Pencarian

Anak Rajawali 9

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 9


jauh. Apakah Liehiap bermaksud menemui mereka?"
806 Gadis berpakaian serba kuning itu menghela napas dalam-dalam.
"Ya, ya, memang aku ingin sekali bertemu dengan mereka, namun
rupanya memang bukan jodoh kami buat berkumpul!" gadis
berbaju kuning itu telah berkata dengan suara menggumam.
"Memang sesungguhnya Siauw-moay ingin sekali berkumpul
dengan mereka." "Tetapi jika Liehiap bermaksud untuk mengejar mereka, tentu
mereka melakukan perjalanan belum terlalu jauh......" kata Hok An.
Tetapi waktu itu gadis berpakaian berbaju kuning itu menghela
napas dalam-dalam, kemudian dia menggelengkan kepalanya
beberapa kali. Diapun telah memandang ke atas langit, kepada
gumpalan awan, lalu katanya:
"Sudahlah, nantipun kami akan bertemu!"
Dan wajah gadis berbaju serba kuning itu telah berobah biasa lagi,
karena dia telah tersenyum manis pula, malah dia telah menoleh
kepada Giok Hoa, katanya:
"Adik kecil, menurut apa yang kulihat, engkau memiliki bakat
sangat baik sekali untuk mempelajari ilmu silat, maka kelak engkau
harus baik-baik berlatih diri. Tentu jika engkau tekun dan giat
berlatih diri, engkau akan menjadi seorang pendekar wanita yang
807 gagah perkasa, di mana tidak mudah orang menghina dirimu
lagi......!" Baru saja gadis berbaju kuning itu berkata sampai di situ, tiba-tiba
Hok An telah menekuk ke dua kakinya. Dia berlutut di hadapan
gadis berbaju kuning tersebut, katanya:
"Liehiap, maafkanlah atas kelancanganku, ada yang hendak
kuajukan untuk memohon sesuatu dari Liehiap. Entah Liehiap
mengijinkan atau tidak aku menyebutkannya....."!"
"Ya, katakanlah.....!" kata gadis berpakaian serba kuning itu.
"Sesungguhnya, aku merasa kasihan dan juga merasa iba akan
nasib Giok Hoa. Dia seorang anak yatim piatu, yang sudah tidak
memiliki ayah dan ibu lagi.
"Di antara kami sesungguhnya tidak ada hubungan darah, hanya
saja, selama ini aku berusaha merawat Giok Hoa sebaik mungkin.
Cuma sayangnya justeru aku tidak memiliki kemampuan apa-apa.
"Dengan demikian, jika Giok Hoa tetap berada di tanganku, berarti
akan sia-sia belaka kesempatan yang ada padanya, karena dia
tidak akan memperoleh suatu apapun yang berarti dariku.....
808 Karena dari itu, jika memang Liehiap tidak keberatan, ada sesuatu
yang hendak kumohonkan kepada Liehiap!"
"Katakanlah!" kata gadis berpakaian serba kuning itu.
"Sesungguhnya, sudah lama sekali terkandung niat di hatiku untuk
mencarikan seorang guru yang benar-benar memiliki kepandaian
tinggi buat Giok Hoa, sejauh itu aku belum berhasil. Dengan
demikian, maka selama beberapa tahun, sia-sia saja Giok Hoa ikut
bersama denganku tanpa memperoleh hasil yang berarti, terlebih
lagi dalam hal latihan ilmu silat! Jika memang Yo Liehiap tidak
keberatan, sudi kiranya mengambil Giok Hoa menjadi murid
Liehiap......!" Setelah berkata begitu, Hok An telah mengangguk-anggukkan
kepalanya, sampai keningnya menghantam bumi, dan memerah
bengkak. Namun Hok An tidak memperdulikan, dia tetap
mengangguk-angguk. Tentu saja gadis berbaju kuning itu jadi repot. Dia telah berulang
kali meminta Hok Anagar bangun berdiri, namun Hok An tidak mau
berdiri. Dia tetap berlutut dengan mengangguk-anggukkan
kepalanya tidak hentinya.
809 "Jika memang Yo Liehiapmau menerima Giok Hoa sebagai murid
Liehiap, maka walaupun harus mati sekarang, aku tentu akan mati
dengan mata yang meram......!" kata Hok An lagi.
Gadis berpakaian serba kuning itu telah menghela napas dalamdalam, dia memperhatikan Giok Hoa beberapa saat. Sedangkan
Giok Hoa yang cerdas, pun telah cepat-cepat menekuk ke dua
kakinya berlutut di hadapan gadis berbaju kuning itu.
Gadis berbaju kuning itu tersenyum, diapun telah perintahkan Giok
Hoa berdiri. Tetapi Giok Hoa tetap berlutut, dia tidak mau berdiri. Sedangkan
Hok An telah memohon terus menerus. Hal ini membuat gadis
berbaju kuning itu jadi sibuk bukan main buat perintahkan ke dua
orang itu berdiri dari berlutut mereka.
Dalam keadaan seperti itu Hok An telah berkata lagi dengan sikap
bersungguh-sungguh: "Jika Liehiap bersedia menerima Giok Hoa menjadi murid Liehiap,
maka biarpun sekarang ini leherku harus digorok, tentu aku
puas....." Dan sambil berkata begitu, tidak hentinya Hok An
mengangguk-anggukkan kepalanya.
810 Gadis berbaju kuning itu menghela napas, kemudian dia berkata
dengan sikap bersungguh-sungguh:
"Sebetulnya memang bisa saja aku menerima permohonanmu itu,
yaitu menerima Giok Hoa menjadi muridku! Akan tetapi,
sayangnya kepandaianku belum bisa diandalkan, aku tidak
memiliki kepandaian yang berarti!"
Setelah berkata begitu, gadis baju kuning itu perintahkan Giok Hoa
dan Hok An untuk berdiri.
Tetapi waktu itu terlihat betapapun juga Hok An dan Giok Hoa tidak
mau berdiri. Mereka tetap berlutut, sampai akhirnya gadis baju
kuning itu berkata lagi: "Baiklah! Jika memang kalian tetap menghendaki agar aku menjadi
guru Giok Hoa, namun harus diketahui, untuk menjadi muridku,
terlebih lagi murid utama, dengan demikian kau harus mengetahui
larangan dan syaratnya, Giok Hoa!"
"Ya, katakanlah.....!" kata Giok Hoa dengan cepat. "Apapun
syaratnya akan Giok Hoa penuhi......!"
Gadis berpakaian kuning itu berhenti sejenak tidak berkata-kata,
dia hanya mengawasi Giok Hoa. Memang gadis kecil ini sangat
811 berbakat sekali, juga tampaknya dia sangat baik sekali hatinya,
memiliki jiwa yang bisa ditempa dan juga memancarkan
ketekunannya buat berlatih silat.
Maka, karena melihat Giok Hoa cocok untuk menjadi muridnya,
gadis berbaju kuning itupun tidak menampik lagi jika Giok Hoa
hendak menjadi muridnya. Dia hanya berkata pula:
"Dalam hal ini, kau harus mengetahui dengan jelas Giok Hoa.
Dalam pintu perguruanku ini, tidak akan ada seorang muridku yang
dibiarkan untuk mengandalkan kepandaian dan ilmu silatnya
menindas pihak yang lemah. Jika memang hal itu terjadi, maka
murid tersebut akan menerima hukuman yang tidak ringan......!"
"Hal itu akan tecu perhatikan.....!" kata Giok Hoa kemudian.
"Baik! Sekarang kau dengarlah baik-baik. Selanjutnya, pantangan
lainnya lagi, kau tidak boleh tekebur, tidak boleh karena memiliki
kepandaian tinggi, lalu bertindak sewenang-wenang, dan juga kau
harus selalu bertindak bijaksana, adil dalam memutuskan suatu
persoalan.....! Mengertikah, kau Giok Hoa"!"
"Ya, ya.....!" menyahuti Giok Hoa sambilmengangguk-anggukan
beberapa kali. 812 "Bagus! Dan untuk menjadi muridku, engkau harus bersumpah
berat, bahwa ilmu kepandaian yang akan kuwarisi kepadamu ini
tidak akan dipergunakan buat melakukan hal-hal yang tidak pantas
atau juga melakukan kejahatan!" kata gadis berbaju kuning itu.
Giok Hoa segera juga bersumpah: "Jika memang nanti tecu
mempergunakan kepandaian yang diwarisi Suhu untuk melakukan
perbuatan jahat dan tidak adil, biarlah tubuh tecu hancur tidak
diterima langit dan bumi!"
Itulah sumpah yang berat sekali, dengan demikian telah membuat
gadis berbaju kuning itu mengangguk-angguk beberapa kali.
"Cukup! Jangan kau bersumpah begitu berat. Dengan bersumpah
engkau tidak melakukan kejahatan sebetulnya juga telah lebih dari
cukup.....!" kata gadis berbaju kuning itu.
"Jadi..... jadi Liehiap menerima Giok Hoa menjadi murid Liehiap"!"
tanya Hok An dengan kegembiraan yang meluap-luap.
Gadis berpakaian serba kuning itu mengangguk mengiakan.
"Karena di sini tidak terdapat barang-barang sembahyang, maka
biarlah nanti jika aku telah bertemu dengan sebuah kampung, akan
813 kubeli alat sembahyang itu. Kalian boleh menanti dulu di sini.....
nanti kita lakukan sembahyang pengangkatan guru dan murid!"
Hok An mengiakan. Demikian juga halnya dengan Giok Hoa.
Mereka menantikan di situ setelah si gadis berbaju kuning itu
berlalu dengan gesit sekali. Dalam waktu sekejap saja gadis
berbaju kuning itu telah lenyap dari pandangan Hok An maupun
Giok Hoa. Waktu itu tampak jelas, betapa Hok An sangat gembira sekali.
Berulang kali dia menasehati Giok Hoa. Jika kelak telah ikut gadis
berpakaian serba kuning itu, dia harus belajar dengan giat, di
samping itu semua nasehat yang diberikan gadis berbaju kuning
itu harus didengar dan dipatuhinya.
Giok Hoa berjanji akan mematuhi dan mengingat pesan dari Hok
An. Hok An juga berusaha untukmengingatkan Giok Hoa. Jika Giok
Hoa belajar dengan sungguh-sungguh, kelak tentu Giok Hoa akan
dapat menjadi seorang pendekar wanita yang tangguh sekali.
Tak lama kemudian tampak si gadis berbaju kuning telah tiba
kembali. Dia membawa beberapa batang lilin dan juga beberapa
814 macam alat sembahyang lainnya. Segera lilin, dinyalakan, dan
diwaktu itu juga telah disiapkan segala sesuatunya.
Giok Hoa segera berlutut pada alat-alat sembahyang itu, berlutut
menghadap pada langit, bersembahyang pada langit dan bumi,
bahwa ia bersumpah akan belajar dengan giat, di samping itu juga
akan mematuhi perintah dari gurunya. Dengan begitu, berarti akan
mematuhi juga semua peraturan di dalam pintu perguruannya.
Jika sekali saja dia berkhianat terhadap pintu perguruannya, dia
bersedia menerima hukuman yang seberat-beratnya dari gurunya.
Juga Giok Hoa bersumpah, dia akan berusaha menjaga nama baik
pintu perguruannya. Setelah bersumpah begitu, Giok Hoa kemudian berlutut di
hadapan gadis berbaju kuning itu.
"Suhu......!" panggilnya tigakali sambil menganggukkan kepalanya
tujuh kali. Gadis berbaju kuning itu tersenyum lebar dia mengulur
kantangannya bantu membangunkan Giok Hoa, katanya:
"Bangunlah muridku! Mulai detik ini, engkau telah resmi menjadi
muridku! Tetapi engkau harus ingat, harus berlatih dengan tekun
815 dan giat, karena selanjutnya nama baik pintu perguruan kita
terletak di tanganmu.Terlebih lagi jika kelak aku sudah tiada, tentu
akan menjadi tanggung jawabmu untuk melaksanakan segala
apapun yang menyangkut dengan nama baik pintu perguruan kita."
Giok Hoa mengiyakan dan segera dia bangun memberi hormat
kepada Hok An. Di waktu itu terlihat bahwa Hok An telah beberapa kali
mengangguk-angguk sambil menyusut air mata, tampaknya dia
gembira sekali. Sedangkan gadis berbaju kuning itu telah berkata dengan suara
yang sabar: "Dengarlah Giok Hoa. Sesungguhnya dalam persoalan pengangkatan guru dan murid ini hanya terdapat suatu ikatan yang
umum belaka. Tetapi yang sebenarnya kuinginkan adalah engkau
sendiri yang harus dapat berlatih diri dengan sebaik-baiknya, di
mana engkau harus dapat menggembleng dirimu, untuk memiliki
kepandaian yang tinggi. "Di samping itu juga engkau harus memiliki hati dan jiwa yang
bersih dan tulus, sehingga engkau tidak akan berjauhan dari
keadilan! Sekali saja engkau memberikan kesempatan kepada iblis
816 kejahatan menguasai hatimu, maka selanjutnya sulit buat engkau
untuk menyingkirkan iblis kejahatan itu!"
Giok Hoa mengiakan dan mendengarkan baik-baik semua petuah
yang diberikan oleh gurunya.
Sedangkan gadis berbaju kuning itu banyak sekali memberikan
petuah padanya, dan semua itu telah didengar dengan cermat oleh
Giok Hoa. Dan mengingatnya baik-baik, karena dia mengetahui
untuk waktu-waktu selanjutnya dia menghadapi tugas yang cukup
berat, yaitu harus bertindak jauh lebih hati-hati buat menjaga nama
baik pintu perguruannya. Tidak boleh mendatangkan malu buat nama baik gurunya, atau
juga kepada pintu perguruannya. Karena dari itu Giok Hoa telah
berusaha untuk dapat mengingat semua nasehat yang diberikan
gurunya itu. Setelah selesai memberikan nasehat kepada muridnya tersebut,
gadis berbaju kuning itu telah menoleh kepada Hok An.
Anakrawali 14.067. "Paman Hok, kami akan berangkat meninggalkan tempat ini.
Semoga saja paman Hok selalu bahagia.....!"
817 Hok An cepat-cepat membalas pemberian hormat dari gadis
berbaju kuning itu. Dia telah berkata dengan suara yang
mengandung haru: "Baiklah, jika memang demikian halnya, maka akan membahagiakan sekali hatiku. Dan selanjutnya, jika memang aku
harus mati, maka aku bisa mati dengan mata yang meram.....!"
Gadis berbaju kuning itu mengangguk beberapa kali, dia
tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Giok Hoa.
"Tunggu dulu suhu!" kata Giok Hoa.
"Ya"!" tanya gadis baju kuning itu sabar sambil mengawasi
muridnya. "Apakah memang Pek-jie dapat kubawa serta, Suhu"!" tanya Giok
Hoa. "Ya, ya.....!" mengangguk gadis berpakaian serba kuning itu. "Kau
boleh membawanya!" Bukan main girangnya Giok Hoa, segera juga dia bersiul nyaring.
Dan segera tampak berkelebat bayangan di tengah udara, seekor


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

818 burung rajawali putih yang gagah perkasa telah hinggap di sisi Giok
Hoa dengan sikap yang setia sekali.
Giok Hoa mengusap-usap leher burung rajawali putih itu, dan
diapun telah berkata: "Pek-jie, kita akan berangkat ikut dengan
suhuku, engkau harus baik-baik dan patuh pada perintahnya,
jangan nakal dan jangan terlalu liar!"
Burung rajawali tersebut memekik nyaring, dia seperti mengerti
apa yang dikatakan Giok Hoa.
Sedangkan gadis berpakaian kuning itu telah berkata kepada Giok
Hoa. "Apakah kita bisa berangkat sekarang?" tanyanya.
"Ya, suhu......!" menyahuti Giok Hoa.
