Pencarian

Pohon Kramat 3

Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 3


Su Hay Khek segera mengadu juga, ia menggeram keras
den mengirim satu pukulan yang terkeras, maksudnya
menjatuhkan lawan dengan menerima sebagian luka.
Bagi seorang yang sedang menjalankan pertempuran,
tidak boleh lengah atau gentar, cara-cara Su Hay Khek
bertempur tadi adalah menjadi pantangan tengkar, wanita
berbaju hijau itu telah lompat menyingkir dari induk
serangan dan mengirim satu bacokan tangan, langsung
memasuki baris pertahanan lawannya.
Beek... , Dada Su Hay Khek menderita pukulan keras.
Kakek aneh itu ada niatan mengadu jiwa, ia menahan
rasa sakit dan memberi pukulan balasan. Dua telapak
tangan beradu lagi, dan mereka sama sama mundur
kebelakang. Su Hay Khek menderita luka sampai dua kali, hebat
sekali luka itu. Ia jatuh. Wanita berbaju hijau itupun terluka, hanya luka-lukanya
tidak mengganggu jalan pertempuran.
Tan Ciu terkejut, disaat ini. Jarak mereka sangat dekat.
Maka ia memukul wanita berbaju hijau tersebut.
Sipemuda berbasil, hanya satu kali pukulan ia membuat
wanita mengerang sakit. Laki laki baju hijau marah, ia memukul Tan Ciu.
Su Hay Khek lompat menubruk, menyelak diantara
kedua orang itu yang lagi mau meneruskan pertempuran
mereka! Sampai disini, jalan pertempuran sudah menjadi kalut.
Boleh dikata empat orang tersebut saling pukul semerawut.
Laki berbaju hijau itu memberikan pukulan tangan!
Su Hay Khek sudah menyingkir dari pukulan ini, dengan
semua sisa tenaga yang ada, mereka bergumul menjadi
satu. Suatu hal yang berada diluar dugaan lelaki itu. betul ia
berhasil menjatuhkan Su Hay Khek sehingga tidak dapat
bangun lagi. akan tetapi dia sendiri pun terluka, dari mulut
mengeluarkan darah. Tan Ciu meneruskan usahanya untuk membunuh laki
laki berbaju hijau itu. Tentu saja sang lawanpun tidak
tinggal diam, walau berada didalam keadaan luka, tetap ia
mempertahankan jiwanya, mereka bergumul menjadi satu.
Luka wanita berbaju hijaupun tidak ringan, ia
merangkak kearah Jelita Merah dan Tan Kiam Pek.
Maksudnya menggagalkan usaha penyembuhan luka seperti
itu. Dua orang itu tidak bergerak, yang satu mederita luka
parah, yang lainnya sedang berusaha untuk mengembalikan
jiwa sipenderita luka kedunia yang ramai.
Jarak wanita berbaju hijau dengan Jelita Merah sudah
dekat sekali..... Jelita Merah tidak mungkin menghindari malapetaka ini.
Sedangkan Tan Kiam Pek belum selesai menamatkan satu
putaran peredaran darahnya.
Tangan wanita berbaju hijau itu sudah mulai diangkat ...
Tan Ciu tidak dapat memenghindarkan diri. Ia masih
bergumul dengan laki-laki berbaju hijau, Su Hay Khek
menderita luka sehingga beberapa kali, ia menggeletak
ditanah, seolah-olah sudah tidak bernapas.
Mungkinkah Jelita Merah harus menerima kematian
seperti ini" Tidak!!! Terlibat suatu bayangan melesat dan melempar tubuh
wanita berbaju hijau itu. Terdengar jeritan panjang, wanita
berbaju hijau tersebut jatuh menggeletak.
Disana telah bertambah seorang wanita, berkerudung
hitam. Wanita inilah yang menolong jiwa Jelita Merah.
Terdengar lain jeritan, itulah suara si laki laki berbaju
hijau yang sudah mati ditangan Tan Ciu.
Dikala Tan Ciu ingin memberi pertolongan, wanita
berkerudung hitam itu telah menampilkan dirinya dan
menolong jiwa Jelita Merah.
Tan Ciu memberi hormat. "Atas bantuan cianpwee, dengan
menghaturkan banyak terima kasih.
ini boanpwe "Sama-sama." katanya.
Ia memeriksa orang yang baru ditolong. Tiba tiba
matanya terpaku pada wajah Tan Kiam Pek.
"Aaaaa..." Tubuh wanita gemetaran. berkerudung hitam itu menggigil Hal ini tidak lepas dari mata Tan Ciu, apa yang
menyebabkan hal itu terjadi" Siapakah wanita berkerudung
hitam ini" Mengapa gentar kepada Tan Kiam Pek"
Dengan suara gemetar, wanita berkerudung hitam itu
bergumam. "Dia?" Tangannya diangkat, seperti mau memukul Tan Kiam
Pek. Tan Ciu terkejut, cepat ia membentak!
"Hei kau mau apa?"
"Membunuh manusia durjana ini." Wanita berkerudung
hitam itu menunjuk Tan Kiam Pek.
"Mengapa?" "Dia Tan Kiam Lam."
Hati Tan Ciu mencelos. "Orang ini bernama Tan Kiam Lam?" Ia meminta
ketegasan. "Betul." Berkata wanita berkerudung hitam itu.
"Kau tahu pasti ?"
Pertanyaan yang seperti ini, berada diluar dugaan wanita
berkerudung hitam itu, tangan yang sedianya mau
membunuh Tan Kiam Pek turun lagi.
"Mungkinkah dia bukan Tan Kiam Lam?" Ia bertanya
kepada sipemuda. "Dia menyangkal orang memanggilnya sebagai Tan
Kiam Lam." Tan Ciu memberi keterangan.
Wanita berkerudung hitam itu bergumam"
"Tidak mungkin... Tidak mungkin..."
Matanya memandang ketempat jauh.
Tan Ciu harus membuka rahasia ini, ia berkata!
"Dikatakan bahwa dia adalah saudara kembar Tan Kiam
Lam yang bernama Tan Kiam Pek"
"Ouw!!!" Wanita berkerudung itu memperhatikan wajah
Tan Kiam Pek. Tan Ciu menantikan terbukanya rahasia teka teki ini!
Beberapa saat kemudian, baru wanita berkerudung hitam
itu berkata. "Betul! Dia bukan Tan Kiam Lam."
Tan Ciu segera mencetuskan kata-kata dan mengajukan
pertanyaan! "Kau dapat membuktikan betul betul bahwa dia bukan
Tan Kiam Lam?" "Dapat," Berkata wanita berkerudung hitam itu.
Tan Ciu menjadi bingung. Wanita berkerudung hitam itu berkata,
"Hal ini mudah dibedakan! Betul bentuk wajah dan raut
mukanya tak ada perbedaan, tetapi daun kuping yang
sebelah kiri Tan Kiam Lam mempunyai andeng andeng
hitam yang besar, andeng-andeng hitam ini tidak mungkin
dioperasi dengan tidak meninggalkan bekas sama sekali!
Sedangkan orang ini tidak mempunyai andeng-andeng
hitam itu, juga tidak ada tanda-tanda luka luka bekas
operasian, maka ia bukan Tan Kiam Lam."
Tan Ciu dapat diberi mengerti. Kini ia tahu pasti bahwa
Tan Kiam Pek itu betul betul saudara kembar Tan Kiam
Lam. Tan Kiam Lam adalah manusia misterius yang aneh,
ilmukepandaiannyatinggi,bagaimanadengan
penghidupannya" Wanita berkerudung hitam ini pun ingin membunuh Tan
Kim Lam. Apakah kesalahan Tan Kiam Lam, sehingga
menimbulkan bahaya permusuhan"
Dari lagu suara wanita berkerudung hitam ini, Tan Ciu
tahu pasti bahwa orang belum tua betul. dikira kira wanita
setengah umur. Siapakah wanita berkerudung hitam ini"
Mengapa menutup wajah diri mendiri"
Apa hubungannya dengan Tan Kiam Lam"
Pertanyaan pertanyaan tadi menyelubungi pikiran
sipemuda, maka ia mengajukannya langsung kepada orarg
yang bersangkutan. "Cianpwe kenal dengan Tan Kiam Lam?"
"Ng ....!!" "Diantara kalian pernah terjadi dendam permusuhan.?"
Sekali lagi, tubuh wanita berkerudung hitam itu
menggigil. "Betul." Ia menjawab pertanyaan si pemuda.
"Bagaimanakah terjadinya dendam permusuhan itu?"
Bertanya lagi Tan Ciu. "Aku tidak dapat menceritakan kepadamu!" berkata
wanita berkerudung hitam itu!
"Mengapa?". "Tidak dapat." Kini ia menatap wajah Tan Ciu mantep
"Kau anak keluarga Tan juga?"
"Betul." Tan Ciu menganggukkan kepalanya.
"Putra Tan Kiam Lam?" Bertanya wanita berkerudung
hitam tersebut. "Mungkin juga."
"Mengapa mengatakan keterangan dengan jawaban
sepati ini?" "Aku belum dapat menemukan bukti bukti yang jelas dan
dipercayai." Berkata Tan Ciu.
"Belum dapat menemukan bukti bukti yang jelas dan
dipercaya?" "Betul." Berkata Tan Ciu terus terang. "Aku tidak tahu
tentang keluargaku sendiri."
"Siapa yang tahu keadaan keluargamu?"
"Kakakku Tan Sang."
Tubuh wanita berkerudung hitam itu tersentak sedikit,
kata kata Tan Sang itu mengejutkan dirinya!
Tan Ciu tidak memperhatikan keadaan tersebut, ia
menambah keterangannya. "Sayang Tan Sang telah mati digantung orang"
"Ng..." "Pohon Penggantunganlah yang merenggut jjwa kakakku
itu." Berkata lagi Tan Ciu.
Wanita berkerudung hitam mengeluarkan suara keluhan
panjang, Ia bergumam seorang diri!
"Ahhh... Cepat sekali... Sembilan belas tahun telah
dilewatkan begitu ssja.."
Tan Ciu terkejut, "Apa?" Ia tersentak dari keadaan yang sebenarnya.
Wanita berkerudung hitam itu cepat menutup mulut.
"Tidak mangapa... Tidak mengapa..." Ia berkata cepat.
"Baik-baiklah kau menjaga diri sendiri dan juga diri mereka,
aku harus pergi!" Tubuhnya melesat dan meninggalkan Tan Ciu,
Meninggalkanduamayat orangdari Benteng
Penggantungan dan meninggalkan Su Hay Khek, Tan Kiam
Pek dan Jelita Merah. Tan Ciu masih bengong memandang lenyapnya
bayangan wanita berkerudung hitam itu. Dirasakan ada
sesuatu yang aneh pada wanita tersebut.
Siapa dia. Mari kita menyusul berkerudung hitam itu. sebentar keadaan wanita Ditempat yang agak jauh dari tempat Tan Ciu sekalian
berada, wanita berkerudung hitam itu menggabungkan diri
dengan pembantunya. Pembantu wanita berkerudung hitam itu adalah seorang
gadis cantik. Mereka berjalan berendeng.
"Pei Pei!!!!" panggil wanita berkerudung hitam itu.
Gadis yang dipanggil Pei Pei itu memandang. Ia agak
heran atas kelakuan yang belum lama diperlihatkan
kepadanya. "Mari kita pulang!" Berkata wanita berkerudung hitam
itu. "Suhu." panggil gadis yang bernama Pei pei itu! "Diakah
yang suhu maksudkan?" Ternyata mereka adalah guru dan
murid! "Ng ..."Guru Pei Pei itu mengangguk-anggukkan kepala.
"Dia sudah tahu?" Bertanya lagi Pei Pei kepada gurunya.
"Aku tidak memberi tahu kepadanya?" Berkata wanita
berkerudung hitam itu. "Mengapa?" Pei Pei menjadi heran.
"Aku tidak menginginkan ia tahu siapa diriku,
memberitahu hal ini kepadanya terlalu pagi akan
mengganggu keadaannya."
"Bukankah kau sering mengenang dirinya?"
"Tadi telah bersua dan melihat jelas."
"Itu hanya sepintas lalu, mengapa tidak seterusnya?"
"Aku puas melihat ia masih hidup, sudah dewasa dan
mempunyai badan yang tegap, ilmu kepandaian yang
tinggi." "Tapi..." "Aku sudah puas dapat mengetahui keadaan dirinya. aku
sudah puas dapat bertemu muka dengan dirinya..." Lagi
lagi wanita berkerudung hitam ini menghela napas.
Mereka guru dan murid melakukan perjalanan.
Dan lenyap tidak kelihatan!
Siapakah mereka"

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mari kita menyaksikan bagian berikutnya.
000ooOdwOoo000 KEMBALI bercerita tentang Tan Ciu.
Setelah ditinggalkan oleh wanita berkerudung hitam
yang misterius itu, sipemuda masih bengong saja
ditempatnya. Tidak henti-hertinya ia berpikir, siapakah
wanita tersebut" Mengapa hatinya berdebar keras"
Tiba tiba... Terdengar suara rintihan orang. Itulah suara
rintihan Su Hay Khek yang menderita luka parah.
Tan Ciu terkejut. Cepat ia menghampiri orang tua aneh
itu. Disana, Su Hay Khek terbaring lemah, keadaannya
sunggah payah,napasnya sudah menjadi satu dengusan
yang tidak teratur, seolah olah orang yang menantikan
waktu ajalnya. Tan Ciu menubruk ketempat orang tua itu.
"Cianpwee..." Ia memanggil.
Su Hay Khek masih berusaha tertawa, tertawa sedih, Ia
terlalu banyak mengeluarkan darah.
Melihat hal ini, cepat Tan Ciu mengeluarkan obat Senghtat hoan-hun-tan!
"Cianpwee, makanlah obat ini!" Ia harus menolong
orang tua itu! Su Hay Khek menggeleng-gelengkan kepala, ia menolak.
"Aku sudah tiada guna!" Ia berkata!
"Makanlah obat ini! ia akan membantu menambah
darahmu!" Masih Tan Ciu berusaha.
Su Hay Khek menggeleng-gelengkan kepala lagi, ia
kukuh tidak mau menerima pemberian obat itu.
"Urat nadiku telah putus banyak." Ia berkata. "Tiada
gunanya lagi... Obat mujarab apapun ... tidak dapat
menolong ... urat nadi yang sudah putus."
"Cianpwe..." Tan Ciu msngucurkan air mata.
Su Hay Khek menyengir. "Jangan kau menangis." Ia
berkata. "Setiap orang pasti mati... hanya bagaimana
kematian ... yang menimpa dirinya ... Aku sege ma..ati...
tetapi aku puas... Aku mati tak percuma ... "
"Tidak, Kau tidak boleh mati!"
"Sudahlah, biar bagaimana ... aku akan mati... Sebelum
meninggalkan dunia ini ... Aku ingin meninggalkan tenaga
kekuatanku ... kepadamu,"
"Cianpwe...." "Duduklah didekatku." Perintah Su Hay Khek.
Tanpa banyak komentar, tangan kanan Su Hay Khek
telah menempel diubun ubun Tan Ciu.
"Jangan banyak pikir." Ia berkata cepat. "Satukanlah
peredaran darahmu dengan peredaran darahku."
Tan Ciu mengikuti petunjuk orang tua aneh itu.
"Terjanglah Seng su seng-koan." Berkata lagi Su Hay
Khek. "Cuci dan bersihkan di diri dua belas tingkatan
peredaran jalan darah.. ..kemudian ... bersihkan diri dari
segala pikiran ..... kumpulkan di Cit-seng-ceng meh."
Satu hawa hangat meresap masuk kedalam tubuh Tan
Ciu, si pemuda telah menyatukan peredaran darah mereka,
maka dengan mudah pertukaran peredaran darah itu
menjadi satu. Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, Su
Hay Khek telah mengeluarkan semua kekuatannya dan
diserahkan kepada Tan Ciu.
Disaat ini, Tan Kiam Pek yang memutarkan peredaran
darah Jelita Merah telah hampir selesai.
Wajah Jelita Merah yang pucat telah bersemu merah,
suatu tanda bahwa ia telah bebas dari ancaman bahaya.
Tan Kiam Pek mengempos tenaganya yang penghabisan
sekali dan selesailah penyembuhan dengan cara seperti itu.
Dilain bagian, tangan Su Hay Khek yang menempel
pada Tan Ciu telah lemas, ia kehabisan tenaga.
