Pencarian

Pohon Kramat 8

Pohon Kramat Karya Khu Lung Bagian 8


"Mana yang lebih penting, ibu sendiri atau orang lain?"
"Ibu?" "Betul. Tidak inginkah kau menemuj beliau?"
"Kau mengatakan. bahwa ibu berada disini?"
"Ng....." "Aaaa. . . Maksudmu, Pencipta
Penggantungan wanita berkerudung itu?"
Drama Pohon Tan Sang menganggukkan kepala.
"Dia ibu kita?"
"Kau tidak percaya?"
Hati Tan Ciu bergejolak keras, telah lama diharapkan
olehnya. akan adanya suatu keluarga yang mesra hidup
bersama sepasang orang tuanya. Sang ayah. Tan Kiam
Lam. tidak diketahui berita. demikian juga dengan keadaan
ibunya terakhir, ia mendapat selentingan khabar. bahwa
Pencipta Drama Pohon Penggantungan itulah yang menjadi
ibunya. Ia segera berhadapan dengan Kenyataan. Begitulah hal
itu dapat terjadi" Tan Ciu memandang kearah keliling, tidak terlihat
sesuatu yang diharapkan. "Dimana ibu kita?" Ia mengajukan pertanyaan.
"Mari ikut dibelakangku." Berkata Tan Sang. Mengaiak
gadis yang mengenakan pakaian hijau Tan Sang menuju
kebagian dalam. Tan Ciu mengikuti dibelakang mereka.
Lorong demi lorong telah dilewatkan Tan Ciu belum
berhasil diketemukan dengan sang ibu.
Mereka tiba didepan sebuah pintu, tujuh gadis menjaga
pintu tersebut, wajah mereka sangat dalam, ketujuh gadis
tersebut mengenakan pakaian yang berlainan, satu baju
kuning yang disebelahnya berbaju merah, lagi berbaju biru,
menyusul yang berpakaian coklat, terong, gading dan yang
diujung berpakaian warna genteng.
Gadis yang berpakaian baju merah adalah orang yang
membawa Tan Ciu ketempat itu. Tidak terlihat gadis yang
mengenakan pakiaian warna putih.
Dari wajah-wajah mereka yang tidak bercahaya. Tan Ciu
mendapat satu firasat jelek.
Atas perintah Tan Sang, ketujuh gadis dengan warna
pakaian tujuh warna itu membuka pintu. Mereka memasuki
ruangan tersebut. Disebuah bangku didalam ruangan itu berduduk seorang
wanita berkerudung. Memasuki ruangan, semua gadis berpakaian aneka
macam warna memberi hormat mereka.
"Suhu. . ." Ternyata mereka adalah murid dari wanita
berkerudung itu. Tan Sang memanggil perlahan, "Ibu...."
Wanita berkerudung itu menganggukkan kepala,
kemudian berkata. "Kalian boleh menunggu diluar kecuali
Tan Sang dan Tan Ciu."
Gadis yang mengenakan pakaian warna terong, warna
genteng. warna gading warna coklat warna hijau warna
merah warna biru dan warna kuning. semuanya
meninggalkan ruangan itu.
Disana hanya tiga orang. mereka adalah wanita
berkerudung. Tan Sang dan Tan Ciu.
Tan Sang membuka suara lagi. "Ibu. Tan Ciu telah
diundang datang." Wanita berkerudung itu menganggukkan kepalanya,
"Aku tahu." ia berkata perlahan.
Tan Ciu maju dua langkah, dengan suara gemetar ia
mengajukan pertanyaan. "Ibu. . .Kau inikah ibuku?"
Wanita berkerudung itu menganggukkan kepala. dia
yang telah menciptakan Drama Pohon Penggantungan, dia
adalah si Melati Putih Giok Hu Yong ibu Tan Ciu dan
Tang Sang. "Oh . . . ibu . . ." Tan Ciu menubrukkan dirinya,
menangis dalam pelukan sang ibu.
Pertemuan ibu dan anak yang sangat mengharukan.
Akhirnya merekapun berkumpul kembali. Derita dan duka
yang tidak terhingga, walaupun demikian. mereka boleh
cukup puas. akhirnya keluarga itu bersatu lagi!
Sambil meng-elus2 kepala Tan Ciu. wanita berkerudung
itu berkata. "Tan Ciu kasihan. . .Oh anakku yang menderita. . .
ibumu menyesal. . .tidak dapat memelihara dirimu baikbaik."
Bagaikan seorarg anak kecil yang sangat lolokan tiba-tiba
saja Tan Ciu menyingkap kerudung tutup muka sang ibu,
Melati Putih terkejut. tapi ia membiarkan gerakan arak
itu. Wajah dibalik tutup kerudung itu sangat agung, penuh
kewibawaan, tiada cacad, satu wajah yang cukup bagus
mudah dibayangkan, betapa cantik wajah ini semasa muda.
Tan Ciu belum pernah melihat wajah sang ibu, ia
memperhatikannya sekian lama, ingin menanam kesan
yang mendalam. Melati putih Giok Hu Yong berkata. "Marahkah
kepadaku?" Tan Ciu menggeleng-gelengkan kepala.
Melati Putih berkata lagi. "Aku menyesal, tidak dapat
memelihara kalian baik2. Aku mempunyai kesukaran
keadaan dan kedudukanku sangai sulit dan terjepit."
"Kami dapat menyelami kesengsaraan ibu." Berkata Tan
Ciu . "Keluarga kita adalah keluarga sengsara." Berkata Giok
Hu Yong sedih. "Ibu kita telah berkumpul bukan?"
"Mana kau tahu dipecahkan orang." berkumpulnya kita ini segera "Oh, jangan. Telah lama kami merindukanmu. mengapa
tidak hidup bersatu" Mengapa harus berpisah kembali?"
"Tahukahkau,mengapa memperkenalkan diri?"
aku tidak segera "Ng , .. Mengapa ibu menggunakan tutup kerudung
muka?" Tan Ciu menatap wajah ibunya, tidak luka, juga
tidak bercacad, mengapa harus menutup dan dikerudungi"
"Kau tidak tahu. musuh kita mempunyai ilmu
kepandaian silat yang sangat tinggi, bila ia tahu aku masih
hidup, dengan mudah akan dikalahkan olehnya. Maka aku
harus menyembunyikan waja asliku, melatih diri dengan
tekun." "Siapakah orang itu?" Bertanya Tan Ciu.
"Dia telah tahu keadaanku, mengadakan tantangan,
maka aku mengundangmu."
"Mangapa begitu jahat, katakan kepada anakmu. siapa
orang itu,biar aku yang menghadapinya."
Melati Putih Giok Hu Yong menggeleng-gelengkan
kepala. ia berkata. "Tidak seorang pun yang dapat
menandinginya." "Katakanlah siapa orarg itu" Dimana ia berada?"
Bertanya Tan Ciu tidak sabar.
"Segera kuberitahu kepadamu, masih banyak yang harus
kau ketahui. Kini, kau percaya, bahwa akulah orang yang
menciptakan drama Pohon Penggantungan."
"Ng . . ." "Mengapa aku menggunakan siasat ini?"
Tan Ciu memandang wajah sang ibu, ia tidak mengerti
dengan alasan apa ibu memainkan peran sebagai pencipta
Drama Pohon penggantungan" Mengapa Tan Sang yang
sudah mati dapat dihidupkan kembali"
Melati Putih berkata. "Tentunya kau belum tahu, bagaimana cerita Pohon
Penggantunggan." "Ng.. . ." "Mengertikah, mengapa kakakmu Tan Sang tidak mati?"
"Tidak tahu." "Cerita harus dimulai dari pertama, Tentunya pernah
kau dengar cerita tentang kematianku, kematian dibawah
tangan ayahmu bukan?"
"Pernah dengar."
"Berita itupun tidak benar. Orang yang membunuh
diriku bukanlah ayahmu. ..."
"Si Telapak Dingin Han Thian Chiu?" Tan Ciu segera
dapat menduga siapa adanya manusia jahat itu.
"Tidak salah. Itulah jelmaan Han Thian Chiu." Berkata
Melati Putih, "Dia sakit hati kepadaku, sebelum aku
menikah dengan ayahmu Han Thian Chiu adalah orang
yang paling getol berkunjung kerumah. Kejadian itu telah
berlangsung lama dimasa mudaku."
"Ternyata Han Thian Chiu. Biar aku yang melawannya."
Berkata Tan Ciu gagah. "Dengarlah perlahan-lahan." Berkata si Melati Putih
Giok Hu Yong. "Orang yang memalsukan ayahmu adalah
Han Thian Chiu, orang yang hendak membunuh akupun
Han Thian Chiu. Tapi orang yang membunuh ayahmu
bukan orang itu." "Siapa?" "Seorang wanita yang berkepandaian tinggi. ia
mempunyai hubungan baik dengan Han Thian Chiu. Ilmu
kepandaian Han Thian Chiu tinggi. tapi belum dapat
mengetahui kedua orang tuamu. lain lagi keadaan dengan
wanita ini, dia adalah seorang jago wanita tanpa tandingan
sebelum aku kawin dengan ayahmu, dia cinta dengan
ayahmu. cintanya gagal karena itu, ia menaruh dendam,
Dia adalah musuh utama kita."
"Wanita jelek suatu hari kau akan jatuh kedalam
tanganku." Berkata Tan Ciu gemes, adanya wanita
menjengkelkan baginya. Membunuh sang ayah, menceraiberaikan keluarganya.
"Wanita ini bersekongkol dengan Han Thian Chiu
menculik ayahmu. . ."
"Menculik...?" "Ng... Demikianlah Kira-kira kejadian itu, dahulu aku
tidak tahu. Han Thian Chiu menggunakan wajah ayahmu
menggantikan kedudukannya, aku kena tipu, Hanya
beberapa hari aku mengetahui akan'adanya sesuatu yang
tidak beres ayahmu menggunakan tangan kiri seorang
Kidal, Aku marah besar. segera kubunuh dirinya. Tapi
gagal?" Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Maka tersiarlah khabar seorang wanita membunuh
suami sendiri." Berkata si pemuda.
"Demikianlah aku mendapat nama jelek." Berkata Melati
Putih, "Mereka pandai main sandiwara. Han Thian Chiu
tidak mati, tapi ia berpura-pura mati. Sengaja membuat satu
propaganda seorang istri yang jahat dan kejam telah
membunuh suami sendiri. Karena itu ada alasan kuat untuk
menghukum diriku, aku hendak dibunuh mati, digantung
diatas Pohon Penggantungan."
"Aa . . .Digantung diatas pohon Penggantungan?" Tan
Ciu berteriak kaget. "Ternyata sang ibu pernah menjadi
korban maut itu! Karena hendak menuntut balas, ia
menciptakan drama Pohon Penggantungan. "
"Dikala aku hendak membunuh Han Thian Chiu. itu
waktu Han Thian Chiu masih menggunakan wajah
ayahmu, datanglah wanita itu. Dia yang menggagalkan
usaha. aku ditotok oleh seorang wanita yang berkepandaian
tinggi. mereka adalah manusia-manusia sekongkolan,
maksudnya membunuh keluarga kita. Disaat itu aku
mendengar teriakan ayahmu..."
"Ayah" ..."
"Ng . . . Ayahmu memohon agar mereka tidak
membunuh kita orang. Demikian aku digantung diatas
pohon Penggantungan."
"Sampai ditolong orang?"
"Ng.. . Diatas pohon maut itu, aku menderita. sampai
mendapat pertolongan."
"Siapakah yang membawa aku dan Tan Sang kepada
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong."
"Itulah ayahmu."
"Kemudian ?" "Entahlah. Aku tidak tahu. Mungkin ia masih hidup,
mungkin juga sudah dibunuh oleh mereka."
"Mulai saat itu Han Thian Chiu menggunakan wajah
ayah, berkelana didalam rimba persilatan?"
"Ia menciptakan Benteng
memelihara banyak orang."
"Dan ibu . .." Penggantungan, disana "Aku melatih diri agar dapat mengatasi mereka,"
"Kini telah berhasil ?"
"Belum. Ilmu kepandaian musuh kita itu sangat tangguh.
Masih belum waktunya bertanding dengan mereka."
"Han Thian Chiu dengan wanita itu?"
"Aku tidak takut kepada Han Thian Chiu, tapi wanita
itu. . ." "Sangat tinggikah ilmu kepandaiannya?"
"Luar biasa sekali."
"Siapakah nama wanita tersebut?"
"Giok Hong." "Giok Hong... Giok Hong..." Tan Ciu meng-ingat2 nama
itu. "Menurut apa yang kutahu." Berkata lagi si Melati Putih
Giok Hu Yong. "Ilmu kepandaian Giok Hong belum ada
tandingan. Ilmu silatnya sangat tinggi dan luar biasa."
"Karena itu ibu menggunakan tutup kerudung muka
menghindarinya?" Tan Ciu meminta ketegasan.


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ng. . .Aku hendak menuntut balas, aku harus
mengetahui masih hidupkah dia" Karena itu menggunakan
drama Pohon Penggantungan, aku hendak menarik
perhatiannya." "Ia berhasil dipancing datang?"
"Ng . . .Ia muncul dibawah Pohon Penggantungan."
"A a a a . . ."
"Itulah tahun ketiga, ia menampilkan diri. kami
bertempur, tentu saja aku menggunakan tutup kerudung, ia
tidak tahu siapa diriku, tapi aku tahu, itulah orang yang aku
kehendaki, Ilmu silatnya lebih maju lagi aku bukan
tandingannya, aku dikalahkan. Beruntung, ia tidak tahu,
siapa diriku, karena itu aku bebas dari kematian"
"Dan gadis-gadis yang kau gantung diatas Pohon
Penggantungan?" "Seperti apa yang telah kau lihat, aku menerima mereka
sebagai murid. Tidak seorang pun yang mati. Dengan cara2
tertentu, aku berhasil mengelabui semua orang."
Tan Ciu memuji kecerdasan otak sang ibu, mereka harus
mencari wanita yang bernama Giok Hong itu. dialah yang
menjadi biang keladi. Rumah tangga hampir hancur
berantakan karenanya. Musuh kedua adalah si Telapak Dingin Han Thian Chiu.
Mereka harus membunuh kedua orang itu,
Giok Hu Yong berkata. "Aku memberi tahu kepada
mereka, untuk mengundang kau datang, tahukah kau
maksud tujuan itu?" "Tidak tahu." "Musuh kita telah mengetahui keadaanku,ia mengirim
surat tantangan. Aku dijanjikan untuk menemuinya
dipuncak Pek-soat-hong. Setelah mengadakan duel keras,
satu harus menerima kematian. Tentu saja. ilmu
kepandaianku masih bukan tandingannya. tapi aku tidak
menyembunyikan diri lagi. tak mungkin menolak tawaran
itu, aku segera ke puncak Pek-soat-hong. hendak berduel
dengannya. Besar kemungkinan aku mati ditempat itu.
Itulah sebabnya mengapa mengundang dirimu, mungkin
hari ini adalah hari pertemuan kita yang terakhir."
Giok Hu Yong menarik napas sedih.
"Serahkan persoalan ini kepadaku." Berkata Tan ciu
gagah. "Sebagai seorang putra aku wajib memikul tanggung
jawab itu." "Tidak. Kau bukan tandingannya." Berkata Giok Hu
Yong, "Ibu mengatakan, bahwa ibu bukan tandingannya,
bukan?" "Ng . . ." "Mengapa kepadaku?" tidak mau menyerahkan perkara ini "Aku tidak mengharapkan kematianmu."
"Kamipun tidak mengharapkan kematian ibu." Berkata
Tan Ciu. "Bila aku yang hadir. masih mungkin ada pengecualian.
Siapa tahu. peruntungan bagus ada padaku. dapat
mengalahkannya." "Serahkanlahkepada mengalahkannya." anakmu, mungkin aku "Tidak mungkin." si Melaii Putih menolak permintaan
sang anak. "Ibu. . ." "Kau belum tahu betapa hebat ilmu kepandaian wanita
itu." "Aku tidak mempunyai
mengalahkannya. bukan?"
pegangan kuat "Biar bagaimana, orang yang ditantang adalah aku,
bukan kau !" "Aku adalah putramu, ini wajib."
untuk "Tidak mungkin."
"Mengapa tidak mungkin. Tanggung jawab kedua orang
tua harus jatuh kepada putera dan putri mereka."
"Kukira. ada orang yang datang." Berkata Giok Hu
Yong, ia memandang kearah pintu.
Dikala Tan Ciu sedang bersitegang dengan sang ibu
mendengar ada langkah orang yang mendatangi ruangan
mereka. Percakapan itu terhenti.
Pintu dibuka. . . Berjalan masuk dua orang. mereka adalah Permaisuri
dari Kutub Utara Pek Pek Hap. Tukang Ramal Amatir,
Pengemis tua yang misterius.
Kedatangan dua orang atas undangan Melati Putih,
maka tidak sulit menemukan bangunan dibawah sumur tua.
