Pencarian

Matahari Esok Pagi 13

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja Bagian 13


kini bukan lagi anak-anak yang setiap kali dapat dikelabuhinya. Manguri sudah
mengetahui betapa kadang-kadang kesepian mencengkam, sehingga ia tidak lagi dapat mengatakan
kepada anak itu seperti pertama tama ia melakukannya.
"Laki laki itu seorang yang baik Manguri. Aku memerlukannya di saat-saat tertentu, meskipun ayahmu tidak menghendakinya.
Karena itu, jangan kau katakan kepada ayah, supaya ayah tidak menjadi sangat
marah" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Bagiku. Aku tidak akan mempersoalkan masalah-masalah lain yang tidak aku
mengerti. Aku tidak akan meributkan lagi hubungannya dengan ibu yang sudah
terjadi bertahun-tahun. Dan bukankah selama ini akupun tidak pernah mempersoalkannya dan apalagi mengatakannya kepada ayah"
Bahkan mungkin ayahpun sudah mengetahuinya. Tetapi
karena kedudukan ayahpun lemah di dalam soal keluarga ini, maka ia tidak akan
mengambil suatu sikap apapun"
"Jangan berkata begitu Manguri. Kau membuat hatiku
pedih. Sudah berapa kali aku katakan kepadamu, bahwa aku akan menghentikan
permainan ini. Tetapi ketika aku hampir berhasil, datanglah persoalanmu dengan
perempuan itu sehingga aku masih harus memperpanjang hubungan itu"
Manguri yang saat itu masih terlampau muda memang
tidak mengatakannya kepada ayahnya karena ibunya memberi uang. Tetapi semakin
dewasa anak itu, maka hati ibunyapun menjadi semakin sakit dibuatnya. Tetapi
iapun tidak pernah berhasil berusaha untuk memutuskan hubungan itu. Ada
sesuatu yang serasa telah mengikatnya erat-erat.
Dan kini tuntutan Manguri memang terasa terlampau berat.
Bertemu langsung dengan orang itu.
Bagaimanapun juga ibu Manguri merasa cemas, bahwa
keduanya tidak akan dapat
menyesuaikan diri. Ada kepentingan yang sama dari keduanya atas dirinya. Keduanya merasa berhak
menentukan suatu sikap atasnya. Manguri sebagai anaknya, dan laki-laki itu yang
selama ini selalu mengisi kekosongan hatinya di saat-saat suaminya pergi untuk
waktu yang lama. "Percayalah ibu" berkata Manguri kemudian "Aku sudah
cukup dewasa menghadapi persoalan ini"
"Manguri" berkata ibunya kemudian "permintaanmu itu
memang terlampau berat. Tetapi baiklah aku akan mengatakan kepadanya. Mungkin ia mempunyai cara yang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
lain yang lebih baik dari pembicaraan itu. Apalagi kalau usahanya memisahkan
perempuan itu dari Ki Demang sudah berhasil, maka jalan pasti akan terbuka
bagimu" "Terima kasih" berkata Manguri "Aku akan sangat berterima kasih kalau usaha itu
berhasil. Tetapi kalau tidak, sudah aku katakan, aku ingin bertemu langsung dan
membicarakannya" Ibunya kembali terdiam sambil menundukkan kepalanya.
Manguripun kemudian meninggalkan ibunya yang muram,
dengan rencananya sendiri di kepalanya.
Dalam pada itu, meskipun Ki Reksatani sudah mempersiapkan beberapa orang pengikut yang apabila
diperlukan sudah siap membantunya, dengan memberi
harapan dan janji-janji kepada mereka, namun Ki Reksatani sendiri
masih mempunyai harapan untuk mengambil Sindangsari dengan diam-diam, tanpa menumbuhkan keributan. Setelah ia yakin bahwa pembunuh Puranta itu bukan Ki Demang, maka
jalan yang paling aman itu masih akan dicobanya.
"Saat yang paling tepat adalah apabila kakang Demang, membuat peralatan di bulan
ke tujuh dari kandungan perempuan itu" berkata Ki Reksatani di dalam hatinya "ia dapat menyiapkan
beberapa orang yang harus membawa
Sindangsari pergi. Ia sendiri dan isterinya akan mencari jalan untuk membawa
Sindangsari menjauhi suaminya dan orang-orang yang sedang sibuk dalam peralatan
itu. Ki Reksatani mengangguk anggukkan kepalanya. Sudah
terbayang di kepalanya, bagaimana isterinya membawa
perempuan itu ke halaman belakang yang sepi. Sebelum
Sindangsari sadar, maka ia harus dipukul sampai pingsan.
Sementara orang-orang yang sudah disiapkan,
harus membawanya pergi dan melarikannya diatas punggung kuda yang harus siap agak jauh
dari rumah itu. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tentu tidak seorangpun yang akan segera mengetahui
bahwa Nyai Demang telah hilang, karena kesibukan di dalam rumah kakang Demang
desis Ki Reksatani itu sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun kemudian ia
mengumpat tidak habis habisnya, karena ia masih belum berhasil menemukan
pembunuh Puranta. "Persetan dengan pembunuh yang licik itu" geram Ki
Reksatani "Ki Demang akan menyadari keadaan isterinya setelah perempuan itu
tidak bernyawa lagi dan dikubur di tempat yang tidak akan mungkin ditemukan
orang" Dengan demikian semakin dekat bulan ke tujuh dari
kandungan Sindangsari, maka Ki Reksatani menjadi semakin sibuk. Ia harus
mempersiapkan rencananya dengan cermat.
Bahkan iapun harus memperhitungkan apabila rencananya itu gagal. Ia harus siap
dengan kekuatan yang akan dapat
setidak-tidaknya menyamai kekuatan bebahu di Kepandak.
Sementara itu, Ki Reksatani sendiri memang sudah
menyiapkan dirinya untuk menghadapi Ki Demang di
Kepandak. Keduanya adalah saudara sekandung dan saudara seperguruan. Ki Demang
yang lebih tua mempunyai pengalaman yang lebih banyak, tetapi Ki Reksatani yang lebih muda memiliki
kekuatan badani yang lebih besar dari
kakaknya. Umurnya yang masih lebih mudapun mempengaruhi kemauan mereka dalam mendalami ilmu
masing-masing. Sehingga dengan demikian Ki Reksatani
merasa bahwa apabila ia dihadapkan pada suatu keharusan untuk bertempur melawan
Ki Demang, ia masih mempunyai harapan untuk dapat keluar dari pertarungan itu
hidup-hidup. Namun, sebelum semuanya itu terjadi, sebelum genap
tujuh bulan kandungan Sindangsari, Kepandak telah digetarkan oleh berita yang datang dari Mataram bahwa pasukan Mataram yang pergi
ke ujung Barat kota yang telah dijamah oleh orang-orang asing itu, terpaksa
ditarik kembali. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sinuhun Sultan Agung memutuskan, bahwa kali ini niatnya untuk mengusir orang
bule itu belum dapat dilanjutkannya, karena berbagai macam sebab. Salah satu
dari alasan penundaan serangan itu adalah karena penghianatan
Lumbung-lumbung padi Persediaan makan bagi para prajurit Mataram telah terbakar.
Agaknya ada beberapa orang yang sengaja menjual rahasia persiapan Sinuhun Sultan
Agung itu kepada Belanda.
Dengan demikian maka pasukan Mataram yang terdiri dari segenap kekuatan rakyat
yang tinggal di daerah pedalaman dan daerah pantai, kali ini telah gagal lagi.
Tetapi kegagalan ini sama sekali tidak memadamkan api kebebasan yang
menyala di setiap dada rakyat Mataram.
Agaknya Sinuhun Sultan Agung telah membuat perhitungan yang sebaik-baiknya.
Kalau serangan atas kota Betawi itu dilanjutkan, maka korban akan berjatuhan.
Persediaan makan dan perlengkapan tidak memadai, dan penyakit yang sudah mulai
berjangkit dikalangan prajurit Mataram. Terutama disebabkan karena kekurangan
makan. Karena itu, maka untuk menyelamatkan jiwa para prajuritnya, sedang hasil yang dicapai masih belum
dapat dipastikan, Sinuhun Sultan Agung mengambil kebijaksanaan, bahwa pasukannya
ditarik dari medan. Berita penarikan pasukan Mataram itu telah menumbuhkan berbagai tanggapan. Bukan
saja rakyat Kepandak, tetapi rakyat
Mataram seluruhnya, terutama mereka yang melepaskan keluarganya pergi beberapa bulan yang lalu.
"Penyakit yang ganas telah menyerang prajurit Mataram yang kekurangan makan
karena penghianatan itu" berkata salah seorang yang mendengar dari kawan-
kawannya yang datang dari kota untuk mendapatkan kebenaran berita itu.
"Apakah dengan demikian banyak korban yang jatuh
karena penyakit itu?" bertanya yang lain.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kami belum tahu. Tetapi kami merasa cemas bahwa hal
itu telah terjadi" Dengan demikian, maka orang Kepandak dan padukuhan-
padukuhan lain, hanya dapat menunggu sampai pasukan itu datang. Apakah yang
sebenarnya telah terjadi dengan mereka.
Beberapa orang utusan yang mendahului serta para
penghubung yang hilir mudik menghubungkan pasukan itu dengan pusat pemerintahan
di Mataram, sama sekali tidak mau memberikan keterangan kepada siapapun juga,
sehingga gambaran yang sebenarnya dari pasukan yang ditarik kembali itu sangat
gelap. Orang-orang Kepandak yang telah melepaskan anak-anak
mereka, suami-suami muda mereka dan bahkan kekasih
mereka, menanti dengan jantung yang berdebaran. Kapan pasukan itu datang dan
kapan mereka mendengar nasib
keluarga mereka masing-masing.
Berbeda dengan kepentingan para keluarga yang dengan
harap harap cemas menunggu pasukan itu, datang, ternyata Ki Reksatanipun menjadi
gelisah, Di dalam pasukan itu terdapat seorang anak muda yang bernama Pamot.
Meskipun Pamot kini sama sekali tidak lagi bersangkut paut dengan Sindangsari,
tetapi nama itu membuat hati Ki Reksatani menjadi semakin kisruh. Kadang kadang
ia menjadi heran, kenapa ia harus mempersoalkan Pamot. Sindangsari adalah isteri
Ki Demang. Sama sekali tidak ada masalah dengan Pamot.
"Adalah suatu kemungkinan, bahwa Pamot telah mati di
tengah perjalanan, diterkam oleh penyakit yang ganas itu" Ki Reksatani mencoba
menenteramkan hatinya sendiri. Tetapi ia tidak
berhasil. Setiap kali nama Pamot itu selalu mengganggunya. Selain Ki Reksatani, maka Pamot memang menimbulkan
persoalan persoalan pula pada Ki Demang di Kepandak, pada Sindangsari yang sudah
mendengar pula tentang pasukan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang ditarik itu, dan bagi Manguri yang sedang berusaha untuk merebut
Sindangsari dengan cara apapun juga.
Karena itu, maka merekapun. tidak luput dari kegelisahan yang setiap hari
menjadi semakin memuncak. Mereka sama sekali tidak digelisahkan oleh kemungkinan
yang kurang baik yang menimpa Pamot, tetapi mereka justru digelisahkan oleh
kehadiran anak itu kembali di Kademangan Kepandak.
Dengan demikian, maka Ki Reksatanipun segera mengambil sikap. Rencananya harus
segera terlaksana sebelum ada persoalan baru apabila Pamot sudah ada di
Gemulung. "Perempuan itu harus segera disingkirkan" geram Ki
Reksatani yang duduk bersama isterinya di rumahnya.
"Apakah tidak ada kemungkinan lain kakang" berkata
isterinya. "Kemungkinan lain, rencana kita gagal mutlak. Dan aku tidak mau, Aku sudah
terlanjur sampai disini. Karena itu aku harus berjalan terus"
Nyai Reksatani merasa, bahwa ia tidak akan dapat
mencegah lagi. Ia tahu, seperti Ki Demang di Kepandak, suaminya adalah orang
yang keras hati. Apabilaia sudah mempunyai niat, maka niat itu akan dicapainya
dengan cara apapun juga. Tetapi dalam pada itu. Manguripun sudah mempunyai
keputusan tersendiri. Kini ia datang kepada ibunya membawa keputusan itu.
"Ibu, rencana yang semula itu pasti sudah gagal. Ternyata sampai saat ini tidak
ada kelanjutannya apapun. Sindangsari sama sekali tidak dicerai oleh suaminya
karena perbuatan sedengnya"
Ibunya tidak menyahut. Ia hanya dapat menganggukkan
kepalanya saja. "Nah, bukankah ibu sudah tahu?"


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Ya" "Sekarang, aku harus menemuinya. Kapan saja ia dapat
menerima. Secepat-cepatnya"
"Aku tidak dapat mengatakannya Manguri"
"Aku masih mempunyai kesempatan. Ayah baru akan
kembali kira-kira tiga hari lagi. Tetapi seperti biasanya, kedatangan ayah pasti
akan tertunda. Apalagi kalau disuatu tempat ayah menemukan perawan yang cantik"
"Manguri" potong ibunya.
"Sudahlah. Jangan dipersoalkan lagi kata-kataku itu ibu.
Sekarang, aku harus menemuinya. Kalau tidak, aku akan mengambil tindakan
sendiri, sesuai dengan rencanaku. Aku tidak peduli apakah rencanaku itu
bertentangan dengan rencananya"
"Jangan tergesa-gesa Manguri. Kau tidak berhadapan
dengan orang kebanyakan. Kalau kau terlibat dalam suatu tindak
kekerasan,akibatnya tidak akan menguntungkan"
"Karena orang itu memiliki kemampuan yang tidak
terhingga?" "Sebagian karena itu, meskipun bukan tidak terhingga, tetapi ia adalah seseorang
yang sukar dicari tandingnya di Kepandak"
"Mungkin ibu, tetapi aku tidak akan gentar. Betapapun dungunya, tetapi Lamat
adalah orang yang luar biasa. Alam telah membekalinya dengan kemampuan yang
hampir tidak terbatas. Ia kuat seperti singa, tetapi bodoh seperti keledai.
Justru karena itu, ia adalah orang yang sangat berbahaya bagi orang-orang yang
tidak aku senangi" Wajah ibunya menjadi tegang mendengar kata-kata
Manguri itu. Ia mengerti, bahwa Lamat memang orang yang luar biasa seperti yang
selalu dikatakan oleh ayah Manguri.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tidak seorangpun yang mengetahui, kapan dan dari mana ia berguru. Tetapi agaknya
alam memang telah membekalinya.
"Nah, terserah kepada ibu" berkata Manguri kemudian.
"Apa yang kau maksudkan?"
