingi seluruh kalangan.
"Eeei ada urusan apa?" Pikir Liem Tou tersadar kembali dari
lamunannya. "Apakah Thian Pian Siauw-cu hendak
menggunakan burung elangnya untuk menantang perang" bila
mana dia orang hendak menggunakan binatang binatang itu
untuk menghadapi orang-orang Bu lim yang lain mungkin
masih bisa membawa hasil tapi untuk menghadapi diriku
bukankah hanya akan mengorbankan beberapa burung
elangnya saja"."
Ketika dilihatnya cuaca mulai terang dia jadi terkejut, dia
tahu bilamana pada saat ini tidak cepat cepat naik gunung,
maka menanti setelah terang tanah dia akan diketemukan
oleh orang lain, karenanya tanpa berpikir panjang lagi dia
segera memukul pantat kerbaunya.
"Ayoh cepat jalan, waktunya sudah tidak ada seberapa lagi."
Dengan cepat dia meloncat naik ke atas panggung
kerbaunya, sepasang kakinya mengempit perutnya sedang
sepasang tangan-nya memegang kencang tanduknya, sekali
lagi bentaknya. "Ayoh jalan." Kerbau itu segera mendengus panjang, sepasang kakinya
segera menjepak kebelakang deagan kecepatan yang luar
biasa segera menerjang kearah sungai.
Kejadian aneh segera berlangsung dihadapan mata,
ternyata kerbau itu dengan amat mudahnya berhasil
menyeberangi sungai itu tanpa rintangan apapun bahkan
kecepatannya tidak berkurang.
Hanya didalam sekejap saja Liem Tou sudah berhasil melewati
sungai lalu disusul menerjang kearah tebing maut yang
dilewati hanya didalam sekali loncatan saja dan ter-akhir
jembatan Pencabut nyawa. Setelah melewati Pencabut nyawa Liem Tou baru meloncat
turun dari atas punggung kerbau dan menerobos masuk
kebawah perutnya. setelah itu dia menjalankan kembali
kerbaunya masuk kedalam perkampungan.
Dari tempat kejauhan dia dapat melihat orang orang dari
perkampungan Ie Hee Cung sudah pada bangun dan ada
beberapa orang yang sedang membersihkan halaman.
Mendadak suatu ingatan berkelebat didalam benak Liem Tou,
pikirnya. "Aku harus menggunakan cara apa untuk melewati
perkampungan ini untuk menuju perkampungan sebelah
belakang ?" Baru saja dia sedang ragu-ragu mendadak dari bawah tebing
secara samar samar ber-kumandang datang suara dari Si Ang
In Sin Pian Pouw Sak San.
"Kali ini kita kembali kedalam perkampungan, pertama tama
melakukan pekerjaan itu dulu, nanti malam pada kentongan
kedua semua orang harus sudah hadir didepan rumah keledai
tua itu," ujarnya. Liem Tou yang mendengar perkataan itu cari Ang In sin
Pian itu tidak lagi mengartikan kata katanya tersebut lebih
mendalam, saat ini yang pcnting buatnya adalah
menyembunyikan diri beserta kerbau yang besar itu.
Pada saat ini Liem Tou sedang merasa cemas uatuk mencari
tempat persembunyian itulah mendadak tcrdengar suara dari
Ang In Sin Pian" Pouw Sak San berkumandang lagi.
"Didalam beberapa hari ini Liem Tou bangsat cilik ini pasti bisa
kembali ke perkam pungan. sampai waktu itu apakah kita
benar benar mau bersembunyi dan tidak menemui dirinya"
Sekarang juga lebih baik kita merundingkan cara cara untuk
menghadapi dirinya dikemudian hari."
Terhadap beberapa perkataan itu Liem Tou dapat
mendengar dengan amat jelas sekali. jika ditinjau dari katakatanya
yang terakhir itu jelas untuk sementara waktu mereka
tak mau naik keatas tebing sedang dirinya masih ada
kesempatan untuk melewati tebing itu.
Tetapi bukannya pergi dia malah ingin mendengarkan
percakapan mereka lebih lanjut. saat itu terdengar "Hauw
Jiauw" Pouw Toa long sudah berbicara.
"Bukankah Cung cu sudah mengirim Siauw Ling untuk
mengundang suhu dari Cung cu?"" Aku lihat lebih baik kita
rundingkan soal ini setelah dia orang tua tiba saja, sekarang
kita harus mengurusi pekerjaan itu terlebih dulu agar ..Liem
Tou bisa dibikin setengah percaya setengah tidak dan kita pun
untuk sementara dapat menghindar dari tangan jahat nya,
setelah suhu dari Cung cu datang kita bersama sama
membasmi dirinya." "Perkataan dari Toa Tong Loo-te sedikit-pun tidak salah !"
Sahut Si Ang In Sin Pian mengangguk. "Bagaimana dengan
maksud Kian Poo heng?""
"Semuanya terserah pada maksud hati Cung cu, Kian Poo
tidak mempunyai maksud yang lain, tetapi aku ada satu
perkataan entah maukah Cung cu mendengarkannya?""
"Ada perkataan apa silahkan Kian Poc-heng berbicara." ujar
Ang In Sin Pian dengan cepat, "Kau dengan aku sudah
menjadi satu badan, ada perkataan kenapa tidak langsung
diucapkan saja?" Apa lagi perkembangan Ang In Piauw kiok
selama satu tahun inipun semuanya berkat bantuan dari Toa
Tong te sekalian. Siauw te sejak kapan tidak mau mendengar
omongan kalian?""
"Perkataan dari Cung cu terlalu memberatkan Siauw te"
Sahut Lie Kian Poo merendah, ,.Ada budi apa yang aku Kian
Poo berikan kepada Cung cu sehingga memperoleh pujian
yang begitu tinggi?" perkataan yang hendak Siauw te ucapkan
itu harap Cung cu suka jangan marah.
Aku ingin setelah urusan ini dibikin beres harap Cung cu suka
mengijinkan aku Kian-Poo untuk tetap tinggal dirumah saja."
Liem Tou yang seeara diam diam mendengar perkataan dari
Lie Kian Poo ini segera mengangguk, pikirnya.
"Diantara orang orang ini. Paman Kian Poo adalah orang yang
paling jujur dan baik hati, dia berbicara demikian sudah tentu
disebabkan melihat tindak tanduk yang tidak beres dari Cung
cu, aku lihat orang ini patut dikasihi dan dihormati."
Lama sekali dia termenung berpikir keras, mendadak dengan
perasaan yang amat terkejut Liem Tou memasang kuping lagi.
"Celaka," pikirnya, "Ang In Sin Pian adalah seorang manusia
yang licik dan kejam" Paman Kian Poo sudah ada beberapa
tahun mengikuti dirinya sudah tentu terhadap segala tindak
tanduk Cung cu dia tahu jelas, apa mungkin Ang In Sin Pian
mau melepaskan orang yang ada kemungkinan mendatangkan
bahaya buatnya?" perbuatan Paman Kian Poo ini bukankah
sudah melanggar pantangannya yang terbesar?"
Baru saja dia berpikir sampai dlsitu terdengar Ang In Sin
Pian sudah bertanya kembali.
