Pencarian

Pedang Naga Hitam 5

Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo Bagian 5


Kaisar Yang Ti karena Kaisar mengundang mereka dalam
sebuah sidang pertemuan . Para pembesar itu sudah lama
menghadap ketika Kaisar masih bersenang-senang dengan
para wanitanya dalam taman istana . Setelah para pembesar
itu merasa kesal menanti , barulah kaisar keluar diiringkan para thaikam ( sida-
sida ) dan pengawal pribadi .
" idup Yang Mulia Kaisar ! " terdengar seruan mereka yang segera menjatuhkan
diri berlutut menghadap kaisar .
Kaisar Yang Ti memandang kepada semua pejabat itu ,
mengangguk senang karena mereka semua hadir
selengkapnya , lalu duduk dan menggerakkan tangannya .
" Kalian semua boleh duduk ! " .
" Terima kasih , Yang Mulia , " serentak mereka menjawab lalu bangkit dan duduk
di bangku-bangku yang sudah di
sediakan untuk mereka . Kemudian Kaisar memberi kesempatan kepada mereka
untuk satu demi satu menyampaikan pelaporan tentang
jalannya pemerintahan , dan juga tentang gerakan pasukan Sui yang berusaha
menundukkan daerah-daerah di Timur Laut
. Dengan kecewa dia menerima laporan bahwa gerakan
pasukan di Timur Laut mendapat perlawanan yang amat kuat dari mereka , terutama
sekali dari bangsa Korea .
" Hemmm , kalau demikian , lebih baik tarik mundur dulu pasukan dari sana karena
kami mendengar bahwa daerah
utara Shan-si juga para suku bangsa biadab mulai melakukan gerakan . Kami
sendiri yang akan memimpin pasukan besar mengadakan pembersihan di Shan-si utara
!" " Ampun Yang Mulia . Akan tetapi hamba kira sebaiknya
kalau paduka menyerahkan saja tugas itu kepada hamba atau kepada para panglima
lainnya . Tidak perlu paduka berangkat sendiri memimpin pasukan . Daerah sana
itu berbahaya sekali bagi paduka dan sebaiknya paduka tidak menempuh bahaya
itu " , kata Lui Couw .
Kaisar Yang Ti mengerutkan alisnya dan wajahnya nampak
marah ketika dia memandang kepada panglimanya itu . " Liu-Ciang-kun ! Lupakah
engkau siapa kami ini " Mendiang ayah kami adalah seorang pejuang yang gagah
perkasa , dan sejak muda kami juga sudah bergelimang dengan pertempuran .
Apa artinya bahaya bagi seorang kaisar yang memimpin
pasukannya sendiri melakukan pembersihan " Kami akan
berangkat sendiri ! " .
" Ampun , Yang Mulia . Hamba hanya mengkhawatirkan
keselamatan paduka saja maka mengusulkan agar kami para panglima yang
diperintahkan pergi . Akan tetapi kalau
demikian kehendak paduka , hamba tentu saja tidak berani membantah " , kata Liu
Couw . " Pendeknya laksanakan perintah kami , yaitu , tarik
mundur pasukan yang berperang di timur laut , dan kerahkan pasukan besar yang
akan kami bawa asendiri ke utara Shan-si
. Berapa lamakah pasukan itu dapat berkumpul ?" .
Lui Couw saling pandang dengan para panglima yang hadir
, kemudian setelah menghitung-hitung , dia menjawab , "
kalau pasukan yang berada di timur laut itu di haruskan kembali ke kota raja
lebih dahulu , maka hal itu akan makan waktu lama , Yang Mulia . Akan tetapi
kalau di kirim perintah agar pasukan itu langsung saja pergi ke Tai-goan di
Shan-si dan bertemu dengan pasukan dari sini , maka dalam waktu yang tidak
terlalu lama pasukan dapat terkumpul di Tai-goan .
" Baik , laksanakan perintah itu agar mereka segera di tarik ke Tai-goan " .
" Hamba siap melaksanakan perintah paduka ! " jawab Lui Couw .
Setelah menerima laporan hal-hal lain dari berbagai
menterinya , kaisar lalu berkata ," Nah , sekarang kami hendak membicarakan
sebuah persoalan penting " . Dia
memberi isyarat kepada seorang Thaikam yang maju berlutut dan menyerahkan
sebatang pedang bersarung kepada Kaisar Yang Ti .
Setelah menerima pedang itu dari seorang thai-kam , Kaisar Yang Ti lalu
mengangkat pedang itu ke atas ,
memperlihatkannya kepada semua yang hadir lalu bertanya , "
tahukah kalian pedang apa ini ?" .
Semua orang memandang penuh perhatian . Pedang itu
memiliki sarung yang indah terukir sebuah naga , juga gagang pedangnya di ukir
kepada naga dan warnanya putih seperti perak . Para menteri yang sudah
menghambakan diri sejak dahulu tentu saja mengenal pedang itu .
" Pek-liong-kiam ( Pedang Naga Putih ) ! " terdengar seruan beberapa orang .
Kaisar Yang Ti mengangguk . " Benar ini adalah Pek-liong-kiam , Pedang pusaka
milik mendiang ayah yang telah berjasa besar . Lihatlah baik-baik !" Kaisar
menghunus pedang itu dan nampak sinar berkilauan yang menyeramkan . " Sekarang
pedang ini menjadi milik kami , maka kami juga harus berani bertindak tegas ,
membasmi semua pemberontakan dan
kerusuhan dengan pedang ini . Akan tetapi ada satu hal yang merisaukan hati kami
. Pedang ini mempunyai saudara yang di sebut Hek-liong-kiam ( Pedang Naga
Hitam ) . Hek-liong-kiam itu dahulu menjadi milik mendiang panglima besar Cian Kauw Cu .
Kami menghendaki agar pedang itu
dapat menjadi pusaka negara . Karena itu, kami
memerintahkan engkau , panglima muda Coa Hong Bu , untuk mencari Hek-liong-kiam
dan membawanya ke sini , menyerahkan kepada kami .
Coa Hong Bu adalah seorang panglima muda yang bertugas
di istana . Dia seorang laki-laki berusia tiga puluh lima tahun yang bertubuh
jangkung kurus . Sebagai seorang murid yang pandai dari Hoa-san-pai , dia
memiliki ilmu silat yang tinggi .
Ketika mendengar perintah ini , Coa Hong Bu memberi hormat dan berkata dengan
suara tegas seorang panglima . " Hamba akan melaksanakan perintah paduka , hamba
hanya mohon petunjuk , siapa yang kini memiliki pedang pusaka itu " .
Kaisar memandang kepadanya dengan marah . " Hek-liong-
kiam adalah milik mendiang Panglima Cian Kauw Cu . Setelah meninggal dunia ,
tentu saja pusaka itu berada di tangan keluarganya ! Dan ada satu hal lagi .
Ingat baik-baik , di dunia ini hanya dua orang yang mengenal ilmu yang ditemukan
bersama sepasang pedang Pek-liong-kiam dan Hek-liong-kiam
. Ilmu itu hanya dikenal oleh mendiang ayah dan mendiang Panglima Cian Kauw Cu .
Karena ayah tidak meninggalkan
kitab ilmu itu kepada kami , maka sangat boleh jadi bahwa kitab itu pun tadinya
berada di tangan Panglima Cian . Maka , engkau , Panglima Coa Hong Bu , kalau
sudah menemukan Hek-liong-kiam , tanyakan pula adanya sebuah kitab yang di tinggalkan oleh Cian-
Ciangkun dan serahkan padaku . Kalau pemegangnya menuntut penebusan uang ,
berikan kepadanya berapa saja yang dia minta " .
" Akan hamba laksanakan , Yang Mulia . Dapatkah Paduka
memberitahu kepada hamba nama ilmu itu ?" .
" Kitab itu berisi ilmu yang di sebut Bu-tek-cin-keng .
Usahakan sampai pedang dan kitab dapat kauserahkan
kepada kami , Coa-ciangkun . Engkau akan mendapat hadiah besar dari kami " .
Setelah berkata demikian , Kaisar Yang Ti membubarkan
pertemuan itu . Para pembesar , menteri dan panglima
mengundurkan diri dan bersiap melaksanakan semua perintah yang dikeluarkan pada
pertemuan itu oleh kaisar .
Semua perintah yang diberikan kaisar dapat dilakukan
dengan mudah oleh para pembesar , kecuali tugas yang
diberikan oleh Panglima Coa Hong Bu . Panglima yang biarpun sudah berusia tiga
puluh lima tahun akan tetapi masih hidup membujang ini setelah meninggalkan
istana tidak langsung pulang ke rumahnya , akan tetapi segera melakukan
penyelidikan untuk mengetahui dimana adanya Nyonya Cian Kauw Cu yang sudah
pindah meninggalkan kita raja itu
bersama puteranya . Setelah mengetahui kemana pindahnya keluarga Cian yang di
carinya itu , Panglima Coa Hong Bu lalu membuat persiapan untuk pergi berkunjung
ke rumah janda itu yang menurut keterangan yang dia peroleh telah pindah keluar
kota dekat kuil Siuw-lim-si .
**** Ji Goat , yaitu Nyonya Cian Kauw Cu yang hidup menyendiri
di bukit dekat kuil , merasa prihatin dan kesepian sejak puteranya ia suruh
pergi ke utara untuk mencari pedang
pusaka Naga Hitam dan pembunuh suaminya . Kini ia hidup kesepian , hidup
sederhana dari sisa bekal peninggalan
suaminya , bercocok tanam seperti seorang petani . Namun , wanita yang kini
sudah berusia lima puluh lima tahun itu tidak pernah merasa berduka . Ia hanya
berdoa setiap hari agar puteranya selamat dan berhasil melaksanakan kewajibannya
membalaskan kematian ayahnya . Satu-satunya orang yang
menemani dan membantunya , adalah seorang wanita dusun
sebelah yang sudah berusia lima puluh tahun . Wanita
pembantu itu datang di waktu pagi sekali dan pulang ke
rumahnya sendiri setelah hari menjadi gelap . Cio Si ,
demikian nama pembantu itu , adalah seorang dusun
sederhana yang dapat menghibur hati Ji Goat di kala ia
merasa kesepian teringat kepada puteranya .
Biarpun kini hidup menyendiri , Ji Goat tidak pernah
melupakan ilmu silatnya . Hampir setiap hari sekali ia berlatih silat sehingga
tubuhnya tetap sehat dan kuat dan gerakannya tetap lincah . Biasanya ia berlatih
di waktu pagi sekali , di belakang rumahnya yang merupakan kebun dan ladang yang
cukup luas dan udaranya segar sejuk karena terpencil , jauh dari tetangga .
Pada suatu pagi yang sejuk , ketika ayam jantan mulai
berkokok dan matari sendiri belum keluar walaupun sinarnya sudah mulai mengusir
kegelapan malam , seperti biasa Ji Goat berlatih silat di belakang rumahnya .
Dan pada saat yang sama , Cio Si , wanita pembantu itupun meninggalkan rumah
keluarganya menuju ke rumah Ji Goat yang tidak terlalu jauh letaknya dari rumah
keluarganya . Karena pintu depan masih tertutup , seperti biasa Cio Si menuju ke kebun
belakang karena ia tahu bahwa pada saat seperti itu nyonya majikannya tentu
sedang berlatih silat di kebun belakang dan pintu belakang sudah dibuka . Akan
tetapi ketika pembantu rumah tangga itu tiba di kebun belakang ia terkejut bukan
main melihat nyonya majikannya sedang
berkelahi melawan seorang laki-laki yang tidak dikenalnya . Ia menjadi ketakutan
, kedua kakinya terasa lemas dan iapun berjongkok di belakang semak-semak .
Apa yang telah terjadi dengan nyonya janda itu " Ketika Ji Goat sedang berlatih
silat , seperti biasa ia memainkan ilmu
silat Lo-hai-kun . Ilmu silat ini merupakan ilmu silatnya yang dahsyat dan yang
dipelajarinya ketika ia masih muda dahulu dari gurunya , Toat beng Giam Ong yang
menjadi Kok-su ( Guru Negara ) dari Kerajaan Toba . Ketika Ji Goat berlatih , daun-daun pohon
yang berdekatan bergoyang-goyang karena sambaran angin yang timbul dari gerakan
kedua tangan Ji Goat . Tiba-tiba saja terdengar seruan orang .
" Bagus ! Lo-hai-kun yang kau kuasai semakin lihai saja , suci !" .
Ji Goat terkejut dan menghentikan gerakannya . Ketika ia menengok , ia melihat
seorang pria berusia empatpuluh lima tahun , bertubuh sedang dan tegap , telah
berdiri di situ . Ia tidak mengenal pria ini dan tentu saja ia merasa heran di
sebut suci ( kakak seperguruan ) oleh orang itu .
" Siapa engkau " " tanyanya curiga .
Pria itu tertawa pendek . " Ha-ha suci , lupakah engkau kepadaku " Aku Lui Couw
" . " Lui Couw .... " " Ji Goat mengulang nama itu sambil
mengerutkan alisnya mengingat-ingat . Kemudian teringatlah ia . Ketika ia masih
menjadi murid Toat beng Giam Ong Lui Tat , gurunya yang berpangkat tinggi itu
mempunyai seorang putra dari seorang selirnya bernama Lui Couw . Ketika itu Lui
Couw baru berusia enam tujuh tahun ! .
" Kau ..... putera suhu Toat Beng Giam Ong ?" .
" Hemmm , apa maksud kedatanganmu ini , Lui-sute ?" .
" Suci , sudah lama aku menjadi seorang panglima dari
Kerajaan Sui " . Ji Goat mengerutkan alisnya . Ia sama sekali tidak tahu dan tidak mengira bahwa
putera gurunya itu kini menjadi panglima
. " Lalu " apa maksud kedatangamu ke sini " " .
" Suci , Kaisar bermaksud untuk merampas kitab Bu-tek
Cin-keng dari tanganmu , karena itu aku mendahului mereka datang ke sini menemui
suci . Ku harap suci suka
menyerahkan kitab itu kepadaku " .
Mereka saling berpandangan dengan sinar mata penuh
selidik . " Sute , kitab itu tidak ada padaku " , jawab Ji Goat dengan tegas .
" Suci , ingatlah Kaisar dan Kerajaan Sui adalah musuh kita
! Mendiang ayahmu adalah Perdana Menteri Kerajaan Toba
dan ayahku adalah Kok-su-nya . Maka Kerajaan Sui adalah musuh kita . Maka harap
jangan ragu , serahkan kitab itu kepadaku agar jangan sampai terjatuh ke tangan
Kaisar Yang Ti ! " suara Lui Couw terdengar keras dan mendesak .
" Sudah ku katakan , kitab itu tidak ada padaku ! " .
" Kalau begitu , katakan dimana kitab itu " Ah , ya ! Engkau mempunyai seorang
putera , bukan " Dimana dia " Apakah
kitab itu kauberikan kepadanya " "
Kerut di antara alis Ji Goat makin mendalam dan ia
menggeleng kepalanya keras -keras . " Tidak , aku tidak akanmemberitahukan
kepadamu atau kepada siapapun juga !
