Pencarian

Pohon Kramat 4

Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 4


"Muridmu telah mempermainkan kesucian seorang
gadis, kesalahan ini tidak mau diakui olehnya. Suatu
kesalahan besar yang tentu berada diluar tahumu."
"Gadis mana yang telah dipermainkan olehnya" "
Pengemis tukang ramal amatir menunjuk kearah Jelita
Merah Ong Leng Leng. "Itulah orangnya." Ia berkata. Kesalahan dipihak murid
sendiri. Sin Hong Hiap tidak mau melibatkan diri dengan
gadis itu. Kini ia memperlihatkan watak yang sok menang
itu. "Dimisalkan muridku melakukan sesuatu yang salah." Ia
pentang suara, "sebagai gurunya, aku wajib memberitahu.
Akulah yang berhak menghukumnya. Dengan alasan apa
kalian turun tangan kepada dia" Sudah tidak ada aturan"
Dengan dalih apa kalian membunuh dirinya" Sudah tidak
ada tata hukum" Tidak memandang mata padaku" Ingin
menantang Sin Hong Hiap" Merasa diri sendiri sudah
pantas" Merasa sudah berkepandaian tinggi" Ingin menjadi
jago" Ingin merajai rimba persilatan...."
Tan Ciu tidak sabar ia memotong pembicaraan orang.
"Ini yang dinamakan guru kencing berdiri, murid
kencing berdiri, murid yang bejat moral tentu mempunyai
guru yang tidak tahu aturan. Sin Hong Hiap, orang lain
boleh takut kepadamu, aku Tan Ciu tidak takut kepadamu."
Sin Hong Hiap, mengertak gigi.
"Bagus!" Ia berteriak."Didalam tiga gebrakan aku segera
menghancurkan batok kepalamu."
Tanpa menunggu jawaban orang, tubuhnya melesat dan
menerkam kearah Tan Ciu. Tiba tiba bergeraklah satu suara yang sangat keren sekali.
"Sin Hong Hiap, kau berhenti."
Sin Hong Hiap adalah jago kenamaan yang menganggap
dirinya terpandai dikolong dunia, kini dapat didatangi
orang tanpa kesadarannya, tubuh yang melesat tadi dengan
tidak terhenti sama sekali, berputaran dan kembali ketempat
asalnya. Batallah setangan yang ditujukan kearah Tan Ciu.
Terdengar lagi suara yang keren tadi.
"Sin Hong Hiap berani kau mengganggu selembar
rambutnya.Orang yang pertama mati adalah kau sendiri."
Seorang berbaju hitam terpeta didalam rimba
Penggantungan, dialah yang memberi ancaman kepada si
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap.
Siapakah bayangan orang berbaju hitam ini"
Mungkin algojo Pohon Penggantungan"
Mungkinkah ketua Benteng Penggantungan"
Mungkin Tan Kiam Lam"
Mari kita meneruskan cerita yang masih harus dibaca ini.
o-OdwO-o DIBAWAH Pohon Penggantungan Beberapa orang
sedang bersitegang, manakala pendekar Dewa Angin Sin
Hong Hiap ingin membunuh Tan Ciu, muncul seorang
berbaju hitam, dengan suara yang galak, keren dau
temberang menantang dan mengancam Sin Hong Hiap.
Semua orang menduga duga siapakah orang ini"
Bayangan orang berbaju hitam itu tidak segera maju. Ia
berdiri jauh jauh dari semua orang berada.
Tidak perduli siapa, orang ini berani menantang Sin
Hong Hiap, tentu mempunyai ilmu kepandaian yang sangat
luar biasa. Setelah kembali ditempatnya yang semula. Sin Hong
Hiap tertawa berkakakan. Bayangan hitam itu membuka suara lagi. "Sin Hong
Hiap, kau tidak percaya?"
Sin Hong Hiap menutup suara tertawanya dan
membentak . "Dari lagu dan nada suaramu, tentunya
seorang tokoh berkepandaian tinggi, sebutkanlah namamu."
"Kukira tidak perlu."
"Takut"!" Orang berbaju hitam itu mengeluarkan dengusan,
"Bila aku takut kepadamu,
mengeluarkan tantangan, bukan?"
tentu tidak berani "Akan kubuktikan tokoh dari manakah yang berani
menggangguku." -ooo000ooo- JILID 8 TUBUH Sin Hong Hiap melesat dan menubruk orang
berbaju hitam itu. julukan Sin Hong Hiap adalah Pendekar
Dewa Angin mudah dibayangkan, tentunya mempunyai
kecepatan yang luar biasa, gerakan tadi disendat cepat,
bagaikan main sulap, ia telah berada ditempat orang baju
hitam tadi bicara. Tetapi bayangan hitam inipun mempunyai kecepatan
yang tidak berada dibawah Sin Hong Hiap, tubuhnya
melejit, menyingkirkan diri sejauh tiga tombak. Ia berhasil
mempertahankan jarak yang terpisah dari Sin Hong Hiap.
Kecepatan yang menakjubkan.
Wajah Sin Hong Hiap berubah, mengingat hal ini, tentu
lawan yang dihadapannya berkepandaian tinggi.
"Terimalah seranganku." Berkata Sin Hong Hiap dan
menyerang bayangan hitam itu.
Sang bayangan melejit lagi, tetap menjauh dari Sin Hong
Hiap, tidak mau menyambuti serangan yang dilontarkan
lawan tersebut. Sin Hong Hiap mengejar. Orang ini selalu menyingkirkan diri. Dua orang ini saling
kejar dan lenyap diluar rimba Penggantung.
Tan Ciu menolehkan kepala, memandang Pengemis
tukang ramal amatir itu, dilihat si pengemis menunjukkan
wajah tertawa getir, Menelungkup diatas tubuh Chiu It
Cong yang sudah mati. Jelita Merah Ong Leng Leng menangis sesenggukkan.
Kini ia mengangkatkan kepala memandang Tan Ciu.
Sipemuda juga memandangnya, tubuhnya menggigil
dingin. Ia menghampiri dan berkata "Nona Ong, maafkan
kelancanganku yang telah membunuhnya."
Ong Leng Leng. menggeleng-gelengkan kepala, ia masih
sesenggukan. Tan Ciu berkata dengan nada suara rendah,
"Tidak seharusnya aku membunuhnya."
"Hal ini tidak perlu diungkit-ungkit lagi." Berkata Ong
Leng Leng. "Bila aku tahu bahwa kau masih menyintainya, tentu
tidak terjadi hal ini."
"Sudahlah ..." "Maafkan diriku,"
"Aku tidak menyalahkan mu. Akulah yang menyuruhmu
membunuhnya... Betul aku cinta kepadanya, tetapi hal ini
tidak mungkin dapat dipertahankan olehnya!"
Jelita Merah Oag Leng Leng menangis lagi, kini ia
membayangkan nasibnya yang sengsara.
Dia masih menderita luka, pukulan Chio It Cong
menyebabkan mengeluarkan bunyak darah.
Tan Ciu mengeluarkan obat Seng hiat-hoat-hun-tan,
diserahkan kepada Jelita Merah dan berkata.
"Makanlah obat penambah darah ini."
Ong Leng Leng menggeleng-gelengkan kepalanya, ia
menolak pemberian itu. "Terima kasih." Suaranya sangat lemah.
"Kau masih membenci aku ?"
"Tidak. Bukan sedikit budi yang kuterima darimu. Kini
Chio It Cong telah mati. aku harus kembali kepada guruku.
Mungkin tak dapat menjumpai lagi,"
Dengan susah payah, Jelita Merah meninggalkan rimba
Penggantungan. Tan Ciu memandang punggung gadis sengsara itu,
beberapa saat kemudian, ia lari menyusul.
"Nona Ong..." Ia memanggilnya.
Jelita Merah menghentikan langkah yang berat.
"Nona Ong!" berkata Tan Ciu. Kau harus istirahat
dahulu." "Janganlah menghalang-halangi kepergianku." Berkata
Ong Leng Leng. "Nona ong .." Tiba-tiba Jelita Merah menubruk pemuda itu, ia
menangis sedih didalam rangkulannya.
Tan Ciu membiarkan orang menangis bersandar pada
dadanya. Pengemis tukang ramal amatir itu menghela napas
perlahan. Satu bayangan abu-abu melesat cepat, sudah berada
disampingnya sisi Tan Ciu. Dia adalah Sin Hong Hiap yang
ternyata telah balik kembali.
Tan Ciu kaget, cepat-cepat mendorong pergi tubuh Ong
Leng Leng. Ia harus siap menghadapi musuh kuat itu.
Sin Hong Hiap mengayun tangan memukul sipemuda.
"Bocah serahkanlah jiwamu." Bentaknya keras.
Tan Ciu sudah dapat menduga, sebelum serangan Sin
Hong Hiap tiba, ia telah lompat terbang, menjauhi
serangan. Maka gagallah serangan Sin Hong Hiap,
mengenai tempat kosong. Jelita Merah Ong Leng Leng nyelasupi masuk, ia
berteriak. "Apa-apaan nih?"
Sin Hong Hiap membentak: "Kau juga ingin mati?"
"Akulah yang menyuruhnya membunuh muridmu! Bila
tidak, akupun binasa dibawah tangannya."
"Kau bersedia mengganti dengan jiwa juga!"
"Bila kau tidak puas. Bunuhlah aku."
"Baik." Sin Hong Hiap tidak pandang bulu. Siapa pun
akan dibunuh olehnya! Termasuk gadis sengsara ini!
Tangannya di ayun. Tan Ciu berteriak. "Nona Ong, kau mundur." Tangannya direntangkan,
menyambut serangan Sin Hong Hiap.
Gerakan ini boleh dikata sangat cepat, tapi gerakan Sin
Hong Hiap lebih cepat lagi, terdengar suara yang mengenai
sasaran, tubuh Ong Leng Leng terdorong mundur, ia jatuh
kena serangan Sin Hong Hiap.
Bila tidak ada Tan Ciu vang mewikili menerima pukulan
ini, pasti Jelita Merah Ong leng Leng binasa.
Jatuhnya Ong Leng Leng membikin Tan Ciu naik keatas
cepat, ia menggeram. "Sin Hong Hiap, akan kuhancurkan kepalamu."
Tangannya terayun memukul lawan kuat itu. Sungguh luar
biasa, serangan sangat daihsyat sekali.
Sin Hong Hiap tak berani menerima tajamnya serangan
ini ia menyingkir lebih dahulu. Baru setelah itu, menyerang
tubuh lawan. Terdengar satu suara getaran yang keras, dua
orang itu segera terpisah.
Sin Hong Hiap mengeluarkan suara dingin, "Bagus! Kau
telah menerima pukulan yang pertama."
Tiba-tiba terdengar satu suara cemoohan orang sangat
menghina! "Bagus! Sin Hong Hiap, kau hanya berani menghina
anak saja." Sin Hong Hiap. membalikkan badan, bayangan hitam itu
muncul lagi. Tadi ia tidak berhasil mengejar, maka balik
berurusan dengan Tan Ciu. Kini bayangan hitam itu masih
berani datang, sungguh menjengkelkan hati.
Si bayangan hitam mengeluarkan suara seram.
"Sin Hong Hiap, kau tahu malu tidak" Bertempur orang
pun harus memiliki tandingan yang setimpal."
Sim Hong Hiap membanting kaki.
"Siapalah kau?" Ia menggeram.
"Ehm, kau tak kenal kepadaku?" Bayang hitam itu
menggunakan tutup kerudung hitam dengan bajunya yang
hitam lebih-lebih menyeramkan.
Sim Hong Hiap mengerutkan kedua alisnya.
"Ketua Benteng Penggantungan?" Ia menduga-duga dan
mengemukakan kecurigaannya.
"Kali ini dugaanmu tepat!"
Wajah Sin Hong Hiap berubah.
Orang berbaju dan berkerudung hitam inikah yang
pernah menggetarkan rimba persilatan, ketua Benteng
Penggantungan yang seram"
Tan Ciu yang mengikuti percakapan itupun terkejut.
Orang hitam inikah yang menjadi
'Ketua Benteng Penggantungan"' Orang yang mungkin
bernama Tan Kiam Lam" Ayah kandungnya sendiri"
Pemuda ini segera maju berteriak. "Kau betul ketua
Benteng Penggantungan?"
"Betul!" Berkata laki-laki berkerudung dam berbajuhitam itu.
"Namamu Tan Kiam Lam?" Bertanya Tan Ciu.
"Betul." Gejolak hati Tan Ciu hampir tidak terkedalikan.
"Kau tau, kini sedang berhadapan dengan siapa?"
"Tan Ciu." "Betul. Aku adalah Tan Ciu." Suara sipemuda menjadi
gemetar. Ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam sudah
berhadapan dengan Sin Hong Hiap lagi, ia berkata.
"Sin Hong Hiap, orang-orang yang sudah digolongkan
kedalam jago tua kelas satu tidak seharusnya menghina
anak-anak yang masih bukan tandingan kita. Lebih baik
kita sajalah yang menentukan kekuatan, memilih dan
menentukan waktu, menentukan kemenangan."
"Baik. Bagaimana bila kita mengadu
sekarang?" Berkata Sin Hong Hiap menantang-
kekuatan "Kini kau mempunyai banyak waktu terluang untuk
melayani diriku." Berkata ketua Benteng Penggantungan.
"Mengapa tidak?"
"Apa tujuan utamamu ketempat ini?"
"Pohon Penggantungan."
"Kau sudah berhasil melihat itu Manusia pohon
Penggantungan?"

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sin Hong Hiap tertegun, ia tidak dapat memberikan
jawaban. Sesungguhnya, ia belum berhasil menemukan itu
Manusia Pohon Penggantungan.
Ketua Benteng Penggantungan mengeluarkan suara
dingin. "Tiga hari kemudian, aku orang she Tan menantikan
kedatanganmu didepan Benteng penggantungan. Bila aku
kalah, segala sesuatu segera kuserahkan kepadamu.
Termasuk pemuda she Tan itu juga."
"Baik." Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap setuju.
"Nah, kunantikan kedatanganmu disana." Berkata ketua
Benteng Penggantungan. Sin Hong Hiap menganggukkan kepala, tubuhnya
bergerak dan menantikan Manusia Pohon Penggantungan
diarah pohon maut tersebut.
Ketua Benteng Penggantungan berhasil mencegah Sin
Hong Hiap Tan Ciu, setelah melihat Sin Hong Hiap pergi,
ia pun membalikkan badan, siap memisahkan diri.
Tan Ciu telah bergerak, ia memegat kepergian orang
yang diduga keras sebagai ayah itu.
"Tunggu dulu." Ia berteriak keras.
KetuaBenteng gerakannya. Penggantungan menghentikan "Ada apa?" ia bertanya.
"Hampir saja aku pergi ke Benteng Penggantungan
mencarimu." Berkata Tan Ciu.
"Disini pun sama saja."
"Betul. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."
"Aku tidak ada waktu." Tubuhnya melesat cepat,
melarikan diri. Dua orang saling kejar sebentar, kini ketua Benteng
Penggantungan menghentikan langkahnya. Ia menghadapi
Tan Ciu dan berkata. "Apa yang kau mau?"
Wajah Tan Ciu telah diliputi oleh selaput hawa
pembunuhan, ia menggeram.
"Aku ingin membunuhmu."
"mengapa?" "Kau jahat dan kejam."
"Ha, ha..... Belum lama aku telah menolongmu, tahu"
Kau ingin membalas air susu dengan air tuba."
"Hm.. . Kau tahu bagaimana hubungan kita."
"Katakanlah sendiri."
"Aku ingin mendapat jawabanmu."
"Ha, ha...." "Bukalah kedokmu itu."
"Kau kira....."
"Aku harus membunuhmu."
Kata Tan Ciu disusul dengan serangannya ia
memberikan satu sapuan pukulan. Hal ini hebat, ia ingin
menyingkap tutup kerudung muka itu dahulu.
Ketua Benteng Penggantungan melesat, maka gagallah
serangan yang Tan Ciu lontarkan kepadanya.
Hal ini sudah dapat Tan Ciu duga. tanpa istrirahat lagi,
Tan Ciu mengejar dan memberi pukulan tangan yang
kedua. Serangan Tan Ciu dibarengi oleh gerakkan tubuh yang
memegat kepergian lawan. Ketua Benteng pengantungan
tidak berdaya, terpaksa ia memapaki serangan itu. dengan
kedua telapak tangannya. Terdengar suara beradunya dua tenaga pukulan, debu
berdebur keras, mengulak naik, masing-masing terpukul
mundur dari posisi kedudukan semula. Sehingga berjarak
empat belas tombak, dua orang itu baru dapat membuat
posisi baru. Tutup Kerudung orang itu telah terbuka.
