Pencarian

Pendekar Aneh Naga Langit 9

Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall Bagian 9


Tanpa kesulitan berarti Koay Ji dalam dandanan yang berbeda memasuki rumah itu dengan mencungkil jendela rumah. Sesungguhnya Koay Ji kurang paham seperti apa Nyo Kun dan keluarganya. Yang dia tahu, Nyo Kun adalah pemimpin Ekspedisi Gin Houw dan hanya memiliki seorang putri serta tinggal di kantor utama Gin Houw Piauwkiok bersama dengan keluarganya. Dia bermaksud untuk berbicara dengan tokoh itu berhubung banyak kecurigaannya dengan perasaan aneh mendekati gedung Nyo To dan ucapan lirih Nyo Keng tadi sore. Mesti ada sesuatu yang aneh ?".
Tetapi, karena terlampau banyak berpikir, Koay Ji menjadi alpa. Dalam kebutaannya tentang penghuni rumah dia kurang paham jika terdapat tokoh hebat dalam rumah tersebut. Terbukti, tiba-tiba dia mendengar suara mendesir yang sedang mengarah ke tubuhnya. Dilanjutkan dengan suara seorang gadis bernada marah:
"Sungguh berani engkau menyelinap ke rumah orang tengah malam begini ". pencuri dari mana engkau gerangan ?""
Tetapi bukan perkara sulit bagi Koay Ji untuk menghindari serangan berbahaya dari gadis itu. Dan sekali lihat, dia tahu jika si nona menyerang dengan dasar ilmu Siauw Lim Pay, menggunakan salah satu jurus Lo Han Kun Hoat. Cukup cepat, tenaga dalam juga lumayan namun variasi dan kedalaman masih kurang. Perlahan saja Koay Ji menggerakkan badannya hingga serangan si Nona luput, bahkan dengan satu gerakan kaki, dia berhasil bukan hanya menghindar, tetapi bahkan membuat si Nona dalam keadaan runyam. Kakinya terkena sentuhan kaki Koay Ji hingga terhuyung ke depan. Tetapi untung saja Koay Ji tidak bermaksud buruk, malah dia berkata:
"Nona, maafkan, namaku Tang Hok ?".. aku bukan pencuri, tetapi sedang menyelidiki keadaan Nyo To Suheng ".. bukankah engkau keluarga dekatnya ".?"
Si Nona langsung tahu jika lawannya bukan manusia biasa. Tetapi, dalam penasaran dia menjawab sekaligus bertanya:
"Aku cucunya ?" tetapi darimana aku tahu jika engkau bukan musuh ".?"
"Nona, jika aku mau, dalam satu gebrakan tadi engkau sudah celaka. Tetapi, karena melihat engkau memainkan Ilmu Lo Han Kun Hoat, maka kutahu pasti engkau murid keluaran dari Nyo Suheng. Perlu engkau ketahui Siauw Lim Sie sudah mengirim tabib dewa ke rumah Nyo Locianpwee tadi siang, tetapi sudah ditolak. Hanya saja, Nyo Keng sempat mengeluh lirih, keluhan yang menandakan sedang terjadi sesuatu terhadap Nyo Locianpwee ?". karena itu malam ini kami menyelidiki Ekspedisi dan juga gedung tempat tinggal nyo Locianpwee ?""
"Apakah engkau berasal dari Siauw Lim Sie "..?" kejar si Nona
"Nona, Bu Kek Hwesio adalah salah seorang Suhuku ".." Koay Ji berdusta, tetapi apa boleh buat. Toch maksudnya baik, lagipula dia yakin Bu Kek Hwesio tidak akan murka dengan kalimatnya barusan itu.
"Acchhhh, jika demikian engkau masih saudara seperguruan ayah ?""
"Tepatnya Nyo To adalah salah seorang suhengku, kami berdua adalah murid bukan Pendeta dari Siuw Lim Sie ?""
"Accccch, jika demikian engkau adalah Susiokku sendiri "..?"
"Sebenarnyalah demikian Nona ".. tapi, ech, siapa namamu Nona ".?"
"Namaku Nyo Bwee ".. mohon maaf, bagaimanapun aku masih belum mengetahui identitasmu yang sebenarnya. Karena itu, untuk keselamatan kelurgaku, agak kesulitan untuk percaya begitu saja omonganmu ".."
"Seharusnyalah demikian Nona ".. tapi ".. ech ?" belum lagi Koay Ji menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba dalam kecepatan tinggi Nyo Bwee kembali menyerangnya secara hebat. Dari jarak dekat dan dengan kecepatan luar biasa. Tetapi Koay Ji tidak kaget dan bergerak sembarangan, justru dia membiarkan terjangan Nyo Bwee menghajar dadanya, tetapi bukannya Koay Ji yang terkejut, adalah Nyo Bwee yang kaget. Karena meski lengannya tepat memukul Koay Ji, tetapi kekuatannya lenyap bagai begitu saja bagai ditelan samudera. Sedetik kemudian, dari dada itu keluar tenaga yang sangat hebat mendorong tubuhnya ke belakang diiringi gumaman Koay Ji:
"Accchhhhh, gadis Nakal ?" engkau masih belum mempercayaiku rupanya ?""
"Hmmmmm, keluargaku sudah mengalami penderitaan selama 2 bulan terakhir. Kalau aku dapat mudah percaya kepada orang semua asing begitu saja, bagaimana kelak keluargaku dapat dipertahankan ".?" berkata Nyo Bwee dengan suara terkejut bukan main dengan kehebatan Koay Ji.
"Bagus ?" bagus, sungguh sangat bersemangat. Tidak memalukan jika Nyo Suheng memiliki cucu yang hebat seperti engkau Nona ".."
"Terima kasih atas pujianmu, tetapi tetap saja kong-kong susah disembuhkan. Apakah engkau yakin beliau dapat diselamatkan ?"?"
"Dugaanku bukan penyakitnya yang berbahaya ?".."
"Engkau tahu ?" Darimana engkau tahu seperti itu "..?"
"Hadangan memasuki rumah Nyo Suheng dan desisan pamanmu membuatku percaya jada sesuatu yang sedang terjadi diluar kehendak dan kemampuan Nyo Suheng .."
"Hmmmm, engkau menduga dengan tepat Susiok ".." kalimat ini menandakan bahwa Nyo Bwee mulai mengakui Koay Ji sebagai Susioknya, dan Koay Ji memahaminya. Dia tahu Nyo Bwee sudah mulai mempercayainya.
"Baiklah Nona, bisakah engkau menceritakannya kepadaku sehingga dapat mengatur rencana yang tepat menghadapi musuh "..?"
"Susiok beruntung, malam ini mereka semua berkumpul di rumah kong-kong gara-gara kunjungan tokoh Siauw Lim Sie tadi sore. Jika mereka berada disini, sulit untuk Susiok dengan mudah memasuki rumah. Tetapi, kisahnya dimulai dua bulan lalu, ketika kong kong menerima seorang pegawai baru. Pegawai itu ternyata memiliki kemampuan sihir yang luar biasa, juga kemampuan Ilmu Silat yang melebihi kong-kong. Dalam waktu dua minggu dia menyihir kakek dan menyandera ayah dan ibuku. Sebetulnya kongkong bukannya sakit, tetapi diracun dan disihir oleh penyihir laknat itu. Sementara Ayah dan Ibu disandera mereka dan entah kemana mereka disekap. Semua keuntungan usaha kongkong termasuk usaha ekspedisi ini selama 2 bulan diangkut entah kemana, bukan hanya itu, benda-benda berharga di rumah kongkong, semua diangkut dan dibawah entah kemana oleh komplotan itu ".."
"Hmmmmm, sudah kuduga ?"." desis Koay Ji marah mendengar cerita Nyo Bwee yang berkisah dengan kilatan amarah membayang dimatanya.
"Susiok ".. maukah, maukah engkau membantu kong kong dan menemukan ayah dan ibuku yang mereka sekap ".?"
"Sudah tentu Nona ?". tetapi, engkau harus menemui ketiga orang utusan Siauw Lim Sie yang menginap di kota Han Im ini. Temui mereka dan katakan engkau sudah bertemu Susiokmu ini ". untuk sementara aku akan bekerja menggelap dan membantu mereka dari balik kegelapan "."
"Tetapi jika aku keluar dari rumah ini, maka ayah dan ibuku akan mereka bunuh Susiok, tidak mungkin aku keluar menemui mereka ?""
"Accccch, sungguh repot jika memang demikian " ada berapa banyak komplotan yang bekerjasama dengan mereka para penyihir itu ".?"
"Ada 2 tokoh utama, dan mereka berdua inilah yang paling lihay. Selain mereka berdua, juga ada 10 orang lainnya yang membantu di ekspedisi ini, kalau di rumah kongkong, aku kurang tahu jelas Susiok ".."
"Baiklah, sudah cukup jika demikian ".. besok aku akan menemuimu untuk menyusun rencana membebaskan Nyo Suheng dan orang tuamu ".."
"Susiok ?""
"Ada apa lagi ".."
"Tolong selamatkan kong kong dan orang tuaku ". kumohon "." rengek Nyo Bwee yang kini sudah sepenuhnya percaya kepada Koay Ji
"Pasti " Sudah pasti akan kulakukan. Jangan khawatir. Tetapi, menurut dugaanmu dan sepengetahuanmu, dimana kira-kira mereka menyekap dan menyimpan kedua orang tuamu ?"..?" bertanya Koay Ji sambil memandang Nyo Bwee yang manis itu.
"Terima kasih Susiok, menurut dugaanku, sangat mungkin mereka menyekap kedua orang tuaku di pesangrahan keluarga Nyo, di hutan sebelah barat kota Han Im. Kelihatannya, mereka menggunakan tempat itu sebagai markas besar, karena semua penjaga yang ditempatkan kong-kong disana sudah dibunuh ".."
"Baiklah, besok akan kuselidiki tempat itu ?""
Keesokan harinya, kota Han Im digemparkan oleh ditemukannya sejumlah surat yang ditujukan khusus kepada To Seng Cu (Tunggal di Atas Tanah) Tam Peng Khek. Isinya adalah, "THIAN LIONG KOAY HIAP akan mencarimu untuk memberi pelajaran atas kesombonganmu ?"." tertanda Koay Hiap. Sontak Kota Han Im bergolak dan jadi riuh, terutama kelompok yang menguasai Nyo To dan keluarganya. Apakah benar ada hubungannya antara THIAN LIONG KOAY HIAP dengan utusan Siauw Lim Sie yang sehari sebelumnya mengunjungi gedung Nyo To dan semalam malahan sangat berani menyatroni kembali gedung besar itu ".?"
Tetapi sebenarnya, bukan hanya komplotan penyihir itu yang kalang kabut. Nona Sie Lan In yang mendengar kabar itu kalang kabut dan marah-marah sendiri ketika sedang membicarakan masalah itu di kamar hotel, bertiga dengan Kwan Kim Ceng dan Bu San. Dia jadi kurang konsentrasi mendengar Thian Liong Koay Hiap juga berada di Kota Han Im dan sudah mengeluarkan ancaman akan mencari To Seng Cu, Tam Peng Khek yang merupakan murid kepala Mo Hwee Hud yang sangat ditakuti itu:
"Hmmmmm, jika memang dia berada disini, akan kucari mahluk sombong itu. Apakah dia pikir nama THIAN LIONG KOAY HIAP akan membuat semua orang gemetar" Awas kau, malam nanti aku akan memburumu ?"" berkata Sie Lan In dengan suara gemas, sementara Koay Ji memandanginya dengan sinar mata yang susah untuk ditafsirkan. Dia heran, apa yang membuat Sie Lan In yang cantik dan manis itu begitu membenci dan penasaran untuk mengalahkan Thian Liong Koay Hiap itu.
Koay Ji masih kurang paham, sulit bagi orang yang selama ini yakin dengan dirinya sendiri, merasa sudah sangat jagoan dan bertemu tokoh lain yang ternyata tidak kalah hebat atau malah melebihi diri sendiri. Thian Liong Koay Hiap yang dianggap Sie Lan In bukan siapa-siapa, entah bagaimana sudah mengguncang egonya ketika melihat atau menyaksikan langsung kehebatannya. Apalagi ketika bertarung, dia yang adalah murid kesayangan tokoh Dewa yang dimalui seluruh rimba persilatan Tionggoan, ternyata tak mampu mengalahkan tokoh itu, meski juga dia tidak terkalahkan. Inilah sebab utama kegemasan dan kemarahan Sie Lan In. Apalagi, karena menurutnya, hanya para murid turunan Tokoh Dewa lainnya yang mampu menandinginya, setidaknya demikian dalam anggapannya. Sekarang, muncul tokoh aneh yang demikian hebat Ilmu Silatnya, mampu melewati Lo Han Tin yang legendaris dari Siauw Lim Sie, mampu melawannya dan tidak kalah. Bahkan, konon juga tidak kalah melawan TIANGLO Siauw Lim Sie yang sudah berusia sangat tinggi. Benar-benar sangat ingin Sie Lan In mencari serta mengalahkan tokoh aneh yang misterius itu.
"Jika aku tidak salah, hari ini semua komplotan yang menguasai Nyo Locianpwee pasti sedang berkumpul di Gedung Nyo Locianpwee. Kemunculan tokoh itu di Siauw Lim Sie dan ikut membantu pihak Siauw Lim Sie, pasti akan mereka anggap sebagai ancaman atas usaha mereka di kota Han Im ini. Dan bisa dipastikan, mereka akan meminta bantuan dari komplotan mereka terdekat. Maka, sebelum pihak mereka menguat dengan bala bantuan, sekarang adalah saat yang sangat tepat bagi kita untuk datang dan langsung menyerang mereka di gedung Nyo Locianpwee "."
Sie Lan In dan Kwan Kim Ceng saling pandang dengan kebingungan. Tetapi, ucapan dan saran Bu San sungguh masuk di akal. Sejenak mereka berdua saling pandang. Mereka memang sering memandang dan memperlakukan Bu San atau Koay Ji sebagai orang yang tak paham ilmu silat. Tetapi dalam banyak hal, keduanya merasa sangat aneh dan penasaran, dan harus mengakui akan ketajaman otak dan pengetahuan yang luas dari Koay Ji yang sungguh-sungguh mereka kagumi.
"Engkau benar Bu San ?"". pilihan itu sungguh tepat. Saat ini memang waktu yang tepat untuk mengejutkan mereka " meski mereka sudah siap, tetapi memberi mereka kejutan tentunya tak pernah mereka sangka ?".."
"Tetapi jangan lupa mengamankan terlebih dahulu Nyo Locianpwee ".. sebab jika tidak lawan akan menggunakan keselamatan Nyo Locianpwee untuk mengancam kalian. Untuk satu hal ini, adalah Nona Sie yang wajib melakukannya ?"."
"Baik ".. aku akan siap ".. tapi, ech, engkau ternyata sangat pandai mengatur siasat dan strategi Bu San ". sungguh hebat "."
"Tapi aku tak sanggup mengerjakannya sendiri Enci Sie yang baik ?""
"Sudahlah, kita tetapkan siang ini kami berdua akan menyerang mereka. Engkau harus bersiap sendiri menuju gedung itu kelak dan mengobati Nyo Suheng, Bu San "."
"berapa lama waktu kalian menaklukkan mereka ".?"
"Hmmmmm, Kurang lebih satu hingga dua jam kedepan, engkau dapat menuju ke gedung keluarga Nyo dan kita bertemu disana ".."
