Raja Silat 15
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 15
berputar setengah linpkaran belum sempat telapak kanannya
ditarik kembali telapak kirinya dengan menggunakan jurus "Im
Liong Siam Cu" atau naga marah mengunjukkan cakar
menerobos kedepan mencengkeram dada Liem Tou.
"Liem Tou," bentaknya dengan keras. "Kau orang tidak usah
banyak bicara lagi, cepat terimalah datahgnya serangan ini."
Kelihatan cengkeraman tangan kiri dari Lie Loo-jie hampir
mencapai pada sasarannya, mendadak Liem Tou menarik
dadanya ke belakang dan meloncat mundur lima langkah.
"Supek, kau jangan marah dulu, dengarkanlah perkataan dari
sutitmu !" teriaknya dengan gugup.
Tetapi Lie Loo-jie tidak mau tahu, dia tetap melancarkan
serangannya dengan gencar.
"Bangsat cilik" bentaknya dengan suara yang keras sekali,
"Ternyata kau orang yang mempunyai simpanan. Hmm, Liem
Tou, terima lagi seranganku ini."
Tubuhnya maju beberapa langkah kedepan sepasang
telapak tangannya dengan bersama-sama melancarkan
serangan kedepan. Yang kiri dengan menggunakan ilmu serangan aliran Siauw lim
pay sedang yang kanan menggunakan ilmu serangan dari
aliran Thay Khek Pay bersama-sama menyerang ke-depan.
Melihat datangnya serangan tersebut tanpa terasa Liem
Tou jadi tertegun. "Ilmu pukulannya ini mana mirip dengan satu serangan yang
dilancarkan oleh seorang jagoan terkenal?" Pikirnya didalam
hati. Tidak lebih serangannya mirip dengan tukang jamu mencari
uang. Sewaktu melihat kearah kakinya Liem Tou lantas dapat
melihat kalau gerakan dari Lie Loo-jie ini diantara sungguhsungguh
sebetulnya kcsong, tidak terasa lagi dia tertawa
ringan, baru saja dia bermaksud untuk mundur kebelakang
mendadak satu ingatan berkelebat didalam hatinya, tiba-tiba
dia menjerit kaget. "Supek, kau ingin menggunakan akal?"
Bukannya mundur dia malah maju kedepan sekali jejak,
tubuhnya sudah melayang sejauh dua kaki lebih. Begitu
tubuhnya mencapai tanah angin serangan sudah menyambar
lewat dibelakang badannya. Dengancepat Liem Tou putar
badannya dan tepat saling berhadap-hadapan dengan diri Lie
Loo-jie. Lie loo jie yang melihat gerakan dari Liem Tou ini seketika
itu juga dibuat tertegun, lama sekali dia berdiri termangumangu
tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Liem Tou tidak mau membuang kesempatan ini lagi, dengan
cepat dia membungkukkan badannya menjura.
"Supek" panggilnya dengan hormat.
"Haa. . . haa Liem Tou; kali ini supekmu baru benar-benar
merasa takluk dengan dirimu !" seru Lie Loo jie sembari
tertawa terbahak-bahak. "Orang-orang Bu-lim paling
mengutamakan perjanjian yang sudah diucapkan, kau sudah
mengundang aku datang keatas gunung Cing Shia bilamana
tidak bertempur bagaimana hal ini bisa jadi " Baiklah ! Kali ini
aku sudah menyerang tiga jurus terhadap dirimu tetapi
berhasil kau hindari semua tanpa membalas. hal ini masih
tidak temasuk bilangan, mari sekarang kita ulangi sekali lagi,
aku mengalah tiga jurus buatmu,"
"Supek sudahlah buat apa kita berguyon semacam itu " Hal itu
mana mungkin boleh ?" teriak Liem Tou sambil goyangkan
tangannya. Air muka Lie Loo jie segera berubah jadi amat keren,
mendadak dengan gusarnya dia membentak keras:
"Liem Tou ! Siapa yang lagi berguyon dengan dirimu " Apa
kau ingin merusak nama baik yajg telah aku pupuk selama ini"
Ayoh cepat mulai turun tangan !"
Sembari berkata dia lantas mempersiapkan kuda-kudanya
untuk menyambut datangnya serangan.
Liem Tou yang melihat akan hal ini diam diam didalam hati
merasa bergidik tidak menyerang tidak enak menyerangpun
tidak mungkin bisa terjadi sewaktu dia sedang merasa serba
susah itulah mendadak terdengar suara pekikan burung
rajawali kembali berkumandang datang.
Liem Tou dengan cepat dongakkan kepalanya memandang,
terlihatlah diatas gunung Thian Gang san yang berada paling
berhadap-hadapan dengan dirinya berdua, berdiri-lah Thian
Pian Siauw cu itu, Kiem jie serta Peng jie tiga orang.
Diatas udara berbarislah berderet-deret burung elang yang
membentuk satu barisan di atas ditengah; dibawah masingmasing
dibagi menjadi tiga lapis diantara masing-masing lapis
jaraknya ada berpuluh kaki tingginya sehingga kelihatan amat
menyeramkan sekali. Diam-diam dalam hati Liem Tou merasa amat terkejut dia
tahu bilamana kawanan burung elang ini mulai melancarkan
serangannya mska keadaannya pasti sangat berbahaya sekali.
Dengan mengambil kesempatan ini Liem Tou lantas
menoleh kearah Lie Loo jie dan ujarnya;
"Supek, keadaan pada waktu ini sangat berbahaya sekali apa
lagi burung burung elang itu bersama-sama melancarkan
serangan ke arah bawah, untung saja janji yang sudah Sutit
ucapkan masih ada sembilan hari lamanya tiga jurus serangan
itu bagaimana kalau kita undurkan dilain waktu saja ?"
Mendengar perkataan itu Lie Loo jie berpikir sebintar,
akhirnya mengangguk. "Itu baru bagus ! Tetapi perlu aku beritahu padamu, tidak
perduli bagaimanapun juga ketiga buah jurus ini tidak bisa kau
hindari lagi !" katanya.
"Hal ini sudah tentu !" jawab Liem Tou dengan cepat.
Dia berhenti sebentar untuk kemudian berganti bahan
pembicaraan, ujarnya lagi :
"Jika ditinjau dari keadaan saat ini agak-nya tidak terhindar
lagi kita harus bertempur sengit dengan kawanan burungburung
elang itu; menurut pendapat Supek sekarang
bagaimana enaknya ?"
Belum sempat Lie Loo jie memberikan jawabannya, Thian
Pian Siauw-cu yang ada di gunung sebelah depan sudah
berteriak : "Loo Sang ! Kau yang disebut sebagai seorang jago kawakan
yang sudah punya nama besar didalam Bu-lim, sungguh tidak
tahu malu waktu perjanjian belum tiba kenapa kau sudah
datang kemari melukai burung elangku " Aku mau dengar apa
alasanmu kau berbuat demikian !"
Sepasang mata dari Lie Loo jie segera dikerutkan rapatrapat
"Aaah.. sudah ada !" teriaknya dalam hati. Mendadak dia
tertawa dingin. "Ke Hong !" balas teriaknya. ,.Kau jangan
menggunakan cara kuno ini; terang-terangan kau sudah
perintahkan burung-burung jelekmu itu untuk menyerang aku;
sekarang dengan tidak tahu malu ternyata kau sebaliknya
malah menyalahkan orang lain - - - hm! mukamu ternyata
makin tahun makin bertambah tebal."
"Haa - - -haa" tidak kuasa lagi Thian Pian Siauw cu tertawa
terbahak-bahak. "Lie Sang! bilamana kau orang tidak
mendatangi puncak pertama ini untuk mengganggu mereka,
apa mereka dapat terbang ketebing Leng Ay di-atas gunung
Go bie mu untuk mengganggu kau orang ?"
"Cuh ! Ke Hong, tidak kusangka kau orang masih bisa
mengucapkan kata-kata seperti itu" Maki Lie Loo jie dengan
gusarnya "kalau aku tidak diperkenankan datang sebelum
waktu perjanjian, apa lantas cuma kau saja yang boleh " aku
lihat lebih baik kau tarik kembali terlebih dahulu kawanan
burung-burung jelek kesayanganmu itu, buat apa kau mencari
malu dihadapan kami dengan mempamerkan barang-barang
sejelek itu." Thian Pian Siauw cu sama sekali tidak menggubris akan
kata-kata dari Lie Loo jie ini, mendadak tanyanya dengan
suara keras : "Hey Lie Sang, siapa yang di samping itu ?"
Dikarenakan jaraknya yang cukup jauh ditambah pula Liem
Tou yang kini sudah menginjak dewasa sehingga
dandanannya pun sudah berubah pula sudah tentu membuat
dia sama sekali tidak kenal.
"Ke Hong, kau mau mengetahui siapakah orang ini " Heee .
. . heee . . . dia orang mempunyai sangkut paut yang amat
besar sekali dengan dirimu masih ingatkah kau dengan suteku
si pancingan emas sakti Liem Ceng " dia adalah putranya;
sudah tentu sutit-ku sampai waktunya kan boleh mencicipi
bsgaimana rasa pedasnya jahe !"
"Ha ! Si pancingan emas adalah panglima yang pernah
menderita kekalahan ditanganku buat apa aku gubris dia
orang ?" "He, kalau memangnya putranya mau mencari gara-gara
janganlah kau salahkan aku Thian Pian Siauw cu terlalu
menghina orang, selamat bertemu dikemudian hari," Teriak
Thian Pian siauw-cu kemudian dengan suara yang
mengandung nada penghinaan.
Selesai berkata tangan kirinya segera di-gape, segera
terdengarlah suara pekikan nyaring dari burung rajawalinya
disusul dua kali pekikan pendek burung elang yang ada
diangkasa bagaikan tawon bersama-sama melayang menuju
kepuncak pertama, Lie Loo jie yang melihat mereka berhasil
meloloskan diri dari kurungan segera menoleh kearah Liem-
Tou. "Sutit, mari kitapun harus pergi." Agaknya mendadak dia
menemukan wajah Liem Tou sudah berubah merah padam,
dengan termangu-mangu berdiri tak bergerak sepasang
matanya melotot keluar saat ini dengan suaranya sedang
memandang kearah gunung dihadapannya.
Melihat akan hal itu diam-diam Lie Loo jie merasa hatinya
sedikit bergerak, dia tahu dia orang sudah terbakar hatinya
oleh gosokan Thian Pian Siauw cu dengan terburu-buru
hiburnya. "Sutit mari kita pergi saat ini kita tidak perlu banyak beribut
dengan dirinya." Tidak menanti jawabannya dari Liem Tou lagi dia segera
menepuk pundaknya kemudian dengan gerakan yang
berkelebat menuju kebawah puncak kedua sebelum menemui
puncak tersebut. Dengan gemas bencinya Liem Tou kirim satu kerlingan kearah
Thian Pian Siauw cu kemudian baru terburu buru menyusul Lie
Loo jie. Setelah mengitari sebuah bukit akhirnya sampailah mereka
dibelakang gunung Ha Mo Leng dan tiba didepan rumah Lie
Siauw Ie. Lie Siauw Ie yang melihat munculnya Liem Tou disana,
sepasang matanya segera berubah memerah kembali, katakata
pertama yang diucapkan keluar adalah memaki diri Liem-
Tou. "Liem Tou !" Teriaknya." Sejak semula kau sudah tahu kalau
ibuku meninggal kenapa tidak kau sampaikan kepadaku ?" kau
terus-menerus mengelabui diriku, bukankah . . ."
Berbicara sampai disini dia segera melengos kearah lain.
Liem Tou yang semula memang sedang mangkel dan
murung saat ini terpaksa dengan menahan sabar menjawab :
"Enci Ie kau jangan terlalu sedih, sebetulnya aku bermaksud
baik terhadap dirimu."
Lie Siauw Ie segera mendengus dan tidak mengucapkan kata
kata lagi. Dengan mengambil kesempatan itu Lie Loo jie segera
menghibur dirinya : "Ie jie, perkataan dari Liem Tou sedikit-pun tidak salah, dia
bermaksud baik terhadap dirimu janganlah menyalahkan
dirinya lagi." "Tidak ! semuanya ini memang kesalahanku" tiba-tiba kata
Liem Tou dengan gugup." Semuanya ini akulah yang bersalah
tidak seharusnya aku mengelabui enci Ie."
Saking terharunya air matanya segera berubah jadi
memerah, tetapi dengan sekuat tenaga dia berusaha untuk
menahan golakan tersebut dan melengos memandang
kedepan jendela .... Lama sekali dia termenung, akhirnya dengan suara yang
perlahan serunya : "Aku pergi dulu !"
"Liem Tou, kau hendak kemana ?" Teriak Lie Siauw Ie
dengan terkejut setelah mendengar perkataan tersebut.
Terlihatlah sesosok bayangan hijau dengan amat cepatnya
berkelebat keluar melalui pintu dan sebentar kemudian sudah
lenyap tak berbekas. "Adik Tou !" teriaknya kemudian sambil memburu keluar
pintu. "Kau jangan menaruh rasa marah terhadap cicimu.
cicimu sama sekali tidak menyalahkan dirimu."
Tetapi bayangan tubuh dari Liem Tou sudah lenyap tak
berbekas sekalipun dia sudah berteriak sampai pecah
tenggorokannya pun tidak berguna.
Sekeluarnya dari rumah Lie Siauw Ie dengan beberapa kali
loncatan Liem Tou sudab berada kembali dibelakang
perkampungan, pada saat ini hatinya merasa amat sedih,
kecut dan pedih. Sesampainya ditempat persembunyian kerbaunya, sambil
mendeprok keatas punggungnya dia berseru dengan sedihnya.
"Oooh, engkoh kerbau " bilamana aku mati kau hendak
membawa aku pergi kemana ?"
Semakin dipikirkan semakin sedih tidak kuasa lagi dia
menangis tersedu-sedu. Lama . . . lama sekali, cuaca mulai menggelap . . .burungburung
pada terbang kembali kesarangnya suasana begitu
sunyi . . . . cuma terdengar suara tiupan angin yang menderuderu
mengiringi suara ramainya jangkerik bernyanyi.
Akhirnya Liem Tou sadar kembali dari kesedihannya dengan
cepat dia bangkit berdiri dan berlari menuju kehadapan
kuburan ayahnya. Dia melihat tumbuhan alang-alang tumbuh dengan tebalnya
disekeliling kuburan tersebut hatinya merasa jadi kecut
sehingga tidak kuasa lagi titik air mata menetes keluar.
"Tia." Mohonnya dalam hati "Maafkanlah putramu sudah lama
berkelana ditempat luaran sehingga tidak dapat menyambangi
dirimu, kali ini putramu sengaja datang untuk mengunjuk
hormat kepada dirimu."
Sehabis berkata dia jatuhkan diri berlutut dan menjalankan
penghormatan didepan kuburan itu sebanyak delapan kali,
setelah dari habis berdoa dengan perlahan dia baru bangkit
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdiri dan memindahkan batu nisan tersebut kesamping.
Kini dihadapannya muncullah sebuah liang yang tertutup
dengan batu bata, sebuah demi sebuah dia memindahkan
pula batu-batu tersebut kesamping sebingga akhirnya
muncullah sebuah peti mati yang hancur dan berantakan
didalam liang itu. Liem Tou segera membungkukkan badannya untuk
membuka penutup peti mati itu. Seketika itu juga tampaklah
seperangkat kerangka manusia yang hitam mengkilap muncul
dihadapannya begitu melihat kejadian tersebut Liem Tou
segera merasa telinganya mendengung keras, kepalanya
seperti dipukul, tidak kuasa lagi air mata bercucuran dengan
derasnya : "Binatang !" Teriaknya dengan suara gusar sekali. "Binatang
itu . . . binatang itu harus kubunuh , . . . ! Bajingan tua anjing
laki-laki ! Ternyata ayah benar-benar mati karena diracuni
olehnya. bangsat anak sundal ' Aku tidak akan melepaskan dia
sampai besok pagi, aku merasa bersalah terhadap Tia ...!"
- o)(o- " SEMBILANBELAS LAMA kelamaan dari rasa sedih dan pedihnya kini berubah
menjadi rasa gusat yang memuncak . .. .
Dia tidak berani menggunakan tangannya untuk mengambil
tulang belulang yang sudah menghitam itu karena takut
terkena racun, dengan menggunakan kayu-kayu lapuk yang
semula menutupi kuburan itu kemudian memasang pula batu
nisannya. "Aku mau bunuh mati dirinya !" teriaknya didalam hati. "Aku
mau cukil keluar sepasang matanya, mengorek keluar
jantungnya, aku buktikan didepan penduduk kampung kalau
mereka mempunyai seorang Cung-cu yang berhati kejam."
Dia segera berjalan meninggalkan kuburan ayahnya menuju
kedalam hutan, belum sampai berapa jauhnya dia berjalan
mendadak dari dalam hutan muncul kembali seorang, sekali
pandang saja Liem Tou sudah tahu kalau dia adalah Lie Loo
jie tetapi dia sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata
bahkan sama sekali tidak menggubris dirinya!
Lie Loo jie segera berjalan kehadapsn Liem Tou, sewaktu
dilihat wajahnya sudah berubah jadi hijau membesi dan
memperlihatkan rasa gusar yang menyala-nyala dalam hati
segera menjadi paham. "Liem Tou !'" ujarnya dengan perlahan. "Biarkanlah Supekmu
menjaga dirimu dari samping !"
Liem Tou dengan perlahan memandang Lie Loo jie
kemudian mengangguk. "Aku mau bunuh dia !" katanya.
Sesampainya ditengah hutan dia lantas meloncat naik keatas
pohon untuk menantikan kedatangan dari 'Ang In Sin Pian'
Pouw Sak San. Kentungan pertama. Kentongan kedua dengan cepatnya
berlalu, malam semakin kelam bulan dan bintang bersemburyi
dibalik awan. Ditengah kesunyian yang mencekam seluruh perkampungan
itu, mendadak, dari balik pepohonan muncul empat sosok
bayangan manusia yang dengan cepatnya melayang kearah
kuburan disamping hutan itu.
Begitu mereka berempat mencapai depan kuburan segera
terdengarlah salah seorang di antara mereka tertawa dingin.
"Liem Cong !" serunya dingin. "Payah-payah kau
menyembunyikan nama dan kedudukanmu, mungkin orang
lain dapat kau kelabui tetapi jangan harap bisa lolos dari
penglihatan aku si Ang In Sin Pian ! Ini hari aku mau suruh
kau pindah rumah, agar putramu yang ganas itu mendapatkan
hasil yang sia-sia !"
Dengan perlahan dia menoleh kembali me mandang kearah
kawan-kawannya kemudian sambungnya :
"Malam ini kita harus cepat-cepat turun tangan, Susiok couw
dan Suhu sudah menunggu kita didalam perkampungan !"
"Ayo mulai !" Batu nisan itu segera diangkat keatas sehingga muncullah
liang kubur yang tertutup oleb batu bata itu, baru saja dia
hendak memindahkan batu-batu itu mendadak dengm
tergesa-gesa dia bangkit berdiri lagi menoleh kearah Si 'Liong
Ciang' Lie Kian Poo. "Kian Poo heng." serunya. ,,Coba kau kemari pindahkan batubata
itu !" Lie Kian Poo segera menyahut dan mewakili dirinya untuk
bungkukkan badan memindahkan batu-bata tersebut.
Saat itulah si 'Ang In Sin Pian' Pouw Sak San yang dibelakang
badannya dengan perlahan angkat telapak tangannya keatas
untuk siap-siap digaplokkan keatas jalan darah Thian Seng
diatas ubun-ubunnya. "Hauw Jiaw." Pouw Tong yang ada disampingnya sewaktu
melihat perbuatan dari Cungcunya ini dalam hati merasa amat
terperanjat sekali, mendadak ujarnya :
"Cungcu, kau bilang kepandaian silat yang dimiliki Susiok couw
amat tinggi sehingga sukar untuk dicarikan tandingannya bila
perkataan ini sungguh-sungguh bukankah Liem Tou bangsat
cilik itu datang kemari cuma mengantarkan kematiannya
dengan sia-sia belaka" Kita tak perlu takut kepada dirinya lagi
!" Si " Aig In Sin Pian" Pouw Sak San yang baru saja mau
gaplokkan telapak tangannya kebawah mendadak diganggu
oleh perkataan dari Hauw Jiauw ini dengan cepat dia menarik
kembali tangannya kemudian dengan gemasnya melototi diri
Pouw Toa Tong. "Pouw Toa Tong !" sahutnya. "Bila kau tidak percaya
sampai waktunya kau bisa mengetahui sendiri."
Sembari putar badannya sekali dia angkat telapak tangannya
siap-siap digaplokkan kembali keatas ubun-ubun dari Lie Kian
Poo, siapa tahu baru saja tangannya diangkat mendadak
tampaklah secarik dedaunan dengan sangat cepatnya terjatuh
ketangannya membuat saking terkejutnya dengan gugup dia
menarik kembali tangannya.
Ketika mendongakkan kepalanya keatas terlihat olehnya
pepobonan yang tumbuh disekitar sana ada tiga kaki jauhnya
dari kuburan tersebut, tetapi bagaimana daun tersebut bisa
begitu tepat terjatuh keatas tangannya " bahkan pada saat ini
adalah permulaan musim panas, mana mungkin ada daun
hijau yang tanpa sebab rontok dari rantingnya " Tidak terasa
lagi dalam hati dia mulai timbul rasa curiga.
Pada saat itulah mendadak Lie Kian Poo yang sedang
berjongkok sudah meloncat ke samping; kemudian dengan
pandangan ragu-ragu memandang terpesona diri Ang In Sin
Pian, lama sekali barulah tanyanya :
"Cungcu, kenapa kau mau memukul aku orang Lie Kian Poo ?"
Mendengar perkataan tersebut air muka Ang In Sin Pian
segera berubah sangat hebat sekali.
"Kian Poo heng !" ujarnya dengan dingin. "Kenapa kau
ngomong yang bukan-bukan ?" Secara samar-samar pada
ujung bibirnya tersungging suatu senyuman yang licik,
sembari berjalan dia mendekati diri Lie Kian Poo.
"Kian Poo-heng !" ujarnya lagi. "Kau merasa, apakah aku
dapat melancarkan serangan untuk menghantam kau "
Kenapa aku harus turun tangan menghantam dirimu "'*
Dengan pandangan ragu-ragu Lie Kian Poo memperhatikan
sekejap kearahnya kemudian baru jawabnya :
"Tadi sepertinya disamping telingaku ada orang yang lagi
berbisik" "Paman Kian Poo cepat menyingkir. Cung cu mau
menghantam kau sampai mati, karenanya aku lantas meloncat
kesamping" Mendengar perkataan tersebut sepasang biji mata dari Ang
In Sin Pian berputar-putar kemudian mengerutkan alisnya
rapat-rapat. "Apa sungguh ?" tanyanya.
Tetapi didalam hatinya diam-diam dia tertawa geli, ujarnya
lagi : "Terang-terangan didalam hati kau sudah menaruh curiga
kepada diriku sehingga didalam hati kau tidak berhasil
menguasai pikiranmu sendiri, dengan sendirinya telingamu
pun samar-samar seperti mendengar suara orang lagi
berbicara . . . Hmm ! kau orang tidak usah banyak pikir yang
bukan-bukan lagi." Dia berjalan maju dua langkah kedepan.
Si "Liong Ciang" Lie Kian Poo yang melihat dia mendesak maju
lebih mendekat lagi, tak kuasa lagi dia mundur satu langkah
kebelakang. "Cung cu !" Serunya dengan ccmas. "Kenapa kau memandang
aku seperti itu" Kenapa kau mendekati aku terus " Wajahmu
sungguh menyeramkan sekali!"
Ang In Sin Pian segera tertawa tergelak kepada Pouw Toa
Tong tiba-tiba ujarnya ; "Toa Tong-heng, ksu lanjutkan membongkar batu-batu yang
menutupi itu !" Waktu ini sekalipun pada wajahnya tidak memperlihatkan
sedikit perubahan apapun padahal didalam hati dia merasa
amat tegang sekali, diam diam dia mengerahkan seluruh
tenaga dalamnya keseluruh lengan untuk siap siap
menghadapi segala kemungkinan.
Orang yang lain Pouw Siauw Ling pun bisa melihat maksnd
hati dari ayahnya Si Ang In Sin Pian tersebut, saat ini
walaupun dia kepingin melihat gerak-gerik dari ayahnya serta
Lie Kian Poo, tetapi dia tidak berani melaksanakan niatnya itu,
sepasang matanya terpaksa diarahkan kepada Pouw Toa
Tong. Karena itulah tanpa disadari lagi suasana diaatara keempat
orang itu jadi berubah semakin tegang dan semakin sunyi tiga
orang diantaranya dalam hati sudah mempunyai rencana
maka wajahnya pada mantap sebaliknya Lie Kian Po yang
tidak mcngetahui maksud hati dari Ang In Sin Pian diam-diam
selalu waspada. Pada saat itulah mendadak mereka ber-empat dapat
mendengar suara langkah manusia yang semaiin lama
semakin mendekat disusul suara seoeorang yang sedang
bergumam dengan nada gemetar :
"Hutan belantara lebat bagaikan sutera-
Gunung bersalju membawa kepexihan di-hati "
Mendengar suara tersebut seluruh tubuh Ang In Sin Pian
jadi gemetar keras, sambil putar badan dan dia membentak
keras : "Siapa " Siapa kau ?"
Dari tengah kegelapan yang mencekam sekeliling hutan itu
dengan perlahan muncul seseorang,
"Cung cu ! jangan gugup, aku adalah Liem Tou" jawabnya
dengan kalem. Ang In Sin Pian jadi melengak, belum sempat dia
memikirkan sesuatu tahu-tahu tanpa mengeluarkan sedikit
suara maupun menimbulkan debu Liem Tou sudah melayang
dan berdiri dihadapannya bahkan dengan sikap yang amat
tenang dan penuh dihiasi senyuman dia berkata :
"Cung cu, tahukah kau ada urusan apa aku datang pada saat
ini kemari ?" Air muka Ang Ing Sin Pian sejak semula sudah berubah jadi
pucat pasi bagaikan mayat, untuk sesaat lamanya dia orang
tidak dapat mengucapkan sepatah katapun.
Mendadak Pcuvv Siauw Ling yang ada disampingnya sudah
melayang kedepan menghalangi didepan tubuh ayahnya Ang
Ing Sin Pian. "Liem Tou kau jangan berlaku kurang ajar terhadap ayahku."
Bentaknya keras. "Siauw Ling heng, bagaimana kau orang bisa tahu kalau aku
hendak berbuat kurang ajar terhadap ayahmu ?" ujar Liem
Tou sambil tertawa ringan. "Tidak Siauw Ling heng saat aku
masih tidak ingin berbuat kurang ajar terhadap ayannya, cuma
saja - - -" Berbicara sampai disini dia sengaja menghentikan kata
katanya. "Cuma bagaimana ?" Teriak Pouw Siauw Ling sambil
membelalakkan matanya lebar-lebar.
Sekali lagi Liem Tou tertawa ringan dengan perlahan-lahan dia
putar badannya sedang tepalak tangannya dengan amat
ringannya diayun kedepan kemudian badannya berputar
kembali dan kirim satu senyuman kearah Pouw Siauw Ling
serta Ang In Sin Pian. Mendadak . . .Pouw Toa Tong yang selama ini berdiri tertegun
didepannya liang kuburan itu meraung kesakitan kemudian
dari mulutnya memuntahkan darah segar, seketika itu juga dia
rubuh didepan kuburan dalam keadaan tak bernyawa.
Melihat kejadian yang mengerikan itu, Pouw Siauw Ling
merasakan seluruh bulu romanya pada berdiri, mendadak
teriaknya dengan kalap. "Liem Tou kau sudah bunuh dia... kau sudah bunuh paman
Toa Tong." Sikap Liem Tou masih tetap tenang-tenang saja, pada
wajahnya sedikitpun tidak mengalami perubahan.
"Benar, aku sudah bunuh mati Pouw Toa Tong" sahutnya
dengan nada yang amat dingin. "Sekarang kau tidak usah
banyak ngomong lagi, aku mau tanya pada ayahmu, masih
iagatkah dia akan perpisahan tiga puluh hari yang lalu di kota
Hong Kiat?" Mendengar perkataan tersebut Pouw Siauw Ling segera
menyambar kearah pinggangny untuk mencabut keluar
cambuk baja yang dililitkan disana.
"Air rauika Liem Tou segera berubah adem.
"Pouw Siauw Ling, "apa kau orang benar ingin mencari mati?"
Haa...?" Bentaknya gusar. "Coba kau lihat apa yang dipegang
di tangannya Pouw Toa Tong itu?"
Dengan cepat Pouw Siauw Ling meloncat kedepan dan
berjongkok disamping mayatnya Pouw Toa, terlihatlah olehnya
ditangan kanannya dengan kencang masih mencekal beberapa
batang paku pencabut nyawa.
"Sudah melihat dengan jelas belum ?" ujar Liem Tou lagi
dengan dingin. "Siapa yang berani menggerakkan senjata
tajam. aku segera akan mencabut nyawamu!"
Selesai berkata dia menuding kearah Ang In Sin Pian
ujarnya lagi. "Cung-cu! aku mau tanya akan tiga hal padamu. baik-baiklah
kau orang memberikan jawabannya. Pertama, kenapa kau
hendak membinasakan paman Liong Ciang ?"
Selama ini Ang In Sin Pian terus-menerus berdiri disamping
tanpa bergerak. Saat ini dia tahu kemunculan Liem Tou
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
banyak membawa bahaya daripada kemujuran sehingga
dalam hati dia terus menerus memikirkan cara cara untuk
melarikan diri. Dia pun ingin sengaja mengulur waktu sehingga
memancing rasa curiga dari Thiat Bok Thaysu serta penjahat
naga merah yang ada didalam perkampungan sehingga
mereka datang memberikan bantuannya.
Mendengar perkataan tersebut dia sengaja memperlihatkan
rasa herannya jawabnya kemudian :
"Liem Tou! Apa maksud perkataanmu itu" Liong Ciang, Kian
Poo-heng adalah salah satu jago berkepandaian tinggi
pelindung perkampungan kami dan merupakan tenaga yang
paling diandalkan oleh perusahaan ekspedisi Ang In Piauw
kiok, ada urusan apa aku hendak membunuh dirinya " Liem
Tou ! Bukankah perkataanmu itu terlalu menggelikan?"
"Baiklah ! Anggap saja pertanyaanku yang pertama sudah
kau jawab" ujar Liem Tou mengangguk. "Sekarang yang
kedua: Kenapa kau hendak membongkar kuburan ayahku?"
Ang In Sin Pian termenung berpikir sebentar, dia merasa
bilamana jawaban yang diberikan tidak hati-hati maka ada
kemungkinan segera akan terjadi bentrokan dengan dirinya,
karena itu dia tidak berani berlaku gegabah !
"Jika membicarakan soal ini boleh dikata merupakan satu
adat istiadat dari perkampungan kami." ujarnya dengan hati
hati. "Han San heng terhadap kita anggaota perkampungan
boleh dikata mendatangkan banyak rejeki. Kematiannya yang
mendadak itu sungguh merupakan satu kejadian yang diluar
dugaan, karena menurut peraturan dari perkampungan kita,
asalkan orang yang kita hormati setelah dikubur selama dua
tahun tulangnya harus di ambil untuk dipindah kedalam kuil
yang ada didalam perkampungan, sehingga penduduk
lainnyapun bisa ikut menghormatinya !"
