Pencarian

Pisau Kekasih 7

Pisau Kekasih Karya Gu Long Bagian 7


"Kau lihat apa?"
Loo Cong terdiam, sorot matanya mengandung arti.
Loo Cong mulai mengobati luka Leng-ji lagi.
Tiba-tiba Leng-ji menarik nafas.
Loo Cong tahu mengapa Leng-ji sering menarik
"Siau-loo, aku harus dihukum!"
Loo Cong terdiam. "Siau-loo, apakah kau melihatku lagi?" Betul Siau-loo
memang sedang melihatnya. Melihat dengan termangu,
tidak bicara, juga tidak bergerak.
"Demi diriku, kau keluar dari Eng-hong-pie-ya, demi
diriku juga kau tidak mau kembali ke Eng-hong-pie-ya!'
"Aku tidak tahu mengapa!"
Jantungnya berdebar semakin kencang.
Suhu rubuhnya terus naik.
"Kau tidak tahu mengapa?"
Leng-ji masih telungkup di atas ranjang.
Dia seperti mengetahui sesuatu.
Di antara mereka bertiga semua tahu bagai-mana
hubungan dan perasaan masing-masing, tidak bisa dihalangi
juga tidak bisa ditutupi.
Bila risau hati perasaan lebih mudah muncul.
Sekarang mereka butuh dihibur.
Termasuk ada penghibur yang lengkap.
Mereka berdua terdiam. Sebab sekarang mereka butuh ketenangan.
Yang satu adalah laki- laki sejati. Yang satu adalah gadis
berbudi pekerti baik. Waktu itu tiba-tiba Leng-ji
membalikkan tubuh. Bagian atas tubuhnya telanjang.
Tiba-tiba Loo Cong seperti jatuh ke dalam api yang
sedang berkobar. Dia menatap Leng-ji, sorot matanya penuh dambaan
yang tulus dan perasaan yang serius.
Inilah perasaan yang tersimpan lama di lubuk hatinya
yang terdalam. Mereka saling memandang. Dari sorot mata masing-masing bisa didapatkan
penjelasan dan saling pengertian yang tidak terucap-kan.
Pelan-pelan Loo Cong membungkukkan tubuh atasnya,
ini adalah ciuman mesra antara laki-laki dan perempuan di
waktu yang sangat tepat. Mereka menunggu kesempatan ini mungkin sudah
sangat lama. Loo Cong dengan lugu berkata: "Leng-ji... Leng-ji..."
Penantian yang panjang akhirnya berakhir juga.
Loo Cong memeluk. Leng-ji pelan-pelan berbaring.
Malam sudah larut. Gunung begitu hening.
Hanya air sungai yang terdengar mengalir dengan pelan
dan mengeluarkan suara seperti sedang bertepuk tangan.
Tapi sekarang ini mereka merasakan langit dan bumi
mengawasi mereka. Mereka benar-benar merasakan seakan sudah memiliki
semua yang ada di dunia ini.
Sinar lampu tempel meloncat-loncat.
Dua hati pun sedang meloncat-loncat.
Tidak ada yang berpura-pura menutupi rasa cinta.
Tidak ada dnta pun tidak bisa berpura-pura menjadi
cinta. Sekarang bukan mulut, gambar, atau pena yang bisa
mengungkapkannya. Tapi secara tiba-tiba mereka berpisah karenfc mereka
tidak bisa dan tidak boleh melakukan ini.
Seng-yan-kong datang lagi menemui putri Kao Tong.
Wajah putri Kao Tong tampak berseri-seri.
Dia datang ke Tionggoan demi sebuah rencana besar itu.
Semua dijalankan sesuai dengan rencana dulu, waktu itu
dia tidak terpikir ada hal lain.
Hanya saja setelah membuat perjanjian rahasia dengan
Seng Kong-kong, dia malah tidak terburu-buru menjalankan
rencananya. Karena dia sudah tenggelam dalam pusaran cinta.
Cinta bisa membuat seseorang khawatir dan melupakan
waktu. Boleh dikatakan cinta adalah nafsu yang menuntun.
Kecuali pelacur, hubungan antara laki-laki
perempuan harus ada cinta baru bisa ada nafsu.
Pelayan mengantarkan teh panas.
dan Dengan senang putri Kao Tong bertanya:
"Kong-kong, ada keperluan apa?"
"Bukan hal penting tapi juga bukan hal yang tidak
penting!" "Katakan, Kong-kong."
Seng-yan-kong berdiri dan berjalan sebentar.
Dia tahu hubungan putri Kao Tong dengan Wie Kai
sedang panas-panasnya, sekarang ini bila dia menyiram air
dingin kepada mereka, sangat tidak pantas.
Tapi keadaan sekarang sangat mendesak dia harus
mengungkapkannya. Tanya Seng-yan-kong: "Apakah putri pernah terpikir kali ini dengan kembalinya
Wie Kai apakah dia mempunyai suatu tujuan?"
"Tujuan apa"* "Mungkin diasudah tahu rencana kita?" "Dari mana
diabisa tahu?" "Apakah putri lupa, Loo Cong yang menjadi
pengkhianat pernah hidup dengan mereka, Loo Cong tahu
rencana kita walaupun tidak semuanya!"
Putri Kao Tong tetap tidak bersuara.
"Apakah putri tidak percaya?"
"Mengapa aku harus percaya?"
Seng-yan-kong terpaku: "Mengapa Putri tidak percaya?"
"Alasanku tidak percaya padamu ada dua. Pertama,
walaupun dia tidak sejalan dengan kita tapi apakah hanya
mengandalkan kekuatan sendiri bisa melakukan sesuatu"
Kedua, dia kembali ke sini berarti dia punya perasaan
cinta kepadaku, itulah alasan yang membuatnya kembali!"
"Kalau dia benar-benar menyukaimu, mengapa dari awal
dia kabur?" "Maksudmu, dia kabur dari Pie-ya?"
"Benar....! Apakah putri tahu hubungan Wie Kai dengan
Leng-ji?" "Tahu sedikit" "Putri hanya tahu sedikit saja, itu tidak cukup!"
"Berapa banyak baru disebut cukup?" putri terdengar
tidak suka. "Leng-ji berlatih menari di rumah La-ma, Wie Kai diamdiam sering mengawasinya,
karena itulah mereka bisa
saling mengenal sampai terjalin hubungan asmara..."
Putri Kao Tong seperti tidak senang mendengarnya.
Dalam perang cinta tidak ada yang mau meng-aku kalau
dia adalah pecundang. Apa lagi sekarang putri Kao Tong sangat puas dengan
gairah dan nafsu birahi Wie Kai.
Putri Kao Tong berpikir: "Di dunia ini aku tidak akan bisa mendapatkan laki-laki
yang lebihbaik dari Wie Kai.'
Lebih-lebih tidak ada seorang laki-laki pun seperti Wie
Kai, yang begitu setia dan menunjukkan perhatian mesra
kepadanya. Maka mendengar kata-kata Kong-kong tadi dia jadi tidak
senang. Tapi Kong-kong lebih tua darinya, apa lagi kerja sama di
antara dua belah pihak belum selesai, paling baik jangan
membuat Kong-kong marah. Tiba-tiba putri Kao Tong tertawa.
Bukan waktunya untuk tertawa, kalau bukan karena
berbeda pendapat, itu tidak sopannya.
Seng Kong-kong tahu tentang ini.
Tiba-tiba Seng Kong-kong menarik nafas.
Bukan waktunya untuk menarik nafas dia malah menarik
nafas, akibatnya seperti bukan waktu-nya tertawa dia malah
tertawa. Seng Kong-kong menarik nafas lagi. Sekarang semakin
putri tertawa, Seng Kong-kong hanya bisa menarik nafas.
Perubahan perasaan manusia sering menimbulkan
dampak besar terhadap hubungan antara sesama manusia.
"Mengapa Kong-kong menghela nafas?"
Seng Kong-kong terdiam lama baru menjawab:
"Banyak orang seumur hidupnya menghabis-kan banyak
waktu untuk melihat bayangannya sendiri, karena itu dia
akan menghilang dalam bayangannya sendiri!"
Putri Kao Tong tidak segera menangkap arti perkataan
Seng Kong-kong. Putri Kao Tong sekarang tidak perlu mengerti seorang
Seng Kong-kong. Karena begitu berhasil rencana mereka, posisi-nya akan
lebih tinggi dari Kong-kong.
Dia menganggap Kong-kong berpikiran sempit juga
aneh, tidak mengerti hubungan antara laki-laki dan
perempuan. Ini adalah sebuah pelajaran penting.
Yang tidak bisa Kong-kong mengerti adalah pelajaran
ini, tapi dia sengaja mencampuri masalah ini.
Putri Kao Tong merasa dia adalah orang yang paling
pintar dalam masalah ini.
Seng Kong-kong ingin menjadi muridnya pun tidak
layak. Maka dia tertawa lagi. Menarik nafas dan tertawa pasti berhubungan erat.
Seng Kong-kong tahu mengapa putri tertawa terus.
Dia tahu kalau putri mengira dirinya adalah pemenang
dalam perang cinta. Perubahan pikiran manusia sulit ditebak, perang cinta
hanyalah bagian kecil dari medan besar dalam kehidupan
manusia. Maka Seng Kong-kong tidak mengeluarkan suara.
"Mengapa Kong-kong tidak bicara lagi?"
"Rasanya aku bicara juga percuma!"
"Tidak, aku selalu menganggap Kong-kong seorang guru,
teman, dan orang yang lebih tua!"
"Apakah benar?"
"Kita bekerja sama, tidak perlu ada rahasia, mengapa
Kong-kong tidak percaya kepadaku?"
Sekarang Kong-kong baru tertawa.
Seng-yan-kong benar-benar khawatir. Putri Kao Tong
terlalu sayang dan percaya kepada Wie Kai.
Sekarang Kong-kong tidak lagi meremehkan kekuatan
tiga anak muda itu. Kalau tidak meremehkan mereka berarti dia harus
berhati-hati menghadapi mereka.
"Silakan, katakan!" kata putri Kao Tong.
"Aku takut putri akan menyalahkanku karena terlalu
mengada-ada dan mengeluarkan kata-kata yang tidak ada
buktinya!" "Kita sudah bekerja sama, maka semua masalah bisa kita
ungkapkan!" kata putri Kao Tong.
"Kesombongan dan rasa rendah hati adalah hal
sebaliknya. Kedua-duanya seperti sebuah pedang tajam.
Kedua-duanya akan membuat orang terluka!"
Putri Kao Tong menutupi rasa tidak sukanya kepada
Seng Kong-kong. Rasa tidak senangnya terpaksa disimpan di dalam
hatinya. "Maafkan atas kebodohan dan tidak setiaanku, putri!"
"Kong-kong tidak perlu sungkan, aku tahu Kong-kong
benar-benar berbaik hati kepadaku!"
"Baik! Aku berharap putri lebih berhati-hati!"
"Aku tahu!" "Lebih baik jangan tinggal dengan Wie Kai, bila rencana
kita sudah berhasil, semua akan lancar-lancar saja!"
Wajah putri terlihat lagi tidak suka:
"Apakah Kong-kong tidak merasa sudah kelewat batas?"
"Putri belum mengerti tentangku...."
"Ini adalah masalah pribadiku juga masalah rumah Lama!"
Seng-yan-kong melihat putri, dia tertawa kecut dan
menggelengkan kepala lalu berkata sendiri:
"Benar-benar di luar dugaanku. Laki-laki dan perempuan
bila sudah jatuh cinta sulit melihat jelas semuanya!"
"Kong-kong jangan marah, aku adalah orang yang tahu
batas!" "Aku harap begitu! Aku pamit dulu!"
"Hati-hati, Kong-kong!"
"Apakah putri masih ada pesan?"
"Walaupun usiaku tidak setua Kong-kong, tapi aku bisa
memberitahu Kong-kong!"
"Tentang apa?" "Jangan melakukan perbuatan jika tidak yakin"
"Baik, putri benar-benar sangat baik, aku kagum kepada
putri, aku pamit dulu!"
Setelah mengantar Seng-yan-kong keluar. Terlihat Wie
Kai sudah berada di dalam kamar.
"Apakah kau mendengar semuanya?"
"Mendengar apa?" tanya Wie Kai.
"Apakah kau tidak mendengar pembicaraan antara aku
dan Kong-kong?" "Kalian sedang membicarakan apa?"
"Apakah kau tidak diam-diam mendengar semua
percakapan kami?" Wie Kai merentangkan tangannya lebar-lebar: "Semua
sudah kau berikan kepadaku, hanya ada semacam benda
yang tidak kau berikan kepada-ku!"
