Pencarian

Raja Silat 27

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 27


Sewaktu bercakap-cakap itulah masing-masing pihak
menggunakan kesempatan ini untuk mengatur pernapasan.
"Tjianpwee! kau telah melancarkan tiga buah serangan,
maaf sekarang boanpwee dari posisi akan berganti menyerang
bertahan." tiba-tiba Liem Tou berseru,
Mendengar perkataan itu Suo Kut Mo Pian mendongak
tertawa terbahak-babak. "Sudah tentu. sudah tentu!"
Tetapi baru saja ia menyelesaikan kata-katanya mendadak
diiringi suatu jeritan keras, bagaikan sebuah bola saja
badannya menggelinding kedepan mendesak maju tiga
langkah kedepan. ditengah menyambarnya angin pukulan
yang gencar dalam sekejap mata ia sudah mengirim tiga buah
serangan sekaligus. Tiga tombak disekeliling kalangan seketika itu juga diliputi
juga hawa dingin yg menggidikan hati Liem Tou hanya
merasakan kulitnya seketika berubah jadi memerah. hal ini
masih tidak aneh, justru hawa dingin tersebut ternyata
meresap masuk melalui setiap bulu badannya menerjang urat
dan membekukan semua orang didalam badannya.
Seluruh tubuh Liem Tou bergidik, seraya menggertak gigi
menahan rasa dingin yang menyerang badannya diam-diam ia
berpikir. "Apakah aku Liem Tou pada malam ini juga akan musnah
ditangannya?"." Pikiran dengan cepat berputar. timbullah
semangat jantan didalam tubuhnya.
"Tiga buah serangan dari cianpwee telah. . ." Kata terakhir
belum sempat diucapkan Liem Tou merasa badannya tidak
tahan, ia mengempos semangat dan salurkan hawa
sinkangnya mengelilingi seluruh badan.
Dengan menggunakan sepuluh bagian tenaganya ia balas
mengirim tiga buah serangan sekaligus kedepan. bersamaan
itu pula bayangan hijau berkelebat lewat, tahu-tahu bayangan
badannya sudah lenyap tak berbekas.
Tetapi Suo Kut Mo Pian pun bukan seorang jago yang tiada
berpengalaman. sewaktu ia merasa kehilangan musuhnya
sang badan dengan cepat berputar, sepasang telapak
bersama-sama didorong kedepan.
Sedikitpun tidak salah Liem Tou benar-benar berada
dibelakangnya dan siap melancarkan sebuah pukulan dahsyat
kedepan. "Braaak. .! untuk ketiga kalinya sepasang telapak masingmasing
pihak saling bertemu dan berbentrok satu sama
lainnya. Kedua orang itu sama-sama menggunakan seluruh tenaga,
sama-sama berniat mengadu jiwa, dalam serangannya
barusan mereka telah menambahi tenaganya sebanyak tiga
bagian dari pukulan semula.
Diatas puncak lembah Boe Beng Kok kontan terkurung oleh
pusaran angin taupan yang maha dahsyat rumput batu debu,
pasir maupun pepohonan pada tumbang dan berterbangan
memenuhi angkasa, keadaannya mirip letusan gunung berapi,
sungguh mengerikan sekali.
Boe Beng Tok-su, Sigadis cantik pengangon kambing
maupun Siauw GiOk Tjing sama-sama mundur delapan
tombak jauhnya dari tengah kalangan untuk meloloskan diri
dari terjangan pusaran angin tersebut.
Ketika Suo Kut Mo Pian serta Liem Tou melancarkan
bentrokan yang keenam kalinya masing-masing pihak
mendengus berat lalu sama-sama mundur tiga langkah
kebelakang, Air muka Liem Tou pucat pasi bagaikan mayat seluruh
tubuhnya gemetar keras. Sedangkan wajah Suo Kut mo Pian yang dasarnya sudah
putih kini berubah kehijau-hijauan. dari ubun-ubunnya
mengempulkan selapis kabut putih yang makin lama menebal,
sepasang matanya yang biru kini berubah menguning.
Kedua orang itu berdiri saling berhadapan dengan jarak
delapan depa masing-masing pihak berdiri terpaku ditempat
semula dengan sepasang mata memperhatikan pihak
lawannya tajam-tajam. Ketika itulah dengan penuh kemurungan Siauw Giok Tjing
berbisik kepada diri sigadis cantik pengangon kambing, "Wanmoay,
agaknya Engkoh Liem sudah terluka."
Sigadis cantik pengangon kambing mengangguk,
"Ehmm...benar, agaknya ia sudah terluka."
"Bila engkoh Liem ttdak kuat mempertahankan diri. aku
siap hendak turun tangan menggantikan dirinya."
"Jangan, engkoh Liem tentu akan merasa tidak gembira."
cegah Lie wan Giok dengan cepat.
Walaupun kedua orang gadis itu sedang bercakap-cakap tetapi
sepasang matanya memperhatikan kalangan pertempuran
tajam-tajam. Pada saat itulah mendadak Boe Beng Tok-su
menggerakkan badannya berjalan tiga tombak lebih kedepan
sehingga saat ini jaraknya dengan Suo Kut Mo Pian tinggal
dua tombak. Bersamaan itu pula dari sakunya mendadak ia ambil keluar
semacam barang yang kemudian digenggamnya erat-erat
ditangan. Melihat hal tersebut Siauw Giok Tjing terperanjat bisiknya
kepada diri si gadis cantik pengangon kambing:
"Coba kau lihat kauwcu itu hendak berbuat apa ?"
Seraya berseru badannya melayang dua tombak kedepan.
dengan mengitari sisi tubuh Suo Kut Mo Pian serta Liem Tou
mendekati Boe Beng Tok-su hingga berjarak satu tombak dari
dirinya. "Eei, kau sebagai seorang kauwcu seharusnya berlaku
sedikit sopan dan tahu diri," tegurnya dingin "Jikalau kau
hendak membokong orang. Hmm! dalam satu jam akan
kusuruh kau mati tanpa tempat kubur".
Habis berseru dengan pandangan penuh kegusaran ia
melototi wajah Boe Beng Tok-su, tangannya mencekal pedang
Lam Beng Kiam erat-erat. Boe Beng Tok-su mendengus dingin, badannya mundur
kembali dua tombak ke belakang.
Dengan pandangan dingin Siauw Giok Tjing memperhatikan
ia mundur sedang ia sendiri tetap berdiri tak bergerak dari
tempat semula. Suo Kut Mo Pian serta Liem Tou yang sedang bergebrak
pun sama2 tahu apa bila tenaga sinkang yang mereka miliki
adalah seimbang, siapapun jangan harap bisa menangkan
pihak lawannya, atau bila diteruskan maka hasil akhir adalah
sama-sama terluka. Beruntung sekali enam buah serangan sudah berlalu
walaupun sisanya empat buah serangan makin lama makin
sulit, tetapi di dalam sekejap mata akan berlalu dan menang
kalahpun akan segera ditentukan di dalam keempat jurus ini.
Setelah mempunyai pikiran begitu, siapapun diantara
mereka berdua tak ada yang berani pecahkan perhatian
mereka berdua saling berhadap-hadapan dengan hawa
sinkang disalurkan mengelingi seluruh badan.
Semisalnya waktu Liem Tou berada didalam lembah Mati
hidup tidak menghisap darah ular bersisik perak, mungkin
pada saat ini ia tak bakal tahan terhadap serangan Kioe Im
Tong Tju Loo Han Kang yang dilatih Suo Kut Mo-pian selama
empat puluh sembilan tahun ditengah pegunungan bersalju.
Sebaliknya Sou Kut mo-pian yang berturut-turut
melancarkan enam buah serangan tanpa berhasil melukai diri
pemuda itu sebaliknya ialah isi perut sendiri tergetar, darah
bergolak. hatinya jadi terperanjat, timbullah rasa bergidik
didalam hatinya. Justru diakui merasa jeri ia makin bermaksud mengadu
jiwa. inilah sifat manusia.
Beberapa saat kemudian kedua orang itu sama-sama sudah
pusatkan seluruh tenaga yang dimilikinya mendadak Liem Tou
menemukan Suo Kut mo-pian memperkuat kuda-kudanya
yang makin lama semakin diperendah, hatinya langsung
bergidik ia tahu orang itu sudah siap mengunakan tenaga
sinkang yang dipelajarinya selama ratusan tahun untuk
dikorbankan dalam serangannya kali ini,
Liem Tou tidak berani berlaku ayal lagi iapun memperkuat
kuda-kudanya, badan perlahan-lahan merendah kebawah
sedang tenaga sinkang dikerahkan mencapai pada puncaknya.
rambut pada bangun berdiri bulu badan tegak bagaikan Pit.
kulit berkerut sedang wajah tenang jelas pemuda ini pun
sudah bersiap sedia untuk mengeluarkan seluruh kepandaian
yang dimilikinya. Hawa dingin menyelimuti sekeliling tubuh Soo Kut Mo Pian
kesepuluh jarinya secara samar-samar mulai memancar keluar
hawa tipis berwarna merah.
Waktu sedetik demi sedetik berlalu, seperminum teh
lamanya kedua orang itu berdiri saling berhadapan tapi tak
seorang pun yang mulai melancarkan serangan terlebih dahulu
suasanapun dengan demikian ikut berubah makin menegang.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing
maupun Boe Beng Tok-su sama-sama tidak berani berkutik
mau pun mengucapkan sepatah katapun.
Suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun,
angin gunung bertiup sepoi-sepoi, suara burung yang
berterbangan di angkasa mendatangkan rasa berdebar dihati
setiap orang. Baik Suo Kut Mo Pian maupun Liem Tou telah menyalurkan
hawa murninya mencapai pada puncak yang harus dilepaskan,
sepasang mata melotot bulat-bulat dan memancarkan cahaya
yang amat tajam, sepasang telapak perlahan-lahan didorong
kedepan. Dalam sekejap mata empat telapak menempel satu sama
lainnya, tubuh kedua orang itu sama-sama tergetar keras.
Siapa nyana ketika itulah sewaktu telapak Suo Kut Mo Pian
menempel dengan telapak Liem Tau, mendadak ia menarik
kembali tangannya seraya menjerit keras, badannya bagaikan
sebuah bola putih mencelat tujuh. delapan tombak tingginya
ditengah udara. Liem Tok tidak sempat menarik kembali serangannya .
"Sreet! sebuah angin pukulan yang maha dahsyat segera
meluncur kemuka dan menghantam tubuh Boe Beng Tok-su
yang berdiri kurang lebih lima tombak dibelakang Suo Kut Mo
Pian. Datangnya angin pukutan sedemikian dahsyatnya ini sama
sekali tidak pernah diduga oleh Boe Beng Tok-su menanti ia
merasakan adanya desiran angin tajam untuk menghindarpun
tidak sempat lagi. Ketika tubuhnya baru saja bergerak angin pukulan sudah
menyambar telak badannya "Braaak !" tubuhnya terhajar
keras-keras dengan sempoyongan Kauw Tju dari Sin Beng
Kauw ini mundur tujuh langkah kebelakang kemudian jatuh
terduduk diatas tanah. Walaupun ia tidak sampai terluka parah, tetapi saking
kagetnya seluruh wajah berubah pucat pasi bagaikan mayat,
sukma terasa melayang tinggalkan rongga dadanya. Menanti
Liem Tou berhasil menarik kembali serangannya dan berpaling
tampak olehnya badan Suo Kut Mo Pian yang meloncat tujuh,
delapan tombak ketengah udara pada saat ini laksana
sambaran kilat telah meluncur kearah puncak gunung sebelah
kiri. Bersamaan itu pula dari puncak sebelah kiri berkumandang
datang suara tertawa gelak yang berat tapi memekikkan
telinga sedangkan Suo Kut mo-pian sendiri memperdengarkan
suitan nyaring yang menggidikan hati.
Ketika Boe Beng Tok-su mendengar gelak tertawa itu
badannya segera meloncat bangun kemudian menubruk
kearah mana berasalnya suara tersebut sedangkan dari
lembah Boe Beng Kok sendiripun muncul sesosok bayangan
hitam yang langsung menyambut datangnya Boe Beng Tok-su.
Liem Tou yang melihat situasi telah terjadi perubahan ia
segera berpaling kearah sigadis cantik pengangon kambing
serta Siauw Giok Tjing yang waktu itu sedang berdiri tertegun
karena menjumpai perubahan tersebut.
Tanpa berpikir panjang lagi pemuda She Liem berseru
keras: "Cepat kita pergi lihat Keramaian !"
Kakinya menjejak tanah langsung meluncur ke arah puncak
sebelah kiri, menanti ia sudah tiba disana dalam kalangan
telah berlangsung suata pertarungan sengit empat orang
terbagi dalam dua rombongan.
Kiranya orang yang baru saja datang bukan lain adalah iblis
nomor wahid masa lampau sihweesio tujuh jari Tjiet Tji Tauw
Tuo. tampak sepasang kaki orang itu sudah putus tapi pada
saat ini dengan gunakan kakinya yang kutung meloncat
kesana kemari dengan gerakan lincah.
Sebuah cambuk panjang bagaikan seekor naga sakti
dengan dahsyatnya melayang kesana kemari saling serang
menyerang dengan diri Suo Kut Mo Pian, inilah suatu
pertarungan Bu-lim yang maha hebat.
Dalam rombongan lain Pouw Sauw Ling yang lengannya
belum sembuh saling bergebrak dengan sengit melawan Boe
Beng Tok-su. Tak usah diraguknn lagi, pertarungan yang sedang
berlangsung kali ini bukan lain adalah untuk menyelesaikan
dendam sakit hatinya pada empat paluh tahun berselang.
Melihat kejadian itu Liem Tou kegirangan pikirnya: "Mereka
saling bergebrak sendiri. ini menguntungkan posisiku tanpa
mengeluarkan tenaga lagi lembah Boe Beng Kok akan hancur
berantakan." Sewaktu ia berpikir sampai disitu mendadak ditemukan
Pouw Siauw Ling yang dasarnya bukan tandingan Boe Beng
Tok-su saat ini mulai keteter dan terdesak hebat ia kelihatan
begitu ngotot didalam perlawanannya dengan gunakan tangan
tunggal, jelas sebentar lagi ia bakal terluka ditangan Boe Beng
Tok-su. Melihat Pouw Siauw Ling terdesak hebat tanpa sadar Liem
Tou teringat kembali akan encinya Pouw Djien Tjoei jikalau dia
sampai mati ditangan Boe Bong Tok-su maka Pouw Djien Tjoei
tentu akan merasa bersedih hati.
Teringat pula akan kejadian serta kebuasan Boe Beng Toksu
dengan perkumpulan Sin Beng Kauwnya, timbullah maksud
di hati Liem Tou untuk lenyapkan orang ini dari muka bumi.
Ia ada maksud membantu Pou Sauw Ling untuk
melenyapkan Boe Beng Tok-su dan menghancurkan
perkumpulannya.

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika ia menoleh lagi kedalam pertarungan partai
pertama. dilihatnya baik si Hweesio tujuh jari Chiet Cie Tauw
Tuo mau pun cambuk iblis Suo Kut Mo Pian sama-sama
terjerumas didalam pertarungan sengit, dalam waktu singkat
mereka tak akan bisa menentukan siapa menang siapa kalah.
Setelah mengambil keputusan Liem Tou segera meloncat
maju kedepan sembari bentaknya dingin:
"Sauw Ling, cepat menyingkir!"
Waktu itu Pou Sauw Ling sedang diteter Boe Beng Tok-su
habis-habisan untuk mundur ia sudah tak mampu lagi apa lagi
ketika mendengar ucapan tersebut pikirannya bercabang,
kontan saja pundaknya kena terhajar oleh pukulan Boe Beng
Tok-su keras-keras. Badannya tak bisa berdiri tegak lagi ia segera terjungkir
dan jatuh terguling kebawah puncak.
