Pohon Kramat 7
Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 7
sudah wajib untuk mendengar cerita cianpwe." Demikian ia
meringankan ketegangan diantara mereka.
"Aku akan bercerita tentang segala kejadian itu. . . .
Dengan harapan, setelah selesai kau mengetahui duduk
perkara, kau dapat melakukan sesuatu untukku."
"Apakah tugas yang cianpwe hendak berikan?" Bertanya
Tan Ciu. "Tidak sulit untuk kau kerjakan."
Tan Ciu tidak menolak tawaran tersebut. Ia sangat
tertarik kepada pengalaman mudanya wanita rambut
panjang itu, tentunya luar biasa.
Tan Ciu memasang kuping panjang-panjang.
Dan wanita itu mulai bercerita, "Aku Thio Ai Kie......"
Entah mengapa, ia menghentikan katanya, memandang
kearah luar, matanya menunjukkan sinar tajam.
"Mengapa?" Bertanya Tan Ciu tak mengerti.
"Ada orang datang." Berkata wanita yang bernama Thio
Ai Kie itu. Tan Ciu memandang keluar. tidak terlihat ada sesuatu
yang mencurigakan, Ia memasang kuping juga tidak ada
urusan lain. kecuali suara hujan yang masih belum berhenti.
"Ada orang?" Tan Ciu kau kurang percaya,
"Benar." Berkata Thio Ai Kie. "Ia sedang menuju kearah
kita." "Aah. tidak kudengar adanya suara langkah kaki itu."
"Kini jaraknya semakin dekat. hanya seratus meter lagi."
Bila apa yang dikatakan oleh wanita itu benar hal itu
sungguh sulit dibayangkan.
Mungkinkah dapat mendengar suara derap langkah
seseorang yang masih berada dijarak seratus meter"
Sedangkan keadaan itu masih turun hujan" Suara berisiknya
angin ribut turut mengganggu. Betapa hebat ilmu
pendengaran wanita yang bernama Thio Ai Kie ini.
Thio Ai Kie berkata. "Aku hendak bercerita tanpa gangguan. Tapi orang ini
akan segera tiba." "Ia masih datang?"
"Arahnya tidak berubah. Kukira ia akan datang untuk
menghindari serangan hujan."
"Tentunya kemari?"
"Betul. . . Eh. . . Heran. rumahku belum pernah
mendapatkunjunganorang.Hariini,setelah
kedatanganmu, muncul lagi orang ini. ia datang lebih
dekat." Kuping Tan Ciu sudah dapat menangkap suara derap
langkah kaki orang yang baru datang, ia harus memuji
ketajamannya kuping Thio Ai Kie. dapat mendengar suara
yang dua kali lipat dari pendengaran dirinya.
Tiba tiba .... Terdengar suara pintu diketuk orang
"Siapa ?" Bertanya Thio Ai Kie.
"Seorang pengembara yang ditimpa hujan. dapatkah
memberi kelonggaran untuk meneduh."
"Silahkan." Pintu itu didorong, dan seorang tua berjalan masuk.
Melihat wajah itu, tiba-tiba Tan Ciu berteriak. "Kau!?"
Orang itu pun melihat adanya Tan Ciu. ia juga terkejut.
"Kau?" Terlihat sekian perobahan pada wajahnya yang
menjadi terang. Kedua orang itu saling pandang, Thio Ai Kie
menyaksikan hal tersebut memandang kedua tamunya, ia
bertanya. "Kalian saling kenal ?"
"Lebih dari kenal." katanya. "Kedatanganku ketempat ini
dengan maksud tujuan mencari dia."
Siapakah yang mencari Tan Ciu"
Orang yang mengejar Tan Ciu sehingga sampai
digunung Ceng-in adalah si Pendekar Angin Sin Hong
Hiap. Bagaimana Sin Hong Hiap dapat mengejar datang"
Bagaimana ia tahu bahwa Tan Ciu sedang menuju gunung
Ceng-in " Ini adalah suatu pertanyaan.
Memandang Tan Ciu beberapa saat. lalu Hong Hiap
berkata kepadanya. "Ho ho.... bila tidak diganggu oleh
hujan, perjalanan akan kuteruskan, gagallah aku
menemukanmu." "Kedatanganmu khusus mencari aku?" Bertanya Tan Ciu
heran. "Betul, sebelum kau masuk kedalam Gua Kematian, aku
harus menemukanmu." Disebutnya nama Gua Kematian. membuat Thio Ai khie
membelalakkan mata. Tan Ciu berkerut. "Bagaimana kau tahu, aku sedang melakukan perjalanan
ke Gua Kematian?" Ia menatap wajah pendekar tua itu.
"Mengapa tidak tahu" Setiap perbuatan tidak mungkin
dirahasiakan, bukan?"
"Maksudmu?" "Menuntut balas. Aku harus membunuhmu." Berkata
Sin Hong Hiap tegas. "Jauh-jauh kau mengejar datang untuk membunuh
seseorang?" "Betul. Dendam kematian muridku harus mendapat
wajah yang paling sempurna. Bila kubiarkan kau masuk
kedalam Gua Kematian, setelah kau menjadi seorang
linglung sinting, tiada guna dan tiada arti sama sekali. Kau
harus tahu, membunuh seseorang harus menanggung
akibat. Kau membunah muridku, maka aku harus
membunuhmu." Wanita berambut panjang, Thio Ai Kie turut bicara.
"Kalian ada menaruh dendam ?"
"Betul" Berkata si Pendekar Dewa Angin Sin Hong
Hiap. "Pemuda ini bernama Tan Ciu ia telah membunuh
muridku." Thio Ai Kie memandang Tan Ciu.
"Kau telah membunuh murid orang?" Ia meminta
kepastian. "Benar." Tan Ciu tidak menyangkal.
"Mengapa membunuh orang?" Tegur lagi Thio Ai Kie.
Tan Ciu bercerita soal kematian Chiu-it Cong, segala
sesuatunya diceritakannya dengan jelas.
"Betulkah cerita itu?" Thio Ai Kie memandang Pendekar
Dewa Angin Sin Hong Hiap.
Jago tua itu menganggukkan kepala.
"Kematian yang dicari sendiri." Berkata Thio Ai Kie.
"He...." Sin Hong Hiap terbelalak.
"Julukanmu pendekar Dewa Angin, kata-kata Pendekar
itu tidak mudah didapat. Mengapa mempunyai murid yang
seperti itu" Kematiannya akan membebaskan dirimu dari
kekotoran dunia, mengapa harus menuntut balas."
Sin Hong Hiap mendebat. "Chio It Cong dilahirkan
sebagai muridku segala sesuatu harus diserahkan kepadaku.
Orang luar tidak berhak ikut campur."
"Dimisalkan aku yang menemukan kejadianku, aku pun
akan membunuh Chio It Cong."
Wajah Sin Hong Hiap berubah.
"Ternyata kalian telah bersekongkol?" Ia sangat marah.
Thio Ai Kie berkata dingin.
"Pada tiga jam yang lalu, aku belum kenal dengan orang
yang bernama Tan Ciu ini."
"Mengapa membela dirinya?" Tegur Sin Hong Hiap.
"Kebenaran ada dipihaknya."
"Kebenaran berada dipihak yang berkuasa." Sin Hong
Hiap berdengus. "Gunakanlah sedikit aturan."
"Aku tidak kenal, apa itu artinya aturan." Pendekar
Dewa Angin Sin Hong Hiap agaknya telah naik pitam.
Wanita rambut panjang Thio Ai Kie tidak mau kalah.
dengan geram ia membentak. "Sin Hong Hiap. lekas kau
keluar dari rumahku." Ia mengusir,
Sin Hong Hiap tertawa dingin.
"Ingin main keras?" Ia tidak takut.
"Sebelum aku malah memaksa kau keluar dari sini. Ada
baiknya kau tahu diri. Keluarlah!" berkata Thio Ai Kie.
"Ha ha. . . Aku segera meninggalkan rumah ini setelah
berhasil membunuh Tan Ciu."
"Tidak mungkin."
"Bagus! Akan kubuktikan
berkuasa. dialah yang menang."
kepadamu, siapa yang Sin Hong Hiap menutup kata-katanya dengan satu
pukulan. Arah tujuannya bukan wanita rambut panjang itu,
tapi batok kepala Tan Ciu, ia benci kepada pemuda itu, Tan
Ciu adalah orang yang telah menghilangkan jiwa muridnya
juga menjatuhkan nama Sin Hong Hiap yang ternama.
Langkah Sin Hong Hiap telah berpikir masak-masak, bila
ia bergebrak dengan wanita rambut panjang itu, mengingat
ilmu kepandaian orang yang seperti berada diatas Tan Ciu,
tentu memakan waktu lama, entah bagaimaua akhir
pertempuran mereka. Thio Ai Kie tidak tinggal diam. Tubuhnya melesat
menggulung pukulan Sin Hong Hiap
Sin Hong Hiap telah menduga akan adanya gangguan
itu. maka ia bergerak cepat, memukul Tan Ciu dengan
kecepatan kilat. Di samping tak lupa ia mengadakan
penjagaan diri, Menangkis dan menyingkirkannya.
Sin Hong Hiap bergerak lebih dahulu, Thio Ai Kie
menyusul belakangan, tapi kecepatan wanita rambut
panjang itu sungguh luar biasa. bukan saja berhasil
menangkis serangan Sin Hong Hiap yang mengancam Tan
Ciu, lain serangan yang mengancam pendekar tua itu tidak
gagal. Buumm, Bummm...... Telapak tangan Thio Ai Kie telah mampir dipunggung
dibelakang Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap.
Darah merah muncrat dari mulut sipendekar Angin.
Inilah akibat dari kecongkakkan Sin Hong Hiap mendapat
nama puluhan tahun, belum pernah dikalahkan orang,
apalagi berhadapan dengan wanita berambut panjang yang
dianggap sipil, ia hanya menggunakan setengah bagian,
dengan sisa tenaga lainnya tetap menyerang Tan Ciu.
Karena itulah, ia menderita kerugian.
Tan Ciu terbelalak. Dengan jatuhnya Sin Hong Hiap
terbuktilah betapa hebat ilmu kepandaian wanita yang
bernama Thio Ai Kie ini. Wajah Sin Hong Hiap terlihat sangat seram, bibirnya
meleleh darah, matanya disipitkan. hanya sebelah. Rasa
benci penasaran. sakit hati dan dendam bercampur menjadi
satu. "Baik." Akhirnya ia berkata lemah. "Aku Sin Hong Hiap
menerima kekalahanku. Lain kali, aku akan balik kembali
mengadakan pembalasan."
Tubuhnya melesat ingin keluar dari pintu. Thio Ai Kie
lebih cepat, ia sudah menghadang kepergian si jago tua.
serta merta mengeluarkan bentakan.
"Tunggu dulu!" "Apa lagi yang kau mau ?" Sin Hong Hiap mempentang
kedua matanya. "Aku harus menahan kepergianmu." kata Thio Ai Kie.
"Bagus! Belum tentu aku dapat mati dibawah
tanganmu." Sin Hong Hiap telah menderita luka yang tidak
ringan, suaranya pun agak lemah.
"Aku tidak berniat membunuhmu." Berkata Thio Ai Kie.
"Maksudmu." "Melarang kau meninggalkan rumah ini."
"Bagus. Aku harus menerjang keluar." Berkata Sin Hong
Hiap yang disertai gerakan tubuhnya.
Thio Ai Kie tidak berpeluk tangan, tangannya bergerakgerak, menutup jalan si
Pendekar Dewa Angin. Beberapa kali Sin Hong Hiap menerjang, beberapa kali
pula ia tertahan. Kecepatan Thio Ai Kie luar biasa. kini menggunakan jari
'Cret!' menotok jalan darah Sin Hong Hiap. Si jago tua itu
jatuh tubuhnya. Tan Ciu sangat berterima kasih kepada wanita berrambut
panjang itu, bila tidak ada Thio Ai Kje yang membantu
dirinya, pasti ia terluka dibawah tangan Sin Hong Hiap.
Mungkin pula ia sudah mati saat ini.
"Atas bantuan cianpwe, aku Tan Ciu mengucapkan
terima kasih," Demikian berkata si pemuda.
"Aku benci kepada manusia-manusia congkak sebangsa
Sin Hong Hiap." berkata Thio Ai Kie.
"Bagaimana cianpwee hendak menempatkan dirinya?"
Bertanya Tan Ciu dengan jari tangan menunjuk kearah Sin
Hong Hiap yang jatuh tengkurap.
"Biarkan saja ia tidur ditempat itu. Setelah selesai kita
bercerita,akankuusahakan,bagaimanaharus
menyelesaikan dirinya."
Tan Ciu tidak mengusut terlalu panjang,
Thio Ai Kie berkata gemas.
"Bila bukan karena kedatangannya ceritaku sudah
selesai. Ia banyak mengganggu waktu kita. Eh. masih
bersediakah kau mendengarkan ceritaku?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Oh. kudengar kau hendak masuk kedalam Goa
Kematian?" "Betul!" "Apa maksudmu masuk kedalam gua itu?" Bertanya
Thio Ai Kie. "Aku harus menolong dirinya." berkata Tan Ciu sambil
menunjuk kearah Cang Ceng Ceng.
Thio Ai Kie memandang gadis itu sebentar, kemudian
bertanya. "Lukanya berat?"
"Sangat berat."
"Mengapa harus masuk kedalam Gua Kematian?"
"Lukanya bukan luka biasa. Ia mendapat tekanan ilmu
Ie-hun Tay-hoat." "Ie-hun Tay-hoat?" Bertanya Thio Ai Kie tersekut.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Betul. Dikatakan orang. hanya Penghuni Gua Kematian
yang dapat menghilangkan tekanan ilmu Ie-hun Tay-hoat."
Thio Ai Kie menganggukkan kepalanya.
"Tidak dapat disangkal." Ia berkata. "Tapi. pernahkah
dengar tentang peraturan Gua Kematian?"
"Merusak alam pikiran orang yang memasukinya. Itukah
peraturannya ?" "Betul. Dan setiap orang yang telah masuk kedalam Gua
Kematian, ia akan menjadi sinting linglung."
"Aku tahu." Berkata Tan Ciu. "Aku rela mengorbankan
diriku." "Demi keberuntungannya bukan?"
menunjuk kearah Cang Ceng Ceng,
Tan Ciu membenarkan pertanyaan itu.
Thio Ai Kie berkata kepada Tan Ciu.
Thio Ai Kie "Cerita yang akan kukisahkan ada hubungannya dengan
Penghuni Guha Kematian itu,"
"Ooo..." Tan Ciu semakin tertarik.
"Namaku Thio Ai Kie,..." Wanita itu mulai bercerita.
"Dia Kho Liok." Tangannya menunjuk kearah peti mati
merah ditengah-tengah ruangan.
Tan Ciu mengerti, tentunya pemuda yang didalam peti
mati itulah yang dimaksudkan bernama Kho Liok.
"Kecuali kami berdua, tokoh ketiga adalah kakakku yang
bertama Thio Bie Kie." Meneruskan cerita Thio Ai Kie.
"Kami bertiga terlibat didalam kisah percintaan."
Tan Ciu sudah menduga akan hal itu, ia memasang
kuping lebih tajam. Thio Ai Kie meneruskan ceritanya.
"Kakakku sangat sayang kepadaku. kami dibesarkan
bersama, tanpa ada kasih sayang orang tua, mereka telah
tiada. Kami hidup bersama beberapa saat dan berguru
kepada seorang nenek ahli silat yang bernama Kui Boh Cu.
Dikala aku genap berumur dua puluh tahun, tidak sedikit
pemuda-pemuda yang melamarnya, tapi semua lamaran itu
ditolak ia tidak mau meninggalkan diriku. aku dianggap
anak kecil, selalu membimbing diriku. Dikatakan olehnya,
sebelum aku mendapatkan jodohku, ia tidak akan menikah
dengan orang. Ia lebih suka diam dirumah, sedangkan aku
sering berkelana, dengan ilmu kepandaian yang kumiliki,
aku berhasil mendapatkan gelar Pendekar Wanita Berbaju
Hitam....." Thio Ai Kie menghentikan ceritanya, ia bermuram durja,
tentunya sedang mengenang akan kejadian masa silamnya.
Tak lama Thio Ai Kie merenung, lalu meneruskan pula
ceritanya. "Karena kebinalan aku itulah. aku berkenalan dengan
seorang pemuda yang bernama Kho Lok." sambung cerita
wanita itu, "Kami saling jatuh cinta. Orang-orang yang
mengiri pada cinta kami memberi tahu kepadaku. dikatakan
bahwa pemuda bernama Kho Liok inilah ahli wanita.
tukang mempermainkan wanita. penggoda wanita. Tapi
tidak kuterima kisikan-kisikan itu. Di sampingku. Kho Liok
sangat baik dan patuh. tidak mungkin seorang hidung
belang. kami sangat puas merantau kebeberapa tempat,
dibawah buaian asmara kami melupakan semua kedukaan
dunia." "Dan kalian menikah?" Tan Ciu mengemukakan dugaan.
"Belum." Berkata Thio Ai Kie. "Desas-desus semakin
santer segera kutanyakan kepada dirinya. dari mana asal
desas desus itu. Ia menyangkal, dikatakan bahwa mereka
tak tahu menahu, kecuali aku, ia belum pernah jatuh cinta
kepada orang. Itu waktu aku meninggalkan kakakku, maka
ia tak tahu juga tak dapat meminta pendapatnya. Kata-kata
Kho Liok yang berkesan ialah, ia mengatakan telah
melakukan suatu kesalahan besar. Kutanyakan, kesalahan
apakah yang telah diperbuat" Ia tidak mau memberi
keterangan yang lebih jelas. Betul-betul aku sangat cinta
kepadanya. Maka urusan itu tidak kutarik panjang."
Tan Ciu mendengarkan cerita tersebut dengan penuh
perhatian. "Pada suaru hari." Thio Ai Kie melanjutkan cerita,
"Kami bercakap-cakap tentang keluarga masing-masing.
kukatakan bahwa aku masih mempunyai seorang kakak
yang bernama Thio Bie Kie, wajahnya berubah. Dengan
acuh tak acuh ia mendengarkan cerita itu tanpa suara. Dan
dengan alasan sakit kepala ia berpisah. Itulah perpisahan
untuk jangka waktu yang lama, tanpa pamit lagi ia
meninggalkan diriku."
"Mungkinkah ada sesuatu yang menyangkut Thio Bie
Kie cianpwe?" Tan Ciu mengemukakan pendapat.
Thio Ai Kie menganggukkan kepala.
"Musuh Thio Bie Kie?" bertanya lagi Tan Ciu.
"Bukan." "Mengapa ia lari tanpa pamit?"
"Dia adalah kekasih Thio Bie Kie."
"A a a a .... "
"Ia mengatakan, pernah melakukan suatu kesalahan,
itulah yang dimaksudkan. Sebelum kami berkenalan. Thio
Bie Kie telah berhubungan dengannya, itu waktu aku
sedang berkelana, maka tidak tahu hal tersebut. Bila aku
tahu adanya hubungan diantara mereka, tentu aku dapat
menghindari kisah percintaan."
"Kalian kakak dan adik sangat mengasihi, seharusnya
mudah diselesaikan, bukan?" Berkata Tan Ciu.
"Akupun memikirkan begitu, segera pulang dan kutemui,
Thio Bie Kie, kuceritakan semua kejadian, kuceritakan
tentang semua yang menyangkut Kho Liok. Thio Bie Kie
tidak mendengar habis semua kisahku tatkala mendengar
nama Kho Liok disebut, ia jatuh pingsan. . . . Aku bingung.
Cepat-cepat kusadarkan Thio Bie Kie. setelah ia sadar dari
pingsannya, dengan marah mencaci maki diriku, belum
pernah aku melihat ia marah besar seperti itu. Aku takut
sekali. Ternyata kisah percintaannya dengan Kho Liok
tidak sengaja, mereka telah melewati batas-batas
persahabatan. tanpa disengaja cinta kakakku kepada Kho
Liok hanya sepihak, sedangkan Kho Liok tidak cinta
padanya. Kisah mereka dimulai setelah Kho Liok terluka,
ia lari mendapatkan Thio Bie Kie. luka itu luar biasa,
dikelabui musuh sehingga menerima bisa racun yang jahat.
Thio Bie Kie berusaha menyembuhkan dirinya, didalam
keadaan setengah sadar, mereka telah mengadakan
hubungan yang melampaui batas, Setelah Pho Liok
sembuh. dikatakan ia harus menuntut balas. dan ia pergi...
Pergi untuk tidak kembali lagi. Thio Bie Kie merana, tapi
aku tidak diberi tahu tentang penderitaan itu. Aku
meninggalkan kakakku. kucari Kho Liok dibeberapa
tempat. akhirnya aku berhasil menemukannya. Kutegur
mengapa dia berani mempermainkan kami kakak beradik"
Dikatakannya ia tidak bermaksud mempermainkan kami,
orang yang dicintai adalah aku, sedangkan hubungan
dengan Thio Bie Kie dilakukan tanpa sadar, itu waktu bisa
racun belum semua keluar, ditambah dengan cinta Thio Bie
Kie kepada dirinya, maka terjadilah tragedi tersebut... Aku
cinta kepada Kho Liok tapi aku lebih cinta kepada kakakku.
Kuanjurkan kepadanya agar kembali kesamping Thio Bie
Kie, ia menolak. Kami bertengkar dengan hasil kesudahan
matinya dia dibawah tajamnya pedangku."
"Aaaa .." Tan Ciu mengerti akan duduknya perkara dari
hasil percintaan segitiga.
"Bukan maksudku untuk membunuh Kho Liok."
Meneruskan cerita Thio Ai Kie. Suaranya menjadi sember.
air matanya telah membasahi wajah setengah tua itu.
"Dengan sedih aku menggendong jenazahnya, kubawa
pulang dan kutemukan Thio Bie Kie kuceritakan segala
kejadian yang telah terbentang dihadapannya, kesalahan
tersebut tidak dapat diperbarui lagi."
"Thio Bie Kie cianpwee tidak dapat memaaffkan?"
Bertanya Tan Ciu. "Dengan jatuh bangun dari pingsannya, ia menangis
sesambatan, mengapa aku berlaku ceroboh, membunuh
orang yang kami cintai" Dikatakan aku kejam, tidak mau ia
mempunyai seorang adik kejam, sifat-sifatnya berubah
hampir menjadi gila, kulihat perubahan pada wajahnya, aku
tinggalkan begitu saja. Mulai hari itu aku tinggalkan oleh
dua orang yang kukasihi, Kho Liok mati. Thio Bie Kie lari,
Untuk menebus dosaku, aku menetap disini, kukawani
jenazah Kho Liok sehingga hari ini."
"Tidak ada kabar beritakah dengan Thio Bie Kie
cianpwe?" Bertanya Tan Ciu.
"Dia adalah Penghuni Guha Kematian yang akan kau
kunjungi itu." "Aaaaaa......" "Sifatnya telah berubah, aku diancam dilarang memasuki
guhanya. setiap orang yang masuk kedalam guha tersebut
akan mengalami tekanan jiwa. otaknya dimiringkan,
mereka menjadi sinting dan linglung. "
Thio Ai Kie selesai mengisahkan cerita tentang
percintaan dan sebab musabab dari keluarga mereka.
Selesai mengisahkan cerita lama, Thio Ai Kie berkata,
"Dapatkah kau membantu diriku."
"Akan boanpwe usahakan." Berkata Tan Ciu.
"Kukira tidak sulit untuk kau lakukan." Berkata Thio Ai
Kie. "Permintaanku tidak banyak. Apalagi mengingat kau
sedang menuju kearah Guha Kematian. lebih mudah lagi.
Tolong kau sampaikan rasa penyesalanku kepada Thio Bie
Kie. Mau tidaknya ia menerima rasa penyesalanku, terserah
kemudian hari." Tan Ciu memberikan janjinya, ia menerima tugas
tersebut. "Dan aku mempunyai lain permintaan." Berkata lagi
Thio Ai Kie. "Katakanlah." Tan Ciu memandang wanita berambut
panjang itu. "Tolong kau kebumikan jenazahnya." Thio Bie Kie
menunjuk kearah peti mati merah yang berisi mayat Kho
Liok. Tan Ciu terbelalak. "Bukankah ingin kau kawani terus menerus?" Ia tahu
betul akan hal itu, maka tidak segera melulusi permintaan
orang. "Kini, pikiranku telah berubah." Berkata Thio Ai Kie.
"Kukira sulit." Berkata Tan Ciu. "Setelah kukebumikan
dirinya. Mungkin kau bongkar kembali, Kau akan
mengawani dirinya." Thio Ai Kie menggeleng-gelengkan kepala.
Katanya tegas, "Aku tidak mengebumikan dirirya,
karena aku tidak tega. Tapi kau orang lain, kukira akan
dapat menolong diriku."
"Baiklah." Tan Ciu tidak keberatan.
Pada hari berikutnya, didepan rumah kayu itu telah
bertambah satu makam baru itulah makam Kho Liok.
Tan Ciu menyaksikan Thio Ai Lie bersembahyang.
Beberapa saat kemudian, Thio Ai Kie bangkit, memandang
Tan Ciu seraya wanita itu berkata.
"Aku mengucapkan terima kasih kepadamu."
"Dengan senang hati. Aku melakukan pekerjaan ini."
Tan Ciu merendah. Sebelum jenazah Kho Liok dikebumikan, Thio Ai Kie
pernah meminta mutiara Jit goat-cu, yang pada sebelumnya
berada dalam mulut jenazah Kho Liok. Kini, dari dalam
saku bajunya, ia mengeluarkan lagi mutiara tersebut
diserahkan kepada Tan Ciu dan berkata kepada si pemuda,
"Ambillah mutiara ini."
Tan Ciu mundur, dengan menggeleng-gelengkan kepada
menolak. "Tidak dapat kuterima hadiah pemberianmu."
"Kukira, kau akan membutuhkannya. Mutiara Cit goatcu dapat menghilangkan semua
bisa racun. dapat tahan panasnya api dan dapat mengusir dinginnya es, sangat
mujijat untuk pengobatan-pengobatan. Aku tidak
membutuhkannya. Terimalah."
Setelah dipaksa. Tan Ciu menerima pemberian yang
sangat berharga itu. "Terima kasih." Ia berkesan baik kepada Thio Ai Kie,
"Kau ingin menjumpai kakakku?" Bertanya Thio Ai Kie.
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Sudah berpikir masak-masak, akan akibat yang akan
kau derita?" tanya lagi Thio Ai Kie.
Lagi-lagi Tan Ciu menganggukkan kepala. "Hanya jalan
ini yang dapat kutempuh untuk menolong Cang Ceng Ceng
dari kesengsaraan." "Tapi. kau akan menggantikan dirinya. kau akan lebih
sengsara." "Sudah boanpwe pikirkan masak masak."
"Kudoakan saja kau berhasil." Berkata Thio Ai Kie.
"Terima kasih." Berkata Tan Ciu.
"Kau tahu dimana letak Guha Kematian?" Bertanya lagi
Thio Ai Kie. "Boanpwe membutuhkan keterangan yang lebih jelas.
Tentunya cianpwe tidak keberatan untuk memberi tahu,
bukan?" Thio Ai Kie memberi tahu letak tempat Guha Kematian.
Membawa Cang Ceng Ceng. Tan Ciu mengambil
berpisah dengan wanita itu mereka harus melanjutkan
perjalanan. kearah Guha Kematian.
Dengan adanya petunjuk Thio Ai Kie, secara mudah
Tan Ciu berhasil menemukan Guha Kematian.
Disuatu lereng lembah, pada bawah tebing curam yang
sangat tinggi, terdapat sebuah guha dengan tulisan 'GUHA
KEMATIAN'. Tak gentar dengan menggendong tubuh Cang Ceng
Ceng. Tan Ciu memasuki guha tersebut.
Guha tersebut tidak terjaga, sangat gelap, jauh
didepannya, baru terlihat titik terang. Hal itupun
menandakan betapa panjang dari isi Goba Kematian.
Berjalan setengah bagian, tiba-tiba terdengar ada suara
yang membentak.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Berhenti." Datangnya suara dari lorong gelap lain,
ternyata Guha Kematian mempunyai cabang.
Tan Ciu menghentikan langkahnya.
Terdengar lagi suara itu berkata. "Dengan maksud apa
kau berada ditempat ini?"
Itulah suara seorang wanita.
Tan Ciu memberikan menyembuhkan seseorang."
jawaban, "Boanpwe harus "Kau tahu bahwa kau telah memasuki Guha Kematian."
"Boanpwe tahu." jawab Tan Ciu tenang.
"Dengan tentang peraturan Guha Kematian?"
"Cukup paham." Suara wanita itu terhenti sebentar, kemudian berkata.
"Kuanjurkan kepadamu ada lebih baik untuk kembali.
Segeralah keluar dari guha ini."
Tan Ciu tidak takut kepada gertakkan itu. "Dengan
siapakah boanpwe berhadapan?"
"Seharusnya kau tahu." Berkata suara itu.
"Penghuni Guha Kematian ?"
"Heemm . . ." "Boanpwe ada urusan, maka boanpwe tidak akan keluar
guha sebelum urusan itu berhasil."
"Berpikirlah lagi, apa akibatnya, bila seseorang berani
masuk kedalam Guha Kematian?"
"Sudah boanpwe pikirkan. dapatkah bertemu muka?"
"Aku tidak bersedia menemui orang."
"Bounpwe mohon dengan sangat."
"Permohonan itu kutolak."
"Kawan wanitaku sangat membutuhkan pertolongan."
"Itu urusanmu. Bukan urusanku." Berkata penghuni
Guha Kematian ketus. "Dia segera mati."
"Sudah kukatakan, bukan urusanku."
"Tapi. . ." "Tanpa tapi. Lekas kau keluar."
"Aku telah berada ditempat ini. Mengapa harus keluar
lagi?" "Ingin mencari kematian ?"
"Ha. ha . . . ."
"Apa yang kau tertawakan ?"
"Kukira kau bukan Penghuni guha Kematian."
"Mengapa kau mempunyai pikiran seperti itu ?"
"Tidak cocok dengan apa yang digambarkan orang,"
"Apa yang orang gambarkan tentang diriku?" Suara
wanita didalam lorong guha gelap itu tergetar agaknya ingin
tahu, apa yang dunia luar ceritakan tentang keadan guha
Kematiannya. "Kau Thio Bie Kie?" Bertanya Tan Ciu.
"Eh....." Disebutnya
mengejutkan. nama Thio Bie Kie sangat "Mengapa tidak menjawab?" Tegur lagi si pemuda.
"Bagaimana kau tahu, ada orang bernama Thio Bie Kie?"
Suara itu semakin bergetar. didalam dunia persilatan,
siapakah yang mengetahui bahwa Penghuni Guha
Kematian bernama Thio Bie Kie"
Dan Tan Ciu dapat menyebut nama itu. Suatu hal yang
mengejutkan orang yang bersangkutan.
"Ingin tahu?" Berkata lagi Tan Ciu berada diatas angin.
"Katakan. dari mana kau tahu nama itu?" Bentak suara
yang belum terlihat. "Akan kuberi tahu kepadamu. setelah kita bertema
muka, secara tuan rumah dan seorang tamu. Bukan seperti
keadaan ini, didalam keadaan gelap gulita."
"Aku tidak bersedia menerima tamu," itulah suara
wanita didalam Guha Kematian. "Kau kira setelah
menyebut nama Thio Bie Kie, aku dapat menerima
kedatanganmu, kau mengimpi."
Tan Ciu mengasah otak. Bagaimana ia dapat menemui
orang ini" Kecuali menggunakan tipu saja.
"Aku menemukan seseorang . . ," Ia ingin menggunakan
kelemahan Tho Bie Kie. "Siapa yang telah kau temukan?" Bertanya suara wanita
didalam kegelapan itu, "Seorang yang bernama Kho Liok," Berkata Tan Ciu
sambil menunggu reaksi orang.
Suara penghuni Guha Kematian tidak terkejut, terdengar
ia membentak, "Kemudian!". "Kho Liok menceritakan tentang keadaan dirimu."
Berbohong Tan Ciu, Ia menduga sedang berhadapan
dengan Thio Bie Kie. "Tidak mungkin. Suara wanita itu berteriak, "Kho Liok
sudah tidak ada!" "Kau salah." Berkata Tan Ciu. "Sungguh2 aku telah
melihat Kho Liok." Wajah jenazah Kho Liok yang Tan Ciu maksudkan.
Tapi ia tidak menyebut dengan jelas sengaja memancing
keluar lawan. "Kau menemuinya didalam impian." Berkata penghuni
guha Kematian itu. "Sungguh." Berkata Tan Ciu dengar suara pasti.
"Dimana?" "Didalam sebuah rumah kayu." Lagi-lagi Tan Ciu main
lidah, entah rumah kayu yang mana yang dimaksudkan
olehnya, mungkin rumah kayu Thio Ai Kie. mungkin juga
rumah kayu didalam liang kubur Kho Liok.
Suara wanita itu berteriak. "Tidak mungkin . . . Ooooo . .
