Pencarian

Raja Silat 16

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 16


"Kau . . . kau murid siapa?" tanyanya sambil menuding
dengan tangannya yang gemetar keras.
Melihat kejadian itu Lim Tou merasa rada menyesal.
"Orang tua apakah lukamu parah?" tanyanya. "Bilamana
bukannya kau memukul aku terlebih dulu, aku tidak akan . ."
"Siapa yang nyuruh kau mengucapkan kata-kata itu?" Potong
siorang tua berambut putih itu dengan keras. 'Cepat sebutkan
siapakah gurumu dan berasal dari perguruan mana?"
"Boanpwee bernama Liem Tou, tidak mempunyai suhu
maupun perguruan" jawabnya terpaksa "Bilamana harus
berbicara sesungguhnya maka Thio Too Leng Sucouw adalah
suhu boanpwee yang sebenarnya".
Mendengar jawaban itu siorang tua berambut putih jadi
melengak. "Kalau hegitu urusan ini sungguh aneh sekali.. Sungguh aneh
sekali . . . haaayaa apakah aku sudah terluka dibawah
serangan yang termuat didalam kitab pusaka To Tong Pit
Liok?" teriaknya berulang kali.
Berbicara sampai disitu ia termenung sebentar, lalu secara
mendadak angkat kepalanya dan membentak terhadap diri Oei
Poh: "Lalu siapakah kau" Apa sangkut pautnya dengan dia?"
Oei Poh sejak semula sudah melihat akan asal usul yang
tidak kecil dari dia orang tua; mendengar pertanyaan itu dia
lantas bungkukkan badannya memberi hormat.
"Boanpwee Oei Poh, dengan Liem Tou bukan sanak bukan
keluarga, suhuku sigolok naga hijiu Sie Ie menemui aialnya
karena siasat yang sudah dia lancarkan, aku mau bunuh dia . .
aku bunuh dia untuk balas dendam suhuku . . . ."
Selesai mendengar jawaban dan Oei Poh ini sambil
menahan rasa sakit di dadanya tiba-tiba si orang tua berambut
putih itu mencengkeram pergelangan tangan dari 0ei Poh,
wajahnya dari pucat pasi kini berubah menjadi biru kehijau
hijauan sehingga seram dipandang.
Sewaktu siorang tua berambut putih itu rrendengar Oei Poh
dengan Liem Tou ada dendam dia segera membentak dengan
suara yang sangat keras sekali :
"Bangsat cilik, kau tidak bersemangat bilamana kau benar
benar punya nyali ikutilah aku kegunung Heng San !"
Inilah merupakan suatu kesempatan yang selalu diidam
idamkan oleh Oei Poh, mendengar perkataan itu dengan
paksa dia melepaskan diri dari cengkeramannya lalu jatuhkan
diri berlutut dan menjalankan penghormatan empat kali,
"Suhu !" panggilnya dengan keras. "Kau orang tua suka
menerima aku sebagai muridmu, teecu Oei Poh tidak akan
melupakan budi ini untuk selamanya."
Siapa tahu tiba tiba sikakek tua itu menjadi gusar sehingga
rambutnya pada berdiri se muanya.
"Cuh . . !" segumpal darah segar sudah disemburkan keatas
wajahnya disusul sepasang tangannya melayang merseni
beberapa kali gapelokan keatas wajah Oei Poh.
Seketika itu juga Oei Poh jadi sembab dan bengkak sangat
besar, saking tidak tertahan menahan rasa sakit yang
menyerang pipinya dia jatuh terduduk keatas tanah.
Sebaliknya siorang tua yang karena mengumbar hawa
amarah luka yang dideritanya didada mulai kambuh lagi;
untuk kedua kalinya dia muntahkan darah segar.
Melihat kesemuanya ini dalam hati Liem-Tou merasa
menyesal akan tindakannya tadi yang terlalu kasar, tidak
terasa dia sudah berjalan mendekati si orang tua itu
bermaksud untuk membimbingnya bantun.
Baru saja dia berjalan dua langkah kedepan tiba tiba
siorang tua berambut puiih itu sudah meronta bangun lalu
bentaknya terhadap diri Liem Tou.
"Kau cepat nenyingkir dari sini ! Aku masih belum mati, aku
masih bisa bergerak sendiri ! Sekalipun misalnya aku mati kau
juga tidak boleh memegang badanku"
Terpaksa Liem Tou menyingkir kesamping dan dengan
termangu mangu memandang dirinya.
Dengan perlahan siorang tua itu bangkit berdiri, setelah
menenangkan hatinya dia segera menuding Oei Poh sambil
memaki dengan mendongkolnya
"Kau manusia yang tidak kenal budi, manusia yang melupakan
gurunya sendiri. Bukankah kau sudah angkat sigolok naga
hijau sebagai gurumu kenapa didalam sekejap saja sudah
bermaksud untuk mengangkat aku orang tua sebagai guru ?"
aku beritahu padamu. aku tak akan mirip It Tiap yang
sembarangan menerima murid sehingga mendatangkan nama
yang jelek di Bu-lim membuat nama Heng san Pay jadi tak
cemerling, tak bercahaya, aku tak akan menerima murid baru
apa kau masih berlutut ditanah ?".
Walaupun Oei Poh mendengar siorang tua itu suruh dia
bangkit berdiri tetapi mana dia mau melaksanakan
perintahnya itu, cuma saja didalam hati diam diam lagi bsrpikir
: "Kalau memangnya kau tak suka terima aku sebagai murid,
kenapa tadi menyuruh aku ikut kegunung Heng san ?".
"Suruh bangun ya bangun, kenapa kau tak berdiri juga ?"
Sekali lagi si orang tua itu membentak keras. "Kau harus
mengetahui aku orang tua suruh kau pergi ke gunung Heng
san sebetulnya hendak meaggembleng keteguhan hatimu
saja, bersamaan pula paling banter aku cama turunkan satu
dua macam ilmu saja kepadamu untuk mengalahkan sibocah
cilik terseout, sudah . , sudanlah, ayo cepat berangkat"
Sehabis berkata tanpa menggubris diri Oei Poh lagi dia
putar badannya menerobosi hutan.
"Heeey . .. tak kusangka kalau 'To Kong Pit Liok" dari Shio Too
Leng ini sangat dahsyat, tidak aneh kalau buku itu sudah lama
sekali dicari orang tak ketemu juga. Hmm, soal ini tentu sudah
diduga sebelumnya oleh Thio Too Leng. Kini kitab pusaka itu
sudah miunculkan dirinya kembali, ada kemungkinan
pembunuhan secara besar-besaran pun bakal terjadi."
Mendengar perkataan itu dalam hati Liem Tou merasa
sedikit tergetar, teringat kembali olehnya sejak dia munculkan
dirinya untuk pertama kali dari gunung Wu San maka selama
beberapa bulan ini dia benar-benar sudah membunuh banyak
orang, terutama sekali sewaktu ada dikuil Siang Lian Si, waktu
itu dia benar-benar sudah mengumbar napsu membunuhnya.
Berpikir akan hal ini Liem Tou jadi merasa menyesal,
mendadak teriaknya dengan keras :
"Cianpwee tunggu dulu, kalau Liem Tou ada sepatab kata
yang hendak aku sampaikan"
Tetapi siorang tua itu tidak menoleh lagi dia cuma gelengkan
kepalanya sambil menghela napas panjang.
"Sudah terlambat . . . tidak usah bicara lagi, tidak usah bicara
lagi ! Tidak usah . . ."
"Kata kata tidak usah" 'yang ketiga kalinya keluar dari mulut
dia sudah lenyap dibalik pepohonan.
Liem Tou yang hendak menyampaikan rasa menyesalnya
segera meloncat kedepan dengan cepatnva didalam
anggapannya si kakek tua yang lagi menderita luka pasti tidak
akan pergi terlalu jauh, siapa sangka baru saja tiba dibalik
pepohonan itu bayangan dari siorang tua itu sudah lenyap tak
berbekas. Liem Tou segera mengetabui kalau diri nya telah mengikat
suatu bencana buat dirinya sendiri, dengan sedih dan
lemasnya dia berjalan lagi ketempat semula.
Di tempat itu bayangan dari Oei Poh pun sudah lenyap tak
berbekas, cuma diatas tanah tertuliskan beberapa huruf yang
besar 'Asalkan aku sehari bernapas, dendam ini tak kan
terlupakan." Sewaktu menoleh lagi keatas kuburan dari si golok naga
hijau, dia nenemukan potongan duri sudah tersebar
memenuhi pusara, melihat akan hal ini Liem Tou segera
mengetahui kalau rasa benci Oei Poh terhadap dirinya sudah
sangat mendalam, dia tentu sudah berangkat kegunung Heng
san untuk belajar ilmu. Dengan rasa hati yang sedih Liem Tou berdiri termenung
beberapa saat lamanya di depan kuburan sigolok naga hijau
ketika dilihatnya sang surya sudah lenyap dibalik gunung
diapun mulai turun dari bukit itu menuju kesamping sungai
dengan langkah perlahan. Dengan pandangan yang sayu dia memandang air sungai
yang gulung-menggulung saling menyusul, hatinya terasa
semakin sedih lagi. Ketika teringat pula akan diri Lie Siauw Ie serta sigadis cantik
pengangon kambing tidak kuasa gumamnya seorang diri :
"Ie cici ! Wsn moay moay ! Aku tentu akan menarik diri dari
dalam golakan dunia kang ouw, aku tidak akan menbunuh
orang lagi ! Setelah pertemuan digunung Cing Shia untuk
menyelesaikan dendam ayahku, aku akan . , . ."
Tiba tiba daritengah sungai berkumandang darang suara
perahu yang menerjang ombak bergerak mendatang disusul
suara tertawa terbahak-bahak yang amat keras sekali.
"Hey Liem Tou ! Aduh . . . kau bocah cilik ! Kiranya kau ada
disini ..." teriak seseorang dengan keras.
Liem Tou dengan perlahan angkat kepalanya. tampaklah
dari ruangan perahu tersebut muncul seorang manusia yang
kate dengan badan yang sangat gemuk.
Lien Tou segera kenali orang itu bukan lain adalah si Thiat Sie
sianseng, hatinya jadi merasa amat girang.
"Ah . . . Thiat Sie cianpwee kau hendak kemana ?" teriaknya
pula dengan keras. Perahu itu segera berputar dan melaju mendekati diri Liem
Tou. Setibanya di tepian Thiat Sie sian seng segera meloncat
naik kedaratan dan dengan hangatnya menepuk nepuk
pundak Liem Tou. "Aaah - - Liem Tou ! kiranya kau benar-benar masih hidup
haa--haa" serunya sambil tertawa keras. "Mereka semua
bilang kau sudah mati, terapi aku percaya kalau perhitungan
sie poa bututku tidak bakal salah, ha-- -ha - -ha tctapi pada
waktu itu aku merasa ragu ragu juga karena menurut
perhitungan siepoaku kau berada di suatu tempat yang sama
sekali tiada sinar matahari. tetapi aku tidak percaya tempat itu
bukanlab satu kuburan sebenarnya kau telah pergi kemana ?"
Liem Tou yang melihat Thiat Sie sianseng amat lincah dan
gembira, rasa murung yang semula mencekam hatinya pun
ikut tersapu bersih. "Terima kasih atas perhatian yang cian-pwee curahkan
kepadaku, padahal beberapa tahun ini aku selalu lari saja
kesana kemari dengan menunggang kerbauku" jawab Liem
Tou. Sambil berkata mendadak dia memperlihatkan pula ilmu
langkah Sah Cap Lak Thian Kang Pohnya, lalu sambungnya:
"Tiat Sie cianpwee, akupun sudah mengajarkan permainanmu
ini kepada kerbauku"
Thiat Sie Sianceng segera tertawa terbahak-bahak, pada
saat itulah sisiucay buntung pun sudah meloncat kedaratan.
Melihat munculnya dua orang cianpwee yang dikagumi. Liem
Tou segera menjura memberi hormat.
"Aaaah .. . !" tiba tiba Thiat Sie Siameng menjerit kaget
disusul targannya mencekai kencang tangan Liem Tou dan
memperhati-kan wajahnya dengan teliti, air mukanyapun
sudah berubah menjadi sangat serius sekali.
"Liem Tou, kenapa diatas wajahmu terdapat begitu banyak
hawa kesialan " aah ! disini terdapat garis pembunuhan yang
membahayakan !" Sembari berkata Thiat Sie Sianseng memegang tangan
Liem Tou kencang- kencang, sepasang matanya melotot bulat
bulat dan memandang Liem Tou tak berkedip, sepasang
matanya yang tajam hampir hampir bcleh di kata hendak
menembusi panca indera dari Liem Tou.
Liem Tou yang secara tiba tiba dikatai demikian dalam hati
merasa sangat terkejut sekali, dia segera teringat kembali
akan kata yang diucapkan oleh orang tua berambut putih tadi
hatinya jadi bergidik bercampur sedih. tidak kuasa lagi dia
sudah dijatuhkan diri berlutut dan berkata sambil tundukkan
kepalanya rendah-rendah :
"Thiat Sie Sianceng, aku Liem Tou sudah terlalu banyak
melakukan pekerjaan dosa, kali ini ada kemungkinan benar
benar bisa mati. Loo cianpwee kau ada cara tidak untuk
menolongku " aku ingin . . . . "
Berbicara sampai disitu mendadak dia menutup mulutnya
kembali. "Kau ingin berbuat apa ?" tanya Thiat Sie Sianseng sambil
melepaskan batok kepalanya. "Sebenarnya kau sudah
melakukan pekerjaan dosa apa " coba ceritakanlah."
Liem Tou sama sekali tidak mengatakan kesalahamya, dia
hanya menghela napas. "Thiat Sie cianpwee ! Cianpwee siucay buntung ! kalian naik
perahu lewat disini apakah hendak menuju ke gunung Cing
Shia untuk manonton keramaian ?"".
Thiat Sie sianseng tidak menjawab sebaliknya menarik Liem
Tou untuk bangun. "Liem Tou, kau dengan aku tidak sangkut paut maupun
hubungan apapun. kau jangan berlutut terus, ayo cepat
beritahu bagaimana kaupun mengetahui tentang urusan ini "
?" Serunya keheranan. "Kami memang betul betul hendak
berangkat kegunung Cing Shia untuk menonton pertempuran
antara si cangkul pualam Lie Sang melawan si penjahat naga
merah serta seorang hweesio yang hitam kurus dan kering
itu". Dia berpikir sebentar, lalu sambungnya lagi.
"Ahhh . . . ! masih ada dua orang manusia lihay lagi ! Heeeeei
aku sendiri juga sampai dibuat keheranan bagaimana dua
orang manusia lihay itupun bisa mengadakan perjanjian
ditempat dan waktu yang sama pula" mereka berdua adalah si
perempuan tunggal Touw Hong serta seorang pemuda yang
kedengarannya memiliki kepandaian sangat tinggi. bagaimana
" apa kau pun mendengar tentang hal ini ?".
Liem Tou mengerti apa yang dimaksud sebagai psmuda
lihay itu bukan lain adalah dirinya sendiri yang sudah
mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa disebuah hutan
siong diluar kota Tang Yang tempo hari dia lantas tertawa
pahit. "Thiat Sie cianpwee, tahukah kau masih ada lagi Thian Pian
Siauw-cu serta toosu-tooosu dari Bu tong pay ! bukankah
cianpwee yang memberi tahukan kepada mereka " mereka


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pun mau mencari sipenjahat naga merah untuk menuntut
balas !" "Liem Tou, kau bocah cilik semakin ku koay! bagaimana
sampai urusan ini pun kau mengetahui dengan begitu jelas ?".
