Pencarian

Pisau Kekasih 6

Pisau Kekasih Karya Gu Long Bagian 6


Tentu saja tidak. Tapi di mata kekasih, dia orang istimewa. Seperti orang
yang senang makan ikan kakap bila diganti dengan ikan
kembung, belum tentu dia sama suka.
Putri Kao Tong tidak peduli lagi mengejar terpidana
yang masih melarikan diri.
Seng Kong-kong bisa melihatnya sendiri.
Tapi Seng Kong-kong tahu pola pikirnya.
Asalkan putri Kao Tong merasa puas, yang lain lebih
mudah dilakukan. Dulu Bu Cek-thian mendapatkan seorang laki-laki seksi
yang sangat dia sukai, namanya adalah Cia Hoai-ih karena
terlalu senang dia mengubah negaranya menjadi tahun yang
menyenangkan. Kalau tidak membunuh, Wie Kai harus segera sehat
kembali. Dengan obat terbaik putri Kao Tong merawat Wie Kai.
Mainan telah dirusaknya maka dia sendiri yang harus
memperbaikinya. Putri Kao Tong mulai mendandani dirinya sendiri.
Dia tidak percaya kelembutannya kalah dari perempuan
pelarian itu. Dia ingin menarik perhatian Wie Kai, supaya Wie Kai
sadar bahwa keputusan yang dulu diambil adalah
keputusan yang bodoh. Yang pasti di satu pihak dia butuh untuk melampiaskan
nafsu birahinya, di lain pihak karena rencana besar lainnya.
Dia membutuhkan laki-laki seperti Wie Kai, punya ilmu
tinggi, berani melakukan berani bertanggung jawab, berani
membenci juga berani mencintai.
Keberanian dan rencana yang sempurna tidak semua
orang bisa melakukannya. Putri Kao Tong ingin memperalat kelebihan ini untuk
mencapai cita-citanya. Seng Yan-kong terus berjalan mondar mandir. Dia
berpikir dalam-dalam. Banyak hal penting yang harus dia pikirkan, hal seperti
ini hanya boleh sukses tidak boleh gagal.
Salah satunya adalah pengkhianatan Wie Kai dan Lengji karena terus mengejar dan
berusaha membunuh mereka,
maka sudah membuat dunia persilatan geger.
Setelah lama mondar mandir akhirnya Seng Kong-kong
pun duduk. Mo Ki-thian selalu berada di sisinya.
Dia kaki tangannya yang setia.
Seng Yan-kong sangat tahu tentang orang ini.
Tapi bakat Mo Ki-thian berbeda jauh dengan Wie Kai
dan Leng-ji. Ini alasan mengapa Seng Kong-kong tidak berani
memberikan tugas penting kepadanya.
Tiba-tiba Seng Yan-kong berkata kepada Mo Ki-thian:
"We Kai senang pada perempuan yang bisa minum arak,
kalau Siau-loo senang apa?"
Mo Ki-thian membungkukkan tubuh jawabnya:
"Loo Cong lebih lugu dia lahir dari keluarga petani."
Seng Yan-kong mengangguk:
"Keluarga petani..."
Walau hanya dua kata yang terucap, tapi Seng Kongkong sudah punya rencana.
Apakah semua ini bisa mengganggu rencana besarnya"
Kaburnya Wie Kai dan Leng-ji dari Eng-hong-pie-ya
menjadi hal besar. Tapi bila dibandingkan dengan rencana besar-nya itu,
seperti dukun kecil bertemu dengan dukun agung.
Pikiran kacau akan membuat rambut cepat memutih.
Karena itu pula rambut Shen Kong-kong sudah memutih
semua. Menyuruh Seng Kong-kong melepaskan niat mengejar
Loo Cong dan Leng-ji sungguh hal yang mustahil.
Walaupun sadar mereka tidak akan membalas dendam
dan mungkin mereka akan lari ke padang gurun atau ke
tempat gersang, atau mungkin selama-nya mereka tidak
akan muncul lagi di bumi ini, Seng Kong-kong tetap tidak
akan sudi melepaskan mereka.
Karena dia adalah seorang Seng Kong-kong.
Di persawahan. Cita-cita Loo Cong sudah tercapai.
Dia adalah seorang putra petani, maka bekerja di sawah
sudah menjadi keahliannya.
Demi menghindari pengejaran dan pembunuh-an mereka
bersembunyi di sebuah desa.
Di sana adalah sebuah tempat terpencil, jauh dari
keramaian kota. Mereka tinggal di sana. Untuk sementara bahaya telah lewat.
Tapi Leng-ji selalu merasa sedih dia tidak bisa
melupakan Wie Kai. Matahari bersinar terik. Loo Cong sedang mencangkul.
Leng-ji duduk di atas pematang sawah, dia mencabuti
rumput-rumput dengan tidak semangat.
Penampilannya sekarang seperti perempuan desa.
Sekarang dia menjadi kurus dan hitam, mungkin karena
terkena sinar matahari terus-menerus, kulitnya menjadi
kasar, tapi semua itu tidak mengu-rangi sikap anggunnya.
Loo Cong tahu kalau Leng-ji sejak lahir bukan seorang
anak petani. Ingin menjadikan dia sebagai petani buat Siau-loo
sungguh menyedihkan. Dia menoleh melihat Leng-ji.
Leng-ji sedang menatap ke kejauhan dengan penuh
perhatian. Dia memang sering seperti itu.
Siau-loo tidak tahu apa yang sedang dilihatnya,
sebenarnya Leng-ji sendiri pun tidak tahu apa yang sedang
dilihatnya. Siau-loo menjadi sedih. Siau-loo mendekati Leng-ji, dia ingin membuat Leng-ji
senang, kalau tidak mengapa Wie Kai bisa mengatakan
bahwa kedatangannya membuat keadaaan lebih baik"
Sebenarnya kedatangannya membuat keadaan lebih
buruk. Apakah dia pantas datang ke sini"
Itu bukan hal penting. Siau-loo mendekat dan memanggil:
"Leng-ji!" Leng-ji menarik sorot matanya dari tempat jauh itu dan
tertawa tipis. Sejak Siau-kai menghilang, tertawa adalah hal yang sulit
dilakukan. Tapi Siau-loo berharap dia bisa tertawa.
Kalau dia tidak tertawa dia takut Siau-loo akan sedih,
tertawa membuatnya risih.
"Aku yakin kau pasti sedang memikirkan masa lalu yang
lucu dan menyenangkan!"
"Masa lalu yang lucu?"
"Dulu kau seperti pernah menyamar menjadi nona besar
keluarga Lim!" "Apakah itu hal yang lucu?"
"Apakah itu tidak lucu?" Siau-loo jadi sadar hal itu tidak
lucu tapi dia berharap Leng-ji bisa tertawa.
Leng-ji menggelengkan kepala dan tertawa kecut.
Kalau orang banyak pikiran dia akan sakit.
"Rencana Seng Kong-kong dalam memperebutkan harta
sangat kejam, dia tidak peduli siapa yang mempunyai harta
itu, hingga bisa disebut hitam makan hitam!"
Leng-ji menatapnya. "Pada mulanya Liauw In dan Cia Peng ingin merebut
harta yang banyak milik Nyonya Lim Put-hoan, dia
memasang umpan dengan senar yang panjang. Dia
membawa pergi putrinya supaya nanti bila mereka sudah
dewasa bisa merebut harta itu!"
"Tapi Liauw In sepertinya tahu, hanya sebagian harta itu
milik Liauw Swat-keng."
"Benar," jawab Siau-loo, "karena Cia Peng tidak setia
kepada Liauw In, dia menaruh seorang Lan Hong-su di
tempat Lan Ling, Lan Ling adalah selingkuhan Cia Peng."
"Akhirnya Lan Hong-su dan ayahnya ter-bunuh!"
"Benar! Mereka mati dibunuh oleh Cia Peng!"
"Bagaimana dengan nasib Liauw Swat-keng?" tanya
Leng-ji. "Bisa dibayangkan, dia hanya ingin menyisa-kan satu
orang," kata Loo Cong.
"Siapa?" "Kau, karena kau adalah putri dari keluarga Lim,
menurut Seng Kong-kong kau adalah satu-satunya putri
dari keluarga Lim, kau juga putri keluarga Liauw karena
kau mirip dengannya!"
"Siapa nama putri keluarga Lim yang asli?"
"Namanya adalah Lim Siau-ceng, tapi namamu adalah
Lim Leng-ji, Lim Siau-ceng adalah nama kecilmu!"
"Terakhir bagaimana nasib Lim Siau-ceng?" tanya Lengji.
"Aku tidak tahu!"
"Tidak tahu berarti dalam hatimu juga tidak tahu?"
Siau-loo mengangguk. "Bagaimana dengan Seebun Long?" tanya Leng-ji.
"Seng Kong-kong tidak membutuhkan putri keluarga
Lim dia hanya membutuhkan harta keluarga Lim, dia juga
butuh harta keluarga Sangguan Lie, maka apa yang terjadi
pada Seebun Long tidak perlu ditanyakan semua sudah
tahu!" "Aku benar-benar telah banyak berbuat dosa!"
"Apa hubungannya denganmu?"
"Mengapa tidak" Ketika aku berada di keluarga Lim aku
menyamar menjadi putri keluarga Lim, namaku menjadi
Lim Siau-ceng, dengan begitu aku tidak mengaku adanya
Nona Lim di dunia ini!"
"Karena waktu itu kau dan Siau-kai terkena ilmu sihir,
maka ingatan kalian kadang benar kadang kabur!"
"Benar, kadang ingat kadang tidak, kadang jelas kadang
kacau!" "Benar! Karena itu Siau-kai kadang menganggapmu
Seebun Long, Seebun Long adalah dirimu, ilmu sihir seperti
itulah, dia akan membuatmu melakukan hal yang ingin dia
lakukan, umpamanya Siau-kai merindukankanmu, ingin
menikah denganmu, dan ingin memiliki anak darimu, maka
Seebun Long yang ada di hati Siau-kai dianggap dirimu,
dan sudah punya seorang anak!"
Akhirnya Seebun Long menangkap Siau-kai dan
menyerahkan dia kepada Kao Hie danTonghong Ta-cing.
"Seebun Long juga sama terkena ilmu sihir dan dia
diatur untuk melakukan hal apa pun!" kata Loo Cong.
Leng-ji terdiam. "Apakah pernah terpikir olehmu, mengapa tidak pernah
bertemu lagi dengan Tonghong Ta-cing, Kao Hie juga
Liauw In serta Cia Peng, dua
memperbutkan harta?" tanya Siau-loo.
kelompok yang "Pernah terpikir!"
"Sebab dua kasus perebutan harta itu berawal dari
mereka yang masing-masing mempunyai rencana dan
diketahui oleh anak buah Seng Kong-kong lalu mereka
diperalat, setelah berhasil mereka dibunuh supaya tutup
mulut!" jelas Siau-loo.
"Karena itu aku bilang aku telah banyak ber-buat dosa!"
kata Leng-ji. "Leng-ji, itu bukan salahmu! Kau dan Siau-kai hanya
korban!" "Aku ingat waktu itu kadang-kadang aku tahu kalau aku
bukan putri Lim Put-hoan yang bernama Lim Siau-ceng,
kadang aku juga tahu kalau aku Leng-ji tapi aku tidak
berani untuk memastikannya!"
"Siau-kai juga pasti seperti itu!"
"Waktu itu dia mencegat keretaku tapi dia tidak tahu
siapa aku!" "Sulit untuk diungkapkan! Waktu itu dia mengatakan
kalau dia mempunyai perasaan aneh!"
"Perasaan aneh seperti apa?"
"Seperti mengenalmu tapi setelah dipikir-pikir sepertinya
tidak!" "Apakah benar anak Seebun Long bukan anak Siau-kai?"
"Bukan!" jawab Siau-loo.
"Mengapa Bu Si-cin berkata seperti itu?"
"Karena ingin membuat Sangguan Lie terpukul juga
ingin membuatnya jadi rendah diri dan berkecil hati, dia
akan kecewa berat hingga kehidupannya terbengkalai."
"Semua itu sudah berada dalam perkiraan Seng Kongkong, Sangguan Lie mati di
tangan seorang perempuan jalang berilmu tidak tinggi!" kata Leng-ji.
"Dari sini dapat diketahui bagaimana jahatnya Seng
Yan-kong." "Kau!" "Apakah bukan" Setan tanpa kepala itu diperintahkan
Seng Kong-kong untuk menguasai Liauw In, Cia Peng,
Tonghong Ta-cing, Suma Hen serta Kao Hie!" kata Siauloo.
"Apa arti 'Oh-tiap-go'?" (Sarang kupu-kupu) Leng-ji
mengerutkan alis. "Itu hanya simbol saja!"
"Simbol apa?" "Bukankah ulat bisa berubah menjadi kupu-kupu" Harta
orang lain bukankah bisa berubah menjadi harta milik kita?"
"Apa arti persilatan). 'Bu-lim-to-hoat'?" (Ilmu golok rimba "Kipas lipat milik Siau-kai adalah To-hoat, Seng Kongkong menyuruhnya
menggunakan kipas supaya bisa


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menutupi identitas sebenarnya, sewaktu Siau-kai masuk
Pie-ya dia sudah menguasai ilmu itu!"
Leng-ji terdiam lagi. "Singkat kata, waktu itu pikiran kalian benar-benar tidak
normal, ingatan kalian hilang sebagian, kadang-kadang
malah sangat kacau, kadang-kadang mengira kau Leng-ji
kadang-kadang merasa bukan, kadang-kadang malah
merasa menjadi putri keluarga Lim. Siau-kai pun demikian,
kadang-kadang mengira dirinya Siau-kai kadang-kadang
bukan. Bisa dikatakan dia menjadi dungu dan bebal, dari
sini terbukti kalau ilm sihir Seng Kong-kong belum
sempurna." Leng-ji menundukkan kepala.
Pikiran manusia tidak pernah berhenti.
Walau kau tidak ingin memikirkannya tapi pikiran ini
akan terus mengganggumu. Leng-ji ingin untuk sementara melupakan semuanya,
tapi apakah itu mungkin"
"Kata Siau-kai kedatanganku membuat keada-an lebih
baik, berarti aku bisa merawatmu."
Leng-ji tertawa tapi wajahnya sudah bersimbah air mata.
Siau-loo datang menghampiri untuk meng-hapus air
mata Leng-ji. Dia melihat Leng-ji. Leng-ji tidak berani tertawa lagi.
Karena dia sadar tawanya akan memukul perasaan Siauloo juga Siau-kai.
Kolam tidak begitu luas tapi sangat dalam. Karena ada
air terjun di atasnya, bila air di kolam sudah penuh air akan
mengalir keluar. Maka air di kolam itu bukan air yang terus diam. Kolam
seperti itu akan banyak ikannya.
Loo Cong dan Leng-ji berada di sisi kolam.
Leng-ji duduk di atas batu, dia terus melemparkan batu
kerikil ke dalam kolam, sepertinya berniat mengusir ikan ke
arah sana. Siau-loo berdiri di tengah air, celananya di-gulung tinggi.
Dia ingin menangkap ikan dengan tangan kosong. Lengji tidak bersemangat melempar
batu. Dia tahu kalau Siauloo sedang menatapnya. Tiba-tiba Leng-ji bertanya:
"Apakah dia punya perempuan lain?" Siau-loo bengong
sejenak lalu jawabnya: "Tidak ada!" "Kau yang paling dekat dengannya!"