"Apa maksud dari perkataan Kian Poo heng ini" apakah kau
sungguh-sungguh sudah mengambil keputusan untuk berbuat
demikian ?" Liem Tou yang mendengar Ang In Sin Pian bertanya demikian
dia segera tahu kalau dia orang tidak bermaksud baik. tetapi
walau pun sudah ditunggu agak lama tidak terdengar juga


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suara jawaban dari Lie Kian Poo.
"Lie Kian Poo." terdengar Ang In Sin Pian dengan gusarnya
membentak. "Aku tanya padamu selama ini aku Pouw Sak San
apakah pernah melupakan dirimu kenapa tak ada angin tidak
ada hujan kau punya maksud untuk berbuat begitu " apa
mungkin ..." Belum habis dia berbicara terdengar si-Liong Ciang Lie Kian
Poo sudah memotong dari tengah.
"Harap Cung cu jangan menaruh banyak rasa cuiiga terhadap
siauw-te, aku Kian Poo sama sekali tidak mempunyai maksud
yang lain. aku cuma merasa kepandaian silatku terlalu rendah
ditambah lagi jago jago Bu-lim yang berkepandaian tinggi
amat banyak sekali. sedikit tidak waspada akan mcndatangkan
kematian buat diri sendiri, bilamana sampai aku mati siapa
yang akan melindungi dan memelihara istri dan anak anakku?"
Aku sudah mengambil keputusan setelah kembali kedalam
perkampungan, aku tidak akan ikut turun gunung lagi."
"Haa .. haa kiranya kau takut mati . . haa.. kenapa tidak
kau katakan sejak dahulu ?"" Seru Si Ang In Sin Pian sambil
tertawa terbahak-bahak, "Bilamana sejak dulu kau katakan
mungkin aku tidak akan mengundang kau untuk turun
gunung." Perkataan dari Ang In Sin Pian ini bernadakan suatu
penghinaan Si Liong Ciang" Lie Kian Poo yang merupakan
seorang berhati lurus mana bisa menahan penghinaan ini ?"
Liem Tou tahu bagaimana mereka itu, sampai bergebrak maka
jikalau dibicarakan dari soal ilmu silat Lie Kian Poo bukanlah
tandingan dari cungcu, dia pasti akan menerima kerugian.
Baru saja Liem Tou merasa kuatir buat keselamatan Lie
Kian Poo mendadak terdengar Ang In Sin Pian sudah
mengubah nada suaranya. "Bilamana Kian Poo heng memang sudah nengambil ketetapan
untuk berbuat demikian akupun tidak akan terlalu memaksa
dirimu" ujarnya dengan suara yang halus. "Baiklah aku akan
mengabulkan permintaanmu itu tetapi didalam urusan ini Kian
Poo heng harus membantu aku terlebih dahulu."
"Hal ini sudah tentu" sahut Lie Kian Poo lengan hati girang.
"Baiklah didalam urusan ini kita tentukan demikian saja ..."
Liem Tou tidak menunggu mereka menyelesaikan
pembicaraannya, dengan cepat dia nenerobos masuk kebawah
perut kerbaunya dan melarikan sang kerbau kearah
perkampungan. Dia tahu sebentar lagi mereka tentu akan naik
keatas tebing. Hanya didalam sekejap saja Liem Tou sudah tiba didalam
perkampungan, orang-orang kampong yang secara tiba-tiba
melihat tempat itu nyelonong keluar seekor kerbau segera
berteriak kaget dan pada bubar semua.
XXX "Aduh toiong ! . tolong. . . tolong, ada kerbau gila lagi
ngamuk !" teriaknya dengan suara keras.
Suasana jadi amat kacau sekali, suara teriakan memenuhi
angkasa sehingga mengejutkan penduduk yang lain.
Tetapi belum sempat mereka berbuat sesuatu kerbau itu
sudah lari kebelakang perkampungan dan lenyap diantara
batu batu yang tersebar ditempat itu.
Dengan cepatnya Liem Tou serta kerbau itu berlari kearah
gunung sebelah belakang perkampungan, keadaan disana dia
sudah hafal seperti melihat jari tangannya sendiri, dengan
cepatnya dia berhasil memperoleh tempat persembunyian
yang amat bagus. Walaupun begitu hatinya terus menerus muram kuatir pula
atas keselamatan dari Lie Kian Poo serta maksud Si Ang Sin
Pian kemball kedalam perkampungan kali ini?" Pouw Siauw
Ling pergi mengundang suhunya yang bukan lain adalah si
penjahat naga merah. kapan mereka sampai disitu?""
Mendadak dia teringat kembali akan kata-kata dari Si Ang
In Sin Pian yang mengatakan hendak berkumpul didepan
kuburan keledai tua itu pada kentongan kedua.
"Siapakah yang ditunjuk Cung cu sebagai keledai tua itu?"
pikirnya didalam hati. Mendadak bagaikan kena strom badannya menggigil dengap
amat kerasnya, secara tiba-tba dia sadar kembali.
"Apakah mereka hendak pergi kedepan kuburan ayahku" Kali
ini mereka kembali ke atas gunung apakah dikarenakan
urusan ini" Pikirnya lagi dihati. "Apakah maksud hatiku sudah
diketahui pihaknya?"
Urusan dengan perlahan menjadi jelas lagi, Liem Tou
merasakan hatinya seperti diiris-iris, dia merasa gemas dan
benci sekali . . . dia ingin sekarang juga pergi mengorek keluar
dari hati Si Ang In Sin Pian.
Pada saat itulah mendadak Liem Tou mendengar dari
dalam perkampungan berkumandang suara tangisan yang
sedih sekali suara tangisan itu serak dan membuat hati orang
kacau, diikuti suara langkah orang yang amat banyak berjalan
mendatang, agaknya penduduk perkampungan Ie Hee Cung
pun ikut berkumpul menjadi satu bahkan kerbaunya pun ikut
mendengus tiada hentinya.
Liem Tou jadi merasa terkejut bercampur heran, dia dapat
mengetahui kalau suara tangisan itu berasal dari diri Lie Siauw
Ie, dia mengerti Lie Siauw Ie tentunya sudah pulang ke
perkampungan dan menemukan ibunya sudah meninggal
sehingga tidak tertahan lagi dia menangis dengan amat
sedihnya. Liem Tou setelah mengetahui kedatangan dari Lie Siauw Ie
hatinya merasa terharu bercampur sedih dia kepirgin sekali
pergi untuk menghibur dirinya tetapi keadaan disekitar tempat
itu tak mengizinkan saat ini dia hanya dapat mendongak
keatas untuk berdoa bagi keselamatan dari Lie Siauw Ie.
Pada saat itulah suara hiruk pikuk dari orang orang
kampung semakin santar lagi, bahkan secara samar samar
terdengar pula ada orang yang mulai berteriak teriak.
"Ayoh pergi cari balas dengannya. kita tidak mau Cung cu
seperti dia ! Nafsunya terlalu besar dia tak cocok untuk
dijadikan sebagai Cung cu dari perkampungan Ie Hee Cung !"