.!!" Dengan kepintaran otaknya, ia maklum bahwa dirinya
sedang ditipu mentah-mentah dengan tenang ia berkata.
"Aku mengerti . . . Kau sedang menggunakan akal untuk
memancing diriku keluar menemuimu. bukan" Putuskanlah
harapanmu ini. Semua itu tidak dapat mengelabui diriku."
"Tidak percaya" Aku adalah murid Kho Liok." Semakin
lama Tan Ciu semakin mengelindur jauh.
"Ha. ha .. siapa namamu ?"
"Tan Ciu." "Apa "! . . . Tan Ciu "! . ."
Dari lagu suara orang yang tersentak dan terputus hati
Tan Ciu hampir mencelat. Agaknya orang itu pernah
mendengar dirinya, maka sangat terkejut.
Dikala orang tersebut mendengar nama Thio Bie Kie
disebut, ia terkejut! Mendengar nama Tan Ciu disebut, ia lebih terkejut lagi.
= oooOdwOooo = Wanita yang berada didalam Guha Kematian terkejut
karena Tan Ciu menyebut namanya. itulah tidak masuk
diakal, karena jarang sekali orang yang mengetahui dirinya
telah menjadi penghuni Guha Kematian.
Tan Ciu menyebut nama dirinya dan wanita didalam
guha gelap itupun lebih terkejut, ini agak tidak mudah
dimengerti. Apakah yang dikejutkan olehnya "
"Hei...." Tan Ciu berteriak. "Kenalkah kepadaku?"
"Uh... Uh... mengapa harus kenal kepadamu?" Suara itu
memberikan jawaban yang samar-samar.
"Mengapa kau terkejut ?"
"Aku terkejut" Heh.... Nama Tan Ciu ini pernah
kudengar." "Siapa orang itu" Siapa yang memberi tahu namaku ?"
"Orang yang pernah masuk kedalam Guha Kematian.
Kau putra Tan Kiam Lam bukan" Tidak perduli putra
siapa. ada lebih baik bila kau bersedia meninggalkan guha."
"Bila tidak" Kau akan membunuh?"
"Aku belum pernah membunuh orang."
"Hanya memiringkan otak orang," Berkata Tan Ciu.
"Itupun lebih kejam dari pada pembunuhan."
"Hee, he. he . , . Kau pintar."
"Aku bersedia menanggung segala resiko, setelah kau
menyembuhkan penyakit kawan wanitaku ini."
"Tidak mungkin."
"Tolonglah." Tan Ciu mulai memohon.
"Dengarlah kata-kata peringatanku,
meninggalkan Guha Kematian."
segera kau "Tidak . , . Ti . . .dak . ." Tan Ciu menjadi kalap, ia
menerjang masuk. Terdengar berkesiurnya angin, satu serangan menyerang
pemuda itu. Tan Ciu mengadakan tangkisan. datang lagi lain
serangan, bertubi-tubi. didalam keadaan gelap gulita. Tan
Ciu berdaya. tiba-tiba dirasakan kepalanya berat ada jari
yang menotok dirinya, matanya terkatup tububhnya roboh,
ia jatuh pingsan. Keadaan masih tetap gelap . . . . .
Satu bayangan menenteng Tan Ciu dengan lain tangan
membawa tubuh Cang Ceng Ceng. Bayangan inilah yang
berdebat sekian lama diperut guha tadi.
Kemanakah Tan Ciu dibawa" Bayangan itu sangat
langsing, dengan menenteng dua tubuh. ia dapat bergerak
dengan leluasa, keadaan didalam guha sangat apal sekali.
Dengan menekan satu tombol. lalu guha terbuka, berbeda
dengan keadaan guha yang semula, guha ini sangat terang,
Wajah wanita yang Tan Ciu kira sebagai Panghuni Guha
Kematian ini telah terpetang jelas. Ia belum tua, sangat
muda, terlalu muda. Tan Ciu telah jatuh pingsan. maka
tidak dapat menyebut nama si gadis. bila Tan Ciu melihat
pasti ia terkejut, inilah si Ular Golis dari eks perkumpulan
Ang mo kauw. Ang-mo kauw berarti perkumpulan Iblis Merah.
Perkumpulan yang dibangun dan akhirnya jatuh
dibawah tangan Sim In. Dia bukan Thio Bie Kie" Bukan.
Dia adalah murid Thio Bie Kie. Si Ular Golis yang pernah
Tan Ciu temukan di perkumpulan Ang mo kauw.
Kini mudah dimengerti, tatkala ia mendengar nama Tan
Ciu, ia sangat terkejut. Itulah pemuda yang pernah
menolong dirinya. Tidak dapat ia membiarkan pemuda
tersebut rusak dibawah tangan gurunya.
Ular Golis adalah murid Penghuni Guha Kematian Thio
Bie Kie, Membawa Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng, si Ular Golis
memasuki sebuah ruangan yan terang benderang, didalam
ruangan itu berduduk seorang wanita berbaju hitam. itulah
penghuni Guna Kematian Thio Bie Kie, orang menjadi
guru si Ular Golis. "Ada orang masuk kedalam Guha Kematian?" Bertanya
Thio Bie Kie. "Betul." "Eh. mengapa kau membawa kemari ?"
"Dia ada urusan dan ingin bertemu dengan suhu."
"Mengapa tidak merusak pikiran otaknya?" Thio Bi Kie
mengadakan teguran. "Suhu . .. Dia.. . dia mengetahui namamu."
"Oooo..." "Dikatakan lagi, dia adalah murid Kho Liok cianpwe,"
"Aaaa....!" Thio Bie Kie berteriak. Badannya gemetaran.
"Tidak mungkin. Tidak mungkin .. !" Dan akhirnya ia
berhasil menguasai keterangan hati. "Tidak mungkin!!
Telah tiga puluh tahun ia mati. . ."
"Dari mana ia tahu nama itu?"
"Tentunya telah bertemu dengan Thio Ai Khie." Thio
Bie Kie mengeluarkan dugaan.
"Dia menggendong seorang gadis yang tidak sadarkan
diri, dikatakan membutuhkan pertolonganmu."
"Membawa seorang gadis yang terluka" Beratkah luka
gadis itu." "Sangat berat sekali."
"Yang gadis boleh kita terima. Dan setiap laki-laki
adalah manusia kurang ajar, pemuda inipun tidak
terkecuali, geser saja otaknya. Beres."
"Suhu . . ." "Mengapa?" "Boleh aku mengajukan permohonan untuknya?" Ular
Golis ingin membalas budi yang Tan Ciu lepas kepadanya.
Manakala Thio Bie Kie mengabulkan permintaan itu, ia
luput dari kematian. "Aku heran, mengapa kau tidak melakukan tugasmu
dengan baik, ternyata ada sedikit cerita dibalik batu."
Berkata Thio Bie Kie. "Suhu pada satu tahun yang lalu, dialah yang
menyelamatkan jiwaku dari kematian." Ular Gelis memberi
penjelasan. "Mungkinkah aku tidak pernah menyelamatkan jiwamu
dari kematian?" Bertanya Penghuni Guha Kematian itu.
"Suhu . ." "Hm. . . Aku dapat menduga, siapa adanya pemuda ini.
Dia adalah orang yang bernama Tan Ciu itu, bukan ?"
"Betul." "Cintakah kau kepadanya."
Ular Golis menundukan kepala. Sangat rendah kebawah.
Penghuni Guha Kematian Thio Bie Kie berkata dengan
suara dingin. "Apa dia juga cinta kepalamu?"
"Dia tidak tahu, apa yang terkandung didalam hatiku."
Berkata Ular Golis lemah.
"Lupakah kepada ceritaku" Aku menjadi korban dari
korban perasaanku. Laki-laki tidak boleh dipercaya. Dan
dia akan merusak hidupmu."
"Suhu . ." "Kau sungguh mengecewakanku."
"Suhu, maafkan muridmu yang tidak dapat melakukan
tugas ini. Suhu bersedia memberi pengampunan ?"
Thio Bie Kie memandang Tan Ciu karena hubungannya
dengan Kho Liok, ia membenci setiap lelaki, termasuk juga
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tan Ciu. Matanya beralih kearah Cang Ceng Ceng, dan ia berkata,
"Siapa gadis itu ?"
Ular Golis memberikan jawaban. "Dikatakan kawan
wanitanya ?" "Hm... Laki-laki yang seperti ini tidak patut dibiarkan
hidup segar, pandai mengambil hati Wanita, tukang
memikat hati wanita."
Dengan sinar mata penuh kebencian. ia menggangkat
tangannya. Ular Golis sangat paham akan sifat-sifat yang dimiliki
sang guru, ia berteriak. "M i n g g i r !"
Ular Golis menubruk baju, bertiarap diatas tubuh Tan
Ciu dan sesambatan, "Suhu, bunuhlah aku dahulu."
Thio Bie Kie menatap wajah sang muridnya, wajahnya
yang galak telah berubah menjadi lemah. ia menurunkan
tangannya, "Oh... Cintamu salah tempat."
Ular Golis menatap wajah guru itu.
"Suhu bersedia mengampuni jiwanya?" Ia meminta
kepastian. "Bukalah totokannya." Thio Bie Kie memberi perintah.
Ular Golis melihat perobahan wajah guru itu. segera ia
tahu bahwa jiwa Tan Ciu dapat ditolong. dengan beberapa
totokan, ia menghidupkan jalan darah si pemuda yang
disumbat. Tan Ciu menggeliat bangun, terkenang akan kejadian
yang belum lama dialami, sangkanya sudah mati, segera ia
bergumam. "Mungkinkah aku belum mati ?"
Terdergar suatu suara menyahuti.
"Bila tidak ada muridku yang mengajukan permohonan,
tentunya kau telah mati."
Tan Ciu memandang kearah datangnya suara itu. sinar
penerangan terang mempetakan gambar seorang wanita.
"Kau . .?" Ia tidak kenal kepada Penghuni Guha
Kematian. "Aku adalah Penghuni Guha Kematian Thio Bie Kie."
"A a a a . .." Per-lahan2 Tan Ciu memperhatikan isi guha itu,
matanya tertumbuk dengan sepasang mata si Ular Golis,
lagi2 ia berteriak, "Aaa...!" ia berteriak.
"Masih kenal denganku?" Ular Golis tertawa getir.
"Ular Golis?" Hal ini berada diluar dugaan Tan Ciu, bagaimana Ular
Golis dapat berada didalam Guha Kematian.
"Betul." Gadis itu menganggukkan kepalanya,
Tan Ciu sedang ber-pikir2 didalam perkumpulan Angmo-kauw Ular Golis telah
menyerahkan obat Seng-hiathoan-hun-tan mungkin ada hubungan dengan Thio Bie Kie"
"Bagaimana kau berada ditempat
mengetahui duduk kejadian.
ini?" ia ingin "Aku yang menolong dirinya," Berkata Penghuni Goha
Kematian Thio Bie kie. Ular Golis adalah anggota Ang mo-kauw, setelah Sim-in
mati dengan sendirinya perkumpulan itu membubarkan
diri. Hari ini si gadis telah menjadi anak buah Guha
Kematian. Terdengar lagi Thio Bie Kie berkata. "Berani kau masuk
kedalam Guha Kematian. Nyalimu sungguh besar, he?"
"Ingin merusak otak pikiranku?" Bertanya Tan Ciu.
"Inilah peraturan kami."
Kematian Thio Bie Kie. Berkata Penghuni Guha Tan Ciu tidak gentar. dengan tenang berkata,
"Aku berani masuk kemari.
kuperhitungkan. Kawan wanitaku
Hal ini sudah ini terkena oleh pengaruh ilmu Ie-hun Tay-hoat, tolonglah kau memberi
kebebasan." "Akan kuusahakan." Berkata Thio Bie Kie.
"Terima kasih. Kini aku menyerahkan diri." Berkata Tan
Ciu. "Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu" Berkata
lagi Penghuni Guha Kematian. "Tentunya, kau telah
berhasil bertemu dengan Thio Ai Kie ?"
"Ia tinggal tidak jauh dari sini." Jawab Tan Ciu.
"Apa yang diceritakan kepadamu?"
"Kulihat kau telah salah paham. Kehidupannya jauh
lebih menderita darimu. Ia sangat sengsara, penderitaan
batin itu sukar dilenyapkan, Maksudku . .."
"Cukup." Bentak Thio Bie Kie. "Aku tidak mau
mendengar cerita ini."
Walaupun demikian. Karena Thio Ai Kie itu adalah
satu2nya adik kandung. satu-satunya orang yang paling
dicintai. perasaannya tidak lepas dari getaran kalbu. terlihat
jelas dari gerak geriknya yang berlainan.
"Bila kau tidak bersedia mendengar cerita aku tidak akan
memaksa kau memasang kuping." Berkata Tan Ciu.
"Kalian, kaum laki-laki adalah kaum penipu." Berkata
Thio Bie Kie penuh derita.
"Tidak ada seorang yang pernah kutipu," Berkata Tan
Ciu. "Bagaimana hubunganmu dengan muridku?" Bertanya
Penghuni Guha Kematian itu.
Tan Ciu memandang si Ular Golis.
"Dia cinta padamu." Berkata Thio Bie Kie.
"Oh . . ." Diluar dugaan Tan Ciu. Ia sangat terkejut.
"Bila bukan dia yang memohon pengampunan tidak
mungkin Kau dapat mempertahankan kesegaran otakmu."
Tan Ciu tertegun. Tidak disangka bahwa gadis itu jatuh
cinta pada dirinya. Penghuni Guha Kematian Thio Bie Kie berkata dengan
sungguh-sungguh. "Jalan yang terbentang dihadapanmu
hanya ada dua jurusan."
Tan Ciu memandang wanita itu. "Katakanlah."
"Jalan pertama, aku dapat memberi ampun kepadamu,
dangan syarat harus menikah dengan muridku."
"A a a a a . . .!" Tan Ciu berteriak kaget. Tidak pernah
disangka. dirinya akan dijodohkan dengan Ular Golis.
Hal ini sulit untuk diterima. Memandang wanita tua itu.
dengan menggoyangkan kepala ia berkata.
"Permintaan Cianpwe menyulitkan orang."
Thio Bie kie memancarkan sinar mata penasaran.
"Kau menolak." "Boanpwe menolak."
Disampingmereka, si Ular GolisSauw-tin
menundukkan kepala. jawaban itu sudah berada didalam
perhitungan dirinya. Thio Bie Kie membentak. "Mengapa" Martabat muridku
tidak dapat mengimbangimu?"
"Jodoh seseorang tidak dapat ditentukan dari seimbang
atau tidak seimbang martabat-martabat mereka." Tan Ciu
menemukan alasan. "Mengapa kau menolak mengawini muridku?" Bertanya
lagi Thio Bie Kie. "Bila aku berniat mengawini dirinya. aku dapat bicara
langsung dengannya. Tanpa adanya paksaan orang ketiga."
"Maksudmu aku tidak boleh memaksa."
"Kira-kira demikian."
"Bagus! Berani kau menentang diriku?" Thio Bie Kie
tidak puas. "Cinta bukanlah sesuatu yang boleh diperintah oleh
seseorang," Tan Ciu tidak gentar kepada Penghuni Guha
Kematian. Thio Bie Kie memperhatikan wajah si pemuda terlalu
berani, sangat menantang. berambekan besar, bertabiat
keras, sangat luar biasa! Kesan kepada Tan Ciu menjadi
baik. Teringat kepada cintanya yang mengalami kegagalan,
mungkinkah jodohnya dengan Kho Liok dapat diperintah
oleh seseorang. Kenangan lama membuat Thio Bie Kie
melamun. Tan Ciu sangat puas dan ia berkata. "Bagaimana dengan
jalan kedua?" Thio Bie Kie mengangkat pundak, ia berkata singkat.
Sangat singkat, hanya satu patah kata.
"K e m a t i a n !"
Tan Ciu melototkan matanya. Ia masih muda tentu tidak
ingin memilih jalan kematian.
Thio Bie Kie berkata. "Hanya dua jalan yang akan kusebutkanlah yang
terbentang dihadapan dirimu."
Tan Ciu bungkam, menerima jalan yang telah ditentukan
orang. ia tidak mau. Menentang petunjuk itu, berarti
mempercepat riwayat hidupnya.
Ular Golis Siauw Tin membuka mulut. "Suhu ..."
"Jangan kau turut bicara!" Thio Bie Kie membentak
murid itu. Ular Golis bungkam. Thio Bie Kie memperhatikan Tan Ciu dan membentak
pemuda itu. "Lekas kau pilih dua jalan itu!"
"Tidak ada jalan ketiga?"
"Tanpa jalan lain."
"Apa boleh buat aku harus memilih jalan yang kau sebut
belakangan." Berkata Tan Ciu.
Suatu hal yang berada diluar dugaan Thio Bie Kie. Ia
menyediakan dua jalan kepada pemuda itu. satu adalah
jalan kematian, dan satu lainnya tersedia gadis cantik, jalan
kebahagiaan. Dengan alasan apa, Tan Ciu menolak
kesenangan memilih kematian "
Mungkinkah si pemuda tidak takut mati" Tidak
mungkin. Semua orang akan berusaha menghindari diri
dari kematian, menjauhi kematian. termasuk juga pemuda
yang berada didepannya. Penghuni Guha Kematian Thio Bie Kie mengeluarkan
suara gerengan, kini mengangkat tangannya, bertindak
maju mendekati pemuda itu.
Ular Golis menjadi kaget, ia berteriak. "Suhu . .!"
"Tutup mulut." Bentak wanita itu. "Pergi kau menyingkir
jauh-jauh." Ular Golis sudah membuka mulut. maksud ingin
memohon lagi. dibentak seperti itu. hatinya menjadi ciut,
ketahui jelas. segala langkah sang guru sangatlah keras,
tidak boleh diganggu. Thio Bie Kie telah maju satu tapak.
Tiba-tiba Tan Ciu berteriak.
Wajah Thio Bie Kie menjadi terang. Dengan puas ia
berkata. "Bersedia menerima tawaranku?"
"Tidak." Berkata Tan Ciu.
"Apa lagi yang ingin kau kemukakan?" Bertanya wanita
itu. Ia mengerutkan alis.
"Sebelum aku mati, ada beberapa patah kata yang ingin
kukatakan. pesan ini kutujukan kepada muridmu."
O00de-^-wi00O Jilid 16 IA menunjuk kearah Ular Golis.
Gadis itu telah basah dengan air mata, cepat-cepat ia
berkata. "Apa yang ingin kau katakan ?"
Tan Ciu berkata. "Aku mendapat pesan dari Thio Ai Kie cianpwe untuk
menyampaikan rasa penyesalannya kepada gurumu. Aku
tidak berhasil, kini jiwaku sudah berada diambang pintu
kematian, tugas ini kuserahkan kepadamu . . ."
"Akan kuusahakan." Berkata Ular Golis Siauw-tin,
sikapnya sangat sedih. "Permintaanku yang kedua ialah, tolong kau sampaikan
khabar kematianku kepada seorang kakek bungkuk yang
bernama Kui Tho Cu. dia berada didalam Benteng
Penggantungan." Ular Golis menganggukkan kepalanya, ia menyanggupi
tugas itu. "Dan dari Kui Tho Cu itu, kau dapat mengetahui orang
yang harus kubunuh tolong wakilkan diriku membunuh
orang itu. Bersediakah?"
Sekali lagi Ular Golis menganggukkan kepala.
"Terima kasih." Tan Ciu mengakhiri percakapan itu.
Kini ia menghadapi Thio Bie Kie, menyerahkan diri
kepada Penghuni Guha kematian.
"Bunuhlah." ia berkata.
Atas sikap si pemuda yang sangat berani, Thio Bie Kie
harus menaruh salut, walaupun demikian, ia harus
mempertahankan gengsinya. ialah dikatakan ingin
memburuh pemuda itu dan kata-kata ini harus
dilaksanakan, tangannya diangkat lagi.
Tan Ciu mengerti, hal ini tidak dapat dielakkan. ada
baiknya ia bersikap Kesatria. Mati tanpa keluhan suara.
Manakala Thio Bie Kie hendak menurunkan tangan
maut, tiba-tiba wajahnya berkerut. matanya berpaling
kearah pintu guha seolah-olah terdengar sesuatu hendak
melihat sesuatu yang belum diketahui.
Tan Ciu memandang segala perubahan itu dengan rada
berkesiap. Ular Golis Siauw Tin berteriak. "Suhu, ada orang
datang." Thio Bie Kie menganggukkan kepala. ia berkata pada
sang murid. "Jaga baik-baik orang ini."
Tubuhnya melesat, meninggalkan mereka.
Datangnya orang itu disaat yang tepat. Tan Ciu terhindar
dari kematian. Ular Golis mendekati pemuda itu, ia memanggil
perlahan.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tan Ciu, sangat menyesal. aku tak dapat berbuat
sesuatu, guruku terlalu keras serta berkepala batu, sulit
untuk berdebat dengannja,"
"Aku tahu." Berkata Tan Ciu tertawa getir.
"Eh, bagaimanakah harus memanggilmu?"
"Namaku Siauw Tin. panggil saja dengan nama sebutan
itu." "Siauw Tin, bukan maksudku memandang rendah atau
menghina dirimu, penolakanku atas usul gurumu yang
inginmemaksakanperjodohankitaberdasarkan
kenyataan." "Seharusnya kau menerima tawaran itu." Berkata Siauw
Tin. Hati Tan Ciu tergetar. "Mengikat tali hubungan suami isteri denganmu"
Mungkinkah kau bersedia?"
"Aku tidak keberatan. Dimisalkan kau tidak cinta
padaku, akupun tidak memaksa. Jalan yang terbaik ialah
turuti dahulu segala kemauan guruku, setelah itu
dikemudian hari kita dapat menentukan hidup sendiri,
boleh kita berpisah lagi setelah kita keluar dari Guha
Kematian kau bebas memilih gadis lain sebagai isteri yang
sah." "Aku tidak dapat menodai namamu."
"Turutlah nasehatku, maka kau dapat bebas dari
kematian. Aku berjanji, aku tidak akan mengikat
kebebasanmu untuk memilih istri."
"Kau sudah berpikir tentang segala akibat dari langkah
ini ?" "Berpikirlah kepada keselamatan jiwamu."
"Aku berteiima kasih kepada pengorbananmu."
"Kau bersedia menerima usulku?"
"Baiklah." "Aku berjanji, aku tidak mengekang kau memilih istri."
Cerita diatas adalah cerita didalam Guha Kematian.
Diluar Guha kematian, satu bayangan muncul cepat
memasuki guha gelap itu. Thio Bie Kie memapaki
datangnya bayangan itu, ia membertak,
"Siapa!" Bayangan itu berhenti, dengan suara penuh derita
memanggil. "Cie cie. . . ."
Dia adalah penghuni rumah kayu, wanita berambut
panjang Thio Ai Kie, adik dari penghuni Guha Kematian.
Thio Bie Kia berhenti dengan ketus ia berkata. "Siapa
yang kau panggil" Aku tidak kenal kepadamu."
"Ciecie. lupakah kepala suara adikmu?" Bertanya Thio
Ai Kie sedih. "Tidak dapatkah kau memaafkan kesalahanku
?" "Aku tidak mempunyai adik." Berkata Thio Bie Kie
dingin. "Ciecie. aku mohon pengampunan."
"Cukup." "Ciecie." "Sekali lagi kuperingatkan kepadamu, jangan sekali-kali
kau memasuki tempat ini lagi. Lekas keluar!"
"Ciecie. . ." "Segera kubunuh dirimu. Tahu?"
"Kau tidak dapat memaafkan kesalahanku."
"Lekas kau pergi." Penghuni Guha Kematian Thio Bie
Kie mengusir adik itu. "Baik kau tidak dapat memberikan pengampunan,
kedatanganku ini ada maksud tujuan lain, kuharap kau
tidak mengganggu Tan Ciu."
"Hmm .... Tan Ciu" .. . Segera akan kubunuh pemuda
itu." "Aku memohon keikhlasan hatimu."
"Aku bukan seorang pemurah."
Thio Ai Kie putus harapan. Timbul rasa kecewanya.
Tiba-tiba ia menjadi panas hati, dengan kemarahan yang
meluap-luap, ia berkata. "Kau kejam?" Thio Bie Kie mengeluarkan suara dari hidung.
"Hanya karena seorang laki-laki, kau menjadikan dirimu
sebagai manusia aneh, kau merusak diri sendiri. Kau telah
merusak penghidupan tenang."
"Kau adalah biang keladi kekacauan." Berkata Thio Bie
Kie. "Kau telah membunuh dirinya."
"Aku sangat menyesal." Berkata Thio Bie Kie. "ia yang
segala sesuatu telah terjadi. apa yang dapat kulakukan"
Kecuali beruraha mengenang kesalahan itu" Tidak seperti
dirimu mengerusak diri sendiri, mengerusak diri orang.
Selama ini, berapa banyakkah orang yang telah kau rusak,
apakah yang kau dapat dari hasil perbuatanmu itu ?"
"Kepuasan." "Aku telah melakukan suatu kesalahan tanpa disengaja.
Tapi kau melakukan kesalahan2 yang kau ketahui, betapa
jahatnya perbuatanmu itu."
"Tutup mulutmu."
"Aku salah. Kau juga salah. Aku berusaha membenarkan
kesalahanku. mengapa kau kukuh menyiksa diri sendiri?"
"Huh. ingin memberi nasehat kepadaku."
"Betul. Hari ini aku ada niatan untuk memberi nasehat
kepadamu." "Bagus! Kau sudah berani. hee?"
Wajah Thio Bie Kie membawakan sikap pembunuhan.
Ia harus membunuh adik perempuan ini. Disertai dengan
bentakannya, ia telah menyerang Thio Ai Kie.
Serangan itu mengandung kekuatan yang memecah
gunung membelah laut. latihan tenaga dalam sipenghuni
Guha Kematian memang luar biasa.
Thio Ai Kie dipaksa mengadakan perlawanan, ia
berkata. "Ciecie, kau terlalu sekali."
Pertama kali Thio Ai Kie mengunjungi Guha Kematian,
hampir ia mati dibunuh tangan kejam itu, Itu waktu. ia
tidak mengadakan perlawanan, rasa penyesalan yang tak
terhingga telah memasrahkan dirinya. Kini ia mengerti,
orang yang sudah mati tidak dapat dibangkitkan kembali.
dan ia harus menolong orang yang belum mati. Tan Ciu
tentu berada didalam bahaya.
Kakak beradik itu mempunyai ilmu silat yang tinggi,
begitu bergerak, sulit untuk membedakan kedua bayangan,
mereka gesit, mereka cepat, saling serang dan saling
bertahan. Masing-masing harus mempertahankan diri
mereka. Drama baru yang akan mengotori sejarah dunia, dua
saudara sedaging bertanding, disamping mereka adalah
jurang maut, siapa lengah pasti binasa, mati ditangan
saudara sendiri! Dalam sekejap mata, masing-masing telah mengeluarkan
lima kali serangan. Dua wanita bergebrak didalam mulut Guha Kematian,
mereka adalah sepasang perdedar kakak beradik Thio Ai
Kie dan Thio Bie Kie. Sepuluh jurus lagi telah dilewatkan. Belum ada tandatanda akan berakhirnya
pertandingan itu. yang satu gesit
yang satu lincah. yang satu lihay dan yang lainnya kosen,
ilmu kepandaian mereka adalah hasil didikan seorang guru.
Masing-masing dapat mengetahui. tipu-tipu bagaimana
yang akan dilontarkan oleh lawannya.
Dua bayangan menyusuri Guha Kematian, mereka
keluar dari dalam menuju kearah dua orang yang sedang
berkutet seru itu. Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengirim satu pukulan,
setelah itu mereka terpisah. Dua pasang mata menuju
kearah dua bayangan yang keluar dari dalam perut guha itu,
Mereka adalah Tan Ciu dan Siauw Tin.
Thio Bie Kie memandang Siauw Tin. sikapnya sangat
marah, "Mengapa kau mengijinkan dia meninggalkan
tempat?" Demikianlah kira-kira teguran guru tersebut
kepala sang murid yang ditugaskan menjaga Tan Ciu.
Thio Ai Kie memandang Tao Ciu, ia girang melihat
keselamatan sipemuda yang belum terganggu.
Tan Ciu segera mengenali kepada penghuni rumah kayu
berambut panjang itu, ia menunjukan hormatnya,
"Cianpwe. ." Thio Ai Kie membalas dengan satu anggukkan kepala.
"Bagaimana kalian bergebrak tangan?" Berkata Tan Ciu
kepada kedua wanita itu. "Jangan kau turut campur urusan ini." Berkata Thio Bie
Kie. Thio Ai Kie berkata. "Ia ingin membunuh diriku. Apa boleh buat. Aku harus
melayaninya." "Kalian adalah adik dan kakak, seharusnya. . ." Tan Ciu
ada maksud untuk menjadi juru pemisah.
Thio Bie kie membentak. "Hei. ingin campur tangan
urusan orang?" Tan Ciu berusaha menyabarkan diri, dengan tenang ia
berkata. "Begitu bencikah kau kepada adik kandung
sendiri?" "Akuharusmembunuhadik
kehidupanku." Berkata Thio Bie Kie.
yang merusak "Dimisalkan kau berhasil membunuhnya, hasil apakah
yang kau dapat dari pembunuhan itu?"
"Kurang ajar!" Thio Bie Kie sangat marah, tangannya
dilayangkan memukul pemuda itu.
Thio Ai Kie telah siap sedia, begitu melihat gerakan sang
kakak. tubuhnya telah melesat menyelak ditengah kedua
orang itu. ia menangkis serangan yang ditujukan kearah
Tan Ciu. Kakak beradik itu bertempur kembali,
Tan Ciu membentang bacot. "Thio Bie Kie cianpwe . . ."
Thio Bie Kie tidak melayani panggilan pemuda itu,
dirinya sedang digencar serangan serangan oleh sang adik.
ia menangkis setiap serangan itu.
"Thio Bie Kie cianpwe, tidak ada alasanmu untuk
membunuh adik kandungmu sendiri." Berteriak lagi Tan
Ciu. Kini Thio Bie Kie merangsek Thio Ai Kie, mendengar
kata-kata si pemuda. ia mengundurkan serangannya, serta
merta mendebat. "Ia juga membunuh orang yang kukasihi."
"Kesalahan itu telah ditebus, betapa menderita ia
karenanya, penderitaan ini lebih berat dari segala
penderitaan yang ada."
"Maka, aku harus membunuhnya." Berkata lagi Thio Bie
Kie sambil menyingkirkan diri dari serangan Thio Ai Kie.
Tan Ciu masih tidak mau menutup mulut. ia berkata.
"Dimisalkan kau berhasil membunuhnya, mungkinkah Kho
Liok cianpwe dapat bangkit dari liang kubur" Apa lagi
mengingat ilmu kepandaian kalian yang sama kuat,
mungkinkah dapat membunuh Thio Ai Kie cianpwe
dengan mudah?" Thio Bie Kie tertegun, ia terpaku ditempat. Hampirhampir menjadi korban pukulan
sang adik. Beruntung Thio
Ai Kie tak ada niatan untuk membunuh kakak itu, ia
menarik pulang serangan dan berdiri disamping dinding
guha. Pertempuran terhenti karenanya. Tan Ciu berkata lagi.
"Kenangkanlah kembali penghidupan kalian dimasa
kecil, kalian hanya hidup berdua, tolong menolong dan
bantu membantu, betapa mesra hidup seperti itu. Satu sama
lain saling mencinta, kalian adalah kakak beradik teladan.
Binalah kembali kemesraan hidup itu."
"Tidak seharusnya ia membunuh orang yang kucintai."
Thio Bie Kie berteriak, "Berpikirlah lagi, cinta tidak dapat diabadikan secara
sepihak, kau cinta kepada Kho LioK cianpwe, tapi cintakah
KhoLiok cianpwekepadamu. Janganlahkau
mementingkan diri sendiri saja, berpikirlah kepada
kebahagiaan adikmu. dia adalah orang yang Kho Liok
cianpwe cintai. cinta ini tidak dapat kau rebut begitu saja."
Thio Bie Kie membelalakan
meruntuhkan pandangan itu ketanah.
mata, kemudian "Berpikirlah. siapa diantara kalian berdua yang Kho Liok
cianpwe cintai?" tegur lagi Tan Ciu kepada penghuni Guha
Kematian itu. "Oh......." Thio Bie Kie mengeluarkan keluhan tertahan.
"Mungkinkah kau tidak tahu cinta orang?" Desak lagi
Tan Ciu kepadanya. Thio Bie Kie lebih mengerti tentang cinta.
Dia maklum bahwa orang yang Kho Liok betul-betul
cintai bukanlah dirinya. Kho Liok lebih cinta kepada Thio
Ai Kie, hubungannya dengan Kho Liok berdasarkan budi
yang telah ditanam. berlangsungnya hubungan mereka
berada didalam keadaan lupa daratan. dikala Kho Liok
belum berhasil menguasai kejernihan pikirannya. Demikian
hal itu terjadi. Tan Ciu menerusKan pembicaraannya. "Cinta bukanlah
semacam barang dagangan, karena itu ia tidak dapat
dipaksakan. Mengambil contoh kejadian tadi, kau memaksa
aku mengawini Siauw Tin, apa akibat kejadian itu bila aku
menerima tawaranmu" Kukira akan seperti Kho Liok
cianpwe denganmu" Thio Bie Kie diam ditempat.