Su Hay Khek mati. Urat nadinya putus. Tenaganya dikuras bersih dan
menghembuskan napasnya yang terakhir dengan rela.
Dikala Tan Ciu sadar, orang tua itu telah memeramkan
mata untuk selama lamanya. Terhadap kakek yang berbudi
luhur ini, Tan Ciu menaruh salut yaog tinggi, ia menangis
dan mengucurkan air mata keedihan yang tidak terhingga.
Tan Kiam Pek telah selesai menghidupkan jiwa Jelita
Merah. Mengatur tenaga beberapa lama, mengembalikan
kekurangan kekuatannya yang tadi dan membuka kedua
matanya. Dilihat keadaan yang seperti itu,ia terkejut.
"Eh, apa yang telah terjadi?" ia mengajukan pertanyaan.
"Dia telah meninggal dunia !" Tan Ciu menyusut air
mata. "Aaaaaaa" Tan Ciu menceritakan segala yang belum lama telah
terjadi. "Kasihan," berkata Tan Kiam
mengebumikan orang tua ini?"
Pek, "mari kita Tan Kiam Pek dan Tan Ciu menggali tanah, mereka
mengebumikan jenazah si kakek aneh Su Hay Khek, Jelita
Merah sudah membuka kedua matanya.
Tiga orang menaruh hormat yang penghabisan kali
kepada makam Su Hay Khek, lama mereka mengenang
orang tua yang telah berkorban untuk keselamatan semua
orang. Berapa lama kemudian, baru Jelita Merah berkata.
"Syukur kalian tiba tepat pada waktunya dan berhasil
menolong jiwaku. Budi ini tidak dapat kulupakan."
"Sudah nenjadi kewajiban manusia
menolong." Berkata Tan Kiam Pek.
untuk tolong Jelita Merah memandang Tan Ciu.
"Tan siauwhiap." Ia memanggil. "Aku menelantarkan
urusanmu." Tan Ciu menghela napas. "Bukan salahmu." Ia berkata, "mereka adalah orang
orang dari Benteng Penggantungan."
"Betul! Orang orang dari Benteng Penggantungan itu
yang mencelakai kita."
"Tidak kusangka, benteng itu mempunyai banyak tokoh
silat yang berkepandaian tinggi"
"Betul..." Berkata Jelita Merah. "Gerakannya gesit. Akh,
Nona Co telah dibawa oleh mereka, tentunya mengalami
penderitaan." "Kita telah berusaha." Berkata Tan Ciu sambil menghela
nafas. "Apa mau dikata, takdir telah mempermainkan kita."
Tan Kiam Pek memandang mereka sebentar dan berkata.
"Kalian berdua boleh merundingkan hal ini baik-baik.
Aku harus pergi lebih dahulu."
"Cianpwee ingin kemana?" Bertanya Tan Ciu
"Aku" Aku harus kembali menyakinkan ilmu silat
dengan lebih tekun lagi. Biar bagaimanapun juga, aku harus
menyelesaikan persengketaan dengan si ketua Benteng
Penggantungan. ilmunya tinggi, aku harus berusaha keras
agar tidak dikalahkan olehnya."
"Bila betul dia adalah engkohmu?" Tan Cin ragu ragu!
"Tetap kubunuh juga,"
"Tidak ada jalan lain?"
"Kukira tidak!"
Tiba tiba Tan Ciu teringat sesuatu, ia berkata "Ada
sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."
"Tentang urusan apa?" Bertanya Tan Kiam Pek.
Tan Ciu menceritakan munculnya wanita berkerudung
hitam yang menolong jiwa mereka itu. Dan mengajukan
pertanyaan, bila Tan Kiam Pek kenal dengan seorang
wanita yang berkepandaian ilmu silat tinggi tersebut.
"Dugaanmu jatuh pada siapa?" Bertanya Tan Kiam Pek
"Inilah yang ingin kutanyakan kepada cianpwe." Berkata
Tan Ciu. "Ia mengatakan bahwa aku bernama Tan Kiam Lam?"
"Betul!" Tan Ciu menganggukkan kepala. "Dikatakan
juga bahwa pada daun kuping Tan Kiam Lam ada andengandeng hitam yang besar?".
"Betul sekali" Tan Ciu membenarkan pertanyaan ini.
"Kukira dia." "Siapa?" "Siapa" Ibumu."
"Hah?" Tan Ciu berteriak. "Ibuku?"
"Betul. Melati Putih."
"ia masih hidup didalam dunia?"
"kukira masih." Tan Kiam Pek menganggukkan kepala.
"Hanya aku belum dapat memastikan tentang hal ini. Pada
suatu hari kau akan tahu kebenaran dari dugaanku ini!
Bersabarlah dan jangan banyak berpikir yang bukan bukan."
Tan Ciu menerima kritik tersebut dan menganggukkan
kepalanya. Tan Kiam Pek berkata. "Aku harus pergi."
"Selamat jalan." Berkata Tan Ciu.
"selamat tinggal." Berkata Tan Kiam Pek.
Dan Jelita Merah turut mengantarkan pula. Tubuh Tan
kiam Pek melesat, sebentar kemudian sudah lenyap dari
pandangan mata. Jelita Merah memandang si pemuda, ia
berkata. "Akupun harus meninggalkanmu. Aku...Aku harus
kembali dan memberi tahu segala kejadian ini kepada
guruku." Berkata Jelita Merah.
"Siapakah tokoh silat yang menjadi gurumu?" Bertanya
Tan Ciu. "Dia... Dia berpesan agar tidak menyebut namanya."
Berkata Jelita Merah. "Kau tidak marah?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Kau betul putra Tan Kiam Lam?" Bertanya Jelita
Merah. "Tidak tahu." Berkata Tau Ciu!
"Kuharap saja bukan!" Berkata Jelita Merah.
"Mudah-Mudahan... gurumu juga mempunyai dendam
permusuhan dengan Tan Kiam Lam?"
"entahlah." Berkata Jelita merah. "Tugasku hanya untuk
mencari Tan Kiam Lam. Lebih dari itu. aku tidak diberi
tahu!" "Gurumu itu seorang wanita?"
"Betul." Sigadis tertawa sedih.
"Kau masih ingat bahwa aku berjanji untuk
menceritakan drama sedih tentang aku dan guruku?"
"Ingat." Tan Ciu menganggukkan kepala. Jelita Merah
berkata. "Tentang cerita guruku, biar kututurkan lain kali. Kini
aku akau berbicara tentang diriku."
Tan Ciu memandang gadis itu.
"Aku adalah seorang wanita yang sangat menderita."
Jelita Merah mulai bercerita. "Sudah ditakdirkan hidupku
merana. Pada saat aku berumur enam belas tahun, aku
kenal dengan seorang pemuda yang bernama Chiu It Cong
tidak disangka, ia menipu diriku. aku telah dipermainkan
olehnya, dan setelah ia berhasil mendapatkan diriku, Ia
lenyap begitu saja. entah kemana ia melarikan diri."
"Dia mati?" "Mana kutahu. Telah beberapa tahun, kuselidiki jejaknya
tanpa hasil." "Bila kau berhasil menemukannya, bagaimana?" Tan Ciu
mengajukan pertanyaan ini,
"Membunuhnya." Berkata Jelita Merah gemas. "Tidak
sedikit yang telah kuberikan kepadanya. Terlalu banyak
yang telah didapat olehnya."
"Ouw...." Tan Ciu menatap Jelita Merah. Ternyata dia
sudah bukan gadis lagi. Jelita Merah menghela napas.
"Tan Siauwhiap," ia memanggil perlahan. "Kuharap saja
kau tidak memandang rendah diriku. Kuharap kita dapat
mengikat tali persahabatan."
"Aku bersedia menjadi kawanmu." Berkata Tan Ciu
menganggukkan kepala. "Sungguh?" "Tentu sungguh."
Jelita Merah tertawa manis, "Terima kasih kepada
janjimu ini!" Ia berkata. "Kini aku harus pergi dahulu!
Selamat jalan!" "Selamat jalan."
Mereka sama sama mengucapkan selamat perpisahan
dan Jelita Merah berangkat terlebih dulu.
Tan Ciu mengambil tubuh Sim In yang telah ditotok
jalan darahnya, pemuda ini harus menyerahkan tawanan itu
kepada gurunya. Ia pulang kearah tempat si Putri Angin
Tornado. Singkatnya cerita, Tan Ciu telah tiba di-tempat tujuan.
Didepan suatu goa, Tan Ciu menggendong tubuh Sim In
dan berlari datang. Dari dalam guha terdengar satu suara yang membentak.
"siapa?" "Suhu, aku telah kembali!" Tan Ciu memberi sahutan.
Ternyata orang yang berada didalam goha itu adalah
guru sipemuda Tan Ciu, si putri Angin Tornado yang
pernah menggemparkan rimba persilatan itu.
"Oh. Tan Ciu. kau telah kembali! Masuklah!" Inilah
suara si Putri Angin Tornado. Dia adalah guru Tan Ciu
yang berkepandaian silat tinggi.
-ooo000ooo- JILID 6 TAN Ciu menggendong tubuh Sim In masuk kedalam
guha itu. Mulut masuk goha tersebut sangat gelap, tetapi tak lama
kemudian terlihat cahaya terang. itulah cahaya cahaya dari
sinar mutiara, yang terpancang disekitar dinding guha.
Seorang wanita dengan wajah buruk duduk disebuah
kursi beroda, dia adalah guru Tan Ciu dengan julukan
seram, Putri Angin Tornado itu.
Tan Ciu meletakkan Sim In, dan memberi hormat
kepada gurunya. , "Suhu.."
Putri Angin Tornado memandang orang yang diletakkan
ditanah itu. "Siapakah yang kau bawa masuk kemari"!"
"Orang yang menjadi musuhmu." Tan Ciu memberi


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jawaban. "Aaaaa." Putri Angin Tornado segera mengenali lelaki
yang pernah dikasihi olehnya, Sim In yang kini telah
menduduki ketua perkumpulan Ang mo-kauw.
"Sim In?" Mulut si Putri Angin Tornado bergumam.
Tan Ciu menotok hidup jalan darah kaku orang
tawanannya, kemudian membebaskan beberapa totokan
lainnya. Sim In mulai menggeliat bangun.
Menunjuk kearah Sim In, Tan Ciu bertanya kepada sang
guru. "Suhu, kau ingin membunuhnya?"
"betul!!" Pada wajah Putri Angin Tornado yang buruk itu
terlihat hawa yang menyeramkan.
Ia tertawa kejam. Sim In segera duduk bangun, dilihat keadaan dirinya
telah bukan ditempat markas besar perkumpulannya.
Terdengar suara Putri Angin Tornado yang membentak
keras. "Sim In, masih kenal denganku?"
Sim In memperhatikan orang yang duduk dikursi roda
itu, ia sangat terkejut. "Kau Kim Hong Hong?" Ia hampir berteriak dan
menyebut nama kecil Putri Angin Tornado.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong menganggukan
kepala. "Betul." Ia berkata. "Wajahku telah menjadi buruk,
kedua kakiku telah tiada. Tetapi hati dan jiwaku tetap Kim
Hong.Hong." Sim In mundur sampai tiga langkah.
Putri Angin Tornado tertawa dingin.
"Sim In." kepadaku?" Ia memanggil nama itu. "Kau takut Bagaimanakah dua orang yang dahulunya berkasih
kasihan ini mengakhiri persengketaan" Mari kita
menyaksikan bagian yang selanjutnya.
000OdwO000 TAN CIU menjauhkan diri, ia berdiri di-pojok guha itu.
Kim Hong Hong memancarkan sinar matanya yang
sangat tajam. Kini ia sedang berhadapan dengan laki laki
yang dahulu pernah dikasihi olehnya.
"Sim In." Ia memanggil lagi. "Kau tidak berani
memandang wajahku?" Biar bagaimana, Sim In adalah ketua satu perkumpulan
besar, Ia segera membusungkan-dada, menatap wanita
berwajah buruk yang duduk diatas kursi roda itu dan
memberikan jawaban yang berani.
"Mengapa harus takut kepadamu?"
"Bagus. Ternyata kau tidak takut." Berkata si Putri Angin
Tornado Kim Hong Hong. "Aku tidak mengharapkan kau
takut kepadaku. Mari maju kemari, kita berunding dan
membicarakan persengketaan lama."
Sim In maju lagi tiga langkah, ia telah mendapatkan
dirinya pada kedudukan yang semula.
"Apa yang kita harus bicarakan ?" Ia membuka suara
lantang. "Dimanakah letak kesalahanku?" Berkata Kim Hong
Hong. "Mengapa dan sampai hati kau mengambil langkah
kejam?" "Kau sendiri mengerti."
"Aku tidak mengerti."
"Kau ingin aku menceploskan sekali lagi?" Berkata Sim
In dingin. "Katakanlah." Berkata Kim Hong Hong. "Belum pernah
aku melakukan sesuatu yang menyinggung perasaanmu."
"Hmm... Kau mengucapkan cinta, cinta itu hanya
dimulut... dikatakan cinta ke padaku, mengapa
mengadakan hubungan dengan Tan Kiam Lam?"
"Kau jangan memfitnah!"
"Hubunganmu dengan Tan Kiam Lam telah benda
diluar batas." "Kau...kau bohong"
"Aku melihat dengan mata kepala sendiri. Bukan orang
yang memberi tahu bal ini kepadaku," berkata Sim In
gagah. Putri Angin Tornado Kim Hong Hong ke-mekmek. Ia
mengkerutkan kedua alisnya, hal ini tidak mungkin terjadi.
"Hai, kau menghina diriku"
"Bukan aku yang menghina." Berkata Sim In. "Kau
sendirilah yang menghina diri sendiri,"
"Tidak.." "Dengan alasan apa kau mengadakan perhubungan
dengan seorang lelaki?"
"Dengan dirimu?"
"Bukan. Dengan Tan Kiam Lam!"
"Tidak mungkin. Tan Kiam Lam adalah kawan biasa!"
"Tan Kiam Lam tidak mungkin mempunyai seorang
kawan." Sim In berteriak. "Dia adalah Iblis yang berbaju
manusia ." Kim Hong Hong terpaku ditempatnya.
Sim In berkata lagi. "Betul. Aku mengaku telah merusak wajah-mu,
mengutungi kedua kakimu. Hal itu dikarenakan aku cinta
padamu. Cintaku telah mendalam, tak boleh kemasukan
sebutir pasirpun juga. Tapi kau mempermainkan cintaku,
kau mendekati Tan Kiam Lam, melakukan perbuatan yang
terkutuk, perbuatan yang melalukan itu."
Putri Angin Tornado Kira Hong Hong menggoyangkan
kepala. "Sim In, katakanlah." Ia berkata. "Kau berani
mengatakan ucapan seperti ini, bukan karena ojokan orang
desas desus koran picisan dan jaga bukan dalih alasanperbuatanmu yang telah
melanggar tata krama ini."
"Tidak ada alasan untuk memfitnahmu!" Berkata Sim In.
"Berani bersumpah?"
"Aku boleh mengangkat sumpah." Berkata ketua Ang
mo-kauw tersebut. "Tidak... Tidak..." Kim Hong Hong mendekap mukanya.
"Jelas didalam ingatanku , ... itulah... tubuhmu... Aku
melakukan perbuatan itu hanya denganmu. Kau mengerti
kesucian diriku... Aku hanya cinta padamu... Aku telah
melarikan diri dari pintu perguruan karenamu... Segala
telah kuserahkan kepadamu... Aku bukan seorang wanita
yang tak tahu malu." Akhirnya Kim Hong Hong menangis
sedih, Tan Ciu tidak mengerti atas sikap gurunya yang seperti
itu. Ia menyaksikan dari tempat jauh.
Apakah yang pernah terjadi diantara gurunya, Tan Kiam
Lam dan Sim In" Tan Ciu belum mengerti dan belum dapat menduga
sama sekali. Sim In juga tidak mengerti. Ia ragu ragu, sesuatu yang
buruk mengekang otak pikirannya. Disini menyangkut Tan
Kiam Lam yang misterius itu.
Manusia yang seperti apakah Tan Kiam Lam itu.
Lama sekali Kim Hong Hong menangis. Suatu ketika, ia
mendongakan kepala dan memandang Sim In.
Sim In juga memandang si Putri Angin Tornado. Dua
pasang mata bentrok jadi satu.
"Aaaa." Tiba-tiba Sim In berteriak. "Aku tabu."
