Pencarian

Pedang Dewa Naga Sastra 2

Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana Bagian 2


bakpao, dia dengan cekatan berlari diantara kerumunan orang,
dan hilang disebuah gang, tidak lama kemudian Hung-fei
melihat anak yang melawan kam-peng juga lari menyelinap
diantara kerumunan orang dan menghilang di sebuah gang,
hari itu Hung-fei tidak mendapat belas kasihan, ia melangkah
untuk duduk disebuah gang karena badannya lemas.
Seorang kakek muncul bersama dua anak pengemis yang baru
saja mencuri, sikakek berjalan dengan batuan tongkatnya yang
berkepala ular, kedua anak itu berjalan dibelakang si kakek
dengan muka babak belur, namun keduanya berjalan sambil
mekan bakpao, menjerit perut Hung-fei melihat dua anak itu
makan bakpao dengan nikmat, keduanya lewat tanpa menegur
Hung-fei "kam-peng !" seru Hung-fei, kakek itu menoleh pada hung-fei
"apa kamu mengenal pengemis ini peng-ji ?"
"benar suhu, dia itu sangat usil." sahut Kam-peng
"kalau usil, sekarang kamu pukul dia !" perintah sikakek,
sipakah kakek itu " kakek itu bukan orang tidak terkenal,
bahkan ia adalah seorang datuk dunia persilatan yan kita kenal
dengan sebutan "coa-tung-mo-kai"
Coa-tung-mo-kai sedang duduk melengut disebuah emperan
toko, dua anak bertabrakan didepannya, lalu keduanya
berkelahi habis-habisan, "hehehe..hehe".hahaha". bagus
pukul..tendangg..ah"memalukan kenapa pakai gigi,
ah..rambut kenapa dijambak !?" teriak coa-tung-mo-kai
memanas-manasi perkelahian antara kam-peng dengan anak
tersebut. Tubuh keduanya bergulingan ditanah
"sudah..sudah"seru coa-tung-mo-kai menghentikan keduanya,
71 tanpa bergerak dari tempat duduknya, kedua anak itu
mengapun seperti dua kucing diangkat tangan tidak kelihatan.
:"hehehe,,,hehehe" tubuh kalian ternyata kuat, dan tulang
kalian bagus, kam-peng dan lawannya terkejut dan terkesima,
keduanya berpikir tentunya kakek ini orang sakti, kakek itu
seperti tidak berbuat apa-apa, tapi namun mereka terapun g
diawang, kemudian "bugh"bugh"." Keduanya jatuh ketanah
"kakek sakti ajarilah aku seperti yang kakek lakukan tadi." ujar
Kam-peng "aku juga kakek !" sela anak lawan Kam-peng
"hehehe..hehehe"tentu"aku akan jadikan kalian ahli silat luar
biasa dan tak tertadingi." sahut Coa-tung-mo-kai
"sipakah nama kalian bocah ?"
"saya Kam-peng kakek."
"saya Gan-kui."
"hehe"heheehe". Peng-ji dan kui-ji sekarang kalian berlutut
dan panggi aku suhu." Ujar coa-tung-mo-kai, lalu keduanya
berlutut "tecu memberi hormat pada suhu." ujar keduanya serempak
"bagus, sekarang kalian harus menuruti segala perintahku,
ayok kita pergi." ujar Coa-tung-mo-kai, coa-tung-mo-kai berdiri
dan dikuti oleh kedua murid barunya, dan bertemu dengan
Hung-fei di lorong gang. Kam-peng mendekati Hung-fei dan mengayun tinjunya, Hungfei tidak mau jadi sasaran, lalu keduanya berkelahi ditonton
coa-tung-mo-kai dan Gan-kui
"duk..duk"bug..bug?" suara pukulan-pukulam menghantam
tunuh keduanya, walaupun tubuh Hung-fei lemas karena lapar,
72 dia tetap gigih melawan dan tidak mau menyerah pada Kampeng, kemudian mo-kai melerai keduanya
"siapa namamu bocah ?" tanya mo-kai
"aku Han-hung-fei." sahut Hung-fei.
"kamu harus ikut dengan kami, tapi bukan sebagai muridku,
karena aku sudah memepunya dua orang murid"
"siapa yang minta jadi muridmu !" sahut Hung-fei karena
merasa jengkel dengan sikap sikakek yang menyuruh kampeng memukulnya
"bagus, dan kamu akan tetap ikut dengan kami sebagai
jongos." ujar mo-kai
"sekarang aku lapar, lalu bagaimana aku bisa mengikuti kalian
?" sahut Hung-fei "berikan dua bakpao mu itu kui-ji !" perintah mo-kai, Gan-kui
merogoh bajunya dan mengeluarkan dua buah bak-pao.
"berikan semuanya, supaya ia makan dan bertenaga." Perintah
mo-kai, dengan patuh, Gan-kui memberikan bakpaonya.
Han-hung-fei makan bakpao dengan lahap, setelah sebuah
habis Hung-fei sudah diajak jalan dan mengikuti Mo-kai, coatung-mo-kai membawa mereka keluar kota yinchan, dan
berkelana, pada saat mereka istirahat entah dihutan diatas
bukit Kam-peng dan Gan-kui dilatih oleh datuk kosen ini,
sementara Hung-fei hanya menonton sambil istirahat karena
kelelahan membawa beban, tiga buntalan suhu dan dua murid
itu dibawa oleh Hung-fei, hung-fei tidak mengeluh, karena
selama ia dapat makan, pekerjaan sebagai jongos itu dapat ia
terima. Coa-tung-mo-kai membawa merea ke huangsan, tempat
dimana selama ini ia berdiam, sebagai raja pengemis segala
73 kebutuhannya dipenuhi ratusan anak buahnya, dan tidak terasa
waktu sudah berjalan dua tahun, Han-hung-fei sudah berumur
sepuluh tahun, Gan-kui sebelas tahun dan Kam-peng dua belas
tahun, selama itu Kam-peng dan Gan-kui sudah banyak
menerima pelajaran dan latihan dari suhu mereka, sementara
hung-fei tetap jadi jongos ditempat kediaman mo-kai.
Hung-fei cepat kesini !" seru Gan-kui
"ada apa ji-siauw-ong ?" tanya Hung-fei pada gan-kui yang
sekarang dipanggil dengan raja kecil kedua, sementara kampeng dipanggil it-siauw-ong (raja kecil pertama), panggilan itu
tidaj hanya oleh Hung-fei namun semua para pengemis
"kamu harus temani aku berlatih !" sahut Gan-kui
"aku ..bagaimana aku bisa ji-siauw-ong, aku tidak tahu ilmu
silat." bantah Hung-fei
"karena kamu tidak bisa silat maka kamu harus menjadi
sasaran pukulanku." Ujar Gan-kui sambil menyerang Hung-fei
"buk..bukk..des?" dua pukulan dan satu tendangan membuat
Hung-fei terlempar dan terhempas ditanah, Hung-fei meringis
kesakitan, namun gan-kui tidak peduli, ia terus menjadikan
hung-fei bulan-bulanan pukulannya, Hung-fei melawan
sekuatnya, namun ia tidak berdaya, mukanya sudah matang
biru dan dan mulutnya banyak mengeluarkan darah.
Setelah puas Gan-kui meninggalkan Hung-fei yang pingsan,
selama tiga hari Hung-fei tidak bisa bangkit dari dipan tempat
tidurnya, dua minggu kemudian setelah ia pulih, kembali ia
dibuat jadi sasaran pukulan, dan kali ini ia di jadikan bahan
olokan oleh kam-peng, tiga minggu ia baru dapat pulih, karena
perlakuan dua orang murid sidatuk Hung-fei sudah melampaui,
Hung-fei melarikan diri dari kediaman mo-kai, Hung-fei mencari
dan bertanya pada orang letak lembah huai, sakit hatinya pada
74 kedua murid sidatuk mengingatkan ia akan pedang yang
diperebutkan para pendekar.
Enam bulan kemudian Hung-fei sampai kelembah huai, dan
dari lembah ia terus menuju ketimur dan sampai disebuah
hutan yang banyak sekali monyetnya, Hung-fei melihat sebuah
bukit, lalu ia naik keatas bukit, dan dari atas bukit sesuai
petunjuk bait dalam surat, Hung-fei menuruni bukit sejauh lima
puluh kaki, setelah merasa ukurannya pas, hung-fei hanya
berdiri diatas tanah "lalu apa lagi " apa yang ada disekitar sini ?" pikirnya dalam
hati, tempat itu hanya semak setinggi lutut, hung-fei melihat
sebuah batu lalu ia duduk untuk berpikir apa lagi maksud sebait
kalimat dalam surat, ketika ia duduk,
"aaaaa"." teriaknya karena batu itu ambruk bersama dirinya
dan masuk kedalam lobang, Hung-fei pingsan karena
kepalanya terantuk pada batu, semalaman ia pingsan dan baru
siuman keesokan harinya, dengan sekujur tubuh terasa sakit,
Hung-fei merangkak menelusuri lorong gelap didepannya,
sehingga ia sampai pada ruang bawah tanah yang terang
karena ruangan itu berlobang yang ternyata dinding sebuah
tebing curam. Didalam ruang bawah tanah itu banyak sekali guratan-guratan
berbentuk naga diatas dinding, hung-fei meraba-raba gambargambar naga yang ada disinding, dan hatinya berdegup ketika
meraba gambar naga ditengah dinding
"klik"grrrr?"" dinding itu berputar dan ada ruangan dibalik
dinding, hung-fei masuk kedalam ruangan yang sangat luas,
didalam ruangan itu ada tengkorak manusia yang sedang
duduk sambil memegang pedang bersinar hijau muda, dan
75 bergagang kepala naga dari emas murni, ujung pedang
menancap didalam lipatan kaki tengkorak, dan disisinya ada
kotak berwarna kuning keemasan, kemudian dua tangga
dibawah ruangan itu ada kolam air yang yang sumbernya dari
mata air yang banyak dari dinding ruangan, disekitar kuala air
itu menghampar jamur warna putih
"maaf cianpwe, tecu telah berlaku lancang masuk kesini." ujar
Hung-fei sambil berlutut, dan matanya melihat sebuah tulisan
dibatu tempat duduk tengkorak, lalu dengan mendekat hung-fei
membaca tulisan "cucilah tangan didalam kolam, dan makanlah sebuah jamur,
lalu dua buah jamur tumbuk dan lamuri ketangan, kitab dan
pedang siap diambil."
Han-hung-fei bangkit dan turun kebawah, kemudian mencuci
tangannya didalam kula, kemudian mengambil sebuah jamur
dan memakannya, rasanya amat pahit, namun setelah itu rasa
manis terasa dilidah dan langit-langit mulutnya, kemudian dua
buah jamur ditumbuknya dengan batu dipinggir kolam, lalu
melamurkannya pada kedua tangannya, kemudian Hung-fei
kembali kedepan tengkorak dan mengambil peti,
"cesss".." suara mendesis seperti air dijatuhkan kedalam api,
lalu hung-fei membuka kotak, tiga buah jarum meluncur dan
amblas kedada hung-fei, hung-fei merasa pening dan ia pun
pingsan. Hung-fei membuka matanya, dia bangkit dan mengingat apa
yang terjadi, dan saat ia ingat, segera membuka bajunya, untuk
melihat benda apa yang meluncur kedadanya, dan ternyata tiga
jarum berwana hitam menancap didadanya, hung-fei mencabut
tiga jarum itu, untunglah hung-fei membaca tulisan tersebut,
karena kalau tidak saat memegang kotak saja ia akan tewas
76 seketika, dan racun jarum itu juga sangat ganas, untungnya
penawarnya dengan makan jamur membuat tubuh hung-fei
menolak racun, sehingga jarum itu tetap berwarna hitam, kalau
tidak jarum itu akan berubah putih, karena racun hitam dijarum
dihisap oleh tubuh seiring tarikan nafas.
Han-hung-fei melihat isi kotak berisi dua buah kitab tebal, lalu
hung-fei mengambil dan membaca sampul kitab pertama
"tee-tong-thian-teng" (terbang kelangit menggetar bumi), kitab
ini berisi pelajaran sin-kang dan gin-kang tingkat tinggi, dan
bahkan ada pelajaran delapan jurus tangan kosong yang diberi
nama "bun-sian-pat-hoat" (jurus delapan dewa sastra)
kemudian kitab yang kedua "bun-liong-sian-kiam-hoat" (jurus
pedang dewa naga sastra).
"terimakasih cianpwe, yang telah berjodoh dengan saya untuk
mempelajari ilmu-ilmu cianpwe." ujar Han-hung-fei, dia sujud
tujuh kali didepan tengkorak manusia itu,dan tiba-tiba tengkorak
itu roboh dan pedang yang dipegang tetap tertancap, dan
selembar kulit ada diujung pedang, Hung-fei mencabut pedang
itu dan membaca tulisan "sute".kamu memang murid yang baik, kuburkanlah tulangku
dan resapilah semua ajaran suhu, semoga Thian
memberkatimu." Han-hui-lung Ternyata tengkorak itu adalah murid dari pertapa sakti bernama
Han-hui-lung, yang kemungkinan besar yang mengambil
pedang itu dari pustaka istana dua ratus tahun yang silam.
Han-hung-fei menggunakan pedang untuk menggali lobang, lira
biasanya batu yang dikenai mata pedang itu laksana tahu
lunaknya, setelah lobang tergali, han-hung-fei mengumpulkan
77 tulang-tulang suhengnya dan menguburnya, setelah itu dia
membersihkan diri didalam kolam, lalu mulai mempelajari
kedua kitab suhunya. Kota Chongqing semakin kacau , warga banyak yang
menderita akibat tindakan pemerintah yang hendak
menstabilkan kekuasaannya, Ouw-gan selaku gubernur
chongqing mendapat mandat untuk menangkap siapa saja
yang dicurigai sebagai pemberontak, mandat ini dimamfaatkan
untuk memenuhi kekesalannya pada hek-tiauw piuawkiok,
karena hek-tiauw-piauwkiok ikut andil dalam kemelut
keluarganya, dimana putrinya Ouw-eng-lin lari bersama Hanbong seorang piuawsu Hek-tiauw.
Gao-tong ditangkap bersama anak buahnya yang hari sedang
sibuk sibuk membongkar muatan seorang pejabat tihu kota
Chongqing bernama Bao-kuang
"saya harap besok barang ini sudah berangkat ke lokyang Gaopangcu !" ujar Bao-tihu
"tentu taijin, harapan taijin akan kami laksanakan." sahut Gaotong, lalu barang-barang berupa benda-benda antik itu
disimpan di didalam kamar gudang, Gao-sun putra bungsu dari
Gao-tong memandori dan mengatur letak barang didalam
kamar gudang. Ketika atur sana dan atur sini, sebuah kotak kemas jatuh dan
hancur, dan isinya sebuah patung naga yang terbuat dari perak
"haya".sial betul.." gerutu Gao-sun sambil memungut patung
naga itu untuk, dia mencari peti kemas untuk menyimpan
patung naga ini, tapi semua peti kemas sudah terkunci, mau
dimasukkan kedalam pas-pas bunga tidak masuk,
"sudahlah tidak usah dikirimkan lagi" pikirnya lalu ia naik tangga
78 ketas dan meletakkan patung itu diloteng kamar, dan dia pun
keluar. "apa sudah disusun semua barang-barang Bao-tihu ?" tanya
ayahnya "sudah ayah." sahut Gao-sun
"bagus, besok pagi-pagi kalian akan berangkat ke lokyang."
ujar Gao-tong, Gao-sun mengangguk lalu keluar kantor untuk
memberi pengarahan pada dua belas piauwsu yang akan
dipimpinnya besok. Pada malam harinya tiba-tiba seratus pasukan tentara dibawa
pimpinan Tan-ciangkun "apa ada masalah ciangkun ?" tanya
Gao-tong tenang dan tidak curiga sedikitpun, Tan-ciangku
membuka lengki untuk dibacakan
"hek-tiauw bokoan merupakan sarang pemberontak, dan oleh
karena Gao-tong selaku pimpinan harus ditangkap beserta
anak buahnya." Tan-ciangkun menutup lengki


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"pasukan..! tangkap semua dan yang melawan bunuh ditempat
!" teriak Tan-ciangkun, lalu sertaus tentara bergerak, dua puluh
piuawsu yang saat itu mendengar isi lengki ditangkap dan
dibawa kepenjara, kemudian piauwsu yang lain diburu dan
ditangkapi. Gao-tong, kedua putranya Gao-seng dan Gao-sung beserta
tujuh belas piauwsu dijebloskan kedalam penjara, dan tiga hari
kemudian empat puluh orang piuawsu Hek-tiauw tanpa diberi
kesempatan membela diri dieksekusi atas perintah Ouw-gan,
berita itu tersiar keluar, sehingga timbul penentangan dari para
piauwsu yang selamat, mereka dipimpin oleh LI-sin, mereka
menyergap dan membunuh dua puluh tentara di luar gerbang
barat, aksi ini membuat patroli di perketat.
