Pencarian

Pohon Kramat 9

Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 9


perintah. "Antar semua tamu2 kita keluar lembah."
Kemudian, ia mamandang orang cacad berkerudung dan
berkata kepadanya. "Aku kalah." Tan Ciu. Siauw Tin sangat gembira.
Cang Cang Ceng memanggil orang itu, "S u h u. . ."
"Kalian pergi dahulu." Berkata orang cacad berkerudung
itu. Mengajak Tan Ciu dan Siauw Tin. Cang-Ceng-ceng
meninggalkan lembah Ngo-liong. Mereka tidak mendapat
gangguan. Semua orang berbaju kuning mengantar keluar.
Guru Cang Ceng-ceng masih berhadap-hadapan dengan
Kim-ie Mo-jin. Kim ie Mo-jin membentaknya. "Mengapa kau belum
pergi?" Orang Cacad yang duduk dikursi roda, orang yang
menjadi guru Cang Ceng-ceng membuka tutup kerudung
mukanya. "Kauwcu, masih Kenalkah dengan aku?" Ia berkata
perlahan. "Aaaaa . . Kau?" Kim ie Mo-jin berteriak kaget.
"Betul. Aku," Berkata orang itu.
Wajah dibalik kerudung adalah satu wajah yang penuh
cacad, Sudah dirusak orang, maka dia menggunakan kain
penutup. Kedua kakinya dimakan rematik, maka tidak bisa jalan,
dia menggunakan kursi roda. Orang itu berkata.
"Ilmu kepandaianku tidak cukup untuk menandingimu,
aku telah menderita luka."
Kim-ie Mo-jin percaya orang ini telah dilukai olehnya.
maka tidak mempunyai kekuatan menggerakkan kursi roda,
dia harus mengatur peredaran jalan darahnya untuk
beberapa waktu. Kim-ie Mo-jin ditipu mentah-mentah, seharusnya dia
marah, bila sebelum mengetahui duduk perkara yang
terang, dia murung dan masgul, kini kemurungan dan
kemasgulannya lenyap semua.
Malah dibayangkan. dia adalah jago diatas segala jago,
hanya pendekar tiga jaman Ciat Tin Cu yang dapat
mengalahkannya, itupun terjadi setelah mereka bertarung
hebat. Berarti dia pun dapat menghadapi jago luar biasa itu
sampai ratusan jurus. Mungkinkah dikalahkan oleh seorang berkerudung
hanya tiga jurus saja" Bahkan orang itu tidak membalas
menyerang" Inilah yang memurungkan dirinya. membuat ia menjadi
marah-marah. Membubarkan mengusir semua orangorangnya. Orang berkerudung itu
telah membuka kain kerudungnya. dia adalah seorang yang berwajah rusak,
sampai dimana ilmu kepandaian orang ini. dia maklum
ternyata dia belum menderita Kekalahan.
Kim-ie Mo-jin segar kembali. Diapun belum menderita
kekalahan. Walau gagal menangkap Tan Ciu. Dia masih dapat
mempertahankan gengsi dirinya, Dia adalah pendekar
agung nomor dua, setelah dibawah urusan Ciat Tin Cu.
Orang dikursi roda itu memberi keterangan. "Ilmu
kepandaianmu masih berada diatasku. Dikala menerima
pukulan pertama. aku telah menderita luka. Pukulan-
pukulan berikutnya tidak dapat kupertahankan lagi, maka
aku mengundurkan diri."
"Ilmu kepandaianmu pun cukup luar biasa." Berkata
Kim-ie Mo jin. Orang itu berkata lagi! "Kulihat, kau telah
mengumpulkan semua orang-orang lamamu, mungkinkah
hendak mengunjuk gigi kembali?"
Kim-ia Mo-jin mengagggukan kepala.
Orangitu menarik napas dalam-dalam dan
menghembuskannya kembali. sangat panjang sekali. Tutup
kerudungnya dikenakan lagi.
Kim-ie Mo-jin berkata. "Kau tidak percaya ?"
Orang itu berkata. "Kuanjurkan, agar kau membatalkan
niatmu." "Hendak menantang?" Kim ie Mo jin tidak puas.
"Aku ada niatan untuk menantangmu. Tapi aku belum
mempunyai itu kekuatan." Berkata orang itu.
"Siapa yang mempunyai kekuatan untuk menantang
aku?" Bertanya Kim-ie Mo jin
"Ratu bunga dan anak buahnya." Berkata suhu Cang
Ceng Ceng. "Ratu bunga?" Kim ie Mo-jin belum mendengar nama
itu. "Belum mendengar nama Ratu Bunga?"
"Pendekar baru dari golongan muda?"
"Bukan. Dia sedang merencanakan untuk menguasai
dunia persilatan. Seperti juga dengan dirimu, kalian adalah
dua kekuatan yang hendak menjadi raja."
"Huh," Kim-ie Mo-jin berdengus. "Mungkinkah dia
mempunyai ilmu kepandaian yang diatasku?"
"Seratus Persen diatasmu."
"Aku diwajibkan untuk menempurnya dahulu, untuk
meratakan kerikil2 tajam yang akan mengganggu usahaku?"
"Sudah tentu." "Baik! Katakanlah dimana tempat bermukimnya Ratu
Bunga itu?" Berkata Kim ie Mo jin penasaran.
"Dilereng gunung Pek-hoa san." Berkata guru Cang Ceng
Ceng, orang yang cacad kaki dan rusak wajah itu.
"Aku akan menempurnya." berkata Kim ie Mo-jin.
"Kukira kau akan menderita kekalahan." Berkata orang
itu. "Kau akan mendapat bukti, siapa yang kalah. aku atau
Ratu Bunga itu." Berkata Kim-ie Mo jin.
Orang berkerudung berhasil. Diam mesem2. Karena
wajahnya yang rusak berkerudung, Kim-ie Mo-jin tidak
melihat perobahan itu. Si Ratu bunga Giok Hong adalah guru Lie Bwee orang
yang menjadi musuh si Melati putih Giok Ho Yong.
Orang yang bernama Giok Hong itulah yang dikatakan
membunuh Tan Kiam Lam Kim-ie Mo-jin meninggalkan orang berkerudung itu.
Orang berkerudung menggeser kursi roda, ia harus
menemui muridnya. Keluar dari lembah, ia menemukan
Cang Ceng Ceng! Ternyata setelah mendapat ijin pergi, Cang Ceng Ceng,
Siauw Tin dan Tan Ciu keluar dari lembah Ngo-liong.
Disitu Cang Ceng-ceng menunggu gurunya! Tan Ciu dan
Siauw Tin meneruskan perjalanan. Meninggalkan Cang
Ceng Ceng! Tidak lama dari perjalanan Tan Ciu dan Siauw Tin. dua
bayangan melayang menyambut mereka itulah Thio Ai Kie
dan Thio Bie Kia, "Aha, kalian telah bebas?" Mereka berteriak girang.
Siauw Tin menubruk kepada mereka. "Sunu. susiok,
terima kasih kepada bantuan kalian." Ia berkata.
Thio Bie Kie berkata, "Selama satu bulan, kau tiada khabar cerita. Kami
menduga, tentunya kau jatuh kedalam tangan musuh, maka
kami menyusul untuk menolongmu."
Memandang Tan Ciu, si Penghuni Guha Kematian
berkata. "Dimana nona Cang Ceng Ceng" Berhasilkah
menolong dirinya?" "Dia hendak menunggu gurunya." Tan Ciu memberi
keterangan. "Tidak ada bahaya lagi?"
Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengajak Siauw Tin untuk
pulang ke Guha Kematian. Tan Ciu harus cepat-cepat pulang ke sumur
Penggantungan. Dimana ibunyaa menunggu pulangnya dia.
Gadis berbaju merah Lie Bwee telah kembali, tentu
memberi laporan dari hasil pertempuran dipuncak Pek soathong. Dan besar
kemungkinan mereka menyerang sumur
tua itu. Tan Ciu berlari pulang. Ditengah jalan, seseorang
menghalang didepannya seraya memanggil. "Tan Ciu ..."
Tan Ciu menghentikan perjalanan. didepannya berhenti
seorang tua, dia adalah sang paman, Tan Kiam Pek.
"Aaaa. . ." Tan Ciu mengeluarkan suara perlahan.
"Bocah, kemana saja kau melarikan diri?" Tan Kiam Pek
menegur. "Aku. . . ." "Huh, hampir Saja aka masuk perangkap orang2 Kim-iekauw itu!"
"Aku Tidak sengaja." Tan Ciu memberi keterangan.
"Tidak sengaja?"
Tan Ciu bertutur tentang apa yang telah dialami,
bagaimana para sucienya membawa dia kesumur rahasia
dirimba Penggantungan. Tan Kiam Pek mengkerutkan keningnya.
"Pencipta Drama Pohon Penggantungan itu yang
menjadi ibumu?" "Betul." "Dugaanku tidak meleset." Berkara Tan Kiam Pek.
"Paman hendak kemana?" Bertanya Tan Ciu.
"Kukira kau jatuh kedalam tangan mereka." Berkata Tan
Kiam Pek. "Aku hendak monolong dirimu. Tapi, penjagaan
sangat ketat, aku belum berhasil menyelundup masuk."
Tan Ciu bersyukur kepada perhatian paman itu.
"Eh," Tan Kiam Pek memandang pemuda itu, "Kau
seperti datang dari arah markas mereka."
Tan Kiam Pek belum mengetahui akan duduk perkara.
Tan Ciu menceritakan pertemuannya dengan guru Cang
Ceng Ceng, orang yang cacad berkerudung, dan bagaimana
orang itu menolong mereka.
"Siapakah nama orang itu?" Bertanya Tan Kiam Pek.
"Belum kutanyakan kepada Cang Ceng Ceng. Tidak
tahu." "Kini kau hendak kemana lagi?" Bertanya Tan Kiam
Pek. "Menjumpai ibu."
"Baiklah! Kita boleh berpisah! Kau kerimba
Penggantungan, aku akan ke Benteng Penggantungan."
Berkata Tan Kiam Pek. "Benteng Penggantungan sudah tidak ada orang."
Berkata Tan Ciu. "Bagaimana tidak ada orang?"
"Pengemis tua dan Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek
Hap sudah berada didalam sumur ibuku."
"S u n g g u h."
"B e t u l." "Aku hendak menemui mereka. Mari kita berjalan samasama."
Tan Ciu dan Tan Kiam Pek melakukan perjalanan
bersama, mereka menuju kearah sumur tua didekat rimba
Penggantungan. Dikala mendekati rimba bersejarah itu, tiba-tiba
melayang empat bayangan, mereka dihadang oleh orangorang tersebut.
Tan Ciu dan Tan Kiam Pek menghentikan langkah
mereka. Disana telah berdiri empat orang gadis berpakaian
merah. Tan Ciu menegur. "Cuwie berempat. . .?"
"Mencari kau." Berkata seorang gadis berbaju merah,
potongan badannya agak gemuk. Dia adalah kepala
rombongan tadi. "Maksudnya?" Tan Ciu belum tahu maksud tujuan
mereka. Gadis-gadis baju merah itu tidak menjawab, mereka
menatap sekian lama, dan lagi-lagi si gemuk yang
menjawab pertanyaan Tan Ciu.
"Bersediakah kau ikut kepada kami?"
"Kemana?" Bertanya Tan Ciu.
"Apa maksud tujuan kalian?" Tan Kiam Pek turut bicara,
"Siapakah tuan ini?" Bertanya wanita gemuk berbaju
merah itu. "Aku sedang bertanya." Tan Kiam Pek membentak.
"Hendak kemanakah kalian mengajak Tan Ciu?"
"M e n g a p a ?"
"Aku harus tahu."
"Guru kami hendak bertemu dengannya." Berkata si
gadis gemuk. "Siapa guru kalian" Bertanya Tan Kiam Pek.
"Ratu Bunga." Jawab gadis yang ditanya.
"Ratu Bunga?" Tan Kiam Pek belum mendengar gelar
nama itu. Tan Ciu juga bingung. siapakah yang menggunakan
nama julukan Ratu bunga" Dia tidak tahu.
"Ng . . ." Gadis baju merah berkata, "Guru kami ada
urusan dengannya." "Kalian anak buah si Ratu Bunga?" Bertanya Tan Ciu."
"Ng...." "Katakan kepadanya, aku menolak undangan." Berkata
Tan Ciu. "Aku tidak kenal dengannya."
"Segera kau kenal, bila kau bersedia turut kepada kami."
Berkata gadis baju merah.
"Aku tidak mau kenal dengannya." Berkata Tan Ciu.
"Kau harus kenal dengannya." Berkata gadis itu.
"Eh, Hendak menggunakan kekerasan?" Tan Ciu
menatap keempat gadis berbaju merah.
"Kami mendapat tugas untuk mengundangmu." Berkata
si gadis gemuk. "Dengan keramah tamahan atau dengan
kekerasan akan kami pertimbangkan baik-baik. Bila kau
bersedia mendengar perintah, tentu sikap kami ramab
tamah. Tapi bila kau menolak, kami harus menggunakan
kekerasan. Terpaksa! Apa boleh buat!"
"Ha, ha . . . "Tan Kiam Pek tertawa. Sanggupkah kalian
mengalahkan kita berdua?"
Tan Ciu juga berkata. "Bagus. Hendak kulihat,
bagaimana kalian menggunakan kekerasan."
Srek . , .! Serentak, keempat gadis itu mengurung dua
orang.

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tan Ciu dan Tan Kiam Pek sudah bersiap mengganyang
para penghadangnya. Gadis yang mempunyai potongan badan lebih gemuk
memberi komando. Tiga gadis merah mengurung Tan Ciu.
Si gemuk menghampiri Tan Kim Pek.
Tan Ciu dan pamannya tidak tahu asal usul dari ke
empat gadis baju merah itu, nama Ratu Bunga masih sangat
asing sekali. Kedua pihak telah pertempuran. bersiap-siap untuk melakukan
Gadis gemuk mengulapkan tangan itulah perintah untuk
mulai mengadakan gerakan.
Tiga gadis baju merah menerjang Tan Ciu, gerakan2
mereka sangat cepat sekali.
-ooo000ooo- Jilid 20 SI GEMUK PUN sudah menerkam kearah Tan Kiam
Pek. Lebih gesit dari lebih dari tiga Kawannya.
Perang tangan tidak dapat dielakan.
Peperangan pecah menjadi dua kelompok, Tan Kiam
Pek kontra gadis gemuk, dan Tan Ciu dikurung oleh tiga
gadis baju merah lainnya.
Mengetahui dihadang oleh empat gadis-gadis berbaju
merah itu, mata Tan Ciu diketinggikan, dia memandang
rendah, sampai dimanakah ilmu kepandaian gadis-gadis
ini" Mana mungkin dapat memadainya"
Hasil dari gebrakan-gebrakan itu sangat mengejutkan si
pemuda, bukan saja gesit dan lihay setiap langkah
merekapun mengandung unsur barisan pat-kwa-tin.
Tan Ciu mandi keringat. Gadis-gadis baju merah mengurung lebih rapat.
Dilain gelanggang . . . Ilmu kepandaian Tan Kiam Pek hanya dapat
mengimbangi kekuatan gadis gemuk, dia belum dapat
menekan kekuatannya. Cepat dilawan cepat, kuat dilawan
kuat. Pertempuran ini berjalan seimbang.
Bila keadaan Tan Kiam Pek tidak begitu membahayakan
dirinya, Tan Ciu mengalami hari-hari naas, posisi
kedudukannya semakin terjepit, mundur lagi dan mundur
lagi. Tiga gadis baju merah mengurung semakin rapat, mereka
mendesak maju. Tan Ciu menjadi nekad. tiba-tiba ia mengeluarkan
pekikan keras, mengincar salah seorang dari musuhnya,
menerkam dengan kekuatan penuh.
Tenaga yang disertai dengan ilmu Yu leng-poh sangat
maha dahsyat. Gadis baju merah yang diterjang tidak dapat
mengelakkan diri, terdengar jeritan yang nyaring
melengking, nyawanya terbang melayang. mati menjadi
korban penasaran. Disaat yang sama, dua gadis baju merah merangsek dari
kiri dan kanan si pemuda.
Tan Ciu gelagapan. Menyingkir berarti menempatkan
dirinya kepada posisi yang lebih buruk lagi. Tidak
menyingkir, berarti kematian tidak mungkin ia menerima
dua pukulan mereka. Tiba-tiba teringat kepada ilmu Ie-hun Tay-hoat, maka
diapun memekik keras. Sudah terlambat, bek. .buk...dua pukulan mengenai
tubuh-tubuh sipemuda. Disaat yang sama, kekuatan magnit Ie-hun Tay-hoat
bekerja, Dua gadis itupun tertegun, dua pasang mata
memperhatikan sikap aneh lawan itu.
