Pencarian

Pedang Naga Hitam 4

Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo Bagian 4


" Masih ada hal yang lebih aneh lagi yang membuat aku
dapat menduga siapa engkau sebenarnya , Sian-te " .
" Ehh " Benarkah " Apa saja keanehan itu " "
Kini Han Sin yang mengamati wajah Cu Sian penuh selidik dan dia berkata " Aku
berani menduga engkau tentulah
seorang pemuda remaja yang kaya raya dan pandai ilmu silat .
Engkau tentu sedang merantau dan menyamar sebagai
seorang pengemis untuk mencari pengalaman . Nah ,
benarkah dugaanku ini " " .
Cu Sian yang tadinya mendengarkan dengan serius itu kini tertawa lagi . " heh-
he-he , apa alasannya engkau menduga seperti itu , Sin -ko " "
" Mudah saja ! Cara bicara menunjukkan bahwa engkau
seorang yang berpendidikan tinggi . Engkau mengenakan
pakaian pengemis akan tetapi tidak mengemis , bahkan
membawa banyak uang dan sikapmu juga royal sekali , tanda bahwa engkau seorang
hartawan . Dan ketika di kuil Hwa-li-pang terjadi perkelahian , engkau muncul
dan berkelahi melawan nenek gila yang sakti , ini membuktikan bahwa
engkau pandai silat , juga ketika engkau melempar pelayan tadi keluar rumah
makan . Nah , benarkah dugaanku itu ?" .
Cu Sian menghela napas panjang , " Aihhh , begitu
menonjol dan canggungkah penyamaranku ini " " .
Han Sin menggeleng kepala . " Tidak Sian-te . Melihat
sepintas lalu saja , penyamaranmu memang sudah baik sekali dan tak seorangpun
menyangsikan bahwa engkau seorang
pengemis . Akan tetapi kalau sudah bergaul dengan mu , maka akan nampaklah
kejanggalan-kejanggalan itu . Sikapmu sungguh bukan seperti pengemis , melainkan
sebagai seorang pendekar muda yang kaya raya ! "
" Aduh mak , celaka aku ! Bertemu dengammu sama saja
dengan kena batunya . Selama beberapa bulan menyamar ini , baru sekarang
rahasiaku terbuka . Maka sesungguhnyalah , aku bukan seorang pengemis akan
tetapi aku bersahabat dengan seorang pengemis , bahkan aku keturunan pemimpin perkumpulan pengemis " .
" Akan tetapi kenapa engkau menyamar sebagai pengemis
?" . " Sudah tentu agar aku tentu leluasa dan aman melakukan perjalanan . Kalau aku
melakukan perjalanan sebagai seorang kong-cu , tentu akan mengalami banyak
gangguan dari para perampok dan pencuri . Engkau benar , aku memang sedang
merantau mencari pengalaman dan penyamaran ini kulakukan agar perjalananku aman
" . " Sian-te , engkau seorang pemuda yang memiliki
kepandaian silat tinggi , kenapa takut akan gangguan orang "
Sedangkan aku yang tidak mempunyai kepandaian apa-apa
saja berani melakukan perjalanan tanpa penyamaran , apalagi engkau " .
Cu Sian tersenyum dan menundingkan telunjuknya ke arah
muka Han Sin . " Jangan mengira bahwa engkau seorang yang pandai
menebak keadaan orang lain , akan tetapi akupun dapat
menggambarkan siapa adanya engkau " .
" Benarkah ?". " Hemmm , aku tahu bahwa engkau seorang yang
berpendidikan , dapat di duga dari caramu bicara dan
pandanganmu yang cerdik dan luas kalau bicara . Engkau
seorang yang baik budi , akan tetapi agaknya engkau tidak pandai ilmu silat ,
atau andaikata dapat tentu tidak beberapa tinggi . Buktinya engkau dapat
dikuasai oleh keluarga gila itu .
Tentu kecerdikanmu , dapat kulihat bahwa beradanya engkau dan keluarga gila itu
di Hwa-li-pang . Tentu engkau yang membujuk mereka agar pernikahan dilakukan di
Hwa-li-pang maka keluarga gila itu mati-matian meminjam tempat di Hwa-
li-pang . Tentu kaumaksudkan agar orang-orang Hwa-li-pang dapat menolongmu .
Benarkah " " . Han Sin mengangguk-angguk dan memang dia kagum
sekali . Pemuda remaja ini selain lincah jenaka juga amat cerdik seperti
kancil . " Lalu apa lagi " Dugaanmu yang sudah itu tepat sekali " .
" Hemmm , engkau pasti bukan seorang pemuda yang kaya
. Engkau memesan makanan yang murah di rumahmakan tadi
dan buntalan pakaianmu yang ringan tentu tidak mengandung banyak uang . Dan
seorang diri engkau melakukan perjalanan ke utara padahal di utara bukan tempat
untuk berpesiar . Tentu engkau mempunyai tujuan tertentu dalam perjalanan ini
" . " Engkau hebat , Sian-te " .
" Ada satu lagi . Aku berani menduga bahwa engkau adalah seorang putera
bangsawan walaupun tidak kaya " .
" Ehhh " " Han Sin benar-benar terkejut sekali . Bagaimana engkau menduga begitu
?" . " Sikapmu ketika mencegah si tinggi besar di rumah makan tadi agar tidak
menyerangku . Sikap itu demikian penuh
wibawa dan ini biasanya hanya di miliki oleh keluarga
bangsawan tinggi . Jangan-jangan engkau ini seorang
pangeran yang menyamar " " .
" Ngacau .... ! Han Sin tertawa , akan tetapi diam-diam dia harus berhati-hati
terhadap seorang yang demikian cerdiknya .
" Aku bukan pangeran bukan putera bangsawan , melainkan anak seorang ibu yang
telah janda sejak aku berusia sepuluh tahun " .
" heeiii ... nanti dulu ! Engkau bermarga Cian , bukan "
Hemmm , engkau kematian ayahmu sejak berusia sepuluh
tahun dan usiamu sekarang ku taksir duapuluh tahun .
Sepuluh tahun yang lalu engkau kematian ayahmu dan engkau she Cian ! Padahal ,
sepuluh tahun yang lalu , kematian Cian-Tai-Ciangkun , Sin-ko , engkau putera
mendiang Panglima Besar Cian Kauw , bukan " " .
Wajah Han Sin berubah dan dia bangkit dari tempat
duduknya . Tebakan yang tepat itu sama sekali tidak pernah disangkanya dan dia
memandang kepada Cu Sian dengan
tajam , sepasang matanya mencorong dan sikapnya penuh
kewaspadaan . Cu Sian juga bangkit dan menggerakkan tangan menghibur
Han Sin . " Jangan takut , Sin-ko . Aku tanggung bahwa tidak akan ada orang lain dapat
menduga bahwa engkau putera Panglima Besar Cian Kauw , Walaupun andaikata ada
yang tanya sekalipun tidak apa-apa . Kalau aku dapat menduga siapa engkau , hal itu adalah
karena kakekku adalah sahabat baik dari Cian-ciangkun . Kakek ku pernah menjadi
temen seperjuangan ayahmu , maka aku sudah mendengar akan
semua riwayat dan keadaan Cian-ciangkun dari mendiang
ayahku . Kalau aku tidak mengetahui keadaannya , tentu aku tidak akan dapat
menduga bahwa engkau puteranya " .
Han Sin sudah dapat menenangkan hatinya dan dia duduk
kembali . Sejenak dia memandang kepada Cu Sian lalu
mengangkat telunjuknya ke arah muka Cu Sian . " Hemmm
anak nakal . Jangan engkau terlalu bangga dan
menyombongkan dirimu . Akupun dapat menduga siapa
engkau ini " . " Eh " Benarkah " Nah , katakan siapa aku ini " " Cu Sian menantang .
" Engkau tentu cucu dari Ketua Hek-I-Kaipang di Tiang-an "
. Kini Cu Sian yang meloncat dari tempat duduknya dan
memandang kepada Han Sin dengam mata terbelalak . "
Lohhh , bagaimana engkau bisa menduga begitu ?"
" Apa sukarnya " Engkau tadi pernah mengatakan bahwa
engkau keturunan pemimpin pengemis . Dalam
penyamaranmu , engkau mengenakan pakaian pengemis
warna hitam . Mengapa warna hitam dan bukan warna lain "
Dan engkau bermarga Cu . Maka mudah saja di duga , aku
sudah mendengar dari ayah ibuku siapa-siapa tokoh kang-ouw yang menjadi temen
seperjuangan ayah . Diantaranya adalah Cu Lo-kai , ketua dari Hek-I-Kaipang
( Perkumpulan Pengemis Baju Hitam ) . Nah , coba menyangkal kalau bisa ! " Han
Sin tersenyum penuh kemenangan melihat pengemis muda itu
nampak gugup . " Dan ..... engkau mendengar tentang ayah ibuku " "
Han Sin menggeleng kepalanya . " Tidak Ayah dan ibu
tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya dengan Hek I Kaipang dan para
pengurusnya setelah Kerajaan Sui berdiri . Jadi , tentu saja aku tidak apapun
tentang orang tuamu " .
Wajah itu berseri kembali . " Dugaanmu memang tepat . "
Hemmm , alangkah pintarnya engkau , sin-ko "
" Tidak lebih pintar darimu , Sian-te " .
" Nah , sekarang kita telah mengenal dengan baik keadaan diri masing-masing .
Agaknya persahabatan antara ayahmu dan kakek ku menjadi jembatan persahabatan
kita " . " Akan tetapi , aku hanya seorang pemuda biasa , tidak
sepandai engkau dalam ilmu membela diri , " kata Han Sin , memancing apakah
pemuda remaja itupun dapat menduga
bahwa dia memiliki ilmu silat tinggi . Ternyata Cu Sian tidak dapat menduganya .
" Jangan khawatir , Sin-ko . Bukankah kita sudah menjadi sahabat baik " Akulah
yang akan membela dan melindungimu dan jangan engkau takut , aku tidak
menyombongkan diriku apabila kukatakan bahwa tongkatku ini cukup kuat untuk
melindungi kita berdua " kata Cu Sian sambil mengangkat tongkatnya yang tadi
diletakkan di atas meja .
Han Sin tersenyum , " wahh , lega hatiku sekarang ,
mempunyai seorang sahabat seperti engkau , Sian-te . Setelah kita menjadi
sahabat , tentu engkau tidak berkeberatan untuk memberitahu kepadaku kemana
engkau hendak pergi dan apa yang kau cari sampai engkau tiba di sini , jauh dari
Tiang-an , tempat tinggalmu " .
Mendadak wajah yang berseri itu menjadi muram .
Beberapa kali Cu Sian menghela napas panjang , kemudian berkata , " sebetulnya
kalau bukan kepadamu , aku tidak pernah menceritakan keadaan ku , sin-ko . Entah
mengapa , kepadamu aku seketika percaya sepenuhnya . Mungkin karena mengetahui
bahwa engkau putera mendiang Cian-ciangkun .
Akan tetapi setelah engkau mendengar cerita tentang diriku , ku harap engkaupun
akan menceritakan keadaanmu dan
kemana engkau hendak pergi " .
" Baik , aku tidak akan menyimpan rahasia , Sian-te " .
Cu Sian memandang ke kanan kiri , ke arah pintu-pintu
depan belakang rumah itu yang terbuka . Tidak nampak
seorangpun manusia dan dia segera mulai dengan ceritanya .
" Kakekku hanya mempunyai seorang putera , yaitu ayahku
. Akan tetapi sejak mudanya , ayahku yang bernama Cu Kak tidak mau mengikuti
jejak kakek , tidak mau menjadi
pengemis bahkan tidak mau melanjutkan pimpinan Hek I
Kaipang . Ayah telah mewarisi seluruh ilmu kepandaian kakek dan kepandaian itu
menjadi modal bagi ayah untuk membuka piauw-kok ( perusahaan pengiriman barang )
. Ayah menjadi piauw-su ( pengawal kiriman barang ) yang disegani dan
dapat membuat perusahaannya menjadi terkenal dan besar .
Setelah kakek meninggal dunia , Hek I Kaipang diserahkan kepada para murid lain
untuk memimpinnya . " Aku tidak dapat menyalahkan ayahmu . Karena
bagaimanapun juga , menjadi pengemis menimbulkan kesan
kurang baik bagi seseorang , apalagi kalau dia masih muda dan kuat " .
" Akan tetapi kakek sendiri tak pernah mengemis , kakek hanya mengumpulkan para
pengemis , dalam satu wadah agar mereka tidak melakukan perbuatan jahat " .
" Aku mengerti , Sian-te . Lanjutkanlah " .
" Kakekku meninggal dunia ketika aku baru berusia sepuluh tahun , terjadilah
malapetaka itu . Mula-mula sebuah kiriman barang berharga yang di lindungi
perusahaan ayah menuju jauh ke utara di rampok di tengah perjalanan . Para
piauw-su pembantu ayah berusaha melawan , akan tetapi banyak
diantara mereka tewas dan sisanya melarikan diri pulang dan melapor kepada
ayah . Ayah menjadi marah . Barang kiriman yang hilang itu amat berharga dan
tidak mungkin ayah dapat menggantinya . Maka ayah sendiri lalu pergi ke utara
dimana terjadi perampokan itu . Perampokan itu terjadi di lembah Huang-ho dan
barang kiriman itu seharusnya di bawa ke Po-touw " .
" Dengan siapa ayahmu pergi ?" .
" Ayah pergi bersama para pembantunya , yaitu para
piauw-su yang dapat melarikan diri dari para perampok itu .
Setelah tiba di tempat itu , ayah dan para pembantunya di serang oleh gerombolan
perampok itu dan dalam pertempuran ini ayah tewas . Para piauw-su dapat
melarikan jenazah ayah pulang . Ibu terkejut dan sedih sekali sehingga setelah
semua barang milik kita di jual untuk mengganti barang yang di rampok , ibu
jatuh sakit dan akhirnya setahun setelah ayah tewas , ibu juga meninggal dunia ,
meninggalkan aku seorang diri di dunia ini " .
" Aduh kasihan sekali engkau , Sian-te . Masih muda sekali telah di tinggal
kedua orang tuamu " , kata Han Sin terharu .
" Ketika itu aku baru berusia sebelas tahun , aku tetapi aku sudah mengerti
keadaan . Aku bertanya kepada para piauw-su siapa yang membunuh ayah . Mereka
mengatakan bahwa perampokitu memakai nama Kwi-to-pang ( Perkumpulan Golok Setan ) dan yang
membunuh ayahku adalah ketua
perkumpulan itu , seorang laki-laki tinggi besar yang brewok dan memegang
sebatang golok besar . Aku lalu belajar silat dari para paman guruku , yaitu
para murid kakek di Hek I Kaipang . Setelah semua ilmu dapat ku kuasai , aku
lalu pergi merantau untuk menambah pengalamanku dan mencari
musuh besar yang membunuh ayah ibuku " .
" Ibumu " Bukankah ibumu meninggal dunia karena sakit ?"