"Leng-ji, dengan cara apa supaya bisa membuat hatimu
lebih tenang?" Leng-ji melempar batu dengan sekuat tenaga.
Batu kecil itu masuk ke dalam kolam.
Kemudian dengan dingin dia menjawab:
"Aku membenci diriku yang tidak bisa tenang."
Siau-loo melihatnya kemudian melihat ke arah air
kolam, tiba-tiba seekor ikan berhasil ditangkapnya.
Dia melempar ikan itu ke darat.
Ikan itu meloncat-loncat.
Tapi meloncat seperti apa pun nasib ikan itu sudah bisa
diketahui. "Leng-ji, kau mulai menguasai ilmu-ilmu perladangan!"
Leng-ji menggelengkan kepala.
Mereka pulang ke pondok yang mereka tempati untuk
sementara. Karena sudah sore hari, burung pun telah kembali ke
sarangnya. Leng-ji melihat sarang burung yang ada di atas pohon.
Di manakah sarangnya" Di manakah rumah-nya"
Mereka masuk ke rumah kecil itu. Apakah ini bisa
disebut rumah" Rumah itu sangat sederhana juga tua.
Bisa tinggal berapa lama mereka di rumah kecil ini"
Di manakah tempat mereka bisa tinggal lebih lama"
"Aku akan memasak ikan untukmu!"
"Biar aku yang memasak," kata Leng-ji. Dia membawa
ikan itu ke dapur. Ikan masih terus memberontak. Ikan itu
tidak tahu kalau dia akan mati dan akan dimasak.
Sepertinya ikan itu memberontak karena ingin hidup.
Siau-loo berdiri di pinggir melihat Leng-ji membersihkan
ikan. Tiba-tiba di luar ada yang berteriak: "Leng-ji, Leng-ji..."
Leng-ji dan Siau-loo dikatakan malah bergetar.
benar-benar terkejut, Di luar ada yang berteriak lagi: "Siau-loo!"
boleh Suaranya begitu merdu. Di dunia ini tidak ada suara
yang semerdu itu. Di dunia ini tidak ada suara yang bisa
membuat orang bergairah kecuali suara itu. Beberapa pagi
dan malam. Leng-ji selalu merindukan suara yang dikenal-nya ini.
Dia tidak sedang bermimpi.
Hal yang terjadi tiba-tiba benar-benar di luar dugaan,
Leng-ji merasa curiga, apakah karena dia terlalu rindu
hingga salah dengar"
Hari Leng-ji bergejolak. Dia menolak kalau semua ini
karena pikirannya yang salah.
Benar itulah Siau-kai, tidak mungkin dia pergi dan tidak
kembali lagi. Siau-kai adalah orang yang bertanggung jawab dan bisa
dipercaya. "Siau-kai..." teriak Leng-ji seperti gila.
Siau-kai bisa kembali lagi, itu adalah hal yang
menyenangkan. Tidak mungkin Loo Cong tidak merasa senang.
Dia memang menyukai Leng-ji.
Tapi tidak mungkin berharap Siau-kai tidak kembali lagi.
Dia dan Siau-kai bukan tipe orang seperti itu.
Walaupun ketika kecil selalu berebut ingin menjadi
pengantin lelaki. Leng-ji lari berhambur keluar rumah.
Karena terlalu senang semua ini hampir membuat Lengji jadi gila.
Siau-loo lebih tenang. Teriakan tadi tidak salah, memang teriakan Siau-kai tapi
setelah memangil nama mereka berdua, dia tidak masuk ke
dalam rumah. Kalau benar Siau-kai kembali, mana mungkin dia tidak
masuk" Mana mungkin harus mereka yang keluar"
Kalau tidak ada perubahan aneh pada diri Siau-kai,
mungkin dia tidak mau diam di luar, dia akan masuk dan
memeluk Leng-ji. Karena itu Siau-loo menarik Leng-ji.
Awalnya Leng-ji tidak mengerti dan terkejut.
Dia tidak tahu mengapa Siau-loo menariknya.
Tapi begitu melihat wajah Siau-loo yang serius dan
penuh perhatian dia segera mengerti maksud Siau-loo.
Benar, Siau-kai sangat aneh.
Siau-kai yang baru berpisah tidak lama dengannya
mengapa sekarang tiba-tiba menjadi sombong"
Tidak, tidak akan. Kalau begitu, dia bukan Siau-kai.
Mereka buru-buru melihat dari sela pintu.
Keadaan di luar membuat Leng-ji sakithati.
Siau-loo pun terkejutbukan kepalang,
Ada apa dengan Siau-kai"
Apakah dia masih Siau-kai yang dulu" Meng-apa Siaukai bisa melakukan hal ini"
Di luar memang ada Siau-kai. Baru satu bulan tidak
bertemu dia masih seperti Siau-kai yang dulu.
Tapi dirinya terlihat takut dan tidak ber-semangat,
sombong dan lupa diri. Karena di sisinya ada putri raja Kao Tong yang
mengenakan baju dengan leher rendah, juga berdandan
dengan warna semarak. Masih ada Mo Ki-thian dan 10 orang pembunuh dari
Eng-hong-pie-ya. Keadaan ini terlihat begitu jelas.
"Apa yang terjadi?" tanya Leng-ji.
"Dia kembali ke Eng-hong-pie-ya."
Tiba-tiba tubuh Leng-ji bergetar.
Karena kata-kata Siau-loo seperti pisau yang menancap
di hatinya. Benar, pasti seperti itu.
Siau-kai telah kembali ke Eng-hong-pie-ya.
Mengapa dia kembali ke sana"
Leng-ji tidak mengerti. Karena Leng-ji paling mengerti Siau-kai dia bukan tipe
penakut. Dikejar dan akan dibunuh tidak akan membuat Siau-kai
bergetar, malah akan memunculkan niat melawan.
Kalau begitu mengapa bisa seperti itu"
Siau-loo sangat mengerti perasaan Leng-ji.
Dia sedih melihat kesedihan Leng-ji.
Dia sangat berharap Leng-ji bisa membagi kesedihannya.
Siau-loo menariknya: "Tenanglah, jangan takut, Leng-ji!"
"Tidak, aku tidak percaya... aku tidak percaya, aku ingin
keluar!" "Jangan!" cegah Loo Cong.
Kalau Leng-ji tidak percaya bisa dimaklumi.
Kalau dia segera percaya malah terlihat dia tidak
mengerti Siau-kai, juga tidak benar-benar menyukai Siaukai.
Maka Leng-ji pun memberontak, dia membuka pintu dan
berhambur keluar. Loo Cong terkejut. Dia tahu akibatnya akan seperti apa.
Maka dalam waktu singkat golok diambilnya dia juga
ikut keluar. Dia berdiri di sisi Leng-ji.
Leng-ji sedang menarap Siau-kai dan melihat putri Kao
Tong yang berdiri di sisi Siau-kai, putri Kao Tong terlihat
seperti sedang tertawa, tawanya meng-andung arti seorang
perempuan yang berhasil memenangkan pertarungan cinta,
merasa senang juga bangga.
Wie Kai masih seperti dulu.
Dia tertawa gembira dan genit.
Yang pasti saat baru kembali ke Eng-hong-pie-ya dia
disiksa sampai babakbelur.
Tangan Mo Ki-thian melambai, anak buahnya segera
mengepung mereka. Walau tidak terucap sepatah kata pun, tapi sudah cukup
membuktikan semuanya! Dalam hidup Leng-ji belum pernah dia merasa semarah
ini. Sekarang dia mengingkari janji. berhadapan dengan orang yang Yang paling menakutkan adalah perempuan itu yang
berdiri dengan sikap seperti seorang istri sambil menatap
Leng-ji, sorot matanya seperti sedang mengadili.
Seperti saat dia menatap ikan yang ada di dalam jala.
Wie Kai berkata kepada Loo Cong: "Karena kau datang
maka aku kembali!" "Siau-kai!" Tiba-tiba Loo Cong menutup mulut Leng-ji. Dia ingin
Wie Kai terus bercerita. Walaupun bukti sudah ada di depan mata tapi dia harus
menjelaskannya. "Orang yang benar-benar cocok denganmu adalah Siauloo, kalian sangat serasi, aku
tidak mau terus berlari, aku
tidak mau hidup seperti itu! Aku mewakili Eng-hong-pie-ya
menjodohkan kalian!"
Sorot mata Mo Ki-thian tidak pernah meninggal kan Wie
Kai. Dia sepertinya sudah punya tugas menguji kesetiaan Wie
Kai. Kesetiaan seseorang yang pernah bermasalah selalu akan
dicurigai. Leng-ji pernah merasa dirinya akan hancur berkepingkeping.
Dia seperti terbuat dari serpihan salju, begitu terguncang
akan hancur. Semua masa lalu tampaknya sudah tidak berarti lagi.
Semua tiba-tiba berubah menjadi tidak terlihat dan tidak
bisa diraba. Leng-ji berteriak histeris: "Wie Kai..."
Dia datang ingin memukul Wie Kai.
Setiap pagi dan malam dia merindukannya sekarang
yang dia dapat hanya kalimat yang tidak bertanggungjawab.
Wie Kai menghindar. Putri Kao Tong mundur beberapa langkah untuk
menyaksikan adegan yang akan terjadi.
Putri Kao Tong selalu menunggu-nunggu kejadian
seperti hari ini. Dia sangat berharap Wie Kai membunuh perempuan
yang ada di depan mata. Loo Cong marah dan berusaha melindungi Leng-ji lalu
berteriak: "Awas!"
Pembunuh yang dibawa Mo Ki-thian mulai menyerang.
Mo Ki-thian tetap berada di pinggir mengawasi.
Bukan hanya Seng Kong-kong yang masih mencurigai
Wie Kai, Mo Ki-thian pun masih tidak percaya kepadanya.
Tapi karena putri Kao Tong selalu menaruh rasa percaya
penuh kepada Wie Kai, maka Seng Kong-kong tidak bisa
terus menahan pendapatnya dan Mo Ki-thian pun lebih
tidak berani mengemukakan ketidak puasannya.
Beberapa kali Wie Kai memukul mundur serangan Lengji yang ganas.
Terlihat tidak ada sedikit pun rasa sayang kepada Lengji.
Loo Cong melawan 5-7 orang pembunuh, dia melihat
Leng-ji sekarang yang sudah seperti gila, sama sekali tidak
peduli pada bahaya, hati Loo Cong pun seperti meneteskan
darah. Hubungan seperti itu pun tidak bisa dipercaya.
Hubungan persahabatan antara 3 orang yang sejak kecil
dan tumbuh bersama, perasaan seperti itu pun bisa berubah.


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apakah di dunia ini masih ada yang bisa dipercaya"
Tiba-tiba Leng-ji seorangpembunuh. merebut golok dari tangan Sekali lagi dia menyerang dan membacok Wie Kai.
Darah Leng-ji sudah naik sampai ke ubun-ubun yang dia
lihatbukan bayangan manusia lagi.
Yang dilihatnya adalah bayangan setan yang tubuhnya
penuh dengan darah merah.
Hidup adalah siksaan. Maka Leng-ji merasa ingin mati bersama dengan
orangyang telah ingkar janji dan ingkar hati.
Walaupun dia terus menyerang Wie Kai tapi karena
terlalu marah maka serangannya tidak tepat.
Pihak Mo Ki-thian pun mulai bergerak.
Pembunuh hanya mendengarkan kata-kata Seng Kongkong, tidak peduli dengan
persahabatan dulu yang terjalin.
Setiap kali Leng-ji mengalami bahaya Loo Cong akan
segera datang untuk menolong.
Tapi Loo Cong sadar walaupun mereka sangat berani
tapi akhirnya mereka akan kehabisan tenaga dan
tertangkap. Loo Cong sangat berani dan tidak kenal takut. Leng-ji
hanya ingin mati bersama Wie Kai. Pertarungan seperti itu
tidak akan meng-hasilkan apa-apa.
Lawan yang datang sangat banyak, ditambah Mo Kithian dan putri Kao Tong.
Keadaan sangat berbahaya.
Leng-ji berguling menghindari serangan Mo Ki-thian
berturut-turut. Belum lagi berdiri tegak dua pembunuh lainnya telah
datang, berbareng Mo Ki-thian menendangnya hingga
mundur 5-6 langkah. Kemudian datang 3 pembunuh lagi.
Wie Kai berhadapan dengan Loo Cong, tidak ada yang
kalah dan menang. Ditambah seringnya Mo Ki-thian membantu menyerang,
walaupun Loo Cong bisa mengeluarkan kepiawaian golok
aneh pemberian Seng Kong-kong, dia tetap kesulitan
menghadapi musuhnya yang banyak.
Tapi Loo Cong tidak mau ditangkap begitu saja.
Lebih-lebih tidak mau Leng-ji jatuh ke tangan laki-laki
yang hatinya sudah berubah.
Mungkin jatuh ke tangan laki-laki yang hatinya sudah
berubah lebih baik, yang dia takutkan adalah Leng-ji jatuh
ke tangan perempuan Tibet itu. Benar-benar tidak
terbayangkan. Mo Ki-thian berteriak: "Saudara-saudara, hidup atau mati sama saja. Demi
membalas budi Seng Kong-kong kita harus menukar dengan
nyawa kita!" Perkataan nyawa ditukar dengan nyawa dikeluarkan,
supaya anak buahnya berbuat dengan cara semut membelit
lipas, dengan mempertaruhkan nyawa untuk mencapai
tujuan. Pertarungan bergeser dari pekarangan ber-pindah ke
dalam rumah. Dari dalam rumah berpindah ke dapur.
Dengan pedangnya Mo Ki-thian menusuk jala yang
berisi ikan hingga berlubang, seekor ikan akan tergilincir
terjatuh ke bawah dan terus meloncat-loncat.
Loo Cong mengeluarkan jurusnya yang paling hebat.
Golok anehnya tidak ada yang bisa bertahan, 7-8 orang
pembunuh telah terluka. Lalu dia memeluk Leng-ji: "Kita
harus pergi dari sini!"
"Tidak!" Leng-ji tidak mau pergi dia terus memberontak.
Sekarang mereka telah terkurung oleh cahaya golok dan
pedang. Loo Cong melindunginya, dia masih terus memukul
musuh sambil mundur dan berkata:
"Hari-hari akan datang masih panjang, kalau sekarang
kita tidak pergi, selamanya kita tidak akan bisa pergi dari
sini!" Leng-ji masih memberontak.
Mo Ki-thian membentak dan datang untuk menyerang
lagi. Golok aneh milik Loo Cong mengeluarkan cahaya asap
seperti es serut, Mo Ki-thian terpaksa mundur beberapa
langkah. Dia juga telah melukai dua orang pembunuh dengan
golok anehnya. Wie Kai benar-benar tidak punya perasaan dia terus
menyerang Loo Cong! Itu alasannya Leng-ji tidak ingin hidup lagi.
Dia ingin mati bersama Wie Kai.
Leng-ji tidak pernah terlihat begitu ganas,
Pembunuh yang mati di tangannya sudah ada 4-5 orang.
