Pencarian

Pohon Kramat 5

Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 5


"Ikut" Ikut kemana?" Bertanya Tan Ciu.
"Menonton pertandingan mereka."
"Menonton pertandingan?"
"Tentu. Pertempuran diantara dua tokoh kelas satu jtu
tidak mudah disaksikan. Jangan kita lewatkan kesempatan
bagus ini." "Kau ingin mengajak aku keluar dari tempat ini?"
Bertanya Tan Ciu. "Dapatkah keluar bebas?"
"Tentu. Tapi kau harus berjanji, setelah keluar kau tidak
boleh melarikan diri, kau harus ikut aku kembali kedalam
kamar ini lagi." "Baik." Tan Ciu memberikan janjinya, "Aku akan
kembali ketempat ini lagi."
"Mari," Orang tua bungkuk itu telah mengangkat tubuh
Tan Ciu, kemudian meninggalkan kamar tahanan didalam
bawah tanah itu. Tan Ciu mempunyai kesan yang lain kepada orang
menggendong dirinya. Diketahui ia dapat bebas keluar dari
kamar tahanan, mengapa mencari penyakit didalam
sekapan tangan orang" Bukankah tidak merdeka"
Mengikuti tangga batu, mereka naik keatas, tiba disuatu
tempat, orang itu menikung kearah kanan disana ia
menekan sebuah batu, maka dinding itu bergeser,
menjadikan satu pintu. "Batu ini . . ."
"Pintu rahasia." Berkata orang tua bungkuk.
"Bagaimana kau tahu?" Tan Ciu meminta ketegasan.
"Tentu saja tahu."
"Ada orang yang memberi tahu?" Tan ciu menduga
kepada Kang Leng yang banyak mulut.
"Bukan. Aku berhasil menemukannya atas kepintaranku
sendiri." "Tan Kiam Lam tahu kau mempunyai jalan keluar
rahasia?" "Tentu saja tidak. Tapi ia tidak mempunyai hak
mengekang kebebasanku."
"Mengapa?" "Lain kali akan kuberi tahu kepadamu."
Dikala mereka hampir meninggalkan goa rahasia itu,
kuping Tan Ciu yang tajam dapat mendengar isakan tangis
seorang wanita sangat perlahan sekali, sesenggukkan.
"Cianpwee, sipemuda. dengar suara tangisan itu?" Berkata "Kupingku belum budek, mengapa tidak dengar?"
"Entah siapa yang menangis ditempat ini?"
Tan Ciu tidak tahu bahwa orang itu mempunai
hubungan dekat dengannya.
"Seorang gadis kecil cantik sekali, orang menyebutnya
sebagai nyonya Co." "Nona Co?" Mulut Tan Ciu berteriak. "Mungkinkah Co
Yong?" "Betul. Namanya Co Yong." Berkata siorang tua
bungkuk. "Kau kenal dengannya?"
Rasa Cinta Tan Ciu berkobar cepat, dengan berteriak ia
menjerit. "Aku harus segera menemuinya... Aku harus segera
menemuinya...." "Hei, bocah tidak sabar,
menggunakan ketenanganmu?"
mengapa tidak dapat "Aku berjanji untuk menemuinya."
"Akan kuajak menemuinya. Tapi bukan sekarang, Nanti,
setelah selesai menonton pertandingan besar. kuajak kau
bertemu dengannya." "Kau berjanji dapat mempertemukan dengannya?"
"pasti dapat." Berkata orang tua bungkuk itu. "Tutup
mulutmu dahulu. Jangan berteriak-teriak. Pertandingan
besar mungkin sudah dimulai."
"Baik." Orang tua bungkuk itu tertawa.
"Tentunya kekasihmu." Ia berkata. Dan ia mempercepat
langkah kakinya. keluar dari ruangan dibawah tanah.
000OdwO000 Di lembah Siang-kiat, tempat yang menuju ke Benteng
Penggantungan sedang terjadi ketegangan. Dua gembong
tokoh silat kelas berat segera bertemu muka. Itulah ketua
Benteng Penggantungan contra si Pendekar Dewa Angin
Sin Hong Hiap. Disana telah berbaris orang-orang berbaju hitam, itulah
anak buah Benteng Penggantungan!
Wakil ketua Benteng Penggantungan Co Yong Yen, si
Pemuda Putin Pek Hong, Tok Gan Liong dan lainnya
mengepalai orang-orang mereka.
Si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menghadapi
orang2 itu dengan marah. "Mana itu Tan Kiam Lam?" Ia bergeram. "Bila ia tidak
mau keluar menemuiku, segera aku menerjang masuk
tahu?" "Sabarlah sebentar." Berkata Co Yong Yen.
Ia segera tahu Sin Hong Hiap mulai hilang sabar.
Betul ia telah hidup malang melintang didalam rimba
persilatan tanpa tandingan, tapi orang yang segera
ditempurnya itu pun bukan tokoh biasa. Tan Kiam Lam
juga belum pernah menemukan tandingan. Belum diketahui
pasti, siapa yang akan memenangkan pertandingan itu.
Mengapa Tan Kiam Lam belum menampilkan diri"
Ternyata ketua Benteng Penggantungan yang cerdik itu
sedang mengatur sesuatu. ia harus memenangkan
pertandingan. Di semak-semak pohon yang berada diatas mereka dua
pasang mata sedang memperhatikan keadaan tempat itu.
Itulah orang tua bungkuk dan Tan Ciu yang baru saja
keluar dari dalam kamar tahanan Benteng Penggantungan.
Memandang si Pendekar Sin Hong Hiap. orang tua itu
berkata. "Betul. Inilah orangnya?"
"Mungkinkah, mereka akan bertempur?"
"pasti." "Dengan alasan apa cianpwe memberikan kepastian ini?"
"Mereka sama-sama belum pernah menemuikan
tandingan, tapi kini telah bentrok, satu diantaranya pasti
nama yang lebih cemerlang,"
"Siapakah yang akan memenangkan pertandingan itu?"
Bertanya Tan Ciu. "Belum tahu. Masing-masing mempunyai kekuatan yang
sangat luar biasa. Yang heran. Mengapa Sin Hong Hiap
menantang Tan Kiam Lam?"
Tan Ciu segera menceritakan kejadian di dalam rimba
Penggantungan. dimana Tan Kiam Pek menggunakan tipu,
mengadu domba menantang Sin Hong Hiap didepan
Benteng Penggantungan. Maksudnya ialah mencelakan satu
diantara dua jago itu. Orang tua bungkuk itu berkata. "Tentu ada sesuatu yang
tersembunyi." Bercerita dibawah mereka....
Sin Hong Hiap sudah membentak lagi. "Hmm, mana itu
Tan Kiam Lam ?" Co Yong Yen berkata. "Segera keluar. Sabarlah."
"Hmm . . .Kau kira aku ini manusia apa" Ingin dijemur
disini" Kuberi waktu setengah jam lagi, bila ia tidak mau
menampilkan dirinya, seluruh isi Benteng Penggantungan
akan kuubrak abrik bersih."
Mengapa tidak terlihat mata hidung Tan Kiam Lam"
Mungkinkah ketua Benteng Penggantungan itu
melarikan diri" Takut kepada si Dewa angin Sin Hong
Hiap" Tidak mungkin. Jawaban ini segera pecah juga, terdengar suara Tan
Kiam Lam yang tertawa cekikikan.
"Ha-ha . . ." Dengan lenggang, ketua benteng Penggantungan itu,
menampilkan diri, ia berjalan maju kedepan.
Wajah Sin Hong Hiap berubah.
Kini, dua gembong akhli silat kelas berat telah
berhadapan. Tan Kiam Lam menunjukan hormatnya, ia berkata.
"Maafkan penyambutanku yang kurang hormat."
"Ha Ha..." Sin Hong Hiap tertawa.
"Petunjuk apakah yang Sin Tayhiap ingin berikan kepada
Tan Kiam Lam?" Sin Hong Hiap tertegun. Orang ini menantang dirinya
untuk bertanding silat" Mengapa membawa sikap yang
cepat lupa" "Tan pocu". katanya. "ucapanmu sangat mengecewakan
orang." "Ada sesuatukah yang salah?" Tan Kiam Lam tidak tahu
bahwa Tan Kiam Pek telah mempermainkan dirinya.
"Kau menjanjikan aku bertarung dihadapan anak
buahmu, mengapa mungkin jeri?" Pendekar Dewa Angin
mengeluarkan suara bentakan keras.
"Aku menjanjikan kau bertempur disini?" Wajah Tan
Kiam Lam berkernyitan. "Sungguh pandai kau main sandiwara." Berkata Sin
Hong Hiap. "Bilakah aku menjanjikanmu?" Bertanya Tan Kiam Lam.
"Tiga hari yang lalu. Didalam rimba Penggantungan,"
Berkata Sin Hong Hiap. Dari Kang Leng, Tan Kiam Lam telah mengetahui
kejadian ini, kini Sin Hong Hiap mengatakan ucapan katakata yang sama, tidak
akan salah lagi, tapi bilakah aa
menjanjikan Pendekar Dewa Angin itu"
Tan Kiam Lam tidak takut. Sin Hong Hiap tidak takut
kepada Tan Kiam Lam, tapi mereka tidak menginginkan
pertempuran, pertempuran tidak membawa banyak
keuntungan, hal itu tidak perlu terjadi, salah satu pasti akan
jatuh nama dan hal itu tidak diinginkan oleh seorang jago
yang sudah mempunyai nama tenar.
Tapi kini mereka telah berhadapan muka, keadaan itu
sangat tegang. Tan Kiam Lam membuka mulut.
"Kau yakin benar kepada orang yang menjadikan
menempur dirimu itu?"
"Tentu." Berkata Sin Hong Hiap tanpa berpikir panjang.
"Aku menjanjikan kau bertempur didepan Benteng
Penggantungan?" "Betul." Sin Hoag Hiap menganggukan kepalanya, dan
diceritakan secara singkat, bagaimana kejadian yang telah
dialami olehnya didalam rimba Penggantungan.
Akhirnya Tan Kiam Lam berkata dingin.
"Aku telah pergi kerimba Penggantungan tapi tidak
berhasil menemukan, juga tidak menjanjikanmu."
Sin Hong Hiap tidak percaya.
"Mungkinkah ada orang yang berani memalsukan
dirimu?" Ia berkata geram.
"Bukan mustahil."
Sin Hong Hiap Berkata. "Tokoh manakah yang berani memalsukan dirimu"
Apakah manusia yang sudah tidak takut mati" Menyoleknyolek kumis macan yang
sedang tidur?" Alis Tan Kiam Lam dikerinyitkan semakin dalam sedang
berpikir, manusia manakah yang berani memalsukan
dirinya" Sin Hong Hiap berkata lagi.
"Tan pocu, mengapa kau harus menempurku?"
"Mana aku berani menempur Pendekar Angin yang
ternama." Berkata Tan Kiam Lam tertawa.
"Tan Ciu telah membunuh muridku. Bila tidak ada
kedatanganmu, aku sudah membunuh bocah sombong itu.
Kini aku gagal membunuhnya, dan hutang ini harus
disaksikan olehmu. Aku menanti kebijaksanaan yang adil."
Tan Kiam Lam berkata. "Bagaimanakah agar aku dapat
mengambil satu kebijaksanaan yang paling adil."
"Mudah." Berkata Sin Hong Hiap. "Kau meminta maaf
segera. Dan untuk selanjutnya, kau berjanji, tidak akan
mengganggu urusanku lagi."
"Aku tidak melakukan suatu kesalahan." Berkata Tan
Kiam Lam. "Mengapa harus meminta maaf kepadamu?"
"Baik. Hanya pertempuranlah yang akan menyelesaikan
sengketa ini." Akhirnya Sin Hong Hiap kehilangan sabar.
"Aku tidak keberatan. Sudah lama aku mengagumi
Kepandaianmu." "Sama-sama. Ilmu kepandaianmu pun sangat disohorkan
orang, Sungguh satu keberuntungan dapat menyaksikan
kebenaran kata2 itu."
"Betul! Diantara kita berdua. sudah waktunya untuk
menggaris bawahi urusan pasal ini."
"Sudah siap?" Sin Hong Hiap mulai gatel. tangan.
"Tunggu dulu. Ada satu pertanyaan yang ingin aku
ajukan kepadamu." Berkata Tan Kiam Lam.
"Katakan." "Setelah bergebrak, satu diantara kita akan mengalami
kemenangan." "Tentu." "Dan satunya akan menderita kekalahan."
"Sungguh bawel. Hal ini sangat lumrah." Sin Hong Hiap
masih berdarah panas. "Sudahkah terpikir, apa akibatnya bila kau menderita
kekalahan itu?" Hal ini tidak berani dibayangkan oleh sang Pendekar
Angin. Bila ia kalah, jalan satu-satunya jalan ialah bunuh
diri. Untuk menjaga pamornya, Sin Hong Hiap tertawa, ia
balik mengajukan pertanyaan yang sama kepada orang yang


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersangkutan. "Apa akibatmu bila kau yang menderita kekekalahan
itu?" "Aku" Aku akan mengasingkan diri dari dalam rimba
persilatan." "Pikiran yang sama," Berkata Sin Hong Hiap.
"Maukah mendengar saranku?" Berkata Tan Kiam Lam.
"Saran yang bagaimana ?"
Tan Kiam Lam menunjukkan senyum iblisnya. ia
berkata. "Nama Pendekar Dewa Angin bukan didapat dengan
mudah, kau harus menjaga nama ini baik-baik bukan.
Kukira, bila kau menderita kekalahan, kau segera bunuh
diri. Hal ini untuk melenyapkan rasa malumu kepada
semua orang." "Kau pandai menduga isi hati orang."
"Aku tidak mengharapkan kematianmu." Berkata Tan
Kiam Lam. "Belum tentu aku yang mati."
"Aku tahu Maksudku adalah mengganti, akhir babak
tadi." "Katakanlah." "Bila aku menderita kekalahan. kau tidak boleh bunuh
diri." Bertanya Sin Hong Hiap.
"Kau harus menghamba kepadaku." Berkata Tan Kiam
Lam lagi. Sin Hong Hiap mengkerutkan kedua alisnya, hal ini agak
tidak mungkin. Seorang lagi yang tidak mengharapkan kejadian itu,
orang ini kakek bungkuk yang mendampingi Tan Ciu, dan
nangkring diatas pohon dimana kejadian itu.
Orang tua bungkuk itu paham, betapa lihai ilmu
kepandaian Tan Kiam Lam, betapa jahat sifat Tan Kiam
Lam, bila saja Sin Hong Hiap mau menyatukan diri, bila
saja sampai terjadi Pendekar Dewa Angin itu barhamba
kepada siketua Benteng Penggantungan, pasti sekali
membawa banyak keuntungan bagi Tan Kiam Lam. Dunia
tidak akan aman seumur hidup mereka.
Terdengar suara Sin Hong Hiap nyaring.
"Bila aku berhasil memenangkan pertandingan?"
"Ketua Benteng Penggantungan kuserahkan kepadamu."
Berkata Tan Kiam Lam. "Aku tidak mempunyai maksud untuk menduduki takhta
ketua Benteng Penggantunganmu." Berkata Sin Hong Hiap.
"Aku bersedia diadili olehmu."
Satu saran yang sangat adil. Bila Tan Kiam Lam
mempunyai itu keberanian untuk mengajukan usulnya,
mengapa Sin Hong Hiap tidak berani menerima"
Bila Sin Hong Hiap tidak berani menerima saran ini,
maka lenyaplah pamor kependekarannya.
Akhirnya Sin Hong Hiap menggunakan kepala berkata,
"Baik aku menerima saranmu."
Tan Kiam Lam mengundurkan diri satu tapak, ia
memasang kuda-kuda dan berkata.
"Sudah siap?" Sin Hong Hiap menjadi tegang, inilah saat2 yang sangat
menentukan. Ia juga membikin persiapan perang.
"Baik!" Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap sudah siap
menerima serangan. Tan Kiam Lam menekuk lengan tangan, tiba-tiba ia
berteriak. "Terimalah seranganku."
menyerang lawan tersebut.
Tubuhnya melesat Sin Hong Hiap menangkis serangan tadi, kini ia balas
menyerang. Bayangan Tan Kiam Lam lenyap mendadak dikala
terpeta kembali bentuk tubuhnya sudah mengirim lain
serangan. Itulah pertempuran kelas berat. Hebat, dahsyat dan
menegangkan. Diatas pohon, ada dua orang yang turut menonton
pertandingan. Mereka adalah Tan Ciu dan seorang kakek
tua yang bungkuk. Orang tua bungkuk itu tertawa.
"Bagus." Ia memberikan pujian. "Masing-masing telah
mengirim lima kali serangan."