"Apa yang kau tahu?" Bertanya Kim Hong Hong.
"Kau telah dihipnotis olehnya."
"Mungkinkah ia..."
"Mungkin sekali."
"Kau. Kau berkata bahwa aku melakukan hal itu
dengannya" Kau melihat dengan mata sendiri?" Puteri
Angin Tornado Kim Hong Hong seperti telah menemukan
sesuatu yang aneh. "Betul." Berkata Sim In sungguh sungguh, "Telah kulihat
jelas, kalian berdua tidur bersama."
"Oh... Tuhan ... " Kim Hong Hong mengeluh. "Tidak
mungkin ... Tidak mungkin ..."
Suara itu seolah olah seseorang yang sedang memohon
... meratap.... menantang ketidak adilan dunia ...
Orang yang mendengar pasti bergidik. Termasuk Tan
Ciu yang menyembunyikan diri dipojok gelap.
Ketua Ang-mo kauw, Sim In telah mendapat jawaban.
Apa yang telah terjadi itu hanya kesalah pahaman. Ia
paham, betapa didalam cinta Kim Hong Hong kepada
dirinya, tidak mungkin. Puteri Angin Tornado melakukan
hal hal tersebut. Didalam hal ini. hanya ada satu kemungkinan.
Kemungkinan itu ialah, Tan Kiam Lam telah menggunakan
ilmu Ie-bun tay gat, semacam ilmu sihir di jaman sekarang.
Kim Hong Hong tentunya telah dihipnotis, disihir oleh Tan
Kiam Lam!. Setelah sadar akan hal ini, Sim In menyesal telah
merusak wajah kekasih itu, mengapa ia berbuat terburu
napsu, mengantungi kedua kaki orang" Sedangkan gadis
yang di siksa itu adalah gadis yang sangat menyintai
dirinya. Sim In merasa sangat menyesal.
Saking besarnya gejolak hati ysng diderita tiba tiba Sim
In menubruk wanita yang berwajah jelek itu, ia merangkul
tubuh Kim Hong Hong, dan mengucurkan air mata.
"Hong Hong... Aku telah melakukan sesuatu kesalahan
yang terbesar." Ia meratap.
Kim Hong Hong mengayun tangan, tiba-tiba ... plakk.
menempiling pipi laki laki itu. Ia tidak dapat menerima cara
pengampunan orang seperti ini.
Sim In terjerambab kebelakang.
Terdengar suara Kim Hong Hong yang menggelegar.
"Pergi!. Segera kau enyah dari tempat ini!"
"Hong Hong..." Sim In merayap bangun dan memanggil
nama itu. Puteri Angin Tornado membentak. "Aku benci
kepadamu." Sim In menundukkan kepala.
"Aku salah." Ia berkata lemah. Kim Hong Hong
melampiaskan kemarahannya, ia berkata lagi.
"Sim In, setelah kau melihat kejadian itu mengapa tidak
segera memberi tahu kepadaku" Mengapa menambah
penderitaanku dengan merusak wajahku" Mengapa kau
mengutungi kedua kakiku" Dengan alasan apa kau
melakukan perbuatan perbuatan yang seperti ini?"
"Karena aku sangat cinta kepadamu. Aku... aku sangat
benci kepadamu," "Kau pergilah. Aku akan menyelidiki kejadian ini.
Sebelum aku tahu duduk perkara yang sebenarnya. Aku
tidak menarik panjang perkara."
"Hong Hong." Sim In meratap. "Aku bersumpah bahwa
aku tidak mengetahui jalan hal itu. Kukira kau berada
didalam keadaan sadar, maka aku marah dan telah
melakukan sesuatu yang merugikanmu... Sungguh... Ku
kira kau telah cinta padanya..."
"Kentut.. Aku cinta kepada dua lelaki" Kau kira aku
wanita apa" Kau kira aku tidak tahu malu!"
"Ternyata hal ini terjadi sa1ah paham."
"Aku akan menyelidiki hal ini. Kau boleh pergi." Berkata
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong.
"Tidak! Aku tidak mau pergi." Berkata Sim In. "Aku
akan tetap tinggal disini."
Wajah Kim Hong Hong berubah.
"Kau memaksa aku melakukan pembunuhan?" Ia
menatap wajah lelaki itu tajam tajam.
"Baik. Bunuhkah." Sim In memasang badan.
Suatu jawaban yang berada diluar dugaan Kim Hong
Hong. Ia tidak mengerti, diperhatikannya wajah ketua Ang
mo kauw itu, seolah olah ingin menemukan suatu jawaban,
Sim In maju mendekati orang, ia menjerit-jerit kalap.
"Bunuhlah.... Bunuhlah aku,..bunuhlah...." Perlahan
lahan, Kim Hong Hong mengangkat tangan. siap
membunuh orang yang telah membuat cacat pada dirinya.
Sim In memeramkan kedua matanya, ia siap menerima
kematian. Kim Hong Hoog menurunkan tangannya perlahan,
tetapi bukan ditujukan kearah kepala Sim In. Ia
membatalkan niatan itu. Lama sekali .... Tatkala Sim In membuka kedua matanya, dilihat
bagaimana bekas kekasih lama itu termenung dikursi
berodanya. Kim Hong Hong memandang kearah Tan Ciu dan
berkata kepada murid itu.
"Tan Ciu, kau berani."
Tan Ciu berjalan, mendekati gurunya itu,
"Bunuhlah orang ini." Putri Angin Tornado memberi
perintah. Tan Ciu terkejut. "Membunuhnya?" Ia tahu bahwa sang guru cinta kepada
laki laki ini, mengapa harus membunuhnya"
"Tan Ciu," Bentak Kim Hong Hong keras.
Tan Ciu memandang guru itu.
"Bunuh." Sekali lagi, Kim Hong Kong memberi perintah.
"Suhu, aku tidak dapat membunuhnya!" Berkata si
pemuda. "Mengapa?" "Tidak mungkin. Kau tidak akan tega membunuhnya."
"Goblok. Tidak tahukah, berapa banyak deritaku karena
perbuatannya?" "Tetapi suhu tetap mencintainya."
"Tidak!!" "Suhu, ampunkah kesalahannya. Ia melakukan hal
karena terlalu cinta padamu."
Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepala.
Kini Sim In maju angkat bicara.
"Hong Hong, bila kau tak dapat
kesalahanku. Aku segera bunuh diri sendiri."


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memaafkan Kim Hong Hong melengak. Hal ini semakin berkesan.
Haruskah memaafkan dirinya" Laki laki ini yang telah
merusakwajahnya,mengutungikeduakakinya,
mungkinkah menyudahi perkara begitu saja"
Tan Ciu memandang dua orang itu bergantian.
Kim Hong Hong menghela napas. "Pergilah, pergilah
dari guha ini." "Hong Hong kau tidak memberi kesempatan sama
sekali." Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepala,
"Baik" Sim In berkata singkat. "Aku segera mati
dihadapanmu." Tubuhnya bergerak, dengan kepala lebih dahulu, ia
menubrukkah kepala itu kena batu guha.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong teerkejut...
Tan Ciu berteriak. "Cianpwee..." Tubuh Sim In telah melesat kearah dinding batu goha
Kim Hong Hong dengan cepat.
Tanpa banyak pikir. Tan Ciu mengulurkan tangannya,
menarik kaki orang yang masih keburu dipegang.
Namun, hal inipun tidak dapat membawa banyak hasil.
Kepala Sim In telah megenai batu guha lebih dahulu.
Tan Ciu lebih menyesal lagi. Mengapa ia tidak dapat
mencegah drama itu" Tubuh Sim In telah diletakkan ditanah dengan kepala
bercucuran darah. Bila tidak ada tarikan tangan Tan Ciu
tadi, pasti kepalanya telah hancur pecah.
Betul betul Sim In mencari mati untuk menebus dosanya.
Tiba tiba Kim Hong Hong berteriak.
"Sim In...." Tubuh wanita yang sudah tidak berkaki itu melesat
kearah Sim In, dipeluknya kencang dan erat erat. Menangis
menggerung gerung. Ia sangat sedih sekali.
Tan Ciu turut mengucurkan air mata, entah air mata
kesedihan atau mata gembira, mengetahui bahwa sang guru
telah memberikan pengampunannya.
Untuk pertama kalinya, Tan Ciu menyaksikan sepasang
kekasih yang seperti ini.
Mereka terpisah karena Tan Kiam Lam. Manusia
bagaimanakah Tan Kiam Lam ini" Tekad Tan Ciu untuk
menemuinya semakin besar.
Betulkah cerita burung, bahwa Tan Kiam Lam itu
sebagai ayahnya. Bila hal ini benar, apa yang harus dilakukan olehnya"
Disana, Kim Hong Hong masih memanggil-manggil.
"Sim In.... Sim In ... Sim In ..."
Sim In membuka kedua matanya yang sudah menjadi
berat, sebagian darah membasahi mata itu.
"Sim In..." Putri Angin Tornado Kim Hong Hong
memanggil lagi. "Hong Hong, biarkanlah aku mati." Berkata Sim In
lemah. "Tidak. Jangan... Kau tidak boleh mati."
"Tidak seharusnya aku melakukan perbuatan itu
kepadamu.... Aku... Aku ... telah melakukan kesalahan
yang terbesar." Sim In mengucurkan air mata.
Kim Hong Hong memanggil. "Sim In." Sim In sudah tidak bertenaga,
"Kau! Kau tidak salah." Ia Berkata. "Setelah aku tiada...
kuharap... kau dapat mengampuni kesalahanku. Aku tahu,
biar bagaimana kau tetap menaruh dendam kepada
perbuatanku dahulu."
Kim Hong Hong mengucurkan air mata semakin deras.
Dari dalam saku bajunya. Sim In mengeluarkan ukiran
batu yang berbentuk singa, itulah Kiam-Say-cu, diserahkan
kepada Kim Hong Hong dan berkata!
"Hong Hong! Kim say cu yang kucuri darimu ini,
kukembalikan kepadamu!"
Suaranya terputus-putus! "Sim In!"
"Jangan bersedih! Akhirnya kesalah pahaman kita telah
menjadi jelas!" Kim Hong Hong menangis sesenggukkan.
"Jangan.. Jangan kau nangis..." Sim In memberi hiburan.
"Harapanku .. ialah .. setelah aku mati .. aku sangat cinta
.. padamu .. Dapatkah .. kau memaafkanku?"
"Aku memaafkanmu," berkata Kim Hong Hong.
"Te.....ri...ma.... kasih......!"
"Sim In, aku tidak mengharapkan kau mati."
Ternyata Putri Angin Tornado Kim Hong Hong telah
memaafkan kesalahan kekasihnya yang telah merusak
wajah membuntungi kedua kakinya itu!
Sim In menyerahkan Kim-say-cu.
"Jangan bersedih," Ia berkata.
"Semua ini gara-gara Tan Kiam Lam"!" Kim Hong Hoog
mengertek gigi. "Betul! Kau harus menuntut balas," berkata Sim In.
"Aku akan menuntut balas." Berkata Kim Hong Hong.
Mata Kim Hong Hong menjadi liar, tiba-tiba ia berpaling
kearah Tan Ciu. Tan Ciu menggigil takut sinar mata itu sangat seram
sekali. Tiba tiba Kim Hong Hong membentak. "Aku akan
membunuhmu dahulu" Kata kata ini ditujukan kearah muridnya, pemuda yang
bernama Tan Ciu itu! Sungguh menyeramkan. Tan Ciu
mundur kepojok dinding guha.
"Suhu..." Ia memanggil gurunya itu. Kim Hong Hong
mengertek gigi. "Aku tidak dapat mengampuninya." Geramnya kepada
pemuda itu. "Men.... Mengapa?"
"Karena kau adalah anak turunan Tan Kiam Lam." Putri
Angin Tornado Kim Hong Hong itu sangat marah sekali.
Tan Ciu hanya dapat mengucurkan air mata. Tiba tiba
tubuh Kim Hong Hong melesat, kedua tangan direntangkan
dan memukul pemuda dihadapannya.
Bagaimana kesudahan dari pukulan ini"
Berhasilkah Putri Angin Tornado Kim Hong Hong
menuntut balas" Mari kita mengikuti cerita berikutnya.
000OdwO000 BERCERITA bagaimana Putri Angin Tornado Kim
Hong Hong marah besar. Semua kesalahan adalah
kesalahan Tan Kiam Lam. Karena orang yang dimaksud
tidak ada dihadapannya semua kemarahan dijatuhkan
kepada sang murid. Tan Ciu yang dikatakan sebagai Putri
Tan Kiam Lam. Kim Hong Hong menubruk dan memukul Tan Ciu!
Tak mungkin sipemuda menghindari serangan ini,
tubuhnya terpental jatuh tertelungkup, dari mulutnya
mengeluarkan darah merah.
Seperti apa yang kita ketahui, Putri Angin Tornado
adalah salah seorang yang ganas, Ilmu kepandaiannya
sangat hebat, demikian pula pukulan tadi, luar biasa sekali.
Bila saja Su Hay Khek tidak menyerahkan latihan tenaga
yang telah dihasilkan selama puluhan tahun itu, kedalam
tubuh Tan Ciu, pasti pemuda itu mati kontan, disaat itu
juga, Kini, Tan Ciu telah mewarisi semua tenaga si kakek
aneh Su Hay Khek, kemudian menerima pukulan si guru,
betul terluka, tapi tidak mati.
Suatu hal yang berada diluar dugaan Putri Angin
Tornado Kim Hong Hong. Tubuh Tan Ciu yang menggeletak ditanah menggeliat,
kemudian merayap bangun, kini si pemuda berdiri lagi.
"Suhu ..." Tan Ciu menyusut darah yang membasahi
bibirnya. Kim Hong Hong membentak. "Tutup mulut. Aku tidak mau dipanggil guru lagi. Kau
adalah anak Tan Kiam Lam."
"Suhu....." "Tidak kusangka, ayahmu berlaku sejahat itu,
menggunakan ilmu Ie hun-tay-hoat merusak kehormatan
orang!" "Suhu bagaimana kelakuan ayahku tidak mempunyai
hubungan denganku." Tan Ciu mencoba memberi
pembelaan kepada dirinya. "Aku tidak pernah melakukan
kesalahan, aku tidak pernah membantah perintahmu."
"Tetapi, kau adalah anaknya. Tidak seharusnya aku
memberikan didikan ilmu silat kepadamu, Kini aku harus
membunuhmu." Tan Ciu dengan getaran jiwa yang kontras berteriak.
"Suhu," "Sudah kukatakan, jangan panggil aku guru lagi."
"betul-betul kau ingin membunuhku?" Tan Ciu meminta
keterangan. "Tentu!" "Baiklah." Tan Ciu menghela nafas. "Bunuhlah!!"
Putri Angin Tornado yang telah kembali ke kursi
rodanya meletik lagi, kini mengancam ubun ubun si
pemuda, Tiba tiba Sim In mengeluarkan teriakan!
"Hong Hong..." Kim Hong Hong harus membatalkan niatannya, ia
menoleh sebentar dan karena inilah harus kembali ketempat
kursi rodanya. Kedua kakinya telah tiada, ia harus tetap
duduk dikursi beroda itu.
"Hong Hong ... Jangan...dia ... Yang bersalah... adalah...
ayahnya...Bukan pemuda.... itu..."
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong memandang Tan
Ciu dan membentak. "Pergi! Pergilah kau dari tempat ini."
Ia mengusir muridnya itu.
Tan Ciu mengucurkan air mata.
"Suhu..." Ia memanggil guru itu pedih.
"Mulai hari ini, aku bukan suhumu lagi." Berkata Kim
Hong Hong ketus. Tan Ciu mengucurkan air mata lebih deras, dengan
menahan rasa sakit didalam hati yang tidak kepalang, ia
berkata. "Suhu, betul betul kau tidak bersedia menerima diriku
sebagai murid lagi?"
"Mengapa harus menerima dirimu?" Bentak Kim Hong
Hong. "Aku tidak membunuh kau, hal ini adalah
keberuntunganmu, tahu?"
"Suhu." "Tutup mulut!" "Bolehkah aku mengajukan suatu pemohonan?"
"Tidak perlu." Ternyata King Hong Hong sangat keras
hati. "Bila kau membangkitkan kemarahanku, batok
kepalamu segera pecah didalam guha ini."
Tan Ciu berjalan pergi, dengan bergumam.. ia berkata.
