Pencarian

Pendekar Aneh Naga Langit 6

Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall Bagian 6


"Oooooooooh, apakah kalian-kalian ini menganggapku kurang terhormat untuk dapat memasuki Kuil Siauw Lim Sie ".?"
Tentu saja Kakek Siu Pi Cong ini tidak tahu peraturan Siauw Lim Sie yang melarang kaum wanita untuk masuk dan menetap, meski sementara, di dalam Kuil Siauw Lim Sie. Langsung saja kakek itu marah dan berang ".
"Amitabha ?". Mohon maaf Siu Locianpwee, peraturan ratusan tahun Siauw Lim Sie melarang anak perempuan memasuki Kuil Siauw Lim Sie, dan harus kami antarkan ke ruangan khusus di samping gunung untuk tinggal ?""
"Hmmmmm, sungguh menghina. Aku tidak akan mau sudah jika cucuku tinggal jauh dari tempatku tinggal ?"."
"Kakek, aku mau masuk ke Kuil itu ?".. dari kejauhan Kuil Siauw Lim Sie terlihat sangat indah dan menawan ?". Aku mau kek ".."
Tingkah cucunya, Im Yok Hoa, semakin membuat Kakek Siu Pi Cong meradang dan terus memaksa untuk masuk ke Kuil Siauw Lim Sie.
"Hmmmmm, kalian setuju atau tidak, kami bertiga akan masuk sebagai tamu untuk melindungi missi di Kuil Siauw Lim Sie ?""
"Amitabha ".. Siu Locianpwee, jika demikian, perkenankan kami mohon ijin dari para pemimpin Kuil Siauw Lim Sie ?"."
"Persetan dengan aturanmu ".. toch aku datang untuk membantu kalian "." Sambil berkata demikian, Kakek Siu Pi Cong sudah bergerak masuk dengan diikuti Im Yok Hoa si gadis kecil. Gadis itu melangkah masuk sambil menggandeng lengan pemuda gagah yang lemah seperti tanpa ilmu tersebut. Tetapi, serentak dengan itu, semua pendeta Siauw Lim Sie yang berjumlah 18 orang yang berjaga di pintu masuk dengan cepat bergerak menghadang. Bahkan, dengan sangat cepat barisan Lo Han Tin yang sangat terkenal di seluruh Dunia Persilatan terbentuk.
Tetapi, hadangan itu tidak menakutkan bagi Kakek Siu Pi Cong. Bahkan tidak lama kemudian terdengar dia terkekeh-kekeh sambil berkata:
"Hahahahahaha, ini pasti Barisan Lo Han Tin yang terkenal itu ?" Hmmm, ingin benar lohu mencicipinya saat ini ".. mari, mari, serang dan gagalkan langkahku masuk ke Kuil Siauw Lim Sia kalian ini ?""
Sambil berkata demikian, Kakek yang terkenal di Lautan Timur dan berjuluk Jian Bun Kiam Ciang (Telapak Tangan Emas Pembabat Nyawa) sudah berjalan maju sambil menantang barisan itu. Hebatnya, gerakan maju Kakek Siu Pi Cong yang luar biasa cepatnya itu, dengan segera diimbangi oleh gerakan otomatis dari ke-delapan belas Pendeta Siauw Lim Sie. Merekapun dengan cepat membentuk dan merubah barisan sehingga sesuai dengan posisi, kondisi dan keadaan lawan mereka. Dan memang, daya adaptasi barisan Lo Han Tin ini sungguh sangat terkenal dan dimalui oleh seluruh penjuru dunia persilatan Tionggoan.
"Hmmmmm, bagus ".. coba kalian halangi lohu ".."
Sambil berkata demikian, Siu Pi Cong bergerak cepat dan berusaha untuk melampaui Barisan Lo Han Tin yang terbentang di hadapannya. Tapi, dengan segera, beberapa tubuh dan tongkat terlihat mengejar tubuhnya, mencecarnya secara bertubi-tubi. Tetapi dengan sebat dia menggerakkan kedua lengannya sehingga semua serangan berantai dan membadai kearahnya punah. Meskipun begitu, dia sendiripun tak mampu untuk melompat dan melewati barisan Lo Han Tin masuk ke Kuil Siauw Lim Sie, dan bahkan sekarang berada di tengah-tengah kurungan barisan gaib tersebut. Tentu saja Kakek Siu Pi Cong tidak mandah saja terkurung. Secara otomatis, kedua lengannya bergerak cepat dan keluarlah dari sepasang lengannya angis serangan yang sungguh luar biasa hebat, keras dan kuatnya memancar ke seluruh penjuru.
Tetapi, Barisan Lo Han Tin dengan tenang memadukan kekuatan mereka dan menjadi tembok manusia dengan penggabungan kekuatan dan kerjasama team yang sungguh hebat dan mengagumkan. Serangan tangan kosong Kakek Siu Pi Cong boleh hebat bukan main, tetapi membentur tembok manusia di barisan Lo Han Tin. Serangannya seperti membentur tembok dan tidak mendatangkan akibat apapun bagi barisan itu. Sebaliknya serangan balik Barisan Lo Han Tin yang bertubi-tubi menyadarkan Kakek Siu Pi Cong bahwa tidak mungkin mengalahkan Barisan Lo Han Tin dengan sekedar mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya. Karena itu, mulailah dia menggunakan kegesitan, kegagahan dan tipu-tipu silat andalannya.
Tetapi, sehebat apapun dia bergerak, semua serangan berbahaya dan serangan dengan kecepatan tinggi yang dikembangkannya, dengan amat mudahnya dapat ditandingi dan bahkan dipunahkan Barisan Lo Han Tin. Setelah menyerang habis-habisan selama 50 jurus, sadarlah Kakek itu bahwa percuma adu kekuatan dan adu kecepatan dengan lawan yang berjumlah banyak dan mampu bekerjasama secara gaib tersebut. "Harus menggunakan siasat ?"" begitu pikir Kakek dari Lautan Timur itu. Dan berpikir demikian, diapun memberi dirinya untuk dicecar lawan dan mengurangi serangan-serangan. Dengan kekuatan tenaga dalamnya yang sempurna, dia tidak takut menangkis serangan tangan kosong dan serangan tongkat yang selalu memburunya kemanapun dia bergerak dan pergi.
Kemampuannya memang hebat. Secara berturut-turut dia berkelit dan langsung melepaskan pukulan balasan secara berturut dengan mengincar nyaris 10 orang dari barisan Lo Han Tin. Setelah bergerak menghindar dengan berputar-putar dalam jurus To-coa-seng-gi (poros ber-putar bintang beralih), Kakek Siu Pi Cong kemudian menggeber jurus Thian-thian-lui-ing (ge-ledek membelah angkasa). Bukan cuma itu dia masih menyusulkan dengan jurus Hua-liong-thiam-cing (melukis naga memberi mata). Ketiga jurus serangannya ini terhitung luar biasa, setelah didesak sampai 50 jurus, akhirnya dia melihat celah bagaimana menyerang barisan ini. Harus mengincar banyak lawan agar konsentrasi bertahan mereka buyar dan sulit memilih kawan mana yang harus mereka lindungi secara bersamaan. Memang hebat Kakek dari Lautan Timur ini, meski dicecar lawan, tapi tetap mampu melihat dan menelisik kemampuan barisan itu untuk menemukan celah kosong guna diserang.
Menemukan hal tersebut, Kakek Siu Pi Cong menyerang dengan jurus Thian-thian lui eng, sebuah jurus serangan cepat dan menimbulkan efek menggeledek dan menyerang sampai sepuluh orang sekaligus. Gerakan kaki yang cepat menunjang kemampuannya untuk menyerang sepuluh lawan dalam hitungan kurang dari 3,4 detik.Dan benar saja, Barisan itu gopoh dan sempat goyah ketika 3 serangan terakhir teramat sulit untuk mereka ladeni. Kesulitan barisan itu bertambah ketika dengan cerdiknya Kakek Siu Pi Cong merubah jurus serangan dengan mencecar 3 lawan terakhir yang goyah dengan jurus Melukis Naga Memberi Mata. Jurus ini membuat 3 orang anggota Barisan goyah dan bahkan tertotok, namun hanya dalam hitungan detik sudah digantikan orang lain dan kembali mengokohkan barisan hebat itu. Tentu saja Kakek Siu Pi Cong terkejut dan kaget karena barisan itu cepat sekali sudah kokoh kembali. Namun, dia sudah sempat mengetahui setitik kelemahan barisan itu dan percaya diri mampu untuk membobolnya di lain ksempatan dan waktu.
Ketika kembali mereka bergebrak, tiba-tiba muncul perintah:
"Amitabha ".. Ciangbudjin menitahkan untuk membawa masuk Siu Locianpwe dan ditempatkan di tempat para tamu, namun, melarang cucu perempuannya untuk bebas berkeliraran di Kuil Siauw Lim Sie ?".. Amitabha ?" antarkan Siu Locianpwee di pesanggrahan sebelah barat bersama kedua cucunya ?"."
Suara yang meluncur tersebut sungguh penuh wibawa, jauh berbeda dengan para murid yang membentuk Lo Han Tin. Wajar saja, karena yang datang adalah Hoat Kek Hwesio, seorang Pendeta Angkatan HOAT, angkatan CIANGBUDJIN yang mengepalai Ruang Tat Mo Wan. Kekuatan suaranya saja sudah memiliki wibawa yang sungguh susah untuk dilawan, bahkan Kakek Siu Pi Cong juga menyadari bahwa Pendeta Tua itu bukanlah lawan ringan.
"Kok Wan ?"?" antarkan Siu Locianpwee menuju peristirahatan ".."
"Baik Suhu ?".."
Seorang Pendeta berusia pertengahan segera mendekati Kakek Siu Pi Cong dan dengan ramah dan hormat berkata:
"Amitabha ?".. Ciangbudjin menugaskan tecu untuk mengantarkan Siu Locianpwee, mari, silahkan Locianpwee ?""
Kali ini, tanpa protes lagi dan dengan dada membusung Kakek Siu Pi Cong bersama dengan cucunya Im Yok Hoa dan seorang pemuda lagi yang ikut bersama mereka dan nampak selalu didekati si gadis hitam manis, memasuki Kuil Siauw Lim Sie. Merekapun diantarkan ke pesanggrahan tamu Kuil Siauw Lim Sie yang letaknya berada di belakang sebelah barat Kuil. Sepeninggal mereka, terlihat jika ternyata selain Hoat Kek Hwesio, masih ada seorang Pendeta tua lainnya lagi yang turut datang mendampingi Hoat Kek Hwesio. Sama tuanya dan kelihatannya wibawa dan kematangan mereka juga setara. Mereka berdua terlihat berwajah kelam seperti sedang menindas perasaan hati masing masing, terutama melihat kepongahan Kakek Siu Pi Cong.
"Amitabha ?" sungguh tak terduga Iblis tua itu masih hidup. Biasanya dia orang tua tidak berkeliaran di Daratan Tengah, entah angin apa yang membawanya berkelana hingga datang mengunjungi Kuil kita ini ?""
"Amitabha ?" dan celakanya merusak tatanan dan aturan leluhur kita. Tapi, sungguh celaka Kuil kita sekarang ini, jika berlangsung seterusnya, sungguh sulit dibayangkan masa depan Kuil Siauw Lim Sie ?"."
"Amitabha ?". sebaiknya kita menunggu, pasti akan ada jalan keluarnya ?"."
Sambil terus bercakap-cakap, kedua Pendeta yang kelihatannya menjadi pemimpin Kuil Siauw Lim Sie terlihat berlalu.
Malamnya ?". Sesosok bayangan terlihat bergerak dengan kecepatan luar biasa. Dan dengan pakaian gelap, jelas tokoh ini memang berniat berkeliaran dan punya maksud tertentu. Entah apa. Tetapi, tetap terasa gila karena dia melakukannya di dalam kawasan Kuil Siauw Lim Sie yang dianggap agung dan keramat oleh seluruh Rimba Persilatan Tionggoan. Kuil ini, baik karena sejarahnya, juga karena kemampuan ilmu silatnya, banyak dipuji dan dipuja karena sejarah yang sangat panjang dari Kuil itu dan prestasi membantu pendekar Tionggoan yang banyak digoreskannya bagi Dunia Persilatan Tionggoan. Tetapi, memang hebat tokoh yang terus bergerak dan seperti sedang menyelidiki keadaan Kuil Siauw Lim Sie di waktu malam hari itu. Gerakannya sangat gesit, cepat dan sangat ringan. Sekilas, memang tokoh itu punya modal yang memadai untuk menyatroni sarang para pendekar yang bermukim di Kuil Siauw Lim Sie.
Tetapi, entah benar kehebatan, kecepatan dan kelincahannya dapat mengelabui semua tokoh yang berada di Siauw Lim Sie saat itu. Jika dia tahu bahwa pada saat itu Kuil Siauw Lim Sie sedang berada dalam ketegangan dan keruwetan yang melibatkan banyak tokoh hebat dunia persilatan, maka mungkin tokoh nekat itu akan berpikir beratus kali sebelum melakukan aksinya itu. Tetapi, setelah beberapa saat berkelabat kesana-kemari, tetap saja tokoh itu bebas berkeliaran dan saat itu mulai melirik-lirik dan seperti sedang mencari seseorang atau beberapa orang. Jelas sudah, memang ada maksudnya tokoh itu berjalan di balik kegelapan.
Sedang dia mencari-cari, tiba-tiba dia merasa ada suara yang mendenging masuk ke telinganya. Dan sepertinya dikirimkan seseorang yang berada cukup jauh:
"Belok ke kanan, bangunan ketiga. Waspada, jejakmu akan dapat diikuti beberapa tokoh hebat yang berada di Kuil ini .."
Mendengar suara itu, bayangan yang bergerak cepat dan ketika dilihat lebih jelas ternyata adalah Koay Ji, tersentak meski tidaklah kaget. Karena sesungguhnya, diapun bergerak untuk memancing orang lain. Tetapi, jika menurut suara itu dia harus masuk secara rahasia ke bangunan ketiga, maka dia perlu melakukan sesuatu. Dan benar saja karena dalam sekejap, dia bergerak sangat cepat dan sulit diikuti oleh pandang mata tokoh kelas satu sekalipun. Dia bergerak mengitari tempat tadi dan beberapa saat, dia kemudian menyelinap masuk ke dalam ruangan yang ditunjukkan suara tadi tanpa sedikitpun merasa takut.
Tetapi, betapa terkejutnya bukan hanya Koay Ji, tetapi juga manusia-manusia yang ada dalam ruangan tersebut melihat kedatangan Koay Ji. Tetapi, untungnya, di dalam ruang itu ada Hoat Ho Hwesio dan Hoat Leng Hwesio. Dan kedua Hwesio itu terlihat sudah sembuh meskipun wajah mereka masih nampak pucat. Kedua tokoh itu kaget namun merasa senang, karena mereka kemudian berbisik lirih:
"Amitabha ?".. teman sendiri ?".."
Koay Ji yang melihat keadaan kedua Pendeta tua itu segera menjura, memberi hormat dan kemudian berkata:
"Maafkan karena sudah sempat melukai Jiwi Suhu ?" jika Jiwi Suhu tidak keberatan, aku dapat mengembalikan kebugaran Jiwi Suhu dalam waktu yang relatih lebih singkat. Karena meski sudah ditangani dengan jurus yang kusebutkan berapa waktu lalu, sebetulnya masih ada jalan darah lain yang tertutup. Jika memang diijinkan, maka saat ini juga siauwte akan berusaha mengembalikan kebugaran Jiwi Suhu kembali seperti sedia kala. Tetapi, itupun jika memang Jiwi Losuhu tidak keberatan ?""