"Aku tidak yakin bahwa laki-laki itu dapat mengalahkan Lamat"
"O" ibunya menjadi semakin bingung. Dengan gemetar ia menjawab
"Berilah aku kesempatan untuk mempertimbangkannya Manguri"
"Waktunya sudah terlampau sempit ibu. Sebentar lagi
anak-anak yang mengikuti pasukan Mataram ke Betawi itu akan pulang. Pasti tidak
semua dari mereka terbunuh. Kalau diantara mereka terdapat Pamot yang masih
hidup, maka persoalannya akan menjadi bertambah rumit. Mungkin Pamot tidak akan
berbuat apa-apa selagi Sindangsari masih tetap menjadi isteri Ki Demang. Tetapi
kalau terjadi sesuatu perubahan keadaan, misalnya Sindangsari dicerai, atau
keadaan yang lain, maka Pamot pasti akan ikut berbuat sesuatu. Bahkan mungkin ia
merasa orang yang paling berhak atas Sindangsari sesudah Ki Demang di Kepandak"
Ibunya menarik nafas dalam-dalam. Desisnya "Kau
memang aneh Manguri. Kau dapat mencari gadis berapapun kau kehendaki. Kenapa kau
begitu bernafsu atas seseorang yang sudah bersuami, dan bahkan sudah
mengandung?" Jangan bertanya begitu ibu, nanti aku bertanya pula
kepada ibu, kenapa ibu begitu gairah atas laki-laki itu. sedang ibu sudah
bersuami dan laki-laki itupun sudah beristeri dan beranak beberapa orang"
"Manguri" potong ibunya.
"Baiklah aku tidak mengatakannya lebih panjang. Tetapi usahakan hubungan itu"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ternyata ibu Manguri tidak dapat menolak lagi. Anaknya terlampau banyak
mengetahui persoalannya, sehingga apabila ia menolak, mungkin akan terjadi
sesuatu yang tidak dikehendakinya. Meskipun ayah Manguri menyadari kekurangannya apabila ia harus berhadapan dengan laki-laki itu, tetapi Lamat
adalah orang yang berbahaya. Lamat adalah kekuatan yang ditabiri oleh suatu
rahasia. Tidak seorangpun tahu pasti, betapa besar kemampuannya.
Demikianlah, maka ibu Manguri harus mengatakan kepada laki-laki itu,
bahwa Manguri ingin menemuinya dan membicarakannya tentang Sindangsari.
"Tidak ada yang dapat dibicarakan" jawab laki-laki itu "aku sudah memutuskan
untuk membunuhnya" "Jangan begitu" jawab ibu Manguri "mungkin ada jalan dan cara yang dapat
ditempuh" "Aku tidak melihatnya lagi. Aku sudah kehabisan akal" laki-laki itu berhenti
sejenak "sudahlah. Disini kita tidak usah membicarakan perempuan itu. Aku sudah
jemu berbicara. Aku datang untuk mengendorkan ketegangan yang mencengkam
hatiku selama ini. Bersikaplah seperti biasa. Jangan berwajah muram seperti itu.
Kita masing-masing sudah menempuh jalan ini. Sudah tentu kita tidak akan
melibatkan diri dalam persoalan-persoalan yang mendalam seperti sepasang suami
isteri. Kita sekedar berbicara tentang diri kita sendiri, tentang saat-saat yang
hanya dapat kita hayati beberapa kejap, sebelum kita akan terjun kembali ke
dalam kenyataan hidup kita masing-masing. Kita sudah membuat hubungan ini
sebagai suatu pelarian dari keadaan kita yang sebenarnya.
Karena itu, janganlah kita mempersoalkan masalah-masalah yang dapat mengerutkan
saat-saat yang pendek ini"
Ibu Manguri menjadi termangu-mangu. Tetapi setiap kali terngiang kata-kata
Manguri, bahkan sebuah ancaman, bahwa ia akan bertindak sendiri bersama Lamat.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Mungkin Manguri akan lari ke ayahnya" berkata ibunya itu di dalam hati "kalau
ayahnya dapat memberinya peluang dan kesempatan lebih besar dari aku, maka ia
pasti tidak akan memerlukan aku lagi"
Karena itu iapun berkata "Sebenarnyalah demikian. Saat-saat kita lari dari
kehidupan kita sehari-hari, tidak sepantasnya kita kotori dengan kesulitan-
kesulitan yang ingin kita lupakan sejenak. Tetapi kali ini aku tidak mampu
melepaskan diri dari kehidupan serupa itu. Kapanpun. Juga sekarang"
Laki-laki itu mengerutkan keningnya. Katanya "Pertemuan kita akan kehilangan
arti bagi kita. Aku lari dari ketegangan, disini aku bertemu dengan ketegangan-
ketegangan baru" "Penuhi permintaannya. Untuk seterusnya, aku tidak akan mengganggumu
lagi. Kita akan bersama-sama mempergunakan setiap kesempatan sebagai suatu wadah
pelarian kita sebaik-baiknya. Tetapi apabila masalah ini masih belum dapat
diselesaikan, maka hatiku akan tetap dipengaruhi olehnya. Oleh masalah ini"
Laki-laki itu menjadi tegang sejenak. Katanya "Bukan
kewajibanku untuk mengurusi anak itu. Ia mempunyai ayah yang lebih berhak
mendengar pengaduannya"
"Bukan soal berhak atau tidak berhak. Tetapi anak itu melihat bahwa kau
mempunyai kesempatan apabila kau
menghendakinya" Akhirnya laki-laki itu menganggukkan kepalanya. Katanya
"Baiklah. Aku memberikan waktuku sekarang. Hanya sekarang.Besok, lusa dan seterusnya tidak. Aku datang untuk menemui kau. Tidak
untuk yang lain-lain"
"Terima kasih" berkata ibu Manguri "Anak itu akan aku panggil saja ke dalam
bilik ini. Kau tidak boleh keluar dari bilik khusus ini supaya tidak ada orang
lain yang mengetahui, bahwa kau ada disini"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Anakmu?" "Ia sudah mengetahui sejak lama. Bukankah sudah aku
katakan?" Laki-laki itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya
"Ternyata anakmu baik juga terhadapmu. Apakah ia tidak akan mengatakan kepada
ayahnya pada suatu saat?"
"Sampai saat ini tidak, asal ia tidak terlalu aku kecewakan.
Karena itulah aku tidak dapat mengkesampingkan permintaannya kali ini"
Laki-laki itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi ia berkata "Anak itu harus
tahu, bahwa aku telah mengambil keputusan. Aku hanya akan memberitahukan
keputusan itu, tidak untuk membicarakannya.
"Tentu untuk membicarakannya. Kalau di dalam pembicaraan itu ditemukan sesuatu kesimpulan yang dapat memenuhi kepentingan
bersama, bukankah itu lebih baik?"
Laki-laki itu mengangguk-anggukkan kepalanya, meskipun ia berdesis "Aku tidak
melihat kemungkinan itu. Tetapi baiklah, Bawa anak itu kemari"
Ibu! Manguri itupun kemudian keluar dari biliknya, untuk menuju ke ruang dalam
mencari Manguri. Tetapi begitu ia melangkahi pintu tengah, ia terkejut. Ternyata
Manguri sudah berdiri bersandar uger-uger.
"Aku tahu, laki-laki itu sudah datang" desis Manguri.
Ibunya mengusap dadanya yang menjadi berdebar-debar.
"Jantungku hampir berhenti berdetak. Kau mengejutkan aku Manguri"
"Aku memang sudah menunggu disini. Aku sudah
berketetapan hati, kalau laki-laki itu menolak menemui aku, ia tidak akan dapat
keluar dari rumah ini"
"Manguri, apa yang akan kau lakukan?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Lamat sudah siap untuk menangkapnya. Ia akan menjadi pangewan-ewan"
"Gila. Apakah kau sudah gila" Apakah kau tidak menyadari, bahwa dengan demikian
ibumu akan dihinakan juga di
hadapan orang-orang Gemulung?"
"Aku akan mencoba memfitnahnya. Aku dapat berkata,
bahwa ia memasuki halaman rumah kami untuk keperluan
apapun, yang barangkali tidak menyangkut nama ibu"
"Itu tidak mungkin. Orang itu bukan orang bisu"
"Lamat dapat membuatnya bisu"
"O, kau benar-benar telah menyiksa hati ibumu"
"Tidak. Bukan ibu" Manguri tersenyum. Tetapi senyumnya seperti senyum iblis yang
melihat sesosok mayat baru
"Sudahlah ibu. Jangan risau. Aku tidak akan mencemarkan nama ibu"
Ibunya termangu-mangu sejenak. Tetapi ia tidak dapat
berbuat lain kecuali membawa Manguri itu kepada laki-laki yang sudah menunggunya
di dalam biliknya. Beberapa langkah di depan pintu Manguri masih berdesis
"Lamat ada di luar dinding ini. Pintu rahasia ibu itu sudah diketahuinya"
"Aku tidak membuat pintu rahasia Manguri. Pintu itu sudah ada sejak rumah ini
dibuat. "Maksudku, pintu yang dipergunakan oleh laki-laki itu"
"Sudahlah. Sekarang temui laki-laki itu. Tetapi kenapa kau membawa Lamat pula.
Ia akan mengetahui rahasia ini, dan itu berbahaya"
"Ah, ibu. Lamat mengetahui sejak lama. Lama sekali. Ia adalah seseorang yang
memiliki kemampuan di luar dugaan.
Ia melihat apa yang tidak kita lihat, dan ia mendengar apa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang tidak kita dengar. Sayang otaknya kurang baik untuk mencernakan apa yang
dilihat dan didengarnya"
Ibunya menjadi tegang. "Tetapi ada juga baiknya ia berotak tumpul, sehingga ia tidak dapat membedakan,
mana yang baik dan yang buruk.
Kalau ia mampu membedakannya, maka raksasa bodoh itu
akan bersikap lain terhadap keluarga ini, karena ia akan mampu menilai, betapa
kelamnya hati kami seisi rumah ini.
Tetapi itu pula agaknya kelebihan kita. Meskipun kita mengetahui bahwa langkah
kita sesat, kita tetap berjalan lurus"
"Manguri" desis ibunya "bukankah kau ingin menemuinya"
Jangan mengatakan tentang yang lain. Bicarakan apa yang akan kau bicarakan"
"Baik ibu. Apakah aku harus juga masuk ke dalam bilik ibu?"
Ibunya mengangguk. "Apakah kita tidak bicara saja di luar?"
Ibunya menggeleng "Tidak Manguri"
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya "Ya.
aku tahu. Orang itu orang asing yang diliputi oleh kabut rahasia di rumah ini"
"Manguri" Manguri tidak menjawab. Tetapi ia hanya tersenyum saja.
Sejenak ibunya memandangi senyum aneh yang terbayang
di bibir Manguri. Namun kemudian ia berkata "Manguri aku minta kepadamu sebagai
seorang ibu. Jagalah pembicaraan ini baik-baik. Kalau terjadi sesuatu, aku,
ibumu, akan ikut tercemar pula karenanya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Jangan takut. Aku akan menjaga nama baik ibu dan
seluruh keluargaku. Aku sudah terlatih untuk mengelabui mata orang-orang di
sekitar kita" "Mengelabui" Apa maksudmu Manguri?"
"Maksudku, aku dapat menjaga bahwa nama yang
sebenarnya memang sudah tidak baik ini, akan tetap menjadi seolah-olah baik"
"O, kata-katamu benar-benar telah menyayat hatiku"
Ibunya menundukkan wajahnya. Sejenak kemudian terdengar suara perempuan itu
parau "Aku memang harus menerima
akibat yang pahit ini karena perbuatanku"
"Jangan ibu salah tangkap. Bukan maksudku. Bukan
maksudku "Manguri maju selangkah mendekati ibunya. Lalu
"Sudahlah ibu, dimana laki-laki itu"
Ibunya mengusap matanya. Jawabnya "Di dalam bilik itu.
Marilah kita masuk" Ibunya kemudian melangkah maju mendekati pintu.
Hatinya terasa menjadi semakin berdebar-debar seperti juga hati Manguri. Tetapi
ia sudah bertekad untuk menemuinya.
Menemui laki-laki itu. Ketika tangan ibunya perlahan-lahan mendorong daun
pintu, terasa bahwa tangan itu menjadi gemetar. Sekali perempuan itu berpaling.
Dilihatnya Manguri, anak laki-lakinya itu, berdiri tegak dengan tegangnya
memandangi lubang pintu yang semakin lama menjadi semakin luas.
Ketika pintu itu sudah terbuka lebar, Manguri menarik nafas dalam-dalam,
seolah-olah ia ingin mengendapkan perasaannya yang bergolak. Kini barulah disadari, bahwa hatinya terguncang juga
melihat laki-laki yang duduk diatas pembaringan ibunya. Sudah lama ia
mengetahui, seorang laki-laki yang sering memasuki bilik itu. Tetapi baru kali


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

inilah ia melihatnya. Melihat seorang laki-laki lain yang duduk
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dipembarihgan ayah ibunya. Tetapi kini, yang duduk disitu itu sama sekali bukan
ayahnya, meskipun ia seorang laki-laki juga.
"Masuklah Manguri" desis ibunya.
Darah Manguri serasa menjadi semakin cepat mengalir
ketika ia memasuki bilik itu. Di bawah cahaya lampu yang kemerah-merahan, tampak
wajahnya menjadi semakin merah.
Dengan tegangnya ditatapnya laki-laki yang berwajah keras itu. Laki-laki yang
bertubuh tegap, bermata tajam. Dan laki-laki itu dikenalnya bernama Ki Reksatani
Ia sudah sering melihat laki-laki itu. Ia sering bertemu di simpang jalan, di
bulak dan kadang-kadang di pasar ternak.
Tetapi ketika ia melihat laki-laki itu duduk di amben orang tuanya, dadanya
masih juga terguncang-guncang.
"Marilah Manguri. Duduklah" berkata Ki Reksatani itu.
Manguri masih tetap berdiri di depan pintu. Ketika ibunya kemudian menutup pintu
itu, ia sama sekali tidak bergeser dari tempatnya.
"Duduklah" berkata laki-laki itu pula.
"Akulah yang harus mempersilahkan kau. Bukan kau
mempersilahkan aku" geram Manguri. "Rumah ini rumahku"
berkata Manguri seterusnya "kaulah tamu di rumah ini, meskipun di dalam bilik
ibuku sekalipun" "Manguri. Sudah aku katakan. Kau jangan berbuat gila.
Bukankah kau bermaksud berbicara tentang Sindangsari?"
potong ibunya. Manguri terdiam sejenak. Namun kemudian ia mengangguk kecil. Jawabnya "Ya. Aku
akan berbicara tentang Sindangsari"
Ternyata Ki Reksatani masih dapat mengendalikan dirinya.
Ia masih tetap sareh. Katanya "Baiklah. Biarlah ibumu yang mempersilahkan kau
duduk" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Manguripun kemudian menarik sebuah dingklik kayu di
sudut ruangan. Sambil menyodorkan dingklik itu kepada Ki Reksatani ia berkata
"Silahkan kau duduk disini. Biarlah aku yang duduk di pembaringan.
Wajah Ki Reksatani menegang sejenak. Namun iapun
kemudian berdiri dan meletakkan dirinya diatas dingklik kayu itu sambil berkata
"Baiklah, aku akan duduk disini. Agaknya kau masih belum rela melihat seorang
laki-laki yang bukan ayahmu duduk di pembaringan ibumu"
"Ya" sahut Manguri.