"Betul kami ingin hidup aman dan tenteram" teriak yang lain
pula, Kita tak mau mencampuri urusan kekerasan . , ". dia
telah-membawa kaum perampok dan bajingan bajingan Bu-lim
datang kedalam perkampungan menggunakan uang kita untuk
mencari kesenangan buat dirinya sendiri. , . ayoh cepai kita
usir dia pergi dari sini cepat kau usir dia dari dalam
perkampungan, dia adalah bibit bencana dari perkampungan
Ie Hee Cung kita," Liem Tou sama sekali tidak menduga bila peududuk dari
perkampungan Ie Hee Cung sebetulnya menaruh rasa dendam
terhadap diri Ang in Sin Pian, dia menduga kalau kemarahan
dari penduduk ini tentunya dikarenakan rasa terharu mereka
melihat keadaan diri Lie Siauw Ie dan membantu diri Lie Siauw
Ie untuk menuntut balas terhadap diri si Ang In Sin Pian,
Liem Tou tahu bilamana Lie Siauw Ie sudah melancarkan
gerakan ini dia tidak dapat bersembunyi lebih lanjut dia harus
pergi memeriksa lebih jelas lagi.
Baru saja pikiran ini berkelebat dari dalam benaknya
mendadak dari arah depan berkumandang datang suara
langkah mamisia yang amat ramai sekali. untuk sementara ia
mengesampingkan pikiran tersebut. dia akan melihat siapakah
yang begitu menganggur datang kearah batu batu yang
tersebar ini. Suara langkah kaki itu semakin lama semakin mendekat.
bahkan kedengaran tidak hanya seorang saja dan arah yang
dituju bukan lain adalah tempat persembunyiannya.
Mendengar suara langkah manusia tersebut Liem Tou jadi
benar benar kuatir, dia takut tempat persembunyiannya
diketahui oleh pihak musuh.
Tapi sebentar saja rasa takut itu sudah lenyap dari dalam
hatinya, orang itu menghentikan langkahnya.
"Wan jie" terdengar salah seorang diantaranya membuka
bicara. "Secara diam diam kau pergilah melindungi dirinya
sehingga dia orang tidak sampai menemui bencaia. Kemarin
malam Ke Hong sudah datang kemari dengan membawa
binatang binatang berbulunya, sekarang juga aku mau pergi
memeriksa dia orang sebetulnya sedang mempersiapkan
permainan apa lagi" Masih ada lagi jagoan aneh itu selama ini
aku tak pernah melupakan dirinya aku rasa saat ini dia pun
tentunya sudah tiba ditempat ini,"
Liem Tou segera bisa membedakan kalau orang yang
sedang berbicara ini bukan lain adalah si cangkul sakti Lie
Sang beserta putrinya Wan Giok tentu mereka datang kemari
bersama sama dengan Lie Siauw Ie,
"Tia silahkan kau pergi dari sini, tetapi harus lebih berhati hati
lagi," sahut si gadis cantik pengangon kambing cepat. "Nanti
malam aku menanti kedatangan Tia ditempat ini ! sekalian
harap Tia suka memeriksa apakah Liem Tou koko sudah tiba
disini ataukah.." "Wan jie !" terdengar Lie Loo jie berbicara sambil tertawa.
"Beberapa hari ini kau tidak enak tidur, agaknya engkau
merindukan diri Liem Tou . . apa mungkin kaupun sudah
menaruh ..." ^ "Tia!" tidak menanti ayahnya selesai bicara si gadis cantik
pengangon kambing sudah memotong. "Kau jangan mengejek
putrimu lagi, didalam hati engkoh Liem cuma ada enci Ie
seorang saja, mana mungkin diapun menaruh hati kepadaku
?" Tia ! lebih baik engkau cepat pergi dari sini !"
"Haa . . Wan jie ! ada perkataan kenapa tidak kau katakan
terus terang saja kepadaku?" ujar Lie Loo jie lagi sambil
tertawa. "Jika didengar dari perkataanmu tadi terang terangan
kau menaruh hati kepadanya, bilamana kau sungguh sungguh
..." "Tia! bilamana kau teruskan lagi kata katamu aku akan segera
pukul kau orang tua, kau masih tidak pergi juga ?" Potong si
gadis cantik pengangon kambing kembali dengan manjanya.
"Sekalipun kau harus pukul aku dua kali, akupun akan
menghabiskan dulu perkataan-ku."
"Tia! terima seranganku!" Bentak si gadis cantik pengangon
kambing dengan nyaring setelah mendengar perkataan
tersebut. Tidak lagi Liem Tou segera mendengar datangnya angin
pukulan yang menyambar, agaknya si gadis cantik pengangon
kambing benar benar sudah melancarkan serangannya
mengancam badan Lie Loo jie.
Lie Loo jie segera tertawa terbahak bahak tiada hentinya.
"Haaa haaa,...Liem Tou adalah putra dari Liem Cong sute itu si
pancingan emas sakti, sekarang dia tiada sanak tidak keluarga
sudah tentu cuma aku sebagai supeknya saja yang bisa
bertindak sebagai walinya, menanti setelah kita selesai
menemui Ke Hong dipuncak pertama gunung Cing Shia dan
melenyapkan rasa malu dari Tia, bilamana kau punya
maksud.... hee..Wan jie! terus terang saja aku katakan
asalkan kau suka mohon kepadaku, aku tentu akan
menjodohkan dirimu kepadanya bersama sama dengan Ie jie.
Omong yang benar saja bocah itu memang tidak jelek "
Liem Tou yang mendengar perkataan yang setengah guyon
setengah sungguhan dari Lie Loo jie serta sigadis cantik
pengangon kambing itu didalam hati merasa berterima kasih
bercampur geli, didalam kolong langit pada saat ini mana ada
seorang ayah yang berguyon secara demikian dengan
putrinya" Dari hal ini saja sudah jelas memperlihatkan kalau
hubungan antara Lie Loo jie dengan si gadis cantik pengangon
kambing sekalipun adalah ayah beranak tetapi boleh dikata
juga merupakan sahabat yang paling erat.
Mendadak Liem Tou teringat kembali akan pengalamannya
semasa kecil yang penuh derita dan aniaya itu, saat ini melihat
sikap yang begitu mesra antara Lie Loo jie dengan si gadis
cantik pengangon kambing mengingatkan dia akan ayahnya
yang sudah mcninggal. hati jadi terasa terkejut titik titik air
mata mulai mengucur keluar membasahi pipinya.
Tiba tiba dia menjejakkan kakinya sehingga badannya
meloncat keatas setinggi tujuh delapan kaki kemudian setslah
bersalto beberapa kali segera menubruk kearah sigadis cantik
pengangon kambing serta Lie Loo-jie.
Lie Loo jie yang sekonyong konyong merasakan adanya angin
sambaran yang menerjang kearahnya tanpa melihat lebih jelas
lagi terburu-buru dia mundur dua langkah kebelakang, telapak
tangannya disilangkan di depan dada siap siap menghadapi
sesuatu. "Siapa?" bentaknya dengan keras.
"Liem Tou menghunjuk hormat buat supek!" sahut Liem
Tou sambil jatuhkan dirinya berlutut.
Lie Loo jie yang melihat munculnya Liem Tou secara tiba tiba
ditempat itu didalam hati merasa amat girang sekali. dengan
cepat dia maju memegang pundak keponakan-nya lantas
menariknya bangun. "Aaah . . ha . . kiranya kau orang!" Teriak nya sembari tertawa
terbahak bahak. "Kapan kau datang kemari?" Wah . . Wah ..
hampir hampir membuat aku mati saking terkejut!"