Permaisuri dari kutub utara Pek Pek Hap adalah kawan
baik Giok Hu Yong, lebih dari pada itu, nama mereka
pernah dicemarkan oleh si Telapak Dingin Han Thian
Chiu. Mereka pernah digantung dipohon maut. Pohon
Penggantungan. Mereka sangat gembira pertemuan itu berada diluar
dugaan. Sipengemis tua mulai membuka suara.
"Telah lama kuketahui bahwa Pencipta drama Pohon
Penggantungan adalah dirimu. Karena kau menggunakan
tutup kerudung muka, aku tahu kau mempunyai
kesukaran2. dugaanku pasti tidak salah,"
Kemudian menghadapi Tan Ciu.
"Masih ingatkah kepada pertaruhan kita?" Demikian
Tukang Ramal Amatir itu bertanya.
"Kau tidak percaya. bahwa aku tidak dapat meramalkan
segala sesuatu. termasuk siapa yang menjadi pencipta
Drama Pohon Penggantungan. Telah kutulis jawaban orang
pada sebuah kertas. masih adakah carikan kertas itu?"
Dari dalam saku bajunya, Tan Ciu mengeluarkan
carikan kertas yang diminta.
"Nah, buka dan lihatlah, apa yang kutulis diatas kertas
itu." Berkata lagi pengemis tua.
Tan Ciu membuka lipatan kertas. disana tertulis
"Pencipta Drama Pobon Penggantungan adalah ibumu.
Melati Putih Giok Hu Yong" Wajah Tan Ciu berubah
semakin pucat. Menurut pertaruhan mereka. Siapa yang kalah bertaruh,
siapa harus menyerahknn batok kepalanya.
Dengan wajah tersungging senyuman, si Tukang Ramal
Amatir berkata, "Bagaimana" Batok kepalamu telah
dikalahkan olehku bukan?"
Tan Ciu bungkam. "Jangan takut." Pengemis tua itu memberi hiburan. "Aku
tidak menginginkan batok kepalamu."
"Apa yang cianpwee kehendaki?" Bertanya Tan Ciu. Ia
telah kalah bertaruh. sudah selayaknya menyerahkan
barang yang diminta. "Apapun tidak mau." Berkata si Tukang Ramal Amatir,
"Aku hanya menghendaki keselamatanmu."
Tan Ciu menyengir. Dengan sungguh-sungguh pengemis tua itu memandang
Melati Putih. "Kau menyuruh seorang gadis yang berpakaian putih
mengundarg kita orang apa maksud tujuanmu?" ia
bertanya. Melati Putih menceritakan kesulitannya. musuh sangat
kuat, dan diapun tidak ada niatan untuk menolak janji
pertemuan itu. dan Diundangnya Permaisuri dari Kutub Utara
Pengemis tua itu hendak memberikan pesan terakhir.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap berkata, "Aku
sedang heran, siapakah yang merusak Benteng
Penggantungan" Mendengar ceritamu kukira dialah yang
membunuh sekian banyak orang didalam Benteng
Penggantungan." "Benteng Penggantungan telah dirusak orang?" Bertanya
Melati Putih Giok Hu Yong.
"Hancur berantakan. Sekian banyak orang telah dibunuh
mati semua," berkata Pek Pek Hap.
"Tahukah orang yang melakukan kebuasan tersebut?"
"Kukira besar kemungkinannya orang itu." Pek PeK Hap
menduga kepada mereka yang sama.
"Siapa?" "Wanita yang kau sebut bernama Giok Hong itu."
"Apayangtelahterjadididalam
Penggantungan?" Berkata Melati Putih.
Benteng "Suatu malam, Kami mendapat kunjungan seorang jago
silat tidak ada yang dapat menandinginya kecuali beberapa
orang, semua telah binasa."
"Kita sedang menghadapi musuh bersama."
"Ng, maksudmu, hendak menggabungkan
Bertanya Permaisuri dari kutub Utara Pek Pek Hap.
diri?" Melati Putih Giok Hu Yong menggelengkan kepala.
"Aku hendak menemuinya. Maksudku, tolong pelihara
kedua anakku, juga murid2ku." Ia menghendaki Permaisuri
dari kutub Utara PeK Pek Hap dan si pengemis tua Tukang
Ramal Amatir meneruskan usahanya.
Dari dalam saku bajunya, Melati Pulih mengeluarkan
sebuah kitab, diserahkan kepada Pek Pek Hap.
"Inilah kitab ilmu silat, didalam isi kitab terdapat
semacam ilmu kepandaian, khusus mendidik beberapa anak
dara, menggabungkan tenaga untuk menghadapi musuh
kuat." Demikian Giok Hu Yong memberi keterangan,
"Tolong didik murid2ku, beri mereka pelajaran yang
terdapat didalam kitab, setelah berhasil mungkin merekalah
yang dapat mengalahkan Giok Hong."
Pengemis Tukang Ramal Amatir berkata.
Giok Hu Yong memandang pengemis tua itu, ia berkata.
"Besar kemungkinan musuh datang dengan jumlah besar.
menggunakan kepergianku bila mereka mengadakan
serangan. tentu tidak ada yang dapat mencegahkannya.
Tugas menjaga sumur Penggantungan kuserahkan kepada
kalian." Nama tempat persembunyian Melati Putih disebut
Sumur Penggantungan. "Menjaga keamanan tempat?" Bertanya si Pengemis tua.
"Tentunya kau mau menolong bukan?" Berkata Giok Hu
Yong. "Menolong orang adalah kewajiban. Bagaimana boleh
menolak" Aku akan menunggu kedatangan mereka, bila
betul ada niatan untuk menghancurkan rumah tangga
orang, aku akan mengadu jiwa. Pergilah dengan tenang."
Tan Ciu berkata, "Ibu, dimanakah letak puncak Pek-soathong itu?"
"Aku tidak boleh memberi keterangan tentang letak
tempat perjanjian maut. Bila kau tahu. tentunya kau dapat
mendahului aku." berkata si Melati Putih Giok Hu Yong.
Semua orang yang berada ditempat itu sangat paham.
Pertemuan Giok Hu Yong adalah pertemuan maut,
mungkin ia tidak dapat kembali lagi. Hati semua orang
dirasakan menjadi berat. "Ibu. seharusnya aku yang mewakili mengadakan
pertemuan dengannya." Berkata Tan Ciu.
"Tidak mungkin, ilmu kepandaianmu bukan tandingan
orang yang bernama Giok Hong itu."
"Bila ilmu kepandaianku dapat mengalahkannya?"
"Tidak mungkin." Giok Hu Yong kukuh. "Aku pun
bukan tandingan dia, apalagi kau."
"Bila ilmu kepandaianku dapat mengalahkan ibu,
bagaimana?" Giok Hu Yong terbelalak. "Tidak mungkin," ia tidak percaya.
"Bila aku mempunyai ilmu kepandaian tinggi. bila ilmu
kepandaianku berada diatasmu, tentu ibu mengijinkan aku
mewakilimu. mengadakan pertemuan duel itu, bukan?"
Berkata Tan Ciu girang. "Kau..." Giok Hu Yong masih ragu-ragu,
Si Pengemis Sakti Tukang Ramal memberikan
keputusan, katanya, "Bila kau memiliki ilmu kepandaian
diatas, ibumu tentu saja boleh mewakili dirinya."
"Mana boleh dia. ..." kata Giok Hu Yong.
"Berilah kesempatan.,." Berkata si pengemis tua,
"Anakmu itu harus mendapat latihan, Apa lagi dia dapat
mengalahkan dirimu." .
"Baiklah." Akhirnya Giok Hu Yong mengalah.
"Bila ia dapat mengalahkan diriku pertemuan itu boleh
diwakili olehnya." Tukang Ramal Amatir berkata. "Nah kalian boleh
bertanding, siapa yang menang dia akan keluar sebagai
juara dan berhak menepati janji orang itu dipuncak Pek
soat-jong!" Tan Ciu dan ibunya telah saling pandang, mereka
berhadap-hadapan. Melati Putih Giok Hu Yong meremehkan ilmu
kepandaian sang putra, langkah tersebut dianggap berlebihlebihan.
Tentu saja. Melati Putih tidak tahu, bahwa sang putra
telah mendapat ilmu silat luar biasa didalam belasan hari,
tenaga dalam Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie telah
disalurkan kepadanya. Berbeda dengan Giok Hu Yong, si pengemis tua
mengetahui kepergian Tan Ciu mencari Guha Kematian,
bila sipemuda dapat meninggalkan Guha Kematian dengan
keadaan selamat, pasti mendapatkan sesuatu. Maka ia
menganjurkan anak dan ibu itu mengadu silat.
Tan Ciu berusaha menenangkan hatinya yang memukul
keras. Ilmu Kepandaian Pencipta Drama Pohon


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Penggantungan pernah menggemparkan rimba persilatan.
bukan ilmu biasa, itulah sang ibu, mungkinkah ia dapat
mengalahkannya" Lain perasaan merangsang rongga dada si pemuda, bila
ia kalah, maka gagallah mewakili sang ibu menepati janji
duel dipuncak Pek soat-hong, Ancaman bahaya akan jatuh
kepada sang ibu, hal ini tidak boleh terjadi.
Pengemis tua yang mengaku sebagai Tukang Ramal
Amatir dapat menduga isi hati orang, segera ia berkata,
"Bocah Tan Ciu, jangan kau menjadi gugup. Kau harus
mengeluarkan semua tenagamu. Bila kau kalah, aku tidak
dapat membantumu lagi. Apa boleh buat kita harus
membiarkan ibumu menerjang bahaya seorang diri."
Tan Ciu berkata, "Aku tahu."
Pengemis Tukang Ramal Amatir memberi komando.
"Nah, boleh mulai."
Tan Ciu memandang sang ibu,
"Ibu boleh mulai." Ia berkata.
"Baik." Giok Hu Yong mengayun tangan. Bagaikan
kecepatan kilat, membuat suatu garisan serangan.
Ilmu kepandaian Pancipta Drama Pohon Penggsntungan
Giok Hu Yong telah diresmikan sebagai ilmu kepandaian
kelas satu. Kecepatan dan kegesitannya sangat luar biasa.
Disaat itu Tan Ciu mendapat serangan kuat dari sang
ibu. Tiga macam perubahan telah membayangi serangan
Giok Hu Yong. Setelah menguras ilmu kepandaian Guha Kematian,
ilmu kepandaian si pemuda mengalami kemajuan pesat, ia
dapat melihat lowongan2 bahaya dari serangan ibunya
meluncur kedepan dan dari situ ia menikung, mererobos
lewat. Demikian ia berhasil meloloskan diri dari serangain
Giok Hu Yong, berikut tiga macam perubahannya juga.
Giok Hu Yong tertegun. Tukang Ramal Amatir berteriak. "Bagus!"
Langkah yang Tan Ciu gunakan untuk meloloskan diri
dari serangan ibunya sangat luar biasa menakjubkan.
Giok Hu Yong pernah menyaksikan ilmu kepandaian
sang putera, kemajuan itupun berada diluar dugaannya.
"Anak Ciu. ilmu kepandaian apa yang kau gunakan
tadi?" Ia bertanya. "Yu-leng-poh!" Tukang Ramal Amatir mengeluarkan pujian, "Ilmu yang
luar biasa." Giok Hu Yong dapat membuktikan bahwa sang putra
telah mendapat kemajuan cepat, bukanlah berarti
menyerah. Serangannya tapi bersipat penjajakan, belum
penuh. Ia berkata. "Anak Ciu, terima lagi seranganku."
Kata2nya disertai dengan serangan tangan kanan, Tan
Ciu menggunakan tangan kiri menangkis serangan itu.
Giok Hu Yong mengirim serangan tangannya yang
kedua. Kecepatan mereka melebihi kilat, begitu bergebrak,
saling serang dan saling tangkis. sret. .. . sret,. . . sret.. . .
sret.. . . Disaat yang sama, empat jurus telah dilewatkan, kedua
bayangan ini berpisah. Memandang situasi itu, wajah
semua orang berubah Baju Giok Hu Yong telah mendapat tambahan empat
lubang. Wajah Pencipta Drama Pohon Penggantungan itu pun
berubah menjadi pucat! Mungkinkah hal ini dapat terjadi" Hanya puluhan hari
berpisah. Tan Ciu dapat lompat naik beberapa kelas!
Tan Ciu menunjuk hormatnya, ia berkata, "Ibu maafkan
kelancangan anakmu."
Giok Hu Yong menyedot napasnya panjang-panjang.
"Ah. . ." Tan Ciu berkata. "Ibu, kau telah kukalahkan. Beri
kesempatan kepadaku untuk mewakili dirimu meneruskan
janji duel itu." "Tidak mungkin!"
"Ibu....." "Aku tidak dapat membiarkan kau mengantarkan jiwa."
"Ibu telah berjanji." Berkata Tan Ciu.
"Aku tidak mengharapkan kau
tangannya." Berkata Giok Hu Yong.
mati dibawah "Akupun tidak mengharapkan ibu mengantar jiwa
kepadanya." Pengemis tua berkata, "Kalau kalian berdua tidak menghendaki pihak kedua
menerjang maut, juga wajib menerima tantangan itu.
Seorang yang lebih kuat harus menanggungnya, resiko
kematiannya lebih kecil."
"Aku yang harus pergi," Berkata Tan Ciu.
"Tapi. . ." Pengemis tukang Ramal Amatir berkata. "Jangan kau
menelan kembali janjimu"
Giok Hu Yong menarik napas dalam,
"Baiklah " Akhirnya ia menyerah.
Pengemis tukang Ramal Amatir menganggukan kepala.
"Kukira Tan Ciu lebih cocok untuk menandinginya."
"Ibu" Panggil perjanjiannya?" Tan Ciu segera. "Dimana letak "Kita diwajibkan menunggunya dipuncak Pek-soat-hong.
Dan diberi gambar tentang letak puncak Pek-soat-hong."
"Waktunya?" "Esok lusa." "Aku segera berangkat." Berkara Tan Ciu.
"Kau harus berhati-hati." Berpesan sang ibu. Air mata
Giok Hu Yong berlinang-linang.
"Ibu, mengapa kau menangis?" Tan Ciu mengajukan
pertanyaan. "Ilmu kepandaiannya sangat luar biasa. Kau masih
bukan tandingannya. Setelah kau mati dia akan datang
ketempat ini juga." "Hah!" Tan Ciu tersentak kaget. "Dia menghendaki
kematian ibu?" "Ng . , . ." "Bila ibu mati?"
"Urusan baru selesai."
Tan Ciu mengerutkan alisnya. Ia sedang mengasah otak
untuk mencari jalan keluar mengatasi bahaya.
Melati Putih Giok Ho Yong bertanya kepada anak itu,
"Anak Ciu. Apa yang sedang kau pikirkan?"
Tan Ciu tidak menjawab pertanyaan itu. ia sedang
memikirkan cara-cara untuk mengatasi kesulitan mereka,
mengerutkan alisnya panjang2, tidak seorang pun yang tahu
apa yang sedang dipikir oleh pemuda itu.
Tiba-tiba. . . . Tan Ciu mengeluarkan bentakan keras, sangat mendadak
sekali. Terjadi suasana yang menyeramkan.
Semua orang hadir masih binggung, apa maksud yang
menjadi tujuan anak pemuda itu, mengapa mengeluarkan
suara yang seperti orang gila"
Terlebih-lebih si Melati Putih Giok Hu Yong, letaknya
dengan sang anak sangat dekat sekali, jadi kesima.
Sepasang mata Tan Ciu memancarkan cahaya luar biasa.
Tangan si pemuda terangkat. dan ia bergeram lagi menepuk
ibu sendiri. Giok Hu Yong jatuh menggeletak.
Keadaan semakin kacau. Terdengar suara jeritan Tan sang, "Tan Ciu, sudah gla
kau" Mengapa membunuh ibu?"
Bentakan itu disertai dengan pukulan tangannya.
Menyingkir dari pukulan Tan Sang, si pemuda berteriak.
"Sabar!" Tan Sang menarik pulang serangan. Memandang kearah
Giok Hu Yong. Tubuh Pencipta Drama Pohon Penggantungan telah
menggeletak, tidak bernapas.
Pengemis tukang Ramal Amatir tidak dapat tertawa lagi.
Tan Sang membentak. "Dengan
membunuh ibu?" alasan apa kau Pengemis Tukang Ramal Amatir juga membuka suara,
"Bocah Tan Ciu. mengapa kau. . .?"
"Ibu akan mengikuti dibelakangku." Berkata Tan Ciu.
"Juga tidak seharusnya, kau melakukan perbuatan ini
bukan" Kau melarang orang membunuh ibumu, mengapa
membunuhnya lebih dahulu?"
"Aku tidak membunuh." Berkata Tan Ciu.
"Huh ..." Itu waktu Tan Sang telah merangkul. Ibunya Tidak
bergerak, juga tanpa denyutan nadi napas,
Pengemis Sakti Tukang Ramal Amatir tidak percaya.