Tan Ciu mendelikkan mata, mempelototi mereka.
Secepat kilat dua lawan tertegun, secepat itu pun Tan Ciu
mengirim pukulan2nya duk. . .duk. . .masing2 memberi
hadiah persenan yang berupa jotosan. Kejadian yang seperti
diceritakan diatas terlalu panjang. sebenarnya terjadi disaat
yang hampir bersamaan. Pukulan2 dua gadis berbaju merah
yang mengenai badan Tan Ciu, dan pukulan-pukulan Tan
Ciu yang memukul badan mereka hanya terpaut beberapa
permil menit saja. Tan Ciu yang di pukul dua orang jatuh
pingsan dan dua gadis itupun sudah dijotos oleh pemuda
kita, tanpa ampun, badan itu mereka ringsak, mati
membayangi kawannya. Tiga gadis berbaju merah mati ditempat itu.
Tan Ciu juga menyemburkan darah segar dia terlena
ditanah, pingsan tanpa ingat orang.
Tidak mudah untuk mengalahkan gadis-gadis berbaju
merah itu, mereka adalah anak buah si Ratu Bunga Giok
Hong yang luar biasa. Setiap orang mempunyai ilmu
kepandaian hebat, kekuatan mereka menyamai jago-jago
kelas satu. Tan Ciu dapat membunuh tiga orang mereka. Berarti
mengalahkan tiga orang jago kelas satu.
Setelah itu. walaupun dirinya jatuh luka, jatuh pingsan.
diapun tidak akan kalah pamor.
Gadis gemuk yang menempur Tan-Kiam pek dapat
mengikuti perkembangan situasi tadi, tubuhnya melayang
jauh, meninggalkan Tan Kiam Pek, meraihkan tangan
menyambar tubuh Tan Ciu yang terlena tanpa ingatan,
hanya beberapa kali lompatan, dia melarikan diri.
Meninggalkan Tan Kiam Pek yang masih bengong
melolong-lolong. Dikala gadis gemuk itu melarikan diri. Tan Kiam Pek
takut ditipu musuh, belum berani ia mengejar bersiap-siap
untuk melayani muslihat baru.
Gadis gemuk kemenakannya. berbaju merah telah menyeret Tan Kiam Pek sadar dari kesalahan. Dia menjadi marah,
tubuhnya melesat dan berteriak
"Jangan lari!" Gadis gemuk tidak menghentikan larinya. semakin lama
semakin cepat. Dia memang berangkat, karena itu
mempunyai banyak peluang untuk meninggalkan
lawannya. Terjadi perburuan. mereka saling kejar.
Gadis gemuk masuk kedalam suatu rimba, sebelum itu,
dia memberi pesan, "Bila hendak mengambil Tan Ciu,
kalian djpersilahkan datang dilereng gunung Pek-hoa-san.
Minta bertemulah dengan guru kami yang menggunakan
gelar Ratu Bunga." Dikala Tan Kiam Pek memasuki rimba itu ia kehilangan
jejak orang yang dikejar,
Tan Ciu jatuh ketangan musuh.
Tan Kiam Pek menjadi lesu. Meneruskan pengejaran
tiada artinya. Ilmu kepandaian golongan berbaju merah itu
sangat kuat. Tenaganya masih belum cukup.
Dia mengambil keputusan untuk meminta bantuan
beberapa orang. langkahnya menuju ke arah rimba
penggantungan. Dimana terdapat sumur tua, dan kekuatan
Melati Putih Giok Hu Yong berada ditempat itu.
Mengikuti perjalanan Tan Kiam Pek.
Setelah tidak berhasil menolong Tan Ciu, apa boleh buat.
Tan Kiam Pek menuju kearah sumur Penggantungan. Ia
wajib memberi tahu kejadian tadi.
Sumur Penggantungan terletak didekat Rim ba
Penggantungan, maka Giok Hu Yong bebas melakukan
siasat-siasatnya,pergidatangdisekitarPohon
Penggantungan tanpa diketahui orang.
Tan Kiam Pek berhasil menemukan sumur tua itu.
Seperti sumur biasa. sumur kering yang sudah lama tidak
digunakan. Bila tidak ada petunjuk Tan Ciu, Tan Kiam Pek tidak
mengetahui, bahwa dibawah sumur ini tersembunyi banyak
tokoh-tokoh silat kelas utama.
Tan Kiam Pek menerjunkan diri kedalam sumur itu.
Dia sudah menginjak tanah, dikala berjalan beberapa
tapak. dua bilah pedang telah nempel dilehernya.
"Janganbergerak."
mengancam. terdengar suara bentakan Tan Kiam Pek datang bukan dengan maksud tujuan
untuk mengacau, dia diam tidak bergerak.
"Aku hendak bertemu dengan...." Tan Kiam Pek tidak
meneruskan kata-katanya bagaimana dia menyebut nama
Giok Hu Yong. "Siapa?" Bentak gadis yang melintangkan pedang
dipunggung orang. "Aku minta bertemu dengan Tong-kay." berkata Tan
Kiam Pek. Dia teringat kepada keterangan Tan Ciu yang
mengatakan bahwa si Pengemis sakti dari Timur Tong Kay
dan Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap berada
ditempat itu, maka ia menyebut salah satu nama dari kedua
orang tadi. "Tong Kay?" Agaknya murid-murid Giok Hu Yong tidak
kenal kepada si pengemis Tukang Ramal Amatir.
"Ooo. . .Pengemis tua itu yang kau maksudkan?"
"Ng. . ." "Dia sudah pergi keluar."
"O. Tan Sang ada?" berkata Tan Kiam Pek.
"Sebutkan namamu !"
"Tan Kiam Pek."
"Tan Kiam Pek ?"
"Ng . . . Aku adalah pamannya."
Tan Kiam Pek diajak keruang dalam, disana
berkumpul Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek
Pencipta Drama Pohon Penggantungan Melati putih
Hu Yong, si Pendekar Dungu Ong Jie Hauw, dan
Sang. telah Hap. Giok Tang Tan Kiam Pek menceritakan pengalamannya, bagaimana
Tan Ciu telah jatuh kedalam tangan seorang gadis baju
merah yang menyebut dirinya sebagai anak buah si Ratu
Bunga dari gunung Pek Hoa san.
Wajah mereka menjadi pucat.
Hanya seorang yang berdiri gagah, ia adalah si Dungu
Ong Jie Hauw. "Aku segera menolong dirinya." Ia berkata.
Tan Kiam Pek memperhatikan wajah pemuda itu. Dia
ragu-ragu. "Kau?". . .Tan Kiam Pek belum melihat kepandaian Ong
Jie Hauw. Tentu saja belum yakin kepada kehebatan
pemuda itu. Tan Sang memberi keterangan.
"Kecuali dia. kukira tidak seorang pun yang dapat
menolong Tan Ciu." Tentu saja, dengan kekebalan Ong Jie Hauw siapakah
yang dapat menandinginya"
Tan Kiam Pek memberi tahu letak Tan Ciu diringkus
orang. Dikatakan juga tempat kediaman si Ratu Bunga
yang sedang bermukim di gunung Pek-hoa san.
Dan kita menyusul keadaan Tan Ciu.
Tan Ciu sedang berbaring disuatu tempat yang bersih
dan rapi. Seorang laki-laki baju kuning dan seorang wanita baju
merah memperhatikan wajah pemuda itu.
Enam gadis baju merah berdiri dibelakang mereka.
Memperhatikan beberapa saat. wanita itu memandang
seorang gadis baju merah, gadis inilah yang membawa Tan
Ciu. "Giok Lo Sat. Kau telah berhasil dengan baik. Inikah
orangrnya?" "Betul." berkata Giok Lo Sat gadis gemuk yang dapat
mengimbangi kekuatan Tan Kiam pek.
"Putra Tan Kiam Lam" Tidak akan salah?"
"Tidak salah lagi." Berkata Giok Lo Sat.
Wanita baju merah adalah si Ratu Bunga Giok Hong
musuh Giok Hu Yong orang yang diduga telah membunuh
Tan Kiam Lam. Laki-laki baju kuning adalah pengawal pribadinya.
Ratu Bunga Giok Hong memperhatikan wajah Tan Ciu
yang tampan. Dia mengoceh. "Lebih cakap dari ayahnya.
Lebih hebat dari ayahnya."
Dan dia berpaling kearah Giok Lo Sat, bertanya.
"Dimana tiga anak buahmu?"
Cepat-cepat Giok Lo Sat berkata. "Mati semua."
"Mana mungkin" bagaimana mereka boleh mati"!" Giok
Hong marah. "Mereka gugur setelah berhasil menjatuhkan Tan Ciu."
Berkata Giok Lo Sat. Dan diceritakan jalan cerita.
"Akh!. . ." Sang Ratu Bunga terkejut.
"Maafkan teecu yang tidak dapat menolong jiwa
mereka." Berkata Giok Lo Sat meminta pengampunan.
"Bukan salahmu." Berkata Giok Hong." Didalam
keadaan itu. kau masih berhasil menunaikan tugasmu,
inipun cukup untuk mendapat pujian."
"Terima kasih." Giok Lo Sat girang.
Ratu Bunga Giok Hong mengalihkan pandangan
matanya, menatap gadis baju merah yang berdiri dipaling
ujung, itulah Lie Bwee, gadis yang telah diperkosa oleh Ong
Jie Hauw. "Kau juga kalah dibawah tangannya?" Dia bertanya,
"Teecu juga kalah" berkata Lie Bwee.
Ratu Bunga Giok Hong tertawa kejam, dia mengoceh.
'Tidak boleh diremehkan.'
"Giok Lo Sat." tiba2 memanggil murid itu, "Bangunkan


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda ini!" Giok Lo Sat maju tiga langkah, menotok beberapa jalan
darah Tan Ciu, kemudian mengeluarkan sebutir obat,
dimasukkannya kedalam mulut pemuda itu.
Beberapa saat kemudian, Tan Ciu sudah siuman.
Samar-samarterlihatbanyakbayangan2,dia
mengkerutkan keningnya, memikir kejadian-kejadian yang
telah terjadi. Tan Ciu kagat, bagaimana dia melakukan perjalanan
bersama-sama dengan sang paman, kemudian dihadang
oleh empat gadis berbaju merah, dia teiah membunuh mati
tiga orang, Tan Kiam Pek melawan sigemuk, setelah itu,
dia jatuh, tidak ingat orang lagi.
Dimana dia berada" Dia bangkit berdiri. "Saudara Tan, kau sudah sadar?"
Tan Ciu memandang wanita itu, masih cantik agak liar,
terbukti dari sepasang matanya yang sangat binal, inilah
type wanita jalang. "Kau" Kau Ratu Bunga?" Dia mengajukan pertanyaan.
"Tepat! Tidak mudah untuk mengundang dirimu."
berkata Wanita itu. Tan Ciu memperhatikan orang-orang disekeliling,
hadirnya Giok Lo sat dan Lie Bwee ditempat itu tidak
mengejutkannya. seorang gadis yang menundukkan
kepalalah orang yang dikenal, itulah murid Permaisuri dari
Kutub Utara yang bernama Ong Leng Leng,
"Kau?" Tan Ciu hampir berteriak.
Adanya si Jelita Merah Ong Leng Leng ditempat itu
sungguh berada diluar dugaan. Ong Leng Leng
menganggukan kepala. Tan Ciu menegur. "Mengapa kau berada ditempat ini ?"
Ong Leng Leng berkata."Aku telah menjadi murid Si
Ratu Bunga yang ternama."
Tan Ciu memancarkan sinar mata kemarahan.
"Telah kau beritahu penggantian guru baru kepada. guru
lamamu" Setujukah Pek Pek Hap Cianpwe kepada
langkahmu?" "Mengapa harus memberi tahu kepadanya?" Ong Leng
leng tertawa. "Berani kau berkhianat kepada pintu perguruan?" Tan
Ciu memberi teguran. "Mengapa tidak?" Debat Jelita merah Ong Leng Leng!
"Aku telah mendapatkan guru yang lebih pantas, Setiap
orang wajib mempersenjatai dirinya dengan ilmu-ilmu yang
lebih hebat. bukan?"
Tan Ciu mengeretek gigi. Jelita Merah Ong Leng Leng
termasuk gadis-gadis yang mencintai dirinya. Sikapnya
ramah tamah, mengapa mengalami perubahan.
Ong Leng Leng berkata. "Jangan kau marah. Guruku
hendak mengajak kau bekerja sama."
Yang dimaksud sebagai guru oleh Ong Leng Leng adalah
Sri Ratu Bunga Giok Hong, guru barunya. Bukan
permaisuri dari Kutup Utara Pek Pek Hap,
Tan Ciu membentak, "Bohong!"
Sri Ratu Bunga Giok Hong mengentengah pertengkaran
mulut itu, dia berkata. "Tan Ciu, jangan marah" Dengarlah nasihatku baik-baik
kalian bersahabat. Kami dapat memberi tempat dan
kedudukan yang bagus untukmu."
Tan Ciu berhadapan dengan Sri Ratu Bunga Giok Hong.
"Huh." Dia berdengus. "Apa maksudmu, menyuruh
orang menculik aku?"
Tan Ciu tidak tahu bahwa dirinya sedang berhadapan
dengan musuh yang hendak menghabiskan jiwa ayahnya.
Si Ratu Bunga Giok Hong berkata. "Tan Ciu, Tahukah
kau bagaimana gelar dari nama sebutanku?"
Tan Ciu bersungut-sungut, dengan getas dia berkata.
"Tidak perlu tahu."
"Namaku Giok Hong dengan gelar baru Sri Ratu
Bunga." "A a a a a!" Ternyata Ratu Bunga bernama Giok Hong" Musuh
kedua orang tuanya" Tan Ciu memperhatikan wanita baju merah itu terlalu
muda untuk menjadi musuh kedua orang tuanya.
Mungkinkah" Hal itu akan terjadi. Sri Ratu Giok Hong
berkata. "Pernah dengar cerita tentang diriku?"
"Kau adalah musuh ibu, orang yang membunuh
ayahku," Berkata Tan Ciu.
"Cerita dari ibumu bukan?" Berkata Giok Hong tertawa.
"Kau telah membunuh ayahku?" Tan Ciu meminta
ketegasan. "Aku tak ada niatan untuk membunuh ayahmu, dia
adalah orang yang kucintai."
"Huh, karena cintamu yang tidak terbalas?"
"Sudah kukatakan bukan aku yang membunuh."
"Si Telapak dingin Han Thiun Chiu?"
"Bukan urusanku." Berkata Sri Ratu.
Han Thian Chiu bukan Ratu Bunga Giok Hong. Giok
Hong bukan si Telapak Dingin Han Thian Chiu.
"Atas instruksimu bukan?"
"Mengapa mempunyai dugaan seperti itu?" Berkata Ratu
Bunga Giok Hong. "Mengapa tidak berani menjawab pertanyaanku?" Tan
Ciu menyelak. "Han Thian Chiu bukan aku, kau harus mengerti."
"Sama saja. Kalian adalah suatu komplotan."
"Terserah bagaimana penilaianmu." Berkata Giok Hong.
"Bagus. Aku harus memnuntut balas atas dendam itu."
"Kepada siapa" Aku atau Han Thian Chiu?"
"Kedua-duanya."
"Ha. ha ha..." Sri Ratu Bunga Giok Hong tertawa.
"Sampaidimanakahilmukepandaianmuingin
menantang?" Kemarahan Tan Ciu sudah tidak dapat dibendong,
tangannya didorong kedepan, hut!, memukul wanita itu.
"Nah, terima serangan." Dia memberi peringatan.
Laki-laki baju kuning disebelah sang Ratu Bunga
bergerak dia menerima serangan yang Tan Ciu lontarkan.
"Jangan kurang ajar." Dia membentak keras.
Orang baju kuning adalah pengawal Ratu Bunga, ilmu
kepandaiannya cukup tinggi. Akibat dari benturan itu,
masing-masing terdorong mundur dari kedudukan tempat
semula. Tan Ciu terkejut. Dan untuk melaksanakan maksud
tujuannya, dia tidak diam, bergerak capat mengirim empat
pukulan lagi. Pengawal pribadi Ratu Bunga memberikan perlawanan
yang seimbang, Giok Hong dan keenam muridnya
menonton pertandingan itu.
Sepuluh jurus telah berlalu,
Tan Ciu Semakin lincah, serangan-serangan dilipat
gandakan. Orang berbaju kuning itu terdesak mundur. Dia bukan
tandingan jago muda kita.
Tan Ciu mengeluarkan suara gerungan, memekik keras,
bergema diseluruh ruangan. Itulah ilmu Ie-hun Tay-hoat.