Mendadak dia melihat wajah Liem Tou di penuhi titik titik
air mata yang membasahinya. dia jadi terkejut.
"Eeei . .! Hiantit! setelah bertemu dengan aku kenapa kau
malah menangis ?" teriaknya tertahan. "Apakah sudah terjadi
suatu urusan yang berada diluar dugaan" cepat kau
beritahukan kepada Supekmu!"
Si gadis cantik pengangon kambing yang masih polos dan
berhati kekanak kanakan sewaktu melihat Liem Tou menangis
dengan begitu sedihnya. dari dalam saku dia lantas
mengambil keluar secarik sapu tangan dan diangsurkan
kepadanya. "Engkoh Liem, baru untuk pertama kalinya aku melihat kau
orang menangis!" ujarnya sambil tersenyum.
Mendengar perkataan tersebut Liem Tou segera teringat pula
atas pembicaraan antara Lie Loo jie serta si gadis cantik
pengangon kambing baru baru ini, tidak terasa wajah-nya
sudah berubah memerah dan lagaknya amat kikuk sekali.
Dengan cepat dia mengucapkan terima kasih dan
menerima pemberian sapu tangan itu untuk menghapus
kering air mata yang membasahi pipinya lalu dengan malunya
dia kirim satu senyuman kepada Lie Loo jie serta putrinya.
"Supek!" Tiba tiba wajahnya berubah jadi keren dan serius
kembali. "Kalau memangnya sejak dulu kau sudah tahu akan
asal usul keponakanmu kenapa tidak kau katakan sejak
semula " dahulu keponakanmu pernah berbuat kurang ajar
terhadap diri Supek, Supek, maaf kan atas dosa dosa


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keponakanmu itu ?" "Haa .. ha .. buat apa aku cepat cepat beritahu padamu ?"
Tanya Lie Loo jie dengaa wajah penuh senyuman kegirangan,
"Sekalipun aku beritahu padamu sejak semula lalu apa
kegunaannya" hee.. . hee 1 . . bukankah kau melihat sendiri
sedikit terlambatnya pun tidak mengapa. bukan begitu" haaa
.. ha . . " Air muka Liem Tou berubah jadi sangat sedih sekali, alisnya
dikerutkan rapat rapat, sedang wajahnya murung, dengan
sedih dia gelengkan kepalanya.
"Bukannya begitu Supek, tahukah kau orang tua bagaimana
ayahku menemui ajalnya" aku rasa didalam hai ini " "
serunya ragu ragu. Belum habis berbicara dia sudah menarik kembali kata
katanya. Lie Loo jie yang mendengar dia memotong pembicaraan
ditengah jalan, dengan sepasang mata yang terbelalak besar
dan mengandung rasa terperanjat segera melototi dirinya tak
berkedip. Dengan perlahan lahan Liem Tou menghela napas panjang
kembali, ujarnya lagi. "Sekarang peristiwa ini belum sempat keponakanmu selidiki
dengan jelas, harap Supek suka memaafkan akan perbuatan
dari keponakanmu ini"
"Hian tit. bila kau ada perkataan ucapkanlah sampai habis
sikapmu yang setengah dan sama sekali tidak bersemangat ini
sungguh merabuat orang lain merasa tak ena& sekali" desak
Lie Loo jie dengan hati yang kurang senang,
Dengan pandangan sedih Liem Tou memandang beberapa
saat lamanya kearah diri Lie Loo jie, tidak kuasa lagi titik titik
air mata kembali keluar membasahi pipinya.
"Supek," ujarnya dengan perlahan. "Aku menaruh curiga kalau
kematian dari ayahku tidak terlalu wajar, aku punya maksud
sebelum kentongan pertama malam ini hendak membongkar
kuburan Tia dan mengambil keluar kerangkanya untuk
diperiksa" "Perkataanmu ini apa betul ?" Teriak Lie-Loo jie dengan suara
keras "setelah mendengar perkataan tersebut, agaknya dia
merasa agak kaget. Liem Tou segera mengangguk.
Pada saat itulah suara hiruk pikuk serta teriak teriakan makian
dari dalam perkampungan berkumandang semakin santar lagi
bahkan secara samar samar terdengar suara makian dari Lie
Siauw Ie yang keras, jelas ditempat itu sudah terjadi suatu
demontrasi anti cungcu mereka . . .
Didalam hati tiba tiba Liem Tou memikirkan akan sesuatu,
cepat cepat ujarnya kepada Lie Loo jie.
"Sebab sebab kematian ayahku malam ini juga bisa diketahui
jelas, bilamana dugaan dari keponakanmu tidak salah maka
pembunuh yang sebetulnya adalah Pouw Sak San itu Cungcu
dari perkampungan Ie Hee Cung.
Saat itu kau mau bunuh dia bahkan Thiat-Bok Thaysu serta si
penjahat naga merah tidak bisa dikesampingkan keluar. Saat
ini enci Ie sedang menemui kesulitan, bersama sama dengan
Wan moay moay aku kesana untuk lihat lihat, Supek! lebih
baik kaupun pergi memeriksa keadaan dari Thian Pian Siauw
cu, sutitmu disini mohon diri dulu!"
Lie Loo jie yang secara tiba tiba disadarkan oleh perkataan
dari Liem Tou ini seperti baru saja sadar dari impian dengan
cepat dia menjerit tertahan.
"Aaaah....benar, benar!" serunya keras." Bilamana bukannya
Hian tit yang msmberi peringatan hampir hampir aku
melupakan akan tugasku ini. eeei ...ooooh yaah kalau begitu
semua geguyonku dengan Wan jie tadi tentu dapat kau lihat
dan dengar semua bukan?"
Sehabis berkata mendadak dia putar kepalanya kirim satu
muka setan kepada diri Si gadis cantik pengangon kambing
kemudian sambil tertawa terbahak bahak ujung kakinya
menutul permukaan tanah dan meloncat ketengah udara.
diantara bergeraknya badan dia sudah mencapai sejauh
puluhan kaki, kemudian disusul dengan beberapa kali tutulan
tubuhnya lenyap dari pandangan.
Si gadis cantik pengangon kambing yang digoda oleh
ayahnya pada saat ini dengan rasa kikuk menundukkan
kepalanya tidak bergerak, wajahnya yang cantik halus dan
menarik itu kini sudah berubah memerah seperti kepiting
rebus, lama sekali dia tidak berani memandang diri Liem Tou.
"Wan moay mari kita pergi !"* Akhirnya Liem Tou yang
mengajak dia berlalu. Tangan kirinya segera disambar kedepan menarik pergelangan
tangannya kemudian berlari menuju kearah perkampungan Ie
Hee Cung. Hanya didalam sekejap saja mereka sudah mendekati
perkampungan itu sedang suara hiruk pikuk dari penduduk
kampung serta suara makian dari Lie Siauw Ie pun semakin
lama semakin jelas didengar.