Begitulah, Giok Hoa telah ikut dengan gadis berbaju kuning itu,
sebelum berlalu dia berlutut di hadapan Hok An dan menangis
terharu. Ia menyatakan jika kelak dia sudah selesai belajar, tentu
dia akan mencari Hok An, karena budi kebaikan Hok An tidak bisa
dilupakannya. 819 Burung rajawali putih itupun sebelum terbang meninggalkan
tempat tersebut, telah menghampiri Hok An, menggesek-gesekkan
kepalanya ke tubuh Hok An. Barulah kemudian sambil mengeluarkan pekik yang nyaring sekali, dia terbang dengan
perkasa di tengah udara. Gadis berpakaian kuning itu sengaja melakukan perjalanan tidak
terlalu cepat, karena dia mengetahui bahwa Giok Hoa baru
mengerti kulit ilmu silat dari Hok An, tak bisa berlari cepat. Dan
gadis berpakaian serba kuning itupun memang tidak bermaksud
hendak melakukan perjalanan cepat.
Karena dari itu, dia membiarkan saja menurut kesanggupan dan
kekuatan yang ada pada Giok Hoa. Mereka telah melakukan
perjalanan cukup jauh, ketika Giok Hoa menyatakan dia sangat
letih. "Ayoh kita beristirahat dulu.....!" kata gadis berbaju kuning itu
sambil tersenyum. Dan memang dia memberikan kesempatan kepada Giok Hoa
untuk beristirahat. Giok Hoa duduk di bawah sebatang pohon yang
rimbun, kemudian dia bersiul nyaring sekali.
820 Burung rajawali putih dengan segera datang hinggap di
sampingnya. Segera juga Giok Hoa perintahkan padanya, agar dia
pergi mencari buah-buahan.
Burung rajawali putih yang begitu jinak dan seperti mengerti setiap
perintah Giok Hoa, segera terbang, dan tidak lama kemudian dia
telah kembali, dengan membawa cukup banyak buah-buahan yang
segar ranum pada cengkeraman kakinya dan paruhnya.
Buah-buahan itu cukup menyegarkan, dan setelah perasaan
letihnya lenyap, Giok Hoa melanjutkan perjalanan lagi bersama
gurunya! Gadis berpakaian serba kuning itu sangat sayang kepada Giok
Hoa. Terlebih lagi dilihatnya Giok Hoa sangat cerdas. Setiap apa
saja yang diajarkan kepadanya, gadis kecil itu dapat menerimanya
dengan cepat! Maka gadis berbaju kuning itu semakin bersemangat buat mendidik Giok Hoa.
Siapakah gadis berbaju kuning yang menjadi guru Giok Hoa itu"
Dia tidak lain dari anak angkat Siauw Liong Lie, nona Yo, yang
selalu senang berpakaian serba kuning itu, yang memiliki
kepandaian luar biasa, karena dia telah memperoleh didikan yang
821 tekun dari Siauw Liong Lie, waktu Siauw Liong Lie terkurung di
dalam jurang......!"
Hari demi hari telah lewat terus, tetapi di dalam dunia ini, alam tetap
tidak berobah, pohon-pohon tetap tumbuh segar dan juga batubatu gunung tidak akan berobah. Namun telah terjadi perobahan
pada diri Giok Hoa, yang sekarang telah menjadi seorang gadis
remaja yang cantik jelita, dalam usia tujuhbelas tahun.
Iapun sekarang memiliki kepandaian yang tinggi, gerakan tubuh
yang gesit dan juga ilmu pedang yang sangat dahsyat sekali, di
mana dia telah menerima warisan Giok-lie-kiam-hoat dari gurunya,
yaitu nona Yo, gadis yang berpakaian serba kuning.
Gadis she Yo tersebut, anak angkat Siauw Liong Lie pun
menurunkan seluruh kepandaiannya dengan bersemangat. Dan
Giok Hoa merupakan murid tunggalnya. Karena memang gadis
she Yo tersebut tidak mau menerima murid lagi, maka dia
bermaksud hendak menurunkan seluruh ilmunya kepada Giok Hoa
seorang belaka. Dan mereka selama lima tahun telah mengambil tempat di puncak
gunung Heng-san. Karena berdiam di tempat yang sunyi itu, si
gadis berpakaian serba kuning dapat mencurahkan seluruh
822 perhatiannya kepada Giok Hoa sehingga Giok Hoa pun dapat
berlatih sepanjang waktu dengan sebaik-baiknya.
Itulah pula sebabnya mengapa Giok Hoa telah memperoleh
kemajuan yang sangat pesat sekali.
Seperti terlihat pada pagi itu, Giok Hoa sambil bernyanyi-nyanyi
kecil, dengan menggunakan kun warna hijau dan baju bagian atas
berwarna kuning, rambut yang disanggul dan ujungnya dibiarkan
terjuntai merupakan buntut kuda yang menambah kecantikan
parasnya itu, tengah berlari-lari kecil.
Hanya saja setiap kali dia melihat jurang yang terbentang di
hadapannya, dengan mudah Giok Hoa melompatinya. Tampaknya
dia tidak memiliki kesulitan sedikitpun juga.
Hawa udara di pagi itu sangat segar sekali dengan daun-daun yang
hijau bening bersih karena telah dimandikan embun semalaman,
dan sinar matahari pagi yang hangat menambah kesegaran
keadaan di sekitar tempat itu. Giok Hoa pun tampak riang sekali.
Tempat yang begitu indah dan nyaman, di tambah dengan adanya
seorang gadis yang remaja dan jelita seperti Giok Hoa, maka
menambah semaraknya tempat tersebut.
823 Puncak gunung Heng-san memang tidak lebih tinggi dari puncak
Thian-san ataupun juga puncak gunung Himalaya. Akan tetapi
Heng-san memiliki keindahan tersendiri, yaitu pohon-pohon yang
tumbuh di gunung tersebut tidak terlalu rapat, juga udara di puncak
gunung Heng-san selalu sejuk. Sinar matahari yang dapat masuk
cukup, menghangatkan udara di situ, benar-benar merupakan
tempat yang sangat menarik sekali.
Dan yang membuat Giok Hoa diajak gurunya berdiam di puncak
Heng-san, alasannya tempat itu jarang sekali didatangi manusia,
karena Heng-san memiliki jurang-jurang yang terbentang luas dan
lebar. Karena itu, penduduk dari kampung-kampung di kaki gunung
tersebut, jarang yang berani yang naik ke puncak gunung Hengsan.
Dengan demikian telah membuat nona Yo memilih tempat itu
sebagai tempat dia mendidiknya muridnya dengan tenang.
Giok Hoa yang sekarang telah menjadi gadis remaja, dengan
kepandaian yang telah tinggi, karena tujuh bagian dari kepandaian
gurunya telah diwarisi kepadanya. Diapun telah menjadi seorang
gadis yang mungkin sukar dirubuhkan oleh jago-jago sembarangan. Karena ilmu silat yang diwarisi nona Yo tersebut
merupakan ilmu yang terhebat di dalam rimba persilatan, yang
824 bersumber dari Siauw Liong Lie dan Yo Ko, yaitu ilmu pedang
Giok-lie-kiam-hoat. Seperti diketahui bahwa Giok-lie-kiam-hoat semestinya dibawakan
berpasangan, yaitu berdua.
Tetapi nona Yo itu telah mengubah ilmu tersebut, agar dapat
dibawakan oleh Giok Hoa seorang diri. Memang nona Yo tersebut
tidak bermaksud hendak menerima murid lainnya lagi, hanya ingin
memiliki murid tunggal seorang saja yaitu Giok Hoa.
Selama setahun lebih nona Yo yang selalu senang berpakaian
kuning itu, memeras pikiran dan tenaga, dia telah berusaha
menggubah ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat menjadi ilmu pedang
tunggal. Dan usahanya itu memang berhasil.
Sekarang Giok Hoa dapat membawakan jurus-jurus Giok-lie-kiamhoat seorang diri, tanpa adanya kelemahan lagi. Dan biarpun dia
hanya seorang diri membawakan ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat,
tokh tetap saja kehebatan ilmu pedang ini tidak berkurang sedikit
pun juga. Selama setahun itu gurunya telah berhasil untuk menutupi
kelemahan-kelemahan yang ada pada Giok-lie-kiam-hoat jika
dibawakan sendiri. 825 Pagi ini memang Giok Hoa bermaksud melatih diri, dia telah berlarilari dengan riang sambil bernyanyi kecil melompati jurang-jurang
yang dilaluinya. Dia bermaksud pergi ke tempat berlatihnya, yaitu
puncak yang tertinggi dari gunung Heng-san. Sebuah tempat yang
cukup luas, lapangan gundul dengan sebagian salju terdapat di
sana, hawa udara di sana sangat dingin.....
Ada suatu keluar biasaan yang dimiliki Heng-san. Pada puncak
gunung tersebut terdapat sebuah air mancur, yang cukup besar,
dan inilah yang mungkin tidak dimiliki oleh gunung-gunung lainnya.
Dengan demikian, dengan adanya air mancur tersebut, Giok Hoa
selalu dilatih gurunya untuk mempergunakan air mancur tersebut
guna memperkuat latihan tenaga dalamnya.
Puncak gunung Heng-san memang sangat tepat sekali dipergunakan sebagai tempat berlatih. Dan sudah bertahun-tahun
Giok Hoa selalu berlatih di puncak tertinggi gunung Heng-san itu.
Selama dua tahun belakangan ini, memang Giok Hoa selalu pergi
seorang diri ke puncak gunung tersebut untuk berlatih, tanpa
dikawal oleh gurunya. Karena kepandaian Giok Hoa memang telah
tinggi, walaupun dia pergi seorang diri, tokh dia tidak akan
menemui kesulitan mencapai puncak tertinggi dari gunung
tersebut. 826 Dan tidak lama kemudian tampak Giok Hoa telah tiba di puncak
tertinggi gunung Heng-san. Dia telah menghirup udara segar
beberapa saat lamanya, dan memandang sekitar tempat itu
dengan mata yang bening berkilauan mengandung kegembiraan.
Memang selama berguru pada nona Yo itu maka Giok Hoa telah
menerima gemblengan yang sangat keras sekali dari gurunya,
untuk menghadapi segala apapun dengan latihan yang berat.
Dengan demikian, walaupun baru berlangsung lima tahun lebih,
tokh gadis yang cantik jelita ini telah memiliki kepandaian yang
dapat diandalkan. Setelah cukup lama menghirup udara segar Giok Hoa mulai
menggerak-gerakan sepasang tangannya. Dia bersilat mulai dari
jurus-jurus permulaan, di mana ke dua tangan dan kakinya itu
bergerak perlahan sekali. Namun biarpun gerakannya perlahan,
tokh dari sepasang tangan dan kakinya itu, setiap kali digerakkan
menimbulkan kesiuran angin yang sangat kuat sekali, menderuderu dengan dahsyat.
Semakin lama gerakan ke dua tangan dan kaki Giok Hoa semakin
cepat. Sepasang kakinya juga bergerak semakin lincah, karena dia
telah bergerak dengan gerakan yang semakin sulit diikuti oleh
827 pandangan mata manusia biasa, di mana dia telah berkelebatkelebat ke sana ke mari, seperti juga sesosok bayangan saja.
Sedangkan hawa udara memang sangat segar di pagi itu,
sehingga semangat Giok Hoa bertambah terbangun, untuk berlatih
dengan bersemangat. Setiap jurus yang dipergunakannya juga
semakin lama semakin berat.
Dilihat dari setiap gerakan yang dilakukan Giok Hoa, memang
gadis tersebut telah memiliki kepandaian yang dapat diandalkan.
Dan tampaknya guru Giok Hoa pun telah berhasil mewarisi seluruh
kepandaiannya. Hanya saja masalah latihan dan waktu juga, yang
membuat Giok Hoa belum dapat menerima keseluruhan kepandaian itu, di mana dia membutuhkan latihan terus, agar dapat
benar-benar menguasai seluruh kepandaian gurunya itu, yang
telah diwarisi kepadanya.
Tubuh Giok Hoa telah berkeringat, dia bergerak semakin cepat
juga. Malah akhirnya dia berseru nyaring tangannya telah bergerak
cepat sekali, menghantam sebungkah batu yang besar.
"Plakkk!" dan batu itu seketika hancur berkeping-keping.
Giok Hoa telah berhenti bersilat, dia berdiam diri mengatur
pernapasannya, lama Giok Hoa berdiri diam mengatur 828 pernapasannya. Sampai akhirnya Giok Hoa telah menjejakkan
sepasang kakinya, tubuhnya telah mencelat ke tengah udara
dengan ringan sekali, setinggi empat tombak lebih.
Dalam keadaan seperti itulahtampak Giok Hoa memperlihatkan
gin-kangnya memang telah terlatih dengan baik, tubuhnya
berkelebat seperti bayangan. Malah waktu tubuhnya tengah
melayang di tengah udara, dia telah berjumpalitan beberapa kali,
sambilmenghantamudara denganpukulantangan kosong.
Gerakan yang dilakukan Giok Hoa benar-benar menakjubkan,
karena pada waktu itu walaupun tubuhnya tengah melayang,
namun angin pukulannya itu telah dapat menerbangkan batu-batu


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang berada di atas tanah. Batu-batu kerikil kecil itu seperti
diterjang gelombang angin topan yang sangat dahsyat sekali.
Tubuh Giok Hoa telah meluncur turun lagi. Tetapi cara
meluncurnya tubuh manusia biasa, jika memang tubuh manusia
biasa yang tidak memiliki kepandaian atau gin-kang yang biasa
saja, tentu akan meluncur cepat sekali terkena daya tarik bumi.
Namun justeru dengan Giok Hoa terdapat suatu kelainan.
Tubuhnya itu memang meluncur turun, tetapi turunnya itu
829 perlahan-lahan, seperti juga tubuhnya itu seringan kapas.
Meluncurnya sangat lambat sekali.
Dengan demikian itu menandakan bahwa gin-kang yang dimiliki
Giok Hoa memang telah mencapai tingkat yang tinggi sekali.Tingkat yang telah dapat meringankan tubuh sedemikian
rupa, yang membuat dia bisa turun perlahan-lahan.
Dan tentu saja, dalam suatu pertempuran, dapat turun dengan
perlahan seperti itu, sangat penting sekali, karena dari tengah
udara, Giok Hoa bisa saja menyerang hebat pada lawannya. Dan
dia juga bisa mengendalikan tubuhnya hendak meluncur turun
dengan lambat atau memang dengan cepat.
Akhirnya tubuh Giok Hoa telah hinggap di tanah. Tetapi dia
hinggap dalam keadaan yang agak luar biasa, karena begitu ke
dua kakinya mengenai tanah, seketika tanah itu terpijak melesak.
Dan membarengi dengan turunnya tubuhnya, tahu-tahu tangan
Giok Hoa telah berkelebat. Dia telah mengeluarkan sebatang
pedang, dan mulai bersilat dengan lincah sekali.
Sinar pedang itu bagaikan gulungan sinar yang melindungi dirinya,
rapat sekali. Jangankan serangan lawan, sedangkan cipratan
830 airpun tidak mungkin dapat menerobos kurungan sinar pedangnya
itu. Dalam keadaan seperti itu, tampak Giok Hoa tahu-tahu telah
melompat tinggi. Pedangnya diputar seperti baling-baling. Dengan
demikian telah membuat dia seperti juga terbang saja layaknya.
Tanah yang dipijaknya telah melesak dalam sekali meninggalkan
bekas tapak kaki. Itulah lweekang yang kuat sekali. Dan juga pedangnya sekaligus
seperti dapat menyerang delapan penjuru dalam beberapa detik
saja. Selesai melatih ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat tersebut, Giok Hoa
menyarungkan kembali pedangnya pada balik kun nya yang
berwarna hijau tersebut. Dia telah memasukan pedang itu, dan
duduk bersemedhi mengatur jalan pernapasannya.