Pengawal Giok Hong itu tertegun, permainan apa yang
hendak dipertontonkan oleh lawannya"
Sepasang mata Tan Ciu memantulkan cahaya liar,
mengikat pandangan mata musuhnya! Disaat yang sama
kedua tangannya didorong kedepan.
Heeek . . . Orang berbaju kuning itu terpental terbang, dengan dada
gepeng kedalam. Suatu kejadian yang mengejutkan semua orang. Orang
berbaju kuning adalah jago mereka, toch masih
dikalahkannya. Giok Lo Sat berteriak. "Kurang ajar!" Tubuhnya menerkam si pemuda.
Disaat yang sama, terdengar suara bentakan Ratu Bunga.
"Jangan!" Tubuh Giok Lo Sat balik kembali, dengan sikapnya yang
hormat berkata. Maafkan teecu yang tidak dapat bersabar."
"Kau mandur." Sang Ratu Bunga memberi perintah.
Giok Lo Sat mengundurkan diri. Ratu bunga Giok Hong
menghampiri Tan Ciu. Tiba tiba . , . Ong Leng Leng meminta tugas. "Suhu, serahkanlah
kepada teecu." Giok Hong memandang muridnya itu, dia ragu-ragu!
"Kau"!" Dia heran.
"Suhu tidak perlu mengotori tangan!" Berkata Jelita
Merah Ong Leng Leng. "Kau bukan tandingannya." Berkata Ratu Giok Hong.
Ong Leng Leng berkata, "Suhu akan kubuktikan
kepadamu. Bahwa belum tentu kepandaian tinggi yang
menetapkan, Unsur keberanian perlu."
"Baik." Giok Hong mengabulkan permintaan murid itu.
Ong Leng Leng berhadapan dengan Tan Ciu.
Tan Ciu mundur selangkah. Dia tidak segera menuruni
tangannya. Ong Leng Leng pernah menolong dirinya, dan
dia pernah menolong jiwa gadis itu. Diantara mereka,
masing2 pernah menanam budi kebaikan. Hubungan
mereka cukup erat. Tidak ada alasan untuk bentrok
dengannya. "Kau?" Suara Tan Ciu terkandas ditenggorokan.
Ong Leng Leng memotong pembicaraan, katanya.
"Hei, Mengingat hubungan baik diantara kita orang,
kuanjurkan agar tidak mengadakan perlawanan, baikbaiklah menerima perintah
guruku, mungkin kau menerima
banyak kebaikan". "K a u. . . ." "Aku Ong Leng Leng."
"Aku tidak ingin bentrok denganmu, minggirlah."
Ong Leng Leng tidak menyingkirkan diri, dengan satu
pukulan. dia mendahului membuka penyerangan.
Tan Ciu menyingkirkan diri dari serangan itu, tidak
membalas. Rasa persahabatannya masih sangat berkesan.
Ong Leng Leng tidak memberi hati, dia mencecer
dengan serangan-serangan yang cukup tajam.
Apa boleh buat. Tan Ciu harus melayani tantangan itu.
Pikirannya agak kusut, dia masih menaruh rasa kasinan,
suatu kejadian yang sangat sedih, bila sampai terjadi cedera
atas diri Ong Leng Leng. Berbeda dengan apa yang Tan Ciu pikirkan, Ong Leng
Leng menyerang dengan gencar. tanpa mengenal kasihan,
seolah-olah telah terjadi pergerakan otak, alam pikiran si
Jelita Merah bukanlah Jelita Merah yang lama.
Tan Ciu dipaksa melayaninya.
Jelita Merah Ong Leng Leng mengurung si pemuda
dibawah bayangan-bayangan pukulan.
Tan Ciu mempunyai ilmu kepandaian yang berada diatas
lawan itu, mengetahui dirinya terdesak. dengan
bersungguh-sungguh dia mengayun tangan kiri, memukul
tiga kali, membuka suatu jalan keluar dari kurungan Ong
Leng Leng, tangan kirinya berjulur hendak mencengkeram
pundak sigadis. Cepat sekali.
Ong Leng-Leng tidak menghiraukan ancaman
cengkeraman itu, dia membalas dengan satu pukulan kuat.
Kejadian yang berada diluar dugaan Tan Ciu.
Cara-cara Ong Leng Leng bertempur adalah suatu cara
yang sangat nekat. Cengkeraman tangan Tan Ciu yang
dikerahkan dengan tenaga penuh akan memotes lengan
tangannya menjadi dua bagian. Dengan alasan apa dia
berani meremehkannya"
Terserah bagaimana penilaianmu.
Tentu saja pukulan Ong Leng Leng tidak akan berhasil
bila dia tilak bersedia mengorbankan sebelah tangannya
untuk mengenai arah sasaran dia harus berkorban. Dan dia
sudah melaksanakan niatan nekad.
Tan Ciu sudah mengambil putusan cepat, dia menarik
pulang cengkraman tangannya tadi.
Pukulan tangan Ong Leng Leng berhasil sukses pada Tan
Ciu dipukul kontan. Tubuh pemuda itu terpental terbang.
Giok Lok Sat membarengi kecepatan orang dan
mengirim suatu pukulan, arah tujuannya adalah batok
kepala pemuda itu. Tan Ciu mengalami bahaya otak pecah.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan Ratu Bunga Giok
Hong. "Tarik pulang tangan itu!"
Tangan Giok Lo Sat menempel dikepala Tan Ciu
tenaganya telah ditarik pulang, maka tak terluka, hanya
terpaut selembar benang, jiwa Tan Ciu hampir melayang.
Giok Hong membentak. "Siapa yang memberi perintah
kepadamu!?" Giok Lo Sat menundukan kepalanya. Tangannya yang
hendak memukul remuk batok kepala Tan Ciu diganti
menjadi menyanggah tubuh pemuda itu.
Setelah menotok meletakkan Tan Ciu. jalan darahnya, Giok Lo Tan Ciu tidak berkutik lagi.
Ratu Bunga Giok Hong memandang pemuda itu, dengan
suara mengejek, dia berkata. "Tan Ciu, disini tidak ada
tempat untuk kau mengagulkan kepandaian, tahu"!"
Tan Ciu tidak dapat bergerak, mulutnya bebas bicara,
dengan menggeretek gigi dia teriak.
Sat "Berani kau membunuh aku"!"
Giok Hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku tidak mau membunuh" Ia berkata.
"Apa yang kau kehendaki?"
Giok Hong mengirim satu kerlingan mata yang menarik.


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia berkata. "Manusia tolol, pikirlah, bila aku ada
maksud untuk membunuh dirimu. mana mungkin kau
bertahan sampai hari ini. Aku tidak tega dan sangat
membutuhmu." "Hendak menggunakan tenagaku?" Bertanya Tan Ciu.
"Menggunakan tenagamu" Tenaga apakah yang kau
punyai?" Tan Ciu marah besar "Apa yang kau mau"!"
"Aku akan menyenangkanmu, tahu?"
"Huh..." "Tidak percaya" Aku akan menyenangkan dirimu, akan
kuberi kepuasan yang belum pernah kau nikmati."
Tan Ciu masih belum mengerti maksud juntrungan katakata sang Ratu Bunga itu! Dia
diam. "Tidak mengerti?" Giok Hong tertawa genit, "Kepuasan
diantara lelaki dan wanita."
Selembar wajah Tan Ciu menjadi merah jengah! Dia
sedang berhadapan dengan seorang wanita yang tidak
mengenal apa itu artinya malu.
Giok Hong berkata lagi. "Aku tidak berhasil
mendapatkan ayahmu, maka aku ingin meminta gantinya,
kau adalah putra Tan Kiam Lam, kukira kau berhak untuk
mewakili ayahmu itu bukan?"
Tan Ciu membentak, "Tidak tahu malu!"
"Ha, ha, .. Aku suka kepada sipatmu, seperti juga dengan
ayahmu. kau berkepala batu."
Dia memandang kearah Giok Lo Sat dan memberi
perintah, "Bawa kedalam kamarku."
Tan Cin sangat marah, sayang dia tidak berdaya. Giok
Lo Sat telah mendapat perintah untuk membawa pemuda
itu, si gadis gemuk menjalankan perintah gurunya,
menggendong Tan Ciu. dibawa kedalam kamar Ratu Bunga
Giok Hong. Diatas gendongan Giok Lo Sat, Tan Ciu memaki maki.
"Wanita tidak tahu malu. Ratu cabul. Perempuan jalang!
..." Semakin lama semakin jauh dan akhirnya tidak
terdengar sama sekali. Giok Lo Sat telah membawa pemuda
itu kedalam kamar gurunya .
Giok Hong sedang menatap Jelita Merah Ong Leng
Leng Sang murid menundukkan kepala, tidak berani
menantang guru itu. "Leng Leng!" Giok Hong memanggil dengan suara
adem. Ong Leng Leng memandang sang guru.
Giok Hong menegur. "Kau kenal dengan Tan Ciu?"
"Betul." Ong Leng Leng berterus terang.
"Sangat baik." "Tan Ciu cukup baik."
"Mengapa belum pernah bercerita?" tegur lagi guru Jelita
Merah. Ong Leng Leng membela diri. "Suhu belum pernah
bertanya, mengingat banyaknya urusan, mengingat belum
ada hubungan erat. teecu belum berani bercerita."
"Bagaimana hubungan kalian?" Bertanya Giok Hong.
"Cukup baik," jawab Ong Leng Leng.
"Sampai dimanakah kebaikan itu?" bertanya lagi sang
guru. "Dia pernah menolong teecu dan teecu pun pernah
menolong jiwanya." "Hubungan kelamin yang kumaksudkan."
Wajah Ong Leng Leng menjadi merah.
"Belum pernah." Dia berkata malu.
"Bagaimana hubungannya dengan gadis2 lain?"
"Juga belum pernah."
"Ha, ha, ha..." Giok Hong tertawa, dia puas sekali.
- ooOdwOoo - Bercerita keadaan Tan Ciu.
Setelah dibaringkan ditempat tidur Giok Hong. Tan Ciu
diberi obat tidur. Dia jatuh pulas.
Tan Ciu sadar kembali setelah malam harinya. Badannya
dirasakan sangat panas, ingin mendapat air segar. Dia
mengulet bangun, yang aneh, dia dapat bergerak perlahan,
walau pun sangat lemah, totokan yang mengekang dirinya
telah dibebaskan. Tan Ciu turun dari pembaringan. Tiba-tiba
mengeluarkan suara jeritan.
dia "Aaaaaa.. . .!"
Tubuhnya sudah tidak berpakaian, telanjang bulat, orang
telah melakukan sesuatu kepada dirinya.
Tan Ciu menarik kain seprai dan menyelubungi dirinya.
Semakin lama, semakin terasa akan adanya hawa napas
yang merangsang badan. Dia berusaha menekan-nekan
kekuatan rangsangan itu, tidak berhasil. Semakin terasa
akan kebutuhannya seorang pria.
Ada sesuatu yang mendekati dirinya, itulah si Ratu cabul
Giok Hong, juga tanpa selembar benang pun. telanjang
bulat. menghampiri si pemuda yang telah diberi obat
perangsang. Cahaya didepan Tan Ciu menjadi merah, kuning. hijau,
Membawakan sikapnya yang menantang, penuh gairah,
sang Ratu Cabul memainkan pemuda itu.
Tan Ciu telah memakan obat perangsang, keadaan
ditempat inipun agak seram terlalu romantis, mana
mungkin dapat menahan gelora mudanya. Dia menabrak
dan meremas-remas selurun tubuh Giok Hong.
Itulah yang dikehendaki oleh sang Ratu Cabul
membiarkan dirinya didalam keadaan seperti itu adalah
suatu penerimaan yang tiada terlukiskan!
Agaknya kejadian itu tak dapat dihindarkan,
Tiba-tiba .... Pintu kamar Giok Hong diketuk orang. Tok, tok tok!
Sri Ratu Bunga Giok Hong membentak. "Siapa !?"
"Teecu." Itulah suara Giok Lo Sat.
"Ada apa?" Suara Giok Hong sangat tak puas.
"Ada orang yang hendak bertemu dengan Suhu, segera."
"Siapa ?" "Han-tayhiap." "Han Thian Chiu ?"
"B e t u l." "Katakan kepadanya bahwa aku tak sempat."
"Sudah teecu katakan."
"Eii, berani dia menantang ?"
"Han-tayhiap berkata."
"Suruh tunggu diruang tamu?"
Disaat yang sama terdengar suara pintu yang didobrak
dari luar, tentu saja pintu itu pecah. seorang laki-laki yang
tampan, dengan wajah yang marah-marah sudah berada
diambang pintu, itulah telapak Dingin Han Thian Chiu
dengan wajkah aslinya. Giok Hong terkejut. Han Thian Chiu adalah salah satu
gendaknya yang luar biasa. Ia masih menghendakinya,
sebagai orang baru, belum tentu Tan Ciu dapat memberi
kepuasan cukup. Dia harus berhati-hati.
"Kau. . ." Dia lupa berpakaian.
Han Thian Chiu berkata, "Giok Hong, kau sudah
melupakan kawan lama ?"
"Keluarlah! Belum waktunya kau mendapat giliran."
"Huh! Kau tidak tahu, pemuda ini bernama Tan Ciu,
anak Tan Kiam Lam ?"
"Kau tahu .. ."
"Kau !..." "Inilah urusanku," Berkata Giok Hong memutuskan
kata-kata orang. "Kau gila. Masakan anak dan ayah dimakan semua?"
Berkata Han Thian Chiu penuh cemburu.
"Karena ada hubungan dengan Tan Kiam Lam. maka
aku ingin memakannya."
"Dia masih terlalu hijau untukmu."
"Aku membutuhkan anak muda yang masih hijau, masih
belum berpengalaman. maka dia masih utuh."
"Huh, apa yang bisa dimainkan olehnya?"
"Kau pandai memainkan, tapi aku sudah bosan
denganmu." "Giok Hong ketahuilah bahwa kau adalah orangku."
"Aku bukan benda mati. Bukan barang milik seseorang,
termasuk kau." "Tega kau meninggalkan aku?"
"Keluarlah sebentar, setelah membereskannya, Aku akan
melayanimu. Jangan khawatir. seorang bocah yang tidak
berpengalaman sangat mudah dibereskan."
Tubuh Giok Hong belum berpakaian, tentu sangat
memikat, dia sudah tua, tapi banyak makan obat berkhasiat.
sepintas lalu masih cukup padat, cukup bergairah.
Darah Han Thian Chiu telah merangsang keotak, dia
menerkam sang kekasih. Mereka ber-guling2an bergumul
menjadi satu. Dilain pihak. . . Tan Ciu yang kehilangan sasarannya sudah mulai
mengamuk. Didalam keadaan tidak sadar, dirinya juga
menerkam. Giok Hong membiarkan dirinya digumul oleh dua lakilaki, dia tertawa cekikikan.
"Hayo kalian maju berbareng." Dia merangkul keduaduanya,
Dasar wanita cabul. Han Thian Chiu tidak dapat menerima keadaan itu, dia
mendorong tubuh Tan Ciu maksudnya mengangkangi sang
kekasih, seorang diri tentunya.
Tubuh Tan Ciu terdorong pergi. Tapi dia menubruk
Kembali. Mulutnya berteriak.
"Hayo. kemana kau lari!?".
Dia sudah lupa daratan. Tangan Han Thian Chiu melayang. maksudnya ingin
menamatkan jiwa pemuda itu.
Ratu Bunga Giok Hong membentak. "Jangan!"
Untuk membatalkan maksud tujuan Han Thian Chiu
yang ingin membunuh Tan Ciu. tangan Giok Hong
bergerak, dia menyengkeram tangan Han Thian Chiu.
"Berani kau membangkang perintah?"
Han Thian Chiu mengajukan protes. "Kau harus
memberi service kepadaku."
"Dia telah aku beri obat perangsang." Berkata Giok
Hong. "Tidak mungkin.. . ."
"Biar kutotok dahulu jalan darahnya." Berkata Han
Thian Chiu. "Baiklah. Tapi, aku melarang kau melukai dirinya."
berkata Giok Hong. "Tentu." Dengan mudah Han Thian Chiu menotok jalan darah
Tan Ciu. Mengajak Giok Hong, mereka pindah kekamar
sebelah, Kamar itu telah dirusak olehnya, pintu tidak teraling lagi.
Dilain kamar. Han Thian Chiu dan Giok Hong sedang
melakukan sesuatu yang tidak patut diceritakan. Mereka
adalah dua sekawan manusia2 durjana yang sering
melakukan perbuatan-perbuatan terkutuk.