"Apa?" "Kau tidak percaya pada hatiku!"
"Bocah, kau benar-benar tidak punya hati nurani!"
"Apa maksudmu?"
"Seng-yan-kong selalu curiga kepadamu, kalau bukan


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena aku selalu melindungimu, seperti kemarin ini, kau
tertangkap di depan pintu ruang rahasia Seng Kong-kong,
kalau bukan karena aku buru-buru melindungi dan
mengaku akulah yang menyuruh mu menunggu di luar,
mungkin kau sudah berada di atas panggung eksekusi!"
"Aku sangattahu jelas masalah ini, maka dari awal aku
sudah memberikan hatiku kepadamu!"
"Apakah benar?"
"Apa" kau masih juga tidak percaya?"
"Kalau aku tidak percaya, aku tidak akan terus
membantah Seng Kong-kong?"
"Kau membantahnya, apa yang kau katakan?"
"Dia curiga kepadamu!"
"Curiga tentang apa?"
"Tidak jujur dan tidak bisa dipercaya!"
"Oh Langit! Rupanya manusia tidak boleh berbuat
kesalahan, sekali saja berbuat kesalahan akan terus diingat,
padahal orang suci pun bisa berbuat salah!"
"Coba berikan contohnya!"
"Menurut Kong-hu-cu, '40 tahun tidak mudah ditipu',
menurut Beng-cu,'40hati tidak bergerak', itu jelas-jelas
memberitahu kita sebelum usia 40 tahun bila melihat emas
hati manusia akan bergerak, melihat wanita secantik
dirimu, tentu akan jatuh cinta juga." (Kong-hu-cu atau
Beng-cu adalah orang bijak atau pelajar terkenal dari jaman
Tiongkok kuno). "Bocah, aku sulit berdebat denganmu, aku selalu kalah!"
Wie Kai membuka tangannya diam-diam ber-jalan
keluar. Putri terkejut dan berteriak: "Wie Kai, kau mau ke
mana?" "Ada apa?" Wie Kai berhenti melangkah tapi dia tidak
membalikkan tubuh. "Apa yang terjadi padamu" Mengapa tiba-tiba marah?"
"Mengapa aku marah?"
"Apakah aku sudah berbuat kesalahan?"
"Walaupun kau sudah salah bicara atau marah, bahkan
memukulku, aku tidak akan menyalahkanmu, aku masih
ingat sewaktu aku baru kembali, di penjara kau
menendangku, memukulku."
"Apa" Kau masih menaruh di hati semua perlakuanku
itu?" "Tidak, aku tidak menyalahkanmu, kalau kau tidak
marah atau memukulku, aku malah merasa malu dan
bertambah sedih!" Putri Kao Tong terpaku, tapi segera dengan terharu
menempelkan wajahnya ke wajah Wie Kai, lalu mengeluselus wajah Wie Kai.
Wie Kai terpaku. "Bocah, sifatmu benar-benar keras!"
"Bila melukai orang jangan melukai hatinya, melukai
pohon jangan melukai akarnya!" kata Wie Kai.
"Tadi kau ada di mana?"
"Putri, aku harus pergi dari sini!"
"Pergi" Pergi ke mana?"
"Meninggalkanmu!"
"Kau benar-benar tidak punya hati nurani, kau...kau..."
"Kalau aku tidak pergi dari sini, Seng-yan-kong akan
terus mengganggumu!"
"Asal ada aku, kau takut apa?" dengan lembut putri Kao
Tong bicara. "Bukan seperti itu maksudku, kecurigaan Seng-yan-kong
terlalu besar, aku takut suatu hari nanti kau akan lebih
percaya padanya dibandingkan aku, waktu itu aku sudah
tidak bisa membela diri lagi, aku akan mati!"
"Aku tidak mengijinkanmu mengatakan mati!" putri Kao
Tong menutup mulut Wie Kai dengan jari-jarinya yang
lembut, "Kalau kau tadi mendengar pembicaraanku
dengannya, kau tidak akan pergi!"
"Kalian tadi membicarakan apa?"
"Aku sudah membangkang kepadanya."
"Demi diriku?" "Kalau bukan demi dirimu, lalu demi siapa?"
"Putri, kau benar-benar istri yang baik, apakah aku layak
mendapatkan hal seperti itu?"
Mata genit putri Kao Tong benar-benar indah, dia
meleleh dalam pangkuan Wie Kai:
"Bocah, kalau kau tidak layak, lalu siapa yang layak?"
Tiba-tiba Wie Kai mengendongnya.
Putri Kao Tong seperti seekor kucing jinak berada dalam
pelukan Wie Kai. Dia mencium putri Kao Tong dan menggendongnya
masuk ke dalam kamar. Malam. Loo Cong sedang mengobati luka di punggung Leng-ji.
Luka pecut di punggung Leng-ji sebenarnya sudah
hampir sembuh, tapi karena sudah beberapa hari tidak
diobati, ditambah dengan udara panas, maka lukanya
belum sembuh benar, apa lagi terkena goresan tombak
Cian-siu. "Hati-hati, setiap hari harus selalu diobati!"
"Luka di punggung sulit sembuh, bila tidur secara tidak
sengaja akan tertindih!"
"Berusahalah tidur dengan posisi miring!"
"Bagaimana dengan kita?"
"Apa maksudmu dengan kalimat bagaimana dengan
kita?" Loo Cong menghentikan gerakan tangan nya dan
bertanya. "Apakah seumur hidup akan seperti ini?"
"Apa boleh buat, dari pada kepala kita melayang!"
Leng-ji menarik nafas dan tidak bersuara lagi.
"Kita ceritakan hal lain!"
"Cerita apapun tidak bersemangat!"
"Aku tahu, kau merindukan Siau-kai."
"Tidak... tidak." Leng-ji dengan cepat membela diri, "aku
tidak merindukan dia, aku tidak akan menyiksa diriku lagi."
"Tapi kau selalu terlihat tidak gembira!"
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa, Siau-loo, aku tahu kau
sangat baik kepadaku, memperhatikanku, semua ini
melebihi perhatianmu kepada dirimu sendiri..."
Loo Cong terdiam, Leng-ji bertanya: "Kau melihatku lagi?"
Loo Cong masih diam, Leng-ji membalikkan tubuh,
mereka saling berpandangan.
Tiba-tiba Loo Cong memeluknya. " Ini terjadi secara
alamiah. Tapi Leng-ji mendorongnya.
Sebenarnya Loo Cong adalah pasangan yang sangat
ideal. Mereka bersahabat, apa lagi dalam beberapa waktu ini
dia selalu melindungi dan menyayanginya. Semua terukir di
hati Leng-ji tapi hatinya sudah milik Siau-kai.
Walaupun Siau-kai sudah membuat hatinya hancur. mengkhianatinya dan Tapi saat sekarang dia tidak bisa menampung orang
kedua. Leng-ji tidak mungkin menampung orang kedua lagi.
Maka Leng-ji turun dari ranjang: "Tidak, Siau-loo..."
Betul, tidak bisa, mereka tidak bisa melakukan ini. Loo
Cong mengaku mereka tidak bisa melaku-kan hal ini.
Kesadaran yang muncul di saat yang tepat adalah benar.
Di waktu yang tepat saat api sudah padam, hal yang
akan membuat orang merasa menyesal seumur hidup sudah
terhindar. Walaupun Siau-kai sudah mengkhianati dan membuat
Leng-ji terbuka, tapi mereka tetap tidak bisa melewati batas
ini. "Leng-ji... maaf... maafkan... aku!"
Mereka sangat tegas dan tangguh. Nafsu tidak bisa
mengalahkan mereka. Mereka berlari keluar. Ada yang di
depan ada yang di belakang. Hanya ada lampu kecil dengan
api yang masih terus berloncatan.
Api nafsu adalah api bintang. Api ini bisa meluas juga
bisa membakar apa yang ada di dunia ini.
Dengan baju tidak rapi, Leng-ji berlari keluar dari rumah
itu. Dia berlari dengan cepat seperti orang gila. Hanya berlari
baru bisa menghentikan api nafsu. Mematikan nafsu bukan
hal yang gampang. Api nafsu mereka tidak di depan lawan jenis mana pun
akan muncul. ... Hanya Leng-ji yang ada di depan Loo Cong maka hal
ini bisa terjadi. ... Hanya Loo Cong yang berada di sisi Leng-ji maka bisa
begitu. Mereka saling merasa berhutang budi juga saling
memikat. Perasaan ini ada di hati mereka yang kecil, memang sulit
menahan perasaan yang diketuk-ketuk.
Loo Cong pun merasa seperti itu. Sudah lama mereka
bersama-sama melewati pagi dan malam, walaupun mereka
berusaha menahan diri dan berusaha tidak membuat
semangat lawan berkobar, tapi perasaan ini sulit dimengerti.
Dia akan merasakannya. mengganggu, di waktu kau tidak Dia akan membuatmu kalang kabut.
Dia juga akan membuatmu merasa malu dan menyesal.
Loo Cong mengejar dari belakang:
"Leng-ji... Leng-ji..."
Leng-ji berlari dengan cepat sambil melafalkan musimmusim untuk bertani: "Li-
chun, Siau-yu." Loo Cong di belakang juga melafalkan: "Siau-cu... Tacu..."
Mereka benar-benar seperti berada dalam pusaran udara
panas. Keringat membasahi baju, wajah memarah nafas pun
ngos-ngosan. Tapi mereka sangat beruntung.
Mereka tidak melakukan kesalahan.
Tidak semua pasangan pemuda pemudi bisa melakukan
hal ini. -ooo0dw0oooBAB III Air terjun itu tidak begitu besar. Tingginya sekitar 10
tombak. Ada mata air yang mengalir dari atas gunung. Ada
sebuah kolam kecil, airnya terus ber-ceceran saat air terjun
turun. Di sekeliling sana banyak batu yang ditumbuhi lumut.
Air kolam sangat bening. Mereka berdua tertawa di dalam kolam.
Mereka berdua mengerti arti tawa ini.
Setelah bisa lolos dari bahaya mereka merasa beruntung
maka cara terbaik mengungkapkannya adalah dengan
tertawa. "Leng-ji, aku yang salah!"
"Tidak, jangan salahkan siapa pun!"
"Untung kepalamu lebih dingin dan kau lebih punya akal
sehat!" "Kau lebih dingin dan lebih punya akal sehat," sambung
Leng-ji. Loo Cong yang berada di kolam mencuci kepala dan
mukanya. Air kolam yang dingin menyiram api nafsu itu hingga
padam. "Kepalaku lebih dingin dan lebih sehat dari siapapun"
"Kau bisa ramah dan tenang, lebih gampang menolak!"
"Hal seperti apa yang sulit ditolak?"
"Perasaan yang bisa meleburkan besi!"
Mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Tapi... suara
tawa mereka tiba-tiba berhenti.
Mereka seperti tahu akan terjadi sesuatu.
Karena itu mereka saling berpelukan di dalam kolam.
Mungkin inilah pelukan mereka yang terakhir. Mereka
bertekad menjaga rasa persahabatan yang suci.
Ini adalah hal yang membanggakan mereka. Sekarang
dengan saling memeluk bukan hal yang keterlaluan.
Karena bahaya mulai mendekat. Mereka mendengar ada
suara. Mereka mencium ada bau darah.
"Mereka lagi!" kata leng-ji dengan dingin.
Dengan serius Loo Cong berkata: "Tidak ada yang lain!"
Mereka melihat ke atas air terjun, bayangan orang sangat
banyak. Seng Kong-kong paling depan, masih ada Mo Ki-thian
dan banyak La-ma, mereka sudah mengelilingi Leng-ji dan
Loo Cong. Dalam keadaan seperti itu walaupun mereka mempunyai
semangat tinggi, tapi dalam hati mereka sadar kalau malan
ini mereka akan habis. Apa lagi mereka tidak membawa senjata.
Hari seperti ini pasti akan datang. Mereka sadar apa yang
tersimpan di dalam hati tidak akan bisa diungkapkan.
Mereka memisahkan diri dari pelukan. Walaupun begitu
mereka tidak akan tunduk.
"Leng-ji, Loo Cong, Seng Kong-kong datang menjemput
kalian untuk mati!" teriak Mo Ki-thian.
"Terima kasih, Kong-kong!" kata Loo Cong.
"Loo Cong!" teriak Seng Kong-kong.
"Siap, Kong-kong!"
"Apa aku tidak baik kepadamu?"
"Baik!" "Kalau aku mengkhianatiku?" baik padamu, mengapa

Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kau "Yang kumaksud dengan kebaikan Kong-kong diartikan
lain!" "Diartikan apa?"