Teriak Thiat Sie sianseng dengan suara yang keras. 'Apa
kaupun bisa seperti aku si Thiat Sie menghitung kejadian yang
akan dataag?" "Soal ini sih bukan begitu ! Thian Pian Siauw cu adalah
boanpwee yang undang dia pergi !" ujar Lism Tou tersenyum
lalu gelengkan kepalanya dengan perlahan "Bucianpwee yang memheritahukan kepada toosu toosu Bu tong
pay lewat Heng san Jie Yu " saal boanpweee bisa
mendengarnya dengan mata kepala sendiri".
Tidak kerasa lagi Thiat sie sianseng mau-pun sisiucay
buntung jadi dibuat terbelalak dengan mulut melongo, lama
sekali baru terdengar Thiat Sie Sianseng menghembuskan
napas lega. "Bagaimana hal ini bisa terjadi" kau orang bukanlah si dewa
mendengar jauh atau si dewa melihat jauh . " urusan ini
sungguh aneh sekali."
Si siucay buntung yang sifatnya berangasan Waktu ini tidak
dapat menahan sabar lagi.. mendadak dia membentak keras.
"Hey Liem Tou! Bilamana kau tidak suka menerangkan urusan
ini dengan sejelas-jelasnva. Hee . . . hee ... hidungmu yang
kecil itu akan aku gencet sampai keluar kecapnya. '. . . kau
tahu sendiri bukan aku si siucay buntung paling tidak suka
main-mam !". Sembari berkata dia pentangkan lengannya yang tinggal
sebelah untuk perlihatkan satu gaya yang amat aneh.
Liem Tou memandang sekejap kearahnya, setelah itu
tertawa. "Cianpwee kau jangan begitu terburu-buru ingin tahu ! soal ini
tentu boanpwee akan ceritakan. Sesungguhnya sewaktu ada
dikota Tang Yang tempo hari boanpwee sudah ada tiga kali
bertemu dengan cianpwee sekalian cuma saja waktu itu
cianpwee sekalian tidak melihat diriku. Pertama kali, sewaktu
aku dengan menunggang kerbau melepaskan cianpwee
sekalian dari kurungan para toosu dari Bu tong pay !"
Mendengar sampai disini baik Thiat Sie-sianseng maupun
Sisiucay buntung sama-sama dibuat melotot, meieka
memandang Liem Tou tanpa berkedip apalagi Sisiucay
buntung itu saking terpesonanya air liurnya mengalir keluar
membasahi bibirnya. "Kedua kalinya sewaktu ada d kuil Siang Lian Si?"
Terdengar Liem Tou meneruskan kata katanya. "Secara diam
diam aku menahan datangnya angin pukulan jari beracun
"Hek Khie Tok Ci" dari Thiat Bok Thaysu setelah itu dengan
menunggang kerbau melakukan pembunuhan secara besar
besaran terhadap para hweesio laknat"
Berbicara sampai disanaa Si siucay buntung maupun Thiat
Sie sianseng sudah mengeluarkan suara aah - - hii - - iih tiada
hentinya mulut mereka terpentang lebar dan berdiri seperti
patung. jelas hati mereka berdua di buat benar benar merasa
kaget. "Ketiga kalinya adalah waktu ada didalam kuil ditengah
hutan Siong luar kota Tang Yang" ujar Liem Tou kembali.
"Waktu itu aku menirggalkan gambar untuk permainan Touw
Hong dan waktu itu pula mendengar cianpwee lagi memberi
keterangan kepada Heng San Jie Yu kalau si penjahat naga
merah yang sudah membinasakan diri Leng Cing Cian cien dari
Bu tong pay " Si siucay buntung serta Thiat Sie Sianseng yang mendengar
penjelasan dari Liem Tou ini seperti baru saja bangun dari
impian mereka merasa urusan terjadi diluar dugaan.
Pada saat itulah tiba tiba dari dalam perahu nelayan itu
berkumandang datang suara bentakan serta makian yang
teramat gusar; "Bajingan cilik, bagus sekali kiranya kaulah yang sudah
mencuri ayam panggangku lalu menyambit aku orang tua
sehingga gigiku hampir rontok semua . , ! kau sudah berbuat
salah kini masih menceritakan pekerjaanmu itu dengan
bangga , , , kurang ajar ! kurang ajar ! kau bangsat cilik harus
dihajar, aku mau libat ini hari kau bisa melarikan diri ke mana
?" Ditengah suara bentakan yang amat keras itu dari dalam
perahu nelayan ini berkelebat keluar sesosok bayangan
manusia. Begitu tiba dihadapan Liem Tou lantas melancarkan satu
cengkeraman dahsyat menghajar dadanya.
Sekali pandang saja Liem Tou sudah tahu orang itu bukan
lain adalah si pengemis pemabok, dengan terburu buru dia
lantas berkelit kesamping dan bungkukkan badannya menjura.
"Coei Kay cianpwee kau jangan salah paham dulu, boanpwee
sama sekali tidak bermaksud mencuri ayam panggang
cianpwee, waktu itu terpaksa boanpwee berbuat demikian
karena takut sie poa dari Thiat Sie Sianseng berhasil
mengetahui jejak dari diri ku, karenanya terpaksa boanpwee
harus berusaha untuk memecahkan perhatian dari cian-pwee
sekalian." dia berhenti lalu lanjutnya.
"Cianpwee pengemis pemabok, kau jangan marah marah
biarkan boanpwee minta maaf kepadamu !"
Si pengemis pemabok mana mau mempercayai atas
perkataannya, tongkat penggebuk anjing yang ada
ditangannya mendadak dengan disertai angin pukulan yang
amat dahsyat menghajar kepalanya.
"Bocah cilik, kau masih mau mungkir?" teriaknya dengan suara
yang keras. "Terang-terangan kau sudah mengincar ayam
panggangku terus merebutnya pergi sekarang kau mau
mungkir lagi " Hnm ! sesudah kejadian itu kau pun melukis
sebuah lukisan kepala ayam ekor burung hong untuk
mencelakai orang lain, kau bocah cilik sungguh kurang ajar
sekali ! Ini hari jika kau tidak suka berlutut untuk minta
ampun, nyawa kecilmu tidak akan lolos dari tongkatku !
terimalah seranganku!"
Jurusnya diubah mendadak dengan menggunakan jurus
"Heng Siauw Ciang Cin" atau menyapu hancur selaksa tentara
dia membabat pinggang sang pemuda.
"Hmmm ! Jurus serangan yang begitu jeleknya hendak
digunakan untuk menghadapi aku, bukankah hal ini sama saja
dengan orang buta main petak, membuang tenaga dengan
sia-sia ?" " pikir Liem Tou dihati.
Berpikir akan hal itu Liem Tou tidak menghindar 1agi,
hanya ditempat seluas tiga depa dia menghindar dan
menyingkir kesana kemari untuk berkelit dari seluruh serangan
sang pengemis. Si penoemis pemabok yang melihat serangannya tidak
mencapai hasil bahkan sampai menjawil ujung bajunya pun
tidak berhasil, diam diam dalam hati lantas berpikir.
"Bocah cilik ini ternyata sungguh sungguh luar biasa, bilamana
dia balas melancarkan serangan bukankah sejak tadi aku
sudah berhasil dikalahkan olehnya ?"
Permainan tongkat segera diubah, dengan menggunakan
jurus jurus serangan dari ilmu tongkat 'Kioe Kioe Lian Huan
Pang Hoat yang paling diandalkan dia mulai meneter
musuhnya. Jurus serangan ini amat dahsyat sekali setiap serangan pasti
mengandung gerakan yang ganas dan membahayakan,
seketika itu juga seluruh angkasa dipenuhi dengan suara
menderunya angin pukulan. bayangan tongkat berkelebat
menyilaukan mata . . .sepuluh kaki disekeliling tempat itu
seketika itu juga terkurung didalam bayangan tongkatnya.
Haruslah diketahui dari antara Tionggoan Ngo Koay, si
pengemis pemabok adalah orang yang pertama tama
mempunyai nama besar didalam Bu lim, jejaknva yang tidak
menentu dan sering suka menangkapi ular ular serta binatang
binatang beracun untuk dimakan membuat sifatnya serta
penghidupannya amat aneh, dengan demikian namanyapun
jauh terkenal dari pada si siucay buntung, Thiat Sie sianseng,
sihweesio mayat hidup serta si pembesar buta.
Sedangkan mengenai tongkat pemukul anjingnya itu hamrir
hampir sudah berhasil dilatihnya hingga mencapai
kesempurnaan. jago jago yang sudah menemui kekalahannya
di bawah serangan Tah Kau Pang ini boleh dikata tiada sedikit
jumlahnya. Waktu ini benar benar bermaksud untuk menjajal
kepandaian silat dari Liem Tou dia merasa sama sekali tidak
percaya kalau kepandaian silat dari Liem Tou amat tinpgi
sekali sehingga sewaktu mencuri ayam panggangnya diluar
kota Tang Yang dia tidak berhasil melihat bayangan
tubuhnyapun. Serangan yang dilancarkan keluar semakin lama semakin
gencar dan semakin dahsyat lagi, dia menyerang bagaikan
menghadapi musuh tangguh sedikitpun tidak mau kendor
maupun mengalah. Liem Tou sedikitpun merasakan kepandaian silat dari
sipengemis pemabok ini sudah berhasil dilatih sehingga
mencapai pada kesempurnaan, dia mulai menghadapinya
dengan sikap yang jauh berbeda, seluruh perhatian-nya
dipusatkan untuk menghadapi sipengemis dengan jauh lebih
berhati hati lagi. Tiat Sie sianseng serta sisiucay buntung yang ada
disamping kalangan sewaktu melihat sipengemis pemabok
sudah mengeluarkam ilmu simpanannya yang jarang bisa
dilihat segera mengetahui juga maksud hatinya, si Siucay
buntung tetap bungkam diri sambil memperhatikan gerakan
tubuh dari Liem Tou sebaliknya si Thiat Si Sianseng tidak bisa
menahan rasa gelinya, dia tertawa terbahak bahak.
"Hey pengemis busuk, Liem Tou bisa mencuri ayam
panggangmu tanpa bisa kau lihat bayangan tubuhnya, apa
kau kira ilmu Tah Kau Pang mu ini bisa dipandang sebelah
mata oleh dia orang?"
Liem Tou pun pada saat itu bisa melihat maksud si
pergemis pemabok yang ingin mengalahkan dirinya, dalam
hati dia lantas mengambil keputusan untuk sedikit mengalah
terhadap diri si pengemis pemabok itu.
"Hey cianpwee pengemis pemabok, cepat tarik kembali
tongkatmu . . . aduh .. ampun, boanpwee tidak kuat untuk
bertahan lagi !" teriaknya berulang kali.
Tetapi dia masih belum juga meninggalkan kalangan seluas
tiga depa itu, bahkan membalas pun tidak.
Selama ini dia selalu saja menghindarkan diri dengan
menggunakan gerakan tubuh yang amat aneh sekali, hanya
dengan beberapa gerakan yang sederhana saja dengan
mudahnya dia telah dapat memunahkan datangnya serangan
tongkat tersebut Ada beberapa kali kelihatannya dia tidak bakal berhasil lolos
dari serangan tongkat yang dahsyat dari sipengemis pemabok
itu tapi hanya sedikit dia goyangkan dan dengan sangat
mudahnya Liem Tou kembali berhasil lolos dari kurungan.
Si siucay buntung yang melihat gerakannya itu diam diam
merasa keheranan, pikirnya.
"Sebenarnya bocah cilik ini menggunakan cara apa sih ?"
"Cui Kay cianpwee . . , kau ampunilah diriku untuk kali ini,"
terdengar si Liem Tou sudah merengek rengek kembali. "Aku
benar benar tidak kuat menahan dirimu lagi. aduh . . . !
Celaka . . . . jurus pukulan "Coen Kauw Lah Liauw" atau anjing
terjongkok terkencing kencing ini harus aku hindari dengan
cara apa ?" Dia bungkukkan badannya, sedang sepasang kaki
berkelebat menghindarkan diri dari serangan itu, setelah itu
teriaknya kembali : "Hwaduuuh . . . celaka . . . !" "Aku Kauw Yauw Jien" atau
sianjing busuk menggigit orang. "Sam Kiauw Kauw Sa Liauw"
atau si anjing kaki tiga ngompol. "lie Ci Kauw Tauw Wie Pah"
atau dua ekor anjing menggigit ekor .... Coei Kay cianpwee,
apa kau sungguh sungguh mau mencabut nyawaku ?"
Mendadak bagaikan putaran roda kereta dengan cepatnya
dia meloncat ketengah udara lalu jatuh bergelinding keatas
tanah dengan mudahnya dia berhasil menghindarkan diri dari
ketiga buah serangan dahsyat tersebut.
Kali ini sisiucay buntung bisa melihat semua kejadian
dengan amat jelas melihat sang pemuda berhasil
menghindarkan diri dari ketiga jurus tersebut dengan manis
tidak kuasa lagi dia lantas berteriak memuji :
"Ilmu bagus . .ilmu sakti cuma ssyang gerakannya terlalu
kasar !" "Haa . . haa. . haa . .hey pengemis busuk, aku lihat lebih
baik kau tahu diri dan cepat cepat menarik kembali
seranganmu" Seru Thiat Sie Sianseng pula tertawa terbahakbahak.
" Sejak semula Liem Tou cuma menggunkan ilmu
langkah Sah Cap Lak Kang Poh Hoatnya saja kau sudah tidak
bisa mengapa apakan dirinya, buat apa kau bertempur lebih
lanjut " apalagi tempat yang dipijakpun tidak lebih daii tiga
depa saja apa kau masih merasa tidak puas ?"
Si siucay buntung yang tidak secermat Thiat Siesianceng
setelah mendengar perkataan ini dia lalu memperhatikan
dengan teliti sekali, sedikitpun tidak salah ! apa vang
diucapkan oleh si tukang ramal ini ternyata cocok semua,
seketika itu juga didalam hati dia merasa benar benar kagum
terhadap Liem Tou. Dengan menggunakan kesempatan inilah Liem Tou pun lalu
berteriak dengan keras : "Coei Kay Cianpwee .. . sudah . . . sudah-lah. jangan berkelahi
lagi, nanti boanpwee ganti seekor ayam panggang .. bahkan
mengundang juga Cianpwee sekalian untuk minum arak
sepuas puasnya dirumah makan .. bukankah dengan begitu
boleh juga" Setelah mendengar perkataan itu si pengengemis pemabok
baru menarik kembali tongkat Tah Kau Pang-nya, dengan
wajah merah dan napas sedikit ngos ngosan diapun
tersenyum. "Haaaa... haaaa... nah begitu" katanya. Padahal hal yang
sebenarnya waktu ini dia pun sudah merasa kalau dirinya
bukanlah tandingan dari Liem Tou. diam diam dia pun merasa
amat kagum atas kemajuan pesat yang diterima Liem Tou.
Sehabis tertawa terbahak bahak mendadak dia menarik
tubuh Liem Tou dan membentak lagi:
"Hey, bukankah kau hendak menjamu kami " ayoh cepat
jalan, liur arak yang ada di tenggorokan aku si pengemis tua
sudah mulai merambat keatas . , ayoh cepat . . ayoh cepat ..


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku sudah kepingin cepat cepat minum arak!"
Tidak peduli segalanya lagi, tanpa memanggil si siucay
buntung serta Si Thiat Sie sianseng dia lari kedepan sambil
menarik tangan Liem Tou. Ditengah malam buta yang gelap, mereka berdua dengan
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang amat tinggi,
bagaikan kilat cepatnya berlari menuju ke kota Hong Kiat.