Hasil yang menyolok dari klik Han Thian Chiu dan Giok
Hong adalah penganiyaan mereka kepada Tan Kiam Lam.
Tan Kiam Lam telah menjadi korban paras cantik dan
Giok Hong masih belum puas, Dia ingin memakan putra
orang yang pernah dimainkan olehnya itu.
Dilain kamar, Tan Ciu terbaring dengan keadaan
manusia purbakala, tanpa pakaian.
Giok Hong terpaksa harus meninggalkan si daging
muda, mengingat belum waktunya untuk bentrok dengan
Han Thian Chiu. Tenaga Han Thian Chiu sangat
dibutuhkan olehnya. Han Thian Chiu adalah seorang ahli dibidang begituan,
Giok Hong dibuat me-rintih2.
"Bagaimanakah?" Bertanya Han Thian Chiu.
"Lekas . . . Cepat . . ." Berteriak Giok Hong merintih.
"Masih menginginkan Tan Ciu?" Bertanya Han Thian
Chiu. "Unggggg . . ."
"Jawab pertanyaanku, masih menginginkan Tan Ciu ?"
"Tentu." "Kau gila." "Aku hendak mempermainkan dirinya."
"Setelah itu?" "Mengapa bertanya tentang ini" Lekaslah." Giok Hong
tidak sabar. "Aku harus tahu. Apa maksud tujuanmu mendatangkan
anak Tan Kiam Lam ?"
"Aku hendak mempermainkannya sehingga mati copot
sukma." "Berapa kalikah dia dapat bertahan?"
"Tergantung dari kekuatan dirinya, mungkin dua tiga
hari. Mungkin juga dua tiga bulan."
"Wah, aku keberatan."
"Maksudmu?" "Kau boleh makan keperjakaannya, setelah itu harus
dibunuh mati." "Membunuh Tan Ciu ?"
"T e n t u." "N g g g g. . ."
"S e t u j u ?"
"Baiklah. Tapi cepat dong !"
HanThianChiumemegang peranpenting.
Keistimewaan Han Thian Chiu dibidang inilah yang dapat
mengikat tali hubungannya dengan sang ratu cabul. Biar
bagaimana. Ratu Bunga Giok Hong tak melupakannya.
Mereka telah meninggalkan Tan Ciu tentu saja mereka tak
perlu khawatir. didalam tempat itu kekuasaan berada
ditangan Giok Hong. Dilain pihak, semua murid-murid dan anggota Ratu
Bunga mempunyai ilmu kepandaian tinggi. tidak mungkin
musuh dapat menyelundup masuk,
Musuh luar tidak mudah untuk masuk ke dalam sarang
mereka, tapi dari dalam tidak mudah diduga.
Sesosok bayangan menyelinap masuk. dia berbaju merah


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan menanggung resiko besar, dia memasuki kamar
Giok Hong, menarik tubuh Tan Ciu dan dibawa lari,
meninggalkan tempat berbahaya.
Siapakah orang yang berani menentang Ratu Bunga
Giok Hong" Tidak lain, tidak bukan, dia adalah murid ratu Giok
Hong yang baru, dia adalah Jelita Merah Ong Leng Leng.
Dengan alasan apa Ong Leng Leng menolong Tan Ciu"
Benih cinta Ong Leng Leng kepada Tan Ciu belum dapat
dipadamkan, dimulut si gadis galak, itu harus mengingat
dia telah berguru kepada Giok Hong, agar sang guru tidak
menaruh curiga dia menawan si pemuda. Tan Ciu adalah
pemuda kedua. setelah Chia-it Tong.
Dan kesempatan baik tidak disia-siakan olehnya.
Menggunakan datangnya Han Thian Chiu, menggunakan
waktu dari kedua makhluk yang sudah lupa daratan itu, dia
menolong dan melarikan Tan Ciu.
Didalam keadaan malam gelap Ong Leng Leng
meninggalkan gunung Pek-hoa san.
Ong Leng-Leng berlari beberapa saat, dia memasaki
sebuah guha, maksudnya hendak istirahat, melepas
lelahnya. Keadaan Tan Ciu sangat menakutkan. diam tidak
bergerak, matanya melotot, karena mendapat kekangan
tekanan peredaran jalan darah. pemuda itu tidak dapat
bergerak Ong Leng leng menotok hidup jalan darah Tan Ciu yang
terkekang. Tan Ciu siuman kembali. Hatinya yang gersang belum
mendapat pelampiasan yang selayaknya. dia telah diberi
makan obat perangsang dan akibat dari obat perangsang
adalah gejolak darah yang memuncak, darah-darah ini
mendapat wadah yang layak.
Ong Leng Leng tidak sadar kepada bahaya yang
mengancam dirinya, dia memanggil.
"Tan Ciu." Tan Ciu menerkam gadis iiu, secara kasar tangannya
menjambret baju orang. merobeknya segera. Dia hendak
melakukan seperti apa yang binatang sering lakukan.
Ong Leng Leng berteriak. "Jangan ...!" Tan Ciu tidak memperdulikan protes orang, tangannya
semakin kurang ajar. "Hayo lekas . .!" Dia menghardik
Setelah dipaksa, dan setelah rela. Ong Leng Leng!
Terjadi Kejadian yang sama dengan apa yang Han Thian
Chiu lakukan kepada Giok Hong.
Letupan gunung berapi itu sangat cepat sekali, dikala
keadaan sudah menjadi adem kembali, segala sesuatu telah
terjadi. Tan Ciu terlentang didalam guha itu. Ong Leng Leng
sedang mengenangkan kepada nasibnya.
Dikala Tan Ciu membuka kedua matanya, dia
mendapatkan dirinya berada didalam suatu guha, disebelah
terbaring seorang gadis itulah si Jelita Merah Ong Leng
Leng, Pakaian Ong Leng Leng telah koyak dan
memandang dirinya. Tan Ciu mendapatkan pakaian alam. Wajahnya menjadi
merah jengah. "Heee, apakah yang telah terjadi?" Tan Ciu segera sadar
akan kejadian itu. bila kedua makhluk berlainan jenis
berada di dalam keadaan seperti itu, apakah yang akan
dilakukan oleh mereka" Jawaban ini tidak sulit untuk
dijelaskan. Tan Ciu berteriak. "Aaaaa ...!"
Ong Leng Leng menangis sesenggukkan.
"Hei," Berkata Tan Ciu lagi. "Ong Leng Leng, apakah
yang telah terjadi?"
"Bertanyalah kepada dirimu sendiri." Berkata Ong Leng
Leng tidak berani memandang pemuda itu.
"Mungkinkah... mungkinkah telah melakukan sesuatu
kepadamu?" Bertanya Tan Ciu.
Tangis isak Ong Leng Leng semakin keras. Tan Ciu
mengetahui jawaban itu, bahwa dugaannya tidak salah. Dia
telah memperkosa kesucian Ong Leng Leng.
Tapi... mengapa dia dapat melakukan perbuatan itu.
Tan Ciu mengenang serentetan kejadian-kejadian yang
menimpa dirinya. Dia telah dibawa oleh si gadis gemuk
Giok Lo Sat, dibawa kedalam gunung Pek-hoa San,
dibawah ancaman Ratu Bunga Giok Hong! Ong Leng Leng
telah menotok dirinya, kemudian dibawa kedalam kamar
Ratu Cabul itu. Setelah itu dia telah melupakan dirinya, Tentu telah
dikibuli oleh si Ratu bunga. Sangatlah mustahil sekali bila
Ong Leng Leng yang kena getahnya.
"Dimanakah kita berada?" Bertanya Tan Ciu.
Ong Leng Leng menceritakan, bagaimana dengan
menempuh bahaya, dia menolong pemuda itu. dengan
kesudahan dirinyalah yang menjadi korban obat
perangsang, akhirnya si Jelita Merah menangis lagi.
Tan Ciu memberi hiburan. "Ong Leng Ling, jangan kau
bersedih." "Bagaimana tidak bersedih, bagaimana aku harus
menempatkan diri lagi?"
"Aku .... Aku ...."
"Pakailah pakaian." Berkata Ong Leng Leng.
Tan Ciu mengenakan apa yang ada. Tentu saja tidak
karuan macam, tapi hal itu dapat menutupi sebagian
tubuhnya. "Aku harus menuntut balas." berkata si pemuda "Aku
harus membunuhnya." Dia hendak meninggalkan guha itu.
Ong Leng Leng berteriak. "Hei, kembalilah dahulu. Kau
masih bukan tandingannya."
Tan Ciu memandang gadis itu.
Ong Leng Leng berkata. "Kita barus mencari jalan yang
tarbaik untuk menghadapi mereka."
"Maksudmu ?" "Keadaan kita masih berada didalam bahaya, anak
murid Ratu Bunga terlalu banyak, Lengah sedikit berarti
kematian. Biar bagaimana, Kita harus berhadapan dengan
mereka. tokh dengan suatu cara yang terbaik. agar kita tidak
jatuh kembali lagi."
"Kau.,. Kau adalah golongan mereka."
"Jangan salah mengerti." Berkata Ong Leng Leng.
"Boleh kau bayangkan, jika aku sedang menderita dia
menemukanku dan berkata hendak menjadikan aku
muridnya, mungkinkah aku menolak?"
"Mengapa kau menotok jalan darahku?" Bertanya Tan
Ciu. "Dikala kau menjadi orang tawanan mereka aku sangat
terkejut. bingung sekali, bagaimana harus menolong dirimu
dari kekangan2 anak buah Ratu Bunga. Aku tidak berdaya,
kekuasaan mereka cukup besar. kekuatan mereka tidak
boleh dipandang ringan. Membiarkan Giok Hong atau
Giok Lo Sat yang bergebrak denganmu, mana mungkin
mempertahankan jiwamu. Maka aku meminta tugas agar
dapat menolong. karena itulah, jiwamu dapat diperpanjang,
maksudku baik, sayang kejadian berikutnya membuat aku
semakin bingung, bersyukurlah, akhirnya aku berhasil
menolong kau dari tangan mereka."
"Katakan kepadaku. dimana mereka berada?"
"Mau apa?" "Aku harus menuntut balas."
"Belum waktunya kau menuntut balas, ilmu kepandaian
Sri Ratu Bunga Giok Hong sangat luar biasa, bertekun
lagilah untuk beberapa waktu. Berpikirlah, mengapa aku
menolongmu" Maksudku agar kau bebas dari bahaya,
bukan hendak menjerumuskan diri kedalam dirinya." ,
"Maksudmu?" "Aku harus segera kembali."
"Kembali ?" "Ng . .. !" Ong Leng Leng, aku dapat menerima bujukanmu. Kau
telah berkorban, karena pengorbanan itu, aku harus
mengawinimu." Ong Leng Leng menundukkan kepalanya.
"Aku tahu." Dia berkata. "Orang yang kau cintai
bukanlah aku. Jangan kau paksakan. Aku tidak akan
meminta ganti rugi. Cinta harus mendapat latihan dari
kedua belah pihak. bukan sebelah orang."
"Cinta itu dapat kita bina dikemudian hari," Berkata Tan
Ciu. Mereka dikejutkan oleh satu suara bentakan diluar guha.
"Dua manusia bedebah. apa yang kalian lakukan
ditempat ini?" Disana muncul seorang gadis baju merah, inilah Lie
Bwee, gadis yang pernah menipu Ong Jie Hauw, orang
yang pernah diperkosa oleh pendekar di dungu itu.
Wajah Ong Leng-Leng menjadi pucat, ternyata, jejaknya
telah diketahui orang. Memandang dua orang yang berada didalam guha, Lie
Bwee membentak. "He, kemana kalian hendak melarikan
diri?" Ong Leng Leng melirik kearah Tan Ciu.
"Bunuh dia!" Untuk melenyapkan jejak mereka. Ong
Leng Leng wajib membekap mulut Lie Bwee.
Takut Tan Ciu bergerak lambat, Ong Leng Leng telah
mengirim dua pukulan. Lie Bwee menyingkir kekanan, menghindari dua
pukulan itu. "Mau apa?" Dia mengajukan pertanyaan.
OngLeng membunuhmu." Leng membentak. "Aku hendak "Karena telah memergoki kalian?"
"Karena kau dapat memberi tahu kepada Ratu Bunga,
bahwa aku yang menolong Tan Ciu."
"Ha. ha, . ." Lie Bwee tertawa. "Kau kira suhu tidak
tahu, bahwa kau yang melarikan barang santapannya" Dia
telah memberi perintah kepada semua orang untuk
membikin pengejaran."
"Aaaaa..." Putuslah harapan Ong Leng Leng untuk
kembali Keatas gunung. "Hayo, ikutlah pulang." Berkata Lie Bwee.
Pulang keatas gunung berarti kematian, Ong Leng Leng
masih sayang kepada jiwanya. Bukan saja tidak mau
menerima saran yang diberikan kepadanya, tubuhnya
melayang lagi2 mengamcam keselamatan Lie Bwee.
Lie Bwee menutup dengan satu pukulan!
Dia membentak. "Sudah bosan hidup ?"
Dan mereka bertempur. Dikala ada janji duel kematian dengan ibu Tan Ciu, si
Ratu Bunga Giok Hong mengutus Lie Bwee mewakili
dirinya, suatu bukti bahwa ilmu kepandaian gadis ini cukup
untuk diandalkan. Didalam sekejap mata, Ong Leng Leng
sudah berada dalam keadaan terdesak.
Tan Ciu paham, betapa pentingnya langkah yang akan
diambil, membiarkan Lie Bwee hidup berarti kegagalan.
Membunuh Lie Bwee berarti memutuskan harapan Ong jie
Hauw mungkin si dungu marah besar dan memutus
hubungan diplomatiknya, langkah yang cepat adalah
menangkap gadis itu. Tubuh si pemuda bergerak. membantu Ong Leng Leng.
Lie Bwee pernah merasakan tangan lihai pemuda kita,
dikeroyok dua orang mana mungkin dia dapat bergerak
bebas" menyingkir dia dapat bergerak bebas" Menyingkir
dari serangan-serangan kedua orang itu dia mengambil
langkah seribu melarikan diri.
Ong Lang Leng berteriak. "Jangan biarkan dia lari?"
Tan Ciu dan Ong Leng Leng mengejar Lie Bwee.
Lie Bwee melarikan diri kearah puncak gunung Pek hoasan,
Dan disaat yang sama, Tan Ciu telah mengejar didepan
orang, dengan membuat suatu lingkaran dan berhasil
menempatkan dirinya didepan gadis itu.
Keadaan Lie Bwee sangat terkejut dibelakang ada Ong
Leng Leng, didepan Tan Ciu sudah menantikannya.
Kemana dia melarikan diri tidak mungkin memecahkan
kurungan ke dua orang itu.
Tan Ciu dan Ong Leng Leng sudah berada didepan dan
belakang dari gadis itu. Tiba-tiba Lie Bwee membalikan
badan, dia menerjang Ong Leng Leng.
Masing-masing mengirim satu pukulan. Tidak berhasil.
Mengadu telapak tangan lagi, perkelahian terjadi. Tidak
mudah melepaskan diri dari tangan Ong Leng Leng. Lie
Bwee menggumul lawannya yang agak lemah.
Tan Ciu siap-siap untuk membantu.
Disaat itu terdengar suara bentakan keras. "Hentikan
pertempuran itu." Disana ini telah bertambah tiga orang ditengah-tengah
adalah Sri Ratu Bunga Giok Hong, dikanan dan kirinya
diapit oleh Han Thian Chiu dan Giok Lo Sat yang memberi
perintah untuk menghentikan pertempuran adalah ratu
cabul itu. Tan Ciu sangat terkejut, dengan sinar mata liar dia
menatap Sri Ratu Bunga Giok Hong.
Ong Leng leng menjadi pucat, dia tidak berani
menantang sinar mata guru itu.
Giok Hong memperhatikan kedua orang buronannya
seolah-olah hendak mengetahui sesuatu dari wajah kedua
orang itu. Han Thian Chiu memancarkan cahaya terang, seolaholah berkata, 'nah, bagaimana
dengan kedua orang ini"'
Pengalaman kesorgaan Han Thian Chiu sangat luas.
didalam waktu yang cepat, dia sudah dapat mengetahui,
apa yang telah terjadi atas diri kedua muda mudi dihadapan
mereka. "Giok Hong." Menoleh kearah sang kekasih, Han Thian


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Chiu memanggilnya. "Sangat disayangkan, anak ayammu
ini telah dimakan murid sendiri."