Walaupun Liem Tou merasa terperanjat melihat kejadian itu
tetapi ia tidak ingin turun tangan menolong, telapak
tangannya disilang didepan dada kemudian menggunakan
ilmu meringankan tubuhnya berkelebat kedepan. Tampaklah
bayangan hijau berkelebat seketika itu juga didepan maupun
di belakang tubuh Boe Peng Tok-su dipenuhi dengan
bayangan tubuh Liem Tou. Boe Beng Tok-su coba menerjang kekiri menyambar
kekanan, tetapi tidak berhasil juga meloloskan dirinya dari
kurungan tersebut. Melihat hal itu Boe Peng Tok-su jadi cemas, bentaknya
penuh kegusaran: "Liem Tou! Melancarkan serangan menggunakan
kesempatan waktu orang tak siap terhitung manusia enghiong
macam apakah kau ini?""
Liem Tou yang sudah bersiap sedia melenyapkan dirinya
sehingga tinggal kedua orang tua bangka itu saling bergebrak
sendiri segera menyahut setelah mendengar ucapan itu:
"Engkau telah berhasil menghajar Pouw Sauw Ling jatuh
kebawah puncak, apakah keadaanmu sedang berada dalam
keadaan bahaya?"?"
"Paling sedikit aku baru saja bergebrak melawan dirinva
sedang kau menganggur disamping, apakah ini bukan
dinamakan menggunakan kesempatan orang lain tidak bersiap
sedia?"" . Liem Tou tertawa dingin tiada hentinya, "Heeh ..heeh
...heeeh.. dengan gunakan tenaga singkang yang kumiliki aku
telah bergebrak sebanyak tujuh jurus dengan Sing Loo
Tjianpwee, apakah inipun tak terhitung suatu
pertempuran?"?" .
Boe Beng Tok-su mendengus dingin, ia tak dapat
menjawab terpaksa dengan adu jiwa ia mengirim delapan
buah serangan dahsyat. Serangan ini dilancarkan karena hatinya gelisah disamping
mengirim delapan buah serangan tangan kirinya segera
mencabut keluar pedang hitamnya
Liem Tou tahu kekuatan tenaga sinkang yang dimiliki Boe
Beng Tok-su ada batasnya kepandaian yang asli darinya
adalah permainan pedang hitam tersebut, bila ia sampai cabut
keluar senjatanya maka keadaan akan jauh lebih merepotkan
lagi. Gerakan tubuhnya segera berubah, secara mendadak Boe
Beng Tok-su merasakan bajangan hijau yang mengurung
tubuhnya makin menebal sehingga hampir boleh dikata
mengaburkan seluruh pandangan matanya
Baru saja ia menemukan keadaan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya, mendadak punggungnya terasa
sakit. tahu-tahu telapak tangan Liem Tou dengan telak telah
bersarang dipunggungnya Tak tertahan lagi badannya jatuh sempoyongan sejauh dua
tombak, darah segar muncrat keluar membasahi lantai.
Tetapi pertarungan ini adalah pertarungan yang
menyangkut mati hidupnya, dengan sekuat tenaga ia coba
menjaga diri jangan sampai kehilangan tenaga sinkang
dengan percuma. Sambil gertak gigi ia tahan mengalirnya darah keluar dari
mulut, tidak memperdulikan lagi keadaannya yang terluka
parah, juga tidak bangun berdiri lagi badannya menubruk
kearah bawah. Ternyata ia berusaha untuk melayang turun dari puncak itu
kemudian melarikan diri masuk kedalam lembah Boe Beng
Kok. Liem Tou sama sekali tidak menyangka akan terjadinya
peristiwa ini, karena hal tersebut sangat bertentangan dengan
peraturan Bu-lim. Ia tidak mengira Boe Beng Tok-su sebagai seorang kauwcu
ternyata mementingkan keselamatan daripada nama
besarnya. "Bangsat, sungguh licik kau!" bentak Liem Tou penuh
kegusaran. Dengan cepat ia mengangguk ke arah si gadis cantik
pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing.
"Cepat pergi! serang lembah Boe Beng Kok dan tak usah
kasihan lagi terhadap mereka-mereka itu .
Selesai berkata dengan dipimpin sendiri, Liem Tou beserta
kedua orang gadis itu melayang turun kebawah menuju
lembah Boe Beng Kok. Sembari berlari Liem Tou memperhatikan keadaan barisan
yang dibentuk beratus-ratus anggota perkumpulan Sin Beng
Kauw sebagai Kioe Tok Toa Tin ini.
Jelas barisan tersebut terdiri dari piauw beracun panah
beracun serta cairan-cairan beracun sebangsanya sehingga
namanya sesuai dengan kioe-tok sembilan racun.
Melihat barisan tersebut Liem Tou sama sekali tidak jeri,
karena ia tahu barisan yg bagaimana dahsyatnya pun dikolong
langit ini tak akan bisa menangkan kelihayan dari barisan
bunga didalam lembah Mati hidup dengan sendirinya Siauw
Giok Tjing adalah seorang jago dan ahli didalam hal tersebut,'
Setelah melihat sebentar keadaan dari barisan itu Siauw Giok
Tjing segera tertawa ringan.
"Hanya barisan sekecil ini sudah tentu sangat gampang
untuk dihancurkan, sekarang kalian masukan dulu seikat
rumput pemunah racun kedalam mulut."
Liem Tou serta sigadis cantik pengangon kambing yang
mendengar hal tersebut dia jadi kegirangan, menurut apa yg
diperintahkan mereka masukkan rumput pemunah racun
kedalam mulut. "Sekarang kami berdua harus mendengar perintahmu Nah!
mulailah memberikan perintah!" kata Liem Tou sambil
tertawa. Siauw Giok Tjing pun tertawa.
"Sekalipun kau tak suka mendengar petunjukku juga tidak
mengapa. Nah! Sekarang dengarlah, kau harus menyerang
dari sebelah Timur. setiap kali berjumpa dengan manusia
bunuh segera dengan demikian barisan itu akan kacau dengan
sendirinya. Aku serta Wan-moay akan menyerang dari sebelah
Barat, sudah tentu setiap kali berjumpa dengan manusia akan
kubunuh setelah Timur dan Barat berjumpa kita baru
menikung ke selatan dan utara. Tetapi kau harus perhatikan
satu hal Kemungkinan besar para anggota Sin Beng Kauw
akan pancing kau memasuki ruangan markas mereka,
sebelum barisan terpecahkan jangan sekali-kali masuk, jikalau
kau ingin juga memasuki bangunan mereka maka sedikitdikitnya
kau harus punya persiapan untuk menghadapi alat
rahasia "Naga Berpekik Bangau berteriak serta "Harimau
Mengaum Monyet menjerit , inipun harus dipersiapkan dengan
rencana yang matang kalau tidak maka sangat mudah sekali
kau akan tertipu oleh mereka."
Liem Tou serta si gadis cantik pengangon kambing
mengangguk mengiakan, mendadak Liem Tou teringat
kembali akan diri Boe Beng Tok-su tanyanya nyaring:
"Boe beng Toksu sudah terkena hajaran ku, menurut kau
apakah ia berhasil melarikan diri?""
"Setelah ia menderita luka parah." sahut Siauw Giok Tjing
setelah termenung sejenak "Dibawah perlindungan
anggotanya ia tentu melarikan diri dari sini. .."
Liem Tou berseru tertahan, hatinya mendadak bergerak
karena ia teringat apabila jalan rahasia itu terletak disebelah
selatan. Diam-diam pikirnya dihati- "Aku diharuskan
menyerang dari sebelah Timur kemudian menuju kesebelah
selatan, bukankah ditengah jalan harus banyak membuang
waktu?" tetapi aku tak boleh tidak harus mendengarkan
perkataan dari Siauw Giok Tjing."
Setelah berpikir demikian ia merasa cara yang paling tepat
pada saat ini adalah secepatnya melakukan pertarungan untuk
mengacaukan dulu barisan pihak lawan kemudian berjagajaga
dijalan rahasia dan tidak membiarkan Boe Beng Tok-su
melarikan dari sana sehingga menimbulkan badai dikemudian
hari. Liem tou tidak ingin mengulur banyak waktu lagi, buru-buru
serunya: "Baik! Aku akan serang masuk melalui sebelah
Timur! nah! kita berpisah dulu di sini."
Dengan kerahkan ilmu meringankan tubuhnya sekali loncat
ia mencapai tujuh delapan tombak dan didalam sekejap mata
telah tiba didasar lembah keadaannya mirip dengan malaikat
yang turun dari kahyangan hal ini membuat para jago merasa
bergidik. Liem Tou yang menerjang datang, dari tempat kejauhan
dapat melihat para anggota Perkumpulan Sin Beng Kauw
tersebut sama sekali tidak mencekal golok ataupun senjata
tajam lainnya melainkan didalam genggaman mencekal
sebuah benda. Tanpa banyak bicara lagi Liem Tou menerjang masuk
kedalam barisan, dimana pukulan menyambar lewat seketika
itu juga ada empat lima orang anggota Sin Beng Kauw yang
berdiri dipaling depan menjerit tertahan lalu roboh binasa.
Liem Tou yang melihat hal tersebut sedikit merasa tidak
tega, ia merasa bilamana menggunakan gerakan yang
demikian kasarnya maka tindakan ini sedikit telengas, maka
dari itu dari pukulan telapak ia berubah jadi serangan totokan
jalan darah. Sekalipun hal ini tak sampai mengakibatkan kematian
seseorang, tetapi untuk beberapa waktu mereka akan
terkuasai dan tak dapat berkutik kembali.
Teringat akan cara yang pernah dilakukan sewaktu
menghadapi anggota Sin Beng Kauw sewaktu berada dipantai
emas Kien Sah Lan, bayangan hijau segera berkelebat lewat
bagaikan tiupan angin taupan membuat membuat para
anggota Sin Beng Kauw seorang demi seorang roboh ketanah
dan tak berkutik lagi. Tetapi pada saat itulah benda yang dicekal para anggota
Sin Beng Kauw mendadak diayunkan kearah Liem Tou.
Sewaktu mereka mengayunkan tangannya dengan
ketajaman mata Liem Tou sekali pandang ia dapat melihat
benda yang dilemparkan beberapa orang itu kearahnya
merupakan sebutir pasir berwarna kuning, bersamaan itu pula
setiap orang mengenakan sarung tangan terbuat dari kulit
kambing. "Bangsat keparat, kalian pingin cari mati !" maki Liem Tou
penuh kegusaran. Karena terpaksa serangan yang semula menggunakan
sentilan jari kini berubah kembali jadi serangan telapak,
seketika itu juga sepasang tangan diayun ke depan menghajar
pental datangnya pasir beracun berwarna kuning itu,
tubuhnya laksana kilat berputar dan menubruk lebih jauh
kedepan. Dalam sekejap mata ada separuh orang anggota Sin Beng
Kauw yang roboh keatas tanah.
Tetapi pada saat itulah pasir kuning bagaikan curahan
hujan menyambar datang, sedang Liem Tou sendiri harus
turun tangan melukai orang iapun harus menghindarkan diri
dari sambaran pasir beracun. badannya laksana tiupan angin
taupan menyam-bar kesana kemari jeritan ngeri bergema
saling susul menyusul, banyak diantara pihak lawan yang
roboh binasa dan terluka.
Tetapi para anggota Sin Beng Kauw itu bagaikan kalap
saja, dengan nekad mereka menerjang terus kedepan
"Jika demikian adanya. apakah aku harus membinasakan
dulu seluruh anggota perkumpulan Sin Beng Kauw sehingga
mereka baru suka mengundurkan diri?"" kata Liem Tou.
"Sungguh kurang ajar sekali . ."
Diiringi teriakan gusar, telapak tangannya diputar semakin
gencar. Sekali lagi ada sepuluh orang anggota perkumpulan
menemui ajalnya. Liem Tou masih teringat akan diri Boe Beng Tok-su yang
melarikan diri melalui lorong rahasia, ia tidak ingin banyak
membinasakan banyak orang lagi, mendadak tubuhnya
meloncat setinggi delapan tombak melayang lewat melalui
batok kepala anggota Sin Beng Kauw menuju kesebelah barat.
Sekalipun pihak lawan telah melancarkan serangan dengan
pasir beracun. tapi terkena angin tekanan yang dilancarkan
Liem Tou seketika itu juga pasir-pasir itu baliK lagi.
Liem Tou dengan sebat melayang sejauh dua puluh tombak
lebih, mendadak ia merasakan kakinya tersengat sangat
panas. segera ia menunduk. dilihatnya segulung asap tebal
menerjang naik keatas, asap itu berwarna hijau muda yang
jelas merupakan suatu asap beracun.
Dalam hati Liem Tou berpikir: "Untuk menghancurkan
barisan ini biarlah aku turun kebawah dan bunuh serta hajar
orang-orang ini." Hawa murninya segera ditarik mengelilingi seluruh badan
kemudian dengan gerakan seribu bersama-sama dengan
menggulungnya angin gencar ia melayang turun kebawah.
Siapa nyana ketika tubuhnya telah berada kembali diantara
para anggota Sin Beng Kauw, asap beracun tadi lenyap tak
berbekas. Kiranya asap beracun hanya ada diatas kepala anggota Sin
Beng Kauw tersebut. Angin pukulan yang dilancarkan Liem Tou kembali orangorang
itu bergelimpangan mati, Pada saat itulah mendadak terdengar suara bentakan keras
diikuti munculnya dua, orang anggota Sin Beng Kauw yang
berwajah buas dan buruk, senjata yang digunakan kedua
orang itu adalah sepasang palu besi yang beratnya ada


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ratusan kati jelas kekuatan mereka berdua sangat luar biasa..
Tak terasa lagi Liem Tou mengangguk tiada hentinya.
"Ehmm. kedua orang ini memang memiliki kekuatan alam
yang sangat luar biasa."
Setelah membentak keras, kedua orang lelaki kekar tadi
tidak banyak bicara lagi segera melontarkan palu besinya ke
arah Liem Tou. Buru-buru pemuda itu berkelit kesamping, telapak
tangannya dibabat kemuka memaksa lima orang anggota Sin
Beng Kauw mundur dan akhirnya roboh keatas tanah.
Sedangkan kepada kedua orang lelaki kosen tadi. Liem Tou
memuji: "Bila kulihat daya kekuatan dari kalian berdua boleh
kuduga dalam sekali hantam saja kalian akan berhasil
menghancurkan badanku !".
Kedua orang itu mendengus dingin, mereka melanjutkan
hantaman kearah depan, Melihat kemampuan kedua orang itu
sangat luar biasa, timbullah rasa sayang di hati Liem Tou.
"Aah! biarkan aku lepaskan satu jalan hidup buat mereka
..." ia ambil keputusan didalam hatinya.
Siapa sangka ketika itulah mendadak Lim Tou mendengar
suara sambaran angin meluncur datang, suara itu berasal dari
desiran senjata rahasia bahkan muncul dari empat penjuru
dalam waktu yang berbareng.
Liem Tou merasa terperanjat, baru saja ingatan pertama
berkelebat lewat tubuhnya sudah masuk kelapisan kabut
beracun. Seketika itu juga seluruh tubuhnya jadi kaku dan
gatal-gatal, ia tahu dirinya sudah keracunan.
Rasa gusar yang berkobar dalam dadanya susah dipertahan
lagi, tubuhnya berputar kemudian menubruk kedepan.
Tepat pada saat itu kedua orang lelaki kekar tadi
menghadang didepan tubuhnya. Liem Tou tak dapat
mengendalikan amarahnya lagi, tenaga sinkang dikumpulkan
dilengan kemudian membabat keluar.
Sungguh sayang kedua orang anggota Sin Beng Kauw
itupun cukup cermat, ketika Liem Tou munculkan diri mereka
segera berpisah kearah yang berlawanan.
