Pencarian

Raja Silat 26

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 26


tegak di atas tanah. "Coba kau lihat bukankah aku sudah dapat berdiri?"
Serunya dengan senyum dipaksa.
Siapa sangka baru saja ucapan tadi meluncur keluar
mendadak air mukanya berubah hebat, sepasang lutut
menjadi lemas dan jatuh berlulut kembali diatas tanah.
Liem Tou tidak menyangka dapat terjadi peristiwa ini.
hatinya meresa terperanjat, laksana sambaran angin taupan ia
mencekal tubuh gadis cantik pengangon kambing erat- erat.
"Waen-moay!" teriaknya Keras. "Apa gunanya Kau
menyiksa diri" jangan kau paksakan lagi. baiklah! kau duduk
dan perlahan-lahan mengatur pernapasan. aku akan
menemanimu disini, bila mana perlu aku bisa tolong
membantu dirimu." Sigadis cantik pengangon kambing tahu hal ini tak dapat
dipaksakan, terpaksa hawa murninya disalurkan mengelilingi
seluruh tubuh dan mendesak darah mengalir melewati seluruh
anggota badan terutama kaki dan tangan. Kendati yang
didapat nihil belaka, gadis tersebut hanya merasa empat
anggota badannya seperti bukan menempel dibadannya lagi
semuanya telah menjadi kaku dan rasanya untuk
membebaskan kembali rasa kaku tersebut bukan suatu
pekerjaan yang gampang. Tapi dalam keadaan seperti ini apa
akal" Perlahan sepasang matanya dipejamkan dan dengan
pusatkan seluruh perhatian mulai mengatur pernapasan.
Dalam pada itu perasaan Liem Tou pun jadi tenang
kembali, ia berjongkok dan menggosok keempat anggota
badan gadis pengangon kambing itu perlahan.
Dalam ruangan gelap yang sunyi, mereka berdua benarbenar
merasakan kenikmatan berduaan, hati bertemu hati
menambah tebal rasa cinta dikedua belah insan berlawanan
jenis ini. Lama kelamaan gadis cantik pengangon kambing mulai
merasakan adanya hawa panas yang mulai merembet pada
kaki serta tangannya, sudah tentu Liem Tou pun merasakan
hal ini, tidak terasa lagi hawa murni disalurkan semakin
menebal dan gosokannya pun makin dipercepat.
Mendadak sigadis canrik pengangon kambing merasa
tercium bau kelakian yang menyebar keluar dari tubuh Liem
Tou jantungnya berdebar sangat keras tanpa disadari ia sudah
berhenti menyalurkan hawa murninya mengelilingi seluruh
badan. Perbuatan gadis langsung dirasakan Liem Tou.
"Eeei, apa yang telah terjadi ?" tegurnya.
Hati gadis cantik pengangon kambing tergetar keras, ia
melirik sekejap ke arahnya dengan wajah penuh rasa jengah
ia menunduk, "Aku merasa jauh lebih baikan."
Liem Tau merasa cemas dan ingin sekali ia cepat sembuh,
segera desaknya lebih jauh,
"Coba salurkan kembali hawa murninya jangan berhenti.
Sebentar lagi masih banyak urusan yang harus kita lakukan."
Pikiran yang semula mulai bercabang kini menyatukan diri
kembali, dengan ikuti cara menyalurkan ilmu lwekang menurut
ajaran Toa Loo Tjin Keng si gadis cantik pengangon kambing
mulai berusaha lebih lanjut.
Pada waktu itulah. mendadak ....
Suara demburan air terjun diluar ruangan batu bergema
sangat keras, mendengar suara tersebut Liem Tou hatinya
merasa agak bergerak. 'Bila anggota perkumpulan Sin Beng Kauw menutup pintu batu
ini bukankah aku harus lebih repot lagi untuk keluar dari sini
?" Liem Tou bangkit berdiri kemudian berjalan kemuka dan
periksa pintu batu itu dengan cermat, ia temukan pintu tadi
terbuat amat sempurna, alat rahasia dibalik pinta kokoh kuat
dan susah dirusak. Kembaii hatinya berpikir:
"Jika mereka benar-benar mau datang, biar aku berjaga
disini mereka pasti tak akan berani menempuh bahaya dengan
pertaruhkan nyawa sendiri. biarlah pintu ini terbentang lebar.
meskipun kaucu mereka datang sendiripun belum tentu
dengan mudah bisa menguncinya kembali.
Setelah berpikir sampai disitu ia kembaii kesisi sigadis
cantik pengangon kambing dan bantu menggosoki badannya.
Waktu itu sigadis cantik pengangon kambing pejamkan
matanya rapat-rapat, wajahnya sangat tenang dan cantik,
didalam penglihatan Liem Tou ia sudah pulih dengan
kecantikannya seperti dulu.
Tidak terasa pemuda she Liem ini merasakan hatinya
sangat girang dan bangga.
Siapa nyana dalam pada itulah mendadak air terjun
beracun yang ada diluar gua dengan meninggalkan suara
demikian keras telah berhenti mengalir. dari balik ruangan
pintu itu ia temukan pada dasar lembah banyak terkumpul
bayangan manusia. Ketika itu ada dua sosok bayangan manusia sedang
meluncur datang dengan kecepatan bagaikan kilat.
Liem Tou sangat terperanjat. ia tahu jejaknya telah
diketahui oleh orang-orang perkumpulan Sin Beng Kauw dan
sebentar lagi pertarungan sengit akan berlangsung.
Dengan cepat ia meloncat bangun, dilihatnya kedua
bayangan manusia itu telah berdiri diatas batuan cadas.
mereka sedang merasa curiga dan ragu-ragu terhadap
terbukanya pintu batu tersebut.
Dari posisi letak persembunyiannya Liem Tou .Menang
diatas angin, ia berada ditempat kegelapan dan musuh
ditempat terang, bersamaan pula menurut perhitungannya bila
ini hari dia orang tidak menggunakan tindakan telengas
mungkin selamanya tak akan bisa keluar lagi dari lembah Boe
Beng Kok dalam keadaan selamat.
Oleh sebab itu hawa membunuh mulai meliputi seluruh
wajahnya tanpa banyak berpikir lagi jari tangannya disentil
kedepan, dengan menimbulkan suara desiran tajam kedua
orang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw tadi roboh binasa.
Ilmu sakti To Kong sinkangnya bisa dipancarkan sebentar
kuat sebentar lunak kini yang digunakan adalah tenaga lunak,
tanpa bergerak tanpa berbunyi sedikitpun tidak berwujod
tahu-tahu sudah bersarang ditubuh ke dua orang anggota
perkumpulan yang berdiri diatas batu cadas itu. Tanpa
mendengus lagi kedua orang itu roboh keatas tanah dan
menggelinding masuk kedalam sebuah telaga kecil yang
penuh berisikan air beracun.
Suasana kontan jadi gempar, seluruh anggota perkumpulan
Sin Beng Kau yang ada disana pada berteriak-teriak dan
suasana berubah sangat ramai.
Buru-buru Liem Tou berpaling kearah sigadis cantik
pengangon kambing. "Wan moay !" serunya. "Apakah kau sudah pulih kembali
seperti sedia kala " Mau keluar inilah saat yang paling bagus."
Mungkin pada saat ini si gadis cantik pengangon kambing
sedang berada pada saat-saat kritis, matanya dipejamkan
rapat-rapat badan tak berkutik dan mulut membungkam.
Melihat kejadian tersebut walau dalam hati Liem Tou
merasa amat gelisah. tapi ia tidak mendesak lebih jauh. Ia
berpaling dan melalui celah-celah baru mengintip semua
gerak-gerik anggota Sim Beng Kauw yang ada diluar.
Tampak olehnya didasar lembah yang kecil pada saat ini
telah kedatangan puluhan orang anggota perkumpulan
diantaranya banyak sekali merupakan jago-jago tua.
Kembali Liem Tou berpikir.
"Kemungkinan besar kebanyakan orang-orang ini
merupakan sisa-sisa pengikut si Hweesio tujuh jari "Tjhiet Tji
Tauw-tou" tempo dulu setelah ini hari berjumpa dengan diriku,
aku harus berusaha bagi orang-orang Bu-lim untuk membasmi
habis mereka ini." Waktu itu ada puluhan orang anggota Sin Beng Kauw yang
wataknya rada berangasan mulai pentang mulut mencaci
maki. "Eei, Liem Tou ! Yang berada didalam apakah betul Liem
Tou si cucu kura-kura " Ayoh cepat keluar dan beradu
kepandaian dengan kami."
Liem Tou tak kuasa menahan diri lagi, Ia mendongak dan
tertawa terbahak-bahak. "Selama beberapa waktu ini aku masih suka berada
sebentar disini. Jika kalian punya nyali ayoh majulah !"
Tiga orang anggota tua berdiri membanjar dibawah
lembah, kuda-kuda mereka sangat kuat dan dengan penuh
perhatian sedang memperhatikan kearah dalam gua.
Setelah melihat munculnya Liem Tou dan tak tahu kapan
pemuda itu akan melancarkan serangannya mereka semakin
waspada. Jarak pintu batu dengan kawanan jago hanya terpisah lima
tombak Liem Tou lalu dengan tenaga lweekangnya jarak
sebegitu masih bisa dicandak, diam-diam dia berpikir:
"Kenapa aku tidak turun tangan dari sini dan melukai dulu
satu dua orang diantara mereka ?"
Setelah mengambil keputusan ia mulai menggembor keras;
"Aku nasehati dirimu lebih baik cepat-cepat meninggalkan
tempat ini, panggil saja kauwcu kalian, kamu semua bukan
tandingjnku." "Hmm! Liem Tou kau jangan mengibul terlalu besar." teriak
salah seorang seraya memaki kalang kabut. "Jika kau betulbetul
punya kepandaian kenapa tidak berani meloncat turun"
buat apa kau sembunyi terus disana seperti cucu kura-kura ?"
Mendengar kiri kanan memaki dirinya sebagai cucu kurakura.
Liem Tou tak dapat menahan rasa gusar dihatinya lagi.
"Kalian berhati-hatilah aku segera datang," bentaknya
keras. Suasana menjadi tegang, setiap pasang mata dari anggotaanggota
perkumpulan Sin Beng Kauw bersama-sama dialihkan
ke arah pintu batu, Padahal Liem Tou mana mau meloncat
turun pada keadaan seperti itu, melihat sikap mereka ia
merasa gelisah sendiri. Setelah menanti beberapa saat para anggota perkumpulan
Sin Beng Kauw belum juga melihat Liem Tou munculkan diri,
tanpa disadari rasa tegang semakin mengendor. Mereka siap
memaki lagi kalang kabut.
Siapa nyana pada saat itulah mendadak Liem Tou
melancarkan tenaga To Kong Sin-kangnya.
Dua jari dikebaskan berulang kali kedepan dengan
membawa desiran yang tajam serta deruan angin yang
mengerikan melanda kemuka.
Seketika itu juga seorang anggota Sin Beng Kiau yang
berdiri berjajar tiga itu mendengus berat kemudian roboh
binasa. Dan dua orang kakek tua lainnya ketika melihat kejadian
tersebut menjadi sangat terperanjat. sekali loncat mereka
mundur beberapa tombak kebelakang.
Tetapi pada detik itu juga kembali ada tiga orang anggota
Sin Bang Kauw roboh menemui ajalnya, sekalipun begitu
mereka belum juga berhasil melihat bayangan tubuh Liem
Tou. Suasana jadi kacau balau, para anggota perkumpulan
berebutan mundur tiga tombak Kebelakang, dengan demikian
jarak mereka dengan Liem Tou jadi terpaut delapan tombak
lebih. Liem Tou segeta tertawa terbahak-bahak.
"Hahahaha . . . bagaimana " jika punya nyali ayoh jangan
bergerak !" Ilmu jari pemuda she Liem ini luar biasa dahsyatnya, orang
yang kena tertotok rata-rata terhajar jalan darah kematiannya,
mereka berbaring diatas tanah seperti mati sedang para
anggota lainnya tidak berani maju mendekat untuk memberi
pertolongan, mereKa memandang kawan-kawannya dengan
mata terbelalak. Pada waktu itulah mendadak salah seorang diantara
anggota perkumpulan Sin Beng Kauw berteriak keras;
"Kepandaian silat Liem Tou terlalu lihay tak mungkin
mengalahkan dirinya Cepat lepaskan kembali air terjun
beracun itu. Menanti kawanan telah tiba kita baru bergebrak
kembali." Hati Liem Tou kontan tergetar. pikirnya;
"Bila mereka sungguh-sungguh alirkan air beracun itu lagi,
persoalan akan jadi repot."
Tapi ingatan baik segera berkelebat dalam benaknya,
mendadak ia mendongak dan tertawa terbahak-bahak. "Heee,
heee, heee, setelah aku bisa masuk kebalik air terjun ini, apa
yang perlu aku takuti dalam meloncat keluar dari sini " Apa
gunanya kalian banyak bekerja ?"
Cuma, sekalipun diluarnya ia bicara demikian semua
perhatiannya telah dipusatkan untuk memperhatikan seluruh
tindak tanduk mereka, mendadak ia temukan seorang anggota
perkumpulan dengan langkah buru-buru bergerak menuju
kesebelah kiri tebing gunung.
Kesempatan baik hampir lewat, buru-buru Liem Tou
menoleh dan melirik sekejap kearah sang gadis, melihat ujung
bibirnya tersungging satu senyuman manis ia lantas tahu bila
hasil yang diinginkan sudah hampir tercapai. sebentar lagi ia
bakal pulih Kesehatannya dan meloncat keluar dari tempat itu.
Ia punya rencana setelah keluar dari gua tadi, sedikitdikitnya
ia akan pukul hancur perkumpulan Sin Beng Kauw itu
agar mereka tak dapat bertingkah lebih jauh.
Pada saat ia berpaling itulah, anak murid Sin Beng Kauw
tadi sudah tiba ditebing sisi kiri. ia tahu disitulah letak alat
rahasia itu menerjunkan air beracun,
Sekalipun Liem Tou hendak menunggu hingga orang itu
siap turun tangan memencet tombol dan diketahui letak kunci
tersebut ia baru turun tangan.
Tidak terasa hatinya ikut merasa tegang, tapi suara tertawa
datang bergema tiada hentinya.
Ilmu To Kong Sinkang sudah lama dipersiapkan, menunggu
orang itu mulai mengeluarkan tangannya memencet dinding
tebing, tiba-tiba Liem Tou membentak keras, segulung asap
hijau laksana sambaran kilat meluncur keluar. Saking cepatnya
sehingga susah diikuti dengan pandangan mata.
Ketika tubuh Liem Tou sudah meeyelusup tiga tombak
kemuka, serangan jari baru dilepaskan hal ini dilakukan
justeru karena takut serangannya salah arah dan sebaliknya


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malah menggerakkan alat rahasia.
Segulung angin pukulan bagaikan sebilah pedang tajam
menghujam punggung orang itu.
Anggota Sin Beng Kauw tadi dapat mengetahui letak alat
rahasia air terjun beracun tersebut. jelas kedudukannya dalam
perkumpulan tidak rendah, kepandaian silat yang dimiliki pun
bukan ilmu silat sembarangan.
Ketika ia merasakan datangnya desiran tajam dibelekang
tubuh, daya tangkapnya sudah merasakan, badannya dengan
sebat menyingkir kesamping dan tangannya bergerak kearah
tombol alat rahasia sama sekali tidak ditarik kembali, ia
melanjutkan maksudnya. Melihat orang itu berhasil meloloskan diri dari datangnya
serangan dahsyat itu, Liem Tou jadi melengak, bersamaan itu
pula rasa gusar metmuncak dalam hatinya.
