Pencarian

Anak Rajawali 10

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 10


tangannya buat menyanggah pundak Ko Tie, sesesungguhnya
gurunya telah mempergunakan tenaga dalamnya buat menahan
pundak Ko Tie, tetapi sampai sekarang Ko Tie telah dapat berdiri
tegak kembali. 905 Itulah urusan yang benar-benar sangat mengagumkan. Rupanya
Ko Tie telah berhasil untuk menghadapi kekuatan tenaga dalam
gurunya gadis itu. Karena itu Giok Hoa diam-diam, di samping penasaran, diapun
merasa kagum sekali. Giok Hoa telah melangkah beberapa tindak menjauhi wanita baju
kuning itu. Gurunya juga tidak menahannya, dia hanya bilang
kepada Ko Tie. "Sesungguhnya apa maksud kedatanganmu ke mari" Apakah
memang sengaja ingin menemui kami"!" tanyanya.
Ko Tie menggeleng. "Maafkan Peh-bo..... sesungguhnya kedatangan Boanpwee ke
mari bukan untuk suatu maksud, Boanpwee, hanya kebetulan saja
singgah di Heng-san ini, karena ingin mencari suatu tempat untuk
dipergunakan Insu menyepi diri."
Mendengar perkataan Ko Tie seperti itu, wajah wanita berbaja
kuning itu berobah. 906 "Jadi..... jadi gurumu itu bermaksud memilih sebuah tempat yang
akan dipergunakan mengasingkan diri?" tanya wanita baju kuning
itu. Ko Tie mengangguk. "Ya..... malah mungkin Heng-san merupakan tempat yang cocok
dan sesuai dengan keinginan Insu....." kata Ko Tie kemudian.
"Telah banyak tempat yang Boanpwee datangi, tetapi belum juga
ada yang cocok buat Insu......!"
Wanita berbaju kuning itu mengangguk-angguk beberapa kali
tampaknya dia ragu-ragu. "Sesungguhnya pulau es tempat berdiam Swat Tocu Locianpwee
merupakan tempat yang sangat baik dan menyenangkan sekali.
Mengapa justeru Locianpwee itu hendak mencari tempat lain
sebagai tempat kediamannya?" tanyanya kemudian.
Ko Tie telah mengangkat bahunya sambil tersenyum, katanya:
"Boanpwee tidak begitu jelas..... tetapi menurut keterangan Insu,
bahwa beliau memang hendak berdiam di daratan Tiong-goan,
tidak di seberang lautan seperti sekarang.....!"
907 Wanita berbaju kuning itu mengangguk lagi beberapa kali,
kemudian ia bertanya: "Nah Hiante, sesungguhnya engkau
seorang murid yang terampil sekali dari Swat Locianpwe, karena
engkau memiliki kepandaian yang demikian tinggi, walaupun
usiamu masih begitu muda."
"Peh-bo terlalu memuji.....!" kata Ko Tie kemudian merendah.
"Sesungguhnya dalam hal ini berkat bantuan dan budi besar dari
Insu juga yang telah menyebabkan Boanpwe bisa memiliki
kepandaian seperti sekarang."
"Kalau begitu, sesungguhnya kedatangan Hiante ke tempat ini
tentunya ingin mencari tempat yang sesuai buat gurumu itu"!"
Ko Tie mengangguk. "Ya..... memang begitulah, tetapi sejauh itu Boanpwe masih belum
juga berhasil menemui tempat yang sesuai buat Insu..... dan jika
memang Peh-bo tidak keberatan, dapatkah Peh-bo menjelaskan
kepada Boanpwe, di manakah tempat yang sekiranya cocok buat
Insu di Heng-san ini....... Tentunya Peh-bo jauh lebih mengetahui
keadaan di sekitar tempat ini?"
Mendengar pertanyaan Ko Tie seperti itu, wanita berbaju kuning itu
telah berkata: "Tentu, tentu saja aku bersedia untuk menunjukkan
908 kepadamu tempat-tempat yang bagus di Heng-san ini. Tetapi
cocok atau tidaknya dengan keinginan gurumu itu, inilah yang tidak
berani aku mengatakannya."
Di waktu itulah Ko Tie teringat sesuatu, ia telah bertanya dengan
ragu: "Tadi..... tadi waktu Boanpwe main-main dengan adik itu....."
dan Ko Tie telah menunjuk Giok Hoa, yang telah terpisah cukup
jauh dari tempatnya berada. "Jika tidak salah, pedang itu yang
memiliki banyak kemiripan dengan ilmu pedang dari keluarga
Yo..... maksud Boanpwe adalah Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko.....!"
Wanita berbaju kuning itu mengangguk.
"Ya, memang itulah ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat!" kata si wanita
baju kuning menjelaskan. "Pantas..... pantas begitu hebat, sehingga membuat Boanpwe sulit
bernapas waktu menghadapinya!" memuji Ko Tie.
Mendengar pujian tersebut, senang hati wanita baju kuning itu.
Diapun melihat Ko Tie tidak meneruskan perkataannya itu, hanya
memandangi saja kepadanya. Dan wanita baju kuning ini mengerti,
bahwa tentunya Ko Tie ingin sekali menanyakan siapakah
sebenarnya dirinya ini yang mengerti Giok-lie-kiam-hoat dan tadi
menyatakan kepada Ko Tie bahwa mereka adalah orang sendiri.
909 "Tentunya engkau menduga-duga entah siapa adanya aku ini,
bukan"!" tanya wanita berbaju kuning itu dengan sikap yang sabar.
Ko Tie mengangguk. "Ya..... memang itulah yang ingin Boanpwe ketahui, jika memang
Peh-bo tidak keberatan untuk memberitahukannya!" menyahuti Ko
Tie cepat. Di saat itu, wanita berbaju kuning ini telah bertanya dulu:
"Sesungguhnya, engkau pernah bertemu dengan Sin-tiauw-tayhiap Yo Ko atau memang belum"!"
Ko Tie mengangguk. "Sudah..... malah Tayhiap itu telah memberikan beberapa petunjuk
pada Boanpwe.....!" menyahuti Ko Tie.
"Nah, Hiante, sesungguhnya apa yang kukatakan tadi bahwa kita
orang sendiri tidak salah! Akupun telah melihat, beberapa jurus
ilmu pukulan tangan kosongmu tadi memiliki banyak kemiripan
dengan ilmu pukulan tangan kosong ayah angkatku itu!" kata
wanita berpakaian kuning itu.
910 Mata Ko Tie jadi terbuka lebar-lebar mengawasi wanita baju kuning
itu seperti juga tidak mempercayai apa yang didengarnya.
"Kalau begitu..... kalau begitu.....!" katanya tidak lampias.
"Aku adalah anak angkat dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko.....!"
mengangguk wanita baju kuning itu.
"Oh, Yo Peh-bo..... sungguh menggembirakan sekali bertemu
dengan Yo Peh-bo..... memang waktu berkumpul dengan Tayhiap,
pernah juga disinggung-singgung mengenai Peh-bo, yang disebutsebut oleh Peh-bo Siauw Liong Lie kau tengah pergi berkelana
untuk melakukan perbuatan mulia dan memberantas segala
kebusukan di dunia ini!"
Setelah berkata begitu, Ko Tie menepuk keningnya, katanya: "Akh,
mengapa tidak sejak tadi Boanpwee ingat bahwa Peh-bo senang
sekali memakai baju kuning, seperti yang dijelaskan oleh Siauw
Liong Lie Peh-bo....."
Wanita baju kuning itu tersenyum.
"Nah, sekarang aku mengundang engkau untuk singgah di tempat
kami, guna minum satu-dua cawan teh dan juga bercakap-cakap
911 menceritakan pengalamanmu, Hiante.....!" kata wanita berbaju
kuning itu. "Apakah..... apakah ini tidak akan merepotkan Yo Peh-bo"!" tanya
Ko Tie. Wanita berbaju kuning itu menggeleng.
"Sudah tentu tidak..... ayo ikut dengan kami!" ajaknya. "Cuma saja,
kami tentu tidak bisa menjamumu dengan segala macam santapan
yang lezat-lezat..... karena memang kami tinggal di gunung.....
menjadi orang gunung......!"
Mendengar gurau wanita baju kuning itu Ko Tie tersenyum dan
mengeluarkan kata-kata yang menyenangkan si wanita baju
kuning. "Giok Hoa, kemari kau.....!" panggil wanita baju serba kuning itu.
Giok Hoa waktu itu masih cemberut saja, tetapi wajahnya jadi
semakin cantik dan manis, dan Ko Tie melihat gadis itu yang
kekanak-kanakan, jadi tersenyum.
"Siapkan dan bersihkan kamar belakang, buat tamu kita ini.....!"
perintah wanita baju kuning itu kemudian.
912 Muka Giok Hoa berobah, sikap tidak senangnya makin tampak
sekali. "Dia..... dia akan menginap di rumah kita"!" tanyanya kemudian
sambil melirik kepada Ko Tie.
Sang guru tersenyum dan bergurau: "Kau jangan cemberut terus
menerus seperti itu, nanti engkau cepat tua......!"
Giok Hoa semakin cemberut, sedangkan Ko Tie hanya tersenyum
saja. Melihat pemuda itu memandangnya dengan tersenyum, Giok
Hoa ,jadi semakin gemas, jengkel dan juga semakin tidak karuan
rasanya. Sedangkan wanita baju kuning itu telah mengajak Ko Tie untuk
singgah di rumahnya, di mana Giok Hoa telah berlari mendahului
buat melaksanakan perintah gurunya, membersihkan kamar
belakang buat Ko Tie. Terlihat sebuah ruangan yang sederhana, namun sangat bersih
sekali, ketika Ko Tie di- bawa ke sebuah rumah yang memang
dibangun sangat sederhana sekali. Wanita berbaju kuning itu
mempersilahkan Ko Tie duduk dikursi yang dibuat kasar dari kayu
batang pohon yang dihaluskan.
913 "Sebuah rumah yang tidak pantas untuk menyambut kedatanganmu, sebetulnya!" kata wanita baju kuning itu. "Tetapi
memang kami harus berdiam di tempat ini, untuk lebih mudah
mendidik Giok Hoa, agar dia dapat melatih diri dengan sebaikbaiknya!" menjelaskan wanita baju kuning itu.
"Ya, inilah tempat yang sangat baik sekali, menyenangkan, Yo
Peh-bo!" kata Ko Tie sambil memandang kagum sekeliling ruangan
tersebut. "Jauh dari keramaian yang akan melibatkan kita dalam
berbagai urusan. Di tempat ini tentunya kita dapat berdiam dengan
tenang..... terlebih lagi memang adik Giok Hoa membutuhkan
waktu-waktu yang tenang untuk mempelajari ilmu silat yang akan
diwarisi oleh Peh-bo.....!"
Wanita berpakaian kuning itu mengangguk.
"Ya, memang begitulah maksudku..... rupanya kau sangat cerdas
sekali, Hiante..... pantas engkau menjadi murid tunggal dari Swat
Tocu Locianpwe.....!" memuji wanita berbaju kuning itu. Ko Tie cepat-cepat mengeluarkan kata-kata merendah.
Waktu itu Giok Hoa telah keluar membawakan minuman buat Ko
Tie dan gurunya, dua cawan teh hangat.
914 Muka gadis itu, walaupun masih cemberut, tetapi tidak segalak
tadi. Malah dia agak canggung waktu meletakkan ke dua cawan
itu. "Berapa lama kau akan berdiam di sini, Hiante?" tanya wanita baju
kuning itu. "Mungkin beberapa hari, Peh-bo, untuk mencari-cari tempat yang
sekiranya cocok buat Insu.....!" menjelaskan Ko Tie.
"Bagus!" berseru wanita baju kuning itu, yang segera menoleh
kepada Giok Hoa, katanya: "Giok Hoa, selanjutnya untuk beberapa
hari, engkau akan mempunyai seorang kawan dengan demikian
engkaupun akan bisa bertanya-tanya minta nasehat dari tamu kita
ini. "Tetapi ingat, bahwa engkau tidak boleh berlaku kurang ajar dan
manja..... Jika aku tahu, tentu aku akan menghukummu! Engkau
harus pandai-pandai memanfaatkan kesempatan ini untuk
meminta nasehat dan petunjuk dari Lie Koko ini.....!"
Setelah berkata begitu, wanita baju kuning tersebut tertawa
nyaring, rupanya dia puas telah mengoda muridnya.
915 Muka Giok Hoa berobah memerah malu. Dia sengit dan gemas
sekali, gurunya menggodanya seperti itu di hadapan Ko Tie,
langsung di depan pemuda itu. Cepat-cepat setelah meletakkan
cawan teh itu, dia memutar tubuhnya, berlari dengan segera.
Dikala itu, wanita berbaju kuning itu tengah bercakap-cakap
beberapa saat lagi, kemudian mempersilahkan Ko Tie buat
beristirahat. "Y" Waktu rebah di pembaringan kecil yang beralaskan putih bersih
dan nyaman, pikiran Ko Tie jadi melayang-layang teringat kepada
gurunya. Heng-san memang merupakan tempat yang sangat baik dan
gunung yang indah sekali. Tentu banyak sekali tempat-tempat
yang sekiranya akan cocok dipergunakan sebagai tempat
menyendiri gurunya itu. Akan tetapi Ko Tie mengetahui benar akan sifat dan tabiat gurunya
itu. Tidak mungkin gurunya akan menerima anjurannya untuk
memilih Heng-san sebagai tempat menyendiri, berdiam di puncak
gunung itu, karena walaupun bagaimana Swat Tocu tidak mau
916 kalau tempat di mana ia akan menyendiri itu sudah didahului oleh
orang lain, hidup bersama-sama.
Juga, Ko Tie sesungguhnya lebih cenderung menganjurkan buat
gurunya mengambil puncak Heng-san sebagai tempat menyendiri.
Hal ini disebabkan ada alasannya yang lainnya. Dimana jika Swat
Tocu memilih puncak Heng-san sebagai tempat menyendirinya,
maka kesempatan buat Ko Tie bertemu Giok Hoa semakin terbuka
luas. Dengan demikian Ko Tie dapat sering-sering bertemu dengan
gadis yang cantik jelita itu, yang telah menarik hatinya.
Sedangkan saat itu, tampak Ko Tie juga mulai digeluti oleh suatu
perasaan aneh. Entah mengapa terhadap Giok Hoa, ia memiliki
semacam perasaan yang benar-benar tidak dimengertinya, karena
ia sangat menyukai sekali gadis itu. Dan juga ia semakin senang
melihat Giok Hoa yang cemberut, di mana dia jadi melihat gadis itu
semakin cantik juga, jika tengah marah dan

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cemberut, menimbulkan gemas di hati Ko Tie.....
Setelah termenung beberapa saat, akhirnya Ko Tie tertidur juga.
Pada sore harinya dia terbangun dari tidurnya.
Setelah merapihkan pakaiannya dan juga cuci muka, dia keluar
dari kamarnya. Maksudnya, dia ingin pergi mengelilingi puncak
917 Heng-san buat melihatnya apakah ada tempat yang sekiranya baik
untuk dijadikan tempat menyendiri dari gurunya.
Di waktu itu memang terlihat jelas sekali. Ko Tie berlaku hati-hati.
Dia menyadari bahwa dirinya menumpang di sebuah rumah yang
penghuninya hanya dua orang wanita. Karena itu, dia selalu
menjaga baik-baik setiap gerak-geriknya, agar tidak menimbulkan
kesan bahwa dia akan berbuat kurang ajar.
Ketika dia keluar dari kamarnya, sengaja dia telah mendehem
beberapa kali. Kebetulan sekali, entah disengaja atau tidak, pada
waktu itu Giok Hoa pun tengah lewat di lorong itu. Ketika
mendengar batuk-batuk Ko Tie, gadis tersebut menoleh.
Kontan pipi Giok Hoa berobah merah, tanpa menyapa lagi dia
memutar tubuhnya berlari meninggalkan tempat tersebut.
