Pencarian

Anak Rajawali 12

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 12


Ko Tie tidak berani membantah perintah gurunya, segera ia berdiri
di pinggir di luar gelanggang, buat menyaksikan saja, padahal
hatinya panas sekali karena melihat kekurang ajaran Siauw
1103 Kwie.Ia berdiri di samping Giok Hoa, yang waktu itu berdiri dekat
di sisi kanannya. Tampaknya gadis ini lebih tenang dibandingkan dengan tadi,
karena sekarang telah dilihatnya, bahwa Swat Tocu memang tidak
mempersulit gurunya, dan malah membela gurunya. Sekarang
tengah menghadapi Siauw Kwie karena dari itu, senang hati Giok
Hoa, sehingga ia melirik kepada Ko Tie sambil tersenyum.
Kebetulan waktu itu memang Ko Tie tengah mengawasi si gadis,
sehingga mata mereka bertemu, membuat pipi si gadis berobah
merah dan terasa panas. Ia cepat-cepat membuang pandang ke
arah lain. Ko Tie juga segera memandang lagi ke gelanggang, karena ia ingin
melihat apa yang hendak dilakukan gurunya terhadap Siauw Kie.
Waktu itu Swat Tocu sambil tersenyum tenang berkata kepada
Siauw Kwie: "Sesungguhnya apa yang kau inginkan" Apakah
tanganku ini cukup menarik, sehingga kau perintahkan aku
membuntungi tanganku ini" agar dapat kau ambil dan menyimpannya baik-baik?"
Muka Siauw Kwie jadi tambah merah padam karena marah yang
meluap, ia berkata dengan suara yang penuh kegusaran:
1104 "Baik! Baik! Rupanya engkau sengaja hendak mempermainkan
aku! Walaupun aku tahu, engkau adalah Swat Tocu yang diagulagulkan kepandaianmu di dalam rimba persilatan, namun aku
justeru ingin sekali melihat dan membuktikan sendiri sebelum
mengagumimu!" Setelah berkata begitu, cepat luar biasa tangan kanan Siauw Kwie
bergerak ke punggungnya. Tahu-tahu dia telah mencekal gagang
pedangnya yang terhunus, di mana ia telah melompat gesit sekali,
pedangnya berkelebat dalam bentuk gulungan sinar putih
menerjang pada Swat Tocu.
Memang Swat Tocu memiliki kepandaian yang tidak jeri
berhadapan dengan Siauw Kwie yang tampaknya selain memiliki
lwekang yang tinggi, juga ilmu pedangnya tidak boleh dipandang
ringan. Karena dari itu, segera juga ia telah bertindak cepat, ia tidak
mau memandang enteng, dan telah mengulurkan tangan
kanannya, dengan jari telunjuknya disentil pedang itu.
Namun gagal, karena waktu itu pedang Siauw Kwie telah ditarik
pulang batal menyerang, dia tidak mau membiarkan pedang kena
disentil. Kemudian pedang itu telah berkelebat pula dengan cepat
sekali, meluncur akan menikam dada Swat Tocu.
1105 Swat Tocu tersenyum, tubuhnya tahu-tahu berkelebat, pedang itu
lewat di sisi ketiaknya, dan disaat itulah tangan kirinya menyampok
ke arah muka Siauw Kwie. Kaget Siauw Kwie menerima serangan yang tidak terduga itu, ia
memiringkan kepalanya mengelak. Tapi buat kagetnya yang
bertambah juga, dirasakannya angin serangan itu seperti juga es
yang membuat pipinya seperti membeku!
Tepat sekali. Swat Tocu digelari sebagai majikan dari Pulau Es,
karena ilmu pukulannya itu memang memiliki hawa yang sedingin
es, yang bisa membekukan!
Di waktu itu tampak jelas, Siauw Kwie mulai tergetar hatinya. Dia
memang telah sering kali mendengar akan kehebatan Swat Tocu,
telah sering mendengar juga akan ilmu pukulan Swat Tocu yang
luar biasa. Namun dalam keadaan seperti itu, tentu saja ia menyadari, ia tidak
bisa memperlihatkan menurunkan rasa semangat takutnya, anak karena buahnya. hanya Maka dia akan tidak memperlihatkan rasa takutnya, di samping itu memang ia ingin
sekali untuk menguji kebenaran berita-berita yang didengarnya
mengenai Swat Tocu. 1106 Ia ingin melihat apakah Swat Tocu benar-benar memiliki ilmu yang
tinggi dan liehay sekali. Karena dari itu, dia telah melakukan
penyerangan. Namun siapa sangka, begitu bergebrak justeru di waktu itulah dia
telah merasakan hebatnya kepandaian dari lawannya ini. Dia
berusaha untuk memulihkan ketenangan dirinya dan setelah
berdiri diam sejenak, sebelum Swat Tocu berkata, ia telah
membarengi dengan terjangan lagi.
Pedangnya bergulung-gulung dalam bentuk sinar putih yang
menutupi dan melindungi sekujur tubuhnya. Dengan demikian
membuatnya jadi terlindung jika seandainya ada serangan dari
luar. Ujung pedang juga telah melingkar ke sana ke mari mencari
sasaran di tubuh Swat Tocu. Sedangkan Swat Tocu sama sekali
tidak bergeming dari tempatnya berdiri, ia hanya mengawasi saja
datangnya serangan tersebut. Dan di waktu itulah, pedang dari
Siauw Kwie telah hampir tiba pada paha Swat Tocu, namun Swat
Tocu dengan segera menggeser kakinya, dia berhasil membuat
pedang jatuh pada sasaran yang kosong.
1107 Di kala itu, pedang Siauw Kwie tahu-tahu telah naik ke atas,
menyontek dengan kuat sekali, dibarengi dengan tenaga dorongan
akan menikam dada Swat Tocu. Itulah memang sasaran yang
benar-benar sulit dielakkan oleh jago-jago sembarangan.
Namun bagi Swat Tocu, serangan seperti itu tidak berarti apa-apa
baginya. Tubuhnya berkelebat, tahu-tahu telah berada di belakang
Siauw Kwie. Diulur tangan kanannya maksudnya akan menepuk
pundak Siauw Kwie. Namun Siauw Kwie pun bukan jago sembarangan, dia wanita yang
memiliki ilmu liehay. Selama puluhan tahun dengan saudarasaudaranya dia telah berkelana dan berkecimpung menjagoi rimba
persilatan, membuatnya dapat mengangkat namanya sangat
terkenal sekali. Sekarang menghadapi Swat Tocu yang memang liehay bukan
main, dia mana mau mengalah begitu saja, karenanya, begitu
mengetahui Swat Tocu mengelakkan tikamannya itu dengan
berkelebat ke belakangnya, dia menyadari bisa saja Swat Tocu
melakukan serangan di saat itu. Buat mencegahnya, ia telah
membalikkan pedangnya, tanpa memutar tubuhnya, hanya
menekuk sepasang kakinya. Dia menabaskan pedangnya ke
belakang dengan cepat sekali, sehingga pedangnya itu 1108 menyambar menimbulkan sambaran angin yang berkesiuran
dingin serta kuat sekali.
Swat Tocu pun agak terkejut melihat kegesitan dan hebatnya ilmu
pedang Siauw Kwie sehingga terpaksa ia harus melindungi
tangannya, yang ditarik pulang dengan cepat. Kalau tidak tentu
akan tertabas kutung oleh sambaran pedang lawannya.
Siauw Kwie telah mempergunakan ilmu pedang Sin-kiam-hwat
atau Ilmu Pedang Sakti, di mana setiap jurusnya memiliki
perobahan-perobahan yang banyak sekali. Dan juga memiliki
perhitungan yang tepat buat menghadapi lawan yang tangguh.
Maka setiap kali terancam, dia bisa merobah jurus serangannya
dengan segera, dan dia bisa menghadapi Swat Tocu dengan baik.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian telah mencapai tingkat
yang tinggi seperti Swat Tocu dan jarang sekali ada orang yang
sanggup menandinginya pula, sekarang memperoleh lawan
seperti Siauw Kwie, sedikitnya menarik hati Swat Tocu. Dia jadi
tertarik buat main-main dengan Siauw Kwie puluhan jurus.
Dan sekarang dia merobah sikapnya. Jika tadi dia hanya berdiam
diri dan mengelak dari setiap serangan Siauw Kwie, justeru setelah
tangannya diselamatkan dari tebasan pedang lawannya, tubuhnya
1109 itu seperti juga bayangan belaka, bergerak sangat lincah sekali,
sebentar berada di sebelah kiri atau kanan dari Siauw Kwie. Malah
diapun seperti telah mengelilingi Siauw Kwie.
Semula Siauw Kwie agak bingung menghadapi cara penyerangan
Swat Tocu yang baru ini, namun segera juga ia bisa mengatasi diri.
Dia telah berusaha mengempos semangatnya, sepasang matanya
dipentang lebar-lebar, dia telah mengawasi ke arah mana
lawannya bergerak dan pedangnya menyambar dengan segera
mengandung tenaga menikam yang sangat kuat.
Terlebih lagi memang Swat Tocu tidak mencabut senjata, hanya
bertangan kosong belaka, dia jadi semangat sekali mengempos
kekuatannya menyerang semakin hebat, pikirnya di dalam hatinya:
"Walaupun engkau memiliki kepandaian tinggi, tetapi dengan
bertangan kosong seperti itu, jangan harap engkau bisa
menghadapi ilmu pedangku!"
Dia telah mempergencar tikamannya, seperti juga hujan pedang
belaka ke arah tubuh Swat Tocu.
Swat Tocu sambil melompat ke sana ke mari berkelebat-kelebat
seperti bayangan, terdengar tertawa sambil katanya: "Sekarang
1110 engkau harus hati-hati karena aku akan segera mulai balas
menyerang!" Di mana tubuh Swat Tocu tiba-tiba sekali mandek, dia telah
mengayunkan ke dua tangannya. Gerakannya itu mantap sekali, di
saat mata pedang Siauw Kwie tengah menyambar ke arahnya,
sehingga mata pedang itu seperti terbentur sesuatu yang kuat
sekali, mencong dan beralih ke arah sasaran lainnya, membuat
pedang itu juga tergetar sangat keras.
Siauw Kwie terkejut, dia menjejak ke dua kakinya, tubuhnya
melesat ke belakang, karena ia merasakan betapa pedihnya
telapak tangannya, sampai pedangnya hampir terlepas dari
cekalannya. Dengan tersenyum Swat Tocu bertanya: "Apakah main-main ini
akan dilanjutkan, karena tampaknya engkau masih penasaran"
Mari...... mari".. mari kita teruskan. Kemarilah, kita main-main lagi,
aku akan menemani.....!"
Sambil berkata begitu Swat Tocu melambaikan tangannya. Jelas
itulah sikap mengejek yang membuat Siauw Kwie meluap
darahnya. 1111 "Hemmmm, kau jangan sombong tua bangka, karena walaupun
engkau memiliki nama yang sangat terkenal, belum tentu engkau
bisa merubuhkan aku, Siauw Kwie!" teriaknya sambil bersiap-siap
hendak menerjang lagi. "Ohhhh.......... kiranya Siauw Kwie yang terkenal dengan
perkumpulan itu, Lang-kauw"
"Baik! Baik! Bagaimana dengan Sun Kauw-cu" Apakah dia dalam
keadaan baik-baik saja"!"
"Hemmmm, rupanya engkau telah mendengar nama besar Langkauw!" teriak Siauw Kwie yang terbangun semangatnya, karena ia
mengetahui, tentunya Swat Tocu sedikitnya pernah mendengar
nama besar Kauw-cunya, maka dari itu, dia telah tambah berani.
"Mari, mari kita teruskan main-main ini!"
Swat Tocu tertawa. "Ya".. memang aku pernah mendengar perihal Lang-kauw, yang
mengganas dan sekarang ini semakin menggila dengan perbuatan
kejam perkumpulan tersebut! Aku justeru hendak mencari Kauwcu Lang-kauw, buat memberantasnya!"
1112 Waktu itu Siauw Kwie tidak memperdulikan ejekan Swat Tocu,
melainkan pedangnya dengan sinarnya yang keperak-perakan
telah menyambar dengan cepat sekali, seperti juga kilat, mendesir
menimbulkan kesiuran angin yang dingin sekali, menyambar
kepada ulu hati Swat Tocu.
Di kala itu Swat Tocu sendiri masih berdiri di tempatnya tanpa
bergerak, karena memang dia tengah mengawasi wanita berbaju
merah ini, buat melihat berapa tinggi sesungguhnya kepandaian
yang dimiliki Siauw Kwie, karena memang Swat Tocu telah pernah
mendengar akan diri Siauw Kwie, salah seorang di antara sembilan
Kwie lainnya yang sangat hebat kepandaiannya. Membuat Swat
Tocu tidak mau sembarangan dalam turun tangan.
Dia tidak mau menanam permusuhan dengan Siauw Kwie. Dan
juga memang Swat Tocu belum mengetahui apakah saudarasaudara Siauw Kwie yang lainnya berada di sekitar tempat itu, dan
ia harus memelihara tenaga.
Memang kepandaiannya lihay dan terlatih mahir sekali, dengan
sin-kang yang telah mencapai tingkat yang tinggi sekali. Tetapi
menghadapi Siauw Kwie terdapat kesulitan apa-apa, jika memang
semua saudara Siauw Kwie muncul dan mengeroyoknya itulah lain
urusan. 1113 Waktu itu pedang Siauw Kwie menyambar dengan hebat sekali,
tenaga sin-kang yang disalurkan pada ujung pedangnya menimbulkan angin yang tajam sekali. Di samping itu ujung pedang
tergetar, seperti juga pedang tersebut telah berobah menjadi
puluhan batang dan sasaran yang diincarnya jadi sulit sekali
diterka. Itulah keistimewaan Sin-kiam-hwat. Karenanya Swat Tocu
mementang matanya mengawasi cermat sekali.
Waktu serangan telah dekat, dia berkelit sambil mengibaskan
lengan bajunya. Gerakan yang dilakukannya begitu cepat dan
mengandung kekuatan sin-kang yang hebat membuat Siauw Kwie
satu kali lagi harus melompat mundur, karena dia terdorong oleh
suatu kekuatan yang dingin, menggigilkan tubuh.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bukan kepalang penasaran dan kaget Siauw Kwie, karena dia tidak
tahu ilmu apa yang dipergunakan Swat Tocu. Setiap kali dia
mempergunakan tenaga dalamnya, akan mendatangkan rasa
dingin yang begitu hebat di samping sangat kuat sekali! Dia seperti
berada di sekeliling es yang bisa membekukan darah di sekujur
tubuhnya! Sekali ini Siauw Kwie ragu-ragu buat menerjangnya lagi, karena
telah dua kali ia melihat, begitu Swat Tocu mengerahkan tenaga
dalam dan menyerangnya, dia terdorong hebat dan juga diterjang
1114 oleh hawa dingin yang luar biasa hebatnya yang seperti bisa
membekukan tubuhnya. Dia memperhitungkannya tidak mau
Siauw Kwie berlaku nekad.
Setelah memandang sejenak lamanya kepada Swat Tocu dengan
mata memancarkan kemarahan dan penasaran, Siauw Kwie
berkata dengan marah: "Baiklah, rupanya kali ini aku tidak dapat menghukummu, tetapi
Lang-kauw tidak akan menghabisi urusan ini sampai di sini saja......
Kami akan datang mencarimu suatu saat kelak engkau harus
menerima hukuman dari Lang-kauw!"
Waktu berkata begitu, Siauw Kwie bermaksud hendak memutar
tubuhnya, karena ia ingin meninggalkan tempat itu, guna mengajak
anak buahnya berlalu, dia berpikir, tidak ada manfaatnya jika dia
bertempur terus melayani Swat Tocu. Namun belum lagi dia
menggeser kedudukan kakinya dan belum memutar tubuhnya,
justeru diwaktu itu terdengar suara orang yang bernina bobo:
"Tidurlah anakku ibu nanti sayang".. akan ibu akan tidurlah, menemanimu, memetikkan buah, menangkap burung buat engkau bermain,
1115 Sekarang engkau tidurlah tidurlah yang manis?", nyenyak, karena besok engkau akan bermain lagi dengan riang?"
tidurlah anak sayang......."