"Baiklah Suhu, muridmu pergi"
Sebelum meninggalkan guha itu. Tan Ciu berlutut
terlebih dahulu, inilah penghormatan yang terakhir kepada
gurunya, kepada guru yang telah mendidik dirinya menjadi
seorang tokob silat yang berkepandaian tinggi.
Dengan mengucurkan air mata kesedihan Tan Ciu
meninggalkan gurunya. Tan Ciu dibesarkan didalam keadaan yang tidak ada
kehangatan rumah tangga, hanya kakaknya dan guru ini
yang memperhatikan kehidupannya.
Setelah Tan Sang digantung orang di atas pohon
penggantungan, ia sudah merasa suatu kesusahan.
Kini iapun diusir pergi oleh gurunya.
Suatu penderitaan bathin yang paling besar, luar biasa.
Apa guna hidup didalam dunia " Bila harus sengsara
terus menerus" Hal ini berpokok pangkal dari ayahnya, orang yang
bernama Tan Kiam Lam itu!
Siapakah Tan Kiam Lam" Dosa apakah yang telah
dilakukan oleh orang itu" Mengapa tidak seorang yang
pernah menaruh simpatik kepadanya" Hanya dendam,
hanya permusuhan, hanya makian yang dijatuhkan kepada
tokoh si1at tersebut. Tan Ciu berjalan seorang diri, kepalanya ditundukkan ke
tanah, melakukan perjalanan dengan hati hancur luluh.
Dikala Tan Ciu meninggalkan guha itu, Sim In berteriak.
"Hong Hong, cegah kepergiannya!"
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong mengelenggelengkan kepala.
"Biarlah ia pergi." ia berkata.
"Hong Hong.. Kita .. Kita sangat... membutuhkannya .."
Berkata Sim In dengan suara yang terputus-putus, sangat
berat. "Aku tidak akan membutuhkannya." Berkata Kim Hong
Hong singkat. Jauh ditempat mereka, Tan Ciu tiba tiba berteriak.
"Tidak seorangpun yang membutuhkanku! Tak
seorangpun yang memerlukan tenagaku, Ayahku .. Ibuku ..
kakakku .. guruku .. mereka tidak mau ambil tahu
penghidupanku?" ia gila ... Berteriak-teriak ditengak jalan, menari nari.
Hal ini dapat kita maklumi, bagaimana ia tak menjadi
gila, bila semua orang menolak keras kehadirannya didalam
dunia" Termasuk gurunya yang dicintai"
Tanah Ladang, Tebing curam, Lereng gunung, Lembah
dalam, Sungai, Satu persatu telah diarungi olehnya.
Beberapa lama kemudian Tan Ciu tidak tahu betapa jauh
perjalanan yang telah ditempuh, berapa banyak gunung
yang telah dilewati. Akhirnya ia jatuh, tidak kuat mempertahan kondisi
badannya yang divorsir terus menerus seperti itu!
Rasa putus asa mengurungi benak otaknya!
Melampiaskan rasa penasaran itu, ialah membiarkan
segala berlangsung seperti tadi!
Akhirnya Tan Ciu jatuh, ia menangis menggerunggerung!
Tiba-tiba.... Satu suara yang nyaring merdu memecahkan kesedihan


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. "Eh, kau mengapa." inilah suara seorang gadis yang
sangat empuk sekali, memikat hati.
Tan Ciu mempekakkan telinganya, ia tidak memberikan
reaksi. Suara merdu itu berkumandang lagi.
"Hmmn... Laki laki sudah besar masih menangis"
Apakah yang menyebabkan kesedihanmu?"
Tan Ciu mendongakkan kepala, dilihat seorang gadis
berbaju putih berdiri dihadapannya, wajahnya cantik, laku
lakunya lucu dan menarik, matanya dipentang lebar lebar,
dengan kepala ditelengkan, memperhatikan dirinya.
"Ayouw ... "Gadis berbaju putih ini berkata. "Bagaimana
kau tiba ditempat ini?"
Tiba tiba saja Tan Ciu membentak,
"Pergi." Gadis itu terkejut, ia lompat berjingkrak
"Eh, kau galak sekali." ia berkata.
"Pergi," Bentak Tan Ciu lagi. "Kau pergi dari sini."
"Mengapa?" "Pergi" "Aku tidak melakukan sesuatu yang merugikanmu."
Tan Ciu mendelikkan mata, hawa pembunuhan
mengurungi wajah yang tadinya cakap dan tampan itu.
Si gadis semakin terkejut, ia mundur beberapa langkah.
"Kau ... Kau mengapa?" Ia bertanya.
Tan Ciu mengayun tangan, memukul gadis berbaju putih
itu. Si gadis melesatkan diri, maka gagallah serangan yang
dilontarkan kepada dirinya. Ternyata gadis inipun
berkepandaian silat. Tan Ciu kehilangan keseimbangan badan tubuhnya yang
memukul gadis dengan tidak mendapat sasaran itu, jatuh
ngusruk ditanah. Gadis berbaju putih maju, maksudnya
ingin memayang bangun pemuda itu.
Tapi Tan Ciu membentak. "Pergi."
Tanpa bantuan orang, Tan Ciu bangkit dengan susah,
kemudian berjalan pergi, tubuhnya sempoyongan, jalannya
sudah limbung Kejadian ini tidak berlangsung lama, tubuh Tan Ciu
jatuh lagi. Gadis itu mengikuti dibelakang sipemuda.
Tan Ciu membentak. "Pergi... Pergi ... Kau ... pergi ... "
Gadis berbaju putih mengkerutkan kerut alisnya yang
lentik. Dari jauh terdengar satu suara yang memanggil.
"Tan Ciu... " Tan Ciu mempanjangkan kupingnya, itulah suara si
guru. Putri Angin Tornado Kim Hong Hong!
Badan Tan Ciu menggigil gemetar.
Gadis berbaju uutih mengajukan pertanyaan
"Kau yang bernama Tan Ciu?"
"Jangan tanya!" Tan Ciu membentak galak.
"Siapa yang memanggil manggil itu?"
"Guruku ... Hei, sudah kukatakan, kau pergi?" Tiba tiba
Tan Ciu menjadi sangat galak sekali.
Dari tempat yang sangat jauh, terdengar suara Kim
Hong Hong lagi. "Tan Ciu... Tan Ciu .... Dimana kau berada ...?"
Gadis berbaju putih itu mengambil putusan ia mendekati
Tan Ciu, dengan satu gerakan yang paling cepat, menotok
jalan darah beku orang, kemudian digendong, lari ke-arah
datangnya suara Kim Hong Hong.
Jalan darah kaku Tan Ciu telah ditotok, maka ia tidak
berdaya, tetapi mulutnya tidak dibekap, juga tidak
mendapat totokan jalan darah gagu, maka ia berteriak.
"Lepaskan diriku... Lepaskan diriku..."
Gadis baju putih itu tidak memperdulikannya, ia melesat
semakin cepat, tujuannya tepat di mana suara Putri Angin
Tornado Kim Hong Hong datang.
Tidak lama kemudian, gadis itu telah membawa Tan Ciu
masuk kedalam sebuah rimba.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong duduk dikursi
rodanya. melihat kedatangan Tan Ciu yang digendong oleh
seorang gadis, segera ia berteriak.
"Tan Ciu .... "
Gadis itu meletakkan tubuh Tan Ciu dihadapan Kim
Hoog Hong, kemudian menotok hidup jalan darah
kakunya. "Cianpwee, kau mencari dia?" sambil memandang Kim
Hong Hong, gadis tersebut mengajukan pertanyaan.
Kim Hong Hong menganggukkan kepala, dengan suara
yang sember, ia berkata. "Betul. Dia adalah muridku."
"Muridmu mengalami tekanan iiwa yang sangat hebat,
bila tidak cepat cepat ditolong, mungkin menjadi seorang
gila." Sang gadis memberi keterangan.
Air mata Kim Hong Hong mengucur turun.
Gadis baju putih itu tidak mengerti, apa yang telah
terjadi diantara guru dan murid itu, ia memandang Kim
Hong Hoog dengan penuh teka teki.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong berkata.
"Aku berterima kasih kepadamu yang telah membawa
dia kemari." "Aku sedang mencari seseorang, ditengah jalan bertemu
dengannya. Maka aku tidak dapat berpeluk tangan."
Berkata gadis itu. "Siapakah orang yang kau ingin temukan?" Bertanya
Kim Hong Hong. "Si Bongkok Kui-thocu."
Kim Hong Hong tergagap. "Si bongkok Kui thocu?"
"Kau mencari tokoh yang pernah menggemparkan rimba
persilatan pada dua pulah tahun yang lalu itu?" Kim Hong
Hong menatap wajah gadis tersebut dengan tajam.
"Betul." "Nama ini terkenal pada dua puluh tahun berselang,
tetapi tidak ada kabar ceritanya lagi," ujar Kim Hong Hong.
"Terima kasih atas keteranganmu." Berkata gadis baju
putih itu. "Aku harus pergi. dengan ini meminta diri.
Selamat tinggal." Kim Hong Hong menganggukan kepalanya,
Tubuh si gadis melesat, dan lenyap diluar rimba itu,
Kim Hong Hong memandang Tan Ciu, air matanya
mengucur lagi. "Tan Ciu... " Ia memanggil lemah. Tan Ciu memandang
wajah sang guru yang buruk, kemudian berkata.
"Suhu, kau mencari aku untuk dibunuh?" Pertanyaan ini
seperti keluar dari mulai seorang yang sudah sakit ingatan.
Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepalanya.
"Tidak." Ia berkata tegas. Tan Ciu masih memandang
dengan sikap yang acuh tak acuh, ia tidak mengerti.
Tiba tiba Kim Hong Hong meninggalkan korsi rodanya,
menubruk Tan Ciu, dipeluknya erat erat dan menangis.
"Tan Ciu ... Oh ... muridku yang baik," Ternyata Kim
Hong Kong telah sadar dari kesalahannya.
"Suhu ... Aku merasa bersalah." Berkata si pemuda.
"Tidak, Akulah yang bersalah." Berkata Puteri Angin
Tornado Kim Hong Hong. "Tidak seharusnya aku
mengusirmu dari pintu perguruan ... Yang bersalah adalah
ayahmu .., Bukan kau .."
"Suhu, kau tidak benci kepadaku lagi?"
Kim Hong Hong memeluk semakin keras
"Tidak," Ia berkata.
"Tidak mau membunuh diriku lagi?"
"Tentu saja tidak."
"Sungguh?" "Tentu." Pelukan Kim Hong Hong yang mesra, penuh
dengan cinta kasih itu adalah jawaban yang memastikan
sekali. "Maafkanlah gurumu yang telah salah ini." Berkata lagi
Kim Hong Hong. "Aku masih membutuhkanmu. Sungguh
... Tan Ciu.. aku harus meminta bantuan bantuanmu.."
Tan Ciu mendengarkan cerita ini dengan penuh
perhatian, hatinya agak terhibur, ternyata tidak seperti apa
yang diduga, bahwa gurunya betul betul tidak
membutuhkannya lagi. ternyata sang guru masih mencari
cari dirinya. Tekanan yang menyiksa hati telah dilenyapkan Tan Ciu
beruntung belum menjadi gila.
Terdengar lagi suara Kim Hong Hong yang sayu dan
sedih. "Sim In telah menghembuskan napasnya yang terakhir
dihadapanku. Kecuali kau ... Tan Ciu, tidak ada orang yang
lebih dekat lagi," "Akupun tidak boleh ketinggalanmu." Berkata Tan Ciu.
Mereka telah berhasil melenyapkan kesalah pahaman.
Kim Hong Hong kembali lagi ke tempat kursi rodanya, Ia
bergumam. "Kita berdua adalah orang-orang yang paling merana,
dunia telah melakukan sesuatu yang tidak adil, kejam
sekali.... Kita harus menerima siksaan ini...."
"Suhu... katakanlah kepadaku. Betulkah bahwa aku anak
Tan Kiam Lam?" Kesan Tan Ciu kepada Tan Kiam Lam
itu buruk sekali. Kim Hong Hong menganggukkan kepala perlahan.
"Suhu ceritakanlah, bagaimanakah orang yang menjadi
ayahku itu." "Dia.... " Putri Angin Tornado ragu ragu untuk
menceritakannya. Haruskah kejadian ini diceritakan kepada
sang murid, orang yang menjadi putra tunggal Tan Kiam
Lam" "Suhu, ceritakanlah kepadaku." Tan Ciu memohon lagi.
"Baiklah." Akhirnya Kim Hong Hong mengambil
keputusan. "Hanya apa yang kuketahui sangat sedikit
sekali." "Ceritakanlah apa yang kau ketahui." Putri Angin
Tornado Kim Hong Hong memandang keluar rimba,
mengikuti bayangan bayangan awan yang saling seliwer itu,
seolah olah mengembalikan kenangannya kemasa yang
telah lampau. "Cerita dimulai dari hubunganku dengan ayahmu." Kim
Hong Hong mulai bercerita.
"Aku dan ayahmu kawan yang sangat baik. Perkenalan
itu dengan perantaraan ibumu, hal ini terjadi pada dua
puluh tahun berselang. Melati putih, ibumu itu adalah
kawanku yang paling erat, dia adalah kekasih Tan Kiam
Lam. Semua orang tahu, akan hal ini. Hanya hubungan kita
tidak lama, hanya memakan waktu tiga bulan saja. Setelah
itu, kita orang berpisah."
"Mulai saat itu, aku tidak mendapat khabar berita
tentang ayahmu lagi. Hanya setengah tahun kemudian,
terjadilah issue yang menggegerkan ..."
"Issue tentang ayah atau ibuku?" Tan Ciu tidak tahan
untuk tidak mengajukan pertanyaan.
"Hal ini menyangkut ayahmu, dikatakan bahwa Tan
Kiam Lam melakukan perkosaan perkosaan terhadap
banyak wanita." "Aaaaa... " "Disusul dengan cerita lain yang lebih menyeramkan."
"Cerita lain?" "Betul. kali ini menyangkut juga ibumu."
"Bagaimanakah ibuku terlibat dalam skandal itu?"
Bertanya Tan Ciu bernapsu.
Kim Hong Hong tidak segera menjawab. Ia menatap
wajah Tan Ciu lama sekali. Entah apa yang sedang
dikenangkan oleh wanita yang bernasib buruk ini"
Untuk mengetahui bagaimana lanjutan cerita tentang
Tan Kiam Lam suami istri, mari kita membalik lembaran
yang berikutnya. oooOdwOooo TAN CIU menjadi tidak sabar, "Bagaimanakah cerita
tentang ayah dan ibuku?" Ia mendesak guru itu bercerita
lebih panjang dan lebih jelas.
"Tidak leluasa untuk bercerita." Berkata Kim Hong
Hong. "Mengapa?" "Drama ini terlalu sedih, terlalu meresap kedalam sendi
sendi tulang." "Mungkinkah ibu membunuh ayah?"
Kim Hong Hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Katakanlah, biar cerita yang bagaimana pun, akan
kuterima," Berkata Tan Ciu memohon gurunya tersebut.
"Baiklah." Berkata Kim Hong Hong. "Biar bagaimana,
kau pasti mengetahui hal ini. Kini aku bercerita. Tan Kiam
Lam telah tidak mencintai ibumu lagi, bukan saja
melakukan banyak perkosaan perkosaan, lebih dari pada
itu, ia menyerahkan ibumu untuk diperkosa bergilir oleh
orang." "A a a a a .." "Orang itu adalah kawan kawannya Tan Kiam Lam!"
"A a a a a ...."
Tan Ciu tergugat, bagaikan benda berat yang memukul
hatinya, sungguh sungguh ia tidak percaya. Mungkinkah
hal ini dapat terjadi dalam dunia" Mungkin orang yang
seperti Tan Kiam Lam" Memperkosa anak gadis orang dan
membiarkan istrinya diperkosa oleh kawan sendiri"
Kim Hong Hong menghentikan ceritanya sebentar, ia
memperhatikan perubahan wajah pemuda ini.
"Suhu, betul?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Hal ini sungguh sungguh terjadi." Putri Angin Tornado
Kim Hong Hong memberikan kepastiannya.
"Tidak .... " Tan Ciu berteriak.
"Akupun tidak percaya." Berkata Kim Hong Hong lagi
"Dan tidak lama, tersebar lagi berita yang mengatakan
bahwa Melati Putih membunuh suami sendiri."