" . " Suci ! Sekali lagi kuminta engkau memberitahu dimana
adanya kitab Bu-tek Cin-keng !" kini Lui Couw membentak marah .
Akan tetapi Ji Goat memandang dengan mata berapi dan
menjawab tegas , Tidak akan kuberitahu ! "
" Kalau begitu apakah aku harus mempergunakan
kekerasan ?" . " Terserah . Jangan di kira aku takut atau kepada siapapun juga ! " , Ji Goat
marah bagaikan seekor singa betina .
Wataknya yang dahulu di waktu ia masih gadis muncul
kembali dan ia sudah mengepal kedua tinjunya .
" Engkau perempuan bandel ! " Lui Couw sudah menyerang
dengan pukulan dahsyat kea rah muka Ji Goat . Wanita ini mengelak dan membalas
dengan tidak kalah dahsyatnya . Lui Couw menangkis pukulan itu dan keduanya
segera bertanding dengan seru . Karena kedua orang ini menggunakan ilmu yang
sama , yaitu Lo-hai-kun , tentu saja keduanya sudah saling mengenal gerakan
masing-masing dan perkelahian yang
sesungguhnya itu nampak seperti dua orang sedang berlatih saja .
Ketika mereka bertanding inilah Cio Si , pembantu rumah tangga itu , memasuki
kebun dan segera bersembunyi dengan tubuh gemetar . Akan tetapi ia dapat
menonton perkelahian itu lewat calah-celah daun semak-semak .
Setelah lewat tigapuluh jurus , mulailah Lui Couw terdesak .
Bagaimanapun juga , dia masih kalah pengalaman oleh Ji Goat dan terutama sekali
karena Ji Goat rajin berlatih setiap hari .
Dalam hal kegesitan gerakan , Lui Couw kalah maka mulailah dia terdesak mundur .
Tiba-tiba Lui Couw meloncat ke belakang dan ketika dia
maju lagi tangannya sudah memegang sebatang pedang yang mengeluarkan sinar hitam
yang menyeramkan . Ji Goat
terbelalak dan menudingkan telunjuknya kea rah muka Lui Couw .
" Lui-sute ! Jadi engkaukah pengkhianat itu " Engkau
pembunuh suamiku dan pencuri Hek-liong-kiam ?" teriak I Goat penuh perasaan
terkejut , heran dan marah sekali .
" Karena engkau tidak mau menyerahkan kitab itu ,
engkaupun akan ku kirim ke akhirat menyusul suamimu ! "
bentak Lui Couw yang segera menerjang dengan pedangnya .
Ji Goat memang sedang berlatih silat tangan kosong , maka ia tidak bersenjata .
Pedangnya tertinggal di dalam kamarnya .
Menghadapi serangan itu , iapun mengelak cepat dan
terjadilah perkelahian lagi . Akan tetapi sekarang Ji Goat yang terdesak hebat .
Pedang suaminya itu terlalu ampuh baginya dan setelah lewat belasan jurus ,


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akhirnya ia kewalahan juga .
" Mampuslah kau ! " bentak Lui Couw dan pedangnya
menyambar seperti kilat kea rah kedua kaki Ji Goat . Wanita itu melompat ke atas
, akan tetapi Lui Couw juga melompat mengejar dan sekali pedang Hek-liong-pang
menyambar , tanpa dapat di hindarkan lagi pedang itu telah menusuk
lambung Ji Goat . " Cappp ..... ! " I Goat terkulai dan roboh mandi darah . Lui Couw menyerengai ,
menyimpan kembali pedangnya ,
memandang kepada wanita yang sudah roboh tak berkutik lagi itu dan memasuki
rumah melalui pintu belakang . Dia hendak mencari Kitab Bu-tek Cin-keng , juga
putera sucinya itu . Akan tetapi dia tidak dapat menemukan keduanya , maka
segera pergi meninggalkan rumah yang sunyi itu .
Setelah Lui Couw pergi , barulah Cio Si berani keluar dari balik semak-semak .
Ia menghampiri nyonya majikannya ,
memandang dengan muka pucat dan mata terbelalak . Melihat nyonya majikan nya
menggeletak mandi darah dan sudah
tidak bergerak lagi , tahulah ia bahwa Ji Goat telah tewas .
Maka dengan kedua kaki gemetaran ia lalu lari ke rumah
tetangga yang agak jauh dari situ sambil menangis . Sebentar saja semua penduduk
di lereng bukit itu berlari-lari menuju ke rumah Ji Goat . Dari mulut ke mulut
mereka bercerita tentang kematian Ji Goat seperti yang di ceritakan oleh Cio Si
tadi , bahwa nyonya janda itu di bunuh orang . Hanya itu yang
dapat di ceritakan Cio Si . Wanita dusun ini takut untuk mengatakan apa yang ia
dengar dalam percakapan dua orang tadi . Ia takut kalau-kalau pembunuh itu akan
mencarinya dan membunuhnya pula . Maka ia hanya bercerita bahwa
majikannya terbunuh oleh seorang laki-laki yang tidak di kenalnya .
Tiong Gi Hwesio , ketua kuil Siauw-lim-si yang berada di puncak bukit itu segera
dating ketika mendengar bertita itu .
Dia merasa ikut bersedih atas kematian ibu dari muridnya itu mati di bunuh orang
selagi puteranya , Han Sin tidak berada di rumah . Karena dia mengenal baik
wanita yang tewas itu sebagai ibu dari muridnya , maka Tiong Gi Hwesio mengatur pemakamannya .
Kemudian rumah dan swah lading itu oleh
Tiong Gi Hwesio di serahkan kepada Cio Si untuk di urus dan di rawat sampai
kembalinya Han Sin . Pada keesokan harinya , muncullah Coa Hong Bu , Panglima yang di tugaskan oleh
Kaisar untuk mencari Hek-liong-kiam dan kitab Bu-tek Cin-keng , di rumah nyonya
Cian Kauw Cu . Dapat di bayangkan betapa kagetnya ketika dia melihat peti mati di rumah itu ,
dan sejumlah orang yang melayat .
Sebagai orang yang berpendidikan , dia memberi hormat
kepada peti jenazah dan mengangkat hio . Setelah selesai upacara penghormatan
itu , dia di sambut oleh Tiong Gi
Hwesio yang yang mengenalnya sebagai seorang panglima
istana . " Lo-suhu , apa yang telah terjadi dengan Nyonya Cian " "
Tanya panglima itu kepada Tiong Gi Hwesio .
" Omitohud ! Hanya seorang saja yang mengetahui dan
orang itu adalah Cio Si , Cian-hujin berkelahi dengan seorang laki-laki yang
tidak dikenalnya dan Cian-hujin roboh terbunuh oleh laki-laki itu " .
Tentu saja Coa Hong Bu menjadi penasaran sekali . " Lo-
suhu , terus terang saja , aku di utus oleh Sri baginda Kaisar untuk menemui
Nyonya Cian dan minta beberapa benda
darinya . Karena itu , maka tentu saja peristiwa pembunuhan in penting sekali
bagiku . Dapatkah aku bicara dengan wanita pembantu itu " " .
" Omitohud ! Ternyata Ciang-kun membawa tugas yang
demikian pentingnya . Tentu saja Cian-kun dapat berbicara sendiri dengan Cio
Si . Mari , Ciang-kun , silahkan masuk ke dalam dan pin-ceng akan memanggil Cio
Si " . Coa Hong Bu melangkah masuk dan duduk di ruangan
dalam rumah itu . Tak lama kemudian seorang wanita tua
memasuki ruangan itu dan memberi hormat kepadanya .
" Apakah .... Apakah ciangkun memanggil saya ...... " "
Tanya Cio Si dengan suara gemetar.
" Benar , akan tetapi jangan takut , bibi . Duduklah , aku hanya ingin mendengar
cerita bibi tentang peristiwa
pembunuhan itu . Apa bibi mengenal orang yang berkelahi dengan majikanmu " "
Cio Si duduk dan mengusap air matanya . " Saya tidak
mengenalnya , Ciang-kun . Saya belum pernah melihat orang itu " .
" Bagaimana air mukanya dan bentuk tubuhnya ?" .
" Wajahnya gagah dan tubuhnya tegap " .
" Usianya ?" . " Tentu lebih dari empatpuluh tahun , ciangkun " .
" Bagaimana pakaiannya ?" .
" Dia berpakaian biasa , warna ........ kalau tidak salah ingat
, biru " . " Coba ceritakan dari awal ketika engkau melihat peristiwa pembunuhan itu bibi .
" kata Coa Hong Bu dengan lembut
sehingga wanita itu tidak lagi ketakutan .
" Seperti biasa setiap pagi , kemarin pagi-pagi sekali saya berangkat dari rumah
menuju ke rumah Coan-toako dimana
saya sudah bertahun-tahun bekerja sebagai seorang
pembantu . Dan seperti biasa pula , karena pintu depan belum di buka , saya
menuju ke kebun belakang untuk memasuki
rumah lewat pintu belakang . Biasanya setiap pagi toanio tentu berada di kebun
berlatih silat . Akan tetapi kemarin pagi saya melihat toanio berkelahi dengan
seorang laki-laki yang memegang pedang . Saya ketakutan dan hanya bersembunyi
di balik semak-semak sambil mengintai dan saya melihat
toanio roboh mandi darah terkena tusukan pedang lawannya itu " .
Coa Hong Bu mengerutkan silatnya . Dia tahu bahwa janda Cian itu adalah seorang
wanita yang memiliki ilmu silat tinggi dan tidak sembarangan orang dapat
mengalahkannya . Akan tetapi diapun maklum bahwa wanita itu di waktu mudanya
membantu perjuangan Kaisar Yang Chien , maka tentu saja mempunyai banyak musuh .
" Setelah membunuh Cian-toanio , lalu apa yang dilakukan laki-laki itu ?" .
" Dia memasuki rumah ini lewat pintu belakang . Setelah dia keluar kembali dan
melarikan diri barulah saya berani
keluar dari tempat persembunyian saya dan lari minta tolong kepada para tetangga
" . "Lamakah dia memasuki rumah ini ?"
" Lama juga , ciangkun " .
" Ketika dia keluar , dia membawa apa ?" .
" Tidak membawa apa-apa , dan pedangnya juga sudah di
sarungkan di punggung " .
Tiba-tiba Coa Hong Bu teringat akan sesuatu " ketika
mereka berkelahi , orang itu memegang pedang , bagaimana dengan Cian-toanio " a
memegang senjata apa ?" .
" Cian-toanio tidak memegang senjata , ciangkun " .
" Hemmm , dan pedang orang itu , adakah sesuatu yang
aneh pada pedang itu " Bagaimana bentuknya ?" .
Cio Si ragu-ragu sejenak . " Seperti pedang biasa .........
akan tetapi , saya pernah melihat pedang-pedang itu putih mengkilat , akan
tetapi pedang orang itu , warna hitam dan mengerikan ! " .
Hampir Coa Hong Bu terlonjak dari tempat duduknya . Dia menenangkan hatinya dan
bertanya pula . " Apakah ketika berkelahi mereka tidak mengeluarkan kata-kata ?"
. Kembali Cio Si ragu-ragu sampai lama . Ia masih merasa
takut . Kalau ia membuka rahasia pembunuh itu dengan
menceritakan apa yang di dengarnya , ia takut kalau
pembunuh itu marah kepadanya dan membunuhnya . " Tidak , ciangkun , " akhirnya
ia berkata . Coa Hong Bu merasa heran sekali . Pedang itu agaknya
Hek-liong-kiam yang di carinya . Akan tetapi kenapa pedang itu tidak berada pada
Nyonya Cian , melainkan berada di
tangan pembunuh itu " Dan pembunuh itu setelah melakukan pembunuhan lalu
memasuki rumah , tentu hendak mencari
sesuatu . Kitab Bu-tek Cin-keng ! Apalagi yang di cari
pembunuh itu selain kitab ini " .
" Bibi . mari tunjukkan padaku kamar-kamar di rumah ini , akan ku periksa " .
Di temani Cio Si sebagai penunjuk jalan , Coa Hong Bu lalu mengadakan
penggeledahan dalam usahanya mencari kitab
Bu-tek Cin-keng . Akan tetapi dia tidak menemukan kitab itu dan akhirnya dia
bertanya lagi kepada Cio Si .
" Bibi , setahuku Cian-toanio mempunyai seorang putera " "
. " Benar , ciangkun . Namanya Cian Han Sin " .
" Dimanakah dia ?" .
" Sudah setengah tahun ini Cian-Kongcu pergi . Menurut
keterangan dari mendiang Cian-toanio , kong-cu pergi
merantau ke utara " .
Coa Hong Bu mengangguk-angguk . " Berapa usia Cian-
kongcu ?" . " Kurang lebih dua puluh tahun , Ciangkun " .
" Coa Hong Bu termenung . Pemuda itu sudah dewasa ,
tentu ilmu silatnya juga tinggi karena suami isteri Cian terkenal sebagai orang-
orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi .
Sangat boleh jadi kalau pedang dan kitab oleh Cian-toanio diberikan kepada
puteranya yang telah dewasa itu . Akan tetapi bagaimana pedang itu dapat berada
di tangan si pembunuh " . Setelah selesai dengan pemeriksaannya , Coa Hong Bu
keluar dan menemui Tiong Gi Hwesio yang masih berada di luar . Dia dipersilahkan
duduk dan mereka bercakap-cakap .
" Lo-suhu tentu mengenal Cian Han Sin , putera keluarga Cian ini , bukan ?" .
" Omitohud ! Tentu saja mengenalnya , seorang pemuda
yang baik seorang murid yang baik "
" Ah , jadi dia itu murid lo-suhu ?" .
" Dulu ibunya menitipkan Han Sin di kuil kami untuk diberi pelajaran silat ,
sastra dan agama " .
" Lo-suhu , saya di utus oleh Sribaginda Kaisar untuk
mencari tahu tentang pedang Hek-liong-kiam milik mendiang Cian-ciangkun dan
tentang sebuah kitab yang bernama Bu-tek Cinkeng , pernahkah lo-suhu melihat
pedang dan kitab ini ?" .
" Omitohud ! Apa lagi melihat , mendengarpun belum
pernah ?" . " Lo-suhu , saya mendengar dari Cio Si bahwa Han Sin
pergi merantau . Tentu lo-suhu mengetahui kemana dia pergi
" . ' Han Sin memang berpamit kepada pin-ceng ketika
setengah tahun yang lalu dia hendak berangkat merantau .
Katanya dia hendak merantau untuk meluaskan
pengalamannya dan selain itu dia hendak menyelidiki tentang kematian ayahnya " .
Coa Hung Bu termenung . Dia masih ingat akan kematian
Panglima Cian Kauw Cu . Dia tewas ketika memimpin
pasukannya ke utara , gugur dalam pertempuran . Hanya itu yang di ketahuinya .
" Bukankah Cian-ciangkun tewas dalam pertempuran ?"
" Benar , akan tetapi menurut Cian-toanio , kematian
suaminya itu mencurigakan terkena anak panah yang dating dari belakang . Berarti
pembunuhnya bukan pihak musuh , dan itulah yang akan di selidiki oleh Han Sin
" . Coa Hong Bu mengangguk-angguk . Dengan kematian
Nyonya Cian , maka tinggal Cian Han Sin orang satu-satunya yang mungkin dapat
menerangkan tentang kitab dan pedang .