Senandung itu disenandungkan seorang wanita, yang suaranya
sangat bening sekali. Mendengar suara senandung itu, wajah Siauw Kwie tiba-tiba
berobah menjadi cerah dan terang, karena dia menjadi girang
sekali. "Tok-kui-sin-jie (Setan Racun dengan Anak Sakti) Khiu Bok Lan!"
Berseru Siauw Kwie dengan suara yang nyaring, memperlihatkan
kegirangan hatinya yang meluap-luap.
Swat Tocu sendiri mengerutkan sepasang alisnya. Dia menoleh ke
arah datangnya suara senandung itu, demikian juga Ko Tie, Giok
Hoa dan yang lainnya, telah menoleh ke tempat dari mana
datangnya suara senandung tersebut. Cuma bedanya, anak buah
dari Siauw Kwie memperlihatkan kegirangan bukan main, seperti
juga mereka telah kedatangan seorang yang sangat mereka
andalkan! 1116 Dari arah sebelah kanan, di balik dari batu-batu gunung yang
bertonjolan dan diselimuti oleh tumpukan salju, tampak melangkah
ke luar seorang wanita. Usianya telah setengah baya, namun
wajahnya masih cantik dan ia bersolek sangat jelita sekali.
Di punggungnya tampak tersembul gagang pedang yang
berkilauan kekuning-kuningan, pakaiannya sangat reboh sekali.
Rambutnya disanggul dua, dan yang luar biasa, di tangannya
tampak dia menina-bobokan sesuatu. Bukan seorang anak,
melainkan sebatang pohon yang dipahat kasar dalam bentuk
seperti seorang anak kecil!
Menyaksikan sikap dan kelakuan wanita itu, yang melangkah
keluar mendatangi ke tempat Siauw Kwie berada, rupanya wanita
ini tidak beres pikirannya alias sinting. Karena batang kayu yang
digendongnya itu digoyang-goyangkan, seperti juga dia tengah
menina-bobokan seorang anak kecil dengan penuh kasih sayang
dan sangat memanjakannya. Begitu merdu suaranya, halus dan
lembut sekali, penuh kasih sayang seorang ibu.
Siapakah wanita aneh ini yang tampaknya sinting" Tentu para
pembaca telah dapat menduganya siapa dia!
1117 Benar! memang dia tidak lain dari Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan,
wanita sinting yang selalu membawa-bawa mayat anaknya.
Sayang sekali mayat anaknya telah dibanting oleh Ko Tie,
sehingga rusak, dan akhirnya dikubur.
Dan sebagai gantinya, dia telah memahat kasar sepotong batang
kayu, yang dinina-bobokan digendong-gendong kemana saja dia
pergi. Dia memperlakukan potongan kayu itu seperti juga
menghadapi anaknya masih hidup!
Mengerikan dan terkadang mendirikan bulu roma bagi orang yang
sempat menyaksikan tingkah laku Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan
tersebut. Swat Tocu sendiri yang melihat kelakuan wanita itu jadi
mengerutkan kening dan sepasang alisnya dalam-dalam.
Ko Tie yang melihat munculnya Tok-kui-sin-jie jadi kaget tidak
terkira. Wajahnya berobah hebat, karena dia teringat waktu kecil
dulu dia pernah jatuh di dalam tangan wanita ini dan dipaksa
menjadi penina-bobo mayat anak wanita sinting tersebut.
Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan telah berhenti bernyanyi, dia
memandang sekelilingnya. Pertama-tama dia memandang Siauw
Kwie, dia tersenyum dan Siauw Kwie juga dengan muka berseriseri tersenyum lebar.
1118 Kemudian Tok-kui-sin-jie telah menoleh kepada Swat Tocu, lalu
dia menggumam: "Hemm, tua bangka tidak menarik! Sungguh
memuakkan melihat kau!"
Dan tahu-tahu Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan memberikan potongan
kayu yang digendong-gendongnya itu kepada Siauw Kwie.
Kemudian dengan langkah lebar, dia menghampiri Swat Tocu, bola
matanya terbuka lebar, memancarkan sinar yang sangat
mengerikan sekali. "Hati-hati Suhu?" dia wanita sinting!" teriak Ko Tie, yang sangat
menguatirkan gurunya. Giok Hoa dan gurunya melihat wanita sinting tersebut juga jadi
bergidik. Biarpun cantik tetapi di tubuh Tok-kui-sin-jie tersebut
memancarkan hawa yang sangat menakutkan sekali, sehingga
membuat orang merasa seram sekali, seperti terdapat sesuatu
kekuatan yang aneh dan agak mistik.
Sedangkan Swat Tocu tersenyum tenang saja, dia hanya merasa
kasihan melihat keadaan wanita sinting itu. Mendengar peringatan
muridnya, dia hanya mengangguk.
Tidak demikian halnya dengan Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan,
karena tiba-tiba sekali dia menahan langkah kakinya, memutar
1119 tubuhnya, menoleh kepada Ko Tie. Bola matanya memain sejenak,
lalu wajahnya yang bengis itu berobah menjadi lunak dan lembut
sekali. Dia tersenyum manis, sambil menghampiri Ko Tie.
"Anak yang manis, engkau sekarang telah besar dan dewasa!
Anak manis! Anak manis! Sekarang engkau telah menjadi pemuda
yang gagah..... anak manis, ke mari dekat pada ibu! Mari nak!"
Sambil berkata begitu, Tok-kui-sin-jie melangkah menghampiri ke
arah Ko Tie, sikapnya seperti juga wanita sinting ini tengah
berhadapan dengan puteranya yang dianggapnya telah menjelang
dewasa, pemuda tampan yang gagah. Mengkirik Ko Tie melihat
sikap wanita sinting itu, sedangkan kakinya tanpa dikehendaki jadi
melangkah mundur dua tindak.
Memang Ko Tie yang sekarang ini bukan Ko Tie yang dulu, yang
akan menurut saja apa yang dikatakan Bok Lan. Dia sekarang
telah memiliki kepandaian yang tinggi, menjadi murid Swat Tocu
dan memperoleh gemblengan yang sangat baik sekali. Namun
melihat sikap sinting Bok Lan justeru dia tetap saja menggidik ngeri
dan timbul perasaan seramnya, sehingga dia jadi mundur dua
langkah ke belakang tanpa dikehendakinya.
1120 "Mari! Ke marilah nak, dekatlah kepada ibu!" panggil Bok Lan
sambil melambaikan tangannya.
"Pergi".. jangan mendekati aku!" teriak Ko Tie dengan suara
tergetar. Entah mengapa menghadapi wanita sinting ini, tergetar hati Ko Tie,
sebab walaupun bagaimana ia telah mengetahui bahwa wanita ini
sinting dan juga telah membekukan mayat anaknya, yang selalu
dibawa-bawanya. Dan Ko Tie pernah menggendong anak wanita
sinting ini, dalam bentuk mayat yang telah dibekukan. Dengan
demikian membuat Ko Tie selalu merasa ngeri dan seram jika
melihat wanita sinting tersebut.
Waktu itu jarak antara Bok Lan dengan Ko Tie tidak terlalu jauh
lagi. Swat Tocu sendiri membiarkan Bok Lan menghampiri
muridnya. Dia justeru hendak melihat apa yang ingin dilakukan oleh Bok Lan,
sehingga dia hanya berdiri dengan tersenyum-senyum saja
mengawasi dengan keadaan bersiap sedia. Jika memang
muridnya membutuhkan pertolongannya, barulah dia akan turun
tangan buat menolonginya.
1121 Bok Lan tiba-tiba tertawa bergelak, katanya: "Sangat girang hatiku
melihat engkau telah menjadi besar dan gagah seperti sekarang
ini..... mari anak, mari ke dekat ibu, anakku. Ibu ingin
memelukmu".. ibu telah rindu sekali padamu!"
Dan wanita sinting itu bukan hanya sekedar memanggil-manggil
belaka, sebab tubuhnya tahu-tahu telah melesat, menubruk akan
memeluk Ko Tie. Bukan main kaget dan ngerinya Ko Tie, ia sampai mengeluarkan
seruan tertahan, keringat dingin telah keluar dari kening dan
tubuhnya, dia berkelit menghindar dari tubrukan Bok Lan. Benar
gerakan Bok Lan sangat cepat, namun Ko Tie lebih cepat lagi
menghindar, sehingga Bok Lan tidak berhasil memeluknya.
"Eh..... anakku, gesit sekali kau!" kata Bok Lan sambil tertawa.
Sama sekali dia tidak marah atau kurang senang, malah
tampaknya dia girang sekali, seperti tengah bermain-main dengan
anaknya riang sekali. Ko Tie kewalahan juga, tiga kali Bok Lan mengulangi tnbrukannya
hendak merangkulnya. 1122 Giok Hoa yang melihat Ko Tie begitu panik selalu menghindar dari
tubrukan Bok Lan tidak bisa menahan tertawanya. Dia geli sekali
dan beranggapan itulah urusan yang lucu sekali, lenyap perasaan
seramnya. Bahkan gadis ini, yang memang memiliki perasaan halus, segera
merasa berkasihan kepada Bok Lan. Karena dia beranggapan Bok
Lan tentu menjadi sinting karena mengalami sesuatu pada diri
puteranya, sehingga setiap kali melihat anak kecil atau pemuda
yang baru meningkat dewasa, dianggap sebagai anaknya.
Yo Kouw-nio, guru Giok Hoa, menghela napas berulang kali. Dia
telah mengetahui siapa adanya Bok Lan, iblis sinting yang sangat
berbahaya sekali, dengan kepandaiannya yang sangat tinggi.
Sekarang dia muncul disini, tampaknya Bok Lan memiliki
hubungan baik sekali dengan Lang-kauw. Karena dari itu, rupanya
Yo Kouw-nio memang akan menghadapi urusan yang tidak ringan,
tampaknya Lang-kauw memiliki banyak sekali orang pandai yang
memiliki kepandaian sangat lihay.
Di kala itu, Ko Tie tengah sibuk, dua kali mengelakkan lagi tubrukan
dari Bok Lan, dan pemuda ini yang telah jadi begitu jijik dan
menggidik ngeri, berulang kali berseru:
1123 "Suhu..... Suhu..... bagaimana ini"!"
Swat Tocu tertawa melihat muridnya jadi panik seperti itu, dia
bilang dengan suara nyaring dan tetap tidak bergerak dari
tempatnya berdiri: "Mengapa engkau jadi bingung seperti itu" Apakah selama ini
engkau kudidik buat menjadi seorang pemuda pengecut seperti
itu"!" Ditegur seperti itu barulah Ko Tie tersadar, segera juga ia
mentertawai dirinya yang bodoh sekali. Dia sekarang ini bukan Ko
Tie yang dulu, yang harus takut kepada wanita sinting ini.
Bukankah sekarang dia telah memiliki kepandaian yang tinggi
digembleng oleh gurunya yang memang liehay itu, dia bisa saja
menghadapi Bok Lan dengan baik.
Dan segera juga Ko Tie berhenti melompat ke sana ke mari
menghindar dari tubrukan Bok Lan. Dia malah berdiri tegak dan
menantikan Bok Lan menubruknya lagi.
Dan Bok Lan memang telah menjejak ke dua kakinya, tubuhnya
melesat sangat cepat dan gesit sekali. Sambil tertawa-tawa dia
terus mengoceh: 1124 "Ke mari anakku..... ke mari..... mengapa engkau terus menghindar
dari ibu" Ibu sudah sangat rindu sekali padamu! Ke marilah
anakku..... kemarilah, ibu hendak memelukmu!"
Tubuh Bok Lan gesit luar biasa telah tiba di dekat Ko Tie dengan
sepasang tangan yang terulurkan hendak merangkul. Tampaknya
dia girang sekali, karena kali ini dirasakannya bahwa rangkulannya
akan berhasil. Sebab Ko Tie tidak bergerak dari tempatnya berada,
sama sekali pemuda itu tidak berusaha menghindar dari maksud
Bok Lan yang ingin memeluknya dengan mesra, penuh kasih
sayang dari seorang ibu. Ko Tie telah mementang matanya, hatinya masih agak berdebar.
Namun dia tidak berusaha menghindar, hanya saja begitu melihat
sepasang tangan Bok Lan hampir tiba terulurkan padanya, dia
menyampok dengan tangan kanannya.
Ko Tie menyampok bukan sembarangan menyampok, sebab
tangannya itu telah disertai tenaga sin-kang yang mengalir pada
telapak tangannya. Begitu dia menyampok, seketika serangkum
angin yang kuat sekali menerjang kepada Bok Lan, membuat Bok
Lan kaget tidak terkira, karena tahu-tahu tubuhnya telah tersampok
dengan hebat. Dia memang tidak menyangka sama sekali akan
disampok seperti itu sehingga tubuhnya jadi terpental.
1125

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bok Lan benar-benar liehay walaupun dia disampok seperti itu
tanpa menduga sebelumnya namun dia tidak sampai terbanting di
tanah karena begitu tubuhnya terpental dan melambung ke tengah
udara, segera juga dia berjumpalitan sehingga dia bisa hinggap di
atas tanah dengan ke dua kaki terlebih dulu. Dia memandang
dengan sepasang mata terpentang lebar-lebar.
"Anakku".. engkau begitu tega hati menolak pelukan ibumu.........
dan telah membuat ibu terpental seperti ini" Ohhh, anakku, engkau
tega terhadap ibumu" Tahukah engkau bahwa ibu telah
merindukan engkau selama ini, telah disiksa oleh perasaan rindu
itu".. kemarilah anakku, marilah anakku.....!"
Dan sama sekali Bok Lan tidak marah disampok seperti itu, malah
mukanya memperlihatkan dia sedih sekali. Dia menghampiri
sambil mengulurkan ke dua tangannya, bermaksud memeluk lagi
pada Ko Tie. Kembali jiwa Ko Tie tergoncang dengan hati yang berdebaran
terus-menerus, karena dia menggidik lagi, melihat wajah wanita
sinting itu, yang memancarkan suatu kekuatan mistik yang
menakutkan dan menjijikan. Terlebih lagi jika Ko Tie teringat bahwa
wanita ini adalah seorang wanita sinting, membuat dia tambah
1126 menggidik dan jadi surut dengan langkahnya ke belakang dua
tindak. "Pergi......aku bukan anakmu...... pergi! Jangan dekati aku!"
akhirnya Ko Tie berseru seperti itu.
Dia sebetulnya tidak tega juga jika harus mengerahkan tenaga dan
kekuatan sin-kangnya sepenuh-penuhnya, yang pasti akan bisa
mencelakai wanita sinting itu. Yang membuat Ko Tie tidak tega
melihat wajah Bok Lan yang begitu sedih, maka dia hanya
mengusir saja!" Namun Bok Lan justeru jadi menangis, sambil perlahan-lahan
menghampirinya. "Anakku".. ohhhh, benar-benar engkau begitu tega mengusir
ibumu" Ohhh, apakah engkau ingin menjadi seorang anak yang
tidak berbakti, seorang anak durhaka terhadap orang tuamu"
"Mari, mari, ibu sudah rindu sekali, kemari nak".. Berikanlah
kesempatan pada ibu buat merangkul satu kali saja kepadamu,
melepaskan rindu ibu.........!"
Ngiris hati Ko Tie, namun dia mana mau membiarkan dirinya
dirangkul wanita sinting itu" Karenanya segera juga dia
1127 menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat ke belakang sejauh tiga
tombak lebih menjauhi Bok Lan. Begitu kakinya menyentuh tanah,
segera dia menjejak lagi, tubuhnya telah melesat lagi ke belakang,
karena memang Ko Tie bermaksud hendak menjauhi Bok Lan.