Pemuda kita tertawa dingin. tubuhnya mencelat ketengah
udara untuk mengejar sang lelaki yang ada disebelan kiri.
Telapaknya langsung di hajarkan keatas punggungnya.
Ditengah suara jeritan ngeri yang menyayat hati, orang itu
roboh menemui ajalnya detik itu juga
Menanti Liem Tou putar badannya kembali, seorang yang
lain telah menerobos masuk kedalam rombongan manusia
sehingga jejaknya lenyap tak berbekas.
Liem Tou jadi makin gusar. sepasang matanya menyapu ke
empat penjuru dengan pandangan yang tajam.
Tiba-tiba. . . Ia temukan salah seorang anggota tua perkumpulan Sin
Beng Kauw yang pernah ikut mengerubuti Lie Loo djie tempo
dulu hadir disana tanpa banyak bicara lagi ia membabat
kearah tubuhnya, Orang itu buru-buru mundur selangkah kebelakang,
ternyata ia hendak menerima datangnya serangan dengan
keras lawan keras. Menanti telapak hampir bertemu Liem Tou yang melihat
telapak tangan orang itu berwarna hitam hatinya langsung
bergerak, "Aduuh, celaka, ia ingin mengadu jiwa dengan
diriku." serunya dalam hati.
Baru saja serangannya meluncur sampai separuh jalan,
tubuhnya sudah menyingkir setengah langkah kesamping,
mendadak ia buyarkan serangannya seraya berputar ke
belakang laksana sambaran kilat.
"Braaak!" telapak kirinya dengan tepat menghajar diatas
punggung orang itu. tampak cahaya hitam menyambar lewat
orang itu muntahkan darah segar berwarna hitam.
Beberapa saat kemudian pemuda she Liem ini telah
berhasil meloloskan diri dari barisan kabut beracun dan
bergabung kembali dengan sigadis cantik pengangon kambing
serta Siauw Giok Tjing. "Bagaimana?" apakah kalian menjumpai mara bahaya?""
buru-buru tanya Liem Tou lirih.
"Masih baikan panah beracun, barisan bubuk beracun
belum bisa mengurung k mi berdua." jawab si gadis cantik
pengangon kambing. "Engkoh Liem!" ujar Siauw Giok Tjing kemudian. Cepat kau
menuju keSelatan dan kami bergerak ke Utara dengan
demikian barisan Kioe To Tin ini segera akan hancur, setelah
itu kita bersama-sama berjumpa kembali diair terjun beracun
untuk merundingkan kembali bagaimanakah caranya untuk
menghancurKan alat rahasia Naga Berpekik Bangau Berteriak
serta Harimau Mengaum Monyet Menjerit."
"Baik. tapi aku rasa alat rahasia Naga Berpekik Bangau
Berteriak serta Harimau Mengaum Monyet Menjerit tidak perlu
dihancurkan lagi." "Kenapa?" apa gunanya kita biarkan alat rahasia itu?""
Seru Siauw Giok Tjing agak tercengang.
"Sampai waktunya kita bicarakan lagi!" Ia merandek untuk
tertawa, kemudian tambahnya: "Aku lihat begini saja apabila
Tjing-moay serta Wan-moay berhasil menghancurkan barisan
beracun disebelah Utara segera berangkatlah menuju kemulut
lorong rahasia dan lepaskan api dari mulut lorong tersebut!" .
Siauw Giok Tjing tertegun, sepasang biji matanya berputar
tapi ia menjawab juga: "Baiklah. Bukankah kau takut ia
berhasil melarikan diri?"..."
Liem Tou mengangguk tubuhnya segera menerobos masuk
kedalam barisan jarum beracun dan berangkat kearah kelatan.
Padahal barisan Kioe Tok tin dari lembah Boe Beng Kok ini
mana mungkin bisa menahan terjangan dari Liem Tou sebagai
seorang jago nomor wahid dikolong langit pada saat ini?"
sekalipun barisan seratus racun pun belum tentu bisa berkutik.
Kurang lebih seperminum teh kemuiian Liem Tou telah tiba
didepan mulut lorong rahasia yang menghubungkan lembah
Boe Beng Kok dengan tempat luaran, tampak mulut gua telah
tersumbat oleh sebuah batu yang sangat besar, sehingga
tidaklah mungkin bagi orang lain untuk memasukinya kembali.
Melihat kejadian itu Liem Tou merasakan hatinya agak
bergerak, pikirnya dihati:
"Aaakh! Terlambat sudah ia telah pergi, kalau tidak apa
gunanya ia sumbat mulut gua ini dengan batu besar?""
Ketika ia berpaling lagi maka dilihatnya berpuluh-puluh
orang anggota perkumpulan Sin Beng Kauw berdiri ditempat
kejauhan mereka hanya memandang dan tak seorang pun
yang berjalan mendekat. Bahkan tak seorangpun diantara mereka yang turun tangan
mencegah Liem Tou membongkar batu besar yang
menyumbat mulut lorong tersebut.
Pada saat itulah tiba-tiba Liem Tou menemukan diatas batu
besar itu memancar cahaya kehitam-hitaman yang mengkilap,
seperti diatas batu tersebut telah dilabur dengan selapis tir.
Buru-buru ia tarik kembali tangannya sedang dalam hati
diam-diam pikirnya: "Aduuh.. hampir-hampir saja aku kena tertipu, terang
serangan diatas batu ini sudah dilapisi dengan racun yang
ganas . ." Ia tidak memperdulikan batu besar itu lagi. sebaliknya
malah putar badan menyerang kembali anggota Sin Beng
Kauw yang berdiri disekitar sana.
Kali Ini ia Tidak melancarkan pukulan telapak lagi. jari
tangannya bekerja merobohkan seorang musuh diantaranya
kemudian dibawah kesamping batu, teriaknya keras:
"Aku mau bertanya kepadamu, asalkan kau suka menjawab
akan kuampuni selembar jiwamu. Kauwcu kalian apakah
melarikan diri melalui lorong rahasia ini?"?"
Saking takutnya anggota Sin Beng Kauw itu sudah
kehilangan sukma, ia tak dapat menjawab hanya dari
tenggorokannya memperdengarkan suara senggukan yang
keras. Menanti Liem Tou mengulangi kembali pertanyaan itu
dengan wajah kalem. ia baru mengangguk.
"Lalu sejak kapankah ia pergi?" dan dimanakah pouw
Siangtju kalian"...."
"Kauwtju .suu ..sudah pergi sangat laama .. seee .. sedang
Pouw Siangtju lee ..lenyap tak berbekas."
Liem Tou berpikir sebentar, akhirnya ia mengangguk.
"Baiklah" ujarnya kemudian. "Cepat kau beritahu kepada
temanmu suruh cepat-cepat bubarkan barisan sehingga
jangan sampai lebih banyak lagi korban yang harus mati dan
menderita luka. Suruh mereka melarikan diri semua dan
bubarkan perkumpulan ini karena Kauwcu kalian sudah tidak
maui kamu semua lagi, apa gunanya kalian mati-matian
membelai sang Kauwcu yang melarikan diri terlebih dulu?"?"
. Orang itu mengangguk. bangun berdiri dan menyampaikan
ucapan itu Kepada kawan-kawan lainnya setelah berunding
sebentar akhirnya orang-orang itu membubarkan diri dan
buru-buru melarikan diri.
Melihat keadaan yang terbentang di depan mata Liem Tou
hanya bisa menghela napas panjang ia segera berangkat
kearah air terjun beracun dimana si gadis cantik pengangon
kambing seorang diri berdiri di sana dengan termangu-mangu
dan pandangan terpesona. "Wan-moay, apa yang sedang kau pikirkan?"?" tegur Liem
Tou seraya berjalan menghampiri gadis itu.
Melihat sekarang sang pemuda sudah datang si gadis
cantik pengangon kambing jadi kegirangan.
"Aku sedang berpikir, air terjun ini telah mengurung diriku
selama satu tahun lamanya."
Liem Tou mengerti gadis ini sedang mengenang kembali
pengalaman pahitnya beberapa waktu berselang, segera
hiburnya; "Urusan yang sudah berlalu lupakan saja, buat apa kau
pikirkan terus didalam hati?"" Eaeei. . dimana Tjing-moay?"?".
"Bukankah kau suruh dia melepaskan api dimulut lorong
rahasia ?"?" "Boe Beng Tok-su telah pergi. aaai entah kepergiannya kali
ini bakal menimbulkan peristiwa apa lagi?"" mari kita pergi!"
Ia mencekal tangan Si gadis cantik pengangon kambing
untuk diajak meninggalkan air terjun beracun itu, tapi baru
saja berjalan beberapa langkah ia sudah berhenti kembali.
secara mendadak ia teringatkan bahayanya membiarkan air
terjun beracun tetap berfungsi seperti sedia kala.
Ia segera berjalan menuja kedinding sebelah kiri, setelah
menemukan tombol rahasianya ia tekan tombol itu.
Dengan cepat air terjun berhenti mengalir dan tidak setetes
air pun yang menetes ke luar.
Hal ini membuat pemuda kita menjadi keheranan, pikirnya:
"Alat rahasia ini sungguh bagus sekali, bahkan membuat
cairan racun mengalir keluar tiada hentinya, apa yang terjadi?"
Ia berjalan mendekati telaga di bawah air terjun. dilihatnya
telaga tersebut tidak besar juga tidak ada setetes air pun yang
menyalir kelain tempat, lalu mengapa cairan racun bisa
mengalir terus menerus"
Setelah dipikir dan diperiksa beberapa saat, akhirnya ia jadi
sadar kembali. kiranya telaga kecil itu langsung berhubungan
dengan sumber dimana berasalnya air terjun tersebut dalam
kenyataan air itu hanya mengalir dengan berputar terus dari
telaga dialirKan kembali ke arah sumber dialirkan kembali ke
air terjun. tidak areh ka 'au alat rshasiacya dipencet dan
saluran tertutup maka air tidak mengalir lagi.
Setelah memahami hal tersebut Liem Tou tidak dibuat
tercengang lagi, seraya menggandeng tangan si gadis cantik
ia balik lagi kelembah Boe Beng Kok.
Suasana di tempat itu telah sunyi, tak seorang anggota Sin
Beng Kauw pun yang tersisa disana.
Memandang bangunan rumah yang berderet-deret, tibatiba
Liem Tou berpaling seraya ujarnya kepada si gadis cantik
pengangon kambing. "Wan-moay, kiia tak perlu masuk lagi, lebih baik kita bakar
habis rumabh-rumah ini dari pada ditinggalkan sehingga
digunakan orang lain untuk buat jahat, setelah itu kita harus
buru-buru mengejar si Boe Bek Tok-su dan membasminya dari
muka bumi." Sigadis cantik pengangon kambing mengangguk, mereka
berdua segera menyulut api dan mulai membakar seluruh
bangunan perkumpulan Sin Beng Kauw tersebut.
Dalam sekejap mata markas besar yang di gunakan pihak
Sin Beng Kauw selama banyak tahun telah terjilat didalam
kobaran api, membuat seluruh gunung Tjiong Lay-san jadi
terang benderang. Ditengah kobaran api yang sangat santer itulah Liem Tou
serta si gadis cantik pengangon kambing berlalu.
"Eeei.. . engkoh Liem." tiba-tiba Lie Wan Giok berseru,
"Apakah kau tidak ingin menonton pertarungan antara Suo
Kut Mo Pian melawan sihwesio gundul yang kakinya buntung
itu ?" "Jika kita harus balik lagi kesana kemungkinan besar kedua
orang itu sudah berlalu aku lebih menguatirkan tentang
keadaan diri Pouw Sauw Ling."
. Mendengar disebutkannya nama Pouw Sauw Ling air muka si
gadis cantik pengangon kambing segera berubah hebat.
"Hmm! bila aku bisa berjumpa kembali dengan dirinya,
akan Kusuruh ia tak bisa hidup terlalu lama lagi."
Liem Tou tahu hampir saja si gadis cantik pengangon
kambing menderita kerugian besar ditangannya sehingga tidak
aneh kalau ia membenci dirinya hingga merasuk ketulang
sum-sum. Tetapi demi Pouw Djien Tjoei mau tidak mau ia harus
melindungi juga keselamatannya. setelah berpikir sebentar
ujarnya. "Wan-moay, aku hendak memberitahukan satu hal
kepadamu, Entji Ie bisa lolos dari mara bahaya tahukah kau
siapa yang telah menolong dirinya?"
"Bukan kau yang tolong dirinya " lalu siapa ?"
"Adik dari Pouw Siuw Ling yang bernama Pouw Djien Tjoei,
ia mohon kepadaku agar aku suka mempertahankan jiwa Pou
w Sauw Ling, sudah tentu aku harus menyanggupinya." kata
Liem Tou sambil tertawa sedih.
Sigadis cantik pengangon kambing termenung berpikir
sejenak, akhirnya ia menggenggam tangan Liem Tou eraterat.
"Aku sudah memahami maksudmu, kalau begitu lakukanlah


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sesuai dengan keinginanmu."
"Aaah. akupun mengerti kesemuanya ini kau lakukan demi
diriku. . ." Seru Liem Tou tak tertahan lagi. ia putar badan dan
menciumi pipi serta bibir gadis cantik pengangon kambing
dengan penuh kemesraan. Tak terasa lagi kedua orang itu sudah tiba dikaki gunung,
mendadak terdengar suara rintihan berkumandang datang.
Liem Tou yang mendengar suara tersebut segera pasang
telinga baik-baik kemudian setelah tentukan arah bergerak
mendekati. Akhirnya ia temukan seorang menggeletak ditepi tebing.
orang itu bukan lain adalah Pouw Sauw Ling.
Lengan kirinya yang kena dipatahkan Liem Tou dengan
ilmu pukulan, belum sampai sembuh kini kena dihantam pula
oleh Boe Beng Tok-su keras-keras, setelah terjatuh kebawah
badannya terluka hampir memenuhi seluruh tubuhnya. ia tak
dapat berkutik sedang darah segar mengucur keluar
membasahi tanah. Tanpa berpikir panjang lagi Liem Tou angkat bangun
badannya karena takut pemuda she Pouw itu berbuat
keanehan, lagi kendati dalam keadaan luka, Liem Tou sekalian
menotok jalan darah pingsannya kemudian baru digotong
dipunggung. Seraya menoleh kearah sigadis cantik pengangon kambing
ujarnya: "Terpaksa aku akan serahkan orang ini kepada diri
Enci Djien Tjoei. ".
Lie wan Giok tersenyum dan mengangguk.
Demikianlah dengan mengerahkan ilmu meringankan
tubuh, selama perjalanan selanjutnya kedua orang ini tidak
menemui halangan apapun! Menanti mereka tiba disuatu bukit, tampaklah Siauw Giok
Tjing dengan keren telah menanti disana.
"Enci Tjing!" tak kuasa lagi si gadis cantik pengangon
kambing berseru memanggil,
"Ayoh cepat kemari! coba kalian lihat kematian mereka
berdua sungguh teramat mesra!" teriak Siauw Giok Tjing.
Liem Tou dan si gadis cantik pengangon kambing buruburu
mengejar kemuka dilihatnya si hweesio tujuh jari Tjhiet
Tji Tauw Too saling berpeluk pelukan dengan eratnya diri Suo
Kut Mo Pian, mayatnya menggeletak ditepi jalan. sedang
telapak tangan masing-masing pihak saling menempel
dipunggung lawan dan tangan yang lain saling mencekal
cambuk panjang kuat-kuat.
Keadaannya mirip dengan dua ekor ular yang saling
bergulat sehingga susah untuk dipisahkan.