"Aaaaa....." Tan Ciu tidak percaya. "Lima serangan
untuk setiap orang?"
"Betul! Perhatikan baik-baik."
dan Tan Ciu belum dapat mengikuti pertandingan kelas berat
tadi, ia hanya dapat melihat bayangan-bayangan yang
bergerak-gerak, terlalu cepat, terlalu guram. Tidak
diketahui, siapa yang mempunyai kesempatan menang.
"Siapa yang menduduki posisi menguntungkan?" Ia
mengajukan pertanyaan, "Belum terlihat." Berkata kakek bungkuk. "Masih sama
kuat." "Tapi jurus-jurus mereka tidak sama."
"Betul. Gerakan Sin Hong Hiap lebih gesit lebih cekatan.
tapi tenaga dalam Tan Kiam Lam juga lebih berat, lebih
hebat. Masing-masing mempunyai keistimewaan mereka.
tidak mudah untuk mencari kemenangan cepat."
"Bila sampai terjadi ..."
"Kau mengkhatirkan kekalahan Sin Hong Hiap?"
Berkata kakek bungkuk itu, "Jangan takut. Sin Hong Hiap
tidak akan kalah. Tan Kiam Lam juga tidak akan kalah."
"Eeeh . . . " "Dua-duanya tidak akan berhasil menyelesaikan
pertarungan ini," Mata orang tua bungkuk itu sangat tajam
sekali. "Tidak ada habisnyakah pertempuran ini?"
"Saksikanlah perlahan-lahan. Dua jago kelas berat itu
masih berkutet masing-masing mencari kemenangan, Tapi
mereka sama kuat, sama ulet, tidak seorang pun yang dapat
mengalahkan pihak lawan."
000-0dw0-000 Bercerita tenteng pertempuran yang terjadi diantara Sin
Hong Hiap dan Tan Kiam Lam.
Seperti apa yang telah diramalkan oleh siorang tua
bungkuk yang masih mendampingi Tan Ciu tidak satu pun
dari kedua jago itu yang dapat mengalahkan lawan mereka.
Pertempuran masih berlangsung terus.
Deru angin yang ditimbulkan oleh pukulan-pukulan dua
jago itu mendesak semua orang yang menonton pergi jauh.
Dan yang terakhir, wakil ketua Benteng Penggantungan
juga dipaksa menjauhi lapangan.
Tangan Sin Hong Hiap diraihkan, menyakar kearah
wajah Tan Kiam Lam. Cepat sekali gerakan tadi.
Tan Kiam Lam menggunakan tangan kiri. menutup
serangan itu, berbareng, dengan tangan kanannya, ia
mengirim satu pukulan. Gerakan mereka berada diluar dugaan para
penontonnya. Setiap tangkisan pasti disertai dengan
serangan balasan yang tidak kalah hebatnya.
Terdengar suara beradunya
bayangan itu terpisah. telapak tangan, dua Wajah dua orang yang bertempur telah menjadi pucat,
masih terlihat ketegangan-ketegangan yang belum selesai,
butiran peluh mulai mengetel turun dari jidat dua jago itu.
Setelah terpisah Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap
mulai mengadakan penyerangan baru. mereka harus
berubah taktik perang, hal itu penting mengingat kekuatan
lawan yang luar biasa. Kali ini gerakan mereka lambat, masing-masing berputar,
tapi, tidak segera melakukan penyerangan.
Diatas dua orang yang sedang bersitegang itu. Tan Ciu
dan kakek bungkuk melakukan percakapan.
"Lihat!" Berkata orang tua bungkuk. "Bila kau mengikuti
pertandingan tadi ilmu kau akan mendapat kemajuan
pesat." "Sayang aku tidak dapat mengikuti setiap jurus serangan
mereka." Tan Ciu b>erkata terus terang.
"Didalam rimba persilatan, mungkinkah tidak ada orang
yang dapat mengatasi dua orang ini?" Tan Ciu bertanya.
"Menurut apa yang kutahu, sampai sekarang masih
belum ada seorang yang dapat mengalahkan Tan Kiam
Lam atau Sin Hong Hiap."
Dua orang yang baru disebut, Tan Kiam Lam dan Sin
Hong Hiap mengeluarkan suara lengkingan mereka,
pertempuran sengit terjadi lagi. Hanya terlihat dua
bayangan yang bergulung-gulung menyelubungi tubuh
mereka. Tiba-tiba Tan ciu berteriak.
"Celaka." "Mengapa?" Orang tua bungkuk memandang heran.
"Hampir aku melupakannya."
"Apa yang kau lupakan?"
"Seorang gadis menantikan dimulut lembah."
"Ha... Gadis2 selalu menyelubungimu." Orang tua
bungkuk itu tertawa. Wajah Tan Ciu menjadi merah.
"Jangan menggoda." Ia berkata. "Bila aku tidak cepat
menemuinya, didalam waktu tiga jam setelah perpisahan
tadi, ia segera menerjang masuk kedalam Benteng
Penggantungan." "Biar saja mengamuk didalam Benteng Penggartungan.
Tan Kiam Lam tidak sempat menghadapi musuh kedua.
Kau tidak perlu menguwatirkan keselamatannya."
"Hal ini tidak boleh terjadi." Berkata Tan Ciu.
"Mengapa?" Orang tua bungkuk itu tidak mengerti,
"Aku belum mau turut dengannya. Aku harus menemui
Co Yong dahulu." "Maksudmu." "Akan kuberi tahu kepadanya tentang kesulitanku."
"Ingin meninggalkan aku?"
"Hanya sementara."
"Huh! Begitn enak?" Bentak orang tua bungkuk itu. "Kau
memang pandai main asmara. Aku melarang kau
meninggalkau Benteng Penggantungan."
"Mengapa?" "Aku membawa kau keluar dari kamar tahanan dan aku
wajib membawa kau kembali kekamar tahanan itu lagi."
"Kau takut kepada Tan Kiam Lam?"
"Pertanyaan yang lucu." Berkata kakek bungkuk.
"Bila kau tidak takut padanya. bagaimana dapat
dikurung didalam kamar tahanannya?"
Tiba-tiba, terdengar suara benturan yang bergelegar,
itulah tenaga tenaga Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap
yang bergumul menjadi satu.
Setelah itu, dua bayangan terpisah. Tan Kiam Lam di
Utara dan Sin Hong Hiap diselatan. Masing-masing
memandang lawan tanpa berkedip.
Bagaikan dua ekor binatang buas mereka ingin
menemukan mangsanya. Sayang hal itu tidak bisa terjadi,
kekuatan mereka seimbang.
Tangan Tan Kiam Lam dimajukan kedepan, inilah
persiapan untuk meneruskan pertandingan itu.
Sin Hong Hiap mengangkat sebelah tangannya. jago tua
ini pun belum kalah. Tan Kiam Lam telah dapat melihat kelemahan
lawannya. tenaga dalam lawan bukanlah tandingannya, ia
harus memaksa Sin Hong Hiap mengadu tenaga dalam,
terus menerus, sehingga jago copot tenaga.
Sin Hong Hiap juga dapat melihat kelemahan Tan Kiam
Lam, bila dapat menggunakan ilmu meringankan tubuh,
main putar-putaran beberapa jam, pasti ia mempunyai
banyak kesempatan untuk menjatuhkan si ketua Benteng
Penggantungan. Pendekar Dewa Angin, Sin Hong Hiap mempunyai
kecepatan yang luar biasa ia harus menggunakan
keahliannya itu. Tan Kiam Lam juga ingin menggunakan kepusakaannya,
itulah ilmu tenaga dalam.
Masing-masing mempunyai pikiran mereka.
Bila yang satu ingin cepat-cepat menyelesaikan
pertempuran itu, lainnya ingin mengulur waktu.
Tiba-tiba .... Tan Kiam Lam bergerak terlebih dahulu, ia memukul
kearah Sin Hong Hiap. tiga kali, atas, tengah dan bagian
bawah. Sin Hong Hiap meluncur keatas kepala orang, dari sana.
ia menurunkan tangannya, mengarah batok kepala ketua
Benteng Penggantungan itu.
Dan sekali lagi, berkutetan ilmu silat itu berlangsung.
Sepuluh juru..... Dua puluh jurus.... Tiga puluh jurus... Masih belum ada tanda-tanda
memenangkan pertandingan itu.
baik yang akan Seperti apa yang telah dikemukakan oleh orang tua
bungkuk kedalam Benteng Penggantungan pertempuran
yang seperti itu tidak mungkin mencapai satu hasil
kemenangan. Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap tidak boleh kalah.
juga tidak dapat memenangkan pertandingan itu.
Tiba tiba....... Satu bayangan melesat cepat, langsung menerjunkan
dirinya kedalam pertempuran.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap masih ngotot seru,
mereka tidak memperdulikan masuknya orang itu, dua
pasang tangan mengganti arah, pukulan-pukulan jatuh
kepada orang tersebut. Tan Ciu menjerit.

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang tua bungkuk terkejut. bukan mustahil dia orang
jadi gepeng remuk, serangan bersama dan tenaga Tan Kiam
Lam serta Sin Hong Hiap bukanlah tenaga yang mudah
diterima. Kejadian yang diluar dugaan terjadi, Tan Kiam Lam dan
Sin Hong Hiap terdorong mundur. Pertempuran itu
terhenti, orang yang datang berhasil memisahkan dua jago
itu. Siapakah yang mempunyai kekuatan luar biasa dapat
memisahkan Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.
Disana berdiri seorang gadis berbaju putih, itulah Cang
Ceng Ceng. Tan Ciu melebarkan mulutnya besar-besar.
Orang tua bungkuk mengoceh, "Heran. .. ,Heran.., .
Sungguh tidak kusangka . . . Tidak kusangka....."
"Mengapa?" Tan Ciu memandang dengan sinar mata
heran. "Tidakkah kau lihat, bahwa Tan Kiam Lam dan Sin
Hong Hiap berhasil dipisahkan olehnya?"
Tan Ciu tidak menyangka bahwa Cang Ceng Ceng
mempunyai kekuatan yang berada diatas Tan Kiam Lam
dan Sin Hong Hiap, maka ditinggalkannya gadis tersebut
didepan Benteng Penggantungan, bila tidak, tentu ia dapat
mengajak dirinya. Orang tua bungkuk berkata. "Gadis inikah yang kau
maksudkan?" "Betul." "Uh, aku telah menjadi katak didalam tempurung.
Ternyata masih banyak tokoh silat muda yang
berkepandaian tinggi."
Berbicara Cang Ceng Ceng yang telah memisahkan
pertempuran itu, memandang dua orang dan berkata
kepada mereka. "Siapakah ketua Benteng Penggantungan?"
Tan Kiam Lam mengerutkan kedua alisnya, ia membuka
suara. "Ada urusan apa?"
Cang Ceng dengannya." Ceng berkata. "Aku harus bicara "Tentang urusan apa?"
"Aku ingin meminta orang."
"Meminta orang" siapakah orang yang ingin kau minta
itu?" "Tan Ciu." "Tan Ciu?" "Betul. Kami telah berjanji, dikatakan olehnya. Ia masuk
kedalam Benteng Penggantungan, bila tidak keluar lagi.
pasti telah terjadi sesuatu, aku harus menolongnya. Dan
ternyata, sehingga saat ini ia belum menampilkan diri lagi."
Tan Kiam Lam tertawa, katanya.
"Tan Ciu telah berhasil menemuiku, kini masih berada
didalam benteng." "Kau Tan Kiam Lam?" Bertanya Cang Ceng Ceng.
"Mengapa?" Tan Kiam Lam tertawa.
"Beri kesempatan kepadaku
Berkata Cang Ceng Ceng. untuk menemuinya." "Dapatkah nona menunggu sebentar." Berkata Tan Kiam
Lam. "Urusan kami ini segera selesai." Ia maksudkan
urusan pertempurannya dengan Sin Hong Hiap yang belum
mendapat penetapan. "Kalian masih ingin meneruskan pertempuran?" Cang
Ceng Ceng bertanya kepada Tan Kiam Lam dan Sin Hong
Hiap. "Betul." Hampir berbareng, dua orang itu memberi
jawaban. "Tidak mungkin kalian dapat menghasilkan sesuatu
keputusan." berkata Cang Ceng Ceng.
"Mengapa?" "kalian memiliki keahlian yang setaraf. Tidak mungkin
dapatmengalahkansatudiantaranya.Kecuali
menggunakan akal licik. Hal itu pun akan mengakibatkan
kematian. Dan bila seorang yang belum mati itu penasaran,
kemungkinanbesarmenjadinekad,mungkin
mengakibatkan kematian seorang lainnya. Hal yang seperti
diatas mempunyai kemungkinan yang paling kecil. Lebih
besar, mati karena kehabisan tenaga, copot sukma."
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap memuji kepintaran
yang seperti ini. Masing-masing diam ditempat.
Dan Cang Ceng Ceng berkata lagi.
"Belum ada permusuhan yang mendalam mengapa tidak
kalian dapat mendamaikan perkara?"
Tan Kiam Lam berkata. "Kukira sulit."
Cang Ceng Ceng memandang "Bagaimana pendapatmu?"
Sin Hong Hiap. "Seharusnya ada ketetapan, siapa yang memenangkan
pertandingan ini." Berkata Pendekar Dewa Angin itu.
Cang Ceng Ceng berpikir sebentar, kemudian berkata.
"Baiklah. Tapi ada banyaknya bila kalian bersedia
mengganti cara pertempuran."
"Mengganti cara pertempuran?"
"Betul. Kalian tidak perlu mengadu jiwa. Tapi aku yang
mengeluarkan acara, akan ku pertonton satu gerakan, bila
siapa yang dapat menyebut tepat. Berarti orang itulah yang
mempunyai pandangan mata lebih tajam. Ia ditetapkan
sebagai pemenang pertandingan. Dan bila sama-sama
berhasil menyebut nama itu, aku membuat gerakan2 yang
berikutnya sampai ada satu penentuan."
Tan Kiam Lam menganggukkan, ia menyetujui usul ini.
"Baik." Ia berkata cepat.
Sin Hong Hiap juga tidak keberatan.
"Aku dapat menerima saran ini." Ia berkata.
Tentu saja, saran Cang Ceng Ceng itu sangat
menguntungkan mereka, tanpa berkeringat, mereka dapat
menyebut gerakan tipu silat dari golongan mana juga.
Itulah hasil pengalaman-pengalaman mereka yang lama.
Cang Ceng Ceng sudah mulai siap.
Tiba-tiba Tan Kiam Lam berkata.
"Tunggu dulu." Dan dipandangnya Sin Hong Hiap
seraya bertanya. "Bagaimana dengan pertaruhan yang telah
kita tetapkan." "Masih berlaku." Berkata Sin Hong Hiap.
Cang Ceng Ceng tidak dengar perjanjian yang telah
ditetapkan oleh Tan kiam Lam dan Sin Hong Hiap, maka ia
bertanya kepada mereka. "Pertaruhan apa?"
"Nona tidak perlu tahu,"
"Baiklah. Kini aku akan mulai."
"Silahkan." Berkata Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.
Tubuh Cang Ceng Ceng melejit tinggi, meluncur cepat,
lurus keatas. Disana ia berjumpalitan dua kali, setelah itu,
dengan enteng melayang turun kebawah, dikala hampir
menginjak tanah, lagi-lagi ia berjumpalitan sangat bagus,
sangat menarik, itulah gerakan meringankan tubuh yang
sempurna. Kejadian berikutnya ialah, Cang Ceng Ceng berdiri
dihadapan Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.
Tan Ciu dan orang tua bungkuk turut menyaksikan
tontonan itu. Mereka meleletkan lidah.
Orang tua bungkuk mengeluarkan ocehan. "Buh,
buh....Ilmu apakah yang dimainkan olehnya."
Tentu saja orang tua bungkuk itu tidak mengetahui ilmu
apa yang dikerahkan oleh Cang Ceng Ceng, Tan Kiam Lam
juga tertegun. Ilmu apakah yang Cang Ceng Ceng gunakan tadi, ilmu
itu bukan tipu Lee ie hoan-seng, juga bukan Teng-tiamseng. Gerak tipu Le ie
hoan-seng berarti ikan emas
berjumpalitan. Ia mementingkan lincahnya gerakan. Tipu
Hee-teng-tiam-seng berarti. Cabang menotol air, ia
mengutamakan lompat dan tipu yang Cang Ceng Ceng
gerakan tadi bukanlah dua macam tipu itu.
Terdengar Cang Ceng Ceng berkata,
"K a t a k a n l a h !"
Tan Kiam Lam mengerutkan keningnya Sin Hong Hiap
mengketapkan mulutnya. Ia pun tidak bisa bicara.