Tapi orang yang ingin dibunuhnya adalah Wie Kai dan
putri Kao Tong. Loo Cong sadar kalau mereka tidak pergi sekarang begitu
tenaga mereka habis mereka tidak akan mempunyai
kesempatan untuk melarikan diri lagi, dia membunuh dua
orang lagi dan meninggalkan garis pisau di pinggang Mo
Ki-thian. Lalu dari belakang dia memeluk pinggang Leng-ji dan
berkata: "Kita pergi!" "Tidak!" Leng-ji menjawab dengan dingin. Tiba-tiba Loo
Cong menotok nadi di belakang leher Leng-ji dan
membawanya masuk ke dalam rumah.
"Jangan biarkan mereka kabur!" teriak putri Kao Tong
Loo Cong meloncat masuk ke dalam rumah melalui atap
yang telah berlubang lalu naik ke atas genting. Atap rumah
di sini memang sudah banyak lubangnya karena sudah
usang. Mo Ki-thian dan Wie Kai masih mengejar masuk.
Empat pembunuh lainnya juga ikut masuk.
Loo Cong menjepit Leng-ji yang sudah pingsan lalu
meloncat, mereka sudah berada di atap rumah yang lain.
Pembunuh masih mengikuti mereka dari belakang,
mereka ikut meloncat karena menginginkan banyak emas,
bermain dengan nyawa pun tidak masalah!
Tapi ilmu meringankan tubuh mereka terlalu buruk dan
atap rumah memang sudah bobrok, dari 4 orang ada 3
orang yang terjatuh. Ketika Mo Ki-thian, Wie Kai, dan lain-lainnya mengejar
sampai di sana, Loo Cong dan Leng-ji entah sudah pergi ke
arah mana. Hanya terdengar derap kaki kuda yang berlari menjauh.
Itulah kelompok kuda milik Wie Kai dan putri Kao
Tong. -ooo0dw0oooBAB IV Suara orang memukul ikan kayu (Bhoki) terdengar.
(Bhoki biasa dipukul di kuil oleh hweesio atau Nikoh).
Suara itu tidak terlalu keras, tapi setiap ketukan yang
keluar masuk ke dalam telinga dan bisa tersebar hingga
beberapa Li jauhnya. Sekarang waktunya lonceng kuil berdentang, membuat
orang sadar dan membuat orang berpikir dalam.
Manusia hidup di dunia. Sering bertarung dan berkelahi
Demi apa sebenarnya semua itu"
Apakah demi cinta" Apakah demi nama dan keuntungan"
Atau demi balas dendam"
Suara ketukan ikan kayu bisa menjawab semua itu tapi
mereka berdua belum tentu mengerti.
Leng-ji telungkup di anak tangga. Dia ingin masuk ke
dalam kuil. Pintu kecil tertutup rapat.
Loo Cong berdiri di tempat agak jauh meng-awasi
situasi. Loo Cong tidak tahu mengapa manusia harus hidup"
Apa lagi sekarang dia kewalahan dan tidak karuan, seperti
binatang yang terjebak. Karena kata 'cinta', huruf ini dia bisa bertahan di dunia
ini dan huruf 'bakat' akan menghiasi alam semesta...
Loo Cong berkata pelan-pelan kepada dirinya sendiri.
Dia percaya huruf-huruf itu dari dulu hingga sekarang
semua terangkai dari air mata dan darah.
Cinta di dunia ini juga bisa dikatakan terangkai dari
darah dan air mata. Sebuah rumah kecil yang terletak di gunung. Di
sekeliling tumbuh pohon-pohon hijau. Seperti jaman purba.
Leng-ji dan Loo Cong terus melarikan diri.
Mereka bukan hanya harus berlari, mereka juga masih
harus bermain umpet-umpetan dengan musuh.
Mereka harus berhati-hati, sebab sekali salah menduga,
pasti akan terjadi pertarungan sengit lagi.
Sekarang Loo Cong sedang duduk di atas batu di luar
rumah Dia sedang berpikir. Leng-ji sudah berubah seperti orang asing. Sehari berkata
tidak lebih dari 2 kalimat. Apakah Siau-kai sudah gila"
Apakah dia ular berkepala dua" Apakah dia dan Leng-ji
salah menilai dirinya" Dia selalu mengira dengan kata-kata,
bisa membaca wajah, walau tidak tahu isi hati. .
Untuk melukiskan keadaan Wie Kai bahwa semua itu
tidak benar. Apakah karena kecantikan dan kegenitan putri Kao Tong
Atau karena wibawa, kekuatan, dan keun-tungan besar
hingga membuatnya tunduk kepada Seng Kong-kong"
Walaupun Siau-loo berpikir sampai kepalanya pecah, dia
tetap tidak mengerti. Dari dalam rumah keluar suara pecutan. Mengapa
terdengar suara pecutan" Siau-loo terkejut dan meloncat
bangki t. Apakah putri Kao Tong dan Mo Ki-thian datang
lagi" Dia segera berlari masuk ke dalam rumah, hatinya
menjadi dingin. Ternyata Leng-ji sedang memecut dirinya.
Kebencian yang paling menakutkan di dunia ini bukan
membenci orang lain, melainkan membenci diri sendiri.
Leng-ji tidak mengerti apa salahnya. Hanya memecut
dirinya sendiri baru bisa mengurangi rasa sakit di dalam
hatinya. Siau-loo masuk dan berteriak: "Leng-ji... apa yang kau
lakukan?" Begitu Siau-loo mendekat dia terkena pecutan
Leng-ji. Tapi Siau-loo tetap memeluknya. Leng-ji
memberontak. "Leng-ji... Leng-ji..."
Loo Cong seperti tertawa kepada seorang anak,
menepuk-nepuk pundaknya. Leng-ji seperti gila terus memberontak:
"Aku tidak percaya... tidak percaya!"
"Leng-ji, percaya atau tidak, kita tetap harus meneruskan
kehidupan dan harus membuat kehidupan menjadi lebih
baik!" "Aku tidak percaya!" Leng-ji berteriak histeris.
"Kalau kau mau membuktikan ini, kau harus berani
hidup lebih baik!" "Aku tidak percaya... aku tidak percaya..." dia tetap
berteriak histeris, kalau terus begitu dia bisa gila.
Kejadian ini memang membuat orang tidak gampang
percaya. Loo Cong dengan pelan berkata:
"Aku juga tidak percaya! Leng-ji, emas harus dilebur
dalam waktu lama, panah tidak mudah dilepaskan,
mungkin..." Leng-ji tidak mendengar dua kalimat yang diucapkan
oleh Loo Cong. Sekalipun dia mendengar mungkin dia tidak akan
mengerti maksud kalima t itu.
Loo Cong seperti tertular oleh Leng-ji. Dia sering minum
arak. Dia tahu arak akan membawanya ke dunia yang
berbeda. Arak akan membawanya terlepas dari kenyata-an.
Sepertinya dia sudah mempercayai arak yang bisa
membuatnya buta. Sekarang dia minum sendiri.
Di sisi telinganya dia seperti mendengar kata-kata Seng
Kong-kong: "Di dunia ini kalau laki-laki dan perempuan jatuh cinta,
patut untuk dipertimbangkan!"
Apakah Seng Kong-kong mengerti seperti apa hubungan
antara laki-laki dan perempuan"
Kalau di dalam semesta ini jumlah banyak yang
mempunyai perasaan yang patut dipertimbangkan,
mungkin hanya cinta, bukan laki-laki dan perempuan.
Tentu saja Loo Cong tidak mengerti prinsip yang begitu
dalam. Di rumah La-ma masih terang benderang. Putri Kao
Tong berada di dalam kamar rahasia yang penuh dengan
corak budaya. Kata Wie Kai:
"Aku tidak setuju dengan kata-kata Kong-kong tadi!"
"Kata-kata yang mana?"
"Di dunia jika laki-laki dan perempuan terikat cinta patut
untuk dipertimbangkan!"
Putri Kao Tong setengah bersandar di ranjang besar.
Wie Kai berbaring sambil meletakkan kedua tangannya
di belakang kepala. Terhadap hal di mana dulu dia penah melari-kan diri
dalam ingatan putri Kao Tong semua itu sudah memudar.
Kebencian antara laki-laki dan perempuan begitu naik ke
atas ranjang sangat mungkin akan mencair.
Paling tidak untuk sementara waktu bisa di-tutup dan
dikesampingkan dulu. Apa lagi Wie Kai adalah orang yang pandai bermain
cinta!

Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dialah Kong-kong, itulah cara dia melatih orang untuk
menghadapi perubahan yang tidak biasa, dia benar-benar
membutuhkan orang berbakat!" kata putri Kao Tong.
"Aku bukan orang biasa?" tanya Wie Kai.
Mata genit putri Kao Tong terus berputar:
"Kau memang bukan orang biasa, kalau tidak, aku tidak
akan memaksa Kong-kong membunuhmu!"
"Dimana kau berada saat melihat kami menjalankan
eksekusi?" "Di ruangan rahasia!"
"Bagaimana kalau kepalaku benar-benar dipenggal?"
"Apakah benar tidak mau dipenggal?"
"Dari mana kau melihat aku bukan orang biasa?"
"Kau... kapan aku bilang kau bukan orang biasa?" putri
Gai Tang balik bertanya. "Kata-katamu sungguh tidak berpangkal!"
Dengan jari telunjuknya putri Kao Tong membereskan
rambut Wie Kai: "Aku ingin memenggal laki-laki yang tidak berperasaan!"
Kegenitannya benar-benar membuat laki-laki tidak bisa
menahan diri. Semua perempuan di dunia ini sama saja, apakah dia
adalah si cantik dari selatan atau gadis biasa, atau putri
orang kaya, atau gadis-gadis dari perbatasan. Asalkan dia
perempuan, dari lahir sudah mempunyai naluri untuk
membujuk dan merayu laki-laki.
"Mengapa kau menatapku terus?" tanya putri Kao Tong.
"Kalau bulan sedang terang, kita harus melihat ke atas,
kalau gelap kita menundukkan kepala!"
"Mengapa waktu menikmati keindahan bulan purnama
malah bermain bulan?"
"Menikmati, kata ini dipakai di sini terlalu lemah lembut,
lebih baik dikatakan 'bermain', itu lebih menarik!"
"Aku tidak mengerti!" kata putri Kao Tong. .
"Aku ingin tanya, kalau bermain di atas ranjang kita
saling sopan seperti tamu, apakah akan seru?"
Putri Kao Tong memijit hidungnya.
Wie Kai sudah menarik putri Kao Tong ke dalam
pelukannya. Dan mereka bergulingan di atas ranjang.
Anak muda, laki-laki dan perempuan bila sudah menjadi
sepasang kekasih, banyak cara bermain cumbu-cumbuan!
Baju putri Kao Tong terlalu tipis, hampir tembus
pandang. Terlihat dua gunung tinggi dan montok. Bagi seorang
perempuan Tibet hal seperti ini memang jarang terlihat.
Pantas dia begitu berharap dan begitu genit.
Wie Kai menggelitik ketiaknya.
Dia tertawa genit dan menghindar.
Wie Kai menarik kembali tangannya:
"Kalau dari awal aku tahu kau begitu tidak berperasaan,
aku lebih memilih dipenggal!"
Sambil terengah-engah putri Kao Tong membereskan
rambut panjangnya dan bertanya:
"Mengapa?" "Bersekongkol dengan La-ma, mengacaukan ibu kota,
dan berencana memberontak, bila tertangkap oleh pihak
kerajaan, tetap akan dihukum mati..." kata Wie Kai.
"Bagaimana kalau kita berhasil?"
Pelan-pelan Wie Kai mengelus-elus paha putri Kao
Tong. Tiba-tiba putri Kao Tong memeluknya:
"Bocah! Kau memang pandai!"
"Aku?" "Betul, aku tidak bisa mengungkapkannya, yang pasti
kau benar-benar mempesona!"
Tangan Wie Kai mulai bergerak-gerak lagi.
Putri Kao Tong mencengkeram tangannya:
"Kau belum menjawab pertanyaanku?"
"Pertanyaan apa?"
"Bagaimana kalau kita berhasil?"
"Apakah bisa berhasil?"
"Mengapa kau tidak percaya kepadaku?"
Tiba-tiba Wie Kai membalikkan tubuh dan menindih
putri Kao Tong lalu berkata:
"Nanti kau dari seorang putri menjadi seorang ratu, aku
adalah kesatria yang akan menjadi suamimu!"
"Ha ha ha!!..." kali ini putri yang membalikkan tubuh
menindih Wie Kai, "aku benar-benar ingin memenggal
kepalamu!" Wie Kai balik menindih lagi:
"Kalau kepalaku benar-benar dipenggal siapa yang di
atas rubuhmu sekarang?"
Putri Kao Tong memijit hidung Wie Kai.
Wie Kai mengelus-elus paha putri Kao Tong. Keindahan
di dalam kamar semakin kental.
Keindahan di gunung lebih indah lagi. Bunga-bunga liar
entah bernama apa. Mereka mekar dengan indahnya.
Burung-burung tampak berpasangan. Warna hijau di
gunung mulai terlihat. Bumi yang luas penuh dengan
kehidupan. Wajah Leng-ji sangat pucat, sinar matanya pun hilang.
Semua seperti berhenti di musim dingin. Kebencian yang
terus melanda. Kesedihan tanpa batas terus menggerogoti
hati Leng-ji. Kalau dia bisa mengerti mengapa semua terjadi, dia akan
segera mati. Tapi sebelum mengerti dia tidak akan mati.
Tapi mata memang mudah saja melihat, hidup malah
terasa lebih sulit. Bila seseorang merasa hidup ini sulit, coba kau pikir,
hidup seperti apa yang akan dia jalankan"
Sekarang Leng-ji berada di hutan bambu.
Saat merasa benci dengan sekuat tenaga dia akan
menepisbambu. Dia harus menyiksa dirinya
mengurangi beban di hatinya.
sendiri, baru bisa Tiba-tiba dia mematahkan sebatang pohon bambu besar.
Dia menjepit tangannya di tengah-tengah bam-bu itu.
Darah mengalir keluar melalui bambu.
Dia masih mengira semua itu belum cukup untuk
membuatnya sakit. Leng-ji ingin merusak sepasang tangannya. Sepasang
tangan yang pernah membuat iri dan kagum banyak gadis!
Tapi sekarang dia malah tidak menyayangi sepasang
tangannya ini. Berkali-kali dia melakukannya. Sambil bicara sendiri:
"Lupakan dia... lupakan dia..." Dia pingsan.
Keadaan Loo Cong tidak lebih baik dari Leng-ji. Karena
dia tidak tahu harus dengan cara apa menghadapi Leng-ji.
Keadaan Leng-ji membuatnya sedih dan sakit.
Walaupun dia mati tetap tidak akan bisa mengobati luka
hati Leng-ji. Loo Cong minum araknya lagi.
Hanya arak yang bisa membuatnya menikmati waktu
yang sebentar ini. Dari hutan terdengar suara amarah.
Juga bisa terlihat pohon bambu tinggi ber-goyanggoyang dengan cepat.
Leng-ji seperti sudah gila.
Dia tidak mau merepotkan Siau-loo lagi.
Leng-ji sangat tahu di hati Siau-loo yang ter-dalam
terkubur cinta yang dalam, cintanya tidak kalah dengan
Wie Kai. Tapi Leng-ji tidak bisa menerima cintanya. Cinta yang
bisa diterimanya sudah berada dalam pelukan orang lain.
Mengapa Langit begitu kejam"
Dia meloncat dan menabrakkan diri ke pohon bambu.
Bambu yang batangnya sebesar mangkuk. Tubuhnya
terpental dan terlempar kebawah. Tangannya sudah
berdarah, bajunya pun banyak yang koyak.