Lama sekali Liem Tou berdiri disana akhirnya ia
menggunggam: "Dosa! dosa! dengan begini boleh dihitung dendam sakit
hati mereka selama empat puluh tahun sudah bisa
diselesaikan!" Pemuda ini segera meletakkan tubuh Pouw Sauw Ling
keatas tanah, meminjam pedang Lam Beng Kiam dari Siauw
Giok Tjing dan membuat sebuah lubang untuk mengubur
jenasah dari Tjhiet Tji Tauw Tou serta Sou Kut Mo Pian dalam
satu liang yang sama, setelah itu baru ujarnya kepada Siauw
Giok Tjing serta sigadis cantik pengangon kambing.
"Mari kita pergi, tubuhku sudah penuh berpelepotan darah.
kita harus membeli pakaian baru dulu dikota kemudian baru
melanjutkan pengejarannya terhadap diri Boe Bang Tok-su."
Ia bergerak terlebih dahulu kemuka sehabis berbicara,
terpaksa sigadis cantik pengangon kambing serta Siauw Giok
Tjing mengiringi dari belakang.
Setelah mereka memandang sejenak kobaran api yang
membakar seluruh markas besar perkumpulan Sin Beng Kauw
di lembah Boe Beng Kok dari sebuah bukit, Liem Tou dengan
menggendong Pouw Sauw Ling serta membawa si gadis cantik
penganton kambing dan Siauw Giok Tjing malam itu juga
keluar dari daerah pegunungan Tjiang Lay-san untuk
beristirahat di sebuah rumah penginapan di kota dekat
pegunungan tersebut. Setelah tukar pakaian, mereka pun berisrirahat untuk
sementara. Malam itu Liem Tou bersemedi dua jam untuk memulihkan
kembali tenaga sinkangnya yang banyak berkorban sewaktu
bergebrak melawan Suo Kut Mo Pian, menanti pagi hari telah
menjelang datang ia baru selesai dan tepat waktu itu si gadis
cantik pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing sedang
mengetuk pintu. Liem Tou segera buka pintu, tetapi . .
"Aaah! engkoh Liem, coba lihat selembar wajahmu, kenapa
jadi begitu?" Sigadis cantik
pengangon kambing serta Siauw Giok Tjing sama-sama
berkaok-kaok kaget ketika melihat tampang dari Liem Tou.
"Aku masih baik-baik saja, kenapa dengan wajahku?"?"
Liem Tou kelihatan rada tercengang.
"Kau tentu keracunan, coba lihat wajahmu timbul
gelembung air hitam yang menemui wajah."
Setelah mendengar ucapan dari ke dua orang itu Liem Tou
baru ikut merasa cemas, setelah berpikir sebentar akhirnya ia
teringat kembali sewaktu kemarin malam harus
menghindarkan diri dari sambitan dua batang senjata rahasia
beracun, ketika tubuhnya menerobos lewat melalui asap
beracun badannya pernah terasa gatal dan kaku, mungkinkah
hal ini disebabkan oleh karena asap beracun itu"
"Cepat ambil sebaskom air biar aku cermini wajahku
sendiri," buru-buru serunya,
Siauw Giok Tjing dengan sebat berjalan keluar, tidak lama
kemudian ia sudah masuk kembali dengan membawa
sebaskom air, setengah mangkok minyak dan hancurkan
rumput pemunah racun untuk kemudian direndam kedalam
minyak tersebut. Ketika Liem Tou mencerminkan wajahnya diatas air. ia baru
naik pitam sehingga berkaok-kaok tiada hentinya.
Ternyata selembar wajahnya yang tampan kini sudah tidak
mirip manusia, tampannya kelihatan begitu tua dan galak
sekali bahkan jeleknya luar biasa.
"Anggota perkumpulan Sin Beng Kauw sungguh ganas. jika
aku tahu begini kemarin malam tak kulepaskan seorang pun
diantara mereka, coba kau lihat setelah wajahku jadi begini,
apakah entjie Ie serta Wan-moay masih mau dengan aku ?"
Ucapan ini seketika itu juga menimbulkan rasa geli dari
Siauw Giok Tjing sehingga tertawa cekikikan, Sedangkan si
gadis cantik pengangon kambing dengan nada manja berseru:
"Engkoh Liem, tutup mulutmu, siapa yang suruh kau bicara
sembarangan!. ." Liem Tou hanya tertawa meringis belaka, segera ia
menceritakan secara bagaimara kemarin malam ia keracunan
di dalam barisan asap beracun.
"Tidak mengapa, tidak mengapa." potong Siauw Giok Tjing
dengan wajah tenang, "Hal ini sudah kuduga sebelumnya,
asalkan kita gosokkan rumput pemunah racun tersebut maka
wajahmu segera akan pulih kembali tanpa membuang waktu
yang terlalu lama !"
"Tidak bisa jadi." teriak Liem Tou kembali. "Sedetikpun aku
tak boleh berdiam diri, coba kau pikir Hong Susiok kena
ditangkap ke-Hong, bagaimanakah keadaannya pada saat ini
kita tidak tahu. Boe Beng Tok-su pun berhasil melarikan diri.
Aaaaaai.. . sebenarnya aku harus pergi mencari siapa dahulu
?" . "Sudah tentu harus mencari Hong Susiok terlebih dahulu." sela
si gadis cantik pengangon kambing dengan cepat-
Siauw Giok Tjing tidak ikut bicara,ia hanya bantu poleskan
minyak bercampur hancuran rumput pemunah racun itu
keatas wajah Liem Tou. Ketika mendengar timbrungan dari Lie Wan Giok, pemuda
she Liem ini termenung sejenak. kemudian mengangguk
berulang kali. "Benar, benar. kita harus pergi mencari Hong Susiok dahulu
bahkan balaskan dendam bagi kematian supek. tetapi aku
harus kembali dulu kegunung Tjing Shia untuk membawa
serta Giok djie, karena dia tahu tempat persembunyian dari
Thian Pian Siauw tju".
"Betul! aku harus turun tangan membunuh sendiri diri
Thian Pian Siauw-tju, untuk balaskan dendam kematian
ayahku." Samsung si gadis cantik pengangon kambing dengan
sedih. "Luka racunmu belum sembuh, beristirahatlah dua hari
disini. biar enci Tjing tetap tinggal disini melayani dirimu. aku
pulang dulu kegunung Tjing Shia untuk membawa serta Giok
djie turun gunung tiga hari kemudian kita berjumpa kembali
dikota Ih Djan lalu menungang perahu menuju ke Timur".
Sewaktu mengucapkan kata-kata itu wajahnya kelihatan
sangat teguh dan bulat tekad, kemudian tidak menanti
jawaban dari Liem Tou serta Siau Giok Tjing lagi ia segera
putar badan dan berlalu dari rumah penginapan itu dengan
langkah lebar. Menanti Siauw Giok Tjing selesai mempolesi wajah Liem
Tou dengan minyak rumput pemunah racun, bayangan sigadis
cantik pengangon kambing telah lenyap tak berbekas.
Kedua orang itu tak bisa berbuat apa-apa terpaksa
menuruti ucapan sigadis cantik pengangon kambing untuk
berangkat kekota Ie Djan.
Waktu itu luka racun diwajah Liem Tou telah mengering
dan lepas dari wajahnya sehingga kulit muka pemuda iiu
terkupas dengan ganti kulit muka lain.
Setelah membeli dua ekor kuda dan membawa serta Pouw
Sauw Ling mereka berangkat melanjutkan perjalanan, tetapi
ditengah perjalanan dibikin terheran dan terperanjat.
Ternyata disepanjang jalan mereka banyak menjumpai
mayat-mayat yang bergelimpangan ditepi jalan. rata-rata
sebab kematian orang-orang itu adalah tertembusnya dada
mereka oleh tusukan pedang.
Pada mulanya menemukan dua sosok mayat Liem Tou
serta Siauw Giok Tjing masih menganggap sebagai penemuan
secara kebetulan saja, tetapi setelah jang ditemukan makin
lama semakin banyak hatinya baru mulai diliputi kecurigaan.
"Eeei. . apa yang telah terjadi"!?"" Seru Liem Tou tertegun.
"Siapa yang tahu?""
Siauw Giok Tjing sendiripun tidak paham mengapa begitu
banyak mayat yang berserakan disepanjang jalan.
Menanti mereka tiba dikota Sam Khe Tjeng untuk
beristirahat, mendadak ditengah jalan menemukan kembali
dua sosok mayat laki dan perempuan, yang satu tua dan yang
lain muda kemudian disampingnya berserakan alat-alat
senjata yang bisa digunakan untuk menjual obat.
Lama kelamnan Liem Tou tak dapat menahan diri lagi, ia
segera menanyakan persoalan ini dengan si pelayan kedai.
Sang pelayan yang ditanyai kontan menjulurkan lidahnya.
"Aiaahh! Khee-koan. inilah yang dinamakan takdir!"
"Takdir?" apa yang dinamakan takdir?"?"
"Takdir adalah kehendak dari para malaikat. sudah. .
jangan ditanyakan lagi aku mohon kau kau jangan
menanyakan urusan ini lagi!"
. Sepasang alis Liem Tou berkerut. mendadak ia naik pitam.
seraya meloncat bangun bentaknya keras:
"Dikolorg langit tak akan ada malaikat sejahat ini cepat
katakan apa yang telah terjadi!"
Dengan sebat Liem Toa mencengkeram pergelangan
sipelayan itu erat-erat sehingga menjeritlah orang itu
kesakitan. Setelah Mendengar orang itu menjerit, Liem Tou baru
tersadar kembali dan segera mengendorkan tangannya.
"Aaakh! maaf, maaf! aku sudah bikin kau jadi sakit."
katanya penuh rasa penjesalannya. "Cepat kau katakan, apa
sebenarnya yang telah terjadi. . ."
Dengan mendongkol sipelayan itu melototi sekejap wajah
pemuda she Liem, lalu setelah matanya menyapu empat
penjuru ujarnya; "Anggota perkumpulan Sin Beng Kauw telah membinasakan
ayah beranak dua orang itu dengan kejam, kau tidak tahu
kemarin sewaktu anggota Sin Bing Kauw lewati tempat ini
bagaikan hujan badai saja mereka sudah membinasakan tiga
puluh orang?" Mendadak Liem Tou melotot bulat-bulat, ia semakin gusar
lagi. Seraya melirik sekejap wajah Siauw Giok Tjing tiba-tiba
teriaknya. "Entji Tjing; perbuatan ini pasti dilakukan oleh Boe
Beng Tok-su. aku lihat ia sudah hampir gila...."
"Apa yang ingin kau lakukan"' tanya Siauw Giok Tjing
perlahan. sikapnya masih sangat tenang.
"Ayoh berangkat, kita cepat berangkat menyusul dia. sebab
membiarkan dia hidup mungkin beratus-ratus orang bakal
mati konyol, aku lihat pikiranrya sudah jadi sinting . . ."
Bicara sampai disitu matanya melirik sekejap diri Pouw
Sauw Ling yang masih tidak sadarkan diri, kepingin sekali
pada saat ini juga ia kirim satu pukulan mencabut nyawanya.
Pada waktu itu hidangan sayur yang di pesan telah siap.
tetapi Liem Tou tidak ingin membuang waktu terlalu banyak.
ia robek pakaiannya untuk bungkus santapan tersebut,
kemudian dengan tangan kiri mencekal tubuh Pouw Sauw Ling
segera melayang keluar dari kedai.
Tanpa perduli diri Siauw Giok Tjing lagi ia kempi perut
kudanya dan Siauw Giok Tjing yang melihat hal itu tak bisa
berbuat apa2 lagi, terpaksa ia mengejar dari belakang.
Menanti gadis itu hampir menyandak diri, tampaklah wajah
Liem Tou penuh diliputi kegusaran yang memuncak. ia
lemparkan tubuh Pouw Sauw Ling yang tidak sadarkan diri
ketengah udara seraya ujarnya keras;
"Enci Tjing, cepat terima orang itu dan tolong bawa kembali
kegunung Ha Moo San untuk diserahkan kepada Pouw Djien
Tjoei. aku sudah bertekad untuk mengejar Boe Beng Tok-su.
kau serta Wan-moay dan Giok djie boleh menunggu diriku
dikota Ih Djan. nah, selamat berpisah!!"
Sekali kakinya menjejak tanah, badannya segera meluncur
sejauh puluhan kaki dan akhirnya lenyap dari pandangan.
Kita tinggalkan dulu Liem Tou yang mengejar Boe Beng
Tok-su dan kembali pada diri Siauw Giok Tjing yang
menunggang kuda dengan membawa serta Pouw Sauw Ling
dikuda yang lain, ia tetap melanjutkan perjalanan dengan


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepat. Sejak ia tinggalkan kota terakhir, selama perjalanan tidak
dijumpai lagi barang sesosok mayatpun dalam hati terpikir
olehnya apa bila Liem Tou pasti tak akan menemukan
keadaan seperti ini. lalu apa sebabnya?""
Apakah mungkin pikiran Boe Beng Tok-su sudah normal
kembali dan berhenti membunuh orang?"
Dan kemana pula perginya Liem Tou untuk mencari jejak Boe
Beng Tok-su. ?" Walaupun pikiran Siauw Giok Tjing ruwet, tetapi kini Liem
Tou sudah pergi dan ia tak dapat berbuat apa-apa lagi.
Terpaksa kudanya dilarikan cepat-cepat melanjutkan
perjalanannya menuju ke arah Selatan.
Sepanjang jalan ia tidak menemui kesulitan tetapi
menjelang magrib mendadak awan tebal menutupi seluruh
angkasan hujan pun turunlah dengan sangat derasnya.
Sekitar tempat itu sunyi tak kelihatan sebuah rumah
penduduk pun yang dapat digunakan untuk berteduh, ia tak
bisa berbuat apa-apa. terpaksa dengan menempuh hujan
lebat, ia melanjutkan perjalanannya kedepan, ia hanya
berharap sebelum tengah malam tiba bisa sampai di kota
Liong Wo, untuk kemudian esok harinya berangkat lagi ke
gunung Tjing Shia dan menyerahkan Pauw Sauw Ling kepada
adiknya Pouw Djien Tjoei.
Melakukan perjalanan ditengah hujan yang deras sungguh
susah sekali, kurang lebih sepertanak nasi kemudian secara
lapat-lapat ia temukan adanya cahaya lampu di tempat
kejauhan. "Aaaah. . .! tempat itu pasti rumah tinggal penduduk."
pikirnya dihati. Karena tiada tempat lain yang dapat digunakan untuk
berteduh. maka tanpa berpikir panjang lagi gadis ini
mendekati rumah penduduk dimana berasalnya cahaya lampu
tadi, Tak selang berapa saat ia sudah mendekati tempat itu yang
bukan lain terdiri tiga rumah gubuk, cahaya lampu memancar
keluar dari salah sebuah bangunan gubuk tadi.
Gadis she Siauw ini segera berjalan mendekati tempat itu,
siapa sangka sewaktu ia tiba tiga, lima tombak dari pintu
rumah mendadak dilihatnya sesosok bayangan hitam berjubah
panjang berkelebat lewat, hatinya segera bergerak, pikirnya.
"Dalam dusun yang miskin seperti ini, darimana munculnya
seseorang memakai jubah panjang?"
Karena berpikir sampai disitu buru-buru ia menghentikan
gerakannya dan melompat turun dari atas pelana, kemu dan
dengan membawa Pouw Sauw Ling mendekati wuwungan
rumah serta menambatkan tunggangannya di pohon.
Pada saat itulah dari dalam ruangan terdengar suara
langkah kaki yang berat berjalan hilir mudik, Siauw Giok Tjing
tahu bila ia berkelebat lewat melewati jendela maka jejaknya
pasti konangan. Akhirnya ia berputar kepintu depan yang terbuat dari
bambu serta rumput kering. di antaranya masih terdapat pula
beberapa buah lubang yang bisa digunakan untuk mengintip.