. " Betul , akan tetapi kalau tidak gara-gara orang yang
membunuh ayahku , tentu ibutidak meninggal karena
kesedihannya . Dalam perjalananku mencari musuhku itulah aku bertemu dengan
engkau , Sin-ko " . " Ah , hidupmu seolah bertujuan untuk membalas dendam "
. " Apa lagi yang dapat kulakukan " Aku harus membalas
dendam kematian orang tuaku , hanya itu yang dapat
kulakukan untuk membalas budi mereka kepadaku " .
" Kalau engkau menjadi seorang pendekar pembasmi
kejahatan yang membela kebenaran dan keadilan , berarti engkau sudah mengangkat
dan mengharumkan nama ayah
ibumu " . " Sudahlah , tidak perlu kita perdebatkan hal itu . Sekarang aku menagih janji .
Engkau berjanji akan menceritakan
riwayatmu sampai kesini " .
Han Sin menghela napas panjang . Riwayatku tidak lebih
baik daripada riwayatmu , Sian-te . Engkau sudah mendengar bahwa ayah tewas
dalam suatu pertempuran yang terjadi di sebelah utrara Sjan-si , ketika memimpin
pasukan untuk menumpas pemberontakan di sana . Kalau ayah meninggal
dunia karena bertempur , hal itu adalah wajar saja . Seorang Panglima gugur
dalam pertempuran merupakan hal wajar dan kami tidak akan merasa penasaran .
Akan tetapi , ayah tewas karena pengkhianatan " .
" Ehhh " Siapa yang mengkhianatinya " " .
" Itulah yang menjadi rahasia . Tidak ada yang tahu siapa yang membunuh ayah
ketika terjadi pertempuran itu " . " Kalau begitu , bagaimana engkau tahu bahwa dia di
khianati dan bukan tewas oleh pihak musuh ?" .
" Ayah tewas karena terkena anak panah yang datangnya
dari belakang . Anak panah itu mengenai punggungnya . Dan
lebih daripada itu , Pedang pusaka ayah , Hek liong Kiam juga lenyap . Setelah


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayah meninggal , ibu mengajakku pindah ke dusun " .
" Dan sekarang engkau sampai di sini , hendak kemanakah
?" . " Ibu menyuruh aku untuk mencari pedang pusaka milik
ayah yang hilang itu " .
" Aih , dengan sedikit kepandaian silat yang kau miliki , bagaimana engkau akan
dapat menemukan atau merampasnya kembali " Mungkin pedang pusaka itu diambil oleh pembunuh ayahmu ! "
. " Kalau begitu , bagaimanapun akan ku hadapi " .
" Engkau bisa celaka .... akan tetapi jangan takut , Sin-ko .
Aku akan membantumu menghadapi pembunuh ayahmu dan
pencuri pedang pusaka itu !" .
" Akan tetapi engkau sendiri mempunyai tugas yang penting
, dan aku tidak berani mengganggumu dengan urusanku ,
Sian-te " . " Begitukah sikap seorang sahabat ! " kata Cu Sian dengan alis berkerut .
Han Sin merasa tidak enak sekali . Dalam mencari pedang dan pembunuh ayahnya ,
mungkin dia akan menghadapi
musuh-musuh yang lihai . Kalau Cu Sian bersama dengannya , maka pemuda remaja
ini dapat terancam bahaya . Dia tidak menghendaki hal hal itu terjadi . Pula ,
tidak pantas kalau pemuda itu sampai membahayakan diri sendiri hanya untuk
membantunya dalam urusan pribadi .
'Sungguh , aku menyesal sekali terpaksa harus menolak
bantuanmu , Sian-te . Aku tidak ingin mengganggumu . Lebih
baik engkau selesaikan urusanmu sendiri dan aku akan
mencoba untuk mencari pedang pusaka ayahku itu seorang
diri pula " . Cu Sian bangkit berdiri , wajahnya berubah merah . " Apa "
Engkau menolak uluran tanganku " Sin-ko , engkau terlalu memandang rendah padaku
! Apa kaku kira aku tidak akan
mampu mendapatkan Hek liong kiam itu untukmu ?" .
" Bukan begitu , Sian-te , akan tetapi ............... " .
" Akan tetapi apa .......... " " .
" Aku tidak mau merepotkanmu , pula kalau sampai terjadi apa-apa denganmu karena
engkau membantuku , aku akan
merasa menyesal selama hidupku . Terima kasih banyak atas kebaikanmu dan
pembelaanmu , akan tetapi sungguh
menyesal sekali , aku harus menolaknya " .
" Bagus ! Cu Sian bangkit berdiri dan menggebrak meja . "
Engkau sungguh seorang sahabat yang tidak mengenal arti kesetian ! " .
" Maafkan aku , Sian-te . Akan tetapi aku sungguh tidak ingin melihat engkau
celaka . Engkau masih begini muda .... "
. " Cukup ! Kau anggap aku anak kecil , ya " Kalau tidak ada anak kecil ini ,
belum tentu engkau dapat meloloskan diri dari keluarga gila itu , tahukah engkau
" Akulah orangnya yang memancing agar engkau dapat meloloskan diri ! " .
" Ahhh , terima kasih banyak , Sian-te . Engkau memang
hebat ..... " " Tidak perlu memuji , pendeknya mau atau tidakkah kau
kalau kubantu engkau mencari pedang pusaka itu " " .
" Terpaksa aku menolaknya , Sian-te . Ini dapat berbahaya sekali untukmu
dan .............. "
" Sudahlah , engkau memang keras kepala ! Kalau engkau
kelak menghadapi ancaman musuh yang tangguh , baru
engkau menyesal mengapa tidak menerima tawaranku . Sudah
, aku mau tidur ! " dan pemuda remaja itu membanting-
banting kaki lalu memasuki kamarnya , menutupkan daun
pintu kamar keras-keras .
Han Sin masih duduk termangu . Dia suka sekali kepada Cu Sian . Akan tetapi
pemuda itu masih seperti kanak-kanak .
Bagaimana dia boleh mengajak kanak-kanak menghadapi
bahaya dalam mencari pedang Hek liong kiam " Kalau dia
sendiri gagal bahkan sampai tewas dalam usahanya ini , dia tidak akan menyesal .
Akan tetapi kalau sampai Cu Sian tewas dalam membantunya , dia tentu akan merasa
menyesal bukan main . Akhirnya dia menghela napas dan memasuki kamarnya
sendiri . Dia merasa kecewa dan menyesal bahwa
persahabatannya dengan pemuda remaja itu akan berakhir
begini . Akhirnya Han Sin dapat juga tidur pulas .
**** Pada keesokan harinya , suara ayam jantan berkokok
nyaring di luar jendela kamarnya . Han Sin turun dari
pembaringannya dan membuka daun jendela itu . Pekarangan samping itu di tumbuhi
pohon-pohon dan kembang . Suasana pagi itu indah sekali dan hawanya sejuk segar
memasuki kamarnya . Tiba-tiba dia teringat kepada Cu Sian yang berada di kamar sebelah .
Dia menjulurkan kepala keluar jendela untuk memandang ke arah jendela kamar
sebelah . Daun jendela itu masih tertutup . Agaknya sahabat barunya itu masih tidur . Dia
berharap mudah-mudahan Cu Sian tidak marah lagi dan mereka akan dapat saling
berpisah sebagai dua orang sahabat ! .
Han Sin termenung sambil memandang keluar dimana
burung-burung beterbangan dan berloncatan dari dahan ke dahan . Dimana kupu-kupu
beterbangan di sekitar bunga-bunga . Pagi yang cerah , hari yang indah .
Alangkah akan gembiranya kalau pada pagi seindah itu dia melakukan
perjalanan dengan Cu Sian , sahabatnya yang riang gembira dan lincah jenaka
itu . Akan tetapi dia segera menggeleng kepalanya . Tidak ! Dia mempunyai tugas
yang berat dan berbahaya . Siapa tahu apa yang akan dihadapinya di utara nanti . Tidak boleh
dia membawa Cu Sian , pemuda remaja itu memasuki bahaya pula .
Han Sin yang sadar dari lamunannya lalu pergi
membersihkan diri di kamar mandi yang letaknya di belakang rumah penginapan
itu , kemudian setelah bertukar dengan pakaian bersih dia menghampiri kamar Cu
Sian . Diketuknya pintu kamar itu beberapa kali , lalu dia menanti . Akan tetapi
tidak ada jawaban , tidak ada suara dari dalam kamar itu .
Daun pintu kamar itu tetap tertutup , tidak dibuka dari dalam .
Dia mengetuk lagi dan memanggil , " Tok ... tok..tok ! Sian-te , bangunlah ,
hari telah siang ! "
Akan tetapi tetap saja tidak ada jawaban . Ketika dia
mengetuk-ngetuk kembali , muncul seorang pelayan yang
kemarin melayaninya . " Percuma diketuk karena kamar itu kosong kong-cu " ,
katanya . " Eh " Kosong " Bukankah kamar ini yang ditempati
sahabatku itu ?" . " Kong-cu maksudkan pemuda pengemis itu ?" .
Han Sin mengangguk , " Ya , bukankah dia bermalam di
kamar ini ?" . " Ya , benar . Akan tetapi tadi pagi-pagi sekali , sebelum ayam berkokok , dia
telah pergi meninggalkan kamar ini dan dia telah membayar sewa kedua kamar .
Bahkan dia telah membayar harga makan pagi yang akan dihidangkan kepada
kong-cu pagi ini . Apakah kong-cu tidak tahu bahwa dia telah pergi " " pelayan
itu memandang heran dan sadarlah Han Sin bahwa sebagai seorang sahabat baik
mestinya dia tahu akan keberangkatan temannya itu .
" Oh ya ......... aku lupa " . Katanya dan ketika dia
menghadapi hidangan sarapan pagi yang royal . Dia
termenung dan hatinya terharu . Cu Sian telah membuktikan ucapannya ,
meninggalkan dia yang tidak mau menerima
sahabat itu melakukan perjalanan bersama , menolak bantuan yang di tawarkan Cu
Sian . Dia tahu bahwa pemuda remaja itu marah kepadanya sehingga pagi-pagi telah
berangkat lebih dulu . Akan tetapi bagaimanapun marahnya , Cu Sian telah
membelikan sarapan pagi yang royal untuknya ! .
Setelah makan pagi , Han Sin juga meninggalkan rumah
penginapan itu . Sewa kamarnya juga sudah dibayar oleh Cu Sian ! Ketika
melangkah kaki keluar dari pekarangan rumah penginapan itu , hatinya terasa
kosong dan sepi . Dia benar-benar merasa kehilangan sahabatnya yang biasanya
menggembirakan suasananya itu . Hari yang cerah itu serasa mendung .
Ketika tiba di pintu pagar halaman depan , seorang laki-laki setengah tua
bangkit berdiri sambil sambil menuntun seekor kuda dan menyapa Han Sin . "
Apakah kong-cu yang bernama Cian-kongcu ?" .
Han Sin memandang penuh perhatian dan tidak merasa
kenal dengan orang ini . ' Benar , paman . Ada apakah " " .
" Saya adalah seorang penjual kuda , kong-cu . Dan Saya ingin menyerahkan kuda
ini kepada kong-cu " .
" Apa " Mengapa " " Han Sin bertanya bingung .
" Inilah kuda yang di beli oleh seorang sahabat kong-cu untuk diserahkan kepada
kong-cu pagi ini . Terimalah , kongcu " . Orang itu menyerahkan kendali kuda
yang dipegangnya kepada Han Sin .
Han Sin mengerti bahwa kekmbali ini tentu perbuatan Cu
Sian , maka terpaksa dia menerima kuda itu . Sahabatnya itu memang seorang yang
royal sekali ! Kalau dia di tawari kuda , tentu akan di tolaknya . Akan tetapi
karena kuda itu sudah di beli dan sudah di berikan kepadanya dan dia tidak dapat
mengembalikannya kepada Cu Sian , terpaksa dia melompat ke atas punggung kuda
dan melarikan kuda itu menuju pintu gerbang sebelah utara dari kota Pey-yang .
Begitu keluar dari kota kegembiraan hati Han Sin muncul kembali . Ia melupakan
dua wajah yang selalu membayanginya , yaitu wajah Kim Lan dan wajah Cu Sian .
Pemandangan di depan amat indahnya . Bukit-bukit yang tak terhitung banyaknya
menghadang di depannya . Orang-orang telah membuat jalan raya menuju utara dan
melalui jalan inilah para rombongan pedangan melakukan perjalanan .
Barang yang dikirimkan ke daerah utara juga melalui jalan ini .
Jalan ini berada di lembah sungai Kuning , naik turun bukit
dan mengitari jurang dan puncak . Jalan mulai sepi dan Han Sin membedal
kudanya . Kuda itu ternyata seekor kuda yang kuat dan baik . Pandai juga Cu Sian
memilih kuda , pikirnya .
Perjalanan Han Sin mulai melalui daerah yang berbahaya
bagi para pejalan yang lewat . Keadaan sekeliling sejauh puluhan mil sunyi dan
jarang ada perumahan penduduk .
Ketika jalan menanjak ke sebuah bukit , pemandangan
amatlah indahnya . Han Sin memperlambat jalannya kuda , membiarkannya jalan ,
tidak berlari lagi . Selain untuk mencegah kudanya terlalu kelelahan , juga dia
ingin menikmati pemadangan yang amat indah itu . Kebesaran alam terbentang luas di
depannya dan menghadapi pemandangan
alam yang luas dan megah dan indah ini , Han Sin merasa betapa kecil dirinya .
Kecil tidak berarti ! Di depan kakinya , di bawah , nampak Sungai Huang-ho
mengalir , lebar dan panjang . Beberapa buah perahu nampak berada di sungai itu
. Sebagian latar belakangnya , jauh di seberang sungai
terdapat jajaran bukti yang tiada putusnya ,lenyap di
ujungnya dalam warna biru keabuan .
Tiba-tiba dia mendengar derap kaki kuda mendatangi dari belakang . Dia lalu
minggirkan kudanya agar tidak
menghadang mereka yang akan lewat . Tak lama kemudian , serombongan orang
berkuda lewat situ . Tadinya Han Sin
mengira bahwa mereka tentulah para saudagar atau piau-su yang mengawal barang
kiriman . Akan tetapi tidak ada kereta di antara mereka . Semua orang laki-laki
berjumlah tigapuluhan orang menunggang kuda danmelihat sikap
danpakaian mereka yang serba ringkas , mudah di duga
bahwa mereka itu adalah orang-orang yang kuat dan pandai ilmu silat . Wajah
mereka pun kelihatan bengis . Terutama yang berada di depan dan agaknya menjadi
pemimpin mereka . Ada tiga orang laki-laki berusia antara empatpuluh sampai
enampuluh tahun berada di depan dan mereka bertiga ini
kelihatan menyeramkan . Ketika mereka lewat , Han Sin sudah melompat turun dari
atas punggung kudanya dan memegang
kendali kuda dekat mulut kuda agar kudanya tidak kaget dan ketakutan melihat
rombongan banyak orang itu . Dan dia
mendengar teriakan orang yang berada di depan .
" Mari kawan-kawan , cepatan sedikit . Gerombolan Golok Setan tentu sudah berada
di balik bukit ini !" .
Mereka melarikan kuda lebih cepat lagi memasuki sebuah
hutan di depan . Mendengar di sebutnya Golok Setan , Han Sin tertarik sekali .
