Pencarian

Pendekar Aneh Naga Langit 29

Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall Bagian 29


"Aku tahu, aku paham anak muda, tenang sajalah...... anak gadis itu tentu saja akan kubebaskan....." berkata Phoa Tay teng dengan wajah serius. Jelas dia tidak sedang main-main dan memang serius;
"Satu hal lagi Locianpwee, tolong lepaskan cengkeraman atas Lembah Cemara, jika tak ada jaminan itu dari Locianpwee, maka kami semua tidak akan bisa melepaskan Locianpwee pergi dari sini bersama kedua sahabat Locianpwee yang lainnya. Soal ini sulit untuk ditawar-tawar karena berkaitan dengan keselamatan banyak orang yang berada di Lembah Cemara saat ini,,," berkata Koay Ji sambil memandang Cu Ying Lun yang mengangguk setuju. Dia gembira karena Koay Ji memikirkan nasib keluarganya dari Lembah Cemara.
Phoa Tay Teng memandang Koay Ji cukup lama dan kemudian berkata dengan suara rawan menjawab pernyataan Koay Ji;
"Hmmmm, sebetulnya Lohu sudah sangat mengalah, tetapi untung saja, meskipun awalnya berat, tetapi setelah kupikir-pikir, amat mudah kusanggupi. Tetapi, engkau seharusnya bertanya langsung kepada sam suteku ataupun juga kepada sutitku ini, apakah mereka berdua akan bersedia melepaskan Lembah Cemara setelah semua kejadian malam ini,,,,,,,"
"Maaf Locianpwee, mereka berdua boleh saja memberi jaminan, tetapi jaminan dari Locianpwee jauh lebih berharga untuk kupegang dan kupercayai, selain itu, mereka berdua bersama kawanannya sudah berkali-kali tidak memegang janji......" Koay Ji tetap berkeras untuk mendapatkan jaminan dari Kakek Phoa Tay Teng yang dia rasa kata-katanya lebih bisa dipegang.
"Hmmmm, baiklah, untungnya engkau memang cukup berharga untuk berdebat dan adu kepandaian denganku, karena itu, biarlah kutegaskan, setelah hari ini dan juga sama dengan dahulunya, Lembah Cemara bukan sasaran kami, kedepan juga tidak akan menjadi sasaran dan target kami. Hanya, akan menjadi lain jika mereka yang datang menemui kami, dengan alasan apapun juga....... apakah sudah cukup seperti itu anak muda..?" tanya Phoa Tay Teng yang dirasa oleh Tek Ui Sinkay dan kawan-kawan lainnya sudah berlebihan, tetapi memang mereka butuhkan. Kini, lawan boleh dibilang justru yang mengalami "keterpukulan" dalam hal semangat dan juga daya juang mereka, berhubung jago-jago mereka yang amat hebat ternyata dapatlah ditandingi dan dapat memperoleh lawan sepadan.
"Baik, silahkan pergi Locianpwee, dan sampaikan salam bertemu beberapa hari kedepan kepada seluruh orang di Pek In San ....." jawab Koay Ji sambil "setengah" berkelakar kepada Kakek itu
"Hahahahaha, pasti, pasti anak muda. Kalian pasti diterima disana, diterima dengan senang hati dan penuh keramaian. Hanya, sayang sekali, karena tidak dapat lohu menemanimu disana, tidak ada urusan dan tidak ada nafsuku lagi untuk bermain di tengah kerumunan seperti itu....." berkata si Kakek sambil kemudian berlalu bersama Geberz dan seorang keponakan muridnya lagi. Dan tidak lama kemudian, suasana di Thian Cong Pay kembali sepi, meski rata-rata orang disana sedang terguncang dengan apa yang baru saja terjadi.
Dari semua saudara seperguruan Koay Ji, hanya Tek Ui Sinkay yang terlihat tenang meski ada rona kepenasaran di mata mereka, terutama Tek Ui Sinkay. Sementara saudara seperguruan mereka yang lain, benar-benar kaget karena sungguh tidaklah mengira jika kepandaian siauw sute mereka sudah sedemikian tingginya, masih jauh diatas perkiraan mereka semua. Sama dengan kekagetan keterkejutan para tokoh Khong Im Kaypang yang juga sedemikian kaget dengan tingkat kepandaian Koay Ji. Mereka memandangi penuh rasa, antara kagum, kaget, terkejut, takjub dengan apa yang baru saja mereka saksikan atas apa yang dilakukan Koay Ji. Pemandangan yang akan sulit mereka percayai jika mereka tidak langsung menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri.
"Siauw Sute,,,,,, ach, sampai tidak tahu lagi apa yang dapat sucimu gambarkan soal dirimu,,,,, engkau malah sudah sesakti Insu..." desis Oey Hwa dan juga diiringi tatap mata kagum sucinya yang lain, Pek Bwe Li.
"Ach, jiwi suci, semua juga berkat pertolongan sam suheng dan juga Insu sehingga bisa sampai seperti sekarang ini......."
"Siauw sute, kan suhengmu ini hanya menolong nyawamu, tidak membuat dirimu bisa sampai sehebat ini......" sela Tek Ui Sinkay
"Benar sam suheng, tetapi pukulan penuh iweekang yang kuterima dan obat dari Bu Tee Suhu, serta terutama perjuangan sam suheng membawaku ke Insu, bisalah dibilang awal semuanya. Insu juga menyebut demikian, karena tenaga pukulan, obat pusaka dan pelarian suheng waktu itu, mengakibatkan tenaga pukulan dalam diriku bertumbuh menjadi kekuatan dahsyat. Itulah yang dileburkan Insu kedalam diriku, dan jadilah seperti sekarang....."
"Jika memang Thian berkehendak, siapapun tak bisa menghentikannya. Kitapun tidak akan mampu merubahnya, dan itu adalah anugerah yang diterima siauw sute" sela Pek Ciu Ping yang juga sudah tahu kisah Koay Ji dari surat khusus Suhunya kepadanya. Sedikit banyak dia tahu kesaktian siauw sutenya, hanya, sungguh dia tak menyangka jika sehebat itu. Karena itu, meski mengatakan kalimat di atas, pada kenyataannya, diapun sama belaka dengan sutenya yang lain, takjub dan heran atas apa yang dialami oleh Koay Ji, juga kepandaiannya yang mujijat.
"Ach, siauwhiap, sungguh pertarungan yang belum pernah kusaksikan sebelumnya. Sungguh kagum lohu dengan kemampuanmu yang sulit diukur dimana tingkat dan batas kemampuanmu, luar biasa....." pujia Kim Jie Sinkay secara terbuka dan tanpa tedeng aling-aling.
"Ach, Kim Jie toako, biasa saja sebetulnya, kita masing-masing memiliki kelebihan yang berbeda dengan orang lain....." Koay Ji merendah dan semakin membuat Kim Jie Sinkay semakin mengaguminya. Dan merekapun masih bercakap-cakap sekian lamanya satu dengan yang lainnya.
Orang-orang Lembah Cemara berduka dengan kematian Nenek Hua Hun, termasuk juga Nenek Tio Cui In yang mengiringi kepergian madunya dengan konflik yang ternyata tidak benar sepenuhnya. Dia menyesal sudah menyudutkan madunya itu, dan bahkan ikut menyebabkan Nenek Hua Hun membunuh diri dihadapan mereka semua untuk membuktikan kesetiaannya. Menjadi satu-satunya istri dari Hoan Thian Kheng ternyata tidak membuatnya bahagia, karena terbiasa berbagi dengan dua istri lainnya dari suaminya dalam waktu yang sangat lama dan panjang. Tetapi, dalam waktu singkat, hanya beberapa bulan, kedua madunya meninggal dengan cara berbeda dan kini hal tersbeut membuatnya menjadi amat sedih. Karena ternyata, dia merasa kehilangan dengan meninggalnya kedua madunya itu.
Jika Nenek Tio Cui In saja merasa sedih dan kini kehilangan, maka apalagi Hoan Thian Kheng. Dia memang seorang yang agak romantis, dan sekaligus juga amat mencintai ketiga istrinya itu. Tetapi kini tiba-tiba dalam waktu yang tidak terlalu lama dia kehilangan dua orang istrinya dan masih ditambah lagi dengan seorang anak dan seorang cucunya. Bagaimana dia tidak menjadi sedemikian sedihnya" Dan otomatis kesedihannya yang amat dalam menjalari semua orang Lembah Cemara, dan selama beberapa hari kedepan, mereka semua benar-benar bersedih. Benar benar merasa kehilangan bersama dengan Hoan Thian Khek. Kesedihan mendalam mengiringi kepergian Nenek Hua Hun.
Kembali ke arena setelah ditinggal oleh Kakek Phoa Tay Teng, Koay Ji segera mendekati tubuh Kang Siauw Hong yang tergeletak tidak berdaya meski masih bisa mengikuti semua kejadian, termasuk pertarungan tadi. Saat itu, Nona manis yang biasa misterius itu memang tertotok, tetapi dia tentu saja dapat mengikuti semua kejadian sampai Phoa Tay Teng meninggalkan tempat itu dan membiarkannya ditinggal sesuai dengan perjanjiannya dengan Tang Hok. Diapun bahkan masih sadar sepeninggal Kakek Phoa Tay Teng, dan juga saat Koay Ji atau Tang Hok mendekatinya untuk kemudian memeriksa keadaannya. Tidak lama kemudian, dia mendengar Tang Hok menggumam:
"Hmmmm, begitu ya, accccchhhhh, benar-benarkah dia berpikir aku tidak mampu melepaskan jenis totokan seperti ini" Ataukah jangan-jangan dia sedang berusaha untuk menguji sampai dimana gerangan kemampuan dan juga pengetahuanku dalam ilmu totokan... sungguh menggemaskan..."
Koay Ji bergumam karena dia menemukan bahwa totokan itu memang agak khas, tapi dia sendiripun sebagai ahli totok, tidak merasa kesulitan untuk membebaskan Kang Siauw Hong. Totokan khas Pat Bin Lin Long yang memang tidak bisa ditemui di cabang ilmu silat lain. Tentu Koay Ji mampu membebaskannya. Tetapi, tetap saja pada saat itu dia merasa kesulitan, karena memang dia mesti bekerja agak keras membebaskan totokan seperti itu. Dan ini yang membuatnya merasa agak kesal. Kekesalan Koay Ji sungguh mengagetkan Kang Siauw Hong yang pada awalnya menduga, dia akan mudah dibebaskan dari totokan. Ternyata tidak mudah dan tidak akan langsung dapat dibebaskan.
"Hmmm, Nona, totokan ini agak istimewa, nanti setelah semua urusan disini akan kubebaskan engkau dari totokan ini.....", berkata Koay Ji sambil menatap wajah Kang Siauw Hong yang terlihat cukup nelangsa. Baik karena menjadi tawanan, juga karena barusan kematian neneknya.
"Baik, terima kasih, engkau telah menyelamatkan nyawaku" desis Kang Siauw Hong yang maklum bahwa dia berhutang budi kepada Tang Hok yang memaksa Kakek Phoa Tay Teng untuk tidak membawanya. Tanpa pemuda itu, Kang Siauw Hong tidak tahu apa yang terjadi nanti.
"Baik Nona, bersabarlah......" bisik Koay Ji yang kemudian menotok sekali hingga membuat Kang Siauw Hong tertidur....
Koay Ji kembali ke rombongan Tek Ui Sinkay dan semua tokoh Khong Sim Kaypang yang masih memandangnya penuh takjub. Mereka semua sangat takjub dengan kepandaian yang diperlihatkan Koay Ji barusan, dan mereka tidak menduga jika Koay Ji mampu menandingi tokoh tua Phoa Tay Teng yang sudah terkenal puluhan tahun silam. Maka ketika dia mendekat, Khong Yan yang lebih duluan untuk maju menyambutnya dan dengan ragu bertanya:
"Benarkah engkau Koay Ji suheng.....?" tanyanya dengan nada ragu, antara percaya dan tidak percaya dengan tampilan Koay Ji yang berbeda.
"Hahaha, cucuku, jika bukan suhengmu habis, engkau anggap siapa dia gerangan?" ledek Cu Ying Lun melihat keraguan dimata atau tepatnya sinar mata Khong Yan yang bingung ketika menyambut kedatangan Koay Ji.
"Khong Suheng, kupastikan dia adalah Koay Ji Suhengmu, karena selain anak murid Hoa San Pay, maka Ilmu Hong In Pat Jiauw (Ilmu Delapan cengkeraman angin dan Mega) hanya diturunkan kepada Koay Ji seorang.. dia sudah pasti adalah Koay Ji.." Tio Lian Cu memastikan dengan analisisnya yang memang benar dan tepat, karena dia tahu suhunya menurunkan ilmu itu kepada Koay Ji. Jelas dia ingat apa yang dia alami bersama Koay Ji di gua Bu In Sinliong.
"Ach, Tio Kouwnio, engkau memang menebak dengan tepat. Sebenarnya bukan karena kurang teliti dan kurang awas, tetapi karena terlampau tegang maka Khong Sute tidak mampu teryakinkan jika memang benar bahwa aku adalah suhengnya sendiri...." sahut Koay Ji sedikit jengah karena semua orang memandangnya dengan takjub dan kekaguman yang tak tersembunyikan.
"Accch, sebetulnya aku sudah curiga dan makin curiga di penggunaan ilmu-ilmu yang amat kukenal, hahahaha, engkau sungguh membuatku merasa sangat-sangat penasaran Koay Ji suheng...." gerutu Khong Yan yang akhirnya tertawa lepas dan senang begitu teryakinkan bahwa Tang Hok memang benar adalah samaran dari Koay Ji suhengnya sendiri.
"Luar biasa, ternyata seorang tokoh muda luar biasa sudah dilahirkan, kupikir adalah Kim Jie Sinkay tokoh muda terhebat pada masa sekarang ini, ternyata masih ada Khong Yan, masih ada pula Tio Ciangbudjin yang sehebat dirinya dan malah masih ada pula seorang Koay Ji yang bahkan masih lebih hebat lagi......." terdengar pujian dari Tiang Seng Lojin yang mendekat dengan juga diikuti oleh Tui Hong Khek Sinkay dan juga Kim Jie Sinkay.
"Benar, sungguh luar biasa, saudara Koay Ji, engkau sungguh hebat. Terus terang, tokoh Phoa Tay Teng itu terlampau hebat untuk dapat kulawan...." Kim Jie Sinkay ikut menimpali memuji kehebatan Koay Ji, tokoh ini memang selalu berkata dengan jujur dan juga sangat terbuka serta setia kawan.
"Acccch, cuwi sekalian terlampau sungkan. Kita sedang menghadapi tokoh-tokoh hebat di Pek In San, karena itu, kita butuh banyak tenaga yang hebat untuk dapat menjungkalkan mereka semua. Tidak ada yang mampu mengerjakannya seorang diri, dan selain itu, semua Ilmu Silat sesungguhnya memiliki kehebatannya masing-masing. Maka, rasanya amat sulit untuk dapat mengatakan bahwa ada Ilmu dan ada tokoh terhebat di dunia ini....." jawab Koay Ji dengan tetap merendah dan dengan demikian dia mengundang simpati tokoh-tokoh asal Khong Sim Kaypang yang benar-benar sangat mengaguminya.