Sejak semula Thiat sie sianseng sudah dapat melihat kalau
Liem Tou cuma menghindar dengan menggunakan ilmu
langkah Sah Cap Lak Thian Kang Poh Hoat saja. tetapi setelah
ditelitinya lebih cermat dia segera merasakan kalau didalam
ilmu langkah itu secara diam diam sudah terselip suatu
perubahan yang sangat mendalam .... hal ini membuktikan
kalau kepandaian dari pemuda itu sudah memperoleh
kemajuan beberapa kali lipat.
Semakin nelihat Thiat Sie sianseng merasa semakin girang,
kini nampak sipengemis pemabok sudah pergi sambil menarik
tangan Liem Tou, dia pun dengan cepatnya menyambar
tangan si siucay buntung.
"Loo jan , . , ayo kita pun harus pergi."
Dengan mengerahkan seluruh tenaganya dia melakuksn
pengejaran kearah depan. Jarak sejauh sepuluh lie hanya dilalui didalam beberapa
saat saja, hanya didalam waktu yang sangat singkat mereka
sudah saling susul menyusul masuk kedalam kota.
Waktu itu lampu sudah mulai dipasang, mtreka berempat
yang mempunyai dandanan aneh segera menarik perhatian
orang banyak, masing masing lantas mulai membicarakan
keadaan dari mereka itu. Mereka berempat tidak banyak mengurusi hal tersebut,
dengan langkah yang lebar segera berjalan masuk kedalam
sebuah rumah makan yang terbesar dikota Hong Kiat itu,
Si pengemis pemabok sedikitpun tak sungkan sungkan begitu
duduk dia lantas berteriak :
"Heeei pelayan."
Pelayan vang mendengar seorang pengemis busuk seperti
dia ternyata sudah memanggil sayur demikian mahal serta
banyaknya, saking terkejutnya mata pada meiotot mulut
melongo-longo ., . untuk beberapa saat lamanya dia berdiri
termangu-mngu disana. Sipengemis pemabok yang melihat dia di-buat tertegun,
hatinya jadi kurang senang.
"Hei bukannya cepat cepat ambil sayur yang aku pesan buat
apa kau berdiri melongo-longo disini ayoh cepat pergi, bawa
kemari dulu seguci arak."
Liem Tou yang melihat sikap dari pelayan itu dalam hati
lantas mengerti apa yang sedang dipikirkan olehnya, diapun
lantas membentak. "Hei Coei Kay loocianpwee suruh kau ambil arak kenapa tidak
ambil ?" Liem Tou yang memakai kain jubah hijau kelihatan seperti
kongcu kaya, sang pelayan yang mendengar perkataan itu
dengan terburu-buru lantas berlalu.
Tak lama kemudian sang pelayan sudah datang dengan
membawa seguci arak Pek Lian Hoa yang amat harum
baunya. Sipenpemis pemabok yang dapat mencium bau harum itu. air
liur mulai menetes keluar membasahi mulutnya.
"Akhh . . . akhh , .. arak wangi ... arak wangi," pujinya dengan
keras. Tidak nanti lagi guci arak itu lantas dipeluk dan diteguknya
hingga habis separuh, setelah itu dia baru menghembuskan
napas panjang. "Liem Tou." Teriaknya, "Malam ini kau ada perintah apa
silahkan dibicarakan, aku sipengemis tua asalkan ada arak
yang bisa diminum sekalipan harus korbankan nyawa juga
akan aku kerjakan menurut kemauanmu itu"
Liem Tou yang mendengar perkataan itu tidak kuasa lagi lalu
menghela napas panjang. Sisiucay buntung sipengemis pemabok serta Thiat Sie
Sianseng yang tidak mengerti mengapa secara tiba tiba Liem
Tou menghela napas panjang dalam hati merasa keheranan.
Sipengemis pemabok tidak dapat menahan sabar lagi.
mendadak dia melancarkan cengkeramannya mengancam
pergelangan tangan dari Liem Tou. "Hey pengemis busuk,
kenapa kau orang tidak pakai aturan, sedikit turun tangan
lantas main cengkeram ?" Seru Sisiucay buntung sambil
melancarkan serangan pula menahan pergelangan tangan dari
sipengemis pemabok itu. sipengemis pemabok yang pergelangan tangannya kena
ditangkap dalam hati jadi jengkel.
"Hey buat apa kau main main dengan aku?" makinya. "Aku
sipengemis tua paling suka terus terang, aku mau tanyai dia
kenapa menghela napas panjang."
Sambil berkata dia meronta berusaha untuk melepaskan
diri dari cengkeraman sisiucay buntung. seketika itu juga
diantara mereka berdua jadi saling berebut.
Thiat Sie siangseng yang melihat sisiucay buntung sedang
ribut dengan pengemis pemabok dia tak ambil perduli, dengan
perlahan menoleh kearah Liem Tou.
"Liem Tou, kelihatannya kau ada suatu keluhan. coba kau
ceritakan," katanya.
"Thiat Sie cianpwee, haruslah kau ketahui kepandaian silat
yang aku miliki saat ini adalah berasal dari kitab pusaka To
Kong Pit-Liok" ujarnya sedih. "Tetapi karena kitab pusaka To
Kong Pit Liok itulah sudah membawa napsu membunuh buat
diriku sehingga banyak melakukan kejahatan. Setelah
pertempuran di gunung Cing Shia kali ini aku bermaksud
untuk mengunci kembali tanganku dan tidak bertempur
dengan orang lain." "Oo,. kiranya begitu" seru Thiat Sie sianseng paham kembali.
"Tak aneh kalau kepandaian yang kau miliki sangat tinggi
sekali, tetapi kau yang baru saja munculkan dirinva satu tahun
bagaimana boleh msngunci tanganmu " hal ini benar benar
membuat aku tidak paham."
Si pengemis pemabok serta sisiucay buntung yang
mendengar Liem Tou berhasil melatih ilmunya menurut kitab
pusaka To kong Pit-Liok segera pada berhenti beribut. dengan
tenangnya mereka mendengarkan apa yang diucapkan oleh
sang pemuda. Demikianlah maka Liem Tou segera menceritakan
bagaimana dia terjatuh dari atas jembatan pencabut nyawa
serta seluruh kejadian yang pernah dialami dengan jelas.
Ketiga orang yang mendengar kisahnya itu lantas melongolongo,
bernapas lebih keras pun tidak berani.
Thiat Sie Sianseng yang mendengar kemunculannya seorang
kakek tua berambut putih dalam hatinya merasa keheranan,
dia berpikir sebentar kemudian menoleh kearah si pengemis
pemabok. "Hey pengemis busuk, tahukah kau siapakah orang itu ?"
Saat ini sipengemis pemabok sudah ads tiga bagian
terpengaruh oleh air kata kata, matanya lantas mendelik.
"Perduli siapakah dia siorang tua yang tidak tahu urusan
lantas turun tangan memang seharusnya terima ganjaran
yang setimpal, sekali pun mati juga tidak perlu disayangkan"
teriaknya. "Ilmu pukulan Sian Hong Ciang adalah ilmu sakti dari Heng
San pay yang sudah lenyap beberapa tahun yang lalu" ujar
Thian Sie sianseng dengan wajah serius.
"Tetapi menurut apa yang aku dengar dari suhuku pada tiga
puluh tahun yang lalu dari pihak Heng San pay masih ada
seorang bisa menggunakan ilmu pukulan semacam itu, cuma
saja orang ini sifatnya tidak suka berkelahi sehingga jarang
sekali munculkan dirinya didalam Bu lim, bagaimana asal
usulnya serta bagaimana kedudukannya siapa pun tiada yang
tahu, tetapi dia paling suka ber-pesiar kesemua tempat
kenamaan sekali pun misalnya turun tangan dia pun tidak
suka melukai orang, paling-paling cuma menggoda orang saja
. . .tapi siapakah dia aku pun tidak tahu."
Si pengemis pemabok yang mendengar perkataan itu lantas
mengerutkan alisnya rapat-rapat.
"Kalau demikian adanya maka Liem Tou memang sudah turun
tangan terlalu berat" katanya.
"Ah . . aku teringat sekarang, cianpwee apakah pernah
mendengar di Heng san pay ada seorang bernama It Tiap
Ceng jien?" "Siapapun tahu" jawab si pengemis pemabok sehabis
meneguk araknya "Toosu ini sudah terima murid sebanyak
tiga puluh enam orang dan bermaksud hendak membangun
kecemerlangan dari Heng San pay, tetapi karena muridnya
yang terlalu banyak inilah didalam tubuh Heng San pay sendiri
sudah terjadi pergolakan diantara orang orang sendiri yang
mengakibatkan saling bunuh membunuh, hanya di dalam
sekejap saja bakat bakat baik pada musnah... : .
.kecemerlangan dari Heng San pay pun hancur berantakan. It
Tiap Ceng jien yang mendengar berita ini dalam hati bisa
jengkel dan akhirnya mati, tetapi urusan ini sudah terjadi pada
seratus tahun yang lalu, buat apa kau menanyakan soal ini?"
Setelah mendengar perkataan tersebut air muka Liem Tou
berubah semakin pucat, lama sekali dia dibuat tertegun.
"Aku lihat agaknya siorang tua berambut putih itu saudara
seperguruan dari It Tiap Ceng Jien" serunya.
Mendengar perkataan tersebut, Sisiucay buntung, sipengemis
pemabok serta Thiat Sie sianseng jadi merasa sangat terkejut.
"Liem Tou, tidak aneh kalau gara garamu kali ini
mengakibatkan wajahmu dipenuhi dengan hawa yang
membahayakan." Ssru Thiat Sie sianseng dengan hati kuaiir.
"Tetapi jikalau dilihat cahaya terang yang ada di keningmu aku
rasa walaupun ada bahaya tetapi tidak pada sekarang baiklah
biar aku hitungkan lagi buat dirimu."
Liem Tou yang mendengar dia orang suka menghitungkan
kembali buat dirinya dalam hati juga merasa amat girang,
dengan cepat dia bangun untuk memberi hormat.
"Cianpwee suka memberi petunjuk kepadaku, boanpwee
benar2 mengucapkan banyak terima kasih" katanya.
Thiat Sie Sianseng tidak banyak bicara lagi, dia lantas
duduk kembali kstempatnya semula dan mulai memukul biji
sie poanya pulang pergi sedang mulutnya tiada hentinya
bergumam. "Angin hitam bertiup dari enpat penjuru sinar lampu lilin
penuh berasap menggelapkan suasana, angin taufan
meneteskan air mata."
Lama sekali Thiat Sie Siangseng pandangi sie poanya tanpa
mengucapkan sepatah kata pun agaknya dia lagi memikirkan
maksudnya. Liem Tou yang mendengar dari suara gumamnya
mengandung kata kata Pergi, Air mata. Sepi dan Sedih dalam
hati merasa rada kurang tenang.
"Thiat Sie cianpwis, apa kau tahu maksudnya?" tanya sang
psmuda dengan cemas. Thiat Sie Sianseng yang dibuat sadar dari lelamunannya
oleh teriakan Liem Tou segera menghela napas panjang.
Liem Tou yang mendengar dia orang menghela napas
panjang, hatinya mulai merasa berdebar dengan amat
kerasnya. "Liem Tou" terdengar Thiat Sie Sianseng berkata kembali "Jika
dilihat dari musuhmu yang begitu banyak dikemudian hari kau
bakal menemui satu bencana, cuma saja bencana ini
walaupun ada bahaya tapi tidak sampai membahayakan
jiwamu bahkan ada suatu ketika bisa menjadi tenang kembali,
tapi kau harus diam! ingat perubahan dikemudian hari masih
bisa berganti lagi sesuai dengan keadaan, pokoknya kau ingat
saja perkataanku, asal hati lurus, kejadian yang tidak
diinginkan bakal musnah sendiri, kau tidak perlu sedih lagi
memikirkan hal ini."
Liem Tou bungkam tidak menjawab.
"Liem Tou" ujar Thiat Sie sianseng lagi dengan suara yang
lirih. "Urusan ini tergantung kelakuan orangnya musuh tangguh
yang paling kesalkan hatimu saat ini ada kemungkinan orang
tua bsrambut putih dari Heng san Pay, menunggu setelah
urusan digunung Cing Shia selesai coba kau
pergilah ditempat kediamannya untuk minta ampun, ada
kemungkinan bencana ini pun bakal sedikit mendapat
keringanan." Liem Tou segera mengangguk, setelah menghabiskan isi
cawannya dia lantas berkata :
"Cianpwee bisa menaruh perhatian yang begitu serius
terhadap boanpwee dalam hati aku merasa sangat berterima
kasih sekali! Pertemuan dipuncak pertama gunung Cing-Shia
kali ini ada kemungkinan sudah tersiar luas didalam Bu lim,
jago-jago yang ada berkumpulpun ada kemungkinan amat
banyak sekali, boanpwee hanya berharap agar cianpwee sekali
suka menonton saja jalannya pertempuran tanpa ikut campur
sedang boanpwee pun tak ingin turun tangan membunuh!
maaf boanpwee harus berangkat terlebih dulu, kita berjumpa
kembali diatas gunung Cing Shia!"
Sehabis berkata dia menjura dengan amat hormatnya.
bersamaan pula dari dalam tubuhnya mengambil segenggam
mutiara lalu dengan menggunakan gerakan gerakan yang
amat cepat memasukkan mutiara itu kedalam keranjang butut
dari sipengemis pemabok. "Cianpwee, harap baik baik jaga diri!" Seru Liem Tou
kemudian. Sisiucay buntung, sipengemis pemabok serta Thiat Sie
siangseng cuma merasakan ada-nya segulung angin yang
keras menyambar keluar, bayangan Liem Tou sudah lenyap
tak berbekas. Mandadak sipengemis pemabok teringat akan sesuatu
teriaknya keras : "Heei bangsat cilik kau ingin moior " perjamuan ini adalah kau
yang menjamu sebelum membayar rekening kau pingin lari ?"
Sehabis berkata scpasang kakinya menutul permukaan
tanah dan msloncat keluar siap-siap mengejar sang pemuda.
Si siucay buntung yang melihat diatas keranjang ada mutiara
dengan cepat pentangkan tangannya mencegah.
"Hey cuma setengah guci arak saja sudah membuat matamu
jadi kebingungan coba kau lihat bukankah didalam keranjang
butut-mu sudah ditinggali uang arak yang besarnya sepuluh
kali lipat ?" teriaknya sambil tertawa.


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sipengemis pemabok segera menoleh. air mukanya terasa
jadi panas. sambil duduk kembali ketempatnya semula tak
terasa lagi dia sudah bergumam :
"Dia memiliki tenaga dalam serta kepandaian silat yang
demikian tingginya, aku tidak percaya dia akan menemui
suatu bencana." Thiat Sie sianseng pun waktu itu lagi tertawa, mendengar
perkataan tersebut air mukanya segera berubah jadi sangat
serius. "Perkataan tidak bisa dimaksudkan begitu, sekalipun
seseorang memiliki kepandaian silat yang amat tinggi ada satu
kali tentu akan terjatuh juga; walaupun Liem Tou berhasil
melatih kepandaian silatnya hingga mencapai pada
kesempurnaan tetapi siapa yang bisa menduga akan nasibnya
sendiri " manusia ada kemauan tetapi Thian punya kuasa
bilamana nasib lagi sial sekalipun memiliki kepandaian silat
yang amat tinggi pun tidak bakal ada kekuatan untuk
menghindarinya..." Mendengar perkataan itu si pengemis pemabok lantas
tertawa terbahak bahak. "Walaupun perhitungan siepoa mu amat lihay dan bisa
menghitung gunung tembaga mana yang bisa tumbuh
rumput, ayam besi yang mana bisa tumbuh bulu tapi aku tak
akan percaya penuh akan omonganmu ! aku sipengemis tua
selamanya melakukan pekerjaan dengan teliti, waspada hati
hati dan pakai pikiran, aku rasa urusan ini bisa dilalui dengan
selamat." Beberapa perkataan yang sangat pakai aturan ini segera
membuat semua tamu yang ada diloteng itu pada
mengangguk memuji. Terdengar si Thiat Sie sianseng tertawa terbabak bahak.