79 Setahun kemudian para tentara menangkapi lelaki dewasa,
karena para piauwsu itu menyebar dan menyamar sebagai
penduduk biasa, karena Tan-ciangkun curiga bahwa pasokan
pangan dari gerombolan piauwsu datang dari pasar, maka ia
memerintahkan untuk menangkapi pedagang dan membumi
hanguskan pasar tersebut, yang saat itu imbasnya di terima
oleh Wang-keng dan keluarganya, tiga bulan setelah
pembakaran pasar, Li-sin dan anak buahnya menyusun
rencana balasan "apa yang dilakukan oleh gubernur sangat tidak
berprikemanusiaan dan membabi buta, warga yang tidak tahu
apa-apa dan pembakaran pasar yang menelan banyak korban
jiwa bukti kesadisan dan keberutalan gubernur." ujar Li-sin
"jadi apa yang harus kita lakukan twako !?" tanya Jiang-bao
"oleh karena gerakan kita yang menentang gubernur yang
mengesekusi pangcu, maka menurut saya untuk membalaskan
dendam warga dan piauwkiok kita, maka kita harus menyusup
ke kediaman gubernur untuk membunuhnya."
"benar saya setuju twako, marilah kita susun strategi
penyusupan tersebut." sela Toan-jin kepala piauwsu rute
chongqing ke cengdu, "baik"rencana penyusupan kita bagi dua, pertama kelompok
yang menyusup kerumah gubernur dan yang kedua kelompok
yang menyusup kekediaman Tan-ciangkun."
"siapa yang akan menyusup kekediaman gubernur ?" tanya Loliang
"yang menyusup kerumah gubernur saya, Liang-gan, cu-pang
dan Bu-kim dan dua puluh pasukan pendam bersembunyi
disekitar kediaman gebernur, kemudian yang menyusup
kekediaman tan-ciangkun toan-sicu, Lo-liang, jiang-bao dan Lu80
bhok, kemudian dua puluh pasukan pendam bersembunyi
disekitar kediaman Tan-ciangkun."
"kapan kita beraksi Li-twako ?" tanya Liang-gan
"kita beraksi tiga hari lagi setelah upacara lilin, kita yang
menyusup akan menyemar pada upacara itu."
"baik demikinalah kita laksanakan !" sela Toan-jin, semua
mengangguk, tiga hari kemudian upcara lilinpun tiba, dan pada
dini harinya, empat bayangan mendekati kediaman gubernur,
mereka adalah Li-sin dan tiga rekannya, empat orang penjaga
di pos depan, dengan hati-hati dibekuk dan dibunuh, pakaian
empat mayat itu dilucuti untuk dipakai sebagai penyamaran lalu
mayat penjaga itu di sembunyikan, demikian juga yang terjadi
dikediaman tan-ciangkun yang dipimpin oleh Toan-jin.
Saat matahari terbit baik gubernur dan ciangkun berkemas diri
menuju kelenteng untuk mengadakan upacara lilin, iring-iringan
tentara pun mengawal gubernur, Li-sin dan tiga orang rekannya
sudah membaur dengan iringan pengawal gubernur, upacara
selesai sampai sore hari, lalu gubernur dan ciangkun kembali
kekediaman masing-masing, sesampai dirumah, gubernur
langsung istirahat dan tertidur pulas, Li-sin dan tiga rekannya
beraksi "ada apa ?" tanya pengawal dalam kepada Li-sin yang datang
bersama Liang-gan "kami dari penjaga posko menerima surat dari tan-ciangkun,
dan kata pengawal ciangkun sangat rahasaia dan penting untuk
segera diketahui oleh taijin."
"tapi taijin sedang istirahat." sahut pengawal itu
"saya yakin ini adalah tentang pemberontakan, karena kami
tanya kenapa tidak disampaikan pada waktu taijin bersama
81 ciangkun, lalu mereka jawab, ciangkun juga baru menerima
informasi dari penyelidik sesampai dirumah sehingga ciangkun
segera menulis surat." ujar Li-sin, pengawal dalam itu meragu,
sesaat hening "baik tunggu sebentar." sahut pengawal itu, lalu dia mengetuk
pintu dan menyeru dengan nada ragu
"sialan"ada apa !?" teriak Ouw-gan dari dalam dengan nada
marah, pengawal itu menelan ludah sanking cemasnya
"taijin", Tan-ciangkun mempunya informasi penting untuk
diketahui taijin." Sahutnya dari luar kamar, Ouw-gan membuka
pintu, saat pintu terbuka Li-sin bergerak dengan cepat
melempar tiga buah pisau sekaligus
"cep"aghhh"." sebuah pisau menancap di kening, kemudian
dileher dan didada, Ouw-gan menggelepar bersimbah darah,
dua oraang pengawal dalam terkejut dan terkesima, namun
Liang-gan yang dalam rencana langsung menyerang pengawal
dalam, untungnya pengawal dalam tangkas ditengah
keterkejutan masih bisa mengelak dan hanya bajunya yang
disabet pedang "pemberontak menyusup"!" teriak dua orang pengawal dalam
sambil terus melakukan perlawanan kepada Li-sin dan Lianggan, teriakan itu menggugah pasukan yang berjaga di teras
depan, sehingga mereka berlarian kekamar gubernur,
pertempuran pun makin ramai, sementara dua puluh piauwsu
merangsak masuk kedalam kediaman gubernur, setelah
mendapat isyarat dari cu-pang yang menjaga pos luar, perang
kecil pecah dihalaman rumah gubernur, suara beradunya
senjata dan jeritan korban berjatuhan terdengar disana sini, dua
puluh paiuwsu sedapat mungkin menjatuhkan korban
sebanyak-banyaknya sebelum mereka jadi korban, selama tiga
82 jam pertempuran itu berlangsung dan malam pun sudah
merambat, akhirnya dua puluh empat piauwsu tewas semua,
namun dari pihak pasukan gubernur ada empat puluh orang
korban tewas dan dua puluh orang korban luka berat serta
sepuluh orang luka ringan.
Sementara ciangkun sesampai dirumah dia tidak tidur, tapi dia
minum-minum di layani empat orang selirnya, Toan-jin dan tiga
rekanya beraksi, Toan-jin dan Lu-bhok datang menghadap
"ada apa kalian kemari ?" tanya pengawal dalam
"kami hendak melaporkan surat yang dibawa pengawal Ouwtaijin."
"aneh"kenapa tidak disampaikan pada saat upacara ?"
"hal ini memang mencurigakan, makanya kami segera kesini
untuk memberikan surat ini pada ciangkun
"ada apa rebut-ribut disitu !?" sela suara Tan-ciangkun dari
dalam kamar, kemudian tan-ciangkun membuka pintu
"sirr".sir"eits..ahh"." serangkum jarum kecil dilempar Toanjin, Tan-ciangkun dapat berkelit, namun lemparan kedua yang
menngarah kemuka walaupun masih sanggup dielakkan tanciangkun sebuah jarum menancap dilambungnya
"bunuh pemberontak?" teriak Tan-ciangkun, sambil menyerang
toan-jin, sementara dua pengawal menangkis serangan Lubhok.
Toan-jin dengan kemampuannya yang lumayan tinggi
menyambut tenang dengan dahsyat tan-ciangkun, dia bergerak
cepat untuk menewaskan Tan-ciangkun sebelum keroyokan
penjaga datang, Tan-ciangkun yang sudah dipengaruhi jarum
racun merasa kaku dan dadanya sesak, seharusnya ia tidak
terjun melawan toan-jin dan membiarkan dua pengawalnya
mencegat, tapi karena emosi ia langsung menyerang, dan
83 tindakan ini memberi peluang pada Toan-jin, sehingga dalam
dua gebrakan saja, ia sudah merasa kaku, sementara
lawannya toan-jin yang sudah siap mati untuk tujuannya
"crak..cras"." sebuah bacokan kuat memutuskan bahunya dan
disusul tebasan pada lehernya hingga putus, namun dua
pedang pengawal juga menancap dipunggungnya, karena Lubhok sudah tewas terlebih dahulu dan segera keduanya
melempar pedang untuk menyelamatkan kepala Tan-ciangkun,
namun sudah terlambat bersamamaan dua pedang memancap
mata pedang toan-jin juga menghantam lunak leher tanciangkun.
Sementara diluar lo-liang dan jiang-bao bersama dua puluh
piauwsu mengadakan poerang kecil bersama pasukan
ciangkun, perlawanan mereka yang gigih hanya berlangsung
satu jam, karena ratusan pengawal mengerubuti mereka
sehingga merekapun tewas semua, sementara dari pihak
ciangkun hanya lima orang yang tewas dan dua luka ringan.
Keesokan harinya kota chongqing gempar dan heboh,
tewasnya gubernur dan ciangkun menjadi berita utama, para
warga yang merasa sakit hati akibat penindasan gubernur dan
ciangkun merasa gembira menyambut kematian dua pembesar
zalim itu, dua bulan kemudian pengganti Ouw-gan datang dari
kota raja, gubernur baru itu Gui-yan seorang jenderal, dan
ironisnya gubernur ini lebih sadis dari ouw-gan, perintah
pertamanya membunuh seluruh tahanan, sehingga dua ratus
tahanan meregang nyawa termasuk Wan-keng yang malang.
Kota Lokyang adalah kota besar setelah kota raja Chang-an,
Lokyang yang padat dan ramai serta dipenuhi bangunanbangunan megah membuat takjub para pendatang, suatu hari
84 seorang kakek dengan seorang gadis kecil berumur sepuluh
tahun memasuki kota lokyang, gadis kecil itu adalah Wan-lin
yang kita tahu pingsan dikediaman Gao-tong dan dibawa oleh
Lam-sin-pek, Lam-sin-pek membawa Wan-lin ke sebuah hutan
diluar kota chongqing, Lam-sin-pek meletakkan tubuh Wan-lin
direrumputan kemudian ia membakar kelinci yang ia tangkap
saat memasuki hutan, tidak lama kemudian Wan-lin siuman
"nenek?" keluhnya sambil membuka mata, namun yang dilihat
hanya rerimbunan hijau "eh..dimana aku !" jeritnya lirih, dia melihat seorang kakek
bermata tajam dan perawakannya pendek dengan jenggot
panjang, kakek itu memandangya dan tersenyum
"kamu sudah siuman " sekerang makanlah dulu, tentunya
kamu sangat lapar bukan ?" ujar Lam-sin-pek
"kakek siapa " bagaimana dengan nenek-gao dan beng-te ?"
"si nenek itu sepertinya sudah mati, dan aku hanya
menemukan kamu yang sedang pingsan, jadi kamu ku tolong,
makanlah dulu !" sahut Lam-sin-pek sambil memberikan paha
kelinci bakar, Wan-lin menerima daging bakar itu, dan memang
perutnya sangat lapar, dengan lahap daging bakar itu dimakan,
dan dalam waktu yang tidak lama dua paha daging bakar
amblas keperutnya. "Sekarang kamu tidak usah cemas karena saya akan
menjagamu dengan baik."
"terimakasih kakek.." sahut Wan-lin
"jangan panggil kakek, tapi mulai sekarang kamu adalah
muridku dan aku jadi gurumu."
"terimakasih suhu." ujar Wan-lin sambil bersujud tujuh kali
didepan Lam-sin-pek, sejak itu Wan-lin ikut suhunya dan belajar
ilmu silat dari datuk kosen itu, Lam-sin-pek membawa Wan-lin
85 ketempatnya di "pek-kok" (lembah petir) di sebelah selatan kota
kangshi. Sejak sampai di pek-kok, Wan-lin mulai belajar ilmu silat
dibawah bimbingan datuk dunia persilatan yang kosen, Wan-lin
demikian berbakat sehingga dalam masa lima tahun ia sudah
menjadi gadis kecil yang luar biasa lincah dan kuat, Lam-sinpek sangat senang dan bangga pada muridnya ini, dan untuk
mengenal luas liok-lim, Lam-sin-pek mengajak muridnya untuk
berkelana, sehingga tiga bulan kemudian mereka sampai di
kota lokyang. Lam-sin-pek dan muridnya masuk kesebuah likoan yang cukup
padat "mau pesan apa cianpwe ?" tanya pelayan
"sediakan makanan dan arak !" sahut Lam-sin-pek, pelayan itu
mengangguk dan segera membalik badan untuk
mempersiapkan pesanan, setelah makanan dihidang keduanya
makan dengan lahap "setelah makan kita akan kesuatu tempat." ujar Lam-sin-pek
"kita mau kemakah suhu ?"
"nanti kamu akan tahu, jadi selesaikanlah makanmu " sahut
Lam-sin-pek, Wan-lin segera memburu suapannya dan minum
arak sepuasnya, lalu mereka berdiri dan meninggalkan ikoan,
namun dipintu masuk keduanya dicegat dua penjaga
"orang tua kamu belum bayar makanan." tegur penjaga
"kalau kalian berdua dapat kalahkan muridku ini, saya akan
bayar." sahut Lam-sin-pek, Wan-lin sudah dari tadi siap siaga,
karena hal ini sudah beberapa kali terjadi selama tiga bulan
perjalanannya dengan suhunya, disetiap penginapan dia selalu
diadu oleh suhunya dengan penjaga likon atau restoran.
86 Kedua penjaga itu heran dan menoleh pada Wan-lin
"kamu jangan coba main-main dengan kami orang tua !" bentak
penjaga dengan nada marah karena dipandang rendah.
"kalian ini yang macam-macam dengan saya, lin-ji hajar kedua
cecunguk ini !" ujar Lam-sin-pek, Wan-lin melompat dan
menerjang kedua penjaga. "duk..shh,?" tangan wan-lin ditangkis seorang penjaga namun
dia mendesis kesakitan karena tangannya rasa kesemutan,
temannya menerkam Wan-lin namun dengan gesit ia berkelit
dan melayang dengan sebuah tendangan, sipenjaga mencoba
menangkap kaki "plak"iih"duk.." tangan sipenjaga dapat menangkap
pergelangan kaki Wan-lin yang kecil, namun segera dipaskan
karena tangan yang memegang itu laksana kesetrum, dan
tendangan kaki yang lain menghantam muka sipenjaga dan
dengan gerakan indah kedua kaki Wan-lin menjejak tanah.
Kedua penjaga menyerang Wan-lin dari dua arah, namun
kelincahan Wan-lin membuat mereka kelabakan, keduanya
mengejar-ngejar Wan-lin denngan amarah yang memuncak,
saat mereka ngos-ngosan dua buah tendangan menyilang dari
Wan-lin menghantam muka seorang penjaga dan kaki satunya
menhantam pundak penjaga yang kedua, dua penjaga itu
terpapar kesamping sambil meringis kesakitan, mulut penjaga
yang kena mukanya pecah berdarah, dan yang kena
pundaknya merasakan pundaknya nyeri yang sangat, lalu
mereka merangkak menghadap Lam-sin-pek
"ampun cianpwe, kami menyerah.." ujar keduanya sambil
menjura berkali-kali "hehehe..hehehe" sudah kalau begitu, kami pergi." sahut Lamsin-pek dengan langkah jumawa meninggalkan likoan diikuti
Wan-lin, keduanya terus menuju sebelah barat kota, dan
87 didepan sebuah bangunan tinggi Lam-sin-pek berhenti
"bangunan apakah ini suhu ?"