"Membunuh Tan Kiam Lam?"
"Betul." "Mengapa dikatakan bahwa Tan Kiam Lam masih
hidup, dan menjadi ketua Benteng Penggantungan?"
"Kukira, bahwa orang yang menjadi ketua Benteng


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Penggantungan itu bukanlah Tan Kiam Lam."
"Kuharap saja bukan!" Berkata Tan Ciu. "Bagaimana
dengan ibuku?" "Aku segera mengecek kebenaran ini." Berkata lagi Kim
Hong Hong. "Sayang kedatangankupun terlambat, dikala
aku tiba. Melati Putih telah digantung orang. ia digantung
didalam rimba pohon penggantungan diatas Pohon
Penggantungan yang misterius itu."
Melati Putih, ibu Tan Ciu juga mati diatas Pohon
Penggantungan" "Aaaa ... "Sekali lagi Tan Ciu berteriak. "Dengan alasan
apa orang nggantung ibuku?"
"Mereka mengatakan ibumu terlalu kejam, untuk
menegakkan keadilan dunia, mereka menggantung dan
membunuhnya." "Keadilan dunia yang tidak adil." Tan Ciu mengutuk.
"Betul. Dunia ini belum tentu adil bagi silemah. Keadilan
hanya berada ditangan para penguasa dan para pengusaha
besar." "Siapakah orang orang yang menggantung Ibuku itu?"
Tan Ciu mengajukan pertanyaan
"Aku sendiripun tidak jelas." Berkata Kim Hong Hong.
"Siapakah orang yang menggantung kawan baikku itu?"
"Kemudian." "Ternyata ayahmu tidak mati." Berkata si puteri Angin
Tornado. Ia hanya menderita luka berat. Setelah sembuh
dari luka itu, ia menemui diriku. Dikatakan bahwa kau dan
Tan Sang masih membutuhkan perawatan dan meminta
aku mewakilinya mendidik kalian.
"Suhu tidak menegur tentang perbuatan-perbuatannya.?"
"Sudah kuminta pertanggung jawabannya. Tetapi ia
menyangkal keras!" Berkata Kim Hong Hong.
"Ia tidak mengakui akan perbuatannya?"
"Betul. Dikatakan bahwa itu hanya fitnah fitnah dari
orang yang dijatuhkan kepada dirinya."
"Siapakah orang yang memfitnah ayahku?"
"Mana kutahu." Berkata Kim Hong Hong!
"Sedangkan ayahmu yang berkepandaian begitu
tinggipun tidak dapat menyebut nama orang tersebut.
Bagaimana aku dapat memberi keterangan ini" Tapi aku
menyangsikan kebenaran dari keterangannya."
"Kemudian..." "Yang lebih heran lagi ialah, tidak lama setelah
menyerahkan kalian kepada tanggung jawabku. Tan Kiam
Lam lenyap tanpa bekas, tanpa berita."
"Lenyap" Diculik."
"Siapakah yang mempunyai ilmu kepandaian lebih tinggi
dari ayahmu" Hal ini tidak mungkin. Akupun bingung dan
tidak mengerti. Mengapa dengan ilmu kepandaian yang
Tan Kiam Lam miliki dapat lenyap tidak berbekas?"
"Dan perbuatan yang dilakukan kepada diri suhu..."
"Bila keterangan Sim In itu benar. Pada suatu hari aku
telah kena tipu Ie bun tay hoat ayahmu. Aku tidak sadar
sama sekali, apa yang telah kulakukan dan apa yang telah
aku perbuat!" "Apakah ilmu Ie hun-tay hoat itu?"
"Ilmu Ie hun-tay hoat adalah semacam ilmu sesat yang
dapat menguasai jiwa dan perbuatan seseorang berada
dibawah pengaruh kemauan orang yang menggunakan ilmu
itu!" "Ilmu yang hebat!"
"Betul! Siapa yang terkena ilmu Ie-hun tay hoat, lupalah
akan segala perbuatan yang telah dilakukan olehnya!"
"Manusia jahat!! Aku akan membunuhnya"
"Membunuh ayahmu?" Putri Angin Tornado Kim Hong
Hong bertanya. "Hal ini sebagai penderitaan yang terbesar
bagimu. Akupun salah seorang korban kebiadaban ayahmu
itu." "Aku akan mengadakan teguran kepadanya." Berkata
Tan Ciu. "Sayang ilmu kepandaianmu terlalu rendah." Berkata
Kim Hong Hong, "Pada suatu hari, aku akan memiliki ilmu silat tinggi."
Kim Hong Hong memuji ketekatan muridnya. Ia puas
dapat mendidik seorang murid yang seperti Tan Ciu.
"Eh, dimana kakakmu?" Suatu ketika, ia mengajukan
pertanyaan tentang Tan Sang.
"Mati." "Hah" Mengapa mati?"
"ia adalah salah seorang korban Pohon Penggantungan,
Pencipta Pohon maut itu telah menggantung Tan Sang
diatas pohon gundulnya."
"Aaaa... Apa alasannya membunuh Tan Sang?"
"Tidak tahu!" Tan Ciu menggeleng gelengkan kepala!
"Siapakah algojo Pohon Penggantungan?"
"Tidak tahu..." Berkata Tan Ciu, "Ada orang yang
mengatakan bahwa pemilik Pohon Penggantungan adalah
ibuku. Hanya ibuku yang mempunyai ilmu kepandaian
tinggi seperti itu."
"Kini kau maklum, bahwa tidak sedikit tugas yang jatuh
keatas pundakmu, bukan?"
"Betul." "Karena sebab-sebab inilah, engkau harus memiliki ilmu
kepandaian yang tinggi." Berkata Kim Hong Hong.
Tan Ciu menerima petuah ini.
Dari dalam saku bajunya. Kim Hong Hong
mengeluarkan batu berukiran singa, itulah Kim-say cu yang
telah dikembalikan oleh Sim In.
"Kim say-cu pernah dicuri oleh Sim In." Berkata Kim
Hong Hong. "Disini ada sesuatu yang berharga, tahukan
apa yang hendak dimiliki olehnya?"
Tan Ciu menggeleng gelengkan kepala.
"Tidak tahu." Ia berkata teras terang.
"Didalam Kim-say cu inilah tersimpan ilmu kepandaian
silat yang maha hebat." Berkata Kim Hong Hong.
Tan Ciu mempentang kedua matanya lebar lebar,
Kim Hong Hong merusak Kim say-cu. dari dalam benda
itu, ia mengeluarkan sebuah gambar peta yang sangat kecil,
itulah peta dari gambar pemandangan alam. Peta yang
menunjukkan di mana ilmu kepandaian silat tinggi yang
hebat didalam dunia itu tersimpan.
Peta tersebut diserahkan kepada muridnya.
"Ambillah ini dan berusaha memiliki ilmu silat yang
maha hebat itu." Berkata Putri Angin Tornado.
Tan Ciu menerima hadiah pemberian sang guru yang
tidak ternilai dengan harga itu.
Hari itu juga mereka berpisah. Kim Hong Hong kembali
keguha tempat tinggalnya. Sedangkan Tan Ciu berkelana,
mencari tempat yang tersimpan ilmu silat maha hebat.
Mendaki gunung, menembus rimba, menerjang lembah.
Tiba-tiba turun hujan lebat, guntur menggelegar keras,
diantaranya sinar kilat yang bercahaya terang, bagaikan
mau memecah bumi, terlihat sesosok bayangan berlari
kencang, tidak terdengar suara larinya, ia menerjang hujan
dan angin, menerjunkan dirinya kedalam sebuah lembah.
Siapakah bayangan ini"
Dia adalah jago muda kita. Tan Ciu,
Mengikuti gambar peta yang didapatnya dari gurunya, ia
mencari letak tempat penyimpan ilmu silat maha hebat itu.
Ia wajib meyakinkan ilmu silat yang lebih dalam, hal ini
penting, mengingat betapa tinggi dan hebat ilmu
kepandaian Tat Kiam Lam. Kini berusaha. Dimisalkan ia berbasil meyakinkan ilmu
silat yang maha hebat itu. Berhubung Tan Kiam Lam juga
bukan manusia biasa, dapatkah ia mengalahkan ayahnya
itu" hal ini belum dapat menemukan jawaban yang pasti.
Melewati lorong tebing yang dijepit oleh gunung-gunung
tinggi, melalui sungai-sungai dengan airnya yang jernih.
Tan Ciu berhasil menemukan guha tempat penyimpan ilmu
silat maha hebat itu. Guha ini sangat kecil sekali, hanya seorang yang dapat
memasuki guha itu. Tan Ciu masuk kedalam guha, masuk dengan sabar,
tanpa memperhitungkan mati hidupnya. Berjalan belasan
tombak, tiba tiba ia dikejutkan oleh satu suara gedabruk
yang keras, itulah suara pintu batu yang menutup jalan
baliknya. Pintu guha telah tertutup mendadak.
Pintu batu yang menutup mulut guha itu tebal dan besar,
luar biasa beratnya. Ia telah menutup hubungan jalan Tan
Ciu untuk kembali kedunia luar. Didalam guha, Tan Ciu
mencoba mendorong pintu tersebut. Ia mengalami
kegagalan total pintu tidak bergeming sama sekali.
Dan cerita kita singkat...
Air yang mengalir disungai-sungai kecil tetap meluncur
tenang. Dimusim dingin air ini membeku menjadi es,
manakala musim semi datang, ia mencair lagi dan tetap
meneruskan usahanya untuk dapat mencapai akhir
tujuannya, itulah laut samudra.
Pintu batu yang menutup guha di mana Tan Ciu mencari
ilmu silat maha tinggi itu tetap seperti sedia kala.
Musim panas tiba ... Air mengalir semakin cepat.
Bagaimana keadaan Tan Ciu"
Mari didalam guha pusaka" Mati karetna tamak kepada
ilmu yang tiada batasnya"
Belum! Dunia tidak membiarkan ia mati seperti itu. dia adalah
lakon utama kita, ia harus hidup, walau harus mengalami,
menerjang berapa banyak rintangan dan kesulitan-kesulitan
yang bagaimana beratpun juga.
Tan Ciu tekun didalam guha, mempelajari ilmu silat
yang maha tinggi itu. Maka, musim rontokpun tiba ...
Daun-daun mulai menguning satu persatu gugur jatuh,
melayang dibawa angin terbang.
Lembah yang sunyi senyap itu, tiba-tiba digegerkan oleh
letusannya satu suara yang maha dahsyat.
Batu yang menutup pintu guha tiba-tiba bobol pecah,
hancur luluh berantakau, suara pecahan batu tebal inilah
yang memecah kesunyian itu.
Sesosok bayangan, melayang keluar dari pecahan
pecahan batu itu. Siapakah orang ini "
Mudah diduga, dia adalah jago kita, Tan Ciu yang gagah
perkasa. Tanpa direnungkan lagi, kita mengetahui pasti
bahwa ilmu kepandaiannya telah maju pesat, ia telah
mendapatkan ilmu silat tinggi yang maha hebat itu, ia telah
menjadikan dirinya sebagai seorang yang terkuat, seseorang
yang mungkin dapat hidup malang melintang tanpa
tandingan. Satu tahun pemuda ini melatih diri didalam guha pusaka
dan akhirnya berhasil menguasai segala kesulitan-kesulitan.
Kini ia muncul di dalam dunia bebas lagi.
Terlihat Tan Ciu melempangkan dadanya, menggerakgerakkan tangan, meluruskan otot
otot yang keras itu dan bergumam, "Satu tahun telah kulewatkan ...."
Betul. Satu tahun ia melatih diri dengan tekun, maka ia
berhasil. Kini musim rontok. Waktu telah mendekati Pek gwe Tong-chiu
Tan Ciu keluar dari guha pusaka tepat pada tanggal dua
belas bulan delapan. Tiga hari sebelum hari Tong chiu,
tanggal lima belas bulan delapan yang terkenal dengan
pesta kuweh Tong chiu pia itu.
Semua orang dalam rimba persilatan tak dapat
melupakan drama Pohon Penggantungan. Lebih lebih para
gadis cantik yang berkepandaian ilmu silat, hati mereka
berdebar keras, menantikan lewatnya hari yang naas itu.
Tanggal lima belas bulan delapan adalah hari Pohon
Penggantungan yang meminta korban.
Masih dalam ingatan mereka, satu tahun yang lalu,
seorang gadis cantik berkepandaian silat telah mati
digantung orang, mati diatas Pohon Penggantungan.
Satu tahun telah lewat. Tanggal lima belas bulan delapan tahun ini masih
adakah korban yang akan mati penasaran diatas Pohon
Penggantungan" Mari kita menyaksikan kejadian berikutnya.
Pada tanggal empat belas bulan delapan, Tan Ciu berada
di mulut guha gurunya, di mana Putri Angin Tornado Kam
Hong Hong menetap. Ia wajib memberi tahu bahwa dirinya telah berhasil dan
sukses meyakinkan ilmu silat tinggi yang maha hebat ini.
Tapi disini telah terjadi perubahan. Didalam isi guha
tidak dapati jejak gurunya. Putri Angin Tornado Kim Hong
Hong lenyap tanpa bekas, tidak meninggalkan tanda tanda
sama sekali. Hal ini sangat mengherankan si pemuda.
"Suhu ... suhu ... " Tan Ciu memanggil manggil gurunya.
Tidak ada jawaban. Sudah jelas bahwa gurunya itu tidak
berada ditempatnya. "Apakah yang telah terjadi " Masih segar dalam ingatan
Tan Ciu, bahwa guru itu menekankan bahwa ia harus
menemuinya! lebih dahulu, berhasil atau tidaknya
menemukan ilmu silat tinggi yang maha hebat itu, ia harus
memberi laporan yang jelas.
Kini ia telah kembali, tetapi tidak berhasil membuat
laporan kepadanya. Ke manakah guru itu pergi"
Mati" Tidak mungkin. Terjadi sesuatu yang berada diluar dugaan. Tentunya ada
musuh musuh kuat yang memancingnya pergi, mungkin
juga kena di culik orang. Memang sudah menjadi biasa
bahwa didalam jaman yang sangat kalut, terjadi penculikanpenculikan yang secara
ilegal. Tan Ciu memeriksa seluruh isi guha, tidak ada
peninggalan peninggalan yang dapat diselidiki olehnya.
Maka ia keluar meninggalkan guha itu.
Lama sekali Tan Ciu berdiri dimulut guha, kemana ia
harus menentukan langkah berikutnya"


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TanCiubertekadmenujukearahBenteng
Penggantungan, disini ia harus memecahkan rahasia Tan
Kiam Lam. Tubuhnya melesat dan menuju keatah Benteng yang
sangat mesterius itu. Kecepatan Tan Ciu tidak bisa diukur dengan cara biasa,
bagaikan bintang meteor yang melepaskan dirinya dari
induk asalnya meluncur cepat sekali.
Lain bayangan meluncur dari arah yang bertentangan
kecepatannya pun hebat. Dua tokoh silat kelas satu ini hampir bersampokan,
bertubrukan. Beruntung, mereka sama sama hebat, sama-
sama tajam mata, cepat menginjak gas berhenti, dan
menyisihkan diri. -ooo000ooo- JILID 7 TAN CIU memasang mata, dihadapan-nya berdiri
seorang pengemis tua dengan pakaian yang banyak
tambalan, pengemis inilah yang mengganggu ketenangan
jalannya. Pengemis tua itu mempunyai wajah yang buruk, melihat
si pemuda sebentar, segera ia membentak ...
"Bocah kurang ajar, kau ingin menerjang mampus
diriku?"" Tan Ciu tertawa. "Aku belum menerjang kau, bukan?"
Ia agak geli. "Hm... Dengan ilmu kecepatanmu yang seperti tadi, bila
sampai terjadi benturan, bagaimana aku dapat
mempertahankan jiwaku," berkata pengemis tua itu tidak
mau mengalah! Tan Ciu tidak mendebatnya. Ia tersenyum senyum saja.
Pengemis tua itu lebih marah. Ia membentak
"Agaknya kau ingin menyongsong orang mati. Hee"
Mengapa terburu buru seperti ini?"
Wajah Tan Ciu berubah. "Apa maksud tujuanmu dengan kata kata tadi?" Ia
menatap pengemis tua itu tajam-tajam. Ia curiga.
"Kau ingin mengantarkan diri untuk mati?"