Tan Ciu menyambung lagi pembicaraannya. "Kini Kho
Liok cianpwe telah tiada, dialam baka ia pasti bersedih, atas
ketidak akurannya kalian dua saudara."
Ini waktu si Ular Golis Siauw Tin turut membujuk sang
guru. "Suhu ada baiknya kau menerima rumusan Tan Ciu."
Thio Ai Kie juga memanggil.
"Cie cie, aku berjanji untuk menyenangkan dirimu. . ."
Tiba-tiba Thio Bie Kie telah berteriak. "Bagus. Kalian
telah mengadakan persekongkolan, kalian menghina diriku
. . . Uh . .. nasibku memang sial sekali..."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia membalikkan badan, lari masuk kedalam guha gelap.
Semua orang terpaku. Sayup-sayup terdengar suara
tangis isak Thio Bie Kie, datangnya dari guha dalam.
Thio Ai Kie, Tan Ciu dan Siauw Tin melangkahkan kaki
mereka, menuju kearah guha dalam. Sebentar kemudian,
mereka berhasil menemukan Thio Bie Kie, si penghuni
Guha Kematian yang sedang menangis sesenggukkan
ditempat pembaringan. Tan Ciu memandang Siauw Tin. Dan gadis yang
dipandang menganggukkan Kepalanya, dengan suara
perlahan ia berkata. "Kukira. bujukanmu telah berhasil."
"Mungkinkah ia marah kepadaku?"
"Aku percaya, ia dapat mengubah sifat-sifat lamanya."
Disaat Itu. Thio Ai Kie telah mendekati sang kakak. Ia
memanggil perlahan. "Cicie...." Thio Bie Kie menangis semakin keras.
Thio Ai Kie bersujud dihadapan kakaknya dengan sedih
ia berkata. "Cicie. mungkinkah kau tidak dapat memaafkan
kesalahanku?" Thio Bie Kie mendongakan kepala, dengan mata basah,
ia memandang adik itu. Tiba-tiba Thio Ai Kie menubruk, ia turut menangis
mengucurkan air mata. Thio Bie Kie membiarkan dirinya
dipeluk, sikapnya masih tetap dingin.
"Ciecie." Panggil lagi Thio Ai Kie. "Bila kau tetap
membenciku, bunuhlah aku, aku sudah bosan hidup, apa
guna hidup sebatang kara" Hidup merana seperti ini?"
Tiba-tiba Thio Bie Kie balas memeluk adiknya. kini ia
telah insaf, tiada guna membenci adik itu. telah lama ia
kehilangan kasih sayang seorang adik, dan kini adik itu
telah kembali. Mereka saling panggil,
"Moay-moay , ."
"Ciecie . . ." Mereka saling peluk, mereka menangis bersama.
Kesalah pahaman berhasil dilenyapkan, kakak beradik
itu telah saling memaafkan kesalahan masing-masing, kini
mereka telah berhasil kembali.
Tan Ciu dan Siauw Tin turut menyaksikan kejadian tadi,
merekapun mengeluarkan air mata, air mata terharu, air
mata gembira, mereka terharu atas kejadian yang menimpa
diri Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie. mereka gembira karena
berhasil menyatukan kembali dua saudara itu.
Berapa lama kejadian berlangsung ...
Suatu saat, Thio Ai Kie meloloskan diri dari rangkulan
dan pelukan kakaknya, ia memanggil perlahan. "Ciecie . . ."
Thio Bie Kie menyusut air matanya.
"Ciecie . . ." panggil lagi Thio Ai Kie, "Kau telah
memaafkan kesalahanku?"
Thio Bie Kie anggukkan kepala perlahan.
"Semua itu telah lewat . . ." Ia mengoceh perlahan.
"Betul, semua telah lewat, kita harus memulai dengan
hidup baru." Demikian Thio Ai Kie berkata.
"Kita telah tua . ."
"Aku menyesal sekali . . ." Berkata Thio Ai Kie.
"Mengapa aku dapat membunuh dirinya?"
"Dimanakah kini kau menaruh jenazahnya." Bertanya
Thio Bie Kie. "Telah dikebumikan."
"Ooooo . .." "Ciecie, masih dapatkah kau menyayang
Menyayang seperti dijaman kanak-kanak kita?"
diriku. "Tidak seharusnya kita berpisah, hanya gara-gara
seorang lelaki, tidak seharusnya kita saling benci."
"Oh, ciecie . . , kau baik sekali."
Mereka memandang kearah Tan Ciu.
"Kita orang-orang harus berterima kasih kepadanya."
Berkata Thio Ai Kie. Thio Bie Kie menganggukkan kepala. Siauw Tin
berteriak girang. "Suhu, tentunya kau tidak mengganggu orang lagi,
bukan?" Thio Ai Kie terkejut, "Kau hendak membunuh Tan Ciu?" Ia bertanya cepat.
"Kini tidak." Thio Bie Kie menggelengkan kepala. "Dia
adalah seorang pemuda baik."
Tan Ciu menunjukkan hormatnya ia berkata. "Terima
kasih kepada kemurahan hati Cianpwe."
Siauw Tin melirik kearah pemuda itu, dan mereka
tertawa mengerti. Thio Bie Kie berkata. "Akulah yang seharusnya
mengucapkan terima kasih. Kau telah menolong kami dari
kesepian. Kau telah menyatukan kami dari kembali."
Thio Bie Kie, Thio Ai Kie, Tan Ciu dan Siauw Tin
merasa puas akan kesudahan dari kejadian itu.
Kedatangan Tan Ciu telah melenyapkan keangkeran
Guha Kematian. Mulai dari saat itu. mereka melenyapkan
peraturan-peraturan yang mengganggu ketenangan orang.
- oOdwOo - Didalam sebuah guha. berdiri tiga wanita dan seorang
laki-laki, mereka adalah Thio Bie Kie. Thio Ai Kie. Siauw
Tin dan Tan Ciu. Dipembaringan, tertidur seorang gadis berbaju putih,
itulah Cang Ceng-ceng. Tan Ciu berkata. "Cianpwe, lekaslah menolong dirinya,"
Thio Bie Kie berkata. "Jangan khawatir, telah kujanjikan
untuk menolong dirinya. Kau boleh melegakan hati."
"Telah terlalu lama ia dikekang oleh ilmu Ie-hun Tayhoat." Tan Ciu memberikan
keterangan. "Aku tahu. Sebelumnya aku hendak
bagaimana hubunganmu dengannya?"
bertanya, "Kawan biasa." Berkata Tan Ciu.
"Kawan biasa?" Mengulang Thio Bie Kie. "Bukan
kekasihmu." "B e t u l." "Timbul niatanku kepadamu?" untuk menyerahkan sesuatu Kemudian memandang sang adik, dan Thio Bie Kie
berkata. "Moay-moay umur kita sudah tua bukan?"
"Maksudmu?" Thio Ai Kie belum mengerti.
"Apa guna kita mengangkangi ilmu kepandaian, tanpa
digunakan?" Thio Ai Kie segera dapat menduga maksud tujuan kakak
itu. "Kau artikan." "Ada baiknya menyerahkan ilmu kepandaian kita,
dengan demikian. kita dapat membalas budi jasanya."
"Setuju." Thio Ai Kie berteriak.
Tan Ciu dugaannya, tertegun. Kejadian yang berada diluar Maksudnya Tan Ciu masuk kedalam Guha Kematian
untuk menolong Cang Ceng-ceng. tentu harus mengadakan
sedikit pengorbanan, jiwanya sudah siap disumbangkan.
Kini ia batal mati. bahkan mendapat hadiah ilmu silat.
Sungguh diluar dugaan. Siauw Tin menarik lengan baju si pemuda dan berkata
kepadanya, "Lekas kau ucapkan terima kasihmu."
"Mengucapkan terima kasih?"
"Betul. Mereka akan memberi pelajaran ilmu silat
kepadamu." "A a a a ... Mana boleh?"
Thio Bie Kie berkata. "Mungkinkah segan kepada ilmu
silat Guha Kematian" Ilmu sesat kau kira?"
"Oh. tidak pernah terpikir sampai kesitu." Cepat Tan Ciu
berkata. Thio Ai Kie juga berkata.
"Tan Ciu, kau hendak melawan orang-orang kuat
menuntut balas. Bila kau bersedia menerima ilmu silat
kami, tentu mendapat kemajuan yang pesat."
Tan Ciu mengucapkan terima kasihnya.
Thio Bie Kie berkata. "Ilmu kami tidak mudah dipelajari,
kau harus tinggal didalam Guha Kematian untuk beberapa
waktu." "Tentu." Tan Ciu tidak keberatan.
Menunjuk kearah Cang Ceng-ceng, Thio Bie Kie
berkata. "Kau dapat ditinggalkan olehnya."
"Akh, cianpwe pandai bergurau. Ternyata cianpwe
sangat ramah, seperti tadi, sangat galak sekali."
Thio Bie Kie tertawa. Siauw Tin mengikuti percakapan mereka, didalam hati
gadis ini, timbul semacam perasaan yang sulit dikeluarkan.
Thio Bie Kie telah menghampiri perbaringan, memegang
dan memeriksa urat nadi Cang Ceng-ceng, tiba-tiba ia
berteriak. "Hee, mengapa boleh terjadi seperti ini?"
Tan Ciu terkejut. "Mengapa?" Si pemuda menjadi khawatir.
"Ia dikekang oleh ilmu Ie-hun Tay-hoat, dirinya
menderita luka parah, setelah itu ditotok lama, peredaran
darahnya menjadi beku, ketiga macam tekanan ini
memberatkan lukanya."
"Tentu cianpwe dapat menyembuhkannya, bukan?"
Bertanya Tan Ciu penuh harapan.
"Aku tidak berdaya." Berkata Thio Bie Kie.
"A a a a a .. .!" Wajah Tan Ciu berubah. "Tidak dapat
ditolong sama sekali?"
"Betul. Aku tidak dapat menolongnya?"
"Uh. . . Cianpwe , . tolonglah... ."
"Ha. ha. ha . .!" Tiba-tiba Thio Bie Kie tertawa.
Tan Ciu tidak mengerti. Thio Bie Kie berkata, "Bila bukan kekasihmu, mungkinkah kau prihatin seperti
ini?" Tan Ciu mengerti, ternyata Penghuni Guha Kematian
sedang menggoda dirinya. "Cianpwe membikin orang bingung saja." Ia berkata.
"Aku ingin mengetahui hatimu." Berkata Thio Bie Kie.
"Sesungguhnya.luka kawan wanitamu ini memang agak
berat." "Tapi Cianpwe dapat menyembuhkannya, bukan ?"
"Tentu. aku membutuhkan waktu dua hari tanpa
gangguan. Kalau boleh meninggalkan ruangan ini."
Tan Ciu menganggukkan kepalanya.
Thio Ai Kie berkata. "Cicie, aku harus pulang dahulu.
Sin Hong Hiap masih berada didalam rumahku."
Tan Ciu terkejut. "Bagaimanakah kejadian itu?" Ia bertanya.
"Dia telah menjadi tamuku. Sikapnya yang tidak
memandang orang telah berhasil kutekan. Kini ia tahu
bahwa didalam dunia, masih tak sedikit
berkepandaian tinggi yang dapat mengalahknnnya."
orang "Bagus. Kukira, ia tak akan mengganggu diriku lagi."
"Tentu saja. Setelah mewarisi ilmu kepandaian ciecieku,
siapakah yang dapat menandingimu?"
"Cianpwe memuji."
Setelah meminta diri. Thio Ai Kie meninggalkan Guha
kematian, kembali kerumah kayunya.
Siauw Tin mengajak Tan Ciu keluar dari ruangan itu,
membiarkan sang guru mengobati Cang Ceng Ceng.
Menyusuri lorong-lorong didalam guha itu, Tan Ciu dan
Siauw Tin bercakap-cakap.
"Pernahkah gurumu menyembuhkan seseorang yang
menderita tekanan ilmu Ie-hun Tay-hoat." Demikian Tan
Ciu bertanya. "Belum." Tan Ciu menghela napas. "Jangan khawatir," Siauw Tin memberi hiburan.
"Guruku telah memberi kesanggupan, pasti ia dapat
menyembuhkannya." Dimulut si Ular Golis mengucapkan kata2 seperti itu,
didalam hati, rasa sedihnya tidak kepalang. Tanpa disadari
dua butir air mata jatuh ketanah.
Tan Ciu terkejut. "Eh, kau mengapa?" Si pemuda bertanya.
"Ternyata kau sangat cinta kepadanya." Berkata Siauw
Tin penuh cemburu. Siauw Tin cemburu kepada Cang Ceng-ceng,
Tan Ciu berkata. "Dia telah menolong diriku."
Siauw Tin cemberut. "Mungkinkah aku tidak pernah menolong dirimu?" Ia
menegur si pemuda. Sangat jelas tujuan arti kata-kata Siauw Tin sebagai
berikut. 'Dia menolong dirimu maka kau jatuh cinta. Dikala
aku menolong dirimu mengapa kau tidak mau
menyintaiku"' Tan Ciu tertawa. dan berkatalah ia.
"Aku tahu. Kau telah menolong diriku. Tidak akan
kulupakan budi ini!"
"Siapa yang kesudian dilupakan." Bersungut sengit si
gadis. "Maksudmu?" "Aku lebih senang mendapat perhatianmu."
"Tentu, aku selalu memperhatikan dirimu."
"Hah. . . . Cinta yang kumaksudkan." Berkata Siauw Tin
menyeploskan kata-kata tadi, setelah itu, ia menundukkan
kepala malu. Aah. . . .Hal ini sudah berada didalam dugaan si
pemuda. "Sayang kau sudah mempunyai seorang Cang Cengceng." Berkata lagi Siauw Tin
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lemah. "Siauw Tin...."
Si gadis mengegoskan diri. ia menangis sedih, Tanpa
dirasakan, kedua makhluk itu berpelukan. Dibawah tatapan
Siauw Tin yang terlalu panas, hati Tan Ciu menjadi gugup.
Ia menciumi gadis itu. Mereka berbisik-bisik, bercerita dan merasakan
kegembiraan, kemesraan dan manisnya asmara.
Siauw Tin bercerita, setelah Tan Ciu meninggalkan Angmo-kauw. Datang Ketua
Benteng Penggantungan Han
Thian Chiu tentu saja. SI Telapak Dingin masih
menggunakan wajah Tan Kiam Lam, ia membunuh semua
isi dari perkumpulan itu, semua kejahatan dijatuhkan
kepada Tan Kiam Lam. Dan perkumpulan Ang-mo-kauw
hancur berantakan. Beruntung Thio Bie Kie lewat ditempat itu secara
kebetulan. Siauw Tin ditolong olehnya. Demikian ia
menjadi murid sipenghuni Guha Kematian.
Tan Ciu mendengar cerita itu dengan penuh perhatian.
Suatu waktu, tiba-tiba Siauw Tin berkata. "Eh, ada orang
yang masuk guha?" "Mungkinkah susiokmu
mengemukakan dugaannya. balik kembali?" Tan Ciu Yang diartikan dengan susiok Siauw Tin adalah Thio Ai
Kie. "Bukan." Siauw Tin menggelengkan kepala. "Belum
lama ia pergi, mana mungkin ia begitu cepat kembali?"
"Menurut dugaanmu...."
"Mari kita melihatnya." Siauw Tin menggandeng tangan
si pemuda menuju kemulut guha.
Tan Ciu dan Siauw Tin bersembunyi didalam guha.
mereka menunggu kedatangan orang-orang itu.
Terdengar suara seorang wanita yang memberi perintah.
"Kalian menunggu disini. biar aku yang masuk kedalam."
Terdengar langkah orang ini yang memasuki guha
Kematian. Siauw Tin segera membentak. "Berberti !"
Orang itu terkejut. segera menghentikan langkah.
"Tongcu Guha Kematian?" Suara itu agak gemetaran, ia
bertanya. Tongcu berarti pemilik atau penghuni guha.
Siauw Tin tidak menjawab, sebaliknya membentak lagi.
"Apa maksudmu mengunjungi Guha Kematian!?" Suaranya
saagat galak, seolah-olah dia adalah penguasa didalam
Guha Kematian. Wanita yang baru datang tidak berani bersikap kurang
ajar, dengan hormat berkata. "Kami ingin menyampaikan
sesuatu." "Sebutkan dulu namamu!" Bentak lagi si Ular Golis.
"Hu-hoat dari perkumpulan Kim-ie-kauw Kim Sam nio."
Berkata wanita itu. "Ada urusan apa kau kemari?"
"Atas perintah Kauwcu. Kami Kim Sam N io mendapat
tugas untuk menyampaikan undangan, kauwcu kami sangat
mengagumi ilmu kepandaian Tongcu, bila tongcu tak
keberatanKim-ie-kauwbersediamemberisuatu
kedudukan." "Hendak mengajak aku masuk kedalam perkumpulan
Kim ie-kauw!" Bertanya Siauw Tin galak. Ia membawakan
sikapnya yang agung dia adalah wakil dari sang guru, setiap
waktu dapat memberi putusan.
"Kami menyediakan kedudukan wakil kauwcu kepada
cianpwe." Siauw Tin berkata dingin. "Terima kasih. Huh! Wakil
ketua Kim ie kauw" Kalian perkumpulan baju kuning
menganggap diri kalian hebat" Menyerahkan kedudukan
ketua pun akan kutolak. Apalagi kedudukan wakit kauwcu,
huh! . . , ." "Maksud ketua kami agar."
"Cukup! Beri tahu kepadanya. Penghuni Guha Kemaitan
menolak menggabungkan diri."
"Akan kami beritahu kepada ketua kami." Demikan
berkata wanita berbaju kuning yang bernama Kim Sam Nio
itu. "Eh. mengapa kau belum pergi?" Tegur Siauw Tin.
Ternyata Kim Sam Nio belum keluar dari Guha Kematian.
"Kami masih ada urusan kedua."
"Lekas katakan."
"Kami ingin menanyakan seseorang. . ."
"Sebutkan nama orang itu."
"Seorang pemuda yang bernama Tan Ciu. Tentunya dia
telah masuk kedalam guha."
Hati Siauw Tin tergetar. segera ia berkata. "Betul!
Mengapa menanyakan dirinya ?"
"Tan Ciu membawa Seorang gadis berbaju putih
memasuki Guha Kematian, maksudnya ingin meminta
pengobatan." "Betul ada hubungan apa denganmu ?"
SaTU rombongan orang berbaju kuning mendatangi
Guha Kematian. Mereka berada dibawah pimpinan Huhoat perkumpulan itu, namanya
Kim Sam Nio. Setelah mengatur orangnya, Kim Sam Nio memasuki Guha
Kematian. Ia menanyakan tentang soal Tan Ciu.
Siauw Tin belum tahu maksud tujuan dari lawan itu.
maka ia mengajukan pertanyaan.
kim Sam NiO menjawab, "Tan Ciu telah membunuh
orang kami, karena itu, ketua wajib menangkapnya. Mohon
bantuan Tongcu untuk menyerahkannya kepada kami."
"Hmmm . . ." Siauw Tin berdengus.
"Tongcu keberatan?"
"Tentu." "Baik. Kim Sam Nio sekalian meminta diri,"
"Silahkan. Segera kalian enyah dari tempat ini." Suara
Siauw Tin sangat galak. Kim Sam Nio membalikkan badan, dan ia keluar dari
Guha Kematian. Tan Ciu telah mengikuti percakapan mereka, ia heran.
bagaimana orang2 berbaju kuning itu tahu bahwa dirinya
memasuki Guha Kematian "
Pertanyaan itu tidak dapat dijawab.
Kim Sam Nio mengajak orang-orangnya pergi dari
tempat itu. Siauw Tin mengajak Tan Ciu kembali, dan pemuda itu
harus bermalam didalam Guha Kematian.
Dua hari kemudian . . . Dibawah rawatan penghuni Guha Kematian Thio Bie
Kie, penyakit tekanan Ie-hun Tay-hoat yang mengekang
Cang Ceng-ceng berhasil disembuhkan. kesehatan gadis itu
telah pulih kembali. Siauw Tin telah mengajak Tan Ciu menemuinya.
Dikala melihat pemuda itu, dengan bingung Cang Cengceng menarik bajunya, ia
mengajukan pertanyaan. "Eh.
bagaimana aku berada ditempat ini?"
Tan Ciu bercerita tentang segala yang telah menimpa diri
gadis tersebut. Cang Ceng-ceng berteriak. "Aku telah terkena Ie-bun
Tay-hoat ?" "Betul. Maka kuajak dirimu, dan beruntung dapat
disembuhkan oleh Thio Bie Kie cianpwe."
"Celaka," Berteriak lagi Cang Ceng-ceng. "Dikala aku
lupa daratan, bajingan itu memaksa aku memberi tahu
semua ilmu kepandaianku. Ilmu kepandaian telah kucatat
dan kuberikan kepadanya."
"Betul!" "Aku harus segera memberi tahu kejadian ini kepada
guruku." Berkata Cang Ceng-ceng.
"Pergilah . .."
"Dan kau?" Cang Ceng-ceng memandang Tan Ciu.
"Untuk sementara. aku harus menetap ditempat ini."
"Mengapa?" Bertanya Cang Ceng-ceng heran.
"Aku harus mempelajari ilmu kepandaian Thio Bie Kie
cianpwe." Thio Bie Kie memberi sedikit penjelasan, setelah itu ia
berkata kepada Siauw Tin.
"Siauw Tin antarkan ia keluar."
Setelah mengucapkan terima kasih. Dengan diantar oleh
Siauw Tin dan Tan Ciu, Cang Ceng-ceng keluar dari Guha
Kematian. Tiba dimulut guha, Siauw Tin berkata. "Kami hanya
dapat mengantar sampai disini."
Cang Ceng-ceng tidak segera pergi, tapi memandang
kearah Tan Ciu. Si pemuda berkata. "Baik. Biar kuantar kau beberapa li
lagi." Dan meninggalkan siauw Tin dimulut guha, ia
merendengi Cang Ceng-ceng berjalan.
Siauw Tin memandang dua bayangan itu, hatinya
hancur luluh, ia masuk kedalam guha dengan mata basah.
Bercerita Tan Ciu dan Cang Ceng-ceng. Mereka berjalan
beberapa Waktu, kemudian menghentikan langkah.
"Terima kasih. Kau tidak perlu mengantarkanku lagi."
Demikian Cang Ceng-ceng berkata.
"Selamat jalan." Tan Ciu siap kembali kedalam Guha
Kematian. "Tunggu dulu!" Cang Ceng-ceng memanggil.
"Ada apa?" Tan Ciu balik kembali.
"Ada sesuatu yang hendak kutanyakan kepadamu."
"Katakanlah . .."
Si gadis menundukkan kepala.
"Aku tahu. . ."
Dari sinar mata Cang Ceng-ceng. Tan Ciu dapat
menduga kata-kata apa yang akan dikeluarkan oleh gadis
itu. "Aku girang karena kau sudah tahu, Tapi aku harus
mengulang juga. kuharapkan kau tidak lupa kepadaku....."
"Aku tidak lupa kepadamu." Berkata Tan Ciu.
"Mendapat janjimu. Aku puas Jangan kau lupakan
kawan lama setelah ketemu dengan seorang kawan yang
lebih baru!" Tan Ciu memegang tangan orang lebih kencang, ia
sangat terharu. "Legakanlah hatimu !" Ia berjanji!
Cang Ceng-ceng puas, ia tertawa.
Tan Ciu berkata. "Selamat jalan."
"Selamat jalan." Dan Cang Ceng Ceng melepaskan diri.
meninggalkan Tan Ciu, meninggalkan Guha Kematian.
Tan Ciu menunggu sampai bayangan gadis itu lenyap
dari pandangan matanya baru ia balik kembali, masuk
kearah Guha Kematian. Kita mengikuti perjalanan Cang Ceng Ceng yang lebih
jauh dari Guha Kematian. Manakala gadis baju putih itu hendak memasuki sebuah
rimba, terdengar satu bentakan keras, berkata.
"Hentikan langkah dengan segera!"
Beberapa bayangan menghadang jalan, mereka adalah
orang-orang berbaju kuning, anggota Kim ie-kauw.
Satu diantaranya adalah orang yang pernah menangkap
Tan Ciu orang yang bernama Tan Tongcu, dia juga anggota
perkumpulan Kim-ie kauw. Seorang lainnya adalah wanita yang pernah masuk
kedalam Guha Kematian, Hu-hoat dari Kim ie-kauw yang
bernama Kim Sam Nio. Menunjuk kearah Cang Ceng Ceng. Tan Tongcu
memberi keterangan. "Gadis inilah yang kita maksudkan."
Kim Sam Nio menganggukan kepala. Ia mengerti, apa
yang harus dilakukan olehnya.
Cang Ceng ceng membentak. "Apa maksud kalian
menghadang jalan pergi orang."
Kim Sam Nio maju mendekatinya. Ia berkata mesemmesem. "Nona, bolehkah saya
mengetahui nama sebutanmu ?" "Aku Cang Ceng-ceng."
"Kawan Tan Ciu ?"
"Betul." "Nah segeralah ikut kepada kami. Kemarkas besar Kim
ie-kauw." "Mengapa?" Cang Ceng-ceng mengerutkan alisnya.
"Kami hendak merundingkan
Berkata Kim Sam Nio. sesuatu denganmu. "Katakanlah saja ditempat ini," Berkata Cang Ceng-ceng.
"Ada lebih baik membicarakan hal itu dimarkas kami
saja." Cang Ceng-ceng tidak setuju, mengemukakan alasan,
"Aku hendak melakukan perjalanan pulang, tidak dapat
ikut kalian," Kim Sam Nio berkata dingin. "Kami tak akan
mengganggu terlalu lama."
"Aku menolak." "Mana boleh." "Mengapa tidak boleh?"
"Kami dapat memaksamu, tahu!"
"Eh, kalian tidak tahu aturan?" Cang Ceng Ceng
memandang orang-orang berbaju kuning.
"Aturan hanya berada dalam tangan orang yang
berkuasa." Berkata Kim Sam Nio.
"Bagus! Tentunya kalian menganggap diri kalian sajalah
yang berkuasa, bukan ?"
"Kami tak dapat menangkap Tan Ciu. kami harus
menawan orang yang mempunyai hubungan dekat
dengannya. itulah kau! Setelah kau berada didalam Kim-ie
kaiuW. mau tak mau. Tan Ciu harus mengantarkan diri."
Tentu saja Kim Sam Nio belum tahu betapa lihaynya
ilmu kepandaian Cang Ceng-ceng. Ilmu kepandaian gadis
ini berada diatas Tan Ciu mana mungkin dapat menangkap
dengan mudah. Cang Ceng-ceng telah siap sedia, ia memasang persiapan
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tempur. "Ingin metggunakan kekerasan ?" Ia menantang.
Kim San Nio mengirim satu kerlingan mata, itulah tanda
kepada kedua orang berbaju kuning maksudnya memberi
peringatan kepada mereka menangkap musuh itu.
Dua orang berbaju kuning lompat kedepan. menjepit
kedudukanCangCeng-ceng.Mereka
telah berada dikanan dan kiri gadis tersebut. Satu menarik
keluar pedang, dan lainnya bersenjata golok, berbareng
mengadakan ancaman. Wajah Cang Ceng-ceng berubah, terlihat selapis hawa
pembunuhan, Tiba-tiba, terdengar suara bentakan gadis itu, Cang
Ceng-ceng menghardik kedua lawannya.
Disaat yang sama, orang berbaju kuning yang memegang
golok menyerang kaki. orang yang memegang pedang
menabas senjatanya, mengancam perut gadis itu.
Gerakan mereka sama cepatnya.
Begitu bergerak, segera terdengar suara jeritan dua orang.
itulah kedua orang berbaju kuning, tubuh mereka terpental.
golok dan pedang terbang jatuh ketanah. lepas dari tangan
pemiliknya. ternyata kedua orang berbaju kuning telah
menjadi korban keganasan Cang Ceng-ceng mereka telah
mati disaat itu juga. Kim Sam Nio terlompat. Ia kaget sekali.
Wajah Tan Tongcu berubah, ilmu kepandaian musuh
sangat luar biasa, bagaimana mereka dapat menangkapnya"
Cang Ceng-ceng membentak mereka, "Berani kalian
menantang, inilah contoh kalian!"
Ia menudingkan jari kearah dua orang berbaju kuning
yang sudah tiada napas. Kim Sam Nio berhasil menenangkan getaran jiwanya
dengan dingin ia berkata, "Ilmu kepandaianmu sungguh
tinggi. Itulah berada diluar perkiraan kita orang?"
"Bagus! Kau tahu bahaya" Lekas enyah dari tempat ini."
"Ha, ha, ha. .. . " Kim Sam Nio tertawa.
"Apa yacg membentak. kau tertawakan?" Cang Ceng-ceng "Mentertawakan dirimu. Kau terlalu muda, tidak tahu
besarnya dunia. Kau pandai, masih ada orang yang lebih
lihai darimu dan masih ada orang yang lebih gagah darimu.
Ilmu silat tidak terbatas pada ukuran-ukuran tertentu.
Ilmumu tinggi, tapi kami tak takut."
"Maksudmu?" Cang Ceng-ceng belum mengerti.
"Mengajak kau kemarkas perkumpulan Kim ie-kauw."
"Jawabku singkat. Tidak mau."
"Kami dapat memaksamu."
"Bagus. Paksalah. Akan kulihat, bagaimana kalian
mengalahkan diriku?"
Kim Sam Nio memandang kawannya, ia memanggil,
"Tan Tongcu." Dan dia menganggukkan kepala, inilah suatu tanda
untuk bekerja sama. Mata Kim Sam Nio melirik, tangannya tidaK tinggal
diam, secepat itu, iapun memukul Cang Ceng-ceng.
Tan Tongcu mendapat isyarat mata, ia bersenjata
tongkat, begitu tongkat diayun, ia turut menggencet Cang
Ceng-ceng. Kecepatan dua orang yang kita sebut diatas sangat cepat
sekali Orang yang diserang pun tidak kalah gesit. Cang
Ceng Ceng dapat menandingi Han Thian Chiu. bukan jago
biasa, begitu dua serangan datang ia sudah menangkis ke
kanan dan kiri. Kim Sam Nio mengirim serangan yang kedua. Demikian
pula keadaan Tan Tongcu, setelah mengalami kegagalan ia
tak tinggal diam. Cepat sekali ketiga orang itu saling
gempur, Ilmu kepandaian Tan Tongcu luar biasa. dan Kim Sam Nio
berada diatas laki-laki berbaju kuning juga mempunyai ilmu
kepandaian tinggi. Mereka adalah jago-jago utama dari
perkumpulan baju kuning Kim ie-kauw. Maksudnya
dengan bekerja sama, mudah menangkap Cang Ceng Ceng.
Kini mereka membentur kenyataan si gadis pun
bukanlah lawan empuk, kekuatannya berada diatas dua
orang. Walaupun dua lawan satu, mereka tak berhasil
menarik keuntungan.' Sepuluh jurus telah dilewatkan. Mereka masih mengukur
ilmu silat masing-masing.
Kim Sam Nio melesat tinggi, dari atas menukik
kebawah. bagaikan seekor burung alap-alap yang hendak
menerkam mangsanya, ia mengincar Cang Ceng-ceng.
Cang Ceng ceng menarik napas, 'sret', ia mengeluarkan
pedang, dua lawannya tangguh, ia harus cepat-cepat
mengalahkan mereka. Dengan pedang itu ia hendaK
memapas putus jari-jari Kim-Sam Nio,
Tongkat Tan Tongcu menyempong kesamping,
kemudian menyerempet kaki gadis. Cang Ceng ceng
menyerang dan diserang. Kim Sam nio mengempos tenaga, tubuhnya
membumbung naik keatas, menghindari tabasan pedang
musuh. Tongkat Tan tongcu datang, maka Cang Ceng Ceng
menarik pedang yang mengincar Kim Sam nio, si gadis
harus menghindari diri dari serangan tongkat itu.
Tubuh Kim Sam Nio melayang turun lagi, dari dalam
saku wanita berbaju kuning itu ia mengeluarkan sapu
tangan, cepat2 ditaburkan kearah Cang Ceng Cang.
Kabut putih berhamburan disekitar kepala gadis berbaju
putihitu.Itulahobatbius. Cang Ceng Ceng hendak mengejar Tan Tongcu, ia gagal,
lalu hendak menusuk Kim Sam Nio disaat itulah kepalanya
dirasatan berat, matanya tertutup tanpa sadarkan diri lagi.
ia jatuh menggeletak, Kim Sam Nio dan Tan Tongcu saling pandang wajah
mereka tersungging senyuman. Kesudahan itu sudah berada
didalam dugaan dengan menaburkan obat bius, mereka
berhasil meringkus lawan tersebut.