Ko Tie jadi berdiri tertegun di tempatnya. Sebetulnya dia ketika
melihat Giok Hoa, ingin menyapanya buat mengajak gadis itu
bercakap-cakap. Namun entah mengapa, mulutnya juga seperti
terkunci, hanya hatinya yang berdebar-debar keras sekali ketika
melihat gadis itu. Akhirnya Ko Tie dapat menguasai perasaan.
918 Sedangkan Giok Hoa yang telah berlari keluar dari rumah tersebut,
telah berlari terus memasuki sebuah hutan. Dia malu sekali.
Memang sesungguhnya, Giok Hoa sendiri memiliki perasaan yang
tidak keruan. Dia merasa benci, tetapi juga menyukai Ko Tie. Dia
pun merasa gemas, tetapi juga menyenangi pemuda itu.
Dan bermacam-macam perasaan telah mengganggu hatinya.
Dangan demikian telah membuat gadis itu selama siang itu tidak
bisa diam dengan tenang, gelisah sekali.
Sedangkan gurunya, wanita berbaju kuning itu, tengah mengurung
diri bersemedhi buat mengatur jalan pernapasannya, seharian itu.
Dan karena iseng, dan tidak ada yang harus dikerjakan lagi, Giok
Hoa telah keluar dari kamarnya, dengan maksud hendak jalanjalan di depan rumahnya, guna menghirup udara segar.
Namun waktu dia lewat di ruang tengah, ruang yang menghubungi
dengan lorong ke kamar belakang rumah tersebut, waktu itu
terdapat suatu keinginan untuk melihat apa yang tengah dilakukan
oleh Ko Tie. Demikian kuat keinginannya itu, sehingga gadis ini tidak bisa
membendung lagi keinginannya itu.
dia telah melangkah 919 menghampirinya, dan dilihatnya bahwa pintu kamar Ko Tie tertutup
rapat. Giok Hoa kemudian keluar rumah, namun kembali dia gelisah. Dia
jadi memikirkan entah apa yang tengah dikerjakan tamunya
tersebut. Tetapi yang paling utama hati nona ini terganggu oleh senyum Ko
Tie, di mana sejak tadi memang Giok Hoa selalu teringat
senyuman pemuda itu. Memang Ko Tie seorang pemuda tampan. Dan juga kepandaiannya sangat tinggi. Tetapi di samping itu juga dia
merupakan seorang pemuda yang menjengkelkan dan mendatangkan rasa gemas di hati Giok Hoa.
Bermacam-macam perasaan bercampur aduk dalam hati gadis itu.
Sampai akhirnya dia memutuskan untuk pergi melihat lagi ke
kamar Ko Tie. Karena itu, Giok Hoa telah masuk ke dalam rumah dan kemudian
menyusuri lorong itu. Dia mendekati kamar tidur yang di tempati Ko Tie. Tetapi setelah
menghampiri dekat dan melihat pintu kamar itu tertutup rapat,
920 gadis ini ragu-ragu. Lama dia berdiri di situ untukmengawasi saja
pintu kamar. Diam-diam di dasar hatinya terpikir juga, kalau saja Ko Tie tidak
sedang tidur, dan pintu kamarnya ini tidak tertutup rapat, tentu Giok
Hoa bisa saja mencari jalan dan alasan agar dapat mengajak
pemuda itu bercakap-cakap! Dan hal itu tentu menggembirakan
sekali. Namun apa yang dilihatnya justeru memang pintu itu
tertutup rapat-rapat. Karena itn, Giok Hoa hanya berdiri diam saja mengawasi pintu
kamar tersebut, sampai akhirnya dia telah memutar tubuhnya
untuk meninggalkan tempat tersebut. Dia bermaksud akan pergi
keluar dari rumahitu, untuk pergi ke puncak Heng-san.
Namun baru saja dia melangkah sampai di ujung lorong, dia
mendengar seperti juga pintu terbuka. Waktu dia ingin menoleh
untuk melihat, justeru Ko Tie telah keluar, juga telah terdengar
suara dehemnya. Maka dari itu, cepat-cepat Giok Hoa melarikan
diri keluar rumah, pipinya memerah panas, dia malu sekali karena
dia kuatir kalau-kalau Ko Tie mengetahui tadi dia berulang kali
melewati lorong itu dan berdiri ragu-ragu di depan kamar Ko Tie.
921 Cepat sekali gadis tersebut berlari-lari menuju ke arah puncak
tinggi Heng-san. Setelah tiba di puncak tinggi Heng-san dan berdiri di dekat air
terjun, barulah Giok Hoa agak tenang, karena dia melihat tidak ada
yang mengejarnya. Dia menghela napas dalam-dalam, lalu dia
mulai menggerakkan ke dua tangannya bersilat, untuk mengalihkan perhatian dan pikirannya pada bayang-bayang Ko
Tie. Tetapi di saat gadis itu tengah berlatih, justeru tiba-tiba sekali
terdengar suara yang bertepok tangan dan juga telah disusul lagi
dengan pujian: "Sungguh kepandaian yang terlatih baik sekali.....!"
Ketika Giok Hoa menoleh, untuk kaget dan malunya, dilihatnya Ko
Tie tengah berdiri di atas sebungkah batu yang cukup tinggi,
dengan sikapnya yang gagah, wajahnya yang tampan dan
senyumnya begitu menawan.
Rasa malu yang diliputi Giok Hoa begitu hebat, sehingga rasanya
Giok Hoa bagaikan hendak menyusupkan kepalanya ke dalam
bumi saja, untuk bersembunyi dari tatapan mata Ko Tie.
922 Mengapa Ko Tie bisa sekonyong-konyong tiba di tempat tersebut"
Ternyata waktu melihat Giok Hoa berlari meninggalkan rumah, Ko
Tie cepat-cepat menyusul.
Pemuda ini merasa aneh, mengapa Giok Hoa begitu melihatnya,
segera berlari. Namun sekilas Ko Tie juga masih melihat pipi gadis
itu memerah, seperti juga gadis itu kaget dan malu sekali.
Sebagai seorang pemuda yang sangat cerdas, segera juga Ko Tie
dapat menduga, pasti Giok Hoa telah melakukan sesuatu yang
dianggapnya tentu akan mendatangkan rasa malu yang besar jika
saja Ko Tie mengetahui. Karena tertarik, dan ingin mengetahui Giok Hoa akan pergi
kemana, Ko Tie segera memutuskan untuk mengikuti gadis itu
mendaki puncak Heng-san. Namun dia tidak mau mengikuti secara berterang. Selain
membatasi jaraknya cukup jauh, diapun tidak mengejar langsung
dan lurus. Ko Tie telah mengambil arah dari sebelah samping
kanan, dari tempatnya mana dia bisa menyaksikan Giok Hoa terus
juga mendaki puncak tertinggi puncak Heng-san tersebut.
923 Setelah melihat Giok Hoa tiba di puncak tertinggi gunung Hengsan, maka Ko Tie mempercepat larinya. Dia telah melompat ringan
sekali di balik sebungkah batu, bersembunyi di situ.
Sengaja Ko Tie tidak mau terlalu dekat, dia kuatir kalau-kalau gadis
itu mendengar suara langkah kakinya. Jika memang Giok Hoa
mengetahui dirinya dibuntuti, tentu akan sulit sekali mengetahui
apa yang ingin dilakukan Giok Hoa, disebabkan itulah Ko Tie tetap
bersembunyi terus dibalik batu itu mengamat-amati saja gerakgerik gadis itu.
Dia memperoleh kenyataan Giok Hoa berdiri di pinggir air terjun,
wajahnya murung sekali. Dia seperti tertegun mengawasi
mengalirnya air dan berulang kali tampak dia menghela napas.
Rupanya gadis itu tengah bersusah hati.
Bukan main herannya Ko Tie. "Apa yang menyusahkan hati gadis
tersebut. Bukankah dia telah memiliki kepandaian yang tinggi dan
tinggal di tempat yang demikian indah, seperti berada di puncak
gunung Heng-san yang memiliki pemandangan yang menarik dan
hawa udara yang nyaman hangat ini?"
Disebabkan itulah maka Ko Tie telah mengawasi terus, sampai
akhirnya dia melihat Giok Hoa mulai berlatih silat. Dia
924 memperhatikan setiap jurus yang dipergunakan Giok Hoa, dan
melihat bahwa ilmu pukulan tangan kosong Giok Hoa merupakan
ilmu pukulan kosong yang memiliki tenaga sangat kuat dan
mengagumkan sekali. Akhirnya Ko Tie sudah tidak bisa menahan hatinya. Dia melihat
bahwa Giok Hoa menyudahi latihannya itu dengan gerakan dan
jurus yang sangat manis sekali. Ko Tie jadi melompat keluar dari
tempat bersembunyinya, dia pun menepuk tangan memberikan
pujian. Justeru munculnya Ko Tie secara tiba-tiba begitu, membuat Giok
Hoa jadi kaget dan malu bukan main, dan juga dia menjadi tambah
jengkel. Dari malu, malah Giok Hoa akhirnya menjadi marah.
Dengan bertolak pinggang dia kemudian telah membentak Ko Tie:
"Mengapa engkau berbuat rendah seperti itu bersembunyi
mengikuti aku"!"
Ko Tie melompat turun dari atas batu, dia telah merangkapkan
sepasang tangannya dan menjura: "Maafkan nona..... tentunya
engkau mengerti, bahwa aku tadi iseng seorang diri dan tidak tahu
akan ke mana pergi, karena keadaan di Heng-san ini sangat asing
sekali. Itulah sebabnya aku telah mengejarmu, dengan maksud
925 hendak menanyakan kepadamu ke mana saja sekiranya aku bisa
pergi melihat-lihat tempat yang indah di Heng-san ini!"
"Hemmm, kau pandai sekali memutar lidah yang tidak bertulang
itu! Sesungguhnya hatimu seperti ular dan licik sekali! Masih
beruntung kau dilindungi guruku, kalau tidak..... kalau tidak.....
aku....." Tetapi Giok Hoa tidak meneruskan perkataannya, dia memandang
kepada Ko Tie dengan mata berkilat-kilat mengandung kemarahan. Ko Tie tetap sabar dan tenang, dia malah tertawa kecil, karena
hatinya semakin tertarik melihat gadis itu semakin marah jadi
semakin cantik. "Jika tidak bagaimana, nona"!" tanyanya.
Justeru sikap Ko Tie seperti ini dianggap oleh Giok Hoa seakanakan
juga Ko Tie hendak mempermainkannya, maka kemarahannya jadi semakin meluap.
"Jika tidak aku akan membunuhmu!"
926 Dan membarengi dengan perkataannya itu, Giok Hoa melompat
gesit sekali, tangan kanannya digerakkan buat menghantam Ko
Tie dengan dahsyat. Karena dalam keadaan malu dan marah
seperti itu, Giok Hoa telah mempergunakan sebagian besar tenaga
dalamnya. Melihat Giok Hoa menyerang dirinya. Dia pikir jika dia melayani
Giok Hoa, itupun sudah tidak ada gunanya lagi, karena hanya akan
melibatkan mereka dalam pertempuran yang berkepanjangan. Dan
juga Ko Tie merasa tidak enak hati kalau dia sampai harus
bertempur lagi dengan Giok Hoa dan diketahui oleh wanita she Yo
itu, anak angkat dari Yo Ko dan Siauw Liong Lie.
Maka, Ko Tie berdiam diri di tempatnya, tanpa bergerak, dia
membiarkan saja serangan gadis itu menuju ke sasarannya.
Bukan main kagetnya Giok Hoa melihat Ko Tie tidak berusaha
mengelakkan diri dari serangannya. Semula dia memang bernafsu
sekali untuk menghajar Ko Tie. Tetapi sekarang melihat pemuda
ini tidak berusaha mengelakkan diri dari serangannya, dia malah
jadi kaget tidak terkira.
Buat menarik pulang dan menahan meluncur tenaganya yang
sangat besar itu sudah tidak mungkin.
927 "Tangkislah!" teriak Giok Hoa. Dan dia pun masih berusaha untuk
membendung tenaganya. Tetapi baru saja dia berteriak begitu, justeru pukulannya telah tiba
di dekat pundak kanan Ko Tie, menimbulkan suara "Buk!" yang
sangat nyaring sekali, membuat tubuh Ko Tie seketika terjengkang
dan bergulingan di tanah beberapa kali.
Apa yang diterima Ko Tie memang tidak disangkanya bahwa gadis
itu akan menyerangnya bersungguh-sungguh.
Namun, justeru begitu dia terpukul, walaupun dia sangat sakit, tokh
malah sengaja telah bergulingan di tanah, dan kemudian rebah di
tanah dan mengerang kesakitan!
Menyaksikan keadaan pemuda itu, bukan main kaget dan takutnya
Giok Hoa. Dia tambah terkejut dan cepat-cepat melompat ke
samping Ko Tie, berjongkok di sampingnya.
Ko Tie sengaja memejamkan matanya, dia mengerang kesakitan
sambil menggigit-gigit bibirnya, karena dia ingin mempermainkan


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gadis ini. "Kau..... kau terluka"!" tanya Giok Hoa dengan suara gemetar
bingung, wajahnya jadi pucat.
928 Ko Tie masih sengaja mengerang dan juga telah membuka
matanya perlahan-lahan, baru kemudian dengan suara sengaja
dilemahkan, seperti dia tengah menahan perasaan sakit yang tidak
terkira, katanya: "Sesungguhnya..... sesungguhnya aku tidak menyangka bahwa
engkau akan menyerang sehebat itu..... Memang luar biasa
kepandaianmu itu, nona..... aku tak sanggup mengelakkannya,
kepandaianmu..... kepandaianmu memang benar-benar hebat!"
Mendengar pujian Ko Tie, bukannya girang malah Giok Hoa
semakin panik. "Aku bertanya kepadamu apakah engkau terluka?" tanya Giok Hoa
dengan suara yang nyaring.
Ko Tie meringis, katanya: "Aku..... aku kira mungkin aku tidak bisa
hidup lebih lama lagi, mungkin pukulanmu itu telah menghancurkan isi dadaku ini..... dan telah membuat seluruh
anggauta dalam tubuhku rusak serta hancur..... Mungkin hanya
beberapa jam saja aku bisa bertahan.....!" Setelah berkata begitu
kembali Ko Tie mengerang kesakitan dan memejamkan matanya.
929 Menyaksikan dan mendengar perkataan Ko Tie, bukan main
bingung dan paniknya Giok Hoa. Dia sampai kebingungan dan
ingin menangis. "Ohhh..... mengapa engkau tidak berkelit" Mengapa kau biarkan
saja dirimu terpukul olehku....." Jika telah terjadi begini..... oooh,
bagaimana..... apa yang harus kukatakan kepada guruku....."!"
Sebetulnya di hati Ko Tie geli sekali. Dia juga kasihan melihat gadis
itu bingung bukan main. Namun dia tidak mau menyudahi sikap
pura-puranya ini, dia hendak menundukkan gadis itu.
"Katakan saja bahwa aku jatuh..... tentu gurumu itu akan
percaya.....!" kata Ko Tie dengan suara yang sengaja diperlahankan. "Tidak! Aku tidak boleh berdusta begitu! Jika memang aku
berdusta, guruku pun akan mengetahuinya.....!" kata Giok Hoa
sambil geleng-gelengkan kepalanya. Benar-benar dia bingung dan
tidak tahu apa yang harus dilakukannya, malah diapun sudah tidak
bisa menahan mengucurnya air mata.
Melihat si gadis menangis kebingungan seperti itu, sebetulnya Ko
Tie semakin tidak tega. 930 Tetapi jika dia memang segera bangun dan menceritakan kepada
gadis itu bahwa dia sebetulnya hanya berpura-pura, tentu, Giok
Hoa akan marah dan benci kepadanya, yang bisa dianggap
sebagai pemuda ceriwis. Karena itu, terlanjur memang telah
berpura-pura, dia telah berkata lagi dengan suara yang
disengajakan lirih: "Sebetulnya..... sebetulnya sejak bertemu dengan kau, nona.....
aku sangat kagum sekali terhadap kepandaianmu itu..... Aku juga
mengetahui bahwa aku bukan tandinganmu..... karena itu aku
beberapa kali aku pernah menganjurkan padamu agar tidak
menyerang lebih jauh, karena aku bisa bercelaka..... Siapa tahu
sekarang, sekali hantam saja engkau telah dapat merubuhkan
aku..... malah aku juga tidak akan hidup lebih lama lagi......!"