"Katakanlah" berkata lagi Cang Ceng Ceng kepada dua
jago dihadapannya. Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap ingin menyebut
nama gerakan itu dengan segera. Tetapi siapapun tidak
dapat menyebutnya ilmu yang digerakkan oleh Cang Cerg
Ceng tadi adalah ilmu yang belum pernah terlihat oleh
mereka. Cang Ceng Ceng menengok kekanan, disana Tan Kiam
Lam tidak dapat memberikan jawaban.
Gadis berbaju putih itu menengok kekiri, disini Sin Hong
Hiap juga tidak bisa menyebut tipu gerakannya.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap ingin merebut
kemenangan, tetapi tidak dapat menyebut nama gerakan
yang Cang Ceng Ceng perlihatkan kepada mereka, keadaan
itu sangat menegangkan...
Bagi Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap, keadaan seperti
itu adalah sangat canggung sekali. Boleh dibayangkan
didalam rimba persilatan. mereka berdua adalah jago yang
belum pernah dikalahkan, tetapi hanya dengan satu gerakan
seorang gadis yang tidak ternama, tidak seorang dari
mereka yang dapat menyebutnya, hal inilah sangat
menjengkelkan sekali. Yang lebih menjengkelkan lagi, bila tidak dapat
menyebut gerakan Cang Ceng Ceng itu mereka harus
menerima kekalahan. keadaan yang seperti itu
menyebabkan kemarahan Tan Kiam Lam dan Sin Hong
Hiap. Cang Ceng Ceng tersenyum memandang dua orang
dihadapannya, perbedaan yang sangat menyolok sekali bila
dibandingkan dengan keadaan Tan Kiam Lam dan Sin
Hong Hiap. Cang Ceng Ceng berkata. "Bagaimana?" Tidak ada jawaban. Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap telah berusaha
mengolah isi pengalaman mereka, tipu apa yang
diperlihatkan oleh gadis berbaju putih itu" Mengapa sangat
aneh sekali! Tetapi hasilnya sangat mengecewakan, mereka
tak dapat menyebut nama gerakan itu.
Cang Ceng Ceng berkata. "Katakan, aku mulai menghitung, bila kuhitung hingga
lima puluh, kalian tidak dapat menyebut nama gerakan
tadi, kalian kalah."
Wajah Sim Hong Hiap pucat pasi. wadjah Tan Kiam
Lam matang biru. "Satu... dua... tiga..." Cang Ceng Ceng terus mulai
menghitung angka2 tersebut.
Tan Kiam Lam dan Sin Hang Hiap masih berusaha
mencari jawaban untuk menyebut nama gerakan Cang
Ceng Ceng tadi, ..... Keadaan sejenak itu tegang lagi.
"Empat puluh... Empat puluh satu.... empat puluh dua. ,
." Cang Ceng Ceng tetap menghitung angka-angka itu.
Tentu saja, Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam tidak
dapat memberikan jawaban mereka. Belum pernah ada
gerakan yang seperti diperlihatkan oleh Cang Ceng Ceng
tadi. tentu saja mereka tidak tahu, apa nama gerakan ilmu
silat itu. "Lima puluh." Ahirnya Cang Ceng Ceng selesai
menghitung angka yang telah ditetapkan.
Hati Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap mencelos.
Cang Ceng Ceng berkata. "Kalian berdua kalah."
Putusan gadis berbaju putih itu tepat.
Sin Hong Hiap tidak dapat menyebut nama gerakannya.
Demikian pun Tan Kiam Lam, jago ketua Benteng
Penggantungan itu juga tidak dapat menyebut nama
gerakannya. Maka putusan adalah. Tan Kiam Lam dan Sin
Hong Hiap kalah, tak ada kemenangan bagi mereka.
Terdengar suara Sin Hong Hiap berteriak, "Aku tidak
dapat menerima putusan ini."
Tan Kiam Lam juga mengajukan protes.
"Aku juga tak dapat menerima putusanmu."
Cang Ceng Ceng memandang dua jago itu alis matanya
berkerut, berkata gadis ini kepada mereka.
"Dengan alasan apa, kalian tidak dapat menerima
putusanku?" Sin Hong Hiap berkata. "Didalam ilmu silat, semua orang tidak terbatas pada
sesuatu macam ilmu saja, ribuan macam tipu gerakan yang
aneh sulit dan entah berapa banyak macam lagi. Ilmu yang
kau pelajari tidak dapat kita sebut, demikian pun tipu yang
kami pelajari setiap orang tidak sama."
Tan Kiam Lam berkata. "Aku pun mempunyai pendapat yang sama dengan apa
yang Sin tayhiap kemukakan."
-ooo000ooo- Jilid 11 CANG Ceng Ceng berkata. "Kalian berdua sungguh
tidak mengenal aturan, aku sudah mengadu tipu dengan
kalian, tetapi maksudku baik. Siapa yang dapat
memenangkan pertandingan. orang itu harus tahu,
mengapa kalian tidak dapat menyebut sama gerakan tipuku.
oleh karena itu seharusnya menyerah kalah."
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap saling pandang.
"Perlihatkanlah lain tipu gerakannya!" berkata Tan Kiam
Lam.

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cang Ceng Ceng memperlihatkan gerakan lainnya.
Seperti juga dengan gerakan yang pertama. Tan kiam
Lam dan Siu Hong Hiap tidak dapat menyebut nama tipu
yang Cang Ceng Ceng perlihatkan itu.
Kejadian berikutnya ialah Cang Ceng Ceng
memperlihatkan gerakan-gerakan lainnya, sangat aneh dan
sangat luar biasa tipu itu belum pernah terlihat didalam
rimba persilatan. maka dua jago yang memandang dan
menyaksikan tidak dapat menyebut sama sekali.
Cang Ceng Ceng berkata, "Kalian berdua sudah seharusnya menyerah kalah."
Tan Kiam Lam mengguman, "Dengan demikian, kami
berdua....." "Siapapun tidak dapat memenangkan pihak lainnya."
Berkata Cang Ceng Ceng memberi keputusan. "Kalian
berdua sama kuat." Tan Kiam Lam memandang Sin Hong Hiap katanya.
"Bagaimana pendapat Sin Tayhiap?"
"Aku dapat menyetujui putusan ini." Berkata Sin Hong
Hiap dengan nada tawar. Ia sangat kecewa sekali.
Tan Kiam Lam berkata. "Sin TayHiap, bila masih mempunyai kesempatan. boleh
kita bertanding lagi." Kata-kata si ketua Berteng
Penggantungan itu diajukan kepada si pendekar Dewa
Angin Sin Hong Hiap. Sin Hong Hiap menganggukkan kepalanya.
"Baik." jawabnya singkat, tapi cukup mengesankan,
Akhirnya pertempuran dari Sin Hong Hiap dan Tan
Kiam Lam tidak mendapatkan ketetapan, tidak seorang pun
dari mereka yang memenangkan pertandingan. Mereka
sama kuat sama ulet. Cang Ceng Ceng berhasil memisahkan pertandingan itu.
Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam telah menghilangkan
rasa idndam mereka. Kini Sin Hong Hiap menghadapi
Cang Ceng Ceng dan berkata.
"Nona, bolehkah aku mengajukan satu permintaan?"
"Silahkan." Berkata Cang Ceng Ceng.
"Kau kawan Tan Ciu ?"
"Betul." "Bolehkah kepadanya ?" aku menyampaikan sedikit kata-kata "Entah urusan apa ?"
"Satu hari aku akan mencarinya."
"Mengapa mencari Tan Ciu ?"
"Aku akan menuntut balas atas kematian muridku."
Cang Ceng Ceng belum mengetahui apa yang telah
terjadi diantara Sin Hong Hiap dan Tan Ciu. Maka ia agak
bingung juga mengbadapi kata Sin Hong Hiap tadi.
Sin Hong Hiap tidak banyak memberi keterangan
tentang terjadinya persengketaan dengan Tan Ciu, setelah
berkata, ia membalikkan badan, tubuhnya melesat cepat
bagaikan angin lewat, bayangan itu telah pergi jauh. Sin
Hong Hiap meninggalkan Benteng Penggantungan.
Tan Kiam Lam masih berdiri ditempatnya. Agaknya ia
sedang memikirkan suatu soal yang sangat rumit. Soal yang
sangat penting baginya. Ia harus baik-baik menghadapi
persoalan itu. Bercerita kakek bungkuk dan Tan Ciu.
Setelah pertandingan selesai, kakek bungkuk itu berkata.
"Mari kita kembali."
Tan Ciu mengkerutkan keningnya, ia ingin sekali
menemui Cang Ceng Ceng, katanya. "Kembali kemana?"
"Darimana kita datang, kesitulah kita harus kembali."
Berkata kakek bungkuk itu.
"Kembali kekamar tahanan?"
"Tentu." "Aku tidak mau kesana lagi."
"Mengapa?" "Aku ingin menemui nona Cang."
"Legakanlah hatimu. ia ingin mencarimu, sudah pasti
kau dapat bertemu dengannya.'
"Berilah kesempatan kepadaku untuk bicara dengannya,"
berkata Tan Ciu yang ingin menemui Cang Ceng Ceng.
Yah! Tentu saja, orang tiua bungkuk itu tidak
mengijinkan Tan Ciu bicara dengan Cang Ceng Ceng,
karena Tan Kiam Lam masih berada disana. tentu saja
ketua Benteng Penggantungan itu mengetahui rahasia
dirinya, maka orang tua bungkuk itu tak memberi ijin.
"Kembalilah dahulu."
"Mengapa terburu-buru."
"Pasti Tan Kiam Lam mengajaknya kedalam."
"Mengajak Cang Penggantungan?" Ceng Ceng kedalam Benteng "Betul, sebelum Tan Kiam Lam masuk kedalam benteng
Penggantungan, kita orang sudah berada dalam kamar
tahanan." "Aku takut kepadanya. Jangan kau mencelakakan
diriku." Tanpa banyak memberi kesempatan kepada Tan Ciu,
orang tua bungkuk itu menyeret si pemuda dan kembali
kedalam tahanan Benteng Penggantungan.
Terpaksa Tan Ciu mengikuti orang tua bungkuk tersebut.
Tiba-tiba . . . Orang tua bungkuk yang menggandeng Tan Ciu
melakukanperjalananmasukkedalamBenteng
Penggantungan itu menghentikan langkahnya, matanya
yang tajam menyapu kearah rimba seolah-olah ada sesuata
yang aneh. Tan Ciu tertegun, mengikuti arah pandangan mata
orang. ia menengok kearah rimba tidak terlihat sesuatu.
Orang tua bungkuk mengejar, seraya ia membentak.
"Siapa?" Satu bayangan melesat cepat, dan lenyap tidak terlihat.
Orang tua bungkuk mengangkat kedua pundaknya,
kepala berangguk-angguk. Tan Ciu mengadakan pertanyaan. "Siapa orang itu ?"
"Kau tidak melihat ?"
"Tidak." Berkata Tan Ciu.
"Seorang yang mempunyai wajah yang mirip sekali
dengan Tan Kiam Lam." Berkata orang tua bungkuk.
"Oh. dia Tan Kiam Pek." Berkata Tan Ciu,
"Betul." Sungguh-sungguh Tan Ciu tak mengerti, dengan alasan
apa Tan Kiam Pek juga berada ditempat Benteng
Penggantungan" Dan tentang pertempuran hebat yang telah
terjadi diantara Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam
disaksikan juga olehnya. Mengapa" Mengapa Tan Kiam Pek ingin menimbulkan
huru-hara ini" Dengan alasan apa Tan Kiam Pek memancing
pertempuran Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam"
Kakek bungkuk berkata. "Kau mengatakan bahwa Tan Kiam Pek yang
memancing Sin Hong Hiap ke Benteng Penggantungan?"
bertanya kakek bungkuk. "Betul." Berkata Tan Ciu.
"Oh..... mengertilah sudah."
"Mengerti tentang apa?"
"Tan Kiam Pek mempunyai maksud-maksud tujuan
tertentu." "Aku masih belum mengerti."
memandang orang tua bungkuk itu.
berkata Tan Ciu Berkata lagi sikakek bungkuk. "Tan Kiam Pek berada
ditempat ini menyaksikan pertempuran yang sudah terjadi
diantara Tan Kiam Lam Sin Hong Hiap."
"Tentu ....." berkata Tan Ciu.
"Maksud Tan Kiam Pek sangat jelas, menyaksikan dan
mengintip pertempuran dari kedua tokoh tadi, maksudnya
ialah ingin mengetahui perobahan-perobahan tipu silat dari
mereka. Dan bila ia dapat menyaksikan ilmu-ilmu yang
tiada tara itu, bukankah menjadi seorang tokoh silat tanpa
tandingan?" "Betul, tadi, bila aku mempunyai maksud tujuan yang
sama, aku pun dapat mencuri beberapa tipu silat mereka."
berkata Tan Ciu. Orang tua bungkuk itu tertawa, Katanya. "Mari kita
kembali kedalam penjara."
Tan Ciu diseret masuk lagi.
Bercerita Tan Kiam Lam didepan pintu Bentengg
penggantungan. Jago ini masih belum mengerti jelas mengapa Sin Hong
Hiap menantang dirinya, mengapa dikatakan ia yang
menjanjikan pertempuran itu!
Gadis berbaju putih Cang Ceng Ceng tertawa, ia
menggigil. "Hai mengapa kau?"
Tan Kiam Lam terkejut, tersipu-sipu ia berkata.
"Maafkan." Cang Ceng Ceng berkata. "Bawa diriku untuk bertemu
dengan Tan Ciu." KetuaBentengPenggantunganmenganggukkan
kepalanya, dan berpaling kebelakang, disana terdapat
orang-orangnya, satu diantaranya ialah wakil Benteng
Panggantungan, dan berkatalah kepada orang itu,
"Hu-pocu." "Siap." "Bawanonainimasukkedalam
Penggantungan." Perintah Tan Kiam Lam.
Benteng "Baik," Berkata si wakil ketua Benteng Penggantungan
Co Yong Yen. Cang Ceng Ceng memandang Tan Kiam Lam dan
mengajukan pertanyaan. "Bagaimana dengan dirimu,?"
"Aku harus mengurus sesuatu, setelah itu segera masuk
juga." "Baiklah." berkata Cang Ceng Ceng.
Maka wakil ketua benteng Penggantungan Co Yong Yen
mengajak Cang Ceng Ceng masuk kedalam benteng itu.
Memandang lenyapnya bayangan Co Yong Yen dan
Cang Ceng Ceng, Tan Kiam Lam menyapukan
pandangannya kepada Pek Hong dan Cie Yan. panggilnya
pada mereka. "Pek-hiancu, Cie-hiancu!"
Pemuda berbaju putih Pek Hong dan orang tua dingin
Cie Yan segera membawakan sikap yang siap siaga.
"Pocu ada perintah!" Berkata mereka berdua segera.
Tan Kiam Lam menganggukkan kepala dan berkata.
"aku mengutus kalian untuk menyelidiki sesuatu hal."
"Urusan apakah itu?"
"Siapa yang berani menggunakan namaku mengundang
si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap ke Benteng
Penggantungan." "Baik." "Ingat," Berkata Tan Kiam Lam gagah. Dua orang ini
berhenti lagi. "Kuberi waktu sepuluh hari, dan perkara ini
harus jelas, mengerti?"
"Mengerti." "Manakala kalian berdua tidak dapat menunaikan tugas
dengan baik, kalian akan mendapat hukuman." Berkata Tan
Kiam Lam kepada kedua orang itu.
Pek Hong dan Cie Yan segera menjalankan perintah.
Mereka memberi hormat kepada Tan Kiam Lam dan
meninggalkan Benteng Penggantungan.
Kini Tan Kiam Lam seorang diri, ia berdiri didepan
Benteng Penggantungan, matanya berputar kedatangan
Cang Ceng Ceng yang sangat mendadak itu mengejutkan
dirinya. Apa lagi mengingat ilmu kepandaian gadis itu yang
sangat tinggi sekali, bagaimana ia harus menghadapinya.
Tan kiam Lam segera mendapat suatu akal. Ia
mendengus. "Hem .... aku harus..." Dengan membawa senyuman
iblisnya. Tan kiam Lam masuk kedalam Benteng
Penggantungan. Disini telah menunggu Cang Ceng Ceng dengan tidak
sabaran. Sebentar kemudian ia melihat kedatangan Tan
Kiam Lam, segera ia memapakinya dan bertanya.
"Dimana Tan Ciu berada?"
Tan Kiam Lam menggapaikan tangannya berkata.
"Mari kau ikut kepadaku."
Cang Ceng Ceng mengikuti Tan Kiam Lam. Dan ketua
Benteng Penggantungan mengajaknya kedalam ruangan
rahasia dibawah tanah. Tan Kiam Lam mempunyai maksud menjual dodolnya,
ia tidak mengajak Ceng Ceng ketempat kamar tahanan,
tetapi menuju ke suatu ruangan.