Perkataan yang diucapkan oleh Ang In Cung cu ini
semuanya beralasan dan seperti sungguh-sungguh terjadi,
bilamana bukannya Liem Tou sudah tentu tahu terlebih dahulu
akan hal ini mungkin diapun bakal kena dikibuli.
Liem Tou segera tertawa dingin, gumamnya :
"Kalau memangnya bermaksud sebagai penghormatan,
kenapa menggali kuburan harus dimalam hari " apa mungkin
didalam hal inipun tidak memperkenankan orang lain untuk
ikut mengetahuinya " baiklah anggap saja urusan ini sudah
kau jawab dengan baik," Liem Tou termenung sebentar
mendadak alisnya dikerutkan rapat-rapat, dari sepasang
matanya secara samar samar memancar keluar nafsu untuk
membunuh yang tebal. "Sekarang yang ketiga" ujarnya dengan keras: "Pouw Sak San
sekarang aku minta kau beritahukan kepadaku, kenapa tulang
ayahku bisa berubah jadi hitam ?"
Mendengar pertanyaan itu air muka Ang In Sin Pian segera
berubah sangat hebat, mendadak dia mundur satu langkah
kebelakang seluruh tubuhnyapun gemetar dengan amat keras,
untuk beberapa saat lamanya dia tidak sanggup untuk
mengucapkan sepatah katapun.
Pada saat ini darah, panas yang ada didalam dadanya
sudah bergolak amat dahsyat dia benar tidak kuat menahan
rasa mangkel dan dendam yang selama ini dipendam dalam
hatinya, tubuhnya mendadak bergeser dua langkah kedepan
Ang In Sin Pian. "Cung cu ?" ujarnya keras. "Sekarang kau tentunya
mengetahui, kenapa aku Liem Tou bisa sampai disini .
Perjanjian kita pada sepuluh hari yang lalupun harus kita
selesaikan pada saat ini juga, bilamana kau masih ada urusan
lain cepatlah sampaikan kepada Siauw Ling-heng untuk
mewakili kau menyelesaikannya."
Sehabis berkata mendadak tubuhnya ber-putar setengah
lingkaran ditengah udara, belum sempat Ang In Sin Pian
melihat jelas datangnya bayangan tahu-tahu Liem Tou sudah
ada dibelakang tubuhnya dan telapak tangannya sudah
menempel pada jalan darahnya Sin Ming Hiat pada
punggungnya. "Pouw Sak San," bentaknya dengan keras "Aku ayah
beranak dari keluarga Liem ada yang sakit hati dengan kalian
" Kenapa kalian turun tangsn kejam terhadap kami " Ini hari
kau sudah terjatuh ketanganku. Hm, kau tidak boleh lolos dari
kematian bilamana kau masih ada perkataan yang kira-kira
hendak kau sampaikan buat putramu cepatlah katakan,
bilamana aku sudah kerahkan tenaga dalam maka untuk
berbicara tidak bakal kau lakukan lagi untuk selamanya."
Didalam keadaan seperti ini sekalipun Ang Ln Sin Pian
mempunyai beribu ribu patah kata yang hendak disampaikan
juga tidak dapat diucapkan keluar, tidak terasa lagi dari rasa
terkejut dia jadi merasa putus asa dan menghela napas
panjang, dua titik air mata tidak kuasa lagi menetes keluar
membasahi pipinya. "Liem Tou !" ujarnya dengan sedih. "Aku membunuh si
pancingan emas sakti Liem Cong adalah dikarenakan dendam
perguruan, sekarang aku cuma merasa menyesal kenapa
tempo hari tidak sekalian membereskan nyawamu sehingga
meninggalkan bencana buat ini hari. Hey ! Kau turun
tanganlah, aku tidak ada perkataan lagi yang bisa dikatakan !"
"Tahan!" tiba-tiba Pouw Siauw Ling yang ada dtsampingnya
membentak dengan suara yang keras.
Tanpa memperdulikan apa pun dia segera maju kedepan.
"Pouw Siauw Ling !" Bentak Liem Tou, dengan gusar sewaktu
melihat tindakannya itu! ,,Cepat kau menyingkir dari sini,
kalau tidak aku segera akan turun tangan mencabut nyawa
ayahmu." Pouw Siauw Ling mana mau memperdengar suara
bentakan dari Liem Tou itu, dengan tanpa peduli nyawanya
sendiri kembali dia menubruk mendatang.
Liem Tou segera menggigit kencang bibirnya, mendadak dia
mengerahkan tenaga dalamnya menghantam punggungnya
dihadapannya, membuat Ang In Sin Pian saking sakitnya
lantas menjerit ngeri, isi perutnya terpukul luka sedang darah
segar memancur keluar dari mulutnya.
"Pouw Siauw Ling !" sekali lagi Liem Tou membentak keras.
"Bila kau maju lagi, ayahmu segera tidak ada nyawa lagi."
Pouw Siauw Ling tidak dapat berbuat apa-apa lagi,
mendadak dia menjatuhkan diri di-hadapan ayahnya Ang In
Sin Pian. "Tia ! kau sungguh-sungguh tidak bermaksud untuk berbicara
?" Serunya sambil menangis.
Saat ini air mata pun mulai bercucuran membasahi kelopak
mata Ang In Sin Pian, dengan paksakan diri dia menarik hawa
murninya untuk menahan rasa sakit dari luka dalam yaog
dideritanya. "Kau . . . kau , , . dan adikmu . . . tidak becus semua . . .
tenaga . . . da. . . lam kalian terlalu cetek .... Heeeeeii !"
Dia menghela napas panjang, kemudian sekali lagi
memuntahkan darah segar, mendadak sepasang matanya
melotot lebar-lebar lalu bentaknya dengan keras.
"Leng-jie ! Kecuali kau bisa menemukan kitab pusaka "Cian
Tok Toh", kalau tidak jangan harap bisa membalas dendam ini
! Cepat kau tinggalkan tempat ini unruk mencari adikmu . . ."
Berbicara sampai disini dia gelengkan kepalanya dan
pejamkan mata rapat-rapat, bibirnya tiada hentinya gemetar.
Liem Tou tahu pada saat ini dia merasakan penderitaan
yang amat menyiksa dirinya, baru saja dia bermaksud untuk
menambahi dengan dua bagian tenaga dalamnya mendadak
.... Segulung angin pukulan dengan amat santarnya membokong
dirinya dari belakang, tidak sempat berpikir panjang lagi
sepasang telapaknya bersama-sama mengerahkan tenaga,
telapak kanannya mendadak ditekankan keatas pundak Ang In
Sin Pian lebih keras sedangkan telapak kirinya dengan
mengikuti gerakan tubuh menyambut datangnya serangan
bokongan itu dengan keras lawan keras.
Dalam sekejap saja tiga buah jeritan keras memenuhi
seluruh angkasa bersama pula meledaknya satu bentakan
yaag memekikkan telinga. Mendadak Liem Tou merasakan tenaga pukulan yang
dilancarkan kearah belakang sudah tertahan oleh satu hawa
pukulan yang amat aneh sekali, Pikirannya segera berkelebat
tubuhnya bersamaan dengan ditariknya angin pukulan
meloncat dua kaki jauhnya ke depan.
Ketika menoleh tanpaklah Ang In Sin Pian sudah
menggeletak diatas tanah tanpa bernyawa lagi sedang Pouw
Siauw Ling sedang menubruk diatas mayatnya dan menangis
tersedu-sedu, Si" Liong Ciang" Lie Kian Po sambil
menyilangkan telapak tangannya didepan dada duduk bersila
tidak bergerak, wajahnya amat pucat sekali, sebaliknya Lie
Loo jie tanpa mengucapkan sepatah katapun sudah berdiri
disampingnya. Saat inilah Liem Tou baru tahu kalau orang yang baru saja
melancarkan serangan bokongan dari belakang bukan lain
adalah ,,Si-Liong Ciang" Lie Kian Poo bilamana bukannya Lie-
Loo jie tepat pada waktunya turun tangan memberikan
pertolongannya kemungkinan sekali diapun bakal menemui
ajalnya pula didalam serangan dahsyat tersebut.
Setelah dia orang dapat melihat semua kejadian itu dengan
jelas didalam hati dia mulailah rasa menyesalnya dengan
sedihnya dia berjalan mendekati Lie Loo jie lalu ujarnya
dengan suara yang perlahan :
"Berkat doa restu dari Supek ini hari Su-titmu berhasil
memenuhi keinginan untuk membalas dendam sakit hati ini,
tidak kusangka tanpa sengaja akupun sudah melukai diri
paman Lie, harap Supek suka membantu dirinya untuk
menyembuhkan luka yang diderita nya."
Dengan perlahan Lie Loo jie mengangguk, baru saja dia
mau berjongkok untuk memeriksa luka dari Lie Kian Poo
mendadak dia sudah meloncat menghindar.
"Liem Tou !" bentaknya dengan marah. "Kau terlalu kejam !
siapa yang kesudian menerima bantuan " Sekalipun harus
mati aku-pun tidak sudi menerima bantuan dari kalian"
"Paman Kian Poo kau jangan marah" seru Liem Tou coba
menghibur dirinya. "Kesemuanya ini salah aku orang tidak
terlalu hati-hati sehingga sudah melukai diri paman, Hei-- - -
sudahlah, paman Lie ! lukamu tidak ringan, biarlah Supekku
tolong memeriksakan lukamu itu."
Si "Liong Ciang" Lie Kian Poo segera melepaskan diri dari
cekalan Liem Tou, mendadak telapak tangan kanannya
melancarkan satu pukulan kearahnya, kemudian dengan rasa
amat gusar bentaknya ; "Liem Tou ! cepat kau menggelinding pergi dari sini. aku Lie
Kian Poo sebagai seorang penjaga keamanan perkampungan
tidak akan mengijinkan kau sebagai seorang pembunuh
tinggal disini. Hmm ! Bocah cilik nyalimu sungguh besar, kau
berani membinasakan Cung cu dihadapanku, terus terang saja
aku beritahukan kepadamn. Aku yang tidak bisa membalaskan
dendam baginya saja sudah merasa amat malu apalagi
menerima bantuan kalian !"
"Paman Kian Poo !" Seru Liem Tou coba menghibur dirinya
lagi setelah dia berhasil menghindarkan diri dari datangnya
pukulan tersebut. "Cung-cu jadi orarg amat kejam dan
berpikiran licik, terhadap paman Kian Poo pun menaruh
maksud jahat, ditambah lagi dia mau membongkar kuburan
ayahku. meracuni ayahku sampai mati kesemuanya ini paman
Kian Poo dapat melihat dengan mata kepala sendiri. Cung-cu
semacam ini sekalipun mati, ada apanya yang patut disayangkan
?" "Sekalipun Cung-cu tidak berperi kemanusiaan apakah aku
tidak boleh mengingat budinya ?" Bentak si " Liong Ciang" Lie
Kian Poo lagi dengan amat gusar. "Tentang hal ini adalah
urusanku sendiri kau tidak boleh ikut campur, lebih baik kau
cepat cepat menggelinding pergi dari sini, walaupun aku tidak
dapat membalaskan deadam ini tetapi aku bisa melaporkan
hal ini kepada suhu serta susiok-couw nya, bilamana kau tidak
mau pergi juga dari sini, sampai waktunya aku mau lihat kau
bisa berbuat apa terhadap dirinya!"
Liem Tou mendengar dia berkata demikian mendadak dari
nada ucapannya itu sudah menemui sesuatu, bukankah
terang-terangan dia sedang memberikan peringatan kepada
dirinya untuk berjaga-jaga atas serangan dari si-penjahat naga
merah serta Thiat Bok Thaysu,
Tidak kuasa lagi dia tertawa terbahak-bahak.
"Baiklah" gumam Kian Poo "haa . haa kau tidak malu disebut
sebagai seorang lelaki sejati" serunya.
"Aku Liem Tou dengan melihat diatas wajahmu ini hari
ampuni jiwa Pouw Siauw Ling, Paman Kian Poo selamat
tinggal." " Selesai berkata dia segera menjura dengan sangat hormatnya.
Mendadak ujung matanya dapat melihat Pouw Siauw Ling
sambil menggendong jenasah dari ayahnya Ang In Sin Pian
hendak meninggalkan tempat itu.
Pada saat itulah Liem Tou teringat kembali akan hutangnya
kepada Oei Poh itu anak murid dari si golok naga hijau
sewaktu ada dikota Hong Kiat, cepat-cepat bentaknya dengan
keras. "Pouw Siauw Ling, tunggu sebentar !"
Tanpa disadari lagi Pouw Siauw Ling segera menghentikan
langkahnya, Liem Tou cepat cepat maju kedepan mendadak
tangannya mencengkeram leher dari mayat Ang In Sin Pian
dan dengan sekuat tenaga diputarnya ke samping.
"Kraak . . . !" dengan menimbulkan suara yang amat keras
tulang lehernya sudah putus, sewaktu Liem Tou mengerahkan
tenaganya untuk yang kedua kalinya batok kepala dari Ang In
Sian Pian dengan disertai kulitnya pula terlepas dari
tempatnya semula. Liem Tou menyambar pula kejubah yang dipakainya untuk
menyobek sekerat kain lalu membungkuk memungut batok
kepala itu, setelah itu dia baru- mengulapkan tangannya
sambil berseru : "Pouw Siauw Ling, sekarang kau boleh pergi"
Pouw Siauw Ling yang melihat batok kepala ayahnya ditarik
oleh Liem Tou hingga putus seketika itu juga merasakan
kepalanya pening matanya berkunang-kunang,... hawa
amarah berkobar dihatinya.
Ditengah suara teriakannya yang amat keras mendadak dia
melemparkan mayat ayahnya yang tak berkepala kearah Liem
Tou bersamaan pula sepasang tangannya dipentangkannya
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lebar-lebar bagaikan se-orang gila dengan dahsyatnya
menubruk ke-arah Liem Tou.
Dengan gesitnya Liem Tou bergeser ke samping
menghindarkan diri dari tubrukan tersebut.
"Hey Pouw Siauw Ling!!" Teriaknya, "Harus kau ketahui
ayahmu sadah menggunakan akal membunuh mati sigolok
naga hijau Sie Piauw-tauw sekarang muridnya yang keempat
Oei Poh lagi bermaksud untuk membalaskan dendam suhunya
ini maka terpaksa aku harus mennbawa batok kepalanya ini
untuk disumbangkan kepadanya buat apa kau sekarang
menubruk-nubruk aku seperti orang gila" Bilamana bukannya
karena perkataan dari adikmu, hmmm hm . . . kemungkinan
saat inipun kau sudah jadi setan gentayangan"
Saat ini Pouw Siauw Ling sudah kehilangan kesadarannya,
mana dia orang mau mendengarkan perkataan ini" Sambil
mementangkan jari-jari tangannya dengan serabutan dia
mencakar, mencengkeram dan menghantam tubuh Liem Tou.
Berturut-turnt Liem Ton berkelebat kesana kemari hampirhampir
membuat dia orang tak bisa berbuat apa-apa, sebentar
kemudian satu ingatan sudah berkelebat didalam benaknya
sehingga tidak kuasa lagi dia tertawa geli.
"Lie Supek ! Dia sudah jadi gila . . . haaa-haaa . . . haaa . , .
hal ini sangat bagus sekali !" Teriaknya sembari menoleh
kearah Lie Loo jie. "Supek ! Mari kita pergi saja dari sini. tak
ada gunanya mengurus orang gila semacam dia "
Lie Loo jie mengangguk, ujung kakinya sedikit menutul
tanah dengan beberapa kali-kelebatan dia sudah menerjang
masuk kedalam hutan disusul Liem Tou dari belakang.
Pouw Siauw Ling pun sambil berteriak-teriak dan berkaokkaok
kalap ikut menerjang kedalam hutan, tetapi sewaktu tiba
di tepi hutan tersebut bayangan Liem Tou sudah tidak terlihat
sama sekali olehnya. Keadaan seperti itu membuat dia tidak bisa banyak berbuat,
mendadak teriaknya : "Liem Tou ! Kau kira bisa lolos dari sini dengan selamat "Hmm
bisa menghindari Hwee sio, jangan haiap bisa lolos dari
tangan Ni-kouw kecuali kau tidak pergi kerumah Lie Siauw Ie
lagi." Liem Tou yang mendengar perkataan tersebut dalam hati
sedikit tergerak. "Supek !" serunya kepada Lie Loo jie dengan gugup. "Apakah
kau orang tua bisa menangkap maksud dari perkataannya ini
?" "Apa mungkin Thiat Bok thaysu serta si penjahat naga merah
dua orang setan tua itu sudah berbuat sesuatu yang tidak
menguntungkan diri Ie jie serta Wan jie dua orang ?" tanya
Lie Loo jie setelah berpikir sejenak.
Liem Tou pun segera merasakan perkataannya ini ada
kemungkinan; hatinya jadi merasa sangat cemas.
"Kalau begitu mari kita cepat-cepat pergi kesana; mereka
berdua bukanlah tandingan dari kedua orang setan tua itu !"
katanya. Sehabis berkata dia putar badannya berlari menuju kedalam
perkampungan. Tetapi baru saja hendak menerjang masuk kedalam
perkampungan mendadak tampaklah olehnya dua sosok
bayangan hitam dengan kecepatan yang luar biasa meluncur
keluar. Liem Tou serta Lie Loo jie dengan ter-buru-buru berkelebat
kesamping untuk bersembunyi ditempat kegelapan, tampaklah
seorang yang berbadan kuat serta seorang berperawakan
kurus bersama-sama melayang datang.
Orang itu bukan lain adalah si penjahat naga merah serta
Thiat Bok Thaysu adanya, melihat munculnya kedua orang itu
disini Liem Tou serta Lie Loo jie segera merasa hatinya rada
lega. Menanti kedua orang itu sudah pergi jauh Liem Tou berdua
baru meloncat ke atas atap rumah dan kemudian dengan
beberapa kali loncatan melayang turun didepan pintu rumah
Lie Siauw Ie. Terlihatlah jendela rumah itu terpentang lebar-lebar tetapi
tidak kedengaran sedikit suarapun, melihat kejadian ini tidak
terasa mereka jadi merasa curiga.
Liem Tou dengan cepatnya segera menerjang masuk
kedalam rumah melalui jendela yang terbentang lebar, tetapi
di kedua bilik rumah itu dia sama sekali tidak menemukan
bayangan si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
Ie! "Kemana mereka berdua pergi. ...?"
Jilid 29 Saat ini Lie Loo jie pun sudah muncul di samping badan
Liem Tou, sewaktu dilihatnya wajah yang cemas dari
keponakannya ini tidak kuasa diapun jadi melengak.
"Mereka berdua sudah pergi kemana ?"
Dengan perlahan Liem Tou gelengkan ke palanya,
mendadak dia menyerahkan batok kepala dari si Ang In Sin
Pian itu ke tangan Lie Loo-jie lalu ujarnya dengan tergesagesa.
"Supek, kau tunggulah sebentar disini, aku akan pergi dulu
untuk mengadakan suatu penyelidikan, di dalam urusan ini
tentu ada hal hal yang tidak beres.
Selesai berkata tanpa menunggu jawaban dari Lie Loo jie lagi
dia segera meloncat ke luar melalui jendela, dengan beberapa
kali salto tubuhnya sudah berada di atas atap kembali lalu
dengan gesitnya melayang kebangunan baru dari si Ang In Sin
Pian. Ketika tiba dibagian luar dari bangunan Ang In Sin Pian itu,
tiba tiba melihat si "Liong Ciang" Lie Kian Poo menggeletak di
atas tanah dalam keadaan terluka parah, saat ini dia sama
sekali tidak ada niat untuk memeriksa keadaan lukanya, dari
dalam sakunya diambil keluar tali obat yang didapatkan dari
Hek-loo-toa lalu diputuskan sekerat dan dijejalkan kemulutnya
Lie Kian Poo. Setelah itu tanpa banyak cakap lagi tubuhnya melayang
dengan cepatnya menuju ke ruang dalam dari bangunan Ang
In Sin Pian. Kecepatan geraknya luar biasa, hanya di dalam sekejap saja
dia sudah mengelilingi satu kali seluruh bangunan tersebut.
Tetapi kecuali gundik gundik serta pelayan-pelayan dari Ang
In Sin Pian baik bayangan dari si gadis cantik pengangon
kambing maupun bayangan dari Lie Siauw Ie. sama sekali
tidak kelihatan. Liem Tou beiar-benar sangat cemas, dengan cepat dia berlari
keluar dari bangunan itu menuju kegunuug Ha Mo San.
Sinar matanya yang amat tajam mendadak secara samarsamar
dapat menangkap bayangan seorarng yang lagi
menangis di tempat dimana Ang In Sin Pian menemui ajalnya.
"Siapa dia orang?" Pikirnya di hati. Jikalau dikatakan Pouw
Siauw Ling agaknya tidak mirip."
Hawa murninya segera ditarik panjang-panjang kakinya
mempercepat gerakannya menerjang ke arah depan.
Agaknya pendengaran dari orang itupun amat tajam. begitu
mendengar di belakang tubuhnnya berkumandang datang
suara sampokan baju yang terkena angin. Mendadak dia
meloncat bangun dan berkelebat menuju ke sisi hutan
tersebut. Pada saat orang itu meloncat pergi itulah, jarak antara dirinya
dengan Liem Tou cuma tinggal sepuluh kaki saja, sekali
pandang saja dia bisa melihat kalau orang itu memiliki rambut
yang panjang terurai dibelakang pundaknya, jelas dia adalah
seorang perempuan. "Jien Coei-clci, kau jangan pergi!" Teriak nya kemudian tanpa
terasa lagi. Tubuhnya dengan cepat ikut menerjang masuk ke
dalam hutan, tetapi agaknya gadis itu tidak ingin bertemu
dengan dirinya, begitu tubuhnya berkelebat masuk ke dalam
hutan dengan cepatnya lantas lenyap tak berbekas
Liem Tou yang lehilangan jejak dari Pouw Jien Coei dalam hati
merasa rada cemas, bertarut-turut dia ber teriak beberapa kali
lagi, sewaktu di dengar tiada jawaban, dia jadi bergumam
seorang diri. "Jien-Coei cici! aku tidak punya akal lagi, aku harus
membunuh ayahmu. Pokoknya aku akan melaksanakan
seluruh perkataanmu itu, aku tidak akan membunuh Siauw
Ling-heng bahkan selamanya aku tidak akan membunuh
dirinya. Demikianlah sembari bergumam reorang diri dia berjalan
kembali menuju ke rumah Lie Siauw-Ie.
Belum jauh dia berjalan meninggalkan hutan tersebut,
mendadak serentetan suara tertawa dingin yang amat
menyeramkan berkumandang datang dari arah sebelah kiri,
dengan terburu-buru Liem Tou menoleh kearah sana.
Terlihatlah dari balik sebuah pohon itu yang amat besar sekali
muncullah sipenjahat naga merah serta Thiat Bok Thaysu dua
orang. Si penjahat naga merah sama sekali belum pernah bertemu
muka dengan Liem Tou sedangkan Thian Bok Thaysu pun
cuma melihat dia berada di atas punggung kerbau sewaktu
ada di kuil Siang Lian si , karena itu sampai saat ini mereka
sama sekali tidak mengetahui akan kelihayannya.
Si penjahat naga merah yang melihat Liem Tou sama sekali
tidak pandang sebelah matapun terhadap mereka bahkan
menggubrispun tidak. dalam hati jadi teramat gusarnya,
mendadak tubuhnya menerjang ke depan menghalangi
perjalanannya. Apakah kau sudah membunuh mati muridku!"' bentaknya
dengan suara seperti geledek. Kaukah yang bernama Liem
Tou " Kemapa sesudah bertemu muka dengan kami berdua
masih tidak berlutut menyerahkan jiwamu ?"
Malam ini aku tidak ingin terlalu bannyak melukai orang" Ujar
Liem Tou dengan pelahan sambil gelengkan kepalanya
berulang kali. "Kalian janganlah mengganggu aku lagi. Ang In
Sin Pian adalah pembunuh ayahku.
Sebeaarnya menurut keharusan kalian berduapun
merupakan musuh-musuh besar ayahku dan aku boleh bunuh
kalian pula, tetapi kini aku tidak ingin membunuh orang lain,
lebih baik kalian menyingkirlah jauh-jauh dari hadapanku.
Bilamana kalian sungguh-sungguh mau berkelahi tunggu saja
sembilan hari kemadian kita bertemu muka di puncak pertama
gunung Cing Shia. Sehabis berkata sembari gelengkan kepalanya, dengan
perlahan dia berjalan keluar dari hutan tersebat.
Si penjahat naga merah yang merupakan seorang manusia
ganas yang berhati kejam. Sewaktu dilihatnya gerak gerik
Liem Tou Sama sekali tidak mirip dengan seorang jagoan Bu
Lim yang sering melakukan perjalan-an, dia sama sekali tidak
pandang sebelah matapun terhadap dirinya.
Saat ini sehabis mendengar perkataannya itu bukannya jadi
marah sebaliknya malah tertawa terbahak-bahak.
"Susiok!" ujarnya sembari menoleh ke arah Thiat Bok Taysu.
"Coba kau libatlah bocah cilik yang baru terjunkan dirinya ke
dalam dunia kangouw ini. ha .. ha . sungguh lucu sekali!
sungguh merupakan anak kerbau tidak takut pada macan haa
. . haa . . haa . , bilamana berganti dengan orang lain
mungkin sejak tadi sudah berlutut minta ampun"
Mendengar perkataan dari keponakan muridnya ini, dengan
pandangan yang tajam Thiat Bok Thaysu memperhatikan
beberapa kejab ke arah Liem Tou, beberapa saat ke-mudian
dia gelengkan kepalanya. "Bocah cilik ini ke1ihnannya rada mencurigakan, Cie Liong
sutit. janganlah berlaku terlalu gegabah, aku lihat lebih baik
kau tanyai dulu asal perguruannya".
Pada saat ini agaknya Liem Tou sudah tidak sabaran lagi.
mendadak dia membentak keras "Hey! sebetulnya kalian mau
menyingkir atau tidak?" aku lihat lebih baik kalian jangan
paksa aku turun tangan, hmm! nanti Kalian akan menyesal
sendiri". ,' Haa. . .haa Liem Tou! kau sudah bunuh muridku sekarang
kau ingin pergi dari sini" haaa ... haaa . . .ini hari jangan
harap kau bisa lolos lagi dari tanganku" teriak si penjahat
naga merah sembari tertawa ter bahak-bahak.
.'.'He ! aku mau tanya padamu siapakah suhumu" sungguh
goblok suhumu itu. Hm ternyata dia tak becus memberi
pelajaran sehingga mendapatkan seorang murid yang begitu
sombong dan jumawa!"
Agaknya pada jaat ini Liem Tou benar-benar tidak ingin turun
tangan melukai orang lagi, mendengar perkataan tersebut dia
tertawa. "Bilamana aku ingin pergi setiap saat aku bisa pergi, kalian
jangan harap bisa menahan diriku." sahutnya sambil
tersenyum. 'Kalian mau tahu siapakah suhuku" aku sama
sekali tidak ada suhu, si cangkul sakti Lie Seng tidak lebih
cuma supekku saja. Mendengar jawaban itu si penjahat naga meran jadi
melengak lalu disambung dengan tertawa terbahak-bahak
yang amat keras. Aku si hweesio naga merah sudah hidup
seusia ini tetapi belum pernah mendengar ada orang punya
supek tapi tak punya suhu, Liem Tou aku lihat lebih baik kau
bicara terus terang saja, ada kemungkinan kau masih bisa
hidup lebih lama" katanya
Liem Tou tetap gelengkan kepalanya, dia melirik ke arah si
penjahat naga merah. "Hey bajingan tua naga merah, kau kira aku benar benar tidak
kenal dengan dirimu" Mendadak ia berteriak dengan khe-kinya
"Jikalau kau bermaksud menghalangi perjalananku lagi segera
aku akan memberi tahu hajaran yang akan menyiksa dirimu.
Si penjahat naga merah yang mendengar secara tiba-tiba Liem
Tou menyebut akan gelarnya, dia menjadi terperanjat sekali
saat inilah dia baru merasa kalau dugaannya sama sekali
meleset, tidak terasa lagi hawa murninya segera disalurkan ke
seluruh tubuh siap-siap menghadapi sesuatu sedang badannya
secara mendadak mundur satu langkah ke belakang.
" "Hey bajingan tua naga merah" terdengar Liem Tou
melanjutkan kembali kata-kata nya" Kau janganlah mengira
orang-orang Bu-lim masih merasa jeri dengan gelarmu yang
pernah menggetarkan dunia kangouw pada dua puluh tahun
yang lalu, di mata aku Lien Tau Hmm! hmmm kau tidak lebih
cuma manusia yang tidak becus. Heee ...he... coba tanyakan
pada susioknu, aku pernah sambil menunggang kerbau turun
tangan menghajarnya dan si Thiat Bok setan tua jtu tidak bisa
menahan seranganku apalagi kau..he hee... kau belum becus
aku lihat lebih baik janganlah kau cari gara-gara minta
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
digebuk. Terhadap peristiwa si kerbau sawah yang mengacau Bu-
Lim bahkan memperlihatkan kegagahannya di kuil Slang Lian
Si, si penjahat naga merah pernah mendengarnya bahkan
diam-diam menaruh rasa jeri terhadap dirinya, kini mendengar
Liem Tou adalah penuggang kerbau itu dalam hati merasa
semakin terperanjat lagi,
Tetapi bagaimanapan dia merupakan seorang jago
kawakan, sekalipun dalam hati diam-diam merasa terkejut
tetapi dia tidak mempercayainya seratus persen.
Diam-diam hawa murninya segera disalurkan ke seluruh tubuh
siap-siap melancarkan serangan yang bisa membinasakan
Liem Tou. Seluruh gerak geriknya yang dilakukan secara diam-diam ini
tidak dapat lolos dari ketajaman mata Liem Tou, terdengar dia
tertawa ringan. "Hey bajingan tua naga merah, apa kau sungguh-sungguh
ingin berkelahi?"" bentaknya. "Apa kau sudah tidak sabar
menunggu sampai pertemuan di puncak pertama digunung
Cing Shia ?"' Saat ini si penjahat naga merah sudah salurkan sepuluh
bagian tenaga murninya ke seluruh tubuh dan siap-siap
melancarkan serangan. "Ci Liong sutit, lebih baik untuk sementara kita ampuni dulu
jiwanya. Cegah Thiat Bok Taysu tiba tiba. ,.Setelah kita
mengetahui dia adalah keponakan murid dari Lie Sang apakah
kau takut dia orang bisa melarikan diri lagi ?"
Dengan perlahan dia segera menoleh ke arah Liem Tou, lalu
sambungnya lagi : "Hey bangsat cilik, pertemuan di puncak Cing Shia sebetulnya
adalah Lie Sang yang bertindak sebagai penyelenggara. Hm !
sekarang kau berjanji pula dengan kami baik-lah, sampai
waktunya tentu akan aku kasih satu hajaran yang setimpal
buat dirimu, sekarang kau boleh berlalu dulu".