Telapak kiri digetarkan kemudian dibabat keluar. ia sudah
mengeluarkan jurus dahsyat 'Ngo Tji Tji Hwie" atau Lima Jari
Terbang Bersama' yang termuat dalam kitab pusaka "To Kong
Po Liok." Dan kelima jari tangan kirinya pada saat yang berbareng
meluncur keluar desiran angin tajam satu tombak
d'sekelilingnya segera terkurung didalam kurungan angin
pukulannya. Pada waktu itu jari orang tadi sudah berada tiga
cun diatas tombol rahasia mendadak merasakan datangnya
angin serangan buru-buru badannya menyingkir kesamping
dengan gerakan yang sebat.
Tetapi, ia masih belum sanggup lolos dari cengkeraman
Liem Tou. "Aduuuh !" diiringi jeritan keras. kakinya menjadi lemas dan
badannya roboh ketanah. Pada saat yang bersamaan Liem Tou sudah melayang
ketengah udara,. telapak tangannya ditekan semakin kedepan.
Kontan jiwa orang itu melayang seketika itu juga.
Pada waktu itulah ia temukan orang yang baru saja ia
bunuh barusan bukan lain adalah seorang anggota Sin Beng
Kauw yang pernah mengerubuti supeknya Lie San sewaktu
berada digunung Tjing Shia tempo dulu.
Semalaman beruntun Liem Tou telah membinasakan
belasan orang, kini ia makin tidak perduli segala urusan lagi
sembari putar badan mendadak ia menubruk kearah
gerombolan anggota perkumpulan Sin Beng Kauw itu.
ngin pukulan jari memenuhi angkasa, dalam keadaan kacau
balau para anggota Sin Beng Kau muntah darah dan roboh
bergelimpangan diatas tanah,
Mendadak dari kejauhan berkumandang datang suara
suitan keras yang memecahkan kesunyian ditengah malam
buta itu, suaranya amat seram dan menggidikan hati
membuat bulu roma semua orang pada bangun berdiri.
Mendengar Suitan tersebut Liem Tou merasa sangat
terperanjat pikirnya: "Siapakah yang telah memperdengarkan suara suitan
sangat nyaring ini?"
Tidak sempat berpikir panjang lagi, sekali enjotkan badan
ia balik ke dalam ruangan batu itu Kebetulan si gadis ecntik
pengangon kambing itu sedang bangkit dan berdiri disana
dengan wajah termangu-mangu.
Si gadis cantik pengangon kambing merasa tertegun, sebab
ia merasa terharu harus berpisah dengan ruangan batu yang
telah di diami hampir mencapai satu tahun lamanya.
Karena dalam hati Liem Tou saat ini masih ada urusan, ia
tidak perduli urusan tetek bengek tersebut. Sembari menarik
tangannya buru-buru serunya ;
"Apa gunanya kau berdiri tertegun disini " Sudah sembuh
belum ?" Si gadis cantik pengangon kambing mengangguk, saking
girang dan terharunya tak tertahan ia merangkul tubuh
pemuda itu erat-erat, "Oouw, engkoh Liem, kau sungguh baik
sekali. . ." Kena dipeluk gadis tersebut erat-erat, segulung bau harum
yang tersiar keluar dari badan gadis perawan membuat
jantung berdebar sangat keras, ia balas memeluk tubuh gadis
cantik pengangon kambing dan mencium pipinya yang halus
dengan penuh bernapsu. "Oouw adik Wan! akhirnya aku berhasil menolong dirimu!"
serunya tiada henti. Gadis cantik pengangon kambing memeluk pemuda itu
semakin erat, sedikitpun ia tidak menunjukkan kelemahannya.
Dalam pada itu suara suitan nyaring yang menembusi
angkasa kembali berkumandang tajam, Liem Tou segera
tersadar kembali dari alunan api asmara.
Ia mendengar setelah suitan tadi berlalu gelak tertawa
yang gegap gempita menyusul datang.
Begitu mendengar gelak tertawa tersebut mendadak air
muka Liem Tou berubah besar, ia merasa sangat kenal
dengan suara tadi, karena dia bukan lain adalah Pouw Sauw
Ling, Suitan nyaring tadi pasti diperdengarkan oleh Oei Poh kata
Siauw Giok Tjing pun kembali berkelebat dalam benaknya.
"Bila ia menemui sesuatu hal yang diluar dugaan, aku akan
cari kau untuk dimintai pertanggungan jawabnya.
Dengan hati gelisah Liem Tou Cekal pergelangan gadis
cantik pengangon kambing erat-erat lalu ditariknya keluar.
"Wan moay, cepat keluar, jangan sampai kita kacaukan
urusan." bentaknya keras.
Tidak menunggu jawaban dari gadis itu lagi ujung kakinya
menutul tanah dengan menarik tangan gadis cantik
pengangon kambing mereka berlalu dari sana.
Setibanya didasar lembah, dengan termangu-mangu gadis
cantik pengangon kambing mendongak perhatikan bintangbintang
yang bertaburan dilangit kemudian menghela napas
panjang, karena sudah lama dikurung dalam ruangan gadis ini
merasa begitu bebas begitu leluasa perasaan hatinya.
Lain halnya dengan Liem Tou, ia sama sekali tidak tertarik
dengan hal itu, sembari kerahkan ilmu meringankan tubuh ia
berlari terus menuju kedepan dengan langkah terburu-buru.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki gadis cantik
pengangon kambing berbeda jauh dengan kepandaian
pemuda tersebut. apalagi sudah ada setahun lamanya tak
pernah digunakan, dengan manja gadis itu segera berseru ;
"Engkoh Liem, ada urusan apa toh sehingga kau terburuburu?"
Dalam keadaan seperti ini Liem Tou tiada berminat untuk
menjawab, dalam beberapa kali loncatan ia sudah tiba ratusan
tombak jauhnya. Ia menduga pertarungan sengit antara Pouw Sauw Ling
dengan Oie Poh pasti terjadi di mulut lorong rahasia bahwa
Kauwcu pun tentu ada disana. kalau tidak Oei Poh tak
mungkin bisa menderita kekalahan ditangan Pouw Sauw Ling.
Makin dipikir hatinya semakin cemas. dengan sepenuh
tenaga ia lari kemuka. Sejurus kemudian mereka telah tiba dimulut lorong rahasia,
sedikit pun tidak salah ditempat itu telah berkumpul hampir
ratusan orang anggota Sin Beng Kauw, dan orang-orang itu
bukan lain adalah anggota Sin Beng Kauw yang membawa
tabung bambu ditangan. Tidak salah lagi orang yang sedang melaK-J kan petarungan
seDgit di dalam kepungai orang orang itu bukan laio
adalah O31 Pol serta Pouw Sauw Ling.
Dalam pada itu satu suara suitan tajam yang
diperdengarkan dari balik kurungan makin lama semakin
santar sedang gelak tawa dari Pouw Sauw Ling makin keras.
Tiba-tiba Liem Tou melepaskan cekalan tangan si gadis
cantik pengangon kambing, lalu
bisiknya, "Cepat cari tempat dan sembunyikan diri."
Sembari berseru tubuhnya kembali menerjang sejauh
puluhan tombak kedepan, mendadak ia melihat berkelebat
lewatnya bayangan hijau tapi ia tak mau perduli, dalam sekali
loncatan lagi ia telah tiba dibelakang tubuh anggota-anggota
Sin Beng Kauw. Pada soal itu dari gerombolan orang-orang tersebut
terdengar seseorang berseru dingin;
"Pouw Siangcu, waktu tidak mengijinkan kau
mempermainkan dirinya lagi. cepat bereskan jiwanya."
Mendengar suara tadi berasal dari mulut Sin Beng Kauwcu
itu Boe Beng Tok-su, walau pun dalam hati Liem Tou merasa
terperanjat dalam saat yang bersamaan tubuhnya mencelat
lagi kurang lebih tujuh delapan tombak tingginya ditengah
angkasa. Dari tengah udara ia temukan keadaan di dalam kalangan
yang membuat hawa amarahnya susah dibendung lagi.
Dilihatnya Pouw Sauw Ling dengan menarik cambuk Pek
Kut Piannya sedang mempermainkan Oei Poh, setiap kali ia
tertawa tergelak cambuknva menghajar tubuh orang she Oei
itu satu kali. Keadaan Oei Poh sungguh patut dikasihani, kini ia
telah kehilangan daya tempurnya dia hanya bergulingan di
atas tanah menahan rasa sakit dibadan.
Para auggoia Sin Beng Kau yang mengurung disekeliling
kalanganpun ikut berteriak-teriak memberi semangat buat
Pouw Sauw Ling disamping mengejek simanusia cacad
tersebut. Liem Tou yang ada ditengah udara tak sanggup menahan
diri lagi, setelah berjumpalitan beberapa kali bentaknya gusar;
"Pouw Sauw Ling! ini hari aku tak akan mengampuni dirimu
lagi." Badannya bagaikan kilat menyambar kebawah, menanti
Pouw Sauw Ling serta seluruh anggota perkumpulan Sin Beng
Kauw merasakan datangnya seseorang ditempat itu. Liem Tou
telah berdiri dihadapan manusia she Pouw.
Dalam keadaan seperti ini ia telah melupakan semua katakata
permintaan dari Pouw Djien Tjoei
Pouw Sauw Ling berkaok-kaok kaget, cambuk Pek Kut
Piannya dengan gencar dihantam kedepan. tapi mana
mungkin ia berhasil menahan datangnya serangan tersebut"
Pouw Sauw Ling hanya merasakan lengannya jadi kaku
diikuti tulangnya terasa amat sakit. Serangan yang dilancarkan
Liem Tou barusan telah bersarang pada pundaknya.
Badan sempoyongan. kuda-kuda menjadi gempur. Tak
kuasa lagi badanya mencelat sejauh dua tombak dan roboh
diatas tanah tak berkutik lagi.
Liem Tou tak perduli keselamatannya lagi, sekali loncat ia
sudah mengundurkan Oei Poh
Dalam kurungan anggota Sin Beng Kauw yang demikian
banyaknya, Liem Tou tahu keadaan tidak menguntungkan
dirinya, selagi tubuhnya siap bergerak meninggalkan tempat
itu, Tiba-tiba. . . . "Liem Tou! Kau masih ingin berlalu dari sini?" bentakan
dingin berkumandang memenuhi angkasa.
Sebetum Lim Tou berlalu. Boe Beng Tok-su itu Kauwcu dari
perkumpulan Sin Beng Kauw telah berebut kemuka. Agaknya
ia sudah dibuat gusar hingga mencapai pada puncaknya Saat
ini Sun Tji Si berdiri saling berhadap-hadapan dengan Liem
Tou sambil memandangnya dengan sinar mata dingin.
Terpaksa Liem Lou membatalkan maksudnya untuk
melarikan diri. tapi bagaimana ia harus membereskan Oei Poh
yang terluka " Jika ia harus mengempit Oie Peoh yang terluka sembari
bergebrak melawan Boe Beng Tok-su maka seluruh
kepandaian silatnya tak bisa dikeluarkan semua, kemungkinan
besar ia akan memperoleh kekalahan, dengan demikian bukan
saja dirinya akan rugi bahkan Oei Poh pun bakal menemui
bencana. Tapi jikalau ia lepaskan dirinya keatas tanah, empat
penjuru merupakan anggota Sin Beng Kauw apalagi Oei Poh
tiada bertenaga untuk melakukan perlawanan lagi, hal ini tak
mungkin bisa ia lakukan. Demikianlah Liem Tou mulai terjerumus dalam keadaan
serba susah. Mendadak satu ingatan baik berkelebat dalam
benaknya.ia tertawa. "Kauwcu, sungguh tepat sekali kedatanganmu! sewaktu
berada dalam lorong rahasia tadi kau tidak berani menerima
tantanganku untuk bergebrak, mungkin kau takut jika terluka
tak akan ada yang mau menolongi, kini ditempat ini ada
muridmu ada pula cucu muridmu, inilah suatu kesempatan
yang paling bagus buat kita untuk mencari menang dengan
andalkan kepandaian silat masing-masing terutama sekali saat
ini aku sedang menggendong Oei-heng, inilah kesempatan
baik bagimu untuk mencari kemenangan."
Boe Beng Tok-su mendengus dingin.
"Liem Tou lebih baik kau jangan menggunakan cara ini,
terang-terangan kau takut pada saat ini aku turun tangan
masih bicara tetek bengek yang tak berguna, apakah kau tak
bisa meletakan dia keatas tanah."
"Oowu. sungguh sedap didengar perkataanmu itu. bila
kuletakkan Oei-heng keatas tanah, bukankah sama halnya
menuruti kemauanmu dan kasih kesempatan buat kau untuk
turun tangan membinasakan dirinya ?"
Kembali Boe Beng Tok-su tertawa dingin.
"Liem Tou ! Kau anggap sekalipun orang itu Kau gendong
lantas tak bisa untuk kami bunuh " Terus terang kuberitahu
kepadamu, panah beracun tabung hitam dari perkumpulan
kami bisa membinasakan seorang manusia dalam dua puluh
empat jam kemudian tak ada obat yang bisa memunahkan
racun tersebut!" Mendengar perkataan itu bagaikan diguyur sebaskom air
dingin Liem Tou merasakan hatinya bergidik, sekali lagi
diulangi kata-kata terakhir itu;
"Tak ada orang yang bisa menolong " tak ada orang yang
bisa menolong ?" Air muka Liem Tou makin lama berubah semakin hebat, ia
menunduk dan melirik sekejap kebawah.
Waktu itu Oei Poh menggeletak diatas tanah dengan badan
terkulai tampak pundak kiri serta lutut kanannya masing
masing tertancap sebatang anak panah pendek yang
berwarna hitam pekat, tidak aneh kalau ia susah meloloskan
diri dari bokongan lawan pertama sekali ditengah malam buta
yang gelap. Setelah memandang sekejap orang itu, mendadak dari
dasar hati Liem Tou muncul suatu perasaan gusar yang susah
dibendung, tapi sekalipun hatinya marah diatas wajahnya
malah sangat tenang. Ia berhasil menguasai perasaan sendiri.
"Hmm ! Kauwcu, bila Oei-heng sampai mati. tahukah kau


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus membayar berapa besar untuk menggantikan selembar
jiwanya ?" tegurnya dingin.
Beberapa patah kata itu diucapkan lambat-lambat. Sedang
Boe Beng Tok-su tidak segera menjawab. Sepasang matanya
dengan memancarkan cahaya penuh keragu-raguan melototi
pemuda itu. "Bagaimana " Kau pun ingin mencari jalan kematian buat
dirimu sendiri ?" tegurnya.
"Ia datang untuk mencari Pouw Sauw Ling, tapi kalian
mengandalkan jumlah orang yang lebih banyak untuk
membokong dan melukai dirinya dengan anak panah gelap.
Sun Tji Si. coba kau pikir dapatkah aku mengampunimu?"
"Heee, heee, heee" Boe Beng Tok-su tertawa dingin tiada
hentinya. "'Bila kau tidak suka mengampuni orang, lalu mau
apa?" Kegusaran yang berkobar dalam dada Liem Tou telah
mencapai pada puncaknya, seketika itu juga air mukanya
berubah membesi, badannya pun maju tiga langkah kedepan.
"Asalkan Oei-heng terjadi sesuatu hal, pertama-tama
kaulah yang akan kutangkap dulu uktuk dimintai pertanggung
jawabannya." teriaknya penuh kegusaran.
Boe Beng Tok-su tetap berdiri ditempat semula, sedikitpun
tak bergerak sedang sepasang matanya melototi Liem Tou
tajam-tajam. "Aku rasa tidak akan semudah itu!"
Pada saat itu anak buah perkumpulan Sin Beng Kauw yang
ada diempat penjuru telah meletakkan bambu hitam yang ada
ditangannya kedepan mulut, sedang moncong tabung
diarahkan ketubuh Liem Tou.