Cang Ceng Ceng mengerutkan kedua alisnya,
memandang kepada ketua Benteng Pengantungan tersebut
dan bertanya kepadanya. "Dimana Tan Ciu?"
Tan Kiam Lam menunjuk ke suatu bangku dan berkata.
"Silahkan nona duduk."
Cang Ceng Ceng semakin heran, tetapi ia mengikuti
petuniuk Tan Kiam Lam, duduk dibangku yang telah
ditetapkan. Tan Kiam Lam mengambil tempat dihadapan gadis
berbaju putih itu ia pun duduk.
Cang Ceng Ceng membuka suara. "Tan Kiam Lam.
maksudku untuk menemuimu bukan saja ingin bertemu


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan Tan Ciu, ada suatu hal lain ingin kuajukan
kepadamu." Tan Kiam Lam menatap gadis berbaju putih itu tajamtajam dan ia berkata. "Tentang
hal apa?" "Kau adalah kawan baik Kui-tho cu bukan?" Bertanya
Cang Ceng Ceng. "Bukan, aku tidak kenal dengan Kui-tho cu." Tan Kiam
Lam menyangkal. "Sungguh tidak kenal?" Gadis berbaju putih Cang Ceng
Ceng meminta ketegasan. "Aku memang tidak kenal dengan orang yang kau
katakan itu." Berkata Tan Kiam Lam,
Cang Ceng Ceng menggunakan otaknya berpikir,
seharusnya hanya Tan Kiam Lam yang mengetahui dimana
Kui tho cu itu berada, dan ia harus menemui Kui tho-cu.
Tan Kiam Lam tertawa, ketua Benteng Penggantungan
ini berkata. "Kini giliranku yang ingin mengajuan pertanyaan ini
kepadamu." Cang Ceng Ceng mendongakkan kepala. katanya.
"Katakanlah." "Ilmu kepandaianmu menjadi gurumu ?" hebat sekali, siapakah yang
"Guruku melarang menyebut namanya." Berkata Cang
Ceng Ceng. "oh... bolehkah mengetahui nama nona ?"
"Aku Cang Ceng Ceng." berkata gadis itu.
"Ouw... Nona Cing aku ada urusan lain."
"Katakanlah lekas."
"Kau kawan Tan Ciu."
"Betul." "Kawan baik." "Hemmmmm." "Kekasihmu." Kekasih"... Cang Ceng Ceng agak tertegun mendapat
pertanyaan seperti ini. memang ia belum terpikir sampai
kesitu. "Aku tidak tahu," akhirnya
memberikan jawaban seperti ini.
Cang Ceng Ceng "Tentunya kau sangat cinta kepadanya bukan?"
"Hemmm ...." Cang Ceng Ceng menganggukkan kepala
lemah. Tan Kiam Lam dapat menduga tepat, dari sinar mata
gadis itu ia mengetahui bahwa Cang Ceng Ceng cinta
kepada Tan Ciu, hal ini penting bagi dirinya.
"Ehm. Tan Ciu membalas cintamu?" Bertanya lagi Tan
Kiam Lam. "Aku ... aku tidak tahu." berkata Cang Ceng Ceng gugup,
"Tapi, kukira ia tidak benci kepadaku." Sambung gadis baju
putih. "Maksudmu, besar kemungkinannya. Tan Ciu juga cinta
kepadamu ?" Tan Kiam Lam mengajukan pertanyaan ini
dengan mata tidak berkesiap.
Cang Ceng Ceng menganggukkan kepalanya lagi.
= oo-OdwO-oo = Bercerita Tan Kiam Lam dan Cang Ceng Ceng dalam
kamar ruangan dibawah tanah.
Tan Kiam Lam telah mendapat kepastian babwa Cang
Ceng Ceng sangat mencintai Tan Ciu, rencananya semakin
masak lagi. "Nona, sungguh-sungguh cinta kepada Tan Ciu?"
Bertanya Tan Kiam Lam. "Hei..... mengajukan pertanyaan ini sampai berulang
kali?" Cang Ceng Ceng agak naik darah.
Dengan sabar Tan Kiam Lam berkata. "Kukira kau telah
terperdaya olehnya."
Cang Ceng Ceng tertegun, dengan tidak mengerti ia
bertanya. "Apa arti kata-katamu ini?"
"Ah .... seharusnya tidak boleh kukatakan kepadamu."
Berkata Tan Kiam Lam. Cang Ceng Ceng bangkit dari tempat duduknya, ia
berkata dengan suara keras.
"Katakan sekali lagi."
Tan Kiam Lam berkata dengan pelahan. "Sebaiknya kau
lupakan kata-kataku tadi."
"Tidak mungkin, katakanlah."
"Aku....." Tan Kiam Lam sengaja tidak meneruskan
kata-katanya, dengan demikian ia lebih menambah minat
gadis itu untuk mengetahui apa yang dikatakan olehnya.
Dengan wajah beringas Cang Ceng Ceng maju setapak,
katanya segera. "Katakan. bila tidak, dengan sekali pukulan aku dapat
menghancurkan kepalamu."
"Baiklah." seolah-olah Tan Kiam Lam dipaksa.
Cang Ceng Ceng menantikan jawaban ketua Benteng
Penggantungan itu. "Aku akan berkata, tapi kau jangan bersedih, Tan Ciu
adalah seorang pemuda yang suka mempermainkan
wanita." berkata Tan Kiam Lam.
"Apa?" "Tan Ciu adalah seorang
mempermainkan wanita."
pemuda yang sering "B e t u l ?" "Betul, Aku tidak berbohong kepadamu."
Dengan suara yang penuh derita Cang Ceng Ceng
berkata. "Gadis mana yang telah dipermainkan olehnya?"
Dengan menghela napas Tan Kiam Lam berkata.
"Wakil ketua Benteng Penggantungan kami, itulah
wanita yang mengantarkanmu tadi, ia mempunyai seorang
murid yang bernama Co Yong, bersua dengan Tan Ciu,
setelah mereka berkenalan, gadis inilah yang dipermainkan
oleh Tan Ciu, ditinggalkannya begitu saja. . ."
Wajah Cang Ceng Ceng berubah menjadi pucat, ia
berteriak. "Aku tidak percaya .... aku tidak percaya. . . ."
"Tidak percaya, karena permainan Tan Ciu tadi Co
Yong menjadi gila." "Tidak. .. tidak mungkin.... Tan Ciu bukanlah pemuda
seperti apa yang kau katakan." Cang Ceng Ceng berteriak
suaranya sangat aneh. Penuh dengan ketegangan dan
ketakutan, tidak enak didengar.
Disini letak kejahatan dari Tan Kiam Lam. Sudah jeias
dan gamblang sekali bahwa rentetan kejadian itu adalah
susulan berencana yang telah dikeluarkan. Lebih dari pada
itu, Tan Kiam Lam masih mempunyai rencana jahat babak
ketiga. Terdengar Tan Kiam Lam berkata. "Kau tidak percaya?"
"Aku tidak percaya." kata Cang Ceng Ceng,
"Ingin melihat bukti?"
Cang Ceng Ceng memandang ketua Benteng
Penggantungan itu, ingin sekali mengeluh. betul tidaknya
dari kata-kata atau keterangannya.
"Mari kau ikut aku untuk melihatnya." Berkata Tan
Kiam Lam. "Melihat siapa?"
"Co Yong" "Baik," "Ikutlah dibelakangku."
Tan Kiam Lam mengajak Cang Ceng Ceng turun
Keruangan dibawah tanah, disinilah letak kamar tahanan
Benteng Penggantungan. Cang Ceng Ceng mengikuti dibelakangnya. Pikirannya
sedih, Tan Ciu adalah seorang pemuda yang gagah dan
cakap, itulah idaman setiap wanita, termasuk juga Cang
Ceng Ceng. Bila betul apa yang Tan Kiam Lam katakan
tadi, Tan Ciu seorang pemuda tukang mempermainkan
wanita, hal itu akan mengecewakan. Maka Cang Ceng
Ceng sangat bersedih. Tan Kiam Lam menikung kelain lorong, Cang Ceng
Ceng tetap mengikuti. Kini mereka sudah berada didasar bangunan rahasia,
lapat-lapat terdengar suara tangisan.
Tan Kiam Lam menghentikan langkahnya, Ia menoleh
kearah Cang Ceng-ceng. "itulah tangisannya."
Mereka berjalan maju lagi, disuatu kamar tahanan
terbuat dari pada batu terlihat seorang gadis berwajah pucat
rambutnya kusut, pakaian tidak karuan macam, itulah
murid Co Yong Yen yang bernama Co Yong,
Cang Ceng Ceng harus percaya kepada kenyataan.
Seperti apa yang Tan Kiam Lam katakan. Tan Ciu adalah
seorang pemuda hidung belang, tukang mempermainkan
wanita. Gadis yang bernama Co Yong ini adalah salah satu
korban-korbannya. Ia maju mendekati kamar tahanan itu, dan mengajukan
pertanyaan. "Hei. Siapa kau?"
Co Yong masih menangis ia mendoogakkan kepala,
memandang Cang Ceng Ceng, tiba-tiba menubruk.
"Tan Ciu . . ." Berkata Co Yong. "Akhirnya kau juga tiba
. . . akhirna kau tiba, sudah lama Kuharapkan
kedatanganmu ini," hampir saja Co Yong menubruk jeruji
besi kamar tahanan itu, tapi akhirnya ia berhasil
mencengkeram Cang Ceng Ceng.
Seperti apa yang Tan Kiam Lam katakan Co Yong sudah
menjadi gila, ia tidak sadar siapa orang dihadapannya, ia
tidak dapat membedakan pria atau wanita, kedatangan
Cang Ceng Ceng dianggap Tan Ciu.
Dan Co Yong tertawa besar, itulah tingkah laku seorang
yang sudah berpikiran tidak waras lagi.
Hati Cang Ceng Ceng dirasakan tenggelam. Ia telah
menghadapi kenyataan. Dibiarkan saja tangan Co Yong
mencengkeram dirinya. Tiba-tiba, Co Yong menarik tangan Cang Ceng Ceng,
dengan histeries ia berteriak, "Bukan ... bukan... kau bukan
dia... kau.. .ada iblis. . . iblis . . . ihh. . . blis. . pergi .. . pergi
. . . kau iblis kepala. . ."
Didorongnya rtbuh Cang Ceng Ceng, dan Co Yong
menangis lagi. Tubuh Cang Ceng Ceng menggigil keras.
Co Yong menangis, sebentar kemudian tertawa. tidak
lama ia menangis lagi. Tertawa dan menangis silih berganti,
Co Yong memandang Cang Ceng Ceng.
Menyaksikan kejadian itu. Cang Ceng Ceng sangat
bersedih. Ia mendekati Co Yong dan bertanya.
"Kau bernama Co Yong?"
"Hei, hei!.. . Betul! Aku Co Yong ... Heh. bukan. . . aku
bukan Co Yong! ... Namaku Co Yong " . . .bukan, aku. .
.bukan ha. . ha ... ha, ha ...ha.. ."
Dia tertawa, tertawa mengucurkan air mata. histeris, Cang Ceng Ceng Tan Kiam Lam tersenyum iblis, ia sangat puas dengan
sandiwaranya itu , Dilain bagian dari kamar tahanan dibawah tanah
Benteng Penggantungan itu. sepasang mata lain mengintip,
menyaksikan kejadian seperti ini.
Terlihat Tan Kiam Lam maju mendekati Cang Ceng
Ceng dengan menepuk pundak gadis berbaju putih itu ia
berkata. "Kini seharusnya kau harus percaya. Tan Ciu bukanlah
pemuda idaman. percayalah Tan Ciu telah menganggu
banyak gadis. Co Yong hanya satu diantaranya, bila bukan
Tan Ciu yang menganiaya dirinya, tidak mungkin ia
menjadi gila seperti ini."
Cang Ceng Ceng mematung ditempat. Ia kecewa kepada
Tan Ciu. Ia kasihan kepada Co Yong dan ia putus harapan
kepada masa depan dirinya sendiri.
Menarik gadis berbaju putih itu. Tan Kian Lam berkata.
"Mari..." Cang Ceng Ceng menghindari seretan orang dan tidak
mau pergi. "Tidak, aku tidak mau pergi." Cang Ceng Ceng
berkata. "M e n g a p a?"
"Aku harus mengobatinya.....ia sangat menderita!"
Menyaksikan kejadian yang dialami oleh Co Yong, Cang
Ceng Ceng sangat bersedih, dan ia mempunyai maksud
untuk mengobati gadis sengsara itu. Maka ia ingin
menolongnya. Dengan ilmu kepandaian yang dimiliki oleh
Cang Ceng Ceng, kejadian itu bukanlah mustahil, dengan
mudah ia dapat menyembuhkan penyakit Co Yong.
Tetapi, mungkin Tan Kiam Lam melulusi usul Cang
Ceng Ceng itu" Tidak. Tentu tidak. Co Yong gila karena hasil
perbuatannya Tan Kiam Lam sengaja mempermainkan
gadis itu sehingga pikiran Co Yorg terganggu.
Bila Cang Ceng Ceng berhasil mengobati penyakit Co
Yong, tentu saja segala rahasianya terbongkar, dan apa
yang dapat dilakukan lagi"
Bila Tan Kiam Lam mau, dengan mudah ia dapat
membunuh Cang Cang Ceng. Gadis berbaju putih itu masih
kurang pengalaman tak tahu babwa dirinya sudah berada
dimulut harimau. dimulut srigala berjubah manusia.
Tapi Tan Kiam Lam tidak membunuh Cang Ceng Ceng.
Ia ingin menggunakan Cang Ceng Ceng. Itulah satu dari
sekian banyak rencananya.
Dengan wajah berubah Tan Kiam Lam berkata.
"Kau ingin menolongnya ?"
"Betul?" Berkata Cang Ceng Ceng singkat.
"Mengapa kau ingin menolong seorang gadis yang
menjadi seterumu ?" "Karena Tan Ciu telah merusak kehidupannya, maka
aku harus menyembuhkan penyakit Co Yong, agar ia dapat
menuntut balas."

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tan Kiam Lam berkata. "Baiklah, sebentar aku akan
memberiperintahkepadaorang-orangkuuntuk
membawanya. Memang Co Yong sangat kasihan ..."
Sangat jelas, maksud Tan Kiam Lam agar Cang Ceng
Ceng menyembuhkan penyakit Co Yong diruang atas.
Bukan dikamar tahanan ini.
Cang Ceng Ceng masih belum bergerak dari tempatnya.
Menggandeng gadis berbaju putih itu Tan Kiam Lam
berkata. "Nona Cang, mari kita naik keatas dahulu."
Dan dengan setengah digandeng oleh Tan Kiam Lam,
Cang Ceng Ceng meninggalkan kamar tahanan batu
dibawah tanah Benteng P^ggantungan itu.
Dan sepasang mata yang menyaksikan drama kejadian
tadi, menunggu sampai Tan Kiam Lam dan Cang Ceng
ceng pergi jauh, dengan satu perasaan yang penuh dendam
mengeluarkan tertawa dingin.
Siapakah orang yang mengintip ini" Untuk sementara,
kita tinggalkan orang ini dan mengikuti perjalanan Cang
Ceng-ceng dengan Tan Kiam Lam.
Sang ketua Benteng Penggantungan telah mengajak
Cang Ceng Ceng naik keatas, mereka menuju kekamar
rahasia. Didalam kamar rahasia, dengan tersenyum puas Tan
Kiam Lam berkata. "Sudah percaya?"
Dengan menunjukkan wajahnya yang penuh ketidak
puasan, Cang Ceng ceng berkata.
"P e r c a y a."
Kini sudah waktunya Tan Kiam Lam merealiseir
rencananya yang terakhir. Tentu saja, tidak ada orang
ketiga yang dapat mengganggu usaha itu.
Dengan wajah merah Cang Ceng Ceng berkata.
"Dimana kini Tan Ciu berada."
"Mengapa kau menanyakan dirinya."
"Aku mau membunuh!"
"Ingin membunuh Tan Ciu?"
"Benar. Laki-laki yang semacam ini harus dibunuh!"
"Bagus." Tan Kiam Lam memberi pujian.
Tiba-tiba Tan Kiam Lam mengangkat tangan sangat
tinggi sekali, hal itu mengejutkan Cang Ceng ceng. Dari
mata Tan Kian Lam bercahaya satu sinar yang sangat aneh
sekali. Cang Ceng-ceng tidak mengerti, ia memandang dengan
penuh perasaan teka-teki.