Berkali-kali dia menabrakkan tubuhnya dan berkali-kali
pula terpental dan terbanting ke bawah.
Ada bambu yang ditabrak hingga patah.
Tangannya berdarah, sudut mulutnya pun keluar darah,
terlihat dia sudah terluka dalam.
Dia terus menabrakkan diri dan terlempar.
Tubuhnya terasa semakin sakit, tapi dia semakin tidak
berhenti. Lebih baik aku mati! Di dunia ini apa pun bisa terjadi.
Perempuan dari luar bangsa.
Uangnya banyak dan kekuasaannya hebat, masih ada
perjanjian antara Kong-kong dan perempuan itu yang
digunakan sebagai umpan. Siau-kai akan melakukan apa
pun. Sudahlah, lebih baik aku mati!
Siau-loo terhuyung-huyung masuk hutan.
Leng-ji baru terpental dan terlempar ke bawah.
Semua itu membuat hati Siau-loo sakit.
"Leng-ji... Leng-ji... jangan..." teriak Soau-loo histeris.
Leng-ji terpental lagi. Luka dalam Leng-ji sangat
menghabiskan banyak tenaga.
berat, dia sudah Sorot matanya tersiksa dan pandangannya lurus. Dia
berhenti di sebatang pohon bambu yang sudah patah.
Patahan pohon bambu itu sangat tajam.
Tiba-tiba dia berhenti memikirkan untuk menabrakkan
diri ke pohon bambu tinggi itu.
Siau-loo hampir mabuk. Dia datang dengan terhuyung-huyung sambil membawa
golok anehnya. Tadinya dia ingin menggendong Leng-ji.
Dia seorang laki-laki, dia tidak akan memikir-kan
kematian. Hanya kadang-kadang dia merasa tertarik. Jika bisa mati
bersama Leng-ji di sini... Bukankah ini hal yang tidak
pernah dia pikir-kan" Tiba-tiba Leng-ji datang sambil
menabrakkan diri lagi. Saat akan terlempar ke bawah, Siau-loo merasa hatinya
bergetar, sebab di bawah ada potongan bambu yang sangat
tajam. Dalam waktu yang menggulingkan diri. sangat mendesak Siau-loo Golok anehnya menyapu ke depan.
Dan bambu yang lancip sudah ditebang rata oleh Loo
Cong. Hampir dalam waktu bersamaan Leng-ji ter jatuh. di
atasnya. "Leng-ji..." Siau-loo berteriak histeris, "untuk apa kau
melakukan semua ini?"
Leng-ji tidak menjawab apa-apa.
Sudut mulutnya masih mengeluarkan darah, air mata
masih mengalir di wajahnya yang cantik.
Loo Cong menggendong sambil memungut sebotol obat.
Di bawah sinar lampu. Leng-ji telungkup di atas ranjang.
Punggung-nya telajang karena penuh dengan luka.
Wajahnya bersimbah air mata. Punggung penuh luka,
siapa pun tidak tega melihatnya.
Pundaknya juga terluka dan di beberapa tempat menjadi
merah keunguan karena darah yang membeku.
Tangan Loo Cong mengobati lukanya: sampai gemetar saat sedang "Kau benar-benar pemberani dan percaya diri!"
Leng-ji tidak menjawab. "Kalau kau tidak mempunyai keberanian dan rasa
percaya diri, kau tidak akan berani melarikan diri." Leng-ji
tetap diam. "Perasaan manusia bisa berubah, jalan di dunia ini
berliku-liku, bila sudah tidak ada jalan, kau harus bisa
mundur, bila jalan masih ada teruslah berjalan, kita harus
berjalan dengan cepat, Leng-ji, kau adalah gadis pintar."
"Siapa bilang aku pintar?" Leng-ji bertanya dengan
bingung. "Kalau kau bukan gadis pintar, di dunia ini tidak akan
ada orang yang lebih pintar lagi."
"Kalau aku pintar mana mungkin aku bisa salah menilai
orang!" "Leng-ji, masalah itu jangan di ungkit dulu untuk
sementara waktu!" "Sebenarnya aku pun tidak mau mengungkit masalah ini,
tapi kalau kau menjadi diriku, apa yang akan kau lakukan?"
"Leng-ji, apa yang kukatakan ini mungkin akan kau
anggap teori saja, tapi aku tetap harus membicara-kan,
orang yang ingin menaklukkan siluman harus bisa
menaklukan hatinya sendiri dulu, kalau hati terus
bergejolak siluman akan tahu, menaklukan mereka harus
dengan nafas kuat dan tenang, maka siluman tidak akan
menyerang balik kepada kita!"
Lama Leng-ji baru menarik nafas panjang:
"Siau-loo, kau benar-benar guru dan teman yang baik!"
Siau-loo tertawa kecut: "Aku tahu, aku sendiri juga sulit menaklukkan diriku,
tapi jangan anggap kita tidak sanggup lantas menularkan
kepada orang lain!" "Siau-loo, maafkan merepotkanmu!" aku,

Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku benar-benar telah Kesedihan Siau-loo sudah hilang separuh lebih karena
kata-kata iniDia mulai mengobati luka di tangan Leng-ji: "Leng-ji,
kalau kau kasihan kepadaku, jangan menyiksa dirimu lagi!"
Leng-ji mengangguk. Di Eng-hong-pie-ya. Malam sudah larut.
Di pekarangan tidak ada suara apa pun. Hanya ada Seng
Kong-kong dan Mo Ki-thian. Seng Yan-kong sedang
berjalan mondar mandir, dia tampak sedang berpikir.
Mo Ki-thian berdiri di sisinya menunggu. Dia selalu
seperti itu. Di mana pun Seng Yan-kong berada, dia selalu berada di
sisinya. Apa pun yang diperintahkan oleh Seng Yan-kong, dia
selalu mengiyakan. Dia tidak perlu berpikir dan mengambil keputusan.
Seng Yan-kong akan memikirkan
mewakili dia mengambil keputusan.
semuanya dan Mo Ki-thian adalah orang seperti itu.
Seng Kong-kong percaya kepadanya.
Dia dipercaya karena dia tidak pernah punya pendapat
sendiri! Artinya tidak ada rasa percaya diri.
Katanya orang yang ingin menjadi hweesio harus bisa
melakukan semua hal yang tidak ada sangkut pautnya
dengan dirinya, sesudah itu baru bisa mencari hal lain.
Tapi ingin menjadi manusia biasa tidak bisa seperti itu,
harus mempunyai pendapat sendiri.
Tiba-tiba Seng Yan-kong berhenti berjalan, dia melihat
langit. Langit penuh dengan bintang, tidak ada yang aneh.
Tapi Mo Ki-thian pasti mengira di langit ada sesuatu,
ada rahasia. Kong-kong bisa melihatnya.
Atau dewa-dewa di langit sedang melambaikan tangan
kepada Kong-kong. Atau Kong-kong adalah dewa yang diutus langit"
Kong-kong bukan manusia biasa, pandangan ini sudah
dari awal ditanamkan dalam pikirannya.
Jika dewa yang diutus dari langit, apa yang dia lakukan
pasti bukan hal biasa. Mo Ki-thian sangat percaya.
Bila seseorang sudah menjadi dewa, ayam dan anjing
yang dipeliharanya akan ikut menjadi dewa.
Maka dia sedang menunggu datangnya hari itu.
Di dunia ini Kong-kong akan melakukan hal besarbesaran dan berkobar-kobar.
Mo Ki-thian memang bukan orang pintar dan berbakat,
dalam beberapa waktu ini dia mempunyai banyak masalah
kecil. Hubungan Kong-kong dan putri Kao Tong sangat akrab.
Hubungannya dengan rumah La-ma pun akrab. Kongkong sedang melakukan hal penting.
"Ki-thian!" Seng Yan-kong berteriak.
"Ada!" "Menurutmu, kali ini kepulangan Wie Kai..." Mo Kithian terpaku.
Karena dia benar-benar tidak menyukai Wie Kai.
Perasaan ini mulai ada ketika Wie Kai datang ke Enghong-pie-ya.
Dan tidak sukanya bukan hanya sekarang saja tapi sudah
sangat lama. Wie Kai pintar, dia sangat berbakat dalam ilmu silat.
Dia juga ceria, berjiwa besar, tampan pula.
Semua perempuan menyukainya.
Awal-awalnya yang mengetahui hubungan akrab Wie
Kai dengan Leng-ji juga dia.
Yang melapor dan mengadu kepada Kong-kong juga dia.
Agar Kong-kong percaya, dia diam-diam membawa
Kong-kong melihat Wie Kai dan Leng-ji yang bertemu
secara rahasia, maka Kong-kong segera menyusun rencana
merebut harta benda milik Seng-yan-koan-nu, dia menjadi
lakon penting. Mo Ki-thian bukan orang yang selalu berada di bawah
orang lain. Kadang-kadang dia bisa pintar.
Dia tahu setelah Kong-kong melihat pertemuan antara
kekasih itu pasti akan ada reaksi!
Karena paman Mo Ki-thian juga seorang kasim.
Dia sangat tahu bagaimana kehidupan pribadi seorang
kasim dan isi hati mereka.
Maka rasa sayang Seng Yan-kong kepada Wie Kai dan
Ling segera hancur. Setelah berhasil merebut harta dengan tuduhan kejahatan
kepada mereka maka mereka diganjar hukuman penggal.
Kong-kong masih melihatlangit,
"Bagaimana pendapatmu, Ki-thian?"
dia bertanya: "Kong-kong, aku merasa seorang Wie Kai terlalu licik!"
"Oh!" "Dan aku menganggap dengan kembalinya dia seorang
diri, ada sedikit janggal!"
"Janggal?" "Betul, Kong-kong!"
"Coba kau jelaskan lebih detail!"
"Baik, Kong-kong!" Mo Ki-thian mendekati Kong-kong,
sambil membungkukkan tubuh dia berkata, "Lapor Kongkong, aku sangat mengerti
seorang Wie Kai." "Maka aku minta pendapatmu!"
"Kong-kong, dengan adanya hubungan antara Wie Kai
dan Leng-ji, ditambah dengan sifat Wie Kai, aku yakin
tidak mungkin dia mengkhianati Leng-ji!"
Alis Seng Yan-kong segera berkerut.
Dia benar-benar tidak bisa membantah kata-kata Mo Kithian.
"Tapi mengapa setelah kabur dari Eng-hong-pie-ya,
seharusnya dia bebas, tapi mengapa dia kembali dengan
menempuh bahaya?" Semua orang tidak mengetahui jawabannya.
Siapa yang menjamin setelah kembali ke Pie-ya, Wie Kai
masih bisa mempunyai kesempatan untuk hidup lagi"
Tapi Seng Yan-kong tetap menghargai pen-dapat Mo Kithian.
Karena Mo Ki-thian pernah berkata:
"Siau-loo adalah anak petani dan dia sangat lugu."
Tidak lama kemudian orang yang diperintah-kan
mencari Siau-loo dan Leng-ji menemukan mereka di sebuah
desa. Walaupun akhirnya mereka tetap bisa kabur.
"Kata-katamu memang tidak salah. Hanya saja mengapa
dia kembali lagi kemari?" tanya Seng Kong-kong.
"Dia mempunyai rencana busuk!"
"Rencana busuk seperti apa?"
"Aku... aku tidak berani menebaknya!"
"Apa kau menduga dia benar-benar menyesal dan bosan
dikejar-kejar?" Mo Ki-thian berpikir sebentar:
"Kong-kong, aku selalu merasa dia mempunyai rencana
terselubung dan bukan karena cintanya kepada putri Kao
Tong." "Apakah kau curiga dia mempunyai suatu hubungan
dengan putri Kao Tong..." tanya Seng Yan-kong.
Mo Ki-thian bukan orang bodoh, hubungan Kong-kong
dan putri Kao Tong juga dekat rnaka dia tidak banyak
bercerita tentang hal ini.
"Kong-kong, menebak!" hambamu tidak berani sembarangan "Oh!..." Seng Yan-kong mulai mondar mandir lagi.
Ini benar-benar masalah yang harus diperhatikan.
Terlihat Wie Kai benar-benar bosan, bosan terus berlari
dan dia ingin mengubah kesalahannya.
Ditambah lagi dengan adanya jaminan dari putri Kao
Tong, maka Kong-kong pun memaafkan Wie Kai.
Dia harus mengikuti kemauan putri Kao Tong.
"Saat kau, Wie Kai, dan putri Kao Tong pergi
menangkap Loo Cong dan Leng-ji, apakah kau melihat ada
yang lain pada Wie Kai?"
Dengan gugup Mo Ki-thian menjawab:
"Kong-kong, waktu itu aku tidak melihat ada kelainan,
Wie Kai pun seperti benar-benar bertarung dengan Loo
Cong, tapi kalau dia melepaskan mereka, orang luar sulit
melihatnya." "Oh!...." "Dan mereka benar-benar bisa kabur!" Seng Kong-kong
mengangguk lagi. Paling sedikit dia menganggap pendapat
Mo Ki-thian benar, walau tidak ada bukti sedikit pun.
Waktu itu Loo Cong dan Leng-ji berebut seekor kuda.
Sampai-sampai Loo Cong menotok Leng-ji hingga
pingsan lalu membawanya pergi.
Dalam keada-an seperti itu Wie Kai sepertinya tidak
berusaha sekuat tenaga untuk menghadang.
Seng Kong-kong tahu bahwa di antara Wie Kai dan
Leng-ji sudah terjadi hubungan suami istri.
Walaupun akhirnya Wie Kai mengkhianati Leng-ji, dia
tidak akan bertindak terlalu kejam dan ini adalah hal yang
wajar. Atau karena Wie Kai melihat Leng-ji dan Loo Cong, dia
jadi marah dan pergi, tapi tidak akan dalam waktu singkat
berubah total. Perasaan hangat bukan orang biasa yang bisa memberi
kesan. "Ki-thian!" panggil Seng Kong-kong.
"Hamba di sini!"
"Pasang meja untuk sembahyang!"
"Pasang di sebelah mana?"
"Di kebun ini."
"Siap!" Mo Ki-thian membalikkan tubuh dan pergi.
Meja senbahyang sudah siap. Tidak ada plakat hanya
ada lilin besar, arak, dan buah-buahan.
Seng Kong-kong memasang dupa dan berlutut untuk
sembahyang, kemudian berdiri untuk berdoa. Apa isi doadoanya"
Semua ini hanya Seng Kong-kong sendiri yang tahu.
Setelah lama dia baru menuang arak katanya: "Aku pasti
bisa menangkap kalian..." Nada terakhirnya seperti
membeku di udara. Tapi Mo Ki-thian menganggap bila
Kong-kong bisa mengeluarkan kalimat seperti itu, dia pasti
bisa melakukannya, karena setiap perkataan Kong-kong, dia
tidak pernah merasa curiga dan percaya begitu saja.
Leng-ji dan Loo Cong masih melarikan diri. Mereka
terus berganti lingkungan. Siau-loo menggendongnya naik
gunung. Juga membawanya menyeberangi sungai.
Di atas gunung terlihat jejak kaki mereka. Di sungai juga
terpantul bayangan mereka. Di bawah terik sinar matahari.
Di bawah siraman hujan dan terpaan angin. Mereka saling
menghibur dan saling memberi semangat.
Senang dan duka ditanggung bersama, mereka tidak
pernah meninggalkan lawan.
Siau-loo tidak pernah mengomel.