Beberapa saat...... Hawa obat bius telah mereda. tubub Cang Ceng Ceng
menggeletak ditanah. Kim Sam Nio tertawa dingin, ia berkata. "Bawa
kemarkas kita." Itulah perintah yang ditujukan kepada Tan Tongcu.
Tan Tongcu mendekati tubuh Cang Ceng-ceng,
menyeretnya, digendong dan siap berangkat pulang.
Tiba-tiba .... Terdengar satu suara bentakan, "Jangan bergerak."
Seorang wanita tua telah menampilkan diri berdiri dan
menghadang jalan pergi Tan Tongcu dan Kim Sam Nio.
Siapakah wanita itu "
Dia adalah sipenghuni rumah kayu, Thio Ai Kie, adik
dari penghuni Guha Kematian Thio Bie Kie.
Thio Ai Kie menyodorkan tangan. "Serahkan gadis itu
kepadaku." Ia memberi perintah, Meminta Cang Cengceng.
Kim Sam Nio maju dua tapak.
"Dia putrimu?" Ia bertanya.'
"Dia adalah kawan wanita tuan penolongku." Berkata
Thio Ai Kie. "Hendak menolong ?"
"Tentu." "Dia telah menjadi orang tawanan kita. Semua orang
dilarang ikut campur tangan."
"Siapa kalian?"
"Anggota Kim-ie-kauw."
"Huh. semua orang boleh takut kepadamu kalian."
"Thio Ai Kie berjalan maju mendekati Tan Tongcu.
maksudnya ingin merebut Cang Ceng Ceng dari tangan
laki-laki berbaju kuning itu.
Tan Tongcu mundur kebelakang. Kim Sam Nio maju
menghadangkemajuanThioAiKie.
"Berhenti!" Kim Sam Nio membentak keras.
"Aku harus menolong dirinya." Thio Ai Kie berkata
tegas. Tan Tongcu meletakan telapak tangannya diatas kepala
Cang Ceng-ceng, tepat dibagian ubun-ubun.
"Berani kau maju setapak lagi, dia segera kubunuh mati."
Demikian laki-laki berbaju kuning itu mengancam.
Thio Ai Kie menghentikan langkahnya.
Kim Sam Nio mendapat angin. Ternyata jiwa gadis
berbaju putih yang bernama Cang Ceng-ceng itu begitu
penting, dengan menggunakan badannya sebagai tameng,
mungkinkah mereka tidak dapat membawa pulang kedalam
markas Kim ie kauw. Dengan tertawa dingin. wanita berbaju kuning ini
berkata. "Tentunya, kau inilah yang menjadi penghuni guha
kematian?" Kim Sam Nio tidak tahu. bahwa dia sedang berhadapan
dengan adik dari Penghuni Guha Kematian. Karena
munculnya Thio Ai Kie dari sekitar daerah itu. dan
mengatakan Cang Ceng-ceng sebagai kawan Tan Ciu. Ia
menduga Thio Bie Kie. Thio Ai Kie berdehem. Katanya. "Boleh dikatakan
demikian." Dia pun akan menetap di guha Kematian, karena itu dia
tidak menyangkal dugaan Kim Sam Nio.
"Huh, kau tidak tahu diuntung, kauwcu kami
mengundang, dengan jabatan wakil kauwcu kau tidak mau
menerima" Apa maksud tujuanmu" Hendak menjadi jago
tanpa nama, tidak mau bersahabat dengan tetangga?"
Kim Sam Nio mengoceh, maksudnya agar orang yang
disangka sebagai Penghuni Guha Kematian itu mau
menggabungkan diri dengan perkumpulan Kim ie-kauw,
"Mengapa harus menerima tawaran kauwcu kalian?"
Thio Ai Kie memandang dua orang berbaju kuning itu.
"Betapa hebat kekuasaan Kim ie-kauw. dengan
menggabungkan diri, bukankah berarti menambah tenaga
Guha Kematian?" "Cis. aku tidak membutuhkan tambahan tenaga."
"Baiklah. Kata-katamu akan kami sampaikan kepada
kauwcu kami." Kim Sam-nio dan Tan Tongcu meninggalkan Thio Ai
Kie. Tentu saja Cang Ceng-ceng dibawa serta, dipaksa turut
serta kedalam markas perkumpulan Kim ie kauw. menjadi
orang tawanan mereka. Thio Ai Kie tidak berdaya.
Sebelum meninggalkan Thio Ai Kie. Kim Sam Nio ada
meninggalkan pesan. demikian kata-kata yang diucapkan.
"Tolong beri tahu kepada Tan Ciu, bila ia menghendaki
kawan wanitanya, dipersilahkan mengadakan kunjungan
kemarkas besar Kim-ie kauw."
Dua tubuh itu bergerak, dan kemudian lenyap.
OodwoO Didalam Guha Kematian . . .
Tan Ciu tidak tahu menahu tentang kejadian yang
menimpa Cang Ceng ceng. si pemuda sedang menekunkan
diri, mempelajari ilmu. Ilmu silat Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie,
Thio Ai Kie telah pindah kedalam Guha Kematian,
diceritakan pengalamannya kepada sang kakak. Thio Bie
Kie terkejut, mereka mengadakan perembukan. Bila
memberi tahu hal itu kepada Tan Ciu, tentu mengganggu
pelajarannya. Mereka mengambil putusan untuk menutup
berita itu. Putusan terakhir diputuskan mengirim si Ular Golis
Siauw Tin pergi kemarkas besar perkumpulan Kim ie-kauw,
mengadakan penyelidikan, bagaimana keadaan Cang Cengceng, dan mewajibkan gadis
itu memberi laporan. Siauw Tin berangkat, meninggalkan Guha Kematian.
Hari demi hari waktu dilewatkan. Tan Ciu berhasil
mempelajari apa yang diajarkan kepada dirinya.
Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengadakan kesepakatan,
mereka mencurahkan sebagian tenaga dalam mereka,
disalurkan kedalam tubuh Tan Ciu, karena itu. si pemuda
memiliki tenaga gabungan, kekuatannya naik dua kali lipat.
Tan Ciu mendapat semua pelajaran dari apa yang
dimiliki oleh kedua jago wanita itu, termasuk ilmu Ie-hun
tay-hoat dan cara-cara penggunaannya!
Thio Ai Kie tidak mau kalah. Mengetahui sang kakak
menurunkan ilmu Ie-hun-tay-hoat. diapun menurunkan
ilmu kepandaiannya yang bernama Hong-lui Kiu-sek,
Hong-lui Kiu sek berarti Sembilan Jurus Angin dan Geledek
yang Bergelegar. Sepuluh hari kemudian. Tan Ciu mengucapkan terima
kasihnya kepada kakak beradik Thio Bie Kie dan Thio Ai
Kie, Thio Ai Kie berkata. "Gunakaniah ilmu kepandaianmu
ditempat yang benar."
Tan Ciu memberikan janjinya.
Thio Bie Kie berkata lagi. "Kami telah tua. tidak
membutuhkan ketenaran nama. Kau tidak dipaksa menetap
didalam Guha kematian. Pergilah mengembara mencari
pengalaman." Tan Ciu berterima kasih kepada dua orang itu,
memasuki Guha Kematian. ia mendapatkan ilmu ilmu
kepandaian hebat, mendapat tambahan tenaga dalam.
Kecuali itu, jasa Tan Ciu yang paling besar adalah
dihapuskan peraturan untuk menyintingkan orang-orang
yang memasuki Goha Kematian. Thio Bie Kie sadar dari
kesalahan itu, semua orang telah disembuhkan, ia telah
bertemu dengan adiknya, mereka berdua bersama. Tanpa
membutuhkan lainnya. keramaian-keramaian dan kerepotan Ditempat itu. Tan Ciu tidak menemukan Siauw Tin,
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
segera ia mengajukan pertanyaan.
Thio Bie Kie memberikan jawaban, "Selama kau melatih
ilmu silat, agar tidak mengganggu ketenanganmu, agar kau
dapat mencurahkan semua pusat perhatian, sengaja kami
menyimpan berita ini."
"Apakah yang telah terjadi?" Bertanya Tan Ciu dengan
hati berdebaran. "Tentunya, kau tidak lupa kepada Cang Ceng-ceng ?"
"Mengapa?" Tan Ciu sangat terkejut.
Dia kembali lagi" Mungkinkah terjadi sesuatu di antara
.... Tan Ciu tidak jadi drama kejadian, menduga telah terjadi
tolak senjata diantara kedua gadis itu.
"Tenangkanlah hatimu." Berkata Thio Ai Kie.
"Bagaimana dengan Cang Geng-ceng dan Siauw Tin."
Siauw Tin tidak mengapa. Tapi. Cang Ceng-ceng telah
menjadi orang tawanan perkumpulan Kim ie-kauw.
"Aaaa. .. , lagi-lagi orang-orang berbaju kuning itu."
"Betul Mereka telah menahan Cang Ceng-ceng.
kemudian membawanya kemarkas perkumpulan tersebut."
"Aaa.." Tan Ciu mengerti. "Dan bagaimana dengan
Siauw Tin?" "Dia telah ditugaskan untuk menyelidiki keadaan
perkumpulan Kim ie-kauw." Thio Bie Kie memberi
keterangan. "Baik." Berkata Tan Ciu. "Segera kupergi ketempat itu."
"Berhati-hatilah kepada mereka." Berkata Thio Ai Kie.
Tan Ciu menganggukkan kepala, tanda ia
memperhatikan pesan itu, kemudian meminta diri.
akan "Tunggu dulu." Berteriak Thio Bie Kie.
Tan Ciu menghentikan langkahnya, menoleh dan
memandang si Penghuni Guha Kematian.
"Cianpwe masih ada pesanan lain?" Ia bertanya.
"Tahukah kau dimana letak markas besar perkumpulan
Kim-ie kauw?" Tan Ciu tertegun! "Aaaa . . . Dimanakah letak markas besar perkumpulan
Kim-ie kauw ?" "Dilembah Ngo-liong, dari gunung Ngo-liong-san."
Tan Ciu telah meninggalkan Guha Kematian menuju
kearah gunung Ngo liong-san.
Ngo-liong-san adalah nama dari suatu daerah
pegunungan. terdiri dari beberapa puncak, gunung saling
susun, seperti tumpukan tanah tinggi.
Tan Ciu telah menjelajahi keadaan di daerah
pegunungan itu. Ia sedang mencari-cari dimana letak
tempat lembah Ngo-liong! Tiba-tiba .... Sesuatu bayangan melesat, menghadang kepergian si
pemuda. Tan Ciu mundur beberapa tapak, siap menghadapi
musuh! Berdiri dihadapan pemuda adalah seorang tua.
"Aaaa.....!" Tan Ciu berteriak kaget.
Itulah si Telapak Dingin Han Thian Chiu, Ia belum
mengubah wajah, masih menggunakan kedok Tan Kiam
Lam. "Kau" . ." Tan Ciu mundur satu langkah lagi.
"Betul! Aku .. ." Berkata orang itu.
Tan Ciu sangat marah.....bur..... tangannya bergerak,
memukul orang itu, Gerakan si pemuda sangat cepat,
karena tidak ada prasangka sama sekali, hampir-hampir
mengenai sasarannya. OoodwooO Jilid 17 MENGGELINCIR kesamping, orang itu
meloloskan diri, segera mengeluarkan bentakan.
dapat "Hei. kau sudah gila?"
Tan Ciu menahan serangan yang sudah siap dilontarkan.
Ia membentak. "Siapa Kau?" "Perhatikanlah jelas-jelas, siapa diriku." Berkata orang
itu. Tan Ciu menggunakan sepasang matanya, meneliti
orang berada didepannya, ada tiga orang yang mempunyai
wajah seperti ini. kecuali si Telapak Dingin Han Thian
Chiu masih ada Tan Kiam Pek dan Tan Kiam Lam
sepasang saudara kembar itulah paman dan ayahnya.
Tan Kiam Lam mempunyai andeng-andeng hitam
dikuping kiri. Tan Kiam Pek mempunyai tahi lalat hitam dikuping
kanan. Itulah perbedaan diantara kedua orang itu.
Satu lagi, adalah Han Thian Chiu. dengan ilmu merias
dan mengubah wajah yang sangat sempurna, iapun
memiliki wajah yang sama dengan saudara kembar itu
memegang peranan sebagai Tan Kiam Lam. Maka
menggunakan tahi lalat hitam dikuping kiri.
Tan Ciu memperhatikan orang yang didepannya, Orang
itu berandeng-andeng hitam ditelinga kanan, itulah Tan
Kiam Pek! "Paman"!..." Si pemuda masih ragu-ragu.
"Betul. Aku adalah Tan Kiam Pek." Berkata orang itu.
Tan Ciu unjuk hormatnya. "Maafkan siautit yang telah berani berlaku kurang ajar."
"Kau menduga kepada siketua Benteng penggantungan?"
"Ada sesuatu yang harus siautit beritahu kepadamu.
ketua Benteng Penggantungan bukanlah ayah."
"Aku sudah tahu." Berkata Tan Kiam Pek.
"Bagaimana paman tahu?"
"Aku menjanjikan si pendekar Dewa Angin Sin Hong
Hiap meneruskan pertandingan didepan Benteng
Peaggantungan, dengan maksud melihat bagaimana
reaksinya." Bertutur Tan Kiam Pek. "Rencanaku berhasil.
orang itu menggunakan tangan kanan. Inilah bukti
pertama." "Kemudian." "Kuperhatikan lagi gerak gerik tipu silatnya, itupun
berbeda, kupastikan seratus persen bahwa ketua Benteng
Penggantungan bukanlah Tan Kiam Lam."
"Paman telah berkunjung ke Benteng Penggantungan?"
"Baru saja kupergi dari benteng itu."
"Bagaimana keadaan mereka."
"Benteng Penggantungan telah menjadi puing."
"Aaaa ..." "Benteng Penggantungan telah kedatangan musuh kuat.
semua penghuni benteng itu telah mati."
"Semua telah mati" Bagaimana dengan keadaan
Permaisuri dari Kutup Utara Pek Pek Hiap, pengemis lihai
yang mengaku sebagai Tukang Ramal Amatir, si Bungkuk
Kui Tho Cu sekaliafn?"
"Ketiga orang yang kau sebutkan tidak berada di Benteng
Penggantungan." "Tidakmungkin. Penggantungan." Mereka pasti di Benteng "Diantara mayat-mayat yang menjadi korban tidak
terdapat tubuh mereka."
"Siapakah orang Penggantungan?" yang menghancurkan Benteng "Belum diketahui."
"Mungkinkah si Telapak Dingin Han Thian Chiu." Tan
Ciu mengemukakan pendapat.
"Tidak mungkin. Manusia
keberanian untuk balik kembali."
itu "Bagaimana keadaan Pek Co Yong?"
"Ia menderita luka yang sangat berat."
tidak mempunyai "Aaa.. . . Bagaimana si Cendikiawan Serba Bisa Thung
Lip?" "Telah binasa."
"Juga tidak luput dari kematian."
"Sungguh kejam."
"Luar biasa kejam. Tokoh jahat ini berkepandaian tinggi,
kita harus berhati-hati."
Tan Ciu menarik tangan baju Tan Kiam Pek, dan
berkata kepadanya. "Mari kita berangkat."
"Kemana?" Bertanya Tan Kiam Pek.
"Ke Benteng Penggantungan. Kau katakan Pek Co Yong
menderita luka parah, kita harus segera memberi
pertolongan." "Mengapa kau berada ditempat ini?" Bertanya Tan Kiam
Pek. "Maksudku hendak menolong Cang Ceng Ceng."
Menjawab orang ditanya. "Gadis berbaju putih yang berkepadaian silat yang sangat
tinggi itu?" "Betul." "Nah, tugasmu disini belum berhasil, bagaimana ingin
kembali ke Benteng Penggantungan" Legakan hatimu,
kukira Pek Co Yong berada didalam keadaan aman. Ada
baiknya, kau menolong Cang Ceng Ceng lebih dahulu."
"Betul. Aku harus menolong Cang Ceng Ceng lebih
dahulu." Bergumam Tan Ciu.
"Eh siapa yang menangkap kawan wanitamu itu?"
Bertanya Tan Kiam Pek. "Kim-ie kauw! Orang-orang Kim-ie kauw!" Menjawab si
pemuda. "Kim ie kauw?" Tan Kiam pek mengerutkan jidat,
"Mengapa aku tidak pernah mendengar nama perkumpulan
ini ?" Perkumpulan baju kuning baru saja menonjolkan gigi
tentu saja Tan Kiam Pek tidak tahu.
Mereka melakukan perjalanan bersama, tujuannya
menolong Cang Ceng-ceng. Mendapat bantuan sang paman. Tan Ciu bernyali besar,
pengalaman dan ilmu kepandaian Tan Kiam Pek boleh
diandalkan, bantuan tersebut penting baginya.
Mereka menyelidiki Pegunungan Ngo liong-san.
"Nah, lihat, disana ada seorang berbaju kuning." Tan
Kiam Pek menunjuk kesatu arah.
Seorang anggota Kim ie-kauw sedang mengadakan
perondaan, inilah lembah Ngo-liong.
Tan Ciu tentu melihat adanya orang berbaju kuning itu.
kini ia tidak salah jalan. Mereka telah tiba ditempat markas
besar perkumpulan Kim ie-kauw.
"Biar kubekuk dahulu orang itu," ia berkata.
Tan Kiam Pek menggeleng-gelengkan kepala, ia tidak
setuju. "Nantidulu,"iamencegah."Akuharus
menyembunyikan diri. Kau mengatakan terus terang
kedatanganmu meminta orang. Harus menggunakan
aturan, tata cara dan sopan santun yang mempunyai etikad
baik dapat meredakan ketegangan. Bila musuh berkepala
batu, aku siap mengobrak-abrik sarang mereka,"
Tan Ciu menyetujui usul sang paman. Ia diwajibkan
untuk meminta orang secara sopan. Tan Kiam Pek akan
membayangi dirinya dari tempat gelap, tidak menampilkan
diri. Bila Tan Ciu berhasil. tenaga gelap itu tetap ditempat
gelap. atau menampilkan diri keadaan telah aman dan
damai, tidak membutuhkannya. Tapi bila gagal. ia menjadi
seorang momok jahat. mengobrak-abrik sarang orang.
Tan Kiam Pek segera menyembunyikan dirinya.
Tan Ciu menghampiri si penjaga lembah.
Orang berbaju kuning itu membalikkan badan tampak
olehnya. seorang pemuda cakap dan tampan berjalan
datang. "Berhenti ditempat itu," Orang berbaju kuning itu
memberi perintah, Tan Ciu menghentikan langkah kakinya.
"Apa maksud tujaan saudara?" Bertanya orang tersebut.
"Berkunjung kemarkas besar perkumpulan Kim ie
kauw." "Sebutkan nama saudara!"
"Tan Ciu." "Apa"!" Orang itu tersentak kaget. "Tan Ciu"!"
"Betul. Katakan kepada ketua kalian, aku Tan Ciu
berkunjung datang." "Aku akan memberi tahu kedatanganmu, tunggulah
sebentar." Berkata orang itu.
Tan Ciu menganggukkan kepala, kedatangannya secara
jantan, meminta orang tawanan. maka harus tahu aturan.
Orang itu telah membalikkan badan. ia meninggalkan
Tan Ciu. maksudnya memberi tahu dan laporan tentang
kedatangan si pemuda. Tan Ciu menunggu laporan. Berdiri didepan mulut
lembah Ngo-liong. Tidak lama kemudian terdengar suara desiran angin yang
bergeser keras. dua gadis berparas cantik berlari-lari datang,
menjumpai kedatangan si pemuda.
Mata Tan Ciu membelalak, paras kedua gadis tersebut
sangat Cantik sekali. Baju yang mereka kenakan sangat
kontras, Satu berpakaian merah sedan yang satu berpakaian
putih. Gadis yang mengenakan pakaian merah itu membuka
suara. "Kau yang bernama Tan Ciu?"
"Tidak salah." Si pemuda memberikan jawaban.
"Kami berdua ditugaskan menyambut kedatanganmu."
Berkata yang berpakaian putih.
"Segera ajak diriku menemui kauwcu kalian." berkata
Tan Ciu kepada sepasang gadis itu.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Silahkan jalan didepan." Berkata gadis yang berpakaian
merah. Tan Ciu mengucapkan terima kasih. Ia berjalan didepan
mereka. Sepasang gadis merah putih mengikuti dibelakang
si pemuda. Tiga orang itu melakukan perjalanan. menuju kearah
lembah. Dibelakang si pemuda, sepasang gadis merah putih itu
saling pandang. mereka menganggukkan kepala. Itulah satu
tanda boleh bergerak. Masing-masing menjepit Tan Ciu, dikiri dan kanan
mengeraskan jari, menotok jalan darah pemuda itu.
Tan Ciu terkejut, desiran angin dari kedua gadis yang
hendak membokong dirinya berkesiur dan berdesir, ia
hendak menghindari serangan gelap itu. Melesat
kesamping. "Mengapa kalian..." Kata-katanya terputus sampai disini,
Gadis yang mengenakan pakaian pulih berhasil menotok
jalan darah tidur pemuda itu.
Dunia dirasakan medjadi gelap. Tan Ciu tidak sadarkan
diri. Gadis berbaju merah berkata. "Ia pun masuk perangkap
kita." Gadis berbaiju putih bertanya. "Kemudian ?"
"Bawa pulang." Memberi perintah gadis yang berpakaian
warna merah. "Siapa yang menggendongnya?" Bertanya gadis berbaju
putih. "Kau gendong dirinya."
"Cih, dia seorang lelaki."
"Mengapa" Malu?"
"Kau sajalah yang membawa."
"Baiklah. Kau berhasil menotok jatuh dirinya, Tapi aku
yang membawa pulang, pahala kita tidak ada perbedaan."
Gadis yang berbaju merah itu menggendong Tan Ciu,
dengan menutulkan kakinya ia pun berjalan pergi.
Sepasang gadis merah putih melenyapkan diri.
Tan Ciu dibawa oleh sepasang gadis merah putih itu.
Tan Kiam Pek tidak tahu. Orang-orang dari perkumpulan
Kim ie-kauw juga tidak tahu.
Ternyata sepasang gadis merah putih itu bukanlah
anggota Kim-ie-kauw. Mereka menggunakan sedikit tipu. berhasil mencegah
pemuda itu menerjang maut.
Bercerita dilembah mulut Ngo-liong.
Dua bayangan kuning meluncur datang, mereka keluar
dalam lembah. Kini sudah berada ditempat pos penjagaan
pertama. Seorang yang dikanan adalah penjaga lembah, dan orang
yang disebelah kiri adalah seorang wanita berpakaian
kuning, inilah Kim Sam Nio.
Mereka tiba ditempat itu dan mencari Tan Ciu. Tentu
saja tidak berhasil. Tan Ciu telah digendong pergi oleh sepasang gadis
merah putih. "Mana itu orang yang kau sebutkan?" bertanya Kim San
Nio. "Dia bicara secara sopan?"
"Betul." "Hendak bertemu dengan kauwcu."
"Demikian ia mengatakan kepada hamba."
"Bagaimana keadaan wajahnya. marah, tenang atau
bersedih." "Tidak terlihat jelas."
"Mengapa tidak berada disini?"
"Mungkin telah masuk kedalam lembah," Si penjaga
hendak mengemukakan alasan.
"Tidak mungkin." Debat Kim Sam Nio. "Kita baru
keluar, mengapa tidak berpapasan."
"Lalu kemana pula ia menghilangkan diri?"
"Baik, baik menunggu ditempat ini." Kim-Sam Nio
memberi perintah. "Jangan pergi lagi. Disinilah pos
penjagaanmu. Bila ia kembali segera beritahu."
"B a i k." Tubuh Kim Sam Nio mumbul tinggi memeriksa daerah
disekitar tempat itu. Kepergian Tan Ciu yang hendak
dipancing masuk kedalam lembah itu mengherankan
dirinya. Biar bagaimana, mereka harus menemukan
pemuda itu. 0oodwoo0 Meninggalkan pencarian Kim Sam Nio yang hendak
menemukan Tan Ciu, dan menyusul perjalanan sepasang
gadis berpakaian merah dan puiih itu.
Mereka membawa Tan Ciu meninggalkan lembah Ngoliong. Gamblang dan jelas. dua
gadis itu bukan angauta perkumpulan Kim-ie kauw. Mereka telah meninggalkan lembah Ngo-liong.
Belasan lie kemudian. merasa diri mereka sudah aman,
sepasang gadis merah dan putih menghentikan langkahnya.
Mengambil kesempatan itu mereka istirahat.
Gadis berbaju putih menepuk jidat, gerakan itu sangat
tiba tiba sekali. "Hei, kau mengapa?" Bertanya gadis yang mengenakan
pakaian merah. "Bagaimana urusan Benteng Penggantungan?"
"Maksudmu?" Bertanya gadis baju merah tidak mengerti.
"Daripada dua orang melakukan sesuatu tugas. ada lebih
baik kita membagi jabatan."
"Aku belum mengerti."
"Kau pulang dan membawa dirinya. Biar aku yang
bertugas di Banteng Penggantungan." Gadis baju putih
memberi usul. "Kau harus berhati-hati."
"Tentu." "Nah, pergilah."
"Tugas membawa dirinya jatuh kepadamu seorang."
"Bawel." "Tentunya kau lebih senang menggendongnya. Bila mau
kalian pun boleh main cinta2an sangat mesra. bukan?"
"Cis. Tidak tahu malu."
"He. he Tan Ciu terkenal sebagai seorang pemuda berapi
asmara." "Lekaslah kau pergi!" Bentak gadis baju merah itu.
Yang mengenakan pakaian warna putih pergi tujuannya
adalah Benteng Penggantungan.
Apa yang dilakukan didalam Benteng Penggantungan"
Cerita ini akan diketahui setelah berakhirnya babak ini.
Dengan menggendong tubuh Tan Ciu, gadis baju merah
melanjutkan perjalanan. Kini, dia sudah berada diatas sebuah sumur tua.
memeriksa keadaan sekelilingnya, mengetahui tidak ada
orang. dengan menggendong tubuh Tan Ciu, gadis baju
merah itu menerjun masuk kedalam sumur tersebut.
Itulah sumur rahasia. Tempat bermukimnya kawan-kawan dari serasang gadis
berpakaian merah putih tadi.
Bercerita keadaan Tan Ciu. Beberapa lama ia tidak
sadarkan diri. dikala ia bangun dan siuman, dirinya telah
berada disebuah tempat tidur.
Tan Ciu tidak tahu, dirinya bukan berada didalam
markas besar Kim ie-kauw, dua gadis merah dan putih
datang dari dalam lembah tentunya orang-orang
perkumpulan baju kuning itu. ia lupa kepada dandanan
mereka, dua gadis tidak berpakaian kuning, Walaupun
keluar dari dalam lembah Ngo-liong. mereka bukanlah
anggauta perkumpulan itu.
Teringat kejadian yang belum lama terjadi ditotok oleh
gadis berbaju putih. Tan Ciu bangun berdiri. Didepan si pemuda berdiri seorang gadis, bukan gadis
baju merah yang membawa Tan Ciu, gadis ini mengenakan
pakaian warna hijau. "Kau telah sadar?" Berkata gadis itu.
"Siapa kau?" Tan Ciu membentak.
"Segera kau tahu." Berkata gadis itu.
Tan Ciu menggerak-gerakkan tangan kaki, tak ada tanda
terbelenggu. Ia merasa heran.
"Eh, dimanakah aku berada?" Ia tidak mengerti. Bila
sepasang gadis merah putih itu anggota Kim ie kauw
tentunya, ia berada di dalam kamar tahanan.
Bila ditahan, meagapa tidak terbelenqgu" Mengapa
diperlakukan dengan baik"
Gadis berpakaian hijau tidak galak. Gadis ini tertawa
manis. "Hei. inikah tempat Bertanya lagi Tan Ciu. perkumpulan Kim-ie-kauw?" Gadis itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Eii, kemana kalian bawa diriku?" Bertanya lagi Tan Ciu.
"Bersabarlah." Maksud tujuan Tan Ciu datang kelembah Ngo-liong
adalah menolong Cang Ceng-ceng, kita ia berada dibawah
pengawasan orang. Bagaimana melanjutkan usahanya"
Mana mungkin dapat menahan sabar"
Teringat keadaan Cang Ceng Ceng, hati si pemuda
bergolak kembali. ia mempunyai kebebasan. tubuhnya
melesat, ingin meninggalkan ruangan itu.
Bayangan hijau berkelebat pula, gadis itu pun
mempunyai gerakan yang luar biasa. Ia telah menghadang
didepan si pemuda. "Hendak kemana?" Demikian ia membentak.
"Minggir." Tan Ciu memukul gadis yang berpakaian
hijau itu. Pukulan yang luar biasa. si gadis dipaksa menyingkirkan
diri. Tan Ciu berhasil menerjang keluar dari ruangan itu.
Dikala gadis berpakaian hijau sadar. tubuh si pemuda
telah jauh. Ia mengejar dari belakang.
Gerakan Tan Ciu gesit. kejar mengejar dimenangkan
olehnya. Si gadis tidak berhasil menyandak pemuda itu.
Tiba-tiba, Terlihat bayangan hitam melesat menghadang
kepergian Tan Ciu. "Berhenti!" Demikian ia membentak,
Tan Ciu terhenti, ia berhadap-hadapan dengan seorang
gadis yang mengenakan pakaian hitam.
"Kau...!?" Tan Ciu berteriak kaget. Duk...Duk.. , Duk...!
Si pemuda mundur kebelakang hingga tiga tapak,
Siapakah gadis berbaju hitam itu" Mengapa sangat
ditakuti" Tan Ciu mundur kebelakang,
"Kau. . . Kau. . . Kau Tan Sang"!"
semakin jauh. "Betul!" Gadis berbaju hitam menganggukkan kepalanya.
"Mengapa takut kepadaku?"
Gadis itu adalah kakak Tan Ciu, namanya Tan Sang.
Telah mati digantung pada pohon itulah Pohon
Penggantungan. Bagaimana orang yang telah mati dapat hidup kembali"
Inilah yang diseramkan Tan Ciu.
Beberapa saat, Kakak beradik itu saling pandang.
Akhirnya Tan Sang maju mendekati sang adik.
"Tan Ciu...." Ia memanggil perlahan, penuh kasih
sayang. itulah panggilan seorang kakak yang sangat mesra.
"Kau . . Kau masih hiiup?"
"Aku masih hidup."
Tan Ciu menggoyang-goyangkan kepala. ia tidak
percaya. Mungkinkah seorang yang telah mati bangkit
kembali" Hidup kembali"
Tan Sang memberi keterangan.
"Tan Ciu aku belum mati! Aku adalah kakakmu,"
"Dan orang yang digantung dipohon Penggantungan
itu?" "Aku belum mati. Percayalah kepadaku."
"Kau yang menyuruh orang membawa aku ketempat
ini?" "Bukan." "Siapa yang menyuruh?"
"Pemilik Pohon Penggantungan"
"Pemilik Pohon Penggantungan" Siapakah orang itu?"
"Segera kau bertemu dengannya."
"Dia menempati bangunan ini?"
"Beserta semua murid-muridnya."
Bangunan tersebut berada didasar tanah, dibawah
sebuah sumur tua, maka agak gelap dan kurang
penerangan. "Ciecie,PemilikPohonPenggantungantelah
menggantungmu. mengapa kau beserta dengannya?"
Bertanya Tan Ciu tidak mengerti,
"Mengapa?" "Dia adalah seorang musuh. Tidak baik mengabdikan
diri kepada musuh." "Musuh" Kau salah. Dia adalah orang yang mempunyai
hubungan paling dekat dengan kita."
"Siapa ?" "Ada urusan yang sangat penting untuk dirundingkan
denganmu." "Urusan penting?" Berkata Tan Ciu panas.
"Kau juga mempunyai urusan penting." Tan Sang
bertanya heran. "Tentu aku harus menolong Cang Ceng-ceng dari tangan
orang-orang Kim ie-kauw."
"Ha ha. . . .urusan itu mana dapat dikatakan sebagai
urusan penting." "Eh, mengapa tidak penting." Tan Ciu memjadi sampai
marah. "Dengarlah ceritaku..."
"Hah, aku harus menolong Cang Ceng-ceng.
"Kita beramai dapat membantu usahamu, Tapi, bukan
sekarang." Berkata Tan Sang.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mana boleh" Urusan itu penting sekali. Bila tidak segera
memberikan pertolongan betapa ia akan menderita disana?"
"Aku memberi perintah kepadamu. agar menangguhkan
langkah itu." "Tidak mungkin." Tan Ciu sangat kukuh.
"Kau melawan?" "Aku harus menolongnya dahulu."
"Dengarlah pesannya."
"Tidak..." Tubuh Tan Ciu melesat pergi.
"Berhenti!" Bentak Tan Sang. Lagi-lagi menghadang
didepan sang adik. "Kau"! . . ."
"Tunggulah sebentar,"
"Tidak mungkin. Minggir! Tan Ciu semakin marah,
"Demikian pentingnya Cang Ceng Ceng itu!"
"Tentu." Riwayat Lie Bouw Pek 16 Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung Kucing Suruhan 4
sudah wajib untuk mendengar cerita cianpwe." Demikian ia
meringankan ketegangan diantara mereka.
