Pencarian

Anak Rajawali 5

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 5


Ke dua sosok tubuh orang Boan itu terbanting hebat sekali di atas
tanah, dan tidak bergerak pula, diam tidak bernapas, karena
mereka telah menjadi mayat.
Tiauw-jie masih tidak puas, masih juga terbang meluncur lagi!
Dilihatnya orang-orang Boan yang lainnya tengah berusaha
melarikan diri, karena mereka ketakutan kalau-kalau merekapun
mengalami nasib sama halnya dengan ke dua kawan mereka,
405 dicengkeram dan dibawa terbang tinggi-tinggi, lalu dilemparkan ke
bawah! Tiauw-jie bergerak cepat sekali, namun orang-orang itu telah
keburu mencari tempat persembunyian di rumah penduduk
lainnya. Hanya satu orang saja yang berhasil dicengkeram oleh
kaki kiri Tiauw-jie. Tanpa buang waktu dan memperdulikan orang
itu menjerit-jerit meminta tolong kepada dewa dan Thian, agar dia
tidak dilepaskan burung rajawali putih itu dalam ketinggian yang
sangat tinggi, Tiauw-jie telah membubung tinggi sekali.
Kemudian setelah terbang cukup tinggi, orang itu dilepaskan
kembali meluncur jatuh ke bawah, terbanting keras sekali di tanah,
dengan menggeliat karena tulang-tulang di tubuhnya hancur,
orang itu kemudian mengejang kaku diam tak bergerak.
Tiauw-jie rupanya masih belum puas, dia mengamuk terus
menghancurkan rumah itu, dengan mempergunakan terjangan
sayapnya. Tiauw-jie telah menyammpok ke sana ke mari.
Tidak seorangpun dari orang-orang Boan itu yang berani keluar
memperlihatkan diri. 406 Setelah puas mengamuk seperti itu, akhirnya Tiauw-jie terbang
meninggalkan tempat tersebut. Dia kembali ke tempat di mana Yo
Him, Sasana, Giok Hoa dan Hok An berada.
Setibanya di tempat Hok An berbaring dalam keadaan tertidur
nyenyak, burung rajawali putih itu mengeluarkan suara pekik yang
nyaring, dari matanya tampak menitik butir-butir air mata yang
bening. Giok Hoa menghampirinya, mengelus-elus lehernya sambil gadis
cilik itu telah bertanya, "Apakah kau berhasil membalas sakit hati
paman Hok?" Tiauw-jie mengangguk-angguk seperti juga dia mengerti pertanyaan yang diajukan Giok Hoa.
Malah kemudian kepala burung rajawali tersebut telah digerakgerakan seperti juga menunjuk ke arah punggungnya, sambil
mengeluarkan suara pekikan perlahan. Hal itu menunjukkan
bahwa ia meminta Giok Hoa agar naik kembali ke punggungnya.
Giok Hoa menuruti, dia naik kepunggung burung rajawali tersebut,
setelah itu Tiauw-jie mengajaknya terbang menuju ke perkampungan itu. 407 Setibanya melayang di udara di atas perkampungan tersebut, Giok
Hoa bisa melihat betapa gedungnya orang-orang Boan itu telah
hancur porak poranda, dan juga ada tiga sosok mayat yang
menggeletak di jalanan. Sebenarnya waktu itu ada beberapa orang Boan yang hendak
mengangkut ke tiga sosok mayat kawan-kawan mereka yang telah
terbinasa karena terbanting hebat. Namun melihat munculnya
Tiauw-jie pula, mereka melarikan diri buat mencari tempat
perlindungan menyelamatkan diri masing-masing dengan meninggalkan ke tiga kawan mereka yang menggeletak telah
menjadi mayat itu! Terhibur juga hati Giok Hoa menyaksikan itu, dia menepuk-nepuk
leher rajawalinya. "Hebat sekali kau Tiauw-jie!" katanya memuji. "Kau telah
membalaskan sakit hati paman Hok, walaupun tidak keseluruhannya, akan tetapi kau telah mengurangi rasa penasaran
paman Hok. Kau hebat sekali......!"
Tiauw-jie memekik, kemudian terbang kembali ke tempat Yo Him
dan Sasana berada. 408 Setelah turun dari punggung burung rajawali putih itu, Giok Hoa
menceritakan apa yang dilihatnya itu pada ke dua penolongnya
tersebut. Yo Him jadi tersenyum mendengar semua itu dan diam-diam
merasa kagum atas kesetiaan burung rajawali putih tersebut
terhadap majikannya. Sasana sendiri telah menepuk-nepuk tangannya, katanya:
"Sungguh hebat burungmu itu, adikku!" pujinya. "Dia sangat
setia..... dan tenaganya sangat dahsyat sekali!"
Giok Hoa jadi senang juga, kesedihannya berkurang. Namun
waktu teringat pada luka-luka yang diderita oleh Hok An, dia
kembali menjadi sedih, tanyanya: "Cie-cie..... apakah paman Hok
akan sembuh kembali seperti sedia kala?"
Sasana mengangguk sambil tersenyum.
"Jangan kuatir, paman Hokmu itu akan kami usahakan supaya
sembuh..... tenangkanlah hatimu!" menghibur Sasana.
Giok Hoa mengucapkan terima kasih.
409 Tiauw-jie memekik perlahan, dengan kepala yang digerakkan
mengangguk beberapa kali kepada Yo Him dan Sasana, seperti
juga burung rajawali ini ingin ikut menyatakan rasa syukur dan
terima kasihnya bahwa Yo Him dan Sasana telah menolongi Hok
An dan Giok Hoa. Yo Him dan Sasana yang melihat kelakuan burung rajawali
tersebut jadi tertawa. "Akh, burung yang jinak, dan setia sekali!" kata Yo Him dan
kemudian melangkah menghampiri Hok An, dan memeriksa
keadaan Hok An. Diperoleh kenyataan Hok An masih tertidur nyenyak sekali, dan
pada wajahnya tidak terlihat penderitaan kesakitan pula. Perlahanlahan Yo Him telah menaburkan obat bubuk, obat luka miliknya
pada luka di kaki dan di tubuh Hok An. Juga kemudian mengobati
bibir Hok An. "Kita harus menanti selama satu bulan, sampai luka paman Hok
mu ini sembuh, barulah kita bisa meninggalkan tempat ini....." kata
Yo Him. Giok Hoa mengangguk sambil mengucapkan terima kasihnya pula.
410 Yo Him segera juga membuat sebuah tenda terdiri dari daun-daun
dan cabang-cabang pohon agar Hok An tidak terkena embun di
pagi atau di malam hari. Sedangkan buat Giok Hoa, Yo Him dan Sasana bertiga, telah
dibuat sebuah tenda yang ukurannya lebih besar.
Yo Him bekerja cepat sekali, karena dia telah dapat menyelesaikan
semuanya itu dengan segera.
Tiauw-jie juga tidak tinggal diam. Waktu Yo Him bekerja, dia telah
terbang ke sana ke mari. Tidak lama kemudian Tiauw-jie telah
kembali, di mana ia membawa seekor kelinci. Kemudian Tiauw-jie
pergi lagi, waktu kembali ia membawa kambing hutan yang cukup
besar. Ketika Tiauw-jie ingin terbang
pula, Yo Him jadi repot memberitahukan pada Giok Hoa, bahwa binatang buruan itu telah
lebih dari cukup buat mereka.
"Beritahukan burung rajawali itu agar tidak memburu binatang
lainnya lagi..... itupun telah lebih dari cukup buat kita! Terlalu
banyak pun tidak akan termakan dan hanya akan menjadi busuk
belaka......!" 411 Giok Hoa segera memanggil Tiauw-jie, dan sambil menepuknepuk leher burung itu, dia telah memberitahukan pesan Yo Him,
agar Tiauw-jie tidak pergi memburu binatang hutan pula.
Tiauw-jie memang jinak dan seperti mengerti apa yang dikatakan
Giok Hoa. Karena dia sambil mengeluarkan suara pekik perlahan
kemudian melangkah perlahan-lahan mendekati tempat Hok An.
Dan berdiri di situ, dengan kepala tertunduk memandangi Hok An,
bagaikan burung rajawali ini tengah berduka sekali dan
menguatirkan keselamatan Hok An.
Giok Hoa pun menemaninya, berdiri di samping burung rajawali
putihnya. Yo Him dan Sasana membiarkan Giok Hoa dan burung rajawali itu
menemani Hok An yang masih tertidur nyenyak, sedangkan
mereka berdua sibuk sekali menguliti ke dua binatang buruan yang
telah ditangkap oleh Tiauw-jie.
Dalam waktu yang singkat saja, ke dua ekor binatang itu, kelinci
dan kambing hutan, telah dikuliti. Sebagian dipanggang buat
makan mereka, sedangkan sisanya telah dikeringkan, untuk
santapan mereka di waktu-waktu berikutnya nanti.
412 Giok Hoa tidak memiliki selera makan, dia hanya makan sedikit
sekali. Sedangkan Tiauw-jie sama sekali tidak mau makan, hanya
tampak dia selalu menitikkan air mata di samping Hok An yang
masih tertidur nyenyak. Setelah menemani beberapa saat, Yo Him dan Sasana bermaksud
beristirahat, namun tiba-tiba Hok An tersadar dari tidurnya, dia
merintih kesakitan. Cepat-cepat Yo Him dan Sasana melompat ke dekatnya. Hok An
masih saja merintih tidak hentinya. Malah dia mengigau dengan
suhu tubuhnya yang naik tinggi jadi panas luar biasa.
Yo Him dan Sasana jadi agak bingung juga, karena melihat
keadaan Hok An yang seperti itu. Dengan tubuh yang panas sekali
dan juga selalu mengigau dengan perkataan-perkataan yang
sudah ngaco, maka membuat Yo Him dan Sasana tidak
mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Hanya saja Yo Him
dan Sasana mengetahuinya bahwa keadaan Hok An gawat sekali.
Waktu itu Tiauw-jie pun memperlihatkan sikap bergelisah sekali,
malah burung rajawali itu telah berulang kali mengeluarkan suara
pekikan perlahan-lahan, agar Hok An mendengarnya. Namun
benar-benar Hok An seperti lupa diri, dia seperti juga telah tidak
413 ingat suatu apapun, karena dia masih tetap mengigau dan
tubuhnya tetap panas sekali.
Yo Him telah mengeluarkan tempat penyimpanan obatnya. Dari
bermacam-macam obat yang dimilikinya, Yo Him telah memilih
beberapa butir, dan kemudian memakannya pada Hok An, dengan
cara memaksa memasukkan pil-pil tersebut ke dalam mulut Hok
An, lalu memegang rahang Hok An.
Hanya saja, Yo Him harus berlaku hati-hati sekali, mulut Hok An
tengah terluka hebat, bengkak dan pecah-pecah. Karena dari itu,
dia telah melakukan segalanya dengan perlahan, satu kali saja
luka-luka di bibir Hok An tersentuh, pasti akan mendatangkan rasa
sakit yang luar biasa hebatnya.
Juga Yo Him setelah berhasil "memaksa" Hok An menelan pil-pil
obat tersebut, mengeluarkan obat lukanya. Dia menaburkan pada
luka di kaki Hok An lagi, dia berusaha agar luka pada kaki Hok An
tidak sampai inpeksi yang bisa mengganggu kesehatannya.
Giok Hoa jadi bingung bukan main, dia menangis terus menerus
dengan memanggil-manggil paman Hok nya tersebut. Kemudian
diapun telah meminta kepada Sasana, agar menolongi paman Hok
nya itu, memohonnya berulang kali.
414 "Kami pasti akan menolongi pamanmu itu, pasti adikku!" kata
Sasana. "Kau jangan berduka, tenanglah, karena kami pasti akan
menolongi pamanmu itu.....!"
Giok Hoa karena terlalu berduka, dia telah menghampiri Tiauw-jie,
kemudian merangkul leher burung rajawalinya. Burung rajawali
itupun menitikkan air mata, tampaknya diapun bingung sekali
melihat Hok An menderita seperti itu.
Setelah diberi obat oleh Yo Him, berangsur-angsur Hok An tidak
terlalu menderita lagi, karena rintihannya tidak sekeras semula. Yo
Him agak tenang melihat Hok An tidak menderita sehebat tadi.
Namun iapun mengetahui bahwa Hok An tidak bisa disembuhkannya, di samping persediaan obatnya tidak akan
sanggup mengobati luka sehebat itu, juga Yo Him tidak
mengetahui bagaimana caranya menyembuhkan luka separah
tersebut. Obat-obat yang dimiliki oleh Yo Him memang dapat mengurangi
penderitaan Hok An, namun tidak mungkin dapat menyembuhkan
keseluruhan luka-luka yang diderita oleh Hok An. Bayangkan saja,
Hok An saat itu telah tersiksa begitu hebat. Kuku-kuku jari
tangannya yang telah dicabuti semuanya, juga waktu itu bibirnya
415 telah membengkak besar dengan gigi-gigi yang pada rontok, di
samping kakinya yang terbakar hangus.
Sasana yang melihat suaminya termenung seperti itu, jadi
mendekati, katanya: "Yo Him, apakah orang ini dapat ditolong?"
Yo Him menghela napas, dia melirik pada Sasana, kemudian
menoleh memandag pada Giok Hoa yang waktu itu tengah
menangis sambil merangkul leher Tiauw-jie, sedangkan burung
rajawali itu sendiri menitikkan air mata.
"Sudahlah, memang walaupun bagaimana kita harus mencari
seorang tabib yang pandai. Kita harus berusaha menolongi orang
ini! Persediaan obatku terbatas sekali, tidak bisa menyembuhkan
luka sehebat ini! Obat-obat yang kita miliki hanya dapat
mengurangi penderitaan dan rasa sakitnya saja. Itu hanya sekejap
belaka dan kemudian dia akan menderita hebat lagi......!"


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lalu langkah-langkah apa yang ingin kau ambil untuk menolongi
orang ini?" tanya Sasana.
"Jika kita meminta pertolongan kepada tabib sembarangan itupun
akan percuma, karena tabib-tabib kampung memiliki obat-obat
yang biasa saja, karena itu, tidak dapat kita andalkan. Dan yang
terutama sekali kita harus berusaha mencari seorang tabib yang
416 benar-benar tangguh, dengan mana kita minta pertolongannya
buat bantu menyembuhkan luka-luka yang diderita orang ini.....!
Tetapi di mana kita bisa mencari tabib pandai yang kita kehendaki
itu" Dan siapa tabib itu"!"
Sasana dan Yo Him jadi bingung sendirinya, karena mencari tabib
pandai yang dapat mengobati luka Hok An benar-benar tidak
mudah. Hok An masih juga merintih kesakitan, karena obat penenang yang
diberikan Yo Him telah habis daya tahannya.
Giok Hoa jadi menangis semakin sedih sambil memanggil-manggil:
"Paman Hok! Paman Hok!" dan Tiauw-jie juga memekik perlahan,
seperti juga ingin mengatakan bahwa ia ikut berduka cita.
Yo Him memeriksa keadaan Hok An, hatinya jadi semakin berduka,
karena dilihatnya Hok an telah mengalami keadaan yang benarbenar sangat menderita dan parah sekali lukanya, di samping itu,
terlihat betapapun memang perkembangan kesehatannya telah
terganggu, karena di saat itu Hok An telah mengigau tidak
hentinya, bicaranya melantur, diapun telah menggumam dengan
suara yang tidak jelas, suhu panas tubuhnya sangat tinggi sekali,
sehingga bagaikan di dalam tubuhnya itu terdapat api, dan
417 anehnya, walaupun suhu panas tubuhnya begitu tinggi, tokh ia
mengguman: "Dingin-dingin......!"