Terdengar Lie Siauv Ic dengan amat gusarnya sedang
berteriak memaki. "Pouw Sak San ! ayoh cepat menggelinding keluar dari tempat
ini. kau tidak pantas untuk menjabat sebagai Cung cu dari
perkampungan Ie Hee Cung ini, bila kau terus terusan begini
tidak sampai dua tahun lagi kami penduduk perkampungan Ie
Hee Cung dari ke luarga Lie dan keluarga Pouw bakal menjadi
miskin karena pemerasanmu. Heey Pouw Sak San! buat apa
kau mendirikan loteng pengintai dan tembok benteng "
kenapa kau gunakan uang rakyat untuk digunakan sendiri "
kau binatang tak berperi kemanusiaan kau sudah
menyebabkan kematian ibuku. ini hari jikalau aku tidak bacok
separoh otak dan separuh nyawamu rasa mangkel dihatiku
tidak akan padam untuk selamanya."
Liem Tou yang melanjutkan perjalanannya sambil menarik
tangan si gadis cantik pengangon kambing, sewaktu
mendengar suara makian dari Lie Siauw Ie itu ujarnya.
"Wan moay moay coba kau dengar enci Ie sungguh galak
sekali, coba kau pikirlah dia mau bacok separoh otak dan
separoh dari nyawanya. Waah . . bagaimana caranya kalau
dikerjakan ?" Selama ini si gadis cantik pengangon kambing membiarkan
Liem Tou menarik dirinya untuk melakukan perjalanan tak
sepatah kata pun diucapkan, kini diapun tidak menjawab dia
cuma mengirim satu senyuman mesra ke arahnya.
Tidak lama kemudian mereka berdua sudah tiba ditengah
pepohonan dibelakang perkampungan itu Liem Tou segera
melepaskan diri gadis cantik pengangon kambing dan
meloncat naik keatas pohon.
Dengan melewati sederetan rumah tampak lah ditengah
sebuah lapangan yang luas didepan perkampungan tersebut
berkerumunlah seluruh penduduk perkampungan Ie Hee Cung
sembari berteriak teriak, tepat berada didepan pintu sebuah
bangunan megah dan jelas sekali tampak Lie Siauw Ie dengan
memakai baju putih dan menyandang pedaug sedang memaki
dan mengolok olok, "Wan moay cepat kemari !" ujar Liem Tou cepat cepat sambil
menggape diri si gadis cantik pengangon kambing.
"Kegagahan dari enci Ie sangguh mirip dengan seorang
enghiong yang sudah banyak melakukan jasa terhadap
negara" Si gadis cantik pengangon kambing tersenyum, cuapun
dengan cepat loncat naik keatas pohon.
Sewaktu melihat sikap serta gaya dari Lie biauw Ie itu dia lalu
tertawa. "Oooow . . . sungguh gagah sekali sikapnya !" serunya
memuji, "Engkoh Liem. kau rasa bilamana Cung cu itu berani
keluar apa kah enci Ie berani menandingi dirinya ?"
"Dibawah pimpinan seorang Jenderal kuat. tiada serdadu
lemah, enci Ie adalah anak murid dari supek sudah tentu
kepandaian silatnya luar biasa" sahut Liem Tou sambil cari
tempat yang enak untuk duduk. .Tetapi di dalam soal tenaga
dalam kemungkinan dia masih kalah satu tingkat dari tenaga
dalam yang dimiliki Cung cu. Bagaimanapun juga enci Te baru
saja memasuki perguruan sedangkan Cung cu sudah ada
sepuluh tahun latihan. kita harus baik baik melindungi dirinya
bilamana nanti dia terdesak !"
"Jikalau demikian adanya. bukankah tantangan bertempur
yang dilakukan oleh enci Ie ini sama saja tidak mengetahui
kekuatan sediri?"" Seru si gadis cantik pengangon kambing
sambil mengerutkan alisnya rapat rapat.
Didalam hati Liem Tou pun mempunyai perasaan demikian,
dia termenung dan berpikir sebentar, akhirnya jawabnya pula.
"Perkataan dari Wan moay memang sedikit pun tidak salah
jika ditinjau dari situasi yang ada dihapan kita sekarang ini
jejas enci Ie sudah dibuat gusar oleh karena kematian ibunya,
sehingga tanpa terasa lagi dendam dan benci yang selama ini
terkandung dihatinya bersama sama ditumpukkan kebadan
Cung cu. Menurut penglihatanku, walaupun didalam urusan ini
Cung cu tidak bisa lolos dari tanggung jawab tetapi bilamana
enci Ie hendak berbuat demikianpun tidak ada gunanya, lebih
baik untuk sementara kita suruh dia bersadar sebentar."
Berbicara sampai disini dia menghela napas panjang,
kemudian sambungnya lagi.
"Aku lihat demikian saja, lebih baik Wan moay pergi memberi
nasehat kepadanya untuk sementara waktu enci Ie bisa
menahan sabar. Dengan kemunculanmu ini aku rasa Ang In
Cung cu tidak bakal berani keluar karena dia pernah
merasakan kelihayanmu asalkan dia tidak berani keluar maka
penduduk yang lainpun bisa bubaran dengan sendirinya saat
itulah kau boleh pergi menemui enci Ie untuk beristirahat
dirumahnya sampai waktunya aku dengan supek pasti akan
datang kesana." Si gadis cantik pengangon kambingpun merasa cara ini
adalah cara yang paling bagus dengan cepat dia mengangguk
dan meloncat lurun dari atas pohon.
Baru saja berjalan dua langkah mendadak dia berhenti dan
menoleh kembali. "Engkoh Liem," serunya. "Apakah kau hendak pergi kepuncak
pertama gunung Cing Shia untuk mencari ayahku?"
Siapa tahu tempat itu sama sekali tidak terdengar jawaban,
ketika dilihat lebih teliti lagi dia baru tahu kalau Liem Tou
sejak semula sudah pergi dari sana.
Terpaksa dia cuma gelengkan kepalanya sambil gumamnya
seorang diri. "Sebetulnya engkoh Liem melatih ilmu silat apa toh"
kelihatannya ilmu silat yang dimilikinya sangat lihay sekali
sehingga sukar untuk dicarikan tandingannya dikolong langit
pada saat ini." Sembari bergumam dia berjalan mendekati tengah lapangan
dimana para penduduk kampung pada berkumpul dan
langsung menuju kesamping badan Lie Siauw Ie.
Waktu itu Lie Siauw Ie masih tidak merasa kalau disamping
badannya sudah kedatangan seseorang terpaksa si gadis
cantik pengangon kambing menepuk nepuk pundaknya untuk
menyadarkan dirinya"
"Enci Ie," panggilnya perlahan.
Lie Siauw Ie segera menoleh kebelakang sewaktu
melihatnya si gadis cantik pengangon kambing sudah ada
disampingnya tampak matanya mulai memerah agaknya dia
bermaksud untuk menangis lagi, akhirnya dengan paksakan
diri tanyanya. "Mau apa kau datang kemari?"
Si gadis cantik pengangon kambing segera tersenyum
dengan cepat dia tempelkan bibirnya ketelinga Lie Siauw Ie
dan membisik-kan sesuatu kepadanya.
Sungguh aneh sekali, mendadak Lie Siauw Ie menarik kembali
hawa amarahnya dan mengangguk.
