Pencarian

Raja Silat 5

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung Bagian 5


dengan mengikuti tapian sungai ini akhirnya akan sampai juga di Cing Jan,
aku sudah beritahu padamu ikut aku tidak ada gunanya, kitab
pusaka "To Kong Pit Liok" yang kau inginkan saat ini tidak
berada didalam tubuhku, sekalipun ingin juga percuma."
Gadis cantik pengangon kambing itu tidak mau beribut lagi
dengannya,sesudah melakukan perjalanan beberapa waktu
matahari sudah condong kearah barat, magrib menjelang
datang haripun makin lama semakin gelap, jalan yang tidak
rata dan liar memaksa mereka berdua tidak sanggup
melanjutkan perjalanan lagi terpaksa mereka mencari sebuah
hutan kecil ditepi sungai untuk beristirahat.
Malam itu bulan muncul remang remang, beberapa detik
bintang memancarkan sinarnya samar samar, Liem Tou yang
banyak urussn didalam hatinya tidak sanggup untuk
memejamkan mata barang sekejap pun. Kurang lebih
mendekati kentongan tengah malam mendadak dia duduk
kembali ditengah kegelapan ujarnya.
"Hey nona Wan Giok, kamu sudah tertidur?" Tetapi
pertanyaan itu tidak memperoleh jawaban, tanyanya lagi.
"Hey nona Wan Giok kau dengar apa tidak" Aku mau tanya
padamu kenapa kau terus menerus mengikuti aku?"
Tetap saja suasana tenang tenang tidak memperoleh
jawaban, tak terasa dalam hati Liem Tou berpikir. "'Heei . . ..
mungkin kalakuanku yang kasar tadi siang membuat hatinya
tidak senang sehingga kini tidak mau beri jawaban."
Berpikir sampai disitu tidak terasa otaknya berputsr
kembali, terasalah olehnya kalau gadis cantik pengangon
kambing ini memang merupakan seorang nona yang betul2
berhati tulus bahkan tidak mergandung maksud jahat apapun
terhadap dirinya, perasaan curiga yang muncul didalam hati
tidak lain dikarenakan ayahnya yang pernah mencuri kitab
pusaka Toa Loo Cin Keng-nya itu sehingga tidak punya pikiran
begitu. Berpikir sampai disitu tidak terasa ujarnya lagi.
"Nona Wan Giok, aku Liem Tou betul betul tidak tahu
maksud tujuanmu yang sebenarnya sehingga berbuat tidak
sopan, harap nona mau beri maaf atas kesalahanku itu."
Tetapi dari arah tempat tidur gadis cantik pengangon
kambing itu tetap sunyi senyap tak terdengar sedikit
suarapun, Liem Tou menjadi sangat heran dengan perlahan
lahan dia bangkit dan berjalan menuju kearah dimana gadis
tadi merebahkan diri, tetapi sesampainya disana tidak tampak
bayangannya terlihat hanya kambing2 sedang tertidur dengan
nyenyak tapi jejaknya sama sekali tidak kelihatan.
Dalam hati Liem Tou menjadi sangat heran lagi, pikirnya.
"Ditengah malam buta dia pergi kemana?"
Jilid 9 : Perampokan Cing Liong Piauw kiok
MENDADAK terasalah olehnya disamping tubuhnya terdapat
bayangan putih sedang berkibar nan berputar dengan
cepatnya bahkan terdengar suara tersampoknya pakaian
terkena angin, dengan cepat dia menolea kearah sana entah
sejak kapan gadis cantik pengangon kambing itu sudah berada
ditepi sungai dan sedang memutarkan tububnya dengan
cepat, tangannya yang halus dengan lemah lembut sedang
berputar menari. Melihat kejadian itu Liem Tou menjadi heran, tanyanya.
"Nona Wan Giok, kamu sedang berbuat apa?" Gadis itu
tetap bungkam, sedang gerakannya tetap dilanjutkan tanpa
berhenti Liem Tou melihat dia tidak diberi jawaban juga tidak
bertanya lagi, dengan tenangnya dia berdiri disamping
memandang seluruh gerakannya, sejenak kemudian barulah
dia sadar kalau gadis cantik pengangon kambing itu sedang
berlatih silat, terlihat jurus jurus serangannya berubah dengan
cepat bahkan tangan serta kakinya melancarkan serangan
serangan dengan kecepatan luar biasa.
Liem Tau yang menandingi jurus jurus serangan itu
semakin dilihat terasa olehnya seperti pernah ditemui disuatu
tempat, setiap jurus yang dimainkan sangat hafal dalam
ingatannya. Pikirnya dalam hati. "Dia sedang berlatih ilmu silat, kenapa aku tidak melihat
lagi beberapa saat ?"
Karenanya dia tetap berdiri disana tanpa mangucapkan
kata kata lagi, seluruh perhatiannya di tujukan pada gerakan
jurus jurus serangannya, semula jurus itu memang mudah,
tetapi makin lama jurus jurus serangan yang dilatih gadis
cantik pengangon kambing berubah semakin mendalam
bahkan perubahannya pun semakin rumit.
Liem Tou semakin memusatkan perhatiannya lagi, dengan
matanya yang melotot keluar sangat besar dia memperhatikan
gerakan itu, bahkan ketika diam diam mengingat kembali
jurus jurus serangan yang tercantum dalam kitab pusaka "Toa
Loo Cin Keng" dalam bagian "ilmu pukulan serta telapak"
terasa olehnya itu sangat mirip bahkan boleh dikata persis
dengan jurus yang dimainkan gadis ini.
Liem Tou tidak berpikir panjang lagi, dengan cepat dia
menghafalkan huruf yang pernah dihafalkan dari kitab itu.
Setiap kali Liem Tou mengucapkan sepatah kata tubuh
gadis itu pun memainkan jurus-jurus sesuai dengan kata kata
Liem Tou itu. Waktu itulah Liem Tou baru sadar kalau gadis itu
mempunyai niat untuk membantu dia melatih ilmu silatnya
tidak terasa hatinya betul - betul merasa sangat berterima
kasih, siapa tahu ketika dia selesai membaca huruf itu gadis
itupun berhenti melatih, sambil berjalan ke arahnya bentaknya
dengan nyaring. "Liem Tou aku kira kau seorang lelaki sejati yang betulbetul
bijaksana, tidak tahunya kamu berani mencuri lihat
orang lain sedang berlatih ilmu silat."
Sekalipun Liem Tou merasa sangat diluar dugaannya atas
semprotan kata-katanya ini tetapi dia tahu dalam hatinya
punya niat mengajari jurus jurus silat itu karenanya sambil
tersenyum sahutnya. "Nona Wan Giok. kamu bantu aku memahami bagian ilmu
pukulan dari kitab pusaka "Toa Loo Cin Keng" dalam hatinya
merasa sangat berterima kasih, tetapi perkataan tadi yang
menuduh aku mencuri belajar ilmumu seharusnya dibalik
menjadi kamu yang mencuri belajar ilmuku"
Gadis cantik pengangon kambing itu menjadi sangat gusar
ujarnya lagi. "Jelas sekali kau yang mencuri belajar ilmu silatku kini balik
biiang aku yang curi belajar IImumu , kamu punya kepadaian
apa sehingga berharga bagiku untuk mencuri belajar."
"Ayahmu mencuri kitab pusaka Toa Loo Cin Keng-ku dan
baru dikembalikan pagi tadi, kepandaian silat yang termuat
didalamnya sejak lama kalian sudah curi belajar, masih ada
apanya yang bisa diributkan lagi ?"
Gadis cantik pengangon kambing itu semakin gusar lagi,
ujarnya. "Kepandaian silat yang temuat dalam kitab pusaka Toa Loo
Cin Keng sudah aku pelajari sampai tidak sudi belajar lagi,
buat apa aku harus curi ilmumu itu " Baiklah kalau
memangnya kamu tidak pakai aturan seperti itu. Hey
LiemTou, terimalah seranganku ini ."
Liem Tou tahu sampai Ang-in sin pian Pouw Sak San pun
bukan tandingnnnya apa lagi dirinya, kini dengar dia sungguh
sungguh mau turun tangan tidak terasa teriaknya.
"Nona tunggu dulu aku hanya bicara guyon saja"
Tubuh gadis itu dengan sangat cepat sudah berkelebat
mendekati tubuhnya, dengan menggunakan jurus serangan
"To Ju Cin Ciauw" atau Cu Ju meninggal ular menyerang
kedepan bentaknya. "Siapa yang sedang main main dangan kamu?"
Liem Tou yang terdesak terpaksa mengundurkan diri dua
langkah kebelakang, siapa tahu jurus serangan yang
digunakan gadis cantik pengangon kambing saat ini
merupakan jurus serangan Lian Huan Ciang atau pukulan
berantai dari partai Kun lun pay, jurus pertama baru saja
dilancarkan jurus kedua Hang Hu To Hauw atau orang wanita
pukul harimau sudah tiba. "Bluuk: . ." dengan tepat sudah
berhasil menghajar jalan darah Can Ching Hiat pada pundak
Liem Tou membuat Liem Tou marasa tubuhnya linu dan kaku,
teriaknya kemudian. "Nona. .. kau mau sungguh-sungguh bertempur ?" "
Gadis cantik pengangon kambing itu tidak mau ambil
perduli lagi, jurus jurus serangan Liauw Hay Tiauw Tan atau
Liauw Hay kail katek serta Ping Ci Bun Gouw atau Ping Ci
tanya kerbau dengan cepat dilancarkan keluar, "Bluk .. ,"
Bluuk . jalan darah Kie Bun Hiat dikanan kiri tubuh Liem Tou
kena hajar lagi dengan sangat keras.
Liem Tou yang terkena dua hajaran lagi karena tak merasa
sakit makanya ia bangkit lagi kerena ia mengira gadis cantik
pengangon kambing itu tentu bisa berhenti sendiri, siapa tahu
jurus serangan gadis itu berubah lagi, dengan gencarnya dia
melancarkan serangan dahsyat bahkan tangan kakinya
dengan cepat menghajar seluruh tubuh Liem Tou tak bisa
bersabar lagi, dengan gusar bentaknya.
"Kamu sudah gila ?"
Sehabis membentak dengan mengepal sepasang tangannya
ia mengerahkan gerakan kaki tiga puluh enam langkah badai
memutar dengan gencarnya melancarkan serangan keseluruh
tubah gadis itu. Saat inilah gadis cantik pengangon kambing itu baru
tertawa, ujarnya. "He he he .. . tidak takut kamu turun tangan."
Sambil berkata dengan tidak perduli Liem Tou
menggunakan langkah badai memutarnya asalkan
pinggangnya sedikit berputar tangannya dengan cepat sudah
menghajar lagi jalan darah "Giok Liong Hiat" pada
punggungnya membuat Liem Tou merasa seluruh tubuhnya menjadi kaku, ujar
gadis itu lagi sambil tertawa besar.
"Liem Tou, ini hari aku harus menghajar seluruh tubuhmu
hingga lecet." Dengan gusar Liem Tou mengaum keras angin pukulan
semakin santar, sekali pun tidak berhasil menjamah tubuh
gadis itu barang satu kalipun tapi semakin bergebrak dia
semakin girang, seluruh jurus jurus serangan yang termuat
didalam kitab pusaka "Toa Loo Cin Keng dengan demikian
semakin maju lagi setingkat.
Sesaat Liem Tou sedang dibuai dalam kegembiraan itulah
mendadak gadis cantik pengangon kambing itu menarik
kembali serangannya. dengan serius ujarnya.
"Liem Tou kau ingat, aku bukan musuh besarmu"
Sehabis berbicara mendadak dia membentak keras,
sambungnya lagi. "Lain kali kamu akan tahu sendiri, terima seranganku ini"
Mendadak tubuhnya meloncat kedepan, angin pukulan
yang sangat dahsyat segera memenuhi angkasa, didalam
keadaan yang sangat terkejut itulah Liem Tou sudah
terkurung ditengah sambaran angin pukulan gadis cantik
pengangon kambing yang sangat dahsyat tersebut menanti
Liem Tou sadar akan bahaya serangan gadis itu sudah begitu
santarnya sehingga memaksa seluruh urat nadi didalam
tubuhnya terasa hancur dan linu, tenaganya sama sekali
hilang lenyap bahkan daya untuk bertahan pun lenyap tanpa
bekas. Walaupun begitu justru tubuhnya terkurung ditengah
sambaran angin pukulan yang sangat hebat sehingga mau
rubuh pun tidak sanggup, didalam sekejap saja seluruh
tubuhnya serasa ditusuk dengan berjuta juta batang jarum
tajam panas, linu sakit dan sangat perih tak tertahan lagi dia
menjerit keras kesakitan.
Gadis cantik pengangon kambing itu tetap tidak gubris
terhadap keadaannya, makin lama Liem Tou merasa seluruh
tubuhnya penuh dengan bayangan tubuh gadis cantik
pengangon kambing itu, sesudah lewat sesaat kemudian
sampai bayangannya pun tidak kelihatan.
Sesaat ini dia hanya bisa bernapas tersengkal sengkal saja,
tubuhnya terasa begitu panas sehingga sukar ditahan, tidak
terasa teriaknya dengan keras.
"Aduh.. panas sekali"
Begitu dia berteriak, hawanya tidak bisa mengalir lagi
sehingga tanpa bisa ditahan lagi dia jatuh tak sadarkan diri.
Sekarang walaupun Liem Tou sudah berhenti bernapas tapi
dia merasa gadis itu terap tidak menghentikan gerakannya,
akhirnya dia hanya merasa perut serta punggungnya sangat
sakit waktu itulah tubuhnya baru rubuh ketanah.
Ujar gadis cantik pengangon kambing itu.
"Liem Koko ingatlah delapan buah urat nadimu kini sudah
terbuka, lain kali asalkan bisa mundur ke In Hu kemudian
memasuki Yang Hwee dengan menggunakan cara Hung Ho Ci
Ing Coan mempertahankan hawa murni jangan sampai
tersebar kemana-mana tentu mendatangkan kebaikan
untukmu, siauw moay kini pergi dulu lain waktu bertemu lagi."
Dengan mengalunnya suara seruling pualam kawanan
kambingnya dengan menimbulkan suara derapan yang ramai
makin lama makin pergi jauh dan akhirnya suasana sunyi
kembali, bersamaan waktunya pula Liem Tou merasakan
kepalanya sangat pening kemudian tidak tahu apa apa lagi.
Entah lewat berapa lamanya mendadakLiem Tou
merasakas sinar matahari yang sangat tajam menusuk
matanya, membuat dia sadar kembali dengan terkejut, saat
itu merupakan pagi hari yang amat cerah matahari
memancarkan sinarnya yang sangat tajamnya suara air yang
mengalir tenang menambah keindahan suasana saat itu,
dengan cepat dia bangkit berdiri.
Dia merasakan tubuhnya sangat nyaman sekali sedikitpun
tidak merasakan linu kaku serta kesakitan itu, waktu inilah dia
teringat kembali akan gadis cantik pengangon kambing itu
tetapi walau sudah mencarinya kemanapua tetap tidak tampak
bayangannya. Saat itulah dia baru tahu gadis cantik pengangon kambing
itu memang betul betul berniat datang memberi pelajaran silat
kepadanya, sebaliknya dirinya sudah anggap dia sebagai
orang orang kangouw biasa yang akan bertujuan merebut
kitab pusaka "To Kong Pit Liok' nya, hal ini sungguh


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merupakan satu kesalahan besar diantara kesalahan.
Berpikir sampai disini dia merasa betui betul menyesal atas
tindakannya kemarin hari, tetapi gadis itu sudah pergi..entah
pergi kemana"walaupun menyesal tetapi sudah terlambat.