Teringatlah dia akan cerita Cu Sian . Bukannya ayah Cu Sian juga terbunuh oleh
gerombolan perampok yang di sebut Kwi-to-pang ( Perkumpulan Golok Setan ) "
Karena ingin sekali tahu apa yang akan di lakukan orang-orang itu dengan
gerombolan Golok Setan , Han Sin segera meloncat ke atas punggung kudanya dan
membayangi mereka dari jauh .
Setelah tiba di tengah hutan yang berada di lereng bukit , Han Sin melihat
mereka itu sudah berhenti di situ .
Di situ terdapat sebuah lapangan rumput yang luas dan
orang-orang itu sudah turun dari kuda dan bergerombol di lapangan rumput . Han
Sin menghentikan kudanya .
Menambatkan kudanya pada sebatang pohon dan berindap-
indap di amendekati tempat itu untuk mengintai . Dia melihat tiga orang pemimpin
yang menyeramkan itu duduk di atas
rumput dan anak buahnya duduk menghadap mereka . Akan
tetapi Han Sin melihat bahwa jumlah mereka banyak
berkurang . Sedikitnya tentu berkurang sepuluh orang . Dia menyusup semakin
dekat untuk mendengarkan percakapan
mereka . " Kalian bertiga , A-cun , A-tek , dan A-ban , selidiki mereka dari puncak pohon
dan seorang kabarkan kepada kami , yang
dua orang tetap berjaga di atas secara bergantian " , ucapan dengan suara yang
parau ini keluar dari seorang pemimpin yang bertubuh tinggi besar dan bermuka
hitam . Tiga orang anak buah bangkit dan meninggalkan lapangan
rumput itu , kemudian mereka berloncatan ke pohon-pohon terbesar untuk melakukan
pengintaian . Tak lama kemudian seorang di antara mereka melompat turun .
Gerakan tiga orang anak buah ini cukup ringan dan cepat sehingga Han Sin maklum bahwa
rombongan orang ini merupakan rombongan
yang kuat sekali . " Lapor , Twa-pang-cu ( Ketua Pertama ) , mereka sudah di depan , kurang lebih
dua mil dari sini . Jumlah mereka sekitar duapuluh ! " .
' Hemmm , sekali ini kita akan menghancurkan dan
membasmi mereka ! Sam-sute , cepat kau pasang dan
sebarkan bubuk racun hitam itu seperti seperti yangtelah kita rencanakan
semula ! " . Yang di sebut sam-sute ( adik seperguruan ke tiga ) itu adalah seorang diantara
tiga pemimpin itu . Orang ini
bertubuh tinggi , namun tidak sebesar orang pertama , hanya mukanya menyeramkan
karena penuh dengan brewok yang
menutupi sebagian besar mukanya . Dia mengambil sebuah
bungkusan dari saku bajunya dan terlihat dia menaburkan bubuk hitam pada garis
setengah lingkaran yang menghadap ke arah utara . Hanya bagian selatan yang
tidak disebari racun dan bagian selatan ini agaknya yang menjadi pintu bagi
mereka . Jarak garis yang di sebari racun itu kurang lebih seratus meter dari
tempat mereka duduk ,yaitu di tepi
lapangan rumput . Dan yang disebari racun bukanlah tanah nya , melainkan
dedaunan dan tumbuh-tumbuhan yang
terdapat di ditu . Setiap orang yang akan masuk kelapangan
rumput itu dari semua arah , kecuali dari arah selatan , tentu akan semak dan
rumput yang sudah mengandung racun itu
dan setiap orang tentu akan menguak semak itu dengan
tangannya agar dapat lewat sehingga tangan itu tentu akan terkena racun . Han
Sin yang melihat ini mengerutkan alis .


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cara yang di ambil orang-orang itu memang keji sekali . Akan tetapi karena
diapun ingin sekali mengetahui mengetahui apa yang dilihat oleh pengintai tadi ,
diam-diam dia mundur , mencari pohon yang tinggi lalu melompat naik ke atas
pohon . Ketika dia mengintai ke arah utara , dia pun dapat melihat serombongan orang
berada sekitar dua puluh orang lebih dan kadang-kadang nampak berkilatnya golok
yang tertimpa sinar matahari . Agaknya itulah yang dimaksudkan orang-orang ini
sebagai Gerombolan Golok Setan .
Jilid 8 Akan tetapi ada sesuatu yang menarik perhatian Han Sin .
Ada dua bayangan orang yang menyusup-nyusup di antara
semak belukar dan batang-batang pohon . Kalau dia tidak melihat dengan penuh
perhatian , tentu bayangan itu akan lolos dari penglihatannya . Demikian cepat
gerakan mereka . Kalaupengintai yang masih di atas pohon itu melihat , tentu akan di kiranya
gerakan seekor dua ekor binatang saja . Akan tetapi Han Sin merasa yakin bahwa
itu adalah gerakan dua orang yang datang dari tempat berkumpulnya kelompok Golok
Setan itu menuju ke sini .
Han Sin merasa betapa jantungnya berdebar tegang . Tidak salah lagi , agaknya
golok setan mengirim dua orang
penyelidik dan dua orang itu pasti akan melanggar garis yang sudah di sebarin
racun . Ingin dia memberitahu mereka , memperingatkan mereka agar jangan sampai
melanggar garis beracun itu , akan tetapi bagaimana caranya " Pula , dia
belum tahu benar siapa yang jahat di antara kedua kelompok orang yang agak nya
bermusuhan itu , maka tidak adil lah kalau dia memihak salah satu kelompok .
Maka , diapun diam saja dan mengikuti dua bayangan itu dengan perasaan ngeri .
Setelah dekat dengan tempat itu , dua bayangan itu tidak nampak lagi dan
gerakannya tidak dapat diikuti lagi . Agaknya mereka maju dengan hati-hati
sekali . Tak lama kemudian Han Sin yang sudah siap melihat orang keracunan , tetap saja
melihat orang keracunan , tetap saja terkejut ketika tiba-tiba terdengar jeritan
dua orang yang mengerikan . Di sebelah lapangan utara lapangan rumput itu .
Orang-orang yang berada dilapangan rumput itupun
mendengarnya dan mereka kelihatan girang sekali .
" Ha-ha-ha , tentu dua ekor anjing pengintai mereka yang terkena racun . Seret
mereka ke sini ! " Dua orang anggota kelompok itu bangkit dan mereka menuju ke
utara dari mana suara tadi terdengar . Dua orang itu mengenakan sarung
tangan hitam untuk melindungi tangan mereka dari racun .
Tak lama kemudian mereka sudah menyeret tubuh dua orang yang sudah menjadi mayat
! Sungguh luar biasa sekali racun hitam itu . Mula-mula yang terkena hanya
tangan dua orang penyelidik itu , akan tetapi warna hitam itu lalu menjalar ke
seluruh tubuh sampai ke mukanya yang menjadi hitam seperti hangus ! Diam-diam
Han Sin bergidik . Dia sudah mendengar banyak dari gurunya . Hek liong ong ,
tentang kekejaman yang banyak terjadi di dunia persilatan , terutama di antara
golongan sesat dan baru sekarang dia menyaksikan sendiri .
" Ha-ha-ha , Gerombolan Golok Setan akan tahu rasa
sekarang ! Kalian berempat , bawa dua mayat itu dan
lemparkan ke dekat tempat mereka ! " perintah si tinggi besar muka hitam .
" Baik , twa-pangcu ! " Empat orang yang di tunjuk bangkit berdiri dan mereka
inipun menggunakan sarung tangan hitam
. Mereka lalu menggotong dua mayat itu , dua orang
menggotong satu mayat dan membawa mereka keluar dari
lapangan rumput , menuju ke utara untuk " mengirim " dua buah mayat itu kepada
pihak musuh . Han Sin mengikuti perjalanan empat orang yang
menggotong dua buah mayat itu , akan tetapi , baru sampai pada pertengahan jalan
, mendadak muncul orang bersenjata golok besar dan mereka itu segera menyerang
empat orang yang menggotong dua mayat tadi . Empat orang itu
melepaskan mayat dan mencabut pedang mereka , dan
terjadilah perkelahian empat lawan lima orang bergolok . Akan tetapi karena
empat orang tadi menggotong dua mayat ,
mereka kalah cepat dan ketika golok-golok itu berkelebatan membentuk gulungan
sinar menyilaukan mata , dalam waktu belasan jurus saja empat orang itu
berturut-turut telah terpelanting roboh , kemudian lima orang itu menghujamkan
goloknya ke tubuh mereka sampai tubuh empat orang itu
terbelah-belah ! Han Sin menyeringai seperti orang menahan sakit . Dia
bergidik . Kiranya orang-orang Golok Setan itu tidak kalah kejamnya dibandingkan
orang-orang yang berada dibawah
pohon ini . Agaknya orang yang mengintai dari atas pohon melihat pula kejadian itu . Maka
dia cepat turun memberi laporan kepada para pimpinan .
" Twa-pangcu , celaka besar ! Empat orang kita yang
mengantar dua mayat itu di hadang di tengah perjalaan oleh lima orang musuh dan
mereka semua terbunuh ! " .
" Ahhhh ........... ! " Ketua yang tinggi besar itu mukanya menjadi semakin
hitam dan die mengepal tinjunya . " Keparat
! Kita kehilangan empat orang sedangkan mereka hanya
kehilangan dua orang ! Kita harus membuat pembalasan !" .
Ketua pertama dari kelompok itu bernama Coa Gu dan
berjuluk Hek-mo-ko . Untuk daerah lembah Huang-ho ini
sudah terkenal sebagai seorang datuk diantara para perampok dan bajak sungai .
Gerombolan yang dipimpinnya itu di beri nama Huang-ho-kwi-pang ( Perkumpulan
Iblis Sungai Kuning ) ! Orang tinggi besar bermuka hitam ini bersenjatakan
sebatang tongkat baja yang hitam pula . Karena muka dan tongkatnya yang hitam
itulah maka dia dijuluki Hek-mo-ko (
Iblis Hitam ) . Orang kedua , yang tinggi besar bermuka brewok bernama
Gu Ma It dan dia menjadi ji-pangcu ( Ketua kedua ) . Usianya lima puluh tahun ,
lima tahun lebih muda dari Hek-mo-ko dan Gu Ma It ini terkenal karena tenaganya
besar seperti tenaga gajah dan diapun pandai bermain pedang . Adapun orang
ketiga yang menjadi sam-pangcu ( ketua ketiga ) bernama Su Ciong Kun , berusia
empat puluh lima tahun . Orang ketiga ini tinggi namun kurus dan mukanya
menyeramkan sekali karena muka itu seperti tengkorak terbungkus kulit . Orang
ketiga dari Huang-ho Kwi-pang ini ditakuti karena dia seorang ahli
menggunakan racun dan senjatanya berupa rantai baja juga lihai sekali . Pusat
Huang ho Kwi-pang berada di lembah Huang-ho , sedangkan anggota mereka berjumlah
kurang lebih limapuluh orang . Akan tetapi yang kini di ajak untuk menyerbu musuh hanya
tigapuluh orang . Mendengar twa-pangcu yang sudah marah itu bermaksud
hendak menyerbu musuh , sam-pangcu segera berkata " Twa-suheng , kurasa tidak
menguntungkan kalau kita langsung menyerbu mereka . Mereka lebih menguasai medan
karena ini merupakan daerah mereka . Kalau kita menyerang mereka , kita dapat terjebak .
Biarkan mereka yang menyerang kita sehingga kita yang menjebak mereka dengan
racun . Gu Ma It yang tadi hanya mendengarkan saja kini berkata "
Apa yang diucapkan sam-sute memang benar . Mereka yang
menguasai daerah ini tentu lebih paham akan keadaan disini dan kalau tidak
berhati-hati kita dapat terjebak . Tempat kita ini terbuka dan tidak dapat
mereka menjebak kita , dan
andaikata mereka menyerang kita , kita dapat
mempertahankan diri dengan baik dan menghancurkan
mereka " . " Hemmm ...... ! " Hek-mo-ko menggeram .
" Kita telah kehilangan empat orang . Di bandingkan
dengan mereka yang kehilangan dua orang , kita masih rugi besar . Ternyata
mereka telah memasang barisan pendam
diantara kita dan mereka " .
" Karena itulah harus berhati-hati dan menanti gerakan
mereka , " kata Su Ciong Kun si muka tengkorak yang
agaknya cerdik . " Ahhh , akan tetapi hal seperti itu menunjukkan bahwa kita takut kepada mereka
" , Hek-mo-ko tetap penasaran .
Han Sin merasa sudah cukup lama mengintai dari atas
pohon . Dia turun dari pohon itu , mengambil keputusan untuk tidak mencampuri
urusan mereka . Gurunya pernah
menasehatinya agar dia tidak mencampuri urusan orang-orang kang-auw karena
diantara mereka kalau terjadi permusuhan , biasanya saling memperebutkan
kekuasaan atau harta benda , juga mungkin karena dendam mendendam . Akan tetapi
baru saja dia turun dari atas pohon , tiba-tiba muncul sepuluh
orang yang mengepungnya dan menodongkan senjata-senjata tajam kepadanyya .
Han Sin bersikap tenang saja , walaupun dia agak terkejut karena tidak menyangka
bahwa dia telah diketahui . Karena sejak tadi berada di atas pohon dan
perhatiannya di tunjukkan kepada semua kejadian yang jauh dari pohon , dia tidak
mendengar atau melihat apa yang terjadi di bawah pohon itu .
Kiranya mereka itu adalah sepuluh orang dari Huang-ho Kwi-pang yang tadi tidak
dilihatnya dilapangan rumput dan mereka itu memang disebar untuk menyelidiki
keadaan sekitar tempat itu ! Ketika seorang dari mereka melihat Han Sin di atas
pohon , dia lalu memberi isyarat kepada kawan-kawannya dan pohon itu pun sudah di
kepung . " Ah , kalian ini mau apa " " tanya Han Sin dengan sikap tenang .
" Engkau mata-mata Kwi-to-pang ! " bentak seorang
diantara para pengepung itu .
Han Sin tertawa " ha-ha-ha , apa yang kalian maksudkan "
Aku tidak mengerti segala macam Kwi-to-pang atau
Perkumpulan setan manapun .
" Engkau hendak melawan ?" seorang menodongkan
pedangnya . Han Sin memang tidak ingin bermusuhan dengan mereka .
Dia mengangkat kedua tangan ke atas dan menggeleng
kepala . " Ah , tidak ! Siapa mau melawan " " .
" Kalau begitu menyerahlah . Engkau harus kubawa
menghadap pimpinan kami ! " .
" Boleh ! Aku memang tidak mempunyai kesalahan apapun
" . Han Sin lalu di todong dan di giring memasuki lapangan .
Tentu saja semua orang memandang penuh perhatian ketika seorang pemuda di giring
masuk lapangan rumput oleh
sepuluh orang anggota Huang Ho Kwi pang itu .
Han Sin dipaksa duduk di atas rumput menghadap tiga
orang ketua itu dan seorang di antara penawannya berkata "
Lapor , pangcu . Kami mendapatkan orang ini melakukan
pengintaian di atas pohon ! " .