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"ini namanya menara Liu, bangunannya ada tujuh tingkat."
"apakah kita akan masuk kedalam menara ini suhu."
"benar kita akan masuk kedalam, namun kita tunggu sampai
malam, saat pergantian jaga."
"apa yang mau kita lihat didalam menara ini suhu ?"
"ada yang mau suhu cari, mungkin ada didalam menara." jawab
Lam-sin-pek, lalu keduanya berjalan-jalan menikmati kolam
ikan dibawah jembatan besar, tidak lama kemudian malam pun
tiba, sepuluh penjaga di halaman menara masuk kedalam
bangunan disamping menara, dan tidak lama kemudian
sepuluh penjaga baru keluar, dan saat pergantian jaga itu Lamsin-pek dan muridnya sudah masuk dab melompat ke atas atap
tingkat pertama, dan saat penjaga baru meneglilingi halaman
Lam-sin-pek dan muridnya sudah berada di atas atap tingkat
keempat. Dengan ringan dan gesit Lam-sin-pek menggendong muridnya
memasuki ruangan tingkat empat, dan ketika berada diruangan
tidak lama seorang muncul dan masuk keruangan tersebut, dua
kakek saling melotot "hehehe"ternyata Lam-sin-pek." Ujar lelaki tua kurus dan tinggi
rambutnya hanya ada disekitar kepala, sementara dibagian
tengah licin pelotos. "kamu untuk apa kesini "liang-lo-mo" !?"
"hehehe"hehehe" emangnya kamu saja yang punya urusan
!?" "sialan"kamu mengganggu saja, lo-mo."
"kamu jangan banyak cincong lam-sin-pek, aku mau
88 menyelesaikan urusanku." ujar Liang-lo-mo sambil kesebuah
kamar dan mengobrak abriknya
"siapakah orang itu suhu ?" tanya Wan-lin
"dia Liang-lo-mo, seorang datuk dunia persilatan."
"apakah lebih sakti dari suhu !?"
"bocah gablek, suhumu mana terkalahkan, karena kami
sesama datuk, makanya suhu diam."
"hehehe".kamu jangan membual lam-sin-pek." sela Liang-lomo dari dalam kamar
"cepat kamu selesaikan urusanmu lo-mo dan enyah dari sini !"
"sialan"tidak ada pun benda itu disini," sumpah liang-lo-mo
dan keluar dari kamar yang kedua.
:apakah kamu juga mencari patung naga lam-sin-pek ?"
"heh..memangnya kamu juga mencari patung naga ?"
"aku kesini karena katanya patung naga mau disimpan di
menara ini." "apa kamu sudah periksa semua lo-mo ?"
"sudah" sialan benar ." sumpah Liang-lo-mo dan segera terjun
keluar "bagaimana suhu, apakah yang akan kita lakukan ?"
"yah kita keluar lagi kalau begitu, benda itu tidak ada disini."
sahut Lam-sin-pek "sebenarnya benda apakah yanag suhu cari ?"
"sebuah patung naga, lin-jin
"apa hebatnya patung naga itu suhu "
"patung naga itu menyimpan rahasia letak sebuah pedang yang
bernama Bun-liong-sian-kiam."
"tentunya pedang itu sangat luar biasa suhu."
"benar lin-ji, jika kamu dapat pedang itu, kamu akan merajai
dunia persilatan, karena pedang itu sangat tajam dan berhawa
sakti yang membuat lawan merinding ketakutan."
89 Lam-sin-pek dan muridnya turun dari manara Liu, kemudian
keduanya keluar dari gerbang barat kota dan berhenti disebuah
hutan dan melewatkan malam di didalam hutan, keesokan
harinya lam-sin-pek dan Wan-lin bangun
"Lin-ji, kamu pergi tangkap binatang buruan untuk kita makan."
perntah Lam-sin-pek "baik suhu." sahut Wan-lin dan segera meninggalkan suhunya,
Wan-lin masuk lebih dalam ketengah hutan, seekor anak kijang
sedang merumput ditepi sebuah sungai kecil, Wan-lin dengan
cepat merotar sebuah batu.
"trak..duk?" batu menghantam kepala anak kijang, anak kijang
itu sempoyongan dan jatuh, namun anak kijang berusaha
berdiri, Wan-lin segera meloncat keluar dari persembunyian
dan menagkap anak kijang yang hendak lari, namun sebuah
bayangan kilat juga muncul dari arah berlawanan
"eh kamu siapa" !?" bentak wan-lin, seorang gadis kecil
berumur sebelas tahun berdiri didepannya.
"aku yang harusnya bertanya, kenapa kamu hendak mengambil
buruan saya." "sialan"kamu jangan sembarangan yah, lemparanku yang
telah melumpuhkan kijang ini."
"enak saja meracau, lemparanku yang telah melumpuhkannya."
Tidak mungkin, mana batu yang kamu lempar ?" tanya Wan-lin,
gadis kecil itu memungut batu sebesar jempol kaki orang
dewasa "ini batu ku, kamu mana batumu ?"
"ini batuku !" sahut Wan-lin sambil memungut batu sebesar
kepalannya. "itu tidak mematikan kijang." ujar gasis itu
"tidak mematikan bagaimana, sementara aku mengenai kepala
kijang." sahut Wan-lin
90 "kijang itu hanya pening, kijang ini ambruk karena aku
mengenai tepat pada jantungnya."
"kamu mengada-ada saja, yang jelas kijang ini milikku." ujar
Wan-lin "perempaun berengsek, kijang ini milikku." bantah gadis itu
"baik"kita tentukan lewat pertarungan !" tantang Wan-lin, lalu
ia menyerang dengan cepat dan gesit, gadis itu mengelak dan
membalas serangan, dua dara kecil itu saling serang dan pukul,
gerakan mereaka sama-sama kuat dan lincah, kedua jatuh
bangun dalam pertarungan itu, sementara dua orang kakek
menonton keduanya "hehehe..muridmu pasti kalah lo-mo." sela Lam-sin-pek dari
sebuah rumpun semak "jangan sesumbar lam-sin-pek, muridmu yang berkaing-kaing
dihajar muridku." sahut liang-lo-mo dari atas sebuah dahan
pohon. Satu jam sudah perkelahian dua dara kecil itu, namun
keduanya seimbang dan keduanya sudah babak belur
"sudahlah ! kalian hentikan perkelahian, aku sudah sangat
lapar." ujar Liang-lo-mo sambil turun dari dahan pohon,
"suhu aku belum kalah !" sahut muridnya
"aku juga belum kalah, ayok kita lanjutkan." tantang Wan-lin
"sudah lin-ji, lain kali dilanjutkan, sebab jika tidak, kita tidak jadi
makan daging kijang." sela Lam-sin-pek, sambil melangkah
mendekati Wan-lin Liang-lo-mo dengan pedangnya menguliti kijang, sementara
sebuah kayu yang tumbang dipukul Lam-sin-pek sehingga
terbakar "Lian-ji cepat kalian cuci daging ini di sungai itu !" perintah
Liang-lo-mo, Yang-lian menoleh suhunya heran karena perintah
91 itu bukan ditujukan padanya seorang, Wan-lin melihat Yang-lian
"iya kalian berdua apa lagi yang ditunggu." sela Lam-sin-pek,
keduanya dengan sorot mata tajam melangkah ke sungai,
kedunya saling diam membersihkan daging kijang, namun
kekakuan itu berakhir ketika Yang-lian tidak sengaja terpeleset
kesungai, dan tanganya meraih tangan Wan-lin, wan-lin yang
tidak menduga ikut juga kecebur
"hi..hi". ee"tangkap dagingnya hanyut.." teriak Yang-lian,
keduanya buru-buru mengumpulkan potongan-potongan daging
diatas batu, sekejap keakraban diantaranya pun terbina
"kamu siapa, namamu siapa ?" tanya Wan-lin sambil mencuci
potongan paha kijang "namaku Yang-lian." Jawab Yang-lian
"umur saya sepuluh tahun yang-lian, kamu berapa umurmu ?"
"aku sudah sebelas tahun, aku lebih tua dari padamu lin-moi."
jawab Yang-lian, Wan-lian mengangguk setuju.
Sementara kedua gadis kecil itu mencuci daging kijang
"sin-pek, ayok kita main catur !"
"kamu akan kalah Lo-mo"seperti yang sudah-sudah."
"kamu jangan anggap remeh sin-pek, aku kalah tujuh tahun
yang lalu." "baiklah"mari kita main !" sahut Lam-sin-pek, Lo-mo membuka
buntalannya dan mengeluarkan bungkusan yang berisi biji catur
berserta papannya, sebentar saja keduanya sudah asyik
dengan permainan mereka, keduanya tidak lagi memikirkan
sekitar mereka kecuali hanya memeras pikitan untuk
menjalankan buah catur. Yang-lian dan Wan-lin sedah selesai membersihkan daging,
lalu keduanya memanggang daging di atas bara api kayu yang
terbakar, sementara dua datuk itu sibuk bermain catur di bawah
92 pokok kayu, tidak lama kemudian daging-daging bakar itupun
matang, sepotong paha kijang mereka letakkan disamping
kedua datuk yang sedang tenggelam dalam permainan,
kemudian kedua gadis kecil itu makan daging bakar dengan
lahap, setelah merasa kenyang keduanya menatap kedua suhu
mereka, onggokan daging paha kijang masih utuh, kedua datuk
itu belum menyentuhnya sama sekali karena saking asyiknya
permainan yang lakukan, kedua murid mereka juga tidak
digubris, sehingga kedua gadis kecil itu bengong sendiri.
Kemudian untuk mengurangi kebosanan, Yang-lian mondar
mandir, Wan-lin mencabuti daun sambil bersandar di sebatang
pohon "kita mandi yok, tadi kan kita sudah basah." ajak Yang-lin
"ayok?" sahut Wan-lin bangkit dari duduknya, keduanya
melangkah kesungai, lalu keduanya mandi sambil bersenda
gurau, setelah keduanya puas mandi, lalu mengganti pakaian,
sementara kedua datuk itu sudah melahap potongan daging
kijang sambil main catur, Yang-lian dan Wan-lin sama-sama
duduk bersandar dan mengibaskan rambut yang basah.
"Lian-cici sejak kapan kamu ikut suhumu ?" tanya Wan-lin
"aku ikut suhu sejak bayi." Jawab Yang-lian
"lalu orang tuamu bagaimana ?"
"aku tidak mengenal orang tuaku, hanya aku tahu mereka
tenggelam dilaut karena sebuah badai, dan suhu
menyelamatkanku." sahut Yang-lian
Memang demikianlah diceritakan Liang-lo-mo pada muridnya,
hanya sanya kenyataannya tidak seperti itu, karena kapal yang
membawa keluarga Yang-lian dirampok oleh Liang-lo-mo dan
anak buahnya. 93 Sebelas tahun yang lalu seorang saudagar kaya bernama
Yang-kang dikota Fuzhou hendak berangkat kekota hangzhou
bersama keluarganya untuk mengunjungi paman mereka,
"sebaiknya kita jalan laut saja kang-ko karena melihat keadaan
kakak ipar yang sedang hamil tua, dan juga ayah dan ibu sudah
tua." ujar adiknya Yang-meng
"hmh"ide kamu itu tepat juga meng-te, perjalanan darat tentu
amat melelahkan bagi ayah dan ibu." sahut Yang-kang
menyetujui. Keesokan harinya pelayan hartawan Yang, memuat barang
pada sebuah kapal besar milik saudagar Yang, setelah semua
barang dimasukkan, keluarga Yang pun berlayar yang terdiri
dari sepuluh orang, yakni Yang-kang dan istrinya Ma-cing yang
sedang hamil tua, kedua orang tua Yang-kang, kemudian
Yang-meng adik Yang-kang, Bao-sinse selaku tabib keluarga
Yang, dan empat pelayan wanita, selain itu adalah anak buah
kapal yang terdiri dari dua puluh orang, seorang kapten dan
dua asisten, dua puluh tiga orang itu adalah pegawai she-Yang.
Kapal berlayar mulus melintasi lautan, kala senja Yang-kang
dan istrinya menimati senja merah mengiringi matahari yang
hendak turun keperaduannya diufuk barat, setelah malam tiba
keduanya turun dan masuk ke ruangan kapal yang tergolong
mewah, empat pelayan sibuk menghidangkan makan malam
"ayah meng-te dimana ?" tanya Yang-kang pada ayahnya
"mungkin masih diluar." Sahut ayahnya, tidak lama kemudian
Yang-meng datang, lalu merekapun makan, setelah makan
sambil bercakap-cakap mereka melewatkan malam, Ma-cing
mengisyaratkan pada suaminya untuk istirahat, Yang-kang dan
suaminya masuk kedalam kamar, tidak lama kemudian Yang-
94 loya meninggalkan Yang-meng dan Bao-shinse yang masih
asik bercakap-cakap. Tiga hari kemudian mereka melewati teluk "Hi-gan" (mata ikan)
dimana Liang-lo-mo dan ratusan anak buahnya bersarang,
"san-ong"! sebuah kapal mewah melintas di wilayah kita."
lapor anak buah Liang-lo-mo
"kapal mewah" berarti seorang hartawan, cepat kalian kejar !"
perintah Liang-lo-mo, para bajak segera bergegas masuk
kedalam kapal, setelah Liang-lo-mo meninggalkan istananya
dan masuk kedalam kapal, kapal itupun bergerak mengejar
kapal Yang-wangwe. "pemilik kapal adalah Yang-wangwe." ujar Liang-lo-mo setelah
melihat bendera kapal Yang bertuliskan "she-Yang"
Dua jam kemudian kapal Liang-lo-mo sudah mendekati kapal
Yang-wangwe Lou-gin yang menjadi kapten kapal
menyiapakan anak buahnya untuk menghadapi segala
kemungkinan, sementara Lou-gin mensiagakan anak buah
kapal, Yang-meng dan Yang-kang keluar
"ada apa Lou-cianbu !?" tanya Yang-meng
"bajak laut "hek-liang-kiam" (pedang sukma hitam) mendekati
kita." jawab Lou-gin, kedua kakak beradik itu pucat dan
menatap kea rah laut lepas, sebuah kapal berbendera warna
putih dengan gambar pedang bersilang warna hitam mendekati
mereka. Sementara didalam kamar Ma-cing mengeluh karena perutnya
sakit dan mulas, empat pelayan tanggap dan memanggil Baoshinse kedalam kamar, persalinan Ma-cing pun dilakukan, Baoshinse menuntun Ma-cing mengatur nafas, dengan rasa sakit
yang luar biasa, Ma-cing mendorong bayinya
95 "sedikit..lagi"tarik nafas dalam-dalam..ya..ya"terus".tiba-tiba
kapal bergetar karena puluhan sekoci kapal bajak sudah
mengitari kapal Yang-wangwe, dan melempari sisi kapal
dengan kaitan besi, lalu para bajak memanjat naik, karena
desakan rasa terkejut Ma-cing kontan mendorong bayinya
"oaaaa"..oaaaa"..oaaaaa"." suara tangis nyaring sibayi pun
terdengar, sementara dibagian atas pertarung sengit sedang
berlangsung, Yang-kang dan Yang-meng berusaha melawan,
anak buah kapal juga dengan gigih mencegah bajak laut
masuk, namun jumlah mereka amatlah banyak, sehingga hanya


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam waktu dua jam Lou-gin dan anak buahnya tewas
termasuk Yang bersaudara.
Lima bajak segera masuk keruang kapal, dua orang pelayan
wanita beserta Bao-shinse yang sudah menyelesaaikan
persalinan terkejut, namun sabetan pedang dua bajak
menghabisi nyawa mereka, kemudian mereka mendobrak
kamar-kamar melihat apa ada lagi orang yang tersisa, saat dua
orang bajak mendobrak kamar Yang-loya, suami istri menjerit
ketakutan, namun dengan brutal suami istri she-Yang yang
sudah lanjut usia itu menjadi sasaran senjata, She-Yang
bersimbah darah di gorok dua bajak yang haus darah.