Tan Ciu memberi keterangan. "Ibu telah kutekan dengan
ilmu Ie-hun-tay-hoat, seolah-olah telah mati. Tapi tidak."
Pengemis Tukang Ramal Amatir tertawa.
"Luar biasa." Ia memberikan pujiannya. "Segala macam
ilmu pelajaran telah berhasil kau yakinkan."
Tan Ciu berkata. "Masa berlaku ilmu ini hanya lima belas hari, setelah itu.
dia akan sadar kembali."
"Kau memberi tekanan tidur kepada ibu?" Bertanya Tan
sang. "Ng......." "Mengapa?" "Menurut keterangan yang ibu berikan, musuh kita
terlalu kuat. Dimisalkan aku mati ditangannya, ia pun tidak
luput pula. Kecuali didalam keadaan seperti mati. Bila ini ia
berkunjung datang dan menyaksikan keadaan ibu yang
sudah tidak bernapas, tentunya mendapat kepuasan,
menyudahi perkara." -ooo000ooo- Jilid 18 TAN SANG mengeluarkan napas lega, ia mengerti
mengapa sang adik harus mengambil langkah yang seperti
ini. Untuk menjaga sesuatu yang belum datang, cara Tan Ciu
mendapat pujian. Tan Sang berkata. "Kau menakutkan orang."
"Apa boleh buat."
"Bila kau hendak berangkat?"
"Segera." Berkata Tan Ciu. "Jagalah baik-baik keadaan
ibu kita." "Tentu." "Aku pergi." Mereka mengantar sehingga diluar dari tempat rahasia.
Diperjalanan keluar. Pengemis Tukang Ramal Amatir
mengajukan pertanyaan. "Didalam Guha Kematian. kau
mendapatkan ilmu luar biasa."
"Ilmu Ie-hun Tay-hoat dan beberapa macam ilmu
lainnya!" "Bagaimana keadaan Cang Ceng Ceng?"
"Ditangkap oleh perkumpulan Kim ie kauw."
"Perkumpulan Kim-ie kauw?"
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap turut bicara,
"Belum pernah kudengar ada perkumpulan yang seperti
ini." Tukang Ramal Amatir berteriak. "Apa"! Perkumpulan
Kim-ie kauw?" "Ng . . ." Tan Ciu menganggukkan kepala,
"Kau telah bentrok dengan Kim ie kauw?"
"Lebih dari satu kali." Lalu diceritakan secara terperinci
bagaimana Kim-ie-kauw menganggu dia.
Selesai bertutur memandang pengemis tua itu, Tan Ciu
mengajukan pertanyaan. "Cianpwe tentunya kau pernah dengar nama Kim-iekauw?"
"Sudah lama sekali," Berkata Tukang Ramal Amatir.
"Lama sekali." Berkata Pek Pek Hap.
"Puluhan tahun yang lalu, perkumpulan Kim ie kauw
dibawah pimpinan Kim-ie Mo-jin."
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap berteriak.
"Kim-ie Mo-jin"! . . .Aaaaa!. . , nama ini pernah kudengar.
Bukankah sudah mati?"
Tukang Ramal Amatir berkata.
"Dibawah pimpinan Kim-ie Mo-jin, perkumpulan itu
semakin pesat, kecongkakannya menyebabkan ia bertindak
sewenang-wenang. orang yang menentang ditendang keluar
dari lingkungan kekuasaan. mereka dibunuh dianiaya atau
diintimidasi. Timbul kekacauan, disusul dengan kemarahan
umum. mereka bersatu menentang rezim Kim ie Mo-jin
dibawah Pimpinan seorang jago penegak keadilan dan
kebenaran yang bernama Tiat Tin Cu. perkumpulan Kin-iekauw digulingkan dari
tahta kekuasaannya. Kim-ie Mo-jin
melarikan diri." Tan Ciu berkata. "Mungkinkah Kim-ie Mo-jin muncul
kembali?" "Bukanlah suatu hal yang mustahil."
"Kita harus bersatu, menumpas mereka."
"Tanpa menunggu munculnya Ciat Tin Cu baru."
"B e t u l." Tiba-tiba Tan Ciu berkata.
"Heran, bagaimana mereka tahu bahwa aku memiliki
kitab Thian mo po-lok?"
"Tentunya mempunyai hubungan
gurumu." Berkata Tukang Ramal Amatir.
rapat dengan

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Guruku itu telah lenyap."
"Tentunya telah jatuh kedalam tangan mereka."
"Cianpwe tahu pasti?"
Tukang Ramal Amatir berkata.
"Putri Angin Tornado Kim Hong Hong cinta kepada Sim
In. melarikan diri dari ayahnya. meninggalkan keluarga. . ."
"Suhu pernah bercerita." Berkata Tan Ciu.
"Tahukah siapa gurumu?"
"Maksud cianpwe ?"
"Siapa yang menjadi ayahnya?"
"Suhu belum menyebut nama lengkapnya."
"Suhumu she Kim. Orang keluarga Kim tidak banyak.
Kukira mempunyai hubungan erat dengan ketua
perkumpulan Kim ie kauw, Kim-ie Mo-jin."
"Aaaa ..!" "Setelah urusan keluargamu selesai, kau boleh menuju
kearah perkumpulan Kim-ie-kauw."
"Tentu." Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap mengajukan
pertanyaan. "Ada sesuatu yang lupa kutanyakan
kepadamu." "Katakanlah!" "Selama beberapa hari belakangan ini. kau bertemu
dengan Ong Leng Leng?"
"Si Ular Golis?"
"Ng...." Bila tidak disebut nama si Ular Golis Ong Leng Leng,
Tan Ciu sudah melupakannya. Telah lama ia tidak bertemu
dengan gadis itu, Se-olah2 gadis itu telah lenyap dari
permukaan bumi. Tidak ada khabar cerita lagi.
Tan Ciu memandang Pek pek Hap,
"Ia belum kembali "." Ia bertanya.
"Belum." "Akan kuperhatikan hal ini."
"Ng. . ." "Cianpwe. .." Tan Ciu memandang jago wanita itu.
Permaisuri dari Kutub Utara Pek Pek Hap memandang
si pemuda. "Katakanlah!" Ia berkata.
"Bagaimana keadaan nona
kesehatan Pek Co Yong. Pek?" Ia menanyakan "Kau telah bertemu dengan pamanmu Tan Kiam Pek?"
"Sudah." "Luka Pek Co Yong telah sembuh." Berkata Pek Pek
Hap, "Hanya luka hatinyalah yang tidak mungkin diobati
orang lain." Wajah Tan Ciu memerah. Kisah diatas adalah percakapan dari Pengemis Tukang
Ramal Amatir, Permaisuri dari kutup Utara Pek Pek Hap
dan jago muda kita Tan Ciu!
Mereka telah tiba dipermukaan bangunan dibawah
tanah, itulah sebuah sumur tua.
Mengambil selamat berpisah, Tan Ciu meninggalkan
semua orang. Dia menuju kearah puncak Pek soat-hong.
Duel maut" Tan Ciu akan menghadiri suatu pertemuan maut" Duel
maut" Langkah kaki Tan Ciu berderap diantara jalan-jalan
pegunungan melewati lembah, mengarungi sungai.
Menurut keterangan sang ibu, musuh terlau kuat. Dia
masih bukan tandingan musuh itu.
Itulah berarti ia menuju kearah kematian,
Terbayang kembali wajah Cang Ceng-ceng. Gadis itu
masih berada didalam perkumpulan Kim ie kauw.
Bagaimana ia harus membebaskan diri"
Bayangan lain menyusul datang, itulah si Ular Golis Ong
Leng-leng. kemana perginya gadis ini"
Disusul dengan bayangan Pek Co Yong.
Bayangan sang paman Tan Kiam Pek. Dua bayanganbayangan orang yang pernah dikenal
olehnya. Langkah Tan Ciu semakin dekat dengan jurang akhir
penghidupan. Tiba-tiba.. . Lamunan Tan Ciu dibangunkan oleh satu suara yang
memanggilnya. "Saudara itu jangan pergi."
Tan Ciu menoleh. Siapakah yang memanggilnya"
Disana telah bertambah seorang, dia mengenakan tutup
kerudung muka, berpakaian warna abu duduk diatas sebuah
kursi beroda, itulah seorang cacad. Orang itu yang
membangunkan Tan Ciu dari lamunan.
"Kau yang memanggil?" Bertanya Tan Ciu
"Betul," Berkata siorang cacad yang duduk diatas kursi
roda. "Ada urusankah?" Bertanya lagi si pemuda.
Orang itu berkata. "Kulihat ilmu kepandaianmu lumayan juga, aku hendak
meminta petunjuk." "Tentang apa?" Bertanya Tan Ciu.
"Berapa lamakah kau berkelana didalam
persilatan?" Bertanya orang diatas kursi roda itu.
dunia "Kurang lebih dua tahun."
"Ng. . . Kau pernah dengar nama seorang yang bernama
Han Thian Chiu dengan gelar Telapak Dingin."
Hati Tan Ciu terkejut. "Si Telapak Dingin Han Thian Chiu?" Ia berkata.
"Betul!" "Aku tahu." Berkata Tan Ciu.
Dengan sikap yang tidak sabar, orang cacad itu bertanya
lagi, "Dimanakah kini?"
"Dia pernah menetap didalam Benteng penggantungan.
Dan kemudian pergi entah kemana."
"Ooo...." Orang diatas kursi roda itu mengeluarkan suara
putus harapan. "Kau hendak menemui Han Thian Chiu?" Bertanya Tan
Ciu. "Betul." "Bagaimana hubungan kalian" Kawan?"
"Kawan" Bukan!"
"Ng.. . ." "Musuh?" Tan Ciu hendak mengajukan pertanyaan, bagaimana
terjadinya, permusuhan orang itu dengan si Telapak Dingin
Han Thian Ciu. Maksud tadi dibatalkan. Mengingat
perkenalan dengan orang tersebut belum mendalam,
Urusan orang lain tidak perlu menambah kepusingan
otaknya. Orang itu mengenakan pakaian kelabu, dia duduk lesu,
Seolah-olah putus harapan"
Tan Ciu membuka suara. "Masih ada yang hendak
ditanyakan." "T i d a k." "Aku hendak melanjutkan perjalanan." Tubuh Tan Ciu
melesat, cepat sekali meninggalkan orang cacad yang duduk
di kursi beroda. Orang itu duduk sekian lama! Melamun, Suatu ketika, ia
berkata. "Eh..-." Maksudnya hendak menanyakan sesuatu yang sangat
penting, Tapi bayangan Tan Ciu telah lenyap, Tidak
terlihat. Tangannya memegang kedua gelinding.. siur . . . kursi
itu meluncur. Ia mengejar Tan Ciu!
-ooo000ooo- Di puncak gunung Pek soat-hong.
Seorang kakinya. pemuda memandang pandangan dibawah Siapakah pemuda itu"
Dia adalah murid si Putri Angin Tornado Kim Hong
Hong, putra si Pencipta Drama Pohon Penggantungan
Melati Putih Giok Hu Yong.
Namanya Tan Ciu! Salju putih menutupi pemandangan, bagaikan kapas
tipis, bunga-bunga salju bertaburan.
Tan Ciu tiba ditempat itu pada keesokan harinya, setelah
ia meninggalkan sang ibu dibangunan luar biasa yang
terletak dibawah tanah. Janji duel adalah dua hari lagi, dua
hari dari waktu keberangkatannya.
Ia datang lebih cepat satu hari dari waktu yang
ditetapkap. Tan Ciu harus menunggu satu hari.
Memandang tidak ada orang, ia harus mencari tempat
bermalam. Hawa sangat dingin. Tan Ciu melayang turun. dia dapat melihat adanya
sebuah guha perlindungan. Langsung meluncur kearah itu.
Guha cukup untuk seorang, sangat gelap, tentunya
sangat dalam. Memeriksa sebentar, Tan Ciu mengayun kakinya
maksudnya memasuki guha tersebut.
Tiba-tiba, terdengar suara bentakan seseorang.
"Hei!" Tan Ciu menekan lajunya kaki, ia membatalkan diri.
Berdiri dimulut guha, menolehkan kepalanya.
Seorang pemuda berkerudung jubah kulit macan tutul
berdiri dihadapan jago kita.
Ditangan kanan pemuda berbaju macan itu memegang
senjata bercagak, itulah garpu untuk menghadapi binatang
buas. Ditangan kiri pemuda itu menantang dua ekor kelinci
liar. itulah hasil buruannya.
Dia seorang pemburu. Tan Ciu tertegun. Pemuda berpakaian bulu macan itu menegur lagi.
"Kau mau apa?" "Ahk tidak?" Tan Ciu masih bingung,
"Huh, bukankah kau hendak memasuki guha itu."
Bertanya lagi si pemuda berpakaian macan tutul.
"Oh, ya....." "Mengapa boleh sembarang memasuki tempat tinggal
orang?" "Tempal tinggal orang?"
"Tempat tinggalku." Geram si pemuda pemburu.
"Rumahmu"! Kau tinggal didalam guha itu."
"Mengapa" Tidak boleh?"
"Oh..... Aku salah bicara."
"Hei mengapa tidak meminta ijin dahulu?"
Tan Ciu menyengir. Bagaimana ia meminta izin" Sedangkan orang itu baru
saja datang. Mana diketahui, bahwa guha batu itu ada penghuninya"
Pertanyaan-pertanyaan si pemuda berbaju macan sering
menyimpang dan kebiasaan seorang yang berpikiran
normal. Mungkinkah sedang pemuda sinting. berhadapan dengan seorang Tidak mungkin. Orang itu masih pandai merawat diri. Masih bisa
bersuara. Masih dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang seperti masuk di akal.
"Hei, apa yang sedang kau pikirkan?" Bertanya lagi
pemuda berpakaian kulit macan.
"Oh . . ." Tan Ciu sadar dari lamunannya. "Sedang
kupikirkan, mengapa kau tinggal di dalam sebuah guha?"
"Mengapa tidak" Tinggal didalam guha lebih nyaman
dari membuat rumah." Berkata pemuda berpakaian kulit
macan itu. "Bolehkah aku memasuki guhamu?" Tan Ciu meminta
ijin. "Tidak boleh." Berkata pemuda itu.
Tan Ciu membelalakkan mata.
Niatan pertama. ia hendak menerjang masuk Dan
terpikir cepat, apa guna bersitegang dengan seorang pemuda
dungu" Guha gunung sangat banyak, ia dapat memilih guhaguha lainnya untuk bermalam,
Tan Ciu berjalan pergi, Pemuda itu berteriak. "Hei, kau hendak kemana?"
"Pergi." "Tidak jadi memasuki guhaku?"
"T i d a k!" "Ha. ha ... Kau marah" Baiklah. Aku mengijinkan kau
masuk." Ia tertawa. "Hawa udara sangat dingin aku
kasihan, kau akan mati kedinginan."
Tan Ciu menyengir lagi. Guha itu sangat dalam, cukup lebar dapat menampung
belasan orang. Memasuki kebagian dalam. Tan Ciu bebas
dari serangan hawa dingin.
Pemuda berpakaian kulit macan telah meletakkan senjata
perbuatannya, membuat sate panggang kelinci.
Selera Tan Ciu merangsang.
Pemuda itu duduk disamping api unggun, dia berkata.
"Duduklah lebih dekat lagi. Lihat keadaanmu, tentunya
kedinginan." Tan Ciu menggeser tempat duduk.
"Terima kasih. "Ia berkata.
Pemuda berkulit macan bukan seorang manusia pintar,
dia mempunyai hati yang cukup baik.
Memandang orang itu. Tan Ciu berkata. "Kau tidak
dingin?" "Dingin" Ha" Tanpa pakaian, aku kuat berbaring dihujan
salju sehingga sepuluh hari, lihatlah?" Pemuda itu


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membukabajukulitmacannya, memperlihatkan
keangkeran tubuhnya yang berotot.
Hitam langsat, kulit pemuda itu penuh dengan spieer.
Tentunya sangat kuat. Tan Ciu tertawa, timbul niatannya untuk menggoda
pemuda ini. ia berkata. "Badanmu memang luar biasa. didalam bentuk potongan
yang kuartikan. Kekuatannya, hm ... kukira belum tentu
kuat bertahan dari totokan jariku."
"Ha, ha, ha,.." Pemuda itu tertawa.
"Tidak percaya?"
"Berapa kuatkah jarimu itu" Gunakanlah golok dan
pedangmu aku tidak takut."
"Berani kau tertaruh?"
"Bertaruh" Apa. apa yang dipertaruhkan?"
"Bila kau kalah. Aku hendak bermalam ditempat ini."
"Bila kau yang kalah?" Bertanya pemuda itu.
"Katakanlah." Berkata Tan Ciu. "Apa yang kau mau"
Aku akan mengabulkan segala permintaanmu."