Setapak demi setapak, Tan Kiam Lan mendekati Cang
Ceng ceng, Cang Ceng ceng mematung, sepasang matanya
tertarik kepada cahaya yang sangat aneh itu.
Inilah ilmu Ie-sin Tay-hoat. Kini Tan Kiam Lam sedang
mengerahkan ilmu Ie sin Tay-hoat mengosongkan isi
pikiran Cang Ceng Ceng. Sebagaimana layaknya seorang yang kena hypnotis,
sepasang mata Cang Ceng ceng telah menjadi redup,
semakin lama semakin redup dan akhirnya. terketup.
Pikirannya bimbang, daya keperibadiannya lenyap sama
sekali, runtuh berantakan .... ilmu Ie sin Tay-hoat tidak
gagal. Cang Ceng-ceng telah masuk perangkap Tan Kiam
Lam. Ia tidak tahu bahwa ilmu itu sudah mengosongkan
semua pikirannya, maka tidak mengalihkan sepasang sinar
mata, dan karena itulah ia terpedaya.
Hal ini disebabkan karena Cang Ceng-ceng tidak tahu
betapa lihaynya ilmu Ie sin Tay-hoat, dan karena itulah ia
tidak ada persiapan sama sekali. Seharusnya, dengan ilmu
kepandaian yang dimiliki oleh gadis berbaju putih ini, ilmu
Ie sin Tay-hoat tidak mungkin membawa hasil. Tapi hal itu
diharuskan kesiap siagaan, ia harus mengerahkan kekuatan
tenaga dalam melawannya. Cang Ceng ceng tidak menduga bahwa Tan Kiam Lam
memiliki ilmu Ie sin Tay-hoat yang jahat. kini ia telah
terpedaya. Tan Kiam Lam mengerahkan terus ilmu jahat itu.
segasang matanya semakin lama semakin tajam, perlahan
demi perlahan, pemikiran Cang Ceng Ceng telah tiada
sama sekali. Cang Ceng Ceng merasakan dirinya seperti berada
disuatu tempat yang penuh kabut samar-samar segala
sesuatu tidak terlihat lagi.
Kini mulut Tan Kiam Lam terbuka, dan suaranya
terdengar. "Kau... kau harus mendengar perintahku."
Cang Ceng-ceng menganggukkan kepalanya.
Tan Kiam namamu?" Lam mengajukan pertanyaan. "Siapa "Cang Ceng-ceng." berkata gadis yang kena di Ie sin Tayhoat itu.
"Beirapa umurmu?"
"Delapan belas tahun."
"Siapa gurumu?"
"Aku.. tidak tahu."
"Pria atau wanita?"
"Pria." Tan Kiam Lam mengeluarkan suara tertawanya yang
seperti iblis dan ia melangsungkan tanya jawab itu.
"Apa yang sedang kau lihat?"
Cang Ceng ceng membuka kedua matanya lagi, tapi
mata ini telah kehilangan cahayanya sama sekali, redup,
kaku dan tipis. Terlihat seorang berdiri dihadapannya,
itulah Tan Kiam Lam. Cang Ceng Ceng melihat Tan Kiam
Lam sedang berdiri. Seolah-olah ketua Benteng
Penggantungan itu menderita sesuatu jatuh dari tebing
tinggi, dan sedang berteriak-teriak meminta pertolongan
orang. Cang Ceng ceng terkejut, ia membentang matanya lebih
besar lagi, dan samar-samar terlihat tubuh Tan Kiam Lam
penuh dengan darah.... ketua Benteng Penggantungan itu
berteriak.. . menjerit.. . melengking..... sungguh
menyeramkan sekali. Itu hanya khayalan Cang Ceng Ceng.
Cang Ceng ceng masih melihat Tan Kiam Lam jatuh
kedalam api yang membara. . .teriakannya semakin
seram..... api itu berkobar semakin hebat.
Dan tiba-tiba Cang Ceng-ceng mengeluarkan satu jeritan
juga, tubuhnya melesat menubruk Tan Kiam Lam.
Segala sesuatu samar-samar lagi. Didalam keadaan yang
tidak ingat kepada dia aslinya, Cang Ceng ceng ingin
memberikan pertolongan kepada seseorang yang dilihatnya
seperti jatuh dari tebing tinggi itu, orang itu masuk kedalam
api neraka, dan ia wajib menolongnya.
Tan Kiam Lam berhasil, kini ia dapat menguasai pikiran
Cang Ceng ceng. Seorang gadis berada didalam rangkulannya seorang
lelaki setengah umur. Itulah Cang Ceng Ceng yang telah
dihypnotis oleh Tan Kiam Lam.
Tan Kiam Lam meletakkan tubuh gadis itu pada sebuah
kursi ia mengeluarkan tertawa iblis.
Cang Ceng ceng melompat lagi, menubruk ketua
Benteng Penggantungan itu. Inilah reaksi dari ilmu Ie-sin
Tay-hoat. Tan Kiam Lam mengangukkan kepala, kini betul-betul ia
memastikan bahwa ilmunya telah sukses. Ia merangkul
tubuh gadis itu. "Kau bersedia menjalankan segala perintahku?" Berkata
Tan Kiam Lam. Cang Ceng ceng menganggukan kepala.
"Bersedia." "Siapakah yang memperlakukanmu dengan baik sekali?"
"Kau." "Siapakah yang paling kau benci?"
"Tan Ciu." "Kau benci kepada Tan Ciu ?"
"Betul, Aku benci sekali kepadanya."
"kau ingin membunuhnya ?"
"Pasti, membunuhnya."
Tan Kiam Lam berkata lagi, "Kau akan taat kepada
segala perintahku ?"
"Tentu saja taat."
"Dengar, dengarkanlah perintahku yang pertama, ingat
baik-baik semua kepandaianmu dan catatlah beri catatan itu
kepadaku, mengerti?"
"Mengerti ?" "Mulailah." Cang Ceng-ceng menganggukan kepala. Ia melepaskan
dirinya dari rangkulan ketua Benteng Penggantungan itu.
Mengambil alat-alat tulis, dan mencatat segala ilmu
kepandaiannya. Itulah perintah yang diberikan kepadanya
Perintah yang harus ditaati.
Inilah salah satu maksud tujuan Tan Kiam Lam, seperti
apa yang diketahui, gadis berbaju putih Cang Ceng ceng
mempunyai ilmu kepandaian yang sangat tinggi, dan ia
harus mendapatkan ilmu itu. Cara mendapatkan ilmu Cang
Ceng Ceng itu yang termudah ialah menghipnotis gadis
berbaju putih itu, kemudian dengan membari satu perintah,
dengan mudah ia akan mendapatkan catatan-catatan ilmu
dari Cang Ceng Ceng. Dengan menyatuhkan ilmu kepandaian yang didapatkan
dari Cang Ceng Ceng, siapakah yang dapat menandingi
dirinya lagi" Kejadian ini sangatlah berbahaya sekali. Dia adalah
seorang jahat, seorang yang terjahat sekali, dan dengan ilmu
kepandaiannya yang sangat tinggi, beium ada orang yang
dapat menandinginya. Ilmu kepandaiannya itu akan
ditambah tinggi lagi, setelah mendapatkan ilmu kepandaian
Cang Ceng Ceng. Dan kejadian telah berlangsung.....
Cang Ceng Ceng mencatat ilmu kepandaiannya. ....
Seorang gadis berbaju putih. yang telah kena ilmu Ie-sin
Tay-hoat, Tan Kiam Lam sedang mencatat ilmu
kepandaian yang dimilikinya, ilmu kepandaian itu akan
diserahkan kepada orang yang berada didepannya.
Tan Kiam Lam mengambil bangku dan duduk. ia
menyaksikan kejadian itu, senyuman iblisnya terlihat seram
sekali. Berceritera didalam kamar tahanan. orang tua bungkuk
telah mengajak Tan Ciu kembali kedalam sel mereka.
Tan Ciu memandang orang tua itu, ia bertanya.
"Cianpwe. mengapa kau rela dikeram didalam tempat
yang seperti in ?" "Kau ingin tahu alasannya?"
"Ingin sekali."
Orang tua bungkuk itu mendonggakkan kepalanya
keatas, ia sedang mengenangkan masa mudanya.
Tan Ciu menantikan cerita dengan sabar.
Kini orang tua bungkuk itu berkata,
"Aku berada didalam kamar tahanan dibawah tanah ini
hanya karena sesumbarku."
"Sesumbar?" berkata Tan Ciu bingung.
Orang tua bungkuk itu menganggukkan kepala,
"Betul. Itulah karena kecongkakanku sendiri. Mungkin
kau tidak percaya, tapi inilah kenyataan. Pada tiga puluh
tahun berselang, tidak ada orang yang dapat menandingiku,
bukan saja menandingi, belum pernah ada orang yang
dapat menerima tiga jurus pukulanku."
Tan Ciu bergumam. "Hanya tiga jurus?"
Orang tua bungkuk itu menganggukkan kepalanya.
"Betul. Aku malang melintang didalam rimba persilatan
tanpa tandingan. Belum pernah ada jago silat yang dapat
menghadapi tiga pukulanku, paling banter mereka hanya
dapat menerima satu atau dua jurus saja, dan pada jurus
yang ketiga pasti mereka kujatuhkan. Termasuk juga jago
kelas satu." Kata-kata ini terlalu sombong sekali, hampir Tan Ciu
tidak percaya, ia memandang orang tua bungkuk iru dengan
sinar mata yang penuh ragu-ragu.
"Bagaimana kau dapat dikalahkah oleh Tan Kiam Lam
dan dikurung didalam kamar tahanannya?" Bertanya Tan
Ciu. "Bukan dikalahkan olehnya." Berkata orang tua bungkuk
itu. "Tapi dikalahkan oleh kata-kataku yang sangat
sombong. "Dikalahkan oleh kata-katamu sendiri?"
"Betul. Aku dikalahkan oleh kata-kataku sendiri, aku
pernah sesumbar siapa yang dapat menerima tiga jurus ilmu
pukulanku aku akan taat kepadanya."
Tan Ciu memandang orang tua itu, keterangannya agak
tidak mudah diterima. Orang tua bungkuk tertawa, katanya.
"Kau tidak percaya?"
Tan Ciu menyengir. Haruskah ia percaya" Tapi tidak
mungkin ia tidak percaya. Sesaat kemudian, ia menggelenggeleng kepala.
"Aku kurang percaya."
"Kau tidak percaya bahwa ilmu kepandaianku berada
diatas Tan Kiam Lam?"
"Kau mempunyai ilmu kepandaian dikalahkan oleh Tan
Kiam Lam" Mengapa kau berada didalam tahanan ini?"
"Sudah kujawab tadi kepadamu aku kalah karena katakataku sendiri."
"Ceritakanlah."
"Sudah kukatakan, siapa saja yang dapat menerima tiga
pukulanku, aku akan tunduk kepadanya dan tidak akan
berjalan didalam rimba persilatan lagi."
"Tapi kau tidak mengatakan bahwa dirimu bersedia
dikurung seperti binatang didalam tempat gelap ini."
"Betul. Dan Tan Kiam Lam itu sangat cerdik sekali.
sebelum bertempur ia meminta syarat lain, dikatakan
olehnya bahwa bila ia dapat menerima tiga pukulanku, aku
diwajibkan melakukan dua hal. Dan aku melulusi
permintaan itu." "Dua ucapan apakah yang diajukan kepadamu?"


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Permintaanpertama Penggantungan ini." ialah membuat "Hei. . "!" Tan Ciu terkejut dan berteriak.
"Kau yang membuat Benteng Penggantungan?"
Benteng "Mengapa bukan" Akulah yang membuat Benteng
Penggantungan. Maka segala rahasia segala jalan, segala
bangunan yang berada didalam Benteng Penggantungan ini,
tidak satu pun yang luput dari penilaianku.'itulah semua
rencana-rencanaku. Akulah yang mengarsitekinya akulah
yang menjadi insinyurnya."
"Ow. . . . pantas kau dapat keluar masuk dengan bebas."
Tan Ciu mulai percaya. "Dan permintaan yang kedua ialah, aku diwajibkan
mengurung diri sendiri didalam kamar tahanan ini. tidak
boleh meninggalkan lembah Siang-kiat."
"Tidak ada pengecualian."
"Kecuali bila aku dapat menerima cintanya seorang
wanita, itu waktu aku bebas dari janjiku. Aku bebas
meninggalkan Benteng Penggantungan."
"Aduh. . . . hal ini mana mungkin dapat terjadi?"
Tan Ciu harus percaya keterangan orang tua bungkuk
itu. hal itu menang mungkin terjadi ia dapat keluar masuk
dengan bebasnya, bila tak ada sesuatu yang aneh. hal ini tak
mungkin terjadi. Dan kata akhir, bila orang tua bungkuk ini
meninggalkan Benteng Penggantungan, lebih dahulu, ia
harus menerima cinta seorang gadis. inilah yang tidak
mungkin sama sekali, boleh dibayangkan, seorang tahanan
di bawah tanah yang sangat rahasia, orang yang tidak
pernah mendapat kunjungan orang lain mana mungkin
mendapat cinta, apa lagi cinta seorang wanita"
Penilaian Tan Ciu kepada orang tua bungkuk itu harus
dirubah. Inilah seorang jantan yang dapat menepati janji.
Sunyi beberapa saat, dan akhirnya Tan Ciu yang
membuka suara lebih dahulu.
"Ada suatu yang ingin kutanyakan padamu."
"Katakanlah." "Telah kau saksikan ilmu kepandaian nona Cang
didepan Benteng Penggantungan tadi."
"Betul." "Bagaimana penilaianmu tentang ilmu kepandaian Cang
Ceng ceng?" "Maksudmu, kau membandingkan ilmu kepandaianku
dan ilmu kepandaian nona Cang itu?"
"B e t u l." "Ilmunya hebat. Kukira kami mempunyai kepandaian
setingkat, mungkin aku berada sedikit dibawah dirinya."
Tan Ciu telah menyaksikan ilmu kepandaian Cang Ceng
ceng dan itulah ilmu kepandaian yang sangat menakjupkan,
maka bisalah dikatakan, kakek bungkuk ini tidak dapat
memadainya, hal itu memang mungkin sekali.
Percakapan mereka berhenti sampai disitu.
Diketahui Tan Kiam Lam sedang mengajak Cang Ceng
ceng masuk kedalam Benteng Penggantungan.
Maksud dari gadis berbaju putih itu ialah menemui Tan
Ciu, dan seharusnya Cang Ceng-ceng mengajak masuk ke
dalam kamar tahanan dibawah tanah ini.
Tan Ciu melongok kearah pintu masuk, disana tidak
terlihat ada orang yang datangi walau waktu sudah
berselang lama sekali, mengapa masih belum terlihat.
Si pemuda mengerutkan alisnya seraya
"Mengapa belum terlihat mereka datang?"
Orang tua bungkuk memberikan penyahutan.
berkata. "Betul. Seharusnya mereka sudah tiba..."
"Mungkinkah . . .mungkinkah ....ada sesuatu hal diluar
dugaan?" Berkata Tan Ciu.
Mereka menantikan kedatangan Cang Ceng ceng, tapi
gadis berbaju putih itu sedang mengalami suatu
penderitaan. Hal ini tidak diketahuinya.
Tan Ciu dan orang tua bungkuk itu saling pandang .
"Kukira kawan wanitamu itu telah dibius oleh Tan Kiam
Lam." Berkata siorang tua bungkuk.
Sekujur bulu badan Tan Ciu bergidik bangun. Ia
menggigil dingin. Hal ini bukanlah tak mungkin, mengingat
pengalaman dan kejahatan Tan Kiam Lam. Dengan suara
gemetar ia berkata. "Mengalami pemindahan sukma."
"Hmmm......." "Dengan ilmu kepandaian yang dimiliki oleh Cang Ceng
ceng. mungkinkah . .. mungkinkah dapat dikalahkan"...."
Berkata Tan Ciu ragu. Ia pernah menyaksikan ilmu kepandaian Cang Ceng
ceng dan ilmu kepandaian itu tidak perlu diragukan lagi.
Orang tua bungkuk berkata.
"Bila dalam keadaan tidak ada kesiap siagaan hal ini
besar kemungkinan terjadi."
Tan Ciu tertegun. Bila betul apa yang diduga oleh orang
tua bungkuk ini, dimisalkan Cang Ceng ceng mengalami
pemindahan sukma, akibat dan hal itu sangat besar sekali.
"Aku harus segera menolongnya." Berkata Tan Ciu
berteriak keras. "Sekarang?" Berkata orang tua bungkuk itu memandang
si pemuda. "Betul." Berkata Tan Ciu singkat.
Orang tua bungkuk menganggukkan kepalanya. seraya ia
berkata. "Baiklah, Biar kubuka totokan jalan darahmu dengan
gerakannya yang gesit, dengan jari2nya yang lincah orang
tua itu menotok jalan jarah Tan Ciu.