"Apakah manusia?" Kong-kong pernah menganggap kami Seng-yan-kong marah: "Apa salahku kepada kalian?"
"Demi rencana busukmu, kau mengumpulkan uang di
sana sini, merebut harta orang lain, juga menggunakan ilmu
sihir menyuruh kami melakukan hal yang merugikan..."
Mo Ki-thian membentak: "Berani sekali kau..." dia turun dari atas air terjun
menjatuhkan diri ke tengah-tengah air kolam.
Dia ingin membuat jasa besar di depan Kong-kong.
Dia mengira lawan tidak bersenjata sedangkan dia
memegang senjata. Apa lagi kalau dia kalah, pasukan yang sangat banyak
akan datang dan bisa segera ke sana.
Leng-ji dan Loo Cong sudah tidak bisa mundur. Mereka
sudah tidak segan-segan lagi. Baru saja Mo Ki-thian turun
Loo Cong segera menyerang.
Mo Ki-thian menyapu dengan pedang baru turun.
Loo Cong menendang ke atas.
Mo Ki-thian terpelanting beberapa meter.
Belum sempat turun tapi sudah memuntahkan darah.
Dua La-ma ikut turun. La-ma ini mengira ilmu ketiga anak muda yang mereka
pelajari dari La-ma bisa gampang mereka tangani.
Tapi mereka tidak tahu kalau ke tiga orang itu sewaktu
masuk Eng-hong-pie-ya sudah menguasai ilmu silat dari
aliran lain. Apa lagi Wie Kai, diam-diam sering mengajar-kan
mereka. Karena Wie Kai adalah salah satu keturunan 'Bu-lim-topit' (Golok dan pena dunia
persilatan), dia mempunyai
dasar ilmu silat yang sangat kuat.
Dua La-ma masing-masing bertarung dengan Leng-ji dan
Loo Cong. Loo Cong sengaja memaksa La-ma masuk ke dalam air
yang dalam. Leng-ji memancing La-ma yang lain keluar dari kolam.
Karena dia tidak bisa berenang.
Loo Cong menggunakan kekurangan musuh. keahliannya menyerang La-ma itu tidak bisa berenang.
Dengan air sebatas pinggang, bagi yang tidak bisa
berenang merupakan kerugian besar.
Loo Cong memukulnya sampai pingsan.
Leng-ji dan La-ma yang ada di luar kolam masih
bertarung, sampai sekarang belum tahu siapa yang kalah
atau menang. Loo Cong bertarung dengan dua La-ma lagi. Dua La-ma
itu sepertinya mengerti tentang teknik berenang.
Mereka berani keluar untuk bertarung dengan Loo Cong.
La-ma yang datang ke Tionggoan selalu menganggap
ilmu silat mereka paling lihai.
Mereka menganggap remeh ilmu silat Tionggoan.
Tapi sekarang mereka telah kehilangan beberapa La-ma
berilmu tinggi, maka mereka tidak ragu-ragu lagi
membunuh. Dua La-ma yang agak mengerti tentang teknik berenang
memandang enteng Loo Cong.
Ketika Loo Cong memancing mereka masuk ke air yang
lebih dalam, tanpa sadar mereka masuk ke tempat itu.
Begitu sampai di air yang dalam, Loo Cong tiba-tiba
menghilang. Sewaktu dua La-ma sedang mencari-carinya, salah satu
La-ma tiba-tiba berteriak aneh kemudian dia tenggelam ke
dalam air. Sedangkan yang satu lagi merasakan ada hal yang aneh,
terpaksa dia turun kedalam air.
Karena Seng Koiig-kong dan La-ma lain berada di atas
gunung, mereka bisa melihat pertarungannya.
Begitu masuk ke dalam air La-ma segera di-totok oleh
Loo Cong. Saat dia akan memberontak sebelah tangan Loo Cong
masuk ke dalam pautnya. Mayat La-ma tadi sudah terapung.
Leng-ji berhasil memukul jatuh seorang La-ma, tapi
nafasnya terengah-engah. Kekhawatiran bisa membuatnya terluka.
Setiap hari dia selalu sedih dan merasa khawatir, jarang
berlatih ilmu silat yang pasti kemam-puan ilmu silatnya
menurun. Paling sedikit kekuatan tubuhnya menurun.
Seorang La-ma menghadangnya. ingin turun tapi Seng-yan-kong Bila ada yang ingin bertarung, dia mempunyai orang
yang berani berebut bertarung.
Di atas gunung atau di bawah gunung tidak ada suara.
Ilmu silat Seng-yan-kong sangat tinggi, tidak ada yang
meragukannya. Tapi tidak ada yang pernah melihat dia pernah bertarung
dengan seseorang. Dulu ketiga anak muda itu berlatih silat dan Seng-yankong yang mengajar mereka,
tapi itu bukan benar-benar
melawan musuh. Sekarang semua orang bisa melihat ilmu silat Seng-yankong.
Mo Ki-thian terluka berat, dia tidak sanggup mengatur
anak buahnya lagi. Dia dibawa oleh anak buahnya keluar dari kolam itu.
Mayat-mayat La-ma yang terapung di kolam sudah
dipindahkan oleh La-ma lain.
Setelah membunuh beberapa orang Loo Cong terluka.
"Loo Cong, Leng-ji." Teriak Seng-yan-kong.
"Siap!" sahut Loo Cong.
Tapi Leng-ji tidak mengeluarkan suara.
"Kalian berdua sama sekali tidak menyesal!"
"Tidak melakukan kesalahan mengapa harus merasa
menyesal?" Tubuh Seng-yan-kong sedikit bergetar: "Loo Cong!"
"Kong-kong tidak perlu banyak bicara?"
"Apa kesalahan Kong-kong kepadamu" Sebutkan!"
"Kong-kong bisa bertanya kepada diri sendiri, merebut
harta orang, membunuh keturunannya, apa-kah itu perilaku
seorang laki-laki sejati?"
Dengan penuh kemarahan Seng-yan-kong berkata:
"Bila mau sukses cara yang dia gunakan adalah
mengumpulkan uang!" "Apa maksud perkataan Kong-kong?" tanya Loo Cong.
"Kalau yang dibunuh adalah keturunan Kong-kong,
harta yang direbut adalah harta Kong-kong, bagaimana
perasaanmu" Anak perempuan LimPut-hoan mati karena
golokmu, apa salah mereka?"
Tubuh Seng-yan-kong bergetar oleh tiupan angin malam.
Loo Cong dengan nada getir berkata lagi: "Masih ada
lagi, apa yang sedang di kerjakan Kong-kong dan Kao
Tong" Apakah bisa menutupi mata orang lain" Kong-kong,
kalau Loo Cong mati tidak apa-apa, tapi aku harus
menasehati Kong-kong, kedudukan tidak perlu tinggi-tinggi,
malah akan berbahaya, melakukan sesuatu jangan terlalu
kejam, kalau tidak akan jatuh!"
Dengan dingin Seng Kong-kong berkata:
"Loo Cong, aku benar-benar mengagumi keberanianmu!"
"Keadilan ada di depan, mati atau hidup tidak perlu
ditakuti." Tiba-tiba Seng Kong-kong mengeluarkan raungan besar.
Terlihat dia sangat marah.
Sebab tidak ada orang yang pernah berkata seperti ini.
Sekarang orang yang bicara adalah terpidana yang
sedang menunggu hukuman mati. Tiba-tiba dia tertawa
aneh! Tawanya belum selesai, dia sudah turun dari atas dengan
jurus 'Han-tong-ho-to'! (Di kolam dingin bangau
menyeberang). Dari gunung begitu tinggi dia meloncat turun, semua
butuh tenaga pinggang ekstra kuat.
Tapi Seng-yan-kong adalah Seng-yan-kong.
Dia berlari di atas air seperti sedang bermain es skating,
tiga langkah meluncur dia sudah berdiri di atas batu.
Sepatunya sama sekali tidak basah.
Loo Cong dan Leng-ji benar-benar terkejut.
Tapi apa boleh buat mereka sudah mencapai tahap ini,
merasa takut pun sudah tidak ada gunanya lagi, mereka
segera siap siaga. Seng-yan-kong berharap mereka menyerahkan diri.
Paling sedikit bisa memberikan muka kepada-nya.
Terlihat mereka berdua akan bertarung mati-matian.
"Baik! Kalian berdua bertarunglah denganku!" dengan
dingin Seng-yan-kong berkata, "murid yang kuajar malah
balik mencakarku! Ha ha ha!...."
Dia tertawa terbahak-bahak:
"Berikan golokku kepadanya!"
Loo Cong memegang golok Seng Kong-kong. Dulu dia
sering memegang golok ini untuk berlatih silat.
Hari ini dengan golok Seng Kong-kong dia akan
menyerang Seng Kong-kong.
Leng-ji memungut sebuah pisau belati.
Dalam pikirannya walaupun hanya sebuah pisau belati,
ini lebih baik dari pada tangan kosong.
Kalau mereka berdua bisa mengalahkan Seng-yan-kong
dalam 1-2 jurus, itu sudah sangat beruntung.
Paling sedikit Seng Kong-kong tidak akan segera
membunuh mereka. Lawan terlalu kuat. Walaupun mereka akan bertarung mati-matian tapi
mereka tetap tahu semua ini harus mengandalkan nasib
mujur! "Kalian berani bertarung denganku, benar-benar
membuatku ingin melihat kalian dari sisi yang lain. Kalau
kalian berdua bisa menerima 20 jurus dan tidak kalah, aku
tidak akan membunuh kalian sekarang dan, setelah kalian
menyesali perbuatan kalian aku akan memberikan
kesempatan kepada kalian untuk menebus kesalahan!"
"Terima kasih!" kata Loo Cong.
"Mulailah!" kata Seng Kong-kong.
Loo Cong dan Leng-ji saling berpandangan.
Mereka tidak perlu bersuara sudah mengerti apa
keinginan lawan. Loo Cong menyerang dulu. Ini adalah jurus golok yang penuh dengan perubahan.
Jurus golok ini adalah gabungan jurus golok Seng Kongkong juga jurus golok Wie
Kai, dan jurus yang diteliti oleh
Loo Cong sendiri! Boleh dikatakan jurus golok ini adalah inti sari jurus
goloknya. Dia menyerang Seng Kong-kong dengan jurus ini supaya
Seng Kong-kong memperhatikannya dan Leng-ji bisa
menyerangnya dari belakang.
Leng-ji sudah melihatnya pada saat yang tepat dia
menyerang dengan pisau belati.
Jurus pisau belati ini dianggap Leng-ji sebagai jurus yang
paling membuatnya merasa puas.
Setiap pesilat pasti mempunyai jurus yang dianggapnya
paling dibanggakan. Bila seseorang telah menyukai sesuatu, dia akan
bertambah perhatian pada hal itu.
Maka saat mereka mengeluarkan jurus pertama keluarlah
jurus yang dahsyat. Seng Kong-kong sangat percaya diri.
Kalau tidak dia tidak akan meminjamkan senjatanya
kepada Loo Cong. Tadinya golok itu digantung di rumah mereka, Seng
Kong-kong ke rumah mencari mereka dia mengambil golok
itu. Setelah Seng Kong-kong menerima jurus mereka,
hatinya bergetar. Ini alasanya mengapa mereka dikejar oleh kekuatan
besar selama pelarian tapi mereka tetap bisa membunuh
musuh yang kuat dan bisa lolos.
Sampai-sampai Yu Tai-jin pun tidak terkecuali.
Ini bukan suatu kebetulan.
Seng Kong-kong tidak menyangka mereka bisa sekuat
itu, dia dipaksa mundur oleh kedua anak muda itu.
Tiba-tiba Seng Kong-kong tertawa terbahak-bahak.
Sebagai seorang Seng Kong-kong"
Tentu saja dia sudah melihat jurus golok Loo Cong tadi
merupakan gabungan dari kelebihan beberapa aliran golok
di gunia persilatan. Jurus Leng-ji tadi juga mengandung banyak darah dan
keringat, sudah menghabiskan banyak pemikiran baru
terangkai menjadi jurus ini.
Yang dikatakan jurus andalan adalah jurus-jurus di mana
orang lain belum terpikirkan, berlatih ilmu silat yang orang
lain belum pernah berlatih, dengan ilmu yang tinggi
menyerang kekurangan musuh.
Semua orang merasa terkejut.
Apa lagi Mo Ki-thian, dia lebih-lebih merasa malu.
Walaupun Seng Kong-kong meminjamkan golok itu
kepadanya dan dia berlatih 10 tahun lagi, tapi dia tetap


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak akan mungkin bisa menghasilkan jurus seperti
mereka! Seng Kong-kong mulai menerima jurus kedua dan
ketiga, tiba-tiba dia berteriak: "Bagus!"