"Haaa . . . haaa ... haaa ., . percaya atau tidak terserab
padamu, mari kita pun harus berangkat." ujarnya kemudian
sambil meneguk habis isi cawannya.
Dengan lahapnya si pengemis pemabok segera menghabiskan
sisa arak yang ada setelah itu dia baru menyambar rekening.
ooovv(X)vvooo ANGIN BERTIUP sepoi sepoi, cuaca terang benderang ini
hari adalah bulan lima tanggal lima . "
Tampaklah diatas puncak pertama gunung Cing Shia berdirilah
seorang siucay berbaju biru yang berusia pertengahan, kurang
lebih tiga kaki diatas kepalanya melayang tiada hentinya tiga
ekor burung rajawali yang sangat besar.
Dengan hati tidak sabaran dia menoleb kekiri memandang
kekanan memperhatikan keadaan disekelihng tempat itu.
Suasana disekeliling puncak pertama gunung Cing Shia
tampak tenang tak nampak sedikit gerakan pun, dengan
perlahan dia menggape keatas, mendadak tampaklah seekor
burung elang melayang turun dan berdiri dengan tenangnya
diatas tangannya. Wajah burung ini amat seram, dengan sepasang mata yang
bulat dan memancarkan sinar tajam, paruhnya dengan bulu
yang berwarna hitam. walaupun tubuhnya tidak begitu besar.
tetapi jelas kelihatan amat angker.
Kiranya sisiucay berbaju biru itu bukan lain adalah Thian
Pian siauwcu Ke Hong adanya. dia sedang menantikan
kedatangan Lie Loo jie serta orang yang sembunyi digunung
Go-bie tempo hari. Tampak Thian Pian Siauw cu berdiri beberapa saat lamanya
tiba tiba bergumam seorang diri.
"Kenapa mereka tidak datang datang juga" bukankah terang
terangan mereka sudah tahu kalau aku ada digunung Cing
Sbia " apakah mereka hendak menanti sampai tengah malam
baru datang " Hmmm ! tentunya mereka sengaja berbuat
demikian untuk menghindarkan diri dari serangan burung
burung ku . .hee . . hee . . sekalipun ada sepuluh orang Lie
Loo jie pun jangan harap bisa menghindar diri dari serangan
bokongan burung tersebut."
Sewaktu dia bergumam seorang diri itulah mendadak dari
tempat kejauhan berjalan mendatangi dua orang hweesio
yang satu kekar yang lain kurus.
Gaya dari kedua orang hwesio itu amat congkak dan jumawa
sekali walaupun terang terangan mereka melihat Thian Pian
Siauw cu ada disana tetapi tak melirik sekejappun mereka
bercakap-cakap sendiri dengan tenangnya.
Thian Pian Siauw cu yang selamanya menyendiri dipegunugan
dan jarang berkelana didalam Bu lim selamanya tak pernah
mengurusi soal dendam yang sering terjadi di-Bu lim, setiap
kali dia turun gunung maka yang dicari tentu adalah orangorang
kenamaan yang sudah punya nama untuk diajak
bertanding, terhadap orang yang pekerjaannya merampok
sudah tentu tak suka berkenalan.
Karena itulah walaupun dia pernah mendengar nama dari
sipenjahat naga merah tapi belum pernah menemui orangnya
apalagi terhadap diri Thiat Bok Thaysu.
Ketika dilihatnya ada dua orang hweesio berjalan naik keatas
puncak pertama ujung jubah birunya segera dikebut kedepan
dengan beberapa kali loncatan saja dia sudah menerjang
kehadapannya, "Hmm ! dari mana datangnya dua orang hweesio liar?"
bentaknya dengan keras, "Cepat berhenti ! Aku ini hari diatas
puncak Cing Shia ada urusan. lebih baik kalian melakukan
perjalanan dengan jalan berputar saja!"
Begitu Tnian Pian Siauw cu meloncat kedepan ketiga ekor
burung elang yang ada di aias kepalanya pun ikut terbang
kedepan. Walaupun suara bentakan dari Thian Pian Siauw cu ini amat
keras tetapi Thiat Bok-Thaysu sama sekali tidak gerakkan
kelopak matanya. Si penjahat naga merahpun dengan dingin-nya mendengus
lalu melirik sekejap kearahnya.
"Hmm ! apa kau kira puncak pertama gunung Cing Shia ini
adalah milikmu ?" serunya tawar
Sembari bertanya dia melanjutkan kembali langkahnya
kedepan. Thian Pian Siauw-cu yang merdengar perkataannya sama
sekali tak digubris hatinya jadi panas sekali lagi bentaknya.
"Kau hweesio liar berani mencari gara-gara dengan aku orang
" Ini hari puncak pertama gunung Cing Shia adalah miiikku.
justeru aku sengaja tak memperkenankan kalian hweesio liar
melewati tempat ini lalu kau mau apa ?"
Baru saja Thian Pian Siauwcu berbicara sampai disitu
mendadak hatinya sedikit tergerak pikirnya.
"Apa mungkin kedua orang hweesio ini adalah pembantu yang
diundang Lie Loo jie untuk membantu dirinya " Walaupun aku
Thian Pian siauw cu jarang sekali berkelana didalam dunia
kangouw tetapi bukanlah seorang manusia yang belum pernah
muncul di Bu lim, seharusnya aku menanyakan dulu siapakah
nama mereka apalagi ketiga ekor burungku ini adalah tanda
yang bisa aku gunakan untuk merebut kemenangan. kenapa
terhadap tandaku ini si hwecsio sama sekali tidak takut "
Jikalau dikatakan mereka berdua tidak mengerti ilmu silat tapi
jika dilihat dari langkahnya jelas, memiliki kepandaian silat
yang tinggi" Berpikir sampai disini mendadak dia berganti dengan nada
suara yang jauh lebih lunak lagi.
"Sebetulnya siapakah kalian berdua " cepat sebutkan namamu
! apakah kalian adalah pembantu yang diundang si cangkul
pualam Lie-Siang! aku Thian Pian siauw-cu tidak akan
menyerang manusia kerdil yang tak bernama."
Mendengar perkataan tersebut si penjahat naga merah
baru menghentikan langkahnya lantas tertawa terbahak bahak
dengan seram-nya. "Ke Hong kau tidak laporkan namamu apa kau kira kami tidak
tahu kalau kau adalah Thian Pian siauw cu " justeru aku mau
tanya padamu apakah kau adalah pembantu yang diundang
oleh Lie Siang ?" Thian Pian Siauw cu yang mendergar si hweesio itu
memanggil langsung dengan namanya semula agak mengelak
tapi setelah teringat kalau mereka stma sekali tidak menjadi
takut setelah mendengar namanya dalam hati lantas
nenganggap kedua orang itu tentu memiliki asal usul yang
penting pikirnya diam diam.
"Untuk sementara lebih baik tanyai asal usulnya lebih dulu,
biarlah aku mencoba dulu tenaga dalam yang dimilikinya."
Dia terus mengerahkan tenaga dalamnya, biarpun pada
wajahnya masih tersenyum tapi di hati dia sudah mengambil
persiapan. "Kalau kau orang sudah tahu namaku, kenapa tidak cepat
cepat berhenti " Buat apa kalian menerjang naik keatas
puncak ini, kalian mengandalkan apa berani sombong
dihadapan aku orang ?"
Begitu perkataan terakhir selesai diucapkan mendadak
telapak tangannya diayun kedepan, segulung angin pukulan
yang amat keras dengan cepatnya mengurung kedepan. "Kau
manusia macam apa " berani betul memanggil namaku !"
bentaknya dengan sangat keras.
Selamanya Thian Pian siauw cu angkat nama dengan
mengandalkan kehebatan dari ilmu pukulannya, sekalipun Lie
Loojie sendiri setiap kali harus berusaha keras baru berhasil
lolos dari perubahan pukulan yang di-lancarkan olehnya.
Sipenjahat naga merah sama sekali tidak pernah
menyangka kalau Thian Pian siauw cu bisa turun tangan
dengan begitu mendadaknya, hatinva menjadi gugup dengan
tanpa berpikir lebih panjang lagi dengan terburu buru
melancarkan pula satu pukulan menerima datangnya serangan
itu dengan keras lawan keras.
"Brak . . . !" dua belah telapak tangan segera terbentur
satu sama lainnya, sipenjahat naga merah yang tenaga
dalamnya kalah satu tingkat dari Thian Pian siauweu harus
menerima datangnya serangan itu dalam keadaan tergesa
gesa tubuhnya tak kuasa untuk berdiri tegak, dan dengan
sempoyongan terus mundur tiga langkah kebelakang.
Thian Pian siauw-cu yang melihat serangannya
mendapatkan hasil semakin tidak memandang mata lagi
terhadap kedua orang hweesio tersebut, tidak kuasa lagi dia
sudah angkat kepalanya tertawa terbahak bahak.
"Haaa . , . haaa ,. . haaa . , dengan mengandalkan
kepandaian seperti itu kalian ingin mengikuti pertempuran
puncak digunung Cing Shia ini . . . aku lihat kalian lebih baik
cepat-cepat lari dari sini !"
Jilid: 31 Pertempuran di gunung Cing Shia ini hari adalah suatu
pertempuran puncak para jago yang memiliki kepandaian nomor wahid
kalian dua orang hwesio lebih baik tidak perlu menjual malu disini! Ayo cepat
menggelindlng pergi dari sini !"
Dari mulutnya dia segera bersuit aneh lalu tangannya
diulapkan, ketiga ekor burung yang terbang di atas kepalanya dengan diiringi
suara pekikan rendah dengan cepatnya menerjang dari atas
menghajar musuh musuhnya. Pada saat yang bersamaan pula dari puncak kedua yang
ada dihadapannya berkumandang datang suara suitan yang amat
keras sehingga menembus awan, sekali dergar saja sudah dapat
diketabui kalau tenaga dalam Orang itu sudah berhasil dilatihnya hingga
mencapai pada taraf kesempurnaannya. Thian Pian siauw cu, si penjahat naga merab serta Thiat
Bok Thaysu yang mendengar suara suitan tersebut segera tertegun
dibuatnya dan tidak terasa lagi pada menoleh ke arah mana berasalnya suara
tersebut. Tampaklah Lie Loo jie bersama sama dengan Liem Tou
dengan amat ringannya sedang melayang datang hanya di dalam sekejap
saja mereka telab menuruni puncak dan menaiki puncak pertama.
Begitu tiba di hadapan ketiga orang itu Lie Loo Jie lalu
menuding Thian Pian siauw-cu, si penjahat naga merah serta Thiat Bok
Thay Su sambil tertawa. Aku rasa diantara kalian tentu tidak saling mengenal bukan
" He he..He sebelum aku Lie Sang datang bagaimana di antara
kalian sudah hendak bergebrak sendiri" Bukankah urusaa ini sungguh
sangat menggelikan sekali ?"
Waktu itu tiga ekor burung elang yang ada di atas kepala
Thian Pian Siauw cu berpekik tiada bentinya, jelas mereka sedang
menunggu perintah penyerangan dari majikannya.
Ke Heng aku lihat lebih baik kau tarik kernbali saja binatang
berbulu itu" uiar Lie Loo jie sambil tertawa. "Apa kau kira
hanya dengan sedikit permainan ini bisa menjatuhkan nama dari
Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga merah yang sudah angkat
nama sejak puluhan tahun yang lalu Kau terlalu pandang rendah musuh
musuhmu ! Mendengar perkataan itu Thian Pian siauw cu jadi
melengak terhadap Thiat Bok Thay su. Dia tidak kenal akan asal usulnya tetapi
terhadap si penjahat naga merah dia pernah mendengar kalau dia
adalah seorang jagoan dari kalangan Hek to yang bersifat kejam, telengas dan
banyak melakukan kejahatan. Tak terasa dia sudah melirik beberapa
kejap ke

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arahnya. "Heee . . . heee Lie Sang ! lebih baik kau jangan coba coba
mengejutkan aku dengan kata katamu ini, kita sudah saling
coba coba adu tenaga dalam. aku rasa diapun tidak lebih cuma begitu
saja" ujarnya sambil tertawa dingin.
Sehabis berkata dia menuding pula beberapa kali ke arah si
penjahat naga merah. Mendadak Lie Loo jie tertawa terbahak bahak.
"Haaa. haaa . .. Ke Hong ! ini hari si penjahat tidak lebih
sedang mengantarkan susioknya Thiat Bok Thaysu untuk mam main"
ujarnya keras. Thiat Bok Thaysu jauh lebih lihay beberara kali lipat dari dia,
apa kau berani coba coba mencari gara gara dengan dia"
Selama ini Liem Tou berdiri di samping tidak .mengucapkan
sepatah satupun. Sedang Thiat Bok Taysupun dengan mata yang setengah
melek dan setengah merem melirik sskejap ke arah Thian Pian Siauw cu
setelah itu dengan tajamnya dia memperhatikan diri Liem Tou tanpa
berkedip. si penjahat naga merah yang disindir oleh Lie Loo jie saking
khekinya seluruh wajahnya sudah berubah memerah dengan
cara yang sama pula dia lantas membentak.
"Lie Sang kau jangan sombong dulu, aku lihat ini hari pun
kau hanya menghantarkan Liem Tou si bangsat cilik itu, lebih baik kita
jangan menyombongkan diri dulu mari..! mari . . . lebih baik aku
minta beberapa petuniuk dari dirimu !"
Mendengar tantangan itu Lie Loo jie Ialu melengos dan
memandang ke tempat jauh. "Bajingan tua penjahat naga merah aku lihat lebih baik kau
jangan minta petunjuk dulu dari diriku !" ujarnya. "Itu . . . coba kau
lihat orang yang menagih hutang sudah pada datang! Kini kau
sudah berada di dalam keadaan bahaya apa kau orang masih tidak tahu . .
buat apa kau ikut terjun ke dalam Bu lim ?"
Si penjahat naga merah segera merasakan hatinya jadi
tergetar amat keras. di dalam keadaan cemas dia lalu menoleh ke samping.
Terlibat di sisinya sudah berkerumun beberapa puluh orang
toosu yang memakai baju hitam maupun kuning. Mereka bukan lain
adalah anak murid Bu long pay angkatan kedua yang lagi menuntut balas
buat ciang bun jiennya. Orang yang ada di paling depan sebagai pemimpinnya
adalah Ciat Siauw Thaysu dari Siaiw Lim ray serta Heng San Jie Yu.
Setelah munculkan dirinya, para toosu dari Bu tong pay itu
segera terpencar mengurung puncak pertama gunung Cang Shia ini
rapat rapat, masing masing menjagai di satu posisi kedudukan sehngga
merupakan satu barisan pedang yang amat kuat.
Sekali pandaag saja Liem Tou segera me ngetahui kalau
barisan itu adalah barisan Ngo Heng Pek So Kiam Tin dari Bu tong pay
yang amat lihay, masing masing orang dengan mengambil posisi Kiem,
Bok, Swie, Hwee, Tob lima posisi sebagai patokan berjaga jaga dengan
amat ketatnya, jelas untuk memecahkan barisan bukanlah suatu
pekerjaan yang gampang. Walaupun barisan itu kelihatannya cuma mengandung
posisi Ngo Heng tapi jikalau di pandang lehih teliti lagi maka diantara Ngo Heng
itu mengandung pula perubahan yang tiada hingganya. walaupun
pada saat ini masih tidak kelihatan tetapi bilamana barisan itu mulai
bergerak maka walaupun ada binatang macam apapun tidak bakal bisa lolos
dari barisan tersebut. Dari dalam kitab pusaka Toa Loo Cin Keng Liem Tou pernah
melihat barisan semacam ini sehingga tidak kuasa lagi dia sudah
melirik sekejap ke arah Lie Loo jie.