"Baiklah. Aku mengerti" Ki Reksatani diam sejenak, lalu
"supaya kita tidak terseret oleh arus perasaan kita masing-masing, marilah kita
segera mulai dengan persoalan yang sebenarnya akan kita bicarakan"
Manguri yang kemudian duduk di pinggir pembaringan
ibunya mengerutkan keningnya. Dan ia mendengar ibunya berkata "Itu agaknya yang
paling baik kita lakukan sekarang.
Nah, bagaimana dengan Sindangsari yang kini sudah
mengandung, dan bahkan beberapa hari lagi akan dilakukan upacara genap tujuh
bulan dari kandungannya itu"
Manguri tidak segera menyahut. Ditatapnya saja wajah laki-laki yang masih juga
berbicara apapun tentang Sindangsari itu.
"Kenapa kalian berdiam diri" Bukankah kalian akan
membicarakan perempuan itu?"
"Baiklah. Akulah yang akan berbicara. Aku sudah
mengambil keputusan untuk menyingkirkan perempuan itu"
"Apa yang akan kau lakukan atasnya, sesudah ia tersingkir dari Ki Demang di
Kepandak?" bertanya Manguri.
"Aku tidak menghendaki anak laki-laki itu lahir. Juga aku tidak menghendaki
ibunya hidup, agar ia tidak dapat
mengatakan apapun juga tentang dirinya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tidak. Perempuan itu harus tetap hidup"
"Kau menghendakinya?"
"Ya" "Tidak akan ada gunanya. Kalau ia masih hidup, ia akan tetap berada di
Kademangan" "Tentu tidak. Ia akan menjadi isteriku"
"Aku sudah mencoba memisahkannya dengan suatu cara.
Tetapi aku tidak berhasil. Karena itu, bagiku, tidak ada cara yang lain, kecuali
membinasakannya" "Kepentinganmu bertentangan dengan kepentinganku.
Kalau kau dapat mengerti, biarlah perempuan itu disingkirkan dari Ki Demang di
Kepandak tetapi ia tidak perlu mati. Ia akan menjadi isteriku. Dan bukankah
dengan demikian ia sudah tersingkir juga dari Kademangan dan ia tidak akan
memberi keturunan lagi kepada Ki Demang?"
"Apakah kau sangka, Ki Demang tidak akan mengambilnya daripadamu dan
membunuhmu?" "Bodoh sekali. Apakah aku begitu gila, datang kepada Ki Demang dan mengambil
Sindangsari di siang hari di depan hidungnya pula?"
"Maksudmu, kau akan menculiknya?"
"Kalau kau sependapat, kita bersama-sama melakukannya.
Kau adalah orang yang dekat
dengan Ki Demang sepengetahuan kami. Kau dapat membantu aku memberi
kesempatan untuk mengambil Sindangsari tanpa diketahui oleh siapapun. Aku akan
menyembunyikannya dan kalau perlu membawanya jauh sekali dari Kepandak"
Ki Reksatani merenungi kata-kata Manguri itu. Sebenarnya, cara itu hampir
bersamaan dengan cara yang sudah
direncanakannya. Tetapi kalau Sindangsari itu masih tetap hidup, dan anak yang
ada di dalam kandungan itu kelak lahir,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
apakah pada suatu saat tidak akan timbul lagi suatu persoalan diantara mereka.
Karena Ki Reksatani tidak segera menjawab, maka Manguri berkata "Jadi, pokok
dari persoalanku adalah, Sindangsari harus tetap hidup"
Ki Reksatani menarik nafas dalam-dalam.
"Hal itu berbahaya bagiku. Kau tidak akan dapat
menyembunyikan perempuan itu untuk seumur hidupnya"
"Kenapa tidak?"
"Dan anak itu kelak pasti akan mengetahui, bahwa
Kademangan ini seharusnya berada di tangannya"
"Aku tidak akan berbicara tentang anak itu. Terserah
kepadamu, apa yang akan kau lakukan atas bayi yang kelak akan lahir. Bayi itu
bagiku tidak akan ada gunanya. Ia hanya akan mengganggu ketenangan rumah
tanggaku saja. Sebab aku yakin, bahwa pada suatu saat Sindangsari akan dapat
menerima kenyataan, seperti sekarang ia menjadi isteri Ki Demang. Ia tidak
mempersoalkan lagi, bagaimana cara Ki Demang mendapatkannya. Ternyata pula
bahkan ia sudah mengandung" Ki Reksatani masih berpikir sejenak. Namun tiba-tiba ia berkata "Terlampau
berbahaya bagiku, apabila perempuan itu masih tetap hidup. Kau akan dapat
menunjuk gadis yang manapun yang kau kehendaki. Tetapi jangan perempuan itu"
Manguri menggelengkan kepalanya "Aku menuntut perempuan itu. Aku memang dapat mendapatkan lebih dari sepuluh gadis yang aku
kehendaki tanpa diajari oleh orang lain bahkan aku akan dapat menceraikan
sepuluh rumah tangga yang baru saja dibangun dengan caraku. Karena itu gadis-gadis itu tidak
menjadi persoalan lagi bagiku. Aku akan mendapatkan kapan aku mau. Tetapi tidak
demikian dengan Sindangsari"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Jadi, kepentingan kita berbeda"
"Kau tidak dapat berbuat demikian atasnya"
"Kalau begitu, siapa saja yang paling dahulu melakukannya.
Kau dahulu yang mengambilnya atau aku dahulu yang
membunuhnya" "Tidak Ki Reksatani. Kau harus memperhatikan kepentinganku. Kalau tidak, aku akan mengatakan kepada Ki Demang di Kepandak"
"Gila kau" potong Ki Reksatani.
"Apa boleh buat"
Wajah Ki Reksatani menjadi merah padam. Dipandanginya Manguri dengan sorot mata
yang membara. Dalam pada itu, ibu Manguri yang melihat gelagat yang kurang baik segera mencoba
menengahi "Kenapa kalian tidak dapat mempertemukan pendapat kalian. Kalian
sebenarnya mempunyai kepentingan yang sama. Mengambil Sindangsari dari Ki
Demang. Apa yang akan kalian lakukan, sebenarnya dapat
dicari suatu cara yang sebaik-baiknya yang menguntungkan kalian berdua"
"Perempuan itu sangat berbahaya bagiku. Pada suatu saat ia akan dapat berbicara
tentang dirinya. Seandainya kakang Demang sudah matipun, ia akan dapat berkata
kepada semua orang di Kepandak apa yang sudah terjadiatasnya"
"Kau sebenarnya tidak usah ikut campur. Biarkan aku
mengambil Sindangsari. Kau hanya menolong memberikan
kesempatan itu. Seterusnya kau akan ikut mengenyam
hasilnya" "Kau tidak menanggapi kata-kataku. Perempuan itu
berbahaya bagiku. Bagaimana aku harus mengambilnya, sama sekali bukan suatu
kesulitan. Tanpa orang lain aku dapat melakukannya, bukan sekedar ikut mengenyam
hasilnya" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Jadi, apakah kita akan bersimpang jalan" Ingat, aku akan mengatakan kepada Ki
Demang kalau perempuan itu benar-benar mati. Sindangsari sendiri barangkali
memang tidak akan dapat membuka rahasia itu. Tetapi akulah yang akan
melakukannya" Hampir saja Ki Reksatani kehilangan kesabaran. Seandainya ia tidak berada di
rumah anak itu dan seandainya ibu anak itu tidak berdiri di dalam bilik itu
pula. Namun demikian ia menggeram "Manguri, jangan kau
sangka bahwa aku tidak dapat membunuh siapa saja yang berbahaya bagiku. Dalam
hal ini, aku tidak akan memandang siapa saja. Yang berbahaya bagiku, harus aku
singkirkan" "Ki Reksatani. Memang mudah sekali membunuh Sindangsari. Tetapi lain dengan aku"
"Tidak ada kesulitan"
"Mungkin aku dapat terbunuh. Tetapi ada saksi yang lain.
Ibuku. Apakah kau juga akan membunuh ibuku"
"Gila. Gila sekali"
"Cukup. Cukup" potong ibu Manguri "Jika kalian berkeras hati, maka pembicaraan
ini tidak akan selesai. Kenapa kalian tidak dapat saling memberi dan menerima?"
"Maksud ibu?" bertanya Manguri.
"Yang penting perempuan itu meninggalkan Kademangan.
Kalau perempuan itu harus tetap hidup, maka kau menjadi jaminan, bahwa perempuan
itu untuk seterusnya tidak akan membuka rahasia. Kau mengerti?"
"Kalau hal itu sudah berlangsung bertahun-tahun, dan tidak akan ada harapan lagi
bagi Sindangsari untuk kembali ke Kademangan, aku kira ia tidak akan membuka
rahasia. Ia tidak akan mau kehilangan suaminya sampai dua kali"
"Tetapi anak itu" sahut Ki Reksatani.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kalau kau ingin bebas daripadanya, terserahlah kepadamu" Ki Reksatani menggigit bibirnya, Ia tidak dapat mengabaikan anak dari perempuan yang telah untuk sekian lamanya bersama-sama
mengisi kekosongan hati masing-masing.
"Apakah kau sependapat?" bertanya Manguri "aku
memberikan jaminan, bahwa rahasia ini tidak akan terbuka.
Sebenarnya memang tidak ada pilihan lain yang dapat kau lakukan. Ingat, di
belakangku ada laki-laki dungu yang bertubuh raksasa itu. Namanya Lamat.
Bukankah kau pernah mengenalnya" Kau tidak dapat sekedar bermain-main dengan
orang dungu itu. Ia dapat lunak seperti seekor kucing. Tetapi ia dapat buas
seperti seekor harimau. Sangat tergantung kepadaku"
"Aku memang sedang berpikir. Tetapi jangan mencoba
menakut-nakuti aku. Aku bukan anak kecil lagi. Jangankan Lamat yang dapat sebuas
harimau, sedangkan di tepi-tepi hutan
aku tidak gentar menghadapi harimau yang sebenarnya" "Sudahlah" potong ibu Manguri "kalian akan berbelok lagi.
Batasilah pembicaraan kalian, supaya kalian tidak terjerumus ke dalam persoalan
yang sebenarnya tidak kalian kehendaki"
Ki Reksatani menarik nafas dalam-dalam, seolah-olah ia ingin mengendapkan
perasaan yang hampir melonjak.
Sedangkan Manguripun kemudian menundukkan kepalanya.
Dicobanya untuk menilai pembicaraan yang baru saja
dilakukannya dengan laki-laki yang sebenarnya, sadar atau tidak sadar sangat
dibencinya, karena ia begitu sering memasuki rumah ini, dan bahkan memasuki
bilik ayahnya, selagi ayahnya tidak ada di rumah.
Tetapi iapun sangat kecewa terhadap ibunya sendiri. Tanpa hasrat dari ibunya
sendiri, maka hal itu tidak akan dapat
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
terjadi. Apalagi untuk waktu yang lama dan bahkan setiap kali ayahnya pergi
untuk waktu yang cukup memberi peluang
kepada mereka. Namun ayahnyapun bukan orang yang baik. Dan ia harus
membenci pula berpuluh-puluh perempuan yang telah
menggantikan tempat ibunya untuk waktu-waktu tertentu di sepanjang
perjalanan ayahnya yang memang

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sering dilakukannya. Dalam pada itu, terdengar ibunya berkata "Sudahlah.
Agaknya kalian telah menemukan suatu singgungan yang
dapat kalian pergunakan sebagai landasan untuk berbuat.
Nah, apakah kau dapat menyebutkan Manguri?"
Manguri mengangkat wajahnya. Kemudian katanya "Menurut penilaianku, kita sudah menemukannya. Perempuan itu kita sisihkan dari
Kademangan, kemudian kita ambil dan kita asingkan. Aku harus menjamin bahwa
perempuan ini akan terpisah dari pergaulan dan rahasia ini tidak akan diketahui
oleh sipapapun juga"
"Dan kau akan melaksanakan dengan baik?"
"Aku tidak gila ibu. Kalau rahasia itu diketahui orang, maka akulah yang
pertama-tama harus berhadapan dengan Ki
Demang, karena isterinya ada padaku"
"Apakah begitu?" bertanya ibu Manguri kepada Ki
Reksatani. Ki Reksatani termenung sejenak. Tetapi akhirnya iapun mengangguk
"Baiklah. Untuk sementara aku dapat menyetujuinya" "Kenapa untuk sementara?"
"Aku akan melihat perkembangan keadaan. Mudah-
mudahan perempuan itu tidak berbahaya bagiku dan bagi Manguri sendiri"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku bertanggung jawab" sahut Manguri.
Ki Reksatani mengangguk-angguk kepalanya "Baiklah"
katanya "kita tinggal merencanakan, bagaimana kita akan mengambilnya dari rumah
Ki Demang" "Tidak sulit. Kau bawa Sindangsari ke tempat yang sepi.
Kemudian serahkan kepada Lamat. Ia akan membawa
Sindangsari ke tempat yang akan aku siapkan. Kalau kau tidak dapat
mempercayainya, kau dapat membantunya, menyiapkan beberapa orang yang akan
mengawasi keadaan dan melindungi Lamat sebelum ia meninggalkan tempat itu"
"Baiklah. Aku akan memberitahukan tempat-tempat yang
paling baik baginya untuk menunggu Sebaiknya ia bersedia seekor kuda"
"Lamat tentu tidak akan berkeberatan"
"Jadi, apakah pembicaraan ini sudah selesai?" bertanya Ki Reksatani kemudian.
Manguri mengerutkan keningnya. Ditatapnya wajah ibunya namun ibunya justru
menundukkan kepalanya. Sekilas
Manguri melihat wajah yang tunduk itu menjadi kemerah-merahan.
Dalam pada itu Manguri bahkan bertanya "Jadi, apakah aku harus segera
meninggalkan bilik ini?"
"Ah" Manguri mendengar ibunya berdesah sementara Ki
Reksatani memalingkan wajahnya. Tiba-tiba saja ia berdiri dengan gelisahnya dan
berjalan hilir mudik di dalam ruangan itu.
"Baiklah" berkata Manguri kemudian "aku akan segera
meninggalkan bilik ini. Tetapi pembicaraan kita tidak akan berubah. Perempuan
itu tidak boleh mati. Kita akan
menentukan kemudian, kapan kita akan melakukannya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Reksatani tidak menyahut, sedang ibu Manguri masih saja menundukkan wajahnya.
Sejenak kemudian Manguripun berdiri. Namun terasa
betapa dadanya menjadi berdebar-debar. Masih ada sesuatu yang terasa bergejolak
di dalam dadanya, ketika ia melihat langsung seorang laki-laki berada di dalam
bilik itu. Tetapi Manguripun kemudian melangkah ke pintu. Sekali ia berpaling, tepat pada
saat ibunya mengangkat wajahnya.
"Selamat malam ibu" desis Manguri.