Melihat Ko Tie melompat terus menerus seperti itu, Bok Lan jadi
menangis menggerung-gerung, katanya: "Anakku?" ooooohhhh
anakku, mengapa engkau begitu kejam"!" Sambil menangis
seperti itu, dengan air mata yang mengucur deras sekali, tubuh Bok
Lan berkelebat buat menyusuli Ko Tie.
Menyaksikan sikap wanita sinting itu, semua orang jadi ngiris hati,
terlebih lagi Giok Hoa dan Yo Kouw-nio yang tidak mengerti,
mengapa wanita sinting seperti Bok Lan justeru memiliki ilmu silat
dan sin-kang yang tinggi sekali"
Di waktu itu, Yo Kouw-nio sendiri menggidik jika harus maju
menghadapi wanita sinting itu. Terlebih lagi Giok Hoa, gadis ini
siang-siang sudah merasa ngeri, lenyap rasa lucunya, dan dia
mengawasi dengan sepasang mata yang terpentang lebar-lebar
kepada Ko Tie yang tengah berusaha menjauhi diri dari Bok Lan,
di mana Giok Hoa tergetar hatinya, karena kuatir sekali kalau-kalau
sampai Ko Tie kena dirangkul oleh wanita sinting itu. Dalam
1128 keadaan menangis seperti itu tampaknya Bok Lan jadi menakutkan
sekali. Hati Ko Tie juga mengkeret, dia telah berseru dengan panik: "Jika
engkau tetap mendekati aku, jangan mempersalahkan aku jika aku
menyerang dirimu"..!"
Sambil berkata begitu, dengan sikap mengancam, tampak Ko Tie
telah mempersiapkan kekuatan tenaga sin-kangnya pada ke dua
kepalan tangannya. Dia bersiap-siap menyerang Bok Lan
memaksa hendak memeluknya.
Sedangkan Siauw Kwie berulang kali memperdengarkan suara
tertawanya. Dia bilang: "Baru dipeluk saja mengapa harus begitu
panik" Sudah, biarkan Tok-kui-sin-jie memelukmu, bukankah enak
dan sedap dipeluk seorang wanita cantik seperti dia......?"
Bukan main mendongkolnya Ko Tie, jika dapat, dia sesungguhnya
bermaksud hendak menampar mulut Siauw Kwie. Di waktu itu
dilihatnya Bok Lan telah mendatangi dekat sekali, dan tidak ada
jalan lain buat Ko Tie selain menyerangnya.
Dia kali ini telah menghantam dengan ilmu pukulan Inti Esnya,
sehingga angin pukulannya itu dingin bukan main, seperti akan
membekukan tubuh Bok Lan.
1129 Bok Lan sendiri tidak menyangka dirinya akan diserang dengan
pukulan yang aneh itu. Dia tadinya menyangka paling tidak
pemuda itu akan memukulnya dengan kekuatan tenaga dalam dan
membuat dia terpental. Karena rasa rindu terhadap anak, membuatnya jadi tidak
memperdulikan jiwanya bisa terancam. Tetapi dia jadi kaget tak
terkira waktu merasakan angin serangan itu dingin sekali, seperti
juga menyambarnya es, dan membuat darah di sekujur tubuhnya
seperti membeku. Disamping itu, sampokan angin serangan
tangan Ko Tie kuat sekali, kuda-kuda ke dua kakinya mulai
tergoyahkan, dan dia akan terpelanting.
Beruntung bahwa Bok Lan memang memiliki latihan lweekang
yang kuat sekali, sehingga dia bisa mengerahkan lweekangnya
buat memperkokoh kuda-kuda kakinya, di mana ia telah berusaha
berdiri tetap di tempatnya. Kembali dia jadi kaget.
Sekujur tubuhnya diselubungi oleh lapisan salju yang tipis sekali,
sampai rambutnya juga terbungkus oleh lapisan salju yang tipis!
Dingin sekali! 1130 "Ihhh!" Bok Lan berseru tertahan, dan matanya telah memandang
Ko Tie dengan tajam sekali, tampaknya dia seperti baru tersadar
dari sintingnya, karena dia segera berkata.
"Oh pemuda yang tangguh, rupanya engkau bukan anakku..... kau
bukan anakku?"!"
Dan dia mengerahkan sin-kangnya membuat tubuhnya panas.
Lapisan salju yang tipis itu segera mencair, dan cepat sekali, tanpa
menanti semua salju tipis di tubuhnya mencair, dia melesat dan
menghantam dengan telapak tangan kanannya.
Ko Tie menangkisnya. "Dukkk, dukkk, dukkk, dukkk!" empat kali tangan mereka saling
membentur dengan keras sekali, dan tubuh Ko Tie jadi tergoncang
keras. Beruntung Ko Tie telah menerima gemblengan yang sangat baik
dari Swat Tocu, dia bisa menguasai tubuhnya dengan segera. Dan
dia malah balas menghantam dengan tangan kirinya, memaksa
Bok Lan harus menangkisnya.
"Dukkk, dukkk!" dua kali terdengar suara benturan tangan mereka.
1131 Tubuh Bok Lan tahu-tahu telah melesat ke tengah udara, dia juga
telah mengayunkan tangan kanannya ke pundaknya, tahu-tahu dia
telah mencekal pedangnya.
Sinar kuning keemas-emasan
menyambar bergulung-gulung kepada Ko Tie dengan cepat sekali.
Ko Tie terkesiap, itulah hebat, karena ilmu pedang Bok Lan tidak
rendah. Sedangkan dia bertangan kosong. Namun dia tidak jeri,
dan kini juga memaklumi, gurunya berada di tempat tersebut,
berarti dia tidak boleh memperlihatkan kelemahannya. Jika saja dia
sampai rubuh di tangan Bok Lan, jelas akan membuat dia malu,
pun akan membuat gurunya tidak puas.
Karena dari itu, segera juga tubuh Ko Tie berkelebat beberapa kali,
tahu-tahu tangan kanannya telah menyambar dengan sebat sekali
ke arah pinggangnya. Diapun telah mencabut pedangnya.
Dengan pedangnya dia mengadakan perlawanan. Terdengar
suara benturan kedua pedang itu yang nyaring.
Girang Swat Tocu melihat muridnya bertempur melawan Bok Lan,
sehingga dia semakin anteng menyaksikan jalannya pertempuran
itu karena ingin sekali mengetahui sudah berapa tinggi kepandaian
yang dimiliki muridnya tersebut, dan berapa banyak kemajuan
1132 yang telah dicapai muridnya. Malah Swat Tocu sambil tersenyumsenyum girang, telah duduk bersila di atas tumpukan es!
Di kala itu Bok Lan seperti sudah mengetahui bahwa Ko Tie bukan
anaknya, walaupun dia masih mengoceh tidak keruan, tetapi dia
sama sekali tidak memperlihatkan sikap ingin bersikap lembut
kepada Ko Tie. Malah pedangnya itu menyambar-nyambar dengan
cepat dan dahsyat sekali, seperti juga Bok Lan tengah merangsek
dan menyerang seorang musuh besarnya!
Pedangnya itu menimbulkan sinar bergulung-gulung mengurung
Ko Tie, sehingga Ko Tie mati-matian mengerahkan seluruh
kepandaian ilmu pedang yang dipelajarinya buat menghadapi
setiap serangan lawannya yang sinting ini.
Memang benar Bok Lan tidak boleh dipandang remeh, karena ilmu
pedangnya itu lebih liehay dibandingkan dengan ilmu pedang
Siauw Kwie! Hebat setiap serangannya, tikaman maupun tabasannya, karena
dia selalu mengincar bagian-bagian yang mematikan dan
berbahaya di tubuh Ko Tie.
Sedangkan Ko Tie sendiri memutar pedangnya itu bergulunggulung rapat sekali melindungi tubuhnya. Begitu cepatnya dia
1133 memutar pedangnya tersebut, sehingga seperti juga setitik air sulit
menembusi pertahanannya. Berulangkali pedang mereka saling bentur dan berulang kali pula
terdengar seruan kaget dari Bok Lan, karena sering juga Ko Tie
membarengi menangkis dan menikam dengan serangan yang tibatiba, membuat Bok Lan, biarpun bisa menghindarkan tikaman itu,
tokh dia menjadi kaget. Bok Lan terus merangsek semakin hebat, wanita sinting ini
semakin lama bertempur semakin kalap.
Sedangkan Swat Tocu melihat, biarpun ilmu pedang yang
dipergunakan Ko Tie tidak berada di bawah keampuhan ilmu
pedang Bok Lan, namun pengalaman yang masih kurang dari Ko
Tie, membuat pemuda itu seringkali terdesak.
"Hemm, biarlah aku memisahkan.....!" pikir Swat Tocu kemudian,
karena dia berpikir jika membiarkan Ko Tie terus lebih lama
menghadapi wanita sinting itu, kemungkinan suatu waktu nanti Ko
Tie akan terluka di mata pedang lawannya.
Segera juga, tanpa bangkit dari bersilanya, Swat Tocu telah
menjejakkan kakinya itu, dalam keadaan semedhi tubuhnya
melesat ke tengah udara diiringi dengan siulannya yang nyaring.
1134 Dan waktu tubuhnya melambung ke tengah udara dalam sikap
bersemedhi, ke dua tangannya bergerak saling susul menyerang
kepada Bok Lan. Hantaman dari tengah udara sebetulnya merupakan pukulan yang
mirip dengan ilmu pukulan Pek-kong-ciang atau Memukul Udara
Kosong. Namun disebabkan yang melakukan pukulan itu adalah
Swat Tocu maka menjadi lain, jadi sangat hebat sekali. Angin
pukulannya itu mengandung hawa dingin bukan main, seperti
gumpalan es belaka. Bok Lan yang tengah sengit menikam dan menabas kepada Ko Tie
dengan desakan tidak hentinya, kaget waktu merasakan dari
belakangnya menyambar angin yang dingin sekali di samping
sangat dahsyat. Dia bukan menangkis dengan pedangnya, hanya
saja dia segera menarik pulang pedangnya itu kemudian dia
menjejakkan sepasang kakinya, tubuhnya mencelat dengan gesit
sekali, membuat pukulan Swat Tocu jatuh di tempat kosong.
Ko Tie yang tidak diserang lagi lawannya, segera menjejakkan
kakinya, dia melompat mundur menjauhi diri dan bisa bernapas
lega! 1135 Ketika melihat gurunya telah turun tangan, dia girang dan merasa
lega, karena dia tidak perlu menghadapi wanita sinting yang
merupakan lawan berat itu.
Sedangkan tubuh Swat Tocu telah meluncur turun, dia hinggap di
atas tumpukan salju dalam sikap bersemedi.
Di waktu itu terlihat Bok Lan dengan bengis telah mendelik kepada
Swat Tocu, katanya: "Hemm, membokong orang bukan perbuatan
yang bagus! Baik! Baik! Biarlah anakku itu tidur dulu, kebetulan
sekali tidurnya memang nyenyak sekali, sehingga kita bisa mainmain sepuas hati?""
Setelah berkata begitu, cepat sekali tubuhnya melesat ke tengah
udara, meluncur dengan pedangnya menyambar akan menikam
Swat Tocu yang masih duduk bersila dalam sikap bersemedi.
Swat Tocu tidak jeri, dia tetap duduk bersemedi, sama sekali dia
tidak menggeser tempat duduknya. Ketika dia melihat ujung
pedang telah dekat, tahu-tahu dia membuka mulutnya, dan ujung
yang menyambar datang itu disambuti dengan mulutnya. Pedang
itu tidak bisa meluncur maju terus, karena tergigit kencang sekali,
tidak bergeming pula. 1136 Tubuh Bok Lan juga telah hinggap di atas tanah. Dia mengerahkan
seluruh kekuatan tenaganya berusaha menusukan pedangnya itu
lebih dalam, agar menerobos masuk menikam tenggorokan
lawannya. Tetapi biarpun dia telah mengerahkan tenaganya kuat sekali, tetap
saja dia tidak berhasil mendorong pedangnya itu, sehingga
membuat telapak tangannya sendiri yang pedih dan sakit. Ujung
pedang tetap tergigit kencang sekali, sama sekali tidak bergerak.
Swat Tocu juga tidak mau melepaskan gigitannya, waktu Bok Lan
menarik pulang pedangnya itu, justeru Swat Tocu masih
menggigitnya, membuat pedang itu sama sekali tidak bergerak.
Mendorong dan menarik berulang kali dilakukan Bok Lan, tetap
saja pedang itu tidak bergeming, usahanya itu tidak berhasil.
"Tua bangka yang sudah mau mampus, jika memang engkau
seorang yang gagah, lepaskan pedangku"... mengapa engkau
seperti seekor kuda tua yang main gigit belaka"!" ejek Bok Lan
gusar bukan main bercampur dengan penasaran. Diapun bukan
hanya sekedar mencaci belaka, karena tangan kanannya telah
menghantam dengan tenaga sin-kang yang kuat.
1137 Swat Tocu sama sekali tidak bergeming dari tempatnya, tetap
menggigit pedang lawannya. Dia membiarkan pukulan Bok Lan
mengenai tubuhnya. "Bukkk!" angin pukulan Bok Lan memang mengenai telak sekali
pundak Swat Tocu. Tetapi tubuh Swat Tocu tidak bergeming. Dia memang telah
mengerahkan sin-kangnya melindungi pundaknya, sehingga dia
bisa menerima angin pukulan itu.
Bukan main meluap darah Bok Lan, wanita sinting ini jadi mencaci
kalang kabutan sambil berusaha menarik dan memasukkan


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedangnya yang sama sekali tidak bisa bergeming itu, dengan
selalu menyebut-nyebut, anakku manis, anakku sayang, tidurlah
anakku! Sedangkan Swat Tocu ingin melihat sampai berapa tinggi
kepandaian Bok Lan, maka dia sengaja menerima pukulan dari
wanita sinting itu. Setelah menerima angin pukulan itu, Swat Tocu dapat menduga
berapa tinggi kekuatan tenaga sin-kang lawannya, dan dia
tersenyum dengan giginya tetap menggigit kuat sekali pedang
wanita sinting itu. 1138 Setelah puas melihat Bok Lan kalap seperti itu, ketika wanita
sinting tersebut tengah menarik pedangnya sekuat tenaganya,
tahu-tahu gigitannya dilepaskan. Karena begitu mendadak sekali
dilepaskannya dan juga Bok Lan memang menariknya sambil
mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, tahu-tahu tubuh Bok Lan
terjungkal ke belakang. Untung saja wanita sinting ini memang memiliki gin-kang atau ilmu
meringankan tubuh yang tinggi. Begitu dia terguling segera dia bisa
berdiri tegak lagi dengan muka merah padam karena murka dan
penasaran! Pedangnya itu berkelebat lagi, namun sekarang Bok Lan lebih hatihati.
Siauw Kwie menyaksikan Bok Lan yang diketahuinya memiliki
kepandaian tinggi, berada setingkat di atas kepandaiannya, masih
tidak bisa menghadapi Swat Tocu, pun tidak mau tinggal diam,
pedangnya tahu-tahu berkelebat dia menyerang Swat Tocu
dengan beberapa tikaman, dia bermaksud membantui Bok Lan
buat mengeroyok Swat Tocu.
Tetapi tocu Pulau Es itu sama sekali tidak gentar, walaupun
dikeroyok kedua wanita yang sangat lihay itu. Dengan tenang dia
1139 melompat berdiri, bersamaan waktu dengan menyambarnya
pedang Bok Lan dan Siauw Kwie. Swat Tocu mengibaskan lagi
tangannya, di mana dia membuat ke dua batang pedang itu
mencong arah sasarannya, dan telapak tangan Bok Lan maupun
Siauw Kwie terasa pedih bukan main.
Di waktu itu tampak Swat Tocu juga sudah tidak mau tinggal diam.
Dia membarengi begitu ke dua batang pedang lawannya mencong
arah sasarannya, cepat sekali tubuhnya berkelebat, ke dua
tangannya digerakan sebat sekali.