Akan tetapi pemuda itu kini sedang merantau ke utara untuk mencari pembunuh
ayahnya ! . Karena tidak ada hal lain lagi yang perlu di selidiki , Hong Bu segera kembali
ke istana dan menghadap Kaisar untuk
melaporkan semua hasil penyelidikannya itu .
" Kalau begitu , rahasia kitab dan pedang itu tentu di
ketahui oleh putera mereka . Coa-ciangkun , carilah pemuda itu dan Tanya dimana
adanya kitab dan pedang ! " perintah Kaisar
" Hamba siap melaksanakannya perintah paduka . Akan
tetapi karena Cian Han Sin itu pergi ke utara , maka hamba juga harus menyusul
ke sana dan akan memakan waktu agak lama " .
" Tidak mengapa , cari dia sampai dapat dan kembalilah ke sini setelah membawa
kitab dan pedang ! " .
Coa Hong Bu mengundurkan diri , karena dia hidup
membujang , maka pada keesokan harinya dia berangkat
melaksanakan tugasnya yang tidak mudah . Mencari
seseorang di daerah utara merupakan pekerjaan yang sukar sekali . Dan agar
memudahkan perjalanannya , dia
mengenakan pakaian rakyat biasa , membawa buntalan
pakaian dan pedangnya , lalu berangkat meninggalkan kota raja .
**** Cu Sian berhenti berlari setelah kakek yang amat lihai itu tidak mengejarnya .
Dia menyusup-nyusup hutan menuju ke tepi sungai Huang Ho . Kepuasan hatinya
setelah berhasil membalaskan kematian ayah bundanya terganggu oleh
kekecewaan bahwa Han Sin tidak membolehkan dia menemani sahabat itu dan
membantunya mencari Hek-liong-kiam dan
pembunuh ayahnya . Teringat akan pemuda itu , hatinya
merasa resah dan kesepian . Juga terkandung kekhawatiran besar dalam hatinya .
Baru menghadapi orang-orang Huang-ho Kwi-pang saja , Han Sin sudah dapat
tertawan dengan mudah . Apalagi kalau menghadapi lawan lebih tangguh ,
pemuda itu pasti celaka , pikirnya , ingin dia membantu Han Sin , ingin dia
melindunginya . Ayah dan kakeknya dulu
seringkali bercerita tentang kehebatan dan kegagahan ayah pemuda itu . Kakeknya
merupakan sahabat karib Panglima
Cian Kauw Cu , bahkan teman seperjuangan . Akan tetapi kini puteranya tidak mau
bersahabat dengannya , buktinya tidak mau di temaninya mencari pedang dan musuh
ke utara . " Sudahlah ! " dia mendengus marah . " Mau apa kalau dia tidak mau " Dasar orang
tak tahu diri , orang lemah seperti dia bagaimana dapat merantau ke utara
mencari msuuh besarnya " Dia mencari celaka sendiri ! Untuk apa aku harus memikirkan orang yang tinggi
hati seperti dia " Lebih baik aku kembali ke selatan " .
Dia lalu melangkah cepat menuju ke tepi sungai untuk
mencari perahu yang berlayar ke hilir untuk menumpang pergi ke selatan .
Akan tetapi kebetulan pada hari itu tidak ada perahu yang lewat minggir . Semua
berada di tengah dan jarang . Percuma saja meneriaki perahu yang berada jauh di
tengah itu . Selain belum tentu terdengar , juga tukang perahu tidak akan mau meminggirkan perahu .
Tempat itu merupakan hutan ,
bagaimana mungkin perahu yang muat barang-barang
dagangan itu mau berhenti hanya untuk mengangkut seorang penumpang tambahan "
Jangan-jangan dia akan di sangka
penjahat . Cu Sian duduk di atas batu di tepi sungai dengan hati kesal
. Tiba-tiba terdengar suara orang bernyanyi dan Cu Sian menjadi tertarik
sekali . Dia mendengarkan dan
memperhatikan kata-kata dalam nyanyian itu .
" Kata-kata yang jujur tidak bagus ,
Kata-kata yang bagus tidak jujur .
Orang yang cerdik tidak banyak bicara , orang yang banyak bicara tidak cerdik .
Orang yang tahu tidak sombong ,
Orang yang sombong tidak tahu .
Orang bijaksana tidak menyimpan,
Dia menyumbang sehabis-habisnya .
Tapi semakin menjadi kaya ,
Dia memberi sehabis-habisnya


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi semakin berlebihan .
Jalan yang di tempuh langit
Menguntungkan , tidak merugikan
Jalan yang di tempuh orang bijaksana
Memberi , tidak merebut " .
Cu Sian segera mengenal kata-kata dalam nyanyian itu . Itu adalah kata-kata
pelajaran agama To , bagian terakhir dari Kitab To-tek-keng . Hemmm , tentu
penyanyinya seorang Pendeta To , seorang Tosu . Di samping pelajaran ilmu silat , sejak kecil Cu
Sian juga belajar sastra dan membaca kitab-kitab agama To dan Budha .
Andaikata dia mendengar sajak itu dinyanyikan orang di
dalam kota , tentu dia tidak akan tertarik . Apa anehnya kalau seorang tosu
mengulang ujar-ujar dalam kitab agama mereka
" Akan tetapi karena nyanyian itu di dengarnya di tempat yang sunyi selagi dia
duduk termenung dengan hati kesal , maka hatinya menjadi tertarik dan diapun
turun dari atas batu , lalu melangkah kea rah suara itu .
Setelah tiba di tepi sungai , dia tertegun . Bukan tosu yang di dapatkannya
seperti yang di sangkanya semula , melainkan seorang pemuda yang duduk di atas
batu tepi sungai memegangi sebatang bamboo panjang dengan tali kail
menggantung di ujungnya . Pemuda itu sedang memancing
ikan di tepi sungai . Akan tetapi bukan itu yang membuatnya terkejut heran dan
juga girang , melainkan ketika dia
mengenal pemuda itu yang bukan lain adalah Cian Han Sin .
Timbul wataknya yang ugal-ugalan . Saking gembiranya
dapat bertemu dengan Han Sin di tempat yang tidak di
sangka-sangkanya itu , dia lalu berjalan perlahan , berindap-indap menghampiri
pemuda yang sedang tenggelam dalam
lamunan , perhatiannya sepenuhnya di arahkan kepada ujung joran . Kemudian Cu
Sian mengambil sebongkah batu dan
melemparkannya ke air , tepat ke ujung joran pancing Han Sin
. " Byyuurrrr ! " air muncrat dan Han Sin tersentak kaget sambil menarik tangkai
pancingnya , agaknya mengira bahwa
suara itu adalah berkecopaknya seekor ikan yang besar !
Tentu saja kailnya terangkat tanpa membawa hasil apapun dan ketika mendengar
suara tawa di belakangnya , dia
menoleh . Ketika Han Sin melihat Cu Sian yang tertawa-tawa di
belakangnya , tahulah dia apa yang telah terjadi . " Ah , Sian-te , kiranya
engkau ! Ku kira tadi ada ikan besar hendak menyambar umpanku ! " kata Han Sin .
" He-he-he , Sin-ko , memang umpanmu telah menarik
datangnya ikan besar . Akan tetapi bukan umpan di ujung kailmu itu , melainkan
umpan berupa nyanyian dari To-tek-keng tadi . Dan akulah ikannya yang tertarik
oleh nyanyianmu dan dating ke sini ! " .
" Aih , engkau mengejutkan hatiku Sian-te . Bagaimana
engkau tiba-tiba saja meninggalkan Huang-ho Kwi-pang itu " "
Han Sin melepaskan pancingnya di atas tanah dan
memandang sahabat itu . Cu Sian memandangnya dengan mata bersinar-sinar . " Ah , aku telah berhasil
membalas kematian ayah ibuku , Sin-ko .
Aku telah membunuh Sin-to-kwi Ban Koan . Dialah yang
dahulu membunuh ayah ku . Juga para pembantunya dan
semua anak buahnya di basmi oleh Huang-ho Kwi-pang " .
" Hemmm , sudah puaskah hatimu " Tahukah engkau
bahwa engkau telah bekerja sama dan membantu Huang-ho
Kwi-pang padahal perkumpulan itu hanya gerombolan
perampok dan bajak sungai ?" .
" Aku tidak membantu mereka . Ketika mereka di basmi
kakek yang amat sakti itu , aku tidak membantu mereka . Ah , kakek itu sungguh
mengerikan Sin-ko . Pernahkan engkau
mendengar akan seorang datuk berjuluk Pak-te-ong ?" .
" Belum . Mengapa dia ?" .
" Dia muncul setelah Huang-ho Kwi-pang membasmi
gerombolan Kwi-to-pang , dan tiga orang pimpinan Huang-ho Kwi-pang itu di
bunuhnya dengan mudah . Aku sendiripun
akan celaka di tangannya kalau saja aku tidak dapat berlari cepat sekali .".
Han Sin tersenyum . Kalau dia tidak turun tangan
menghadang kakek itu belum tentu Cu Sian dapat lolos dari pengejarannya .
" Wah , kalau begitu engkau jago lari , Sian-te ! " katanya menggoda .
Wajah pemuda remaja itu menjadi merah . " Habis , apakah aku harus mti konyol "
Melarikan diri dari ancaman bahaya yang tidak dapat dilawannya adalah perbuatan
cerdik , bukan karena takut . Sebaliknya kalau sudah tahu diri tidak mampu
menandingi lawan akan tetapi nekat terus , dia akan mati konyol karena
kebodohannya . Melihat sahabatnya itu berbicara keras dan matanya
menyinarkan kemarahan , Han Sin berkata , " Aku tidak
bermaksud mengejekmu , Sian-te . Maafkan aku . Setelah
engkau berhasil membalas dendam orang tuamu , bahagiakah rasa hatimu " " .
Cu Sian menjatuhkan diri duduk di atas batu di depan Han Sin lalu dia menghela
napas panjang dan menggeleng kepala .
Aku tidak mengerti apa itu yang dinamakan bahagia , Sin-ko .
Ku rasa kebahagiaan hanya menjadi sebutan , buah bibir
belaka . aku meragukan apakah ada di dunia ini seorang yang berbahagia benar-
benar , sudah bebas daripada segala
masalah dan kedukaan . Sudah wajar kalau hidup ini seperti
permukaan samudera yang sebentar ke kanan sebentar ke kiri
, sebentar suka dan sebentar duka " .
" Engkau benar , Sian-te , Tak kusangka semua ini engkau sudah pandai
berfilsafat . Hati akal pikiran kitalah yang menjadi gelombang itu , yang
mengacaukan batin dengan kesenangan dan kesusahan . Kita biasanya keliru mengenal kesenangan sebagai
kebahagiaan . Padahal kesenangan itu hanyalah terpuaskannya nafsu dan bersifat
sementara saja karena kesenangan mempunyai saudara kembar yaitu
kesusahan yang sewaktu-waktu akan menggantikan
kedudukannya . Kalau ada senang tentu ada susah dan sebaliknya , seperti gelombang tentu ke
kanan dan ke kiri , berganti-ganti .
Kebahagiaan tidak mengenal senang dan susah seperti itu , kesenangan dan
kesusahan hanya permainan pikiran sendiri belaka " .
" Aduh , kalau saja aku tidak melihatmu , mendengar
ucapanmu tadi tentu aku mengira seorang pertapa yang tua renta yang bicara !
Sin-ko , engkau ini orang aneh . usiamu tidak berselisih banyak dengan usiaku ,
akan tetapi bicara mu seperti kakek pertapa yang berusia seratus tahun ! " kata
Cu Sian sambil tertawa . Han Sin juga tertawa . Heran dia , setiap bertemu dengan pemuda remaja ini , dia
merasakan kegembiraan yang luar biasa . Seolah kelincahan dan kejenakaan pemuda
yang menyamar sebagai pengemis itu menular kepadanya ! .
" Aih , Sian-te . Aku juga sama dengan engkau , hanya
membacakan dari kitab-kitab . Akan tetapi aku tidak berhenti mempelajarinya ,
mencari bukti kebenarannya " .
" Hemmm , bagaimana caranya ?" .
" Dengam mengalaminya sendiri . Dengan mengamati
kehidupan sendiri dan kehidupan di sekeliling kita karena kenyataan itu hanya
dapat di alami bukan hanya diketahui melalui ajaran kitab . Pelajaran dari Kitab
tentang kehidupan hanya mengenal kulitnya saja . Isinya kita dapatkan dengan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari . Kita selalu harus meragukan kebenaran
apa yang di ajarkan kitab " .
" Meragukan " Kitab-kitab itu di tulis oleh orang-orang jaman dahulu yang
bijaksana " . " keraguan akan kenyataan hidup perlu selalu terdapat
dalam hati , karena tanpa keraguan tidak akan ada usaha pencarian tentang
kebenaran itu " . " Wah , wah ! kau memang hebat , Sin-ko . Tadipun ketika aku mendengar nyanyian
tentang o-te-keng , aku mengira
yang bernyanyi itu seorang kakek pendeta To . Kiranya
engkau ! Sekarang kita bicara tentang hal lain , Sin-ko . Kalau terus kau ajak
bicara tentang kehidupan dan filsafatnya , aku khawatir sebentar saja rambutku
akan berubah putih ! " .
Han Sin tertawa . " Tanpa kau sengaja engkau sudah
melakukan hal yang terbaik dalam hidup , yaitu selalu
bergembira ! memang , pada akhirnya kita akan menemukan bahwa kita ini mahluk
yangberbahagia . karena Tuhan telah memberikan segalanya untuk kita . Kita harus
menikmati dan menyukuri pemberian uhan yang berlimpah untuk kita . Nah , kau
hendak bicara tentang apa , Sian-te " " .
" begini , Sin-ko . aku telah berhasil membalas dendam
atas kematian ayah bundaku . Karena itu , sekarang tidak ada lagi penghalang
bagiku untuk membantumu . aku akan
membantumu mencari pedang pusaka Hek-liong-kiam milik
ayahmu yang hilang itu . aku akan mencarinya sampai dapat dan menyerahkannya
kepadamu " . Han Sin terkejut , akan tetapi tidak diperlihatkannya . "
akan tetapi dimana hendak kau cari pedang itu ?" .
" tentu saja di daerah utara , dimana ayahmu dahulu gugur dalam pertempuran .
Kurasa pasti ada yang mengetahuinya siapa yang mengambil pedang itu " .
" Hemm , Kalau Cu Sian mencarinya sendiri , amat
berbahaya bagi pemuda itu , piker Han Sin . Dia sudah melihat akan kelihaian ,
keberanian dan kederdikan Cu Sian ketika berhadapan dengan Huang-ho Kwi-pang .
Cu Sian dapat menjadi seorang kawan dan pembantu yangboleh di andalkan
. " Sian-te , mencari pedang pusaka ayahku itu merupakan
tugasku , tidak semestinya engkau menjadi repot karenanya .
Biarlah aku yang mencarinya sendiri " .