"Baik ... Apa yang kuhendaki. . ." Pemuda itu
menggelengkan kepalanya, memikir barang yang belum
dipunyai. Tiba-tiba ia berteriak. "Aha sudahkah kau beristeri?"
"Beristeri?" Tan Ciu terbelalak. "Mengapa mengajukan
pertanyaan ini. "Sangat penting sekali."
"Belum." Berkata Tan Ciu,
"Adakah kawan wanitamu yang terbaik?"
"Tentu saja ada."
"Aha. itulah. Bila kau tidak berhasil menotok aku jatuh,
aku menghendaki kawan wanitamu itu."
Tan Ciu tertegun. "Permintaan yang luar biasa." Ia berkata.
"Apa yang luar biasa?"
"Masakkan kawan wanita dijadikan barang taruhan?"
"Mengapa tidak boleh?"
"Alasanmu?" "Umurku telah dua puluh delapan tahun belum beristeri.
Tentu aku ingin beristeri. Aku menghendaki kawan
wanitamu." Hampir Tan Ciu tertawa. Dikala itu. daging bakar telah mengepul. Si pemuda
menarik pulang gagang tusukkan, Menyabetnya dua
potong, satu dijejal masuk mulut sendiri dan lainnya
diberikan kepada Tan Ciu.
"Makanlah." Ia berkata.
Tan Ciu menyambuti daging bakar, dengan tertawa, ia
berkata. "Kawan wanitaku disediakan uutuk isteriku. Bukan
untukmu." "Bila ada lebih, boleh membagi satu." Berkata pemuda
itu. Tan Ciu menggigit daging kelinci mendengar ucapan itu,
daging itu hampir tersembur keluar.
"Mana boleh." Ia berkata. "Kawan wanita harus dicari
sendiri, bukanlah barang yang boleh sembarang
dipersembahkan. Berusahalah mencari kawan wanita
lainnya." "Tidak mungkin, tempat tinggalku dipuncak gunung
salju. Tidak mungkin ada wanita berkunjung datang,
Bagaimana aku berkenalan dengan seorang wanita?"
"Kau belum pernah menjumpai wanita?"
"Belum. bagaimana keadaan bentuk wanita itu hingga
saat ini, aku belum tahu. Belum pernah aku melihat bentuk
ukuran wanita." "Ha. ha, ha ...." Giliran Tan Ciu yang tertawa.
"Bagaimana kau tahu, bahwa aku bukan wanita?" Ia
mengajukan pertanyaan! "Tentu saja bukan." Berkata pemuda itu. "Ayahku
berkata. Rambut seorang wanira sangat panjang, dadanya
melembung kedepan, perutnya mengecil rapet, pinggangnya
besar kebelakang dan lain-lainnya. Kau tidak mempunyai
ciri-ciri seperti tadi. Kau bukan wanita."
"Ha, ha, ha. . . Eh dimanakah ayahmu?" Tan Ciu
mengajukan pertanyaan. "Mati." "Oooo . . Baiklah. Bila aku tidak dapat mengalahkanmu.
Akan kucarikan seorang wanita untuk menjadi isterimu."
"Sungguh?" Pemuda itu sangat girang.
"Tentu. Aku tidak akan menipu."
"Baik. Berani kau menipu, akan kucekek batang
lehermu." Si pemuda membuat suatu gerakan mencekek
orang. "Boleh." Tan Ciu menerima perjanjian.
"Mari." Pemuda itu memasang dada. "Kau boleh
mencoba menjatuhkan aku."
Didalam hati Tan Ciu tertawa geli. Pemuda ini belum
tahu berapa lihaynya ilmu totokan. Hanya satu kali dorong,
pasti ia dapat menjatuhkannya.
"Sudah bersiap siaga ?" Ia bertanya.
"Sudah. mulailah." Tantang pemuda itu.
Tan Ciu menggerakan tangan, clep . . .. menotok jalan
darah Kie-bun-hiat. Haheeek. . . Tangan Tan Ciu dirasakan sakit, hampir patah.
Pemuda itu tidak bergeming dari tempat kedudukannya
yang semula. Tan Ciu kesima! Manusia besikah mempan totokan" yang dihadapi" Mengapa tidak Pemuda itu tertawa riang. "Aha, kau harus menyediakan
seorang isteri untukku !"
"Kau, kau, kau . .!"
Pemuda itu tertawa, "Aha, masih penasaran?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
Pemuda itu mengeluarkan sebilah pisau, diserahkan
kepada Tan Ciu. "Kuberi kesempatan satu kali lagi! Gunakanlah pisau ini!
Bila kau tidak berhasil, kau harus mengaku kalah, mau ?"
Tan Ciu telah berhadapan dengan keturunan keluarga
jago silat, dan kini dia maklum, pemuda itu telah menutup
semua hawanya, maka tidak mempan ilmu totokan.
Menyambuti pisau itu, Tan Ciu memberi peringatan.
"Kau harus berhati-hati."
Dengan cara apa, pemuda dapat menghindari tusukan
pisaunya" "Kuatkanlah tenagamu. aku tidak akan mati." Pemuda
dipuncak gunung Pek-soat-hong itu menantang.
"Awas!" Tan Ciu mengirim suatu tikaman, Trakkk!.. .
Pisau terpental balik. Nyali Tan Ciu dirasakan seperti hendak mencelat keluar.
Luar biasa! Mungkinkah ada ilmu kepandaian yang
semacam ini" Kepandaian yang tidak mempan senjata
tajam " Pemuda berbaju kulit macan itu membuka mulut,
"Bagaimana" Mengaku kalah?"
Tan Ciu mematung ditempat, seolah-olah telah menjadi
seorang manusia batu. Tentu saja ia tidak percaya akan
adanya ilmu kepandaian seperti apa yang telah disaksikan.
"Hei. . ." Pemuda itu berteriak lagi, "Mengapa tidak
bicara. "Kau menang." Berkata Tan Ciu.
Kemenangan pemuda itu diperas dari ilmu kekebalan,
badannya yang luar biasa. Suatu kemenangan yang gilang
gemilang. Tan Ciu menderita kesalahan, sangat mutlak.
Kepandaian pemuda ini menaklukkan semua jago rimba
persilatan dan menjadi seorang jago tanpa tandingan.
Dia berkata. "Kau kalah seorang istri."
"Kau hebat." Tan Ciu memuji.
"Wanita mana yang hendak kau serahkan kepadaku?"
"A a a a," Tan Ciu menghadapi suatu problem kesulitan.
Sebelum terjadi pertaruhan. Tan Ciu menduga pasti
bahwa ia akan memenangkan pertandingan itu.
Terbukti bahwa ia menderita kekalahan.
Siapa yang hendak diserahkan kepadanya sebagai isteri"
"Hei" Berteriak lagi pemuda itu. "Siapa yang hendak kau
serahkan kepadaku ?"
"Kau harus bersabar." Akhirnya Tan Ciu berkata. "Kau
segera tahu." "Kau yang membawa datang ketempat ini."
"Ng . ." "B a g u s." "Eh, bagaimanakah sebutan saudara yang mulia."
"Aku Ong Jie Hauw."
Mereka saling berkenalan.
Hari itu Tan Ciu bermalam didalam guha Ong Jie Hauw.
Menjelang hari yang kedua "
Hari yang jernih, tanpa hujan salju. Tanah yang masih
putih adalah bekas peninggalan salju dikemarin hari.
Tan Ciu meninggalkan guha Ong Jie Hauw dan menuju
kearah puncak. Dia tidak menunggu lama, terlihat bayangan merah yang
bergulung naik keatas, itulah bayangan orang yang
ditunggu. Sangat gesit sekali, cepat sekali, disana telah bertambah
seorang gadis berpakaian baju merah. Mereka saling
pandang. Gadis baju merah tertegun.
"Hei?" Ia menegur "Adakah melihat seorang wanita?"
"Tidak?" Berkata Tan Ciu.
"Kau menunggu siapa" Bertanya lagi gadis tersebut.
"Kau?" "Aku?" Gadis baju merah sangat heran. "Kau kenal
kepadaku?" "kau yang menantang ibuku?"
"Aaaa. . .Kau putra Giok Hu Yong?"
"Betul. kau Giok Hong?"
"Bukan. Aku muridnya! Surat tantangan dikeluarkan
oleh guruku." Berkata sigadis. "Mengapa ibumu tidak
datang?" "Mengapa gurumu tidak datang?" Balik debat sipemuda.
"Bagus! Berani Giok Hu Yong mengabaikan panggilan
guruku?" "Dewa manakah yang menjadi gurumu" Mengapa berani
mengadakan surat panggilan?"
Gadis. itu marah besar. "Kau mencari mati?" Ia membentak
"Kau yang mencari kematian!" Berkata Tan Ciu,
"Bagus! Biar aku yang membunuhmu!" kata gadis itu.
"Kau berani?" Tantang Tan Ciu.
"Mengapa tidak?"
"Kurang ajar." "Kau yang kurang ajar."
Perdebatan meningkat, pertarungan tidak dapat dielakan.
gadis itu menggoyangkan tangan memukul sipemuda.
Tan Ciu menangkis serangan tadi.
"Serangan bagus." Ia mengeluarkan pujian.
"Kau juga tidak lemah," Berkata gadis itu.
"Kini giliran kau yang menerima seranganku." Berkata
Tan Ciu. Betul-betul ia membalas dengan satu serangan
maut! Gadis berbaju merah bukan manusia biasa, ia berani
mewakili gurunya menantang Giok Hu Yong, tentu
berkepandaian tinggi! Serangan Tan Ciu dapat diegoskan
olehnya! Dari situ, ia mengirim tiga serangan lainnya,
sangat cepat sekali! Lawan berat! Tan Ciu mengerahkan semua kekuatannya, dan ia
berhasil mengimbangi kekuatan lawan!
Belasan jurus telah dilewatkan! Gerakan gadis itu gesit
sekali, Tan Ciu percaya, bila guru si gadis yang berkunjung
datang, dia bukan tandingannya.
Keterangansang berkepandaian tinggi. ibu telah terbukti, Bila guru gadis si baju merah yang datang, akh. . .
Tan ciu memberikan perlawanannya.
Suatu ketika, gadis baju merah membentak, tangan
kirinya melurcur kearah perut si pemuda.
musuh Tan Ciu mengeraskan tangan, membacok kebawah,
sangat keras sekali. Si gadis gesit, dikala serangan Tan Ciu datang, dia telah
menarik kembali. membatalkan maksud tujuannya yang
semula, jari-jarinya dikeraskan, menotok kearah jalan darah
Leng-lay. Tan Ciu berganti tempat, berbalik cepat. Dia sudah
berada dibelakang orang. Hut... mendorongkan kedua
tangannya. Gadis itu mengalami kegagalan. Lompat atau melarikan
diri, berarti kekalahan set! Dia juga berbalik, dengan kedua
tangan, memapaki datangnya pukulan.
Terdengar suara yang bergemuruh, tubuh gadis itu
terpental mundur. Dia kalah tenaga.
Kalah tenaga bukan berarti bukan kalah kepandaian,
dengan tipu-tipu silatnya yang luar biasa ia menerjang lagi.
pertempuran masih belum lagi selesai. Dua puluh jurus
berlalu . . . Tiga puluh jurus berlewat. Dan setelah empat puluh
jurus kemudian, perbedaan segera menonjol. Dengan
tenaga dalamnya yang lebih unggul. Tan Ciu memaksa
mengadakan benturan-benturan akibat dari benturanbenturan tadi, sigadis
terdesak. Tan Ciu berhasil membuat suatu posisi tegang lagi"


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedua telapak tangan didorong kedepan.
Gadis itu tidak mempunyai jalan mundur ia harus
mengadu kekuatan pula. T i b a2 . . . Satu bayangan meluncur naik, menyelak diantara kedua
orang ini. Dengan satu tangan satu ia menerima pukulan2
gadis berbaju merah dan Tan Ciu.
Pertarungan duel terhenti
Tan Ciu di Timur. Lawannya diarah Barat, Dia ditengah2 dua orang. berdiri si
pemuda berpakaian kulit macan, itulah Ong Jie Hauw.
Pusat perhatian terpikat oleh bentuk tubuh gadis baju
merah. dengan mulut melongo ia memandangnya terus
menerus. "Aha. Tentunya, kau seorang wanita asli." Ia berkata.
Itulah kata-kata dan perbuatan yang sangat kurang ajar.
Si gadis segera membentak. "Cih, tidak tahu malu."
Ong Jie Hauw tidak marah, Ia berpaling kearah Tan Ciu
dan menegur kawan itu. "Hei, mengapa tidak boleh menghina seorang wanita?"
Tan Ciu menyengir. "Aku. . ." Gadis berbaju merah sudah hampir menderita
kekalahan.DatangnyaOngJieHauw sangat
menguntungkan. Tiba-tiba hatinya tergerak, bila ia dapat menggunakan
orang ini, tentu lebih menguntungkan lagi. Segera ia
berteriak. "Dia orang jahat."
Ong Jie Hauw menoleh, dan dikala kepalanya dibalikan,
sepasang matanya telah menatap Tan Ciu.
"Mengapa ?" Ia bertanya.
"Wanita itulah yang jahat." Berkata Tan Ciu.
Ong Jie Hauw menggeleng-gelengkan kepala ia tidak
percaya. "Dia sangat cantik." Katanya. "Mengapa katakan jahat."
"Saudara Ong," berkata Tan Ciu. "Minggirlah."
Jie Hauw tertawa. Ia tidak mau menyingkir diri dari
persengketaan. "Saudara Ong?" Berkata lagi Tan Ciu, "Lekaslah kau
kembali kedalam guha! menunggu wanita yang kubawakan
kepadamu?" "Uh uh, . uh . , ," Ong Jie Hauw mengundurkan diri.
Gadis berbaju merah berteriak, "Jangan percaya"!"
Ong Jie Hauw berpaling. "Mengapa?" Ia mengajukan pertanyaan.
"Dia bohong." Berkata si gadis. "Dia tidak mempunyai
wanita. Akulah wanita. Kau bantu membunuh dia, aku
adalah istrimu." "Ah . . ." Ong Jie Hauw berteriak girang, "Kau bersedia
menjadi istriku?" "T e n t u." "Mari kita kembali." Ong Jie Hauw hendak menarik
tangan gadis itu. "Tunggu dulu, Kau harus membunuhnya." Berkata si
gadis, "Tidak akan kau biarkan orang lain menghina
istrimu, bukan?" "Tentu." "Bunuh dia." Si gadis memberi perintah.
"Aha, tentu .. . tentu . ." Ong Jie Hauw berhadaphadapan dengan Tan Ciu.
Tan Ciu mundur dua langkah. Bila Ong Jie Hauw ada
niatan membunuh dirinya. Tidak mungkin ia lolos dari
kematian. Ong Jie Hauw masih tertawa-tawa.
Tan Ciu mundur satu langkah lagi.
Ong Jie Hauw maju satu langkah, jarak mereka tetap
seperti semula. Tan Ciu menggeram. "Ong Jie Hauw, kau gila?"
"Gila" Aha . .." Ong Jie Hauw tertawa, "Aku belum
pernah mempunyai penyakit gila."
"Bagaimana kau membantu pihak musuh?" Bertanya
Tan Ciu lagi. "Dia isteriku. Tentu aku membela dirinya." Berkata Ong
Jie Hauw tertawa-tawa. Gadis baju merah juga berteriak. "Betul. Setelah
membunuh dirinya. aku adalah istrimu."
Tan Ciu berteriak. "Jangan percaya keterangannya. Dia
hendak menipu dirimu."
"Hendak menipu aku?" Ong Jie Hauw membatalkan
niatannya untuk membunuh Tan Ciu, dia berpaling dan
memandang gadis baju merah yang mengatakan hendak
menyerahkan diri jadi istrinya,
"Kau tidak menipu aku bukan?" Ia berkata.
"Mana mungkin. Bunuhlah dia cepat." Berkata gadis itu.
"Aku adalah istrimu."
"Sungguh" kepadaku." Jangan mencoba untuk membohong "Mana mungkin aku berbobong?"
"Baik." Ong Jie Hauw mengambil putusan.
Tan Ciu menggedek-gedek kepala. Apa yang dapat
dilakukan untuk menghadapi si dungu"
Tujuan si Dungu hendak memperistri orang kecuali itu,
apapun tidak dihiraukan olehnya.
Ong Jie Hauw mendatangi Tan Ciu.
Mengapa dunia melahirkan seorang dungu seperti Ong
Jie Hauw" Dikata ada orang yang bersedia menjadi istrinya,
apapun tidak mau diambil pulang. Membunuh orang pun
boleh. Tan Ciu berkepandaian tinggi. Tinggi untuk menghadapi
orang lain. Bertemu dengan Ong Jie Hauw yang tidak mempan
senjata, tentu saja Tan Ciu turun pangkat, kalah derajat.
Tan Ciu mundur lagi kebelakang. Ong Jie Hauw
mendesak kedepan. "Saudara Ong, mengapa kau percaya kepada
obrolannya?" Tan Ciu masih berusaha menghindari
kejadian. "Mengapa tidak boleh percaya ?"