"Aku akan bercerita tentang segala kejadian itu. . . .
Dengan harapan, setelah selesai kau mengetahui duduk
perkara, kau dapat melakukan sesuatu untukku."
"Apakah tugas yang cianpwe hendak berikan?" Bertanya
Tan Ciu. "Tidak sulit untuk kau kerjakan."
Tan Ciu tidak menolak tawaran tersebut. Ia sangat
tertarik kepada pengalaman mudanya wanita rambut
panjang itu, tentunya luar biasa.
Tan Ciu memasang kuping panjang-panjang.
Dan wanita itu mulai bercerita, "Aku Thio Ai Kie......"
Entah mengapa, ia menghentikan katanya, memandang
kearah luar, matanya menunjukkan sinar tajam.
"Mengapa?" Bertanya Tan Ciu tak mengerti.
"Ada orang datang." Berkata wanita yang bernama Thio
Ai Kie itu. Tan Ciu memandang keluar. tidak terlihat ada sesuatu
yang mencurigakan, Ia memasang kuping juga tidak ada
urusan lain. kecuali suara hujan yang masih belum berhenti.
"Ada orang?" Tan Ciu kau kurang percaya,
"Benar." Berkata Thio Ai Kie. "Ia sedang menuju kearah
kita." "Aah. tidak kudengar adanya suara langkah kaki itu."
"Kini jaraknya semakin dekat. hanya seratus meter lagi."
Bila apa yang dikatakan oleh wanita itu benar hal itu
sungguh sulit dibayangkan.
Mungkinkah dapat mendengar suara derap langkah
seseorang yang masih berada dijarak seratus meter"
Sedangkan keadaan itu masih turun hujan" Suara berisiknya
angin ribut turut mengganggu. Betapa hebat ilmu
pendengaran wanita yang bernama Thio Ai Kie ini.
Thio Ai Kie berkata. "Aku hendak bercerita tanpa gangguan. Tapi orang ini
akan segera tiba." "Ia masih datang?"
"Arahnya tidak berubah. Kukira ia akan datang untuk
menghindari serangan hujan."
"Tentunya kemari?"
"Betul. . . Eh. . . Heran. rumahku belum pernah
mendapatkunjunganorang.Hariini,setelah
kedatanganmu, muncul lagi orang ini. ia datang lebih
dekat." Kuping Tan Ciu sudah dapat menangkap suara derap
langkah kaki orang yang baru datang, ia harus memuji
ketajamannya kuping Thio Ai Kie. dapat mendengar suara
yang dua kali lipat dari pendengaran dirinya.
Tiba tiba .... Terdengar suara pintu diketuk orang
"Siapa ?" Bertanya Thio Ai Kie.
"Seorang pengembara yang ditimpa hujan. dapatkah
memberi kelonggaran untuk meneduh."
"Silahkan." Pintu itu didorong, dan seorang tua berjalan masuk.
Melihat wajah itu, tiba-tiba Tan Ciu berteriak. "Kau!?"
Orang itu pun melihat adanya Tan Ciu. ia juga terkejut.
"Kau?" Terlihat sekian perobahan pada wajahnya yang
menjadi terang. Kedua orang itu saling pandang, Thio Ai Kie
menyaksikan hal tersebut memandang kedua tamunya, ia
bertanya. "Kalian saling kenal ?"
"Lebih dari kenal." katanya. "Kedatanganku ketempat ini
dengan maksud tujuan mencari dia."
Siapakah yang mencari Tan Ciu"
Orang yang mengejar Tan Ciu sehingga sampai
digunung Ceng-in adalah si Pendekar Angin Sin Hong
Hiap. Bagaimana Sin Hong Hiap dapat mengejar datang"
Bagaimana ia tahu bahwa Tan Ciu sedang menuju gunung
Ceng-in " Ini adalah suatu pertanyaan.
Memandang Tan Ciu beberapa saat. lalu Hong Hiap
berkata kepadanya. "Ho ho.... bila tidak diganggu oleh
hujan, perjalanan akan kuteruskan, gagallah aku
menemukanmu." "Kedatanganmu khusus mencari aku?" Bertanya Tan Ciu
heran. "Betul, sebelum kau masuk kedalam Gua Kematian, aku
harus menemukanmu." Disebutnya nama Gua Kematian. membuat Thio Ai khie
membelalakkan mata. Tan Ciu berkerut. "Bagaimana kau tahu, aku sedang melakukan perjalanan
ke Gua Kematian?" Ia menatap wajah pendekar tua itu.
"Mengapa tidak tahu" Setiap perbuatan tidak mungkin
dirahasiakan, bukan?"
"Maksudmu?" "Menuntut balas. Aku harus membunuhmu." Berkata
Sin Hong Hiap tegas. "Jauh-jauh kau mengejar datang untuk membunuh
seseorang?" "Betul. Dendam kematian muridku harus mendapat
wajah yang paling sempurna. Bila kubiarkan kau masuk
kedalam Gua Kematian, setelah kau menjadi seorang
linglung sinting, tiada guna dan tiada arti sama sekali. Kau
harus tahu, membunuh seseorang harus menanggung
akibat. Kau membunah muridku, maka aku harus
membunuhmu." Wanita berambut panjang, Thio Ai Kie turut bicara.
"Kalian ada menaruh dendam ?"
"Betul" Berkata si Pendekar Dewa Angin Sin Hong
Hiap. "Pemuda ini bernama Tan Ciu ia telah membunuh
muridku." Thio Ai Kie memandang Tan Ciu.
"Kau telah membunuh murid orang?" Ia meminta
kepastian. "Benar." Tan Ciu tidak menyangkal.
"Mengapa membunuh orang?" Tegur lagi Thio Ai Kie.
Tan Ciu bercerita soal kematian Chiu-it Cong, segala
sesuatunya diceritakannya dengan jelas.
"Betulkah cerita itu?" Thio Ai Kie memandang Pendekar
Dewa Angin Sin Hong Hiap.
Jago tua itu menganggukkan kepala.
"Kematian yang dicari sendiri." Berkata Thio Ai Kie.
"He...." Sin Hong Hiap terbelalak.
"Julukanmu pendekar Dewa Angin, kata-kata Pendekar
itu tidak mudah didapat. Mengapa mempunyai murid yang
seperti itu" Kematiannya akan membebaskan dirimu dari
kekotoran dunia, mengapa harus menuntut balas."
Sin Hong Hiap mendebat. "Chio It Cong dilahirkan
sebagai muridku segala sesuatu harus diserahkan kepadaku.
Orang luar tidak berhak ikut campur."
"Dimisalkan aku yang menemukan kejadianku, aku pun
akan membunuh Chio It Cong."
Wajah Sin Hong Hiap berubah.
"Ternyata kalian telah bersekongkol?" Ia sangat marah.
Thio Ai Kie berkata dingin.
"Pada tiga jam yang lalu, aku belum kenal dengan orang
yang bernama Tan Ciu ini."
"Mengapa membela dirinya?" Tegur Sin Hong Hiap.
"Kebenaran ada dipihaknya."
"Kebenaran berada dipihak yang berkuasa." Sin Hong
Hiap berdengus. "Gunakanlah sedikit aturan."
"Aku tidak kenal, apa itu artinya aturan." Pendekar
Dewa Angin Sin Hong Hiap agaknya telah naik pitam.
Wanita rambut panjang Thio Ai Kie tidak mau kalah.
dengan geram ia membentak. "Sin Hong Hiap. lekas kau
keluar dari rumahku." Ia mengusir,
Sin Hong Hiap tertawa dingin.
"Ingin main keras?" Ia tidak takut.
"Sebelum aku malah memaksa kau keluar dari sini. Ada
baiknya kau tahu diri. Keluarlah!" berkata Thio Ai Kie.
"Ha ha. . . Aku segera meninggalkan rumah ini setelah
berhasil membunuh Tan Ciu."
"Tidak mungkin."
"Bagus! Akan kubuktikan
berkuasa. dialah yang menang."
kepadamu, siapa yang Sin Hong Hiap menutup kata-katanya dengan satu
pukulan. Arah tujuannya bukan wanita rambut panjang itu,
tapi batok kepala Tan Ciu, ia benci kepada pemuda itu, Tan
Ciu adalah orang yang telah menghilangkan jiwa muridnya
juga menjatuhkan nama Sin Hong Hiap yang ternama.
Langkah Sin Hong Hiap telah berpikir masak-masak, bila
ia bergebrak dengan wanita rambut panjang itu, mengingat
ilmu kepandaian orang yang seperti berada diatas Tan Ciu,
tentu memakan waktu lama, entah bagaimaua akhir
pertempuran mereka. Thio Ai Kie tidak tinggal diam. Tubuhnya melesat
menggulung pukulan Sin Hong Hiap
Sin Hong Hiap telah menduga akan adanya gangguan
itu. maka ia bergerak cepat, memukul Tan Ciu dengan
kecepatan kilat. Di samping tak lupa ia mengadakan
penjagaan diri, Menangkis dan menyingkirkannya.
Sin Hong Hiap bergerak lebih dahulu, Thio Ai Kie
menyusul belakangan, tapi kecepatan wanita rambut
panjang itu sungguh luar biasa. bukan saja berhasil
menangkis serangan Sin Hong Hiap yang mengancam Tan
Ciu, lain serangan yang mengancam pendekar tua itu tidak
gagal. Buumm, Bummm...... Telapak tangan Thio Ai Kie telah mampir dipunggung
dibelakang Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap.
Darah merah muncrat dari mulut sipendekar Angin.
Inilah akibat dari kecongkakkan Sin Hong Hiap mendapat
nama puluhan tahun, belum pernah dikalahkan orang,
apalagi berhadapan dengan wanita berambut panjang yang
dianggap sipil, ia hanya menggunakan setengah bagian,
dengan sisa tenaga lainnya tetap menyerang Tan Ciu.
Karena itulah, ia menderita kerugian.
Tan Ciu terbelalak. Dengan jatuhnya Sin Hong Hiap
terbuktilah betapa hebat ilmu kepandaian wanita yang
bernama Thio Ai Kie ini. Wajah Sin Hong Hiap terlihat sangat seram, bibirnya
meleleh darah, matanya disipitkan. hanya sebelah. Rasa
benci penasaran. sakit hati dan dendam bercampur menjadi
satu. "Baik." Akhirnya ia berkata lemah. "Aku Sin Hong Hiap
menerima kekalahanku. Lain kali, aku akan balik kembali
mengadakan pembalasan."
Tubuhnya melesat ingin keluar dari pintu. Thio Ai Kie
lebih cepat, ia sudah menghadang kepergian si jago tua.
serta merta mengeluarkan bentakan.
"Tunggu dulu!" "Apa lagi yang kau mau ?" Sin Hong Hiap mempentang
kedua matanya. "Aku harus menahan kepergianmu." kata Thio Ai Kie.
"Bagus! Belum tentu aku dapat mati dibawah
tanganmu." Sin Hong Hiap telah menderita luka yang tidak
ringan, suaranya pun agak lemah.
"Aku tidak berniat membunuhmu." Berkata Thio Ai Kie.
"Maksudmu." "Melarang kau meninggalkan rumah ini."
"Bagus. Aku harus menerjang keluar." Berkata Sin Hong
Hiap yang disertai gerakan tubuhnya.
Thio Ai Kie tidak berpeluk tangan, tangannya bergerakgerak, menutup jalan si
Pendekar Dewa Angin. Beberapa kali Sin Hong Hiap menerjang, beberapa kali
pula ia tertahan. Kecepatan Thio Ai Kie luar biasa. kini menggunakan jari
'Cret!' menotok jalan darah Sin Hong Hiap. Si jago tua itu
jatuh tubuhnya. Tan Ciu sangat berterima kasih kepada wanita berrambut
panjang itu, bila tidak ada Thio Ai Kje yang membantu
dirinya, pasti ia terluka dibawah tangan Sin Hong Hiap.
Mungkin pula ia sudah mati saat ini.
"Atas bantuan cianpwe, aku Tan Ciu mengucapkan
terima kasih," Demikian berkata si pemuda.
"Aku benci kepada manusia-manusia congkak sebangsa
Sin Hong Hiap." berkata Thio Ai Kie.
"Bagaimana cianpwee hendak menempatkan dirinya?"
Bertanya Tan Ciu dengan jari tangan menunjuk kearah Sin
Hong Hiap yang jatuh tengkurap.
"Biarkan saja ia tidur ditempat itu. Setelah selesai kita
bercerita,akankuusahakan,bagaimanaharus
menyelesaikan dirinya."
Tan Ciu tidak mengusut terlalu panjang,
Thio Ai Kie berkata gemas.
"Bila bukan karena kedatangannya ceritaku sudah
selesai. Ia banyak mengganggu waktu kita. Eh. masih
bersediakah kau mendengarkan ceritaku?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Oh. kudengar kau hendak masuk kedalam Goa
Kematian?" "Betul!" "Apa maksudmu masuk kedalam gua itu?" Bertanya
Thio Ai Kie. "Aku harus menolong dirinya." berkata Tan Ciu sambil
menunjuk kearah Cang Ceng Ceng.
Thio Ai Kie memandang gadis itu sebentar, kemudian
bertanya. "Lukanya berat?"
"Sangat berat."
"Mengapa harus masuk kedalam Gua Kematian?"
"Lukanya bukan luka biasa. Ia mendapat tekanan ilmu
Ie-hun Tay-hoat." "Ie-hun Tay-hoat?" Bertanya Thio Ai Kie tersekut.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Betul. Dikatakan orang. hanya Penghuni Gua Kematian
yang dapat menghilangkan tekanan ilmu Ie-hun Tay-hoat."
Thio Ai Kie menganggukkan kepalanya.
"Tidak dapat disangkal." Ia berkata. "Tapi. pernahkah
dengar tentang peraturan Gua Kematian?"
"Merusak alam pikiran orang yang memasukinya. Itukah
peraturannya ?" "Betul. Dan setiap orang yang telah masuk kedalam Gua
Kematian, ia akan menjadi sinting linglung."
"Aku tahu." Berkata Tan Ciu. "Aku rela mengorbankan
diriku." "Demi keberuntungannya bukan?"
menunjuk kearah Cang Ceng Ceng,
Tan Ciu membenarkan pertanyaan itu.
Thio Ai Kie berkata kepada Tan Ciu.
Thio Ai Kie "Cerita yang akan kukisahkan ada hubungannya dengan
Penghuni Guha Kematian itu,"
"Ooo..." Tan Ciu semakin tertarik.
"Namaku Thio Ai Kie,..." Wanita itu mulai bercerita.
"Dia Kho Liok." Tangannya menunjuk kearah peti mati
merah ditengah-tengah ruangan.
Tan Ciu mengerti, tentunya pemuda yang didalam peti
mati itulah yang dimaksudkan bernama Kho Liok.
"Kecuali kami berdua, tokoh ketiga adalah kakakku yang
bertama Thio Bie Kie." Meneruskan cerita Thio Ai Kie.
"Kami bertiga terlibat didalam kisah percintaan."
Tan Ciu sudah menduga akan hal itu, ia memasang
kuping lebih tajam. Thio Ai Kie meneruskan ceritanya.
"Kakakku sangat sayang kepadaku. kami dibesarkan
bersama, tanpa ada kasih sayang orang tua, mereka telah
tiada. Kami hidup bersama beberapa saat dan berguru
kepada seorang nenek ahli silat yang bernama Kui Boh Cu.
Dikala aku genap berumur dua puluh tahun, tidak sedikit
pemuda-pemuda yang melamarnya, tapi semua lamaran itu
ditolak ia tidak mau meninggalkan diriku. aku dianggap
anak kecil, selalu membimbing diriku. Dikatakan olehnya,
sebelum aku mendapatkan jodohku, ia tidak akan menikah
dengan orang. Ia lebih suka diam dirumah, sedangkan aku
sering berkelana, dengan ilmu kepandaian yang kumiliki,
aku berhasil mendapatkan gelar Pendekar Wanita Berbaju
Hitam....." Thio Ai Kie menghentikan ceritanya, ia bermuram durja,
tentunya sedang mengenang akan kejadian masa silamnya.
Tak lama Thio Ai Kie merenung, lalu meneruskan pula
ceritanya. "Karena kebinalan aku itulah. aku berkenalan dengan
seorang pemuda yang bernama Kho Lok." sambung cerita
wanita itu, "Kami saling jatuh cinta. Orang-orang yang
mengiri pada cinta kami memberi tahu kepadaku. dikatakan
bahwa pemuda bernama Kho Liok inilah ahli wanita.
tukang mempermainkan wanita. penggoda wanita. Tapi
tidak kuterima kisikan-kisikan itu. Di sampingku. Kho Liok
sangat baik dan patuh. tidak mungkin seorang hidung
belang. kami sangat puas merantau kebeberapa tempat,
dibawah buaian asmara kami melupakan semua kedukaan
dunia." "Dan kalian menikah?" Tan Ciu mengemukakan dugaan.
"Belum." Berkata Thio Ai Kie. "Desas-desus semakin
santer segera kutanyakan kepada dirinya. dari mana asal
desas desus itu. Ia menyangkal, dikatakan bahwa mereka
tak tahu menahu, kecuali aku, ia belum pernah jatuh cinta
kepada orang. Itu waktu aku meninggalkan kakakku, maka
ia tak tahu juga tak dapat meminta pendapatnya. Kata-kata
Kho Liok yang berkesan ialah, ia mengatakan telah
melakukan suatu kesalahan besar. Kutanyakan, kesalahan
apakah yang telah diperbuat" Ia tidak mau memberi
keterangan yang lebih jelas. Betul-betul aku sangat cinta
kepadanya. Maka urusan itu tidak kutarik panjang."
Tan Ciu mendengarkan cerita tersebut dengan penuh
perhatian. "Pada suaru hari." Thio Ai Kie melanjutkan cerita,
"Kami bercakap-cakap tentang keluarga masing-masing.
kukatakan bahwa aku masih mempunyai seorang kakak
yang bernama Thio Bie Kie, wajahnya berubah. Dengan
acuh tak acuh ia mendengarkan cerita itu tanpa suara. Dan
dengan alasan sakit kepala ia berpisah. Itulah perpisahan
untuk jangka waktu yang lama, tanpa pamit lagi ia
meninggalkan diriku."
"Mungkinkah ada sesuatu yang menyangkut Thio Bie
Kie cianpwe?" Tan Ciu mengemukakan pendapat.
Thio Ai Kie menganggukkan kepala.
"Musuh Thio Bie Kie?" bertanya lagi Tan Ciu.
"Bukan." "Mengapa ia lari tanpa pamit?"
"Dia adalah kekasih Thio Bie Kie."
"A a a a .... "
"Ia mengatakan, pernah melakukan suatu kesalahan,
itulah yang dimaksudkan. Sebelum kami berkenalan. Thio
Bie Kie telah berhubungan dengannya, itu waktu aku
sedang berkelana, maka tidak tahu hal tersebut. Bila aku
tahu adanya hubungan diantara mereka, tentu aku dapat
menghindari kisah percintaan."
"Kalian kakak dan adik sangat mengasihi, seharusnya
mudah diselesaikan, bukan?" Berkata Tan Ciu.
"Akupun memikirkan begitu, segera pulang dan kutemui,
Thio Bie Kie, kuceritakan semua kejadian, kuceritakan
tentang semua yang menyangkut Kho Liok. Thio Bie Kie
tidak mendengar habis semua kisahku tatkala mendengar
nama Kho Liok disebut, ia jatuh pingsan. . . . Aku bingung.
Cepat-cepat kusadarkan Thio Bie Kie. setelah ia sadar dari
pingsannya, dengan marah mencaci maki diriku, belum
pernah aku melihat ia marah besar seperti itu. Aku takut
sekali. Ternyata kisah percintaannya dengan Kho Liok
tidak sengaja, mereka telah melewati batas-batas
persahabatan. tanpa disengaja cinta kakakku kepada Kho
Liok hanya sepihak, sedangkan Kho Liok tidak cinta
padanya. Kisah mereka dimulai setelah Kho Liok terluka,
ia lari mendapatkan Thio Bie Kie. luka itu luar biasa,
dikelabui musuh sehingga menerima bisa racun yang jahat.
Thio Bie Kie berusaha menyembuhkan dirinya, didalam
keadaan setengah sadar, mereka telah mengadakan
hubungan yang melampaui batas, Setelah Pho Liok
sembuh. dikatakan ia harus menuntut balas. dan ia pergi...
Pergi untuk tidak kembali lagi. Thio Bie Kie merana, tapi
aku tidak diberi tahu tentang penderitaan itu. Aku
meninggalkan kakakku. kucari Kho Liok dibeberapa
tempat. akhirnya aku berhasil menemukannya. Kutegur
mengapa dia berani mempermainkan kami kakak beradik"
Dikatakannya ia tidak bermaksud mempermainkan kami,
orang yang dicintai adalah aku, sedangkan hubungan
dengan Thio Bie Kie dilakukan tanpa sadar, itu waktu bisa
racun belum semua keluar, ditambah dengan cinta Thio Bie
Kie kepada dirinya, maka terjadilah tragedi tersebut... Aku
cinta kepada Kho Liok tapi aku lebih cinta kepada kakakku.
Kuanjurkan kepadanya agar kembali kesamping Thio Bie
Kie, ia menolak. Kami bertengkar dengan hasil kesudahan
matinya dia dibawah tajamnya pedangku."
"Aaaa .." Tan Ciu mengerti akan duduknya perkara dari
hasil percintaan segitiga.
"Bukan maksudku untuk membunuh Kho Liok."
Meneruskan cerita Thio Ai Kie. Suaranya menjadi sember.
air matanya telah membasahi wajah setengah tua itu.
"Dengan sedih aku menggendong jenazahnya, kubawa
pulang dan kutemukan Thio Bie Kie kuceritakan segala
kejadian yang telah terbentang dihadapannya, kesalahan
tersebut tidak dapat diperbarui lagi."
"Thio Bie Kie cianpwee tidak dapat memaaffkan?"
Bertanya Tan Ciu. "Dengan jatuh bangun dari pingsannya, ia menangis
sesambatan, mengapa aku berlaku ceroboh, membunuh
orang yang kami cintai" Dikatakan aku kejam, tidak mau ia
mempunyai seorang adik kejam, sifat-sifatnya berubah
hampir menjadi gila, kulihat perubahan pada wajahnya, aku
tinggalkan begitu saja. Mulai hari itu aku tinggalkan oleh
dua orang yang kukasihi, Kho Liok mati. Thio Bie Kie lari,
Untuk menebus dosaku, aku menetap disini, kukawani
jenazah Kho Liok sehingga hari ini."
"Tidak ada kabar beritakah dengan Thio Bie Kie
cianpwe?" Bertanya Tan Ciu.
"Dia adalah Penghuni Guha Kematian yang akan kau
kunjungi itu." "Aaaaaa......" "Sifatnya telah berubah, aku diancam dilarang memasuki
guhanya. setiap orang yang masuk kedalam guha tersebut
akan mengalami tekanan jiwa. otaknya dimiringkan,
mereka menjadi sinting dan linglung. "
Thio Ai Kie selesai mengisahkan cerita tentang
percintaan dan sebab musabab dari keluarga mereka.
Selesai mengisahkan cerita lama, Thio Ai Kie berkata,
"Dapatkah kau membantu diriku."
"Akan boanpwe usahakan." Berkata Tan Ciu.
"Kukira tidak sulit untuk kau lakukan." Berkata Thio Ai
Kie. "Permintaanku tidak banyak. Apalagi mengingat kau
sedang menuju kearah Guha Kematian. lebih mudah lagi.
Tolong kau sampaikan rasa penyesalanku kepada Thio Bie
Kie. Mau tidaknya ia menerima rasa penyesalanku, terserah
kemudian hari." Tan Ciu memberikan janjinya, ia menerima tugas
tersebut. "Dan aku mempunyai lain permintaan." Berkata lagi
Thio Ai Kie. "Katakanlah." Tan Ciu memandang wanita berambut
panjang itu. "Tolong kau kebumikan jenazahnya." Thio Bie Kie
menunjuk kearah peti mati merah yang berisi mayat Kho
Liok. Tan Ciu terbelalak. "Bukankah ingin kau kawani terus menerus?" Ia tahu
betul akan hal itu, maka tidak segera melulusi permintaan
orang. "Kini, pikiranku telah berubah." Berkata Thio Ai Kie.
"Kukira sulit." Berkata Tan Ciu. "Setelah kukebumikan
dirinya. Mungkin kau bongkar kembali, Kau akan
mengawani dirinya." Thio Ai Kie menggeleng-gelengkan kepala.
Katanya tegas, "Aku tidak mengebumikan dirirya,
karena aku tidak tega. Tapi kau orang lain, kukira akan
dapat menolong diriku."
"Baiklah." Tan Ciu tidak keberatan.
Pada hari berikutnya, didepan rumah kayu itu telah
bertambah satu makam baru itulah makam Kho Liok.
Tan Ciu menyaksikan Thio Ai Lie bersembahyang.
Beberapa saat kemudian, Thio Ai Kie bangkit, memandang
Tan Ciu seraya wanita itu berkata.
"Aku mengucapkan terima kasih kepadamu."
"Dengan senang hati. Aku melakukan pekerjaan ini."
Tan Ciu merendah. Sebelum jenazah Kho Liok dikebumikan, Thio Ai Kie
pernah meminta mutiara Jit goat-cu, yang pada sebelumnya
berada dalam mulut jenazah Kho Liok. Kini, dari dalam
saku bajunya, ia mengeluarkan lagi mutiara tersebut
diserahkan kepada Tan Ciu dan berkata kepada si pemuda,
"Ambillah mutiara ini."
Tan Ciu mundur, dengan menggeleng-gelengkan kepada
menolak. "Tidak dapat kuterima hadiah pemberianmu."
"Kukira, kau akan membutuhkannya. Mutiara Cit goatcu dapat menghilangkan semua
bisa racun. dapat tahan panasnya api dan dapat mengusir dinginnya es, sangat
mujijat untuk pengobatan-pengobatan. Aku tidak
membutuhkannya. Terimalah."
Setelah dipaksa. Tan Ciu menerima pemberian yang
sangat berharga itu. "Terima kasih." Ia berkesan baik kepada Thio Ai Kie,
"Kau ingin menjumpai kakakku?" Bertanya Thio Ai Kie.
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Sudah berpikir masak-masak, akan akibat yang akan
kau derita?" tanya lagi Thio Ai Kie.
Lagi-lagi Tan Ciu menganggukkan kepala. "Hanya jalan
ini yang dapat kutempuh untuk menolong Cang Ceng Ceng
dari kesengsaraan." "Tapi. kau akan menggantikan dirinya. kau akan lebih
sengsara." "Sudah boanpwe pikirkan masak masak."
"Kudoakan saja kau berhasil." Berkata Thio Ai Kie.
"Terima kasih." Berkata Tan Ciu.
"Kau tahu dimana letak Guha Kematian?" Bertanya lagi
Thio Ai Kie. "Boanpwe membutuhkan keterangan yang lebih jelas.
Tentunya cianpwe tidak keberatan untuk memberi tahu,
bukan?" Thio Ai Kie memberi tahu letak tempat Guha Kematian.
Membawa Cang Ceng Ceng. Tan Ciu mengambil
berpisah dengan wanita itu mereka harus melanjutkan
perjalanan. kearah Guha Kematian.
Dengan adanya petunjuk Thio Ai Kie, secara mudah
Tan Ciu berhasil menemukan Guha Kematian.
Disuatu lereng lembah, pada bawah tebing curam yang
sangat tinggi, terdapat sebuah guha dengan tulisan 'GUHA
KEMATIAN'. Tak gentar dengan menggendong tubuh Cang Ceng
Ceng. Tan Ciu memasuki guha tersebut.
Guha tersebut tidak terjaga, sangat gelap, jauh
didepannya, baru terlihat titik terang. Hal itupun
menandakan betapa panjang dari isi Goba Kematian.
Berjalan setengah bagian, tiba-tiba terdengar ada suara
yang membentak.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Berhenti." Datangnya suara dari lorong gelap lain,
ternyata Guha Kematian mempunyai cabang.
Tan Ciu menghentikan langkahnya.
Terdengar lagi suara itu berkata. "Dengan maksud apa
kau berada ditempat ini?"
Itulah suara seorang wanita.
Tan Ciu memberikan menyembuhkan seseorang."
jawaban, "Boanpwe harus "Kau tahu bahwa kau telah memasuki Guha Kematian."
"Boanpwe tahu." jawab Tan Ciu tenang.
"Dengan tentang peraturan Guha Kematian?"
"Cukup paham." Suara wanita itu terhenti sebentar, kemudian berkata.
"Kuanjurkan kepadamu ada lebih baik untuk kembali.
Segeralah keluar dari guha ini."
Tan Ciu tidak takut kepada gertakkan itu. "Dengan
siapakah boanpwe berhadapan?"
"Seharusnya kau tahu." Berkata suara itu.
"Penghuni Guha Kematian ?"
"Heemm . . ." "Boanpwe ada urusan, maka boanpwe tidak akan keluar
guha sebelum urusan itu berhasil."
"Berpikirlah lagi, apa akibatnya, bila seseorang berani
masuk kedalam Guha Kematian?"
"Sudah boanpwe pikirkan. dapatkah bertemu muka?"
"Aku tidak bersedia menemui orang."
"Bounpwe mohon dengan sangat."
"Permohonan itu kutolak."
"Kawan wanitaku sangat membutuhkan pertolongan."
"Itu urusanmu. Bukan urusanku." Berkata penghuni
Guha Kematian ketus. "Dia segera mati."
"Sudah kukatakan, bukan urusanku."
"Tapi. . ." "Tanpa tapi. Lekas kau keluar."
"Aku telah berada ditempat ini. Mengapa harus keluar
lagi?" "Ingin mencari kematian ?"
"Ha. ha . . . ."
"Apa yang kau tertawakan ?"
"Kukira kau bukan Penghuni guha Kematian."
"Mengapa kau mempunyai pikiran seperti itu ?"
"Tidak cocok dengan apa yang digambarkan orang,"
"Apa yang orang gambarkan tentang diriku?" Suara
wanita didalam lorong guha gelap itu tergetar agaknya ingin
tahu, apa yang dunia luar ceritakan tentang keadan guha
Kematiannya. "Kau Thio Bie Kie?" Bertanya Tan Ciu.
"Eh....." Disebutnya
mengejutkan. nama Thio Bie Kie sangat "Mengapa tidak menjawab?" Tegur lagi si pemuda.
"Bagaimana kau tahu, ada orang bernama Thio Bie Kie?"
Suara itu semakin bergetar. didalam dunia persilatan,
siapakah yang mengetahui bahwa Penghuni Guha
Kematian bernama Thio Bie Kie"
Dan Tan Ciu dapat menyebut nama itu. Suatu hal yang
mengejutkan orang yang bersangkutan.
"Ingin tahu?" Berkata lagi Tan Ciu berada diatas angin.
"Katakan. dari mana kau tahu nama itu?" Bentak suara
yang belum terlihat. "Akan kuberi tahu kepadamu. setelah kita bertema
muka, secara tuan rumah dan seorang tamu. Bukan seperti
keadaan ini, didalam keadaan gelap gulita."
"Aku tidak bersedia menerima tamu," itulah suara
wanita didalam Guha Kematian. "Kau kira setelah
menyebut nama Thio Bie Kie, aku dapat menerima
kedatanganmu, kau mengimpi."
Tan Ciu mengasah otak. Bagaimana ia dapat menemui
orang ini" Kecuali menggunakan tipu saja.
"Aku menemukan seseorang . . ," Ia ingin menggunakan
kelemahan Tho Bie Kie. "Siapa yang telah kau temukan?" Bertanya suara wanita
didalam kegelapan itu, "Seorang yang bernama Kho Liok," Berkata Tan Ciu
sambil menunggu reaksi orang.
Suara penghuni Guha Kematian tidak terkejut, terdengar
ia membentak, "Kemudian!". "Kho Liok menceritakan tentang keadaan dirimu."
Berbohong Tan Ciu, Ia menduga sedang berhadapan
dengan Thio Bie Kie. "Tidak mungkin. Suara wanita itu berteriak, "Kho Liok
sudah tidak ada!" "Kau salah." Berkata Tan Ciu. "Sungguh2 aku telah
melihat Kho Liok." Wajah jenazah Kho Liok yang Tan Ciu maksudkan.
Tapi ia tidak menyebut dengan jelas sengaja memancing
keluar lawan. "Kau menemuinya didalam impian." Berkata penghuni
guha Kematian itu. "Sungguh." Berkata Tan Ciu dengar suara pasti.
"Dimana?" "Didalam sebuah rumah kayu." Lagi-lagi Tan Ciu main
lidah, entah rumah kayu yang mana yang dimaksudkan
olehnya, mungkin rumah kayu Thio Ai Kie. mungkin juga
rumah kayu didalam liang kubur Kho Liok.
Suara wanita itu berteriak. "Tidak mungkin . . . Ooooo . .
.!!" Dengan kepintaran otaknya, ia maklum bahwa dirinya
sedang ditipu mentah-mentah dengan tenang ia berkata.