Teringat kembali olehnya akan kata kata gadis cantik
pengangon kambing itu sesaat meninggalkan dirinya.
Delapan buah urat nadi aneh kini sudah terbuka asalkan
lain kali bisa mundur ke In Hu kemudian memasuki Yang
Hwee dengan menggunakaa cara Heng Ho Ci Ing Coan
mempertahankan hawa murni jangan sampai tersebar kemana
mana. Berpikir sampai disini hatinya menjadi bargerak dengan
cepat dia mengambil kembali kitab pusaka "Toa Loo Cin Keng"
nya pada halaman bagian urat nadi disana tertuliskan.
'Urat urat nadi didalam tubuh manusia yang biasa ada dua
belas buah yang aneh ada delapan, Wie Jin Tu dua buah urat
mempunyai hubungan yang erat dengan mati hidup seorang
msnasia, dua buah urat itu terletak didepan dan belakang
yang dipisahkan sehingga terdapat perubahan perubahan
yang sangat banyak, hawa yang terdapat disana
mempengaruhi panjang panjangnya usia manusia, jika urat
nadi pusat bisa bertemu dengan urat urat nadi yang tersebar
maka ratusan urat yang lain akan tertembus juga karenanya
harus mundur ke In Hu kemudian memasuki Yang Hwee,
sedang cara Heng Ho Ci Ing Coan bisa memusatkan hawa
pada satu titik tertentu yang disebut sebagai akarnya, dengan
tidak menyebarkan hawa hawa ini maka hawa itu akan
berusaha menerjang ke atas, dengan demikian seluruh urat
didalam tubuh bisa tertembus."
Melihat hal itu Liem Tou menjadi sangat girang mendadak
dia menjatuhkan diri duduk bersila diatas tanah untuk
mencoba mengerahkan tenaganya, ternyata tidak salah lagi
seluruh tubuhnya terasa sangat nyaman, dengan cepat dia
merangkak bangun sambil gumannya.
"Liem Tou..Liem Tou, coba coba kekuatanmu, apakah kamu
sudah bisa naik keatas gunung untuk bertemu dengan Ie cici,
semua harapanmu hanya tergantung tindakanmu kali ini"
Tenaga murninya dengan cepat dipusatkan pada
lengannya, dengan mengarah sebuah pohon sebesar mangkak
dengan cepat dia melancarkan serangan membabat pohon itu.
Dalam anggapannya tebasan inl sekalipun tidak sanggup
mematahkan pohon itu tetapi sedikitpun juga berhasil
merontokkan daun serta ranting rantingnya. Siapa tahu pohon
itu tetap tidak gemilang sedikitpun bahkan bekas seperti ditiup
angin pun tidak ada. Tidak terasa Liem Tou menjadi sangat kecewa dan berdiri
mematung disana beberapa waktu lamanya. Padahal dia mana
tahu sekali pun urat nadinya sudah tertembus tapi hawa
murninya belum sampai terpusat pada satu tempat sudah
tentu tidak mungkin bisa melancarkan serangan. Sesaat dia
sedang merasa kecewa itulah mendadak dari samping
tubuhnya terdengar suara tertawa dingin yang sangat
menyeramkan ujarnya. "He he..bangsat cilik kiranya kamu jadi orang cepat putus
asa, kunanti kamu setengah harian lamanya, jika bukannya
kamu sebut namamu sendiri hampir hampir saja aku tertipu
olehmu" Liem Tou dengan cepat menoleh memandang terlihat pada
dua kaki pada dirinya Thian Pian Siauw cu dengan tindakan
perlahan berjalan mendatang. Keadaannya saat ini jauh
berbeda dengan keadaannya sewaktu masih berada dilembah
cupu cupu kecuali pada punggungnya bertambah dengan
sebilah pedang panjang, terdapat pula tiga ekor elang yang
mengikuti dirinya dua ekor berputar pada kurang Iebih
beberapa kaki diatas kepalanya sedang seekor lagi berada
diatas pundak kanannya. Ketiga ekor elang itu bentuknya jauh lebih kecil dari elang
biasa, tetapi matanya berwarna biru tua, seluruh bulu
tubuhnya berwarna hitam pekat, sekali pandang saja sudah
tahu kalau elang itu termasuk binatang yang sangat buas.
Dalam hatinya ia sangat terperanjat, hatinya berdebar
dengan sangat keras seluruh perhatian dicurahkan pada tubuh
Thian Pian Siauw cu yang berjalan mendekatinya dengan
langkah perlahan, ketegangannya sudah mencapai pada
puncaknya tidak tertahan lagi selangkah demi selangkah dia
mengundurkan dirinya kebelakang.
Thian Pian Siauw cu hanya tertawa dingin terus menerus,
ujarnya lagi dengan perlahan.
"Sampai waktu seperti ini kamu masih mau berusaha lari"
Lebih baik cepat cepat kamu orang berlutut dan kamu
serahkan itu kitab pusaka 'To Kong Pit Liok" kepadaku,
kemungkinan sekali aku masih bisa mengampuni jiwamu".
Sambil mengundurkan diri kebelakang, pikiran Liem Tou
terus menerus berputar, berbagai ingatan dengan cepat
muncul didalam benakvya, ketika dia menoleh kearah
kerbaunya justru saat itu berada beberapa kaki dari tempat
dimana berada dan sedang makan rumput dengan tenangnya.
Jika dirinya berlari kesana mungkin sekali sebelum mencapai
tujuan sudah berhasil ditangkap oleh Thian Pian Siauw cu itu.
Tetapi jika harus berbuat demikian bukanlah suatu cara
yang bagus, diam-diam matanya berputar kembali
memandang keadaan sekeliling tempat itu. Tempat dimana
dirinya berada sekarang masih ada kurang lebih dua kaki
jauhnya dari tepi sungai, asalkan dia bisa meloncat ke dalam
air maka nyawanya pun akan berhasil diselamatkan.
Sesudah berpiki begitu hatinya semakin tenang sambil
berhenti ditempat ujarnya dengan keren.
"Ke Siauw cu tunggu sebentar, dengarlah kata kataku
orang she Liem dulu. Dengan kepandaian silat dari Siauw cu
saat ini sampai Tiong goan Ngo Koay yang bekerja samapun
sukar untuk menahan tiga jurus serangan dari Siauw cu
apalagi aku, kini aku sudah ditemui kembali aku mengakui
memang nasibku yang buruk, perhitungan manusia tidak bisa
menangkan kemauan Thian. Hal ini boleh dikata memang
nasibku. Tetapi suruh aku dengan begitu saja serahkan diri
Liem Tou sekalipun harus mati juga tidak meram."
Mendengar perkataan itu Thian pian siauw cu segeta
menghentikan langkahnya bertanya dengan dingin.
"Lalu apa maumu?"
"Begini .. . " ujar Liem Tou dengan tegas, "Jika Ke Siauw cu
inginkan aku orang serahkan itu kitab pusaka To Kong Pit Liok
kepadamu sebetulnya tidak sukar tapi kamu harus bisa
menahan tiga kali seranganku terlebih dulu setelah itu barulah
aku serahkan itu kitab pusaka kepadamu, bahkan terserah
Siauw cu mau kasih hukuman apa padaku "
Mendengar kata itu Thian Pian Siauw cu menjadi melengak,
sapasang matanya dengan sangat tajam memperhatikan
seluruh tubuh Liem Tou dari atas sampai kebawah. Satu kali
pandangannya ini membuat air mukanyapun ikut berubah
berulang ulang, sesudah termenung beberapa saat lamanya
dengan air muka kecut tanyanya.
"Hey Lie Loojie itu apa suhumu ?"
Pikiran Liem Tou dengan cepat berputar beberapa kali,
diam-diam dia pikirkan kata kata apa yang tidak sampai
mendatangkan kesukaran baginya akhirnya ujarnya pula.
"Kamu jangan tanyakan hal ini, aku berani saling bergebrak
dengan kamu sudah tentu tidak usah aku banyak bicara lagi."
Didalam benaknya teringat kembali peristiwa ketika elang
raksasa itu terluka dan jatuh ke atas tanah sambungnya
kemudian. "Jika kamu tidak percaya, aku mau tanya padamu elangmu
yang kemarin ikuti aku sudah pulang kesamping Siauw cu
belum?" Mendengar kata ini air muka Thian Pian Siauw cu berubah
sangat hebat sekali, teriaknya.
"Lenyapnya Giok jie kiranya hasil kaki tanganmu, hmmm,
hemm.." Sepasang matanya menjadi sangat tajam dengan wajah
yang meringis menyeramkan dia maju selangkah kedepan
jelas sekali napsu membunuhnya sudah timbul.
Melihat air muka yang begitu menyeramkan itu Liem Tou
menjadi sangat terperanjat, diam diam teriaknya.
"Celaka." Dengan capat dia pusatkan seluruh perhatiannya siap
menerima serangannya, ujarnya lagi.
"Ke Siauw Cu, pada masa yang lalu kita tidak ada ganjalan
apa apa ini haripun tidak ada dendam sakit hati tetapi bila
bertemu selalu saja terjadi pertarungan, sepertinya pada
penghidupan yang lalu merupakan musuh buyutan saja.
Baiklah, biar aku adu jiwa sama kamu orang kita tentukan
siapa yang akan binasa kali ini."
Sehabis berkata dengan perlahan Liem Tou mengerahkan
tenaganya dan angkat telapaknya siap siap melancarkan satu
serangan, sikapnya mirip dengan orang yang sedang
mengerahkan tenaga murni sebaliknya dalam hati diam-diam
sedang merencanakan untuk melarikan diri dengan ceburkan
diri kedalam sungai. Thian Pian Siauwcu melihat sikapnya yang sungguhsungguh
itu segera menganggap dia betul-betul mau
melancarkan serangan, dia tidak berani berlaku ayal dengan
berdiri tegak ditempat matanya dengan tajam memperhatikan
seluruh gerak gerik dari Liem Tou padahal dalam tubuh
dengan perlahan lahan mengerahkan hawa khiekangnya untuk
melindungi badan. "Aaah, Siauw cu aku masih ada perkataan",
Thian Pian Siauw cu tidak tahu tindakannya itu hanya
merupakan satu siasat saja mau menunggu perkataan
selanjutnya mendadak Liem Tou berseru.
"Siauw cu selamat tinggal."
Ujung kakinya dengan keras menutul tanah kemudian
dengan cepatnya lari menuju ketepi sungai. Menanti Thian
Pian Siauwcu sadar apa yang sudah terjadi sejak tadi dia
sudah tiba ditepi sungai untuk mencegah tidak keburu lagi.
Dalam hati diam diam Liem Tou merasa sangat girang,
mendadak depan matanya berkelebat bayangan hitam
kemudian kepalanya terasa seperti dipukul dengan sebuah
martil berat sakitnya luar biasa, hampir hampir saja dia tidak
kuat dan tiba tiba jatuh tidak sadarkan diri, ketika
kepalanya ditoleh kebelakang
kiranya yang melancarkan serangan itu tidak lain adalah
elang yang dibawah Thian Pian Siauw cu itu.
Didalam sekejap saja elang yang kedua sudah menubruk
datang Liem Tou menjerit keras tangannya dipentangkan
melancarkan serangan kearahnya , tetapi gerakan dari elang
itu jauh lebih gesit sayapnya dengan sangat kuat berhasil
menghajar lengannya. Kelihayan dari elang itu justru terletak pada kedua
sayapnya ini, pada ujung sayap mereka masing masing
tumbuh sebuah gumpalan daging yang bulat dan keras sekali,
sewaktu bertarung kehebatannya luar biasa. Jangan dikata
tubuhnya tidak sebesar elang biasa kenyataannya elang elang
lain begitu melihat dia seperti juga macan bertemu dengan
macan tutul sebelum tarung sudah jeri tiga bagian terlebih
dulu. Saat ini kedua pundak Liem Tou masing masing sudah
terhajar satu kali oleh sayap elang itu, didalam keadaan tidak
sadar kakinya pun sudah bergeser menjauhi tepi sungai.
Terdengar Thian Pian Siauwcu berteriak dengan keras.
"Bangsat cilik, kamu tidak akan bisa lolos lagi"
Segulung angin santer berkelebat dengan cepatnya, air
sungai segera terpukul hingga ombak bergulung dengan
sangat keras. Liem Tou sadar jika saat ini dia meloncat
kedalam sungai lagi sebelum mencapai permukaan air tentu
akan terpukul binasa oleh angin pukulannya yang sangat
dahsyat, sudah tentu dia tidak berani menempuh bahaya lagi.
Diam diam dia gigit kencang bibirnya, tubuhnya dengan
cepat menjatuhkan diri kebelakang, kakinya dengan
mengerahkan seluruh tenaga yang dimiliki bergelinding
kesamping, dia merasa seluruh badannya menjadi jauh lebih
ringan lagi sekali gelinding berhasil menerobos sejauh satu
dua kali lebih, dengan cepatnya bersalto bangkit berdiri.
Waktu itulah Thian Pian Siauwcu sudah tiba dan
melancarkan cengkeraman maut kebadannya, didalam
keadaan yang sangat cemas sekali lagi dia menerjang
kedepan hingga mencapai pinggiran hutan.
Thian Pian Siauw cu mana mau melepaskan begitu saja
dengan cepat tubuhnya berkelebat mengikuti dari
belakangnya. Langkah Liem Tou dengan cepat berubah dan bergeser
kesamping, sepasang pundaknya sedikit merendah dengan
tanpa sadar dia sudah mengeluarkan ilmu tiga puluh enam
langkah badai memutar, tubuhnya kelihatan dengan sangat
cepat berkelebat mencapai ketengah hutan kemudian
mengelilingi ketengah hutan, Thian Pian Siauw-cu tidak
melepas, dengan kencangnya membuntuti dari belakangnya.
Liem Tou yang lari dengan cepat itu diam-diam dalam
hatinya merasa sangat heran, kenapa larinya ini hari bisa
begitu cepatnya " Mana dia tahu hal ini adalah hasil dari gadis
cantik pengangon kambing yang membantu dia menembuskan
kedelapan urat nadi anehnya " jika saat ini dia mencoba untuk
meloncat mungkin bisa mencapai setinggi satu kaki. Jika hal
ini ditambah lagi dengan hasil semedinya maka kehebatannya
jauh lebih hebat lagi. Dengan mengandalkan penemuannya yang tidak terduga
Liem Tou melarikan diri mengelilingi hutan itu. Tapi kelamaan
caranya ini diketahui juga oleh Thian Pian Siauwcu sebagai
seorang iblis sakti yang kenamaan. Sehingga sekalipun dia
mau melarikan diri dengan cara apapun akhirnya akan
tertangkap juga. Semakin jauh larinya Liem Tou merasa hatinya semakin
merasa berdebar keras, waktu itulah terlihat kerbau
tunggangannya berdiri dengan tenangnya disana, pikiran
bagus segera terbayang dalam benaknya.
Begitu terpikir akan hal ini dengan tanpa banyak pikir lagi
dia mengeluarkan kitab pusaka. "Toa Loo Cin Keng-nya dari
dalam saku kemudian berlari mendekati kerbaunya, tangannya
diulurkan dengan tidak perduli lagi kitab pusaka Toa Loo Cin
Keng merupakan salah satu kitab aneh dalam Bu lim, dengan
keras ditancapkan keatas tanduk kerbaunya, setelah itu
barulah teriaknya berulang kali.


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hoa hoa hoa. ."
Melihat kejadian itu Thian Pian Siauw cu jadi sangat gusar,
mendadak dia berhenti berlari ujarnya kepadaLiem Tou.