Jalan-jalan darah tersebut telah tertotok oleh Tan Kiam
Lam, hal itu akan mengakibatkan gangguan gerakan dan
kebebasan si pemuda. Maka ia membebaskannya.
Tan Ciu bernapas sebentar, menyalurkan peredaran
darahnya keseluruh tubuh dan terasa sangat baik sekali,
tidak terdapat gangguan. Mereka berdua meninggalkan kamar tahanan dibawah
tanah. Ditengah perjalanan. orang tua bungkuk itu menoleh dan
memandang Tan Ciu, seraya ia berkata,
"Segala sesuatu langkah harus dipikirkan masak-masak,
jangan terlalu gegabah. Harus memandang diriku."
"Baik," berkata Tan Ciu singkat.
Dan mereka melanjutkan perjalanannya. Beberapa saat
kemudian, tiba-tiba terdengar suara lengkingan tertawa
yang sangat panjang. Tan Ciu terkejut, dan memandang orang tua bungkuk ia
berkata. "Sungguh menyeramkan."
Orang tua bungkuk menghentikan langkahnya, ia
bertanya. "Kau kenal dengan suara itu?"
"Tidak. Siapakah yang berteriak seperti ini?"
"Gadis she Co itu, Co Yong."
"Ha ha, ha, ...." terdengar lagi suara bising Co Yong.
Tan Ciu melompongkan mulutnya.
"Ia telah gila." orang tua bungkuk itu menambah
keterangan yang lebih jelas.
"Hei" Apa?" Tan Ciu berteriak.
Itulah sesuatu yang terberat bagi si pemuda,
Diketahui Co Yong masih hidup, tetapi ia tidak tahu
bahwa Co Yong telah menjadi gila.
"Nona Co telah menjadi gila?" Tan Ciu bergumam,
Orang tua bungkuk itu menganggukan kepala,
"Mengapa?" Tan Ciu bertanya lagi.
"Inilah salah satu rencana jahat Tan Kiam Lam. Ia
membuat Co Yong gila, seumur hidup ia menjadi gila. Dan
setelah itu ia akan mati karenanya."
Tan Ciu berteriak. "Aku harus menemuinya, aku harus menolongnya . . ."
Orang tua bungkuk itu berpikir sebentar, kemudian
berkata. "Baik, aku akan mengajakmu bertemu dengan Co
Yong dahulu." Dan arah mereka berganti, kini menuju
datangnya suara lengkingan Co Yong tadi.
kearah SebagaiarsitekturdaribangunanBenteng
Penggantungan, orang tua bungkuk itu dapat memahami
segala seluk beluk keadaan, dengan mudah ia dapat
mengajak Tan Ciu ketempat Kamar tahanan Co Yong.
Membuka satu pintu rahasia. Tan Ciu dan orang tua
bungkuk itu telah masuk kesuatu ruangan yang sangat
gelap. Dengan menudingkan jari tangan kearah suatu
tempat, orang tua bungkuk itu berkata.
"Itulah Co Yong,"
Tan Ciu memeriksa dengan seksama, matanya dikedipkedipkan, dan kini ia telah
menjadi biasa dengan keadaan
ditempat gelap itu terlihat seorang gadis dengan rambut
tidak terurus, terurai panjang berada dibalik terali besi.
Itulah Co Yong! Tapi Co Yong yang kini Tan Ciu saksikan bukanlah Co
Yong yang dahulu itu, bila dahulu Co Yong sangat cantik.
gerakannya lincah dan berilmu kepandaian sangat tinggi,
kini tanda -tanda itu sudah tak terduga lagi. Gadis
dihadapannya adalah seorang yang betul-betul menjadi gila,
kumal kotor, dengan rambutnya yang kusut tidak teratur.
pakaiannya yang sobek-sobek dan dekil itu, mungkinkah Co
Yong yang dahulu dikenal olehnya"
Tan Ciu maju mendekati. Kini ia dapat melihat jelas
sekali, gadis gila itu adalah gadis yang pernah dikenal
olehnya, itulah betul-betul Co Yong.
"Nona Co itu betul gila." Tan Ciu bergumam.
"Ng....." "Mengapa?" "Orang yang telah dibuat gila oleh Tan Kiam Lam akan
mengalami keadaan yang lain temasuk gadis ini. Ia gila
untuk seumur hidupnya. Dan perlahan-lahan ia mati, mati
karena tidak tahan menderita penyakit gila itu."
Tan Ciu menjerit, keras. "Tidak.... Tidak boleh terjadi hal seperti ini. Aku harus
segera menolongnya."
Didalam tahanan kamar istimewa. Co Yong yang telah
menjadi lelah karena berteriak-teriak menjerit-jerit tertawa
ha. ha, ha, ha, menangis menggerung-gerung, dan akhirnya
ia tidur berbaring dipojok yang gelap itu.
Tan Ciu mendekati sehingga memegang jeruji besi kamar
tahanan dan ia menggigil.
"Nona Co....." Co Yoag tidak mendengar suara panggilan ia masih
meringkuk berbaring. Tan Ciu berteriak lebih keras.
"Nona Co......"
Teriakan ini bergema diseluruh ruangan, Co Yong
tersentak kaget dengan pandangan sinar mata sangat sayu,
ia memandang kearah orang yang memanggil itu.
Tan Ciu dan Co Yong saling pandang.
"Siapa kau?" kata-kata ini keluar dari mulut Co Yong.
"Nona Co, aku Tan Ciu....."
"Tan Ciu.... Hi hi.....ha.....ha. . ha . . .ha. . . ha. ...ha
Siapa Tan Ciu, aku tidak kenal." Berkata Co Yong dengan
wajah pucat sekali. Bagaikan disayat dengan pisau, hati Tan Ciu terasa
sangat pedih. "Nona Co, tidak kenalkah kepadaku."
"Ha ha ha ha ha. . . . . kenal"... . oh ya, aku kenal
kepadamu.....kau adalah pemuda jahat itu, kau adalah
pencuri isi hariku, membunuhmu!" tapi kau jahat, aku harus Co Yong menubruk kearah pintu. Tan Ciu menyingkir
kebelakang. Orang tua bungkuk turut menyaksikan segala kejadian
tersebut. Ia menarik napas dalam-dalam.
Co Yong berkata lagi. "Hayo . ..kemari kau . . . aku cinta kepadamu . . .mari
sini. . ." Gila! Betul-betul Co Yong sudah jadi gila!
Siapakah yang mengakibatkan kegilaan Co yong ini" Tan
Kiam Lam. Dan siapa yang memaksakan kejadian tersebut"
Tan Ciu tak seharusnya ia memaksa Co Yong membuka
rahasia Benteng Pengantungan, sehingga mengakibatkan
gadis tersebut tersiksa sehingga seperti apa yang dilihat
olehnya. Tan Ciu mematung ditempat! Hatinya dirasakan hancur
luluh, ia menyesal atas perbuatannya yang telah dilakukan
pada Co Yong, biar bagaimana secara tidak langsung, ia
harus memikul tanggung jawab itu.
Tan Ciu berpaling kearah orang tua bungkuk itu dan
berkata. "Cianpwe, tolonglah lekas agar ia dapat sembuh
kembali." Orang tua bungkuk berkata. "Apa yang kau akan
lakukan setelah menolongna?"
"Aku akan segera cari Tan Kiam Lam."
"Menuntut balas?"
"Aku harus membunuhnya."
"Dengan ilmu kepandaianmu, tidak ada bedanya dengan
telur diujung tanduk. Kau bukanlah tandingan Tan Kiam
Lam." "Seharusnya, . . ."
"Aku bersedia menolong gadis itu. dan setelah berhasil,
kau harus mengajaknya meningsalkan tempat ini."
"MengajakCo Penagantungan?"

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Betul dan harus memeliharanya." Yong berjanji, meninggalkan kau harus Benteng baik-baik "Aku berjanji akan baik-baik memperlakukan dirinya."
"Baik." Dengan mudah orang tua bungkuk itu dapat masuk
kedalam sel tahanan. dibukanya segala sesuatu dengan alat
yang telah tersedia, ia harus mengobati gadis sengsara itu.
Menyaksikan ada orang yang datang, tubuh Co Yong
melesat, ia berteriak, "Kau iblis. .. aku akan membunuhmu
....." Tentu saja gerakan Co Yong tidak membawa hasil,
dengan cepat dan gesit orang tua bungkuk itu telah menotok
Jalan darah si gadis, robohlah tubuh gadis tersebut.
Dari luar kamar tahanan Tan Ciu menyaksikan kejadian
tersebut. Orangtuamenggerakkanjari-jarinyadengan
mengerahkan tenaga dalam menotok beberapa bagian
tubuh gadis tersebut. Dengan kepandaian orang tua
bungkuk itu, tentu saja tidak sulit baginya untuk
menyembuhkan penyakit Co Yong.
Sepasang matanya yang lain turut menyaksikan kejadian
tersebut. Tan Ciu tidak sadar ia sedang memusatkan seluruh
perhatian kepada gerakan-gerakan jarinja, ia harus dapat
menyembuhkat Co Yong secepat mungkin.
Tiba-tiba ... Orang yang mengintip mereka mengeluarkan suara.
"Saudara Tan." Tan Ciu tidak mendengar suara panggilan itu. Seluruh
perhatiannya masih ditujukan kedalam sel kamar tahanan
Co Yong. "Saudara Tan..,." Memanggil lagi suara tersebut dengan
lebih keras. Kali ini suara itu menggema diseluruh ruangan. Tan Ciu
membalikkan badannya, ia dapat melihat sepasang mata
yang mengintai kearah mereka lalu segera ia membentak.
"Siapa?" "Aku! Aku Thung Lip." jawab orang itu.
"Hei.... kau siapa". .. Thung Lip . ..?"
"Betul. Aku Thung Lip."
Hal itu sungguh berada diluar dugaan Tan Ciu tidak
disangka sicendekiawan Serba Bisa Thung Lip berada
didalam kamar tahanan Benteng Penggantungan.
Tan Ciu mendekati sel kamar tahanan Thong Lip.
Diperhatikannya sebentar, dan segera dikenalinyalah orang
tua yang pernah mengepalai satu rombongan untuk
memecahkan rahasia pohon Penggantungan, tetapi tidak
berhasil itu. Keadaan Thung Lip didalam kamar tahanan Benteng
Penggantungan tentu saja tidak dapat disamakan dengan
dahulu kala, lebih kurus, pucat dan rambutnya pun tidak
teratur rapi bersih, siapakah yang percaya orang ini seorang
jago tua yang pernah mengepalai rimba persilatan"
Terdengar Thung Lip membuka suara.
"Bagaimana kau berada ditempat ini?"
"Dan mengapa kau ditangkap oleh mereka?" Bertanya
Tan Ciu kepada Thung Lip.
"Aku ditangkap oleh mereka."
"Oleh siapa" Co Yong Yen" atau Tan Kiam Lam?"
"Co Yong Yen." "Bagaimanakah permusahanmu dengan Co Yong Yen?"
"Sangat panjang untuk diceritakan. Saudara Tan, kau
pernah berkata bahwa kakakmu yang bernama Tan Siang
itu mencari aku?" "Betul." "Mungkin! Hal ini mungkin dapat terjadi, Kuduga ia
telah datang berkunjung kerumahku. Tapi ia tidak berhasil
menemuiku." -ooo000ooo- Jilid 12 "AKU percaya keteranganmu itu. Kini aku telah
mengetahui siapa yang menjadi orang tuamu."
"Aku pun sudah tahu," kata Tan Ciu.
"Coba kau katakan."
"Ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam itu
sebenarnya ayahku. Sedangkan Melati Putih adalah ibuku."
"Ternyata kau sudah tahu," kata Thung Lip.
"Ada suatu hal yang ingin kutanyakan kepadamu,"
berkata Tan Ciu. "Katakanlah." "Pernah didesas-desuskan bahwa ibuku melakukan
sesuatu yang tidak patut."
"Hal itu tak kuketahui," berkata Thung Lip.
"Tan Kiam Lam pernah berkata, bahwa kau sudah
mengetahui hal ini. Dikatakannya pula bahwa kau pasti
suka untuk menjadi saksi."
"Kentut." Berkata Thung Lip. "Ia bohong. Jangan kau
percaya keterangannya."
Tan Ciu menganggukkan kepala, tentu saja ia lebih
percaya kepada Thung Lip daripada percaya kepada Tan
Kiam Lam. Mereka terdiam beberapa saat, dan achirnya Tan Ciu
berkata. "Bagaimanakah hubunganmu dengan Co Yong Yen?"
Thung Lip memandang kelangit-langit batu kamar
tahanan itu seolah-olah sedang mengenangkan kejadian
lamanya. Beberapa saat kemudian ia berkata.
"Sewaktu-waktu. Co Yong Yen pernah menjadi istriku.
Itulah masa kami menghadapi musuh bersama, orang itu
bernama Permaisuri dari Kutub Utara. Kami berkumpul
digunung Oey san, dan Co Yong Yen berpesan kepadaku
agar aku cepat-cepat kembali menemuinya. tidak disangka
tatkala aku kembali menemuinya telah kulihat Co Yong
Yen dibunuh orang....."
"Siapa yang membunuh Co Yong Yen?" bertanya Tan
Ciu. "Aku tidak tahu." berkata Thung Lip. "Sehingga hari ini,
setelah aku ditangkap olehnya dan dijebloskan kedalam
kamar tahanan Benteng Penggantungan. dari mulutnya
dapat kuketahui sedikit keterangan, diketahui olehnya
bahwa setelah aku kembali dari pertempuran itu, aku telah
bersetubuh dengannya, kemudian membunuhnya?"
"Tapi kau tidak membunuhnya. bukan?"
"Sudah kukatakan kepadamu, bahwa aku tidak
membunuhnya. Dan aku pun malah telah melihat sendiri ia
telah dibunuh orang."
"Tapi Co Yong Yen kokoh berkata bahwa kau yang
membunuhnya ?" "Betul." Berkata Thung Lip.
"Siapakah orang yang menggunakan wajahku itu
melakukan kejahatan dugaannya!"
"Hanya Tan Kiam Lam lah yang melakukan kejahatan !"
Menyambung cerita Thung Lip dan Tan Ciu. Mereka
sedang bercakap-cakap didalam kamar tahanan Benteng
Penggantungan dibawah tanah.
Tan Ciu berkata. "Dikatakan bahwa Co Yong Yen
ditolong oleh Tan Kiam Lam."
"Betul." Berkata Thung lip.
Tan Kiam Lam menolong Co Yong Yen, bagaimana ia
dapat membunuh Co Yong Yen!
Tan Ciu menjadi bingung. "Pernahkah dengan cerita tentang Permaisuri dari Kutub
Utara?" "Dikatakan bahwa setelah Permaisuri dari Kutub Utara
dibunuh oleh kalian, mayatnya digantung diatas Pohon
Penggantungan." "Tidak. Hal ini tidak benar."
"Mungkinkah ada sesuatu rahasia lain?"
"Memang betul kami betul telah mengurung dan
mengeroyok permaisuri dari Kutub Utara, tapi kami tidak
membunuhnya, bahkan ia berhasil melarikan diri dari
kurungan dan bergerak bebas. Ia sama sekali belum mati."
Tan Ciu menjadi bingung, dengan heran ia mengajukan
pertanyaan. "Siapakahyang Penggantungan?" digantung diatas pohon "Inilah yang membingungkan kita orang." berkata Thung
Lip. "Pada pagi hari keduanya, kita mendengar berita
tentang pembunuhan pada diri Permaisuri dari Kutub
Utara. dikatakan bahwa jago wanita telah digantung oleh
orang diatas Pohon Panggantangan."
"Mengapa kalian tidak menyangkal berita tersebut?"
"Demi nama kita orang semua, tidak seorang pun yang
menyangkal berita tersebut."
"Dan akhirnya Permaisuri Kutub Utara itu tidak mati."
"Betul." "Siapa yang menolong Permaisuri dari Kutub Utara
lagi?" bertanya Tan Ciu. "Mungkinkah Tan Kiam Lam?"
"Kukira bukan." berkata Thung Lip. "Aku percaya. Terus
terang kuterangkan kepadamu bahwa Tan Kiam Lam
belum pernah melakukan sesuatu kebaikan. Bia rpun dia
adalah ayahmu, tapi aku harus barterus terang. Jangan
salahkan kepada sifatku ini,"
"Aku tidak menyalahkanmu. Kini Co Yong Yen telah
percaya kepada Tan Kiam Lam bahwa ketua Benteng
Penggantungan itulah yang menolong dirinya, tentu
dianggap berhutang budi kepadanya, segala keterangan
orang tidak akan dipercaya olehnya-"
"Ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan kepadamu,
dikala kau masuk kedalam rimba Pohon Penggantungan,
pernahkah melihat pencipta Pohon Penggantungan?"