"Aku mengerti . . . Kau sedang menggunakan akal untuk
memancing diriku keluar menemuimu. bukan" Putuskanlah
harapanmu ini. Semua itu tidak dapat mengelabui diriku."
"Tidak percaya" Aku adalah murid Kho Liok." Semakin
lama Tan Ciu semakin mengelindur jauh.
"Ha. ha .. siapa namamu ?"
"Tan Ciu." "Apa "! . . . Tan Ciu "! . ."
Dari lagu suara orang yang tersentak dan terputus hati
Tan Ciu hampir mencelat. Agaknya orang itu pernah
mendengar dirinya, maka sangat terkejut.
Dikala orang tersebut mendengar nama Thio Bie Kie
disebut, ia terkejut! Mendengar nama Tan Ciu disebut, ia lebih terkejut lagi.
= oooOdwOooo = Wanita yang berada didalam Guha Kematian terkejut
karena Tan Ciu menyebut namanya. itulah tidak masuk
diakal, karena jarang sekali orang yang mengetahui dirinya
telah menjadi penghuni Guha Kematian.
Tan Ciu menyebut nama dirinya dan wanita didalam
guha gelap itupun lebih terkejut, ini agak tidak mudah
dimengerti. Apakah yang dikejutkan olehnya "
"Hei...." Tan Ciu berteriak. "Kenalkah kepadaku?"
"Uh... Uh... mengapa harus kenal kepadamu?" Suara itu
memberikan jawaban yang samar-samar.
"Mengapa kau terkejut ?"
"Aku terkejut" Heh.... Nama Tan Ciu ini pernah
kudengar." "Siapa orang itu" Siapa yang memberi tahu namaku ?"
"Orang yang pernah masuk kedalam Guha Kematian.
Kau putra Tan Kiam Lam bukan" Tidak perduli putra
siapa. ada lebih baik bila kau bersedia meninggalkan guha."
"Bila tidak" Kau akan membunuh?"
"Aku belum pernah membunuh orang."
"Hanya memiringkan otak orang," Berkata Tan Ciu.
"Itupun lebih kejam dari pada pembunuhan."
"Hee, he. he . , . Kau pintar."
"Aku bersedia menanggung segala resiko, setelah kau
menyembuhkan penyakit kawan wanitaku ini."
"Tidak mungkin."
"Tolonglah." Tan Ciu mulai memohon.
"Dengarlah kata-kata peringatanku,
meninggalkan Guha Kematian."
segera kau "Tidak . , . Ti . . .dak . ." Tan Ciu menjadi kalap, ia
menerjang masuk. Terdengar berkesiurnya angin, satu serangan menyerang
pemuda itu. Tan Ciu mengadakan tangkisan. datang lagi lain
serangan, bertubi-tubi. didalam keadaan gelap gulita. Tan
Ciu berdaya. tiba-tiba dirasakan kepalanya berat ada jari
yang menotok dirinya, matanya terkatup tububhnya roboh,
ia jatuh pingsan. Keadaan masih tetap gelap . . . . .
Satu bayangan menenteng Tan Ciu dengan lain tangan
membawa tubuh Cang Ceng Ceng. Bayangan inilah yang
berdebat sekian lama diperut guha tadi.
Kemanakah Tan Ciu dibawa" Bayangan itu sangat
langsing, dengan menenteng dua tubuh. ia dapat bergerak
dengan leluasa, keadaan didalam guha sangat apal sekali.
Dengan menekan satu tombol. lalu guha terbuka, berbeda
dengan keadaan guha yang semula, guha ini sangat terang,
Wajah wanita yang Tan Ciu kira sebagai Panghuni Guha
Kematian ini telah terpetang jelas. Ia belum tua, sangat
muda, terlalu muda. Tan Ciu telah jatuh pingsan. maka
tidak dapat menyebut nama si gadis. bila Tan Ciu melihat
pasti ia terkejut, inilah si Ular Golis dari eks perkumpulan
Ang mo kauw. Ang-mo kauw berarti perkumpulan Iblis Merah.
Perkumpulan yang dibangun dan akhirnya jatuh
dibawah tangan Sim In. Dia bukan Thio Bie Kie" Bukan.
Dia adalah murid Thio Bie Kie. Si Ular Golis yang pernah
Tan Ciu temukan di perkumpulan Ang mo kauw.
Kini mudah dimengerti, tatkala ia mendengar nama Tan
Ciu, ia sangat terkejut. Itulah pemuda yang pernah
menolong dirinya. Tidak dapat ia membiarkan pemuda
tersebut rusak dibawah tangan gurunya.
Ular Golis adalah murid Penghuni Guha Kematian Thio
Bie Kie, Membawa Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng, si Ular Golis
memasuki sebuah ruangan yan terang benderang, didalam
ruangan itu berduduk seorang wanita berbaju hitam. itulah
penghuni Guna Kematian Thio Bie Kie, orang menjadi
guru si Ular Golis. "Ada orang masuk kedalam Guha Kematian?" Bertanya
Thio Bie Kie. "Betul." "Eh. mengapa kau membawa kemari ?"
"Dia ada urusan dan ingin bertemu dengan suhu."
"Mengapa tidak merusak pikiran otaknya?" Thio Bi Kie
mengadakan teguran. "Suhu . .. Dia.. . dia mengetahui namamu."
"Oooo..." "Dikatakan lagi, dia adalah murid Kho Liok cianpwe,"
"Aaaa....!" Thio Bie Kie berteriak. Badannya gemetaran.
"Tidak mungkin. Tidak mungkin .. !" Dan akhirnya ia
berhasil menguasai keterangan hati. "Tidak mungkin!!
Telah tiga puluh tahun ia mati. . ."
"Dari mana ia tahu nama itu?"
"Tentunya telah bertemu dengan Thio Ai Khie." Thio
Bie Kie mengeluarkan dugaan.
"Dia menggendong seorang gadis yang tidak sadarkan
diri, dikatakan membutuhkan pertolonganmu."
"Membawa seorang gadis yang terluka" Beratkah luka
gadis itu." "Sangat berat sekali."
"Yang gadis boleh kita terima. Dan setiap laki-laki
adalah manusia kurang ajar, pemuda inipun tidak
terkecuali, geser saja otaknya. Beres."
"Suhu . . ." "Mengapa?" "Boleh aku mengajukan permohonan untuknya?" Ular
Golis ingin membalas budi yang Tan Ciu lepas kepadanya.
Manakala Thio Bie Kie mengabulkan permintaan itu, ia
luput dari kematian. "Aku heran, mengapa kau tidak melakukan tugasmu
dengan baik, ternyata ada sedikit cerita dibalik batu."
Berkata Thio Bie Kie. "Suhu pada satu tahun yang lalu, dialah yang
menyelamatkan jiwaku dari kematian." Ular Gelis memberi
penjelasan. "Mungkinkah aku tidak pernah menyelamatkan jiwamu
dari kematian?" Bertanya Penghuni Guha Kematian itu.
"Suhu . ." "Hm. . . Aku dapat menduga, siapa adanya pemuda ini.
Dia adalah orang yang bernama Tan Ciu itu, bukan ?"
"Betul." "Cintakah kau kepadanya."
Ular Golis menundukan kepala. Sangat rendah kebawah.
Penghuni Guha Kematian Thio Bie Kie berkata dengan
suara dingin. "Apa dia juga cinta kepalamu?"
"Dia tidak tahu, apa yang terkandung didalam hatiku."
Berkata Ular Golis lemah.
"Lupakah kepada ceritaku" Aku menjadi korban dari
korban perasaanku. Laki-laki tidak boleh dipercaya. Dan
dia akan merusak hidupmu."
"Suhu . ." "Kau sungguh mengecewakanku."
"Suhu, maafkan muridmu yang tidak dapat melakukan
tugas ini. Suhu bersedia memberi pengampunan ?"
Thio Bie Kie memandang Tan Ciu karena hubungannya
dengan Kho Liok, ia membenci setiap lelaki, termasuk juga
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tan Ciu. Matanya beralih kearah Cang Ceng Ceng, dan ia berkata,
"Siapa gadis itu ?"
Ular Golis memberikan jawaban. "Dikatakan kawan
wanitanya ?" "Hm... Laki-laki yang seperti ini tidak patut dibiarkan
hidup segar, pandai mengambil hati Wanita, tukang
memikat hati wanita."
Dengan sinar mata penuh kebencian. ia menggangkat
tangannya. Ular Golis sangat paham akan sifat-sifat yang dimiliki
sang guru, ia berteriak. "M i n g g i r !"
Ular Golis menubruk baju, bertiarap diatas tubuh Tan
Ciu dan sesambatan, "Suhu, bunuhlah aku dahulu."
Thio Bie Kie menatap wajah sang muridnya, wajahnya
yang galak telah berubah menjadi lemah. ia menurunkan
tangannya, "Oh... Cintamu salah tempat."
Ular Golis menatap wajah guru itu.
"Suhu bersedia mengampuni jiwanya?" Ia meminta
kepastian. "Bukalah totokannya." Thio Bie Kie memberi perintah.
Ular Golis melihat perobahan wajah guru itu. segera ia
tahu bahwa jiwa Tan Ciu dapat ditolong. dengan beberapa
totokan, ia menghidupkan jalan darah si pemuda yang
disumbat. Tan Ciu menggeliat bangun, terkenang akan kejadian
yang belum lama dialami, sangkanya sudah mati, segera ia
bergumam. "Mungkinkah aku belum mati ?"
Terdergar suatu suara menyahuti.
"Bila tidak ada muridku yang mengajukan permohonan,
tentunya kau telah mati."
Tan Ciu memandang kearah datangnya suara itu. sinar
penerangan terang mempetakan gambar seorang wanita.
"Kau . .?" Ia tidak kenal kepada Penghuni Guha
Kematian. "Aku adalah Penghuni Guha Kematian Thio Bie Kie."
"A a a a . .." Per-lahan2 Tan Ciu memperhatikan isi guha itu,
matanya tertumbuk dengan sepasang mata si Ular Golis,
lagi2 ia berteriak, "Aaa...!" ia berteriak.
"Masih kenal denganku?" Ular Golis tertawa getir.
"Ular Golis?" Hal ini berada diluar dugaan Tan Ciu, bagaimana Ular
Golis dapat berada didalam Guha Kematian.
"Betul." Gadis itu menganggukkan kepalanya,
Tan Ciu sedang ber-pikir2 didalam perkumpulan Angmo-kauw Ular Golis telah
menyerahkan obat Seng-hiathoan-hun-tan mungkin ada hubungan dengan Thio Bie Kie"
"Bagaimana kau berada ditempat
mengetahui duduk kejadian.
ini?" ia ingin "Aku yang menolong dirinya," Berkata Penghuni Goha
Kematian Thio Bie kie. Ular Golis adalah anggota Ang mo-kauw, setelah Sim-in
mati dengan sendirinya perkumpulan itu membubarkan
diri. Hari ini si gadis telah menjadi anak buah Guha
Kematian. Terdengar lagi Thio Bie Kie berkata. "Berani kau masuk
kedalam Guha Kematian. Nyalimu sungguh besar, he?"
"Ingin merusak otak pikiranku?" Bertanya Tan Ciu.
"Inilah peraturan kami."
Kematian Thio Bie Kie. Berkata Penghuni Guha Tan Ciu tidak gentar. dengan tenang berkata,
"Aku berani masuk kemari.
kuperhitungkan. Kawan wanitaku
Hal ini sudah ini terkena oleh pengaruh ilmu Ie-hun Tay-hoat, tolonglah kau memberi
kebebasan." "Akan kuusahakan." Berkata Thio Bie Kie.
"Terima kasih. Kini aku menyerahkan diri." Berkata Tan
Ciu. "Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu" Berkata
lagi Penghuni Guha Kematian. "Tentunya, kau telah
berhasil bertemu dengan Thio Ai Kie ?"
"Ia tinggal tidak jauh dari sini." Jawab Tan Ciu.
"Apa yang diceritakan kepadamu?"
"Kulihat kau telah salah paham. Kehidupannya jauh
lebih menderita darimu. Ia sangat sengsara, penderitaan
batin itu sukar dilenyapkan, Maksudku . .."
"Cukup." Bentak Thio Bie Kie. "Aku tidak mau
mendengar cerita ini."
Walaupun demikian. Karena Thio Ai Kie itu adalah
satu2nya adik kandung. satu-satunya orang yang paling
dicintai. perasaannya tidak lepas dari getaran kalbu. terlihat
jelas dari gerak geriknya yang berlainan.
"Bila kau tidak bersedia mendengar cerita aku tidak akan
memaksa kau memasang kuping." Berkata Tan Ciu.
"Kalian, kaum laki-laki adalah kaum penipu." Berkata
Thio Bie Kie penuh derita.
"Tidak ada seorang yang pernah kutipu," Berkata Tan
Ciu. "Bagaimana hubunganmu dengan muridku?" Bertanya
Penghuni Guha Kematian itu.
Tan Ciu memandang si Ular Golis.
"Dia cinta padamu." Berkata Thio Bie Kie.
"Oh . . ." Diluar dugaan Tan Ciu. Ia sangat terkejut.
"Bila bukan dia yang memohon pengampunan tidak
mungkin Kau dapat mempertahankan kesegaran otakmu."
Tan Ciu tertegun. Tidak disangka bahwa gadis itu jatuh
cinta pada dirinya. Penghuni Guha Kematian Thio Bie Kie berkata dengan
sungguh-sungguh. "Jalan yang terbentang dihadapanmu
hanya ada dua jurusan."
Tan Ciu memandang wanita itu. "Katakanlah."
"Jalan pertama, aku dapat memberi ampun kepadamu,
dangan syarat harus menikah dengan muridku."
"A a a a a . . .!" Tan Ciu berteriak kaget. Tidak pernah
disangka. dirinya akan dijodohkan dengan Ular Golis.
Hal ini sulit untuk diterima. Memandang wanita tua itu.
dengan menggoyangkan kepala ia berkata.
"Permintaan Cianpwe menyulitkan orang."
Thio Bie kie memancarkan sinar mata penasaran.
"Kau menolak." "Boanpwe menolak."
Disampingmereka, si Ular GolisSauw-tin
menundukkan kepala. jawaban itu sudah berada didalam
perhitungan dirinya. Thio Bie Kie membentak. "Mengapa" Martabat muridku
tidak dapat mengimbangimu?"
"Jodoh seseorang tidak dapat ditentukan dari seimbang
atau tidak seimbang martabat-martabat mereka." Tan Ciu
menemukan alasan. "Mengapa kau menolak mengawini muridku?" Bertanya
lagi Thio Bie Kie. "Bila aku berniat mengawini dirinya. aku dapat bicara
langsung dengannya. Tanpa adanya paksaan orang ketiga."
"Maksudmu aku tidak boleh memaksa."
"Kira-kira demikian."
"Bagus! Berani kau menentang diriku?" Thio Bie Kie
tidak puas. "Cinta bukanlah sesuatu yang boleh diperintah oleh
seseorang," Tan Ciu tidak gentar kepada Penghuni Guha
Kematian. Thio Bie Kie memperhatikan wajah si pemuda terlalu
berani, sangat menantang. berambekan besar, bertabiat
keras, sangat luar biasa! Kesan kepada Tan Ciu menjadi
baik. Teringat kepada cintanya yang mengalami kegagalan,
mungkinkah jodohnya dengan Kho Liok dapat diperintah
oleh seseorang. Kenangan lama membuat Thio Bie Kie
melamun. Tan Ciu sangat puas dan ia berkata. "Bagaimana dengan
jalan kedua?" Thio Bie Kie mengangkat pundak, ia berkata singkat.
Sangat singkat, hanya satu patah kata.
"K e m a t i a n !"
Tan Ciu melototkan matanya. Ia masih muda tentu tidak
ingin memilih jalan kematian.
Thio Bie Kie berkata. "Hanya dua jalan yang akan kusebutkanlah yang
terbentang dihadapan dirimu."
Tan Ciu bungkam, menerima jalan yang telah ditentukan
orang. ia tidak mau. Menentang petunjuk itu, berarti
mempercepat riwayat hidupnya.
Ular Golis Siauw Tin membuka mulut. "Suhu ..."
"Jangan kau turut bicara!" Thio Bie Kie membentak
murid itu. Ular Golis bungkam. Thio Bie Kie memperhatikan Tan Ciu dan membentak
pemuda itu. "Lekas kau pilih dua jalan itu!"
"Tidak ada jalan ketiga?"
"Tanpa jalan lain."
"Apa boleh buat aku harus memilih jalan yang kau sebut
belakangan." Berkata Tan Ciu.
Suatu hal yang berada diluar dugaan Thio Bie Kie. Ia
menyediakan dua jalan kepada pemuda itu. satu adalah
jalan kematian, dan satu lainnya tersedia gadis cantik, jalan
kebahagiaan. Dengan alasan apa, Tan Ciu menolak
kesenangan memilih kematian "
Mungkinkah si pemuda tidak takut mati" Tidak
mungkin. Semua orang akan berusaha menghindari diri
dari kematian, menjauhi kematian. termasuk juga pemuda
yang berada didepannya. Penghuni Guha Kematian Thio Bie Kie mengeluarkan
suara gerengan, kini mengangkat tangannya, bertindak
maju mendekati pemuda itu.
Ular Golis menjadi kaget, ia berteriak. "Suhu . .!"
"Tutup mulut." Bentak wanita itu. "Pergi kau menyingkir
jauh-jauh." Ular Golis sudah membuka mulut. maksud ingin
memohon lagi. dibentak seperti itu. hatinya menjadi ciut,
ketahui jelas. segala langkah sang guru sangatlah keras,
tidak boleh diganggu. Thio Bie Kie telah maju satu tapak.
Tiba-tiba Tan Ciu berteriak.
Wajah Thio Bie Kie menjadi terang. Dengan puas ia
berkata. "Bersedia menerima tawaranku?"
"Tidak." Berkata Tan Ciu.
"Apa lagi yang ingin kau kemukakan?" Bertanya wanita
itu. Ia mengerutkan alis.
"Sebelum aku mati, ada beberapa patah kata yang ingin
kukatakan. pesan ini kutujukan kepada muridmu."
O00de-^-wi00O Jilid 16 IA menunjuk kearah Ular Golis.
Gadis itu telah basah dengan air mata, cepat-cepat ia
berkata. "Apa yang ingin kau katakan ?"
Tan Ciu berkata. "Aku mendapat pesan dari Thio Ai Kie cianpwe untuk
menyampaikan rasa penyesalannya kepada gurumu. Aku
tidak berhasil, kini jiwaku sudah berada diambang pintu
kematian, tugas ini kuserahkan kepadamu . . ."
"Akan kuusahakan." Berkata Ular Golis Siauw-tin,
sikapnya sangat sedih. "Permintaanku yang kedua ialah, tolong kau sampaikan
khabar kematianku kepada seorang kakek bungkuk yang
bernama Kui Tho Cu. dia berada didalam Benteng
Penggantungan." Ular Golis menganggukkan kepalanya, ia menyanggupi
tugas itu. "Dan dari Kui Tho Cu itu, kau dapat mengetahui orang
yang harus kubunuh tolong wakilkan diriku membunuh
orang itu. Bersediakah?"
Sekali lagi Ular Golis menganggukkan kepala.
"Terima kasih." Tan Ciu mengakhiri percakapan itu.
Kini ia menghadapi Thio Bie Kie, menyerahkan diri
kepada Penghuni Guha kematian.
"Bunuhlah." ia berkata.
Atas sikap si pemuda yang sangat berani, Thio Bie Kie
harus menaruh salut, walaupun demikian, ia harus
mempertahankan gengsinya. ialah dikatakan ingin
memburuh pemuda itu dan kata-kata ini harus
dilaksanakan, tangannya diangkat lagi.
Tan Ciu mengerti, hal ini tidak dapat dielakkan. ada
baiknya ia bersikap Kesatria. Mati tanpa keluhan suara.
Manakala Thio Bie Kie hendak menurunkan tangan
maut, tiba-tiba wajahnya berkerut. matanya berpaling
kearah pintu guha seolah-olah terdengar sesuatu hendak
melihat sesuatu yang belum diketahui.
Tan Ciu memandang segala perubahan itu dengan rada
berkesiap. Ular Golis Siauw Tin berteriak. "Suhu, ada orang
datang." Thio Bie Kie menganggukkan kepala. ia berkata pada
sang murid. "Jaga baik-baik orang ini."
Tubuhnya melesat, meninggalkan mereka.
Datangnya orang itu disaat yang tepat. Tan Ciu terhindar
dari kematian. Ular Golis mendekati pemuda itu, ia memanggil
perlahan.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tan Ciu, sangat menyesal. aku tak dapat berbuat
sesuatu, guruku terlalu keras serta berkepala batu, sulit
untuk berdebat dengannja,"
"Aku tahu." Berkata Tan Ciu tertawa getir.
"Eh, bagaimanakah harus memanggilmu?"
"Namaku Siauw Tin. panggil saja dengan nama sebutan
itu." "Siauw Tin, bukan maksudku memandang rendah atau
menghina dirimu, penolakanku atas usul gurumu yang
inginmemaksakanperjodohankitaberdasarkan
kenyataan." "Seharusnya kau menerima tawaran itu." Berkata Siauw
Tin. Hati Tan Ciu tergetar. "Mengikat tali hubungan suami isteri denganmu"
Mungkinkah kau bersedia?"
"Aku tidak keberatan. Dimisalkan kau tidak cinta
padaku, akupun tidak memaksa. Jalan yang terbaik ialah
turuti dahulu segala kemauan guruku, setelah itu
dikemudian hari kita dapat menentukan hidup sendiri,
boleh kita berpisah lagi setelah kita keluar dari Guha
Kematian kau bebas memilih gadis lain sebagai isteri yang
sah." "Aku tidak dapat menodai namamu."
"Turutlah nasehatku, maka kau dapat bebas dari
kematian. Aku berjanji, aku tidak akan mengikat
kebebasanmu untuk memilih istri."
"Kau sudah berpikir tentang segala akibat dari langkah
ini ?" "Berpikirlah kepada keselamatan jiwamu."
"Aku berteiima kasih kepada pengorbananmu."
"Kau bersedia menerima usulku?"
"Baiklah." "Aku berjanji, aku tidak mengekang kau memilih istri."
Cerita diatas adalah cerita didalam Guha Kematian.
Diluar Guha kematian, satu bayangan muncul cepat
memasuki guha gelap itu. Thio Bie Kie memapaki
datangnya bayangan itu, ia membertak,
"Siapa!" Bayangan itu berhenti, dengan suara penuh derita
memanggil. "Cie cie. . . ."
Dia adalah penghuni rumah kayu, wanita berambut
panjang Thio Ai Kie, adik dari penghuni Guha Kematian.
Thio Bie Kia berhenti dengan ketus ia berkata. "Siapa
yang kau panggil" Aku tidak kenal kepadamu."
"Ciecie. lupakah kepala suara adikmu?" Bertanya Thio
Ai Kie sedih. "Tidak dapatkah kau memaafkan kesalahanku
?" "Aku tidak mempunyai adik." Berkata Thio Bie Kie
dingin. "Ciecie. aku mohon pengampunan."
"Cukup." "Ciecie." "Sekali lagi kuperingatkan kepadamu, jangan sekali-kali
kau memasuki tempat ini lagi. Lekas keluar!"
"Ciecie. . ." "Segera kubunuh dirimu. Tahu?"
"Kau tidak dapat memaafkan kesalahanku."
"Lekas kau pergi." Penghuni Guha Kematian Thio Bie
Kie mengusir adik itu. "Baik kau tidak dapat memberikan pengampunan,
kedatanganku ini ada maksud tujuan lain, kuharap kau
tidak mengganggu Tan Ciu."
"Hmm .... Tan Ciu" .. . Segera akan kubunuh pemuda
itu." "Aku memohon keikhlasan hatimu."
"Aku bukan seorang pemurah."
Thio Ai Kie putus harapan. Timbul rasa kecewanya.
Tiba-tiba ia menjadi panas hati, dengan kemarahan yang
meluap-luap, ia berkata. "Kau kejam?" Thio Bie Kie mengeluarkan suara dari hidung.
"Hanya karena seorang laki-laki, kau menjadikan dirimu
sebagai manusia aneh, kau merusak diri sendiri. Kau telah
merusak penghidupan tenang."
"Kau adalah biang keladi kekacauan." Berkata Thio Bie
Kie. "Kau telah membunuh dirinya."
"Aku sangat menyesal." Berkata Thio Bie Kie. "ia yang
segala sesuatu telah terjadi. apa yang dapat kulakukan"
Kecuali beruraha mengenang kesalahan itu" Tidak seperti
dirimu mengerusak diri sendiri, mengerusak diri orang.
Selama ini, berapa banyakkah orang yang telah kau rusak,
apakah yang kau dapat dari hasil perbuatanmu itu ?"
"Kepuasan." "Aku telah melakukan suatu kesalahan tanpa disengaja.
Tapi kau melakukan kesalahan2 yang kau ketahui, betapa
jahatnya perbuatanmu itu."
"Tutup mulutmu."
"Aku salah. Kau juga salah. Aku berusaha membenarkan
kesalahanku. mengapa kau kukuh menyiksa diri sendiri?"
"Huh. ingin memberi nasehat kepadaku."
"Betul. Hari ini aku ada niatan untuk memberi nasehat
kepadamu." "Bagus! Kau sudah berani. hee?"
Wajah Thio Bie Kie membawakan sikap pembunuhan.
Ia harus membunuh adik perempuan ini. Disertai dengan
bentakannya, ia telah menyerang Thio Ai Kie.
Serangan itu mengandung kekuatan yang memecah
gunung membelah laut. latihan tenaga dalam sipenghuni
Guha Kematian memang luar biasa.
Thio Ai Kie dipaksa mengadakan perlawanan, ia
berkata. "Ciecie, kau terlalu sekali."
Pertama kali Thio Ai Kie mengunjungi Guha Kematian,
hampir ia mati dibunuh tangan kejam itu, Itu waktu. ia
tidak mengadakan perlawanan, rasa penyesalan yang tak
terhingga telah memasrahkan dirinya. Kini ia mengerti,
orang yang sudah mati tidak dapat dibangkitkan kembali.
dan ia harus menolong orang yang belum mati. Tan Ciu
tentu berada didalam bahaya.
Kakak beradik itu mempunyai ilmu silat yang tinggi,
begitu bergerak, sulit untuk membedakan kedua bayangan,
mereka gesit, mereka cepat, saling serang dan saling
bertahan. Masing-masing harus mempertahankan diri
mereka. Drama baru yang akan mengotori sejarah dunia, dua
saudara sedaging bertanding, disamping mereka adalah
jurang maut, siapa lengah pasti binasa, mati ditangan
saudara sendiri! Dalam sekejap mata, masing-masing telah mengeluarkan
lima kali serangan. Dua wanita bergebrak didalam mulut Guha Kematian,
mereka adalah sepasang perdedar kakak beradik Thio Ai
Kie dan Thio Bie Kie. Sepuluh jurus lagi telah dilewatkan. Belum ada tandatanda akan berakhirnya
pertandingan itu. yang satu gesit
yang satu lincah. yang satu lihay dan yang lainnya kosen,
ilmu kepandaian mereka adalah hasil didikan seorang guru.
Masing-masing dapat mengetahui. tipu-tipu bagaimana
yang akan dilontarkan oleh lawannya.
Dua bayangan menyusuri Guha Kematian, mereka
keluar dari dalam menuju kearah dua orang yang sedang
berkutet seru itu. Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengirim satu pukulan,
setelah itu mereka terpisah. Dua pasang mata menuju
kearah dua bayangan yang keluar dari dalam perut guha itu,
Mereka adalah Tan Ciu dan Siauw Tin.
Thio Bie Kie memandang Siauw Tin. sikapnya sangat
marah, "Mengapa kau mengijinkan dia meninggalkan
tempat?" Demikianlah kira-kira teguran guru tersebut
kepala sang murid yang ditugaskan menjaga Tan Ciu.
Thio Ai Kie memandang Tao Ciu, ia girang melihat
keselamatan sipemuda yang belum terganggu.
Tan Ciu segera mengenali kepada penghuni rumah kayu
berambut panjang itu, ia menunjukan hormatnya,
"Cianpwe. ." Thio Ai Kie membalas dengan satu anggukkan kepala.
"Bagaimana kalian bergebrak tangan?" Berkata Tan Ciu
kepada kedua wanita itu. "Jangan kau turut campur urusan ini." Berkata Thio Bie
Kie. Thio Ai Kie berkata. "Ia ingin membunuh diriku. Apa boleh buat. Aku harus
melayaninya." "Kalian adalah adik dan kakak, seharusnya. . ." Tan Ciu
ada maksud untuk menjadi juru pemisah.
Thio Bie kie membentak. "Hei. ingin campur tangan
urusan orang?" Tan Ciu berusaha menyabarkan diri, dengan tenang ia
berkata. "Begitu bencikah kau kepada adik kandung
sendiri?" "Akuharusmembunuhadik
kehidupanku." Berkata Thio Bie Kie.
yang merusak "Dimisalkan kau berhasil membunuhnya, hasil apakah
yang kau dapat dari pembunuhan itu?"
"Kurang ajar!" Thio Bie Kie sangat marah, tangannya
dilayangkan memukul pemuda itu.
Thio Ai Kie telah siap sedia, begitu melihat gerakan sang
kakak. tubuhnya telah melesat menyelak ditengah kedua
orang itu. ia menangkis serangan yang ditujukan kearah
Tan Ciu. Kakak beradik itu bertempur kembali,
Tan Ciu membentang bacot. "Thio Bie Kie cianpwe . . ."
Thio Bie Kie tidak melayani panggilan pemuda itu,
dirinya sedang digencar serangan serangan oleh sang adik.
ia menangkis setiap serangan itu.
"Thio Bie Kie cianpwe, tidak ada alasanmu untuk
membunuh adik kandungmu sendiri." Berteriak lagi Tan
Ciu. Kini Thio Bie Kie merangsek Thio Ai Kie, mendengar
kata-kata si pemuda. ia mengundurkan serangannya, serta
merta mendebat. "Ia juga membunuh orang yang kukasihi."
"Kesalahan itu telah ditebus, betapa menderita ia
karenanya, penderitaan ini lebih berat dari segala
penderitaan yang ada."
"Maka, aku harus membunuhnya." Berkata lagi Thio Bie
Kie sambil menyingkirkan diri dari serangan Thio Ai Kie.
Tan Ciu masih tidak mau menutup mulut. ia berkata.
"Dimisalkan kau berhasil membunuhnya, mungkinkah Kho
Liok cianpwe dapat bangkit dari liang kubur" Apa lagi
mengingat ilmu kepandaian kalian yang sama kuat,
mungkinkah dapat membunuh Thio Ai Kie cianpwe
dengan mudah?" Thio Bie Kie tertegun, ia terpaku ditempat. Hampirhampir menjadi korban pukulan
sang adik. Beruntung Thio
Ai Kie tak ada niatan untuk membunuh kakak itu, ia
menarik pulang serangan dan berdiri disamping dinding
guha. Pertempuran terhenti karenanya. Tan Ciu berkata lagi.
"Kenangkanlah kembali penghidupan kalian dimasa
kecil, kalian hanya hidup berdua, tolong menolong dan
bantu membantu, betapa mesra hidup seperti itu. Satu sama
lain saling mencinta, kalian adalah kakak beradik teladan.
Binalah kembali kemesraan hidup itu."
"Tidak seharusnya ia membunuh orang yang kucintai."
Thio Bie Kie berteriak, "Berpikirlah lagi, cinta tidak dapat diabadikan secara
sepihak, kau cinta kepada Kho LioK cianpwe, tapi cintakah
KhoLiok cianpwekepadamu. Janganlahkau
mementingkan diri sendiri saja, berpikirlah kepada
kebahagiaan adikmu. dia adalah orang yang Kho Liok
cianpwe cintai. cinta ini tidak dapat kau rebut begitu saja."
Thio Bie Kie membelalakan
meruntuhkan pandangan itu ketanah.
mata, kemudian "Berpikirlah. siapa diantara kalian berdua yang Kho Liok
cianpwe cintai?" tegur lagi Tan Ciu kepada penghuni Guha
Kematian itu. "Oh......." Thio Bie Kie mengeluarkan keluhan tertahan.
"Mungkinkah kau tidak tahu cinta orang?" Desak lagi
Tan Ciu kepadanya. Thio Bie Kie lebih mengerti tentang cinta.
Dia maklum bahwa orang yang Kho Liok betul-betul
cintai bukanlah dirinya. Kho Liok lebih cinta kepada Thio
Ai Kie, hubungannya dengan Kho Liok berdasarkan budi
yang telah ditanam. berlangsungnya hubungan mereka
berada didalam keadaan lupa daratan. dikala Kho Liok
belum berhasil menguasai kejernihan pikirannya. Demikian
hal itu terjadi. Tan Ciu menerusKan pembicaraannya. "Cinta bukanlah
semacam barang dagangan, karena itu ia tidak dapat
dipaksakan. Mengambil contoh kejadian tadi, kau memaksa
aku mengawini Siauw Tin, apa akibat kejadian itu bila aku
menerima tawaranmu" Kukira akan seperti Kho Liok
cianpwe denganmu" Thio Bie Kie diam ditempat.