Yo Him mengkerutkan sepasang alisnya berpikir keras waktu
melihat keadaan Hok An seperti itu. Ia mengerti bahwa Hok An
tengah terluka parah dan kini tubuhnya terserang demam yang
tinggi. Jika keadaannya ini berlangsung terus, tidak segera ditolong dan
diobati, niscaya akan menyebabkan dia menemui kematian. Maka
Yo Him telah berpikir keras, berusaha hendak mendayakan
menolong Hok An. Giok Hoa waktu itu mendekati Yo Him, katanya: "Koko...... apakah
paman Hok masih dapat ditolong..... Koko....." Jelaskanlah apakah
paman Hok masih dapat ditolong?" Dan berkata sampai di situ,
Giok Hoa telah menangis berduka sekali.
"Baiklah, aku akan pergi mencari tabib pandai yang sekiranya bisa
mengobati lukanya. mudah-mudahan saja di sekitar tempat ini
terdapat tabib pandai yang bisa mengobati lukanya tersebut! Terus
terang saja, adikku, persediaan obatku hanya dapat menyembuhkan luka-luka yang ringan. Jika luka yang sedemikian
berat dan parah masih tidak memiliki khasiat yang cukup hebat.
418 Karena itu aku harus mencari tabib pandai yang dapat mengobati
luka dari paman Hok mu ini......!"
Sasana sendiri jadi ikut bingung. Tanyanya, "Ke mana kau hendak
mencari tabib pandai itu, Yo Him"!"
"Coba saja aku akan mengelilingi pegunungan Hoa-san ini, siapa
tahu aku bisa bertemu dengan seorang tabib sakti yang hidup
menyendiri di tempat sunyi seperti ini. Bukankah banyak orangorang pandai yang hidup mengasingkan diri dan menyepi di
gunung-gunung" " kata Yo Him."
Sasana tidak yakin bahwa Yo Him akan herhasil bertemu dengan
seorang tabib yang pandai, karena di tempat tersebut merupakan
tempat yang sulit sekali bertemu dengan manusia. Memang
merekapun sering kali mendengar, bahkan mengetahui seperti
kedua orang tua Yo Him dan beberapa jago-jago tua di dalam
rimba persilatan, yang hidup mengasingkan diri di tempat yang sulit
sekali dicapai oleh orang-orang lainnya. Maka sekarang siapa tahu
di Hoa-san ini mereka bisa bertemu dengan seorang sakti yang
memiliki obat mujarab"
Yo Him telah bersiap-siap hendak berangkat, dia memesan
kepada Sasana, agar berhati-hati menjaga Hok An dan berusaha
419 menghibur Giok Hoa. Setelah itu barulah Yo Him berangkat untuk
mengelilingi pegunungan Hoa-san tersebut.
Hanya saja, setelah lewat sekian lama, Yo Him kembali dengan
tangan kosong. "Tidak ada seorang manusia pun yang berhasil kujumpai di puncak
gunung ini....." kata Yo Him kemudian.
Sasana dan Giok Hoa jadi lesu, sedangkan keadaan Hok An
tampaknya tambah parah juga.
Yo Him telah mengawasi Hok An dengan sepasang alis mengkerut,
sampai akhirnya dia bilang: "Jika terpaksa kita harus membawa
paman Hok ini untuk pergi ke kota, di sana kita bisa mengusahakan
seorang tabib yang cukup pandai......
"Tetapi dari tempat ini buat mencapai kota cukup jauh, karena itu,
kita membutuhkan waktu yang cukup lama dan mungkin paman
Hok An tersebut sudah tidak bisa bertahan lebih jauh dan keburu
menghembuskan napasnya......"
Memang mereka menghadapi kesulitan yang tidak ringan dalam
berusaha menolongi Hok An dari keadaan lukanya yang begitu
parah. Giok Hoa yang mendengar keterangan Yo Him itu jadi
420 menangis tambah sedih. Karena dulu dia telah ditinggal mati oleh
ayah dan ibunya. Dan sekarang satu-satunya orang yang
mengkasihi dan menyayanginya, jiwanya dalam keadaan sekarat.
Karenanya dia jadi berduka saja. Jika sampai Hok An
menghembuskan napasnya yang terakhir, berarti akan kehilangan
pula Giok Hoa akan orang yang telah mengasihaninya.
Selanjutnya, dia benar-benar menjadi seorang anak yatim piatu,
tangisnya semakin terisak-isak juga.
Yo Him dan Sasana bersiap-siap untuk berangkat membawa Hok
An ke kota yang terdekat dari tempat itu, untuk mencari tabib
pandai. Setidak-tidaknya masih ada harapan, kalau-kalau tabib
pandai di kota bisa memiliki simpanan obat yang lebih mujarab dan
dapat menyembuhkan luka parah Hok An.
Yo Him yang telah membawa Hok An dengan hati-hati, sedangkan
Giok Hoa telah digendong oleh Sasana. Tiauw-jie terbang di udara
untuk melihat-lihat apakah di depan mereka terdapat kota yang
ingin mereka tuju sebagai tempat pertama yang akan mereka
datangi. Sebagai penunjuk jalan, Tiauw-jie terbang lebih dulu dan Giok Hoa
telah memerintahkan padanya agar jika memang Tiauw-jie melihat
421 kota itu. Dia harus segera terbang kembali untuk memberitahukan
pada mereka. Begitulah Yo Him, Sasana dan Giok Hoa telah menuruni lamping
gunung itu. Yo Him dengan menggendong Hok An yang dalam
keadaan setengah pingsan itu, agak sulit juga, walaupun
ginkangnya telah tinggi. Hal ini disebabkan Yo Him harus bergerak perlahan-lahan, agar
tidak menimbulkan goncangan yang keras buat Hok An yang
lukanya begitu parah. Jika terjadi goncangan. niscaya dapat
menimbulkan penderitaan sakit yang sangat hebat bagi Hok An.
Sedangkan Giok Hoa selama digendong oleh Sasana telah
menangis tidak hentinya, karena ia merasa berduka. Disamping itu
memang iapun menguatirkan sekali keselamatan jiwa dari paman
Hok nya itu. Gadis cilik ini merasa berkasihan sekali terhadap penderitaan dari
paman Hok nya tersebut maka dengan menangis seperti itu, gadis
cilik tersebut dapat juga mengurangi perasaan jengkelnya. Terlebih
lagi memang Sasana telah berulang kali memberikan nasehat dan
bujukan agar Giok Hoa tidak perlu terlalu kuatir seperti itu, karena
paman Hok nya itu akan diusahakan untuk dapat disembuhkan.
422 Memang mereka akan berusaha sekuat kemampuan mereka, jika
tokh paman Hok itu tidak bisa disembuhkan juga ditolong inilah
hanya masalah nasib dan takdir belaka. Yang terpenting menurut
Sasana, ia harus dapat menolonginya dengan sekuat kemampuannya. Dan juga Yo Him tengah berjuang untuk dapat menyelamatkan jiwa
dari paman Hok itu. Dan meminta agar Giok Hoa dapat bersikap
lebih tenang, agar dapat memberikan ketenangan kepada Yo Him
dan Sasana, untuk mengobati dan mencurahkan seluruh
perhatiannya pada usaha mengobati Hok An.
Giok Hoa akhirnya dapat dibujuk juga, dia tidak menangis. Dan dia
merasakan tubuhnya melayang-layang di gendong Sasana, berlari
dengan cepat sekali di lamping gunung itu.
Di kejauhan tampak Tiauw-jie tengah terbang melayang-layang
dengan ringan. Burung rajawali itu sebentar terbang jauh sekali,
tetapi kemudian terbang kembali ke dekat rombongan Giok Hoa.
Tampaknya burung itupun bergelisah sekali.
Dan memang terlihat, burung itu berusaha untuk
dapat menemukan sebuah kota atau perkampungan di dekat-dekat
423 tempat tersebut. Sejauh itu, Tiauw-jie masih belum berhasil
dengan usahanya tersebut.
Sedangkan Yo Him telah mengambil ke jurusan selatan, ia yakin di
bagian selatan dari gunung ini akan terdapat sebuah perkampungan. Untuk mencapai sebuah kota, tentu masih
memerlukan waktu yang cukup lama.
Benar saja, tidak lama kemudian tampak Tiauw-jie terbang di atas
mereka sambil bercicit tidak hentinya, mengepak-ngepakkan
sayapnya dengan kuat. Giok Hoa melihat ke atas. Ketika melihat Tiauw-jie seperti itu,
segera juga Giok Hoa berkata: "Mungkin di sebelah depan terdapat
sebuah perkampungan.....!"
"Ya.....!" Sasana membenarkan dugaan Giok
Hoa. Iapun tampaknya gembira, tentu memang di sebelah depan terdapat
sebuah perkampungan yang telah dilihatnya.
"Hanya saja yang masih jadi tanda tanya, apakah di kampung itu
kita dapat menemukan seorang tabib yang pandai?"
Dan sambil berkata begitu Sasana mempercepat larinya mendekati Yo Him. 424 "Yo Him, di depan mungkin ada perkampungan. Tiauw-jie telah
memberitahukannya.....!" teriak Sasana.
Yo Him mengangguk, dan dia telah berkata juga dengan suara
yang nyaring: "Benar, mari kita lihat, mudah-mudahan saja di
kampung itu kita bisa berjumpa dengan seorang tabib yang
pandai....." Waktu itu Tiauw-jie telah terbang menukik semakin ke bawah dan
memekik semakin keras. Giok Hoa melambaikan tangannya dan
burung rajawali putih itu telah terbang menukik semakin ke bawah,
ke dekat Sasana yang tengah menggendong Giok Hoa.
"Apakah di depan sana terdapat sebuah perkampungan?" tanya
Giok Hoa. Rajawali putih itu memekik sambil menganggukkan kepalanya
beberapa kali, dan sikapnya itu membenarkan bahwa dia memang
telah melihat sebuah perkampungan. Dia seperti juga mengerti
akan pertanyaan Giok Hoa.
Sedangkan Giok Hoa telah menoleh kepada Sasana, katanya:
"Benar Cie-cie di depan sana tentu terdapat sebuah perkampungan...... ohhh, mudah-mudahan saja kita bisa bertemu
425 dengan seorang tabib yang pandai, sehingga paman Hok dapat
tertolong....." Sasana mengangguk, katanya: "Mudah-mudahan saja paman Hok
itu akan dapat ditolong....."
Sedangkan Yo Him masih mempergunakan ginkangnya buat
melakukan perjalanan lebih cepat lagi. Dan Sasana pun telah
mempergunakan ginkangnya, dia berlari-lari sambil menggendong
Giok Hoa. Tiauw-jie yang terbang di tengah udara, sebentar-sebentar
mengeluarkan suara pekiknya, tampaknya dia ceperti ingin
memimpin orang-orang itu, ke jurusan mana terdapatnya
perkampungan itu. Benar saja, setelah berlari-lari sekian lama, akhirnya Yo Him
melihat di depannya terdapat sebuah pintu perkampungan yang
tidak begitu besar dan tidak terlalu ramai. Sebuah perkampungan
di kaki gunung yang penduduknya tidak begitu banyak.
Hanya tampak beberapa orang yang berada di pintu kampung, di
samping itu juga terlihat dua orang wanita pada rumah pertama di
pintu kampung itu yang tengah merapikan padi-padi yang baru saja
ditumbuknya. 426 Yo Him segera menghampiri seorang laki-laki setengah baya yang
berada di dekat pintu kampung itu. Tanyanya dengan segera


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengenai tabib yang dicarinya, dan siapa saja di kampung ini tabib
pandai dan bisa mengobati penyakit yang cukup parah seperti
yang diderita oleh Hok An.
Orang itu mengawasi keadaan Hok An berapa saat lamanya,
sampai akhirnya dia telah menunjuk ke arah barat kampung itu. "Di
sana ada tabib Ho yang memang cukup pandai, ia biasa mengobati
penyakit-penyakit yang bagaimana sulit sekalipun, hanya saja
bayarannya sangat tinggi......!"
"Soal biaya dan pembayarannya tidak terlalu kami pikirkan, yang
terpenting kami bisa bertemu dengan seorang tabib yang benarbenar pandai dan akan sanggup mengobati luka-luka yang diderita
kawan kami ini!" kata Yo Him.
"Tentu tabib itu akan dapat mengobatinya," kata lelaki tua itu. "Kami
semua penduduk kampung ini, jika sakit tentu akan meminta
bantuan Ho Sin-se. Hanya saja, justeru biaya pengobatannya yang
mahal, membuat kami sering kali jika tidak terpaksa benar
menderita penyakit yang berat, kami tidak berobat kepadanya dan
berusaha mengobati sendiri penyakit kami. Jika sudah tidak
tertahan barulah kami pergi kepada Ho Sin-se untuk berobat.
427 "Dengan demikian, kami dengan hanya sekali pergi saja telah
sembuh, walaupun harus membayar tinggi sekali. Satu botol dari
obat Ho Sin-se terkadang bisa berharga sampai belasan tail
perak!" Waktu menceritakan perihal Ho Sin-se, lelaki itu juga memperhatikan keadaan Hok An, akhirnya ia melihat keadaan Hok
An yang benar-benar terluka sangat parah. Dia telah berseru
perlahan, kemudian menyambung perkataannya lagi,
"Sebenarnya, penyakit apapun juga akan sanggup diobati oleh Ho
Sin-se, hanya saja, tentu biaya yang harus kalian keluarkan sangat
besar sekali. Penyakit yang diderita kawan kalian ini tampaknya
demikian parah...... Jika saja dia bisa sembuh, tentu sedikitnya
harus menelan biaya ratusan tail. Lihatlah, lukanya begitu
parah......!" Yo Him tersenyum. "Dapatkah paman memberitahukan kepada
kami di mana tempat tinggal dari Hoa Sin-se dengan tepat,
sehingga kami tidak perlu terlalu mencari-cari lagi?"
Lelaki setengah baya itu ragu-ragu, tampaknya dia keberatan jika
harus mengantarkan sendiri orang-orang asing ini ke rumah Ho
Sin-se. 428 Namun Yo Him telah cepat-cepat merogoh sakunya mengeluartan
dua tail perak, diselesapi ke tangan laki-laki setengah baya
tersebut, sehingga wajah laki-laki itu berobah jadi cerah.
"Tentu, tentu saja mau!" katanya dengan segera. "Mari ikut
denganku, aku akan memberitahukan rumah Ho Sin-se. Tentu
kalian akan segera memperoleh pertolongannya. Mudah-mudahan
saja kalian bisa bertemu dengan Ho Sin-se dan bicara langsung
dengannya. Biasanya Ho Sin-se suka keluar rumah selama
seminggu atau dua minggu, mencari obat-obatan di puncak
gunung....." Lalu dengan bersemangat laki-laki setengah baya ini telah menuju
ke arah barat dari perkampungan tersebut. Ia tampaknya girang
dan bersemangat sekali. Yo Him dan Sasana mengikutinya dengan segera. Mendengar dari
cerita laki-laki setengah baya ini, tentunya memang tabib yang
diceritakan oleh laki-laki ini, merupakan tabib yang cukup pandai.
Hanya saja Yo Him masih ragu-ragu, apakah seorang tabib
kampung dapat mengobati penyakit seberat yang diderita oleh Hok
An. 429 Tidak lama kemudian mereka tiba di depan sebuah rumah yang
tidak terlalu besar. Hanya saja dari jauh telah tercium bau obatobatan dan ramuan lainnya. Dan Yo Him segera dapat
menduganya bahwa rumah tersebut tentunya rumah tabib yang
diberitahukan laki-laki setengah baya itu.
Benar saja, laki-laki setengah baya tersebut telah menghampiri
pintu rumah dan mengetuknya perlahan-lahan. Tidak lama
kemudian, pintu terbuka dan muncul seorang lelaki tua berusia
hampir tujuhpuluh tahun. "Ho Sin-se ada tamu!" kata laki-laki setengah baya itu sambil
memberi hormat. "Tuan-tuan ini ingin bertemu dengan Ho Sin-se
untuk minta pertolongan......!"