"Belum!" "Belum?" Tan Ciu menganggukkan kepala. Si Cendekiawan Serba
Bisa Thung Lip berkata. "Saudara Tan, kuharap kau dapat membikin terang
perkara ini, aku tidak pernah melakukan perbuatan yang
terkutuk itu kepada Co Yong, tetapi dakwaannya tetap
seperti itu harap kau dapat membikjn jelas perkara."
"Baik, aku bersedia melulusi permintaanmu," berkata
Tan Ciu. "Sebelumnya, aku mengucapkan banyak terima kasih."
berkata Thung Lip. Tan Ciu memandang orang itu dengan perasaan kasihan.
"Oh.... hampir aku melupakan sesuatu..,,!" berkata
Thung Lip. "Soal apakah itu?" tanya Tan Ciu.
"Belum lama Tan Kiam Lam mengajak se orang gadis
yang bernama Cang Ceng Ceng, mereka masuk kedalam
kamar tahanan ini dan memperhatikan keadaan nona Co
Yong untuk beberapa waktu, membicarakan persoalan yang
menyangkut dirinya,"
"Kemudian?" Tan Kiam Lam mengatakan pula kepada nona Cang
Ceng Ceng, bahwa nona Co Yong telah menjadi gila karena
perbuatanmu. Dikatakannya kau adalah seorang pemuda
yang suka mempermainkan wanita."
"Oh ..." "Berhati-hatilah, Nona Cang Ceng Ceng itu seperti
sangat sedih sekali." berkata Thung Lip.
"Lamakah mereka disini?"
"Tidak" Kini mereka telah berada dilain ruangan,"
berkata Thung-Lip. Tan Ciu sedang berpikir, mengapa Tan Kiam Lam
mengajak Cang Ceng ceng masuk ke kamar tahanan ini"
Thung Lip berkata lagi, "Bila dugaanku tidak salah, Tan Kiam Lam akan
melakukan sesuatu yang tidak menguntungkan nona Cang
Ceng-ceng! Kukira dengan ilmu kepandaian Ie-sin Tayhoatnya ia dapat membuat
orang tidak berdaya. Hal ini
harus mendapat perhatian, dimisalkan Cang Ceng-ceng
berada dibawah kekuasaannya dengan mudah Cang
Cengcengdapatmelakukansesuatuyangtidak
menguntungkanmu. Kau harus berhati-hati. Ah.....aku
curiga kepada orang ini, kukira dia bukan Tan Kiam lam?"
Tan Ciu tersentak bangun dari lamunannya hatinya
mencelos. "Apa?" teriaknya keras.
"Kau tidak percaya bahwa ketua Benteng Penggantungan
bukan Tan Kiam Lam!" ditatapnya wajah sijago tua yang
kumal itu, "Betul, Kukira dia bukan Tan Kiam Lam." berkata
Thung Lip. "Mengapa?" "Apa yang telah dilakukan kepadamu tidak patut. Itu
bukanlah suatu perbuatan seorang ayah kepada anaknya.
Tidak mungkin Tan Kiam Lam dapat melakukan perbuatan
tersebut." Kecurigaan ini pernah timbul dalam pembicaraan Tan
Ciu, ia memang meragukan dan mengharap bahwa ketua
Benteng Panggantungan itu bukanlah jelmaan ayahnya.
Tapi kenyataan telah terbentang didepan matanya, ketua
Benteng Penggantungan itu adalah Tan Kiam Lam, itulah
orang tua lelaki. Mungkinkah seorang ayah dapat melakukan perbuatan
seperti apa yang Tan Kiam Lam lakukan kepada Tan Ciu.
Berpikir sampai disini Tan Ciu mengeluarkan keluhan
napas panjang. "Kau dapat merasakan keanehan ini ?" Thung Lip
mengajukan suatu pertanyaan.


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Betul," berkata Tan Ciu. "Aku harus mencoba dirinya."
"Apa yang akan kau coba?"
"Aku harus mencoba dan menjajal, betulkah dia yang
menjadi ayahku ?" Tiba tiba . . ! Terdengarlah suatu suara geseran kaki dari dalam kamar
tahanan! Ternyata orang tua bungkuk itu telah selesai
memberi pengobatan kepada Co Yong, ia telah bangkit
berdiri dan berjalan datang.
Tan Ciu meninggalkan Thung Lip, memapaki orang tua
bungkuk itu dan memanggi, "Cianpwe ... ."
Orang tua bungkuk menyusut keringatnya ternyata ia
telah lelah sekali. Tan Ciu kemudian memandang kearah Co Yong,
dilihatnya gadis itu tengah berbaring, agaknya sedang tidur
pulas sekali. Orang tua bungkuk berkata.
"Ia telah bebas dari kesengsaraan. Sebentar kemudian ia
akan sadar. Dan penyakit ingatannya telah kusembuhkan,
kau ada obat untuk penyegar badan?"
"Ada." Dari dalam saku bajunya Tan Ciu mengeluarkan obat
Seng-biat-hoan-bun-tan diserahkan kepada orang tua
bungkuk itu. Menerima pemberian obat Tan Ciu, orang tua bungkuk
kembali. Obat Seng-biat-boan-bun-tan dipilihnya sebutir
dan dimasukkan kedalam mulut Co Yong. Dan sekali lagi
ia mengurut-urut. Beberapa lama kemudian.... tubuh Co Yong yang tidur
pulas itu mengeliat. Perlahan-lahan ia membuka matanya.
Ternyata ia sudah sadar. Tan Ciu segera masuk kedalam kamar tahanan itu,
dengan menubruk tubuh Co Yong sambil berteriak.
"Nona Co. . ." Co Yong telah membuka matanya. berputar-putar
disapukan pandangan matanya kesekeliling ruangan. tiba-
tiba mendengar ada orang yanp memanggil namanya, maka
ia menatap dengan sinar matanya kearah wajah Tan Ciu.
Untuk seketika ia belum dapat melihat dengan jelas,
bagaikan impian yang baru sadar, hal itu masih
membingungkannya. "Kau ..." berkata sigadis dengan suara sangat lemah.
Tan Ciu menghampiri lebih dekat lagi.
"Siapa kau,. . . ?" bertanya Co Yong, "Ah ..." Co Yong
mengeluarkan keluhan tertahan.
Nama ini telah berkesan didalam hati dan pikirannya,
sudah mendarah daging dan nama inilah selalu dikenang
olehnya. Tanpa ia mendengar lagi, tentu ia tersentak
bangun, urat syarafnya menjadi tegang. ..
Tan Ciu hampir mengucurkan air mata, dengan sedih ia
berkata. "Nona Co, kau . . . tidak kenalkah kepadaku". . ."
Lama sekali Co Yong memperhatikan wajah Tan Ciu,
dan akhirnya mengenali akan wajah kekasihnya,
"Tan Ciu ..." akhirnya kata-kata ini telah keluar dari
mulut Co Yong, ia telah sembuh dari penyakit ingatannya.
Satu hal yang sangat menggirangkan Tan Ciu. Ia
mengulurkan kedua tangannya.
Co Yong membalas rangkulan itu, dan ia membiarkan
dirinya berada dalam dekapan pelukan Tan Ciu.
Sepasang kekasih yang telah lama tak bersua, kini saling
rangkul-rangkulan. Co Yong menangis sesenggukkan.
Segala sesuatu yang telah dideritanya harus dikeluarkan,
dan hanya air matalah yang dapat mengalirkan segala
kesengsaraan hidup. Tan Ciu memanggil perlahan.
"Nona Co . . ."
"Oh, . . . Tan Ciu . . . akhirnya kau tiba juga." berkata Co
Yong tiba-tiba. "Aku akhirnya berhasil menjumpaimu." Berkata Tan
Ciu. "Aku cukup merasa puas . .."
"Nona Co...." "Aku sudah merasa puas dapat menjumpaimu kembali.
Mati pun kembali. Mati pun kita aku rela. .. ." berkata Co
Yong lelah. Tan Ciu juga sedih, ia turut mengucurkan air mata.
Kesedihannya tidak dapat dibendung lagi. Walaupun ia
seorang pemuda, tetapi perasaan semacam itu tetap ada.
Terdengar suara Co Yong berkata.
"Tan Ciu tahukah kau, betapa rinduku padamu?"
"Aku tahu." kata Tan Ciu perlahan.
"Dikala aku sadar kembali, kukira aku tidak dapat
menjumpaimu lagi. . . ternyata aku dapat menjumpaimu. ..
. mungkinkah di alam mimpi" mungkinkah aku sedang
bermimpi..." "Tidak. Inilah suatu kenyataan."
"Kenyataan" Sungguh-sungguh aku berada disebelahmu
?" Co Yong masih ragu-ragu.
"Betul." berkata Tan Ciu menatap.
"Tan Ciu ..." Co Yong memanggil perlahan namanya
dengan tidak bersikap memandang pemuda itu.
Tan Ciu memegang kedua pipi Co Yong yang telah
menjadi pucat, dan tiba-tiba saja ia menempelkan bibirnya
kewajahnya itu. Co Yong menggigil dingin. Tapi rasa hangat itu telah
menghilangkan semua-muanya. Ciuman seorang pemuda
membawa kebahagiaan baginja. Dan sesudah itu membawa
harapan untuk dihari kemudian.
Mereka saling rangkul dan kedua pasang bibir itu
bertemu menjadi satu. Orang tua bungkuk mendehem.
"Hmm. . . masih banyak waktu untuk berkasih-kasihan,
bukan sekarang..." Co Yong mendorong tubuh Tan Ciu, wajahnya yang
pucatitubersemudaduiamenjadimalu.
Memandang kearah orang tua bungkuk itu sebentar dan
dengan penuh tanda tanya ia bertanya kepada Tan Ciu.
"Siapa dia?" "Dialahyang ingatanmu." telah menyembuhkan penyakit "Penyakit ingatan" Apakah aku menjadi gila" Aku telah
gila" Diakah yang menyembuhkan penyakit gilaku?"
"Betul!" berkata Tan Ciu perlahan.
Mengenangkan semua kejadian yang telah lewat
beberapa saat berselang, Co Yong berkata dengan suara
menggumam. "Oh...... jelaslah kini, Pocu telah melakukan sesuatu
yang jahat kepadaku."
"Betul, ia juga kejam. Bila tidak ada cianpwee ini,
penyakit gilamu mungkin sukar disembuhkan. Lekaslah
menghaturkan terima kasihmu kepadanya."
Co Yong lantas memberi hormat dan mengucapkan
terima kasih yang sebenar-besarnya kepada orang tua
buugkuk tersebut. Orang tua berkata. bungkuk mengulapkan tangannya dan "Lekaslah kalian tinggalkan tempat ini."
"Meninggalkan tempat ini?" Co Yong masih bingung.
Tan Ciu berkata. "Betul. Aku harus mengajakmu meninggalkan Benteng
Penggantungan." "Kemana kita pergi?" Tanya Co Yong.
"Kemanapun boleh Co Yong, kita harus selalu bersamasama. Aku cinta padamu.
Maukah kau ikut serta denganku?" "Aku bersedia." Co Yong menundukan kepala rendah.
Orang tua bungkuk berkata. "Mari, kalian
dibelakangku." Mengikuti dibelakang orang tua bungkuk itu, Tan Ciu
dan Co Yong meninggalkan kamar tahanan Benteng
Penggantungan. Menikung lagi dua kali, orang tua bungkuk itu
menghentikan langkahnya dan berkata kepada mereka.
"Setelah keluar dari suatu pintu rahasia kalian berdua
sudah berada dibelakang Benteng Penggantungan.
Dibelakang gunung ada satu jalan kecil ambilah jalan itu
untuk meninggalkan tempat jahat ini."
ikut Tan Ciu dan Co Yong berjalan pergi.
Tiba-tiba Tan Ciu merasakan bahwa orang tua bungkuk
itu tidak mengikutinya, ia membalikkan badan, dan betul
saja terlihat orang tua tersebut berdiri diam. Ia balik
kembali, katanya. "Cianpwte mengapa cianpwee tidak turut serta?"
"Aku" aku akan tetap berdiam ditempat ini," berkata
orang tua bungkuk itu. "Apa akibatnya bila Tan Kiam Lam telah mengetahui
kita melarikan diri" Apa yang akan dilakukannya
terhadapmu?" "Legakanlah hatimu. Ia tidak dapat berbuat sesuatu
kepadaku." "Cianpwe entah bagaimana harus kami nyatakan terima
kasih kami kepadamu."
"Sudah! Lekas kalian pergi."
Tan Ciu dan Co Yong meninggalkan kamar rahasia itu,
dan juga meninggalkan orang tua bungkuk itu.
= o OdwO o o = Meninggalkan cerita Tan Ciu dan Co Yong, dan
mengikuti drama Tan Kiam Lam beserta dengan Cang
Ceng ceng. Dengan ilmu kepandaiannya yang sangat jahat. Tan
Kiam Lam telah berhasil menguasai alam pikiran gadis
tersebut. Dengan muiah ia dapat memberikan perintah apa
saja yang dikehendakinya. Apa saja yang dimauinya!
Setelah berhasil memberi perintah kepada Cang Ceng
ceng untuk mencatat semua ilmu kepandaian gadis berbaju
putih yang lihay itu. Tan Kiam Lam mengantongi
catatannya, dan rencana berikutnya sudah mulai akan
dilakukan. Tan Kiam Lam memandang gadis itu, napsu birahinya
timbul seketika. Ia berkata.
"Bukalah Pakaianmu."
Tidak ada alasan untuk menolak, Cang Ceng-ceng
melakukan perintah itu, satu persatu ia mulai membuka
pakaiannya. Tan Kiam Lam menyaksikan satu pemandangan yang
bagai membakar hatinya, dadanya bergelora dengan hebat.
"Tidurlah disana." Tan Kiam Lam memberi perintah
selanjutnya. Dengan tanpa pakaian, Cang Ceng-ceng berjalan
ketempat yang ditunjuk, ia membaringkan dirinya.
Tan Kiam Lam mulai melakukan sesuatu yang diluar
batas manusia bermoral, dengan semau-maunya ia
menciumi seluruh tubuh gadis tersebut, sebentar lagi. ia
akan dapat melampiaskan nafsu kebinatangannya.
Cang Ceng-ceng tidak dapat menahan rasa gelinya, ia
tertawa cekikikan. Tan Kiam Lam menyerang dengan semakin kalap. segala
dari tubuh gadis itu diserangnya secara membabi buta.
Tertawa Cang Ceng-ceng semakin geli saja tertawanya,
didalam keadaan antara sadar dan tidak ia dapat melakukan
segala apa yang diperintahkan Tan Kiam Lam. Rasa geli itu
masih ada maka cekakak cekikik ia tertawa.
Suara tertawa inilah yang menggagalkan rencana Tan
Kiam Lam. Tan Ciu yang berpandangan tajam sudah dapat
mendengar suara tersebut. Dan pemuda itu terkejut,
menghentikan langkahnya memasang kuping lebih jauh.
Co Yong menjadi bingung, ia memandang pemuda itu
dan bertanya. "M e n g a p a ?"
Tan Ciu berkata dengan perlahan.
"Tunggulah disini sebentar, aku akan melakukan sesuatu.
Sekali-kali janganlah kau pergi kemana-mana."
Setelah memberi pesan itu, Tan Ciu melejitkan tubuhnya
meninggalkan Co Yong. Dengan mengikuti arah datangnya
suara ia sudah berhasil tiba diluar kamar Tan Kiam Lam.
Dikala Tan Kiam Lam hampir berhasil, tiba-tiba
terdengar suara jendela didobrak, seorang pemuda telah
muncul dihadapannya. "Kau?" Tan Kiam Lam membelalakan matanya.
Tan Ciu membentak dengan keras. "Binatang kau!"
Pikiran Cang Ceng ceng telah berada dibawah kekuasaan
Tan Kiam Lam, ia melihat kedatangan pemuda itu, tapi
tidak mengenalinya. Lupa bahwa dirinya tidak berpakaian
sama sekali, ia masih berbaring ditempatnya.
Tan Kiam Lam memberi perintah padanya, "Lekas
berpakaian." Cang Ceng-ceng mengenakan pakaiannya.
Kini Tan Kiam Lam menghadapi Tan
membentak pemuda itu, Ciu, ia "Apa maksudmu?"
"Hemm . , ." Tan Ciu mendengus! "Apa maksudmu?"
Tan Kiam Lam tidak mengerti, bagaimana Tan Ciu
dapat keluar dari kamar tahanan bagaimana dapat
membebaskan totokan-totokannya"
"Dengan cara bagaimana kau keluar?" berkata Tan Kiam
Lam. "Kau tak perlu tahu," kata Tan Ciu singkat.