"Amitabha ". engkau boleh melakukannya Koay Hiap ?".. kami bersedia "." Adalah Hoat Leng Hwesio yang dudu di sebelah kanan yang mengijinkan. Sementara Hoat Ho Hwesio hanya mengangguk-angguk, sementara ada seorang Pendeta tua lainnya yang berada dalam ruangan tersebut namun tidak dalam keadaan terluka. Kelihatannya mereka seperti sedang merundingkan sesuatu.
Tetapi Koay Ji tidak memperdulikannya, dengan cepat dia memeriksa lengan Hoat Leng Hwesio dan benar saja, Pendeta itu meski sudah sembuh tetapi berhalangan dengan jalan darah yang mengatur semangat dan penyaluran kekuatan iweekang. Setelah mengetahui masalahnya, Koay Ji menutuk di empat tempat berbeda, kemudian memberi sebutir pil kepada Hoat Leng Hwesio dan kemudian selama 10 menit membantu penyaluran iweekang Hwesio tua itu. Dan benar saja, kurang dari 30 menit waktu yang diperlukan, Hoat Leng Hwesio sudah berkata lirih dengan nada penuh rasa gembira yang tak tersembunyikan:
"Acccch, betul-betul engkau berhasil memulihkanku sepenuhnya Koay Hiap " maka terimalah salam hormat dan rasa terima kasihku ". Siancay ".. siancay ?""
Setelah itu, Koay Ji melakukan proses yang sama kepada Hoat Ho Hwesio, dan sama dengan Hoat Leng Hwesio, dalam waktu kurang dari setengah jam saja, Hoat Ho Hwesio sudah kembali sembuh seperti sedia kala. Sementara sepanjang proses tersebut, Hwesio lainnya yang sama tuanya dengan Hoat Leng Hwesio dan Hoat Ho Hwesio, terus menerus menatap dan memperhatikan gerak-gerik Koay Ji. Namun menunggu setelah semua proses pengobatan usai, tak terasa Pendeta itu menatap Koay Ji dan kemudian berkata:
"Amitabha ?". Saudara Koay Hiap, siapa sebetulnya saudara" Dan apa maksud serta tujuan saudara untuk membantu Siauw Lim Sie kami saat ini "..?"
Koay Ji sekilas memandang Hwesio tua itu dan termenung seperti mengenalinya. Segera dia ingat bahwa Hwesio itu adalah Hoat Kek Hwesio, tokoh yang sudah munculkan dirinya tadi siang menyambut Siu Pi Cong, Kakek dari Lautan Timur. Dan saat ini, adalah Hoat Kek Hwesio yang mendampingi Hoat Leng Hwesio dan Hoat Ho Hwesio dan bahkan tadinya telah menyembuhkan kedua saudara seperguruannya itu. Dan kebetulan, diapun jadi ikut menyambut masuknya Koay Ji. Pertanyaannya standar, lebih berhati-hati karena memang keadaan Siauw Lim Sie sedang sangat runyam pada waktu itu. Ada beberapa tokoh musuh yang menyusup masuk ke Kuil Siauw Lim Sie, bahkan Ciangbudjin Siauw Lim Sie masih belum tahu berada dimana. Dia tidak tahu, kalau Koay Ji di pihak lain, juga dalam keadaan yang runyam. Dia tidak boleh atau tak dapat mengenalkan nama Suhunya yang aslinya dari Siauw Lim Sie, namun juga pada dasarnya tidak tahu nama aslinya sendiri selain KOAY JI.
"Mohon maaf, mohon maaf Losuhu. Siauwte memenuhi amanat SUHU untuk kapanpun dan dimanapun membantu Kuil Siauw Lim Sie, tetapi namaku sendiripun sudah lama kulupakan dan sering dipanggil orang Thian Liong Koay Hiap ?""
"Amitabha ?". maksud dan bantuan Koay Hiap sangat kami hargakan. Tapi, siapa gerangan nama Suhu Koay Hiap yang mulia itu ?".?"
"Losuhu, sayang sekali, SUHU melarangku untuk memperkenalkan namanya kepada siapapun, mohon maaf, mohon maaf ?""
"Amitabha ".. apa ada maksud lain Koay Hiap selain membantu Siauw Lim Sie ".?" Sebuah pertanyaan tajam langsung dilontarkan
"Sesungguhnya, karena membantu Kakek Ong dan cucunya He Ji baru kutahu jika Kuil ini sedang dalam bahaya. Tanda Pengenal Hoat Ciangbudjin serta surat ringkas yang ditinggalkannya buat Kakek dan Cucunya yang menolong Hoat Ciangbudjin hingga ajal sempat kubaca. Tapi, sayang sekali, kedua orang itu dapat dibawa tokoh mujijat lainnya yang berkata akan membantu persoalan Siuw Lim Sie dan memintaku langsung menuju Kuil Siauw Lim Sie memberi bantuan ?"."
"Amitabha ?".. jadi memang benar Ciangbudjin Suheng sudah kena dicelakai orang hingga tewas ?". sungguh rumit persoalannya jika demikian. Justru karena itu, kumohon Koay Hiap tidak kecil hati dengan sikap kami yang sangat hati-hati dan mau tidak mau harus meneliti semua pihak yang membantu maupun mereka yang menyusup ke Kuil kami ?"" Hoat Kek Hwesio memang terhitung awas, selalu waspada, berbeda dengan para Pendeta Pemimpin asal Siauw Lim Sie yang rata-rata polos dan mudah mempercayai orang. Hoat Kek Hwesio adalah salah seorang pemimpin yang berwawasan luas dan bersikap selalu awas dan waspada, karena memang dia sering berkelana untuk urusan Siauw Lim Sie di luar Kuil. Lebih dari itu, dia salah satu tokoh unggul dari angkatan HOAT, yang menjadi Angkatan Ciangbudjin Siauw Lim Sia saat ini.
"Losuhu, sejujurnya, kondisi Siauw Lim Sie saat ini memang sangat mengkhwatirkan. Jika tidak membaca surat permintaan langsung Ciangbudjin almarhum, maka terus terang akupun enggan mencampuri urusan Kuil Siauw Lim Sie ini. Selain itu, sudah 4,5 kali rombongan yang tak kukenali berusaha merampas Kakek dan cucunya yang memegang rahasia kunci terbunuhnya Ciangbudjin Siauw Lim Sie. Meskipun sudah kugebah pergi, tetapi rombongan demi rombongan datang meski sudah kulukai secara sangat berat satu demi satu ?"?"
"Amitabha ?" terus terang saja, hingga kini kami sebetulnya masih meragukan berita terbunuhnya Ciangbudjin kami itu. Meski data-data menunjukkan kebenaran peristiwa yang sangat mendukakan itu "."
"Losuhu, menurutku Ciangbudjin Siauw Lim Sie itu memang secara sengaja hendak disingkirkan. Entah apa tujuan para penjahat itu melakukannya ?"."
"Amitabha ?" tentu saja mengambil kendali Kuil Siauw Lim Sie ".." bisikan yang sekaligus juga menjadi jawaban atas pertanyaan Koay Ji.
"Acccchhhhhh, dan mereka sudah melakukannya ?".?" kejar Koay Ji
"Benar, mereka melakukannya secara licik ?" Amitabha ?""
"Maksud Losuhu "..?"
"Amitabha ".. tepat setelah Ciangbudjin menghilang, entah bagaimana Ciangbudjin Siauw Lim Sie angkatan sebelumnya justru munculkan dirinya dan memegang tanda kepercayaan dirinya. Tetapi, anehnya, dia seperti tidak mengenali semua hal dan berada di bawah pengaruh orang lain. Sayangnya, kami belum menemukan kelompok yang mengendalikan Ciangbudjin Angkatan sebelumnya itu. Dan lebih celaka lagi, Ciangbudjin sekarang ini menghilang dengan tanda pengenalnya. Padahal, jika bisa menunjukkan tanda pengenal itu, maka masalah di Siauw Lim Sie saat ini akan dapat dengan mudah diselesaikan ?"."
"Accccch ".. sayang sekali ".. jika memang demikian, mestinya aku menjaga Kakek Ong dan cucunya dengan baik sehingga dapat menyelesaikan urusan disini dengan cara yang lebih cepat dan baik ?"." Keluh Koay Ji
"Amitabha ".. Jika memang demikian, maka dengan membawa kedua orang itu, belum tentu engkau dapat memasuki areal Kuil Siauw Lim Sie. Bukan hanya Pendeta Kuil Siauw Lim Sie, tetapi kekuatan yang lain pasti akan berusaha menghabisimu "."
"Hmmmm, tetapi mereka sudah berusaha berkali-kali mencoba membunuhku dan merampas Kakek dan cucunya itu ?""
"Amitabha ".. engkau terhitung hebat dapat menghalau mereka semua. Tetapi, belum kekuatan inti yang mereka kerahkan waktu itu, karena semakin mendekati Kuil Siauw Lim Sie, semakin berlipat kekuatan yang disiapkan untuk menghadangmu ?""
"Aku tahu ".. aku tahu ?".. tetapi aku tidak takut ?""
"Amitabha ?" orang muda, apa sebenarnya yang menjadi kepentinganmu membela Kuil Siauw Lim Sie kami ini ?".?"
"Losuhu, jawabannya sudah kukemukakan tadi ?"."
"Tetapi kami tidakmengenal Suhumu sama sekali ".."
"Suhu tidak mengijinkanku memperkenalkan namanya kepada siapapun. Tetapi, menurut dia orang tua, beliau mewajibkan anak muridnya membela kepentingan Kuil Siauw Lim Sie. Dan ini salah satu kewajiban kami sebagai muridnya ?""
"Amitabha ?". Apakah Suhumu yang engkau ceritakan itu benar-benar berasal dari Kuil Siauw Lim Sie ini ?"?"
"Entahlah, aku tak paham ".."
"Amitabha ".. Sam Suheng, Koay Hiap memahami dengan detail beberapa Ilmu Pusaka Siauw Lim Sie kita ?""." menyela Hoat Ho Hwesio
"Amitabha ?". iya, dengan menguasai Tay Lo Kim Kong Ciang dan Tam Ci Sin Thong berarti dia adalah muris salah seorang Sesepuh Siauw Lim Sie. Tetapi, benarkah dia bermaksud baik bagi Kuil Siauw Lim Sie, agak sulit kupastikan ?"." bergumam Hoat Kek Hwesio dengan nada penuh keraguan.
"Losuhu, aku tidak membutuhkan apa-apa dari Kuil Siauw Lim Sie ini " jika tidak untuk menghunjuk hormat bagi pesan Suhuku, mungkin aku tidak berada disini saat ini "."
"Amitabha ?". Anak muda, apakah engkau sanggup menghadapi seluruh penghuni Kuil Siauw Lim Sie "..?"
"Losuhu " jika memang terlampau berat buatku, aku masih memiliki kesempatan untuk pergi meninggalkan Kuil Siauw Lim Sie. Dan kuyakin masih memiliki kemampuan yang memadai untuk melakukannya dengan baik "."
"Amitabha, tetapi bukan hanya penghuni kuils Siauw Lim Sie, golongan penjahat yang sedang menyasar Kuil ini, juga akan mencoba untuk menangkapmu. Apa engkau sanggup pergi dari Kuil Siauw Lim Sie jika dikerubuti demikian banyak orang dan jago tangguh dari dunia persilatan ?"?"
"Entahlah Losuhu, tetapi jika untuk kebaikan, aku tidak memikirkan keselamatan diriku sendiri, tetapi terutama kepentingan bersama ".."
"Amitabha, baiklah anak muda. Aku tidak akan menahanmu, tidak akan mencurigaimu. Tetapi, kalau benar engkau memutuskan membela Kuil Siauw Lim Sie, maka engkau akan menghadapi kekuatan luar biasa, termasuk melawan kami kakak dan beradik perguruan yang akan menggerakkan Lo Han Tin kelak. Jika engkau memiliki keyakinan akan kemampuanmu, hitunglah dengan cermat masalah ini ?"."
"Losuhu ?" aku akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi amanah Suhu. Jika gagal, toch aku sudah melakukan sekuatku. Jangan khawatirkan keselamatanku ?"
"Amitabha " cuma ingin mengigatkanmu, di belakang kami, ada kekuatan luar biasa yang tak kuketahui jelas kemampuan mereka. Berhati-hatilah ?" kemungkinan, meski kami tidak berniat mengeroyokmu tetapi kami tetap harus melakukannya. Jika engkau menemukan Kakek dan cucunya itu, maka akan jauh lebih baik buatmu ?""
"Baiklah Losuhu ?".. besok aku akan melakukan sesuatu yang mungkin kulakukan. Semoga dapat membantu Kuil Siauw Lim Sie ?""
"Amitabha ?" berhati-hatilah anak muda ?".. jangan memperlihatkan jejakmu ketika meninggalkan tempat ini. Sebab hal itu dapat menyulitkan kami bertiga nantinya ".."
"Baik Losuhu, aku mohon diri ?"?"
"Amitabha ?". Anak muda, jika besok kami menghadapimu seakan tidak mengenalmu mohon engkau memaafkan kami. Kami punya kesulitan sendiri ?"."
Koay Ji menahan langkahnya. Kaget. Tetapi kemudian menganggukkan kepalanya dan kemudian berlalu dari ruangan tersebut. Sebagaimana pesan Hoat Kek Hwesio tadi, maka Koay Ji menjaga langkahnya dan berlaku sangat berhati-hati. Setelah dia yakin bahwa tidak ada yang mengawasinya, maka diapun melesat pergi dengan kecepatan yang sulit untuk diikuti pandang mata manusia biasa. Tetapi, bukannya kembali ke kamarnya, tetapi justru mengarah ke luar Kuil Siauw Lim Sie dan untuk itu dia tetap bergerak dengan sangat berhati-hati. Entah apa yang dipikirkannya, tetapi pada saat itu Koay Ji berlaku sangat berhati-hati dan seperti sedang mengamati dan menyelidiki keadaan di luar Kuil Siauw Lim Sie.
Tetapi, setelah mengamati dengan berkeliling Kuil Siauw Lim Sie yang sangat luas itu, Koay Ji tidak menemukan sesuatupun yang menarik untuk diamatinya lebih jauh. Keadaan sekitar Kuil Siauw Lim Sie sangat senyap. Tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan selain bunyi mahluk malam yang dengan bebas bernyanyi dan mengiringi situasia senyap dan sepi sekelilingnya. Setelah beberapa saat memandangi Kuil Siauw Lim Sie yang kini nampak berada di bawah, sedikit agak ke bawah, maka akhirnya Koay Ji memutuskan untuk meluncur kembali menuju Kuil Siauw Lim Sie. Tetapi, sekali ini dia tidak langsung turun tetapi sekali lagi berputar kea rah sebelah barat dan dari arah tersebut dia berniat untuk kembali memasuki Kuil Siauw Lim Sie sebagaimana tadi dia keluar dari kuil tersebut.