Tan Ciu menyambung lagi pembicaraannya. "Kini Kho
Liok cianpwe telah tiada, dialam baka ia pasti bersedih, atas
ketidak akurannya kalian dua saudara."
Ini waktu si Ular Golis Siauw Tin turut membujuk sang
guru. "Suhu ada baiknya kau menerima rumusan Tan Ciu."
Thio Ai Kie juga memanggil.
"Cie cie, aku berjanji untuk menyenangkan dirimu. . ."
Tiba-tiba Thio Bie Kie telah berteriak. "Bagus. Kalian
telah mengadakan persekongkolan, kalian menghina diriku
. . . Uh . .. nasibku memang sial sekali..."
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia membalikkan badan, lari masuk kedalam guha gelap.
Semua orang terpaku. Sayup-sayup terdengar suara
tangis isak Thio Bie Kie, datangnya dari guha dalam.
Thio Ai Kie, Tan Ciu dan Siauw Tin melangkahkan kaki
mereka, menuju kearah guha dalam. Sebentar kemudian,
mereka berhasil menemukan Thio Bie Kie, si penghuni
Guha Kematian yang sedang menangis sesenggukkan
ditempat pembaringan. Tan Ciu memandang Siauw Tin. Dan gadis yang
dipandang menganggukkan Kepalanya, dengan suara
perlahan ia berkata. "Kukira. bujukanmu telah berhasil."
"Mungkinkah ia marah kepadaku?"
"Aku percaya, ia dapat mengubah sifat-sifat lamanya."
Disaat Itu. Thio Ai Kie telah mendekati sang kakak. Ia
memanggil perlahan. "Cicie...." Thio Bie Kie menangis semakin keras.
Thio Ai Kie bersujud dihadapan kakaknya dengan sedih
ia berkata. "Cicie. mungkinkah kau tidak dapat memaafkan
kesalahanku?" Thio Bie Kie mendongakan kepala, dengan mata basah,
ia memandang adik itu. Tiba-tiba Thio Ai Kie menubruk, ia turut menangis
mengucurkan air mata. Thio Bie Kie membiarkan dirinya
dipeluk, sikapnya masih tetap dingin.
"Ciecie." Panggil lagi Thio Ai Kie. "Bila kau tetap
membenciku, bunuhlah aku, aku sudah bosan hidup, apa
guna hidup sebatang kara" Hidup merana seperti ini?"
Tiba-tiba Thio Bie Kie balas memeluk adiknya. kini ia
telah insaf, tiada guna membenci adik itu. telah lama ia
kehilangan kasih sayang seorang adik, dan kini adik itu
telah kembali. Mereka saling panggil,
"Moay-moay , ."
"Ciecie . . ." Mereka saling peluk, mereka menangis bersama.
Kesalah pahaman berhasil dilenyapkan, kakak beradik
itu telah saling memaafkan kesalahan masing-masing, kini
mereka telah berhasil kembali.
Tan Ciu dan Siauw Tin turut menyaksikan kejadian tadi,
merekapun mengeluarkan air mata, air mata terharu, air
mata gembira, mereka terharu atas kejadian yang menimpa
diri Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie. mereka gembira karena
berhasil menyatukan kembali dua saudara itu.
Berapa lama kejadian berlangsung ...
Suatu saat, Thio Ai Kie meloloskan diri dari rangkulan
dan pelukan kakaknya, ia memanggil perlahan. "Ciecie . . ."
Thio Bie Kie menyusut air matanya.
"Ciecie . . ." panggil lagi Thio Ai Kie, "Kau telah
memaafkan kesalahanku?"
Thio Bie Kie anggukkan kepala perlahan.
"Semua itu telah lewat . . ." Ia mengoceh perlahan.
"Betul, semua telah lewat, kita harus memulai dengan
hidup baru." Demikian Thio Ai Kie berkata.
"Kita telah tua . ."
"Aku menyesal sekali . . ." Berkata Thio Ai Kie.
"Mengapa aku dapat membunuh dirinya?"
"Dimanakah kini kau menaruh jenazahnya." Bertanya
Thio Bie Kie. "Telah dikebumikan."
"Ooooo . .." "Ciecie, masih dapatkah kau menyayang
Menyayang seperti dijaman kanak-kanak kita?"
diriku. "Tidak seharusnya kita berpisah, hanya gara-gara
seorang lelaki, tidak seharusnya kita saling benci."
"Oh, ciecie . . , kau baik sekali."
Mereka memandang kearah Tan Ciu.
"Kita orang-orang harus berterima kasih kepadanya."
Berkata Thio Ai Kie. Thio Bie Kie menganggukkan kepala. Siauw Tin
berteriak girang. "Suhu, tentunya kau tidak mengganggu orang lagi,
bukan?" Thio Ai Kie terkejut, "Kau hendak membunuh Tan Ciu?" Ia bertanya cepat.
"Kini tidak." Thio Bie Kie menggelengkan kepala. "Dia
adalah seorang pemuda baik."
Tan Ciu menunjukkan hormatnya ia berkata. "Terima
kasih kepada kemurahan hati Cianpwe."
Siauw Tin melirik kearah pemuda itu, dan mereka
tertawa mengerti. Thio Bie Kie berkata. "Akulah yang seharusnya
mengucapkan terima kasih. Kau telah menolong kami dari
kesepian. Kau telah menyatukan kami dari kembali."
Thio Bie Kie, Thio Ai Kie, Tan Ciu dan Siauw Tin
merasa puas akan kesudahan dari kejadian itu.
Kedatangan Tan Ciu telah melenyapkan keangkeran
Guha Kematian. Mulai dari saat itu. mereka melenyapkan
peraturan-peraturan yang mengganggu ketenangan orang.
- oOdwOo - Didalam sebuah guha. berdiri tiga wanita dan seorang
laki-laki, mereka adalah Thio Bie Kie. Thio Ai Kie. Siauw
Tin dan Tan Ciu. Dipembaringan, tertidur seorang gadis berbaju putih,
itulah Cang Ceng-ceng. Tan Ciu berkata. "Cianpwe, lekaslah menolong dirinya,"
Thio Bie Kie berkata. "Jangan khawatir, telah kujanjikan
untuk menolong dirinya. Kau boleh melegakan hati."
"Telah terlalu lama ia dikekang oleh ilmu Ie-hun Tayhoat." Tan Ciu memberikan
keterangan. "Aku tahu. Sebelumnya aku hendak
bagaimana hubunganmu dengannya?"
bertanya, "Kawan biasa." Berkata Tan Ciu.
"Kawan biasa?" Mengulang Thio Bie Kie. "Bukan
kekasihmu." "B e t u l." "Timbul niatanku kepadamu?" untuk menyerahkan sesuatu Kemudian memandang sang adik, dan Thio Bie Kie
berkata. "Moay-moay umur kita sudah tua bukan?"
"Maksudmu?" Thio Ai Kie belum mengerti.
"Apa guna kita mengangkangi ilmu kepandaian, tanpa
digunakan?" Thio Ai Kie segera dapat menduga maksud tujuan kakak
itu. "Kau artikan." "Ada baiknya menyerahkan ilmu kepandaian kita,
dengan demikian. kita dapat membalas budi jasanya."
"Setuju." Thio Ai Kie berteriak.
Tan Ciu dugaannya, tertegun. Kejadian yang berada diluar Maksudnya Tan Ciu masuk kedalam Guha Kematian
untuk menolong Cang Ceng-ceng. tentu harus mengadakan
sedikit pengorbanan, jiwanya sudah siap disumbangkan.
Kini ia batal mati. bahkan mendapat hadiah ilmu silat.
Sungguh diluar dugaan. Siauw Tin menarik lengan baju si pemuda dan berkata
kepadanya, "Lekas kau ucapkan terima kasihmu."
"Mengucapkan terima kasih?"
"Betul. Mereka akan memberi pelajaran ilmu silat
kepadamu." "A a a a ... Mana boleh?"
Thio Bie Kie berkata. "Mungkinkah segan kepada ilmu
silat Guha Kematian" Ilmu sesat kau kira?"
"Oh. tidak pernah terpikir sampai kesitu." Cepat Tan Ciu
berkata. Thio Ai Kie juga berkata.
"Tan Ciu, kau hendak melawan orang-orang kuat
menuntut balas. Bila kau bersedia menerima ilmu silat
kami, tentu mendapat kemajuan yang pesat."
Tan Ciu mengucapkan terima kasihnya.
Thio Bie Kie berkata. "Ilmu kami tidak mudah dipelajari,
kau harus tinggal didalam Guha Kematian untuk beberapa
waktu." "Tentu." Tan Ciu tidak keberatan.
Menunjuk kearah Cang Ceng-ceng, Thio Bie Kie
berkata. "Kau dapat ditinggalkan olehnya."
"Akh, cianpwe pandai bergurau. Ternyata cianpwe
sangat ramah, seperti tadi, sangat galak sekali."
Thio Bie Kie tertawa. Siauw Tin mengikuti percakapan mereka, didalam hati
gadis ini, timbul semacam perasaan yang sulit dikeluarkan.
Thio Bie Kie telah menghampiri perbaringan, memegang
dan memeriksa urat nadi Cang Ceng-ceng, tiba-tiba ia
berteriak. "Hee, mengapa boleh terjadi seperti ini?"
Tan Ciu terkejut. "Mengapa?" Si pemuda menjadi khawatir.
"Ia dikekang oleh ilmu Ie-hun Tay-hoat, dirinya
menderita luka parah, setelah itu ditotok lama, peredaran
darahnya menjadi beku, ketiga macam tekanan ini
memberatkan lukanya."
"Tentu cianpwe dapat menyembuhkannya, bukan?"
Bertanya Tan Ciu penuh harapan.
"Aku tidak berdaya." Berkata Thio Bie Kie.
"A a a a a .. .!" Wajah Tan Ciu berubah. "Tidak dapat
ditolong sama sekali?"
"Betul. Aku tidak dapat menolongnya?"
"Uh. . . Cianpwe , . tolonglah... ."
"Ha. ha. ha . .!" Tiba-tiba Thio Bie Kie tertawa.
Tan Ciu tidak mengerti. Thio Bie Kie berkata, "Bila bukan kekasihmu, mungkinkah kau prihatin seperti
ini?" Tan Ciu mengerti, ternyata Penghuni Guha Kematian
sedang menggoda dirinya. "Cianpwe membikin orang bingung saja." Ia berkata.
"Aku ingin mengetahui hatimu." Berkata Thio Bie Kie.
"Sesungguhnya.luka kawan wanitamu ini memang agak
berat." "Tapi Cianpwe dapat menyembuhkannya, bukan ?"
"Tentu. aku membutuhkan waktu dua hari tanpa
gangguan. Kalau boleh meninggalkan ruangan ini."
Tan Ciu menganggukkan kepalanya.
Thio Ai Kie berkata. "Cicie, aku harus pulang dahulu.
Sin Hong Hiap masih berada didalam rumahku."
Tan Ciu terkejut. "Bagaimanakah kejadian itu?" Ia bertanya.
"Dia telah menjadi tamuku. Sikapnya yang tidak
memandang orang telah berhasil kutekan. Kini ia tahu
bahwa didalam dunia, masih tak sedikit
berkepandaian tinggi yang dapat mengalahknnnya."
orang "Bagus. Kukira, ia tak akan mengganggu diriku lagi."
"Tentu saja. Setelah mewarisi ilmu kepandaian ciecieku,
siapakah yang dapat menandingimu?"
"Cianpwe memuji."
Setelah meminta diri. Thio Ai Kie meninggalkan Guha
kematian, kembali kerumah kayunya.
Siauw Tin mengajak Tan Ciu keluar dari ruangan itu,
membiarkan sang guru mengobati Cang Ceng Ceng.
Menyusuri lorong-lorong didalam guha itu, Tan Ciu dan
Siauw Tin bercakap-cakap.
"Pernahkah gurumu menyembuhkan seseorang yang
menderita tekanan ilmu Ie-hun Tay-hoat." Demikian Tan
Ciu bertanya. "Belum." Tan Ciu menghela napas. "Jangan khawatir," Siauw Tin memberi hiburan.
"Guruku telah memberi kesanggupan, pasti ia dapat
menyembuhkannya." Dimulut si Ular Golis mengucapkan kata2 seperti itu,
didalam hati, rasa sedihnya tidak kepalang. Tanpa disadari
dua butir air mata jatuh ketanah.
Tan Ciu terkejut. "Eh, kau mengapa?" Si pemuda bertanya.
"Ternyata kau sangat cinta kepadanya." Berkata Siauw
Tin penuh cemburu. Siauw Tin cemburu kepada Cang Ceng-ceng,
Tan Ciu berkata. "Dia telah menolong diriku."
Siauw Tin cemberut. "Mungkinkah aku tidak pernah menolong dirimu?" Ia
menegur si pemuda. Sangat jelas tujuan arti kata-kata Siauw Tin sebagai
berikut. 'Dia menolong dirimu maka kau jatuh cinta. Dikala
aku menolong dirimu mengapa kau tidak mau
menyintaiku"' Tan Ciu tertawa. dan berkatalah ia.
"Aku tahu. Kau telah menolong diriku. Tidak akan
kulupakan budi ini!"
"Siapa yang kesudian dilupakan." Bersungut sengit si
gadis. "Maksudmu?" "Aku lebih senang mendapat perhatianmu."
"Tentu, aku selalu memperhatikan dirimu."
"Hah. . . . Cinta yang kumaksudkan." Berkata Siauw Tin
menyeploskan kata-kata tadi, setelah itu, ia menundukkan
kepala malu. Aah. . . .Hal ini sudah berada didalam dugaan si
pemuda. "Sayang kau sudah mempunyai seorang Cang Cengceng." Berkata lagi Siauw Tin
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lemah. "Siauw Tin...."
Si gadis mengegoskan diri. ia menangis sedih, Tanpa
dirasakan, kedua makhluk itu berpelukan. Dibawah tatapan
Siauw Tin yang terlalu panas, hati Tan Ciu menjadi gugup.
Ia menciumi gadis itu. Mereka berbisik-bisik, bercerita dan merasakan
kegembiraan, kemesraan dan manisnya asmara.
Siauw Tin bercerita, setelah Tan Ciu meninggalkan Angmo-kauw. Datang Ketua
Benteng Penggantungan Han
Thian Chiu tentu saja. SI Telapak Dingin masih
menggunakan wajah Tan Kiam Lam, ia membunuh semua
isi dari perkumpulan itu, semua kejahatan dijatuhkan
kepada Tan Kiam Lam. Dan perkumpulan Ang-mo-kauw
hancur berantakan. Beruntung Thio Bie Kie lewat ditempat itu secara
kebetulan. Siauw Tin ditolong olehnya. Demikian ia
menjadi murid sipenghuni Guha Kematian.
Tan Ciu mendengar cerita itu dengan penuh perhatian.
Suatu waktu, tiba-tiba Siauw Tin berkata. "Eh, ada orang
yang masuk guha?" "Mungkinkah susiokmu
mengemukakan dugaannya. balik kembali?" Tan Ciu Yang diartikan dengan susiok Siauw Tin adalah Thio Ai
Kie. "Bukan." Siauw Tin menggelengkan kepala. "Belum
lama ia pergi, mana mungkin ia begitu cepat kembali?"
"Menurut dugaanmu...."
"Mari kita melihatnya." Siauw Tin menggandeng tangan
si pemuda menuju kemulut guha.
Tan Ciu dan Siauw Tin bersembunyi didalam guha.
mereka menunggu kedatangan orang-orang itu.
Terdengar suara seorang wanita yang memberi perintah.
"Kalian menunggu disini. biar aku yang masuk kedalam."
Terdengar langkah orang ini yang memasuki guha
Kematian. Siauw Tin segera membentak. "Berberti !"
Orang itu terkejut. segera menghentikan langkah.
"Tongcu Guha Kematian?" Suara itu agak gemetaran, ia
bertanya. Tongcu berarti pemilik atau penghuni guha.
Siauw Tin tidak menjawab, sebaliknya membentak lagi.
"Apa maksudmu mengunjungi Guha Kematian!?" Suaranya
saagat galak, seolah-olah dia adalah penguasa didalam
Guha Kematian. Wanita yang baru datang tidak berani bersikap kurang
ajar, dengan hormat berkata. "Kami ingin menyampaikan
sesuatu." "Sebutkan dulu namamu!" Bentak lagi si Ular Golis.
"Hu-hoat dari perkumpulan Kim-ie-kauw Kim Sam nio."
Berkata wanita itu. "Ada urusan apa kau kemari?"
"Atas perintah Kauwcu. Kami Kim Sam N io mendapat
tugas untuk menyampaikan undangan, kauwcu kami sangat
mengagumi ilmu kepandaian Tongcu, bila tongcu tak
keberatanKim-ie-kauwbersediamemberisuatu
kedudukan." "Hendak mengajak aku masuk kedalam perkumpulan
Kim ie-kauw!" Bertanya Siauw Tin galak. Ia membawakan
sikapnya yang agung dia adalah wakil dari sang guru, setiap
waktu dapat memberi putusan.
"Kami menyediakan kedudukan wakil kauwcu kepada
cianpwe." Siauw Tin berkata dingin. "Terima kasih. Huh! Wakil
ketua Kim ie kauw" Kalian perkumpulan baju kuning
menganggap diri kalian hebat" Menyerahkan kedudukan
ketua pun akan kutolak. Apalagi kedudukan wakit kauwcu,
huh! . . , ." "Maksud ketua kami agar."
"Cukup! Beri tahu kepadanya. Penghuni Guha Kemaitan
menolak menggabungkan diri."
"Akan kami beritahu kepada ketua kami." Demikan
berkata wanita berbaju kuning yang bernama Kim Sam Nio
itu. "Eh. mengapa kau belum pergi?" Tegur Siauw Tin.
Ternyata Kim Sam Nio belum keluar dari Guha Kematian.
"Kami masih ada urusan kedua."
"Lekas katakan."
"Kami ingin menanyakan seseorang. . ."
"Sebutkan nama orang itu."
"Seorang pemuda yang bernama Tan Ciu. Tentunya dia
telah masuk kedalam guha."
Hati Siauw Tin tergetar. segera ia berkata. "Betul!
Mengapa menanyakan dirinya ?"
"Tan Ciu membawa Seorang gadis berbaju putih
memasuki Guha Kematian, maksudnya ingin meminta
pengobatan." "Betul ada hubungan apa denganmu ?"
SaTU rombongan orang berbaju kuning mendatangi
Guha Kematian. Mereka berada dibawah pimpinan Huhoat perkumpulan itu, namanya
Kim Sam Nio. Setelah mengatur orangnya, Kim Sam Nio memasuki Guha
Kematian. Ia menanyakan tentang soal Tan Ciu.
Siauw Tin belum tahu maksud tujuan dari lawan itu.
maka ia mengajukan pertanyaan.
kim Sam NiO menjawab, "Tan Ciu telah membunuh
orang kami, karena itu, ketua wajib menangkapnya. Mohon
bantuan Tongcu untuk menyerahkannya kepada kami."
"Hmmm . . ." Siauw Tin berdengus.
"Tongcu keberatan?"
"Tentu." "Baik. Kim Sam Nio sekalian meminta diri,"
"Silahkan. Segera kalian enyah dari tempat ini." Suara
Siauw Tin sangat galak. Kim Sam Nio membalikkan badan, dan ia keluar dari
Guha Kematian. Tan Ciu telah mengikuti percakapan mereka, ia heran.
bagaimana orang2 berbaju kuning itu tahu bahwa dirinya
memasuki Guha Kematian "
Pertanyaan itu tidak dapat dijawab.
Kim Sam Nio mengajak orang-orangnya pergi dari
tempat itu. Siauw Tin mengajak Tan Ciu kembali, dan pemuda itu
harus bermalam didalam Guha Kematian.
Dua hari kemudian . . . Dibawah rawatan penghuni Guha Kematian Thio Bie
Kie, penyakit tekanan Ie-hun Tay-hoat yang mengekang
Cang Ceng-ceng berhasil disembuhkan. kesehatan gadis itu
telah pulih kembali. Siauw Tin telah mengajak Tan Ciu menemuinya.
Dikala melihat pemuda itu, dengan bingung Cang Cengceng menarik bajunya, ia
mengajukan pertanyaan. "Eh.
bagaimana aku berada ditempat ini?"
Tan Ciu bercerita tentang segala yang telah menimpa diri
gadis tersebut. Cang Ceng-ceng berteriak. "Aku telah terkena Ie-bun
Tay-hoat ?" "Betul. Maka kuajak dirimu, dan beruntung dapat
disembuhkan oleh Thio Bie Kie cianpwe."
"Celaka," Berteriak lagi Cang Ceng-ceng. "Dikala aku
lupa daratan, bajingan itu memaksa aku memberi tahu
semua ilmu kepandaianku. Ilmu kepandaian telah kucatat
dan kuberikan kepadanya."
"Betul!" "Aku harus segera memberi tahu kejadian ini kepada
guruku." Berkata Cang Ceng-ceng.
"Pergilah . .."
"Dan kau?" Cang Ceng-ceng memandang Tan Ciu.
"Untuk sementara. aku harus menetap ditempat ini."
"Mengapa?" Bertanya Cang Ceng-ceng heran.
"Aku harus mempelajari ilmu kepandaian Thio Bie Kie
cianpwe." Thio Bie Kie memberi sedikit penjelasan, setelah itu ia
berkata kepada Siauw Tin.
"Siauw Tin antarkan ia keluar."
Setelah mengucapkan terima kasih. Dengan diantar oleh
Siauw Tin dan Tan Ciu, Cang Ceng-ceng keluar dari Guha
Kematian. Tiba dimulut guha, Siauw Tin berkata. "Kami hanya
dapat mengantar sampai disini."
Cang Ceng-ceng tidak segera pergi, tapi memandang
kearah Tan Ciu. Si pemuda berkata. "Baik. Biar kuantar kau beberapa li
lagi." Dan meninggalkan siauw Tin dimulut guha, ia
merendengi Cang Ceng-ceng berjalan.
Siauw Tin memandang dua bayangan itu, hatinya
hancur luluh, ia masuk kedalam guha dengan mata basah.
Bercerita Tan Ciu dan Cang Ceng-ceng. Mereka berjalan
beberapa Waktu, kemudian menghentikan langkah.
"Terima kasih. Kau tidak perlu mengantarkanku lagi."
Demikian Cang Ceng-ceng berkata.
"Selamat jalan." Tan Ciu siap kembali kedalam Guha
Kematian. "Tunggu dulu!" Cang Ceng-ceng memanggil.
"Ada apa?" Tan Ciu balik kembali.
"Ada sesuatu yang hendak kutanyakan kepadamu."
"Katakanlah . .."
Si gadis menundukkan kepala.
"Aku tahu. . ."
Dari sinar mata Cang Ceng-ceng. Tan Ciu dapat
menduga kata-kata apa yang akan dikeluarkan oleh gadis
itu. "Aku girang karena kau sudah tahu, Tapi aku harus
mengulang juga. kuharapkan kau tidak lupa kepadaku....."
"Aku tidak lupa kepadamu." Berkata Tan Ciu.
"Mendapat janjimu. Aku puas Jangan kau lupakan
kawan lama setelah ketemu dengan seorang kawan yang
lebih baru!" Tan Ciu memegang tangan orang lebih kencang, ia
sangat terharu. "Legakanlah hatimu !" Ia berjanji!
Cang Ceng-ceng puas, ia tertawa.
Tan Ciu berkata. "Selamat jalan."
"Selamat jalan." Dan Cang Ceng Ceng melepaskan diri.
meninggalkan Tan Ciu, meninggalkan Guha Kematian.
Tan Ciu menunggu sampai bayangan gadis itu lenyap
dari pandangan matanya baru ia balik kembali, masuk
kearah Guha Kematian. Kita mengikuti perjalanan Cang Ceng Ceng yang lebih
jauh dari Guha Kematian. Manakala gadis baju putih itu hendak memasuki sebuah
rimba, terdengar satu bentakan keras, berkata.
"Hentikan langkah dengan segera!"
Beberapa bayangan menghadang jalan, mereka adalah
orang-orang berbaju kuning, anggota Kim ie-kauw.
Satu diantaranya adalah orang yang pernah menangkap
Tan Ciu orang yang bernama Tan Tongcu, dia juga anggota
perkumpulan Kim-ie kauw. Seorang lainnya adalah wanita yang pernah masuk
kedalam Guha Kematian, Hu-hoat dari Kim ie-kauw yang
bernama Kim Sam Nio. Menunjuk kearah Cang Ceng Ceng. Tan Tongcu
memberi keterangan. "Gadis inilah yang kita maksudkan."
Kim Sam Nio menganggukan kepala. Ia mengerti, apa
yang harus dilakukan olehnya.
Cang Ceng ceng membentak. "Apa maksud kalian
menghadang jalan pergi orang."
Kim Sam Nio maju mendekatinya. Ia berkata mesemmesem. "Nona, bolehkah saya
mengetahui nama sebutanmu ?" "Aku Cang Ceng-ceng."
"Kawan Tan Ciu ?"
"Betul." "Nah segeralah ikut kepada kami. Kemarkas besar Kim
ie-kauw." "Mengapa?" Cang Ceng-ceng mengerutkan alisnya.
"Kami hendak merundingkan
Berkata Kim Sam Nio. sesuatu denganmu. "Katakanlah saja ditempat ini," Berkata Cang Ceng-ceng.
"Ada lebih baik membicarakan hal itu dimarkas kami
saja." Cang Ceng-ceng tidak setuju, mengemukakan alasan,
"Aku hendak melakukan perjalanan pulang, tidak dapat
ikut kalian," Kim Sam Nio berkata dingin. "Kami tak akan
mengganggu terlalu lama."
"Aku menolak." "Mana boleh." "Mengapa tidak boleh?"
"Kami dapat memaksamu, tahu!"
"Eh, kalian tidak tahu aturan?" Cang Ceng Ceng
memandang orang-orang berbaju kuning.
"Aturan hanya berada dalam tangan orang yang
berkuasa." Berkata Kim Sam Nio.
"Bagus! Tentunya kalian menganggap diri kalian sajalah
yang berkuasa, bukan ?"
"Kami tak dapat menangkap Tan Ciu. kami harus
menawan orang yang mempunyai hubungan dekat
dengannya. itulah kau! Setelah kau berada didalam Kim-ie
kaiuW. mau tak mau. Tan Ciu harus mengantarkan diri."
Tentu saja Kim Sam Nio belum tahu betapa lihaynya
ilmu kepandaian Cang Ceng-ceng. Ilmu kepandaian gadis
ini berada diatas Tan Ciu mana mungkin dapat menangkap
dengan mudah. Cang Ceng-ceng telah siap sedia, ia memasang persiapan
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tempur. "Ingin metggunakan kekerasan ?" Ia menantang.
Kim San Nio mengirim satu kerlingan mata, itulah tanda
kepada kedua orang berbaju kuning maksudnya memberi
peringatan kepada mereka menangkap musuh itu.
Dua orang berbaju kuning lompat kedepan. menjepit
kedudukanCangCeng-ceng.Mereka
telah berada dikanan dan kiri gadis tersebut. Satu menarik
keluar pedang, dan lainnya bersenjata golok, berbareng
mengadakan ancaman. Wajah Cang Ceng-ceng berubah, terlihat selapis hawa
pembunuhan, Tiba-tiba, terdengar suara bentakan gadis itu, Cang
Ceng-ceng menghardik kedua lawannya.
Disaat yang sama, orang berbaju kuning yang memegang
golok menyerang kaki. orang yang memegang pedang
menabas senjatanya, mengancam perut gadis itu.
Gerakan mereka sama cepatnya.
Begitu bergerak, segera terdengar suara jeritan dua orang.
itulah kedua orang berbaju kuning, tubuh mereka terpental.
golok dan pedang terbang jatuh ketanah. lepas dari tangan
pemiliknya. ternyata kedua orang berbaju kuning telah
menjadi korban keganasan Cang Ceng-ceng mereka telah
mati disaat itu juga. Kim Sam Nio terlompat. Ia kaget sekali.
Wajah Tan Tongcu berubah, ilmu kepandaian musuh
sangat luar biasa, bagaimana mereka dapat menangkapnya"
Cang Ceng-ceng membentak mereka, "Berani kalian
menantang, inilah contoh kalian!"
Ia menudingkan jari kearah dua orang berbaju kuning
yang sudah tiada napas. Kim Sam Nio berhasil menenangkan getaran jiwanya
dengan dingin ia berkata, "Ilmu kepandaianmu sungguh
tinggi. Itulah berada diluar perkiraan kita orang?"
"Bagus! Kau tahu bahaya" Lekas enyah dari tempat ini."
"Ha, ha, ha. .. . " Kim Sam Nio tertawa.
"Apa yacg membentak. kau tertawakan?" Cang Ceng-ceng "Mentertawakan dirimu. Kau terlalu muda, tidak tahu
besarnya dunia. Kau pandai, masih ada orang yang lebih
lihai darimu dan masih ada orang yang lebih gagah darimu.
Ilmu silat tidak terbatas pada ukuran-ukuran tertentu.
Ilmumu tinggi, tapi kami tak takut."
"Maksudmu?" Cang Ceng-ceng belum mengerti.
"Mengajak kau kemarkas perkumpulan Kim ie-kauw."
"Jawabku singkat. Tidak mau."
"Kami dapat memaksamu."
"Bagus. Paksalah. Akan kulihat, bagaimana kalian
mengalahkan diriku?"
Kim Sam Nio memandang kawannya, ia memanggil,
"Tan Tongcu." Dan dia menganggukkan kepala, inilah suatu tanda
untuk bekerja sama. Mata Kim Sam Nio melirik, tangannya tidaK tinggal
diam, secepat itu, iapun memukul Cang Ceng-ceng.
Tan Tongcu mendapat isyarat mata, ia bersenjata
tongkat, begitu tongkat diayun, ia turut menggencet Cang
Ceng-ceng. Kecepatan dua orang yang kita sebut diatas sangat cepat
sekali Orang yang diserang pun tidak kalah gesit. Cang
Ceng Ceng dapat menandingi Han Thian Chiu. bukan jago
biasa, begitu dua serangan datang ia sudah menangkis ke
kanan dan kiri. Kim Sam Nio mengirim serangan yang kedua. Demikian
pula keadaan Tan Tongcu, setelah mengalami kegagalan ia
tak tinggal diam. Cepat sekali ketiga orang itu saling
gempur, Ilmu kepandaian Tan Tongcu luar biasa. dan Kim Sam Nio
berada diatas laki-laki berbaju kuning juga mempunyai ilmu
kepandaian tinggi. Mereka adalah jago-jago utama dari
perkumpulan baju kuning Kim ie-kauw. Maksudnya
dengan bekerja sama, mudah menangkap Cang Ceng Ceng.
Kini mereka membentur kenyataan si gadis pun
bukanlah lawan empuk, kekuatannya berada diatas dua
orang. Walaupun dua lawan satu, mereka tak berhasil
menarik keuntungan.' Sepuluh jurus telah dilewatkan. Mereka masih mengukur
ilmu silat masing-masing.
Kim Sam Nio melesat tinggi, dari atas menukik
kebawah. bagaikan seekor burung alap-alap yang hendak
menerkam mangsanya, ia mengincar Cang Ceng-ceng.
Cang Ceng ceng menarik napas, 'sret', ia mengeluarkan
pedang, dua lawannya tangguh, ia harus cepat-cepat
mengalahkan mereka. Dengan pedang itu ia hendaK
memapas putus jari-jari Kim-Sam Nio,
Tongkat Tan Tongcu menyempong kesamping,
kemudian menyerempet kaki gadis. Cang Ceng ceng
menyerang dan diserang. Kim Sam nio mengempos tenaga, tubuhnya
membumbung naik keatas, menghindari tabasan pedang
musuh. Tongkat Tan tongcu datang, maka Cang Ceng Ceng
menarik pedang yang mengincar Kim Sam nio, si gadis
harus menghindari diri dari serangan tongkat itu.
Tubuh Kim Sam Nio melayang turun lagi, dari dalam
saku wanita berbaju kuning itu ia mengeluarkan sapu
tangan, cepat2 ditaburkan kearah Cang Ceng Cang.
Kabut putih berhamburan disekitar kepala gadis berbaju
putihitu.Itulahobatbius. Cang Ceng Ceng hendak mengejar Tan Tongcu, ia gagal,
lalu hendak menusuk Kim Sam Nio disaat itulah kepalanya
dirasatan berat, matanya tertutup tanpa sadarkan diri lagi.
ia jatuh menggeletak, Kim Sam Nio dan Tan Tongcu saling pandang wajah
mereka tersungging senyuman. Kesudahan itu sudah berada
didalam dugaan dengan menaburkan obat bius, mereka
berhasil meringkus lawan tersebut.
Beberapa saat...... Hawa obat bius telah mereda. tubub Cang Ceng Ceng
menggeletak ditanah. Kim Sam Nio tertawa dingin, ia berkata. "Bawa
kemarkas kita." Itulah perintah yang ditujukan kepada Tan Tongcu.