Berpikir sebentar, dan Tan Kiam Lam dapat menduga
tentang kejadian larinya pemuda itu, dengan adanya
sibungkuk didalam kamar tahanan hatl itu memang suatu
hal yang tidak menguntungkan baginya.
"Ouw ..." Tan Kiam Lam menganggukkan kepala.


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengertilah aku."
"Mengerti apa?" berkata Tan Ciu.
"Si bungkuk yang melepaskan dirimu?"
"Betul. Dialah yang membebaskan diriku, Bagaimana?"
"Rejekimu memang bagus." berkata Tan Kiam Lam
kepada Tan Ciu. Tan Ciu menggeram. "Tan Kiam Lam, ada satu hal yang ingin kutanyakan
kepadamu." "Ha, ha, ha,.. " Tan Kiam Lam tertawa.
Tan Ciu maju dua langkah.
"Sebelum kau mati, tanyakanlah semua hal yang kau
tidak tahu, agar kau dapat mati dengan puas.?" Berkata Tan
Kiam Lam. "Kau ayahku?" bertanya Tan Ciu.
"Bila bukan anakku, sudah lama kau mati tahu?" berkata
Tan Kiam Lam. Tan Ciu menggeleng-gelengkan kepala, katanya.
"Kau bukan Tan Kiam Lam!"
Tan Kiam Lam tersentak bangun, ia mengalami satu
getaran hebat, katanya. "Siapa bilang bukan?"
Tan Ciu menatap tajam wajah sang ketua Benteng
Penggantungan, pemuda itu dapat melihat sesuatu yang
tidak beres. "Kau menyangkal?" Berkata lagi si pemuda.
"T e n t u." "Mengapa?" "Karena aku adalah Tan Kiam Lam."
"Kau bukan Tan Kiam Lam." Berkata Tan Ciu lebih
keras! "Mengapa kau mempunyai pendapat seperti ini?"
Katanya. "Karena aku dapat melihat seorang Tan Kiam Lam yang
lain." Berkata Tan Ciu.
"Tak mungkin." Berkata Tan Kiam Lam keras.
Tan Ciu memperhatikan segala gerak-gerik dan segala
kelakuan dan sikap ketua Benteng Penggantungan. sangat
teliti sekali, ia mengharapkan bahwa keterangan Thung Lip
yang mengatakan bahwa orang yang dihadapinyal ini
bukan Tan Kiam Lam. "Tan Kiam Lam," panggil Tan Ciu. "Kau tidak bodoh.
Pikirlah. Mengapa Sin Hong Hiap mengatakan bahwa kau
menantangnya bertanding diluar Benteng Penggantungan."
"Mengapa?" "Berpikiriah sebentar."
"Aku tidak mengerti."
Tan Ciu tertawa, katanya,
"Itulah Tan Kiam Lam asli yang menantangnya diluar
Benteng Penggantungan."
"Tidak mungkin."
"Mungkin saja."
"Tidak! Itulah Tan Kiam Lam palsu."
"Yang menantang Sin Hong Hiap adalah Tan Kiam Lam
asli. Kau palsu!" Tan Kiam Lam tertegun, tubuhnya gemetaran. seolaholah menemukan sesuatu yang
paling tegang. Tiba-tiba saja
satu perasaan yang tidak enak menyerang dirinya.
Dengan keterangan ini, dugaan bahwa Ketua Benteng
Penggantungan bukan Tan Kiam Lam semakin besar. Bila
betul dia Tan Kiam Lam, tentunya tahu masih mempunyai
seorang saudara kembar yang bernama Tan Kiam Pek"
Tan Kiam Lam masih tetap menyangkal. "Akulah Tan
Kiam Lam" Tan Ciu berdengus. "Siapakah Tan Penggantungan?" Kiam Lam yang diluar Benteng
"Imitasi! Barang tiruan?"
"Kukatakan bahwa dialah yang asli. Dan kau Tan Kiam
Lam palsu. Tan Kiam Lam tiruan. Tan Kiam Lam imitasi."
Tan Kiam Lam bergumam. "Tidak mungkin. .. . Tidak mungkin.... Ia telah mati."
"Siapakah yang telah mati?" Bertanya Tan Ciu keras.
Ketua Beateng Penggantungan itu terkejut, cepat-cepat ia
memulihkan dirinya, dengan sinar mata yang sangat merah,
ia menatap anak muda yang berada dihadapannya.
"Pergi! Lekas kau pergi dari tempat ini. Jangan turut
campur urusanku." Tan Ciu berkata. "Kau tidak bodoh. Seharusnya mengerti bahwa kau
bukan Tan Kiam Lam. Tan Kiam Lam yang asli telah
menantang Sin Hong Hiap bertempur sedangkan kau tidak
tahu." "Tidak mungkin. .. ."
Apa yang dikatakan tidak mungkin" Keterangan yang
Tan Ciu berikan kepadanyakah tidak mungkin atau. . .
.Kehadirannya Tan Kiam Lam asli yang tidak mungkin"
Jawaban ini hanya diketahui oleh si ketua Benteng
Penggantungan tersebut. Tan Ciu berkata. "Aku masih dapat menyebut alasan lainnya."
"Katakanlah lekas."
"Akan kukatakan, mengapa ada dua Tan Kiam Lam."
"Sudah kukatakan bahwa orang itu adalah pemalsu."
"Mengapabukan memalsukannya"' kau katakan kau "Tidak mungkin."
Dengan berbelit-belit Tan Ciu mulai memasuki
pembicaraan acaranya. "Kau tidak mempunyai saudara?"
Yang diartikan dengan tidak bersaudara Tan Ciu
memaksudkan Tan Kiam Pek. Bila Tan Kiam Lam salah
yang memberi jawaban tidak tahu, tidak tahu akan adanya orang
yang bernama Tan Kiam Pek. Pasti palsu.
Tan Kiam Lam bergumam. "Saudaraku". . . . ."
"Mungkinkah kau mempunyai saudara?" Bertanya Tan
Ciu. "Mungkinkah dia?"
"Siapa." "Tan Kiam Pek!" "Tan Kiam Pek itukah saudaramu?"
Tan Kiam Lam menganggukan kepala berkata.
"Betul. Dialah yang sering mengganggu usaha orang.
Saudara kembarku ini sering bersitegang. Puluhan tahun
yang lalu ia telah kembali lagi. Tidak kusangka ia telah
kembali lagi, Pasti dia. Pasti dia...... Ternyata ia telah
kembali." Tan Ciu bungkam. Apa yang dapat dikatakan lagi"
Sudah jelas bahwa ketua Benteng Penggantungan yang
berada dihadapannya adalah Tan Kiam Lam asli. Bukan
saja mengetahui nama Tan Kiam Pek, lebih dari pada itu
dikatakan juga bahwa orang itu saudaranya. Jelas, ketua
Benteng Penggantungan adalah Tan Kiam Lam.
Tan Ciu berdiri mematung. Apa yang dapat dilakukan
olehnya. Kepada ayah yang sangat jahat"
Tan Kiam Lam membuka suara.
"Kini kau keaslianku?" sudah tidak meragukan lagi tentang "Belum. Aku masih kurang percaya." Berkata Tan Ciu.
Tan Kiam Lam menyengir seram, ia mendekati pemuda
itu dan berkata. "Percaya atau tidak percaya. hal ini sudah tidak menjadi
soal lagi. Yang jelas kau tidak akan hidup lama."
"Kau ingin membunuh?"
"Betul." Berkata Tan Kiam Lam. "Aku tidak mempunyai
jalan lain, terpaksa, aku tidak dapat mengampuni lagi."
"Aku tidak membutuhkan pengampunanmu." berkata
Tan Ciu gagah. "Bagus," berkata Tan Kiam Lam yang sudah mulai siap.
Tan Ciu juga tidak lengah walaupun orang yang berada
didepannya adalah sang ayah, Diantara kebenaran dan
kejahatan tidak dapat dijadikan satu, mereka sedang
bersitegang, Tiba-tiba Tan Ciu berteriak.
"Hia, sudah jelas, wajah aslimu terbuka, Telah berulang
kali kau katakan bahwa kau seorang baik. Dan si Telapak
Dingin Han Thiat Ciu orang jahat, Kini kedokmu telah
terbuka! Kau jahat, tentunya kau inilah si Telapak Tangan
Dingin Han Thiat Ciu! Begitu, bukan?"
Tan Kiam Lam terbelalak tangannya yang sudah hampir
bergerak itu berhenti karenanya.
Tan Ciu berkata, "Kau kira aku mudah dihina?".
"Apa maumu?" "Kini kau telah membuka rahasiamu sendiri, kau telah
melakukan kejahatan yang tiada caranya. Dosamu tak akan
mendapat pengampunan."
"Walaupun aku telah melakukan kejahatan apa yang kau
mau?" Tan Kiam Lam masih bersikap temberang.
"Sebelum aku mati, aku akan berusaha menentangmu."
"Kau segera akan mati." Berkata Tan Kiam Lam.
"Belum tentu." Berkata Tan Ciu gagah.
Diantara kedua orang itu telah terjadi ketegangan yang
memuncak. Kecuali Tan Kiam Lam dan Tan Ciu, masih ada seorang
lainnya, itulah sigadis berbaju putih Cang Ceng Ceng,
sayang gadis itu telah di Ie-hun Tay-hoat, pikirannya adalah
otak Tan Kiam Lam. Ia berdiri menyaksikan kedua orang
yang berhadapan dekat itu.
Tiba-tiba . . . Terdengar suara geraman Tan Kiam Lam disertai
dengan gerakan tangan ketua Benteng Penggantungan itu,
ternyata ia itu telah memukul sipemuda, arahnya ialah
batok kepala Tan Ciu. Tan Ciu menyingkir dari arah serangan itu
mengenyampingkan diri, dari sini ia mengirim satu bacokan
tangannya yang hebat, Gerakan Tan Kiam Lam sangat luar biasa, diwaktu yang
sama ia telah mengirim serangannya yang kedua.
Mereka saling serang, tempat yang diancam adalah
kedudukan bahaya, masing-masing membatalkan serangan
itu, demikian, sama saja artinya dengan menghindari
ancaman musuh, hal itu bukan berarti menghentikan
pertempuran, sebelum dapat melihat jelas, bagaimana dua
tubuh itu terpisah. Mereka pun telah berhadapan, maka lagi
serangan berikutnya telah lepas. kini tak dapat dihindari
lagi, Tubrukkan terjadi . . . Bumm . . . Bagaikan ledakan yang
bunyi keras. Tubuh Tan Ciu terdorong mundur sehingga sepuluh
tombak . . . Oak!. . . memuntahkan darah segar, tubuhnya
bergoyang-goyang kehilangan posisi keseimbangan badan.
Ternyata tenaga latihan Tan Kiam Lam berada jauh diatas
pemuda itu, maka ia berhasil melukainya.
Tan Ciu mengempos tenaga, tapi tidak berhasil, lukanya
parah, tubuhnya jatuh ketanah, ia duduk numprah.
Tan Kiam Lam menggereng. ia mengangkat tinggi
tangannya, siap menamatkan riwayat hidupnya pemuda
bandel itu. Tan Ciu memeramkan kedua matanya, ia tidak berdaya,
menyerahkan nasib kepada takdir alam.
Disini terjadi keanehan ....
Tangan Tan Kiam Lam yang turun kearah sasaran itu,
tidak disertai tenaga, sangat perlahan dan kemudian
meninggalkan mangsanya yang tidak berdaya.
Tan Ciu menutup mata terlalu lama, beberapa saat, ia
membuka kedua mata itu, disaksikan kejadian aneh
tersebut, ia menjadi heran.
Mengapa" Mengapa Tan Kiam Lam tidak membunuh
dirinya" Mungkinkah hubungan keluarga yang memberatkan
putusan jahat si ketua Benteng Penggantungan"
Tan Kiam Lam masih mematung ditempat.
Tan Ciu tidak sabar, ia membuka suaranya yang sudah
menjadi lemah, katanya. "Tan Kiam Lam mengapa tidak
membunuhku?" Tan Kiam Lim masih mengatup mulutnya.
"Jangan kau melewatkan kesempatan bagus." Berkata
Tan Ciu. "Lewat hari ini, Jangan harap dapat membunuhku
lagi." Tan Kiam Lam tertawa berkakakan, katanya, "Ha, ha,
ha. ha.......Kesempatan tetap berada dipihakku."
"Ucapanmu ini terlalu besar. Suatu hari, kau akan
menyesalkannya kembali." Berkata Tan Ciu.
"Suatu hari, pasti aku membunuhmu."
"Kukira, kau mengimpi terlalu cepat."
"Mangkinkah kau dapat melawanku?"
"Hari ini tidak. Tapi pada suatu hari entah hari yang
mana, setelah aku berhasil meyakinkan ilmu kepandaian
yang lebih tinggi aku menantangmu."
"Itu waktulah, aku akan membunuhmu." Berkata Tan
Kiam Lam. "Mengapa tidak sekarang" Mungkinkah takut ada
pembalasan" Takut kepada seseorang."
"Baiklah. Akan kubuktikan kepadamu bahwa aku tidak
pernah takut kepada siapapun juga."
"Ingin membunuh?"
"Tentu." "Bunuhlah." "Tidak perlu menggunakan tanganku." Berkata Tan
Kiam Lam tersenyum iblis.
Tan Ciu terbelalak, ia tidak mengerti. Dengan tangan
siapa ketua Benteng Penggantungan itu akan membunuh


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya" "Mungkinkah kau melupakan pada kawanmu?" Inilah
suara Tan Kiam Lam, Tan Ciu tersentak bangun dari lamunannya.
"Kawanku?" Ia tidak mengerti. "Kawanku yang mana?"
"Lupa bahwa disini masih ada seorang gadis yang
bernama Cang Ceng Ceng?"
Tan Ciu melirik kearah gadis berbaju putih yang baru
disebut oleh Tan Kiam Lam, gadis yang sudah tiada
kesegarannya. Sayu dan lesu, bagaikan sesosok mayat
hidup yang baru bangkit dari tanah kuburan.
Tiba-tiba suatu perasaan menyerang Tan Ciu, seluruh
bulu tengkuknya berdiri. Bergema rinding, ia dapat
memahami arti kata-kata ancaman Tan Kiam Lam tadi.
Bila Tan Kiam Lam menghipnotis Cang Ceng-ceng
untuk membunuh dirinya... Akh..., Sungguh menyeramkan.
Suara Tan Kiam Lam yang seperti iblis itu bergema lagi.
"Tentunya kau cinta kepada Cang Ceng-ceng bukan?"
"Apa maksudmu?"
"Yang ini sangat penting. Kukira kau sudah dapat
menduga akan maksud dari kata-kata tadi."
"Kau ingin menggunakan tangan Nona Cang untuk
membunuh diriku." "Kau pintar. Sekali duga pun tepat. Bila kau mati
dibawah tangan orang yang dikasihi tentunya sangat
penasaran, bukan" Tentunya! Sangat tidak terima, bukan"
Nah rasakanlah getaran jiwa ini."
Tan Ciu menggeretek gigi, dirinya tidak berdaya, ia
membentak. "Kau bajingan."
"Ha, ha, ha....."
Tan Ciu berkerongkol, lupalah kepada luka dirinya, tidak
dapat ia menyabarkan dirinya lagi, tiba-tiba tubuhnya
melesat, dan memukul kearah Tan Kiam Lam.
Orang yang kita sebut itu tersenyum-senyum saja
ditempatnya, jelas diketahui bahwa pemuda itu akan
mengalami kegagalan. maka ia tidak gentar sama sekali.
Tubuh Tan Ciu meninggalkan tanah. tetapi dirasakan
sangat berat, tubuh tersebut segera jatuh kembali,
bergedebruk ditanah. "Ha, ha ha .. . . Tan Kiam Lam tertawa.
Tan Ciu memplototkan mata. Dan Tan Kiam Lam
membuka mulut, ia memandang targetnya.
"Nona Cang. .."
Cang Ceng Ceng terjengit ia mendongakkan kepala dan
memandang Tan Kiam Lam. "Bunuh orang ini." Tan Kiam Lam memberikan
perintah, Suara Tan Kiam Lam adalah perintah 'maut'. Cang Ceng
Ceng segera menjalankan perintah itu, ia mendekati
mangsanya. Tan Ciu telah mati kutu, ia memandang gadis berbaju
putih itu dengan sinar mata yang meminta belas kasihan.
Biar bagaimana, diantara Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng
pernah terjalin api asmara. menerima sinar mata sipemuda,
Serba Hijau 1 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Kisah Sepasang Rajawali 32
^