"Hey Pouw Sak San," teriaknya kembali dengan suara yang
lantang. "Ini hari kau tidak berani keluar pintu untuk menemui
aku. Hmm! Untuk sementara aku lepaskan satu kali, besok pagi aku
akan datang lagi! Hmm!-Hey Pouw Sak San cucu kura kura
kau dengar, semua penduduk perkampungan Ie Hee Cung cu
sudah tidak menghendaki kau sebagai Cung cu kami lagi, lebih
baik kau sedikit cerdik dan cepat cepat menggelinding dari
sini!" Selesai berkata dia segera mengulapkan tangannya
membubarkan orang orang kampung lainnya yang pada
berkumpul disitu setelah itu bersama sama dengan si gadis
cantik pengangon kambing mereka berjalan kembali kerumah
yang sudah tidak berpenghuni itu.
Kita balik pada Liem Tou sesudah meninggalkan diri si
gadis cantik pengangon kambing. Pikirnya dihati.
"Perduli bagaimanapun sekarang aku lagi tidak ada pekerjaan.
Lebih baik pergi ke puncak pertama Cing Shia saja untuk
melihat lihat. Thian Pian Siauw cu yang datang lebih pagi
sepuluh hari dari tanggal perjanjian jelas mempunyai maksud
maksud tertentu. Bilamana aku bisa mengetahui siasat yang
sedang disusun sejak sekarang bukankah lain kali aku bisa
melenyapkan pula beberapa kerepotan?"".
Teringat akan hal ini dengan cepat dia mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya berlari menuju keatas gunung melalui
jalan kecil yang ada dibelakang perkampungan itu-
Puncak pertama dari gunung Cing Shia ini terletak ditengah
antara tiga puluh lima puncak lainnya disebelah kirinya ada
Tiang Jien Hong disebelah kanannya ada Tian Can San.
Bilamana kita memanjat sampai puncak teratas dari puncak
pertama ini, dari sana bisa dilihat beratus ratus puncak dari
gunung Ming pan yang saling sambung menyambung
bagaikan ular. keindahan alam dari daerah Sie Chuan pun
dapat dilihat bahkan sampai puncak-puncak yang bersalju
daerah Si Ie pun secara samar samar dapat dilihat muncul diujung
langit. Saat ini bagaikan kilat cepatnya Liem-Tou berkelebat dari
gunung Ha Mo San menuju ke gunung Gang san.
dihadapannya muncul lagi sebuah gunung yang amat tinggi
sekali dan puncak itu adalah puncak pertama. diam diam Liem
Tou berpikir. "Ehmmm .... apa mungkin Thian Pian Siauw cu sudah pergi?"
Belum habis dia berpikir mendadak tampaklah sesosok
bayangan merah dengan amat cepatnya berkelebat datang
dan menerjang kearah puncak pertama itu.


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Baru saja bayangan merah itu mencapai permukaan tanah
mendadak disertai dengan suara pekikan nyaring yang
memekikkan telinga, dari empat penjuru puncak berkerumun
datanglah beribu ribu ribu ekor burung elang yang bersama
sama menubruk bayangan merah itu,
Terdengar bayangan merah itu membentak keras,
tubuhnya meloncat kembali ketengah udara setinggi dua kaki,
Saat ini walaupun Liem Tou berdiri pada puncak yang
berlainan tetapi dia dapat melihat bayangan merah itu dengan
jelas kiranya bayangan merah itu adalah bukan lain seorang
gadis cilik dengan sepasang kuncirnya yang panjang dan
hitam. "Sungguh bagus gerakannya" diam-diam pujinya dihati.
Tetapi kembali satu ingatan berkelebat dalam benaknya.
"Kawanan elang bersama sama menyerang dari atas dan
bawah entah dia hendak menghindarkan dengan cara apa"
Belum habis Liem Tou berpikir kawanan elang itu ternyata
sudah menarik kembali serangannya, tak terasa lsgi dia
tertawa geli pikirnya. "Ke Siauw cu bisa melatih kawanan elangnya untuk
menyerang musuh jelas kepandaiannya amat lihay tetapi
untuk menyusun satu barisan elang yang kuat aku rasa dia
masih kurang sempurna."
Terlihatlah bayangan merah itu hendak meloncat ketengah
udara dan berjumpalitan beberapa kali, belum sempat kakinya
mencapai permukaan tanah tiba tiba bembali kawanan elang
itu melancarkan serangannya dengan menutup jalan turunnya
dan tepat menutup jalan mundur dari bayangan merah itu.
Melihat keadaan itu Liem Tou jadi terkejut pikirnya lagi.
"Hmm. sungguh licik binatang berbulu itu .."
Bersamaan pula diam diam Liem Tou menaruh rasa kuatir pula
atas keselamatan dari bayangan merah itu, mendadak
bayangan itu menekuk pinggang dengan gaya yang amat
luwes dan lincah dia sudah mencabut keluar pedang emasnya
yang memancarkan sinar ke emas-emasan kemudian dengan
dahysatnya dia melancarkan serangan membentuk dinding
pedang yang kuat untuk menahan datangnya serangan kawan
burung elang tersebut, "Ehmmm." untung sekali dia mcmiliki pedang lemas" kalau
tidak bagaimana mungkin dia bisa memberikan
perlawanannya?" Pikir Liem Tou sambil mengangguk. Tetapi
dengan berbuat demikian dia cuma bisa melindungi dirinya
sendiri tanpa dapat melukai kawanan burung elang."
Jilid 28 SAAT itulah dari tempat kejauhan tiba-tiba berkumandang
datang suara teriakan dari seorang bocah ! ,,Suci, aku datang
!" Diantara berkelebatnya sinar keperak-perakan seorang bocah
cilik berusia delapan, sembilan tahunan dengan mencekal
sebilah pedang perak menubruk dating.
Dengan gerakannya ini maka serangan mereka berdua
merupakan satu kerja sama yang baik, dengan cepatnya
berpuluh-puluh ekor burung elang sudah berhasil mereka
gencet dibawah serangan yang gencar sehingga puluhan
elang tersebut terancam keselamatannya.
Pada saat yang amat kritis itulah tiba-tiba dari puncak
gunung berkumandang datang suara tertawa panjang yang
amat nyaring. "Liem jie; Peng jie jangan membunuh terlalu banyak !"
serunya. Begitu mendenpar suara teriakan, Liem Tou sudah
mengenal kalau teriakan itu berasal dari Thian Pian Siauwcu,
Kie Hong tetapi dia keheranan jika ditinjau dari nada
ucapannya jelas dia sedang memberi ijin kepada kedua orang
itu untuk msmperoleh burung-burung elang peliharaannya.
Baru saja Liem Tou berpikir sampai disitu mendadak
tampaklah bocah yang disebut sebagai Kiem jie serta Peng jie
itu memperkecil kurungan pedangnya sehingga tinggal
beberapa depa saja. Diantara berkelebatnya sinar pedang, suara pekikan ngeri
berkumandang memenuhi angkasa.
Berpuluh-puluh ekor burung elang sudah terbabat mati
dibawah pedangnya, darah segar memancar keluar dan
berceceran diatas tanah sedangkan kawanan elang yang
memenuhi angkasa seluas puluhan kaki itu kini sudah kosong
melompong. Begitu mendapat hasil kedua orang bocah itu dengan cepat
segera menerjang turun kebawah.