"Sudah saatnya kita sedikit melepas kepenatan, ayolah, kita bicarakan sambil juga makan pagi bersama, toch sebentar lagi matahari akan munculkan dirinya" ajak Tek Ui Sinkay yang lagsung saja disetujui semua orang, dan sebentar saja arena yang tadi terdapat pertarungan yang amat seru kembali sepi.
Tetapi, sementara semua makan pagi, Koay Ji minta diri sebentar yang semua tahu apa yang akan dikerjakannya. Dan memang demikian adanya, karena tidak berapa lama Koay Ji sudah berada kembali di Rumah Istirahat rombongan Lembah Cemara dan kini sedang berada di dalam kamar Kang Siauw Hong. Tetapi, sekali ini dia juga ditemani oleh kedua gadis kembar she HOAN dari Lembah Cemara. Kedua gadis itu yang juga mengikuti dan sudah tahu siapa Koay Ji yang sebenarnya, dan keduanya kini memandangnya dengan sinar mata penuh kekaguman. Sungguh jauh berbeda dengan sikap mereka ketika baru tiba di Thian Cong Pay berapa hari silam yang terkesan sombong dan tidak menganggap keberadaan Koay Ji.
"Bagaimana jiwi kouwnio, bisakah kumulai upaya membebaskan totokan atas diri Kang Siauw Hong kouwnio.....?"
"Ach, tentu saja, silahkan Siauwhiap....."
"Baik, terima kasih....."
Singkat cerita, selama satu jam atau bahkan mungkin lebih Koay Ji melakukan proses untuk membebaskan Siauw Hong dari totokan Kakek Phoa Tay Teng. Sebetulnya tidak akan banyak, mungkin hanya satu atau dua orang yang memiliki kemampuan melepaskan Kang Siauw Hong dari totokan istimewa itu. Untungnya, Koay Ji memahami dan mengetahui kunci melepaskannya karena memang totokan itu berada dalam buku catatan Pat Bin Ling Long. Oleh karena itulah, dia memiliki kemampuan untuk membebaskan Siauw Hong dari kuncian ilmu totok yang amat hebat dan berbahaya itu.
Setelah satu jam berlalu, Siauw Hong dapatlah dibebaskan kembali oleh Koay Ji, tetapi begitu dia siuman kembali, yang dia katakan adalah sesuatu yang menyentak Koay Ji. Karena, Kang Siauw Hong begitu siuman langsung mendapati Koay Ji yang sedang berada bersamanya, tanpa berpikir panjang sudah berkata dengan suara mengambang dan terasa aneh:
"Toako, samar-samar kutahu engkau yang akan membebaskan aku. Tetapi, ketika ditotok oleh Kakek Aneh itu, aku teringat dengan perkataan Gwakong, bahwa saat menghadapi Bu In Sinliong dia menghadapi sejurus ilmu totok yang maha hebat. Ilmu yang dapat membebaskan tetapi juga dapat menghancurkan, tergantung pada orang yang melepaskan totokan itu. Gwakong dipaksa membuka rahasia apa yang ada dalam pikirannya saat menghadapi totokan Bu In Sinliong itu, tetapi dia tidak pernah mampu mengungkapkannya meskipun sudah dipaksa dan disiksa Suhunya. Sampai pada akhirnya dia memutuskan untuk mengungkapkannya hanya kepadaku seorang saja. Karena konon, suhu Gwakong berusaha keras mempelajari apa yang ditunjukkan oleh Bu In Sinliong pada waktu itu, atau tepatnya mengetahui untuk menemukan ilmu untuk mengatasi dan mengalahkannya. Karena totokan atas diri gwakong itu, atau pukulan yang melumpuhkan gwakong, sungguh aneh, mujijat dan amat hebat. Hal yang memusingkan Suhu dari gwakong....."
Perkataan Siauw Hong langsung mengetuk sanubari Koay Ji dan teringatlah dia dengan salah satu pesan terakhir Suhunya. Perkataan dan gumaman Siauw Hong serta pertempurannya dengan Phoa Tay Teng yang maha hebat itu membuat semua ingatannya kini langsung tertuju kepada suhunya. Ada pesna khusus, bahwa dia mesti berusaha untuk menemukan jurus anti dari gabungan 3 ilmu pusaka Siauw Lim Sie dan sekaligus juga harus menaklukkan jurus anti gabungan itu. "Menurut Insu, dengan semua yang kumiliki mestinya akan dapat menemukannya..... dan jika ditambah dengan penjelasan Pek Kut Lojin kepada Siauw Hong, maka kuncinya ada pada motivasi penyerang. Hmmm, mudah-mudahan dapat kutemukan dan memang harus kutemukan ....." desis Koay Ji
"Toako,,,,, ada apa denganmu....?" tanya Siauw Hong melihat Koay Ji terdiam dan tidak banyak berbicara seperti yang sudah-sudah, dia hanya kurang mengerti jika pada saat itu Koay Ji teringat sesuatu karena perkataannya tadi. Dan karenanya jadi terkenang dan tersusun "sesuatu" di dalam kepalanya.
"Hikhikhik, dia terlihat tegang sebelum mengobatimu Hong moi dan melihat engkau sembuh kembali, tentunya dia merasa sangat girang sampai-sampai dia menjadi sulit untuk berbicara...." terdengar gurauan dari salah satu gadis kembar yang hanya ditanggapi biasa saja oleh Koay Ji
"Nanti kita bicarakan lagi, ada sebuah persoalan berat yang harus toakomu cari jalan keluarmu. Lebih baik engkau beristirahat dahulu adikku, dan malam nanti kita bertemu dalam barisan..... nach, mari Nona-nona, aku mohon diri terlebih dahulu, terima kasih atas perhatian kalian...." sambil berkata demikian, Koay Ji melangkah keluar dari kamar tempat Kang Siauw Hong sedang beristirahat, dan kemudian terus melangkah keluar. Kemana gerangan tujuannya"
Koay Ji tidak kemana-mana, tetap berada di Thian Cong Pay. Hanya, sebagaimana biasa jika dia beroleh inspirasi dan ide baru, maka dia mengurung diri dalam Barisan dengan pikiran penuh ide. Pikiran penuh rasa penasaran dan dia mulai tenggelam dalam upaya mencari tahu, juga mendalami semua apa yang yang diketahuinya tentang TIGA jurus dari TIGA ilmu mujijat dan juga jurus keempat. Koay Ji mencoba untuk merangkai kembali ketiga jurus yang pernah disebutkan Suhunya tersebut dan kemudian membayangkan keistimewaan ketiga jurus pamungkas yang dia pahami memang hebat. Masing-masing jurus istimewa dari Ilmu Pusaka Siauw Lim Sie, memiliki perbawa sangat hebat luar biasa.
Hanya saja memang amat disayangkan, karena dia dan saudara seerguruannya dilarang keras untuk mempergunakan jurus-jurus tersebut dengan alasan apapun. Kecuali jika untuk urusan Kuil Siauw Lim Sie atau karena keselamatan tokoh-tokoh utama Siauw Lim Sie, maka Koay Ji dan saudara seperguruannya baru diijinkan untuk menggunakan jurus itu. Koay Ji memang sudah pernah mempergunakannya ketika pada masa awal dia baru munculkan diri dan berada di Kuil Siauw Lim Sie untuk membantu mereka. Membantu Kuil Siauw Lim Sie dari ancaman bahaya yang amat mengerikan, nyaris dikuasai lawan yang mempergunakan dan menyihir seorang Ciangbudjin tua Siauw Lim Sie.
"Hmmmm, jurus pertama memiliki kelihayan dalam menotok melalui sebuah totokan jarak jauh, pada posisi yang meski agak sulit tetapi tangan akan bergerak bagai melayang terbang pergi mendekati sasaran. Sementara pada jurus kedua, gerakan menebas naga sebetulnya adalah kelebihan dalam berusaha menotok benda yang amat kuat dan gesit dalam bergerak. Karenanya, maka kekuatan iweekang keluar memancar dengan amat besarnya guna mengekang Naga yang terus bergerak dan memberontak. Jurus ketiga adalah totokan jari yang serentak mengejar kemanapun objek serangan bergerak dengan gaya apapun, seperti apapun pergerakannya. Jika ketiganya digabungkan, maka akan muncul sebuah jurus mujijat yang sayangnya kehebatannya hanya sedikit saja di atas ketiga jurus sebelumnya, itulah jurus Sam Liong Toh Cu (3 Naga Berebut Mustika). Sekali lagi, agak disayangkan, karena hanya sedikit lebih hebat dari tiga jurus pembentuknya.
Tetapi, bagaimana jika ada formula baru". Ataupun bagaimana jika keunggulan dari masing-masing jurus itu yang menjadi bahan pembangun jurus gabungannya dan menjadi sebuah jurus totokan baru ataupun satu jurus pukulan baru" Jika iya, maka ada dua jurus serangan yang berbahaya, dimana jurus terakhir akan menjadi jurus pamungkasnya. Tetapi, jika memang benar menurut Siauw Hong tentang daya dorongnya yang mujijat, maka harus ada formula baru. Terutama dalam efeknya apakah akan merusak atau menyembuhkan, yang konon amat tergantung motivasi penyerang. Jika benar demikian, maka mestinya ada aspek magis yang bergabung membentuk jurus gabungan itu. Aspek itu yang menentukan apakah akan bersifat melumpuhkan dan atau sekaligus menyembuhkan, sebagaimana yang diucapkan oleh Pek Kut Lojin yang hebat itu......"
Pikiran dan analisa Koay Ji mengembara di medan yang itu-itu saja selama berapa jam dia terpekur. Bahkan di depan matanya seperti membentang orang yang sedang memainkan ketiga ataupun keempat jurus yang dianalisanya satu demi satu, dan dipandangi serta dipelototinya. Sebetulnya tidak berapa sulit membentuk sebuah jurus baru, tetapi yang sulit adalah, bagaimana menyisipkan kekuatan yang dapat merusak ataupun menyembuhkan. Apakah itu persoalan iweekang yang digunakan ataukah soal penggunaan iweekang" Jika iweekang yang digunakan, maka dia memiliki 3 pilihan: Pouw Tee Pwe Yap Siankang, Toa Pan Yo Hian Siankang dan Gabungan kedua iweekang mujijat tersebut. Pilihan yang hebat-hebat dan mujijat serta jarang dikuasai anak murid Siauw Lim Sie sendiri. Tentu saja, karena jurus-jurus pembentuk berasal dari Siauw Lim Sie, maka pilihannya hanya tiga itu.
"Ach, dapat, mestinya begitu....." terdengar desisan Koay Ji yang bersemangat dan terdengar amat gembira itu. " jika mengingat bahwa suhu hanya memiliki iweekang Toa Pan Yo Hian Kang, maka mestinya hanya sebuah iweekang, mestinya dapat dimulai darisana. Tidak mungkin Insu menggunakan gabungan iweekang pada saat menotok Pek Kut Lojin, lebih masuk akal dengan iweekang tunggal. Tapi mungkin bisa lebih lebih hebat jika iweekang gabungan, hal ini bisa dilatih dan dilihat kelak. Dan, sudah hampir pasti, adalah pengetahuanku atas ilmu Pat Bin Lin Long untuk mencari cara memunahkan jurus itu, dan kelak gabungan pengetahuan Ilmu kedua Suhu dan Pat Bin Lin Long untuk mengalahkan jurus anti ciptaan Suhu itu, haaaaa, pasti demikian, tinggal bagaimana caranya....."
Dengan mengikuti formula tersebut, maka Koay Ji sampai pada kesimpulan yang menurutnya paling masuk akal: Bahwa suhunya menciptakan sebuah ilmu ataupun jurus istimewa dengan landasan 3 jurus pamungkas, yakni masing-masing jurus Liu Thian Jiu (Tangan Langit Mengalir) dari Tam Ci Sin Thong, gerak Can Liong Chiu (Gerak Menabas Naga) dari Tay Lo Kim Kong Ciang dan jurus Hud Kong Boh Ciau (Sinar Budha Memancar Luas) dari Kim Kong Cie. Ketiga jurus hebat itu awalnya membentuk sebuah jurus bernama jurus Sam Liong Toh Cu (3 Naga Berebut Mustika) yang sudah pernah diajarkan kepadanya. Tetapi entah mengapa ketika mengalahkan Pek Kut Lojin, Suhunya memainkan jurus baru yang membuat Pek Kut Lojin terpesona dan Suhu Pek Kut Lojin terpana sehingga membuatnya sampai mengurung diri untuk menaklukkan jurus tersebut.
Selanjutnya, Koay Ji berdasarkan apa yang diketahui olehnya dan dirangkai dari beragam informasi, termasuk dari Suhunya, bisa mengetahui bahwa Suhunya sudah menciptakan gabungan ketiga jurus tersebut dan memberinya nama Jurus Hud Jiu Can Liong Boh Ciau (Tangan Budha Menebas Naga Memancar Luas). Jurus tersebut kelak bersama dengan gubahan 4 jurus lainnya menjadi sebuah Ilmu yang kemudian dinamakan sebagai Ilmu Liu Hud Jiu Toh Cu (Tangan Budha Bergerak Merebut Mustika). Sampai disini, Koay Ji sudah bisa memahami dan mengetahui jalan kisah yang dibentangkan suhunya berapa hari lalu. Dan pengetahuannya yang masih belum tuntas itu membuatnya gembira.
Menjelang tengah malam Koay Ji merasa sudah cukup dan dia merasa pasti ini yang dimaksudkan Suhunya. Ketika dia mencobanya, dia memainkan mulai dari jurus Liu Thian Jiu, jurus Can Liong Chiu, jurus Hud Kong Boh Ciau hingga jurus Sam Liong Toh Cu. Baru pada bagian terakhir dia memainkan ilmu ciptaannya berdasarkan skenario usulan Suhunya yang kemudian dinamakannya jurus Hud Jiu Can Liong Boh Ciau (Tangan Budha Menebas Naga Memancar Luas). Berkali-kali Koay Ji mencobanya, memeriksa motivasinya dan memeriksa penggunaan ilmu iweekangnya, dan dia pada akhirnya yakin, bahwa Iweekang Toa Pan Yo Hian Kang yang memang paling tepat melandasinya. Bahkan untuk menggunakan iweekang gabungan, dia merasa dengan iweekang suhunya, baru puncak kehebatannya benar terasakan. Dan dia yakin hal itu.
Dengan skenario itu, maka motivasinya ketika melepas ilmu itu, dengan puncaknya pada jurus yang pernah dilihat Pek Kut Lojin tapi diturunkan kepadanya secara samar oleh Suhunya pada kesempatan terakhir, membuat atau mendatangkan perbedaan khusus pada efeknya yang bisa saja berbeda. Apakah akan mematikan ataukah akan dapat justru menyembuhkan. Apakah akan menghanguskan ataukah justru membebaskan dan mendatangkan efek menyenangkan atau efek yang positif dan menghidupkan. Luar biasa, Koay Ji bisa datang pada kesimpulannya sendiri tanpa dia tahu, bahwa kesimpulan dan temuannya, sudah sekitar 80-85% benar dan tepat sesuai amanat Suhunya.