Tan Ciu tertegun, ia melengak heran. Wajah itu tidak
asing lagi baginya, itulah wajah Kiam Pek.
"Kau "!" Tan Ciu mengeluarkan suara kaget.
Orang ini bukan ketua Benteng Penggantungan dia
adalah Tan Kiam Pek, pantas berusaha menolong dirinya
dari gempuran si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap.
Lain pikiran menyelusup kedalam benak pikiran Tan
Ciu, diketahui bahwa ayah dan pamannya itu dilahirkan
pada waktu yang sama, istilah yang harus digunakan untuk
menyebut mereka ialah saudara kembar. Tentu mempunyai
wajah yang sama. mungkinkah Tan Kiam Lam asli.
Menurut keterangan Tan Kiam Pek, perbedaan yang
khas ialah andeng-andeng hitam melekat pada daun kuping
kiri Tan Kiam Lam. Tan Ciu memperhatikan daun kuping kiri orang itu!
"A a a ...!" sipemuda berteriak. "Dia tidak ada tandatanda hitam pada daun
kupingnya. Dia Tan Kiam Pek."
Tan Ciu sedang berhadapan dengan Tan Kiam Pek"
Pamannya sendiri itu"
Atau berhadapan dengan Tan Kiam Lam! Ayah
kandungnya yang belum pernah bertemu muka"
Mari kita berikutnya. mencari jawaban ini pada lembaran Tan Ciu berhadapan dengan seorang yang mempunyai
Wajah seperti Tan Kiam Pek wajah ini sangat
membingungkan sipemuda. Dengan siapakah ia berhadapan muka"
Ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam" Atau
sang paman, Tan Kiam Pek yang pernah dijumpainya.
Dari ciri-ciri yang dilihat, orang ini adalah Tan Kiam
Pek. Orang itu berkata dingin. "Eh, Bagaimana" Kau telah
kehilangan pikiran."
Dengan suara gemetar, Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Kau ketua Benteng Penggantungan yang asli?"
"Menuntut pendapatmu apa tidak mungkin?"
"Aku meminta jawabanmu yang pasti."
"Aku bukan ketua Benteng Penggantungan." Orang itu
berkata. "Aku hanya menggunakan nama ini untuk
menakut-nakuti Sin Hong Hiap. Aku Tan Kiam Pek." ia
mendekati Tan Ciu. Sipemuda mundur, ia masih menaruh curiga.
Tan Kiam Pek mengerutkan keningnya. "Kau tidak
percaya?" Ia bertanya.
"Kau membingungkan orang." Berkata Tan Ciu.
"Aku sengaja tidak membuka kedok, alasan pertama
ialah menghindari Sin Hong Hiap, alasan kedua ialah
mencoba sampai dimana kemajuan ilmu silatmu. Ternyata
kau telah mendapat kemajuan yang sangat pesat."
"Kau sungguh pamanku, Tam Kiam Pek?"
"Ah. hal ini tak perlu kau ragukan lagi."
"Tetapi...." "Kau kecewa ?" Tan Ciu memang agak kecewa. Bila orang ini bukan Tan
Kiam Lam, tetapi si ketua Benteng Penggantungan Tan
Kiam Lam, maka segala rahasia ayahnya itu dapat dibuka
segera. Tidak perlu ubek-ubekan mencarinya lagi.
Terdengar Tan Kiam Pek berkata. "Kau juga mendapat
kabar bahwa Tan Kiam Lam akan tiba dipohon
Penggantungan?" Tan Ciu menganggukkan kepala.
Terdengar lagi suara Tan Kiam Pek. "Bagaimana kau
mengikat tali permusuhan dengan Sin Hong Hiap."
Tan Ciu bercerita bagaimana ia menemui Chio It Cong,
dengan kesudahan matinya pemuda baju yang berkepala
batu itu. Tan Kiam Pek mengemukakan
berkata. pendapatnya dan "Chio It Cong memang takut mati. Hanya adatnya Sin
Hong Hiap itu agak luar biasa ia membela golongannya.
tanpa melihat suasana tanpa menimbang untung ruginya.
Kukira ia tak mau menyelesaikan urusannya begitu saja."
"Aku tidak takut," Tan Ciu membawakan sikapnya yang
berdarah panas, Maka, mereka segera kambali lagi. Disana Jelita Merah
Ong Leng Leng masih menggeletak pingsan, ia terkena
pukulan Chio It Cong terlebih dahulu, dan terakhir dipukul
jatuh oleh Sin Hong Hiap.
Tan Kiam Pek memandang gadis baju merah itu dan
berkata kepada Tan Ciu. "Kau menolong dirinya. Aku ingin menyusul Sin Hong
Hiap." Tan Ciu menerima Usul ini.
"Baik." Dan ia menghampiri Ong Leng Leng,
Tubuh Tan Kiam Pek melesat dan sebentar saja sudah
lenyap tidak tampak. Tan Ciu menghampiri Ong Leng Leng dan menjejal obat
Seng niat-hoan hun-tan kemulut orang, kemudian menotok
beberapa jalan darahnya, mempercepat peredaran darah.
Tidak lama kemudian, Ong Leng Leng sadarkan diri
lagi. Gadis baju merah itu bangkit berdiri, ia mengucapkan
terima kasih. "Tan siauwhiap, aku berterima kasih kepadamu."
"Akupun pernah menerima budimu," Berkata Tan Ciu.
"Aku harus segera pergi." Berkata Ong Leng Leng.
"Budimu tak nanti kulupakan. Agaknya sulit membalas
budi ini." "Jangan kau berkata seperti itu."
"Selamat tinggal." Ong Leng Leng melambaikan tangan
dan pergi meninggalkan sipemuda.
Tan Ciu bengong memandang punggung belakang orang,
seolah-olah dia telah kehilangan sesuatu. Beberapa lama
Tan Ciu melamun, sampai pada satu waktu ia dikejutkan
datangnya seseorang yang datang dengan tidak disertai
suara sama sekali. Cepat ia membalikan kepala, menotok kearah datangnya
bayangan itu, tiba-tiba ia berteriak.
"A a a a a ...!!"
Seorang gadis berbaju hitam telah berdiri disana, diam,
kaku dan tidak bergerak. Tan Ciu mengucek-ucek kedua matanya tatkala dibuka
lagi, betul-betul ia melihat bayangan gadis berbaju hitam
itu. Lama sekali mereka saling pandang.
Terdengar suaraTanCiuyang
"Mengimpikan aku ...Mengimpikan aku?"
bergumam. Akhirnya Tan Ciu berteriak keras. "Cicie ...!!"
Gadis baju hitam itu adalah Tan Sang, kakak perempuan
Tan Ciu yang dahulu telah digantung diatas Pohon
Penggantungan! Mungkin orang yang sudah dapat hidup kembali.
Mungkinkah ada bantu gelandangan yang mati penasaran"
Mungkin ada arwah seseorang yang dapat menampilkan
dirinya lagi" Apa yang Tan Ciu lihat, memang tidak salah. Gadis baju
hitam itu adalah kakaknya yang bernama Tang Sang.
"Cicie...." Sekali lagi Tan Ciu memanggil Tan Sang
dengan suara gemetar. Gadis itu tidak memberikan jawaban.
"Kau... Kau adalah cicieku?" Tan Ciu bertanya.
Kini, baru gadis tersebut memanggutkan kepalanya.
"Cicie ... " "Tan Ciu ..." "Aaaa....!" Tan Ciu menubruk gadis berbaju hitam itu,
dan menangis didalam rangkulannya.
Seolah-olah sedang mengimpi, Tan Ciu tak tahu, apa
yang harus diperbuat olehnya.
Tan Ciu berteriak dan menubruk gadis tersebut ia
mengeluarkan air mata gembira. Membiarkan dirinya
berada dalam rangkulannya.
Tatkala Tan Ciu melampiaskan rasa rindunya kepada
sang kakak dan menyenderkan diri didalam pelukan orang,
gadis itu menggerakkan jarinya cepat, tiba-tiba menotok
jalan darah sipemuda. Didalam tidak ada penjagaan sama sekali, Tan Ciu
tertotok jatuh, ia mendapat totokan tidur. Sebelum ingatan
hilang sama sekali, mulutnya berteriak keras.
"Cicie, kau...!!"
Tetapi suara itu tidak keburu dikeluarkan, si pemuda
sudah menggeliat didalam rangkulan gadis itu.
Disaat ini satu bayangan bergerak datang tanpa suara
sama sekali. Gadis berbaju hitam telah menggendong tubuh Tan Ciu
yang ditotok olehnya, maka si pemuda tak tahu, apa yang
bakal terjadi, Orang yang berkerudung. datang, adalah seorang gadis Gadis yang menggendong Tan Ciu setelah melihat
kedatangan wanita berkerudung itu dan memanggilnya
perlahan. yang "Ibu ...." Wanita berkerudung itu mengeluarkan elahan napas
panjang... "Bawalah." Ia memberi perintah.
"Tidak memberi tahu kepadanya?" Sigadis mengajukan
pertanyaannya! "Tidak." "Hal ini akan membuatnya sangat rindu."
"Apa boleh buat. Belum waktunya." Berkata wanita
berkerudung itu. "Anakmu kira, lebih baik memberi tahu atas penjelasan


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang tepat." "Hal ini akan lebih mengganggu dirinya."
"Ibu....." "Jangan banyak bicara. Bawalah!"
"Baik." Mereka membawa Tan Ciu dan melenyapkan diri.
Berapa lama kemudian .... Tan Ciu sudah mulai siuman.
Tan Ciu mendapatkan dirinya terbaring ditabnah. Terlihat
ia duduk dan menggeleng-gelengkan kepala, betulkah hal
itu telah terjadi" Hal ini membingungkan dirinya. Maka ia
tidak percaya. Si pemuda membayangkan dan menggenang kejadiankejadian yang belum lama terjadi.
Hal ini sungguh-sungguh telah dialami oleh dirinya.
Bagaikan mimpi, bagaikan hidup didalam cerita seriba
satu malam, ia merasakan keanehan dan keajaiban yang
sangat luar biasa. Tan Sang setelah mati diatas Pohon Penggantungan.
Bagaimana ia dapat hidup lagi"
Samar-samar masih teringat bagaimana kakak itu
menotok dirinya, kemudian jatuh tidurlah jago muda kita
dan tidak sadarkan diri. Betulkah Tan Sang yang melakukan hal itu"
Sungguh. Dia memang Tan Sang. Tidak salah lagi. Hal
ini dapat dipastikan akan kebenarannya.
Tan Ciu bangun berdiri. Ia membuka matanya.
Dihadapannya terpeta satu gambaran gadis cantik,
wajahnya bulat telur, pakaiannya putih bersih. Semakin
lama semakin jelas, gambar itu terpeta hidup.
Seorang gadis berbaju putih tertawa dan memandang
Tan Ciu yang masih bingung itu.
Samar-samar, Tan Ciu seperti kenal dengan wajah ini.
Maka gadis baju putih itu membuka suara. "Kau telah
bangun?" Tan Ciu tertegun. Memandang kearah kelilingnya, ia
sudah berada ditempat lain.
"Bagaimana aku dapat berada ditempat
mengajukan pertanyaan. ini?" "Aku yang membawa kesini." Berkata gadis berbaju
putih itu. "Kau?" "Betul. Kulihat kau terbaring tidur dengan tenang sekali.
Kukira Kau menderita luka. Maka kugendong dan bawa
ketempat ini. Disini kuperiksa, dan baru kuketahui bahwa
kau telah mendapat totokan tidur."
Ia "Aaaaaaaa......"
Gadis baju putih itu tertawa. "Mengapa?"
"Tidak." Jawab Tan Ciu singkat.
"Kau yang bernama Tan Ciu?" Bertanya gadis itu.
"Bagaimana kau tahu?"
"Pada satu tahun yang lalu, kita pernah bertemu,
bukan?" "Aaaaa....." Tan Ciu teringat. Pada satu tahun yang lalu, dikala ia
hampir menderita penyakit gila, diusir oleh gurunya, gadis
baju putih inilah yang menolongnya dan mempertemukan
dengan si Putri Angin Tornado, Tidak disangka, disini, ia
berjumpa lagi. Gadis itu tertawa. "Sudah teringat,?" Ia berjalan mendekati,
"Aaaaa...." Tan Ciu berteriak girang, "Betul. Aku
teringat! Eeh, bilakah hari..."
"Lihatlah, hari telah siang bolong!"
"Apa" Sudah menjadi siang?" Tan Ciu berteriak.
"Betul!" Gadis itu menganggukkan kepala. "Sudah
siang." Tan Ciu mematung ditempatnya.
Tiba-tiba bagaikan diserang penyakit gila, pemuda itu
melesat terbang, gerakannya cepat sekali.
Gadis itu terkejut, ia berteriak. "Tan siauwhiap!"
Tan Ciu tidak menghiraukan panggilan itu ia lari dan
lari, menuju kearah Pohon Penggantungan.
Sebentar kemudian, Tan Ciu telah berada dibawah
Pohon Penggantungan. Jelas.,.. Lagi-lagi ada seorang yang
menjadi korban keganasan pohon gundul itu. Disana, diatas
Pohon Penggantungan, bergelantung tubuh seorang kakek
yang mati digantung orang, tahun ini terjadi pengecualian,
yang mati di atas Pohon Penggantungan bukan seorang
gadis lagi, tetapi seorang laki-laki tua.
Tahun ini tidak terkecuali. Diatas pohon Penggantungan
tergantung korban tahanan.
Hanya ada sedikit perbedaan dengan tahun-tahun yang
telah lalu, bila pada tahun-tahun dahulu, yang menjadi
korban ialah para gadis cantik berkepandaian silat, hari ini,
yang menjadi Korban Pohon Penggantungan adalah
seorang lelaki tua, umurnya diduga diantara lima puluhan,
Kecuali korban itu, disekitar Pohon Penggantungan
sangat sunyi dan sepi. Tidak ada orang sama sekali.
Tan Ciu merasa heran, kemanakah si pengemis tua
tukang ramal amatir" Kemana perginya si Dewa Angin Sin
Hong Hiap, ketua Benteng Penggantungan, Tan Kiam Pek
dan tokoh-tokoh lainnya yang menjaga pohon maut ini"
Kemanakah perginya orang-orang itu" Sandiwara hebat
telah dilewatkan olehnya. Yang jelas, ada sesuatu tenaga
kekuatan yang tak menginginkan dirinya menyaksikan
kejadian-kejadian diatas Pohon Penggantungan.
Dari manakah datangnya kekuatan ini" Dengan satu
tipu, kekuatan itu telah menidurkan dirinya. Maka dikala ia
kembali, drama Pohon Penggantungan telah dilewatkan.
Semua orang telah meninggalkan tempat itu.
Hanya mayat diatas Pohon Penggantungan yang masih
bergoyang-goyang. Tan Ciu mengeretek gigi, ia benci kepada gadis yang
menyamar menjadi Tan Sang itu. kalau bukan gadis
tersebut yang menotok jalan darah tidurnya, ia dapat
menyaksikan kejadian-kejadian disana.
Siapakah gadis berbaju hitam itu" Mungkinkah ada
orang yang mempunyai wajah mirip seperti Tan Sang.
Dia pasti Tan Sang. Tidak mungkin, Tan Sang telah mati diatas pohon
penggantungan. Mana mungkin dapat hidup kembali"
Kejadian yang sudah lewat tidak mungkin ditarik
kembali. Yang penting ia harus segera mencari tahu, apa
yang telah terjadi disekitar Pohon Penggantungan,
manakala tidak ingat diri tadi!
Disini ada menunggu dan hadir pengemis tua aneh dan
Tan Kiam Pek misterius, bila berhasil menemukan satu dari
dua orang itu tentu ia dapat tahu, apa yang telah terjadi.
Tan Ciu harus segera mencari jejak dua orang tersebut.
Kepala si pemuda berdongak lagi, memandang mayat
yang bergoyang diatas Pohon Penggantungan.
Heran. Dengan adanya jago-jago seperti Sin Hong Hiap,
Ketua Benteng Penggantungan dan lain-lainnya, bagaimana
si Pencipta Pohon Penggantungan dapat melakukan sesuatu
dengan bebas, menggantung orang diatas Pohon besinya.