Tabib itu memiliki potongan muka tiga persegi yang lancip pada
dagunya, matanya seperti mata tikus sipit sekali, memancarkan
kelicikan jiwanya. Karena itu, segera juga Yo Him dan Sasana
memiliki perasaan kurang menyukai tabib yang tampaknya licik itu.
Sedangkan tabib itu, telah mengawasi tamu-tamunya, sampai
akhirnya dengan sikap yang agak angkuh katanya: "Baik,
masuklah..... sesungguhnya aku sedang sibuk!"
430 Yo Him melangkah masuk membawa Hok An, sedangkan Sasana
mengucapkan terima kasih kepada laki-laki setengah baya yang
telah mengantarkan mereka. Dan laki-laki setengah baya itu telah
pergi meninggalkan rumah Ho Sin-se sambil tersenyum berseri,
karena ia memperoleh hadiah yang cukup besar.
Tiauw-jie terbang di atas rumah Ho Sin-se berputaran beberapa
kali, memekik perlahan, dan kemudian hinggap di pekarangan
rumah tabib tersebut. Yo Him melihat ruangannya cukup bersih, hanya saja tampak tiga
buah lemari obat yang semuanya penuh berisi obat. Juga terlihat
betapa tabib tua itu telah menghampiri mejanya, dia duduk di
kursinya, sambil tanyanya dengan sikapnya yang tetap angkuh:
"Orang yang kau bawa itukah yang ingin diobati" Kecelakaan apa
yang dialaminya sehingga bisa terluka seperti itu?"
Yo Him telah mengangguk sambil tersenyum, katanya: "Kami ingin
meminta pertolongan Sin-se, harap Sin-se mau mengobati teman
kami ini..... lukanya cukup parah......"
Ho Sin-se telah menunjuk ke arah pembaringan kayu yang
berukuran tidak begitu besar, katanya: "Rebahkanlah di sana!"
431 Yo Him menurut, walaupun hatinya tidak menyukai sikap Ho Sinse yang agak angkuh, namun ia memang tengah mengharapkan
pertolongan dari tabib ini, maka dia menurut saja. Hok An telah
direbahkannya Sedangkan di Hok pembaringan An masih kecil juga itu merintih perlahan-lahan. dan melantur, menggumam tidak hentinya seperti orang mengigau.
Ho Sin-se telah menoleh kepada Sasana yang masih menggendong Giok Hoa tanyanya lagi:
"Dan kalian" Apakah kalian terluka dan sakit"!"
Sasana cepat-cepat menggeleng.
"Tidak Sin-se..... kami hanya mengantar saja!" menyahuti Sasana.
"Jika begitu, kalian berdua tunggu saja di luar!" kata tabib itu
dengan wajah yang dingin dan sikap angkuh.
Mendongkol sekali Sasana, namun ia menahan diri dan menekan
perasaan mendongkolnya. Dia membawa Giok Hoa keluar.
Ho Sin-se telah menutup pintu rumahnya, kemudian baru
menghampiri pembaringan. Ia tidak segera memeriksa keadaan
Hok An, hanya sambil mengusap-usap dagunya ia memperhatikan
432 keadaan Hok An. sampai akhirnya dia bilang: "Tampaknya ia
terluka tidak ringan!"
"Ya..... karena itu kami telah membawanya pada Sin-se untuk
minta diobati.....!" me nyahuti Yo Him.
Sedangkan Ho Sin-se itu masih mengusap-usap dagunya, dia
melirik kepada Yo Him. "Obat-obatnya sangat mahal. Untuk menyembuhkan orang ini
memerlukan obat-obat utama yang memiliki harga sangat tinggi.
Sanggupkah kalian membayarnya"!" tanya tabib itu lagi.
Yo Him mendongkol sekali, tetapi ia mengangguk dengan segera.
"Ya, sanggup, Sin-se! Katakanlah, berapa yang harus kami
bayar"!" tanya Yo Him.
"Tidak banyak, hanya tiga ratus tail perak?" sahut tabib itu sambil
melirik Yo Him. Wajah Yo Him berobah. Tabib ini benar-benar keterlaluan sekali.
Tigaratus tail perak, bukanlah jumlah yang sedikit. Dengan
membayar tigaratus tail perak, itulah suatu hal yang tidak pernah
terjadi dalam ilmu pengobatan, karena semahal-mahalnya seorang
433 tabib, tidak akan menuntut uang pembayaran setinggi itu, paling
tidak hanya sepuluh tail perak.
Namun sekarang Ho Sin-se meminta tigaratus tail perak, ini
merupakan suatu sikap yang dianggap Yo Him keterlaluan.
Semula Yo Him menduga paling tinggi tabib ini meminta limapuluh
tail perak. Melihat Yo Him berdiam diri saja, tabib itu tertawa tawar, katanya:
"Sudah kuduga, kalian tentu tidak akan memiliki uang sebanyak itu!
Tanpa memiliki uang, tentu kawanmu ini tidak akan kuobati.....
bawalah dia pergi ke tabib yang lainnya!"
Setelah berkata begitu, tabib itu memutar tubuhnya untuk kembali
ke mejanya. Bukan main mengkal dan gusarnya hati Yo Him melihat tingkah
laku tabib itu. Tahu- tahu tangan kanan Yo Him terulur
mencengkeram pundak tabib itu, kemudian menghentaknya sambil
bentaknya nyaring: "Apakah kau tidak mau mengobati kawanku
ini?" Tabib itu kesakitan, tubuhnya terhuyung karena hentakan itu, dia
telah mendelik pada Yo Him.
434 "Mana ada aturan seperti ini kau memaksa aku tanpa memiliki
uang untuk mengobati luka kawanmu yang begitu parah" Atau
memang kalian ini penjahat-penjahat besar yang tengah dikejar
oleh yang berwajib?"
Merah padam muka Yo Him karena gusar dia mengulurkan
tangannya lebih ke depan, tubuh tabib itu terjungkel terbanting di
lantai. "Cepat obati luka kawanku itu, atau engkau akan kusiksa sehingga
mati tidak, hidup pun tidak. Aku ingin lihat, sebagai seorang tabib
apakah engkau akan dapat mengobati dirimu sendiri?"
Muka tabib itu jadi pucat namun dia gusar sekali, dia bilang:
"Keluar.....! Kalian keluar dari rumahku atau aku akan segera
melaporkan kepada yang berwajib agar kalian ditangkap dan
memperoleh hukuman.....!"
Yo Him tertawa dingin. "Sin-se, kau telah memasang tarip yang terlalu tinggi dan yang
tidak-tidak! Tidak mungkin hanya mengobati kawanku ini
memerlukan biaya tigaratus tail perak....." Dan Yo Him mengambil
sikap mengalah dan agak lunak.
435 Tabib itu telah merangkak berdiri, dengan marah dia bilang:
"Kau ingin meminta bantuanku, kawanmu terluka begitu berat, dan
untuk menyembuhkannya memerlukan obat-obat yang utama dan
langka dan jarang sekali bisa diperoleh, karena itu memiliki harga
yang tinggi. Aku tidak memaksa kalian, jika memang kalian
sanggup membayar, aku akan mengobati kawanmu ini, tetapi jika
tidak kuat membayar, silahkan membawa kawanmu ini ke tabib
yang lainnya......!"
Habislah kesabaran Yo Him, dia telah melangkah maju mendekati
tabib itu. Tabib itu yang menyangka Yo Him ingin menyiksanya,
jadi mundur beberapa langkah ke belakang sambil berseru-seru:
"Kau jangan main hakim sendiri, keluar..... jangan memaksaku
dengan kekerasan, karena aku akan melaporkan kepada yang
berwajib..... keluar! Ayo keluar! Aku tidak senang menerima tamu
sekasar engkau.....!"
Tetapi Yo Him tidak memperdulikan sikap tabib itu, ia menghampiri
semakin dekat. Tahu-tahu tangan kanan Yo Him telah mencengkeram pergelangan tangan tabib itu.
436 "Cepat kau katakan! Kau mau mengobati luka kawanku ini atau
tidak" Atau tulang pergelangan tanganmu ini akan kuremas
menjadi hancur!" "Jadi..... jadi kau mengancam"!" Sin-se itu ketakutan bercampur
marah. "Aku bukan mengancam, aku akan membuktikannya meremas
pergelangan tanganmu sampai tulang pergelangan tanganmu
hancur dan selanjutnya engkau tidak mungkin dapat meramu obatobatmu lagi..... Atau memang kau mau mengobati kawanku itu dan
aku tidak akan menganiayamu.....!"
"Jadi..... jadi..... kau ingin bayar berapa" Kau..... kau..... berapa
uang yang kau miliki"!" tanya tabib itu, walaupun ketakutan, ia
masih ingin mengetahuinya, berapa besar akan dibayar oleh Yo
Him atas pengobatannya itu.
"Akan kuberikan limapuluh tail perak jika memang engkau dapat
menyembuhkan seluruh luka kawanku itu!" kata Yo Him, "Kukira itu
suatu jumlah yang sangat besar.....!"
Tabib itu menggeleng-geleng kepalanya, katanya kemudian:
437 "Lepaskan cekalanmu!
Lepaskan cekalanmu! Jika engkau memaksa aku tetap mengobati kawanmu dengan biaya limapuluh


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tail perak, hal itu bisa kulakukan. Hanya saja terus terang
kukatakan kepadamu, tidak mungkin aku bisa mengobatinya
dengan mempergunakan obat utama yang mujarab, sehingga dia
jangan harap dapat sembuh keseluruhannya. Inilah yang tidak
kuinginkan, jika mempergunakan obat-obat biasa saja, tentu
kawanmu tidak akan sembuh diobati olehku, nama baikku akan
runtuh!" Yo Him mendongkol sekali melihat kelicikan tabib ini. Namun
pemuda ini sudah tidak sabar, katanya: "Ayo cepat kau obati luka
kawanku itu.....! Baiklah, jika memang engkau menghendaki
tigaratus tail perak, aku akan memberikannya, tetapi ada
syaratnya......!" Tabib itu mementang matanya lebar-lebar.
"Kau bisa membayar tigaratus tail perak"!" ia tanya dengan wajah
berseri-seri, tampak dia girang. "Benarkah kau memiliki uang
sebanyak itu?" Yo Him mengangguk, dia merogoh sakunya mengeluarkan Goanpo, kemudian diletakkan di atas meja.
438 "Goan-po ini seberat seratus tail mas, dengan demikian jadi
berjumlah sepuluhribu tail perak! Nah, jika memang kau bisa
mengobati kawanku itu sampai sembuh benar, kau boleh
mengambil goan-po itu.....!" kata Yo Him
Bola mata tabib itu jadi mencilak-cilak, dia tidak menyangkanya
bahwa pemuda yang pakaiannya begitu kotor dan mesum bisa
memiliki uang sebanyak ini. Dia mengawasi Goan-po itu beberapa
saat, sampai akhirnya dia melirik kepada Yo Him, katanya:
"Apakah..... apakah uang ini diperoleh kau dengan cara
merampok"!" Naik darah Yo Him, tangan kanannya digerakkan untuk
menempeleng mulut tabib itu. Namun sebelum mengenai
sasarannya, Yo Him membatalkan maksudnya menampar tabib
itu, katanya: "Nah sekarang kau jangan rewel, cepat obati kawanku itu! Ingat
ada syaratnya. Jika kau gagal, uang ini akan kuambil lagi, malah
engkau harus membayar tigaratus tail perak!"
Tabib itu jadi memandang bimbang, rupanya dia ragu-ragu,
kemudian katanya: "Soal sembuh atau tidaknya kawanmu ini tidak
bisa kukatakan apa-apa, itu tergantung pada nasibnya. Jika dia
439 masih berumur panjang, tentu dia akan sembuh, tetapi jika
memang umurnya hanya sampai disini saja, tentu dia akan
meninggal.... dan kau tidak bisa mempersalahkan aku. Aku hanya
akan berusaha mengobatinya.....!"
Yo Him tertawa dingin, kemudian katanya: "Engkau sendiri yang
telah meminta agar aku membayar sebesar tigaratus tail! Tetapi
sekarang justeru aku membayar kepadamu dengan sepuluhribu
tail perak! "Jika memang engkau tidak bisa mengobati, engkau harus
menanggung risikonya. Karenanya, kau tidak perlu rewel. Cepat
obati kawanku itu! Jika kau berhasil menyembuhkannya, kau boleh
mengambil uang itu!"
Tabib itu justeru jadi ragu-ragu, dia melirik kepada Yo Him
beberapa kali, kemudian mengangguk.
"Baiklah..... kau harus menunggu di luar!" kata tabib itu.
Kembali Yo Him mendongkol dia menggeleng dengan cepat.
"Tidak!" serunya. "Cepat kau obati kawanku itu, jangan rewel. Aku
akan menunggui di sini!!"
Setelah berkata begitu Yo Him mendorong tubuh tabib itu.
440 Sesungguhnya Yo Him mendorong tanpa mempergunakan
tenaga, namun tubuh tabib itu justeru hampir terjungkal.....
Beruntung tangannya masih sempat menahan di tepi pembaringan
kayu itu, sehingga dia tidak sampai terjungkal di lantai. Bukan main
marahnya tabib itu, ia memaki tidak hentinya.
Yo Him tertawa tawar. "Sekarang cepat kau obati kawanku itu," katanya dingin tidak
memperdulikan sikap si tabib itu.
Tabib tersebut pun rupanya menyadari bahwa Yo Him bukan
seorang pemuda yang bisa dipermainkannya. Segera ia mengobati
Hok An. Waktu ia mengobati luka-luka Hok An, berulang kali ia
menggumam, seperti juga ia merasa kesal sekali. Dan juga lukaluka yang diderita oleh Hok An menjengkelkan dia juga, sebab
itulah luka yang sangat parah sekali. Beberapa macam obat telah
dipergunakannya, sampai akhirnya.
"Selesai, kawanmu ini tentu bisa sembuh secepatnya!"
"Hemm, kami akan tinggal di sini beberapa waktu, sampai kawanku
itu sembuh! Uang itu boleh kau ambil!" kata Yo Him.
441 "Apa" Kalian akan tinggal di rumahku ini"!" tanyanya tambah tidak
senang. "Bukankah kami telah membayarnya dengan harga yang tinggi
sekali biaya pengobatan itu"!" balik tanya Yo Him. "Dan juga aku
menginginkan bukti. Jika memang kawanku ini berangsur sembuh,
kami akan meninggalkan tempat ini secepatnya. Tetapi jika tidak,
hemmm, hemmm, tentu saja uang itu akan kuambil kembali!"
"Mana ada aturan seperti itu!" teriak tabib itu mendongkol.
"Ya, itulah aturanku!" menyahuti Yo Him sambil tertawa tawar,
kemudian tanpa memperdulikan tabib itu yang menggumam
mendongkol, ia telah meninggalkannya. Yo Him keluar untuk
bercakap-cakap dengan Sasana dan Giok Hoa.
Melihat Yo Him keluar, Giok Hoa menanyakan keadaan paman
Hok nya. Dan Yo Him menghiburnya agar gadis cilik itu bersikap
tenang. Sedangkan Sasana menghela napas berulang kali.
"Yo Him, apakah memang tabib itu bisa diandalkan buat
menyembuhkan luka dari paman Hok itu"!" tanya Sasana
kemudian kepada suaminya.
442 Yo Him mengangguk, katanya: "Kita lihat saja, mudah-mudahan
saja obatnya memang manjur dan mujarab!"
Begitulah, mereka kemudian membicarakan hal-hal yang lainnya.
Sampai akhirnya, setelah lewat sekian lama, Yo Him masuk untuk
melihat keadaan Hok An. Ketika ia memasuki ruang dalam, dilihatnya tabib itu tengah duduk
di belakang mejanya sambil menumbuk perlahan-lahan pemukul
lumpang kecilnya, buat meramu obat.