"Ohhh!" berseru Giok Hoa sambil menyusut air matanya, mukanya
pucat sekali, dia benar-benar sangat kebingungan sekali.
"Bagaimana ini..... aku harus segera membawamu ke guruku, agar
guruku menolongi engkau, mengobati lukamu..... Siapa tahu Suhu
masih dapat menyembuhkan lukamu itu..... aku harus menceritakan semuanya dengan jujur.....!"
Namun Ko Tie telah menggelengkan kepalanya perlahan, dia
berkata: "Tidak..... tidak..... jangan..... tidak lama lagi tentu aku
931 akan segera menghembuskan napas yang terakhir..... tidak
mungkin aku bisa dibawa olehmu, karena keadaanku telah parah
sekali. Maka dari itu..... jika memang engkau mau berkasihan padaku, jika
nanti aku telah putus napas dan meninggal, kau carilah ibuku,
tolonglah kau beritahukan kepada ibuku, bahwa aku telah mati
dalam suatu kecelakaan..... dan beritahukan kepada ibuku itu,
bahwa aku cukup bahagia, sempat dibesarkan ibuku.....!"
Mendengar pesan dari Ko Tie seperti itu, hati Giok Hoa semakin
gugup dan panik. Dia telah berkata dengan suara tergetar
ketakutan. "Tidak! Engkau tidak boleh mati! Ohh, jika engkau mati..... entah
bagaimana hukuman yang akan dijatuhkan Suhu kepadaku.....
tidak, engkau tidak boleh mati!"
Ko Tie tersenyum pahit, dia sengaja meringis, kemudian katanya:
"Sayangnya memang aku tidak bisa hidup lebih lama lagi, karena
biarpun aku sendiri menginginkan untuk hidup terus, tetapi
memang kenyataannya tidak
bisa...... dan aku walaupun bagaimana aku akan mati juga.....!"
932 "Tidak! Kau tidak boleh mati!" kata si gadis itu sambil menggelenggelengkan kepalanya.
"Memang aku tidak mau mati, namun pukulanmu tadi begitu hebat,
dan telah menghancurkan seluruh isi dadaku..... dengan demikian
mau atau tidak membuatku telah mengalami luka yang demikian
berat. Dan aku harus dapat menerima kenyataan yang ada, bahwa
aku ini akan hidup tidak akan lama lagi....."
Setelah berkata begitu, Ko Tie sengaja memejamkan matanya, dia
merintih terus. Keadaan seperti ini membuat Giok Hoa menjadi tambah gugup,
sambil menangis, dia telah berusaha untuk mengangkat tubuh Ko
Tie. "Walaupun bagaimana aku harus membawamu ke Suhuku..... agar
Suhu mengobati lukamu itu, dan engkau dapat hidup lagi terhindar
dari kematian.....!" begitu gugupnya si gadis.
Ko Tie merasakan tangan yang halus itu melingkari pinggang dan
pundaknya, maka Ko Tie jadi berdebar dengan sendiri hatinya,
tergoncang keras. Diapun berpikir: "Tidak! Aku tidak boleh
mempermainkannya lebih jauh, karena walaupun bagaimana aku
933 tidak boleh berlaku ceriwis, dengan menipunya seperti ini, berarti
aku hanya seorang manusia rendah saja.....!"
Setelah berpikir begitu, Ko Tie membuka matanya lebar-lebar dan
dia telah berkata dengan suara yang biasa dan wajar: "Nona aku
masih bisa hidup, aku bisa sembuh, jika memang engkau berjanji
tidak akan memukulku lagi, juga tidak sembarangan memukul
kepada siapapun juga.....!"
Giok Hoa yang waktu itu tengah kebingungan, telah mengangguk,
dia mengiyakan berulang kali.
"Ya, ya, aku berjanji, aku tidak akan sembarangan memukul orang
lain..... tetapi engkau harus segera sembuh!" kata Giok Hoa
dengan secercah sinar harapan terpancar dari wajahnya.
Ko Tie mengangguk, tahu-tahu dia telah bangun duduk, sambil
katanya: "Lihatlah, aku telah sembuh kembali!"
Muka gadis itu berobah hebat, matanya terpentang lebar-lebar,
sepasang mata yang digenangi oleh air mata.
"Kau....."!" dia tergugup dan juga memandang curiga, sampai
akhirnya meledak amarahnya. "Kalau begitu engkau menipu
aku..... Oh..... pemuda ceriwis kurang ajar..... engkau hanya pura934
pura saja terluka.....!" Dan Giok Hoa marah bercampur malu,
karena tadi dia telah menangis kebingungan seperti itu di hadapan
Ko Tie. Ko Tie tersenyum. "Bukankah sudah kukatakan, bahwa aku akan segera sembuh, jika
memang nona mau berjanji tidak akan memukulku lagi!" kata Ko
Tie. "Justeru sekarang aku akan menghantam kau lagi!" kata Giok Hoa
karena terlalu malu dan marah. Dan benar-benar dia menghantam
dengan tangannya. Namun belum lagi tangannya itu mengenai dada Ko Tie, justeru Ko
Tie telah menjatuhkan dirinya rebah lagi ke belakang, kemudian
merintih. "Tidak! Kau tidak bisa menipuku lagi..... aku tetap akan
menghantammu." Sambil berkata begitu benar-benar tangan kanan Giok Hoa telah
memukul dada Ko Tie cukup keras, sehingga Ko Tie kali ini benarbenar kesakitan. Sedangkan Giok Hoa telah melompat berdiri dan
935 berlari ke arah lain di puncak tertinggi gunung itu. Sampai akhirnya
gadis itu lenyap di tikungan.
Ko Tie tertegun sejenak, namun cepat-cepat melompat berdiri,
kemudian mengejarnya. Dia melihat si gadis masih tetap berlarilari cepat sekali di puncak tertinggi itu.
"Nona..... tunggu..... maafkan..... aku, tunggu..... dengarkanlah
keteranganku ini.....!" teriak Ko Tie sambil mengejarnya dengan
mempergunakan gin-kangnya yang tertinggi.
Giok Hoa melihat Ko Tie mengejarnya tahu-tahu dia telah bersiul
nyaring sekali. Dia bukan bersiul biasa saja. Dia telah bersiul
dengan disertai tenaga lweekang yang sangat kuat sekali,
sehingga suara siulan itu bergema di sekitar puncak gunung
tersebut, terdengar sampai jauh sekali.
Tidak lama kemudian dari tengah udara tampak setitik bayangan
yang semakin lama semakin membesar. Dan setelah datang
dekat, Ko Tie yang kala itu tengah mengejar terus, telah melihatnya
dengan jelas. Itulah seekor burung rajawali putih yang memiliki ukuran tubuh
yang sangat besar sekali, dengan sepasang sayapnya yang
sangat lebar dan tampak kuat sekali.
936 Ko Tie heran, mengapa di tempat ini bisa terdapat seekor burung
rajawali putih yang bentuk tubuhnya begitu luar biasa. Malah yang
lebih mengherankannya, dia melihat gadis itu hanya dengan
bersiul belaka, telah dapat memanggil burung rajawali putih
tersebut, seakan juga burung rajawali putih itu memang
merupakan burung rajawali peliharaan yang jinak dan penurut
sekali. Ko Tie telah mengempos semangatnya, dia berusaha mempercepat agar tiba di dekat Giok Hoa.
Waktu itu juga burung rajawali putih itu telah terbang hinggap di
samping Giok Hoa. Dan gadis itu dengan lincah telah melompat ke
atas punggung burung rajawali itu, dimana sejenak kemudian
burung rajawali putih itu telah mengembangkan sepasang
sayapnya, telah terbang meninggalkan tempat itu, mengangkasa
tinggi..... semakin tinggi..... dan akhirnya lenyap dari pandangan
mata Ko Tie. Bukan main herannya Ko Tie. Burung rajawali putih itu benar-benar
jinak sekali. Juga tampaknya memang burung rajawali itu terlatih baik sekali.
Menyesal Ko Tie mengapa tadi dia tidak bisa mengejar lebih cepat.
937 Bukankah jika tadi dia telah berhasil mengejar si gadis, di waktu si
gadis melompat ke punggung burung rajawali itu, diapun bisa ikut
melompat ke punggung burung rajawali tersebut. Dengan demikian
mereka berdua bisa di bawa terbang oleh burung rajawali putih
tersebut" Dan Ko Tie jadi berdiri tertegun di tempatnya mengawasi ke arah
mana tadi burung rajawali putih itu terbang menghilang. Setelah
berdiri lagi beberapa saat lamanya, akhirnya Ko Tie menghela
napas dan dia telah melangkah menuruni puncak gunung itu, dia
ingin kembali ke rumah wanita berbaju kuning itu.
"Mudah-mudahan Giok Hoa telah kembali!" begitulah yang selalu
dipikirkan oleh Ko Tie. Karena jika ia bertemu dengan gadis itu,
pertama-tama yang ingin diutarakannya adalah meminta maaf
kepada gadis itu, bahwa tadi dia sama sekali tidak bermaksud
ceriwis, hanya saja ingin menyadari gadis itu, agar gadis itu tidak
terlalu sembarangan turun tangan.
Tetapi ketika Ko Tie tiba di rumah wanita berbaju kuning itu, dia
tidak terlihat bayangan Giok Hoa. Juga dia tidak melihat burung
rajawali putih itu. 938 Segera juga Ko Tie menyadari bahwa gadis itu tentunya belum
pulang. Ketika Ko Tie masuk ke dalam rumah, dilihatnya pintu kamar di
mana wanita baju kuning bersemedhi tetap masih tertutup rapat.
Ko Tie kembali ke kamarnya, dia merebah dirinya di pembaringan,
pikirannya jadi memikirkan kejadian tadi.
Sekarang dia telah melihat jelas tadi Giok Hoa berada dekat sekali
di sampingnya waktu Ko Tie pura-pura kesakitan, dimana dia mem
memperoleh kenyataan bahwa Giok Hoa benar-benar seorang
gadis yang sangat cantik sekali, karena itu, dia semakin tidak
tenang hatinya, berbagai macam perasaan telah merasuki jiwanya.
"Tidak!" tiba-tiba suatu ketika Ko Tie telah menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Mengapa aku harus memiliki pikiran yang bukanbukan seperti itu" Bukankah dengan demikian berarti aku seorang
manusia yang rendah dan tidak terpuji" Kami baru saja
berkenalan, aku sudah memikirkan yang tidak-tidak!
"Memang aku menyukai gadis itu! Tetapi yang pasti Giok Hoa
seperti tidak menyukai kehadiranku di tempat ini! Kukira, akupun
tidak perlu terlalu lama mengganggu mereka, mengganggu
ketenteraman mereka guru dan murid.
939

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Biarlah besok pagi aku pamitan kepada mereka. Dan aku akan
menyelidiki sendiri keadaan di Heng-san ini, untuk melihat-lihat
apakah di tempat ini memang terdapat suatu tempat yang cocok
buat dipergunakan oleh Insu......!"
Karena berpikir seperti itu, Ko Tie bisa menenteramkan sedikit
hatinya. Dia memejamkan matanya. Namun bayang-bayang wajah
Giok Hoa yang begitu cantik tetap saja bermain di pelupuk
matanya, membuat benar-benar jadi tersiksa.
Dan malah, seakan juga dia jadi tidak sabar, ingin sekali rasanya
cepat-cepat dapat bertemu dengan Giok Hoa. Dan dia pun
mengharapkan Giok Hoa cepat pulang, untuk dapat diajak bicara,
diajak bercerita, dan juga meminta maaf, meminta pengertian dari
gadis itu bahwa Ko Tie memang sama sekali tidak memiliki
maksud-maksud buruk padanya.....
Tetapi semuanya itu hanya merupakan perasaan yang mengganggu hatinya belaka. Ko Tie tidak berdaya buat
melampiaskan segala perasaannya itu. Terlebih lagi dia memang
teringat bahwa Giok Hoa seperti juga tidak menyukainya, di mana
setiap kali mereka bertemu, Giok Hoa acap kali memperlihatkan
sikap yang keras dan ingin menyerangnya.
940 Akhirnya Ko Tie tertidur juga.
Entah berapa lama dia tertidur, sampai akhirnya pintu kamarnya
diketuk orang dari luar. "Hiante, mari kits makan malam bersama-sama!" panggil
seseorang, suara wanita berpakaian kuning itu, guru dari Giok Hoa.
Ko Tie terkejut, dia segera mengiyakan beberapa kali sambil
mengucapkan terima kasih dan merapihkan pakaiannya. Kemudian dia ke luar dari kamarnya. Dia telah melihat wanita
berbaju kuning itu tengah menantinya.
Dan di waktu itulah dia melihat Giok Hoa tidak berada di tempat
tersebut. Sehingga dia ingin menduga, apakah memang Giok Hoa
belum pulang" "Peh-bo..... di manakah adik Giok Hoa?" tanya Ko Tie setelah
duduk di kursi di depan meja makan yang sederhana itu, ketika
dilihatnya Giok Hoa masih belum kelihatan batang hidungnya.
Wanita berpakaian kuning itu tersenyum, katanya: "Mari kita
makan dulu..... Kesehatan Giok Hoa agak terganggu, mungkin
masuk angin, karena dia terlalu letih berlatih..... nanti dia pun
sembuh!" 941 Mendengar Giok Hoa sakit, hati Ko Tie jadi semakin tergoncang.
Segera juga Ko Tie merasakan, apakah dia yang bersalah dan
menyebabkan Giok Hoa sakit, karena tadi dia telah membuat gadis
itu marah dan jengkel serta akhirnya menangis berkepanjangan"
Atau memang karena Giok Hoa naik di punggung rajawali putih itu,
terbang di tengah udara, sehingga kesehatannya itu terganggu.
"Apakah tubuhnya panas, Peh-bo?" tanya Ko Tie setelah berdiam
sejenak. "Biasa saja..... itu tidak terlalu menguatirkan. Dia hanya merasakan
kepalanya sedikit pusing.....!" menjelaskan guru Giok Hoa.
Begitulah, selama makan bersama dengan guru Giok Hoa, Ko Tie
telah banyak berdiam diri, dia hanya menghabisi makanannya.
Dan kemudian dia kembali ke kamarnya.
Tetapi perasaan Ko Tie tetap tidak tenang, dia masih memikirkan
keadaan Giok Hoa. Dia mau menduga tentunya Giok Hoa merasa
pusing-pusing disebabkan dia tadi telah dibawa berputar-putar di
atas angkasa terbuka, di mana burung rajawali itu telah
membawanya terbang tinggi sekali.
942 Di samping itu, karena memang Ko Tie memiliki perhatian yang
istimewa pada Giok Hoa maka kini mendengar gadis itu menderita
sakit, hatinya tambah tidak tenang, gelisah dan resah sekali.
Sampai menjelang tengah malam dia masih tidak bisa tertidur.
Jika memang bisa tentu dia akan keluar dari kamarnya dan pergi
ke kamar Giok Hoa buat menanyakan kesehatan gadis itu. Namun
hal ini tentu saja merupakan perbuatan tidak terpuji dan tidak
mungkin bisa dilakukannya.
Disebabkan itulah Ko Tie merasakan dirinya seperti tersiksa oleh
perasaannya itu. "Y" Kita tinggalkan dulu Ko Tie yang waktu itu tengah bergelisah dan
resah. Kita menengok kepada Giok Hoa.
Waktu berada di puncak tertinggi gunung Heng-san dan telah
meninggalkan Ko Tie, dengan menunggangi burung rajawali
putihnya, Giok Hoa sesungguhnya merasa geli di dalam hatinya.
Dia telah melihat mimik muka Ko Tie waktu menyaksikan dia
dibawa terbang oleh burung rajawali putihnya itu. Sikap Ko Tie
yang seperti terheran-heran dan juga memandang seperti juga
adanya penyesalan di hati pemuda itu.