Sementara dua bajak mendobrak kamar Ma-cing, dua pelayan
terkejut, muka Ma-cin yang memang pucat sehabis melahirkan
semakin pucat, namun wajah-wajah ketakutan itu membuat dua
bajak bergembira dan semakin brutal, teriakan histeris tiga
wanita itu menyayat hati saat pedang-pedang itu berkelabatan
di tubuh mereka, dan semua jeritan itu berbaur dengan
lengkingan tangisan bayi Ma-cing, Liang-lo-mo yang
mendengar lengkingan tangisan bayi
"bawa kesini bayi itu !" teriaknya dari atas kapalnya dan
96 perintah itu didengar dua bajak yang hendak memenbas bayi
merah itu, keduanya berhenti, dan seorang langsung
menyambar bayi dan keluar dari ruangan, terus ke atas dan
mengangkat bayi itu kearah Liang-lo-mo.
Luar biasa bayi itu melayang kearah kapal liang-lo-mo yang
jauhnya sepuluh tombak, terus mendekat dan menempel
ditangan Liang-lo-mo yang mengerahkan sin-kang menarik bayi
itu, bedengan bayi dibuka, Liang-lo-mo melihat bayi perempuan
yang cantik "hahaha..hahaha". bayi yang mungil, ayok..cepat bawa kapal
ini kemarkas dan semua mayat buang kelaut..!" perintah Lianglo-mo, para bajak membuangi seluruh mayat dikapal she-yang,
dan kapal itu dibawa kemarkas mereka di teluk Hi-gan.
Kapal Yang-wangwe dirawat baik-baik karena kapal itu cantik
dan mewah, kapal itu menjadi pajangan indah disisi teluk higan, sementara tiga kapal mereka yang besar beroperasi
dilautan untuk membajak kapal-kapal yang lewat, bayi Yangkang dirawat dan dibesarkan oleh Liang-lo-mo, dan anak itu
diberi nama Lian, dan she yang dipakai tetap she-ayahnya
yakni Yang. Yang-lian tumbuh sehat diantara para bajak laut, Liang-lo-mo
mengajari ilmu silat kepada Yang-lian sejak umur lima tahun,
bakat serta daya tangkap Yang-lian sangat mengagumkan
sehingga membuat Liang-lo-mo senang dan gembira, umur
sembilan sepuluh tahun, Yang-lian sudah mampu mengalahkan
anak buah suhunya, para bajak memanggil Yang-lian dengan
sebutan "siauw-hong" (ratu kecil).
97 Ketika ia menanyakan tentang orang tuanya, liang-lo-mo dan
seluruh bajak yang tinggal di teluk hi-gan mengatakan bahwa
orang tuanya tewas diamuk badai, dan hal itu dipercaya benar
oleh Yang-liang karena suhunya sangat menyayanginya,
bahkan semua bajak memanjakannnya dan mengormatinya,
dan Yang-lian pun sangat hormat dan sayang pada suhunya.
Setahun kemudian umur Yang-lian sudah sebelas tahun, ia dan
suhunya memasuki perahu mewah dan indah yang mengapung
disisi teluk, Liang-lo-mo membawa muridnya menkmati
pemandangan laut dan melihat terumbu karang yang tumbuh
didalam laut, setelah merasa puas, keduanya kembali ke teluk
"san-ong"! "sai-cu bin" (si muka singa) memberi laporan
bahwa kalangan pendekar sedang memperebutkan Bun-liongsian-kiam" dan datuk yang lain juga sudah muncul."
"dimana sekarang keberadaan Bun-liong-sian-kiam ?"
"dari informasi anak buah sai-cu-bin bahwa rahasia pedang ada
didalam patung naga yang hendak disimpan di menara Liu."
"kalau begitu kalian kamu ambil alih pimpinan, sementara saya
tidak ada, karena saya akan berangkat ke lokyang bersama
lian-ji." Ujar Liang-lo-mo.
Liang-lo-mo dan Yang-liang berangkat keesokan harinya dan
Liang-lo-mo mengajak muridnya untuk berlari cepat melintasi
hutan dan lembah, sehingga lima bulan kemudian mereka
sampai di kota lokyang, dan saat malam tiba Liang-lo-mo
meninggalkan Yang-lian dipenginapan dan menaiki menara Liu
dan bertemu dengan Lam-sin-pek, dan karena barang yang
dicari tidak ada Liang-lo-mo kembali kepenginapan, dan pagipagi sekali Liang-lo-mo mengajak muridnya meninggalkan kota
lokyang dan istirahat dihutan, bahkan bertemu lagi dengan
98 Lam-sin-pek, karena dua murid mereka berkelahi
memperebutkan kijang. "hehehe".kali ini kita seri dan lain kali aku akan
mengalahkanmu Lam-sin-pek." ujar Liang-lo-mo, kemudian
menyambar muridnya dan berkelabat dari tempat itu, Lam-sinpek juga mengajak Wan-lin meninggalkan hutan tersebut. Lamsin-pek mengajaka muridnya berlari cepat, Wan-lin
mengerahkan gin-kangnya, ia laksana terbang mengikuti
suhunya, sehingga saat senja mereka sampai disebuah
lembah, lalu mereka istirahat.
Sambil memanaskan sisa daging kijang tadi pagi, Wan-lin
bertanya pada suhunya "suhu siapa lagi yang setingkat dengan suhunya yang-lian itu ?"
"didunia persilatan ini ada enam datuk yang tingkatannya luar
biasa dan seimbang."
"siapa-siapa kah itu suhu ?"
"salah satunya tentu suhumu ini yang di sebut datuk selatan."
"lalu siapa lagi suhu ?" tanya Wan-lin penasaran
"ada "pak-koai-lo" datuk wilayah utara, "pek-mou-hek-kwi"
diwilayah timur, lalu "see-teng-kui" datuk di wilayah barat,
kemudian (siluman terbang dari barat) dan kemudian "Liang-lomo" datuk para bajak dan rampok dan yang terakhir "coa-tungmo-kai" datuk para pengemis."
"Suhu sepertinya akrab dengan Liang-lo-mo." ujar Wan-lin
"kami berenam sangat akrab, karena kami berenam satu
aliran." "apa maksud satu aliran suhu..?"
"satu aliran maksudnya kami berenam sama-sama bebas untuk
melakukan apa saja yang kami inginkan, dank arena memang
99 demikianlah tujuan kita memiliki ilmu, supaya kita bebas
berbuat apa saja yang kita maui dan tidak ada yang
menghalangi, kita akan terhindar dari tekanan orang lain,
karena kita punya ilmu yang kuat dan sakti, kamu juga mesti
belajar dengan giat, sehingga kamu dapat melebihi suhu dan
menguasai dunia." urai Lam-sin-pek, Wan-lin menyerap cara
pandang suhunya dan mematrikannya dalam hati.
Selama dua minggu Lam-sin-pek dan muridnya berdiam di
lembah yang indah itu, dan sekaligus melatih Wan-lin,
kemudian keduanya melanjutkan perjalanan, dua minggu
kemudian mereka sampai di kota Hopei, dihalaman sebuah
bukoan sedang terjadi pertarungan sengit, Wan-lin membaca
papan nama perguruan yang terpampang diatas gerbang
pagar, "sin-Wan-bukoan" (perguruan lutung sakti), Lam-sin-pek
memasuki halaman dan menonton pertarungan, dua murid sinwan-bukoan datang mendekat
"orang tua apa kamu teman pengacau itu ?"
"sialan"plak?" bentak Wan-lin sambil menampar murid yang
bertanya, murid itu terkejut, sambil meraba pipinya yang terasa
panas melihat Wan-lin, kejadian itu membuat murid yang lain
terkejut dan datang mendekat
"kalian mau apa !?" gertak Wan-lin maju menyambut empat
orang murid "gadis kecil sialan..! balas seorang murid yang menjadi murid
kepala membentak. "kamu yang sialan !" balas Wan-lin dan dengan cepat yang
melompat menerjang hendak memukul si murid kepala, dalam
empat gebrakan ia masih mampu mengelak dengan kalang
kabut, namun pada jurus berukutnya, saat ia hendak membalas
memukul Wan-lin yang sedang berjumpalitan
100 "wuut".des"aghhh" " pukulannya luput katrna tubuh wan-linj
yang gesit melayang hingga keatas kepalanya, dan kaki Wanlin yang kecil mencium ubun-ubunnya, dia menjerit karena
kepalanya serasa ditimpa balok yang besar.
Dua kauwsu yang sedang bertarung berhenti, tapi setelah mata
mereka menatap lelaki tua yang berdiri disamping sambil
menonton pertarungan gadis kecil dengan murid sin-wan
"berhenti". maafkan keteledoran muridku cianpwe." ujar sinWan-kauwsu sambil menjura dalam.
"hehehe..hehehe.. sudah kami pergi, aku hanya sekedar lewat."
sahut Lam-sin-pek dan berkelabat dari tempat itu, Wan-lin
tanpa basa basi juga melompat mengejar suhunya.
"bodoh"untung saja Lam-sin-pek angin nya sedang baik, kalau
tidak kita setidaknya akan terluka parah dihajarnya."
"apakah orang tua lam-sin-pek suhu ?" tanya murid yang
mendapat gamparan dari Wan-lin
"goblok kamu, tidak tengok orang,:" bentak gurunya.
"ayok kita lanjutkan pertarungan kita !" tantang lawannya, orang
itu adalah si toya emas yang pernah mendatangi rumah Gaotong untuk mencari patung naga, dia datang menantang sinwan-bukoan yang dipimpin oleh Lo-si yang berjulukan "sin-wan"
"baik..terima seranganku !" sahut sin-wan menyerang dengan
lompatan lutung yang gesit, "kim-pang" mengelak dan
membalas, pertempuran kembali berlanjut, namun sampai
siang hari keduanya seimbang dan akhirnya keduanya roboh
dengan luka dalam yang cukup parah, Kim-pang dengan
langkah tertatih-tatih meninggalkan bukoan, sementara sin-wan
juga dipapah dua orang muridnya kedalam rumah.
101 "Liong-tek" (puncak naga) sebelah selatan kota Yinchuan
berdiri sebuah pondok yang besar, seorang remaja muda
berumur lima belas tahun sedang berlatih dengan giat,
gerakannya lincah dan sangat ganas, tubuhnya berotot penuh
keringat berkilau di timpa cahaya matahari, seorang kakek
bertubuh cebol sedang mengawasi remaja tersebut,
senyumnya tersungging melihat hasil yang dicapai muridnya
yang sejak umur tiga tahun bersamanya, anak remaja itu
adalah Wan-beng, namun Pak-koai-lo memanggil dia dengan
nama zhou-peng, she zhou diambil dari she Pak-koai-lo sendiri.
"suhu bagaimana gerakanku !" tanya Zhou-peng
"sudah bagus dan menggembirakan, dua tahun lagi ilmu yang
kuwarsikan akan sempurna kamu kuasai."
"terimakasih suhu?" sahut zhou-peng sambil menjura.
"cepat kamu bersihkan dirimu dan siapkan bekal kita."
"kita mau kemana suhu ?" tanya zhou-peng
"kita akan turun gunung untuk mengurus sesuatu." sahut Pakkoai-lo, Zhou-peng segera pergi ketempat pemandian, dia
sangat gembira, karena akan turun gunung, selama ini ia hanya
giat berlatih di puncak, dan kadang ditinggal oleh gurunya,
namun kali ini gurunya mengajaknya.
Zhou-peng dengan cekatan mempersiapkan bekal perjalanan,
dan sore itu juga mereka menuruni liong-tek, seminggu
kemudian Pak-koai-lo dan muridnya sampai Cun-an, keduanya
memasuki likoan dan memesan makanan, pengunjung likoan
itu tidak seberapa, dari dua belas meja hanya diisi lima meja,
kemudian seorang lelaki tua berbadan gemuk berpakaian lama
warna hitam memasuki likoan bersama pemuda bermata
sangat sipit. 102 "ho..ho"hehehe?" ternyata Pak-koai-lo." sapa lelaki tua itu
sambil duduk dekat meja Pak-koai-lo
"kamu see-hui-kui, apa kabarmu ?" sahut Pak-koai-lo
"aku baik-baik saja pak-koai-lo, eh kamu sudah tahu tidak ?"
"apa maksudmu see-hui-kui ?"
"bahwa kita diundang pada pertemuan liok-lim hari kelimabelas
bulan ke lima." "belum, saya tidak mendapatkan undangan."
"mungkin mereka tidak tahu tempatmu, tapi undangan ditujukan
pada kita berenam. "hmh".hal undangan apa ?" tanya Pak-koai-lo
"kalangan liok-lim aliran kita hendak membicarakan
perkembangan aliran kita yang akan dilaksanak di "hwa-tek"
(puncak kembang) di chang-an.
"apakah pemuda remaja itu muridmu Pak-koai-lo ?"
"benar see-teng-kui, namanya zhou-peng."
"zhou-peng beri hormat pada paman see-hui-kui !" perintah
Pak-koai-lo pada muridnya, Zhuo-peng segera berdiri
"salam pada paman see-hui-kui." ujar Zhou-peng sambil
menjura "hehehe"hoho".. anak baik, ini murid paman, namanya caoteng."
"salam pada paman pakkoai-lo dan juga pada peng-te."
"hahaha..hahaha" sudahlah basa basinya sekarang kita
makan dulu." sela Pak-koai-lo, lalu mereka pun makan.
"kamu hendak kemana Pak-koai-lo ?"
"saya hendak ke Lanzhou, ada hal yang mau diurus disana."
"baiklah"kita berpisah disini dan jangan lupa hari lima belas
bulan kelima di hwa"tek."
"baik, setelah dari lanzhou saya akan ke Chang-an." sahut Pak103
koai-lo, kemudia kedua datuk itu pun berpisah, Pak-koai-lo dan
muridnya melanjutkan perjalanan menuju Lanzhou.
Dua minggu kemudian, Pak-koai-lo memasuki kota Lanzhou, ia
langsung mengajak muridnya kesebuah rumah besar di
sebelah selatan kota, empat orang lelaki paruh baya
menyambut mereka "selamat datang cianpwe," sapa mereka sambil menjura
"selamat berjumpa, apa semuanya sudah hadir "si-heng"
(empat elemen)?" "sudah cianpwe, dan setelah makan siang kita sudah bisa
memulai acaranya." "bagus kalau begitu, ini muridku Zhou-peng, antarkan dia
kekamarnya untuk membersihkan diri, dan kalian sampaikan
pada semua, bahwa setelah saya mandi, kita akan makan
siang." "baik-cianpwe, Pak-koai-lo masuk kesebuah kamar yang indah
dan mewah, empat wanita cantik melayani dan memandikan
Pak-koai-lo, setelah itu memakaikan baju indah, layaknya Pakkoai-lo dirumah tersebut bagaikan raja.
Setelah rapi dan harum Pak-koai-lo keluar dan menuju ruang
makan, diruangan itu Pak-koai-lo sudah ditunggu banyak orang
yang dari perawakannya merupakan ahli silat kelas tinggi,
mereka berdiri menyambut kedatangan Pak-koai-lo
"silahkan duduk semua !" ujar Pak-koai-lo, Zhou-peng merasa
pangling dan heran melihat suhunya yang serba mentereng itu.
acara makan siang pun berlangsung dengan suasana hening,
kemudian setelah acara makan mereka menuju sebuah aula
yang besar disebelah samping bangunan induk.