Mengapa dia berseru bagus!
Karena jurus yang bisa memaksanya mundur merupakan
kemuliaan baginya. Siapa yang tahu dalam serangan Loo Cong terkandung
ilmu orang lain" Apa lagi dengan tangan kosong dia menyambut serangan
2 anak muda itu, bila dipaksa mundur itu bukan masalah
besar! Bukankah ini adalah contoh baik bagi seorang yang
terkenal" Tiba-tiba rasa percaya diri Leng-ji muncul kembali. .
Dia belajar lebih banyak dari Siau-kai dan banyak
mengikuti petunjuk Siau-kai.
Hanya sayang tenaganya tidak sekuat Loo Cong, apa lagi
senjatanya pendek, maka ilmu yang dia pelajari dari Siaukai tidak bisa keluar
secara maksimal. Mereka bergabung dengan kompak dan serangan mereka
ganas. Walaupun Seng Kong-kong adalah pesilat tangguh, tapi
setelah 5-7 jurus dia masih belum bisa menangkap mereka.
Walau sudah berumur, Seng Kong-kong punya ilmu
meringankan tubuh yang tidak kalah dari anak muda, dia
bisa bergerak cepat. Dalam 20 jurus dengan tangan kosong dia harus
mengalahkan mereka berdua.
Sayangnya ilmu andalan kedua anak muda itu tidak
banyak. Jurus yang mereka kuasai hanya 5-7 jurus.
Jurus-jurus yang membuat mereka merasa percaya diri
sudah habis digunakan, sedangkan pertarungan baru 12-13
jurus, sekarang mereka mulai merasa tertekan.
Mereka bertiga bertarung dalam kolam.
Air setinggi merugikannya. pinggang, bagi Leng-ji itu sangat Tapi Loo Cong bisa berenang, Kong-kong pun demikian.
Tiba-tiba Seng-yan-kong membentak, telapak tangannya
menyapu. Pisau belati Leng-ji jatuh ke dalam air.
Loo Cong menyerang, dia ingin menolong Leng-ji yang
berada dalam bahaya. Tapi Seng-yan-kong mulai mengeluarkan jurus-jurus
yang belum pernah dia keluarkan.
Hanya sekelebat dia sudah berhasil mencengkeram
pergelangan tangan Leng-ji.
Rasa kecewa dan sedih, dirasakan oleh kedua anak muda
itu. Loo Cong hanya terlambat sedikit.
Sebab di dalam air dibandingkan di luar air.
gerakannya lebih lambat Seng Kong-kong meraung. Dia mengangkat tubuh Leng-ji.
Loo Cong tidak berani menyerang, dia takut goloknya
akan membuat Leng-ji terluka.
Seng-yan-kong mengangkat dan menceburkan Leng-ji
kedalam air. Satu kali... dua kali... tiga kali...
"Aku tidak takut, biarkan aku mati!" teriak Leng-ji.
Sekali lagi dia memperlihatkan kegagahan dan sifatnya
yang keras seperti saat di depan pisau pemenggal.
Hati Seng-yan-kong diam-diam memuji.
Tapi api kemarahan sudah memenuhi dadanya, dia
sudah tidak bisa menghentikannya.
Terlihat tubuh Leng-ji terus dibanting ke dalam air.
Membuat air kolam yang dalamnya 4 kaki lebih karena
kekuatannya menjadikan tiang air tinggi hingga bisa
melihat dasar kolam. Bisa di bayangkan tenaganya sekuat apa.
Leng-ji sudah jatuh pingsan:
Walaupun Mo Ki-thian sudah terluka berat dia masih
sempat berpesan kepada anak buahnya untuk membawa
Leng-ji keluar air dan mengikatnya dengan tali.
"Loo Cong, apakah kau masih ingin bertarung lagi?"
"Hanya mengikuti keinginan hati saja!"
"Aku mengira kau adalah orang jujur dan lugu, berbeda
dengan Wie Kai!" "Aku merasa aku masih seperti ini!"
"Kalau kau menyerah dan mengaku bersalah, aku akan
berpikir-pikir lagi!"
"Anda tidak perlu dipikir-pikir lagi!" kata Loo Cong
dengan serius. "Apa maksudmu?"
Semua orang akan mengira Seng Kong-kong begitu baik
masih berniat menasehati, seharusnya Loo Cong berterima
kasihkepadanya. Tapi Seng Kong-kong mempunyai pemikiran sendiri.
Rencana besar akan dimulai, maka orang yang berbakat
sulit didapatkan. Seperti Wie Kai, Loo Cong, dan Leng-ji, mereka anak
muda yang berbakat dan penuh gairah hidup, jarang ada di
dunia ini. Asal mereka mau bertekuk lutut kepadanya, dia akan
menjadi seperti harimau tumbuh sayap.
Maka Seng-yan-kong berusaha menahan diri dan
memperlihatkan kebesaran jiwanya.
Tapi Loo Cong dan Wie Kai berbeda prinsip menjadi
orang. Cara mereka satu adalah satu, dua adalah dua.
Dia tidak akan berubah menjadi satu ditambah satu
menjadi dua, dua dikurangsatu adalah satu. Mereka
mempunyai pola pikir sendiri.
"Kalau kau benar-benar bisa memaafkan kami, itu
adalah kesedihan kami!"
"Apa maksudmu?"
"Sangat sederhana, dimaafkan!" karena kami tidak pantas "Aku menganggap kalian pantas, itu sudah cukup!"
"Kami tidak memberontak!" akan menjadi alat membantumu Seng-yan-kong mulai merasa kecewa.
Dia diam dan bersiap-siap menyerang Loo Cong.
Loo Cong tahu hidup atau matinya sudah berada di
depan mata. Menyerang dengan jurus lain dia merasa tidak yakin.
Dia mulai menggunakan jurus-jurus ke-2 dan ke-3.
Karena dia menganggap beberapa jurus ini adalah inti
sari jurus dari ilmu silatnya.
Seng-yan-kong menghindar. Kemudian terlihat kedua
tangan Seng-yan-kong seperti kilat dan berkelebat.
Loo Cong berteriak terkejut.
Golok aneh tahu-tahu sudah berada di tangan Seng-yankong.
Di sekeliling sana terdengar seruan dan suara tepuk
tangan. Semua orang yang ikut datang, dari pihak Seng Kongkong atau dari La-ma dari
rumah La-ma adalah pesilat
tangguh terpilih. Mereka benar-benar pesilat tangguh.
Mereka melihat dari sisi dan orang luar.
Tapi mereka tidak melihat jelas dengan cara apa Seng
Kong-kong bisa merebut golok itu!
Loo Cong tidak menyukai cara Seng Kong-kong
memperlakukannya. Walaupun hati tulusnya mengagumi ilmu silat Seng-yankong.
Jaman sekarang ini sulit ada pesilat yang lebih tinggi
ilmunya dari Shen Kong-kong.
"Loo Cong!" teriak Seng-yan-kong.
"Ada!" jawab Loo Cong.
"Maju selangkah, kau akan hancur, mundur selangkah
terbentang dunia yang indah!" kata Seng-yan-kong dengan
dingin. "Maju selangkah adalah kebajikan, mundur selangkah
melihat kehidupan gelap yang sudah berlalu 25 tahun,
membuat nenek moyang merasa malu!"
Rambut Seng-yan-kong yang putih berkibar-kibar, walau
tidak ada angin. Semua ini membuat hati dan tubuhnya bergetar, kedua
tangannya mengepal, keluarlah suara keras.
Tidak ada orang yang pernah membuatnya menahan diri
dan terus mundur. Dia benar-benar sangat menyukai anak-anak muda ini.
Seperti Wie Kai, karena perasaan sayang kepada orang
berbakat maka berkali-kali dia mundur. Menutup sebelah
mata dan membuka sebelah mata, dia menaruh Wie Kai di
sisi putri Kao Tong. Bila dia ingin membunuh Wie Kai, tidak bisa secara
terang-terangan melakukannya. Diam-diam dia akan
menyingkirkan Wie Kai seperti membalikkan telapak
tangan. Seng-yan-kong menarik nafas panjang.
Suaranya sedikit bergetar.
Semua orang mengira kalau kesabaran Seng-yan- kong
sudah kelewat batas dan abnormal
Tidak ada orang yang mengerti mengapa dia bisa seperti
itu! "Loo Cong, Kong-kong sudah tua...."
Nadanya penuh kesedihan. Loo Cong sama sekali tidak terpengaruh.
Hanya saja Loo Cong adalah orang yang berprinsip.
Kong-kong terus mundur dan tidak melukai-nya, dia
ingin memperalat Loo Cong, selain itu Seng Kong-kong
tidak tega menghancurkan orang berbakat yang dilatihnya
sendiri! Semua ini membuat semua orang terharu.
Kalau Loo Cong terpengaruh, dia akan di-peralat, dia
akan bersekongkol menjual negaranya kepada bangsa lain
dan tenggelam dalam rencanabusuk itu!
Dengan serius Loo Cong berkata:
"Kong-kong tidak memikirkan kesalahanku dan
bermaksud memaafkan aku, aku merasa terharu, tapi
sayang aku tidak bisa diperalat lagi oleh Kong-kong, hingga
negara kita hancur..."
Seng-yan-kong melotot marah.
Kesabarannya sudah sampai di batas akhir.
Loo Cong menatap langit dan berkata:
"Kita berhenti melakukan hal tidak baik bila sudah sadar!
Kalau Kong-kong bisa berhenti menerus-kan rencana ini,
seumur hidup Loo Cong akan meng abdi kepada Kongkong!"
"Kau tidak pantas bicara seperti itu, kau tidak pantas
menguliahi aku..." bentak Seng Kong-kong, matanya
menjadi merah. Sekali lagi dia menyerang. Dia melempar golok aneh itu.
Golok tampak berkilauan, kilauannya melesat terus ke arah
tembok batu, golok menancap ke dalam batu sedalam 5-6
inchi. Lemparan golok benar-benar membuat orang terkejut.
Seng-yan-kong sekali lagi menyerang dengan tangan
kosong, dia tidak butuh golok untuk menundukan Loo
Cong. Rasa percaya diri Loo Cong semakin hancur.
3 jurus belum sampai pergelangannya sudah dicengkram
oleh Seng-yan-kong. Dia mengangkat tubuh Loo Cong.
Dan membantingnya ke dalam air.
Leng-ji berteriak, kebetulan dia sudah sadar.
Loo Cong dan Leng-ji bernasib sama.
Air kolam sedalam 5 kaki karena tubuh Loo Cong
dibanting ke dalam air membuat air menjadi tiang setinggi
beberapa depa. Terlihat batu yang ada di dasar kolam.
Loo Cong diikat dan dilempar ke sisi kolam.
Mo Ki-thian tidak lupa memuji dan menjilat:
"Ilmu silat Kong-kong sangat tinggi, di dunia persilatan
tiada duanya, kalau dari dulu Kong-kong sendiri yang
menaklukkan mereka para pengkhianat ini sudah
tertangkap sejak lama!"
Semua orang setuju. "Hati pengkhianat-pengkhianat ini keras seperti besi,
terhadap budi Kong-kong yang besar seperti gunung,
mereka membalasnya dengan cara seperti ini, hhhhhh!..."
keluh Mo Ki-thian. Ada juga yang mengikutinya menarik nafas.
Kata Mo Ki-thian lagi: "Mereka sudah gila dan tidak ada obat yang bisa
menolong mereka, lebih baik sekarang Kong-kong bunuh
mereka," usul Mo Ki-thian.
Tiba-tiba ada yang ikut memberi komentar:
"Pengawas Mo benar, orang-orang ini banyak akal dan
licik, dari pada kabur lagi dan harus bersusah payah baru
bisa ditangkap lagi, lebih baik bunuh mereka di sini!"
Seng-yan-kong terdiam. "Harap Kong-kong segera mengambil keputusan!" Mo
Ki-thian mendesak.

Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba Seng-yan-kong bertanya:
"Ki-thian, apakah alat-alat siksa di Eng-hong-pie-ya
hanya dipindahkan sementara dan belum dihancurkan?"
"Terhadap pengkhianat-pengkhianat ini tidak perlu
menggunakan alat siksa, harap Kong-kong ber-pikir dengan
matang!" Seng-yan-kong berpikir sebentar.
Tiba-tiba dia melayangkan tangan:
"Kembali ke markas!"
Hanya dua kata ini sudah cukup.
Kong-kong sudah mengambil keputusan membawa
mereka kembali ke markas.