Tetapi, berbeda dengan waktu dia keluar, sekali ini Koay Ji agak apes. Dan apesnya juga berbeda dengan yang sebelumnya. Ketika dia bergerak untuk mendekati Kuil Siauw Lim Sie dari arah barat, tiba-tiba dia mendengar suara mencurigakan datang dari sisi sebelah kirinya. Bahkan, bukan hanya itu, tiba-tiba telinganya mendengar suara yang berkata dengan nada lirih:
"Malam-malam mengintai Kuil Siauw Lim Sie, pasti ada maksud buruknya ,,,,,,,"
Menyusul kemudian, kesiuran angin serangan yang mengarah ke tubuhnya. Bukan sembarangan angin pukulan. Tetapi sebuah angin serangan yang cepat dan kuat luar biasa dan membuat Koay Ji sampai terperangah, karena kekuatan pukulan ini adalah yang paling hebat yang diterimanya selama ini. Bahkan masih lebih hebat ketimbang pukulan Hoat Ho Hwesio dan Hoat Leng Hwesio, kedua tokoh hebat asal Siauw Lim Sie yang dihadapinya beberapa hari lalu. Tetapi, tentu saja Koay Ji tidak limbung dan juga gugup menghadapi serangan mendadak tersebut.
Dengan langkah ringan dia bergerak dua langkah kesamping sambil menggerakkan lengannya untuk mendorong pergi serangan lawan. Tetapi, alangkah kagetnya ketika lawan bergerak dengan kecepatan yang tak dibayangkannya sebelumnya dan tiba-tiba lengan lawan sudah berubah arah dan menyodok kearah dada sebelah kiri dan dalam jarak yang semakin dekat. Luar biasa, sungguh di luar dugaan Koay Ji. Gerakan lawan luar biasa cepat dan gesitnya. Kekuatannyapun bukan olah-olah. Kondisi itu membuat Koay Ji kaget dan mendesah:
"Accchhhh ".."
Tapi, pemahamannya atas gerakan lawan membuatnya mengerti arah mana yang akan dicecar lawan. Karena itu, Koay Ji memutuskan bergerak dengan gerakan-gerakan aneh nan mujijat yang dikuasainya. GerakanLiu seng liok tee (bintang luncur jatuh ketanah) yang berasal dari Ilmu Langkah Thian Liong pat pian (Naga langit berubah delapan kali) secara otomatis dikeluarkannya. Dan bersamaan dengan itu, gerak Kiam hay-teng liong (membelenggu naga dalam laut) dari Ilmu Pukulan Sian In Sin Ciang (Lengan Sakti Bayangan Dewa) juga secara otomatis bergerak menyambut lawan. Ilmu gerak mujijat membuatnya bergerak merendahkan tubuh dengan sangat cepat dan bersamaan dengan itu, kedua lengannya mengurung serang sepasang lengan lawan hingga angin ancaman serangannya punah dengan sendirinya. Tetapi, masih lebih berbahaya, karena dari posisi tubuh di bawah, sebuah lengannya melancarkan serangan berbahaya mengarah pinggang lawan.
Tetapi, serangannya tertahan ketika dia menyadari bau harum yang tersiar dari tubuh lawan yang ramping. Dan sadarlah dia jika lawannya adalah seorang perempuan. Tapi, begitupun, dia kaget karena ketika serangannya tidak dilanjutkan, dengan cepat dan tak masuk diakalnya adalah daya gerak lawan yang luar biasa yang membuatnya dari pihak menyerang menjadi kembali pihak yang didesak. Gerak melenting dalam posisi yang tidak masuk akal membuat Koay Ji terperangah dan kondisi itu dimanfaatkan oleh lawan perempuannya itu untuk melepaskan serangan yang lebih berbahaya lagi. Baik karena kekuatan maupun kecepatannya dengan luar biasa meningkat dan membuatnya sangat kaget. Benar-benar lawan berat. Tetapi, kekagetannya harus dibayarnya dengan posisi yang menjadi runyam, dan hanya karena gerakan-gerakan mujijat Thian Liong Pat Pian yang membuatnya selamat meski dengan susah payah. Sudah begitu, sampai gebrakan yang menggunakan beberapa jurus berantai tersebut, tak membuat keduanya sampai bisa melihat dan mengenali siapa lawan mereka.
Tetapi, yang pasti, lawan Koay Ji juga terlihat seperti terkejut, meski masih tak nampak wujudnya aslinya saking cepat semua serangannya. Meski ada sedetik dia terpana, tetapi karena Koay Ji sedang mempertahankan posisinya, tidak sempat dia melirik seperti apa lawannya. Apalagi, ketika posisinya tegak kembali, lawannya sudah kembali datang mencecar dengan pukulan yang semakin lama semakin berbahaya. Bahkan, kini lawannya terasa semakin emosional karena beberapa kali serangan mautnya yang jarang muncul di Tionggoan dapat dengan mudah dikandaskan lawan. Koay Ji memang bergerak dengan tepat mengantisipasi semua serangan hebat lawan perempuan yang belum dapat dilihat bentuknya itu. Lebih dari itu, setelah pengalaman pahitnya Koay Ji perlahan menjadi emosi juga. Setelah berkali-kali disudutkan lawan membuat Koay Ji mengerahkan kekuatannya melebihi pertarungan-pertarungan yang dilakukannya sebelumnya. Dan kekuatan yang terpancar malah memiliki daya hisap yang kuat.
Bahkan, sekali ini karena hebatnya sang lawan meski dia sudah tahu adalah seorang perempuan, Koay Ji sampai menggunakan ilmu totok, atau ilmu Pa Hiat Sin Kong atau ilmu sakti menotok jalan darah. Berbeda dengan ilmu totok mujijatnya, Ilmu totok ini adalah sebuah Ilmu Pukulan Khusus yang membendung dan menutup semua alur serangan lawan dengan memukul dan menutul simpul-simpul pengerahan tenaga dan kekuatan di tubuh lawan. Akibat serangan-serangan antisipatifnya, penyerangnya menjadi murka dan tiba-tiba dia mendesis marah:
"Terimalah ?".."
Dan selajur serangan berwarna kebiruan melesat cepat kea rah Koay Ji. Tetapi Koay Ji yang sudah siap sedia tidak lagi main mundur, bahkan dengan cepat dia bergerak dan kemudian mengibaskan lengannya. Akibatnya luar biasa. Tidak terdengar ledakan yang keras dan membahana, tetapi beberapa saat kemudian satu tubuh terlontar kebelakang dan satu tubuh lainnya melesat dengan cepat menjauh dari arena tarung itu. Apa yang sebenarnya barusan terjadi"
Melihat lawan mengeluarkan Ilmu yang sekilas dikenali Koay Ji sebagai sebuah Ilmu Sakti dan langka, Kim Kong Ciang Hoat (Ilmu Pukulan Cahaya Emas) yang nyaris mirip dengan Tay Lo Kim Kong Ciang asal Siauw Lim Sie, Ilmu yang menurut Suhunya adalah milik dari tokoh serupa dewa yang hidup di Lautan Selatan bernama Lam Hay Sinni (Pendeta Laut Selatan). Dan jika demikian, lawannya sekali ini adalah tokoh dengan latar belakang yang luar biasa, dan tentu saja dia tidak mau mengikat tali dendam dengannya. Apalagi selain murid Tokoh Dewa, juga lawannya ini seorang perempuan pula. Karena itu, Koay Ji memutuskan untuk segera menyingkir sebelum persoalan mereka makin rumit dan bisa terlihat banyak pihak. Dan jika berkelanjutan bisa menanam dendam antara mereka.
Tepat ketika pukulan mujijat itu menyerangnya, diapun mengerahkan tenaga mujijatnya dari Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang. Ilmu yang telah diserap dan dipelajarinya secara lebih mendalam dan lebih detail ini memampukannya untuk menangkis bukan hanya serangan mujijat lawan, tetapi bahkan mampu memunahkannya tanpa melukai dirinya dan melukai lawannya. Tetapi, untuk menahan kejaran lawan yang dia tahu punya keistimewaan dalam ginkang dan gerak yang sangat cepat, dia menyisipkan satu gelombang kekuatan susulan yang akan mampu menahan lawan untuk mengejarnya. Karena itu, seperti sudah diperhitungkan secara cermat oleh Koay Ji, lawan tiba-tiba terperangkap oleh benturan kekuatan namun yang sebenarnya pantulan kekuatan Koay Ji "kosong", alias tidak punya daya gempur. Pada saat itulah Koay Ji melesat pergi meninggalkan arena pertempuran.
Lawannya, begitu melihat Koai Ji melesat pergi hendak meninggalkannya, tiba-tiba melepas pusaran kekuatan miliknya dan berniat untuk dengan cepatnya melakukan pengejaran. Tetapi, alangkah kagetnya ketika baru saja dia hendak bergerak pergi, tiba-tiba ada gelombang angin pukulan susulan yang menerpanya dengan cepat. Tapi, ketika mengerahkan kekuatan melawan dan menggempur, dia jadi kesal karena ternyata angin pukulan itupun kosong dan tidak berbahaya. Dan lawan sudah pergi meninggalkannya dalam hitungan 3,4 detik dan sudah cukup jauh di depan. Hal ini sungguh memukul harga diri dan kesombongannya dan merangsang amarahnya untuk segera bergerak melakukan pengejaran.
"Kurang ajar ?"" desisnya dan kemudian mencelat mengejar
Tapi, cara mengejarnya yang luar biasa. Sepasang kakinya tak perlu ditekuk untuk melayang maju mengejar. Begitu berkata "kurang ajar", tiba-tiba saja tubuhnya mengapung dan kemudian melesat cepat, lebih cepat dari kecepatan Koay Ji untuk pergi meninggalkan arena tadi. Bahkan, gaya dan kegesitan perempuan yang tadi jadi lawan Koay Ji itu, masih melampaui Koay Ji sendiri, dan mampu memperpendek jarak antara keduanya. Sayangnya, Koay Ji sudah terlebih dahulu memasuki kompleks Kuil Siauw Lim Sie. Sudah dua detik dia memasuki kompleks Kuil Siauw Lim Sie sebelum bayangan pengejarnya sampai di titik dia memasuki kompleks Kuil Siauw Lim Sie. Tetapi, perempuan itu masih sempat melihat bayangan Koay Ji yang menghilang tidak jauh dari tempatnya menyandak.
Kembali dia mencelat mengejar, tetapi ketika sampai di tempat Koay Ji tadi terakhir dilihatnya, kembali tubuh Koay Ji mencelat di titik berbeda. Bahkan kemudian tubuh Koay Ji dan bayangannya menghilang. Perempuan itu penasaran bukan main. Kembali dia mencelat dengan kecepatan yang tidak masuk akal. Tetapi, sekali ini dia tidak lagi mampu menemukan kemana dan dimana bayangan tubuh Koay Ji. Tetapi, dia yakin bayangan tubuh Koay Ji menghilang di pesanggrahan tempat tamu Siauw Lim Sie menginap. Pada saat itu, waktu sudah menunjukkan jauh malam, atau bahkan sudah menjelang subuh. Kira-kira sudah mendekati atau mungkin melewati pukul 5 subuh. Ketika tiba di pesanggrahan itu dia menjadi heran karena tidak lagi bisa melihat dan menemukan bayangan tubuh Koay Ji. Dan dia jadi penasaran bukan buatan. Mata dan konsentrasinya bekerja mencari dan menjelajah, tetapi tetap tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Semua senyap dan sepi. Keadaan itu membuatnya curiga dengan rumah kecil dan terpisah agak berjauhan dengan deretan rumah-rumah kecil indah lainnya di kompleks pesanggrahan tamu terhormat Kuil Siauw Lim Sie ini. Karena di situlah dia terakhir kali melihat dan melacak bayangan Koay Ji dan setelahnya baru dia kehilangan jejak orang yang dikejarnya itu.
Telinganya yang tajam menangkap ada gerakan kaki yang agak berat dalam rumah istirahat yang sedikit terpisah dari yang lainnya. Karena curiga, dia terus berdiam diri dan menunggu gerakan kaki selanjutnya. Tetapi, dia mengerutkan keningnya, karena gerakan kaki dalam rumah itu tanda seorang dengan gerakan tanpa kepandaian, berat dan tidak bertenaga dalam. "Tidak mungkin dia yang kucari ?"?" desisnya dalam hati dan sekaligus penasaran. Lebih kaget lagi ketika pintu rumah itu terbuka dan dia bisa melihat wajah seorang pemuda yang gagah dan sinar mata yang lembut dan bening, pertanda yang sangat jelas jika pemuda itu tidak menguasai tenaga dalam, keluar dari pintu rumah tersebut.
Dipandanginya pemuda tersebut dengan curiga. Usianya paling belum 20 tahun, paling banyak 18 atau 19 tahun. Tetapi, tubuhnya tegap dan gagah, meski tidak terlampau tinggi. Perempuan itu memandangi sampai pemuda itu kemudian berjalan menuju ke tempat dimana air disediakan untuk para tamu. Kelihatannya si pemuda seperti ingin membasuh wajahnya. Dengan mata heran dipandanginya semua yang dikerjakan pemuda itu, sementara si pemuda sendiri kelihatannya sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Juga terlihat tetap tidak tahu sejak kapan perempuan itu pergi, karena memang dia tidak menyadari kehadirannya sejak awalnya. Dan kegiatan pemuda itu seperti mengawali aktifitas lainnya di Kuil Siauw Lim Sie, karena kemudian beberapa langkah kaki mulai terdengar di berapa bagian kuil. Tapi, perempuan yang memburu Koay Ji sudah raib entah kemana.
Hal yang luar biasa adalah, di pesanggrahan itu sebetulnya tinggal beberapa orang hebat. Tamu-tamu Siauw Lim Sie tinggal disana, tetapi mereka sama sekali tidak dapat mengetahui kedatangan Koay Ji dan si Perempuan Misterius ke tempat mereka, para tamu itu beristirahat. Bisa dipahami, karena Koay Ji memang menggunakan kekuatan dan kemampuan bergeraknya yang istimewa. Sementara Perempuan Misterius itu, justru lebih hebat dan lebih mujijat lagi ilmu gerak dan ginkangnya. Hal yang membuat Koay Ji terkejut dan terkesima dan harus mengundurkan perempuan itu dengan cara kekerasan sebelum dapat lepas dari kejarannya. Satu hal yang pasti, Koay Ji kini sangat berhati-hati dan tahu, bahwa banyak orang hebat di Siauw Lim Sie, sebagiannya justru belum dia kenali dan ketahui dengan baik.
Tidak banyak orang yang tahu kejadian kejar-kejaran antara Koay Ji dan si Perempuan Misterius tadi, tapi satu hal yang pasti adalah, setelah si Pemuda yang dicurigai sang perempuan misterius bangun, tak lama kemudian gadis kecil hitam manis yang datang bersamanya ikut bangun. Dia menyusul si pemuda yang sedang membasuh wajahnya dan tak lama kemudian keduanya bersenda gurau kembali berjalan balik, tetapi dengan tujuan yang berbeda. Si pemuda ingin kembali ke ruangannya, sementara si gadis lain lagi, seperti sedang mengajak si pemuda mengikutinya ajakan dan kemauannya menuju ke tempat yang lain:
"Ayolah koko, engkau boleh menimba pengalaman dari latihanku ?"" rengek si gadis sedikit manja dan merajuk
"Acccch, Hoa moy adikku, aku kan tidak mengerti ilmu silat ?".."
"Ayolah koko, temani aku ".. kata kakek, kalau engkau mau berlatih, engkau sangat mungkin menjadi pendekar hebat. Kakek tidak pernah mendustai aku "."