Seolah olah, pengemis tua ini ingin menarik,
pembicaraan kedalam acara pokok. "Matipun harus
perlahan lahan, tahu?"
"Berilah penjelasan yang tenang!!"
"Tentang apa?" "Tentang kata katamu yang tersembunyi."
"Ha...ha..ha.. ha" Pengemis tua itu tertawa.
"Kau pintar, kau dapat menangkap arti kata kataku.!"
Tubuhnya melesat, meninggalkan Tan Ciu.
Tan Ciu tidak tinggal diam. ia menyusul pengemis tua
yang misterius itu. Dengan beberapa kali loncatan, ia
berhasil menyusulnya. kemudian mencegat orang.
Si pengemis tua dipaksa menghentikan langkahnya. Ia
kena pegat. "Eh, mengapa kau menggangguku lagi?" Ia mengajukan
pertanyaan. Tan Ciu membentak. "Berilah tujuanmu." keterangan yang jelas tentang maksud "Aku bermaksud tujuan apa ?"
"Bila kau masih berlagak pilon, dengan sekali hajar, aku
akan meremukkan batok kepalamu " Tan Ciu mengancam.
"Hanya ingin mengetahui keterangan yang lebih jelas,
kau bersedia membunuh orang?" Bertanya sipengemis tua.
"Betul, Kedatanganmu sangat mencurigakan"
"Apa yang kau curigai?"
"Karena kau seperti sudah tahu maksud tujuanku"
"Mengapa" Hal ini sudah lumrah, bukan"!"
"Kukira, kau adalah salah seorang dari golongannya?"
Pengemis tua itu tertawa berkakakan.
"Kau mengoceh seenak udel saja." Ia berkata. "Biar mati
kelaparan, tidak nanti aku mengemis kepadanya."
"Siapa yang kau artikan dengan orang ketiga itu?"
Bertanya Tan Ciu. "Seharusnya kau mengerti." Berkata si pengemis tua.
"Tan Kiam Lam yang kau maksudkan?"
"Ketua Benteng Penggantungan." Pengemis tua ini
meralat keterangan Tan Ciu.
Wajah sipemuda berubah lagi.
"Ketua Benteng Penggantungan adalah Tan Kiam Lam."
Ia berkata. "Bukan." Pengemis tua ini menolak keterangan.
"Ketua Benteng Penggantungan bukan Tan Kiam Lam?"
Si pengemis tua menganggukkan kepala.
"Kukira bukan." Ia berkata. "Tetapi belum tentu tidak
mungkin sama sekali."
"Keterangan yang mempunyai dua jawaban seperti inilah
yang paling-sulit diterima, bukan dan mempunyai
kemungkinan." Siapakah sesungguhnya ketua Benteng Penggantungan
itu" Bagaimanakah Tan Ciu membongkar rahasia Tan Kiam
Lam yang penuh rahasia teka teki"
Mari kita menyaksikan bagian bagian berikutnya dari
cerita ini. oo-OdwO-oo TAN-CIU menatap pengemis tua itu tajam tajam. Apa
maksud dan bagaimana asal-usulnya pengemis yang sangat
mencurigakan ini. "Bagaimana kau tahu, bahwa aku ingin mengunjungi
dan menemui ketua Benteng Penggantungan?" Ia
mengajukan pertanyaan, pengemis tua itu tertawa.
"Terus terang kukatakan kepadamu, pekerjaanku sehari
hari, kecuali meminta-minta sedekah, lain pekerjaan ialah
meramalkan sesuatu kepada orang. Aku adalah tukang
ramal amatir." "Ngelepus!" "Percaya atau tidaknya, terserah kepadamu," berkata
pengemis yang mengaku sebagai tukang ramal amatir itu.
Sikapnya sangat tenang sekali.
Tan Ciu mengeluarkan suara dari hidung.
"Dihadapanku, adalah lebih baik jangan terlalu banyak
menjual mahal!" Kau tidak percaya bahwa aku dapat melihat segala
sesuatu yang sudah atau akan terjadi?" Bertanya si
pengemis tukang ramal. "Tidak percaya..."
"Berani mengadakan pertaruhan?"
"Apa yang dipertaruhkan?"
"Bila aku dapat meramalkan segala sesuatu tentangmu
dengan cocok, kau harus mencopot batok kepalamu, untuk
diserahkan kepadaku."
"Bila ramalanmu tidak cocok?"
"Akupun akan menyerahkan batok kepalaku kepadamu."
"Baik." Pengemis itu tertawa. "Kau akan menyesal, tahu ?"
"Tidak. Aku tidak akan menyesal." Tan Ciu menantang.
"Aku masih menyayangkan batok kepalamu itu."
"Jangan banyak cing-cong. Katakanlah."
"Apa yang ingin kau ketahui, kejadian yang sudah lewat
atau kejadian yang akan terjadi?" Pengemis yaug mengaku
tukang ramal amatir ini mempunyai pegangan yang kuat.
Maka ia berani berkata seperti tadi.
Tan Ciu berpikir sebentar, kemudian berkata.
"Aku mengajukan suatu pertanyaan kepadamu, bila
jawabanmu ini cocok, maka segera akan kuserahkan batok
kepalaku." "Baik." Berkata si pengemis. "Katakanlah, Seratus persen
kau akan kalah." Tan Ciu tertawa. "Belum tentu." Ia menantang.
"Sebutkanlah tersebut. pertanyaanmu." Berkata sipengemis "Siapa yang menjadi ayahku" Bimanakah ibu berada"
Siapa yang menjadi algojo Pohon Penggantungan?"
Sekaligus. Tan Ciu mengajukan tiga pertanyaan yang
beruntun. Pengemis tukang ramal amatir itu tertawa
"Bocah." kepalamu!" ia berkata, "Berapa banyaknya batok "Tentu saja satu." Berkata Tan Ciu masuk kedalam
perangkap orang. "Mengapa mengajukan tiga pertanyaan?" Pengemis tua
itu bertanya tertawa. Tan Ciu tertegun. "Baiklah." Akhirnya pemuda ini mengalah. "Aku
mengajukan satu dari tiga pertanyaan tadi, yang ingin
kuketahui ialah siapa algojo Pohon Penggantungan?"
"Algojo Pohon Penggantungan..."
Si pengemis tidak meneruskan kata katanya agaknya
tidak dapat memberi keterangan.
Taa Ciu tertawa dingin. "Bagaimana?" Ia sangat puas. "Tidak dapat memberi
jawaban, bukan?" "Bukan tidak dapat memberi jawaban." Berkata
sipengemis. "Tetapi tidak dapat mengatakan kepadamu."
"Kentut! ianya satu alasan kosong." Tan Ciu tidak puas.
"Jangan kau memaki orang."
"Bila kau tidak menjawab pertanyaanku ini, maka kau
harus mengakui akan kekalahanmu dan serahkanlah batok
kepalamu." Berkata Tau Ciu.
Pengemis tua itu menunjukkan wajahnya yang serba
susah. Tan Ciu membentak lagi. "Kau tidak mau menyerah
kalah?" "Aku....Aku.....Sungguhaku
mengatakannya." Berkata sipengemis.
tidak bisa "Mengapa?" "Karena hal ini menyangkut rahasia yang belum
waktunya dibuka." "Jangan menggunakan alasan."
"Sungguh." "Lebih baik kau menyerahkan batok kepalamu itu."
Pengemis tua menggoyangkan kepala.
"Masih ada lain alasan?" Bertanya Tan Ciu, Tubuhnya
bergerak, siap menangkap orang. gesit sekali gerakan
pemuda ini. "Tunggu!!" Berteriak si pengemis.
"Nah, katakanlah." Berkata Tan Ciu.
"kuatur seperti ini saja." Berkata sipengemis.
"Bertempur, tidak mungkin memenangkan dirimu.
Laripun tidak mungkin dapat menghindari diri darimu.
Dari pada menyerahkan batok kepalaku secara penasaran,
lebih baik kuberikan jawaban pada secarik kertas, suata
saat, bila sudah waktunya rahasia itu diketahui olehmu,
maka baru kau boleh buka."
"Kau ingin mengulur waktu copotnya batok kepalamu
itu?" Tan Ciu mengejek.
"Bukan. Hal itu menyangkut takdir. Sesuatu yang telah
ditetapkan tidak dapat diubah."
"H m m m m ...."
"Suatu hari, bila kau harus menyerahkan batok kepala
itu, jangan kau menyesal," Berkata pengemis itu.
"Kukira kata kata ini harus ditujukan kepadamu."
Pengemis tua yang misterius itu mengeluarkan secarik
kertas, mencatat sesuatu dan melipat lagi kertas tersebut, di
tempelnya surat pusaka ini dan diserahkan kepada Tan Ciu.
"Simpanlah baik baik jawaban pertanyaanmu tadi,"
Katanya. "Suatu ketika, setelah tiba waktunya untuk
mengetahui, aku akan memberi tahu kepadamu."
Tan Ciu menerima surat jawaban itu. Dia masukkan
kedalam saku baju. Maka iapun bersedia meneruskan
perjalanan. Si pengemis mencegah dengan satu teriakan.
"Tunggu dulu!!"
Tan Ciu menghentikan gerakannya lagi.
"Apa lagi?" Ia bertanya.
"Pokok persoalan.."
"Kau menyaksikan ilmu kepandaianku tidak dapat
menandingi ketua Benteng Penggantungan?"
"Susah dipastikan" Tan Ciu tertawa.
"Aku heran.." ia berkata. "Bagaimana kau tahu aku akan
mengunjungi Benteng Penggantungan?"
"Lupakah kau, bahwa kini sedang berhadapan dengan
seorang tukang ramal amatir?"
"Obrolan kosong, aku tidak akan diajak perang lidah
dengan seorang yang sudah menjadi pokrol bambu."
Pengemis itu tertawa. Ia berkata.
"Bukan obrolan kosong, juga bukan perang lidah. Aku
ingin berembuk denganmu."
"Tentang apa?" "Bersediakah kau menyaksikan suatu keramaian?"
"Keramaian apa?"
"Kau tahu, tanggal berapakah hari ini?"
"Tanggal berapa" Aku lupa."
"Hari ini tanggal empat belas,bulan delapan." Berkata
sipengemis tua yang mengaku dirinya sebagai seorang


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tukang ramal amatir itu. Hati Tan Ciu tergetar. "Esok adalah hari Pek-gwe Cap go." Ia berkata.
"Betul." Membenarkan pengemis itu. "Apa yang akan
terjadi pada hari itu?"
"Hari Pohon Penggantungan yang menyeramkan."
"Betul." Tan Ciu mengeluarkan suara dari hidung.
"Aku tak dapat melepaskan kesempatan ini,"
"Ingin pergi?" Bertanya sipengemis.
"Tentu, Siapayangmenjadi korban
Penggantungan, esok hari segera kuketahui,"
Pohon Si pengemis menggoyang goyangkan kepala berkata,
"Tidak mungkin!!!"
"Kau mengatakan bahwa aku tak mungkin berhasil
mengetahui, siapa yang menjadi algojo Pohon
Penggantungan?" "Seratus persen kau akan mengalami kegagalan."
"Aku tidak percaya."
"Mau bertaruh lagi?"
"Kukira kau seorang pendekar Casino, Tukang judi yang
suka taruhan" "Kuberi tahu kepadamu, bahwa orang yang akan
mengunjungi Pohon Penggantungan tak sedikit, mereka
adalah tokoh tokoh istimewa semua, termasuk siketua
Benteng Penggantungan dan ...."
"Betul"!!"
"Tak akan salah lagi"
"Diantara algojo Pohon Penggantungan dan ketua
Benteng Penggantungan tidak ada hubungan sama sekali.?"
"Tentu saja tidak"
"Kecuali ketua Benteng Penggantungan, tokoh mana lagi
yang akan berkunjung datang"."
"Seorang tokoh silat kelas satu yang istimewa, si
Pendekar Dewa Angin sin Hong Hiap juga akan turut
serta." "Siapakah Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap ini?"
"Namanya sudah terkenal pada enam puluh tahun yang
lalu dia adalah seorang jago tertua yang masih hidup
didalam dunia. "Ilmu silatnya dapat menandingi Tan Kiam Lam?"
"Sukar ditentukan, yang pasti ialah tidak berada dibawah
Tan Kiam Lam." Tan Ciu berkata suram. "Aku tak percaya, masakan tak ada orang yang dapat
menandingi ilmu Tan Kiam Lam?""
Sipengemis tua diam bungkam.
"Siapa lagi yang akan datang?" Tan Ciu bertanya. Kini ia
mulai percaya bahwa pengemis tukang ramal amatir ini
mempunyai info info tajam.
Si pengemis tua berkata. "Bayangkan, bila esok malam, Tan Kiam lam, Sin Hoag
Hiap dan ketua Benteng Penggantungan berkumpul di
Pohon Penggantungan, bagaimanakah algojo Pohon
Pengantungan menghadapi mereka" Suatu keramaian yang
luar biasa, bukan?" "Mereka itu pasti tiba?"
"Pasti." "Kau berani mengadakan jaminan?"
"Apa yang harus kujamin. Mereka pun segera tiba.
mengapa kau tidak mau turut serta."
"Baik. Aku turut serta didalam barisan kuat ini." Berkata
Tan Ciu gagah. "Mari kita berangkat
Mengajak pengemis itu. ke-Pohon Penggantungan." Tan Ciu tidak menolak ajakan ini, maka kedua orang itu
melesat, menuju kearah Pohon Penggantungan.
Tanggal lima belas bulan delapun.
Hari seram, yang membayangi Pohon Penggantungan ini
pun tiba. Didalam rimba Penggantungan yang gelap, tetapi diliputi
oleh kabut keseraman. Tabir ini sudah waktunya dibuka.
Bila tahun yang lain, penggantungan seorang gadis
cantik berkepandaian silat tidak dapat dicegah, bagaimana
keadaannya tahun ini"
Ilmu kepandaian Thong Lip cs tentu tidak dapat
dibandingkan dengan ilmu kepandaian Tan Kiam Lam, Sin
Hong Hiap dan ketua Benteng Penggantungan,
mungkinkah tidak dapat dicegah terjadinya drama seram
itu. Malamsegeramengarungijagat,menutupi
pemandangan dirimba penggantungan yang gelap.
Setelah kentongan yang pertama dibunyikan, disusul
oleh bunyi kentongan kedua,
Sebelum kentongan malam dibunyikan tiga kali,
disekitar Pohon Penggantungan belum terlihat tanda tanda
ada yang bergerak. Pohon pohon duduk di tempatnya
dengan kokoh, hanya daun-daun yang bertiup bunyi,
karena godaan angin lewat.
Tiba-tiba .... Satu bayangan lewat masuk kedalam rimba
penggantungan, langsung menuju kearah pohon maut itu, ia
berdiri disana. Pada punggungnya terlihat menggembol
pedang, dia adalah seorang pemuda. Yang mengenakan
pakaian warna kuning. PemudaberpakaiankuningmenatapPohon
Penggantungan beberapa lama, tidak ada tanda tanda
bahwa diatas Pohon ini telah terjadi drama baru..
Ia mengeluarkan suara dingin, tubuhnya dibalikkan dan
pergi lagi, Sepeninggalnya pemuda berbaju kuning tadi, dari atas
pohon yang agak tinggi, melayang dua orang, mereka
adalah sipengemis dan jago muda kita, Tan Ciu.
Tan Ciu memandang pengenis tua dan bertanya.
"Siapakah pemuda berbaju kuning tadi?"
Sipengemis tukang ramal menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku belum berhasil mengetahui asal usalnya." Ia
berkata. "Hm..." Tan Ciu mengeluarkan suara dari hidung.
"Berkata saja terus terang, bahwa kau tidak tahu!"
Pengemis itu tertawa, ia menyudahi Perdebatan itu.
Tiba tiba si pengemis menarik tangan baju Tan Ciu.
"Ada orang!" Ia memberi bisikan.
Tubuhnya melesat dan bersembunyi di semak semak
pohon. Gerakan ini diikuti oleh Tan Ciu. Mereka
menyembunyikan diri. Dua bayangan melesat masuk dan tiba dibawah Pohon
Penggantungan. mereka mengenakan pakaian berwarna
hitam, yang berjalan duluan adalah laki laki dan yang
belakangan adalah seorang wanita.
Laki laki dan wanita berbaju bitam itu memperhatikan
Pohon Penggantungan sebentar, kemudian pergi lagi.