Seng-yan-kong seperti bersikukuh ingin mereka mati
dengan cara dipenggal dan ingin melihat kepala mereka
terguling masuk ke dalam keranjang.
Mo Ki-thian melayangkan tangan, dia memerintahkan
orang membawa jalan. Dia sendiri butuh digotong baru bisa berjalan.
Eng-hong-pie-ya berdiri dalam tiupan angin malam.
Eng-hong-pie-ya bagian belakang mengarah gunung dan
depan menghadap air, pemandangannya sangat indah.
Dia masih tetap seperti dulu tidak ada yang berbeda.
Kalau ingin mengatakan ada beberapa yang berbeda
adalah lampu malam ini bersinar lebih terang dan lebih
berkilau. Sudah lama tempat itu tidak menyalakan lampu begitu
banyak! Seperti ada pesta besar atau akan tahun baru. Malam ini.
Sepertinya malam ini lebih penting dari pesta besar dan
hari imlek. Waktu itu dari Pie-ya tiba-tiba terdengar suara orang
berteriak memilukan! Suara ini membangunkan malam
yang sepi. Seng-yan-kong duduk di kursinya.
Di kamar sepi tidak ada suara.
Mo Ki-thian diam berdiri di sisi, dia melihat keluar
kamar. Di luar terdengar suara orang berjalan. Wie Kai muncul
di depan pintu, sorot matanya yang lincah melihat ke dalam
kamar. "Kong-kong memanggil Wie Kai, ada apa?" tanya Wie
Kai. "Masuklah!" "Baik!..." Wie Kai masuk dengan wajar dan lugas. Dia
melihat Mo Ki-thian. Tampak dengan melihat dia sebentar Wie Kai bisa
menebak maksud Kong-kong menyuruhnya datang, apakah
ada hal baik atau hal buruk.
Apakah hal buruk itu membuat Mo Ki-thian senang, bisa
terlihat dari luar. Betul saja, terlihat kegembiraan Mo Ki-thian yang tidak
bisa ditutupi lagi. Seng Kong-kong duduk ke pinggir, dia tidak melihat
langsung ke arah Wie Kai tapi melihat cermin yang
tergantung di dinding. Kaca ini memantulkan kaca lain lagi, maka ekspresi Wie
Kai terlihat jelas. Dengan santai SengKong-kong berkata:
"Dua pengkhianat itu sudah tertangkap!"
Hati Wie Kai bergetar, tapi dia sepertinya sangat bisa
menahan diri, dengan terkejut dia berkata:
"Loo Cong dan Leng-ji tertangkap?"
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Seng Kong-kong.
"Mereka tidak mau mendengar nasehatku, akhirnya
tertangkap juga!" kata Wie Kai.
"Tadinya aku akan menghapus dosa dan melepaskan
mereka, tapi mereka keras kepala!" kata Seng Kong-kong.
"Apakah Kong-kong bisa memaafkan mereka?" tanya
Wie Kai. "Sepertinya seperti itu, tapi mereka sepertinya tidak takut
mati!" Wie Kai membuka kedua tangannya:
"Di dunia ini apakah ada orang yang benar-benar tidak
takut mati?" "Betul! Hal dibereskan!" ini aku serahkan kepadamu untuk "Menyerahkannya kepadaku?"
"Benar!" "Aku merasa belum tentu bisa melaksanakan tugas ini
dengan baik!" "Menasehati atau gunakan siksaan, semua kau yang
putuskan, aku percaya kepadamu, aku percaya kau bisa
melakukan tugas ini dengan baik."
Wie Kai tertawa: "Kong-kong percaya kepada Wie Kai, Wie Kai pasti
akan berusaha semampunya!"
Mo Ki-thian terus melihatnya.
Dia benar-benar tidak mengerti Wie Kai.
Dia tidak percaya apakah Wie Kai bisa melupa-kan
Leng-ji begitu saja. Ingin membuktikan hal ini tidak sulit, semua akan segera
melihat. OoodwooO BAB IV Kamar tempat hukuman di Pie-ya sangat besar. Di sana
banyak jenis alat siksaan. Semuanya komplit di sini.
Siapa pun yang masuk ke kamar hukuman akan
merasakan kalau orang yang masuk ke kamar hukuman,
seperti uang masuk ke tempat judi!
Bila-manusia sudah sampai di tempat ini sudah tidak
akan menjadi manusia lagi.
Di bawa dinding penuh dengan bekas darah, angin yang
masuk ke kamar ini pun terasa dingin.
Banyak yang sudah mati di sini, banyak yang cacat
karena tempat ini. Apakah semua yang dihukum di sini
semua adalah orang yang bersalah"
Kalau hukumannya benar berarti tidak ada hukuman
fisik, kalau dihukum tidak benar hasilnya sebaliknya.
Loo Cong dan Leng-ji terlihat sangat lelah.
Dulu walaupun hidup di hutan dan dikejar-kejar seperti
binatang, mereka tidak pernah merasa begitu lesu, lelah,
juga putus asa! Orang harus hidup dalam harapan.
Di luar kamar hukuman terdengar langkah.
Mereka berdua segera melihat keluar dengan waspada.
Wie Kai berdiri di luar terali besi, seorang laki-laki
membukakan pintu besi untuknya.
Sekarang di sini dan di tempat ini mereka bisa bertemu
Wie Kai. Apakah mereka senang atau marah" Cinta atau benci"
Loo Cong dan Leng-ji sudah tidak bisa membedakannya
lagi. Karena hubungan di antara mereka terlalu erat.
Seharusnya mereka mempunyai rasa sedikit beruntung
atau sedikit harapan. Karena mereka punya hubungan erat begitu hubungan
tidak harmonis, dendam akan semakin dalam.
Apalagi Wie Kai pergi karena Loo Cong masuk di antara
mereka. Apakah ada badai perasaan"
Antara dendam dan cinta biasanya sangat dalam dan
sulit dicairkan. Wie Kai membawa pecut, dia melihat mereka.
Kalau dulu begitu melihat keadaan mereka berdua
seperti itu, dia akan merasa sedih, matanya akan berkacakaca!
Tapi sekarang pelan-pelan dia memukul telapak
kanannya dengan pegangan pecut, dia melihat mereka
seperti melihat orang yang tidak dikenalnya, kemudian
dengan santai berkata: "Aku tidak akan banyak bicara, aku hanya ingin bertanya
kepada kalian, apakah kalian akan menerima kesempatan
terakhir yang diberikan Kong-kong?"
"Tidak perlu banyak bicara lagi!" jawab Leng-ji.
"Bagaimana denganmu?" tanya Wie Kai
"Apa yang Leng-ji katakan, sudah mewakiliku juga!"
jawab Loo Cong. "Jangan salahkan aku karena tidak punya perasaan!"
"Apakah kau orang yang punya perasaan?" tanya Lengji.
Wie Kai mulai memainkan pecutnya, wajahnya sudah
tidak berseri. Seng Kong-kong dan putri Kao Tong melihat dari luar.
Wie Kai tidak perlu membalikkan tubuh dia sudah bisa
menduga, mereka pasti ada di sana.
Karena mereka harus melihat dengan jelas, semua ini
adalah cara mereka mendikte Wie Kai.
Dengan tegas WieKai berkata lagi:
"Aku ulangi sekali lagi, ini adalah kesempatan yang
diberikan Kong-kong."
"Kata-kata ini sudah pernah ditanyakan Kong-kong
untuk apa diulangi lagi" Kami tidak sudi membantu orang
jahat!" jawab Loo Cong.
"Bagaimana denganmu?" tanya Wie Kai pada Leng-ji,
"kau bisa menahan berapa kali pecutanku?"
"Paling-paling aku tinggal mati!" jawab Leng-ji.
"Ingin mati pun tidak mudah!" bentak Wie Kai.
Pecut panjang melayang, baju bagian punggung Loo
Cong sudah sobek. Pecutan kedua jatuh ke pinggang Leng-ji. Wie Kai
sepertinya tidak merasa kasihan sedikit pun kepada
perempuan. Seng Kong-kong dan putri Kao Tong terus melihat
kejadian itu, sorot mata mereka hampir bisa mengukur
kekuatan tangan Wie Kai. Setiap kali Wie Kai memecut Leng-ji, alis putri Kao
Tong pasti bergerak sekali.
Putri Kao Tong menganggap Wie Kai tidak akan
mengkhianatinya. Setelah Mo Ki-thian melihat semua itu, dia malah
merasa kecewa. Dia berharap Wie Kai sedikit ringan memukul Leng-ji
dan jangan terlalu menjilat Kong-kong serta putri Kao
Tong. Tapi pikiran itu seperti membuatnya kecewa. Sebab
setiap kali memecut Wie Kai benar-benar memecut mereka
dengan sekuat tenaga. Baju hancur, kulit sobek, dan darah mengalir keluar.
Dalam suara pecutan mereka menghindar dengan cara
berguling-guling di bawah, tapi tidak ada yang
mengeluarkan suara. Mereka benar-benar berusaha menahan rasa sakit ini.
Tidak mengerutkan alis, tidak berteriak, adalah jawaban
paling kuat untuk melawan Kong-kong.
Wie Kai memecut semakin kuat.
Sekarang Mo Ki-thian dengan aneh baru melihat kalau
ternyata Wie Kai adalah orang yang tidak punya perasaan,
boleh dikatakan berdarah dingin.
Sekarang Mo Ki-thian malah merasa tidak tega.
Kalau dia menjadi Wie Kai, dia tidak akan begitu kejam
memecut Leng-ji, karena posisi Leng-ji di dalam hatinya
seperti dewi, bukan orang biasa.
Tiba-tiba Mo Ki-thian membenci Wie Kai.
Seng Kong-kong dan putri Kao Tong yang berdiri di luar
saling pandang, mereka merasa puas!
PAK! Wajah Leng-ji terkena pecutan dan meninggalkan
bekas pecutan yang sangat jelas.
Leng-ji marah: "Siau-kai... kau benar-benar kejam!"
Benar, sampai Mo Ki-thian sendiri pun punya perasaan
seperti itu. Wie Kai dengan dingin berkata: "Pu-to-put-ciang-hu!"
(Kalau tidak kejam bukan suami).
Leng-ji tertawa terbahak-bahak: "Suami" Ha ha ha...
suami..." Loo Cong tidak mau menunggu dipukul begitu saja.
Dia mulai balik menyerang.
Tapi apa boleh buat setelah mereka dibawa kembali ke
sini mereka disiksa dengan kejam, setelah tertangkap jalan
darah mereka selalu ditotok, baru diangkut kembali ke Enghong-pie-ya.
Orang yang sudah lama tersiksa, tidak mungkin bisa
mengeluarkan ilmu silat yang dimilikinya dengan
sempurna, paling-paling hanya bisa mengeluarkan tenaga
50% saja. Walaupun dia menyerang tidak ada gunanya, dia tetap
terkena pecutan. Leng-ji hanya menyerang tidak mau bertahan, Loo Cong
juga membantu menyerang. Setiap pecutan terkena daging membuat mereka terluka.
Begitu tangan Leng-ji dan tangan Wie Kai saling
bersentuhan Leng-ji terkejut. Wie Kai masih melayangkan pecut memukul gila-gilaan.
Pelan-pelan Seng Kong-kong berkata: "Mari, kita pergi
dari sini, Putri!" Dengan perasaan puas putri Kao Tong mengangguk.
Asal Wie Kai memecut dengan sekuat tenaga seperti saat
melayaninya di ranjang dengan sekuat tenaga, dia akan
merasa sombong apa lagi di depan Kong-kong.
Seng Kong-kong dan putri Kao Tong sudah pergi.
Semakin dilihat MoKi-thian semakin marah.
Harapannya tidak terkabul, kejadian yang muncul malah
membuatnya marah. Dia membalikkan tubuh siap pergi.
Sebab kalau Wie Kai berada di sisi Kong-kong, dia tidak
akan dipandang lagL Setelah beberapa jurusnya meleset keadaan Loo Cong


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semakin parah. Dia terkena pukulan dan tersungkur, belum sempat
merangkak berdiri dia ditendang hingga ke pojok dinding.
Leng-ji menyerang dari belakang.
Tapi Wie Kai memukulnya. Dengan wajah tanpa perasaan Wie Kai berkata:
"Petani, kau memang lebih berani dariku!"
"Untuk apa... Saudara..." kata Loo Cong.
"Saudara" Dulu kita memang saudara sekarang bukan!
Sudahlah! Lebih baik mengaku!"
Dia memukul Loo Cong dan menendangnya sampai ke
pojok tembok. Tidak ada perasaan, ini terlihat kelemahan
manusia. Sambil menelan kekecewaannya Mo Ki-thian pun pergi.