Sebenarnya dalam hati Thiat Bok Thaysu sudah menaruh rasa
yang was was terhadap diri Liem Toa, sejak kesepuluh hawa
pukulan beracunnya dipecahkan oleh sang kerbau sewaktu
masih ada di kuil Siang Lian Si dalam batinnya dia sudah
menaruh curiga kalau peristiwa ini tentu perbuatan dari Liem
Tou sehingga sekarang diam diam terhadap Liem Tou sudah
merasa rada gentar. Kini melihat dia sama sekali tidak tergeak oleh nama besar
dari si penjahat naga merah, sudah tentu dalam hati mereka
merasa kalau dia orang tentu memiliki suatu kepandanian
yang hebat! Karena belum tahu betul betul akan asal usul dari Liem Ton,
maka sewaktu melihat keponakan muridnya hendak turun
tangan terburu buru dia segera turun tangan mencegah.
Mendengar perkataan dari Thiat Bok Thay ini. Liem Tou
segera tertawa. "Haa.. . haa . . . bagus sekali, hey coba kau lihat susiokmu
jauh lebih tahu aturan dari kau ," Serunya sambil menoleh ke
arah si penjahat naga merah. "Sekarang aku mau tanya
padamu, dimanakah suhumu Suo Kuk Mo Pian berada "
Kenapa dia orang tidak sekalian datang ke gunung Cing Shia"
aku masih ada utang lama yang harus diselesaikan dengan
dirinya. ,,Susiokku sudah suruh kau pergi. kenapa kau tidak cepat
cepat pergi dari sini " apakah kau baru man pergi sesudah
lidahmu aku potong ?"' bentak si penjahat naga merah dengan
gusarnya. Sepasang matanya melotot keluar bulat bulat.
Kau tidak suka memteri tahu kepadaku, yaah sudahlah, sahut
Liem Tou kemudian sambil angkat bahu. Pokoknya asal dia
tidak mati ada satu hari aku bisa menyuruh kalian berdua
Susiok-tit serta suhumu itu menemui ajalnya di tengah
pegunungan yang sunyi. Mendadak air mukanya berubah hebat, lalu bentaknya lagi.
Thiat Bok Thaysu, penjahat naga merah kalian dua orang
bajingan tua dengarlah pertanyaanku baik-baik, setiap
perkataan yang aku ucapkan benar benar akan aku
laksanakan, lebih baik mulai sekarang kalian berdua
mengadakan persiapan terlebih dahulu.
Selesai berkata tubuhnya segera berkelebat pergi dari sana.
Thiat Bok serta si penjahat naga merah cuma merasakan di
hadapannya melayang pergi segulung asap hijau, tahu-tahu
bayangan dari Liem Tou sudah lenyap tak berbekas. Melihat
kejadian itu tidak kuasa lagi dalam hati mereka berdua merasa
bergidik ! Sewaktu mereka sedang merasa terkejut daa saling
herpandangan itulah mendadak dari dalam perkampungan
berkelebat datang lagi seorang yang berlari ke hadapan Thiat
Bok Taysu serta si penjahat naga merah lalu jatuhkan dirinya
berlutut ! Leng jie mengunjuk hormat buat susiok couw. Harap susiok
couw suka membantu Leng jie untuk membalaskan dendam
berdarah ini, mohonnya sambil menangis tersedu-sedu.
Sehabis bsrkata dia mengangguk-anggukkan kepalanya
sehingga batok kepalamya membentur tanah dengan amat
keras. Melihat akan hal itu sipenjahat naga merah rada mengerutkan
alisnya, mendadak dia maju satu langkah membangunkan diri
Poaw-Siauw Ling lalu ujarnya.
Leng jie kau tidak boleh berbuat demikiau. ,aku serta susiok
couwmu tentu akan berusaha untuk membalaskan dendam
ayahmu cuma saja - - -cuma saja - - -
Berbicara sampai di sini mendadak dia menutup mulutnya dan
menoleh ke arah Thiat Bok Thaysu.
i Thiat Bok Thaysu yang melihat perubahan wajah dari sutitnya
itu segera bisa menduga apa yang dipikirkan dihatinya pada
saat ini dengan cepat dia menyambung dengan wajah serius :
Cie Liong sutit apakah bermaksud hendak menemui suhumu
untuk mengepalai urusan ini "
Dengan perlahan si penjahat naga merah mengangguk.
'Sutit yang baru saja melihat gerakan badan Liem Tou si
bangsat cilik itu sewaktu meninggalkan tempat ini dalam
hatiku segera merasa kalau gerakannya amat cepat dan aneh
sekali, bilamana tenaga dalamnya belum berhasil dicapai
sampai pada taraf kesempurnaan tidak mungkin dia berhasil
memiliki ilmu meringankan tubuh yang demikian luar
biasanya, karena itu aku rasa pertemuan di gunung Cing Shia
yang akan datang, aku mau mengundang suhu untuk dapat
memimpin urusan ini, sutit mcrasa cuma dengan kekuatan kita
bertiga baru sanggup untuk melawannya.
Mendengar perkataan tersebut Thiat Bok Thaysu segera
mengangguk, pada wajahnya yang kurus dan hitam pekat
bagaikan arang itu terlintaslah perasaan keberatannya, setelah
termenung sebentar akhirnya dia ber kata :
Menurut penglihatanku, tenaga dalam dari Liem Tou si
bangsat cilik itu sudah berhasil mencapai seperti apa yang
dimiliki Hoa siong salah seorang anggota dari Auh Hay Siong-
Hiap tempo hari. Sewaktu Hoa siong naik ke gunung Ai Lau
san masa lampau, sekalipun aku serta suhumu dan si hweesio
tujuh jari harus bekerja sama pun meraja rada berat apa lagi
sekarang harus menghadapi bangsat cilik ini aku rasa lebih
baik kita sedikit berhati-hati.
Dia berhenti sebentar untuk mendehem beberapa kali setelah
itu tambahnya lagi : Walaupun mengundang suhumu adalah sangat penting sekali,
tetapi dia masih belum memenuhi tujuh tahun latihannya
apakah ilmu yang termuat didalam kitab pusaka Kioe Im Cang
Ci Loo Han Cin Keng sudah selesai dipahami atau belum kita
masih belum tahu, ditambah lagi bagaimana perubahan
sifatnya selama tujuh tahun ini juga tidak ada orang yang
tahu, aku rasa maukah dia turun gunung masih merupakan
satu persoalan yang berat.
Perkataan dari susiok sedikitpun tidak salah. Sahut si penjahat
naga merah membenarkan. Tetapi menurut pendapat dari
sutitmu, orang kali ini harus naik kegunung Soat san untuk
mengundang suhu turun gunung bukanlah sulit, melainkan
meminta Leng jie untuk melakukannya disamping hendak
menggembleng hatinya kitapun mengadu keuntungan.
ada kemungkinan suhu yang melihat dia ber bakat baik suka
menerimanya sebagai murid.
Baiklah, jawab Thiat Bok Thaysu kemudian sanbil menyipitkan
sepasang matanya. biarlah dia yang melakukan tugas ini,
tetapi di dalam prrjalanan ini boleh dikata menempuh bahaya,
kau harus menjelaskan terlebih dulu kepadanya,
Si penjahat naga merah segera mengangguk, lalu dengan
perlahan dia menoleh ke arah Pouw Siauw Ling.
Leng jie kau dengarkanlah baik baik perkataanku, ujarnya.
Aku tahu didalam hati kamu ingin sekali membalas dendam ini
tetapi terus terang sucouw beritahu padamu tenaga dalam
yang dimiliki Liem Tou benar benar luar biasa sekali, sampai
aku serta Suthay siok yang bekerja sama pun belum pasti
dapat memenangkan dirinya. Masih untung pertemuan di
puncak gunung Cing Shia masih ada sembilan hari lamanya
dan dari sini me nuju ke gunung Soat san pun tidak begitu
jauh. Aku lihat lebih baik kau berangkat saja, ke gua Im Han
Hong Tong digmung Soat san untuk mengundang Suthay
couwmnu turun gunung dan ikut serta dalam pertempuran
digunung Cing Shia kali ini, apakah kau punya keberanian
untuk melaksanakan tugas ini"
Mendengar perkataan tersebut tanpa berpikir panjang lagi
Pouw Siauw Ling segera menyanggupi.
"Leng jie" ujar si penjahat naga merah lagi dengan wajab
yang tiba-tiba serius. Kau jangan terlalu pandang kekuatanmu
sendiri, aku beritahu padamu gunung Soat san sepanjang
tahun ditutupi salju walaupun saat ini musim panas tetapi
salju yang ada di sana masih tebal dan dinginnya menusuk
tulang, apalagi gua Han Hong Tong tersebut sepanjang tahun
tidak pernah menemui sinar matahari, tempat itu semakin
sukar untuk didaki, walaupun kamu sudah menggunskan ilmu
meringankan tubuh, sedikit kau salah perhitungan ada
kemungkinan bahaya longsornya gunung salju bisa mengubur
mati kau. Maka itu sebelum berangkat lebih baik kau berpikir
terlebih mantap lagi. Pouw Siauw Ling yang mendengar begitu bahayanya perjalan
yang hendak ditempuh dalam hati merasa bergidik juga.
Tbiat Bok Thaysu yang selama ini terus menerus
memperhatikan diri Pouw Siaw Ling, dari begitu melihat
perubahan wajahnya dalam hati segera mengerti apa yang
sedang dia pikirkan. tak terasa lagi suara dengusan yang amat
dingin keluar dari hidung nya.
Pouw Siauw Ling yang sudah lama mengikuti ayahnya Ang In
Sin Pian berkelana di dalam Bu-lim pikirannya pun semakin
bertambah tajam, mendengar suara dengusan itu hatinya
segera tergetar keras, mendadak teriaknya keras.
Leng lie sekalian harus terkubur dalam runtuhan tumpukan
salju dan menderita dinginnya salju yang menusuk tulang juga
akan pergi unmk menemui Suthay couw.
Leng jie sudah bulatkan tekad, harap Su couw suka
menyerahkan tanda kenal kepada Leng jie pada kentongan
kelima nanti Leng jie segera akan berangkat.
Waktu itulah si penjahat naga merah serta Thiat Bok thaysu
baru tertawa terbahak-bahak, dari dalam sakunya si penjahat
naga merah lantas mengeluarkan tanda kepercayaan-nya
berupa ulai merah yang terbuat dari tembaga merah dan
diserahkan kepada Pouw Siauw Ling,
Sedangkan Thiat Bok thaysu pun menghadiahkan dua butir pil
kepadanya. Untuk sementara kita tinggalkan dulu Pouw Siauw Ling yang
serang menuju ke gunung Soat san untuk mengundang
suthay couwnya Si Suo Kuk Mo Pian atau suhunya si penjahat
naga merah. kita balik pada Liem Tou setelah meninggalkan
Thiat Bok thaysu serta si penjahat naga merah.
Dengan gerakan yang cepat dia berlari menuju kerumahnya
Lie Siauw Ie, waktu itu Lie Siauw Ie serta si gadis cantik
pengangon kam bing sudah kembali kerumah.
Ie cici Wan moay moay kalian tadi pergi kemana " " Tanya
Liem Tou begitu bertemu muka dengan mereka.
Mendadak dia menemukan wajah Lie Siauw Ie penuh diliputi
dengan kesedihan yang mencekam hatinya dan duduk
disamping tanpa mengucapkan sepatah katapun, hatinya jadi
rada melengak. Apakah dia lagi merasa sedih karena kehilangan ibunya?"
pikirnya. Ie cici ujarnya kemudian sambil bertindak maju ke depan.
Adik Tou tahu perbuatanku yang menyembunyikan dar cici
atas berita dari kematian Pek bo adalah salah, tetapi urusan
sudah lewat apakah Ie cici tidak mau memaafkan kesalaban
dari adikmu itu " "
Dengan perlahan Lie Siauw Ie melirik sekejap kearah Liem
Tou, dia bisa melihat dari sinar mata Liem Tou benar-benar
memancar keluar rasa sayang dan cintanya yang amat sangat
bahkan menaruh pula rasa menyesal yang mendalam
membuat hatinya tergetar.
Adik Tou, sejak tadi aku sudah beritahu padamu aku sama
sekali tidak menyalahkan dirimu sahutnya dengan sedih.
Urusan yang sudah lewat tidak usah kita ungkap lagi mulai
saat ini keadaanku sama dengan keadaan kau. Kita tidak
dapar berdiam lagi di dalam perkampungan Ie Hee san Cung.
"Ie cici bagaimana kau bisa berbicara demikian ?" Tanya Liem
Tou keheranan. "Sekalipun Pek bo sudah meninggal tetapi
paman-paman serta kawan kawan masih banyak sekali.
bagaimana Ie cici bisa punya pikiran demikian "'
"Adik Tou kau tidak tahu, sampai Jien Coe cicipun tidak mau
gubris aku lagi, apakah aku bisa tetap tinggal di
perkampungan Ie Hee san Cung lebih lama lagi ?" Ujar Lie
Siauw Ie sambil menghela napas panjang. "Tadi aku bersamasama
Wan moay-moay pergi mengejar dirinya, siapa tahu dia
tidak mau menemui aku lagi, akhirnya setelah aku kembali
disini dan melihat suhu masih memegang batok kepalanya dari
Cung Cu aku baru tahu tentunya dia masih merasa benci
kepada kita karena kau telah membunuh mati ayahnya ! Di
dalam perkampungan Ie Hee san Cung kecuali ibuku dialah
satu-satunya kawan karibku, sekarang dia sudah merasa benci
terhadap diriku aku.,."
Belum habis berbicara tidak tertahan lagi air mata mulai
bercucuran membasahi seluruh wajah Lie Siauw Ie.
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saat inilah Liem Tou baru tahu kejadian apa yang sudah
terjadi, diam-diam mulai termenung dan memikirkan jejak dari
Jien Coei dari permulaan sampai akhir, sewaktu teringat akan
ketiga buah permintaannya itu mendadak hatinya menjadi
sadar kembali. . "Aaah . . .ternyata pikirannya amat tajam sekali, agaknya dia
sudah memikirkan peristiwa ini jauh hari sebelumnya"
gunamnya seorang diri. "Cuma sayang ayah dan kakak-nya
tidak suka mengubah cara hidupnya . . . Heey .... justeru
mereka mengambil jalan yang bertentangan dengan sifatnya."
Lie Siauw Ie yang melihat Liem Tou bergumam seorang diri,
dia jadi bingurg. lalu dengan pandangan keheranan
memandang dirinya tak berkedip.
Mendadak terdengar Liem Tou menghela napas panjang lapi.
"Ie cici, Jien Coei cici tidak akan membenci dirimu bahkan
bilamana dugaanku tidak salah, kematian ayahnya ini hari
sudah ada pada dugaannya jauh sebelumnya !" ujarnya
dengan perlahan "Tetapi dia adalah seorang gadis yang paling
kasihan dan paling menyedihkan."
Liem Tou segera menceritakan kisahnya sewaktu ada diselat
Wu san dimana dia berhasil menawan Pouw Siuw Ling untuk
paksa Ang In Sin Pian mengambilkan lima laksa tahil perak
yang dirampok dari tangan si golok naga hijau lalu memaksa
pula Pouw Siauw Ling untuk mengakui kematian ayahnya dan
akhirnya disusul oleh Pouw Jin Coei meminta agar Pouw Siauw
Ling dilepaskan ditambah pula ketiga permintaan.
Permintaannya yang terakhir ialah mengharapkan Lie Siarw Ie
suka melupakan dirinya dan untuk selamanya jangan mencari
dia lagi. Sehabis bercerita Liem Tou menghela napas lagi.
"Aku tahu Jien Coei cici secara diam-diam terus menerus
membuntuti diriku" katanya. 'Tetapi aku rasa sejak ini hari dia
akan terbang jauh keujung langit, bilamana Ie cici mau
mencari jejaknya maka hal ini sama saja dengan mencari
jarum di tengah samudra maksud hatimu ini tidak bakal bisa
dipenuhi." Selama ini Lie Siauw Ie terus menerus berdiam diri tetapi air
mata mengucur terus semakin deras. lewat kurang lebih
seperminum teh kemudian dia baru menghela napas panjang.
' Ah".... Jin Coei cici sungguh kasiban sekali !" serunya
. Saat itu si gadis cantik pengangon kambing yang melihat Lie
Siauw Ie merasa kesedihan, segera menghibur dirinya dengan
kata kata yang halus. Liem Tou sendiripuu sengaja memperlihatkan senyuman yaag
menghiasi dirinya. "Ie cici kau jangan bersedih hati lagi hi burnya "Aku rasa Jien
Coei cici mungkin cuma tidak ingin menemui kita di dalam
waktu yang singkat saja, asalkan dia masih hidup d1 dunia
maka ada satu hari tentu bisa kita jumpai kembali.
Lie Loo jie yang paling tidak terbiasa dengan cara-cara
pemuda pemudi yang banyak sedih dan cucuran air mata,
selama ini terus menerus berada disamping tanpa
mengucapkan sepatah kata.
Lewat beberapa saat kemudian setelah melalui berbagai
macam kata-kata hiburan dari si gadis cantik pengangon
kambing akhirnya Lie Siauw Ie berhenti menangis.
Waktu ini kentongan keempat sudah berlalu mendadak dari
sebelah Barat dari perkampungan Ie Hee san Cung
berkumandang datang suara tangisan yang gegap gempita
memecahkan kesunyian yang mencekam di malam hari yang
sunyi itu. Lie Siauw Ie segera meloncat bangun.
"Suara teriakan serta tangisan ini berasal dari bangunan
keluarga Pouw, apakah sudah terjadi lagi peristiwa di luar
dugaan ?" tanyanya. Lie Loo jie yang paling tidak suka mendengarkan suara jeritan
serta tangisan itu segera mengerutkan alisnya rapat rapat.
"le-jie, Wan jie coba kalian pergi lihat di sana sudah terjadi
peristiwa apa, biarlah aku serta sutit beristirahat sebentar
disini" perintahnya kepada dua orang nona itu.
Lie Siauw Ie serta si gadis cantik pengangon kambing segera
menyahut, baru saja mereka hendak keluar dari pintu
mendadak dari luar rumah itu menyorot sinar api yang sangat
terang benderang diikuti segerombolan api obor bergerak
mendatang. Beberapa orang yang berada diluar rumah itu jadi dibuat
melongo longo, baru saja mereka merasa keheranan
mendadak sinar obor itu sudah berhenti diluar rumah disusul
suara teriakan gembira yang gegap gempita memecahkan
kesunyian. Diantara suara teriakan-teriaka itu terde-ngar ada beberapa
orang yang lagi berteriak:
"Hooooreeee . . . Pouw Sak San sudah dibu nuh, bagus, bagus
sekali ! Dia tidak sesuai menjabat sebagai Cung cu kami. Liem
Tou ! Lie Siauw le ! Kalian ada di rumah atau tidak" Ayoh
cepat keluar . . . Hey Liem Tou ! Kita sudah lama tidak
bertemu muka '." Ada pula yang berteriat dengan suara keras :
"Besok pagi di dalam lapangan silat di dalam
perkampungan Ie Hee san Cung akan di buka pertandingan
pie-bu untuk memilih Cung cu yang baru. Liem Tou ! Lie
Siauw Ie ! Kalian berdua haras mengalahkan seorang she
Pouw itu !" Baik Liem Tou maupun Lie Siauw Ie yang mendengar
teriakan itu dalam hati merasa terkejut.
Dalam pikiran Liem Tou. dia sudah diusir keluar dari
perkampungan bagaimana mungkin boleh ikut didalam pie bu
untuk mencari Cung cu yang baru ini "
Keluarga Lie serta keluarga Pouw menetap di gunung Ha
Mo San ini belum pernah ada seorang Cung cu perempuan,
dirinya apa mungkin boleh ikut "
"Ie cici !" Terdengar Liem Tou berkata terhadap diri Lie
Siauw Ie. "Tempat ini seharusnya kaulah yang berhak untuk
memangku jabatan sebagai Cung cu. apa lagi ini hari kaulah
yang memimpm mereka untuk mencari diri Pouw Sak San
seharusnya kau keluar sebentar menyambut kedatangan
mereka" Lie Siauw Ie segera mengangguk, pada pagi hari
dikarenakan dia lagi merasa sedih maka keadaannya lain
dengan keadaan saat ini yang lagi tenang. tidak terasa hatinya
merasa rada gugup juga. "Adik Tou, mari kita keluar bersama-sa-ma !', ajaknya.
Liem Tou lantas mengangguk dan bersama sama berjalan
keluar dari rumah. Setibanya diluar pintu itu terlihat dihadapan mereka sudah
berdiri berpuluh puluh orang penduduk perkampungan Ie Hee
san Cung baik lelaki, perempuan tua maupun muda dan
kebanyakan merupakan angkatan yang lebih tua dari mereka
berdua. Sewaktu para penduduK kampung melihat munculnya
kedua orang itu dihadapan mereka suara pekikan memuji
segera bergema memenuhi angkasa, ada yang menanyakan
bagaimana caranya Liem Tou membunuh Pouw-Sak San
bahkan ada pula menyanjung-nyanjung kepandaian mereka
berdua. Liem Tou yang mendengar perkataan mereka sama sekaii
tidak karuan. dengan cepat merangkap tangannya menjura.
"Paman-paman dan saudara-saudara sekali-an !" Teriaknya
dengan keras "Pouw Sak San baru saja boanpwee bunuh, dan
hal ini moerupakan suatu peristiwa yang menyedihkan buat
kita penduduk perkampungan Ie Hee san Cung.
tetapi kalian harus tahu, bilamana dia tidak meracuni ayahku
sampai mati maka aku tidak akan membunuh dirinya.
Walaupun tinda kan Pouw Sak San selama ini adalah salah
tetapi dia tetap merupakan Cung cu kalian.
maka dari itu boanpwee harap paman-paman serta saudarasaudara
sekalian suka menganggapnya sebagai seorang Cung
cu sekalipum hayatnya sudah binasa."
Sewaktu Liem Tou mengumumkan bagaimana ayahnya mati
keracunan suasana menjadi amat gempar, suara jeritan kaget
bergenma. Pada saat itulah dari perkampungan Ie Hee San Cung
sebelah lain muncul kembali sinar obor yang amat terang
disusul suara makian yang kotor semakin lama semakian
mendekat. Liem Tou serta Lie Siauw Ie yang melihat kejadian itu mereka
segera mengetahui kalau dari keluarga Pouw sudah mengirim
datang orang-orangnya untuk menuntut balas.
Pada saat itulah mendadak dari penduduk golongan Lie ada
orang yang berteriak keras:
"Hey Cung cu yang sebegitu jeleknya buat apa kalian tuntut
untuk membalaskan dendam" sungguh memalukan sekali!"
Seketika itu juga suasana jadi panas, untuk membela Lie
Siauw Ie serta Liem Tou tanpa ragu-ragunya keluarga Lie
sudah bertekad bulat untuk bermusuhan dengan keluarga
Pouw yang selama ini hidup bersama.
"Selama ini keluarga Lie serta keluarga Pouw hidup
berdampingan secara damai, aku tidak boleh hanya kareua
persoalan pribadiku serta Ie cici membuat kedua orang
kelompok keluarga ini jadi bertempur satu sama lainnya
bilamana kejadian sampai berlangsung bagaimana aku serta le
cici harus bertanggung jawab terhadap para paman serta
saudara saudara seperti yang lalu "
Saat ini orang-orang dari keluarga Pouw sudah semakin
mendekat lagi, Mendadak satu akal yang bagus berkelebat di dalam
pikirannya. Liem Tou segera menoleh ke arah para penduduk
dari keluarga Lie ini dan katanya :
Si Liong Ciang. Lie Kian Poo jadi orang jujur dan patut
dijadikan sebagai Cung cu dari perkampungan ini, walaupun
dalam hal ini dia lagi terluka tetapi tidak ada halangannya,
sekarang dia dimana"
Para penduduk mulai berhisik bisik membicarakan perkataan
Liem Touw ini, mendadak tampaklah seorang perempuan
sambil menggandeng tangan seorang bocah cilik berjalan ke
hadapan Liem Tou. Liem Tou, katanya. Kau bilang lukanya tidk mengapa tetapi
sekarang dia berbaring di atas tempat pembaringan tidak bisa
bangun, baru saja Pouw Siauw Ling datang kepadanya
mengatakan hendak pergi ke suatu tempat hampir hampir dia
mau ikut pergi ke sana bersama samanya.
Dia bersama sama dengan Pouw Siauw Ling hendak pergi
kemana" Bagaimana akhir nya" Tanya Liem Tou keheranan.
"Akhirnya Pouw Siauw Ling bilang mau pergi kesuatu tempat
yang cuma dia seorang saja yang boleh tahu, karenanya dia
baru ber diam diri" jawab perempuan itu.
Pada saat itulah para penduduk dari keluar ga Pouw sudah
berdatangan, tampak seorang lelaki berusia pertengahaa dari
keluarga Pouw dengan mata melotot lebar lebar dan wajah
penuh kegusaran menerjang kehadapan Liem Tou lalu memaki
sambil menuding dirinya :
"Liem Tou kau bangsat cilik, kau berani tidak menurut
peraturan perkampungan, kau sudah diusir turun gunung dan
sekarang tidak ada hak untuk disini lebih lama lagi. Hm !
Bilamana kau ternnata masih maumenaiki gunung ini dengan
mengikuti peraturan kami masih bisa terima tetapi sekarang
kau melanggar peraturan bahkan membunuh Cung cu . , .kau
. . . kau bangsat cilik ! Kau sudah menjadi musuh kami
penduduk dari perkampungan Ie Hee San Cung.
disini kami se-mua menuntut dirimu untuk bertanggung
jawab di dalam peristiwa ini."
Liem Tou yang mendengar perkataan tersebut sedikitpun tidak
salah, dalam hati mera sedikit sedih.
Baru saja dia hendak menjelaskan bagaimana Ang In Sin Pian
meracuni ayahnya sampai mati mendadak dari gerombolan
keluarga Lie sudah meloncat keluar seorang lelaki yang sambil
melintangkan tangannya didepan dada menerjang kehadapan
lelaki berusia pertengahan dari keluarga Pouw itu.
"Hey Cia-heng ! dalam urusan ini aku me ngetahui jauh lebih
jelas darimu," Bentak-nya dengan keras. "Sekalipun perbuatan
Liem Tou naik ke gunung sebelum waktunya adalah
melanggar peraturan tetapi Pouw Cung cu yang berhati
binatang memang ada seharusnya dibunuh mati !"
Liem Tou bisa tahu kalau orang itu bukan Iain si Liong Ciang.
Lie Kian Poo adanya. Lelaki berusia pertengahan itu bernama Pouw Ci Cia dan
merupakan orang yang paling menonjol diantara penduduk
keluarga Pouw lainnya, sewaktu mendengar perkataan
tersebut dia jadi tertegun. tapi sebentar kemudian hawa
amarahnya sudah menerjang naik ke otaknya.
"Kian Poo heng, tidak kusangka sampai kau pun ikut
membantu diri Liem Tou, apa maksudmu yang sebenarnya?"
bentaknya dengan gusar. "Cia-heng, jangan salah paham dulu."
bila tidak terluka mungkin pada saat ini aku sudah ikut
Siauw Ling pergi kegunung Soat san, tetapi terhadap
kejahatan serta kelicikan dari Cung cu Siauw te
mengetahuinya jauh lebih jelas dari siapa pun juga.
Waktu itu para penduduk dari keluarga Pouw sudah
berkumpul semuanya, semangat dari Pouw Ci Cian pun
semakin berkobar, tiba tiba dengan wajah beringis merah
bentaknya kembali : Lie Kian Poo, terang terangan kau sendirl benci kepadanya
sekarang sengaja membusuk busukkan dirinya setelah dia
mati, Hmm, kenapa kau bantu Liem Tou berbicara" Apakah
Cung cu pernah me]akukan kesalahan terhadap kalian" Kau
manusia yang tak tahu budi..," Mendengar perkataan tersebut
agaknya Lie Kian Poo pun dibuat gusar juga, saking kerasnya
golakan hati dan luka didadanya terasa menjadi sakit kembali.
Ci Cia heng, ujarnya sesudah mendehem, beberapa kali . , .
Bilamana dikatakan Cung Cu tidak pernah melakukan
kesalahan terhadapku sekalipun aku terangkan kaupun tidak
percaya. bilamana bukannya nasib siauw-te lagi mujur
mungkin sejak semula aku sudah mati ditangannya, tetapi hal
ini tidak perlu kita ingat lagi terus terang aku jelaskan
kepadamu, Liem Tou bisa bunuh mati karena dikarenakan
ayahnya Han San Koan cu mati karena diracuni oleh Cung-cu.
Jelas Pouw Ci Cia jadi tertegun setelah, ia mendengar
perkataan itu, dia sama sekali tidak menyangka kalau Liem
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tou membunuh Cungcu mereka dikarenakan peristiwa ini
mendadak dia maju kedepan dan memegang erat-erat tangan
dari Lie Kian Poo. Kian Poo heng, kau jangan berbohong di depanku. Serunya
dengan setengah percaya setengah tidak. Bukankah Han San
Koan cu mati karena sakit keras?" mana mungkin
kematiannya disebabkan oleh racun dari Cung cu" apakah kau
punya bukti" Saat ini penduduk keluarga Pouw serta keluarga Lie yang
berkumpul ditengah lapangan sudah meijadi tenang kembali.
Dengan perhatian penuh mereka memperhati tan diri Lie Kian
Poo. Terdengar Lie Kian Poo mendehem beberapa kali terlebih
dulu, setelah itu baru merangkap tangannya menjura kepada
semua orang. Cayhe bukannya sengaja berbicara omong kosong belaka.
Ujarnya dengan perlahan. Biasanya setelah orang mati maka
tulang be-lilangnya akan berubah jadi putih, tetapi tulang dari
Han Koan cu berubah jadi hitam, apakah itu bukan terbukti
karena keracunan" " " Sedangkan sewaktu meracuni Han San
Koan cu inipun telah diakui oleh Cungcu sesaat menjelang
kematiannya. apakah hal ini bisa salah lagi?"
Setelah mendengar perkataan itu Pouw Cin-Cia tidak bisa
berkata lagi, semua orangpun menjadi bungkam diri sehingga
suasana jadi amat sunyi senyap.
Mendadak terengar suara tangisan yang amat keras
memecahkan kesunyian. Peristiwa itu tidak mungkin terjadi Teriaknya." semasa
hidupnya Han San Koan cu, Cung cu sangat baik sekali
menghadapi diri nya, dia tidak mungkin meracuni Han Soan
Koan-cu sampai mati. Cung-cu dengan dia sama sekali tidak ada ikatan dendam
apapun buat apa dia mencelakai dirinya"
Lie Kian Poo segera bisa melihat kalau orang itu bukan lam
adalan isteri dari Cung cu dan merupakan adik keponakannya
sendiri, dengan cepat dia maju mendekat dan menghibur
dengan kata-kata yang halus.
Tong-moay! perkataan yang aku katakaa-sedikitpun tidak
salah urusan ini memang tenar sudah terjadi, buat apa aku
harus membantu Liem Tou berbicara" didalam urusan ini
keadaan benar-benar sangat ruwet dan bukanlah bisa
dijelaskan dengan dua tiga patah kata saja. Tong moay
percayalah terhadap perkataanku ini, aku sama sekali tidak
akan menipu dirimu maka dari itu lain kali aku bisa
menjelaskan persoalan ini lebih jelas lagi.