Perlahan-lahan Liem Tou menyapu sekejap suasana
disekelilingnya, hatinya berpikir ;
"Hanya mengandalkan tabung tiupan hitammu lantas dikira
bisa melukai diriKu" Hm sungguh suatu impian bagus disiang
hari bolong. Biar aku bereskan dulu kauwcunya kemudian
seorangpun diantara kalian jangan harap bisa lolos dari
tanganku !" Sekalipun begitu pikirannya masih bingung juga dalam
mengatur keselamatan Oei Pah yang sedang menderita luka.
Bila semisalnya waktu itu Oei Poh tidak luka, mungkin sekali
Boe Bang Tok-su telah roboh binasa dibawah hajaran telapak
tangannya. Selagi ia berpikir keras dan putar otak mendadak sesosok
bayangan hijau berkelebat lewat dari atas batok kepala Sin
Beng Kouw yang mengurung seluruh kalangan itu.
Dari tengah udara tiba-tiba muncul Siauw Giok Tjing yang
agaknya sudah memahami keadaan serba susah dari Liem
Tou. Begitu berjumpa dengan pemuda she Liem kendati
wajahnya diliputi kegusaran tapi nada suaranya tidak ketus.
"Serahkan Oei Poh kepadaku dan kau boleh turun sesuka
hatimu, sekalipun anak panah beracun dari tabung hitam itu
sangat lihay, bukannya tidak bisa dipunahkan sama siekali,
Liem Tou kesemuanya ini kaulah yang salah jika ia betul-betul
mati, hmm! Kau tunggu saja permainan bagus segera akan
menyusul datang." Melihat munculnya Siauw Giok Tjing disana bagaikan
menemui tuan penolong, Liem Tou segera serahkan tubuh Oei
Poh ketangannya sedang itu mulut mengomel tiada hentinya,
"Dia sendiri yang tidak tahu diri, Tjing moay! Kenapa kau
malah salahkan diriku ?"
Setelah Siauw Giok Tjing menerima tubuh Oei Poh, dengan
gemas ia pelototi pemuda itu sekejap, teriaKnya;
"Apabila bukan kau yang membakar hatinya, mana
mungkin dia suka berbuat gegabah tanpa berpikir panjang.
Kau yang membuat hatinya tertusuk, membuat hatinya
terharu. Sekarang aku tidak ada banyak waktu untuK banyak
bicara, baik-baiklah kau gebah bangsat-bangsat itu!"
Ketiba itu Boe Beng Tok-su yang melihat Siauw Giok Tjing
sama sekali tidak memandang sebelah matapun kepadanya,
dalam hati merasa sangat mendongkol.
Akhirnya setelah dipandang lebih cermat, ia baru mengenali
gadis yang ada dihadapannya bukan lain adalah sang gadis
yang pernah bergebrak melawan Boen Ing sewaktu ada di
gunung Tjing Shia tempo dulu.
Permainan pedang Leng Beng Kiam nya benar-benar
mengagumkan. bahkan kelihaiannya tidak berada dibawah
permainan pedang hitam sendiri yang telah menggetarkan
dunia rimba persilatan. Setelah Siauw Giok Tjing menyelesaikan kata-katanya ia
putar tubuh siap meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba Boe Beng
Tok-su membentak keras ; "Nona tunggu dulu! Apa gunanya kau bawa serta si
bangsat cilik she Oei itu ?"
"Heee, heee, heee; soal ini kau tak usah turut campur."
desis si gadis, "Urusan yang menyangkut lembah Boe Beng
Kok, mungkin orang lain tidak tahu, apa kau kira aku pun
tidak paham. Heee, heee, obat pemunah dari racun panah dari
tabung itu bisa didapatkan dengan sangat mudah disekitar
lembah, kau kira aku orang bodoh ?"
Mendengar perkataan tersebut Boe Beng Tok-su jadi tertegun,
sepasang matanya memancarkan cahaya kebuasan. sekali
loncat ia mendekati tubuh Siauw Giok Tjing hingga jarak lima
langkah. "Siapa yang beritahu perkataan ini kepada mu?" bentaknya
dingin, "Siapa yang beritahu kepadaku?" Hmm! apa kau kira obat
pemunah racun ular berekor gepeng hanya kau seorang yang
tahu?" seru Siauw Giok Tjing sambil tertawa dingin dan
menyapu sekejap kearahnya. "Kalau tabung hitam tersebut
kau gunakan disuatu tempat yang ribuan li jauhnya dari sini
mungkin susah untuk dayakan obat pemunah tersebuL tapi
dalam lembah Boe Beng Kok ini, jangan harap kau bisa
menyusahkan orang lain."
Bicara sampai disitu mendadak ia membentak nyaring,
"Apa yang kau tunggu lagi" kenapa kau tidak beri hajaran
kepadanya ?" Mendengar Oei Poh bisa ditolong semangat Liem Tou
segera bangkit kembali. sekali enjotkan badan ia melayang
kehadapan Boe Beng Tok-su sedang telapak tangannya
dengan disertai hawa pukulan yang maha dahsyat membabat
keluar. "Malam ini kita harus bertanding untuk menentukan
kepandaian siapa diantara kita yang paling tinggi," bentaknya.
Sekali meloncat Boe Beng Tok-su mundur beberapa tombak
kebelakang, ia mendengus dingin sambil meloloskan pedang
hitamnya. Kiranya ia tahu dengan kepandaian silat yang dimiliki tidak
mungkin berhasil menangkan diri Liem Tou. oleh sebab itu ia
loloskan senjatanya sembari mengawasi pihak lawan.
Melihat tindakan Sang Kauwcu dari Sin Beng Kauw ini, Liem
Tou tertawa tergelak. "Hahahahaha. . . .masih saja kepandaian kaki tiga yang tak
berguna, aku Liem Tou sudah beberapa kali mendapat
petunjuk dari kepandaianmu ini."
Baru saja ia menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba
serentetan cahaya putih menyambar datang mengiringi suara
bentakan dari Siauw Giok Tjing:
"Liem Tou. terima pedang Lam Beng Kiam ini! gunakan
senjata tersebut untuk membasmi seluruh anggota Sin Beng
Kauw yang telah kenyang melakukan perbuatan keji.
"Tjing moay boleh berlega hati!" sahut Liem Tou seraya
menerima lemparan pedang tersebut dan digetarkan
membentuk bunga pedang. "Malam ini juga mereka harus
merasakan kelihayan pedangku, perkumpulan Sin Beng Kauw
hanya ada sampai detik ini, besok pagi perkumpulan ini harus
musnah dipermukaan bumi ini."
Siauw Giok Tjing mengangguk, dengan sekuat tenaga
ditariknya badan Oei Poh yang lemas ketengah lalu dibawa lari
dari sana. Beberapa orang anggota Sin beng Kauw yang melihat gadis
itu hendak bergerak maju untuk menghadang.
Siapa nyana pada saat itulah mendadak Liem Tou berteriak
keras, pedang ditangan kanannya dengan membentuk
serentetan cahaya panjang menggulung kearah depan,
sedang tangan kirinya mengirim sebuah pukulan dahsyat
menghajar anggota-anggota Sin Beng
Kauw yang sedang menghadang perjalanan Siauw Giok Tjing.
Dibawah gulungan angin pukulan serta sambaran cahaya
pedang berpuluh orang anggota Sin Beng Kauw menjerit ngeri
dan roboh binasa keatas tanah.
Dalam sekejap mata delapan orang lelaki yang mencekal
tabung hitam sudah roboh binasa, sedang mereka yang
terluka menggeletak. diatas tanah diiringi rintihan lemah.
Darah segar muncrat memenuhi seluruh lantai, suasana
sangat mengerikan sekali.
Sebagian besar perkumpulan Sin Bang Kauw adalah jagojago
yang belum pernah mengenal dunia luar. hanya beberapa
gelintir saja yang betul-betul berpengalaman luas.
Begitu Liem Tou turun tangan dan membinasakan delapan
orang sisanya jadi pecah nyali dan bubar melarikan diri
terbirit-birit. Setelah meninjau keadaan situasi, Liem Tou menganggap
dengan kejadian ini maka dalam hati kecil Boe Beng Tok-su
akan timbul timbul perasaan rendah diri dan tidak percaya
pada kekuatan dirinya lagi. waktu itulah dia akan jauh lebih
mudah untuk dilenyapkan dari muka bumi.
Setelah berpikir panjang, ia bersuit nyaring. Pedang Lam
Beng Kiam ditangannya bermain semakin kencang sehingga
cahaya pedang berkilauan memenuhi angkasa.
Dalam sekejap mata, batok kepala anggota Sin Beng Kauw
bergelindingan memenuhi permukaan tanah.
Tadi, ia membinasakan anggota-anggota Sin Beng Kauw
karena mereka hendak melepaskan panah beracun ke arah
Siauw Giok Tjing, tapi kali ini tindakannya betul-betul
merupakan suatu pembunuhan secara besar-besaran. suasana
jadi makin mengerikan lagi
Melihat keganasan pemuda itu, para anggota Sin Beng Kauw
hanya merasa gemas karena tak dapat melarikan diri cepatcepat.
Melihat tujuannya telah tercapai; Liem Tou segera putar
badan menghadap Boe Beng Tok-su.
Waktu itu sang Kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw
masih berdiri tak berkutik di tempat semula. sedang sinar
mukanya makin lama berubah makin buas.
Melihat perubahan tersebut pemuda she Liem segera
mengetahui. rasa bencinya yang membakar dihatinya telah
mencapai pada puncaknya. Liem Tou tidak berani berlaku gegabah lagi, seluruh
perhatiannya dipusatkan menjadi satu siap menerima
datangnya serangan dahsyat, karena ia tahu kelihayan ilmu
silat yang dimiliki Boe Beng Tok-su telah mencapai tarap yang
susah dibayangkan lagi. Kendati begitu ia berlagak pilon, seraya tertawa terbahakbahak
serunya. "Kauwcu! kau turun tanganlah, aku sudah
menunggu tak sabar lagi! bagaimana kalau kita bertanding
dahulu dalam hal kepandaian pedang karena sesuai dengan
keadaan inilah ke pandaianmu yang paling utama, apa yang
kau takuti lagi ?". Boe Beng Tok-su teleh melototi dirinya, mulut
membungkam tapi langkah kakinya perlahan-lahan bergeser
kemuka. Angin bertiup lewat dari arah barat, langkah Boe Beng Toksu
pun selangkah demi selangkah bergeser ke barat.
Liem Tou yang berdiri saling berhadapan dengan sang
kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw. melihat ia geserkan
kakinya untuk mempertahankan posisi semula terpaksa ia pun
bergeser pula mengikuti arahnya yang benar.
Pada waktu itulah mendadak terdengar si gadis cantik
pengangon kambing berteriak ;
"Engkoh Liem, apakah kau menemui kesulitan " Bagaimana
kalau aku membantu dirimu?"
Air muka Boe Beng Tok-su berubah hebat. mendadak ia
buka suara. "Kau berhasil menolong keluar budak itu?"
"Ooo, kau merasa keheranan ?" jengeknya Liem Tou
tertawa. "Apa kau kira hanya air terjun beracun saja berhasil
menghadang perjalananku ?"
"Liem Tou ! Kau jangan harap bisa keluar dari lembah ini
dalam keadaan hidup-hidup.''
Ujung baju kiri dikebut kedepan, pedang hitam ditangan
kanannya dengan meninggalkan serentetan cahaya pedang
seluas beberapa tombak mengurung datang, tubuh Liem Tou
kontan terbungkus dalam bayangan pedang yang tebal
sehingga tak sebuah lubang pun yang tersedia.
Liem Tou pun ikut menggetarkan tangannya. pedang Lam
Beng Kiam laksana seekor nagalincah bergerak melindungi
seluruh badan. Tapi ketika itulah mendadak tercium olehnya segulungan
bau wangi yang sangat aneh sekali, kepalanya langsung jadi
pening, tak kuasa lagi hatinya jadi sangat terperanjat.
Saat inilah ia baru tahu mengapa Boe Beng Tok-su
menggeserkan diri mengikuti tiupan angin, kiranya sebelum
melancarkan serangan pedang ujung baju kirinya telah
meninggalkan permainan setan.
Seluruh pernapasan sepera dihentikan, lalu perlahan-lahan
mendesak keluar sisa bau harum yang menyerang badannya
tadi. Kendati begitu, tanpa ia sadari permainan pedang Lam
Beng Kiamnya jadi sedikit
lambat. seketika itu juga ia merasa dari ujung pedang Boe
Beng Tok-su menggulung datang suatu hawa tekanan yang
datangnya dari empat penjuru. ia kena dipaksa berada
dibawah angin dan terdesak pada pesisi yang tidak
menguntungkan. Sejak Liem Tou mempelajari ilmu silat menurut ajaran kitab
pusaka To Kong Pit Liok, kecuali sewaktu berada digunung
Tjing Shia adalah dia sendiri yang tak mau turun tangan, siapa
yang bisa mengalahkan dia orang" karena hawa gusar
memuncak dan berkobar dalam rongga dadanya, permainan
pedang Lam Beng Kiam pun semakin diperkeras, hawa pedang
mengembung mencapai pada puncaknya.
"Traaang. . .dua pedang bentrok menjadi satu


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menimbulkan suara yang tajam dan melengking bagaikan
pekikan naga auman harimau. tubuh kedua orang itu samasama
bergetar sangat keras. Tapi pada saat itulah mendadak muncul berapa SOSOK
bayangan manusia laksana sambaran kilat menggerakkan
pedangnya menyambut datangnya serangan Liem Tou.
Sedangkan Boe Beng Tok-su menggunakan kesempusan itu
meloncat ketempat persembunyian si gadis cantik pengangon
kambing. Berbareng dengan kesemuanya ini, suara suitan nyaring
berkumandang memenuhi angkasa.
Liem Tou menjadi gelisah, mendadak bentaknya keras ;
"Kalian mau cari mati!!"
Permainan pedarg Lan Beng Kiamm semakin diperketat,
hawa pedang memenuhi angkasa. Sedangkan telapak kiri Liem
Tou pun dengan menggunakan hawa pukulan penuh
dihantamkan kearah keempat orang anggota muda Sin Beng
Kauw yang membokong datang.
"Bluuuk ! Biuuuk !" terdengar suara gedebukan yang keras,
keempat orang itu bersama-sama dipukul mencelat sejauh tiga
tombak oleh hajaran telapak Liem Tou.
Tanpa perdulikan mati hidup empat orang itu lagi, Liem
Tou mengempos napas meloncat sepuluh tombak kesamping
dimana sigadis cantik pengangon kambing menyembunyikan
diri. Siapa nyana disebabkan gemborannya tadi serta mengempos
napas barusan. hawa racun yang telah bersarang dalam
dadanya segera menyebar keseluruh badan lalu merasuk
kedalam urat-urat nadi diseluruh tubuhnya, kepala terasa
pening dada menjadi mual.
Diam-diam Liem Tou menjadi terperanjat, buru-buru ia
salurkan bawa murninya untuk mempertahankan kobaran
racun dalam dadanya, ia tidak berlaku gegabah lagi, pikirnya:
"Walaupun kepandaian silat yang dimilik Boe Beng Tok-su
sangat lihay, belum tentu ia berhasil mencelakai si gadis cantik
pengangon kambing dalam sekejap mata.
Berpikir akan hal tersebut, langkahnya pun rada sedikit
terlambat. Justeru karena keterlambatan inilah ketika ia tiba disana si
gadis cantik pengangon kambing telah menderita kerugian.
Tampak rambut gadis itu awut-awutan tak karuan. pakaian
bagian dadanya kena tersambar robek oleh pedang hitam Boe
Bang Tok-su sehingga kelihatan sepasang bukitnya yang putih
bersih bagaikan salju menonjol keluar.