"Setelah kau membunuh aku, dia segera melarikan diri."
"Melarikan diri?" Ong Jie Hauw berpaling kebelakang.
"Kau hendak melarikan diri?" Ia bertanya kepada gadis
baju merah itu. "Tidak." Berkata si gadis.
"Bila kau melarikan diri?"
"Kau . . . Kau dapat mengejar, bukan?"
"Aha..." Ong Jie Hauw mendesak Tan Ciu, untuk kesekian
kalinya. Tan Ciu menggeretek gigi!
"Saudara Ong," Ia berteriak.
membantunya sudah bulat?"
"Tekadmu untuk "Aha, dia ingin menjadi istriku" Mengapa tidak bulat?"
"Bagaimana dengan wanita yang kau minta dariku?"
"Satu istri pun cukup, persembahanmu tidak kuterima
lagi!" Tan Ciu membalikkan badan, maksudnya hendak
melarikan diri. Ong Jie Hauw lebih cepat, begitu melesat. tubuhnya
telah berada diudara, bagaikan seekor burung alap-alap
yang menerkam mangsanya, ia menukik turun.
Cengkeraman yang lihay. Tan Ciu menjatuhkan dirinya kesamping.
Ong Jie Hauw menerkam lagi. Untuk kedua kalinya, Tan
Ciu berhasil menyingkirkan dirinya.
Dua terkaman Ong Jie Hauw tidak membawa hasil. Sifat
liarnya si dungu terjangkit, ia menggeram, mengeluarkan
suara yang seperti binatang, lagi-lagi menubruk si pemuda.
Tan Ciu teringat akan ilmu Ie hun Tay-hoat, bila dia
dapat menggunakan ilmu itu untuk menundukan lawannya.
Tan Ciu juga mengeluarkan suara pekikan panjang.
Ong Jie Hauw terkejut, Matanya memandang korban itu.
Dua pasang mata hadap-berhadapan. Sinar mata saling
tumbuk. Menggunakan ilmu batinnya. Tan Ciu memancarkan
cahaya luar biasan tangannya diangkat tinggi2.
Ong Jie Hauw tidak mengerti. kejadian apa yang akan
menimpa dirinya. Gadis berbaju merah juga bingung.
Tiba-tiba , . . Ong Jie Hauw tertawa, Ia berkata, "Aha mengapa
mempelototkan mata seperti itu?"
Celaka! Tamatlah harapan Tan Ciu untuk mengalahkan
manusia dungu itu! Tenaga dalam Ong Jie Hauw masih
berada diatas Tan Ciu! Maka kekuatan yang dikatakan
kepadanya tidak membawa hasil!
Ong Jie Hauw mengayun tangan!
Phang!!! Tan Ciu tidak dapat menolak pukulan, mulutnya
menyemburkan darah, tubuhnya terpental!
Ong Jie Hauw mengirim pukulan yang kedua.
Tan Ciu menjadi nekad, dengan
menyongsong datangnya pukulan itu.
sekuat tenaga Gedubrak!, Tan Ciu jatuh terpelanting.
Gadis berbaju merah membarengi gerakan itu, beberapa
pukulan pula dilontarkan pada Tan Ciu!
Berguling-gulingan beberapa kali, Tan Ciu meloloskan
diri dari pukulan-pukulan maut!
Akibat dari beradunya kedua tenaga, Ong Jie Hauw juga
terdorong mundur! Kini ia maju kembali. Segera ia
berteriak. "Serahkan kepadaku."
Gadis berbaju merah mengundurkan diri.
Secepat kilat itu Tan Ciu melarikan diri.
Ong Jie Hauw tertegun! Gadis Derbaju merah tidak berani mengejar, ilmu
kepandaiannya masih dibawah tingkatan Tan Ciu!
Dia berteriak. "Lekas kejar!"
Ong Jie Hauw mengayun Kaki. mengejar Tan Ciu.
Gadis baju merah mengintil dibelakangnya.
Kecepatan Ong Jie Hauw juga luar biasa, ia berhasil
memperpendek jalan pengejaran.
Tan Ciu melarikan diri. kini dihadapannya tiada jalan
lagi. Lembah curam memutuskan perjalanan.
Ong Jie Hauw telah mengejar tiba.
"Tan Ciu, jangan benci kepadaku!" Berkata si dungu.
Ia memukul lagi, Tan Ciu menerjunkan diri kedalam jurang sangat dalam,
terdengar suara jeritan pemuda itu, berkumandang lama
sekali. Semakin lama semakin kecil akhirnya lenyap!
Ong Jie Hauw terpaku dipinggiran tebing jurang.
Gadis berbaju merah menengok kebawah hanya kabut
putih yang mengisi lembah itu,
Ong Jie Hauw bergumam. "Manusia tolol. mengapa
menerjunkan diri kedalam jurang" Bukankah mati konyol?"
Gadis baju merah tertawa riang.
Ong Jie Hauw meninggalkan tebing jurang menghampiri
gadis itu dan berkata. "Mari kita pulang."
"Pulang kemana?" Bertanya gadis itu.
"Tentu saja pulang ketempatku."
"Pulang ketempatmu?"
"Mengapa tidak" Kau harus tidur denganku."
Wajah sigadis menjadi merah,
"Tidak tahu malu." Ia berkata.
"Mengapa malu. Kau adalah istriku. Mengapa tidak
boleh tidur denganmu?"
Gadis itu hendak menggunakan tenaga Ong Jie Hauw
membunuh Tan Ciu. Perkembangan kejadian seperti itu
sungguh berada diluar dugaan.
Ong Jie Hauw berkepandaian tinggi, ciri lain adalah
otaknya yang sangat dungu. Tentu saja gadis itu tak mau
kawin dengannya. "Dimanakah tempat tinggalmu?" Ia bertanya.
"Didalam guha itu ?"
Lie Bwee, demikian nama gadis berbaju merah tertawa
manis. Dia harus membawakan sikapnya yang lunak, seolah2 tunduk pada si dungu.
Ong Jie Hauw kesima, dia menjadi lupa daratan dunia
pun dirasakan menjadi sorga. Dia tidak tahu. itu pun
termasuk salah satu tipu Lie Bwee.
"Hayo, kau berjalan didepan." Lie Bwee berkata.
"Tentu.... Tentu...." Berkata si dungu Ong Jie Hauw.
Seolah-olah terkena ilmu sihir. ia meninggalkan gadis
itu. turun gunung, hendah pulang kedalam guhanya.
Lie Bwee mesem-mesem ditempat, Sebentar lagi. setelah
si dungu sudah jauh, ia akan melarikan diri.
"Dasar dungu." Ia bergumam sendiri.
Ong Jie Hauw melangkah menghentikan langkah kakinya.
turun, tiba-tiba "Tidak mungkin," Ia bergumam. Cepat-cepat ia
membalikkan badan kebelakang, gadis baju merah Lie
Bwee tidak bergeming dari tempatnya yang semula. Ia
menghampiri lagi. "Ada apa?" Bertanya Lie Bwee. Ia sangat terkejut.
"Tidak mungkin." Berkata Ong Jie Hauw.
"Apa yang tidak mungkin."
"Mana mungkin aku berjalan lebih dulu."
"Maksudmu ?" "Kau berjalan dihadapanku." Ia berteriak.
"Mengapa?" Lenyaplah kesempatannya untuk melarikan
diri.

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Setelah aku pergi, kau dapat melarikan diri bukan?"
Berkata Ong Jie Hauw. Ternyata, diapun tidak dungu
sekali. "Melarikan diri. Mana berani!" Berkata Lie Bwee.
"Aha, tidak melarikan diri. Baik berjalanlah didepan."
"Kau saja yang didepan." Berkata Lie Bwee. "Aku tidak
bisa jalan didepan."
ia "Biar kugendong."
Wajah Lie Bwee berubah. Ong Jie Hauw mendekati
gadis itu. Lie Bwee kehabisan akal. tiba-tiba timbul rencana baru.
dengan tertawa ia berkata.
"Aku lelah. Gendonglah."
Ong Jie Hauw membelowekkan mulutnya, ia tertawa
girang. "Aha....." Ia berkata. "Ternyata, kau senang digendong
orang?" "Semua wanitapun senang
digendoog oleh kekasih sendiri."
digendong, apa lagi "Aha, aku gendong." Ong Jie Hauw mengulurkan tangan
mengangkat tubuh Lie Bwee.
Lie Bwee telah bersiap-siap, jalan darah yang mematikan
adalah jalan darah Beng-bun-hiat, begitu tubuh terangkat, ia
menotok jalan darah Ong Jie Hauw, tepat dibagian Bengbun-hiat.
Taakk!. . . . Bagaikan membentur tembok besi yang kuat totokan Lie
Bwee tidak membawa hasil, ujung jarinya patah.
Kejadian itu tidak mengganggu usaha Ong Jie Hauw. Ia
sudah menggendong tubuh orang yang menyatakan
bersedia diperisteri olehnya.
Lie Bwee meringis. tentu saja terkejut.
Manusia besikah yang sedang dihadapi" Mengapa tidak
mempan totokan" Dia berontak-rontak. maksudnya hendak
melepaskan dari kekangan si Dungu.
Ong Jie Hauw tertawa-tawa.
"Aei jangan banyak bergerak. Nanti kau jatuh kejurang."
Ia tidak menyangka bahwa gadis itu masih hendak berusaha
melepaskan diri. "Lepaskan aku. . . .Lepaskan aku!" Lie Bwee berteriakteriak.
Ong Jie Hauw tertegun. "Kau minta digendong. bukan?" Ia bertanya dengan
suara bingung, tidak mengerti.
"Tidak mau . .?"
"Jangan main-main." Berkata Ong Jie Hauw. "Aha, kita
sudah tiba." Ong Jie Hauw menggendong Lie Bwee memasuki
tempat tinggalnya guha lebar dilereng gunung Pek-soathong.
Lie Bwee menggunakan kedua lengannya, memukulmukul tubuh Ong Jie Hauw, bagaikan
memukul tembok besi tangannya sendiri yang babak belur.
Ong Jie Hauw mengoceh. "Aha, cerita ayah telah terbukti. seorang wanita adalah
mahkluk yang paling sulit diselami. Kau suka kepada lelaki,
semua wanita suka kepada pelukan lelaki, tapi bersikap
malu-malu kucing, memukul . ..berteriak-teriak ... aku . . .
Biar bagaimanapun kau akan menyerah.
"Lepaskan aku." Lie Bwee berteriak.
"Aha." Ong Jie Hauw menggendong Lie Bwee masuk kedalam
guhanya. Bagaimana Lie Bwee berdaya tidak mungkin melepaskan
diri. Meletakan Lie Bwee ditempat pembaringannya Ong Jie
Haaw berkata. "Inilah rumahku, seterusnya kau akan menetap ditempat
ini." "Tidak mau.. . ."
"Aha, mengapa kau tidak mau?"
"Aku tidak mau kawin denganmu."
Ong Jie Hauw tersenyum. "Kau .. Kau tidak mau kawin dengan aku?" Ia bertanya.
"Betul!" "Belum lama apakah yang telah kau katakan kepadaku?"
"Kukatakan kepadamu, aku hendak menggunakan
tenagamu untuk membunuh pemuda yang bernama Tan
Ciu." Ong Jie Hauw mempentang kedua matanya lebar2. tidak
percaya kepada kenyataan.
"Busuk sekali hatimu, he?"
"Kau baru tahu?"
Ong Jie Hauw menjadi marah, setiap orang yang
mengetahui bahwa dirinya ditipu mentah-mentah, tentu
sangat marah. Tangannya dikepal rapat-rapat.
Lie Bwee berkata, "Jangan harap kau mendapat tubuhku.
Bila kau berani, bunuhlah!"
"Kau tidak mau diperistri olehku?"
"Tidak mau." "Mana boleh?" "Bunuhlah aku," Lie Bwee berteriak.
"Aha . ." Ong Jie Hauw tertawa, "Aku tidak mau
membunuhmu. Aku hendak memperistrimu."
"Aku tidak mau . ."
"Harus mau," Ong Jie Hauw menerkam mangsanya.
Lie Bwee berusaha meloloskan diri. kemana pun dia lari,
Ong Jie Hauw telah melintang dihadapannya.
"Aha . ." Si dungu tertawa. "Ingin melarikan diri" . . ."
Kasihan seorang gadis yang tidak mempunyai kekuatan
telah menjadi korban keganasan si dungu.
Didalam guha itu. telah terjadi drama penghinaan yang
tidak dapat dielakkan. Diluar, hujan salju turun lagi.
Dunia memutih, salju menutupi semua kotaran manusia.
Pemandangan indah menutupi kejahatan masyarakat
yang menjijikan. Akhirnya salju pun berhenti.
Pergumulan diantara dua insan yang berada didalam
guha itupun sudah selesai.
Terdengar rintihan tangis Lie Bwee.
Ong Jie Hauw selesai melampiaskan hawa napsunya ia
telah mendapat kepuasan yang tidak terhingga.
Lie Bwee berpakaian, berjalan keluar, matanya telah
menjadi benggul. Ong Jie Hauw terkejut, dengan satu kali luncuran kaki,
ia berhasil menyusul gadis itu.
Menghadang didepannya kemana ?" seraya berkata. "Hendak "Pergi." Berkata lagi Lie Bwee singkat.
"Jangan pergi. Kau sudah menjadi istriku." Berkata si
dungu. Lie Bwee mendelikan mata.
"Minggir!" Ia membentak.
"Mengapa?" "Bila kau tidak mau minggir, aku segera membenturkan
kepala pada batu." Lie Bwee memberi ancaman.
"Mengapa tidak mau menjadi istriku?"
"Minggir tidak?"
kewibawaan! Mata Lie Bwee memancarkan Ong Jie Hauw menggeser kakinya, tanpa disadari
olehnya. Lie Bwee melesat keluar, meninggalkan guha yang telah
mencemarkan dirinya, Ong Jie Hauw tertegun didepan pintu guha.
Dia adalah seorang pemuda yang jujur. pemuda
berkepandaian tinggi yang belum kenal kepada keramaian
dunia, masyarakat ramai itu sangat asing baginya.
Dia bergumam. "Mengapa" Mengapa dia melarikan diri
lagi. . Mengapa tidak mau menjadi istriku."
Ong Jie Hauw masuk kedalam guhanya.
Tiba-tiba , . . Kupingnya yang tajam dapat menangkap satu suara,
itulah suara yang datang kearah guhanya.
Dia terpentak bingung, cepat lari keluar,
"Tentunya dia kembali lagi." Demikian si Dungu
menduga kepada Lie Bwee. Ong Jie Hauw telah berada dimulut guha. Disana
berjongkrok sebuah kursi ada rodanya, diatas kursi itu
duduk seorang berbaju kelabu, wajahnya tertutup oleh
kerudung kain, inilah orang yang pernah Tan Ciu jumpai
ditengah jalan. Ong Jie Hauw menjadi kecewa. Bukan orang yang
dikehendakinya. "Siapa kau ?" Ia membentak.
Orang itu mengajukan pertanyaan. "Numpang tanya,
adakah seoraag anak muda yang lewat sini?"
"Seorang anak muda?"
"Siapakah yang kau maksudkan ?"
"Kemarin hari, dia menuju kearah sini."
"Namanya" "Namanya" O. lupa aku menanyakan, namanya. Dia
mengenakanpakaianwarnaputihpinggangnya
menggerobol pedang. wajahnya tampan. gerakannya gesit
dan cekatan umurnya diantara dua puluh limaan tahun."
"Akh ... Tan Ciu yang kau maksudkan?"
"Akh" Tan Ciu?" Orang cacad yang duduk diatas kursi
roda terkejut. wajahnya berubah.
"Anak muda itu bernama Tau Ciu?" Ia bertanya.
"Betul. Dia mengaku bernama Tan Ciu?" Berkata Dungu
Ong Jie Hauw, "Aaaa..." Orang berkerudung yang cacad itu
mengeluarkan keluhan suara yang menunjukkan getaran
jiwanya. "Dimanakah dia berada?" Cepat ia bertanya.
"Sudah mati," berkata Ong Jie Hauw singkat.
Orang itu mumbul dari tempat duduknya sangat kaget
sekali begitu pantatnya mengenai kursi setelah turun
kembali ia menggerakkan kursi roda itu berjalan dan sudah
berada didepan si Dungu. "Sudah mati?" Ia membentak.
"Betul." Berkata Ong Jie Hauw.
"Mengapa mati?"
"Kudorong dirinya, dia jatuh kedalam jurang dan setelah
itu, tentu saja mati."
"Lekas katakan dimana jurang itu?" Orang cacad yang
menutup wajahnya dengan kerudung kain itu membentak.
"Disana." Ong Jie Hauw menunjuk kearah tebing.