Terdengar suara langkah kaki yang datang dari arah
belakang sipemuda. Tan Ciu menoleh cepat. Gadis baju putih ini yang menyusul datang. Siapakah
gadis ini" Mengapa mengikuti dirinya"
Terlihat sigadis tertawa, sikapnya memang ramah tamah,
dia adalah seorang gadis baik hati, terbukti dari
perbuatannya pada satu tahun yang lalu, dia pernah
menolong Tan Ciu, dikala pemuda itu hampir menjadi gila,
karena tekanan batin yang tidak terhingga.
"Tan siauwhiap, kau menunggu seseorang disini?" Gadis
tersebut mengajukan pertanyaan,
Tan Ciu menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak." Ia memberikan jawaban.
"Agaknya ada sesuatu yang kau pikirkan."
"Nona...." Berkata Tan Ciu. "Bolehkah aku mengajukan
pertanyaan?" "Silahkan!" "Berapa lama kau berada ditempat ini?"
"Dikala hari menjelang pagi."
"Adakah sesuatu yang kau lihat?"
"Hanya sekelumit dari rentetan cerita yang ingin kau
ketahui." "Aaa....." Tan Ciu menjadi girang,
Mengapa Tan Ciu bergirang" ...
Siapakah gadis baju putih itu"
Mari kita mencari jawaban ini pada cerita yang
berikutnya. o.OdwO.o DIBAWAH Pohon Penggantungan ada 2 orang, mereka
adalah Tan Ciu dan seorang gadis berbaju putih.
Diatas Pohon Penggantungan ada seorang kakek yang
mati digantung, dia adalah korban keganasan Pohon
Penggantungan. Terdengar Tan Ciu berseru girang,
"Katakanlah, lekaslah katakan kepadaku,"
"Apa yang harus dikatakan kepadamu ?" Bertanya
sigadis berbaju putih itu.
"Katakanlah apa yang kau saksikan ditempat ini pada
hari menjelang hampir pagi."
"Tentang pihak yang mana?"
"Aaaa.,." Dugaan Tan Ciu tidak salah, gadis ini telah
menyaksikan apa yang tidak diketahui olehnya.
"Kau telah melihat sipencipta Pohon Pengantungan?"
Gadis itu menganggukan kepalanya pelahan.
Hati Tan Ciu berdebar keras.
"Bagaimanakah bentuknya tokoh maut itu?" ia bertanya
cepat. "Dia adalah seorang wanita berkerudung."
"Wanita berkerudung?" Tan Ciu mengerutkan alisnya.
"Pencipta maut Pohon Penggantungan adalah seorang
wanita?". "Betul" "Hanya seorang?"
"Tiga, Mereka terdiri dari tiga orang!"
"Bagaimanakah bentuk dua orang kawannya itu?"
"Mereka ialah gadis berpakaian warna hitam."
"Aaaa ... Gadis berpakaian hitam"!!"
"Betul. Seorang diantaranya adalah kakakmu yang
bernama Tan Sang itu."
"aaaa ... kakakku ?"
"Betul." "Ehh, bagaimana kau tahu?"
"Mereka memanggilnya dengan sebutan seperti itu."
Tan Ciu menjublek ditempatnya. Lama sekali ia
mematung diam. Kejadian dan perkembangan yang seperti
ini berada diluar dugaan sama sekali.
Gadis baju hitam yang menotok jalan darah tidurnya itu
adalah Tan Sang" Haruskah ia percaya kepada keterangan
orang" Tan Ciu berkata. "Kau tidak berniat menggoda orang,
bukan?" Gadis itu menggoyang-goyangkan kepala.
"Aku tidak ada niatan untuk menggodamu." katanya,
"Tan Sang memanggil-manggil namamu dengan sedih."
"Kemudian?" "Dengan cara yang sangat luar biasa. Mereka
menggantungkan orang diatas Pohon Penggantungan."
"Tan Sang juga ikut komplotan Pohon Penggantungan"!"
"Betul. Kecuali komplotan Pohon Penggantungan. Yang
datang terdapat juga orang yang mereka sebut sebagai si
Dewa Angin Sin Hong Hiap dan ketua Benteng
Penggantungan." "Ketua BentengPenggantungan tidak
menemukan ketua Benteng Penggantungan?"
berhasil "Tidak." "Ketua pohon Penggantungan itu lihai sekali"
"Betul. Dia dan dua gadis baju hitam mengenakan
kerudung muka, maka tidak terlihat jelas bagaimana wajah
ketiga orang itu. Yang jelas satu diantara dua gadis baju
hitam yang menjadi pengiring ketua pohon Penggantungan
ialah kakakmu yang bernama Tan Sang itu."
"Bagaimana tiga orang ini dapat menghindari Sin Hong
Hiap dan menggantungkan orang diatas Pohon
Penggantungan?" "Pertama-tama seorang gadis baju hitam dengan
kerudung muka tampil dibawah Pohon Penggantungan, Sin
Hong Hiap segera menduga kepada pencipta Pohon
Penggantungan maka ia mengejar. Gadis itu lari, maka Sin
Hong Hiap terpancing pergi. Kemudian muncul kakakmu,
dengan cara yang sama, ia juga berhasil memancing pergi
ketua Benteng Penggantungan, baru muncul pemimpin
mereka, dengan malah, Ketua Pohon Penggantungan
menggantungkan orang diatas pohon gundul."
"Sin Hong Hiap dan ketua Benteng Penggantungan tidak
balik kembali?" "Balik..Tetapi segala sesuatu telah kelar. wanita
berkerudung dan dua orangnya telah tiada disitu. Yang ada
hanyalah korban mereka diatas pohon."
"Sungguh pintar."
"Betul. Mereka mempunyai rencana yang masak.
Perhitungannya tepat."
"Sayang sekali....."
"Kejadian ini ada hubungan dengan dirimu." Gadis itu
mengajukan pertanyaan. "Betul!" Berkata Tan Ciu. "Orang mengatakan bahwa
ketua Pohon Penggantungan itu adalah jelmaan ibuku."
"Tentang kakakmu Tan Sang!"
"Aku telah melihat bagaimana ia digantung orang diatas
Pohon Penggantungan, tetapi mayatnya hilang lagi, entah
kemana. Aku harus membikin terang kejadian ini."


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oooo... Maukah kau bekerja sama denganku"." Gadis
itu mengajukan usul. "Bekerja sama" Bagaimanakah cara bekerja sama itu?"
Tan Ciu belum mengerti akan maksud tujuan orang.
"Aku akan membantu kau membikin terang rahasia
Pohon Penggantungan." Berkata si gadis, "Dan kau
membantu aku mencari seseorang."
"Siapakah orang yang kau cari?"
"Sibungkuk Kui Tho Cu."
"Siapakah si Bungkuk Kui Tho Cu ini" Dimanakah ia
berada." Gadis itu tertawa. "Lucu." katanya. "Bila aku tahu dimana ia berada,
mungkinkah aku meminta bantuanmu untuk mencarinya."
"Ng.... Yang kumaksudkan ialah dimana dari lenyapnya
orang yang dapat kau cari itu?"
"Hanya seorang dapat mengetahui, dimana si Bangkok
Kui Tho Cu berada." Berkata gadis itu. "Bila kau dapat
bertemu dengan orang itu mana mungkin berhasil
menemukan Kui Tho Cu."
"Siapakah orang ini?" Bertanya Tan Ciu.
"Tan Kiam Lam."
"Hah?" Tau Ciu tersentak. Lagi lagi Tan Kiam Lam!
"Mengapa?" Gadis itu tidak mengerti. Juga tak tahu
bahwa ia sedang berhadapan dengan putra dari orang yang
baru saja disebut olehnya.
"Akupun sedang mencari Tan Kiam Lam," berkata Tan
Ciu! "Ng. Bila bertemu dengannya kau boleh sekalian
bertanya, dimanakah si Bungkuk Kui Tho Cu berada, dan
beritahulah kepadaku," berkata gadis itu. "Dimanakah Tan
Kiam Lam itu?" "Ketua Benteng Penggantungan itulah yang bernama
Tan Kiam Lam." Berkata Tan Ciu.
"Hei... sungguh?"
Sigadis pernah melihat ketua Benteng Penggantungan
yang mengenakan tutup kerudung muka, hanya ia tidak
tahu bahwa orang itulah yang bernama Tan Kiam Lam.
"Mengapa harus berbohong kepadamu" Berkata Tan
Ciu. "Hanya aku belum mengetahui pasti akan dugaan ini."
"Sayang." Berkata si gadis. "Bila kutahu kejadian ini.
tentu kutahan orang tadi dan menanyakan kepadanya,
dimana Kui Tho Cu berada."
Gadis itu tertawa manis, senyumnya memang murah
sekali. Kebetulan Tan Ciu sedang memandang orang, hatinya
berdebar keras, suatu tantangan bagi seorang pemuda yang
masih berdarah panas. "Hei." Berkata gadis itu. "Mengapa kau tidak ingin
mengetahui namaku?" "Katakanlah, siapa namamu?"
"Aku bernama Cang Ceng Ceng."
"Ohw, nona Cang. Sungguh beruntung dapat berkenalan
denganmu." "Panggil saja aku dengan sebutan Ceng-Ceng."
Tan Ciu menganggukkan kepala. Gadis ini terlalu
menarik hati, baik dan mempunyai perangai yang halus.
"Mari kita meninggalkan tempat ini." Berkata Cang Ceng
Ceng. "Baik." Mereka meninggalkan rimba penggantungan.
Drama Pohon Penggantungan telah terjadi. Hal ini tidak
dapat ditolak lagi. Tan Ciu menyesal karena tidak dapat mengikuti
kejadian-kejadian itu. Kini ia bekerja sama dengan seorang
gadis yang cantik menarik, bagaimanakah hasil dari kerja
sama ini" Bagaimana pula Penggantungan" perjalanan mereka ke Benteng Betulkah bahwa Ketua Benteng Penggantungan bernama
Tan Kiam Lam" Betulkah bahwa orang yang bernama Tan Kiam Lam itu
sebagai ayahnya" Bagaimana ia harus menghadapinya"
Bagaimana sikap sang ayah kepada dirinya"
Pertanyaan-pertanyaan ini memusingkan kepala si jago
muda. Benteng penggantungan terletak didalam lembah Siangkiat. Suatu lembah yang
sangat sepi dan sunyi, lembah yang
mempunyai kedudukan bagus, sangat strategis.
Ini waktu, dijalan yang menuju kearah lembah Siang-kiat
terlihat sepasang muda mudi, mereka adalah Tan Ciu dan
gadis yang bernama Cang Ceng Ceng itu.
Pada mulut lembah yang pertama, mereka tidak
menemukan gangguan. Dikala memasuki mulut lembah yang ke-dua, keadaan
berubah. Jalan menjadi sangat gelap dan sempit, hal ini
tidak menguntungkan mereka. Bila orang yang berjalan
ditempat ini mendapat serangan mendadak, tentu sulit
untuk mempertahankan keselamatan jiwanya.
Cang Ceng Ceng mengerutkan kening. Ia menghentikan
langkah kaki. Tan Ciu menjadi bimbang. Setelah melewati jalan sempit
ini, mereka segera tiba di Benteng Penggantungan. Tempat
yang sangat berbahaya sekali. Apa akibatnya bila ia gagal
masuk kedalam benteng itu.
"Nona Cang, aku ingin
kepadamu." Berkata Tan Ciu.
mengemukakan sesuatu "Katakanlah." Berkata sigadis itu.
"Lebih baik kita berpisah."
"Maksudmu?" "Kau tunggu disini. Dan biarkan aku masuk ke dalam,
Hal ini untuk menjaga agar jangan sampai kita berdua
mengalami sesuatu apa pada saat yang sama."
"Mengapa tidak membiarkan aku yang masuk kedalam
benteng." "Hal ini sangat berbahaya sekali."
"Kau ingin masuk kesana. Bukankah sangat berbahaya
juga." "Diantara kita berdua, harus satu yang masuk kedalam
Benteng Penggantungan menemui Tan Kiam Lam."
"Aku tidak setuju. Mengapa tidak masuk bersama-sama
saja?" "Aku tidak mengharapkan ada
mengganggumu." Berkata Tan Ciu.
sesuatu yang "Aku berani menerjang rimba persilatan, tentu tak takut
mati." Berkata Cang Ceng Ceng. "Dimisalkan terjadi
sesuatu apa, aku tidak akan menuntut ganti rugi
kepadamu." "Baiklah," Tan Ciu mengalah.
Mereka telah mendapat persepakatan untuk masuk
kedalam jalan sempit yang gelap itu, maka dua-duanya
melangkahkan kaki mereka.
Tiba-tiba ... Tiga bayangan bergerak cepat, disana telah bertambah
tiga orang, dua wanita dan seorang pria, semua
mengenakan pakaian warna hitam.
Yang berjalan dipaling depan adalah wanita berbaju
hitam, dia adalah kepala dari tiga orang tadi, memandang
Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng, ia membentak.
"Apa maksud kalian berdua menuju ke Benteng
Penggantungan?" "Menemui seseorang." Berkata Tan Ciu.
"Siapa orang yang ingin kalian temui?"
"Ketua Benteng Penggantungan ."
"Dengan maksud tujuan ?"
"Dia tahu." "Bagaimana sebutan namamu ?"
"Tan Ciu." "Kau yang bernama Tan Ciu?"
"Betul. Beritahu kepada ketua kalian, bahwa aku Tan
Ciu ingin bertemu dengannya."
"Ketua kami tidak bersedia menemuimu." Berkata
wanita baju hitam itu. Wajah Tan Ciu berubah. "Bagaimana ia tahu kedatanganku?"
"Ketua kami tentu tahu. Beliau pernah memberi pesan
bahwa ia tidak bersedia menemui seorang pemuda yang
bernama Tan Ciu." "Bila aku menerjang masuk dan menemuinya dengan
paksa?" "Tidak mungkin." Tiga orang baju hitam berkata. "Tidak
mungkin kau berhasil."
"Baik. Buktikanlah, berhasil atau tidak, aku masuk
kedalam Benteng Penggantungan dengan paksa." Berkata
Tan Ciu yang sudah siap bergebrak, mengadu kekuatan.
Tiga orang baju hitam mengeluarkan pedang.
Tan Ciu sudah siap menerjang.
Tetapi Cang Ceng Ceng menarik tangan sang kawan,
dengan, halus ia berkata. "Jangan terlalu cepat marah."
Tan Ciu mengibaskan pegangan tangan itu ia pun telah
mengeluarkan senjata, sudah menjadi pantangan besar di
dalam rimba persilatan bila mengeluarkan senjata tanpa
peperangan. Ditunjuknya wanita baju hitam yang menjadi kepala dari
tiga orang tadi, dan membentak.
"Apa jabatanmu didalam Benteng Penggantungan?"
"Hiangcu penjaga mulut lembah."
"Bila aku berhasil mengalahkanmu, tentunya dapat
bertemu dengan ketua kalian, bukan?" Tan Ciu mengajukan
pertanyaan. "Mungkin kau dapat menemui beliau." Berkata wanita
baju hitam itu. "Nah, terimalah seranganku." Tan Ciu segera mulai
dengan serangannya. Berhasilkah Tan Ciu menerjang masuk"
Bagaimana kesudahan dari perjalanan ke Benteng
Penggantungan ini" Mari kita mencari jawaban pada cerita cerita berikutnya.
oo OwO oo MENGETAHUI bahwa Tan Ciu menyerang, tiga orang
baju hitam melintangi pedang mereka, dengan kekuatan
tenaga tiga orang, mereka menerima serangan sipemuda.
Tragggg..... Mereka segera terpisah lagi.
"Tan siauwhiap, serahkanlah mereka kepadaku." Ia
meminta. Tan Ciu menggoyangkan kepala.
"Tidak!" Ia tidak setuju "sebelum mendapat izinku
jangan kau ikut campur."
Terpaksa Cang Ceng Ceng mundur lagi.
Dua wanita dan seorang laki-laki berbaju hitam itu
mengurung Tan Ciu ditengah.
"Kalian tidak mengijinkan kita masuk ke dalam lembah?"
Tan Ciu masih menghindari pertempuran.
"Tidak." Jawaban ini sangat pasti.
"Baik, bersiap-siaplah untuk menerima seranganku."
"Silahkan..."Tigaorang
menggabungkan diri menjadi satu.
baju hitam telah Tan Ciu membentak keras, pedangnya terayun menyapu
tiga lawannya. Inilah serangan maut, hebat luar biasa, si
pemuda telah mengerahkan semua kekuatannya, ia harus
cepat-cepat menemui ketua Benteng Penggantungan, Maka
tidak mengenal rasa kasihan lagi. Wanita baju hitam
menutup serangan itu dengan pedangnya. Dua kawan
lainnya menyerang dari kanan dan kiri, demikian agar Tan
Ciu tidak dapat memusatkan satu tujuan. Sebentar saja
mereka telah saling gebrak tiga jurus.