"Sekarang Cungcu sudah mati aku rasa lebih baik kita urus
jenazahnya untuk dikuburkan, walaupun perbuatannya kurang
cemerlang semasa hidupnya tetapi kitapuu harus meagadakan
suatu upacara penguburan buat dirinya"
Dengan perlahan dia segera menoleh ke arah Liem Tou dan
tambahnya lagi. "Liem Tou, ada suatu urusan aku minta bantuanmu,
apakah suka mengabulkan permintaanku ini " Lie Kian Poo
walaupun tidak becus tetapi rasa hormat kepada Cungcu tak
akan hilang dari hatiku,dapatkah kau mengembalikan batok
kepala dari Cung cu yang sudah kau ambil ?"
Liem Tou sama secali tidak menyangka dia bisa
meagajukan permintaan seperti ini. tidak terasa dalam hati dia
merasa amat sedih, setelah termenung berpikir sebentar
akhirnya dia gelengkan kepalanya. Paman Kian Poo,
keadaanmu pada saat ini.aku benar benar menaruh rasa
simpatik. tetapi pembunuhanaya terhadap si golok naga hijau tentunya
paman Kian Poo melihat nya dengan mata kepala sendiri
bukan " Kalau batok kepala dari Cungcu itu aku serahkan
kepadamu, tetapi bagaimana aku harus bertanggung jawab
dihadapan Oei Poh muridnya si golok naga hijau ?"
Mendengar perkataan dari Liem Tou ini, Lie Kian Poo jadi
teramat gusar. ,,Liem Touw!" bentaknya. Kau gunakan cara bagaimana untuk
bertanggung jawab di hadapan Oei Poh hal itu bukanlah
urusan aku orang, apakah sekiranya kau bersedia
mengembalikan batok kepala dari Cung cu hal ini terserah
padamu sendiri, tetapi bagaimanapun juga kau tetap
merupakan salah seorang dari penduduk perkampungan Ie
Hee San Cung ini, kau boleh pikirkan hal ini uengan baik-baik.
Perkataan ini seketika itu juga mendesak Liem Tou kepojokan
yang benar benar kepepet. Lie Siauw Ie yang melihat keadaan
adik nya yang kebingungan pun tidak bisa berbuat apa apa.
Akhirnya Liem Ton yang mempunyai hati jujur dan polos
segera mengambil keputusan dihatinya, mendadak dia putar
tubuhnya masuk kedalam rumah untuk memungut kembali
batok kepala dari Ang In Sin Pian kemudian diserahkan
ketangan Lie Kian Poo dengan wajah serius.
Perkataan dari paman Kian Poo sedikit-pun tidak salah, aku
lebih baik menerima makian dari Oei Poh dari pada membawa
batok kepala ini buatnya, nah paman Kian Poo silahkan
menerima kembali batok kepala dari Cung-cu ini.
Siapa tahu karena kejalahan ini dia harus mengalami kesulitan
di kemudian hari. Setelah itu dia segera menoleh kearah para
penduduk keluarga Lie serta keluarga Pouw dan berseru:
"Paman Kian Poo jadi orang jujur dan berlapang dada, dia
pantas sekali untuk menjabat sebagai Cung-cu di
perkampungan Ie Hee san Cung ini, buat apa saudara saudara
sekalian melakukan pertandingan lagi untuk memperebutkan
kedudukan Cung cu ini"
Begitu mendengar perkataan tesebut diucapkan, maka seluruh
penduduk keluarga Lie menyambut dengan sorak sorak
sebaliknya dari pihak keluarga Pouw kelihatan rada ragu ragu.
Liem Tou tahu urusan ini harus minta persetujuan dulu dari
pentolan keliarga Pouw tersebut, karenanya dia lantas
menoleh kearah Pouw Ci Cia.
,.Paman Ci Cia, kau bilang benar tidak ",, tanyanya.
Terpaksa Pouw Ci Cia mengangguk.
Seketika itu juga Liem Tou tertawa terba bahak ujarnya lagi
dengan nyaring. "Paman Ci Cia sudah setuju paman Kian Poolah yang men
jabat sebagai Cung-cu. ada siapa lagi yang tidak setuju "
Penduduk keluarga Pouw yang melihat Pouw Ci Cia sudah
setuju merekapun tidak ada yang membangkang lagi, seluruh
penduduk segera menyambut keputusan itu dengan soraksorai
yang keras. Tidak terasa lagi hari sudah menjelang kembali, Liem Tou
segera memberi hormat kepada semua orang dan bersama
sama dengan Lie Siauw Ie mengundurkan diri.
Sebaliknya para penduduk dari keluarga Lie serta keluarga
Pouw pun mulai bubar pula.
Sejak Lie Kian Poo menjabat sebagai Cung cu inilah maka
penghidupan di dalam perkampungan Ie Hee san Cung
semakin makmur lagi melebihi sedia kala.
Setelah masuk rumah Lien Tou kelihatan wajahnya amat
murung rekali. Lie Loo jie, si gadis cantik pengangon kambing
serta Lie Siauw Ie yang melihat keadaannya ini dalam hatipun
merasa agak cemas. ..Sutit!" terdengar Lie Loo jie coba meng hibur dengan kata
kata yang halus. "Urusan sudah lewat, apalagi pertemuan di
puncak pertama pun sudah hampir tiba, kenapa kau tidak
beristirahat terlebih dahulu " Ada urusan kita pikirkan lain kali
saja " "Setelah batok kepala dari Ang In Sin Pi an aku kembalikan
kepada paman Kian Poo maka terhadap perjanjian dengan Oei
Poh muridnya sigolok naga hijau jadi meleset, dalam hati sutit
merasa sangat tidak tenang.
kerbauku sekarang ada dibelakang perkampungan disamping
tebing, tolong supek jagakan, sutit bermaksud hendak pergi
ke kota Hong Kiat terlebih dulu, beberapa hari kemudian baru
kembali" kata Liem Tou kemudian.
Lie Siauw Ie serta sigadis cantik pengangon kambing yang
sudah ada delapan, sembilan hari tidak bertemu muka dengan
Liem Tou kini bisa bertemu kembali dalam hati merasa girang,
tetapi sewaktu mendengar dia mau pergi lagi tak terasa
wajahpun ikut jadi murung.
"Adik Tou ada urusan apa yang begitu terburu-burunya ?"
Tanya Lie Siauw Ie sambil melirik sekejap kearahnya. "Apakah
urusanmu itu tidak bisa diselesaikan setelah peristiwa diatas
gunung Cing Shia ini diselesaikan ?"
"Karena urusan ini dalam hatiku merasa tidak tenang, lebih
baik aku bereskan dulu pekerjaan ini pokoknya tidak sampai
melewati janji di gunung Cing Shia aku sudah tiba disini
kembali ujar Liem Tou sambil geleugkan kepalauya.
Didalam beberapa hari ini di atas gunung Cing Shia ada
kemungkinan bakal kedatanga banyak jago, mulai sekaranh
harap Ie cici serta Wan moay-moay suka berlaku sedikit
berhati-hati sehingga tidak sampai mendatangkan banyak
kerepotan, Lie-Siauw Ie yang mendengar perkataan itu dalam
hati jadi merasa kesal. Uuu - - -Adik Tou kau jangan terlalu menghina kami teriaknya.
Kami pun bukan bocah yang baru berumur tiga tahun yang
masih minta diteteki oleh ibunya, apa kau kira kami tidak bisa
berjaga diri " Liem Tou yang kebentur batu dalam hati. merasa tidak sabar,
tanpa banyak cakap lagi dia segera berjalan keluar dari
ruangan itu. Supek, Ie cici, Wan moay-moay aku pergi dulu serunya
keras. " Sebentar kemudian dia sudah meninggalkan perkampungan
Ie He san Cung dan kembali ke atas perahunya dibawah
gunung Cing Shia. Kali ini karena melakukan perjalanan dengan mengikuti
aliran air sungai maka hanya di dalam sehari semalam dia
sudah tiba kembali dikota Hong Kiat.
Siang itu dia melompat ke tepian dan kem bali lagi kerumah
penginapan semula tetapi Oei Poh tidak kelihatan ditempat itu.
Berturut-turut Liem .Tou segera menanyakan beberapa
rumah penginapan dan akhir-nya sampailah di sebuah rumah
penginapan yang rada besar.
Setelah bertemu dengan pemilik rumah penginapan itu lantas
tanyanya : Apakah disini ada orang Piauw su she Oei"
Pemilik rumah penginapan itu memandang sekejap kearah
Liem Tou lalu dengan gusar-nya mendengus.
Orang she Oei ada satu tetapi bukan Piauw su, ada keperluan
apa kau mencari dirinya"
Heey, aku baik-baik tanya padamu kenapa kau marah marah "
tanya Liem Tou keheranan.
Siapa saja yang menyebut orang she Oei hatiku tentu akan
marah, jawab pemilik rumah penginapan itu dengan gusar.
Coba kau bayangkan kami orang yang berdagang bukannya
menerima uang biaya penginapan serta makanannya bahkan
harus menerima pukulan dari bangsat cilik itu apakah itu
pantas" Haa, bilamana dia bukannya mempunyai sedikit pegangan
tentu aku akan suruh orang hajar habis-habisan.
, hmm . . . sekarang dia .berada dimana tanya Liem Tou
sambil mengangguk. "Siapa yang tahu dia ada dimana ?" teriak pemilik rumah
penginapan itu dengan mendongkol. "Sejak pagi dia sudah
keluar bermabok-mabokan, ada kalanya baru pulang ditengah
malam buta. Aaah . . . sungguh menjengkelka hati sekali !"
Liem Tou segera merasa ada kemungkian orang itu adalah
Oei Poh, dari dalam saku nya dia segera mengambil keluar
sekeping perak dan diserahken kepada pemilik rumah
penginapan itu. "Sekeping perak ini harap kau suka menerimanya, coba. kau
suruh orang melihat dia ada di rumah atau tidak, bilamana
bertemu dengan dirinya katakan saja ada seorang she Liem
yang sedang mencari dirinya."
Si pemilik rumah penginapan yang melihat ada uang bisa
diterima sudah tentu dalam hatinya merasa girang.
"Dia tidak ada dikamar, harap Khek koan tunggu sebentar
biarlah aku kirim orang untuk mencarinya kembali !" katanya.
Liem Tou tertawa dan duduk menanti.
Beberapa saat kemudian orang yang dikirim sudah kembali
dan melaporkan tidak bertemu dengan Oei Poh.
Terpaksa Liem Tou kembali ke dalam perahunya untuk
kemudian pada malamnya dia kembali kerumah penginapan
tersebut. Sewaktu dia bertemu muka dengan pemi Ilk rumah
penginapan itu mendadak terasa olehnya orang itu
memandang dirinya dengan pandangan yang aneh sekali
membuat hatinya jadi rada heran.
"Dia sudah pulang sebentar tapi pergi lagi" jawab pemilik
,rumah penginapan itu sambil gelengkan kepalanya. "Katanya
dia tak mau bertemu lagi dengan dirimu, bahkan surah kau
cepat cepat pergi dari sini I"
Liem Tou jadi melengak. "Dia menunggu disini justeru sedang me-nanti
kedatanganku, kenapa dia tidak suka menemui diriku?"
pikirnya. "Lalu apa yang dikatakan olehnya?" tanyanya kemudian.
"Dia tanya kau datang cuma seorang atau dua orang, lalu
tanya pula apakah ditanganmu membawa bungkusan kecil,
aku jawab tidak ada, mendengar jawaban itu bagaikan orang
gila dia lantas berjalan keluar dari pintu dan berteriak teriak
tidak ingin bertemu muka dengan dirimu lagi, bahkan dia
bilang,." Berbicara sampai disitu mendadak, pemilik rumah penginapan
itu menghentikan. kata katanya.
Liem Tou segera mengetahui apa yang hendak dibicarakan
olehnya. "Dia bilang mau bunuh aku, bukan begitu?" sambungnya.
Sepasang mata dari pemilik rumah penginapan itu segera
terbelalak lebar lebar, lama sekali baru kemudian jawabnya.
Bagaimana kau bisa tahu ?" dia memang benar benar mau
bunuh kau, aku lihat lebih baik orang itu jangan kau temui
lagi, saat ini ada kemungkinan dia sudah pergi keluar kota lagi
untuk bermabok mabokan. Kau bilang dia keluar kota, arah mana yang dituju olehnya
tadi?"" Aku mengetahui tak begitu jelas, cuma dengar orang bilang
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia menuju ke arah pintu barat dan seharian penuh ada disitu
apa yang diperbuat siapapun tidak tahu. Aaah . . khek koan,
aku beritahu padatnu, ada kalanya ditengah, malam buta dia
tentu ada suatu peristiwa yang menyedihkan hatinya.
Liem Tou segera mersgangguk, dalam hati dia pun merasa
sedih. Kau terima uang emas ini sebagai biaya menginap dari Oei
Poh dan janganlah kau berbuat kurang hormat lagi dengan
dirinya. Ujar Liem Tou kemudian sembari mengeluarkan
sekeping uang emas dan diletakkan di atas meja.
Setelah itu Liem Tou baru keluar dari rumah penginapan itu
untuk memasuki setiap rumah makan guna mencari jejak dari
Oei Poh, tetapi pekerjaan ini pun sia-sia belaka..
Akhirnya dia berangkat menuju ke pintu sebelah barat,
terlihatlah di sebelah selatan dari tempat itu merupakan
sungai, sedang di sebelah utara sebuah bukit kecil.
Liem Tou mulai melakukan pencarian dari samping sungai,
sewaktu sudah berjalan duapuluh lie masih tidak msnemukan
juga bayangan dari Oei Poh, dan dia berjalan kembali ke
samping gunung dan mencarinya pada bukit yang berada
disebelah utara. Walaupun gunung itu tidak berapa tinggi tetapi duri serta
semak memenuhi seluruh tempat. Tidak jauh Liem Toa
menaiki bukit itu mendadak terdengarlah suara tangisan yang
amat sedih berkumandang datang dari sisinya.
Liem Tou jadi merasa keheranan, sambil menyingkirkan duri
serta semak belukar yang menghalangi perjalanannya dia
mulai meacari berasalnya suara tangisan itu.
Akhirnya dia menemukan Oei Poh lagi menangis didepan
gundukan tanan. yang kelihatannya masih baru.
Melihat pemandangan seperti itu dalam hati Liem Tou pun ikut
merasa sedih, sambil meeringankan gerakan kakinya dia
berjalan mendekati diri Oei Poh.
Tampaklah olehnya seluruh wajahnyn kotor, bajunya butut
dan penuh dengan bau arak yang menusuk hidung.
Untuk beberapa saat lamanya Liem Toa berdiri disamping
badannya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Agaknya Oei Poh sama sekali tidak merasa kalau disamping
badannya sudah kedatangan seseorang, dia masih menangis
dengan sedihnya. "Oei-heng !" Akhirnya dengan memberanikan diri Liem Tou
menegur. Suara panggilannya ini seketika itu, juga terasa oleh Oei Poh
bagaikan geledek yang menyambar disiang hari bolong,
dengan cepat dia menarik kembali suara tangisannya dan
berlutut tidak bergerak. . Agaknya dia merasa tegang atas kehadiran diri Liem Tou
yang tanpa terasa olehnya, itu.
Liem Tou yang takut diserang olehnya punt segera
mengundurkan diri dua langkah ke belakang
, "'Oei-heng aku sengaja datang untuk menepati janji" katanya
lagi. Lama sekali Oei Poh berdiam diri tanpa menoleh,
mendadak dengan suara yang sedih ujarnya:
"Liem Tou! Apakah kau membawa serta bajingan tua Ang In
Sin Pian ?" "Dia sudah mati!" sahut Liem Tou sambil menggigit kencang
bibirnya. Kelihatan pundak Oei Poh sedikit tergetar oleh berita ini diikuti
badannya gemetar dengan kerasnya, tetapi hnnya didalam
sekejap saja sudah menjadi tenang kembali.
"Lalu apakah batok kepalanya sudah kau bawa serta?"
tanyanya. 'Tidak'." jawab Liem Tou setelah termenung sebentar. "Dia
sudah dikubur diatas per kampungan Ie Hee san Cung !"
Sekali lagi selurun tubuh Oei Poh gemetar dengan amat
kerasnya, diikuti bergetarnya seluruh rambut dan badannya.
Liem Tou yang melihat kejadian itu dari samping segera
mengerti kalau dia lagi merasa gusar.
"Oei Poh !" hiburnya dengan cepat. "Kau jangan marah dulu
dan dengarkanlah perkata anku, dia benar-benar sudah mati
dan aku yang berhasil membunuhnya dengan tanganku
sendiri, sebenarnya aku sudah potong batok kepalanya tetapi
barang itu sudah diminta kembali oleh Lie Kian poo "
Oei Poh segera merasakan hatinya terpukul sangat hebat,
mana dia mau memper cayai perkataannya, sambil meraung
keras dia meloncat bangun.
' "Lim Tou kau tidak usah berbohong dihadapanku lagi"'
Teriaknya dengan keras. "Kau manusia yang tidak pegang jajji, aku mau bunuh kau,
Liem Tou kau dengar baik-baik aku mau bunuh kau!"
Sembari berteriak keras bagaikan orang gila dia menubruk
kearah Liem Tou. Dengan gesitnya Liem Tou segera me nyingkir ke samping.
Oei heng, coba kau deigarlah dulu perkatataan dari Siauw~te.
orang she Pouw benar sudah mati ditanganku, bilamana kau
tidak percaya marilah akan aku temani kau pergi ke
perkampungan Ie Hee-san Cung untuk melihatnya sendiri.
Aku tidak percaya. . . aku tidak percaya . . * , bilamana tidak
melihat sendiri batok kepalanya aku tidak akan berdiam, diri
perkataan yang kau ucapkan semuanya adalah kata bohong
bilamana ada kuburan maka kuburan itu adalah kuburan
palsu, bila ada mayat maka mayat itu adalah mayat palsu
Liem Tou, kau sungguh-sungguh sudah mencelakai diriku, aku
mau bunuh dirimu . . . aku mau bunuh dirimu.
Diikuti pekikan yang amat mengerikan dengan dahsyatnya
dia menubruk ke tubuh Liem Tou.
Liem Tou yang melihat kesadarannya sama sekali sudah pudar
dalam hati lantas tahu sekalipun dia beri keterangan juga tak
berguna, terpaksa tubuhnya miring dua langkah ke samping
untuk menghindarkan diri dari tubrukannya itu.
Oei Poh. ujarnya deigan serius. Kali ini aku benar terpaksa
harus mengembalikan batok kepala dari Pouw Sak San kepada
Lie Kian Poo tetapi kau jangan kuatir, Pouw,Sak San benarbenar
sudah mati, kau mau percaya atau tidak aku tidak akan
memaksamu lagi. Sekarang aku masih ada urusan perjanjian dengan orang lain,
selamat tinggal. bilamana kau merasa dendam dengan aku
orang, lain kali datang saja mencari diriku, Selesai berkata dia
segera putar badannya siap-siap meninggalkaii tempat itu.
Mendadak Oei Poh berkelebat ke depan menghalangi
perjalanannya. Liem Tou, kau pergilah., Bentaknya dengan keras Kau pergilah
. . . aku bisa cari dirimu pada suatu hari aku akan bunuh kau.
kau tidak akan lolos dari tanganku.
Sembari berkata dia meremas-remas tanngannya, wajahnya
kelihatan berubah sangat menyeramkan.
Baiklah, sahut Liem Tou tidak sabaran lai gi. Kalau kau ingin
mencari aku carilah setiap saat aku bisa menunggu
kedatanganmu, dan setiap saat aku bisa mengalah tiga jurus
kepadamu, tetapi sekarang kau menyingkirlah dulu, Liem Tou
tidak akan banyak ngomong dengan orang gila seperti kau.
Oei Poh segera melototkan sepasang mata nya. dengan
gusar dan bencinya dia memandang diri Liem Tou tak
berkedip setelah itu barulah menyingkir kesamping.
"Kau pergilah Liem Tou !" teriaknya ke mudian. "Sekarang
walaupun kau sudah hancur jadi abu aku masih bisa
mengganti dirimu kembali !"
Tetapi mendadak seperti baru saja teringat akan sesuatu hai.
tiba tiba membentak lapi :
"Tunggu dulu Liem Tou kau bilang apa ?"" Kau ingin
mengalah tiga jurus kepadaku ?"?" Aku tidak mau mengalah
terhadap dirimu, kau masih hutang tiga laksa tahil perak dari
Cing Liong Piauw-kiok . . . kau pernah dua kali merolong aku
maka akupun akan melepas dirimu dua kali, setelah hutang di
antara kita lunas aku baru akan turun tangan membinasakan
dirimu." Liem Tou yang mendengar perkataan yang sama sekali tidik
waras itu dalam hiti merasa tidak tega untuk mendengar,
Baru saja dia siap-siap meninggalkan tempat itu mendadak
dari samping pepohonan dia mendengar suara yang
mencurigakan. terdengar olehnya ada orang yang sedang
berjalan di antara rerumpuian.
Dengan cepat Liem Tiu mengheitikan langkahnya dan
manoleh kearah semak belukar itu.
"Siapa yang sedang mencuri dengar pembicaraan kami?"
bentaknya. Jilid 30 BARU saja dia selesai membentak dari balik pepohonan
terdengarlah berkumandang datang suara tertawa yang amat
keras disusul munculnya seorang kakek tua yang rambut serta
jenggotnya sudah putih semuanya, sambil tertawa dia berjalan
mendekat. "Kalian dua orang engkoh cilik bunuh ini bunuh itu, sebetulnya
siapa yang mau membunuh siapa ?" tanyanya.
Saat ini hati Liem Tou sudah dibuat kebingungan dan kacau
oleh perkataan yang diucapkan oleh Oei Poh itu, mendengar
perkataan tersebut dia segera mengerutkan alisnya rapatrapat
kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun segera
putar badannya siap siap meninggalkan tempat itu.
Siapa tahu pada saat itulah terasa ada segulung angin
pukulan yang menyambar datang dari belakang badannya.
Liem Tou yang sama sekali tidak menduga datangnya
serangan tersebut dalam hati merasa sangat terperanjat, baru
saja dia mau melihat lebih jelas lagi tahu tahu angin pukulan
itu sudah berubah arah putar menyerang dari depan
badannya. Kali ini Liem Tou benar benar dibuat gelagapan, seketika
juga tubuhnya terdesak oleh datangnya angin serangan
tersebut sehingga mundur tiga langkah kebelakang. Baru saja
Liem Tou berhasil berdiri tegak terdengarlah kakek tua yang
rambutnya sudah memutih semua itu telah tertawa terbahak
bahak dengan amat kerasnya.
"Hey erngkoh cilik, jika dilihat dari sinar matamu kelihatannya
kau mempunyai asal asul yang besar, haa . . baa . . siapa
sangka ternyata ssma sekali tidak becus."
Sejak berhasil melatih ilmu silat dari kitab pusaka To Kong
Pit Liem Tou belum pernah menderita kekalahan seperti
kejadian ini hari sudah tentu rasa terperanjatnya kali ini sukar
untuk dilukiskan, bersarnaan pula dia merasa amat gussr
sekali. "Aku sama sekali tidak kenal dengan dirinva. Kenapa dia
melancarkan serangan membokong diriku?" Pikirnya di dalam
hati. Berpikir sampai disini mendadak ia memutar badannya.
tampaklah si kakek tua berambut putih itu masih tertawa
dengan senang-nya. Mendadak ujung bajunya kembali dikebut kedepan, terasalah
segulung angin pukulan yans amat keras menyerang kearah
Oei Poh dengan gaya yang sama seperti tadi.
Oei Poh yang tak mengetahui akan kelihayan dari
datangnya angin pukulan si kakek tua itu segera menperkuat
kuda-kudanya lalu dengan mengerahkan seluruh tenaga
dalam yang di milikinya menyambut datangnya serangan
tersebut dengan keras lawan keras.
Siapa tahu baru ssja pukulannya didororong kedepan
bayangan musuh sudah lenyap tak berbekas membuat dia jadi
sempoyongan ke depan. Dengan rasa yang amat terperanjat dia segera menarik
kembali angin serangannya, pada saat itulah terasa ada
segulung angin pukulan yang amat keras sudah menghantam
punggungnya membuat dia tak kuasa lagi segera jatuh
tersungkur keatas tanah. Sewaktu merangkak bangun kembali matanya sudah
terbelalak besar sedang mulutnya melongo.
Liem Tou yang dikalahkan oleh kakek tua itu dalam hati
merasa rada tidak terima, dengan wajah yang amat marah dia
membentak. "Kiranya sudah kedatangan seorang jagoan berkepandaian
tinggi, kita saling tidak kenal satu sama lainnya, kenapa
dengan meminjam kesempatan orang lagi tidak siap kau
melancarkan serangan bokongan?"
Kakek tua itu cuna tertawa keras saja.
"Engkoh cilik ! bilamana aku sungguh sungguh hendak
berkelahi dengan kalian apa kalian kira bisa menangkan aku ?"
katanya sambil tertawa tergelak. "Tetapi . . haruslah kalian
ketahui aku terpaksa turun tangan memberi hajaran kepada
kalian hal ini dikarenakan telinga aku si orang tua tidak
terbiasa mendengarkan kata kata saling bunuh membunuh
yang kalian ucapkan tadi."
"Tidak kusangka sama sekali kau orang tua yang usianya
sudah lanjut masih suka saja mengurusi pekerjaan orang lain .
. !" Teriak Liem Tou pula dengan gusar. "Jika didengar dari
pada suaramu agaknya kau memiliki kepandaian silat yang
amat tinggi, Hm. mari, mari, aku minta beberapa jurus
petunjuk darimu, aku mau lihat apakah kau berar benar
sangat luar biasa !"
"Apa" kau berani menantang bertempur dengan aku .. ?"
gertak si orang tua berambut putih itu sambil melototkan
matanya. "Apakah badanmu sudah benar benar gatal
sehingga minta digebuk " Aku orang paling tidak suka bermain
geguyon dengan bccah cilik seperti kalian-kalian ini!"
Mendadak suatu pikiran sudah berkelebai dihati Liem Tou
tangannya segera direntangkan kedepan siap siap
menghadapi serangan. Dugaannya sedikitpun tak salah, begitu selesai berbicara,
kakek tua itu sudah mengebutkan ujung bajunya kembali
kedepan. Kali ini Liem Tou tidak mau tertipu lagi dia tahu walaupun
serangannya dilancarkan dari depan, tetapi angin pukulan
yang sebetulnya adalah menyerang dari belakang.
Terdengar si orang tua berambut putih itu tertawa terbahak
bahak, ujung baju sebelah kirinya dengan cepat kirim satu
pukulan lagi kedepan, kali ini serangannya adalah angin
pukulan yang lurus kedepan.
Liem Tou Tou yang sedang membelakangi musuh segera
merasakan punggungnya tertekan hebat. tubuhnya jadi
terhuyung huyung dan terdesak maju tujuh delapan langkah
jauh-nya. Seketika itu juga, air muka Liem Tou berubah sangat hebat,
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan baru saja dia mau mengumbar hawa ararahnya tiba tiba
teringat kembali olehnya akan semacam ilmu pukulan dari
Heng San pay yang pernah dilihatnya dikitab pusaka Toa Loo
Cin Keng, cuma sayang ilmu pukulan itu sukar dilatih dan
sudah lama lenyap dari Bu lim sehingga dengan demikian
tiada orang yang berhasil mempelajarinya.
"Hey orang tua tunggu dulu!" Teriak Liem Tou setelah
berpikir sampai disitu. "'Apakah kau adalah cianpwee dari partai Heng san Pay ?"
Mendengar pertanyaan itu si orang tua jadi tertegun, tetapi
sebentar kemudian air mukanya sudah berubah sangat hebat.
"Kau tidak usah banyak berbicara lagi bukankah kau minta
pelajaran tiga jurus dari diriku " sekarang baru satu jurus !"
Tidak menanti jawaban dari Liem Tou lagi ujung jubahnya
lantas dikebutkan kedepan segulung angin pukulan yang amat
dahsyat segera menggulung kedepan.
Kali ini Liem Tou jadi lebih berpengalaman, dia sama sekali
tidak mau menerima datangnya angin pukulan tersebut
sebaliknya menyingkir kesamping untuk menghindarkan diri.
Siapa tahu angin pukulan dari si kakek tua itu seperti
mempunyai serasang mata saja, baru saja tubuhnya
menyingkir kesamping angin pukulan tersebut dengan
mengikuti gerakan tubuhnya sudah berkelebat datang lagi.
Liem Tou segera merasakan tangan kirinya jadi amat sakit,
dengan amat tepatnya angin pukulan itu menghajar
badannya. Hawa amarah mulai muncul dari dasar hati Liem Tou.
"Jurus kedua sudah lewat, cepat lancarkanlah jurus ketigamu
!" Bentaknya. Pada saat ini didalam hatinya dia sudah mengambil keputusan
hawa murninya secara diam diam disalurkan mengelilingi
seluruh tubuh. "Haa . .haa . .engkoh cilik nyalimu sungguh tidak kecil"
Teriak si kakek tua rambut putih itu dergan keras. "Sudah ada
puluhan tabun lamanya tiada orang lain lagi yang berani
menantang aku untuk berkelahi. Kalau begitu rasakanlah
kelihayan dari aku si orang tua !"
Liem Tou tidak menjawab lagi, kuda kudanya lantas
diperkuat siap siap menghadapi musuh.
Si kakek tua berambut putih itu kembali tertawa terhahak
bahak, pukulan yang ketiga secara mendadak menerjang
keluar dengan dahsyatnya.
Liem Tou segera mantapkan hatinya, kali ini tidak mau
menghindar sebaliknya diam-diam mengerahkan tenaga
murninya sampai delapan bagian lalu dibabat kedepan dengan
amat gencar. Segulung angin pukulan yang amat tajam dengan cepat
menyambut datangnya tubuh si kakek tua itu.
Air muka siorang tua jadi berubah hebat, wajah yang semula
merah padam kini sudah berubah jadi pucat pasi.
"Sungguh telengas seranganmu . . ." Bentaknya dengan keras.
Baru saja perkataannya selesai diucapkan, tiba tiba . . .
"Braaak . . . ! " tubuhnya dengan kerasnya sudah kena
dihantam satu kali oleh pukulan dari Liem Tou ini, dia segera
terpukul mundur tiga langkah kebelakang dengan terhuyunghuyung,
wajahnya yang pucat pasipun kini sudah berubah jadi
menghijau sedang tubuhnya goncang dengun amat keras
sekali. Sebaliknya Lim Tou sendiripun terkena pukulan "Cian Hong
Clang" dari kakek tua itu sehingga maju dua langkah kedepan,
agaknya sikakek tua itu tidak bermaksud melukai dirinya
sehingga walaupun badannya terpukul tapi sama sekali tidak
terluka. Akhirnya siorang tua berambut putih itu berhasil
menenangkan badannya kembali
Kitab Mudjidjad 11 Hantu Wanita Berambut Putih Pek Hoat Mo Lie Karya Liang Ie Shen Kisah Pedang Di Sungai Es 16
berputar setengah linpkaran belum sempat telapak kanannya
ditarik kembali telapak kirinya dengan menggunakan jurus "Im
Liong Siam Cu" atau naga marah mengunjukkan cakar
menerobos kedepan mencengkeram dada Liem Tou.