"Baiklah, sejam kedepan aku akan menuju gedung keluarga Nyo ".."
Tidak lama setelah Sie Lan In dan Kwan Kim Ceng berangkat, Koay Ji dengan cepat kembali berganti peran. Dia kembali mengenakan topeng karetnya dan berdandan sebagai Tang Hok, pemuda berusia 30 tahunan, berwajah bulat lebar dan berambut lebat namun tidak terawat. Dan setelah merasa samarannya itu sudah sempurna, diapun melesat pergi. Tujuannya ".. pesanggrahan keluarga Nyo yang terletak di hutan sebelah barat kota Han Im, dekat dengan telaga kecil yang mengalir memasuki kota. Seluk beluknya sudah dia kenali dari penuturan Nyo Bwee, bahkan termasuk ruangan rahasia bawah tanah yang sebetulnya hanya diketahui oleh keluarga Nyo. Bahkan anak buah terpercaya Nyo To sekalipun tidak mengetahui keberadaan ruangan bawah tanah yang sangat dirahasiakan itu.
"Benar-benar Nyo Lopeh memiliki kekayaan yang luar biasa. Pesanggrahan ini sungguh sangat strategis letaknya, lebih dari itu pemandangannya memang sangat menawan. Jika bisa tinggal dan menginap disini untuk beberapa waktu lamanya, tentunya akan sangat menyenangkan ?" Dan Nona Sie Lan In pasti akan sangat senang menginap di tempat seperti ini ?"" desis Koay Ji dalam hati. "Hah, mengapa harus terkenang dengan Nona Sie ?"?" Koay Ji jadi malu sendiri dengan pikirannya. Dia memang pada dasarnya mengagumi dan menyenangi kecantikan Nona Sie Lan In, tetapi baru sampai disitu. Entah kedepan ?"
Bergerak dengan cepat Koay Ji semakin mendekati pesanggrahan keluarga Nyo dari arah sungai. Dan sampai sejauh itu dia tidak menemukan halangan sedikitpun. Tetapi begitu bergerak mendekati pesanggrahan keluarga Nyo, barulah dia melihat betapa ketatnya penjagaan di seputar pesanggrahan tersebut. Para penjaga seperti sedang bersiap menunggunya, nyaris disemua sudut Pesanggrahan terlihat adanya penjagaan yang snagat ketat. "Bagaimana mungkin melewati semua penjaga yang berada nyaris di semua sudut Pesanggrahan "..?" Koay Ji jadi bingung sejenak. "Padahal waktuku kurang lebih sejam, sangat terbatas untuk dapat menemukan kedua orang tua nona Nyo Bwee ".. itupun jika benar mereka disekap disini. Jika tidak, bukankah akan berabe". Tetapi, penjagaan sebanyak ini memang mungkin diperuntukkan guna menjaga para sandera ?" gumam Koay Ji dalam hati dan menjadi senang karena analisisnya sangat mungkin benar.
"Buat apa menumpuk banyak orang disini ?"?" tiba-tiba terdengar suara bercakap tak jauh dari Koay Ji, percakapan antara para penjaga
"Sebenarnya hanya untuk berjaga-jaga berhubung seluruh pemimpin kita berkumpul di gedung Nyo Wangwe. Entah mengapa kita harus berjaga secara sangat ketat di tempat ini "." terdengar kembali suara penjaga yang satunya lagi, sepasang penjaga yang sedang melakukan perondaan keliling Pesanggrahan
"Buat apa berjaga-jaga seketat ini jika tidak ada yang disembunyikan di tempat ini ".?" Demikian Koay Ji berpikir secara lebih cermat. "Apa mungkin mereka memang benar disembunyikan di ruang bawah tanah yang memiliki terowongan yang tembus ke sungai ini "..?" analisisnya lebih jauh
Tetapi, sedang Koay Ji memikirkan strategi seperti itu, tiba-tiba matanya menangkap gerakan dua orang dengan rupa yang sudah sangat dikenalnya. Mereka, para mahluk berkerudung hitam. Tidak salah lagi, mereka adalah Utusan Pencabut Nyawa yang entah mengapa sekarang berada di kota Han Im. Dan rupanya mereka bersembunyi di kota ini. Ada dua orang Utusan Pencabut Nyawa yang bergerak cepat menyelinap kembali memasuki kamar tempat beristirahat. Bukan tidak mungkin Pesanggrahan ini menjadi tempat mereka sembunyi atau disembunyikan "..
"Yang enak mereka itu, kerjanya bersembunyi terus menerus, entah apa maksud mereka berada dan bersembunyi di pesanggrahan ini ".."
"Hussssh, jaga bicaramu. Mereka memang pasukan khusus, tidak boleh tercium jejak mereka oleh lawan. Tugas kita yang utama adalah mengawasi pesanggrahan ini agar tidak didatangi orang luar ?".."
Sudah cukup kiranya. Kini Koay tahu bahawa pesanggrahan keluarga Nyo, sudah menjadi basis dan tempat bersembunyi Utusan Pencabut Nyawa. "Apakah mereka sisa pasukan yang menyerbu Kuil Siauw lim Sie "..?" Koay Ji berpikir namun tak beroleh jawaban atas pertanyaannya tersebut. Penemuan itu mencengangkan sekaligus menggembirakan Koay Ji. Tetapi, mengingat waktunya yang sangat terbatas, pada akhirnya Koay Ji memutuskan untuk segera mencari jalan masuk rahasia yang menurut Nyo Bwee tembus hingga ke tepian sungai. Ada beberapa pertimbangn keputusannya itu, karena jika pasukan Utusan Pencabut Nyawa itu berasal dari sisa pasukan yang menyerang Kuil Siauw Lim Sie, maka akan makan waktu panjang untuk melumpuhkan 40 hingga 50 orang pasukan nekat dan berani mati itu. Selain itu, ada berapa tokoh hebat yang menyertai Utusan Pencabut Nyawa. Kemana mereka"
Karenanya, dengan hati-hati Koay Ji akhirnya kembali ke tepian sungai dan mencoba mencari kira-kira tepi sungai mana yang memiliki akses terowongan. "Mestinya ada tebing atau gundukan tanah yang menuju ke bagian tanah yang lebih tinggi" pikirnya sambil berkonsentrasi. Tapi celakanya, waktu berlalu belum juga Koay Ji menemukan dimana akses menuju terowongan bawah tanah tersebut.
"Dekat dengan dermaga tempat perahu kecil dapat ditambatkan ".." demikian Koay Ji kembali mengingat-ingat dan kemudian berjalan menuju dermaga kecil yang dimaksud. Jaraknya ada 200 meteran dari pesanggrahan yang berada di tanah yang lebih tinggi hingga pandangan dari atas dapat menjangkau keseluruhan sungai. Dan untuk itu, Koay Ji harus bertindak agak berhati-hati jangan sampai ketahuan pihak penjaga. Akan sangat repot jika ketahuan dan dikeroyok Utusan Pencabut Nyawa yang jumlahnya cukup besar itu. Meski demikian, setelah sekian lama meneliti secara cermat, Koay Ji akhirnya menemukan sesuatu di dekat dermaga kecil itu. Ada sebuah jalan setapak yang kelihatannya sangat jarang dilalui orang. Jelas sangat sulit dilihat dari jauh, karena memang bekas jalannya nyaris tidak Nampak lagi. Dan Koay Ji menduga dan berpikir bahwa memang benar, sepertinya di tempat itulah terdapatnya akses terowongan bawah tanah menuju Pesanggrahan. Menemukan jalan itu membuatnya gembira dan melanjutkan upaya pencariannya.
Tetapi, belum lagi dia bergerak meneliti tempat tersebut, telinganya menangkap suara yang sangat lirih berbisik langsung di telinganya:
"Tinggalkan tempat itu, para sandera mudah untuk dibebaskan. Jauh lebih penting untuk segera pegi guna membantu teman-temanmu di Gedung Nyo Wangwe. Keadaan mereka disana akan sangat berbahaya jika semakin lama engkau berada disini, karena banyak jago lawan berkumpul disana ".."
Bukan main terkejutnya Koay Ji. Ternyata gerak-geriknya ada yang mengamati. Dan sudah pasti, orang yang mengamati pekerjaannya secara rahasia bukanlah tokoh biasa semata. Karena dewasa ini sangat sedikit tokoh yang dapat menguntit Koay Ji tanpa ketahuan olehnya. "Siapa dia yang sebenarnya" apakah dia mengenaliku "..?". Tetapi tidak ada jawaban atas tanya Koay Ji dalam hatinya itu. Setelah beberapa saat, dia sadar dan tersentak:
"Benar, jika mereka sisa pasukan dari Kuil Siauw Lim Sie, maka setidaknya ada Kakek Siu Pi Cong yang sangat berbahaya. Belum lagi tokoh pemimpin seperti Kerudung Ungu dan kawan-kawannya yang menyerang dengan kekuatan suara yang mujijat di kuil Siauw Lim Sie ?"" demikian terlintas di benak Koay Ji. Dan berpikir demikian, tanpa banyak bicara diapun kemudian mencelat pergi dengan kecepatan yang sulit diikuti pandangan mata biasa. Tetapi, masih sempat terdengar suara lirih di telinganya yang dapat dengan jelas didengarnya: "Jangan engkau lupakan, lebioh baik engkau menolong terlebih dahulu Nyo To dan istrinya karena mumpung mereka sedang sibuk menghadapi kedua kawanmu itu ?"
Mari kita ikuti perjalanan Sie Lan In dan Kwan Kim Ceng menuju ke gedung Nyo Wangwe. Dalam waktu singkat mereka tiba disana, dan berusaha menyelusup masuk ke gedung yang sangat besar dan megah itu. Dari luar terlihat lengang dan seperti tidak ada aktifitas. Tetapi, keduanya yakin, di dalam gedung pasti ada banyak kesibukan. Dan memang ternyata, begitu mereka berdua memasuki area gedung tersebut dan baru saja melompat untuk membuka salah sebuah jendela di sisi barat gedung, tiba-tiba terdengar dengusan dingin menyambut keduanya:
"Huh ?""."
Sie Lan In berpandangan dengan Kwan Kim Ceng. Keduanya tidak terlihat kaget, sudah cukup siap. Dan Lan In kemudian berbisik:
"Kedatangan kita sudah konangan ?"." dan bisikan itu langsung dijawab dengan anggukan kepala Kwan Kim Ceng. Dan saat itu, suara dengusan itu sudah berlalu, tetapi segera terdengar suara yang cukup lirih di telinga mereka:
"Benar, kedatangan kalian sudah kami tunggu ?" apakah tidak lebih baik bagi kalian untuk memilih melalui jalan resmi saja" kami akan siap menunggu kedatangan kalian berdua dengan baik-baik " jangan takut ?""
"Mari, apa boleh buat ?"."
Nona Sie Lan In yang memang pemberani meski seorang dara muda, berkata kepada Kim Ceng sambil kemudian meloncat ke bawah dan mencari jalan menuju halaman depan yang sungguh besar dan membentang luas. Di belakangnya menyusul datang Kwan Kim Ceng, dan perlahan mereka berjalan menuju halaman depan. Dan benar saja, begitu melangkah memasuki area halaman tersebut, mereka sudah dinantikan oleh sekelompok orang yang mereka tidak kenal. Kecuali satu orang yang sudah pernah bertemu sekali dengan Sie Lan In di Kuil Siauw Lim Sie. Dia adalah Kakek Siu Pi Cong, si tokoh sakti yang berasal dari Lautan timur. Melihat keberadaan Kakek Siu Pi Cong di tempat itu, Siu Lan In menjadi tersentak dan segera sadar bahwa keadaan tidak sesederhana yang mereka duga semula. Karena itulah Nona Siu Lan In berbisik lirih kepada Kwan Kim Ceng:
"Kelihatannya di antara mereka terdapat juga gerombolan yang sama yang mencoba untuk merebut dan membokong Kuil Siauw Lim Sie dengan cara mereka yang licik dan curang ".. kita mesti berhati-hati"
"Baik Nona ".."
"Sayang kalian hanya berdua, kemana pemuda satunya lagi" Ach, tapi jangan kalian khawatir, karena sesungguhnya sebentar lagi ada orang yang akan menggelandangnya datang kemari dan bergabung bersama kalian berdua. Sayang sekali, padahal aku menunggu kedatangan si sombong Thian Liong Koay Hiap, huh, akan kubuat orang itu mati tidak mau hidup tidak mau ?".."
Seorang yang berperawakan tinggi besar, namun tidak setinggi si Kakek dari Lautan Timur berkata dengan suara takabur. Sementara Sie Lan In terkejut karena mereka ternyata sudah dalam pengintaian komplotan yang bercokol dan merebut kendali dari Nyo To. Kelihatannya mereka sudah menguasai baik kantor ekspedisi Gin Houw maupun juga Gedung megah kediaman tokoh Siauw Lim Sie itu. Mendengar bahwa Koay Ji akan digelandang ke tempat itu, bukan main murkanya Sie Lan In, dia saling pandang dengan mata menyala dengan Kwan Kim Ceng. Tapi untungnya Kwan Kim Ceng yang lebih tenang dan lebih berpengalaman di dunia kang ouw dengan cara yang meyakinkan sudah mengingatkan:
"Nona, belum tentu mereka mampu mengapa-apakan Bu San, selain itu, bukan tidak mungkin orang itu hanya berusaha memancing emosi dan kepanikan kita. Engkau tenangkan dirimu ".. biar kuhadapi mereka ?"" sambil berkata demikian dan dengan mimic tetap tenang Kim Ceng melangkah maju sambil berkata:
"Siapa kalian ?" mengapa demikian kotor pekerjaan kalian" Menyerbu Siauw Lim Sie dan menyihir Nyo Suheng ?"?"
"Hahahahaha, anak muda, tentu saja lohu punya banyak alasan untuk melakukannya. Selain Ong Suheng yang juga adalah kakak kembarku sendiri Lan Tjhong Siang-Sat (Sepasang Bintang djahat dari Lan Tjhong San) OUW CING, terpukul mundur dan kalah di Kuil Siauw Lim Sie bahkan dipunahkan kepandaiannya, maka posisi Nyo To di sisi lain yang begitu kaya raya tentu saja penting buat kami ?"."
"Hmmmmm, ternyata perampok-perampok murahan. Kupikir adalah tokoh-tokoh rimba persilatan yang gagah ".." menggumam Kwan Kim Ceng dengan nada dan kalimat yang sungguh menyakitkan hati lawan
"Kurang ajar, apakah kau pikir nama seorang Lan Tjhong Siang-Sat (Sepasang Binatang Jahat) Lan Tjhong San, Ouw Cih, dapat engkau hina sedemikian rendah dan murahnya ?".?" terdengar tokoh yang ternyata bernama Ouw Cih dan menurut pengakuannya merupakan saudara kembar tokoh yang dipunahkan ilmunya oleh Koay Ji di Siauw Lim Sie, membentak marah.
"Engkau sendiri yang mengatakan bahwa harta kekayaan Nyo Suheng menarik untuk kalian dan komplotanmu. Teramat mudah diduga, engkau bersama dengan semua rombonganmu tidak lain dan tidak bukan adalah perampok-perampok murahan. Orang orang yang terlalu malas bekerja dan menunggu merampok hasil kerja orang yang sudah mengupayakannya dan bekerja keras selama puluhan tahun dengan susah payah ?" engkau tanyakan kepada orang-orang, apa nama jenis orang seperti engkau jika bukan perampok murahan ".." luar biasa makian Kwan Kim Ceng yang diutarakan dengan tenang itu.