Tahu-tahu pedang Bok Lan dan pedang Siauw Kwie berhasil
dirampasnya! Malah seketika itu juga ke dua batang pedang
tersebut dijadikan satu, ditekuk dengan ke dua tangannya,
membuat pedang-pedang itu menjadi patah tiga!
Bok Lan dan Siauw Kwie kaget tidak terkira, karena mereka sama
sekali tidak menyadari kapan dan bagaimana caranya Swat Tocu
merampas pedang mereka. Setelah saling pandang, antara wanita
sinting dan Siauw Kwie, ke duanya tahu-tahu menjejakkan kaki
mereka, tubuh mereka melesat mundur dan kemudian memutar
tubuh, melarikan diri. 1140 Siauw Kwie pun telah meneriaki anak buahnya agar segera
meninggalkan tempat itu. Swat Tocu tertawa bergelak-gelak nyaring sekali, tapi ia tidak
mengejarnya, membiarkan orang-orang Lang-kauw itu meninggalkan tempat tersebut.
Sedangkan Giok Hoa telah menghela napas, melihat Swat Tocu
begitu mudah mengusir orang-orang Lang-kauw tersebut. Yo
Kouw-nio sendiri cepat-cepat menghampiri Swat Tocu, dia
menjurah dalam-dalam, katanya:
"Terima kasih atas pertolongan locianpwe yang tidak terkira
besarnya ini".. Kalau saja locianpwe tidak datang, tentu boanpwe
telah menjadi korban mereka!"
Swat Tocu berhenti tertawa, katanya: "Yo Kouw-nio, kau terlalu
merendah! Siapakah didunia ini yang bisa mencelakai puteri Yo
Tay-hiap yang begitu terkenal" Siapa yang berani berbuat kurang
ajar kepada puteri Sin-tiauw-tay-hiap"!
"Sudahlah".. sudahlah, jangan terlalu banyak peradatan! Kudengar bahwa engkau tinggal di sekitar tempat ini....... benarkah
itu"!" 1141 Yo Kouw-nio mengangguk dengan cepat, ia menunjuk rumah yang
sebagian telah terbakar itu.
"Benar, itulah Boanpwe!" katanya.
Swat Tocu memandangi rumah yang terbakar sebagian, kemudian
menghela napas. "Tentu dibakar oleh orang-orang tadi"!" katanya dengan suara
menggumam. Yo Kouw-nio mengangguk mengiyakan.
"Sesungguhnya di antara kalian terdapat permusuhan apa
sehingga mereka berusaha mencelakaimu"!" tanya Swat Tocu
lagi. "Siauw Kwie mempunyai dendam pada ayahku! Ia tampaknya
memang sengaja memasuki perkumpulan Lang-kauw, di mana ia
hendak meminjam kekuatan Lang-kauw guna memusuhi ayahku!"
"Hemmm?" perbuatan rendah! Sudah kepandaiannya yang
rendah dan memang tidak memiliki kesanggupan buat menandingi
ayahmu ternyata ia mencari jalan buat meminjam kekuatan orang
lain untuk meruntuhkan ayahmu! Malah, terhadap Sin-tiauw-tay1142
hiap dia tidak berani berurusan, maka dia mencari kau, anaknya,
yang jelas kepandaiannya masih berada di bawah Sin-tiauw-tayhiap!"
Yo Kouw-nio mengangguk, dan dia segera menoleh kepada Giok
Hoa, melambaikan tangannya, katanya: "Giok Hoa, cepat beri
hormat kepada Swat Locianpwe!"
Giok Hoa ragu-ragu sejenak, namun dia tidak berani membantah
perintah gurunya. Cepat-cepat kemudian dia menghampiri Swat
Tocu, dia memberi hormat, sambil katanya: "Swat Locianpwe,
boanpwe memberi hormat?"!"
"Hemmmm, budak kecil yang nakal, rupanya engkau murid Yo
Kouw-nio! Jika dulu-dulu engkau memberitahukan kepadaku, jelas
aku tidak akan mempersulit dirimu!" dan sambil berkata begitu,
Swat Tocu tertawa. Yo Kouw-nio memperlihatkan sikap terheran-heran memandang
bergantian pada muridnya dan Swat Tocu, lalu tanyanya:
"Jadi..... Swat Locianpwe pernah bertemu dengan Giok Hoa?"
Swat Tocu mengangguk, dan menceritakan apa yang pernah
terjadi, sehingga dia menawan Giok Hoa. Waktu Swat Tocu
1143 menceritakan hal tersebut, muka Giok Hoa sebentar-sebentar
berobah merah, tampaknya ia sangat malu.
Di waktu itu juga Ko Tie sambil tersenyum-senyum ikut
mendengarkan di samping gurunya matanya sering melirik ke arah
Giok Hoa, dengan sinar mata penuh arti.
Giok Hoa sendiri berulang kali telah melirik ke arah Ko Tie, namun
jika mata mereka saling berlemu, tentu gadis itu akan menunduk
dengan sikap likat sekali dan pipi terasa panas memerah.
"Mari silahkan Locianpwe singgah di rumah Boanpwe!" menawarkan Yo Kouw-nio kepada Swat Tocu.
Tawaran itu diterimanya dengan baik-baik oleh Swat Tocu, yang
segera melangkah menuju ke rumah itu mengikuti Yo Kouw-nio
dan yang lainnya. Tiba-tiba terdengar pekik biruang salju, Swat Tocu melambaikan
tangannya, serunya dengan disertai lweekangnya: "Kau tunggu
saja di sana?"!"
Belum lagi suara Swat Tocu habis, diwaktu itu terdengar pekik
burung rajawali, pekik yang nyaring tengah berputar-putar di
tengah udara. 1144 Kini giliran Giok Hoa yang melambaikan tangannya, dan burung
rajawali itu rupanya memang mengerti maksud lambaian tangan
Giok Hoa, karena dia telah terbang meninggi dan berputar-putar di
tengah udara. Dia terbang menjauh.
Waktu sampai di dalam rumah Yo Kouw-nio, ternyata ada sebagian
rumah tersebut yang tidak termakan api. Ruangan tamunya, yang
sederhana masih utuh, lengkap dengan kursi dan mejanya. Maka
mereka duduk bercakap-cakap.
"Jika memang Locianpwe tidak keberatan, sudi kiranya locianpwe
menginap di rumah Boanpwe untuk beberapa hari?" karena?"
karena?"" Waktu berkata sampai disitu, nampak Yo Kouw-nio
ragu-ragu meneruskan perkataannya.
Swat Tocu tertawa besar, suara tertawanya itu bergelak-gelak.
"Ya, aku tahu, engkau berbaik hati menawarkan tempat berteduh
buatku, karena engkau memiliki maksud-maksud tertentu! Karena
engkau ingin memancing pelajaran ilmu silatku. Benar bukan
begitu"!" Muka Yo Kouw-nio berobah memerah, dia mengangguk sambil
tersenyum. 1145 "Ya, boanpwe ingin meminta petunjuk berharga dari Locianpwe......!" menyahuti Yo Kouw-nio. Dan kemudian menoleh
kepada Giok Hoa, katanya: "Giok Hoa, cepat ucapkan terima kasih
buat kebaikan Swat Locianpwe.....!"
Giok Hoa cerdik. Walaupun dia penah merasa tidak senang dan
tidak menyukai Swat Tocu, namun setelah bercakap-cakap dan
melihat gerak-gerik Swat Tocu, dia memperoleh kenyataan Swat
Tocu seorang yang baik hati. Bahkan tadi, musuh-musuh gurunya,
Swat Tocu pula yang telah mengusirnya, dengan demikian Yo
Kouw-nio tertolong tidak perlu menghadapi kesulitan di tangan
musuh-musuhnya. Sekarang mendengar perintah gurunya seperti itu, segera Giok
Hoa melompat bangun dari duduknya. Dia menghampiri Swat
Tocu, menjatuhkan diri berlutut memberi hormat kepada Tocu
Pulau Es tersebut. "Swat Locianpwe, terima kasih atas budi kebaikanmu!" kata Giok
Hoa segera sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali.
Swat Tocu tertawa bergelak-gelak lagi melihat sikap Giok Hoa,
katanya: "Akh?" anak licik! Engkau rupanya sengaja cepat-cepat
mengucapkan terima kasih, karena hendak mengikat diriku, agar
1146 aku ini tidak bisa tidak memenuhi keinginanmu, buat memperoleh
beberapa jurus ilmu silat! Hahaha-hahah!" Dan setelah tertawa
begitu, tangan kanan Swat Tocu mengibas, katanya: "Bangunlah!"
Hebat kibasan lengan dari Swat Tocu, karena mendatangkan
kesiuran angin yang halus namun kuat. Giok Hoa sendiri tercekat
hatinya, dia tengah berlutut dan merasa diterjang suatu kekuatan
yang membuatnya terlontar seperti juga dipaksa untuk berdiri.
Karena dia mengadakan perlawanan dan tetap ingin berlutut,
membuatnya jadi menerima dorongan yang lebih kuat lagi,
menyebabkan tubuhnya bukan hanya terdorong buat berdiri
belaka, juga tubuhnya itu telah terlempar ke tengah udara.
Untung Giok Hoa memang telah menerima gemblengan cukup
baik dari Yo Kouw-nio, selama ini dia memiliki gin-kang yang tinggi
dan terlatih mahir, membuatnya segera berpok-say di tengah
udara, waktu tubuhnya meluncur turun, segera juga dia hinggap
dengan sepasang kakinya terlebih dulu menginjak lantai membuat
dia tidak perlu terbanting!
"Salah!" kata Swat Tocu dengan suara yang tawar ketika melihat
Giok Hoa mengatasi keadaan dirinya dengan berpok-say seperti
itu. 1147 "Sama sekali tidak benar gerakan itu! Jika engkau menghadapi
musuh, tentu musuh akan dapat mencelakai dirimu disaat engkau
tengah berpok-say seperti itu!
"Bukankah musuh tidak akan tinggal berdiam diri hanya mengibas
satu kali. Dia akan menyusuli lagi dengan kibasan lain, yang
mengandung kekuatan lebih hebat, dan engkau sendiri tengah
berjumpalitan di tengah udara, sehingga engkau sama sekali tidak
memiliki kesempatan buat menghindar dan kibasan kedua itu akan
mencelakai dirimu! Salah sekali jika engkau menghadapi dorongan
itu dengan berpok-say!"
Muka Giok Hoa berobah merah. Apa yang dikatakan Swat Tocu
memang tidak salah. Seorang musuh tentu akan mempergunakan
kesempatan tersebut buat menyerang dengan kibasan berikutnya
pasti dia bercelaka.Karena dari itu, Giok Hoa segera berlutut lagi:
"Harap Swat locianpwe mau memberikan petunjuk yang sangat
berharga!" Dia menganggukkan kepalanya lagi.
Yo Kouw-nio sendiri diam-diam kaget dan sangat kagum akan
kekuatan sin-kang yang dimiliki Swat Tocu.
"Benar-benar lihay".. Tampak sin-kang Swat Locianpwe tidak
berada di sebelah bawah sin-kang ayah?"!" diam-diam Yo
1148 Kouw-nio berpikir. "Tidak kecewa Swat Tocu memiliki nama yang
begitu besar pantas ia disegani oleh semua tokoh rimba
persilatan!" Waktu itu Swat Tocu berkata, dengan suara sabar: "Aku akan
mengulangi lagi! Bersiaplah." Dan berbareng dengan habisnya
perkataannya itu, tangan kanan Swat Tocu telah bergerak
perlahan mengibas lagi. Luar biasa, memang kibasannya kali jauh jauh lebih ringan
dibandingkan dengan kibasannya yang terlebih dulu tadi, hanya
saja, tenaga yang, menerjang Giok Hoa jauh lebih kuat, sehingga
membuat tubuh Giok Hoa telah terangkat dan terlempar ke tengah
udara, bahkan telah berputar di tengah udara. Walaupun Giok Hoa
berusaha menguasai keseimbangan tubuhnya, dia gagal.

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tubuhnya meluncur dan akan terbanting di atas lantai.
Tubuh Swat Tocu melesat sangat ringan sekali, mudah bukan main
dengan tangan kanannya dia mencekal baju gadis tersebut dan
menurunkannya perlahan-lahan.
Dikala itu muka Giok Hoa berobah memerah, hatinya berpikir:
"Benar-benar kepandaian Swat Tocu luar biasa mengagumkan,
sungguh berbahaya, jika tadi dia tidak menolongiku dengan
1149 mencekal bajuku, sehingga aku terbanting itulah bantingan yang
tidak ringan, pasti sedikitnya ada tulangku yang patah, yang luar
biasa, adalah tenaga sin-kangnya, dia mengibas perlahan, namun
dapat mempergunakan tenaga yang begitu kuat, sungguh
menakjubkan sekali. Walaupun Giok Hoa berpikir seperti itu, namun ia juga tidak berayal
buat menyatakan terima kasihnya, karena telah ditolongi Swat
Tocu dan juga diberi petunjuk. Dia menekuk ke dua kakinya,
tubuhnya berlutut dan mengangguk-anggukkan kepalanya dengan
sikap menghormat sekali. Jika sebelumnya dia memiliki sedikit perasaan tidak senang pada
Swat Tocu, justeru sekarang ini si gadis telah takluk benar dan
merasa kagum sekali atas kepandaian yang dimiliki Swat Tocu.
Jika memang bertempur bersungguh-sungguh dan Swat Tocu
memiliki maksud tidak baik terhadapnya, jelas dirinya dengan
mudah hanya dalam satu atau dua jurus saja sudah dapat
dicelakainya! Karena dari itu, Giok Hoa sekarang merasa takluk
sekali terhadap Swat Tocu.
Ko Tie menyaksikan gurunya tengah memberikan pelajaran ilmu
gin-kang dan juga cara menghindarkan diri dari keadaan terapung
di udara, jadi tersenyum senang. Tadinya ia kuatir kalau-kalau
1150 antara gurunya dengan Giok Hoa tidak terdapat kecocokan satu
dengan yang lainnya, seperti yang terjadi beberapa waktu yang
lalu. Namun sekarang melihat hubungan mereka yang terjalin cukup
baik, membuat Ko Tie sangat senang. Dia memang telah
menerima pelajaran tersebut dari gurunya, dan Ko Tie telah
berhasil menguasainya dengan baik.
Dalam keadaan seperti itu, si pemuda hanya mengawasi saja
kepada Giok Hoa, karena memang dia hendak melihat bagaimana
daya tangkap yang dimiliki gadis itu, yang tampaknya memang
cerdik. Apa yang diduga Ko Tie ternyata tidak salah, sebab dalam dua kali
gebrakan seperti itu, Giok Hoa telah bisa menangkap pelajaran
yang diberikan Swat Tocu dengan cara yang halus dan tidak
berterang. Otak si gadis memang terang, sehingga bisa segera
mencernakan arti dari pelajaran yang diberikan Swat Tocu.
Dengan dua kali mengalami dibuat terpental oleh tenaga kibasan
tangan Swat Tocu membuat Giok Hoa dapat memahami, di mana
kelemahan dirinya dan dengan cara bagaimana harus menghadapi
tenaga kibasan yang kuat seperti itu.
1151 "Bersiaplah, aku akan melontarkan kau lagi!" kata Swat Tocu waktu
itu. Giok Hoa masih dalam keadaan berlutut mengucapkan terima
kasihnya, mendengar perkataan Tocu dari Palau Es tersebut,
segera juga dia bersiap-siap.
Waktu itu Swat Tocu perlahan
sekali mengibaskan lagi pergelangan tangannya, seperti juga tengah mengibas seekor lalat
yang mengganggu terbang di depan mukanya. Tenaga yang
meluncur dari telapak tangannya ternyata luar biasa menakjubkan,
karena kuat dan dingin sekali seperti bisa membekukan.