Tan Ciu lebih gesit, lebih cepat dan lebih galak, ia berada
diatas angin. Cang Ceng Ceng menunjukkan rasa
girangnya, wajahnya menjadi terang. Tiga orang baju hitam
menjadi terkejut, sungguh berada diluar dugaan mereka.
Seorang pemuda yang baru berumur belasan tahun
mempunyai kekuatan seperti ini.
Trangggg..... Terjadi lagi benturan pedang, lelatu berterbangan
keempat penjuru. Tanpa menghentikan gerakan senjata.
Tan Ciu menyerang lagi. beruntun sampai dua kali.
Hal ini tidak mungkin diikuti oleh lawan-lawannya,
kecepatan sipemuda adalah kecepatan kilat yang lewat,
hanya terdengar suara jeritan yang mengerikan, kepala
wanita baju hitam itu telah melayang terbang, darah
bertaburan ditanah. Dua orang berbaju hitam lainnya mengundurkan diri,
wajah mereka menjadi pucat.
"Tidak mau memberi tahu kedatanganku!" Tan Ciu
mengancam. Dua orang itu gemetaran, tetapi mereka masih ingin
mengadu jiwa, disaat yang hampir sama, dua orang itu
mengayunpedang mereka tanpamemperdulikan
keselamatan diri sendiri.
Tan Ciu menyabetkan pedang. dan menariknya kembali.
Terdengar lagi dua kali jeritan ngeri dua orang itupun
menjadi korban keganasan pedang si pemuda, Tan Ciu
berhasil menyingkirkan tiga pelintang jalan itu, Cang Ceng
Ceng maju dan pemberi pujian,
"Ilmu pedangmu cukup lumayan."
Hati Tan Ciu tergetar. Cukup lumayan" Didalam hati
ini, bukankah mengatakan bahwa ilmu pedang gadis itu


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih berada diatas dirinya" Ia memandang gadis tersebut,
Mungkinkah gadis yang lemah ini mempunyai ilmu silat
yang hebat" Mereka meneruskan perjalanan dan masuk ke dalam
lembah. Tiba-tiba....... Terdengar suara dingin dari celah-celah batu gunung.
"Ilmu pedang yang cukup hebat!"
Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng menghentikan langkah
mereka memeriksa keadaan disekitarnya tidak terlibat orang
yang bicara tadi. "Mereka bersembunyi dibalik batu." Berkata Cang Ceng
Ceng. "Ng ..." Terdengar lagi suara orang Benteng Penggantungan itu.
"Lebih baik kalian keluar dan segera meninggalkan lembah
ini." Tan Ciu berdengus. "Bila tidak bagaimana?"
"Inilah bagianmu!" Berkata orang itu.
Dari atas mereka, segera turun menggelinding batu-batu.
Cang Ceng Ceng berteriak.
"Serangan datang dari atas!"
Mendahului gerakan sipemuda, ia melompat ke arah
batu yang cekung kedalam, tempat itu memang aman.
Tan Ciu jaga mengikuti gerakan gadis itu. Kemudian ia
berkata. "Kau tunggu disini."
"Kau hendak kemana?" Bertanya sigadis.
"Membereskan mereka dahulu."
"Aku turut." "Hendak mencari mati"." Tan Ciu tidak setuju.
"Bila kau mati, akupun tidak akan hidup sendiri."
Berkata Cang Ceng Ceng lemah.
"Sudahlah." "Sungguh Lebih baik kita menerjang mereka bersama."
Tan Ciu mengeretek gigi. Pemuda ini berkata. "Bila
sampai terjadi sesuatu, janganlah menyalahkan diriku."
"Baiklah." Dua orang bersama-sama menerjang lembah. Dengan
menghindari pelurukan batu-batu yang bergelinding jatuh
dari atas tebing, mereka masuk semakin dalam.
Tiba-tiba, dua angin pukulan menyerang dua orang itu.
Cepat sekali, hebat kekuatan pukulan itu.
Bila Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng kalah gesit, pasti
mereka menderita luka. Tan Ciu menyerang dengan tangan kiri, pedang ditangan
kanan pun bergerak cepat. Menyusul datangnya arah
bayangan jahat itu. Terdengar satu suara jeritan, seorang baju hitam
menggeletak menjadi korban pedang,
Seorang baju hitam lagi gagal menyerang Cang Ceng
Ceng, jaraknya dekat dengan si pemuda, maka ia memukul
Tan Ciu. Berbareng terjadi hujan senjata rahasia, datangnya
dari empat penjuru, mengurung pemuda itu.
Suatu hal yang berada diluar dugaan sipemuda, ia
sedang memusatkan semua perhatiannya kepada musuh
yang datang, tidak tahu masih ada senjata-senjata rahasia
itu. Jiwanya sangat berbahaya.
Disaat ini terdengar suara angin lunak yang memberi
pertolongan, angin ini memukul pergi senjata rahasia yang
mengancam Tan Ciu. Berbareng terdengar suara jeritan, orang baju hitam itu
telah mati dibawah tangan Tan Ciu.
Senjata-senjata rahasia yang mengancam keselamatan
sipemuda juga berjatuhan, ternyata Cang Ceng Ceng yang
menolong jiwa sipemuda. Tan Ciu tertegun. Cang Ceng
Ceng membentaknya. "Mengapa berhenti?"
sipemuda tersadar, berdua meneruskan perjalanan. Kini,
bukan saja harus berusaha menyingkir dari hujan batu,
mereka pun harus siap menghadapi serangan-serangan
bokongan. Datangnya senjata rahasia itu adalah dari celah celah
tebing, orang-orang Benteng Penggantungan bersembunyi
didalam perut gunung itu. Suatu saat, Tan Ciu lompat naik.
Sebongkah batu besar jatuh menutup kepalanya. Kali ini
betul-betul membuat ia tidak berdaya, kecuali batu besar
tadi yang mengancam kepala, tidak sedikit batu-batu yang
menutup seluruh jalan mundurnya. Tan Ciu bingung..
Disaat ini, leher bajunya terasa dijinjing orang, dikala ia
membuka mata, semua itu telah lewat. Hanya gemuruh
suara batu yang memekakkan telinga, debu mengepul
disekitar tempat itu. Dikala suasana sudah menjadi jernih. Tan Ciu menengok
kebelakang, disana terlihat Cang Ceng Ceng tersenyum
memandangnya, "Kau"!" ia berseru heran. "Kau yang menolong diriku
dari bahaya itu?" Cang Ceng Ceng hanya menganggukkan kepalanya.
Sungguh diluar dugaan, gadis ini ternyata mempunyai
ilmu kepandaian yang berada di atas dirinya. Tan Ciu tidak
berani memandang rendah lagi. ia terkesima dan menatap
wajah yang berupa telur manis itu.
"Hei...Mengapa kau menjadi seperti orang kehilangan
ingatan." Inilah suara gadis itu.
Wajah Tan Ciu menjadi merah.
"Ilmu kepandaianmu....."
"Hanya tinggi sedikit diatasmu." Berkata gadis tersebut.
"Terima kasih, Syukur kau berhasil menghindari diri dari
hujan batu tadi!" Berkata Tan Ciu! "Bahkan lebih dari itu,
kau juga menolong jiwaku dari ancaman bahaya, entah
bagaimana harus membalas budimu ini!"
"Siapa yang mengharapkan pembalasan budi?" Gadis itu
sangat ramah sekali. "Aku sudah puas bila kau berlaku baik,
tidak membenci diriku!"
"Siapa yang membenci?" Tan Ciu heran.
"Syukurlah." Disaat ini. terdengar suara dingin berkata. "Bagus, kalian
yang sudah berada diambang pintu kematian masih ada itu
kesenangan untuk main cumbu-cumbuan."
Seorang bermata tunggal telah melayang datang,
dibelakangnya turut empat orang baju hitam. Mereka
menghadang didepan Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng.
Dari sinar mata lawan yang sangat bercahaya, Tan Ciu
tahu, bahwa ia sedang menghadapi seorang tokoh silat yang
berkepandaian tinggi. Maka siap sedia dengan tangkasnya,
ia harus berhati hati untuk menghadapi lima orang ini.
Orang berbaju hitam dengan mata tunggal itu berkata
dingin. "Hmm kepandaian kalian memang hebat,"
"Terima kasih kepada pujianmu." Berkata Tan Ciu.
"Didalam sejarah Benteng Penggantungan kalian
berdualah yang baru berhasil menerjang penjagaanpenjagaan ini."
"Hanya lembah yang seperti ini tidak ada kegunaan!"
"Hm ...." "Tolong beri tahu kepada ketua kalian, bahwa aku Tan
Ciu telah berkunjung datang"
"Jangan terburu-buru."
"Mengapa?" "Disini ada aku, kau harus mengalahkan aku dulu."
Berkata kakek picak itu. "Hm .. Apa penggantungan?" kedudukanmu didalam Benteng "Kau tidak perlu tahu."
"Namamu?" Tan Ciu menatap orang berkata satu.
"Tentu mempunyai nama, bukan?"
"Tok Gan Liong"
"Bagus." Tan Ciu mengeluarkan pedang. Ia siap
menghadapi sikakek picak, Tok Gan liong.
Tok Gan Liong bersenjatakan tongkat besi, ujungnya
berbentuk kaitan, khusus melawan senjata yang berupa
pedang. Maka .... Terdengar bentakan Tok Gan Liong, bagaikan guntur
yang memecah angkasa. membelah datang.
Tan Ciu telah memapaki dengan satu lemparan pedang.
Trangg..... Dua bayangan terpisah kembali, masing-masing mundur
kebelakang lima tapak. Dilihat sepintas lalu, kekuatan
mereka seimbang. namun kejadian yang sesungguhnya
tidaklah demikian, Tok Gan Liong seharusnya sudah
mengaku kalah, dengan senjata tongkat yang lebih berat,
terjadinya akhir seperti itu menandakan kekuatannya yang
berada di bawah Tan Ciu. -oo0dw0oo- Jilid 9 WAJAH Tok Gan Liong berubah. Tentu saja ia terkejut
atas hasil yang dicapai tadi, Tan Ciu memang hebat.
Tan Ciu juga terkejut. Hanya seorang bawahan Benteng
Penggantungan mempunyai ilmu kepandaian yang
merendengi dirinya, bagaimanakah ilmu kepandaian Ketua
Benteng Penggantungan itu"
"Tenaga dalamnya yang hebat." Inilah suara Tok Gan
Liong memberikan pujiannya.
"Kau juga lumayan." Tan Ciu memberi timpalan.
"Terima lagi seranganku ini." Berkata Tok Gan-liong.
Dan betul-betul ia mengirim serangan yang berikutnya.
Tan Ciu telah mempunyai rencana masak-masak dengan
tenaga lawan yang kuat, dengan senjata yang dikhususkan
untuk menghadapi senjata pedang ia tidak boleh melawan
dengan kekerasan pula, daya lunak cukup ulet untuk
mengalahkan lawan ini. Tubuh Tan Ciu menyingkir dari serangan, dan dari lain
arah memberi serangan balasan,
Tiga kali Tok Gan Liong menyerang pemuda itu. Tiga
kali juga Tan Ciu menyingkir dari serangan-serangan
balasan lawan. Pertempuran terjadi cukup seru.
SATU waktu, Tan Ciu melihat kekosongan lawan,
tenaganya dikerahkan penuh, dengan menggunakan ilmu
golok yang keras membacok kearah Tok Gan Liong,
Itulah suatu tipu yang tidak mudah dilaksanakan.
Menggunakan pedang dan memainkan tipu muslihat golok,
bila tidak mempunyai kepandaian yang sempurna. Tidak
mungkin ada orang yang berani menggunakannya.
Tok Gan Liong memapakinya.
Traanggggg-! Lagi-lagi mereka terpisah.
Tan Ciu mengeluarkan suara bentakannya.
"Lekas beri tahu ketuamu."
Tok Gan Liong tidak memberikan jawaban. Sebagai
reaksi dari permintaan Tan Ciu tadi, ia menyerang semakin
gencar. Lagi-lagi mereka berrempur hebat,
Kita tinggalkan dahulu dua orang ini dan mengikuti
kegaduhan yang terjadi didalam Benteng Penggantungan.
Seorang pengawal baju hitam lari terbirit-birit, tujuannya
pintu benteng. Dari dalam terdengar satu bentakkan. "Siapa!?"
"Hamba." Berkata orang itu segera memberi hormat.
"Ada laporan?" Inilah suara seorang wanita.
Disana duduk tiga orang. seorang wanita yang berparas
cantik, seorang laki-laki tua dengan wajah dingin dan
seorang pemuda yang berwajah putih.
"Mengapa kau seperti dikejar setan?" Bentak wanita itu.
"Tan ...Tan Ciu telah datang."
"Aaaaa.... Tan Ciu tiba ?"
"Betul." Tiga orang yang menerima laporan bangkit dari tempat
duduk mereka wajahnya berubah pucat.
"Dimana dia berada?"
"Dipintu bagian pertama."
"Dimana Tok Gan Liong ?"
"Masih berusaha mengusirnya."
"Kulihat Tok Gan Liong bukan tandingan bocah itu."
Berkata laki-laki tua yang berwajah dingin.
"Betul." Sambung wanita cantik. "Mari kita tengok
mereka." "Serahkanlah kepadaku." Berkata si pemuda putih.
"Kau harus berhati-hati."
"Jangan khawatir."
Tiga orang meninggalkan ruangan itu. Penjaga pintu
segera turut dibelakang mereka.
Tiba-tiba wanita cantik memandang orang yang memberi
laporan tadi dan bertanya. "Berapa banyakkah orang yang
menyertai Tan Ciu itu?"
"Seorang gadis cantik."
"Hanya seorang ?"
"Betul." Wanita itu menjadi girang, memandang kawan2nya
berkata, "Ternyata mereka hanya dua orang."
"Keroyok saja beres," Berkata pemuda putih.
"Tapi. ia mencari pocu." Wanita cantik setuju.
"Tapi beliau akan marah besar."
"Jangan beritahu kejadian ini kepadanya!"
Tiba tiba . . . Terdengar satu suara yang sangat dingin menggereng.
"Hmm...." Tiga orang itu terkejut. mereka berbalik dan serentak
menjatuhkan diri, berlutut dihadapan seorang yang baru
datang. "Pocu..." Serentak mereka menyebut nama itu perlahan!
Pocu berarti ketua benteng.
"Berani kalian menyimpang dari jalan yang telah
kutetapkan." "Kami bersalah." Mereka bertiga tidak berani bangun
dari tempatnya.

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa mempunyai rencana seperti itu?"
"Menggunakan tenaga Tan Ciu belum tentu akan
membawa hasil." Berkata wanita cantik
Ternyata wanita ini mempunyai kedudukan yang agak
tinggi. "Aku tahu bagaimana harus menggunakan Tan Ciu."
"Tapi . . . ." "Aku dapat menggunakan ilmu Ie bun Tay-hoat."
"Ng..." "Pek-hiangcu." Panggil ketua Benteng Penggantungan
itu. "Siap." Pemuda putih membawakan sikapnya yang
sergap. "Kau boleh memancing Tan Ciu datang."
"Baik." Tubuh sipemuda putih, Pek-hiangcu itu melesat, siap
menjalankan perintah untuk memancing Tan Ciu datang
"Tunggu dulu." Suara ketua Benteng penggantungan
berkumandang lagi. Pek hiangcu menahan larinya sang kaki. ia menunggu
perintah berikutnya. "Ingat." Berkata Ketua Benteng Penggantungan, "Hanya
Tan Ciu seorang, tapi jangan biarkan gadis yang menyertai
pemuda itu turut masuk, tahu?"
"Siap!" "Jalankanlah perintah segera."
"Baik!" Tubuh Pek-hiancu segera melesat keluar.
Ketua Benteng Penggantungan membiarkan pemuda
putih itu pergi dan memandang wanita cantik!
"Hu po-cu." Ia memanggil.
"Siap!" Ternyata wanita cantik adalah wakil ketua Benteng
Penggantungan. "Bila perlu kau boleh membantu Pek-hiancu."
"Baik." Tubuhnya melesat, menyusul pemuda baju putih.