Orang itu memegang roda kursi ... srett ...badan dan
tempat duduknya meluncur cepat, menuju kearah yang si
dungu tunjuk" "Bila aku tidak berhasil menemukan jejaknya, aku akan
kembali lagi, membikin perhitungan denganmu." Suara
ancaman ini diucapkan sebelum ia bergerak" Saking
cepatnya ia gerakkan orang cacad itu maka terdengar
setelah bayangannya hampir lenyap.
Perbuatannya yang mendorong Tan Ciu sehingga jatuh
kedalam jurang disebabkan oleh ojokan Lie Bwee atas dasar
janji bersedia diperistri, bukti telah menyadarkan dirinya
dari impian. Lie Bwee menggunakan tangannya membunuh
Tan Ciu. Ong Jie Hauw kembali kedalam guhanya.
Untuk pertama kalinya dia membunuh orang.
Disaat itu malampun datang.
sek, sek. sek, sek, Itulah derap langkah orang.
Ong Jie Hauw lompat bangun ia meninggalkan
lamunannya. Bayangan seseorang memasuki guha.
Ong Jie Hauw membentak! "Siapa?"
"Aku." Berkata orang itu.
Disana telah terpaksa bayangannya seseorang, itulah
bayangan orang yang belum lama dijatuhkan Kedasar
jurang. "Aaaaa .,!" Ong Jie Hauw berteriak, "Setan!"
Ong Jie Hauw membalikan badan dia melarikan diri.
Bayangan itu membuntuti dibelakang si Dungu.
Akhirnya Ong Jie Hauw tiba diujung batu tiada jalan lagi.
"Ong Jie Hauw." Memanggil bayangan itu.
"Jangan mengganggu aku!" Berteriak Ong Jie Hauw.
"Bukan aku yang mau membunubmu."
"Ong Jie Hauw aku minta ganti jiwa." Berkata si
bayangan. "Jangan, oh dewa, tolonglah aku."
"Ha, ha, apakah kesalahanku. Mengapa kau memukul
aku kedasar jurang." Itulah suara Tan Ciu.
"Saudara Tan Ciu, jangan kau mengganggu aku. Akan
kudewa-dewakan arwahmu, aku kupuja seumur hidupku."
"Aku tidak mau menjadi dewa."
"Baik. Baik. Menjadi sahabat baikku?"
"Karena seorang wanita, kau membunuh kawan sendiri."
"Betul . . . Betul . . . Aku harus dihukum. . .hukum apa
pua boleh . . Tapi, janganlah dibawa kedunia akherat,"
"Kau mengaku salah?"
"Betul . ..betul . . . Janganlah kau menyiksa aku didunia
akhirat." "Baik. Bersediakah mendengar perintahku?"
"Tentu .. Tentu . . Seumur hidup, aku mendengar segala
perintahmu." "Bersumpahlah,"
"Baik. . . Baik . .. Aku Ong Jie Hauw bersumpah, untuk
seumur hidupku. aku akan mendengar perintah Saudara
Tan Ciu." "Bagus."

Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lekaslah kau Pergi, jangan mengganggu aku lagi."
"Aku tidak pergi?"
"Aaa, tidak mau pergi" Apa maksudmu?"
"Aku hendak mengawanimu."
"Aaaa ! Kau hendak mengawani aku" Mengawani
seorang manusia?" "Tentu!" "Aaaii. . .Aku akan hidup dengan seorang setan?"
"Aku bukan setan."
"Kau "!. . .Kau Tan Ciu?"
"Betul. Aku Tan Ciu."
"Kau , . . kau . . . Kau sudah mati."
"Belum! Aku Tan Ciu asli."
"Bobong! Kau sudah mati."
"Percayalah, aku belum mati."
"Bohong !" "Betul. Panggilah!"
Ong Jie Hauw ragu2, dengan tangan gemetar, ia
mendekati pemuda itu! "Peganglah!" Berkata Tan Ciu.
Ong Jie Hauw memegang tangan Tan Ciu, kini ia
percaya, bahwa bayangan yang dihadapi adalah manusia
juga. "Syukurlah!" Dia menarik napas lega, "syukur. Kau
masih hidup." Tan Ciu tertawa. "Kau mengharapkan kematianku bukan?" Ia berkata.
"Tidak . . Tidak. . .Tidak. . .aku menyesal telah
membunuh seorang sahabat baik yang sepertimu.
Dua sahabat baik rujuk kembali!
= o OdwO o = Jilid 19 TAN CIU memandang kearah keliling isi guha,
"Dimanakah nona baju merah tadi?" Ia bertanya,
"Sudah pergi." Berkata Ong Jie Hauw.
"Sudah kukatakan, dia hendak menggunakan dirimu,
kau tidak percaya, Hanya mendengar sepaitah dua patah
kata ucapan seorang wanita kau bersedia membunuh orang.
Dikemudian hari entah berapa banyak orang-orang yang
akan kau bunuh bila menjumpai wanita-wanita yang
sebangsanya." Ong Jie Hauw berkata. "Selanjutnya, aku tidak percaya
kepada ucapan wanita."
"Mulai saat ini. kau harus mendengar segala perintahku."
"Aha. . .tentu saja."
Tan Ciu berhasil menarik kembali kawan itu.
Mereka berjalan bersama-sama, tiba diruang tidur Tan
Ciu mendudukan diri ditempat pembaringan.
"Aaaa. . ." Pemuda itu lompat bangun. "Mengapa ada
benda ini?" Ong Jie Hauw terguguk-guguk.
"Gadis tadi. . . Gadis tadi yang . . ."
"Aku tidak mengerti!"
"Kau tolol, setelah kutangkap dirinya, terus kubawa
ketempat tidur." Si Dungu mengatakan Tan Ciu tolol!
"Aaaaaa," Tan Ciu terkejut.
"M e n g a p a ?"
"Kau telah bersetubuh dengannya?"
"Dia adalah istriku, mengapa tidak boleh?"
"Kau terlalu jujur. Belum tahu keadaan dunia luar."
"M e n g a p a ?"
"Kau suka kepadanya, tapi dia tidak suka kepadamu.
Kalian tidak dapat mengikat hubungan suami istri."
"Aku akan turun gunung mencarinya!"
"Setelah berhasil."
"Kutarik pulang."
"Agar dia menyuruh kau membunuhku lagi?"
"Oh. . .Tidak. . .Tidak. . .Aku tidak akan membunuhmu
lagi." Berkata Ong Jie Hauw.
"Baik. Aku akan membantunya."
"Segera kita turun gunung?"
"Ng, yang penting kau harus mengganti pakaian."
berkata Tan Ciu. Pakaian Ong Jie Hauw adalah pakaian orang hutan,
terbuat dari kulit macan, wajahnya pun tidak terurus, tentu
saja Lie Bwee tidak tertarik kepadanya.
Ong Jie Hauw berteriak girang.
"Aha ..." "Pagi-pagi kita akan berangkat." Berkata Tan Ciu.
"Oh, aku lupa memberi tahu." tiba-tiba Ong Jie Hauw
berkata lagi. "Apa yang telah kau lupakan?"
"Seseorang yang menggunakan tutup kerudung muka
mencarimu. "Dia ?" "Kau kenal dengannya?"
"Seorang cacat yang duduk dikursi roda?"
"Betul." "Dimanakah orang itu?" Bertanya Tan Ciu.
"Sudah pergi." Orang cacad yang duduk dikursi roda hendak mencari
Han Thian Chiu, apakah maksud tujaannya" Tan Ciu ingin
tahu. Ong Jie Hauw berkata lagi.
"Orang itu marah. dikatakan olehnya. Bila ia tidak
berhasil menemukanmu, dia hendak membikin perhitungan
denganku. "Ouw. . ." Mereka bermalam diguha itu.
Pada hari berikutnya ....
Tan Ciu mengajak Ong Jie Hauw turun gunung, mereka
meninggalkan puncak Pek-Soat-hong!
Pertama-tama, Tan Ciu mengajak sang kawan untuk
membikin pakaian. Ong Jie Hauw meninggalkan
pakaiannya yang terbuat dan kulit macan.
Tujuan dari kedua orang itu adalah mencari si gadis
berbaju merah Lie Bwee. Tentu saja, Tan Ciu dan Ong Jie Hauw tidak tahu siapa
nama dari gadis berbaju merah itu.
Lie Bwee tidak memperkenalkan dirinya. Tentu saja
kedua pemuda itu tidak dapat mengetahui namanya.
Suatu hal yang menyulitkan Tan Ciu dan Ong Jie Hauw
kemana mereka harus menemukan gadis baju merah itu.
Gadis baju merah adalah murid Giok Hong orang yang
menjadi musuh besar Giok Hu Yong. Bila Tan Ciu
menanyakan kepada sang ibu, tentu dapat mengetahui.
Giok Hu Yong dapat mengetahui tempat tinggal Giok
Hong" Belum tentu. Teringat kepada ibunya, Tan Ciu menjadi
sangat khawatir. Gadis baju merah telah kembali. tentunya mengadu
kepada gurunya, bahwa Percipta Drama Pohon
Penggantungan Giok Hu Yong tidak hadir duel maut
dipuncak Pek-soat-hong. Besar kemungkinan bahwa Giok
Hong mengajak murid-muridnya menyerang sumur tua
lembah Penggantungan. Keadaan sang ibu sangat berbahaya.
Seorang lainpun berada didalamm keadaan bahaya.
ituTlah Cang Ceng Ceng. Adanya gadis itu didalam sarang
perkumpulan Kim ie-kauw. tentunja membahayakan
kesehatannya. Kecuali Cang Ceng Ceng masih ada seorang lain yang
tiada kabar berita, Itulah si Ular Golis Siauw Tin. Besar
kemungkinan. Siauw Tin jatuh kedalam tangan orang-orang
Kim-ie-Kauw. Kemana dia harus pergi"
Kembali kelembah penggantungan" Atau kemarkas besar
Kim-ie kauw dilembah Ngo-liong"
Tan Ciu sangat bingung! Dua tugas sangat mendesak sekali. Kecuali dua unsur
tadi yang membingungkan kepentingan Ong Jie Hauw.
kemana perginya si gadis baju merah" Siapakah nama gadis
itu" Menyaksikan sang kawan yang melakukan perjalanan
dengan acuh tak acuh, Ong Jie Hauw berkata,
"Aku sedang memikirkan jalan yang harus kita tempuh."
"Mengapa?" Tan Ciu menepuk kepala. ia mendapat jalan untuk
mengatasi kesulitan. Ia berkata "Maukah kau menolong?"
"Kita sudah menjadi kawan, bukan?" Berkata si jago
dungu. "Diantara sesama kawan sudah menjadi kewajiban
untuk saling tolong."
"Bagus. Aku hendak minta pertolongamu."
"Aha, mengapa kau tidak mengatakan?"
"Kita berpisah, aku menuju kegunung Ngo-liong hendak
menolong. ..." "Aku?" "Kau membantu kakakku, menjaga ibuku."
"Dimanakah kakakmu itu?"
"Disatu sumur tua yang terletak dibelakang kelenteng
didekat rimba Penggantungan."
"Aha, didalam sumur tua?" Ong Jie Hauw terkejut.
"Ng. . . Kau masuk kedalam sumur itu, mereka akan
menyambutmu. Itulah sumur tua."
Tan Ciu membuat suatu menjumpai rombongan ibunya.
gambar tempat untuk Membawa gambar peta itu, Ong Jie Hauw menuju
kearah sumur Penggantungan.
Tan Ciu menuju kearah lembah Ngo-liong digunung
Ngo-liong-san. Mereka berpisahan. Mengambil dua jalan yang tidak
sama. melakukan tugas masing-masing.
Cerita bercabang dua, mari kita mengikuti perjalanan
Tan Ciu. Dia menuju Kearah lembah Ngo-liong, Perjalanan yang
tidak asing bagi Tan Ciu.
Itulah kepergiannya yang kedua kali. Tiba dilembah
Ngo-liong, ia tidak segera menampilkan diri, dia
bersembunyi memeriksa keadaan tempat itu.
Melewati pos-pos penjagaan para angguta Kim-ie-kauw.
Tan Ciu behasil menyelundup masuk kedalam markas besar
perkumpulan itu. Deretan bangunan rumah telah berada didepannya, tidak
sedikit dari peronda-peronda yang mengadakan penjagaan.
Keamanan dimarkas besar Kim ie kauw dijaga sangat
ketat. Tan Ciu maju merayap, Tiba-tiba terdengar suara
bentakan. "Siapa!" Datangnya suara dari salah satu pohon, hal itu
mengejutkan Tan Ciu. "Hei!" Bentak lagi orang itu. "Sebutkan namamu."
Tan Ciu mengirim satu bacokan tangan...
"Hei!"orangitujatuh keluar dari tempat
persembunyiannya, dia menyembunyikan diri didalam
sebuah pohon. Hampir Tan Ciu diketahui olehnya,
Penjagaan bukan saja dilakukan oleh mereka yang
berdinas penjaga gelap pun memperkuat keamanan di
daerah itu. Menyembunyikan diri didalam pohon sungguh sangat
luar biasa. Mungkinkah dia dapat menembus penjagaan gelap itu"
Tan Ciu berpikir lama. Tiba2 ia lompat girang, cepat2 membuka pakaian kuning
orang itu, dia telah mendapat akal, dengan menyamar
menjadi salah seorang anggota Kim-ie-kauw tentunya
mudah masuk kesarang mereka.
Tan Ciu berpakaian. berdandan sebagai seorang anak
buah Kim-ie kauw. Setelah mengembalikan tubuh orang itu ketempatnya
yang semula. Tan Ciu berjalan masuk.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan. "Yu Hong ada apa?"
Tan Ciu terkejut, Dari sebuah undukan tanah. muncul beberapa kepala
orang, Pertanyaan keluar dari mulut salah seorang darinya.
"Aman." Berkata Tan Ciu membawa logat orang yang
bernama Yu Hong. Seperti apa yang kita ketahui, Yu Hong telah mati
dibawah tangan si pemuda.
"Kita harus ber-hati2, malam ini akan mendapat
kunjungan orang." "Ng. . ." Tan Ciu melanjutkan perjalanannya.
Pikirannya bekerja. siapakah orang
berkunjung kemarkas Kim-ie-kauw"
yang hendak Apakah maksud tujuannya"
Dia sudah berada didepan sebuah bangunan kuning,
lebih besar dari bangunan-bangunan disekitarnya.
Lagi-lagi Tan Ciu mendapat teguran. "S i a p a ?"
"Yu Hong." Dengan tenang. Tan Ciu memberi jawaban.
"Apa yang kau kerjakan?"
Wah! Tan Ciu mendapat ujian berat. Baagaimana ia
harus mengatasi kesulitannya"
Disaat yang tegang itu, tiba-tiba berlari datang tiga orang
berbaju kuning. Orang yang hendak memeriksa Tan Ciu membentak lagi.
"Ada apa "!"
"Mereka sudah tiba dimulut lembah." Tiga orang yang
baru datang memberi laporan.
"A a a a a . . ! Lekas bikin persiapan."
Keadaan menjadi agak kalut masing2 menjalan tugas
yang telah ditentukan. Menggunakan kesempatan itu. Tan Ciu meninggalkan
mereka. Dia lari kesamping, menyembunyikan diri dibalik
pohon. Banyak orang berbaju kuning berlari-larian diantaranya,


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terlihat Kim Sam Nio, mengajak beberapa orang, dia
meninggalkan bangunan itu.
Tan Ciu melanjutkan penyelidikannya, ia harus mencari
letak kamar tahanan. Suatu ketika, Tao Ciu lompat masuk ke lorong panjang.
Tiba-tiba ada orang yang membentak. "Siapa?"
Tan Ciu tidak menjawab pertanyaan itu. Ia menyelipkan
dirinya kedalam lorong. Disitu ada pintu, dia mendorong
pintu itu, ia masuk kedalam kamar.
Didalam kamar tertidur seorang gadis.
Dikala Tan Ciu memasuki kamarnya, gadis itu terkejut,
ia membelalakan matanya. Diluar terdengar suara orang2 yang mengejar.
"Dimana?" "Disinikah dia?"
"Bagaimana bayangan orang itu?"
"Laki2 atau wanita?"
Teriakan2 itu menuju kearah kamar. Tan Ciu
menemukan jalan buntu, tidak ada tempat persembunyian
baginya. Tiba-tiba ia mendapat akal. Dia lompat ketempat tidur
gadis itu, membuka kain selimut mengeram dibawah kain
penutup hawa dingin itu. Dengan suara penuh ancaman, ia bergeram. "Berani kau
mengatakan aku bersembunyi ditempat ini, segera kubunuh
kau lebih dahulu." Pedangnya telah ia sodorkan kearah sigadis.
Pintu kamar dibuka orang, beberapa orang berbaju
kuning memasuki ruangan itu. Mereka dibawah
pimpinannya seorang tua. Gadis berselimut itu bicara.
"Sam siok, ada urusan apa?" Ia memanggil Sam siok
yang berarti paman ketiga.