Lie Loo jie lantas mengangguk dan tertawa.
Pada mulanya si penjahat naga merah yang melihat
muncuhya para toosu dari Bu tong pay di sana mereka berada diluar dugaan, tetapi
setelah berpikir sebentar mendadak dengan amat gusarnya, sudah
membentak amat keras. "Lie Sang, kau manusia yang tidak tahu malu !"
Dia lantas menoleh kearah Thian Pian Siauw cu dan
merangkap tangannya menjura. Ke Hong ! pada masa yang lalu kau dan aku tidak dendam
apapun sakit hati dan selamanya air sumur tidak pernah melanggar air
sungai, untuk sementara harap kau suka bersabar sebentar biarlah aku
berkelahi dulu dengan siorang tua itu! katanya.
Sepasang mata Thian Pian siauw cu lantas berputar,
pikirnya di hati: "Begitupun baik juga, biarlah dia pergi menghancurkan
sedikit tenaga dari Lie loo-jie dengan begitu sewaktu bertempur
melawanku nanti tenaganya sudah tak penuh lagi.
Dia lantas mendengus dan melengos ke samping.
Si penjahat naga merah tahu dia orang tidak akan turut
campur lagi. Badannya segera maju dua langkah ke depan, kuda-kudanya
di perkuat lalu bentaknya keras : "Lie Sang kau mmusia yang tidak tahu malu, ayo cepat turun
tangan mari kita bergebrak dulu seratus jurus."
"Lie Loo jie tersenyum, baru dia hendak memberi jawaban
Si penjahat naga merah yang sudah tidak menanti lagi lalu melancarkan
satu pukulan kepala dengan dahsyatnya.
"Bagus sekali seranganmu ini !!" Teriak Lie Loo-jie dengan
keras. "Bajingan tua naga merah kau orang sungguh-sungeuh tak
tahu kekuatan sendiri. Bilamana kau kuat menahan sepuluh seranganku
maka anggap saja aku Lie Sang yang kalah, sejak ini hari aku tidak akan
murculkan diriku kembali di dalam dunia kangouw".
Selesai berkata tubuhnya mundur dua langkah ke belakang,
hawa murninya disalurkan tangan kirinya menangkis datangnya
serangan itu. "Braak . . . !" dengan tepatnya dia berhasil memukul
mental serangan dari si penjahat naga merah itu diikuti tangan kanannya
menyambar ke depan melancarkan pukulan dengan ilmu "Pit Hong Ciang"
mendesak ke depan. Lie Loo jie yang punya maksud untuk memaksa si penjahat
naga merah mengundurkan dirinya sesudah lewat tiga jurus, sama sekali
tidak mau kasih waktu buat ganti napas lagi tubuhnya mendesak ke
depan dua langkah sedang serangan yang dilancarkan keluar pun
semakin mengganas lagi. Waktu itu si penjahat naga merah sedang menerima
serangan yang kedua dari Lie Loo jie, mendadak si orang tua itu menarik kembali
serangannya di tengah jalan.
si penjahat naga merah yang menghantam tempat kosong
tubuhnya lantas tersentak maju kedepan, Lie Loo jie tak mau membuang
kesempatan ini. Sekali lagi telapak tangannya dengan disertai angin pukulan
yang amat dahsyat bagaikan menggulungnya ombak di tengah samudra
dan ambruknya gunung Thaysan dengan hebatnya menggulung kedepan.
si penjahat naga merah yang tubuhnya keburu maju
kedepan, dengan terpaksa dia mundur ke belakang dengan cepatnya.
Untung sekali gerakannya amat gesit sehingga tak sampai
tersapu oleh datangnya angin pukulan dari Lio Loo-jie itu.
Pada saat itulah mendadak terdengar Liem Tou membentak
keras. "Thiat Bok hweesio, kau jangan ikut !
Si penjahat naga merah yang terpaksa mundur ke belakang
baru saja berhasil berdiri tegak, angin pukulan dari Lie Loo jie sudah
kembali melanda datang, dia jadi cemas telapaknya membalik dengan
paksa melancarkan satu pukulan ke depan.
Kakinya jadi sempoyongan dan kuda kudanya terdorong,
tubuhnya seketika itu juga terpukul oleh angin pukulan Lie Lo jie
sehingga terdorong sejauh tiga kaki lebih.
Untung saja si penjahat naga merah adalah jago kawakan
ynng sudah punya banyak pengalaman, di tengah udara dia lantas
mengerahkan ilnm bobot seribunya. Walaupun begitu sewaktu badannya tiba di atas permukaan
tanah dengan sempoyongan tubuhnya kembali mundur tiga langkah ke
belakang. Lie Loo jie segera tertawa terbahak bahak. Haa . .haa .
.baru lewat tiga jurus kau sudah dibuat seperti cacing kepanasan, tadi
masih bilang mau bertempur seratus jurus haa-- -haa - -lucu
sungguh lucu sekaii !" Saking khekinya muka si penjahat naga merah segera
berubah seperti babi sembelih. Thiat Bok Thaysu yang ada di samping sebetulnya hendak
membantu si penjahat naga merah untuk menerima datangnya satu
pukulan dari Lie Loo jie itu, tetapi setelah maksud hatinya dipecabkan oleh Liem
Tou terpaksa dengan mata melotot dia melihat keponakan
muridnya menerima penghinaan. Ketika dilihatnya Lie Loo jie tertawa de ngan begitu
girangnya dia lantas maju ke depan memberi hormat.
"Keponakan muridku ini memang benar benar bukan
tandingan dari Lie sicu, biarlah pinceng yang minta beberapa petunjuk darimu."
Lie Loo jie yang melihat secara tiba tiba Thiat Bok Thaysu
bersikap begitu sungkan terbadap dirinya tidak kuasa lagi lantas
tertawa. "Aku Lie Sang tidak sampai kau musnahkan di dalam kuil
Siang Lian si-mu dalam hati sudah merasa amat beruntung. Ini hari bisa
bergebrak secara terang terangan melawan dirirnn sudah tentu hatiku
amat girang sekaii." Selesai berkata dia lantas mengadakan persiapan untuk
menanti kedatangan angin pukulan dari Thiat Bok Thaysu.
Dia tahu angin pukulan dari Thiat Bok Thaysu jauh lebih
dahsyat daripada si penjahat naga merah, sedikit dirinya birtindak
salah maka ada kenungkinan nama besar yang sudah dipupuk selama


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beberapa tahun bakal musnah di tangan hweesio itu. Air mukanya lalu berubah
amat keren. dengan memusatkan seluruh perhatiannya dia
menanti datangnya serangan dari pihak musuh.
Thian Pian Siauwcu yang belum pernah merasakan
kelihayan dari Thiat Bok Thaysu sewaktu dilihatnya sikap yang amat tegang da ri
Lie Loo jie dalam hati merasa rada heran juga.
Pikirnya, Terhadap diriku Lie Seng tidaklah terlalu tegang,
jelas si hwewesio kurus hitam ini merupakan satu lawan tangguh
yang memilili kepandaian yang amat lihay, kalau tidak dengan kelihayan dari
Lie Sang bagaimana mungkin dia bisa begitu tegang " bukarkah hal ini
sama saja dengan pcrsoalan kecil yang di besar besarkan"
si penjahat naga merah yang tiga kali mendapat malu
dalam hati benar benar merasa amat marah bercampur jengkel, kini melihat
susioknya hendak turun tangan sendiri dia lantas mengundurkan diri ke
samping sedang dalam bati sangat mengharapkan Thiat Bok Thaysu
dapat menyelesaikan Lie Loo jie de ngan cepat.
Sewaktu kedua belab pihak sudah saling berbadap badapan
itulah tiba tiba terdengar Liem Tou yang ada di samping membentak
keras. "Tunggu sebentar ! "Dia maju satu langkah ke depan dan menjura kepada
Thiat Bok Thaysu. "Thiat Bok Thaysu!" serunya dengan keren, "Pertemuan
diatas gunung Cing Shia ini hari adalah ide dari cayhe. hal ini tiada sangkut
pautnya dengan si cangkil pualam Lie Sang, harap Thaysu
suka meredakan hawa amarah sebentar. biarlah aku selesaikan dulu perjanjian tiga pukulan dengan
supekku baru kita berbicara lagi !
Dengan perlahan dia lantas menoleh kearah Thian Pian
Siauw cu. "Ke Siauw cu!' ujarnya lagi "Masih ingat dengan si
pengangon sapi Liem Tou bukan ?" "Sudah . . sudahlah ! ' Teriak Thian Pian Siauw cu secara
tiba tiba "Lie Sang ! sebenarnya ini hari kau sedang main setan apa"
bukankah ini hari adalah waktu bagi kita untuk berebut
kemenangaa " kenapa bocab cilik ini kau bawa juga " apa dia pun ingin
merebut gelar sebagai jago nomor wahid di dalam seluruh kolong langit ?"
Mendengar perkaiaan itu air muka Liem Tou berubah
sangat bebat. "Ke siauw cu kau jangan sembarangan omong ! apa kau
sudah lupa dengan perjanjian kita sewaktu ada di gunung Go bie"
Teriaknya. "Kau tidak melihat muka orang lain masih ingin merebut
gelar jagoan segala . .. Hmm ! sunggu tidak tahu malu!"
Air muka Thian Pian Siauwcu segera berubah hebat, tidak
kuasa lagi dia sudah mengundurkan diri dua langkah kebelakang
matanya memandang Liem Tou dengan melotot. Apa" orang yang menantang bertempur sewraktu ada
digunung Go bie adalah kau" kau andalkan apa untuk berbuat begitu?"
tanyanya setengah mengejek. Mendadak dia angkat kepalanya dan tertawa kembali.
Lie Sang!" serunya. "Kau lagi pikirkan yang bukan bukan,
terang terangan dia panggil kau supek . . . kau . . kau suruh seorang
boanpwee untuk tantang aku bertempur kau tidak pandang
sebelah mata kepadaku yaa?" . Batu saja dia selesai berkata mendadak
bagaikan kilat cepatnya dia sudah berkelebat tiba di hadapan Lie Loo jie,
sepasang telapak tangannya didorong ke depan menghajar dadanya.
"Ini hari aku mau adu jiwa dengan kau orang!' Bentaknya
dengan benci. Thian Pian siauw cu benar benar merasa amat kheki,
karena itu dia lantas melancarkan serangan dahsyat kearah Lie Loo jie.
Lie Loo jie yang melihat datangnya serangan yang amat
ganas buru buru hendak menghindarkan diri.
Liem Tou yang berdiri disisinya pada saat itu segera
mendengus dingin telapak tangannya diayun ke depan melancarkan satu
pukulan tak berwujud yang amat dahsyat sekali.
Diwajahnya Liem Tou kelihatan tak bertenaga padahal
Thian Pian siauw cu yang kena diserang segera merasakan adanya satu tekanan
yang amat keras menekan badannya dalam hati dia merasa amat heran
sekali. Tubuhnya dengan cepat berputar lalu me nyingkir
kesamping, setelah bersusah payah akhirnya dia baru barhasil menghindarkan diri
dari serangan itu, walaupun begitu tidak urung dia dibuat melougo
juga sambil memandang Liem Tou dengan mata terbelalak.
Mimpipun dia tak pernah menduga kalau Liem Tou bisa
memiliki kepandaian silat yang begitu lihaynya.
"Ke Siauw cu !" seru Liem Tou sambil tertawa dingin.
"Beberapa tahun yang lalu ayahku si pancingan emas sakti pernah dikalahkan
dibawah seranganmu, ini hari akupun akan mengalahkan dirimu seperti
apa yang dialami ayahku tempo hari."
Sehabis berkata dia segera menoleh kearah Lie Loo jie.
"Supek ! Perjanjian tiga nukulan sudah tiba, tenmalah
seranganku !' Lie Loo jie yang tiba tiba mendengar Liem Tou mengungkat
persoalan janji tiga pukulan itu didalam hati lantas mengerti dia sudah
tidak sabar lagi untuk cepat cepat membalaskan dendam ayahnya,
tak kuasa lagi dia lalu tertawa terbahak bahak.
"Liem Tou ! Sekarang aku sudah bukan supekmu, kan
turun tanganlah! Sewaktu ada di tebing Leng Ay digunung Go bie kau sudah
curi lempengan besiku, ini hari aku mau balas sakit hati ini !"
"Hui Tui Ji ! kau pun sudah tipu kitab pusaka Toa Loo Cin
Keng serta membawa pergi kerbauku, kenapa kau tidak katakan sekalian
?" teriak Liem Tou lagi dengan keias "Nih terima seranganku ."
Kakinya dengan menggunakan ilmu langkah San Cap Lak
Thian Poh Hoat dengan meng-unakan jurus "Tui Cuan Pit Gwaat" atau
mendorong jendela menutup rembulan dia menghajar tangannya ke depan.
Saat ini Liem Tou hanya menggunakan tenaga tiga bagian
saja, walaupun diluarnya kelihatan amat dahsyat padahal
didalamnya adalah kosong. Tetapi menurut pemikiran Lie Loo jie dia tak ingin berbuat
demikian, kalau mau bertempur ya sungguh sungguh bertempur.
Kuda kudanya diperkuat, dengan menggunakan jurus
"Hong Hok KieThian"
atau banyak rejeki mengalir ke langit dia menerima datangnya
serangan dari Liem Tou dengan delapan bagian tenaga dalamnya.
Seketika itu juga Liem Tou tidak kuat menahan diri,
tubuhuya sempoyongan dan mundur kebelakarg, sebaliknya Lie Loo jie
sendiri masih tetap berdiri tetap tidak bergerak.
"Hey Liem Tou kau lagi berbuat apa ?"" Siapa yang suruh
kau mengalah buatku ?" teriaknya keras. Janji tiga jurus, tidak ada
jurus yang tidak bisa terpakai."
Liem Tou menjadi melengak dibuatnya, dia sama sekali
tidak menyangka kalau Lie Loo jie bersungguh sungguh terhadap urusan ini.
terpaksa dia lantas menyahut : "Siapa yang bilang jurus ini tidak bisa terpakai, di dalam
tiga jurus ini mau ringan mau berat adalah hakku, kau apakah
tahu apa maksudku berbuat demikian " '
Tidak menanti Lie Loo jie naemberi jawabannya. dia
kembali melancarkan sutu pakulaan ke depan.
"Hei Tui Jie, terimalah kembali serarganku ini !"
Lie Loo jie mengira pukulan dari Liem Tou kali ini teniu
akan menggunakan tenaga penuh karenanya dia sedikitpun tidak
berani berlaku gegabah. dengan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya dia
menyambut datangnya serangan tersebut.
Siapa tahu apa yang dilancarkan oleh Liem Tou sedikit pun
tidak bertenaga, hal ini benar benar membuat hatinya seperti
dibakar, wajabnya terasa amat panas karena sikap dari Liem Tou ini
jauh terasa lebih menyakiti hatinya daripada dipukul luka.
Bagaimana dia orang suka menerima penghinaan ini
dihadapan Thian Pian Siauw cu , si penjahat naga merah serta Thiat Bok
Thaysu tiga orang jagoan kelas wahid "
Saking gusarnya dia lantas melancarkan serangannya
semakin gencar lagi mendesak diri Liem Tou.