"Liem Tou," bentaknya dengan keras. "Kau orang tidak usah
banyak bicara lagi, cepat terimalah datahgnya serangan ini."
Kelihatan cengkeraman tangan kiri dari Lie Loo-jie hampir
mencapai pada sasarannya, mendadak Liem Tou menarik
dadanya ke belakang dan meloncat mundur lima langkah.
"Supek, kau jangan marah dulu, dengarkanlah perkataan dari
sutitmu !" teriaknya dengan gugup.
Tetapi Lie Loo-jie tidak mau tahu, dia tetap melancarkan
serangannya dengan gencar.
"Bangsat cilik" bentaknya dengan suara yang keras sekali,
"Ternyata kau orang yang mempunyai simpanan. Hmm, Liem
Tou, terima lagi seranganku ini."
Tubuhnya maju beberapa langkah kedepan sepasang
telapak tangannya dengan bersama-sama melancarkan
serangan kedepan. Yang kiri dengan menggunakan ilmu serangan aliran Siauw lim
pay sedang yang kanan menggunakan ilmu serangan dari
aliran Thay Khek Pay bersama-sama menyerang ke-depan.
Melihat datangnya serangan tersebut tanpa terasa Liem
Tou jadi tertegun. "Ilmu pukulannya ini mana mirip dengan satu serangan yang
dilancarkan oleh seorang jagoan terkenal?" Pikirnya didalam
hati. Tidak lebih serangannya mirip dengan tukang jamu mencari
uang. Sewaktu melihat kearah kakinya Liem Tou lantas dapat
melihat kalau gerakan dari Lie Loo-jie ini diantara sungguhsungguh
sebetulnya kcsong, tidak terasa lagi dia tertawa
ringan, baru saja dia bermaksud untuk mundur kebelakang
mendadak satu ingatan berkelebat didalam hatinya, tiba-tiba
dia menjerit kaget. "Supek, kau ingin menggunakan akal?"
Bukannya mundur dia malah maju kedepan sekali jejak,
tubuhnya sudah melayang sejauh dua kaki lebih. Begitu
tubuhnya mencapai tanah angin serangan sudah menyambar
lewat dibelakang badannya. Dengancepat Liem Tou putar
badannya dan tepat saling berhadap-hadapan dengan diri Lie
Loo-jie. Lie loo jie yang melihat gerakan dari Liem Tou ini seketika
itu juga dibuat tertegun, lama sekali dia berdiri termangumangu
tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Liem Tou tidak mau membuang kesempatan ini lagi, dengan
cepat dia membungkukkan badannya menjura.
"Supek" panggilnya dengan hormat.
"Haa. . . haa Liem Tou; kali ini supekmu baru benar-benar
merasa takluk dengan dirimu !" seru Lie Loo jie sembari
tertawa terbahak-bahak. "Orang-orang Bu-lim paling
mengutamakan perjanjian yang sudah diucapkan, kau sudah
mengundang aku datang keatas gunung Cing Shia bilamana
tidak bertempur bagaimana hal ini bisa jadi " Baiklah ! Kali ini
aku sudah menyerang tiga jurus terhadap dirimu tetapi
berhasil kau hindari semua tanpa membalas. hal ini masih
tidak temasuk bilangan, mari sekarang kita ulangi sekali lagi,
aku mengalah tiga jurus buatmu,"
"Supek sudahlah buat apa kita berguyon semacam itu " Hal itu
mana mungkin boleh ?" teriak Liem Tou sambil goyangkan
tangannya. Air muka Lie Loo jie segera berubah jadi amat keren,
mendadak dengan gusarnya dia membentak keras:
"Liem Tou ! Siapa yang lagi berguyon dengan dirimu " Apa
kau ingin merusak nama baik yajg telah aku pupuk selama ini"
Ayoh cepat mulai turun tangan !"
Sembari berkata dia lantas mempersiapkan kuda-kudanya
untuk menyambut datangnya serangan.
Liem Tou yang melihat akan hal ini diam diam didalam hati
merasa bergidik tidak menyerang tidak enak menyerangpun
tidak mungkin bisa terjadi sewaktu dia sedang merasa serba
susah itulah mendadak terdengar suara pekikan burung
rajawali kembali berkumandang datang.
Liem Tou dengan cepat dongakkan kepalanya memandang,
terlihatlah diatas gunung Thian Gang san yang berada paling
berhadap-hadapan dengan dirinya berdua, berdiri-lah Thian
Pian Siauw cu itu, Kiem jie serta Peng jie tiga orang.
Diatas udara berbarislah berderet-deret burung elang yang
membentuk satu barisan di atas ditengah; dibawah masingmasing
dibagi menjadi tiga lapis diantara masing-masing lapis
jaraknya ada berpuluh kaki tingginya sehingga kelihatan amat
menyeramkan sekali. Diam-diam dalam hati Liem Tou merasa amat terkejut dia
tahu bilamana kawanan burung elang ini mulai melancarkan
serangannya mska keadaannya pasti sangat berbahaya sekali.
Dengan mengambil kesempatan ini Liem Tou lantas
menoleh kearah Lie Loo jie dan ujarnya;
"Supek, keadaan pada waktu ini sangat berbahaya sekali apa
lagi burung burung elang itu bersama-sama melancarkan
serangan ke arah bawah, untung saja janji yang sudah Sutit
ucapkan masih ada sembilan hari lamanya tiga jurus serangan
itu bagaimana kalau kita undurkan dilain waktu saja ?"
Mendengar perkataan itu Lie Loo jie berpikir sebintar,
akhirnya mengangguk. "Itu baru bagus ! Tetapi perlu aku beritahu padamu, tidak
perduli bagaimanapun juga ketiga buah jurus ini tidak bisa kau
hindari lagi !" katanya.
"Hal ini sudah tentu !" jawab Liem Tou dengan cepat.
Dia berhenti sebentar untuk kemudian berganti bahan
pembicaraan, ujarnya lagi :
"Jika ditinjau dari keadaan saat ini agak-nya tidak terhindar
lagi kita harus bertempur sengit dengan kawanan burungburung
elang itu; menurut pendapat Supek sekarang
bagaimana enaknya ?"
Belum sempat Lie Loo jie memberikan jawabannya, Thian
Pian Siauw-cu yang ada di gunung sebelah depan sudah
berteriak : "Loo Sang ! Kau yang disebut sebagai seorang jago kawakan
yang sudah punya nama besar didalam Bu-lim, sungguh tidak
tahu malu waktu perjanjian belum tiba kenapa kau sudah
datang kemari melukai burung elangku " Aku mau dengar apa
alasanmu kau berbuat demikian !"
Sepasang mata dari Lie Loo jie segera dikerutkan rapatrapat
"Aaah.. sudah ada !" teriaknya dalam hati. Mendadak dia
tertawa dingin. "Ke Hong !" balas teriaknya. ,.Kau jangan
menggunakan cara kuno ini; terang-terangan kau sudah
perintahkan burung-burung jelekmu itu untuk menyerang aku;
sekarang dengan tidak tahu malu ternyata kau sebaliknya
malah menyalahkan orang lain - - - hm! mukamu ternyata
makin tahun makin bertambah tebal."
"Haa - - -haa" tidak kuasa lagi Thian Pian Siauw cu tertawa
terbahak-bahak. "Lie Sang! bilamana kau orang tidak
mendatangi puncak pertama ini untuk mengganggu mereka,
apa mereka dapat terbang ketebing Leng Ay di-atas gunung
Go bie mu untuk mengganggu kau orang ?"
"Cuh ! Ke Hong, tidak kusangka kau orang masih bisa
mengucapkan kata-kata seperti itu" Maki Lie Loo jie dengan
gusarnya "kalau aku tidak diperkenankan datang sebelum
waktu perjanjian, apa lantas cuma kau saja yang boleh " aku
lihat lebih baik kau tarik kembali terlebih dahulu kawanan
burung-burung jelek kesayanganmu itu, buat apa kau mencari
malu dihadapan kami dengan mempamerkan barang-barang
sejelek itu." Thian Pian Siauw cu sama sekali tidak menggubris akan
kata-kata dari Lie Loo jie ini, mendadak tanyanya dengan
suara keras : "Hey Lie Sang, siapa yang di samping itu ?"
Dikarenakan jaraknya yang cukup jauh ditambah pula Liem
Tou yang kini sudah menginjak dewasa sehingga
dandanannya pun sudah berubah pula sudah tentu membuat
dia sama sekali tidak kenal.
"Ke Hong, kau mau mengetahui siapakah orang ini " Heee .
. . heee . . . dia orang mempunyai sangkut paut yang amat
besar sekali dengan dirimu masih ingatkah kau dengan suteku
si pancingan emas sakti Liem Ceng " dia adalah putranya;
sudah tentu sutit-ku sampai waktunya kan boleh mencicipi
bsgaimana rasa pedasnya jahe !"
"Ha ! Si pancingan emas adalah panglima yang pernah
menderita kekalahan ditanganku buat apa aku gubris dia
orang ?" "He, kalau memangnya putranya mau mencari gara-gara
janganlah kau salahkan aku Thian Pian Siauw cu terlalu
menghina orang, selamat bertemu dikemudian hari," Teriak
Thian Pian siauw-cu kemudian dengan suara yang
mengandung nada penghinaan.
Selesai berkata tangan kirinya segera di-gape, segera
terdengarlah suara pekikan nyaring dari burung rajawalinya
disusul dua kali pekikan pendek burung elang yang ada
diangkasa bagaikan tawon bersama-sama melayang menuju
kepuncak pertama, Lie Loo jie yang melihat mereka berhasil
meloloskan diri dari kurungan segera menoleh kearah Liem-
Tou. "Sutit, mari kitapun harus pergi." Agaknya mendadak dia
menemukan wajah Liem Tou sudah berubah merah padam,
dengan termangu-mangu berdiri tak bergerak sepasang
matanya melotot keluar saat ini dengan suaranya sedang
memandang kearah gunung dihadapannya.
Melihat akan hal itu diam-diam Lie Loo jie merasa hatinya
sedikit bergerak, dia tahu dia orang sudah terbakar hatinya
oleh gosokan Thian Pian Siauw cu dengan terburu-buru
hiburnya. "Sutit mari kita pergi saat ini kita tidak perlu banyak beribut
dengan dirinya." Tidak menanti jawabannya dari Liem Tou lagi dia segera
menepuk pundaknya kemudian dengan gerakan yang
berkelebat menuju kebawah puncak kedua sebelum menemui
puncak tersebut. Dengan gemas bencinya Liem Tou kirim satu kerlingan kearah
Thian Pian Siauw cu kemudian baru terburu buru menyusul Lie
Loo jie. Setelah mengitari sebuah bukit akhirnya sampailah mereka
dibelakang gunung Ha Mo Leng dan tiba didepan rumah Lie
Siauw Ie. Lie Siauw Ie yang melihat munculnya Liem Tou disana,
sepasang matanya segera berubah memerah kembali, katakata
pertama yang diucapkan keluar adalah memaki diri Liem-
Tou. "Liem Tou !" Teriaknya." Sejak semula kau sudah tahu kalau
ibuku meninggal kenapa tidak kau sampaikan kepadaku ?" kau
terus-menerus mengelabui diriku, bukankah . . ."
Berbicara sampai disini dia segera melengos kearah lain.
Liem Tou yang semula memang sedang mangkel dan
murung saat ini terpaksa dengan menahan sabar menjawab :
"Enci Ie kau jangan terlalu sedih, sebetulnya aku bermaksud
baik terhadap dirimu."
Lie Siauw Ie segera mendengus dan tidak mengucapkan kata
kata lagi. Dengan mengambil kesempatan itu Lie Loo jie segera
menghibur dirinya : "Ie jie, perkataan dari Liem Tou sedikit-pun tidak salah, dia
bermaksud baik terhadap dirimu janganlah menyalahkan
dirinya lagi." "Tidak ! semuanya ini memang kesalahanku" tiba-tiba kata
Liem Tou dengan gugup." Semuanya ini akulah yang bersalah
tidak seharusnya aku mengelabui enci Ie."
Saking terharunya air matanya segera berubah jadi
memerah, tetapi dengan sekuat tenaga dia berusaha untuk
menahan golakan tersebut dan melengos memandang
kedepan jendela .... Lama sekali dia termenung, akhirnya dengan suara yang
perlahan serunya : "Aku pergi dulu !"
"Liem Tou, kau hendak kemana ?" Teriak Lie Siauw Ie
dengan terkejut setelah mendengar perkataan tersebut.
Terlihatlah sesosok bayangan hijau dengan amat cepatnya
berkelebat keluar melalui pintu dan sebentar kemudian sudah
lenyap tak berbekas. "Adik Tou !" teriaknya kemudian sambil memburu keluar
pintu. "Kau jangan menaruh rasa marah terhadap cicimu.
cicimu sama sekali tidak menyalahkan dirimu."
Tetapi bayangan tubuh dari Liem Tou sudah lenyap tak
berbekas sekalipun dia sudah berteriak sampai pecah
tenggorokannya pun tidak berguna.
Sekeluarnya dari rumah Lie Siauw Ie dengan beberapa kali
loncatan Liem Tou sudab berada kembali dibelakang
perkampungan, pada saat ini hatinya merasa amat sedih,
kecut dan pedih. Sesampainya ditempat persembunyian kerbaunya, sambil
mendeprok keatas punggungnya dia berseru dengan sedihnya.
"Oooh, engkoh kerbau " bilamana aku mati kau hendak
membawa aku pergi kemana ?"
Semakin dipikirkan semakin sedih tidak kuasa lagi dia
menangis tersedu-sedu. Lama . . . lama sekali, cuaca mulai menggelap . . .burungburung
pada terbang kembali kesarangnya suasana begitu
sunyi . . . . cuma terdengar suara tiupan angin yang menderuderu
mengiringi suara ramainya jangkerik bernyanyi.
Akhirnya Liem Tou sadar kembali dari kesedihannya dengan
cepat dia bangkit berdiri dan berlari menuju kehadapan
kuburan ayahnya. Dia melihat tumbuhan alang-alang tumbuh dengan tebalnya
disekeliling kuburan tersebut hatinya merasa jadi kecut
sehingga tidak kuasa lagi titik air mata menetes keluar.
"Tia." Mohonnya dalam hati "Maafkanlah putramu sudah lama
berkelana ditempat luaran sehingga tidak dapat menyambangi
dirimu, kali ini putramu sengaja datang untuk mengunjuk
hormat kepada dirimu."
Sehabis berkata dia jatuhkan diri berlutut dan menjalankan
penghormatan didepan kuburan itu sebanyak delapan kali,
setelah dari habis berdoa dengan perlahan dia baru bangkit
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berdiri dan memindahkan batu nisan tersebut kesamping.
Kini dihadapannya muncullah sebuah liang yang tertutup
dengan batu bata, sebuah demi sebuah dia memindahkan
pula batu-batu tersebut kesamping sebingga akhirnya
muncullah sebuah peti mati yang hancur dan berantakan
didalam liang itu. Liem Tou segera membungkukkan badannya untuk
membuka penutup peti mati itu. Seketika itu juga tampaklah
seperangkat kerangka manusia yang hitam mengkilap muncul
dihadapannya begitu melihat kejadian tersebut Liem Tou
segera merasa telinganya mendengung keras, kepalanya
seperti dipukul, tidak kuasa lagi air mata bercucuran dengan
derasnya : "Binatang !" Teriaknya dengan suara gusar sekali. "Binatang
itu . . . binatang itu harus kubunuh , . . . ! Bajingan tua anjing
laki-laki ! Ternyata ayah benar-benar mati karena diracuni
olehnya. bangsat anak sundal ' Aku tidak akan melepaskan dia
sampai besok pagi, aku merasa bersalah terhadap Tia ...!"
- o)(o- " SEMBILANBELAS LAMA kelamaan dari rasa sedih dan pedihnya kini berubah
menjadi rasa gusat yang memuncak . .. .
Dia tidak berani menggunakan tangannya untuk mengambil
tulang belulang yang sudah menghitam itu karena takut
terkena racun, dengan menggunakan kayu-kayu lapuk yang
semula menutupi kuburan itu kemudian memasang pula batu
nisannya. "Aku mau bunuh mati dirinya !" teriaknya didalam hati. "Aku
mau cukil keluar sepasang matanya, mengorek keluar
jantungnya, aku buktikan didepan penduduk kampung kalau
mereka mempunyai seorang Cung-cu yang berhati kejam."
Dia segera berjalan meninggalkan kuburan ayahnya menuju
kedalam hutan, belum sampai berapa jauhnya dia berjalan
mendadak dari dalam hutan muncul kembali seorang, sekali
pandang saja Liem Tou sudah tahu kalau dia adalah Lie Loo
jie tetapi dia sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata
bahkan sama sekali tidak menggubris dirinya!
Lie Loo jie segera berjalan kehadapsn Liem Tou, sewaktu
dilihat wajahnya sudah berubah jadi hijau membesi dan
memperlihatkan rasa gusar yang menyala-nyala dalam hati
segera menjadi paham. "Liem Tou !'" ujarnya dengan perlahan. "Biarkanlah Supekmu
menjaga dirimu dari samping !"
Liem Tou dengan perlahan memandang Lie Loo jie
kemudian mengangguk. "Aku mau bunuh dia !" katanya.
Sesampainya ditengah hutan dia lantas meloncat naik keatas
pohon untuk menantikan kedatangan dari 'Ang In Sin Pian'
Pouw Sak San. Kentungan pertama. Kentongan kedua dengan cepatnya
berlalu, malam semakin kelam bulan dan bintang bersemburyi
dibalik awan. Ditengah kesunyian yang mencekam seluruh perkampungan
itu, mendadak, dari balik pepohonan muncul empat sosok
bayangan manusia yang dengan cepatnya melayang kearah
kuburan disamping hutan itu.
Begitu mereka berempat mencapai depan kuburan segera
terdengarlah salah seorang di antara mereka tertawa dingin.
"Liem Cong !" serunya dingin. "Payah-payah kau
menyembunyikan nama dan kedudukanmu, mungkin orang
lain dapat kau kelabui tetapi jangan harap bisa lolos dari
penglihatan aku si Ang In Sin Pian ! Ini hari aku mau suruh
kau pindah rumah, agar putramu yang ganas itu mendapatkan
hasil yang sia-sia !"
Dengan perlahan dia menoleh kembali me mandang kearah
kawan-kawannya kemudian sambungnya :
"Malam ini kita harus cepat-cepat turun tangan, Susiok couw
dan Suhu sudah menunggu kita didalam perkampungan !"
"Ayo mulai !" Batu nisan itu segera diangkat keatas sehingga muncullah
liang kubur yang tertutup oleb batu bata itu, baru saja dia
hendak memindahkan batu-batu itu mendadak dengm
tergesa-gesa dia bangkit berdiri lagi menoleh kearah Si 'Liong
Ciang' Lie Kian Poo. "Kian Poo heng." serunya. ,,Coba kau kemari pindahkan batubata
itu !" Lie Kian Poo segera menyahut dan mewakili dirinya untuk
bungkukkan badan memindahkan batu-bata tersebut.
Saat itulah si 'Ang In Sin Pian' Pouw Sak San yang dibelakang
badannya dengan perlahan angkat telapak tangannya keatas
untuk siap-siap digaplokkan keatas jalan darah Thian Seng
diatas ubun-ubunnya. "Hauw Jiaw." Pouw Tong yang ada disampingnya sewaktu
melihat perbuatan dari Cungcunya ini dalam hati merasa amat
terperanjat sekali, mendadak ujarnya :
"Cungcu, kau bilang kepandaian silat yang dimiliki Susiok couw
amat tinggi sehingga sukar untuk dicarikan tandingannya bila
perkataan ini sungguh-sungguh bukankah Liem Tou bangsat
cilik itu datang kemari cuma mengantarkan kematiannya
dengan sia-sia belaka" Kita tak perlu takut kepada dirinya lagi
!" Si " Aig In Sin Pian" Pouw Sak San yang baru saja mau
gaplokkan telapak tangannya kebawah mendadak diganggu
oleh perkataan dari Hauw Jiauw ini dengan cepat dia menarik
kembali tangannya kemudian dengan gemasnya melototi diri
Pouw Toa Tong. "Pouw Toa Tong !" sahutnya. "Bila kau tidak percaya
sampai waktunya kau bisa mengetahui sendiri."
Sembari putar badannya sekali dia angkat telapak tangannya
siap-siap digaplokkan kembali keatas ubun-ubun dari Lie Kian
Poo, siapa tahu baru saja tangannya diangkat mendadak
tampaklah secarik dedaunan dengan sangat cepatnya terjatuh
ketangannya membuat saking terkejutnya dengan gugup dia
menarik kembali tangannya.
Ketika mendongakkan kepalanya keatas terlihat olehnya
pepobonan yang tumbuh disekitar sana ada tiga kaki jauhnya
dari kuburan tersebut, tetapi bagaimana daun tersebut bisa
begitu tepat terjatuh keatas tangannya " bahkan pada saat ini
adalah permulaan musim panas, mana mungkin ada daun
hijau yang tanpa sebab rontok dari rantingnya " Tidak terasa
lagi dalam hati dia mulai timbul rasa curiga.
Pada saat itulah mendadak Lie Kian Poo yang sedang
berjongkok sudah meloncat ke samping; kemudian dengan
pandangan ragu-ragu memandang terpesona diri Ang In Sin
Pian, lama sekali barulah tanyanya :
"Cungcu, kenapa kau mau memukul aku orang Lie Kian Poo ?"
Mendengar perkataan tersebut air muka Ang In Sin Pian
segera berubah sangat hebat sekali.
"Kian Poo heng !" ujarnya dengan dingin. "Kenapa kau
ngomong yang bukan-bukan ?" Secara samar-samar pada
ujung bibirnya tersungging suatu senyuman yang licik,
sembari berjalan dia mendekati diri Lie Kian Poo.
"Kian Poo-heng !" ujarnya lagi. "Kau merasa, apakah aku
dapat melancarkan serangan untuk menghantam kau "
Kenapa aku harus turun tangan menghantam dirimu "'*
Dengan pandangan ragu-ragu Lie Kian Poo memperhatikan
sekejap kearahnya kemudian baru jawabnya :
"Tadi sepertinya disamping telingaku ada orang yang lagi
berbisik" "Paman Kian Poo cepat menyingkir. Cung cu mau
menghantam kau sampai mati, karenanya aku lantas meloncat
kesamping" Mendengar perkataan tersebut sepasang biji mata dari Ang
In Sin Pian berputar-putar kemudian mengerutkan alisnya
rapat-rapat. "Apa sungguh ?" tanyanya.
Tetapi didalam hatinya diam-diam dia tertawa geli, ujarnya
lagi : "Terang-terangan didalam hati kau sudah menaruh curiga
kepada diriku sehingga didalam hati kau tidak berhasil
menguasai pikiranmu sendiri, dengan sendirinya telingamu
pun samar-samar seperti mendengar suara orang lagi
berbicara . . . Hmm ! kau orang tidak usah banyak pikir yang
bukan-bukan lagi." Dia berjalan maju dua langkah kedepan.
Si "Liong Ciang" Lie Kian Poo yang melihat dia mendesak maju
lebih mendekat lagi, tak kuasa lagi dia mundur satu langkah
kebelakang. "Cung cu !" Serunya dengan ccmas. "Kenapa kau memandang
aku seperti itu" Kenapa kau mendekati aku terus " Wajahmu
sungguh menyeramkan sekali!"
Ang In Sin Pian segera tertawa tergelak kepada Pouw Toa
Tong tiba-tiba ujarnya ; "Toa Tong-heng, ksu lanjutkan membongkar batu-batu yang
menutupi itu !" Waktu ini sekalipun pada wajahnya tidak memperlihatkan
sedikit perubahan apapun padahal didalam hati dia merasa
amat tegang sekali, diam diam dia mengerahkan seluruh
tenaga dalamnya keseluruh lengan untuk siap siap
menghadapi segala kemungkinan.
Orang yang lain Pouw Siauw Ling pun bisa melihat maksnd
hati dari ayahnya Si Ang In Sin Pian tersebut, saat ini
walaupun dia kepingin melihat gerak-gerik dari ayahnya serta
Lie Kian Poo, tetapi dia tidak berani melaksanakan niatnya itu,
sepasang matanya terpaksa diarahkan kepada Pouw Toa
Tong. Karena itulah tanpa disadari lagi suasana diaatara keempat
orang itu jadi berubah semakin tegang dan semakin sunyi tiga
orang diantaranya dalam hati sudah mempunyai rencana
maka wajahnya pada mantap sebaliknya Lie Kian Po yang
tidak mcngetahui maksud hati dari Ang In Sin Pian diam-diam
selalu waspada. Pada saat itulah mendadak mereka ber-empat dapat
mendengar suara langkah manusia yang semaiin lama
semakin mendekat disusul suara seoeorang yang sedang
bergumam dengan nada gemetar :
"Hutan belantara lebat bagaikan sutera-
Gunung bersalju membawa kepexihan di-hati "
Mendengar suara tersebut seluruh tubuh Ang In Sin Pian
jadi gemetar keras, sambil putar badan dan dia membentak
keras : "Siapa " Siapa kau ?"
Dari tengah kegelapan yang mencekam sekeliling hutan itu
dengan perlahan muncul seseorang,
"Cung cu ! jangan gugup, aku adalah Liem Tou" jawabnya
dengan kalem. Ang In Sin Pian jadi melengak, belum sempat dia
memikirkan sesuatu tahu-tahu tanpa mengeluarkan sedikit
suara maupun menimbulkan debu Liem Tou sudah melayang
dan berdiri dihadapannya bahkan dengan sikap yang amat
tenang dan penuh dihiasi senyuman dia berkata :
"Cung cu, tahukah kau ada urusan apa aku datang pada saat
ini kemari ?" Air muka Ang Ing Sin Pian sejak semula sudah berubah jadi
pucat pasi bagaikan mayat, untuk sesaat lamanya dia orang
tidak dapat mengucapkan sepatah katapun.
Mendadak Pcuvv Siauw Ling yang ada disampingnya sudah
melayang kedepan menghalangi didepan tubuh ayahnya Ang
Ing Sin Pian. "Liem Tou kau jangan berlaku kurang ajar terhadap ayahku."
Bentaknya keras. "Siauw Ling heng, bagaimana kau orang bisa tahu kalau aku
hendak berbuat kurang ajar terhadap ayahmu ?" ujar Liem
Tou sambil tertawa ringan. "Tidak Siauw Ling heng saat aku
masih tidak ingin berbuat kurang ajar terhadap ayannya, cuma
saja - - -" Berbicara sampai disini dia sengaja menghentikan kata
katanya. "Cuma bagaimana ?" Teriak Pouw Siauw Ling sambil
membelalakkan matanya lebar-lebar.
Sekali lagi Liem Tou tertawa ringan dengan perlahan-lahan dia
putar badannya sedang tepalak tangannya dengan amat
ringannya diayun kedepan kemudian badannya berputar
kembali dan kirim satu senyuman kearah Pouw Siauw Ling
serta Ang In Sin Pian. Mendadak . . .Pouw Toa Tong yang selama ini berdiri tertegun
didepannya liang kuburan itu meraung kesakitan kemudian
dari mulutnya memuntahkan darah segar, seketika itu juga dia
rubuh didepan kuburan dalam keadaan tak bernyawa.
Melihat kejadian yang mengerikan itu, Pouw Siauw Ling
merasakan seluruh bulu romanya pada berdiri, mendadak
teriaknya dengan kalap. "Liem Tou kau sudah bunuh dia... kau sudah bunuh paman
Toa Tong." Sikap Liem Tou masih tetap tenang-tenang saja, pada
wajahnya sedikitpun tidak mengalami perubahan.
"Benar, aku sudah bunuh mati Pouw Toa Tong" sahutnya
dengan nada yang amat dingin. "Sekarang kau tidak usah
banyak ngomong lagi, aku mau tanya pada ayahmu, masih
iagatkah dia akan perpisahan tiga puluh hari yang lalu di kota
Hong Kiat?" Mendengar perkataan tersebut Pouw Siauw Ling segera
menyambar kearah pinggangny untuk mencabut keluar
cambuk baja yang dililitkan disana.
"Air rauika Liem Tou segera berubah adem.
"Pouw Siauw Ling, "apa kau orang benar ingin mencari mati?"
Haa...?" Bentaknya gusar. "Coba kau lihat apa yang dipegang
di tangannya Pouw Toa Tong itu?"
Dengan cepat Pouw Siauw Ling meloncat kedepan dan
berjongkok disamping mayatnya Pouw Toa, terlihatlah olehnya
ditangan kanannya dengan kencang masih mencekal beberapa
batang paku pencabut nyawa.
"Sudah melihat dengan jelas belum ?" ujar Liem Tou lagi
dengan dingin. "Siapa yang berani menggerakkan senjata
tajam. aku segera akan mencabut nyawamu!"
Selesai berkata dia menuding kearah Ang In Sin Pian
ujarnya lagi. "Cung-cu! aku mau tanya akan tiga hal padamu. baik-baiklah
kau orang memberikan jawabannya. Pertama, kenapa kau
hendak membinasakan paman Liong Ciang ?"
Selama ini Ang In Sin Pian terus-menerus berdiri disamping
tanpa bergerak. Saat ini dia tahu kemunculan Liem Tou
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
banyak membawa bahaya daripada kemujuran sehingga
dalam hati dia terus menerus memikirkan cara cara untuk
melarikan diri. Dia pun ingin sengaja mengulur waktu sehingga
memancing rasa curiga dari Thiat Bok Thaysu serta penjahat
naga merah yang ada didalam perkampungan sehingga
mereka datang memberikan bantuannya.
Mendengar perkataan tersebut dia sengaja memperlihatkan
rasa herannya jawabnya kemudian :
"Liem Tou! Apa maksud perkataanmu itu" Liong Ciang, Kian
Poo-heng adalah salah satu jago berkepandaian tinggi
pelindung perkampungan kami dan merupakan tenaga yang
paling diandalkan oleh perusahaan ekspedisi Ang In Piauw
kiok, ada urusan apa aku hendak membunuh dirinya " Liem
Tou ! Bukankah perkataanmu itu terlalu menggelikan?"
"Baiklah ! Anggap saja pertanyaanku yang pertama sudah
kau jawab" ujar Liem Tou mengangguk. "Sekarang yang
kedua: Kenapa kau hendak membongkar kuburan ayahku?"
Ang In Sin Pian termenung berpikir sebentar, dia merasa
bilamana jawaban yang diberikan tidak hati-hati maka ada
kemungkinan segera akan terjadi bentrokan dengan dirinya,
karena itu dia tidak berani berlaku gegabah !
"Jika membicarakan soal ini boleh dikata merupakan satu
adat istiadat dari perkampungan kami." ujarnya dengan hati
hati. "Han San heng terhadap kita anggaota perkampungan
boleh dikata mendatangkan banyak rejeki. Kematiannya yang
mendadak itu sungguh merupakan satu kejadian yang diluar
dugaan, karena menurut peraturan dari perkampungan kita,
asalkan orang yang kita hormati setelah dikubur selama dua
tahun tulangnya harus di ambil untuk dipindah kedalam kuil
yang ada didalam perkampungan, sehingga penduduk
lainnyapun bisa ikut menghormatinya !"