"Hmm hmm bangsat cilik benda apa yang dibawa kerbau
itu?" Sambil berkata sepasang matanya memandang tajam
kearah Liem Tou, kelihatan sekali hatinya yang tidak tenang.
Dengan bersembunyi dibalik pohon yang besar Liem Tou
munculkan kepalanya balik tanyanya dengan perlahan.
"Kamu terka benda apa itu?"
"Bangsat cilik" ujar Thian Pian Siuwcu tiba-tiba dengan
gusarnya. "Jika kitab pusaka To Kong Pit Liok itu sampai terjatuh
ketangan orang lain, aku mau hancurkan tubuhmu hingga
berkeping-keping" Sambil berkata dia mencabut keluar padang yang
memancarkan sinar keemas-emasan yang sangat menyilaukan
mata, pedangnya memang terlihat sebilah pedang yang
bagus, sedikit tangannya digerakkan sebuah pohon sebesar
mangkok dengan mengeluarkan suara yang gemerisik roboh
keatas tanah dalam keadaau dua bagian yang terpisah.
Kepandaian yang sangat tinggi ini membuat Liem Tou
sangat terkejut, dengan cemas ujarnya.
"Siauwcu kamu tanyakan itu kitab pusaka To Kong Pit Liok
" mungkin saat ini sudah dibawa pergi kerbau itu sangat jauh"
"Perkataan itu sungguh-sungguh?" bentak Thian Pian
Siauwcu dengan sangat gusar.
"Siapa yang mau menipu kamu, kamu tidak percaya ya
sudah" Thian Pian Siauwcu tetap ragu-ragu akan perkataannya,
untuk membuat dia percaya Liem Tou dengan gusar
bentaknya lagi. "Hey orang she-Ke, aku beritahu kepadamu kepandaian
silat didalam kitab pusaka To Kong Pit Liok itu merupakan
kepandaian silat yang sangat hebat, siapapun didalam dunia
ini ingin memperolehnya, tetapi aku Liem Tou melihat
keganasan atau kekejamanmu sudah merasa muak, makanya
sekalipun didapatkan orang lain juga tidak mengijinkan kitab
itu sampai jatuh ke tanganmu."
Mendeagar sampai disana, Thian Pian Siauw cu tidak bicara
lagi, mendadak dengan sangat cepat tubuhnya berkelehat,
dengan tidak menoleh lagi dia mengejar kearah dimana
kerbau itu melarikan diri.
Liem Tou melihat dia pergi dalam hati diam diam merasa
sedih dan sayang atas hilangnya kitab pusaka Toa Loo Cin
Keng itu, tapi dia tak dapat berbuat apa apa kecuali merasa
sayang saja. Dengan cepat dia lari ketepi sungai siap terjunkan diri
kedalam air, karena dia tahu sabentar lagi Thian pian Siauw cu
tentu kembali, sekonyong konyong dari belakang tubuhnya
terdengar seseorang berteriak.
"Hey Engkoh cllik tunggu sebentar."
Liem Tou dengan cepat menoleh dilihatnya kakek aneh
yang ditemuinya kemarin dengan menuntun kerbaunya
berjalan mendatang, ujarnya lagi sambil tertawa tawa.
"Hey Engkoh cilik perbuatanmu sungguh bagus sekali.
Bagus..bagus " Liem Tou menjadi terlengak, dia tahu jika kerbau itu
tertangkap olehnya sudah tentu kitab pusaka "Toa Loo Cin
Keng" itu ddapatnya, karena sambil ulur tangannya kedepan
ujarnya. "Hey Tui Jie kiranya kamu, kamu sudah curi taku punya
kerbau dan kitab pusaka "Toa Loo Cin Keng kenapa berani
muncul lagi didepan aku?" cepat cepat kembalikan barangku
itu, ayo cepat bawa sini"
Mendengar omongannya itu si kakek tua menjadi tertawa
lebar ujarn ya. "Ha ha ... Liem Tou bagus sekali kamu, jika dilihat wajahmu
kelihatannya memang seorang yang jujur tidak tahunya
sifatmu juga licik Baiklah kamu orang boleh dihitung aku yang
curi kerbau serta kitab pusaka Toa Loo Cin Keng-mu itu.
Tapi aku mau tanya itu kitab pusaka Toa Loo Cin Keng apa
barang peninggalan ayahmu buat kamu orang" pada pipi
sebelah kiri dari muka ayahmu apa ada tahi lalat hitam" " "
sewaktu main catur apa sering menggunakan benteng terlebih
dahulu untuk rebut menyerang?"
Liem Tou teringat kembali keadaan dari ayahnya semasa
hidup, lama kelamaan barulah sahutnya dengan sedih.
"Hui Tui Jie aku tahu kamu seorang yang luar biasa, tapi
kenapa kamu orang menanyakan wajah ayahku terus
menerus" Kakek tua Hui Tui Jie melihat Liem Tou tidak mau mengaku
tapi juga tidak mungkir diam-diam mengangguk, ujarnya.
"Liem Tou jika aku beri tahu padamu saat ini hanya
mendatangkan bencana saja, kemarin malam Wan jie sudah
beritahu padamu kami ayah beranak bakanlah musuhmu.
Sekarang aku lihat kesalahanmu semakin tebal hal ini
perlihatkan bencana yang akan menimpa belum lenyap
didepan mata masih banyak berbahaya yang harus kamu
tempuh, tapi jika tidak berani tidak mungkin, karenanya
kerbau serta kitab pusaka Toa Loo Cin Keng tidak berguna
dibadanmu, bahkan malah memancing perhatian orang
banyak, karenanya untuk sementara waktu kamu boleh pergi
ke tebing Ling-Ai di gunung Go-bie san untuk minta kembali
barang-barang itu" Dia berhenti sebentar, sesudah menghela napas panjang
sambungnya lagi. "Heey . . . sebentar lagi iblis itu mungkin akan kembali
kesini, kamu cepatlah pergi."
Sehabis berkata dia lalu meloncat naik punggung kerbau
itu, sambil goyangkan tangannya dia menjalankan kerbaunya
kearah dalam hutan tidak lama kemudian sudah lenyap dari
pandangan. Dengan termangu-mangu Liem Tou berdiri disana beberapa
saat lamanya teringat kembali kata-kata yang diucapkan kakek
tua Hui Tui Jie itu, dalam hati dia merasa kakek itu tentu
punya hubungan yang sangat erat dengan ayahnya, kalau
tidak bagaimana terus menerus dia menanyakan asal usul
dirinya. Tapi kakek tua itu tidak mau beritahu dengan terus terang
bahkan meninggalkan tempat itu dengan tergesa gesa, sudah
tentu Liem Tou tidak bisa berbuat apa apa lagi dan sementara
tidak mau pikirkan urusan itu nanti sesudah bertemu dengan
le Cici diatas gunung Ha Mo San baru pikirkan lagi.
Berpikir sampai disini dengan cepat dia menyeburkan
dirinya dalam sungai dengan mengikuti aliran air yang cukup
deras tubuhnya mengalir terus kedepan. Untung saja
kepandaiannya bermain didalam air sudah mencapai pada
taraf kesempurnaan sehingga gerakkannyapun sangat lincah
tapi cepat. ooo0Oooo Ditengah jalan kecuali beristirahat tidak ada peristiwa yang
terjadi lagi, ketika cuaca mendekati magrib dia sudah
berenang sejauh puluhan li, saat itu udara menjadi sangat
gelap, ketika Liem Tou melihat ditepi hadapannya terdapat
sebuah perahu layar yang sedang berhenti disana, segeta
didalam hati pikirnya. "Kenapa malam ini aku tidak menginap diatas perahu itu
saja?"" Berpikir sampai disitu dengan cepat dia berenang kesana
dan mohon pemilik perahu itu untuk menginap satu malam
diatas perahunya. Orang orang didalam perahu begitu melihat
keadaannya yang begitu kasihan segera dia diberi makan dan
dibiarkan dia tidur dibelakang buritan bahkan membiarkan dia
tidur bersama-sama orang lain.
Ketika itulah dia baru tahu kedua buah perahu itu milik dari
suatu perusahaan ekspedisi yang bernama Cing Liong Piauw
kiok, dengan diam diam dia melihat kalau diatas setiap perahu
ada dua orang pengawal yang menjaga perahunya, pada
perahu dimana dia menginap terdapat dua orang yang
menjaga yang seorang tua yang lain muda, jika dilihat dari
sikap mereka agaknya hubungan mereka sangat erat sekali.
Hari itu Liem Tou sudah melakukan perjalanan mendekati
ratusan li jauhnya karenanya saking lelahnya tidak lama
kemudian sudah tertidur dengan nyenyaknya.
Malam itu udara sangat gelap tidak terlihat bintang atau
bulan yang menyinari jagad, angin bertiup sangat kencang
membuat udarapun semakin dingin, ditepi pantai dimana
kedua buah perahu itu berlabuh terdapat tiga orang
berpakaian malam dengan gerak gerik mencurigakan
mendekati perahu. Saat itu orang yang berdiri diujung kiri bertanya.
"Tia kamu lihat malam ini apa mereka mengadakan
persiapan?" "Cing Liong Piauw kiok selamanya berlaku sumbar" sahut
orang yang ditanyai itu, "Dia mengira sesudah Siok to Siang
Mo dibasmi, maka didaratan maupun lautan sudah aman,
dimaaa bendera Cing Liong Piauw Kiok berada maka tak akan
ada orang yang berani turun tangan lagi, sudah tentu tidak
akan ada persiapan diantara mereka"
"Tia" ujar orang itu lagi, "Aku dengar orang bilang kepala
pengawal dari Cing Liong Piauw kiok si pemetik bintang Kwan
Piauw sangat hebat didalam penrmainan sepasang martilnya,
nanti bolehkah aku hadapi dia?""
"Ling jie kamu jangan bicara tidak karuan" bentak orang itu
dengan nada memberi peringatan, "Gerakan malam ini punya
hubungan yang sangat besar dengan bukanya Aug In
Piauwkiok dikemudian hari, untuk bereskan malam ini semakin
cepat semakin baik, jika ini hari sampai loloskan salah seorang
saja diantara mereka, pada hari kemudian jika mereka sampai
bisa ketahui hal ini perbuatan kita lalu bagaimana kita
tancapkan kaki lagi didalam dunia
kangouw ?"" Diantara ketiga orang yang berada diseberang tepi ketiga
orang semula salah seorang angkat bicara pula dengan
perlahan. "Kian Po hang, coba kamu lihat pekerjaan yang Cung cu
kita kerjakan selalu sangat terlatih dan rapat, sungguh
membuat orang lain menjadi kagum."
Lama sekali orang itu baru menjawab, ujarnya sambil
mengangguk. "Ehm . tapi Toa Toang heng. Apa kamu tidak merasa
pekerjaan ini sangat bertentangan dengan peraturan Bu lim ?"
Saat itulah mendadak orang ketiga sudah buka omongan .
"Coba lihat, Cung cu sudah kirim tanda."
Kedua orang itu tidak bicara lagi dan angkat kepalanya
memandang kearah tepian seberang, terlihatlah suatu sinar
berwarna kehijau hijauan dengan cepat lenyap ditengah
kegelapan. Saat itulah dengan perlahan mereka bertiga
bangkit berdiri membereskan pakaiannya dan mengambil
keluar senjata tajam masing- masing.
Ketiga orang yang berada ditepi sebelah kiri saat itu sudah
menyebrangi sungai dengan menggunakan dua buah papan
persegi empat yang diinjak pada kedua kakinya, dengan
demikian mereka bisa meluncur ketengah sungai dengan
Iancarnya. Ketiga orang yang berada disini ketika secara samar-samar
melihat ketiga orang itu sudah bampir mendekati perahu
dengan cepat meloncat naik keatas perahu tersebut ilmu
meringankan tubuh dari mereka bertiga walaupun sangat
tinggi tapi perahu itu tidak urung sedikit oleng juga.
Dua orang dari tepi sebelah sini bertepatan waktu juga
sudah tiba, mereka masing-masing meloncat naik perahu
dengan sangat cepat. Mendadak dari dalam ruangan perahu terdengar suara
menjerit kaget kemudian disusul dengan bentakan sedang
bertanya. "Siapa?" Suara bentakan itu begitu kerasnya membuat Liem Tou
yang tertidur nyenyak segera sadar kembali dari pulasnya.
Ketika dia buka mata terlihatlah cuaca masih sangat gelap
mungkin baru kentongan ketiga, dua orang berbaju hitam
yang memakai kerudung mendadak menerjang masuk
kedalaun bilik itu bahkan salah satu diantaranya tepat berdiri
disisinya. Waktu itu baru saja dia sadar dari pulasnya sehingga
pikirannyapun belum begitu sadar, atas kejadian yang muncul
secara tiba tiba dihadapannya membuat dia menjadi sangat
terkejut, dengan cepat dia mengusap beberapa matanya
sehingga terang ternyata tidak salah lagi, kejadian itu
memang betul-betul sudah terjadi bahkan berada dihadapan
matanya tak terasa lagi hatinya berdebar dengan sangat
keras. Pada waktu hatinya sedang merasa sangat terkejut itulah
mendadak dari dalam ruangan perahu berkumandang datang
suara jeritan yang amat ngeri yang sangat memilukan
kemudian di susul dengan suara tertawa dingin yang keras,
ujarnya, "Hemm. , . Hemmm. . " gentong-gentong nasi seperti ini
juga mau jadi pengawal barang."
Liem Tou mendadak menjadi sangat terkejut karena suara
itu tidak lain adalah suara Pouw Siauw Ling. Kemudian disusul
dengan suara bentrokan senjata tajam yang sangat ramai
teriak seorang dengan keras.
"Kalian siapa " Kami Cing Liong Piauw kiok punya dendam
sakit hati apa dengan kalian ?"
"Tidak usah banyak bicara, serahkan nyawamu" Bentak
Pouw Siauw Ling dengan gusar..
Setelah itu teriaknya lagi.
"Jangan berada diluar apa Liok Siok siok " Sampai waktu ini
kenapa tidak juga turun tangan " Kamu orang mau tunggu
sampai kapan lagi?" Orang yang berdiri disamping Liem Tou ketika mendengar
perkataan itu segera menggeserkan kakinya lagi, Liem Tou
tahu keadaan saat itu betul-betul amat kritis dan
membahayakan jiwanya sehingga tubuhnya tanpa terasa
sudah meringkuk kepojokan perahu tanpa berani bergerak
lagi, tapi sepasang matanya dengan memperhatikan gerak
gerik dari orang itu hatinya berdebar keras, hampir-hampir
terasa mau copot dari dalam tubuhnya.


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pengemudi perahu yang semula berbaring di samping Liem
Tou mendadak meloncat bangun sambil berteriak keras.
'Aduh...mak.. tolong ada penjahat"
Melihat hal itu diam diam pikir Liem Tou dalam hati.
"Hemmm ... cari mati sendiri."
Ternyata dugaannya tidak salah, terdengar penjahat
berkerudung yang berdiri disampingnya itu mendadak
membentak keras dengan gusarnya.
"Pergi temui makmu "
Golok ditangannya dengan cepat berkelebat, terlihatlah
sinar golok yang menyilaukan mata menyambar tubuh
pengemudi itu, tanpa sempat menjerit kesakitan lagi tubuhnya
rubuh keatas perahu dan binasa seketika itu juga.
Melihat kejadian yang sangat mengerikan itu hati Liem Tou
menjadi tergetar dalam hati dia tahu saat inilah kesempatan
yang paling bagus baginya untuk melarikan diri, tanpa pikir
panjang lagi tubuhnya dengan sekuat tenaga menggelinding
ketepi perahu. Menanti penjahat berkerudung itu merasa dan
membacok tubuhnya. Liem Tou sudah menceburkan dirinya
kedalam sungai sepasang tangannva dengan cepat digerakkan
menyelam kedasar perahu tersebut.