Sedangkan pada saat itu terlihat bahwa Giok Hoa telah
memusatkan kekuatan lweekangnya. Dia menyalurkan kekuatan
tenaga dalamnya sampai dari kepalanya mengeluarkan uap putih
yang tipis. Semakin lama uap itu semakin tebal.
831 Itulah penutup dari latihan Giok Hoa karena dengan duduk bersila
mengatur jalan pernapasannya, latihan yang telah dilakukannya itu
tidak meletihkannya lagi. Sebab dia telah dapat memulihkan
kesegaran dirinya. Udara pada waktu itu bertambah hangat, karena matahari telah
naik semakin tinggi dan sinarnya semakin panas.
Dan Giok Hoa dengan muka berseri-seri segar, telah bangun dari
duduknya. Dia berjalan perlahan-lahan menyusuri puncak gunung
tersebut, untuk melancarkan otot-ototnya yang semula tadi telah
bekerja keras karena latihannya itu.
Setelah kesegaran tubuhnya benar-benar pulih, maka Giok Hoa
berlari-lari turun dari puncak gunung itu. Dia telah berlari cepat
sekali, sehingga tubuhnya bagaikan melesat terbang saja, dan
hanya bayangannya belaka yang tampak, bayangan warna dari
kun nya yang hijau dan pakaiannya yang berwarna kuning.
Tengah Giok Hoa berlari-lari pesat seperti itu, ketika ia melompati
sebuah jurang yang cukup terpisah jauh, tahu-tahu dari balik batu
yang besar di dekat tepi jurang itu telah melompat sesosok
bayangan berpakaian hitam, yang bergerak sangat lincah sekali,
terus menghantam kepadanya.
832 Waktu itu Giok Hoa tengah menjejakkan kakinya, tubuhnya tengah
mencelat ke tengah udara, akan melompati jurang itu, dan justeru
dia diserang seperti itu, dengan demikian telah membuat dia
berada dalam keadaan yang sangat terancam sekali.
Namun Giok Hoa memang memiliki kepandaian untuk meringankan tubuhnya seringan kapas, melengah dari daya tarik
bumi. Karena itu, dalam keadaan terancam, Giok Hoa telah
mempergunakan ilmunya tersebut. Dia membuat tubuhnya jadi
sangat ringan sekali. Malah tangan kanannya telah dikibaskan untuk menangkis ke
belakang, kepada hantaman dari lawannya yang ternyata memakai
topeng hitam pada mukanya.
"Dukkk!" tangannya telah menangkis tangan orang itu.
Dan seketika Giok Hoa kaget karena dia merasakan tenaga orang
tersebut kuat sekali. Di mana Giok Hoa merasakan pergelangan
tangannya sakit dan nyeri, di samping sangat panas. Diapun
merasakan tubuhnya seperti terdorong mundur.
Beruntung memang Giok Hoa memiliki kepandaian yang terlatih
baik dan ilmu meringankan tubuh yang mengagumkan. Karena dari
itu, dia telah meminjam tenaga dorongan tersebut, untuk
833 berjumpalitan, sehingga dia seperti juga terdorong dan kembali ke
tempat di tepi jurang semula, berada tidak jauh dari tempat
berdirinya orang berpakaian hitam tersebut.
Giok Hoa mengawasi orang itu, yang memiliki potongan tubuh
kurus langsing, disamping itu dia berusaha mengawasi muka
orang bertopeng itu, hanya dua lobang belaka yang memperlihatkan bola mata orang itu yang mencilak-cilak tidak
hentinya. "Siapa kau" Mengapa engkau membokong secara pengecut?"
bentak Giok Hoa dengan tidak senang!
Orang itu tidak menyahuti, dia hanya memperdengarkan suara
tertawa mengejek, kemudian tahu-tahu tubuhnya telah melesat
sangat cepat sekali, tangannya bergerak memukul pula kepada
Giok Hoa. Giok Hoa mendongkol sekali. Orang bertopeng hitam ini
tampaknya seorang tidak tahu aturan, karena sama sekali dia tidak
mau bicara. Sudah tadi dia dibokong, sekarang malah dia telah menyerang lagi
kepadanya bagaikan kalap. Giok Hoa adalah musuh besarnya.
834 Karena itu Giok Hoa pun tidak tinggal diam, dia telah mengeluarkan
suara seruan nyaring, tahu-tahu tangan kanannya dilintangkan
dengan tangan kirinya. Giok Hoa tidak menangkis sembarangan
seperti yang dialaminya tadi, karena dari benturannya yang terjadi
tadi telah diketahuinya orang bertopeng hitamini memiliki lweekang
yang sangat kuat sekali. Sekarang Giok Hoa menangkis dengan tangan disilangkan.
Karena begitu dia menangkis, Giok Hoa bermaksud hendak
membarenginya dengan gempuran kepada orang tersebut.
Dengan disilangkan tangannya, maka dia bisa lebih leluasa
membalas menyerang. Benar saja, tangan orang itu dapat ditangkis dengan baik oleh Giok
Hoa, walaupun Giok Hoa kembali harus kaget karena dia
merasakan betapa tenaga orang itu kuat sekali, hampir saja
tubuhnya terdorong mundur. Beruntung memang Giok Hoa telah
berhati-hati dan bersiap siaga, karenanya dia bisa mempertahankan kuda-kuda ke dua kakinya tidak sampai
tergempur. Dikala itu tampak orang bertopeng hitam tersebut pun tidak tinggal
diam. Begitu melihat serangan pertama telah gagal, maka tangan
kanannya ditarik pulang, menyusul tangan kirinya yang berusaha
835 mencengkeram pergelangan tangan Giok Hoa, yang tengah
meluncur menyambar ke arahnya! Usaha dari orang bertopeng itu
gagal, karena tangan Giok Hoa dengan tiba-tiba melejit ke bawah
mengelakkan cengkeraman tersebut.
Terdengar orang bertopeng itu mengeluarkan suara tertawa
mengejek lagi. Kemudian ia merangsek maju menyerang Giok Hoa
dengan gencar. Sekarang Giok Hoa jadi kaget, dia mati-matian telah mengerahkan
tenaga lweekangnya, berusaha untuk menindih kekuatan tenaga
dalam orang bertopeng hitam itu.Tetapi semakin lama orang
bertopeng hitam itu merangseknya semakin gencar dan hebat,
tenaganya seperti bertambah kuat juga.
Diam-diam Giok Hoa heran, siapakah orang bertopeng hitam ini,
yang tahu-tahu telah bisa berkeliaran di puncak gunung Heng-san
ini" Melihat kepandaiannya sangat tinggi, tentunya dia bukan
orang sembarangan. Dan apa maksud kedatangannya ke puncak
gunung Heng-san ini" Apakah dia hendak mencelakai gurunya"
Karena berpikir begitu dan menduga bahwa orang bertopeng itu
bukan sebangsa manusia baik-baik, Giok Hoa telah mengeluarkan
seluruh kepandaiannya. Dia memberikan perlawanan yang gigih,
836 sehingga mereka terlibat dalam pertempuran yang seru sekali,
telah puluhan jurus telah mereka lewati.
Akan tetapi sejauh itu tetap saja Giok Hoa tidak bisa mendesak
orang bertopeng hitam tersebut, karena memang dilihatnya betapa
orang bertopeng hitam itu memiliki kepandaian yang berada di
atasnya. Tetapi Giok Hoa tetap saja memberikan perlawanan yang berani,
dia tidak gentar sedikitpun juga, dia telah mengempos seluruh
kekuatanlweekangnya. Waktu dirasakannya bahwa ia tidak
mungkin dapatmenghadapi terus tenaga gempuran dari lawannya,
Giok Hoa telah mencabut pedangnya.
Dengan gerakan yang sangat lincah sekali, dia telah menyerang
ke sana ke maripada bagian-bagian yang mematikan di tubuh
lawannya. Dia telah mempergunakan jurus-jurus dari Giok-liekiam-hoat.
Dalam keadaan seperti itulah, lawannya mulai kikuk juga, karena
dia jadi sibuk sekali menghindar ke sana ke mari, jurus demi jurus
dibadapinya dengan bertangan kosong. Namun diam-diam dia
sangat kagum akan kehebatan ilmu pedang yang dimiliki Giok Hoa,
837 sebab dia hanya bisa berkelit tanpa bisa balas menyerang.
Terbatas sekali ruang geraknya.
Giok Hoa semakin lama jadi semakin gugup, karena jurus demi
jurus telah dilewatkan dengan cepat sekali, sehingga dia telah
mempergunakan puluhan jurus. Namun sejauh itu belum terlihat
tanda-tanda dia berhasil mendesak lawsnnya uutuk memperoleh
kemenangan. Dan di saat gadis itu tengah gugup, terdengar orang bertopeng itu
berkata, "Hati-hati pedangmu!"
Dan tahu-tahu sepasang tangan orang bertopeng itu bergerak.
Tangan kirinya berusaha mengancam akan menotok biji mata dari
Giok Hoa, dan tangan kanannya dengan mempergunakan jari
telunjuk dan ibu jarinya, telah menjepit pedang Giok Hoa.
Luar biasa sekali! Pedang Giok Hoa yang kena dijepitnya itu tidak
bisa digerakkan lagi dia tidak bisa mendorong buat menikam atau
juga menarik pedangnya. Giok Hoa jadi mendelu dan penasaran
sekali, dia berusaha memusatkan seluruh kekuatan tenaga
lweekangnya untuk menikam terus, Sedangkan totokan jari
telunjuk tangan kiri lawannya, dielakkan hanya dengan memiringkan kepalanya saja.
838 "Lepaskan pedangmu!" terdengar orang berbaju hitam itu telah
berseru nyaring sekali sambil hendak merebut pedang Giok Hoa.
Inilah suatu hal penentuan yang membuat Giok Hoa agak gugup.
Ia pernah dinasehati oleh gurunya, seorang yang bertempur, sama
sekali tidak boleh kehilangan senjata yang dipergunakannya.
Jika pedang dapat dianggap sebagai jiwa, maka itulah artinya.
Karena jika pedang dapat dirampas oleh lawan, walaupun dia
belum tahu dapat dirubuhkan lawannya tokh itu sudah suatu
pertanda bahwa dia akan kehilangan pamor dan juga nama,
disamping keselamatan dirinya sudah tidak bisa dipertanggung
jawabkan lagi. Karena pedang yang dicekal padanya, yang harus dipergunakannya sebaik mungkin, dan dilindunginya, ternyata
telah dapat dirampas oleh lawan. Gurunya pernah menjelaskan
kepadanya, bagaimanapun pedang harus dipertahankan sampai
titik napasnya terakhir. Dan semua itu

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jelas berarti bahwa Giok Hoa harus mempertahankan jiwanya di mana dia harus mempertahankan
pedangnya itu agar tidak sampai kena dirampas oleh lawannya.
839 Melihat lawannya hendak merebut pedangnya, Giok Hoa telah
menjejakkan kakinya menerjang kepada lawannya. Dia telah
mempergunakan tangan kirinya untuk menghantam dada lawannya, sedangkan tangan kanannya tetap saja mencekal
pedangnya kuat-kuat karena dia tidak akan membiarkan lawannya
merampas pedangnya di tangan kanannya, biarpun dia harus
menemui ajalnya. Melihat kenekadan dari Giok Hoa, lawannya tertawa sambil
melompat mundur dan melepaskan jepitan pada pedang.
Tertawanya itu bening sekali, berbeda dengan suaranya yang
sebelumnya. Mendengar suara tertawa tersebut, Giok Hoa tertegun, dia
mengenali suara tertawa itu.
Cepat-cepat Giok Hoa memasukkan pedangnya pula, dia
menjatuhkan dirinya berlutut di hadapan orang bertopeng hitam
tersebut. "Suhu.....!" panggilnya girang.
Orang bertopeng itu telah membuka topengnya sambil tertawa.
Ternyata dia tidak lain dari nona Yo, guru Giok Hoa.
840 "Bagus! Kepandaianmu telah memperoleh kemajuan yang sangat
pesat! Hemmmm, jika aku tidak keburu untuk melompat mundur,
tentu aku telah kena dihantam tangan kirimu!"
"Maafkan, Suhu.....!" kata Giok Hoa. "Bukan maksud tecu untuk
berlaku kurang ajar..... jika memang tecu mengetahui siapa adanya
Suhu, tentu tecu tidak berani melawan.....!"
"Ya, aku memang sengaja menyerang seperti ini, untuk menguji
kepandaianmu. Jika aku hanya menguji secara biasa saja, tentu
engkau akan mengeluarkan kepandaianmu itu setengah hati!"
Dan nona Yo itu telah menghampiri Giok Hoa, dielus-elusnya
rambut gadis itu dengan penuh kasih sayang,
"Jika dalam dua tahun lagi engkau berlatih dengan tekun, tentu sulit
aku menghadapi dirimu lagi......!" kata nona Yo.
"Suhu terlalu memuji.....!" kata Giok Hoa cepat-cepat dengan muka
yang berobah merah. Nona Yo tersenyum. "Aku bukan memuji belaka, bukan pujian kosong!" kata nona Yo
kemudian. Jika dalam dua tahun engkau berlatih diri dengan tekun,
841 niscaya engkau akan memperoleh kemajuan yang jauh lebih hebat
lagi, mungkin diwaktu itu aku sudah sulit untuk menghadapi dirimu!
"Sekarang yang masih kurang adalah tenaga dalam juga latihan,
kau masih kurang pengalaman itu saja! Tadi waktu aku menjepit
pedangmu, jika memang engkau telah melatih lweekangmu
dengan baik, engkau dapat menggetarkan pedang itu, kemudian
membarengi dengan itu engkau baru melompat buat menghantam.
Dengan demikian lawanmu jangan harap dapatmenjepit terus
pedangmu itu......!"
Mendengar nasehat gurunya, Giok Hoa mendengatkan baik-baiks
ambil berulang kali mengiyakan.
Banyak yang diberitahukan nona Yo kepada muridnya, dan setelah
itu mereka berdua guru dan murid telah kembali ke tempat mereka,
sebuah rumah kayu yang dibangun sederhana sekali, namun
sangat bersih. Di dalam rumah itulah nona Yo telah menurunkan lagi beberapa
jurus simpanannya yang merupakan kepandaian tertinggi. Karena
tadi dia telah menguji Giok Hoa dan memperoleh kenyataan
muridnya telah bisa menerima pelajaran tertinggi itu, di mana Giok
842 Hoa telah memiliki lweekang yang kuat dan kepandaian yang
lumayan. Memang jika kepandaian tertinggi itu diwarisi oleh nona Yo kepada
Giok Hoa dalam keadaan gadis itu belum siap, bukan saja Giok
Hoa tidak akan berhasil untuk mempelajari jurus-jurus tertinggi itu,
malah akan membahayakan dirinya sendiri, di mana latihan
lweekangnya akan terganggu.
Giok Hoa pun tambah gembira, dengan giat dan tekun dia telah
mempelajari ilmu dari jurus-jurus tertinggi kepandaian gurunya itu.
Dengan demikian dalam beberapa bulan saja Giok Hoa telah
semakin hebat, memiliki kepandaian yang semakin tinggi dan
jarang ada orang yang bisa merubuhkannya dengan mudah!
Terpisah beberapa puluh lie dari gunung Heng-san sebelah barat
terdapat sebuah perkampungan yang tidak begitu besar,
penduduknya pun tidak banyak, itulah perkampungan Su-ciang.