' Hey Hui Tui Ji hati hatilah !" tiba tiba Liem Tou
membentak keras. Lie Loo jie jadi amat terkejut, belum sempat dia berpikir
lebih panjang mendadak terasa adanya segulung angin pukulan
yang sangat keras menekan kepalanya. Hal seperti ini beaar benar diluar dugaan nya. dengan
gugup dia lalu balas melancarkan satu pukulan.
Tetapi keadaan sudah terlambat, tubuhnya sudah terkena
pukulan dari Liem Tou hingga mundur ke belakang tujuh, delapan langkah
dengan terhuyng huyung, akhirnya dia tidak kuat menahan diri lagi tak
kuasa lagi tubuhnya jatuh terduduk di atas tanah.
Bersamaan pula wajahnya dari pucat pasi berubah menjadi
kebijau hijauan seluruh badan amat sakit sehingga gemetar keras.
Kiranya Liem Toi yang pada jurus pertama mendapat
makian dari Lie Loo jie, pikirannya segera berubah. pada jurus kedua dia kembali
melancarkan serangan kosong dan menanti Lie Loo ji dibuat
tertegun itulah mendadak bagaikan kilat cepatnya dia melancarkan satu
pukulan dengan meaggunakan tenaga dalam sebesar lima bagian.
Lie Loo jie yang hatinya lagi jengkel sedikit tidak berhati
hati dirinya sudah terkena putulan Liem Tou hingga rubuh keatas
tanah. Lien Tou mana mungkin ada maksud untu melukai Lie Lo
jie, apalagi pada pertemuan di puncak pertama digunung Cing Shia ini
musuh tangguh pada berkumpul dan Lie Loo jie sendiri merupakan
satu satunya Jagoan yang memimpin pertempuran ini.
Liem Tou jadi teramat kaget, tubuhnya dengan cepat
menerjang kedepan. "Supek !" teriaknya dengan keras. "Sutit sudah ketelanjur


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

turun tangan sehingga membuat supek jadi terluka sekarang apakah
lukanya berbahaya?" Walaupun Lie Loo jie menderita luka sehingga wajahnya
kehijau hijauan menahan sakit tapi dia membuka matanya juga lalu tersenyum
ramah. "Sutit kau berbuat sangat benar. perbuatanmu amat baik!"
ujarnya perlahan. "Kau pergilah menghadapi Ke Hong serta Thiat-Bok,
aku tidak ada urusan lagi. kau pergilah! mereka tak akan berhasil
mengalahkan diri mu tetapi Ke Hong jadi orang tidak terlalu jahat kau
jangan melukai nyawanya, Thiat Bok jadi orang amat kejam kau boleh
hadapi dirinya sesuka hatimu!"
Dengan terburu buru Liem Tou mengangguk.
Supek kau tenanglah! sutit bisa pergi hadapi mereki"
hiburnya dengan suara yang lembut." Mereka berdua aku tidak akan
membunuhnya, supek kau tahu bukan kalau aku tidak ingin membunuh orang "
Mendadak Lie Loo jie pentangkan matanya lebar lebar dia
memandang sekejap ke arah Liem Tou.
Sewaktu dilihatnya dari sinar mata Liem Tou mengandung
rasa yang iba hati dia lantas menghela napas panjang. ' Liem Tou tadi aku
sudah bilang terserah kau hendak menghadapi mereka secara bagai
mana" katanya perlahan. Tetapi Thiat Bok Hweesio barus dijaga baik
baik sehingga jangan sampai mendatangkan bencana dikemudian
hari, apalagi sucouwmu adalah mati di tangan mereka !"
Mendengar perkataan tersebut Liem Tou segera merasakan
hatinya tergetar amat keras, dengan taapa terasa dia sudah melirik
sekejap ke arah Thiat Bok Thaysu. Saat itupun Thiai Bok Thaysu sambil tertawa dingin sedang
memandang ke arah Liem Touu dengan sepasang matanya yang hijau
memancarkan sinar tajam. Liem Tou yang melihat sikapnya itu dalam hati merasa
amat benci sekali, tetapi bayangan dari si kakek berambut putih dari Heng
San Pay kembali terbayang dihadapan matanya.
Dengan perlahan dia menoleh kembali ke arah Lie Loo-jie
dan memandangnya dengan termangu-mangu. belum sempat dia
mengucapkan sesuatu kata mendadak terhadap Lie Siauw Ie serta si gadis
cantik pengangon kam-bing sudah berlari mendatang dengan
kecepatan yang luar biasa. Orang belum sampai terdengar dari tempat kejauhan si
gadis cantik pengangon kambing sudah beteriak dengan cemas :
"Engkoh Liem kau sudah gila ?" kenapa kau lukai ayahku " ?"
"Adik Tou!" terdengar Lie Siauw Ie pun ikut berteriak. "Dari
jauh aku bisa melihat kau pukul suhu sampai terluka, apa
maksudmu berbuat demikian " ?". Mereka cepat cepat lan kedepan dan memandang Liem Tou
dengan pandangan tercengang, kemudian dengan terburu-buru
memeriksa luka dari Lie Loo-jie. Liem Tou sendiri merasa bingung bagaimana seharusnya
memberi penjelasan kepada meieka, walaupun bibirnya sudah bergerak
tapi sepatah katapun bisa diucapkan keluar, akhirnya Lie Loo jie
sendiri yang membuka mata dan memaki Lie Siauw Ie serta si gadis
pengangon kambing dengan suara yang rendah:
"Ie jie! Wan jie ! Suruh kalian nonton dari samping saja
kenapa tidak mau menurut" Liem Tou tidak salah dia seharusnya
berbuat demikian, ayoh cepat pulang. Disini tidak ada urusan kalian".
Dengan perlalan Liem Tou bangkit berdiri.
"Ie cici ! Wan Moay moay ! Saat ini bukanlah tempat untuk
bercakap cakap" ujarnya mendadak. 'Cepat kalian menyingkir ke
samping supek, urusan selanjutnya biar aku terangkan di kemudian hari saja".
Dengan pandangan bingung dan tercengang Lie Siauw Ie
maupun si gadis cantik pengangon kambing memandang sekejap ke arah Liem
Tou lalu tidak bertanya lebih lama lagi, dengan terburu buru mereka
membimbing Lie Loo jie ke samping. "Ke Siauw cu !" ujarnya sambil menuding wajahnya.
"Setahun yang lalu sewaktu ada dilembah cupu-cupu kau menggunakan sepasang
burung elangmu paksa aku Liem Tou sehingga lari terbirit-birit dan nyawaku
terancam bahaya, soal ini aku tidak akan tanya kau lagi, aku cuma mau
tanya kau tempo hari dengan cara apa ayahku menderita kekalahan di
tanganmu?" Thian Pian siauw cu yang melihat Liem Tou berhasil
melukai Lie Loo jie dalam hati merasa amat terkejut, dia merasa rada bergidik.
Tetapi demi menjaga sikapnya yang sombong dan jumawa
dia lantas berkata dengan suara yang amat dingin.
Hoo han tak akan meugungkat kejadian di masa yang lalu,
Liem Tou kau ingin berbuat bagaimana lakukan saja, aku akan terima
seluruh permainanmu itu Lieji Tou tidak langsung menjawab, dia
termenung untuk berpikir beberapa saat lamanya.
Ke Siauw cu, ujarnya kemudian. Ini hari bilamana kau
terkalahkan ditanganku, apakah kau berani melakukan tindakan seperti
ayahku tempo hari mengundurkan diri dari Bu lim " aku tidak ingin melukai
dirimu bilamana kau setuju marilah kita mulai her gebrak.
THIAN Pian Siauw cu pun lantas termenung berpikir
sebentar tadi dia sudah merasakan kelihayan dari ilmu pukulan Liem Tou dan
melihat pula Lie Loo jie terluka dibawah serangannya, dalam hati lantas
berpikir : "Liem Tou bocah cilik ini ada kemungkinan cuma lihay di
dalam ilmu telapaknya saja! Tiba tiba dia teringat kermbali akan kelihayan dari barisan
burung elanguya. cuma pertempuran ini ada sangkut paut yang besar
dengan nama Ke Hong di dalam Bu-lim, dia tidak ingin mati diatas
pegunungan yang sunyi dan tidak ingin menggantungkan kejayaannya ini diatas
kelihayan burung elangnya. Tidak terasa dia sudah terjerumus kedalam lamunan.
Liem Tou yang melihat Thian Pian siauw cu lama sekaii
tidak menjawab lantas mengejek 'Heeep , , .heeee , , , Thian Pian siauw-cu ! kelihatannya
kau adalah seorang yang bernyali , , .haa , . .haa , , .tidak disangka
nyalimupun amat kecil ! tentunya kau takut bukan " kalau begitu kita tidak
usah bertanding lagi. kau boleh cepat cepat me nggelinding pergi
dari gunung Cing Shia ini ! bilamana kau berani naik gunung Cing
Shia ini maka janganlah bersikap begitu jeri !"
Thiau Pian Siauw cu yang dipanasi oleh Liem Toa dalam
hati segera merasa kheki! Seluruh tulangnya berbunyi nyaring, jubahnya berwarna
biru bergoyang tiada hentinya, mendadak saja tubuhnya sudah membengkak
beberapa kali lipat. Sewaktu ada di lembah Cupu cupu Liem Tou pernah
melihat keadaan semacan ini karenanya diapun tahu kalau orang itu lagi
menyalurkan tenaga murninya. Diam diam Liem Tou pun lantas bersiap sedia karena dia
tahu walaupun Thian Pian Siaw Cu adalah seorang yang sombong tapi
pikirannya cerdik, kadang kadang dia bisa melancarkan serangan bokongan
dengan menggunakan kesempatan selagi orang tidak bersiap sedia.
"Liem Tou" Terdengar Thian Pian Siauw Cu membentak
secara tiba tiba. Ayahmu si pancingan emas Liem Cong terkalahkan di dalam
tiga kali pertandingan tempo hari. Apakah kau berani menerima tiga
pertandingan pula dengan aku orang" Bilamana aku kalah maka sejak ini
hari tidak akan ada nama Thian Pian Siaw Cu lagi di dalam Bu Lim,
tetapi bagaimana kalau kau yang kalah"
Liem Tou yang mendengar Thian Pian Siau Cu sudah
menyetujui mendadak dia tertawa tergelak dengan amat kerasnya sehingga
menggetarkan seluruh angkasa dan suara tertawa ini bukan lain persis
seperti tertawa tergelak yang di dengar Thian Pian Siaw Cu sewaktu
ada di gunung Go Bie. "Ke Siauw Cu jangan dikata tiga pertandingan sekalipun
sepuluh pertandingan Liem Tou akan mengirinya dengan tangan
terbuka" ujar Liem Tou dengan nyaring. Bilamana aku Liem Tou menemui
kekalahan di tanganmu maka dihadapanmu juga akan bunuh diri.
Thian Pian Siaw Cu yang mendengar Liem Tou mengambil
keputusan dengan begitu tegasnya tidak kuasa hatinya merasa rada berdesir.
Liem Tou, kenapa kau ingin mati" Serunya tak terasa.
Liem Tou sendiripun sama sekali tidak menyangka Thian
Pian Siaw Cu bisa mengucapkan kata kata seperti ini, tidak terasa lagi hati
rasa sedikit tergerak. Thian Phian siauwcu. Pikirnya dihati. Lain kali aku akan
membiarkan kau lolos satu kali dari tanganku.
Dari dalam sakunya dia mengambil keluar sebutir mutiara
lalu dipatahkan jadi dua bagian dan yang separuh diserahkan buat
Thiat Pian siauwcu. Ke Siauwci. mutiara yang separoh ini terimalah. ujarnya
dengan keras. Mengingat budi kebaikanmu ini hari, lain waktu jikalau
kau menemui kesulitan aku Liem Tou tentu akan lepaskan kau
satu kali. Thian Piauw siauwcu yang mendengar perkataan ini jadi
rada tertegun, terima menerima tidak baik untuk menerimanya juga tidak
tenteram .. . membuat hatinya rada kebingungan.
Liem Tou yang melihat dia orang tidak suka menerima
mutiaranya dengan cepat lantas melemparkan barang itu kebadapannya
memaksa Thian Pian siauwcu terpaksa harus menerima juga.
Baiklah, marl kita mulai bertanding ujarnya Liem Tou
kemudian. "Pertandingan pertama bagaimana kalau kita tentukan


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelihaian kita masing masing dengun mengadu ilmu?" Ujar Thian Pian
Siauwcu kemudian. Pertandingan kedua kita adu kecepatan. coba lihat siapa yang
lebih cepat sampai dip uncak Tiang Jie Hong beberapa puncak dari
tempat ini. Ketiga ada sedikit barisan kecil dapatkah kau
memecahkannya?" Bukankah barisan burung burung yang ber satu padu
?"seru Liem Tou sambil tersenyum. Thian Pian Siauwcu yang mendengarkan perkataan
tersebut ssma sekaii tidak menjawab, dengan perlahan dia berjalan mendekati Liem
Tou. Pertandingan ilmu telapak ini hendak dipertandingkan
secara bagaimana?" "Sudah tentu harus telapak beradu dengan telapak !" jawab
Thian Pian Siauwcu sambil terta wa dingin.
"Kalau regitu tidak bisa jadi, poiong Liem Tou sambil
goyangkan kepalanya berulang ka li. Bilamana kau ingin adu telapak
lawan tehpak bukankah pertandingan yang kedua
serta yang ketiga tidak berlangsung lagi coba kau bayangkan
tenaga dalamku tidak bisa menandiugi tenaga dalam supekku, bagai
mana kau boleh adu tenaga dengan aku orang.
Lebih baik kita mencari jalan yang lain saja.
Perkataan yang diucapkan oleh Liem Tou ini adalah kata
kata yang benar, walaurun Thian Pian siauwcu belum pernsh sungguh
snngguh adu tenaga dengan Liem Tou teiapi dengan satu pukulannya yang
berhasil menghalangi angin pukulan yang lagi dihantamkan ke arah Lie
Loo Jie itu Thian Pian Siauw cu sudah mengetahui kelihayan dari
lawan-nya. Tetapi Thian Pian siauw cu walaupun sudah berpikir
setengah harian tidak mendapat kan juga cara yang lain untuk memecahkan
persoalan ini, sedang Liem Tou sendiripun tidak mendapatkan cara yang
lain. Lama sekali mereka berdua termenung, tiba tiba terdengar
Thian Pian Siau Cu membuka mulut. "Kalau begitu demikian saja", ujarnya;
"Pertandingan pertama ini kita singkirkan dulu. Kita lakukan
pertandingan kedua terlebih dulu, bagaimana ?"
"Pertandingan yang kedua adalah mengadu ilmu
meringarkan tubuh. Ke Siauw cu ! Walaupun ilmu meringankan tububmu sangat
tinggi tetapi sewaktu ada digunung Go bie sampai bayangan tubuhku saja
kau tidak bisa melihat coba bayangkan, apakah kau bisa menangkan
diriku ?" "Tentang hal itu adalah urusanku sendiri. kata Thian Pian
siauw cu sambil tertawa. Kau tidak usah kuatir lagi bagaimana kalau
kita adu cepat siapa yang tiba di puncak Tian Jie Hong terlebih dulu
dialah yang menang. Bagus. Baru saja dia menyahut tampaklah tubuh Thian Pian Siauw
cu bagaikan kilat cepatnya sudah menuruni puncak pertama dari gunung
Cing Shia ini. Liem Tou segera bersuit nyaring, si penjahat naga merah,
Thiat Bok Thaysu, Ciat Siauw Thaysu itu ciangbunjin dari Siaw lim pay,
Heng San Jie Yu, para Toosu Bu tong pay berserta Lie Sieuw Ie dan
sigadis cantik penangon kambing belum sempat melihat bagimanakah
gerakan tubub dari sang pemuda, tahu tahu jejakrya sudah lenyap tak
berbekas. Liem Tou yang sudah ada di bawah puncak segera
kehilangan jejak dari Thian Pian siauw cu. tidak terasa dalam hati merasa rada
kehe-ranan. Apa dia benar benar jauh lebih cepat dari diriku " Pikirnya.