Orang tua baju kuning yang dipanggil sam-siok
memeriksa seluruh ruangan, ia tidak menemukan sesuatu,
Ia bertanya, "Kim Cui, ada orang yang memberi laporan bahwa
sesosok bayangan telah memasuki kamarmu."
Tan Ciu yang bersembunyi didalam
mengerahkan ancamannya pedangnya.
selimut, Kim Cui, demikian nama gadis itu berkata, "Aku tidak
melihat." Orang tua berbaju kuning mengkerutkan keningnya.
Ia tidak percaya. Kim Cui berkata. "Mungkinkah salah lihat?"
"Salah lihat?" Orang tua semakin curiga.
Kim Cui berkata lagi. "Mungkin bayangan kucing yang
dilihat olehnya. "Bayangan kucing?"
"Nah, itu dia kucingnya," Kim Cui menunjuk kearah
sudut kamarnya. Disana terlihat seekor kucing putih, berbulu panjang, dia
memandang kearah orang2 itu.
Kim Ie Lo-jin demikian nama paman Kim Ciu yang
ketiga itu ragu-ragu, memeriksa lagi keadaan didalam
kamar itu. Akhirnya ia menerima kenyataan.
Kim Ciu berkata. "Sam-siok, masih ada urusan lain?"
Itulah suatu permintaan agar mereka meninggalkan
kamarnya. Kim ie Lo-jin mengajak semua orang meninggalkan
kamar Kim Ciu. Tan Ciu menyingkap selimut, kepalanya nongol keluar,
mulutnya terbentang hendak bicara. Cepat-cepat Kim Ciu
mengulapkan tangan, suatu tanda agar pemuda itu tidak
membuka mulut. Tan Ciu belum mengerti akan maksud tujuan gadis itu.
Lama sekali mereka saling pandang.
Tan Ciu memasang kuping panjang. Sesuatu dengan
napas masih berada diluar pintu, ternyata orang tua berbaju
kuning. Kim-ie Lojin belum percaya kepada keterangan
yang diberikan oleh kemenakannya, ia memasang kuping
juga. Tidak lama suatu derap langkah yang sangat perlahan
meninggalkan kamar itu. Dia adalah Kim ie Lo-jin yang berjalan pergi. Tidak ada
suara didalam kamar kemenakannya, maka orang yang
hendak dicari bukan dikamar itu.
Tan Ciu mengeluarkan nanas lega. Nasib masih baik, ia
tidak dipergoki oleh orang tua baju kuning itu. Dengan rasa
terima kasih ia memandang gadis yang bernama Kim Cui
itu. Kim Cui menganggukkan kepala, ia berkata. "Mereka
telah pergi." Tan Ciu membelalakan mata, dikala bahaya mengancam
ia kurang menaruh perhatian. Kini bahaya telah lewat,
meneliti keadaan gadis ini hatinya tercekat, agaknya gadis
tersebut berada dalam keadaan telanjang.
Sangatlah masuk diakal. mengapa Kim ie-lo-jin tidak
membuka selimutnya kemenakan itu, ternyata Kim Cui
berada didalam keadaan sakit, tentu saja harus berselimut.
Kim Cui memandang pemuda itu. letak mereka terlalu
dekat, mereka berhadapan muka, napas masing-masing
terdengar jelas. Debaran jantung Tan Ciu memukul keras.
Kim Cui membuka mulut. "Hei, hendak berkeram terus menerus didalam selimut?"
Tan Ciu merayap keluar. Keadaannya sangat tidak
bersemangat. ia hendak pergi.
Kim Cui berteriak. "Hei, seperti inikah perlakuanmu?"
Tan Ciu terkejut, sadar dari lamunannya, menunjuk
hormat dan berkata. "Atas bantuan nona, aku
mengucapkan banyak terima kasih "
"Hanya mengucapkan terima kasih."
"Maksud nona . . ."
"Aku telah menolongmu, tahu?" Bertanya si gadis.
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Mengapa?" Berkata Tan Ciu.
"Aku mengharapkan bantuanmu."
"Bantuan ?" "Ng... aku menderita luar biasa."
"Aku tidak mengerti," berkata Tan Ciu,
"Kuceritakan kepadamu. suatu hari. dikala aku melatih
ilmu pedang, seekor ular yang jahat memagut, terlalu cepat,
ular itu berkepala segi tjga, sangat berbisa. aneka macam
pengobatan telah kulakukan tanpa hasil sama sekali."
Tan Ciu mendengar cerita Kim Cui dengan penuh
perhatian. Kim Cui meneruskan ceritanya. "Ayahku Kim ie Mo-jin
. ." "Aaa. . .!" Tan Ciu berteriak, ternyata ia sedang
berhadapan dengan putri ketua perkumpulan Kim ie-kauw.
"Mengapa ?" Kim Ciu terkejut.
"Kau anak Kim-ie Mo-jin?" bertanya Tan Ciu.
"M e n g a p a ?"
"Putri ketua perkumpulan Kim-ie kaaw."
"Betul." Kim Cui menganggukan kepala.
"Ayahmu kawanku ..." jahat, dia menyuruh orang
menangkap "Menangkap kawammu?" Bertanya Kim Cui. "Siapakah
nana kawanmu itu?" "Cang Ceng Ceng."
"A a a a a ... Kau Tan Ciu?"
"Betul." "Murid su-siok." Bertanya lagi Kim Cui.
"Siapa yang kau artikan dengan su-siok?"
"Dia adalah putri Angin Tornado Kim Hong Hong!"
"Aaaa ...!" Tan Ciu berteriak, "Suhu juga disini?"
"Dia ditawan oleh ayahku." Kim Ciu memberi
keterangan. "Kecuali mereka masih ada seorang gadis yang
bernama siauw Tin." "Aaaa .. Siauw Tin juga ditawan kalian?"
"Ng... Kau hendak menolong mereka?"
"Aku harus menolong mereka." Berkata Tan Ciu.
"Tidak mungkin." Berkata Kim Cui.
"Mengapa tidak mungkin?" Bertanya Tan Ciu.
Kim Cui memberi keterangan.
"Mereka ditawan didalam tekanan batu, tidak seorang
pun tahu dimana letak tahanan batu itu, kecuali keluarga
kami dan beberapa orang yang dipercaya! Penjagaan sangat
keras." "Kau tahu?" Kim Cui menganggukan kepala.
"Mau memberi tahu dimana letak tempat tahanan batu
itu." Tan Ciu memohon,
"Aku akan membantu." Berkata Kim Cui.
"Membantu?" Tan Ciu tidak percaya.
"Betul, kau membantu menyembuhkan penyakitku dan
aku membantu kau menolong mereka."
"Menyembuhkan penyakitmu?" Beetanya Tan Ciu.
"Ng. . .Sudah kukatakan, ayahku tidak berdaya, racun
ular itu sangat maha bisa. Dengan aneka macam obat,
mereka mempertahankan jiwaku, tapi tidak dapat
menolong mengeluarkan bisa racun."
"Bagaimana aku dapat menolongmu?" Bertanya Tan
Ciu. "Sedangkan ayahmu sekalian tidak sanggup
menyembuhkannya?" "Siauw Tin berkata kepadaku, bahwa kau mempunyai
sebuah bola mutiara Jit goat cu."
"Jit-goat-cu?" Tan Ciu teringat kepada pemberiannya
Thio Ai Kie. Kim Cui menganggukkan kepala.
"Betul." Berkata gadis itu.
Tan Ciu mengeluarkan mutiara Jit goat-cu. Dia percaya,
Jit-goat cu dapat menyembuhkan luka Kim Cui, mengingat
khasiat itu yang sangat luar biasa.
Ia menyerahkan mutiara Jit-goat-cu kepada Kim Cui. Si
gadis menyengir. "Tolonglah." Ia berkata. Tidak menyambut mutiara itu,
"Tapi.. . Tapi . . ." Mengingat keadaan si gadis yang
tanpa pakaian, bagaimana membantunya.
Kim Cui mengeluarkan suara dari hidung. "Mengapa
menggunakan kata-kata tapi?" Berkata Kim Cui.
"Diantara kita. . . ."
"Diantara kita telah terjadi benturan tubuh bukan?"
Berkata Kim Cui. "Menolong dirimu aku rela. Sebaiknya.
demi kepentinganmu, mungkinkah kau tidak mau?"
Dengan tangan yang gemetaran, Tan Ciu menyingkap
selimut sigadis. Tan Ciu menggeser kain selimut, Kim Cui memeramkan
mata. Apa boleh buat, demi menolong gadis itu dari
kesengsaraan badan. Tau Ciu menempelkan mutiara Jitgoat-cu ditempat lukanya.
Luka dipagut ular tepat dibagian paha besar Kim Cui.
Takdir mengatur jalan cerita seperti ini, apa mau dikata"
Luka dipagut ular masih membengkak, karena itulah
Kim Cui tidak dapat berpakaian, luka menjalar sehingga
kaki dan perut. Dikala bola Jit goat-cu ditempelkan ditempat luka, darah
hitam mengalir keluar. Kim Ciu mengerutkan alisnya, ia
menahan sakit. "Sakit?" Bertanya Tan Ciu.
Gadis itu hanya memberi anggukkan kepala. Tidak
bicara. Bisa jahat telah disedot keluar. mengalirnya bertentangan
dengan arus darah, tentu saja sangat sakit.
Tidak lama kemudian. Bengkak tubuh pada gadis itu
telah mereda, mereda dan akhirnya lenyap sama sekali.
Tempat luka yang memerah mulai kempis.
Akhirnya Tan Ciu berhasil menyembuhkan luka gadis
itu. Dia menarik mutiara Jit-goat-cu.
"Sudah." Berkata Tan Ciu.
Keringat telah membasahi sekujur tubuh gadis itu,
walaupun demikian, wajahnya bercahaya terang.
"Ada obat pengering untuk luka?" Berkata Tan Ciu telah
menyimpan mutian Jit-goat-cu.
"Ada" Dari dalam bantal. Kim Ciu mengeluarkan bubuk
putih. Obat khusus untuk mengeringkan luka.
Tan Ciu menyambut serbuk putih itu, ditaburnya diatas
mulut luka. Dibungkusnya dengan kain.
Kim Cui menyelimuti dirinya.
"Terima kasih." Ia berkata perlahan.
"Sama-sama." Butiran air mata mengalir dikedua kelopak Kim Ciu.
Tan Ciu terkejut. "Mengapa." Ia bertanya.
"Kau hendak pergi?" Bertanya si gadis.
"Ng...." "Meninggalkan aku?"
"Aku. . .aku. . ." Tan Ciu menjadi gugup sekali.
"Katakanlah terus terang,
kepadaku?" Bertanya Kim Ciu.
bagaimana kesanmu "Tidak buruk." "Kau telah menyaksikan seluruh bagian dari tubuhku"
Berkata Kim Ciu, ia menundukkan kepala.
"Demi kepentingan . . . "
"Dikala kau memasuki selimutku?" Kim Cui berkata
dingin. "Kita orang . . ."
"Betul. Bagaimana hidup kita dikemudian hari ?"
"Aku . . ." "Tan Ciu, tidak sukakah kepadaku?"
"Kedudukan kita sangat berlawanan." Berkata Tan Ciu.
"Karena ayahku ?"
"Ng . .!" "Kuharapkan saja, kalian dapat rujuk kembali."
Tan Ciu telah menyembuhkan penyakit Kim Cui!


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan Kim Cui mengajak pemuda itu kebagian kamar
tahanan batu. Disuatu tempat yang sangat tersembunyi ditempat yang
banyak rahasianya. Tan Ciu berhasil memasuki kamarkamar tahanan diruang batu!
"Dimana suhu?" Bertanya Tan Ciu.
"Dikamar itu." Berkata Kim Cui!
Seorang nenek membelakangi mereka. mendengar derap
kaki, ia menoleh itulah Putri Angin Tornado Kim Hong
Hong. Tan Ciu memegang jeruji besi dan berteriak,
"Suhu!" Kejadian yang berada diluar dugaan Kim Hong Hong.
"Kau?" Ia menunjukkan ketidak percayaannya kenyataan
itu jauh sekali. "Suhu. Tan Ciu akan menolong dirimu."
"Aku bersyukur." Berkata Kim Hong Hong,
Kim Ciu telah membuka pintu kamar tahanan, setelah
itu, ia pergi membuka kamar tahanan Cang Ceng Ceng dan
Siauw Tin. Mereka berkumpul dikamar tahanan Kim Hong Hong.
"Suhu. Mari kita meninggalkan tempat ini!" Berkata Tan
Ciu." Kim Hong Hong menggeleng2 kepala, ia berkata.
"Kalian pergilah!"
Tan Ciu bingung. "Mengapa?" Ia tidak mengerti akan sikap guru itu.
Kim Hong Hong berkata. "Aku dibesarkan didalam perkumpulan Kim-ie-kauw.
Ayahku mati karena pengkhianatanku, dosaku harus
kutebus. Kalian pergilah. Aku tidak mau."
"Suhu...!" Tan Ciu masih mencoba untuk mengajak guru
itu meninggalkan kamar tahanan.
"Lekas kalian pergi." Kim Hong Hong membentak.
Cang Ceng ceng, Siauw Tin dan Kim Cui mencoba
mengadakan bujukan. Tingkat kedudukan Kim Hong Hong berada diatas ketiga
gadis itu. Dia menolak, "Pergilah!" Ia mengusir mereka.
Dibawah tuntunan Kim Cui, Tan Ciu dan dua kawan
wanitanya meninggalkan tempat tahanan Kim-ie kauw.
Kim Cui adalah putri ketua perkumpulan Kim-ie-kauw
Kim-ie Mo-jin. Secara tidak disengaja, Tan Ciu memasuki kamar gadis
itu, hasil dari pertemuan itu adalah bantuan tenaganya.
Mereka berhasil membebaskan Siuw Tin dan Cang Ceng
Ceng. Kim Hong Hong berat kepada perkumpulan yang
membesarkan dirinya. ia menolak melarikan diri.
Mereka tiba dimulut guha rahasia dari tawanan batu.
Disana telah berbaris orang-orang berbaju kuning,
mereka berada dibawah pimpinan paman Kim Cui yang
bernama Kim-ie Lo jin. Kim Cui terbelalak.
Kim-ie Lo-jin mengeluarkan suara dingin"Bagus. Berani kau bersakongkol dengan
orang luar?" Tan Ciu menampilkan dirinya, ia berkata. "Bukan
urusannya. Akulah yang memaksa."
Kim-ie Lo jin menganggukkan . kepala, ia berkata.
"Bagus. Kau bernama Tan Ciu?"
"Betul." Si pemuda tidak menyangkal.
"Luar biasa." Kim ie Lo-iin memberikan pujian!
"Rencana yang bagus! Pandai kau menggunakan tenaga
kemenakanku, he" Pandai kau mengerti tipu, He" Dua
orang menyerang dari depan secara berterang! Dan kau
dengan membawakan sikapnya yang seperti pencuri
menyelinap masuk, menolong orang ..!"
"Aku membawa dua orang kawan?" Tan Ciu menjadi
bingung. "Jangan berpura-pura tolol." Bentak Kim-ie Lo-jin.
"Penghuni Guha Kematian kakak beradik bukan orangmu?"
"A a a a.. . ."
Ternyata Thio Ai Kie dan Thio Bie Kie telah menyerang
Kim-ie-kauw. Tan Ciu sangat girang. Siauw Tin berteriak. "Guruku juga datang!"
Kim-ie Lo-jin berkata lagi. "Jangan terlalu cepat
bergirang, kauwcu sedang mengusir mereka."
Cang Ceng Ceng telah dikurung orang tanpa sebab,
kemarahannya tidak terhingga. Dia maju dan berkata.
"Apa yang hendak kalian lakukan?"
"Menangkap orang." Berkata Kim-ie Lo-jin.
"Bagus. Tangkap aku dahulu!" Berkata Cang Ceng Ceng.
Ilmu kepandaian si gadis sangat tinggi. bila bukan
kelengahannya, bila bukan Kim Sam Nio yang
menggunakan tipu. menyebar obat bius Cang Ceng Ceng
tidak dapat dikalahkan, Kemarahan itu hendak mendapat
tempat pelampiasan, ia mendekati lawan.
Kim ie Lo-jin mengibaskan tangan.
"Tangkap mereka." Ia memberi perintah. Dia menerjang
Cang Ceng Ceng Seorang yang berbaju kuning mempunyai ukuran badan
lebih gemuk menyerang Tan Ciu.
Seorang kurus menyerang Siauw Tin.
Dua orang itu adalah jago kelas satu. Mereka hendak
menangkap tiga orang musuh.
Orang-orang berbaju kuning lainnya berkepandaian agak
rendah, mereka mengurung rapat-rapat"
Kim Cui berteriak-teriak.
"Hentikan pertempuran ini . . Hentikan pertempuran ini.