Mereka harus menghadapi Tan Ciu dengan jumlah banyak
orang. Menyusul perjalanan Pek hiangcu
penggantungan, kini ia telah tiba diluar.
dari Benteng Dilihatnya Tan Ciu telah membunuh dua orang baju
hitam lainnya.Tok Gan Liong telah terluka, demikian pun
masih memberikan perlawanan, empat orang baju hitam
mengeroyok pemuda itu. Terdengar lagi suara jeritan, pedang Tan Ciu melukai
dua baju hitam lagi. Pek hiangcu lompat masuk kedalam gelanggang
pertempuran dan membentak. "Hentikan pertempuran ini."
Pemuda putih bernama Pek Hong, dia adalah salah
seorang hiancu Benteng Penggantung yang mempunyai
ilmu pedang bagus, maka dipercaya oleh sang ketua untuk
menghadapi Tan Ciu. TokGanLiongmengajakorang-orangnya
mengundurkan diri, dan membiarkan Pek Hong
menghadapi lawan kelas berat itu.
Tan Ciu memandang pemuda putih itu.
Pek Hong memberi hormat dan berkata, "Atas
penyambutan Benteng Penggantungan yang kurang hormat,
harap saudara tidak menaruh didalam hati."
Tan Ciu mengerutkan keningnya. Untuk menaruh
kepercayaan kepada orang ia menyimpan pedangnya.
"Maksudku ingin berjumpa dengan ketua Benteng
Penggantungan." Ia mengutarakan maksud kunjungan.
"Saudara yang bernama Tan Ciu?" Bertanya Pek Hong,
"Betul." "Apakah maksud saudara untuk menemui ketua Benteng
kami?" "Tentunya ia berada didalam benteng bukan?"
"Betul. Dan saudari itu juga ingin menemuinya," Pek
Hong menunjuk Cang Ceng Ceng.
"Betul." "Bagaimanakah sebutan nona tersebut?"
"Aku bernama Cang Ceng Ceng." Cang Ceng Ceng
memperkenalkan diri . "Tapi pocu kami tidak ada waktu menemui nona."
Berkata Pek Hong. "Maksudmu." "Pocu hanya bersedia menemui saudara Tan Ciu
seorang." Kemudian memandang Tan Ciu dan berkata. "Mari kau
ikut dibelakangku." Tan Ciu menandang Cang Ceng Ceng dan berkata.
"Tunggulah disini sebentar."
"Tidak." Cang Ceng Ceng tidak sependapat. "Mungkin
mereka ingin mencelakakanmu. biar aku ikut serta."
Pek Hong membalikkan kepala, dengan tidak sabar
berkata. "Hei mengapa tidak mau ikut?"
"Nona Cang ingin turut serta."
"Tidak mungkin."
Tan Ciu mengambil putusan cepat, ia kata kepada Cang
Ceng Ceng. "Tiga jam kemudian, bila aku tidak keluar kembali.
Berarti telah terjadi sesuatu apa. Itu waktu, kau boleh
menerjang masuk." "Baik." Cang Ceng Ceng dipaksa menerima usul ini.
Tan Ciu mengikuti Pek Hong. Mereka masuk kedalam
benteng Penggantungan. Tentu saja si pemuda tidak tahu bahwa langkah kakinya
sedang menuju kearah tangan elmaut yang akan merenggut
jiwanya. Mungkin Tan Kiam Lam yang menduduki kursi ketua
Berteng Penggantungan"
Dan bukankah kejadian yang sangat mustahil Tan Kiam
Lam itu menjadi ayah kandung Tan Ciu"
Dimisalkan betul! Adakah kejadian yang sekejam itu"
Seorang ayah yang ingin mencelakakan putra sendiri"
Semua itu masih berada didalam kabut teka-teki.
Berjalan beberapa saat, dari depan mereka mendatangi
seorang wanita cantik, itulah wakil ketua Benteng
Penggantungan. Dibelakang wanita cantik itu terlihat juga
laki-laki tua dingin. Mereka memapaki kedatangan Pek
Hong dan Tan Ciu, memberi hormat kepada sang tamu dan
berkata. "Kami menyambut kedatanganmu."
Menyaksikan kedatangan wanita cantik itu. mata Tan
Ciu terbelalak, "Kau. . ." "Aku adalah wakil ketua Benteng Penggantungan."
Berkata wanita cantik itu, "Atas nama semua isi benteng,
aku mengucapkan selamat datang padamu."
"Wakil ketua Benteng Penggantungan?"
"Betul," "Bolehkah mengetahui nama harum Hu pocu?"
"Kukira tidak perlu." Berkata wanita cantik itu.
"Mengapa?" "Karena maksud tujuanmu bukan kepadaku, bukan?"
"Betul. Aku ingin menemui ketua kalian."
"Kau segera dapat menemui dirinya." Berkata wakil
ketua Benteng penggantungan yang cantik itu.
"Dimanakah ia berada?"
"Sabarlah." "Kecuali ingin bertemu dengan ketua Benteng kalian,
aku ingin menemui tiga orang lainnya." Demikian Tan Ciu
berkata. "Siapakah nama dari ketiga orang tadi?"
"Kau tidak tahu."
"Hm! kukira dapat kuduga." Berkata sang wakil ketua
Benteng Penggantungan itu.
"Mengapa?" Tan Ciu bingung.
"Kukira, satu diantaranya adalah aku?"
"Kau?" "Betul.Aku penggantungan." adalah wakil ketua Benteng "Kau Co Yong Yen?" Tan Ciu menatap tajam-tajam
wajah wanita yang sangai cantik itu.
Orang yang ditanya menganggukkan kepala.
Wajah Tan Ciu berubah. Benteng "Diluar dugaan, bukan?" Wakil ketua
Penggantungan Co Yong Yen tersenyum.
"Betul." Tan Ciu menganggukkan kepala. "Sungguh
diluar dugaan. Kau adalah istri si Cendekiawan Serba Bisa
Thung Lip." "Itulah kejadian yang sudah silam."
"Hm . . ." Tan Ciu mengeluarkan suara dingin.
"Dimanakah kini suamimu itu?"
"Apa maksudmu mencarinya?"
mengajukan pertanyaan. Co Yong Yen "Pertanyaan yang aneh seharusnya kau tahu, mengapa
aku ingin menjumpai suamimu itu." Berkata Tan Ciu.
"Sudah kukatakan, kejadian diantara kami telah
berlangsung lama, kini sudah tiada hubungan dengannya!"
"Dapatkah kau memberi tahu, dimana kini ia berada."
Co Yong Yen berpikir lama, untuk memberikan jawaban
itu. "Kuanjurkan bertemulah dahulu dengan pocu kami."
Akhirnya ia mengalihkan bahan pembicaraan. "Kau tidak
keberatan, bukan!" "Boleh juga." Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Silahkan masuk."
"Terima kasih." Tan Ciu mengayun langkahnya lebarlebar, ia masuk kedalam Benteng
Penggantungan tanpa gentar. Wanita cantik yang menjadi wakil ketua Benteng
Penggantungan Co Yong Yen, orang yang pernah menjadi
isteri Thung Lip membuka jalan.
Sebagai pengawal, turut serta laki2 dingin dan pemuda
Pek Hong. Tan Ciu diapit oleh kedua orang itu.
Pintu gerbang Benteng Penggantungan bergeser perlahan2, kemudian tertutup.
BerceritaTan Ciumasuk kedalam Benteng
Penggantungan iring-iringan dibelakang si pemuda ialah
wakil ketua Benteng penggantungan Co Yong Yen,
Hiangcu bermuka putih Pek Hong dan si kakek Cie Yan.
Mereka mengajak Tan Ciu masuk kedalam ruangan
tamu. Memeriksa ruangan itu, wajah Tan Ciu mengalami
bermacam-macam perubahan. sebentar lagi, ia akan
berjumpa dengan ayahnya. orang yang bernama Tan Kiam
Lam itu, Lama sekali Tan Ciu menunggu diruangan tamu
itu, Masih belum juga ada tanda-tanda bahwa Tan Kiam
Lam keluar untuk menemuinya.
Memandang semua orang, Tan Ciu
pertanyaan. "Dimana pocu Benteng Penggantungan?"
"Ketua kami, yang kau maksudkan?"
"Siapa lagi?" "Kau harus bersabar."
mengajukan "Lekas panggil dia keluar."
"Dia akan menemui."
"Aku tidak ingin menunggu terlalu lama."
"Tidak lama." "segera suruh dia keluar menemuiku."
Wakil ketua Benteng Penggantungan Co yong Yen
membuka mulut niatannya mengucapkan sesuatu. Tetapi
disaat inilah terdengar sang ketua, datangnya dari dalam.
"Segera kau dapat bertemu denganku. Jauh-jauh kau
telah berkunjung datang. tentu saja tidak dapat
mengecewakanmu." Itulah suara pocu atau ketua Benteng Penggantungan.
Tan Ciu memeriksa keliling dinding, tidak tahu dimana
manusia itu berada. "Mengapa kau tidak segera keluar." Ia membentak.
Tidak ada jawaban. "Apa artinva permainan yang seperti ini?" Tan Ciu buka
suara lagi. "Kau tidak puas dengan cara penyambutanku?" Itulah
suara si Benteng penggantungan.
"Aku paling benci dengan orang yang hanya berani main
dibelakang layar." "Hm... Hm... Sebelumnya, aku ingin mengucapkan
sesuatu." "Katakan lekas."
"Sebelum menemuiku kau harus melakukan sesuatu."
"Apa yang barus kulakukan?" Bertanya Tan Ciu.
"Kau mempunyai pegangan yang kuat bahwa kau dapat
mengalahkan setiap orang-orangku yang berada ditempat
ini." "Maksudmu agar aku menerjang dengan kekerasan."
"Memang. haruslah disertai dengan setengah kekerasan,"
"Apa arti dari setengah kekerasan itu?"
"Bila ilmu pedangmu dapat mengalahkan Pek Hong, aku
segera keluar menemuimu"
Tan ciu memandnng pemuda putih Pek Hong.
"Upacara penyambutan aneh". Ia berkata.
"Betul." Berkata ketua Benteng Penggantungan. "Cara
penyambutanku memang tidak dapat disamakan dengan
orang biasa." "Harus kau ketahui babwa dia bukan tandinganku."
Berkata Tan Ciu.

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pemuda putih Pek Hong naik darah, ia maju kedepan
dan berkata. "Siapa yang mengatakan kau pasti menang?"
Tan Ciu menghadapi pemuda putih itu, sikapnya dingin
dan memandang rendah. Pek Hong mengeluarkan senjata.
Tan Ciu juga mengeluarkan pedangnya, ia harus
mengalahkan dulu pemuda ini. baru dapat bertemu ketua
Benteng Penggantungan. Tidak terdengar lagi suara Benteng Penggantungan itu.
Pek Hong memasang kuda-kuda, ia membuka mulut.
"Tan siauwhiap sudah siap?"
"Silahkan." Berkata Tan Ciu tenang.
Didalam Benteng Penggantungan, ilmu pedang Pek
Hong belum pernah menemukan tandingan, ia sangat
terkenal dengan kecepatannya yang luar biasa, perubahanperubahannya yang tidak
dapat dihitung. Kini Pek Hong mulai menggoyangkan pedang. ujung
senjata itu bergetar, membuat lingkaran, terjadilah seribu
bayangan. Tetapi, ia tidak segera mulaj membuka serangan, Pek
Hong menantikan waktu yang paling tepat untuk
mengalahkan lawannya. Tan Ciu membikin penjagaan yang terkuat, maklum
bahwa kedudukan pemuda tersebut tak mudah untuk
dibobolkan, maka Pek Hong tak mempunyai kesempatan
untuk turun tangan. Dua anak muda itu sama-sama akhli Pedang, hanya
melihat gerakan yang pertama, mereka sudan dapat
menduga, perlahan-lahan apa yang akan dihadapinya.
Tiba-tiba Pek Hong membentak, ia mulai menyerang
dengan satu kali tusukan, ia menyertainya dengan sembilan
macam perubahan. Tan Ciu turut menggerakkan senjata.
Dan sinar pedang berkilat-kilat, sehentar kemudian
bergesekan dan terpisah lagi. Didalam satu jurus itu,
masing-masing telah menggunakan tiga macam perubaban.
Setelah terjadi pertarungan ini, hati Pek Hong menjadi
ciut sekali. Tan Ciu juga mengalami getaran yang sangat hebat.
Tidak disangka, lawan itu mempunyai ilmu pedang yang
terberat. Kini mereka sudah mulai berhadapan. Mulai mengirim
jurus tipu yang kedua. Ketegangan terlihat sangat jelas.
Terdengar suara ketua Benteng penggantungan memecah
ketegangan. "Cukup!" Tan Ciu mengkerutkan jidat. Pek Hong juga tidak
mengerti. Permainan apa yang ketua itu inginkan dalam
pertandingan tadi" "Pertandingan pedang kalian sudah boleh ditutup."
Berkata suara ketua Benteng penggantungan.
"Siapa yang kalah?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Kau menang." Berkata suara Benteng Penggantungan.
Menang"Dirinyatelahmenang"Sedangkan
pertempuran itu baru berjalan satu jurus. Hal ini sungguh
membuat Tan Ciu tak mengerti.
"Berdasarkan kesimpulan apa, kau memberi pernyataan
yang seperti itu." Berkata Tan Ciu.
Terdengar suara ketua Benteng Penggantungan dari
dalam. "Ilmu pedang mementingkan kecepatan perobahan.
tetapi harus disertai pula latihan tenaga dalam yang kuat!
Perbedaan tenaga dalam kalian berdua terlalu menyolok
mata. Didalam waktu tiga puluh jurus Pek-hiangcu pasti
dikalahkan olehmu." Apa yang ketua Benteng Penggantungan itu kemukakan
sangat beralasan, pandangan yang sangat tepat.
Wajah sipemuda putih Pek Hong berubah menjadi
pucat. Terdengar lagi suara ketua Benteng Penggantungan.
"Hu pocu....." "Siap," Wakil ketua Benteng Penggantungan Co Yong
Yen tampil kemuka. "Ajakpemudainimasuk."
Penggantungan memberi perintah.
Ketua Benteng Co Yong Yen memberi hormat kepada Tan Ciu dan
menyilahkan pemuda itu mengikuti dirinya, mereka menuju
keruang dalam. Melewati lorong-lorong yang panjang, Tan Ciu diajak
ketempat ketua Benteng penggantungan.
Tidak dapat disangkal lagi, bahwa orang yang bernama
Tan Kiam Lam itu adalah ayahnya sendiri. Apa yang
dibicarakan nanti" Tan Ciu melirik kearah Co Yong Yen, tidak terlihat
perubahan wajah wakil ketua Benteng Penggantungan
tersebut. . "Hu Pocu," ia memanggil perlahan, "Bolehkah aku
mengajukan sedikit pertanyaan?"
Hu Pocu berarti wakil ketua benteng.
"Apa yang ingin kau ketahui?"
"Kau pernah diperistri oleh Thung Lip bukan?"
"Betul." "Dimanakah Thung Lip kini berada?"
"Sudah kukatakan, bertanyalah kepada pocu kita nanti."
"Thung Lip pernah mengadakan rencana Pembunuhan
kepadamu." "Hal itu sudah menjadi kenyataan."
"Alasannya?" "Maaf. Aku tidak dapat memberi tahu kepadamu."
Tan Ciu mengerutkan alis.
"Dengan cara bagaimana kau dapat menjabat wakil
ketua Benteng Penggantungan?" Demikian sipemuda
bertanya. "Karena pocu kami baik hati. Dia adalah seorang yang
baik," "Seorang yang baik?" Untuk pertama kalinya Tan Ciu
mendengar ada orang yang memberikan pujian kepada Tan
Kiam Lam, "Betul. Dia adalah seorang yang baik."
"Kau juga seorang baik?" Bertanya Tan Ciu.
"Kukira tidak jahat."
"Bagaimana dengan muridmu?"
"Muridku?" Co Yong Yen kurang paham.
Sebentar kemudian ia pun sadar, siapa yang pemuda itu
maksudkan. "Co Yong yang kau artikan?"
"Berapa banyaknya kau menerima murid?"
"Co Yong adalah seorang gadis baik." Berkata Co Yong
Yen. "Sayang ia menemukan seorang jahat."
"Siapakah yang kau artikan dengan pemuda jahat itu?"
Tan Ciu berkata. "Kau! Orang yang bernama Tan Ciu."
Tan Ciu memandang wanita itu sekian lama, tiba-tiba ia
tertawa. "Kau mengatakan bahwa aku yang menyebabkan
kecelakaan?" "Hal ini adalah suatu kenyataan."