"Kurang ajar, engkau memang harus diberi pelajaran ?"?" sambil berkata demikian Ouw Cih, demikian menurut pengakuan tokoh itu, sudah bergerak melayang sambil mengirim pukulan kearah Kim Ceng. Tetapi, Kwan Kim Ceng bukan tokoh sembarang tokoh. Dia adalah didikan si Bhiksu Gembel, Bu Kek Hwesio, salah satu tokoh hebat dari angkatan BU yang cemerlang namun bernasib naas di lingkungan Kuil Siauw Lim Sie. Apalagi, Kwan Kim Ceng yang merupakan murid bungsunya ini, memang sengaja dipersiapkannya secara khusus untuk mewarisi kepandaian Bhiksu itu guna membantu membesarkan nama Siauw Lim Sie. Bisa ditebak, kepandaian Kwan Kim Ceng tentu saja bukanlah mudah untuk ditaklukkan seorang seperti Ouw Cih.
Bu Kek Hwesio ketika mendalami Ih Kin Keng, belakangan mampu mengumpulkan dan melatih salah satu Iweekang mujijat khas aliran Budha, yakni Ilmu Boan-yok-sin-kang. Iweekang ini punya kemujijatan yang mampu melawan tokoh yang memiliki iweekang lebih tinggi dengan memantulkannya atau dengan menggiringnya kesamping. Tapi memang masih sedikit dibawah keampuhan Toa Pan Yo Hiankang yang dilatih dan dikuasai oleh Bu In Hwesio atau Bu In Sin Liong. Bu In Hwesio memang dianggap sebagai tokoh paling cemerlang di angkatan BU mereka, dan ini diakui oleh semua Hwesio angkatan BU. Tetapi hubungan mereka bertiga kakak dan adik seperguruan, BU SIN HWESIO, BU IN HWESIO dan BU KEK HWESIO memang sangat erat dan sangatlah dekat. Sudah barang tentu kesaktian Bu Kek Hwesio bukanlah kesaktian pada umumnya, tetapi juga beroleh imbas dari kemampuan Bu In Hwesio sebelum mengundurkan diri dari Siauw Lim Sie. Dan Ilmu hebat Bu Kek Hwesio yang khas ini sudah diturunkan kepada muridnya, Kwan Kim Ceng. Mudah diduga, murid bungsu ini sudah dididik cukup lama dan sudah memiliki kemampuan tinggi.
Melihat serangan lawan yang sangat buas dan telengas, dengan tidak berayal Kwan Kim Ceng menggeser kaki kanannya kesamping dan kemudian memainkan Ilmu andalannya, Tat Mo Kun Hoat. Ilmu ini adalah salah satu dari 72 Ilmu Mujijat dalam khasanah Ilmu Silat keluaran Kuil Siauw Lim Sie. Dan Ilmu tersebut, hanya dilatih oleh tokoh-tokoh yang dianggap memiliki bakat dan kemampuan yang memadai dan mencukupi guna melatih dan menguasai Ilmu tersebut. Kwan Kim Ceng sudah memilikinya, dan berarti memiliki kemampuan dan bakat yang memadai. Dan Kim Ceng kini memainkan Ilmu itu dengan manis, dalam pengerahan iweekang perguruannya, diapun mendorong pukulan lawan dengan tidak khawatir.
"Dessssssss ?"". Duaaaaaaaarrrrrrrr "."
Dua kali terjadi benturan hebat antara keduanya, dan akibatnya Kwan Kim Ceng sampai sedikit doyong ke belakang. Sementara Ouw Cih sudah kembali memutar tubuh dan langsung melayang kembali mencecar Kim Ceng dengan jurus-jurus serangan yang semuanya telengas dan sesuai namanya: Binatang Jahat. Kim Ceng yang tadi sedikit doyong memang merasa heran, tetapi meski iweekangnya tipis dibawah lawan, namun dia tidak khawatir dan takut. Karena ciri khas iweekang yang dilatihnya justru memadai untuk melawan tokoh sekelas Ouw Cih. Iweekang yang dilatihnya tidaklah khawatir meski iweekang lawan masih berada diatasnya.
Sekali ini, tendangan khas yang meniru gerakan memutar seekor kera mendera dan langsung mengancam Kim Ceng, tetapi dengan cerdik dia melangkah maju dan bukan mundur sehingga tendangan itu kehilangan sasaran. Bahkan sebaliknya, kini Kim Ceng yang berbalik mengancam Ouw Cih dengan menggunakan totokan jari tunggal yang sangat berbahaya. Jika sampai terserempet saja totokan tersebut, maka bahaya bagi Ouw Cih. Sudah tentu sekaliber Ouw Cih sangat paham dengan bahaya yang dia hadapi itu. Namun dengan cerdik dia berputar kembali dengan ringannya dan seketika lengan kanannya menyambut pukulan Kim Ceng:
"Dukkkkkkk ?"?"
Kembali terjadi adu pukulan, tetapi kedudukan Kim Ceng yang lebih baik membuatnya tidak goyah oleh benturan itu. Sementara Ouw Cih, menemukan betapa lawan yang masih muda itu ternyata sanggup menandinginya, sudah menjadi murka dan naik darah. Sambil melayang ke belakang, dia terus bersalto dan kembali melayang maju menyerang kearah Kim Ceng dengan bentuk lengannya seperti cakar harimau (Houw Jiang). Kelihatannya sekali ini dia sudah mengerahkan kekuatannya sehingga cakar tersebut terlihat berwarna merah membara dan mengalirkan hawa panas membara, sungguh berbahaya. Tetapi dengan tenang dan sabar Kwan Kim Ceng menyambutnya dan sudah mengisi lengannya dengan ilmu mujijat Siauw Lim Sie, Tan Ci Sin Thong. Sementara langkah kakinya masih tetap kokoh dan tangguh dengan mengikuti skema ilmu mujijat Tat Mo Kun Hoat.
Pada saat itu, Kim Ceng gembira bukan main menemukan kenyataan, betapa Ilmu Tat Mo Kun Hoatnya sudah maju jauh dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Ternyata setelah berlatih serta juga diberi "petunjuk" oleh Koay Ji, dia merasa semakin mantap dan kini menggunakan Ilmu tersebut melawan Ouw Cih yang sudah cukup kawakan. Ouw Cih adalah murid keenam dari Mo Hwee Hud atau sute Ouw Cing yang sekaligus adalah kakak kembarnya dan juga kakak seperguruannya. Kekalahan yang telak dan mengenaskan Ouw Cing telah membutakan matanya dan mendatangkan dendam. Dia murka bukan buatan mendengar bahwa Thian Liong Koay Hiap, tokoh yang mencelakai kakaknya bahkan sudah munculkan diri di Kota Han Im. Bahkan meninggalkan pesan dalam bentuk tantangan atau tepatnya ancaman, bahwa tokoh aneh nan sakti itu akan mencari dan malahan akan memburu toa suhengnya. Betapa murka dan marahnya Ouw Cih bisa dibayangkan. Dan kini, amarah dan murkanya ditujukan kepada Kwan Kim Ceng yang sedang bertarung dengannya.
Sebetulnya Ouw Cih merasa sedikit seram mendengar bahwa mudah saja kakaknya jatuh di tangan Thian Liong Koay Hiap. Apalagi, menurut penuturan Kakek Siu Pi Cong, bahkan ketika menghadapi gabungan serangan ilmu sihir dari Sam Suheng serta Su Suhengnya, tokoh aneh itu bahkan masih mampu bertahan kokoh. Bahkan ketika Sam Suhengnya bertarung ketat dengan tokoh itu, juga ternyata tidak sanggup mengapa-apakan Thian Liong Koay Hiap. Tetapi, dendamnya telah membutakan pertimbangan akal sehatnya. Dia tetap bertekad untuk menghadapi dan membalas dendam dengan mengalahkan dan jika bisa mencincang habis musuh itu dan melaporkan kepada kakaknya yang sudah tak berdaya itu.
Pukulan-pukulan berbahaya Ouw Cih dengan cepat mengurung sekujur tubuh lawan dengan kekuatan yang menekan dan menyesakkan dada. Tetapi, berkali-kali dengan sangat bagus dan tepat lawannya Kwan Kim Ceng memunahkan melalui cara-cara sederhana. Bahkan semakin lama Kim Ceng melawan dengan Tat Mo Kun Hoat, makin dia menyadari betapa Ilmu tersebut jika dimainkan sebagaimana ajaran Koay Ji, akan membuatnya semakin kokoh dalam bertahan dan tajam dalam menyerang. Kenyataan ini membuat semangatnya tumbuh dan mampu melakukan perlawanan secara ketat dan tidak membuatnya terdesak.
Kwan Kim Ceng bagaimanapun memiliki bekal Ilmu Silat yang kokoh dan murni dari alirang Siauw Lim Sie. Sementara lawannya berasal dari aliran Budha Sesat asal Thian Tok. Latar yang bertolak belakang ini sering berbenturan secara sengaja maupun tak sengaja, dan perbedaan usia menunjukkan ketangkasan dan kemurnian iweekang masih memihak Kim Ceng, tapi pengalaman dan variasi serta kekuatan iweekang masih lebih kuat Ouw Cih. Karena selisih yang sangat sedikit ini, pertarungan keduanya menjadi seru dan apalagi keduanya sengaja melepas Ilmu-Ilmu dahsyat dari masing-masing perguruan setahap demi setahap. Dan keduanya lama kelamaan sama-sama sadar, bahwa mereka sudah bertemu lawan yang hebat dan yang mampu memaksa mereka masing-masing untuk mengeluarkan kemampuan terbaik jika tidak ingin nanti dikalahkan musuh secara sangat menyedihkan.
Ouw Cih semakin lama semakin kaget karena ternyata lawan mudanya mampu untuk mengimbanginya, bahkan sesekali mendesaknya secara hebat. Meski memang dia juga sesekali dapat mendesak Kwan kim Ceng, tetapi kombinasi Ilmu Mujijat Siauw Lim Sie yang dipergunakan Kwan Kim Ceng sungguh mengejutkannya. Merepotkannya. Baik dengan totokan sakti Tan Ci Sin Thong maupun dengan Ilmu Tat Mo Kun Hoat yang sering dipergunakan ganti berganti; dan apalagi dorongan iweekang Boan-yok-sin-kang, menyanggupkan Kwan Kim Ceng menahan serangannya dan juga bahkan sesekali mampu mendesak Ouw Cih secara hebat. Keadaan ini membuat Ouw Cih menjadi semakin gusar, emosinya meningkat bukan kepalang. Hal ini membuatnya murkan dan akhirnya diapun membentak:
"Jaga seranganku, anak muda! " Ouw Cih kemudian bergerak dengan jurus Coa ong sim hiat (Ular mencari liang) di tangan kanan dan dikombinasikan dengan jurus Ya Poa Hong Yen (Menghalau Tawon di tengah malam) di tangan kiri. Kedua ilmu murni peninggalan nenek moyang perguruannya dengan baik sekali diperagakan oleh Ouw Cih. Gerakan tangan kanannya mengeluarkan suara berciutan dalam gaya lemas kepala seekor ular, sedangkan tangan kirinya membentuk lingkaran besar-kecil seolah tidak mengeluarkan tenaga, kosong. Tapi jangan dipikir tangan kiri itu lebih ringan dari tangan kanan, sebab justru tangan kiri inilah yang amat berbahaya. Ouw Cih adalah salah satu tokoh di perguruannya yang bisa memainkan kedua jurus ini dalam saat yang bersamaan. Kelihaiannya tidak dapat diragukan lagi. Dan jelas, jika Kwan Kim Ceng lalai dan alpa, maka ganjarannya adalah bencana.
Kwan Kim Ceng sangat sadar bahwa dirinya sedang dikepung oleh dua jurus hebat yang juga memiliki sifat berbeda namun dikombinasikan menjadi sangat ampuh. Karena salah satu jurus serangan bersifat menghancurkan dari luar atau secara fisik, sedang yang lainnya lagi justru bersifat halus namun meremukkan dari dalam. Kehebatannya sungguh bukan buatan, bahkan yang menyaksikanpun sampai menarik nafas panjang. Sementara serangan Ouw Cih terus menerus dan membahana, dengan bergerak cepat dan bertubi-tubi terus mencecar dan memburu pergerakan Kwan Kim Ceng. Dengan menyasarkan serangan-serangannya ke banyak jalan darah dan bagian bagian yang justru terpenting di tubuh Kim Ceng. Akibatnya, Kwan kim Ceng kebingungan sejenak dan terpanah oleh serangan membahana yang sangat luar biasa ini. Tapi meskipun demikian, hal itu hanya dalam tempo sejenak, karena Kwan Kim Ceng kemudian mulai bereaksi dengan jurus baru dan memang ditujukan untuk mengatasi serangan Ouw Cih, dan sekaligus melancarkan serangan balasan. Ketenangannya dalam melihat serta menganalisis serangan lawan boleh dipuji.
Kali ini Kim Ceng bergerak seperti orang memuja dan menghormati Budha, sambil tangannya bergoyang dan kemudian membentuk posisi melipat dan menyembah dengan lengan didepan dada. Begitu lambat, lembut namun kokoh dan nampak tidak memiliki rasa khawatir lagi dengan serangan bertubi-tubi dari Ouw Cih. Dan kemudian, sambil bergerak lambat diapun kemudian memutar kedua lengannya sambil berseru keras: AMITABHA ........ Dalam gerakan seperti itu, dia kemudian menggerakkan lengannya untuk menyambut serangan Ouw Cih dan kemudian terdengar suara keras dan menggelegar, "blaar!". Suara yang yang sungguh memekakan telinga. Dan akibatnya, tuubuh keduanya terdorong ke belakang dalam posisi dan keadaan yang berbeda. Ouw Cih terdorong hampir tujuh kaki dari tempat pertempuran, sementara Kwan Kim Ceng terdorong ke belakang sampai 3,4 langkah tetapi sambil posisinya tetap kokoh dan tegak dan posisi menyembah ala Budha tetap dipertahankannya. Memang dia mundur, tetapi tepatnya bergeser karena posisi menyembah Budhanya tetap terjaga dan terlihat agung.
"Hmmmmmm, Telapak Tangan Budha Tioggoan ?"." terdengar Ouw Cih mendesis, dan desisan yang sama terdengar dari Kakek Siu Pi Cong dan tokoh lainnya yang juga berdiri berjejer dengan kakek dari lautan timur itu. Mereka kaget dan juga terkejut menyaksikan Ilmu tersebut muncul dihadapan mereka dan dimainkan secara baik oleh Kwan Kim Ceng yang masih muda.
Dalam waktu singkat kedua orang yang melakukan pertarungan hebat itu terpisah dan keduanya saling mengagumi karena lawan memang hebat. Kepandaian mereka kira kira setanding, tetapi pengalaman dan kedalaman serta kemurnian Ilmu Silat jelas saja berbeda. Tetapi perbedaan itu cukup menentukan. Kekokohan dan kemurnian Ilmu Silat Kwan Kim Ceng banyak membantunya untuk menandingi lawan yang jauh lebih punya pengalaman dan kedalaman memahami ilmunya.