Tapi Leng-ji harus sering menghindari sorot mata Siauloo.
Sorot mata Siau-loo lurus dan tidak mengandung
sesuatu. Tapi sikap perhatian dan mengasihi membuat Leng-ji
tertekan. Leng-ji takut dia akan luluh karena kasih sayangnya.
Manusia adalah makhluk yang paling penuh dengan
perasaan. Sungai ini lebarnya hanya sekitar 30 tombak. Tidak ada
perahu untuk menyeberang, tapi sungainya tampak tidak
dalam. Mereka sering menyeberang sungai seperti ini.
Siau-loo menggendongnya lalu selangkah
selangkah berjalan ke tengah-tengah sungai.
demi Air sungai mengalir sangat keras dan semakin dalam,
pinggang Siau-loo sudah terendam air.
Leng-ji sama sekali tidak bisa berenang, dia bertanya:
"Siau-loo, apakah airnya akan sampai ke atas kepala?"
"Aku tidak tahu air sungai ini sedalam apa, tapi kalau
sampai terendam melebihi kepala, itu tidak mungkin."
"Kalau kita terpeleset, bagaimana?"
"Jangan takut, ada aku!"
"Apakah benar kau bisa berenang?"
"Disebut bisa juga tidak, tapi tidak akan membuatmu
berada dalam bahaya. Tiba-tiba mereka terpeleset dan tenggelam.
Leng-ji berteriak. Tapi air hanya merendam sampai ke dada Leng-ji, Siauloo terapung lagi dan terus
bergeser ke seberang sungai.
"Siau-loo, sepertinya
dibandingkan tadi." kau berjalan lebih cepat "Karena aku sedang berenang maka kakiku menginjak
air." "Menginjak air?"
Leng-ji melihat ke bawah ternyata dia sedang maju
sedikit demi sedikit, air pun hanya setinggi dada Siau-loo.
Karena kedua kaki Siau-loo sedang bergoyang-goyang di
bawah air. "Siau-loo, tidak kusangka kau menguasai teknik seperti
ini." "Ini tidak ada apa-apanya!"
"Tidak, kau memangl ihai!"
"Sebenarnya teknik berenang Siau-kai lebih bagus
dariku!"

Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak! Jangan bicarakan tentang dia lagi!" Leng-ji
memukulnya. "Baik, kita buat perjanjian, mulut tidak bicara di dalam
hati pun jangan memikirkan dia," kata Siau-loo.
"Baik, kita berjanji!"
Di depan hutan ada bayangan berkelebat tapi mereka
berdua tidak melihatnya. Untuk mengusir rasa sepi Siau-loo sering mengajarkan
pengetahuan tentang bertani kepada Leng-jiMatahari belum terbit mereka sudah
berangkat, udara belum panas. Mereka berjalan di gunung sambil mengobrol.
"Leng-ji, tentang cara bercocok tanam, apakah kau masih
ingat?" "Aku selalu lupa, aku sangat bodoh!'
"Di antara kita bertiga, akulah yang paling bodoh!" kata
Siau-loo. "Tidak, kau tidak bodoh!"
"Dari mana kau bisa tahu?"
"Melihatmu melayani Seng Kong-kong d< mengatur
kami melarikan diri terbukti kalau kau pin* dan berbakat!"
Siau-loo tertawa, dia tidak bicara apa-apa lagi.
"Siau-loo, kau tiba-tiba seperti memikirkan sesuatu?"
"Kalau aku sepintar Siau-kai, alangkah baik-nya!" "Kau
harus didenda sebab di antara kita sudah ada perjanjian,
tidak membicarakan tentang dia lagi!"
"Kau juga didenda kepada dirimu sendiri!" Leng-ji tibatiba menarik nafas
panjang! -ooo0dw0ooo- BAGIAN IV BAB I Sebuah sungai menghadang lagi di depan.
Sepanjang perjalanan mereka sudah melewati banyak
sungai. Tapi sungai ini sangat lebar juga terlihat dalam.
Leng-ji mencuci tangan dan membasuh muka-nya ditepi
sungai. Karena siang malam terus melarikan diri, Leng-ji sadar
sekarang dia sudah bukan Leng-ji yang dulu lagi.
Dia melihat bayangannya di permukaan air.
Rambutnya bersemangat. berantakan, kedua matanya tidak Wajahnya tidak seperti dulu lembut dan bercahaya.
Sekarang dia kurus. Sekarang dia bukan perempuan montok. Sekarang dia
benar-benar terlihat kurus.
Air sungai sangat dingin, setelah mencuci muka dia
merasa lebih nyaman dan segar.
"Leng-ji, duduklah sebentar di sini ber-istirahat."
"Bagaimana denganmu?"
Loo Cong melihat sekeliling:
"Sebenarnya di sini ada perahu untuk menyeberang!"
"Betul, pasti ada!"
"Coba ku lihat ke sebelah sana, di sana seperti-nya ada
pelabuhan kecil." Sungai itu lebarnya 30 tombak, lebih, apa lagi kalau
sedang musim hujan bisa sampai 60 tombak lebih.
Seharusnya ada perahu untuk menyeberang.
Loo Cong berjalan ke sebuah pohon bambu di sana.
Dia menoleh melihat Leng-ji masih duduk. Sekali-sekali
membersihkan wajahnya dengan lengan baju.
Udara terasa panas Matahari berada di tengah-tengah.
Dia sering berpikir: 'Kalau aku perempuan lemah seperti Leng-ji, apa yang
akan kulakukan"' Kalau dia adalah Leng-ji, belum tentu dia lebih kuat
darinya. Maka Loo Cong melambaikan tangan, berteriak: "Lengji... Leng-ji... kemarilah!"
Leng-ji menoleh. Dia terlalu lelah, sesudah duduk, dia begitu malas
berdiri. Loo Cong harus beberapa kali memanggil, baru dia mau
berdiri. "Di sini ada pohon, udaranya lebih sejuk!" Leng-ji berdiri
dan berjalan ke sana. Di sana memang ada tempat seperti pelabuhan kecil.
Loo Cong melihat ke dalam hutan bambu, dia merasa
senang karena di sana ada sebuah sampan.
Ternyata bambu-bambu besar itu tumbuh di dalam air.
Hanya saja air di sini sangat dangkal, paling-paling
dalamnya 3-4 kaki. Di atas sampan ada seorang pak tua yang sedang tidur,
dengkurannya terdengar jelas.
Loo Cong tertawa. Orang yang hidup di sini lebih santai dibanding kan
orang yang hidup di kota yang ramai. Dia berpikir:
'Kalau masalahnya sudah selesai dan tidak dikejar-kejar
lagi, dia ingin mencari tempat sepi dan indah, belajar
kepada pak tua itu, bukankah itu adalah hal yang sangat
menyenangkan"' "Siau-loo, ada apa?"
Leng-ji sud ah berada di belakangnya.
Loo Cong menatap Leng-ji dan menunjuk ke arah
sampan: "Leng-ji, apakah kau mengagumi pak tua itu?"
"Benar, buat kita sekarang ini kehidupannya seperti
dewa!" "Hidupnya seperti hidup di luar dunia, apakah benar?"
"Benar membuat orang iri!"
Loo Cong membangunkan pak tua itu.
Dia belum begitu tua, paling-paling usianya bai sekitar
50 tahun. Romannya sehat dan sangat bersemangat.
Dia menggosok-gosok matanya dan melihat orang yang
ada di depannya lalu tertawa:
"Baik sekali! Ji-wie yang agung, apakah kalian berdua
sudah lama menunggu?"
"Kamibaru tiba!"
"Ada yang datang berarti ada uang masuk, itu sangat
baik!" "Apakah biasanya jarang ada tamu yang menyeberangi
sungai?" "Benar, tempat terpencil seperti ini terkadang sehari
hanya ada 2-3 orang, terkadang sehari penuh tidak ada yang
menyeberang sama sekali!"
Dia mulai mendayung sampan.
Setelah naik sampan, pak tua itu mulai mendayung
dengan bambunya, lalu katanya:
"Kalian berdua adalah tamu yang jarang ada!"
"Apa artinya?" tanya Leng-ji.
"Aku sudah lama menunggu!"
Loo Cong, Leng-ji terkejut:
"Pak tua menunggu kami?" tanya Loo Cong.
"Benar," pak tua itu sudah mendayung hingga keluar dari
hutan, mereka mulai berada di tengah-tengah sungai, di sini
dalamnya sekitar satu setengah tombak.
Karena bambu untuk mendayung panjangnya sekitar 3
tombakhanya separuhnya berada di atas air.
"Yang aku tunggu adalah tamu kaya seperti kalian
berdua." "Lo-pek, penampilan kami seperti ini,
mengatakan kami berdua adalah tamu kaya?"
mengapa Pak tua itu tertawa terbahak-bahak: "Anak muda, di
dunia ini siapa yang punya harga jual lebih tinggi dari
kalian?" Loo Cong termangu lalu katanya: "Lo-pek terlalu
memuji!" "Kalian berdua tidak perlu merendahkan diri, coba kau
pikir, berapa harga jual seorang tuan muda kaya, pesilat
muda, apakah bisa mencapai 10 ribu tail emas?"
Leng-ji dan Loo Cong terkejut.
Nyata Seng-yan-kong telah masuk sampai ke lubanglubang yang sangat kecil.
Sebenarnya bukan Seng-yan-kong yang bisa masuk ke
lubang-lubang kecil. Melainkan nilai 10 tail emas itu sangat menyilaukan, bisa
bersinar hingga ke semua penjuru!
Loo Cong segera memegang goloknya, bersiap:
"Ternyata kau orang yang sengaja menunggu kami!"
"Di bawah kilauan uang puluhan ribu tail emas, bisa
tidak sengaja, bisa juga disengaja!"
"Siapakah Tuan" Berani sekali mencegat kami, aku yakin
kau bukan orang yang tidak bernama!"
"Kami bukan orang terkenal, kami dua bersaudara
biasanya mengandalkan air mencari makan, ilmu silat kami
tidak begitu tinggi, tapi ilmu di dalam air harus
melihatbagaimana nasib kalian berdua!"
Wajah Leng-ji berubah. Tapi Loo Cong tetap dengan tenang tanyanya:
"Nama kalian berdua adalah..."
"Aku adalah ular air, In Hai, adikku adalah tikus air, In
Kang!" "Berarti ular dan tikus berada dalam satu sarang?"
"Apakah kau Loo Cong?"
"Benar!" "Bocah, hargamu tidak sampai 5 ribu tail emas!"
"Oh ya?" "Apakah perempuan itu Lim Leng-ji, Harganya 6 ribu
tail emas!" Perahu sudah berada di tengah-tengah sungai.
Bila melihat ke dasar sungai, air mengalir dengan cepat,
warna airnya hijau tua, berarti airnya sangat dalam.
Loo Cong berencana menangkap hidup-hidup orang ini,
agar semuanya menjadi lebih baik.
Tapi begitu Loo Cong bergerak In Hai mem-bawa
bambu panjang itu langsung terjun ke dalam sungai lalu
menghilang. Perahu kecil itu mengikuti arus sungai mengalir ke hilir.
"Siau-loo, celaka!"
"Jangan takut, ada aku!"
"Siau-loo, aku sama sekali tidak bisa berenang!"
"Jangan jauh-jauh dariku, kedua orang itu punya nama
jahat juga ganas, ilmu mereka di dalam air sangat bagus..."
Tiba-tiba bambu panjang datang dari dalam air. Awalnya
melubangi dasar perahu kemudian menye-rang mereka.
Loo Cong mencengkeram bambu itu.
Orang-orang yang ada di bawah air menarik dengan
sekuat tenaga, sedangkan yang ada di atas tidak melepaskan
cengkeramannya. Perahu mulai tenggelam. Leng-ji berteriak. Loo Cong segera melepaskan cengkeramannya.
Dia segera memegang Leng-ji dan berkata:
"Kita pasti jatuh ke dalam air sungai begitu aku
menyuruhmu menahan nafas, kau harus menahan nafasmu,
tapi sebelumnya kau harus mengambil nafas dalam-dalam
dulu." "Siau-loo, walaupun aku mengambil nafas dalam-dalam,
tapi tidak akan bisa bertahan lama!"
"Leng-ji, jangan takut, secepatnya aku akan keluar dari
air dan membawamu ke permukaan air untuk mengambil
nafas..." Bambu datang lagi tapi dengan cepat ditarik kembali.
Sampan sudah dilubangi dengan 2 lubang besar, air
segera masuk ke dalam perahu.
Sampan mulai tidak seimbang.
Orang yang tidak bisa berenang, di saat seperti ini pasti
sangat takut kepada air. Leng-ji mulai gemetar. "Jangan takut, melakukannya..." mereka tidak akan mudah Sampan tiba-tiba miring. "Leng-ji, aku akan menghitung 1.2.3, kita sama-sama
meloncat ke dalam air dan berenang ke seberang sana. Kita
sebisanya meloncat sejauh mungkin, kalau sudah jatuh ke
dalam air, di dalam air ada aku!"
Mereka sekuat tenaga meloncat ke seberang sungai.
Yang pasti mereka meloncat ke dalam air yang mengalir,
apa lagi dengan sampan yang hampir ter-guling sulit
menjaga keseimbangan tubuh, juga sulit menggunakan
tenaga. Mereka meloncat tidak lebih dari 7 tombak lalu terjatuh
ke dalam air. Loo Cong cepat-cepat mencengkeram rubuh Leng-ji yang
terus tenggelam. Orang yang tidak bisa berenang begitu terjatuh ke dalam
air cukup repot jika ingin menolongnya, orang itu akan
sembarangan memukul dan menggapai-gapai sesuatu.
Kalau bukan orang yang berpengalaman menolong
orang seperti itu dari dalam air, mungkin dia sendiri akan
ikut tenggelam. Loo Cong bukan orang seperti itu.
Loo Cong mencengkeram Leng-ji dan segera memberi
tahu: "Leng-ji, tanganmu jangan terus bergerak, kau harus
percaya kepadaku, sekarang tahan nafas..."
Loo Cong melihat ada orang sedang mendekati mereka
di dalam air, maka Loo Cong segera masuk ke dalam air
lagi. Ternyata orang itu adalah tikus air, In Kang, dia datang


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membawa golok dan berniat akan menyerang Leng-ji.
Loo Cong menghindari serangan ular air, In Hai dari
belakang. Loo Cong sadar Leng-ji tidak bisa bertahan lama di
dalam air. Maka dia menyerang In Kang dulu.
Dia melihat ilmu silat mereka tidak tinggi.
Tapi ilmu di dalam air mereka sangat hebat, Loo Cong
masih kalah oleh mereka tapi perbedaannya tidak jauh.
In Kang ingin menghindar tapi sulit meng-hindari
pukulan mautitu. Golok aneh turun dan naik.
Ketiak kiri In Kang terluka, tangan kirinya hampir
tertepis. In Hai terkejut, pisau belatinya segera menye-rang dari
belakang. Loo Cong menghindar, dia terus naik ke atas.
Setelah muncul ke permukaan air Leng-ji terus terbatuk.
Karena menahan nafas terlalu lama dia minum air
sungai itu. "Leng-ji, sekali lagi tahan nafas!"
"Tidak, Siau-loo... aku akan mati kehabisan nafas dan
minum air sampai mati!"
"Leng-ji, bertalianlah, tidak ada cara lain lagi?"