Waktu itulah hatinya baru berasa agak tenang, teringat
akan kata tadi dengan jelas didengar olehnya berasal dari
Pouw Siauw Ling; hal ini membuat hatinya merasa terkejut
bercampur heran, pikirnya.
"Kemarin sewaktu bertemu dengan mereka, dia masih
bilang mau mendirikan sebuah perusahaan ekspedisi,
bagaimana sekarang malah berbuat kejahatan menjadi
perampok ?" bahkan merampas barang barang kawalan orang
lain ?".. Semakin berpikir Liem Tou merasa semakin bingung,
dengan perlahan lahan dia munculkan diri kembaii keatas
permukaan dan bersembunyi dibelakang kemudi , saat itu
malam semakin kelam cuacapun begitu gelap hingga sukar
untuk ditemui tempat persembunyian itu, ditambah lagi saat
ini Liem Tou sudah berada didalam air, sekalipun ditemui dia
juga tidak merasa takut .
Sesudah muncul keatas permukaan air Liem Tou segera
mendengar suara teriakan teriakan yang memilukan hati serta
bentrokan bentrokan senjata senjata tajam yang sangat ramai
berkumandang dari kedua buah perahu itu, keadaannya
demikian mengerikan membuat hati setiap orang terasa
bergidik. Tidak lama berselang dari atas perahu sebelah tidak
terdengar suara lagi, keadaan begitu tenang sunyi serta
menyeramkan, sebalikaya dari atas perahu dimana dia
menyembunyikan dirinya sekarang masih terdengar suara
bentakan bentakan senjata tajam yang sangat ramai.
Hati Liem Tou menjadi tergerak, dengan perlahan-lahan dia
merangkak naik melalui tali yang ada dan mengintip dari celah
lobang yang sangat kecil pada perahu itu, terlihatlah tiga
orang perampok berkerudung dengan rapatnya sedang
mengepung Piauwsu yang masih muda itu, ditengah remangremangnya
cuaca terlihatlah tubuh pemuda sudah basah oleh
darah segar yang mengucur keluar dengan derasnya, tapi dia
tidak mengucapkan sepatah kata pun dengan mencekal
pedang panjangnya dia melawan ketiga orang itu dengan
seluruh tenaga. Melihat situasi seperti itu tidak tertahan lagi Liem Tou
merasa sangat gemas, dendam dan sakit hati. Mendadak
terdengar Pouw Siauw Ling yang berada salah satu diantara
ketiga orang berkerudung itu berkata dengan keras.
"Tia, bangsat cilik ini semakin bertarung semakin menggila,
biar aku bunuh dia saja"
Salah satu diantara ketiga perampok berkerudung yang
melawan musuhnya dengan menggunakan sepasang
telapaknya, membuka mulut sahutnya.
"Hmm..hm..sekalipun kepandaian silatnya lebih tinggi ini
hari tidak mungkin bisa meloloskan diri dari bencana."
Mendangar perkataan itu Liem Tou yang sedang
bersembunyi menjadi terkejut karena suara itu bukan lain
berasal dari Pouw Sak San itu Cungcu dari le Hee Cung.
Tentang urusan ini dia tidak ragu ragu lagi karenanya didalam
hati dia merasa sangat enak, dendam sakit hati dan gemas,
bersamaan pula merasa sedih atas nasib para rakyat yang
hidup dalam kampung Iee Hee Cung diatas gunung Ha Mo
San. Saat ini dendam dan sakit hati pribadinyapun muncul
bercampur dengan perasaan gemasnya, darah segarnya
serasa bergolak dengan keras, dalam hati dia punya niat untuk
menolong pengawal itu lolos dari kematiannya.
Mendadak dengan mengerahkan seluruh terra ga Nang
dimilikinya berteriak dengan keras.
"Hey bangsat, bangsat tahan!"
Ditengah sungai yang lebar dan jauh dari keramaian
ditambah lagi ditengah malam buta yang sunyi tenang, suara
bentakannya ini membuat para penjahat itu merasa sangat
terperanjat apalagi itu Ang in sin pian Pouw Sak San serta
Pouw Siauw Ling mereka sama sekali tidak menduga ditempat
itu bisa muncul seseorang, pada waktu mereka bertiga sedang
tertegun itulah piauw su yang masih muda itu menggerakkan
pedangnya kedepan, seraya teriaknya dengan gusar.
"Dendam sakit hati ini kami dari Cing Liong Pauw kiok
bersumpah akan membalas dendam"
Sambil berkata tubuhnya meloncat setinggi dua kaki lebih
kemudian menceburkan diri ke dalam sungai.
Gerakan ini dilakukan hanya pada sekejap mata saja, Liem
Tou pun dengan cepat ikut menyusupkan tubuhnya kedalam
air. Cuaca yang gelap gulita sudah cukup membuat mereka
tidak melihat jelas apalagi kini berada didalam air. Walaupun
dalam hati Liem Tou punya niat mencari Piauw su muda itu
untuk mcmbantu dia meloloskan diri dari bahaya tapi karana
takut terjadi salah paham makanya terpaksa tidak berani
bergerak, dalam hati diam diam dia berdoa agar dia bisa lobos
dari mara bahaya ini. Dengan kejadian ini niatnya untuk bertemu Lie Siauw Ie
semakin menebal lagi. Sesudah berenang hingga ketengah
sungai barulah dia munculkan diri kembali keatas permukaan
sungai sambil memandang kearah dua buah perahu itu
makinya. "Hmmm..kiranya bajingan-bajingan itu adalah kawanan
perampok yang tidak tahu malu, manusia macam binatang
seperti itu harus dibunuh"
Sambil memaki badannya mengikuti aliran air sungai
melanjutkan berenang kedepan, bersamaan pula pada
benaknya teringat akan kejujuran serta budi halus dari rakyat
dusun Ie Hee hiung. Teringat pula kehidupan didalam dusun
sewaktu masa kecilnya tidak terasa saking sedihnya air mata
menetes keluar dari kelopak matanya.
Suasana ditengah sungai begitu sunyi senyap tidak
terdengar suara bisikan sesosok manusiapun, Liem Tou
dengan seorang diri perlahan-lahan berenang menuju
kedepan. Sebentar bentar dia memandang bintang-bintang
yang tersebar luas diatas langit hatinya beratus ratus macam
kesedihan yang sekaligus memenuhi pikirannya, mendadak
tangannya ditepukkan keatas kepalanya sendiri sembari
tangannya yang sebelah mencopot topeng kulit yang
dikenakan pada wajahnya, kepada langit sumpahnya dengan
sungguh sungguh. "Pada suatu hari jika aku Liem Tou berhasil melatih ilmu
silat yang lihay aku bersumpah akan membunuh kaum
bajingan itu hingga binasa, sebelum tercapai cita cita ini aku
tidak akan berdiam diri"
Sambil berkata dia manyimpan kembali topeng kulitnya
kedalam saku sedang titik air matanya mengucur keluar dart
kelopak matanya dengan deras.
Beberapa saat kamudian haripun menunjukkan saat
kentongan kelima. Liem Tou pun merasakan sepasang
lengannya mulai terasa linu kaku dan capai sedikitpun tidak
bertenaga lagi, mendadak ditengah sungai dihadapannya
secara samar samar muncul sebuah perahu kecil dengaa
perlahan lahan bergerak mendatang, bahkan dari atas perahu
kelihatan sinar lampu berkedip kedip.
Perahu itu mungkin milik seorang nelayan yang sedang
inenangkap ikan dimalam hari, kenapa aku tidak beristirahat
sebentar disana?" bila mereka ada makanan kemungkinan
sekali sedikit menangsal perutku yang lapar?"
Tidak lama kemudian dia sudah mendekati perahu kecil itu,
Liem Tou dengan cepat mencekal pinggiran perahu dengan
kencang. Waktu itulah terdengar dari dalam perahu berkumandang
suara pertanyaan yang disusul dengan jeritan kaget.
"Heey siapa diluar ?""
"Seorang yang kecebur dalam sungai karena bertemu
perampok, dapatkah aku beristirahat sebentar diatas perahu
saudara ?" Dari dalam perahu tak terdengar suara sahutan - - lama
sekali ditunggu tetap saja tidak terdengar sedikit suarapun.
Pada saat Liem Tou sedang merasa kecewa itulah
mendadak terdengar pertanyaan lagi dari dalam perahu.
"Siapa namamu" bertemu perampok dimana?"
"Aku bernama Liem Tou, baru saja bertemu dengan
perampok diatas dua buah perahu pangawal barang disungai
sebelah depan. Hey pemilik perahu bolehkah aku beristirahat
sebentar ?"" "Ehm . . .kalau begitu naiklah."
Mendengar pemilik perahu itu menyanggupi Liem Tou
dengan cepat meloncat naik keatas perahu, Tapi . . . belum
tubuhnya berdiri tegak mendadak jalan darah "Hong Hui Hiat"
serta jalan darah gagunya sudah tertotok oleh orang lain, tak
tertahan lagi tubuhnya rubuh keatas perahu dengan keras
kemudian disusul dengan suara tartawa keras dari orang ini
sambil ujarnya. "Liem Tou . Liem Tou, kami cari kamu kemanapun tak
bertemu, tidak disangka kamu hantarkan diri sendiri kemari ha
ha ha ha . aku tidak bisa banyak bicara lagi ha ha.."
Jalan darah " Hong Hui Hiat" serta jalan darah gagu Liem
Tou sekalipun tertotok sehingga tidak dapat bergerak dan
berbicara tetapi sepasang matanya masih bisa memandang
kearah orang yang menotok jalan darahnya itu.
Orang itu tidak lain adalah Si jari beracun jarum cams Song
Beng Lan yang ditemui dilembah cupu cupu bersama sama
pengemis busuk itu. Dalam hati dia tahu orang ini tentu
sangat benci kepadanya hingga tidak terasa diam diam
menghela napas panjang, pikirnya.
"Heei ..kemauan Thian sudah begitu aku juga tidak bisa
berbuat apa apa lagi mau dibunuh mau disiksa aku terpaksa
ikuti saja kemauannya."
Sepasang matanya segera dipejamkan rapat rapat tanpa
berbicara sepatah kata lagi.
Mendadak Liem Tou merasakan badannya di tendang
hingga berguiing dengan keras diatas perahu kemudian
terdengar suara Song Beng Lan sedang berkata.
"Hey Liem Tou kamu orang tidak usah pura pura mati, coba
kamu lihat siapa yang berada dihadapanmu ?"
Mendengar perkataan itu barulah Liem Tou membuka
matanya dengan perlahan, mendadak pandangannya menjadi
terang terasa olehnya badannya sekarang sudah terlenteng
didepan pintu ruangan perahu ditengah ruangan dalam
perahu duduklah seorang gadis berbaju hijau yang tipis
dengan usia kurang lebih baru tujuh belas delapan belas
tahunan, alisnya yang melengkung tipis dengan bibirnya yang
kecil mungil sungguh merupakan seorang gadis yang cantik
menarik sekali . Melihat hal itu Liem Tou menjadi melengak, mendadak
teringat makian Cian Pian Ngo Koei sewaktu berada didalara
lembah cupu cupu yang mengatakan Song Beng Lan ini adalah
Jay Hoa Cat, tidak terasa pikirnya.
"Hemmnm ternyata dia memang seorang bangsat cabul,
ditengah sungai yang begini jauh dari keramaian serta sunyi
masih menyembunyikan seorang gadis cantik juga hemmm
sungguh tidak malu, Konyol . "
Baru raja pikiran itu berkelebat dalam bcnaknya, mendadak
gadiscantik berbaju hijau Nang ducluk didalarn ruangsn
perahu sudah tar senaum kearabuya, kemudian ujarnya
"Hey Liem Tou, orang yang berjodoh dimanapun selalu
bertemu, kamu masih kenal aku tidak?"
Mendengar perkataan itu tak terasa Liem Tou merasa
sangat heran, pikirnya dalam hati.
"Aku Liem Tou merupakan seorang lelaki sejati, salamanya
belum pernah main perempuan diluaran bagaimana bisa kenal
dia ?" Sekalipun didalam benaknya dia berpikir begini tetapi tanpa
terasa matanya memandang teliti kearah gadis berbaju hijau
itu, saat itulah gadis berbaju hijau itu sedang memandang
dirinya sambil tersenyum manis.
Semakin dilihat Liem Tou merasakan gadis ini seperti
pernah ditemuinya disuatu tempat, matanya semakin
memandang tajam kearahnya". . . lama sekali mendadak
pikirannya menjadi sadar.
Gadis berbaju hijau itu melihat air muka Liem Tou sedikit
berubah segera tahu kalau dia sudah mengenal dirinya
kembali maka ujarnya dengan merdu.
"Hey Beng Lan, cepat bebaskan jalan darahnya yang
tertotok." Mendengar pekataan itu Song Beng Lan dengan cepat maju
dan menepuk dengan perlahan leher Liem Tou. Saat itulah
dengan keras teriak Liem Tou.
"Aaaah . . . bukankah kamu orang pengemis busuk itu?"
Gadis cantik berbaju hijau itu begitu mendengar dia
memaki dirinya sebagai pengemis busuk tidak terasa alisnya
dikerutkan rapat rapat. Song Beng Lan yang berdiri
disampingnya seketika itu juga melancarkan satu tendangan
membuat tubuhnya sekali lagi berguling diatas permukaan
perahu, bentaknya. "Hey bangsat cilik kamu orang sungguh tak tahu sopan,
hati-hati aku tendang badanmu sampai tulangmu copot."
Tiba tiba gadis cantik berbaju hijau itu mencegah
perbuatan Song Beng Lan, ujarnya.
"Beng Lan, kamu orang jangan menyakiti dia sampai


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keterlaluan, lebih baik kamu ikat kaki tangannya dengan tali
dulu kemudian baru membebaskan jalan darahnya, setelah itu
naikkan jangkar lanjutkan parjalanan sekarang juga."
Sikap Song Beng Lan terhadap gadis cantik berbaju hijau
itu agaknya begitu menghormatnya, sesudah memberi
hormat, dengan sangat patuhnya baru sahutnya dengan
perlahan. "Baik Kungcu." Dengan mengikuti perintahnya dia mengikat kaki tangan
Liem Tou dengan tali kemudian membebaskan jalan darah
Hong Hui Hoat-nya setelah itulah baru menaikkan jangkar
untuk melanjutkan perjalanannya.
Saat itu berkatalah gadis cantik berbaju hijau itu kepada
Liem Tou sambil tertawa. "Liem Tou, kamu merasa sangat heran bukan" Aku
beritahu padamu, aku bernama Ciang Beng Hu dan bertempat
tinggal dipantai Say Kiem Thay tepi danau Au Hay didaerah In
Lam" Sejak Liem Tou mengetahui kalau gadis cantik berbaju
hijau yang berada dihadapannya ini adalah pengemis busuk
yang ditemuinya di dalam bui segera teringat kembali
keganasan serta kelakuannya yang kasar dalam hati tidak
tertahan muncul kembali perasaan benci serta gemasnya,
dengan gusar sahutnya. "Siapa yang mau dengar namamu yang sangat memalukan
itu, ini hari aku Liem Tou sudah terjatuh ketanganmu, mau
dibunuh mau disiksa silahkan kamu orang lakukan, aku Liem
Tou tidak akan takut dan bukan seorang manusia pengecut
yang takut mati." Mendengar hal itu Ciang Beng Hu tertawa nyaring, ujarnya.
"Cis. Liem Tou - - - Liem Tou, binasa dengan begini mudah
apa kamu tidak merasa sayang?" kalau kamu orang memang
kepingin mati tapi jangan begitu cemasnya."