Dan penduduk kampung tersebut umumnya memiliki pekerjaan
sebagai pemburu, karena mereka lebih banyak pergi berburu untuk
nanti hasil buruan mereka dijual dan uangnya dipergunakan untuk
melewati hari-hari bersama keluarganya masing-masing. Hanya
satu dua orang penduduk saja yang mengusahakan tanah
pertanian. 843 Perkampungan yang tidak begitu besar dan juga penduduknya
yang tidak terlalu padat, setiap hari tampak tenang. Dan juga,
jarang sekali terjadi kerusuhan di situ. Karena jumlah penduduknya
yang sedikit, satu dengan yang lainnya sesama tetangga bagaikan
sanak famili sendiri. Mereka selalu melakukan dan memutuskan
sesuatu secara kekeluargaan.
Pada pagi itu, tampak beberapa puluh orang pemuda bertubuh
tegap, telah berangkat meninggalkan kampung mereka, untuk
pergi berburu. Dan juga tampak bahwa mereka bernyanyi-nyanyi
dengan riang. Di antara mereka terdapat dua atau tiga orang laki-laki setengah
baya, yang akan ikut berburu.
Di dalam kampung itu hanya tertinggal wanita, anak-anak dan
orang-orang yang sudah lanjut. Karena jauh dari keramaian,
kebutuhan mereka untuk melewati hari pun tidak terlalu banyak.
Itulah berburu mereka anggap disamping sebagai mata pencarian
mereka untuk memiliki penghasilan, pun sebagai kegemaran juga.
Mendekati matahari naik tinggi, waktu itulah tampak seorang
penunggang kuda berwarna putih, tengah mencongklang mendatangi kampung itu. Orang yang duduk di punggung kuda
844 itupun mengenakan baju putih, dilihat sepintas lalu, dialah seorang
pelajar yang tenang dan sabar.
Dia seorang pemuda yang berparas tampan, berusia baru
duapuluh tahun. Tampak dia telah melompat turun dari kudanya
itu, waktu tiba di mulut kampung, dia telah memandang sekitarnya.
Pemuda ini jelas memiliki kepandaian ilmu silat, walaupun dia
berpakaian sebagai seorang pelajar. Semua itu terlihat bukan dari
bentuk tubuhnya yang memang agak tegap. Tetapi justeru dari
langkah kakinya yang sangat ringan sekali, sehingga tadi waktu dia
melompat turun dari kudanya, seperti juga tidakmenimbulkan
suarasama sekali. Pemuda pelajar berpakaian putih dan berusia masih muda itu telah
menghampiri ke arah sebuah warung teh. Dia melihat pemilik
warung teh yang menyambutnya keluar, adalah seorang laki-laki
tua berusia antara enampuluh tahun.
"Silahkan masuk, Kongcu..... silahkan masuk..... di kampung ini
hanya Lohu yang membuka warung teh, dan Kongcu tidak akan
dapat menemukan warung teh lainnya.....!" mempersilahkan
pemilik warung teh tersebut.
845 Pemuda pelajaritu mengnggguksambil tersenyum, dia telah
mengikattali kekang kudanya pada tempatnya di samping kiri
warung teh itu, kemudiammengambil tempat duduk. Dilihatnya
warung tehsangat sepi, tidakada seorang pengunjung pun juga.
Hal ini memang dapat dimengerti. Bahwa kampung itu sangat kecil
sekali, juga jauh dari keramaian. Di samping itu memang penduduk
kampung ini tidak terlalu padat.
Pemilik warung teh itu hanya mengharapkan pemuda-pemuda
penduduk kampung itu yang kembali dari berburu, beristirahat
sebentar di situ untuk bercakap-cakap sambil minum teh. Diasama
sekali tidak bisa mengharapkan kunjungan orang asing, karena
memang kampung itu jarang sekali dilintasi orang asing.
Sekarang melihat ada tamu asing, maka pemilik warung teh itu
girang bukan main, karena dia yakin, tamunya ini tentu akan
membayar tehnya jauh lebih mahal dari harga semestinya. Karena
itu, pemilik warung teh tersebut telah melayaninya dengan hormat
dan sopan sekali. Cepat juga ia telah menyediakan teh yang cukup harum. Dia telah
mengatakan: "Inilah teh simpanan Lohu yang terbaik, mudah-
846 mudahan memuaskan hati dan selera Kongcu!" kata pemilik
warung teh itu. Pemuda baju putih itu telah mengucapkan terimakasihnya. Dia
telah menghirupnya. Tetapi teh itu sangat sepat dan tidak memiliki
keharuman sedikitpun juga, seperti juga meminum air dari
campuran bahan-bahan yang tidak keruan.
Tetapi pemuda baju putih itu tidak mau menyakiti perasaan pemilik
warung teh itu, ia meletakkan cawannya, sambil katanya: "Ya, ya,
teh yang sangat harum sekali, Lopeh.....!"
Setelah itu, pemuda baju putih tersebut memandang sekelilingnya,
kemudian katanya: "Apa yang kulihat, keadaan di kampung ini sepi
sekali..... juga tidak ada tamu pada warung tehmu ini, Lopeh"!"
Orang tua itu mengangguk segera.
"Ya, ya, memang Lohu membuka warung teh ini hanya sekedar
buat melewati waktu senggang belaka di hari tua ini....."
menjelaskan orang tua itu. "Jika memang Lohu tidak mengusahakan warung teh ini, maka Lohu terlalu iseng, terlalu
banyak waktu yang terluangkan, sehingga akan menjengkelkan
sekali. "Karena dari itu, walaupun kampung ini sangat sedikit sekali
847 penduduknya, dan juga sepi, jarang sekali dilalui oleh orang asing,
namun Lohu kira ada baiknya juga untuk menerima tamu-tamu dari
pemuda-pemuda penduduk kam pung ini setiap sore hari pulang
dari berburu. Dengan demikian, Lohu bisa mengisi waktu
senggang Lohu sebaik-baiknya.....!"
Mendengar keterangan orang tua itu, pemuda pelajar berpakaian
serba putih tersebut mengangguk beberapa kali, kemudian
katanya, "Sesungguhnya Lopeh, untuk menuju ke Heng-san masih terpisah
berapa jauh"!" "Tidak jauh! Tidak jauh! Apakah Kougcu ingin pergi ke sana?"
tanya orang tua itu, "Itu..... lihatlah Kongcu, itulah puncak Hengsan!"
Pemuda pelajar berbaju putih itu telah memandang ke arah yang
ditunjuk oleh pemilik warung teh tersebut, sehingga dia melihat
puncak gunung yang jauh dan ujung puncak tertinggi gunung itu
diselubungi oleh kabut yang cukup tebal dan awan.
"Puncak gunung yang indah menarik sekali!" memuji pemuda
pelajar berbaju putih itu.
848 Pemilik warung teh tersebut mengangguksambil tersenyum.
"Ya, sesungguhnya Heng-san merupakan gunung yang indah
menarik, hanya saja herannya mengapa jarang sekali orang-orang
berkunjung, untuk pelajar menikmati keindahan gunung tersebut?"
menggumam pemilik warung itu. "Dan jika saja, banyak orang yang
berkunjung ke Heng-san, tentu usahaku dengan membuka warung
teh ini jauh lebih maju lagi..... tentu orang-orang yang ingin pergi
ke Heng-san akan singgah di sini untuk beristirahat dan menikmati
teh.....!" Pemuda pelajar berbaju putih itu telah mengangguk beberapa kali,
kemudian katanya: "Ya, ya..... jika saja orang mengetahui betapa
gunung Heng-san merupakan gunung yang sangat indah dan
menarik, tentu mereka akan tergesa-gesa mendatangi gunung
ini..... Justeru sayangnya, jarang sekali orang yang mengetahui,
bahwa keindahan di gunung Heng-san sesungguhnya tidak kalah
jika dibandingkan dengan keindahan di gunung Thian-san atau
tempat-tempat indah lainnya. Juga menurutku, tentunya tidak
kalah dibandingkan dengan keindahan telaga Thian-ouw atau Suouw....."
Pemilik warung yang sudah lanjut usianya tampak puas dan girang,
mendengar pemuda pelajar ini telah memuji keindahan Heng-san,
849 tanah dan kampung halamannya. Dengan demikian, dia menyukai
si pemuda berpakaian serba putih, yang dilayaninya dengan
sangat hormat sekali. Dalam keadaan seperti itu, maka banyak yang diceritakan pemilik
warung tersebut. Ia menceritakan mengenai keindahan puncak
gunung itu, juga menceritakan betapa di atas gunung itu terdapat
pohon-pohon yang tumbuh tinggi sekali, sampai puluhan kaki,
mungkin di gunung lain tidak terdapat pohon yang tumbuh setinggi
itu" "Karenanya, jika nanti Kongcu sudah mendaki puncak gunung
Heng-san dan melihat sendiri betapa indahnya gunung Heng-san,
tentu Kongcu baru percaya bahwa gunung Heng-san merupakan
sebuah gunung yang benar-benar indah!" kata pemilik warung teh
tersebut. Pemuda pelajar itu mengangguk beberapa kali. Memang dia
bermaksud untuk pergi ke Heng-san. Ia telah menerima perintah
gurunya mencari tempat yang sejuk dan nyaman untuk suatu
keperluan gurunya tersebut.
Dan karena itu, pemuda pelajar ini telah menjelajahi beberapa
gunung di daratan Tiong-goan. Sejauh itu, ia masih belum juga
850

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berhasil menemui tempat yang sekiranya cocok dan sesuai
dengan keinginan gurunya.
Sampai akhirnya, dari seseorang ia mendengar akan keindahan
Heng-san. Masalahnya bukan keindahan gunung itu, tetapi justeru setelah
mendengar keadaan gunung tersebut. Pemuda pelajar ini melihat
adanya beberapa bagian dari keadaan gunung Heng-san, yang
akan cocok sesuai dengan keinginan gurunya, maka segera dia
berangkat ke Heng-san, buat melihat sendiri gunung tersebut. Itu
pula sebabnya mengapa dia telah melakukan perjalanannya ke
Heng-san. Dan apa yang diduganya memang benar, bahwa Heng-san sangat
sepi sekali, bahkan kampung-kampung yang dilihatnya di kaki
gunung itu, merupakan kampung-kampung yang kecil dan
penduduknya sedikit sekali.
Dengan demikian, semakin kuat pula keinginan pemuda pelajar
tersebut hendak melihat keadaan di puncak gunung itu, karena
semakin dekat pula pada dugaannya bahwa Heng-san lah
merupakan tempat yang pasti akan cocok dan memenuhi selera
dari gurunya, yang memang menghendaki sebuah tempat yang
851 tenang dan sunyi, di samping beberapa hal-hal lainnya, seperti
juga hutan-hutan yang tidak terlalu lebat dan sinar matahari yang
bersinar cukup masuk ke gunung itu, maka guru itu akan hidup
menyendiri melewati hari-hari tuanya.
Setelah bercakap-cakap beberapa saat lagi, tiba-tiba pemilik
warung teh itu telah berkata sungguh-sungguh kepada pemuda
berpakaian putih itu, ia memperlihatkan sikap yang serius sekali.
"Kongcu, sesungguhnya, di antara keistimewaan yang telah
kuceritakan tadi, masih ada suatu keluar biasaan di gunung Hengsan ini......!"
Pemuda berpakaian serba putih itu tersenyum. Dia memang
tengah berusaha untuk mengumpulkan keterangan-keterangan
mengenai Heng-san sebanyak mungkin. Kebetulan sekali pemilik
warung teh ini gemar bercerita.
"Apakah keistimewaan yang luar biasa itu Lopeh"!" tanyanya.
Orang tua itu ragu-ragu sejenak,
sekelilingnya, sampai akhirnya dia telah memandang sikap yang hati-hati dan bersungguh-sungguh, ia berkata:
852 "Di puncak gunung Heng-san berdiam seorang bidadari yang
cantik luar biasa! Menurut orang-orang yang telah melihat,
beberapa orang pemuda kampung ini, bahwa bidadari itu mungkin
baru berusia tujuh atau delapanbelas tahun. Sangat cantik sekali.
"Malah yang luar biasa, bidadari itu pandai terbang. Setiap jurang
di depannya hanya dilewatinya, dengan sekali lompat saja..... dan
jika memang Kongcu ingin mendaki gunung itu, ada baiknya kalau
Kongcu mencari bidadari itu, tentu Kongcu akan bertemu!
"Mereka yang menceritakan kepada Lohu mengenai bidadari itu
mengatakan, bahwa bidadari yang sangat cantik itu adalah
bidadari dari kerajaan langit yang baru turun ke dunia dan berdiam
di puncak Heng-san. Siapa yang bisa melihatnya, akan menerima
keberuntungan yang sangat besar sekali!
"Seperti yang dialami oleh Sung San Tiauw, di mana dia telah
sempat melihat bidadari itu secara kebetulan waktu dia tengah
berburu. "Semula dia gemetar ketakutan, karena menduga itu adalah hantu
gunung. Tetapi setelah melihat bidadari itu seorang bidadari yang
sangat cantik jelita, mungkin kecantikannya itu tidak ada duanya di
dalam dunia ini, di mana Sung San Tiauw mengatakan tidak ada
853 manusia atau seorang gadis pun secantik bidadari itu, tengah
berlari-lari seperti terbang.
"Yang luar biasa Sung San Tiauw pun melihat bidadari itu terbang
melewati jurang, dan juga dapat terbang ke atas tebing, hanya
sayangnya walaupun telah mengikuti jejak dari si bidadari, tokh
tetap saja dia tidak berhasil melihatnya lagi. Begitu juga setelah
besoknya, selama sebulan dia berusaha untuk mencari jejak
bidadari itu, namun dia tidak berhasil.
"Hanya satu kali saja bertemu dengan bidadari itu, bukan bertemu
maaf Kongcu, hanya melihat, Sung San Tiauw telah memperoleh
kemajuan yang pesat. Buruannya selalu banyak, di mana dia selalu
berhasil membawa pulang binatang buruannya dalam jumlah
beberapa kali lipat dibandingkan sebelumnya.....! Karena itu, jika
Kongcu dapat bertemu dengan bidadari itu, tentu Kongcu akan
beruntung sekali." Pemuda berbaju putih itu mengangguk-anggukan kepala beberapa
kali. Hatinya memang jadi tertarik.
"Apakah cerita dari orang she Sung itu bisa dipercaya, Lopeh?"
tanya pemuda pelajar berpakaian serba putih tersebut.
854 "Ohhh, Sung San Tiauw seorang pemuda kampung ini yang
terkenal sangat jujur. Dia tidak mau berdusta, walaupun diancam
akan dibunuh kalau dia tidak berdusta, tentu dia memilih mati dari
pada berbohong. Maka aku yakin bahwa ceritanya itu bukan isapan
jempol belaka, karena Lohu memang mengetahui benar siapa
adanya Sung San Tiauw......!"
Hati pemuda berpakaian serba putih itu semakin tertarik saja,
karena dia segera memiliki dugaan.
"Apakah gadis yang dimaksudkan sebagai bidadari itu adalah
seorang gadis yang memiliki kepandaian gin-kang yang luar biasa"
Memang bisa saja seseorang yang memiliki gin-kang telah tinggi,
untuk melompati jurang, dan naik ke tebing. Semua itu jika dilihat
sepintas lalu memang seperti terbang belaka, atau memang dia
merupakan murid seorang tokoh sakti."
Dan pemuda berpakaian serba putih itu tidak mempercayai
mengenai dongeng tentang diri seorang bidadari. Dia lebih
cenderung menduga bahwa yang disebut sebagai bidadari itu
adalah seorang gadis yang memiliki kepandaian ilmu silat dan ginkang yang tinggi, yang berdiam di puncak gunung Heng-san.
Memiliki dugaan seperti itu, hati pemuda tersebut jadi tidak tenang.
855 "Ternyata maksudku untuk melihat-lihat kemungkinan apakah
Heng-san merupakan tempat yang sesuai dengan keinginan suhu,
telah didahului orang lain......!"
Tetapi diapun bertekad hendak mendaki terus ke puncak Hengsan, untuk melihat sendiri keadaan di sana dengan mata
kepalanya. "Lopeh," katanya kemudian sambil menoleh kepada orang tua itu.