Justru iweekang gabungan seperti tidak mampu menampilkan efek pengobatannya, tetapi menampilkan efek yang jauh lebih dahsyat pada saat menyerang. Sehingga, tujuannya menentukan iweekang mana yang sebenarnya tepat digunakan untuk bisa mendorong ilmu temuannya itu dalam efek yang tepat. Setelah memahaminya, Koay Ji mencoba memainkannya kembali dan dia senang karena hasilnya sesuai dengan penemuannya. Selama beberapa jam, boleh dibilang dia menciptakan atau tepatnya menemukan apa yang diusulkan Suhunya untuk dia temukan, dan dia sudah boleh dikatakan berhasil dengan misinya itu.
Tetapi, langkah kedua dan ketiga yang justru menurutnya dan juga menurut kata-kata Suhunya bakalan jauh lebih sulit dan lebih rumit. Dia harus mampu meneliti, menganalisa dan kemudian memunahkan kehebatan jurus tunggal Hud Jiu Can Liong Boh Ciau. Jurus tunggal tetapi sudah dimasukkannya dalam Ilmu yang dinamainya sendiri, bersama dengan 4 jurus lainnya. Dan untuk memunahkannya, maka Koay Ji harus menggunakan cara ataupun sudut pandang yang berbeda. Satu sudut pandang dari khasannah Ilmu Pat Bin Lin Long sebagaimana suhu Pek Kut Lojin yang justru sampai menghilang hanya untuk khusus menciptakan ilmu antinya itu. Itu berarti, jurus ciptaan suhunya memang hebat dan amat mujijat.
Hanya saja, persoalannya adalah, jika Suhu Pek Kut Lojin selama puluhan tahun menciptakannya dan belum berani munculkan diri karena belum berhasil, maka bagaimana bisa dia mencipta hanya dalam beberapa hari saja...." Bukankah ini hal yang terlihat rada mustahil untuk dikerjakan..." pikir Koay Ji dengan masygul. Tetapi, belum lagi dia beranjak meneliti lebih jauh, terasa ada sesuatu yang menggelitiknya, dan terdengarlah sebuah suara yang sudah amat dikenalnya berkata halus namun sangat jelas sekali di telinganya. Kalimat itu adalah: "sebelum menemukannya, jangan meninggalkan Thian Cong Pay..."
Suara yang sudah sangat dikenalnya. Atau, terlalu dikenalnya malahan. Suara Bu In Sinliong Suhunya. Ya, memang itu adalah suara suhunya, tetapi mana bisa" Bukankah suhunya sudah berada di Siauw Lim Sie" Tetapi meski berpikir demikian, tetap saja Koay Ji menengok kekiri dan kekanan untuk mencari, namun tidak melihat siapapun disekitarnya saat itu. Hanya, suara tadi sangat jelas dan sangat terang masuk ke telinga batinnya, bagaikan sang Suhu langsung berada di hadapannya. "Ach, mungkin aku terlampau tegang atau terlampau masuk amat jauh memeriksa jurus-jurus itu, sehingga membuka kemungkinan munculnya sebuah halusinasi, atau bayangan maya" simpul Koay Ji pada akhirnya karena tidak menemukan adanya satu bayanganpun dalam Barisan itu. Begitupun, Koay Ji percaya dan yakin, bahwa apa yang dia dengar harus dia pastikan dicapai.
Atau dengan lain perkataan, Koay Ji tetap menetapkan bahwa seperti juga yang disampaikan suara Suhunya tadi, terlepas dari benar ataupun tidak bahwa suara itu berasal dari Suhunya, tetapi dia akan berusaha. Dia akan berusaha sekerasnya guna bisa menciptakan sebuah jurus anti atau peredam atas jurus ciptaan suhunya yang sudah dapat dia selami rahasianya itu. Dan dia harus mampu menciptakan terlebih dahulu ilmu itu, baru akan beranjak pergi dari Thian Cong Pay. Hanya saja repotnya, waktu yang tersedia tinggal 15 hari saja, dan diapun harus bergerak ke Pek In San menemukan Sie Lan In.......
Koay Ji adalah Koay Ji..... seorang yang amat cerdas dan jika ditantang persoalan yang sulit dalam ilmu silat, justru akan membuatnya semakin tertantang. Setelah memperoleh "perintah aneh" dari Suhunya untuk tidak meninggalkan Thian Cong Pay sebelum menciptakan jurus anti jurus ciptaannya barusan, maka diapun sudah menetapkan akan menemukannya dalam beberapa hari. Dan dia harus berpacu dengan waktu karena ada urusan lain yang cukup penting untuk dia tangani dan dia kerjakan. Keuletan dan kecerdasannya memang istimewa, dia tahu dan paham, bahwa untuk bertemu Sie Lan In hanya dapat setelah menciptakan ilmu yang diminta Suhunya. Jika mau mencipta, maka dia harus penuh konsentrasi. Maka, diapun mencoba melupakan hal-hal lain, meski, tetap saja ada gangguan. Seperti malam ini, dua kali dia mendapatkan gangguan;
Yang pertama adalah sesaat setelah dia menemukan jurus yang diamaksud, tiba- tiba Barisan itu bergerak hebat. Awalnya dia menduga Siauw Hong, tetapi setelah sekian lama gerakan Barisan itu malah menghebat, maka dia sadar ada orang lain yang masuk. Dan benar begitu adanya. Dia melihat Tio Lian Cu dan Khong Yan yang memasuki Barisan tersebut dan keduanya dalam keadaan berbahaya karena memang sangat tidak siap ketika memasuki Barisan. Tentu Koay Ji harus bergerak membantu. Dalam waktu beberapa kejap, Koay Ji bergerak dengan tenang, pertama dia memegang lengan Tio Lian Cu dan berbisik, tenangkan dan pusatkan perhatian dan konsentrasimu, jangan melawan. Dan kemudian, dengan cara yang sama dia mengambil Khong Yan dan membawa keduanya memasuki Ruang Rahasia Kedua yang jarang orang tahu. Atau untuk saat itu, hanya dia diantara semua yang berada di Thian Cong Pay, yang tahu.
"Mengapa kalian berdua memutuskan memasuki Barisan ini....?" bertanya Koay Ji dalam nada serius setelah Tio Lian Cu dan Khong Yan berua pulih kembali seperti sediakala. Dan keduanya terlihat maklum manakala menemukan Koay Ji berada di hadapan mereka berdua, dan kini menanyakan apa maksud mereka memasuki hutan atau memasuki Barisan yang juga berguna atau berfungsi sebagai "penjaga" atau penyaring bagi siapa yang mau ke gua pertapaan Bu In Sinliong.
"Luar biasa, tidak kusangka Thian Cong Pay kini penuh dengan Barisan yang amat hebat dan misterius. Tetapi, untuk apa engkau membangun Barisan seperti ini di Thian Cong Pay suheng.....?" bertanya Khong Yan yang masih kaget dan takjub dengan apa yang baru dia alami memasuki Barisan itu. Dia masih belum sadar bahwa Barisan itu memang sangat hebat dan mujijat.
"Bukan aku yang membangun Barisan ini, tetapi Kakek Gurumu yang membentuk dan membangunnya untuk melindungi Thian Cong Pay dan juga gua pertapaannya. Gunanya.." entahlah, akupun masih belum tahu sute, mungkin juga untuk dapat melindungi kakekmu, atau kita semua seperti saat ini ...."
"Ach, benar-benarkah Bu In Sing Liong sucouw sendiri yang membangun Barisan ini", sungguh hebat jika memang begitu...." desis Khong Yan terkenang akan Suhu dari kakeknya yang belum pernah dilihatnya itu. Padahal, masa kecilnya justru habis di dekat dengan gua pertapaan tokoh yang amat hebat itu. Tokoh yang bahkan Suhu nya sendiri juga sangat menghormati dan mengindahkannya, dan malah sempat menyebutnya sebagai tokoh nomor satu yang sesungguyhnya.
"Benar Sute, memang Suhu yang membangunnya, aku sendiri kurang begitu paham dengan semua jenis Barisan, kecuali yang satu ini...... nach, mengapa memasuki Barisan ini....?" tanya Koay Ji sekali lagi kepada Tio Lian Cu dan Khong Yan berdua. Kedua anak muda itu jadi saling pandang ketika Koay Ji bertanya maksud mereka guna memasuki barisan itu.
"Tek Ui Pangcu dan Nona Siauw Hong menunjukkan Barisan ini jika ingin bertemu dengan engkau Suheng, keduanya berkata jika memang amat ingin menemukanmu, maka kami haruslah masuk kedalam hutan ini,,,,, dan kami memutuskan memasuki hutan yang ternyata terdapat barisan yang amat mujijat ini....." jawab Khong Yan dan yang dapat membuat Koay J segera maklum, belum lagi dia memberi komentar, Tio Lian Cu sudah menambahkan,
"Kami ingin mengetahui apa rencana kita untuk selanjutnya Koay Ji, berhubung waktu yang semakin dekat dan para pendekar sudah mulai berdatangan ke dekat gunung Pek In San sana..." tambah Tio Lian Cu mendukung apa yang dikatakan Khong Yan sebelumnya
"Hmmmm, sesungguhnya yang kita butuhkan adalah berlatih dan berlatih, biarkan Sam Suheng dan Chit Suheng yang mengurusi urusan melawan Pek In San dan Bu Tek Seng Pay. Tokoh-tokoh lihay mereka sungguh banyak, yang kita temui semalam hanya 3 diantaranya, dan masih belum munculkan diri Toa Suheng dari kedua kakek hebat semalam. Menurut Suhu, bahkan tokoh ini masih lebih misterius dan lebih hebat lagi ketimbang dua yang muncul semalam...... karena itu, kalian berdua juga tetap harus berlatih dan meningkatkan kemampuan.." berkata Koay Ji dengan wajah berkerut, memang dia prihatin dan merasa gelisah dengan banyaknya tokoh di pihak lawan yang kemampuan mereka amat hebat.
"Accchh, ternyata engkau mengetahui urusan ini juga Koay Ji" jadi, menurutmu apa dan bagaimana kami harus berlatih" Sebulan terakhir kami diperam habis-habisan oleh Suhu masing-masing di benteng keluarga Hu, begitu keluar, ternyata tetap saja masih terdapat banyak tokoh hebat yang tak terlawan oleh kami berdua......" berkata Tio Lian Cu sambil menarik nafas panjang, bukannya kecewa, hanya penasaran. Pertama, dia penasaran karena ternyata, untuk dapat melawan seorang Koay Ji saja dia masih belum lagi sanggup, bahkan ada tokoh lain yang belum sehebat Koay Ji, juga masih tetap sulit untuk dilawannya saat ini. Memang, belum juga tentu dia akan kalah, tetapi amat jelas mengalahkan musuh semalam, dia merasa masih belum cukup mampu, membutuhkan latihan lagi.
"Tio kouwnio, ilmu silat itu tidak ada batasnya, berlatih dan berlatih bukanlah untuk mencapai tingkat tidak ada lawan lagi, tetapi untuk mengetahui perspektif yang baru. Menemukan perspektif baru dan kemudian melatih lagi guna menemukan sesuatu yang baru dan lebih hebat. Jangan dibalik, karena kalau dibalik, maka kita akan menjadi budak ilmu silat dan akan berlatih untuk pamrih yang tidak jelas dan tidak baik. Jika ada dalam perspektif yang jelas, maka kemajuanmu adalah sebuah kepuasan, penemuanmu adalah sebuah anugerah dan akan seperti itu selalu dan terus. Tidak ada batas yang tetap atas kemajuan dan tingkat ilmu silatmu, karena dia akan terus berkembang sebagaimana kata pepatah, ombak di belakang akan mendorong ombak di depan. Maka, berusahalah untuk tetap terus dan terus bergerak dan bergerak maju, teruslah berusaha, dan jangan pernah berpikir untuk berhenti. Jangan pernah berpikir bahwa suatu saat engkau akan mencapai tahapan sudah tidak ada lawannya lagi, tidak ada tandingan lagi. Karena pemikiran seperti itu akan membuatmu berhenti bergerak suatu saat...." terang Koay Ji seperti seorang Suhu yang sedang mengajar murid-muridnya. Tetapi begitupun, kata-kata dan juga semua kalimatnya sebagai wejangan memang benar, dan ditangkap secara positif oleh Tio Lian Cu dan Khong Yan. Kedua orang muda itu mengangguk-angguk tanda setuju dengan kalimat-kalimat Koay Ji tadi, dan karena melihat respons mereka itu, kembali Koay Ji berkata, tepatnya bertanya:
"Maukah kalian berdua kutunjukkan perspektif baru dari ilmu yang kalian mainkan ketika bertarung semalam....." sebuah contoh nyata agar kalian tidak berhenti untuk mencari dan bergerak maju lebih jauh...." tanya Koay Ji kepada Khong Yan dan Tio Lian Cu berdua yang langsung terhenyak sambil mengangguk.
"Tio Kouwnio, engkau memiliki sebuah ilmu yang mirip dengan Ilmu Khong Yan Sute tetapi sangat berbeda dalam banyak hal. Engkau memiliki Ilmu yang membuatmu dapat menyesuaikan daya tarungmu dengan karakter ilmu lawan. Sementara Khong Sute memiliki Ilmu Langkah yang membuatnya mampu menghindar dengan tepat dan menyerang dengan telak. Masalahnya, kedua lawan kalian semalam, memiliki Ilmu yang sama dengan Khong Sute, karena itu, maka pertarungan kalian semalam kurang effektif karena sama-sama memainkan jenis ilmu yang sama, tetapi sayang mereka sudah melatih ilmu itu sejak puluhan tahun silam. Itu artinya, kalian berdua masih kalah matang dan juga kalah sempurna dalam penguasaannya. Nach, jika Tio Kouwnio setuju, maka cobalah untuk menyelipkan 2 langkah bertahan dan juga 2 langkah menyerang yang akan membuatmu menjadi lebih alot dalam bertahan dan lebih tajam dalam menyerang. Dua langkah bertahan dan 2 langkah menyerang itu, akan berguna untuk membuat tempo dan waktu guna mengacaukan konsentrasi lawan, apakah menyerang atau bertahan. Nach, coba perhatikan pada titik bertahan ini, gerakan-gerakan yang tidak terduga namun bisa engkau lakukan dengan Liap In Sut, bisa dilakukan seperti ini......"