943 Dan Giok Hoa juga tidak bisa menahan perasaan geli karena
lucunya itu di mana dia teringat dirinya telah dipermainkan oleh Ko
Tie yang pura-pura semaput karena pukulannya itu, tetapi
sesungguhnya pemuda itu sama sekali tidak terluka sedikitpun.
Malah Giok Hoa pun telah terlanjur memberikan janjinya bahwa
selanjutnya dia takkan sembarangan menyerang dan memukul
orang lain. Tetapi begitu Ko Tie bangun malah Giok Hoa telah
memukulnya lagi! Dan teringat akan semua itu, Giok Hoa jadi
tertawa geli sendirian, di waktu dia tengah dibawa terbang
mengangkasa oleh burung rajawali putihnya itu.
Tetapi perasaan menyukai pemuda itu jadi semakin tebal. Giok
Hoa telah melihat bahwa Ko Tie seorang pemuda yang jujur dan
tidak ceriwis. Dan dia mengetahui, apa yang dilakukan Ko Tie tadi dengan
berpura-pura kesakitan, sesungguhnya masih terbatas oleh
kesopanan. Jika memang Ko Tie ceriwis, bisa saja dia tetap
berpura-pura tidak dapat bergerak, sehingga dirinya digendong
oleh si gadis. Wajah yang tampan, sikap yang menarik, benar-benar merupakan
seorang pemuda yang menyenangkan hati. Tetapi teringat akan
944 itu, Giok Hoa merasakan pipinya jadi panas memerah. dan dia
malu sendirinya. Malah dia sampai menoleh ke kiri kanan dan ke belakangnya, ke
sekelilingnya. Sampai akhirnya ia tersadar, bahwa waktu itu dia
sebenarnya tengah terbang di angkasa duduk di punggung rajawali
putih tersebut. Dengan demikian jelas tidak ada seorang manusia pun juga yang
bisa melihat apa yang tengah dilakukannya. Terlebih lagi tidak
mungkin ada orang yang bisa mengetahui perasaan dan isi
hatinya. Sedangkan burung rajawali putih itu telah membawa terbang
majikannya semakin tinggi. Suara pekikannya terdengar sangat
nyaring sekali. Burung rajawali putih itu terbang berkeliling di dekat sekeliling
puncak gunung Heng-san tersebut sampai akhirnya dia terbang ke
arah utara, untuk menuju pulang. Namun Giok Hoa rupanya belum
lagi mau pulang, karena dia telah menepuk-nepuk leher burung itu,
sambil katanya: "Bawa aku berkeliling dulu......!"
945 Burung rajawali putih tersebut mengerti apa yang diinginkan oleh
majikannya, dia putar haluannya, di mana kini ia terbang menuju
ke arah barat. Pemandangan gunung Heng-san dilihat dari atas udara memang
sangat menarik dan indah sekali. Di mana Giok Hoa duduk di
punggung rajawali putih tersebut sambil mengawasi keindahan
gunung Heng-san. Dan juga, dia telah memikirkan sesuatu yang
selalu menggoda hatinya, yaitu mengenai diri Ko Tie!
"Pemuda yang tampan dan gagah!" tiba-tiba dia menggumam.
Tetapi setelah menggumam seperti itu, Giok Hoa kaget sendirinya,
karena diapun merasa malu.
Namun segera dia teringat bahwa dia tengah berada di punggung
burung rajawali putih itu, dibawa terbang di angkasa terbuka,
sehingga di sekitarnya tidak terdapat manusia lainnya. Dan gadis
itu menghela napas dalam-dalam.
Walaupun bagaimana Giok Hoa harus mengakuinya, bahwa ia
memang dalam keadaan seperti ini telah terpancing oleh
pemikiran-pemikiran mengenai Ko Tie. Juga ia sesungguhnya
bermaksud hendak membuang jauh-jauh pemikiran mengenai diri
Ko Tie, tokh tidak berhasil, karena bayang-bayang wajah Ko Tie
946 tetap saja bermain di pelupuk matanya. Diapun jadi selalu gelisah
dipengaruhi oleh pemikiran yang aneh sekali, pemikiran yang tidak
dimengertinya, entah perasaan apakah itu"
Sedangkan burung rajawali itu telah terbang terus semakin lama
jadi semakin tinggi, sekali-kali terdengar suara memekiknya.
Dan burung ini rupanya mengerti juga bahwa majikannya waktu itu
tengah dirundung oleh pemikiran dan rasa rindu terhadap
seseorang. Dan seekor burung rajawali yang memiliki daya
tangkap dan perasaan yang peka sekali, maka telah membuat
burung rajawali tersebut menyadari majikannya tengah memendam rindu terhadap seseorang.
Waktu itu hawa udara di puncak gunung Heng-san terasa mulai
sangat dingin. Namun Giok Hoa masih juga belum mau pulang.
Berulang kali dia membisiki burung rajawali putih itu bahwa ia
hendak dibawa jalan-jalan dulu oleh burung rajawali tersebut, di
mana Giok Hoa memang belum mau pulang.
Dirasakannya ia sangat malu sekali, jika dalam keadaan sekarang
dia harus bertemu muka lagi dengan Ko Tie. Giok Hoa tidak
mengetahui apa yang harus dikatakannya. Maka dia memutuskan
947 lebih baik tidak pulang dulu karena itu dia meminta burung rajawali
putihnya membawa dia berputar-putar di tengah udara bebas.
Setelah udara menjadi gelap, barulah dia pulang. Namun ketika
melompat turun dari punggung burung rajawali itu, dirasakannya
kepalanya pening, agak mabuk. Maka dia berusaha untuk
mengerahkan lweekangnya, namun tidak berhasil, karena tetap
saja dia merasakan betapa kepalanya itu masih pening.
Segera juga Giok Hoa masuk ke dalam kamarnya. Dan waktu itu
gurunya telah mengajaknya buat makan bersama. Terpaksa Giok
Hoa menjelaskan bahwa dia tengah sakit dan tidak bisa menemani
guru dan tamu mereka buat makan bersama.
Ketika rebah di atas pembaringannya maka Giok Hoa masih juga
dikejar-kejar oleh perasaan anehnya. Sebetulnya dia menginginkan sekali buat bertemu dengan Ko Tie, buat bercakapcakap dengannya. Tetapi di bagian lain dari perasaannya justeru
menghendaki lain. Dia tidak mau bertemu dengan Ko Tie disebabkan perasaan malu
yang menguasai dirinya. Disamping itu juga memang dia tidak mau
kalau sampai nanti gurunya melihat sikap yang lain dari pada
948 biasanya. Karena itu Giok Hoa rebah terus di pembaringannya
memejamkan matanya. Namun kejadian di mana Ko Tie pura-pura kesakitan rebah di
tanah karena pukulannya, teringat olehnya, tanpa diinginkan
segera juga Giok Hoa tersenyum lebar. Dia jadi menganggapnya
lucu sekali. Menganggapnya sebagai suatu peristiwa yang sangat
menarik sekali, membawa kesan yang mendalam dan sulit untuk
dilupakan olehnya. Giok Hoa menutupi mukanya dengan bantal, karena dia berusaha
untuk tidur. Namun, ketika dia melihat ke arah jendela, di mana
keadaan sangat gelap sekali, dia telah menghela napas.
"Pemuda itu sangat menarik sekali, seharusnya aku tidak perlu
malu-malu lagi kepadanya. Bukankah Suhu sendiri perintahkan
kepadaku agar aku menemani dia?" pikir Giok Hoa.
"Justeru sikapku yang tadi terlalu keras menghadapi pemuda itu.
Dengan demikian telah membuat diapun terpaksa harus mengalah, namun aku tetap terlalu mendesaknya. Jika tadi aku
bisa menahan diri dan tidak terlalu mendesaknya, niscaya, aku
sudah dapat berkawan dengannya, sudah dapat bercakap-cakap
dengan asyiknya......!"
949 Sambil berpikir seperti itu Giok Hoa telah bangun dari tidurnya, dia
duduk di tepi pembaringan.
Di waktu itulah diamendengar suara langkah kaki yang perlahan
sekali menghampiri pintu kamarnya. Cepat-cepat Giok Hoa
merebahkan tubuhnya di pembaringan, karena dia menduga
tentunya orang yang tengah menghampiri itu adalah Suhunya. Dia
telah memejamkan matanya. Namun jantungnya berdegup sangat
keras sekali. Didengarnya suara pintu dibuka, dan Giok Hoa semakin
memejamkan matanya, dia yakin yang masuk adalah gurunya.
Tetapi waktu dia mendengar suara langkah kaki itu berhenti, si
gadis membuka sedikit matanya, mengintai. Dia jadi terkejut,
hampir saja dia mengeluarkan suara jeritan tertahan karena
terkejut dan marah. Yang berdiri di depan pintu kamarnya tidak lain dari seorang lakilaki yang tidak dikenalnya. Seorang yang memiliki potongan tubuh
tinggi kurus, memiliki muka seperti juga tengkorak, dengan rambut
yang tipis, yang waktu itu tengah menyeringai.
950 "Kan..... kau.....?" si gadis beseru tertahan sambil melompat turun
dari pembaringannya dan bersiap sedia untuk menghadapi segala
kemungkinan yang tidak diinginkan.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi orang itu, yang mukanya agak menyeramkan telah berkata
perlahan: "Sudahlah jangan menimbulkan banyak keributan,
karena jika engkau menimbulkan kegaduhan, maka engkau yang
pertama-tama akan kubinasakan..... kau tidak perlu takut padaku!"
Mendengar perkataan orang itu, Giok Hoa membuka matanya
lebar-lebar. Kemudian dia membentak marah: "Siapa kau yang
demikian lancang berani memasuki kamarku"!"
Mendengar pertanyaan si gadis, orang bermuka menyeramkan itu
tertawa mengejek, "Engkau tidak perlu mengetahui siapa adanya
aku..... Tetapi ada sesuatu yang hendak kutanyakan kepadamu,
dan engkau harus menjawabnya dengan sejujurnya.....!"
Sambil berkata begitu, segera juga terlihat orang bermuka
menyeramkan itu telah melangkah dengan tindakan kaki lebar
menghampiri Giok Hoa seperti juga si gadis sama sekali tidak
dipandang sebelah mata. Sedangkan Giok Hoa yang melihat sikap lelaki bermuka
menyeramkan tersebut, dan juga lagaknya yang begitu kurang
951 ajar, telah membuatnya jadi bertambah marah. Lelaki bermuka
menyeramkan ini telah berlaku lancang berani memasuki
kamarnya. Sekarang ini justeru diapun membawa sikap kurang
ajar seperti itu, karenanya dia telah membuat Giok Hoa meluap
kemarahannya. Dengan segera tanpa menantikan lagi datangnya terlalu dekat
orang bermuka menyeramkan itu, Giok Hoa telah menghantam
dengan tangan kanannya. Pukulan kepalan tangan kanannya
mengandung kekuatan tenaga dalam yang sangat dahsyat, karena
Giok Hoa memukulnya dalam keadaan marah sekali.
Tetapi orang memperlihatkan bermuka kurus perasaan terkejut. menyeramkan Dia berdiam itu tidak terus di tempatnya, malah dia mengayunkan lagi kaki kirinya untuk
menghampiri Giok Hoa lebih dekat sama sekali tidak berusaha
mengelak. "Bukkkk!" kepalan tangan Giok Hoa telah menghantam kuat sekali
kepada dada lelaki bermuka menyeramkan itu.
Begitu kepalan tangannya hinggap di dada orang bermuka
menyeramkan itu, seketika itu juga menimbulkan suara yang
sangat keras dan nyaring. Namun terlihat bahwa orang itu tidak
952 bergeming di tempatnya walaupun diterjang oleh hantaman yang
begitu kuat, membuat Giok Hoa kaget sendiri.
Walaupun merasakan kepalan tangannya itu pedih dan sakit, Giok
Hoa tidak memperdulikannya. Dia telah berseru nyaring, kemudian
menghantam lagi dengan sekali gus mempergunakan kedua
tangannya. Giok Hoa memaklumi bahwa orang ini tentu seorang yang memiliki
kepandaian yang tinggi, karena hantaman kepalan tangannya
yang begitu kuat sama sekali tidak dielakannya. Malah dia telah
menerima dengan dadanya, tanpa tubuhnya itu tergerak sedikitpun
dari berdirinya. Dan juga kuda-kuda ke dua kakinya tidak tergeser
walaupun satu dim. Diwaktu menyerang kali ini Giok Hoa telah menghantam dengan
mengerahkan tujuh bagian tenaga lweekangnya, sehingga telah
menimbulkan angin yang berkesiuran sangat kuat sekali.
Orang bertubuh tinggi kurus itu kali ini tidak berani menerima
pukulan Giok Hoa begitu saja, karena ia melihatnya sekali ini ke
dua kepalan tangan Giok Hoa, yang tengah menyambar
kepadanya memiliki kekuatan yang tidak bisa diremehkan. Maka
dia telah cepat-cepat mengelak ke samping.
953 Untung saja Giok Hoa keburu menahan meluncur ke dua
tangannya, kalau tidak dinding papan itu akan hancur terkena
gempuran tangannya. Namun, orang itu yang bertubuh tinggi kurus bukan hanya sekedar
mengelak saja, karena dia telah menghantam dengan punggung
tangannya yang dikibaskannya, yang membuat Giok Hoa jadi
terdesak oleh pukulan tersebut. Karena ketika dia tengah menarik
pulang tenaga serangannya, justeru lawannya itu membarengi
mempergunakan kesempatan tersebut buat mendesak dirinya dan
merubuhkannya. Walaupun bagaimana dia murid tunggal dari wanita baju kuning
she Yo. Di dalam keadaan terdesak seperti itu, cepat sekali dia
telah menangkis dengan tangan kanannya, tangan kirinya telah
dihantamkan ke dada orang itu. Juga tubuhnya dimiringkan ke
kanan, dengan ke dua kakinya dikerahkan tenaga dalam, untuk
memperkuat kuda-kuda ke dua kakinya itu.
Terdengar beberapa kali benturan yang nyaring sekali: "Bukkk.....
bukkk..... dukkk!" Giok Hoa merasakan pergelangan tangannya sakit bukan main,
karena dia telah membenturkan lengannya itu berulang kali.
954 Dengan demikian telah membuat tangannya itu saling bentur
dengan tangan dari orang bertubuh tinggi kurus bermuka
menyeramkan itu. Sesungguhnya, jika hanya kekuatan tenaga dalam dari lawannya,
tidak menjadi persoalan bagi Giok Hoa. Namun justeru begitu
tangannya saling menangkis, terlihat Giok Hoa meringis, sebab dia
telah merasakan bahwa tangannya seperti dialiri oleh api yang
membakar panas sekali. Giok Hoa cepat-cepat melompat mundur, untuk menjauhi diri.
Si wanita berbaju kuning she Yo, guru Giok Hoa, dan juga Ko Tie,
telah mendengar suara ribut-ribut di kamar Giok Hoa, sehingga
waktu itu juga, ke duanya melesat cepat sekali ke kamar Giok Hoa.
Saat itu Giok Hoa tengah terancam bahaya yang tidak kecil, di
mana dia telah diserang lagi beberapa kali oleh orang bermuka
menyeramkan itu, di mana dia mengelakkannya dengan ke susu
sekali. Sedangkan Ko Tie dengan tidak membuang-buang waktu, melihat
keadaan demikian, tubuhnya melesat ke dekat orang bermuka
menyeramkan tersebut. Di kala itu tangan Ko Tie juga menyambar
ke tengkuk orang tersebut.
955 Akan tetapi orang bertubuh kurus dengan muka yang menyeramkan itu benar-benar memiliki keberanian yang luar
biasa. Biarpun dia mengetahui cengkeraman tangan Ko Tie tidak
bisa diremehkan, namun dia tidak menghindar, malah tangan
kanannya tahu-tahu meluncur menghantam dada Ko Tie, sehingga
Ko Tie tidak keburu berkelit keseluruhannya.
Walaupun dia telah bergerak gesit sekali, tokh tidak urung dadanya
kena diserempet oleh serangan tersebut. Dengan begitu telah
membuat dadanya dirasakan bagaikan dibakar oleh panasnya api.