Ketika melihat Yo Him masuk tabib itu hanya melirik saja tanpa
menegurnya, kemudian asyik dengan pekerjaannya. Rupanya dia
masih mendongkol. Sedangkan Yo Him juga tidak memperdulikan sikap tabib itu, dia
telah menuju ke pembaringan kecil di mana Hok An berada.
Memang Hok An sudah tidak menggumam, ia telah telah tertidur
nyenyak sekali. Girang hati Yo Him melihat keadaan Hok An seperti itu. Namun ia
berusaha tidak memperlihatkan perasaan girangnya di hadapan
tabib itu. Dia melangkah keluar meninggalkan tabib itu, dan
memberitahukan berita gembira itu kepada Giok Hoa dan Sasana,
443 betapa Hok An tampaknya memang akan memperoleh kesembuhannya, karena rupanya obat tabib itu cukup mujarab.
Girang Giok Hoa mendengar perihal keadaan paman Hok tersebut,
dia meminta ijin kepada Yo Him dan Sasana, agar ia diperbolehkan
masuk melihat keadaan paman Hoknya. Dan setelah melihat
keadaan Hok An yang waktu itu masih tertidur, dia keluar dengan
wajah berseri-seri gembira. "Mudah-mudahan paman Hok dapat
tertolong jiwanya!" katanya.
Yo Him dan Sasana hanya tersenyum dan mengangguk saja
melihat kegembiraan gadis cilik tersebut.
Malam telah datang, dan keadaan Hok An memang lebih baik
dibandingkan dengan keadaannya beberapa saat yang lalu. Dan
di waktu itu juga memang Yo Him telah berusaha memeriksa
keadaan lukanya, dengan teliti sekali, karena biarpun bagaimana
dia masih meragukan kemujaraban obat si tabib.
Luka-luka di jari-jari tangan Hok An mulai mengering. Hanya yang
membuat Yo Him tidak mengerti, semua ujung jari Hok An
membengkak besar sekali. Kelainan seperti itu membuat Yo Him jadi berpikir keras dan
berkuatir. Cuma saja kekuatirannya itu tidak diutarakan di hadapan
444 Sasana maupun Giok Hoa. Dia telah menghampiri si tabib ketika
Giok Hoa dan Sasana keluar.
"Sin-se, bagaimana keadaan kawanku itu?" tanya Yo Him
kemudian pada tabib itu. Tabib tersebut masih juga sibuk meramu obat-obatan, ia berhenti
dengan pemukul lumpangnya dan menoleh kepada Yo Him
dengan lirikan mata yang licik sekali. Lama ia bersikap seperti itu,
bagaikan tengah berpikir, sampai akhirnya dia tertawa-tawa,
tanyanya, "Kau melihatnya keadaan kawanmu itu bagaimana"!"
"Menguatirkan!" menyahuti Yo Him.
"Menguatirkan"!" si tabib tersentak. "Bukankah keadaannya sudah
jauh lebih baik di bandingkan dengan keadaannya di waktu lalu"
Dan juga, dia telah dapat tidur dengan nyenyak. Mengapa kau
mengatakan keadaannya justeru menguatirkan?"
Dan sambil berkata begitu, tabib she Ho tersebut telah bangkit dari
duduknya, dia melongok ke arah pembaringan kayu itu melihat
keadaan Hok An, kemudian katanya:
445 "Lihatlah, betapa ia masih tidur nyenyak. Ini menunjukkan bahwa
perasaan sakit yang semula sangat menyiksanya, telah berkurang
banyak, membuat ia bisa tidur.....!"
"Tetapi pada ujung-ujung jari tangannya itu.....!" kata Yo Him sambil
mengerutkan alisnya. Tabib itu mengawasi ke arah jari-jari tangan Hok An, sepasang
alisnya naik dan kemudian mulutnya menggumam perlahan,
mukanya berobah agak memucat.
"Ini..... ini..... mengapa jari-jari tangannya bisa membengkak
seperti itu"!" menggumam tabib itu kemudian dan ia telah
menghampiri lebih dekat untuk memeriksa keadaan jari-jari tangan
Hok An, tampaknya dia jadi sibuk sekali.
Ternyata ujung jari-jari tangan Hok An memang membengkak
sangat besar, keadaannya sangat mengerikan, karena kulit ujung
jari tangan itu yang membengkak seperti jadi tipis sekali.
"Ini..... ini tentu disebabkan dia terluka terkena racun..... Jika tidak,
tidak akan membengkak seperti itu!" kata tabib itu kemudian.
"Aku sendiri tidak mengetahui, karena aku telah membayar kau!
Sebagai tabib, justeru merupakan pekerjaanmu buat 446 menyembuhkan kawanku itu! Jika terjadi sesuatu padanya, maka
engkau harus bertanggung jawab.....!" Dingin sekali suara Yo Him.
Sedangkan tabib itu jadi panik sendirinya, dia jadi begitu sibuk,
sampai akhirnya dia telah menghampiri lemari obatnya dan
memilih beberapa macam obat.
Yo Him sendiri jadi ragu-ragu. Dia segera menghampiri tabib
tersebut, katanya: "Kau jangan sembarangan mempergunakan
obatmu itu! Karena tadi sebelum engkau mempergunakan obatmu
itu, keadaan ujung jari-jari tangannya tidak membengkak seperti
itu. "Setelah kau mengobatinya, bukannya jadi baik, tetapi sekarang
justeru membengkak besar! Nah, apa lagi yang ingin kau lakukan"
Obat apa yang hendak dipergunakan itu"!"
Tabib itu memang tidak bisa menyembunyikan perasaan paniknya,
karena mukanya agak pucat dan tampak agak gugup. Malah waktu
menyahuti pertanyaan Yo Him, kegugupannya itu tidak juga
berkurang. "Aku..... aku akan memakaikan obat penawar racun! Dengan
dikenakan obat ini pada ujung-ujung jari tangannya, tentu lukanya
itu akan mengempis kembali!"
447 "Benarkah itu" Kau berani menjaminnya?" tanya Yo Him
menegasi. Tabib itu ragu-ragu sebelum menyahuti, sampai akhirnya ia
mengangguk. "Ya, mudah-mudahan ia akan sembuh dan bengkak-bengkak pada
ujung-ujung jari tangannya itu akan mengempis kembali......!"
Yo Him tambah ragu-ragu. "Ramuan obat itu kau buat dari bahan-bahan apa saja?" tanya Yo
Him kemudian sambil melirik botol obat yang masih tercekal di
tangan tabib tersebut. "Aku..... aku membuatnya..... oooh, bagaimana mungkin aku bisa
memberitahukan resep obat ini kepadamu. Ini merupakan rahasia
resep turunanku..... tidak bisa kau mendengarnya!"
Yo Him mencekal lengan tabib itu, kemudian katanya decgan suara
yang tegas: "Katakan bahan obat itu terdiri dari ramuan apa saja?"
"Ini..... ini dibuat dari bisa ular, kalajengking dan bisa landak," kata
tabib tersebut kemudian, "Dicampur dengan nyalinya harimau, dan
juga hatinya burung merak!"
448 Menyahuti begitu, muka tabib itu kemudian memperlihatkan
perasaan tidak senang, karena dia pun melanjutkan pula
perkataannya: "Kau..... kau telah mendengar ramuan obat ini, tentu
engkau telah berhasil memiliki salah satu resep obatku! Celaka
sungguh! Celaka sungguh, sudah engkau tidak menghormati
diriku, malah engkau memancing resep obatku itu......."
Sambil berkata begitu, tabib ini membanting-banting kakinya,
sedangkan Yo Him kembali memandang kepada Hok An dengan
hati yang agak berdebar. Ia mencurigai tabib ini tidak memiliki
keahlian apa-apa dan hanya menduga-duga saja mengenai obat
yang akan dipakainya. Memang Yo Him yakin, jika hanya mengobati luka biasa saja, tentu
tabib itu bisa melakukannya dan menyembuhkannya. Tetapi luka
yang diderita oleh Hok An bukanlah luka sembarangan yang harus
memperoleh pengobatan yang khusus. Sedangkan obat milik Yo
Him yang terbuat dari ramuan bahan-bahannya Soat-lian dan
beberapa macam bahan lainnya yang langka dan mahal harganya,
masih tidak memberikan hasil apa-apa, terlebih lagi jika obat tabib
itu dibuat dari bahan ramuan biasa saja.
Yang menguatirkan Yo Him justeru obat yang akan dipergunakan
tabib tersebut terdiri dari racun-racun binatang berbisa, terutama


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

449 sekali luka yang hendak diobati itu adalah luka di luar kulit. Jika
obat yang terdiri dari ramuan racun binatang berbisa itu
ditaburkannya pada luka tersebut, pasti luka itu akan keracunan.
Ketidak yakinannya Yo Him membuat dia masih memegang keraskeras lengan tabib tersebut.
"Lepaskan tanganku, bukankah engkau menghendaki agar aku
segera dapat mengobati kawanmu itu"!" bentak tabib itu tidak
senang, dengan suara mengandung berang.
Sedangkan Yo Him telah mengawasi tabib ini dengan mata tajam
sekali dan ragu-ragu, kemudian setelah berpikir sejenak, barulah
dia bilang: "Ho Sin-se aku bukan meragukan kepandaianmu, tetapi
engkau harus bicara terus terang! Sesungguhnya, engkau
sanggup mengobati luka-luka kawanku ini atau tidak"
"Ingat, engkau harus bicara terus terang, jika memang engkau
sanggup buat mengobatinya, maka kau obatlah! Tetapi jika engkau
merasa tidak sanggup mengobatinya dan ragu-ragu untuk berhasil
dengan pengobatanmu itu, jangan kau coba-coba dengan obat
sembarangan, karena jika kawanku itu mengalami sesuatu yang
tidak diinginkan, jiwamu sebagai tanggungannya!"
Tabib itu jadi berjingkrak.
450 "Oh, kau terlalu menghinaku! Seluruh penduduk kampung ini telah
menganggapku sebagai tabib dewa, bagaimana engkau sendiri
begini kurang ajar berani meremehkan kepandaian ilmu pengobatanku! "Tidak mudah untuk seorang penduduk kampung bisa memperoleh
pertolonganku untuk mengobati berbagai macam penyakit mereka.
Jika memang mereka tidak memiliki sejumlah uang yang kuminta!
"Hmm sudahlah! Sudahlah! Jika memang engkau tidak mempercayaiku, dan juga tidak yakin kawanmu itu dapat
kusembuhkan lukanya, pergilah kau bawa kawanmu itu.....
Janganlah engkau mengancamku!"
Yo Him tertawa dingin, "Jadi engkau memang sanggup buat mengobati kawanku itu?"
menegasi Yo Him. Tetapi ditegasi seperti itu, kembali tabib tersebut ragu-ragu,
akhirnya ia bilang: "Sudahlah aku akan kembalikan uangmu, cepat
kau angkat dan bawa pergi kawanmu itu!"
Yo Him tertawa dingin. 451 "Enak sekali bicaramu itu..... tadinya jika memang engkau tidak
sanggup mengobati luka kawanku itu, engkau harus bicarakan
terus terang. Janganlah engkau terlalu mengulur-ngulur waktu dan
pura-pura sebagai tabib pandai, dan berani mempermainkan jiwa
kawanku itu! "Hemm, sekarang saja lihat, itu sudah sebagai buktinya, betapa
ujung-ujung jari tangannya dan juga pipinya telah membengkak
begitu besar.....! Sekarang seenakmu saja engkau meminta agar
aku membawa pergi kawanku itu!
"Bagus! Bagus! Bagus! Sebelum aku pergi membawa kawanku itu,
aku akan membunuhmu! Aku mau lihat. Apakah sebagai Tabib
Dewa engkau bisa menyelamatkan jiwamu sendiri......!"
Muka tabib itu jadi pucat pias, tubuhnya gemetar ketakutan,
Walaupun dia mendongkol dan marah, namun dia tidak berani
mengumbar kemarahan hatinya. Dia bilang: "Kau..... kau
mengancamku?" "Bukan mengancam kau..... tetapi akan kubuktikan.....!" menyahuti
Yo Him dengan suara yang dingin, dan telah mengerahkan tenaga
dalamnya, mencengkeram lebih kuat pada lengan tabib itu,
sehingga tabib itu merasakan lengannya seperti dicengkeram oleh
452 jari-jari tangan yang terdiri dari besi jepitan. Dengan demikian
membuat dia merasakan tulangnya seakan ingin diremas hancur!
"Aduh, aduhhhh, aduhhhhh?"!" teriak tabib itu berulang kali.
"Jangan kau persakiti diriku! Jangan kau sakiti aku!"
Tetapi Yo Him tidak mau membiarkan tabib itu menjerit-jerit terus
seperti itu. Dia telah memijit lebih keras lagi, sehingga tabib
tersebut telah bungkam, karena terlalu kesakitan yang tidak
tertahankan. Dia jatuh pingsan.
Yo Him sendiri merasa gelisah sekali di dalam hatinya karena
walaupun ia mengerti ilmu pengobatan sedikit-sedikit, namun tidak
mengetahui sampai ke dasarnya ilmu pengobatan. Tentang tabib
ini juga ia meragukan kejujurannya. Karenanya ia bermaksud
hendak memaksa tabib itu agar bicara sejujurnya.
Setelah tabib tersebut tersadar dari pingsannya, Yo Him telah
bilang dengan suara yang dingin: "Hemm, lebih baik kau bicara
terus terang..... Sesungguhnya engkau memahami betul ilmu
pengobatan atau memang tidak?"
Tabib itu masih kesakitan juga ketakutan akan disiksa Yo Him Iebih
jauh. 453 "Jangan sakiti aku! Jangan sakiti aku! Jangan menyiksaku..... ohh,
akan kuadukan pada yang berwajib.....!" teriak tabib itu.
Tetapi Yo Him tak menghiraukan.
"Jangan harap engkau bisa terlepas dari tanganku! Juga engkau
jangan harapkan ada orang yang bisa menolongi dirimu! Jika
engkau tidak mau bicara yang jujur maka biarlah aku akan
membinasakan kau!" "Aku..... aku bicara jujur, aku tidak pernah mendustai!" teriak tabib
itu tambah ketakutan. "Ohh, jangan kau bunuh aku! Jangan.....
Memang apa salahku?"
Yo Him tertawa mengejek. "Engkau telah mendustai aku! Kau sesungguhnya kurang ahli
dalam ilmu pengobatan, tetapi engkau pura-pura pandai! Hemm,
dan juga terhadap luka kawanku itu sebetulnya engkau tidak begitu
mengetahui dengan pasti apakah dapat mengobatinya atau tidak,
namun engkau, telah coba-coba. Namun sikapmu yang angkuh itu
menyebabkan engkau tidak mau menanyakan sesungguhnya
kawanku itu terluka oleh sebab apa......!"
454 Tabib itu jadi menunduk dengan wajah yang pucat kemudian
dengan suara yang perlahan tersendat dia bilang: "Baiklah, baiklah
aku akan bicara dari hal yang sebenarnya...... tetapi kau harus
berjanji tidak akan membunuhku!"
Yo Him mengangguk, "Itu lebih baik lagi! Engkau memang harus bicara sejujur mungkin!
Itulah yang kuinginkan, karena jika memang aku mengetahui
engkau tidak sanggup mengobati luka dan keadaan kawanku itu,
aku bisa mencari tabib lain. Dengan demikian engkau tidak perlu
mempermainkan jiwa dan keselamatan kawanku!"
"Baik! Baik! Aku akan bicara sejujurnya! Sesungguhnya aku..... aku
hanya mengerti sedikit ilmu pengobatan terhadap penyakitpenyakit umum, sebenarnya..... sebenarnya luka yang diderita oleh
kawanmu itu terlalu parah, aku tidak bisa mengobatinya..... aku
tidak sanggup untuk menyembuhkannya!