Sepasang mata dari Liem Tou mendelik melotot kearahnya
dengan gusar ujarnya lagi dengan jengkel.
"Kau ingin apakan aku ?"
"Kamu boleh pikirkan sendiri" sahutnya sambil tertawa
ringan sedang kepalanya dimiringkan kesamping.
Tetapi air muka dengan ceoat berubah menjadi serius
kembali, dengan pandangan tajam dia memandang sekejap
kearah wajah Liem Tou kemudian ujarnya lagi dengan keren.
"Liem Tou, perkenalan kita didalam bui walaupun belum
begitu lama tapi aku tahu dengan jelas kamu merupakan
seorang yang sangat cerdik. Aku tidak perlu bicara tentunya
kamu orang sudah tahu sendiri. Buat apa aku yang hidup
enak-enak didaerah Cian Pian sebelah selatan dengan susah
payah pergi kemari, hey Liem Tou aku belum gila ?".
"Siapa yang mau urus kamu gila atau tidak, hey pengemis
gila kau mau bawa aku kemana?"
Ciang Beng Hu hanya memandang sekejap kearahnya
sambil tersenyum sedang mulutnya tetap membungkam.
Tidak terasa hawa amarah Liem Tou muncul kembali,
teriaknya keras dengan amat gusar.
"Terhadap kawanan bajingan yang tidak tahu malu seperti
kalian aku Liem Tou walaupun binasa juga tidak akan
menyerah, aku omong terus terang saja padamu, jika kalian
mau paksa aku barterus terang mengakui tempat penyimpinan
kitab pusaka To Kong Pit Liok itu.. hemm hemm jangan
harap." "Hemm, , kau tak usah banyak bacot, tunggu saja" ujar
Ciang Beng Hu dengan amat dingin.
Sehabis berkata teriaknya denagn keras.
"Beng Lan masuk, bangsat cilik ini sampai sekarang masih
tetap bandel saja kelihatannya dia belum merasakan kelihayan
kita. Hemm totok jalan darah pulasnya dulu."
Song Beng Lan segera menyahut dan menotok jalan darah
pulas dari Liem Tou. Saketika itu juga Liem Tou hanya
merasakan matanya menjadi kabur kemudian tertidur dengan
nyenyaknya . Menanti dia sadar kembali entah sudah lewat berapa saat
lamanya, juga tidak tahu kini sudah berada dimana. Dia hanya
merasa tempat itu begitu gelap gulitanya sehingga tak
sanggup untuk melihat lima jarinya sendiri. Tempat itu begitu
gelap serta apeknya sehingga terasa susah untuk bernapas.
Dengan cepat Liem Tou menggerakkan badannya, kiranya
seluruh tubuhnya sudah terlepas dari totakan maupun ikatan
tali, tidak terasa gumamnya seorang diri.
"Mereka bawa kemana aku ini ?"
Perlahan lahan dia bisa melihat juga keadaan ditempat itu,
ditengah keadaan yang sangat gelap secara samar-samar
terlihat olehnya kalau dia kini berada dalam sebuah gua yang
penuh lumpur didepan gua terdapat sebuah ruji-ruji kayu yang
sangat besar sekali sebagai penghalang jaIan, tapi diluar gua
itupun kelihatan tidak terdapat sedikit sinarpun juga.
Tangannya dengan perlahan lahan didorong kearah kayukayu
perintang jalan itu, tapi walau sudah didorong sekuat
tenaga kayu tersebut tetap tidak gemilang sedikit pun juga
kuatnya laksana batu. Melihat hal itu Liem Tou menjadi amat
gusar, campur dahaga yang makin lama semakin tidak kuat
untuk ditahan, teriaknya dengan gusar.
"Hey kalian manusia bangsat yang tidak tahu malu. . .
kamu bawa aku ketempat apa ini ?" Hey pengemis busuk
kamu jangan bersembunyi aku Liem Tou tak kan memberikan
kitab pusaka To Kong Pit Liok itu kepadamu."
Sekalipun dia sudah berteriak sehingga tenggorokannya
terasa sakit tiada seorangpun yang menyahut atau
menggubris, bahkan suara yang aneh sedikitpun tak
terdengar. Hal ini membuat Liem Tou menjadi gemas pikirnya
dalam hati. "Jika mereka kurung aku ditempat ini tanpa mau gubris aku
lagi lama kelamaan aku bisa dimatikan dengan perlahan..
Aduh. . . Aduh... . perutku mulai merasa lapar"
Baru saja dia berpikir sampai disini mendadak dari tempat
kejauhan secara samar-samar berkumandang datang suara
tindakan kaki yang sangat perlahan kemudian disusul dengan
munculnya sinar merah yang samar-samar.
Semangat Liem Tou tidak terasa muncul kembali dengan
tergesa gesa dia bangkit berdiri menempel pada pagar kayu
yang besar itu untuk menengok kedepan, sinar merah itu
makin perlahan semakin menajam semakin lama semakin
mendekat. Tidak tertahan lagi teriak Liem Tou dengan keras.
"Hey Siapa itu " cepat kalian lepaskan aku keluar"
Terlihat sesosok bayangan manusia berkelebat Song Beng
Lan dengan membawa dua orang lelaki kasar yang bertubuh
kuat dengan membawa obor berjalan mendekat, melihat hal
itu Liem Tou semakin gusar, teriaknya.
"Hey kamu bajingan cabul kenapa kurung aku ditempat ini
?" Jilid 10 : Perjamuan Pouw sak San di Ie Hee Cung
"Hmm, dengus Song Beng Lan dengan sangat dingin. "Liem
Tou, mati hidupmu kini berada ditanganku, buat apa kamu
ngotot terus?" Sehabis berkata dia mengulap tangannya, kedua orang
lelaki berbadan kuat itu segera berjalan mendekati pagar kayu
itu dan membuka pintunya, melihat hal ini Liem Tou
bertambah gusar lagi, bentaknya dengan keras.
"Kalian pingin berbuat apa?"
Sehabis berkata dia mundur dua langkah kebelakang,
sepasang telapaknya dikencangkan siap memberikan
perlawanannya. Dengan langkah yang sangat perlahan Song Beng Lan
berjalan ketepi pagar kayu itu sambil mengangkat tinggi tinggi
obornya dengan nada yang sangat dingin.
"Liem Tou aku lihat lebih baik kau ikuti perintahku tanpa
membantah. Pada saat ini sekalipun kau mau melawan juga
tidak berguna ." "Huuh..tutup mulut anjingmu Hey bangsat cabul."
Mendadak ..dua orang lelaki kesar bertubuh kuat itu
dengan cepat maju dua langkah kedepan tangannya dengan
kecepatan bagaikan kilat mencengkeram tubuh Liem Tou.
Melibat datangnya serangan itu Liem Tou menjerit keras
sepasang kepalannya dengan cepat melancarkan serangan
kedepan untuk menahan datangnya cengkraman itu, siapa
tahu baru saja tangannya diangkat terasa olehnya kepalan itu
lemas sedikitpun tidak bertenaga, serangannya belum sempat
mencapai pada sasarannya badannya sudah berhasil
dicengkram oleh lelaki kasar lainnya, tidak tertahan lagi Liem
Tou dengan sempoyongan maju kedepan, kesematan itulah
digunakan oleh kedua lelaki kasar itu untuk mcnangkap tubuh
Liem Tou kemudian mengikatnya dengan tali.
Sekalipun Liem Tou saking gemas dan jengkelnya berteriak
teriak dan memaki dengan enaknya tapi apa gunanya ?"
Tubuh Liem Tou sesudah diikat dengan kencang kedua
lelaki kasar itu segera menggotong tubuhnya keluar gua,
sesudah berputar putar beberapa saat lamanya sampailah
mereka disebuah lorong gua yang sangat panjang sekali.
Dengan membawa obor Song Beng Lan berjalan didepan
membuka jalan. Kurang lebih sesudah berjalan berpuluh puluh kaki jauhnya
gua itu perlahan lahan semakin sempit dan semakin sampai
akhirnya, tempat itu hanya bisa dilalui oleh seseorang dengan
membungkukkan badan. Kurang lebih berjalan lagi dua kaki jauhnya sampailah
mereka dimulut gua. Liem Tou dengan cepat memandang sekeliling tempat itu
waktu itulah dia baru tahu kalau dirinya sudah berada
dipunggung gunung, dibawahnya terlihat air selokan mengalir
dengan derasnya keadaan amat bahaya sekali, ketika
memandang kesamping lagi terlihatlah sebuah air terjun yang
amat besar sedang memuntahkan airnya kepunggung gunung,
keadaannya mirip dengan seekor naga terbang yang ganas,
sungguh amat angker dan agung sekali.
Song Beng Lan segera mematikan obornya dan putar tubuh
berjalan mendekati samping air terjun itu, didalam sekejap
saja tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Liem Tou melihat hal itu dengan amat jelas dalam hati diam
diam merasa sangat heran, pikirnya.
"Aaah bangsat cabul itu sudah kemana perginya?"
Baru saja dia berpikir sampai disitu kedua lelaki kasar
berotot kuat itu sudah mengangkat tubuhnya mendekati
samping air terjun tersebut.
Kiranya dibalik tebing air terjun itu sedikitpun tidak ada air
yang mengenai tempat itu dibelakang air terjun yang sangat
dahsyat itulah terdapat sebuah gua yang sangat besar sekali.
Liem Tou dengan cepat diseret masuk kesana, dalam gua
itu sangat besar dan megah sekali, empat penjuru dindingnya
terbuat dari batu porselen yang berbentuk tumpuk menumpuk
tidak teratur, kelihatan sekali kalau dinding itu merupakan
kejadian alam. Sesudah masuk lagi beberapa kaki mendadak Liem Tou
dapat melihat didepannya berdirilah sepuluh orang lelaki
dengan rapinya, jika ditinjau dari pakaian dan dandannya
serta usianya dapat dilihat diantara mereka terdapat
perbedaan yang sangat menyolok sekali, ada kakek-kakek
yang usianya sudah amat lanjut sehingga rambutnya sudah
pada memutih, ada pula anak anak kecil yang masih ingusan,
bahkan dandanan mereka serta kedudukannyapun sangat
berbeda. Hweesio, Nikouw, pengemis, kuli, serta nelayan nelayan
semuanya ada ditempat itu. Sedang ditengahnya duduklah
seorang nyonya berusia pertengahan dengan pakaian yang
amat perlente, di samping kanannya berdirilah itu gadis cantik
berbaju hijau Ciang Beng Hu.
Kedua orang lelaki itu segera meletakkan Liem Tou keatas
tanah kemudian menyingkir berdiri kesamping.
Nyonya berusia pertengahan itu dengan perlahan bertanya
. "Orang itukah yang bernama Liem Tou"
Liem Tou tetap membungkam, sekali lagi nyonya itu
bertanya tetapi Liem Tou tetap menutup mulutnya rapat
rapat. Melihat hal itu Ciang Beng Hu segera ikut berbicara,
ujarnya. "Hey Liem Tou kamu tuli yaah?" Ratu Au Hay Au Hay Ong
Bo sedang menanyai kamu tetap membisu ?"
"Hmm.." Dengus Liem Tou dengan gusar. Kalian bajinganbajingan
yang tidak tahu malu, dengan mengikat badanku
seperti ini bagaimana suruh aku bicara ?"
"Liem Tou "Bentak Ciang Beng Hu sambil melotot
kearahnya. "Didepan Ong Bo kamu orang berani berlaku tidak
sopan hay Beng Lan pukul dia terlebih dulu sehingga dia
rasakan sedikit pelajaran, sesudah itu barulah kau lepaskan
tali yang mengikat kakinya".
Song Beng Lan segera menyahut, dengan mengikuti
perintahnya dia cambuk seluruh tubuh Liem Tou dengan
kerasnya, membuat badannya terluka dan mengucurkan darah
segar, tetapi Liem Tou dengan menggigit kencang bibirnya
terus bertahan, sedikit suara dengusan pun tidak kedengaran.
Melihat kegagahan serta keketusan Liem Tou yang jadi
orang keras kepala itu Ciang Beng Hu tertawa dingin tak
henti-hentinya, ujarnya lagi.
"Liem Tou, sekalipun ini hari kau tetap keras kepala, aku
mau lihat besok hari kamu masih bisa keras kepala tidak?"
Sekali lagi Song Beng Lan pukul tubuh Liem Tou dengan
cambuknya setelah itu barulah lepaskan tali yang mengikat
kakinya. Dengan perlahan-lahan dia bangkit berdiri, sepasang
matanya dengan berapi-api menahan hawa amarahnya yang
sudah meluap pandang tubuh Ciang_Beng Hu dengan amat
gusarnya. Dengan perlahan Au Hay Ong Bo barulah buka bicara lagi,
ujarnya. "Liem Tou, kesemuanya ini karena kebandelanmu sendiri,
jika kamu mau katakan tempat persembunyian kitab pusaka
To Kong Pit Liok itu maka kamu orang tidak akan merasakan
siksaan serta penderitaan seperti ini"
Perkataan dari Au Hay Ong Bo ini diucapkan sangat
perlahan dan halus bahkan air mukanya membawa senyuman
yang amat ramah, sikapnya jauh lebih halus dan lebih lunak
dari Ciang Beng Hu.

Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Waktu itu Liem Tou sudah membenci diri Song Beng Lan
serta Ciang Beng Hu hingga menusuk ketulang samsumnya,
pikirnya didalam hati. "Hmmm..hmm..asalkan aku Liem Tou bisa lolos dari
cengkeramanmu, tunggu saja pada suatu hari aku bisa datang
menuntut balas sakit hati hari ini"
Terhadap situasi yang dihadapinya sakarang ini dalam hati
dia sudah ambil keputusan untuk tidak mengeluarkan sepatah
katapun, karenanya walaupun Au Hay Ong Bo sudah bertanya
berkali-kali dia tetap bungkam tidak mengucapkan sepatah
katapun juga. Au Hay Ong Bo tetap tidak menjadi marah karena
keketusannya itu, ujarnya lagi.
"Liem Tou, manusia cerdik tidak akan menelan kerugian
didepan mata sendiri, kamu sudah jatuh katangan orang lain
menurut pangihatanku jauh lebih baik sedikit penurut dan
lunak sehingga tidak sampai merasakan penderitaan dari
siksaan siksaan kejam, tidak urung kamu orang sudah sampai
didalam istana terlarang dari partai Kim Tian Pay diatas
puncak gunung Ngo Lian Cong, untuk pikir melarikan diri
ehmm.. ehmm..itu urusan yang sangat mudah asalkan kamu
orang bisa melaksanakannya saja."
Ciang Beng Hu meluap hawa amarahnya terhadap Au Hay
Ong Bo ujarnya. "Ibu, bangsat cilik itu keterlaluan sekali, lebih
baik kita pukul dia dulu sampai kapok baru ditanyai lagi"
"Hu jie!" ujar Au Hay Ong Bo dengan halus. "Kamu salah
besar jika dilihat sifat orang ini sungguh bersemangat sekali,
tidak mungkin dia berbuat begini hanya pura pura saja, jika
kamu orang hendak manggunakan cara kekerasan untuk
menaklukkan dia, hei tidak mungkin"
Dia berbenti sebentar, kemudian sambungnya lagi.
"Jika kamu bertamtah kejam dengan menggunakan cara
ini, sekalipun mati tidak akan dia mau bicara, lebih baik untuk
sementara simpan saja didalam penjara kemudian dengan
perlahan-lahan kita cari suatu cara untuk menaklukkan dia.