Perkataan yang diucapkan oleh Ang In Cung cu ini
semuanya beralasan dan seperti sungguh-sungguh terjadi,
bilamana bukannya Liem Tou sudah tentu tahu terlebih dahulu
akan hal ini mungkin diapun bakal kena dikibuli.
Liem Tou segera tertawa dingin, gumamnya :
"Kalau memangnya bermaksud sebagai penghormatan,
kenapa menggali kuburan harus dimalam hari " apa mungkin
didalam hal inipun tidak memperkenankan orang lain untuk
ikut mengetahuinya " baiklah anggap saja urusan ini sudah
kau jawab dengan baik," Liem Tou termenung sebentar
mendadak alisnya dikerutkan rapat-rapat, dari sepasang
matanya secara samar samar memancar keluar nafsu untuk
membunuh yang tebal. "Sekarang yang ketiga" ujarnya dengan keras: "Pouw Sak San
sekarang aku minta kau beritahukan kepadaku, kenapa tulang
ayahku bisa berubah jadi hitam ?"
Mendengar pertanyaan itu air muka Ang In Sin Pian segera
berubah sangat hebat, mendadak dia mundur satu langkah
kebelakang seluruh tubuhnyapun gemetar dengan amat keras,
untuk beberapa saat lamanya dia tidak sanggup untuk
mengucapkan sepatah katapun.
Pada saat ini darah, panas yang ada didalam dadanya
sudah bergolak amat dahsyat dia benar tidak kuat menahan
rasa mangkel dan dendam yang selama ini dipendam dalam
hatinya, tubuhnya mendadak bergeser dua langkah kedepan
Ang In Sin Pian. "Cung cu ?" ujarnya keras. "Sekarang kau tentunya
mengetahui, kenapa aku Liem Tou bisa sampai disini .
Perjanjian kita pada sepuluh hari yang lalupun harus kita
selesaikan pada saat ini juga, bilamana kau masih ada urusan
lain cepatlah sampaikan kepada Siauw Ling-heng untuk
mewakili kau menyelesaikannya."
Sehabis berkata mendadak tubuhnya ber-putar setengah
lingkaran ditengah udara, belum sempat Ang In Sin Pian
melihat jelas datangnya bayangan tahu-tahu Liem Tou sudah
ada dibelakang tubuhnya dan telapak tangannya sudah
menempel pada jalan darahnya Sin Ming Hiat pada
punggungnya. "Pouw Sak San," bentaknya dengan keras "Aku ayah
beranak dari keluarga Liem ada yang sakit hati dengan kalian
" Kenapa kalian turun tangsn kejam terhadap kami " Ini hari
kau sudah terjatuh ketanganku. Hm, kau tidak boleh lolos dari
kematian bilamana kau masih ada perkataan yang kira-kira
hendak kau sampaikan buat putramu cepatlah katakan,
bilamana aku sudah kerahkan tenaga dalam maka untuk
berbicara tidak bakal kau lakukan lagi untuk selamanya."
Didalam keadaan seperti ini sekalipun Ang Ln Sin Pian
mempunyai beribu ribu patah kata yang hendak disampaikan
juga tidak dapat diucapkan keluar, tidak terasa lagi dari rasa
terkejut dia jadi merasa putus asa dan menghela napas
panjang, dua titik air mata tidak kuasa lagi menetes keluar
membasahi pipinya. "Liem Tou !" ujarnya dengan sedih. "Aku membunuh si
pancingan emas sakti Liem Cong adalah dikarenakan dendam
perguruan, sekarang aku cuma merasa menyesal kenapa
tempo hari tidak sekalian membereskan nyawamu sehingga
meninggalkan bencana buat ini hari. Hey ! Kau turun
tanganlah, aku tidak ada perkataan lagi yang bisa dikatakan !"
"Tahan!" tiba-tiba Pouw Siauw Ling yang ada dtsampingnya
membentak dengan suara yang keras.
Tanpa memperdulikan apa pun dia segera maju kedepan.
"Pouw Siauw Ling !" Bentak Liem Tou, dengan gusar sewaktu
melihat tindakannya itu! ,,Cepat kau menyingkir dari sini,
kalau tidak aku segera akan turun tangan mencabut nyawa
ayahmu." Pouw Siauw Ling mana mau memperdengar suara
bentakan dari Liem Tou itu, dengan tanpa peduli nyawanya
sendiri kembali dia menubruk mendatang.
Liem Tou segera menggigit kencang bibirnya, mendadak dia
mengerahkan tenaga dalamnya menghantam punggungnya
dihadapannya, membuat Ang In Sin Pian saking sakitnya
lantas menjerit ngeri, isi perutnya terpukul luka sedang darah
segar memancur keluar dari mulutnya.
"Pouw Siauw Ling !" sekali lagi Liem Tou membentak keras.
"Bila kau maju lagi, ayahmu segera tidak ada nyawa lagi."
Pouw Siauw Ling tidak dapat berbuat apa-apa lagi,
mendadak dia menjatuhkan diri di-hadapan ayahnya Ang In
Sin Pian. "Tia ! kau sungguh-sungguh tidak bermaksud untuk berbicara
?" Serunya sambil menangis.
Saat ini air mata pun mulai bercucuran membasahi kelopak
mata Ang In Sin Pian, dengan paksakan diri dia menarik hawa
murninya untuk menahan rasa sakit dari luka dalam yaog
dideritanya. "Kau . . . kau , , . dan adikmu . . . tidak becus semua . . .
tenaga . . . da. . . lam kalian terlalu cetek .... Heeeeeii !"
Dia menghela napas panjang, kemudian sekali lagi
memuntahkan darah segar, mendadak sepasang matanya
melotot lebar-lebar lalu bentaknya dengan keras.
"Leng-jie ! Kecuali kau bisa menemukan kitab pusaka "Cian
Tok Toh", kalau tidak jangan harap bisa membalas dendam ini
! Cepat kau tinggalkan tempat ini unruk mencari adikmu . . ."
Berbicara sampai disini dia gelengkan kepalanya dan
pejamkan mata rapat-rapat, bibirnya tiada hentinya gemetar.
Liem Tou tahu pada saat ini dia merasakan penderitaan
yang amat menyiksa dirinya, baru saja dia bermaksud untuk
menambahi dengan dua bagian tenaga dalamnya mendadak
.... Segulung angin pukulan dengan amat santarnya membokong
dirinya dari belakang, tidak sempat berpikir panjang lagi
sepasang telapaknya bersama-sama mengerahkan tenaga,
telapak kanannya mendadak ditekankan keatas pundak Ang In
Sin Pian lebih keras sedangkan telapak kirinya dengan
mengikuti gerakan tubuh menyambut datangnya serangan
bokongan itu dengan keras lawan keras.
Dalam sekejap saja tiga buah jeritan keras memenuhi
seluruh angkasa bersama pula meledaknya satu bentakan
yaag memekikkan telinga. Mendadak Liem Tou merasakan tenaga pukulan yang
dilancarkan kearah belakang sudah tertahan oleh satu hawa
pukulan yang amat aneh sekali, Pikirannya segera berkelebat
tubuhnya bersamaan dengan ditariknya angin pukulan
meloncat dua kaki jauhnya ke depan.
Ketika menoleh tanpaklah Ang In Sin Pian sudah
menggeletak diatas tanah tanpa bernyawa lagi sedang Pouw
Siauw Ling sedang menubruk diatas mayatnya dan menangis
tersedu-sedu, Si" Liong Ciang" Lie Kian Po sambil
menyilangkan telapak tangannya didepan dada duduk bersila
tidak bergerak, wajahnya amat pucat sekali, sebaliknya Lie
Loo jie tanpa mengucapkan sepatah katapun sudah berdiri
disampingnya. Saat inilah Liem Tou baru tahu kalau orang yang baru saja
melancarkan serangan bokongan dari belakang bukan lain
adalah ,,Si-Liong Ciang" Lie Kian Poo bilamana bukannya Lie-
Loo jie tepat pada waktunya turun tangan memberikan
pertolongannya kemungkinan sekali diapun bakal menemui
ajalnya pula didalam serangan dahsyat tersebut.
Setelah dia orang dapat melihat semua kejadian itu dengan
jelas didalam hati dia mulailah rasa menyesalnya dengan
sedihnya dia berjalan mendekati Lie Loo jie lalu ujarnya
dengan suara yang perlahan :
"Berkat doa restu dari Supek ini hari Su-titmu berhasil
memenuhi keinginan untuk membalas dendam sakit hati ini,
tidak kusangka tanpa sengaja akupun sudah melukai diri
paman Lie, harap Supek suka membantu dirinya untuk
menyembuhkan luka yang diderita nya."
Dengan perlahan Lie Loo jie mengangguk, baru saja dia
mau berjongkok untuk memeriksa luka dari Lie Kian Poo
mendadak dia sudah meloncat menghindar.
"Liem Tou !" bentaknya dengan marah. "Kau terlalu kejam !
siapa yang kesudian menerima bantuan " Sekalipun harus
mati aku-pun tidak sudi menerima bantuan dari kalian"
"Paman Kian Poo kau jangan marah" seru Liem Tou coba
menghibur dirinya. "Kesemuanya ini salah aku orang tidak
terlalu hati-hati sehingga sudah melukai diri paman, Hei-- - -
sudahlah, paman Lie ! lukamu tidak ringan, biarlah Supekku
tolong memeriksakan lukamu itu."
Si "Liong Ciang" Lie Kian Poo segera melepaskan diri dari
cekalan Liem Tou, mendadak telapak tangan kanannya
melancarkan satu pukulan kearahnya, kemudian dengan rasa
amat gusar bentaknya ; "Liem Tou ! cepat kau menggelinding pergi dari sini. aku Lie
Kian Poo sebagai seorang penjaga keamanan perkampungan
tidak akan mengijinkan kau sebagai seorang pembunuh
tinggal disini. Hmm ! Bocah cilik nyalimu sungguh besar, kau
berani membinasakan Cung cu dihadapanku, terus terang saja
aku beritahukan kepadamn. Aku yang tidak bisa membalaskan
dendam baginya saja sudah merasa amat malu apalagi
menerima bantuan kalian !"
"Paman Kian Poo !" Seru Liem Tou coba menghibur dirinya
lagi setelah dia berhasil menghindarkan diri dari datangnya
pukulan tersebut. "Cung-cu jadi orarg amat kejam dan
berpikiran licik, terhadap paman Kian Poo pun menaruh
maksud jahat, ditambah lagi dia mau membongkar kuburan
ayahku. meracuni ayahku sampai mati kesemuanya ini paman
Kian Poo dapat melihat dengan mata kepala sendiri. Cung-cu
semacam ini sekalipun mati, ada apanya yang patut disayangkan
?" "Sekalipun Cung-cu tidak berperi kemanusiaan apakah aku
tidak boleh mengingat budinya ?" Bentak si " Liong Ciang" Lie
Kian Poo lagi dengan amat gusar. "Tentang hal ini adalah
urusanku sendiri kau tidak boleh ikut campur, lebih baik kau
cepat cepat menggelinding pergi dari sini, walaupun aku tidak
dapat membalaskan deadam ini tetapi aku bisa melaporkan
hal ini kepada suhu serta susiok-couw nya, bilamana kau tidak
mau pergi juga dari sini, sampai waktunya aku mau lihat kau
bisa berbuat apa terhadap dirinya!"
Liem Tou mendengar dia berkata demikian mendadak dari
nada ucapannya itu sudah menemui sesuatu, bukankah
terang-terangan dia sedang memberikan peringatan kepada
dirinya untuk berjaga-jaga atas serangan dari si-penjahat naga
merah serta Thiat Bok Thaysu,
Tidak kuasa lagi dia tertawa terbahak-bahak.
"Baiklah" gumam Kian Poo "haa . haa kau tidak malu disebut
sebagai seorang lelaki sejati" serunya.
"Aku Liem Tou dengan melihat diatas wajahmu ini hari
ampuni jiwa Pouw Siauw Ling, Paman Kian Poo selamat
tinggal." " Selesai berkata dia segera menjura dengan sangat hormatnya.
Mendadak ujung matanya dapat melihat Pouw Siauw Ling
sambil menggendong jenasah dari ayahnya Ang In Sin Pian
hendak meninggalkan tempat itu.
Pada saat itulah Liem Tou teringat kembali akan hutangnya
kepada Oei Poh itu anak murid dari si golok naga hijau
sewaktu ada dikota Hong Kiat, cepat-cepat bentaknya dengan
keras. "Pouw Siauw Ling, tunggu sebentar !"
Tanpa disadari lagi Pouw Siauw Ling segera menghentikan
langkahnya, Liem Tou cepat cepat maju kedepan mendadak
tangannya mencengkeram leher dari mayat Ang In Sin Pian
dan dengan sekuat tenaga diputarnya ke samping.
"Kraak . . . !" dengan menimbulkan suara yang amat keras
tulang lehernya sudah putus, sewaktu Liem Tou mengerahkan
tenaganya untuk yang kedua kalinya batok kepala dari Ang In
Sian Pian dengan disertai kulitnya pula terlepas dari
tempatnya semula. Liem Tou menyambar pula kejubah yang dipakainya untuk
menyobek sekerat kain lalu membungkuk memungut batok
kepala itu, setelah itu dia baru- mengulapkan tangannya
sambil berseru : "Pouw Siauw Ling, sekarang kau boleh pergi"
Pouw Siauw Ling yang melihat batok kepala ayahnya ditarik
oleh Liem Tou hingga putus seketika itu juga merasakan
kepalanya pening matanya berkunang-kunang,... hawa
amarah berkobar dihatinya.
Ditengah suara teriakannya yang amat keras mendadak dia
melemparkan mayat ayahnya yang tak berkepala kearah Liem
Tou bersamaan pula sepasang tangannya dipentangkannya
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lebar-lebar bagaikan se-orang gila dengan dahsyatnya
menubruk ke-arah Liem Tou.
Dengan gesitnya Liem Tou bergeser ke samping
menghindarkan diri dari tubrukan tersebut.
"Hey Pouw Siauw Ling!!" Teriaknya, "Harus kau ketahui
ayahmu sadah menggunakan akal membunuh mati sigolok
naga hijau Sie Piauw-tauw sekarang muridnya yang keempat
Oei Poh lagi bermaksud untuk membalaskan dendam suhunya
ini maka terpaksa aku harus mennbawa batok kepalanya ini
untuk disumbangkan kepadanya buat apa kau sekarang
menubruk-nubruk aku seperti orang gila" Bilamana bukannya
karena perkataan dari adikmu, hmmm hm . . . kemungkinan
saat inipun kau sudah jadi setan gentayangan"
Saat ini Pouw Siauw Ling sudah kehilangan kesadarannya,
mana dia orang mau mendengarkan perkataan ini" Sambil
mementangkan jari-jari tangannya dengan serabutan dia
mencakar, mencengkeram dan menghantam tubuh Liem Tou.
Berturut-turnt Liem Ton berkelebat kesana kemari hampirhampir
membuat dia orang tak bisa berbuat apa-apa, sebentar
kemudian satu ingatan sudah berkelebat didalam benaknya
sehingga tidak kuasa lagi dia tertawa geli.
"Lie Supek ! Dia sudah jadi gila . . . haaa-haaa . . . haaa . , .
hal ini sangat bagus sekali !" Teriaknya sembari menoleh
kearah Lie Loo jie. "Supek ! Mari kita pergi saja dari sini. tak
ada gunanya mengurus orang gila semacam dia "
Lie Loo jie mengangguk, ujung kakinya sedikit menutul
tanah dengan beberapa kali-kelebatan dia sudah menerjang
masuk kedalam hutan disusul Liem Tou dari belakang.
Pouw Siauw Ling pun sambil berteriak-teriak dan berkaokkaok
kalap ikut menerjang kedalam hutan, tetapi sewaktu tiba
di tepi hutan tersebut bayangan Liem Tou sudah tidak terlihat
sama sekali olehnya. Keadaan seperti itu membuat dia tidak bisa banyak berbuat,
mendadak teriaknya : "Liem Tou ! Kau kira bisa lolos dari sini dengan selamat "Hmm
bisa menghindari Hwee sio, jangan haiap bisa lolos dari
tangan Ni-kouw kecuali kau tidak pergi kerumah Lie Siauw Ie
lagi." Liem Tou yang mendengar perkataan tersebut dalam hati
sedikit tergerak. "Supek !" serunya kepada Lie Loo jie dengan gugup. "Apakah
kau orang tua bisa menangkap maksud dari perkataannya ini
?" "Apa mungkin Thiat Bok thaysu serta si penjahat naga merah
dua orang setan tua itu sudah berbuat sesuatu yang tidak
menguntungkan diri Ie jie serta Wan jie dua orang ?" tanya
Lie Loo jie setelah berpikir sejenak.
Liem Tou pun segera merasakan perkataannya ini ada
kemungkinan; hatinya jadi merasa sangat cemas.
"Kalau begitu mari kita cepat-cepat pergi kesana; mereka
berdua bukanlah tandingan dari kedua orang setan tua itu !"
katanya. Sehabis berkata dia putar badannya berlari menuju kedalam
perkampungan. Tetapi baru saja hendak menerjang masuk kedalam
perkampungan mendadak tampaklah olehnya dua sosok
bayangan hitam dengan kecepatan yang luar biasa meluncur
keluar. Liem Tou serta Lie Loo jie dengan ter-buru-buru berkelebat
kesamping untuk bersembunyi ditempat kegelapan, tampaklah
seorang yang berbadan kuat serta seorang berperawakan
kurus bersama-sama melayang datang.
Orang itu bukan lain adalah si penjahat naga merah serta
Thiat Bok Thaysu adanya, melihat munculnya kedua orang itu
disini Liem Tou serta Lie Loo jie segera merasa hatinya rada
lega. Menanti kedua orang itu sudah pergi jauh Liem Tou berdua
baru meloncat ke atas atap rumah dan kemudian dengan
beberapa kali loncatan melayang turun didepan pintu rumah
Lie Siauw Ie. Terlihatlah jendela rumah itu terpentang lebar-lebar tetapi
tidak kedengaran sedikit suarapun, melihat kejadian ini tidak
terasa mereka jadi merasa curiga.
Liem Tou dengan cepatnya segera menerjang masuk
kedalam rumah melalui jendela yang terbentang lebar, tetapi
di kedua bilik rumah itu dia sama sekali tidak menemukan
bayangan si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
Ie! "Kemana mereka berdua pergi. ...?"
Jilid 29 Saat ini Lie Loo jie pun sudah muncul di samping badan
Liem Tou, sewaktu dilihatnya wajah yang cemas dari
keponakannya ini tidak kuasa diapun jadi melengak.
"Mereka berdua sudah pergi kemana ?"
Dengan perlahan Liem Tou gelengkan ke palanya,
mendadak dia menyerahkan batok kepala dari si Ang In Sin
Pian itu ke tangan Lie Loo-jie lalu ujarnya dengan tergesagesa.
"Supek, kau tunggulah sebentar disini, aku akan pergi dulu
untuk mengadakan suatu penyelidikan, di dalam urusan ini
tentu ada hal hal yang tidak beres.
Selesai berkata tanpa menunggu jawaban dari Lie Loo jie lagi
dia segera meloncat ke luar melalui jendela, dengan beberapa
kali salto tubuhnya sudah berada di atas atap kembali lalu
dengan gesitnya melayang kebangunan baru dari si Ang In Sin
Pian. Ketika tiba dibagian luar dari bangunan Ang In Sin Pian itu,
tiba tiba melihat si "Liong Ciang" Lie Kian Poo menggeletak di
atas tanah dalam keadaan terluka parah, saat ini dia sama
sekali tidak ada niat untuk memeriksa keadaan lukanya, dari
dalam sakunya diambil keluar tali obat yang didapatkan dari
Hek-loo-toa lalu diputuskan sekerat dan dijejalkan kemulutnya
Lie Kian Poo. Setelah itu tanpa banyak cakap lagi tubuhnya melayang
dengan cepatnya menuju ke ruang dalam dari bangunan Ang
In Sin Pian. Kecepatan geraknya luar biasa, hanya di dalam sekejap saja
dia sudah mengelilingi satu kali seluruh bangunan tersebut.
Tetapi kecuali gundik gundik serta pelayan-pelayan dari Ang
In Sin Pian baik bayangan dari si gadis cantik pengangon
kambing maupun bayangan dari Lie Siauw Ie. sama sekali
tidak kelihatan. Liem Tou beiar-benar sangat cemas, dengan cepat dia berlari
keluar dari bangunan itu menuju kegunuug Ha Mo San.
Sinar matanya yang amat tajam mendadak secara samarsamar
dapat menangkap bayangan seorarng yang lagi
menangis di tempat dimana Ang In Sin Pian menemui ajalnya.
"Siapa dia orang?" Pikirnya di hati. Jikalau dikatakan Pouw
Siauw Ling agaknya tidak mirip."
Hawa murninya segera ditarik panjang-panjang kakinya
mempercepat gerakannya menerjang ke arah depan.
Agaknya pendengaran dari orang itupun amat tajam. begitu
mendengar di belakang tubuhnnya berkumandang datang
suara sampokan baju yang terkena angin. Mendadak dia
meloncat bangun dan berkelebat menuju ke sisi hutan
tersebut. Pada saat orang itu meloncat pergi itulah, jarak antara dirinya
dengan Liem Tou cuma tinggal sepuluh kaki saja, sekali
pandang saja dia bisa melihat kalau orang itu memiliki rambut
yang panjang terurai dibelakang pundaknya, jelas dia adalah
seorang perempuan. "Jien Coei-clci, kau jangan pergi!" Teriak nya kemudian tanpa
terasa lagi. Tubuhnya dengan cepat ikut menerjang masuk ke
dalam hutan, tetapi agaknya gadis itu tidak ingin bertemu
dengan dirinya, begitu tubuhnya berkelebat masuk ke dalam
hutan dengan cepatnya lantas lenyap tak berbekas
Liem Tou yang lehilangan jejak dari Pouw Jien Coei dalam hati
merasa rada cemas, bertarut-turut dia ber teriak beberapa kali
lagi, sewaktu di dengar tiada jawaban, dia jadi bergumam
seorang diri. "Jien-Coei cici! aku tidak punya akal lagi, aku harus
membunuh ayahmu. Pokoknya aku akan melaksanakan
seluruh perkataanmu itu, aku tidak akan membunuh Siauw
Ling-heng bahkan selamanya aku tidak akan membunuh
dirinya. Demikianlah sembari bergumam reorang diri dia berjalan
kembali menuju ke rumah Lie Siauw-Ie.
Belum jauh dia berjalan meninggalkan hutan tersebut,
mendadak serentetan suara tertawa dingin yang amat
menyeramkan berkumandang datang dari arah sebelah kiri,
dengan terburu-buru Liem Tou menoleh kearah sana.
Terlihatlah dari balik sebuah pohon itu yang amat besar sekali
muncullah sipenjahat naga merah serta Thiat Bok Thaysu dua
orang. Si penjahat naga merah sama sekali belum pernah bertemu
muka dengan Liem Tou sedangkan Thian Bok Thaysu pun
cuma melihat dia berada di atas punggung kerbau sewaktu
ada di kuil Siang Lian si , karena itu sampai saat ini mereka
sama sekali tidak mengetahui akan kelihayannya.
Si penjahat naga merah yang melihat Liem Tou sama sekali
tidak pandang sebelah matapun terhadap mereka bahkan
menggubrispun tidak. dalam hati jadi teramat gusarnya,
mendadak tubuhnya menerjang ke depan menghalangi
perjalanannya. Apakah kau sudah membunuh mati muridku!"' bentaknya
dengan suara seperti geledek. Kaukah yang bernama Liem
Tou " Kemapa sesudah bertemu muka dengan kami berdua
masih tidak berlutut menyerahkan jiwamu ?"
Malam ini aku tidak ingin terlalu bannyak melukai orang" Ujar
Liem Tou dengan pelahan sambil gelengkan kepalanya
berulang kali. "Kalian janganlah mengganggu aku lagi. Ang In
Sin Pian adalah pembunuh ayahku.
Sebeaarnya menurut keharusan kalian berduapun
merupakan musuh-musuh besar ayahku dan aku boleh bunuh
kalian pula, tetapi kini aku tidak ingin membunuh orang lain,
lebih baik kalian menyingkirlah jauh-jauh dari hadapanku.
Bilamana kalian sungguh-sungguh mau berkelahi tunggu saja
sembilan hari kemadian kita bertemu muka di puncak pertama
gunung Cing Shia. Sehabis berkata sembari gelengkan kepalanya, dengan
perlahan dia berjalan keluar dari hutan tersebat.
Si penjahat naga merah yang merupakan seorang manusia
ganas yang berhati kejam. Sewaktu dilihatnya gerak gerik
Liem Tou Sama sekali tidak mirip dengan seorang jagoan Bu
Lim yang sering melakukan perjalan-an, dia sama sekali tidak
pandang sebelah matapun terhadap dirinya.
Saat ini sehabis mendengar perkataannya itu bukannya jadi
marah sebaliknya malah tertawa terbahak-bahak.
"Susiok!" ujarnya sembari menoleh ke arah Thiat Bok Taysu.
"Coba kau libatlah bocah cilik yang baru terjunkan dirinya ke
dalam dunia kangouw ini. ha .. ha . sungguh lucu sekali!
sungguh merupakan anak kerbau tidak takut pada macan haa
. . haa . . haa . , bilamana berganti dengan orang lain
mungkin sejak tadi sudah berlutut minta ampun"
Mendengar perkataan dari keponakan muridnya ini, dengan
pandangan yang tajam Thiat Bok Thaysu memperhatikan
beberapa kejab ke arah Liem Tou, beberapa saat ke-mudian
dia gelengkan kepalanya. "Bocah cilik ini ke1ihnannya rada mencurigakan, Cie Liong
sutit. janganlah berlaku terlalu gegabah, aku lihat lebih baik
kau tanyai dulu asal perguruannya".
Pada saat ini agaknya Liem Tou sudah tidak sabaran lagi.
mendadak dia membentak keras "Hey! sebetulnya kalian mau
menyingkir atau tidak?" aku lihat lebih baik kalian jangan
paksa aku turun tangan, hmm! nanti Kalian akan menyesal
sendiri". ,' Haa. . .haa Liem Tou! kau sudah bunuh muridku sekarang
kau ingin pergi dari sini" haaa ... haaa . . .ini hari jangan
harap kau bisa lolos lagi dari tanganku" teriak si penjahat
naga merah sembari tertawa ter bahak-bahak.
.'.'He ! aku mau tanya padamu siapakah suhumu" sungguh
goblok suhumu itu. Hm ternyata dia tak becus memberi
pelajaran sehingga mendapatkan seorang murid yang begitu
sombong dan jumawa!"
Agaknya pada jaat ini Liem Tou benar-benar tidak ingin turun
tangan melukai orang lagi, mendengar perkataan tersebut dia
tertawa. "Bilamana aku ingin pergi setiap saat aku bisa pergi, kalian
jangan harap bisa menahan diriku." sahutnya sambil
tersenyum. 'Kalian mau tahu siapakah suhuku" aku sama
sekali tidak ada suhu, si cangkul sakti Lie Seng tidak lebih
cuma supekku saja. Mendengar jawaban itu si penjahat naga meran jadi
melengak lalu disambung dengan tertawa terbahak-bahak
yang amat keras. Aku si hweesio naga merah sudah hidup
seusia ini tetapi belum pernah mendengar ada orang punya
supek tapi tak punya suhu, Liem Tou aku lihat lebih baik kau
bicara terus terang saja, ada kemungkinan kau masih bisa
hidup lebih lama" katanya
Liem Tou tetap gelengkan kepalanya, dia melirik ke arah si
penjahat naga merah. "Hey bajingan tua naga merah, kau kira aku benar benar tidak
kenal dengan dirimu" Mendadak ia berteriak dengan khe-kinya
"Jikalau kau bermaksud menghalangi perjalananku lagi segera
aku akan memberi tahu hajaran yang akan menyiksa dirimu.
Si penjahat naga merah yang mendengar secara tiba-tiba Liem
Tou menyebut akan gelarnya, dia menjadi terperanjat sekali
saat inilah dia baru merasa kalau dugaannya sama sekali
meleset, tidak terasa lagi hawa murninya segera disalurkan ke
seluruh tubuh siap-siap menghadapi sesuatu sedang badannya
secara mendadak mundur satu langkah ke belakang.
" "Hey bajingan tua naga merah" terdengar Liem Tou
melanjutkan kembali kata-kata nya" Kau janganlah mengira
orang-orang Bu-lim masih merasa jeri dengan gelarmu yang
pernah menggetarkan dunia kangouw pada dua puluh tahun
yang lalu, di mata aku Lien Tau Hmm! hmmm kau tidak lebih
cuma manusia yang tidak becus. Heee ...he... coba tanyakan
pada susioknu, aku pernah sambil menunggang kerbau turun
tangan menghajarnya dan si Thiat Bok setan tua jtu tidak bisa
menahan seranganku apalagi kau..he hee... kau belum becus
aku lihat lebih baik janganlah kau cari gara-gara minta
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
digebuk. Terhadap peristiwa si kerbau sawah yang mengacau Bu-
Lim bahkan memperlihatkan kegagahannya di kuil Slang Lian
Si, si penjahat naga merah pernah mendengarnya bahkan
diam-diam menaruh rasa jeri terhadap dirinya, kini mendengar
Liem Tou adalah penuggang kerbau itu dalam hati merasa
semakin terperanjat lagi,
Tetapi bagaimanapan dia merupakan seorang jago
kawakan, sekalipun dalam hati diam-diam merasa terkejut
tetapi dia tidak mempercayainya seratus persen.
Diam-diam hawa murninya segera disalurkan ke seluruh tubuh
siap-siap melancarkan serangan yang bisa membinasakan
Liem Tou. Seluruh gerak geriknya yang dilakukan secara diam-diam ini
tidak dapat lolos dari ketajaman mata Liem Tou, terdengar dia
tertawa ringan. "Hey bajingan tua naga merah, apa kau sungguh-sungguh
ingin berkelahi?"" bentaknya. "Apa kau sudah tidak sabar
menunggu sampai pertemuan di puncak pertama digunung
Cing Shia ?"' Saat ini si penjahat naga merah sudah salurkan sepuluh
bagian tenaga murninya ke seluruh tubuh dan siap-siap
melancarkan serangan. "Ci Liong sutit, lebih baik untuk sementara kita ampuni dulu
jiwanya. Cegah Thiat Bok Taysu tiba tiba. ,.Setelah kita
mengetahui dia adalah keponakan murid dari Lie Sang apakah
kau takut dia orang bisa melarikan diri lagi ?"
Dengan perlahan dia segera menoleh ke arah Liem Tou, lalu
sambungnya lagi : "Hey bangsat cilik, pertemuan di puncak Cing Shia sebetulnya
adalah Lie Sang yang bertindak sebagai penyelenggara. Hm !
sekarang kau berjanji pula dengan kami baik-lah, sampai
waktunya tentu akan aku kasih satu hajaran yang setimpal
buat dirimu, sekarang kau boleh berlalu dulu".