Terpaksa Leng-ji mengambil nafas dalam-dalam.
Sekali lagi mereka masuk ke dalam air.
Saat pisau belati In Hai datang, dia berniat menyabet
kaki kanan Loo Cong. Loo Cong menarik kakinya, In Hai tidak bisa
menghentikan laju tubuhnya, dia naik ke permukaan.
Golok aneh milik Loo Cong ditarik dan di-dorong, tapi
kakinya telah tertusuk oleh pisau belati.
Bertarung dengan golok di dalam air tidak bisa menepis
atau menyapu, hanya bisa menarik dan mendorong, sebab
terhalang oleh pusaran air.
Orang yang biasa bermain dengan air selalu
menggunakan mayonet yang bisa melemahkan pusaran air.
Dua bersaudara ini seumur hidup mereka selalu berbuat
kejahatan. Orang yang mati dibunuh mereka di dalam air
sudah banyak. Tapi mereka bukan lawan Loo Cong.
Dalam waktu yang sangat singkat belatinya berhasil
dipukul. Bertarung dengan kekuatan tangan kekuatan-nya berbeda
jauh dengan Loo Cong! Begitu Golok aneh ditarik, leher In
Hai terpotong separuh. Leng-ji terus memuntahkan air di darat sana. Dia minum
banyak air. "Leng-ji, aku benar-benar menyulitkanmu!"
"Siau-loo, kalau kau seperti aku tidak bisa berenang, apa
yang akan terjadi?" Loo Cong tertawa kecut. Banyak kejadian di dunia ini
yang sulit diduga. Tapi mereka percaya yang di atas akan
mem-beri jalan. Seng Kong-kong dan putri Kao Tong semakin akrab.
Ini membuktikan kalau rencana mereka sudah berada
pada tahap matang. Seng Kong-kong adalah orang yang bisa bekerja
mengurusi hal penting. Maka semua rencananya berjalan sangatlancar.
Putri Kao Tong sedang berada di ruang rahasia Kongkong.
Dia duduk di sisi meja panjang, melihat Kong-kong
sedang mengcap perjanjian yang ditulis di atas kertas.
Cap nya terbuat dari batu giok, bisa diketahui milik
siapa. Di atas sutra yang bercorak naga dan burung Hong
berwarna kuning tua, terdapat bahasa Han dan bahasa
Tibet. Ke dua belah pihak siap menggunakan cap nya.
"Putri, setelah beberapa bulan kita bekerja keras baru
sekarang ada hasilnya," kata Seng Kong-kong.
Putri Kao Tong merasa sangat senang, katanya:
"Yang jelas hubungan kita yang akrab baru terasa hari
ini." Seng Kong-kong membawa kain yang tertulis perjanjian
katanya: "Kita bersulang, pekerjaan kita berjalan lancar dan
sukses!" Saat mereka baru mengangkat cangkir.
Tiba-tiba Seng Kong-kong seperti melihat sesuatu.
Dia duduk tidak bergerak kemudian terbang ke atas.
Wie Kai sedang berdiri di teras, siap berlari. Tapi Seng
Kong-kong sudah turun dari atas dan menghadangnya.
Wie Kai sangat terkejut. 'Penjahat tua ini benar-benar
tidak bisa di angga enteng,' pikirnya
Mo Ki-thian segera datang menjilat. Dia menangkap
Wie Kai. Keadaan benar-benar menyulitkan Wie Kai. Dia
tertangkap, dan bukti sudah ada di tangan. Seng Kong-kong
tertawa sinis. Kalau tidak sengaja untuk apa diam-diam melihat.
Kalau bukan karena mengetahui rencana besar ini dan
mengerti rencana ini, mengapa bisa kebetulan lewat di sini"
Kalau masalah ini sampai bocor sebelum terjadi, apa
akibatnya" Seng Kong-kong marah besar: "Wie Kai, apa yang kau
lakukan?" "Cepat katakan!" bentak Mo Ki-thian.
Wie Kai membuka kedua tangannya, berarti dia tidak
tahu apa-apa. Dia juga menyatakan kalau sudah memaafkan dan tidak
mencurigai dia lagi, memberinya kebebasan, mengapa dia
tidak boleh lewat sini"
Tanpa perasaan Seng Kong-kong berkata:
"Kalau kau tidak bisa menjelaskan alasanmu berada di
sini, aku akan membereskanmu sekarang juga!"
Tiba-tiba Wie Kai terpikir sebuah pertolongan.
Dia melihat putri Kao Tong.
Tapi sikap putri Kao Tong seperti menyalahkan dia yang
terlalu mengurusi banyak hal, tidak tahu besar atau kecilnya
permasalahan. Banyak tempat Wie Kai bisa pergi, mengapa sengaja
datang kemari" Setiap saat dia bisa kemari, tapi mengapa sengaja datang
di saat ini. Melihat Wie Kai seperti itu putri Kao Tong pun
mencemaskan keadaannya. Putri Kao Tong khawatir, jika Wie Kai dipaksa berkata
jujur, dia pun tidak akan bisa menolong Wie Kai lagi.
Sebab saat bercanda Wie Kai pernah berkata:
"Bersekongkol dengan La-ma membuat kerusuhan di ibu
kota, bila tertangkap oleh pemerintah pasti akan mati..."
Putri Kao Tong mengira Wie Kai hanya iseng saja,
diam-diam melihat juga mendengar.
'Wie Kai, kau benar-benar tidak tahu bahaya!' pikir putri
Kao Tong. Wie Kai tertawa kecut: "Apa yang akan kulakukan" Kali ini aku kembali ke sini,
untung Kong-kong tidak memenggal-ku, malah memberikan tugas besar, budi ini belum terbalas, apa yang
bisa kulakukan?" "Ini bukan alasan tepat!" bentak Kong-kong.
Mo Ki-thian mengayunkan tangannya ingin menampar,
tapi Wie Kai menghindar. Mo Ki-thian terus membentak:
"Kau masih mau membantah?"
"Aku membantah apa" Putri menyuruhku datang ke sini
untuk menjemputnya, apakah aku tidak boleh menunggu di
sini?" "Ini..." Mo Ki-thian melihat putri Kao Tong
Seng Kong-kong juga melihat putri Kao Tong.
Putri Kao sembarangan. Tong tahu Wie Kai hanya bicara Tapi Wie Kai pandai dan pintar, walau sedikit
menyimpang dari kebenaran.
Putri Kao Tong jadi semakin menyukainya. Putri Kao
Tong sudah tidak peduli pada banyak orang.
Wie Kai sudah menunjukkan hubungan mereka yang
tidak biasa dan hati Wie Kai sudah beralih kepada nya.
Wie Kai tidak menutupi rasa cinta dan sikap setianya
kepada putri Kao Tong, sekalipun di depan Kong-kong.
Seorang perempuan jika sudah mencintai laki-laki, dia
bisa memaafkan semua kesalahannya, ter-masuk
kebohongan juga kejahatan lainnya.
Seorang perempuan jika tidak mencintai, dia tidak akan
peduli pada siapapun, sekalipun pernah menanam budi
yang banyak kepadanya. Sekarang putri keperhatinan. Kao Tong harus punya sedikit Sebab dia menduga Wie Kai sudah tahu rahasia nya
dengan Kong-kong. Tapi putri Kao Tong menganggap Wie Kai tidak akan
lolos dari genggamannya. "Aku yang menyuruhnya menunggu di sini, dan kami
akan pulang bersama-sama," katanya.
Seng Kong-kong sepertinya tidak percaya.
Apa lagi Mo Ki-thian, tidak percaya juga harus percaya.
Apa boleh buat! Rahasia ini bukan hanya Seng Kong-kong saja yang tahu
putri Kao Tong pun tahu. Tapi dia tidak peduli, dia seperti
sanggup menguasai Wie Kai.
Mereka berdua sudah seperti perangko. Tidak pernah
berpisah. Putri Kao Tong menyuruh Wie Kai menunggu, itu
bukan tidak mungkin. Laki-laki dan perempuan bila sudah saling jatuh cinta,
langit runtuh pun belum tentu akan mem-buat mereka
bergetar. Yang di atas sudah mengatur semua seperti itu.
Karena Yang di atas khawatir manusia tidak bisa
melanjutkan keturunnannya!
Mo Ki-thian tahu Wie Kai sedang berbohong.
Dia sedang berpikir mau membongkar kebohongannya,
tiba-tiba Seng Kong-kong melambaikan tangan:
"Sudahlah!" Terpaksa Mo Ki-thian menurunkan tangannya.
Wie Kai membereskan bajunya, dia tertawa pada putri
Kao Tong. Tadi dia merasa sudah berputar-putar di depan pintu
dewa kematian. Putri Kao Tong terus melihatnya.
Di bawah sinar bulan. Di sebuah gubuk. Loo Cong
duduk di atas rumput kering, Leng-ji sedang membubuhkan
obat ke luka pada Loo Cong. "Apakah terasa sakit?"
"Hanya bencana kecil!"
Kakinya ditusuk oleh ular air In Hai. "Bila ada
kesempatan, aku ingin belajar ilmu air kepadamu!"
"Bisa ilmu di dalam air, pasti akan ada guna-nya!" Lengji diam.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Tidak ada!" "Kau sudah mulai belajar berbohong!"
Leng-ji tertawa kecut: "Apakah benar aku sering
berbohong?" "Kau tidak hanya pandai berbohong, kau juga pandai
menutupi kebohonganmu!" Tiba-tiba Leng-ji tertawa.
Kaki Loo Cong sudah dibalut, diabertanya: "Apakah
luka di tubuh dan tanganmu sudah sembuh?"
Leng-ji mengangguk. "Coba tebak, sekarang Seng Kong-kong sedang
melakukan apa" Dan ingin melakukan apa?" tanya Loo
Cong. "Sedang marah dan sedang mengomel!"
"Menurutku, dia sedang menyusun rencana dengan Mo
Ki-thian, dan berbisik-bisik dengan putri Kao Tong!"
"Pengkhianat itu...." kata Leng-ji sambil menganguk.
Loo Cong ingin melarang tapi sudah tidak sempat: "Kau
mengungkit tentang dia lagi!"
"Tidak apa-apa kita mengobrol tentang dia?"
"Leng-ji, kebesaran jiwamu tidak seluas seperti yang
kukira!" "Sekarang aku bisa!"
"Apakah benar kau bisa?"
"Benar!" "Apakah sudah bisa melihat jelas semua masa-lah ini?"
"Belum sampai pada tahap itu! Tapi punya cermin
sendiri, jika dia tidak bisa melihat dirinya sendiri, pedang
pun tidak bisa memukul dirinya!"
Loo Cong menyambung: "Puisi tidak bisa dibaca sendiri, indah tidak bisa
dirasakan sendiri, kejahatan tidak bisa ditutupi sendiri,
apakah benar?" "Yang terakhir, kejahatan tidak bisa ditutupi sendiri,
semua sudah terungkap, untuk apa kita harus merasa
sedih?" tanya Leng-ji.
"Leng-ji, kebesaran jiwamu sudah mencapai tingkat


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baru!" "Tidak seperti yang kau katakan!"
Tiba-tiba Loo Cong terlihat serius.
Bersamaan waktu mereka berdua terpaku. Ini gubuk.
Gubuk terbuat dari rumput kering atau dari batangbatang padi dan daun gandum
yang sudah mengering. Kadang pemburu menginap di sini untuk menghindari
hujan dan angin. Kadang petani sementara waktu tinggal di sini, atap dan
dinding gubuk terbuat dari rumput-rumput kering.
Gubuk seperti ini ada kebaikan juga ada keburukannya.
Bila ada yang menyentuh gubuk ini, suaranya akan
segera terdengar jelas. Sekarang mereka berdua bersamaan berdiri.
Mereka saling pandang dan memasang kuda-kuda,
pengalaman memberitahu mereka di luar ada orang.
Tiba-tiba di sekeliling sudah banyak tombak yang
menerjang masuk. Ruangan gubuk sangat kecil.
Hanya ada satu tempat untuk meletakkan ranjang d an
tempat sebesar ranjang yang masih kosong.
Ingin menghindar serangan 3 serangan benar-benar sulit.
Makan mereka bersamaan waktu meloncat ke atas
hampir menempel di atap gubuk.
Gubuk itu dari bawah sampai atap tingginya tidak lebih
dari 5 depa. 10 buah tombak yang menusuk masuk panjangnya 3
sampai 5 kaki, tapi tidak mengenai sasaran. Hanya sebuah
tombak yang berhasil menyobek baju Leng-ji.
Gubuk terlihat sempit lagi.
Jika ingin keluar dari sana satu-satunya jalan harus
menginjak tombak supaya bisa mental keluar.
Tapi orang-orang di luar hampir tidak memberi mereka
waktu untuk bernafas. "Kita pergi dari sini," Loo Cong dan Leng-ji menginjak
tombak yang masuk dan keluar dari gubuk itu. Gubuk
sudah disiram minyak dan mulai dibakar.
Di luar ada 17-18 orang sedang berdiri, mereka adalah
San-hiang Cong-to, Tong-cu atau Hiang-cu.
Satu dari 2 orang itu Loo Cong pernah bertemu
dengannya. Yang paling depan adalah Tong-cu dengan tinggi 8 kaki,
bernama Cian-siu, orang itu selalu menggunakan tombak
panjang. Maka anak buahnya yang berjumlah 10 orang lebih
semua menggunakan tombak panjang.
"Aku hanya tanya, apakah kalian mau ikut kami pergi?"
tanya Cian-siu. Loo Cong meludah ke bawah sebagai jawaban.
Jawaban seperti itu sudah cukup.
Waktu itu puluhan tombak datang menyerangDengan goloknya Loo Cong menyapu, tiba-
tiba dia mencengkeram sebuah tombak dia menendang.
Terdengar suara dari atas, lagi 5 buah tombak panjang
menerobos masuk. Mereka berdua berputar di atas udara.
Baju Loo Cong sudah berlubang, dan daging di
pantatnya teriris. Baju Leng-ji bagian ketiak pun sudah ber-lubang. orang
yang memegang tombak dan tombaknya langsung
dirampas. "Leng-ji, sambut ini!"
Leng-ji pernah berlatih ilmu tombak.
Karena tombak itu panjang maka orang yang membawa
tombak jenis ini hanya sedikit.
Mereka berdua, yang satu memakai golok yang satu lagi
memakai tombak, mereka bergabung rapi maka dalam
waktu singkat bisa membuat 2 orang terluka lagi.
Cian-siu sendirian menyerang, keadaan agak genting.
Karena mereka mempunyai formasi tombak yang
handal. Puluhan orang menyerang dari semua penjuru, ada
beberapa yang menyerang dari bawah ke atas. Gerakannya
benar-benar sangat sadis.
"Leng-ji, di atas...."
Loo Cong berteriak, tiba-tiba dia meloncat menepis
tangan seorang musuh, tapi punggung Leng-ji sudah
tergores panjang. Melihat anak buahnya mati 4-5 orang dan banyak yang
terluka, Cian-siu segera menyuruh anak buahnya mundur.
Tidak lama kemudian mereka sudah meng-hilang ke
dalam hutan. "Bagaimana dengan lukamu, Leng-ji?"
"Tidak begitu parah, tadi aku sangat terkejut melihat
puluhan tombak datang menyerang ke gubuk.
"Yu Tai-jin sudah mati! Mereka sulit menang tapi masih
ingin mencoba-coba."