Wajah Tan Ciu yang penuh birahi telah lenyap itu
menandakan bahwa obat perangsang yang dijejal kedalam
perut si pemuda telah mendapat Wadah penyaluran. Ratu
Bunga Giok Hong marah besar, sepasang sinar matanya
dipancangkan kearah Ong Leng Leng rasa kemarahan yang
dicampur dengan penyesalan semakin panas hatinya
dibakar oleh Han Thian Chiu dengan beberapa ucapan Han
thian Chiu. Dengan menggeretek gigi dia bergeram, "Ong Leng
Leng. aku terlalu meremehkan diri dan kekuatanmu."
Ong Leng Leng harus menghadapi kenyataan. dia
berkata. "Aku hendak menolong dirinya."
Giok Hong berkata. "Anggap saja mataku yang picak sebelah, mau
mengangkat dirimu menjadi murid, walau pun demikian,
atas keberanian dirimu, aku tetap mengangkat tangan,
mengirim satu pujian."
"Demi kebahagiannya, aku
kematian." Berkata Ong Leng Leng.
bersedia menerima Han Thian Chiu tertawa, "Tentu saja," Dia memberikan tangannya. "Setelah
memakan anak ayam gurumu. kau dapat mati meram. Kau
sudah puas, bukan" Kasihan gurumu yang masih
kelaparan." Giok Hong menoleh dan mendelikan matanya, sikapnya
Han Thian Chiu dapat menurunkan martabat dirinya.
Tan Ciu telah berdiri didepan Ong Leng Leng,
menghadapi ketiga musuh itu, ia membentak.
"Giok Hong, kau adalah manusia binatang wanita jalang
. . .!" Sri Ratu Bunga membentak. "Tutup mulut!"
"Ha. ha, .." Tan Ciu menantang. "Berani kau bergebrak
denganku"!" "Huh. kau kira, kau berkepandaian tinggi" Ketahuilah
bahwa nasibmu masih bagus, bila tidak memandang
hubungan dengan ayahmu, sudah lama kau mati gepeng,
tahu?" "Tak tahu malu, berani kau menyebut nama ayah?"
"Dasar pemuda yang tidak tahu diuntung."
"Ingin sekali dapat membeset-beset kulitmu." Berkata
Tan Ciu gemas. Han Thian Chin, dan berkatalah jago petualangan ini! .
"Ha, ha ....bagian menanya yang ingin dibeset-beset
olehmu." Tan Ciu mengalihkan pandangan mata, adanya laki-laki
itu sangat menyebalkan, dia tidak kenal kepada wajah asli
Han Thian Chiu maka membentak.
"Siapa kau ?" "Ha. ha, ha . . ." Han Thian Chiu tertawa, "Sudah lupa
kepadaku" kawan lama bukan?"
"Kawan anjing!" Tan Ciu membentak.
"Ingat lagi baik-baik, bukan satu dua kali kita
berhubungan, masakkan sudah lupa" Begitu lemahnja daya
ingatmu." "Aku tak kenal. Juga tak akan berkenalan."
"Tak akan berkenalan dengan Han Thian Chiu?"
"Kau Han Thian Chiu."
"Betul. Hari ini kau dapat kesempatan untuk berkenalan
dengan wajah asliku."
Tan Ciu tertegun, memandang Han Thian Chiu dan
Giok Hong, dia bingung, tidak mengerti, bagaimana
hubungan dari kedua orang ini. Maka membentak.
"Bagaimana kalian dapat bersekongkol menjadi satu ?"
"Bersekongkol?" Han Thian Chin tertawa. "Janganlah
menggunakan kata-kata yang tidak enak didengar, kami
adalah dua serangkai yang tidak bisa dipisahkan."
Tan Ciu mengeretek gigi. dia berkata. "Kau juga
termasuk salah seorang yang hendak kucari."
"Maksudmu ?" "Membikin perhitungan lama."
"Bagus. Kau telah masuk kedalam jaringan kami, masih
berani omong besar."
Dilain bagian, Ratu Bunga Giok Hong memberi
perintah. "Giok Lo Sat tangkap si murid murtad."
Mengingat kedudukan dirinya sebagai seorang pimpinan
tertinggi sebagai guru, dia tidak mau turun tangan untuk
menangkap Ong Leng leng, maka memberi perintah kepada
Giok Lo Sat. Giok Lo Sat menerima perintah, tubuhnya bergerak dan
sudah mendekati Ong Leng Leng.
Tan Ciu berada didepan gadis itu, ia bergeram.
"Berani kau menggerakkan tangan?"
Han Thian Chiu membayangi si pemuda.
menantangnya. "Tan Ciu, akulah lawanmu."
dia Dan tidak menunggu reaksi atau persetujuan lawan itu,
dia sudah mencengkram leher bajunya. Membiarkan Giok
Lo Sat menghadapi Ong Leng Leng.
Tan cit tidak diberi kesempatan menolong gadis itu. Han
Thian Chiu bukanlah lawan yang mudah dihalau. Dia
mengirim tiga pukulan beruntun.
Han Thian Chiu juga menyanggah ketiga pukulan itu
masih mengalami getaran. Atas Kemajuan yang dicapai
oleh si pemuda. Han Thian Chiu sangat terkejut. Menatap
pemuda tersebut, dia mengkerutkan keningnya.
"Kemajuanmu berada diluar dugaanku." Secara terus
terang, dia berkata. Sebelum Han Thian Chiu menggerakkan seranganserangan berikutnya, Giok Hong sudah
mengeluarkan suara berkata, "Han Thian Chiu, kau mundur!"
Han Thian Chiu menoleh. "Mengapa?" Dia tidak mengerti.
"Serahkan dia padaku." Berkata Sri Ratu Bunga Giok
Hong. Han Thian Chiu mengeluarkan suara dingin.
"Hei... takut kehilangan sang anak ayam" Khawatir dia
mati dibawah tanganku" Jangan takut, aku tahu, kau masih
memerlukan dirinya. tidak nanti kumatikan dia."
"Jangan banyak bawel. Lekas mundur." Giok Hong
membentak. "Baiklah." Han Thian CHiu mengundurkan diri.
Ratu Bunga Giok Hong sudah berada didepan Tan Ciu.
"Tan Ciu," ia berkata. "Berani kau menantang
kemauanku" Belum kenal dengan tangan Ratu Bunga. Kau
gagal melarikan diri. untuk hukumanmu, aku tidak akan
menyayangkan jiwamu. Setelah puas mempermainkan
kebutuhanku, aku akan membunuhmu tahu?"
"Boleh dibuktikan." Berkata Tan Ciu menantang.
OooodwoooO Jilid 21 "SEGERA kubuktikan!" Berkata Giok Hong yang
menyertai kata-kata ini dengan satu samberan tangan.
Kecepatannya tidak terkira, semua kejadian tadi
berlangsung pada detik-detik yang bersambungan.
Tan Ciu mendahului gerakan lawan, tangan berjulur
keluar, mengirim pukulan. Kecepatannya tidak kalah dari
kilat berkelebat. Dan tokh masih kalah seketek dibelakang
cengkraman Giok Hong. Tangan wanita tersebut sudah
berada beberapa senti didekat bayangannya.
Tan Ciu dipaksa melejit kebelakang.
Hanya satu gebrakan. Tan Ciu dipaksa meninggalkan
pos penjagaan! Ilmu kepandaian Ratu Bunga Giok Hong
memang luar biasa, kini dia masih menyerang terus.
Tan Ciu mempertahankan diri, main mundur agar tidak
jatuh ke dalam tangan wanita itu.
Baju Giok Hong bergibir-gibir, menutup semua jalan
mundur orang, lima kali dia menggoyangkan tangan dan
mulutnya membentak. "Jangan lari!!"
Tubuh Giok Hong berubah menjadi bayangan, dua
dikanan dan dua dikiri, masih ada satu lagi, menyerang
ditengah-tengah. Lima bayangan terpeta jelas seolah-olah
ada lima Ratu Bunga yang menyerang pemuda kita.
Tan Ciu tidak menemukan jalan untuk meloloskan
dirinya dari serangan-serangan itu. Ilmu Yu-leng poh yang
ampuh tidak dapat digunakan lagi. Dia memasang tangan.
Beerrr..... Tubuh si pemuda terlempar jauh, dia tidak sanggup
mempertahankan pukulan sang ratu yang berkepandaian
silat sangat tinggi. Lie Bwee telah menyanggah tubuh itu, memandang sang
guru, dia meminta pendapat. "Suhu, biar kubunuh pemuda
ini!" "Jangan," berkata Giok Hong "Jaga baik-baik"!"
Dilain pihak, pertempuran Giok Lo-sat dan Ong Leng
Leng masih belum ada putusan. Ilmu kepandaian Giok Lo
sat berada diatas lawannya, apa mau Ong Leng Leng
mengadu jiwa, pertempuran yang seperti itu tidak dapat
segera diselesaikan cepat.
Ratu Bunga Giok Hong membentak.
"Hentikan pertempuran!"
Giok Lo sat mengundurkan diri.
Memandang Ong Leng Leng, Giok Hong membentak.
"Masih belum mau menyerahkan diri?"
Ong Leng Leng tidak menyahut tawaran damai itu.
Giok Hong berkata. "Kuanjurkan, agar kau bunuh diri
saja"!" "Tidak mungkin!" inilah jawaban Ong Leng Leng.
"Bagus, Kau cukup berani!" Tangan sang ratu melayang,
menghantam murid itu. Perbedaan ilmu silat kedua orang disana sangat
menyolok mata, kemampuan Ong Leng Leng lari, tidak
mungkin dapat mengelakkan pukulan itu.
Heekkkk.... Dada Jelita Merah Ong Leng Leng telah di palu, gadis
itu muntah darah seger. Jatuh ditanah dengan mata
dipejamkan. Ratu Bunga Giok Hong memberi perintah. "Giok Lo sat,
bunuh dia!" Giok Lo sat menerima perintah dengan senang hati,
maksudnya hendak menamatkan riwayat hidup Ong Leng
Leng. Han Thian Chiu maju kedepan, dia membentak.
"Tunggu dulu!" Giok Hong mendelikkan matanya.
"Apa yang kau mau?" dia membentak sang kekasih.
"Giok Hong!" berkata Han Thian Chiu. "Berikanlah
gadis itu kepadaku."
"Maksudmu?" "Kawan lakinya telah kau ambil. Sudah selayaknya bila
menyerahkan dia kepadaku"!" berkata Han Thian Chiu.
"Mana boleh?" "Mengapa tidak boleh?"
"Aku tidak setuju!"
"Jangan besar cemburu, aku masih kuat untuk
melayanimu. Tidak akan mengganggu bea siswa timbal
balik diantara kita berdua."
"Cis... Tidak tahu malu..."
"Ha..Ha.. Ha.. kita tidak perlu menggunakan istilah katakata malu, kita adalah
generasi bebas bukan?"
"Aku tidak setuju, memelihara seekor anak macan."
berkata Giok Hong. "Ong Leng Leng bukan seekor anak macan, dia adalah
umpan yang terbaik untuk mensukseskan usahamu."
"Mensukseskan usaha?" Giok Hong mengerutkan alis,
"Aku tidak mengerti."
"Bayangkanlah, aku hendak mencicip ki jiaw baru Tan
Ciu bukan" Tan Ciu adalah anak kepala batu, tidak
mungkin dia mau melakukan kehendakmu. Dan Ong Leng
Leng adalah kekasihnya, bila kita menggunakan
keselamatan Ong Leng Leng memaksa dia melakukan
perbuatan itu, kukira lebih menarik dari menggunakan obat
perangsang." Wajah Giok Hong bercahaya terang.
"Setuju?" berkata Han Thian Chiu.
Ratu Bunga Giok Hong menganggukan kepalanya.
Membawa Tan Ciu dan Ong Leng Leng, rombongan sri
Ratu Bunga kembali kegunung Pek Hoa-san.
Ong Leng Leng mengalami kegagalan, bukan saja tidak
berhasil menolong Tan Ciu dari sarang kecabulan, kini
dirinya turut terancam. Tan Ciu dan Ong Leng Leng dibawa ke kamar sang ratu,
mereka diikat pada kedua belah pilar yang besar.
Kepala Tan Ciu disiram dengan air dingin, dengan berat,
pemuda itu membuka kedua matanya, dikala mengetahui
keadaan dirinya yang terikat, dia berteriak.
"Aaahhh.....!" Giok Hong tertawa. "Jangan terkejut." Dia berkata."Kau telah kembali ke
dalam kamarku." Tan Ciu mengeretek gigi, Dia benci kepada wanita ini,
wanita yang dikatakan telah membunuh ayahnya,
memusuhi ibunya, kini hendak mempermainkan dirinya.
Giok Hong berkata. "Tan Ciu, kau telah berada didalam genggaman
tanganku. Seharusnya tahu diri. Bersediakah menerima
kesenangan yang akan kuberikan?"
"Kentut!" Tan Ciu membentak keras.
"Jangan tidak tahu diri. tidak sembarang orang yang
dapat menerima tawaranku tahu"!"
"Manusia cabul. Orang yang sudah bejat moralnya." Tan
Ciu memaki. "Kau masih terlalu muda, belum pernah mencicipi
kesenangan dunia seharusnya..." Muka Giok Hong maju
dikedepankan.

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Phui.." Tiba-tiba Tan ciu meludah, tepat mengenai pipi
licin wanita itu. Giok Hong sudah cukup umur, dia pandai merawat diri.
Karena itu, berkat obat-obatan dan ramuan-ramuan
mujijad, dia masih memiliki pipi cukup licin.
Darah Giok Hong menyerang otak, tangannya terayun,
dan ... pang.... menampar pipi pemuda itu.
Tan ciu meringis sakit. Giok Hong menyesal telah menangani pemuda cakap
itu. sudah menjadi ciri-ciri khas bagi umat manusia,
semakin sulit barang itu didapat, semakin giat pula
tekadnya untuk mendapat benda itu. Semakin jauh orang
yang dikehendaki semakin senang pula kepada orang
tersebut. Giok Hong juga memiliki ciri-ciri ini. Dia hendak
mendapatkan kelaki-lakian Tan Ciu dan pemuda itu
menolak tawarannya. Sebagai Ratu Bunga yang diagungagungkan oleh murid-muridnya
rasa keagungannya tentu terganggu. Dia kukuh, hendak mendapatkan kerja sama
dengan si pemuda.. Giok Hong mengelus-elus pipi Tan Ciu yang kena
tamparannya. "Saudara Tan, Maafkan aku!" dia berkata perlahan,
dengan suara yang sehalus mungkin.
"Aku tidak membutuhkan kasih sayangmu." Tan Ciu
mengegos, Dia menolak cumbuannya.
"Jangan berkepala bagitu, tengoklah kearah kekasihmu."
Giok Hong menunjuk tubuh Ong Leng Leng yang terikat.
Kepala Tan Ciu dirasakan berputar
"Leng Leng..." Dia memanggil perlahan.
"Jangan pikirkan keadaanku." Berkata si gadis. "Berhatihati kepada tipu muslihat
musuh." Giok Hong berkata, "Tan Ciu, tidak kau lupakan kekasih
itu bukan" Dia tidak akan menderita, bila kau bersedia
menjadi kekasih seorang Ratu Bunga."
"Tidak tahu malu !"
"Sorga kesenangan sudah berada didepan matamu
jangan menolak manis."
"Aku menolak." "Sudahkah kau pikirkan kejadian apa yang akan
menimpa badan kekasihmu?"
"Apa yang hendak kalian lakukan atas dirinya?"
"Banyak macam siksaan yang telah tersedia. Tapi, bila
kau bersedia diajak ikut senang, siksaan atas dirinya boleh
kita hapuskan." "Manusia kejam!"
"Sebagai seorang kekasihnya, kau tidak tega bukan" Kau
tidak akan membiarkan dia tersiksa bukan" Dan untuk
menolong Ong Leng Leng dari aneka macam siksaan. tidak
terlalu sulit bagimu. terimalah tawaranku!"
"Kau mengimpi."
"Berpikirlah sekali lagi."
"Tidak perlu." "Baik," dan Giok Hong memandang kearah Giok Lo Sat,
seraya memberi perintah kepada murid itu.
"Giok Lo Sat, perlihatkan keakhlianmu!"
Giok Lo Sat mengeluarkan sebilah
menghampiri Ong Leng Leng.
pisau belati, Wajah Tan Ciu berubah. Tanpa menghiraukan perubahan itu, Giok Lo Sat
menggerak-gerakan pisau pisau kecilnya dan sreet.....dia
merobek baju Ong Leng Leng.
Ong Leng Leng membentak. "Bunuhlah aku!"
Giok Lo Sat tertawa. "Tidak begitu mudah nona manis." Dia semakin
mengancam. Giok Hong berkata. "Kita akan menyiksa dia sampai
mati." Tan Ciu berteriak: "Jangan kalian menyiksa dirinya."
"Tentu saja tidak." Berkata Ratu Bunga Giok Hong.