"Kenyataan?" Ia telah denganmu. menjadi rusak. Itulah akibat pergaulan "Kau memutar balik fakta kenyataan. Ia mati dibawah
tangan kejam kalian."
"Tutup mulut!" Tan Ciu tidak takut, dengan tenang ia berkata.
"Tanggung jawab kematian muridmu berada diatas
kedua pundakmu. Kaulah yang harus bertanggung jawab
atas kematiannya." "Aku?" "Betul. Mengapa kau tidak berusaha menolongnya"
Dengan alasan apa kau menangkapnya dan dibawa pulang
kedalam Benteng Penggantungan?"
"Ia wajib menerima hukuman ini." Berkata Co Yong
Yen. "Hm . .." Tan Ciu mengeluarkan suara dengusan.
Co Yong dipersalahkan karena membuka rahasia
Benteng Penggantungan. Hal itu atas dasar desakannya.
Kini Co Yong telah mati ia harus menuntut ganti rugi atas
kematian gadis itu, orang yang bertanggung jawab ialah
ketua Benteng Penggantnngan, ia harus memberi hajaran
kepadanya. Mereka telah tiba disebelah pintu rahasia,
Co Yong Yen membuka pintu itu dan berkata. "Tansiauwhiap, aku hanya dapat
mengantarmu sampai disini."
"Silahkan." Tan Ciu masuk kedalam ruangan rahasia
tadi. Co Yong Yen membalikan badan dan pergi. Maka pintu
rahasia itu tertutup kembali.
Seperti sedia kala tidak ada tanda-tanda bahwa disana
ada sebuah pintu rahasia.
Tan Ciu telah berada didalam kamar rahasia itu, betul
pintu telah ditutup kembali, Ia tak menjadi takut atau
gentar. Langsung bertindak masuk kedalam.
Satu bayangan hitam telah terpeta disana.
Itulah bayangan ketua Benteng Penggantungan Tan
Kiam Lam. Hati Tan Ciu tergetar. Akhirnya mereka pun berjumpa
muka. Dua orang berhadap-hadapan sekian lama, tidak
seorang pun yang mulai membuka suara.
Rasa benci, dendam, cinta dan kasihan berkecamuk
didalam hati Tan Ciu. Akhirnya ketua Benteng Penggantungan yang membuka.
"Duduklah." Ia menunjuk kearah sebuah bangku yang
telah tersedia. Tan Ciu tergetar, suara itu halus sekali, bagaikan seorang
ayah yang sangat menyintai kepada anaknya! Suatu hal
yang lama diharapkan olehnya.
Lupakah bahwa tuan rumah telah menyilahkan ia
duduk. "Agaknya kau sangat takut kepadaku." Berkata lagi ketua
Benteng Penggantungan. Kata-kata ini membangkitkan kemarahan sipemuda, Tan
Ciu tidak pernah mempunyai rasa takut, walau kepada
siapapun juga. Maka ia tertawa berkakakan, tertawa itu
panjang sekali, menggema seluruh isi ruangan rahasia.
Ketua Benteng Penggantungan tertegun.
"Apa yang kau tertawakan?" Ia bertanya.
"Aku mentertawakan sikapmu yang terlalu sombong."
Berkata Tan Ciu. "Aku ?" "Betul. kau kira semua orang takut kepadamu?"
Ketua Benteng Penggantungan berjalan maju mendekati
pemuda itu! Jarak mereka semakin dekat. sangat dekat
sekali. maka masing-masing dapat melihat jelas. bagaimana
wajah orang yang berada didepannya.
Dimana Tan Ciu dan ketua Benteng penggantungan
berhadapan muka. Memperhatikan wajah ketua Benteng Penggantungan,
Tan Ciu membelalakkan mata. Itulah wajah yang mirip
dengan Tan Kiam Pek. Ruangan didalam kamar rahasia itu tidak terlalu terang,
itupun tidak berhadap-hadapan langsung, maka Tan Ciu
tidak dapat melihat jelas didaun kuping kiri orang ini betul
atau tidak ada andang-andang hitam.
Dikatakan oleh Tan Kiam Pek bahwa daun kuping kiri
Tan Kiam Lam ada sebuah andang-andang hitam. Maka
Tan Ciu memperhatikan ciri-ciri itu.
Ketua Benteng Penggantungan buka suara. "Kau tidak
takut kepadaku?" "Siapa yang mengatakan aku takut?"
"Bagus. Ternyata aku mempunyai seorang putra yang
berani." "Kau bernama Tan Kiam Lam?"
"Betul." Hati Tan Ciu hampir mencelos keluar dari tempatnya.
Mulutnya terbuka ingin mengutarakan sesuatu, tetapi gagal.
"Duduklah." Sekali lagi ketua Benteng penggantungan
menyilahkan ia duduk, Tan Ciu mengeraskan hati berteriak,
"Kau tahu sedang berhadapan dengan siapa?"
"Bila bukan seizinku, kau kira mudah masuk kedalam
Benteng Penggantungan?"
"Tahukah maksud tujuanku menemuimu?"
"Kukira tahu." Tan Ciu menggertak gigi. "Tidak seharusnya kita bersua." Ia berkata,
"Maksudmu, diantara kita berdua, harus ada seorang
yang mati?" Ketua Benteng Penggantungan itu bertanya.
"Hari ini segera tiba." Berkata Tan Ciu.
"Kau berani berlaku kurang ajar kepada ayahmu, hal itu
sangat tidak patut sekali, ketahuilah seorang anak wajib
berkata pada ayahnya."
Tan Ciu diam. Tan Kiam Lam berkata. "Bagaimana ?"
"Kau jahat." "Ingin membunuh ayahmu?" Tan Kiam Lam menatap
tajam wajah anak itu. "Betul." Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Kau tidak tahu bahwa aku tidak ada niatan untuk
membunuhmu?" "Aku tidak perlu tahu."
"Kau wajib tahu."
"Mengapa?" "Karena kau adalah putraku."
"Aku tidak mempunyai seorang ayah yang sepertimu."
"Ilmu kepandaianmu masih belum cukup kuat untuk
menandingiku, tahu?"
"Ingin mengadakan ujian?"


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ha. ha ... Aku bangga mempunyai seorang putra yang
hebat luar biasa." "Kau tidak patut menjadi ayahku." Berteriak Tan Ciu.
"Karena aku telah melakukan banyak kejahatankejahatan" Aku di cap sebagai
manusia jahat nomor satu?"
"Betul. aku ingin mendapatkan satu kepastian, betulkah
ibuku bernama Melati Putih?"
"Betul." berkata Tan Kiam Lam.
"Mengapa kau berlaku kejam kepadanya?"
"Berlaku kejam?"
"Kau menyangkal" Apa yang telah kau lakukan kepada
ibu telah kuketahui betul,"
"Hal itu dikarenakan salahnya sendiri."
"Beri keterangan yang jelas."
"Baik." Berkata Tan Kiam Lam. "Sebelum membikin
keterangan ini aku ingin mengajukan satu pertanyaan."
"Katakan." "Bila kau mempunyai seorang istri yang mengadakan
hubungan gelap dengan laki-laki lain, juga merencanakan
lain kejahatan untuk membunuhmu. apa yang kau perbuat
kepada istri yang semacam ini?"
Hati Tan Ciu tergetar. "Kau mengartikan bahva ibuku mengadakan hubungan
gelap dengan laki2 lain?" ia meminta kepastian.
"Betul," Tan Kiam Lam menganggukkan kepala.
"Siapakah lelaki itu?" Desak Tan Ciu lagi
"Telapak Dingin."
"Apakah keakhlian si Telapak Dingin ini?"
"Seorang akhli make up yang pandai mengubah wajah
sendiri. ada juga orang mengatakan sebagai si Wajah
Pancaroba. Dan kepandaiannya sangat tinggi. boleh dkata
belum pernah menemukan tandingan."
Tan Ciu belum mendapat bukti lain untuk membongkar
tuduhan yang dijatuhkan kepada ibunya. Maka ia diam.
"Ibu juga ingin membunuh dirimu?" ia bertanya soal lain.
"Betul." Berkata Tan Kiam Lam.
"Aku kurang percaya." Berkata Tan Ciu.
"Kau boleh meminta keterangan Thung Lip orang yang
menjadi pembantu ibumu dahulu."
"Thung Lip tahu akan hal ini?"
Tan kiam Lam menganggukkan kepalanya.
Tan Ciu menjadi bingung. Biar bagaimana ia lebih
percaya kepada sang ibu, dari harus percaya kepada ayah
jahat ini. orang "Apaalasanmutentangmembiarkan
memperkosa?" ia menegur ayah jahat itu.
"Ia bersekongkol dengan Telapak Dingin, ingin
membunuhku. Satu kesalahan yang terbesar. langkahlangkahku yang untuk membikin
pembalasan kepada kesalahannya." "Alasan!" "Terserah kepada penilaianmu."
"Kau kenal dengan putri Angin Tornado Kim Hong
Hong?" "Kenal?" "Apa yang telah kau lakukan kepadanya."
Tan Ciu menatap si ketua Benteng Penggantungan
tajam-tajam. Tan Kiam Lam mendengus. "Orang itu bukanlah aku."
memperkosa Kim Hong Hong.
Ia menyangkal telah "Siapa?" "Dia adalah samarannya si Telapak Dingin."
"Lagi2 si Telapak Dingin..."
"Lupakah bahwa si Telapak Dingin itu pandai mengubah
wajah diri sendiri, dengan mudah ia dapat menjelma
menjadi seorang Tan Kiam Lam."
"Untuk sementara, aku harus percaya kepada
keteranganmu. Tetapi mengapa membiarkan si Telapak
Dingin berbuat sewenang-wenang, mengapa membiarkan
manusia jahat itu menggunakan wajahmu melakukan
kejahatan-kejahatan."
"Sudah kukatakan, bahwa si Telapak Dingin itu belum
pernah menemukan tandingan. Termasuk juga diriku. Aku
masih bukan tandingannya."
"Mendengar keterangan-keteranganmu yang seperti tadi,
ternyata Kau seorang baik, bukan?"
"Aku boleh menjadi puas, bila kau tidak menganggap
diriku sebagai orang jahat."
"Ada sesuatu hal yang hampir kulupakan." Berkata Tan
Ciu. "Soal apakah "Katakanlah." itu?" Bertanya Tan Kiam Lam, "Tentang seorang gadis yang bernama Co Yong,
dimanakah gadis itu?"
"Aku tidak mengerti. Apa yang kau maksudkan."
"Dengan alasan apa kau membunuhnya?" Tan Ciu
mengadakan teguran. "Dia telah melanggar tata tertib peraturan Benteng
Penggantungan." "Orangyangmelanggarperaturan
Penggantungan segera dihukum mati?"
Benteng Tan Kiam Lam tertawa dingin, dengan adem ia berkata.
"Mencari sesuatu tidak boleh menggunakan kaca.
Didalam hal ini, kau telah melakukan satu kesalahan besar.
Kau terlalu cinta padanya. Maka menganggap diriku
berlaku kejam. Tetapi, bila kau melepaskan kaca mata cinta
itu, kau memahami kesukaranku. Bila tidak berlaku tegas,
sebagai seorang ketua benteng bagaimana pun aku dapat
menguasai ribuan orang."
Lagi lagi alasan yang masuk akal.
Dosa Tan Kiam Lim sudah terlalu banyak, maka alasanalasan itu belum cukup kuat.
kini Tan Ciu mengajukan persoalan lain, ia berkata.
"Lebih dari satu kali, dia mengutus orang-orangmu untuk
membunuh aku, bagaimana alasanmu hal ini?"
"Belum ada seorang manusia yang tidak melakukan
kesalahan. Termasuk juga diriku. Terus terang kukatakan,
didalam hal ini, aku telah melakukan kesalahan. Terlebih
penting, aku tidak tahu bahwa kau adalah anakku. Sebagai
orang yang berani menentang kekuatan Benteng
Penggantungan, aku wajib membasmi."
Hasil dari perdebatan Tan Ciu dan Tan Kiam Lam ialah
ketua Benteng Penggantungan itu tidak bersalah sama
sekali. Maka haruskah menetapkan Tan Kiam Lam sebagai
seorang baik" Tan Ciu tidak menjadi puas. Seorang yang melakukan
kesalahan, tidak mungkin sehingga sampai terjadi dosa
yang ber-tumpuk2. Seperti apa yang Tan Kiam Lam lakukan. Apa lagi ia
harus mengecek kebenarannya dari keterangan tadi, hal itu
banyak kecurigaannya. "Apa lagi yang ingin kau ajukan?" Berkata Tan Kiam
Lam. "Dimanakah ibu berada" Mati atau hidupkah?"
Tan Kiam Lam berkata perlahan.
"Suatu ketika. dia telah kuanggap tiada didalam dunia.
Tapi ..." "Kau mengartikan bahwa ibu masih hidup?"
"Betul. Ia masih segar bugar."
"Sungguh?" "Seratus persen tidak salah."
"Dimanakah ia menetap?"
"Tidak tahu!" Tan Ciu berdengus. "Kau mengatakan ia masih hidup. Tetapi tidak tahu
dimana beradanya. Alasan dari manakah keterangan tadi?"
Pemuda itu tidak mempunyai kesan baik kepada orang
yang didepannya. "Kaupernah Penggantungan?" mendengar pencipta Pohon "Pernah." "Dia itulah yang menjadi ibumu. Siapa yang tahu,
dimana pencipta Pohon Penggantungan menetap?"
"Aaaa. . . " mulut Tan Ciu terngaga besar.
Mengapa tidak" Ia mempunyai seorang ayah yang
menjadi ketua Benteng Penggantungan, kini sang ibu pun
menjadi seorangpencipaPohonPenggantungan.
Mungkinkah mempunyai rejeki yang tidak dapat dipisahpisah dengan PENGGANTUNGAN"
Dengan demikian bukanhah ia telah diciptakan menjadi seorang Putra dari
DUA PENGGANTUNGAN itu"
Pencipta Pohon Penggantungan adalah seorang wanita
berkerudung, mungkinkah wanita itu yang bernama Melati
Putih" Tan Ciu agak kurang percaya.
Alasannya cukup kuat. Dimisalkan betul bahwa si
pencipta pohon Penggantungan itu si Melati Putih, dengan
alasan apa sang ibu membunuh Tan Sang" Mungkinkah
seorang ibu mau menggantung putrinya sendiri"
Tan Ciu pernah melihat bagaimana Tan Sang digantung
diatas pohon Penggantungan, Maka mempunyai alasanalasan seperti itu.
Lain bayangan melintasi pikiran pemuda itu. Belum
lama ia permh melihat bahwa Tan Sang hidup kembali! Hal
ini meragukan kepercayaannya. Membongkar ketetapannya
yang mengatakan bahwa Tan Sang sudah tiada didunia.
Mungkinkah kakak itu tidak digantung mati"
Bila gadis berbaju hitam yang menotok dirinya itu bukan
jelmaan si Telapak Dingin orang yang dikatakan pandai
mengubah wajah, tentu Tan Sang masih hidup didalam
dunia. "Keteranganmu boleh dipercaya?" Tan Ciu memandang
Tan Kiam Lam dalam mengajukan pertanyaan ini.
"Tentu. Belakangan ini kudapat kabar bahwa ibumu itu
sedang mencariku untuk menuntut balas."
"Kau takut kepadanya?"
"Betul."BerkataTanKiamLam."Besar
kemungkinannya bahwa ia telah bekerja sama dengan si
Telapak Dingin, maka siapakah yang dapat mengalahkan
mereka berdua?" "Tidak ada orang yang berani kepada si Telapak
Dingin?" "Betul.Termasukaku.Karenaitulahaku
menyembunyikan diri didalam Benteng Penggantungan.
Agar tidak ditemukan olehnya."
"Masih ada hutang jiwa seorang yang harus kau ganti."
Berkata Tan Ciu. "Siapa lagi ?" "Seorang kakek aneh yang bernama Hu Hay Khek telah
mati dibawah tangan orang2mu. Kau tidak dapat lepas
tangan begitu saja,"
"Tetapi orang-orangku itu sudah mati. kepada siapa
harus kuminta pertanggungan jawaban itu?"
Menghadapi ketua Benteng penggantungan yang licik
ini, tentu saja Tan Ciu menyerah kalah.
"Hai.." Tan Ciu teringat akan pesan Cang Ceng Ceng
yang ingin mencari seorang yang bernama Kui Tho Cu.