"Achhhhh, tapi aku tidak begitu menyukai ilmu silat adikku ?".. engkau pergilah sana, berlatih dengan kakekmu ?""
"Tidak mau ".. harus ditemani engkau koko ?""
Melihat kemanjaan dan kekeras-kepalaan si gadis cilik itu, akhirnya sang pemudapun mengalah. Dan diapun berkata:
"Baiklah ?". ayolah kutemani engkau ke tempat latihan itu ?","
"Horeeeeeee ?" begitu baru kakak yang baik ?".."
Dengan tanpa rasa malu dan jengah sedikitpun, si gadis cilik segera merangkul lengan si pemuda dan keduanya berjalan menuju tempat yang akan digunakan si gadis dan kakeknya untuk berlatih. Keduanya berlalu dan menuju ke pinggir hutan yang nampak memiliki lapangan yang memadai untuk dipakai berlatih ilmu silat. Dan lebih kebetulan lagi, adalah, pagi yang menjelang datang itu memang cerah, dan saat yang tepat untuk dipakai berlatih Ilmu Silat.
Pagi menjadi siang dan suasana Siauw Lim Sie terlihat sangat tenang. Benar-benarkah memang demikian tenang" Entahlah. Yang jelas, tidak terlihat ada ketegangan maupun gejolak dari luar, dan segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan sampai menjelang sore ketika sebuah suara menggelegar memenuhi angkasa dan rasanya suara itu dapat di dengar dari seluruh penjuru dan pelosok Kuil Siauw Lim Sie. Siapa gerangan yang melepaskan suara itu" Atau siapa pula yang demikian berani mati untuk datang mengganggu ketenangan Kuil Siauw Lim Sie ".?"
Siang yang sebetulnya tenang di Kuil Siauw Lim Sie, dihebohkan dengan sebuah suara yang sangat keras dan pekak:
"Thian Liong Koay Hiap datang memenuhi janji untuk mengunjungi dan ingin lebih mengenali keadaan dan kehebatan Kuil Siauw Lim Sie yang diagungkan terhebat sepanjang sejara Dunia Persilatan ".."
Di halaman depan, beberapa puluh meter dari pintu gerbang entah sejak kapan telah berdiri sesosok tubuh tegap, wajah seorang yang memasuki usia pertengahan yang sudah matang dan terlihat berdiri dengan penuh rasa percaya diri. Dengan tenang dan sikap menanti, dia bersedekap dan membiarkan dalam waktu singkat lapangan terbuka itu dipenuhi Pendeta Siauw Lim Sie dari berbagai angkatan dan menempatkan dirinya terkurung di tengah-tengah lingkaran Pendeta Siauw Lim Sie tersebut. Rupanya, suara tantangan yang dikeluarkan Thian Liong Koay Hiap membuat geger Kuil Siauw Lim Sie dan terbukti, tidak berapa lama kemudian, terlihat mendatangi seluruh kekuatan Siauw Lim Sie kecuali sang "Ciangbudjin".
Seluruh kekuatan yang dimaksud adalah dengan tampilnya Hoat Bun Siansu yang menjabat sebagai Wakil Ciangbudjin, Hoat Kek Hwesio yang merupakan tokoh Hwesio paling cerdik dari angkatan HOAT, kemudian menyusul juga hadir Hoat Kong Hwesio, Hoat Leng Hwesio dan Hoat Ho Hwesio. Yang tidak muncul adalah Hoat It Hwesio, entah berada dimana tokoh tersebut. Sebagaimana diketahui, Hoat San Hwesio, tokoh yang menjabat Ciangbudjin Siauw Lim Sie terbunuh dan ditemukan oleh Kakek Ong dan Cucunya. Surat Ciangbudjin ini sempat dibaca Thian Liong Koay Hiap dan surat itu yang menuntunnya datang hingga ke Kuil Siauw Lim Sie, meskipun dia sudah diberi tahu akan menghadapi kesulitan yang sangat besar.
Rombongan atau tepatnya, pihak Siauw Lim Sie yang lengkap dengan semua tokoh utama mereka kecuali Ciangbudjin Siauw Lim Sie, kini dipimpin oleh Hoat Bun Siansu menghadapi Thian Liong Koay Hiap. Tokoh yang menjadi Wakil Ciangbudjin ini langsung memimpin pihak Kuilnya dan ini membuat Hoat Bun Hwesio terlihat penuh wibawa. Dia berdiri berdampingan langsung dengan Hoat Kek Hwesio yang sejak kedatangan mereka, terlihat keduanya sering berbisik-bisik dan sepertinya sedang berdiskusi dan membicarakan situasi yang sedang mereka hadapi saat itu. Setelah berbicang-bincangnya selesai, disusul beberapa saat kemudian, terdengar Hoat Bun Hwesio berkata dengan suara lembut dan penuh wibawa;
"Amitabha ?" Thian Liong Koay Hiap Sicu, ada apa gerangan sampai engkau berteriak-teriak di lapangan terbuka Kuil Siauw Lim Sie" Bukankah akan menjadi lebih terhormat jika engkau masuk dengan baik-baik dan kita bercakap cakap dengan cara yang lebih baik dan terhormat ?"?"
"Mestinya memang begitu, tetapi sayang sekali meskipun berusaha membantu pihak Kuil Siauw Lim Sie terkait Ciangbudjin mereka yang dilukai pihak luar, ecccch, justru dikejar-kejar dan diburu orang ".."
Mendengar kalimat Koay Ji yang tanpa tedeng aling-aling, pihak Siauw Lim Sie terlihat keki dan tidak tahu harus mengatakan apa. Bahkan Hoat Kek Hwesio yang biasanya cerdik terlihat terdiam, tetapi tidak untuk waktu yang lama. Apalagi, dia paham betul maksud kedatangan Koay Ji, hanya sampai saat itu dia masih belum menemukan jalan terbaik untuk menyelesaikan persoalan Kuil Siauw Lim Sie. Terlampau banyak nyawa yang dipertaruhkan selain keselamatan ratusan nyawa Pendeta di Siauw Lim Sie. Karena itu, dia menyerahkan kepada Wakil Ciangbujdin dan melihat apa yang dapat dilakukan sesuai tuntutan waktu.
Sementara itu, Koay Ji nampaknya sudah jelas dengan posisinya. Dia tahu bahwa yang dihadapinya bukanlah Kuil Siauw Lim Sie, tetapi orang-orang yang bersembunyi di balik kegelapan dan memerintah Kuil Siauw Lim Sie dengan seorang Ciangbudjin boneka. Koay Ji yang tahu dengan trik itu merasa apa boleh buat, dia harus menghadapi kedua kekuatan yang maha hebat itu. Bahkanpun jika harus dengan kekerasan. Dan untuk itu, Koay Ji merasa siap karena dia tahu, meski tidak berkemampuan mengalahkan semua orang, tetapi setidaknya dapat membuka persoalan besar yang membuat Kuil Siauw Lim Sie tersudut dan tidak dapat melawan para penjahat yang menekan mereka.
"Amitabha ?" sungguh tajam kata-kata Sicu ?" tapi, apakah engkau memang tahu bagaimana keadaan Ciangbudjin kami yang terpancing pergi ke luar Kuil Siauw Lim Sie kami ini "." Dan bersediakah engkau menjelaskan kepada kami?"
"Hmmmmm, pada saatnya akan kuberitahukan. Ciangbudjin Siauw Lim Sie memang dipancing orang ke luar kuil guna menggantikannya dengan tokoh yang mudah dan memang sudah mereka kendalikan. Tetapi, syukurlah, aku dapat mengetahui jejak Ciangbudjin yang asli dan sekarang mengunjungi Kuil Siauw Lim Sie untuk mengetahui siapa-siapa saja yang terlibat pengkhianatan di Kuil Siauw Lim Sie ".."
"Amitabha ?". Kuil Siauw Lim Sie memiliki aturannya sendiri. Ciangbudjin Siauw Lim Sie berada di dalam Kuil Siauw Lim Sie ?""
"Baiklah, jika memang demikian, aku, Thian Liong Koay Hiap menantang Ciangbudjin Siauw Lim Sie untuk adu kesaktian. Apakah dia berani mempertarukahkan nama besar Siauw Lim Sie dengan melawanku disini ".?" keras dan tegas suara Koay Ji, sampai Hoat Kek Hwesio sendiri kaget dengan strategi yang sedang dimainkan olehnya. Karena, percakapan mereka terakhir, bukan seperti ini jalan yang akan ditempuh oleh Koay Ji, tetapi jalan yang lebih lunak dengan menyelidiki langsung dari dalam Kuil Siauw Lim Sie. Echhhh, tahu-tahu Koay Ji langsung memutuskan untuk menantang Ciangbudjin Siauw Lim Sie. Sontak Hoat Kek Hwesio ragu, cemas dan mulai khawatir dengan keselamatan Koay Ji.
"Amitabha ?" sicu, Kuil Siauw Lim Sie memiliki tradisi panjang dan peraturan sendiri menghadapi tantangan dari luar. Jika tanpa maksud khusus, tidak mungkin Ciangbudjin akan bersedia melakukan pibu denganmu ?".."
"Taruhannya adalah keselamatan Siauw Lim Sie sendiri. Karena paham betul bahwa Ciangbudjin saat ini adalah "palsu" dan "boneka" orang, maka sudah kuputuskan untuk menantangnya dan sekaligus menantang semua pihak yang ingin mengangkangi Kuil Siauw Lim Sie dan mereka semua bersembunyi tidak jauh dari tempat ini. Kuberitahu kepada kalian semua, kalian akan berhadapan denganku ?"" sungguh lantang dan terkesan sombong kalimat Koay Ji. Padahal, kalimat itu memang sudah direncanakan sejak semalam setelah sadar bahwa para penjahat memang berada di sekitar Kuil Siauw Lim Sie dan sedang ikut menyaksikan aksinya.
"Amitabha ?" Sicu, karena engkau menantang Ciangbudjin Siauw Lim Sie, maka palsu ataupun tidak, bukan persoalanmu. Tetapi, menghadapi CIangbudjin Siauw Lim Sie mengharuskan engkau lolos terlebih dahulu dari Barisan Lo Han Tin. Jika engkau selamat dari kurungan barisan ini, maka engkau akan memiliki kesempatan untuk langsung menantangnya. Jika tidak, maka kami berharap engkau pergi meninggalkan Kuil Siauw Lim Sie secara baik-baik ?"."
"Aku siap menghadapi Barisan Lo Han Tin ?".." jawab Koay Ji nyaris tanpa ekspresi, apalagi merasa ketakutan, tidak sama sekali.
"AMitabha ".. satu hal lagi Sicu ?" rintangan untuk menantang langsung Ciangbudjin adalah Barisan Utama Lo Han Tin yang pintu-pintu utamanya akan dijaga oleh tokoh angkatan HOAT. Karena itu, lebih baik, berpikirlah sekali lagi ?""
"Keputusanku sudah bulat ?" silahkan, aku ingin merasakan kekuatan Barisan Lo Han Tin yang termasyur itu ?""
Kalimat singkat Koay Ji membuat Hoat Bun Siansu melirik Hoat Kek Hwesio, dan keduanya saling menganggukkan kepala tanda bahwa keputusan sudah dijatuhkan. Karena itu, Hoat Bun Siansu selaku pemegang kewenangan tertinggi di arena pada saat itu kemudian mengeluarkan perintah:
"Barisan Lo Han Tin ?"".."
Serentak dengan itu terdengar bunyi derap kaki yang luar biasa banyaknya. Dan sekejap kemudian 72 Padri Kuil Siauw Lim Sie sudah terbentang di lapangan tersebut, bersamaan dengan menepinya Padri Siauw Lim Sie lainnya hingga membuat lapangan menjadi lega. Apalagi Hoat Kek Hwesio dan Hoat Kong Hwesio sudah ikut bergabung dengan Barisan itu dan menjaga 2 pintu vital dari Lo Han Tin. Dengan bergabungnya kedua tokoh utama itu, maka bisa dipastikan, Barisan Lo Han Tin ini adalah Barisan Utama yang disajikan untuk Koay Ji. Tentu saja Koay Ji memperhatikan bagaimana Padri Siauw Lim Sie membentuk barisan itu secara tertib, disiplin dan dalam waktu singkat meski berisikan demikian banyak orang. Ketika 70 Padri Siauw Lim Sie pada akhirnya berhasil membentuk barisan, pada akhirnya dua tubuh melayang menjaga 2 titik utamanya, yakni merekalah Hoat Kek Hwesio dan Hoat Kong Hwesio. Setelah mereka berdiri pada posisinya, Hoat Kek Hwesio kemudian melirik Hoat Bun Siansu dan kemudian menganggukkan kepalanya.
Isyarat memulai sudah diberikan. Artinya, detik-detik selanjutnya adalah detik-detik yang menentukan. Koay Ji memaklumi hal itu. Untungnya, sedikit banyak dia sudah melihat bagaimana Barisan Mujijat itu menghadapi Kakek Siu Pi Cong yang dahsyat berapa hari lewat. Dan yang disaksikannya seakan membenarkan apa yang pernah diturunkan Suhunya mengenai Lo Han Tin. Prinsip dasarnya, cara bergeraknya dan bagaimana cara menyusun Barisan serta melatihnya. Memang benar, bukan rahasia utama Barisan Lo Han Tin, tetapi Koay Ji sudah memperoleh banyak informasi penting bagaimana menghadapi Barisan Mujijat andalan Kuil Siauw Lim Sie.
"Amitabha ?" silahkan sicu memasuki Barisan Lo Han Tin kami dari Kuil Siauw Lim Sie jika memang Sicu ingin tampil menantang dan menghadapi Ciangbudjin Siauw Lim Sie kami ".. siancay ". siancay ?""
"Apakah jika dapat melewati Barisan Lo Han Tin ini artinya aku akan dapat bertemu dan berhadapan dengan Ciangbudjin Siauw Lim Sie ?"?"
"Tepat sekali ?"".. Loni akan mengupayakan engkau menjumpai dan bertarung dalam pibu dengan CIangbudjin ".."
"Baiklah ?"."
Setelah kalimat singkat yang terakhir itu, dengan langkah lebar Koay Ji kemudian mendekati Barisan Lo Han Tin. Dia tidak melompat memasuki Barisan yang bagian tengahnya dibiarkan kosong, tetapi dengan langkah perlahan namun penuh percaya diri dia berjalan masuk. Pintu utama yang dikawan Hoat Kek Hwesio dengan segera menyibak dan memberi jalan kepada Koay Ji yang berjalan masuk dengan diiringi pandangan heran Hoat Kek Hwesio.
"Sungguh takabur orang ini ?".." begitu mungkin pikiran dan perasaan Hoat Kek Hwesio yang sebenarnya belum cukup mengenal Koay Ji. Kecuali bahwa melalui Hoat Ho Hwesio dan Hoat Leng Hwesio yang memberitahu bahwa Koay Ji merupakan salah satu tokoh ampuh yang bahkan menguasai dengan baik ilmu-ilmu mujijat Siauw Lim Sie. Tetapi, tetap saja bagi Hoat Kek Hwesio terbersit rasa ragu terhadap Koay Ji. Bahkan bertanya-tanya dalam hatinya, "siapa Koay Ji yang sebenarnya" siapa suhunya dan apa hubungannya dengan Siauw Lim Sie ?"?"
Tetapi pertanyaan-pertanyaan itu sirna dan raib begitu Koay Ji masuk dan kemudian berkata dengan suara tenang:
"Baiklah, aku sudah memasuki Barisan Lo Han Tin, siap menerima pelajaran "."