" Sin-ko , kenapakah engkau selalu menolak uluran
tanganku untuk membantumu " Apakah engkau tidak suka
bersahabat denganku " Atau barangkali engkau tidak percaya kepadaku " " .
" Ah , sama sekali tidak , Sian-te . Aku senang sekali dapat bersahabat denganmu
. Dan tentu saja aku percaya
sepenuhnya kepadamu , bukankah engkau cucu Lo-kai yang
menjadi sahabat karib mendiang ayahku " Dan bukankah
engkau sudah berulang kali menolongku , dari tangan
keluarga gila kemudian dari tangan para pimpinan Huang-ho Kwi-pang " Aku hanya
tidak ingin membikin susah kepadamu , merepotkanmu " .
Jilid 10 " Kalau aku tidak merasa dibuat susah dan merasa tidak
merepotkan , bagaimana " Kalau aku dengan suka rela ingin membantumu mencari
pusaka itu sampai engkau mendapatkannya , bagaimana " Apakah engkau juga masih
menolakku " " .
Han Sin menghela napas . Memang lebih baik membiarkan
pemuda remaja itu bersama dia agar dia dapat melindunginya kalau ada
marabahaya . " Tentu saja tidak , Sian-te . Aku akan berterima kasih sekali ,
akan tetapi ............... "
" Akan tetapi apa " " .
" Ku harap engkau tidak melakukan penyamaran lagi " .
Cu Sian menatap wajah Han Sin penuh selidik , seolah
hendak menjenguk isi hati pemuda itu . " Apa maksudmu , Sin-ko " " akhirnya dia
bertanya . " Engkau bukan seorang pengemis , mengapa menyamar
sebagai seorang pengemis " Lebih baik memakai pakaian
biasa saja , tidak usah berpakaian pengemis " .
Cu Sian mengerutkan alisnya " Akan tetapi itu perlu untuk menyembunyikan keadaan
asliku . Eh Sin-ko , apakah engkau merasa jijik dan malu bersahabat dengan
seorang yang berpakaian seperti pengemis ?" .
" Sma sekali tidak , Sian-te . Akan tetapi justeru dengan penyamaranmu ini ,
engkau menarik perhatian banyak orang .
Coba piker dengan baik , bukankah orang-orang akan tertarik melihat kita
bersahabat dan melakukan perjalanan bersama karena keadaan kita yang berbeda "
Kalau engkau berpakaian biasa seperti aku , tentu tidak akan menarik perhatian
orang . memang benar kalau engkau melakukan perjalanan seorang
diri , mungkin saja engkau tidak akan menarik perhatian orang
" . " Hemm , benar juga pendapatmu , Sin-ko . baiklah , aku akan menanggalkan
penyamaranku dan berpakaian seperti
orang biasa . " Cu Sian akhirnya mengalah .
Han Sin tersenyum senang . " Kalau begitu mari kita
menyusuri sungai ini ke utara sampai kita tiba di sebuah kota dimana kita dapat
membeli pakaian untukmu . aku juga
membawa bekal pakaian , akan tetapi terntu terlalu besar kalau kaupakai " .
" Tidak perlu repot-repot , Sin-ko . Aku sudah
mempersiapkan segalanya . Kau tunggu sebentar ! " pemuda remaja itu lalu berlari
dan lenyap di balik semak belukar dalam hutan di tepi pantai sungai itu . Han
Sin mengikutinya dengan pandang heran . Kalau Cu Sian sudah mempersiapkan
segalanya , juga pakaian biasa , hal itu berarti bahwa memang pemuda remaja itu
sudah bermaksud untuk menanggalkan
penyamarannya . Dia tersenyum duduk lagi di atas batu , kini tidak memancing
lagi hanya memandangi air yang mengalir tiada putusnya itu , menghayutkan segala
macam benda dipermukaannya . han Sin termenung . Pikirannya seolah ikut hanyut bersama air ,
sampai jauh . Kehidupan seperti mengalir air sungai itu . Mengalir terus ,
bergerak terus sampai berakhir di samudera .
" Sin-ko , dengan melamun seperti itu mana bias engkau
memperoleh ikan ?" .
Teguran dengan suara nyaring ini mengejutkan Han Sin dan menyeretnya kembali
kepada kenyataan . Dia segera menoleh dan memandang pemuda remaja yang berdiri
di depannya dan dia terpesona ! Demikian tampan dan eloknya pemuda
remaja itu , seperti seorang pangeran dalam dongeng ,
walaupun pakaiannya hanya sederhana .
" Eh , Sin-ko ! Apakah ada yang tidak benar dengan
pakaianku ?" Cu ian mengamati pakaiannya dan tidak
menemukan sesuatu yang aneh .
" Sian-te .... , hamper aku tidak mengenalmu ! Engkau
begitu ! Engkau begitu tampan , engkau seperti
...........seorang putera bangsawan tinggi . Eh , Sian-te ,
engkau tentu seorang pengeran atau putera bangsawan tinggi
! " . Cu Sian tersenyum dan Han Sin semakin kagum . Bukan
main tampannya pemuda ini kalau tersenyum , pikirnya .
" He-he, Sin-ko . Engkau mimpi ! Sudah kauketahui bahwa aku cucu seorang ketua
pengemis . Kalaupun aku pangeran , barangkali pangeran pengemis , putera dari
raja pengemis , ha-ha-ha ! " .
Han Sin juga tertawa , dan dia menjadi tenang kembali .
Hilang sudah pesona yang tadi sempat membuatnya tertegun .
" Ah , Sian-te , kalau saja aku ini seorang wanita , tentu aku sudah jatuh hati
kepadamu ! " . Cu Sian juga tertawa geli , " Dan aku akan melarikan diri , seperti engkau
ketika melarikan diri dari keluarga gila yang hendak memaksamu kawin " .
" Uhhh ! Kau anggap aku sama dengan gadis gila itu ?" .
" Biarpun tidak gila , engkau jauh lebih tua dariku .
Sudahlah , simpan saja pujian itu untuk lain kali . Sekarang katakana bagaimana
pendapatmu setelah aku mengenakan
pakaian biasa " Engkau tidak keberatan lagi melakukan
perjalanan bersamaku ?" .
" Aku tidak pernah merasa keberatan , Sian-te . Hanya
canggung kalau engkau menyamar sebagai pengemis . Kalau


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti ini , aku tidak ragu lagi , bahkan bangga mengaku engkau sebagai adik ku
" . " Sebagai adik , atau sebagai pengawalmu , Sin-ko ?" .
" Pengawal " " Han Sin memandang wajah tampan itu
penuh selidik . " Ya , pengawal . Tanpa pengawalanku , engkau tentu akan menghadapi banyak
bahaya dalam perjalanan . akan tetapi dengan adanya aku di dekatmu , jangan
khawatir , Sin-ko . Aku yang akan membasmi semua halangan yang akan
mencelakaimu , " kata Cu Sian dengan sikap gagah .
Han Sin tersenyum " Benar sekali , Sian-te . Engkau ku
anggap adikku , juga pengawal dan pelindungku . Akan tetapi aku pesan agar
engkau tidak terlalu keras hati sehingga dimana-mana engkau menghadapi keributan
dan perkelhian seperti yang terjadi dalam rumah makan itu " .
Cu Sian berdiri di depan Han Sin dan mengangguk sampai
dalam seperti sikap seorang hamba terhadap majikannya . "
Baik , Sin-ko . Akan kulaksanakan perintahmu " .
Mau tidak mau Han Sin tertawa melihat sikap pemuda
remaja itu . Hatinya merasa senang sekali . Cu Sian bagaikan sinar matahari yang
membuat dunia nampak cerah dan indah .
Sejak berpisah dari pemuda itu , hatinya selalu merasa tidak enak dan khawatir
kalau-kalau sahabt muda ini akan teancam bahaya karena wataknya yang nakal dan
terlalu berani . Maka diam-diam dia selalu membayanginya sehingga dia
berhasil melidnunginya ketika pemuda remaja itu terancam oleh Pak-te-ong .
Setelah itu , dia sengaja menghadangnya , sambil memancing ikan dan menyanyikan
sajak tadi . Kini , dia tidak perlu merasa khawatir lagi . Dengan melakukan
perjalanan bersama , diam-diam dia dapat melindungi Cu Sian
. " Nah , sekarang sebelum kita melanjutkan perjalanan , aku ingin mengetahui
kemana kita akan pergi , sin-ko " .
" Seperti telah ku ceritakan kepadamu , Sian-te , aku
hendak mencari pedang pusaka ayahku yang hilang ketika
ayah memimpin pasukan di shansi utara . Karena aku tidak tahu persisi dimana
pertempuran itu terjadi ketika itu , maka aku harus mencari keterangan di Tai-
goan . Peristiwa itu sudah terjadi sepuluh tahun yang lalu , maka untuk
menyelidikinya hanya para pejabat tinggi di Tai-goan saja yang dapat memberi
keterangan " . " Jadi kita pergi ke Tai-goan sekarang " Hayo kita berangkat
, Sin-ko ! " kata Cu Sian penuh semangat .
" Ah , engkau kelihatan amat bergembira , Sian-te . Ada apakah " " .
" Bagaimana hatiku tidak akan bergembira dapat melakukan perjalanan bersamamu ,
Sin-ko " Tadinya aku selalu
mengkhawatirkan keselamatanmu . Untuk melakukan
perjalanan berbahaya ini orang harus membekali dirinya
dengan ilmu silat tinggi . Engkau yang tidak memiliki itu , tentu setiap saat
terancam bahaya . akan tetapi sekarang aku tidak khawatir lagi . Engkau dekat
dengan aku yang selalu dapat melindungimu ' .
Han Sin tersenyum . Sungguh terdapat persamaan dalam
hati mereka . Dia pun selalu mengkhawatirkan keselamatan pemuda remaja itu .
Tiba-tiba mereka melihat sebatang perahu meluncur di atas air sungai , tidak
terlalu jauh dari tepi sehingga mereka dapat melihatnya dengan jelas . Seorang
pria muda mendayung perahu itu , seorang diri saja , akan tetapi perahu itu dapat meluncur cepat
melawan arus . " Hemmm , dapat mendayung perahu melawan arus
secepat itu menunjukkan bahwa orang itu memiliki tenaga yang kuat sekali , "
kata Han Sin . " Dia tentu seorang yang berkepandaian tinggi " .
Cu Sian memandang penuh perhatian . Orang yang
mendayung itu seorang pemuda yang gagah , bertubuh tinggi besar dan kekar ,
kulit mukanya agak hitam , hidungnya besar
, matanya lebar dan mulutnya juga lebar . Di punggungnya tergantung sebatang
pedang bersarung indah . " Dia tentu bukan orang baik-baik " kata Cu Sian lirih , kemudian dia bangkit
berdiri dari atas batu yang di dudukinya
. " Ah , aku ingat sekarang ! Dia adalah pemuda sombong yang menghinaku di rumah
makan tempo hari ! " .
Han Sin memperhatikan dan kini diapun teringat . Pemuda yang pernah rebut mulut
dengan Cu Sian di rumah makan , yang mengatakan bahwa sepantasnya semua pengemis
di basmi itu ! Kini makin yakinlah dia bahwa pemuda tinggi besar itu tentu seorang
yang berkepandaian tinggi .
" Heiii ...... ! " Cu Sian berteraik kea rah penunggang perahu itu , akan tetapi Han
Sin menarik lengannya . " Sssttt , Sian-te . Biarkan dia berlalu , jangan mencari keributan di sini ! "
tegurnya . " Akan tetapi si sombong itu ..... ! "
" Sudahlah , perjalanan kita masih jauh , untuk apa mencari gara-gara " Dan
ingat akan janjimu , katanya engkau akan menaati semua perintahku " .
Cu Sian yang tadinya masih penasaran , kini tersenyum
mengangguk . " Baiklah , Sin-ko . Maafkan aku " .
" Nah , begitu baru namanya adik yang baik " , kata Han Sin senang dan tersenyum
. " Dan pengawal yang taat ! " sambung Cu Sian .
Ke duanya tertawa lalu melanjutkan perjalanan mereka
menuju ke ke kota Taigoan yang dari situ terletak di Timur laut .
***** Pada waktu itu , propinsi Shan-si merupakan daerah
perbatasan paling utara dari Kerajaan Sui . Di sebelah utara Shan-si adalah
daerah luas dan menjadi perebutan antara bangsa dan suku yang hidupnya
mengembara tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap . Mereka adalah bangsa dan suku Tartar ,
Mongol , Merkit , Karait , Naiman dan Ugur serta masih banyak lagi suku-suku
bangsa yang kecil . Para suku bangsa dari utara inilah yang oleh Kerajaan Sui di
anggap sebagai ancaman dari utara sehingga di sepanjang perbatasan itu di bangun
benteng pertahanan yang kokoh .
Propinsi Shan-si di pimpin oleh seorang gubernur atau
kepala daerah yang telah memegang kedudukan itu sejak
Kaisar Yang Chien masih hidup . Gubernur itu bernama Li Goan . Dia mempunyai
lima orang anak laki-laki dan empat orang anak perempuan . Akan tetapi yang
paling di sayangnya justeru puteranya yang dilahirkan oleh seorang selirnya ,
yaitu Puteri seorang kepala suku bangsa Turki . Puteranya itu bernama Li Si Bin
dan memang putera inilah yang paling
menonjol di antara saudara-saudaranya .
Keadaan di utara selama ini tenang saja . Hal ini berkat hubungan baik antara
Gubernur Li Goan dengan suku -suku
bangsa di utara , terutama sekali dengan suku bangsa Turki yang di pimpin oleh
keluarga isterinya , karena masih ada hubungan keluarga inilah maka banga Turki
menghentikan gerakannya yang mengganggu keamanan perbatasan utara .
Juga dengan suku-suku lain , Gubernur Li Goan mengambil sikap bersahabat
sehingga orang-orang dari selatan dapat melakukan hubungan perdagangan dengan
suku-suku bangsa itu tanpa ada gangguan . Gubernur Li Goan maklum bahwa kedudukannya sebagai
kepala daerah di perbatasan utara itu merupakan kedudukan yang berbahaya .
Dialah yang bertanggung jawab atas
keamanan daerah itu , dan kalau sampai daerah itu di kuasai oleh suku asing ,
tentu kerajaan akan menyalahkan dia . Oleh karena itu , Gubernur Li Goan selalu
memperkuat pasukannya untuk menjaga keamanan di daerahnya , walaupun
perbatasan telah ada perbentengan Pasukan Sui yang
menjaga . Dia memerlukan banyak pembantu yang pandai ,
maka hamper setiap tahun dia mengadakan pemilihan bagi
tenaga-tenaga baru untuk di jadikan opsir-opsir atau tentara .