Menghadapi Kwan Kim Ceng yang ternyata mampu menandinginya, tiba-tiba Ouw Cih kembali menggerakkan kedua tangannya dan sebentar saja kedua lengan itu berubah menjadi bara yang semakin menyeramkan. Kelihatan pada saat bersamaan Ouw Cih mengerahkan kekuatan iweekang yang semakin dalam dan besar. Dan semakin lama kedua lengannya terlihat semakin membara dan semakin panas sehingga nampak menyeramkan bagi mata banyak orang:
"Ilmu Ang Yang Ciang (pukulan api membara) ".. acccchhhhhhh" terdengar desis kakek Siu Pi Cong sementara kawan disebelahnya hanya mengangguk-angguk saja tanpa emosi dan tanpa mengatakan satu hal apapun.
Melihat keadaan lawannya, Kwan Kim Ceng sangat percaya, bahwa lawannya sedang mempersiapkan salah satu Ilmu andalannya. Meskipun demikian dia tidak menjadi kecil hati, bahkanpun ketika dia melihat lengan lawan berubah menjadi merah membara tetap saja sedikitpun dia tidak mengeluh ataupun merasa khawatir. Dia menyerahkan diri sepenuhnya pada kekuatan dan kemampuannya. Dan dia memiliki keyakinan atas kemampuan dirinya sendiri.
"Awas serangan!" tiba-tiba terdengar bentakan Ouw Cih ketika dia mulai membuka serangannya. Belum lagi serangannya tiba, Kwan Kim Ceng merasakan betapa panas hawa sekelilingnya, tetapi untung saja diapun telah mengerahkan iweekang andalan Suhunya, Boan yok Sinkang. Terdengar suara bergulung-gulung mengarah ke sekujur tubuh Kwan Kim Ceng. Tidak usah dikatakan apa yang bakalan terjadi jika sampai tubuhnya tersentuh serangan lengan lawan itu. Karena mudah ditebak, tamatlah riwayat Kim Ceng. Bukan apa-apa, bagian-bagian tubuh yang disasar secara langsung adalah justru bagian paling lemah dan sulit dilindungi dengan hawa iweekang sekaluipun. Dan kekuatan lawan jelas-jelas adalah kekuatan iweekang yang diiringi dengan sengatan hawa panas yang sangat panas dan sangat menusuk. Tersentuh saja bsa dipastikan akan celaka apalagi, jika sampai terpukul. Dan sudah tentu Kwan Kim Ceng tidak akan semudah itu menyerah menghadapi lawannya.
Tanpa berayal Kwan Kim Ceng segera merangkap sepasang lengannya di depan dada, dan kemudian berposisi seperti Bhiksu Menyembah Budha, kembali dari mulutnya terdengar bentakan halus namun berwibawa; Amitabha ?".
Dan tiba-tiba kedua lengannya bergerak tidak mencecar dan menangkis pukulan lawan, tetapi mencecar bagian bawah tubuh Ouw Cih. Kedua belah tangannya dengan cepat
bersilat, dengan tangan kanan memainkan jurus Ci Kou Thian Bun (menyembah-pintu langit) sementara lengan kirinya memainkan jurus Siang Hok Liang Gi (bangau dewa mementang sayap). Kekuatan pukulan Ang Yang Ciang yang sangat berbahaya dan membara itu segera lenyap ketika pijakan kokohnya diserang habis oleh Kim Ceng. Secara otomatis pijakan kuda-kuda kokoh yang jadi goyah itu, terang saja membuat dorongan iweekangnya menjadi berkurang banyak. Semakin lama menjadi semakin jelas bahwa Ouw Cih menjadi sangat keripuhan menghadapi serangan berbahaya yang dilakukan secara terus menerus oleh Kim Ceng. Apalagi dengan dorongan kekuatan iweekang yang seakan menjadi tandingan hawa panasnya itu. Gerak langkah yang merancang serangan iweekang panas kocar-kacir, dan otomatis dia tidak memiliki cukup waktu dan tenaga melepas pukulan andalannya. Karena itu, dia kembali jadi dalam posisi yang didesak lawan.
Posisi Ouw Cih yang semakin lama menjadi semakin runyam jelas terlihat oleh kawan-kawannya dan jika dibiarkan akan jatuh di tangan musuh. Keadaan ini membuat orang yang berdiri disamping Kakek Siu Pi Cong berbisik lirih:
"Siu Pi Cong, engkau tangkap segera yang perempuan, aku aku akan membantu Sute untuk menangkap yang laki-laki itu ?"."
Setelah berkata demikian, orang itu kemudian melayang kearah arena pertarungan. Kebetulan saat itu keadaan Ouw Cih memang sedang terdesak hebat. Sebetulnya bukan karena kelemahan ilmu Ouw Cih secara telak, tetapi karena kelemahannya dapat dilihat Kim Ceng dan membuat dia nyaris dijatuhkan. Bukan karena kalah hebat, tetapi karena terlampau percaya diri hingga dia kurang mengantisipasi dengan ilmu lain untuk menghadapi Kim Ceng. Akibatnya dia nyaris kalah telak jika saja kawannya tidak datang membantu. Untung, sekali lagi untung bagi Ouw Cih, kawannya masuk di saat yang sangat tepat. Dan gerakan kawan Ouw Cih justru lebih ringan dan lebih lincah dibandingkan Ouw Cih, dan juga kecepatannya masih jauh melebihi.
"Sute ".. engkau mengawasi keadaan, biar kutaklukkan pemuda ini ?""
"Terima kasih Su Suheng ?"."
Sebenarnya Ouw Cih masih penasaran, tetapi memang benar, dia harus menggantikan suhengnya untuk mengamati keadaan. Karena mereka sedang bersiaga menghadapi banyak kemungkinan terkait dengan pencaplokan mereka terhadap harta dan posisi penting Nyo To yang kaya raya di kota Han Im.
Tetapi masuknya kawan Ouw Cih yang sebenarnya adalah suhengnya, pada saat bersamaan diiringi oleh melayangnya dua tubuh pada saat yang nyaris bersamaan. Dengan segera arena pertarungan berubah menjadi dua. Karena pada saat Sian Hong Kek (si angin puyuh) Lim Kek Ciang atau Suheng Keempat dari Ouw Cih menyerbu masuk ke arena, juga ada tokoh lain yang melakukan hal yang sama. Adalah Nona Sie Lan In juga menjadi murka melihat Kim Ceng diserang lawan secara licik dan curang, tanpa menunggu lebih lama lagi, diapun dengan gemas melayang memasuki arena sambil berteriak keras:
"Hmmmm, main keroyok, sungguh memalukan ?"."
Tetapi, sesosok tubuh juga ikut melayang memapaknya. Kakek Siu Pi Cong. Dan ketika keduanya saling bentur, keduanya sadar sudah bertemu lawan hebat. Keduanya saling pandang ketika akhirnya berhadapan untuk pertama kalinya. Sebenarnya Kakek Siu Pi Cong agak enggan menghadapi Sie Lan In. Ada dua alasannya. Pertama, lawannya masih sangat muda dan dia jelas enggan menghadapi lawan seperti itu, masih muda dan perempuan pula. Karena kalah atau menang tetap saja dia malu. Memang akan dianggap orang sebagai tindakan menganiaya orang yang lebih muda. Apalagi kalau kalah", jelas reputasinya akan rusak;
Alasan kedua, dia sangat menghormati dan tahu belaka sampai dimana kemampuan tokoh Dewa dari Laut Selatan yang bernama Lam Hay Sinni. Tokoh yang juga menjadi Subo dari gadis muda yang menjadi lawannya ini. Dia harus mengakui, kemampuannya masih belum cukup memadai untuk menandingi atau melawan Rahib Perempuan dari Laut Selatan itu. Tetapi, mengapa dia pada akhirnya turun gelanggang dan harus melawan Sie Lan In, gadis murid Rahib Perempuan Laut Selatan itu" Hanya kakek itu yang tahu dan paham alasan yang sebenarnya.
Segera keduanya terlibat dalam pertarungan yang cukup seru. Tetapi, Sie Lan In sadar jika kakek itu enggan bertarung mati-matian dengan dirinya. Dalam kagetnya dia coba mencecar dengan serangan-serangan berbahaya, tetapi kakek itu melawannya dengan setengah hati. Bahkan dia cenderung terdesak karena bagaimanapun tingkat ilmu Sie Lan In saat ini, sebenarnya sudah tidak berada dibawah kemampuannya. Melawan dengans etengah hati, sama saja dengan menyerah kalah. Hanya sekali-sekali dia menyerang dan itupun hanya untuk mengurangi desakan La In. Apalagi, karena Lan In memiliki kecepatan bergerak yang luar biasa cepatnya. Dan ini yang membuat Kakek Siu Pi Cong jadi kewalahan meladeni Lan In. Untung saja, Sie Lan In sendiri memang membagi perhatian terhadap keselamatan Kwan Kim Ceng. Hal yang membuat mereka berdua menjadi dalam posisi seimbang.
Sementara itu yang seru dan mati-matian adalah pertarungan antara Kwan Kim Ceng melawan Lim Kek Ciang. Sejatinya kepandaian Lim Kek Ciang berada setingkat diatas sutenya, tetapi menghadapi Kim Ceng dia tetap saja agak kesulitan dan susah untuk menang dan mengalahkan lawannya. Meski tingkat kemampuan Kwan Kim Ceng masih sedikit tipis dibawah kemampuannya, tetapi untuk mengalahkan anak muda itu bukan pekerjaan yang cukup mudah. Karena Kwan Kim Ceng mewarisi ilmu-ilmu pemunah perguruan mereka dari Thian Tok, ilmu-ilmu Mo Hwee Hud. Ilmu-ilmu murni dari Siauw Lim Sie merupakan tandingan atas ilmu perguruan mereka yang menyimpang dan menjadi sesat di tangan maha guru mereka, yakni Mo Hwee Huda tau si Iblis Api Sesat. Karena itu, bukanlah pekerjaan mudah bagi Lim Kek Ciang untuk mendesak dan memojokkan Kim Ceng yang menggunakan ilmu-ilmu silat mujijat dari Siauw Lim Sie. Meski sesekali menang angin, tetapi dengan cepat Kwan Kim Ceng mengembalikan posisinya, dan kembali mereka bertarung ketat.
Lim Keng Cu kembali menyerang dengan ilmu perguruannya yang boleh dikata sudah masak dan cukup sempurna. Jelas serangannya tidak bisa dibandingkan dengan adik seperguruannya sendiri, Ouw Cih. Sekali ini dia sudah mempergunakan Ilmu Lak hap im hwee (Enam Gabungan Api Iblis) dan didukung oleh tenaga iweekang Mo Hwe Bu Kek khi Kang (Tenaga Dalam Api Iblis). Dalam tenaga iweekang, satu-satunya yang mampu mendekati Mo Hwee Hud Suhu atau guru besar mereka dalam Ilmu Mo Hwe Bu Kek Khi Kang adalah Toa Suheng mereka, yakni To Seng Cu (Tunggal di Atas Tanah) Tam Peng Khek. Jika Mo Hwee Hud sudah menguasainya secara sempurna, maka Murid Kepalanya sudah menguasai hingga tingkat ke-12 atau tingkat terakhir. Bahkan semua adik seperguruannya menduga jika To Seng Cu sudah menguasai secara sempurna Ilmu Iweekang mujijat gubahan Mo Hwee Hud itu. Tetapi, entahlah karena tak ada yang pernah bertanya secara jelas.
Lim Keng Cu sudah menguasai ilmu mujijat perguruannya hingga tingkat ke 8, unggul setingkat di atas adik seperguruannya yang kelima dan keenam Ouw Cih dan Ouw Cing yang berada di tingkat ke 7. Lim Keng Cu sudah menggerakkan kekuatan sinkangnya yang mujijat, dan sambil melompat tinggi, tiba-tiba tubuhnya meluncur cepat menyerang orang Kim Ceng. Jurus-jurus simpanan dari Siauw Lim Sie mau tidak mau dikeluarkan semua oleh Kim Ceng dan dilepaskan dengan sinkang yang tidak tanggung-tanggung lagi sekali ini. Terutama karena dia merasa kemampuan Lim keng Cu masih mengatasi Ouw Cih lawan sebelumnya. Terlebih akhirnya Lim Keng Cu sendiri telah mengambil keputusan untuk segera mengalahkan dan jika bisa membinasakan Kwan Kim Ceng untuk membalas sakit hati sutenya. Sekaligus untuk dapat dengan sesegera mungkin menyelesaikan ancaman atas usaha mereka di Han Im yang banyak membantu secara logistik maupun pendanaan gerakan mereka.
Sukar untuk dilukiskan jalan pertarungan ini dengan kata-kata, karena masing-masing mempergunakan sinkang yang dasyat dan sekaligus gingkang yang sudah mencapai tingkat yang sangat tinggi. Meski sedikit di bawah kemampuan Lim Keng Cu, tetapi tetap saja serangan-serangan dan tangkisan Kwan Kim Ceng membuat lawannya kaget dan terkejut. Bahkan semakin lama kedua orang hebat ini mulai memperdengarkan suara mencicit-cicit dari penggunaan jurus-jurus serangan atau pertahanan mereka, bagaikan suara tikus tercepit dan makin lama makin tajam. Sementara itu sebagian besar orang yang melihat pertempuran itu menjadi menggigil, puyeng, bahkan para penjaga yang tadinya berjumlah cukup banyak itu, sudah mundur menjauh karena puyeng melihat tarung yang luar biasa ini.
"Jurus Hong Bwee Liu Yan (kobaran api menimbulkan asap) "." terdengar seruan Lim Keng Cu yang melepaskan pukulan dengan sambaran hawa panas membakar, namun disertai dengan angin dingin yang sangat menusuk. Luar biasa, tetapi begitulah yang sekarang dihadapi dan dirasakan oleh Kwan Kim Ceng. Lengan Lim Keng Cu membentuk sembilan lingkaran yang mengeluarkan hawa panas menderu menyambar ke segenap penjuru mata angin. Dan ini adalah salah satu jurus mujijat perguruan yang sangat diandalkan oleh Lim Keng Cu. Karena saat itu pengerahan kekuatan iweekang sudah mencapai 7 bagian, dan dia sudah menciptakan angina dan hawa panas yang sangat panas membara.
Tetapi Kwan Kim Ceng yang sudah menguasai Ilmu Mujijat Telapak Tangan Budha dengan cepat dan sigap mengerahkan seluruh kekuatan iweekangnya. Sekali ini dia sudah mengerahkan kekuatan hingga mencapai 8 bagian dan dengan tetap tenang dia menggerakkan kedua telapak tangannya.
"Hud To Seng Thian (Buddha suci naik sorga)", terdengar teriakan balasannya dan bersamaan dengan itu 15 gerakan beruntun dengan kekuatan luar biasa mengarah dari tempat lebih tinggi ke Lim Keng Cu. Semua orang terbelalak menyaksikan kecepatan serangan ini, sama kagumnya dengan melihat bagaimana Lim Keng Cu tadi melepas serangan dan kini dipapaki secara berani dan tenang saja oleh Kwan Kim Ceng. Sungguh pertarungan dahsyat dan luar biasa. Pada saat itu, tubuhnya Kwan Kim Ceng seakan-akan berubah menjadi PATUNG BUDHA dengan gerak yang matang, mantap dan kokoh dan dikelilingi oleh cahaya keputihan yang dibentur berkali-kali oleh cahaya merah membara yang dilepaskan oleh Lim Keng Cu. Kekuatan hawa pukulan Lim Keng Cu tak pernah pudar, selalu menjilat seiring dengan kecepatan pukulan lengannya dan terus mendesak posisi Kwan Kim Ceng. Tetapi, posisi dan pertahanan Kim Ceng sungguh patut dipuji, meski merasa kepanasan dan kedinginan oleh hawa serangan lawan, tetapi Kim Ceng mampu menghalaunya dan tetap berkonsentrasi melakukan pertarungan yang maha dahsyat itu.