Beberapa saat kemudian barisan Lo Han Tin mulai bergerak. Lambat namun dengan derap yang merusak pendengaran. Tetapi, tentu saja seorang Koay Ji tidak akan sedemikian mudah runtuh hanya karena derap langkah kaki para Padri Siauw Lim Sie yang mengepungnya. Tetapi, derap langkah tersebut semakin lama semakin hebat dan Koay Ji masih tetap berdiam diri. Salah satu pesan Suhunya adalah, Lo Han Tin harus dilawan sesuai dengan karakter yang sedang dimainkannya. Jika dia bergerak cepat, jangan pernah mencoba mengimbanginya, jika dia bergerak lamban jangan pernah coba memandangnya sepele. Harus lambat tetapi cepat, keras tetapi lembut, jangan pernah membentur kekuatan melawan kekuatan, karena gabungan tenaga 72 Padri Siauw Lim Sie bakalan tidak terlawan siapapun.
Hal ini disadari betul oleh Koay Ji. Tetapi, setelah belajar banyak kitab-kitab mujijat, termasuk dua ilmu mujijat yang kini dikuasainya dengan sempurna, yakni Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang dan Toa Pan Yo Hiankang, maka Koay Ji memiliki hitungan sendiri. Dia mampu memainkan dan mengalihkan serta bahkan menolak balik serangan iweekang, dia mampu bertindak sangat lembut melawan kekuatan kasar dan keras. Bahkan dia mampu mengenali dasar gerakan lawan dan antisipasi atas jenis serangan serta kemana arah serangan, termasuk serangan susulan. Tetapi, meksi demikian, dia belum pernah mempraktekkan semua kemampuan mujijatnya itu. Tetai sekali ini, dalam upaya melawan dan melewati hadangan 72 tokoh hebat Siauw Lim Sie secara serentak dalam sebuah Barisan Lo Han Tin yang termasyur dari Kuil Siauw Lim Sie, Koay Ji benar-benar mengalami ujian hebat "..
Pengetahuan awal terhadap Lo Han Tin dan melihat bagaimana Kakek Siu Pi Cong menghadapi Barisan ini memang banyak membantu. Koay Ji bergerak ketika barisan itu mulai bergerak menyerangnya, tetapi karena barisan itu bergerak cepat, maka Koay Ji sesuai petunjuk Suhunya tidak berusaha mengimbanginya dalam kecepatan. Bukannya bergerak cepat, dia justru memusatkan konsentrasinya untuk mengetahui bagaimana komposisi barisan itu dan bagaimana mereka bergerak. Berhubung menghadapi Padri Siauw Lim Sie yang demikian banyak dan bergerak dalam keteraturan, membuat Koay Jim au tidak mau harus bersikap serius. Apalagi ketika barisan itu mulai menghujaninya dengan serangan-serangan beragam, baik yang menggunakan tongkat maupun dengan pukulan dan tendangan. Hebatnya, sekali menerima serangan, ada sekitar 9 Padri yang melakukannya.
Karena kini barisan itu tidak banyak bergerak cepat, maka bergantian Koay Ji yang bergerak cepat sekarang. Karena setiap menyerang Barisan menggunakan selapisan Padri berjumlah 9 orang, maka kecepatan Koay Ji adalah untuk membendung serangan itu dan menghindari sebagiannya. Dan benar saja, Barisan itu dengan cepat dan secara bergelombang menyerangnya lapis demi lapis. Bergantian, bagi menggunakan tongkat, tendangan maupun lengan kosong. Setiap lapisan penyerang berjumlah 9 Padri, dan lapisan lainnya menjaga semua ruang yang ditinggalkan kawan-kawan mereka untuk menyerang. Karena itu, sekilas Koay Ji mengalami badai serangan yang tidak ada henti-hentinya. Awalnya Koay Ji mengira resep sederhana Suhunya cukup memadai, padahal kalimat lainnya adalah: awasi dan sesuaikan gerakanmu, karena selanjutnya tergantung pemahamanmu dan kecerdasanmu menghadapi Lo Han Tin.
Bagi pendekar biasa, cukup tiba di tingkat serangan membadai sudah akan membuat mereka jatuh. Siapa yang sanggup menerima gelombang serangan Lo Han Tin yang setiap serangannya dilakukan 9 orang dan penjagaan atas keselamatan mereka dilakukan oleh lapis penjagaan yang sangat banyak. Pada tahapan ini Koay Ji mampu bertahan karena ketenangan dan pengetahuan awalnya, tetapi harus mengandalkan kemampuan ginkang dan gerak mujijatnya untuk bertahan. Menghadapi gempuran hingga sembilan serangan dalam waktu beberapa ketika sungguh membuat orang kewalahan. Tetapi Koay Ji dengan cerdik menggunakan Ilmu khas yang mujijat, yakni membentur dan mengalihkan kekuatan serangan lawan. Dengan cara itu, dia tidak menggunakan banyak hawa murninya sendiri. Apalagi kemampuan lawan dalam menyerang luar biasa hebat, penuh variasi dan mencecar seluruh bagian tubuhnya. Sungguh pertempuran yang banyak mengajar dan memberi Koay Ji pengalaman dan pengetahuan baru dalam perspektif ilmu-ilmu yang dikuasainya. Pertarungan sekali ini boleh dibilang merupakan latihan pematangan Koay Ji atas pemahamannya terhadap Ilmu Silatnya sendiri dan juga bagaimana mengatur tenaga dalam bertarung.
Tetapi, ada kekuatan luar biasa Koay Ji yang membuat dia mampu menahan serangan membadai dari Barisan Lo Han Tin. Daya hisap dan daya kemampuannya mengalihkan kekuatan serangan lawan sungguh-sungguh hebat. Karena itu, dengan bergerak cepat dan kemudian menggerakkan lengannya, dapatlah dia mematahkan badai serangan Barisan Siauw Lim Sie yang mujijat itu. Bahkan dengan 3,4 gerakan lengannya, biasanya dia mampu menawarkan serangan 9 Padri Siauw Lim Sie dan membuat serangan mereka tidak berguna. Keadaan itu membuat kagum lawan-lawannya, apalagi karena Koay Ji tidak membalas dan membenturkan serangan Padri Siauw Lim Sie itu hingga saling melukai.
Setelah semua lapisan Barisan Lo Han Tin menyerang Koay Ji dalam 2 putaran dan tidak membawa keuntungan sedikitpun, tidak mampu mendesak Koay Ji, Barisan itu kemudian berputar kembali dengan cepat dan tetap rapih. Tetapi setelah berputar 2-3 putaran, barisan itu berubah bentuk menjadi bentuk huruf U menghadapi Koay ji. Koay ji sendiri tidak berada di luar huruf U, tetapi dibiarkan berada sejajar dengan barisan paling ujung di kedua sisi. Tetapi, posisi itu tidaklah lama, karena segera 9 orang kembali mendekati Koay Ji dan menyerang dengan menggunakan tongkat. Cepat, kuat dan bertenaga. Setelah putaran pertempuran yang pertama, sebuah pertempuran basa-basi karena sebetulnya lebih sebagai pemanasan bagi kedua pihak, maka pertempuran di ronde selanjutnya menjadi semakin seru. Karena dinding kiri dan kanan dikedua sisi Koay Ji juga melakukan persiapan untuk sekali-sekali menyerang atau melindungi kawan-kawan mereka yang sedang bertarung. Sisi depan yang kosong rupanya memang dibiarkan begitu karena tempat dimana barisan penyerang keluar dan kemudian menyusun barisan baru menutup celah tersebut.
Sekali ini Koay Ji lebih sibuk karena dua 4 lapis dikali 9 Padri, total berjumlah 36 orang secara bergantian menyerangnya dari seluruh sudut dan di seluruh tubuhnya. Ke 36 Padri ini menyerangnya secara bergantian dengan menggunakan formasi berbeda beda. Ada yang menyerang khusus bagian atas tubuh, ada yang menyerang bagian bawah dan bahkan ada yang melayang dengan menggunakan pijakan kepala teman mereka sendiri untuk pijakan menyerang. Sungguh sebuah pameran pertarungan Barisan melawan 1 orang yang hebat dan menarik menjadi tontonan. Apalagi karena pertempuran berlangsung cepat dengan penyerangan dominan dilakukan oleh para Padri Siauw Lim Sie yang mengepung Koay Ji.
Sementara Koay Ji bertahan dengan mengandalkan Ilmu Langkah Ajaib Thian Liong Pat Pian dan Liap In Sut (Ginkang Mengejar Awan). Tetapi, Koay Ji tidak melulu bersandar kepada gerakan-gerakan menghindar yang membuatnya dicecar terus menerus, karena dia menyelingi dengan serangan-serangan menggunakan Ilmu Thian-liong-cap-jit-sik (tujuh belas gerakan naga langit). Ilmu inipun adalah salah satu ciptaan terakhir suhunya dan menjadi favoritnya. Karena dari Ilmu Langkah Mujijat dan Ilmu Pukulan inilah dia terinspirasi menamai kemunculannya dengan nama Thian Liong (Naga Langit). Ilmu ini bukan main ampuhnya, karena setiap kali lengan Koay Ji bergerak dalam jurus-jurus ilmu pukulannya, selalu membuat 4,5 lawan terpental mundur dan harus dilindungi kawan-kawannya.
Tetapi meskipun demikian, tidaklah mudah bagi Koay Ji menaklukkan sekian banyak lawan yang menyatukan kekuatan dan bergerak dalam barisan yang rapih. Meski dia banyak mementalkan lawan dengan ilmu tersebut, tetapi sangat terasa jika dia tidak berusaha untuk memukul rubuh lawan-lawan tersebut. Semua lawan yang terkena sambaran tangannya memang terpental mundur, tetapi kekuatan iweekang yang melambari pukulannya tidaklah mematikan. Bahkan untuk melukai parahpun tidak, hanya cukup mementalkan lawan dengan luka ringan. Kenyataan ini membuat lawan lawannya kagum sekaligus hormat. Apalagi karena mereka sadar, kekuatan menghisap yang sering muncul dari serangan dan tangkisan Koay Ji sungguh susah untuk dilawan dan harus menggunakan serangan banyak orang baru mereka dapat terbebas.
Karena itu, kembali Barisan Lo Han Tin berputar dan kini memasuki babakan ketiga, dimana lawan menyerang dengan tetap membadai namun dalam formasi tiga orang sekali menyerang. Namun, tetap menggunakan formula 9 orang dalam kelompok kelompok kecil. Dan setiap tiga orang ini menyerang dengan gaya dan jurus yang sama disusul dengan tiga orang lain lagi dengan gaya yang sama namun berbeda dengan kelompok 3 orang sebelumnya. Setelah menyerang kelompok kecil 3 orang itu akan segera masuk ke barisan dan digantikan 3 orang lain lagi dari lapisan yang berikutnya. Dan terlihat jelas jika babak ini penyerangan menjadi semakin berat, baik ilmunya maupun jurus-jurus yang digunakan. Dan Koay Ji memaklumi serta memahaminya. Menurut Suhunya, pada putaran ketiga dan seterusnya, mulai inti kekuatan Lo Han Tin dikeluarkan dan semakin sedikit pendekar Tionggoan yang sanggup melewatinya.
Sekali ini Koay Ji teringat dan sekaligus menggunakan ilmu yang dipelajarinya dari Thian Hoat Tosu, yakni Ilmu Leng Wan Sip-pat Pian (Delapan belas jurus ilmusilat Kera Sakti). Sebetulnya dia ingin menguji Ilmu ciptaannya pada masa kecilnya, ilmu yang sudah disempurnakannya sehingga jauh lebih ampuh dan bahkan lebih rumit. Tetapi, mengingat dia pelru memahami penggunaan dan kegunaan Ilmu dari Thian Hoat Tosu, tokoh mujijat dari Hoa San Pay, maka dia akhirnya memilih Ilmu Kera Sakti. Dan rupanya, ditangannya Ilmu ini menjadi semakin ampuh, semakin berbahaya dan sakti mandraguna. Karena dengan pengerahan kekuatan secukupya dia mampu menghadapi serbuan pukulan lawan tanpa terdesak sedikitpun. Sebaliknya, seperti babak sebelumnya, Koay Ji mampu mematahkan dan membuat semua serbuan lawannya menjadi tidak terlampau bermanfaat. Hanya memang, serbuan lawan membuatnya terlihat terdesak dari luar, padahal lawan-lawan yang mengerubutinya pada mengeluh karena kekuatan pukulan dan kegesitan Koay Ji yang bukan hanya susah dipukul, tetapi jika menangkis, membuat lengan mereka terpental.
Gaya dan kegesitan seekor kera diperagakan dengan baik oleh Koay Ji dan awalnya mendatangkan rasa lucu bagi lawan-lawannya. Tetapi, efek yang dihadirkan pukulan itu justru lebih dahsyat dibandingkan Ilmu sebelumnya. Masuk akal, karena memang, sepertinya Ilmu Kera Sakti ini lebih cocok digunakan ketika melawan banyak orang, lebih efektif dibandingkan dengan Ilmu sebelumnya yang jauh lebih ampuh digunakan jika berhadapan dengan beberapa orang belaka. Atau, lebih ampuh lagi jika digunakan menghadapi atau berhadapan dengan satu lawan satu dengan musuh. Terutama karena gerak-gerik seekor kera yang luwes bergelantungan kesana-kemari, dan dengan jitu diperankan Koay Ji dengan menggunakan lengan dan kaki lawan untuk bergerak kesana-kemari. Cukup kocak, tetapi justru membuat barisan Lo Han Tin mendapat lawan yang sangat tangguh dan dalam waktu yang lama sulit untuk disentuh dan dikalahkan. Sekaligus menjadi tontonan menarik bagi banyak orang yang dengan mata tak berkedip mengikutinya.
Sesungguhnya bukan hanya karena kegesitan dan keunikan gaya Ilmu Kera Sakti yang diperagakan Koay Ji yang membuat Barisan Mujijat Siauw Lim Sie jadi tak mampu menyentuh dan mendesaknya. Tetapi, sejumlah karena gerakan-gerakan tak terduga yang memang sengaja disisipkan Koay Ji dan sangat sulit dimengerti serta diantisipasi. Selain juga karena kekuatan dahsyat yang mampu dilontarkan melalui gerakan-gerakan khas seekor kera yang mendorong atau didorong Koay Ji melalui pukulan-pukulannya. Seperti diketahui, dalam tubuh Koay Ji bersemayam kekuatan mujijat yang bahkan masih sedang terus bertambah meski tidak lagi sepesat pada tahun-tahun sebelumnya. Bertarung melawan Barisan Lo Han Tin membuatnya mampu merangsang dan membangkitkan kekuatan-kekuatan hebat dalam tubuhnya, melatihnya, menguatkan dirinya sendiri dan kemudian mendorong ilmu dan jurus bertahan serta menyerangnya menjadi sangat hebat dan sangat kuat.