Tanpa ragu-ragu lagi ia mengintip kedalam, lalu berseru
tertahan. "Aaakh. .! beruntung aku belum masuk ke dalam rumah ini
dengan ceroboh. ?" Kiranya didalam ruanpan tersebut terdapat enpat orang,
mereka bukan lain adalah Boe Beng Tok-su beserta tiga orang
anggota Sin Bang Kauw yang berusia pertengahan. jelas
mereka tentu adalah jago-jago lihay yang paling diandalkan.
Orang yang berjalan bolak balik barusan adalah Boe Beng
Tok-su, sedangkan ketiga orang lainnya duduk termenung
disamping. Dengan sangat tenang Siauw Giok Tjing mengintip terus
diluar pintu, beberapa saat kemudian terdengarlah Boe Beng
Tok-su dengan mata melotot alis menjungkat dan depakdepakkan
kakinya berseru kelang kabut;
"Liem Tou! Lien Tou! aku benci dirimu. Sehingga ingin
kubongkar kuburan nenek moyangmu !"
Merandek sejenak kemudian gumamnya kembali, "Entah
bagaimana keadaan guru" mungkinkah ia terluka dengan Suo
Kut Mo Pian?" Ia mendengus berat kemudian sambungnya, "Kedatangan
suhu sungguh terlalu kebetulan, kenapa ia justru datang
sewaktu Liem Tou bergebrak mati-matian melawan Suo Kut
Mo Pian. Aaai . , kalau tidak maka mereka berdua pasti akan
sama-sama terluka parah dan mengambil kesempatan itu
kubasmi mereka berdua, bukankah hal ini jauh lebih bagus?"
Mendadak ia berhenti bergebrak kemudian berpaling ke
arah ketiga orang lainnya.
"Markas besar sudah hancur, perkumpulan Sin Beng Kauw
tinggal puing-puing berserakan, walaupun di daerah Utara
maupun daerah Selatan masih ada istana cabang yang bisa
digunakan untuk bersembunyi sementara waktu. tapi apa
gunanya?" Ketiga orang anggota Sin Beng Kauw itu menghela napas
berat-berat, ask seorang pun yang menyahut.
Suasana di dalam ruangan kembali pulih jadi sunyi senyap
Boe Beng Tok-su pun berjalan bolak-balik lagi kesana kemari.
Siauw Giok Tjing setelah berhasil melihat jelas keadaan
disana dengan jalan menginti ia segera berpikir.
"Sebenarnya apa yang sedang mereka inginkan" dari Tjiong
Lay-san melarikan diri kemari, sepanjang jalan membinasakan
orang apakah semua orang yang ada di kolong langit
mempunyai dendam sakit hati dengan dirinya". ,
Hujan turun makin lebat, mendadak kuda yang di tempat
dekat pohon meringkik panjang.
Jilid-52 Boe Beng Tok-su melepas pedang dan kitab.
"ADUUH CELAKA!" TAK KUASA LAGI Siauw Giok Tjing
berseru tertahan. Sedikitpun tidak salah ketika mendengar suara ringkikkan
kuda Boe Beng Tok-su serta ketiga orang anggota Sin Beng
Kauw yang ada didalam ruangan segera memadamkan lampu
lentera dan meloncat ke luar.
Melihat munculnya keempat orang itu Siauw Giok Tjing
menyembunyikan dirinya rapat-rapat dari pandangan mata
mereka, tetapi setelah dilihatnya beberapa orang itu meluncur
keatas pohon dimana kudanya tertambat dan teringat pula
Pouw Sauw Ling masih ada disini, gadis she Siauw ini baru
merasa sangat cemas, badannya segera bergerak menubruk
kedepan. "Kauwtju, kau hendak melarikan diri ke mana?" bentaknya.
Badannya mengenjot segera melayang ke arah Boe Beng
Tok-su dengan sebat mencabut keluar pedang hitamnya, air
muka berubah dingin, berat dan menyeramkan.
"Apakah kalian sungguh-sungguh hendak membinasakan
diriku?"" serunya kaku.
Siauw Giok Tjing tetap berdiri tak berkutik, sepasang
matanya dengan tajam memperhatikan wajahnya kemudian
perlahan-lahan mencabut keluar pedang Lam Beng Kiam.
"Aku dengar dari Liem Tou katanya pedang hitam kautju
sungguh luar biasa bahkan selama ini diantara kita berdua
tiada kesempatan saling bergebrak, mari-mari, malam ini
merupakan kesempatan baik yang susah ditemukan. Silahkan
Kauwtju memberi petunjuk."
Boe Beng Tok-su mendengus dingin selagi ia hendak
menyahut mendadak salah seorang anak buah datang berbisik
: "Lapor Kauwtju Pouw siangtju ada disini."
Pada mulanya Boe Beng Tok-su kelihatan rada tertegun.
akhirnya dengan gusar ia meraung, "Dia berada dimana?"
Cepat tangkap dirinya."
Orang itu segera putar badan dan berlalu, Siauw Giok jing
yang mendengar ucapan itu dengan sangat jelas hatinya jadi
cemas, dengan cepat ia putar badan pedang Lam Beng
Kiamnya laksana sambaran kilat berkelebat lewat kedepan.
Walaupun orang itu adalah salah seorang jago lihay yang
paling diandalkan didalam perkumpulan Sin Beng Kauw tetapi
mimpi pun ia tidak pernah menyangka apabila Siauw Giok
Tjing yang berdiri didepan Boe Beng Tok-su bisa melancarkan
serangan sedemikian cepatnya.
baru saja ia berseru keget, Siauw Giok Tjing telah membentak
keras pedang Lam Beng Kiamnya menembusi dada orang itu
dan tanpa berteriak lagi orang itu roboh binasa diatas tanah.
Buru-buru Siauw Giok Tjing cabut keluar pedangnya, darah
segar muncrat memerah. Pada saat itulah dari belakang tubuhnya menyambar datang
serentetan hawa pedang yang dingin bagaikan orang gila Boe
Beng Tok-su menerjang kedepan. Pedang hitamnya laksana
serentetan jaringan pedang mengurung datang.
Melihat datangnya serangan Siauw Giok Tjing segera
menggetarkan pedang Lam Beng Kiamnya menciptakan
serentetan bunga pedang untuk mengunci datangnya
serangan, sedang badannya mundur tiga langkah kebelakang,
bentaknya keras; "Kauwcu, tunggu sebentar! bagaimana pun malam ini aku
harus merasakan bagaimanakah kelihaian dari ilmu pedang
hitammu ini. Cuma, aku ingin bertanya kepadamu, mengapa
kau begitu benci dengan Pouw Siauw Ling?"
"Pouw Siauw Ling sebagai anggota Sin Beng Kauw berani
coba membunuh kauwtjunya, orang semacam ini tak boleh
diampuni lagi". Siauw Giok Tjing tertawa dingin,
"Heeh...heeh...heeh . .kauwtju, perkataanmu sama sekali
salah besar!" serunya. Suhumu Tjhiet Tji Tauw Tuo serta suhu
dari Pouw Sauw Ling, Suo Kut Mo Pian telah saling mengikat
permusuhan sedalam lautan sejak dahulu, kalau mereka
bersumpah tidak akan hidup bersama Sudah tentu saja waktu
mereka saling bertempur Pouw Sauw Ling harus membelai
gurunya, inilah yang dinamakan berbakti pada sang guru,
Tidak bisa kau cap dirinya sebagai penghianat!"
Boe Beng Tok-su kontan sirap hawa amarahnya seraya
menggetarkan pedangnya membentuk serentetan cahaya
pedang. "Jika demikian adanya apakah tindakannya lah yang
benar?" "Sudah tentu dia yang benar," Siauw Giok Tjing pun mulai
naik pitam "Kini aku hendak serahkan dirinya kepada adiknya,
maka dari itu aku peringatkan kepadamu. Jika kau berani
mengganggu barang seujung rambutnya pun aku tak akan
berlaku sungkan-sungkan lagi kepadamu. Terus terang saja
kuberitahu, apa yang telah terjadi di dalam perkumpulan Sin
Beng Kauw serta beberapa besar kekuatan yang kalian miliki
sudah kuketahui bagaikan melihat jari tangan sendiri. Seluruh
rencanamu tak bakal lolos dari perhitunganku."
Sembari berkata pedang Lam Beng Kiamnya digetarkan
membentuk selapis cahaya merah, sambungnya lebih lanjut:
"Kauwcu, aku lihat luka yang kau derita bekas terkena
pukulan Kiem Tou belum sembuh benar-benar, bila sungguhsungguh
bergebrak didalam lima puluh jurus saja
kemungkinan kau masih bisa bertahan, tapi setelah lewat
jumlah itu kau bakal kalah total. Apalagi karena bentrokan
serta gebrakan yang dipaksakan, maka luka yang belum
sembuh akan kambuh lagi sehingga lukanya akan sepuluh kali
lebih hebat. Aku menasehati dirimu lebih baik segera lepaskan
pedang dan mengundurkan diri kepegunungan yang sunyi,
sejak ini tidak mengganggu kaum Bu-lim lagi. Asalkan kau
suka menyanggupi permintaanku ini sudah tentu akan
kuberikan satu jalan hidup untukmu."
Boe Beng Tok-su yang mendengar ucapan ini saking
khekinya seluruh wajahnya berubah pucat pasi bagaikan
mayat. Ia mendongak tertawa seram.
"Budak busuk yang tidak tahu diri, kau ingin paksa aku
lepaskan pedang" haah... haah. .haah . .kau anggap aku bisa
menurut perkataanmu dengan demikian saja" Terus terang
saja kuberitahukan kepadamu Pedangku ini adalah pemberian
dari suhuku tempo dulu Sebelum memperoleh perintah dari
suhuku siapapun jangan harap bisa paksa aku buang pedang".
Melihat ketentuan orang itu, Siauw Giok Tjing mulai berpikir
didalam hatinya. 'Agaknya aku harus turun tangan dengan
kekerasan!' "Kauwtju, ucapanku ini adalah bermaksud baik untuk
pribadimu sendiri, akupun sudah dapat menduga apabila kau
tak mau mendengar. Baiklah, setelah kau berhahil menerima
limapuluh jurus seranganku. akan kuberitahukan satu
persoalan padamu." Mendengar gadis itu hendak memberitahukan suatu urusan
kepadanya, sepasang mata Boe Beng Tok-su melotot bulatbulat.
"Urusan apa?"?"
"Terima dulu kelimapuluh jurus seranganku!" bentak Siauw
Giok Tjing keras-keras. Pedang Lam Beng Kiamnya di getarkan sehingga
membentuk selapis bayangan pedang yang menyilaukan mata
menghajar dada lawan. Boe Beng Tok-su tidaK mau mengalah, pedang hitamnya
balas digetarkan menerima datangnya serangan lawan.
Boe Beng Tok-su mendengus berat, sepasang pundaknya
sedikit bergerak mengundurkan diri sejauh lima depa
kebelakang, wajahnya yang selalu dingin kini makin pucat.
Sedangkan Siauw Giok Tjing pun buru-buru tarik kembali
pedangnva untuk diperiksa apakah gumpil atau tidak.
Setelah mendongak kembali ia mulai melancarkan serangan
gencar meneter pihak lawannya, kali ini ia menggunakan jurus
serangan lihay dari Beng san-pay dalam sekejap mata delapan
jurus sudah dikerahkan. Tetapi Boe Beng Tok-su benar-benar bisa dikatakan sebagai
seorang ahli didalam penggunaan ilmu pedang, dengan
tenang ia hadapi serangan-serangan musuh. setiap
menjumpai jurus dihancurkan dengan jurus pula selembar
wajahnya yang pucat pasi kini pulih kembali seperti sediakala,
bahkan senyum pun mulai menghiasi wajahnya.
Siauw Giok Tjing yang melihat desaknya yang gencar sama
sekali tidak mempengaruhi keadaan ditengah kalangan,
didalam hati kembali berpikir:
"Jelas ia masih bisa mempertahankan diri, aku harus ganti
cara bertempur," Mendadak permainan ilmu pedangnya berubah dari
gerakan yang sangat cepat berganti dengan gerakan yang


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat lambat. setiap jurus dilancarkan dengan mengerahkan
hawa murni yang dimilikinya. khusus ia tunjukkan untuk
menghajar ujung pedang Boe Beng Tok-su.
Baru saja permainan pedangnya berubah Boe Beng Tok-su
telah waspada, air mukanya telah berubah hebat. seluruh
perhatian dipusatkan untuk menghadapi lawan dan sedikitpun
tak berani berlaku ayal. Terutama sekali di dalam menghindari bentrokan-bentrokan
kekerasan dengan ujung pedang Siauw Giok Tjing yang tajam.
Setelah Siauw Giok Tjing berhasil menemukan titik kelemahan
dari Boe Beng Tok-su, serangannya semakin ganas memaksa
Kauwtju dari perkumpulan Sin Beng Kauw ini harus
menggunakan gerakan badan yang lincah untuk mengimbangi
gerakan lawan. Dalam sekejap mata tiga puluh jurus sudah lewat.
Melihat pihak lawan belum berhasil juga dirubuhkan Siauw
Giok Tjing mulai naik pitam, cahaya pedang di perketat
bersamaan itu pula telapak kirinya mengeluarkan sejurus ilmu
pukulan Sian Hong Tjiang.
Boe Beng Tok-su yang belum sembuh dari lukanya terhajar
oleh pukulan Liem Tou, saat ini tak berani menerima
datangnya serangan dengan kekerasan, setiap kali ia harus
meloncat ataupun berkelit dari bentrokan-bentrokan
kekerasan Hingga tiba pada suatu saat secara tiba-tiba gadis she
Siauw mengirim sebuah ilmu pukulan Sian Hong Tjiang-hoat
bersamaan pula pedang Lam Beng Kiamnya menyambar
datang Buru-buru Boe Beng Tok-su menyingkir kesamping, pedang
hitamnya dibalik membabat lengan gadis tersebut.
Dengan cepat Siauw Giok Tjing mundur selangkah
kebelakang pedang Lam Beng Kiamnya diayun setengah jalan.
"Kauwtju kali ini kau menderita rugi!" bentaknya keras.
Ujung pedang laksana sambaran kilat meneter lebih
kedepan, untuk kedua kalinya sepasang ujung pedang itu
saling bentrok dengan nyaringnya sehingga menimbulkan
percikan bunga-bunga api.
Boe Beng Tok su segera merasakan darah panas didalam
rongga dadanya bergolak, wajahnya pucat pasi bagaikan
mayat hampir saja ia roboh terjungkal keatas tanah.
Ia tahu luka dalamnya kembali kambuh, tapi dengan
paksakan diri ia mempertahankan diri.
Siapa sangka pada saat itulah ilmu pukilan Sian Hong
Tjiang yang dilancarkan Siauw Giok Tjing tadi telah
menyambar lewat dari belakang punggungnya.
Menanti ia menyadari akan datangnva serangan dari
belakang untuk menghindar sudah terlambat satu langkah.
"Braaak!" pundaknya kontan terkena hajar dengan
telaknya. Tak kuasa lagi Boe Beng Tok-su muntah darah segar
badannya mundur dua langkah kebelakang dengan
sempoyongan, menggunakan pedang hitamnya ia coba
mempertahankan badannya sehingga tidak sampai roboh
keatas tanah. Setelah mengetahui pihak lawan tidak sanggup untuk
bergebrak lagi, Siauw Giok Tjing pun mengundurkan diri
kesamping, kedua orang anggota Sin Beng Kauw yang melihat
kauwcunya terluka, dengan cepat maju menghampiri untuk
membimbing bangun dirinya, tetapi dengan penuh kegusaran
Boe Beng Tok-su telah mendorong mereka kebelakang,
"Minggir!" teriaknya keras,
"Tapi ...kauwcu, lukamu sangat parah!"