Dia memberi kedudukan yang cukup tinggi sesuai dengan
kepandaian masing-masing . Karena ini , dia berhasil menarik perhatian banyak
tokoh persilatan yang ingin memperoleh kedudukan tinggi dalam pasukan gubernur
itu . Dengan adanya banyak ahli silat yang berilmu tinggi
menjadi perwira-perwira pasukan ayahnya , Li Si Bin yang sejak kecil gemar
mempelajari ilmu silat itu , dengan mudah memperdalam ilmu silat nya dengan
belajar dari para perwira itu . Bahkan lebih dari itu , pemuda ini sering
berkelana mengunjungi gurun-gurun dan bukit-bukit sunyi di utara , menjumpai
para pertapa sakti dan kalau menemukan seorang yang sakti dan ahli dalam ilmu
silat , dia lalu menjadi muridnya
. Dengan cara demikian , setelah dia menjadi seorang pemuda
dewasa , die telah memiliki ilmu silat yang tinggi . Selain ilmu silat , Li Si
Bin juga mempelajari ilmu perang dan sastra .
Gubernur Li Goan yang merasa bangga akan kelihaian
puteranya , lalu menyerahkan kepada Li Si Bin bilamana
diadakan pemilihan perwira . Pemuda itulah yang mengatur ujian bagia para
peserta . Dan sejak Li Si Bin yang mengatur ujian , jaranglah ada calon yang
berhasil di angkat menjadi perwira . Kebanyakan hanya berhasil lulus sebagai
tentara saja karena untuk menjadi perwira , syaratnya amat berat dan harus
memiliki ilmu silat yang tinggi . Akan tetapi kalau ada yang lulus , tentulah
dia menjadi seorang perwira yang gagah perkasa dan dapat di andalkan .
Pada suatu pagi , dua orang pemuda tampan memasuki
pintu gerbang kota Taigoan . Mereka in iadalah Cian Han Sin dan Cu Sian .
Setelah melakukan perjalanan berhari-hari lamanya , meninggalkan Huang-ho menuju
ke timur , sampailah mereka berdua di kota terbesar di daerah Shan-si itu .
Begitu memasuki kota Taigoan mereka sudah melihat
keadaan yang ramai seolah-olah di kota itu sedang diadakan pesta . Cu Sian
bertanya kepada seorang dengan bahasa
daerah utara dengan lancer sehingga diam-diam Han Sin
kagum sekali . Agaknya sahabat mudanya ini mengenal pula bahasa daerah utara .
Mereka mendapatkan penjelasan orang itu bahwa di lapangan depan gedung Gubernur
memang sedang di adakan semacam pesta , yaitu ujian bagi mereka atau tentara .
" Ah , paman . Tontonan apa saja yang di adakan di sana "
" Tanya Cu Sian , sementara itu Han Sin hanya mendengarkan dan memandang
sahabatnya yang kelihatan gembira sekali .
" Tentu saja seperti biasa , ada pertunjukan kekuatan , keahlian menunggang kuda
dan memanah , dan yang terakhir pertunjukkan ilmu silat . Bagi mereka yang ingin
menjadi perwira harus bertanding melawan Li-Kong-cu sebagai
pengujinya . Sepasang mata Cu Sian bersinar-sinar dan Han Sin
memaklumi hal ini . Semua pendekar tentu saja gembira
mendengar akan ada pertunjukkan ilmu silat . Dia sendiri pun tertarik .
" Siapa sih Li-kongcu itu " " Cu Sian bertanya .
" Hemm , tentu ji-wi ( Kalian berdua ) dating dari jauh sekali maka tidak
mengenal Li Kong-cu " kata orang itu . "
Kalau ji-wi tinggal di daerah Shan-si tentu sudah mengenal atau setidaknya
mendengar nama ini . Li Kong-cu adalah
seorang pemuda yang paling hebat dan paling tangguh ilmu silatnya akan tetapi
paling popular dan dekat dengan rakyat jelata . Dia adalah putera Kepala Daerah
Shan-si , yaitu Gubernur Li Goan " .
" Wah , tentu ramai sekali ! Sin-ko , kita harus nonton pertunjukkan itu ! "
kata Cu Sian gembira , lalu tanpa menanti jawaban sahabatnya , dia sudah menarik
tangan Han Sin di ajak pergi kea rah lapangan seperti yang di tunjukkan orang
tadi . han Sin tersenyum dan menurut saja . Kalau sedang bergembira seperti
itu , Cu Sian sungguh kelihatan seperti seorang kanak-kanak . Selama melakukan
perjalanan bersama Cu Sian , dia semakin tidak mengerti akan sikap Cu Sian yang
suka berubah-ubah . Kadang begitu akrab , akan tetapi
kadang-kadang juga seperti orang asing baginya . Selama dalam perjalanan itu ,
Cu Sian tidak pernah mau tidur dekat dengannya . Juga kalau membersihkan badan
di sumber air atau anak sungai , selalu dia ingin menyendiri dan mencari
tempat yang agak jauh . Tingkahnya kadang-kadang seperti seorang kanak-kanak
yang manja dan mudah tersinggung .
Maka ketika diajak nonton pertunjukkan itu , dia tidak
membantah karena bantahan hanya akan membuat pemuda
remaja itu ngambek ! . Ketika mereka tiba di lapangan rumput yang luas , di depan sebuah bangunan besar
, mereka mendengar tambun dan
gendering di pukul orang sehingga suasana menjadi ramai meriah . Ratusan orang
sudah berkumpul untuk menonton .
Akan tetapi tempat itu dilingkari tali karena untuk ujian itu di butuhkan tempat
yang luas . Di tengah-tengah lapangan
terdapat sebuah panggung dari papan setinggi dua meter .
Di dekat panggung itu terdapat dua kelompok orang .
Mereka semua adalah orang-orang muda yang gagah .
Kelompok pertama terdiri dari seratus orang lebih , sedangkan kelompok kedua
hanya ada dua belas orang . Setelah
bertanya-tanya , Cu Sian mendapat keterangan dari seorang penonton bahwa
kelompok besar itu adalah mereka yang ingin menempuh ujian sebagai tentara ,
sedangkan kelompok kecil itulah calon-calon perwira .
Tiba-tiba Cu Sian memegang lengan han Sin , kuat sekali sehingga Han Sin
terkejut dan memandang kepadanya .
sahabatnya itu sedang memandang kea rah tengah lapangan dimana dua kelompok
calon itu berkumpul dekat panggung
maka diapun memandang ke sana . Setelah memandang
dengan teliti barulah dia tahu mengapa sahabatnya
mencengkram lengannya demikian kuatnya . Ternyata di
dalam kelompok duabelas orang itu terdapat pemuda tinggi besar yang sudah dua
kali mereka lihat . Pertama di dalam rumah makan ketika pemuda itu rebut mulut
dengan Cu Sian , dan kedua kalinya ketika mereka berdua melihat pemuda itu
mendayung perahu melawan arus .
" Dia ada di sini , " bisik Cu Sian demikian sungguh-sungguh sehingga Han Sin
menjadi geli . " Kalau di sini mau apa " " katanya tersenyum . " Tenanglah
, Sian-te . kita lihat saja sampai dimana kelihaian pemuda itu nanti " .
Cu Sian mengangguk , akan tetapi alisnya berkerut . "
Hemm , aku ingin menandinginya dalam ujian ini " , bisiknya .
" Hushh , apa-apaan engkau ini " apakah engkau ingin
masuk menjadi perwira di Shan-si ?" .
" Tidak , aku hanya ingin mengukur kepandaian orang
sombong itu !" . " Ingat , Sian-te , kita ini hanya penonton saja . Jangan membikin rebut di sini
. Apalagi aku membutuhkan bantuan Gubernur Li . Ibuku berpesan agar aku
menghadap Gubernur Li dan minta keterangan darinya . Siapa tahu dia akan dapat
memberi banyak keterangan tentang kematian ayahku ,
karena menurut ibuku , Gubernur Li adalah seorang sahabat baik mendiang ayah " .
" Hemmm , baiklah , Sin-ko "
Ratusan orang yang menjadi penonton dan yang tadi ramai saling bercakap
sendiri , tiba-tiba menjadi diam ketika ujian itu di mulai .
Ujian bagi para calon tentara tidaklah terlalu menarik bagi Han Sin dan Cu
Sian . Ujian itu hanyalah ujian tenaga
mengangkat sebuah arca singa dari batu , kemudian ujian memanah orang-orangan
dari jerami dalam jarak seratus li , kemudian ujian ilmu silat yaitu setiap
orang calon di haruskan memainkan ilmu silatnya menggunakan senjata golok atau
tombak . Hampir seluruh calon lulus dengan baik . Agaknya
para penonton juga tidak begitu memperhatikan ujian bagi para calon tentara ini
karena merekapun ingin sekali nonton ujian bagi calon perwira yang lebih seru .
Akhirnya , setelah calon tentara sudah di uji semua dan lulus lalu di kumpulkan
dan di ajak masuk rumah gedung
lewat jalan samping untuk di daftar sebagai tentara , maka ujian perwira di
mulai . Dua belas orang calon itu di uji satu demi satu . Mula-mula mereka di
haruskan melompat ke atas panggung yang dua meter tingginya itu . Di atas
panggung sudah tersedia sebuah busur yang besar dan berat dan
mereka di haruskan menggunakan busur itu untuk memanah


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang-orangan dari jerami dalam jarak dua ratus kaki ! Singa batu yang tadi di
angkat oleh para calon tentara juga sudah di taruh di panggung dan para calon
perwira di haruskan mengangkat arca singa itu dan melemparkannya ke atas dan di terima lagi dengan
tangan . Setelah itu mereka di haruskan menunggang kuda sambil melepaskan anak
panah pada orang-orangan jerami dalam jarak lima puluh kaki . Setelah semua itu lulus ,
barulah si calon akan di uji oleh Li Kong-cu sendiri dengan bertanding ilmu
silat . Satu demi satu maju untuk menempuh ujian itu . Akan
tetapi ternyata bahwa ujian itu amat berat . Delapan orang dari mereka gugur .
ada yang gagal baru dalam babak kedua ketika menggunakan busur yang berat itu
untuk memanah orang-orangan jerami . Ada pula yang gugur ketika
melemparkan arca singa dan menerimanya kembali , karena mereka tidak kuat dan
terpaksa melepaskan singa itu . Ada pula yang gugur ketika menunggang kuda
sambil melepaskan anak panah . Tiga orang dari mereka , dengan susah payah ,
berhasil lulus , tinggal menanti ujian ilmu silat dan mereka di persilahkan
menunggu di sudut panggung . Orang kesebelas adalah pemuda tinggi besar yang
selalu diperhatikan Cu Sian .
Ketika orang ini melompat ke atas panggung , jelas
kelihatan bahwa dia memiliki gin-kang yang jauh lebih baik daripada para peserta
lainnya . Dia melompat tinggi , jauh lebih tinggi dari panggung itu dan
berjungkir balik dua kali baru turun ke atas panggung tanpa mengeluarkan suara
ketika kakinya menginjak panggung , seolah tubuhnya itu ringan sekali . Tentu
saja lompatan istimewa ini mendapat sambutan paling meriah dari para penonton .
" Huh , lompatan begitu saja apa artinya ?" Cu Sian
mengomel tak senang melihat orang yang tidak di sukainya itu mendapat sambutan
dan pujian begitu meriah .
Peserta terakhir itu lalu berjalan dengan lenggang seperti harimau menghampiri
busur dan anak panah yang berada di atas meja . Tiga orang peserta yang berhasil
tadi , ketika menarik busur melepaskan anak panah kelihatan berat sekali dan
mereka mengerahkan seluruh tenaga mereka . Akan
tetapi peserta terakhir dengan mulut tersenyum memasang anak panah pada busur
berat dan berat itu dengan sekali tarik dengan seenaknya , dia telah berhasil
membuat busur itu melengkung dan ketika dia melepaskan anak panah , anak
panah itu meluncur bagaikan kilat kea rah orang-orangan dari jerami dan ....
Menembus badan orang jerami itu , bahkan
setelah menembus masih melayang cukup jauh . Sorak sorai menggegap gempita
menyambut pameran memanah yang
istimewa itu . Tak dapat di ragukan lagi , pemuda tinggi besar itu memiliki
tenaga yang hebat ! . Pemuda itu tersenyum bangga dan mengangkat kedua
tangannya sebagai isyarat agar semua orang tidak membuat gaduh . Kemudian dia
menghampiri singa batu dan semua
orang mengikuti gerak geriknya tanpa berkedip . Pemuda itu memegang singa batu
dengan kedua tangan lalu mengangkatnya ke atas , melemparkannya dan menerimanya
kembali sampai tiga kali , kelihatan demikian ringannya !
Kembali orang-orang bersorak sorai dan bertepuk tangan .
" Huh , apa sih anehnya pertujunkkan seperti itu "
Sombongnya ! " Cu Sian mendengus marah sehingga Han Sin menoleh kepadanya dan
tersenyum . " Sian-te , kau lihat " Orang itu boleh juga " , kata Han Sin .
" Tenaganya seperti gajah . Dia pasti lulus dengan baik " .
Mendengar ini , Cu Sian menjadi semakin gemas . " hemm , apa hebatnya semua
itu " Permainan anak kecil !" .
" Sssttt , lihat , Sian-te , lihat gayanya menunggang kuda ! "
bisik Han Sin . Peserta terakhir itu sudah meloncat ke atas punggung kuda yang disediakan untuk
ujian itu sambil membawa busur dan anak panah . Kuda dibalapkan kea rah orang-
orangan jerami dan setelah jaraknya lima puluh kaki seperti telah ditentukan dia
melepas anak panah yang menyambar cepat dan
menancap tepat di ulu hati orang-orangan itu . Kembali para penonton menyambut
dengan tepuk tangan . Tak usah di
sangsikan lagi , peserta terakhir ini lulus dengan baik dan diapun dipersilahkan
berkumpul dengan tiga orang yang lain di sudut panggung .
Seorang yang berpakain perwira dan menjadi juru bicara , melangkah ke tengah
panggung dan mengangkat kedua
tangan , suaranya terdengar lantang sekali . " Para penonton harap jangan
gaduh . Sekarang ujian ilmu silat akan dimulai !
Empat orang yang telah lulus dan akan menghadapi ujian ilmu silat , peserta
pertama di minta maju ! "
Peserta pertama itu seorang pemuda berusia sekitar dua
puluh lima tahun dan dia melangkah maju ke tengah lapangan
, siap menghadapi ujian .
Semua penonton kini nampak gembira dan kagum karena
dari bawah panggung melompat seorang pemuda yang amat
gagah dan tampan . Pemuda ini masih muda sekali , paling banyak delapan belas
tahun usianya akan tetapi tubuhnya tegap dan dadanya bidang , sepasang matanya
mencorong seperti mata naga . Pakaiannya dari sutera , akan tetapi tidak terlalu mewah dan
pakaian itu ringkas . Begitu dia berada di atas panggung , terdengar orang-orang
berseru . " Hidup Li-kongcu .............. ! "
Han Sin dan Cu Sian memperhatikan ketika mendengar
orang menyebut pemuda itu Li Kong-cu . Jadi pemuda itulah putera Gubernur Li .
Mengapa pakaiannya tidak mewah dan mentereng " Juga sikapnya sederhana sehingga
mendatangkan rasa kagum dalam hati Han Sin dan Cu Sian .