Keadaan tersebut membuat Koay Ji yang tidak berniat atau belum berniat mengalahkan lawan dan membuat dia seperti sedang melatih khasanah ilmu-ilmu mujijatnya dengan lawan yang memang pas dan mampu membuatnya mengukur diri sendiri. Bahkan sejak awal tarung dengan Barisan Lo Han Tin, Koay Ji tidak merasa terdesak, kecuali sedikit bingung dengan arus serangan yang luar biasa. Tetapi semakin lama bertarung semakin mampu dan semakin dapat Koay Ji mengukur kekuatannya dan menyesuaikan gerakan-gerakannya mengimbangi lawan. Untungnya, lontaran kekuatan mujijat dalam tubuhnya bertemu dengan kekuatan lawan dalam bentuk barisan yang justru memiliki kekuatan gabungan yang luar biasa besarnya. Inilah yang membuat pertarungan itu merangsang Koay Ji untuk mencoba semua ilmu yang dikuasainya. Dan dengan cara tersebut, semakin terbukalah mata Koay Ji akan kemampuannya sendiri.
Menurut Suhunya, tokoh yang mampu melewati dan menjinakkan Barisan Lo Han Tin yang dimainkan oleh tokoh-tokoh utama Kuil Siauw Lim Sie, hanya bisa dihitung dengan jari sebelah lengan semata. Tidak banyak. Karena untuk melewati Barisan Utama LO HAN TIN yang pintu utamanya dijaga tokoh hebat Siauw Lim Sie dibutuhkan kemampuan Ilmu Silat yang mumpuni dan sempurna. Bukan hanya itu, juga diperlukan kekuatan iweekang yang mujijat dan terutama kecerdikan untuk menilai perubahan-perubahan barisan Siauw Lim Sie itu. Dan sepanjang sejarah Siauw Lim Sie, teramat sedikit tokoh yang melawan Barisan itu dan berhasil melewatinya. Bukan hanya sedikit, bahkan menurut suhunya, dalam seratus tahun terakhir ini, tidak ada yang mampu melawan dan melewatinya, meski ada tokoh di luar yang mampu, tetapi itu tidak lebih dari jari tangan sebelah belaka.
"Untuk melewati hadangan barisan Lo Han Tin, engkau sudah memiliki cukup bekal muridku, tetapi untuk mengalahkannya, engkau masih membutuhkan syarat yang salah satunya belum engkau miliki. Keduanya ialah, kecerdasan atau kecerdikan serta pengalaman. Engkau memiliki kecerdikan, tetapi pengalamanmu masih teramat cetek, masih sangat mentah. Dan satu hal lagi, dengan alasan apapun, engkau dilarang untuk mengalahkan dan menjungkalkan Barisan Lo Han Tin ?" engkau harus ingat pesan suhumu itu "., jika inginmenerobosnya engkau masih memperoleh ijinku, terlebih untuk kepentingan Siauw Lim Sie sendiri" Demikian penjelasan Suhunya tempo hari ketika mengisahkan kisah mengenai Siauw Lim Sie. Kisah itu termasuk juga sejarahnya, ilmu silatnya dan sempat secara khusus mengulas mengenai Barisan Lo Han Tin yang menjadi kebanggaan Kuil Siauw Lim Sie di Gunung Siong San itu.
Kembali Koay Ji menguji ilmu-ilmu lainnya, berturut-turut sampai ratusan jurus dia menggunakan Ilmu Thian-liong-cap-jit-sik (tujuh belas gerakan naga langit) berganti dengan ilmu Pa Hiat Sin Kong (ilmu sakti menotok jalan darah). Bahkan juga menguji ilmu kebanggaan Thian Hoat Tosu, yakni Ilmu Hong In Pat Jiauw atau ilmu Delapan cengkeraman angin dan Mega serta gabungannya dengan Sam In Ciang, yakni Sam Hong In Im Ciang. Koay Ji benar-benar memanfaatkan moment penting ini untuk menambah pengalaman dan kemampuan tempurnya, terutama mengatur tenaga pendorong dan bagaimana cara terbaik menggunakan Ilmu-ilmu tersebut. Pada putaran selanjutnya, dia menguji sebuah Ilmu kebanggaan Suhunya yang bernama Ilmu Pukulan Sian In Sin Ciang (Lengan Sakti Bayangan Dewa), serta kedua Ilmu ciptaan Suhunya yang terakhir, masing-masing "Thian Cong Samsie Sin Ciang," 13 Jurus Ilmu silat Sakti Thian Cong yang dimaksudkan sebagai Ilmu Pamungkas Perguruan Thian Cong Pay dan juga Ilmu Tie Liong Ciu atau Ilmu Sakti Tangan Mengekang Naga.
Khusus Ilmu yang terakhir, Koay Ji ikut membentuk dan mengusulkan beberapa gerakan hebat dan mujijat dari Ilmu Mengekang Naga sehingga mencapai bentuknya yang terakhir. Ilmu ini berbeda dengan yang diwariskan kepada Sam Suheng dan Thian Liong Pangcu boleh dibilang berbeda dalam sisi penyerangannya. Karena banyak skema gerakan-gerakan menyerang dari Ilmu Langkah Thian Liong Pat Pian disisipkan dengan gerakan-gerakan mujijat Ilmu Mengekang Naga. Dan semua itu merupakan penyempurnaan lebih jauh setelah Koay Ji melangkah keluar dari pintu perguruannya, dan saat melawan Barisan Lo Han Tin adalah untuk pertama kalinya dia melatih dan mempraktekkannya. Baik sisi aslinya maupun tambahan-tambahannya, dan akibatnya ketika dia menggunakannya, Barisan Lo Han Tin nyaris berantakan, bukan hanya karena serangan berbahaya yang dihasilkannya, tetapi karena dia meniru cara Kakek Siu Pi Cong beberapa hari lalu. Untung saja dia ingat pesan Suhunya sehingga dia menahan diri untuk menyerang lebih jauh dan mulai berpikir untuk lolos dari Barisan Lo Han Tin tanpa membuat Barisan itu kehilangan muka.
Setelah bertarung hampir 500 jurus dan mencoba banyak sekali skema ilmu silat yang dipelajarinya dan bahkan beberapa yang diingat di kepalanya secara sengaja maupun tak sengaja muncul; karena sudah merasa cukup dan bertarung sudah cukup lama, serta merasa banyak memperoleh hal baru yang perlu diendapkan dan kelak dilatihnya lagi, Koay Ji mulai bersiasat untuk menerobos keluar dari Barisan Lo Han Tin. Dia sudah memiliki kepercayaan atas dirinya yang kebih dari sebelum dia memasuki Kuil Siauw Lim Sie sekarang. Baru sekarang dia percaya akan kata-kata Suhunya ketika akan melepasnya pergi berkelana, dan dia kini memiliki keyakinan akan dirinya dan akan kemampuannya sendiri. Apalagi karena hampir semua Ilmu yang dikuasainya sempat dicobanya dan dia merasa mampu menahan desakan Barisan Lo Han Tin dan bahkan beberapa moment, dia menguasai dan mampu mendesak barisan itu. Dia kini memiliki pegangan untuk "lolos" dari Barisan Lo Han Tin, dan ini yang akan dilakukan sekarang. Bukan mengalahkannya, karena mengalahkan Barisan itu sama dengan melanggar pesan Suhunya, tetapi lolos dari kurungan Barisan Lo Han Tin. Dan untuk lolos dari Barisan Lo Han Tin ini sudah mulai dipelajarinya sejak pertarungan memasuki pertengahan tadi. Koay Ji sudah punya rencana.
Berbeda namun ada kemiripan dengan cara Kakek Siu Pi Cong. Miripnya adalah, Koay Ji memulai dengan jurus Thian heng peng lui (guntur dan salju diujung langit) dari warisan Ilmu Pukulan Sian In Sin Ciang (Lengan Sakti Bayangan Dewa) Suhunya Bu In Sin Liong. Jurus pukulan ini ditujukan kepada penghuni 2 penjaga Pintu utama Barisan Lo Han Tin yang dijaga kedua tokoh utama dari angkatan HOAT, yakni Hoat Kek Hwesio dan Hoat Kong Hwesio. Tetapi, meski sasaran utamanya adalah kedua penjaga pintu utama, bukan berarti sasarannya hanya mereka berdua, karena letikan sinar pukulan yang berbahaya juga menyasar dengan sangat cepatnya 5 hingga 6 Bhiksu lain disekitar kedua tokoh utama tersebut. Sehingga jika ditotal, serangan kilat Koay Ji menyasar lebih dari 10 orang bhiksu secara serentak dengan kekuatan pukulan yang luar biasa hebatnya. Tetapi untuk menyerang Barisan ini, terlebih dahulu Koay Ji harus memainkan gerak mujijat Ginkang Cian Liong Seng Thian (Naga Naik ke Langit), yang kemudian diakhiri dengan gerakan Liu seng liok tee (bintang luncur jatuh ketanah). Gerakan-gerakan di udara yang diakhiri dengan gerakan turun ke tanah ini dibarengi dengan kekuatan menghisap yang membuat barisan depan yang berhadapan langsung dengannya tergetar.
Pada saat itulah serangan dengan jurus Thian Heng Peng Lui dilepaskan dengan menyasar banyak orang dan menghadirkan ledakan suara yang membahana. Ledakan ini terhitung mengganggu pendengaran orang dan membutuhkan waktu 1,2 detik untuk menentramkan hati. Meski bagi Hoat Kek Hwesio dan Hoat Kong Hwesio ledakan itu tidak mengganggu, tetapi serangan Lengan Sakti Bayangan Dewa, yang merupakan gubahan senior mereka Bu In Sin Liong benar-benar menggetarkan. Mereka seperti mengenal tetapi tidak mengenal pukulan cepat yang memang berasal dari khasanah ilmu mujijat Siauw Lim Sie. Masih untung karena beberapa anggota barisan Lo Han Tin dengan cepat datang melindungi mereka. Tetapi, pukulan cepat dan bertenaga mujijat itu bukan hanya mengarah kedua tokoh utama yang terpaksa mundur itu, melainkan menuju dan menyerang lebih 10 orang lainnya. Hal ini membuat Barisan Lo Han Tin pada lapis terdepannya sedikit goyah dengan serangan Koay Ji, apalagi karena diiringi dengan lontaran tenaga hebat membahana dan juga dengan ledakan maut yang memekakkan telinga tersebut.
Pada saat itulah Koay Ji memainkan langkah mujijat yang belum pernah dimainkannya sebelumnya dari Thian Liong Pat Pian. Jangankan para anggota Barisan Lo Han Tin, bahkan Hoat Kek Hwesio dan Hoat Kong Hwesio sendiri masih belum pernah dapat melihat sebelumnya. Wajar jika barisan tersebut kebingungan menghadapi gerakan-gerakan luar biasa dari Koay Ji. Terlebih karena pada saat yang bersamaan, seiring dengan penggunaan kekuatan yang meningkat, dari sekujur lengan Koay Ji memancar kekuatan menyedot tenaga lawan yang sangat luar biasa. Hal yang sebenarnya boleh jadi tanpa Koay Ji banyak memahaminya karena merupakan pengaruh perpaduan dua sinkang mujijat dari Ilmu Budha Tionggoan dan Thian Tok, yakni Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang dan juga Toa Pan Yo HIankang. Koay Ji kurang paham bahwa pada saat dia mengerahkan kekuatan dalam takaran tertentu, maka kekuatan menghisap itu dengan sendirinya akan memancar keluar. Bahkan semakin kuat dia mengerahkan iweekangnya, maka semakin kuat juga daya sedot tersebut.
Masuk di akal jika kemudian Barisan Lo Han Tin yang baru saja sedetik sebelumnya dicecar dengan pukulan-pukulan mautnya kembali goyah pada lapis kedua dan lapis ketiganya sehingga kesulitan untuk dengan cepat menutup sebuah lubang yang muncul pada peralihan lapis demi lapis penjagaan Barisan. Tetapi, memasuki lapisan kelima dan keenam, pergerakan dan kekuatan yang memancar dari Koay Ji, yang bergerak dalam hitungan sepersekian detik, kembali membuat barisan itu kebingungan. Ketika mereka memutuskan menutup alur pergerakan Koay ji, kembali gerakan jurus Hui pau liu suan (air terjun mengalir ke mata air), membuat mereka goyah. Apalagi karena kekuatan menghisap dan daya sedot Koay Ji mempengaruhi gerak dan langkah mereka. Pada saat itulah terdengar suara Hoat Keng Hwesio:
"Hud di utara, Liong di selatan ?"?"
Mendengar perintah itu, barisan itu kembali bergerak cepat untuk menemukan daya keseimbangan mereka. Tetapi, tepat ketika barisan itu bergerak, Koay Ji juga bergerak cepat memadukan dua ilmu mujijat sekaligus, yakni Ilmu Langkah Thian Liong Pat Pian untuk menerobos memasuki gerakan lapis keenam dan ketujuh dan kemudian bergerak diantara lapisan tersebut, tidak kembali ketitik dimana dia terkurung sebelumnya. Akibatnya terjadi benturan kekuatan hebat antara Koay Ji dengan barisan tersebut, tetapi dengan cerdik, dari Ilmu Pouw Tee Pwe Yap Sian Sinkang, dia mengantarkan kekuatan lawan yang tentu melebihinya untuk dibenturkan ke tembok kekuatan lawan. Akibatnya, benturan kekuatan yang kemudian terjadi, lebih sebagai benturan kekuatan antara atau diantara Barisan Lo Han Tin itu sendiri. Dan segera terdengar ledakan hebat luar biasa sebagai akibatnya:
"Duaaaaaaarrrrrrr"
Benturan kekuatan antara atau diantara barisan Lo Han Tin itu membuat Koay Ji yang berada di lapisan terakhir tinggal menghadapi satu lapis tembok terakhir. Komando Hoat Kek Hwesio tadi memang fital dan apalagi, tokoh itu langsung yang kemudian membentuk tembok pelapis dari tembok manusia terakhir yang menghalangi Koay Ji. Tetapi, ini yang membuat dia terperangah, karena pada saat benturan terjadi, Koay Ji melangkah dan melambung dengan gaya yang luar biasa, dalam gaya mujijat ginkang Liap In Sut (Ginkang Mengejar Awan), dengan gaya yang indah namun mujijat, sangat sulit dilakukan manusia biasa, yakni gaya Tou Seng Cai Goat (Mencari Bintang Memetik Bulan). Pada saat itu sekujur tubuh Koay Ji dipenuhi hawa iweekang yang juga menghisap kekuatan lawan hingga beberapa sempat goyah dan harus mengerahkan tenaga untuk tetap dapat bertahan berdiri tegak dan kokoh. Hal itulah yang membuat gerakan Koay Ji ketika melambung tinggi ke angkasa, dan kemudian melambung lebih tinggi lagi tanpa pijakan, dan sekali lagi melambung tinggi dan pada akhirnya keluar dari kepungan barisan Lo Han Tin, mengakhiri tarung yang luar biasa menarik dan sangat menegangkan.
Tetapi, yang membuat Hoat Kek Hwesio, Hoat Kong Hwesio, Hoat Bun Siansu sang Wakil Ciangbudjin dan juga Hoat Ho Hwesio dan Hoat Leng Hwesio tertegun adalah, ilmu terakhir Koay Ji. Adalah Hoat Kek Hwesio yang berbisik lirih dan membuat dia tertegun dan terdiam tanda bahwa dia menerima kekalahannya:
"Achhhhhh, Liap In Sut ?". hanya Ji Supek yang mampu menguasainya hingga tingkat seperti itu, siapakah sebenarnya Koay Hiap ini "..?"
Bisikan lirih ini bisa didengar Hoat Kong Hwesio yang bertempur bersamanya. Diapun berpikiran yang sama: "Benar, Sam Suheng benar, yang mampu menguasai Ilmu dan Jurus itu hanya Ji Supek yang sudah puluhan tahun meninggalkan kuil. Apakah dia ini ada hubungan dengan Ji Supek yang misterius itu ?"?"