Sekali lagi ibunya menundukkan wajahnya. Ia tidak berani menatap sorot mata
anaknya. Ki Reksatanipun masih tetap berdiri menghadap dinding seperti juga ibu Manguri,
ia tidak mau memandang mata Manguri yang memancarkan sorot yang aneh.
Sejenak kemudian mereka mendengar daun pintu berderit, kemudian dengan kerasnya
terdengar daun pintu itu berdentang tertutup. Ki Reksatani berpaling. Terdengar giginya gemeretak.
Tetapi ia mendengar suara ibu Manguri "Jangan salahkan anak itu. Marilah kita
melihat kesalahan yang melekat pada diri kita sendiri"
Ki Reksatani tidak menyahut. Namun kemudian iapun
menarik nafas dalam-dalam sambil mengusap dadanya.
Manguri yang meninggalkan bilik ibunya langsung pergi ke halaman samping untuk
menemui Lamat. Ketika ia keluar dari pintu depan, terasa udara malam yang sejuk
menyentuh tubuhnya yang seakan-akan baru saja dipanggang diatas bara.
Manguri menarik nafas dalam-dalam. Perlahan-lahan ia
melangkahkan kakinya mencari Lamat.
Lamat masih duduk di tempatnya. Tempat yang agak
terlindung oleh bayangan serambi, sehingga tidak segara
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dapat terlihat dari halaman, meskipun Lamat dapat melihat ke halaman yang
remang-remang. "Kau masih disitu?" bertanya Manguri. Lamat mengangguk sambil berdesis "Ya.
Apakah kau sudah bertemu dengan laki-laki itu"
"Hampir aku tidak dapat menahan hati. O, bagaimana iblis itu berada di bilik
ayah seperti di biliknya sendiri"
Lamat tidak menyahut. "Aku sudah berbicara" berkata Manguri kemudian "ia tidak dapat memilih jalan
lain, kecuali menerimanya"
Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tetapi laki-laki itu benar-benar memuakkan. Aku hanya memerlukannya di saat-
saat itu. Saat-saat kita mengambil Sindangsari. Seterusnya, kita tidak akan
memerlukannya lagi" Lamat mengerutkan keningnya Tanpa sesadarnya ia
bertanya "Maksudmu?"
"Kepandak akan menjadi rusak kalau ia kelak benar-benar dapat mengambil alih
kekuasaan Ki Demang seperti yang di mpikannya"
Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bagaimana mungkin Kepandak diperintah oleh orang
serupa itu atau anak-anaknya yang pasti tidak akan jauh menyimpang dari
tabiatnya, seperti aku juga tidak jauh menyimpang dari tabiat ayahku"
Lamat masih tetap berdiam diri.
"Tetapi aku tidak peduli. Apakah Kepandak akan menjadi rusak dan bahkan menjadi
hutan kembali tanpa peradaban, aku tidak peduli. Yang penting, aku sudah
mendapatkan Sindangsari. Aku tidak tahu, kenapa aku seakan-akan telah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menjadi gila. Semakin sulit aku mendapatkannya semakin besar hasratku untuk
memperisterikannya" Lamat masih belum berbicara apapun.
"Tetapi" tiba-tiba saja Manguri berdesis "apabila Sindangsari itu hilang dari Kademangan, apakah tidak
mungkin Ki Demang mengambil gadis lain untuk menjadi
isterinya?" Karena Lamat masih berdiam diri, Manguri membentaknya
"He, apakah kau sudah tertidur?"
Lamat menarik nafas. Jawabnya "Tidak. Aku sedang
mendengarkannya" "Apa pendapatmu?"
Lamat ragu-ragu sejenak .Katanya kemudian "Aku tidak
mengerti. Tetapi sebaiknya kau tanyakan saja kepada Ki Reksatani. Mungkin hal
itu belum menjadi pertimbangannya"
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Tetapi ia
menggeram "Aku segan untuk menemuinya kalau tidak
terpaksa sekali" Namun di saat itu, di dalam bilik ibu Manguri ternyata sedang bertanya pula
kepada Ki Reksatani "Apakah Ki Demang tidak akan kawin lagi dan mempunyai
kemungkinan yang serupa bagi iuterinya yang baru itu?"
"Aku sudah memikirkannya. Tetapi dengan demikian aku
akan dapat membiuskan ketidak puasan bagi rakyat
Kepandak. Hal itu pasti akan mematangkan suasana, sehingga aku dapat bertindak
dengan segala macam dalih"
"Apakah kau sudah membayangkan, bahwa dengan
demikian dapat terjadi bentrokan bersenjata dan akibatnya dapat menggoncangkan
sendi sendi kehidupan di Kepandak?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Reksatani tidak menyahut. Isterinya di rumah berkata seperti itu pula. Kini,
selagi ia ingin melupakan ketegangan-ketegangan itu, ia menjumpai masalah yang
sama. Karena itu, maka katanya "Jangan hiraukan hal itu Kau berjanji bahwa kau tidak
akan mempersoalkannya. Kita ingin melupakan ketegangan yang mencengkam hati kita
masing-masing" Ibu Manguri tidak menyahut, sedang Ki Reksatani berkata
"Dan bukankah masalah Sindangsari untuk sementara sudah kita anggap selesai?"
Perempuan itu tidak menyahut. Dipandanginya lampu
minyak di dalam bilik itu yang rasa-rasanya semakin lama menjadi semakin redup.
Ketika Manguri sudah masuk ke dalam rumah itu pula
tinggal ah Lamat yang duduk merenung seorang diri. Ia merasa bahwa beban yang
selama ini dicemaskannya, pada suatu saat akan jatuh pula di pundaknya.
Mengambil perempuan yang bersama Sindangsari yang sekarang sudah menjadi Nyai Demang itu.
Sekilas terbayang mayat Puranta yang terbujur di halaman.
Ia tidak tahu pasti, apakah yang telah terjadi dengan mayat itu.
"Kalau aku membiarkannya, maka aku kira persoalan ini akan berakhir lain.
Mungkin Sindangsari benar-benar akan dicerai dari Ki Demang, tetapi untuk
seterusnya akan menjadi isteri Puranta. Atau kedua-duanya akan dicekik sampai
mati oleh Ki Demang sendiri"
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Tetapi iapun kemudian menggelengkan kepalanya
"Memang hal itu tidak akan dapat dibiarkan. Kasihan perempuan itu.
Kegagalannya untuk mendapatkan seorang laki-laki yang didambakannya telah,
membuatnya kehilangan pegangan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi tidak sepantasnya ia jatuh ke tangan laki-laki seperti Puranta, apalagi
dalam rangka usaha Ki Reksatani yang terkutuk itu"
Tetapi Lamat hanyalah seorang budak. Ia tidak dapat
berbuat apapun juga, ia hanya dapat menjalankan perintah, meskipun perintah itu
akan menyakiti hatinya. Dan perintah yang bakal datang kemudian adalah, menculik
Sindangsari dan mengurungnya di suatu tempat.
"Betapa bagusnya sebuah sangkar, namun apabila pintunya terbuka, maka burung
yang ada di dalamnya pasti akan
terbang keluar" desisnya. Dan ia sudah membayangkan,
bahwa Sindangsari akan mengalami nasib seperti seekor burung. Dikurung disuatu
bilik yang gelap tanpa mendapat kesempatan untuk keluar. Setiap kali ia harus
menerima kedatangan Manguri yang merasa dirinya sebagai suaminya.
Meskipun seandainya Sindangsari mendapat makan yang
paling baik dan pakaian dari keping-keping emas, tetapi hal itu pasti merupakan
siksaan yang tidak terkirakan baginya.
"Lalu apapula yang akan terjadi dengan anak di dalam
kandungan itu. Anak yang sama sekali tidak berdosa?"
"Memang Pamotlah yang gila" tiba-tiba ia menggeram
"Pamot telah membuat perempuan itu mengalami siksaan
tanpa batas. Kalau Pamot tidak gila di malam itu, aku yakin Sindangsari tidak
akan mengandung seperti isteri-isteri Ki Demang yang lain. Dengan demikian
Sindangsari tidak perlu mengalami bencana seperti yang direncanakan oleh Ki
Reksatani sekarang" Padahal, kini Pamot itu tidak ada di rumah, bahkan tidak ada di Kepandak.
Tanpa sesadarnya Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya ketika terlintas di dalam ingatannya, bahwa pasukan yang pergi
menyerang Betawi itu sudah berada di perjalanan pulang.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tetapi apakah Pamot masih ada di dalam pasukan itu"
Sudah tentu ada sebagian dari anak-anak Gemulung yang gugur" Lamat menarik nafas
dalam-dalam "kalau saja Pamot masih hidup"
Tetapi Lamat menjadi bingung apakah yang akan dapat
dilakukan oleh Pamot seandainya ia pulang kembali ke
Gemulung dalam keadaan ini" Ia akan
menemukan sekelompok orang yang sudah siap melakukan rencananya yang keji. Dan ia sendiri
pasti ada di dalamnya, sebagai seorang budak yang tidak berharga.
"Tenagaku tidak lebih dari tenaga seekor kerbau yang
menarik bajak di sawah. Demikian juga harga diriku. Tetapi aku tidak dapat
berbuat sesuatu, seperti kerbau tidak dapat memutuskan tali yang mencocok
hidungnya" Dengan demikian maka Lamat hanya dapat menunggu di
dalam kegelisahan. Bahkan kadang-kadang timbullah niatnya akan lari dari
keadaannya. Tetapi setiap kali ia selalu dikekang oleh perasaan terima kasihnya
yang tidak terhingga, Ia benar-benar merasa berhutang budi kepada ayah Manguri,
bahwa ia telah diselamatkan jiwanya. Kalau tidak, maka pasti sudah mati.
"Lamat tidak ada lagi kini di dunia. Karena itu Lamat yang sekarang ini seolah-
olah sudah bukan lagi Lamat yang
berpribadi seutuhnya. Lamat yang sekarang adalah Lamat yang telah dikuasai oleh
kehendak orang lain, sebagai pembayaran atas hutangnya Hutang budi"
Demikianlah, maka hari demi hari menjadi semakin maju.
Kandungan Sindangsaripun menjadi semakin besar. Dengan demikian maka hari
peralatan bulan ke tujuh dari kandungan itu menjadi semakin dekat.
Ki Reksatani menjadi berdebar-debar ketika pada suatu hari ia telah dipanggil
oleh Ki Demang di Kepandak.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Apakah kira-kira yang akan dipersoalkan?" bertanya
isterinya. Ki Reksatani menggelengkan kepalanya. Katanya "Baru dua hari yang lalu aku
singgah di rumah kakang Demang.
Sekarang kakang Demang telah memanggil aku. Agaknya
memang ada sesuatu yang akan dibicarakannya"
Nyai Reksatani tampak menjadi gelisah. Tetapi ia tidak bertanya lebih lanjut.
Ketika Ki Reksatani meninggalkan rumahnya memenuhi
panggilan kakaknya, ia berkata kepada isterinya "Jangan cemas Tidak ada apa-apa"
Sebenarnyalah memang tidak ada apa-apa dengan Ki
Reksatani. Hampir tengah malam ia pulang. Sambil menarik nafas dalam-dalam ia
melangkahi pintu pendapa, setelah isterinya membukakan selarak dan mendorong
daun pintunya. Dengan serta-merta

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

isterinya bertanya "Apa yang dibicarakan oleh kakang Demang?"
Ki Reksatani tersenyum. Katanya "Kita memang terlampau berprasangka. Agaknya
karena rencana kita yang telah masak itulah yang membuat kita sendiri kadang-
kadang menjadi cemas"
Nyai Reksatani mengerutkan keningnya. Ia berdiri saja mematung
ketika suaminya kemudian menutup dan menyelarak pintu. "Duduklah" berkata suaminya kemudian.
Nyai Reksatanipun kemudian duduk di ruang tengah di
hadapan suaminya. Meskipun demikian hatinya masih juga berdebar-debar.
"Apakah anak-anak sudah tidur semua?"
"Sudah kakang" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya
kemudian "Aku dipanggil kakang Demang untuk membicarakan hari peralatan yang akan dilakukan, pada bulan ke tujuh kandungan
Sindangsari" "O" Nyai Reksatanipun
menarik nafas dalam-dalam
"sukurlah kalau persoalan itu yang dibicarakan oleh kakang Demang. Aku sudah
kecemasan bahwa kakang Demang sudah mencium rencanamu kakang.
"Tentu tidak. Aku melakukan dengan sangat hati-hati"
"Tetapi semakin banyak orang yang kau hubungi, semakin berbahaya bagimu, bahwa
rahasia itu akan bocor karenanya"
"Aku sudah memperhitungkannya dengan cermat. Jangan
takut. Mereka adalah orang-orang yang kecewa, orang-orang yang tamak dan dengki
orang-orang yang terlampau
dibayangi oleh nafsu kebendaan dan pangkat" Ki Reksatani berhenti sejenak, lalu
"mereka akan menyimpan rahasia ini baik-baik"
"Tetapi kalau kau mengecewakan mereka, maka mereka
pasti akan membuka rahasia ini"
"Tentu tidak. Sementara aku tidak akan membuat mereka kecewa. Aku mendapat
dukungan dari seorang anak muda
yang bernama Manguri Karena ia menginginkan Sindangsari untuk dijadikan
isterinya. "Anak pedagang ternak yang kaya itu"
"Ya" "Jadi perempuan itu tidak akan kau bunuh?"
Ki Reksatani menggelengkan kepalanya. Katanya "Ia akan disimpan di dalam satu
sangkar. Tetapi sebenarnya ini sama sekali tidak termasuk rencanaku.
Nyai Reksatani tidak segera menyahut.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Rencanaku yang sebenarnya masih tetap"
"Membunuh perempuan itu?"
"Ya" "Tetapi ia sudah menjadi isteri Manguri"
"Kalau perlu kedua-duanya. Aku tidak akan dapat hidup tenteram selagi perempuan
itu masih hidup" "Kenapa tidak kau biarkan saja mereka hidup berdua.
Merekapun pasti akan tetap menjaga rahasia itu. Lebih-lebih Manguri. Ia pasti
berusaha agar Ki Demang tidak mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi.
Sebab kalau Ki Demang mengetahuinya, maka setidak-tidaknya Sindangsari akan
diambilnya kembali, atau tuntutan hukuman yang lebih berat"
"Dan sudah tentu akan menyangkut namaku. Tetapi kalau mereka sudah mati,
kemungkinan itu tidak akan ada sama sekali.
Sementara ini aku hanya sekedar memenuhi
permintaan laki-laki yang tergila-gila kepada Sindangsari itu karena kalau
tidak, ia dapat berbuat sesuatu yang berbahaya bagiku"
Isterinya tidak menyahut ia sama sekali tidak mengerti, bahkan tidak menyangka
sama sekali, bahwa ada hubungan lain antara suaminya dan anak muda yang bernama
Manguri. Nyai Reksatani tidak menduga sama sekali bahwa pada setiap kali, suaminya pergi
ke rumah pedagang kaya itu selagi pedagang itu sendiri tidak ada di rumah.