Hek mo ko memandang kepada Han Sin penuh selidik , dari kepala sampai ke kaki ,
dan dia membentak , " Engkau mata-mata Kwi-to-pang yang mengintai kami ?" .
Han Sin menggeleng kepalanya . " Sama sekali bukan ! " .
" Haiii ! Dia ini penunggang kuda yang kita susul di
perjalanan tadi ! " seru Su Ciong Kun .
" Benar ! " jawab Han Sin . " Memang tadi kalian menyusul dan melewati aku ! '
" apa maksudnya engkau berada di sini dan mengintai dari atas pohon " Jawab yang
betul atau kami akan membunuhmu
! " bentak Hek-mo-ko .
" Aku sedang melakukan perjalanan menuju ke Tai-goan .
Karena daerah ini amat sepi dan aku merasa kesepian , ketika kalian melewati aku
tadi , aku bermaksud untuk menyusul agar dapat melakukan perjalanan ini bersama
kalian dan tidak kesepian . Akan tetapi kalian berhenti di hutan ini dan akupun
berhenti agak jauh dari sini menanti kalian berangkat lagi .
Karena lama kalian tidak berangkat , aku lalu naik ke pohon untuk melihat apa
yang terjadi " . " Dan apa yang kau lihat ?" bentak Hek-mo-ko , mulai
percaya kepada keterangan Han Sin karena dia agaknya dapat
membedakan antara orang yang menjadi anggota gerombolan penjahat atau rakyat
biasa . " aku melihat bahwa kalian bersiap - siap untuk bertempur dengan gerombolan yang
di sana itu . " Han Sin menuding ke utara . " Aku melihat pula dua orang dari
mereka mati keracunan dan empat orang dari kalian terbunuh " .
Gu Ma It yang berewokan berkata " Twa-suheng , untuk
apa banyak bicara dengan orang ini " Mata-mata atau bukan , bunuh saja agar
tidak merepotkan " .
" Jangan , jangan bunuh aku . Apa untungnya kalian
membunuhku " Dan aku bersumpah tidak ada sangkut
pautnya dengan gerombolan yang di sana itu . Aku tidak ingin bermusuhan dengan
siapapun " . kata Han Sin sungguh-sungguh , bukan karena takut melainkan karena
dia tidak ingin bermusuhan dengan gerombolan ini .
" hemmm , bocah ini bukan anggota gerombolan biasa " ,
Hek-mo-ko . " Mungkin dia berguna bagi kita . Sebaiknya kita tahan saja dia .
Jaga dia baik-baik jangan sampai meloloskan diri . Dan kau , orang muda , awas
kau . Sekali engkau berusaha melarikan diri engkau akan kami bunuh ! " .
Akan tetapi Han Sin sudah tidak begitu memperhatikan lagi soal lain karena saat
itu perhatiannya tertarik ke sebelah kiri , ke arah sebatang pohon besar . Di
atas cabang pohon itu dia melihat seorang berjongkok nongkrong di atas cabang
sambil cengar-cengir , dan orang ini bukan lain adalah Cu Sian , si pengemis
remaja ! Tentu saja Han Sin merasa khawatir bukan main . Orang-orang ini adalah
orang-orang kasar yang biasa melakukan kekerasan dan agaknya mereka ini lihai ,
terutama sekali tiga orang pimpinan itu . Dan sekarang Cu Sian muncul !
Dan apa lagi yang akan diperbuat oleh pemuda remaja yang nakal itu kalau tidak
membuat ulah dan kekacauan " .
" Ha-ha-ha ! Huang-ho Kwi-pang yang memiliki tiga orang pemimpin dan kelihatan
kuat ini , ternyata hanya kulitnya saja yang nampak kokoh , padahal disebelah
dalam keropos dan rapuh , jerih menghadapi Kwi-to-pang ! " .
Semua orang terkejut dan menengok ke arah suara itu dan baru sekarang mereka
melihat pengemis muda itu duduk
nongkrong di atas cabang pohon . Diam-diam tiga orang
pimpinan Huang-ho Kwi-pang terkejut . Bagaimana bocah
jembel itu dapat tiba-tiba berada di pohon yang begitu dekat dengan mereka tanpa
mereka ketahui sama sekali " Mereka bertiga adalah orang-orang yang memiliki
kepandaian tingkat tinggi , di tambah tiga puluh orang anggota yang bersikap
waspada , namun tidak ada seorangpun yang dapat
mengetahui adanya pengemis muda itu . Padahal dia berada di pohon yang paling
dekat dengan lapangan rumput itu .
Sedangkan Han Sin yang berada di pohon yang lebih jauh saja dapat diketahui dan
di tangkap . Kan tetapi mendengar ucapan pemuda remaja itu yang
mengejek , Kwi-to-pang yang dikatakannya rapuh , tiga orang pimpinan itu menjadi
marah dan merasa di hina . Su Ciong Kun , pemimpin nomor tiga yang tubuhnya
tinggi kurus mukanya seperti tengkorak itu membentak nyaring . " Heii , bocah gila ! Berani
engkau menghina kami " " .
Dengan kaki yang tadinya berjongkok itu kini di turunkan dan di goyang-goyang ,
Cu Sian tersenyum dan berkata , Eh , muka tengkorak , siapa menghina " Aku tadi
bilang apa ?" . ' Bahwa kami keropos dan rapuh di sebelah dalam ! " kata Su Ciong Kun dengan
marah . " Ha-ha-ha , bukankah sekarang engkau sendiri yang
mengatakan bahwa kalian keropos dan rapuh " Bukan aku
yang berkata , melainkan engkau sendiri ! " .
Su Ciong Kun merasa dipermainkan . Dia menjadi semakin
marah dan mengamangkan tinju ke arah pengemis muda itu .
" Bocah setan , turunlah engkau , kalau tidak , akan ku seret kau ! " .
" Wah , tidak usah repot-repot ! Tidak perlu engkau
membantuku turun , aku dapat turun sendiri , " Berkata
demikian , Cu Sian lalu melompat turun dari atas cabang pohon ke atas tanah .
" Ke sinilah engkau untuk mempertanggung jawabkan
ucapanmu tadi atau kami akan menggunakan kekerasan ! "
kata pula Su Ciong Kun yang melihat pengemis muda itu


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih berada di luar lingkaran yang telah di sebari racun itu .
" Baik , aku akan ke situ . Kau kira aku takut menghadapi kalian semua ?" . Dan
dengan sikap gagah diapun melangkah maju .
" Sian-te ..... ! Berhenti jangan maju lagi ! Tempat itu telah di sebari racun
berbahaya ! " Han Sin berteriak
memperingatkan . Akan tetapi pemuda remaja itu tidak mundur , bahkan terus sambil tersenyum , "
Orang-orang Kwi-to-pang boleh jadi takut racun yang disebar di sini , akan
tetapi aku tidak ! " Dan dengan kedua tangannya , dia menguak semak-semak
belukar yang menghalangi jalannya . Han Sin terbelalak penuh
kekhawatiran dan orang-orang Huang-jo Kwi-pang sudah
tersenyum-senyum karena mereka yakin bahwa pemuda yang
kurang ajar itu tentu akan roboh tewas . Mereka itu kecelik karena ternyata Cu
Sian dapat lewat dengan selamat .
Walaupun kedua tangannya tersentuh daun-daun yang di
sebari racun , akan tetapi agaknya dia tidak merasakan apa-apa ! Dengan langkah
lebar setelah memasuki lapangan
rumput , ia menghampiri para pimpinan Huang-ho Kwi-pang !
. Tentu saja kini bukan hanya Han Sin yang terheran-heran .
Tiga orang ketua Huang-ho Kwi-pang juga terheran-heran .
Akan tetapi kalau Han Sin merasa heran bercampur girang .
Sebaliknya tiga orang pemimpin Huang-ho Kwi-pang itu
merasa heran dan terkejut bukan main . Bagaimana mungkin ada orang yang
menyentuh daun-daun yang disebari racun itu tanpa keracunan " Pengemis itu masih
masih begitu muda , mungkinkah dapat memiliki kesaktian sehingga dapat menolak
daya racun itu " Akan tetapi setelah Cu Sian tiba dihadapan mereka , barulah
semua orang tahu mengapa pemuda remaja itu tidak keracunan . Ternyata kedua
tangannya itu memakai sepasang sarung tangan yang tipis dan warna nya sama
dengan kulitnya sehingga sepintas lalu dia seperti tidak memakai sarung tangan .
Su Ciong Kun , orang ketiga dari tiga orang ketua Huang-ho Kwi-pang itu semakin
heran ketika tiba-tiba Cu Sian
membungkuk , mengambil tanah dan menggosok-gosok kedua
tangan yang bersarung itu dengan tanah . Bagaimana bocah itu tahu bahwa penawar
racun itu adalah tanah " Setelah di gosok-gosok dengan tanah , maka racun yang
menempel pada sarung tangan itu akan punah kekuatannya . Dengan gerakan yang
tenang seperti orang memandang rendah , Cu Sian
berkata " Huh , segala macam racun tikus dipergunakan untuk menjebak orang ! "
Ia lalu melepaskan sepasang sarung
tangan itu dan memasukkannya ke dalam saku baju hitamnya yang longgar . Juga dia
hanya melirik satu kali ke arah Han Sin dan selanjutnya tidak mengacuhkannya .
Hek-mo-ko melangkah maju menghadapi pemuda pengemis
itu . Melihat pemuda itu berani melewati garis yang disebari racun tanpa
keracunan , dan pemuda itu bahkan berani
menghadapi mereka dengan sikap yang demikian tenang , dia bersikap hati-hati
karena dapat menduga bahwa pemuda itu tentu bukan orang sembarang saja .
" Hei , orang muda ! Siapakah engkau dan apa maksudmu
datang ke sini memandang rendah kepada kami ! " .
" Aku she Cu bernama Sian . Aku sama sekali tidak
memandang rendah kepada kalian . Akan tetapi aku memiliki kebiasaan untuk
mengatakan apa adanya . Kalian merasa jerih kepada orang-orang Kwi-to-pang di
sana itu , siapa yang tidak tahu " Kalau kalian hanya bersembunyi di sini
berlindung kepada pagar racun , lalu kapan kalian dapat menghancurkan Kwi-to-
pang ?" . " Hemmm , kalau menurut pendapatmu bagaimana yang
seharusnya kami lakukan ?" Hek-mo-ko bertanya .
"Ha-ha-ha , aku siap membantu Huang-ho Kwi-pang ,
dengan satu syarat , yaitu kalian harus menaati semua
perintah dan petunjukku . Bagaimana " Aku tanggung kalian akan dapat membasmi
Kwi-to-pang dan menguasai daerah
lembah Huang-ho " . Tiga orang pimpinan gerombolan itu saling pandang dan
mengerutkan alisnya . Menaati perintah seorang pengemis muda " Tentu saja mereka
tidak dapat menyetujinya, apalagi mereka belum melihat sampai dimana kelihaian
pemuda itu. "Bocah sombong !" teriak Cu siong Kun sambil meloloskan rantai bajanya. Rantai
dari baja itu sepanjang satu setengah meter, besar dan berat.
" Kau anggap engkau ini siapakah berani berlagak
sombong untuk memerintah kami " Coba ingin ku lihat
apakah engkau mampu menandingi rantai bajaku ini ! " .
Setelah berkata demikian Su Ciong Kun mengayun dan
emutar-mutar rantai bajanya .
" Wirrr .... wirrrrr ! " Rantai baja itu mengeluarkan bunyi mendesir ketika
menyambar ke arah kepala Cu Sian . Han Sin terkejut dan khawatir melihat
serangan yang hebat itu dan diam-diam dia sudah siap siaga untuk menolong
sekiranya pemuda remaja itu terancam bahaya . Akan tetapi dengan
gerakan ringan saja , Cu Sian telah dapat mengelak dan
menghindarkan diri dari sambaran rantai baja itu . Akan tetapi Su Ciong kun
memang lihai . Rantai baja yang luput
menyambar kepala itu sudah membalik dan sekali ini
menyambar ke arah pinggang Cu Sian . Pemuda remaja ini
menggerakkan tongkat bambunya menangkis . Tangkisan dari samping itu hanya
membuat sambaran rantai itu menyimpang dan secepat kilat tongkat itu sudah di
gerakkan menusuk kearah siku kanan Su Ciong Kun .
" Tuk-tuk ! " Dua kali ujung tongkat menotok dan terdengar Su Ciong Kun mengeluh
dan rantai di tangannya terlepas . Dia melompat ke belakang dengan mata
terbelalak . Melihat ini , Gu Ma It menerjang maju dan pedangnya sudah menyambar
ke arah leher Cu Sian . Cepat bukan main sambaran pedang itu dan terdengar bunyi
berdesing saking kuatnya tenaga yang menggerakkan pedang .
" Siinggg .... Takkkk ! " Pedang itu terpukul dari samping oleh tongkat bambu
sehingga menyeleweng dan tidak
mengenai sasaran . Sebaliknya , Cu Sian sudah membalas
dengan tusukan tongkatnya ke arah jalan darah di tubuh
lawan . Akan tetapi Gu Ma It dapat mengelak dan menangkis dengan pedangnya .
Sebetulnya , tingkat kepandaian Gu Ma It tidak berselisih jauh dengan tingkat
kepandaian Su Ciong Kun . Kalau tadi dalam beberapa gebrakan saja Su Ciong Kun
dapat dikalahkan oleh Cu Sian , hal ini adalah karena Su Ciong
Kun memandang rendah kepada pemuda remaja itu . Berbeda dengan Gu Ma It yang
sudah melihat adiknya kalah dan sudah maklum bahwa pemuda pengemis itu lihai
sekali maka dia berhati-hati dan tidakmemandang rendah . Kini Gu Ma It
memutar pedangnya . Dan melakukan serangan bertubi .
Namun gerakan Cu Sian amat lincahnya . Tubuhnya
berkelebat seperti seekor burung walet saja . Jug apemuda remaja itu memainkan
tongkatnya dengan ilmu tongkat yang di warisinya dari kakek nya .
Selagi dua orang ini saling serang dengan hebatnya , tiba-tiba Hek-mo-ko berseru
keras . " Tahan senjata ! Hentikan perkelahian ! " Dan dia sudah melompat ke
depan dan tongkat bajanya menghadang di antara kedua orang yang sedang
bertanding itu sehingga keduanya melompat ke belakang .
" Twa-suheng , aku belum kalah ......... " Gu Ma It
membantah suhengnya . ' Ji-sute , biar aku sendiri yang menghadapi sobat muda ini
! " kata Hek-mo-ko yang kemudian menghadapi Cu Sian
sambil berkata dengan suara mengandung keherannan " sobat
, aku ingin sekali merasakan hebatnya ilmu tongkatmu ! " .
" Majulah ! " tantang Cu Sian . " Aku tidak mencari
permusuhan dengan kalian . Akan tetapi bukan berarti aku takut . Setiap
tantangan akan kulayani !" .