"Berapa lamakah untuk mendaki sampai ke puncak Heng-san?"
Orang tua, pemilik warung teh itu menduga bahwa pemuda pelajar
berpakaian serba putih itu tertarik mendengar ceritanya mengenai
bidadari yang cantik itu. Dia jadi tambah bersemangat bercerita:
"Jika memang ingin mencapai puncak Heng-san, mungkin akan
memakan waktu lima hari lima malam..... tetapi jika hanya ingin
mendaki sampai ke lamping gunung, kukira hanya memakan waktu
dua hari dua malam.....!"
Pemuda pelajar itu mengangguk beberapa kali, di dalam hatinya
dia berkata: "Hemmm, aku tentu bisa melakukan perjalanan dalam
satu hari saja tiba di puncak Heng-san!"
856 Karena berpikir begitu, maka pemuda pelajar tersebut telah
bertanya lagi kepada pemilik warung teb tersebut: "Lopeh, ada
sesuatu yang ingin kukatakan memohon pertolongan dari engkau.
Dapatkah aku mengatakannya?"
Orang tua itu tertegun sejenak, namun akhirnya tertawa.
"Oh, tentu, tentu. Jika hanya pertolongan dengan tenaga, tentu
Lohu bersedia. Tetapi jikakau minta tolong untuk meminjamkan
uang atau juga meminta sesuatu yang Lohu tidak memiliki, hal itu
mana mungkin Lohu dapat luluskan?"
Pemuda pelajar itu tertawa. Dia merogoh sakunya, mengeluarkan
sepuluh tail perak, di letakkan di atas meja katanya,
"Ambillah uang itu untuk Lopeh..... Aku hanya ingin memohon
pertolongan kepadamu buat menitipkan kudaku ini, karena aku
ingin mendaki gunung Heng-san itu dengan berjalan kaki. Dengan
membawa-bawa kudaku itu, tentu akan merepotkan sekali."
Orang tua itu terkejut, dia memandang kepada sepuluh tail perak
di atas meja dengan sepasang mata yang terpentang lebar-lebar,
kemudian katanya: "Ini..... ini....." suaranya tergagap.
857 Pemuda pelajar itu mendorong uang sepuluh tail perak ke dekat
orang tua itu, katanya: "Ambillah, aku menghadiahkan uang ini,
buatmu Lopeh..... Tetapi selama aku menitipkan kudaku ini, harap
Lopeh mau mengurus dan merawatnya dengan baik-baik, juga
memberikan makan kepadanya......!"
Orang tua pemilik warung teh itu girang bukan main. Hadiah yang
diterimanya bukanlah jumlah yang kecil. Walaupun dia berdagang
teh selama satu tahun, belum tentu dia bisa memperoleh
keuntungan sebanyak itu, maka cepat-cepat dia membungkuk
untuk menyatakan terima kasihnya.
Namun pemuda berpakaian putih itu telah mengulurkan tangannya, sikapnya sabar sekali.
"Jangan banyak peradatan Lopeh, dan juga tidak ada sesuatu yang
pantas diucapkan terima kasih. Aku telah menghadiahkan sedikit
uang kepadamu, karena aku pun menitipkan kudaku itu dan uang
itu bisa dikatakan sebagai pembayaran biaya perawatan kudaku
itu......!" Orang tua pemilik warung tersebut terharu sekali, dia mengucapkan terima kasihnya yang tak terhingga. Beberapa kali
dia menambah teh diguci pemuda pelajar tersebut, dia pun yang
858 menuangkan ke dalam cawan. Bukan main telatennya pelayanan
orang tua tersebut. Dan setelah minum cukup, serta beristirahat cukup lama, maka
pemuda berpakaian serba putih itu telah meminta diri, dengan
sekali lagi berpesan, agar orang tua itu merawat kudanya baikbaik, dan jangan lupa memberi makan pada kudanya itu, yang
berbulu putih mulus. Orang tua pemilik warung teh tersebut memberikan janjinya
berulang kali, bahwa ia akan memelihara dan merawat kuda
sebaik-baiknya. Begitulah, pemuda pelajar berpakaian serba putih itu telah
melanjutkan perjalanannya.
Apa yang dilihatnya memang sangat menyenangkan. Yang
didengarnya selama ini mengenai keindahan gunung Heng-san,
ternyata memang tidak meleset, di mana gunung Heng-san
memang merupakan gunung yang sangat tinggi dan indah sekali.
Pemandangan alam yang indah, ditambah dengan hawa udara
yang sejuk hangat, dengan sinar matahari yang dapat masuk ke
gunung itu secukupnya, telah membuat keadaan di sekitar tempat
itu merupakan tempat yang benar-benar sangat indah sekali.
859 Maka pemuda berpakaian serba putih tersebut melakukan
perjalanan tidak tergesa-gesa, ia telah melangkah perlahan-lahan.
Dengandemikian dia tentunya dapat
menikmati keindahan pemandangan Heng-san, sebab diapun tidak perlu terlalu cepat
tiba di puncak gunung Heng-san.
Waktu itu, keadaan di siang hari, memang udara mulai hangat.
Sinar matahari yang memancar sangat terik di siang itu, bercampur
menjadi satu dengan kesejukan hawa udara pegunungan itu,
sehingga benar-benar nyaman.
Tiba di lamping gunung, maka pemuda pelajar berpakaian serba
putih itu telah duduk beristirahat di bawah sebungkah batu, yang di
samping kiri kanannya tumbuh subur sekali pohon-pohon yang
menjulang tinggi, sehingga pemuda berpakaian serba putih itu bisa
menghindar dari teriknya cahaya matahari, dan hanya merasakan
hangatnya hawa udara di sekitar tempat itu saja.
Siapakah pemuda pelajar berpakaian serba putih, yang memiliki
sikap begitu tenang, wajah yang tampan dan tengah mencari
tempat yang sekiranya cocok buat gurunya hidup mengasingkan
diri, di tempat yang tenang.
860 Ternyata pemuda berpakaian serba putih itu tidak lain dari Lie Ko
Tie. Memang Ko Tie tengah menerima perintah dari Swat Tocu, untuk
mencarikan tempat yang sekiranya cocok buat gurunya itu hidup
menyendiri di tempat yang tenang tetapi memiliki hawa udara yang
bagus. Rupanya Swat Tocu bermaksud meninggalkan pulau es, yang
dianggapnya sudah tidak cocok dan tidak sesuai lagi dengan
usianya yang semakin meningkat tua. Dan juga Swat Tocu tidak
mau terpisah terlalu jauh dari muridnya, jika memang Ko Tie
berkelana di dalam daratan Tiong-goan, dan Swat Tocu
mengasingkan diri ke daratan Tiong-goan juga pada suatu tempat
yang nyaman, jelas muridnya ini bisa sering-sering menjenguknya,
Alasan itulah mengapa Swat Tocu telah memerintahkan Ko Tie
agar mencarikan sebuah tempat yang sekiranya cocok buat dia
menyendiri. Dan selama beberapa tahun terakhir ini Ko Tie telah berkelana dari
satu tempat ke tempat lainnya. Dia berusaha mencari tempat yang
sekiranya cocok dan sesuai dengan keinginan gurunya itu.
861 Akan tetapi sejauh itu Ko Tie masih belum juga berhasil. Dia
pernah merasa cocok dengan keadaan di Thian-san, tetapi Thiansan sepanjang masa dan waktu hanya diselubungi dan dibungkus
oleh salju yang sangat dingin sekali. Dengan demikian, sama saja
keadaan tempat itu dengan di pulau yang di tempati Swat Tocu,
bukan merupakan tempat yang diidam-idamkan oleh gurunya.
Karenanya akhirnya Ko Tie telah berkelana terus mencari tempat
yang sekiranya dapat memenuhi keinginan gurunya itu. Sampai
akhirnya dia mendengar perihal keindahan gunung Heng-san.Dan
juga dia mendengar ada beberapa hal keadaan Heng-san yang
cukup untuk memenuhi keinginan gurunya itu.
Itulah sebabnya mengapa Ko Tie telah bergegas menuju ke Hengsan.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah beristirahat sebentar, Ko Tie kemudian melanjutkan lagi
perjalanannya mendaki Heng-san. Dan dia melihat semakin naik
tinggi ke puncak Heng-san, maka semakin sejuk pula hawa udara
di situ. Tetapi sejuk di gunung Heng-san ini memang berbeda
dengan hawa sejuk di gunung lain, karena hawa udara yang sejuk
tersebut juga bercampur dengan hangatnya sinar matahari.
862 Semakin naik ke puncak Heng-san, Ko Tie semakin kagum juga
melihat keindahan gunung itu, dan semangatnya terbangun untuk
cepat-cepat tiba di puncak gunung Heng-san.
Waktu Ko Tie tengah berlari-lari kecil mendaki gunung itu, tiba-tiba
pendengarannya yang sangat tajam telah mendengar suara
berkeresek yang perlahan sekali, suara yang sangat ringan seperti
jatuhnya sehelai daun kering.
Tetapi sebagai seorang yang memiliki pendengaran sangat tajam,
Ko Tie mengetahui bahwa suara yang perlahan itu bukanlah suara
jatuhnya daun kering. Tentu ada seseorang di sekitar tempat itu.
Karenanya Ko Tie segera menahan langkahnya. Tahu-tahu
dengan mendadak sekali dia telah memutar tubuhnya, memandang sekelilingnya. Dia tidak melihat seorang manusia pun juga, karena di sekitar
tempat itu tampak sunyi sekali.
Ko Tie melompat ke depannya dengan gesit sejauh beberapa
tombak. Dan tetapsaja dia tidak melihat orang yang dicurigainya,
tidak ada seorang manusia pun.
863 "Apakah suara yang perlahan tadi adalah suara merayapnya
seekor ular atau juga binatang gunung lainnya"!" diam-diamKo Tie
telah berpikir di dalam hatinya.
Kemudian telah memandang lagi di sekitar tempat itu, segera dia
membalikkan tubuhnya untuk melanjutkan perjalanannya pula.
Jika saja dia tidak mendengar lagi suara keresekan yang perlahan,
tentu Ko Tie akan menduga bahwa yang tadi didengarnya adalah
suara dari larinya binatang gunung atau juga kemungkinan
melatanya seekor ular. Namun waktu dia tengah berlari-lari,
beberapa kali Ko Tie mendengar suara keresekan yang sama.
Karena dari itu, keras dugaannya tentunya ada seseorang yang
tengah mengikuti jejaknya.
Karena menduga seperti itulah, Ko Tiejadi berlalu lebih waspada.
Sengaja Ko Tie tidak memperlihatkan sikap bahwa dia bercuriga,
karena tampak Ko Tie berlari-lari terus. Walaupun beberapa kali
Ko Tie mendengar suara keresekan tersebut, tokh tetap saja dia
pura-pura tidak mendengarnya.
Hanya saja, waktu dia tiba di depan sebuah hutan yang cukup lebat
daunnya, tiba-tiba Ko Tie telah memutar tubuhnya, begitu
864 mendadak sekali. Dan matanya yang tajam seketika melihat
sesosok bayangan berkelebat.
Hanya saja disebabkan sosok bayangan itu bergerak cepat sekali,
dan merupakan sinar hijau dan kuning belaka, maka Ko Tie tidak
bisa melihat jelas. Dia hanya melihat sesosok bayangan itu yang
bergerak sekejap mata telah lenyap di balik pohon-pohon yang
lebat. Ko Tie menjejakkan sepasang kakinya, dia bermaksud mengejar
orang itu. Tetapi walaupunKo Tie bergerak sangat cepat sekali, di mana dia
telah melesat dengan gerakan tubuh secepat terbang, tokh tetap
saja dia kehilangan jejak. Orang itu tidak juga ditemuinya.
Ko Tie mengawasi keadaan di sekitar tempat itu. Dia melihat
samar-samar bekas tapak kaki orang.
Setelah mencari-cari lagi sekian lama di sekitar tempat itu, maka
Ko Tie akhirnya jadi bertambah heran, karena tetap saja dia tidak
berhasil menemui orang yang dicarinya. Dia segera menduganya,
tentu orang yang mengikuti dirinya memiliki gin-kang yang tinggi
sekali. 865 Akhirnya Ko Tie telah melanjutkan perjalanannya lagi, dia
memutuskan untuk tidak mengacuhkan dan tidak memperdulikan
orang yang tengah mengikutinya itu.
Setelah berjalan sekian lama, kembali Ko Tie mendengar suara
berkeresekan perlahan itu jadi jelas, bahwa orang mengikuti
dirinya belum pergi dan masih terus mengikuti dirinya. Hal ini
membuat Ko Tie jadi mendongkol juga, diapun penasaran! Hanya
disebabkan dia memang mengetahui bahwa gin-kang orang yang
mengikuti dirinya sangat tinggi maka sekarang Ko Tie tidak mau
berlaku ceroboh, dia telah berlari cepat.
Ko Tie telah mengerahkan gin-kangnya, dia berlari pesat sekali.
Tubuhnya bagaikan terbang seperti juga ke dua kakinya itu tidak
menginjak bumi lagi. Karena dia yakin, jika dia berlari cepat seperti itu, tentu orang yang
mengikuti jejaknya akan sulit mengejarnya. Jika memang orang itu
memiliki gin-kang yang tinggi, tentu dia dapat mengejar dan
mengikuti terus. Namun sulit bagi orang itu untuk segera
menyembunyikan diri, jika sewaktu-waktu Ko Tie membalikkan
tubuhnya. 866 Waktu itu terlihat betapapun juga Ko Tie masih penasaran. Dia
telah mengerahkan seluruh kesanggupannya buat berlari dengan
pesat sekali, mempergunakan gin-kangnya yang sangat tinggi.
Namun sekali-sekali dia masih mendengar suara berkeresek dan
juga malah sekarang diapun mengetahui di belakangnya
mengikutinya seseorang. Ko Tie tiba-tiba memutar tubuhnya. Dia memutarnya begitu
mendadak sekali, sambil menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya
melesat ke depan. Dengan demikian dia seperti memapak orang
yang tengah mengikutinya.
Orang yang tengah mengikutinya rupanya kaget, karena dia tidak
menyangka bahwa Ko Tie akan melakukan gerakan seperti itu.
Karenanya, dia mengeluarkan seruan tertahan dan berusaha untuk
melompat ke samping, guna menghindarkan diri.
Ko Tie tidak memberikan kesempatan kepada orang itu
menyingkirkan diri. Dia telah menghantam dengan tangan
kanannya, mengancam akan menggempur punggung orang itu.
Angin pukulan yang begitu kuat, membuat orang yang hendak
melarikan diri itu kembali mengeluarkan seruan tertahan. Dia
867 mengibas ke belakang. Maka Ko Tie merasakan sampokan tenaga
yang dahsyat. Waktu tadi Ko Tie mengincar punggung orang itu dengan kepalan
tangannya, itu hanya pukulan menggertak belaka, agar orang itu
tidak melarikan diri terus. Siapa tahu, orang tersebut telah
mengibaskan tangannya dan tenaga tangkisannya itu sangat kuat
sekali sampai Ko Tie merasakan tangannya tergetar dan
mendatangkan rasa sakit yang nyeri.
Cepat-cepat dia menarik pulang tangannya. Waktu itu dipergunakan buat memandang jelas orang yang diburunya itu,
yang tidak lain dari seorang gadis cantik luar biasa, mengenakan
baju warna kuning dan kun warna hijau.
Dalam keadaan seperti itu Ko Tie jadi tertegun sejenak, karena
dilihatnya gadis ini berusia masih muda sekali dan benar-benar
merupakan wanita yang cantik luar biasa. Mungkin seumur
hidupnya Ko Tie kira belum pernah bertemu dengan gadis secantik
itu! Melihat Ko Tie tertegun seperti itu justeru gadis tersebut
mempergunakan kesempatan ini. Dia menjejakkan ke dua kakinya,
868 tubuhnya telah berkelebat melarikan diri. Gerakan begitu lincah
sekali, dalam waktu yang singkat Ko Tie telah tertinggal jauh.