"Hanya saja disebabkan aku takut padamu, kuatir bahwa engkau
menduga aku tidak mau mengobati kawanmu itu, sehingga engkau
menyiksaku, aku telah mencobanya mengobati kawanmu dengan
beberapa macam obat. Dan siapa tahu, lukanya itu justeru semakin
parah dan jari-jari tangannya, serta mukanya telah membengkak."
455 "Lalu mengapa kawanku itu tidak merintih kesakitan lagi dan bisa
tertidur nyenyak?" tanya Yo Him masih diliputi tanda tanya dan
heran. "Tadi aku telah memberikan obat penawar sakit, agar sakitnya
berkurang, karena itu dia tampaknya tidak menderita sakit lagi.
Sesungguhnya..... ooooh, aku tidak menyangka bahwa obatku bisa
memiliki reaksi seperti ini, di mana lukanya itu jadi semakin
membengkak." Yo Him melepaskan cekalannya, segera ia memeriksa keadaan
Hok An. Bengkak pada ke sepuluh jari tangan Hok An masih besar
dan juga berair. Tampaknya luka pada ujung jari tangan Hok An
kian parah juga. Melihat keadaan Hok An seperti itu, bukan main berkuatirnya Yo
Him. Dia menoleh kepada tabib itu, yang juga berdiri dengan muka
yang pucat. "Bagaimana mengobatinya....."!" tanya Yo Him kemudian. "Apakah
engkau tidak memiliki cara lain untuk mengempiskan bengkak
pada ke sepuluh jari tangannya dan mukanya itu?"
Tabib itu tidak menyahuti. dia telah memandangi pada jari-jari
tangan Hok An, kemudian menghela napas dengan bingung.
456 "Aku sendiri tidak memiliki obat yang bisa menyembuhkan lukanya
itu...... Aku benar-benar heran, mengapa lukanya itu bisa
membengkak begitu besar dan obatku malah membuat jari-jari
tangannya itu jadi membengkak seperti itu"!"
Kemudian tabib tersebut mengawasi botol obatnya, tanyanya:
"Bagaimana jika kucoba dengan obat ini. Siapa tahu aku bisa
memperkecil bengkak pada ke sepuluh jari tangannya itu"
Bukankah ini lebih baik, dari pada kita berdiam diri saja
membiarkan bengkaknya yang kini telah berair seperti itu"!"
Yo Him tambah ragu-ragu, katanya: "Jika ini..... jika ini..... hemmm,
aku tidak berani mencoba-coba, karena siapa tahu obatmu itu
malah membawa akibat yang jauh lebih hebat lagi!?"
Di waktu itu tabib tersebut jadi salah tingkah, gugup sekali, malah
dia telah bilang: "Aku..... aku tidak berani memastikan tetapi..... jika
memang kita mencobanya dulu, tokh tidak ada salahnya, karena
ramuan obat ini memang unuk memunahkan racun, dengan cara
racun dilawan dengan racun pula....."
Yo Him menghela napas dalam-dalam. "Aku sesungguhnya
mencari tabib yang pandai untuk mengobati luka kawanku ini.
Tidak kusangka justeru bertemu dengan kau, yang seenaknya saja
457 mencoba segala obatmu yang belum lagi diketahui khasiatnya.....!
Lihatlah akibatnya..... kawanku ini semacam terancam jiwanya!"
Waktu itu tabib tersebut telah menghela napas beberapa kali,
tampaknya dia sangat ketakutan. Tetapi akhirnya dia berkata:
"Sesungguhnya..... sesungguhnya aku ingin memberitahukan
seseorang kepadamu..... dia..... dia pasti akan dapat memyembuhkan luka kawanmu ini."
Mendengar perkataan tabib itu, Yo Him terlompat, kemudian
katanya: "Siapa orang itu" Cepat katakan! Apakah orang itu
memang dapat mengobati luka-luka yang berat?"
Tabib itu menghela napas dalam-dalam, dia murung dan gugup
sekali, katanya: "Sesungguhnya..... kepandaian orang itu puluhan
kali lipat lebih pandai dari diriku..... dia benar-benar seorang tabib
yang pandai, tentu ia akan dapat mengobati luka kawanmu ini......
Tetapi......" "Cepat katakan, siapa orang itu" Apakah dia tinggal di kampung ini
juga?" tanya Yo Him.
Tabib itu menggeleng. 458 "Tidak..... dia tidak tinggal diam di kampung ini, melainkan terpisah
belasan lie, hanya dalam satu jam kita sudah bisa mencapai
tempatnya. Hanya saja orang itu sangat aneh sekali, belum tentu
dia mau menolongi kawanmu ini......!"
"Cukup kau beritahukan kepadaku di mana tinggalnya orang ini
dan siapa orang itu sebenarnya?" kata Yo Him, timbul harapan
baru di hatinya. Tabib itu ragu-ragu lagi, kemudian baru berkata: "Dia tidak dikenal
oleh penduduk ini, tidak seorangpun penduduk di kampung ini
mengetahui namanya, begitu juga halnya denganku. Telah lima
tahun lebih orang itu menetap di tempatnya tersebut. Sebelumnya
entah dia datang dari mana.
"Dan selama itu cukup banyak juga orang yang disembuhkannya.
Umumnya penyakit dari orang-orang yang datang mencarinya
adalah penyakit-penyakit yang berat dan parah, juga terdiri dari
orang-orang rimba persilatan.....!"
"Jadi..... jadi siapa tabib itu"!" tanya Yo Him semakin tidak sabar.
"Ayo cepat kau antarkan kami kepadanya"!"
459 "Tunggu dulu!" kata Ho Sin-se itu. "Dia orang yang aneh sekali.....
perangainya sulit di terka, dan juga dia akan mau menolongi
seseorang begitu saja!"
Dan setelah berkata begitu, Ho Sin-se berkata lagi diiringi helaan
napasnya, "Sesungguhnya, sebelum kedatangannya itu di tempat
ini, aku bersedia mengobati setiap orang yang membutuhkan
pertolonganku. Memang kuakui, aku hanya mengerti kulit ilmu
pengobatan. "Tetapi suatu hari kami bertemu, dia telah menurunkan semacam
ilmu pengobatan kepadaku, yaitu ilmu pengobatan untuk luka di
dalam. Namun selanjutnya, ia memberikan syarat-syarat kepadaku. Setiap orang yang hendak berobat kepadaku, harus
dimintai biaya pengobatan yang tinggi sekali.... dan aku tidak bisa
menolak syaratnya itu......!"
"Jadi semua yang kau lakukan ini adalah atas perintahnya"!" tanya
Yo Him. Ho Sin-se mengangguk, kemudian katanya, "Benar, dan juga ia
telah melarang aku menceritakan apa yang telah kualami kepada
siapapun juga, namun..... aku..... aku merasa bersalah.... kukira.....
orang itu tentu dapat mengobati luka kawanmu ini..... karena aku
460 mengetahui benar bahwa dia memiliki ilmu pengobatan yang tinggi
sekali!" Setelah berkata begitu, Ho Sin-se menoleh kepada Hok An yang
masih rebah di pembaringan kayu dalam keadaan tertidur,
sedangkan waktu itu terlihat bahwa Yo Him sudah tidak sabar, dia
mencekal

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan tabib itu, menggoncang-goncangkannya,
katanya: "Katakanlah di mana tempat berdiamnya orang itu" Dan kuharap
engkau mau mengantar kami ke tempat kediamannya itu!"
Tabib she Ho tersebut terdiam sejenak.
"Waktu itu.....!" katanya setelah lewat beberapa saat. "Aku
kebetulan tengah mencari akar-akar pohon untuk ramuan obat,
siapa sangka, aku menyaksikan pengobatan dengan cara yang
aneh sekali dilakukan orang itu. Dua orang yang dalam keadaan
terluka parah, yang keadaannya sudah seperti mayat saja dan
boleh dibilang sudah tidak ada harapan untuk tertolong hidup lagi,
tengah diobatinya..... "Dia bekerja cepat sekali. Obat-obatnya juga sangat istimewa.....
dan aku telah kepergok olehnya. Memang semula dia marah, dan
hendak membunuhku, namun setelah kujelaskan bahwa aku
461 kebetulan saja berada di tempat itu dan juga tengah mencari akarakar pohon untuk ramuan obatku, diapun tidak marah pula.
"Malah telah menurunkan semacam ilmu pengobatan kepadaku.
Itulah pertemuanku yang pertama kali dengannya. Dan aku sempat
tinggal bersamanya lima hari, aku sempat menyaksikan ke dua
orang yang semula keadaannya begitu parah dan hampir tidak
mirip sebagai manusia lagi dan aku sendiri yakin orang itu pasti
akan mati, ternyata sembuh di tangannya.
"Ke dua orang itu malah meninggalkan tempat dalam keadaan
sehat kembali..... Itulah suatu peristiwa yang menakjubkan sekali,
dan aku menyadari bahwa orang itu merupakan tabib yang pandai
sekali, aku sangat mengaguminya......!"
"Sudahlah, engkau tidak perlu banyak bercerita lagi. Kau harus
segera mengantarkan aku kepadanya"!" kata Yo Him.
"Namun orang itu sangat aneh sekali, belum tentu dia bersedia
menolongi kawanmu itu?" kata Ho Sin-se.
"Itu urusanku..... biarlah nanti aku yang bicara dengannya.....!" kata
Yo Him. 462 Ho Sin-se menghela napas dalam-dalam, kemudian katanya: "Aku
mengungkapkan semua ini juga karena aku merasa bersalah telah
menyebabkan kawanmu itu bukannya sembuh malah semakin
parah juga lukanya..... Baiklah aku akan mengantarkan kalian
kepadanya. "Tetapi ingat, aku hanya akan menunjukkan tempat kediamannya,
namun aku akan segera berlalu..... Nanti terserah nasib dan
keberuntungan kawanmu itu, apakah orang itu bersedia menolongnya atau tidak?"
Yo Him mengangguk tidak sabar, segera juga dia menggendong
Hok An. Sedangkan Ho Sin-se setelah menyimpan botol obatnya,
mengikuti Yo Him keluar. Dan dia mengajak Yo Him ke arah utara
dari perkampungan tersebut.
Sasana waktu melihat Yo Him muncul dari dalam rumah dengan
menggendong Hok An jadi memandang heran, segera Yo Him
menjelaskan kepadanya dengan singkat. Begitulah, mereka telah
mengikuti si tabib she Ho untuk menemui orang yang memang
benar-benar pandai ilmu pengobatannya.
Yo Him juga ingin menduga, tentunya orang yang dimaksudkan
oleh Ho Sin-se merupakan seorang yang memiliki keahlian ilmu
463 pengobatan yang tinggi, dengan demikian ia tentu akan dapat
menolongi Hok An. Jika orang itu berada di tempatnya yang sepi
di kaki gunung ini justeru karena dia ingin menyendiri atau
mengasingkan diri. Setelah berjalan belasan lie, akhirnya tibalah mereka di mulut
sebuah lembah. "Orang yang kumaksudkan itu tinggal di dalam lembah itu.....!"
menunjuk Ho Sin-se ke dalam lembah.
Yo Him mengangguk mengerti, dengan langkah lebar ia memasuki
lembah itu bersama Sasana dan Giok Hoa yang mengikuti di
belakangnya. Tetapi tabib she Ho yang ingin memutar tubuhnya buat kembali ke
rumahnya, tiba-tiba menjerit kaget, tubuhnya gemetar keras.
Yo Him yang mendengar jeritan Ho Sin-se cepat sekali melompat,
ke dekatnya. "Kenapa"!" tanya Yo Him sambil memperhatikan sekelilingnya,
tidak satu apapun juga juga dilihatnya, selain tempat yang sunyi
dan sepi itu. 464 Anakrawali 08.038. Muka Ho Sin-se pucat pias, tubuhnya menggigil, dia menunjuk ke
arah semak belukar. Yo Him memandang ke arah yang ditunjuk Ho
Sin-se, barulah dia melihat sesosok tubuh menggeletak di balik
semak belukar dengan berlumuran darah, telah mengejang kaku
dan tidak bernapas. "Mayat?" mengeluh Ho Sin-se dengan suara tertahan.
Sasana dan Giok Hoa tiba di situ. Sedangkan Giok Hoa waktu
melihat mayat itu menjerit ketakutan, telah memeluk Sasana.
Sasana segera menghiburnya, dan memperhatikan keadaan
mayat tersebut, yang tidak lain mayat dari seorang lelaki
berpakaian sederhana, dan rambutnya yang tergulung itu
memberikan kesan dia seorang yang cukup rapi. Hanya saja pada
bagian lehernya terkuak luka yang cukup besar, darah menyembur
dari situ. Rupanya lehernya itu terkena serangan senjata tajam,
menyebabkan ia putus napas dan meninggal dengan sepasang
mata mendelik. "Lihatlah..... tempat ini agak mengerikan!" kata Ho Sin-se setelah
dia berhasil mengendalikan dirinya lagi.
465 Yo Him menghampiri mayat itu lebih dekat memperhatikan dan
memeriksa keadaan mayat tersebut, sampai akhirnya ia menghela
napas. "Luka yang tidak terlalu dalam, tetapi melihat cara menyambarnya
senjata tajam yang telah membuat leher itu tergorok seperti ini,
tentunya orang yang membunuhnya memiliki kepandaian yang
tinggi. Mari kita masuk ke dalam lembah itu, tentu di dalam lembah
itu tengah terjadi sesuatu!"
Setelah berkata begitu, Yo Him melompat berdiri sambil menoleh
kepada Ho Sin-se katanya: "Dan kau juga ikut bersama kami......"
"Ohh..... tidak...... tidak, bukankah tadi telah kukatakan bahwa aku
hanya akan menunjukkan tempat ini dan segera akan pulang
kembali, membiarkan kalian sendiri menemui orang itu?"
"Tetapi engkau harus ikut bersama kami!" kata Yo Him dengan
sikap pasti, tidak ada tawar menawar lagi. "Atau memang perlu
kami yang memaksa engkau untuk masuk ke dalam lembah itu"!"
Sin-se itu mengetahui bahwa Yo Him tidak bicara main-main dan
juga akan membuktikan ancaman, yaitu menyeretnya ke dalam
lembah itu. 466 Karenanya Ho Sin-se akhirnya dengan sikap takut-takut telah
mengangguk: "Baiklah..... aku akan ikut bersama kalian....." Waktu
dia mengatakan begitu, terlihat jelas ia sangat terpaksa dan
ketakutan sekali. Tampak Yo Him dengan bergegas menggendong Hok An
memasuki lembah tersebut, diikuti Sasana, Giok Hoa dan Sin-se
itu, dan juga, ia telah berjalan dengan langkah yang lebar, karena
Yo Him sudah tidak sabar ingin bertemu dengan orang yang
menurut Ho Sin-se memiliki ilmu pengobatan yang tinggi.
Di tengah udara terbang Tiauw-jie sambil sekali-kali memperdengarkan suara pekiknya yang perlahan dan panjang.
Rupanya burung rajawali putih itu mengetahui keadaan Hok An
yang kian parah, membuat burung itu ikut bersedih.
Lembah itu merupakan lembah yang tidak begitu luas, di pinggir
kiri kanannya berdiri lamping gunung yang tinggi. Dan di sudut
kanannya terbentang sebuah jurang yang cukup dalam, yang
tertutup oleh semak belukar yang lebat sekali. Berjalan belum
begitu jauh, tiba-tiba Yo Him menghentikan langkah kakinya, ia
memandang lurus ke depannya dengan mata terbuka agak lebar.
467 Begitu Sasana dan Giok Hoa tiba di dekat Yo Him, mereka juga
bisa melihat apa yang dilihat Yo Him, ke duanya jadi mengeluarlan
seruan kaget. Sedangkan Ho Sin-se yang tiba paling belakang,
mengeluarkan jerit ketakutan dan menutupi mukanya dengan ke
dua tangannya. Ternyata melintang di depan mereka dua sosok tubuh lagi, dan dua
sosok tubuh itu tidak bergerak, berlumuran darah, karena telah
menjadi mayat. Sama kematiannya dengan leher yang tersayat
dan juga sepasang mata masing-masing terbuka lebar-lebar.