Pemuda itu memang Li Si Bin atau lebih dikenal dengan
sebutan Li-Kongcu ( Tuan muda Li ) oleh rakyat . Ketika die mendengar teriakan
menyambutnya , dia lalu menghadapi
penonton dan membungkuk sambil berkata , ' Harap saudara sekalian menonton
dengan tenang . Ini bukan pertandingan , melainkan ujian bagi calon perwira " .
Suaranya nyaring namun lembut dan mendengar
ucapannya itu , semua penonton diam . Han Sin juga dapat merasakan suatu wibawa
yang besar terkandung dalam suara itu . Dia semakin kagum . Pemuda ini sungguh
bukan orang biasa . Gerak geriknya demikian matang dan penuh
kepercayaan kepada diri sendiri , wibawanya amat besar .
Kini Li Si Bin berhadapan dengan peserta pertama yang
bertubuh pendek tegap . " Saudara menghendaki ujian tangan kosong atau kah
senjata " Silahkan pilih ! " terdengar Li Si Bin bertanya ramah . Sama sekali
tidak nampak sikap congkak seperti layaknya putera bangsawan tinggi .
Peserta pendek itu memberi hormat . Agaknya dia adalah
orang daerah Shan-si yang sudah tahu dengan siapa dia
berhadapan . " Saya bertangan kosong saja , kong-cu " .
" Baiklah , mudah-mudahan engkau berhasil ! " kata Li Si Bin , lalu setelah
melihat peserta itu memasang kuda-kuda yang kokoh kuat , dia berseru . " Lihat
seranganku ! " . Li Si Bin menyerang dengan tamparan tangannya ke arah
pundak lawan . Peserta pendek itu cepat mengelak dan
membalas dengan tendangan kakinya . Akan tetapi Li Kong-cu dapat pula menangkis
tendangan itu dan melancarkan
serangan kedua . Kedua orang ini sudah cepat saling menukar serangan .
Sementara itu , Cu Sian sibuk bertanya kepada seorang
penonton yang berdiri di sebelahnya tentang peraturan ujian ilmu silat itu .
" Yang kalah sebelum dua puluh lima jurus di nyatakan
gagal dan harus di terima sebagai prajurit kelas satu . Yang dapat melampaui dua
puluh lima jurus akan tetapi tidak
sampai empat puluh jurus akan di angkat menjadi seorang perwira , yang mampu
bertahan sampai empat puluh jurus
akan tetapi tidak melampaui lima puluh jurus menjadi perwira yang lebih tinggi
kedudukannya , akan tetapi yang mampu bertahan sampai lima puluh jurus lebih ,
diberi kedudukan perwira yang paling tinggi . Akan tetapi selama dua tahun ini ,
tidak ada peserta yang mampu bertahan sampai lebih dari lima puluh jurus melawan
Li Kong-cu " . Cu Sian mengangguk-angguk dan kembali melihat ke atas
panggung . Dia kagum sekali melihat gerakan Li Si Bin . Jelas bahwa pemuda itu
memiliki ilmu silat yang hebat , akan tetapi putera gubernur itu membatasi
tenaga dan kecepatannya .
Agaknya dia memberi kelonggaran kepada lawannya karena
menurut perhitungan Cu Sian , kalau Li kong-cu itu
menghendaki ,dalam sepuluh jurus saja peserta pendek itu akan terjungkal !
Dugaan Cu sian memang benar , Li Kong-cu memberi kelonggaran , akan tetapi tidak
lebih dari dua puluh empat jurus . Pada jurus ke dua puluh empat , tiba-tiba
saja peserta pendek itu terkulai roboh , cepat Li Kong-cu
menjulurkan tangan kanannya , memegang tangan orang itu dan mengangkatnya bangun
. Dia tersenyum ramah ketika
berkata " saying engkau gagal . Akan tetapi dengan bekal tenaga dan kepandaianmu
, kalau engkau mau masuk menjadi prajurit kelas satu , dalam waktu singkat
engkau tentu akan memperoleh kenaikan pangkat asal engkau suka berlatih
dengan baik ' . Peserta pendek itu memberi hormat . Dia tidak nampak
terpukul perasaannya karena di kalahkan Li Kong-cu , bahkan sikap Li Kong-cu
yang demikian ramah dan baik , membuat dia menjawab dengan suara tegas , " saya
mau menjadi prajurit , kong-cu , dengan harapan mendapat petunjuk kong-cu untuk
memperoleh kemajuan " .
Peserta pertama mundur di gantikan peserta kedua yang
seperti juga peserta pertama , memilih bertanding dengan tangan kosong . Akan
tetapi , tidak seperti peserta pertama , pserta kedua yang bertubuh jangkung
kurus ini ternyata memiliki sin-kang yang cukup kuat dan juga ilmu silatnya tanggung sekali . Cu
Sian yang memperhatikan gerakan Li Kong-cu , mendapat kenyataan bahwa pemuda
bangsawan itu menambah takaran tenaga dan kecepatannya , namun sampai lewat dua
puluh lima jurus si jangkung itu masih bertahan dan akhirnya dia tertotok lemas
dalam jurus ke tiga puluh . Dia lulus sebagai perwira pertama dan juga seperti
perserta pertama dia di kalahkan tanpa menderita luka dan Li Kong-cu bersikap
bersahabat dengannya . Maka , peserta ini pun tidak
menderita malu dan dia lalu mengundurkan diri setelah
mengucapkan terima kasih .
Peserta ke tiga adalah seorang pemuda berusia hamper tiga puluh tahun , berkumis
dan perawakannya sedang saja ,
namun dari gerak geriknya jelas nampak oleh Cu Sian bahwa peserta ke tiga ini
lebih lihai dari pada dua peserta terdahulu .
Dugaannya tepat karena setelah mereka bergebrak ,
pertandingan kini berjalan dengan ramai dan seru . Peserta ke tiga dapat
mengimbangi gerakan Li Kong-cu sehingga
penonton memandang dengan gembira dan dengan hati
tegang . Akan kalahkah jago mereka , yaitu Li Kong-cu " Akan tetapi Cu Sian dengan kagum
dapat menilai gerakan mereka berdua dan dia tahu bahwa Li Kong-cu tidak akan
dapat di kalahkan orang itu . Perhitungannya memang tepat . Peserta ketiga ini
memang lihai dan mampu bertahan sampai lima puluh jurus !
Akan tetapi tetap saja dia harus mengakui ke unggulan Li Kong-cu karena dalam
jurus ke lima puluh lima , dia pun terpelanting jatuh . Walaupun dia tidak
menderita luka , tetap saja kejatuhannya sudah menunjukkan bahwa dia memang
kalah . Li kong-cu nampak gembira sekali . Dia mengangkat bangun peserta itu dan
memberinya kedudukan perwira
menengah , tidak seperti dua orang peserta terdahulu yang mendapatkan kedudukan
perwira rendah . Kini peserta ke empat yang maju . Cu Sian yang tidak
senang melihat pemuda tinggi besar yang di anggapnya
sombong itu memandang dengan mata bersinar-sinar . Dia
melihat betapa pemuda tinggi besar itu menghadapi Li Kongcu dengan lagak yang
angkuh , tidak mau tunduk .
Li Si Bin hanya tersenyum melihat lagak pemuda tinggi
besar itu dan setelah mereka berdua mengangkat kedua
tangan depan dada sebagai salam , Li Si Bin bertanya , " sobat
, engkau memilih ujian silat dengan senjata apa ?" .
Berbeda dengan tiga orang peserta yang memilih di uji ilmu silat tangan kosong ,
pemuda tinggi besar itu menjawab
lantang . " Setiap orang pendekar sejati tidak akan pernah melepaskan
pedangnya , demikian pula seorang panglima
harus pandai menggunakan berbagai macam senjata . Aku
memilih pedang untuk bertanding ilmu " . Setelah berkata demikian , si tinggi
besar itu menggerakkan tangan kanannya ke belakang punggung dan " sing ......... ! "
dia telah memegang sebatang pedang yang berkilauan .
Para penonton memandang dengan mata terbelalak dan
hati tegang , akan tetapi Li Si Bin masih tersenyum dengan tenang . Sementara
itu Cu Sian sudah tidak mampu menahan kemarahannya melihat sikap congkak itu .
Dia tahu bahwa Li Si Bin adalah seorang yangbijaksana . Ketika mengalahkan tiga
orang lawannya tadi saja sudah menunjukkan bahwa dia seorang yang rendah hati
dan baik budi . Kini melihat si congkak itu mencabut pedang yang berkilauan ,
dia merasa khawatir akan keselamatan putera gubernur itu . Tanpa dapat di cegah
Han Sin yang sama sekali tidak menduganya , Cu Sian sudah melompat memasuki
batas tali , kemudian dengan mengerahkan ginkangnya dia melompat tinggi dan
membuat poksai ( salto ) sampai tiga kali baru turun ke atas panggung dengan ringan
sekali . Tentu saja perbuatannya itu mengejutkan semua orang ,
dan Li Si Bin sendiri memandang dengan heran .
" Siapakah engkau dan apa artinya engkau naik ke atas
panggung ini ?" tanya Li Si Bin sambil memandang tajam , suaranya penuh wibawa .
Sementara itu Han Sin terkejut
sekali karena dia dapat menduga bahwa sahabatnya itu tentu
akan menimbulkan keributan . Akan tetapi sudah terlambat dan dia tidak dapat
berbuat lain kecuali menonton dengan hati tegang dan khawatir .
Cu Sian mengangkat kedua tangan ke depan dada untuk
memberi hormat kepada putera gubernur itu lalu berkata "
maafkan aku , kong-cu . Karena ku lihat kong-cu sudah
melayani bertanding sampai tiga kali berturut-turut , maka perkenankanlah aku
untuk mewakili kongcu dalam
pertandingan ini . Dengan melihat jalannya pertandingan antara orang sombong ini
dan aku , tentu kong-cu sudah
dapat menilai apakah dia pantas di terima ataukah tidak " .
Li Si Bin menjadi tertarik sekali . Belum pernah dia melihat seorang pemuda
remaja yang tampan dan halus seperti ini memperlihatkan keberanian yang luar
biasa . Dia ingin sekali melihat bagaimana lihainya pemuda ini , maka sambil
tersenyum dia menoleh kepada peserta ke empat yang tinggi besar itu .
" Tentu saja aku tidak keberatan dan pertandingan itu tentu akan menarik sekali
dan menambah semaraknya ujian ini .
Akan tetapi entah bagaimana dengan pendapat peserta
keempat ini " . Pemuda tinggi besar itu mengerutkan alisnya karena dia
tidak mengenai Cu Sian , lalu menjawab ucapan Li Si Bin , dia berkata dengan
lantang . " Li Kong-cu , saya tidak takut menghadapi siapapun juga , akan tetapi
yang berhak naik ke panggung adalah mereka yang lulus ujian yang telah di
tetapkan . Karena itu , saya ingin melihat apakah bocah ini mampu melakukan
syarat yang telah di tentukan . Kalau dia dapat melakukan itu semua dengan
baik , baru dia ada harganya untuk menguji ilmu silat saya . Kalau tidak ,
sebaiknya kong-cu melemparkan bocah pengacau ini keluar panggung " .
Li Si Bin menoleh kepada Cu Sian sambil tersenyum . " Apa sih sukarnya melakukan
itu semua " Aku dapat memenuhi
persyaratan itu jauh lebih baik daripada yang dia lakukan tadi
! " . Mendengar ini , Li Si Bin lalu berkata . ' Baiklah , sekarang ditetapkan
begini . Saudara ini akan memenuhi semua
persyaratan , yaitu ujian tenaga dan ketangkasan , kemudian kalau dia lulus ,


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalian berdua akan saling menguji ilmu silat .
Bagaimana , apakah kalian berdua setuju ?" .
Pemuda tinggi besar itu menjawab hamper berbareng
dengan jawaban Cu Sian . " Aku setuju !" .
Li Si Bin lalu meninggalkan panggung dan duduk di kursinya
, sedangkan pemuda tinggi besar itu berkata mengejek , "
Bocah pengacau, sekarang perlihatkan kemampuanmu ,
hendak kulihat apakah kemampuan tenaga dan kecekatanmu
sama besarnya dengan mulutmu ! " Setelah berkata demikian
, diapun mundur dan berdiri di sudut panggung sambil
bertolak pinggang dan mulutnya tersenyum mengejek .
Cu Sian kini menghadapi penonton dan tersenyum geli
ketika dari situ dia melihat wajah Han Sin yang kerut merut dan matanya melotot
kepadanya . " Saudara sekalian , saudara yang menjadi saksi apakah
saya dapat lulus lebih baik daripada manusia sombong ini ataukah tidak . Pertama
, melompat ke panggung . Tadi sudah kulakukan dan semua orang telah
menyaksikannya . Sekarang akan kulakukan ujian kedua , memanah dengan busur
itu . Silahkan kalian semua melihat ! " .
Dengan langkah gagah Cu Sian menghampiri meja dan
mengambil busur yang besar dan berat itu . Para penonton melihat betapa pemuda
remaja yang bertubuh kecil dan gerak geriknya halus itu mengerahkan tenaga pada
kedua tangannya untuk mengangkat busur itu ! Pemuda tinggi besar itu tertawa
terkekeh melihat ini dan para penonton juga mengerutkan alis karena kecewa .
Bagaimana mungkin pemuda itu mampu
memanah orang jerami yang jauh itu dengan busur yang
demikian beratnya " Mengangkat busur itu saja dia harus menggunakan kedua
tangannya ! . Semua penonton memandang dengan hati tegang dan
suasana menjadi hening sekali . Ketika Cu Sian menahan
busur dengan tangan kirinya lalu mengambil tiga batang anak panah , memasang
tiga batang anak panah itu kepada
busurnya , semua orang mulai terbelalak . Cu Sian lalu
memasang kuda-kuda , mengangkat kaki kiri tinggi lalu di langkahkan ke depan
lebar-lebar , membentuk pasangan kaki menunggang kuda , kemudian dia
mementangtali busur sepenuhnya . " Kena ! " serunya sambil melepas anak panah . Tiga
batang anak panah itu menyambar ke depan secepat kilat dan menancap di orang
jerami itu , tepat mengenai leher , dada dan pusar !
" Ahhhh .... ! " Penonton berseru dan meledaklah sorak
sorai dan tepuk tangan mereka . Kiranya ketika mengangkat busur dengan kedua
tangannya , Cu Sian hanya berpura-pura saja . Dan tentu hebat dan
menganggumkan . Li Si Bin sendiri sampai bangkit dari tempat duduknya dan
memandang dengan mata bersinar-sinar . Bukan main pemuda remaja itu pikirnya . Melepas
tiga batang anak panah dengan sekali luncuran merupakan ilmu memanah tingkat
tinggi ! Di daerah Shansi ini mungkin hanya dia seorang yang mampu
melakukannya ! Han Sin yang tadinya marah dan gelisah melihat ulah
sahabatnya itu , juga merasa amat kagung . Tak di sangkanya bahwa Cu Sian
memiliki ilmu memanah yang demikian hebat dan melihat semua orang bersorak dan
bertepuk tangan , tak dapat di tahannya lagi diapun ikut - ikutan bertepuk
tangan ! . Kegaduhan penonton itu tiba-tiba berhenti dan suasana
menjadi sunyi kembali ketika semua orang melihat pemuda remaja itu kini
menghampiri singa batu yang berada di sudut panggung . Cu Sian mengangkat singa
batu itu dengan sebelah tangan saja , lalu melontarkan ke atas , tinggi dan menerimanya kembali
lalu melontarkan kembali lagi sampai lima kali . yang hebat , pada lemparan
terakhir , ketika singa batu itu meluncur turun , bukan di sambut dengan
tangannya melainkan dengan kepalanya ! Dengan menggunakan tenaga
lembut , kepala itu menempel singa batu dari samping lalu membuat gerakan
melengkung ke bawah lalu ke kiri sehingga daya luncur singa batu itu dapat di
salurkan ke atas dan hilang
. Beberapa saat lamanya singa batu itu tertahan di atas kepala Cu Sian , baru di
ambil oleh kedua tangan dan di turunkan di atas panggung .