Dikatakan oleh gadis itu, hanya Tan Kiam Lamlah yang
mengetahui tempat orang yang sedang dicari. "Kau kenal
dengan si Bungkuk Kui Tho Cu?"
Tan Kiam Lam menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak kenal?" Tun Ciu menjadi heran.
"Betul !" "Mana boleh tidak kenal dengannya?"
"Percaya atau tidaknya, terserah kepadamu." Berkata
Tan Kiam Lam. Tan Ciu teregun. Agaknya tidak mungkin Cang Ceng
Ceng. bagaimana Tan Kiam Lam tidak kenal dengan Kui
Tho Cu. Bila tidak kenal, tentu saia tidak tahu dimana Kui
Tho Cu itu berada. Diputar dibalik, dibalik diputarkan Tan Kiam Lam
menjadi seorang yang tidak jahat.
Tan Ciu menghela napas. "Aku memang bukan orang jahat."
"Hm.. ." "Hei, aku ingin mengadakan perundingan denganmu."
"Tentang hal apa?"
"Maukah kau diajak bekerja sama ?"
"Bekerja sama ?"
"Lebih jelas lagi ialah membantu usahaku," Berkata Tan
Kiam Lam. "Dengan kepintaran dan ilmu kepandaian yang kau
memiliki seperti itu, masih membutuhkan pertolongan
orang?" Tan Ciu agak tidak percaya.
"Jangan kau mengucapkan kata-kata seperti itu." Berkata
Tan Kiam Lam. "Dengan sesungguh hati aku ingin
memberi ilmu pelajaran kepadamu. kemudian dengan bekal
ilmu kepandaian ini, kau membantu usahaku untuk
menuntut balas." "Aku tidak dapat melulusi permintaanmu. Kepintaran
dan ilmu kepandaian jauh berada diatasku."
"Kepintaranmu berada diatasku." Tan Kiam Lam
memberikan sedikit pujian.
"Terima kasih."
"Harus kau ketahui bahwa aku tidak dapat melihat
semacam ilmu kepandaian kelas tertinggi."
Tan Ciu menjadi heran. "Ilmu kepandaian kelas


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tertinggi?" Ia bertanya. "Ilmu kepandaian apakah yang
mempunyai kehebatan seperti itu ?"
"Orang yarg ingin melatih ilmu itu harus mempunyai
'Keperjakaan'. Dan tentu saja syarat yang tidak dapat
kupenuhi." "Oooo........" "Maukah kau mendapatkan ilmu kepandaian hebat itu?"
Bila sejarah hidup Tan Kiam Lam tidak mempunyai
selembar cacad, dengan cepat Tan Ciu dapat melulusi
permintaan itu, tetapi diketahui bahwa orang yang
dihadapinya ini sangat licik dan cerdik, tentu ada sesuatu
yang tersembunyi dibalik kebaikannya. Maka ia menolak
cepat. "Aku tidak mau." Suara Tan Ciu cukup keras.
"Kau tidak mau?" Tan Kiam Lam menjadi heran.
"Betul. Untuk sementara, aku tidak dapat melulusi
tawaranmu ini. Aku harus membikin penyelidikan secara
teliti, bila benar segala keterangan-keteranganmu tadi,
mungkin aku dapat balik lagi dan menerima tawaranmu
itu." Tan Kiam Lam segera mengasah otaknya. ia berpikir
bagaimana harus dapat menguasai bocah kepala batu ini.
Terdengar lagi suara Tan Ciu.
"Bila hasil penyelidikan tidak memuaskan, aku dapat
balik kembali kemari. tetapi maksud tujuannya ialah...
membunuhmu." "Kau ingin mengecek kebenaran dari kata2ku tadi ?"
"Betul." "Kau memang keras kepala."
"Tahap pertama dari pembicaraan kita boleh ditutup
sampai disini, aku meminta diri." Berkaia Tan Ciu.
"Kau ingin pergi ?"
"Betul. Segera meninggalkan Benteng Penggantungan."
"Lebih baik jangan."
"Kau melarang ?"
"Betul. Aku akan berusaha membujukmu untuk tetap
tinggal disini." Wajah Tan Ciu berubah. "Ingin membunuh?" Ia menatap tajam-tajam keadaan
siap sedia! "Salah..!" Berkata Tan Kiam Lam, "Demi keamananmu,
aku telah menahanmu. Aku tidak ingin kau mati ditangan
orang lain." Tan Ciu tidak diperbolehkan pergi dari Benteng
Penggantungan. Apakah maksud tujuan ketua benteng itu"
Tan Ciu belum paham, maka ia bertanya. "Kecuali kau
memiliki dalih alasan untuk memusuhi. Siapakah orang
yang mau membunuhku?"
"Si Telapak dingin itu." Berkata Tan Kiam Lam singkat,
"Bagaimana kau tahu?"
"Karena kau pernah bertemu dan berkunjung kepadaku.
Ia tidak mengharapkan bahwa cerita tentang dirinya tersiar
keluar. Hal ini akan tidak menguntungkan baginya. Ia akan
berusaha membunuhmu. menutup sumber berita."
Tan Ciu tidak percaya. "Bukalah pintu rahasia ini." Ia meminta, "Aku segera
pergi." "Aku tidak dapat membiarkan kau meninggalkan
Benteng Penggantungan, Kau adalah putraku. Sebelum
memiliki ilmu kepandaian yang tinggi sebelum mempunyai
pegangan yang cukup kuat untuk mengalahkan si Telapak
Dingin, aku tidak dapat membiarkan kau pergi dari sini."
"Kau ingin menahan aku?" Tan Ciu mulai naik darah.
"Betul" "Dengan segala daya upaya."
"Tentu." "Tekadku sudah bulat, harus menerjang keluar dari
Benteng Penggantungan."
"Tidak mungkin." Berkata Tan Kiam Lam.
Tan Ciu betul-betul marah. tangan kanannya diayun
memberi satu pukulan, arah tujuannya ialah Pintu rahasia.
Bummmm ....! terdengar suara gemuruh yang hebat,
pintu batu itu pecah berhamburan. Luar biasa tenaga yang
Tan Ciu kerahkan. sampai pintu batu itu pun tidak sanggup
menerimanya. Disana, telah terjadi lubang.
Wajah Tan Kiam Lam berubah, dengan geram ia
membentak. "Tan Ciu, kau ingin memaksa aku menggunakan
kekerasan?" Suara Tan Kiam Lam geram, membuat orang
yang mendengar bergidik, takut sekali.
Tan Ciu berdehem, katanya. "Ingin membunuh?"
"Bila kau tidak kenal budi, terpaksa, aku harus
membunuhmu, tahu?" "Terpaksa aku pun harus melawanmu, tahu?" Tan Ciu
tidak mau kalah suara. "Bila kau berani membongkar pintu itu segera kubunuh."
Untuk membuktikan ancamannya, Tan Kiam Lam
lompat mendampingi sipemuda, maka bila perlu. ia dapat
turun tangan dengan cepat.
Disaat yang sama. Tan Ciu telah mengayun tangan
memukul pintu batu lagi, maksudnya segera meninggalkan
ruangan ini. Maka tangan Tan Kiam Lam juga bergerak. memukul
tubuh sipemuda. Tan Ciu segera memberi tangkisannya.
"Hkkk . . ." Tan Ciu terdorong mundur sehingga empat
langkah. Kini Tan Kiam Lam telah menjaga didepan pintu.
Ternyata kekuatan Tan Ciu belum dapat mengimbangi
kekuatan ayahnya, maka ia harus menerima kekalahan tadi.
Wajah Tan Ciu berubah. "Tan Kiam Lam, berani kau
membunuh anak?" "Mengapa tidak?" Tan Kiam Lam tidak kalah marah.
"Pukullah." Tan Ciu memasang dada.
"Kau sudah bosan hidup?"
"Boleh dicoba. siapa yang sudah bosan hidup!" Timbul
niatan Tan Ciu untuk mengadu jliwa.
Tan Kiam Lam mendorong telapak tangannya perlahan
maju kedepan, dari telapak tangan itulah keluar tenaga
kekuatan yang dapat mematikan lawan.
Tan Ciu memukul dengan dua tangan, kemudian ia
lompat mundur, hal ini untuk menghindari diri dari tekanan
yang terlalu kuat. Dua tenaga bentrok segera. Kemudian
terpisah lagi. Kejadian itu terlalu kuat. Kemudian terpisah lagi.
Kejadian itu terlalu cepat untuk diceritakan. Sebelum dapat
melihat jelas, bagaimana hasil kesudahan dari benturan
kilat itu, tangan Tan Kiam Lam sudah bergerak, inilah
untuk kedua kalinya. Tan Ciu dipaksa menerima pukulan
ini. Bummm . . .! Setelah terjadi satu dentuman hebat, ruangan itu
dirasakan menjadi sengir, tubuh Tan Ciu terpukul mundur
sampai sembilan tindak. pemuda itu segera jatuh duduk.
Tan Kiam Lam berkata dingin.
"Hebat. . . Hebat . . . Untuk mencari orang yang dapat
menerima pukulanku ini, kau adalah boleh menduduki
urutan yang kedua." "Urutan keberapa pun tidak menjadi soal. Gunakanlah
pukulanmu itu lagi." Tan Ciu masih memberikan
tantangan. "Kini kau boleh merasakan totokanku" Berkata Tan
Kiam Lam. Jarinya dikeraskan, cepat sekali lompat kedepan,
kemudian dari satu posisi kedudukkan yang sulit diduga
orang, ia menotok jalan darah sipemuda.
Tan Ciu lari menyingkir kearah kiri.
Tan Kiam Lam sudah dapat menduga arah dari si
pemuda, maka ia menyusul dengan serangan totokan yang
kedua. Tan Ciu merasakan bahwa dirinya seperti diserang
semua, kemudian diam tidak bergerak. Sebelum jatuh. ia
masih sempat melihat andeng2 hitam dikuping kiri ketua
Benteng Penggantungan itu.
Betul-betul bahwa orang inilah yang menjadi ayahnya.
Tan Kiam Lam berhasil menotok jalan darah lemas
lawannya. Tan Ciu jatuh ditanah, mulutnya memaki. "Manusia
iblis, bunuhlah aku."
Wajah Tan Kiam Lam berubah menjadi beringas.
semakin kejam dan semakin kejam, itulah wajah seorang
iblis. sangat menakutkan sekali.
Hampir Tan Ciu menjerit, seluruh bulu sipemuda
bangun berdiri, menggerinding.
Tangan Tan Kiam Lam diangkat tinggi-tinggi, ia
mendekati Tan Ciu dan siap mengirim jiwa sipemula ke
dunia baka. Tan Ciu memejamkan mata. Perlahan-lahan Tan Kiam
Lam menurunkan tangan itu, tetapi tidak kearah sipemuda,
ia membatalkan niatannya untuk membunuh Tan Ciu.
Lama sekali..... Tan Ciu hilang sabar, ia membuka mata jang ditutup
rapat itu. Maka terlihatlah sepasang sinar matanya yang
aneh, redup dan cukup untuk membingungkan orang, itulah
sinar mata Tan Kiam Lam. khusus untuk menguasai orang
yang tidak mempunyai imam tidak kuat, ilmu Ie hun Tayhoat.
Dunia seolah-olah berputar, kemudian berhenti lagi, Sepi
sekali..... Segala sesuatu terhenti bergerak. Dirasakan aman
dan tenang. Ilmu Ie-hun Tay-hoat adalah semacam ilmu sihir atau
hipnotis dijaman sekarang, tidak mudah untuk mempelajari
ilmu tersebut, tapi bila berhasil meyakinkannya, maka
banyak kegunaan untuk menundukkan orang.
Tan Ciu sedang dijejal dengan unsur2 untuk melupakan
diri sendiri, sebentar lagi setelah ilmu Ie-hun Tay-hoat
selesai dikerahkan, pemuda itu akan menjadi seorang yang
tidak mempunyai isi otak, segala sesuatu dikusai oleh otak
sipemegang kunci ilmu tersebut, itulah si ketua Benteng
Penggantungan. Tiba-tiba.... Terdengar suara kelenengan yang dibunyikan, itulah
tanda bahaya bagi Benteng Penggantungan.
Tan Ciu tersentak sedikit.
Tan Kiam Lam tersentak bangun, bunyi itu mengganggu
usahanya, keringat bertekel-ketel jatuh tidak sedikit tenaga
yang terbuang percuma. Tan Ciu mematung ditempat!
Tanda bahaya dibunyikan semakin hebat, Terpaksa Tan
Kiam Lam meninggalkan pemuda itu, ia membuka pintu
rahasia. Didepan pintu sudah berdiri wanita baju hitam Kang
Leng. "Ada apa?" Tan Kiam Lam membentaknya.
"Maafkan hambamu yang mengganggu," Berkata kang
Leng dengan gemetar. "Apa yang telah terjadi?"
"Ada orang menerjang Benteng penggantungan."
"Siapakah yang berani berbuat kurang ajar ini?"
"Si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap?"
"Hah?" Tan Kiam Lam kaget sekali. Ternyata nama itu
cukup mengejutkan dan menggetarkannya.
"Sin Hong Hiap tidak mau mengerti." Berkata wanita
baju hitam Kang Leng itu.
"Apa maksud Penggantungan?" tujuannya "Dikatakan pocu pernah
menentukannya disini."
datang ke Benteng menjanjikannya untuk "Bilakah aku menjanjikannya?" Tan Kiam Lam menjadi
bingung. Wanita baju hitam Kang Leng berkata. "Dikatakan pada
tiga hari yang lalu."
"Aneh." Tan Kiam Lam mengerutkan jidatnya.
"Dikatakan olehnya bahwa kau menantangnya, karena
tidak mau mengganggu rencana untuk merusak Pobon
Penggantungan." "Pohon Penggantungan?"
"Betul. Janji itu dikeluarkan dirimba Penggantungan."
"Dia mencari gara-gara." Tan Kiam Lam marah besar.
Kakinya berjingkrak. Bilakah Tan Kiam Lam menantang si pendekar Dewa
Angin Sin Hong Hiap"
Yang menantang Sin Hong Hiap untuk mengadu ilmu di
Benteng Penggantungan bukanlah Tan Kiam Lam ini,
tetapi seorang yang mempunyai bentuk wajah sama
dengannya, itulah Tan Kiam Pek.
Apa maksud tujuan Tan Kiam Pek memancing Sin Hong
Hiap ke Benteng Penggantungan dan menempur Tan Kiam
Lam" Didalam hal ini, Tan Kiam Pek mempunyai rencananya
yang sudah dihitung masak-masak. Mendengar laporan
tadi, tentu saja Tan Kiam Lam mencak-mencak.
Tidak ada alasan baginya untuk menempur Sin Hong
Hiap, jago tua itu pernah mengepalai rimba persilatan
sekian waktu, tentu tidak mudah dihadapi.
-ooo000ooo- Jilid 10 BELUM dapat dipastikan, siapakah yang kalah dimedan
pertempuran. Tetapi yang jelas ialah Sin Hong Hiap tidak
dapat dijatuhkan dengan gampang.
Wanita baju hitam Kang Leng berkata
"Demikianlah Sin Hong Hiap berkunjung datang."
Hiang-cui memberi tahu kepada sang ketua agar Tan
Kiam Lam tidak melamun terus menerus.


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lekas beritahu kepadanya, bahwa aku tidak pernah
menjanjikan dirinya untuk bertempur." Berkata Tan Kiam
Lam. "Sudah diberi tahu. Tapi ia tidak mau mengerti."
"Aneh ...Aneh.... Siapakah yang berani menggunakan
namaku?" Tan Kiam Kiam Lam menggerutu.
lagi. "Mungkin ada orang yang ingin melihat adu domba."
"Siapa yang berani?"
"Mengapa Sin Hong Hiap berkata tegas seperti itu"
Dikatakan kau menantangnya di Rimba Penggantungan?"
"Inilah yang kukatakan sangat aneh. Sebetulnya. . . . Aku
tidak ingin menemukan Sin Hong Hiap."
"Maksud Pocu?" "Berusahalah kalian mengusirnya."
"Lupakah bahwa kita sedang berhadapan dengan si
Pendekar dewa Angin Sin Hong Hiap?"
"Sin Hong Hiap bagaimana?"
"Kita semua bukanlah tandingannya."
Apa yang hiangcu baju hitam itu kemukakan cukup
beralasan, siapakah yang dapat melayani Pendekar Dewa
Angin Sin Hong Hiap" Kecuali ketua Benteng
Penggantungan Tan Kiam Lam.
Tan Kiam Lam mengeretek gigi.