Menurut dugaannya, suaminya dan anak muda itu sekedar bersinggungan
kepentingan tentang Sindangsari saja. Suaminya memerlukan dukungan uang dari anak muda itu
untuk membeayai rencananya. Apalagi apabila suaminya
memerlukan bantuan dari beberapa orang jika ia harus
menghadapi Ki Demang dengan kekerasan. Sejenak kedua orang itupun saling berdiam diri. Tetapi kengerian yang tajam
telah mencengkam jantung Nyai
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Reksatani. Ia sudah mulai membayangkan kekisruhan yang bakal terjadi di
Kademangan Kepandak. Nyai Reksatani menyesal, kenapa suaminya mempunyai
keinginan yang gila itu, untuk mewarisi kedudukan kakaknya.
Seandainya pada perkawinan yang pertama Ki Demang sudah mempunyai anak atau
selambat-lambatnya pada perkawinan yang kedua, maka pasti tidak akan tumbuh niat
itu pada suaminya. Tetapi karena Ki Demang tidak mempunyai anak sampai
perkawinannya yang kelima kali, maka timbul ah harapannya,
bahwa Ki Demang memang tidak akan
mempunyai anak untuk seterusnya. Alangkah kecewa Ki
Reksatani itu setelah pada perkawinan yang keenam, isteri Ki Demang benar-benar
telah mengandung. Namun demikian kadang-kadang terbersit juga angan-
angannya, betapa senangnya menjadi isteri seorang Demang yang berkuasa. Kalau
bukan ia sendiri dapat mengalami, maka ia akan dapat melihat, betapa senangnya
salah seorang anaknya menjadi seorang Demang yang berkuasa. Di
Kademangan ini, maka kekuasan Demang seakan-akan tidak terbatas. Semua niatnya
dapat terlaksana. Sampai kawin untuk keenam kalinya sekalipun.
Nyai Reksatani terkejut ketika tiba-tiba saja suaminya berdiri sambil berkata
"Aku akan tidur. Masih banyak yang harus aku kerjakan besok dan hari-hari
berikutnya. Kaupun harus banyak beristirahat menjelang peralatan yang akan
diselenggarakan di Kademangan itu"
Isterinya menganggukkan kepalanya.
"Jangan cemas" berkata Ki Reksatani kemudian "aku bukan anak-anak. Aku akan
bekerja secermat-cermatnya. Aku masih mempunyai
waktu untuk memperhitungkan setiap kemungkinan. Juga kedatangan anak-anak muda yang ditarik dari Betawi. Kalau
diantara mereka terdapat Pamot, akupun sudah mempertimbangkannya"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sekali lagi isterinya menganggukkan kepalanya, meskipun dadanya masih saja
berdebar-debar. Nyai Reksatani itupun kemudian berdiri pula dan
melangkah masuk ke dalam bilik anak-anaknya. Dilihatnya mereka tidur dengan
nyenyaknya. Sama sekali tidak terlintas di dalam angan-angan mereka, pergolakan
yang terjadi di dalam dirinya. Mereka tidak tahu, apa yang direncanakan ayah
mereka untuk kepentingan mereka kelak, meskipun jalan yang ditempuh adalah jalan
yang berbahaya. Semakin dekat dengan peralatan bulan ke tujuh kandungan Sindangsari, maka Ki
Reksatani semakin sering pergi ke rumah kakaknya. Bahkan kadang-kadang bersama
isterinya. Namun semakin sering pula ia berhubungan dengan Manguri,
meskipun dengan diam-diam. Mereka selalu membicarakan perkembangan-perkembangan
baru yang terjadi. Mereka
mulai membicarakan, dimana dan kemana Sindangsari akan diambil dan dibawa.
"Aku sudah menyiapkan sebuah rumah kecil di pinggir
Kademangan ini" berkata Manguri.
"Bodoh kau" jawab Ki reksatani "selama perempuan itu
masih berada di Kademangan ini, maka ia pasti akan
diketemukan olah kakang Demang"
"Tidak. Rumah itu adalah rumah yang kecil yang tidak
banyak bedanya dengan gardu pengawas dari halaman yang luas.
Ayah biasanya menyimpan dan mengumpulkan ternaknya di sana sebelum dibawa ke tempat-tempat yang jauh"
"Itu lebih bodoh lagi" berkata Ki Reksatani "di sana pasti ada beberapa orang.
Mereka dapat melihat kehadiran
Sindangsari di sana"
"Mereka akan memegang rahasia itu"
"Itu yang aku ragukan"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Manguri berpikir sejenak, lalu "Baiklah. Aku akan minta tempat itu dikosongkan.
Ayah akan membeli tanah yang lain untuk kepentingannya. Tempat itu akan menjadi
tempat penyimpanan Sindangsari. Tidak akan ada orang lain di tempat itu, selain Lamat
dan sudah tentu aku"
"Kau akan tinggal di tempat itu juga?"
"Ya" "Kau memang bodoh sekali. Kalau kau hilang dari
rumahmu, maka Kakang Demang akan segera mengetahui,
bahkan kaulah yang telah mengambil perampuan itu"
Tetapi aku bukan sebodoh itu. Sudah tentu aku tidak pergi dari rumahku. Aku akan
tetap tinggal di rumah. Tetapi aku akan berada di tempat persembunyian itu
setiap kali. Tidak akan ada orang yang mencurigai aku. Aku memang sering berada
di tempat ibu. Dan aku tidak akan mengosongkan tempat itu sama sekali. Satu dua
ekor ternak yang dapat dipelihara sendiri oleh Lamat akan tetap berada di tempat
itu. Bahkan sekali-sekali ayah akan tetap menampung ternaknya di sana. Sementara
Sindangsari akan tetap berada di dalam biliknya. Ia tidak boleh menjengukkan
kepalanya keluar bilik apabila ada orang lain di halaman rumah itu"
Ki Reksatani tidak menyahut. Untuk sementara ia harus menyetujui rencana itu.
Tetapi ia sadar bahwa hal itu sangat berbahaya baginya. Sindangsari bukan
sekedar sebuah golek kayu yang tidak mempunyai akal untuk melepaskan diri
apalagi anaknya akan segera lahir pula.
"Kau setuju?" bertanya Manguri kemudian.
Ki Reksatani tidak dapat berbuat lain, kecuali menganggukkan kepalanya. Meskipun begitu ia berkata
"Untuk sementara"
"Kenapa untuk sementara"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Barangkali kau menemukan tempat yang jauh lebih baik dari yang kau rencanakan
sekarang" Manguri tidak menyahut. Tetapi ia mengangguk kecil.
Meskipun setiap kali mereka bertemu dan berbicara tentang rencana itu, namun
meraka sadar, bahwa hubungan mereka adalah sekedar karena singgungan
kepentingan. Namun diantara keduanya masih tetap tergores jarak yang masih belum terloncati.
Namun ternyata bahwa Manguri mampu membatasi dirinya
untuk kepentingannya sendiri. Ia mengatakan Kencananya itu kepada ayahnya.
Bahkan ia mengatakan pula, bahwa ia telah bekerja sama dengan Ki Reksatani,
karena Ki Reksatani juga berkepentingan untuk menyingkirkan Sindangsari.
"Apakah kau tidak mempunyai pilihan lain Manguri?"
bertanya ayahnya. Manguri menggelengkan kepalanya "Tidak ayah. Ini sudah menjadi keputusanku"
Ayahnya mengangguk-anggukkan kepalanya "Baiklah. Aku
akan membantumu. Tetapi apakah kau yakin bahwa Ki
Reksatani itu bersikap jujur terhadapmu?"
Meskipun Manguri sendiri ragu-ragu. tetapi untuk memantapkan perasaan ayahnya ia mengangguk "Aku yakin ayah. Ia jujur"
Ayahnya mengangguk-angukkan kepalanya. Katanya "Kalau sampai pada suatu saat,
keadaan menjadi lain, maka kita memang harus bersiap-siap.
"Apakah maksud ayah?" bertanya Manguri dengan curiga.
Ayahnya menarik nafas dalam-dalam.
"Apa maksud ayah"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"'Sudahlah. Lakukan rencanamu" berkata ayahnya "tetapi bawa Lamat besertamu Ia
dapat dipercaya. Tetapi kau jangan terlampau kasar. Ia manusia juga seperti
kita. Ia mempunyai perasaan
yang lengkap. Kecewa, jengkel ,sedih,dan sebagainya. Hanya karena merasa berhutang budi, ia dapat kila perlakukan
sekehendak kita. Tetapi jangan kau perlakukan ia seperti seekor kerbau bajak"
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun ia
masih tetap bertanya-tanya di dalam hati, apakah sebenarnya ayahnya sudah tahu,
apa yang terjadi di rumah ini". Terutama hubungan antara ibunya dengan laki-laki
yang bernama Reksatani itu". "Ki Demang yang sekarang memang bukan orang yang
paling baik untuk memerintah Kademangan Kepandak"
berkata ayahnya kemudian "tetapi tidak mudah untuk
menyingkirkannya, karena ia memiliki kemampuan yang luar biasa, ilmunya cukup
tinggi dan pengikutnya cukup banyak"
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Rencana Ki Reksatani adalah rencana yang paling baik sebenarnya apabila
berhasil. Ia tidak menyingkirkan Ki Demang sendiri, tetapi memotong garis
keturunannya" "Ya" sahut Manguri.
"Tetapi kau harus mempertimbangkan, anak di dalam
kandungan Sindangsari adalah garis keturunan itu"
"Tetapi kalau sejak lahir ia sudah terpisah, ia tidak akan tahu, siapakah
ayahnya yang sebenarnya"


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kata-kata itu kau ucapkan sekarang" sahut ayahnya "dan seandainya kau bermaksud
jujur dengan ucapanmu itu. Ki Reksatani pasti tidak akan percaya, pada suatu
saat, kau dapat memperalat anak itu. Sambil menunjukkan Sindangsari di hadapan
umum beserta anaknya, kau akan dapat mewarisi kedudukan Ki Demang di Kepandak"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tidak ayah. Buat apa aku berusaha untuk merebut
kedudukan ini" Dengan kekayaan yang ada pada kita, kita sudah memiliki kekuasaan
yang tidak jauh berbeda dengan kekuasaan Ki Demang, meskipun tidak atas orang-
orang di Kepandak. Tetapi dengan uang yang melimpah-limpah yang ada pada kita,
kita hampir dapat berbuat apa saja"
"Tetapi Ki Reksatani dapat berpikir lain. Uang dan
kekuasaan merupakan suatu gabungan yang sangat menarik hati"
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Jadi, maksud ayah?"
"Kaupun harus mempersiapkan dirimu menghadapi setiap
kemungkinan. Untuk kepentingannya, Ki Reksatani pasti sudah mempersiapkan orang-
orangnya, apabila pada suatu saat keadaan memaksa. Perlahan-lahan ia menghimpun
kekuatan, sementara kau membeayainya. Tetapi di samping itu, kaupun harus
membuat sekelompok orang yang dapat kau percaya benar-benar apabila Ki Reksatani
kelak mempunyai pendirian lain terhadapmu"
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya pula.
"Anak itu akan merupakan persoalan tersendiri" berkata ayahnya pula.
"Mungkin, mungkin bayi itu akan diambilnya pada saat ia lahir kelak"
"Memang mungkin sekali Sekarang bukankah kau melihat, bahwa pamrih itu dapat
merubah orang menjadi lebih buas dari seekor binatang?"
Dada Manguri berdentangan mendengar kata-kata ayahnya itu. Wajahnya tiba-tiba
menegang. "Tetapi ia agaknya sudah menjadi kebiasaan manusia ini pula. Ki Reksatani, kau
dan juga aku" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Manguri sama sekali tidak menyahut.
"Sudahlah. Tetapi kau harus mempersiapkan dirimu. Lamat dapat dipercaya
sepanjang ia masih tetap seperti sekarang.
Karena itu jangan terlampau sering kau sakiti hatinya. Dalam keadaan yang gawat
di dalam perebutan pamrih ini, kau tidak akan dapat menggantungkan nasibmu
kepada ibumu" Manguri terperanjat mendengar kata-kata ayahnya. Ditatapnya wajah ayahnya itu dengan sorot mata yang aneh.
Tetapi ayahnya justru tersenyum sambil berkata "Jangan hiraukan kata-kataku"
Manguri tidak sempat menjawab karena ayahnya segera
meninggalkannya. Namun di dalam hati ter-bersit pertanyaan
"Apakah sebenarnya ayah memang sudah mengetahui
hubungan ibu dengan laki-laki itu"
Tetapi Manguri tidak mau memikirkannya lagi. Bahkan ia berkata di dalam hatinya
"Kami sudah terlibat dalam
kepentingan kami masing-masing. Aku tidak peduli, apakah ayah sudah mengetahui
atau tidak. Yang penting, baik ayah maupun ibu di dalam keadaannya, bersedia
membantu aku dengan cara mereka sendiri-sendiri"
Namun demikian Manguri percaya bahwa ayahnya tidak
akan sampai hati membiarkannya apabila ia menemui
kesulitan. Dan Manguripun mengetahui, bahwa sebenarnya ayahnya telah mempunyai
orang-orangnya yang khusus.
Orang-orang yang biasanya ikut membawa ternak kedaerah-daerah yang jauh. Mereka
adalah orang-orang terpilih, yang di dalam keadaan tertentu bukan saja cakap
mengatur ternak, tetapi orang-orang yang mampu berkelahi.
"Tentu aku akan dapat mempergunakan mereka di dalam
keadaan yang terpaksa. Bersama dengan Lamat, mereka akan merupakan
kekuatan yang harus diperhitungkan df Kademangan ini" berkata Manguri di dalam hatinya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ketika kemudian Manguri menyampaikan semuanya itu
kepada Lamat, maka hati raksasa itu menjadi semakin pedih.
Betapa ia terpaksa menyaksikan bayangan-bayangan yang buram penuh dengan noda-
noda yang kotor. "Apa katamu?" bertanya Manguri "kau akan menjadi
seorang Senapati yang memimpin sepasukan prajurit. Aku akan minta kepada ayah,
orang-orangnya harus bersedia membantuku apabila pada suatu saat aku perlukan"
"Kau tidak usah heran Ayah sudah menyadari, bahwa untuk kepentingan pamrih
pribadi manusia dapat menjadi labih buas dari binatang. Kau mengerti"
Lamat mengangguk pula "Karena itu kita jangan
membiarkan diri kita menjadi korban kebuasan itu. Kita harus bersiap
menghadapinya" "Kita akan menjadi buas pula?" tiba-tiba Lamat bertanya
"Tentu. Dalam keadaan tertentu kita akan menjadi buas.
Akupun kini menyadarinya. Bahkan kita bersama-sama telah melakukannya"
Lamat menundukkan kepalanya. Tetapi ia tidak menyahut.
"He, kau tidak setuju?"
Lamat tidak menyahut. "He, apakah kau sudah tuli he" Atau bisu?" bentak
Manguri. Lamat menarik nafas dalam-dalam.