Sorak sorai menyambut demonstrasi yang luar biasa ini dan tanpa di ucapkan
dengan suara , semua orang juga sudah
tahu bahwa apa yang diperlihatkan pemuda remaja ini jauh lebih hebat daripada
apa yang tadi dipamerkan pemuda tinggi besar .
Cu Sian tersenyum , mengangguk kepada penonton di
empat penjuru lalu tiba-tiba tubuhnya melayang turun dan tahu-tahu dia sudah
berada di atas punggung kuda , di atas mana telah tersedia anak panah dan
busurnya . Cu Sian menggeprak kuda itu sehingga kuda berlari congklang menuju ke orang jerami .
Dalam jarak lima puluh kaki , tiba-tiba Cu Sian melompat dan berdiri di atas
punggung kuda yang berlari itu , dan anak panahnya dengan tepat menancap di dada
orang jerami ! . Kembali penonton menyambut dengan gembira . Cu Sian
lalu melompat lagi ke atas panggung dan menghadapi si
pemuda tinggi besar sambil tersenyum-senyum .
" Nah , semua persyaratan telah ku penuhi , bukan "
sekarang kita harus saling menguji ilmu silat dan aku ingin sekali melihat
apakah ilmu silatmu setingkat dengan
kesombonganmu ! " . Pemuda tinggi besar itu berseru . " Bagus ! Keluarkan
senjatamu aku akan menggunakan pedangku ini ! ' Pemuda
itu kembali mencabut pedang yang tadi sudah di simpannya kembali " Hemmm , aku
menghadapimu tidak perlu aku
mengggunakan senjata yang tajam dan runcing . Cukup
sebatang tongkat saja . Eh , Sin-ko , tolong carikan sebatang tongkat untukku !
" Dia berteriak ke arah Han Sin . Pemuda itu bersungut-sungut . Ulah Cu Sian
mendatangkan kekhawatiran dalam hati Han Sin , kalau-kalau ulah itu akan
menggagalkan niatnya bertemu dengan gubernur Li dan minta keterangan tentang
ayahnya . Akan tetapi sebelum dia menanggapi
permintaan Cu Sian , seorang perwira atas perintah Li Si Bin sudah naik ke
panggung dan menyerahkan sebatang toya .
Toya itu merupakan senjata tongkat yang terbuat daripada besi .
" Terima kasih , ciangkun . Aku hanya membutuhkan
sebatang tongkat bamboo atau kayu saja , yaitu tongkat
pemukul anjing . Kalau menggunakan toya ini , anjing yang ku pukul bisa mati ! "
. Tentu saja ucapan ini merupakan ejekan dan sekaligus
makian terhadap pemuda tinggi besar yang di anggapnya
sebagai anjing yang layak di pukul ! Para penonton merasakan hal ini dan mereka
semua tertawa . Seorang penonton
kebetulan melihat sebatang bambu di bawah lalu di ambilnya bambu itu dan di
lemparkannya ke atas panggung .
Cu Sian menyambut bamboo itu dan memutarnya dengan
tangan kanan , menghadapi pemuda tinggi besar sambil
berkata , " Nah , inilah senjataku ! "
Sebelum mereka bergerak saling serang , Li Si Bin berseru dari bawah panggung ,
suaranya terdengar gembira karena peristiwa ini sungguh belum pernah terjadi dan
membuat penyelenggaraan ujian pemilihan perwira yang menjadi meriah
. " Kedua orang saudara yang hendak bertanding , di minta memperkenalkan diri
masing-masing !" . Cu Sian segera menyambut seruan ini dengan suara lantang sambil melintangkan
tongkat bambunya di depan dada . " Aku bernama Cu Sian dari Tiang-an !" .
" Saya bernama Bong Sek Toan , dari Nan-king ! " pemuda tinggi besar itu berseru
pula dengan suaranya yang
mengguntur dari Tiang-an dan Nan-king , suasana menjadi semakin ramai karena
para penonton mengerti bahwa dua
orang muda itu dating dari luar daerah Shansi .
" Sekarang kalian mulailah " , seru Li Si Bin , " akan tetapi ingat bahwa
pertandingan ini hanya untuk menguji
kepandaian silat , bukan perkelahian ! " .
Cu Sian tersenyum memandang lawannya lalu berkata , "
Orang she Bong , sudah siapkah engkau untuk di pukul
dengan tongkatku ! " .
Sejak tadi pemuda tinggi besar bernama Bong Sek Toan itu sudah merasa panas
hatinya dan marah bukan main . Dia
merasa di pandang rendah dan dipermainkan pemuda remaja itu . Akan tetapi
agaknya diapun maklum bahwa pemuda
remaja yang ugal-ugalan itu merupakan seorang lawan
tangguh , dapat di lihat dari cara dia memperlihatkan tenaga dan kecepatannya
tadi . " Sambut pedangku ini ! " katanya dan menyerang dengan
dahsyat sekali . Bagaimanapun juga dia merasa lebih untung karena dia
memegang sebatang pedang sedangkan lawannya hanya
memegang sebatang tongkat bamboo .
Akan tetapi dengan gerakan yang gesit sekali Cu Sian dapat mengelak dan diapun
menggerakkan tongkatnya menotok kea rah pinggang lawan . Bong Sek Toan cepat
menangkis sambil mengerahkan tenaga , bermaksud untuk mematahkan tongkat itu ,
akan tetapi tongkat itu hanya terpental dan sama sekali tidak menjadi rusak oleh
pedang yang tajam itu . Segera terjadi serang menyerang yang amat seru . Biarpun
kalah untung dalam hal senjata , namun Cu Sian dapat
mengimbangi lawannya dengan kecepatan gerakannya .
Tubuhnya berkelebat diantara sinar pedang dan ujung tongkat bambunya menotok ke
tempat berbahaya sehingga Bong Sek
Toan tidak mampu mendesak lawannya itu .
Saling serang sudah berlangsung tigapuluh jurus lebih dan belum ada diantara
mereka mereka yang terdesak . Tiba-tiba Bong Sek Toan mengeluarkan bentakan
nyaring dan pedangnya berputar menyambar-nyambar kea rah tubuh
bagian atas dari lawannya . Hebat bukan main serangan ini , bagaikan gelombang
samudera yang menerjang kea rah Cu
Sian . Pemuda remaja inipun terkejut dan maklum akan
hebatnya serangan pedang , maka diapun bergulingan di atas papan panggung
sehingga pedang itu menyambar-nyambar di atas tubuhnya . Dari bawah , tongkat Cu
Sian mengirim serangan balasan ke arah kaki dan perut . Dengan
perlawanan seperti ini , terpaksa Bong Sek Toan mengubah lagi gerakan
pedangnya . Diam-diam dia terkejut sekali .
Ternyata tongkat bamboo yang di pandang rendah itu
menrupakan senjata istimewa di tangan lawannya. Sebaliknya
, Cu Sian juga terkejut. Tak di sangkanya bahwa lawannya yang di anggap sombong
itu ternyata tangguh bukan main .
Keduanya mengeluarkan seluruh kemampuan dan
mengerahkan seluruh tenaga sehingga pertandingan itu
berlangsung seru , bukan lagi merupakan pertandingan
menguji ilmu , melainkan perkelahian yang sungguh-sungguh untuk merobohkan lawan
. Jurus - jurus terampuh dari
mereka dikeluarkan . Penonton menahan napas menyaksikan pertandingan yang
amat seru itu . Li Si Bin sendiripun sampai bangkit dari kursinya . Dia merasa
girang dan juga khawatir . Girang karena dia merasa mendapatkan dua orang calon
perwira yang akan menjadi pembantu-pembantu yangboleh di
andalkan . Akan tetapi khawatir karena pertandingan itu menjadi sungguh-sungguh
menjadi perkelahian untuk saling bunuh ! .
Yang merasa amat kaget dan heran adalan Cian Han Sin .
Ketika Bong Sek Toan mengeluarkan ilmu pedang mendesak
Cu Sian dengan jurus yang seperti gelombang , dia segera mengenal ilmu pedang
itu . Bahkan semua gerakan ilmu silat Bong Sek Toan itu tidak asing baginya
karena bersumber pada ilmu silat Lo-hai-kun ! Pada hal ilmu silat Lo-hai-kun
( Silat Pengacau Lautan ) adalah ilmu ibunya yang pernah diajarkan
kepadanya . Berarti masih ada hubungan antara orang
bernama Bong Sek Toan ini dengan ibunya .
" Haiiii !! " Tongkat di tangan Cu Sian bergerak seperti ular dan mematuk -
matuk ke arah kedua mata lawan . Bong Sek Toan terkejut dan dia harus
berlompatan ke belakang untuk menghindarkan matanya dari bahaya .
" Yaahhhhh ! " Dia membentak dan pedangnya menyambar
dengan sapuan ke arah kedua kaki Cu Sian . Pemuda remaja itu meloncat tinggi
sehingga pedang itu lewat di bawah
kakinya , kemudian tubuhnya berjungkir balik dan menukik sambil menusukkan
tongkatnya kea rah ubun-ubun lawan .
" Hiaatttt ........... traanggg .... ! " Pedang itu menangkis
tongkat dan keduanya melompat mundur setelah pertemuan
antara tongkat dan pedang itu membuat Bong Sek Toan
terhuyung dan Cu Sian juga melayang turun hamper terjatuh .
Akan tetapi setelah keduanya melompat mundur , kini mereka sudah siap lagi untuk
saling serang . Pertandingan sudah berlangsung tujuh puluh jurus lebih
dan Han Sin yang merasa khawatir kalau-kalau kedua orang itu celaka , padahal
Bong Sek Toan itu masih mempunyai
hubungan dengan ibunya . Maka diapun memasuki lapangan
yang di lingkari tali dan berlari menuju ke panggung .
Pada saat itu , Li Si Bin juga mengangap bahwa
pertandingan itu sudah lebih dari cukup dan kedua orang itu dapat di terima
sebagai perwira maka diapun melompat ke atas panggung .
Pada saat itu , kedua orang itu sudah mulai menyerang lagi
. Ketika Li Si Bin melompat dan tiba di antara keduanya , dengan sendirinya
dialah yang menjadi sasaran tongkat dan pedang ! Akan tetapi dengan tenang Li Si
Bin menangkap tongkat dan menangkis pedang dari samping sehingga pedang terpental dan Cu Sian
tidak mampu menarik lepas tongkatnya
! Dari gerakan melerai ini saja sudah dapat diketahui bahwa ilmu kepandaian Li
Si Bin memang hebat dan lebih tinggi tingkatnya di bandingkan kedua orang yang
sedang bertanding itu . " Cukup , kalian sudah cukup bertanding ! " kata Li Si Bin sambil tersenyum
ramah . " Akan tetapi aku belum kalah ! " kata Cu Sian penasaran .
" Sian-te ! Turunlah dan jangan bertanding lagi atau aku akan marah kepadamu ! "
terdengar teriakan Han Sin dari bawah panggung .
Bong Sek Toan juga menoleh dan memandang kepada Han
Sin . Melihat pemuda ini , dia teringat . Tadi dia sudah berpikir siapakah
pemuda remaja yang bertanding dengannya itu . Dia merasa sudah pernah bertemu .
Setelah kini melihat Han Sin , maka diapun teringat bahwa lawannya bukan lain
adalah pengemis muda yang kurang ajar itu .
" Ah , kiranya engkau jembel itu ! " bentaknya sambil
menudingkan telunjuknya ke arah muka Cu Sian .
Cu Sian membelalakan matanya dengan marah . " Dan
engkau anjing sombong itu ! " dia balas memaki . " Mari kita lanjutkan
pertandingan sampai seorang diantara kita roboh tak bernyawa ! "
" Sudahlah , harap ji-wi ( anda berdua ) bersabar .
Pertandingan ini hanya untuk ujian bukan berkelahi ! " kata Li Si Bin .
Bong Sek Toan yang juga sudah marah sekali memandang
kepada Cu Sian dengan mata mendelik . Pada saat itu , Han Sin dari bawah
panggung berseru . " Saudara Bong Sek Toan , engkau ada hubungan apakah
dengan mendiang Toat-beng Giam-ong ?" Han Sin bertanya
demikian karena melihat ilmu pedang Lo-hai Kiam-Sut tadi dan menduga bahwa
pemuda itu tentu ada hubungan dengan


Pedang Naga Hitam Lanjutan Dari Sepasang Naga Lembah Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendiang Toat-beng Giam-ong , guru dari ibunya .
Bong Sek Toan terkejut bukan main , wajahnya berubah
kemerahan dan dia memberi hormat kepada Li Si Bin , berkata
, " Kong-cu , sebaiknya saya pergi saja ! " Dan dia melompat turun dari panggung
, setelah tiba di bawah dia memandang kepada Cu Sian sambil berseru , " Bocah
setan , lain kali aku aku tidak memberi ampun lagi kepadamu ! " Setelah berkata
demikian dia meloncat jauh dan lenyap di antara penonton yang banyak itu .
Melihat ini , Li Si Bin menjadi heran dan menyesal karena pemuda tinggi besar
itu dapat menjadi perwira yang tangguh .
Dia lalu menghadapi Cu Sian dan berkata , " Biarlah , kalau dia tidak ingin
menjadi perwira , kamipun tidak akan memaksanya
. Dengan mendapatkan engkau sebagai perwira , kami sudah cukup puas , saudara
CuSian " . " Tapi .... Tapi .... Aku sama sekali tidak ingin menjadi
perwira , kong-cu " .
Li Si Bin mengerutkan alisnya dan merasa dipermainkan . "
Apa artinya semua ini " tanyanya dengan suara tidak senang .
Pada saat itu Han Sin yang berada di bawah panggung segera berkata dengan suara
lembut dan penuh hormat .
" Kami mohon agar Li-Kongcu suka memberi kesempatan
kepada kami untuk menceritakan semua ini , tanpa di dengar banyak orang " .
Li Si Bin menjadi semakin heran dan penasaran . Akan
tetapi melihat sikap Han Sin yang penuh hormat itu dan sikap Cu Sian yang
seperti orang kebingungan , diapun tersenyum ,
" Baiklah , mari jiwi ikut bersamaku " .