Dengan rasa malu yang menghebat, gadis itu menangis
terisak. Kendati begitu selangkah demi selangkah ia mundur
tiada hentinya berusaha meloloskan diri dari teteran pedang
hitam Boe Beng Tok-su yang gencar dan dahsyat bagaikan
sambaran angin taupan. Pertama sekali permainan pedang hitam dari Boe Beng
Tok-su benar-benar hebat bagaikan seekor naga sakti yang
mengurung seluruh tubuh sigadis cantik pengangon kambing.
Setiap jurus serangan merupakan serangan yang gencar
dan telengas, arah yang dituju pun jalan darah jalan darah
kematian. Agaknya Boe Beng Tok-su ada maksud mengakhiri
jiwa si gadis cantik pengangon kambing sampai disitu saja.
Melihat peristiwa tersebut, saking gusar dan
mendongkolnya seluruh tubuh Liem Tou gemetar keras,
dadanya seperti mau meledak rasanya. Pedang Lan Beng Kiam
dengan cepat diangkat lalu tanpa menimbulkan sedikit
suarapun menusuk badan Boe Beng Tok-su.
Pada saat yang bersamaan ujung pedang dari Boe Beng
Tok-su telah berada kurang lebih tiga cun didepan dada gadis
cantik penganon kambing, keadaannya betul-betul kritis dan
sangat berbahaya. Sekalipun ia ikut merasa ujung pedang Liem Tou telah
berada tiga cun dibelakang punggungnya tapi kini dia nekad.
tidak menghindar maupun mengelit serangannya dilanjutkan
menusuk ulu hati gadis pengangon kambing.
Dalam posisi Boe Beng Tok-su berniat mengadu jiwa, Liem
Tou menjadi kelabakan dan ketakutan sendiri. Semisal saat ini
ia berhasil membinasakan Boe Beng Tok-su dibawah tusukan
pedangnya, tapi si gadis cantik pengangon kambing pun harus
mengiringi dengan selembar jiwanya, ini tidak menguntungkan
posisinya. Terutama sekali bila gadis cantik pengangon kambing
benar-benar mati, maka peristiwa ini akan meninggalkan luka
yang dalam hatinya. Liem Tou menjadi tertegun dan tak bisa berkutik, ia hanya
memandang pihak lawan dengan termangu-mangu.
Mendadak. . . . "Kau berani!" bentak seseorang dari atas kepala. Diikuti
menggulung datangnya suatu hawa pantulan yang maha
dahsyat. Sekalipun Boe Beng Tok-su tidak suka membatalken
serangannya itu. tapi tersapu oleh datangnya angin pukulan
badanpun ikut menyingkir kesamping.
"Sreeet!" ujung pedang menyambar lewat dari sisi lengan
gadis cantik pengangon kambing membuat darah mengucur
keluar dengan derasnya. hati Liem Tou tergetar keras, ujung pedang didorong keluar
dengan menimbulkan suara desiran tajam.
Kepandaian silat yang dimiliki Boe Beng Tok-su benar-benar
luar biasa hebatnya, sewaktu merasakan datangnya tusukan
dari belakang mendadak badannya berkerut lalu meloncat
selangkah kedepan. Dengan demikian maka tusukan dari Liem Tou pun
mengenai sasaran yang kosong.
Sekalipun begitu angin pukulan yang menyambar datang dari
tengah udara dengan telak bersarang ditubuh Boe Beng Toksu.
Kauwcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw ini mendengus
berat, berturut-turut badannya mundur tujuh delapan langkah
kebelakang tapi tidak roboh. Kelihatannya sekalipun ia terluka
tapi luka yang diderita tidak berat.
"Sreet !" diikuti Oei Poh pun melayang turun keatas tanah.
Melihat hal itu Liem Tou berseru tertahan, "Ouw .... Oeiheng
! Sungguh cepat luka racunmu jadi sembuh kembali."
Kembali Oei Poh menjejakkan kakinya ke atas tanah.
kemudian tanpa menimbulkan sedikit suarapun melayang
pergi dari situ. Bayangan manusia bercampur dengan hembusan angin
pukulan bagaikan kilat menubruk tubuh Boe Beng Tok-su.
Disebelah sini karena Oei Poh telah menolong gadis cantik
pengangon kambing. Liem Tou merasa amat berterima kasih
sekali. Melihat gadis itu masih berdiri termangu-mangu
ditempat semula dengan dadanya menonjol keluar, dengan
cepat Liem Tou berebut kemuka seraya memaki diri sendiri.
"Aaah! Adik Wan! Kesemuanya ini akulah yang salah.
Akulah yang menyusahkan Wan-moay! Cepat betulkan
pakaian dadamu yang terobek besar,"
Kena disadarkan oleh Liem Tou, gadis cantik pengangon
kambing baru merasakan bukit fenus sendiri telah menonjol
keluar tertiup angin gunung, tak kuasa ia menjerit tertahan.
Dengan wajah jengah buru-buru menutupi dada sendiri
dengan sepasang tangannya.
Liem Tou pun segera melepaskan pakaian pengemisnya
yang robek dan dekil itu untuk dikenakan pada tubuh gadis
cantik pengangon kambing, dengan demikian ia sendiri malah
setengah telanjang. "Wan moay," hibur Liem Tou dengan nada perlahan. "Kau
sudah dibikin kaget, sekarang kenakanlah pakaianku ini, mari
kita bersama-sama membasmi kawanan bajingan itu hingga
kocar-kacir !" Lama sekali gadis cantik pengangon kambing berdiam diri,
beberapa saat kemudian baru ujarnya ;
"Tidak kusangka kepandaian silat kauwcu ini sangat luar
biasa, sejak aku mempelajari ilmu silat dari kitab pusaka Toa
Loo Tjin Keng belum pernah mengalami kekalahan total
macam begini. Sungguh memalukan sekali."
"Tidak! Wan moay tidak boleh terlalu memandang rendah
diri sendiri, kesemuanya ini disebabkan pedang hitamnya
sangat tajam, bila bertanding sungguh-sunpguh dengan
mengandalkan kepandaian yang asli belum tentu Wan-moay
bisa dikalahkan olehnya."
Beberapa patah kata tersebut jelas diutarakan dengan
maksud menghibur gadis tersebut, tidak aneh gadis cantik
pengangon kambing pun bisa merasakannya. Ia tetap
menggeleng, "Tidak ! Lebih baik kita keluar dari lembah ini terlebih dulu.
Bagaimanapun markas perkumpulan Sin Beng Kauw tak akan
lari, buat apa kita cemasnya disatu saat ?"
Secara tiba-tiba Liem Tou pun teringat dengan hawa racun
yang terhisap masuk Ke badan dan kini bersarang kerongga
dada, untung sekaii yang kena dihisap tidak banyak sehingga
tidak sampai membuat dia orang roboh tidak sadarkan diri-
Teringat hal tersebut. dalam hatipun segera mengambil
keputusan untuk keluar dulu dari lembah dan besok malam
balik kembaii. Mananti sekali lagi ia mendongak dilihatnya Oei Poh masih
ditengah udara siap menerjang kearah Boe Beng Tok-su.
Sedangkan sang Kauwcu dari Sin Beng Kauw duduk bersila
ditanah. Mata terpejam. badan tak bergerak. Jika ditinjau dari
keadaannya seperti lagi menyembuhkan lukanya.
Setiap kali Oei Poh menerjang kebawah, pedangnya segera
diangkat keatas memunahkan datangnya serangan tersebut.
Seluruh gerakan ini dilakukan Boe Beng Tok-su sekenanya,
ia sama sekali tidak pandang sebelah mata pun terhadap diri
Oei Poh. Sekali pandang Liem Tou dapat melihat tenaga
lweekang yang dimiliki Oei Poh masih terpaut sangat jauh jika
dibandingkan dengan tenaga lweekangnya.
Kini ia berhasil merebut posisi yang menguntungkan tidak
lain karena mengandalkan gerakan tubuh dari Heng San Pay
yang telah lama musnah. Bila demikian terus menerus, jikalau tiba-tiba Boe Beng
Tok-su meloncat bangun dan dari posisi bertahan menjadi
posisi menyerang, kemungkinan besar Oei Poh akan
menderita kerugian yang sangat besar.
"Oei-heng taban!" buru-buru Liem Tou berteriak, "Untuk
sementara kita undurkan diri terlebih dulu dari lembah ini, kita
tak perlu takut ia sampai melarikan diri, kecuali dia orang
sudah tidak ingin memangku jabatan sebagai Sin Beng Kauw
Kauwcu lagi kalau tidak ia tak akan melarikan diri dari tempat
ini Jilid-50 Anggota Sin Beng Kauw dipotong lidahnya.
Sekali LAGI OEI POH BERPUTAR satu lingkaran kemudian
melayang turun keatas tanah,
Tapi pada saat itulah Boe Beng Tok Su membentak keras
kemudian meluncur kedepan, pedang hitam berputar
meninggalkan serentetan cahaya tajam berhawa dingin
mengurung seluruh tubuh Oei Poh.
Agaknya ia sudah sangat membenci dirinya sehingga
kepingin dalam sekali tebasan membinasakan orang itu,
Jaraknya dengan Oei Poh pada dasarnya memang sangat
dekat. jarak mereka tidak lebih dari lima depa. oleh sebab itu
serangan yang datangnya amat dahsyat ini jauh diluar dugaan
Liem Tou. Cahaya pedang mengurung seluruh batok kepala. saking
terkejutnya keringat dingin mengucur keluar membasahi
seluruh tubuh Oei Poh. Dengan miringkan kepala ia buang badannya kesamping,
kendati begitu pundak kirinya terasa berdesir diikuti rasa linu
dan sakit menyerang hingga merasup ke tulang sumsum.
Untung sekali reaksi dari Liem Tou sangat cepat, di iringi
suara bentakan keras telapak tangannya diayun kedepan
melancarkan satu pukulan dahsyat.
Sesaat ujung pedang hitam dari Boe beng Tok-su
bersarang ditubuh Oei Poh merupakan saat yang bersamaan
pula dengan datangnya sambaran angin pukulan dari Lim Tou.
Karena masing-masing pihak tidak mau mengalah, maka
pundak kiri Oei Poh tertembus oleh tusukan pedang Hitam
sang kauwcu tersebut sedangkan Boe Beig Tok-su sendiri sulit
lolos dari sambaran angin pukulan Liem Tou.
"Braaak. .!" bersama-sama dengan pedangnya, tubuh Boe
Beng Tok-su mencelat kebelakang tersapu oleh hembusan
angin tajam tadi kemudian menggelinding dua tombak
jauhnya, setelah itu dengan sempoyongan bangun berdiri dan
melototi Liem Tou penuh kegusaran.
Darah segar muncrat tiada hentinya dari mulut, seluruh
tubuh gemetar keras menahan sakit dibadan.
Melihat keadaan Sun Tji Si yang mengenaskan ini.
timbullah rasa iba dihati Liem Tou, ia tertawa dingin.
"Heee hee heee . . malam ini aku ampuni selembar jiwamu,
kecuali besok pagi-pagi kau umumkan untuk membubarkan
perkumpulan Sin Beng Kauw dan sejak ini mengasingkan diri
dari dunia keramaian, melepaskan kejahatan kembali kejalan
yang benar . . Hmm. .! Besok malam aku akan berkunjung
kembali. Sampai waktu menyesal pun tak sempat lagi."
Dengan gunakan pedang hitam sebagai pengganti tongkat
Boe Beng Tok-su berusaha mempertahankan diri jangan
sampai jatuh, tapi ia tak berbicara.
Ketika itu dari empat penjuru muncul berpuluh-puluh orang
anggota Sin Beng kauw, sedang selembar air muka Boe Beng
Tok-su berubah dingin, kaku dan pucat pasi bagaikan mayat.
setelah menyapu sekejap anak buahnya ia meringis buas.
Mendadak ... Agaknya ia telah mengambil keputusan dihatinya, dari
bibirnya meluncurlah kata-kata yang dingin dan ketus:
"Baiklah Liem Tou! Sejak kini dalam dunia kang-ouw ada
kau tak ada aku ada aku tak ada kau, besok malam
kunantikan kedatanganmu!"
Semula Liem Tou tertegun, akhirnya menghela napas
panjang. "Sun Tji Si memandang diatas wajah susiokku Touw Hong
sekali lagi kunasehati dirimu berpikirlah tiga kali sebelum
mengambil keputusan didalam hati! Asalkan dari lubuk hatimu
timbul rasa menyesal aku Liem Tou tentu akan membuka satu
jalan hidup untukmu".
Boe Beng Tok-su mendengus dingin, ia putar badan dan
berlalu dengan sempoyongan
Sedang anggota-anggota perkumpulan Sin Beng kauw lainnya


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mungkin sudah peroleh tanda rahasia, mereka tidak mendesak
lebih dekat lagi. mereka hanya menyebar di empat penjuru
sembari mengawasi gerak-gerik beberapa orang itu.
Kemudian dalam beberapa saat lagi seluruh lembah Boe
Beng Kok jadi sunyi senyap tak kelihatan sesosok bayangan
manusiapun. Dalam pada itu, Siauw Giok Tjing sudah balik kembali
dengan membawa seikat tumbuh-tumbuhan, sewaktu melihat
gadis cantik pengangon kambing sedang membalutkan luka
yang diderita Oei Poh, alisnya langsung dikerutkan rapatrapat.
"Kenapa dia orang sampai terluka?"" tegurnya kepada Liem
Tou yang berdiri disisi kalangan.
"Aaai.. ia kena tertusuk sekali oleh Kauwcu!"
"Parah sekali lukanya?"" desak Siauw Giok Tjing lebih lanjut
dengan hati agak gemas, Mendengar nada suaranya yang ketus. Liem Tou segera
mengerti gadis itu kembali menumpukkan seluruh kesalahan
ini, tak kuasa lagi ia melirik sekejap kearahnya,
"Pundaknya kena ditusuk tembus!"
Sepasang alis Siauw Giok Tjing berkerut, setelah melototi
sekejap diri pemuda she Liem ia mendengus berat-berat.
"Tjing moay kelihatannya kau sedang mendongkol dan
marah kepadaku, apa sebabnya kau berbuat demikian
kepadaku?" seru Liem Tou setelah berpikir sejenak.
"Kenapa harus ditanyakan kepadaku, tanyalah pada dirimu
sendiri ?" Liem Tou semakin kebingungan lagi, belum sempat ia
mendesak lebih lanjut Siauw Giok Tjing telah berjalan kesisi
gadis cantik pengangon kambing dan menepuk-nepuk
pundaknya. "Wan-moay terima kasih kau sudah repot-repot
membalutkan luka yang diderita Oei-heng. bagaimana dengan
lukamu sendiri ?" Sejak semula Gadis cantik pengangon kambing sudah
melihat akan kedatangan Siauw Giok Tjing hanya disebabkan
ia melihat gadis itu lagi marah-marah dengan Liem Tou maka
iapun tidak menyapa terlebih dulu.
Kini setelah mendengar perkataan tersebut ia lantas
mendongak dan tertawa, sambil mencekal sepasang tangan
Siauw Giok Tjing serunya berulang kali .
"Oouw . . enci Tjing, baru ini hari aku bisa berjumpa
dengan dirimu, selama satu tahun ini setiap hari kau
melindungi diriku, aku merasa sangat berterima kasih!"
"Aaakh! Buat apa kita bicarakan persoalan ini"!" diantara
kita sudah saling terikat sebagai kawan karib, persoalan apa
lagi yang perlu dibicarakan" Eei. .bagaimana dengan luka Oeiheng?""
"Aaakh ..! masih baikkan untung sekali tak sampai lukai
tulangnya, asalkan beberapa hari beristirahat, lukanya akan
sembuh dengan sendirinya. Aaaii! jika bukan enci yang turun
tangan menolong mungkin saat ini aku sudah menemui ajal di
tangan Boe Beng Tok-su.. ."