Menyatakan mereka mati dalam keadaan penasaran.
Di waktu itu Yo Him setelah berhasil menenangkan hatinya,
menghampiri ke dua mayat itu, memeriksa keadaannya.
"Aneh! Siapa yang telah membunuh ke tiga orang ini?"
menggumam Yo Him. Telah tiga korban jiwa yang mati di lembah itu. Dan sejak mereka
memasuki lembah ini mereka telah melihat tiga sosok mayat
menggeletak mengerikan seperti itu.
Ho Sin-se memandang ke dua mayat itu dengan muka yang pucat
pias serta yang menggigil keras, tampaknya ketakutan sekali. Ia
telah menggumam perlahan:
468 "Apakah..... apakah dia yang telah membunuhnya"!"
Suaranya itu gemetar, menunjukkan dia sangat ketakutan. Dan
yang dimaksudkan oleh Ho Sin-se dengan perkataan "dia"
ditujukan pada orang yang dikatakannya memiliki ilmu pengobatan
luar biasa tingginya. Yo Him menoleh kepadanya.
"Apakah orang yang kau maksudkan itu seorang yang ganas"!"
tanyanya kemudian. Ho Sin-se tidak segera menyahuti, dia memandang kepada
Sasana dan Giok Hoa, sedangkan Tiauw-jie telah terbang rendah
sekali, karena burung rajawali putih itu melihat dua sosok mayat
tersebut. Ia mengeluarkan suara pekik perlahan, seperti juga
burung inipun diliputi tanda tanya, sampai akhirnya burung itu telah
terbang tinggi lagi. Setelah menghela napas, dengan muka yang masih pucat pias, Ho
Sin-se berkata ragu-ragu:
"Kulihat..... kulihat dia seorang yang cukup baik dan ramah......
tetapi memang agak tegas dan memiliki kepandaian silat yang
tinggi..... tetapi..... apakah mungkin orang-orang itu merupakan
469 korban keganasannya karena ke tiga orang itu mencoba akan
memasuki lembah tempat tinggalnya ini"!"
Setelah berkata begitu, Ho Sin-se memandang Yo Him dengan
sikap minta dikasihani, katanya: "Aku..... aku mohon agar aku
diperbolehkan pulang..... aku kuatir kalau-kalau orang itu nanti
mempersalahkan diriku telah membawa kau ke lembah ini..... Ini
memang suatu perbuatan yang lancang, karena dia telah berpesan
kepadaku agar tidak memberitahukan kepada siapapun perihal
dirinya!" Yo Him menggelengkan kepalanya perlahan kemudian katanya:
"Jangan, kau harus ikut serta dengan kami. Jika engkau tidak ikut
serta, bagaimana kami mengetahui siapakah orang yang engkau
maksudkan itu!" Ho Sin-se memandang dengan sikap ketakutan, tetapi dia pun
tidak berani membantah perintah Yo Him. Waktu pemuda itu
berjalan maju lagi, diikuti Sasana dan Giok Hoa, maka Ho Sin-se
juga telah mengikuti memasuki lembah itu lebih jauh.
Berjalan belum begitu jauh, telah ada tiga sosok mayat yang
menggeletak lagi dengan kematian yang mengerikan, dua mata
dari ke tiga mayat itu mendelik menyeramkan.
470 Ho Sin-se benar-benar sudah ketakutan setengah mati, sedangkan
Yo Him dan Sasana semakin diliputi tanda tanya. Mereka
sesungguhnya pasangan suami isteri yang tabah dan cerdik, tetapi
melihat mayat-mayat menggeletak di sepanjang jalan di lembah ini,
mereka jadi berpikir keras, ingin menduga apa sesungguhnya yang
terjadi di lembah ini. Terlebih lagi lembah itu merupakan suatu tempat yang sepi dan
jarang sekali didatangi manusia. Akan tetapi mengapa sekarang ini
justeru mayat-mayat malang melintang di lembah ini.
Yo Him menoleh kepada Ho Sin-se, kemudian tekadnya semakin
bulat hendak menemui orang yang dimaksudkan Ho Sin-se.
Sedangkan keadaan Hok An memang semakin menguatirkan,
ujung-ujung jari tangannya yang membengkak itu mengeluarkan
air, karena sebagian telah ada yang pecah, akibat bengkak itu
semakin besar juga. Giok Hoa pun telah menangis tidak hentinya. Gadis cilik itu di
samping menguatirkan keselamatan paman Hok nya, iapun sangat
ketakutan melihat mayat-mayat yang malang melintang seperti itu.
471 Setelah memasuki lembah itu lebih jauh, mereka sudah tidak
menemui lagi mayat-mayat. Tetapi keadaan di dalam lembah
tersebut sangat sunyi sekali.
"Di mana tempat kediaman orang itu"!" tanya Yo Him kepada Ho
Sin-se, karena dia belum juga melihat sebuah rumah atau goa
tempat dari orang yang mereka cari.
"Dia..... dia berdiam di dalam goa yang berada di dalam lembah
ini..... masih terus..... kita harus masuk terus ke dalam lembah
ini.....!" kata Ho Sin-se dengan tubuh gemetar ketakutan.
Dia benar-benar dicekam oleh perasaan takut dan ngeri yang
bukan main. Jika dia tidak malu, tentu Ho Sin-se telah menangis.
Sedangkan Yo Him cepat-cepat melanjutkan perjalanannya, dia
melihat keadaan di dalam lembah itu semakin luas juga, dan
banyak sekali semak belukar yang tumbuh subur di situ. Keadaan
sunyi sekali. Mendadak sekali, dalam kesunyian yang ada seperti itu, Yo Him
seperti mendengar sesuatu, seperti juga suara menderu-derunya
angin. 472 Segera juga Yo Him menghentikan langkah kakinya. Dia memberi


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

isyarat kepada Sasana dan yang lainnya agar berhenti. Kemudian
Yo Him memasang pendengarannya lebih baik lagi untuk
mendengarkan. Benar saja, suara menderu-deru yang samar-samar itu tidak lain
dari menderunya senjata tajam, dari suara orang yang tengah
bertempur. "Di sebelah depan ada orang yang tengah bertempur, mari cepat
kita ke sana.....!" kata Yo Him kemudian.
Ho Sin-se mendengar itu jadi semakin ketakutan.
"Kongcu..... ohhh, Kongcu..... aku..... aku tidak ikut saja..... biarpun
engkau mengupahkan aku seribu tail lagi, aku tidak berani untuk
masuk lebih jauh.....!"
Sasana yang berada di belakang Ho Sin-se mendorong punggung
tabib itu. "Jika kau ingin menolong kami, engkau tidak boleh setengah jalan
seperti ini. Ayo maju terus..... kita lihat siapa yang tengah
bertempur!" 473 Di waktu itu memang Sasana juga telah mendengar suara
menderu-deru yang samar dan terpisah cukup jauh.
Didorong oleh Sasana seperti itu, tubuh Ho Sin-se jadi terjerunuk
ke depan. Diapun tidak berani membangkang, dia telah melangkah
maju lagi, mengikut di belakang Yo Him dengan ketakutan.
Giok Hoa menghapus air matanya, tanyanya kepada Sasana. "Ciecie..... siapa yang tengah bertempur"!"
"Entahlah..... kita lihat saja nanti, aku sendiri tidak mengetahuinya.....!" menyahuti Sasana.
Yo Him sendiri mempercepat jalannya, dengan menggendong Hok
An ia telah memasuki terus lembah itu. Dua sosok mayat dijumpai
Yo Him pula. Tetapi dia sudah tidak memperdulikan mayat-mayat itu, dan
berjalan terus dengan cepat. Sampai akhirnya suara menderu-deru
dari orang yang tengah bertempur itu, terdengar semakin jelas.
Dan tiba-tiba, waktu Yo Him tengah berjalan, dengan cepat
sesosok bayangan putih dengan gerakan yang ringan dan lincah
melompat keluar dari balik batang pohon di samping kanan.
474 "Berhenti!" bentak sosok bayangan putih itu dengan suara yang
aseran sekali, juga sebatang pedang berwarna putih telah
dilintangkan di dadanya. "Kalian siapa dan ingin ke mana"!"
Yo Him menghentikan langkah kakinya. Dia memandang tajam
kepada penghadangnya itu. Dialah seorang gadis berusia
tujuhbelas tahun, yang seluruh pakaiannya berwarna putih.
Wajahnya cantik sekali, bentuk tubuhnya elok, ramping. Hanya
matanya tajam bersinar dengan sikap yang tidak simpatik.
Rambutnya yang digelung dua, menambah kecantikan gadis itu.
Setelah mengawasi gadis itu, Yo Him tersenyum katanya: "Kami
orang-orang yang kebetulan tersesat di tempat ini, maka jika nona
tidak keberatan buat memberitahukan kepada kami jalan keluar
dari lembah ini, kami tentu sangat herterima kasih sekali!"
Gadis itu tertawa dingin, mukanya tidak berperasaan.
"Hemmm, kalian orang-orang tersesat"!" katanya tawar, matanya
memandang tajam. "Mengapa kalian tidak mengambil jalan di
mulut lembah itu, jika benar-benar kalian ingin keluar meninggalkan lembah ini, malah kalian pun telah mengambil arah
sebaliknya, memasuki lembah ini!"
475 Setelah berkata begitu, gadis berpakaian serba putih itu telah
memandang kepada Hok An yang berada dalam gendongan Yo
Him, yang dalam keadaan terluka parah. Dia mendengus beberapa
kali, wajahnya tawar sekali tidak memperlihatkan apapun juga.
Sedangkan Yo Him telah berkata lagi: "Memang kami tersesat di
tempat ini, kami sedang mencari seseorang, namun kami tidak
mengetahui di mana tempat tinggal orang itu..... karenanya kami
telah berputar-putar di lembah ini! Entah nona bisa menunjukkan
kepada kami atau tidak mengenai orang yang kami maksudkan
itu"!" "Siapa"!" tanya gadis berpakaian serba putih itu dengan sikap yang
tawar. "Orang itu kabarnya memiliki ilmu pengobatan yang pandai sekali
dan juga menjadi pemilik lembah ini. Karena itu, kami telah datang
ke mari untuk memohon pertolongannya. Kawan kami terluka berat
dan mungkin orang yang tengah kami cari itu bisa menolong
mengobatinya sampai sembuh.......!"
Bola mata gadis berbaju serba putih itu telah mencilak-cilak
memain tidak hentinya. Dia mengawasi kepada Hok An yang masih
tertidur di dalam gendongan Yo Him, kemudian diapun berkata
476 dengan suara yang tawar, pedangnya dikibaskan seperti mengusir:
"Lebih baik kalian cepat-cepat angkat kaki meninggalkan lembah
ini sebelum terlambat......!"
"Terlambat" Apa maksud nona"!" tanya Yo Him, sambil meneliti
keadaan gadis itu. Dilihat dari gerak geriknya tentu dialah seorang
gadis yang lincah dan memiliki kepandaian yang lumayan,
tampaknya dia memiliki kiam-hoat atau ilmu pedang yang cukup
ampuh dan tinggi. "Karena jika memang penghuni lembah ini melihat kau, biarpun kau
hendak pergi, di waktu itu sudah terlambat! Juga kawan-kawanmu
itu tidak ada seorangpun yang akan dibiarkannya meninggalkan
lembah ini dalam keadaan masih bernapas.....!"
Yo Him mengawasi dengan mata menyelidik, kemudian katanya,
"Baiklah nona, jika memang menasehati kami dari hati yang tulus,
demi kebaikan kami, itulah merupakan kebaikan yang tidak
mungkin kami lupakan. Tetapi, sesungguhnya. memang kami
sangat membutuhkan sekali pertolongannya, maka tolonglah nona
memberikan petunjuk, bagaimana caranya kami bisa menemui
orang itu......?" 477 Gadis itu tertawa tawar, wajahnya tetap tidak memperlihatkan
perasaan apapun juga. Tahu-tahu pedangnya telah berkelebat.
"Wuttt, wuttt!" beberapa kali pedangnya itu menderu-deru,
menabas cabang ranting pohon, dengan gerakan tubuh yang
lincah sekali. Kemudian waktu tubuh gadis berpakaian serba putih
itu telah meluncur turun, seketika cabang ranting yang telah
ditabasnya itu meluruk jatuh di dekatnya.
"Nah, kalian telah melihatnya, jika memang kalian memaksa
memasuki lembah ini, berarti kalian akan menghadapi bahaya
tidak kecil..... lebih baik kalian membatalkan maksud kalian dan
cepat-cepat angkat kaki meninggalkan tempat ini! Atau memang
aku perlu memaksa kalian agar segera meninggalkan tempat ini"!"
Yo Him mengawasi tajam kepada gadis itu, kemudian tanyanya:
"Jadi, nona yang tidak mengijinkan kami masuk"!"
Gadis berpakaian serba putih itu mengangguk: "Ya, demi kebaikan
kalian juga.....!" Yo Him menghela napas dalam-dalam, kemudian katanya:
"Menyesal sekali, kami hanya bisa maju ke depan, tetapi sudah
tidak bisa mundur..... karena kawanku ini yang tengah terluka
478 parah, membutuhkan pertolongan dari orang yang tengah kami
cari itu!" Bola mata gadis itu memain tidak hentinya. Sedangkan Ho Sin-se
yang tadi telah menyaksikan betapa pedang si gadis berkelebat
menabas ranting dan cabang pohon begitu mudah, tanpa
dikehendaki dia telah memegang lehernya, karena dia membayangkan jika pedang itu digerakkan untuk menyerang
lehernya tentu lehernya itu akan putus, sama putusnya seperti
cabang dan ranting pohon yang kena ditabas oleh pedang si gadis.
Waktu itu, diapun telah menghampiri ke dekat Yo Him. Sin-se
menarik ujung baju Yo Him, berbisik: "Kongcu, mari kita tinggalkan
tempat ini..... berbahaya sekali.....mari Kongcu..... aku..... aku takut
sekali!" Yo Him tidak memperdulikan sikap Ho Sin-se. Hanya saja, belum
lagi Ho Sin-se merengek terus dan Yo Him belum sempat berbicara
kepada gadis berbaju serba putih itu, justeru Sasana telah
melompat ke depan Yo Him. Dia menghadapi gadis berpakaian
serba putih itu, katanya dengan sikap yang tawar juga,
"Siapakah nona, mengapa merintangi perjalanan kami"!"
479 Muka gadis berpakaian serba putih itu jadi berobah tidak enak
dilihat. Walaupun wajahnya cantik, namun dari mukanya itu
memancarkan sedikit kesesatan.
Dia kemudian tertawa dingin, katanya: "Siapakah yang ingin
merintangi kalian" Aku hanya mengatakan, jika kalian meneruskan
perjalanan memasuki lembah ini, maka kalian akan mengalami
bahaya yang tidak kecil, karena itu aku meminta agar kalian pergi
meninggalkan lembah ini!"
"Lalu jika memang kami bermaksud hendak memasuki lembah ini
terus, apa yang hendak nona lakukan?" tanya Sasana, yang tidak
jeri, malah mengawasi perempuan berpakaian serba putih itu
dengan sorot mata tidak kalah tajamnya.
"Ohhh, kalian hendak memaksa masuk terus ke dalam lembah
ini"!" tanya gadis serba putih itu, kemadian ia tertawa bergelakgelak. Lama sekali ia tertawa seperti itu, sampai akhirnya dia
bilang, "Baik! Baik! Kulihat kalian bukan orang-orang sembarangan seperti
kambing yang mudah dituntun, aku akan memperlihatkan kepada
kalian, siapa sebenarnya aku, sehingga kalian berani tidak
480 mematuhi kata-kataku.....!" Membarengi dengan perkataannya itu,
tampak gadis berbaju putih itu menerjang dengan pedangnya.