"Dimana kini Sin Hong Hiap itu?"
"Dipintu benteng."
"Baik. Segera aku berurusan dengannya."
Wanita baju hitam Kang Leng siap mengundurkan diri.
Tan Kiam Lam segera memanggilnya.
"Kang hiangcu. . ."
Kang Leng menghentikan langkahnya.
"Pocu ada perintah lain?" Ia siap menerima perintah lain.
Menunjuk kearah Tan Ciu dikamar rahasia, Tan Kiam
Lam berkata. "Bawalah pemuda itu kedalam kamar tahanan."
"Tetapi, dia. . ."
"Setelah selesai dengan urusan Sin Hong Hiap. aku
masih harus berurusan dengannya."
"Baik." Kang Leng menerima perintah.
Tan Kiam Lam berkata lagi. Ia menuju kearah luar
Benteng Penggantungan untuk berurusan dengan si
Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap!
Wanita baju hitam Kang Leng masuk kedalam kamar
rahasia, ia menghampiri Tan Ciu!
Mendapat kesemparan istirahat yang cukup lama, karena
ilmu Ie-hun Tay-hoat tidak diselesaikan sehingga tamat,
maka Tan Ciu belum mengalami otak Kosong. Bagaikan
baru sadar dari satu impian buruk, pemuda itu masih
bengong disana. Sebentar kemudian, ia segera teringat bagaimana sang
ayah, manusia yang bernama Tan Kiam Lam itu
menggunakan ilmu Ie hun Tay-hoat untuk menghilangkan
daya ingatannya. Dua butir air mata meleleh turun dari kelopak sipemuda.
Wanita baju hitam Kang Leng menarik leher baju
pemuda itu dan berkata. "Mari turut kepadaku "
Tanpa bicara. Tan Ciu mengikuti hiangcu yang bernama
Kang Leng itu. Hanya beberapa langkah, Kang Leng segera dapat
melihat kesedihan sipemuda, disaksikan bagaimana anak
yang gagah itu mengucurkan air mata.
"Eh. mengapa pertanyaan. kau menangis?" Ia mengajukan Mengapa menangis" Suatu pertanyaan yang tidak perlu diajukan. Bila
seseorang mengalami kesedihan yang luar biasa, bagaimana
ia tidak mengucurkan air mata"
Tan Ciu memandang wanita baju hitam itu.
"Kau belum pernah menangis?" Ia balik mengajukan
pertanyaan itu kepada orang yang bersangkutan.
Mendapat pertanyaan yang seperti itu, Kang Leng
menjadi tertegun. "Kukira belum pernah ada orang yang tidak menangis..."
ia berkata. "Bilakah dan didalam keadaan bagaimanakah kau
mengucurkan air mata?" Tan Ciu bertanya lagi.
"Menjelang waktu-waktu yang sangat sedih, sakit hati
dan putus asa.... Diwaktu itu . . . aku dapat mengucurkan
air mata." "Maka tentunya kau dapat menduga, mengapa aku
menangis." Berkata Tan Ciu.
"Aneh.... Dia tidak menyakiti hatimu, tidak merusakmu,
juga tidak membunuhmu, mengapa harus mengucurkan air
mata?" Yang diartikan dengan sebutan 'dia' oleh Kang Leng,
adalah ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam.
"Agaknya kau belum dapat menyelami hati orang."
Berkata Tan Ciu."Maksudmu "...."
"Ingin sekali aku dapat mati segera."
"Kau tidak akan mati." Berkata Kang Leng. "Dia tidak
mengijinkan kau mati,"
"Suatu hari aku akan mati."
Kang Leng memperhatikan wajah pemuda itu, tidak ada
cahaya hidup sama sekali, juga tidak ada cahaya terang
untuk bergulat dengan penghidupan dunia. Ternyata ia
telah membenci setiap orang dan segala sesuatu ditemukan
olehnya. Wanita baju hitam Kang Leng menarik napas, ia berkata.
"Aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu."
"Ajukanlah." "Kau pernah jatuh cinta?"
"Aku" . .." Tan Ciu berpikir sebentar, kemudian
menganggukkan kepala. "Pernah."
"Siapa gadis yang kau cintai itu. Co Yong?"
Tan Ciu menganggukkan kepala, perlahan sangat lemah
sekali. Sangkanya Co Yong telah mati, kemudian disusul
dengan kejadian bertemu dengan sang ayah kejam, licin dan
penuh dosa itu, tentu saja Tan Ciu menjadi kecewa dan
bosan hidup. Betulkah Co Yong sudah tidak ada didalam dunia"
Tan Ciu belum menemukan mayat gadis itu. Dia tidak
tahu bahwa Co Yong masih hidup didalam Benteng
Penggantungan. Bercerita hilangnya baju hitam Kang Leng mendapat
tugas untuk membawa Tan Ciu kedalam kamar tahanan
rahasia Benteng Penggantungan.
Ditengah jalan, terjadi dialok yang menyinggung soal
cinta dan kesedihan seorang manusia,
Kang Leng bertanya. betulkah Tan Ciu pernah cinta
kepada Co Yong" Tan Ciu menbenarkan dugaan itu.
"Kau cinta kepadanya sungguh-sungguh?" Kang Leng
meminta ketegasan si pemuda.
"Sungguh-sungguh." Berkata Tan Ciu.
"Kukira kau cinta kepada Co Yong, setelah mendengar
berita kematiannya. Karena merasa berhutang budi, karena
tidak dapar membalas budi itu, maka kau mengatakan cinta
kepadanya?" "Aku sungguh cinta kepadanya. Sebelum mati pun
demikian didalam baka pun tetap demikian. Pasti akan
kusambung cinta itu."
Bila bukan Tan Ciu memaksa Co Yong untuk membuka
rahasia Benteng Penggantungan, tentu gadis tersebut tidak
mati. Mengingat hal itu, si pemuda menangis lagi.
"Ternyata kau cinta kepada Co Yong dengan sesungguh
hati." Berkata wanita baju hitam Kang Leng.
"Ng......" "Kau bersedia melakukan sesuatu untuknya?" Bertanya
Kang Leng lagi. "Tentu." "Kuberi tahu kepadamu." Berkata hiangcu baju hitam
Kang Leng. "Kau harus berusaha hidup. Demi Co Yong,
kau harus tetap hidup."
"Aku belum ingin mati." Berkata Tan Ciu. "Masih
banyak perkara yang belum kuselesaikan, maka aku harus
tetap hidup." "Betul. Co Yong akan gembira mendengar kesaksianmu
ini." "Tahukah asal usul Co Yong itu?"
"Kukira hanya pocu kita seorang saja yang mengetahui
asal usul dirinya." "Wakil ketua Benteng Penggantungan Co Yong Yen itu
juga tidak tahu?" "Kukira ia tidak tahu."
"Tapi. Co Yong adalah muridnya."
"Betul Ketua Benteng kita sangat merahasiakan asal usul
Co Yong. Maka tidak ada yang tahu. Tapi jangan kau
katakan kepada orang bahwa aku telah menceritakan
kejadian-kejadian ini kepadamu."
"Tentu." Tan Ciu memberikan janjinya.
"Baik. Dekatilah kupingmu."
Tan Ciu memasang telinganya.
"Simpan baik-baik rahasia ini....." Berkata Kang Leng
dengan suara sungguh-sungguh.
"Rahasia apa?" "Co Yong masih hidup didalam kamar tahanan kita...."
"Aaaa... Co Yong masih hidup?"
"Ssstt,., Perlahan peringatan, sedikit." Kang Leng memberi "Masih hidup?" Tan Ciu mengulang pertanyaan.
"Betul." "Dimanakah kini ia berada?"
Segera kau tahu. Tapi ingat, jangan sebarkan cerita ini,
tidak perduli kepada siapapun juga. Bila kau tidak percaya
dan memberi tahu kepada orang. Bukan aku yang celaka,
tapi Co Yong yang akan binasa terlebih dahulu."
"Aku tahu." Berkata Tan Ciu,
"Harapan untuk bertemu dengannya masih besar." Kang
Leng memberikan hiburan! "Segera ajak aku kesana." Berkata Tan Ciu.
"Tidak." "Mengapa?" "Kau bukan tandingan pocu!"
"Ada hubungan apa dengan Tan Kiam Lam?"
"Tentu saja ada."
"Bila kau bersedia mengajakku untuk menemui Co
Yong?" "Setelah ilmu kepandaianmu dapat mengalahkan pocu."
Tan Ciu menggertek gigi, katanya. "Suatu hari aku akan
mengalahkan dirinya."
"Jangan sebarkan rahasia ini kepada orang!"
"Pasti." Tan Ciu memberikan janji.
"Dan berhati-hatilah dengan ilmu Ie-hun Tay-hoat jahat
itu." Kang Leng memberi peringatan.
"Bagaimana harus menghindari diri dari ilmu Ie-hun
Tay-hoat." "Berusahalah menghindari diri dari sinar pandangan
matanya." "Bila tidak dapat?"
"Ini pun tidak mengapa. Waktu berlaku Ie-hun Tay-hoat
hanya satu bulan. Lewat dari waktu itu, hilanglah kegunaan
ilmu Ie-hun Tay-hoat."
"Ooo... Ilmu Ie-hun Tay-hoat tidak perlu ditakutkan !"
"Bukanlah demikian! Hal itu dapat di sambung lagi. Bila
ilmu Ie hun Tay-hoat diulang untuk kedua kalinya, maka
setiap bulan, ia dapat menggunakannya,"
Mereka telah tiba diruangan dibawah tanah! Itulah
kamar tahanan. Terlihat undakan yang turun kebawah, Kang Leng
mengajak pemuda itu turun.
Tan Ciu mengikuti dibelakang wanita baju hitam itu
Setelah memasukkan Tan Ciu kedalam sel kamar
tahanan, Kang Leng mengunci kamar itu. dan ia berjalan
keluar dari ruang dibawah tanah. Meninggalkan si pemuda.
Keadaan sangat gelap. . ..
Tan Ciu telah menerima totokan ketua Benteng
Penggantungan, selembar tenaganya pun tidak dipunyai
olehnya. Ia mengeluarian keluhan napas yang sangat panjang.....
Tiba-tiba. satu suara tertengar menggema didalam
suasana gelap itu. "Apa yang kau kesalkan?"
Tan Ciu terkejut. Mengikuti arah datangnya suara. ia
dapat melihat tubuh seseoang yang meringkuk didalam
kamar tahanan. Ketika tempat orang itu berada disebelah.
Itulah orang yang belum lama membuka suara.
"Hei, anak muda. mengapa kau cepat putus harapan?"
Berkata lagi orang tawanan yang berada disebelah kamar
Tan Ciu itu. "Siapa yang putus harapan?" Tan Ciu mendebatnya.
"Siapa yang belum lama menarik napas panjang
pendek?" Orang itu mengeluarkan tertawa dingin.
Tan Ciu bungkam. "Hei," Panggil lagi suara itu. "Mengapa kau tidak
bicara?" Bicara" Apa yang harus dibicarakan"
Sedangkan ia belum kenal kepada orang itu. Keadaan
sangat gelap, sehingga sulit untuk membedakannya.
"Hei." Panggil lagi suara tersebut. "Seorang diri aku
disini, sangat sepi sekali. Kini kau datang menemaniku.
sungguh menyenangkan."


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa kau" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Orang tawanan." Berkata orang itu.
Tan Ciu tertawa. "Ha, tentu saja orang tawanan," katanya. "Namamulah
yang ingin kuketahui?"
"Nama?" Orang itu seperti tertegun, "Ha, ha!. Terlalu
lama aku menempati kamar ini, sehingga lupa kepada nama
sendiri. Sudah tidak ada orang yang mengenal namaku
lagi." "Lama?" Tan Ciu mengulang kata-kata itu, "Berapa
lamakah kau disini?"
"Kukira dua puluh tahun. Mungkin juga tiga puluh
tahun. Entahlah. berapa waktu yang pasti itu. Aku tidak
tahu Siang malam didalam keadaan gelap. aku tidak dapat
membedakan hari." Tan Ciu tahu mengapa orang itu ditawan sekian lama"
Apakah alasannya" Apakah dosa kesalahannya"
Mereka bungkam lagi. "Hei." Orang itu tidak sabar. "Bocah, mengapa tidak
bicara?" "Apa yang ingin dibicarakan?"
"Apa pun boleh. Untuk melenyapkan kesepian Kita.
seharusnya banyak bicara. Dimisalkan bicara tentang ilmu
kepandaian. . . Eh. Tentunya kau berkepandaian tinggi,
bukan?" "Bagaimana kau tahu?" Berkata Tan Ciu dingin.
"Karena kau disekap didalam kamar tahanan dibawah
tanah yang gelap ini."
"Aku tidak mengerti." Barkata Tan Ciu. "Mengapa
mempunyai dugaan seperti itu?"
"Aku kenal baik sifat ketua Benteng Penggantungan."
Berkata orang itu. "Ia suka pada orang yang berkepandaian
tinggi. Hanya orang berkepandaian tinggi yang dapat
ditaklukkannyalah yang dapat mendiami tempat ini."
Tan Ciu tetawa, katanya, "Bila aku mempunyai ilmu kepandaian yang lumayan
sajapun, tidak mungkin ia mengalahkanku. Ilmu
kepandaianku tidak berarti. Maka dikalahkan olehnya dan
masuk kurungan." "Ha, ha....Ingin mempunyai ilmu kepandaian yang dapat
mengalahkannya" Ha, ha.... Kau mengimpi."
"Mengapa?" "Ketahuilah,belum mengalahkannya." ada orang yang "Kau?" "Seperti keadaan dirimu, akupun telah dikalahkan
olehnya. Siapa yang dapat mengalahkan ketua Benteng
Penggantungan. dia adalah jago nomor satu."
Terdengar keluhan napas yang sangat panjang juga
sangat sedih. Tan Ciu diam. Keadaan itu berlangsung lama sekali. Tidak satu pun
dari mereka yang mulai membuka pembicaraan lagi.
Agaknya orang itu telah sangat kesepian. maka ia
membuka suara, "Hei. bolehkah aku berkunjung ketempatmu situ?"
Tan Ciu menjadi heran. "Kau dapat masuk kedalam
kamar tahananku?" Ia bertanya bingung.
"Tentu . ." dapat Dibarengi oleh bunyi suara besi yang beradu, "krek..."
Bunyi kunci yang dibuka. Satu bayangan masuk kedalam kamar tahanan Tan Ciu.
Hal ini mengejutkan pemuda itu! Orang tersebut
mempunyai kebebasan untuk meninggalkan kamar
tahanannya, mengapa tidak mau melarikan diri"
Bayangan yang datang telah berada dihadapan Tan Ciu,
itulah seorang tua yang bungkuk melengkung, wajahnya
cukup menakutkan. "Aaaae....." Tan Ciu melebarkan mulut.
"Ha ha..." Orang itu tertawa, "Takut?"
Tan Ciu tidak memberikan jawaban!
"Wajahku memang menakutkan orang!" Berkata orang
tua bungkuk itu. "Tidak mengherankan bahwa kau menjadi
takut karenanya." "Aku heran." Berkata Tan Ciu.
"Apa yang kau herankan ?"
"Mengapa kau mengeram ditempat ini?"
"Kau heran karena aku tidak melarikan diri," bertanja
orang tua bungkuk itu! "Betul !" Tan Ciu membenarkan pertanyaan orang.
"Itulah sumpah janjiku." Berkata orang tua bungkuk.
"Kau kalah dibawah tangannya?"
"Betul. Kita musuh dendam besar. Kau juga mempunyai
dendam dengannya?" "Dendam" Tidak. Dia adalah ayahku?"
"Hahaaa"!" Orang tua bungkuk itu sangat terkejut. "Kau
anak Tan Kiam Lam ?"
"Betul.... Bila bukan karena kedatangannya si Dewa
Angin Sin Hong Hiap, tentu aku telah di Ie-hun Tay-hoat
olehnya." "Hei...!" Orang tua bungkuk itu menjadi sangat tertarik.
"Kau katakan si Dewa Angin Sin Hoag Hiap juga telah
datang kedalam Benteng ini?"
"Betul." "Apa maksud kedatangan Sin Hong Hiap itu. Membikin
perhitungan dengan Tan Kiam lam. "
"Betul." "Tidak Salah?" Wajah orang tua itu bercahaya terang, satu perubahan
yang sangat aneh sekali. "Mari kau ikut kepadaku . . ." Ia berkata.
Kabut Di Bumi Singosari 4 Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen Iblis Dan Bidadari 3
^