"Bagaimana dengan pendirianmu, dungu?"
"Aku sependapat" desis Lamat dengan suara yang gemetar.
"Nah, kau memang harus sependapat. Kau tidak dapat
berbuat lain. Ayahkupun sudah menyetujuinya. Ayah pulalah yang menyerahkan semua
tanggung jawab pengamanan
rencana ini kepadamu. Mungkin ayah mengetahui, bahwa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tidak ada orang lain yang dapat menandingi Ki Reksatani, apalagi Ki Demang,
selain kau" Lamat tidak segera menyahut, sehingga Manguri membentaknya pula "Apa katamu?"
Kepala Lamat terangguk-angguk kecil "Aku menjadi sangat terharu atas kepercayaan
itu. Tetapi aku tidak dapat
mengatakan bahwa aku akan dapat mengimbangi Ki Demang atau Ki Reksatani apabila
keadaan memaksa demikian"
"Kau takut?" "Bukan takut. Tetapi tidak ada ukuran yang dapat aku
pergunakan untuk menilai kemampuan keduanya. Aku belum pernah melihat mereka
bertempur. Aku baru mendengar
kemampuan mereka yang tanpa tanding dari mulut ke mulut"
"Huh, hatimu agaknya sudah goyah. Seandainya mereka
orang-orang yang mempunyai kelebihan tanpa batas, kau tidak perlu takut. Kau
mempunyai prajurit-prajurit yang akan bertempur bersamamu"
Lamat tidak menyahut. Tetapi kepalanya menjadi semakin tertunduk.
"He" berkata Manguri kemudian "bukankah kau laki-laki?"
Pertanyaan itu terdengar aneh di telinga Lamat, sehingga karena itu, ia
mengangkat mukanya. "Dengar" berkata Manguri kemudian "kalau kita sudah
berhasil, dan keadaan sudah menjadi tenang, aku tidak akan melupakan. Selama ini
kau selalu berbuat apa saja,
berdasarkan perasaan berhutang budi. Meskipun demikian, aku tidak akan
membiarkan hal itu berlangsung terus-menerus. Kau adalah laki-laki seperti aku,
seperti ayah, seperti Ki Reksatani dan seperti Ki Demang yang sudah enam kali
kawin" Manguri berhenti sejenak. Sambil menepuk pundak Lamat ia berkata "Pada
suatu saat kaupun harus kawin Aku
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
akan memberimu hadiah seorang perempuan yang cantik
untuk menjadi isterimu"
Manguri mengerutkan keningnya ketika ia melihat wajah Lamat sama sekali tidak
berubah. "Kau tidak suka?"
Lamat merenung sejenak. Jawabnya "Tentu, tentu aku
suka sekali" "Bagus. Berbuatlah sebaik-baiknya Waktunya sudah
menjadi semakin dekat. Besok atau lusa Ki Reksatani akan memberitahukan segala
sesuatunya. Ia akan menunjukkan tempat-tempat yang baik untuk menunggu. Ingat,
pekerjaan ini bukan sekedar main-main seperti menghadapi Pamot.
Tetapi kita harus bersungguh-sungguh. Kalau Ki Demang mengetahui apa yang
sebenarnya telah terjadi, maka pasti akan terjadi perang diantara orang-orang
Kepandak sendiri. Pengikut Ki Reksatani dan pengikut kita, melawan para bebahu Kademangan dan para
pengawal yang masih tersisa.
Tetapi itupun bukan penyelesaian yang terakhir. Pada suatu saat aku dan Ki
Reksatanipun akan berselisih jalan"
Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya. Memang sudah
terbayang di rongga matanya, apa yang mungkin dapat
terjadi. "Sudahlah. Kau sejak sekarang boleh mengharap seorang isteri yang cantik,
meskipun wajahmu menakutkan dan
kepalamu botak" Lamat tidak menyahut, dan Manguripun memang tidak
menunggu jawabannya lagi.
Sepeninggal Manguri, maka Lamat masih duduk di
tempatnya sambil merenung. Seperti kata ayah Manguri, seseorang memang dapat
menjadi buas melampaui binatang.
Dan ia memang berada disarang manusia-manusia yang buas itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Akupun harus menjadi buas pula untuk kepentingan
pribadi. Bukankah berhutang budi itu semata-mata masalah pribadiku" Untuk
membayar hutang yang tidak akan dapat terlunaskan itu, akupun harus mengorbankan
orang lain. Bahkan mengorbankan diriku sendiri"
Lamat menarik nafas dalam-dalam. Dalam sekali. Ia
memang tidak akan dapat ingkar lagi, bahwa ialah yang harus melakukannya.
Mengambil Sindangsari. Manguri tidak akan percaya apabila orang lain yang
melakukannya. Orang-orang Ki Reksatani, misalnya.
Ketika terlintas di dalam ingatannya seorang anak muda yang bernama Pamot,
hatinya berdesir, Pamot kini sedang berada di dalam perjalanan pulang dari
Betawi kalau ia masih ada diantara mereka yang selamat.
"Kalau Pamot sudah ada di Kademangan ini" desisnya.
Tetapi kemudian sebuah pertanyaan menyusul "Kalau ia ada apakah yang dapat
dilakukan untuk menghadapi permainan yang mengerikan dari Ki Reksatani dan
Manguri ini?" Akhirnya Lamat menggeleng-gelengkan kepalanya. Dicobanya untuk melupakan saja persoalan yang membuatnya pening. Perlahan-lahan
ia kemudian melangkah dengan kepala tunduk.
"Aku tidak usah memikirkannya. Aku memang tidak pernah mendapat kesempatan untuk
menyatakan pikiranku. Aku
hanya tinggal melaksanakan apa yang sudah dipikirkan oleh orang lain" katanya di
dalam hati. Sementara itu, Ki Demangpun sudah mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk
merayakan genap tujuh bulan
kandungan isterinya. Para bebahu Kademangan Kepandak
selalu mendorongnya untuk merayakannya dengan peralatan yang besar, karena
setelah kawin untuk keenam kalinya, barulah ia akan mendapatkan seorang anak.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Tentu" berkata Ki Demang "peralatan ini adalah peralatan yang terbesar yang
pernah aku selenggarakan. Lebih besar dari peralatan perkawinanku yang pertama"
"He, apakah Ki Demang masih ingat, apa saja yang
diselenggarakan waktu itu?" bertanya Ki Jagabaya.
Ki Demang tersenyum. Jawabnya "Tentu. Tujuh hari tujuh malam diselenggarakan
pertunjukan di halaman rumah
isteriku yang pertama itu"
"Aku juga nonton waktu itu" berkata Ki Jagabaya kemudian
"tetapi aku belum seorang Jagabaya. Saat itu, aku memang merasa iri melihat
peralatan yang begitu besar.
"Apalagi sekarang" sahut bebahu yang lain.
"Tentu tidak" jawab Ki Jagabaya "sekarang aku ikut merasa berbahagia sekali.
Bayangkan. Berapa tahun Ki Demang
menunggu. Bahkan sampai diulanginya kawin lima kali. Dan yang keenam sekarang
ini. Sudah tentu kita masing-masing akan mendapat hadiah yang lebih besar dari
hadiah manapun yang pernah kita terima dari Ki Demang"
Para bebahu Kademangan Kepandak itu tertawa serentak, sedang Ki Demang hanyalah
tersenyum-senyum saja. Dalam pada itu Ki Reksatani yang hadir juga menyambung
"Para bebahu Kademangan Kepandak memang akan mendapat
hadiah yang paling besar dari yang pernah diberikan oleh kakang Demang. Tetapi
apakah aku juga akan menerima?"
Ki Demang berpaling. Sambil tertawa ia berkata "Makan sajalah. mBok-ayumu tadi
menyuruh orang menyembelih
ayam" Ki Reksatani mengerutkan keningnya. Namun iapun
kemudian tertawa. "Bukankah sejak kecil kau hanya
memikirkan makan saja?" bertanya Ki Demang.
"Tetapi aku tidak dapat menjadi gemuk" sahut Ki
Reksatani. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Justru karena kau terlalu banyak makan. Selain makan, agaknya, kau memang tidak
mempunyai kebutuhan lain"
Para bebahu Kademangan yang ada di tempat itupun
tertawa, Ki Demang masih juga tertawa, sedang Ki
Reksatanipun tertawa pula. Justru berkepanjangan.
Namun tidak seorangpun yang melihat, apakah yang
sebenarnya tersirat di kepala adik Ki Demang di Kepandak itu.
Adik yang selama ini selalu patuh.
Tetapi kalau saja dapat dilihat wajah lahiriah Ki Reksatani, diperbandingkan
dengan wajah batinnya, maka akan tampak sekali betapa keduanya akan sangat jauh
berbeda. Senyum dan tawa yang membayang di bibirnya, adalah lukisan maut yang
terukir di dinding hatinya.
"Sayang sekali kakang Demang" berkata Ki Reksatani di dalam hatinya "aku
terpaksa sekali melakukannya justru karena isterimu yang keenam ini mengandung.
Kalau tidak, maka aku akan sabar menunggu sampai batas umurmu Tetapi kini
agaknya semuanya harus diparcepat dengan segala
macam cara" Ki Reksatani memandang wajah kakaknya sekilas. Wajah
itu tampaknya diwarnai oleh hatinya yang cerah. Sebentar-sebentar ia tersenyum
dan tertawa, diantara kelakar para pembantunya.
"Kalau datang saat itu, kau tidak akan tertawa lagi kakang Demang" berkata Ki
Reksatani pula di dalam hatinya "kau akan menangis dan alangkah baiknya kalau
kau membunuh diri" Tanpa disadarinya tiba-tiba telah tumbuh pikiran yang labih jahat lagi di hati


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ki Reksatani. Hilangnya Sindangsari belum merupakan jaminan terakhir bahwa
niatnya akan terlaksana. Sebuah pertanyaan selalu mengganggunya "Bagaimana kalau ia kawin lagi dan
isterinya itu kelak mengandung?"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kalau begitu umur Ki Demangpun harus diperpendek"
desisnya di dalam hati Pikiran itu mula-mula memang
mengejutkannya sendiri. Tetapi semakin lama justru menjadi semakin jelas
terbayang diangan-angannya, justru pada saat ia ikut serta tenggelam dalam
kelakar yang segar diantara para bebahu Kademangan Kepandak.
"Kalau Sindangsari sudah disingkirkan" berkata Ki Reksatani di dalam hatinya
pula "sampailah saatnya Ki Demang harus diakhiri pula dengan cara yang paling
halus. Kecuali kalau kemudian karena sesuatu hal harus ditempuh jalan kekerasan.
Itupun aku sudah siap menghadapinya. Sementara aku dapat mempergunakan Manguri
dan tenaga Raksasa yang dungu itu.
Demikianlah, pikiran itu ternyata tidak dapat begitu saja disingkirkan dari
kepala Ki Reksatani. Meskipun ia belum mendapat gambaran yang lebih jelas, namun
setiap kali seakan-akan terngiang di telinganya "Kakang Demangpun harus
disingkirkan. Kalau aku dapat melakukannya dengan cara yang tidak diketahui
orang, maka semuanya akan
berlangsung dengan baik, tenang dan tanpa kekisruhan
apapun" Dalam pada itu, Ki Reksatani sendiri selalu mengikuti perkembangan keadaan di
Kademangan. Ia amat rajin datang setiap
saat. Bahkan semua kebutuhan kakaknya, diusahakannya. Ia sama sekali tidak pernah berkeberatan atau mengelak, apabila
Ki Demang menyuruhnya untuk berbuat apa saja, terutama yang menyangkut
kepentingan peralatan yang sebentar lagi akan diselenggarakan.
Namun di samping itu, ia juga telah menyiapkan segala kepentingan yang langsung
atau tidak langsung, untuk
menyingkirkan Sindangsari. Dengan diam-diam ia telah
memperhitungkan tempat-tempat yang paling baik untuk
melaksanakan maksudnya. "Sindangsari itu harus disingkirkan dari orang banyak" ia berkata di dalam
hatinya. Dan Ki Rekstanipun telah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menemukan tempat untuk itu. "Isteriku harus membujuknya agar Sindangsari pergi
ke tempat itu" katanya di dalam hati.
Dan selanjutnya, Lamatlah yang akan membawanya pergi.
Beberapa hari menjelang peralatan tersebut, maka
beberapa orang yang berkepentinganpun telah memerlukan melihat-lihat tempat yang
sudah ditunjuk itu, meskipun hanya dari kejauhan. Di malam hari mereka seorang
demi seorang dengan diam-diam lewat di jalan samping, di sebelah rumah Ki
Demang. Dengan hati-hati mereka berusaha melihat keadaan di dalam halaman dan
kebun belakang. Apabila malam telah menjadi sepi, maka orang-orang yang
berkepentingan itu memanjat pepohonan justru di halaman rumah sebelah untuk
mendapat gambaran yang jelas. Terutama Lamat dan
Manguri. "Besok, kita akan meyakinkannya" berkata Ki Reksatani
"panjatlah pohon manggis di halaman sebelah. Kau akan melihat aku pergi ke
halaman belakang sambil membawa
upet. Kau akan melihat bara di ujung upet itu. Aku akan memutarnya, agar kau
dapat membedakan, kalau ada orang lain yang lewat membawa upet pula. Di tempat
aku berhenti, disitulah Lamat harus bersiap-siap. Sindangsari akan dibujuk untuk
pergi ke tempat tersebut"
Di malam berikutnya, Manguri membawa Lamat pergi ke
halaman sebelah kebun Kademangan. Ketika tidak ada
seorangpun lagi yang mungkin melihat mereka, keduanya memanjat keatas. Dua orang
yang dibawa oleh Ki Reksatani memanjat sebatang pohon randu di sebelah pohon
manggis itu. Kedua orang itu adalah orang-orang yang dipercaya oleh Ki Reksatani
untuk mengawasi suasana pada malam yang
telah ditentukan itu. Sementara beberapa orang yang lain akan disiapkan di ujung
padukuhan Apabila mereka gagal, sehingga para peronda melihat usaha penculikan
itu, kekerasan tidak akan dapat dihindari lagi. Mereka pasti akan bertempur. Tetapi
Ki Reksatani masih berusaha menghindari
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
akibat itu. Kekerasan tidak akan menguntungkannya meskipun barangkah apabila ia
dapat mengalahkan Ki Demang tidak akan ada lagi orang yang berani menentangnya.
Tetapi dengan demikian ia sudah membuat jarak dengan orang-
orang di seluruh Kademangan Kepandak. Apalagi apabila pimpinan pemerintahan di
kota Mataram ikut campur.
Keadaan akan menjadi gelap dan tidak dapat diperhitungkan dengan baik. Hanya
apabila hal itu tidak dapat dihindari, maka apaboleh buat. Ibarat orang
menyeberang, pakaiannya sudah terlanjur basah Terus basah, kembalipun basah.
Lamat dan Manguri yang duduk diatas sebatang cabang
yang rimbun akhirnya melihat sepeietikbara api yang
bergerak-gerak di kebun belakang rumah Ki Demang. Sejenak bara api itu berhenti,
dan sejenak kemudian berputaran.