Li Si Bin lalu melangkah pergi menuju gedung di depan
lapangan itu . Cu Sian mengikutinya dan Han Sin mengambil jalan mengitari
panggung dan mengikuti pula . Dia melirik kea rah Cu Sian yang juga sedang
melirik kepadanya . Han Sin melihat Cu Sian cengar cengir sehingga mau tidak mau
hatinya yang sedang mendongkol itu agar mencair .
" Kau jangan buka mulut sembarangan , biar aku saja yang bicara " , kata Han Sin
lirih dan singkat . " Baiklah , Sin-ko . Aku menaati perintahmu ! " jawaban itu demikian di buat-
buat untuk melucu sehingga Han Sin
terpaksa tersenyum gemas .
Setelah memerintahkan para pembantunya untuk
membubarkan ujian itu dan menampung para calon yang lulus
, Li Si Bin mengajak kedua orang muda itu memasuki sebuah ruangan di bagian
samping gedung besar itu . Ruangan itu cuku luas dan hanya terisi kursi - kursi
dan meja , agaknya ruangan pertemuan atau ruangan rapat .
Setelah mempersilahkan kedua orang tamunya duduk , Li Si Bin segera berkata , "
Nah , sekarang kalian ceritakan
sebetulnya apa artinya saudara Cu Sian ingin naik ke
panggung kalau bukan untuk mengikuti ujian sebagai calon perwira " .
Pandanga matanya mencorong penuh selidik . Diam-diam
Cu Sian merasa ngeri juga . Pandang mata pemuda
bangsawan ini sungguh penuh wibawa .
Han Sin menoleh kepada sahabatnya dengan pandang mata
memperingatkan agar Cu Sian tidak sembarangan bicara . Dia khawatir sekali Cu
Sian bicara seenaknya , akan terjadi keributan pula .
" Sebelumnya kami mohon maaf sebesarnya kepada kong-
cu bahwa tanpa disengaja kami telah merepotkan kong-cu dan mengacaukan ujian
tadi . saya bernama Cian Han Sin dan adik Cu Sian ini adalah sahabat saya .
Sebetulnya kedatangan kami ke Shansi ini sama sekali tidak mempunyai maksud
untuk ujian perwira . Akan tetapi , dalam perjalanan kami ke sini , kami pernah
bertemu dengan pemuda bernama Bong Sek Toan tadi dan dia bersikap kasar terhadap
Sian-te . Inilah sebebnya mengapa Sian-te , ketika melihat Bong Sek Toan tadi
berlagak di atas panggung , lalu nekat naik untuk menandinginya . Jadi yang
mendorong dia naik ke panggung semata-mata karena
ingin menandingi Bong Sek Toan . Untuk itu , sekali lagi kami mohon maaf kepada
kong-cu . Li Si Bin mengangguk-anggukkan kepalanya . Biarpun dia
seorang putera bangsawan , akan tetapi dia mengetahui akan watak para pendekar
yang kadang aneh . Dia memang tidak suka akan sikap Cu Sian yang ugal-ugalan itu
, akan tetapi mendengar ucapan Han Sin dan melihat sikap pemuda ini
merasa suka dan tertarik .
" Hemmm , begitukah " Kami amat mengagumi ilmu
kepandaian saudara Cu , akan tetapi engkau tentu memiliki ilmu yang lebih lihai
lagi " . " Ah , saya tidak dapat dibandingkan dengan Sian-te , kongcu " .
; Sin-ko adalah seorang ahli sastra yang lemah dan sayalah yang menjadi pengawal
yang melindunginya , kong-cu " , kata Cu Sian tanpa dapat di cegah lagi oleh Han
Sin . Li Si Bin mengangguk-angguk , akan tetapi pandang
matanya meragukan kebenarannya ucapan Cu Sian tadi . "
Karena ayah kami menjadi kepala daerah di Shan-si , sudah sepatutnya kalau aku
bertanya kepada kalian apa maksud
kunjungan kalian ke Shan-si ?" .
" Terus terang saja Li Kong-cu , yang mempunyai
kepentingan di sini adalah saya sedangkan Sian-te ini hanya mengawal dan
menemani saya . Saya bermaksud untuk
mencari keterangan tentang tewasnya mendiang ayah saya
dalam pertempuran di daerah Shan-si " .
Li Si Bin memandang tajam . "Hemmm , siapakah ayahmu
?" . " Kong-cu , kakak Cian Han Sin ini adalah putera mendiang Panglima besar Cian
Kauw Cu " . " Ahhhh ...... !!!" Li Si Bin bengkit berdiri . " Panglima besar Cian Kauw Cu yang
telah berjasa besar dalam mendirikan
Kerajaan Sui itu " Teman seperjuangan mendiang Kaisar Yang Chien ?" .
Karena sudah di di dahului Cu Sian , terpaksa Han Sin
bangkit berdiri dan mengangguk . " Mendiang Panglima Cian Kauw Cu adalah ayah
saya , kong-cu " . " Ah , senang sekali dapat berkenalan denganmu , saudara Cian ! " kata Li Si in
sambil mengangkat kedua tangan depan dada yang cepat di balas oleh Han Sin . "
Silahkan duduk dan ceritakan apa yang kau kehendaki . Apa yang hendak kau
tanyakan kepada ayah ?" .
Han Sin duduk kembali . " Menurut keterangan ibuku ,
mendiang ayah tewas dalam pertempuran di daerah Shan-si ini , gugur ketika
terkena anak panah musuh . Akan tetapi ibu mendengar desas-desus di kalangan
prajurit pasukan yang di pimpin ayah bahwa anak panah itu mengenai punggung ayah
, yang berarti bahwa anak panah itu dilepaskan dari belakang .
Tidak mungkin pihak musuh melepaskan anak panah dari
belakangnya . Maka saya ingin menyelidiki , apa yang
sebenarnya terjadi dengan kematian ayah itu " .
" Hemmm , maksudmu engkau hendak mencari
pembunuhnya untuk membalas dendam kematian ayahmu " "
Tanya Li Si Bin . " Sama sekali tidak , kong-cu " , Han Sin kagum kepada
pemuda bangsawan itu dan menaruh kepercayaan
sepenuhnya . " Sebetulnya saya ingin mencari pedang pusaka Hek-liong-kiam milik
ayah yang lenyap ketika ayah gugur .
Kalau saya dapat menemukan siapa yang membunuh ayah ,
agaknya saya dapat menemukan siapa pencuri Hek-Liong-
Kiam " . Jilid 11 Li Si Bin mengangguk - angguk . " Peristiwa itu telah terjadi kurang lebih
sepuluh tahun yang lalu maka aku sendiri tidak dapat menceritakan apa-apa .
Ketika itu usia ku masih kecil , tidak jauh bedanya denganmu , saudara Cian .
Sebaiknya kalau engkau bertanya kepada ayahku " .
" Memang demikianlah maksud saya , kong-cu . Menurut
ibu , Gubernur Li dahulu juga teman seperjuangan ayah dan karena dia bertugas di
sini , sangat boleh jadi ayahmu itu akan dapat memberi keterangan yang lebih
jelas " . " Memang benar perkiraanmu itu , saudara Cian . Marilah kalian ikut denganku
menghadap ayah " . Kembali dua orang muda itu mengikuti Li Si Bin memasuki gedung besar itu dan
akhirnya mereka memasuki sebuah
ruangan yang penuh kitab , agaknya ruangan baca dan
Gubernur Li berada di ruangan itu .
Han Sin memandang penuh perhatian . Gubernur itu
seorang laki-laki yang berusia lima puluh tahun berwajah tenang dan penyabar ,
berbeda dengan wajah puteranya yang penuh semangat .
" Ayah , coba ayah terka siapa yang ku bawa menghadap
ayah ini ! " kata Li Si Bin .
Gubernur Li memandang kepada Han Sin dan Cu Sian ,
alisnya berkerut dan dia menggeleng kepalanya .
" Ayah , saudara ini adalah Cian Han Sin , putera dari
mendiang Panglima Besar Cian Kauw Cu !"
Sepasang alis berkerut itu terangkat , sepasang mata itu berseri . Han Sin yang
diperkenalkan cepat memberi hormat , di turut pula oleh Cu Sian .
" Ah , begitukah ?" kata Gubernur itu sambil mengamati
Han Sin dari kepala sampai ke kaki .
Cu Sian yang tidak diperkenalkan merasa dikesampingkan , segera memperkenalkan
dirinya sendiri . " dan saya bernama Cu Sian , sahabat dan pengawal dari Kakak
Cian Han Sin " . Gubernur itu memandang Cu Sian sejenak dengan heran ,
lalu menggerakkan tangan mempersilahkan mereka duduk . "
Aih , betapa cepatnya waktu berlalu . bagaimana kabarnya dengan keadaan ibumu
yang gagah perkasa itu , Han Sin ?" .
" Terima kasih , tai-jin , keadaan ibu saya baik-baik saja , "
jawab Han Sin dengan sikap hormat . " Dan mohon tai-jin suka memaafkan kalau
kunjungan saya ini mengganggu
kesibukan tai-jin " .
" Ah , tidak mengapa . Apakah keperluanmu dating
menemuiku " Apa yang dapat kami Bantu untuk putera
sahabat baik kami , Cian-ciangkun ?" .
" Saya mohon keterangan tai-jin tentang kematian
mendiang ayah saya ketika memimpin pasukan di daerah
Shansi ini . Ibu menyuruh saya untuk menhgadap tai-jin dan mohon keterangan dari
tai-jin " . " Apakah ibumu belum mendapat pelaporan tentang
kematian ayahmu ?" .
" Sudah tai-jin . Akan tetapi laporan resmi itu hanya
mengatakan bahwa ayah gugur dalam pertempuran . Desas -
desus di kalangan pasukan mengatakan bahwa kematian ayah tidak wajar , terkena
anak panah yang datangnya dari
belakang . Ibu mencurigai dan menyuruh saya mohon
penjelasan dari tai-jin " .
Gubernur Li menghela napas panjang . " Peristiwa itu sudah terjadi sepuluh tahun
yang lalu . Kenapa ibumu baru
menyelidikinya sekarang ?" .
" Agaknya ibu menanti sampai saya dewasa sehingga dapat melakukan
penyelidikannya sekarang ?" .
" Akan tetapi peristiwa itu telah terjadi sepuluh tahun yang lalu . Apa yang kau
kehendaki ........ aahhh , aku mengerti , agaknya engkau hendak menyelidiki siapa
pembunuh ayahmu dan hendak membalas dendam ?" Tanya Gubernur Li .
" Bukan itu benar yang penting bagi saudara Han Sin , ayah
. Dahulu , mendiang Cian-ciangkun memiliki sebatang pedang pusaka yang di sebut
Hek-Liong-kiam . Nah ketika dia gugur , pedang pusaka itu lenyap di curio rang .
Saudara Han Sin ingin menyelidiki siapa pencuri pedang itu , ayah agar dia dapat
merampasnya kembali ," kata Li Si Bin , menjelaskan . "
Dan dengan menyelidiki siapa pembunuh ayahnya , dia
mengharapkan akan dapat menemukan kembali pedang
pusaka itu " . Gubernur Li mengelus jenggotnya dan mengangguk-angguk
. " Hemmm , begitukah ?" .
" Benar , tai-jin dan saya mohon petunjuk tai-jin mengingat bahwa mendiang ayah
adalah sahabat tai-jin , mungkin tai-jin mengetahui tentang peristiwa itu " .
Gubernur Li mengeluskan alisnya , mengingat-ingat . " Pada waktu itu kami juga
menerima laporan dari Panglima Lui yang menjadi pembantu mendiang Panglima
Cian , yang melaporkan bahwa Panglima Cian telah tewas dalam
pertempuran . Kami juga mendengar desas-desus itu bahwa Panglima Cian tewas
karena terkena anak panah di
punggungnya . Akan tetapi pada waktu itu kami tidak
menaruh curiga . Sedangkan tentang pedang pusaka milik
Panglima Cian , kami tidak pernah mendengarnya . Sayang sekali , Han Sin , kami
tidak dapat banyak membantu dalam hal ini . Apalagi terjadinya sudah sepuluh
tahun yang lalu " . Biarpun hatinya kecewa , Han Sin tidak memperlihatkannya
. Dia lalu berpamit dari Gubernur Li . Han Sin dan Cu Sian mengundurkan diri dan
di antar oleh Li Si Bin sampai keluar gedung ." Sayang sekali bahwa ayah tidak
dapat memberi keterangan tentang kematian ayahmu dan pedang pusaka itu , saudara
Han Sin . Akupun merasa prihatin dan ikut
memikirkan hal itu . Dan menurut pendapatku , ada beberapa macam cara bagimu
untuk dapat menyelidiki siapa pembunuh ayahmu itu " .
" Ah , Li kong-cu , saya akan berterima kasih sekali kalau engkau suka memberi
petunjuk kepada saya " , kata Han Sin .
" Tolonglah , Li kong-cu !" Cu Sian juga memohon . " Sin-ko sudah jauh-jauh dari
selatan pergi ke sini , kasihan kalau dia tidak mendapatkan petujunk " .
Li Si Bin tersenyum dan memandang Cu Sian dengan
kagum . " Aku kagum kepadamu , saudara Cu Sian . Engkau seorang pemuda yang
tampan dan gagah sekali , juga
ternyata merupakan seorang sahabat yang setia dan baik .
Begini , saudara Han Sin , setelah engkau tiba disini , sebaiknya kalau engkau
melakukan penyelidikan di tempat dimana dahulu terjadi pertempuran yang
mengorbankan nyawa ayahmu itu . Banyak suku-suku mongol berada di
daerah utara itu ,akan tetapi pada data ini , yang menguasai daerah itu adalah
suka Yakka . Mereka juga ikut bertempur melawan pasukan pasukan Sui pada waktu
itu , siapa tahu dari mereka engkau bias memperoleh keterangan . Sekarang suku
Yakka itu bersikap baik dan tidak pernah mengganggu , bahkan terdapat jalur yang
menghubungkan para pedagang
yang menuju ke sana . Aku tahu bahwa para pimpinan suku Yakka yang tua-tua semua
mengenal nama mendiang ayahmu
dan mengangguminya . Akan saya perhatikan nasihat Li kong-cu ini . Apakah masih terdapat petunjuk
lain ?" . " Masih ada dua cara , sepanjang yang ku dengar ,
mendiang Panglima Cian kauw cu adalah seorang yang
memperoleh kedudukan tertinggi dalam pasukan , menjadi
sahabat mendiang Kaisar Yang Chien dan merupakan tangan
kanan beliau . Hal ini mungkin saja menimbulkan iri hati kepada para tokoh
perjuangan lainnnya sehingga sangat boleh jadi ayahmu itu terbunuh oleh usaha
perebutan kedudukan . Maka engkau dapat melakukan penyelidikan di antara para panglima dan perwira
kerajaan . Dan Kenyataan kedua adalah bahwa sewaktu muda , menurut yang ku
dengar , ayahmu adalah seorang pendekar kang-ouw . Dengan sendiri nya
ayahmu tentu mempunyai banyak musuh dari kalangan sesat , maka dapat juga engkau
melakukan penyelidikan di dunia
Tugas Rahasia 1 Rajawali Emas Karya Kho Ping Hoo Terbang Harum Pedang Hujan 11
^