Para anggota Huang-ho Kwi-pang memandang dengan
penuh perhatian . Tidak mereka sangka sama sekali bahwa pengemis muda itu
sedemikian lihainya . Bukan saja
mengalahkan Su Ciong Kun dengan mudah dan dapat
menandingi Gu Ma It , bahkan kini berani menyambut
tantangan Hek-mo-ko ! Han Sin juga menonton dengan hati tegang . Akan tetapii
kini dia tidak begitu khawatir lagi karena ternyata Cu Sian bukan hanya berlagak
, melainkan benar- benar memiliki kelihaian . Apa lagi dia dapat mengetahui dari sikap dan kata-
kata Hek-mo-ko bahwa orang pertama dari
pimpinan Huang-ho Kwi-pang ini tidak marah , melainkan
heran terhadap Cu Sian . " Sobat muda , sambut serangan tongkatku ! " dia
membentak dan mulai membuka serangannya dengan
gerakan tongkat ke depan , ujung tongkat tergetar menjadi banyak dan meluncur ke
arah dada pemuda remaja itu . Akan tetapi Cu Sian dengan sigap menyambut
serangan itu dengan lompatan ke kiri dan memutar tongkatnya menangkis ,
kemudia diapun membalas dengan totokan tongkatnya ke
arah lutut lawan . Hek-mo-ko melompat ke kanan untuk
menghindar serangan balasan itu . Kemudian tongkat bajanya yang berat dan
panjang sudah membuat gerakan melingkar
untuk menyapu kedua kaki Cu Sian ! .
" Bagus ! " Cu Sian berseru dan meloncat tinggi sehingga sapuan tongkat baja itu
tidak mengenai kakinya . Dari atas dia menggerakkan tongkat bambunya menotok ke
arah ubun-ubun kepala Hek-mo-ko . Serangan ini amat berbahaya bagi lawan dan
Hek-mo-ko agaknya mengerti akan hebatnya
serangan ini . Dia berseru nyaring dan menggerser kakinya sehingga tubuhnya
mengelak ke belakang dan serangan Cu
Sian itu luput . Mereka saling serang dengan serunya dan yang terheran-heran
kini adalah Han Sin yang mengikuti setiap gerakan mereka . Penglihatan Han Sin
yang tajam dan terlatih itu dapat menangkap persamaan jurus-jurus kedua orang
itu ! Biarpun gerakan jurus-jurus kakek tinggi besar bermuka hitam itu mempunyai
perkembangan yang berbeda , namun pada
dasarnya kedua orang itu memainkan ilmu tongkat yang sama
! Akan tetapi jelas kelihatan olehnya bahwa kalau Hek-mo-ko memiliki tenaga yang
lebih kuat , Cu Sian memiliki ginkang yang lebih sempurna sehingga pemuda
pengemis itu selalu dapat menghindarkan diri dengan cekatan , dan serangan-
serangan balasannya membuat kakek itu kewalahan .
Agaknya Hek-mo-ko juga maklum akan persamaan ilmu
tongkat itu , maka dia menangkis tongkat bambu yang
menusuk ke arah matanya lalu melompat ke belakang sambil berseru nyaring " Tahan
senjata ! " . Cu Sian menghentikan serangannya dan pemuda inipun
memandang lawannya dengan heran dan alis berkerut .
" Sobat muda , darimana engkau mempelajari Ta-houw-
tung ( Tongkat pemukul harimau ) " " Hek-mo-ko bertanya sambil melintangkan
tongkatnya ke depan dada .
" Hemmm , engkau seorang perampok dari mana engkau
mencuru Ta-houw-tung ilmu tongkat keluarga kami ?" Cu Sian juga menegur dan
melintangkan tongkat bambunya di depan dada , gerakannya persis sama dengan
gerakan tongkat Hek-mo-ko .
Mendengar pemuda ini menyebut ilmu tongkat Ta-houw-
tung sebagai ilmu tongkat keluarganya , Hek-mo-ko makin terherandan mengamati
wajah Cu Sian penuh perhatian .
Kemudian dia berkata dengan penuh penasaran . " Aku
Hek-mo-ko tidak mencuri ilmu tongkat . Ilmu ini sudah
kupelajari sejak aku muda , menjadi murid dan tokoh Hek I Kaipang di cabang uata
" . "Aha , aku tahu sekarang siapa engkau ! " kata Cu Sian
sambil tersenyum . " Engkau tenteulah paman Coa Gu yang dahulu menjadi wakil
ketua Hek I Kaipang cabang utara lalu dikeluarkan karena karena melanggar
peraturan ! " . Hek-mo-ko tertegun mendengar ini karena dia memang
bernama Coa Gu . Kurang lebih duapuluh tahun yang lalu dia
masih menduduki jabatan wakil ketua dari Hek I Kaipanmg .
Karena dia melakukan pelanggaran , maka oleh Ketua Hek I Kaipang pusat di Tiang-
an dia dikeluarkan dari Perkumpulan pengemis .
Setelah mengingat-ingat , diapun menghela napas dan
berkata " Orang muda , aku sekarangpun dapat menduga
siapa engkau . Engkau bernama Cu Sian . Nama margamu
sama dengan guruku yang dahulu terkenal dengan sebutan Cu Lokai , ketua pusat Hek I Kaipang di Tiang-an . Aku teringat
bahwa guruku itu mempunyai seorang putera bernama Cu Kak yang tidak setuju
dengan penghidupan sebagai pengemis . Cu Kak bahkan keluar , menjauhkan diri
dari Hek I Kaipang . Tentu engkau in putera dari Cu Kak , bukan " " .
" Tepat sekali , Paman Coa Gu ! " kata Cu Sian .
" Bagus ! " Hek-mo-ko Coa Gu menoleh dan berkata kepada dua orang saudaranya . "
Ternyata orang muda ini adalah keluarga sendiri . Dan dia telah datang , tentu
untuk membantu kami membinasakan Kwi-to-pang ! " .
" Tidak , Paman Coa Gu . Aku tidak membantu kalian dalam permusuhan kalian
dengan Kwi-to-pang . Aku memang
mempunyai permusuhan pribadi dengan Kwi-to-pang . Kwi-to-pang dan ketuanya telah
membunuh ayahku dan menyebabkan kematian Ibuku . Aku harus membasmi mereka
dan kebetulan kalian juga memusuhi mereka . Kita dapat
bekerjasama " . " Bagus , kita dapat bekerjasama kalau begitu " .
" Akan tetapi kalau paman dan anak buah paman hanya
bersembunyi saja di sini , bagaimana kita dapat
menghancurkan Kwi-to-pang ?" .
" Lalu apa yang harus kita lakukan " Mereka telah mengatur persiapan di sana dan
kita tidak tahu perangkap apa yang mereka pasang untuk menghadapi kita " .
" Harus ada seseorang yang pergi ke sana , menemui
mereka dan mempelajari keadaan dan kedudukan mereka " , kata Cu Sian .
" Akan tetapi hal itu berbahaya sekali ! " seru Hek-mo-ko . "
Mereka telah memasang baris pendam di mana-mana .
Bahkan empat orang anggota kami yang mengirim dua mayat anak buah mereka
terhadang di dalam perjalanan dan semua tewas " .
" aku tahu dan aku sendiri melihat nya tadi . Akan tetapi kalau aku yang pergi
ke sana , jangan harap mereka akan dapat menangkap aku ! " ucapan yang sombong
ini membuat Han Sin mengerutkan alisnya . Akan tetapi dia tidak mau mencampuri
urusan mereka , maka diapun diam saja dan
hanya mendengarkan . " Hek-mo-ko nampak girang bukan main . " Bagus ! Kalau engkau sendiri yang mau
pergi menyelidiki , kita pasti berhasil dan menang " .
" Akan tetapi aku baru mau membantu kalian kalau dua
syaratku di penuhi . Pertama kalian baru boleh menyerbu kalau sudah ku beri
isyarat . Dan kedua , sebelum aku pergi menyelidik keadaan musuh , pemuda yang
kalian tawan itu harus di bebaskan lebih dulu . Dia adalah seorang sahabatku "
. Cu Sian menuding ke arah Han Sin yang masih duduk di jaga oleh beberapa orang
anak buah itu . " Ah , tentu saja kami setuju . Pemuda itu kami tangkap karena kami mencurigai
dia sebagai mata-mata Kwi-to-pang .
Akan tetapi kalau dia itu sahabatmu berarti diapun orang sendiri dan sekarangpun
dia boleh bebas ! " .
Mendengar ini , Cu Sian lalu menghampiri Han Sin dan
dengan sikap menertawakan dia berkata , " Nah , Sin-ko , sekarang engkau bebas
dan boleh pergi kemana kau suka .
Akan tetapi kenapa engkau berada di sini sehingga di curigai dan di tangkap "
" . Han Sin tersenyum . Dari sikapnya , tahulah dia bahwa
sahabatnya itu hendak mengatakan bahwa tanpa sahabatnya itu , tentu dia akan
celaka ! . " Terima kasih , Sian-te . Aku hanya kebetulan saja berada di sini , tidak
bermaksud apa-apa . Akan tetapi aku di curigai dan di tangkap ! " .
" Hemmm , memang begitulah keadaannya . Dimana-mana
terdapat bahaya mengancam . Kalau tidak pandai-pandai
menjaga diri , bisa bertemu bahaya dan celaka " .


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Aku akanmenjaga diri baik-baik , Sian-te . Nah , aku pergi saja sekarang " ,
Han Sin bangkit berdiri .
" Apakah engkau tidak mau menanti saja sampai aku
membereskan urusanku ini kemudian kita melakukan
perjalanan bersama " " Cu Sian mendesak lagi .
" Tidak , terima kasih , Sian-te . Aku tidak mau
merepotkanmu " , jawab Han Sin dan segera dia
meninggalkan tempat itu .
Cu Sian kelihatan kecewa sekali , akan tetapi diapun tidak memaksa dan hanya
memandang sahabatnya itu pergi sampai lenyap di balik pohon-pohon .
Hek-mo-ko dan kawan-kawannya memandang heran .
Bagaimana seorang pemuda yang lihai seperti Cu Sian dapat
bersahabat dengan pemuda tolol seperti Cian Han Sin " Hek-mo-ko yang melihat Cu
Sian masih termenung memandang ke arah lenyapnya pemuda tawanan tadi , segera
berkata , " Cu-sicu , apakah yang akan kita lakukan sekarang " " .
Cu Sian seperti baru sadar dari lamunannya . " Kita menanti sampai matahari
condong ke barat . Aku akan menjadi pelopor dan jalan di depan . Kalian menikuti
aku sambil bersembunyi , jangan terlalu dekat . Semua rintangan dalam perjalanan
itu akan ku hadapi sendiri . Baru kalau perlu aku akan memberi isyarat dan
kalian boleh maju membantu . Kalau tidak ada isyarat , kalian diam saja dan
biarkan aku sendiri mangatasi rintangan .
Setelah tiba di perkemahan orang-orang Kwi-to-pang , aku akan masuk dan menemui
para pimpinannya . Kalian
mengepung sambil bersembunyi dan kalau aku sudah
memberi isyarat dengan terbakarnya sesuatu di sana , kalian boleh menyerbu masuk
. Aku akan membikin kacau di sana
sehingga orang-orang kwi-to-pang yang sedang panik oleh pengacauanku tidak
mempunyai banyak kesempatan untuk
membela diri ketika kalian menyerbu .
Tiga orang pimpinan itu mengangguk-angguk . Suatu
rencana yang amat berani dan amat membahayakan
keselamatan pemuda itu , akan tetapi karena yang
merencanakan Cu Sian , merekapun hanya mengangguk
setuju . **** Kwi-to-pang ( Perkumpulan Golok Setan ) adalah
perkumpulan perampok dan bajak sungai yang merajalela di sepanjang lembah Huang-
ho sejak puluhan tahun yang lalu .
Yang menjadi ketuanya adalah seorang laki-laki berusia lima puluh tahun yang
bertubuh tinggi besar . Mukanya penuh
brewok dan bernama Ban Koan , seperti juga para ketua
dahulu yang menurunkan kedudukan itu dari guru ke murid , Ban Koan juga seorang
yang ahli dalam ilmu silat golok besar dan diapun memakain julukan Sin-to-kwi
( Setan Golok Sakti ) . Dia mewarisi kedudukan ketua dari gurunya yang ketika hidupnya juga merupakan
seorang datuk yang lihai ilmu
silatnya . Gurunya itu berjuluk Sin-to-kwi-ong ( Raja Setan Golok Sakti ) .
Munculnya perkumpulan Huang-ho Kwi-pang di lembah
Huang-ho bagian utara itu tentu saja di anggap sebagai pihak yang hendak merebut
wilayah kekuasaan kwi-to-pang .
Beberapa kali terjadi bentrokan antara anak-anak buah
mereka . Maka para pimpinan masing-masing lalu mengajukan tantangan untuk
memperebutkan wilayah yang subur bagi
mereka itu . Banyak rombongan pedagang berlalu lalang , baik melalui darat
maupun melalui sungai sehingga keadaan
mereka yang berkuasa di daerah itu menjadi makmur dengan adanya pembayaran "
pajak " yang mereka kenakan pada para saudagar yang lewat .
Demikianlah , pada hari itu Ban Koan muncul sendiri
memimpin anak buahnya . Berbeda dengan dahulu , di waktu gurunya menjadi ketua ,
anak buah Kwi-to-pang sampai
berjumlah duaratus orang , kini anak buahnya hanya sekitar lima puluh orang saja
. Hal ini adalah keadaan pemerintahan yang kuat setelah berdirinya Kerajaan Sui
yang di pimpin oleh Kaisar Yang Cien . Kaisar pertama Kerajaan Sui ini berusaha
benar-benar untuk membasmi gerombolan penjahat , dan
ketika pasukan pemerintah datang menyerbu , banyak anak buah Kwi-to-pang yang
tewas dan banyak pula yang
ketakutan dan mengundurkan diri . Yang masih bertahan
hanyalah Ban Koan dan para pengikutnya berjumlah lima
puluh orang . Pada hari yang di tentukan , kedua pihak sudah saling
mendekati dan Kwi-to-pang membuat perkemahan di tepi
sungai , sedangkan pihak Huang-ho kwi-pang membuat
pertahanan di dalam hutan .
Sin-to-kwi Ban Koan menjadi marah sekali ketika dua orang penyelidiknya tewas
keracunan . Biarpun anak buahnya yang dia sembunyikan sebagai barisan pendam
telah berhasil membunuh empat orang anak buah musuh , akan tetapi tetap saja dia merasa jerih
untuk menyerbu setelah diketahuinya bahwa tempat pertahanan musuh itu disebari
racun yang amat berbahaya .
Dalam memimpin Kwi-to-pang , Ban Koan dibantu oleh
adiknya sendiri yang bernama Ban Ki dan berjuluk Siang-to-kwi ( Sepasang Golok
setan ) . Ban Ki juga seperguruan
dengan kakaknya , hanya bedanya kalau Ban Koan
bersenjatakan sebatang golok yang besar dan berat , Ban Ki terkenal dengan
senjatanya sepasang golok yang tipis dan ringan .
Pada hari itu , setelah kematian dua orang anggotanya , Ban Koan dan Ban Ki
hanya menunggu saja gerakan musuh .
Mereka sudah memasang perangkap berupa anak panah yang
menghadang di perjalanan mereka ke perkemahan mereka
secara sembunyi . Setelah matahari naik tinggi dan mulai condong ke barat , muncullah Cu Sian
mendekati tempat pertahanan Kwi-to-pang
. Dia berjalan seenaknya dengan lenggang dan langkah
panjang seolah dia sedang berjalan-jalan di dalam hutan itu .