"Aaaakh!" Siauw Giok Tjing berseru tertahan. ia lantas
menoleh dan memandang sekejap wajah Liem Tou. "Aku tidak
paham apakah ia sungguh-sungguh tak bisa menahan
serangan dari Boe Beng Tok-su?"" tadi aku masih mergira ia
bercinta-cintaan saja dengan dirimu sehingga menyebabkan
Oei-heng terluka ditangan Boe Beng Tok-su karena itu aku
sangat mendongkol terhadapnya, Tidak kusangka kaupun baru
saja lolos dari mara bahaya!"
"Boe beng Tok-su melakukan perbuatan ini tanpa
memperdulikan jiwa sendiri ini membuktikan seberapa
kejadiannya watak orang itu, tapi sekarang ia menderita luka
dalam yang tidak ringan." kata sigadis cantik pengangon
kambing. Siauw Giok Tjing mengangguk, setelah dilihatnya sigadis
cantik pengangon kambing telah selesai membalutkan luka
pedang Oei Poh, ujarnya lagi-
"Sekarang waktu sudah menunjukkan kentongan keempat
lebih sedikit. satu jam lagi hari sudah terang tanah, lebih baik
kita keluar lembah untuk beristirahat dulu satu hari kemudian
besok malam datang kembali! bagaimanapun juga malam ini
kita telah berhasil menolong Wan-moay lolos dari mara
bahaya, sekalipun cemas juga tiada berguna".
Seraya mengucapkan kata-kata itu Siauw Giok Tjing melirik
sekejap kearah Liem Tou mendadak ia tertawa.
"Liem-heng" menurut pandanganmu benar tidak?""
"Baiklah!" ketika dilihatnya wajah gadis itu berubah jadi
kelam kembali, Liem Tou mengannguk, "Kita kekedai untuk
beristirahat dahulu satu hari penuh."
Tapi sebentar kemudian ia sudah berkata lagi. "Demikian
saja,lebih baik kalian berangkat selangkah terlebih dahulu, aku
masih ingin menggunakan kesempatan ini untuk menguji
pertahan-pertahanan baru yang dibangun perkumpulan Sin
Beng Kauw untuk menghadapi pihak lawan, seperti halnya
dengan "Naga berpekik Bangau berteriak", serta "Harimau
mengaum Monyet menjerit" macam-macam alat rahasia, aku
ingin mengetahui sampai dimanakah kelihayan alat-alat
tersebut!" "Aku rasa kau tak perlu melakukannya!" potong Gadis she
Siauw dengan cepat, "Selama setahun ini aku sudah
melakukan penyelidikan yang sangat jelas terhadap persoalan
yang menyangkut perkumpulan Boe Beng Kauw, terutama
sekali alat-alat rahasia itu baru dibangun setelah aku tiba di
Tjiong Lay. Coba pikir. didalam satu tahun yang pendek
ternyata mereka dapat membuat alat rahasia sebanyak ini, hal
ini jelas menunjukkan bahwa alat-alat tersebut sama sekali
tidak bagus ataupun sempurna, dengan andalkan tenaga
sinkang yang kau miliki rasanya tidak sulit untuk
menjebolkannya," Liem Tou mengangguk, keinginannya itupun dibatalkan
dengan begitu saja tanpa bamnak ribut-ribut lagi.
Demikianlah keempat orang itu bersama-sama
meninggalkan lembah kembali kekedai kecil yang ditumpangi
Siauw Giok Tjing selama ini.
Didalam kedai kecil itu Siauw Giok Tjing sudah menumpang
hampir mendekati setahun lamanya, selama ini ia menyaru
sebagai seorang nona desa yang bekerja membantu dikedai
itu sebagai pelayan. Kebanyakan jago-jago kelas dua. kelas tiga dari
perkumpulan Sin Beng Kauw tak ada yang tahu siapakah nona
desa ini bahkan sipemilik kedai itu sendiripun tidak
mengetahui dengan jelas. Tetapi sekembalinya Siauw Giok Tjing barusan dengan
membawa serta Liem Tou dan sigadis cantik pengangon
kambing, terutama sekali Oei Poh yang terluka dan dikenali
sebagai bajingan berkaki kayu oleh anggota Sin Beng Kauw,
maka asal usul gadis itu tak bisa dipertahankan lagi, sipemilik
kedai dengan badan gemetar wajah pucat berdiri tertegun.
Apalagi melihat dandanan Lien Tou yang bertelanjang
badan bagian atasnya serta si gadas c ntik pengangon
kambing yang memakai pakaian pengemis, akhirnya sipemilik
kedai jatuhkan diri berlutut dihadapan orang-orang itu.
"Ooouw . ..! Aku mohon sukalah kalian berbuat baik, lebih
baik pindah saja kekedai lain, jikalau mereka tahu aku
memberi kesempatan kepada kalian untuk menginap seluruh
keluargaku akan dibunuh dan dihabiskan ..."
Melihat sipemilik kedai berlutut buru-buru Siauw Giok
membangunkan dirinya dari atas tanah.
"Disini aku sudah berdiam selama satu tahun, berkat
kebaikan budi kalian hatiku merasa sangat berterima kasih
sekali, aku rasa tidaklah mungkin sekarang malah sebaliknya
mencelakai dirimu sekeluarga! Terus terang aku beritahu
kepadamu, perduli kalian ingin tetap berdiam disini atau tidak,
yang jelas daganganmu tak bisa diteruskan lagi."
"Ooouw . . sungguh " Tapi . kenapa?" seru sipemilik kedai
seketika itu hingga berdiri melongo dengan mata terbelalak.
"Perkumpulan Sin Beng Kauw sudah hancur berantakan
dan anggotanya kocar-kacir, siapa yang mau datang kemari
lagi?" Sipemilik kedai mengedipkan matanya beberapa kali me
mndang beberapa orang itu dengan sinar mata penuh curiga
tiba-tiba ujarnya. "Ucapanmu ini aku rada sedikit tidak percaya, siapa yang
memiliki kekuatan sebegitu besar dapat menghancurkan
perkumpulan Sin Beng Kauw ..."
"Soal ini kau tidak usah ikut campur," Siauw Giok Tjing
tertawa manis. "Pokoknya aku tak akan mencelakai ataupun
merugikan dirimu, besok pagi kau boleh mulai membenahi
barang-barangmu dan siap meninggalkan tempat ini, karena
disini sudah tidak ada dagangan lagi.!"
Bicara sampai disitu ia berpaling kearah Liem Tou serta
sigadis cantik pengangon kambing lalu tertawa.
Malamnya mereka suruh pelayan menyediakan arak dan
sayur, empat orang bersantap dalam suasana tenang, tak
sepatah kata pun meluncur keluar dari mulut masing-masing,
hingga detik inilah kesalah pahaman antara Liem Tou dengan
Oei Poh dapat dibuat beres. mereka saling berjabatan tangan
dengan penuh kegembiraan.
Mengambil kesempatan itulah Liem Tou mengutarakan
maksudnya untuk menghadiahkan tiga laksa tahil perak buat
dirinya untuk mendirikan kembali perusahaan pengawalan
Tjing Ling Piauw-kiok sehingga dapat memulihkan kembali
kecemerlangan serta kejayaan suhunya Tjing Liong To tempo
dulu. Oei Poh yang pada saat ini sudah mengerti akan maksud
baik Liem Tou, tidak menampik lagi pemberian tersebut.
Bersamaan itu pula Liem Tou beritahu kepada Siauw Giok
Tjing akan kisahnya membinasakan siperempuan Boen Ing,
dan terakhir ia mengucapkan terima kasih kepada gadis itu
atas hadiahnya selembar daun mati hidup sehingga ia berhasil
lolos dari kematian dan kini dapat berkumpul kembali dengan
mereka. Mendengar kesemuanya ini Siauw Giok Tjing hanya
menghela napas panjang, tak sepatah katapun yang
diucapkan. Mendadak... Perlahan-lahan dua titik air mata jatuh berlinang
membasahi pipinya. Melihat gadis tersebut menangis Liem Tou
serta Oei Poh bersama-sama dibikin tertegun.
Akhirnya, dasar perasaan wanita jauh lebih halus, buruburu
sigadis cantik pengangon kambing membawa Siauw Giok
Tjing menyingkir kesamping.
"Enci Tjing, mengapa secara mendadak kau meleleh air
mata?"" tanyanya lirih.
"Aaakh! tidak mengapa gadis she Siauw itu menggeleng.
"Diantara kita berdua sudah berhubungan erat melebihi
saudara sendiri, masih ada rahasia apa yang tak boleh
diberitahukan kepadaku?"
Siauw Giok Tjing tetap menggeleng dengan mulut
membungkam. Melihat gadis she Siauw tidak juga mau menjawab, tak
terasa sigadis cantik pengangon kambing bergumam seorang
diri: "Jikalau enci Ie ada disini keadaannya jauh lebih baik, ia
tentu mengetahui rahasia hati enci Tjing".
Mendadak dalam hatinya teringat akan sesuatu, pikirnya:
"Apakah mungkin karena itu?" walaupun kelihatannya tidak
mirip tetapii mengapa ia berdiam disini selama setahun untuk
menjaga diriku?" dahu]u antara aku dengan dia belum bisa
dibicarakan punya hubungan erat bahkan kenalpun tidak!
Kalau begitu kesemuanya ini ia lakukan demi engkoh Liem!"
Teringat akan hal tersebut seketika itu juga sigadis cantik
pengangon kambing jadi paham. tiba-tiba ia tertawa.
"Enci Tjing, sekarang aku sudah tahu rahasia hatimu,
bukankah kau sedang memikirkan. . . ." Tiba-tiba ia
membungkam, kata-kata selanjutnya terasa amat sulit untuk
diutarakan keluar Sepasang biji mata Siauw Giok Tjing berputar-putar,
melihat gadis itu merandek tak tertahan tanyanya:
"Kenapa?"?"
"Bukankah kau tidak tega untuk meninggalkan aku?"" seru
gadis cantik pengangon kambing dengan berganti nada.
Pada mulanya Siauw Giok Tjing kelihatan agak kecewa,
tetapi mendadak ia mengangguk berulang kali, sembari
memeluk tubuh gadis pengangon kambing, meledaklah suara
tangisan sekeras-kerasnya.
Tangisannya sangat menyedihkan. . . .
Selama satu tahun ini antara gadis cantik Pengangon
kambing dengan Siauw Giok Tjing telah memupuk suatu
hubungan yang sangat erat, ketika dilihatnya pada saat ini
gadis she Siauw menangis dengan sedihnya tanpa dirasa gadis
cantik pengangon kambing pun ikut melelehkan air mata.
Hiburnya dengan suara halus: "Enci Tjing, janganlah
menangis lagi rahasia hatimu akan kuusahakan untuk
membantu dirimu." Siauw Giok Tjing tetap menangis sedih.
"Sudahlah enci Tjing jangan menangis lagi!" kembali Lie
Wan GioK menghibur. "Hari sudah hampir terang tanah, kita
pun harus pergi istirahat untuk kumpulkan tenaga kembali.
Coba kau lihat mereka berdua sedang memandang kita
dengan mata terbelalak lebar-lebar, jika kita tidak berhenti
menangis tentu....akan digoda oleh mereka berdua."
Setelah mendengar ucapan dari si gadis cantik pengangon
kambing ini Siauw Giok Tjing baru berhenti menangis dan
melirik sekejap kearah kawannya dengan wajah jengah,
setelah mengusap kering air matanya beberapa saat ia duduk
termenung. "Mari kita kesana! ajak Lie Wan Giok kemudian setelah
sigadis she Siauw tidak menangis lagi, "Kau tunggu saja, aku
tentu akan membantu dirimu"
Ketika kedua orang gadis itu balik lagi kemeja perjamuan,
baik Liem Tou maupun Oei Poh dapat melihat jikalau mereka
berdua barusan saja menangis.
Sepasang mata Oei Poh dengan mendelong perhatikan
wajah Siauw Giok Tjing tiada hentinya, seluruh tubuh
kelihatan gemetar keras. Liem Tou yang menemukan hal itu buru-buru bertanya
dengan hati cemas: "Oei-heng, kenapa kau" Apakah lukamu
terasa amat sakit susah ditahan?""
Oei Poh menggeleng, dengan sedih ia tundukan kepalanya


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rendah-rendah mulut membungkam dalam seribu bahasa.
Walaupun Liem Tou mengulangi kembali pertanyaan itu
tidak juga berhasil ia orang memperoleh jawaban yang
memuaskan hati, terpaksa kepalanya berpaling kearah sigadis
cantik pengangon kambing untuk menanyakan persoalannya.
"Tjing-moay rada baikan bukan" Kenapa tadi ia lelehkan air
mata?" Agaknya Oei-heng pun merasa hatinya sedih, apa
sebetulnya yang telah terjadi " Aku sungguh tidak paham,
Wan-moay dapatkah kau beritahu urusan ini kepadaku?""
"Pokoknya hatimu sudah paham, perlu apa pura-pura
berlaku bodoh ?"" seru si gadis cantik pengangon kambing
sambil mengerling sekejap kearah Liem Tou. "Kuberitahu
kepadamu, jikalau kau berbuat salah kepada orang, maka
akupun tak akan perduli dirimu lagi! Enci Tjing, mari kita pergi
beristirahat !" Kedua orang itu bersama-sama bangun berdiri dan masuk
kedalam kamar tinggal Siauw Giok Tjing.
Liem Tou yang dikatai demikian oleh Sigadis cantik
pengangon kambing otaknya jadi kebingungan tujuh keliling ia
tidak mengerti apa maksudnya gadis itu berkata demikian.
Setelah meneguk arak seorang diri, terpaksa uiarnya
kepada diri Oei Poh. "Oei-heng, mari kitapun pergi tidur
jangan perduli lagi mereka sedang mempersiapkan permainan
setan apapun," Oei Poh menggeleng, wajahnya mendadak berubah serius.
"Liem-heng, apakah kau tidak tahu apa sebabnya Tjing
moay jadi begini" . .."
"Siapa yang tahu " ?" Liem Tou dengan cepat menggeleng,
"Apakah kau tahu " Hati perempuan bisa berubah dengan
seribu macam persoalan, aku tidak punya waktu yang
demikian luang untuk meraba maksud hati mereka mereka
itu." "Aaaai . , ! Liem-heng adalah seorang lelaki sejati yang
berpendirian lurus, tidak mungkin Kau bisa memiliki maksud
jahat mengikuti napsu." kata Oei Poh sambil menghela napas
panjang, "Tentang ini aku Oei Poh merasa sangat kagum
cuma, bila kau ingin mengetahui rahasia hati gadis itu
sebetulnya tidak susah, aku mau bertanya kepadamu antara
Hudjienmu sigadis cantik pengangon kambing dengan Tjingmoay
pada masa yang lalu apakah pernah berkenalan satu
sama lainnya " ?"
"Mengapa Oei-heng menanyakan persoalan ini?" sahut
Liem Tou seraya melirik sekejap diri Oei Poh dengan
pandangan mata penuh curiga, "Menurut apa yang aku
ketahui, mereka belum pernah saling berkenalan ..."
"ah itulah dia !" kata Oei Poh sambil mengangguk sedih.
"Jikalau mereka tidak pernah saling kenal, mengapa Tjingmoay
suka menjagakan hujienmu selama satu tahun lebih"
Bukankah kejadian ini menyimpang dari kebiasaan" Sekarang
seharusnya kau sudah mengerti bukan ...?""
Liem Tou merasakan hatinya tergetar keras, tetapi dengan
nada masih belum paham tanyanya kembali;
"Apa yang berhasil aku pahami?""