Hatinya juga rada sedikit bergerak saja tanpa memikirkan
terlalu mendalam soal ini dengan seluruh tenaga dia berlari melewati
dua buah puncak. Puncak Tiang Jie Hong sudah ada di hadapan mata, "dalam
hati Liem Tou merasa amat girang, dengan cepat dia bersuit nyaring lalu
dengan seluruh tenaga meluncur ke atas dinding puncak tersebut
dengan kecepatan yang luar biasa.
Pada seat dia tiba pada punggung puncak itulah mendadak
terasa olehnya sesosok bayangan manusia berkelebat lalu lenyap tak
berbekas, dalam hati merasa rada heran tapi dia tidak menggubrisnya.
Hanya dalam sekejap saja dia sudah tiba di atas puncak
Thian Jie Hong itu, tiba tiba terdengar suara tertawa dari Thian Pian si uw cu
bergema menggetarkan seluruh angkasa
'Liem Tou ! aku orang sudah lama sekaii menanti
kedatanganmu disini, apa kau sudah tertidur di tengah jalan ejeknya.
Mendengar suara tersebut Liem Tou jadi amat terkejut.
ketika dia dongakkan kepalanya keatas . .sedikitpun tidak salah. Thian
Pian siauw cu sudah ada diatas pincak, wajahnya tidak merah napasnya
tidak ngos-ngosan kelihatannya sama sekaii tidak menghamburkan
sedikit tenagapun. Lien Tou yang melihat dirinya menemmukan kekalahan di
tangan Thian Pian siauw cu dalam hati merasa amat kuatir, baru saja
tubuhnya tiba di atas puncak dia pun sudah melancarkan satu serargan yang
mencengkeram pergelangan tangan Thian Pian Siaw Cu. dia
kepingin menanyai urusan ini sampai jelas.
Terburu buru Tbian Pian Siauw cu mundur satu langkah ke
belakang. "Liem Tou ! Perkataan baru saja bergema di telinga, apa
kau sudah merasa meyesal ?" Bentaknya dengan keras.
Liem Tou tahu dirinya terlalu terburu nafsu, tetapi ketika
teringat kalau Thian Pian siauw cu jauh lebih cepat dari dirinya
dia jadi merasa heran, mana mungkin hal ini bisa terjadi "
"Ke Siauw cu !" Tak tertahan lagi dia lantas bertanya. "Ilmu
meringankan cububmu cayhe merasa amat kagum, tetapi
dapatkah kau beritahu kepadaku kau lewat dari jalan yang
mana?" Dengan liciknya Thian Pian siauw cu lantas tertawa. "Di atas
langit masih ada langit, apa kau kira ilmu silat yang
paling lihay di kolong langit pada saat ini cuma kau Liem Tou
seorang saja " Liem Tou! Aku beritahu padamu aku orang bisa
terbang di langit dan bisa nenyebrangi sungai tanpa
menginjak tanah, percaya tidak "
Dengan termangu mangu Liem Tou memperhatikan diri
Thian Pian Siauw cu. Mendadak dia teringat kembali akan
bayangan hitam yang dengan cepatnya berkelebat di atas
puncak hatinya jadi rada tergerak.
Dia jadi sadar kembali apa yang sudah terjadi, tidak kuasa lagi
lantas tertawa terbahak bahak.
Ke Siauw cu. perbuatanmu yang menipu orang sungguh hebat
sekali, apa kau tidak takut ditertawai orang orang Bu-lim "'
Thian Pian Siauw cu segera mengetahui kalau Liem Tou telah
mengetahui Kalau tadi dia menunggang elangnya, tapi
sikapnya masih tetap sombong sekali.
"Liem Tou, kau bilang apa " kenapa kau tidak memaki
kepandaianmu sendiri yang cetek. kini malah menyalahkan
orang lain" Coba kau pikir bukankah tadi aku cuma bilang adu
kecepatan sampai di atas puucak Tiang Jien Hong " Sedang
soal menggunakan cara apa kan tidak dibicarakan "
bagaimana sekarang kau orang malah menyalahkan diriku ?"
Liem Tou yang mendengar perkataannya sedikitpun tidak
salah terpaksa harus menahan sabar.dia cuma menyalahkan
dirinya kurang teliti sehingga kena dikibuli orang lain dan
menderita kekalahan dalam pertandingan ini.
Semakin berbicara Thian Pian Siauw cu merasa semakin
bangga sehingga tidak tertahan tertawa lagi dengan kerasnya.
"Ke Siauw cu kau jangan senang tenang dulu. masih ada dua
pertandingan yang harus diselesaikan !" seru Liem Tou sambil
kebutkan ujung bajunya. Sehabis berkata dengan menggunakan jalan yang sama dia
berkelebat kernbali ke puncak pertama sedang Thian Pian
Siauw cu mengikuti dari belakang.
Baru saja mreka berdua melewati puncak mendadak dari
kejauhan berkumandang datang suara teriakan yang keras
sekaii seperti ada orang yang sedang bertempur. Dalam hati
Liem Tou merasa sangat terkejut sekaii, dia merasa kuatir Lie
Loo jie yang lagi menderita luka sudah kena diserang oleh
Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga meiah.
Apalagi Liem Tou tahu kalau ilmu jari Hek Khie Tok Cie dari
Thiat Bok Thaysu ini amat lihay sekaii dan merupakan satu
pukulan berhawa khie kang yang lihay dan sukar untuk
dipunahkan. Walaupun tenaga murni dari Lie Loo jie amat tinggi tetapi
dengan keadaan luka apakah dia bisa bertahan terhadap
serangan serangan dari musuhnya itu "
Berpikir sampai disini tidak kuasa lagi dia mempercepat
gerakannya, dia merasa kenapa dirinya tidak bersayap.
Thian Pian siauw cu yang ada dibelakang nya sewaktu
melihat dia mempercepat gerakannya diapun lantas ikut
menambahi beberapa bagian tenaga, tetapi mana dia orang
bisa menangkan pemuda itu " hanya di daiam sekejap saja Ke
Hong sudah ke hilangan ba yangan dari Liem Tou.
Melihat kejadian itu Thian Pian siauwcu lantes lertawa geli.
"Pokoknya di dalam ilmu meringankan tubuh aku sudah
memperoleh kemenangan, sekalipun sewaktu kembalinya kau
lebih cepatpun tiada gunanya " demikian pikirnya di hati.
Bukannya mempercepat langkahnya dia sengaja malah
memperlambat gerakannya bahkan terakhir selangkah demi
selangkah berjalan, jelas dia ingin menunjukkan sifatnya yang
amat keren Bagaikan berkelebatnya segulung angin dengan cepatnya
Liem Tou sudah berada kembali di puncak pertama, dia bisa
melihat di atas puncak sudah diperuhi dengan sinar golok dan
bayangan pedang yang menyilaukan mata ternyata para
Toosu dari Bu tong pay dengan meminjam kesempatan
sewaktu Thian Pian Siauw cu lagi mengadu kecepatsn dengan
Liem Tou mereka mengerahkan ilmu barisan Ngo Heng Pek So
Tinnya untuk mengurung si penjahat naga merah serta Thiat
Bok Thaysu untuk membalaskan dendam bagi Ciangbunjien Leng Cing Ci.
Tetapi pada saar ini di atas puncak sudah menggeletak
berpuluh puluh sosok tosu Bu-tong-pay. toya yang ada
ditangan Ciat Siauw Thaysu dari Siauw lim pay diputar
sedemikian rupa sehingga beruhah menjadi segulung sinar
keputih-putihan sedang sepatang pedang dari Heng San Jie Yu
dimaainkan dengan kencang membuat angin serangan
menderu-deru. Walaupun begtu mereka tidak berani terlalu dekat dengan
badan si penjahat naga merah serta Thiat Bok Thaysu,
agaknya mereka merasa tidak terlalu mantap untuk
melancarkan serangannya. Sebaiknya si penjahat nata merah serta Thiat Bok Thaysu
sendiri dengan tenangnya berdiri di atas puncak, mereka sama
sekali tidak tertarik oleh keributan dari para toosu-toosu itu
bahkan serangannyapun dilancarkan kadang kadang saja.
Pada saat ini para toosu dari Bu tong pay lagi membentuk
barisan Hauw Heng Tin dan berputar tiada henti hentinya
bagaikan roda mendadak terdengar Ciat Siauw Thaysu dari
Siauw lim pay itu membentak keras, toyanya dengan
menggunakan jurus "HengSauw Cian Cin" melancarkan
serangan ke depan. Toyanya dengan membentuk satu rentetan sinar yang
menyilaukan mata dengan amat dahsyat menghajar kepala si
penjahat naga me rah serta Thiat Bok Taysu.
Bersamaan waktunya pula Heng San Jie-Yu mengetarkan
pergelangan tangannya dan memainkan dua gunung bunga
bunga pedang bagaikan kilat cepatnya nenyambar tubuh ke
dua orang tersebut. si penjahat naga merah segera meraung keras.
Bajingan tua kau sudah tidak ingini nyawamu lagi ?"?"'
Bentaknya dengan keras. Terhadap datang serangan toya serta sepasang pedang itu dia
sama sekaii tidak ambil gubris hanta dengan Sepasang


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya disambuntnya serangan tersebut disertai segulung
angin sambaran yang amat keras sekali.
Agaknya Ciat Siauw Thaysu sudah mengadakan persiapan
terlebih dulu, mereka bertiga segera memencarkan ke
samping menghindarkan diri dari sambaran angin pukulan dari
si penjahat naga merah itu.
setelah itu dengrn mengikuti gerakan tersebut tubuhnya
berputar. Mereka bertiga dengan menggunakan jurus Im Sauw Cing
Thian" atau menyapu mega membersihkan langit dan Cing Im Jut Siauw
atau mega bersih muncul digunung serta "Ingg Lok Peng Sah" atau burung
bangau terbang di pasir bersama sama melancarkan serangan ke arah Thiat
Bok Tnaysu dengan kecepatan yang luar biasa.
Walaupun Thiat Bok Thaysu selama ini selalu waspada
tetapi tak sempat pula untuk raengeluarkan ilmu jari Hek Khie
Cie Toknya. Terpaksa ujung jubahnya dikebut ke depan diikuti tubuhnya
meloncat ke samping untuk menghindar.
Tetapi waktu sudah agak terlambat ?"Sreeet . . . !" dengan
disertai suara yang nyaring jubahnya sudah berhasil dibabat
robek oleh sambaran pedang Loo jie dari Heng san Jie Yu.
Thiat Bok Thaysu jadi teramat gusar, dia menjerit keras
laksana pekikan serta jeritan setan.
Sesosok bayangan hitam dan kurus bagaikan kilat cepatnya
meloncat ketengah udara lalu melancarkan serantan dahsyat
dari atas. Ciat Siauw Thaysu maupun Heng San Jie Yu merupakan
seorang ciangbunjin dari satu partai besar dan merupakan
jago jago berkepandaian tinggi pula, sudah tentu mereka
mengerti akan kelihayan dari serangan tersebut.
Dengan serentak ujung kakinya menutul permukaan tanah lalu
meloncat mundur sejauh tiga depa ke belakang.
Thiat Bok Thaysu mana mau menyudahi sampai disitu saja,
sekali lagi dia membentak keras, tubuhnya bersalto di tengah
udara sedang kesepuluh jarinya dipentangkan lebar lebar lalu
menerjang ke arah Lie Loo jie dari Heng san Jie Yu.
Loo-toa dari Heng san Jie Yu serta Ciat Siauw Thaysu terburu
buru menyingkir kesamping lalu bersama sama menggerakkan
toya serta pedangnya menerjang punggung Thiat Bok Thaysu.
Loo jie cepat menyingkir, hawa beracun dari setan tua ini
sangat lihay dan jangan sampai terkena badanmu" teriak
mereka berbareng. Loo jie dari Heng san Jie Yu ini sudah tentu mengetahui
keadaan yang berbahaya, bewa murninya segera disalurkan
keseluruh tubuh kemudian meloncat mundur dua kaki jauhnya
dan dengan tepat berhasil menghindarkan diri dari serangan
hawa beracun itu. "Serbu !" teriaknya kemudian sambil mengulapkan tangannya.
Para toosu dari Bu tong pay bersama sama lantas membentak
keras, barisan pun segera berubah menjadi gaya burung
bangau dengan membagi menjadi tiga jurusan menyerbu ke
depan sehingga mirip sekali dengan cakaran burung bangau
dengan paruhnya. Hanya di dalam sekejap saja si penjahat naga merah serta
Thiat Bok Thaysu sudah terkuruug di tengah tengah kalangan,
serangan pedang bagaikan titiran air hujan dengan gencarnya
menghajar tubuh kedua orang itu.
Kiranya ilmu jari beracun "Khie Tok Cio" dari Tiat Bok Thaysu
ini masih belum berhasil dilatih hingga mencapai pada puncak
kesempurnaannya, setiap kali setelah melancarkan pukulan
dengan hawa beracui, maka dia harus tarik kembali terlebih
dahulu hawa itu kemudian baru bisa digunakan lagi.
Pada mulanya semua orang masih tidak mengerti akan hal ini
sehinggi ada bsberapa orang Toosu terkena pukulan
beracunnya tetapi setelah titik kelemahannya ini ditemukan
cara bertempurpun lantas berubah. " Dengan Ciat Siauw
Thaysu serta Heng san Jie Yu yang memancing pukulan hawa
beracun dari Thiat Bok Thay&u kemudian para Toosu toosu
dari Bu tong pay ini menggerakkan barisannya maju bersama
sama. Dengin gerakan dari mereka ini hawa tersebut segera
memperoleh hasil yang lumayan seketika itu juga si penjahat
naga merah serta Thiat Bok Thaysu dibuat kalang kabut tidak
ada ujung pangkalnya. Mereka berdua segera membentak gusar tubuhnya dengan
gaya burung bangau menerjang ke langit meloncat setinggi
tiga kaki, baru saja mereka bermaksud untuk melayang ke
luar dari kepungan para toosu toosu itu mendadak terdengar
suara bentakan yang amat nyaring dari salah seorang toosu
toosu But tong pay itu. "Tiang Hong Cian Jien atau pelangi merah menutupi sang
surya! . Mendengar suara bentakan itu para toosu toosu dati Bu tong
pay segera berteriak kerras, berpuluh puluh bilah pedang
bersama sama disambitkan ke arah si penjahat naga merah
serta Thiat Bok Taysu. Untuk beberapa saat lamanya seluruh angkasa sudah dipenuhi
dengan sinar pedang yang berkilauan meausuk mata, dan
bagaikan air bah menerjang kearah kedua orang itu.
Liem Tou yang melihat kejadian yang luar biasa ini diam diam
merasa tercengang juga pikirnya.
"Para toosu toosu dari Bu tong pay sudah menggunakan jurus
menyambit pedang. agak nya mereka benar benar hendak
mengadu jiwa dengan si penjahat naga merah serta Thiat Bok
Taysu". Thiat Bok Taysu tidak malu disebut sebagai susiok dari si
penjahat naga mereh walaupun berada di dalam keadaan
yang benar benar kepepet dan didesak oleh curahan peiang
laksana titiran air hujan hatinya tidak
menjadi kacau. "Sutit hati hati menghadapi musuh, jangan gugup atau
bimbang !" teriaknya dengan keras.