Sebenarnya dalam hati Thiat Bok Thaysu sudah menaruh rasa
yang was was terhadap diri Liem Toa, sejak kesepuluh hawa
pukulan beracunnya dipecahkan oleh sang kerbau sewaktu
masih ada di kuil Siang Lian Si dalam batinnya dia sudah
menaruh curiga kalau peristiwa ini tentu perbuatan dari Liem
Tou sehingga sekarang diam diam terhadap Liem Tou sudah
merasa rada gentar. Kini melihat dia sama sekali tidak tergeak oleh nama besar
dari si penjahat naga merah, sudah tentu dalam hati mereka
merasa kalau dia orang tentu memiliki suatu kepandanian
yang hebat! Karena belum tahu betul betul akan asal usul dari Liem Ton,
maka sewaktu melihat keponakan muridnya hendak turun
tangan terburu buru dia segera turun tangan mencegah.
Mendengar perkataan dari Thiat Bok Thay ini. Liem Tou
segera tertawa. "Haa.. . haa . . . bagus sekali, hey coba kau lihat susiokmu
jauh lebih tahu aturan dari kau ," Serunya sambil menoleh ke
arah si penjahat naga merah. "Sekarang aku mau tanya
padamu, dimanakah suhumu Suo Kuk Mo Pian berada "
Kenapa dia orang tidak sekalian datang ke gunung Cing Shia"
aku masih ada utang lama yang harus diselesaikan dengan
dirinya. ,,Susiokku sudah suruh kau pergi. kenapa kau tidak cepat
cepat pergi dari sini " apakah kau baru man pergi sesudah
lidahmu aku potong ?"' bentak si penjahat naga merah dengan
gusarnya. Sepasang matanya melotot keluar bulat bulat.
Kau tidak suka memteri tahu kepadaku, yaah sudahlah, sahut
Liem Tou kemudian sambil angkat bahu. Pokoknya asal dia
tidak mati ada satu hari aku bisa menyuruh kalian berdua
Susiok-tit serta suhumu itu menemui ajalnya di tengah
pegunungan yang sunyi. Mendadak air mukanya berubah hebat, lalu bentaknya lagi.
Thiat Bok Thaysu, penjahat naga merah kalian dua orang
bajingan tua dengarlah pertanyaanku baik-baik, setiap
perkataan yang aku ucapkan benar benar akan aku
laksanakan, lebih baik mulai sekarang kalian berdua
mengadakan persiapan terlebih dahulu.
Selesai berkata tubuhnya segera berkelebat pergi dari sana.
Thiat Bok serta si penjahat naga merah cuma merasakan di
hadapannya melayang pergi segulung asap hijau, tahu-tahu
bayangan dari Liem Tou sudah lenyap tak berbekas. Melihat
kejadian itu tidak kuasa lagi dalam hati mereka berdua merasa
bergidik ! Sewaktu mereka sedang merasa terkejut daa saling
herpandangan itulah mendadak dari dalam perkampungan
berkelebat datang lagi seorang yang berlari ke hadapan Thiat
Bok Taysu serta si penjahat naga merah lalu jatuhkan dirinya
berlutut ! Leng jie mengunjuk hormat buat susiok couw. Harap susiok
couw suka membantu Leng jie untuk membalaskan dendam
berdarah ini, mohonnya sambil menangis tersedu-sedu.
Sehabis bsrkata dia mengangguk-anggukkan kepalanya
sehingga batok kepalamya membentur tanah dengan amat
keras. Melihat akan hal itu sipenjahat naga merah rada mengerutkan
alisnya, mendadak dia maju satu langkah membangunkan diri
Poaw-Siauw Ling lalu ujarnya.
Leng jie kau tidak boleh berbuat demikiau. ,aku serta susiok
couwmu tentu akan berusaha untuk membalaskan dendam
ayahmu cuma saja - - -cuma saja - - -
Berbicara sampai di sini mendadak dia menutup mulutnya dan
menoleh ke arah Thiat Bok Thaysu.
i Thiat Bok Thaysu yang melihat perubahan wajah dari sutitnya
itu segera bisa menduga apa yang dipikirkan dihatinya pada
saat ini dengan cepat dia menyambung dengan wajah serius :
Cie Liong sutit apakah bermaksud hendak menemui suhumu
untuk mengepalai urusan ini "
Dengan perlahan si penjahat naga merah mengangguk.
'Sutit yang baru saja melihat gerakan badan Liem Tou si
bangsat cilik itu sewaktu meninggalkan tempat ini dalam
hatiku segera merasa kalau gerakannya amat cepat dan aneh
sekali, bilamana tenaga dalamnya belum berhasil dicapai
sampai pada taraf kesempurnaan tidak mungkin dia berhasil
memiliki ilmu meringankan tubuh yang demikian luar
biasanya, karena itu aku rasa pertemuan di gunung Cing Shia
yang akan datang, aku mau mengundang suhu untuk dapat
memimpin urusan ini, sutit mcrasa cuma dengan kekuatan kita
bertiga baru sanggup untuk melawannya.
Mendengar perkataan tersebut Thiat Bok Thaysu segera
mengangguk, pada wajahnya yang kurus dan hitam pekat
bagaikan arang itu terlintaslah perasaan keberatannya, setelah
termenung sebentar akhirnya dia ber kata :
Menurut penglihatanku, tenaga dalam dari Liem Tou si
bangsat cilik itu sudah berhasil mencapai seperti apa yang
dimiliki Hoa siong salah seorang anggota dari Auh Hay Siong-
Hiap tempo hari. Sewaktu Hoa siong naik ke gunung Ai Lau
san masa lampau, sekalipun aku serta suhumu dan si hweesio
tujuh jari harus bekerja sama pun meraja rada berat apa lagi
sekarang harus menghadapi bangsat cilik ini aku rasa lebih
baik kita sedikit berhati-hati.
Dia berhenti sebentar untuk mendehem beberapa kali setelah
itu tambahnya lagi : Walaupun mengundang suhumu adalah sangat penting sekali,
tetapi dia masih belum memenuhi tujuh tahun latihannya
apakah ilmu yang termuat didalam kitab pusaka Kioe Im Cang
Ci Loo Han Cin Keng sudah selesai dipahami atau belum kita
masih belum tahu, ditambah lagi bagaimana perubahan
sifatnya selama tujuh tahun ini juga tidak ada orang yang
tahu, aku rasa maukah dia turun gunung masih merupakan
satu persoalan yang berat.
Perkataan dari susiok sedikitpun tidak salah. Sahut si penjahat
naga merah membenarkan. Tetapi menurut pendapat dari
sutitmu, orang kali ini harus naik kegunung Soat san untuk
mengundang suhu turun gunung bukanlah sulit, melainkan
meminta Leng jie untuk melakukannya disamping hendak
menggembleng hatinya kitapun mengadu keuntungan.
ada kemungkinan suhu yang melihat dia ber bakat baik suka
menerimanya sebagai murid.
Baiklah, jawab Thiat Bok Thaysu kemudian sanbil menyipitkan
sepasang matanya. biarlah dia yang melakukan tugas ini,
tetapi di dalam prrjalanan ini boleh dikata menempuh bahaya,
kau harus menjelaskan terlebih dulu kepadanya,
Si penjahat naga merah segera mengangguk, lalu dengan
perlahan dia menoleh ke arah Pouw Siauw Ling.
Leng jie kau dengarkanlah baik baik perkataanku, ujarnya.
Aku tahu didalam hati kamu ingin sekali membalas dendam ini
tetapi terus terang sucouw beritahu padamu tenaga dalam
yang dimiliki Liem Tou benar benar luar biasa sekali, sampai
aku serta Suthay siok yang bekerja sama pun belum pasti
dapat memenangkan dirinya. Masih untung pertemuan di
puncak gunung Cing Shia masih ada sembilan hari lamanya
dan dari sini me nuju ke gunung Soat san pun tidak begitu
jauh. Aku lihat lebih baik kau berangkat saja, ke gua Im Han
Hong Tong digmung Soat san untuk mengundang Suthay
couwmnu turun gunung dan ikut serta dalam pertempuran
digunung Cing Shia kali ini, apakah kau punya keberanian
untuk melaksanakan tugas ini"
Mendengar perkataan tersebut tanpa berpikir panjang lagi
Pouw Siauw Ling segera menyanggupi.
"Leng jie" ujar si penjahat naga merah lagi dengan wajab
yang tiba-tiba serius. Kau jangan terlalu pandang kekuatanmu
sendiri, aku beritahu padamu gunung Soat san sepanjang
tahun ditutupi salju walaupun saat ini musim panas tetapi
salju yang ada di sana masih tebal dan dinginnya menusuk
tulang, apalagi gua Han Hong Tong tersebut sepanjang tahun
tidak pernah menemui sinar matahari, tempat itu semakin
sukar untuk didaki, walaupun kamu sudah menggunskan ilmu
meringankan tubuh, sedikit kau salah perhitungan ada
kemungkinan bahaya longsornya gunung salju bisa mengubur
mati kau. Maka itu sebelum berangkat lebih baik kau berpikir
terlebih mantap lagi. Pouw Siauw Ling yang mendengar begitu bahayanya perjalan
yang hendak ditempuh dalam hati merasa bergidik juga.
Tbiat Bok Thaysu yang selama ini terus menerus
memperhatikan diri Pouw Siaw Ling, dari begitu melihat
perubahan wajahnya dalam hati segera mengerti apa yang
sedang dia pikirkan. tak terasa lagi suara dengusan yang amat
dingin keluar dari hidung nya.
Pouw Siauw Ling yang sudah lama mengikuti ayahnya Ang In
Sin Pian berkelana di dalam Bu-lim pikirannya pun semakin
bertambah tajam, mendengar suara dengusan itu hatinya
segera tergetar keras, mendadak teriaknya keras.
Leng lie sekalian harus terkubur dalam runtuhan tumpukan
salju dan menderita dinginnya salju yang menusuk tulang juga
akan pergi unmk menemui Suthay couw.
Leng jie sudah bulatkan tekad, harap Su couw suka
menyerahkan tanda kenal kepada Leng jie pada kentongan
kelima nanti Leng jie segera akan berangkat.
Waktu itulah si penjahat naga merah serta Thiat Bok thaysu
baru tertawa terbahak-bahak, dari dalam sakunya si penjahat
naga merah lantas mengeluarkan tanda kepercayaan-nya
berupa ulai merah yang terbuat dari tembaga merah dan
diserahkan kepada Pouw Siauw Ling,
Sedangkan Thiat Bok thaysu pun menghadiahkan dua butir pil
kepadanya. Untuk sementara kita tinggalkan dulu Pouw Siauw Ling yang
serang menuju ke gunung Soat san untuk mengundang
suthay couwnya Si Suo Kuk Mo Pian atau suhunya si penjahat
naga merah. kita balik pada Liem Tou setelah meninggalkan
Thiat Bok thaysu serta si penjahat naga merah.
Dengan gerakan yang cepat dia berlari menuju kerumahnya
Lie Siauw Ie, waktu itu Lie Siauw Ie serta si gadis cantik
pengangon kam bing sudah kembali kerumah.
Ie cici Wan moay moay kalian tadi pergi kemana " " Tanya
Liem Tou begitu bertemu muka dengan mereka.
Mendadak dia menemukan wajah Lie Siauw Ie penuh diliputi
dengan kesedihan yang mencekam hatinya dan duduk
disamping tanpa mengucapkan sepatah katapun, hatinya jadi
rada melengak. Apakah dia lagi merasa sedih karena kehilangan ibunya?"
pikirnya. Ie cici ujarnya kemudian sambil bertindak maju ke depan.
Adik Tou tahu perbuatanku yang menyembunyikan dar cici
atas berita dari kematian Pek bo adalah salah, tetapi urusan
sudah lewat apakah Ie cici tidak mau memaafkan kesalaban
dari adikmu itu " "
Dengan perlahan Lie Siauw Ie melirik sekejap kearah Liem
Tou, dia bisa melihat dari sinar mata Liem Tou benar-benar
memancar keluar rasa sayang dan cintanya yang amat sangat
bahkan menaruh pula rasa menyesal yang mendalam
membuat hatinya tergetar.
Adik Tou, sejak tadi aku sudah beritahu padamu aku sama
sekali tidak menyalahkan dirimu sahutnya dengan sedih.
Urusan yang sudah lewat tidak usah kita ungkap lagi mulai
saat ini keadaanku sama dengan keadaan kau. Kita tidak
dapar berdiam lagi di dalam perkampungan Ie Hee san Cung.
"Ie cici bagaimana kau bisa berbicara demikian ?" Tanya Liem
Tou keheranan. "Sekalipun Pek bo sudah meninggal tetapi
paman-paman serta kawan kawan masih banyak sekali.
bagaimana Ie cici bisa punya pikiran demikian "'
"Adik Tou kau tidak tahu, sampai Jien Coe cicipun tidak mau
gubris aku lagi, apakah aku bisa tetap tinggal di
perkampungan Ie Hee san Cung lebih lama lagi ?" Ujar Lie
Siauw Ie sambil menghela napas panjang. "Tadi aku bersamasama
Wan moay-moay pergi mengejar dirinya, siapa tahu dia
tidak mau menemui aku lagi, akhirnya setelah aku kembali
disini dan melihat suhu masih memegang batok kepalanya dari
Cung Cu aku baru tahu tentunya dia masih merasa benci
kepada kita karena kau telah membunuh mati ayahnya ! Di
dalam perkampungan Ie Hee san Cung kecuali ibuku dialah
satu-satunya kawan karibku, sekarang dia sudah merasa benci
terhadap diriku aku.,."
Belum habis berbicara tidak tertahan lagi air mata mulai
bercucuran membasahi seluruh wajah Lie Siauw Ie.
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saat inilah Liem Tou baru tahu kejadian apa yang sudah
terjadi, diam-diam mulai termenung dan memikirkan jejak dari
Jien Coei dari permulaan sampai akhir, sewaktu teringat akan
ketiga buah permintaannya itu mendadak hatinya menjadi
sadar kembali. . "Aaah . . .ternyata pikirannya amat tajam sekali, agaknya dia
sudah memikirkan peristiwa ini jauh hari sebelumnya"
gunamnya seorang diri. "Cuma sayang ayah dan kakak-nya
tidak suka mengubah cara hidupnya . . . Heey .... justeru
mereka mengambil jalan yang bertentangan dengan sifatnya."
Lie Siauw Ie yang melihat Liem Tou bergumam seorang diri,
dia jadi bingurg. lalu dengan pandangan keheranan
memandang dirinya tak berkedip.
Mendadak terdengar Liem Tou menghela napas panjang lapi.
"Ie cici, Jien Coei cici tidak akan membenci dirimu bahkan
bilamana dugaanku tidak salah, kematian ayahnya ini hari
sudah ada pada dugaannya jauh sebelumnya !" ujarnya
dengan perlahan "Tetapi dia adalah seorang gadis yang paling
kasihan dan paling menyedihkan."
Liem Tou segera menceritakan kisahnya sewaktu ada diselat
Wu san dimana dia berhasil menawan Pouw Siuw Ling untuk
paksa Ang In Sin Pian mengambilkan lima laksa tahil perak
yang dirampok dari tangan si golok naga hijau lalu memaksa
pula Pouw Siauw Ling untuk mengakui kematian ayahnya dan
akhirnya disusul oleh Pouw Jin Coei meminta agar Pouw Siauw
Ling dilepaskan ditambah pula ketiga permintaan.
Permintaannya yang terakhir ialah mengharapkan Lie Siarw Ie
suka melupakan dirinya dan untuk selamanya jangan mencari
dia lagi. Sehabis bercerita Liem Tou menghela napas lagi.
"Aku tahu Jien Coei cici secara diam-diam terus menerus
membuntuti diriku" katanya. 'Tetapi aku rasa sejak ini hari dia
akan terbang jauh keujung langit, bilamana Ie cici mau
mencari jejaknya maka hal ini sama saja dengan mencari
jarum di tengah samudra maksud hatimu ini tidak bakal bisa
dipenuhi." Selama ini Lie Siauw Ie terus menerus berdiam diri tetapi air
mata mengucur terus semakin deras. lewat kurang lebih
seperminum teh kemudian dia baru menghela napas panjang.
' Ah".... Jin Coei cici sungguh kasiban sekali !" serunya
. Saat itu si gadis cantik pengangon kambing yang melihat Lie
Siauw Ie merasa kesedihan, segera menghibur dirinya dengan
kata kata yang halus. Liem Tou sendiripuu sengaja memperlihatkan senyuman yaag
menghiasi dirinya. "Ie cici kau jangan bersedih hati lagi hi burnya "Aku rasa Jien
Coei cici mungkin cuma tidak ingin menemui kita di dalam
waktu yang singkat saja, asalkan dia masih hidup d1 dunia
maka ada satu hari tentu bisa kita jumpai kembali.
Lie Loo jie yang paling tidak terbiasa dengan cara-cara
pemuda pemudi yang banyak sedih dan cucuran air mata,
selama ini terus menerus berada disamping tanpa
mengucapkan sepatah kata.
Lewat beberapa saat kemudian setelah melalui berbagai
macam kata-kata hiburan dari si gadis cantik pengangon
kambing akhirnya Lie Siauw Ie berhenti menangis.
Waktu ini kentongan keempat sudah berlalu mendadak dari
sebelah Barat dari perkampungan Ie Hee san Cung
berkumandang datang suara tangisan yang gegap gempita
memecahkan kesunyian yang mencekam di malam hari yang
sunyi itu. Lie Siauw Ie segera meloncat bangun.
"Suara teriakan serta tangisan ini berasal dari bangunan
keluarga Pouw, apakah sudah terjadi lagi peristiwa di luar
dugaan ?" tanyanya. Lie Loo jie yang paling tidak suka mendengarkan suara jeritan
serta tangisan itu segera mengerutkan alisnya rapat rapat.
"le-jie, Wan jie coba kalian pergi lihat di sana sudah terjadi
peristiwa apa, biarlah aku serta sutit beristirahat sebentar
disini" perintahnya kepada dua orang nona itu.
Lie Siauw Ie serta si gadis cantik pengangon kambing segera
menyahut, baru saja mereka hendak keluar dari pintu
mendadak dari luar rumah itu menyorot sinar api yang sangat
terang benderang diikuti segerombolan api obor bergerak
mendatang. Beberapa orang yang berada diluar rumah itu jadi dibuat
melongo longo, baru saja mereka merasa keheranan
mendadak sinar obor itu sudah berhenti diluar rumah disusul
suara teriakan gembira yang gegap gempita memecahkan
kesunyian. Diantara suara teriakan-teriaka itu terde-ngar ada beberapa
orang yang lagi berteriak:
"Hooooreeee . . . Pouw Sak San sudah dibu nuh, bagus, bagus
sekali ! Dia tidak sesuai menjabat sebagai Cung cu kami. Liem
Tou ! Lie Siauw le ! Kalian ada di rumah atau tidak" Ayoh
cepat keluar . . . Hey Liem Tou ! Kita sudah lama tidak
bertemu muka '." Ada pula yang berteriat dengan suara keras :
"Besok pagi di dalam lapangan silat di dalam
perkampungan Ie Hee san Cung akan di buka pertandingan
pie-bu untuk memilih Cung cu yang baru. Liem Tou ! Lie
Siauw Ie ! Kalian berdua haras mengalahkan seorang she
Pouw itu !" Baik Liem Tou maupun Lie Siauw Ie yang mendengar
teriakan itu dalam hati merasa terkejut.
Dalam pikiran Liem Tou. dia sudah diusir keluar dari
perkampungan bagaimana mungkin boleh ikut didalam pie bu
untuk mencari Cung cu yang baru ini "
Keluarga Lie serta keluarga Pouw menetap di gunung Ha
Mo San ini belum pernah ada seorang Cung cu perempuan,
dirinya apa mungkin boleh ikut "
"Ie cici !" Terdengar Liem Tou berkata terhadap diri Lie
Siauw Ie. "Tempat ini seharusnya kaulah yang berhak untuk
memangku jabatan sebagai Cung cu. apa lagi ini hari kaulah
yang memimpm mereka untuk mencari diri Pouw Sak San
seharusnya kau keluar sebentar menyambut kedatangan
mereka" Lie Siauw Ie segera mengangguk, pada pagi hari
dikarenakan dia lagi merasa sedih maka keadaannya lain
dengan keadaan saat ini yang lagi tenang. tidak terasa hatinya
merasa rada gugup juga. "Adik Tou, mari kita keluar bersama-sa-ma !', ajaknya.
Liem Tou lantas mengangguk dan bersama sama berjalan
keluar dari rumah. Setibanya diluar pintu itu terlihat dihadapan mereka sudah
berdiri berpuluh puluh orang penduduk perkampungan Ie Hee
san Cung baik lelaki, perempuan tua maupun muda dan
kebanyakan merupakan angkatan yang lebih tua dari mereka
berdua. Sewaktu para penduduK kampung melihat munculnya
kedua orang itu dihadapan mereka suara pekikan memuji
segera bergema memenuhi angkasa, ada yang menanyakan
bagaimana caranya Liem Tou membunuh Pouw-Sak San
bahkan ada pula menyanjung-nyanjung kepandaian mereka
berdua. Liem Tou yang mendengar perkataan mereka sama sekaii
tidak karuan. dengan cepat merangkap tangannya menjura.
"Paman-paman dan saudara-saudara sekali-an !" Teriaknya
dengan keras "Pouw Sak San baru saja boanpwee bunuh, dan
hal ini moerupakan suatu peristiwa yang menyedihkan buat
kita penduduk perkampungan Ie Hee san Cung.
tetapi kalian harus tahu, bilamana dia tidak meracuni ayahku
sampai mati maka aku tidak akan membunuh dirinya.
Walaupun tinda kan Pouw Sak San selama ini adalah salah
tetapi dia tetap merupakan Cung cu kalian.
maka dari itu boanpwee harap paman-paman serta saudarasaudara
sekalian suka menganggapnya sebagai seorang Cung
cu sekalipum hayatnya sudah binasa."
Sewaktu Liem Tou mengumumkan bagaimana ayahnya mati
keracunan suasana menjadi amat gempar, suara jeritan kaget
bergenma. Pada saat itulah dari perkampungan Ie Hee San Cung
sebelah lain muncul kembali sinar obor yang amat terang
disusul suara makian yang kotor semakin lama semakian
mendekat. Liem Tou serta Lie Siauw Ie yang melihat kejadian itu mereka
segera mengetahui kalau dari keluarga Pouw sudah mengirim
datang orang-orangnya untuk menuntut balas.
Pada saat itulah mendadak dari penduduk golongan Lie ada
orang yang berteriak keras:
"Hey Cung cu yang sebegitu jeleknya buat apa kalian tuntut
untuk membalaskan dendam" sungguh memalukan sekali!"
Seketika itu juga suasana jadi panas, untuk membela Lie
Siauw Ie serta Liem Tou tanpa ragu-ragunya keluarga Lie
sudah bertekad bulat untuk bermusuhan dengan keluarga
Pouw yang selama ini hidup bersama.
"Selama ini keluarga Lie serta keluarga Pouw hidup
berdampingan secara damai, aku tidak boleh hanya kareua
persoalan pribadiku serta Ie cici membuat kedua orang
kelompok keluarga ini jadi bertempur satu sama lainnya
bilamana kejadian sampai berlangsung bagaimana aku serta le
cici harus bertanggung jawab terhadap para paman serta
saudara saudara seperti yang lalu "
Saat ini orang-orang dari keluarga Pouw sudah semakin
mendekat lagi, Mendadak satu akal yang bagus berkelebat di dalam
pikirannya. Liem Tou segera menoleh ke arah para penduduk
dari keluarga Lie ini dan katanya :
Si Liong Ciang. Lie Kian Poo jadi orang jujur dan patut
dijadikan sebagai Cung cu dari perkampungan ini, walaupun
dalam hal ini dia lagi terluka tetapi tidak ada halangannya,
sekarang dia dimana"
Para penduduk mulai berhisik bisik membicarakan perkataan
Liem Touw ini, mendadak tampaklah seorang perempuan
sambil menggandeng tangan seorang bocah cilik berjalan ke
hadapan Liem Tou. Liem Tou, katanya. Kau bilang lukanya tidk mengapa tetapi
sekarang dia berbaring di atas tempat pembaringan tidak bisa
bangun, baru saja Pouw Siauw Ling datang kepadanya
mengatakan hendak pergi ke suatu tempat hampir hampir dia
mau ikut pergi ke sana bersama samanya.
Dia bersama sama dengan Pouw Siauw Ling hendak pergi
kemana" Bagaimana akhir nya" Tanya Liem Tou keheranan.
"Akhirnya Pouw Siauw Ling bilang mau pergi kesuatu tempat
yang cuma dia seorang saja yang boleh tahu, karenanya dia
baru ber diam diri" jawab perempuan itu.
Pada saat itulah para penduduk dari keluar ga Pouw sudah
berdatangan, tampak seorang lelaki berusia pertengahaa dari
keluarga Pouw dengan mata melotot lebar lebar dan wajah
penuh kegusaran menerjang kehadapan Liem Tou lalu memaki
sambil menuding dirinya :
"Liem Tou kau bangsat cilik, kau berani tidak menurut
peraturan perkampungan, kau sudah diusir turun gunung dan
sekarang tidak ada hak untuk disini lebih lama lagi. Hm !
Bilamana kau ternnata masih maumenaiki gunung ini dengan
mengikuti peraturan kami masih bisa terima tetapi sekarang
kau melanggar peraturan bahkan membunuh Cung cu . , .kau
. . . kau bangsat cilik ! Kau sudah menjadi musuh kami
penduduk dari perkampungan Ie Hee San Cung.
disini kami se-mua menuntut dirimu untuk bertanggung
jawab di dalam peristiwa ini."
Liem Tou yang mendengar perkataan tersebut sedikitpun tidak
salah, dalam hati mera sedikit sedih.
Baru saja dia hendak menjelaskan bagaimana Ang In Sin Pian
meracuni ayahnya sampai mati mendadak dari gerombolan
keluarga Lie sudah meloncat keluar seorang lelaki yang sambil
melintangkan tangannya didepan dada menerjang kehadapan
lelaki berusia pertengahan dari keluarga Pouw itu.
"Hey Cia-heng ! dalam urusan ini aku me ngetahui jauh lebih
jelas darimu," Bentak-nya dengan keras. "Sekalipun perbuatan
Liem Tou naik ke gunung sebelum waktunya adalah
melanggar peraturan tetapi Pouw Cung cu yang berhati
binatang memang ada seharusnya dibunuh mati !"
Liem Tou bisa tahu kalau orang itu bukan Iain si Liong Ciang.
Lie Kian Poo adanya. Lelaki berusia pertengahan itu bernama Pouw Ci Cia dan
merupakan orang yang paling menonjol diantara penduduk
keluarga Pouw lainnya, sewaktu mendengar perkataan
tersebut dia jadi tertegun. tapi sebentar kemudian hawa
amarahnya sudah menerjang naik ke otaknya.
"Kian Poo heng, tidak kusangka sampai kau pun ikut
membantu diri Liem Tou, apa maksudmu yang sebenarnya?"
bentaknya dengan gusar. "Cia-heng, jangan salah paham dulu."
bila tidak terluka mungkin pada saat ini aku sudah ikut
Siauw Ling pergi kegunung Soat san, tetapi terhadap
kejahatan serta kelicikan dari Cung cu Siauw te
mengetahuinya jauh lebih jelas dari siapa pun juga.
Waktu itu para penduduk dari keluarga Pouw sudah
berkumpul semuanya, semangat dari Pouw Ci Cian pun
semakin berkobar, tiba tiba dengan wajah beringis merah
bentaknya kembali : Lie Kian Poo, terang terangan kau sendirl benci kepadanya
sekarang sengaja membusuk busukkan dirinya setelah dia
mati, Hmm, kenapa kau bantu Liem Tou berbicara" Apakah
Cung cu pernah me]akukan kesalahan terhadap kalian" Kau
manusia yang tak tahu budi..," Mendengar perkataan tersebut
agaknya Lie Kian Poo pun dibuat gusar juga, saking kerasnya
golakan hati dan luka didadanya terasa menjadi sakit kembali.
Ci Cia heng, ujarnya sesudah mendehem, beberapa kali . , .
Bilamana dikatakan Cung Cu tidak pernah melakukan
kesalahan terhadapku sekalipun aku terangkan kaupun tidak
percaya. bilamana bukannya nasib siauw-te lagi mujur
mungkin sejak semula aku sudah mati ditangannya, tetapi hal
ini tidak perlu kita ingat lagi terus terang aku jelaskan
kepadamu, Liem Tou bisa bunuh mati karena dikarenakan
ayahnya Han San Koan cu mati karena diracuni oleh Cung-cu.
Jelas Pouw Ci Cia jadi tertegun setelah, ia mendengar
perkataan itu, dia sama sekali tidak menyangka kalau Liem
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tou membunuh Cungcu mereka dikarenakan peristiwa ini
mendadak dia maju kedepan dan memegang erat-erat tangan
dari Lie Kian Poo. Kian Poo heng, kau jangan berbohong di depanku. Serunya
dengan setengah percaya setengah tidak. Bukankah Han San
Koan cu mati karena sakit keras?" mana mungkin
kematiannya disebabkan oleh racun dari Cung cu" apakah kau
punya bukti" Saat ini penduduk keluarga Pouw serta keluarga Lie yang
berkumpul ditengah lapangan sudah meijadi tenang kembali.
Dengan perhatian penuh mereka memperhati tan diri Lie Kian
Poo. Terdengar Lie Kian Poo mendehem beberapa kali terlebih
dulu, setelah itu baru merangkap tangannya menjura kepada
semua orang. Cayhe bukannya sengaja berbicara omong kosong belaka.
Ujarnya dengan perlahan. Biasanya setelah orang mati maka
tulang be-lilangnya akan berubah jadi putih, tetapi tulang dari
Han Koan cu berubah jadi hitam, apakah itu bukan terbukti
karena keracunan" " " Sedangkan sewaktu meracuni Han San
Koan cu inipun telah diakui oleh Cungcu sesaat menjelang
kematiannya. apakah hal ini bisa salah lagi?"
Setelah mendengar perkataan itu Pouw Cin-Cia tidak bisa
berkata lagi, semua orangpun menjadi bungkam diri sehingga
suasana jadi amat sunyi senyap.
Mendadak terengar suara tangisan yang amat keras
memecahkan kesunyian. Peristiwa itu tidak mungkin terjadi Teriaknya." semasa
hidupnya Han San Koan cu, Cung cu sangat baik sekali
menghadapi diri nya, dia tidak mungkin meracuni Han Soan
Koan-cu sampai mati. Cung-cu dengan dia sama sekali tidak ada ikatan dendam
apapun buat apa dia mencelakai dirinya"
Lie Kian Poo segera bisa melihat kalau orang itu bukan lam
adalan isteri dari Cung cu dan merupakan adik keponakannya
sendiri, dengan cepat dia maju mendekat dan menghibur
dengan kata-kata yang halus.
Tong-moay! perkataan yang aku katakaa-sedikitpun tidak
salah urusan ini memang tenar sudah terjadi, buat apa aku
harus membantu Liem Tou berbicara" didalam urusan ini
keadaan benar-benar sangat ruwet dan bukanlah bisa
dijelaskan dengan dua tiga patah kata saja. Tong moay
percayalah terhadap perkataanku ini, aku sama sekali tidak
akan menipu dirimu maka dari itu lain kali aku bisa
menjelaskan persoalan ini lebih jelas lagi.