Diatas pohon, si pengemis tukang ramal membisiki
perlahan, "Orang orang dari Benteng Penggantungan,"
"Ng.." Tan Ciu mengiyakannya.
Dua orang dari Benteng Penggantungan
meninggalkan Pohon Penggantungan.
itu Terlihat tubuh Tan Ciu melesat turun dan mengikuti
dibelakang mereka! Tanpa suara dan tanpa tanda tanda!
Dua orang dari Benteng Penggantungan tidak
mengetahui bahwa diri mereka telah berada dibawah
pengawasanorang, merekameninggalkanrimba
Penggantungan! berjalan mengikuti jalan raya dan kini tiba
disebuah bukit. Mereka mendaki bukit itu, diatas bukit ada sebuah
rumah yang dibangun dari bahan-bahan kayu, mereka
masuk kedalam rumah itu! Didalam rumah kayu telah berkumpul tiga orang baju
hitam, orang yang menjadi pemimpin dari tiga orang ini
adalah wanita berbaju hitam, ia duduk ditengah. Inilah
wanita berbaju hitam yang Co Yong panggil sebagai bibi
Kang. Dua orang itu berbaju hitam yang baru masuk memberi
hormat kepada bibi Kang itu.
"Memberi tahu kepada Hiangcu, kami telah kembali."
Berkata mereka. Ternyata Bibi Kang itu adalah hiangcu dari Benteng
Penggantungau, suatu kedudukan yang cukup tinggi.
Terlihat ia memandang dua orang tersebut dan bertanya.
"Ada gerakan?" "Tidak." Jawab dua orang yang ditugaskan membikin
penyelidikan tentang pohon Penggantungan.
Bibi Kang ini mengkerutkan kedua alisnya, kemudian
memandang orang yang berada disebelah kiri, seorang lakilaki yang menggendong
pedang dan bertanya. "Bila ketua Benteng akan tiba?"
"Sebelum jam tiga," Berkata orang yang ditanya.
"Pasti datang?"
"Ya!!" Orang itu menganggukkan kepala. Tiba-tiba bibi
Kang ini memanjangkan telinganya, ia merasa ada sesuatu
yang tak biasa, dengan satu gerakan tangan, ia memberi
perintah agar semua orang yang berada didalam rumah
bambu itu menghentikan percakapan.
Suasana menjadi sunyi dan sepi. Bibi Kang memandang
luar jendela dan membentak. "Siapa ?"
Tidak ada jawaban. Bibi Kang melesat keluar diturut oleh kawan-kawannya.
Disana telah berdiri seorang pemuda berbaju kuning,
pemudainilahyangtelahmemeriksaPohon
Penggantungan. "Kau siapa?" Bentak bibi Kang kepadanyaPemuda berbaju kuning mengeluarkan suara
dengusan dari hidung.. "Apa yang kalian kerjakan ditempat ini?"
"Mengapa kau mengintip intip rahasia kami?" Balik
bertanya bibi Kang dengan suara keras,
"Siapa yang kesudian mengintip intip rahasiamu?"
Berkata pemuda baju kuning itu ketus.
Semua orang berbaju hitam tertegun. Pemuda berbaju
kuning itu bertanya lagi "Kalian dari Benteng
Penggantungan"."
"Betul." mereka membenarkan pertanyaan itu.
"Mengapa tidak terlihat ketua kalian?" Bertanya pemuda
baju kuning lagi. Wanita berbaju hitam, bibi Kang itu berkata dingin.
"Bagaimana kau tahu bahwa ketua kami tidak datang?"
"Syukurlah bila ia datang." Berkata sipemuda baju
kuning. "Aku akan menunggu kedatangannya."
Siapakah pemuda berbaju kuning ini" Dengan maksud
tujuan apa menantikan kedatangan ketua Benteng
Penggantungan" Mari kita teruskan cerita dibagian bawah.
oooOdwOooo PEMUDA berbaju kuning menempatkan dirinya
diantara rombongan berbaju hitam itu, si bibi Kang menjadi
naik darah, ia membentak.
"Apa maksudmu menantikan ketua kami?"
"Apa jabatanmu didalam Benteng Penggantungan?"
Balik tanya pemuda itu. Wanita berbaju hitam she Kang ini adalah salah satu dari
hiangcu Benteng Penggantungan. Kecuali ketua, urutan
selanjutnya adalah hiangcu emas, perak dan tembaga, dia
adalah hiangcu tembaga itu. Suatu jabatan yang cukup
tinggi. Mendengar pertanyaan sipemuda berbaju kuning, ia
merasa tersinggung. "Dengan orang yang sepertimu, kukira belum
mempunyai kesempatan bertema muka dengan ketua
Benteng kami." Ia berkata.
"Kukira ketua benteng kalian harus mengirim undangan
kepadaku." Berkata pemuda itu. "Bila ia datang, beri
tahukan kehadiranku!"
Tubuhnva melesat dan meninggalkan bangunan bambu,
tempat yang menjadi markas pos orang-orang Benteng
Penggantungan itu, Wanita cantik berbaju hitam ini ada
niatan untuk bergebrak tangan, apa mau perintahi ketua
benteng tidak mengijinkan ia melakukan sesuatu yang
berada diluar rencana, ia gagal mencegahnya.
Orang orang berbaju hitam mengajukan pertanyaan
kepadanya. "Hiangcu siapakah pemuda tadi?"
"Tidak tahu. Kalian boleh pergi. Biar aku Seorang yang
menantikan kedatangan ketua,"
Empat orang berbaju hitam itu menerima perintah dan
meninggalkannya, Disana hanya tinggal wanita cantik
berbaju hitam itu, orang yang Co Yong sebut sebagai bibi
Kang. Ia berjalan mundur. Melihat langit, maka kira kira sudah
hampir mendekati pukul tiga, ia bergerak menuju kearah
rimba Penggantungan. Tiba tiba..... Terdengar satu suara yang membentaknya. "Berhenti!"
Seorang pemuda menghadang jalannya.
Wajah wanita ini berubah.
Pemuda yang membentak dan menghadang jalan adalah
si jago muda yang galak. Tan Ciu.
Bila wanita berbaju hitam itu dapat kenal dengan
sipemuda, sebaliknya Tan Ciu tidak kenal kepadanya,
dikala wanita itu muncul pertama kali, Tan Ciu berada
didalam keadaan tidak sadarkan diri, ia masih berada
didalam pangkuan Co Yong yang menolongnya.
Melihat Tan Ciu, wanita baju hitam itu teringat kepada
Co Yong, Gara gara pemuda inilah yang menyusahkan
sigadis itu. Wajahnya diliputi hawa kemarahan. Ia
membentak. "Kau lagi?"
Tan Ciu terkejut.

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau kenal denganku?" Ia bertanya.
"Betul!" Berkata wanita itu.
"Kau orang dari Benteng Penggantungan?"
"Tidak perlu ditanya lagi."
"Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan kepadamu."
"Katakanlah." "Ketua Benteng kalian bernama Tan Kiam Lam?"
Wanita baju bitam itu tertegun. Hal ini sungguh berada
diluar dugaannya. Ia tersenyum tawar. Kemudian berkata.
"Maafkan. Pertanyaan ini tidak dapat kujawab."
"Betul ia akan segera datang?" Bertanya Tan Ciu.
"Waktu akan memberi jawaban kepadamu."
Tan Ciu tidak memaksa. "Bagaimana dengan lain pertanyaan?" Wanita itu
memandang si pemuda. "Aku ingin mengajukan nama seorang lain," Berkata Tan
Ciu. "Siapakah namanya?"
"Co Yong." "Mengapa kau menanyakan dirinya?"
"Satu tahun yang lalu, ia telah dibawa oleh orang orang
Benteng Penggantungan. Dapatkah aku mendapat berita
tentang dirinya" Matikah" Atau masih hidup."
"Ia sudah mati." berkata wanita baju hitam itu.
"Huh?" Tan Ciu termundur tiga langkah. Wajahnya
berubah. Satu hawa pembunuhan meliputi paras mukanya.
Wanita baju hitam itu mengulangi keterangan.
"Co Yong telah mati."
"Bagaimanakah kematiannya?" bertanya Tan Ciu.
"Menerima hukuman ketua benteng kami."
"Aaaaaaaa......"
"Mengapa terkejut" Ia telah melanggar peraturan
benteng, sudah selayaknya menerima hukuman itu."
Tan Ciu mengertak gigi. "Aku akan membunuhnya." Ia berkata, "dendam nona
Co harus kubalas." Ditinggalkannya wanita berbaju hitam itu, masuk
kedalam rimba Penggantungan lagi. Dengan maksud tujuan
menemukan ketua Benteng Penggantungan segera. Tan Ciu
Pergi. Wanita baju hitam itu memandang bayangan belakang
sipemada sambil menghela napas.
Tiba tiba terdengar suara tertawa dingin, datangnya dari
arah belakang wanita baju hitam itu.
Cepat ia menoleh kebelakaug, disana tampak satu
bayangan hitam, ia segera mengenal bayangan siketua
benteng. "Pocu...." Ia memanggil perlahan.
Pocu berarti ketua benteng. Ia dan kawannya sudah biasa
menggunakan istilah ini. Bayangan itu adalah ketua Benteng Penggantungan yang
misterius, ternyata ia telah menampilkan diri ditempat ini.
"Ada gerakan?" Ia berkata.
"Tidak." Wanita baju hitam itu memberi jawaban.
"Ng.... Pemuda yang baru berlalu tadi."
"Tan Ciu." "Ng...." ketua Benteng Penggantungan menyatakan
kesediaannya. Dengan satu nada perintah, ia berkata.
"jangan sentuh dan ganggu dia."
"Hamba tahu." "Kini kau boleh kembali."
"Pocu..." "Disini sudah tidak memerlukan tenaga kalian. dua
hiangcu lainnyapun telah kusuruh kembali."
"Baik." Setelah memberi hormat. wanita berbaju hitam itupun
berjalan pergi. Disusul dengan gerakan siketua Benteng Penggantungan,
hanya satu kali meluncurkan kaki, belasan tombak telah
dilewati, sungguh hebat ilmu meringankan badan orang ini.
Ditempat Pohon Penggantungan ...
Tan Ciu telah kembali, ia tidak tahu bahwa Ketua
BentengPenggantungan telahmenampilkandiri,
Sangkanya orang pasti ke Pos Maut ini. Maka ia kembali,
naik ketempat pohon persembunyian dan menyatukan
dirinya dengan sipengemis tua.
"Ada tanda-tanda lain?" Bertanya pengemis itu kepada
sipemuda! Tas Ciu menggelengkan kepala!
"Bagaimana dengan keadaan disini?" ia balik bertanya.
"Masih sepi." bercerita sipengemis.
Tan Ciu memandang Pohon Penggantungan, pohon itu
berada dibawahnya, pohon palsu itu tetap berdiri
ditempatnya, pohon maut yang, telah meminta banyak
korban. Terdengar satu geseran angin, dibarengi oleh munculnya
seorang pemuda berbaju kuning, langsung pemuda ini
menuju kearah Pohon Penggantungan. Ia telah berdiri
ditempat yang sejarak tiga tombak dari pohon tersebut.
Apa maksud tujuan pemuda berbaju kuning, itu!
Inginmenantikan Penggantungan" kedatangan algojo Pohon Pengemis tukang ramal amatir memandang Tan Ciu,
wajahnya agak muram. Tan Ciu sedang memusatkan perhatiannya kearah
pemuda berbaju kuning itu. ia sangat mencurigakan. Dilihat
dari gerak-geriknya tentunya pemuda itu mempunyai ilmu
kepandaian silat yang sangat tinggi.
Apa yang akan terjadi didepan Pohon Penggantungan"
AlgojoPohonPenggantungan, ketuaBenteng
Penggantungan, pemuda berbaju kuning, Tan Ciu,
sipengemis tukang ramal amatir, sipendekar Dewa angin
Sin Hong Hiap yang sewaktu waktu dapat memunculkan
dirinya ditempat ini-menjadikan suatu rangkaian Pohon
Penggantungan. Apa akibat dari pertemuan dari pada para jago silat kelas
satu itu" Menjelang tepat kentongan ketiga dibunyikan.
Seperti biasa kabut putih tersebut ditempat rimba gelap
itu. Semakin lama, semakin tebal. Pemandangan mulai
suram dan guram, Terdengar suara kentongan yang dibunyikan tiga kali.
Hari menjelang pagi yang gelap sekali.
Tan Ciu dan pengemis tukang ramal amatir
menyembunyikan diri mereka diatas sebuah pohon tinggi.
Pemuda berbaju kuning berdiri di tempat yang berjarak
beberapa tombak dari Pohon Penggantungan.
Mereka menantikan kehadirannya si algojo Pohon
Penggantungan. Hampir satu jam kemudian ...
Terdengar satu suara bergerak, sesuatu yang menginjak
daun daun rontok di dalam rimba Penggantungan.
Dan disaat ini terdengar kentongan dipukul empat kali.
Satu jam lagi, para petani sudah akan bangun untuk
menggarap tanah mereka, Srek... srek.... srek....
Suara ini semakin jelas. Tan Ciu, pengemis tua dan pemuda berbaju kuning
mengalihkan pandangan mereka kearah datangnya suara.
Tidak terlihat ada bayangan manusia. Kabut terlalu
tebal. halimun pagi mengarungi seluruh rimba
penggantungan. Muagkinkah algojo Pohon Penggantungan yang datang"
Kini terlihat satu bayangan, itulah bayangan merah yang
datang. Tan Ciu mengkerutkan keningnya. Potonngan tubuh itu
sudah tidak asing baginya, inilah potongan tubuh dari
seorang gadis jelita. Pemuda berbaju bayangan merah itu. kuning menantikan kedatangan Kini bayangan merah betul betul tiba, ia berdiri dibawah
Pohon Penggantungan. Tiba tiba. pemuda berbaju kuning membentak.
"Siapa?" Bayangan merah itu bergerak, menoleh kearah
datangnya suara, halimun pagi terlalu tebal. ia tidak
menyangka bahwa ada orang yang menantikan disitu.
Tubuh si pemuda berbaju kuning bergerak, menubruk
bayangan merah itu. Orang ini tidak diam ditempat. ia melesat menyingkirkan
diri dari tubrukan orang, Kemudian meletakkan kaki
didekat pohon dimana Tan Ciu dan pengemis tua berada.
Tan Ciu segera mengenali orang ini. hampir ia menjerit.
Orang yang berada dibawahnya adalah si Jelita Merah.
Beruntung pengemis tua itu gesit, cepat cepat ia memberi
instruksi, agar Tan Ciu tidak membuka suara.
Tan Ciu menahan gejolak hatinya, ia memandang
kebawah,menyaksikanbagaimaraJelitaMerah
menghadapi sipemuda berbaju kuning.
Pemuda berbaju kuning telah berhadapan muka langsung
dengan Jelita Merah. Mereka saling pandang dengan penuh
curiga. "Aaaa...." Tiba tiba Jelita Merah mengeluarkan teriakan
tertahan. Pemuda berbaju kuning itupun tidak kalah terkejutnya.
"Kau?" Hal ini berada diluar dugaannya, Wajah Jelita Merah
terjadi perubahan! girang... gemetar ... dan aneka macam
lagi, akhirnya ia berteriak.
"Kau"! Chiu It Cong?"
Tan Ciu turut tergetar, nama Chiu it Cong ini tidak asing
baginya, itulah nama kekasih pertama Jelita Merah yang
dikatakan telah menghianatinya. Chiu It Cong pernah
mendapatkantubuhJelitaMerah,kemudian
meninggalkannya. Chiu It Cong juga mengenali bekas kekasihnya itu.
"Kau?" Ia mengeluarkan suara dingin- "Tidak disangka,
kini kita bersua lagi!"
Dengan suara gemetar. Jelita merah memanggil,
"Chiu koko .... "
Ia menubruk dan merangkul tubuh kekasihnya itu,
Lupalah bagaimana besar derita yang ditinggalkan oleh
Chiu It Cong kepadanya. Jelita Merah pernah membenci
laki laki ini, setelah bertemu, lupalah kepada kebenciannya,
Ia masih mengenangkan cinta lama, cinta itu tetap
menyala-nyala. Tepat waktunya Jelita Merah menubruk Chiu It Cong,
terlihat pemuda berbaju kuning itu mengayunkan tangan,
Plaakkk... Ia menempiling pipi gadis berbaju merah itu.