Koay Ji kemudian menurunkan empat jenis langkah mujijat ciptaan Koay Ji sendiri, masing-masing 2 dalam bertahan dan 2 dalam menyerang. Tetapi, selipannya justru berfungsi seperti katalisator, membuat pertahanan menjadi cepat dan gesit, dan juga serangan menjadi lebih tajam. Selama beberapa menit dia memberikan petunjuk dan memainkannya bersama dengan Tio Lian Cu yang terlihat sangat bersemangat berlatih. Sampai pada akhirnya Tio Lian Cu menjadi lebih paham, dan bahkan ketika berlatih, Koay Ji menyisipkan satu lagi langkah tambahan. Beberapa saat kemudian Tio Lian Cu sudah dapat menangkap inti sarinya, dan dia selanjutnya dapat berlatih sendiri. Selanjutnya Koay Ji juga ikut melatih Khong Yan dalam melengkapi Ilmu Langkah Ajaibnya yang dia turunkan sebelumnya.
"Khong sute ada tambahan ciptaanku yang baru untuk langkah ajaib itu, kutanggung lawan-lawanmu semalam belum mengenalnya karena kuciptakan selama beberapa bulan terakhir, beda dengan milik mereka. Nach, engkau dengarkan teori dan juga rahasianya dan boleh langsung berlatih, kuharap engkau dapat meleburkannya dan malam ini dapat melatihnya hingga sempurna. Kedepan, kujamin engkau tidak perlu keteteran jika sampai menghadapi mereka lagi....."
Tidak berapa lama kemudian, Tio Lian Cu dan Khong Yan sudah tenggelam dalam berlatih, tetapi hanya sekitar sepuluh menit kemudian mereka berdua sudah paham. Bahkan karena sudah sangat paham dan sudah dapat melatihnya dengan baik serta tinggal menyempurnakannya, Tio Lian Cu memandang Koay Ji dan bertanya:
"Meski amat sederhana, tetapi setiap peralihan langkah bertahan dan menyerangku seperti menjadi berlipat kali lebih hebat..... engkau hebat Koay Ji......" pujinya secara tulus dan tidak menyembunyikan kekagumannya.
"Dan sebagai bahan latihan kalian malam ini, ingin kuhadiahkan sebuah Ilmu yang semalam kugunakan dalam pertarungan melawan Phoa Tay teng. Tingkat iweekang kalian sudah memadai untuk menggunakan dalam puncak kehebatannya. Tetapi sejujurnya, ilmu tersebut kuciptakan berdasar kehebatan tiga perguruan kalian. Masing-masing dari Suhu Bu Tee Hwesio, Thian Hoat Tosu dan Lam Hay Sinni. Ilmu tersebut kunamakan Ilmu Hian Bun Sam Ciang (Tiga Jurus Pukulan Maha sakti), terdiri dari 3 jurus belaka, yakni masing-masing jurus Hu Houw Tio Jang (Harimau Mendekam Menghadap Matahari), jurus Lok Yap Kui Ken (Daun jatuh kembali keakar) jurus Boan Thian Kai Te (Langit penuh tertutup tanah). Kalian masing-masing akan menemukan unsur perguruan sendiri dan bisa mengembangkan sisi itu untuk memperkuat daya serangnya kelak. Tetapi untuk malam ini, berusahalah melatihnya hingga benar kalian pahamkan sebaik-baiknya, karena setelah kalian berdua memahami teorinya akupun harus melakukan sebuah pekerjaan yang lain, nach kita mulai..." Koay Ji mengajak mereka berdua berlatih dan memulainya dengan hadiah sebuah ilmu dahsyat.
Selama beberapa menit atau bahkan nyaris setengah jam Koay Ji kemudian mulai menurunkan teorinya dan selanjutnya juga penjelasan-penjelasan lebih detail lagi tentang bagaimana kehebatan ilmu tersebut. Lebih lanjut beberapa menit kemudian, juga menurunkan petunjuk untuk dapat melatihnya secara lebih sempurna. Setelah selesai, dia kemudian meminta mereka untuk dapat melatihnya secara langsung dan melihat bagaimana kemajuan mereka dalam berlatih menggunakan ilmu tersebut. Ada beberapa menit dia mengikuti mereka berdua berlatih secara serius, dan memang dia cukup puas dengan praktek latihan mereka. Bisa dimaklumi, tingkat mereka dalam ilmu silat memang sudah amat tinggi. Beberapa saat kemudian, diapun berkata selagi Tio Lian Cu dan Khong Yan berlatih:
"Kalian berdua berlatih disini sampai subuh, jangan berpikir meninggalkan dan juga melepas patok-patok di delapan sisi itu, karena jika tidak, kalian akan tersesat di dalam Barisan ini dan konsentrasi kalian bisa pecah dan buyar..... biarlah menjelang pagi nanti akan kujemput kalian berdua disini. Tetapi, usahakan agar kalian sudah mampu menguasai ilmu itu dengan amat baik. Karena itu menjadi salah satu modal kita melawan Pek In San dan Bu tek Seng Pay dengan tokoh-tokoh mereka yang hebat-hebat, nachh, aku pergi dulu....."
Sesampainya di Ruang Rahasia ketiga, sebagaimana yang sudah diduga disana dia bertemu Siauw Hong dengan wajah yang masih kelam dan penuh duka. Tetapi Koay Ji bersyukur karena tidak terlihat tanda-tanda bahwa Siauw Hong murka dengan apa yang terjadi. Kejadian menyedihkan yang sampai menyebabkan kematian dari bibi neneknya yang selama ini terus bersama dengannya di Lembah Cemara. Bahkan, Nenek yang juga mengasuhnya dengan penuh kasih selama ini, dan yang penting juga memberitahu siapa dia yang sebenarnya pada saat-saat terakhir kehidupan Nenek yang dicintanya itu.
"Toako, setelah kejadian hari ini, aku tidak akan mungkin lagi terus berjalan bersama dengan keluarga besar Lembah Cemara itu. Aku akan berkelana mencari kedua orang tuaku ke daerah provinsi In Lam di daerah Selatan sana, tetapi sebelumnya aku ingin mendengarkan pendapat toako. Karena satu-satunya yang kuanggap keluarga saat ini hanyalah toako seorang......" berkata Siauw Hong dengan wajah tertunduk, masih berduka dan jelas sangat terguncang dengan semua apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini. Dalam waktu singkat dia menjadi agak asing dengan keadaannya, dengan keluarga besarnya dan dengan posisinya di Lembah Cemara. Jelas dia bingung dan kalut.
"Kang Siauw Hong adikku, menerima kenyataan tidak memiliki keluarga seorangpun memang mendukakan. Hal yang sudah lama kulalui, yakni selama 15 tahun terakhir. Sulit untuk menerimanya memang. Masih lebih beruntung engkau memiliki seorang Nenek dan juga ayah dan ibu angkat serta malah seorang adik angkat, bahkan juga masih memiliki kedua orang tua meski masih harus mencarinya. Setidaknya engkau tahu bahwa engkau masih memiliki mereka, berbeda denganku yang tahu bahwa aku tidak memiliki siapapun sampai aku memilikimu sebagai adikku. Di saat-saat seperti ini, selain berusaha menerima semua apa adanya, maka memutuskan hal yang lain adalah lebih baik menunggu suasana hatimu lebih tenang. Jika suatu saat engkau memutuskan akan mencari orang tuamu, maka toako akan mendukungmu dan mengantarkanmu, jika lain lagi keputusanmu, maka mesti untuk kebaikan masa depanmu....." hibur Koay Ji yang memang rada susah menemukan kata-kata yang tepat bagi Siauw Hong pada saat seperti itu. Kata-katanya setidaknya bisa memberi kekuatan bagi Kang Siauw Hong dan dapat membuatnya berpikir lebih tenang. Dapat sedikit menenangkan, dan untungnya, Siauw Hong memang semakin lama makin mendengar dan mengandalkan Koay Ji.
"Biarkan aku menemanimu disini Toako, pergi ke tempat jasad Nenek membuatku sangat tertekan, dan rasanya, nyaris seisi Lembah Cemara kini seperti berubah. Mereka semua sekarang memandangku secara sangat berbeda, jelas terlihat dari semua tatapan dan cara pandang mereka. Sungguh berbeda dan lain dengan hari hari biasanya dan juga hari-hari yang telah lewat. Mungkin benar bahwa ini hanya perasaanku sendiri saja, tetapi teramat sulit untuk tidak berpikir seperti itu pada saat-saat seperti sekarang ini, saat-saat mengantarkan nenek dengan kisahnya yang amat menyedihkan itu..." keluh Kang Siauw Hong bertambah sedih, karena dia menganggap keluarganya selama ini sudah berubah, dan dia menjadi merasa asing dengan semua perubahan itu. Repotnya, dia kesulitan untuk berinteraksi dengan mereka semua, karena secara emosional semua sedang merasa sedih.
"Baiklah adikku, engkau boleh berada disini hingga pagi hari nanti...... toakomu ini mesti melakukan sesuatu, memeriksa banyak hal dan berlatih. Jika engkau tertarik untuk berlatih menghilangkan rasa suntukmu itu, juga sangatlah baik. Setidaknya, engkau dapat melatih 3 Jurus Maha Dahsyat itu untuk bekalmu kelak di belakang hari, atau melatih iweekangmu. Pokoknya, jangan membiarkan dirimu hanyut dalam kesedihan tetapi kalahkan kesedihan itu denga semangatmu........." bujuk Koay Ji melihat sinar mata Siauw Hong yang agak pudar.
"Aku lebih ingin bersamadhi toako, sambil melatih iweekangku....." desis Siauw Hong yang tidak lama kemudian terlihat mulai berlatih sendiri. Sementara Koay Ji sendiri memutuskan untuk kembali melanjutkan latihannya, menemukan jurus penangkal atau jurus anti atas jurus yang tadi diciptakannya.
Berbeda dengan orang lain, termasuk juga didalamnya Suhu Pek Kut Lojin yang belum dikenal dan tidak diketahui sedikitpun tentangnya oleh Koay Ji, maka Koay Ji sendiri memiliki bekal yang jauh lebih memadai. Bekal tersebut terhitung jauh dari mencukupi untuk dapat memahami dan menemukan anti atau pemunah ilmu yang sudah dia kenali dan ketahui dengan baik. Pada dasarnya, Koay Ji sendiri jelas mengetahui kelebihan dan kekurangan jurus ciptaannya itu, atau ciptaan suhunya namun dia rangkai sendiri atas petunjuk suhunya. Kemudian, seperti juga Suhu Pek Kut Lojin, diapun memiliki pengetahuan khasanah ilmu Pat Bin Ling Long, malahan ada kelebihannya yang lebih menentukan, yakni bahwa dia membekal Kitab Mujijat Rahasia Segala Gerakan manusia.
Maka dengan semua bekal yang lebih dari cukup itu, mestinya tidak begitu sulit bagi Koay Ji untuk menemukan penawar ataupun anti dari jurus ciptaannya atas petunjuk lisan suhunya. Memikirkan semua persoalan itu, membuat semangat seorang Koay Ji kembali berkobar. Dia kembali merasa seperti ditantang untuk menemukan serta menciptakan sesuatu yang sudah tersedia ide di kepalanya, dan bahan mentahnya juga sudah ada dalam dirinya. Hanya, bagaimana caranya menemukan, sekaligus juga menciptakan tata gerak yang menjadi anti dari ciptaannya sebelumnya. Hal yang menjadi bahan konsentrasi Koay Ji selanjutnya.
Berbeda dengan jurus pertama yang dia ciptakan menurut petunjuk samar Suhunya yang hanya membutuhkan beberapa jam, maka untuk jurus kedua, sampai pagipun dia baru bermampuan sekedar membentangkan kelebihan dan kekurangan jurus ciptaannya sendiri. Kemudian, menemukan juga dua kemungkinan yang sangat mungkin dia pilih nanti, yakni memunahkan dan mendesak jurus ciptaannya pada tingkatan "kekurangan" dari jurus tersebut, mengeksplorasinya untuk kemudian bisa mengalahkannya. Atau justru menempurnya langsung pada titik ataupun kekuatan utama jurus tersebut, satu ide yang agak liar muncul di kepalanya. Pilihan kedua ini sudah jelas akan jauh lebih sulit, tetapi seorang Koay Ji selalu berusaha mencari yang menghadirkan kejutan bagi lawan.
Karena menimbang satu antara dua pilihan tersebut, maka sampai pagi hari Koay Ji baru menemukan hanya sekedar bahan-bahan gerakan yang mungkin dapat dia gunakan. Sama sekali dia masih belum mampu merumuskan ilmu atau gerakan apa yang dapat dia gunakan. Bahan-bahan atau petunjuk bagaimana memunahkan atau menaklukkan jurus ciptaannya, sudah dapat dia kumpulkan, dan itu sudah lebih dari cukup baginya. Namun, dia masih tetap harus menemukan bagaimana gaya dan dorongan iweekang atas sejumlah formula gerak atau jurus yang sudah dia temukan itu. Sayang, hari sudah menjelang pagi. Tetapi, meskipun baru sampai pada tahap itu, Koay Ji sudah merasa cukup bergembira, karena dia menemukannya dengan mampu melupakan semua khasanah ilmu Siauw Lim Sie. "Sudah cukuplah untuk hari ini..." desis Koay Ji menuntaskan latihannya.
Tetapi, ada yang amat mengejutkan Koay Ji, yakni ketika dia sadar menjelang pagi dan dia menemukan keadaan Kang Siauw Hong yang jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Dia menemukan Siauw Hong dalam keadaan lupa diri dan lupa segala-galanya, dan ketika dia berusaha untuk menyentuhnya, sungguh luar biasa, tubuh Siauw Hong benar-benar penuh hawa yang sangat kuat dan sangat mujijat. Dan tangannya sampai terlontar kesamping tanpa dapat dia cegah, dan tubuh Kang Siauw Hong sama sekali tidak terganggu, tetap tegak dalam diam. Memang dia tadi menyentuh dengan tidak siaga dan tidak mengerahkan tenaga sedikitpun, tapi tetap saja kejadian itu mengejutkannya. Dan melihat kenyataan itu, terkejutlah Koay Ji, karena segera sadar bahwa kelihatannya Kang Siauw Hong justru sudah berhasil menemukan "SESUATU" justru pada puncak-puncak keputus-asaannya itu. Koay Ji kaget dan berpikir sejenak, apa gerangan yang terjadi. Setelah berdiam diri sekian lama, pada akhirnya diapun menganalisa dan menduga,
"Kelihatannya Siauw Hong seperti menemukan energy yang memadai untuk mampu meleburkan semua kekuatan Pek Kut Lojin dalam dirinya, apakah dia selalu melatih teori yang kuajarkan kepadanya berdasarkan catatan Ilmu Pat Bin Lin Long itu....." ach jika demikian, adikku ini justru berhasil membentuk dirinya meskipun berjalan dari titik yang penuh rasa keputusasaan. Hebat, hebat....." desis Koay Ji kagum. Dan dia semakin yakin saat melihat bagaimana alur pernafasan Siauw Hong yang amat halus dan melihat betapa persoalan Kang Siauw Hong sebelumnya yang bermasalah dengan tenaga dalam yang amat berlimpah dan berlebihan, justru saat itu, sepertinya sudah dapat diatasinya.