104 "keadaan negara ini saat sangat kacau, dimana-mana terjadi
banyak penentangan dari rakyat, rezim Dihuang yang sekarang
ini tidak becus, maka ini adalah peluang kita untuk mendirikan
kembali dinasti zhou, dua belas tahun sudah berjalan dinisti xin
yang didirikan oleh Wang-mang, namun apa yang lihat
sekarang ini, nyatalah bagi kita bahwa dinasti ini tidak memiliki
dukungan rakyat, mereka tidak mampu memberikan apa-apa
kepada rakyat kecuali hanya kekacauan dan penindasan." ujar
Pak-koai-lo

Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"lalu bagaimana rencana kita selanjutnya cianpwe ?" tanya
seorang peserta pertemuan
"ini saat yang tepat bagi kita menyusun kekuatan untuk
mengambil alih pemerintahan, rezim yang tidak becus ini akan
kita gantikan, dinasti zhou akan kembali keistana." Jawab pakkoai-lo dengan semangat berapi-api, ungkapan ini disambut
meriah oleh semua peserta pertemuan
"bagaimana starategi kita dalam usaha menggulingkan rezim
dihuang ini cianpwe?"
"ada tiga hal yang akan kita lakukan, yang pertama membentuk
kantong-kantong kekuatan kita, dan untuk hal ini saya
perintahkan kepada zhou-san untuk menggalang kekuatan di
bagian selatan, zhou-yan diwilayah utara, zhou-jin diwilayah
barat dan zhou-ceng diwilayah timur, kalian berempat
bertanggung jawab untuk membentuk kekuatan disetiap
wilayah yang saya sebutkan."
"lalu yang kedua cianpwe ?" tanya zhou-san
"yang kedua adalah menyusupkan tilik sandi untuk membaca
peta kekuatan rezim dihuang, pusat kendali gerakan rahasia ini
saya tempatkan di lokyang, dan gerakan ini akan dipimpin oleh
Liang-zheng, kemudian yang ketiga adalah penggalangan
105 dana, kita tahu bahwa dana yang kita kumpulkan selama lima
tahun ini masih jauh dari cukup, hal itu karena kita hanya
memiliki dua piuwkiok yang hanya beropersi di wikayah utara,
jadi saya perintahkan kepada Ma-hua-meng dan Coa-shuang
selaku pimpinan piauwkiok menambah cabang usaha."
"usaha apa lagi yang akan jalankan menurut cianpwe ?" tanya
Coa-shuang "maksud saya disamping kita menempuh jalan lintas kita juga
akan melakukan jalan pintas, adapun jalan pintasnya adalah
membentuk gerombolan gunung untuk merampok harta yang
dibawa ekpedisi lain, bagimana teknis kerjanya saya serahkan
kepada coa-shuang dan Ma-hua-meng." Kalian mengerti !?"
"mengerti cianpwe.." sahut mereka serempak
"bagus kalau begitu. disamping itu juga perihal dana ini saya
perintahkan kepada cu-li-bin membentuk piuawkiok diselatan,
gan-kui di barat dan Gui-bun di timur, dengan tambahan tiga
piauwkiok ini dan jalan pintas yang kita tempuh akan dapat
memenuhi target dana yang kita butuhkan." ujar pak-koai-lo,
semua peserta pertemuan mengangguk
"apa ada lagi yang hendak ditanyakan ?" tanya Pak-koai-lo,
semuanya diam karena sudah merasa jelas akan seluruh
penyampaian dari Pak-koai-lo yang simple dan tegas.
"baik kalau begiti, kita tidak akan menunda waktu, jadi saya
minta kepada semua yang telah saya tunjuk, untuk bertindak
mulai besok." "baik cianpwe, kami akan laksanakan." sahut mereka
serempak, lalu merekapun bubar.
Keesokan harinya hampir sebagian besar dari peserta
pertemuan meninggalkan tempat pertemuan itu, yang tinggal
hanya beberapa orang yang merupakan aktivis yang tinggal
106 dikota lanzhou, untuk mengisi kegiatan hari itu zhou-peng
berlatih, dia ditemani lima orang petarung berkepandaian tingi,
bergiliran lima orang itu menyerang zhou-peng, namun mereka
tetap tidak bisa menyentuh zhou-peng, dan saat dikeroyok lima,
barulah keadaan sedikit berimbang, dan beberapa benturan
dahsyat terjadi, dan akhirnya kelima lawan zhou-peng takluk
dan kalah. "luar biasa peng-te, semuda ini kamu telah hampir menyamai
cianpwe." ujar seorang dari mereka
"aku masih jauh dari menyamai kehebatan suhu." sahut zhoupeng
"hehehe"hehe..apakah "eng-kiam" (pedang bayangan) "pakhong-kwi" (iblis angin untara), "coa-teng" (ular terbang) dan
"pek-hek-wan-siang" (sepasang lutung hitam dan putih) sudah
kenalan dengan murid saya ?"
"sudah cianpwe, dan sungguh peng-te tidak mengecewakan."
sahut eng-kiam "hehehe..hehehe" baguslah kalau demikian eng-kiam, karena
saya memiliki harapan, dalam jangka dekat ini peng-ji dan
kalian berlima dapat membentuk pasukan bawah tanah yang
saya istilahkan pasukan elit yang berannggotakan para
petarung kelas kakap."
"ide yang bagus itu cianpwe, saya akan siap membantu pengji." sahut pek-hek-wan-siang, lalu yang lain juga mengangguk
setuju "dan sepulang dari pertemuan datuk di chang-an kalian
bicarakanlah teknis kerjanya peng-ji dengan lima twako mu ini."
ujar Pak-koai-lo." "baik suhu, dan saya sangat mengharapakan buah piker dan
saran dari ngo-wi-twako." sahut zhou-peng.
107 Tiga hari kemudian Pak-koai-lo dan muridnya meninggalkan
lanzhou menuju chang-an, keduanya melakukan perjalanan
cepat, memasuki wilayah barat, dan tiga bulan kemudian
mereka sudah sampai dikota Taiyuan, kota itu sudah dibanjiri
kalangan lioklim dari berbagai wilyah khusunya dari utara dan
timur, dari perwakan dan tingkah mereka, kalangan liok-lim itu
dari aliran hek-to, dan kenyataannya memang demikian karena
pertemuan yang akan berlangsung di hwa-tek memang
pertemuan pentolan aliran hek-to.
Pak-koai-lo dan muridnya memasuki sebuah likoan yang cukup
padat, dan beberapa orang tamu langsung menyambut
kemunculan pak-koai-lo, terlebih dilikoan itu juga sudah hadir
"pek-mou-hek-kwi" dengan seorang pemuda tampan berumur
dua puluh dua tahun dan gadis cantik berumur delapan belas
tahun "hehehe..hehehe" selamat bertemu pak-koai-lo." sapa pekmou-hek-kwi
"hahaha..hahaha" selamat bertemu pek-mou-hek-kwi, sudah
lama sampai dikota taiyuan ?"
"baru tadi pagi pak-koai-lo" sahut pek-mou-hek-kwi
"siapa yang menjadi sponsor pertemuan ini pek-mou-hek-kwi ?"
"eh..apa kamu tidak dapat undangan ?"
"tidak, aku tahu dari see-teng-kui yang kebetulan bertemu,
katanya yang diundang kita berenam."
"itulah kamu, kamu sembunyi dimana sehingga tidak di ketahui
oleh pentolan aliran kita, apa kamu sibuk membesarkan
muridmu itu " siapa namanya ?"
"hehehe..kamu tahu saja pek-mou-hek-kwi, oh ya nama
muridku ini zhou-peng, kedua muridmu siapa pula namanya ?"
"ini yang laki-laki namanya tan-hang muridku yang sulung dan
108 muridku yang cantik ini namanya Yan-hui." sahut Pek-mou-hekkwi
"oh-ya sponsor pertemuan kita di hwa-teng kali ini adalah anak
buah coa-tung-mo-kai dari kalangan pengemis, dan sepertinya
pertemuan ini akan ramai sekali dibandingkan pertemuan
sepuluh tahun yang lalu."
"kapan kamu akan meninggalkan tai-yuan menuju Chang-an ?"
"besok saya sudah berangkat."
"kalau begitu sebaiknya kita melakukan perjalanan bersama,
sambil menguji kematangan muridku yang muda ini."
"hehehe"hehe.. apa kamu mau mengadu muridmu dengan
muridku ?" "sudah pasti hek-kwi, siapa lagi yang bisa disamakan dengan
muridku ini kecuali murid-murid kalian berlima."
"hehehe..hehehe kamu benar juga koai-lo." sahut pek-mou-hekkwi.
Keesokan harinya dua datuk itu meninggalkan kota taiyuan,
dan hampir semua pendatang kalangan liok-lim yang masuk
kota taiyuan semalam meninggalkan kota taiyuana kembali
untuk menuju kota chang-an, tiga hari kemudian sampailah
kedua datuk disebuah hutan
"peng-ji kamu bersiap untuk menghadapi salah satu murid si
pek-mou !" ujar pak-koai-lo
"baik suhu, silahkan hang-twako atau hui-cici memberi petunjuk
pada saya." sahut zhou-peng dan menghadap pada kedua
murid pek-mou-hek-kwi "biarlah aku yang menjajal kepandaian peng-te." ujar yan-hui
sambil melangkah mendekat.
109 Setelah keduanya memasang kuda-kuda, lalu dengan gerakan
gesit mereka saling serang, pukulan dan tendangan
berkesiuran karena mengandung sin-kang yang luar biasa,
pertarungan antar kedua murid dua datuk sangat seru dan
menegangkan, kedua datuk menonton dengan serius dan
antusias, kecepatan keduanya membuat hatai takjub, dan
setelah berjalan dua ratus jurus, zhou-peng mulai terdesak,
gerak pancingan dari Yan-hui membuat zhou-peng kelabakan,
sehingga sebuah tamparan yan-hui menepuk pundaknya
"hahaha..hahaha cukuplah peng-ji, ucapkan terimakasih pada
hui-ji !" ujar Pak-koai-lo
"terimakasih hui-cici atas petunjuknya."
"hi..hi" peng-te hanya kurang pengalaman, sehingga tertipu
trik pancingan." sahut Yan-hui.
"hahaha..hahaha" tapi saya bangga dengan kamu peng-ji,
semuda ini sudah menguasai hampir seluruh milik suhumu."
"terimakasih paman pek-mou." sahut Zhou-peng.
"pek-mou..apa kamu tidak pernah mendengar lagi tentang bunliong-sian-kiam ?"
"tidak pernah terdengar lagi tentang pedang itu."
"aneh"hanya beberapa bulan saja muncul kabarnya, dan
kemudian hilang lagi."
"benar, walhal orang pertama yang mengetahui keberadaan
patung naga itu adalah empat pencuri yang saya pergoki, lalu si
mo-kai dan kamu sendiri"
"sepertinya patung itu sudah tidak ada lagi sejak penangkapan
pemilik piauwkiok itu."
"benar saya kira juga demikian, sehingga kita hanya buntu
sampai di kediaman piauwkiok."
"baiklah..cukup istirahatnya, mari kita lanjutkan perjalanan kita."
110 ujar pak-koai-lo, lalu kedua datuk itu berkelabat dengan cepat,
sementara ketiga muda menyusul dibelakang.
"peng-te..! sejak kapan kamu berguru dengan paman pak-koailo ?" tanya Tan-hang
"sejak kecil hang-twako."
"artinya kamu tidak mengenal keluargamu ?" sela Yan-hui
"benar, aku tidak mengenal orang tuaku, karena kata suhu
orang tuaku sudah tewas saat terjadinya kudeta Wang-mang
terhadap keluarga kerajaan."
"kalau kalaian hang-twako, bagaimana " sejak kapan berguru
pada paman pek-mou ?"
"saya juga sejak kecil ikut dengan suhu, dan keluarga saya
habis dibantai oleh gerombolan perampok, sama hal dengan
keluarga sumoi, karena saya sudah ingat saat saya dan suhu
menemukan sumoi didalam kereta kuda."
"sudah maari kita cepat menyusul suhu, kita sepertinya sudah
jauh tertinggal." sela Yan-hui, lalu ketiganya tancap gas,
ketiganya berlari dengan sangat cepat, ketiganya berlombalomba disepanjang hutan dan lembah yang dilewati, lereng
bukit dan bibir jurang tidak menjadi halangan bagi ketiga muda
yang kosen itu, sebagai pewaris dari dua datuk ternama
ketiganya memang sangat membanggakan.
Hwa-teng sebelah barat kota chang-an atau kota raja sudah
dipadati oleh para kalangan liok-lim empat kaipang sudah hadir
dua hari yang, karena mereka adalah sponsor dari pertemuan
itu, selaku bawahan dari coa-tung-mo-kai, kita tahu bahwa
partai pengemis ini beraliran hek-to, partai pengemin ini terdiri
dari empat partai dengan jaringan terbesar diantara banyak
partai pengemis, yang pertama adalah "Hek-I-kaipang"
111 (pengemis baju hitam) yang memiliki jaringan luas di wilayah
barat mereka dipimpin oleh "lo-kui" (siluman tua), yang kedua
"Hek-kin-kaipang" (pengemis sabuk hitam) menguasai wilayah
selatan dan pimpinannya adalah "Tok-gan-kai" (pengemis mata
satu), kemudian yang menguasai wilayah utara adalah "Hektung-kaipang" (pengemis tongkat hitam) dibawah pimpinan
"ang-bin-pak-kai" (pengemis utara muka merah) dan yang
menguasai wilayah timur adalah "lo-I-kaipang" (pengemis baju
butut) yang dipimpin oleh "mo-sha-tung-kai" (pengemis timur
jubah setan). Empat tetua partai pengemis ini tunduk dibawah datuk coatung-mo-kai, Coa-tung-mo-kai sendiri sudah hadir bersama dua
muridnya Kam-peng yang sudah berumur dua puluh dua tahun,
perawakannya tinggi dan wajahnya lumayan tampan, kemudian
murid keduanya Gan-kui yang berumur dua puluh satu tahun,
tubuhnya kekar berotot dengan wajah tampan dengan seulas
senyum sinis. Disebuah tenda lain yang cukup mewah dihuni oleh See-hui-kui
dengan muridnya Cao-teng yang berumur dua puluh dua tahun,
keduanya baru datang semalam dan disambut meriah oleh coatung-mo-kai dan empat tetua pengemis, dan juga disamping
empat partai pengemis sudah hadir para perampok dan bajak,
dari partai ini ada dua partai rampok yang terbesar dan dua
bajak yang terkenal, yang pertama "pak-tai-hong" (rampok
badai utara) dipimpin oleh "saicu-bin-kui" (siluman muka singa),
yang kedua "kui-houw" (rampok harimau siluman) diketuai oleh
"kui-san-ok" (sijahat dari hutan siluman),
Kemudian dua bajak yang terkenal yakni, bajak "ui-hai-kui"
(siluman laut kuning) yang dipimpin "hai-ma-kui" (siluman kuda
112 laut), bajak laut "hek-liang-kiam" (pedang sukma hitam) yang
diketuai "hai-kwi-kiam" (si pedang iblis laut), empat tetua ini
tunduk dibawah Liang-lo-mo, disamping delapan tetua ini
dengan anak buahnya masing-masing, ada juga empat orang
dari kalangan perorangan yang levelnya dibawah jajaran enam
datuk, namun sedikit diatas jajaran tetua, dua diantaranya
sudah kita kenal yaitu "kiu-bwee-kui-bo" dan "tee-tok-siang",
kemudian "ang-bin-kui" (siluman muka merah) dan "jai-hwahengcia" (paderi jahat pemetik bunga).
"yang mulia Liang-lo-mo cianpwe sudah hadir?" teriak
penyambut tamu, lalu empat tetua kaipang datang menyambut
dan membawa Liang-lo-mo bersama muridnya Yang-lian, tidak
lama kemudian "yang mulia pek-mou-hek-kwi dan Pak-koai-lo cianpwe sudah
hadir?" dua tetua kaipang menyambut pek-mou-hek-kwi dan
kedua muridnya Tan-hang dan Yan-hui, sementara dua tetua
lain menyambut Pak-koai-lo dengan muridnya zhou-peng, dan
saat senja temaram muncul Lam-sin-pek pun hadir
"yang mulia Lam-sin-pek cianpwe sudah hadir.." teriak
penyambut tamu, empat tetua segera menyambut dan
membawanya ketenda yang sudah disediakan, Lam-sin-pek
dan muridnya Wan-lin yang sudah berumur delapan belas
tahun memasuki tenda. Besok saat matahari terbit pertemuan akan dibuka, malam ini
para tamu dijamu dengan makanan-makanan lezat dan
istimewa, hwa-tek yang awalnya sepi dan gelap, tapi sejak tiga
malam yang lalu ramai dan terang, terlebih malam hari ini, api
unggun menyala diberbagai sudut dan tempat kumpulan tenda,
enam tenda besar dan mewah yang dihuni enam datuk dan


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

murid-muridnya, berada di atas panggung bagian sisi belakang,
113 ampat tenda disisi samping kanan dihuni oleh empat pesilat
tangguh, dan disisi kiri atas panggung, tiga tenda diisi oleh
empat tetua kaipang, dua tetua rampok dan dua tetua bajak.