"Bila kau bersedia melulusi permintaanku."
"Jangan harap."
"Tidak begitu kuharapkan. Tapi jangan lupa. kita dapat
memberi beberapa macam hadiah kepada kekasihmu itu."
Berkata Giok Hong. Dan Ratu Bunga itu memberi perintah. "Giok Lo Sat,
boleh mulai." "Baik." "Sreett..." pisau bergores panjang dipundak si Jelita
Merah, darah mengalir beranak sungai.
Tan Ciu menjerit marah. Ong Leng Leng menggigit bibirnya, dan bibir itu pun
berdarah, dia harus menahan rasa sakitnya. tidak
mengeluarkan suara rintihan atau jeritan, agar Tan Ciu
tidak terganggu. agar Tan Ciu tidak memikirkan
keselamatannya. Mungkinkah Tan Ciu tak terganggu" Didepan mata
sipemuda, orang menyiksa Ong Leng Leng, betul gadis itu
tidak menunjukkan rasa sakitnya tapi dari darah yang
mengalir dan membasahi tubuh Ong Leng Leng, dia cukup
paham, betapa menderitanya gadis tersebut.
Dada Tan Ciu dirasakan mau meledak.
Bagaimana seorang jelmaan iblis, Giok Lo Sat menarik
baju korbannya, sreet, .... Ong Leng Leng telah ditelanjangi.
Tidak berhenti sampai disitu. Giok Lo Sat menggerakkan
tangan kanannya yang memegang pisau.... ssreeett
perlahan-lahan, dia membuat satu goresan panjang. kali ini
dibagian perut Ong Leng Leng.
"Ah." Ong Leng Leng tidak tahan siksaan. Dia berusaha
menahan rasa sakit, tidak berhasil, air matanya mengalir
keluar. Ratu Bunga Giok Hong menyaksikan adegan adegan itu
dengan sinis. sebentar-sebentar memperhatikan perubahan
wajah Tan Ciu. Menunggu beberapa saat. Giok Lo Sat menggerakkan
tangan lagi, kini, yang diarah adalah paha putih Si Jelita
Merah. Akhirnya Tan Ciu berteriak. "Hentikan gerakan terkutuk
itu." Ratu Bunga Giok Hong menganggukkan kepala, dia
memberi perintah, "Giok Lo Sat. tangguhkan penyiksaan." Seraya dihadapi
lagi pemuda kita dan berkata kepadanya.
"Tan Ciu, bersedia denganku?"
Ong Leng Leng berteriak. "Tan Ciu, jangan kabulkan
permintaanya." Tan Ciu menyedot napasnya dalam-dalam,
"Tidak dapat kubiarkan kau tersiksa." Demikian dia
berkata. Tentu saja, mana mungkin Tan Ciu membiarkan orang
menyiksa 0ng Leng Leng didepan matanya" Sayang dia
tidak berdaya. Musuh berkepandaian tinggi. Untuk
mengambil jalan kekerasan, tentu saja tidak mungkin. Tak
ada lain pilihan, kecuali tunduk dibawah kekuasaan Sri
Ratu Bunga Giok Hong. Ong Leng Leng memberi peringatan.
"Kau akan tersiksa, setelah itu aku pun akan mati juga."
Giok Hong telah menghampiri Tan Ciu.
"Bagaimana?" Dia minta putusan.
Tan Ciu bungkam. Ong Leng Leng berteriak. "Jangan dengar segala
obrolannya." Tan Ciu berkata. "Bersedia membebaskan dia ?"
Giok Hong tertawa, "Tentu." Katanya puas. "Setelah kau tidur denganku.!!"
Ong Leng Leng berteriak lagi.
"Suatu penipuan, Tidak mungkin! Tan Ciu jangan kau
masuk kedalam perangkapnya!"
Tan Ciu menyetujui pendapat Ong Leng Leng, setelah
dia bersedia melakukan segala itu, belum tentu Ong Leng
Leng mendapat kebebasan. janji seorang bajingan tidak
boleh dipercaya. Ong Leng Leng berteriak lagi, "Dia tidak akan
melepaskan setiap orang yang pernah menentang dirinya."
Tan Ciu meminta putusan sang ratu. "Bagaimana" Aku
harus menyaksikan kau melepaskan dirinya ."
"Tentu saja. Segera aku memberi perintah pelepasan,
setelah kau memberikan janjimu."
"Jangan percaya," berteriak Ong Leng Leng. "Dia akan
menangkap diriku lagi."
Tan Ciu memandang Ratu Bunga Giok Hong, Giok
Hong berkata. "Tidak mungkin!"
"Mungkin dapat terjadi kejadian yang seperti ini!"
Berkata Tan Ciu. "Kami harus mendapat kebebasan, aku
mengantarkannya pulang sehingga tiba disuatu tempat yang
aman. setelah itu, aku akan kembali lagi kepadamu."
"Aku tidak setuju." Giok Hong mengajuan protes.
"Bagaimana bila kau tidak balik kembali"!"
"Aku akan balik kembali!"
"Aku tidak percaya."
"Aku juga tidak percaya kepadamu." Berkata Tan Ciu .
"Baik. Perundingan kita mengalami kegagalan."
Dan lagi lagi Ratu bunga itupun memberi perintah.
"Giok Lo Sat, lanjutkan penyiksaan."
Giok Lo Sat menerima perintah dengan hati gembira.
Tan Ciu berteriak. "Tunggu dulu."
Giok Hong sangat gembira, memandang pemuda itu,
dandenganpenuhharapan,diabertanya.
"Bersedia melulusi permintaanku ?"
"Baiklah." Berkata Tan Ciu lemah.
Ong Leng Leng menjerit. "Tan Ciu ..."
Tan Ciu memandang gadis itu.
"Aku tidak dapat membiarkan kau lebih menderita lagi."
Dia berkata. Giok Hong memberi perintah. "Giok Lo Sat, bebaskan
dirinya." "Baik." Giok Lo Sat membuka semua ikatan yang mengekang
kebebasan Jelita Merah Ong Leng Leng.
Disaat ini terjadi perubahan, dengan mengeluarkan suara
jeritan seram, tubuh Ong Leng Leng roboh dilantai.
mulutnya menyembur darah, lidahnya mental keluar,
"Aaaa...." Giok Lo Sat berteriak. "Dia telah menggigit
lidahnya! Dia bunuh diri."
Tan Ciu juga berteriak. "Aaaaaaa....." Pemuda ini jatuh pingsan.
Kepala Ong Leng Leng telah tekle dan arwahnya telah
melayang keawang-awang tinggi, meninggalkan dunia
manusia yang sangat fana.
Suatu kejadian yang berada diluar dugaan Ratu Bunga
Giok Hong, kematian Ong Leng Leng akan menggagalkan
semua recananya. Giok Lo Sat memandang guru itu.
"Bagaimana?" Dia bingung.
Ratu Bunga Giok Hong mengeretek gigi, dia berkata.
"Apa yang harus dibingungkan" Dia sudah mati tidak perlu
dipusingkan lagi. Setiap orang sudah pasti mati."
Menghampiri Tan Ciu dan menotok beberapa jalan
darahnya. Tan Ciu siuman kembali, matanya tak bercahaya
mengenang kejadian-kejadian yang menimpa dirinya.
Giok Hong berkata. "Tan Ciu, dia sudah mati! Kematiannya yang dicarinya."
Memandang mayat Ong Leng menubruknya. dia menangis sedih.
Leng, Tan Ciu "Leng Leng... Leng Leng..." dia memanggil-manggil.
"Dia sudah mati!" berkata Giok Hong.
Badan Ong Leng Leng telah diam, tidak bergerak,
mulutnya terkatup, tidak dapat memberikan jawaban.
jiwanya sudah terbang jauh, pergi ke dunia lain yang lebih
menyenangkan. Tan Ciu kehilangan gadis yang betul-betul menyintai
dirinya. Kematian Ong Leng Leng sangat menyedihkan, pikiran
Tan Ciu agak terganggu, Dia menangis didepan jenazah itu!
Ratu Bunga menyaksikan adegan tersebut dengan
tenang. Beberapa saat kemudian, Tiba-tiba
membalikkan badan, menerkam Giok Hong.
Tan "Ratu Cabul!!" Dia membentak, "Kau yang
mengakibatkan kematiannya, Hayo ganti dengan jiwa.."
Bagaikan seekor banteng gila, Tan Ciu menghujani ratu
tersebut dengan aneka macam pukulan dan jotosan.
Ratu Bunga Giok Hong melepaskan dirinya dari
kurungan pukulan-pukulan itu, kemudian dia menotok
dengan cepat, membuat Tan Ciu jatuh ngeloso, mati kutu.
Ciu Giok Lo sat tidak dapat membantu sesuatu kata kejadian
tadi. Giok Hong membentak. "Bawa keluar mayat itu!!"
Lie Bwee dan Giok Lo sat menggotong mayat Ong Leng
Leng. Sungguh kasihan, demikian riwayat hidup seorang
gadis yang sengsara. Pukulan-pukulan bathin itu membuat Giok Hong
kehilangan selera. Pikirannya sedang berkecamuk,
menggunakan obat perangsang" Menunggu waktu" Atau
membiarkan pemuda itu mati"
Seorang gadis baju merah lari masuk, dia berkata "Ketua
perkumpulan Kim Ie Kauw berkunjung datang."
Giok Hong terkejut. "Ketua Kim ie Kauw?" Dia bertanya "Apa maksud
kunjungannya" Berapakah orang yang datang?"
"Hanya seorang, dia menyebut namanya sebagai kauwcu


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kim ie kauw, Kim-ie Mo-Jin."
Nama Kim Ie Mo-Jin pernah menggetarkan rimba
persilatan, sedikit banyak, Giok Hong pernah mendengar
nama itu, tentu saja sangat terkejut.
"Apa lagi yang dikatakan olehnya?" Bertanya sang ratu.
"Dia hendak bertemu dengan suhu!"
"Baik. silahkan dia menunggu diruang tamu." Berkata
Ratu Bunga Giok Hong. Gadis baju merah pergi menjalankan perintah.
Giok Hong merapikan pakaiannya, setelah ganti bedak,
dia menuju ke ruang tamu, Disana telah menunggu seorang
tua berbaju emas, itulah kauwcu Kim ie kauw, Kim Ie MoJin.
Mereka saling memberi hormat.
"Boleh aku bertanya?" Kim Ie Mo-Jin membuka mulut
"Tentunya aku sedang berhadapan dengan Sri Ratu Bunga
yang ternama?" "Tidak salah." Berkata Giok Hong. "Bagaimana sebutan
tuan yang mulia!" "Kim Ie Mo-Jin."
"Ada urusan penting?"
"Ng, aku hendak mengajukan suatu pertanyaan."
"Silahkan.." "Ada orang yang memberi laporan bahwa kauwcu
hendakmenjadiseoarangpenguasadunia"!"
Dia menggunakan istilah sebutan kauwcu, atau pemilik
bangunan setempat untuk meberi suatu peghormatan
kepada wanita itu. Ratu Bunga Giok Hong tertegun.
"Seorang penguasa dunia persilatan?" Dia mengulangi
kata-katanya. "Ng..." Kim Ie Mo-Jin menganggukan kepala.
"Dimisalkan keterangan yang kau dapatkan itu betul, apa
yang ambil sebagian langkah kebijakan kauwcu?" Han
Thian Chiu turut bicara. Kim Ie Mo-Jin berpaling kearah Han Thian Chiu.
"Bagaimana sebutan ini?" Dia bertanya.
"Telapak dingin Han Thian
memperkenalkan kekasihnya.
Chiu." Giok Hong "Ouw.... sudah lama kudengar nama ini." Berkata Kim
Ie Mo-jin agak sombong. Ratu Bunga Giok Hong berkata. "Kauwcu percaya
dengan keterangan tersebut?"
"Mengapa tidak?" berkata Kim Ie Mo-Jin. "Kauwcu
tidak perlu menyangkal bukan?"
"Sangat penting sekali, Aku harus tahu. Siapa-siapa yang
bakal menjadi sainganku" Tokoh-tokoh silat mana yang
akan menjadi tandinganku?"
Ratu Bunga Giok Hong berkata.
"Didalam tahun ini, aku akan muncul kembali didalam
rimba persilatan. Tentu saja dengan ilmu kepandaian yang
kupunyai, siapakah yang berani menentang kehendakku"
Semua golongan dan aliran akan bernaung dibawah panji
Ratu Bunga Giok Hong. Aku adalah satu-satunya orang
yang berkuasa didalam rimba persilatan."
im Ie Mo-Jin menunjukkan sikapnya yang tidak puas,
dengan suara yang sangat dingin, dia berkata menantang.
"Lauwcu mempunyai itu kepercayaan."
"Mengapa tidak?"
"Kedatanganku dihari ini adalah ingin membikin terang
perkara itu." "Maksud Kauwcu?"
"Aku pun termasuk seorang yang hendak duduk diatas
tachta kerajaan pemimpin rimba persilatan."
"Ternyata kauwcu hendak menjadi seorang raja silat?"
"Rimba persilatan harus berada dibawah pimpinannya
seorang bengcu, dengan arti kata lain, seorang yang
mempunyai ilmu kepandaian silat sangat tinggi, dan akulah
calon yang paling tepat!" berkata Kim Ie Mo-jin sangat
angkuh. "Kauwcu melupakan adanya persaingan kekuatan. Aku
berhak mencalonkan diri menjadi seorang bengcu." Berkata
Giok Hong. "Kuanjurkan, agar kauwcu mengundurkna diri dari
persaingan ini." Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Bila tidak?" Sikap Giok Hong tidak menunjukan rasa
gentar. "Dari pada terjadi dua pimpinan, ada lebih baik kita
menyerahkan hak calon ini kepada yang berkepandaian
tinggi." "Mau datang untuk menantang orang?"
"Mana berani menantang?" Berkata Kim Ie Mo-Jin
berdiplomatik. "Sebelum kauwcu duduk diatas tahta
kerajaan kepala rimba persilatan kauwcu tidak keberatan
untuk menyingkirkan diriku bukan?"
"Diantara kita, hanya seorang yang boleh mencalonkan
diri?" Berkata Giok Hong terang-terangan.
"Inilah maksud tujuanku!" Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Dimisalkan kau menderita kekalahan?" Giok Hong
menancepkan pokok persoalan penting itu.
"Bila aku yang kalah, untuk selama-lamanya nama Kim
Ie Mo-Jin akan lenyap dari permukaan bumi. Aku akan
mengasingkan diri di suatu tempat yang tiada
berpenduduk." Giok Hong setuju. "Bagus.." Demikian Ratu Bunga berkata.
Telapak Dingin Han Thian Chiu turut bicara, dia
memberi suara baru, katanya "Aku mempunyai usul lain."
"Bagaimana usul itu?"
"Bila kauwcu kalah bertanding, kami harapkan tenaga
kauwcu, bersediakah kauwcu menjadi salah satu anggauta
Ratu Bunga?" "Usul bagus!" Giok Hong memberikan pujiannya. Usul
kekasihnya akan menguntungkan dirinya.
Kim Ie Mo-Jin tidak setuju, dia berkata getas.
"Maaf!! aku tidak dapat menerima saran ini. Sebagai
seorang ketua perkumpulan, aku tidak ingin bernaung
dibawa panji kebesaran golongan lain. Maksud
kedatanganku untuk mengadu silat, bukan mencari
kekuasaan atau menyerahkan kekuasaan."
"Kau mempunyai pegangan penuh untuk memenangkan
ini?" Balik tanya Kim Ie Mo-Jin.
"Kemudian untuk kalah dan menang adalah sama
tengah!" Berkata Giok Hong.
"Itulah.. Harapan untuk menang dan harapan untuk
kalah sama saja." Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Bila kekuatan kita berimbang" Bagaimana menetapkan
pemenang?" Bertanya Giok Hong.
"Tidak mungkin." Berkata Kim Ie Mo-Jin.
"Mengapa tidak mungkin?"
"Demikian hal ini terjadi?"
berkata Giok Hong. Setelah berpikir sebentar, Kim Ie Mo-Jin berkata.
"Ketetapan boleh kita tangguhkan, Satu bulan kemudian,
kita mengulang pertandingan. Demikian untuk selanjutnya,
pada suatu hari, satu diantara kita akan menyerah kalah."
"Berapa juruskah untuk satu babak pertandingan?"
"Kukira Kauwcu mempunyai hak untuk menetapkan
jumlah jurus pertempuran satu babak."
"Lima puluh jurus, setuju?"
"Baik.. Didalam lima puluh jurus, seorang diantara kita
harus mendapat kemenangan. bila tidak, pertandingan
dianggap seri." Telah terjadi kesepakatan, Giok Hong mengajak tamu
ketempat pekarangan melatih diri. Dia harus berhati-hati.