Tetapi tidak urung tangan kanan Ko Tie juga berhasil mencengkeram punggung orang itu. Cuma saja yang membuat Ko
Tie jadi kaget, cengkeramannya itu tidak memberikan hasil.
Dimana jari tangannya seperti juga mencengkeram batu yang
keras sekali. Bahkan sangat licin bukan main, jari-jari tangannya
telah melejit. Dengan begitu, Ko Tie cepat-cepat melompat mundur, waktu ia
ingin maju untuk mulai menyerang orang bermuka menyeramkan
tersebut, si wanita berbaju kuning telah mengibaskan tangannya,
katanya dengan suara tawar. "Hentikan..... siapa kau yang
demikian lancang telah menyelusup ke dalam rumah kami?"
956 Orang bermuka menyeramkan itu tertawa dengan suara yang
sangat tidak sedap didengar, dia telah berkata dengan suara yang
mengejek: "Hemm..... lancang memasuki rumah kalian" Aku
justeru hendak membinasakan kalian semua!"
"Siapa engkau" Dan siapa yang telah mengutus kau ke mari"! Dan
juga engkau hendak melakukan pembunuhan kepada kami,
dendam apa yang engkau miliki?" tanya guru Giok Hoa dengan
suara yang tawar. Sikapnya tenang, dia melihat bahwa orang bertubuh kurus itu
dengan muka yang menyeramkan tersebut memiliki kepandaian
yang agak aneh. Tadi saja waktu dia menyerang Ko Tie, guru Giok
Hoa itu merasakan sambaran angin dari pukulan yang panas
seperti mengandung api. Orang bermuka kurus itu telah menyahuti dengan sikap yang
angkuh sekali: "Engkau anak angkat si buntung Yo Ko, bukan"!"
Ditanya kasar seperti itu membuat muka guru Giok Hoa jadi
berobah, lalu dengan wajah yang dingin, dia bertanya sambil
menahan sabar: "Benar..... memang aku orangnya! Dan apa
keperluan kau ke mari"!"
957 "Hemm, sudah kukatakan, aku hendak membunuh kalian!
Walaupun sampai kapan, keluarga Yo merupakan musuh tunggal
kami! Dengarlah baik-baik! Tentu kau pernah mendengar nama
besar guruku, yaitu Nie Mo Cu! Kau pernah mendengarnya
bukan"!" (Mengenai Nie Mo Cu dapat diikuti dalam Sin-tiauwhiap-lu).
Muka guru Giok Hoa berobah, dia memandang teliti lagi kepada
orang di hadapannya ini. Mukanya yang menyeramkan dan
kepandaiannya yang tinggi dan juga sesat ilmunya itu, di mana dia
cara menyerang memperlihatkan bahwa ilmunya itu mengandung
semacam kesesatan yang mengerikan.
Memang guru Giok Hoa telah mendengar banyak perihal Nie Mo
Cu dari ayah dan ibu angkatnya. Kepandaian Nie Mo Cu memang
hebat sekali. Tetapi menurut Yo Ko maupun Liong Lie, Nie Mo Cu diduga telah
terbinasa dalam suatu pertempuran, di mana Nie Mo Cu telah
mengalami kematian yang mengerikan. Diapun dalam keadaan
terluka parah waktu melarikan diri, namun akhirnya setelah
melarikan diri beberapa jauh, dia terputus napasnya juga.
958 Karena dari itu, sekarang mendengar bahwa orang yang bermuka
bengis ini adalah murid Nie Mo Cu, guru Giok Hoa telah
memandangnya dengan tajam, karena dilihatnya bahwa orang itu
rupanya bicara tidak berdusta, sebab kepandaiannya yang
memang tinggi. Tetapi mengenai murid Nie Mo Cu ini, belum pernah didengar oleh
guru Giok Hoa. Yo Ko ataupun Siauw Liong Lie belum pernah
menyebutkan perihal murid Nie Mo Cu ini.
Maka guru Giok Hoa telah berkata dengan suara yang dingin:
"Baiklah, jika memang engkau murid Nie Mo Cu, si sesat itu lalu
apa yang kau inginkan"!"
"Membunuh kalian..... orang-orang yang memiliki hubungan
dengan Yo Ko, si buntung keparat itu.....!" menyahuti orang
bermuka bengis itu. "Baik! Aku ingin melihat dengan cara apa kau hendak membunuh
kami.....!" Sambil berkata begitu, guru Giok Hoa memperdengarkan
suara tertawa dingin, dan dia menantikan serangan dari orang itu.
Sedangkan orang bermuka bengis itu memang sesungguhnya
bicara dari hal yang sebenarnya. Dia memang murid dari Nie Mo
Cu. 959 Waktu Nie Mo Cu malang melintang di daratan Tiong-goan, dia
tengah berusaha menciptakan semacam ilmu yang sangat hebat
sekali. Dan juga dia telah menerima beberapa orang murid. Tidak
beruntung murid-muridnya itu, tidak memiliki kecerdasan yang
dikehendakinya, agar dapat mewarisi seluruh kepandaiannya.
Hanya satu dari sekian muridnya itu, yaitu Beng Ko Kouw saja
ternyata memenuhi syaratnya, di mana Beng Ko Kouw merupakan
seorang yang sangat cerdas sekali dan memiliki bakat yang
dikehendakinya. Dengan begitu telah membuat Nie Mo Cu
menurunkan seluruh kepandaiannya itu dengan penuh perhatian.
Dan Beng Ko Kouw memang telah berhasil untuk mewarisi seluruh
kepandaian gurunya. Namun waktu dia hendak mempelajari jurus-jurus simpanan dari
gurunya tersebut, justeru diwaktu itulah nasib Nie Mo Cu telah tiba
pada saat naasnya. Dia telah terbinasa. Sebetulnya Beng Ko Kouw
bermaksud hendak menuntut balas diwaktu itu juga.
Namun sebagai seorang yang cerdas, segera juga dia menyadarinya, hal itu tidak mungkin untuk dilakukannya, karena
jika saja dia keluar untuk menuntut balas. Malah kemungkinan
besar dia sendiri yang akan terbunuh di tangan musuh-musuh
gurunya. 960 Yang paling dibenci Beng Ko Kouw adalah Yo Ko, maka dia juga
telah menindih perasaan dendam dan sakit hatinya. Karena kelak
jika dia telah memiliki kekuatan, telah dapat melatih kepandaiannya mencapai puncak kesempurnaan, barulah dia
akan muncul untuk menuntut balas.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena itu, dia telah berlatih diri terus, hidup bersembunyi di kaki
gunung Ko-san, di sebuah lembah selama sepuluh tahun, di mana
dia selalu berlatih tanpa mensia-siakan waktunya sedikit pun juga.
Sehingga dia telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Setiap hari dia berlatih dengan tekun, jika bukan makan, istirahat
dan tidur, maka dia selalu berlatih diri. Tidak ada suatu pekerjaan
yang dilakukannya selain berlatih ilmu silatnya.
Dengan demikian telah membuat Beng Ko Kouw mendapat
kemajuan yang sangat pesat sekali, ilmunya telah mencapai
tingkat yang bisa diandalkannya. Malah Beng Ko Kouw pun yakin
bahwa dia telah dapat menghadapi lawan-lawannya, karena dia
yakin ilmunya sekarang telah terlatih dengan sebaik-baiknya.
Juga di samping itu Beng Ko Kouw telah mempelajari ilmu racun
dan juga cara-cara mempergunakan racun yang sangat ampuh
961 sekali. Dari gurunya dia telah diajarkan cara mempergunakan
racun yang paling hebat. Di samping itu juga Beng Ko Kouw telah dapat mengolahnya ilmu
mempergunakan racun itu menjadi semacam ilmu yang luar biasa
dahsyatnya. Sekali saja dia mempergunakannya, maka racun yang
dipakainya merupakan racun yang paling ampuh.
Dalam keadaan demikianlah segera tampak Beng Ko Kouw telah
mencapai tingkat yang paling bisa diandalkan. Karena memang dia
merupakan orang yang sangal tekun dan cerdas sekali dalam
mempergunakan kepandaiannya itu untuk mencapai kemajuan
yang benar-benar diinginkannya. Selama puluhan tahun hidup
mengasingkan diri, dan sekarang dia telah menjadi seorang yang
tangguh. Karena yakin bahwa dia telah memiliki kepandaian yang tinggi
itulah, dia telah muncul menyelidiki jejak Yo Ko.
Akan tetapi dia tidak berhasil memperoleh keterangan di mana
beradanya Yo Ko. Dia hanya mendengar dari beberapa tokoh persilatan bahwa Yo
Ko dan Siauw Liong Lie selain memiliki putera tunggal yang
962 bernama Yo Him, juga mempunyai seorang anak angkat, yaitu si
gadis yang selalu berpakaian kuning.
Secara kebetulan sekali, waktu lewat di gunung Heng-san, dia
melihat nona Yo itu, yang berpakaian serba kuning, tengah
membeli beberapa macam keperluan sayur dan juga beberapa
barang lainnya di salah sebuah perkampungan di kaki gunung
Heng-san tersebut. Karenanya segera dia mengikutinya. Dia
melihat ketika mendaki gunung Heng-san, wanita itu memiliki ginkang yang sangat tinggi sekali, tubuhnya dapat bergerak ringan
sekali, sehingga dia yakin inilah anak angkat dari Yo Ko.
Setelah yakin orang yang dicarinya ini diketahui jejaknya dan
menetap di puncak Heng-san, Beng Ko Kouw tidak segera
bertindak. Dia ingin bertindak perlahan-lahan dan penuh perhitungan, untuk mencapai sukses yang diinginkannya, agar
dapat membinasakan lawannya ini.
Walaupun Yo Ko dan Siauw Liong Lie tidak berhasil dicari jejaknya,
namun dia menemuinya anak angkat Yo Ko dan Siauw Liong Lie
ini, maka jelas inipun cukup memuaskan hatinya jika saja dia dapat
membinasakannya. Dan karena dari itu, dia telah beberapa hari
berusaha menyelidiki keadaan wanita she Yo tersebut.
963 Waktu itu juga dia telah melihat Ko Tie yang berkunjung ke rumah
gadis yang selalu berpakaian kuning itu, guru Giok Hoa.
Beng Ko Kouw menduga tentunya Ko Tie salah seorang yang
memiliki hubungan dengan Yo Ko dan Siauw Liong Lie juga.
Karenanya Beng Ko Kouw jadi merencanakan lebih hati-hati lagi
maksudnya untuk membunuh guru Giok Hoa, Giok Hoa dan Ko Tie.
Dia melihat, kepandaian Giok Hoa memang tinggi dan cukup
terampil, tetapi dia tidak memandang sebelah mata, karena gadis
itu masih kurang pengalaman. Tidak demikian dengan guru Giok
Hoa, yang dari gerakan tubuhnya saja diketahui gin-kangnya
sangat tinggi. Begitu juga dengan Ko Tie. Dengan kedatangan pemuda ini,
walaupun dia yakin kepandaian Ko Tie tidak lebih tinggi dari
kepandaiannya, tokh ini mempersulit juga Beng Ko Kouw untuk
mencapai maksudnya. Akhirnya dia mengambil keputusan untuk membinasakan Giok
Hoa lebih dulu. Itulah sebabnya dia masuk secara diam-diam. Dia
bermaksud untuk membinasakan Giok Hoa, kemudian menghadapi guru Giok Hoa.
964 Namun siapa tahu, dia tidak berhasil dengan maksudnya itu,
karena justeru Giok Hoa memberikan perlawanan dan telah
menimbulkan keributan di kamarnya, membuat gurunya dan Ko Tie
telah datang. Dengan demikian gagallah Beng Ko Kouw untuk
membunuh Giok Hoa. Dan sekarang, setelah wanita berpakaian kuning itu, guru Giok
Hoa berdiri dengan sikap menantikan serangan darinya, Beng Ko
Kouw tidak tinggal diam. Nie Mo Cu merupakan seorang yang
memiliki kepandaian yang sangat beraneka ragam. Dia memiliki
kepandaian yang dahsyat sekali, yang mengandung kesesatan.
Karena itu walaupun bagaimana hebatnya latihan yang dilakukan
oleh Beng Ko Kouw untuk melatih lweekang dari aliran lurus,
meluruskan juga lweekangnya, namun dia masih gagal. Semakin
tinggi tingkat lweekang yang dicapainya, maka semakin tersesat
juga lweekangnya itu. Sekarang, dia telah berhasil mencapai tingkat lweekang yang bisa
menghancurkan batu dengan hanya meremas perlahan saja. Juga
tubuhnya telah kebal. Kulit tubuhnya dapat dibuat seperti juga
sekeras baja atau bata, sehingga jika dia terserang maka kulit itu
akan dapat bertahan dari serangan lawannya, malah tangan lawan
sendiri yang akan melejit.
965 Maka sekarang melihat guru Giok Hoa telah bersiap-siap untuk
menerima serangan darinya, sedangkan Ko Tie dan Giok Hoa telah
berdiri berendeng satu dengan lain di pinggir ruangan. Beng Ko
Kouw tertawa dingin, dia telah mengerahkan lweekangnya pada
tingkat yang tinggi, di mana dia juga hendak mempercepat
pertempuran yang akan terjadi ini, agar dia dapat cepat-cepat
merubuhkan guru Giok Hoa.
Dengan langkah perlahan-lahan, mukanya yang berobah semakin
hijau, tampak Beng Ko Kouw telah menghampiri guru Giok Hoa.
Sikapnya mengancam sekali.
Guru Giok Hoa juga yakin bahwa lawannya ini bukanlah lawan
yang mudah dihadapi karena dilihat sepintas lalu saja, juga dari
sorot matanya yang kebiru-biruan mengandung kesesatan itu,
menunjukkan orang ini memang memiliki kepandaian yang tidak
bisa dipandang remeh. Beng Ko Kouw merasakan bahwa waktunya telah tiba. Tahu-tahu
tangan kanannya telah diangkatnya, dia telah memandang kepada
guru Giok Hoa dengan sorot mata yang tajam sekali. Dia
bermaksud untuk mencari-cari kelemahan yang ada pada guru
Giok Hoa ini, agar sekali menyerang dia tidak akan menemui
kegagalan. 966 Tetapi tengah dia mengawasi begitu, dengan tangan kanan
bergerak terangkat perlahan-lahan, guru Giok Hoa justeru telah
mengibas. "Mulailah!" bentak guru Giok Hoa, dan suaranya itu tenang sekali,
dimana dari kibasan tangannya itu telah meluncur kekuatan tenaga
lweekang yang sangat dahsyat sekali, yang telah menyambar
kepada lawannya. Beng Ko Kouw merasakan betapa kuatnya tenaga kibasan tangan
guru Giok Hoa, tetapi diapun tidak mau berayal. Tangan kanannya
yang memang telah terangkat itu digerakkan, dia telah menghantam dengan kuat sekali. Dengan demikian membuat guru
Giok Hoa merasakan dadanya itu seperti didesak oleh serangkum
angin yang sangat panas sekali, yang membuat napasnya jadi
menyesak. Dalam keadaan seperti inilah segera juga guru Giok Hoa
mengempos semangatnya. Dia telah mengerahkan tenaga
dalamnya yang murni, dan juga telah merangkapkan ke dua
tangannya. Tangan kanannya digerakkan dengan cara yang
sangat cepat hendak menjambret tangan kiri dari lawannya, tangan
kirinya sendiri mendorong dengan gcrakan yang perlahan.
967 Memang dorongan itu perlahan, namun tenaga yang meluncur
keluar dari telapak tangannya sangat kuat sekali, menolak angin
pukulan tangan kanan dari Beng Ko Kouw. Dengan begitu, tanpa
berkelit, dan merobah kedudukan kuda-kuda ke dua kakinya, dia
telah berhasil menolak tenaga serangan dari Beng Ko Kouw.
Dan juga akibat dorongan tangan dari guru Giok Hoa tersebut,
Beng Ko Kouw merasakan menyambarnya gelombang tenaga
yang membuat tubuhnya jadi tergetar.
Bukan main terkejutnya Beng Ko Kouw. Dia tidak menyangka
bahwa anak angkat dari Yo Ko memiliki kepandaian yang demikian
hebat. Semula dia hanya menduga, dalam beberapa jurus dia
sudah dapat menyelesaikan pertempuran ini.