Ko Tie baru tersadar mimpinya, segera dia mengejarnya. Namun
gin-kang gadis itupun tampaknya tidak lemah, walaupun Ko Tie
telah mengejarnya sekian lama, tetap saja dia tidak berhasil untuk
mendekati gadis tersebut.
Gadis yang memakai baju kuning dengan kun hijau yang cantik
jelita tersebut rupanya juga gugup, karena mengetahui Ko Tie
mengejarnya terus. Semula dia menduga dengan mempergunakan
gin-kangnya yang telah tinggi itu, dia akan dapat meninggalkan Ko
Tie dengan mudah. Namun siapa tahu, justeru dia melihat dirinya tak bisa melepaskan
diri dari kejaran Ko Tie. Malah semakin lama jarak mereka jadi
semakin dekat juga. Gadis berpakaian kuning dengan kun hijau tersebut mengempos
semangatnya. Dia telah mengerahkan gin-kangnya buat berlari
lebih cepat lagi, sehingga tubuhnya itu bagaikan seringan kapas
telah berlari bagaikan terbang.
869 Ko Tie yang melihat gadis itu berlari semakin cepat, telah
mengempos semangatnya, di mana dia telah berusaha mengejarnya lebih dekat lagi.
Begitulah, mereka berdua saling kejar mengejar, tubuh mereka
sudah seperti bayangan yang berkelebat cepat sekali, juga waktu
itu kaki mereka seperti sudah tidak menginjak tanah lagi.
Angin yang berkesiuran di sisi telinga Ko Tie pun dirasakan sangat
keras sekali. Namun Ko Tie yang sudah penasaran tidak mau
melepaskan gadis tersebut begitu saja, dia mengejarnya terus
dengan cepat. Tetapi, ada kelemahan pada Ko Tie. Dia kurang begitu mengenal
keadaan di sekitar tempat tersebut, karenanya tidak jarang dia
kehilangan jejak gadis tersebut. Cuma saja disebabkan Ko Tie
memang memiliki gin-kang yang tinggi dan juga pendengaran dan
penglihatannya memang tajam, maka dia berhasil menemui jejak
gadis itu dan mengejar terus.
Gadis itu rupanya memang mengenal baik sekali keadaan di
puncak gunung Heng-san, dia dapat berlari ke sana ke mari
dengan gesitnya dan malah telah berusaha berlari ke tempattempat yang sukar untuk dilalui.
870 Tidak jarang gadis itupun lari melewati jurang-jurang yang licin dan
berbahaya. Namun disebabkan gin-kang Ko Tie memang telah
tinggi, dia bisa mengejarnya terus.
Semakin lama gadis itu jadi semakin gugup. Memang sekarang ini
dia belum terkejar, hanya terpisah oleh jarak yang cukup jauh.
Tetapi jika nanti Ko Tie mengejarnya terus, tentu jarak pisah
mereka semakin pendek juga, berarti akhirnya gadis itu akan
terkejar. Andaikata tidak terkejar pun, ia akan menjadi serba salah,
karena ia harus berlari-lari terus menjauhi diri dari Ko Tie.
Karena melihat Ko Tie masih mengejarnya terus, dan mengetahui
Ko Tie tidak akan melepaskannya, di mana gadis itupun merasa
biarpun dia berlari setengah harian, tidak mungkin dia bisa
melepaskan diri dari Ko Tie, maka dia telah berhenti berlari.
Dia berdiri tegak dan menantikan Ko Tie. Mukanya yang cantik
tampak memerah memperlihatkan kegusaran dan kemarahan
bercampur kemendongkolan.
Ko Tie tiba cepat sekali. Diapun telah berhenti mengejarnya. Hanya
saja, mata Ko Tie tidak lekang mengawasi wajah gadis itu yang
cantik jelita. 871 "Apa maksudmu mengikuti aku terus"!" bentak gadis itu dengan
suara yang nyaring merdu. Walaupun marah, wajahnya malah kian
cantik juga dengan pipi yang memerah seperti apel.
Ko Tie seperti tersadar dari kesimanya, maka dia merangkapkan
sepasang tangannya, membungkuk memberi hormat.
"Maaf..... maaf..... bukan Siauwte hendak mengikuti nona terusmenerus, tetapi..... tetapi.....!" Dan Ko Tie tidak meneruskan
perkataannya, dia telah mengawasi gadis itu beberapa saat
lamanya. Tampaknya apa yang ingin diutarakannya itu sulit
dilontarkan dari mulutnya.
"Tetapi apa" Sudah jelas engkau selalu membuntuti aku!" kata
gadis itu, tetap memperlihatkan bahwa dia marah.
Ko Tie diam-diam membathin di dalam hatinya: "Hemmm, engkau
sejak tadi mengikuti aku, main kucing-kucingan, dan berusaha
mengikuti aku terus menerus tanpa ingin meninggalkan jejak, juga
tidak mau memperlihatkan diri! Sekarang setelah tertangkap
basah, engkau justeru telah membalikkan bahwa akulah yang kau
tuduh sebagai orang yang membuntuti kau selalu!"
Tetapi Ko Tie tidak mendongkol, malah tampak saat itu dia masih
tidak habis-habisnya mengagumi akan kecantikan paras muka
872 gadis itu. Demikian cantik dengan tubuh yang memiliki potongan
sangat baik dan indah sekali.
"Nona, sesungguhnya aku tidak memiliki maksud mengikutimu.....,
tetapi tadi nona lah yang mengikuti aku dengan cara sembunyisembunyi....., cukup jauh nona telah mengikuti aku.
"Dan sekarang, setelah aku mengetahui siapa orang yang
mengikuti aku, apakah aku ini bersalah" Bukankah nona berusaha
meloloskan diri dariku dan karena tidak dapat melepaskan diri dari
kejaranku, berbalik nona menjadi marah?"
Waktu mereka berkata begitu, Ko Tie tersenyum manis sekali,
sabar dan sama sekali dia tidak merasa tersinggung oleh sikap
gadis itu. Pipi gadis cantik itu berobah semakin memerah. Disanggapi
seperti itu dia jadi tambah marah. Dari malu dia menjadi marah,
dan sekarang kemarahannya itu jadi dimuntahkannya, katanya:
"Engkau jangan sembarangan menuduh kepadaku! Siapa yang
telah mengikuti dirimu secara sembunyi-sembunyi."
Ko Tie tersenyum: "Sabar nona..... bukankah memang benar tadi
nona telah mengikuti aku secara sembunyi-sembunyi, sampai
873 akhirnya aku berhasil untuk menjebakmu, sehingga aku mengetahui bahwa engkaulah yang telah mengikuti aku?"


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Muka gadis itu tambah merah, dia bilang: "Pemuda kurang ajar,
mulutmu terlalu jahat.....!"
Sambil berkata penuh kemarahan, si gadis itu melompat sambil
menggerakkan tangan kanannya yang dilonjorkan ke depan akan
menampar Ko Tie. NamunKo Tie hanya berkelit belaka, dia tidak menangkis atau
membalas menyerang. "Sabar nona, tidak baik menuruti kemarahan hati!" kata Ko Tie.
"Kitapun sebelumnya tidak saling kenal. Dan kukira, nonapun tidak
mengandung maksud apa-apa mengikuti aku secara sembunyisembunyi begitu, bukan?"
Gadis itu melihat tamparannya mengenai tempat kosong, jadi
tambah penasaran. "Hemmmm, engkau rupanya memiliki kepandaian sehingga kau
anggap bisa menghina diriku, heh"!" dan dia telah menyerang lagi.
874 Kini gerakan dari tubuh si gadis bukan gerakan sembarangan,
karena dia bukan hanya sekedar ingin menempeleng Ko Tie,
melainkan dia telah menyerang dengan kepalan tangannya yang
mengandung tenaga lweekang sangat hebat.
Dengan begitu, Ko Tie juga tidak berani bersikap meremehkan lagi,
karena telah dilihatnya bahwa gadis ini menyerangnya dengan
pukulan yang bersungguh-sungguh. Maka dari itu, Ko Tie cepatcepat telah mengelak.
Namun dua kali beruntun gadis tersebut telah menyerang pula.
Ko Tie beruntun berkelit dan menangkis dengan mudah.
Tangkisannya membuat gadis jadi tambah marah, karena dia
merasakan tangannya yang tertangkis oleh tangan Ko Tie jadi sakit
sekali. Dia jadi tambah berang dan marah, tangan kiri dan tangan
kanannya bergerak sangat cepat sekali, berulang kali dia telah
menghantam. "Kepandaian gadis itu tinggi sekali, entah dia murid siapa?" diamdiam Ko Tie berpikir di dalam hati, "Hanya adatnya benar-benar
aneh. Jelas dia yang bersalah, telah membuntuti aku secara
sembunyi-sembunyi, justeru dia yang sekarang marah dan
875 menuduh aku yang telah mengikutinya..... sungguh ku-koay!
Sungguh aneh sekali!"
Dan Ko Tie juga tidak boleh berayal. Dia harus bergerak gesit buat
menyelamatkan dirinya kalau memang tidak mau menjadi korban
pukulan dari gadis itu. Karenanya tubuhnya telah berkelebat ke
sana ke mari dengan lincah sekali, setiap serangannya pada gadis
itu hanya menggertak belaka, agar gadis itu membatalkan
pukulannya. Gadis itu melihat beberapa kali pukulan tangannya tidak juga
mengenai sasarannya, dan selalu dapat dihindarkan dengan
mudah oleh Ko Tie, membuatnya jadi tambah penasaran. Namun
di hatinya timbul, perasaan kagum.
Gadis itu melihat Ko Tie pun berusia belum begitu tua, baru sekitar
duapuluh tahun lebih. Namun kepandaiannya demikian tinggi.
Maka dari itu, gadis itu diam-diam jadi tergerak hatinya, diapun
berpikir: "Dia sangat sabar, memang sebenarnya aku yang telah
membuntutinya..... tetapi dia seperti hendak mengejekku, seperti
juga aku ini tidak mungkin bisa merubuhkannya..... Dia seperti tidak
memandang sebelah mata pada kepandaianku!"
876 Karena berpikir begitu, perasaan kagum yang telah timbul di
hatinya, segera juga tersingkir. Dan diapun telah berseru nyaring.
Kemudian mempergunakan jurus-jurus ilmu pukulan tangan
kosong yang jauh lebih kuat dan hebat, di samping ke dua
tangannya menyambar-nyambar semakin cepat dan sebat, ke
bagian-bagian yang berbahaya di tubuh Ko Tie.
Sedangkan Ko Tie semakin lama harus bergerak semakin gesit
kalau memang tidak mau terserang oleh pukulan si gadis. Diapun
diam-diam mengagumi gadis ini.
"Pasti gadis ini murid dari seorang tokoh sakti, karena walaupun
usianya masih demikian muda, tokh dia dapat memiliki kepandaian
yang tinggi seperti ini..... hanya saja, dia seorang gadis yang sulit
diajak bicara.....!"
Begitulah, tubuh Ko Tie dan gadis itu telah berkelebat-kelebat ke
sana ke mari dengan lincah sekali. Mereka telah mengeluarkan
jurus-jurus simpanannya yang dianggap hebat, karena itu, tampak
Ko Tie dan gadis tersebut semakin lama terlibat dalam
pertempuran semakin seru.
Benar, memang Ko Tie sama sekali tidak memiliki maksud hendak
mencelakai gadis itu dan mempergunakan tenaganya setengah877
setengah dengan hati yang sangat bimbang. Namun gadis itu
sendiri terlalu mendesaknya, yang membuat Ko Tie akhirnya harus
mengeluarkan seluruh kepandaiannya juga. Dengan demikian
mereka bertempur semakin seru saja.
Di waktu itu terlihat Ko Tie berulang kali telah menyingkirkan diri
dan berusaha membujuk gadis itu untuk menghentikan penyerangannya. "Marilah kita bicara dulu..... Kita tokh bukannya yang harus
bertempur mempertaruhkan jiwa" Bukankah kita baru saja
bertemu" Bagaimana jika aku sampai salah turun tangan dan
melukaimu.....?" membujuk Ko Tie.
Namun gadis itu benar-benar memiliki perangai yang aneh.
Mendengar bujukan Ko Tie itu, ia malah menjadi tambah
penasaran dan marah. "Hemm, kau kira aku takut padamu" Apakah kau memang tidak
memandang sebelah mata terhadap kepandaianku ini" Lihatlah
aku akan mempertihatkan kepadamu, bukan aku yang akan dapat
kau lukai, tetapi justeru engkau yang akan kulukai."
Selesai berkata begitu, cepat sekali gadis tersebut memperhebat
serangannya, sepasang tangannya bergerak semakin gencar.
878 Malah kekuatan tenaga serangannya itu semakin mendesak hebat
kepada Ko Tie, sehingga angin menderu-deru di sekeliling mereka.
Ko Tie terkejut juga melihat gadis itu merobah cara menyerangnya,
di mana tangannya itu tambah berbahaya juga. Setiap jurus yang
dipergunakannya selalu mengancam bagian-bagian yang bisa
mendatangkan celaka buatnya, maka terpaksa Ko Tie harus
mengeluarkan juga kepandaiannya yang lebih tinggi untuk
mempertahankan diri. "Hemmm, dia mengatakan kuatir melukai aku. Dengan berkata
begitu, ia benar-benar tidak memandang sebelah mata padaku!"
Waktu itu gadis tersebut sambil mendesak Ko Tie juga berpikir,
"Aku akan memperlihatkan kepadanya bahwa aku bukan
sebangsa manusia yang mudah untuk diperhina olehnya.....!"
Setelah berpikir begitu, gadis itu malah telah mengempos
semangatnya, dia telah mendesak Ko Tie bertambah hebat.
Semangat bertempurnya semakin tinggi, di mana dia berusaha
mempergunakan semua jurus-jurusnya yang benar-benar hebat,
yang akan mempercepat waktu merubuhkan lawannya.
"Gadis ini bersungguh-sungguh dalam menyerangku..... Ilmu
silatnya tinggi sekali, ilmu pukulan tangan kosongnya juga sangat
879 lihay..... Murid siapakah gadis ini" Ilmunya itu berasal dari aliran
lurus dan bersih, tidak memperlihatkan kesesatan dan mungkin dia
marah kepadaku karena dia salah paham......!"
Begitulah. Ko Tie selalu diliputi oleh tanda tanya di dalam hatinya.
Semakin lama bertempur, sehingga semakin banyak dia memiliki
kesempatan melihat kecantikan paras muka gadis yang menjadi
lawannya itu. Melihat sepasang alis yang melengkung sangat tipis dan indah,
mata yang tampak hitam jeli, dan hidung yang bangir, dengan bibir
yang tipis memerah segar, dan kulit pipi yang putih halus, dengan
bentuk tubuhnya yang elok indah. Hai, benar-benar gadis yang
tengah menjadi lawannya ini merupakan seorang gadis yang
sangat cantik elok rupawan, dan juga akan menggentarkan hati!
Walaupun Ko Tie bertempur dengan mempergunakan tenaga
dalam yang kuat dan juga setiap jurus ilmu pukulannya merupakan
pukulan yang berbahaya sekali, tokh dia tidak bersungguh hati.
Karena dia merasa sayang sekali kalau sampai melukai kulit yang
begitu putih halus dan indah. Di samping itu, juga dia tidak sampai
hati jika melukai gadis tersebut.
880 Betapa cantiknya gadis yang menjadi lawannya itu, dan betapa
halus kulitnya. Jika sampai dia mempersakiti gadis tersebut, inilah
yang tidak diinginkan oleh Ko Tie.