Dan memang, seperti itulah tepatnya yang terjadi. Di puncak keputusasaannya, tak direncanakan dan tidak disengaja oleh Siauw Hong, dia justru menjadi pasrah dalam diam. Dan dengan sikapnya itu, tidak diduganya dia menemukan keberserah-dirian yang total sebagaimana yang dituntut oleh teori Ilmu sakti Cap Sah Sik Heng Kang Sim Coat ciptaan Pat Bin Lin Long. Dengan penyerahdirian secara total, maka dia mencapai tahapan yang disyaratkan Pat Bin Lin Long melalui teori yang diketahui tapi tak dapat dijalankan oleh Koay Ji yang sudah kadung melatih Ilmu Iweekang lainnya. Itulah sebabnya Siauw Hong mampu mencapai tahapan yang disebut Ilmu Hian Bun Kui Goan Kang Khi (Ilmu Menghimpun Dan Menyatukan Hawa Murni) dimana dia mampu menyerap dan menjadikan titipan iweekang Pek Kut Lojin menjadi iweekangnya sendiri pada saat itu. Dalam semalam, Kang Siauw Hong berhasil mencapai apa yang sudah dilakukan baik oleh Khong Yan maupun oleh Tio Lian Cu selama sebulan di Benteng Keluarga Hu.
Sebetulnya, proses Siauw Hong, nyaris sama dengan resep rumit dan berliku yang secara ajaib dialami oleh Koay Ji. Meski kasus mereka tentu saja jauh berbeda dan jauh perbedaan mengelolahnya, karena Koay Ji melalui latihan dua iweekang mujijat kaum Budha melalui dua orang Gurunya. Sementara Siauw Hong, secara aneh dan mujijat, justru memelihara dan menjadi "pembawa" kekuatan iweekang Pek Kut Lodjin yang selama beberapa tahun mengendap dan bertumbuh dalam dirinya itu. Kekuatan yang juga sudah berkembang dan bertambah lebih kuat dibandingkan saat diberikan dan juga diserahkan kepadanya oleh gwakongnya.
Padahal, mencapai tingkatan Siauw Hong saat ini, membutuhkan waktu puluhan tahun bagi ketiga cucu murid Pat Bin Ling Long, kecuali Pek Kut Lojin yag memang memiliki bakat yangt amat istimewa. Selain juga, Pek Kut Lojin sendiri sangat cerdas dan mengerti ilmu pertabiban, sehingga tahu bagaimana meningkatkan kemampuan dan juga tenaga iweekangnya. Sayangnya, murid yang istimewa ini menjadi boneka kejahatan suhunya yang juga berbakat aneh dan sangatlah misterius. Adalah berkah bagi Siauw Hong menerima titipan iweekang kakeknya yang sepertinya menyadari bahwa cucu perempuannya ini memiliki bakat aneh yang turun darinya. Dan setelah sekian lama, akhirnya titipannya berhasil dioptimalkan meskipun memang secara tidak di sengaja oleh Kang Siauw Hong Sendiri.
Diawali dengan tuntunan nan teliti oleh Koay Ji melalui bacaan sobekan Kitab Pusaka peninggalan Pat Bin Lin Long, dan mengajarinya jalan menuntun iweekang titipan untuk menjadi miliknya. Hanya, karena pengetahuan Koay Ji berdasarkan Ilmu Budha, maka dia keliru menebak kehebatan iweekang Pat Bin Lin Long yang beda aliran dengannya itu. Adalah sebuah kebetulan, kematian Nenek Hua Hun justru mendatangkan rasa nestapa dan penyerahdirian yang utuh Siauw Hong atas apa yang sedang dan akan terjadi dalam hidupnya. Menyadari bahwa Neneknya meninggal dan tempatnya di Lembah Cemara susah dipertahankan, dengan hanya memiliki seorang Koay Ji saja, dia akhirnya menjadi pasrah. Perasaan pasrahnya ini berbeda dengan putus asa.
Rasa putus asa akan membawanya pada sikap "masa bodoh" dan membiarkan apa yang terjadi terjadilah. Sikap pasrah seorang Siauw Hong, adalah sikap menerima apa yang memang sudah dan sedang terjadi. Menyadari dia sendirian, dia merasa yakin bahwa hidupnya kedepan akan ditentukan oleh dirinya sendiri, dan hanya ada seorang Koay Ji sandarannya. Ketimbang bersandar kepada orang lain, diapun lebih memilih untuk pasrah, menyatu dengan keheningan, membiarkan semangatnya jadi penuntun kepasrahan itu. Ketika melatih iweekang, dia malah membiarkan iweekang dalam tubuhnya merembes, bergerak, bertumbuh tapi lalu merembes dan masuk ke tan-tian. Tubuh Siauw Hong yang pasrah membuat efek dan kekuatan iweekang itu meresap dengan sempurna dan bahkan berlangsung secara snagat cepat dan tanpa sedikitpun diduga oleh Siauw Hong.
Jika alam berkehendak, maka tak ada yang mampu menghalanginya, seperti juga keadaan Siauw Hong. Jika garis takdirnya seperti itu, maka dengan jalan apapun dan bagaimanapun tetap saja akan menjadi miliknya. Dan juga, jika Koay Ji tidak menemukannya dalam keadaan seperti itu dan membangunkannya, maka tetap akan sia-sia capaiannya. Manakala Koay Ji memandangi Siauw Hong dengan mata tak berkedip, dia semakin yakin bahwa kekuatan iweekang Pek Kut Lojin Hua Bong sudah meresak dan terserab kedalam tubuh Siauw Hong. Itulah sebabnya keadaan Siauw Hong amat tenang, terlihat teduh, tetapi tubuhnya menggeletar dengan satu kekuatan yang maha hebat melindungnya dari apapun.
"Thian memang maha pemurah... selamat adikku" desis Koay Ji takjub memandangi keadaan Siauw Hong yang memang sangat menakjubkan. Dari tubuhnya bahkan kini mulai memancarkan samar-samar sinar keputihan yang sesekali berpijar, tanda betapa kuatnya tenaga yang berada dalam tubuh mungil gadis cantik itu. Hanya tubuh yang dipenuhi hawa murni yang maha kuat dan maha hebat yang bakalan mampu mengeluarkan pijaran semacam itu. Dan jika pijaran itu disentuh, maka akan langsung melindungi tubuh dimana dalamnya energi atau iweekang itu berada. Malah bisa-bisa, kekuatan luar biasa dalam diri Kang Siauw Hong akan bereaksi untuk bisa melakukan serangan balik.
"Selamat Hong moi, banyak selamat untukmu karena pada akhirnya toch engkaupun berhasil menguasai ilmu peninggalan kakekmu Pek Kut Lojin Hua Bong" bergumam Koay Ji pada akhirnya setelah paham dengan apa yang terjadi pada diri Kang Siauw Hong. Tidak salah lagi, Kang Siauw Hong kelihatannya memang sudah berhasil menyerab dan bahkan masih sedang terus-menerus berusaha menyerab kekuatan iweekang Pek Kut Lojin kakeknya yang sengaja diwariskan kepadanya. Setelah melihat bahwa proses Kang Siauw Hong masih akan terus berlangsung sampai beberapa saat lamanya, Koay Ji teringat kepada Tio Lian Cu dan Khong Yan yang berlatih di tempat terpisah. Maka diapun bersiap untuk berpindah tempat kembali guna menengok kedua kawannya yang lain.
Sesuai dengan yang dia janjikan, maka Koay Ji kemudian berpindah ke ruang yang kedua, dan disana Tio Lian Cu dan Khong Yan juga sudah dalam keadaan samadhi. Kelihatannya mereka sedang mengembalikan kebugaran setelah berlatih amat keras sepanjang malam bahkan hingga jelang pagi hari. Dan untungnya, dia tidak harus menunggu sangat lama saat keduanya mulai siuman, karena tidak lama kemudian keduanya, didahului oleh Khong Yan mulai sadarkan diri dan kembali menemukan kebugaran fisik mereka masing-masing. Kepada Khong Yan, Koay Ji bertanya dalam nada suara yang tenang dan juga gembira, ya, suasana hatinya sedang senang dan gembira mendapati kemajuan Kang Siauw Hong dan juga Khong Yan serta tentu saja Tio Lian Cu;
"Bagaimana dengan latihanmu Khong sute....?" tanya Koay Ji berhati-hati sambil memandang Khong Yan yang baru selesai samadhi dan terlihat penuh semangat dan penuh gairah itu.
"Latihan Ilmu Langkah Mujijatku sudah jauh lebih baik, rasanya juga Ilmu Hian Bun Sam Ciang sudah dapat kukuasai, hanya tingga melatih guna menyempurnakannya lebih jauh lagi Suheng....." jawab Khong Yan yang tambah menggembirakan Koay Ji, dan pada saat itu, Tio Lian Cu juga sudah selesai dengan samadhinya. Tergugah dan kaget melihat Koay Ji ternyata sudah berada disitu. Dia memandang Khong Yan dan Koay Ji yang sama-sama tersenyum memandangnya.
"Baiklah, cobalah kalian memainkannya sekali lagi....... ingin kulihat sampai dimana kemajuan kalian berdua, dan ingat, ini adalah jurus serangan dan bukanlah jurus bertahan,,,," tegas Koay Ji yang langsung diiyakan oleh Tio Lian Cu dan Khong Yan bahkan selanjutnya bergantian, didahului oleh Khong Yan mereka memainkan Ilmu Hian Bun Sam Ciang itu. "Usahakan jurus terakhir menjadi akumulasi kekuatan dan gerakan yang melontarkan kekuatan iweekang....." saran Koay Ji sebelum Khong Yan tampil menunjukkan hasil latihannya
Dan setelah keduanya memainkan ilmu tersebut dengan nyaris tanpa cela, Koay Ji nampak semakin senang. Dia memang yakin, dengan kemampuan Tio Lian Cu dan Khong Yan, dipastikan mereka akan mampu menyerab lmu tersebut dalam waktu yang tidak akan lama. Dan memang begitulah yang terjadi. Tio Lian Cu dan Khong Yan mempelajarinya dan menemukan kehebatan ilmu tersebut sehingga melatih dengan cermat dan bahkan sepenuh hati. Karena berlatih secara serius dan tanpa ada gangguan, maka mereka berhasil melatihnya dengan baik. Hasilnya, pada pagi harinya mereka sudah mampu dan berhasil mempelajarinya. Dan Koay Ji terlihat mengangguk-angguk senang melihat kemajuan Khong Yan dan Tio Lian Cu.
"Hmmm, tidak ada lagi yang dapat kukatakan, tingal kalian mematangkannya kelak. Dan rangkaiannya, jika tidak terputus-putus dimainkan, bahkan Kakek Sakti Phoa Tay Teng semalam, juga rada-rada mengalami kesulitan untuk menahannya. Tetapi, menggunakannya menghadapi lawan tanggung harap kalian mempertimbangkannya kembali, karena jika tidak, kalian bakalan membuat lawan tersebut berubah bagai perkedel....." pesan Koay Ji setelah puas menyaksikan ilmu yang diajarkannya, sudah dapat dikuasai secara baik oleh kedua kawannya itu. Bahkan, karena ilmu itu memang memiliki unsur-unsur ilmu perguruan mereka masing-masing, maka baik Khong Yan maupun juga Tio Lian Cu menyisipkan beberapa gerakan sendiri yang membuat Ilmu tersebut menjadi memiliki ketajaman yang lebih pada saat menyerang lawan. Koay Ji menyadarinya, tetapi membiarkannya saja.
"Terima kasih Koay Ji suheng.." terdengar Khong Yan berkata dengan suara senang karena dianggap berhasil melatihnya.
"Tapi, darimana engkau mempelajari keunggulan kami masing-masing dan dapat menuangkannya dalam sebuah ilmu sehebat ini....?" tanya Tio Lian Cu yang entah mengapa mencurigai Koay Ji, bukan curiga yang buruk, tetapi dia seperti punya bayangan tokoh sehebat Koay Ji ini tetapi dalam wujud yang berbeda. Hanya saja, dia tidak merasa yakin, dan karena itu dia bertanya. Pertanyaannya sederhana, tetapi Koay Ji paham bahwa dia harus menjawab secara hati-hati, sebab jika tidak, banyak yang bakal repot kedepan.
"Khong Yan, adalah suteku dari Suhu Bu Tee Hwesio, Nona Tio adalah murid Thian Hoat Tosu yang alim dan baik budi yang bahkan ikut menitipkan beberapa ilmu andalannya kepadaku, juga kukenal dan pernah bertemu berapa tahun silam. Lam Hay Sinni, juga pernah mengunjungi suhuku selain karena memang, mereka berdua sesungguhnya adalah saudara seperguruan. Maka dari itu, sesungguhnya ilmu tiga perguruan itu, Ilmu Tiga Dewa Tionggoan, dapat kukenali dengan sangat baik. Suhu membimbingku untuk memadukannya dan pada akhirnya melahirkan Ilmu tersebut" jawab Koay Ji. Dan, memang banyak benarnya namun juga ada yang sedikit keliru alias ciptaannya sendiri. Tetapi, untuk meyakinkan ataupun membuat seorang Tio Lian Cu menjadi bingung dan akhirnya percaya saja, sudah tentu lebih dari cukup, dan memang begitu adanya.
Mendengar penjelasan Koay Ji, Tio Lian Cu tidak dapat membantahnya. Meskipun memang benar bahwa Koay Ji mengajukan alasan yang sangat masuk akal, tetapi Tio Lian Cu dapat mengetahui adanya bagian-bagian yang tidak sesuai dengan fakta dan kenyataannya. Memang Suhunya pernah menurunkan beberapa ilmu yang hebat kepada Koay Ji, seperti juga Suhu Koay Ji menurunkan beberapa ilmu hebat kepadanya. Tetapi, fakta bahwa unsur-unsur jurus perguruannya yang dimunculkan dalam Ilmu yang dipelajarinya, jelas bukan dari yang diajarkan Suhunya kepada Koay Ji. Justru adalah jurus-jurus dan keunggulan yang sifatnya agak rahasia dan juga agak disembunyikan. "Tetapi, mengapa Koay Ji mengetahuinya juga?", itu yang berada di dalam benak Tio Lian Cu. Sementara Khong Yan, berbeda dengannya, jelas bersikap biasa dan senang. Jelas saja, karena Koay Ji memang suhengnya, dan pantas jika mengetahui dan mengenali semua jurus-jurus aneh dan hebah dari khasanah ilmu perguruannya.
"Baiklah, kalian boleh berlatih lagi atau sarapan, masih ada yang mesti kulakukan di tempat yang lain. Oh ya, melalui Barisan ini kalian butuh konsentrasi dan temukan jalanannya lewat bagian timur, teruslah melangkah menyusuri patok yang kutanam, tetapi janganlah melepas dan mencabutnya. Setelahnya melalui patok-patok itu, maka kalian akan menemukan pintu keluar utamanya", jelas Koay Ji memberi kedua sahabat itu petunjuk untuk keluar,
Setelah berkata demikian, Koay Ji kemudian kembali menghilang kedalam Barisan dan muncul kembali di tempat Siauw Hong. Entah mengapa keberhasilan Siauw Hong membuatnya menjadi tertantang. Geletar keinginan untuk mencapai "hasil" atas upayanya benar-benar memicu semangat berlebihnya, sehingga ingin rasanya saat itu juga berusaha untuk juga berhasil dengan missinya. Tetapi, pada saat itu dia melihat Siauw Hong yang wajahnya seperti merengit, pijar-pijar cahaya yang tadi muncul dari kulitnya tidak ada lagi. Yang ada hanyalah wajah merengut seperti menahan rasa sakit, dan itu membuatnya sadar. Siauw Hong terkurung dan belum tahu cara keluar dari keadaannya saat itu...... apa boleh buat.