Namun siapa sangka, lweekang dari anak angkat Yo Ko rupanya
tidak lemah dan tidak berada di sebelah bawah lweekangnya. Jika
dilihat dari cara dia menolak tenaga serangan Beng Ko Kouw,
maka hal ini memperlihatkan lweekang dari anak angkat Yo Ko
merupakan lweekang yang bersih dan lurus, walaupun memang
masih terdapat kekurangan sedikit dan berada di bawah tingkat
Beng Ko Kouw tokh lweekang itu bersih, sehingga dapat dianggap
seimbang. 968 Telah puluhan tahun Beng Ko Kouw melatih diri dengan giat dan
mempergunakan seluruh waktunya untuk memiliki kepandaian
yang paling tinggi. Tetapi siapa sangka, menghadapi anak angkat
Yo Ko saja dia tidak berhasil mendesaknya, malah tenaga
serangannya itu dapat dipunahkan begitu mudah oleh anak angkat
Yo Ko. Namun Beng Ko Kouw yang memang telah melatih diri dengan giat
dan kini memiliki kepandaian tinggi, tidak mau menyerah begitu
saja. Waktu dia merasakan kuda-kuda ke dua kakinya hampir tergempur
dan dia akan mundur terhuyung, cepat-cepat dia menancapkan ke
dua kakinya kuat-kuat. Dia mengerahkan tenaga dalamnya pada
ke dua kakinya, tahu-tahu tubuhnya menjengkang ke belakang,
membarengi dengan itu, segera juga dia telah menjeblak bangun
lagi, kemudian menghantam sekaligus dengan ke dua telapak
tangannya. Guru Giok Hoa sama sekali tidak menyangka akan terjadi hal
seperti itu, karena apa yang dilakukan oleh Beng Ko Kouw
merupakan kejadian yang terlalu berani, di mana Beng Ko Kouw
seperti juga tidak memperdulikan keselamatan dirinya. Dia seakan
969 juga hendak mempertaruhkan jiwanya, mengajak guru Giok Hoa
mengadu jiwa. Karena itu, dia cepat-cepat menarik pulang tangannya, untuk
berputar di tempatnya, tubuhnya doyong ke kiri dan ke kanan, dia
telah menyampok ke arah samping, berusaha memunahkan
tenaga lawannya tersebut. Apa yang dilakukannya itu merupakan
cara yang paling baik buat guru Giok Hoa, karena dengan cara
berputar seperti itu, dia telah membuat desakan tenaga serangan
dari Beng Ko Kouw jadi lenyap dan punah, karena tidak mengenai
sasarannya. Dan juga berbareng dengan itu dia menyerang dengan cara
menyampok ke samping. Itulah cara yang benar-benar cepat sekali, tepian telapak
tangannya telah menyambar ke arah iga Beng Ko Kouw.
Hanya saja Beng Ko Kouw yang memang telah berlaku nekad,
diwaktu mengetahui lawannya memiliki kepandaian yang tinggi.
Dia bermaksud merubuhkannya dengan cepat, tidak memperdulikan hantaman tepian telapak tangan guru Giok Hoa,
dia membiarkan hantaman itu mengenai iganya. Kemudian dia
telah menghantam pundak guru Giok Hoa.
970 "Bukkkk!" kuat sekali pundak guru Giok Hoa terkena hantamannya.
Giok Hoa yang melihat gurunya terhajar seperti itu, jadi
mengeluarkan seruan kuatir dan hendak melompat. Sedangkan Ko
Tie yang berdiri di sampingnya juga telah ingin melompat untuk
menolongi guru Giok Hoa. Namun dia tidak jadi melompat, karena
melihat guru Giok Hoa hanya mundur satu langkah ke belakang,
dengan muka yang agak pucat, tokh tidak sampai rubuh.
Sedangkan Beng Ko Kouw juga rupanya mengalami hal yang
kurang menggembirakan! Semula Beng Ko Kouw yakin, walaupun tepian telapak tangan guru
Giok Hoa menghantam iganya, tokh pukulan itu tidak akan
membuatnya terluka. Karena dia telah membuat kulit tubuhnya di
bagian tersebut jadi kebal dan kuat sekali, buat menerima
hantaman tersebut. Namun, waktu tepian telapak tangan anak angkat Yo Ko ini
mengenai sasarannya, dia merasakan tepian tangan itu seperti
tajamnya mata pisau, membuat kekebalan tubuhnya seperti juga
dipunahkan. Dan dia merasa kesakitan yang bukan main, sampai
membuat kuda-kuda ke dua kakinya tergoncang, dan dia
terhuyung mundur satu langkah.
971 Dilihatnya selintas lalu, lweekang dari Beng Ko Kouw dan anak
angkat Yo Ko, memang setingkat. Yang satu melatih lweekang
yang sesat, sedangkan yang satunya lagi lweekang bersih dan


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lurus. Walaupun memang sesungguhnya Beng Ko Kouw memiliki
lweekang yang mungkin menang seraut dari lweekangnya anak
angkat Yo Ko, tokh lweekangnya merupakan lweekang yang sesat.
Dengan demikian membuat lweekang guru Giok Hoa yang lurus
dan bersih itu dapat juga menutupi kekurangannya. Itulah
sebabnya mereka yang ke duanya telah masing-masing kena
dihantam, jadi saling mundur terhuyung satu langkah.
Muka guru Giok Hoa waktu itu agak pucat. Dia mengetahui bahwa
tenaga dalamnya tergempur oleh pukulan Beng Ko Kouw. Dia
merasakan pundaknya sakit sekali, tetapi dia cepat-cepat
mengerahkan tenaga dalamnya, guna mengurangi rasa sakit itu
dan melancarkan kembali peredaran darah di bagian pundaknya.
Dalam keadaan seperti itu Beng Ko Kouw pun tidak tinggal diam.
Setelah rasa sakit pada iganya berkurang, dengan mengeluarkan
suara raungan, dia telah menerjang kepada guru Giok Hoa.
972 Anak angkat Yo Ko ini tidak berani berayal. Dia menyadari
lawannya seorang yang memiliki kepandaian tinggi dan lweekang
yang terlatih baik sekali, walaupun sesat. Karena itu guru Giok Hoa
ini segera mengempos semangatnya. Dia berdiri tegak mengawasi
datangnya terjangan dari lawannya.
Dilihatnya juga sepasang tangan dari Beng Ko Kouw telah
berkesiuran menyambar kepadanya cepat sekali, mengeluarkan
hawa yang sepanas api. Maka dia juga mengangkat ke dua
tangannya, bersiap-siap hendak mendorong, untuk mengadu
kekuatan tenaga dalamnya, menghadapi keras dilawan keras.
Namun waktu guru Giok Hoa mendorong tangannya, aneh sekali
Beng Ko Kouw menarik pulang ke dua tangannya, tahu-tahu dia
menekuk ke dua tangannya. Tubuhnya berjumpalitan di tengah
udara, kemudian dia mengibaskan tangan kanannya.
"Wuttt..... wuttt..... serrr..... serrr....."!" terdengar sambaran yang
sangat kuat sekali ke arah guru Giok Hoa, disusul berkelebatnya
beberapa titik sinar yang menyambar ke berbagai tubuh guru Giok
Hoa. Tetapi dasarnya memang anak angkat Yo Ko ini memiliki
kepandaian yang sangat tinggi dan juga mata yang awas sekali,
973 ketika melihat menyambarnya titik-titik sinar itu, segera juga dia
mengibaskan lengan bajunya.
Dia telah berhasil menyampok beberapa batang jarum yang
semula menyambarnya dengan kuat sekali. Dan jarum-jarum itu
dua batang jatuh di lantai, sedangkan yang sebatang lagi
menancap di dinding papan di sebelah kanannya.
Hanya yang luar biasa mengejutkan, begitu jarum tersebut nancap
di dinding papan itu, papan di sekitarnya menjadi hitam hangus!
Menggidik guru Giok Hoa melihat itu, karena dia menyadari jarum
itu ternyata sangat beracun sekali.
Sedangkan Ko Tie bukan main gusarnya, "Manusia rendah!"
kutuknya. "Ya..... dia mempergunakan senjata rahasia beracun!" menggumam Giok Hoa dengan suara yang berkuatir sekali.
Rupanya sekarang guru Giok Hoa juga sudah habis sabar. Dia
menyadari murid Nie Mo Cu itu seorang yang berhati busuk dan
rendah. Karena itu dia tidak akan sungkan-sungkan lagi
menghadapinya. 974 Segera juga, dengan gerakan yang hampir sulit dilihat oleh mata,
tangannya telah mencabut pedang dari balik kunnya. Dia bersiapsiap menghadapi lawannya dengan Giok-lie-kiam-hoat nya!
Beng Ko Kouw yang melihat guru Giok Hoa mencabut pedang,
segera dia menyadari, akan lebih sulit merubuhkan lawannya ini.
Karena dia tahu, anak angkat Yo Ko ini pasti akan mempergunakan
ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat!
Karena, memang Beng Ko Kouw sering juga dengar bahwa Yo Ko
dan Siauw Liong Lie memiliki ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat yang
hebat, sampai pun jago-jago Mongolia yang pernah bertempur
dengannya jadi mengakui tunduk terhadap hebatnya ilmu pedang
itu. Tetapi Beng Ko Kouw tidak jeri. Dia segera mencabut senjatanya
juga. Ternyata senjata Beng Ko Kouw sebuah senjata yang sangat aneh
sekali. Seutas rantai besi, yang setiap sisi dari sambungan rantai
itu memiliki beberapa mata besi yang tajam sekali dan berwarna
kebiru-biruan, menunjukkan setiap mata besi itu mengandung
racun. 975 Gandulan rantai besi itu juga aneh bentuknya, memiliki bentuk lima
persegi, dengan setiap sudut seginya itu menonjol besi tajam,
semacam gigi-gigi roda. Dengan demikian, setiap kali rantai
tersebut digunakan, pasti akan membuat lawannya itu terdesak
hebat oleh hawa racun yang terpancar dari rantai luar biasa
tersebut. Diwaktu itu, Beng Ko Kouw sudah tak mau membuang-buang
waktu lagi, rantainya telah digerakkan menyambar ke sana ke mari
kepada guru Giok Hoa, bagaikan seekor naga yang mengincar
mangsanya. Dengan mengandalkan gin-kangnya, guru Giok Hoa telah berkelit
ke sana ke mari. Entah berapa kali, gigi-gigi dari gandulan rantai tersebut telah
menancap di dinding papan.
Dan Setiap kali menancap, maka dinding papan itu menjadi hangus
dan retak. Dengan demikian guru Giok Hoa menyadarinya bahwa rantai Beng
Ko Kouw merupakan senjata yang tidak boleh dipandang ringan
olehnya. Sambil bersiul nyaring tampak guru Giok Hoa telah
976 menggerakkan pedangnya, dia memutarnya dengan cepat sekali,
menyambar ke sana ke mari.
Dengan gerakannya yang lemah gemulai, jelas guru Giok Hoa
telah mengeluarkan Giok-lie-kiam-hoat tingkat yang tertinggi,
sehingga tubuhnya seperti juga tengah menari, di mana
pedangnya berkelebat-kelebat dalam bentuk gulungan sinar yang
telah mengancam bagian-bagian berbahaya di tubuh Beng Ko
Kouw. Cuma saja, memang waktu itu Beng Ko Kouw pun telah
mengeluarkan kepandaiannya yang dapat diandalkan, dan juga
rantainya yang luar biasa itu merupakan rantai yang tidak bisa
diremehkan. Mereka bertempur seru sekali sampai puluhan jurus,
tanpa terlihat tanda-tanda dari ke duanya sebagai pihak pemenang
ataupun juga pihak pecundang.
Dalam keadaan seperti ini Beng Ko Kouw tampak mulai gugup. Dia
jengkel dan murka di samping gelisah, karena sejauh itu dia belum
bisa mendesak lawannya. Apalagi memang pedang dari guru Giok Hoa menyambar-nyambar
dengan kecepatan seperti juga sambaran kilat, membuat dia selalu
harus mengelak ke sana ke mari dengan sibuk, dan jadi tidak bisa
977 mencurahkan seluruh kepandaiannya untuk menggerakkan rantainya yang luar biasa.
Karena jengkel dan penasaran bercampur murka, maka akhirnya
Beng Ko Kouw telah memutar rantainya tersebut dengan kuat,
yang berpusing sangat cepat, sehingga tidak terlibat lagi lowongan
yang ada pada penjagaannya itu.
Tentu saja pedang guru Giok Hoa sementara waktu tidak bisa
menerobos memasuki lowongan di antara berputarnya rantai itu, di
mana pedangnya itu seperti tidak berdaya untuk menerobos
pertahanan Beng Ko Kouw. Sedangkan Ko Tie yang menyaksikan jalan pertempuran tersebut,
jadi mementang matanya lebar-lebar.
Dia melihat, walaupun kepandaian dan ilmu Beng Ko Kouw
menjurus ke jalan yang sesat, tokh tetap saja ilmu silat dan
lweekang dari Beng Ko Kouw tinggi sekali.
Malah jika memang Ko Tie harus menghadapinya, belum tentu dia
bisa mengimbanginya. Giok Hoa juga membuka matanya lebar-lebar. Jika sebelumsebelumnya dia menduga sekarang dirinya telah memiliki
978 kepandaian yang tinggi dan tidak perlu takut terhadap siapapun
juga justeru sekarang hatinya jadi ciut sendirinya.
Semula dia telah ketemu batunya pada Ko Tie. Walaupun memang
kepandaian mereka berdua setingkat, tokh tetap saja memang
kepandaian Ko Tie memiliki latihan yang lebih kuat.
Lalu sekarang melihat kepandaian Beng Ko Kouw, maka dia jadi
berpikir, bahwa di dalam rimba persilatan memang terdapat
banyak sekali orang-orang gagah. Dengan begitu telah membuat
dia jadi berpikir untuk berlatih diri lagi lebih giat di waktu-waktu
mendatang. Beng Ko Kouw sendiri, berulang kali telah berusaha mendesak
guru Giok Hoa. Dia memutar terus rantainya dengan cepat,
sehingga membuat guru Giok Hoa harus berusaha menjauhi diri
dari sambaran rantai tersebut.
Walaupun bagaimana hebatnya ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat
yang dimainkan guru Giok Hoa, tokh tetap saja ukuran pedang jauh
lebih pendek dari rantai senjata lawannya itu.
Dengan demikian jelas, daya jangkaunya juga terbatas sekali, dan
jika dia berlaku nekad juga hendak memaksakan diri menikam
979 dalam keadaan rantai itu diputar berpusingan seperti itu oleh
lawannya, niscaya hal ini bisa mengancam keselamatan dirinya.
Karena itu, belakangan guru Giok Hoa hanya mengandalkan ginkangnya, ia lebih banyak berkelit ke sana ke mari dengan lincah.
Setiap kali dia bisa berkelit, setiap kali pula dia mencari
kesempatan buat membalas menyerang. Tetapi dengan cara
bertempur seperti ini membuat guru Giok Hoa tampaknya agak
terdesak. Berulang kali guru Giok Hoa berusaha untuk balas mendesak
kepada Beng Ko Kouw, tetapi selalu juga dia gagal, karena
berulang kali pula rantai dari lawannya yang mengandung racun
telah mendesak padanya. Hanya disebabkan gin-kangnya yang telah tinggi pula, membuatnya dapat menghadapi desakan rantai berantai beracun
itu, yang disertai setiap kali menyambar dengan lweekang yang
sangat tinggi dan kuat. Ko Tie melihat keadaan guru Giok Hoa seperti itu, tidak bisa tinggal
diam. 980 Pemuda ini diam-diam berpikir di dalam hatinya: "Orang ini seorang
yang rendah dan berhati busuk, juga menggunakan senjata
beracun!" Karena itu Ko Tie tidak sungkan-sungkan lagi, dia tiba-tiba
mencelat menyerang kepada Beng Ko Kouw sambil berseru: "Yo
Peh-bo..... maafkan aku ikut mencampurinya."