"Ia suka menjaga Hujienmu selama setahun lamanya tanpa
mereka pernah saling kenal mengenal satu sama lain,
kesemuanya ini karena dirimu ..." seru Oei Poh sambil
perlihatkan senyuman getirnya.
Tubuh Liem Tou tergetar semakin keras sekarang ia telah
paham apa sebenarnva yang telah terjadi wajahnya berubah
kenes dan memberat. "Mana mungkin bisa terjadi peristiwa semacam ini Oeiheng,
kau jangan bergurau!"
Walaupun diluaran ia berkata demikian dalam hatinya
teringat kembali akan pemandangan sewaktu ia bersamasama
Siauw Giok Tjing menanggung susah bersama-sama
didalam ruangan berbatu dalam lembah Mati Hidup, bahkan
waktu itu secara terbuka Siauw Giok Tjing telah menyatakan
cintanya, sekalipun belum ia terima cinta tersebut tapi waktu
itupun belum ia tolak. Siauw Giok Tjing tak dapat melupakan cintanya hal ini
sudah merupakan suatu yang jamak ditubuh sesama manusia,
terutama sekali kerelaan berkorban untuk melindungi
keselamatan sigadis cantik pengangon kambing selama hampir
satu tahun, makin membuat pemuda she Liem ini merasa
berterima kasih, disamping memperlihatkan betapa mulia
serta sucinya cinta kasih Siauw Giok Cing kepadanya.
Ketika Oei Poh melihat Liem Tou rada tidak gembira.
alisnya segera berkerut, seraya tertawa getirnya.
"Liem-heng, ucapan yang kuutarakan setiap patah kata
sesuai dengan kenyataan, bahkan kuutarakan sejujurnya,
harap Liem-heng jangan menyia-nyiakan harapan yang datang
dari suatu tempat ribuan lie jauhnya dari sini."
Tetapi Liem Tou tetap menggeleng.
"Aku masih tidak mengerti aoa maksud dari ucapanmu
ini?"" belum pernah aku berpikir sampai disitu. hal ini tak
dapat kuterima." Mendengar jawaban dari Liem Tou ini mendadak air muka
Oei Poh yang pada mulanya serius kini berubah memberat,
sepasang matanya dengan memancarkan cahaya tajam
melototi diri Liem Tou tak berkedip,setengah harian lamanya
la membungkam, Akhirnya dengan suara serak bentaknya.
"Liem Tou! ternyara kau adalah seorang manusia rendah
yang melupakan budi serta cinta orang. kini aku Oei Poh
mewakili Tjing-moay meminang dirimu. mengapa kau tolak
pinangan ini" Hm! jika kau tolak lagi permintaanku ini, akan
kubunuh dirimu !" Liem Tou sama sekali tak menyangka Oei Poh bisa
bertindak demikian, ia terperanjat dan meloncat bangun
seraya melototi Oei Poh dengan pandangan mendelong.
"Oei-heng, kau jangan ikut campur didalam urusan ini."
Serunya capat. "Apa yang kau andalkan untuk mewakili dirinya
meminang diriku ?" apalagi aku sudah punya entji Ie serta
Adik Wan, dua orang istri sudah lebih dari cukup, buat apa
mencari istri yang ketiga lagi?"
"Aku dengan Tjing-moay boleh dihitung sebagai saudara
seperguruan, kenapa aku tidak boleh mewakili dirinya ?""
Dengus Oei Poh dingin. "Jangan dikata sekarang kau memiliKi
dua orang istri, asalkan Tjing-moay mencintai dirimu.
sekalipun kau sudah punya sepuluh Orang istripun tetap harus
kau terima juga tawaranku ini, Eei ! sekarang kau jawab, mau
atau tidak?" Mendadak Liem Tou mendongak dan tertawa tergelak,
suaranya keras menggetarkan seluruh rusngan kedai tersebut.
"Oei-heng, urusan sebesar ini mana boleh dipaksakan!"
ujarnya sepatah demi sepatah.
Sepesang mata Oei Poh melotot bulat-bulat sehingga
hampir boleh dikatakan berapi-api.
Mendadak Liem Tou membentak keras di ikuti bayangan
tubuhnya laksana sambaran kilat melayang keluar dengan
menerobs melalui jendela.
Seperminum teh kemudian ...
"Braaakk!" dari luar jendela terlempar masuk sesosok
bajangan tubuh manusia yang berat sehingga membuat meja
kursi tergetar keras saking besarnya bantingan itu. Kemudian
disusul munculnya Liem Tou dari belakang.
Ketika Oei Poh melihat diatas badan pemuda she Liem yang
telanjang secara samar-samar mengucurken keringat, tak
kuasa lagi ia melirik pula kearah orang yang terbanting diatas
tanah. Kiranya orang itu adalah seorang hweesio gundul.
"Bangsat gundul, lihay betul kau! tenaga singkang yang kau
miliki tidak berada dibawah Kauwcumu, aku harus baik-baik
memerseni dirimu dengan beberapa kali bogem mentah!"
Teriak Liem Tou dengan wajah penuh kegusaran seraya
melangkah masuk ke dalam ruangan.
"Oei-heng ! persoalan tadi tidak usah dibicarakan lagi, aku
takut bila diteruskan malah kedua belah pihak sama-sama
merasa tidak gembira".
Oei Poh mendengus dingin, mendadak ia pejamkan
matanya tidak menggubris lagi.
Melihat pemuda she Oei sudah tidak ribut lagi Liem Tou
bangun mencengkeram badan si hweesio yang dibanting
keatas tanah tadi. "Aku mau bertanya kepadamu dan kau harus menjawab
dengan sejujurnya, jikalau kau berani bicara setengah patah
saja kata-kata bohong Hmm. segera akan kuberikan suatu
kematian yang mengerikan bagimu tanpa tempat penguburan
yang layak." bentaknya keras-keras. "Ayo cepat jawab apa
kedudukanmu didalam perkampungan Sin Beng Kauw?""
Sembari bertanya kakinya laksana kilat melancarkan satu
tendangan menghajar tubuh hweesio itu disamping tangan
kirinya dengan cepat mengirim dua buah totokan sekaligus.
Hweesio itu kontan muntahkan segumpal riak kental,
kendati bisa berbicara badannya tetap tak berkutik.
Terdengar orang itu mendengus berat, lalu melengos dan
tidak menjawab. Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya.
"Ayoh jawab?" teriaknya kembali. "Apa kedudukanmu
didalam perkumpulan Sin Beng Kuaw ?""
Hweesio itu tetap tak berkutik.
Melihat orang itu keras kepala Liem Tou segera berjalan
menghampri mendadak tangannya cengkeram ketiak orang itu
keraskeras' Seluruh tubuh si hweesio gemetar keras, wajahnya yang
gemuk merah padam mendadak berubah menjadi pucat pasi
bagaikan mayat, keringat dingin sebesar kacang kedelai
mengucur dengan derasnya. Tetapi ia masih tetap menggertak
giginya tidak menjawab. Sejak Liem Tou tersadar diri pingsannya didalam lembah
berkabut tempo dulu. napsu membunuh sudah meliputi
wajahnya. Ia mengetahui bagaimana bahaya serta liciknya
dunia persilatan dan semua kejadian tak dapat dibayangkan
oleh manusia baik-baik. Apalagi sihweesio ini sangat keji sekali, ternyata ia
membawa sekotak dupa mabok yang terkutuk. Walaupun
demikian jikalau bukan ia menemulan hal ini dengan cepat
dan dupa itu keburu dilepaskan maka seluruh penghuni kedai
akan keracunan. Liem Tou mengerti menghadapi manusia semacam ini tak
boleh diampuni lagi, tenaga cengkeramannya ditambah
dengan satu bagian. Seluruh wajah hweesio itu dari pucat kini
berubah jadi hijau membesi, keempat anggota badannya
mulai kaku tak dapat bergerak, siksaan melemaskan tulang
memindahkan urat macam begini merupakan suatu
penyiksaan yang tak akan tahan oleh siapapun juga.
Akhirnya dengan suara serak serunya. "Lepaskan dulu
diriku, aku akan bicara !"
Liem Tou yang mendengar hweesio itu menyerah, segera
lepas tangan. "Aku adaleh siangcu dari bagian pelaksana hukuman
didalam perkumpulan Sin Beng Kauw."
"Hmmm ! Sudah berapa banyak orang yang telah kau
bunuh " ?" "Tidak ingat !"
"Hmmm ! Membunuh orang tak terhitung banyaknya. ini
hari kaupun seharusnya cepat-cepat tinggalkan dunia ini."
Pemuda itu merandek sejenak. setelah berganti napas
tambahnya: "Apa yang hendak dilakukan pihak perkumpulan Sin Beng
Kauw menghadapi diriku?""
"Besok kau bakal tahu sendiri!"
Mendadak Liem Tou merasakan racun yang dihisap masuk
kedalam dadanya secara lapat-lapat mulai kambuh lagi, ia
tidak banyak bicara lagi diangkatnya hweesiO itu keluar dari
kedai dan menuju kebawah sebuah bukit seratus tombak
jauhnya dari tempat semula, kemudian kepada hweesio itu
jengeknya: "Eeei.. .hweeiio gundul, aku akan hantar kau menuju
ketempat terakhirmu!"
Tidak menunggu jawaban dari orang itu lagi telapak
tangannya tanpa menimbulkan sedikit suarapun didorong
kemuka kemudian Liem Tou putar badan dan tinggalkan
tempat itu dengan keadaan tenang.
Kurang lebih seperminum teh kemudian dari luar kedai baru
kedengaran suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati
menggemparkan seluruh angkasa ditengah malam buta.
Keesokan harinya jenasah hweesio itu baru ditemukan
orang menggeletak dengan darah mengalir keluar diri tujuh
lubangnya. Sekembalinya Liem Tou kedalam kedai, si gadis cantik
pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing yang baru saja
terbangun, "Apa yang sedang berlangsung?"
"OOOUW. . urusan sudah berlalu hanya seorang hweesio
yang tak tahu diri datang mencari satori." Sahut Liem Tou
hambar, Selesai berkata tanpa perduli mereka lagi segera duduk
bersemedi untuk atur pernapasan. Ia berusaha mendesak
keluar racun yang mengeram ditubuhnya.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing
tak dapat berbuat apa-apa lagi. terpaksa mereka kembali
kekamar untuk beristirahat.
Malam itu tak terjadi peristiwa lagi, keesokan harinya ketika
Liem Tou selesai bersemedi ia merasakan badannya segar luar
biasa, Si gadis cantik penganton kambing serta Siauw Giok Tjing
yang tidur bersama-sama itu pun muncul kembali dengan
gembiranya, mereka bergurau dan tertawa, hanya tinggal Oei
Poh seorang duduk membungkam, wajahnya kelihatan amat
sedih. Untuk menghilangkan kekesalan tersebut ia meneguk arak
bermabok-mabokan. Liem Tou pun tidak menggubris dirinya lagi' ia melakukan
pekerjaannya sendiri tanpa banyak bicara.
Penduduk disekitar tempat itu tak ada yang tidak kenal
sihweesio Siangcu bagian pelaksana hukuman dari Sin Beng
Kauw dan rata-rata pada jeri pula terhadap dirinya, setelah
menemukan kematiannya dengan tujuh lubang mengucurkan
darah hitam mereka baru percaya apabila perkumpulan Sin


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beng Kauw benar2 sudah musnah, ketika itulah buru-buru
mereka benahi barang siap berlalu.
Ketika siang hari sudah tiba saat Liem Tou sekalian sedang
tersantap mendadak seorang anggota Perkumpulan Sin Beng
KauW muncul didepan pintu serta angsurkan sebuah sampul
surat, diam-diam Liem Tou berpikir dalam hatinya;
"Aiaahh. ! kiranya apa yang diucapkan hweesio gundul itu
kemarin bukanlah kata-kata bohong belaka."
Anggota perkumpulan Sin Beng Kauw itu setelah masuk
kedalam kedai tanpa mengucapkan sepatah katapun segera
angsurkan sampul surat itu ketangan Liem Tou,
Ketika pemuda itu membaca isinya ternyata tidak lain
hanya merupakan surat tantangan Boe Beng Tok-su
kepadanya tiga hari kemudian untuk berjumpa dilembahh Boe
Beng Kok. Setelah membaca surat tersebut Liem Tou tertawa dingin.
kepada anggota Sin Beng Kauw itu seraya berpaling ujarnya:
"Saat ini tentunya kauwtju kalian sudah meninggalkan
lembah tempat kediamannya bukan?""
Anggota perkumpulan Sin Beng Kauw itu mengangguk
Kembali Liem Tou tertawa dingin.
"Heee. . . hee. . . hee. . . aku berani menduga seratus
persen ia pergi mencari bala bantuan, tapi aku tak akan takut
siapapun yang dimintai bantuannya ! eeei. . . tahukah kau
kemana ia pergi?" Anggota Sin Beng Kauw itu menggeleng mendadak
mulutnya dipentang lebar-lebar sehingga beberapa orang itu
dapat melihat jelas keadaAn yang sebenarnya.
"Oooouw. .. sungguh keji kauwcu kalian...!" tak terasa
serunya tertahan dengan hati terperanjat.
Kiranya lidah anggota Sin Beng Kauw itu sudah dipotong
sehingga sudah tentu saja tidak dapat berbicara.
Akhirnya Liem Tou menghela napas panjang. ia ulapkan
tangannya sambil berkata: "Kau pulanglah, beritahu pada
mereka, perduli siapa yang akan mereka undang, aku Liem
Tou sampai waktunya tentu akan datang di tempat yang telah
dijanjikan, disamping itu aku perlu beritahu padamu, jikalau
kau ingin mempertahankan jiwamu gunakanlah kesempatan
ini cepat-cepat tinggalkan lembah Boe Beng Kok !"
Anggota Sin Beng Kauw tersebut meng-angguk2 dan
segera berlalu. Tiga hari Kemudian walaupun luka Oei Poh sudah sembuh
tapi belum dapat digunakan untuk bertempur, setelah Liem
Tou berpikir sebentar akhirnya ia berkata;
"Oei-heng ! Rasanya ditempat ini ada aku. Tjing-moay serta
Wan-moay sudah cukup untuk menghadapi anggota Sin Beng
Kauw, aku mengusulkan agar untuk sementara kau suka
berangkat kegunung Hi MO san di Tjing Shia untuk mencari
entji Ie ku dan sampaikan kata-kataku agar ia suka
menyerahkan tiga laksa tahil perak kepadamu sebagai biaya
pendirian kembali perusahaan Tjing Liong Piauw-kiok
bagaimana ?" Oei Poh lama sekali membungkam. mendadak ia melirik
sekejap kearah Siauw Giok Tjing kemudian menoleh lagi
kearah Liem Tou. "Boleh sih boleh" sahutnya. "Tapi apakah kau sudah
menyetujui permintaanku ?"
Liem Tou menggeleng. Mendadak air muka Oei Poh berubah hebat, bentaknya
keras: "Liem Tou kau benar-benar seorang yang berhati hitam aku
Oei Poh tak bakal sudi menerima uangmu itu!"
Saat ini Liem Tou pun sudah penuh diliputi Oleh hawa
gusar. teriaknya penuh kemarahan,
"Oei Poh! kau memaksa orang berbuat sesuatu hal yang tak
mungkin. dikolong langit mana ada urusan macam begini?"".
Bagaikan manusia kelaparan Oei Poh meloncat kedepan
sepasang telapak berkelebat berbareng membabat tubuh Liem
Tou. "Aku tidak mau tahu!" teriaknya keras. "Jika kau tidak
setuju. aku akan bunnh dirimu."
Liem Tou menyingkir kesamping untuk berkelit. saking
khekinya seluruh tubuh gemetar keras.