Pedang itu berkelebat sangat dekat dengan dada Sasana, akan
tetapi Sasana sama sekali tidak terkejut. Dia telah mengulurkan
tangannya menyentil pedang tersebut.
Akibat benturan sentilan jari telunjuk Sasana pada pedang itu
membuat gadis berbaju serba putih itu kaget tidak terkira. Ia
merasakan telapak tangannya panas sekali, pedangnya juga telah
miring ke samping. Getaran tenaga sentilan itu membuat hampir
saja dia melepaskan cekalan pedangnya itu.
Tetapi dia juga tidak tinggal diam, setelah melompat mundur satu
tindak dia telah melompat maju lagi. Pedangnya menikam cepat ke
arah leher Sasana. Kali ini Sasana bergerak gesit sekali, tahu-tahu dia telah menjepit
pedang gadis berpakaian serba putih itu, sehingga membuat
pedang itu tidak bisa meluncur lebih jauh.
Mati-matian gadis berbaju serba putih itu berusaha menarik
pedangnya dari jepitan tangan Sasana, akan tetapi dia gagal.
Bukan main kagetnya melihat kuatnya jari tangan Sasana yang
bisa menjepit pedangnya sampai tidak bergerak sama sekali, dan
481 dia telah berseru nyaring dan galak, karena dia marah sekali. Dia
mendorong pedangnya dengan kuat, tetapi tetap saja gagal.
"Hemmm, dengan hanya memiliki kepandaian seperti ini saja,
engkau hendak jual lagak di hadapanku?" kata Sasana, dan
menggerakkan tangannya sambil mengerahkan tenaga sinkangnya, seketika pedang itu menjadi patah tiga!
Yo Him hanya berdiam diri saja mengawasi Sasana "memberi"
pelajaran kepada gadis berpakaian serba putih itu. Dia sama sekali
tidak mempersalahkan Sasana, karena jika memang Sasana tidak
melakukan tindakan seperti itu, akan menimbulkau kerewelan yang
tidak berkesudahan. Ho Sin-se bengong memandang betapa Sasana sesungguhnya
seorang wanita yang tangguh sekali. Hatinya kini agak tenang,
karena dia dapat menduganya, Yo Him tentunya seorang pemuda
yang memiliki kepandaian sangat liehay. Namun perasaan tegang
tetap saja menguasai hati Ho Sin-se.
Sedangkan Giok Hoa hanya mengawasi saja, ia tidak tertarik
terhadap apa yang tengah dilakukan Sasana, karena perhatian
Giok Hoa lebih tercurah pada Hok An, yang masih berada dalam
482 gendongan Yo Him. Malah Giok Hoa telah mendekat pada Yo Him,
agar dapat melihat keadaan paman Hok nya lebih jelas.
Ketika melihat keadaan Hok An, walaupun Hok An seperti dalam
keadaan tertidur atau pingsan dan tidak merintih namun sepuluh
jarinya telah membengkak seperti itu, malah sebagian dari jari
tangannya telah pecah dan mengeluarkan air, membuat hati Giok
Hoa sangat berduka. Terlebih pula dia melihat muka Hok An yang
membengkak juga, dia menangis sedih sekali.
Yo Him berusaha membujuk si gadis cilik, katanya: "Segera kita
akan bertemu dengan tabib yang pandai, tenanglah...... tenanglah..... jangan menangis terus!!"
Ho Sin-se masih berdiri bengong di tempatnya, dia mengawasi
tertegun dan kagum apa yang dilakukan Sasana. Sebab setelah
mematahkan pedang gadis cilik itu menjadi tiga, dengan gerakan
yang gesit sekali, tubuh Sasana telah bergerak ke samping gadis
berbaju putih itu, lalu dengan gerakan tangan yang sulit diikuti oleh
mata Ho Sin-se, tahu-tahu Sasana telah berhasil mencengkeram
ikat pinggang gadis berpakaian serba putih, sekali berseru, tubuh
gadis berbaju putih itu telah dilemparkannya jauh sekali, tiga
tombak lebih. 483 Gadis berbaju putih itu juga tampaknya kaget bukan main, dia
merasakan semangatnya seperti terbang meninggalkan raganya


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketika tubuhnya melayang di tengah udara tanpa dia dapat
mengimbangi luncuran tubuhnya. Hanya saja, sebelum tubuh
gadis berbaju putih itu terbanting di tanah, telah berkelebat
sesosok bayangan putih lainnya.
Tahu-tahu tubuh gadis berbaju putih yang pertama itu telah
berhasil ditahan oleh sebatang tongkat panjang, terbuat dari
bambu yang ujungnya telah menyelip diikat pinggang gadis baju
putih itu, sehingga tubuhnya seperti tergantung tidak sampai jatuh
terbanting. Orang yang menolongi gadis berbaju putih itu ternyata seorang
wanita berbaju putih juga, hanya saja usianya mungkin telah
limapuluh tahun lebih. Matanya bersinar tajam sekali, dia juga telah
menurunkan gadis baju putih itu, kemudian sambil mengibaskan
tongkat bambunya dia telah bilang:
"Hmmm, siapa yang berani malang melintang menghina cucuku!"
Sasana tersenyum tawar. "Kita tidak saling kenal satu dengan lainnya, tetapi entah mengapa,
cucumu itu bermaksud merintangi perjalanan kami, bahkan tidak
484 segan-segan dia telah menyerang kami dengan mempergunakan
tikaman pedang. Jika saja kami tidak memiliki sedikit kebisaan,
bukankah kami akan dicelakainya?"
Muka wanita setengah baya itu, yang sama seperti cucunya
mengenakan baju serba putih, telah memperlihatkan sikap tidak
simpatik. Dia tersenyum mengejek, matanya memandang dengan
sorot yang dingin. "Ya, ya, mungkin juga cucuku itu melakukan suatu kesalahan,
namun tidak seharusnya orang luar yang mengajar adat padanya,
karena masih ada neneknya yang bisa mendidik dan mengajar
adat padanya! Nah, karena engkau merasa yakin, memiliki
kepandaian yang tinggi, sehingga tidak memandang sebelah mata
pada cucuku, dan juga tidak mau memandang mata kepadaku, aku
justeru ingin melihat berapa tinggikah kepandaianmu. Hiaaaat!"
Membarengi bentakannya itu, ganas luar biasa tongkat wanita
setengah baya itu, telah meluncur melintang ke arah perut Sasana.
Gerakan wanita setengah baya itu begitu cepat, tongkatnya seperti
juga sambaran petir, membuat Sasana jadi terkejut juga, karena
tahu-tahu ujung tongkat yang runcing itu telah menyambar tiba
pada perutnya. 485 Untung saja Sasana telah digembleng Yo Him dan berlatih dengan
tekun, sehingga Sasana sekarang bukan Sasana yang dulu, di
mana dia telah memiliki kepandaian yang tinggi dan memperoleh
kemajuan yang pesat. Melihat cara menyerang wanita setengah baya itu, cepat sekali
Sasana menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat ke belakang
sambil berjumpalitan dua kali. Dengan cara mengelakkan diri
seperti itu, serangan tongkat wanita setengah baya itu bisa
dihindarkannya. ` Yo Him juga kaget tidak terkira melihat cara menyerang dari wanita
setengah baya tersebut, walaupun bagaimana serangan itu
merupakan tipu yang bisa mematikan, karena bisa memecahkan
dan merobek kulit perut Sasana.
Sedangkan Yo Him pun teringat kepada mayat-mayat yang
ditemuinya beberapa saat yang lalu, di mana leher dari mayatmayat itu robek terluka seperti sayatan. Boleh jadi leher dari mayatmayat itu robek oleh tabasan ujung tongkat dari wanita setengah
baya yang aseran dan berpakaian serba putih itu.
"Bagus!" berseru wanita setengah baya itu. "Kau ternyata gesit
sekali!" dan sehabis memuji begitu, malah tongkatnya 486 mendengung, menyambar kepada pundak, dada, perut Sasana
dengan sambaran yang beruntun.
"Sasana, hati-hati!" teriak Yo Him yang menguatirkan juga
keselamatan isterinya. Sedangkan untuk melompat mewakili
Sasana menerima serangan wanita serba putih itu, dia tidak bisa,
dia tengah menggendong Hok An, yang tengah terluka parah.
Dan wanita setengah baya yang berpakaian serba putih itu juga
menyerang dengan cara yang aneh. Dalam waktu yang singkat
sekaligus telah bisa menyerang tiga jurusan.
Sasana waktu itu baru saja hinggap di tanah, dia merasakan angin
serangan yang menyambar beruntun ke arah pundak, dada dan
perutnya. Bukan main mendongkolnya Sasana, karena dilihatnya
cara bergerak tongkat wanita setengah baya itu sangat ganas
sekali. Sasana tidak tinggal diam. Cepat sekali dia berseru, lalu
mengibaskan lengan bajunya, berusaha menggulung tongkat
lawannya. Cara yang dilakukan oleh Sasana sebetulnya merupakan cara
memunahkan serangan lawannya yang terlalu berani sekali. Kalau
487 memang libatan lengan bajunya gagal, berarti Sasana akan terluka
oleh serangan dari lawannya itu.
Karena itu Yo Him menyaksikan dengan hati yang berdebar
berkuatir. Ho Sin-se juga mementang matanya lebar-lebar. Dia kagum tidak
terkira melihat Sasana demikian liehay dan lincah. Semula dia tidak
menyangka bahwa Sasana ternyata pendekar wanita berkepandaian tinggi. Tadinya dia hanya menduga bahwa Sasana
hanya wanita yang lemah belaka.
Libatan lengan baju Sasana ternyata berhasil. Tongkat wanita
setengah baya dengan pakaian serba putih itu telah berhasil
dilibatnya ujungnya, dengan demikian tongkat itu tidak bisa
bergerak lebih jauh buat menyerang ke arah perut Sasana. Bahkan
libatan lengan baju itu dilakukan dengan disertai kerahan tenaga
dalam, maka biarpun wanita setengah baya itu bermaksud hendak
menusuk dengan mendorong tongkatnya ke depan, tokh dia tidak
berhasil. Cucunya, gadis berpakaian serba putih, yang tadi nyaris
terbanting, tampaknya gusar sekali. Dengan mata memancarkan
sinar yang bengis, dia melompat ke dekat Sasana.
488 Cepat sekali pedangnya yang telah buntung menjadi pendek itu
dipakai buat menikam punggung Sasana. Cara menyerangnya licik
sekali. Pertama-tama dia menikam dengan perlahan-lahan, sehingga
tidak menimbulkan desiran angin serangan. Waktu pedang
buntung itu hampir tiba di pundak Sasana, barulah dia
memusatkan dan mengerahkan tenaga dalamnya, dia menikam
dengan sekuat-kuatnya. Sasana kaget, dia tidak menyangka akan serangan itu, sebab dia
tengah memusatkan perhatiannya pada wanita setengah baya itu.
Tapi Yo Him yang melihat ini rupanya tidak tinggal diam, belum lagi
mata pedang itu bisa melukai punggung isterinya, kaki Yo Him
telah melayang menendang punggung gadis berbaju putih itu
sampai dia terguling-guling di tanah dan mengeluarkan jerit
kesakitan, karena gadis berpakaian serba putih itu merasakan
tulang punggungnya seperti menjadi patah!
Bukan main marahnya wanita setengah baya berpakaian serba
putih itu melihat cucunya terguling-guling akibat tendangan Yo
Him. Dalam kemarahan, tongkatnya itu disodokkan ke depan
dengan harapan dapat mendorong Sasana.
489 Akan tetapi dorongan tongkat itu sama sekali tidak memberikan
hasil, karena libatan lengan baju Sasana benar-benar kuat,
sehingga tongkat itu hanya dapat tergeser sedikit, dan tidak bisa
meluncur ke depan terus. Waktu itu Sasana juga tidak tinggal diam. Ketika wanita setengah
baya itu menusukkan tongkatnya begitu kuat, ia segera juga
mengimbangi dengan tenaga dalamnya.
Setelah berhasil membuat tongkat itu tidak bisa meluncur ke
depan, ia membarengi dengan menghentak mempergunakan
kibasan tangan yang satunya. Lenyaplah keseimbangan tubuh
wanita setengah baya berbaju putih itu, tubuhnya terjerunuk.
Namun ia liehay, karena cepat sekali ia dapat mengatur
keseimbangan ke dua kakinya yang menjadi kokoh kembali,
sehingga ia tidak sampai terjerunuk. Dengan muka yang merah
padam ia memandang Sasana,
"Hemmm, bagus, bagus rupanya kau ingin melihat keliehayanku,
heh?" Kemudian selesai berkata ke dua jari tangannya, jari telunjuk dan
ibu jarinya didekatkan pada mulutnya, dia segera bersiul nyaring.
Tidak lama terdengarnya suara siulan tersebut, berkelebat
490 mendatangi lima sosok bayangan putih, cepat sekali mengurung
Sasana. Di tangan masing-masing ke lima orang berpakaian serba
putih itu mencekal sebatang tongkat yang sama ukuran maupun
bentuknya dengan tongkat yang dicekal oleh wanita setengah baya
itu. Muka wanita setengah baya berpakaian putih itu masih merah
padam, katanya: "Binasakan mereka, termasuk setan kecil itu!"
Perintah itu disertai dengan jari telunjuknya yang menunjuk kepada
Giok Hoa. Wajahnya bengis dan matanya memancarkan sinar
tajam mengandung nafsu membunuh!
Ke lima orang yang baru datang dan semuanya berpakaian putih
itu adalah lima orang gadis berusia antara duapuluh tahun dengan
paras muka yang semuanya cantik dan bentuk tubuh yang langsing
menarik. Mereka tidak ada yang mengeluarkan sepatah perkataan
pun juga, hanya saja tubuh mereka mulai bergerak hendak
mengepung dan menyerang Sasana.
Yo Him yang menyaksikan keadaan seperti itu segera memaklumi
bahwa ia tidak boleh berdiam diri, segera ia melompat ke pinggir
meletakkan Hok An di bawah sebatang pohon, dan menoleh
kepada Ho Sin-se, katanya:
491 "Kau jaga dan lindungi paman Hok ini!"
Ho Sin-se waktu itu tengah ketakutan setengah mati, keringat
mengucur deras sekali dari sekujur tubuh dan mukanya yang
pucat, juga tubuhnya tengah menggigil menahan rasa takut,
namun ia mengangguk mengiakan juga.
Giok Hoa pun melompat ke samping Hok An, menjagai paman Hok
nya itu dengan hati yang gelisah sekali. Gadis cilik itu kuatir kalaukalau Yo Him bersama Sasana tidak sanggup menghadapi jumlah
musuh yang jauh lebih besar dari mereka, di samping tampaknya
memiliki kepandaian yang tinggi, dengan tongkatnya yang
berbahaya itu. Tubuh Yo Him melesat ke samping Sasana.
Waktu itu seorang gadis berpakaian serba putih yang berada di
tempat yang akan diterobos oleh Yo Him, menggerakkan
tongkatnya, akan menabas tenggorokan dari Yo Him. Namun Yo
Him bisa mengelakkan dengan hanya memiringkan sedikit
kepalannya. Malah tangannya cepat sekali menyambar ke lengan
gadis berbaju putih itu, gerakan mana dibarengi dengan
pengerahan tenaga dalamnya.
492 "Pergilah kau!" ia menghentak akan melontarkan tubuh gadis
berpakaian serba putih itu.
Namun hati Yo Him segera terkesiap, ia menarik cukup kuat
disertai tenaga dalam, tetapi ia seperti menarik pohon yang berakar
di dalam tanah, kokoh sekali.
Tubuh gadis berpakaian putih yang seorang itu jangankan
terlempar ke tengah udara, malah bergemingpun tidak, ia berdiri
tegak di tempatnya. Malah tongkatnya telah bergerak lagi
menyambar ke arah tenggorokan Yo Him.