..!" Tidak ada yang menggubris teriakan putri ketua
perkumpulan Kim ie kauw. Kedudukan Kim ie Lo-jin sebagai paman Kim Cui lebih
tinggi. Mereka hanya taat pada perintahnya.
Tiga jago Kim ie kauw menempur tiga musuh mereka.
Pertempuran terjadi cepat sekali.
Kim Ciu membanting-banting kaki. Dia tidak
mengharapkan kejadian itu. Kekalahan manapun tidak
dikehendaki, kekalahan Tan Ciu berarti kekalahan dirinya,
kekalahan Sang paman berarti memperdalam permusuhan,
Perjodohannya dengan si pemuda akan terganggu.
Ilmu kepandaian Cang Ceng Ceng sangat mengejutkan
Kim-ie Lo-jin. Kim ie Lo-jin menduduki kursi kedua setelah
saudaranya, belum juga ia berhasil menangkap gadis baju
putih itu. Ilmu kepandaian Cang Ceng Ceng berada diatas ilmu
kepandaian Tan Ciu, bila Kim Sam Nio tidak
menggunakan obat bius. belum tentu ia dapat ditangkap
oleh orang orang Kim ie-kauw.
Disaat ini, Cang Ceng Ceng sedang ada kemarahan.
gerak-geraknya sangat sebat, tentu saja membuat Kim-ie
Lo-jin tidak berdaya. Ilmu kepandaian si gendut dan sim kurus yang melawan
Tan Ciu dan Siauw Tin berada dibawah Kim ie Lo jin.
sebentar kemudian mereka berada dipihak yang terdesak.
Kim Cui menyaksikan dengan sangat cermat.
Tan Ciu memukul,'Hu!' si gendut jatuh terluka.
Disaat yang sama! Siauw Tin hampir menamatkan Jiwa
lawannya! Kim Cui berteriak. "Jangan bunuh mereka!"
Tan Ciu dan Siauw Tin menarik diri. . .
Beberapa orang Kim ie kauw memayang bangun kedua
jago mereka. Dikala ini. Cang Ceng Ceng mengeluarkan bentakan, ia
mendesak Kim-ie Lo jin. Kim-ie Lo jin mendorongkan kedua tangannya.
Cang Ceng Ceng tidak mau menyerah, dia juga
mengerahkan tenaga, menepuk dua pukulan itu
Terdengar suara yang sangat keras. .
"B l e g u r . . .!!"
Kim ie Lo-jin mundur jauh. mulutnya mengeluarkan
darah. Cang Ceng Ceng yang mundur dua langkah, dia tidak
menderita luka. menggunakan kesempatan musuh tidak
berdaya, ia meneruskan serangannya lompat tinggi
memberi tekanan pukulan. Kim Cui berteriak lagi. "Nona Cang.. ."
Cang Ceng Ceng menarik pukulannya. Ia melayang
turun. Kim ie Lo-jin menderita luka yang amat parah, kedua
matanya memancarkan api kebencian.
Cang Ceng Ceng berdengus. "Bila tidak memandang
muka terang nona Kim, aku tidak mengampuni dirimu."
Kim-ie Lo-jin menggeretek gigi, ia berkata.
"Baik aku menyerah kalah. Aku tidak percaya. kalian
tidak meninggalkan tempat ini." Dia hendak mengajak
orang-orangnya meninggalkan musuh-musuh itu.
Disana telah bertambah seorang berbaju kuning. Itulah
Toako Kim-ie Lo-jin ayah Kim Cui, Kaucu Kim-ie-kauw
Kim ie Mo-jin. Wajah Kim Cui berubah. "Ayah . .." Ia memanggil perlahan.
Kim-ie lo-jin memberi hormat, "Toako ..."
Kim-ie Mo-jin menganggukkan kepala. Memandang
sang putri. ia mengajukan rasa herannya.
"Kim Cui." Ia memanggil, "Kau dapat berjalan?"
"Aku sudah sembuh." Berkata Kim Cui.
"Siapa yang menyembuhkan lukamu?" Bertanya lagi
Kim ie Mo-jin. "Dia!" Kim Cui menunjuk Tan Ciu, sikapnya sangat
takut. "Bagus," Berkata Kim-ie Mo-jin. "Maka
membantunya, menolong kawan-kawannya?"
Kim Cui semakin gemetar. Kim-ie Mo-jin mengeluarkan suara geraman sangat
menyeramkan seperti seekor binatang Purbakala yang
hendak menerkam orang. Tan Ciu menampilkan diri, ia berkata. "Kaucu, begitu
galak kau pada putri sendiri." Suaranya sangat dingin,
sangat menantang. Kim-ie Mo-jin mengalihkan sinar pandangan matanya,
tertancap diwajah si pemuda.
"Kau yang bernama Tan Ciu." Ia bertanya,
"Tidak salah." "Memang luar biasa. Kau adalah seorang pemuda luar
biasa. Sangat berani."
"Terima kasih."
"Kau berani berkunjung datang, mengapa tidak berani
menemuiku?" "kauwcu, adalah pucuk pemimpin tertinggi dari
perkumpulan Kim-ie kauw, mana mudah untuk
diketemukan." "Ha ha ha, ...kau belum menerima panggilanku?"'
kau "Ha ha ha. . . Tujuan kauwcu hendak memiliki Thianmo-po-lok, ada hubungan apa
dengan nona Cang ceng ceng
dan nona Siauw, mengapa menawan mereka?"
Kim-ie Mo-jin menganggukkan kepala.
"Berapakah umurmu?" Ia bertanya.
"Dua puluh satu."
"Bila kau tidak mati, dua puluh tahun kemudian, rimba
persilatan berada dibawah kekuasaanmu."
Kim-ie Mo-jin ada niatan untuk membunuh Tan Ciu.
Bilamana rimba persilatan akan berada dibawah kekuasan
Tan Ciu. Dan hal itu tidak mungkin terjadi, karena Tan Ciu tidak
mungkin lolos dari kekejamannya.
Wajah Kim Cui berubah menjadi pucat.
Tan Ciu tidak gentar. Ia berkata. "Aku masih ingin hidup
dua puluh tahun lagi?"
"Bagus" Serahkanlah kitab Thian mo po-lok?"
"Bila tidak?" "Kau dapat mengetahui, apa akibat dari penolakan ini?"
"Aku ingin mengetahui?"
"Kepalamu cukup keras, he?"
"Hampir menyerupai batu."
"Bagus. Kepala batu, segera menerima tangan besiku."
Kim-ie Mo-jin menghampiri si pemuda.
Tan Ciu telah siap sedia.
Kim Cui berteriak. "Ayah. . .!"
Diamenyelakdidepanayahnya,
menggagalkan gerakan ayahnya itu.
bermaksud Kim ie Mo jin membentak. "Minggir!"
"Ayah ...." "Minggir." Tangan Kim ie Mo-jin dikibaskan. Maka Kim
Cui jatuh kebelakang. "Kauwcu, inikah perbuatanmu?" Tan Ciu mengeluarkan
suara. "Hm. . ." Kim ie Mo-jin berdengus. "Kuulang lagi
permintaanku. Menyerahkan kitab Thian-mo Po-lok atau
menyerahkan jiwamu."
"Kita akan menggambil putusan diatas pertempuran."
"Bagus." Berkata Kim-ie Mo jin. "Kalian boleh maju
semua." Tan Ciu membusungkan dada.
"Aku seorangpun cukup?" Ia berkata
"Ha. ha . . . Kau . . . ha, ha . .."
"Mengapa tertawa?"
"Bila berhasil menerima sepuluh jurus serangan kau
bebas dari kematian." Berkata Kim-ie Mo-jin memberikan
janji. "Bila tidak dapat menerima sampai sepuluh jurus?" Tan
Ciu masih hendak berkelakar.
"Bila kau tidak dapat menerima serangan-seranganku itu,
tentu jiwamu melayang ke alam baka?"
"Bagus. Hendak kulihat, bagaimana aku dikirim keluar
ke alam baka?" Cang Ceng Ceng menampilkan diri, ia berdiri didepan
Tan Ciu, dan menghadapi Kim ie Mo jin"


Pohon Kramat Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Biar aku yang menerima sepuluh jurus seranganmu" Ia
berkata. Kim ie mo-jin membikin penilaiannya!
"Kau?" Ia memandang gadis berpakaian putih itu.
"Betul! Biar aku yang menerima serangan-seranganmu."
Ia berkata. "Kukira, kau harus menerima dua puluh jurus." Berkata
Kim ie Mo-jin. Mata kauwcu perkumpalan Kim-ie kauw sangat tajam.
Sekali lihat, ia mengetahui ilmu kepandaian Cang Cengceng masih berada diatas
Tan Ciu. Maka ia menambah
syarat-syaratnya. Melipat gandakan, dari sepuluh jurus
untuk Tan Ciu diganti dua puluh jurus Cang Ceng ceng.
"Baik," Cang Ceng-ceng menerima tantangan itu. "Aku
siap menerima serangan2mu hanya dua puluh jurus, bila
aku beruntung dapat menggagalkan serangan2mu, aku
meminta kebebasan untuk semua orang."
"Baik. bila kau dapat menerima serangan2ku sampai dua
puluh jurus, semua orang bebas." Berkata Kim-ie Mo-jin.
Tan Ciu mengundurkan diri.
Cang Ceng Cengg berhadapan dengan Kim-ie Mo-jin.
Kim ie Mo-jin berkata. "Sudah siap?"
Cang Ceng Ceng menganggukan kepala.
"H u u u u t . . .! Kim ie Mo-jin menjatuhkan pukulan yang pertama.
Cang Ceng Ceng lompat menyingkirkan diri. Tangan
Kim ie Mo-jin yang sudah hampir jatuh ditanah, tidak
ditarik pulang ia mengganti menjadi cengkeraman,
mengincar naik. Cang Ceng Ceng terkejut. kecepatan tangan lawan
sangat cepat sekali. Hampir ia tidak dapat mengelakkan
diri. Tangannya dikebutkan, hendak menotok jalan darah
Kim ie Mo-jin, dan demikianlah ia lolos dari lubang jarum,
Beberapa serangan luar biasa lagi dilontarkan oleh Kim
ie Mo-jin. Keadaan Cang Ceng Ceng semakin gawat. Tan Ciu,
Siauw Tin dan Kim Cui memeras keringat. Mereka
mengkhawatirkan keselamatan gadis itu.
Kim Ie Mo-jin mempergencar serangan2nya.
Cang Ceng Ceng bertahan sedapat mungkin. Sering ia
menjumpai jurus-jurus berbahaya. Belasan jurus telah
dilewatkan. Pada menjelang saat-saat beberapa jurus yang terakhir
menyusul jurus ke empat belas. Kim ie Mo-jin berhasil
membayangi lawannja, dia memukul keras.
Cang Ceng Ceng menempatkan dirinya ditempat jalan
buntu, dia pun harus menyambuti pukulan itu.
Bledur. . .!! Tubuh Cang Ceng Ceng terpental jauh. mulutnya
menyembur darah hidup. Cang Ceng Ceng tidak berhasil!
Wajah TanCiu. Siauw Tin dan Kim Cui menjadi pucat.
Tiba-tiba.. . Meluncur datang sebuah benda, dikala berhenti disana
telah bertambah kursi beroda, diatas kursi itu duduk
seorang berkerudung, dia adalah orang cacad yang pernah
Tan Ciu jumpai. Dari kecepatan orang itu. Kim ie Mo-jin maklum. ilmu
kepandaian orang cacad itipun termasuk ilmu kelas satu.
Wajahnya menunjuk rasa bingungnya.
Berapa banyaklah jago-jago yang muncul dihari ini" Dia
menjadi bingung. Kim ie Mo-jin membentak. "Siapa nama tuan yang
mulia?" Orang cacad berkerudung itu mengeluarkan suara
dengusan. Hmmm." "Kau tidak berani menyebut nama sendiri?" Berkata
Kim-ie-Mo-jin lagi. "Namaku akan mengejutkanmu." berkata orang cacad
dikursi roda.s "Ha. ha. . ." Kim-ie Mo-jin tertawa, "Siapakah yang
pernah ditakuti oleh Kim-ie Mo-jin?"
"Ha, ha... Tidak takut kepada Ciat Tin Cu?"
Wajah Kim-ie Mo-jin berubah. Disebutnya nama dari si
jago tiga jaman Ciat Tin Cu mengkeretkan hatinya, tidak
ada seorang pun yang ditakuti olehnya kecuali Ciat Tin Cu.
Dia kenal baik nama, bentuk tubuh dan logat suara Ciat
Tin Cu, orang ini bukan Ciat Tin Cu.
Kim-ie Mo-jin berkata. "Ha, ha.... Dengan menutup wajahmu dengan kain
kerudung, kau hendak memalsukan nama Ciat Tin Cu?"
"Siapa yang memalsukan nama Ciat Tin Cu. Pernahkah
aku menggunakan namanya?"
"Apakah maksud membentak. kedatanganmu?" Kim-ie Mo-jin "Membawa mereka." Orang cacad dikursi roda
menunjuk kearah Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng sekalian.
"Ha, ha. . .Kau mempunyai ilmu kepandaian yang
melebihi Ciat Ti Cu?"
"Yang sudah pasti, berada diatasmu!" Berkata orang
cacad itu. Kim ie Mo-jin marah sekali. Dia menengadah
mengeluarkan suara lolongan panjang. se-olah2 menguasai
dunia, seluruh lembah berkumandang suara pekikan ini.
Wajah Tan Ciu berubah. Ilmu kepandaian Kim-ie Mo jin
memang luar biasa, Orang berkerudung itu tidak gentar.
"Tidak percaya?" Ia berkata.
"Kau terlalu sombong." Berkata Kim ie Mo-jin.
"Sombong" Menghadapi muridku saja, hampir kau
dikalahkan." "Muridmu?" muridmu itu?" Kim ie Mo-jin terbelalak. "Siapakah
"Siapa yang belum lama berkutet denganmu?"
"Dia?" Kim-ie Mo-jin menunjuk kearah Cang Ceng
Ceng. Orang cacat itu menganggukkan kepala.
Oh! Dia guru Cang Ceng Ceng.
"Kau hendak mengajak dia pulang?" bertanya lagi Kim-ie
Mo-jin. "Ng. . ." "Tidak mungkin. Kecuali kau dapat mengalahkan aku."
"Baik." Orang cacad dikursi roda itu berkata, "Aku akan
menerima tiga pukulanmu tanpa membalas. Bila aku
menang, aku akan mengajak mereka meninggalkan lembah
Ngo-liong." Siuuurr. . Kursi beroda meluncur datang, berhenti dihadapan Kimie Mo jin.
Kim ie Mo jin menghadapi lawan kuat! Dia harus
berhati-hati, Tiga Kali pukulan tanpa mendapat serangan balasan"
Mungkinkah ia tidak berhasil"
Kim ie Mo jin tidak parcaya.
Orang itu seperti dapat menduga isi hati orang, ia
berkata, "Tidak percaya"
"Baik." Kim ie Mo-jin berkata, "Bersiap-siaplah untuk
menerima tiga pukulanku."
"Aku sudah siap."
Hut!. . ." Kim-ie Mo-jin memukul orang berkerudung
yang cacad itu. Hati Tan Ciu, Siauw Tin dan Kim Cui berdebar-debar.
Pukulan Kim ie Mo-jin sangat luar biasa, batu dan debu
mengulak keras. Terdengar suara benturan yang gemuruh, se-olah2 benda
yang memukul barang lapuk.
Kursi roda hanya bergoyang sebentar, mengganggu
orang yang duduk diatasnya.
Kim-ie Mo-jin melompongkan mulutnya, dia juga
menutup kembali, Betaapa hebat tenaga pukulan tadi.
mengapa lawan itu dapat menerima dengan mudah"
Orang berkerudung itu berkata. "Kau belum
menggunakan tenaga penuh. Ber-hati2lah hanya dua
pukulan lagi!" Wajah Kim-ie Mo-jin menjadi merah padam.
Siapakah orang ini" Mengapa mempunyai
kepandaian yang berada diatas dirinya.
ilmu Dia belum menggunakan tenaga penuh, itupun cukup
untuk menjatuhkan jago kelas satu. Dimisalkan Ciat Tin Cu
hidup kembali belum tentu jago tiga jaman itu berani
menerima pukulannya tanpa mengadakan perlawanan sama
sekali. "Aku akan memukul dua kali lagi." Berkata Kim ie Mojin.
"Silahkan!" Berkata orang berkerudung itu dengan
suaranya yang sangat terang.
"Hut. .. Hut . . .!"
Kim-ie Mo-jin mengirim dua pukulannya. Semakin keras
semakin dahsyat. Kursi roda orang yang terdorong mundur, pemiliknya
masih duduk ditempat semula. Sikapnya sangat tenang.
Wajah Kim-ie Mo-jin berubah pucat. Ia menderita
kekalahan mutlak. Memandang orang2nya, ia memberi
Misteri Bayangan Setan 9 Pendekar Gila Karya Kho Ping Hoo Seruling Samber Nyawa 15
^