Gadis cantik pengangon kambing buru-buru menarik Liem
Tou kesamping. serunya cemas:
"Oei-heng kenapa kau bentrok lagi dengan engkoh Liem.
bahkan bergebrak pula menggunakan kekerasan?""
"Kau tanyalah sendiri kepadanya ."
Sahut Liem Tou sambil gelengkan kepalanya. "Selama
hidup belum pernah kujumpai manusia yang tidak pakai
aturan macam kau." Oei Poh tidak mau kalah, iapun mendengus berat-berat.
"Terhadap manusia tidak berbudi macam kau, seharusnya
sudah mati sejak berada di gunung Tjing Shia".
Melihat kedua orang itu saling berbentrok kembali Siauw
Giok Tjing mendepak-depakkan kakinya keatas tanah.
"Hey. apa sebab sebenarnya sehingga kalian berdua
bentrok lagi?"" teriaknya penuh kegusaran. "Bukankah
kemarin malam kalian masih saling bersahabat?"", Seraya
berteriak matanya melototi.
Oei Poh masih ngotot dan tetap berteriak keras; "Liem Tou.
kau sungguh-sungguh tidak mau?"
"Tidak!" Mendadak ia teringat mengapa Oei Poh begitu ngotot
memaksa ia untuk menerima permintaannya?" bukankah
tindakannya ini sangat bertentangan dengan kehendaknya?"
apa pula gunanya ia mengadu jiwa hanya demi kebahagian
Siauw Giok Tjing?" Setelah berpikir sampai disitu seluruh tubuhnya baru bergetar
keras, diam-diam ia berseru tertahan dan jadi paham kembali.
"Ooouw . . .! Kiranya begitu, sungguh tidak kusangka
kesemuanya ini hanya disebabkan bibit-bibit cinta, orang she
Oei ini terhadap diri Giok Tjing dengan tindakannya ini
membuktikan betapa cintanya dia terhadap Siauw Giok Tjing,
hanya sayang Siauw Giok Tjing tidak mencintai dirinya,
sehingga karena itu ia bermaksud membahagiakan gadis
pujaannya dan memaksa aku menerima pinangnya,"
Kepalanya seperti diguyur dengan sebaskom air dingin.
hatinya merasa kecewa terhadap seorang yang suka
berkorban demi cinta kekasihnya ia bersikap begitu kasar,
bukankah hal ini merupakan suatu perbuatan yang sangat
keterlaluan " Tanpa terasa wajahnya jadi melunak kembali, lama sekali ia
pandangi wajah Oei Poh! Akhirnya dengan rada rendah
katanya; "Oei-heng jangan marah dulu, sekarang aku mengetahui
semua soal tersebut, siauwte merasa sangat kagum terhadap
tindakan Oei-heng dan dengan ini kau mohn maaf pula
terhadap kekasaran serta kelancanganku tadi, tapi kaupun
harus tahu urusan ini bukan sembarangan waktu bisa
diputuskan, aku lihat lebih baik Oei-heng pulang dulu ke Tzian
menanti aku sudah menyelesaikan urusan ini dan pergi
mencari Tian Pian Siauw tju dan menolong Hong susiok,
urusan ini baru dirundingkan kembali."
Oei Poh yang mendengar ucapan dari Liem Tou ini kembali
merasakan badannya gemetar keras, bersamaan itu pula ia
menghembaskan napas panjang, seraya memandang Liem
Tou ia mengangguk berulang kali dan tersenyum.
Kendati begitu dari senyumnya itu Liem Tou dapat melihat
perasaan pedih, terima kasih serta kepiluan hatinya, hanya
hawa gusar sudah tidak menghiasi wajahnya lagi.
Tanpa perduli ada sigadis cantik pengangon kambing serta
Siauw Giok Tjing disana lagi, dengan penuh rasa mesra Liem
Tou berseru, "Oei-heng !" Tiba-tiba pemuda she Oei meloncat sembari putar badan,
diiringi suara gelak ketawa yang panjang ia berkelebat keluar
dari ruangan tersebut. "Liem Tou. begitulah baru mirip suatu ucapan lelaki, tetapi
kau harus ingat sampai waktunya apabila kau belum juga
menyetujui.. . Hmm ! akan kubunuh dirimu."
Ujung kaki dari kayunya sedikit menggenjot tanah.
badannya segera melayang pergi dan didalam waktu yang
amat singkat telah lenyap tak berbekas.
Sepeninggalnya Oei Poh, Liem Tou berdiri termangu-mangu
seorang diri. sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw
Giok Tjing yang tidak tahu peristiwa apa yang telah terjadi
hanya bisa berdiri sambil memandang Liem Tou dengan
termangu-mangu. Benak pemuda she Liem ini penuh dilipuii berbagai
persoalan, makin lama ia makin melamun. . , makin melamun
makin jauh. . . Tiba-tiba dengan perasaan terkejut ia tersadar kembali dari
lamunannya dan bangun berdiri.
"Kita sudah waktunya, mari kita berangkat!" serunya ambil
keputusan. Ketiga orang itu setelah berbenah sejenak lantas berjalan
keluar dari kedai dan berangkat kegunung.
"Ooouw. . .hampir-hampir saja aku melupakan satu
persoalan." tiba-tiba Siauw Giok Tjing berseru.
Ia kembali lagi kedalam kedai untuk mengambil tiga batang
rotan kering kemudian secara terpisah dibagikan ketangan
Liem Tou serta sigadis cantik pengangon kambing.
"Cepat ikat benda ini dipinggang, inilah rumput pemunah
racun yang dihasilkan dari lembah Boe Beng Kok,
kemujurannya sangat mujarab. Bila kalian terhisap bawa
beracun dapatlah tutup pernapasan seraya menggigii seutas
batang rotan. maka racun yang mengeram dibadan segera
akan punah dengan sendirinya. bila menjumpai cairan beracun
gunakanlah rotan ini sebagai alat senjata cambuk."
Liem Tou, sigadis cantik pengangon kambing tanpa banyak
cakap lagi segera menerima benda tadi dan diikatnya diatas
pinggang. kemudian mereka bertiga dengan mengerahkan
ilmu meringankan tubuh berkelebat menuju kedalam lembah
Boe Beng Kok. Waktu itu sang surya telah berada di sebelah Barat. cahaya
keemas-emasan masih menyinari seluruh jagad dengan
terangnja. dalam keadaan seperti ini ketiga orang itu tidak
berani berjalan melalui jalanan besar. setelah melewati
beberapa puncak gunung yang tinggi mereka langsung
menuju puncak gunung didekat lembah Boe Beng Kok,
Ketika mereka bertiga sudah berdiri diatas puncak, Siauw
Giok Tjing seraya menuding atap bangunan yang berjejar-jejar
ia memberi penjelasan tentang letak dari markas besar
perkumpulan Sin Beng Kouw terutama sekali istana Boe Beng
Tien yang merupakan tempat peristirahatan sang Kauwtju.
Disamping itu gadis she Siauw inipun memberi petunjuk
tentang letak dari alat-alat rahasia yang disebut 'Naga
Berpekik Bangau Berteriek' serta '"Harimau Mengaum Monyet
Menjerit". Ketika Siauw Giok Tjing selesai memberikan penjelasan,
sang surya telah lenyap di ufuk Barat sedang haripun semakin
gelap. Ujarnya Liem Tou waktu itu "Kita boleh segera berangkat
!". Siapa sangka pada waktu itulah dari dalam lembah
berkumandang keluar suara jeritan panjang yang memekikkan
telinga. Mendengar suara itu air muka sigadis cantik pengangon
kambing berubah hebat, tanpa terasa ia menutupi sepasang
telinganya dengan tangan.
Sedangkan Liem Tou serta Siauw Giok Tjing sendiripun
merasa ikut terperanjat, karena dengan andalkan
kesempurnaan tenaga sinkang yang mereka miliki pada saat
ini telinganya ikut merasa bergetar, ini membuktikan bila
tenaga sinkang yang dimiliki orang itu telah mencapai puncak
kesempurnaan yang susah dilukiskan lagi.
"Tunggu dulu !" Liem Tou segera tukar pendapat,
"Sungguh aneh sekali, jelas suara ini bukan berasal dari Boe
Beng Tok-su, tapi suara siapa " kalau didalam lembah Boe
Beng Kok pun telah kedatangan manusia macam ini, maka
peristiwa yang bakal kita hadapi sangat menakutkan sekali."
Baru saja dia menyelesaikan perkataannva suara suitan
kedua sudah berkumandang kembali dari dalam lembah,
dalam sekejap mata dari sebuah bangunan rumah dibawah
lembah tersebut muncul segerombolan anggota perkumpulan
Sin Beng Kauw yang mencekal senjata tajam.
Anggota Sin Beng Kauw yang munculkan diri itu kurang
lebih berjumlah dua tiga ratus orang banyaknya. hal ini kontan
membuat Liem Tou berseru tertahan.
"Kiranya didalam tiga hari ini mereka sedang mengundang
balik seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kauw yang
berada dicabang-cabang maupun ranting-ranting diseluruh
dunia persilatan untuk bersama-sama menghadapi musuh,
kalau tidak dari mana munculnya anggota sin Beng Kauw
sedemikian banyaknya ?""
Air muka Liem Tou berubah makin serius ia teringat
kembali akan peristiwa sewaktu ia mengunci tangannya diatas
puncak gunung Tjing Shia, hatinya bergidik sehingga tidak
kuasa lagi ia jatuhkan diri berlutut diatas tanah dan mulai
menjura beberapa kali kearah langit.
Sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing
yang tak mengerti mengapa pemuda itu berlutut diatas tanah,
bersama-sama berseru tertahan dan mundur selangkah
kebelakang. "Iih. engkoh Liem. kenapa kau ?"
Liem Tou tak perduli teguran mereka, ia tetap berlutut dan
angguk-anggukan kepalanya menghadap kelangit, wajahnya
penuh dihiasi oleh kepiluan hati yang belum pernah tercermin
dalam benaknya. "Apakah inilah yang dinamakan takdir terdengar ia
bergumam seorang diri. "Misalnya takdir menghendaki
demikian, aku Liem Tou tak dapat menghalanginya lagi malam
ini jika aku Liem Tou akan melakukan pembunuhan secara
besar-besaran, tapi tindakanku ini mungkin mendatangkan
kemarahan Thian terhadap diriku ?"
Sigadis cantik pengangon kambing adalah seorang berhati
welas asih, sehabis mendengar gumaman tersebut wajahnya
kontan kelihatan amat sedih. Lain halnya dengan Siauw Giok
Tjing, ia segera membantah ;


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak ! engkoh Liem, selama setahun ini perkumpulan Sin
Beng Kauw dengan andalkan racunnya yang ganas telah
mendatangkan bencana buat dunia persilatan, beruntung
sekali rencana yang besar ini belum sampai merambat kemana2.
jikalau tidak kau lenyapkan mulai saat ini, hendak kau
tunggu sampai kapan " apakah kau ingin menunggu setelah
pengaruh mereka makin meluas baru bekerja" saat itu Kau
terlambat sudah." "Perkataanmu memang benar. tetapi mungkinkah
tindakanku ini bakal menimbulkan akibat yang jauh lebih besar
?" 'Bagaimanapun juga mereka adalah anggota Sin Beng
Kauw, siapa yang menjadi anggota Sin Beng Kauw dia harus
mati". Liem Tou melongak melirik sekejap wajah Siauw Giok Tjing
ia temukaa wajah gadis itu penuh diliputi dengan napsu
membunuh. hal ini belum pernah ia temui selama ini.
Sepasang mata dari gadis she Siauw pada saat ini dengan
pancarkan cahaya tajam sedang melototi dirinya, ketika sinar
mereka sama-sama bentrok menjadi satu hati mereka berdua
kontan terasa bergidik. karena masing-masing pihak
menemukan bila pihak lawannya telah dipenuhi oleh napsu
membunuh, "Dosa!" diam2 Liem Tou berseru di dalam hatinya.
Dari berlutut ia jadi duduk bersila, bisiknya lirih: "Tjingmoay!
Wan-moay! untuk sementara waktu kalian berdua
nonton saja dari atas puncak ini. biarlah aku turun seorang
diri!" Sepasang matanya dipejam kemudian mulai mengatur
pernapasan dan semedi sebagai persiapan dalam menghadapi
suatu pertempuran yang bakal terjadi dengan sengitnya.
Tiba-tiba Siauw Giok Tjing merasakan hatinya sedikit
bergerak. iapun duduk bersila.
"Tidak!" serunya cepat. "Kita harus menggertak dulu pihak
mereka sehingga semangat serta kepercayaan pada diri
sendiri dari anggota Sin Beng Kauw pecah dan hancur. dengan
demikian pekerjaan kita boleh dihitung sudah sukses separuh.
atau mungkin dengan demikian kita bisa mengurangi jumlah
pembunuhan yang harus kita lakukan, wan-moay, kau baikbaiklah
berada dipuncak ini sembari menjagakan kalangan
pertarungan dari bokongan manusia-manusia tidak tahu
malu." Perempuan inipun pejamkan matanya sehabis
mengucapkan kata-kata itu. napasnya mulai diatur dan hawa
murni disalurkan mengelilingi seluruh anggota badan,
Sigadis cantik pengangon kambing yang melihat kejadian
ini hanya bisa merasakan jantungnya berdebar sangat keras,
tanpa terasa muncullah bayangan sebagai apa yang
dikatakan; 'Darah mengalir bagaikan sungai, mayat
bertumpukan bagaikan bukit'.
Hatinya bergidik, mendadak ia teringat kembali dengan
pemandangan yang mengerikan sewaktu ayahnya dibunuh,
selapis napsu membunuh kontan menyelimuti seluruh
wajahnya, ia ikut duduk bersila dan mengikuti pelajaran kitab
pusaka Toa Loo Tjin Keng mulai salurkan hawa murninya.
Segulung angin gunung yang membawa hawa napsu
membunuh tertiup lewat sepoi-sepoi, dedaun mulai
berguguran memenuhi permukaan tanah karena waktu itu
adalah musim gugur. Dipuncak sebelah sini lembah Boe Beng Kok duduklah tiga
orang muda dengan wajah seram, suatu pertumpahan darah
segar akan berlangsung dengan ketiga orang itu memegang
sebagai peran utama. Inikah yang dinamakan Takdir "!
Udara perlahan-lahan menggelap dan cuacapun berubah
menurut perputaran alam. Mendadak dari dalam lembah Boe Beng Kok muncul
sesosok bayangan putih yang di i' uti B .e Bong Tok su dengan
w?jah ya,"g jaib lebih dingin dari pada tiga tahun berselang
munculkan dirinya ditengah kalangan. Sembari tertawa
tergelak ia berseru: Liem Tou, kau angcao kami tidak berhasil temukan jejakmu
" aku sudah lama menantikan kedatanganmu."
Liem Tou, Siauw Giok Tjing serta si gadis Cantik pengangon
kambing setelah mengatur pernapasan beberapa saat,
semangatpun telah pulih kembali seperti sedia kala.
mendengar ?e akan ita perlahan-lahan mereka buka mata dan
bangun berdiri. Cahaya mata yang dipancarkan ketiga orarg itu dalam detik
ini begitu tenang halus dan ramahh.
"Mari kita turun !" ajak Liem Tou kemudian dengan suara
yang tenang dan kalem. Mendadak .... "Iiih !" sigadis cantik pengangon kambing berseru tertahan.
Buru-buru Liem Tou dan Siauw Giok Tjing berpaling
dilihatnya beratus-ratus orang anggota perkumpulan Sin Beng
Kauw yang ada didalam lembah telah membentuk suatu
barisan yang aneh, setiap barisan begitu tertatur dan kouat
sekali pertahanannya. Ketika itulah tampik sesosok bayangan putih laksana kilat
meluncur naik keatas puncak.