Hanya saja, disebabkan keragu-raguannya itu, membuat Ko Tie
banyak sekali melakukan kesalahan. Dia juga telah beberapa kali
hampir terpukul oleh tangan si gadis tersebut. Hanya saja
disebabkan Ko Tie memiliki gin-kang yang tinggi, menyebabkan
dia selalu masih bisa menyelamatkan dirinya.
Dalam keadaan seperti ini, si gadis tersebut malah semakin
penasaran. Sikap mengalah dari Ko Tie malah dianggapnya
sebagai sikap meremehkan dan menghinanya, karena itu dia
menyerang semakin hebat Sedangkan Ko Tie semakin lama jadi semakin tidak gembira
melayani gadis tersebut, karena dia kuatir kesalahan tangan dan
melukai gadis itu. Hal ini menyebabkan Ko Tie pun berulang kali
telah berusaha membujuk agar gadis itu menghentikan penyerangannya. Namun gadis itu tidak memperdulikannya, dia telah merangsek
terus dengan pukulan-pukulan yang mengandung maut. Malah
881 gadis itu dengan semangat yang semakin menyala-nyala bernafsu
sekali untuk merubuhkan Ko Tie.
Pertempuran di antara mereka berdua berlangsung sampai
puluhan jurus lagi, namun sejauh itu belum ada tanda-tanda bahwa
salah seorang di antara mereka akan ada yang kalah. Walaupun
memang Ko Tie mengalah dan tidak jarang menyebabkan Ko Tie
seperti juga terdesak, tokh dia bisa bertahan dengan baik,
sehingga dia bisa melayani gadis itu terus.
Si gadis yang telah penasaran bukan main tidak bisa merubuhkan
Ko Tie, jadi habis sabar. Setelah gagal menyerang sekali lagi
dengan kepalan tangan kanannya, dia kemudian melompat
mundur. Ko Tie menduga bahwa gadis itu ingin menyudahi pertempuran di
antara mereka. Hati Ko Tie jadi girang, dia berseru nyaring sambil
katanya: "Bagus..... memang ada baiknya jika kita bicara secara
baik-baik.....!" Tetapi baru saja Ko Tie berkata sampai di situ, justeru di saat itu si
gadis telah mencabut pedangnya dari balik kun nya yang berwarna
hijau, dan pedang itu dikibaskannya.
882 "Cabutlah senjatamu, mari kita main-main dengan senjata tajam!
Hemm, mulutmu yang kurang ajar dan ceriwis itu harus diberikan
ganjaran!" Waktu berkata begitu, masih tampak jelas gadis ini diliputi
penasaran, kemendongkolan dan kemarahan, juga sikapnya
sangat gagah. Seorang gadis cantik jelita, dengan pedang di
tangan kanan, dan berdiri tegak, dengan sepasang mata yang
indah terbuka lebar-lebar, dan juga bibir yang dimonyongkan
mengandung kemarahan, sungguh merupakan sikap yang gagah
sekali! Ko Tie tertegun. "Nona..... apakah engkau telah memikirkan kemungkinan kecelakaan yang bisa ditimbulkan dari senjata tajam itu" Tidak baik
kita main-main dengan senjata tajam..... karena jika aku kesalahan
tangan, tentu akan melukaimu.....!" Ko Tie berusaha membujuknya. Akan tetapi dia gagal. Bukannya gadis itu menerima anjurannya
agar mereka berhenti bertempur, malah mereka tampaknya akan
terlibat dalam pertempuran yang lebih seru lagi, di mana tampak
gadis itu telah menggerakkan pedangnya untuk mulai menikam!
883 Gerakan dari pedang gadis itu sangat cepat sekali, dan juga arah
yang diincarnya itu merupakan arah yang bisa membawa kematian
buat Ko Tie kalau saja dia terlambat mengelakkan diri dari
terjangan pedang yang menikam ke arah ulu hatinya. Cepat-cepat
Ko Tie melompat mundur, karena memang diwaktu itu dilihatnya
dirinya sudah tak diberi kesempatan lagi buat bicara membujuk
gadis itu. Yang mengherankan Ko Tie, justeru jurus-jurus yang dipergunakan
oleh gadis tersebut merupakan jurus ilmu pedang yang sangat
ampuh sekali, seakan juga pernah melihat jurus-jurus ilmu pedang
itu. Walaupun terdapat banyak sekali perobahan pada jurus-jurus
tersebut. Ko Tie tidak sempat berpikir terlalu lama, karena waktu itu dia telah
melihatnya bahwa semakin lama serangan pedang gadis tersebut
semakin gencar. Karena itu, dia telah berusaha mengeluarkan juga
ketangkasannya. Sepasang tangan Ko Tie menyambar-nyambar mengancam akan
menyerang bagian yang berbahaya di tubuh si gadis. Dan
usahanya itu memang berhasil cukup baik, gadis itu tidak bisa
terlalu merangsek padanya.
884 Dalam keadaan demikian terlihatlah bahwa Ko Tie tidak tinggal
diam. Setelah gadis itu melompat mundur, diapun mencabut
pedangnya dan kemudian menghadapi gadis itu dengan

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedangnya. Sinar pedang berkelebat-kelebat ke sana ke mari
dengan cepat sekali, seperti juga dua ekor naga yang tengah
memperebutkan mutiara! Sedangkan sinar pedang Ko Tie yang berwarna kuning kebirubiruan, menunjukkan bahwa itulah pedang yang sangat baik dan
bagus, telah bergulung-gulung berusaha membendung tikaman
dari pedang si gadis. Tetapi pedang si gadis rupanya tidak kurang berbahayanya,
seperti juga singa yang tengah mengamuk. Sinar pedang yang
putih bagaikan salju telah menyambar berkelebat-kelebat ke sana
ke mari mengincar bagian-bagian yang mematikan di tubuh Ko Tie.
Walaupun Ko Tie mengeluarkan ilmu pedangnya, tokh dia bersikap
hati-hati sekali dalam mengerakkan pedangnya. Karena sekali saja
dia kesalahan tangan, niscaya dia akan melukai gadis itu, dan
inilah yang tidak diinginkannya.
Maka, dia selalu berusaha menahan pedangnya. Kalau saja
pedangnya itu meluncur akan menikam dada dari si gadis, paha
885 dan bagian lainnya. Dengan demikian, itu merupakan suatu
keuntungan bagi si gadis, karena sikap mengalah dari Ko Tie bisa
dimanfaatkannya. Dia telah merangsek semakin gencar dan hebat.
Tampak dia telah mempergunakan jurus-jurus ilmu pedang Gioklie-kiam-hoat, yang merupakan ilmu pedang yang memiliki banyak
sekali perobahan-perobahannya di sana sini, sehingga sukar
sekali diketahui ke arah mana sasaran yang sebenarnya diincar
gadis tersebut. Memang semakin lama Ko Tie menghadapi kesukaran yang cukup
berat, karena dia sudah tidak bisa main-main lagi. Dia harus
menghadapi gadis itu dengan seluruh kepandaiannya untuk
menandingi ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat nya si gadis yang luar
biasa. Sehingga mereka benar-benar terlibat dalam pertempuran
yang seru sekali. Ko Tie juga telah berpikir: "Jika memang aku berlaku setengah hati,
niscaya akan menyebabkan dia lebih ganas menyerangku.....
Dengan demikian tentu akan membuat dia lebih gencar lagi
menikamku..... aku harus menghadapinya dengan penuh perhatian
dan berusaha menundukkannya.....!"
886 Karena berpikir begitu, cepat sekali Ko Tie telah merobah cara
bersilatnya. Pedangnya telah berkelebat-kelebat dengan sebatnya,
dimana selain dia menangkis, juga dia telah berusaha membalas
menyerang. Dengan demikian, pedangnya itu telah berkelebat-kelebat bagaikan seekor naga yang meluncur ke sana ke mari melingkar
dengan segala keganasan dan kedahsyatannya. Dalam keadaan
seperti ini memang telah membuat gadis itu terdesak juga sedikit,
di mana dia tidak bisa menyerang terlalu gencar.
Si gadis jadi tambah penasaran, dia telah herseru nyaring, di mana
pedangnya itu berkelebat-kelebat dengan cepat sekali, berusaha
untuk menikam bagian-bagian yang mematikan di tubuh Ko Tie.
Begitulah, setelah bertempur sekian puluh jurus, terlihat mereka
seperti juga berimbang, ilmu pedang mereka seperti juga setingkat.
Malah tampak Ko Tie telah mulai menyerang lagi dengan
pedangnya itu cepat sekali, dia berusaha menindih ilmu pedang
dari si gadis. Dan dalam keadaan seperti itulah segera juga tampak
bahwa gadis itu mulai terdesak sedikit demi sedikit.
Gadis itu menyadarinya bahwa Ko Tie memang sangat tinggi sekali
kepandaiannya dan merupakan lawan yang cukup berat. Juga Ko
887 Tie diakuinya sebagai pemuda yang memiliki ilmu pedang yang
tangguh sekali. Dalam keadaan seperti inilah, terlihat bahwa Ko Tie sangat
dikaguminya, namun rasa kagumnya itu tertindih oleh rasa
marahnya, karena itu dia telah memandang dengan mata yang
terbuka lebar-lebar, tiba-tiba dia berseru nyaring sekali dan
kemudian menyerang lagi dengan pedangnya. Tikaman-tikaman
yang dilancarkannya itu merupakan tikaman yang sangat hebat,
berbeda dengan serangannya yang sebelumnya, karena dia telah
mempergunakan jurus-jurus inti ilmu pedang Giok-lie-kiam-hoat.
Diam-diam Ko Tie telah mengeluh di dalam hatinya, karena dia
mengetahui, jika mereka bertempur dengan cara seperti itu,
niscaya akan membuatnya jadi terdesak terus, dan akhirnya
terlibat dalam pertempuran yang berkepanjangan. Dan akan
membuat mereka jadi bercelaka jika saja Ko Tie telah mengambil
tindakan yang keras. Di waktu itulah, dengan cepat Ko Tie telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya telah melesat ke belakang menjauhi gadis itu. Dia telah
berseru: "Hentikan! Hentikan!"
888 Tetapi gadis itu bukannya berhenti menyerang, dia menjejakkan ke
dua kakinya melompat mengejarnya. Malah gadis itu telah berseru:
"Sebelum aku bisa menyobekkan mulutmu yang kurang ajar itu,
maka tidak akan mau sudah!"
Setelah berkata begitu, pedang gadis itu bergerak lagi dengan
sebat, dia telah menikam tidak hentinya. Setiap tikaman itu
mengandung maut dan memaksa Ko Tie harus menangkis atau
mengelakkan diri. Sedangkan Ko Tie berulang kali melompat mundur lagi, karena
memang tidak mau terlibat dalam pertempuran yang berlarut-larut.
Dan juga, di saat-saat seperti ini, Ko Tie terus juga berusaha
menyadarkan si gadis, bahwa di antara mereka tidak tersangkut
suatu apapun juga. Tetapi melihat gadis itu masih saja
menyerangnya, akhirnya habislah kesabaran Ko Tie.
Dia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya tahu-tahu mencelat ke
tengah udara, kemudian tubuhnya itu berputar-putar di tengah
udara dengan gerakan yang manis sekali. Di saat pedang gadis itu
menyambar ke arah pahanya, cepat sekali pedang Ko Tie telah
menyambar menangkisnya. Tangkisan yang dilakukan oleh Ko Tie
telah menyebabkan pedang gadis itu jadi tergetar keras.
889 Dan kemudian gadis itu melompat mundur sebab telapak
tangannya dirasakan sangat pedih sekali, seperti juga kulit telapak
tangannya pecah, akibat kuatnya benturan yang terjadi itu.
Begitulah, ke dua orang ini bertempur dengan pedang mereka
menyambar-nyambar hebat ke sana ke mari bagaikan dua
gulungan sinar yang menyerupai sepasang naga yang tengah
bertempur dengan dahsyat.
Dalam keadaan seperti itu, terlihat betapapun juga, memang
kepandaian Ko Tie menang setingkat dari gadis itu, dan diwaktu
Ko Tie telah mengeluarkan seluruh kepandaian ilmu Kiamhoatnya, maka diwaktu itulah dia telah dapat mendesak gadis
tersebut, sehingga gadis itu berulang kali harus melompat mundur
ke sana-ke mari. Namun, dasarnya gadis itu keras kepala, tokh
tetap saja sehabis mengelak dia menerjang pula ke arah Ko Tie.
Pertempuran ke dua orang itu, yang masing masing mempergunakan pedang yang hebat, merupakan pertempuran
yang berkepanjangan. Telah seratus jurus lebih yang mereka
lewatkan dan sejauh itu masih juga belum terlihat ada tanda-tanda
bahwa mereka akan menyudahi pertempuran tersebut.
890 Memang Ko Tie telah mengagumi sekali kecantikan yang dimiliki
gadis tersebut, dan juga dia merasa kagum akan kehalusan kulit
tubuh gadis tersebut, karena dari itu, dalam keadaan demikian
tentu akan membuat dia menyesal, jika saja kulit yang begitu halus
dan bagus, serta putih menarik, akan terluka oleh ujung
pedangnya. "Jika memang aku belum merubuhkannya dan membuatnya
takluk, gadis tentu tidak mau menyudahi pertempuran ini!" pikir Ko
Tie. Segera Ko Tie mengempos semangatnya, ia menambah kekuatan
pada tangannya, setiap kali menggerakkan pedangnya, maka dia
telah mempergunakan tenaga yang kuat sekali.
Dengan demikian, beberapa kali gadis tersebut harus melompat
mundur, karena dilihatnya betapapun juga tenaga yang terkandung
dalam penyerangan pedang Ko Tie sangat dahsyat sekali. Jika
tokh gadis itu menangkis, malah tangkisan tersebut akan membuat
gadis itu menerima kerugian yang tidak kecil, di samping
pedangnya itu akan terpental kena disampok pedang Ko Tie,
kemungkinan kulit telapak tangannya akan terluka lagi, pecah.
891 Disebabkan itulah, maka gadis ini main lompat sana sini berkelit
dengan lincah sekali, karena dia tidak mau mengadu kekerasan.
Walaupun mengetahui dirinya masih kalah setingkat dengan Ko
Tie, tokh gadis ini tetap tidak mau menyudahi pertempurannya itu.
Ia telah menyerang terus menerus, sambil mencari kesempatan
untuk membalas menyerang.
Sedangkan Ko Tie kali ini sudah tidak bertindak tanggungtanggung, dia juga mengerahkan hawa inti Es yang dimilikinya ke
ujung pedangnya. Maka setiap kali pedang itu berkelebat
menyambar ke arah gadis itu, gadis tersebut merasakan sambaran
angin yang dingin sekali.
Sengaja Ko Tie tidak mau menyerang dengan telapak tangannya
mempergunakan tenaga Inti Es,
karena, sekali saja dia mempergunakan telapak tangannya dengan disertai tenaga Inti
Esnya, tentu gadis itu akan menghadapi bahaya tidak kecil.
Disaat itu, pasti sedikitnya gadis itu akan terluka di dalam. Itu pula
sebabnya mengapa Ko Tie hanya mengerahkan tenaga dalamnya
pada ujung pedangnya. Dia telah menyerang dengan inti es nya,
tetapi hanya mempergunakan sebagian saja.
892 Sekali ini gadis tersebut kaget tidak terkira. Setiap kali pedang Ko
Tie berkelebat di dekatnya dan dia mengelak, maka`dia merasakan
sambaran angin yang dingin bukan main, sedingin es, membuat
dia menggigil. Semakin lama, semakin sering dia mengelak dan pedang itu
semakin cepat menyambar-nyambar kepadanya, maka dia
merasakan hawa dingin itu semakin hebat menyerang dirinya,
sehingga dia merasakan tubuhnya jadi gemetaran keras sekali.