Giok Hoa biarpun telah bersiap-siap tetap saja terkejut menerima
dorongan yang begitu kuat mengandung hawa dingin seperti
gumpalan es yang tengah menerjang kepada dirinya. Namun Giok
Hoa tadi selama dua kali dibikin terpental oleh kibasan tangan Swat
Tocu, telah bisa mengetahui kelemahan dirinya.
Karenanya, menghadapi tenaga kibasan yang kuat seperti itu,
sama sekali dia tidak berusaha mengadakan tenaga perlawanan,
dia hanya membiarkan saja tenaga kibasan Swat Tocu menerjang
dirinya. Malah Giok Hoa membantu dengan menjejakan ke dua
1152 kakinya, tubuhnya jadi seperti terbang saja terdorong tenaga itu, di
mana tubuhnya telah melambung ke tengah udara.
Cuma saja tanpa berjungkir balik, dia berhasil hinggap di lantai
dengan ringan di atas ke dua kakinya tanpa terbanting sedikitpun
juga! Ternyata Giok Hoa yang cerdik itu telah mengetahui
menghadapi kekuatan tenaga kibasan Swat Tocu yang tidak
mungkin tertandingi oleh kekuatan sin-kangnya, harus dihadapi
dengan cara lunak. Dia mempergunakan taktik satu tail merubuhkan seribu tail.
Tenaga yang besar dari Swat Tocu telah dilenyapkan dengan
keseimbangan tubuhnya tanpa adanya daya melawan, membuat
tubuh Giok Hoa dengan ringan dan leluasa dapat meluncur turun
dan hinggap di lantai dengan ringan sekali!
"Bagus! Bagus!" berseru Swat Tocu dengan suara nyaring dan
bertepuk tangan, tampaknya Swat Tocu puas dan girang. Dia telah
berseru-seru beberapa kali, karena dia tidak menyangka bahwa
Giok Hoa hanya dalam waktu singkat telah dapat mengatasi dan
menguasai diri buat menghadapi tenaga kibasannya.
Dengan demikian, jelas membuktikan Giok Hoa merupakan
seorang gadis yang sangat cerdik sekali.
1153 "Engkau benar-benar cerdas, hanya dalam waktu yang singkat,
tanpa aku terangkan sejelas-jelasnya, kau telah berhasil untuk
memecahkan persoalan itu?" di mana engkau telah berhasil
mengetahui kelemahan dirimu sendiri.
"Dengan demikian engkau bisa menghadapi musuh yang lebih
tangguh di masa mendatang, karena engkau telah mengetahui
kuncinya. Di mana kekuatan tenaga belaka, tanpa perhitungan
yang baik, tentu akan membuat gagal usaha seseorang
menyerang lawannya! "Dan engkau, dengan mempergunakan kecerdasan dan perhitungan yang tepat, walaupun tenaga sin-kangmu masih lebih
rendah dibandingkan dengan lawan itu, tetap saja engkau bisa
menerima dan mengatasi serangan itu!"
Dan Swat Tocu tertawa lagi bergelak-gelak.
Muka Yo Kouw-nio berseri-seri, guru Giok Hoa tampak girang
bukan main. Dia melihat secara tidak langsung muridnya tengah
menerima petunjuk pelajaran silat kelas tinggi oleh Swat Tocu.
Setelah memandang beberapa saat lagi, di saat mana Swat Tocu
dan Giok Hoa seperti asyik berlatih diri lagi. Swat Tocu selalu
1154 memberikan petunjuknya. Yo Kouw-nio pergi untuk mempersiapkan hidangan buat mereka.
Ko Tie hanya duduk diam tenang-tenang mengawasi bagaimana
Giok Hoa menerima petunjuk dari gurunya.
Di luar, biruang putih itu rupanya iseng, di mana biruang salju
tersebut telah melompat ke sana ke mari berlari-lari cukup jauh.
Gerakannya begitu lincah, biarpun tubuhnya tinggi besar, karena
memang biruang salju ini telah menerima didikan yang sangat baik
sekali dari Swat Tocu, sehingga selain dia mengerti ilmu silat, juga
dia memiliki gin-kang yang cukup tinggi, membuat gerakannya jadi
ringan sekali Burung rajawali putih juga terbang di tengah udara. Sesungguhnya
rajawali putih tersebut bermaksud hendak bermain-main dengan
majikannya, yaitu Giok Hoa. Hanya sayang Giok Hoa tidak muncul,
membuatnya terbang mengikuti biruang salju, di mana burung
rajawali putih tersebut terbang di atasnya, sekali-kali memperdengarkan suara pekikannya.
Di waktu itu terlihat biruang salju juga rupanya dalam keadaan
iseng. Dia melihat burung rajawali putih tengah mengikutinya. Dan
tiba-tiba mengerang dan melambaikan tangannya.
1155 Sebagai sesama binatang, tampaknya rajawali putih itu memahami
apa yang diinginkan si biruang salju. Dia menukik terbang turun
dan hinggap di tempat yang tidak begitu jauh dari si biruang salju.
Sedangkan biruang salju itu, dengan diiringi suara erangannya,
tahu-tahu tubuhnya dengan ringan sekali melesat sambil
mengulurkan ke dua tangannya untuk mencengkeram burung
rajawali putih itu. Kelakuan biruang salju itu membuat burung rajawali putih tersebut
terkejut. Dia mengelak sambil terbang rendah, dan mempergunakan sayap kanannya buat menyampok.
Sampokan yang cukup kuat, dan membuat tubuh biruang salju itu
terhuyung. Dalam keadaan seperti itu membuat biruang salju itu
mengerang dengan suara yang cukup nyaring.
Dan di saat seperti itulah, tubuhnya melesat lagi, sambil
mengulurkan kedua tangannya, dia berusaha menjambret rajawali
putih itu. Namun gagal, Rajawali putih itu terbang lebih tinggi lagi,
membuat jambretan kedua tangan biruang salju tersebut mengenai
tempat kosong. Diwaktu itu biruang salju tersebut mengerang beberapa kali sambil
melambai-lambaikan tangannya. Rupanya dia tengah penasaran
1156 dan mengajak burung rajawali putih itu turun buat mereka mainmain alias bertempur!
Burung rajawali itu, walaupun seekor binatang, namun tampaknya
setelah dididik oleh Yo Kouw-nio dan Giok Hoa, memiliki harga diri,
karena melihat biruang salju itu berulang kali gagal menyerangnya
dan sekarang biruang salju tersebut seperti menantangnya,
mengerang-erang dan melambai-lambaikan tangannya maka dia
menukik turun lagi buat menyambar kepada biruang salju tersebut.
Dia memang telah terlatih dengan baik, gerakan tubuhnya waktu
menyambar tidak meluncur terus, melainkan meliuk-liuk, karena
dia mengambil gerakan seekor ular.
Biruang salju yang menantikan tibanya terjangan burung rajawali
putih tersebut, jadi heran juga dan merasa aneh melihat gerakan
meliuk dari burung rajawali putih tersebut. Namun biruang salju ini
memang berani, dia telah memperoleh gemblengan yang sangat
keras dari Swat Tocu, diapun pernah mengalami beberapa kali
pertempuran dengan jago-jago silat, yang semuanya memiliki
kepandaian tinggi dan masih tidak bisa merubuhkannya.
Apalagi hanya buat menghadapi seekor burung rajawali, tampaknya biruang putih itu tidak memandang sebelah mata.
1157 Setelah melihat burung rajawali putih itu terbang menukik
menyambar ke arah dirinya dengan pesat, biruang salju tersebut
menantikan dengan mata terpentang lebar, sepasang kakinya
yang berdiri agak terpentang. Itulah cara berdiri dari seorang jago
silat dengan kuda-kuda di ke dua kaki yang kuat, pada ke dua
tangannya juga telah terkumpul suatu kekuatan.
Burung rajawali putih itupun bukannya seekor burung rajawali
biasa, ia sangat cerdas sekali, karena dia memiliki perhitungan
dalam menyerang lawannya. Begitu akan tiba menerjang biruang
salju, cepat sekali sayap kanannya bergerak, menyampok dengan
kuat. Angin menderu-deru, karena dari sayapnya yang lebar itu
meluncur angin yang sangat dahsyat. Dan disusul kemudian
dengan sampokan sayap kirinya. Dengan demikian, biruang salju
itu diterjang oleh sesuatu kekuatan tenaga yang tidak kecil.
Biruang salju tersebut berusaha bertahan namun kagetnya tidak
terkira waktu tahu-tahu sepasang kaki rajawali putih itu tengah
mengancam akan mencengkeram batok kepalanya! Segera juga
biruang salju tersebut memiringkan kepalanya sambil mengerang,
dan tangan kanannya mendorong.
1158 "Dukkk!" tubuh rajawali putih itu kena dipukulnya telak, sampai
burung rajawali tersebut mengeluarkan suara pekik nyaring, dan
telah terpental, namun ia segera terbang lagi ke atas,
menghindarkan kemungkinan biruang salju tersebut menyerangnya lagi! Dalam keadaan seperti itulah tampak biruang salju itu telah berlarilari dengan cepat sekali, dan juga mengerang-erang, seperti juga
dia tengah menantang lawannya itu, agar terbang turun dan
mereka bertempur lagi. Dan pertempuran antara seekor biruang
salju dengan rajawali putih, merupakan pertempuran yang aneh.
Yang seekor merupakan biruang berpotongan tinggi besar,
memiliki tenaga yang sangat kuat dan terlatih ilmu silat dengan
baik-baik, namun hanya bisa bersilat di daratan belaka. Dan yang
seekor lagi merupakan rajawali yang selalu terbang di tengah
udara. Jika ingin dibandingkan kekuatan tenaga dari ke dua binatang ini,
mungkin hampir berimbang, karena ke dua sayap dari burung
rajawali putih itupun tidak bisa diremehkan, sampokan sayapnya
akan dapat menghancurkan bungkahan batu.
1159 Karena dari itu, dia terbang di tengah udara hanya menantikan
kesempatan buat sewaktu-waktu menyerang biruang salju.
Memang dasar pertamanya, kedua binatang itu cuma iseng
belaka, tetapi setelah main-main, di mana mereka saling kena
terserang, ke duanya jadi penasaran dan ingin bertempur lebih
lanjut. Burung rajawali putih itu terbang berputar-putar beberapa kali.


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perasaan sakit masih dirasakan pada tubuhnya yang tadi kena
dihantam telapak tangan biruang salju tersebut, membuat rajawali
putih ini bukannya takut, malah bermaksud hendak membalas
menyerang lawannya. Waktu melihat ada kesempatan segera juga dia memekik nyaring,
tubuhnya meluncur dengan pesat sekali, sepasang sayapnya
dikibaskan berulang kali, sehingga saat itu di tempat tersebut
seperti juga tengah berlangsung serangan angin puyuh yang
dahsyat sekali. Batu dan pasir terbang di sekitar biruang salju, dan
bungkahan salju juga terbang terbongkar dari atas bumi, karena
kuatnya terjangan angin dari sampokan kedua sayap rajawali putih
tersebut. Dalam keadaan seperti inilah, si biruang salju juga tidak mau
tinggal diam, dia juga mengerak-gerakkan ke dua telapak
1160 tangannya, menyerang dan memukul ke arah atas. Dari ke dua
telapak tangannya meluncur tenaga yang kuat sekali, seperti juga
hendak menandingi tenaga sampokan sepasang sayap burung
rajawali putih itu. "Dukkk, dukkk, dukkk, dukkk!" terdengar suara benturan yang
sangat hebat sekali, diantara dua kekuatan, tenaga biruang salju
dan burung rajawali putih itu.
Tubuh rajawali putih itu terpental ke tengah udara, memekik
nyaring, namun dia masih bisa terbang, walaupun ada beberapa
bulu sayapnya yang rontok, terbang berayun-ayun di tengah udara
dan kemudian jatuh di bumi.
Tubuh biruang salju itupun terpental karena kuatnya tenaga
benturan itu, membuat dia terguling. Walaupun demikian, dia tidak
sampai terluka di dalam, sebab cepat sekali tampak biruang salju
itu telah melompat berdiri lagi, dan dengan sikap yang agak lucu
karena dia marah telah menantang rajawali putih itu agar turun,
biar mereka dapat melanjutkan pertempuran tersebut.
Burung rajawali putih itu tampaknya tengah memperhitungkan,
dengan cara bagaimana dia dapat menyerang lagi kepada biruang
salju itu. 1161 Tadi dia merasakan betapa kuatnya tenaga biruang salju itu, yang
sama halnya seperti dia, bahwa biruang salju itu juga bukan
binatang sembarangan, tenaga pukulannya itu seperti telah dialiri
sin-kang (tenaga sakti) yang memang terlatih baik atas didikan dari
Swat Tocu. Tentu saja, tadi waktu terpukul, menyebabkan beberapa lembar
bulunya jatuh berguguran rontok ke bumi, dan dia juga merasa
kesakitan bukan main, menyebabkan sementara waktu itu rajawali
putih itu hanya berputar-putar terbang di tengah udara, dia tidak
segera menukik menyerang lagi. Sedangkan biruang salju itu juga
telah memekik-mekik sambil
Halaman 62 x x x x x x x x x M i s s i n g . . . . . . . . (Sayang..... nggak ada yang bisa
sharing........) Halaman 63 x x x x x x x x x
Justeru adanya teriakan seperti itu, membuat biruang salju
maupun rajawali itu terkejut, malah mereka serentak telah menarik
pulang tenaga mereka, masing-masing batal menyerang.
Mereka juga telah memandang ke arah dari mana datangnya suara
orang yang menganjurkan mereka bertempur terus. Dan ke
1162 duanya jadi mengeluarkan erangan dan pekik yang aneh ketika
melihat jelas orang yang menganjurkan mereka mengukur tenaga,
diiringi tepuk tangannya itu!
Ternyata di tempat tersebut, entah dengan cara bagaimana
datangnya, tahu-tahu telah ada seorang pemuda yang tubuhnya
pendek, seperti anak belasan tahun. Dia yang telah bertepuk
tangan dan menganjurkan biruang salju dan rajawali putih itu
bertarung terus tampaknya dia girang sekali. Sikapnya seperti
seorang anak kecil yang girang menyaksikan keramaian.
Dia berdiri di sebungkah batu gunung yang diselubungi salju, dan
berdiri tenang sekali, dengan ke dua kaki seperti menancap di
tempat yang sebetulnya sangat licin itu. Melihat cara berdirinya itu
dengan sepasang kaki yang mantap dan tubuh yang tetap
walaupun dia bergerak-gerak, membuktikan dia memiliki gin-kang
atau ilmu meringankan tubuh yang tinggi, karena kedatangannya
saja juga tidak diketahui oleh biruang salju atau burung rajawali
putih itu, yang sesungguhnya merupakan dua binatang yang tidak
sembarangan. Biruang salju mengerang menghadapi pemuda bertubuh pendek
tersebut. 1163 Sama sekali si pemuda tidak merasa takut melihat gigi-gigi biruang
yang runcing, malah dia tertawa. katanya: "Mengapa kalian
berhenti bertempur"!"
Di waktu itu si biruang salju merasa tidak senang, karena pemuda
yang tampaknya berusia hampir tigapuluh tahun itu, ternyata
seperti menganjurkan ingin mengadunya dengan rajawali putih.
Dia mengerang sambil menghampiri lebih dekat. Maksud biruang
salju tersebut ingin menangkap pemuda itu, dan melemparkannya
jauh. Pemuda itu tetap berdiri di tempatnya tanpa memperlihatkan
perasaan takut sedikitpun juga. Dia telah tertawa-tawa melihat
kelakuan biruang salju. Hal ini malah membuat biruang salju itu tambah penasaran. Dia
mempercepat langkahnya, dan setelah tiba di depan pemuda
tersebut, ke dua tangannya, dengan kuku-kuku jari tangannya
yang runcing tajam itu diulurkan kepada si pemuda.