"Sekarang Cungcu sudah mati aku rasa lebih baik kita urus
jenazahnya untuk dikuburkan, walaupun perbuatannya kurang
cemerlang semasa hidupnya tetapi kitapuu harus meagadakan
suatu upacara penguburan buat dirinya"
Dengan perlahan dia segera menoleh ke arah Liem Tou dan
tambahnya lagi. "Liem Tou, ada suatu urusan aku minta bantuanmu,
apakah suka mengabulkan permintaanku ini " Lie Kian Poo
walaupun tidak becus tetapi rasa hormat kepada Cungcu tak
akan hilang dari hatiku,dapatkah kau mengembalikan batok
kepala dari Cung cu yang sudah kau ambil ?"
Liem Tou sama secali tidak menyangka dia bisa
meagajukan permintaan seperti ini. tidak terasa dalam hati dia
merasa amat sedih, setelah termenung berpikir sebentar
akhirnya dia gelengkan kepalanya. Paman Kian Poo,
keadaanmu pada saat ini.aku benar benar menaruh rasa
simpatik. tetapi pembunuhanaya terhadap si golok naga hijau tentunya
paman Kian Poo melihat nya dengan mata kepala sendiri
bukan " Kalau batok kepala dari Cungcu itu aku serahkan
kepadamu, tetapi bagaimana aku harus bertanggung jawab
dihadapan Oei Poh muridnya si golok naga hijau ?"
Mendengar perkataan dari Liem Tou ini, Lie Kian Poo jadi
teramat gusar. ,,Liem Touw!" bentaknya. Kau gunakan cara bagaimana untuk
bertanggung jawab di hadapan Oei Poh hal itu bukanlah
urusan aku orang, apakah sekiranya kau bersedia
mengembalikan batok kepala dari Cung cu hal ini terserah
padamu sendiri, tetapi bagaimanapun juga kau tetap
merupakan salah seorang dari penduduk perkampungan Ie
Hee San Cung ini, kau boleh pikirkan hal ini uengan baik-baik.
Perkataan ini seketika itu juga mendesak Liem Tou kepojokan
yang benar benar kepepet. Lie Siauw Ie yang melihat keadaan
adik nya yang kebingungan pun tidak bisa berbuat apa apa.
Akhirnya Liem Ton yang mempunyai hati jujur dan polos
segera mengambil keputusan dihatinya, mendadak dia putar
tubuhnya masuk kedalam rumah untuk memungut kembali
batok kepala dari Ang In Sin Pian kemudian diserahkan
ketangan Lie Kian Poo dengan wajah serius.
Perkataan dari paman Kian Poo sedikit-pun tidak salah, aku
lebih baik menerima makian dari Oei Poh dari pada membawa
batok kepala ini buatnya, nah paman Kian Poo silahkan
menerima kembali batok kepala dari Cung-cu ini.
Siapa tahu karena kejalahan ini dia harus mengalami kesulitan
di kemudian hari. Setelah itu dia segera menoleh kearah para
penduduk keluarga Lie serta keluarga Pouw dan berseru:
"Paman Kian Poo jadi orang jujur dan berlapang dada, dia
pantas sekali untuk menjabat sebagai Cung-cu di
perkampungan Ie Hee san Cung ini, buat apa saudara saudara
sekalian melakukan pertandingan lagi untuk memperebutkan
kedudukan Cung cu ini"
Begitu mendengar perkataan tesebut diucapkan, maka seluruh
penduduk keluarga Lie menyambut dengan sorak sorak
sebaliknya dari pihak keluarga Pouw kelihatan rada ragu ragu.
Liem Tou tahu urusan ini harus minta persetujuan dulu dari
pentolan keliarga Pouw tersebut, karenanya dia lantas
menoleh kearah Pouw Ci Cia.
,.Paman Ci Cia, kau bilang benar tidak ",, tanyanya.
Terpaksa Pouw Ci Cia mengangguk.
Seketika itu juga Liem Tou tertawa terba bahak ujarnya lagi
dengan nyaring. "Paman Ci Cia sudah setuju paman Kian Poolah yang men
jabat sebagai Cung-cu. ada siapa lagi yang tidak setuju "
Penduduk keluarga Pouw yang melihat Pouw Ci Cia sudah
setuju merekapun tidak ada yang membangkang lagi, seluruh
penduduk segera menyambut keputusan itu dengan soraksorai
yang keras. Tidak terasa lagi hari sudah menjelang kembali, Liem Tou
segera memberi hormat kepada semua orang dan bersama
sama dengan Lie Siauw Ie mengundurkan diri.
Sebaliknya para penduduk dari keluarga Lie serta keluarga
Pouw pun mulai bubar pula.
Sejak Lie Kian Poo menjabat sebagai Cung cu inilah maka
penghidupan di dalam perkampungan Ie Hee san Cung
semakin makmur lagi melebihi sedia kala.
Setelah masuk rumah Lien Tou kelihatan wajahnya amat
murung rekali. Lie Loo jie, si gadis cantik pengangon kambing
serta Lie Siauw Ie yang melihat keadaannya ini dalam hatipun
merasa agak cemas. ..Sutit!" terdengar Lie Loo jie coba meng hibur dengan kata
kata yang halus. "Urusan sudah lewat, apalagi pertemuan di
puncak pertama pun sudah hampir tiba, kenapa kau tidak
beristirahat terlebih dahulu " Ada urusan kita pikirkan lain kali
saja " "Setelah batok kepala dari Ang In Sin Pi an aku kembalikan
kepada paman Kian Poo maka terhadap perjanjian dengan Oei
Poh muridnya sigolok naga hijau jadi meleset, dalam hati sutit
merasa sangat tidak tenang.
kerbauku sekarang ada dibelakang perkampungan disamping
tebing, tolong supek jagakan, sutit bermaksud hendak pergi
ke kota Hong Kiat terlebih dulu, beberapa hari kemudian baru
kembali" kata Liem Tou kemudian.
Lie Siauw Ie serta sigadis cantik pengangon kambing yang
sudah ada delapan, sembilan hari tidak bertemu muka dengan
Liem Tou kini bisa bertemu kembali dalam hati merasa girang,
tetapi sewaktu mendengar dia mau pergi lagi tak terasa
wajahpun ikut jadi murung.
"Adik Tou ada urusan apa yang begitu terburu-burunya ?"
Tanya Lie Siauw Ie sambil melirik sekejap kearahnya. "Apakah
urusanmu itu tidak bisa diselesaikan setelah peristiwa diatas
gunung Cing Shia ini diselesaikan ?"
"Karena urusan ini dalam hatiku merasa tidak tenang, lebih
baik aku bereskan dulu pekerjaan ini pokoknya tidak sampai
melewati janji di gunung Cing Shia aku sudah tiba disini
kembali ujar Liem Tou sambil geleugkan kepalauya.
Didalam beberapa hari ini di atas gunung Cing Shia ada
kemungkinan bakal kedatanga banyak jago, mulai sekaranh
harap Ie cici serta Wan moay-moay suka berlaku sedikit
berhati-hati sehingga tidak sampai mendatangkan banyak
kerepotan, Lie-Siauw Ie yang mendengar perkataan itu dalam
hati jadi merasa kesal. Uuu - - -Adik Tou kau jangan terlalu menghina kami teriaknya.
Kami pun bukan bocah yang baru berumur tiga tahun yang
masih minta diteteki oleh ibunya, apa kau kira kami tidak bisa
berjaga diri " Liem Tou yang kebentur batu dalam hati. merasa tidak sabar,
tanpa banyak cakap lagi dia segera berjalan keluar dari
ruangan itu. Supek, Ie cici, Wan moay-moay aku pergi dulu serunya
keras. " Sebentar kemudian dia sudah meninggalkan perkampungan
Ie He san Cung dan kembali ke atas perahunya dibawah
gunung Cing Shia. Kali ini karena melakukan perjalanan dengan mengikuti
aliran air sungai maka hanya di dalam sehari semalam dia
sudah tiba kembali dikota Hong Kiat.
Siang itu dia melompat ke tepian dan kem bali lagi kerumah
penginapan semula tetapi Oei Poh tidak kelihatan ditempat itu.
Berturut-turut Liem .Tou segera menanyakan beberapa
rumah penginapan dan akhir-nya sampailah di sebuah rumah
penginapan yang rada besar.
Setelah bertemu dengan pemilik rumah penginapan itu lantas
tanyanya : Apakah disini ada orang Piauw su she Oei"
Pemilik rumah penginapan itu memandang sekejap kearah
Liem Tou lalu dengan gusar-nya mendengus.
Orang she Oei ada satu tetapi bukan Piauw su, ada keperluan
apa kau mencari dirinya"
Heey, aku baik-baik tanya padamu kenapa kau marah marah "
tanya Liem Tou keheranan.
Siapa saja yang menyebut orang she Oei hatiku tentu akan
marah, jawab pemilik rumah penginapan itu dengan gusar.
Coba kau bayangkan kami orang yang berdagang bukannya
menerima uang biaya penginapan serta makanannya bahkan
harus menerima pukulan dari bangsat cilik itu apakah itu
pantas" Haa, bilamana dia bukannya mempunyai sedikit pegangan
tentu aku akan suruh orang hajar habis-habisan.
, hmm . . . sekarang dia .berada dimana tanya Liem Tou
sambil mengangguk. "Siapa yang tahu dia ada dimana ?" teriak pemilik rumah
penginapan itu dengan mendongkol. "Sejak pagi dia sudah
keluar bermabok-mabokan, ada kalanya baru pulang ditengah
malam buta. Aaah . . . sungguh menjengkelka hati sekali !"
Liem Tou segera merasa ada kemungkian orang itu adalah
Oei Poh, dari dalam saku nya dia segera mengambil keluar
sekeping perak dan diserahken kepada pemilik rumah
penginapan itu. "Sekeping perak ini harap kau suka menerimanya, coba. kau
suruh orang melihat dia ada di rumah atau tidak, bilamana
bertemu dengan dirinya katakan saja ada seorang she Liem
yang sedang mencari dirinya."
Si pemilik rumah penginapan yang melihat ada uang bisa
diterima sudah tentu dalam hatinya merasa girang.
"Dia tidak ada dikamar, harap Khek koan tunggu sebentar
biarlah aku kirim orang untuk mencarinya kembali !" katanya.
Liem Tou tertawa dan duduk menanti.
Beberapa saat kemudian orang yang dikirim sudah kembali
dan melaporkan tidak bertemu dengan Oei Poh.
Terpaksa Liem Tou kembali ke dalam perahunya untuk
kemudian pada malamnya dia kembali kerumah penginapan
tersebut. Sewaktu dia bertemu muka dengan pemi Ilk rumah
penginapan itu mendadak terasa olehnya orang itu
memandang dirinya dengan pandangan yang aneh sekali
membuat hatinya jadi rada heran.
"Dia sudah pulang sebentar tapi pergi lagi" jawab pemilik
,rumah penginapan itu sambil gelengkan kepalanya. "Katanya
dia tak mau bertemu lagi dengan dirimu, bahkan surah kau
cepat cepat pergi dari sini I"
Liem Tou jadi melengak. "Dia menunggu disini justeru sedang me-nanti
kedatanganku, kenapa dia tidak suka menemui diriku?"
pikirnya. "Lalu apa yang dikatakan olehnya?" tanyanya kemudian.
"Dia tanya kau datang cuma seorang atau dua orang, lalu
tanya pula apakah ditanganmu membawa bungkusan kecil,
aku jawab tidak ada, mendengar jawaban itu bagaikan orang
gila dia lantas berjalan keluar dari pintu dan berteriak teriak
tidak ingin bertemu muka dengan dirimu lagi, bahkan dia
bilang,." Berbicara sampai disitu mendadak, pemilik rumah penginapan
itu menghentikan. kata katanya.
Liem Tou segera mengetahui apa yang hendak dibicarakan
olehnya. "Dia bilang mau bunuh aku, bukan begitu?" sambungnya.
Sepasang mata dari pemilik rumah penginapan itu segera
terbelalak lebar lebar, lama sekali baru kemudian jawabnya.
Bagaimana kau bisa tahu ?" dia memang benar benar mau
bunuh kau, aku lihat lebih baik orang itu jangan kau temui
lagi, saat ini ada kemungkinan dia sudah pergi keluar kota lagi
untuk bermabok mabokan. Kau bilang dia keluar kota, arah mana yang dituju olehnya
tadi?"" Aku mengetahui tak begitu jelas, cuma dengar orang bilang
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia menuju ke arah pintu barat dan seharian penuh ada disitu
apa yang diperbuat siapapun tidak tahu. Aaah . . khek koan,
aku beritahu padatnu, ada kalanya ditengah, malam buta dia
tentu ada suatu peristiwa yang menyedihkan hatinya.
Liem Tou segera mersgangguk, dalam hati dia pun merasa
sedih. Kau terima uang emas ini sebagai biaya menginap dari Oei
Poh dan janganlah kau berbuat kurang hormat lagi dengan
dirinya. Ujar Liem Tou kemudian sembari mengeluarkan
sekeping uang emas dan diletakkan di atas meja.
Setelah itu Liem Tou baru keluar dari rumah penginapan itu
untuk memasuki setiap rumah makan guna mencari jejak dari
Oei Poh, tetapi pekerjaan ini pun sia-sia belaka..
Akhirnya dia berangkat menuju ke pintu sebelah barat,
terlihatlah di sebelah selatan dari tempat itu merupakan
sungai, sedang di sebelah utara sebuah bukit kecil.
Liem Tou mulai melakukan pencarian dari samping sungai,
sewaktu sudah berjalan duapuluh lie masih tidak msnemukan
juga bayangan dari Oei Poh, dan dia berjalan kembali ke
samping gunung dan mencarinya pada bukit yang berada
disebelah utara. Walaupun gunung itu tidak berapa tinggi tetapi duri serta
semak memenuhi seluruh tempat. Tidak jauh Liem Toa
menaiki bukit itu mendadak terdengarlah suara tangisan yang
amat sedih berkumandang datang dari sisinya.
Liem Tou jadi merasa keheranan, sambil menyingkirkan duri
serta semak belukar yang menghalangi perjalanannya dia
mulai meacari berasalnya suara tangisan itu.
Akhirnya dia menemukan Oei Poh lagi menangis didepan
gundukan tanan. yang kelihatannya masih baru.
Melihat pemandangan seperti itu dalam hati Liem Tou pun ikut
merasa sedih, sambil meeringankan gerakan kakinya dia
berjalan mendekati diri Oei Poh.
Tampaklah olehnya seluruh wajahnyn kotor, bajunya butut
dan penuh dengan bau arak yang menusuk hidung.
Untuk beberapa saat lamanya Liem Toa berdiri disamping
badannya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Agaknya Oei Poh sama sekali tidak merasa kalau disamping
badannya sudah kedatangan seseorang, dia masih menangis
dengan sedihnya. "Oei-heng !" Akhirnya dengan memberanikan diri Liem Tou
menegur. Suara panggilannya ini seketika itu, juga terasa oleh Oei Poh
bagaikan geledek yang menyambar disiang hari bolong,
dengan cepat dia menarik kembali suara tangisannya dan
berlutut tidak bergerak. . Agaknya dia merasa tegang atas kehadiran diri Liem Tou
yang tanpa terasa olehnya, itu.
Liem Tou yang takut diserang olehnya punt segera
mengundurkan diri dua langkah ke belakang
, "'Oei-heng aku sengaja datang untuk menepati janji" katanya
lagi. Lama sekali Oei Poh berdiam diri tanpa menoleh,
mendadak dengan suara yang sedih ujarnya:
"Liem Tou! Apakah kau membawa serta bajingan tua Ang In
Sin Pian ?" "Dia sudah mati!" sahut Liem Tou sambil menggigit kencang
bibirnya. Kelihatan pundak Oei Poh sedikit tergetar oleh berita ini diikuti
badannya gemetar dengan kerasnya, tetapi hnnya didalam
sekejap saja sudah menjadi tenang kembali.
"Lalu apakah batok kepalanya sudah kau bawa serta?"
tanyanya. 'Tidak'." jawab Liem Tou setelah termenung sebentar. "Dia
sudah dikubur diatas per kampungan Ie Hee san Cung !"
Sekali lagi selurun tubuh Oei Poh gemetar dengan amat
kerasnya, diikuti bergetarnya seluruh rambut dan badannya.
Liem Tou yang melihat kejadian itu dari samping segera
mengerti kalau dia lagi merasa gusar.
"Oei Poh !" hiburnya dengan cepat. "Kau jangan marah dulu
dan dengarkanlah perkata anku, dia benar-benar sudah mati
dan aku yang berhasil membunuhnya dengan tanganku
sendiri, sebenarnya aku sudah potong batok kepalanya tetapi
barang itu sudah diminta kembali oleh Lie Kian poo "
Oei Poh segera merasakan hatinya terpukul sangat hebat,
mana dia mau memper cayai perkataannya, sambil meraung
keras dia meloncat bangun.
' "Lim Tou kau tidak usah berbohong dihadapanku lagi"'
Teriaknya dengan keras. "Kau manusia yang tidak pegang jajji, aku mau bunuh kau,
Liem Tou kau dengar baik-baik aku mau bunuh kau!"
Sembari berteriak keras bagaikan orang gila dia menubruk
kearah Liem Tou. Dengan gesitnya Liem Tou segera me nyingkir ke samping.
Oei heng, coba kau deigarlah dulu perkatataan dari Siauw~te.
orang she Pouw benar sudah mati ditanganku, bilamana kau
tidak percaya marilah akan aku temani kau pergi ke
perkampungan Ie Hee-san Cung untuk melihatnya sendiri.
Aku tidak percaya. . . aku tidak percaya . . * , bilamana tidak
melihat sendiri batok kepalanya aku tidak akan berdiam, diri
perkataan yang kau ucapkan semuanya adalah kata bohong
bilamana ada kuburan maka kuburan itu adalah kuburan
palsu, bila ada mayat maka mayat itu adalah mayat palsu
Liem Tou, kau sungguh-sungguh sudah mencelakai diriku, aku
mau bunuh dirimu . . . aku mau bunuh dirimu.
Diikuti pekikan yang amat mengerikan dengan dahsyatnya
dia menubruk ke tubuh Liem Tou.
Liem Tou yang melihat kesadarannya sama sekali sudah pudar
dalam hati lantas tahu sekalipun dia beri keterangan juga tak
berguna, terpaksa tubuhnya miring dua langkah ke samping
untuk menghindarkan diri dari tubrukannya itu.
Oei Poh. ujarnya deigan serius. Kali ini aku benar terpaksa
harus mengembalikan batok kepala dari Pouw Sak San kepada
Lie Kian Poo tetapi kau jangan kuatir, Pouw,Sak San benarbenar
sudah mati, kau mau percaya atau tidak aku tidak akan
memaksamu lagi. Sekarang aku masih ada urusan perjanjian dengan orang lain,
selamat tinggal. bilamana kau merasa dendam dengan aku
orang, lain kali datang saja mencari diriku, Selesai berkata dia
segera putar badannya siap-siap meninggalkaii tempat itu.
Mendadak Oei Poh berkelebat ke depan menghalangi
perjalanannya. Liem Tou, kau pergilah., Bentaknya dengan keras Kau pergilah
. . . aku bisa cari dirimu pada suatu hari aku akan bunuh kau.
kau tidak akan lolos dari tanganku.
Sembari berkata dia meremas-remas tanngannya, wajahnya
kelihatan berubah sangat menyeramkan.
Baiklah, sahut Liem Tou tidak sabaran lai gi. Kalau kau ingin
mencari aku carilah setiap saat aku bisa menunggu
kedatanganmu, dan setiap saat aku bisa mengalah tiga jurus
kepadamu, tetapi sekarang kau menyingkirlah dulu, Liem Tou
tidak akan banyak ngomong dengan orang gila seperti kau.
Oei Poh segera melototkan sepasang mata nya. dengan
gusar dan bencinya dia memandang diri Liem Tou tak
berkedip setelah itu barulah menyingkir kesamping.
"Kau pergilah Liem Tou !" teriaknya ke mudian. "Sekarang
walaupun kau sudah hancur jadi abu aku masih bisa
mengganti dirimu kembali !"
Tetapi mendadak seperti baru saja teringat akan sesuatu hai.
tiba tiba membentak lapi :
"Tunggu dulu Liem Tou kau bilang apa ?"" Kau ingin
mengalah tiga jurus kepadaku ?"?" Aku tidak mau mengalah
terhadap dirimu, kau masih hutang tiga laksa tahil perak dari
Cing Liong Piauw-kiok . . . kau pernah dua kali merolong aku
maka akupun akan melepas dirimu dua kali, setelah hutang di
antara kita lunas aku baru akan turun tangan membinasakan
dirimu." Liem Tou yang mendengar perkataan yang sama sekali tidik
waras itu dalam hiti merasa tidak tega untuk mendengar,
Baru saja dia siap-siap meninggalkan tempat itu mendadak
dari samping pepohonan dia mendengar suara yang
mencurigakan. terdengar olehnya ada orang yang sedang
berjalan di antara rerumpuian.
Dengan cepat Liem Tiu mengheitikan langkahnya dan
manoleh kearah semak belukar itu.
"Siapa yang sedang mencuri dengar pembicaraan kami?"
bentaknya. Jilid 30 BARU saja dia selesai membentak dari balik pepohonan
terdengarlah berkumandang datang suara tertawa yang amat
keras disusul munculnya seorang kakek tua yang rambut serta
jenggotnya sudah putih semuanya, sambil tertawa dia berjalan
mendekat. "Kalian dua orang engkoh cilik bunuh ini bunuh itu, sebetulnya
siapa yang mau membunuh siapa ?" tanyanya.
Saat ini hati Liem Tou sudah dibuat kebingungan dan kacau
oleh perkataan yang diucapkan oleh Oei Poh itu, mendengar
perkataan tersebut dia segera mengerutkan alisnya rapatrapat
kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun segera
putar badannya siap siap meninggalkan tempat itu.
Siapa tahu pada saat itulah terasa ada segulung angin
pukulan yang menyambar datang dari belakang badannya.
Liem Tou yang sama sekali tidak menduga datangnya
serangan tersebut dalam hati merasa sangat terperanjat, baru
saja dia mau melihat lebih jelas lagi tahu tahu angin pukulan
itu sudah berubah arah putar menyerang dari depan
badannya. Kali ini Liem Tou benar benar dibuat gelagapan, seketika
juga tubuhnya terdesak oleh datangnya angin serangan
tersebut sehingga mundur tiga langkah kebelakang. Baru saja
Liem Tou berhasil berdiri tegak terdengarlah kakek tua yang
rambutnya sudah memutih semua itu telah tertawa terbahak
bahak dengan amat kerasnya.
"Hey erngkoh cilik, jika dilihat dari sinar matamu kelihatannya
kau mempunyai asal asul yang besar, haa . . baa . . siapa
sangka ternyata ssma sekali tidak becus."
Sejak berhasil melatih ilmu silat dari kitab pusaka To Kong
Pit Liem Tou belum pernah menderita kekalahan seperti
kejadian ini hari sudah tentu rasa terperanjatnya kali ini sukar
untuk dilukiskan, bersarnaan pula dia merasa amat gussr
sekali. "Aku sama sekali tidak kenal dengan dirinva. Kenapa dia
melancarkan serangan membokong diriku?" Pikirnya di dalam
hati. Berpikir sampai disini mendadak ia memutar badannya.
tampaklah si kakek tua berambut putih itu masih tertawa
dengan senang-nya. Mendadak ujung bajunya kembali dikebut kedepan, terasalah
segulung angin pukulan yans amat keras menyerang kearah
Oei Poh dengan gaya yang sama seperti tadi.
Oei Poh yang tak mengetahui akan kelihayan dari
datangnya angin pukulan si kakek tua itu segera menperkuat
kuda-kudanya lalu dengan mengerahkan seluruh tenaga
dalam yang di milikinya menyambut datangnya serangan
tersebut dengan keras lawan keras.
Siapa tahu baru ssja pukulannya didororong kedepan
bayangan musuh sudah lenyap tak berbekas membuat dia jadi
sempoyongan ke depan. Dengan rasa yang amat terperanjat dia segera menarik
kembali angin serangannya, pada saat itulah terasa ada
segulung angin pukulan yang amat keras sudah menghantam
punggungnya membuat dia tak kuasa lagi segera jatuh
tersungkur keatas tanah. Sewaktu merangkak bangun kembali matanya sudah
terbelalak besar sedang mulutnya melongo.
Liem Tou yang dikalahkan oleh kakek tua itu dalam hati
merasa rada tidak terima, dengan wajah yang amat marah dia
membentak. "Kiranya sudah kedatangan seorang jagoan berkepandaian
tinggi, kita saling tidak kenal satu sama lainnya, kenapa
dengan meminjam kesempatan orang lagi tidak siap kau
melancarkan serangan bokongan?"
Kakek tua itu cuna tertawa keras saja.
"Engkoh cilik ! bilamana aku sungguh sungguh hendak
berkelahi dengan kalian apa kalian kira bisa menangkan aku ?"
katanya sambil tertawa tergelak. "Tetapi . . haruslah kalian
ketahui aku terpaksa turun tangan memberi hajaran kepada
kalian hal ini dikarenakan telinga aku si orang tua tidak
terbiasa mendengarkan kata kata saling bunuh membunuh
yang kalian ucapkan tadi."
"Tidak kusangka sama sekali kau orang tua yang usianya
sudah lanjut masih suka saja mengurusi pekerjaan orang lain .
. !" Teriak Liem Tou pula dengan gusar. "Jika didengar dari
pada suaramu agaknya kau memiliki kepandaian silat yang
amat tinggi, Hm. mari, mari, aku minta beberapa jurus
petunjuk darimu, aku mau lihat apakah kau berar benar
sangat luar biasa !"
"Apa" kau berani menantang bertempur dengan aku .. ?"
gertak si orang tua berambut putih itu sambil melototkan
matanya. "Apakah badanmu sudah benar benar gatal
sehingga minta digebuk " Aku orang paling tidak suka bermain
geguyon dengan bccah cilik seperti kalian-kalian ini!"
Mendadak suatu pikiran sudah berkelebai dihati Liem Tou
tangannya segera direntangkan kedepan siap siap
menghadapi serangan. Dugaannya sedikitpun tak salah, begitu selesai berbicara,
kakek tua itu sudah mengebutkan ujung bajunya kembali
kedepan. Kali ini Liem Tou tidak mau tertipu lagi dia tahu walaupun
serangannya dilancarkan dari depan, tetapi angin pukulan
yang sebetulnya adalah menyerang dari belakang.
Terdengar si orang tua berambut putih itu tertawa terbahak
bahak, ujung baju sebelah kirinya dengan cepat kirim satu
pukulan lagi kedepan, kali ini serangannya adalah angin
pukulan yang lurus kedepan.
Liem Tou Tou yang sedang membelakangi musuh segera
merasakan punggungnya tertekan hebat. tubuhnya jadi
terhuyung huyung dan terdesak maju tujuh delapan langkah
jauh-nya. Seketika itu juga, air muka Liem Tou berubah sangat hebat,
Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan baru saja dia mau mengumbar hawa ararahnya tiba tiba
teringat kembali olehnya akan semacam ilmu pukulan dari
Heng San pay yang pernah dilihatnya dikitab pusaka Toa Loo
Cin Keng, cuma sayang ilmu pukulan itu sukar dilatih dan
sudah lama lenyap dari Bu lim sehingga dengan demikian
tiada orang yang berhasil mempelajarinya.
"Hey orang tua tunggu dulu!" Teriak Liem Tou setelah
berpikir sampai disitu. "'Apakah kau adalah cianpwee dari partai Heng san Pay ?"
Mendengar pertanyaan itu si orang tua jadi tertegun, tetapi
sebentar kemudian air mukanya sudah berubah sangat hebat.
"Kau tidak usah banyak berbicara lagi bukankah kau minta
pelajaran tiga jurus dari diriku " sekarang baru satu jurus !"
Tidak menanti jawaban dari Liem Tou lagi ujung jubahnya
lantas dikebutkan kedepan segulung angin pukulan yang amat
dahsyat segera menggulung kedepan.
Kali ini Liem Tou jadi lebih berpengalaman, dia sama sekali
tidak mau menerima datangnya angin pukulan tersebut
sebaliknya menyingkir kesamping untuk menghindarkan diri.
Siapa tahu angin pukulan dari si kakek tua itu seperti
mempunyai serasang mata saja, baru saja tubuhnya
menyingkir kesamping angin pukulan tersebut dengan
mengikuti gerakan tubuhnya sudah berkelebat datang lagi.
Liem Tou segera merasakan tangan kirinya jadi amat sakit,
dengan amat tepatnya angin pukulan itu menghajar
badannya. Hawa amarah mulai muncul dari dasar hati Liem Tou.
"Jurus kedua sudah lewat, cepat lancarkanlah jurus ketigamu
!" Bentaknya. Pada saat ini didalam hatinya dia sudah mengambil keputusan
hawa murninya secara diam diam disalurkan mengelilingi
seluruh tubuh. "Haa . .haa . .engkoh cilik nyalimu sungguh tidak kecil"
Teriak si kakek tua rambut putih itu dergan keras. "Sudah ada
puluhan tabun lamanya tiada orang lain lagi yang berani
menantang aku untuk berkelahi. Kalau begitu rasakanlah
kelihayan dari aku si orang tua !"
Liem Tou tidak menjawab lagi, kuda kudanya lantas
diperkuat siap siap menghadapi musuh.
Si kakek tua berambut putih itu kembali tertawa terhahak
bahak, pukulan yang ketiga secara mendadak menerjang
keluar dengan dahsyatnya.
Liem Tou segera mantapkan hatinya, kali ini tidak mau
menghindar sebaliknya diam-diam mengerahkan tenaga
murninya sampai delapan bagian lalu dibabat kedepan dengan
amat gencar. Segulung angin pukulan yang amat tajam dengan cepat
menyambut datangnya tubuh si kakek tua itu.
Air muka siorang tua jadi berubah hebat, wajah yang semula
merah padam kini sudah berubah jadi pucat pasi.
"Sungguh telengas seranganmu . . ." Bentaknya dengan keras.
Baru saja perkataannya selesai diucapkan, tiba tiba . . .
"Braaak . . . ! " tubuhnya dengan kerasnya sudah kena
dihantam satu kali oleh pukulan dari Liem Tou ini, dia segera
terpukul mundur tiga langkah kebelakang dengan terhuyunghuyung,
wajahnya yang pucat pasipun kini sudah berubah jadi
menghijau sedang tubuhnya goncang dengun amat keras
sekali. Sebaliknya Lim Tou sendiripun terkena pukulan "Cian Hong
Clang" dari kakek tua itu sehingga maju dua langkah kedepan,
agaknya sikakek tua itu tidak bermaksud melukai dirinya
sehingga walaupun badannya terpukul tapi sama sekali tidak
terluka. Akhirnya siorang tua berambut putih itu berhasil
menenangkan badannya kembali
Kitab Mudjidjad 11 Hantu Wanita Berambut Putih Pek Hoat Mo Lie Karya Liang Ie Shen Kisah Pedang Di Sungai Es 16