"Itulah dia" desis Manguri "ingat-ingat tempat itu. Kau kelak harus bersembunyi
di sana Kalau Sindangsari telah berada di tempat itu, cepat-cepat tangkap
perempuan itu. Jangan sampai memekik supaya tidak timbul keonaran"
Lamat mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bawa perempuan itu segera keluar halaman. Di ujung
halaman rumah sebelah sudah disediakan seekor kuda yang besar buat kau dan
Sindangsari. Ingat kau harus segera membawa perempuan itu ke tempat yang sudah
aku sediakan. Kau mengerti?" Lamat mengangguk. "Kau mengerti?" Manguri mengulangi "seekor kuda buat
kau dan Sindangsari "
Lamat mengangguk sekali lagi Tetapi kali ini ia menjawab
"Ya. Aku mengerti"
"Baik. Tetapi kau tidak boleh keliru. Kalau kau gagal maka bukan hanya lehermu
sajalah yang akan dipenggal. Tetapi leherku dan leher Ki Reksatani. Kau tidak
usah mempedulikan Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Rektasani. Tetapi kalau akulah kelak yang dihukum mati.
maka kau akan berdosa pula. Kau tidak dapat menyelamatkan nyawaku meskipun
nyawamu telah diselamatkan ayah"
Lamat mengangguk-angguk sambil menjawab "Ya"
"Bagus. Lihat itu. Bara yang merah itu sekali lagi berputar-putar. Kita sudah
pasti, di sanalah nanti pada saatnya kita akan menunggu"
"Apakah di tempat itu kelak di saat peralatan berlangsung akan sepi dan tidak
dijaga oleh seorangpun"
"Kita tidak usah memikirkannya. Itu pasti sudah diperhitungkan oleh Ki Reksatani"
"Tetapi alangkah baiknya kalau kita dapat menguasai
keadaan seluruhnya, sehingga tugas ini akan selesai dengan baik dan selamat"
"Ki Reksatani pasti sudah menyiapkan segala sesuatunya.
Kalau di tempat itu banyak orang, maka ia adalah orang yang paling gila yang
pernah aku jumpai. Sedangkan kalau di tempat itu terdapat banyak orang dan kau
melangsungkan juga penculikan ini, maka kaupun sudah kejangkitan penyakit gila
itu juga. Mengerti" Kali ini kau jangan berbuat bodoh kalau kau masih sayang
akan nyawamu yang pernah diselamatkan oleh ayah itu"
Lamat tidak menjawab. Ia hanya dapat menarik nafas
dalam-dalam sambil mengusap dadanya. Sementara Manguri berkata seterusnya "Kali
ini kita berhadapan dengan Ki Demang di Kepandak. Kemudian dengan Ki Reksatani
sendiri" Lamat masih tetap berdiam diri.
"Apa kau dengar?" geram Manguri.
"Ya, ya. Aku mendengar" desis Lamat. Keduanyapun
kemudian terdiam. Tatapan mata mereka kembali kepada bara di ujung upet yang
berputar-putar. Namun kemudian bara
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sepelitik itupun kemudian seakan-akan hilang begitu saja di dalam kegelapan.
"Ya. Dan kitapun sudah cukup mengenal tempat itu Aku
harus mengingat-ingatnya"
"Nah, agaknya kau mampu juga berpikir" sahut Manguri.
Lamatpun terdiam pula. "Tugas kita malam ini sudah selesai. Kita akan segera pulang. Kita menunggu
keterangan lebih lanjut dari Ki Reksatani"
Lamat tidak menjawab. Tetapi keduanyapun kemudian
turun dari pohon manggis.
"Bagaimana dengan kedua orang dipohon randu itu?"
bertanya Lamat. "Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Keduanya
bukan urusan kita" jawab Manguri.
Dengan demikian maka tanpa memberitahukan kepada
kedua orang yang masih berada diatas pohon randu,
keduanyapun meninggalkan tempat itu.
"Mereka akan melihat kita pergi" berkata Manguri "kecuali apabila mereka
tertidur diatas pohon itu. Jika demikian maka itu adalah salah mereka sendiri.
Manguri dan Lamatpun kemudian dengan tergesa-gesa
meninggalkan tempatnya, pulang ke rumah mereka.
Di sepanjang jalan, telah terbayang pada keduanya, apa yang akan terjadi. Namun
ternyata sudut pandangan mereka jauh berbeda. Manguri mengharap agar Lamat
berhasil dan membawa Sindangsari ke tempat yang tersembunyi. Memang mungkin
Sindangsari menolaknya di hari-hari pertama. Tetapi pada suatu saat hati
perempuan itu pasti akan luluh.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Setelah ia berada di rumah Ki Demang, akhirnya ia
mengandung juga" berkata Manguri di dalam hatinya "pasti demikian juga setelah
ia berada di rumah yang akan dihuninya itu. Meskipun rumah itu kecil dan tidak
sebagus Kademangan, tetapi aku akan melengkapinya dengan perabot yang paling
mahal di Mataram" Namun agaknya Lamat berpikir lain, meskipun ia membayangkan juga apa yang akan terjadi atas Sindangsari, yang akan mengalami
nasib yang sangat pahit. Di sepanjang jalan Lamat sedang mencoba menghitung,
betapa besar dosa yang akan diperbuatnya nanti.
Demikianlah, maka semua persiapan yang dilakukan oleh Ki Reksatani sudah menjadi
sangat rapi. Apabila tidak terjadi sesuatu yang berada di luar perhitungan,
semuanya akan berlangsung dengan baik. Meskipun demikian Ki Reksatani telah
bersiap-siap pula apabila rencana ini gagal.
Sesuai dengan pengalamannya, Ki Reksatani tidak dapat memastikan bahwa rencana
yang tampaknya sudah masak
benar itu dapat berlangsung tanpa rintangan apapun.
Sepertiyang pernah terjadi atas Puranta. Seakan-akan
semuanya telah diperhitungkan dan akan berjalan dengan sendirinya sesuai dengan
maksudnya. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya Puranta itu didapatinya mati
tanpa dapat diketahui siapa pembunuhnya.
Karena itu, Ki Reksatani tidak mau mengalami kegagalan sekali lagi. Kalau perlu,
semuanya akan diselesaikan dengan kekerasan.
Selain Ki Reksatani, Manguripun telah mempersiapkan
dirinya pula. Seperti Ki Reksatani, ia tidak dapat mempercayakan diri kepada rencananya semata-mata. Kalau rencana itu gagal, ia
harus mempunyai alat untuk melindungi dirinya. Di dalam hal yang demikian ia
akan dapat bekerja bersama dengan Ki Reksatani.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi apabila rencana ini berhasil, ia masih juga harus bersiap-siap menghadapi
kemungkinan yang sama sekali tidak dikehendakinya. Apabila Ki Reksatani ingkar
janji seperti perhitungan ayahnya, ia sudah menyusun kekuatan untuk bertahan.
"Aku akan ada di rumah pada hari-hari yang ditentukan itu kelak" berkata ayah
Manguri "semua orang-orangku akan berkumpul. Mereka adalah orang-orang yang
dapat dipercaya. Bersama Lamat, kau dan aku Kademangan ini akan dapat kita kuasai. Apalagi orang
yang bernama Reksatani itu. Pada suatu saat aku memang ingin membunuhnya"
"Ayah" desis Manguri.
Ayahnya tidak menjawab Tetapi ia hanya tersenyum saja.
Dengan demikian maka hati Manguri menjadi kian
berdebar-debar. Agaknya ayahnya memang sudah mengetahui hubungan rahasia antara
ibunya dan adik Ki Demang di
Kepandak itu. "Tetapi Manguri kemudian tidak peduli lagi. Biarlah apa saja yang akan terjadi.
Tetapi Sindangsari harus jatuh ke tanganku.
Pelaksanaan rencana itu kemudian ditandai oleh kepergian Ki Reksatani ke rumah
kakek, nenek dan ibu Sindangsari Meskipun mereka sudah mendengar, tetapi secara
resmi Ki Reksatani menjadi utusan Ki Demang untuk mengundang
mereka pada peralatan tujuh bulan kandungan Sindangsari.
"Tentu, tentu, kami tentu akan datang" berkata ibu
Sindangsari "aku akan segera punya cucu, dan kakek
Sindangsari berdua akan mempunyai seorang cicit"
"Kami sangat mengharap kehadiran kalian" berkata Ki
Reksatani kemudian "tidak sekedar tepat pada hari peralatan, tetapi dua atau
tiga hari sebelumnya"
"Aku mungkin dapat melakukannya" jawab ibu Sindangsari
"tetapi kakek dan nenek Sindangsari mempunyai banyak
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tanggung jawab. Di rumah dan di sawah" jawab ibu
Sindangsari. "Tetapi sudah tentu kalian akan bermalam di Kademangan
"sambung Ki Reksatani.
"Ya, mudah-mudahan"
"Besok, orang-orang di Kademangan pasti sudah mulai
menyiapkan segala sesuatu. Peralatan itu tinggal kurang sepekan lagi"
"Ya, sudah barang tentu"
"Kapan kalian akan datang, terutama ibu mBok-ayu
Demang di Kepandak itu?"
"Aku akan berusaha datang tiga hari sebelum hari
peralatan itu" "Baik. Aku akan mengatakannya kepada kakang dan mBok-
ayu Demang" sahut Ki Reksatani "mereka pasti akan
bersenang hati. Tugasku sendiri ternyata masih cukup banyak.
Aku masih harus mencari buah kelapa gading sepasang yang kelak akan dilukisi
gambar Kama dan Ratih, atau Arjuna dan Sumbadra.
"Bukankah masih ada waktu beberapa hari lagi?" bertanya ibu Sindangsari.
"Ya, memang masih ada waktu. Tetapi aku harus sudah
mulai sejak sekarang, supaya besok pada saatnya, aku tidak dikejar-kejar oleh
kegelisahan karena kekurangan waktu"
Ki Reksatanipun kemudian minta diri. Memang masih
banyak yang harus dikerjakan. Selain persiapan peralatan itu sendiri, juga
persiapan tentang rencananya bersama Manguri.


Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi karena ayah Manguri ada di rumah, Ki Reksatani tidak dapat pergi ke rumah
itu. Ia telah membuat tempat pertemuan yang khusus dengan Manguri untuk
mematangkan Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
setiap rencana. Semakin dekat dengan hari peralatan itu, mereka harus semakin
sering berhubungan. "Sepekan lagi" berkata Ki Reksatani "siapkan dirimu.
Jasmaniah dan batiniah Jangan gelisah dan bingung. Dengan demikian maka banyak
rencana yang justru akan gagal"
"Aku bukan anak-anak lagi" jawab Manguri "aku tahu pasti, apakah yang sebaiknya
aku kerjakan" "Jangan berkata begitu. Kau dan aku masing-masing tidak akan tahu pasti apa yang
harus kita kerjakan masing-masing apabila kita tidak selalu saling berhubungan"
Akhirnya Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya.
Jawabnya "Baiklah, Aku akan selalu menghubungi kau dan mendapatkan petunjuk-
petunjukmu untuk seterusnya"
"Bagus. Usaha ini bukan sekedar usaha kecil-kecilan.
Taruhannya nyawa. Nyawa kita masing-masing dan mungkin nyawa banyak orang di
Kepandak" "Aku menyadari. Tetapi akupun sudah siap menghadapi
setiap kemungkinan" Demikianlah, maka tampaknya rencana Ki Reksatani
memang sudah masak. Mereka tinggal menunggu dengan hati yang berdebar-debar hari
yang merayap lamban sekali maju.
Namun tidak dapat dilepaskan dari perhitungan Ki
Reksatani sebab-sebab Puranta mati terbunuh. Pembunuhnya sampai saat terakhir
masih belum diketemukannya. Kalau tiba-tiba saja ia muncul merusak rencananya,
maka ia harus mempergunakan caranya yang terakhir. Kekerasan.
Tetapi selagi kemungkinan yang paling baik itu dapat
dilakukan, maka cara itulah yang akan ditempuhnya lebih dahulu. Hari demi hari
datang beruntun. Yang lima tinggal empat, kemudian yang empat itupun tinggal
tiga. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kademangan Kepandak telah mulai ramai membicarakan
peralatan besar-besaran yang akan diadakan oleh Ki Demang untuk menyambut bulan
ke tujuh dari kehamilan isterinya.
Sebagaimana yang direncanakan, maka peralatan kali ini benar-benar suatu
peralatan yang besar. Tidak saja di halaman Kademangan akan diselenggarakan
berbagai macam pertunjukan di setiap malam sampai malam ke tujuh, tetapi di
halaman banjar desa dan di padukuhan-padukuhan yang
lainpun, rakyat Kepandak ikut merayakannya.
Di hari ketiga sebelum peralatan jalan-jalan padukuhan sudah dipenuhi dengan
oncor-oncor jarak yang dibuat oleh anak-anak. Sehari-harian mereka mencari buah
jarak kepyar. Setelah dijemur di panas matahari maka bijinya dirangkainya panjang sekali.
Biji-biji jarak itu merupakan obor yang baik meskipun tidak dapat tahan
terlampau lama. Tetapi di setiap jalan simpang, yang terpancang bukan sekedar
obor-obor jarak, tetapi lampu-lampu minyak jarak, yang dapat tahan sampai
semalam suntuk. Di hari itu ibu Sindangsari memerlukan datang ke
Kademangan menunggui anaknya yang sedang menjadi pusat perhatian setiap orang.
Pada saatnya Sindangsari akan dimandikan bersama suaminya. Kemudian diikuti oleh
berbagai macam upacara seperti yang lajim dilakukan.
Di hari-hari yang semakin dekat dengan hari peralatan itu, Ki Reksatanipun
menjadi semakin berdebar-debar. Siang malam ia sudah tidak beranjak dari
Kademangan bersama isterinya. Bahkan anak-anaknya yang kecilpun dibawanya pula,
agar Nyai Reksatani tidak setiap kali harus pulang menengok anak-anaknya,
Sindangsari kadang-kadang menjadi heran melihat perbedaan tingkah laku Nyai Reksatani. {a kini menjadi seorang perempuan yang
baik, yang ramah dan yang
berusaha menempatkan dirinya sebagai seorang saudara
muda. Jauh berbeda dengan beberapa saat yang lampau,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
selagi ia mencoba menjebaknya dan menjatuhkannya ke
tangan seorang laki-laki, meskipun akhirnya semuanya akan tergantung kepada
dirinya sendiri. Untunglah bahwa aku tidak
terjerumus karenanya "Sindangsari selalu mengucap sukur di dalam hati "Tuhan masih tetap melindungi
aku " Bahkan tanpa disangka sangkanya Nyai Reksatani itu di dalam suatu kesempatan
berkata kepadanya "mBok-ayu,
maafkan tingkah lakuku beberapa saat yang lampau.
Lupakanlah Kau akan menjadi seorang ibu yang berbahagia.