Diapun mengerahkan kekuatan iweekangnya dan sadar bahwa besarnya kekuatan dalam tubuh Siauw Hong membuatnya mengerahkan tenaga gabungan. Dan diapun kemudian menempelkan lengannya di belakang tubuh Siauw Hong dan langsung berbisik-bisik secara perlahan kepada gadis itu: "Kuasai tenagamu dan alirkan kembali ke tantian, jangan memaksakan diri, perlahan-lahan saja, nach benar begitu jangan kemaruk dan menjadi rakus, biarlah tenaga iweekangmu mengalir dan terus mengalir, karena dengan begitu kekuatan fisikmu juga akan bertambah kuat. Jika tidak, maka kekuatan tubuhmu justru akan melemah dan menjadi rusak dengan sendirinya. Perlahan-lahan biarkan tenaga dalam itu diam dan engkau data nanti mengendalikannya dengan jauh lebih baik. Karena akan ada datang kelak saat yang tepat bagaimana engkau belajar untuk mengendalikan semua tenaga dalam dirimu dengan leluasa dan sesuka hatimu....."
Dan setelah beberapa saat, Koay Ji menarik tenaganya dan Siauw Hong terlihat wajahnya berubah pucat pasi, tetapi tidak lagi menahan rasa sakit. Iweekang mujijatnya sudah berhasil dikumpulkannya kembali dan kini sudah berdiam di dalam tan tiannya. Hanya, sesuai dengan petuah Koay Ji, untuk melatih cara bagaimana mengendalikannya, masih butuh waktu beberapa saat bagi gadis itu. Dia butuh ilmu yang mampu mengendalikannya, dan juga butuh jurus-jurus serangan yang dapat memaksimalkan tenaga dalam yang dahsyat dalam tubuhnya saat itu. Tetapi saat ini, gadis ini perlu untuk beristirahat dan mengembalikan kebugarannya.
"Bagaimana keadaanmu adikku....?" sapa Koay Ji setelah melihat Kang Siauw Hong sudah sadar kembali meskipun masih nampak pucat pasi. Wajar, karena memang dia baru melalui episode yang amat berbahaya. Terlambat beberapa menit lagi Koay Ji datang dan menemukannya, maka akan sangat sulit untuk menyelamatkan tenaga dalam yang mulai merusak dan memukul organ-organ dalam Kang Siauw Hong. Jika itu terjadi, maka alamat kejadian sebaliknya yang dialami dan dirasakan oleh Siauw Hong, tersiksa sampai cacad.
"Sudah baikan toako, tetapi beragam macam mimpi hadir diingatanku setelah saking sedihnya aku kehilangan kontrol atas kesadaran dan justru selama beberapa jam tubuhku terasa nyaman, bahkan seperti ingin terbang keangkasa. Tapi, kubiarkan saja karena entah mengapa terasa begitu nikmat, nyaman dan menyegarkan. Tapi, beberapa menit terakhir, ketika ingin melepas semua itu, ech justru tubuhku terasa mulai sakit, semakin lama semakin menyakitkan. Entah bagaimana keadaan yang tadinya begitu nyaman dan tentram bisa berubah menjadi sesuatu keadaan yang justru sangat mengerikan dan menyakitkan......"
"Hmmmm, tanpa engkau sadari, semua iweekang titipan gwakongmu sudah engkau serap habis dan sudah diam di tantianmu. Kemampuan iweekangmu saat ini, sudah sehebat atau malah mungkin lebih hebat dari kakek Geberz yang semalam, meski mungkin belum sekuat Kakek Phoa Tay Teng, tetapi entahlah, siapa tahu...... hanya, engkau masih belum mampu mengendalikannya dan mempergunakannya demi atau untuk kepentinganmu sendiri. Engkau masih perlu berlatih keras guna mengolahnya, mengendalikannya, membuatnya bisa berada dalam genggaman kemauanmu, dan engkau butuh waktu untuk bisa melakukannya secara lebih baik dan lebih sempurna lagi. Maka mulai malam ini, engkau khusus berlatih mengontrol dan memanfaatkan iweekang tersebut, setelah 2,3 hari, gunakan iweekang itu untuk melandasi semua ilmu yang kau pelajari, terutama semua 3 ilmu yang sudah kuturunkan kepadamu sebelumnya. Niscaya, saat itu sudah akan teramat sedikit orang yang kelak akan bermampuan untuk menandingi tingkat kemsaktianmu. Terlebih lagi untuk melawan iweekangmu yang setinggi dan sehebat itu, tambah sulit lagi untuk mencarikan kau tandingan yang setimpal adikku. Nach sekarang apakah engkau mengerti semuanya adikku....?" tanya Koay Ji setelah panjang lebar memberi penjelasan dan petunjuk kepada Siauw Hong apa sebenarnya yang terjadi dan apa yang dialami gadis itu sejak malam hingga pagi hari.
"Acccch, aku bakal sesakti Kakek Geberz yang berkelahi melawan Khong Yan yang hebat itu toako....?" tanya Siauw Hong antusias teringat tokoh semalam yang dapat bertarung hebat melawan Khong Yan. Tokoh itu, meski belum sehebat Koay Ji, tapi dia tahu sudah amat hebat dan jarang tokoh akan dapat atau mampu untuk menandinginya. Memikirkan hal itu membuat Kang Siauw Hong menjadi semangat dan angannya melambung tinggi.
"Benar begitu, menurut dugaanku,,,,, tetapi jikapun meleset tidak akan terlalu jauh jaraknya. Meskipun demikian, untuk benar-benar dapat menjadi sehebat dia, engkau masih butuh latihan tekun selama beberapa hari lagi. Dan sesungguhnya masih ada waktu untuk mencapainya. Karena itu, engkau harus berlatih bersama toakomu ini setiap ada kesempatan.."
"Accch, jika memang benar-benar begitu menurut pnegamatanmu, aku akan berlatih lebih serius lagi toako....." demikian antusias Siauw Hong mendengar penjelasan Koay Ji, terutama ketika tahu bahwa kemampuannya ternyata sudah meningkat sangat hebat. Tidak disangkanya sama sekali jika kemampuannya dapat melonjak sedemikian tinggi hanya dalam beberapa hari belaka. Bukankah keadaan ini seperti dalam mimpi belaka"
"Tidak, sudah cukup untuk hari ini,,,,,, makan pagi terlebih dahulu, baru kemudian istirahat dan boleh kembali berlatih setelah sore hari. Sebab jika engkau memaksakan dirimu maka justru bisa celaka ...."
"Dan toako...?" tanya Siauw Hong
"Juga akan beristirahat, sebentar lagi setelah engkau pergi adikku", jawab Koay Ji sedikit berbohong kepada adiknya itu. Tetapi, kebetulan karena semangatnya saat itu sedang sangat tinggi-tingginya.
"Baiklah, aku mandi dan makan pagi dulu toako...."
"Silahkan adikku....."
Sepeninggal Siauw Hong, semangat yang sedang membuncah membuat Koay Ji melanjutkan penelaahannya. Semua hal dia lupakan, semua urusan dia tinggalkan dan kembali bertekun dengan pencahariannya, penyelidikannya. Sekali ini secara khusus mencoba menemukan dalam khasanah Ilmu Pat Bin Lin Long, gerak atau jurus ataupun ilmu yang mampu dan dapat menandingi dan memunahkan jurus yang diciptakannya sebelumnya. Setengah harian Koay Ji memeriksa seluruh khasanah pengetahuan tentang Ilmu Pat Bin Lin Long, tetapi hanya menemukan dua buah cara yang mungkin mampu mengatasi jurus ciptaannya. Dari Ilmu pengetahuan rahasia gerakan manusia, dia menemukan satu buah cara lagi, tetapi dia masih belum yakin benar dengan semua temuannya. Dia masih harus menyusun semua temuannya dalam sebuah rangkaian gerak, baru dapat meyakinkan dirinya bahwa dia sudah berhasil. Tetapi, belum dapat dia merangkainya, gangguan sudah datang, siapa lagi jika bukan Siauw Hong......?"
Dengan terpaksa Koay Ji melatihnya terlebih dahulu, sesuai petunjuk kitab pusaka atau sobekan kitab pusaka. Kemudian juga menurunkan secara lebih lengkap Ilmu Thian Liong Pat Pian dan Ginkang perguruan Pat Bin Lin Long, baru setelah itu dia bebas. Tetapi, fisiknya sudah amat lemah, karena itu dia memutuskan untuk keluar sebentar dari Barisan tempatnya bersembunyi dan berlatih selama beberapa hari. Mencari makanan di hutan dengan bantuan monyet-monyet, dan kemudian kembali berlatih sampai malam harinya. Dia benar-benar berusaha menemukan apa yang menjadi target dan tujuannya, dengan melupakan hal-hal lain. Pekerjaannya selama dua hari terakhir hanya berlatih dan melatih, baik Siauw Hong maupun juga Khong Yan dan Tio Lian Cu yang jadi rutin berkunjung dan berlatih dalam Barisan itu pada hari-hari yang selanjutnya.
Tentu tentu saja, kembali dia diganggu dan diselingi dengan upaya melatih Siauw Hong. Khusus untuk Siauw Hong dia agak kaget, karena menurutnya, iweekang Pek Kut Lojin, malah masih sedikit lebih hebat daripada Geberz yang sebenarnya adalah paman gurunya. "Ach, jangan-jangan seperti iweekang yang bertumbuh dalam diriku dahulu itu, mungkin begitu juga yang dialami Siauw Hong ini....." desis Koay Ji yang tambah gembira menemukan kenyataan itu. Karena jika memang benar, maka dia tidak perlu lagi mengkhawatirkan keadaan adik angkatnya ini. Dia akan bisa untuk menjaga dirinya sendiri kelak.
Tanpa ragu, diapun menurunkan secara lengkap Ginkang Cian Liong Seng Thian (Naga naik kelangit) dan juga Ilmu Ci Liong Ciu Hoat (Ilmu Mengekang Naga). Dengan kata lain, semua ilmu mujijat yang berasal dari Kitab mujijat Pat Bin Lin Long diturunkannya kepada Kang Siauw Hong. Bahkan dalam beberapa hal, sudah jauh lebih lengkap dan sempurna dibanding saat ilmu itu diciptakan oleh penciptanya sendiri. Sebenarnya hal yang bisa dengan muda dipahami. Koay Ji selain memiliki basis ilmu-ilmu Budha, dia juga menguasai Kitab Rahasia Gerakan Manusia, terus memiliki juga ilmu-ilmu Pat Bin Lin Long. Dan yang paling penting, dia memiliki bakat dan juga kecerdasan di atas rata-rata.
Hal ini yang menyebabkan Koay Ji memiliki kemampuan untuk menambahi dan bahkan memperbaiki serta membuat ilmu yang diciptakan Pat Bin Lin Long justru menjadi lebih lengkap. Menjadi lebih hebat dan lebih mujijat lagi. Baik dalam aspek bertahan maupun juga aspek penyerangannya. Koay Ji sendiri melakukan itu dalam kesadaran penuh bahwa dia tidak merubah, tetapi melengkapi ilmu ciptaan Pat Bin Lin Long meski sadar, dia tidak menguasai iweekang Pat Bin Lin Long. Karena itulah semua ilmu ciptaan tokoh itu dapat disempurnakannya dan kemudian juga dapat dia ajarkan kepada Kang Siauw Hong.
Setelah melatih Siauw Hong, dia kembali menekuni Ilmu ciptaannya sendiri, yang kini dia coba rangkai dari 3 jurus temuannya sendiri. Sebetulnya, hanya satu jurus yang mesti dia ciptakan sesuai usulan suhunya, tetapi dia menemukan 3 jurus yang berbeda tetapi punya potensi menangkis dan memunahkan jurus ciptaannya sendiri. Ketiga jurus temuannya coba dia rangkai menjadi satu Ilmu lagi, landasannya beda dengan jurus-jurus dari suhunya Bu In Sinliong, karena dia harus menciptakan badai angin dingin untuk membuat ilmu itu sesuai perbawa ciptaan Pat Bin Lin Long. Sampai tengah malam, dia akhirnya berhasil menciptakan ketiga gerak itu menjadi 3 (tiga) buah jurus yang kemudian diberinya nama masing-masing: jurus Im Hong Say Tee (Angin dingin menyapu bumi); kemudian jurus Hong Yu Pin Tiok (Angin dan hujan turun bersama) dan yang terakhir ialah jurus Peng Ho Kai Tong (Sungai Es Mulai Membeku).
Bolak-balik Koay Ji melatihnya secara serius dan amat tekun sambil membayangkan sedang menghadapi Ilmu ciptaannya sendiri itu. Yakni sebuah ilmu usulan suhunya bernama Ilmu Liu Hud Jiu Toh Cu (Tangan Budha Bergerak Merebut Mustika). Selepas tengah malam, dia kembali melatih Siauw Hong bergantian dengan Tio Lian Cu dan juga Khong Yan, baru kemudian dia kembali melanjutkan melatih dirinya. Menjelang pagi dia merasa puas dan memberi nama ilmu baru itu sebagai Ilmu Sam Ciang Soan Hong Jiu (Tiga Jurus Pukulan Kitiran Angin). Nama yang diambil dari tiga jurus yang dia ciptakan menjadi satu ilmu itu.
Keistimewaannya adalah, kitiran angin badai berhawa dingin yang dapat membuat jurus lengan Budha ciptaannya menjadi membuyar ataupun meleset atau juga menyamping. Tetapi syarat agar perbawa utamanya muncul, memang harus dengan iweekang khusus yang diciptakan oleh mendiang Pat Bin Lin Long dulu. Diapun melatihkan ilmu itu kepada Siauw Hong yang cepat dapat memainkannya dan Koay Ji mengamatinya secara sangat serius dari samping. Dalam waktu sehari dan semalam Siauw Hong sudah mampu menguasai teorinya dan bahkan mulai mampu memainkannya. Bersamaan dengan itu, Koay Ji sendiri mulai merangkai cara untuk memunahkan dan mengalahkannya berdasarkan amatannya pada saat Kang Sauw Hong memainkannya. Begitu hal yang dikerjakan Koay Ji bersama Siauw Hong di tempat terpisah, dan dengan Khong Yan serta Tio Lian Cu di tempat lainnya.