Pemuda pendek itu tertawa, dia berkata tanpa perasaan jeri
sedikitpun juga: "Aha, kau hendak main-main dengan Auwyang
Phu?" 1164 Sambil bertanya begitu, tubuh si pemuda pendek itu berkelebat,
tahu-tahu telah lenyap dari hadapan biruang salju, dan berdiri di
tempat lain, terpisah empat tombak lebih. Gesit sekali gerakannya
tadi, membuktikan gin-kangnya memang tinggi.
Siapakah pemuda itu" Mendengar dia menyebut namanya sebagai
Auwyang Phu, tentu pembaca telah dapat menerkanya siapa
adanya pemuda bertubuh pendek tersebut.
Benar! Bahwa dia memang Auwyang Phu, putera Auwyang Hong!
Seperti di dalam Kisah Biruang Salju, pemuda ini telah muncul
dan bersama ibunya, Cek Tian, telah menimbulkan persoalan yang
tidak kurang menariknya. Dan kini, dalam perjalanan berkelana, dia telah tiba di gunung
Heng-san tersebut, di mana kebetulan sekali di saat dia tengah
beristirahat di tempat itu didengarnya suara pekik rajawali putih dan
mengerangnya biruang salju.
Segera juga hatinya tertarik membuatnya pergi ke arah tempat
datangnya suara itu. Dan dia menyaksikan rajawali putih dan
biruang salju yang tengah bertempur. Timbul kegembiraannya,
terlebih lagi dilihatnya ke dua binatang itu bertempur seperti juga
memiliki ilmu silat, gerakan mereka merupakan gerakan yang
1165 mengagumkan, seperti dua orang tokoh persilatan yang tengah
mengadu ilmu. Itulah sebabnya Auwyang Phu telah bersorak sambil bertepuk
tangan menganjurkan agar ke dua binatang tersebut bertempur
terus. Siapa tahu, justeru biruang salju merasa tidak senang dengan
sikap Auwyang Phu, segera juga dia menghampiri buat menghalau
pemuda itu, yang semula diduga si biruang salju sebagai pemuda
biasa saja dan akan mudah dilontarkannya. Namun setelah gagal
buat menjangkau tubuh pemuda itu, barulah biruang salju tersebut
sadar, pemuda pendek ini tentunya bukan pemuda sembarangan.
Auwyang Phu sendiri merasa girang dan tertarik hatinya buat mainmain dengan biruang salju itu, ketarik sekali dia melihat gerakan
biruang salju yang seperti gerakan seorang ahli silat. Dia
melambai-lambaikan tangannya, katanya:
"Mari! Mari! Mari kita main-main..... aku akan menemani kau.....
mari..... mari ke marilah engkau?"!" Dan dia melambailambaikan tangannya sambil tertawa-tawa.
Karuan saja biruang salju itu merasa dipermainkan, dia bertambah
gusar, dengan segera dia menjejakkan ke dua kakinya. Tubuhnya
1166 biarpun tinggi besar dan tampaknya berat itu, dapat bergerak sebat
dan ringan sekali, dalam dua kali lompatan dia telah berada
dihadapan Auwyang Phu. Kali ini Auwyang Phu sama sekali tidak menghindar dari tempatnya
berada, dia mengawasi biruang salju itu sesaat lamanya dengan
tertawa-tawa. Disaksikannya biruang salju itu mengangkat ke dua
tangannya. Namun biruang salju itu bukannya menyerang seperti tadi dengan
sekaligus mengulurkan kedua tangannya, melainkan dia menghantam dengan ilmu pukulan Inti Es, yang menimbulkan
angin serangan yang kuat dan dingin sekali, bisa membekukan,
karena itulah memang ilmu pukulan andalan Swat Tocu, yang telah
dapat diwarisi si biruang salju berkat didikan Swat Tocu. Walaupun
sebagai seekor binatang ia tidak bisa mewarisi sempurna seperti
yang dialami Ko Tie, tetap saja pukulan yang dilakukannya itu
hebat bukan main. Auwyang Phu semula menganggap enteng biruang salju itu.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, tentu saja ia
sama sekali tidak memandang sebelah mata terhadap serangan
tersebut, di mana biarpun biruang salju itu memiliki ukuran tubuh
1167 sangat besar dan tentu tenaganya sangat kuat, namun dia akan
dapat merubuhkannya dengan mudah.
Hanya saja sekarang, setelah biruang salju itu menyerangnya
dengan tenaga pukulan Inti Es nya, membuat Auwyang Phu jadi
kaget bukan main, itulah bukan pukulan sembarangan, karena
seorang jago silat biasa saja, tidak mungkin dapat memukul
sehebat itu, membuat Auwyang Phu tertegun sejenak, namun ia
segera tersadar, tidak bisa ia berayal.
Cepat sekati, tahu-tahu dia menekuk ke dua kakinya, dan
memperdengarkan suara "Krokk, krokk!" di mana ke dua
tangannya didorong ke arah biruang salju itu.
"Bukkk!" terdengar menggetarkan benturan sekitar tenaga tempat itu yang dan dahsyat biruang sekali salju itu mengeluarkan suara erangan seperti kaget, tubuhnya terpental
dan ambruk di bumi keras sekali!
Rupanya Auwyang Phu telah mempergunakan Ha-mo-kang, ilmu
warisan dari mendiang ayahnya, yaitu Auwyang Hong! Itulah Hamo-kang yang telah menggemparkan rimba persilatan dan
Auwyang Phu telah berhasil menguasai ilmu tersebut pada tingkat
yang hampir mendekati kemahiran.
1168 Karena dari itu, biruang salju tersebut mana bisa dan mana
sanggup buat membendung kekuatan Ha-mo-kang yang dilancarkan Auwyang Phu" Hal itu membuat tubuhnya yang tinggi
besar jadi terpental dan lalu terbanting di atas tanah!
Auwyang Phu girang bukan main melihat tangkisannya berhasil
membuat biruang itu terpental cukup jauh, hampir tiga tombak.
Cuma saja, Auwyang Phu agak menggigil karena hawa dingin, sisa
serangan biruang salju itu. Belum lagi dia memperbaiki kedudukan
tubuhnya yang masih berjongkok itu, dari atas di dekat
punggungnya berkesiuran angin serangan yang menderu-deru
hebat sekali. Auwyang Phu terkejut, dan dia melirik, dilihatnya burung rajawali
putih itu tengah menukik dan menyampok dengan sayapnya. Inilah
hebat, karena rajawali putih itu, yang tadi menjadi lawan biruang
salju tersebut, rupanya telah berbalik membela biruang salju,
ketika melihat si biruang salju terpental seperti itu diganggu oleh
orang asing! Mereka memang saling mengetahui, bahwa majikan
mereka bersahabat, karena itulah terdapat rasa saling tolong
menolong di antara mereka.
1169 Jika tadi antara rajawali putih dengan biruang salju itu bertempur,
hal itu hanya disebabkan mereka penasaran dan berusaha buat
saling merubuhkan satu dengan yang lainnya.
Tetapi sekarang salah sekor di antara mereka mengalami
ancaman orang asing, burung rajawali tersebut tidak bisa berdiam
diri saja, dia berusaha membantunya.
Sampokan sayap yang dilakukannya benar-benar kuat. Dia juga
merupakan seekor burung rajawali yang aneh sekali, bukan
rajawali sembarangan. Sejak kecilnya, waktu ditetaskan, dia sudah merupakan rajawali
luar biasa, yang di didik dan dibesarkan oleh seekor ular yang luar
biasa. Maka dari itu, cara menyampok sayapnya itu juga aneh, kuat
dan meliuk seperti gerakan seekor ular. Angin serangan yang
menyambar datang itu sulit diterka, ke arah sasaran bagian mana
yang diincarnya. Auwyang Phu tidak mau membuang-buang waktu, dia tertawa
sambil melompat ke samping. Dengan posisi tubuh masih tetap
berjongkok, ke dua tangannya telah didorongkan lagi, dengan


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengeluarkan suara seperti mengkeroknya seekor kodok, dan
hebat sekali tenaga yang meluncur dari ke dua telapak tangannya.
1170 Rajawali putih itu liehay dan cerdik, karena dia segera menyadari
bahwa tadi telapak tangan Auwyang Phu dapat membuat biruang
salju itu terpental. Mau tidak mau rajawali putih tersebut mengadu
kekuatan keras dilawan keras dengan tenaga pemuda pendek
tersebut. Dia tahu-tahu meliuk-liuk dan tubuhnya dapat terbang
lolos dari hantaman Ha-mo-kang nya Auwyang Phu, karena dia
telah membawakan gerakan seekor ular, dan tubuhnya secara luar
biasa lolos dari hantaman Ha-mo-kang itu!
Rajawali itu terbang lebih tinggi, namun Auwyang Phu jadi
penasaran, dia mengeluarkan bentakan nyaring, tangannya itu
digerakkan lagi. Sepasang tangan yang mengandung Ha-mo-kang
yang terlatih dengan baik telah meluncur ke arah si rajawali putih,
tapi rajawali putih itu telah terbang semakin tinggi, dengan
demikian tenaga ke dua tangan Auwyang Phu sudah tidak memiliki
arti lagi, karena tenaga Ha-mo-kang tersebut tidak bisa
menyambar ke atas lebih tinggi lagi.
Bukan main mendongkol dan gusarnya Auwyang Phu. Dia
melompat berdiri dan memaki: "Rajawali laknat, turunlah, akan
kuhancurkan tubuhmu".. Turunlah binatang celaka!"
Sambil berteriak-teriak keras seperti itu dia mengawasi dengan
sorot mata yang tajam sekali mengandung ancaman kepada
1171 burung rajawali putih yang tengah terbang semakin tinggi berputarputar di tengah udara.
Sedangkan biruang salju yang telah berhasil berdiri lagi, walaupun
kepalanya masih agak pusing, dengan marah dia menerjang lagi
kepada Auwyang Phu. Sekali ini Auwyang Phu tidak mempergunakan Ha-mo-kangnya,
tubuhnya berkelebat ke sana ke mari mengelilingi biruang salju itu.
Kepandaian Auwyang Phu memang telah mencapai tingkat yang
tinggi, sehingga dia bisa mempermainkan biruang salju tersebut.
Setiap terkaman dari biruang salju dapat dihindarkannya dengan
mudah, membuat biruang salju itu tambah penasaran dan kalap.
Burung rajawali putih itu, yang tengah terbang di tengah-tengah
udara, menyaksikan biruang salju itu dipermainkan seperti itu oleh
Auwyang Phu, segera juga dia terbang menukik dan sekali-sekali
menyerang Auwyang Phu, buat membantui biruang salju.
Demikianlah, Auwyang Phu dikeroyok oleh ke dua binatang
tersebut, yang seekor terbang di tengah udara, berputaran dan
mencari kesempatan disembarang
waktu buat menyerang sedangkan saat itu terjangan biruang salju juga bukan merupakan
terjangan sembarangan. Sehingga Auwyang Phu telah 1172 mengeluarkan gin-kangnya, melompat ke sana ke mari dengan
gesit sekali, biruang salju itu juga bergerak dengan lincah.
Setiap kali tubuhnya telah melompat ke kiri menerkam, jika gagal,
cepat luar biasa tanpa memutar tubuh dia menerkam ke kanan.
Dengan demikian, dia seperti juga seorang jago silat yang tengah
bertempur hebat dengan seorang lawannya. Karenanya, telah
membuat Auwyang Phu tidak bisa memandang ringan juga.
Hati kecil Auwyang Phu diliputi tanda tanya dan perasaan heran,
karena biar bagaimana dia heran juga, melihat biruang salju dan
rajawali putih itu dapat bertempur dengan segesit itu. Malah
gerakan mereka semuanya merupakan gerakan-gerakan silat,
langkah kaki mereka menurut peraturan ilmu silat yang memiliki
kelihayan menakjubkan. Dikala itulah, Auwyang Phu sambil mengawasi cara bertempur
biruang salju tersebut dia pun melihat-lihat di mana kelemahan dari
binatang itu, di samping diapun sekali-kali sibuk harus melayani
sambaran rajawali putih. Setelah menyaksikan sekian lama lagi, tiba-tiba Auwyang Phu
melompat cukup tinggi. Waktu dia meluncur turun, bukan dengan
kedua kaki dulu, tetapi dengan kepalanya, yang hinggap di atas
1173 tanah dan berputaran cepat sekali. Ke dua tangannya segera
bergerak-gerak menghantam bagian bawah biruang salju itu,
sepasang kakinya juga sekali-sekali mengancam dengan tendangan yang kuat sekali.
Biruang salju itu jadi bingung menghadapi cara bertempur
lawannya. Tidak biasanya dia memperoleh lawan yang main di
bawah seperti Auwyang Phu, yang tubuhnya bisa terbalik seperti
itu, malah kepandaian Auwyang Phu pun memang sangat tinggi!
Karena dari itu biruang salju tersebut jadi sibuk melindungi
sepasang kakinya, walaupun dua kali kena disapu, satu kali dia
rubuh terguling karena sapuan tangan Auwyang Phu pada kakinya.
Sedangkan satu kali dia hanya terhuyung.
Dengan demikian membuat biruang salju itu lebih hati-hati.
Sementara ini dia hanya main mundur mengelakkan diri belaka.
Rajawali putih itu tidak kurang dari herannya melihat cara
bertempur Auwyang Phu yang kepalanya berada di bawah dan
sepasang kakinya di atas. Dengan cara demikian, cara yang tidak
biasa mereka hadapi, membuat rajawali putih itu agak bingung
juga. 1174 Namun karena melihat biruang salju itu terdesak dan main mundur
tidak berdaya buat balas menyerang, rajawali putih itu berulang kali
menukik dan menyerang. Ke dua sayapnya semakin gencar buat
menyampok kepada Auwyang Phu.
Cuma saja Auwyang Phu benar-benar liehay, walaupun dia dalam
keadaan jungkir balik seperti itu,di mana kepala di bawah dan
sepasang kaki di atas, namun dia masih bisa menyerang ke atas.
Kedua tangannya dengan mempergunakan Ha-mo-kang telah
menyerang bertubi-tubi kepada rajawali putih tersebut, sehingga
membuat bulu sayap dari burung rajawali putih tersebut rontok dan
banyak yang terlepas jatuh ke atas tanah!
Begitulah, seorang manusia dikeroyok oleh dua binatang yang
berlainan jenis itu, seekor biruang dan seekor rajawali putih,
mereka bertempur begitu hebat. Dengan demikian membuat
Auwyang Phu sendiri sebetulnya merasa mendongkol, di mana dia
belum lagi bisa merubuhkan ke dua orang "lawan"nya yang luar
biasa ini. Tidak biasanya Auwyang Phu mengalami kesulitan merubuhkan
lawannya. Terlebih lagi jika hanya menghadapi binatang buas.
1175 Seekor harimau saja bisa dirubuhkannya dengan mudah, sekali
menghantam kepala harimau itu akan hancur dan mati. Tetapi
sekarang menghadapi seekor biruang salju dan burung rajawali itu,
dia seperti mati kutu. Walaupun dia tidak bisa dirubuhkan juga oleh
ke dua ekor binatang itu, dia sendiri juga tidak bisa merubuhkan
lawannya! Padahal, jika menghampiri jago-jago rimba persilatan yang
memiliki kepandaian tinggi, Auwyang Phu jarang memperoleh
kesulitan, dan dia selalu dapat merubuhkan lawannya dengan
mudah. Hanya saja, sekarang dia jadi tidak berdaya buat
menyudahi pertempuran itu secepat mungkin, membuat benarbenar jadi penasaran sekali, sampai dia berjingkrak berdiri dengan
ke dua kakinya lagi. Dia telah menghantam berulang kali dengan
telapak tangannya yang disertai dengan sin-kangnya yang sangat
kuat. Tetap saja Auwyang Phu tidak berhasil merubuhkan ke dua
lawannya. Dia hanya berhasil membuat bulu burung rajawali putih
itu banyak yang rontok akibat terkena sambaran angin pukulan
Auwyang Phu yang dahsyat. Dan biruang salju itu tampak telah
berdarah mulutnya karena telah beberapa kali berhasil dibikin
jungkir balik terbanting di tanah.