Liem Tou yang berdiri diatas puncak yang kedua tidak dapat
melihat bagaimana kelanjutan dari kedua orang yang sudah
melayang turun itu, tetapi dari beribu-ribu ekor burung elang
yang ikut menerjang pula kebawah dia menduga kalau
kawanan burung itu belum menariknya kembali serangannya.
Diam diam dia merasa amat terkejut sama sekali tak
terduga olehnya kalau Thian Pian Siauwcu bisa berhasil
melatih kawanan burung elang yang untuk menerjang musuh
dengan demikian dahsyatnya . . .
Pada saat suara burung rajawali berkaok untuk kedua
kalinya, kawanan burung elang itu baru menghentikan
serangannya dan melayang naik keangkasa.
Kawanan burung elang yang semula menutupi sang surya
dengan cepat terbang pergi hingga bersih, suasana diatas
puncak pertamapun dengan sendirinya menjadi terang
kembali. Pada saat ini Liem Tou tidak ingin bertemu dengan diri
Thian Pian Siauw-cu, dengan cepat dia mengundurkan diri dari
sana sambil memikirkan cara-cara untuk menghadapi kawanan
burung elang itu. Mendadak . . .terdengar suara dari Lie-Loo jie
berkumandang datang dari belakang badannya.
"Hian tit, kaupun sudah datang," serunya perlahan.
"Kelihatannya kawanan burung burung itu sukar sekali untuk
dihadapi." Liem Tou segera menoleh waktu dilihatnya Lie Loo jie
berada kurang lebih dua kaki dari arahnya dengan cepat dia
melompat kehadapannya. "Walaupun kawanan burung elang itu ganas tetapi buat supek
dan aku rasanya masih belum seberapa msrepotkan"
jawabnya tersenyum "tetapi bilamana enci Ie serta Wan moay
yang diserang ada kemungkinan mereka jadi kalang kabut
dibuatnya." "Perkataan ini sedikitpun tidak salah" sahut Lie Loo jie
mengangguk. "Pengalaman Ie-jie serta Wan-jie didalam
menghadapi musuh masih terlalu cetek sampai waktunya ada
kemungkinan memang bisa menemui kerugian lebih baik
mereka berdua disuruh menonton saja disuatu tempat yang
aman saat itu bukan saja mereka bisa menonton jalannya
pertempuran antara jago jago Bu-lim bahkan
keselamatannyapun tidak terganggu, bukankah hal ini amat
bagus sekali ?" Saat ini terhadap Lie Loo jie Liem Tou berlaku sangat
normal sekali, dia lantas menyahut tanpa membantah.
Lie Loo jie segera mengalihkan bahan pembicaraannya,
menanyakan seluruh keadaannya.
Selesai mendengar penuturan dari Liem Tou ini Lie Loo jie
mengangguk. "Memang seharusnya demikian" sahutnya sambil tertawa.
"Selama satu tahun aku tidak bertemu dengan diri Hian tit
bukan saja badanmu semakin menginjak dewasa bahkan
kepandaian silat serta pengalamanmu pan sudah memperoleh
kemajuan beratus ratus kali lipat hal ini patut diberi selamat,
patut merasa girang, arwah Kongcu yang ada dialam bakapun
tentu akan ikut gembira pula."
Mendengar perkataan itu dengan sedihnya Liem Tou
menggelengkan kepalanya. "Berkat kemujuran dari sutit secara tidak sengaja aku berhasil
memperoleh kitab pusaka To Kong Pit Liok" ujarnya dengan
sedih. "Kemungkinan semuanya itu pun berkat perhatian dari
supek, enci Ie serta Wan-moay
pada masa yang lalu, eey ! seharusnya aku mengucapkan
terima kasihku kepada kalian semua, tentang pengalaman
didalam Bu-lim sutit rasa masih terlalu cetek, lain kali harap
supek suka banyak memberi petunjuk"
"Ha ha Sutit, kau jangan terlalu memuji" seru Lie Loo jie
tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan ini.
Sekonyong-konyong - - - - - - -
Dari puncak pertama gunung Cing Shia tiba-tiba
berkumandang datang suara tertawa terbahak-bahak yang
amat nyaring sekali sehingga menggetarkan seluruh lembah,
diikuti suara pekikan burung rajawali yang amat keras
memekikkan telinga ! Liem Tou segera mengartikan sesuatu, dia tahu suara
pekikan itu bukan lain adalah tanda yang dikirim kepada
kawanan burung elang untuk bersiap melancarkan
serangannya. Dengan gugup dia lantas berseru kepada Lie Loo djie :
"Supek, waktunya masih belum tiba, lebih baik kita menyingkir
dulu untuk sementara waktu."
Selesai berbicara pertama-tama dialah yang meloncat
terlebih dahulu untuk menuruni puncak kedua dan berlari
menuju gunung Thian Cang San, kemudian kembali ke gunung
Ha Mo San. Tidak lama setelah Liem Tou serta Lie Loo jie angkat kaki
kawanan elang sudah mulai memenuhi angkasa untuk mencari
jejaknys musuh. Beribu-ribu ekor burung bersama-sama menyebar menutupi
seluruh angkasa dari ketigapuluh enam puncak gunung Cing
Shia itu. Melihat hal itu Liem Tou semakin mempercepat larinya.
"Sutit, hal ini tidak bisa jadi," teriak Lie Loo-jie mendaiak.
"Lebih baik untuk sementara waktu kita mencari sebuah gua
untuk menghindari dulu dari pengamatan kawanan elang itu."
Mendengar perkataan tersebut Liem Tou segera menarik
kembali langkahnya, sewaktu menoleh ke belakang dan dia
sudah tidak melihat bayangan dari Lie Loo djie, dia tahu dia
orang pasti sudah bersembunyi, Tetapi pada saat dia sedikit
berayal itulah kawanan burung2 elang yang ada diangkasa
sudah menemukan jejaknya, disertai pekikan nyaring berpuluh
puluh ekor burung elang bersama-sama menerjang kearahnya
dengan dahsyat. Sampai waktu ini Liem Tou tidak sempat menghindar lagi.
satu pikiran segera berkelebat dalam benaknya.
"Hmm, lebih baik aku kecepatan kaki saja dergan kawanan
burung berbulu ini aku mau lihat siapa yang lebih cepat"
pikirannya. Berpikir sampai disitu tanpi ragu ragu lagi dia meloncat
kesamping menghindar diri dari kawanan burung elang itu
kemudian dengan mengerahkan tenaga murninya bagaikan
segulung bayangan hijau dengan cepatnya berlari menuju ke
arah gunung Thian Cang San. Agaknya berpuluh puluh burung
elang itu pun tidak mau melepas mangsanya dengan begitu
saja, sambil berpekik nyaring memberi tanda kepada kawan
kawannya dengan cepatnya mereka pun melakukan
pengejaran dari belakang Liem Tou.
Setelah adanya pekikan peringatan itu, kawanan burung
elang yang ada ditengah udara segera berkumpul menjadi
satu untuk kemudian bersama-sama menubruk kearah Liem
Tou. Hanya dalam sekejap saja beribu-ribu ekor burung elang
yang semula memencar di empat arah delapan penjuru; sudah
berkumpul datang semuanya.