Kemudian agak jauh dari panggung, puluhan tenda dibuat,
yang dihuni sebagaian kecil peserta pertemuan baik para
kaipang, rampok, bajak dan para pesilat perorangan lainnya,
jumlah mereka semua mencampai dua ratus orang lebih,
semuanya merasa malam itu adalah malam istimewa, kenapa
tidak aliran mereka saat ini memiliki pamor yang lebih kuat dan
tinggi dari aliran yang berseberangan dengan mereka,
sebagian kecil dari mereka begadang sampai jauh larut malam.
Keesokan harinya saat matahari terbit acara pun dimulai, Tokgan-kai melangkah ketengah panggung dan disambut tepuk
tangan yang riuh rendah dari ratusan peserta pertemuan, lelaki
paruh baya bermata satu itu menjura dalam sampai
membungkuk pada enam datuk yang duduk dikursi tinggi dan
mewah, sementara delapan orang murid-murid mereka duduk
dikursi belakang suhu masing-masing, kemudian tok-gan-kui
menjura pada lima orang dibarisan samping kanan, dan tujuh
orang disamping kiri, lalu ia membalik badan menghadap
semua peserta yang hadir yang duduk dibawah panggung.
"selamat datang kami ucapkan kepada seluruh rekan-rekan
sealiran dalam pertemuan kita ini, adapun maksud dan tujuan
pertemuan ini adalah untuk membina kesatuan diantara kita
yang sealiran dan juga akan membicarakan hal-hal yang kita
anggap penting demi kemajuan aliran kita, baiklah saya akan
sampaikan rentetan acara kita hari ini, yang pertama acara
sambutan dari "liok-cianpwe" (enam orang tua gagah) yang
akan di wakili yang mulia cianpwe coa-tung-mo-kai, kemudian
114 yang kedua acara tawar wawasan, dimana kita akan menonton
penampilan silat dari empat jajaran kiri dan kemudian tampilan
silat dari empat jajaran kanan" ujar tok-gan-kai sambil menunjuk
barisan kiri dan kanannya.
"kemudian acara yang ketiga tawaran pibu, pada tahapan ini
delapan orang dari pewaris liok-cianpwe akan mengadakan
pibu didepan kita semua, ini juga amanat pertemuan kita
sepuluh tahun yang silam, dan hal ini akan menentukan
panggilan kita kepada mereka dalam kesatuan aliran yang telah
kita bina selama ini, dengan istilah "Lao" (yang-ke atau kakak),
setelah itu acara anjangsana untuk membicarakan hal-hal yang
perlu kita bahas demi kemajuan aliran kita. Hidup hek-to"."
ujar tok-gan-kai "hidup hek-to"hidup hek-to?" sambut suara peserta dengan
bergemuruh "baik"sekarang mari kita sambut coa-tung-mo-kai?" seru Tokgan-kai, suara tepuk tangan pun berderai menyambut Coatung-mo-kai yang melangkah ketengah panggung.
"terimakasih pada hadirin semua, rekan sejawat dan sealiran,
hari ini kami liok-cianpwe merasa gembira dan bangga dengan
rasa semangat kesatuan yang telah hadirin tunjukkan, rasa
kesatuan ini perlu kita jalin erat, karena aliran kita penuh
dengan dilema, dan dilema kita yang paling ekstrim adalah
yang datang dari dalam aliran kita, kita sering menemukan
konflik diantara sesama kita, itu semua karena wujud dari
kepentingan kita yang ingin senang, menang dan kenyang, hal
ini memang akan menjadi bumerang bagi kalangan kita, namun
walaupun demikian, kita berusaha untuk memperluas makna
dari ego kita yang merdeka, dengan jalinan ini kita berusaha
menukar ego diri menjadi ego aliran, sehingga sesama kita
115 dapat saling menjaga dan menghormati, bahkan bisa jadi akan
sama-sama mendukung, karena kesamaan kepentingan dan
prinsip." "betul".setuju".hidup hek-to.." sahut para peserta dengan riuh
rendah "baik itu saja yang ingin saya tekankan dan sampaikan pada
pertemuan kita kali ini." ujar Coa-tung-mo-kai, lalu kembali
duduk dikursinya. "baik selanjutnya kita masuki tawar wawasan, dan kami
persilahkan kepada delapan orang pentolan aliran kita
memperlihatkan kemampuannya dan untuk menambah
wawasan kita." ujar Tok-gan-kai, tidak lama setelah tok-gan-kai
duduk, kui-san-ok bersalto ketengah panggung dan
mempertontonkan kemampuannya yang hebat, tepuk riuh
rendah menyambut penampilannya, para peserta dengan
takjub menikmati kegesiran dan kehebatan kui-san-ok, setelah
itu disusul saicu-bin-kui, hai-ma-kui dan hai-kwi-kiam, semua
peserta merasa puas dan takjub dari penampilan barisan kiri ini,
kemudian tampilan selanjutnya dari barisan kanan di mulai ole
hang-bin-kui, lalu kemudian kwee-bwee-kui-bo, lalu jai-hwahengcia, dan yang terakhir zhang-hai yang tertua dari tee-toksiang, sementara sutenya pang-heng hanya sebagai penonton,
empat barisan kanan ini membuat para penonton berdecak
kagum melihat kehebatan dan kedahsyatan para jawara ini.
Tidak terasa hari sudah siang, lalu suguhan konsumsi pun
dibagikan, makanan dan minuman lezat dihidangkan, tok-gankai kembali maju ketengah panggung.
"sambil makan dan minum acara kita lanjutkan dengan acara
tawar pibu, kepada delapan murid liok-cianpwe kami
persilahkan." ujar tok-gan-kai, tepuk dan sorak sorai penonton
116 pun bergema, ketika delapan murid berdiri dan berbaris di
samping kanan barisan liok-cianpwe.
Kam-peng maju melangkah dengan gagah dan tersenyum
kearah penonton "saya Kam-peng murid suhu coa-tung-mo-kai membuka acara
tawar pibu ini." ujar Kam-peng dengan suara keren dan lantang,
sebuah bayangan gesit tampil dihadapan Gan-kui
"saya zhou-peng murid dari suhu Pak-koai-lo menyambut
tawaran pibu." ujar zhou-peng, lalu keduanya membuka
gerakan dengan kuda-kuda, kembang juruspun di tampilkan,
dan lalu keduanya saling terjang dengan ilmu-ilmu yang mereka
warisi dari suhu mereka. Kam-peng dan Gan-kui mewarisi coa-tung-mo-kai jurus "kutloh-swat-ciang" (telapak salju merontokkan tulang dan ilmu
tongkat yang bernama jurus "goat-hun-mo-tung" (tongkat setan
menyibak rembulan) disamping ilmu sin-kang dan gin-kang
yang luar biasa, sementara zhou-peng mewarisi pak-koai-lo
jurus "im-kan-sin-ciang" (telapak sakti ahirat) dan jurus "im-kangiam-siauw" suling maut dari ahirat), saat Kam-peng dan zhoupeng bertanding tangan kosong, pada jurus keseratus empat
puluh mulai zhou-peng terdesak, lalu dengan ilmu suling
mautnya ia dapat melepaskan diri, lalu pertarungan dilanjutkan
dengan senjata, tongkat Kam-peng menderu laksana topan
melanda, tapi dengan suling yang mengandung suara magis
membuat desakan Kam-peng sesaat mengendur, namun
setelah ia menguasai diri dari pengaruh suara yang ditimbulkan
suling kembali ia mendesak Zhou-peng, akhirnya pada jurus
kedelapan puluh pertarungan senjata ini, sebuah sodokan
tongkat menghantam paha zhou-peng, zhou-peng terjatuh, dan
pertandingan pun dinyatakan dimenangkan Kam-peng.
117 Kemudian pibu selanjutnya antara cao-teng berhadapan
dengan Gan-kui, pertarungan menegangkanpun berlangsung
seru, dua petarung mengerahkan seluruh kemampuan yang
sudah dimilki, cao-teng mewaris see-hui-kui jurus "in-jip-hui-kui"
(siluman terbang menyerbu awan) dan jurus "beng-toat-huikiam" (pedang terbang mencabut nyawa) pertarungan ini
berlansung hingga dua ratus jurus dan akhirnya dimenangkan
oleh Cao-teng Selanjutnya pibu antara Yan-hui dengan Wan-lin, Tan-hang dan
Yan-hui mewarisi pek-mou-hek-kwi jurus "tee-tong-kwi-kun"
(kepalan iblis menggetar bumi) dan jurus "liong-san-kwi-kiam"
(pedang iblis penakluk naga) sementara Wan-lin mewarisi lamsin-pek jurus "san-swee-pek-ciang" (telapak petir
menghancurkan gunung) dan jurus "beng-toat-pek-lek-kiam"
(pedang halilintar mencabut nyawa), pibu yang seru dan
menegangkan ini berlangsung hingga dua ratus jurus dan
akhirnya dimenangkan oleh Wan-lin.
Selanjutnya pibu antara yang-lian dengan Tan-hang, Yang-lian
mewarisi liang-lo-mo jurus "beng-to-liang-kun" (pukulan sukma
mencuri nyawa) dan jurus "beng-tan-liang-kin" selendang
sukma menjerat nyawa) pertarungan dahsyat dan seru ini
berjalan seratus delapan puluh jurus dan dimenangkan Tanhang.
Kemudian pibu terus berlanjut hingga malam tiba, dari
kedelapan murid enam datuk maka Cao-teng disebut lao-it,
Tan-hang lao-ji, Kam-peng- lao-sam, Wan-lin lao-si, Yang-lian
lao-ngo, Yan-hui lao-liok, Gan-kui lao-chit, zhou-peng lao-pat,
para penonton demikian puas disuguhkan pibu-pibu luar biasa,
118 kedelapan lao membuat mereka terkagum-kagum, demikian
juga barisan kanan dan barisan kiri.
Setelah selesai pibu dan penentuan lao, maka acara terakhir
pun di laksanakan sambil makan dan minum
"liok cianpwe bukankah sebaiknya kita lebih menunjukkan diri
lebih dari sekarang ?"
"maksudnya bagaimana tok-gan-kai ?" tanya see-hui-kui
"maksud saya cianpwe, di dunia kangowu ada kita kenal dua
datuk disamping ciangbujin empat perguruan besar, jadi
menurut saya menaklukkan mereka akan membuat aliran kita
akan semakin cemerlang."
"hmh"kalau mereka tidak usil, sebaiknya kita biarkan saja."
sela Lam-sin-pek "menurut saya tidak demikian lam-sin-pek, saya sangat setuju
pendapat to-gan-kai." sela Coa-tung-mo-kai
"benar saya setuju jika kita menaklukkan mereka." sela Seehui-kui, akhirnya diantara enam datuk lima setuju.
"baiklah ide dari tok-gan-kai akan kita laksanakan, untuk
menemui "pak-sian" (dewa utara) akan dilakukan oleh Pak-koailo sementara untuk menemui "lam-sian" (dewa selatan) kita
serahkan pada Lam-sin-pek. Bagaimana apakah kalian setuju
?" ujar Coa-tung-mo-kai, datuk yang lain mengangguk
menyetujui. "lalu untuk menemui empat ciangbujin kita akan serahkan pada
murid-murid kita, untuk menantang siauwlim-pai saya serahkan
kepada cao-teng sebagai lao-it bersama jai-hwa-hengcia,
kemudian bu-tong-pai diserahkan pada tan-hang sebagai lao-ji
bersama tee-tok-siang, hoasanpai diserahkan kepada kampeng sebagai lao-sam bersama kiu-bwee-kui-bo dan terakhir
119 kunlun-pai diserahkan kepada Wan-lin sebagai lao-si bersama
ang-bin-kui." ujar see-hui-kui.
Semua peserta menyetujui, setelah hal-hal yang lain
diperbincangkan, pertemuan itu diakhir dengan pesta sampai
menjelang pagi, delapan lao saling bercengkrama di sebuah
tenda, enam datuk ditenda lain, delapan tetua bergabung
dengan lima senior dan ratusan yang lain diluar, dari hirarki
aliran itu dunia persilatan memang dilanda kekelaman,
disamping pemerintahan yang tidak stabil.
Larik cahaya mentari pagi menembus rerimbunan hutan,
monyet-monyet berlarian dan melompat dari dahan kedahan
lain, sura mereka riuh rendah memenuhi hutan lebat itu, dari
sebuah bukit seorang pemuda tampan dengan gesit menuruni
lereng, dia adalah Han-hung-fei, Han-hung-fei sudah selama
sepuluh tahun berada di ruang bawah tanah, selama sepuluh
tahun ia mempelajari dua buah kitab yang didapatinya, dengan
kegigihan yang membaja ia tekuni kedua kitab tersebut, dari
kitab "Tee-tong-thian-hui", Han-hung-fei memperoleh sin-kang
yang kuat dan dahsyat, dan juga memperoleh gin-kang yang
amat menakjubkan, disamping dua ilmu itu Han-hung-fei juga
mendawamkan ilmu bun-sian-pat-hoat yang terdiri dari delapan
jurus dan ilmu "bun-liong-sian-kiam" yang luar biasa dahsyat.
Sambil menikmati rerimbunan hutan Han-hung-fei melintasi
semak belukar. Dipunggungnya tersampir pedang, gagangnya
yang berbentuk naga dari emas murni berkilau ditimpa cahaya
pagi, menjelang siang Han-hung-fei sudah keluar dari huran
dan menelusuri jalan besar, nunjauh didepan terlihat kepulan
debu dengan deru lari puluhan ekor kuda yang sedang berlari
kencang, menjelang gerombolan itu mendekatinya, Han-hung120
fei menyingkir kepinggir masuk kebibir hutan.
"heyah"heyah".heyahhh.." teriak suara susul menyusul
berpadu dengan gemuruh hentakan kaki kuda, namun tiba-tiba
gerobolan itu mendadak berhenti, gerombolan itu ternyata
bajak laut "hek-liang-kiam" yang baru pulang dari pertemuan
dikota chang-an, hal yang menyebabkan mereka baru sampai
dilembah huai, karena setelah pertemuan mereka selama dua
bulan berkunjung ketempat rekaan-rekan sealiran yang ada
diwilayah barat, dan setelah itu mereka kembali, dan tiga bulan
perjalanan mereka baru sampai dilembah Huai dan berpapasan
dengan Han-hung-fei. "hai-kwi-kiam" membalik kudanya mendekati Han-hung-fei,
matanya sekilas melihat kilauan gagang pedang yang terbuat
dari emas, sehingga ia tertarik untuk mengambilnya dari
pemuda polos dan lusuh yang menyandangnya
"ada apa paman ?" tanya Hung-fei ramah
"lepaskan pedangmu anak muda !"
"eh".kenapa " apa paman mau mengambilnya ?"
"lepaskan kataku sebelum engkau saya hajar !" bentak hai-kwikiam, tiga puluh anak buahnya sudah berbaris dibelakangnya
"paman ini adalah pedang milikku, jangan paman memaksakan
kehendak pada apa yang bukan milik paman."
"sialan, anak gunung coba bicara hak didepan saya, eh"bocah
gunung apa yang saya kehendaki adalah milik saya , tahu !?"
"artinya paman ini perampok, kalau begitu ."
"memang kami ini adalah perampok ! apa kamu tidak takut !?"