"Sungguh sangat dasyat "....... hampir-hampir tidak ada peluang untuk mematahkan serangan ini dan kemudian balas mendesaknya!" demikian desis Kim Ceng dalam hati, meski masi tetap memiliki keyakinan dengan Ilmu Mujijatnya, Telapak Tangan Budha. Dan untuk menghadapi bahaya karena serangan hawa panas yang terus-menerus mencecarnya dengan hebat, maka Kwan Kim Ceng kembali berseru untuk menukar gerak dan jurus serangan:
"Hud Co Huan Hay (Budha Suci Menggulung Samudera)" bentaknya sambil terus menggerakkan kedua tangannya seperti sedang menggulung sesuatu dilengannya. Tetapi setelah itu, diapun mendorong kedepan dan hebat, tenaga menggulungnya bagaikan menerpa serangan bara membara, menggulungnya dan kemudian malahan mendorong menyerang Lim Keng Cu yang terkejut dengan jurus lawan yang cepat berubah namun telak mengantisipasi bahaya akibat serangannya sebelumnya. Tetapi dia tidak kalut dan takut, karena dengan cepat dia bergerak dan memainkan ilmu yang tepat, yakni jurus Hay sim an liu (aliran maut ditengah samudra). Akibatnya, kedua tokoh itu saling libas dan semakin tenggelam dalam libasan ilmu masing-masing yang tidak menyediakan jalan mundur kecuali adu kekuatan.
Hal yang berbeda terjadi antara Kakek Siu Pi Cong dengan Sie Lan In. Karena Kakek Siu Pi Cong rada enggan menghadapi lawan mudanya, maka pertarungan mereka kurang dahsyat dibandingkan Lim Keng Cu melawan Kwan Kim Ceng. Selain itu, mereka berdua juga sering memberi perhatian kepada pertarungan dahsyat yang memancing rasa kagum keduanya terhadap Kim Ceng dan Lim Keng Cu. Apalagi kedua orang yang bertarung dahsyat itu semakin meningkatkan kemampuan ilmu mereka masing-masing. Kwan Kim Ceng yang mengandalkan kemurnian ilmu silat dan juga kekokohan iweekangnya, sebetulnya tipis dibawah kemampuan Lim Keng Cu. Tetapi, tetap saja Lim Keng Cu kesulitan untuk membobol pertahanan hebat yang memang dibentuk dan disiapkan Kim Ceng.
Pada akhirnya Lim Keng Cu memutuskan menggunakan Ilmu Mo Hwee Koay Kong (Api Iblis Memancarkan Sinar Siluman). Sebuah Ilmu Silat khas yang memanfaatkan Ilmu Sihir sehingga berhawa aneh dan mempengaruhi perasaan serta semangat lawan. Kedua lengannya bergerak sementara langkah kakinya juga aneh, bersilang serta membingungkan pandangan Kwan Kim Ceng. Beberapa saat kemudian terdengar desis suara Lim Keng Cu dalam nada yang sangat berwibawa dan membuat Kim Ceng sedikit goyah dan terpengaruh. Sesungguhnya gerakan jurus ini tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan jurus ilmu yang sebelumnya, tetapi perasaan dan semangat Kim Ceng entah bagaimana guncang dengan suara lawan:
"Jurus Thian Lung Hwe Yun (Langit Menurunkan Awan Api) ?"
Bersamaan dengan suara tersebut, kembali hawa panas menerjang Kwan Kim Ceng sementara Lim Keng Cu meninju dan menerobos garis pertahanannya sehingga Kim Ceng harus tergopoh mundur ke belakang. Tetapi, posisinya dengan demikian menjadi cepat melorot dan semakin terdesak. Apalagi, rangkaian jurus Thian Lung Hwe Yun dari Lim Keng Cu masih tetap mengejarnya dan tidak melepaskannya begitu saja. Langkah kaki Lim keng Cu terus melaju kedepan dan mengiringi langkah dan jalan mundur Kwan Kim Ceng. Sementara kedua lengannya terus-menerus mencecar dan mencari atau menyasar tempat-tempat berbahaya di tubuh Kim Ceng. Sungguh rikuh Kim Ceng jadinya, karena selain pukulan tersebut berbahaya, hawa panasnya juga cukup mampu membuatnya kerepotan dan panas kegerahan. Ketika akhirnya dia nekat, maka diapun membentur sampai tiga kali lengan lawan karena jalan mundurnya sama sekali telah tertutup oleh lingkaran ancaman pukulan lawan:
"Duk ". duk ".. duk ".."
Sekali ini Kim Ceng terdorong mundur sampai lima langkah ke belakang dan nafasnya memburu. Meski tidak terluka, tetapi dia tahu bahwa daya tahan dan khikangnya sudah mulai mampu ditembusi oleh pukulan lawan, terutama hawa panasnya. Dan belum lagi Kwan Kim Ceng mampu bernafas dengan lega, tiba-tiba terdengar desisan lain, sebuah jurs baru yang dilepaskan lawannya:
"Jurus Toh Hong Pang Hwe (Membalikkan Angin Membantu Api ?"
Dan bersamaan dengan itu, sambil masih belum tertata kembali kekokohan kedudukan dan posisinya, Kim Ceng kembali terserang suara mujijat yang justru mengacaukan konsentrasi dan semangatnya. Tetapi, patut dipuji reaksi dan bagaimana cara seorang Kim Ceng menghadapi situasi yang sangat berbahaya itu. Dia secara refleks bergerak dengan jurus Toh Lang Cih Thian (Ombak Menyapu Langit) dan disambung dengan jurus Hwe Ouw Siang Hui (Sepasang Burung Gagak Api Berterbangan). Dengan kedua jurus pertahanan itu, Kim Ceng dapat menjaga dirinya untuk meski terus terusan terserang tetapi tidaklah sampai terkena. Hanya saja, betapapun juga dia tidak lagi mampu untuk membalas menyerang. Kondisi seperti ini sama saja dengan menunggu gebukan lawan, karena dia harus pontang panting kesana dan kemari untuk sekedar menghindari terjangan lawan. Baik bergerak kekanan ataupun kekiri, terus meloncat ke belakang sementara lawan mengurungnya dengan sejumlah pukulan dan ancaman yang membahayakan kedudukannya.
Apalagi, tiba-tiba dia kembali terdorong akibat seruan keras lawan, yaitu ketika Lim Keng Cu menyerangnya kembali dengan suara mujijat:
"Jurus Yok-siu si-huan (seperti kosong bagaikan khayal) ?"
Sebetulnya jurus-jurus serangan Lim Keng Cu tidaklah sangat berbahaya dan cukup mudah untuk dihadapinya. Tetapi, konsentrasi yang kacau akibat serangan-serangan suara mujijat membuat, Kwan Kim Ceng goyah dan kehilangan pegangan serta pada ujung ujungnya kembali membuatnya pontang-panting menyelamatkan diri. Ketika terakhir kembali dia goyah, serentetan serangan sepasang lengan Lim Keng Cu yang penuh hawa sinking panas nan berbahaya kembali mencecar Kwan Kim Ceng. Dia main mundur belaka dan kehilangan sama sekali daya dan juga kesempatan untuk melakukan perlawanan dan posisinya sudah sangat berbahaya. Karena sewaktu-waktu dia bakal terkena pukulan lawan. Dan benar saja, ketika terus-menerus mundur dan menghindar dari pukulan lawan, toch sekali waktu sebuah pukulan lawan akhirnya menyerempet pundaknya dan akibatnya tanpa tertahan tubuh Kwan Kim Ceng terlontar ke belakang. Dan dari mulutnya terlihat darah menetes. Meskipun tidak secara telak terpukul tetapi jelas dia sudah terluka.
"Hahahahahahaha, sudah saatnya engkau menyerah anak muda " dan bagaimanapun juga engkau harus kutangkap ?"."
Tetapi meski didesak dan terpukul, bagaimanapun Kwan Kim Ceng adalah murid pilih tanding dari Perguruan Siauw Lim Sie yang punya nama besar. Dia sudah mulai sadar bahwa ada pengaruh yang tidak sehat yang membuatnya cepat sekali kehilangan konsentrasi. Karena itu diapun berbisik lirih:
"Engkau curang ".. menyerang dengan ilmu sihir ?""
"Hahahahahah, curang katamu "." Anak Muda, apak engkau pikir ilmu sihir bukanlah ilmu kepandaian dan didapat dengan mudah ".." bersiaplah, aku harus menuntaskan pertarungan ini dengan menangkapmu ".."
"Hong-lui-kiau-ki (angin geledek saling berhantam) "."
Kembali Lim Keng Cu membentak sekaligus membuka serangan baru. Kwan Kim Ceng sadar, bentakan ini yang menjadi biang kekalahannya. Tetapi, meski begitu, tetap saja dia goyah dan kehilangan waktu sepersekian detik untuk dapat menghadapi lawannya. Karena itu, dengan gopoh dia meladeni lawan yang terus menyerangnya dengan serangan-serangan yang tajam dan berbahaya. Kwan Kim Ceng sadar, bahwa justru bentakan ini yang menjadi biang kekalahannya tadi. Tetapi, meski begitu, tetap saja dia terpengaruh dan goyak. Tetapi, meski terdesak, kesadaran itu membuatnya mulai memikirkan perlawanan dengan cara berbeda. Tetapi, dia masih harus meledeni serangan lawan dan dengan tergesa-gesa dia menangkis serangan lawan yang terus menyerangnya dengan serangan-serangan yang cukup membahayakannya.
Sesungguhnya, jika pertarungan itu terus dilanjutkan, tidak akan lama lagi Kwan Kim Ceng bakalan terpukul roboh. Keadaannya sudah sangat menyedihkan dan tak mampu memberikan perlawanan lebih jauh lagi. Tetapi untungnya, sekali ini dia mendapatkan pertolongan. Tepat pada waktunya. Karena ketika dia kerepotan dan terus menerus harus menghindar, tiba-tiba telinganya mendengar bisikan yang nyaris persis dengan bagaimana cara Bu San memberinya petunjuk. Suara itu lirih namun jelas di telinganya. Dan yang terpenting, suara itu menembus pengaruh sihir yang membuatnya kehilangan pegangan dan konsentrasi:
"Bergerak ke pintu barat, mendorong pintu ke selatan, berputar sambil memetik bintang dan selanjutnya serangan dengan menggunakan jurus ke-8 Telapak Tangan Budha, Jurus Lo Han Tek Seng (Arhat Memetik Bintang "."
Tanpa banyak bertanya dan karena menganggap Bu San sedang membantunya, maka secara membuta Kim Ceng bergerak. Dia melompat ke pintu barat dan kemudian mendorong lawan dari penjuru selatan dan kemudian melompat sambil memukul kepala lawan, dan selanjutnya begitu turun ke bumi, dia mengembangkan pukulan Telapak Tangan Budha sambil berseru dengan suara nyaris dan bahkan keras karena melepas rasa kepenasaran dan rasa kesalnya:
"Jurus Lo-han Tek Seng (Arhad Memetik Bintang) ..."
Bukan main kagetnya Lim Keng Cu ketika lawan yang sebetulnya sudah sangat dekat untuk dapat dikuasainya, secara tiba-tiba mendorong pukulannya dari arah barat. Kemudian bahkan melompat menutup serangannya di selatan dan kemudian bersalto menyerang kepalanya. Bukan hanya itu, sekejap kemudian diiringi bentakan keras, dia kembali diserang oleh telapak tangan lawan yang kini sudah bangkit semangat dan kekuatannya. Dalam waktu tidak lama, kini dia yang jadi tersudut dan dicecar habis oleh lawannya yang tadinya tinggal tunggu waktu kena gebuk. Maka diapun sadar bahwa lawan menemukan kembali kesadaran dan semangatnya, dengan kekuatan penuh dia menangkis dan mendorong telapak tangan lawannya sambil berteriak:
"Jurus Tiang Hong Koan Jit (Pelangi Menembus Matahari) ...."
Tetapi sekali ini tidak ada pengaruhnya bagi Kwan Kim Ceng, karena sedetik kemudian suara aneh kembali terdengar di telinga Kim Ceng:
"Memburu kelinci ke gua timur, dan menghentak lawan dengan jurus Toh Kua Kim Ceng (Lonceng Emas Bergantung) ..."
Dengan membuta Kim Ceng bergerak ke timur dan kemudian dari sana dia kembali menggempur kedudukan Lim Keng Cu dengan bentakan keras diiringi dengan pukulan pukulan telapak tangan yang membawa suara keras. Dalam waktu singkat, Lim Keng Cu kembali tersentak karena kini, justru dia yang dalam posisi tersudutkan, apalagi ketika telinga Kim Ceng mendengar bisikan baru:
"Segera dengan cepat berputar setengah lingkaran ke kiri, gunakan atau mobinasikan dengan jari tunggal Tan Ci Sin Thong sambil menotok lengan lawan. Selanjutnya terus menyerang langsung dan disambung dengan gerakan maut dalam jurus Kim-soh-poh-liong (tali emas mengikat naga) ?"
Sebagaimana sebelumnya, Kwan Kim Ceng menurutinya tanpa bertanya dan tanpa berpikir lagi. Gerakan dan pilihan-pilihan jurusnya mengandalkan anjuran dari suara yang membantunya. Langsung saja gerakannya mengikuti petunjuk-petunjuk itu. Dia menggunakan totokan jari tunggal menyambut serangan berbahaya Lim Keng Cu dan ketika lawan menarik pukulannya dengan cepat dia mencecar lawan dengan jurus yang disarankan suara itu. Jurus tali emas mengekang naga. Dan dalam 4,5 gerakan ke depan tiba-tiba terdengar suara:
"Bukkkkkkk ?".."
Dengan telak pukulan Kwan Kim Ceng memasuki perut lawan yang tak terjaga, dan sontak tubuh Lim Keng Cu terdorong sampai 6,7 langkah ke belakang. Dan seperti tadi Kwan Kim Ceng mulutnya meneteskan darah, demikian juga kini Lim Keng Cu sama dengan yang dialami Kim Ceng terluka akibat tersambar pukulan lawan. Dan dengan demikian, kedudukan kini berubah menjadi satu sama alias seri. Karena masing-masing sudah dapat memukul lawan dan membuat lawan terluka, meski terluka ringan. Namun Kwan Kim Ceng menjadi sangat girang dan secara otomatis semangatnya membuncah oleh kemampuannya memasukkan satu pukulan bersih. Pukulan bersih yang membuat lawannya terlontar kebelakang dan terluka. Dibiarkannya Lim Keng Cu kembali tegak berdiri dan dipandanginya dengan tatap mata berwibawa.
"Hahahahaha hebat, engkau dapat melawan jebakan sihir Ilmu Mo Hwee Koay Kong (Api Iblis Memancarkan Sinar Siluman) dari perguruanku. Engkau pantas menerima pukulan selanjutnya, Mo Hwe Tok (Racun Api lblis). Aku memperingatkanmu anak muda, Ilmu ini memiliki pengaruh sihir dan racun yang sangat berbahaya ". Tetapi jika engkau merasa tak mampu, kupersilahkan untuk meninggalkan tempat ini dan jangan lagi pernah mengganggu kami disini ?"."