Tiba-tiba dari balik semak belukar berlompatan empat orang yang memegang
sebatang golok besar . Empat orang itu
bergerak cepat dan sudah mengepung Cu Sian .
" Berhenti ! " bentak seorang di antara mereka . " Siapa engkau dan mau apa
berkeliaran di sini ! " .
Cu Sian bersikap tenang saja " Apakah kalian anggota Kwi-to-pang " Aku ingin
bertemu dengan ketua kalian ! " .
" Dia tentu mata-mata Huang-ho Kwi-pang !" teriak orang kedua . " Tangkap saja
dia ! " . Empat orang itu sudah menodongkan golok mereka . "
Hayo engkau menyerah , atau kami menggunakan kekerasan !
' . Cu Sian tersenyum mengejek . " Aku ingin bertemu dengan ketua Kwi-to-pang ! Aku
tidak sudi menyerah kepada kalian dan kalau hendak menggunakan kekerasan , ingin
aku melihat apa yang dapat kaulakukan kepadaku ! " .
" Keparat ! Serang ! " teriak orang pertama dan empat
batang golok sudah menyambar ke arah tubuh Cu Sian dan
empat penjuru . Akan tetapi empat orang itu hanya melihat bayangan berkelebat
dan serangan mereka luput . Cu Sian yang mempergunakan gin-kangnya melompat dan
menghindar , kini tertawa dan empat orang itu cepat memutar tubuh
mereka . Ternyata pemuda berpakaian seperti pengemis itu telah berada diluar
kepungan dan melintangkan tongkat
bambunya di depan dada sambil tertawa-tawa .
Empat orang itu menjadi marah dan penasaran . Kembali
mereka maju menyerang dengan golok besar mereka .
Nampak sinar berkelebat ketika empat batang golok itu
menyambar-nyambar . Akan tetapi dengan tenang Cu Sian
menggerakkkan tongkat bambunya , mengelak dan menangkis
, kemudian dengan gerakannya yang cepat tongkat bambunya menotok empat kali dan
empat orang itupun berseru kaget ketika golok mereka terlepas dari tangan mereka
yang mendadak menjadi lumpuh ! Maklum bahwa pemuda itu
terlalu lihai bagi mereka berempat , mereka lalu berlompatan dan berlari menuju
kelompok mereka . Cu Sian tertawa dan melanjutkan langkahnya menuju ke
perkemahan Kwi-to-pang . Akan tetapi tiba-tiba saja dari depan kanan kiri
menyambar beberapa batang anak panah
yang agaknya dilepas secara sembunyi oleh orang-orang yang berada dibalik batang
pohon dan semak-semak . Empat
batang anak panah itu dapat di elakkan dengan mudah oleh Cu Sian . Akan tetapi
kembali anak panah menyambar . Cu Sian menjadi marah dan dengan tongkatnya yang
di putar di bagian tubuhnya dia menangkis dan empat batang anak
panah itu dapat di runtuhkan . Kemudian dia melompat cepat ke arah belakang
semak-semak dan melihat empat orang
melarikan diri . Kiranya empat orang itu bertugas menyerang pelanggar tempat itu
dengan anak panah dan melihat betapa serangan mereka sia-sia , mereka menjadi
jerih dan cepat pergi dari tempat persembunyian itu .
Gerombolan yang di pimpin Hek-mo-ko dan kawan-
kawannya , yang berindap-indap mengikuti Cu Sian , tentu saja melihat semua
peristiwa itu dan mereka merasa gembira sekali menyaksikan betapa dengan amat
mudahnya Cu Sian mengatasi itu . Diam-diam mereka terus mnegikuti Cu Sian dari jauh .
Cu Sian terus melangkah maju menghampiri tempat
pertahanan Kwi-to-pang . Tempat itu di kelilingi pohon bambu dan begitu dia
mendekati pohon bambu , dari balik bambu itu berloncatan banyak orang dan tahu-
tahu dia sudah di kepung oleh puluhan orang ! .
Cu Sian berdiri dengan tenang dan memandang ke
sekeliling . Akhirnya dia melihat munculnya seorang laki-laki
berusia limapuluh tahun lebih . Laki-laki ini tinggi besar bermuka penuh brewok
dan tangannya memegang sebatang
golok besar . Jantung Cu Sian berdebar tegang melihat orang ini . Agaknya inilah
orangnya yang dimaksudkan oleh para piau-su itu . Orang yang menjadi kepala
perampok Kwi-to-pang , orang yang telah membunuh ayahnya . Di sebelah laki-laki
yang bukan lain adalah Sin-to-kwi Ban Koan itu , berdiri adiknya , Ban Ki adalah
seorang laki-laki berusia empat puluh lima tahun yang bertubuh jangkung kurus ,
mukanya yang kurus itu berbentuk meruncung seperti muka tikus , dan
sepasang matanya bersinar kejam .
" Orang muda , siapakah engkau dan mau apa engkau
mencari ketua Kwi-to-pang ?" bentak Ban Koan dengan suara mengguntur .
" Namaku Cu Sian dan aku memang sengaja datang untuk
bertemu dengan ketua Kwi-to-pang . Apakah engkau yang
menjadi ketua Kwi-to-pang ?" .
Ban Koan memandang penuh perhatian . Tadi dia
mendapat laporan bahwa seorang pemuda remaja hendak
bertemu dengannya dan pemuda itu lihai bukan main , telah mengalahkan empat
orang penjaga dan bahkan mampu
menghindarkan diri dari serangan anak panah . Dia merasa heran . Pemuda ini
masih remaja dan ternyata hanya seorang pengemis . Tentu bukan pengemis
sembarangan , pikir Ban Koan . Dia menahan kemarahannya .
" Hemmm , benar akulah Sin-to-kwi Ban Koan , ketua Kwi-
to-pang dan ini adalah wakilku , juga adikku bernama Ban Ki dan berjuluk Siang-
to-kwi " . Mendengar ini , Cu Sian hampir tidak dapat menahan
kemarahannya lagi . Akan tetapi dia ingin mendapatkan
kepastian . " Ban-pangcu aku mendengar bahwa Kwi-to-pang
berkuasa di daerah ini , di sepanjang Lembah Huang-ho
selama puluhan tahun . Benarkah itu ?" .
" Tidak salah . Kwi-to-pang menguasai wilayah ini sejak puluhan tahun yang lalu
sampai sekarang " , jawab Ban Koan dengan bangga . Karena dia menduga bahwa
pengemis muda ini mungkin ada hubungan dengan Huang-ho Kwi-pang , maka dia menjawab untuk
menjelaskan bahwa Kwi-to-pang lah yang berkuasa di situ sejak lama dan Huang-ho
Kwi-pang merupakan pihak yang melanggar batas kekuasaanya .
" Dan benarkah bahwa Kwi-to-pang merupakan
perkumpulan perampok yang ganas dan jahat , bukan hanya suka merampok , akan
tetapi juga tidak segan untuk
membunuhi korbannya ?" .
" ha-ha-ha-ha ! " Sin-to-kwi Ban Koan tertawa bergelak
sehingga perutnya yang besar terguncang . Melihat ketua mereka menertawakan
pertanyaan itu , para anak buahnya
juga tertawa sehingga ramailah keadaan di tempat itu . " Kami yang berkuasa di
wilayah ini , maka siapa saja yang lewat disini , harus tunduk akan peraturan
kami . Mereka harus menyerahkan sebagian dari milik mereka kepada kami dan
kalau mereka menolak dan melawan , tentu saja kami bunuh !
" . Sepasang mata Cu Sian berkilat . Tidak salah lagi , tentu orang ini yang telah
menewaskan ayahnya . " Ban-pangcu , karena mendengar itulah aku datang mencarimu
. Engkau kejam dan jahat , sudah merampok , membunuh pula . Aku
datang untuk menantangmu bertanding , hendak ku lihat
sampai dimana kehebatan golok setanmu ! " .
Sin-to-kwi Ban Koan membelalakan sepasang matanya yang
sudah lebar itu , kemudian dia tertawa lagi , terbahak-bahak .
" Ha-ha-ha-ha ! Engkau ....... " Anak kecil jembel kelaparan ini menantangku "
Ha-ha-ha-ha ! " . "Twa-ko , untuk membunuh bocah gila ini , tidak perlu
engkau turun tangan sendiri . Cukup sepasang golokku saja yang akan mencincang
tubuhnya sampai hancur ! " kata Ban Ki sambil mencabut sepasang golok tipis itu
dan mengamangkannya . " Aha , engkau tikus kurus tidak perlu ikut campur ! " kata Cu Sian . " Aku
menantang Sin-to-kwi Ban Koan , kalau dia berani menandingiku barulah dia pantas
menjadi kepala rampok . Akan tetapi kalau dia pengecut dan tidak berani , mengakulah saja dan
aku akan menghadapi engkau tikus
kurus ini ! " . Bukan main marahnya Ban Ki dimaki tikus kurus oleh
seorang pengemis muda ! Dia sudah memutar dua goloknya , akan tetapi kakaknya
membentak . " Mundurlah ! Bocah
bermulut lancang ini memang yang sudah bosan hidup . Biar aku sendiri yang
membunuhnya ! " . Setelah berkata demikian
, ban Koan meloncat ke depan . Agaknya dia memandang
rendah kepada lawannya , maka dia tidak mencabut goloknya melainkan menyerang
dengan pukulan tangannya yang besar ke arah muka Cu Sian .
Akan tetapi dengan mudah saja Cu Sian mengelak dengan
menundukkan kepalanya sehingga pukulan itu lewat di atas kepalanya . Pemuda itu
melangkah ke depan dan tangannya menghantam perut lawan . Ban Koan terkejut
melihat kelincahan lawan . Cepat tangan kirinya menangkis dan
terpaksa dia melangkah ke belakang dan ketika melihat
pemuda itu menusukkan dua jari tangannya ke arah matanya , dia mengerahkan
tenaga untuk menangkis . Dia
mengharapkan tangkisan yang kuat itu akanmematahkan
tulang lengan lawan , atau sedikitnya mendatangkan rasa nyeri .
" Duukkk .... ! " Keduanya terdorong ke belakang dan
kembali Ban Koan terkejut . Pemuda jembel itu ternyata
memiliki tenaga yang kuat , dapat menandingi tenaganya !
Dengan kemarahan yang mulai mendidih , dia menendang
dengan kaki kirinya yang panjang dan kokoh . Namun Cu Sian dengan mudah mengelak
dan tiba-tiba dia sudah menusukkan tongkat bambunya menotok ke arah pinggang
lawan . " Aahhh ..... ! " ban Koan terpaksa melempar tubuh ke
belakang sehingga dia terjengkang , akan tetapi tubuh yang tinggi besar itu


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ternyata dapat bergerak gesit juga dan dia sudah berjungkir balik sekali ke
belakang . Kini Ban Koan tidak berani memandang ringan dan dia tahu bahwa
lawannya memang lihai sekali . Baru beberapa gebrakan saja tahulah dia bahwa dalam hal
kecepatan gerakan , dan hal ini
membahayakn dirinya . Juga dia tidak dapat mengharapkan tenaganya karena pemuda
itupun memiliki tenaga yang kuat .
Maka cepat dia menggerakkan tangan dan dia sudah
memegang sebatang golok besar yang berkilauan saking
tajamnya ! . Cu Sian yang merasa yakin dia berhadapan dengan
pembunuh ayahnya . Sejak tadi sudah merasa seolah hatinya terbakar oleh dendam
dan kebencian . Akan tetapi dia tidak mau membiarkan kemarahannya menguasainya .
Dia tetap tenang dan maklum bahwa lawannya adalah seorang yang
berbahaya , apalagi kalau sudah memegang goloknya .
Kiranya tidak percuma orang itu berjuluk Sin-to-kwi ( Setan Golok Sakti ) . Dia
tetap tenang dan waspada . Dia yakin akan mampu menandingi musuh besar ini .
Walaupun musuh besar ini telahmengalahkan dan membunuh ayahnya , akan tetapi
dia merasa yakin bahwa sekarang tingkat kepandaiannya
sudah jauh melampaui tingkat ayahnya dahulu .
" Siinggg ..... ! " Golok besar itu mengeluarkan bunyi
mendesing ketika Ban Koan mengayunnya dalam bacokan
dahsyat ke arah leher Cu Sian . Cu Sian menekuk kedua
kakinya merendahkan tubuh sehingga golok itu menyambar di atas kepalanya dan
kesempatan itu dia pergunakan untuk
menyerang dada lawan dengan totokan . Ban Koan terkejut dan cepat tangan kirinya
bergerakmenangkis tongkat lalu melompat mundur .
Setelah terhindar dari totokan berbahaya itu , Ban Koan kembali menyerang .
Goloknya bergerak cepat , golok
yangbesar dan berat itu seolah benda ringan sekali di
tangannya . Golok itu lenyap bentuknya dan menjadi gulungan sinar putih yang
menyilaukan membuat tubuhnya
berkelebatan bagaikan seekor burung walet sehingga sukar sekali di serang . Juga
serangan balasan Cu Sian tidak kalah hebatnya karena pemuda itu menyerang dengan
totokan-totokan ke arah jalan darah yang mematikan .
Pertandingan itu sungguh menegangkan . Golok di tangan
Ban Koan itu berbahaya sekali , akan tetapi Cu Sian ternyata mampu menandinginya
dengan kecepatan gerakannya .
Mereka saling serang dan tubuh mereka berkelebatan ke sana sini . Sampai lima
puluh jurus lebih belum juga ada yang roboh walaupun perlahan-lahan Cu Sian
mulai dapat mendesak lawannya . Melihat kakaknya tidak mampu mengalahkan pemuda itu
bahkan terdesak , Ban Ki menjadi penasaran dan marah . Bagi dia dan kakak nya ,
mereka tidak mengenal sifat kegagahan yang pantang melakukan pengeroyokan . Ban
Ki berseru keras dan meloncat memasuki gelanggang perkelahian itu dengan
sepasang goloknya . Tanpa peringatan lagi dia sudah
menyerang Cu Sian dengan ganas nya . Cu Sian mengelak
dengan cepat ketika sepasang golok itu menyambar ke arah tubuhnya .
" Pengecut ! " bentaknya , namun kakak beradik itu tidak peduli dan segera
mengeroyoknya . Bahkan anak buah Kwi-to-pang mulai mengepung dan mengancam
dengan golok mereka untuk mengeroyok Cu Sian .
Cu Sian terkejut sekali . Dia telah masuk perangkap , telah di kepung dan tidak
mungkin meloloskan diri dari
pengepungan puluhan orang itu . Mulailah dia merasa
menyesal , karena dorongan dendam kebencian , dia lupa
bahwa di berada di tengah-tengah gerombolan yang
berbahaya . Saking marahnya berhadapan dengan pembunuh
ayahnya dia langsung menantang . Padahal , seharusnya dia mencari kesempatan
dulu untuk memberi isyarat kepada
Huang-ho Kwi-pang yang saat itu tentu menanti-nanti
isyaratnya . Kini dia telah terkepung , tidak sempat lagi memberi isyarat dan
dia lalu nekat mengamuk , tubuhnya
berkelebatan ke sana sini menghadapi pengeroyokan kakak beradik itu . Akan
tetapi dia terdesak hebat karena dua orang lawannya adalah orang-orang yang ahli
bermain golok . Beberapa kali nyaris tubuhnya terbacok golok . Cu Sian
memaklumi keadaan bahaya ini , akan tetapi karena tidak melihat jalan keluar
untuk meloloskan diri , dia lalu mengamuk dan membela diri sekuat mungkin .