1176 Maka Auwyang Phu semakin mengempos tenaga dalamnya,
karena dia ingin sekali cepat-cepat menyudahi pertempuran itu,
yang memang telah berlangsung sampai puluhan jurus.
Suatu kali, melihat biruang salju yang kedot dan selalu dapat
bangun lagi cepat bukan main setelah terbanting, malah lebih
ganas menyerangnya, membuat Auwyang Phu telah menyalurkan
sin-kangnya yang paling kuat. Dia telah mendorong tiba-tiba sekali
dengan ke dua telapak tangannya dengan salah satu jurus Ha-mokang, ilmu kodoknya, dia pun bermaksud kali ini, begitu
serangannya mengenai sasaran, tubuh biruang salju itu akan
ambruk, sebab tenaga serangannya ini memang sangat kuat
sekali. Biruang salju itu yang diserang hebat seperti itu juga jadi kaget
karena dia merasakan, belum lagi angin serangan itu tiba, dia
sudah merasakan sambaran angin yang hebat sekali. Biruang salju
itu bermaksud hendak menghindarkan diri, namun terlambat.
Pundaknya terkena hantaman itu, biruang salju itu memekik
nyaring kesakitan tubuhnya terguling dan beberapa kali menggelinding menjauhi diri dari Auwyang Phu.
1177 Baru saja Auwyang Phu bermaksud mengejarnya buat menyusuli
pukulan berikutnya, di waktu itu rajawali putih itu telah meluncur
turun menyampoknya dengan sepasang sayapnya bergantian.
Dengan demikian membuat dia harus membatalkan maksudnya
menyerang biruang salju itu, ia menghadapi tenaga sampokan dari
burung rajawali putih tersebut.
Dengan sengit, Auwyang Phu menghantam sama hebatnya seperti
tadi. Burung rajawali putih yang tengah berkuatir akan nasib
biruang salju, telah nekad dan menyambuti serangan telapak
tangan Auwyang Phu dengan sayap kanannya.
"Bukkk!" bulu-bulu sayap burung rajawali tersebut telah banyak
yang rontok. Kasihan juga nasib burung rajawali itu, karena terdengar suara
"krak", rupanya sayapnya ini mengalami sesuatu cidera yang tidak
ringan, disebabkan kuatnya tenaga Ha-mo-kang Auwyang Phu,
membuat tulang sayap burung itu hampir patah, namun dia masih
sempat memaksakan diri buat terbang terus di tengah udara!
Dikala itu terlihat betapa Auwyang Phu sengit sekali menyusuli
dengan pukulannya lagi, karena dia mengharapkan dapat
1178 merubuhkan burung rajawali tersebut, agar dia dapat memberesi
burung rajawali itu. Namun dugaannya itu meleset, tenaga serangannya telah
menghantam tempat kosong sebab burung rajawali putih itu telah
terbang tinggi sekali, sambil mengeluarkan suara pekikan yang
nyaring sehingga kekuatan tenaga dalam dari pukulan Auwyang
Phu sama sekali tidak memberikan hasil.
Di waktu itulah Auwyang Phu memutar tubuhnya, dia melihat
biruang salju tengah merangkak berusaha untuk berdiri lagi,
namun biruang salju itu telah terluka di dalam yang tidak ringan,
membuatnya tidak bisa segera berdiri tetap, dia masih mengerangerang kesakitan.
Segera Auwyang Phu telah melompat ke dekat biruang itu, dia
bermaksud akan menghantam buat menghabisi riwayat biruang
salju itu. Namun, justeru waktu dia mengangkat tangannya di waktu
itulah dia telah melihat biruang salju itu cepat sekali telah menubruk
nekad kepadanya. Sebagai binatang yang memiliki perasaan yang halus, dia
menyadari bahwa dirinya akan dibunuh oleh Auwyang Phu dengan
kejam. 1179 Dan belum lagi orang itu sempat turun tangan buat membunuhnya,
justeru dia telah mendahului dengan nekad sekali buat menubruknya. Tetapi Auwyang Phu biarpun diserang mendadak seperti itu, dan
memang biruang salju tersebut telah menghantam dengan pukulan
Inti Es, tokh kenyataannya tetap saja Auwyang Phu berhasil
berkelit, sehingga tubuh biruang salju itu terhuyung ke depan.
Bersamaan dengan itu, segera juga Auwyang Phu telah
menghantamkan telapak tangannya ke punggung biruang salju
tersebut. Seketika tubuh biruang salju itu tersungkur, dan dia mengeluarkan
erangan perlahan, luka di dalam tubuhnya semakin parah dan dia
malah telah mengeluarkan darah dari mulutnya, memuntahkan dua
kali, karena dengan terhantam punggungnya oleh pukul Ha-mokangnya Auwyang Phu, membuat dia tergempur di bagian dalam
tubuhnya tidak ringan. Malah ketika dia berusaha untuk bangkit
lagi, dia sudah tidak sanggup, karena di saat itulah tubuhnya
gemetaran dan juga ke dua kakinya lemas tidak memiliki tenaga,
dia rubuh terguling dan tidak bisa bangun lagi.
1180 Auwyang Phu tertawa dingin, tubuhnya lincah sekali telah
melompat ke dekat biruang tersebut, dia bermaksud akan
menghadapi biruang salju tersebut.
"Manusia jahat dan kejam!" tiba-tiba terdengar suara orang berseru
dengan disusul berkelebatnya sesosok bayangan ke arahnya.
Sinar putih berkelebat kepadanya, dengan gerakan yang sangat
cepat sekali. Auwyang Phu terkejut, dia menyadari ada seseorang yang
menyerangnya dengan pedang, dan dia heran juga di tempat ini
bisa bertemu dengan seorang yang memiliki ilmu pedang demikian
liehay dan tampaknya tidak boleh dipandang remeh. Juga gerakan
tubuh penyerangnya itu gesit sekali, dibarengi dengan suaranya
itu, tubuhnya telah meluncur dengan pesat sekali, dan dalam waktu
yang singkat dia telah diserang dengan tiga kali tikaman!
Auwyang Phu tidak membuang-buang waktu, segera

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengelakkannya. Tiga tikaman itu menyambar ke sasaran yang kosong dan orang
yang telah datang menyerangnya itu penasaran, pedangnya
berkelebat-kelebat lagi, lima jurus sekaligus menyerang Auwyang
Phu. 1181 Selama itu Auwyang Phu telah berusaha mengelak ke sana ke
mari, dan dia mementang matanya lebar-lebar buat melihat jelas
siapa penyerang itu. Buat kaget dan herannya, ternyata penyerangnya adalah seorang
wanita berusia muda dan cantik sekali, yang tampak tengah marah
dengan muka merah. Segera juga Auwyang Phu berseru genit:
"Akh, kiranya seorang bidadari cantik!"
Dan Auwyang Phu, walaupun bertubuh pendek, memiliki pikiran
yang panjang dan cerdik, dia dapat menduga dengan segera
bahwa orang yang menyerangnya ini pasti merupakan majikan dari
ke dua binatang yang tadi telah bertempur dengannya.
Jika memang ke dua binatang itu dapat dididik memiliki kepandaian
yang lumayan, tentu gadis ini memiliki kepandaian yang jauh lebih
tinggi, karenanya, biarpun memang Auwyang Phu tidak memandang sebelah mata kepada gadis penyerangnya yang
selalu gencar menikam dan menabasnya, namun tetap saja dia
berlaku hati-hati dan memperhatikan ilmu pedang si gadis.
Buat kagetnya,setelah menyaksikan belasan jurus dari ilmu
pedang gadis itu, segera ia mengenalinya bahwa ilmu pedang yang
dipergunakan gadis tersebut tidak lain dari Giok-lie-kiam-hoat. Ilmu
1182 pedang yang sangat terkenal di dalam rimba persilatan, milik Sintiauw-tay-hiap Yo Ko dan Siauw Liong Lie.
Karenanya, hal itu membuat Auwyang Phu menjejakkan kaki tahutahu melesat dan menjauhi pertempuran tersebut, dia telah
membentak: "Tahan?"bukankah
engkau mempergunakan pedang Giok-lie-kiam-hoat"!"
Disebut ilmu pedang yang tengah dipergunakannya, gadis itu juga
jadi heran. Mengapa orang asing ini, yang tubuhnya demikian
pendek bisa kenal dan mengetahui nama ilmu pedangnya" Segera
juga dia menahan serangannya, dan berdiri mendelik kepada
Auwyang Phu. "Y" Dialah Giok Hoa, yang kebetulan tengah keluar dan melihat
biruang salju serta rajawali putih itu tidak berada di dekat rumah
gurunya. Segera dia bersiul memanggil rajawali. Tidak biasanya,
burung rajawali putih tersebut tidak segera datang, padahal
sebelum-sebelumnya rajawali itu segera akan datang jika ia bersiul
menanggilnya. Karenanya Giok Hoa jadi bercuriga, segera juga ia berlari-lari
sambil bersiul memanggil rajawali putihnya. Sampai dia 1183 mendengar suara erangan biruang salju itu, dan dia menyaksikan
pemandangan yang membuat darahnya meluap, di mana burung
rajawali mengalami kerusakan, dengan bulu-bulunya yang rontok
dan juga biruang salju itu yang telah terluka berat. Segera dia
mencabut pedangnya, telah menerjang menikam Auwyang Phu,
yang diduganya tentu bukan sebangsa manusia baik- baik.
Auwyang Phu memang heran melihat gadis ini mempergunakan
Giok-lie-kiam-hoat, dia menduga tentunya Giok Hoa memiliki
hubungan dengan Sin-tiauw-tay-hiap.
Memang dia merasa tidak senang dengan Sin-tiauw-tay-hiap,
karena dari itu, matanya segera bersinar tajam memandang si
gadis. Dia bermaksud akan membekuknya dan nanti memaksa
gadis itu agar memberitahukan kauw-hoat atau teori ilmu silat Gioklie-kiam-hoat kepadanya!
Giok Hoa tidak menyahuti pertanyaan Auwyang Phu, diiringi
seruannya yang nyaring sekali, dia menikam lagi. Gerakan yang
dilakukannya sangat cepat sekali, sehingga pedangnya itu
berkelebat-kelebat dengan sinarnya yang putih keperak-perakan,
menyambar seperti juga kilat.
Auwyang Phu tertawa dingin, dia berkelit.
1184 "Ternyata memang benar ilmu pedangmu adalah Giok-lie-kiamhoat! Tentu engkau masih memiliki hubungan dekat dengan si
buntung Yo Ko!" Mendengar ayah dari gurunya disebut si buntung, bukan main
marahnya Giok Hoa. Dia sampai kalap, dan pedangnya
berkelebat-kelebat dengan cepat sekali, diiringi bentakannya:
"Akan kurobek mulutmu!" Dan dia menyerang dengan gencar
sekali. Sedangkan Auwyang Phu bermaksud mempermainkan Giok Hoa,
yang dilihatnya memang cantik. Segera dia berkelit kesana ke
mari. Sekarang Auwyang Phu telah mengeluarkan kepandaiannya,
namun dia tidak balas menyerang. Dia sengaja mempermainkan si
gadis di mana setiap kali mengelak dia mengejeknya, membuat
gadis itu tambah gusar saja.
Di waktu itu tampak jelas sekali betapapun juga Giok Hoa semakin
marah, karena dia merasa mendongkol atas ejekan lawannya.
Yang membuat dia penasaran setiap tikaman dan tabasan
pedangnya selalu dapat dielakkan lawannya dengan gerakan yang
mudah sekali. 1185 Maka dia telah mengeluarkan seluruh kelihayan ilmu pedang Gioklie-kiam-hoat yang telah dipahaminya. Sehingga setiap serangan
itu menyambar semakin hebat.
Pedangnya itu berkelebat-kelebat seperti juga titiran, dan angin
dari serangan pedang itu tajam sekali. Bagian-bagian yang diincar
oleh Giok Hoa pun merupakan bagian-bagian yang bisa
mematikan. Cuma saja dia tidak mudah buat menyerang Auwyang Phu, sebab
orang itu selalu dapat memunahkan serangannya. Selama itu
Auwyang Phu masih belum membalas menyerang kepadanya,
dengan demikian, jika dia membalas menyerang, niscaya Giok
Hoa akan menghadapi kesulitan yang tidak ringan.
Giok Hoa pun segera menyadari bahwa kepandaiannya yang
sesungguhnya masih berada di sebelah bawah kepandaian
Auwyang Phu. Waktu itu Auwyang Phu dengan centil telah berkata mengejek.
"Nona manis, jangan galak-galak seperti itu kepadaku, karena
percuma saja. Jika memang aku menginginkan, dengan mudah
aku dapat merampas pedangmu dan merubuhkan engkau! Tetapi
aku merasa sayang jika seorang gadis secantik engkau harus
1186 rubuh dan terluka di tanganku. Karenanya, pergilah kau?" aku
membebaskan engkau dari kematian!"
Sambil mengakhiri perkataannya tersebut Auwyang Phu telah
menghantam dengan tangan kanannya. Inilah hantamannya yang
pertama kali dia membalas menyerang.
Dari telapak tangannya itu menderu-deru angin yang kuat sekali,
membuat tubuh Giok Hoa jadi tergoncang dan tidak bisa berdiri
berimbang, kuda-kuda sepasang kakinya hampir saja tergempur
oleh serangan itu. Mati-matian Giok Hoa berusaha menahan kudakuda ke dua kakinya, namun gagal, dan dia terhuyung mundur
beberapa langkah. Dikala itu Auwyang Phu sambil tertawa menyerang lagi dengan
telapak tangannya: "Rubuhlah engkau! Kuberikan kesempatan
kepadamu buat pergi, engkau tidak mau pergi! Sekarang pergilah!"
Sambil berkata begitu, telapak tangannya itu telah meluncur pula,
sehingga membuat Giok Hoa jadi tidak bisa membendung lagi
keadaan dirinya. Kuda-kuda ke dua kakinya benar-benar
tergempur dan tubuhnya terjungkal.
1187 Auwyang Phu tidak mendesak lebih jauh, dia berdiri tegak di
tempatnya, dengan congkak dia tertawa bergelak-gelak, sehingga
tubuhnya yang pendek itu bergoyang-goyang.
"Hahaha, sudah kukatakan, menghadapi diriku, dengan engkau tidak mudah mungkin dapat sebetulnya aku bisa membunuhmu! Akan tetapi, seorang gadis semanis engkau
apakah harus dibunuh" Sayang! Sayang sekali!
"Dan tentu saja aku bukan orang bodoh, yang akan membunuh
seorang gadis secantik engkau! Jika memang engkau tidak mau
pergi juga, biarlah aku akan membawamu pergi berkelana
bersama-sama denganku"..!"
Sambil berkata begitu, tampak Auwyang Phu melangkah
menghampiri si gadis. Dia telah mengulurkan tangannya buat
menyolek muka gadis itu. Tetapi Giok Hoa sendiri walaupun telah terluka akibat gempuran
yang kuat dari Auwyang Phu, jadi nekad dan tidak mau
membiarkan dirinya dihina seperti itu. Karenanya, dia tahu-tahu
telah mencelat dengan pedangnya menikam dengan segera. Apa
yang dilakukannya begitu mendadak sekali dan juga diiringi
dengan tenaga lweekang yang kuat.
1188 Auwyang Phu kaget, karena jarak mereka memang terlalu dekat
sekali, tahu-tahu pedang Giok Hoa telah meluncur dan terpisah
tidak jauh dari dadanya. Dia berusaha menghindar tetapi tidak
urung pundaknya kena tergores mata pedang, sehingga darah
seketika mengucur deras. Bukan main marahnya Auwyang Phu,
sampai matanya itu mendelik kepada Giok Hoa, mengandung
ancaman. "Hemmm, gadis kurang ajar dan tidak tahu diuntung!" katanya
kemudian dengan suara mendesis. "Rupanya memang engkau
ingin memaksa aku menurunkan tangan keras kepadamu.....!"