"Emas senilai 10 ribu tail adalah mimpi setiap manusia,
pantas kalau mereka seperti itu!"
Loo Cong mulai mengobati luka Leng-ji.
Gubuk sudah terbakar habis dan masih mengeluarkan
asap. "Apakah betul Seng Kong-kong akan menepati janjinya,
memberikan hadiah 10 ribu tail emas kepada mereka yang
berhasil menangkap kita, aku masih ragu!" kata Loo Cong.
Di Eng-hong-pie-ya. Malam sudah larut.
Angin berhembus besar dan hujan turun.
Dari jendela Seng Kong-kong melihat langit yang terlihat
mendung. Mo Ki-thian berada di belakangnya.
Usia Seng Kong-kong sudah tua, tapi tidak pernah
melihatnya lelah atau tidak bersemangat.
Mo Ki-thian tidak pernah mendengar Seng Kong-kong
menghela nafas. Tanya Seng Kong-kong: "Ki-thian, hari ini tanggal berapa?"
"Lapor Kong-kong, bulan lima tanggal satu!"
"Sudah tiga bulan lebih..." Seng Kong-kong berkata
dengan pelan. "Benar, Kong-kong, sudah tiga bulan lebih, hanya saja
mereka tidak akan bisa kabur!"
"Tapi mereka bisa hidup lebih dari 100 hari!" kata Sengyan-kong.
Mo Ki-thian tidak bersuara.
Menyuruhnya mengejar pelarian dia benar-benar tidak
tahu di mana keberadaan mereka.
Tiba-tiba Seng Kong-kong tertawa terbahak-bahak:
"Mereka benar-benar orang yang dididik oleh Seng-yankong, anak buah Seng-yan-
kong tidak terkalahkan! Ha ha
ha..." "Tenanglah, Kong-kong, ku pikir sekarang mereka pasti
sangat kelelahan," kata Mo Ki-thian.
"Sangat lelah! Bagaimana dengan kita?" Demi mengejar
beberapa pengkhianat ini, Eng-hong-pie-ya pun merasa
sangat lelah. Awalnya dia menolak dibantu oleh La-ma. Sekarang bila
ingin meminta bantuan sulit untuk membuka mulut.
Tapi dia tetap berniat seperti itu, dia berteriak: "Aku
ingin kalian lihat! Sekarang kalian bisa bersenang-senang.
"Aku ingin kau bersenang-senang dan merasa puas, Wie
Kai dan putri Kao Tong sedang berada di kamar sedang
bercumbu." Wie Kai memeluk putri Kao Tong sambil mengatakan
kalimat itu. Dari ujung alis, ujung mata, terlihat kegenitannya.
Dia pura-pma memukul Wie Kai. Tapi putri Kao Tong
percaya kalau Wie Kai bisa membuatnya senang dan puas.
Kehilangan dirinya beberapa hari itu sudah tergantikan.
Di luar tenda, angin dan hujan terus turun dengan lebat.
Di dalam tenda, bayangan dari lilin merah terus
bergoyang-goyang, perasaan dalam seperti laut
Putri Kao Tong benar-benar merasa kalau kali ini dia
sangat beruntung sudah datang ke Tionggoan.
Tanpa bercerita dulu tentang rencana penting nya, orang
yang ada di depan matanya ini benar-benar membuatnya
senang! Tionggoan adalah dunia yang menyenangkan. Lakilakinya pun lebih baik dari pada
laki-laki Tibet. Matahari terbit, matahari terbenam.
Bulan naik juga terbenam.
Siang hari mereka harus mencari makan.
Malam hari mereka harus berhati-hati, takut akan ada
musuh datang menyerang. Hari-hari seperti ini tidak ada habis-habisnya.
Sewaktu mereka kabur dari Eng-hong-pie-ya, mereka
tidak pernah terpikir tentang hal ini, setelah keluar dari Enghong-pie-ya mereka
baru merasakan, dunia memang luas,
tapi bila ingin menghindari orang-orang seperti itu tetap
sulit. Mereka tiba di sebuah kota.
Mereka benar-benar membutuhkan makan dan membeli
beberapa potong baju, apa lagi sepatu dan kaos kaki.
Sejak melarikan diri, sudah ada beberapa pasang sepatu
yang dipakai hingga robek. Kota ini sangat sederhana.
Hanya ada sebuah jalan raya yang membentang dari
timur ke barat, yang lainnya hanya jalan kecil dan ganggang.
Setelah lama tidak melihat kota mereka merasa semua
itu sangat ramah dan mesra.
Pelan-pelan Loo Cong berkata:
"Leng-ji, manusia memang tidak bisa hidup sendiri?"
"Kecuali orang.. .orang luar kota sana!"
"Lebih baik kita ke tempat yang tidak terlalu ramai untuk
makan, setelah makan kita bawa bekal sedikit," usul Loo
Cong. "Mungkin kita bisa singgah selama beberapa hari di sini,
mereka tidak akan menyangka kita berada di sini."
"Mungkin kau benar, tempat paling berbahaya adalah
tempat yang paling aman, tapi pejabat dan anak buah
mereka yang berada di sini semua adalah orang-orang Seng
Kong-kong!" Leng-ji mengangguk. Mereka masuk ke sebuah rumah makan sambil
menundukkan kepala. Rumah makan itu sangat sederhana dan tidak begitu
besar, tapi tersedia jenis sayur yang komplit.
Di menu yang digantung di dinding tertulis Hoa-koan
(Bapau kosong yang ditabur bawang daun) ada bapau dan
beraneka macam kuah, mie goreng, serta masakan yang
lain-lain. Sudah jadi dan siap disajikan.
Masih ada sayur-sayur yang siap dipesan serta arak.
Setelah sampai di sana mereka harus terus menahan air
liur. Mereka mencari tempat di dekat jendela.
Pelayan datang dan bertanya:
"Ji-wie, ingin makan nasi atau minum arak?"
Loo Cong memesan 4 macam sayur juga Man-tou, sayur
asin, dan kue-kue, ada sebagian makanan yang akan dibawa
pergi. Mereka masih memesan arak.
Mereka seperti baru merasakan ternyata arak begitu
wangi dan menggoda. Tapi mereka waspada selalu melihat sekeliling apakah
ada orang yang mencurigakan.
Tamu di sana paling-paling hanya ada 4-5 orang.
Tidak terlihat, mereka orang apa.
Sampai-sampai ada seorang perempuan umurnya sekitar
35-36 tahun, berdandan sederhana, sangat bersih juga
lincah. Dia sedang makan mie. "Kita tetap harus berhati-hati!" nasihat Loo Cong. Lengji mengangguk.
Semacam sayur sudah diantar berikut araknya Loo Cong
terburu-buru menuang arak dia ingin segera minum arak.
Tapi Leng-ji menghalanginya, dia mencabut tusuk konde
yang terbuat dari perak dan memasukkan tusuk konde itu
ke dalam cangkir arak. Hal yang mendebarkan hari sudah terjadi. Arak terus
bergejolak kemudian keluar suara CES, CES, buih keluar
dari dalam gelas. Mereka benar-benar terkejut.
Loo Cong segera memasukkan kue dan sayur asin ke
balik bajunya. Sewaktu dia melihat, perempuan itu sedang tertawa dan
berkata: "Orang Eng-hong-pie-ya memang luar biasa!"
"Tidak juga, melainkan otak tikus adalah otak yang
terlalu sederhana!" Perempuan itu meletakkan mangkok mienya membersihkan mulut dengan sapu tangan, pelan-pelan
berkata: "Marga Loo, kalian tidak bisa kabur lagi!"
"Apakah kau mempunyai kekuatan menahan kami?"
"Anak gadis, kalau beradu kecantikan, aku mengaku
kalah, tapi apakah kau pernah mendengar nama Hun-si Popo?" (nenek Hun-si).
Loo Cong dan Leng-ji benar-benar terkejut.
Orang yang paling sering menggunakan racun adalah
perempuan itu, bisa dikatakan sampai tubuhnya beracun.
Loo Cong dan Leng-ji saling melihat kemudian mereka
meloncat keluar melalui jendela.
Mereka tidak menyangka kalau Hun-si Po-po tidak akan
mengejar mereka keluar. Hun-si Po-po hanya berdiri, ada 4 laki-laki duduk di
sebelah meja, mereka juga berdiri melihat Hun-si Po-po.
Dengan suara kecil Hun-si Po-po berpesan:
"Timur, barat, selatan, dan tengah."
Mereka berempat segera keluar dari rumah makan itu,
setelah itu mereka segera berpisah, masing-masing ke arah


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang disebut Hun-si Po-po tadi.
Hun-si Po-po dengan tenang keluar dari rumah makan
itu! Setelah keluar dari rumah makan itu Leng-ji dan Loo
Cong terus berlari sejauh 5-6 Li baru berhenti.
Dengan nafas terengah-engah Leng-ji berkata: "Hari ini
aku benar-benar kagum kepada Seng-yan-kong!"
"Maksudmu, Hun-si Po-po bisa dibeli oleh Seng-yankong?"
"Dulu aku pernah mendengar bahwa Hun-si Po-po dan
Seng-yan-kong sangat akrab!"
"Berarti tidak salah lagi! Tapi apakah kau tidak merasa
ada sedikit keanehan?"
"Keanehan apa?"
"Hun-si Po-po tidak mengejar kita!"
"Mungkin dia akan mengejar kita sekarang!"
"Apakah...." tiba-tiba Loo Cong mengerutkan alis,
"Leng-ji, apakah kau merasa tidak enak tubuh?"
Mereka saling berpandangan wajah mulai terlihat pucat.
Mereka merasa sakit perut dan pusing.
"Kita harus segera mencari tempat untuk... untuk
bersembunyi... memaksa racun yang ada di dalam tubuh
kita keluar... keluar..." kata Leng-ji.
Loo Cong melihat sekeliling.
Tidak ada tempat untuk bersembunyi.
Terpaksa mereka masuk ke balik semak-semak setinggi
pinggang. Perut mereka semakin sakit.
Mereka tidak bisa mengeluarkan racun dari dalam perut.
Sebab racun Hun-si Po-po sangat sulit dikeluarkan.
Tidak diragukan lagi, sayur asin dan kue yang ada di
balik baju pasti sudah diracun, bencana ini tampaknya
sulitbisa dihindari lagi.
Mereka benar-benar merasa sedih.
Selama pelarian beberapa bulan ini mereka sudah
mengalami banyak bahaya tapi mereka berhasil
melewatinya. Tapi sekarang perempuan itu. mereka akan terjatuh ke tangan "Leng-ji, mati pun aku tidak akan menutup mata...
karena aku tidak bisa melindungimu dengan baik..."
Dahi Leng-ji penuh dengan keringat:
"Siau-Ioo... lebih baik kita mati di sini... dari pada... dari
pada kita harus naik panggung untuk dipenggal kepala
kita..." Loo Cong menggelengkan kepala:
"Aku tidak rela mati karena racun... tidak rela... karena
tidak ada kesempatan untuk bertarung dengan Hun-si Popo..."
"Siau-loo, apakah kau merasa semua ini menggelikan?"
"Meng... menggelikan?"
"Betul..." Leng-ji tertawa, "awalnya kita ditipu oleh Siaukai... sekarang jatuh
ke tangan Hun-si Po-po... di dunia ini
harus memakai cara menipu... mungkin Seng Kong-kong
juga menipu putri Kao Tong... atau putri Kao Tong menipu
Seng Kong-kong, semua orang di dunia ini semua penipu..."
Leng-ji tertawa air matanya pun bercucuran.
Mati dengan cara seperti ini benar-benar menyedihkan!
Loo Cong ingin menghibur tapi tidak bisa mendapatkan
kata-kata yang tepat. Perut yang sakit membuat kepalanya pusing.
"Leng-ji... Leng-ji... jangan menangis... jangan..."
"Aku tidak menangis... aku hanya merasa... kehidupan
ini benar-benar menggelikan... Siau-loo... kalau bukan demi
diriku, kau tidak akan keluar dari Eng-hong-pie-ya!"
Kata-kata ini sudah lama disimpan di dalam hati.
Bila akan mati dia akan mengutarakan isi hatinya.
"Betul, demi dirimu!" Loo Cong mengangguk.
Rasa sakit membuat wajah Leng-ji berubah:
"Siau-loo... aku minta maaf... sayang aku tidak bisa...
aku tidak bisa...." Loo Cong memegang perutnya dengan bibir bergetar dia
berkata: "Leng-ji... kata-katamu tadi sudah cukup... Leng-ji...
sebelum mati... apakah kau punya permohon an padaku?"
"Tidak... tidak ada... asal kau terus menyebut namaku...
aku juga akan terus menyebut namamu..."
"Betul... di jalan... menuju dunia sana... kita jangan
berpisah... Leng-ji... Leng-ji... Leng-ji..."
Leng-ji sudah tergeletak di atas padang rumput, dia
berkata: "Siau-loo... Siau-loo... Siau-loo..."
Seseorang sudah berdiri di sisi mereka, kedua tangannya
diletakkan di pinggang, dia tertawa ter-bahak-bahak.
Dialah Hun-si Po-po. Dia tertawa terbahak-bahak.
300 kati, emas bisa membuat dua manusia emas.
Siapa pun orangnya, di saat sekarang ini akan tertawa.
Yang penting bukan ini saja.
Mereka berdua terbaring di atas rumput.
Sudut mulut mereka mengeluarkan darah.
Nyawa mereka seperti matahari sore tetap membuat
orang merasa rindu pada masa silam!
Seperti apa dunia sana" Tidak ada seorang pun yang
mengetahuinya. Empat anak buah Hun-si Po-po sudah datang. Salah satu
dari mereka berkata: "Si Po-po akan terkenal di dunia persilatan, di depan
Seng Kong-kong, Anda pasti akan dianggap orang penting!"
"Sebenarnya bukan demi emas puluhan ribu tail juga
bukan karena ingin mendapat kepercayaan dari Seng-yankong, melainkan bila
rencana Seng-yan-kong berhasil, aku
adalah..." Dia tidak meneruskan kata-katanya.
Tapi sudah ada yang menjawab:
"Kau akan menjadi permaisurinya?"
Hun-si Po-po dan anak buahnya benar-benar terkejut.
Mereka baru melihat kalau di sisi mereka berdiri
seseorang. Hun-si Po-po bergetar: "Setan tua Put-pian, apakah kau ingin membagi hasil?"
Ternyata orang itu adalah Put-pian-yan-gwa, seseorang
berbaju aneh. "Gampang, gampang!" jawab Put-pian-yan-gwa.
"Kau datang kemari untuk tujuan apa?"
"Aku kan orang yang berpengalaman, kau tentu sudah
tahu itu!" jawab Put-pian-yan-gwa.
Kaki Hun-si Po-po pelan-pelan bergerak, segera Put-pianyan-gwa berkata:
"Hun-moi, bila kau ingin menggunakan racun, jangan
tergesa-gesa, biar aku selesai bicara dulu baru kau taburkan
racunnya, singkat kata, aku tidak bisa lari, kau juga tidak
akan bisa kabur!" Hun-si Po-po tertawa dingin:
"Put-pian, orang lain mungkin takut kepadamu, tapi aku,
Hun-si Po-po tidak akan pernah takut kepada mu!"
"Tentu saja, tentu saja!"
"Put-pian, apa yang kau inginkan, katakan cepat! Biar
aku sekalian mengantarkanmu ke alam kematian!"