"Ibu lebih baik kamu orang tua serahkan padaku saja, aku
mau lihat dengan siksaan berat dia masih mau mengaku tidak"
Au Hay Ong Bo segera gelengkan kepalanya, sambil
mengulap tangan ujarnya. "Hu jie kamu harus dengar omonganku, kamu kira ibumu
bisa salah bertindak?"
Saat inilah Ciang Beng Hu baru tidak mengucapkan katakata
lagi. Liem Tou pun segera dibawa kedalam penjara didalam gua
yang sangat gelap itu kembali.
Hanya saja kali ini ada orang yang menghantar makanan
untuk dirinya. Semula Liem Tou yang dikurung didalam gua merasa
sangat gemas dan berteriak teriak tidak karuan, akhirnya
karena tidak ada orang yang manggubris dirinya, lama
kelamaan dia sendiri merasa sekalipun kemarahannya
memuncak bagaimanapun tidak ada gunanya karena itulah dia
mulai menjadi tenang kembali, dengan mengikuti cara
mengatur pernapasan yang diajarkan He Loo toa perlahan dia
melatih dirinya. Tiga hari kemudian hatinya semakin tenang lagi, didalam
keadaan yang tidak disadari napsu kemarahannya mulai
lenyap dari dalam hatinya. Selain kadang-kadang teringat
akan Lie Siauw Ie hatinya terasa sedikit goncang,
terkurungnya dia didalam gua sama sekali tidak
membingungkan dirinya bahkan membuat hatinya semakin
tenang. Diantara saat ini baik Au Hay Ong Bo mau pun Ciang Beng
Hu tidak ada yang datang untuk mencari dia lagi. Sampai hari
yang keenam pada waktu Liem Tou sedang enak-enaknya
bersemedi, mendadak terasa oleh dirinya segulung hawa yang
sangat panas muncul dari daerah Hiat hay terus menerjang
naik hingga Ni-Tan. Keringat mengucur dengan amat derasnya
pikirannya menjadi kosong badannya merasa sangat nyaman,
hawa panas itu dengan perlahan naik dari Ni Tan menuju ke
Yan Hay, hawa murninya berhasil mengelilingi tubuhnya satu
kali. Dalam hati Liem Tou tahu bahwa saat ini merupakan saat
yang paling penting dan paling kritis didalam seorang melatih
ilmu pernapasannya, segera dia tidak berani barkhayal lagi
dan melanjutkan latihannya hingga berturut-turut hawa
murninya mengitari tiga pulah enam barulah berhenti.
Mencapai hari yang kasepuluh tenaga murni yang dilatih
Liem Tou sudah mencapai pada hasilnya, dirinya pun merasa
didalam tubuhnya terjadi perubahan yang luar biasa
karenanya dia berlatih terus hingga hawa murninya sambil
menerobosi tiga urat nadi terpenting lagi.
Hari itu baru saja Liem Tou selesai bersemedi, mendadak
terlihatlah Ciang Beng Hu dengan membawa obor berjalan
masuk, ujarnya terhadap diri Liem Tou.
"Liem Tou, ibuku boleh dikata menghormati kamu orang
dengan amat ramah selama sepuluh hari ini agar kamu orang
bisa sadar dari kesalahan. Bagaimana sudah berpikir matang
?" "Hmmm . . hmmm.. !" Liem Tou tertawa dingin tak hentihentinya.
"Walaupun kamu orang bilang baik atau buruk aku Liem
Tou tidak akan menggubris kamu orang lagi, aku mau lihat
bisa berbuat apa terhadap diriku ?"
"Sejak dulu aku sudah tahu kamu harus merasakan siksaan
dulu barulah tahu rasa," seru Ciang Beng Hu dengan
gusarnya. Segera dia menoleh kebelakang sambil teriaknya.
"Hey pengawal kemari."
Segera terlihatlah empat lima orang lelaki dengan cepat
berjalan mendekati jeriji kayu itu dari belakang tubuh Ciang
Beng Hu, agaknya mereka mau menangkap Liem Tou lagi.
Dalam hati Liem Tou sudah tahu kalau kepandaiannya saat
ini sudah tidak seperti waktu yang lalu, dia percaya ketiga
empat orang ini bukanlah tandingannya jika dia mau
memberontak hanya beberapa orang ini tidak mungkin bisa
menangkan dia. Persoalan yang membingungkun dia adalah
apakah saat ini dia punya pegangan yang kuat untuk
menerobos keluar dari goa untuk melarikan diri?" Karenanya
dia membiarkan orang orang itu menangkap dirinya tanpa
memberikan sedikit perlawanan pun.
Siapa tahu setelah orang-orang itu berhasil menangkap
dirinya kemudian menekan badannya keatas tanah dan
diikatnya dengan tali kuat ujar Ciang Beng Hu lagi.
"Pukul badannya sampai hancur!"
Orang itu segera menyahut, dari pinggangnya
mengeluarkan sebuah cambuk berwarna hitam.
Liem Tou yang melihat diatas cambuk itu penuh dengan
duri yang tajam dalam hati merasa aangat terkejut sekali.
Didalam keadaan tidak sadar dia sudah mengerahkan tenaga
murninya, tangan serta kakinya sedikit disusutkan, tali-tali
yang mengikat tubuhnya itu segera terputus sama sekali,
dengan cepat dia meloncat bangun melancarkan serangan
dahsyat, angin pukulan menyambar segulung demi segulung
membuat orang orang yang berada didalam goa penjara itu
segera terpental dan jatuh terlentang diatas tanah.
Bersama pula bentaknya keras.
"Hmmm..siapa yang berani bergerak aku segera minta
nyawanya" Sambil berkata dia berdiri bertolak pinggang
disana, sepasang matanya melotot keluar dengan bulatnya.
XXX Ketika Ciang Beng Hu yang berada diluar pagar kayu yang
melihat keadaan yang demikian gagahnya dari Liem Tou,
dalam hati diam-diam sedikit merasa terperanjat, dia tahu
sekalipun dirinya sendiri masuk kedalam belum tentu bisa
menguasai dirinya. Sedang dia merasa serba salah terlihat
Song Beng Lan berjalan mendatang sambil ujarnya.
"Oooh kiranya kuncu berada disini, Ong Bo sedang mencari
kamu orang." "Kedatanganmu sangat tepat sekali, mari kita masuk
kedalam menguasai bangsat cilik itu terlebih dahulu."
Sambil berkata dia menarik Song Beng Lan masuk kedalam
pagar kayu dan berdiri dikedua samping yang berlawanan,
ujarrya. "Hey Liem Tou, ini hari mari kita bertempur dikandang
binatang, aku mau lihat seberapa kelihayanmu."
o000o0000o00000 7 Begitu Ciang Beng Hu masuk kedalam pagar kayu itu,
lelaki-lelaki kasar yang dipukul rubuh Liem Tou tadi dengan
cepat merangkak bangun untuk mengepung kembali.
Liem Tou begitu melihat sekelilingnya sudah dikepung
rapat-rapat oleh pihak musuh bahkan kedua orang jago
berkepandaian tinggi satu berada didepan yang lain
dibelakang mengepung dirinya mombuat hatinya merasa
sedikit jeri juga. Bagaimana juga pengalamannya didalam menghadapi
musuh masih terlalu cetek sehingga sebelum turun tangan
keadaannya sudah amat bingung dan gugup, teringat akan
kekejaman, keganasan serta penghinaan yang dilontarkan
Ciang Beng Hu kepadanya tidak terasa hawa amarahnya
memuncak, bentaknya dengan keras.
"Pelacur bau, terima seranganku ini."
Mendadak ...hawa murninya dipusatkan pada telapak
tangannya kemudian dengan hebat dibabat kearah dada Ciang
Beng Hu, dengan cepat bahu Ciang Beng Hu sedikit miring
kesamping Liem Tou hanya merasakan secara tiba-tiba
belakang punggungnya ada segulung angin yang santer
membokong tubuhnya, pinggangnya dengan cepat ditekuk
kedepan gerakannya berubah dengan jurus serangan yang
lain telapak kirinya menyerang ketubuh Ciang Beng Hu.
Ciang Beng Hu melihat Liem Tou hanya khusus menyerang
dirinya saja membuat hawa amarahnya berkobar kobar, air
mukanya berubah sangat hebat kuda-kudanya diperkuat tanpa
menghindarkan diri lagi sepasang telapaknya didorong
kedepan secara berbareng.
"Bluuk . . . " Dengan keras lawan keras dia menerima
datangnya serangan Liem Tou itu.
Ciang Beng Hu merupakan Putri kedua dari Au HAy, sejak
kecil dia sudah dimanja oleh orang tuanya, kepandaian silat
yang diterima dari partai Kiem Tian Pay sekalipun belum
berhasil dilatih hingga mencapai kesempurnaan tetapi boleh
lihay juga. Kalau tidak bagaimana didalam pengadilan kota Tiong Leng
bisa menahan serangan dan Kioe Long Wan Kauw yang sudah
lama punya nama besar didalam dunia kangouw"
Sabaliknya kapandaian silat Liem Tou sekalipun baik,
tenaga murninya bagaimanapun juga masih merupakan hasil
latihannya selama sepuluh hari ini saja, sekalipun boleh
dibilang tenaga murninya boleh juga tetapi didalam keras
lawan keras ini dengan sangat jelas sekali boleh diketahui
siapa yang lemah siapa yang kuat.
Begitu sepasang telapak tangan Ciang Beng Hu dilancarkan
berbareng Liem Tou segera merasakan segulung hawa
pukulan yang sangat keras sekali dan berat menekan
tubuhnya dengan sangat dahsyat, tidak tertahan lagi tubuhnya
bergoyang mundur kebelakang dengan cepat, sebaliknya
Ciang Beng Hu masih tetap saja berada ditempat semula.
Baru Liem Tou terdorong dua langkah kebelakang
mendadak jalan darah "Ie Sun Hiat" pada punggungnya serta
jalan darah "Cing-Ju Hiat" pada pinggangnya terasa menjadi
kaku, tidak kuasa lagi badannya rubuh keatas tanah dengan
sangat keras, mulutnya terbuka lebar lebar lidahnya menjulur
keluar tidak sanggup untuk bangun kembali.
Terdengar Song Beng Lan sambil tertawa dingin ujarnya.
"Hmmm . .. aku mau lihat kamu orang bisa galak seperti
apa lagi" Ciang Beng Hu pun dengan girang berteriak.
"Ha ha ha , . aku sudah salah duga dirimu pada waktu yang
lalu, kiranya kamu orang hanya macan-macanan dari kertas
hanya bisa mengejutkan kamu orang saja."
Sehabis berkata dia lalu merebut cambuk hitam dari orang
itu, tanpa mengucapkan sepatah kata lagi dengan sekeras
kerasnya dia menghajar seluruh tubuh Liem Tou dengan
menggunakan cambuk berduri tersebut.
Saat ini kedua jalan darah penting pada tubuh Liem Tou
sudah tertotok sehingga untuk bersuara tidak bisa bergerak
pun tidak murgkin terpaksa sambil menggigit kencang bibirnya
menahan siksaan dan perasaan sakitnya.
Beberapa saat kemudian seluruh tubuh Liem Tou sudah
basah kuyup oleh darah segar yang mengucur keluar dengan
derasnya terkena cambuk yang berduri tajam itu, sakitnya luar
biasa hingga meresap di dalam tulang sumsumnya, saat ini dia
sudah membenci Ciang Beng Hu sehingga meresap dalam
hatinya, dia pingin menelan bulat-bulat tubuhnya semakin dia
memukul lebih keras sepasang matanya yang merah darah
dipentangkan semakin lebar lagi dalam hati diam-diam
sumpahnya. "Dalam sepuluh hari ini aku Liem Tou tentu akan membalas
dendam sakit hati ini."
Tapi Ciang Beng Hu tetap memukul tanpa berhenti
sebentarpun juga, akhirnya Liem Tou tidak dapat menahan
perasaan sakit yang luar biasa ini tidak tertahan lagi dia jatuh
tidak sadarkan diri. Sekali pun dia sudah jatuh pingsan tetapi sepasang
matanya masih tetap melotot betul betul dengan besarnya.
Menanti dia sadar kembali dari pingsannya, orang itu sejak
semula sudah meninggalkan tempat itu, dengan perlahan dia
mulai mencoba menggerakkan tubuhnya dia tahu jalan
darahnya sudah dibebaskan hanya saja kulit serta tubuhnya
penuh dengan luka yang merekah lebar, sedikit bergerak saja
terasa begitu sakitnya hingga sukar ditahan.
Mendadak dalam ingatannya terbayang kembali tali
pengikat pinggang dari Hek Loo Toa itu dengan cepat dia
lepaskan tali itu dari pinggangnya sendiri tanpa parduli apaapa
lagi, dengan cepat digigitnya satu utas.
Semula didalam anggapannya tentu sukar sekali dalam
menelan tali itu, siapa tahu begitu masuk kedalam mulutnya
terasa sangat mujarab sekali tidak terasa lagi diam-diam dia
sudah menghabiskan satu kerat.


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jangan dikira tali itu tidak berguna, kiranya benda itu
merupakan barang berharga yang sangat mujarab sekali,
begitu dia menelan tali itu didalam sekejap saja seluruh bekas
pukulan cambuk berduri itu tidak terasa sakit lagi, sekalipun
bekas lukanya belum tertutup sama sekali.
Mana dia tahu kalau tali yang kelihatannya sangat
sederhana itu sudah membuang waktu serta tenaga yang
besar dari Hek Loo toa untuk membuatnya, disamping beratus
ratus macam tumbuhan obat yang sukar dicari didalamnya
juga mengandung obat kuat serta jien som yang berusia
ribuan tahun. Kalau tidak penderitaan dari Hek Loo toa
didalam penjara yang gelap itu dimana setiap hari menerima
cambukkan yang kejam, jangan dikata tiga tahun sekalipun
tiga hari saja dia tidak mungkin bisa bertahan.
Luka cambukan yang diderita Liem Tou sudah tidak sakit
lagi teringat kembali kekejaman dari Ciang Beng Hu membuat
Liem Tou tidak mau melepaskan sedetik waktupun dengan
sia-sia setiap detik, setiap waktu dia duduk bersemedi melatih
ilmunya, jika ada orang yang menengok kedalam penjara itu
segera dia pura-pura rebahkan diri diatas tanah seperti orang
yang sakit parah, merintih kesakitan tidak henti-hentinya.
Dengan tidak henti-hentinya Liem Tou melatih tenaga
dalamnya ditambah dengan obat dari Hek Loo toa yang sangat
mujarab lama kelamaan pendengaran telinganya secara
mendadak menjadi sangat tajam dengan sendirinya
ditengah gua penjara yang sangat gelap sekali bukan saja
dapat melihat benda yang ada disana dengan amat jelas sekali
bahkan seperti di siang bari saja. Bahkan suara terjunan air
diluar gua bisa didengarnya sangat jelas sekali.
Sampai waktu itu asalkan ada orang yang mau masuk gua
memeriksa keadaannya sejak mereka masuk kemulut gua dia
sudah tahu terlebih dahulu, karenanya beberapa kali Ciang
Beng Hu menjenguk dirinya setiap kali dia rebah terlentang
ditanah pura-pura sakit parah.
Tidak terasa sepuluh hari lewat lagi, hari itu sewaktu Liem
Tou duduk barsemedi melatih tenaga dalamnya mendadak
terasa olehnya hawa panas yang menerjang naik didalam
tubuhnya secara tiba-tiba lenyap tanpa bekas, dalam hati
terasa dibuat tertegun. Dengan cepat dia menarik kemudian menyerahkan seluruh
tenaga murninya yang berada didalam tubuhnya, siapa tahu
tubuhnya yang sedang duduk bersila diatas tanah itu secara
mendadak melayang meninggalkan permukaan tanah.