Jelita Merah termundur, ia memegangi pipinya yang
dirasakan sangat panas, tamparan Chiu It Cong tidak
mengenai kasihan. Hal ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Pemuda berbaju kuning Chiu It Cong membentak.
"Ong Leng Leng, apa yang telah terjadi dimasa yang
lampau itu, tidak mungkin kembali lagi!"
Ternyata nama kecil si Jelita Merah adalah Ong Leng
Leng! Ia membelalakan mata "Hah?" Hampir Jelita
pendengaran telinganya. Merah tidak mempercayai "Ong Leng Leng, kau jangan mengimpi" Berkata lagi
Chiu It Cong. "Kau...." Jelita Merah menangis sedih
"Dahulu aku hanya ingin mempermainkan, saja.."
"Kau kejam,." "Betul! suatu hari, aku pernah cinta kepadamu. Tetapi
waktu itu telah berlalu."
"Kau pemuda bajingan.."
"Kubunuh kau!" Chiu It Cong menggeram. Jelita Merah
Ong Leng Leng sangat sedih sekali. Kemarahan telah
berlimpah limpah, membuat dadanya menjadi sesak. Ia
menggeram. "Chiu It Cong, kau telah mempermainkan cintaku. kau
telah mendapatkan diriku, kemudian meninggalkanku, kini
ingin membunuhku" Bagus! .... Bagus....."
"Hee..heee....." Pemuda baju kuning Chiu It Cong
mengeluarkan suara jengekkan
"Kau ingin mengadakan perlawanan?"
"Aku ingin membunuhmu!" Berkata Jelita Merah Ong
Leng Leng. "Ha... Ha... "Pemuda baju kuning Chiu It Cong tertawa.
Jelita Merah sungguh-sungguh marah besar, mungkinkah
ada seorang laki laki yang seperti Chiu It Cong ini"
Menghianati orang dan membunuh orang"
Dicemoohkan seperti itu, ia mengayunkan tangan
memukul orang! Chiu It Coag telah siap sedia, ia menyambuti serangan
itu dengan serangan pula. Dua tangan mereka saling
beradu, masing masing mundur beberapa langkah dari
kedudukan yang semula. ternyata dua orang ini sama kuat.
Ong Leng Leng maju lagi, ia sangat penasaran. Chiu it
Cong tidak diam, iapun ingin membunuh gadis gadis yang
dapat membusukkan namanya.
Bagaimana akhir kesudahan dari pertempuran ini" Mari
kita memeriksa lembaran lembaran berikutnya
o.OdwO.o JELITA merah Oag Leng Leng dan pemuda baju kuning
Chiu It Cong meogadu silat, menentukan kemenangan
diatas kekerasan tangan. Sepuluh jurus telah dilewatkan. Belum ada putusan dari


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertandingan. Dua puluh jurus! Kini memasuki babak yang ketiga puluh, Ilmu
kepandaian Jelita Merah telah mendapat kemajuan banyak.
Tetapi lawannya bukan pemuda biasa. Chiu-It Cong dapat
mempertahankan posisi tidak kalah.
Bluuummmmmm..... Terdengar satu benturan keras lawan keras. Dua
bayangan itu terpisah, yang merah kekanan dan yang
kuning kekiri! Jelita Merah Ong Leng menyemburkan darah segar.
Leng jatuh dengan Chiu It Cong telah lompat maju lagi, ia menggeram,
"Ong Leng Leng, apa lagi yang kau mau katakan?"
Jelita Merah tiba tiba tertawa berkakakan.
Hal ini mengherankan sipemuda baju kuning ia segera
membentaknya. "Apa yang kau tertawakan?"
Jelita Merah menggeram"
"Hari ini adalah hari yang menentukan hubungan kita,
bila bukan kau yang mati, pasti aku yang menjadi korban."
Dengan membawa luka yang berat, Jelita Merah Ong
Leng Leng menerkam, ia meneruskan pertempuran itu.
Chiu It Cong masih kuat, dengan mudah ia dapat
memukul mati gadis baju merah ini. Tangannya diayun,
mengancam kepala orang, Tan Ciu segera melesat turun, ia
menghalangi lagi datangnya serangan pemuda berbaju
kuning Chiu It Cong itu. Blaarrr.... Chiu It Cong berhasil dipukul mundur, Jelita Merah
mengenal sipemuda, ia berteriak girang. "Tan Siauw
hiap...." Chiu It Cong memancarkan sinar kebencian yang tidak
terhingga. Tan Ciu menghadapi pemuda berbaju kuning itu.
Terdengar suara geram Chiu It Cong.
"Siapa kau" Mengapa usil sekali?"
"Aku tidak dapat menonton kekejaman tanganmu
ditempat ini." Berkata Tan Ciu gagah.
"Eh. ada orang yang menjadi backingnya?"
Tan Ciu tidak memberikan jawaban. Ia menoleh dan
memandang Jelita Merah. "Kau masih menyintainya?" la mengajukan pertanyaan
kepadanya. Jelita Merah Ong Leng Leng bungkam.
"Laki laki yang sepertinya tidak patut diberi kesempatan
hidup." Berkata Tan Ciu.
Jelita Merah menggeretek gigi.
"Baiklah."Ia membunuhnya." berkata "Tolong wakili "Tidak akan menyesal?" Tan Ciu meminta ketegasan.
aku "Tidak." Berkata Ong Leng Leng singkat.
"Baik." Tubuh Tan Ciu melesat, memberikan serangan
kepada lawan. Chiu It Cong tertawa berkata.
"Ternyata kalian sudah bersekongkol lama!"
Ia lompat dan menghindari serangan Tan Ciu yang
pertama! Kemudian membalas dengan satu pukulan tangan!
Tan Ciu sangat benci kepada pemuda yang seperti Chiu
It Cong, ia memasang kuda kuda kuat dan menerima
serangan itu. Tenaga mereka beradu di tengah. Tubuh Chiu It Cong
berhasil didorong mundur sampai dua langkah. Tan Ciu
lompat maju lagi, ia menggertak, "Hayo, meminta maaf
kepada Nona Oog" "Kentut." Pemuda baju kuning Chiu It Cong memaki.
"Kau memaksa aku membunuhmu?" Berkata lagi Tan
Ciu. "Kau tidak berani." Berkata Chiu It Cong menantang.
"Mengapa tidak berani?" Berkata Tan Ciu yang segera
mengirim satu serangan maut. "Nah, terimalah ini"
Chiu It Cong telah tahu betapa hebat kekuatan lawannya
itu, maka ia tak mau menempurnya lagi, dengan
mengandalkan ilmu ringankan tubuhnya yang sudah
mencapai tahap paling sempurna, ia menyingkir pergi!
Bila ada waktu atau kekosongan, baru ia membalas
memberi serangan totokan.
Mereka saling pukul dan mencari kelengahan lawannya.
Didalam sekejap mata lima jurus telah lewat.
Jelita Merah Ong Leng Leng betul-betul kecewa akan
sikap yang Chiu It Cong perliatkan kepadanya, kini dilihat
bekas kekasih itu berada dibawah ancaman bawahan Tan
Ciu, ia tidak menyayangkan lagi jiwa pemuda berbaju
kuning itu. Terlihat Tan Ciu membentak, tangan kirinya termiring
mengirim satu pukulan. Inilah hebat, pukulan tadi
mengandung tiga macam perubahan, ke mana saja lawan
pergi, ia dapat menyusul cepat.
Chiu It cong masih bukan tandingan jago muda kita, apa
boleh buat, ia harus menutup serangan Tan Ciu itu dengan
satu pukulan. Tan Ciu mengubah taktik perang, tiba-tiba jarinya
dikeraskan, mengganti pukulan menjadi totokan. Jalan
darah Tong teng yang diancam.
Maksud tujuan Chiu It Cong mendesak lawannya gagal,
dengan cara itu ia dipaksa melakukan satu gempuran keras
lagi. Tan Ciu memperhitungkan sampai disini, maka totokan
diganti lagi, serangan pukulan memapaki serangan Chio It
Cong. Akhirnya merekapun mengadu tangan.
"Aduh.." Chiu It Cong terpukul mundur,
Tan Ciu tidak memberi kesempatan lawan itu bernapas,
ia menyusul dan mengirim satu pnkulan lain tepat
mengenai dada pemuda baju kuning itu!
Chiu It Cong memuntahkan darah segar, tubuhnya jatuh
di tanah ia pingsan. Tan Ciu siap menamatkan jiwa pemuda tukang
mempermainkan cinta ini, tangannya diangkat lagi...
Tiba tiba terdengar satu suara yang datang dari belakang.
"Jangan!" Tan Ciu membatalkan niatan itu. Ia menoleh dan dilihat
olehnya pengemis tua itu telah lompat turun dari atas
pohon persembunyiannya. Tan Ciu memandang pengemis tukang ramal amatir itu
dengan sinar mata tidak mengerti.
Pengemis itu segera menotok beberapa jalan darah Chiu
It Cong baru ia menghampiri Tan Ciu. Maka Chiu It Cong
sadarkan diri. Tan Ciu menegur orang.
"Apa artinya ini?"
Si pengemis menunjuk kearah Chiu It Cong dan berkata.
"Dia tidak boleh dibunuh!"
"Mengapa?" "Dia adalah anak murid Pendekar Dewa Angin Sin
Hong Hiap." "Hah" Anak murid Sin Hong Hiap" Masakan Orang
jahat seperti Chiu it Cong ini mau diterima menjadi murid
oleh seorang pendekar kenamaan!" Tan Ciu menaruh
curiga, Pengemis itu mengulang keterangannya!
"Dia sungguh-sungguh akhli waris Sin Hong Hiap. Jago
tua yang telah berumur lebih dari setengah abad itu."
Tan Ciu belum pernah takut kepada orang termasuk si
jago tua Sin Hong Hiap, wajahnya semakin beringas. Hawa
pembunuhan belum lepas dari paras yang cakap itu.
Terdengar sipengemis tua berkata lagi. "Memukul
anjingpun harus memilih tempat, melibat suasana dan
gelagat. Lihatlah dulu majikan yang mempunyai dan
memelihara binatang itu. Orang yang seperti Sio Hong
Hiap, kita tidak boleh mengutak utiknya."
Tan Ciu berkata dingin. "Semua orang boleh menjadi
takut dengan Sin Hong Hiap. Tetapi aku tidak."
Tubuh sipemuda melesat kearah Chiu It Cong dan
membentak pemuda berbaju kuning itu.
"Kau anak murid Sin Hong Hiap?"
"Betul." Chiu It Cong membenarkan pertanyaan ini,
"Memandang wajah Sin Hong Hiap, aku memberi
kesempatan yang terakhir, agar kau dapat sadar diri
kesalahan. Meminta maaflah kepada nona Ong.!'"
"Tidak mau!" Berteriak Chiu It Cong.
"Kau jangan membawakan sikap kepala batu."
"Bila kau berani membunuh diriku, bahaya segera tiba
diatas kepalamu, jiwamupun tidak mungkin dapat
dipertahankan." Tan Ciu tertawa berkakakan.
"Akan kubunuh kau dahulu," Ia berkata.
"Akan kulihat, betulkah tidak dapat mempertahankan
jiwaku?" Tan Ciu mengayun tangan dan memukul kearah Chiu It
Cong yang sudah tidak berdaya sama sekali itu.
Tiba-tiba sipengemis tukang ramal amatir melesat, ia
menerima pukulan Tan Ciu tadi. Maka jiwa pemuda baju
kuning itu ditolong lagi.
"Jangan!" Ia berteriak keras.
Tan Ciu membentak pengemis usil ini.
"Apa yang kau mau?"
"Kau tidak dapat melepaskannya?" Bertanya sipengemis.
"Betul." "Sudahmemperhitungkan
perbuatanmu ini?" segala akibat dari "Segala akibatnya akan kupikul sendiri." Berkata Tan
Ciu Pengemis tua itu mengundurkan dirinya. Chiu It Cong
tahu, tidak mungkin meminta pengampunan, menggunakan
kelengahan Tan Ciu, tiba riba ia meletik cepat, menyerang
si pemuda. Maksud tujuannya ialah, dengan satu kali
pukul, membokong Tan Ciu.
Tan Ciu tidak lengah, ia menyingkir kekiri dan memberi
satu pukulan maut. Terdengar satu suara jeritan yang mengerikan, kepala
Chiu It Cong telah hancur pecah dikala tubun itu jatuh,
napasnya telah terhenti sama sekali.
Ia mati. Tan Ciu menjadi tertegun, Wajah sipengemis tua itu
berubah. "Bocah," Ia berkata "Sin Hong Hiap tidak nanti mau
menyudahi perkara ini begitu saja."
"Segala tanggung jawab akan kupikul seorang diri."
Berkata Tan Ciu. "Kau belum kenal watak si Pendekar Dewa Angin Sin
Hong Hjap itu ..." Kata kata ini terputus oleh jeritan si Jelita Merah Ong
Leng Leng. "Chiu koko...."
Membiarkan hawa kemarahan dan kejengkelannya
lewat. Ong Leng Leng tidak meninggalkan kenangan lama
begitu saja, biar bagaimana Chiu It Cong adalah pemuda
yang pernah dikasihi olehnya. Kini pemuda itu telah mati,
bagaimana ia tidak bersedih" Ia menubruk mayat itu dan
menangis menggerung gerung.
Tan Ciu menjadi bingung, Ia segera sadar bahwa
langkahnya tadi yang tergesa gesa itu adalah satu langkah
set yang salah. Tidak seharusnya ia membunuh pemuda
yang dikasihi oleh gadis itu.
Hampir Tan Ciu mengucurkan air mata. Kelopak itu
telah basah dan berkaca kaca.
DidepanPohonPenggantungan
pembunuhan yang seperti ini.
terjadi drama Tiba tiba melayang datang seorang mengenakan pakaian
abu abu dan kecepatan orang ini sangat luar biasa. didalam
sekejap mata, ia telah berada disana. Ia adalah seorang tua
yang sudah berambut dan beruban putih.
Pengemis tukang ramal amatir mendongakkan kepala, ia
sangat terkejut. "Aaaaaaa...." mulutnya terbuka lebar.
Orang tua berpakaian abu abu membentak.
"Siapa yang membunuhnya ?"
Ia menunjuk kearah mayat Chiu It Cong. Suaranya
seram dan penuh hawa pembunuhan.
Tan Ciu memandang orang tua itu, dari kata kata yang
dicetuskan olehnya, dengan mudah ia dapat menduga,
siapa orang yang baru datang ini" Dia adalah pendekar
Dewa Aagin Sin Hong Hiap.
Tan Ciu menghadapi orang tua itu.
"Kau siapa?" ia balas mengajukan pertanyaan.
Orang tua berbaju abu abu mengalihkan Pandangan
matanya, kini diarahkan kepada jago muda kita.
"Aku sedang bertanya, siapa yang membunuhnya?" Ia
membentak sipemuda. "Aku!!" Tan Ciu menunjuk hidung.
"Kau?" Orang tua itu agak kurang percaya
"Betul. Tentunya kau inilah yang bernama Sin Hong
Hiap?" "Cocok!! dengan alasan apa kau membunuh muridku?"
"Ia telah mempermainkan seorang wanita bahkan tidak
mau mengakui kesalahannya, Maka wajib menerima
kematian." "Hm..." Orang tua berbaju abu abu itu mengeluarkan
suara dari hidung. "Ia wajib menerima kematiannya. Dan


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kau apa tidak wajib menerima kematian?"
Si pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap mendekati Tan
Ciu. Hal ini mengejutkan sipengemis tukang ramal amatir,
ia maju menyelak diantara dua orang tersebut.
"Sabar...." Ia mencoba mendamaikan perkara.
Sin Hong Hiat menatap orang yang menyelak masuk.
Segera ia menjadi terkejut.
"Hei, pengemis bau," Ternyata ia kenal wajah pengemis
ini. "Mengapa kau berada ditempat ini" Eh, kau ingin
campur urusan?" "Mana kuberani turut campur urusan ini." Berkata
sipengemis. "Hanya didalam hal ini..."
"Cukup. Berdirilah disamping sana." Berkata Pendekar
Dewa Angin Sin Hong Hiap "Maukah kau mendengar
Pengemis itu masih berusaha.
sedikit keteranganku?" "Katakanlah" Sin Hong Hiap menganggukkan kepala.
Pendekar Sadis 3 Tujuh Pembunuh Qi Sha Shou Karya Gu Long Maling Budiman Berpedang Perak 1
^