Kim Ie Mo-Jin berani berkunjung datang, tentu mempunyai
ilmu kepandaian yang luar biasa, lengah berarti kekalahan.
Kim Ie Mo-Jin mempunyai kedudukan dibagian Timur.
Ratu Bunga Giok Hong menempatkan dirinya dibagian
Barat. Mereka saling pandang. Kim Ie Mo-Jin membuka mulut. "Silahkan.."
Giok Hong berkata "Tunggu dulu.."
"Ada apa lagi?" bertanya Kim Ie Mo-Jin.
"Sebelum pertandingan dimulai, aku hendak mengajukan
suatu pertanyaan." "Silahkan.." "Darimana kauwcu tahu markas sementara Ratu Bunga
digunung Pek Hoa San?"
"Dari seorang cacad yang duduk disebuah kursi beroda".
"Terima kasih!"
"Masih ada pertanyaan lain?"
"Tidak ada.." "Sudah siap untuk menerima serangan?"
Giok Hong membuat suatu ulapan tangan, berarti sudah
siap menerima serangan-serangan lawannya.
"Silahkan kauwcu mulai." dia berkata.
Kim Ie Mo-Jin dan Ratu Bunga Giok Hong mengadakan
duel untuk menentukan calon pemimpin rimba persilatan.
Kim Ie Mo-Jin membuka serangan dengan tangan kanan
disodorkan kedepan, sangat perlahan sekali.
Reaksi Giok Hong sangat cepat, dia menggeser posisi,
dari atas kebawah, suatu gerakan yang tidak mudah
dilakukan oleh manusia biasa.
Tangan Kim Ie Mo-Jin yang maju kedepan seperti
hilang, begitu cepat gerakan itu, membawa tubuhnya
berputar dan menangkis serangan lawan.
Bayangan Giok Hong Berkembang baik, semakin lama,
semakin banyak, dan akhirnya tidak terpeta lagi, hanya
melihat suatu gumpalan merah yang mengurung sinar
kuning. Ternyata Kim Ie Mo-Jin juga liehay, tubuh Kim Ie
Mo-Jin telah bergoyang, bagikan gasingan, menjelubungkan
dirinya didalam sinar kuning didalam dan bayangan sinar
merah didepan. Tidak lagi terlihat gerakan-gerakan dari
kedua orang itu. "Plaaakkk..." Kedua gulungan baju itu terpisah. Yang kuning
diselatan, dan yang merah di utara. Wajah Kim Ie Mo-Jin
dan Giok Hong sangat kaku sekali. Suatu tanda bahwa
tidak seorang pun dari kedua orang ini yang dapat menarik
keuntungan dari gebrakan-gebrakan tadi.
Mereka telah mengakhiri babak pertama.
Masing-masing telah mengirim sepuluh serangan berikut
pertahanan, sepuluh jurus itu dilewatkan didalam satu
kedipan mata. Suatu kecepatan yang tidak dapat dipadui
oleh manusia biasa. Masing-masing memuji ilmu kepandaian lawan, inilah
lawan yang terkuat, Semakin berhati-hati dan semakin
waspada. Kim Ie Mo-Jin menggeser kaki kearah Timur, dari sini
dia melejitkan kaki, sangat tinggi, dibarengi oleh suara
pekikannya, dia menyerang Giok Hong.
Giok Hong tidak bergerak dari posisi semula, dia
mengikuti gerakan Kim Ie Mo-Jin dengan kerlingan mata.
Diakal musuh itu bergerak, diapun berpendak silat dengan
tenaga dalam. Giliran bayangan kuning yang mengurung gulungan baju
merah. Pergumulan babak kedua lebih hebat dari yang pertama,
dikala bayangan-bayangan itu terpeta, perhitungan jurus
angaka set tepat pada jurus ke tiga puluh.
Masih ada dua kemenangan itu. puluh jurus untuk menentukan Kim Ie Mo-Jin menyusut keringatnya. Giok Hong
mempertahankan jalan pernapasannya. sudah terempas
empis. Mereka tidak bicara.
Dan disaat yang hampir bersamaan, mereka
mengeluarkan geraman menerjang musuhnya menjadi
pergumulan yang lebih berbahaya..
Empat puluh jurus telah dilewatkan, tanpa hasil
kemenangan. Pada jurus ke empat puluh lima, masing-masing
mengundurkan gerakan mereka. Hanya lima jurus lagi
untuk mencapai kemenangan, mereka lebih sayang
melontarkan jurus-jurus tersebut, agaknya tidak mudah
untuk menentukan kemenangan hari itu.
Kim Ie Mo-Jin mengibaskan
melontarkan tiga jurus serangan!
tangan sekaligus Giok Hong lebih cepat, berpindah dua kali dia
melontarkan lima jurus serangan, menghabiskan semua
kesempatan. Kim Ie Mo-Jin menambah lagi dengan dua kali bacokan
tangan. Mereka menyerang memaksa musuh berganti tempat,
menyerang untuk menggantikan pertahanan. Inilah motto
ilmu silat kelas tinggi. Terdengar dua kali suara letupan. bayangan kedua orang
terpisah, Mulut dan bibir kedua orang itu berceceran darah.
Masih belum ada putusan, siapa dari kedua orang itu
yang mempunyai ilmu silat lebih unggul.
Batas pertandingan hanya lima puluh jurus, dan angka
ini telah mereka tepati, belum ada kemenangan,
pertandingan segera ditangguhkan, menunggu satu bulan
kemudian setelah melatih diri lebih tekun, mereka harus
bertanding kembali. Score sementara satu banding satu.
Setelah menekan gejolak peredaran darahnya Kim Ie
Mo-Jin berkata. "Nama Ratu Bunga memang bukan nama
kosong, ilmu kepandaian yang maha hebat."
"Ilmu kepandaian kauwcu adalah orang pertama yang
dapat menandingiku." Giok Hong juga memuji lawannya.


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kim Ie Mo-Jin memberi hormat, dia berkata, "Selamat
berpisah, Satu bulan lagi, aku akan kembali, meneruskan
pertandingan ini." Ia hendak meninggalkan Gunung Pek Hoa San.
Tiba-tiba Han Thian Chiu berteriak, "Tunggu dulu!"
Kim Ie Mo-Jin mendelikan matanya, dia menduga
bahwa musuhnya hendak menahan dirinya, tentu sangat
marah. "Ada apa?" Dia bertanya.
Sebelum Han Thian Chiu memberikan jawaban, seorang
gadis berbaju merah berlari datang, sikapnya amat tergesagesa.
Ratu Bunga Giok Hong membentak gadis itu. "Siau
Hoa, ada apa?" Gadis yang bernama Siauw Hoa memberikan laporan.
"Lie Bwee telah membawa Tan Ciu, maksudnya hendak
terjun dari gunung Pek Hoa san, beberapa sucie dan
sumoay sedang berusaha menahan mereka."
"Aaaaa... Lagi-lagi ada orang yang hendak melarikan
Tan Ciu! Demikian banyakkah penolong-penolong pemuda
itu?" Giok Hong mengerutkan alisnya.
"Lie Bwee melarikan Tan Ciu?" Dia masih kurang
percaya. "Betul!!" Siauw Hoa memberi kepastian. "Giok Lo sat
dan beberapa orang sedang mengadakan pengejaran."
Giok Hong memberi perintah.
"Beri tahu kepada semua orang, segera tangkap budak
pengkhianat itu!" "Baik." Siauw Hoa segera menerima perintah.
Giok Hong bergugam. "Budak yang sudah bosan hidup."
Usaha Ong Leng Leng yang hendak menolong Tan Ciu
telah mengalami kegagalan, Dengan kesudahan kematian
bagi gadis tersebut. Lie Bwee juga hendak mengikuti jejak Ong Leng Leng"
sungguh sungguh seorang gadis yang bosan hidup.
Meminta diri kepada Kim Ie Mo-jin, Giok Hong turut
mengadakan pengejaran. Disana tinggal dua orang, mereka adalah Kim Ie Mo-Jin
dan Han Thian Chiu, Kim Ie Mo-Jin berkata, "Han tayhiap akan mengajukan
pertanyaan?" "Ada sesuatu yang hendak kita rundingkan, dapatkan
kauwcu menunggu diruang tamu!"
Kim Ie Mo-Jin tidak keberatan, dia diajak masuk
kedalam ruang tamu. Disini Han Thian Chiu berkata,
"Berhubung terjadi sesuatu didalam perkumpulan kami,
tentunya kauwcu dapat bersabar beberapa saat, tidak lama
urusan menyangkut kesejahteraan kedua golongan.."
"Baik. Akan kutunggu kalian disini," Berkata Kim Ie
Mo-jin. Han Thian Chiu menyusul Giok Hong.
Seluruh anak buah Ratu Bunga dikerahkan untuk
mengejar Lie Bwee dan Tan Ciu.
Lie Bwee melarikan Tan Ciu" Apa alasan gadis itu
menolong orang" Sungguh sulit dipahami.
Kenyataan adalah demikian, dilereng gunung Pek Hoa
San dengan mengepit Tan Ciu, Lie Bwee sedang mengejar
seorang gadis baju merah.
Lawan Lie Bwee sudah didesak.
Seorang murid Ratu bunga sedang menahan kepergian
Lie Bwee. Dengan alasan apa Lie Bwee hendak menolong Tan Ciu"
Dahulu gadis itu hendak menggunakan tenaga Ong Jie
Hauw membunuh si pemuda. Bukankah suatu hal yang
bertentangan" Tentunya ada sesuatu yang direncanakan.
Lie Bwee masih mendesak terus, akhirnya dia berhasil
menamatkan jiwa lawan itu. Membawa Tan Ciu, dia
melayang turun gunung Pek Hoa San.
Tiba-tiba.... Terdengar suatu suara bentakan. "Jangan lari...."
Wajah Lie Bwee berubah. kakinya gemetaran, itulah
suara sang guru, Sri Ratu Bunga Giok Hong.
Lie Bwee menghentikan ayunan kakinya tidak guna lari
lagi, dihadapan gurunya, dia hanya seekor semut yang tiada
bertenaga, dan dalam sekejap mata, guru itu dapat
membikin pengejaran dan menyandak dirinya. Dari pada
mencari penyakit, Dia menghentikan kaki.
Giok Hong menghampiri murid itu, dia membentak.
"Lie Bwee, berani berhianat?"
Lie Bwee mengeluarkan suara ratapan.
"Suhu...." "Siapa yang menjadi suhumu" Aku tidak mempunyai
murid yang sepertimu."
"Maksudmu..." "Lie Bwee, pernahkah aku melakukan sesuatu yang
diluar batas?" "Tidak!" "Pernah memukul atau melukai hatimu?"
"Belum!" "Kuperlakukan kau sebagai anak,
membalas air susu dengan air tuba?"
mengapa kau "Suhu. aku hendak.."
"Mungkin kau cinta padanya?"
"Bukan... Bukan..." Lie Bwe membantah dugaan ini.
"Kau tidak cinta padanya" Dengan
menolong" Serahkan pemuda itu kepadaku."
alasan apa "Tidak.." Lie Bwee membawa Tan Ciu mundur
kebelakang. Giok Hong membentak. "Berani kau membangkang
perintah ?" "Suhu, aku tidak boleh menyerahkan
kepadamu! Kau akan membunuh dirinya!"
Tan "Apa boleh buat. sesuatu telah terjadi dan..."
"Dan kau tidak menyesal lagi?"
"Kuharap saja suhu dapat memberi pengampunan,
membiarkan aku pergi dengan membawa dirinya."
"Begitu mudah" Kau kira, aku tukang sedekah?"
"Suhu..." "Serahkan Tan Ciu."
"Tidak..." Ciu Ratu Bunga Giok Hong mendelikkan mata, dia berkata.
"Serahkan pemuda itu. Aku tidak akan mengganggu
dirimu." Lie Bwee lebih kenal kepada sifat-sifat gurunya. tidak
mungkin hal itu dapat terjadi. Hanya alasan untuk meminta
Tan Ciu darinya. "Jangan." dia menolak.
Wajah Giok Hong berubah. "Kau hendak mengikuti jejak Ong Leng Leng?" Dia
memberi contoh ancaman. Lie Bwee telah menempatkan dirinya dijalan berjurang,
dia hendak menolong Tan Ciu, maksudnya diam-diam,
setelah itu. tanpa terjadi sesuatu apa-apa, Dia dapat balik
kembali kegunung Pek hoa-san.
Usahanya gagal, ada orang yang melihat perbuatannya,
maka mendapat kejaran dari semua anggauta Sri Ratu
Bunga. Tidak dapat dia melarikan diri, juga tidak boleh
menyerahkan Tan Ciu. Menyerahkan Tan Ciu berarti
lenyapnya pegangan untuk dia meninggalkan gunung Pek
hoa san. Dia telah menempatkan kedudukan posisinya yang
bertentangan dengan sang guru. Menyerahkan Tan Ciu
berarti menyerahkan jiwa sendiri. dia akan mati. Tidak
menyerahkan pemuda itupun akan mati. Kedua jalan yang
terbentang dihadapannya hanya jalan-jalan yang menuju
kearah jurang kematian. Timbul niatan untuk mengadu jiwa.
Membuang rasa takutnya untuk menghadapi kematian,
hati Lie Bwee agak tenang. Dia berkata.
"Suhu. bila kau bersedia melepas muridmu, untuk budi
ini, selama hidup pun tidak akan kulupakan?"
Giok Hong membentak! "Lie Bwee, kau bersedia untuk mengorbankan diri
sendiri!" Satu bayangan meluncur datang, itulah Telapak Dingin
Han Thian Chiu, turut bicara, "Giok Hong, bereskan saja
kedua-duanya. Mengapa harus banyak cingcong?"
Han Thian Chiu telah menutup jalan lari Lie Bwee.
Ratu Bunga Giok Hong memberi ultimatum yang
terakhir, ultimatum yang ditujukan kepada muridnya.
"Lie Bwee, sudah kau pikirkan masak-masak apa akibat
dari langkah perbuatan dan penolakanmu?"
"Suhu, kau tidak dapat memberi jalan yang lebih baik?"
Tangan Giok Hong bergerak, mencengkram kepala
muridnya. Lie Bwee menggeser kaki, berusaha menghindari
serangan itu. Giok Hong telah meneruskan serangannya yang kedua.
Kecepatannya sangat luar biasa. Seolah-olah biang lala
merah yang menyambar mangsa.
Ilmu kepandaian Lie Bwee adalah didikan ratu itu,
dimisalkan tidak membawa tubuh Tan Ciu, diapun bukan
tandingannya, apa lagi harus menjaga keselamatan pemuda
itu. Mana mungkin menghindari diri dari seranganserangan gurunya?"
Heekk.... Tangan Lie Bwee kena pukulan, keple melingkar terlalu
kuat sekali tenaga yang Giok Hong kerahkan. Lie Bwee
jatuh tanpa sadarkan diri.
Badan Tan Ciu terpental keatas.
Han Thian Chiu tidak membuang peluang ini, dia
mengayunkan tangan hendak menamatkan jiwa sipemuda.
Melayang datang satu bayangan putih, sebelum pukulan
Han Thian Chiu mengenai sasaran, bayangan putih itu
sudah berhasil menyanggah tubuh Tan Ciu. Kemudan
dibawa pergi. Ratu Bungan Giok Hong melintangkan diri mencegah
larinya orang itu. Disana bertambah seorang gadis berbaju putih. inilah
murid orang cacad berkerudung yang duduk di kursi roda.
"Hei.." Han Thian Chiu berteriak kaget.
Menyaksikan kegesitan lawannya, Giok Hong juga
terkejut, memandang Han Thian Chiu, dia meminta
keterangan. "Siapa orang ini?"
Han Thian Chiu menjawab. "Dia she Cang, bernama
Ceng Ceng." "Ooo, ternyata kau." berkata Giok Hong. "Pernah juga
kudengar namamu. Tidak disangka, hari ini kita mendapat
kesempatan untuk bertanding."
Cang Ceng Ceng memandang Han Thian Chiu.
"Siapa kau?" Dia tidak kenal kepada orang yang pernah
memalsukan wajah Tan Kiam Lam.
"Ha..Ha.Ha.." Han Thian Chiu tertawa. "lupa kepadaku.
aku adalah Han Thian Chiu."
"Hmm... Inikah wajah aslimu?" Cang Ceng Ceng tidak
takut. "Betul!!" Giok Hong membentak, "Tinggalkan Tan Ciu."
"Huuh.." Ceng Ceng menolak. Dia berdengus.
"Hendak menolong?" Berkata Giok Hong lagi.
"Tidak salah." Berkata Cang Ceng Ceng.