"Kenapa tergesa-gesa" Waktunya tidak akan berbeda
jauh." "Kau mau apa?" Put-pian-yan-gwa tertawa:
"Aku sudah mengtakan tadi kalau aku kan orang yang
sudah berpengalaman, maka aku meng-inginkan sepuluh
ribu tail emas semuanya! Kalau kau mau namaku, biar kau
ambil nama ini!" "Kentut!" Hun-si Po-po berteriak, "apakah kau pernah
mengukur kepandaianmu?"
"Sudah, kalau aku mundur 30 tahun, kau mundur 20
tahun. Ha ha ha! Mungkin aku bisa jatuh cinta
kepadamu..." Hun-si Po-po memberi isyarat, kelima orang itu mulai
menyerang. Mereka sama sekali tidak terpikir kalau Put-pian-yangwa akan datang dengan
persiapan matang. Kalau tidak apakah dia akan takut dengan racun
perempuan itu" Begitu mereka berlima bergerak, kedua tangan Put-pianyan-gwa terayun, 4 cahaya
terang berkelebat. Berkelebat tapi tidak terjadi apa-apa. Atau tidak
mengenai sasaran" Tentu saja bukan, kalau tidak mengenai sasaran, nyawa
Put-pian-yan-gwa akan melayang!
Ternyata 4 senjata rahasia itu dengan sangat tepat
mengenai jalan darah penting 4 orang yang ada di depan.
"Kao... Kao-pie-ciam!'" (Jarum perpisahan), Hun-si Popo pernah mendengar senjata
rahasia milik Put-pian yang
membuatnya terkenal adalah Kao-pie-ciam juga disebut
'Put-pian-kao-ciam', begitu jarum dilepaskan belum pernah
meleset dari sasaran. Hun-si Po-po pun jika menaburkan racun tidak ada
seorang pun yang bisa lolos dari sasarannya.
Hanya saja dari awal Put-pian-yan-gwa sengaja berdiri di
belakang angin, karena tempat di mana dia berdiri lebih
tinggi dari Hun-si Po-po.
Apa lagi hari ini angin gunung berhembus sangat
kencang. Semua racun, semua cara menebar racun harus berada di
atas angin, kecuali senjata rahasia yang sudah dibubuhi
racun. Saat Hun-si Po-po bersiap-siap melepaskan senjata
rahasia beracun untuk memaksa Put-pian-yan-gwa
meninggalkan posisinya, Put-pian-yan-gwa sudah bergerak
lebih cepat darinya. Kekuatan tangan Put-pian-yan-gwa sangat besar, 4 buah
Kao-pie-ciam sudah menancap di jalan darah ke empat
orang itu. Keempat orang itu setelah bergoyang-goyang beberapa
kali lalu tersungkur. "Put-pian... bagaimana kalau kita bicara baik-baik..."
Hun-si Po-po seperti masih berupaya berdamai karena dia
belum mati. Tangan Put-pian-yan-gwa terayun, katanya:
"Upacara perpisahan sudah dilaksanakan, tidak perlu
banyak omong lagi!" "Put-pian.. kalau kau melepaskanku.. di depan Seng
Kong-kong aku akan mengangkatmu..."
"Tidak perlu! Bila aku ingin berlindung kepada Seng
Kong-kong, aku sudah mempunyai hadiah yang sudah
disiapkan!" Hun-si Po-po melihat ke arah Loo Cong dan Leng-jjBenar! Ini adalah hadiah yang
sangatberharga. Siapa pun yang ingin berlindung kepada Seng Kongkong, asal membawa dua hadiah
ini pasti akan diterima. Kata-kata ini terdengar oleh Loo Cong dan Leng-ji,
sebelum mati mereka merasa tidak enak.
Di dunia ini hanya cara yang bisa membedakan mana
orang yang baik dan mana orang yang jahat"
Hun-si Po-po dan ke empat anak buah sudah mati,
dengan memuntahkan darah.
Put-pian-yan-gwa tertawa senang.
Setelah tertawa tiba-tiba dia melihat kedua anak muda
itu. Godaan nama dan harta benda, siapa yang bisa
menolaknya" Beberapa waktu yang lalu, karena sadar kekuatannya
terbatas, dia tidak akan bisa mencapai tujuannya, maka dia
pergi begitu saja. Yang pasti Put-pian-yan-gwa bukan orang jahat atau
mempunyai nama jahat di dunia persilatan. Apa yang
sedang dia pikirkan sekarang"
Dia sedang berperang dengan dirinya sendiri.
Kesempatan menjadi kaya dan terkenal ada di depan
mata, sungguh sayang jika ditolak.
Ini adalah nasib mujurnya mengapa harus ditolak"
Tapi melihat dua anak muda yang bermain umpetumpetan dengan dewa kematian,
sekarang mereka berdua terlihat begitu lelah, mereka juga mempunyai ilmu dan budi
pekerti, dia merasa tidak tega.
Tidak tega dan keuntungan adalah dua masalah besar.
Dua kekuatan besar ini sedang berperang di dalam
hatinya dan perasaan tidak tega berada di bawah angin.
Kata Put-pian-yan-gwa: "Kalian terkena racun berat, kematian pasti akan terjadi,
aku hanya memungut keuntungan saja!"
Seseorang jika ingin melakukan kejahatan dia harus
mencari alasan untuk dirinya sendiri.
Loo Cong merasa nyawanya sedang melayang-layang,
kadang-kadang terputus, kadang-kadang tersambung lagi.
Ternyata kematian seperti itu rasanya.
Tapi dia tetap merasa yakin kalau Put-pian-yan-gwa
bukan orang jahat. Di dunia ini orang sejenis dia paling banyak.
Orang jenis ini hanya orang biasa, dia bukan orang yang
sangat jahat juga bukan orang yang sangat baik.
Hanya saja orang baik kadang-kadang akan melakukan
kejahatan, orang jahat kadang-kadang akan berbuat
kebaikan. Loo Cong memikirkan semua ini bukan untuk dirinya
sendiri melainkan demi Leng-ji, dia masih mempunyai
sedikit harapan. Harapan harus dicoba untuk diraih.
Asal masih bernafas harapan masih tetap ada.
Keadaan Leng-ji dan Loo Cong hampir sama.
Hanya karena dia makan dengan perlahan, maka nasi
yang masuk sedikit demi sedikit, ditambah dia mengunyah
dengan pelan maka racunnya lebih ringan dari Loo Cong.


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi hanya itu saja, paling-paling dia mati lebih lama
setengah jam dari Loo Cong.
Dengan sulit Loo Cong berkata:
"Lo-cianpwee... apakah Anda tahu mengapa kami
harus... harus melarikan diri?"
"Katanya karena kalian melanggar aturan Eng-hong-pieya!" jawab Put-pian-yan-gwa.
"Sebenarnya... bukan seperti itu... aku... aku tidak
melanggar aturan Pie-ya..."
"Bocah, apakah kau sudah gila" Kau kira ber-seberangan
dengan Seng-yan-kong adalah untuk main-main?"
"Tentu saja tidak... " dengan terengah-engah Loo Cong
menjawab, "Seng-yan-kong... dan putri Kao Tong...
berencana... mengkhianati kerajaan... mereka sedang
menyusun rencana rahasia... semua anak cucu Yan Hong...
apakah aku bisa duduk diam untuk melihat negara diambil
alih?" (Yan Hong adalah nama Yan Ti dan Hong Ti, mereka
adalah orang Han paling awal yang tinggal di daerah
Huang-ho, mereka berdua adalah nenek moyang suku Han!
Maka biasanya orang Tionggoan disebut anak cucu dari
Yan Hong). Tiba-tiba Put-pian-yan-gwa menengadah ke atas langit,
dia menarik nafas panjang.
"Apakah Cianpwee tidak percaya?" tanya Leng-ji.
Put-pian Yuan terdiam. Masa dia tidak percaya"
Dari awal dia sudah tahu, putri Kao Tong datang ke
Tionggoan pasti untuk melakukan sesuatu.
Kemudian dia dilayani oleh Seng Kong-kong.
Walaupun hal ini dilakukan secara rahasia tapi tidak
akan bisa menutupi niat orang-orang ingin mencari tahu.
Dulu Put-pian-yan-gwa memang merasa curiga tapi dia
tidak punya bukti yang cukup kuat.
Dia memang rakus juga ingin terkenal, tapi dia masih
mempunyai rasa perikemanusiaan.
Bila rasa rakus melampaui rasa kemanusiaan, dia adalah
orang jahat dan sudah tidak ada obat yang bisa
menolongnya lagi. Put-pian-yan-gwa melihat kedua anak muda itu. Yang
satu sangat tampan wajahnya memancarkan kebenaran.
Yang satu lagi cantik alamiah, begitu melihat-sudah tahu
kalau dia adalah gadis yang baik.
Put-pian Yuan tiba-tiba berjalan ke arah mayat Hun-si
Po-po tergeletak. Dia mencari obat penawar di tubuh Hun-si Po-po.
Dia memasukkan 4 butir obat ke dalam mulut mereka
masing-masing, kemudian duduk di sisi memejamkan mata
untuk beristirahat. Kedua anak muda itu benar-benar tidak bisa melukiskan
bagaimana perasaan mereka.
Kali ini mereka bisa lolos dari maut hingga jantungnya
berdebar-debar, dibandingkan sewaktu lolos dari pisau
pemenggal. Paling sedikit Leng-ji berpikiran seperti itu.
Sebab ketika melarikan diri dari panggung eksekusi dia
masih bertarung. Kali ini mereka kesempatan. sama sekali sudah kehilangan Put-pian-yan-gwa memejamkan mata.
Anehnya keringatnya terus mengucur keluar.
Dia bukan sedang memaksakan racun keluar, dia juga
tidak sedang mengatur nafas, tapi mengapa dia
mengeluarkan keringat begitu banyak"
Sebenarnya alasannya sangat sederhana, itulah keringat
karena dia merasa malu. Ketika seseorang menghentikan lari kudanya di sisi
jurang dan menemukannya hampir melakukan kesalahan
kepada Langit, rasa malu kepada bumi juga malu kepada
nenek moyang, ditambah rasa malu kepada dirinya sendiri,
apakah dia tidak akan mengeluarkan keringat begitu
banyak" Dengan takjub dua anak muda itu melihat Put-pian-yangwa.
Mereka mengira Put-pian-yan-gwa terkena racun.
Tapi mengapa dia tidak minum obat penawarnya"
Tidak lama kemudian Put-pian-yan-gwa baru membuka
mata. Bajunya basah oleh keringat seperti baru keluar dari
dalam air. Put-pian-yan-gwa melihat kedua anak muda itu lalu
bertanya: "Bagaimana keadaan kalian?"
Mereka berdua baru merasa bahwa kalau perut mereka
sudah tidak sakit lagi. "Terima kasih Lo-cianpwee sudah menolong kami,
seumur hidup kami tidak akan melupakan budi Cianpwee!"
jawab Loo Cong. "Tidak perlu!" Put-pian-yan-gwa meloncat berdiri,
pesannya, "ini adalah obat penawarnya, bila masih sakit,
minum 2 butir lagi!"
Dia meletakkan obat penawar itu di sisi kedua anak
muda itu. Leng-ji yang sudah lolos dari kematian, karena terlalu
senang dia meneteskan air mata dan berkaca:
"Lo-cianpwee sepertinya terkena racun juga, mengapa
tidak minum obat penawarnya?"
Put-pian-yan-gwa menarik nafas panjang:
"Aku tidak terkena racun, tapi keadanku sama seperti
terkena racun!" Kedua anak muda itu tidak mengerti maksud-nya.
Dengan nada berat dia berkata:
"Awalnya aku berencana tidak baik, aku berjalan di jalan
sesat, untung aku sadar dan bisa berputar arah, antara hidup
dan mati kalian telah memutar bencana menjadi
kemujuran, sayangilah nyawa kalian, jangan mudah
dilepaskan..." Setelah itu dia menghilang di dalam kegelapan.
OodwoO BAB II Kedua anak muda itu lama... tidak bergerak juga tidak
bersuara. Nyawa yang tadi telah terbang ditarik kembali,
perjalanan hidup mereka begitu berliku-liku dan berbahaya.
Kejahatan dan kebaikan umat manusia perbedaannya
begitu tipis. Sekarang mereka baru mengerti mengapa Put-pian-yangwa berkeringat terus!
Sebab tadi Put-pian-yan-gwa telah berbaik hati, dia
menarik kembali mereka dari pintu kematian!
Dengan pelan Leng-ji duduk kembali:
"Siau-loo, bagaimana perasaanmu?"
"Sedang dalam pemulihan!"
"Kalau kita tidak mengatakan Seng Kong-kong
bersekongkol dengan putri Kao Tong, apa yang akan
terjadi?" Tiba-tiba Loo Cong menarik nafas panjang. "Mengapa
menarik nafas" Bila sekarang tidak mati, kelak nasib kita
akan mujur, ini adalah pepatah yang sangat baik," kata
Leng-ji. "Kau tahu kalau dia sudah menolong nyawa kita, tapi
bila dipikir lebih dalam lagi, aku merasa kita pun sudah
menolongnya bukan?" "Benar!" "karena itu setelah dia berubah pikiran dia mengucurkan
banyak keringat!" "Orang seperti Put-pian-yan-gwa saja tidak bisa menahan
diri, apa lagi orang biasa!"
"Leng-ji, bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Tidak ada masalah lagi, tapi kita butuh istirahat
sebentar untuk memulihkan tenaga!"
Untung rumput di sini tumbuh tinggi, tinggi-nya ada 3-4
kaki, maka mereka bisa duduk beristirahat dan tidakmudah
terlihat orang. Mereka berada di tempat di mana mereka tidak tahu ada
di mana. Setelah lolos dari maut mereka benar-benar merasa
terharu. Dalam pelarian seperti ini walaupun Seng Kong-kong
tidak bisa mengejar mereka, tapi entah sampai kapan
mereka harus berlari. Dan harus berlari ke manalagi"
Untuk sementara mereka bisa hidup, walau berbahaya
dan sulit tapi tidak bisa selamanya selalu hidup dalam
pelarian. Di bawah sinar lampu. Loo Cong mengobati luka di tangan dan luka di
punggung Leng-ji. Luka Leng-ji hampir sembuh.
Tapi luka hatinya bukan semakin sembuh melainkan
semakin berat. "Leng-ji, coba ulangi lagi hafalanmu mengenai musimmusim bercocok tanam padi
Leng-ji seperti sedang memikirkan sesuatu, dia terkejut
dan menjawab: "Sepertinya aku tidak hafal semuanya!"
"Cobalah, Leng-ji!"
"Siau-han, Ta-han, Li-chun, U-sui, Keng-ce..." (semua
adalah musim-musim untuk bertani).
Tiba-tiba Leng-ji bertanya: "Apa artinya Keng-ce?"
"Keng-ce artinya membangunkan serangga yang sedang
tidur di musim dingin!"
"Siau-loo!" "Apa?" "Apakah benar sebagian serangga sulit dibangunkan?"
Loo Cong menjawab asal-asalan:
"Itu karena dia serangga bodoh!"
Tiba-tiba Leng-ji tertawa.
Sudah lama dia tidak tertawa seperti itu.
Lama dia baru bertanya: "Mengapa kau terus menatapku?"
Loo Cong menghentikan gerakan tangannya.
Harimau Mendekam Naga Sembunyi 12 Panji Sakti Karya Khu Lung Pendekar Latah 3
^