Perasaan terkejut kali ini benar-benar membuat Liem Tou
hampir jatuh pingsan, dengan cepat pikirannya berputar
memikirkkan akan hal ini tetapi walaupun sudah berputar
beberapa lama tetap tidak paham apa yang sudah terjadi.
Tetapi semakin lama dia merasa penglihatannya semakin
tajam, keadaan gua itu jauh lebih terang lagi seperti disiang
hari bolong, ketika dilihatnya atap gua itu tidak lebih hanya
beberapa kaki tingginya dari permukaan tanah suatu pikiran
aneh mancul didalam benaknya.
Dengan cepat tubuhnya sedikit menutul permukaan tanah
badannya dengan sangat ringan sudah mencapai atap gua itu,
hatinya merasa sangat girang sekali, baru saja tubuhnya
mencapai permukaan tanah telapak
tangannya dengan sangat dahsyat menghajar kayu itu.
Didalam anggapannya dia hanya ingin mencoba-coba
kekuatan telapak tangannya sudah mencapai tingkat yang
bagaimana siapa tahu pukulannya ini jauh berada diluar
dugaannya. "Bluuk - - -" pagar kayu sebesar mangkok itu secara
mendadak terpukul patah menjadi tiga empat bagian.
Saking girang dengan hasil yang dicapainya ini sekali lagi
Liem Tou melancarkan serangan dahsyat dengan
mengguaakan tangan kirinya suatu suara yang sangat nyaring
berkumandang kembali pagar kayu itu sekali lagi terputus
menjadi beberapa bagian. Melihat hal ini dia meloncat-loncat saking girangnya
sepasang telapaknya berbareng melancarkan serangan
bersama-sama . . Blummm . . . seluruh pagar yang tersiap
terpukul hingga melayang keempat penjuru.
Saat ini kegembiraannya sudah memuncak tanpa perduli
apa-apa dia meninggalkan gua itu.
Padahal beberapa hari sebelumnya dia sudah sanggup
meninggalkan goa itu, hanya saja sewaktu melatih ilmunya
tadi dia baru merasakan akan hal ini. Padahal dengan ketiga
urat nadi terpentingnya yang sudah ditembus ditambah
dengan latihannya siang malam secara giat selama beberapa
hari ini mungkin hanya untuk memberikan suatu tenaga murni
untuk melindungi badannya sudah jauh lebih cukup.
Gerakkannya menerjang keluar gua itu sudah mengejutkan
orang-orang yang menjaga goa tersebut dengan cepat
terlihatlah beberapa orang dengan cepat berlari masuk gua
untuk melihat apa yaag sudah terjadi tidak menanti mereka
berlari mendekat dari tempat jauh dia sudah melancarkan satu
serangan kilat, gua itu sangat kacil sekali ditambah datangnya
serangan sangat dahsyat membuat orang-orang itu tidak bisa
bertahan lagi, berturut turut terdengar suara dengusan berat
orang-orang itu rubuh keatas tanpa bisa bangkit kembali.
Tanpa ambil perduli lagi dia melewati orang orang itu berjalan
keluar dari gua itu, ketika kepalanya memandang keangkasa
terlihatiah bulan dan bintang bertebaran dilangit, saat itu
sedang di tengah malam yang buta, kiranya dia yang tertawan
didalam gua yang gelap gulita sadar untuk menentukan saat
itu siang atau malam karenanya dia tak tahu kalau saat dia
keluar gua ini adalah ditengah malam buta.
Satu satunya keinginan pada saat ini adalah mencari Ciang
Beng Hu untuk balas dendam dengan mengikuti jalanan kecil
disamping air terjun itu dia memasuki gua yang amat besar
dibalik tempat itu, tapi disana tak terlihat sesosok bayangan
manusiapun, tak terasa dia jadi sangat heran pikirnya.
"Apa mereka tidak bertempat tinggal disini?"
Dengan cepat dia mengundurkan diri dari tempat itu dan
berdiri disamping air terjun tersebut, lama sekali dia herpikir
keras tapi belum dapat bayangan juga pergi kekanan untuk
mencari Ciang Beng Hu itu mendadak suatu pikiran bagus
berpikir dalam benaknya, dengan cepat dia putar tubuhnya
memeriksa sekeliling tempat itu, tak salah lagi dibawah
gunung disamping selokan yang mengalir itu terlihatlah titik
sinar yang sangat samar-samar hatinya menjadi bergerak
pikirnya. "Ditengab gunung yang demikian sunyi dan liar bagaimana
ada orang yang berdiam disana?"
Berpikir sampai disini dengan cepat tubuhnya bergerak
menuruni bukit itu, tapi ditengah gunung yang terjal ditambah
dengan batu batu cadas yang tajam mana ada jalan baik
untuk dilalui " Terpaksa dengan sangat berhati hati dia
merambat turun dengan pegangan dinding tebing yang curam
saat itulah mendadak sebuah batu cadas yang dipegang
olehnya jatuh menggelinding kebawah, agaknya badannya
akan ikut terjatuh kedalam jurang, saat yang sangat kritis
itulah mendadak kakinya menutul batu itu dengan cepat
tubuhnya melayang keatas sebuah batu cadas yang menonjol
keluar, saking terkejutnya keringat dingin sudah mulai
mengucur keluar. Ketika dia menoleh kebelakang terlihatlah batu dimana dia
berdiri tadi ada dua tiga kaki jauhnya dari tempat sekarang ini
puluhan dirinya tidak mengerahkan tenaga yang sangat besar
saat itulah dia baru tahu tenaga dalam yang dilatihnya selama
ini sudah mendapatkan kemajuan yang sangat pesat sehingga
tanpa dia sadari tubuhnya bertambah ringan lagi.
Didalam keringanan itu dia tak berpikir panjang lagi dengan
cepat dikerahkannya lagi, ilmu meringankan tubuhnya berlari
menuruni tebing itu dengan lincahnya, sekarang dihadapannya
sudah muncul sebuah bangunan besar yang sangat megah
sekali pikirnya dalam hati.
"Ciang Beng Hu itu pasti berdiam dirumah ini."
Dengan cepat dia berlari kesamping tembok pagar, dengan
satu kali loncatan tubuhnya sudah melayang keatas atap
bangunan itu. Tubuhnya begitu ringan sehingga gerakannya
ini tidak menimbulkan suara sedikitpun juga.
Sesudah melewati dua buah bangunan dari tempat
kejauhan terlihatlah sinar lampu yang dilihatnya itu berasal
dari bangunan sebelah selatan, dengan tidak berpikir panjang
lagi tubuhnya melayang kearah sana.
Dari luar jendela terlihatlah keadaan dalam ruangan itu
dengan sangat jelas, kiranya orang-orang dengan dandanan
yang berbeda yang ditemuinya waktu yang lalu kini sedang
duduk berkumpul disana dan bermain judi dengan ramainya.
Melihat orang-orang itu mendadak dalam ingatan Liem Tou
berkelebat suatu bayangan bagus pikirnya.
"Ehmm . aku harus menggunakan orang-orang ini baru bisa
memancing keluar Ciang Beng Hu pengemis terkutuk itu."
Matanya dengan cepat berkelebat memeriksa keadaan
disekeliling itu sesudah didapatkan satu tempat
persembunyian yang sangat bagus barulah diangkatnya
sebuah batu besar itu ke arah orang-orang yang sedang
berkumpul bentaknya dengan sangat keras.
"Cepat suruh Kuncu terkutuk kalian keluar".
Sambil berkata tubuhnya dengan cepat melayang
bersembunyi pada tempat persembunyian yang sudah
dicarinya terlebih dahulu.
Terdengar dua kali jeritan yang sangat mengerikan, dua
orang diantara orang yang sedang berjudi itu seketika itu juga
binasa dengan kepala yang pecah hancur berantakan terkena
sambitan batu besar dari Liem Tou yang dilakukan tanpa
mereka sadari, suasana menjadi kacau balau.
Dengan tergesa-gesa mereka pada lari keluar ruangan dan
meloncat naik keatas atap rumah.
Pada saat yang bertepatan juga dari ruang sebelah
berkelebat keluar dua sosok bayangan manusia yang
melayang datang, tanyanya.
"Saudara saudara sekalian, telah terjadi urusan apa?"
Liem Tou yang bersembunyi dibelakang gunung-gunungan
ditengah taman bagitu mendengar suara itu darah panasnya
segera bergolak, orang itu tidak lain adalah Ciang Beng Hu
yang paling dia benci itu, kemudian telah terdengar suara
suara yang ribut dari orang itu sedang menceriterakan
keadaan yang sebenarnya, terdengar suara dari Au Hay Ong
Bo sedang berkata. "Kalau memang begitu, tentu orang itu belum
meninggalkan tempat ini..bangsat dari mana yang bernyali
besar berani lari kesini mengacau ?"
"Ibu" ujar Ciang Beng Hu pula yang berdiri disampingnya,
"Apa mangkin kawan-kawan dari Bu Lim sudah dapat berita
kalau Liem Tou berhasil kita tawan kemari sehingga datang
mengacau ?"" Mendengar perkataan itu didalam hati diam-diam Liem Tou
tuerasa sangat geli sekaii.
Liem Tou yang bersembunyi ditempat kegelapan mendadak
sangat terkejut, kiranya saat itu terlihatlah seorang dengan
langkah yang mantap berjalan mendekati tempat
persembunyiannya, segera pikirnya dengan cepat.
"Aduh..dia datang kesini, agaknya tempat ini tidak mungkin
bisa aku gunakan lag!, jika mereka tahu aku bersembunyi
disini dengan jumlah yang banyak aku tidak akan bisa lobos
dari kepungan mereka, lebih baik kini juga aku mengundurkan
diri kemudian baru cari kesempatan mencari balas."
Berpikir sampai disini dengan tidak perduli disana banyak
orang atau tidak, mendadak tubuhnya meloncat keluar dari
tembok pagar kemudian lari dengan cepatnya keluar dari
bangunan itu mendekati sebuah sungai yang amat deras.
Begitu dia munculkan diri, jejaknya segera diketahui orangorang
itu terdengar suara teriakan yang sangat ramai.
"Bangsat itu melarikan diri keluar perkampungan, cepat
kejar." Liem Tou yang berlari hingga tepi sungai hatinya menjadi
mantap, sambil putar tubuhnya ia membentak dengan keras.
"Hey Ciang Beng Hu, kamu kemari."
Orang-orang itu ketika melihat orang tersebut tidak lain
adalah Liem Tou yang dipenjarakan didalam gua yang gelap
tak terasa dibuat tertegun dibuatnya, Au Hay Ong Bo serta
Ciang Beng Hu pada saat itu juga tepat sedang tiba disana,
begitu melihat orang itu Liem Tou pada air mukanya jelas
memperlihatkan perasaan herannya.
Teriak Liem Tou lagi dengan keras
"Ciang Bang Hu, aku Liem Tou sudah merasakan
penderitaaa dan siksaan yang kejam dari kamu manusia tidak
tahu malu sekarang kamu berani tidak menerima satu kali
pukulanku ?" Mendengar tantangan itu Ciang Beng Hu tertawa cekikikan
kegelian, sahutnya sambil tertawa.
"Liem Tou, kepandaian cakar ayammu itu aku sudah
merasakan kehebatannya, kini walau pun aku mengikat salah
satu tanganku kiranya kamu orang juga tidak akan bisa lolos
dari cengkeramanku."
Sehabis berkata tangannya yang sebelah ditekuk
kebelakang kemudian dengan langkah perlahan berjalan
mendekati kearah Liem Tou.
Melihat sikapnya yang pandang rendah pihak musuh Au
Hay Ong Bo segera berteriak memberi peringatan.
"Hu jie kamu harus sedikit berhati-hati jangan terlalu
gegabah sehingga terkena pukulan mematikannya."
"Ibu kamu orang tua harap berlega hati" sahut Ciang Beng
Hu sambil berjalan sembari menjawab. "Dia tidak lebih hanya
sebuah macan kertas saja, kelihatannya memang galak
padahal sedikitpun tidak berguna"
Melihat Ciang Bang Hu itu begitu tidak melihat sebelah
matapun kepada Liem Tou dia merasa sangat girang, pikirnya.
"Hmmm..kebetulan sekali, kini mau kuperlihatkan suatu
pemandangan indah kepadamu."
Diam-diam tenaga dalamnya segera disalurkan kedalam
telapak tangannya sedangkan pada air mukanya sengaja
memperlihatkan perasaannya yang sangat tegang, teriaknya
lagi dengan keras. "Ciang Beng Hu, kau berdiri saja disana jangan bergerak,
kalau kamu berani maju mendekati lagi jangan salahkan aku
segera turun tangan membinasakan kamu orang"
Bersamaan pula tubuhnya dengan perlahan-lahan mulai


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergeser mundur kebelakang.
Melihat sikapnya yang ketakutsn itu tak terasa lagi Ciang
Beng Hu tertawa keras, ujarnya.
"Liem Tou kamu orang jangan takut sebelum
memberitahukan tempat penyimpanan kitab To Kong Pit Liok
itu aku takkan membiarkan kau binasa dengan cepat."
Sambil berkata tubuhnya setindak demi setindak maju
mendesak mendekati tubuh Liem Tou.
Sekali lagi Liem Tou mundur dua langkah ke belakang
sehingga sekarang badannya sudah sangat dekat dengan
sungai itu, saat itulah baru dia membentak dengan sangat
keras. "Hmmm - - - hmmm " - jika kamu berani maju satu
langkah lagi, aku segera akan turun tangan"
"Kamu turun tanganlah," ujar Ciang Beng Hu sambil
tertawa, "Aku akan menyambut semua seranganmu itu."
Dalam hati Liem Tou tahu siasatnya sudah termakan oleh
pihak lawannya, kini melihat jarak Ciang Beng Hu dengan
dirinya tidak lebih hanya terpaut tiga lima tindak saja
mendadak telapak kirinya diangkat bentaknya.
"Terima seranganku ini"
Dengan cepat Ciang Beng Hu mengangkat telapaknya
menutup seluruh tubuhnya siapa tahu serangan dari Liem Tou
ini tidak lebih hanya gertakan kosong saja, mendadak
tangannya ditarik kembali sedang telapak kanannya secara
mendadak melancarkan satu serangan dahsyat.
Dengan cepat Ciang Beng Hu menghindarkan diri ke
samping, tetapi jurus serangan Liem Tou ini entah didapatkan
dari mana sedikit tenaga pukulan tidak tampak.
Segera terdengarlah suara tertawa ejekan serta makian
dari orang orang disekitar tempat itu.
"Bangsat cilik ini sungguh tidak tahu kekuatan sendiri,
dengan kebodohan seperti ini masih berani bergebrak lawan
Kuncu kita . , ha ha ha ha . ."
Pada saat itulah mendadak Liem Tou miringkan badan
kesamping, seluruh tenaga dalamnya disalurkan pada
sepasang telapak tangannya kemudian didorongnya segera
bersama-sama kedepan, bentaknya.
"Ciang Beng Hu jangan keliwat kegirangan dulu, terimalah
serangan mautku ini"
Ciang Beng Hu tetap dengan menggunakan tangan
tunggalnya menerima serangan tersebut, sahutnya sambil
tertawa ewa. "Tidak lebih sama juga."
Perkataannya belum selesai diucapkan mendadak air
mukanya berubah sangat hebat, teriaknya.
"Celaka." Perkataannya baru saja keluar dari mulutnya segulung
angin serangan yang sangat dahsyat sudah menggulung
datang bagaikan menggulungnya ombak besar ditengah
samudra. 'Bluuk..bluuuk.." Terdengar suara dengusan yang sangat berat tubuh Ciang
Beng Hu seketika itu juga terpental sejauh tiga kaki lebih dan
roboh keatas tanah dengan sangat kerasnya dari mulutnya
kelihatan darah segar menyembur keluar dengan derasnya
disertai dengan jeritan melengking yang sangat mengerikan.