Wie Kai memukul Loo Cong lagi. Loo Cong menangkap
kepalan Wie Kai. Wie Kai membuka kepalannya, Loo
Cong merasa memegang sesuatu.
Dia terkejut dan bingung.
Karena dia tidak percaya pada mujizat yang muncul.
Wie Kai berkata dengan dingin: "Tunggulah
kematianmu!" dia segera membalikkan tubuh dan pergi.
Jeruji besi sekali lagi digembok.
Loo Cong bercuit di pojok yang gelap, tangan-nya
memegang sesuatu. Dia curiga kalau dia sedang bermimpi, belum sadar
100%. Di tangannya ada sesuatu, apakah itu"
Dia melihat jeruji besi tidak ada bayangan seorang pun.
Tiba-tiba dia membuka genggaman tangannya. Leng-ji
melihat di dalam genggaman tangan Loo Cong ada sebuah
uang koin, dengan terkejut dia bertanya: "Apa itu?"
"Uang koin!" "Apa maksudnya?"
Loo Cong memegang koin itu, di tempat terang dia
melihat dengan jelas, di atas koin ada huruf 'Jin' (Bertahan)
berwarna merah. Mereka berdua terpaku dan berkata bersamaan:
"Jin?" "Apa maksudnya dengan huruf Jin ini" Siau-kai ingin
kita Jin!" "Kalau tidak, lambang apa uang koin ini?"
Muncul pikiran ingin bertahan hidup.
Setelah mengalami rasa sakit yang luar biasa, sekarang
bisa membuktikan sesuatu, rasa senang mereka mulai
terlihat di wajah. Mana mungkin Siau-kai akan mengkhianati mereka"
Hubungan mereka begitu erat! Mana mungkin"
Tapi dia terlalu serius melakukan semuanya! Membuat
mereka sedih atas kekejaman tanpa perikemanusiaan.
Tapi ingin mendapatkan kepercayaan dari Seng Kongkong dan putri Kao Tong,
kecuali harus melalui jalan
seperti ini tidak ada cara lain lagi!
Apa lagi Wie Kai sendiri yang harus melaksanakan
hukuman, mereka sengaja menguji kesetiaan Wie Kai
kepada mereka. Pukulan ringan dan pukulan berat, perbedaannya
memang sangat besar dan tidak sedikit rasa sakit yang
diderita, tapi bisa muncul sakit berkepanjangan atau sakit
yang singkat. Waktu itu rasa sakit yang dilakukan oleh Wie Kai di
dalam hati atau pada tubuh seakan hilang semua.
Mereka tidak membenci Siau-kai lagi malah mengagumi
dia. Saat wajah mereka muncul senyum mengerti, tiba-tiba
Leng-ji terkejut. Harapan tadi yang baru muncul tadi, sekarang hampir
musnah. Leng-ji melihat di tempat tinggi di atas dinding itu ada
sebuah celah, ada sepasang mata melihat secara diam-diam.
Harapan yang mereka kira datang begitu lambat tapi
yang baru didapat seperti sebuah cangkir teh berharga
terjatuh ke bawah dan hancur berantakan.
Siapa" Mata siapakah itu" Siapa pun yang melihat di sana pasti akan tahu, rahasia
ini akan terbongkar bocor!
Siapa pun yang diam-diam mengintip mereka, dia akan
memberi tahu Seng Kong-kong dan putri Kao Tong.
Leng-ji benar-benar terkejut juga putus asa. Dalam rasa
terkejut dan kecewa tiba-tiba muncul sebuah ide.
Saat paling cemas dan tidak tahu apa yang harus
dilakukan, sering kali ide datang secara tiba-tiba.
"Kong-kong... Kong-kong..." teriak Leng-ji.
Loo Cong terkejut. Loo Cong tidak tahu mengapa Leng-ji terus berteriak,
sebab dia tidak melihat mata dari celah itu. Loo Cong
benar-benar tidak mengerti. Baru muncul sedikit harapan
mengapa dia tega melakukan ini"
Bukankah ini akan membuatnya di usung ke panggung
ekeskusi" Loo Cong mencengkeramnya, menghentikan teriakan Leng-ji!
berharap bisa Mungkin masih sempat: "Leng-ji... Leng-ji... apa yang terjadi padamu?"
Kedua mata dari celah dinding itu masih terus melihat
mereka. "Kau bisa menahannya, tapi aku tidak, aku akan
menyerahkan diriku kepada Kong-kong, aku ingin balas
dendam kepadanya. Kong-kong... Kong-kong... aku ingin
melaporkan sebuah rahasia!" teriak Leng-ji.
Dalam pikiran Loo Cong semua orang di dunia ini sudah
gila. Kalau tidak siapa yang ingin di saat seperti ini berteriak
dan berteriak begitu keras seperti takut orang tidak bisa
mendengarnya" Padahal baru muncul sedikit harapan!
Dia ingin menghentikan Leng-ji tapi Leng-ji terus
memberontak sambil berteriak.
Loo Cong seperti ikut gila juga.
Kalau gila bisa menular Loo Cong pasti sudah tertular,
dia pun berteriak: "Leng-ji, Leng-ji..."
Leng-ji berteriak terus dan berusaha meng-hindar dari
Loo Cong, agar tidak ditangkap oleh Loo Cong.
Mo Ki-thian segera membawa anak buahnya datang ke
tempat mereka. Mimpi-mimpi indah putri Kao Tong hancur berantakan.
Laki-laki dati Tionggoan ternyata bukan yang terbaik!
Dia benci! Rasa benci yang tidak terlihat, dia sepertinya
juga jadi gila! Sepertinya semua orang sudah gila.
Dia segera menemui Wie Kai.
Wie Kai masih belum tahu rahasianya telah bocor!
Sekarang putri Kao Tong masih bisa menahan diri,
sepertinya dia sedang belajar dari huruf yang ada di koin
itu. "Menahan diri!" katanya:
"Kau benar-benar bisa melakukan kekejaman!"
"Aku?" Wie Kai mulai bisa menangkap kemarahan
tertahan yang tersisa di wajah putri Kao Tong.
"Kau benar-benar tidak berperasaan, memecut bekas
kekasihmu yang sudah berjuang bersama dengan mu!" kata
Kao Tong. Penciuman Wie Kai sangat bagus, dia mulai merasa
tidak tenang katanya: "Aku sudah sadar dan menyesal, supaya tidak
mengecewakan Kong-kong dan kau, aku tidak bisa
memandang kekasih lama."
Kelopak mata putri Kao Tong terus berkedut
Akhirnya dia bisa melihat dengan tuntas dan jelas lakilaki yang ada di depan
matanya. Dia benar-benar bisa memainkan opera dengan baik, dia
benar-benar terlihat seperti sangat setia.
"Apakah kau mengira Kong-kong akan melepas kan
mereka?" "Tidak mungkin, mereka keras kepala!" jawab Wei Kai
sambil melihatnya. "Mengapa" Apakah budi pekerti mereka lebih bersih
hingga tidak mau bersekongkol denganmu?"
"Apakah aku punya.... budi pekerti?"
"Apakah kau seorang manusia atau bukan?" putri Kao
Tong meraung. Begitu tahu dia telah tertipu, putri Kao Tong segera
merasakannya. Tiap malam mengubar nafsu birahi, posisi
seperti apa dirinya di hati Wie Kai"
Mungkin dia seperti pelacur di rumah pelacur-an.
Atau menganggap dia mesin untuk melampiaskan nafsu
birahinya. Tapi dia merasa sangat senang dan mengira dengan
kekuasaan tinggi dan harta yang banyak bisa menguasai
Wie Kai. Wie Kai mulai mencium bahaya.
Tapi sewaktu dia menyerahkan koin itu dia sudah sangat
berhati-hati. Itulah saat Seng Kong-kong dan putri Kao Tong sudah
meninggalkan tempat. Apakah Mo Ki-thian diam-diam yang sudah melihatnya"
Wie Kai masih ingin berpura-pura:
"Putri, apa yang terjadi padamu?"
"Lihat apa ini"...." bentak putri KaoTong.
Di tangan putri Kao Tong ada sebuah koin, di tengahtengah koin ada huruf yang
ditulis dengan warna merah
yaitu "Jin". Putri Kao Tong tertawa sinis.
Tawa Wie Kai yang biasa terlihat luwes dan cuek,
semakin menghilang dari sudut mulutnya.
Wie Kai yang ceria tidak bisa terlepas dari nasibnya.
Dia tidak ingin membela diri lagi. Untuk menyerang
balik pun sudah tidak ada kesempatan lagi.
Di sekelilingnya para La-ma sudah datang seperti
gelombang air. Wie Kai menatap putri Kao Tong, dia percaya putri Kao
Tong hanya seorang perempuan jalang.
-ooo0dw0oooBAB V Di kamar Seng Kong-kong lampu masih menyala terang.
Seng-yan-kong duduk di depan meja.
Putri Kao Tong berada di sisinya.
Mo Ki-thian berada di belakang mereka berdua.
Pesilat-pesilat Eng-hong-pie-ya tampak siap siaga.
Leng-ji berlutut di depan Seng Kong-kong, air mata
memenuhi wajahnya. Sikapnya berbeda dengan sikapnya yang dulu, keras
kepala dan tidak takut pada apa pun.
Sekarang putri Kao Tong berpose mengadili melihatnya.
Putri Kao Tong menganggap sekarang adalah waktu
untuk menghibur hatinya. Semenjak mengenal Wie Kai dan Leng-ji.
Walaupun dia sangat membenci Leng-ji dan
menganggap enteng kepadanya, tapi kecantikan Leng-ji
tetap tidak hilang. Dia tidak mengerti mengapa dia bisa salah tafsir kepada
perempuan ini" Mo Ki-thian sekarang merasa paling gembira.
Karena dia tidak punya cita-cita tinggi, dia hanya
berharap bisa bekerja di bawah pimpinan Kong-kong.
Bila ada mereka bertiga, dia tidak bisa menonjol kan diri.
Sekarang dia bisa memastikan tidak butuh 3 hari, mereka
bertiga akan naik panggung eksekusi.
Melihat kepala musuh jatuh ke bawah, itu adalah hal
yang sangat menyenangkan dalam hidup-nya.
"Leng-ji, mengapa kau mengadukan dia" Dia benarbenar ingin menolong kalian
bukan?" "Kong-kong, aku benci dia!"
"Benci" Apa karena dia pernah mengkhianatimu?"
"Benar!" "Maksudmu juga mengenai hubungannya dengan putri
Kao Tong?" "Itu hanya salah satu alasannya, dulu dia pernah
bersumpah sehidup semati denganku!"
"Apakah dia sudah berubah?"
"Diam-diam dia meninggalkan aku dan Loo Cong,
curiga kalau kami mempunyai hubungan khusus!"
"Apakah hubunganmu dengan Loo Cong?"
"Betul, Kong-kong, dia meninggalkan sepucuk surat,
nadanya sangat menyakitkan, menggunakan bahasa hina,
walaupun hubungan kami bersih, itu karena aku selalu
waspada, kalau tidak, aku sudah terhina, maka aku benci
semua laki-laki, laki-laki di dunia ini tidak ada yang baik!"
"Mungkin itu hanya kesalahpahaman!" Seng Kong-kong
bukan laki-laki tulen. "Tidak! Kong-kong, dia berani berbuat, menghinaku dan
Siau-loo, yang penting dia ingin melepas-kan kesalahannya,
ingin mencari tangga supaya dia bisa memanjat menuju
putri Kao Tong!" "Mungkin juga!"
Putri Kao Tong membentak:
"Dia memberi koin uang itu kepada Loo Cong, apa
maksudnya?" "Inilah kejahatan dan kesadisannya, dia tidak segansegan memukul kami, takut
orang lain akan marah, dia
tidak berperasaan, maka dia mencari kesempatan lain lagi
supaya orang lain mengubah pandangan kepadanya."
"Dengan cara apa dia mengubahnya?" tanya putri Kao
Tong. "Bila keberadaan koin itu diketahui orang lain, dia tidak
akan mengaku, kalau orang lain tidak tahu paling sedikit
dia bisa menipuku dan Siau-loo, berarti dia tidak
melupakan hubungan kami dulu!"


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa gunanya untuk kalian?" teriak putri Kao Tong.
Leng-ji tertawa terbahak-bahak:
"Sebenarnya tidak ada gunanya, tapi dia mengira ada
gunanya, dia ingin menipu kami supaya naik panggung
ekeskusi, sampai kami hampir mati pun masih mengira dia
telah sangat berbaik hati kepada kami dan akan melepaskan
kami!" "Mimpi! Dia sendiri juga harus naik panggung eksekusi!"
teriak putri Kao Tong. "Apakah dia juga akan dipenggal?"