Berkali-kali dia memainkan Ilmu Tangan Budha yang dihadapi dengan Ilmu Kitiran Angin oleh Siauw Hong, dan dia semaikin yakin bahwa kedua ilmu ciptaannya sudah betul dan sudah baik. Bahkan sudah sesuai dengan peruntukkannya. Hanya, dia amat paham kalau tetap saja masih perlu penyempurnaan lebih jauk kelak dalam perjalanannya nanti. Dia tidak menceritakan sejarah ilmu itu kepada Siauw Hong yang menerima dan melatihnya karena diajarkan Koay Ji semata. Sampai tiga hari kemudian, Koay Ji merasa sudah cukup. Karena ilmu untuk memunahkan jurus kedua yang dia ciptakan, sudah ada rangkaiannya di kepalanya, tinggal dilatih lebih jauh dan disempurnakan. Rangkaian ilmu terakhir yang mesti diciptakannya, sudah ada dalam memorynya, meski masih harus dirangkai lebih teliti agar benar mampu mentralisasi ilmu ciptaannya yang kedua. Ilmu yang juga sedang dikembangkan dan ditelaah secara lebih seksama oleh suhu Pek Kut Lojin. Tetapi, karena terkenang Sie Lan In, maka dia menyudahi latihannya dulu. "Biarlah kulatih dan kurangkai ketika ada waktu yang memadai nanti" desisnya dalam hati.
"Hong moy, besok toako harus melakukan sebuah tugas, tetapi engkau harus tinggal disini, karena tugas ini sangat berbahaya. Toako akan mendahului untuk menuju Gunung Pek In San. Setelah 5 hari terus bergiat dalam berlatih, maka semua ilmu yang kuturunkan kepadamu sesungguhnya adalah Ilmu-Ilmu pilihan. Ilmu-ilmu hebat dan sakti. Dan selain itu, kekuatan iweekangmu juga sudah maju teramat jauh. Tugasmu sebelum menuju gunung Pek In San adalah, sempurnakan semua ilmu itu, baru kelak ikut rombongan Sam Suhengku ke Pek In San. Dan, kita kelak akan bertemu disana, bahkan bertemu dengan semua pendekar Tionggoan yang memiliki missi yang sama. Dan untuk menemani dan mengawanimu disini, maka sudah kutugaskan sutitku, Bun Kwa Siang yang juga engkau tahu sendiri, dia sangatlah menghormatimu dan menyayangimu seperti juga adiknya sendiri. Dia kutugaskan mengawal dan menjagamu selama aku tidak berada disini, jika tugasku selesai sebelum penyerangan ke Pek In San, maka kita akan bertemu disini...... tetapi, ingat, jangan lalaikan latihan ilmu silatmu, karena engkau adalah keluarga perguruan misterius yang sangat hebat dan punya sejarah panjang di Tionggoan......"
"Acccch, toako, bukankah ilmuku sudah maju cukup jauh...." kenapa aku tidak ikut untuk membantu dan menemani toako....?" rajuk Siauw Hong yang berkeras untuk ikut menemani Koay Ji menuju Pek In San.
"Malam ini engkau akan berlatih dengan suteku Khong Yan dan Tio Kouwnio, maka engkau bisa membayangkan sudah sejauh mana kemampuanmu. Setelah berlatih dengan mereka berdua, engkau matangkan semua yang masih kurang dan setelah itu engkau siap menuju Pek In San bersama rombongan pendekar.... ingat, engkau kini adalah bagian dari kaum Pendekar, bersikaplah gagah dan jangan permalukan toakomu ini,,,, engkau sanggup adikku....?"
"Baiklah toako, adikmu akan berusaha sekerasnya. Tetapi, kapan kita akan dapat bertemu kembali" Mengapa harus di Pek In San....?" bertanya Siauw Hong agak sedikit kebingungan, tetapi begitupun tetap saja diungkapkannya dengan sikapnya seperti biasa, dengan polos.
"Secepatnya kita akan bertemu lagi, paling lama sepuluh hari dari sekarang adikku. Yang penting, jangan lalaikan latihanmu, meski sudah hebat, tetapi pengalaman dan latihanmu masih amat kurang. Berlatih bersama suteku dan sahabatku Ciangbudjin muda dari Hoa San Pay akan banyak membantumu..."
"Accch, baiklah jika demikian toako, aku akan berlatih keras......"
"Nach, begitu baru adikku yang hebat,,,, dan satu hal lagi perlu engkau ingat, yaitu bahwa engkau ini adalah keluargaku satu-satunya, karena itu, toakomu ini tidak ingin sesuatu terjadi atasmu......"
"Baik toako, aku mengerti......" jawab Kang Siauw Hong dengan suara penuh haru dengan kalimat terakhir Koay Ji.
==================== Kita ikuti kejadian beberapa hari sebelumnya. Yakni pengalaman Sie Lan In yang tiba-tiba punya keinginan "liar". Tetapi, benar-benarkah dia memang ingin mengintai Pek In San sendirian" Karena menurut percakapan terakhirnya dengan Tio Lian Cu dan Khong Yan, dia memang ingin mengunjungi dan memata-matai Pek In San dari angkasa, dan itu wajar saja karena memang dia memiliki seekor burung raksasa. Otomatis dengan mengendarai Burung Raksasa tersebut, maka pengintaiannya bakalan dapat dilakukan secara jauh lebih mudah. Setidaknya itulah alasan yang dikemukakan Sie Lan In kepada masing-masing Tio Lian Cu dan juga Khong Yan sebelum mereka berpisah.
Ide awalnya memang demikian, yakni saat dia berpikir ..."Mengapa tidak membantu kaum pendekar dengan caraku sendiri" bukankah ada kesempatan untuk mengintai dari angkasa dan mengetahui rencana musuh?" Pikirnya kemudian dengan dipenuhi rasa ingin membuat sebuah tindakan yang akan membuatnya dikenang banyak orang persilatan. "Jika subo menjadi tokoh yang amat terkenal, tentunya karena dia mengerjakan banyak hal yang menggemparkan dan membantu banyak orang. Maka hal yang sama mestinya dapat pula kulakukan.......", demikian pikiran sederhana Sie Lan In yang kemudian berkembang lebih luas. Pikiran yang tidak keliru, meski terasa sederhana dan, naive. Terdengar sederhana dan naive, karena dia seperti terkesan mengabaikan fakta bawhwa Subonya menjalani hidupnya yang panjang dan cukup lama dalam usianya yang sudah 100 tahunan saat ini.
Dan lagi, karena sebetulnya ketokohan seorang Lam Hay Sinni tidak diraih dengan mudah, atau secara instan. Sama sekali tidak. Tetapi dicapainya ataupun diperoleh melalui perjuangan yang amat panjang dan bahkan bersejarah selama berkelana di Tionggoan dan mengerjakan banyak hal dengan tanpa pamrih. Yang membuatnya amat dihormati adalah, karena suka membantu yang lemah tanpa meminta bayaran, sering membantu mereka yang teraniaya. Juga, suka membantu para pendekar untuk memecahkan persoalan rumit di rimba persilatan. Tidak segan-segan dia turun tangan jika berkaitan dengan urusan orang banyak, apalagi jika ada yang menderita akibat ketidakadilan atau sebab kejahatan.
Di tempat dan di kejadian seperti itulah Lam Hay Sinni munculkan diri dan selalu membuatnya mengagumkan banyak orang. Dan dari sanalah reputasi dan nama besar Lam Hay Sinni terpupuk perlahan, waktu demi waktu, kejadian demi kejadian. Tentunya, selain kesaktian, orang banyak mengenal Lam Hay Sinni muda sebagai pendekar wanita yang hebat dan berkepribadian. Suka membela kebenaran, serta juga biasa bekerja dengan kaum pendekar lainnya memerangi dan melawan mereka yang tidak adil dan melanggar kemanusiaan. Itulah yang diingat dan dikenang dari tokoh besar yang kini berjuluk Lam Hay Sinni.
Dengan kata lain, perjalanan panjang Lam Hay Sinni sampai diterima sebagai "DEWI" bagi Rimba Persilatan Tionggoan, bukanlah jalan yang pendek. Sebaliknya, justru adalah perjalanan yang rumit, perjalanan yang menjatuhkan banyak darah dan air mata. Banyak suka dan dukanya, termasuk kasih tak sampai yang membawanya menjadi seorang Rahib di Laut Selatan. Kisah kasih yang tak sampai, perjalanan hidup yang penuh air mata, semua itu menggemblengnya menjadi matang, menjadi dewasa dan mampu menerima kehidupan apa adanya. Semua itu membentuknya menjadi pribadi yang aneh, pribadi misterius, meskipun tetap ramah terhadap yang berbuat baik dan yang adil.
Jika kini Sie Lan In ingin meniru Subonya. Hay yang sesungguhnya bukan sebuah kekeliruan. Justru adalah sebuah keniscayaan. Hanya saja, dia sedikit keliru dan naive dalam berpikir, bahwa semua prestasi Subonya yang membuat dia amat dihormati. Bukan, bukan itu jalannya yang terutama. Lam Hay Sinni menjalani hidupnya apa adanya, pribadi misterius yang selalu bersedia membantu yang lemah tanpa mengharapkan apa-apa, dan justru itu sebabnya yang utama sampai dia diakui sebagai Rahib Laut Selatan. Tokoh sekelas Dewi yang pemurah, suka membantu, tetapi akan ganas jika sedang berhadapan dengan tokoh jahat yang gemar menebar kebencian, kejahatan, perampokan dan pembunuhan. Dilakukan dengan apa adanya, dean bukannya berpamrih. Jelas bedanya dengan pandangan sederhana dari Sie Lan In, tetapi dimaklumi jika menilik usia gadis manis itu.
Tapi, Sie Lan In memang seseorang yang sedang bertumbuh, sedang "menjadi", dan justru karena itu, biarlah dia menemukan banyak hal yang kelak menggodoknya menjadi semakin matang dan juga dewasa. Dia pasti akan menemukan jalannya, meski kemungkinan besar amat berbeda dengan jalan yang ditempuh oleh subonya. Dan itulah yang pada dasarnya sedang dicari dan ditumbuhkan oleh Sie Lan In sendiri, tanpa dia menyadarinya sejak sangat awal. Dia masih tetap berpikir dalam kesederhanaan pola pikirnya, dan kelak biarlah pengalaman hidupnya, pahit dan manisnya, sakit dan gembiranya yang bakal mematangkannya meniru Subonya. Dalam cara itu, dia akan menjadi tokoh yang sedia dan siap selalu dalam memberi waktu, perhatian dan kemauan untuk membantu orang banyak tanpa mengharapkan balas jasa atau pamrih.
Sebetulnya, Sie Lan In tidaklah langsung menuju Gunung Pek In San, karena dia memilih jalan memutar dan menikmati indahnya alam. Bagaimanapun juga Sie Lan In tetaplah seorang muda, gadis muda yang masih gemar dengan hal-hal baru yang membawa kesejukan dimatanya. Tamasya dengan menggunakan seekor burung besar bukan barang baru baginya, tetapi menikmati keindahan alam sekitar Benteng Keluarga Hu hingga Pek In San yang dipenuhi corak dan warna alam yang sungguh memanjakan mata. Jelas jauh berbeda dengan pemandangan alam di Laut Selatan yang melulu adalah gelombang, ombak dan pecahan gelombang di tepi pantai. Oleh sebab itu, sepanjang hari Sie Lan In tamasya dan pada malam hari dia beristirahat dan tentu saja terus berlatih.
Dan untuk urusan ketekunan dalam berlatih, maka Sie Lan In adalah contoh yang sangat sempurna. Karena dia terus dan tetap berlatih keras meskipun jauh dan tidak sedang dalam tilikan dan pengamatan langsung Subonya. Dengan kata lain, dia tak perlu dijaga atau dipelototi saat sedang berlatih. Apa sebabnya" karena sejak awal Subonya sudah jelas menetapkan apa yang minimal dicapainya jika berlatih, inilah yang menjadi alat ukur baginya, sehingga dijaga ataupun tidak, sama saja. Dengan cara seperti itulah, Sie Lan In sejak kecil dilatih dan terlatih untuk bertanggungjawab bahkan untuk hal-hal yang kecil sekalipun. Sheingga sejak kecil Sie Lan In memang sudah terdidik seperti itu, disiplin, ulet dan berlatih tanpa diikuti dan diintai subonya. Dalam kata-kata yang amat bijaksana Subonya berpesan dan berkata, "jika untuk hal kecil engkau tidak dapat dipercaya, bagaimana dapat mengerjakan dan dipercayai guna mengerjakan hal-hal besar..."
Selama dua hari, itulah pekerjaan Sie Lan In, dan baru pada hari ketiga akhirnya dia menuju ke Puncak Gunung Pek In San untuk melakukan penyelidikan. Sayangnya, hari itu turun hujan lebat dan membuat upayanya untuk melakukan penyelidikan terhambat dan akhirnya dia batalkan. Dan terpaksa hari itu berubah menjadi hari yang dipenuhi dengan latihan ilmu silat karena hujan membawa rasa dingin yang hebat dan membuatnya harus melatih dan mengerahkan kekuatan iweekangnya. Sepanjang hari ketiga, dia hanya sempat melihat Gunung Pek In San, tetapi belum menemukan dan melihat apa-apa yang terkait dengan markas Bu Tek Seng Pay di sekitar gunung Pek In San. Gunung itu seperti tersenyum mengejek mengundang Sie Lan In untuk datang mendekat. Dan kondisi itu membuat Sie Lan In tertantang untuk datang meneliti dan menyelidik.
Keesokan harinya barulah dia berusaha menemukan Markas Bu Tek Seng Pay, dan dia butuh waktu setengah hari baru dapat menemukan apa yang dia cari. Markas Bu Tek Seng Pay terdapat di pinggang gunung Pek In San sebelah utara, terdiri dari banyak bangunan besar dan megah. Lembah dimana Markas itu didirikan sungguh amat luas dan terlihat megah dari atas, serta dikelilingi oleh perbentengan yang cukup tinggi dan tebal. "Luar biasa, bagaimana mereka dapat membangun gedung besar semegah itu di pegunungan sepi seperti ini....?" desis Sie Lan In dalam hati yang mau tidak mau menjadi kagum dengan semua apa yang dapat dipandanginya dari ketinggian dengan mengendarai burungnya itu. Dia tidak paham jika banyak orang, banyak harta dan banyak pekerja yang selama setahun terakhir bekerja keras dan kehilangan nyawa untuk markas megah di Pek In San.
Sayang sekali, pada hari keempatnya, karena terlambat menemukan Markas Bu tek Seng Pay, Sie Lan In tidak mampu menemukan banyak hal, hanya mampu untuk melihat Lembah, Gedung dan perbentengannya. Baru esok harinya dia melanjutkan untuk meneliti jalan masuk yang paling tepat, bahkan juga memeriksa adakah cara dan kemungkinan menyelusup masuk ke Markas lawan. Dan dia menemukan jika cara untuk menyelusup itu amat sulit dilakukan, kecuali dengan cara mengendarai burung besarnya ini. Bukan apa-apa, di belakang Lembah adalah sebuah tebing maha tinggi yang sulit untuk didaki dan dilewati, bagian depan dan samping sudah pasti dalam penjagaan ketat lawan. Karena itu, Sie Lan In merasa pasti, bahwa melakukan penyusupan hanya mungkin melalui kendaraan khusus seperti burung yang saat itu sedang dia kendarai melakukan pengintaian.