Pada saat yang amat gawat bagi keselamatan Cu Sian itu , tiba-tiba nampak sinar
dan asap di susul teriakan banyak orang , " Kebakaran ! Kebakaran ! " . Dan
sebagian dari anak buah Kwi-to-pang berlarian untuk memadamkan sebuah tenda yang
terbakar . Cu Sian merasa terheran-heran . Mestinya dia yang membuat api sebagai
isyarat kepada orang-orang
Huang-ho Kwi-pang ! Akan tetapi siapapun penyebab
kebakaran , hal itu menguntungkan bagi Cu Sian dan diapun mengamuk sehingga
kedua orang lawan yang mengeroyoknya
mundur . Apa lagi Ban Koan dan Ban Ki juga terheran-heran melihat adanya
kebakaran . Selagi mereka meragu , terdengar sorak sorai dan puluhan orang Huang-ho Kwi-pang
datang menyerbu . Terjadilah
pertempuran yang hebat . Hek-mo-ko Coa Gu ketua Huang-ho Kwi-pang segera
membantu Cu Sian yang di keroyok dua . Kini Cu Sian hanya melawan Ban Koan
seorang , sedangkan Hek-mo-ko
bertanding melawan Ban Ki Gu Ma It dan Su Ciong Kun , dua orang ketua yang lain
dari Huang-ho Kwi-pang memimpin
anak buah mereka menyerang orang-orang Kwi-to-pang .
Terjadilah pertempuran mati-matian .
Karena orang-orang Huang-ho Kwi-pang lebih banyak ,
mereka di pimpin oleh dua orang ketua itu , maka pihak Kwi-to-pang menjadi
terdesak hebat . Sementara itu Cu Sian
mendesak lawannya dengan sengit dan akhirnya , tongkat
bambunya berhasil menotok dada Ban Koan . Sin-to-kwi Ban Koan berseru keras dan
roboh terjengkang dan sebelum dia sempat membela diri , Cu Sian sudah mengirim
dua kali totokan pada leher dan dadanya dan tewaslah Ban Koan tanpa dapat mengeluarkan
suara lagi . Pertandingan antara Ban Ki dan Hek-mo-ko juga
berlangsung sengit dan berimbang . Akan tetapi , ketika Ban Ki melihat kakaknya
roboh dan tewas , permainan sepasang goloknya menjadi kacau dan kesempatan ini
dipergunakan oleh Hek-mo-ko untuk menusuukan tongkat bajanya ke arah ulu hati Ban Ki . Siang-
to-kwi Ban Ki terjengkang dan tewas
karena tongkat baja itu telah menembus baju dan kulit
dadanya . Melihat robohnya dua orang pimpinan mereka , sisa anak
buah kwi-to-pang menjadi panik dan mereka lalu melarikan diri cerai berai .
Hanya belasan orang saja di antara mereka yang dapat lolos . Selebihnya tewas
dalam pertempuran itu . Hek-mo-ko Coa Gu , Gu Ma It dan Su Ciong kun bergembira bukan main karena
kemenangan itu berarti bahwa kini
merekalah yang menjadi penguasa tunggal di daerah lembah Huang-ho ! Para anak
buah Huang-ho Kwi-pang juga bersorak gembiara atas kemenangan itu . Cu Sian
masih berdiri termenung memandangi mayat Ban Koan ketua Kwi-to-pang .
Hatinya merasa terharu bahwa akhirnya dia mampu membalas kematian ayah ibunya ,
bahkan berhasil pula membantu
Huang-ho Kwi-pang untuk membasmi gerombolan Kwi-to-
pang yang dahulu merampok ayahnya .
Dia masih termenung ketika Hek-mo-ko dan dua orang
adiknya menghampiri dan mereka bertiga memberi hormat
kepadanya . Hek-mo-ko berkata dengan gembira " Bantuan
Cu-sicu sungguh tak ternilai harganya bagi kami " .
Seperti orang dalam mimpi karena masih termenung , Cu
Sian berkata . " Aku tidak membantu siapa-siapa , aku hanya ingin membalas
kematian ayah ibuku " .
" Biarpun demikian , tanpa bantuan Cu-sicu , akan sukarlah bagi kami untuk
memperoleh kemenangan . Kini kami telah menang dan mulai saat ini , yang
menguasai Lembah Huang-ho di daerah ini adalah kami Huang-ho Kwi-pang ! " kata
Hek-mo-ko lantang sehingga terdengar oleh semua anak buahnya .
Mendadak terdengar suara yang lebih lantang lagi , suara yang bergema sampai
jauh dan yang menggetarkan hutan itu
. " Siapa bilang Huang-ho Kwi-pang yang berkuasa ! Masih ada aku di sini ! " .
Semua orang terkejut dan menoleh , Entah dari mana
datangnya tiba-tiba saja di situ telah berdiri seorang kakek yang menyeramkan .
Kakek itu usianya paling sedikit enam puluh tahun . Ubuhnya masih tegak dan
tinggi besar , kepalanya botak dan ukuran kepala itu besar sekali . Rambut kepalanya hanya
tumbuh di bagian bawah dari belakang
telinga sampai ke tengkuk dan rambut ini tebal dan hitam sekali . Tubuhnya yang
tinggi besar itu mengenakan pakaian dari bulu beruang di bagian luarnya .
Sedangkan celana dan bajunya dari kain sutera . Tangannya memegang sebatang
tongkat berkepala naga dan berwarna hitam mulus .
Sepatunya dari kulit binatang . Penampilan kakek ini nampak lucu akan tetapi
juga menyeramkan . Mendengar ucapan
kakek itu , tentu saja tiga orang pimpinan Huang-ho Kwi-pang menjadi marah
sekali . " Haiiii ! Apa maksudmu dengan kata-kata tadi " " bentak Hek-mo-ko .
" Siapa engkau , manusia lancang mulut ! " bentak pula Su Ciong Kun dengan marah
. " He-he-he-he , kalian seperti tikus-tikus selokan hendak berlagak harimau !
Kata-kataku sudah jelas . Tidak ada yang berkuasa di lembah Huang-ho kecuali aku
. Mulai hari ini , aku lah yang berkuasa dan siapa pun baru berhak hidup di sini
setelah memperoleh ijin dariku " .
" Manusia sombong ! Mengakulah siapa engkau sebelum
kami membinasakan kamu !" kini Gu Ma It yang berteriak
marah . " He-he-he ! Namaku Ma Giok , akan tetapi mulai sekarang akulah datuk utara dan
julukanku Pak-te-ong ( Raja Bumi Utara ) ! "
Tiga orang pimpinan Huang-ho Kwi-pang itu saling pandang dan mereka tidak
mengenal nama ini di antara tokoh-tokoh kang-ouw . Maka mereka memandang
rendah . " Ma Giok , bersiaplah untuk mampus ! " bentak Su Ciong Kun dan dia sudah
menyabitkan sebatang pisau yang sudah di rendam racun . Jangankan terkena dengan
tepat , baru tergores sedikit saja oleh senjata rahasia ini sudah cukup untuk merenggut nyawa
orang ! . Akan tetapi kakek botak itu hanya mengibaskan lengan
bajunya dan pisau itu mencelat ke samping dan lenyap ke dalam semak-semak .
" Ha-ha-ha , tikus-tikus tidak tahu diri . Apakah kalian masih mempunyai
permainan lain lagi ?" .
Hek-mo-ko tentu saja tidak rela melihat ada orang hendak merebut kekuasaan
mereka begitu saja . Dia sudah
menggerakkan tongkat bajanya dan berseru kepada dua orang adiknya . " Serang ! "
ini merupakan aba-aba bagi kedua orang itu untuk menyerbu dan tanpa banyak cakap
lagi Gu Ma It menggerakkan pedangnya dan Su Ciong Kun menggerakkan rantai
bajanya . Cu Sian menyingkir dan menjauh sambil tersenyum
mengejek . Dia muak melihat sikap tiga orang pimpinan
Huang-ho Kwi-pang itu yang tanpa malu-malu lagi melakukan pengeroyokan kepada
seseorang yang belum mereka kenal
dan ketahui bagaimana tingkat kepandaiannya .
Dia tidak ingin mencampuri urusan itu , akan tetapi diapun tertarik dan ingin
menonton pertandingan itu . Dia melihat di
sebelah kirinya terdapat sebatang pohon dan diapun meloncat ke atas cabang pohon
itu dan duduk seenaknya .
Hek-mo-ko Coa Gu , Su Ciong Kun dan Gu Ma It sudah
maju menerjang kakek botak itu . Tongkat baja ek-mo-ko
menyambar ke arah kepala botak itu , pedang di tangan Gu Ma It menusuk ke arah
dada , sedangkan rantai baja Su Ciong Kun menyambar ke arah pinggang ! Hebat
sekali serangan tiga orang secara berbarengan itu dan agaknya kakek gundul itu tidak akan mampu
menghindarkan diri lagi . Akan tetapi Cu Sian yang menonton dari atas ,
terbelalak melihat kakek botak yang bernama Pak-te-ong Ma Giok itu sama sekali
tidak bergerak dari tempat dia berdiri .
" Duukkk ! " kapala botak licin itu terpukul tongkat baja Hek-mo-ko , akan
tetapi kepala itu tidak apa-apa bahkan tongkat itu telah di sambar tangan kiri
Pak-te-ong dan di rampasnya . Ketika pedang menusuk ke arah dadanya , dia
menancapkan tongkatnya sendiri ke atas tanah dan tangan kanannya mengangkap
pedang itu begitu saja dan sekali tarik
, pedang itupun dirampasnya . Rantai baja itu mengenai
pinggang dan melibatnya , akan tetapi sekali kakinya
menendang , Su Ciong Kun terlempar dan rantai baja itu tetap melibat pinggang
Pak-te-ong . Kembali kedua kakinya itu menyambar bergantian dan Hek-mo-ko
terlempar kebelakang sedangkan Gu Ma It juga terpelanting !
Jilid 9 " He-he-he ! Tikus-tikus kecil bertingkah ! Terimalah
kembali senjata kalian ! " Tubuhnya bergerak , tongkat dan pedang rampasan
meluncur dari kedua tangannya sedangkan begitu pinggangnya di gerakkan , rantai
baja itupun meluncur bagaikan seekor ular terbang menyambar mangsanya . Tiga
macam senjata itu meluncur ke arah pemilik masing-masing
dan terdengar teriakan-teriakan mengerikan ketika tiga orang pimpinan Huang-ho
Kwi-pang itu baru saja bangkit terkena senjata mereka sendiri . Demikian kuatnya
tenaga yang mendorong senjata-senjata itu sehingga tongkat baja itu menembus dada Hek-mo-
ko , pedang menancap di leher Gu
Ma It dan rantai baja mengenai kepala Su Ciong Kun sehingga kepala itu menjadi
remuk . Ketiganya tewas di saat itu juga ! .
Semua anak buah Huang-ho Kwi-pang yang melihat betapa
tiga orang pimpinan mereka tewas sedemikian mudahnya oleh kakek botak itu ,
menjadi terkejut dan ketakutan . Mereka serta merta menjatuhkan diri berlutut di
depan kaki kakek itu sambil minta ampun .
" He-he-he-he ! " Pak-te-ong tertawa mengelak sambil
mencabut tongkatnya dan mengelus perutnya yang gendut .
Boleh aku mengampuni kalian , akan tetapi mulai saat ini , kalian hanya taat
kepada Pak-te-ong ! Akulah satu-satunya pemimpin di seluruh wilayah Lembah
Huang-ho ini . Kalian mengerti ?" .
Puluhan orang yang ketakutan itu mengangguk-angguk
seperti sekumpulan ayam memasuki beras dan menyatakan
kesanggupan mereka . Pak-te-ong kembali tertawa bergelak sehingga mukanya di tengadahkan . Akan
tetapi tiba-tiba tawanya terhenti karena matanya dapat melihat Cu Sian yang
masih duduk menggoyang kaki di atas cabang pohon . " Heeiiii , engkau !
Turun lah engkau ! Apakah engkau ingin membalas kematian tiga orang sahabatmu
ini ?" . Cu Sian tahu benar bahwa kakek botak itu memiliki
kesaktian yang luar biasa . Dari cara dia menewaskan tiga orang pimpinan Huang-
ho Kwi-pang saja tahulah dia bahwa kakek itu sama sekali bukan lawannya . Akan
tetapi , dia tidak memperlihatkan sikap takut , dia meloncat turun dari atas cabang pohon dan
berkata sambil lalu saja . Aku bukan
sahabat mereka dan urusanmu dengan mereka tidak ada
sangkut pautnya dengan aku ! " Setelah berkata demikian Cu Sian menyeret tongkat
bambunya dan melangkah pergi dari situ .
Melihat pengemis muda itu pergi seenaknya saja , Pak-te-ong berseru kepadanya "


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Heiii , jembel muda . Sebelum pergi engkau harus berlutut dan menyatakan takluk
kepadaku , baru engkau boleh pergi ! " .
Cu Sian memiliki watak yang lincah jenaka dan gembira , akan tetapi di samping
itu juga tabah sekali dan tidak
mengenal rasa takut . Mendengar ucapan kakek itu , dia
berhenti melangkah dan memutar tubuhnya memandang
kakek itu dengan sepasang mata yang bersinar . " Pak-te-ong
, aku bukan perampok dan aku tidak akan menakluk
kepadamu atau kepada siapa pun juga ! " . Setelah berkata demikian , dia
melanjutkan langkahnya . " Heh ! Kalian ! Perintahku pertama kepada kalian .
Tangkap dan seret jembel itu ke depan kakiku ! " .
Kurang lebih lima puluh orang anggota Huang-ho Kwi-pang itu tidak berani
membantah . Dengan senjata di tangan
mereka lalu bangkit dan lari menyerbu ke arah Cu Sian .
Melihat ini Cu Sian menjadi marah . Dia menyambut dan
dengan gerakan cepat tongkatnya , dia telah merobohkan
empat orang pengeroyok yang datang paling depan . Akan
tetapi para pengeroyok itu mengepung dan menyerangnya
dari semua penjuru . Cu Sian menjadi marah dan dia
memainkan tongkatnya sedemikian rupa sehingga tongkat
bambu itu berubah menjadi gulungan sinar kuning yang
menyelimuti tubuhnya sehingga semua serangan itu terpental kembali . Bahkan dia
mampu merobohkan lagi delapan orang .
Melihat betapa lihainya pengemis muda itu , Pak-te-ong
terkejut dan marah sekali . Baru saja mengumumkan diri
menjadi pemimpin tunggal di Lembah Huang-ho , sudah ada seorang yang berani
menentangnya dan orang itu hanya
seorang pengemis muda ! Mata Pak-te-ong terbelalak dan
mukanya berubah kemerahan karena marah nya .