"Minggir, minggir! siapa yang suruh kalian ikut campur." Boe
Beng Tok-su semakin gusar lagi.
Kedua orang anggota Sin Beng Kauw itu terpaksa lepas
tangan dan mundur tiga langkah bebelakang.
Diatas wajah Boe Beng Tok-su yang pucat pasi tiba-tiba
berkerut, agaknya ia sudah teringat akan sesuatu hal.
Sinar mata yang sayu perlahan-lahan menyapu sekejap
wajah kedua orang itu, kemudian dengan nada lemah katanya
: "Kiem siangtju, Than siangtju berpalinglah kesana !"
Kedua orang siangtju itu kelihatan tertegun, tetapi perintah
dari sang Kauwtju tak terbantahkan terpaksa mereka
berpaling juga. Dengan tenang Siauw Giok Tjing memperhatikan semua
gerak-gerik Boe Beng Tok-su, dilihatnya orang itu tarik napas
panjang seraya memandang langit nan gelap dengan mata
mendelong. Sekonyong-konyong.... Cahaya hijau berkelebat lewat diiringi suara jeritan ngeri
yang menyayatkan hati. "Aku terpaksa harus berbuat begini." terdengar ia berseru.
Batok kepala kedua orang itu siangcunya sudah terbabat
putus sehingga mengelilingi diatas tanah, darah segar
bagaikan sumber mata air menyembur ke udara dan
menggeletaklah dua sosok mayat tak berkepala itu diatas
genangan darah mereka sendiri.
Lama...lama sekali perlahan-lahan ia baru putar badan
memandang wajah Siauw Giok Tjing dengan pandangan
mendelong sinar matanya penuh diliputi kesedihan,
mendendam serta benci "Masih ada perkataan apa lagi yang belum habis kau
ucapkan?" cepat katakan !" bentaknya keras.
Melihat sinar mata yang begitu menggidikkan kepingin
sekali gadis she Siauw membereskan dirinya didalam sekali
tusukan sehingga untuk selamanya ia tak dapat berbuat
kejahatan lagi. Tetapi sewaktu melihat wajahnya telah digenangi dengan
air mata, ia jadi tidak tega.
"Lepaskan pedangmu!" ujarnya halus. "Karena hanya inilah
satu-satuaya jalan kehidupan untukmu.
Tetapi Boe Beng Tok-su masih melototi gadis itu dengan
pandangan mendelong, wajahnya bergetar dengan mimik
yang mengenaskan. Pedang pemberian suhu sampai mati tak akan kulepaskan!"
"Jikalau suhumu sudah tak ada dikolong langit lagi?""
sambung Siauw Giok Tjing sambil tertawa ringan.
Mendadak sepasang kaki Boe Beng Tok-su jadi lemas.
badannya gontai hampir-hampir saja roboh keatas tanah.
SeteTah berpikir sebentar, wajahnya mulai jadi tenang
kembali. "Kau jangan coba mengibul apakah dia orang tua sungguhsungguh.
. . ." Ucapan selanjutnya sudah tidak jelas lagi,
kacau balau tidak karuan, ,
Selagi Siauw Giok Tjing siap hendak berbicara, mendadak
angin dingin menyambar lewat. Tahu-tahu Liem Tou
sipahlawan kita sudah berdiri disana dengan angkernya.
Siauw Giok Tjing kegirangan setengah mati, sebaliknya Boe
Beng Tok-su dengan andalkan pedangnya sebagai pengganti
tongkat mundur tujuh delapan langkah kebelakang.
Terdengar pemuda she Liem mendengus dingin.
"Aku sudah mencari dirimu disekitar beberapa ratus li, tidak
disangka ternyata kau berada disini!" serunya.
Selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati Boe Beng
Tok-su. "Engkoh Liem jangan bunuh dirinya," tiba-tiba Siauw Giok
Tjing mencegah. "Ia sudah terluka parah, tiada bertenaga lagi
baginya untuk berbuat sesuatu."
Liem Tou tidak menggubris ucapan gadis itu, ia
melanjutkan langkahnya mendekati Boe Beng Tok-su
"Engkoh Liem, ia sudah bersiap sedia akan lepaskan
pedang mengundurkan diri dari dunia kangouw mengapa kau
mengharuskan ia mati?"?" kembali Siauw Giok Tjing berteriak.
Liem Tou merandak sebentar lalu tertawa dingin.
"Heee .. heee. ..hee....melepaskan pedang apa gunanya?""
sebelum ia suka menyerahkan kitab Pek Tok Toh nya maka
orang ini masih bisa berbuat keonaran dan meninggalkan
bencana dikemudian hari."
"Aaakh.. .!" sehabis mendengar ucapan tersebut gadis she
Siauw baru berseru tertahan, ia tidak pernah berpikir sampai
hal itu. "Kauwtju! segera teriaknya keras. "Terus terang kuberitahu
kepadamu, gurumu telah bertempur mati sewaktu melawan
Suo Kut-mo-pian dilembah Boe Beng Kok, cepat lepaskan
pedang dan serahkan kitab pusaka Pek Tok Toh kemudian
berlalulah! kalau tidak mungkin engkoh Liem sungguhsungguh
akan membinasakan dirimu. "
Sampai detik inilah Sang Kauwtju dari perKumpulan Sin
Beng Kauw tak berkutik lagi. ia hanya jatuhkan diri berlutut
kearah Barat dan angguk anggukkan kepalanya berulang kali.
Setelah bangun berdiri katanya penuh ketegasan;
"Liem Tou, apabila kau ingin membinasakan diriku cepatlah
turun tangan." Dengan sikap jumawa ia mendongak ke
angkasa, sedikitpan tidak menunjakan rasa jerih.
"Kauwcu. kau tak boleh berbuat demikian." Cegah Siauw Giok
Tjing dengan nada keras. "setelah aku melepaskan satu jalan
hidup untukmu mengapa kau malah tidak mau terima?"
dengan kepandaian silat yang kau miliki, saat ini, asalkan bisa
lemparkan kesesatan kembali kejalan yang benar. maka dalam
kalangan Bu-lim kau tentu bakal menerima satu nama yang
dikagumi." Boe Beng TOK SU tidak memperdulikan ucapan dari Siauw
Giok Tjing. hanya teriaknya kepada Liem Tou dengan suara
keras. "Liem Tou, kau mau turun tangan membunuh atau tidak?""
Liem Tou tetap berdiri ditempat semula sambil melototi
wajahnya, ia sama sekali tak berkutik.
Lama sekali Boe Beng Tok-su menanti, tapi akhirnya ia
menghela napas sedih. "Liem Tou, bila malam ini kau tidak membinasakan diriku
maka dikemudian hari kau bakal menyesal!!"
Sesudah melirik sekejap wajah Siauw Giok Tjing. dari dalam
sakunya ia ambil keluar sejilid kitab yang tebal bersama-sama
dengan pedang hitamnya dibuang keatas tanah, lalu putar
badan tanpa menoleh lagi berlalu dari sana dan lenyap
ditangan kegelapan. Menanti bayangan dari Boe Beng Toksu lenyap dari
pandangan, Liem Tou serta Siauw Giok Tjing baru berpaling
kearah kitab pusaka Pek Tok Toh serta pedang hitam yang
menggeletak diatas tanah.
"Tjing-moay! ujar Liem Tou memecahkan kesunyian.
"Tindakan ini bukaakah sama halnya melepaskan harimau
pulang ke gunung?" menanti ia munculkan dirinya lagi,
mungkin kita bukan tandingannya."
"Liem Tou kau jangan mengucapkan kata-kata itu" teriak
Siauw Giok Tjing penuh kegusaran, "Jika kau menyesal,
kenapa tidak kau bunuh sekalian orang itu sewaktu ia belum
pergi tadi?" setelah melepaskan dia pergi, seharusnya jangan
kau ucap kata-kata macam begini lagi."
Liem Tou membungkam dalam seribu bahasa, ia berbongkok
memungut kembali pedang hitam itu, setelah dipandangnya
sebentar ia memuji. "Pedang bagus, pedang bagus., sungguh sebilah pedang
bagus". Ia memandang pula kearah kitab pusaka Pek Tok Toh
tersebut mendadak pedang hitam yang dicekalnya berkelebat
berulang kali menusuk kitab tadi sehingga hancur berantakan.
"Barang macam begini ditinggalkan dalam kolong langit
hanya bisa mencelakai orang saja. lebih baik aku musnahkan
saja." Untuk menolong Siauw Giok Tjing tidak sempat lagi, ia
hanya bisa menghela napas panjang seraya menegur.
"Apa gunanya kau hancurkan kitab tersebut sehingga
musnah?"" Kauwtju telah hapalkan seluruh isi kitab tadi
masak-masak dan bila ingin digunakan hanya tinggal tarun
tangan belaka, apa gunanya menggunakan kitab ini lagi?" jika
kau membiarkan ia tetap bertahan mungkin sekali di kemudian
hari kita masih bisa gunakan cara racun melawan racun untuk
memusnahkan dirinya, eei. kenapa kau begitu keburu napsu?"
Liem Tou yang telah berbuat salah kini berbuat salah lagi
hatinya merasa sangat kecewa.
"Baik-baik, hitung-hitung aku yang salah, Lebih baik kau
tak usah menegur diriku lagi. Eei, dimana Pouw Sauw Ling"
apakah ia masih ada?""
Siauw Giok Tjing mengangguk. ia simpan kembali pedang
Lam Beng Kiamnya dan membawa Liem Tou menuju ke arah
bawah pohon dimana kedua ekor kudanya ditambat.
Tampak Pouw Sauw Ling masih berada diatas punggung
kudanya, Siauw Giok Tjing segera melepaskan tali les kudanya
yang sebuah diserahkan ketangan Liem Tou.
"Mari kita pergi, malam ini kemungkinan besar masih bisa
menginap dikota Boen Tjing, besok pagi segera berangkat
menuju ke kota Ie Djan. Aaah, kali ini kau harus pergi ke
gunung Tjing Shia dahulu."
"Kau tidak ikut pergi?""
Mendengar ucapan tersebut sang pemuda berseru. "Apa
gunanya aku pergi kesana?"".
"Kau harus pergi kesana, jika Wan-moay tahu kau tidak ikut
hatinya tentu tidak tenang. Apalagi selama setahun ini harus
menyusahkan dirimu kaupun seharusnya pergi beristirahat,
tentang soal menghadapi Thian Pian Siauwtju serta menolong
Hong Susiok biarlah aku berangkat kesana bersama Wanmoay
serta Giok djie." "Baiklah." akhirnya gadis itu mengangguk, "Biarlah aku
pergi bantu Oei-heng membangun kembali perusahaan Tjing
Liong Piauw-kiok disamping menantikan beritamu. Mari kita
pergi." Demikianlah Siauw Giok Tjing serta Liem Tou segera
melanjutkan perjalanannya menuju ke kota Ie Djan dengan
menempuh dibawah hujan gerimis.
Diatas sungai yang lebar sebuah sampan laksana kilat
meluncur kemuka mengikuti arus sungai yang deras. Diatas
sampan terbanglah tiga ekor burung rajawali yang berkaokkaok
tiada hentinya. Mendadak dari atas sampan meluncur lewat sepuluh titik
hitam mengarah ketiga ekor burung elang tadi.
Sang burung elang bersama-sama berkaok dan menyambar
kearah bayangan tadi dengan kecepatan luar biasa.
Tak sebuah hitampun yang akhirnya jatuh kembali keatas


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

permukaan, semuanya lenyap tak berbekas
Kiranya titik-titik hitam tadi bukan lain adalah sepulun
potong daging yang segera dilalap habis oleh ketiga ekor
burung elang itu, Bersamaan itu pula dari atas sampan terdengar suara tepuk
tangan serta sorakan memuji yang gegap gempita, seorang
bocah perempuan dengan suara yang merdu berseru:
"Paman Liem, kepandaianmu sangat lihay tapi untuk saling
berebut daging dengan rasa-rasanya belum tentu menang.
bukankah begitu?" Diatas sampan itu duduk tiga orang, mereka adalah Liem
Tou sigadis cantik pengangon kambing serta Giok djie.
Saat ini mereka bertiga dengan menunggang sampan
sedang bergerak kearah Timur menuju kelautan Timur untuk
mencari Tian Pian Siauwtju serta menolong si perempuan
tunggal Touw Hong Terdengar Liem Tou segera tertawa "Jikalau aku sama
sekali tidak becus untuk mengalahkan ketiga ekor binatang
berbulu itu, lalu apa gunanya kau mengatakan kepandaianku
sangat lihay." "Engkoh Liem. kau jangan bergurau lagi." Si gadis cantik
pengangon kambing ikut tertawa. "Kau telah melepaskan Boe
Beng Tok-su, dan cabang-cabang Sin Beng Kauw yang
tersebar dimana -mana belum menderita kerugian apa2.
apakah kau berani tanggung mereka tidak akan munculkan
dirinya kembali?" Liem Tou menggeleng, "Boe Beng Tok-su merasa
kepandaiannya tidak becus sekali dan munculkan dirinya
kembali juga percuma saja. Apalagi Tjhiet Tji Tauw Tuo baru
saja mati sehingga ia kehilangan kekuatan yang menyokong
dirinya jelas ia tak akan berani munculkan dirinya kembali",
"Tetapi. kau pun harus tahu sekalipun markas besar Sin
Beng Kauw berhasil dipukul hancur tetapi kantor-kantor
cabangnya masih melanjutkan berbuat jahat agaknya ia masih
belum tahu apabila markas besar mereka sudah kau obrakabrik."
. "Soal ini memang bisa dirasakan benar, paling sedikit harus
ada orang untuk memberitahukan urusan ini kepada mereka,"
setelah berpikir sebentar Liem Tou mengangguk.
"Cuma. setelah kepergian Boe Beng Tok-su malam itu, ia tentu
punya rencana baru lagi. Menurut pandanganku lebih baik kita
tinggalkan jalan air menempuh jalan darat saja disamping
menyeliki urusan ini. Menurut perhitunganku apalagi cabangcabang
Sin Beng Kauw dipelbagai tempat telah bubar maka ini
bisa diduga dibalik hal tersebut masih tersembunyi sesuatu,
tetapi jikalau ia pergi dengan begitu saja maka ini berarti
apabila ia sudah kecewa dan putus asa..."'
"Engkoh Liem, otakmu sungguh cermat, baiklah. Kita akan
segera mendarat." Sewaktu Liem Tou hendak menggerakan sampannya
menepi, mendadak dari arah depan muncul sebuah perahu
yang memmuat seorang pemuda berbaju putih.
Dari tempat kejauhan Liem Tou dapat mengenali kembali
bila orang itu bukan lain adalah Boe Beng Tok-su.
Segera serunya kepada sigadis cantik pengangon kambing;
"Wan-moay coba kau lihat, bukankah orang itu adalah Boe
Beng tok-su?" bila di tinjau dari pakaiannya yang dikenakan
berwarna putih, terang ia sudah bubarkan diri sebagai kauwtju
perkumpulan Sin Beng Kauw. Entah apa maksudnya
mengenakan baju putih ini adalah menandakan apabila ia
sudah tobat dari perbuatan jahatnya dan kini kembali kejalan
yang benar atau sebaliknya?"'
"Bagus sekali. benar-benar dia orang adanya!" sela Giok
djie pula dari samping. "Biar aku perintahkan burung-burung
elangku untuk patuk buta sepasang matanya." '
"Giok djie, jangan ceroboh!" bentaknya Liem Tou segera.