Keadaan ini benar-benar tidak pernah disangka oleh Yo Him, di
samping kaget iapun heran, melihat usianya gadis berpakaian
serba putih itu tentunya ia tidak mungkin memiliki lweekang yang
begitu tangguh, sehingga dapat berdiri dengan ke dua kaki yang
begitu kokoh. Dengan demikian, ia jadi tidak mengerti untuk
keliehayan gadis ini. Namun Yo Him tidak bisa berpikir terlalu lama, karena ujung
tongkat yang tajam itu meluncur ke arahnya dengan gerakan yang
cepat sekali. Beruntung memang Yo Him memiliki kepandaian
yang sangat tinggi, walaupun tengah berada dalam keadaan kaget
493 dan heran, namun ia dapat hersikap lebih tenang dan mengelakkan
diri dari sambaran ujung tongkat.
Sekarang hanya berbeda dengan tadi, Yo Him tidak berusaha
mencekal tangan gadis berbaju putih itu. Ia hanya mengelak ke
samping, kemudian tangan kanannya meluncur akan menotok
jalan darah yang melumpuhkan di punggung gadis itu.
Gerakan itu bukan gerakan yang terlalu luar biasa, namun buat
gadis berbaju putih itu ternyata sangat cepat. Jika ia tidak
membatalkan serangan ujung tongkatnya dan melompat mundur
ke samping, niscaya pundaknya kena ditotok Yo Him.
Dan beruntung juga baginya bahwa wanita setengah baya itu telah
berusaha menotok tenggorokan Yo Him dengan ujung tongkatnya
yang tajam. Sehingga membuat Yo Him tidak bisa meruntuni
dengan totokan lainnya waktu sasarannya itu pindah tempat, ia
harus melayani wanita setengah baya itu.
Sasana waktu itupun tidak kurang sibuknya. Empat orang wanita
berpakaian yang serba putih, dibantu juga dengan cucu si wanita
setengah baya itu, menyerang serentak kepada Sasana. Berlima
mereka menyerang mempergunakan tongkat yang sangat liehay
sekali mengincar bagian-bagian yang mematikan di tubuh Sasana.
494 Sebagai seorang pendekar wanita yang telah banyak menerima
petunjuk dari mertuanya, dari Siauw Liong Lie dan Yo Ko, dengan
sendirinya ia bisa memiliki perhitungan yang matang dan dapat
menemukan tindakan apa yang harus dilakukannya dalam
keadaan terkepung seperti itu. Tahu-tahu ia melompat ke tengah
udara, sepasang kakinya ditekuknya, lalu ia menyentil berulang
kali dengan ke dua tangannya di mana ia masing-masing
mempergunakan jari telunjuknya.
Hebat kesudahannya. Tanpa menyentuh tongkat dari lawanlawannya, dari setiap ujung jari telunjuknya seperti juga mengalir
kekuatan tenaga dalam yang dahsyat sekali, yang telah membuat
ujung tongkat lawannya mencong tidak mengenai sasaran,
sehingga membuat ke lima lawannya kaget tidak terhingga, karena
telapak tangan mereka sakit dan panas sekali oleh getaran yang
menerjang dari tongkat mereka masing-masing yang terkena hawa
dan tenaga sentilan telunjuk jari Sasana.
Rupanya dalam keadaan seperti itu Sasana telah mempergunakan


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ilmu jari tunggal yang sakti ajaran Yo Ko, yaitu It-yang-cie. Itu
masih untung buat ke lima lawannya, bahwa Sasana baru bisa
menguasai ilmu tersebut tiga bagian saja.
495 Jika sudah mencapai tujuh atau delapan bagian yang berhasil
dikuasainya jangan harap ke lima orangnya masih hidup sampai
detik itu terkena getaran tenaga sakti dari jari-jari telunjuk Sasana.
Adanya pengalaman pahit seperti itu, membuat ke lima wanita
berpakaian serba putih tersebut tidak berani menyerang serampangan lagi. Waktu tubuh Sasana telah meluncur turun dan
hinggap di tanah, dan perasaan sakit pada telapak tangan mereka
masing-masing berkurang, barulah ke lima wanita berpakaian
serba putih itu menyerang lagi.
Namun penyerangan mereka dilakukan selalu dengan jurus-jurus
gertakan belaka. Mereka belum berani terlalu mendesak Sasana
lagi, rupanya mereka kuatir akan mengalami keadaan seperti tadi
di mana telapak tangan mereka pedih dan sakit!
Sasana tertawa tawar. Ia melihat ke lima lawannya sesungguhnya
memiliki kepandaian yang lumayan. Hanya saja tongkat mereka
bergerak mengandung hawa sesat, di mana setiap kali menyerang
jurus serangan tongkat itu selalu sulit diterka. Dengan begitu
membuat Sasana pun berhati-hati.
Yang membuat Sasana jadi heran juga justeru dilihatnya bahwa ke
dua kaki dari ke lima orang itu memiliki kuda-kuda yang kuat sekali.
496 Pernah Sasana menyerang dengan mengerahkan delapan bagian
tenaga dalamnya, namun ia gagal merubuhkan lawannya yang
berdiri tetap di tempatnya tanpa bergeming sama sekali.
Sedangkan ke lima wanita itu mengepung Sasana kian merapat.
Walaupun mereka tidak berani untuk terlalu mendesak, namun
mereka pun berusaha tidak memberikan kesempatan sedikitpun
pada Sasana buat bernapas atau mengadakan persiapan
membalas menyerang. Salah seorang di antara ke lima lawan Sasana telah membentak:
"Monyet betina tidak tahu diri, jika kami tidak bisa sembelih
tubuhmu, jangan harap kami mau sudah!"
"Ya, kita harus gorok lehernya menjadi lima potong, jiwanya harus
dikirim ke neraka dengan cara yang istimewa!" berseru yang lain.
"Benar! Mari kita buat tubuhnya seperti juga patung yang tidak
utuh, kita bagi-bagi anggota tubuhnya menjadi lima bagian?" teriak
yang lain. Walaupun mereka satu dengan yang lainnya saling memaki tidak
hentinya, serangan mereka tetap gencar dan penuh perhitungan.
Rupanya makian-makian mereka hanya sekedar untuk memecahkan perhatian Sasana belaka, agar jauh lebih mudah
497 mereka rubuhkan atau serang. Karenanya, mereka berusaha mengacaukan perhatian Sasana
dengan berbagai makian yang kotor dan lain-lainnya.
Sasana menanggapi semua itu dengan sikap yang tenang.
Walaupun hatinya sangat panas sekali, ia mencari-cari kesempatan untuk dapat merubuhkan salah seorang dari ke lima
lawannya. Namun setiap kali Sasana selalu gagal buat mendesak salah
seorang lawannya, mereka berlima ternyata sangat kompak sekali.
Jika seorang di antara mereka hendak didesak oleh pukulan yang
gencar oleh Sasana, maka yang empat telah bergerak buat
menerjang Sasana dengan ancaman yang dahsyat.
Karena mereka seperti juga memusatkan seluruh tenaga mereka.
Empat ujung mata tongkat itu yang demikian runcing serentak
menyambar ke arah satu sasaran di tubuh Sasana, memaksa ia
harus dapat menghindarkannya dengan segera dan membatalkan
maksudnya untuk mendesak lawannya yang seorang.
Yo Him yang waktu itu dikeroyok oleh wanita setengah baya
berpakaian putih dan gadis berbaju putih yang tadi hendak
dilontarkan oleh Yo Him, ternyata tidak mengalami kesulitan.
498 Walaupun ke dua orang itu menyerang kepadanya cukup ganas
mempergunakan tongkat masing-masing, namun Yo Him selalu
dapat menghadapinya dengan sebaik mungkin.
Giok Hoa menyaksikan keadaan pertempuran itu, hatinya takut
dan berkuatir sekali, ia menangis. Karena disamping kuatir kalaukalau Yo Him dan Sasana tidak bisa menghadapi lawan-lawan
mereka, juga iapun berkuatir sekali untuk keselamatan jiwa Hok
An, yang tampaknya keadaan paman Hok ini semakin gawat
sekali, sebab selain mukanya yang membengkak agak besar,
tubuhnya, lengan maupun kakinya nampak mulai membengkak
pula. Ho Sin-se yang ditanya mengenai keadaan paman Hok ini oleh
Giok Hoa, hanya menghela napas sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Jika perutnya telah membengkak besar, walaupun
turun dewa yang bermaksud menolongnya, jangan harap jiwanya
itu dapat ditolong lagi!"
Giok Hoa menangis mendengar keterangan seperti itu, dia
menyusut air matanya dan memperhatikan jalan pertempuran
antara Yo Him dan Sasana dengan wanita-wanita yang berpakaian
putih. 499 Memang cara menyerang dari Yo Him dan Sasana semakin lama
jadi semakin cepat dan tenaga dalam yang mereka pergunakan itu
semakin kuat. Wanita-wanita itu telah mulai menggerakkan tongkat mereka
dengan gerakan yang luar biasa. Terkadang tongkat menyambar
lurus, dipergunakan buat menikam bagaikan gerakan sebatang
pedang, atau di lain saat tongkat-tongkat itu melintang dan telah
menyerampang ke kaki Yo Him atau Sasana.
Dengan begitu membuat Yo Him dan Sasana harus melompat
tinggi sekali, karena tongkat itu menyambar bertingkat. Tongkat
yang pertama menyambar kaki mereka, kemudian tongkat yang
lainnya menyambar lebih tinggi, sedangkan tongkat yang pertama
itu telah menyambar pula menyusul di sebelah atas.
Dengan begitu, cara menyerang tongkat itu seperti juga tongkat
anak tangga yang saling susun, yang membuat Yo Him dan
Sasana harus menghindar dengan melompat tinggi sekali. Malah
Yo Him yang memiliki kepandaian lebih tinggi dari kepandaian
Sasana, dapat mempergunakan ujung kakinya buat menendang
ujung tongkat itu, sehingga jadi terpental. Berbareng tubuh Yo Him
yang berada di tengah udara, telah meluncur turun menyambar
500 kepada salah seorang wanita itu, sambil menghantam dengan
tenaga lweekangnya. Hantaman mana membuat tubuh wanita itu, kembali terpental
bergulingan di tanah. Dan dia telah memandang dengan muka
yang pucat pias, karena dia telah memuntahkan darah segar dan
terluka di dalam yang cukup berat. Dengan demikian Yo Him telah
berhasil mengurangi seorang lawannya.
Wanita tua itu telah menjejakkan kakinya, tubuhnya seperti alapalap telah menyambar kepada wanita yang terluka itu. Dan dia
telah menggendongnya sambil melarikan diri dengan mengerahkan ginkangnya. Dia juga berseru nyaring sekali: "Angin
keras......!" Seruan itu membuat kawan-kawannya segera memutar tubuh dan
telah meninggalkan tempat itu, karena mereka pun segera ingin
menyingkirkan diri dari Yo Him dan Sasana.
Yo Him bermaksud mengejar terus, namun Sasana telah
memanggilnya: "Yo Him..... jangan dikejar!"
Yo Him batal mengejar, dia telah memutar tubuhnya dan
menghampiri Sasana. 501 "Apakah kau tidak terluka"!" tanya Yo Him.
Sasana menggeleng sambil menghela napas.
"Aneh sekali, wanita tua itu dengan kawan-kawannya ternyata
memiliki ilmu tongkat yang cukup aneh. Tampaknya ilma tongkat
mereka merupakan ilmu tongkat Su-coan-tung-hoat, yaitu ilmu
tongkat dari Su-coan, dari keluarga Lam yang sangat terkenal
sekali di dalam rimba persilatan.....!"
Yo Him mengangguk. "Akupun menduga begitu, mungkin ilmu tongkat itu memiliki
seratusdelapan jurus, hanya saja yang mengherankan aku, para
wanita itu hanya mempergunakan delapanbelas jurus, di mana
mereka telah mengulangi lagi jurus demi jurus setiap kali mereka
telah gagal menyerang sebanyak delapanbelas jurus."
Sasana mengangguk. "Ya akupun memperhatikan begitu!" katanya. "Tetapi memang
jurus-jurus yang mereka pergunakan itu tidak salah lagi ilmu
tongkat adalah dari keluarga Lam di Su-coan. Aku telah melihatnya
bahwa setiap gerakan-gerakan dari tongkat itu dia mempergunakan jurus-jurus yang banyak terdapat di dalam ilmu
502 pedang, juga di samping itu, tentunya mereka hanya baru memiliki
dan menguasai belasan jurus belaka. Jika demikian halnya,
baiklah kita akan berusaha untuk menyelidiki siapa mereka.....!"
"Tetapi itu tidak bisa kita lakukan..... ingat, bahwa kita tengah
berusaha menolongi Hok Lopeh.....!" mengingatkan Yo Him.
Sasana seperti baru tersadar, dia menepuk keningnya, katanya:
"Hai! mengapa aku pikun seperti ini, sehingga lupa pada apa yang
baru kita lakukan!" Setelah berkata begitu, segera juga Sasana melompat mendekati
Hok An dan Giok Hoa, untuk memeriksa keadaan Hok An. Melihat
keadaan Hok An seperti itu membuat Sasana tambah berkuatir,
sedangkan Giok Hoa tengah menangis tidak hentinya.
Yo Him pun menghela napas berulang kali melihat keadaan Hok
An yang semakin parah. Ho Sin-se waktu itu telah menjelaskan kepada Yo Him: "Kalau
sampai perutnya ini membesar, maka biarpun dewa yang turun
hendak mengobatinya, jangan harap dapat menyembuhkan
penyakit dan luka-lukanya ini.....!"
503 Yo Him menghela napas. "Karena itu, kita harus mempercepat perjalanan kita, agar segera
dapat tiba di tempat orang yang kau sebutkan itu!" kata Yo Him.
Ho Sin-se mengangguk saja.
Giok Hoa masih menangis, Sasana menghiburnya.
"Jika engkau menangis saja, hal itu tidak akan membawa manfaat
apa-apa buat kau maka alangkah baiknya jika saja engkau dapat
segera membantu kami untuk mengangkat paman Hok mu itu, agar
dapat melakukan perjalanan lebih cepat?"
Giok Hoa mengangguk dan menyusut air mata. Dia berusaha
membantu mengangkat Hok An.
Kali ini Yo Him tidak memanggul tubuh Hok An, karena luka-luka
Hok An tampaknya semakin parah, juga tubuhnya semakin
membengkak. Jika ia memanggulnya, tentu Hok An akan
menderita sekali, malah Yo Him kuatir akan membuat luka Hok An
tergesek-gesek oleh pakaiannya sehingga menambah luka itu
semakin berat dan parah. 504 Sedangkan Sasana telah bantu mengangkat sepasang kakinya
Giok Hoa, tangan kirinya, Ho Sin-se tangan kanannya, dan Yo Him
mengangkat kepala sampai ke leher.
Mereka telah melakukan perjalanan yang tidak terlalu cepat.
Sedangkan di atas mereka, terbang rajawali putih, sekali-kali
terdengar suara pekiknya yang panjang, tampaknya burung
rajawali itu ikut berduka.
Ia seperti juga mengetahui bahwa majikannya itu tengah
mengalami luka yang berat sekali, di mana jiwanya tengah
terancam. Maka telah membuat burung rajawali itu yang memiliki
perasaan sangat tajam, berulang kali mengeluarkan suara
pekiknya, seperti juga dia itu ikut berduka.
Tampak Yo Him sudah tidak sabar. Berulang kali dia bertanya
kepada Ho Sin-se, apakah tempat dari orang yang mereka cari itu
masih jauh. Ho Sin-se berulang kali mengatakan bahwa mereka akan segera
tiba. Tidak lama setelah mereka melakukan perjalanan lagi,
memang mereka telah tiba di dekat sebuah tebing yang tinggi
Pedang Angin Berbisik 6 Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen Cinta Bernoda Darah 7
^