"Jangan harap!!" Berkata Giok Hong. disaat yang sama,
dia telah meluncurkan diri menyerang gadis tersebut.
Cang Ceng Ceng mengegos, kemudian membalikkan
badan, membawa Tan Ciu, dia melarikan diri.
Han Thian pengejaran. Chiu dan Giok Hong mengadakan Berat badan Tan Ciu adalah suatu beban bagi Cang Ceng
Ceng. Dia tidak dapat meninggalkan kedua pengejarnya.
Ratu Bunga Giok Hong berhasil mengejar dibelakang gadis
itu, dengan satu pukulan, hendak menggebuk punggung
orang yang berani membawa lari anak ayamnya..
Tiba-tiba... Satu kekuatan menyelusup datang, mewakili Cang Ceng
Ceng, menolak pulang tenaga pukulan sri Ratu Bunga.
Akibat dari penolakan itu, Tubuh Giok Hong tidak dapat
maju lagi. Disana telah bertambah seorang, dia duduk diatas kursi
beroda, inilah guru Cang Ceng Ceng. Diwaktu yang tepat
menolong jiwa muridnya. Sri Ratu Bunga Giok Hong dan Han Thian Chiu hendak
mengejar Cang Ceng Ceng. Datang si manusia berkursi
roda. dikala Giok Hong hendak mendatangi Cang Ceng
Ceng, dia turut membantu dan menolong jiwa muridnya
itu. Giok Hong mengirim lain pukulan.
"Minggir!!" Dia membentak keras.
Orang cacad berkerudung itu tidak menyingkirkan diri,
dia menerima pukulan tadi.
Blegur!.... Mereka terpisah kembali. Menggunakan kesempatan ini, Cang Ceng Ceng
membawa Tan Ciu, turun dari gunung Pek Hoa San.
Han Thian Chiu hendak mengejar, juga dihadang oleh
manusia berkerudung itu. Orang cacad dengan wajahnya yang tertutup oleh
selembar kain kerudung memandang Sri Ratu Bunga.
Dengan perlahan dan sikapnya yang tenang, dia berkata,
"Jangan terlalu banyak membunuh orang."


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sebutkan namamu." Giok Hong membentak, "Dengan
alasan apa turut campur perkara kami?"
"Ha..Ha... Inilah urusanku." Orang cacad berkerudung
itu berkata. "Mengapa urusanmu" Kau
keluarga dengan Tan Ciu?"
mempunyai hubungan "Mengapa tidak?" Berkata orang berkerudung itu tenang
duduk diatas kursi rodanya.
Han Thian Chiu turut bicara. "Juga mempunyai
hubungan dengan Cang Ceng Ceng?"
"Aku adalah guru Cang Ceng Ceng." Orang itu memberi
keterangan. "Guru Cang Ceng Ceng?" Han Thian Chiu terkejut.
Guru sigadis yang berkepandaian sangat tinggi itu"
Bagaimana dia dapat menandinginya"
Orang berkerudung diatas kursi roda menganggukan
kepalanya. "Tidak salah" dia berkata. "Han Thian Chiu kau pernah
dikalahkan oleh muridku bukan?"
"Aaaa....." Han Thian Chiu terkejut bukan main, "Kau
kenal kepadaku?" Rasa kagetnya Han Thian Chiu tidak kepalang, tentu
saja, hal ini sangat beralasan, tidak banyak orang yang
mengenal wajahnya kecuali beberapa golongan tua dan
mereka pun tidak tahu, bagaimana wajah asli Han Thian
Chiu, dia mempunyai lain julukan, Pendekar Wajah Panca
Roba, nama yang menandakan betapa lihay dia merobah
wajah, aneka macam muka telah digunakan olehnya, Tidak
sembarangan orang dapat mengetahui, yang mana wajah
asli Han Thian Chiu. Orang berkerudung ini segera menyebut nama itu,
bagaimana Han Thian Chiu tidak terkejut.
"Han Thian Chiu," Berkata orang itu, "Mati pun tidak
kulupakan wajahmu." "Oouww..." "Dua puluh tahun yang lalu, kau adalah kawan baikku.."
"Oouww..." "Sayang, hatimu terlalu busuk. Aku rusak karena
perbuatanmu." "Oouww..." Han Thian Chiu mengeluarkan rentetan suara
ditenggorokan, dia sedang mengenang siapakah kawankawan yang terdekat dengan
dirinya" Siapakah jago-jago
silat yang hidup pada masa dua puluh tahun yang telah
lampau" Dia belum dapat menemukan jawaban itu.
"Han Thian Chiu!" Berkata lagi orang berkerudung.
"Tidak ingat kepadaku bukan?"
"Oouw..." Han Thian Chiu berdehem.
"Tidak mungkin kau tahu!" Berkata lagi orang itu.
Han Thian Chiu berkata "Tentunya kau adalah seorang
tokoh silat ternama, mengapa menggunakan tutup
kerudung muka" Malukah kepada orang?"
Orang itu tertawa. "Seharusnya kau malu!" Dia berkata.. "Aku menutup
wajahku, karena wajah ini tidak patut dilihat orang. sudah
rusak, tiada berbentuk muka lagi."
"Sudah rusak" Tidak berbentuk wajah?"
"Ngg.... Seharusnya kau dapat menduga sebagian asal
usulku.." Han Thian Chiu tidak dapat menduga, siapa orang ini.
Maka dia bertanya. "Ha...Ha.. Kita kawan baik bukan"
Mengapa harus mencari urusan yang bukan-bukan?"
"Kawan baik?" Han Thian Chiu semakin bingung.
"Han Thian Chiu, kau sudah berhasil meyakinkan
catatan-catatan ilmu silat yang didapat dari Cang Ceng
Ceng?" Cara-cara Han Thian Chiu yang menggunakan wajah
TanKiamLammemalsukanketuaBenteng
Penggantungan, dari meng Ie Hun Tay Hoat kan Cang
Ceng Ceng adalah suatu perbuatan yang memalukan.
Dengan memaksakan diri dia berkata.
"Hanya ilmu biasa saja.."
"Betul.." Orang itu berkata "Hanya ilmu biasa, tapi kau
sangat membutuhkannya."
Dan mengalihkan pandangannya, orang itu menatap Sri
Ratu Bunga Giok Hong. "Giok Hong.." Dia memanggil nama orang. "Kau
mencapai kemajuan yang luar biasa. Kau telah melipat
gandakan ilmu kepandaian dimasa mudamu."
Ratu Bunga Giok Hong berjangkit kaget, hampir dia
terlompat. Dia sedang berhadapan dengan seorang tokoh
silat yang sangat misterius. Dari si cacad tahu sebutan nama
kecilnya" Siapakah orang ini" Agaknya mempunyai hubungan
yang cukup erat, maka dapat mengetahui kemajuan ilmu
silatnya. "Kau juga kenal kepadaku?" dia bertanya bingung.
"Mengapa tidak?" berkata orang berkerudung itu. "kau
pernah menghadiahkan api gelora asmaramu bukan?"
"Huaahh"!...."
"Ha..ha..." Orang itu tertawa,"Kau pernah berkata
kepadaku! Aku cinta padamu. Lupakah kepada janji ini?"
"Kau memfitnah orang." Giok Hong berteriak.
"Bukan fitnahan." berkata orang itu. "Belasan orang telah
kau tipu dengan kata-kata itu. Jangan menyangkal."
"Aku tidak kenal kepadamu."
"Ha..ha... Buah dadamu yang sebelah kiri ada sebuah
tahi lalat merah bukan" Berapa banyak orangkah yang tahu
rahasia ini?" Semakin lama, ocehan orang berkerudung itu semakin
tajam, tidak mengelak hubungan baik orang.
Ratu Bunga Giok Hong berteriak. "Aaa...Kau"... kau
masih hidup?"" Han Thian Chiu juga dapat menduga kepada asal usul
orang ini. Ia memanggil kekasihnya.
"Giok Hong, mungkinkah dia?""
"Kukira memang dia"!" Giok Hong menganggukan
kepala. "Siapa?" Orang berkerudung itu tertawa terbahak-bahak.
Memandang orang misterius itu, dengan suara yang
gemetar, penuh gejolak jiwa, Ratu Bunga Giok Hong
berkata, "kau...kau.. Tan Kiam Lam?"
"Ha..Ha... Kau takut kepada Tan Kiam Lam?" Orang ini
tidak menyangkal, tidak juga membenarkan dugaan itu.
Han Thian Chiu dan Giok Hong tertegun, mereka saling
pandang. Orang itu berkata lagi. "Tan Kiam Lam telah mati
ditangan kalian bukan?"
Tidak dapat disangkal, Tan Kiam Lam telah diterjunkan
kedasar jurang, setelah dicincang oleh kedua orang ini,
karena itulah Han Thian Chiu dan Giok Hong saling
pandang. Mereka tidak percaya, bahwa muncul seorang
Tan Kiam Lam baru. Mengenangkan kembali, semua bekas kekasihnya Giok
Hong bertanya. "Lie Hong?" "Aku bukan Lie Hong!" Berkata orang itu.
"Ong Bun Sin?" "Juga Bukan.." "Setan Cang Leng?"
"Aku tidak kena Setan Cang Leng."
"Katakan siapakah kau?"
"Ha..Ha... Orang yang telah masuk ke dalam
perangkapmu tidak sedikit, Maka tidak dapat menduga asal
usulku, bukan?" Ratu Bunga Giok Hong menggeser kakinya, dia harus
melenyapkan orang ini. Manusia cacad dikursi rodanya tertawa.
"Giok Hong." Dia memanggil "Jangan kau bergerak
maju lagi. Ingin menempur diriku" Ha..ha... dua puluh
tahun yang lalu, hampir aku mati ditanganmu. Setelah itu
aku meyakinkan ilmu peninggalan jaman purbakala, hari
ini, kau tidak akan berhasil membunuhku. Mengingat
hubungan lama kita, aku tidak mempunyai minat untuk
bergulet denganmu." "Tutup mulut!!!"
"Baik. aku masih banyak urusan, selamat tinggal." Orang
itu sudah memegang roda kursi istimewanya. Dia hendak
meluncur pergi. Han Thian Chiu dan Giok Hong mengeluarkan teriakan
berbareng. "Tunggu dulu!" "Ada apa lagi?" bertanya orang itu.
"Kau harus memberi keterangan yang lebih jelas.
sebelum itu, jangan harap dapat meninggalkan tempat ini."
Berkata Ratu Bunga Giok Hong.
"Ha, ha.... Hendak menantang perang?" Orang itu
mengejek sekali. Giok Hong harus menahan orang ini, sangat berbahaya
untuk dibirakan hidup diatas permukaan bumi. Badan dan
tangannya bergerak memukul roda kursi.
Orang itu tidak dapat menggunakan sepasang kakinya,
dua roda adalah urat nadi penting, tentu saja tidak
membiarkan orang merusak alat bergeraknya itu, dia
membacok tangan Giok Hong yang menjulur datang.
Itulah tipu gerakan si Ratu Bunga, Giok Hong mengubah
pukulan menjadi cengkraman, dia meraih tutup kerudung
muka orang misterius tersebut.
Hampir berhasil. Sayang orang itu mempunyai gerakan yang luar biasa,
entah bagaimana dia berhasil menggerakkan roda kursi
maka kelakuan dirinya berubah, Cengkeraman tangan Giok
Hong mengenai tempat kosong.
Gagal! Mereka bergerak cepat setelah mengalami keteganganketegangan yang memuncak,
kedua tubuh mereka terpisah.
Wajahnya Han Thian Chiu berubah.
Giok Hong telah menyerang tiga kali dan seranganserangan itu dikandaskan dengan
mudah, tanpa membikin pembekasan sama sekali, orang berkerudung itu terlalu gesit
untuk dilawan seorang. Timbul niatan Han Thian Chiu untuk mengeroyok
orangnya. Disaat yang sama, orang berkerudung sudah memutar
kursinya, sekali dia tidak mau mengambil posisi yang
membelakangi kedua musuhnya.
Giok Hong membikin penyerangan untuk babak kedua,
beruntun empat kali, dia menyerang musuh itu.
Orang berkerudung membalas dengan tiga kali pukulan
telapak tangan. Terjadi baku hantam yang cepat.
Kekuatan Giok Hong berada dibawah orang itu, sang
ratu terdesak kebelakang.
Menggunakan suatu kesempatan bagus Han Thian Chiu
turun kegelanggang, dia membacok punggung orang diatas
kursi roda. Desiran angin yang kuat memaksa orang tersebut
memutar kursi menangkis pukulan Han Thian Chiu, setelah
itu, cepat sekali, dia berputar lagi menyerang Giok Hong.
Dua lawan satu! Keadaan orang berkerudung mulai terdesak. Dia
mempunyai latihan tenaga dalam di atas kedua lawannya.
selisih itu terlalu kecil sekali. Kini dikeroyok oleh mereka.
tentu saja tidak mempunyai peluang waktu untuk
mengadakan serangan, Dia main tangkis dan main mundur.
Bukan cara terbaik untuk meloloskan diri dari kepungan
kedua musuhnya. orang berkerudung memperhatikan
kekosongan lawan. Tiba-tiba memukul keras. setelah itu, dia mundur jauh.
Mulutnya berteriak. "Tidak tahu malu. Dua lawan satu,"
"Buka kerudung tutup mukamu." Berkata Giok Hong,
"Belum cukup waktu." Berkata si cacad diatas kursi roda.
"Menyerahlah." Berkata Han Thian Chiu.
"Wah, kukira aku akan celaka dibawah tangan kalian."
Orang itu masih dapat berhumor.
Giok Hong dan Han Thian Chiu telah menjepit dikiri
dan di kanannya, wajah mereka semakin beringas.
Orang berkerudung menggeser kursi rodanya, dia
bermaksud melepaskan diri dan kepungan kedua orang.
Giok Hong dan Han Thian Chiu tidak berpeluk tangan,
masing-masing mengirim satu pukulan.
Kejadian yang sudah berada didalam perhitungan orang
berkerudung itu. Tangannya terpentang, menyanggah
pukulan-pukulan musuh-musuhnya dan dengan dorongan
kekuatan tadi, yang ditambah dengan tenaganya sendiri, dia
meluncurkan kursinya kebawah gunung, begitu cepat, daya
terjun itu sehingga menimbulkan asap debu.
"Selamat berpisah." Terdengar Angin suara manusia
aneh itu. Giok Hong membanting kaki, dia lari mengejar.
"Jangan lari." Dia penasaran..
-oo0dw0oo- Jilid 22 TENTU saja kata-kata ini tidak masuk keadalam orang
yang bersangkutan. Kursi roda itu meluncur dengan
pesatnya. Hanya tinggal titik hitam yang mengecil.
Han Thian Chiu mengintil dibelakang Giok Hong
Mereka lama mengejar, jarak itu terlalu jauh, tentu saja
tidak berhasil menyandak. Giok Hong menghentikan
pengejarannya. Dia membanting-banting kaki.
Han Thian Chiu menghampiri kekasihnya itu, dengan
merapatkan mulutnya dia berkata. "Giok Hong tidak guna
marah pada diri sendiri."
"Kita dikalahkan oleh manusia itu." Berkata Giok Hong
panas. "Menang kalah suatu pertempuran adalah barang yang


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jamak." Menghibur kekasih sang ratu. "Lain kali kita
mempunyai kesempatan untuk memenpurnya."
Giok Hong berkata. "Bagaimana hematmu kepada
manusia cacad tadi?"
"Dia mempunyai kepandaian yang cukup tinggi. lawan
berat bagi usaha kita."
"Siapakah orang ini?"
"Mana kutahu" tentu salah satu dari sekian banyak
kekasihmu." "Cih.." Giok Hong mendelikkan mata. "Aku bersungguhsungguh."
"Dia dapat menyebut tanda rahasia yang berada dibagian
tertutupmu, siapa lagi bukan laki-laki yang pernah dijajal
olehmu?" "Aku tahu, dan dia juga kenal kepadamu bukan?"
"Aku tidak dapat menduganya,"
"Mungkinkah Tan Kiam Lam?"
"Hanya Tan Kiam Lam yang pernah kau terjunkan
kedalam jurang?" Han Thian Chiu menjebikan bibirnya.
"Hanya Tan Kiam Lam orang yang pernah dijeleki oleh
Giok Hong terlalu banyak. Tidak mungkin mencari jalan
keluar dari ceruk itu. Bukan Tan Kiam Lam seorang yang
dilumpuhkan olehnya. Sulit untuk memberi keputusan.
Yang dapat meyakinkan ilmu silat setinggi tadi." Berkata
Rahasia Peti Wasiat 5 Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong Badai Awan Angin 27
^