Si gadis caritik pengangon kambing yang melihat
kemunculan Boe Beng Tok-su dengan terang terangan,
hatinya mulai curiga, pikirnya: "Dikolong langit mana mungkin
ada peristiwa yang begitu kebetulan?" Jelas pada mulanya ia
sudah menyelidiki dahulu jejak kita kemudian baru sengaja
memapaki. ." Dengan suara rendah ia segera kasih peringatan kepada
diri Liem Tou: "Engkoh Liem, hati-hati apabila ia sedang menggunakan
siasat. Seharusnya pada saat seperti ini ia bersembunyi di
gunung atau alam yang sunyi, dan kini sebaliknya ia malah
menyongsong kita. dibalik hal tersebut tentu ada hal-hal yang
tidak beres. Kita jangan sampai kena tertipu!"
Liem Tou mengangguk. "Aku rasa dalam keadaan seperti ini ia tak bakal bisa main
setan dengan kita, cuma, bilamana ia sudah tahu tujuan
kepergianku kaii ini dan ia keburu bekerja sama dengan Thian
Pian siauwtju maka hal ini merupakan tanda bahaya bagiku
tapi sekarang kita masih bisa menghadapinya kau boleh
berlega hati!" Kedua buafh sampan itu makin lama makin mendekat, saat
itulah Liem Tou dapat menangkap wajah Boe Beng Tok Su
penuh diliputi keseriusan, alisnya berkerut dan matanya
berkilat. Sikapnya amat jumawa, dingin dan gagah mendatangkan
perasaan kagum dihati semua orang.
Walaupun terang-terangan ia dapat melihat perahu yang
ditumpangi Liem Tou sekalian bergerak mendekat, tetapi ia
tetap tak menggubris maupun berbicara, hanya sepasang
matanya melototi diri Liem Tou tajam-tajam.
Perahu dengan cepatnya bergerak hingga jaraknya tinggal
seratus tombak saja, apabila salah satu tidak menyapa terlebih
dahulu maka perahu itu tentu akan berlalu lewat dari sisinya.
Liem Tou pertama-tama yang tak dapat menahan diri. ia
segera berteriak menegur: "Orang yang berada diujung
perahu sebelah depan benarkah Kauwtju dari perkumpulan
dari Beng Kauw, Boe Beng Tok-su adanya?"" tidak kusangka
dunia sesempit ini, dimanapun kita selalu berjumpa."
Mendadak Boe Beng Tok-su mengebutkan ujung bajunya
mengirim satu pukulam kosong keatas permukaan sungai,
perahu yang sedang meluncur datang seketika itu juga
menjadi perlahan. Liem Tou pun dengan gerakan yang sama melancarkan
satu pukulan ketengah sungai, perahu yang ditumpangi ikut
menjadi perlahan. Pada sast itulah Boe Beng Tok-su buka
suara berseru. "Liem Tou, jangan kau sebut aku sebagai Kauwtju lagi.
perkumpulan Sin Beng Kauw telah musnah di tanganmu, kini
markas kami tinggal puing-puing yang berserakan." Ia
merandek sejenak, kemudian sambungnya: "Cuma saja,
walaupun perkumpulan Sin Beng Kauw telah musnah tetapi
dendam diantara kita berdua belum selesai. kau harus
membayar kerugianku ini dengan suatu nilai yang jauh lebih
besar." Liem Tou bergidik mendengar ucapan itu, kemudian
tertawa tergelak. "Haaahh...haaaaahh.. .Sun Tji Si. aku lihat kau sedang
bermimpi disiang hari bolong, setelah kau ketahui bahwa
kepandaian silatmu tidak becus, mana mungkin bisa kau
tuntut balas dendam tersebut?" terus terang saja kuberitahu
kepadamu' dengan dosa yang keu perbuat selama setahun ini
ber-sama2 perkumpulan Sin Beng Kauswmu sekalipun belum
bisa menebus dosa sebesar ini, bilamana buktinya aku masih
teringat akan ucapan yang pernah diutarakan Tjing-moay,
ingin sekali aku cabut jiwamu."
Air muka Boe Beng Tok-su sangat hambar sedikitpun tidak
kelihatan adanya perubahan.
"JUstru inilah letak kebodohanmu, karena itu kau bakal
mendatangkan bencana kematian buat dirimu sendiri"
. Suara gelak tertawa Liem Tou semakin keras lagi.
"Haaaahh...haaahh,,.sungguh menggelikan, kau lagi
mengigau di siang hari bolong, ayoh cepat katakan kau
hendak membinasakan diriku dengan cara apa?" terus terang
saja kuberitahu kepadamu, aku Liem Tou adalah seorang
manusia yang tidak mempan terhadap tusukan pedang
maupun bacokan golok, tidak hancur terbakar api dan tidak
tenggelam ditelan air, sekali pun kau hendak menggunakan
cara membokong juga percuma saja,"
Bibir Boe Beng Tok-su tampak bergerak-gerak tapi tak
kedengaran sedikit suara pun tidak usah diragukan lagi ia
tentu semasih sedang marah sehingga sukar ditahan tapi kini
ia berusaha untuk mengendalikan sendiri.
Beberapa saat kemudian ia baru berkata dengan nada
dingin. "Liem Tou, asalkan kau ingat-ingat perkataanku itu sudah
cukup, sebelum aku menemui ajalnya pasti akan datang
kemari untuk menuncut balas dendam sedalam lautan ini.
Sepuluh tahun, dua puluh tahun masihi belum terlambat,
bahkan lima puluh tahun kemudian pun belum terlalu lama
pokoknya kau tunggu saja saatnya!"
Liem Tou yang mendengar perkataan itu hatinya mulai
merasa tidak tenang, karena selama ini apa yang telah
diucapkan Boe Beng Tok-su selalu dilaksanakan.
Kendati begitu air mukanya masih tetap tenang-tenang
saja. "Itu terserah kepadamu sendiri, tetapi sebelumnya aku ada
pertanyaan yang hendak kutanyakan padamu, apakah istanaistana
cabang perkumpulan Sin Beng Kauw sudah pada
bubarkan diri?""
"Soal ini kau tak usah kuatir lagi, setelah aku bukan
menjadi kauwcu lagi, sudah tentu perkumpulan Sin Beng
Kauw telah lenyap dari kalangan Bu-lim."
"Itulah dia." kata Liem Tou seraya mengangguk, air
mukanya berubah membesi. "Bukankah kau ingin menuntut
balas terhadap aku orang she Liem, nah! Silahkan turun
tangan. setiap saat aku akan menantikan kedatanganmu, tapi
bila kau berani membunuh seorang manusia yang tak berdosa
.heeee .. heeee.. terus terang kuberitahu kepadamu, kau
jangan harap bisa hidup lebih lama lagi dikolong langit."
Ketika Liem Tou menyelesaikan pembicaraannya sampai
disitu, mendadak dari tengah udara berkelebat datang tiga
titik bayangan hitam yang menyambar kearah Boe Beng Toksu
dengan kecepatan laksana sambaran petir, ia segera
merasa keadaan tidak beres.
Tapi waktu sudah terlambat ketiga sosok titik hitam
tersebut dalam sekejap mata telah menubruk keatas tubuh
Boe Beng Tok-su. "Sun Tji i! hati-hati...." Bentak sang pemuda she Liem
keras-keras. Bersamaan dengan suara bentakan tersebut ia mengirim
sebuah angin pukulan yang santer menghadang jalan pergi
ketiga ekor burung elang tersebut.
Siapa nyana ketiga ekor burung elang yang sudah lama
memperoleh didikan keras dari Thian Pian Siauw tju, memiliki
kegesitan yang sangat luar biasa.
Dimana angin pukulan Liem Tou menyambar lewat, dua
ekor diantara ketiga ekor burung elang tersebut kena terpukul
pental sejauh lima, enam tombak dari tempat semula.
Sebaliknya burung elang terakhir yang tidak terkena sambaran
aDgin pukulan mendadak terbang menukik beberapa tombak
lebih kebawah. Angin pukulan menyambar lewat dari sisi badannya, dan
dalam sekejap mata itulah burung tersebut berpekik nyaring.
Paruhnya yang runcing dan kuat bagaikan baja langsung
menutul mata sebelah kiri dari Boe Beng Tok-su.
Boe Beng Tok-su jadi gelagapan setengah mati, tahu-tahu
mata kirinya terasa amat sakit sehingga tak kuasa lagi ia
menjerit ngeri. Bersamaan itu pula tangannya menyambar kedepan
dengan tepat menangkap tubuh burung elang tersebut
dengan kalap badan burung itu dibetoti kedua arah yang
berlainan. "Kraak!" seketika itu juga burung elang yang besar dan
kuat kena dibetot Boe Beng Tok-su sehingga robek menjadi
dua bagian, usus serta isi perutnya muncrat keluar di iringi
semburan darah segar, matilah burung tersebut seketika itu
juga. Boe Bang Tok-su yang kesakitan saat ini merasa benci dan
mendendam, tubuhnya gemetar keras dengan penuh
kemurkaan teriaknva serak:
"Liem Tou, tidak kusangka manusia macam kaupun bisa
turun tangan sekeji ini untuk membokong diriku. terhitung
jagoan gagah macam apakah kau?" Baik! kita lihat saja
akhirnya, pada suatu hari kau akan menyesal dengan
perbuatanmu ini hari."
Liem Tou tak bisa berbuat apa-apa, ia berdiri termangumangu
ditempat semula. Ketika itulah suara dari Giok djie kembali berkumandang
datang: "Paman Liem. terhadap manusia penuh dosa macam
dia sekalipun dibunuh mati juga tak perlu disesali, bila tidak
sekarang juga kita lenyapkan bangsat itu dari muka bumi,
apakah kita sengaja tinggalkan dirinya untuk membalas
dendam kepada kita dikemudian hari?""'
Liem Tou tersentak kaget dan tersadar kembali dari
lamunannya setelah mendengar teriakan tersebut, ujarnya
penuh kegusaran: "Giok djie! kau jangan banyak ikut campur dalam urusan
ini. Perkataan seorang lelaki sejati selamanya tak perrah
ditarik kembali setelah aku menyanggupi untuk biarkan ia
hidup lebih lanjut apakah kau suruh aku jilat kembali ludah
yang telah kukeluarkan?"" kau perempuan cilik tahu urusan
apa?"?" "Paman Liem! kau berbuat demikian bukankah sama
artinya mendatangkan bencana buat diri sendiri." Teriak Giok
djie kembali, agaknya iapun dibikin mendongkol, "Jikalau kau
diganti dengan Thian Pian Siauwtju. maka selamanya ia belum
pernah memberi kesempatan bagi musuhnya untuk
melancarkan pembalasan. apakah kau tidak mengerti pepatah
yang mengatakan babat rumput seakar-akarnya untuk
lenyapkan bencana dikemudian hari?""."
Liem Tou yang kena terdesak semakin gusar lagi dibuatnya.
"Giok djie! jika kau berani bicara sepatah kata lagi, aku
segera akan bertindak tidak sungkan-sungkan lagi kepadamu."


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ancamnya penuh kemarahan. "Secara bagaima boleh
bandingkan aku dengan Thian Pian Siauwtju?" dia adalah
manusia macam apa" dia adalah seorang iblis sasat."
Pada dasarnya Giok djie memang seorang gadis berwatak
keras, mendengar ancaman itu ia makin mendongkol.
"Tidak salah, dia adalah seorang iblis sesat tetapi siapa
yang bilang dari tubuh seorang iblis sesat tak dapat kita
contoh kebaikannya?"" kembali bantahnya.
Pada saat itu air muka Liem Tou sudah berubah hijau
membesi, padahal yang sebetulnya Liem Tou sendiripun
bukannya tidak tahu, melepaskan Boe Beng Tok-su dari
kematian merupakan suatu perbuatan yang tolol! tetapi justru
kesalahan terletak pada janji yang pernah ia ucapkan sendiri,
setelah salah ia bersikeras untuk melanjutkan kesalahan
tersebut, dan kebetulan waktu itulah Giok djie mengorekkorek
rahasia hatinya, tidak aneh jikalau ada hawa gusar yang
terpendam dalam hatinya kontan meledak.
Sigadis cantik pengangon kambing dapat melihat seluruh
peristiwa ini dengan sangat jelas, karena ia takut
percekcokkan antara Liem Tou dengan Giok djie makin lama
semakin membesar, ia segera menukas dari samping:
"Boe Beng Tok-su sudah lama berlalu, apa gunanya kalian
bercekcok terus menerus?" setelah kejadian jadi begini
terpaksa kita harus berbuat mengikuti keadaan. Ayoh! kita
harus segera melanjutkan perjalanan. aku rasa setelah kali ini
Boe Beng Tok-su menderita Kekalahan hebat bahkan
kehilangan sebuah mata kirinya sejak kini ia tak dapat berbuat
apa-apa lagi!" Mendengar ucapan tersebut Liem Tou serta Giok djie samasama
mendengar, sedikitpun tidak salah tampak oleh mereka
berdua Boe beng Tok-su dengan menunggang perahu
sampannya ketika ia sedang melarikan diri ketengah sungai
kemudian menyeberangi dan menepi ditepian seberang.
Setelah melihat pihak musuh melarikan diri Liem Tou
melirik sekejap kearah Giok djie lalu menghela napas panjang.
"Aiaai. . coba kau lihat dia! betapa risihnya manusia macam
orang itu, semoga saja sejak ini hari ia bisa melepaskan
kesesatan kembali kejalan yang benar dan baik-baik jadi
manusia, bila ia bisa berubah pendirian aku Liem Tou dengan
hati gembira akan membantu dirinya."
Giok djie yang mendengar ucapan tersebut dari samping
kalangan segera mendengus berat.
Liem Tou termangu mangu, setelah termenung sejenak ia
baru meresapi bahwa tindakan Giok djie tadi sebenarnya
adalah bermaksud baik. ia segera berjalan menghampiri dia
menepuk-nepuk pundaknya, "Giok djie. kau jangan menyalahkan paman Liem mu!"
ujarnya dengan nada yang halus.
"Terus terang kukatakan bahwa ucapanmu memang cengli
dan bukannya aku tidak mengetahui, cuma setelah kujanjikan
akan melepaskan sebuah jalan hidup buat dirinya,
bagaimanapun juga aku tak bisa menjilat kembali ludahku
sendiri. bila aku pungkiri apa yang telah kujanjikan maka
tindakan ini bukan tindakan seorang lelaki sejati. kau mengerti
maksudku bukan?"" tadi. sebenarnya aku tidak patut marahTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
marah dengan kau, eku rasa kau sudah tidak menyalahkan
diriku lagi bukan?" Giok djie mengerling sekejap ke arah Liem Tou, mendadak
ia tertawa cekikikan dan melengos.
Melihat sikap gadis cilik ini, dalam hati Leim Tou tahu ia
sudah tidak menyalahkan dirinya lagi, segera ia bertepuk
tangan memerintahkan para pengemudi perahu untuk
menjalankan kembali sampan itu melanjutkan perjalanan.
Ketika matahari lenyap dibalik gunung, mereka telah keluar
dari keresidenan Tsuan Ching.
Setelah melewati karesidenan Auh Wan dan Su kurang lebih
tiga, empat hari maka simpan itu tiba di Lautan Timur
Setelah sampan berada ditengah lautan timur yang luas,
beberapa orang itu menemukan sebuah samudra yang luas
tidak kelihatan ujung pangkalnya.
Liem Tou baru kebingungan kemana mereka harus pergi
mencari diri Thian Pian SiauWtju?""