Melihat keadaan demikian sebetulnya Ko Tie merasa kasihan dan
tidak tega untuk menyerang terus gadis itu dengan mempergunakan tenaga Inti Esnya. Namun dia pun segera
berpikir, jika dia tidak mendesak terus gadis itu, agar tak ikut takluk,
tentu selanjutnya ia tetap akan menghadapi kesulitan. Itu pula
sebabnya pedangnya telah menyambar-nyambar dengan dahsyat,
serta menimbulkan hawa yang dingin luar biasa.
Si gadis merasakan tubuhnya menggigil keras sekali, seperti juga
tubuhnya itu diselubungi es yang dingin luar biasa.
Semakin kuat gadis itu mengerahkan lweekangnya buat mengadakan perlawanan, maka semakin sulit dia menggerakkan
893 tangannya. Akibat hawa dingin itu gerakannya jadi lebih lambat dan
membuat diapun tidak leluasa dalam menyerang Ko Tie.
Gadis itu semakin penasaran dan marah. Karena dia menduga Ko
Tie mempergunakan semacam ilmu siluman yang sesat. Dia
mengeluarkan suara bentakan yang sangat nyaring sekali,
kemudian mengempos semangat dan hawa murninya.
Namun seketika dia merasakan bahwa hawa dingin yang
menyerang dirinya itu semakin hebat, bahkan hawa dingin itu telah
membuat gadis tersebut hampir saja menggigil melepaskan
cekalan pada pedangnya. Ko Tie baru saja hendak melompat mundur untuk menyudahi
pertempuran tersebut, tiba-tiba terdengar suara yang sabar dan
halus: "Mengapa tidak membuka Kiu-yang-hiat" Mengapa tidak menutup
Im-yang-hiat"!"
Mendengar suara itu, muka gadis tersebut berobah girang berseriseri, dia telah berseru perlahan: "Suhu......!"
894 Gadis itu segera mengetahuinya bahwa peringatan itu ditujukan
kepadanya. Maka ia menuruti petunjuk tersebut dia membuka Kiuyang-hiat dan kemudian menutup Im-yang-hiat.
Benar, mula-mula dia masih merasa serangan hawa dingin itu,
tetapi setelah lewat beberapa saat, akhirnya hawa dingin itu mulai
berangsur berkurang, seperti juga hawa dingin yang meluncur dari
ujung pedang Ko Tie, sudah tidak dirasakannya lagi.
Dengan demikian, gadis itu bisa bersilat dengan baik kembali, dia
telah memutar pedangnya dengan cepat sekali. Malah semangatnya sekarang jadi terbangun semakin kuat karena dia
yakin dengan ada suhunya, dia tidak perlu kuatir akan dirubuhkan
pemuda yang menjadi lawannya.
Orang yang tadi memberikan petunjuk kepada gadis tersebut,
perlahan-lahan telah muncul melangkah keluar dari balik sebatang
pohon. Dialah seorang wanita berusia tiga puluh tahun lebih,
dengan paras yang cantik, pipi yang memerah dan mengenakan
pakaian kuning. Sambil keluar, wanita itu telah berkata dengan suara yang tenang
sekali: 895 "Mengapa harus bertempur sehebat itu" Giok Hoa, mengapa
tampaknya engkau jadi demikian tidak bisa mengendalikan diri"
Apakah memang kalian telah saling kenal satu dengan yang
lainnya" Dan juga apakah di antara kalian berdua terdapat
permusuhan yang sudah tidak bisa diselesaikan lagi dengan jalan
damai"!"

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar teguran dari gurunya, muka Giok Hoa berobah merah.
Dia pun merasakan bahwa dia telah menyerang dan mendesak
pemuda itu keterlaluan, di mana dia juga telah memaksa pemuda
itu untuk bertempur dengan dahsyat. Padahal memang di antara
mereka tidak saling kenal satu dengan yang lainnya, dan juga di
antara mereka tidak terdapat permusuhan apapun juga.
Maka, setelah ditegur seperti itu oleh gurunya, gadis itu yang tidak
lain dari Giok Hoa, telah menikam hebat ke perut Ko Tie. Waktu Ko
Tie mengelak, maka dia menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya
telah melompat dengan gerakan yang sangat lincah sekali, ke
samping gurunya. "Maafkan suhu!" katanya kemudian dengan kepala tertunduk
dalam-dalam. "Sesungguhnya pemuda itu terlalu kurang ajar sekali
mulutnya." 896 Wanita berbaju kuning itu, guru Giok Hoa, telah tersenyum sabar,
kemudian katanya: "Baiklah, mari kutanyakan kepadanya, apa
maksudnya datang ke mari......"
Setelah berkata begitu, dengan tenang dan sabar tampak wanita
berpakaian serba kuning itu telah melangkah menghampiri Ko Tie.
Sedangkan Ko Tie waktu melihat wanita berpakaian serba kuning
tersebut telah menghampiri kepadanya. Dia membawa sikap yang
menghormat, karena dia mengetahui, sebagai guru dari gadis itu,
tentu saja wanita berpakaian serba kuning ini merupakan seorang
yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali.
Maka dia telah merangkapkan ke dua tangannya, dan menjura:
"Maafkan Boanpwee yang berlaku lancang datang ke tempat ini.....
dapatkah Boanpwe mengetahui, siapakah adanya Locianpwe....."!"
Wanita berpakaian serba kuning itu tersenyum, dia bilang:
"Dengan memanggilku sebagai Locianpwe, maka engkau ingin
mengartikan aku ini sebagai seorang nenek tua yang telah lanjut
usia....."!" Mendengar teguran seperti itu, walaupun teguran itu diucapkan
sambil disertai dengan senyum, membuat Ko Tie jadi likat
897 sendirinya. Segera juga, sambil masih membungkuk memberi
hormat, dia telah merobah panggilan buat wanita itu, katanya:
"Maafkan Peh-bo..... sesungguhnya memang Boanpwe agak
lancang dan mata Boanpwe ini buta.....!"
Setelah berkata begitu, segera juga terlihat bahwa Ko Tie telah
membungkuk menjurah dalam-dalam, seperti juga dia ingin
memperlihatkan sikap menyesalnya.
"Mulutnya memang terlalu lancang dan kotor sekali, Suhu!" Giok
Hoa yang waktu itu berdiri di belakang gurunya, telah mengadu
dengan muka yang memerah.
Disaat itulah terlihat betapun juga memang wanita berpakaian baju
kuning ini tengah mengagumi Ko Tie. Tadi sebetulnya telah cukup
lama dia datang ke tempat itu menyaksikan pertempuran yang
berlangsung antara Ko Tie dengan muridnya.
"Kepandaianmu sangat tinggi sekali dan baik, pemuda!" kata
wanita berbaju kuning itu. "Siapakah gurumu"!"
Ko Tie tidak berani memperlihatkan sikap kurang ajar di hadapan
wanita berbaju kuning ini, yang diduganya tentu memiliki
kepandaian yang tinggi sekali. Bukankah gadis yang tadi menjadi
lawannya merupakan murid dari wanita berbaju kuning ini"
898 Maka Ko Tie dengan memperlihatkan sikap bersungguh-sungguh
telah berkata. "Sesungguhnya Boanpwee murid dari Insu Swat
Tocu.....!" Muka wanita berbaju kuning itu jadi berobah, kemudian tertawa.
"Ohhhh, kalau begitu kita orang sendiri," katanya dengan gembira.
"Swat Tocu yang kau maksudkan itu adalah Tocu dari pulau es,
bukan?" Ko Tie mengangguk membenarkan, di waktu itulah dia menjadi
girang mendengar wanita berbaju kuning tersebut mengatakan
bahwa mereka adalah orang sendiri.
Dengan segera Ko Tie melirik kepada Giok Hoa, yang waktu itu
masih cemberut. Tetapi walaupun masih cemberut marah, tokh
Giok Hoa cantik bukan main, malah semakin cantik!
"Kita orang sendiri.....!" katanya. "Siapa yang sangka! Pantas tadi
waktu..... waktu bertempur dengan nona itu terdapat perasaan
yang kurang enak pada hati Boanpwe, yang cepat-cepat buat
menyudahi pertempuran itu! Tetapi nona itu..... tidak juga mau
menyudahi pertempuran kami.....!"
899 Wanita berpakaian serba kuning itu telah tersenyum, katanya:
"Ya..... memang Giok Hoa belum pernah turun gunung, sehingga
tentu saja belum pernah mengetahui apapun juga tentang dunia
luar. Karena dari itulah, dalam keadaan seperti sekarang, tentu
engkau mau maklum dan juga memaafkannya"!"
Mendengar perkataan gurunya seperti itu yang meminta maaf
kepada Ko Tie, muka Giok Hoa jadi semakin cemberut marah,
karena memang dia telah melihatnya bahwa Ko Tie tentunya
semakin congkak, sebab gurunya sendiri yang telah mempersalahkannya dan bahkan meminta maaf kepada Ko Tie!
Inilah yang membuat Giok Hoa jadi tidak senang.
Di waktu itu Giok Hoa telah memutar tubuhnya memandang ke
arah lain, karena dilihatnya Ko Tie tersenyum lebar. Dan Giok Hoa
beranggapan itulah senyum mengejek buatnya, Hatinya jadi
semakin penasaran, dia sampai berpikir: "Nanti dalam kesempatan
yang ada, tentu aku akan memperlihatkan kepandaianku yang
sebenarnya kepadamu.....!"
Wanita berpakaian kuning itu telah menoleh kepada Giok Hoa,
katanya. "Jangan membawa sikap seperti itu, Giok Hoa..... tidak
baik..... karena akan membuat engkau ditertawakan oleh Siauw-ko
ini.....!" 900 Sambil berkata begitu, segera juga tampak bahwa wanita
berpakaian serba kuning itu telah perintahkan kepada Giok Hoa
agar memberikan hormat kepada Ko Tie, perintahnya. "Kau harus
meminta maaf kepada Siauw-ko ini, Giok Hoa.....!"
Tentu saja Giok Hoa semakin mendongkol dan penasaran, namun
dia tidak berani membantah perintah gurunya. Karena itu dia telah
mendekati kepada Ko Tie, kemudian merangkapkan ke dua
tangannya dan memberi hormat kepada Ko Tie.
"Maafkanlah sikapku tadi.....!" katanya.
Tetapi setelah berkata begitu Giok Hoa memutar tubuhnya tidak
mau melihat lagi kepada Ko Tie. Jelas diapun meminta maaf
karena memang dia sangat terpaksa sekali.
Wanita berbaju kuning itu telah tersenyum katanya: "Nah, jika
engkau telah meminta maaf, tentu Siauw-ko itu tidak akan
keberatan memberikan maafnya kepadamu..... karena bukankah
kita orang sendiri dan tadi harus terjadi suatu kesalah pahaman
belaka.....?" Ko Tie juga cepat-cepat merangkapkan ke dua tangannya
memberi hormat kepada Giok Hoa dan wanita berbaju kuning itu,
dia telah berkata dengan suara yang bersungguh-sungguh: "Peh901
bo dan kau nona, harap mau memaafkan kelancanganku tadi.....
karena memang aku sendiri terpaksa sekali harus mengeluarkan
pedang. Beruntung bahwa kita tidak sampai bentrok terlalu
jauh......!" Tampak Giok Hoa telah melirik kepada Ko Tie yang memberi
hormat beberapa kali dengan tubuh yang dibungkukkan dalam
sekali. Sedangkan wanita berpakaian baju kuning itu telah berkata,
"Sudahlah jangan banyak peradatan, bukankah kita orang sendiri,
dan kesalah pahaman itu telah diselesaikan?"
Sambil berkata begitu, wanita berpakaian serba kuning tersebut
telah mengulurkan tangannya. Waktu itu Ko Tie tengah
membungkuk dalam sekali, dan wanita berbaju kuning itu seperti
juga hendak membangunkannya.
Tetapi di saat itulah terlihatlah betapa Ko Tie kaget, karena dia
merasakan dari telapak tangan wanita berpakaian serba kuning itu,
yang telapak tangannya begitu halus, telah tersalur keluar
kekuatan tenaga yang dahsyat sekali sehingga dia merasakan
pundaknya bagaikan ditindih oleh kekuatan laksaan kati.....
902 Ko Tie segera menyadari bahwa wanita berpakaian kuning
tersebut tentunya hendak menguji dirinya, hendak melihat berapa
kekuatan tenaga lweekangnya. Karena itu, dia telah tersenyum
dan tetap akan meluruskan tubuhnya lagi.
Namun Ko Tie gagal, karena tenaga dari telapak tangan wanita
berbaju kuning itu seperti juga laksaan kati, yang membebani
pundaknya, sehingga dia tidak bisa menegakkan dan meluruskan
tubuhnya lagi. Sehingga Ko Tie jadi mengeluh. Jika sampai dia mempergunakan
tenaga lweekangnya yang terlalu kuat, sehingga bersifat keras
dilawan keras, niscaya akan menyebabkan kurang sedap
tanggapan wanita berbaju kuning itu pada dirinya.
Tetapi jika dia harus membungkuk terus seperti itu tanpa dapat
menegakkan dan meluruskan kembali tubuhnya, niscaya akan
membuatnya jadi menderita malu yang tidak terhingga. Terlebih
lagi gurunya, Swat Tocu merupakan seorang tokoh sakti di dalam
rimba persilatan, yang disegani oleh seluruh orang-orang gagah
dalam rimba persilatan. Dan sekarang, dia sebagai murid tunggalnya, yang menerima
langsung warisan kepandaian dari gurunya itu tidak dapat untuk
903 menegakkan tubuhnya lagi hanya dicekal oleh ke dua tangan
wanita berpakaian kuning itu.
Dan alasan lainnya yang membuat Ko Tie mengeluh, dia merasa
malu kepada Giok Hoa. Gadis yang cantik manis sejak pertama
kali dilihatnya itu memang mendatangkan perasaan yang aneh
pada dirinya dan di dalam hatinya timbul perasaan menyukai gadis
itu. Namun dalam keadaan seperti ini tentu saja diapun menyadari,
gadis itu akan mengejek dan menganiaya, karena dia telah tidak
berdaya untuk menegakkan tubuhnya lagi, dan juga tidak bisa
berdiri lurus. Disebabkan itu pula telah membuat Ko Tie memutar otak dan
berusaha untuk dapat mengatasi tekanan dari tenaga dalam
wanita berpakaian baju kuning itu.
Karena tidak mungkin dia melawan dengan kekerasan dengan
mengerahkan seluruh kekuatan tenaga lweekangnya, maka dia
telah mengendorkan seluruh otot-ototnya, di mana dia telah
melunakkan pada bagian punggungnya, sehingga tenaga menindih dari wanita baju kuning itu seperti menindih pada dasar
yang tidak berkekuatan. 904 Tenaga itu jadi nyelonong, mengejutkan wanita berpakaian baju
kuning itu. Karena dia kuatir akan melukai di dalam tubuh Ko Tie,
kalau sampai tenaga itu tidak bisa ditahan lagi. Maka dia cepatcepat bermaksud menarik pulang tenaga dalamnya.
Tetapi waktu wanita berbaju kuning itu hendak menarik pulang
tenaga dalamnya, dan Ko Tie telah mengerahkan tenaga
dalamnya menolak tenaga dari wanita baju kuning itu. Disebabkan
memang tidak memiliki sifat menindih lagi, dan juga di waktu itu
tenaga dalam wanita baju kuning hendak ditarik pulang, membuat
Ko Tie dapat menolak tenaga itu dengan mudah.
Wanita baju kuning itu kaget tidak terkira, tetapi dalam keadaan
seperti ini, dia menarik pulang tenaga dalamnya. Dia telah
tersenyum dan katanya: "Hebat kau!"
Giok Hoa tambah penasaran mendengar gurunya memuji Ko Tie.
Dia memang juga mengetahui waktu gurunya itu mengulurkan
Hantu Wanita Berambut Putih 6 Pangeran Anggadipati Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Panji Tengkorak Darah 9
^