"Liem Tou.. . . kau . ."
Suaranya mendadak terputus dan suasana jadi hening
sejenak. Au Hay Ong Bo sekalian dengan cepat menyerbu kedepan
mengurung tubuh Liem Tou rapat-rapat, tetapi saat itu juga
Liem Tou sudah menyeburkan badannya kedalam sungai,
terlihat percikan air memancar keempat penjuru bayangan
tubuh Liem Tou sudah lenyap ditelan oleh aliran air sungai
yang sangat deras itu. Kota Li Cian Ko dibawah gunung Cin Jan hari ini mendadak
kedatangan berbagai jago-jago berkepandaian tinggi dari
dunia kangouw pada umumnya, semua jago jago itu secara
serentak bersama-sama menginap dirumah penginapan di
dalam kota tersebut sehingga suasana menjadi sangat ramai
sekali. Kiranya mereka adalah jago-jago yang mendapat undangan
dari si Ang in sin pian Pouw Sak San untuk menghadiri
pembukaan serta peresmian dibukanya Ang In Piauw kiok
diatas gunung Ha Mo San. Hari itu diperkampungan Ie Hee Cung diatas gunung Ha Mo
Leng suasana pun tidak kalah ramai serta repotnya ruangan
Cie Eng Toug sudah dihiasi dengan alat-alat perlengkapan
yang sangat mewah khusus diperuntukkan perjamuan yang
diadakan untuk para jago-jago dari dunia kangouw itu.
Malam itu Si Ang In Sin pian Pouw Sak San akan membuka
perjamuan itu dengan segala kemegahan serta
kemewahannya karena suasana sangat kacau dan ribut,
siapapun tidak memperhatikan gerakan-gerakan yang terdapat
disekeliling tampat itu. Mendadak dibelakang perkampungan Ie Hee Cung itu
terlihat sesosok bayangan manusia dengan gerakan yang
mencurigakan dan bersembunyi-sembunyi menyelinap
kedalam perkampungan itu.
Kiranya orang itu adalah Liem Tou yang baru saja
meloloskan diri dari ceragkeraman raja Au Hay dari partai
Kiem Tian Pay, siang malam dia melakukan perjalanan dari
daerah Chuan Tien melalui Ngo Lian Hong terus menuju
kearah gunung Cing Jan hingga mencapai bawah gunung Ha
Mo Leng, kemudian dengan tidak pikir-pikir panjang lagi,
dengan melalui jalan rahasia ditengah sungai itu dia terus lari
menaiki puncak gunung. Ketika dia tiba dimulut gua hari masih terlalu pagi
karenanya dia tidak berani munculkan dirinya, dia takut
ditemui orang lain sehingga niatnya untuk menemui Ie cici
menjadi gagal total, karenanya menanti cuaca sudah menjadi
gelap dengan merindip-rindip mulai melakukan perjalanan
menuju kernmah Lie Siauw Ie.
Jalanan didalam perkampungan Ie Hee Cung boleh dikata
sudah sangat hapal sekali, beberapa saat kemudian dia sudah
tiba didepan pintu rumah Lie Siauw Ie, dia menemukan
tempat itu masih terang benderang oleh sinar lampu dengan
perlahan dia mulai mendekati rumah itu dan mengintip
kedalam melalui celah-celah jendela, terlihatlah waktu itu Lie
Siauw Ie sedang duduk sendirian didalam rumah wajahnya
penuh dengan bekas-bekas air mata.
Dengan perlahan-lahan Liem Tou mengetuk pintu
rumahnya baru saja mau berteriak memanggil mendadak
terlihatlah Lie Siauw Ie dengan sangat terkejut meloncat
bangun, sepasang matanya dengan melotot bulat bulat
memandang tajam luar jendela, teriaknya kemudian.
"Ibu . - - setan itu datang lagi, setan itu datang lagi."
Melihat sikapnya yang begitu, dalam hati Liem Tou betulbetul
merasa sedih, ujarnya dengan perlahan.
"Ie cici aku bukan setan aku Liem Tou aku adalah adik Tou
mu - - - Tou titimu."
Mendengar perkataan itu agaknya Lie Siauw Ie menjadi
melengak, tapi segera tertawa kalap lagi, ujarnya.
"Ha ha ha ha , . ibu, kau sudah dengar belum, setan itu
bilang dia adalah Tou titi, Tou titi sudah binasa sangat lama
sekali." Mendadak . . air mukanya berubah sangat hebat, dengan
wajah yang sangat menyeramkan bentaknya keras.
"Pouw Siauw Ling, aku mau adu jiwa sama kamu orang."
Sehabis membentak tangannya diayunkan kedepan
beberapa sinar keperak-perakan berkelebat menyilaukan mata
berpuluh batang jarum Kioe Cu Gin Ciam sudah disambit
keluar sehingga menancap pada jendela itu.
Dalam hati Liem Tou betul-betul merasa sangat sedih
seperti diiris-iris baru saja mau berteriak memanggil namanya,
mendadak Lie Siauw Ie menyambar bangku didepannya
kemudian dilemparkan keluar jendela dengan kerasnya.
"Bruuk . . ." Suara yang sangat nyaring segera
memecahkan kesunyian, terlihatiah ibu dari Lie Siauw Ie
dengan tergesa-gesa masuk kedalam kamarnya sambil
ujarnya kepada Lie Siauw Ie.
"Siauw Ie ada apa" Dia datang lagi?"
Lie Siauw Ie memandangi ibunya sejenak kemudian
mengangguk. Melihat gerak-gerik dari Ibu beranak itu Liem Tou menjadi
bingung dibuatnya, dalam hati diam-diam pikirnya.
"Haaa bagaimana sebetulnya" Kenapa didalam sekejap saja
Ie cici sudah sadar kembali?""
Baru saja pikirannya berputar mendadak dari samping
tembok diujung tempat itu secara samar-samar muncul
sesosok bayangan manusia yang dengan langkah perlahan
berjalan mendekat, saat ini dia bisa melihat benda ditempat
gelap seperti melihat pada siang hari saja karenanya begitu
memandang segera mengetahui kalau orang itu tidak lain
adalah Pouw Siauw Ling, hatinya menjadi sangat terkejut
sekali, tanpa berpikir panjang lagi tubuhnya menyusup
kesamping hendak menyembunyikan diri.
Begitu dia bergerak Pouw Siauw Ling segera sadar,
mendadak dengan suara yang keren bentaknya.
"Siapa yang sedang mengintip rumahnya Ie moay moay?"
Sebetulnya Liem Tou hanya ingin bertemu dengan Ie
cicinya saja, tetapi kini jejaknya sudah diketahui oleh Pouw
Siauw Ling mau tak mau terpaksa berhenti juga, pikirannya
dengan cepat berputar pikirnya.
"Kini dia sudah mangejar datang, kenapa aku tidak
permainkan dirinya terlebih dulu?"
Berpikir sampai disini tubuhnya dengan cepat meloncat
keatas kemudian melayang kearah belakang kampung melihat
hal ini Pouw Siauw Ling tidak mau melepaskan dengan begitu
saja dengan cepat menyusul dari belakangnya.
Liem Tou segera mengerahkan tenaga murninya, dengan
menutul tanah tubuhnya melayang pergi, makin lama Pouw
Siauw Ling semakin ketinggalan sehingga akhirnya sampailah
mereka didalam hutan dibelakang perkampungan itu.
Liem Tou pun semakin lari semakin bertambah perlahan
Pouw Siauw Ling sudah sangat dekat dengan dirinya
mendadak dia putar tubuhnya dan berdiri tidak bergerak
disana. Didalam sekejap saja Pouw Siauw Ling sudah tiba disana,
bentaknya dengan keras. "Manusia pengecut dari mana berani mengacau ditempat
ini, cepat sebut namamu untuk terima kematian."
Liem Tou tetap tidak bergerak dari tempat semula,
mendadak sepasang matanya melotot keluar dengan bulatnya.
Phuuu ... . segulung angin yang sangat dingin segera
disemburkan kearah Pouw Siauw Ling yang semakin
mendekati kearahnya itu, sengaja dengan nada yang
menyeramkan ujarnya. "Pouw Siauw Ling, ini hari aku sengaja datang hendak
mencabut nyawamu kau coba lihat siapa aku ini?"
Sesudah mendengar perkataan itu barulah Pouw Siauw
Ling memperhatikan kearah Liem Tou dengan cermat,
mendadak teriaknya setengah kalap.
"Ada setan. Ada setan."
Dengan cepat dia putar tubuh dan lari meninggalkan
tempat itu dengan terbirit-birit. Liem Tou tidak mau
melepaskan begitu saja dengan segera dia mengejar dari
belakang, ujarnya. "Pouw Siauw Ling kamu orang jangan pergi. Perbuatanmu
sungguh bagus sekali, ditengah sungai kamu orang membegal
barang kawalan orang kemudian bunuh orangnya . Hmmmm
orang-orang didunia tidak akan tahu tapi kami yang berada
diakhirnya tahu semua perbuatanmu dengan sejelas jelasnya."
Beberapa saat kemudian Liem Tou dapat melihat Pouw
Siauw Ling sambil terkencing kencing saking ketakutannya
sudah memasuki dalam perkampungan, makanya dia berhenti
mengejar ujarnya kemudian.
"Hmmm . , ma!am ini aku biarkan kamu orang melarikan
diri, besok pagi sesudah dibukanya perjamuan aku akan cari
kamu untuk hitung hutang-hutang kita yang lalu."
Sehabis berkata dia berkelebat kesamping dan
menyambunyikan diri ditengah hutan yang lebat dipingiran
perkampungan itu. Kita balik pada Pouw Siauw Ling yang melarikan diri
kembali kerumahnya, dengan air muka yang sudah berubah
pucat pasi dengan perlahan-lahan dia masuk kedalam
ruangan, tubuhnya gemetar sangat keras untuk setengah
harian lamanya tidak sepatah katapun yang sanggup
diucapkan keluar. Menanti sesudah dia menceritakan urusan ini dengan jelas
maka keesokan harinya urusan munculnya roh Liem Tou
dibelakang perkampungan sudah tersebar luas didalam
perkampungan itu, bahkan kata-kata itu menyebutkan juga
kemungkinan Liem Tou akan munculkan diri pula disiang hari
ini untuk menghadiri pertemuan yang akan diadakan itu.
Tetapi perkataannya ini siapa yang mau percaya" Sampai Si
Ang in sin pian Pouw Sak San yang melihat dengan mata
kepala sendiri parasaan takut yang tergambar pada air
mukanya tidak percaya juga, hanya saja secara mendadak dia
teringat akan perkataan dari Pouw Siauw Ling sewaktu
membagi-bagikan kartu undangan pada para jago itu,
tanyanya kemudian pada Pouw Siauw Ling.
"Ling jie, yang kamu temui kemarin adalah Liem Tou
sungguh-sungguh atau setan?"
"Setan, pasti setan."
"Menurut penglihatanku, jika betul betul kamu melihat dia
terang dia adalah manusia, di dalam dunia ini mana bisa ada
setan?" "Tapi Tia," Bantah Pouw Siauw Ling lagi dengan ngotot.
"Hal ini tidak mungkin bisa salah, bangsat cilik Liem Tou itu
kita melihat sendiri dengan mata kepala kita kalau dia sudah
mati bagaimaua bisa hidup kembali, bahkan .."
Mendadak Pouw Siauw Ling merendahkan nada ucapannya,
ujarnya lagi. "Tia, Peristiwa kita membegal barang-barang kawalan itu
dia ternyata tahu juga. Lingjie dengan telinga sendiri
mendengar perkataan itu dengan sangat jelas, coba kamu
pikir dia manusia atau setan.?"
Perkataan ini seketika itu juga membungkamkan si Ang in


Raja Silat Lahirnya Dedengkot Silat Karya Chin Hung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sin pian Pouw Sak San. Lama kemudian barulah sahutnya
sambil gelengkan kepalanya.
"Kalau begitu sangat aneh sekali."
Tapi rakyat didalam perkampungan Ie Hee Cung itu hanya
seorang saja yang percaya Liem Tou sudah munculkan dirinya,
orang itu tidak lain adalah Lie Siauw Ie sendiri.
Pagi pagi itu begitu dia dengar berita tentang bertemunya
Pouw Siauw Ling dengan roh halus Liem Tou semangatnya
tidak terasa berkobar kembali didalam dadanya, dengan cepat
dia lari menuju kearah luar perkampungan bahkan berteriakteriak
memanggil nama Liem Tou dengan tidak henti-hentinya.
Setelah dilihatnya tidak ada orang yang menguntit dirinya
dengan diam-diam dia memeriksa keadaan gua yang
tersembunyi itu, terlihatlah diatas permukaan tanah didalam
gua itu masih terlihat bekas-bekas air yang masih belum
mengering, dia semakin percaya kalau Liem Tou sudah
munculkan dirinya disana, teringat juga percakapan kemarin
malam diluar jendela, dengan jelas suara itu adalah suara dari
Liem Tou tapi dia sudah salah menduga kalau Pouw Siauw
Ling yang sudah munculkan dirinya kenapa waktu itu dia tidak
bisa membedakan suara-suara tersebut?"
Kiranya hari itu sesudah Liem Tou pura-pura mati naik ke
gunung dan bersembunyi didalam gua, malamnya secara
diam-diam Lie Siauw Ie menghantar makanan dan minuman
kepadanya tetapi begitu tiba disana tidak ditemui jejaknya
lagi, semalaman itu dia merasa
sangat cemas dan menangis hingga menjelang pagi hari.
Keesokan harinya dia kembali lagi kedalam gua itu, ketika
dilihatnya jejak kaki Liem Tou berjalan menuju kearah dalam
gua maka dia pergi cari Pouw Jien Coei, kemudian bersamasama
memasuki gua itu. Ditengah perjalanan mereka bertemu dengan ular aneh
berkepala dua itu dengan tenaga gabungan mereka berhasil
membasmi binatang tersebut dan akhirnya ditemui juga kalau
gua itu menghubungkan puncak dengan sungai, waktu itulah
Lie Siauw Ie baru tahu Liem Tou sudah pergi melewati tempat
itu sehingga hatinya menjadi sangat girang sekali.
Siapa tahu beberapa hari kemudian si Ang in sin pian Pouw
Sak San mendadak mendatangi ibunya kembali untuk
membicarakan perkawinannya, sedang Pouw Siauw Ling pun
setiap hari tentu pergi mengacau kerumahnya, didalam
keadaan gusar dan apa boleh buat terpaksa Lie Siauw Ie
mendatangi rumah Ang in sin pian Pouw Sak San dan memakimaki
disana dengan pinjam kesempatan ini pura- pura
menjadi gila dibuatnya. Pouw Siauw Ling sendiri walaupun melihat gerak geriknya
yang seperti orang gila padahal didalam hati dia sangat tidak
percaya, maka selalu menyelidiki kerumah Lie Siauw Ie secara
diam-diam. Walaupun begitu Lie Siauw Ie juga bukan seorang yang
tolol, sejak semula dia sudah mempersiapkan dirinya, karena
itulah sampai saat ini rahasianya tetap tidak sampai
terbongkar. Tetapi dengan sebab-sebab ini pula dia sudah membuang
suatu kesempatan yang sangat baik untuk bertemu dengan
Liem Tou. Kita balik pada Lie Siauw Ie yang menuju keluar
parkampungan mencari jejak Liem Tou, padahal saat itu Liem
Seruling Sakti 26 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemetik Harpa 32
^