Sekalipun mereka tahu Thian Pian Siauwtju tinggal diatas
sebuah pulau kecil tapi di arah sebelah mana letak pulau kecil
itu?" Tidak kuasa lagi Liem Tou bertanya kepada diri Giok djie:
"Kini kita sudah berada di Lautan Timur, tahukah kau Thian
Pian Siauwtju tinggal di sebuah pulau kecil yang berbentuk
seperti apa?"" "Aku hanya tahu diriku datang dari tengah samudra luas,
tentang diarah manakah pulau kecil itu. aku sendiri juga
bimbang dan kebingungan!. ," Jawab Giok djie dengan alis
berkerut. Mendengar jawaban tersebut kontan semangat Liem Tou
mendingin separoh, pikirnya:
"Samudra demikian luasnya dengan empat penjuru tiada
bertepian. jikalau ia tidak tahu diarah sebelah manakah Thian
Pian Siauwtju berdiam, apakah suruh aku membawa sampan
ini mengarungi seluruh penjuru samudra?"" bila demikian
adanya sampai bulan dan tahun yang keberapa aku baru
dapat menjumpai Thian Pian Siauwtju?" semisalnya sungguhsungguh
harus berbuat demikian, bukankah Hong susiok
sudah keburu mati tersiksa olehnya?"
Setelah berpikir sejenak. tiba-tiba suatu pikiran cerdik
berkelebat dalam benaknya.
"Giok djie, kau sudah banyak tahun berdiam diatas pulau
kecil yang jauh letaknya dari daratan, tidak aneh kalau kau
tidak mengetahui diarah sebelah manakah pulau itu terletak.
Tapi tahukah kau diatas pulau tersebut mempunyai sesuatu
ciri-ciri khas yang mudah diingat?""
"Di segala penjuru pulau kecil itu banyak terdapat batubatu
karang." jawab Giok djie dengan cepat. "Burung-burung
elang baik yang besar maupun yang kecil semuanya dipelihara
diantara gua-gua karang tersebut. bahkan diseluruh pulau
dipenuhi dengan tumbuhan pohon Lie Hoa, setibanya bulan
tiga atau bulan empat bunga Lie Hoa mekar diempat penjuru,
pemandangannya sangat indah sekali. Inilah keistimewaan
dari pulau kecil itu."
"Aaah! Kalau begitu pulau tersebut bernama pulau Lie Hoa
To?" Giok djie segera mengangguk.
"Kemungkinan benar, tetapi ia belum pernah mengungkap
nama pulau tersebut".
Dalam benaknya Liem Tou segera mengambil keputusan,
kepada Giok djie serta si gadis cantik pengangon kambing
ujarnya. "Aku rasa disekitar tepi lautan ini tentu banyak penduduk
yang hidup disana sebagai kaum nelayan penangkap ikan,
malam ini kita menginap disebuah rumah nelayan tersebut
sekalian mencari tahu letak dari pulau Lie Hoa To ditambah
pula sampan yang kita tumpangi sekecil ini mana mungkin
bisa digunakan untuk keluar lautan" kita harus berganti
dengan sebuah perahu besar untuk mengarungi samudra,
entah bagaimana merurut pendapat kalian ?"
Si gadis cantik pengangon kambing serta Giok Djie sudah
tentu tak ada perkataan lain mereka membungkam dalam
seribu bahasa. Mendadak Liem Tou taringat kembali akan kemampuan
dirinya untuk berenang didalam air, jikalau menggunakan
sebuah sampan kecil untuk melakukan perjalanan bukankah
gerakannya akan jauh lebih cepat dan gesit dalam
penyelidikan letak pulau Lie Hoa To tersebut"
"Aakh. . benar. biar aku gunakan sampan kecil untuk
menyelidiki terlebih dahulu kemudian baru bicara soal yang
lain." pikir pemuda she Liem itu dihati.
Tetapi ia tidak sampai mengutarakan ke luar maksud
hatinya ini. demikianlah mereka bertiga dengan menumpah
sampan kecil itu mendarat disebuah tepi pantai desa kaum
Nelayan. Melihat mnnculnya tiga orang manusia asing didesa
tersebut, kaum nelayan penduduk disekitar sana jadi
tercengang dan keheran-heranan, karena dalam dusun
tersebut jarang sekali dikunjungi oleh orang asing.
Ketika Liem Tou melihat datang dari dusun Nelayan
tersebut sangat miskin. dan jumlah perempuan jauh lebih
banyak dari kaum lelaki. dalam bhati lantas berpikir;
"Kaum perempuan jelas tidak pernah keluar lautan untuk
tangkap ikan, dari mulut mereka tidak mungkin bisa
ditanyakan letak dari pulau Lie Hoa To tersebut, lebih baik aku
pergi mencari sebuah keluarga yang kelihatannya rada kaya
saja untuk berdiam sementara waktu,"
Setelah mengambil keputusan dalam hatinya ia lantas
bertanya kepada seorang nelayan.
"Saudara, entah rumah siapa dalam dusun ini yang agak
longgar dan dapat menampung kami bertiga untuK sementara
waktu?"?" Nelayan itu tidak langsung menjawab. ia melirik wajah Liem
Tou, sigadis cantik pengangon kambing serta Giok djie lalu
berpikir sejenak. "Entah ada urusan apakah Khe-koan harus berdiam selama
beberapa hari dalam dusun ini?"?" akhirnya ia bertanya.
"Urusan penting sih tidak ada, kami hanya ingin mencari
tahu apakah disekitar lautan ini ada sebuah pulau kecil yang
bernama Lie Hea To?""
. Kembali Nelayan itu berpikir kembali mengeleng.
"Disekitar Lautan Timur sebelah sini hanya ada sebuah
pulau Tauw Hoa To saja, belum pernah aku dengar nama
pulau Lie Hoa To. Koan djien! mungkin kau salah mendengar!"
serunya. "Salah sih tidak mungkin salah lagi, atau mungkin karena
kecilnya pulau ini sehingga kalian tidak begitu memperhatikan.
Aaaakh" benar, aku ingin menanyakan satu hal lagi.
Pernahkah kalian melihat beribu-ribu ekor burung elang yang
terbang berbareng melewati tempat ini" jikalau pernah
menjumpainya, masih ingatkah kau dari arah sebelah
manakah mereka munculkan diri?"
Pertanyaan ini kontan membuat nelayan itu berdiri melongo
dengan mata terbelalak keheranan lama sekali ia baru
berseru. "Pertanyaan yang Koan-djien ajukan sungguh lucu sekali , .
cuma, pada suatu ketika agaknya pernah terjadi peristiwa
macam ini.. coba biar aku berpikir sebentar. . . Aaakh- benar,
agaknya peristiwa ini terjadi dua tahun berselang, agaknya
pernah ada beribu-ribu ekor burung elang kecil maupun besar
berbareng terbang lewati lempat ini. sedang dari arah
menakah mereka datang aku kurang begitu ingat, pokoknya
mereka datang dari tengah Lautan."
Mendengar kabar berita itu Liem Tou kegirangan setengah
mati, buru-buru ia mengucapkan terima kasih kepada si
nelayan tersebut. Sang Nelayan pun tertawa.
"Koan-djien! bilamana aku ingin mengetahui keadaan
tersebut lebih jelas lagi lebih baik pergilah kedusun sebelah
Utara untuk menjumpai Tjiau Toa pek. dia adalah Kepala
kampung dusun ini dan banyak urusan yang ia ketahui".
Sembari berkata nelayan itu menuding ke arah rumah
kediaman Tjiau Toa pek yang dimaksudkan.
Liem Tou segera ucapkan terima kasih, dengan membawa
serta sigadis cantik pengangon kambing serta Giok djie
mereka berangkat menuju kedusun sebelah Utara.
Ditengah perjalanan si gadis cantik pengangon kambing tak
dapat menahan rasa ingin tahunya lagi ia bertanya.
"Aku lihat sewaktu tadi kau mendengar pernah ada burung
elang yang lewati tempat ini, wajahmu lantas kelihatan begitu
gembira. sebenarnya apa sebabnya?"".
"Usalkan kau pikir persoalan ini lebih cermat maka kau
segara akan mengetahui alasan-alasannya" jawab Liem Tou
setelah memandang sekejap gadis tersebut. "Burung-burung
elang tersebut terbang lewat tempat ini. ini berarti mereka
sedang melakukan perjalanan dari pulau Lie Hoa To menuju
kegunung Tjing Shia. asalkan kita bisa mengetahui arah
gunung Tjing Shia yang tepat kemudian mengikuti arah
kebalikannya pergi mencari, aku rasa tidak sulit untuk
menemukan dimanakah letak pulau Lie Hoa To tersebut. coba
kau pikir betul tidak?"?"
Baik si gadis cantik pengangon kambing mau pun Giok djie
setelah mendengar ucapan tersebut jadi kegirangan seten
gah mati. Tidak lama kemudian mereka telah tiba didusun sebelah
Utara, Kiranya Tjiau Toa pek yang di maksudkan berdiam
disebuah bangunan rumah yang dikelilingi oleh pepohonan
bambu yang hijau dan tumbuh sangat rapi, jelas tempat itu di
atur dengan cermat sekali sehingga di pandang dari luar
tempat itu tenang. bersih dan menyenangkan.
Liem Tou segera mengetuk pintu dan berseru keras;
"Tempat inikah rumah kediaman dari Tjiau Toa pek?""
Dari dalam ruangan rumah. "Yaya lagi keluar laut tangkap
ikan, ada urusan?""
Belum selesai suara itu bergema Liem Tou mimpipun tidak
menyangka orang yang keluar hanya seorang bocah cilik
berusia delapan. sembilan tahun dangan perbatasan pagar
bambu ia mengalihkan separang matanya yang kecil dan jeli
untuk perhatikan Liem Tou beberapa orang.
"Ooouw. . sungguh bagus dan bersih wajah bocah ini,"
Tidak kuasa Liem Tou berseru memuji setelah melihat bocah
kecil tersebut, Tidak lama pintu pagar dibuka dan bocah tadi munculkan
diri untuk memberi hormat.
"Kalian bertiga tentu tamu-tamu yang datang dari tempat
kejauhan, untuk mencari yayaku ada urusan apa" sebentar
lagi yaya akan pulang dari laut."
"Engkoh cilik, usiamu masih sangat muda tapi banyak
urusan yang telah kau ketahui, sungguh hebat ! Sungguh
mengagumkan." puji Liem Tou sambil tertawa, "Kami datang
ke sini hanya ingin menyambangi yayamu belaka dan
sebetulnya tak ada urusan yang penting. bolehkah kami duduk
di dalam?" Buru-buru si bocah cilik itu membuka pintu pagar


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempersilahkan Liem Tou bertiga masuk kedalam.
Tanpa sungkan-sungkan lagi Liem Tou melangkah masuk,
tampak olehnya pintu jendela bersih dari debu. ruang tamu
diatur dengan perabot yang sederhana tapi menarik,
sedikitpun tidak mirip rumah kediaman seorang nelayan !
Teringat pula akan kecepatan gerak sang bocah sewaktu
melongok keluar pagar tadi, diam-diam pemuda she Liem ini
ambil perhitungan didalam hatinya
"Tentu rumah ini adalah kediaman seorang pendekar silat
yang tidak suka menampakkan kepandaiannya jelas mereka
bukan kaum nelayan biasa ." pikirnya dihati.
Karena berpendapat demikian timbullah hasrat Liem Tou
untuk menyelidiki urusan tersebut dari mulut sang bocah yang
sedang menghidangkan air teh".
"Engkoh cilik!" ujarnya sambil tertawa. "Kau berdiam diri
disini hanya dengan yayamu saja?" dimana Tia mu?"?"
Air muka sang bocah kontan berubah hebat sewaktu
mendengar pertanyaan dari Liem Tou ini. tetapi dengan cepat
ia sudah berubah tenang kembali.
"Soal ini aku sendiri juga tidak tahu. sejak aku mengerti
urusan aku telah hidup berdua bersama yaya seorang bahkan
iapun belum pernah membicarakan persoalan ini dengan
diriku, harap suka memaapkan. bolehkah aku menanyakan
nama besar dari Koei-khek (Tamu terhormat)?" Menanti Yaya
pulang dari laut akupun bisa beritahu kepadanya sehingga
tidak perlu Koei-khek repot-repot menperkenalkan diri lagi."
Melihat cara serta sikap bocah ini berbicara Liem Tou
segera menyadari bahwa bocah cilik ini bukan saja mengerti
urusan bahkan sangat terlatih.
Selagi Liem Tou hendak memberikan jawaban, mendadak
terdengar Giok djie sudah berebut berkata.
"Aakh! kulihat usiamu masih sangat muda kenapa sikapmu
begitu pakai aturan sehingga bikin orang kurang leluasa
melihatnya, nah" biarlah aku yang beritahukan urusan ini
kepadamu. Dia she Liem bernama Liem Tou, sedang aku
bernama Giok djie. sekarang aku" siapa namamu?"
, Sembari berkata Giok djie bersuit nyaring, kearah luar pintu.
dua ekor elang raksasa dengan cepat segeta meluncur masuk
ke dalam ruangan dan hinggap di atas kedua belah pundak
Giok djie, "Giok djie ! kenapa kau begitu nakal?" Tegur Liem Tou
sewaktu melihat kecerobohan si gadis tersebut." Bukankah
usiamu jauh lebih tua daripada dirirya?" coba kau lihat bocah
ini sungguh tahu kesopanan".
Bocah itu hanya tertawa ringan. ia melirik sekejap keatas
wajah Giok djie kemudian memandang ke dua ekor burung
elang itu dengan cermat, beberapa saat kemudian mendadak
ia bertanya. "Kau benar bernama Gok djie?"
Siapa yang lagi membohongi dirimu ?"" seru Giok djie
cemberut, ia merasa sedikit diluar dugaan dengan pertanyaan
tersebut. Bocah itu menelan air liur, ujarnya ragu-ragu.
"Aku bernama Tjioe. . ."
Siapa nyana belum selesai ia berkata mendadak dari pintu
luar berkumandang datang suara teguran seseorang dengan
suara yang berat dan mantap.
"Cucuku, kau lagi bicara dengan siapa" apakah rumah kita
telah kedatangan tetamu?"
Mendengrr suara tersebut bocah lelaki itu segera menubruk
ketempat luaran. "OOUW . . yaya kau sudah kembali!" teriaknya keras. "Benar,
rumah kita telah kedatangan tiga orang tetamu. mereka
datang dari tempat kejauhan !"
Buru-buru Liem Tou bangun menyambut kedatangan orang
yang disebut "Yaya" oleh bocah cilik itu.
Dari luar pintu berjalan masuk seorang nelayan tua yang
telah berusia lima enam puluh tahunan, pada pundaknya ia
menjinjing sebuah jaring ikan yang besar, dandanannya tiada
berbeda dengan nelayan-nelayan lainnya.
Tapi sewaktu sinar mata mereka berdua saling berbentrok
satu sama lainnya, seketika ke dua orang itu sama-sama
dibikin melengak. Terang orang ini bukan seorang manusia biasa, kenapa ia
bisa berdiam ditempat ini?" pikir Liem Tou dihati.
Siorang tua itu sendiri setelah memandang sekejap wajah
Liem Tou, dengan wajah penuh dihiasi dengan senyuman,
ujarnya, "Aaaaakh. . .! aku si orang tua tidak tahu akan kedatangan
tetamu terhormat harap di maafkan ! harap dimaafkan !"
"Tidak berani!" Seru Liem Tou seraya menjura, "Cianpwee
terlalu banyak adat justru seharusnya Kamilah yang minta
maap karena dengan lancang telah mengganggu ketenangan
Loocianpwee!" Orang tua itu mendongak memperdengarkan suara gelak
tertawa yang nyaring dan lantang, mendadak sinar matanya
berkelebat dan melototi sepasang burung elang yang hinggap
diatas pundak Giok djie dengan pandangan melotot.
iem Tou yang dapat melihat sikap aneh dari siorang tua itu
timbullah rasa curiga dalam hatinya.
"Apa yang sebenarnya telah terjadi?"" pikirnya dihati.
"apakah burung elang ini mempunyai hubungan yang erat
dengan kakek serta cucunya itu?""'
Pendekar Wanita Penyebar Bunga 15 Kisah Para Penggetar Langit Karya Normie Dendam Sembilan Iblis Tua 2
^