"Hahahahahaha, belum tentu jika Ilmu Mujijat Mo Hwee Tok yang engkau bangga-banggakan akan memiliki kemampuan menembus Telapak Tangan Budha. Karena jjika anak muda ini sudah menguasainya hingga tingkat ke-sembilan atau jika dia sudah menguasai Ban Hud Ciang salah satu Ilmu mujijat Siauw Lim Sie, maka engkau tak akan mampu mengganggunya lagi ".. jika engkau ingin mencobanya, boleh dengan melawanku. Bukankah kalian sedang mencari-cariku untuk mempersembahkanku kepada Toa Suheng kalian ?".?"
Betapa terkejutnya baik Lim Keng Cu dan terutama Kwan Kim Ceng, karena tiba-tiba disampingnya sudah berdiri seorang tokoh yang selama sebulan terakhir menjadi buah bibir Kang Ouw. Dialah Thian Liong Koay Hiap. Tokoh aneh yang entah bagaimana caranya sudah berdiri mendampingi Kwan Kim Ceng, atau bahkan persis disamping Kim Ceng dan bahkan kemudian lengannya memberikan sebuah pil berwarna hijau sambil berkata dengan lirih:
"Anak muda, makanlah pil ini, sebentar saja engkau pulih sebagaimana sediakala, biarkan manusia ini menjadi bagianku ?""
Dengan segera dan tanpa ragu Kwan Kim Ceng menerima pil itu dan memakannya. Apalagi karena sudah yakin, suara yang membisikinya tadi persis sama dengan suara bisikan tokoh yang mengaku Thian Liong Koay Hiap dan barusan menghadiahinya sebuah pil. Dan benar saja, tak berapa lama setelah menelan pil yang baunya namun terasa sangat pahit di mulutnya, dia merasakan halangan dalam tubuhnya perlahan-lahan menjadi ringan. Bahkan kemudian rasa sakit yang tadi dirasakannya, perlahan lahan hilang entah kemana.
"Terima kasih Koay Hiap ".."
Sementara itu pertarungan antara Kakek Siu Pi Cong dengan Sie Lan In otomatis berhenti. Tetapi yang runyam adalah Nona Sie Lan In. Dia sangat gregetan dengan Thian Liong Koay Hiap, tetapi repotnya tokoh itu kini berdiri di pihak mereka dan malah baru saja membantu Kim Ceng. Tetapi, rasa penasarannya tidak hilang begitu saja, karena dengan ketus dia berkata:
"Hmmmm, urusan kita kelak harus dibereskan ?"."
"Hahahaha, baik nona, lohu siap menantikannya ?""
Sementara itu, setelah beberapa detik Lim Keng Cu akhirnya mampu juga menguasai dirinya sendiri dari kekagetan yang menderanya dengan kemunculan Koay Ji. Terutama karena kemunculan Thian Liong Koay Hiap yang sangat cepat dan butuh berapa detik lamanya baru dapat disadarinya keberadaannya di arena. Setelah menenangkan diri, diapun bertanya dengan suara angker:
"Jadi engkau yang mengaku bernama Thian Liong Koay Hiap itu ".?"
"Kenapa, apakah engkau juga ingin menantangku seperti Toa Suhengmu ".." hahaha, sampaikan kepadanya, aku sendiri akan memburunya setelah dia menantang-nantang kekiri dan kekanan. Jangan takut, aku pasti akan menjumpainya ?""
"Apakah engkau pikir hanya Toa Suheng yang sanggup menaklukkanmu dan menduga tidak ada orang lain yang mampu ".?"
"Hohoho, pasti banyak. Tetapi yang jelas bukan dirimu ?"." Jawab Koay Ji ringan dan membuat dada Lim Keng Cu seperti mau meledak. Tetapi, berbeda dengan tokoh lain yang menyimpan dendam terhadap Koay Ji, melihat kemunculan Koay Ji yang sudah mengakui bahwa memang dirinya adalah Thian Liong Koay Hiap, maka dengan mata nyalang dia maju dua dan tiga langkah sambil bertanya. Suaranya keras menggelegar dan membuat banyak orang tersentak:
"Jadi ".. jadi engkau Thian Liong Koay Hiap yang mencelakai saudaraku itu?"
"Hmmmm, siapa engkau" aku memang Thian Liong Koay Hiap "." jawab Koay Ji dengan suara datar dan nyaris tanpa emosi
"Bangsat, biar kubalaskan dendam saudaraku ?""
"Siapa nama saudaramu itu "..?"
"Lan Tjhong Siang-Sat (Sepasang Bintang djahat dari Lan Tjhong San) Ouw Cing, saudara kembarku yang menjadi Kerudung Merah ?"."
"Ooooohhhhh, jadi engkau saudara manusia sombong nan ganas itu. Apakah engkau sama ganasnya dengan saudaramu ".." kupastikan iya, karena engkau nampaknya yang memimpin perampokan atas keluarga Nyo disini ?".. majulah, biar kubuat engkau menjadi sama dengan saudaramu ?""
Ouw Cih tidak mampu menahan amarahnya lagi. Tanpa memperdulikan segala apa lagi, tiba-tiba dia maju menyerang tanpa diduga sama sekali oleh suhengnya yang berdiri didepannya. Dengan kedua tangannya terbuka, dia menyerang dengan didahului oleh angin serangan yang sungguh panas luar biasa. Tetapi dengan cepat dan tepat, Koay Ji menangkis serangan itu. Bahkan kemudian, dia menggerakkan lengannya sedemikian kuat hingga Ouw Cih dengan mudah terdorong dan terlempar ke belakang meski sama sekali tidak terluka. Atau belum terluka.
"Memandang kerugian keluarga Ouw kalian itu, maka hari ini engkau kuampuni. Tetapi, jika engkau masih terus mengganas, maka pertemuan berikut engkau akan kehilangan kepandaian sebagaimana saudaramu yang pongah itu ".." berkata Koay Ji dengan suara seram dan sangat berwibawa setelah mementalkan Ouw Cih ke belakang hanya dengan satu kibasan lengannya belaka. Sebuah pameran kepandaian yang luar biasa dan membuat semua orang terbelalak kaget sekaligus kagum, terutama Kakek Siu Pi Cong dan Lim Keng Cu.
"Astaga ?" aku terlampau memandang rendah dirinya. Kelihatannya bahkan Toa Suheng akan kesulitan juga menghadapinya ?"" siapa gerangan manusia hebat yang demikian sombong ini ?"?" rutuknya dalam hati.
Belum lagi Lim Keng Cu mengambil keputusan apa yang sebaiknya dia lakukan dalam menghadapi kemunculan Thian Liong Koay Hiap yang demikian hebat dan sakti itu, tiba-tiba dari dalam rumah terdengar teriakan seorang gadis:
"Kurang ajar ?" dia ?" dia ?" dia membawa pergi Nyo Wangwe ?". Engkau sembunyikan dimana dia, hayo jawab ?".."
Semua memandang gadis yang baru saja keluar dari gedung Nyo Wangwe. Seorang gadis yang begitu cantik dan mungil namun berbeda tampilan dengan para gadis dari Tionggoan. Memang kulitnya lebih gelap namun tidak sampai disebut hitam, rambutnya hitam legam dan terurai kebawah, hanya cara berpakaiannya sudah mengikuti gaya dan cara pakaian para gadis Tionggoan. Siapakah dia ?"."
"Haaaaa, siauw sumoy, apa ". apa maksudmu "..?" terlihat Lim Keng Cu terkejut dan kaget dengan kedatangan gadis itu, apalagi terutama dengan kata-kata yang baru saja diucapkan si gadis manis barusan "..
"Accccchhhh, Su Suheng, dia ". dia juga pandai sihir, dia menguasaiku dan kemudian membawa pergi Nyo Wangwe ?".. Nyo Wangwe sudah tidak berada di ruangan, aku baru saja terkena sihirnya dan ?" dan ?". Selanjutnya aku tidak tahu apa yang terjadi", gagap si gadis sambil menunjuk-nunjuk Thian liong Koay Hiap dengan mimik gemas tapi wajahnyapun cantik menggemaskan.
Kalimatnya tidak mampu diselesaikan karena Lim Keng Cu kini memandang Koay Ji dengan pandangan marah. Tepatnya murka ?":
"Mengapa engkau begitu usil mencampuri urusan kami ?"?"
"Menyihir Nyo Wangwe, menempati gedungnya, mencaplok piauwkioknya dan mencuri semua hartanya dan memanfaatkannya untuk mendanai gerakan busuk kalian. Hahaha, apa engkau kira lohu akan mendiamkannya begitu saja ?"?"
"Apa ".. darimana, darimana engkau tahu ?".?"
"Hmmmmm, darimana aku tahu" Yaaaaaaaaa, tentu saja dari utusan Pencabut Nyawa di Pesanggrahan keluarga Nyo. Kalian semua mahluk-mahluk buas yang tidak tahu malu. Senang merampok dan menyusahkan banyak orang. Dan engkau, Siu Pi Cong, kasihan cucumu yang cantik dan cerdas itu, bahkan kawan-kawanmu dari Utara, Barat dan Selatan menyesalkan kelakuanmu yang tidak genah ikut-ikutan dengan gerakan mengganggu ketentraman Kang Ouw. Kuperingatkan engkau, jika tidak dengan segera menyesal dan memilih langkahmu, jangan salahkan jika aku bertindak keras kepadamu. Dan kalian semua, setelah bertemu kembali denganku maka sebagian besar dari kalian akan menjadi orang-orang bercacat seperti saudara-saudara pencoleng kalian yang dahulu itu "..?" dan kelak, siapa yang selamat dari kalian, sampaikan kepada Toa Suheng kalian yang sombong itu, aku akan datang sendiri kelak dan mencarinya untuk memberinya pelajaran agar tahu diri di Tionggoan ?""
Hebat kata-kata Koay Ji. Sampai kakek Siu Pi Cong sendiripun terlihat goyah. Kaget dan wajahnya berubah memerah. Tapi, kelihatannya memang dia memiliki kesulitannya sendiri yang sulit untuk dikatakannya. Tetapi di pihak lain, Lim Keng Cu dan Ouw Cih serta gadis manis yang baru saja keluar dan menjerit memberitahu hilangnya Nyo Wangwe, terlihat terkejut dan sebentar saja menjadi marah dengan kata-kata tajam menyengat dari Koay Ji.
"Hmmmmm, engkau terlampau sombong Koay Hiap, apakah engkau kira kami bertiga kakak beradik seperguruan akan membiarkan engkau bergerak dan menindas kami seenak hatimu itu ?" hahahahaha, engkau hadapi kami bertiga terlebih dahulu. Baru setelah itu engkau boleh banyak mulut ?""
"Jangankan kamu bertiga, bahkan toa suhengmu sekalipun, bersama semua komplotan busuk yang tidak tahu malu itu akan menerima hukuman masing-masing, biar tidak mengganas lagi di Tionggoan ?""
"Hahahahahaha, apa yang engkau andalkan untuk menghadapi kami bertiga atau bahkan berempat dengan Siu Pi Cong "..?"
"He mahluk sombong, urusan kita ditunda dulu, tetapi akupun masih memiliki tugas untuk memberi mereka pelajaran atas tindakan busuk mereka di Han Im ini ".." tiba-tiba Sie Lan In majukan diri tidak mau kalah dengan Thian Liong Koay Hiap. Koay Ji memandangnya sejenak dan kemudian berkata:
"Baik Nona ".. engkau hadapi Kakek dari Timur itu, dia yang terhebat dari mereka berempat ?". biar aku bersama Kwan Kim Ceng menghadapi sisanya ".." sengaja Koay Ji menyebut Siu Pi Cong yang terhebat untuk mengangkat hati dan harga diri Sie Lan In. Tetapi Nona itu memang sentiment sekali dengannya dan terdengar dia berkata dengan suara ketus:
"Baik, akan kuhadapi dia ".. tapi kelak urusan kita harus dibereskan, jangan engkau melarikan diri dan bersembunyi ?""
"Hahahahaha baik, baik Nona, meskipun sebenarnya aku tidaklah pernah melarikan diri, atau bersembunyi, karena aku bahkan tidak pernah pergi jauh-jauh darimu. Selalu dekat-dekat saja ".. tapi sudahlah, sekarang kita tumbangkan dulu kesombongan mereka, komplotan tak tahu diri ini ?"." Setelah berkata demikian, Koay Ji atau Thian Liong Koay Hiap memandang kearah Kim Ceng dan melihat keadaannya sudah pulih kembali, diapun berkata:
"Engkaupun boleh ikut ambil bagian menumpas penjahat-penjahat serta perampok tak tahu malu ini. Tolong awasi gadis manis ini, Lohu sungguh risih harus menjatuhkan dan melukainya ?". Engkau yang pantas menghadapinya"
Meski sebenarnya Kim Ceng sama risihnya, tetapi sulit untuknya mengatakan "tidak" setelah tahu ternyata adalah Thian Liong Koay Hiap ini ternyata yang tadi sudah membantunya. Karena itu mau tidak mau akhirnya diapun dengan amat berat hati mengiyakan sambil berkata singkat:
"Baik Koay Hiap ?"."
Mendengar kesanggupan Kim Ceng, Koay Ji kemudian menghadapi Lim Keng Cu, Ouw Cih dan si gadis sumoy terkecil dari Lim Keng Cu. Dengan suara tajam dan keras, dia kemudian berkata kepada mereka:
"Apakah kalian mau meninggalkan tempat ini dengan baik-baik atau harus menunggu kugebah pergi seperti anjing kudisan ".?"
Hebat akibat kata-kata Koay Ji itu. Sampai Lim Keng Cu yang lebih strategis berpikir dan bertindaknya tak sanggup mengendalikan diri lagi dan akhirnya membiarkan ketika Ouw Cih akhirnya mendahului menyerang Koay Ji dengan menggunakan ilmu andalan perguruan mereka, yakni ilmu Ang Yang Ciang (pukulan api membara). Lengannya sudah merah membara karena memang mengerahkan kekuatan iweekang sepenuhnya karena sadar sedang menghadapi lawan hebat. Melihat Ouw Cih sudah memulai pertarungan, mau tidak mau Lim Keng Cu juga ikut menyerang, dan sekali memulai dia sudah menyerang dengan Ilmu Lak hap im hwee (enam gabungan api dingin). Dan seperti Ouw Cih, dia juga sudah mengerahkan tenaga Mo Hwe Bu Kek khi Kang (Tenaga Dalam Api Iblis) hingga tujuh bagian kekuatan iweekangnya.
Dalam waktu singkat Koay Ji sudah dikerubuti dua orang berkemampuan hebat dan mencecarnya dengan pukulan-pukulan hebat ke sekujur tubuhnya. Bahkan, udara sekeliling tubuhnya sudah panas membara melebihi panas api. Tetapi, tidak terlihat Koay Ji merasa kepanasan dan tidak terlihat dia kerepotan karena dia mampu bergerak gerak dengan Ilmu gerak Thian Liong Pat Pian secara leluasa. Semua serangan kedua lawannya yang hebat itu lewat dan berhembus begitu saja tanpa dapat mengapa-apakannya. Dia seperti dapat menebak kemana arah serangan Lim Keng Cu maupun Ouw Cih dan dengan mudah menangkis, mengelak atau bahkan memotong serangan tersebut. Akibatnya, tidak ada satupun jurus serangan mereka yang membahayakan Koay Ji, termasuk hawa panas yang kelihatannya tidak mempengaruhi daya gerak ataupun konsentrasi kesadarannya.