"hahaha..hahaha" aku tidak takut pada kalian !" sahut Hanhung-fei
"badebah".ringkus bocah gunung ini dan ambil pedangnya !"
121 teriak hai-kwi-kiam, dua anak buahnya segera turun dari kuda
dan melangkah mendekati Han-hung-fei.
Dengan gerakan cepat mereka menerjang Han-hung-fei, Hanhung-fei mengelak, dua bajak laut itu menerkam, lagi-lagi Hanhung-fei berkelit
"sialan?" gerutu dua bajak laut menyerang untuk ketiga kalinya
"duk..duk"auh"auhhhhgg" " han-hung-fei menangkis lengan
kedua bajak itu ditangkis, dan kedua bajak itu meraung
kesakitan. karena lengan mereka rasanya dihantam baja kuat
sehingga tulang mereka terasa nyeri, melihat kenyataan itu
Hung-fei merasa gembira, lalu ia mencoba jurus ketujuh dari
bun-sian-pat hoat yang bernama "paid-hud-bun-sian" (dewa
sastra menyembah budha) kedua telapak tangannya disatukun,
dengan ditopang kuda-kuda yang kokoh, Hung-fei bergerak
menyerang kedua bajak"
"tangannnya meluncur kedepan, kedua bajak mengelak
kesamping, "duk..duk"." tanpa diduga kedua siku hung-fei menjotos muka
keduanya hingga hidung seorang bajak berdarah dan yang
satunya mulutnya berdarah, hai-kwi-kiam terkejut dan marah
"kalian kerubuti dia, cepaat?" teriak hai-kwi-kiam, sepuluh
bajak segera turun dan menyerang hung-fei, Hung-fei yang
dengan posisi lengan tidak berubah sementara letak kudakudanya dimana kaki kanan menjadi tumpuan berat badan
sementara kaki kiri terangkat sehingga pahanya sejajar dengan
pinggangnya, saat sepuluh orang itu menyerbu, kaki kiri
menjejak tanah dua sikunya yang membentuk segi tiga didepan


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dadanya diputar dan kemudian melincur kedepan laksana anak
panah menyambut serbuan, dan tiba dikerumunan bajak
122 tubuhnya berputar laksana gasing, menghantam barisan bajak
yang mengeroyok. "duk"duk"duk"buk..buk..buk"." semuanya terpental dan
terjungkal karena semua hantaman itu mengandung sin-kang
yang luar biasa, sepuluh bajak itu merasakan sakit yang luar
biasa, gasing tubuh hung-fei melayang dan menyerang hai-kwikiam, hwi-kiam tidak menduga dua belas anak buahnya hanya
dalam satu gebrakan menggeloso tidak berdaya, dan tiba-tiba
putaran tubuh hung-fei melayang menyerangnya, dengan
kelabakan ia coba memukul
"dhuar"agh"hoak"." dua sin-kang beradu, hai-kwi-kiam
terlempar tiga tombak. Dia menjerit kesakitan sambil
memuntahkan darah segar, hung-fei melanjutkan serangan
dengan mengarah pada puluhan gerombolan yang berada
diatas kuda, kuda-kuda itu meringkik ketakutan, dan mengankat
kaki-tinggi-tinggi, tapi luar biasanya kuda-kuda itu juga
terjungkal dan terjerembab dihantam kisuran tubuh hung-fei
yang mengandung sin-kang luar biasa, delapan kuda terjungkal
dan melemparkan penunggangnya, yang lain menghindar
menjauh dan segera turun dari kuda, dengan senyum hung-fei
melayang dengan ringan menyerang gerombolan itu, dan tak
pelak semuanya lari ketakutan, namun gerakan mereka kalah
cepat, sehingga baik jotosan kedua ujung telapak tangan hungfei yang menyatu, dua siku yang membentuk segi tiga, jegalan
dan tendangan kaki dari setiap gerakan kuda-kuda, membuat
bajak itu terjungkal, terpental dan terjerembab ketanah.
Dalam hitungan menit tiga puluh bajak beserta pimpinannya
terkapar, hung-fei begerak dengan indah menutup jurus
pertamanya yang luar biasa, hai-kwi-kiam terperangah, dia
tidak mengira akan menemukan pemuda sehebat ini, nyalinya
123 bergetar, wajahnya pucat, hung-fei melangkah mendekatinya,
luka yang dialami hai-kwi-kiam sangat parah, karena sinkangnya yang beradu dengan putaran tubuh hung-fei yang
mengandung sin-kang jauh diatasnya, membuat sin-kangnya
berbalik ditambah lagi terpaaan sin-kang yang dikeluarkan
hung-fei. Dengan nafas terengah-engah dan wajah pucat ketakutan dia
memandang hung-fei. "apa kamu masih menginginkan pedangku ?" tanya Hung-fei,
hai-kwi-kiam tidak mampu menjawab, karena sakit dirongga
dadanya amat luar biasa, hanya matanya yang mengisyaratkan
rasa jerih dan takut dan cemas luar biasa, karena disamping
takut dia juga cemas bahwa luka yang ia derita akan membawa
kematiannya, karena tidak ada jawaban Han-hung-fei
meninggalkan gerombolan bajak itu.
Para bajak laut yang masih sanggup bergerak, mereka dengan
wajah meringis mendekati pimpinan mereka yang nampaknya
sekarat, karena lagi-lagi hai-kwi-kiam memuntahkan darah yang
banyak disamping nafasnya yang sesak, sehingga muncratan
darah itu membasahi hidung dan pipinya
"pangcu"bagaimana keadaanmu ?" tanya seorang anak
buahnya yang sudah berada disisinya, namun jawabanya
hanya tubuh hai-kwi-kiam yang menggelepar dan muntah lagi,
sesaat tubuh itu menggelepar lalu dian tidak bergerak, dengan
mata melotot hai-kwi-kiam tewas akibat lukanya..
Suatu hak yang tidak terduga, pimpinan mereka yang kosen itu
merenggang nyawa hanya dengan sekali pertemuan sin-kang
dengan pemuda gunung yang tidak mereka kenal, rasa
ketertarikan hai-kwi-kiam pada pedang telah memicu
124 kebonasaan pada dirinya, dan ironisnya dari tiga puluh bajak
yang dihatam kisuran jurus pai-hud-bun-sian yang dikeluarkan
Han-hung-fei bukan hanya menewaskan sang pimpinan bahkan
ada dua orang lagi yang menyertai kematian hai-kwi-kiam, dan
sepuluh orang luka cukup parah, dan sisanya luka ringan,
dengan memaksakan diri delapan belas orang itu menggali
lobang untuk memnguburkan hai-kwi-kiam dan dua orang rekan
mereka, setelah lewat siang baru mereka penguburan itu
selesai "twako"apa yang harus kita perbuat " tanya sebagian mereka
pada seorang bajak yang paling tertua.
"saya tidak tahu, dan saya juga bingung dengan apa yang
barusan menimpa kita ini." jawabnya
"twako..sepuluh rekan kita terluka parah, secepatnya harus
diobati." Sela yang lain, lalu mereka mendekaati sepuluh rekan
mereka yang berserakan dan menanyakan keadaan mereka,
dan ternyata empat orang tidak bisa bangkit, dan yang enam
masih bisa setidaknya merangkak.
"kita sudah dua hari meninggalkan kota shaoyang dan kota
qiangdongnan masih jauh, empat hari perjalanan kuda." ujar
bajak yang tertua." "daripada tinggal disini tanpa usaha, sebaiknya kita kembali ke
shaoyang." Sela yang lain
"baik..demikianlah yang tepat, mari kita angkat rekan-rekan kita
kekuda masing-masing." sahut yang lain, lalu dengan susah
payah mereka menaiki kuda dan berpatah balik kekota
shaoyang, kuda terpaksa tidak dipacu, karena takut berbahay
bagi rekan mereka yang terluka parah.
Han-hung-fei sampai kekota shaoyang, perutnya lapar namun
ia tidak memiliki uang, karena itu segera ia meninggalkan kota
125 shaoyang dan menuju hutan, dihutan dia dapat makanan
dengan berburu binatang, disebuah lembah ia dapat mengisi
perutnya yang lapar dengan daging ular yang dipanggangnya,
setelah merasa kenyang Hung-fei melanjutkan perjalanan, dia
dengan santai menelusuri hutan, saat malam tiba ia tidur di
atas dahan kayu, dua malam tiga malam masih terasa nyaman,
tapi pada malam keempat ia terbayang hangatnya tidur diatas
ranjang berselimut yang tebal.
"aku harus ada uang, untuk mendapatkan semua itu, lagian aku
juga harus punya beberapa stel baju yang bagus, tidak enak
rasanya hidup bagaikan orang hutan." pikirnya, dan keesakan
harinya hung-fei memasuki kota loudi, ditengah jalan raya ada
arak-arakan diiringi musik yang ramai
"ada apa lopek " kenapa ada arak-arakan ?" tanya Hung-fei
pada seorang lelaki tua yang sedang menonton arak-arakan
tersebut "song-kongcu menikah, dan pengantinnya sudah datang dari
kota khangshi." "pengantinnya yang mana ?"
"itu tuh yang didalam joli, katanya calon istri song-kongcu putri
pejabat tihu di kota khangshi."
"apa kita dapat ikut menghadiri pernikahan song-kongcu ?"
"eh"kamu tidak tahu diri apa " kamu itu gembel, jadi mana
mungkin kamu diperbolehkan kesana."
"kalau lopek apakah boleh ?"
"tentu juga tidak boleh, karena saya tidak dikenal oleh kongcu
maupun keluarganya."
"oo, begitu.." sahut Hung-fei sambil melangkah meninggalkan
lelaki tua tersebut dan mengikuti iring-iringan pengantin songkongcu.
126 Setelah sampai didepan rumah megah milik keluarga song,
iring-iringan pengantin disambut dan dibawa masuk kedalam,
lalu acara resepsi pernikahan pun dilangsungkan, para
undangan dengan gembira memberi selamat pada kedua
pengantin, Han-hung-fei yang berada diluar pagar mengintai
keramaian di didalam rumah, perutnya yang lapar membuat ia
nekat, dengan kesaktiannya ia melompat pagar dan masuk
keruang dapur, persedian makanan yang aneka rasa di siapkan
dua orang juru masak, saat mereka sibuk, han-hung-fei
mencomot daging panggang bebek dan makan dibawah meja,
gerakannya yang ringan laksana seekor kucing melahap
makanan dengan nikmatnya.
Tidak seorangpun yang menyadari keberadaannya di dapur
yang serba sibuk itu, namun keributan terjadi setelah keduanya
menyadari dua ekor panggang bebek hilang, namun hanya
antara juru masak saja "tadi jelas aku letakkan dipiring ini." gerutunya
"tidak ada orang kecuali kamu saja yang disitu." sahut rekannya
"aneh..apa rumah ini ada hantunya yah." ujarnya merinding,
saat keduanya sibuk mengangkat piring, Han-hung-fei
minggalkan ruang dapur dan pergi keruangan lain dengan
mengendap-endap, dari taman belakang, ia masuk sebuah
kamar yang ternyata kamar song-loya yang sedang sibuk
menyambut dan menerima ucapan selamat dari para tamu dan
undangan diruang tengah. Han-hung-fei membuka lemari dan tumpukan pakaian-pakaian
bagus terlipat rapi "keluarga song ini sangat kaya, dengan mengambil sedikit uang
untuk beli baju dan makanan mungkin tidak terasa bagi
mereka." Piker Hung-fei, lalu hung-fei membuka laci lemari,
127 hung-fei melihat tumpukan duit dan perhiasan, dan dua buah
kantong yang isinya masing-masing seratus tail emas, Hung-fei
mengambil satu kantong uang emas tersebut
"ini sudah lebih dari cukup, terimakasih song-kongcu uangnya
saya bawa." bisik han-hung-fei sendirian, lalu meninggalkan
kamar dan keluar dari kediaman keluarga Song.
"beri hormat pada dewa-dewa?" teriak pendeta, kedua
pengantin pun berlutut dan bersujud
"beri hormat pada ayah dan ibu?" teriak pendeta, kedua
pengantin menghadap ayah dan ibu lalu berlutut, setelah acara
demi acara pun di jalani sehingga selesai, saat pengantin
sudah masuk kama, song-loya dan istrinya dengan senyamsenyum masuk kamar
"hehehe"kita sangat beruntung istriku?"
"benar suamiku, Cu-tihu dapat kita kuras untuk biaya pesta,
seratus tail emas untung yang kita dapatkan, hi..hi?" sahut
song-hujin, song-loya membuka lemarinya dan menarik laci
"hayaaa?" teriaknya terkejut
"eh ada apa suamiku"!?" tanya song-hujin
"satu kantong hilang istriku, aduh kok bisa hilang yah ?"
"ah..kamu salah letak mungkin."
"tidak..aku meletakkan dua kantong itu disini," keluhnya lemas
Han-hung-fei segera menuju pasar, membeli beberapa setel
pakaian bagus, dengan pakaian itu han-hung-fei bergaya,
wajahnya yang amat tampan kian nyata, dan makin nampak
gagah saat ia menyandang pedangnya yang gagangnya
berkilau emas, dengan langkah lebar hung-fei memasuki likoan
"mau makan kongcu ?" tanya pelayan
"belum, saya mau menyewa kamar untuk dua hari."
"baik kongcu, mari saya antar !" sahut pelayan, Han-hung-fei
128 disediakan kamar yang lumayan bagus, karena pakaian hungfei yang baru dan bahan mahal, terlebih kilauan gagang pedang
yang selalu jadi perhatian, membuat pelayan merasa bahwa
han-hung-fei adalah kongcu kaya raya daru luar kota, hanhung-fei menikmati dua harinya dikota loudi.
Han-hung-fei dengan santai keluar dari kota loudi, perasaannya
tenang, perjalanannya sudah didukung oleh bekal uang yang
banyak, dengan penampilannya yang sudah normal dunia yang
luas ini akan diharunginya dengan semangat mudanya dan
kesaktiannya yang akan menggemparkan dunia persilatan,
sesekali ia istirahat untuk menikmatti pemandangan yang
indah, sambil mengenang perjalanan hidupnya selama dua
puluh satu tahun ini, teringat ayah ibunya di desa gui, teringat
pamannya wan-keng dikota chongqing, teringat adik-adik
angkatnya wan-lin dan wan-beng, teringat coa-tung-mo-kai,
kam-peng dan Gan-kui, dan akhirnya ruang bawah tanah
tempat ia menempa diri dengan ilmu-ilmu yang luar biasa
dahsyat. Kota Khangsi siang itu terik sekali, seorang lelaki tua
perpakaian tosu memasuki kota, wajah tosu itu merah karena
rasa gerah "hahaha"ternyata kamu disini pak tua.!" tegur lelaki tua yang
tiba-tiba muncul didepannya.
"hehehe".lam-sin-pek, apakah kamu sedang mencariku ?"
"benar sekali lam-sian." jawab lam-sin-pek, lelaki tua itu
ternyata lam-sian, salah seorang datuk rimba persilatan aliran
pek-to "ada apa sehingga kamu mencari saya lam-sin-pek ?"
"hehehe..hehehe"kamu tahu kan bahwa kita ini
berseberangan jalan."
129 "dari dulu memang demikian, lalu apa maksudmu menyinggung
perbedaan jalan tersebut ?"
"hari ini lam-sian harus mati, dengan demikian aliran saya akan
semakin nyata dimata dunia persilatan."
"urusan mati tidak ada ditanganmu lam-sin-pek, jangan
sesumbar mengobral omongan tiada guna didepanku."
"hehehe..hehehe". apa kamu sudah siap lam-sian ?"
"kapan dan dimanapun aku siap menghadapimu lam-sin-pek."