Sementara itu Koay Ji sudah melayang dan turun di hadapan Hoat Bun Siansu. Dan langsung saja dia berkata:
"Losuhu, aku yang rendah sudah berhasil melewati Barisan Lo Han Tin. Apakah saat ini sudah bisa menemui dan melawan Ciangbudjin Siauw Lim Sie "..?"
Saat itu, Hoat Bun Siansu sebenarnya sedang dalam suasana antara senang, ragu, cemas dan sejumlah pertimbangan yang sulit untuk dikemukakannya. Entah mengapa, seperti juga Hoat Kek Hwesio dan Hoat Kong Hwesio, dia memiliki perasaan bahwa Koay Ji yang dihadapannya saat ini pastilah ada hubungannya dengan Ji Supeknya. Tokoh hebat asal Siauw Lim Sie yang sudah puluhan tahun mengundurkan diri dari Kuil Siauw Lim Sie. Konon, Ji Supek itu pada akhirnya memilih untuk hidup menyendiri dan bertapa dan bersamaan dengan itu, semakin hebat kekuatan dan kemampuan Ilmu Silatnya. Jangankan sebelum menyepi, bahkan ketika meninggalkan Kuil Siauw Lim Sie pada waktu itupun, ilmu silatnya sudah menjadi yang terhebat dan bahkan sanggup bertarung luar biasa melawan seorang Rahib Sakti asal Thian Tok tanpa terkalahkan. Sekarang, jika masih hidup, dapat dibayangkan sampai dimana kemampuan Ji Supek yang dimaksudkan itu.
Masalahnya, apakah orang yang dihadapannya saat ini benar murid Ji Supeknya itu ataukah bukan. Jika iya, apakah kemampuannya setanding dengan Supeknya yang adalah salah satu tokoh yang diyakini mampu menaklukkan Barisan Lo Han Tin atau tidak. Dan apakah sanggup melawan tokoh-tokoh mujijat yang sedang mencengkram Kuil Siauw Lim Sie saat ini "." Inilah persoalan yang sedang dipikirkan oleh Hoat Bun Siansu dan karena itu untuk beberapa lama dia tidak dapat menjawab atau memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Koay Ji barusan. Sebaliknya, dia justru tenggelam dalam lamunan sambil menimbang opsi terkini yang sedikit memberinya asa untuk menangani persoalan Kuil Siauw Lim Sie. Tapi, persoalannya, apakah seorang Koay Ji sanggup melakukannya"
"Losuhu, apakah engkau akan mengingkari perjanjian kita tadi ?".?"
Bersamaan dengan itu, Hoat Kek Hwesio dan Hoat Kong Hwesio mendatangi sambil berkata dengan nada biasa saja:
"Amitabha ?". Ji Suheng, dia memang berhasil ?"."
"Amitabha ?"" iya, jelas sekali kulihat tadi dia memang berhasil. Tapi, persoalannya adalah, apakah Toa Supek bersedia untuk menghadapinya ".?"
Panggilan TOA SUPEK kepada Bu Sin Hwesio, sang bekas Ciangbudjin Siauw Lim Sie yang hilang puluhan tahun silam menandakan bahwa bagi Wakil Ciangbudjin ini, Bu Sin Hwesio masih tetap belum sepenuhnya dianggap sebagai CIANGBUDJIN Siauw Lim Sie. Hal yang masuk akal karena memang Bu Sin Hwesio datang dalam cengkeraman orang lain, tidak kenal dirinya sendiri namun masih memegang "tanda pengenal" dirinya sebagai Ciangbudjin Siauw Lim Sie. Itulah Persoalan besar yang sedang dihadapi dan harus diputuskan para tokoh Siauw Lim Sie dewasa ini. Apalagi karena mereka melihat bahwa jelas-jelas orang yang menguasai Bu Sin Hwesio mempunyai niat buruk bagi Kuil Siauw Lim Sie dan Rimba Persilatan Tionggoan.
"Losuhu, aku yang rendah hanya ingin mengingatkan kembali, bahwa tadi kita telah menyepakati bahwa jika berhasil menang, akan dapat menemui dan melihat langsung Ciangbudjin Siauw Lim Sie. Apakah sekarang aku yang rendah dapat menemui secara langsung Ciangbudjin Siauw Lim Sie ".?"
"Amitabha ?". Jelas sekali engkau berhasil melewati Barisan Lo Han Tin. Tetapi, sayang sekali karena Ciangbudjin Siauw Lim Sie saat ini sedang berhalangan serius. Beliau sedang kurang sehat dan membutuhkan ?".."
"Amitabha ?".. siapa yang mengatakan Punco sedang sakit ?"?"
Belum habis kata-kata Hoat Bun Siansu, tiba-tiba terdengar seruan seseorang yang mengaku sebagai Ciangbudjin Siauw Lim Sie. Tetapi, hanya kalimat itu yang diutarakan keluar, selebihnya diam. Dalam waktu beberapa detik belaka, langkah kaki beberapa orang terdengar mendekati, namun karena berada di lantai yang lebih tinggi dari Koay Ji, maka dia tidak bisa melihat langsung siapa-siapa yang datang. Setelah dekat baru terlihat, rupanya ada 3 orang yang barusan datang. Yang pertama, seorang Pendeta Siauw Lim Sie yang sudah tua, lebih tua dari Hoat Bun Siansu, Hoat Kek Hwesio dan Hoat Kong Hwesio. Umurnya mungkin sudah 80 tahunan atau malah mungkin lebih. Yang sangat menyolok adalah, sinar matanya tidak bercahaya, tetapi menatap kosong kedepan entah apa yang sedang dipikirkannya. Tetapi di belakangnya, berjalan mengikutinya ada dua orang lain dengan dandanan yang jauh berbeda namun sangat menyolok mata untuk dipandang. Yang lebih menyebalkan adalah, mereka berjalan dengan gaya congkak dan sombong.
Orang kedua ketika akhirnya datang mendekat, ternyata dapat dikenali sebagai Kakek Siu Pi Cong, si jago dari Lautan Timur (Tung Hay). Kakek Siu Pi Cong ini sebagaimana diketahui memiliki julukan Jian Bun Kiam Ciang (Telapak Emas Pembabat Nyawa), dia hadir dengan rambut kepala keputihan yang pada berdiri tegak seperti landak. Tetapi, kakek yang tinggi besar ini terlihat penuh percaya diri dan tidak sekalipun terlihat takut mendampingi Bu Sin Hwesio bersama seorang temannya yang lain. Orang terakhir adalah seseorang yang memiliki dandanan mirip dengan para UTUSAN PENCABUT NYAWA yang sejak beberapa hari terakhir memburu Koay Ji. Tetapi, jika para UTUSAN PENCABUT NYAWA berdandan dengan pakaian dan kerudung hitam, maka tokoh yang mendampingi Bu Sin Hwesio ini berjubah hitam namun tutup kepalanya berwarna merah menyala. Di lengannya lengannya terlihat sebatang seruling kayu sebagai bekalnya, entah dapat dia gunakan sebagai senjata ataukah bukan. Tetapi, hawa seram memancar dari tubuhnya. Koay Ji segera maklum dan berkata dalam hatinya: "Hmmmmm, Ilmu sihir yang hebat ?"."
Begitu melihat kedatangan tokoh-tokoh ini, dengan serentak Hoat Bun Siansu dengan semua adik seperguruannya dari angkatan HOAT segera menyambut sambil berkata dengan suara sangat hormat:
"Menyambut Toa Supek ?".."
Semakin jelas, bahwa para tokoh utama Kuil Siauw Lim Sie, meski sangat hormat kepada Bu Sin Hwesio tetapi pada dasarnya mereka belum menerima dan belum memperlakukan tokoh tua itu sebagai Ciangbudjin Siauw Lim Sie. Hal itu sejak tadi masuk dalam pertimbangan dan pencermatan Koay Ji yang merasa janggal dengan hal tersebut. Tetapi, tidak lama kemudian dia menjadi mengerti sendiri dengan keadaan dan kondisi aneh di Kuil Siauw Lim Sie itu. Tapi dia masih sempat bergumam dalam hatinya: "Hmmmm, ini rupanya toa supek yang menghilang itu "."
"Siapa gerangan orang yang begitu berani mati mencari dan menantang Ciangbudjin Siauw Lim Sie "..?" berkata Kakek Siu Pi Cong sambil memandang Koay Ji. Jelas sekali dia memandang sebelah mata. Bukan apa-apa, selain dia adalah tokoh terhebat di Lautan Timur, juga karena pada dasarnya dia tidak tahu dan tidak pernah mendengar adanya tokoh Tionggoan yang hebat dengan potongan seperti Koay Ji ini. Karena itu, dia memandang enteng dan tidak pandang sebelah mata ?"
"Hmmmmmm, masakan orang yang kehilangan ingatan dan dikuasai orang dengan Ilmu Sihir dapat menjadi Ciangbudjin Siauw Lim Sie "." Hanya orang bodoh yang akan menerima dan memahami keadaan yang ganjil ini. Tetapi, melihat pawing sihirnya, rasanya sudah cukup untuk dapat memakluminya. Persoalan Siauw Lim Sie rupanya sedang dibingungkan oleh pemain-pemain sihir murahan dan ingin mengganggu ketentraman perguruan lain ?" dapatlah kupahami sekarang"
"Hmmmm, orang usil, apa yang engkau pahami "..?" bertanya Kakek Siu Pi Cong dengan roman marah dan bengis
"Kalian memancing Ciangbudjin Siauw Lim Sie dan kemudian mencelakainya. Untung aku masih dapat menolongnya dan tahu siasat keji kalian itu. Dan setelah berhasil, kalian menempatkan seorang sesepuh Kuil Siauw Lim Sie yang sudah lebih 25 tahun silam menghilang, dan yang ternyata sudah kalian kuasai untuk menjadi Ciangbudjin Boneka kelak. Jelas maksud kalian agar dapat meminjam tangan dan kekuatan Kuil Siauw Lim Sie di Siong San ini agar dapat menaklukkan dan mengangkangi Dunia Persilatan Tionggoan. Hohohoho, mudah dimengerti ?""
Kata-kata Koay Ji memang tepat. Dia sudah dapat menerka maksud dari para penjahat yang hendak mencelakai Kuil Siauw Lim Sie. Hal itupun sebenarnya sudah dipahami oleh para Pemimpin Kuil Siauw Lim Sie, tetapi jelas tak dapat mereka suarakan selama ini. Ketika Koay Ji mengemukakannya, mereka semua mengangguk dan setuju dalam hati, namun kecut memikirkan apa yang akan terjadi sebentar lagi. Apalagi, karena betapapun juga, Bu Sin Hwesio masih memiliki TANDA PENGENAL CIANGBUDJIN yang masih belum digugurkan karena memang menghilang. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan keadaan adalah, memiliki TANDA PENGENAL CIANGBUDJIN saat ini. Tetapi, kemana pula mencari Hoat San Hwesio saat ini" Jika tidak memiliki Tanda Pengenal itu, maka meski mereka semua mendukung Koay Ji, tapi jika diperintahkan menangkap tokoh aneh yang sedang membela mereka, tetap saja mereka harus taat. Sungguh runyam dan sangat merepotkan posisi mereka saat itu.
Sementara itu, wajah Kakek Siu Pi Cong memerah saking marahnya. Tetapi anehnya, kawannya yang mengenakan kerudung warna merah, sama sekali tidak mengatakan apa-apa dan terus menerus berdiam diri. Tetapi meski begitu, Koay Ji paham jika orang itu justru yang lebih berbahaya dan lebih mampu mendatangkan petaka bagi dirinya dan juga bagi Kuil Siauw Lim Sie. Terdengar Kakek Siu Pi Cong kembali berkata dengan suaranya yang keras menggelegar:
"Memangnya apa yang engkau andalkan untuk melawan Kuil Siauw Lim Sie dan juga kami yang mendukung mereka dari belakang "..?"
"Salah, aku datang untuk melawan para penjahat yang menyusup di Kuil Siauw Lim Sie. Atau, engkau dengarkan Kakek tua, aku datang untuk membersihkan kalian semua kaum penjahat yang juga sedang mengganas di Hoa San Pay sana, menyerang para pendekar, menyerang Thian Cong Pay dan berusaha mengacak-acak rimba persilatan Tionggoan. Sampaikan kepada pemimpin kalian, seorang bernama Thian Liong Koay Hiap mulai saat ini akan memburunya. Tetapi akan memulai dengan menghancurkan ambisi kalian di Kuil Siauw Lim Sie ini ?"" cukup jelas ?"?"
Bukan hanya Kakek Siu Pi Cong yang terhenyak kaget, bahkanpun para Pemimpin Kuil Siauw Lim Sie terhenyak kaget dengan ambisi dan kata-kata besar yang dikeluarkan oleh Koay Ji. Termasuk tokoh aneh berkerudung merah yang sebelumnya tenang-tenang saja, kini mulai memperhatikan Koay Ji lebih seksama. Dia merasa ada yang aneh dan hebat dari orang yang mengaku bernama Thian Liong Koay Hiap, orang yang sedang berdiri berseberangan dengannya sebagai seorang musuh. Sekejap dia melirik Koay Ji, dan amboi, benar dugaan sekali Koay Ji, tatap matanya mencorong luar biasa, sangat berwibawa dan telinga hatinya mendengar suara:
"Engkau berlututlah dihadapanku dan meminta maaf ?".."
Tetapi, Koay Ji yang sudah menguasai dua ilmu mujijat dari Thian Tok dan Tionggoan, mana dapat dengan mudah ditaklukkannya dengan serangan sihir seperti itu" Dengan santai saja Koay Ji balas berbisik sambil menolak dan mengembalikan serangan lawan yang menggunakan ilmu sihir:
"Lebih baik engkau yang berlutut ?" ayo, berlutut, belutut ?"."
Benar saja, perlahan-lahan manusia berkerudung merah itu mulai menekuk kakinya untuk berlutut. Tetapi, untung saja Kakek Siu Pi Cong cepat mencegahnya sambil memegang lengannya dan menyentakkannya ?"" masih untung dia tidak berlutut. Tetapi, tetap saja apa yang terjadi barusan tidak luput dari mata banyak orang pandai yang mengelilingi lokasi tersebut. Dan merekapun tahu apa yang baru saja terjadi meskipun Koay Ji tidak berkata apa-apa dan tetap berdiam diri. Tetapi, semua melihat bagaimana sebelumnya Koay Ji berkomat-kami sambil kemudian memandang si manusia kerudung merah. Dan kejadian sesudah itu mereka paham apa maksud Kakek Siu Pi Cong menghentakkan lengan si kerudung merah. Bukan lain untuk membuat si Kerudung Merah tidak menjadi lebih malu.
"Hmmm, sudah kukatakan aku, Thian Liong Koay Hiap, akan menyapu seluruh durjana yang sedang mengangkangi dan mencelakai Ciangbudjin Siauw Lim Sie. Termasuk kalian berdua antek-antek penjahat-penjahat yang tidak tahu malu itu ?"" berkata Koay Ji dengan suara dingin menyakitkan hati Kakek Siu Pi Cong dan si kerudung merah. Adalah Kakek Siu Pi Cong yang tidak tahan saking panas hatinya:
"Sungguh sombong ".. engkau terima dahulu pengajaranku ?""