"Bagaimana jika mereka menaruh jebakan di tiga pintu masuk itu......?" pikir Sie Lan In gelisah, dan langsung dijawabnya sendiri. "karena toch mereka menunggu lawan, akan sangat bodoh jika mereka tidak berusaha mencederai lawan entah dengan racun, barisan ataupun hal-hal magis yang ditemukan sepanjang jalan. Waaaaah, bukannya sedikit kelak korban yang jatuh jika penerobosan dilakukan tanpa adanya persiapan yang matang......" demikian Sie Lan In melanjutkan pemeriksaan dan sekaligus pengintaian markas lawan di Pek In San. Setelah selama dua hari dia melakukan pengintaian, dia merasa sudah cukup jelas, dan beberapa hal yang ingin ditelitinya lebih jauh, dia putuskan akan dilanjutkan besok hari.
"Setelah besok, aku akan langsung terbang menuju Thian Cong Pay, sedang apa gerangan Bu San.... dan aaaaiiii, mengapa sampai berpikir tentang dia.....?", meski mengkhayal dan hanya berada seoranng diri, tetapi tetap saja Sie Lan In menjadi malu karena mengenangkan keadaan Bu San. Padahal, wajar hati yang rindu untuk selalu terkenang akan orang yang dirindukan dan dicintai, Tetapi, kenangan manis akan Bu San yang kemudian mengantarkan Nona Sie Lan In yang cantik dan manis itu untuk tidur dengan nyenyak.
Setelah beristirahat semalaman yang dipenuhi dengan latihan, istirahat dan juga berkhayal penuh rindu, baru keesokan harinya menjelang siang hari, Sie Lan In kembali melakukan pengintaian. Tetapi, dari kejauhan dia melihat turunnya secara berkelompok orang-orang di tiga jurusan yang berbeda-beda, meski dia tak mampu melihat siapa-siapa mereka yang turun ke tiga sisi gunung berbeda itu. Sie Lan In masih terus mengamati dari ketinggian, dan kemudian menegaskan kembali tiga sisi masuk itu dan tembusnya kemana saja. Tentu saja, karena posisi mengamati dari ketinggian, maka Sie Lan In dapat menghubungkan ke daerah mana saja mereka datang dan keluar, serta kemana atau darimana mereka datang. Tapi Sie Lan In tak mampu mengikuti kemana tiga kelompok itu menuju, hanya sekedar mengamati sekilas dan kemudian melanjutkan upayanya mengenali gunung itu lebih dalam lagi. Sampai menjelang sore, baru dia akhirnya menyudahi pengintaiannya dan mencoba untuk menemukan kemana ketiga kelompok itu pergi.
"Hmmm, mungkin saja mereka pergi melakukan perondaan sekeliling Gunung Pek In San...." tebakan yang memang tepat dan akurat dari Sie Lan In. Karena berpikir demikian, maka Sie Lan In mencoba mencari hingga ke kaki gunung Pek In San. Tetapi begitupun, tetap saja rada sulit baginya untuk menemukan jejak manusia, karena para peronda itu selalu bergerak dan tentu saja berpindah tempat. Jika tidak salah, mereka peronda yang selalu bergerak.
Cukup lama, dia berusaha mencari dari ketinggian, tetapi karena hutan memang cukup lebat, maka amat sulit baginya menemukan jejak manusia di kaki gunung. Jikapun ada bagian yang tidak terampau lebat hutannya, tetap dia tidak menemukan jejak-jejak manusia, dan karena itu Sie Lan In pada akhirnya memutuskan untuk lebih baik pulang saja dan beristirahat. Bahkan memutuskan akan segera bergabung dengan kawan-kawan lain di gunung Thian Cong San yang jaraknya cukup dekat dan tidak akan ditempuh dalam waktu lama.
"Kelihatannya sudah cukup pengintaian hingga hari ini, kurasa besok sudah saatnya melanjutkan perjalanan menuju Thian Cong Pay, bergabung dengan kawan-kawan lainnya. Hmmm, kurasa Khong Sute dan Tio Sute sudah berada disana, adalah baik menyusun rencana bersama mereka berdua.." desisnya pada akhirnya memutuskan kemana arah perjalanannya yang selanjutnya ditujukan. Dan karena sudah berpikir demikian maka Sie Lan In memutuskan tidak lagi bersembunyi di puncak gunung, atau dekat puncak gunung agak dekat ke Markas Bu Tek Seng Pay yang ditemukan pada sehari sebelumnya. Sebaliknya, dia mencoba mencari tempat di kaki gunung yang tidak terlampau dingin seperti diketinggian dimana dia tinggal selama beberapa hari terakhir ini. Sangat dingin disana.
Tetapi, saat dia mulai turun dari ketinggian dan belum lagi mencapai ketinggian yang tepat untuk meloncat turun, dia mendengarkan suara pertempuran justru tidak jauh dari tempat dia berencana untuk turun itu. Sontak dia memalingkan wajah ke arah kanan, karena dari sanalah asal suara pertempuran, diapun mendesis: "Ada yang sedang bertempur, hmmmm jangan-jangan mereka....?". Mereka yang dimaksud siapa lagi jika bukan orang-orang yang turun dari Gunung Pek In San tadi dan sedang melakukan ronda berkeliling gunung Pek In San tetapi sulit untuk ditemukan meski dia bergerak di ketinggian. Pastilah mereka salah satu dari tiga kelompok yang disaksikannya turun di tiga jurusan dari markas Bu Tek Seng Pay.
Setelah tiba pada ketinggian yang tepat, diapun menepuk leher burung dan berbisik untuk kemudian meloncat dengan ringannya dan segera berlari pesat menuju asal suara pertempuran itu. Benar saja, dia menyaksikan pertempuran yang sangat seru antara dua orang melawan beberapa orang yang melakukan keroyokan. Tetapi yang membuatnya penasaran adalah, seorang perempuan muda, mungkin sedikit usia diatasnya sedang bertarung melawan dua orang berusia pertengahan. Meskipun dia masih di atas angin, tetapi ada beberapa orang yang berdiri di pinggir lapangan yang kelihatan adalah kawan-kawan dari kelompok pengeroyok. Dan jumlah mereka yang berdiri di sisi arena itu ada sekitar 10 orang.
Sementara di sisi yang lain, arena satu lagi, berlangsung seru dan seimbang sebuah pertarungan antara seorang pemuda yang sudah matang, mungkin berusia sekitar 35 tahun melawan seorang tokoh tinggi besar yang mungkin berusia sekitar 55 tahunan. Pertarungan mereka terlihat seimbang, seru dan menggunakan jurus-jurus yang sangat hebat dan mematikan. Namun yang mengagetkan, jurus dan ilmu yang hebat mematikan di arena itu, rata-rata sama, baik jurus maupun gerak tipunya. Hanya dalam soal kematangan yang agak berbeda, juga iweekang. Tetapi, sehebat apapun mereka bergerak dan saling serang, tetap saja sulit menentukan siapa yang menguasai pertarungan, siapa yang mendesak dan siapa yang terdesak. Jelas pertempuran mereka sangat seru, dan bakal berlangsung lama. Meski sebetulnya mereka seperti sedang berlatih karena jurus dan ilmu yang mirip.
Selain itu, ada seorang tokoh lagi yang berdiri gagah, mungkin sahabat dari kedua tokoh muda yang sedang bertarung seru itu. Dia terlihat tenang dan tersenyum saat menyaksikan perempuan muda yang mungkin temannya bertarung ganas dan mampu mendesak kedua lawannya hingga terdesak demikian hebatnya. "Hmm, dia sungguh-sungguh sudah maju secara amat pesat, malah mungkin sudah sedikit di atas toakonya sendiri,,,,, sungguh hebat, sungguh hebat, sungguh sangat salut atas kemajuanmu Yu Kouwnio. Kelihatannya engkau malah akan segera mengalahkan lawanmu, dan itu bisa saja terjadi dalam waktu yang tidak akan lama lagi...." desis tokoh itu yang ternyata adalah Tian Sin Su, tokoh tua Hong Lui Bun yang mengawal kedua anak muda itu. Tian Sin Su memang berfungsi sebagai penasehat dan selalu menyertai dan menasehati kedua anak muda itu untuk bertindak secara benar dan agar tidak membangun permusuhan dengan banyak kalangan.
Dan, jika didekati, ternyata memang mereka yang sedang bertarung adalah tokoh tokoh dari Perguruan Rahasia HONG LUI BUN yang biasanya beroperasi secara amat tertutup dan rahasia di daerah perbatasan. Perempuan muda yang bertarung hebat itu adalah Yu Lian, nona manis yang diselamatkan Koay Ji dengan cara yang "aneh". Tetapi, ternyata dari bencana dia beroleh berkah. Racun yang bersarang dalam tubuhnya, berhasil berubah atau dirubah secara mujijat oleh Koay Ji menjadi arus kekuatan yang merangsang pertumbuhan iweekangnya. Dan selama beberapa hari berlatih keras, kekuatan iweekangnya justru bertambah semakin kuat dari waktu kewaktu. Ampai akhirnya toakonya sendiri mengakui kemajuannya setelah mereka berlatih bersama dan adu kemampuan, tepat dua minggu setelah Yu Lian sembuh dan terus melatih iweekang dan ilmu-ilmunya. Kemajuan pesat tersebut yang membuatnya gembira dan menumbuhkan rasa percaya dirinya yang tebal, dan juga membuat kakaknya gembira sejak saat itu.
Sementara pemuda yang sudah matang yang sedang bertarung, sudah pasti adalah Yu Kong kakaknya, pemuda berjulukan Thian Gwa Kuncu (Pemuda Gagah dari Perbatasan Langit), sekaligus pewaris sah Hong Lui Bun. Pemuda itu bertarung seru dan hebat dengan Hong Lui Buncu saat ini, tokoh berusia 56 tahun bernama Si Tiok Gi berjulukan Hong Lui Koay Kiat (Pendekar Aneh dari Hong Lui Bun). Keduanya bertarung gagah berani dan jual beli serangan serta berani bertarung terbuka, saling tangkis dan saling serang dengan jurus-jurus yang kelihatannya banyak miripnya. Pengalaman dan kematangan mereka berdua kelihatannya sudah teruji, dan karena itu, mereka bertarung pada puncak kehebatan mereka masing-masing, dan tidak mau mengalah.
Dua orang yang menjadi lawan Yu Lian adalah Mo Pit Siu (Orang Tua Lengan Iblis) Sin Bu yang berusia 53 tahun dan juga Jian Pit Hun (Sukma Cacad Lengan) Lu Kun Tek yang berusia 50 tahun. Keduanya adalah Hu Buncu atau Wakil Buncu dari Hong Lui Bun, diangkat oleh Si Tiok Gi menjadi wakil, karena mereka memang memiliki kemampuan yang cukup tinggi. Tetapi, meskipun mereka sudah maju bersama dan mengerubuti Yu Lian, mereka berdua tetap saja tidak mampu untuk mendesak dan mengalahkan Yu Lian. Sebaliknya, mereka lebih sering didesak dan diserang oleh Yu Lian dan membuat keduanya jadi merasa aneh, karena beberapa waktu lalu, Yu Lian masih bukan tandingan mereka.
Tokoh lain yang berada disitu, bukan lain adalah si Penasehat Tiat Eng Sin Siu (Kakek Sakti Elang Baja) Tian Sin Su yang sudah berusia lanjut, sudah 67 tahun. Penasehat kakak beradik Yu Kong dan Yu Lian dan selalu menyertai mereka selama di Tionggoan, hanya sempat terpisah untuk melakukan penyelidikan ke Pek In San. Adalah tokoh ini yang menyelidiki Pek In San dan kemudian menemukan peluang penyelesaian antara sesama orang Hong Lui Bun. Karena dia tahu dan paham jadwal perondaan dimana tokoh-tokoh Hong Lui Bun yang selalu meronda di sisi barat gunung Pek In San setiap hari, dan hari ini, merekapun boleh bertemu untuk menyelesaikan urusan Hong Lui Bun.
Mudah ditebak, tidak ada dialog, yang ada sudah langsung pertarungan mati-hidup. Hong Lui Bun pada dasarnya adalah perguruan misterius yang bahkan di daerah Kwan Gwa sajapun jarang munculkan diri mereka. Tapi tiba-tiba Si Tiok Gi berlaku khianat dan merebut jabatan Buncu dengan mengkhianati Yu San, ayahanda Yu Kong dan Yu Lian. Bukan hanya merebut Buncu Hong Lui Bun, tetapi bahkan juga membunuh Buncu yang sah dan membuat aturan perubahan yang amat drastis. Maka, Yu Kong dan Yu Lian yang datang menagih dendam pribadi, juga membawa amanah dari para sesepuh Hong Lui Bun yang masih hidup untuk dapat ditegakkan kembali setelah diselewengkan oleh Si Tiok Gi.
Tetapi, Si Tiok Gi sendiripun memperoleh dukungan tokoh-tokoh Hong Lui Bun lain, terutama kedua wakilnya dan juga seorang sesepuh Hong Lui Bun. Sayangnya, sesepuh yang mendukungnya adalah bekas pengkhianat dan sudah terusir tetapi kembali untuk merebut tahta Hong Lui Bun. Dalam keadaan seperti itu, untungnya Suhu dari Yu San masih berkenan campur tangan meski sudah mengundurkan diri. Sudah lama hidup bertapa dan tidak mencampuri urusan Hong Lui Bun, tetapi demi keselamatan Hong Lui Bun kedepan dia menyelamatkan Yu Kong dan Yu Lian. Dan diapun memutuskan untuk mendidik kedua cucu muridnya itu bukan hanya untuk membalas dendam keluarga, tetapi juga untuk bisa membersihkan Hong Lui Bun serta sekalian menegakkan aturan perguruan.
Dapat dimaklumi, sebetulnya pertarungan mereka adalah pertarungan internal Hong Lui Bun, sekaligus pertarungan balas dendam yang tak perlu dicampuri orang lain. Karena itu, Yu Kong bertarung mati-matian, menggunakan segenap kemampuannya untuk mendesak, menyerang dan sedapat mungkin, jika mungkin, sekali pukul dapat membunuh musuh perguruan dan musuh keluarganya. Sayangnya, kemampuan mereka berdua hanya terpaut sedikit sekali. Meski Yu Kong lebih murni dan kokoh dasar serta landasan iweekangnya, tetapi lawannya masih lebih variatif dan lebih banyak kembangannya. Demikianlah keduanya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan meskipun mereka menguasai dasar ilmu dan juga iweekang yang sama alirannya. Dan karena itu yang justru membuat pertempuran mereka benar-benar menegangkan dan seru. Karena landas pertempuran mereka yang adalah penegakkan aturan perguruan dan dendam keluarga, maka pertarungan mereka memang harus ada tuntasnya.
Naga Sasra Dan Sabuk Inten 22 Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan Karya Gu Long Badai Laut Selatan 11
^