"bagus kalau begitu, marilah kita lekuar gerbang barat." ujar
lam-sin-pek, dan tubuhnya berkelabat dengan cepat dari
tempat itu, lam-sian bergerak menyusul lam-sin-pek
Disebuah hutan dipinggir kota khangshi dua datuk beda aliran
itu saling sorot dengan kuda-kuda siaga, keduanya saling
mengukur kekuatan lawan, kemudian Lam-sin-pek maju dan
menyerang, serangkum sambaran cahaya kilat meluncur ke
arah lam-sian, Lam-sian dengan menyambut cahaya kilat itu
dengan sinar ungu. "blar"..bum"." dua kali suara menggelegar terdengar, dua
kekuatan dahsyat bertemu diudara, keduanya saling menekan,
adu sin-kang itu berlangsung lama, keduanya sudah
mengeluarkan keringat yang membanjir, tiba-tiba keduanya
saling lompat dan berjumpalitan kebelakang, dan dengan
kekuatan penuh kedua datuk itu membalik meluncur kedepan
"plak".dhuar".." kembali kedua datuk mengadu sin-kang, kali
ini kedua telapak mereka bersentuhan, masing-masing
mengerahkan seluruh sin-kang untuk menekan lawan, namun
nampaknya keduanya seimbang, kedua kaki kedua datuk itu
sudah amblas kedalam tanah sebatas betis kaki.
Kemudian keduanya kembali berjumpalitan dan mendarat
dengan sempoyongan ditanah, lalu keduanya kembali
130 menyerang dan kali ini gerakan gin-kang di adu, kedua tubuh
datuk menjaadi bayangan samar yang sulit dipandang mata
saking cepat dan gesitnya pertarungan yang mereka lakukan
"plak..plak"dug..dug"." suara lengan dan kaki yang beradu
menghiasi pertempuran tingkat tinggi itu, trik-trik pancingan
dikerahkan untuk memecah perhatian lawan, suara gaung
hawa sakti yang demikian dahsyat membuat tempat itu


Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Kiam Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bergegar, beberapat pohon besar telah tumbang, tempat itu
porak poranda seperti habis dilanda angin topan.
Tiga ratus jurus sudah berlalu akhirnya keduanya berhenti
untuk mengatur nafas "luar biasa lam-sian, namamu memang bukan nama kosong."
ujar Lam-sin-pek "kamu juga lam-sin-pek,pantas kamu memang menyandang
seorang datuk persilatan "hehehe..hehehe"sekarang pedangku yang akan bicara lamsian." ujar Lam-sin-pek sambil mencabut pedangnya, Lam-sian
mencabut kipas bututnya, lalu keduanya memainkan senjata
dengan jurus-jurus tingkat tinggi, kilauan pedang lam-sin-pek
demikian menggiriskan, namun kipas lam-sian juga tidak kalah
luar biasanya, sambaran sekaligus totokan saling menyusul
mengejar nyawa lam-sin-pek, kegesitan dan kekuatan gerakan
membuat pertempuran itu sangat seru dan menegangkan
"brettt?" kipas lam-sian robek disambar ujung pedang yang
sudah berkali-kali, namun pada jurus keseratus lima puluh ini
menandakan sin-kang kakek tua itu sudah sanagat lemah
karena lelah, lam-sian hanya beda tujuh tahun dengan lamsian, lam-sian berumur enam puluh dua, sementara lam-sin-pek
lima puluh lima. Suara robekan kipas membuat lam-sin-pek memburu
131 kesempatan akan keterkejutan lam-sian, serangan yang
laksana sambaran petir yang sambung menyambung
mendesak lam-sian, memang kedudukan lam-sian mulai lemah
dan terdesak hebat, "srart?" satu sabetan pedang menyambar bahu Lam-sian, lamsian melompat kebelakang untuk menghindari tusukan susulan
yang mengarah, namu daya luncur serangan Lam-sin-pek lebih
gesit mengejar perut Lam-sian
"trang..:." pedang lam-sin-pek bergeratar, lam-sian melihat
kesempatan dengan jumpalitan membaling dia lari kesamping,
dan ia pun selamat, sementara pedang yang bergetar itu
menusuk tempat kosong. "sialan "! siapa kau yang berani ikut campur !?" bentak lamsin-pek pada seorang pemuda yang muncul di hadapan mereka
"aku Han-hung-fei, kalian yang sudah tua begini kenapa
berkelahi ?" "bangsat"kamu bocah, kamu mau mampus ?" bentak lam-sinpek jengkel dan menyerang dengan sambaran pedangnya
"sing"wut"sing".sing"." pedang itu meliuk terus menyerang
han-hung-fei yang bergerak dengan cepat, tiga gebrakan
pedangnya tidak menemui sasaran membuat lam-sin-pek
makin marah "ternyata kamu ada isi juga." ujar Lam-sin-pek kembali
menyerang, serangannya yang luar biasa terus mengancam
han-hung-fei yang bergerak gesit mencoba mengimbangi
serangan dahsyat lam-sin-pek, dalam dua puluh jurus serangan
lam-sin-pek masih luput dan pada genrakan selanjutnya, hanhung-fei laksana dikurung mata pedang
"trang"trang,,,singgg"sing".wut..trang"..srat?" tiba-tiba
han-hung-fei mencabut pedangnya dan mengeluarkan ilmu
132 pedangnya yang langka, dua kali pedang beradu, disusul
sabetan lam-sin-pek yang luput dan kemudian pedang beradu
lagi dan sebuah sambaran pedang mengenai lengan lam-sinpek, lam-sin-pek terpana melihat luka dilengannya dan
menatap heran dengan kuda-kuda jurus pedang han-hung-fei.
Kuda-kuda Han-hung-fei setelah melukai lam-sin-pek dimana
kaki kanannya manjadi tumpuan badannya yang condong
kedepan sehingga punggungnya lurus sejajar dengan kaki
kirinya yang naik, sementara pedang tegak dengan kemiringin
tujuh puluh lima derajat kebawah didepan mukanya, dan kedua
tangan memegang gagang pedang, sinar pedang yang
berwarna hijau muda berpendar menyinari wajah han-hung-fei,
bukan hanya lam-sin-pek yang terpesona bahkan lam-sian juga
terpana. Lam-sin-pek makin penasaran dan melompat dengan tusukan
kuat "tring.." ujung pedang bertemu, han-hung-fei bersalto lebih
tinggi hanya dengan memamfaatkan benturan ujung pedang,
lalu dari atas laksana naga menukik, pedangnya yang
disebelah bawah bergerak cepat sedemikian rupa, serangan
menakjubkan itu tidak terduga, membuat lam-sin-pek
kewalahan dan bergerak mundur dengan menggelinding,
namun ujung pedang laksana naga terbang mengejar tubuh
lam-sin-pek yang menggelinding
"cep"agh"." Lam-sin-pek menjerit saat tusukan pedang hanhung-fei menembus pahanya, dan luar biasanya pedang itu
ditarik sambil bersalto kebelakang dan mendarat dengan posisi
semula, dimana kaki kanan menjadi tumpuan badan sementara
kakai naik lurus sejajar dengan punggung.
133 Lam-sin-pek terheyak melihat kekalahannya didepan pemuda
tidak terkenal itu, sambil berdiri dia menatap tajam pada lawan
mudanya "bagaimana cianpwe ?"
"hmh"ilmu pedangmu sangat asing dan pedangmu juga
sangat bagus, katakana padaku anak muda jurus apakah yang
kau gunakan ?" "cianpwe.., ilmu pedangku ini adalah ilmu "bun-liong-sian-kiam"
jawab Han-hung-fei, mendengar jawaban itu lan-sin-pek dan
lam-sian terkejut "apakah itu pedang bun-liong-sian-kiam ?" tanya lam-sin-pek
dengan mata melotot "benar cianpwe?" jawab han-hung-fei
"baik anak muda, hari ini saya kalah, namun urusan kita tidak
selesai sampai disini, dan kamu orang tua saat ini nyawamu
tertolong, lain kali aku akan menagihnya lagi." ujar Lam-sin-pek
"hahaha..hahaha"lam-sin-pek hari ini kena batunya, hadirnya
bun-liong-sian-kiam-taihap akan membuat aliranmu kebakaran
jenggot, soal nyawaku " hahaha..hahaha hari ini aku puas,
setelah melihat bun-liong-sian-kiam ditangan orang muda
berbakat matipun hari ini tidak apa."
"sialan kamu lam-sian"!" bentak lam-sin-pek jengkel
mendengar tawa lam-sian, dengan muka merah karena marah
dan malau lam-sin-pek meninggalkan hutan itu.
"hahaha..hahaha".terimakasih han-taihap, benarlah kata
pepatah diatas langit ada langit."
"ah..cianpwe jangan terlalu memuji, siapakah kalian
sebenarnya ?" "han-taihap, saya song-lun dan orang memberikan julukan yang
membuat saya malau terlebih hari ini, orang-orang itu menjuluki
134 sana dengan lam-sian, sementara lawan saya tadi adalah lamsin-pek salah satu dari enam datuk dunia persilatan aliran hekto."
"lalu kenapa kalian dua cianpwe berkelahi ?"
"lam-sin-pek sepertinya berniat membunuh saya hanya untuk
menyatakan kebesaran aliran mereka." Jawab lam-sian
"Han-taihap beban dan tugasmu sangat berat, semoga saja
kamu dapat menjalaninya sebaik mungkin, karena kamu baru
turun gunung, maka apa yang kamu miliki sekarang akan
membuat gempar dunia persilatan, terlebih kamu masih muda
akan banyak tantangan dalam hidupmu, orang yang iri akan
mengincarmu, aku harap kamu tetap dalam keteguhanmu,
tetap berjalan pada rel yang lurus, tidak tergoda dengan ilah
zaman, sebab jika kamu tergoda, maka kamu tidak akan
bermamfaat bagi alam melainkan akan menjadi perusak yang
luar biasa dari yang selama ini ada."
"apakah godaan terbesar dalam hidup ini cianpwe " tanya hanhung-fei
"godaan hidup manusia hanya ada tiga."
"manakah yang tiga itu cianpwe
"harta, kuasa dan wanita."
"berikan aku petuah cianpwe, bagaimana aku bersikap ketika
menghadapi tiga godaan ini."
"han-taihap hanya satu pesanku padamu, jangan lupa diri !"
"cianpwe bagimanakah ciri orang yang lupa diri ?"
"ciri orang yang lupa diri adalah orang yang menurutkan
nafsunya melebihi takaran, orang yang menurutkan perasaan
tanpa pertimbangan, orang yang menurutkan akal tanpa
pemahaman." "cianpwe, apa maksudnya nafsu melebihi takaran ?"
135 "nafsu manusia terdiri dari tiga kelakuan, yang pertama perilaku
bebas tanpa aturan, serakah tanpa halangan, sombong tanpa
saingan, jika ketiga kelakuan ini berjalan, itu maknanya
manusia itu menuruti nafsu melebihi takaran."
"lalu bagimana maksud menurutkan perasaan tanpa
pertimbangan ?" "perasaan juga memiliki tiga keadaan, yakni susah sehingga
berkeluh kesah, senang sehingga lupa kenyataan, sedih
sehingga berkelarutan, jika tiga keadaan ini berlaku maknanya
manusia itu menurutkan rasa tanpa pertimbangan "
"terus menurutkan akal tanpa pemahaman ?"
"akal juga punya tiga kondisi yaitu, hanya melihat yang tersurat
melupakan yang tersirat, hanya tahu akibat tapi melupakan
sebab, hanya tahu yang nyata melupakan yang gaib, jika tiga
kondisi ini terjadi maka maknanya manusia itu menurutkan akal
tanpa pemahaman" ujar Lam-sian menguraikan
"cianpwe baru-bari ini saya tergoda oleh harta, sehingga aku
mengambil yang bukan hak-ku, dan aku melakukannya karena
keadaanku yang sangat lapar dan tidak ada sandang,
bagaimanakah itu cianpwe ?"
"Han-taihap dalam keadaan apapun sepatutnya anda tidak
mengambil hak orang lain, dalam kasus ini anda telah
menurutkan nafsu melewati takaran, karena keinginan kenyang
anda menghalalkan segala cara, karena ingin memiliki sandang
anda mengambil jalan pintas, jika anda menyadari kesalahan
itu dan tidak mengulanginya lagi, itulah sebaik-baik manusia,
menyadari kesalahan dan langsung bertaubat."
"cianpwe pertemuan kita hari ini sungguh luar biasa, banyak
hikmah hidup yang saya dapatkan."
"benar han-taihap, sekali lagi janganlah lupa diri ! hanya itu
136 pesan saya dan semoga aku hanya mendengar tentang
kebaikan-kebaikanmu, selamat tinggal Han-taihap." sahut Lamsian, lalu ia pun meninggalkan Han-hung-fei yang demikian
antusias mencerna hikmah hidup yang disampaikannya.
Han-hung-fei meninggalkan hutan dan memasuki kota
khangshi, ditengah pasar orang-orang mulai menutup
dagangannya, karena hari mulai sore, seorang pedagang beras
Yo-cun namanya bersama istrinya yang cantik bersama
seorang wanita yang menjadi pembantuk mereka mengemasi
dagangan "ping-moi kalian duluanlah kerumah " ujar Yo-cun
"baik cun-ko, mari bao-bo kita pulang." sahut Yo-hujin, lalu
keduanya meninggalkan pasar menuju rumah.
Tiba disebuah gang keduanya dicegat empat orang pengemis
besabuk hitam, dari sabuk yang dikenakan, mereka dari hekkin-kaipang
"hehehe"hehehe"alangkah ranumnya pipimu cantik, kulitmu
luar biasa halus dan mulus." ujar seorang dari pengemis
dengan wajah nyengir, tiga rekannya tertawa sambil mencolek
bao-bo "pergi kalian ! jangan ganggu kami " teriak Yo-hujin
"hahaha..hahaha jika marah sunguh makin cantik membuat
abang tidak tahan ingin mencium." sahut pengemis itu sambil
memonyongkan mulutnya mengejar muka yo-hujin.
"tolooong"toloonggg"auph"." teriak Bao-bo namun sebuah
tangan kotor memeluk dan menutup mulutnya
"kita bawa kebelakang !" ujar pengemis itu pada dua rekannya,
sementara yang tertua dari mereka sedang menegejar yo-hujin
yang lari keluar gang 137 "tolong".to"egh?" sura minta tolong yo-hujin langsung
terhenti karena sebuah totokan membuat ia kaku dan bisu
"hehehe"cantik".mari kita memadu cinta, akan
kepersembahkan nikmat semalam suntuk padamu,
hehehe..hahaha..agh?" ujar pengemis dengan nada birahi,
dan tertawa senang, namun suara tawanya tercekik, karena
sebuah kerikil menghantam jalan darahnya, sehingga ia kaku
dan bisu dengan mulut menganga
Seorang pemuda rupawan melangkah mendekat, ternyata Hanhung-fei yang saat memasuki kota dan melihat kejadian ketika
melewati gang sunyi itu, melihat tindakan tidak senonoh empat
orang pengemis, dengan sambitan empat kerikil membuat
empat pengemis itu mematung, dan lucunya dua pengemis
yang sedang menggotong Bao-bo mematung bersamaan Baobo meronta sehingga dua pengemis itu jatuh mencium tanah,
yang satu mulutya pecaah dan yang satu keningnya benjol,
bao-bo melepaskan diri dan berlari mendekati Yo-hujin yang
sudah dapat bergerak "terimaksih in-kong atas pertolongannya." ujar Yo-hujin
"sama-sama kouwnio, sekarang pulanglah, biar empat
pengemis ini saya yang urus." sahut Han-hung-fei. Yo-hujin dan
bao-bo segera meninggalkan dengan berlari meninggalkan
gang dan langsung menuju rumah, Han-hung-fei juga ternyata
meninggalkan empat pengemis itu, han-hung-fei pergi
kesebuah penginapan dan menyewa kamar, setelah mandi dan
berganti pakaian Han-hung-fei makan malam.
Setelah makan malam Han-hung-fei pergi lagi ke gang dimana
empat pengemis mematung, ternyata empat pengemis itu
sedang di gotong pengemis yang lain dan meninggalkan gang
138 itu, han-hung-fei mengikuti dari belakang, pengemis itu keluar
pintu gerbang kota, dan satu jam perjalanan mereka sampai
Pendekar Latah 4 Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D Naga Jawa Negeri Di Atap Langit 15
^