"Apa" Kau mengira dia tidak akan dipenggal?"
"Aku mengira Anda akan melindunginya!"
Putri Kao Tong tertawa terbahak-bahak.
Leng-ji juga tertawa terbahak-bahak.
"Apa yang kau tertawakan?" tanya putri Kao Tong.
"Aku tertawa karena semua ini percuma dan sia-sia,
akhirnya dia pun tidak bisa lolos dari kematian" kau
menertawakan apa?" tanya Leng-ji.
"Apakah kau mengira bisa dengan cara seperti ini aku
akan melepaskan dia?" tanya putri Kao Tong.
Leng-ji tertawa terbahak-bahak sampai air matanya
keluar: "Kalau bisa aku akan memakan dagingnya, mengelupas
kulitnya, semenjak dia membawa kalian menangkap kami,
aku sudah merencanakan akan membalas dendam!"
"Kalau tahu akan terjadi seperti ini, untuk apa dulu
berpacaran dengannya?" tanya Seng-yan-kong.
"Kong-kong, Leng-ji lolos dari bencana ini, tapi sudah
terlambat menyadarinya!"
Putri Kao Tong melihat koin yang ada di tangannya.
Kemudian dia memegang dan menghancurkannya
menjadi beberapa keping. "Begitu masuk arena percintaan, tidak bisa melihat
dengan jelas, Kong-kong, maafkan aku, karena kau, aku
sudah sadar dan mulai hari ini aku akan meninggalkan Enghong-pie-ya dan mencari
makan di luar!" Putri Kao Tong merasa terkejut. Dia sama sekali tidak
menyangka. Melepaskan perempuan ini berarti berseberangan dengannya.
"Kong-kong, perempuan ini pengkhianat, dia telah
membunuh banyak anak buahku dan Kong-kong, jika
dengan beberapa kalimat tadi Kong-kong akan
melepaskannya, mungkin akan membuat bencana dan
membuat siapa pun tidak bisa terima!"
"Putri, kau belum mengerti!"
"Aku tahu semuanya!"
"Putri tidak perlu banyak bicara, aku tahu batas!" Tibatiba Leng-ji berlutut
"Leng-ji ingin ikut Kong-kong, seumur hidup mengabdi
pada Eng-hong-pie-ya, aku sudah tertipu dan dikhianati,
maka aku merasa tidak rela. Kong-kong sangat baik kepada
Leng-ji, budi Kong-kong dalam seperti orang tua sendiri,
aku berharap Kong-kong bisa mengambil keputusan untuk
Leng-ji, membantu Leng-ji membalas dendam!"
"Membalas dendam kepada siapa?"
"Aku akan membunuh Wie Kai dan Loo Cong, karena
aku benci dan kecewa kepada laki-laki!"
Seng Kong-kong dan Kao Tong terpaku.
Tiba-tiba Seng-yan-kong tertawa terbahak-bahak.
"Baik!" putri Kao Tong memuji.
Seng-yan-kong masih tertawa terbahak-bahak.
Leng-ji yang akan membunuh kedua orang itu, ini adalah
kerugian Seng-yan-kong. Putri Kao Tong ingin membalas dendam, dia bisa
menyaksikan perempuan itu membunuh Wie Kai dan Loo.
Cong. Kemudian dia baru akan membunuh perempuan! ini,
tidak ada keinginan lain bagi putri Kao Tong.
"Baik! Aku akan memberimu kesempatan!" kata putri
Kao Tong. Alis putri Kao Tong penuh dengan hawa membunuh.
Sorot mata Leng-ji pun penuh dengan hawa membunuh
bahkan lebih kental. Dini hari yang masih gelap.
Eng-hong-pie-ya penuh dengan hawa membunuh.
Tempat memasang pisau penggal sangat tinggi, alat itu
tertutup oleh sehelai kain merah dan berdiri di dalam
kegelapan, seperti seorang terpidana mati berdiri dan
sedang menunggu. Semua masih sama seperti dulu.
Tapi di panggung diletakkan pisau pemenggal dan ada 2
kursi. Itu adalah tempat duduk Seng Kong-kong dan putri Kao
Tong. Sekali lagi akan dilaksanakan hukuman, banyak orang
mengira ini sangat tidak berharga, walaupun mereka
berhasil kabur beberapa bulan dan bisa hidup lebih lama
beberapa bulan, tapi hidup lebih lama beberapa bulan hanya
akan menambah 2 kali bencana dan ketakutan. Orang lain
mengira semua itu tidak berharga, tapi bagi Wie Kai, Loo
Cong, dan Leng-ji semua ini ada penjelasan lain.
Dalam kegelapan terlihat banyak bayangan terus
bergerak. Banyak pembunuh berlari untuk mendapatkan tempat
dan posisi. Kemudian mereka berdiri di sana.
Eng-hong-pie-ya tidak mengijinkan hal dahulu terulang
lagi. Berarti kepala terpidana yang mati harus dipenggal dan
jatuh ke dalam keranjang.
Supaya semua anak buahnya bisa melihat, kepala
manusia dalam waktu singkat terlepas dari leher, ini sulit
diungkapkan dengan bahasa!
Seng Kong-kong dan putri Kao Tong sangat menikmati
melihat 3 kepala orang jatuh ke bawah. Ini adalah hal yang
seumur hidup mereka tidak akan melupakannya dan hal
yang menyenangkan. Memenggal kepala terpidana bukan hanya dengan
menghukum, tapi terasa sangat menyenangkan hati.
Luka Mo Ki-thian belum sembuh total, tapi dia harus
ikut menyaksikan kejadian itu, dia ingin melihat secara suka
rela. Orang semakin banyak. Walaupun orang sangat banyak di sana, Pie-ya yang
begitu luas tetap saja seperti sebuah kota mati.
Algojo sudah naik ke atas panggung, dia menarik kain
merah yang menutupi golok besar itu.
Cahaya yang memantul dari golok terus mengeluarkan
kilauannya. Wie Kai dan Loo Cong berdiri di atas panggung
eksekusi. Wie Kai tetap terlihat tenang.
Wajah Loo Cong terlihat serius.
Loo Cong selalu seperti itu, Wie Kai pun seperti
biasanya bersikap masa bodoh.
Ribuan mata menatap kedua orang itu juga melihat ada 2
keranjang bambu di bawah mereka.
Sorot mata putri Kao Tong terlihat sangat tajam, dia
melihat Wie Kai yang ada di atas panggung.
Wie Kai tertawa tipis, sewaktu pandangan matanya
beradu dengan sorot mata putri Kao Tong, terlihat ada
sedikit keanehan. Sorot mata putri Kao Tong dingin, dia menoleh ke
tempat lain. Sekarang siapa yang bisa mengerti pikiran putri Kao
Tong" Mungkin hanya Wie Kai saja.
Ada orang yang membawakan air dalam ember. Bila
orang itu tiba berarti hukuman akan segera dilaksanakan.
Dia akan membasahi leher Wie Kai dan Loo Cong,
karena ini sudah menjadi aturan.
Air dingin yang membasahi leher akan mem-buat mereka
bertambah sadar. Mereka percaya sewaktu golok besar jatuh ke bawah,
mereka tidak akan merasakan apa-apa karena golok
bergerak dengan kecepatan tinggi dan tenaga yang
dikeluarkan pun sangat besar.
Ada yang berteriak: "Semua diam!"
Seng Kong-kong dan putri Kao Tong su dah tiba.
Di belakang mereka ada pengawal, para La-ma dan
pelayan-pelayan dengan jumlah hingga sepuluh orang lebih.
Tapi tidak akan terasa dingin seperti saat leher dibasahi
air. Yang menakutkan adalah saat algojo menarik tali
sebelum kepala meninggalkan leher.
Tapi kali ini bukan algojo yang melakukan tugas-tugas
itu, melainkan Leng-ji. Leng-ji sudah berdandan cantik dan datang dengan
cepat. Di belakangnya ada 8 pelayan yang melayani-nya.
Semua mata memandang Leng-ji.
Leng-ji sekarang ini selain cantik, terlihat kejam dan
bengis, siapa pim yang melihatnya akan bergetar.
Dia memegang golok Seng-yan-kong.
Hati putri Kao Tong benar-benar terlihat risau
Sekarang Seng Kong-kong merasa kejayaan sudah
berada di puncaknya. Sekarang Leng-ji berdiri di depan Wie Kai dan Loo
Cong. Leng-ji sekarang ini tidak hanya terlihat kejam dan
bengis, masih terasa hawa membunuh yang terlihat dari
alisnya, sudut mata, dan sudut bibirnya.
Loo Cong dengan sikap serius melihatnya.
Di wajah Wie Kai seperti ada tawa tipis.
Dia selalu seperti itu, walaupun kepalanya sebentar lagi
akan terlepas dari lehernya, dia tetap seperti itu.
Tiba-tiba Leng-ji berteriak: "Wie Kai, Loo Cong!"
Wie Kai dan Loo Cong tidak bersuara. Leng-ji
mengayunkan golok aneh menyapu ke arah Wie Kai, dia
berteriak dengan keras: "Lihatlah golok ini!"
Golok aneh turun dari pundak kiri Wie Kai juga dari
dada, baju Wie Kai sobek dan darah terus mengalir.
Wie Kai mengerutkan alis.
Serangan golok tidak terlalu keras, tapi bila ingin pelanpelan membuat mereka
berdua mati sabeten ini terlalu
berat. Luka Wie Kai terus mengeluarkan darah, setelah alisnya
berkerut dia jadi seperti biasa lagi.
Sekarang Leng-ji membawa tombak panjang. Dia
berteriak dan menusuk Loo Cong. Tempat di mana dia
menancapkan tombak kepada Loo Cong sama dengan
posisi di mana dia menusuk Wie Kai, di pundak kiri dan di
dada kiri. Tombak masuk ke dalam rubuh Loo Cong. Tapi Leng-ji
belum berhenti dan tidak punya sedikit pun rasa kasihan,
dia masih terus menusuk malah lebih dalam.
Wie Kai melihat itu, alisnya berkerut lagi. Hati semua
orang ditarik hingga kencang dan sudah mencapai puncak.
Tombak yang ditusukkan ke tubuh Loo Cong karena
terlalu kuat hingga melengkung, seperti busur yang sedang
ditarik dengan kencang. Suaranya yang keras menggetarkan gunung yang masih
gelap. Sikap Loo Cong tetap serius
Tapi masih terlihat kesakitan.
Waktu itu Seng Kong-kong tiba-tiba berdiri.
Dia berteriak: "Mengapa sampai sekarang kau masih belum membunuh
mereka?" Benar, putri Kao Tong yang di sisi merasakan hal yang
sama, berpikiran yang sama.
Wie Kai hanya terkena sekali sabetan, setelah itu Leng-ji
segera menyerang Loo Cong.
Tapi putri Kao Tong tidak puas melihatnya.
Teriakan Seng Kong-kong penuh kemarahan.
Leng-ji menoleh melihat Seng Kong-kong.
Perutnya yang menahan serangan tombak tampak
melengkung, tiba-tiba tubuhnya bergerak miring.
Tombak itu sudah terlepas dari tubuh Loo Cong secepat
kilat terbang ke arah Seng-yan-kong.
Ini benar-benar di luar dugaan.
Seng-yan-kong sendiri pun tidak menyangka sama sekali.
Gerakan di luar dugaan ini menghasilkan hal yang tidak
terduga. Tombak panjang meluncur lebih cepat dari anak panah,
dengan tapat menancap di dada kanan Seng-yan-kong.
Perubahan besar yang terjadi tiba-tiba benar-benar
membuat banyak hati orang bergetar.
Putri Kao Tong sendiri ikut bergetar.
Di bawah panggung terlihat kacau balau.
Pie-ya yang tadinya sepi seperti kota mati sekarang
berubah total. Keributan besar membuat orang kalang kabut dan
berputar-putar di sana, karena tidak ada yang tahu apa yang
harus mereka lakukan! Sekali lagi rencana yang tadinya sangat sempurna
sekarang kacau. Kesombongan Seng-yan-kong dan kekejaman putri Kao
Tong, membuat mereka menjadi sasaran serangan.
Kalau bicara dengan ketat kesempatan mereka sangat
tipis, tadi Leng-ji membalikkan kepala adalah untuk
mengukur jarak sebelum membidik.
Leng-ji meminjam golok Seng-yan-kong untuk
melakukan serangan, karena dia, Wie Kai, dan Loo Cong
paling mahir menggunakan golok.