Terutama sekali gerakan bayangan putih itu bagaikan
sebuah benda bulat saja, menggelinding datang laksana
sambaran kilat. "Hati-hati!" seru Liem Tou kasih peringatan.
Dalam sekejap mata kedua sosok bayangan tersebut telah
tiba diatas puncaK, mereka berhenti kurang lebih tiga tombak
dihadapan ketiga orang itu.
Kiranya mereka bukan lain adalah Boe Beng Tok-su serta
seorang kakek tua berambut putih beralis putih yang
berperawakan pendek lagi gemuk, jubah yang dikenakan pun
berwarna putih sehingga jika dilihat dari tempat kejauhan
persis segumpal bola putih.
Setibanya dihadapan ketiga orang itu. dengan pandangan
yang dingin Boe Beng Tok-su menyapu sekejap wajah mereka
kemudian perlihatkan suatu senyuman yang sangat, ujarnya
ringan, "Liem Tou, jikaiau kau tak ingin turun dari lembah ini,
terpaksa aku dengan Sing Lootjianpwe datang kemari
menjumpai dirimu, kau dapat memperoleh pandangan yang
istimewa dari Sing Lootjianpwe boleh dikata kau merupakan
satu-satunya orang yang paling beruntung selama empat
puluh tahun ini". Sekali lagi Liem Tou memperhatikan wajah sikakek tua
berjubah putih, ia temukan walaupun orang tersebut sudah
tua tetapi wajahnya putih kemerah-merahan seperti wajah
bocah cilik, diam-diam hatinya merasa terperanjat.
"Sing Locianpwee!" tegurnya tenang. "Belum pernah
kudengar dalam dunia persilatan ada manusia macam kau".
Sekali lagi Boe Beng Tok-su tertawa.
"Sekalipun kuberitahu kepadamu siapakah sebenarnya Sing
Lootjianpwee ini, rasa2nya sutjouw dari Pouw siangtju sakti
Suo Kut Mo Pian pernah kau dengar namanya bukan" masih
ada lagi ilmu Kioe Im Tong Tju Loo Han Kang kau pernah
mengetahuinya bukan?"
Liem Tou sangat terperanjat, tanpa terasa tangannya
dibentang untuk merintangi Siauw Giok Tjing serta sigadis
cantik pengengon kambng yang ada disisinya untuk maju lebih
kedepan ia sendiripun mundur selangkah kebelakang belum sempat
memberi jawaban si Boe Beng Tok-su sudah menyambung lagi
sambil tertawa; "Thiat Bok, Tji Liong. Hong Im beserta angkatan yang lebih
muda setingkat Pouw Sauw Ling telah terluka semua
ditanganmu, coba kau pikir perlukah Loocianpwee ini datang
sendiri untuk menjumpai dirimu?""
Maksud kegunaan dari Boe Beng Tok-su berkata demikian
bukan lain adalah dikarenakan ia ingin antara Liem Tou
dengan sikakek berjubah putih ini Suo Kut Mo Pian terjadi
bentrokan secara langsung. ia ingin mengandalkan kekejian
serta ketelengasan si Suo Kut Mo Pian yang telah
menggemparkan seluruh dunia persilatan pada masa yang
silam menekan diri Liem Tou bahkan kalau dapat melenyapkan
dari muka bumi ini. Sedikitpun tidak salah, baru saja Boe Beng Tok-su
menyelesaikan kata-kata tersebut diatas selembar wajah Suo
Kut Mo Pian, yang masih kebocah-bocahan terlintas perasaan
murung serta kesal yang tebal. tapi kekesalan tersebut hanya
berkelebat sekejap saja kemudian pulih kembali seperti
sediakala, sunyuman menghiasi bibirnya,
Senyuman ini seketika itu juga mendatangkan rasa bergidik
bagi Liem Tou sekalian, mereka merasakan suatu perasaan
yang aneh timbul dalam dasar hatinya.
Tetapi bagaimanapun juga dengan kesempurnaan tenaga
sinkang yang dimiliki Liem Tou, akhirnya ia berhasil juga
menekan rasa tak enak yang bergelora didalam dadanya,
kepada Suo Kut Mo Pian ia segera menjura memberi hormat.
"OOOUW. . . kiranya yang datang adalah Sing Loocianpwee
yang namanya telah tersohor diempat samudera, maaf, maaf.
.." Mendadak satu ingatan bagus berkelebat didalam
benaknya, seraya tersenyum ringan sambungnya; "Sungpuh
tak kusangka Sing Lootjianpwee suka mendatangi lembah Boe
Beng Kok karena memperoleh undangan sang Kauwcu dari
perkumpulan Sin Beng Kauw. dengan demikian tentunya
Kauwcu sudah melupakan dendam serta kesalah pahaman
yang pernah dilakukan diantara Thiat Bok Thaysu dengan
suhu dari Kauwcu si Tjhiet Tji Tauw Tuo pada masa yang
silam !" Boe Beng Tok-su yang mendengar ucapan itu air mukanya
kontan berubah hebat, "Liem Tou apa kau kata?" Teriaknya penuh kegusaran.
Dengan langkah lebar ia berjalan menghampiri. kelima
jarinya dipentangkan mencengkeram dada Liem Tou.
Tapi belum sempat serangan itu mencapai pada sasarannya
Sou Kut Mo Pian sambil tertawa cekikikan sudah menarik
tangan Boe Beng Tok-su kebelakang.
"Loote ! kau berhasil mengundang datang Loohu kemari ini
berarti kesalah pahaman antara suhumu dengan Thiat Bok
telah dipeti eskan, buat apa kau merasa gelisah karena ada
orang yang coba memanasi hatiku ditengah jalan " luka Loote
baru saja sembuh, lebih baik jangan terlalu menggunakan
tenaga apalagi marah-marah, kau tonton saja kepandaian dari
Loohu untuk tangkap bangsat cilik itu, Nah ! minggirlah sedikit
," "Sudah tentu, sudah tentu ! " seru Boe Beng Tok-su
dengan sepasang biji mata berputar,
Mengikuti ucapan tersebut ia menyingkir kebelakang dan
menunjukkan wajah yang mengejek menoleh kearah Liem
Tou. Liem Tou yang mendengar ucapan dari Sou Kut Mo Pian
itu, tanpa ia sadari lagi seluruh perhatiannya dicurahkan
kearah musuh. hawa singkang diam-diam disalurkan
mengelilingi seluruh tubuh siap menantikan serangan pihak
lawan. Suu Kut Mo Pian sendiri dengan sepasang matanya yang
tajam berwarna kebiru-biruan melototi wajah Liem Tou tak
berkedip, tiba-tiba ujarnya dengan nada suara bagaikan bocah
; "Liem Tou. dikolong langit pada saat ini boleh dihitung
kepandaian silatmu yang paling tinggi, kau masih berusia kecil
akan tetapi Kesempurnaan ilmu silatmu telah mencapai
sedemikian tingginya, aku merasa sangat kagum sekali. Tiat
Bok Tji Liong Ang Im serta Sauw Ling beberapa orang pada
terluka semua ditanganmu, hal ini loohu tak bisa salahkan kau
melainkan menyalahkan kepandaian silat mereka tidak becus,
dan ini hari di antara kita berdua telah saling berjumpa satu
sama lain, ini berarti pula diantara kita ada jodoh. Liem Tou !
bagaimana ?"" Apakah kau sanggup menerima sepuluh jurus
seranganku?" "Hmm, setelah malam ini berjumpa dengan dia" pikir Liem
Tou didalam hati. "Jangan dikata cuma sepuluh jurus
sekalipun seratus ribu juruspun aku tak akan mundar !"
Walaupun dihati ia berpikir demikian, diluaran ia menjawab
sambil tertawa. "Bilamana tjianpiwe begitu memandang tinggi diriku,
boanpwee tentu saja akan menerima perintah tanpa
membantah, hanya satu-satunya harapanku adalah apabila
Tjianpwe suka sedikit mengalah dan jangan turun tangan
jahat padaku". "Bagus, bagus, bagus sekali."' Sekali lagi Suo Kui MO Pian
tertawa cekikikan. "Bila kau bisa menyambut sepuluh jurus
seranganku, aku segera akan putar badan berlalu dan sejak ini
tidak akan munculkan diri kembali didalam dunia persilatan,
selama hidup aku akan menjalani penghidupan yang susah di
daerah bersalju yang amat dingin. kalau tidak. maka dalam
kemunculanku yang kedua kalinya dalam dunia persilatan ini
aku tidak bersiap untuk pulang lagi".
Boe Beng Tok-su yang mendengar ucapan itu dari samping
pada mulanya perlihatkan wajah kegirangan, tetapi setelah
mendengar perkataan yang teraknir mendadak senyuman
girang lenyap berganti dengan wajah murung. Agaknya
siapapun dapat meraba dan melihat jelas, apabila Suo Kui Mo
Pian tidak suka balik lagi kegunung ini berarti kedudukan Sin
Beng Kauw Kauwtju jadi sangat berbahaya sekali.
Liem Tou tidak menjawab lagi, ia perdengarkan suitan yang
nyaring sehingga menggema memenuhi angkasa.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing
yang melihat Liem Tou akan turun tangan menghadapi musuh
tangguh, tanpa terasa lagi mereka bersama-sama berseru;
"Engkoh Liem, dalam menghadapi musuh yang tangguh
kau harus berhati-hati dan selalu waspada".
Ketika itu Liem Tou sudah kumpulkan hawa sinkangnya
dipusar, mendengar ucapan itu ia mengangguk.
"Engkoh Liem!" terdengar Siauw Giok Tjing berbisik kembali
dengan nada yang lirih, "Kau jangan lupa menggunakan ilmu
telapak yang kau berhasil pelajari dari lembah Mati Hidup".
Sekali lagi Liem Tou mengangguk. tapi ia tidak memikirkan
lebih mendalam ucapan dari Siauw Giok Tjing yang terakhir
ini. Pada waktu itu selembar wajah kebocah-bocahan dari Suo


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kut Mo Pian telah berubah membesi, didalam sekejap mata air
mukanya sudah terlapiskan selembar kabut tebal yang
berwarna putih, bersamaan itu pula sepasang telapak
tanganpun mengebulkan asap putih bagaikan kabut gunung..
.. Liem Tou yang berdiri dihadapannya seketika merasakan
udara disekelilingnya ikut berubah jadi dingin sekali sehingga
badan terasa bergetar keras, hatinya menjadi bergidik.
Ia tahu Suo Kut Mo Pian telah mengeluarkan ilmu 'Kioe Im
Tong Tju Loh Han Ciang' nya. hanya ia tidak menyangka
sebelum angin serangan dilancarkan cukup sewaktu
menyalurkan tenagapun telah menimbulkan hawa dingin yang
menggidikkan hati. Pada detik inilah ia mulai menyadari apabila malam ini
dirinya sudah berjumpa dengan musuh yang paling tangguh
selama hidupnya, jlka ia sampai kalah ditangannya bukan saja
sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing
yang ada dihidapannya menemui bahaya bahkan seluruh umat
Bu-lim pun bakal menemui bencana.
Setelah teringat apabila pertarungan malam ini
menentukan siapa yang lebih unggul antara golongan Pek-to
serta golongan Hek-to, pemuda she Liem ini semakin
persiapkan diri lagi. Ia mengambil keputusan bagaimanapun
yang terjadi ia harus menerima dulu kesepuluh jurus
serangannya kemudian baru pikirkan kembali akibatnya.
Ia tarik napas panjang-panjang. seluruh tenaga sinkang
yang dimilikinya disalurkan mengelilingi seluruh badan. Tetapi
sewaktu melihat sigadis cantik pengangon kambing serta
Siauw Giok Tjing hanya berdiri tiga depa dibelakangnya,
dengan wajah serius ia lantas berseru;
"Ilmu Kioe Im Tong Tju Loo Han Keng dari tjianpwee
sangat lihay. cepat mundur satu tombak lebih kebelakang
seraya salurkan tenaga untuk bersiap sedia".
Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing
menurut, mereka mundur tiga tombak kebelakang, sepasang
matanya dipentangkan lebar-lebar memperhatikan wajah Liem
Tou, mereka tak berani berlaku ayal terutama sekali Siauw
Giok Tjing. Tanpa terasa ia sudah cekal gagang pedang Lam
Beng Kiamnya erat-erat. Suo Kut Mo Pian pun salurkan hawa murninya mengelilingi
seluruh badan. mendadak dari sepasang matanya
memancarkan cahaya dingin.. .
Tak, tak tak. .. berturut-turut ia maju beberapa langkah
kedepan, telapak tangannya didorong kedepan mengirim
sebuah serangan angin dingin yang menggidikkan hati,
bersamaan itu pula terasa adanya segulung tenaga tekanan
yang keras menindih datang.
Liem Tou tidak berani berlaku ayal lagi, tangannya
diayunkan kedepan mengirim pula sebuah angin pukulan
dengan menggunakan tenaga pukulan sebesar tujuh bagian.
"Braaak ..!" kedua gulung angin serangan sama-sama
berbentrok untuk kemudian punah tak berbekas.
Jilid-51 Matinya Hweesio tujuh jari.
TUBUH LIM TOU serta Suo Kut Mo Pian sama-sama berdiri
tak berkutik bagaikan gunung thay-san tetapi dalam bentrok
barusan inilah masing-masing pihak telah dapat mengukur
sampai dimanakah kekuatan lawan.
Tanpa disadari rasa waspada pun makin meliputi hati
mereka berdua, baik Liem Tou maupun Suo Kut Mo Pian tidak
berani bergerak secara gegabah lagi.
Lama sekali kedua orang itu berdiri saling berhadaphadapan,
mendadak jubah putih Suo Kut Mo Pian
bergelembung, mulutnya yang kecil bagaikan bocah
memperdengarkan dua kali jeritan yang amat nyaring
Ujung jubah dibebut keluar. sepasang telapak bersamasama
diayun kedepan melancarkan sebuah angin pukulan
bagaikan taupan menggulung empat penjuru.
Seketika itu juga Liem Toa merasakan badannya gemetar
keras, gigi saling beradu darah yang mengalir dalam badannya
seraya membeku semua, Buru-buru ia salurkan hawa murninya mengelilingi seluruh
tubuh untuk punahkan rasa dingin yang merasuk tulang itu.
"Ilmu Kioe Im Cin Khie yang sangat lihay." tak kuasa lagi ia
berseru memuji. Sepasang telapak tangannya bersama-sama ditekan
kebawah. dengan salurkan sembilan bagian tenaga
sinkangnya mengirim sebuah pukulan angin taupan
mempertahankan diri dari hantaman lawan.
Pukulannya segera membentuk suatu pertahanan yang
kuat bagaikan dinding baja.
Bentrokan pukulan kali ini terjadi karena bertemunya hawa
pukulan Im dan hawa pukulan yang satu keras yang lain lunak
... "Brak! Angin pukulan kontan lenyap tak berbekas, tetapi
bersamaan itu pula air muka Sou Kut Mo Pian maupun Liam
Tou sama-sama berubah hebat. tubuhnya tergetar keras.
Hingga detik inilah Suo Kut Mo Pian baru merasa
terperanjat. ia mendengus dingin sepasang matanya
memancarkan cahaya dingin yang menggidikan hati.
Tjing Oow Koay Hiap ternyata bukan nama kosong belaka
Loohu merasa sangat kagum!" serunya keras.
Liem Tou sendiripun ikut merasa terperanjat atas
kedasyatan tenaga sinkang yang dimiliki Sou Kut Mo Pian,
seluruh perhatiannya makin tercurahkan dalam pertarungan.
"Tjianpwee terlalu memuji." jawabnya hambar. "Aku rasa
ilmu Kioe Im Tong Tju Loo Han Kang engkaupun sangat luar
biasa. hampir saja aku tidak sanggup untuk menerimanya."
Pendekar Guntur 1 Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bara Diatas Singgasana 12
^