Sementara itu, Kakek Siu Pi Cong sudah kembali saling serang dengan Sie Lan In, tetapi sama seperti tarung sebelumnya, keduanya terlihat tidak serius bertarung dan lebih banyak melirik pertarungan di dekat mereka berdua. Sementara gadis cantik adik seperguruan termuda Lim Keng Cu tadi, juga sudah bertarung dan kini dilawan oleh Kwan Kim Ceng. Yang hebat ialah, diapun ternyata berkepandaian tinggi dan mampu mengimbangi Kwan Kim Ceng dan tidak terlihat terdesak atau kewalahan. Meski Kim Ceng memang tidak serius menghadapinya, tetapi gadis itupun kelihatannya lebih sering melirik kedua suhengnya yang sedang mengerubuti Koay Ji. Berkali-kali dia mencoba ikut menyeberang guna membantu kedua suhengnya, tetapi selalu dihalangi oleh Kwan Kim Ceng.
Di pihak lain, Koay Ji atau Thian Liong Koay Hiap terlihat mulai membalas serangan kedua lawannya. Berbeda dengan pertarungannya di Siauw Lim Sie, sekali ini gerak gerik Koay Ji sudah jauh lebih mantap, jauh lebih terarah dan sudah leluasa dalam mengerahkan kekuatan iweekangnya. Karena itu, menghadapi keroyokan kedua lawan yang sebenarnya tidak kurang hebat dari lawan-lawannya di Siauw Lim Sie, dia justru tidak merasa kerepotan. Bahkan, semakin mudah dia melihat lubang kelemahan lawan sejak berlatih dan "melatih" Sie Lan In dan Kwan Kim Ceng. Sementara itu, Kwan Kim Ceng dan Sie Lan In disisi lain seperti mengenal gerak-gerak yang dimainkan oleh Thian Liong Koay Hiap, tetapi mereka merasa tahu tapi asing, asing tetapi seperti tahu dan mengenali gaya-gaya tersebut. Itulah sebabnya keduanya semakin tidak serius melawan lawan mereka masing-masing. Gerak-gerik Thian Liong Koay Hiap, jurus dan gaya menghindarnya seperti mereka kenali.
"Jurus Tiang Hong Koan Jit (Pelangi Menembus Matahari) ...." terdengar bentakan keras dan getaran mujijat dari Lim Keng Cu. Bersamaan dengan getaran tersebut yang memaksa Koay Ji untuk mengerahkan kekuatan tenaga iweekangnya lebih tinggi, Ouw Cih juga merangsek maju dengan ilmu Ang Yang Ciang (Pukulan Api membara). Sekali ini dia menyerang hebat dalam jurus Pek-hay-pok-li (laut hijau memantulkan sinar) dan hebat luar biasa kombinasi serangan kedua kakak beradik seperguruan ini. Mereka seperti menutup semua jalan keluar Koay Ji dan memaksa Koay Ji untuk menghadapi mereka secara berdepan. Jika sebelumnya Koay Ji seperti kucing-kucingan dengan ilmu gerak mujijatnya, kini mereka memepet dan mengurung Koay Ji untuk tidak bisa mengelak lagi. Padahal, sesungguhnya Koay Ji sudah memiliki pilihan dan strateginya sendiri menghadapi kedua lawan hebatnya ini.
Kekuatan utama Lim Keng Cu bukan pada jurus serangannya, tetapi pada bentakan sihir yang menggoyahkan semangat lawan dan kekuatan iweekang yang melambari pukulannya yang mengarah ke bagian atas Koay Ji. Sementara Ouw Cih menyerang dengan cara nekat dan bertekat untuk membunuh Koay Ji dengan cara apapun bahkan dengan tidak mempedulikan keselamatannya. Kekuatan kedua orang itu sungguh luar biasa dan membawa hawa panas membara dan menggencet Koay Ji di tengah tengah. Tetapi, Koay Ji berbeda dengan tokoh-tokoh lain di Tionggoan. Bukan hanya gerakan mujijatnya yang luar biasa, tetapi juga kekuatan iweekang di usia semuda dirinya sungguh terasa tidak masuk akal bagi banyak orang. Melihat kenekatan Ouw Cih, Koay Ji menjadi sebal, tetapi karena mengingat sudah mencelakai kakaknya, maka Koay Ji sedikit bermurah hati menghadapinya.
Tetapi, setelah berkali-kali Ouw Cih seperti tak tahu diri, membuat Koay Ji menjadi murka dengan sendirinya. Dengan gerak mujijat dan ginkang Lian Lip Sut, Koay Ji bergerak dengan licin dan lincah sehingga terlepas dari semua gencetan kedua lawannya, pada saat itu secara bersamaan dia mengembangkan jurus Hua-liong-thiam-cing (melukis naga memberi mata). Kedua lengannya bergerak cepat mendorong lengan Lim Keng Cu sampai tokoh itu kaget karena tenaganya terhisap kuat oleh lawannya dan dilain saat mendorongnya hingga terpental sampai 5 langkah ke belakang. Pada saat itu, Ouw Cih baru sadar bahaya, tetapi dia rada terlambat menyadari serangan Koay Ji yang menggunakan Sam Im Ciang untuk memukulnya. Untung dia masih menahan kekuatan iweekangnya, jika tidak pukulan itu akan menghancurkan seisi tubuh Ouw Cih yang sudah membuatnya kesal dan murka. Hanya terdengar benturan dan erangan kesakitan dalam waktu sepersekian detik:
"Bukkkkkkkk ......... uaaaaaaaakkkkkkkkk "
Sebuah pukulan berat Koay Ji mendarat dengan telak di pinggang kiri Ouw Cih dan akibatnya sungguh hebat. Tubuh Ouw Cih langsung terpental roboh ke belakang dan dari mulutnya mengalir darah segar. Dia terlihat masih berusaha untuk duduk, tetapi akhirnya tak sanggup melakukannya. Sampai-sampai, akhirnya suhengnya Lim Keng Cu mendekatinya dan menotok beberapa bagian tubuh Ouw Cih membuat akhirnya darah berhenti menyembur dari mulutnya. Begitu selesai Lim Keng Cu berdiri dan memandang marah kearah Koay Ji sambil membentak:
"Engkau mencederainya secara parah ....... engkau berani dan lancang ....."
"Hahahahahaha, bukan hanya melukai, tetapi membuatnya harus berbaring di tempat tidur selama kurang lebih setahun. Sekali dia mengerahkan tenaga murni untuk berkelahi atau melukai orang, maka dalam waktu kurang sebulan hawa murninya akan membuyar dengan sendirinya dan jangan harap lagi mampu melatih hawa murninya kembali. Dan bukan hanya dia, engkaupun akan menerima hukuman yang sama, sama seperti semua orang yang punya niat buruk bagi banyak orang ........"
Mendengar kalimat Koay Ji, Ouw Cih yang masih belum pingsan sepenuhnya menjadi pening dan benar-benar kehilangan kesadarannya. Sementara Lim Keng Cu, menjadi jeri dan ngeri mendengar ancaman Koay Ji. Sesungguhnya sudah sejak awal dia sudah merasa ngeri menghadapi Koay Ji, dan ketika akhirnya Ouw Cih yang bandel mendapat hukumannya, diapun sadar posisinya sudah sangat gawat. Dia melihat-lihat kesekeliling seperti mengharapkan bantuan, tetapi ketawa dan suara Koay Ji membuatnya makin ngeri dan mulai kehilangan pegangan:
"Hahahahaha, petugas keamanan sudah mengurung anak buahmu di pesanggrahan keluarga Nyo dan bahkan ribuan petugas keamanan sudah diundang Nyo Lopeh untuk mengurung gedung ini. Jika engkau berpikir masih akan pergi meninggalkan gedung ini, engkau sungguh bermimpi disiang hari ........ semua begundal kalian sudah pada ditangkapi di kota Han Im, tinggal kalian pemimpinnya yang harus diamankan. Kulihat, jauh lebih baik engkau menyerahkan diri, sebab jika menunggu aku turun tangan, maka hukumanmu akan sama dengan Ngo Sutemu ......."
Tetapi, tiba-tiba terdengar sebuah raungan dan tawa iblis yang sungguh menggetarkan. Meski raungan dan tawa iblis itu sangat menggetarkan, tetapi kelihatannya sasaran utamanya adalah Koay Ji. Karena terlambat sedetik mengantisipasinya, Koay Ji terkena efek serangan berbahaya yang penuh hawa mujijat sihir tersebut. Kesempatan Koay Ji untuk memperkuat diri dan mengusir hawa sihir yang mujijat itu memberi waktu kepada dua orang untuk bertindak secara berbeda. Yang pertama adalah Lim Keng Cu yang terlihat gembira dengan tawa iblis itu, diapun mendesis lirih:
"Sam Suheng ......."
Sambil mendesis demikian dia kemudian bergerak cepat karena Koay Ji kehilangan waktu sedetik untuk mengumpulkan semangatnya. Bersamaan dengan itu, Lim Keng Cu bergerak kearah tubuh Ouw Cih dan sedetik kemudian dia sudah melompat pergi bersama dengan Siu Pi Cong yang juga mencelat pergi dengan kesepatan tinggi. Sementara itu, gadis cantik yang dipanggil "siauw sumoy" oleh Lim Keng Cu, ketika mendengar tawa iblis, terlihat bergerak untuk mengkonsentrasikan diri dan kemudian mengeluarkan tawa membantu tawa iblis itu menyerang Koay Ji. Tetapi, Kwan Kim Ceng yang tidak menjadi sasaran langsung tawa mujijat berkekuatan sihir hebat itu sudah bergerak cepat.
Dengan totokan Tan Ci Sin Thong, dia menerjang si gadis cantik yang tidak menyangka serangan Kwan Kim Ceng. Sesungguhnya, jika tadi dia bergegas pergi tanpa berusaha menyerang Koay Ji dengan membantu suara sihir tadi, dia memiliki banyak waktu yang cukup meloloskan diri. Tetapi, karena memberi bantuan untuk menyerang Koay Ji, dia kehilangan waktu sedetik dua detik dan memberi kesempatan Kwan Kim Ceng dan Koay Ji bekerjasama membekuknya. Totokan Tan Ci Sin Thong membuat serangan sihirnya kearah Koay Ji terhenti dan bersamaan dengan itu, tawa Iblis tadi juga sirap. Sementara Lim Keng Cu dan Siu Pi Cong sudah berkelabat pergi menjauh tanpa dapat diapa-apakan oleh Koay Ji dan apalagi oleh para penjaga yang sudah mengurung gedung Nyo Wangwe.
Yang sial adalah si gadis cantik. Begitu dia kehilangan waktu untuk mencelat pergi, sebuah totokan lain yang dilepaskan Koay Ji dengan ilmu Mengekang Naga sudah menghentikan langkahnya dan kini dia rubuh tertotok. Robohnya gadis itu segera diikuti dengan bentakan keras Koay Ji:
"Bangsa, kalian tidak bisa meloloskan diri begitu saja ......." begitu kalimat itu meluncur dari mulutnya, diapun berkelabat pergi mengejar kemana perginya Lim Ke Cung yang membopong saudara seperguruannya dan juga Kakek Siu Pi Cong. Tak seberapa detik mereka semua sudah berlalu. Tiba-tiba, Nona Sie Lan In juga ikut membentak setelah 2,3 detik Koay Ji berkelabat pergi mengejar musuh:
"Heeeeeei, engkau mau kabur ........?" teriakannya diikuti dengan berkelabatnya tubuh Nona Sie Lan In dalam kecepatan yang menakjubkan. Tetapi, sayang sekali, waktu 3,4 detik sudah cukup bagi Thian Liong Koay Hiap untuk menghilangkan jejaknya, dan Sie Lan In tidak lagi dapat mengetahui arah mana yang diambil pendekar aneh itu. Sementara dalam waktu yang tidak terlampau lama, tiba-tiba masuk ke halaman orang lain yang datang dengan seri wajah penuh kegembiraan:
"Acccchhhhh, akhirnya aku tidak terlambat datang ...... bagaimana Kwan toako, apa semua sudah dapat terkendalikan ......?" terlihat si pemuda yang bernama Bu San masuk bersama seorang gadis lainnya, yang belakangan di kenal sebagai cucu Nyo Wangwe, yaitu Nona Nyo Bwee yang manis.
"Acccchhhh Bu San, bagaimana keadaanmu, apakah tidak ada orang yang datang dan mengganggumu di rumah penginapan ....?" tanya Kwan Kim Ceng dengan wajah penuh kekhawatiran yang membuat Koay Ji terharu. Dia teringat tadi bahwa Lim Keng Cu dan komplotannya mengancamnya akan mengirim orang untuk menangkap atau akan mencelakai Koay Ji yang tinggal di penginapan.
"Accchhm syukurlah orang aneh bernama Thian Liong Koay Hiap datang membantuku dan kemudian mengantarku kemari, sampai kemudian bertemu dengan Nona Nyo Bwee. Dan akhirnya tadi kami berdua bertemu lagi disini dan masuk bersama menemui Kwan toako ...... heeeiiii, kemana Nona Sie .....?" tanya Koay Ji dengan wajah penuh keheranan karena tidak melihat Sie Lan In disitu.
"Acccchhhh, syukurlah saudara Bu San. Jangan khawatir, Nona Sie baik-baik saja, dia justru sedang mengejar orang aneh itu. Sepertinya ada ganjalan diantara mereka berdua, tapi biarlah lain kali kita berusaha untuk mendamaikan mereka. Kita tunggu saja, sebentar lagi juga dia balik kemari ......."
"Acccch, tapi Pendekar Aneh itu menyelamatkan Nyo Wangwe dan juga tadi sudah membantuku dari para penjahat. Banyak sekali bantuannya, buat apa Nona Sie berkelahi dan berselisih dengan Pendekar aneh itu .....?"
"Entahlah Bu San, aku sendiri tidak mengerti persoalan diantara mereka ....."
Tiba-tiba keadaan menjadi ramai dan dari pintu gerbang terlihat berjalan masuk penuh wibawa seorag berpakaian mewah. Bahkan Nyo Bwee segera menyambutnya sambil dengan suara manja memanggil:
"Kong-kong, bagaimana keadaanmu, apakah engkau sudah sehat ......?" sambil berkata demikian, setelah dekat, Nyo Bwee sudah segera menggandeng lengan kong-kongnya dengan sikap manjanya.
"Acccchhhh, sudah tidak berhalangan cucuku ..... ada Pendekar Aneh itu yang sudah membantu melepaskan kekuatan sihir itu dan kemudian ada anak muda bernama Bu San yang membantu menyembuhkan dan menyehatkan kembali kong-kong .... tetapi, dimana Pendekar Aneh itu, kenapa kong-kong tidak melihatnya .....?"
"Menjumpai Nyo Suheng, siauwte Kwan Kim Ceng murid dari Suhu Bu Kek Hwesio. Bagaimana keadaan Nyo Suheng sekarang ......?"
"Aaaaachhhh, Kwan Sute ....... sudah lama lohu tidak mendengar kabar Bu Kek Supek, apakah keadaan Suhumu baik-baik saja Kwan sute ......?" balas Nyo To menegur dan menyapa Kwan Kim Ceng dengan ramah.
"Suhu baik-baik saja Nyo Suheng, bahgkan sekarang setelah tugasnya selesai, Suhu sudah kembali tinggal di Kuil Siauw Lim Sie ......"
"Hahahahahaha, baguslah jika Bu Kek Supek tinggal di Siong San, tentu menambah kekuatan kita disana ....." Nyo To berkata dengan wajah cerah, terlihat sekali rasa gembira dimatanya meski masih terlihat jejak-jejak keletihan akibat cukup lama ditawan dan disihir orang di gedungnya sendiri. Tetapi, bahwa secara fisik dia sudah sehat kembali sungguh menggembirakannya.