Sambil berkata begitu, dia telah melangkah maju lagi, tadi dia
terluka karena memang dia tidak menyangka bahwa si gadis bisa
menyerang nekad dan cepat seperti itu. Dan sekarang, melihat si
gadis tengah berusaha untuk bangun, segera Auwyang Phu
berjongkok dari mulutnya keluar suara "krokkk", yang sangat
nyaring dan panjang, seperti suara kodok, kedua tangannya
didorong ke depan, akan menghantam Giok Hoa dengan Ha-mokang nya!
Giok Hoa mengawasi kelakuan Auwyang Phu yang dianggapnya
aneh, karena gadis ini sama sekali tidak mengetahui apa yang
ingin dilakukan Auwyang Phu.
1189 Tetapi buat kagetnya, segera dia merasakan sambaran angin yang
dahsyat sekali menerjang kepadanya, membuat tubuhnya terhuyung akan rubuh ke belakang. Jika saja dia tidak mati-matian
berusaha berkelit dengan membuang dirinya bergulingan di tanah!
Segera juga Giok Hoa menyadari bahwa itulah ilmu yang luar biasa
tangguhnya, yang bisa mematikannya, jika saja pukulan itu
berhasil mengenainya. Dan Giok Hoa tidak berani berayal, dia
melompat bangun dengan menahan sakit pada dadanya, dia
berusaha untuk menyingkir lebih jauh.
Tetapi Auwyang Phu justeru telah mengempos semangat dan
tenaganya, dia mengulangi lagi serangan Ha-mo-kangnya,
menyebabkan angin pukulan tersebut menderu-deru sangat hebat
kepada Giok Hoa. Mati-matian Giok Hoa mempergunakan seluruh kemahiran ginkangnya, dia berusaha berkelit. Namun biarpun Giok Hoa telah
bergerak sangat cepat, tokh tidak urung pundaknya kena dihantam
oleh angin pukulan Ha-mo-kang itu, yang menyerempet dan
membuat tubuh Giok Hoa jungkir balik bergulingan, di tanah
beberapa kali! 1190 Auwyang Phu tertawa bergelak dan bermaksud akan menghantam
lagi. Tetapi buat kagetnya, dia merasakan dari belakangnya
menyambar angin serangan yang sangat dahsyat. Dan dia melihat
rajawali putih mengancam tersebut majikannya, rupanya dia menyadari telah terbang bahaya menukik yang dan menyerang Auwyang Phu. Demikian juga biruang salju itu, telah
menerjang akan mencengkeram dan merobek tubuh Auwyang
Phu. Akan tetapi, kenyataannya Auwyang Phu benar-benar sangat
lincah, karena dia dapat menghindar dari makhluk-makhluk luar
biasa tersebut. Dikala itulah terlihat bahwa Auwyang Phu bukan hanya sekedar
berkelit. Dia masih tetap berjongkok dengan melompat ke sana
kemari seperti seekor kodok, dan tahu-tahu sepasang tangannya
itu didorongkannya ke depan, di mana dia menghantam dengan
dahsyat. "Bukk!" terdengar suara yang nyaring sekali, paha biruang salju itu
kena dihantamnya dengan keras sampai biruang salju itu
mengerang kesakitan, dan tubuhnya rubuh terguling-guling.
1191 Angin pukulan Ha-mo-kang itu bukan hanya melukai biruang salju
belaka, karena di waktu itulah telah menyampok sayap burung
rajawali putih itu, membuat burung rajawali patih tersebut hampir
tidak bisa menggerakkan sayapnya sementara waktu dan hinggap


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di tanah. Melihat keadaan rajawali putih seperti itu, bukan main girangnya
Auwyang Phu, tahu-tahu tubuhnya melesat ke tengah udara
seperti sikap seekor kodok. Dia hinggap di tanah yang tidak
berjauhan dengan burung rajawali putih itu dalam keadaan
berjongkok dan ke dua tangannya siap diulurkan buat menghantam lagi. Burung rajawali putih itu rupanya menyadari bahaya yang
mengancamnya, mati-matian dia menggerakkan sayapnya itu,
yang dirasakan sakit bukan main. Dia berhasil terbang, namun
terbangnya rendah sekali, jika keburu Auwyang Phu menghantam
dengan tenaga Ha-mo-kangnya, niscaya dia akan menemui
kematiannya. Biruang salju di waktu itu telah dapat bangun, melihat ancaman
yang tengah mengincar kawannya, maka dengan tidak memperdulikan keselamatan dirinya, dia menubruk Auwyang Phu
yang dipeluknya dengan kuat sekali.
1192 Auwyang Phu kaget waktu tahu-tahu tubuhnya dirangkul biruang
salju itu. Malah tangan biruang salju itu berusaha dengan sekuat tenaganya
merobek tubuh Auwyang Phu.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi tentu saja
Auwyang Phu tidak mau membiarkan tubuhnya dirobek oleh
biruang salju. Dia mengempos tenaganya, sin-kangnya dipergunakan buat
membangun semua otot-ototnya, tahu-tahu dia menyikut ke arah
ketiak biruang salju. Dikala binatang itu tengah kesakitan, dia telah
meronta dengan kuat. Rangkulan biruang salju itu terlepas, dan Auwyang Phu tanpa
membuang waktu lagi telah memutar tubuhnya, telapak tangan
kanannya hinggap telak sekali pada biruang salju itu!
"Bukkk!" tubuh biruang salju itu terpental ke tengah udara, dan
kemudian terbanting di atas tanah dengan keras. Dan biruang salju
yang sesungguhnya telah menerima warisan kepandaian dari Swat
Tocu, menggeletak pingsan tidak ingat diri!
1193 Giok Hoa melihat keadaan biruang salju dan ancaman buat burung
rajawali putihnya jadi kalap. Ketika itu rajawali putihnya belum
berhasil terbang tinggi. Auwyang Phu tengah bersiap-siap hendak
menghantam dengan pukulan Ha-mo-kangnya lagi, segera juga
tampak Giok Hoa merogoh sakunya, tahu-tahu beberapa batang
jarum Bwee-hoa-ciam menyambar kepada Auwyang Phu.
Auwyang Phu terpaksa batal menyerang rajawali putih itu, dia
harus mengibas meruntuhkan menyambarnya jarum-jarum bweehoa-ciam tersebut.
Kesempatan itu dipergunakan rajawali putih itu buat terbang lebih
tinggi dan dia berhasil menjauhi diri dari Auwyang Phu, dengan
demikian dia terhindar dari ancaman bahaya yang tidak kecil dan
dapat terbang menjauhi Auwyang Phu.
Sedangkan Auwyang Phu yang melihat dia gagal buat merubuhkan rajawali putih itu, yang sesungguhnya tadi dia
memiliki kesempatan yang bagus sekali, jadi murka. Dia mendelik
kepada si gadis, katanya:
"Bagus! Memang engkau harus dihajar!" Sambil berkata begitu,
tubuh Auwyang Phu cepat sekali telah melompat dan mengayun
1194 ke dua tangannya, ia menghantam kepada Giok Hoa. Itulah
pukulan yang dahsyat dan berbahaya.
Giok Hoa menabaskan pedangnya menyambuti tangan Auwyang
Phu, memaksa pemuda itu menarik pulang ke dua tangannya, dan
sepasang kakinya dengan bergantian menendang di saat dia
masih berada di tengah udara.
Giok Hoa benar-benar terdesak menghadapi pemuda pendek yang
tangguh ini. Dia berulang kali harus mengelak dan menjauhi diri
dengan membuang tubuhnya bergulingan di tanah.
Dengan cara demikian dia berhasil menyelamatkan dirinya. Namun
semakin lama dia semakin terdesak dan juga berulang kali hampir
terkena serangan Auwyang Phu.
Segera juga Giok Hoa bersiul. Dia memberikan isyarat kepada
rajawali putih agar burung itu pergi memberitahukan kepada
gurunya perihal Auwyang Phu, orang asing ini.
Rajawali putih itu seperti mengerti, dalam keadaan "rusak" dengan
bulunya yang banyak rontok, dia terbang meninggalkan tempat itu.
Sedangkan Giok Hoa menerima serangan yang gencar sekali dari
Auwyang Phu, yang semakin lama jiwa gadis ini semakin
terancam. 1195 Bahkan satu kali, dengan gerakan yang sebat luar biasa Auwyang
Phu telah berhasil merampas pedang si gadis. Dan Giok Hoa
melompat mundur, karena waktu itu dia kaget tidak terkira.
Dengan pedang di tangan saja dia masih terdesak hebat oleh
pemuda itu, apalagi sekarang pedangnya telah dapat dirampas.Tentu dengan mudah ia akan dapat dicelakai oleh
Auwyang Phu. Tentu saja Giok Hoa kuatir jika ia sampai dihina oleh
pemuda tangguh ini! Auwyang Phu memandang si gadis sambil tersenyum mengejek.
Pedang rampasannya dibolang-balingkannya, ia berkata dengan
suara yang sombong: "Hemmmm, sekarang apakah kau masih
ingin memusuhi aku" Atau memang engkau bersedia bersahabat
denganku?" Walaupun hatinya berkuatir, Giok Hoa tidak mau memperlihatkan
kelemahannya. Ia mengawasi dengan mata mendelik kepada
Auwyang Phu, katanya: "Jika memang engkau mau membunuhku,
bunuhlah! Aku tidak takut dan engkau jangan harap dapat
menghinaku!" Setelah berkata begitu si gadis membusungkan dadanya, sikapnya
gagah sekali, walaupun waktu ia membusungkan dadanya itu,
1196 terasa sakit bukan main akibat terluka di dalam namun Giok Hoa
tidak mau meringis ia tetap memperlihatkan sikap gagah, karena
sama sekali ia tidak mau memperlihatkan kelemahannya di
hadapan pemuda yang agak ceriwis tersebut.
Auwyang Phu tertawa bergelak-gelak!
"Seorang gadis cantik manis yang sangat gagah dan mengagumkan sekali! Sekarang justeru aku jadi tertarik buat
berkawan denganmu! Nah, jika memang engkau mau bersahabat
denganku, tentu aku akan memperlakukan engkau dengan baikbaik, sebagai sahabatku! Tentu engkau tidak akan kecewa
bersahabat denganku"!"
"Hemmm, jangan banyak bicara, jika memang engkau hendak
membunuhku, bunuhlah! Mengapa engkau masih berdiri cengarcengir di situ" Bunuhlah! Aku tidak takut!"
Lenyap senyum Auwyang Phu. Ia mengawasi si gadis beberapa
saat dengan mata terbuka lebar-lebar, karena ia tampaknya jadi
mendongkol melihat sikap kepala batu dan bermusuhan dari Giok
Hoa, maka dari itu, dia telah mengawasi dengan sikap yang agak
mengerikan bagi Giok Hoa.
1197 Matanya bersinar tajam sekali, dan juga di waktu itu terlihat ia
melangkah selangkah demi selangkah mendekati Giok Hoa.
Pedang di tangannya diayun-ayunkan beberapa kali, seperti juga
pedang di tangannya itu merupakan pedang main-mainan saja.
"Jadi engkau tidak takut untuk mati"!" tanya Auwyang Phu setelah
berada di dekat si gadis.
Bukan main takutnya menghampirinya, tetapi Giok tetap Hoa saja melihat gadis Auwyang Phu ini mau tidak memperlihatkan kelemahannya, ditindih perasaan takutnya, dan ia
berkata dengan suara yang angkuh:
"Bunuhlah!" Dan dia membusungkan dadanya. Rasa sakit pada
dadanya begitu hebat, sehingga membuat Auwyang Phu yang
melihat keadaan si gadis, jadi mengerutkan alisnya.
"Hemmmmm, engkau rupanya telah terluka di dalam!" kata
Auwyang Phu. "Mari, mari...... mari kuobati lukamu itu!"
Sesungguhnya Giok Hoa hendak menindih rasa sakitnya, agar
tidak tampak kelemahannya, tetapi rasa sakitnya itu terlalu hebat
menyebabkan dadanya ketika dibusungkan, dia tidak bisa
menahan lagi rasa sakitnya, sehingga ia jadi meringis kesakitan.
1198 Tetapi melihat Auwyang Phu melangkah mendekatinya dan
katanya ingin mengobati lukanya, Giok Hoa jadi bingung, karena
jelas ia tidak mungkin dapat melakukan perlawanan kepada
pemuda tangguh itu jika saja Auwyang Phu bermaksud hendak
berlaku kurang ajar padanya.
"Pergi! Jangan mendekati aku!" bentak Giok Hoa akhirnya sambil
mundur dengan sikap yang bingung dan kelakuannya memang
panik. Buat melarikan diri sudah tidak mungkin dia dalam keadaan terluka
di dalam, sehingga dia tidak mungkin mempergunakan seluruh
tenaganya. Dan juga, memang pemuda itu tangguh, sehingga
kalau sampai Giok Hoa berusaha melarikan diri, jelas pemuda itu
dapat mengejarnya dengan mudah.
Auwyang Phu tersenyum, kemudian katanya: "Heemmm, mengapa engkau harus takut. Kulihat engkau begitu panik! Aku
seorang pemuda baik-baik, engkau jangan kuatir, tidak kecewa
engkau bersahabat denganku!
"Dan tadi, aku telah kesalahan tangan melukai di dalam tubuhmu,
tentu akan membuat aku menyesal seumur hidup jika saja terjadi
1199 sesuatu pada dirimu! Karenanya pula, aku pun bermaksud
mengobati dirimu!" Setelah berkata begitu, tampak Auwyang Phu melangkah
menghampiri Giok Hoa. Benar-benar Giok Hoa bingung, dia tidak tahu harus berbuat
bagaimana. Yang pasti tentu saja dia tidak ingin dihina oleh
pemuda ini. Dia sudah memutuskannya jika sampai Auwyang Phu
memaksa juga mengobati dirinya, sehingga menyebabkan dia
tersentuh oleh pemuda tersebut, tentu dia akan mengadu jiwa
dengan pemuda tersebut agar dapat mati sama-sama.
Diam-diam Giok Hoa mengerahkan lweekangnya, disalurkan pada
ke dua telapak tangannya, dia mengawasi tajam kepada Auwyang
Phu, karena jika benar-benar pemuda itu sudah datang dekat
sekali, tentu dia akan menghantamnya sekuat tenaga dengan
seluruh sisa kekuatan yang masih ada padanya.
Auwyang Phu melihat sikap si gadis, jadi tersenyum dan katanya:
"Kau tidak keberatan bukan buat ditolong olehku" Nah, terimalah
pedangmu ini!" Sambil berkata begitu, Auwyang Phu menyodorkan pedangnya itu
kepada Giok Hoa, mengembalikan pedang rampasan tersebut,
1200 akan tetapi Giok Hoa tidak mengangsurkan tangannya buat
menyambuti pedangnya. Dia berdiam diri saja.
Auwyang Phu semakin mendekati, sambil tersenyum dan
membuka matanya lebar-lebar, dia berkata: "Ambillah, bukankah
ini pedangmu"!"
Di saat itu jarak Auwyang Phu dengan Giok Hoa sudah dekat
sekali, dan kesempatan ini tidak disia-siakan Giok Hoa, karena dia
tahu-tahu menggerakkan tangannya sekaligus menyerang Auwyang Phu. Auwyang Phu memang benar-benar tangguh, karena dia segera
melihat apa yang dilakukan Giok Hoa. Walaupun hatinya terkejut
tokh dia tidak menjadi bingung, malah dengan mudah dia bisa
berkelit dari pukulan ke dua telapak tangan Giok Hoa, dan hanya
lengannya yang kena terserempet oleh tenaga serangan Giok Hoa,
mendatangkan sedikit rasa sakit.
Hong Lui Bun 14 Makam Asmara Lanjutan Persekutuan Tusuk Konde Kumala Karya Wo Lung Shen Pahlawan Harapan 2
^