Dan waktu berseru begitu, tangan kanannya telah menghantam
dengan kuat ke punggung Beng Ko Kouw.
Sebetulnya Beng Ko Kouw meremehkan Ko Tie. Namun waktu itu
dia merasakan tenaga serangan Ko Tie agak luar biasa. Kuat dan
dingin sekali. Tentu saja hal ini sangat mengejutkannya, dia tidak berani berayal.
Jika semula dia bermaksud menahan pukulan itu dengan
punggungnya yang dibuat kebal, maka sekarang dia berbalik
berpikir, dia telah berkelit.
Hanya disebabkan dia berkelit maka gerakan rantainya jadi agak
lambat. Dan guru Giok Hoa telah mempergunakan kesempatan
tersebut, di mana dia telah menikam dengan pedangnya lurus ke
arah lambung Beng Ko Kouw.
981 Memang benar Beng Ko Kouw bisa mengelak dari tenaga
hantaman Ko Tie, tetapi sekarang dadanya terancam oleh pedang
guru Giok Hoa. Cepat-cepat dia menjejakkan kakinya, tubuhnya
menyingkir setengah tombak, dan rantainya cepat-cepat disilangkan. Dia telah memegang ujung yang lainnya, diangkat buat menangkis
pedang guru Giok Hoa. Pedang dan rantai saling bentur dengan
keras, di waktu itu telah menimbulkan getaran yang sangat keras
sekali. Dan Beng Ko Kouw telah berhasil menyelamatkan dirinya.
Hanya saja, hati Beng Ko Kouw jadi tercekat ketika melihat akibat
pukulan yang dilakukan oleh Ko Tie, pada dinding papan itu, telah
terbungkus oleh salju. Tentu saja keadaan seperti ini membuat Beng Ko Kouw jadi
berpikir di dalam hatinya entah siapa adanya pemuda ini, yang ilmu
pukulannya demikian luar biasa.
Sedangkan guru Giok Hoa waktu itu tidak memberikan kesempatan berpikir padanya. Begitu tikamannya kena ditangkis
oleh Beng Ko Kouw, segera dia membarengi dengan dua jurus
serangan lagi. 982 Tikaman demi tikaman telah meluncur dengan cepat sekali seperti
kilat saja, sinar pedang itu telah berkelebat menyambar dengan
hebat. Dalam keadaau seperti inilah, Beng Ko Kouw pun tidak berani
membuang wktu lagi. Dia telah memutar rantainya lagi.
"Tranggg.... Tranggg,.....!" tangkisan rantai Beng Ko Kouw
membuat pedang guru Giok Hoa tergetar.
Namun Beng Ko Kouw tidak bisa berbuat banyak, dia tidak bisa
membalas menyerang kepada guru Giok Hoa, karena waktu itu


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terlihat Ko Tie telah menerjang lagi. Tangan kanannya telah
menghantam pula dan Beng Ko Kouw merasakan lagi sambaran
angin pukulan yang keras dan kuat mengandung hawa dingin yang
luar biasa. Sekali ini Beng Ko Kouw mengelakkan diri agak terlambat,
membuat punggungnya kena diserempet oleh angin pukulan itu.
Dalam kagetnya dia merasakan punggungnya dingin, bukan main,
darah di bagian punggungnya seperti juga jadi membeku. Beng Ko
Kouw telah memutar tubuhnya cepat-cepat, dia telah menghantam
Ko Tie dengan rantainya. 983 Hantaman rantai itu memang cepat sekali, dan Ko Tie tidak
menyangka bahwa Beng Ko Kouw bisa menyerampang seperti itu.
Ko Tie melompat mengelakkan diri, terlebih lagi dia telah
mengetahui bahwa rantai itu beracun.
Dan mempergunakan kesempatan itu, diwaktu Ko Tie mengelak
menjauhi diri dan guru Giok Hoa juga belum menyerangnya, baru
menggerakkan tangannya akan menikam lagi, Beng Ko Kouw telah
bergulingan, sampai ke dekat pintu ruang tengah.
Kemudian Beng Ko Kouw berdiri, katanya. "Manusia-manusia
rendah tidak tahu malu! Hanya sedemikian sajakah anak dari si
buntung Yo Ko yang digembar-gemborkan sebagai pendekar lurus
dan bersih, seorang pendekar besar yang paling jantan dan
gagah" Hemm, tidak tahunya hanya terdiri dari manusia-manusia
rendah belaka.....!"
Setelah berkata begitu, dia memutar tubuhnya melesat keluar
rumah. Guru Giok Hoa yang waktu itu tengah penasaran tidak mau
melepaskan Beng Ko Kouw. Dengan satu kali jejakan kakinya pada
lantai, dia juga telah melesat keluar.
Ko Tie juga telah menyusul keluar, disusul dengan Giok Hoa.
984 Tetapi Beng Ko Kouw rupanya tidak mau membuang-buang waktu
lagi, begitu sampai di luar, dia telah berlari pesat sekali
meninggalkan tempat itu. Menyaksikan orang hendak angkat kaki, karena merasa terdesak
dikepung oleh guru Giok Hoa dan Ko Tie, yang ternyata pukulan
Inti Esnya memang tidak bisa diremehkan, Giok Hoa tidak mau
melepaskannya. Segera gadis itu bersiul nyaring sekali.
Terdengar di tengah udara suara pekikan nyaring dari burung
rajawali putih. Kemudian tampak burung rajawali putih itu terbang
berputaran mengejar Beng Ko Kouw.
Hati Beng Ko Kouw terkesiap. Dengan adanya burung rajawali
putih itu, yang tampak ukuran tubuhnya sangat besar lain dari
burung rajawali putih biasanya, dan juga di waktu itu kibasan ke
dua sayapnya telah membuat daun-daun dan debu di sekitar
tempat itu bertebaran, Beng Ko Kouw jadi mengeluh.
Jika burung rajawali putih itu saja memang dia tidak pandang mata.
Tentu dia bisa menghadapinya, bahkan dia masih sanggup buat
membunuhnya. Apa hebatnya seekor burung rajawali"
985 Tetapi yang membuat Beng Ko Kouw kuatir, kalau burung rajawali
itu menyerangnya tentu dia akan terhambat dan dengan demikian
akan membuat guru Giok Hoa dan Ko Tie bisa menyusulnya.
Karena berpikir begitu, maka tampak Beng Ko Kouw telah
mengerahkan tenaganya, dia menjejakkan sepasang kakinya dan
berlari lebih keras lagi, di mana tubuhnya seperti juga terbang,
dengan ke dua kakinya tidak menginjak tanah lagi!
Burung rajawali putih itu memang mengejarnya dan tidak mau
membiarkan Beng Ko Kouw dapat meloloskan diri. Karena dia tadi
telah menerima perintah dari Giok Hoa, agar menahan dan
menyerang Beng Kou Kouw. Sambil mengeluarkan suara pekikan
yang nyaring burung rajawali putih itu telah terbang meluncur
menyambar kepada Beng Ko Kouw.
Beng Ko Kouw sambil berlari terus, telah mengayunkan tangan
kanannya. Dia melontarkan beberapa batang jarum beracunnya ke
arah burung rajawali putih tersebut.
Burung rajawali putih itu begitu melihat beberapa sinar yang
menyambar kepadanya, segera mengeluarkan pekik nyaring
penuh kemarahan. Dia telah mengibaskan sayapnya, di mana
986 tenaga sampokan sayapnya membuat jarum-jarum itu runtuh ke
atas tanah. Sedangkan sepasang cakarnya telah diulurkannya, untuk mencengkeram punggung Beng Ko Kouw. Yang dilakukannya itu
merupakan gerakan yang sangat berbahaya sekali, karena jika
sampai terkena cengkeraman tersebut, niscaya akan membuat
Beng Ko Kouw menghadapi bahaya tidak ringan, di mana dia bisa
dibawa terbang oleh burung rajawali tersebut.
Di waktu itu Beng Ko Kouw yang menyadari bahwa dia sudah tidak
bisa melarikan diri terus, hanya mempergunakan rantainya, dia
telah menyampoknya dengan kuat sekali. Sampokan yang
dilakukannya telah membuat burung rajawali putih itu harus
mengelak dengan terbang menjauhinya.
Beng Ko Kouw telah mempergunakan kesempatan itu buat
melarikan diri lagi. Namun burung rajawali putih itu dapat terbang dengan cepat
sekali, maka biarpun Beng Ko Kouw telah berlari begitu cepat, tokh
burung rajawali putih tersebut masih dapat mengejarnya dan juga
terus berulang kali menerjangnya, berusaha mencengkeram atau
juga menyampok dengan sepasang sayapnya.
987 Dengan demikian Beng Ko Kouw tidak bisa berlari terus. Setiap kali
burung rajawali putih itu menerkam kepadanya, tentu dia harus
mengelakkan sambaran dan serangan burung itu.
Dalam keadaan seperti itu, Beng Ko Kouw pun diliputi perasaan
penasaran dan murka. Maka segera juga dia mempergunakan
rantai beracunnya, yang diputarnya. Gandulannya yang seperti
roda bergigi itu telah menyambar kepada burung rajawali putih itu,
menyambar ke arah perutnya, waktu burung rajawali tersebut
meluncur dan menerkam kepadanya.
Namun burung rajawali putih itu memang cerdik sekali, karena
begitu gandulan rantai tersebut menyambar kepadanya, segera
juga tubuhnya meliuk-liuk seperti juga seekor ular, sehingga dia
bisa menghindar dari sambaran gandulan rantai itu, di mana dia
telah dapat berkelit dan menerjang terus dengan sepasang kakinya
menyambar dengan hebat ke arah muka Beng Ko Kouw yang
hendak dicakarnya. Beng Ko Kouw kaget melihat burung rajawali putih tersebut dapat
mengelakkan sambaran gandulan rantainya. Karena itu, dia
tambah kaget melihat sepasang kaki burung rajawali itu, yang
besar dan tampaknya sangat kuat, tengah menyambar ke arah
mukanya. 988 Cepat-cepat Beng Ko Kouw membuang diri. Dia bergulingan, dan
kemudian melompat bangun, sambil rantainya digerakkan menghantam lagi kepada burung rajawali putih itu, kemudian
tangan kirinya juga telah menghantam menyusul.
Dengan demikian dia bermaksud untuk mengadakan penyerangan
secara tiba-tiba seperti itu buat merubuhkan burung rajawali putih
tersebut. Sebetulnya Beng Ko Kouw yakin, serangannya kali ini pasti tidak
mungkin dapat dielakkan oleh burung rajawali putih itu, karena
walaupun bagaimana tangguhnya burung rajawali putih itu, tokh
dia hanya seekor burung. Dan dia telah menyerangnya dengan
hebat sekali. Memang dia telah memiliki kepandaian yang hebat dan tinggi,
malah di dalam rimba persilatan pun sudah jarang sekali ada orang
yang bisa menandinginya. Jika saja pertempuran dengan guru
Giok Hoa dilakukan dengan wajar, belum tentu guru Giok Hoa
dapat menandinginya, walaupun memang belum tentu juga bahwa
guru Giok Hoa akan dapat dirubuhkan oleh Beng Ko Kouw.
Dan sekarang menghadapi seekor burung rajawali putih,
betapapun besarnya burung rajawali putih itu, dan betapapun
989 cerdiknya burung rajawali putih tersebut, tetap saja itu hanya
merupakan seekor burung belaka. Dengan demikian telah
membuat Beng Ko Kouw memiliki keyakinan dia akan dapat
membinasakan burung rajawali tersebut, apalagi dia telah
menghantam dengan tangan kiri mempergunakan tujuh bagian
dari tenaga dalamnya. Dan juga dalam keadaan seperti itu rantainya pun meluncur kuat
sekali. Jangan kata rantai itu dapat mengenai jitu pada sasarannya,
sedangkan melukai sedikit saja burung rajawali tersebut, itu telah
cukup. Sebab racun yang terdapat pada rantai itu akan dapat
membuat burung rajawali itu terbinasa, di mana racun yang
diborehkan pada senjatanya itu merupakan racun yang sangat
dahsyat sekali. Tetapi memang luar biasa! Burung rajawali putih itu benar-benar
tidak sama dengan burung rajawali biasanya, karena selain dia
dapat meliuk-liukkan tubuhnya seperti juga gerakan seekor ular,
tampaknya burung rajawali putih itu memiliki keterampilan untuk
bertempur. Dia seperti juga memiliki gerakan-gerakan jurus silat. Sepasang
sayapnya juga memiliki tenaga menyampok yang sangat kuat
sekali. 990 Melihat menyambarnya rantai dari orang she Beng itu, dan disusul
juga dengan telapak tangannya yang menyambar begitu kuat,
telah membuat burung rajawali putih itu tidak meneruskan
terjangannya. Dia telah menahan diri, tubuhnya telah melesat ke
samping. Dan mempergunakan waktu rantai lewat di sisi
sayapnya, maka sayapnya itu telah menyampok hebat sekali.
Angin sampokan tersebut membuat rantai itu berputar dan berbalik
meluncur akan menghantam Beng Ko Kouw.
Sedangkan tenaga serangan dari telapak tangan kiri Beng Ko
Kouw diterimanya dengan sampokan sayap yang satunya. Dan
benturan itu sangat dahsyat sekali!
Bukan main! Sebetulnya pukulan telapak tangan kiri Beng Ko Kouw
merupakan pukulan yang sangat kuat sekali. Namun ternyata
burung rajawali itu bisa menerima dan menangkisnya dengan
sayapnya. Malah Beng Ko Kouw merasakan betapa telapak tangannya
tergetar. Dan yang membuat dia lebih kaget lagi rantainya itu
seperti berbalik dan telah meluncur akan menghantam dirinya.
Sehingga membuat Beng Ko Kouw mengeluarkan seruan yang
nyaring, tanpa berani berayal sedikitpun juga, dia telah membuang
991 dirinya bergulingan di tanah dengan gesit sekali. Diapun berusaha
mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengendalikan rantainya
itu, agar meluncur ke arah lain.
Setelah itu tanpa memperdulikan segala apapun lagi, dan tanpa
memperdulikan burung rajawali putih itu tengah meluncur akan
menyambarnya pula, Beng Ko Kouw begitu melompat berdiri,
segera juga memusatkan seluruh tenaganya. Dia telah menjejak
tanah dengan kuat, tubuhnya berlari pesat sekali dengan rantai
besinya itu telah diputarnya dengan cepat sekali seperti balingbaling untuk melindungi dirinya dari sambaran burung rajawali
putih tersebut. Burung rajawali putih itu yang melihat mangsanya hendak
melarikan diri, dia memekik nyaring dan telah terbang menyusulnya. Tetapi Giok Hoa yang kuatir kalau-kalau burung rajawalinya itu
terluka oleh rantai lawannya, dan juga memang teringat bahwa
Beng Ko Kouw memiliki jarum-jarum beracun, dia telah bersiul
nyaring memanggil pulang burung rajawali putihnya tersebut, agar
tidak mengejar lebih jauh.
992 Dalam keadaan seperti itu, walaupun burung rajawali putih
tersebut masih penasaran dan hendak mengejar Beng Ko Kouw
lebih jauh, namun dia tidak berani membantah perintah
majikannya. Sambil mengeluarkan suara pekikan nyaring burung
rajawali putih itu telah terbang kembali ke tempatnya di sisi Giok
Hoa. Sedangkan guru Giok Hoa telah menghela napas dalam-dalam dia
berkata: "Hemmm, rupanya Nie Mo Cu memiliki seorang murid
seperti itu yang kepandaiannya tidak bisa dianggap ringan......
tentu dia akan banyak sekali menimbulkan kerusuhan di dalam
rimba persilatan." Ko Tie telah menoleh kepada guru Giok Hoa, kemudian tanyanya:
"Yo Peh-bo..... sesungguhnya siapakah dia?"
Guru Giok Hoa menghela napas dalam-dalam lalu dia berkata:
"Sebenarnya, dia seorang beraliran sesat. Gurunya juga merupakan seorang tokoh dari aliran hitam dan sesat, yang
ilmunya sesat..... tetapi dengan memiliki kepandaian tinggi seperti
itu, tentu murid Nie Mo Cu akan menimbulkan banyak kesulitan!"