" Kalian semua mundur ! " bentaknya sengan suara
mengeledek . Biar aku sendiri yang akan menghajar jembel busuk ini ! " .
Para anggota Huang-ho Kwi-pang memang sudah merasa
jerih kepada Cu Sian yang amat lihai ilmu tongkatnya itu , maka ketika kakek
botak itu menyuruh mereka mundur ,
mereka pun dengan cepat mengundurkan diri .
Pak-te-ong maju beberapa langkah dan setelah jarak antara dia dan Cu Sian
tinggal sepuluh meteran , dia mendorongkan tangan kirinya dengan telapak tangan
terbuka ke arah pemuda jembel itu . Angin yang kuat menyambar ke arah Cu Sian .
Pemuda itu mengenal pukulan jarak jauh yang amat
berbahaya . Dia segera mengelak ke samping akan tetapi
tetap saja dia terhuyung ke belakang .Maklum bahwa dia bukan lawan kakek sakti
itu , Cu Sian lalu meloncat jauh dan melarikan diri .
" Jembel busuk ..... ! " teriak Pak-te-ong sambil melakukan pengejaran . Akan
tetapi Cu Sian berlari semakin cepat dan menghilang di balik pohon-pohon besar .
Pak-te-ong juga mengerahkan ginkangnya dengan penasaran .
" Pengemis muda , engkau tidak akan dapat melepaskan
diri dari tanganku ! " cepat sekali tubuh kakek ini berkelebat di depan .
Akan tetapi , setelah dia memperpendek jarak antara dia dan yang dikejarnya ,
tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan di depannya berdiri seorang pemuda yang
pakaiannya sederhana , sinar matanya lembut dan mulutnya tersenyum-senyum .
" Sungguh memalukan seorang datuk besar mendesak
seorang pemuda remaja ! " kata pemuda itu yang bukan lain adalah Han Sin .
Pak-te-ong terpaksa berhenti dan dia memandang kepada
Han Sin dengan marah . " Minggir atau engkau akan ku bunuh lebih dulu ! "
bentaknya . " He-he, bukan main galaknya . Pak-te-ong , hentikan
pengejaranmu . Lawan yang sudah lari tidak baik di kejar " , Han Sin berkata
dengan lagak menasehati .
" Keparat , mampuslah ! " bentak Pak-te-ong sambil
mendorongkan tangan kirinya ke arah Han Sin dengan ilmu pukulan jarak jauh . Han
Sin juga mendorong tangan kanan nya .
" Deeesss ..... ! " keduanya terdorong ke belakang dan Pak-te-ong terkejut bukan
main . Pemuda ini mampu menolak
pukulan jarak jauhnya dan membuat dia terdorong ke
belakang ! Dari bukti ini saja dapat di ketahui bahwa dia berhadapan dengan
seorang pemuda yang memiliki
kepandaian tinggi . Maka , dengan hati penasaran dan marah , dia mengegerakkan
tongkat kepala naga nya menyerang
bagaikan badai mengamuk dan setiap pukulannya dahsyat
sekali . Akan tetapi untuk kedua kalinya kakek itu merasa terkejut bukan main . Semua
pukulannya mengenai tempat kosong
dan dua kali pemuda itu bahkan berani menangkis tongkatnya dengan tangan
kosong ! Jarang ada lawan yang akan mampu bertahan lebih dari lima jurus kalau
dengan tangan kosong menghadapi tongkatnya . Apalagi lawan itu seorang pemuda
seperti ini . Setelah belasan jurus dia menyerang tanpa hasil , Tiba-tiba Han
Sin melompat ke kiri dan melarikan diri .
" Heeiii , jangan lari ! " Pak-te-ong membentak dan
mengejar , akan tetapi pemuda itu telah lenyap tanpa
meninggalkan bekas . Han Sin memang tidak ingin berkelahi .
Kalau tadi dia menghalangi Pak-te-ong , hal itu dia lakukan untuk memberi
kesempatan Cu Sian melarikan diri , setelah dia merasa bahwa Cu Sian telah
berlari jauh dan kakek itu tidak akan dapat mengejarnya lagi , diapun
meninggalkan lawan yang amat lihai itu .
Setelah gagal mencari kedua orang pemuda itu , dia
melampiaskan kekecewaannya dan kemarahannya dengan
mengobrak-abrik hutan , menumbangkan banyak pohon-
pohon dengan tongkatnya , akhirnya Pak-te-ong kembali ke tempat dimana anggota
Huang-ho Kwi-pang masih berkumpul
. Dan sejak hari itu , gegerlah daerah Lembah Huang-ho
dengan munculnya seorang tokoh baru yang menundukkan
semua golongan sesat dengan kepandaiannya yang tinggi .
Mereka yang mau tunduk dan menakluk , menjadi anak
buahnya dan mereka yang berani menentang di bunuhnya .
Terkenallah nama Pak-te-ong di dunia kang-ouw sebagai
seorang datuk utara yang sakti .
**** Harus di akui bahwa Kaisar Yang Ti meneruskan politik lebih tegas dari mendiang
Yang Chien , ayahnya . Terusan-terusan
yang menghungkan kedua sungai Huang-ho dan Yang-ce di
lanjutkan dan diperluas , bahkan diteruskan sampai ke Hang-couw . Pekerjaan
besar yang di mulai oleh Kaisar Yang Chien ini di lanjutkan oleh Kaisar Yang
Ti . Juga politik luar negerinya melanjutkan apa yang telah di lakukan oleh
kaisar Yang Chien , yaitu menundukkan kembali daerah-daerah yang dahulu
memberontak dan memisahkan diri . Bahkan lebih luas lagi dia bertindak , bukan
saja Tong-kin dan n-nam di tundukkan , juga dia melakukan gerakan di utara dan
barat . Kaisar Yang Ti mengirim pasukannya ke daerah yang kini di namakan Mongolia Dalam
, Mongolia Luar , Kokonor , Sin-kiang , bahkan ke Asia Tengah yang pada waktu
itu di diami bangsa-bangsa Toba , Turki dan Mongol dengan banyak suku-sukunya .
Di antara suku-suku bangsa itu terdapat banyak pertikaian dan permusuhan karena
memperebutkan wilayah dan kekuasaan . Kaisar Yang Ti mengirim banyak mata-mata memasuki daerah itu
yang bertugas untuk meniup-niupkan
permusuhan dan pertentangan itu . Maka bertambah panaslah suasana di antara
suku-suku bangsa itu dan karena adanya perpecahan ini , maka pasukan Sui dapat
menguasai daerah-daerah itu yang kemudian di beri nama Sin-kiang atau daerah
baru . Usaha perluasan wilayah ini juga di tujukkan ke Timur Laut
, yaitu daerah Mancuria Selatan dan Korea . Namun di sini Kaisar Yang Ti
mengalami pukulan berturut-turut yang
menyuramkan sinar kemenangannya di daerah lain .
Sayang sekali , Kaisar Yang Ti tidak menuruni watak
ayahnya yang menunjukkan seorang pendekar sejati , dahulu Kaisar Yang Chien
selalu mengesampingkan kepentingan
sendiri , tidak gila kedudukan dan gila kekuasaan , biarpun kaisar hidupnya
sederhana dan selalu mengambil tindakan tegas terhadap siapa saja yang melakukan
penyelewengan dan kesalahan . Sebaliknya , Kaisar ang Ti mengumbar nafsu kesenangannya secara
berlebihan . Dia gemar sekali
mengumpulkan wanita-wanita cantik untuk menjadi selir dan dayang , dan membangun
istana-istana yang luar biasa
indahnya . Kegemaran ini menghamburkan banyak sekali uang negara dan dia banyak
menerima protes dari pejabat-pejabat tinggi yang setia . Namun , kedua
telinganya seperti tuli terhadap semua protes dan kritik itu .
Untuk memuaskan nafsunya , dia mempunyai seorang
permaisuri , dua orang wakil permaisuri , enam kepala selir dan tujuh puluh dua
selir . Semua itu masih belum
memuaskan hatinya dan dia mengumpulkan gadis-gadis dari segalal penjuru dan suku
, untuk dijadikan dayang yang
jumlahnya mencapai tiga ribu orang ! Kalau semua ini hanya di sembunyikan di
istana saja masih belum terlalu mencolok , akan tetapi Kaisar Yang Ti memiliki
cara yang mencolok untuk menyenangkan hatinya dan memuaskan nafsunya .
Ketika pembangunan Terusan Besar yang menghubungkan
utara dan selatan selesai dan dapat dipergunakan , maka untuk pembukaan pertama
dia memerintahkan membuat
sebuah perahu naga yang besar , kemudian , beberapa ratus gadis dayang di suruh
menarik tambang yang mengikat
perahu itu untuk menggerakkan perahu melawan arus . Sambil menarik tambang ,
para dayang itu bernyanyi . Di atas perahu naga , dayang-dayang cantik memainkan
seruling dan Yangkim ( siter ) mengiringkan nyanyian merdu . Dalam kamar perahu itu , kaisar
Yang Ti dilayani oleh selir dan dayang yang di pilihnya untuk menemaninya dalam
perahu itu . Tentu saja rakyat menonton peristiwa itu dengan takjub . Dan para
menteri setia hanya menarik napas panjang dan menggeleng kepala .
Keroyalan Kaisar Yang Ti mencapai puncaknya ketika dia
memerintahkan Hsiang Sheng , pembuat bangunan terbesar di waktu itu , untuk
membangun sebuah istana yang amat indah di Lok-Yang . Untuk membuat bangunan
raksasa yang indah dan megah mewah ini dipergunakan tenaga pekerja lebih dari
lima puluh ribu orang dan pekerjaan di selesaikan dalam waktu delapan belas
bulan . Tentu saja bangunan ini
memakan biaya yang luar biasa besarnya . Di bangun di tanah yang luas , istana
atau bangunan utama di kelilingi oleh tiga puluh enam istana yang lebih kecil ,
semua tersembunyi di dalam hutan-hutan bunga beraneka macam dan warna .
Pemandangan di sekitar istana mengingatkan orang akan
dongeng tentang taman sorga ! Akan tetapi karena istana itu mempunyai banyak
bangunan dan lorong bunga yang berliku-liku dan simpang siur , maka Kaisar Yang
Ti memberi nama aneh kepada istana itu , yaitu Istana Lorong Menyesatkan .
Memang bagi orang yang belum mengenal betul daerah
kumpulan istana ini , dia tentu akan tersesat di dalamnya dan sukar mencari
jalan keluar lagi . Bangunan utama merupakan sebuah istana yang bertingkat
tiga , berkilauan dalam sinar matahari bagaikan sebuah
Pagoda emas yang luar biasa besarnya . Di dalam bangunan ini terdapat banyak
kamar berbagai ukuran yang amat indah , di pisahkan oleh pintu-pintu yang
berukiran halus . Yang terbesar adalah kamar utama yang menjadi tempat tidur
kaisar Yang Ti . Kamar ini luar biasa besarnya , bisa muat seratus meja untuk
berpesta . Dinding-dindingnya di hias dengan cermin dari sudut ke sudut . Asap
dupa harum yang tipis selalu mengepul sehingga kamar besar itu berbau harum
. Tirai-tirai sutera bermacam warna bergantungan dan lentera-lentera berbagai
warna yang bergantungan dengan hiasan
yang mengandung daya seni tinggi .
Sungguh sayang sekali , ketika kaisar pertama Kerajaan Sui
, yaitu Kaisar Yang Chien , memegang kendali pemerintahan , persatuan dapat di
bina karena para pembesar di daerah
tunduk dan taat kepada kaisar Yang Chien yang bijaksana , akan tetapi setelah
Kaisar Yang Ti hidup bergelimang dengan kesenangan dan kemewahan , maka mulailah
orang merasa tidak senang kepadanya . Rasa tidak senang ini , terutama sekali dari pembesar-
pembesar daerah , merupakan bibit-bibit pemberontakan .
Sudah berulang kali tercatat dalam sejarah , apa bila
kaisarnya mulai terpengaruh kesenangan duniawi dan
mementingkan kesenangan sendiri saja , maka tentu akan
bermunculan pembesar-pembesar " durna " alias penjilat-
penjilat yang berhati palsu . Demikian pula dengan waktu itu .
Ketika Kaisar Yang Chien berkuasa , tidak ada seorangpun penjilat berani
mendekatinya , atau lebih tepat , tidak muncul pembesar yang berwatak penjilat
karena kaisarnya bijaksana dan adil lagi tegas . Akan tetapi ketika Kaisar Yang
Ti berkuasa , mulailah berdatangan pembesar-pembesar penjilat yang
maklum akan kelemahan Kaisar Yang Ti . Pembesar-pembesar penjilat inilah yang
bersikap penuh perhatian terhadap
kebutuhan kaisar untuk memenuhi kesenangannya . Mereka
ini yang menawar-nawarkan gadis baru yang cantik dan
mendorong semua keinginan kaisar untuk beroyal-royal
menghamburkan uang negara .
Banyak pembesar tua yang dahulu membantu Yang Chien
dengan setianya , dipensiun oleh Yang Ti , dan di gantikan dengan orang-orang
muda yang lebih cocok dengan dia . Di antara mereka ini seorang pejabat tinggi
bernama Lui Couw . Dia telah benyak berjasa dalam perang menundukkan daerah-daerah utara barat ,
maka diapun kini di angkat menjadi panglima besar . Bukan hanya karena dia
berjasa , akan tetapi diapun pandai menyenangkan hati Kaisar Yang Ti . Dalam
perang menundukkan daerah-daerah , Lui Couw ini tidak
pernah lupa untuk menawan gadis-gadis cantik dan
menyerahkan kesempatan pertama kepada Kaisar Yang Ti
untuk meilih di antara gadis-gadis itu yang di senanginya .
Karena " jasa " inilah maka kedudukan Lui Couw cepat naik dan kini setelah
menjadi panglima besar maka
kekuasaanyapun bertambah kuat .
Lui Couw ini mempunyai seorang putera bernama Lui Sun
Ek , yang telah berusia dua puluh satu tahun . Lui Couw sendiri sudah berusia
empat puluh lima tahun . Dari para selirnya yang banyak Lui Couw hanya
mendapatkan seorang putera itulah , sedangkan istrinya juga tidak mempunyai
keturunan . Maka biarpun hanya putera selir , Lui Sun Ek di manja dan di hormat
sebagai keturunan tunggal . Bahkan
ibunya juga naik "pangkat" tidak lagi menjadi selir , melainkan menjadi isteri
kedua yang dalam kehidupan sehari-hari
mendorong kedudukan isteri pertama dan meiliki kekuasaan lebih besar dalam
keluarga Lui Couw . Lui Couw adalah seorang yang selain pandai dalam ilmu
perang , juga ahli silat yang tangguh . Demikian pula
puteranya , Lui Sun Ek , telah di gemblengnya sendiri sejak anak itu masih kecil
sehingga kini Sun Ek menjadi seorang pemuda dewasa yang lihai sekali . Sebagai
seorang panglima tinggi yang kedudukannya sudah sama dengan seorang
menteri , Lui Couw memiliki sebuah rumah gedung yang
megah . Pada suatu pagi , para menteri dan panglima menghadap
Kucing Suruhan 8 Pedang Kayu Cendana Karya Gan K H Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan 13
^