Sembari berlari Liem Tou tiada hentinya mendongak keatas
didalam hati diam-diam dia tertawa dingin.
"Hmm ! kawanan burung burung jelek-jelek itu apa sengaja
datang untuk mengantar kematiannya ?" pikirnya.
Saat itulah dihadapan mendadak muncul beberapa pohon
siong yang amat lebat dan tumbuh dengan angkernya
dipunggung gunung. Satu ingatan segera berkelebat didalam ha linya, dengan
cepat dia berkelebat ke samping pohon siong itu lalu
menutulkan ujung kakinya untuk menerjang naik keatas
pohon siong tersebut. Sewaktu tubuhnya mencapai diatas permukaan tanah
kembali, didalam sakunya dia sudah menggembol
segenggaman besar jarum-jarum pohon siong yang tajam
untuk kemudian melanjutkan kembali perjalanannya.
Saat ini dia yang harus melihat gunung Thian Cang San
dengan jalan yang berbelok belok sudah tentu gerakannya
sangat jauh lebih perlahan lagi dari kawanan burung yang
terbang lurus diangkasa, tidak lama kemudian kawanan
burung yang terbang lurus diangkasa, tidak lama kemudian
kawanan burung itu sudah berhasil menyandak diatas kepala
Liem Tou, kemudian dengan disertai sambaran angin tajam
mereka mulai melancarkan serangannya kearah kebawah.
Liem Tou sedikitpun tidak kelihatan jeri, dengan cepat dia
meraup segenggam jarum pohon siong, menanti datangnya
serangan itu. Begitu kawanan burung elang itu berada sangat dekat
dengan dirinya, dengan menggunakan cara Hwee Hoa Tiap
Yap tanpa mengeluarkan sedikit suarapun seraup jarum itu
dengan disertai hawa murni yang amat dahsyat menyambar
keatas menembus kedalam lambung burung burung itu.
Hanya didalam sekejap saja ada berpuluh puluh ekor
burung elang sudah terkena bokongannya dan jatuh keatas
tanah dalam keaadaan binasa.
Liem Tou yang secara tidak sengaja sudah nenemukan
jarum pohon siong sebagai senjata rahasia didalam hati diamdiam
merasa sangat girang, pikirnya.
"Mengapa aku tidak berputar-putar beberapa kali ditengah
pegunungan yang sunyi ini untuk membasmi habis kawanan
burung elang yang ganas itu " bilamana aku berhasil berbuat
demikian bukankah sama saja dengan sudah melenyapkan
satu beneana " atau sedikit dikitnya bilamana aku berhasil
melenyapkan separuh saja diantara kawanan burung itu hal ini
sudah merupakan satu pukulan yang berat bagi Thian Pian
Siauw-cu" Berpikir sampai disini dia segera mengubah arah tujuannja
dan lari kembali kedepan.
Kawanan burung-burung elang yang semula ada ditengah
udara kini mulai berkaok kaok lagi memberi kabar kepada
kawan-kawan lainnya, hanya didalam sekejap saja kembali


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beribu-ribu ekor kawanan burung berkerumun datang
sehingga seluruh angkasa tertutup rapat, keadaannya amat
mengerikan sekali. Mendadak dari atas puncak kedua gunung Cing Shia
melayang turun tiga sosok bayangan biru, merah serta putih
yang menerjang datang dengan keceoatan yang luar biasa
sekali, dan sekali pandang saja Liem Tou segera tahu kalau
mereka pastilah si-Thian Pian S-iauw-cu beserta Kiem Jie dan
Peng jie. Liem Tou yang tidak bisa ingin bertemu muka
dengan mereka gerakannya pun semakin dipercepat, setelah
mengitari satu lingkaran besar dia munculkan dirinya kembali
diatas puncak kedua gunung Cing Shia tersebut.
Walaupun dia berhasil menghindarkan diri dari pengamatan
Thian Pian Siauw-cu tetapi kawanan burung elang itu dengan
amat kencangnya masih terus mengawas-awasi dirinya, dan
kawanan burung elang yang tidak mati menerjang kebawah.
Terpaksa dengan menggunakan cara yang sama Liem Tou
memberikan perlawanannya antara berkelebatnya daun-daun
pohon siong kembali ada berpuluh-puluh ekor burung elang
rontok ke atas tanah. Semakin menerjang merasa makin bangga dan semakin
senang, tidak kuasa lagi suara tertawa yang sangat nyaring
meledak dari mulutnya, suara tertawa itu amat keras, kaku
dan keras laksana pekikan naga yang ke luar dari gua
membuat seluruh gunung tergetar tiada hentinya.
Terhadap suara tertawa nyaring yang memekikkan telinga
itu baik Thian Pian Siauw-cu maupun Lie Loo jie selamanya
mengingat terus didalam hatinya, mereka mengetahui orang
yang tertawa seperti inilah yang sudah pernah
mempermainkan mereka. Liem Tou yang secara tidak sengaja sudah mengerahkan
hawa murninya yang disalurkan kedalam suara tertawanya
ketika itu juga membuat mereka jadi amat terkejut.
Thian Pian Siauw-cu yang dikarenakan berada ditempat
kejauhan sama sekali tidak tahu kalau orang yang baru saja
tertawa adalah Liem Tou, tetapi Lie Loo-jie yang tempat
persembunyiannya hanya ada beberapa dari tempat Liem Tou
berada sudah tentu bisa melihat seluruh kejadian itu dengan
jelas. Didalam hati diam-diam dia merasa terkejut bercampur
girang. dia merasa gembira musuh tangguh yang ditakutinya
selama ini ternyata keponakannya sendiri bersama pula dia
merasa kagum atas kesempurnaan ilmu silat yang dimiliki
Liem Tou, Tetapi terhadap permainan yang dilakukan Liem Tou
terhadapnya didalam hati Lie Loo jie merasa sangat tidak
senang, tanpa perduli apakah saatnya sudah tiba atau belum
dengan wajah gusar mendadak dia meloncat keluar dari
tempat persembunyiannya. "Bangsat cilik ! Kiranya kau orang yang sudah
mempermainkan aku waktu ada ditebing Leng Ai diatas
gunung Go-bie" bentak-nya dengan keras. "Hmmm ! Aku mau
lihat sebetulnya kau memiliki kepandaian yang seberapa tinggi
sehingga berani mempermainkan aku, lihat serangan !"
Begitu kata-kata terakhir selesai diucapkan, bagaikan kilat
cepatnya dengan menggunakan jurus "Pek Loh Heng Hwee"
atau seruni putih terbang melintang melancarkan pukulan
dahsyat menghajar dada Liem Tou.
Dengan cepat Liem Tou menggeserkan badannya dua
langkah ke samping untuk menghindarkan diri dari serangan
tersebut. "Supek ! Kau jangan salah paham. Sutit sama sekali tidak
bermaksud jahat !" teriaknya dengan suara gugup.
Sepasang mata Lie Loo-jie melotot lebar-lebar tubuhnya
Anak Harimau 3 Naga Naga Kecil Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Marshall Pendekar Remaja 5
^