Tubuhnya sendiri lantas menekuk bagaikan busur, tanpa
sedikitpun gugup tangannya melancarkan cengkeraman
sedang kakinya menendang ke depan, seketiki itu juga pedang
pedang yang menghajar badannya berhasil dipatahkan tiada
bekasnya. Sebaliknya si penjahat naga merah tidak sempat untuk
menghindarkan dan kaki lenngannya sudah tertancap dua
bilah pedang untung saja hanya luka di kulit saja sehingga
tidak membahayakan. Dengan terburu buru mereka berdua sama sama
menggerakkan badannya ke samping, dan akhtrnya berhasil
juga meloncat sejauh lima kaki dari tengah kalangan
pertempuran. Kini para toosu toosu dari Bu-tong Pay sudah pada kehilangan
pedangnya, untuk memungut kembali pun tidak sempat lagi.
Thiat-Bok Thaysu serta si penjahat naga merah melancarkan
serangan secara mendadak hatinya terasa berdebar amat
keras untuk selamatnya mereka lantas mengundurkan diri ke
belakang. Kesempatan yang amat bagus ini oleh Thiat Bok Thaysu serta
si penjahat naga merah mana suka dilepaskan dengan begitu
saja, terdengar si penjahat naga merah membentak keras dan
mencabut keluar cambuk naga merah yang paling diandalkan
olehnya. Sebaliknya Thiat Bok Thaysu membentak keras, sepasang
telapak tangannya segera berubah jadi menghitam. sambil
memutar tubuhnya dia melancarkan serangan menghajar
toosu toosu Bu long pay yang ada di paling depan
Liem Tou yang melihat mereka berdua hendak mulai
melakukan pembunuhan secara besar besaran sudab tentu
tidak mau berpeluk tangan terus, terdengar dia tertawa ringan
ujung kakinya segera menutul permukaan tanah dan meloncat
ke depan Thiat-Bok Thaysu maupun si penjahat naga merah,
telapak tangannya disilangkan di depan dada siap siap
menghadapi sesuatu. Hey penjahat naga merah. Thiat Bok -Hweesio untuk
semantara kalian jangan keburu menurunkan tangan jahat
dulu," teriaknya, "Tunggu saja setelah aku berhasil pukul mun
dur Ke Siauw cu di dalam tiga kali pertandingan kita baru
melanjutkan kemtali pertempuran ini.
Ciat Siauw Thaysu yang melihat Liem Tou menghadang
didepan mereka berdua dalam hati segera mengatahui kalau
dia khusus datang menolong dirinya, karena itu dia lantas
ulapkan tangannya mengundurkan para toosu yang mulai jadi
kocar kacir itu. Si penjahat naga merah yang melihat Liem Tou menghalangi
gerakan mereka dalam hati jadi merasa amat gusar.
"Liem Tou !" makinya dengan jengkel. ' Terang terangan
kematian dari para toosu-toosu bau sudah ada didepan mata
kau sengaja menghalanginya, kenapa tidak berdiri jauh jauh
saja menonton pertempuran ini dan justeru pada saat ini
munculkan diri " Kau bangsat cilik, anak anjing cucu kura kura. . . anak
jadah . . ." Haa . . .haa . . haa . . bajingan tua penjahat naga
merah kau pun kenapa tidak berpikir " Kenapa seorang
ciangbunjien yang tidak ada salahnya dengan dirimu sudah
kau bunuh mati " Bilamana kesalahan ini ada ditangan mereka
sudah tentu aku tidak akan menolong, tetapi sekarang . . apa
kau suruh aku menolong dirimu untuk menghajar para toosu
dar Bu tong pay ?" seru Liem Tou sambil tertawa terbahak
bahak. Pada saat itulah Thian Pian siauw cu sudah tiba, Liem Tou
yang melihat munculnya orang itu dan teringat pula akan
kemenangannya yang diperoleh dengan menggunakan akal
licik. air mukanya segera berubah amat keren,
terhadap si penjahat naga merah serta Thiat Bok Taysu, lantas
bentaknya dengan keras: "Kalian berdua tak usah banyak bicara lagi, kaiau ada hutang,
mau ditagih ayoh cepat dikumpulkan, menanti setelah aku
menyelesaikan pertandingan ini dengan Ke Siauw cu kita
berbicara kembali". Sehabis berkata telapak tangannya segera didorong kedepan,
segulung hawa pukulan yang amat keras dengan cepatnya
mendesak ke arah kedua orang itu membuat si penjahat naga
merah serta Thiat Bok Thaysu jadi kelabakan dan mundur ke
samping, dengan gemasnya mereka melototi diri Liem Tou
serta Thian Pian Siauw cu yang sudah berhedapan.
Saat ini orang orang yang ada di atas puncak pada kepingin
mengetahui bagaimanakah kesudanan dari pertandingan tadi,
tetapi mereka pun cuma bisa melihat dari perubahan air
mukanya saja. Sewaktu melihat air muka Thian Pian si-uw cu tenang-tenang
saja bahkan tersungging satu senyuman sebaliknya wajah
Liem Tou' berengut membuat orang itu jadi merasa
keheranan. Dengan demikian merekapun segera mengetahui ada sepuluh
bagian Thian Pian Siauw cu sudah memperoleh kemenangan
akhirnya merekapun pada berpikir dengan cara pemikiran
yang lain. Yang paling murung adalah Lie Siaw Ie serta gadis cantik
pengangon kambing sedang yang paling giraag sudah tentu si
penjahat naga merah serta Thiat Bok Thaysu jelas sekali
mereka merasa amat girang karena Liem Tou yang memiliki
kepandaian ilmu silai tinggi tetapi di dalam ilmu meringan
tubuh sudah jatuh kecundang di tangan Thian Pian Sauw cu
Lie Loo jie yang masih duduk bersila di atas tanah walaupun
ukanya belum sembuh tetapi hatinya merasa amat kuatir
terhadap menang kalahnya Liem Tou Dengan perlahan dia
membuka matanya lalu tanyanya kepada si gadis cantik
pengangon kambing dengan suara yang perlahan.
"Pertandingan pertama siapa yang sudah memperoleh
kcmenangan ?" 'Jika dilihat air muka engkoh Liem agaknya
pertandingan kali ini dia sudah menemui kekalahan di tangan
Thian Pian Siauwcu ! jawab si gadis cantik pengangon
kambing seperti apa yang telah terjadi
Mendengar perkataan tersebut Lie Loo-jie jadi melengak.
"Bagaimana mungkin bisa begini " gumamnya seorang diri.
"Tentang diri Ke Hong aku sudah mengeta huinya dengan
amat jelas, ilmu meringankan tubuhnya tidak bisa melebihi diriku
bagaimana dia bisa mempeioleh kemenangan dari Liem Tou ?"
Dia lantas memejamkan matanya untuk berpikir keras,
walaupun begitu tetapi tidak terpikirkan juga olehnya apa
sebabnya ha1 ini bisa terjadi.
Saat itulah Liem Tou sudah menjerit keras ;
"Pertandingan babak pertama aku sudah menemui kekalaban
karena terkena siasatmu yang licik, pertandingan babak kedua
ini adalah mengadu Ilmu pukulan, dapatkah kau mencarikan
satu cara yang paling sempurna?"
'Pertandingan babak pertama aku sudah berbasil kalahkan dia,
bilamana babak kedua ini pun aku bisa menang maka babak
ke tiga tidak usah dipertandingkan lagi," pikir Thian Pian
Siauw cu di daiam hati. "Tetapi ilnu pukulannya lihay dan bisa menjagoi seluruh
kolong langit, bila tidak menangkan dirinya dengan
menggunakan akal babak ini tidak mungkin bisa."
Dia berdiam diri termenung beberapa saat lamanya,
mendadak pikirannya jadi terang dia sudah memperoleh satu
cara yang amat bagus sehingga membuat hatinya iadi amat
girang. "Haaa ...haa.. .Liem Tou!" teriaknya sambil tersenyum."
Aku sudah memperoleh satu cara untuk menjajal ilmu
pukulan, cuma saja entah kau berani menerimanya atau
tidak." Ke Siauwcu. asalkan kau sudah memperoleh satu cara sudah
tentu Cayhe akan melayaninya " Seru Liem Tou tidak berpikir
panjang lagi. "Heee . . . heee . . . apa sungguh sungguh perkataanmu itu"
kalau sudah kau Lcapkan jangan menyesal lagi lho" ejek Tnian
Pian siauw cu sambil tertawa licik. " "Ke Siauw cu, aku Liem
Tou adalah seorang lelakt sejati perkataan yang sudan
diucapkan berat bagaikan gunung, kapan aku pernah
menyesal ?"

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Merdengar perkataan itu Thian Pian Siauw cu segera tertawa
terbahak bahak dengan nyaringnya dengan perlahan dia
bungkukkan badannya memungut sebuah batu cadas yang
besarnya ada satu kepal kemudian diayun-ayun kan diatas.
"Liem Tou, mari kita bertandingan untuk melemparkan batu
cadas ini ke depan, siapa yang leoih Jauh siapa yang menang
sudah tenaga pukulan yang terjauhlah yang paling kuat,
bagaimana kalau kita gunakan cara ini saja" adil dan tak
sampai melukai orang.. . , heee . . . heee . .. bukankah sangat
bagus?" katanya sambil tertawa.
Mendengar caranya itu Liem Tou jadi melengak dibuatnya,
untuk beberapa saat lama-nya ia tak dapat mengucapkan
sepatah katapun, keningpun sudah dipenuhi dengan keringat
dingin. "Hmmm ! bajingan tua ini sungguh licik se kali." Pikirnya di
hati dengan perasaan gemas. "Terang terangan dia
mengetahui dirinya tidak akan menangkan tenaga pukulan
diriku sekarang sudah pikirkan satu cara
yang begitu liciknya ... diluarnya menang kelihatannya siapa
yang jauh melemparkan batu itu dialah yang memiliki tenaga
dalam paling sempurna, padahal yang sebetulnya mana lagi
bertanding ilmu pukulan"
terang-terangan dia mengajak aku mengadu seluruh
tenaga sendiri ditambahi keahlian untuk menyambit. bilamana
keadaannya tidak tepat dan tak bertenaga besar untuk
melemparkan batu itu ke tempat yang lebih jauh bukankah
babak inipun aku bakal memperoleh kekalaban"'
Berpikir sarr pai disini Liem Tou benar benar merasakan
hatinya seperti dibakar. tak kuasa lagi dia lantas bertertak :
"Ke Siauw cu kau binatang licik ! itukah caranya pertandingan
tenaga pukulan" Hmm terang terancan permainan kanak
kanak kau anggap sebagai permainan orang dewasa !"
Tbian Pian siauw cu mengerti krlau Lien Ton tidak punya
pegangan untuk rebut kemenangan, dia semakin bangga lagi.
"Hara ... H aaa . . . Liem Tou, melempa batu memang
benar permainan dari bocah cilik, tetapi bisa juga digunakan
sebagai cara untuk bertanding ilmu pukulan, bagaimana kau
merasa manyesal dengan cara ini" ejeknya sambil tertawa.
Liem Tou segera merasakan seluruh tubuhnya gemetar
amat keias. "Aduh celaka pikirnya. Bilamana babak ini aku menemui
kekalahan lagi, maka aku harus pegang janji. sekali pun tidak
mati aku pun tidak punya muka untuk bertemu muka dengan
orang lagi" Tidak terasa lagi hatinya jadi merasa se makin tegang, tapi dia
sudah menyanggupi orang lain dan kini tidak mungkin disesali
kembali, terpaksa sambil keraskan kepala teriaknya dengan
keras. "Ke Hong, aku sama sekali tidak menduga kalau kau adalah
seorang manusia licik yang tidak tahu malu. Aku Liem Tou
kalau memangnya sudah menyanggupi dirimu sudah tentu
tidak bakal merasa menyesal. ayoh sekarang kau boleh turun
tangan terlebih dulu!"
"Sekali lagi Thian Pian siauw cu tertawa terbahak bahak.
"Haa . .baa , , Liem,,Tou! kalau begitu kau pun boleh
memungut batu yang sama besarnya aku takut setelah aku menggunakan batu
sebesar kepalan ini untuk menyambit ke tempat jauh sekalinyt nanti
kau menggunakan batu yang kecil untuk main curang itu kan
jadinya tidak bagus bersamaan pula kita harus mencari seorang sebagai saksi
untuk melihat seberapa jauh batu kita masing masing pihak
terakhir jatuh." Liem Tou tidak bisa berkata apa apa lagi terpaksa dia
memungut pula sebuah batu sebesar apa yang diambil oleh
Thian Pian-siauw cu setelah itu baru menggape ke arah Lie
Siauw Ie serta si gadis cantik pengangon
kambing. Jilid: 32 Kedua orang dara itu lantas menyahut dan maju kedepan.
Liem Tou lantas memberi pesan beberapa patah kata
kepadanya akhirnya si gadis cantik pengangon kambing
mengundurkan diri ke samping ayahnya untuk melindungi
keselamatan dari Lie Loo jie sedangkan Lie Siauw Ie bertindak
sebagat saksi. Lie Siauw Ie serta si gadis cantik pengangon kambing yang
mendengar Tbian Pian siauw cu hendak menggunakan cara ini
untuk bertanding dalam hati merasa amat kuatir sekali buat
diri Liem Tou, air muka mereka berubah semakin tegang.
pertandingan yang berada diluar ilmnu silat ini siapa pun tiada
yang merasa punya pegangan untuk memenangkannya.
Padahal Thian Pian Siauw cu sendiripun tidak punya
pegangan yang kuat untuk menangkan pertandingan ini, cuma
saja dia yang mengerti babak kedua pasti akan menemui
kekalahan lantas memikirkan sstu cara, yang unik bersamaan
pula diapun sudah menang satu kali sekalipun babak ini
menemui kekalahan di tangan Liem Tou dia masih punya satu
kesempatan terakhir untuk menangkan Liem Tou, karenanya
dia tidak merasa begitu tegang seperti diri Liem Tou.
Tangannya segera digape, mendadak dari sisi puncak
meloncat keluar seorang bocab cilik berbaju putih yang
meloncat ke samping Liem Tou dan Siauw Ie. Bocah cilik ini
juga bertindak pula sebagai saksi.
Lie Loo jie sendiripun merasa keringat dingin mulai mengucur
keluar membasahi seluruh tubuhnya. Walaupun dia terluka
tetapi dengan paksakan diri berdiri juga untuk menonton
pertandingan itu. Pertandingan dimulai dengan Thian Pian siauw cu yang
menyambit semua orang melihat dia mencocokkan tempat
serta tenaganya dahulu kemudian dengan menimbulkan
desiran yang amat keras batunya dengan sangat tepat sekali
melayang sejauh dua ratus tindak.
Dia merasa amat puas sekali dengan hasil yang didapatkan
ini, dengan pandangan mengejek dia memperhatikan diri Liem
Tou lalu tertawa dengan kerasnya.
Haaa . . . haaa . . . sekarang giliranmu serunya
Dengan termangu mangu Liem Tou memandang batu sebesar
kepalan yang ada ditangannya dia merasa tidak punya
pegangan untuk menangkan diri Thian Pian siauw cu, tetapi
lemparan ini akan menentukan nasib selanjutnya.
Liem Tou benar benar merasa amat tegang keningnya sudah
penuh dibasahi oleh peluh yang menetes keluar dengan amat
derasnya, sewaktu dia hendak melemparkan batunya itulah
tiba tiba . . . . ' Tahan!" terdengar Lie Loo jie membentak keras.
Setelah itu dengan langkah yang sempoyongan dia berjalan
mendekati diri Lem Tou. "Sutit, hatimu merasa tegang pikiran tidak tenang. bagaimana
bisa lemrar jauh batu ini ?" tegurnya. "Ingat ! menyambit batu
Pedang Kiri 18 Pendekar Gila Karya Kho Ping Hoo Kedele Maut 5
^