Tan Tongcu mendekati tubuh Cang Ceng-ceng,
menyeretnya, digendong dan siap berangkat pulang.
Tiba-tiba .... Terdengar satu suara bentakan, "Jangan bergerak."
Seorang wanita tua telah menampilkan diri berdiri dan
menghadang jalan pergi Tan Tongcu dan Kim Sam Nio.
Siapakah wanita itu "
Dia adalah sipenghuni rumah kayu, Thio Ai Kie, adik
dari penghuni Guha Kematian Thio Bie Kie.
Thio Ai Kie menyodorkan tangan. "Serahkan gadis itu
kepadaku." Ia memberi perintah, Meminta Cang Cengceng.
Kim Sam Nio maju dua tapak.
"Dia putrimu?" Ia bertanya.'
"Dia adalah kawan wanita tuan penolongku." Berkata
Thio Ai Kie. "Hendak menolong ?"
"Tentu." "Dia telah menjadi orang tawanan kita. Semua orang
dilarang ikut campur tangan."
"Siapa kalian?"
"Anggota Kim-ie-kauw."
"Huh. semua orang boleh takut kepadamu kalian."
"Thio Ai Kie berjalan maju mendekati Tan Tongcu.
maksudnya ingin merebut Cang Ceng Ceng dari tangan
laki-laki berbaju kuning itu.
Tan Tongcu mundur kebelakang. Kim Sam Nio maju
menghadangkemajuanThioAiKie.
"Berhenti!" Kim Sam Nio membentak keras.
"Aku harus menolong dirinya." Thio Ai Kie berkata
tegas. Tan Tongcu meletakan telapak tangannya diatas kepala
Cang Ceng-ceng, tepat dibagian ubun-ubun.
"Berani kau maju setapak lagi, dia segera kubunuh mati."
Demikian laki-laki berbaju kuning itu mengancam.
Thio Ai Kie menghentikan langkahnya.
Kim Sam Nio mendapat angin. Ternyata jiwa gadis
berbaju putih yang bernama Cang Ceng-ceng itu begitu
penting, dengan menggunakan badannya sebagai tameng,
mungkinkah mereka tidak dapat membawa pulang kedalam
markas Kim ie kauw. Dengan tertawa dingin. wanita berbaju kuning ini
berkata. "Tentunya, kau inilah yang menjadi penghuni guha
kematian?" Kim Sam Nio tidak tahu. bahwa dia sedang berhadapan
dengan adik dari Penghuni Guha Kematian. Karena
munculnya Thio Ai Kie dari sekitar daerah itu. dan
mengatakan Cang Ceng-ceng sebagai kawan Tan Ciu. Ia
menduga Thio Bie Kie. Thio Ai Kie berdehem. Katanya. "Boleh dikatakan
demikian." Dia pun akan menetap di guha Kematian, karena itu dia
tidak menyangkal dugaan Kim Sam Nio.
"Huh, kau tidak tahu diuntung, kauwcu kami
mengundang, dengan jabatan wakil kauwcu kau tidak mau
menerima" Apa maksud tujuanmu" Hendak menjadi jago
tanpa nama, tidak mau bersahabat dengan tetangga?"
Kim Sam Nio mengoceh, maksudnya agar orang yang
disangka sebagai Penghuni Guha Kematian itu mau
menggabungkan diri dengan perkumpulan Kim ie-kauw,
"Mengapa harus menerima tawaran kauwcu kalian?"
Thio Ai Kie memandang dua orang berbaju kuning itu.
"Betapa hebat kekuasaan Kim ie-kauw. dengan
menggabungkan diri, bukankah berarti menambah tenaga
Guha Kematian?" "Cis. aku tidak membutuhkan tambahan tenaga."
"Baiklah. Kata-katamu akan kami sampaikan kepada
kauwcu kami." Kim Sam-nio dan Tan Tongcu meninggalkan Thio Ai
Kie. Tentu saja Cang Ceng-ceng dibawa serta, dipaksa turut
serta kedalam markas perkumpulan Kim ie kauw. menjadi
orang tawanan mereka. Thio Ai Kie tidak berdaya.
Sebelum meninggalkan Thio Ai Kie. Kim Sam Nio ada
meninggalkan pesan. demikian kata-kata yang diucapkan.
"Tolong beri tahu kepada Tan Ciu, bila ia menghendaki
kawan wanitanya, dipersilahkan mengadakan kunjungan
kemarkas besar Kim-ie kauw."
Dua tubuh itu bergerak, dan kemudian lenyap.
OodwoO Didalam Guha Kematian . . .
Tan Ciu tidak tahu menahu tentang kejadian yang
menimpa Cang Ceng ceng. si pemuda sedang menekunkan
diri, mempelajari ilmu. Ilmu silat Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie,
Thio Ai Kie telah pindah kedalam Guha Kematian,
diceritakan pengalamannya kepada sang kakak. Thio Bie
Kie terkejut, mereka mengadakan perembukan. Bila
memberi tahu hal itu kepada Tan Ciu, tentu mengganggu
pelajarannya. Mereka mengambil putusan untuk menutup
berita itu. Putusan terakhir diputuskan mengirim si Ular Golis
Siauw Tin pergi kemarkas besar perkumpulan Kim ie-kauw,
mengadakan penyelidikan, bagaimana keadaan Cang Cengceng, dan mewajibkan gadis
itu memberi laporan. Siauw Tin berangkat, meninggalkan Guha Kematian.
Hari demi hari waktu dilewatkan. Tan Ciu berhasil
mempelajari apa yang diajarkan kepada dirinya.
Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie mengadakan kesepakatan,
mereka mencurahkan sebagian tenaga dalam mereka,
disalurkan kedalam tubuh Tan Ciu, karena itu. si pemuda
memiliki tenaga gabungan, kekuatannya naik dua kali lipat.
Tan Ciu mendapat semua pelajaran dari apa yang
dimiliki oleh kedua jago wanita itu, termasuk ilmu Ie-hun
tay-hoat dan cara-cara penggunaannya!
Thio Ai Kie tidak mau kalah. Mengetahui sang kakak
menurunkan ilmu Ie-hun-tay-hoat. diapun menurunkan
ilmu kepandaiannya yang bernama Hong-lui Kiu-sek,
Hong-lui Kiu sek berarti Sembilan Jurus Angin dan Geledek
yang Bergelegar. Sepuluh hari kemudian. Tan Ciu mengucapkan terima
kasihnya kepada kakak beradik Thio Bie Kie dan Thio Ai
Kie, Thio Ai Kie berkata. "Gunakaniah ilmu kepandaianmu
ditempat yang benar."
Tan Ciu memberikan janjinya.
Thio Bie Kie berkata lagi. "Kami telah tua. tidak
membutuhkan ketenaran nama. Kau tidak dipaksa menetap
didalam Guha kematian. Pergilah mengembara mencari
pengalaman." Tan Ciu berterima kasih kepada dua orang itu,
memasuki Guha Kematian. ia mendapatkan ilmu ilmu
kepandaian hebat, mendapat tambahan tenaga dalam.
Kecuali itu, jasa Tan Ciu yang paling besar adalah
dihapuskan peraturan untuk menyintingkan orang-orang
yang memasuki Goha Kematian. Thio Bie Kie sadar dari
kesalahan itu, semua orang telah disembuhkan, ia telah
bertemu dengan adiknya, mereka berdua bersama. Tanpa
membutuhkan lainnya. keramaian-keramaian dan kerepotan Ditempat itu. Tan Ciu tidak menemukan Siauw Tin,
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
segera ia mengajukan pertanyaan.
Thio Bie Kie memberikan jawaban, "Selama kau melatih
ilmu silat, agar tidak mengganggu ketenanganmu, agar kau
dapat mencurahkan semua pusat perhatian, sengaja kami
menyimpan berita ini."
"Apakah yang telah terjadi?" Bertanya Tan Ciu dengan
hati berdebaran. "Tentunya, kau tidak lupa kepada Cang Ceng-ceng ?"
"Mengapa?" Tan Ciu sangat terkejut.
Dia kembali lagi" Mungkinkah terjadi sesuatu di antara
.... Tan Ciu tidak jadi drama kejadian, menduga telah terjadi
tolak senjata diantara kedua gadis itu.
"Tenangkanlah hatimu." Berkata Thio Ai Kie.
"Bagaimana dengan Cang Geng-ceng dan Siauw Tin."
Siauw Tin tidak mengapa. Tapi. Cang Ceng-ceng telah
menjadi orang tawanan perkumpulan Kim ie-kauw.
"Aaaa. .. , lagi-lagi orang-orang berbaju kuning itu."
"Betul Mereka telah menahan Cang Ceng-ceng.
kemudian membawanya kemarkas perkumpulan tersebut."
"Aaa.." Tan Ciu mengerti. "Dan bagaimana dengan
Siauw Tin?" "Dia telah ditugaskan untuk menyelidiki keadaan
perkumpulan Kim ie-kauw." Thio Bie Kie memberi
keterangan. "Baik." Berkata Tan Ciu. "Segera kupergi ketempat itu."
"Berhati-hatilah kepada mereka." Berkata Thio Ai Kie.
Tan Ciu menganggukkan kepala, tanda ia
memperhatikan pesan itu, kemudian meminta diri.
akan "Tunggu dulu." Berteriak Thio Bie Kie.
Tan Ciu menghentikan langkahnya, menoleh dan
memandang si Penghuni Guha Kematian.
"Cianpwe masih ada pesanan lain?" Ia bertanya.
"Tahukah kau dimana letak markas besar perkumpulan
Kim-ie kauw?" Tan Ciu tertegun! "Aaaa . . . Dimanakah letak markas besar perkumpulan
Kim-ie kauw ?" "Dilembah Ngo-liong, dari gunung Ngo-liong-san."
Tan Ciu telah meninggalkan Guha Kematian menuju
kearah gunung Ngo liong-san.
Ngo-liong-san adalah nama dari suatu daerah
pegunungan. terdiri dari beberapa puncak, gunung saling
susun, seperti tumpukan tanah tinggi.
Tan Ciu telah menjelajahi keadaan di daerah
pegunungan itu. Ia sedang mencari-cari dimana letak
tempat lembah Ngo-liong! Tiba-tiba .... Sesuatu bayangan melesat, menghadang kepergian si
pemuda. Tan Ciu mundur beberapa tapak, siap menghadapi
musuh! Berdiri dihadapan pemuda adalah seorang tua.
"Aaaa.....!" Tan Ciu berteriak kaget.
Itulah si Telapak Dingin Han Thian Chiu, Ia belum
mengubah wajah, masih menggunakan kedok Tan Kiam
Lam. "Kau" . ." Tan Ciu mundur satu langkah lagi.
"Betul! Aku .. ." Berkata orang itu.
Tan Ciu sangat marah.....bur..... tangannya bergerak,
memukul orang itu, Gerakan si pemuda sangat cepat,
karena tidak ada prasangka sama sekali, hampir-hampir
mengenai sasarannya. OoodwooO Jilid 17 MENGGELINCIR kesamping, orang itu
meloloskan diri, segera mengeluarkan bentakan.
dapat "Hei. kau sudah gila?"
Tan Ciu menahan serangan yang sudah siap dilontarkan.
Ia membentak. "Siapa Kau?" "Perhatikanlah jelas-jelas, siapa diriku." Berkata orang
itu. Tan Ciu menggunakan sepasang matanya, meneliti
orang berada didepannya, ada tiga orang yang mempunyai
wajah seperti ini. kecuali si Telapak Dingin Han Thian
Chiu masih ada Tan Kiam Pek dan Tan Kiam Lam
sepasang saudara kembar itulah paman dan ayahnya.
Tan Kiam Lam mempunyai andeng-andeng hitam
dikuping kiri. Tan Kiam Pek mempunyai tahi lalat hitam dikuping
kanan. Itulah perbedaan diantara kedua orang itu.
Satu lagi, adalah Han Thian Chiu. dengan ilmu merias
dan mengubah wajah yang sangat sempurna, iapun
memiliki wajah yang sama dengan saudara kembar itu
memegang peranan sebagai Tan Kiam Lam. Maka
menggunakan tahi lalat hitam dikuping kiri.
Tan Ciu memperhatikan orang yang didepannya, Orang
itu berandeng-andeng hitam ditelinga kanan, itulah Tan
Kiam Pek! "Paman"!..." Si pemuda masih ragu-ragu.
"Betul. Aku adalah Tan Kiam Pek." Berkata orang itu.
Tan Ciu unjuk hormatnya. "Maafkan siautit yang telah berani berlaku kurang ajar."
"Kau menduga kepada siketua Benteng penggantungan?"
"Ada sesuatu yang harus siautit beritahu kepadamu.
ketua Benteng Penggantungan bukanlah ayah."
"Aku sudah tahu." Berkata Tan Kiam Pek.
"Bagaimana paman tahu?"
"Aku menjanjikan si pendekar Dewa Angin Sin Hong
Hiap meneruskan pertandingan didepan Benteng
Peaggantungan, dengan maksud melihat bagaimana
reaksinya." Bertutur Tan Kiam Pek. "Rencanaku berhasil.
orang itu menggunakan tangan kanan. Inilah bukti
pertama." "Kemudian." "Kuperhatikan lagi gerak gerik tipu silatnya, itupun
berbeda, kupastikan seratus persen bahwa ketua Benteng
Penggantungan bukanlah Tan Kiam Lam."
"Paman telah berkunjung ke Benteng Penggantungan?"
"Baru saja kupergi dari benteng itu."
"Bagaimana keadaan mereka."
"Benteng Penggantungan telah menjadi puing."
"Aaaa ..." "Benteng Penggantungan telah kedatangan musuh kuat.
semua penghuni benteng itu telah mati."
"Semua telah mati" Bagaimana dengan keadaan
Permaisuri dari Kutup Utara Pek Pek Hiap, pengemis lihai
yang mengaku sebagai Tukang Ramal Amatir, si Bungkuk
Kui Tho Cu sekaliafn?"
"Ketiga orang yang kau sebutkan tidak berada di Benteng
Penggantungan." "Tidakmungkin. Penggantungan." Mereka pasti di Benteng "Diantara mayat-mayat yang menjadi korban tidak
terdapat tubuh mereka."
"Siapakah orang Penggantungan?" yang menghancurkan Benteng "Belum diketahui."
"Mungkinkah si Telapak Dingin Han Thian Chiu." Tan
Ciu mengemukakan pendapat.
"Tidak mungkin. Manusia
keberanian untuk balik kembali."
itu "Bagaimana keadaan Pek Co Yong?"
"Ia menderita luka yang sangat berat."
tidak mempunyai "Aaa.. . . Bagaimana si Cendikiawan Serba Bisa Thung
Lip?" "Telah binasa."
"Juga tidak luput dari kematian."
"Sungguh kejam."
"Luar biasa kejam. Tokoh jahat ini berkepandaian tinggi,
kita harus berhati-hati."
Tan Ciu menarik tangan baju Tan Kiam Pek, dan
berkata kepadanya. "Mari kita berangkat."
"Kemana?" Bertanya Tan Kiam Pek.
"Ke Benteng Penggantungan. Kau katakan Pek Co Yong
menderita luka parah, kita harus segera memberi
pertolongan." "Mengapa kau berada ditempat ini?" Bertanya Tan Kiam
Pek. "Maksudku hendak menolong Cang Ceng Ceng."
Menjawab orang ditanya. "Gadis berbaju putih yang berkepadaian silat yang sangat
tinggi itu?" "Betul." "Nah, tugasmu disini belum berhasil, bagaimana ingin
kembali ke Benteng Penggantungan" Legakan hatimu,
kukira Pek Co Yong berada didalam keadaan aman. Ada
baiknya, kau menolong Cang Ceng Ceng lebih dahulu."
"Betul. Aku harus menolong Cang Ceng Ceng lebih
dahulu." Bergumam Tan Ciu.
"Eh siapa yang menangkap kawan wanitamu itu?"
Bertanya Tan Kiam Pek. "Kim-ie kauw! Orang-orang Kim-ie kauw!" Menjawab si
pemuda. "Kim ie kauw?" Tan Kiam pek mengerutkan jidat,
"Mengapa aku tidak pernah mendengar nama perkumpulan
ini ?" Perkumpulan baju kuning baru saja menonjolkan gigi
tentu saja Tan Kiam Pek tidak tahu.
Mereka melakukan perjalanan bersama, tujuannya
menolong Cang Ceng-ceng. Mendapat bantuan sang paman. Tan Ciu bernyali besar,
pengalaman dan ilmu kepandaian Tan Kiam Pek boleh
diandalkan, bantuan tersebut penting baginya.
Mereka menyelidiki Pegunungan Ngo liong-san.
"Nah, lihat, disana ada seorang berbaju kuning." Tan
Kiam Pek menunjuk kesatu arah.
Seorang anggota Kim ie-kauw sedang mengadakan
perondaan, inilah lembah Ngo-liong.
Tan Ciu tentu melihat adanya orang berbaju kuning itu.
kini ia tidak salah jalan. Mereka telah tiba ditempat markas
besar perkumpulan Kim ie-kauw.
"Biar kubekuk dahulu orang itu," ia berkata.
Tan Kiam Pek menggeleng-gelengkan kepala, ia tidak
setuju. "Nantidulu,"iamencegah."Akuharus
menyembunyikan diri. Kau mengatakan terus terang
kedatanganmu meminta orang. Harus menggunakan
aturan, tata cara dan sopan santun yang mempunyai etikad
baik dapat meredakan ketegangan. Bila musuh berkepala
batu, aku siap mengobrak-abrik sarang mereka,"
Tan Ciu menyetujui usul sang paman. Ia diwajibkan
untuk meminta orang secara sopan. Tan Kiam Pek akan
membayangi dirinya dari tempat gelap, tidak menampilkan
diri. Bila Tan Ciu berhasil. tenaga gelap itu tetap ditempat
gelap. atau menampilkan diri keadaan telah aman dan
damai, tidak membutuhkannya. Tapi bila gagal. ia menjadi
seorang momok jahat. mengobrak-abrik sarang orang.
Tan Kiam Pek segera menyembunyikan dirinya.
Tan Ciu menghampiri si penjaga lembah.
Orang berbaju kuning itu membalikkan badan tampak
olehnya. seorang pemuda cakap dan tampan berjalan
datang. "Berhenti ditempat itu," Orang berbaju kuning itu
memberi perintah, Tan Ciu menghentikan langkah kakinya.
"Apa maksud tujaan saudara?" Bertanya orang tersebut.
"Berkunjung kemarkas besar perkumpulan Kim ie
kauw." "Sebutkan nama saudara!"
"Tan Ciu." "Apa"!" Orang itu tersentak kaget. "Tan Ciu"!"
"Betul. Katakan kepada ketua kalian, aku Tan Ciu
berkunjung datang." "Aku akan memberi tahu kedatanganmu, tunggulah
sebentar." Berkata orang itu.
Tan Ciu menganggukkan kepala, kedatangannya secara
jantan, meminta orang tawanan. maka harus tahu aturan.
Orang itu telah membalikkan badan. ia meninggalkan
Tan Ciu. maksudnya memberi tahu dan laporan tentang
kedatangan si pemuda. Tan Ciu menunggu laporan. Berdiri didepan mulut
lembah Ngo-liong. Tidak lama kemudian terdengar suara desiran angin yang
bergeser keras. dua gadis berparas cantik berlari-lari datang,
menjumpai kedatangan si pemuda.
Mata Tan Ciu membelalak, paras kedua gadis tersebut
sangat Cantik sekali. Baju yang mereka kenakan sangat
kontras, Satu berpakaian merah sedan yang satu berpakaian
putih. Gadis yang mengenakan pakaian merah itu membuka
suara. "Kau yang bernama Tan Ciu?"
"Tidak salah." Si pemuda memberikan jawaban.
"Kami berdua ditugaskan menyambut kedatanganmu."
Berkata yang berpakaian putih.
"Segera ajak diriku menemui kauwcu kalian." berkata
Tan Ciu kepada sepasang gadis itu.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Silahkan jalan didepan." Berkata gadis yang berpakaian
merah. Tan Ciu mengucapkan terima kasih. Ia berjalan didepan
mereka. Sepasang gadis merah putih mengikuti dibelakang
si pemuda. Tiga orang itu melakukan perjalanan. menuju kearah
lembah. Dibelakang si pemuda, sepasang gadis merah putih itu
saling pandang. mereka menganggukkan kepala. Itulah satu
tanda boleh bergerak. Masing-masing menjepit Tan Ciu, dikiri dan kanan
mengeraskan jari, menotok jalan darah pemuda itu.
Tan Ciu terkejut, desiran angin dari kedua gadis yang
hendak membokong dirinya berkesiur dan berdesir, ia
hendak menghindari serangan gelap itu. Melesat
kesamping. "Mengapa kalian..." Kata-katanya terputus sampai disini,
Gadis yang mengenakan pakaian pulih berhasil menotok
jalan darah tidur pemuda itu.
Dunia dirasakan medjadi gelap. Tan Ciu tidak sadarkan
diri. Gadis berbaju merah berkata. "Ia pun masuk perangkap
kita." Gadis berbaiju putih bertanya. "Kemudian ?"
"Bawa pulang." Memberi perintah gadis yang berpakaian
warna merah. "Siapa yang menggendongnya?" Bertanya gadis berbaju
putih. "Kau gendong dirinya."
"Cih, dia seorang lelaki."
"Mengapa" Malu?"
"Kau sajalah yang membawa."
"Baiklah. Kau berhasil menotok jatuh dirinya, Tapi aku
yang membawa pulang, pahala kita tidak ada perbedaan."
Gadis yang berbaju merah itu menggendong Tan Ciu,
dengan menutulkan kakinya ia pun berjalan pergi.
Sepasang gadis merah putih melenyapkan diri.
Tan Ciu dibawa oleh sepasang gadis merah putih itu.
Tan Kiam Pek tidak tahu. Orang-orang dari perkumpulan
Kim ie-kauw juga tidak tahu.
Ternyata sepasang gadis merah putih itu bukanlah
anggota Kim-ie-kauw. Mereka menggunakan sedikit tipu. berhasil mencegah
pemuda itu menerjang maut.
Bercerita dilembah mulut Ngo-liong.
Dua bayangan kuning meluncur datang, mereka keluar
dalam lembah. Kini sudah berada ditempat pos penjagaan
pertama. Seorang yang dikanan adalah penjaga lembah, dan orang
yang disebelah kiri adalah seorang wanita berpakaian
kuning, inilah Kim Sam Nio.
Mereka tiba ditempat itu dan mencari Tan Ciu. Tentu
saja tidak berhasil. Tan Ciu telah digendong pergi oleh sepasang gadis
merah putih. "Mana itu orang yang kau sebutkan?" bertanya Kim San
Nio. "Dia bicara secara sopan?"
"Betul." "Hendak bertemu dengan kauwcu."
"Demikian ia mengatakan kepada hamba."
"Bagaimana keadaan wajahnya. marah, tenang atau
bersedih." "Tidak terlihat jelas."
"Mengapa tidak berada disini?"
"Mungkin telah masuk kedalam lembah," Si penjaga
hendak mengemukakan alasan.
"Tidak mungkin." Debat Kim Sam Nio. "Kita baru
keluar, mengapa tidak berpapasan."
"Lalu kemana pula ia menghilangkan diri?"
"Baik, baik menunggu ditempat ini." Kim-Sam Nio
memberi perintah. "Jangan pergi lagi. Disinilah pos
penjagaanmu. Bila ia kembali segera beritahu."
"B a i k." Tubuh Kim Sam Nio mumbul tinggi memeriksa daerah
disekitar tempat itu. Kepergian Tan Ciu yang hendak
dipancing masuk kedalam lembah itu mengherankan
dirinya. Biar bagaimana, mereka harus menemukan
pemuda itu. 0oodwoo0 Meninggalkan pencarian Kim Sam Nio yang hendak
menemukan Tan Ciu, dan menyusul perjalanan sepasang
gadis berpakaian merah dan puiih itu.
Mereka membawa Tan Ciu meninggalkan lembah Ngoliong. Gamblang dan jelas. dua
gadis itu bukan angauta perkumpulan Kim-ie kauw. Mereka telah meninggalkan lembah Ngo-liong.
Belasan lie kemudian. merasa diri mereka sudah aman,
sepasang gadis merah dan putih menghentikan langkahnya.
Mengambil kesempatan itu mereka istirahat.
Gadis berbaju putih menepuk jidat, gerakan itu sangat
tiba tiba sekali. "Hei, kau mengapa?" Bertanya gadis yang mengenakan
pakaian merah. "Bagaimana urusan Benteng Penggantungan?"
"Maksudmu?" Bertanya gadis baju merah tidak mengerti.
"Daripada dua orang melakukan sesuatu tugas. ada lebih
baik kita membagi jabatan."
"Aku belum mengerti."
"Kau pulang dan membawa dirinya. Biar aku yang
bertugas di Banteng Penggantungan." Gadis baju putih
memberi usul. "Kau harus berhati-hati."
"Tentu." "Nah, pergilah."
"Tugas membawa dirinya jatuh kepadamu seorang."
"Bawel." "Tentunya kau lebih senang menggendongnya. Bila mau
kalian pun boleh main cinta2an sangat mesra. bukan?"
"Cis. Tidak tahu malu."
"He. he Tan Ciu terkenal sebagai seorang pemuda berapi
asmara." "Lekaslah kau pergi!" Bentak gadis baju merah itu.
Yang mengenakan pakaian warna putih pergi tujuannya
adalah Benteng Penggantungan.
Apa yang dilakukan didalam Benteng Penggantungan"
Cerita ini akan diketahui setelah berakhirnya babak ini.
Dengan menggendong tubuh Tan Ciu, gadis baju merah
melanjutkan perjalanan. Kini, dia sudah berada diatas sebuah sumur tua.
memeriksa keadaan sekelilingnya, mengetahui tidak ada
orang. dengan menggendong tubuh Tan Ciu, gadis baju
merah itu menerjun masuk kedalam sumur tersebut.
Itulah sumur rahasia. Tempat bermukimnya kawan-kawan dari serasang gadis
berpakaian merah putih tadi.
Bercerita keadaan Tan Ciu. Beberapa lama ia tidak
sadarkan diri. dikala ia bangun dan siuman, dirinya telah
berada disebuah tempat tidur.
Tan Ciu tidak tahu, dirinya bukan berada didalam
markas besar Kim ie-kauw, dua gadis merah dan putih
datang dari dalam lembah tentunya orang-orang
perkumpulan baju kuning itu. ia lupa kepada dandanan
mereka, dua gadis tidak berpakaian kuning, Walaupun
keluar dari dalam lembah Ngo-liong. mereka bukanlah
anggauta perkumpulan itu.
Teringat kejadian yang belum lama terjadi ditotok oleh
gadis berbaju putih. Tan Ciu bangun berdiri. Didepan si pemuda berdiri seorang gadis, bukan gadis
baju merah yang membawa Tan Ciu, gadis ini mengenakan
pakaian warna hijau. "Kau telah sadar?" Berkata gadis itu.
"Siapa kau?" Tan Ciu membentak.
"Segera kau tahu." Berkata gadis itu.
Tan Ciu menggerak-gerakkan tangan kaki, tak ada tanda
terbelenggu. Ia merasa heran.
"Eh, dimanakah aku berada?" Ia tidak mengerti. Bila
sepasang gadis merah putih itu anggota Kim ie kauw
tentunya, ia berada di dalam kamar tahanan.
Bila ditahan, meagapa tidak terbelenqgu" Mengapa
diperlakukan dengan baik"
Gadis berpakaian hijau tidak galak. Gadis ini tertawa
manis. "Hei. inikah tempat Bertanya lagi Tan Ciu. perkumpulan Kim-ie-kauw?" Gadis itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Eii, kemana kalian bawa diriku?" Bertanya lagi Tan Ciu.
"Bersabarlah." Maksud tujuan Tan Ciu datang kelembah Ngo-liong
adalah menolong Cang Ceng-ceng, kita ia berada dibawah
pengawasan orang. Bagaimana melanjutkan usahanya"
Mana mungkin dapat menahan sabar"
Teringat keadaan Cang Ceng Ceng, hati si pemuda
bergolak kembali. ia mempunyai kebebasan. tubuhnya
melesat, ingin meninggalkan ruangan itu.
Bayangan hijau berkelebat pula, gadis itu pun
mempunyai gerakan yang luar biasa. Ia telah menghadang
didepan si pemuda. "Hendak kemana?" Demikian ia membentak.
"Minggir." Tan Ciu memukul gadis yang berpakaian
hijau itu. Pukulan yang luar biasa. si gadis dipaksa menyingkirkan
diri. Tan Ciu berhasil menerjang keluar dari ruangan itu.
Dikala gadis berpakaian hijau sadar. tubuh si pemuda
telah jauh. Ia mengejar dari belakang.
Gerakan Tan Ciu gesit. kejar mengejar dimenangkan
olehnya. Si gadis tidak berhasil menyandak pemuda itu.
Tiba-tiba, Terlihat bayangan hitam melesat menghadang
kepergian Tan Ciu. "Berhenti!" Demikian ia membentak,
Tan Ciu terhenti, ia berhadap-hadapan dengan seorang
gadis yang mengenakan pakaian hitam.
"Kau...!?" Tan Ciu berteriak kaget. Duk...Duk.. , Duk...!
Si pemuda mundur kebelakang hingga tiga tapak,
Siapakah gadis berbaju hitam itu" Mengapa sangat
ditakuti" Tan Ciu mundur kebelakang,
"Kau. . . Kau. . . Kau Tan Sang"!"
semakin jauh. "Betul!" Gadis berbaju hitam menganggukkan kepalanya.
"Mengapa takut kepadaku?"
Gadis itu adalah kakak Tan Ciu, namanya Tan Sang.
Telah mati digantung pada pohon itulah Pohon
Penggantungan. Bagaimana orang yang telah mati dapat hidup kembali"
Inilah yang diseramkan Tan Ciu.
Beberapa saat, Kakak beradik itu saling pandang.
Akhirnya Tan Sang maju mendekati sang adik.
"Tan Ciu...." Ia memanggil perlahan, penuh kasih
sayang. itulah panggilan seorang kakak yang sangat mesra.
"Kau . . Kau masih hiiup?"
"Aku masih hidup."
Tan Ciu menggoyang-goyangkan kepala. ia tidak
percaya. Mungkinkah seorang yang telah mati bangkit
kembali" Hidup kembali"
Tan Sang memberi keterangan.
"Tan Ciu aku belum mati! Aku adalah kakakmu,"
"Dan orang yang digantung dipohon Penggantungan
itu?" "Aku belum mati. Percayalah kepadaku."
"Kau yang menyuruh orang membawa aku ketempat
ini?" "Bukan." "Siapa yang menyuruh?"
"Pemilik Pohon Penggantungan"
"Pemilik Pohon Penggantungan" Siapakah orang itu?"
"Segera kau bertemu dengannya."
"Dia menempati bangunan ini?"
"Beserta semua murid-muridnya."
Bangunan tersebut berada didasar tanah, dibawah
sebuah sumur tua, maka agak gelap dan kurang
penerangan. "Ciecie,PemilikPohonPenggantungantelah
menggantungmu. mengapa kau beserta dengannya?"
Bertanya Tan Ciu tidak mengerti,
"Mengapa?" "Dia adalah seorang musuh. Tidak baik mengabdikan
diri kepada musuh." "Musuh" Kau salah. Dia adalah orang yang mempunyai
hubungan paling dekat dengan kita."
"Siapa ?" "Ada urusan yang sangat penting untuk dirundingkan
denganmu." "Urusan penting?" Berkata Tan Ciu panas.
"Kau juga mempunyai urusan penting." Tan Sang
bertanya heran. "Tentu aku harus menolong Cang Ceng-ceng dari tangan
orang-orang Kim ie-kauw."
"Ha ha. . . .urusan itu mana dapat dikatakan sebagai
urusan penting." "Eh, mengapa tidak penting." Tan Ciu memjadi sampai
marah. "Dengarlah ceritaku..."
"Hah, aku harus menolong Cang Ceng-ceng.
"Kita beramai dapat membantu usahamu, Tapi, bukan
sekarang." Berkata Tan Sang.
Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mana boleh" Urusan itu penting sekali. Bila tidak segera
memberikan pertolongan betapa ia akan menderita disana?"
"Aku memberi perintah kepadamu. agar menangguhkan
langkah itu." "Tidak mungkin." Tan Ciu sangat kukuh.
"Kau melawan?" "Aku harus menolongnya dahulu."
"Dengarlah pesannya."
"Tidak..." Tubuh Tan Ciu melesat pergi.
"Berhenti!" Bentak Tan Sang. Lagi-lagi menghadang
didepan sang adik. "Kau"! . . ."
"Tunggulah sebentar,"
"Tidak mungkin. Minggir! Tan Ciu semakin marah,
"Demikian pentingnya Cang Ceng Ceng itu!"
"Tentu." Riwayat Lie Bouw Pek 16 Raja Naga 7 Bintang Karya Khu Lung Kucing Suruhan 4