Sebentar lagi kau akan melahirkan. Mudah-mudahan anak itu kelak akan menjadi
seorang ianafe yang utama. Kalau ia laki-laki biarlah ia menjadi seorang laki-
laki yang baik, yang bermanfaat bagi Kademangan ini, berjebih-lebih lagi bagi
Mataram. Kalau ia perempuan, biarlah ia menjadi perempuan yang setia. Setia
kepada orang tua, kepada suami dan kepada tanah kelahirannya, seperti kesetiaan
ibunya" "Ah" desah Sindangsari. Tetapi ia tidak menyahut. Keheran-heranannya kian
bertambah. Nyai Reksatani kini seakan-akan menjadi seorang perempuan yang
berpandangan sangat luas.
Bukan saja tentang dirinya sendiri, tentang keadaan
diseputarnya, tetapi juga tentang keseluruhan yang melingkunginya. "Anggaplah semua yang sudah terjadi itu seperti sebuah mimpi. Dan mBok-ayu
sekarang sudah terbangun. Dengan
demikian maka sudah tidak ada lagi hubungan apapun dengan mimpi yang buruk itu"
Sindangsari mengangguk-anggukkan kepalanya "Ya Aku
mengerti" Nyai Reksatani menepuk bahunya. Kemudian ditinggalkannya Nyai Demang itu sambil berkata "Pekerjaanku masih banyak. Kau
tidak usah ikut melakukan apapun juga.
Jagalah kandunganmu baik-baik"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Terima kasihi" jawab Sindangsari. Namun dalam pada itu Nyai Reksatani
menganyam-anyam cara yang sebaik-baiknya.
Katanya, di dalam hati "Aku harus mendapatkan kepercayaannya kembali. Di malam itu aku harus membawanya ke tempat yang sepi itu. Maka akan hilanglah perempuan yang di hari
ini dan di hari-hari mendatang sedang dieluk-elukan seperti seorang Permaisuri
ini" Tetapi betapapun sibuknya, Ki Reksatani masih juga
sempat sesaat keluar dari halaman Kademangan menemui
Manguri di ujung padukuhan di malam hari. Karena
Kademangan Kepandak telah menjadi semakin ramai, mnka kadang-kadang Manguri
harus menunggunya di tengah-tengah bulak. Anak itu tidak dapat mendekati
padukuhan apalagi di sekitar rumah Ki Demang karena anak-anak muda sudah mulai
ramai di jalan-jalan padesan.
"Kalian harus mengikuti jalannya upacara dengan baik"
berkata Ki Reksatani "sesudah mandi, kedua suami isteri itu akan diarak
mengelilingi rumah. Kemudian mereka akan
berhenti di halaman depan. Keduanya akan melangkahi
perapian kecil, dan selanjutnya keduanya akan dibawa masuk ke rumah. Kalau kau
tidak dapat melihat apa yang terjadi di dalam rumah itu, kau dapat
memperhitungkan waktunya.
Perempuan itu harus makan rujak yang disebutnya rujak edan.
Kemudian ia harus berganti pakaian tujuh kali. Ingat tujuh kali. Sesudah itu
sepasang kelapa gading yang sudah
digambari Kama dan Ratih akan diselusupkan diantara kainnya yang ke tujuh
sebelum upacara yang terakhir. Merias
perempuan itu sebaik-baiknya dengan pakaiannya yang ke tujuh"
"Begitu banyak?" bertanya Manguri "jadi, apakah kami
nanti harus menunggu sampai tengah malam.
"Memang tengah malam. Mereka dimandikan di tengah
malam, Kalian baru dapat bertindak di dini hari. Ingat, Upacara baru mulai di
tengah malam" Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya kemudian "Kalau begitu, untuk mengurangi kemungkinan
yang tidak dikehendaki, aku akan datang sesudah tengah malam, supaya aku tidak
terlalu lama menunggu"
"Terserah. Tetapi kau tidak boleh terlambat. Begitu upacara selesai, isteriku
akan membawa Sindangsari ke belakang Ke tempat yang sudah aku tunjukkan
kepadamu" "Kau yakin tempat itu sepi"
"Akulah yang mengatur tempat di Kademangan selama
peralatan berlangsung. Kakang Demang sama sekali tidak akan mencampuri karena
ialah yang akan menjadi sasaran upacara"
Manguri mengangguk-anggukkan kepalanya "Baiklah. Aku
akan memperhatikan semuanya. Lamat akan berada di
tempatnya pada saat yang sudah ditentukan"
"Hati-hatilah" "Aku sudah tahu akibatnya kalau usaha ini gagal.
"Terserah kepadamu. Orang-orangkupun akan siap pada
saat-saat menjelang tengah malam. Mereka akan berada di mulut-mulut lorong dan
di tempat kuda Lamat disediakan"
"Baik" "Apakah kau juga membawa orang-orang khusus?"
Manguri menggelengkan kepalanya "Tidak. Hanya beberapa orang untuk membantu Lamat apabila diperlukan"
Ki Reksatani mengangguk-anggukkan kepalanya. Sebenarnya iapun menaruh curiga kepada Manguri. Ia sadar, bahwa ayah Manguri
juga mempunyai beberapa orang upahan yang sehari-hari harus memelihara dan
menjaga ternaknya, sedang di saat-saat tertentu mengawal ternak itu ke tempat-
tempat yang jauh Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Tetapi bukanlah saatnya untuk memperbincangkan prasangka masing-masing, seperti juga Manguri berprasangka.
Di Kademangan, tidak seorangpun yang menyangka,
bahwa di Kademangan Kepandak sedang dipersiapkan suatu rencana yang mengerikan.
Mereka tenggelam di dalam kerja yang melelahkan, tetapi menggembirakan. Setiap
kali mereka berkelakar diseling oleh suara tertawa yang meledak-ledak.
Baik di dapur, yang dengan Jenaka beberapa orang
perempuan menyindir-nyindir Sindangsari, maupun di pendapa, para bebahu Kademangan yang duduk bersama-
sama dengan Ki Demang. "He, lihatlah. Menilik lekuk di pipi, anak yang pertama ini pasti laki-laki"
desis seseorang yang duduk di samping Nyai Demang.
"He, kenapa yang pertama?" bertanya yang lain.
"Tentu. Tentu akan segera disusul oleh yang kedua, yang ketiga dan seterusnya"
"Sampai yang keberapa?"
"Jangan bertanya kepadaku. Bertanyalah kepada Nyai
Demang. Berapa saja dibutuhkannya"
"Jangan kepada Nyai Demang" potong seorang perempuan
yang masih cukup muda" bertanyalah kepada Ki Demang"
Suara tertawapun meledaklah. Sedang Sindangsari hanya menundukkan kepalanya
sambil tersenyum-senyum. "He, jangan mengganggu, Kalian hanya akan menunggu,
kapan kalian mendapat kesempatan menghadiri peralatan serupa ini lagi" berkata
yang lain. "Mana mungkin. Peralatan semacam ini, menyambut bulan ke tujuh dari kandungan
seorang ibu, hanya dilakukan satu kali. Yang pertama. Lain kali, meskipun
seandainya Nyai Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Demang akan mengandung sepuluh kali lagi, tentu tidak akan ada peralatan serupa
ini" "Memang. Peralatan seperti ini hanya satu kali. Tetapi rangkaian dari peralatan
ini kelak banyak sekali. Hari kelahiran Sepasar dan selapan. Apabila di setiap
malam sebelum puputan, di pendapa banyak terdapat orang-orang yang
berjaga-jaga sambil membaca kitab dan kidung, maka kalian akan mendapat
kesempatan pula untuk menunggui dapur ini sampai limabelas hari, bahkan lebih"
"Sekali lagi terdengar perempuan-perempuan yang sedang membantu memasak berbagai
macam masakan itu tertawa.
Demikianlah, maka siang dan malam para tetangga
beramai-ramai membantu segala keperluan di Kademangan yang akan mengadakan
peralatan besar-besaran. Para
bebahupun selalu hadir di pendapa berganti-gantian. Yang seorang pulang yang
lain datang. Lebih-lebih Ki Jagabaya.
Seperti Ki Rekstani, ia hampir tidak pernah meninggalkan Kademangan.
Namun di dalam suasana yang cerah itu, Ki Demang
kadang-kadang masih juga sempat merenung. Ia sadar
sesadar-sadarnya, bahwa anak yang kini sedang dielu-elukan dengan
segala

Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

macam upacara yang segera akan diselenggarakan itu sama sekali bukan anaknya, tetapi anak orang lain. Kini ia
harus menyelenggarakan peralatan yang besar, menyediakan beaya, tenaga dan semua
yang mungkin diadakan untuk kepentingan dan keselamatan anak itu.
Sekali-sekali Ki Demang menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia tidak akan dapat
mengelakkan diri. Seolah-olah sudah menjadi keharusan baginya untuk menerima
keadaan yang bagaimanapun juga menjelang kelahiran anak itu.
"Tetapi anak itu merupakan suatu kenyataan. Anak itu
dapat memberikan kebanggaan kepadaku, karena setiap
orang tidak akan lagi menuduhku, sebagai seorang laki-laki
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang tidak dapat memberikan keturunan. Tetapi anak itu juga merupakan duri di
dalam jantungku Setiap kali terasa betapa pedihnya"
Bukan saja Ki Demang, tetapi juga Sindangsari kadang-
kadang merasakan juga perasaan yang aneh. Seperti Ki
Demang iapun mengetahui dengan pasti, bahwa anak itu
didapatkannya dari seorang anak muda yang bernama Pamot.
Bukan Ki Demang yang saat ini telah menyediakan apa saja untuk menyambut
kandungannya yang genap berumur tujuh bulan.
Tetapi keduanya, baik Ki Demang, maupun Sindangsari
setiap kali selalu berusaha menyembunyikan perasaan itu Di hadapan para tamu,
mereka selalu tertawa dan tersenyum-senyum. Apalagi Ki Demang. Ia dapat
menanggapi kelakar para bebahu dan tetangga-tetangganya yang selalu mengunjunginya menjelang peralatan itu.
Akhirnya, malam yang dinantikan itu tiba juga. Malam
peralatan menyambut bulan ke tujuh kandungan Sindangsari.
Malam pertama dari rangkaian peralatan itu, akan
dilakukan dengan bermacam-macam upacara sesuai dengan adat. Upacara yang akan
dipimpin oleh orang tua-tua. Di malam itu masih belum ada pertunjukan apapun di
halaman, karena upacara baru dimulai sesudah tengah malam. Baru di malam
berikutnya direncanakan pertunjukan di halaman yang akan berlangsung sepekan
penuh. Semua rombongan pertunjukan yang akan mengisi
halaman Ki Demang sudah dihubungi, dan semuanya telah siap pula melakukannya.
Tari topeng, wayang beber, dan berbagai pertunjukan yang lain.
Namun tidak seorangpun yang menyadari, bahwa di
samping rombongan pertunjukan yang telah menyiapkan diri untuk
meramaikan malam-malam berikutnya, di luar padukuhan itupun telah bersiap pula sebuah rombongan yang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
lain. Rombongan orang-orang yang siap untuk menyingkirkan Sindangsari.
Ternyata persiapan Ki Jagabaya malam ini tidak seketat pada saat Ki Demang
mengawini Sindangsari. Kali ini Ki Jagabaya merasa bahwa kemungkinan terjadi
keributan hampir tidak dilihatnya. Betapa cinta Pamot dan Manguri kepada Sindangsari,
tetapi Sindangsari kini adalah isteri Ki Demang. Apalagi perempuan itu sudah
mengandung pula. Sehingga keduanya pasti tidak akan lagi berbuat sesuatu.
Apalagi Pamot yang masih belum dapat dipastikan, mati atau hidup itupun
sebenarnya dapat diabaikan, karena ia pasti belum berada di Kademangan Kepandak
meskipun seandainya ia masih hidup.
Demikianlah maka sejak senja, rumah Ki Demang telah
penuh dengan orang-orang yang akan ikut di dalam upacara.
Terutama orang-orang tua. Mereka nanti akan memandikan Ki Demang dan isterinya
dengan air tawar yang diambilnya dari tujuh sumber air.
Ketika malam mulai gelap, beberapa orang segera mencari air ke halaman-ke
halaman tetangga Agar pasti, bahwa
mereka mendapatkan air dari tujuh mata air, maka merekapun mengambil dari tujuh
buah sumur di sekitar rumah
Kademangan. Di ruang dalam, telah tersedia pula setumpuk pakaian yang terdiri dari tujuh
pengadeg. Tujuh lembar kain dan tujuh lembar baju untuk Sindangsari yang
diletakkan diatas nampan disentong tengah, ditaburi dengan bunga-bungaan.
Demikianlah meskipun orang-orang tua itu sibuk bekerja, namun mereka sama sekali
tidak merasa lelah. Juga perempuan-perempuan di dapur. Beberapa orang perempuan tua telah mengatur sajen
yang akan diletakkan di sudut-sudut halaman, disimpang empat dan dirumpun-rumpun
bambu petung. Sebelum upacara mulai di tengah malam, maka sajen-sajen itu harus sudah
diletakkan di tempatnya. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Dalam pada itu, semua orang bekerja dengan wajah yang cerah sesuai dengan tugas
masing-masing. Nyai Reksa tanilah yang berjalan hilir mudik mengatur segala
sesuatu, karena ialah yang diserahi seluruh tanggung jawab peralatan ini bersama
suaminya. Namun, selagi semua persiapan berjalan dengan baik.
seorang perempuan yang diserahi tugas menanak nasi setiap kah mengusap keningnya
yang berkeringat. Meskipun ia selalu berada di depan perapian, namun terasa
keringatnya yang meleleh di punggungnya, adalah keringat yang dingin.
"Tidak pernah aku mengalami hal serupa ini" katanya
sambil mengaduk nasi yang sedang ditanaknya di dalam
kukusan. Dengan cemas ia mencoba untuk membuat nasi Itu masak.
"He. kenapa kau bibi?" bertanya seorang perempuan muda yang mengambil seonggok
kayu di samping perapian.
"Lihat" berkata perempuan tua itu.
"Apa?" "Nasiku tidak mau masak. Setiap kali, bagian atas sudah masak, bagian bawah
ternyata masih mentah"
"Aduk saja bibi"
"Kau lihat juga, bahwa aku sedang mengaduk"
"Ya. Tunggulah. Sebentar lagi nasi itu akan masak. Masih belum tergesa gesa.
Bukankah mereka akan dijamu makan setelah semua perlengkapan selesai. Air,
cengkir kelapa sawit, pakaian, seonggok merang di halaman"
"Ya, memang belum tergesa-gesa. Tetapi dengarlah sudah lebih lima kali aku
mengaduk nasi ini. Tetapi setiap kali aku menemui keanehan ini. Bagian ataslah
yang masak sedang bagian bawah masih juga mentah"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kalau di balik. Bagaian yang masak itu taruhlah di bawah.
Yang mentah, biarlah diatas"
"Yang bawah akan menjadi mentah"
Naga Beracun 10 Iblis Ular Hijau Karya Aryani W Kemelut Di Majapahit 9
^