Dia meminta agar membereskan Wie Kai dan Loo Cong
satu per satu, karena itu baru ada alasan bisa menggunakan
golok dan tombak serta senjata yang lain.
Diam-diam dia membawa kipas lipat Wie Kai.
Setelah Seng-yan-kong terkena lemparan tombaknya, dia
masih bisa berteriak: "Tangkap mereka!" tapi Leng-ji dengan cepat
menghampiri dan memotong tali yang mengikat Wie Kai
dan Loo Cong sambil berkata:


Pisau Kekasih Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siau-kai, Siau-loo, apakah aku tadi membacok kalian
terlalu keras?" "Bencana kecil! Ayo kita lawan..." ajak Wie Kai.
Putri Kao Tong segera mengatur para La-ma menyambut
mereka. Pertarungan senjata pun terjadi.
Tiga orang anak buah terkuat mati di panggung eksekusi.
Hanya golok besar yang siap memenggal kepala masih
tergantung tinggi. Tidak digunakan, juga tidak ada darah yang menempel.
Luka Mo Ki-thian belum sembuh tapi mulutnya tidak
terluka, maka dia memerintah anak buahnya bertarung.
Wie Kai sudah naik ke tempat di mana Seng Kong-kong.
Seng Yan-kong benar-benar seorang pesilat tangguh.
Setelah dada kanannya berlubang darah terus mengalir,
dia masih bisa menendang Wie Kai sampai terpelanting.
Walaupun dia akhirnya mundur 3 langkah dengan
terhuyung-huyung, dia juga bisa menghantam Loo Cong
yang sedang menyerangnya dengan telapak.
Seng-yan-kong benar-benar seperti seekor binatang
terluka. Hari ini tiga orang muda itu baru melihat ilmu silat Seng
Kong-kong yang sebenarnya. Seseorang bisa berlatih ilmu
silat sampai pada tahap seperti itu benar-benar tidak mudah.
Leng-ji pun ikut naik ke atas panggung. Seng-yan-kong
diserang dari tiga arah, dia terjatuh sekali.
Tapi dia masih bisa berguling di bawah unluk
menghindari serangan Loo Cong dengan tombak
panjangnya, kipas lipat Wie Kai dan golok Leng-ji.
Pembunuh dari Pie-ya dan La-ma datang seperti air bah.
Manusia jika sedang berada dalam kesulitan atau dalam
keadaan sangat berbahaya, dia akan mengeluarkan tenaga
dan kekuatan yang tersimpan.
Keadaan Wie Kai, Leng-ji, dan Loo Cong seperti itu.
Loo Cong dan Wie Kai sudah terluka dan mengeluarkan
banyak darah, dalam keadaan biasa mungkin mereka tidak
bisa bertahan lama, tapi sekarang mereka terlihat begitu
gagah. Walaupun salah satu dari mereka ada yang mati,
mereka tidak akan menyerah.
Manusia dalam keadaan seperti itu selalu gagah berani.
Seng-yan-kong terjatuh lagi.
Siapa pun tidak akan kuat setelah terluka parah, apalagi
masih harus menahan serangan dari tiga pesilat tangguh
yang terus menyerang. Dari rumah La-ma, 8 orang La-ma terkuat sudah datang.
Kekuatan mereka sangat menakutkan. Hanya sebentar
Leng-ji sudah terluka oleh golok seorang La-ma.
Wie Kai segera datang dengan kipasnya, dia menggorok
putus leher La-ma itu. Mo Ki-thian masih terus mengatur anak buah-nya, dia
hanya bisa berteriak-teriak.
Walaupun dia setia tapi dia tetap mempertahankan
nyawanya, karena dia ingin menikmati hasil kerja kerasnya.
Loo Cong seorang diri melawan dua La-ma dan 3 anak
buah Seng-yan-kong. Kecuali pundak yang ditusuk oleh Leng-ji, di tubuhnya
ada luka di 5-7 tempat. Keadaan Wie Kai tidak lebih baik, dia melawan 3 orang
La-ma dan 4 anak buah Seng-yan-kong, wajahnya penuh
dengan darah musuh. Sekarang Seng-yan-kong sedang bersiap-siap menyerang,
dia mulai menyerang Wie Kai.
Wie Kai terkena pukulan dan mundur ter-huyunghuyung, seorang La-ma menyerang
dari belakang dengan pedang. Dari jauh Leng-ji melihat kejadian itu, dia ingin
membantu tapi sudah tidak keburu, dia berteriak: "Siau-kai,
di belakang..." Refleks Wie Kai termasuk nomor satu. Tubuhnya sudah
seperti ketepel melesat ke kiri depan.
Tapi bagian pinggang dan tangannya masih-sempat
tergores oleh pedangmusuh.
Sekarang putri KaoTong ikut bertarung.
Dia tidak rela Wie Kai kabur dari Eng-hong-pie-ya lagi.
Tapi dia melihat Kong-kong bersimbah darah kebiasaan
dia yang terlihat galak dan sombong sudah tidak terlihat.
Sekarang dia mulai kebingungan kalau Seng Kong-kong
mati, bagaimana dengan nasibnya"
Sebenarnya sekarang adalah saat paling tenang dalam
hidup Seng-yan-kong. Kariernya sudah mencapai puncak,
seharusnya dia merasa sudah cukup, tapi dia tidak ingin
berhenti, dia ingin terus naik!
Seperti air sudah memenuhi gelas, jika di tambah lagi
tentu akan tumpah keluar, walaupun hanya setetes.
Seseorang bila sudah mendapat karier dan kedudukan
begitu tinggi masih ingin mencari apa lagi" Anehnya
manusia yang sadar dan tahu batas untuk bisa berhenti
sangat jarang! Seng Kong-kong sangat menyesal, pertama kali tertipu
sekarang terulang lagi! Dengan pemikirannya yang begitu teliti ternyata masih
bisa terulang lagi, dia terkena tipuan 3 anak muda itu, mati
pun dia tidak akan menutup mata.
Penglihatan Seng Kong-kong mulai buram, suaranya
mulai tidak terdengar. Sekarang dia merasa lebih jelas dan lebih tahu dari siapa
pun, apa yang dia inginkan hanya akan menjadi ilusi, akan
hilang juga akan mengikuti kepulangan putri Kao Tong ke
Tibet dan melupakan semuanya.
Rencana besar hanya karena sedikit kesalahan semua
jadi hancur berantakan! Dua orang La-ma mati dan seorang terluka parah.
Pembunuh dari Pie-ya yang mati di tangan ketiga anak
muda itu sudah mencapai 25 orang lebih, belum lagi yang
terluka. Bersamaan waktu luka di tubuh ketiga anak muda itu
bertambah juga. Dengan sisa kekuatannya Seng Yan-kong menendang
Loo Cong sejauh 3 langkah dan dia juga mencengkeram
kerah leher Wie Kai, siap dilempar. Tapi Leng-ji sudah
datang menyerang, dia bisa menolong Wie Kai, tiba-tiba
Seng-yan-kong berguling-guling di bawah.
Mungkin orang akan mengira dia mengguna-kan tenaga
terlalu besar dan tubuhnya tidak seimbang, mungkin juga
akan mengira dia sudah sekarat.
Wie Kai mendekat ingin merebut benda yang ada di
balik baju Seng Kong-kong.
Tapi siapa yang menduga, tiba-tiba Seng-yan-kong
memencet tombol rahasia di bawah, maka pada tangga naik
panggung eksekusi segera terdengar suara TING! TING!
Keluarlah pisau-pisau tajam sepanjang 5-6 inchi, jumlahnya
sangat banyak. Wie Kai ditarik oleh Seng-yan-kong, walaupun belum
sampai terlempar keluar, tapi Wie Kai tetap tertarik hingga
ke bawah panggung eksekusi yang penuh dengan pisau,
tenaga Wie Kai sudah habis. Dia tidak sanggup lagi
meloncat dari gunung pisau itu.
Leng-ji berteriak histeris.
Sebuah tombak panjang datang, tepat melesat di bawah
kaki Wie Kai, itulah perbuatan Loo Cong.
Wie Kai menginjak ke arah tombak panjang itu, dan
terbang ke atas seperti seekor elang, dengan kipas lipatnya
dia menyapu Seng Yan-kong yang sedang setengah berlutut.
Sebenarnya Wie Kai sedang berusaha mengambil surat
perjanjian putri Tibet Kao Tong yang berada di dadanya.
Kondisi Seng-yan-kong sebenarnya sudah sangat kritis,
tapi dia tetap bisa menghindar pukulan kipas lipat Wie Kai
dan berusaha melempar surat perjanjian itu ke dalam api.
Tapi dia tidak menyangka, sapuan kipas Wie Kai
ternyata gerak tipuan, tendangan kaki berikutnya baru yang
sebenarnya. Tubuh Seng-yan-kong jadi tertendang ke atas
dan jatuh menancap di atas gunung pisau, beberapa pisau
menancap di dada dan keluar dari punggung.
Seng-yan-kong tidak bergerak lagi.
Sekali lagi Wie Kai meloncat mengambil surat perjanjian
yang terjatuh ke dalam kobaran api, keadaan di sana benarbenar membuat orang
terkejut. Kematian Seng-yan-kong membuat anak buahnya
menghentikan pertarungan, hanya beberapa La-ma yang
masih terus bertarung. Tiba-tiba ketiga anak muda itu meloncat ke atas, ke
tempat tertinggi dari panggung eksekusi, Wie Kai membuka
surat perjanjian dan memperlihatkannya kepada semua
orang, lalu teriaknya: "Kalian jangan bertarung lagi! Inilah bukti Seng-yankong bersekongkol dengan
putri Tibet mengkhianati kerajaan, kalian seharusnya mengganti tujuan, membantu
raja membasmi pemberontak..."
Mo Ki-thian adalah orang yang tidak punya pendirian,
dia adalah orang yang pandai mengikuti arus. Melihat Seng
Kong-kong dengan mata melotot tertancap di atas formasi
pisau, dia merasa Seng-yan-kong benar-benar bernasib jelek,
rasa sinis, wibawa yang dulu, dan kejayaannya dulu sudah
menghilang tidak berbekas.
Sudah lama dia juga tahu, Kong-kong sedang mengatur
recana, sekarang bila dia tidak berbalik pikir dia akan
seperti Seng Kong-kong, mati pun tidak ada tempat untuk
dikubur. Maka dia mengangkat tinggi-tinggi tangannya:
"Kita bantu berantas pengkhianat..."
Saat putri Kao Tong dan kelompoknya di tangkap oleh
Mo Ki-thian dan anak buahnya, La-ma yang tersisa pun
menjatuhkan senjata mereka.
Semua ini karena kematian Seng Kong-kong sehingga
masalah menjadi terang. Putri Kao Tong melihat Wie Kai yang berada di tempat
tertinggi, dia tetap luwes, tampan, tapi jarak mereka sudah
begitu jauh, dia begitu tinggi dan dirinya begitu rendah
seperti langit dan bumi. Mo Ki-thian dan anak buahnya seperti berseru kepada
Seng Kong-kong dulu, perubahannya begitu tiba-tiba dan
memusingkan. Tiga anak muda yang penuh perasaan.
Dua kali lolos dari kematian.
Apa yang mereka andalkan"
Tentu keberanian dan percaya diri. Sekarang kalau
dipikir-pikir mereka 2 kali hampir dieksekusi, walaupun
semua sudah direncanakan, dengan gabung-an kekuatan
Eng-hong-pie-ya dan kekuatan La-ma mereka tetap bisa
menang itulah suatu keberuntungan.
Sekarang mereka bertiga berada di tepat tertinggi, Leng-ji
berada di tengah-tengah, Wie Kai di kanan sedangkan Loo
Cong di kiri. Loo Cong melihat Leng-ji dan Wie Kai, dia siap akan
pergi karena dia pernah mengatakan kepada Leng-ji saat
dalam pelarian, setelah bisa membereskan masalah, mereka
berdua harus menikah ... Sekarang waktunya untuk membuktikan, tapi Leng-ji
menariknya dengan kencang, sedangkan sebelah tangannya
yang lain menarik Wie Kai.
Begitu mereka bertiga saling bertukar pandang, masingmasing seperti mengerti apa
maksudnya, yang satu adalah
pengantin laki-laki, sedangkan yang satu lagi adalah sahabat
karib. Mengapa tidak bisa ber-kumpul bersama"
Tamat Bandung, 14 Desember 2009
Salam Hormat. (See Yan Tjin Djin Riwayat Lie Bouw Pek 16 Para Ksatria Penjaga Majapahit Karya Arief Sudjana Manusia Harimau Jatuh Cinta 1
^