993 Setelah berkata begitu, guru Giok Hoa menghela napas dalamdalam, dia telah menyimpan pedangnya. Dan waktu dia teringat
sesuatu, dia telah menoleh kepada Ko Tie, katanya:
"Hiante,ternyata engkau memiliki kepandaian yang hebat dan luar
biasa sekali...... tadi kulihat, setiap seranganmu akan mendatangkan angin pukulan yang dingin sekali, dan juga setiap


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benda yang terkena serangan angin pukulanmu itu akan
terselubung oleh es!"
Ko Tie mengangguk, "Itulah ilmu Inti Es yang diajarkan oleh Insu!" kata Ko Tie.
"Ya, memang tidak salah apa yang kudengar bahwa Swat Tocu
Locianpwe merupakan seorang tokoh sakti! Dan nama besarnya
itu rupanya bukan hanya nama kosong belaka.....
"Engkau sebagai muridnya saja telah dapat memiliki ilmu pukulan
sehebat itu! Walaupun seperti apa yang kulihat lweekangmu
belumlah sehebat apa yang kumiliki dan engkau masih masih
memerlukan latihan yang lebih lama lagi, namun dengan dibantu
oleh pukulan mujijatmu itu, tentu saja engkau tidak perlu jeri
berhadapan dengan siapapun juga!"
994 Setelah memuji begitu, tampak guru Giok Hoa menoleh kepada
muridnya, katanya: "Giok Hoa".. sudah kukatakan, lebih baik
engkau meminta petunjuk dari Lie Hiante ini".. engkau akan
memperoleh banyak manfaat. Jangan selalu membawa adatmu
saja!" Muka Giok Hoa berobah merah, sedangkan Ko Tie cepat-cepat
mengeluarkan kata-kata merendah.
Mereka bertiga kemudian telah kembali ke dalam rumah untuk
melanjutkan makan mereka.
Sebelum itu guru Giok Hoa pun telah memeriksa keadaan
belakang rumahnya. Dia ingin mengetahui dari manakah Beng Ko
Kouw masuk ke dalam rumahnya, sampai dia bersama Ko Tie tidak
mengetahuinya. Ternyata Beng Ko Kouw telah membongkar genteng di belakang
rumahnya, dan masuk dari tempat itu. Pantas saja, tahu-tahu dia
telah berada di dalam kamar Giok Hoa. Dengan demikian, guru
Giok Hoa dan juga Ko Tie jadi tidak mengetahui dan Giok Hoa
sendiri memang tidak bercuriga, karena memang sebelumnya dia
menduga gurunya yang tengah mendekati.
995 Sambil meneruskan makan, mereka ke tiganya telah bercakapcakap dengan gembira, membicarakan akan ilmu dari Beng Ko
Kouw. Guru Giok Hoa malah menjelaskan juga di mana letak
kelemahannya dan di mana letak kehebatannya.
"Ilmu orang itu sesungguhnya merupakan ilmu yang sangat hebat
sekali. Tetapi disebabkan lweekang yang dilatihnya merupakan
lweekang yang mengandung kesesatan, dengan begitu membuat
lweekangnya itu membawa suatu akibat buruk bagi ilmunya sendiri
itu. "Jika memang berhadapan dengan lawan yang lweekangnya
mengandung memperlihatkan kesesatan reaksi juga, dan ilmu itu memang kelemahannya. Namun tidak jika berhadapan dengan lawan yang memiliki lweekang lurus dan
murni, tentu ilmu itu akan tertekan dan tertindih menjadi lemah,
karena lweekang dari orang itu sendiri akan tertindih....."
menjelaskan guru Giok Hoa.
"Lalu mengenai gerakannya tadi, yang selalu berjumpalitan dan
juga dengan gin-kang yang tinggi seperti itu, Yo Peh-bo,
sesungguhnya orang itu tidak mudah dirubuhkannya. Toh dia
996 melarikan diri juga".. Sesungguhnya tadi dia belum lagi terdesak,
namun mengapa dia akhirnya angkat kaki?" tanya Ko Tie.
Guru Giok Hoa tersenyum dia mengangguk.
"Ya, memang jika dia mau bertempur sampai seratus jurus lagi
dengan kita, walaupun kita maju berdua, belum tentu kita bisa
mendesaknya. Namun seperti tadi telah kukatakan bahwa
lweekangnya itu mengandung kesesatan dengan demikian, jika dia
terlalu mengerahkan lweekangnya berlebihan dalam menghadapi
kita, dan tadi jika dia bertempur duapuluh jurus lagi, tentu
lweekangnya sendiri itu yang akan melukainya"..!
"Karena dia mengetahui dan menyadari akan kelemahannya itu,
telah membuat dia memutuskan untuk melarikan diri saja, agar
dirinya tidak terlibat lebih jauh. Hal mana akan merugikan dirinya,
kalau sampai dia mengerahkan lweekangnya berlebihan!"
Ko Tie mengangguk dan demikian juga dengan Giok Hoa. Mereka
berdua baru mengerti mengapa walaupun tampaknya Beng Ko
Kouw belum terdesak hebat dan jika dia mau tentu masih dapat
menghadapi guru Giok Hoa dan Ko Tie sebanyak seratus jurus
lebih namun akhirnya tokh dia telah melarikan diri seperti itu. Apa
997 yang dijelaskan oleh guru Giok Hoa memang dapat diterima oleh
akal. Sedangkan Ko Tie telah berkata, "Sesungguhnya Yo Peh-bo,
siapakah itu Nie Mo Cu"!"
Guru Giok Hoa menghela napas.
"Dia salah seorang tokoh sakti dari kalangan sesat...... yang telah
berusaha membantu pihak Mongolia! Dan juga kepandaiannya itu
sangat tinggi sekali".. tetapi dia telah terbinasa.
"Hanya saja tidak disangka-sangka, justeru dia memiliki murid yang
telah mewarisi kepandaiannya. Malah kepandaian muridnya ini
tampaknya tidak rendah! Hanya saja, dia kurang latihan belaka.
Jika dia bisa memiliki kesempatan berlatih sepuluh tahun lagi, tentu
kepandaiannya tidak kalah hebat dari gurunya!"
Setelah berkata begitu, guru Giok Hoa menghela napas beberapa
kali, tampaknya dia jadi masgul.
Begitulah, banyak yang ditanyakan Ko Tie dan Giok Hoa, sehingga
guru Giok Hoa akhirnya menceritakan perihal peristiwa di masa lalu
yang terjadi di dalam rimba persilatan, yang telah melibatkan Yo
Ko dan Siauw Liong Lie dalam banyak kesukaran.
998 Juga guru Giok Hoa telah menceritakan beberapa peristiwa
penting di masa yang lalu di mana dia telah menceritakannya
begitu menarik, sehingga Ko Tie dan Giok Hoa mendengarkannya
dengan asyik. Tanpa disadari, Giok Hoa pun sudah tidak memperlihatkan sikap
membenci kepada Ko Tie lagi. Tadi dia telah melihatnya sendiri
bahwa Ko Tie memiliki hati yang luhur. Tanpa memperdulikan
keselamatan dirinya, pemuda ini telah berusaha untuk membantui
gurunya dalam menghadapi Beng Ko Kouw.
Karena itu sekarang kesan Giok Hoa kepada Ko Tie jadi semakin
baik. Dan dia malu sendirinya teringat bahwa dia telah terlalu
membawa adat di waktu-waktu yang lalu.
Dan sekarang Giok Hoa malah memperlakukan Ko Tie dengan
ramah, dia yang telah menuangkan air teh buat Ko Tie. Dan juga
selalu melemparkan senyum yang manis buat pemuda itu.
Melihat perobahan sikap Giok Hoa itu, membuat Ko Tie jadi
gembira sekali. "Y" 999 Udara pagi yang masih sejuk dan hangatnya sinar matahari pagi
itu di gunung Heng-san, tampak sepasang muda-mudi tengah
berjalan perlahan-lahan di puncak tertinggi gunung Heng-san
tersebut. Mereka tidak lain dari Ko Tie dan Giok Hoa. Ke duanya sambil
berjalan perlahan-lahan tengah bercakap-cakap dengan intim
sekali. "Ya, jika saja waktu dulu kau tidak memperlakukan aku dengan
keras. tentu aku akan dapat mendekatimu lebih cepat lagi.....!"
waktu itu Ko Tie tengah berkata sambil melirik kepada Giok Hoa
dan melemparkan senyumnya.
"Tetapi jika memang aku tidak memperlakukan engkau dengan
keras, tentu engkau menganggap aku seorang gadis gampangan
dan engkau akan bertindak kurang ajar!" menyahuti si gadis sambil
menunduk malu-malu. "Sudahlah, jangan menyinggung-nyinggung
pula urusan yang dulu itu.....!"
Ko Tie tersenyum. "Melihat paras mukamu yang begitu cantik, dengan hidung yang
bangir menarik, juga pipi yang putih halus menarik, dengan bibir
1000 yang begitu menggairahkan, mana mungkin aku berani berlaku
kurang ajar....."!" kata Ko Tie kemudian.
Si gadis telah tersenyum bahagia mendengar pujian dari Ko Tie,
dengan pipi yang berobah merah. Tetapi dia segera juga pura-pura
marah, dan telah mencubit lengan Ko Tie, dengan cubitan yang
sangat keras, sehingga si pemuda merasa sakit bukan main.
"Aduh..... aduh ..... engkau telah mencubit aku terlalu keras....."
kata Ko Tie kemudian sambil melompat ke samping, tetapi dia tidak
marah, dan hanya meringis sambil mencoba untuk tersenyum.
Melihat sikap Ko Tie seperti itu, Giok Hoa malah tertawa geli.
"Kau, jika berani membicarakan lagi urusan yang dulu dan
menggoda aku, hemmm, aku tidak hanya akan mencubit belaka,
tetapi aku akan menarik sampai copot dagingmu itu!" seru Giok
Hoa. "Aduh galaknya....." kata Ko Tie sambil memperlihatkan sikap
seperti merasa ngeri. Di waktu itu Giok Hoa telah menghampiri sambil katanya: "Kau mau
coba-coba dengan terus menggodaku, heh"!" katanya pura-pura
marah. 1001 "Tidak..... tidak adik..... tidak..... aku tidak berani.....!" kata Ko Tie
cepat. Si gadis tertawa sambil mengangguk-angguk.
"Jika engkau tidak meminta ampun, aku akan mencopotkan daging
tanganmu itu..... Lihatlah, tanganku ini telah siap hendak mencubit
keras-keras....." kata Giok Hoa sambil mengacungkan tangan
kanannya. Waktu itu Ko Tie telah meringis sambil berkata terpaksa: "Oh puteri
jelita, jangan engkau mempersakiti aku.....!"
Tetapi melihat gurau dari Ko Tie, walaupun hatinya geli sekali dan
merasa lucu namun Giok Hoa malah telah mencubit lagi lengan Ko
Tie, jauh lebih keras dari tadi.
"Engkau tetap hendak mempermainkan dan menggoda aku, heh"!"
dan malah dia mencubitnya sampai tiga kali.
Karuan saja Ko Tie jadi menjerit, "Aduh!" beberapa kali, dan ia telah
memutar tubuhnya, berlari menjauhi si gadis yang galak ini.
"Biarpun kau lari ke ujung dunia, aku akan mengejarmu!" kata Giok
Hoa sambil tertawa dan mengejarnya.
1002 "Ya, ya, aku pun begitu! Biarpun adikku pergi ke ujung dunia, aku
tetap akan mencarimu......!" menyahuti Ko Tie sambil tersenyum.
Mendengar perkataan Ko Tie seperti itu bukan main bahagianya
Giok Hoa. Dan dia telah mengejar sampai di depan Ko Tie,
dilihatnya Ko Tie berdiri menantikannya, sambil tersenyum manis
sekali, matanya memandangnya sinar dengan penuh arti.
Tubuh si gadis jadi lemas, dia menunduk lemah, hatinya tergetar.
Dan sinar mata pemuda itu, aduhai, menariknya dan menggetarkan hatinya. "Ko Tie, engkau selalu menggoda aku....." kata Giok Hoa kemudian
dengan suara yang menggumam perlahan.
"Aku tidak menggodamu, adikku. Aku memang sesungguhnya
berkata dari hal yang sebenarnya.....!" menyahuti Ko Tie sambil
mengulurkan ke dua tangannya dia memegang bahu si gadis
dengan mesra. Giok Hoa membiarkan pemuda itu memegang bahunya, dia
menunduk semakin dalam. Rupanya dia malu sekali, namun
hatinya sangat bahagia. 1003 Waktu itu Ko Tie telah berkata lagi: "Adikku..... lihatlah
kepadaku.....!" Giok Hoa mengangkat kepalanya, dan mata mereka saling
bertemu. Ke duanya tidak mengeluarkan sepatah perkataan lagi, mereka
hanya saling pandang. Tetapi pandangan mereka itu jauh lebih
berharga dari sejuta kata sekalipun juga.
Dari mata mereka itulah telah terpancar isi hati masing-masing.
Dan semua itu lebih berarti dari kata-kata yang jutaan banyaknya
yang harus mereka ucapkan.
Tetapi setelah saling pandang beberapa saat tiba-tiba Giok Hoa
telah memutar tubuhnya. Dia melepaskan pundaknya dari cekalan
Ko Tie, dia berlari dengan cepat sekali.
Ko Tie tertawa dan mengejarnya.
Demikianlah sepasang remaja yang tengah jatuh cinta dan dialun
oleh gelombang asmara telah saling kejar satu dengan yang
lainnya. Terdengar suara derai tertawa mereka yang gembira dan
bahagia. 1004 Tetapi setelah berlari-lari sekian lama, akhirnya Giok Hoa
menahan larinya. Dia menantikan Ko Tie. Setelah pemuda itu
datang dekat, dia berkata: "Ko Tie, ada yang ingin kuminta dari kau,
entah kau mau melakukannya untukku atau tidak"!"
Ko Tie mengangguk segera,
"Katakanlah, jika memang dapat kulakukan, biarpun engkau
meminta aku mengambilkan bulan di langit, tentu aku akan terbang
untuk memetiknya.....!" kata Ko Tie.
"Akh, kau ini hanya bergurau saja. Aku bicara dari hal yang
sebenarnya. Kau dengarlah baik-baik, aku menginginkan sekali
sekuntum bunga Pek-bwee, yang berwarna putih seperti salju.
Itulah bunga yang sangat kugemari.....!"
Kebenaran memang Ko Tie mengetahui macam mana bunga itu,
tetapi justeru bunga Pek-bwee tumbuh di daerah yang cukup
panas matahari, tidak mungkin tumbuh di tempat dingin. Karena
itu, di Heng-san ini, di mana bisa diperoleh bunga Pek-bwee itu"
"Adikku".. di mana aku bisa mencari bunga itu"!" tanya Ko Tie
kemudian. 1005 "Entahlah".. aku telah puluhan kali mengelilingi Heng-san
mencari bunga itu. Namun tetap saja aku tidak berhasil
menemukannya karena itu aku hendak meminta pertolonganmu,


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk mencarikan bunga kegemaranku itu!"
Ko Tie mengangguk. "Ya, aku pasti akan mencarikan Pek-bwee buatmu".. tetapi terus
terang saja kukatakan bahwa aku tidak bisa mengadakannya
sekarang ini.......?"
Giok Hoa mengangguk. "Ya, jika memang kebetulan engkau bertemu dengan pohon bunga
Pek-bwee, engkau tidak boleh lupa pada permintaanku ini, Ko
Tie?" Ko Tie mengiyakan, kemudian mencekal sepasang lengan gadis
itu. Dia telah berkata dengan suara menggumam: "Giok Hoa
sesungguhnya engkau merupakan satu-satunya gadis yang
tercantik di dunia ini, engkau bagaikan seorang bidadari yang baru
turun dari kerajaan langit! Oya, tahukah engkau, cerita apa yang
telah kudengar dari penduduk di kampung yang berada di kaki
Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 1 Sepasang Naga Penakluk Iblis Karya Kho Ping Hoo Pahlawan Dan Kaisar 25
^