Tak lama kemudian Sie Lan In kembali ke gedung megah keluarga Nyo dan langsung diperkenalkan dengan Nyo To sekeluarga. Kegembiraan memenuhi gedung keluarga Nyo sementara penjagaan ketat dilakukan oleh penjaga keamanan yang dikirimkan langsung penguasa kota Han Im. Malamnya, meski kedua orang tua Nyo Bwee masih dalam perawatan. Namun dengan kemampuan Bu San, membantu mereka dengan pil penambah tenaga, tak lama kemudian merekapun sudah dapat berdiri meski masih sangat letih. Maka lengkaplah kegembiraan Nyo To dan keluarganya, sambil tak lupa mereka mengucapkan terima kasih kepada Sie Lan In, Kwan Kim Ceng dan juga Bu San atas bantuan untuk keluarga mereka.
Sementara itu, Gadis cantik tawanan Thian Liong Koay Hiap dan Kwan Kim Ceng akhirnya diketahui bernama Nadina. Gadis ini masih sangat muda dan merupakan murid bungsu dari Mo Hwee Hud. Meski masih muda, tetapi kemampuan Ilmu silatnya ternyata tidak dibawah kemampuan Kwan Kim Ceng, malahan memiliki kemampuan lain yang lebih hebat, yakni Ilmu Sihir yang cukup kuat. Hanya, berbeda dengan semua karena usianya juga baru 18 tahunan. Sekali berkelana sudah langsung tertangkap musuh sungguh membuatnya lebih sering menangis dan bermuram durja. Meski demikian, karena khawatir melarikan diri, Bu San (atau Koay Ji) secara sengaja telah menotok Nadina dengan totokan khusus. Hal ini membuat si gadis cantik tidak menyadari jika dia tak mampu pergi terlampau jauh dari Bu San.
"San ji, masih perlukah engkau menangani kesehatanku malam ini ....." tanya Nyo To setelah jamuan makan malam yang penuh kegembiraan malam itu. Tentu setelah secara terbuka dia menyatakan terima kasih kepada semua orang muda yang sudah membantu keluarganya melalui musibah yang cukup lama mereka alami. Bahkan sebelumnya Nyo To sempat berkata kerugiannya tidak seberapa dan tidak akan membuatnya miskin. Dia akan terus membantu Siauw Lim Sie karena itu adalah janji dan sumpahnya ke Siauw Lim Sie.
"Nanti sebelum Nyo Locianpwee beristirahat, San ji akan memeriksa sekali lagi, termasuk juga Nyo lopeh berdua. Biarlah malam ini kuperiksa sekali lagi, meski tadi sebetulnya sudah tidak lagi berhalangan. Hanya untuk memastikan saja ....." demikian Bu San menjanjikan untuk memeriksa kembali Nyo To dan anaknya Nyo Kun suami istri. Dan memang demikian yang dilakukan Bu San malam itu dengan terus menerus ditemani Nyo Bwee yang tak henti-hentinya menyatakan terima kasih kepada Bu San. Tetap, sebelum Bu San sendiri beristirahat, tiba-tiba dia mendengar suara Sie Lan In yang meminta dia untuk berbicara sebentar. Sekali ini, karena masing-masing, Bu San, Kim Ceng dan Sie Lan In beroleh kamar yang besar, maka mereka tidur terpisah. Terutama Kim Ceng dan Bu San yang selama perjalanan jika menginap di hotel pasti akan tidur di kamar yang sama.
"Nona Sie ........ silahkan ..... " Bu San mempersilahkan Nona Sie memasuki kamarnya dan hal itu tidak membuat mereka risih karena sebelumnya seperti itulah laku mereka selama dalam perjalanan. Dan Sie Lan In kemudian memasuki kamar Bu San, duduk di kursi yang tersedia di kamar besar tempat beristirahat Bu San. Disana dia terdiam dan terlihat agak sedikit penasaran. Tetapi, Koay Ji sangatlah paham sebagaimana waktu-waktu sebelumnya, adalah lebih baik membiarkan Sie Lan In seperti itu sebelum mengajaknya bercakap-cakap lebih jauh. Dan benar saja, setelah beberapa saat, Sie Lan In kemudian bertanya kepadanya:
"Bu San ........ aku .... aku ingin bertanya sesuatu kepadamu ......" tanya si Nona dengan sinar mata ragu dan bingung.
"Enci Sie ..... adakah sesuatu yang mengganggu perasaanmu hari ini ....."
"Bukan soal itu Adik Bu San ...... tapi .... aku, aku merasa aneh dan kebingungan ..."
"Apa yang membuat Enci kebingungan .....?" kejar Bu San ...


Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Acccchhhh, tetapi ..... sepertinya mustahil ....."
Bu San atau Koay Ji kebingungan dengan tingkah pola Sie Lan In yang sangatlah membingungkan malam ini. Karena itu, dia terdiam dan menunggu Lan In untuk berbicara lebih jauh.
"Apakah, apakah engkau mengenal dan memiliki hubungan dengan Thian Liong Koay Hiap adik Bu San .....?" akhirnya dengan susah payah Lan In bertanya sambil menatap langsung ke wajah Bu San untuk mencari kepastian disana. Tentu saja Koay Ji siap menjawab pertanyaan semacam ini, sudah berapa hari dia menyiapkan diri dan juga jawaban atas pertanyaan seperti ini.
"Acccchhhh, pendekar hebat itu ....." Bagaimana bisa aku memiliki hubungan dan mengenalnya Enci Lan In ..."
Sie Lan In mendesah dan terlihat kebingungan. Tetapi kemudian sambil kembali menatap mata Bu San diapun berkata:
"Ada beberapa jenis gerakan yang engkau ajarkan sungguh mirip dengan gerakan yang ditunjukkan Thian Liong Koay Hiap hari ini. Karena itu, aku sempat menduga, jangan-jangan engkau memiliki hubungan dengannya. Entah dia adalah suhengmu atau mungkin murid dari Pendeta Tua yang engkau kisahkan itu ....."
"Acccccchhhhh, sangat mungkin ..... sangat mungkin. Tetapi, sayang sekali, aku tidak mengetahui hal-hal pribadi yang menyangkut Pendeta Tua itu Enci ..... percakapan kami tidak pernah lebih dari seputar pelajaran dan penjelasan lisannya atas ilmu dan jurus yang tersimpan dikepalaku. Bisa jadi dia mengajarkannya kepada muridnya, dan Thian Liong Koay Hiap itu, adalah mungkin muridnya enci ..... tetapi, sesungguhnya aku tidak merasa yakin dan pasti ....."
Sie Lan In melihat ketulusan dan ketidakpura-puraan dalam jawaban Bu San. Karena itu, dia mengernyitkan kening dan kembali merenung. Sungguh dia tidak keliru dan merasa pasti bahwa ada banyak sekali kemiripan gerakan yang ditunjukkan Koay Hiap tadi siang dengan gerak dan jurus-jurus istimewa yang diajarkan Bu San kepadanya dan kepada Kwan Kim Ceng. Tetapi, tentu saja dia tak dapat mendesak dan memaksa Bu San untuk menjelaskan kemiripan-kemiripan itu, selain menduga bahwa besar kemungkinan Koay Hiap adalah murid Pendeta Tua yang dikisahkan Bu San. Setidaknya, itu yang diyakini oleh Sie Lan In.
Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya Sie Lan In kemudian berkata:
"Adik Bu San, Encimu ini akan meninggalkan kalian untuk beberapa saat. Beberapa waktu kedepan, enci punya janji pertemuan mewakili Subo ..... oleh karena itu, dalam beberapa waktu kedepan, enci akan melanjutkan perjalanan. Semoga kita dapat bertemu kembali setelah itu ......"
"Acccchhh, Enci, engkau akan pergi kemana gerangan ......?" tanya Bu San tanpa disangka dan secara otomatis bertanya ingin tahu.
"Adikku, enci harus mewakili Subo menghadiri sebuah pibu dalam waktu dekat, dan pertemuan kami sangatlah rahasia dan tidak boleh dihadiri orang lain ..... karena itu, apa boleh buat, tidak kuijinkan siapapun mengikutiku ....."
"Accchhhh, jika memang demikian, enci perlu berkonsentrasi berlatih selama beberapa hari ini sebelum menuju ke tempat perjanjian itu. Lagipula, kulihat tempat ini sangat tepat menjadi memusatkan perhatian ....."
"Engkau benar adiikku .... beberapa hari sebelum berangkat, enci ingin berkonsentrasi berlatih menyempurnakan ilmu-ilmu perguruanku. Sebab menurut penuturan Subo, lawan lawan yang akan kuhadapi bukanlah lawan lemah, kemampuan mereka tidak berada di sebelah bawah kemampuanku ......"
"Jika enci membutuhkan bantuanku, katakan saja. Jika dapat membantu enci, aku akan dengan sangat senang melakukannya ....."
Sie Lan In tertegun. Benar, dia teringat bahwa kemampuannya meningkat oleh ide dan bantuan Koay Ji, kenapa tidak dia berlatih selama beberapa hari dengan Bu San. Ide ini menyenangkannya, selain itu, entah mengapa dia sangat senang berlama-lama dengan pemuda yang tidak mengerti silat, tetapi penuh percaya diri dan malah memiliki pemahaman yang dalam terhadap ilmu dan jurus ilmu silat. Dan karena itu maka diapun berkata dengan suara sedikit ragu namun jelas nada suaranya demikian penuh permohonan yang sulit ditolak:
"Apa engkau bersedia membantu encimu ini .....?"
"Sudah pasti aku akan dengan sangat senang hati membantumu Enci .... tetapi, coba engkau katakan terlebih dahulu bagaimana caranya adikmu ini akan dapat membantumu enci ..."
"Cara berlatih kita sebelumnya, termasuk dengan Kwan kim Ceng toako sangatlah berguna dan sangat membantuku Bu San. Apakah engkau bersedia jika kita berlatih dengan cara seperti itu selama beberapa hari kedepan. Bagaimana pendapatmu .....?" tanya Sie Lan In antusias dan rasa sangat senangnya tak disembunyikan.
"Oooooh, baik .... baik, jika hanya itu permintaan Encu, aku pasti akan sangat bersedia untuk membantu ...." jawab Bu San segera. Dan bukan main senangnya Sie Lan In, dia tidak tahu karena Bu San sendiri teramat senang berlama-lama, baik bercakap cakap maupun berlatih bersama. Apalagi, karena persiapan Sie Lan In, dia sering sekali didahulukan dan berlatih secara terpisah.
Dan begitu seterusnya yang terjadi. Bahkan setelah 3 hari, Sie Lan In, Bu San dan Kwan Kim Ceng dengan ditemani Nyo Bwee dan membawa beberapa pelayan, pindah ke Pesanggrahan Keluarga Nyo. Tentu saja dengan jumlah penjaga keamanaan yang diminta Nyo Wangwe dari pihak keamanan kota yang berjumlah hampir 30an orang. Ditambah dengan beberapa pelayan, akhirnya kesampaian juga mimpi Sie Lan In dan juga Kwan Kim Ceng serta Bu San untuk dapat menginap di pesanggrahan itu. Bahkan, Nadina yang menjadi tawanan merekapun ikut dipindahkan ke pesanggrahan dan ditempatkan di ruangan bawah tanah. Hanya saja, selama beberapa hari terakhir, karena sifat Nadina yang ramah dan bersahabat, perlahan-lahan permusuhan diantara mereka mulai mencair. Termasuk dengan Nyo Bwee yang semakin kemari semakin merasa simpati dan suka berbicara dengan Nadina.
Ada hampir 10 hari secara intensif Koay Ji berlatih bersama dengan Nona Sie Lan In. Tetapi, selain itu, semenjak pindah ke pesanggrahan keluarga Nyo, diapun akhirnya membantu Kwan Kim Ceng dan Nyo Bwee untuk melakukan hal yang sama dengan Sie Lan In. Meski frekwensi dengan Sie Lan In jauh lebih tinggi karena memang Bu San mengerti jika Nona itu harus melakukan pibu dan perlu persiapan lebih menghadapinya tarung tersebut.
Tetapi, yang membuat Koay Ji terkejut adalah, kualitas ilmu Sie Lan In sungguh sangat hebat, tidak kalah atau bahkan masih mengatasi Kwan Kim Ceng. Dan herannya, semakin kemari dia semakin paham bahwa ada kedekatan yang luar biasa dasar ilmu antara dirinya dengan Sie Lan In dan juga dengan Kwan Kim Ceng. Meski kedekatan mereka berdua jauh lebih terasa dan jauh lebih kental. Dengan kata lain, lebih dekat lagi hubungn dasar ilmunya dengan Sie Lan In dibandingkan dengan Kwan Kim Ceng. Hal ini membuat Bu San banyak menduga-duga tanpa memperoleh jawaban dan akhirnya membiarkan saja fakta itu menjadi rahasia abadi. Meski suatu saat dia akhirnya dapat juga memahaminya.
Sie Lan In sendiri tidak segan dan tidak lagi menyembunyikan ilmunya, kecuali ilmu pamungkas perguruannya yang tentunya tidak ingin dipertunjukkannya. Tetapi, bukan sedikit dia menerima masukan dan bahkan format jurus baru yang dirasakannya sangat lihay sebagai hasil kreasi nya berdua dengan Bu San. Karena itu, selama sepuluh hari berlatih, Sie Lan In merasa kemampuannya melesat cukup tinggi dibanding sebelum dia mulai berlatih berdua dengan Bu San. Dan yang membuatnya senang dan tidak dia sadari, kemampuan iweekangnya meningkat dengan hebat. Dia tidak tahu jika Bu San beberapa kali membantunya, baik dengan gerakan-gerakan yang khusus menggugah jalan darah pertumbuhan iweekang, maupun dengan mencampurkan sejenis obat atau pil yang berguna memupuk tenaga iweekangnya. Terlebih, karena setelah makan atau melatih gerakan tertentu, Bu San kemudian membimbing Sie Lan In untuk mengatur tenaganya dan memberinya petunjuk melatihnya.
Keadaan ini membuat Sie Lan In benar-benar takluk dan merasa betapa mujijatnya Bu San. Bahkan, anehnya semakin lama dia semakin merasa jika Bu San sebenarnya adalah pemuda yang menyembunyikan kepandaiannya. Tetapi, tetap dia tak mampu membuktikan dugaannya, tetap saja terlihat Bu San sebagai pemuda yang tidak bisa bersilat tetapi menguasai ilmu pernafasan. Dan terutama menguasai sejumlah rahasia membentuk jurus serangan yang sangat luar biasa. Jika dia ambisius, maka dia akan tinggal lama dengan Bu San. Dan kemudian akan terus menguras pengertian dan penguasaan Bu San atas sejumlah gerak dan sejumlah ilmu yang masih banyak dalam perbendaharaannya. Tetapi, Sie Lan In yang sangat terharu dengan keseriusan Koay Ji jelas memiliki liangsim. Beberapa kali dia berpikir anda saja Bu San mampu bersilat dan beberapa pengandaian lainnya. Tetapi hanya sampai pada titik andai-andai seperti itu. Karena seterusnya andai-andai itu tenggelam dibalik latihannya yang sangat serius dan membuatnya maju sangat pesat.
Hina Kelana 16 Misteri Bayangan Setan Karya Khu Lung Perjodohan Busur Kumala 23
^