Sambil berkata demikian Kakek Siu Pi Cong sudah mencelat dengan kecepatan luar biasa mengejar dan berniat memukul Koay Ji dengan satu pukulan langsung binasa jika memang bisa. Tetapi, Kakek yang juga mampu melawan Barisan Lo Han Tin yang menjadi Barisan Penerima Tamu dan merupakan Barisan Kedua di lingkungan Siauw Lim Sie, sekali ini tidak begitu mudah memukul lawannya. Koay Ji memang terlihat santai, tetapi pada dasarnya dia sudah menyiapkan diri untuk menghadapi alternatif paling buruk di Kuil Siauw Lim Sie. Menghadapi serangan Kakek Siu Pi Cong, dengan mudah dia menghindar, bahkan mengelilingi tubuh lawannya beberapa kali tanpa sekalipun melakukan serangan balasan. Ilmu Langkah Thian Liong Pat Pian kembali menunjukkan kemujijatannya. Meskipun Kakek Siu Pi Cong menyerang dengan tenaga yang hebat, tetapi semua serangannya tidaklah disambut oleh Koay Ji yang entah mengapa berlaku agak lunak kepadanya.
Kakek Siu Pi Cong ini sebetulnya bukanlah seorang tokoh yang kacangan belaka. Sama sekali bukan. Karena dia adalah salah satu tokoh kuat yang bahkan hanya setingkat ketenaran dan kehebatannya dibawah atau dibandingkan Tokoh Dewa, Bu Te Hwesio, Thian Hoat Tosu dan Lam Hay Sinni. Atau setingkat dibawah kemampuan Mo Hwee Hud dan Bu Eng Ho Khouw Kiat atau si Rase Tanpa Bayangan, dua tokoh lainnya yang setingkat dengan Tokoh Dewa namun berjalan di sisi yang sesat atau kadang sesat kadang benar. Dengan tingkatan yang sudat sangat tinggi tersebut, masuk akal jika Kakek Siu Pi Cong memandang remeh lawan seperti Koay Ji yang masih belum punya nama di Dunia Persilatan Tionggoan. Apalagi, Kakek Siu Pi Cong yang merupakan jago paling disegani di Lautan Timur, sudah merupakan tokoh yang sangat disegani dan sangat dimalui banyak pesilat. Wajar jika dia murka, menyerang dan memandang enteng Koay Ji yang belum punya nama.
Tetapi, semakin lama semakin dia jadi gelisah ketika Koay Ji yang melompat, bergeser, melenting, memunahkan pukulan-pukulannya dengan mudah dan tidak terlihat terdesak sedikitpun, apalagi takut. Bahkan ketika Koay Ji mulai mengerahkan kekuatan dan tidak lagi sekedar berlari-lari menghindar, Kakek Lautan Timur itu menjadi kaget karena ternyata iweekang Koay Ji tidaklah rendah. Bahkan, dia masih harus memunahkan daya lekat dan daya hisap yang mulai keluar memancar dari tubuh Koay Ji ketika dia mulai mengerahkan iweekang melakukan perlawanan. Dan ketika pada akhirnya kedua lengan mereka bentrok, Koay Ji terlihat hanya tersenyum tawar, sementara itu Kakek Siu Pi Cong menghunjuk wajah terkejut bukan main. Untungnya Koay Ji seperti masih memberi muka kepada Kakek itu dan tidak mendesaknya lebih jauh dengan serangan-serangan balasan yang berbahaya atau bahkan mematikan. Tetapi, itupun sudah lebih dari cukup untuk membuat Kakek Siu Pi Cong mendarat kembali ke bumi dan mulai mengerti bahwa dia menghadapi lawan yang tidak lemah. Bahkan nampaknya punya kemampuan bertarung yang tidak berada dibawah kemampuannya sendiri.
Melihat kenyataan itu, luntur sudah emosinya dan sebagai orang yang sudah memiliki pengalaman yang sangat banyak, Kakek Siu Pi Cong mulai segera memusatkan perhatiannya dan mulai menenangkan diri untuk melakukan pertempuran yang lebih serius. Dalam tarung yang tidak lama tadi , Kakek itu segera sadar jika lawannya bukanlah lawan enteng sebagaimana perkiraannya sebelumnya. Dan Koay Ji sendiri sudah segera mengerti bahwa sebelumnya Kakek dari Lautan Timur ternyata memang memandangnya remeh dan karena itu menyerang serabutan tanpa menyadari bahwa Koay Ji memiliki daya tarung yang bahkan tidak dibawah kemampuannya. Melihat Kakek Siu pi Cong mulai menyiapkan diri dan menyiagakan diri dengan kemampuan yang lebih meningkat membuat semua yang menjadi penonton mulai menahan nafas. Ketegangan mulai menerpa banyak orang.
Tetapi Koay Ji sendiri masih tetap santai seperti sebelumnya. Meski sudah bersiap sejak awal, tetapi pada dasarnya dia masih sangat kurang pengalaman. Bahkan baru mulai memiliki kemampuan membedakan mana lawan hebat dan kuat dan mana lawan yang lebih lemah. Bahwa dia mampu mengetahui bahwa Kakek Siu Pi Cong adalah lawan berisi adalah sebab yang lain. Tetapi, setelah melalui beberapa pertarungan, terutama melawan Barisan Lo Han Tin yang ampuh, Koay Ji mulai beroleh banyak pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Terutama dalam mengatur tenaga untuk bertahan dan menyerang serta lebih menjiwai dan mengetahui efek-efek yang dapat ditimbulkannya jika menggunakan tenaga iweekangnya. Melawan Kakek Siu Pi Cong membuat dia menjadi lebih paham dan lebih mengerti lagi, terutama karena Kakek itu sendiri bukanlah tokoh yang lemah. Bahkan, pertempuran selanjutnya mulai membuka mata Koay Ji lebih lebar.
Sebagai tokoh kawakan, sekali ini Siu Pi Cong mulai lebih awas karena mengerti nama besarnya dapat luntur melawan tokoh yang belum dikenal dunia dan baru munculkan diri seperti Koay Ji. Karena itu, diapun mulai mempersiapkan diri lebih matang, baik untuk ilmu, tenaga dalam maupun jurus-jurus pilihannya dalam menggempur dan menyerang posisi Koay Ji. Sebagaimana nama julukannya, maka kakek Siu Pi Cong mengandalkan kekuatan tenaga dalam dan kekuatan telapak tangannya yang memang kuat, hebat dan penuh dengan hawa dan kekuatan yang mampu merontokkan lawan. Ketika maju kembali, diapun menggunakan Ilmu Tiat Siu Keng Khi (Tangan Baju Besi) dalam jurus Liu Ing Uh Khong (Air Mengalir Tarian Kosong). Jangan ditanya kekuatan lengannya, bahkan beberapa inchi jaraknya kekuatannya sudah langsung terasa oleh Koay Ji, keras, kuat dan penuh tenaga yang menggetarkan. Tetapi, meski begitu, kurang terlihat adanya serangan berbahaya, seperti gerakan-gerakan kosong yang tidak menyasar sasaran khusus. Tetapi, Koay Ji yang sudah merasakan getaran kekuatan lawan paham belaka bahwa terdapat begitu banyak kemungkinan serangan lawan dengan gerakan-gerakan yang terlihat kosong tersebut.
Menyadari hal itu, Koay Ji cepat cepat mengerahkan kekuatan Toa Pan Yo Hian Kang untuk melindungi lengan dan badannya dan kemudian bergerak dengan ilmu khas dan menjadi andalannya, yakni Langkah Thian Liong Pat Pian. Serangan lengan kosong Siu Pi Cong dengan demikian dapat dielakkan dan beberapa kali terjadi benturan tangan kosong antara keduanya:
"Plak ". Plak ?" Plak ".. Plak ".."
Sekitar empat kali benturan antara keduanya terjadi dengan suara benturan yang tidak terlampau keras terdengar. Tetapi akbatnya, baik Koay Ji maupun Siu Pi Cong segera punya penilaian dan kesimpulan atas lawan mereka. Koay Ji segera sadar jika lawan ini merupakan lawan terhebat yang ditemuinya selama ini, baik dari kecepatan maupun kekuatan pukulan yang mampu menggetarkannya. Sementara Siu Poi Cong semakin kaget karena kekuatan lawan ternyata mampu mengimbanginya, bahkan semakin kaget dia ketika melihat ternyata Koay Ji tidak nampak kesakitan akibat benturan lengan mereka berdua. Padahal, dia sudah mengerahkan 6 bagian tenaganya dan juga dia sudah menggunakan Ilmu Lengan Besi yang kuat dan keras. Lebih runyam dan mengagetkannya lagi adalah karena saat itu dia masih harus mengerahkan tenaga agar tidak terpengaruh oleh kekuatan mujijat yang bersifat mengisap yang memancar dari tubuh lawan. Jika alpa, dia bisa terjerumus maju.
Gagal dengan jurus pertama, Siu Pi Cong segera mencecar dengan jurus Thian Ho Toh Kua (Sungai Langit Terbalik), dimana langkah kaki dan serangannya seperti berbalikan arah dan membingungkan. Langkah ke utara tetapi sasarannya di selatan. Meski membingungkan, tetapi serangannya berbahaya, karena berbeda dengan jurus sebelmnya, maka kedua telapak tangannya menyasar banyak tempat mematikan di tubuh Koay Ji. Kekuatan dan kecepatannya jangan ditanya lagi. Koay Ji yang melawan dengan langkah mujijatnya memang dapat menghindarinya, tetapi Siu Pi Cong langsung melanjutkan dengan jurus Lang Cien Liu Sah (Ombak Menderu Pasir Mengalir). Ini salah satu jurus andalannya yang diciptakan berdasarkan karakter Lautan Timur tempat dimana dia tinggal selama puluhan tahun. Koay Ji merasa sekitar tubuhnya mengalir hawa-hawa kekuatan yang berbahaya dan mengancam tubuhnya di banyak titik. Merasa terancam, berbeda dari sebelumnya, diapun mulai menggunakan ilmu-ilmu andalannya. Dan sekali ini dia menggunakan Ilmu Kan Goan Cit Shin Kong (ilmu tenaga sinar jari sakti) dengan jurus Hong Cien Loh Yap (Angin Berhembus Dedaun Ron-tok). Jurus tersebut membuatnya mampu mengantisipasi dan menghalau serangan-serangan lawan yang mengepungnya disemua penjuru. Sekaligus juga mampu mengurangi bahayanya.
Tak terasa sudah lebih seratus jurus keduanya adu kekuatan dan sejauh itu belum terlihat siapa dari keduanya yang menguasai arena. Koay Ji boleh memiliki kekuatan mujijat dan ilmu-ilmu ampuh warisan Suhunya dan juga warisan Tokoh Dewa Thian Hoat Tosu sesepuh Hoa San Pay. Tetapi, semua keunggulannya itu sirna dan tidak terasa karena dia belum memiliki pengalaman yang memadai dan membuat semua kelebihan dan kemampuannya dimaksimalkan. Apalagi lawannya kali ini, Kakek Siu Pi Cong, juga bukanlah lawan ringan. Dia adalah tokoh besar dari Lautan Timur dan punya kemampuan mumpuni dan hanya kalah dari tokoh-tokoh legenda baik legenda dari kaum pendekar maupun kalangan hitam. Dan kemampuannya serta tentu saja pengalamannya tentu membawa sisi positif baginya sehingga mampu bertarung ketat dan bahkan sesekali mendesak Koay Ji.
Hanya saja, setelah seratus jurus berlalu, kini Siu Pi Cong sudah mulai menyadari bahwa lawannya bukannya semakin mengendor, sebaliknya semakin lama justru jadi semakin hebat. "Dia seperti sedang berlatih saja menghadapiku ".." desisnya dalam hati. Dan dugaannya memang benar. Setelah "berlatih" melawan Barisan Lo Han Tin Siauw Lim Sie, sekali ini Koay Ji gembira karena kembali berlatih satu lawan satu dengan tokoh besar dan kenamaan. Bahkan menggunakan Sam In Ciang sekalipun, dia masih tetap belum mampu mengambil keuntungan, padahal ilmu hebat tersebut diyakininya sudah hebat dan maju jauh. Tetapi kenyataannya, sampai lebih seratus jurus, meskipun tidak terdesak, tetapi diapun tidak mampu mendesak lawan. Hanya saja, semakin lama Koay Ji semakin senang, karena dia mampu mempraktekkan banyak jurus baru, pengetahuan baru dan mulai mampu menakar seberapa besar kekuatan yang harus dikerahkannya baru effektif.
Setelah tidak menemukan keuntungan sedikitpun dengan pertarungan mereka sejauh itu, kali ini Siu Pi Cong mulai mengembangkan ilmu lainnya, ilmu Kim Kang Cap Sa Ciang (tiga belas jurus telapak baja). Ilmu ini juga mengandalkan kekuatan dan besarnya tenaga iweekang yang berhawa YANG atau keras. Karena memang, itulah keistimewaan Kakek Lautan Timur ini dan yang sudah mengangkat namanya. Ilmu ini sebetulnya tidak banyak berbeda dengan ilmu sebelumnya, tetapi banyak menggunakan tipu-tipu yang berbeda, dan lebih mirip binatang-binatang laut yang diadaptasi ke gerakan memukul dengan kekuatan besar lewat telapak tangan Siu Pi Cong. Kembali dia mencoba dengan jurus Hoan Kang Toh Hai (Membalikkan Sungai Menggali Laut), dengan menggunakan gerakan-gerakan lengan meniru Lumba-Lumba yang suka loncat ke permukaan air dan kemudian menyelam. Gerakan hewan laut itu muncul dalam gerakan kedua lengan Siu Pi Cong yang memukul ke atas dan ke bawah dengan kecepatan tinggi dan sudah tentu dengan kesiuran angin serangan yang luar biasa kuatnya. Kekuatan serangannya dapat dirasakan oleh Koay Ji yang menjadi makin hati-hati dalam melakukan perlawanan.
Hal itulah makal membuat Koay Ji seperti makin keasyikan melatih diri dan memahami satu demi satu rahasia penggunaan ilmunya. Karena itu, dengan sangat gembiranya dia menyambut serangan lawan, dan kembali tampil dan memainkan ilmu yang lain lagi. Dengan cerdik dia memainkan Ilmu Pukulan Sian In Sin Ciang (Lengan Sakti Bayangan Dewa) dengan sesekali menyelipkan Ilmu ciptaan masa kecilnya dan yang sudah banyak disempunakannya, yakni Ke Jiauw Sin Kun (Pukulan Sakti Cakar Ayam). Rangkaian serangan lawan ditepis dan diterjang balik dengan menggunakan jurus Guat Hong Khuang siau (Angin Topan Menderu) dan dilanjutkan dengan jurus Tay Ke Cian Uh (Ayam Me-ngibaskan Sayap). Kaget juga Siu Pi Cong ketika terjangannya dipunahkan dengan mudah oleh sebuah pukulan Koay Ji yang tepat masuk ke sela-sela kedua lengannya yang bergerak memukul bergantian itu. Bahkan, gerakan kedua lengan Koay Ji dengan cepat segera berubah menjadi kibasan yang cukup membahayakan posisi Siu Pi Cong karena berganti dia yang dicecar kedua lengan Koay Ji dengan kekuatan yang hebat.
Sang Fajar Bersinar Di Bumi Singasari 5 Puteri Es Seri 5 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Bende Mataram 5
^